STRATEGI DAKWAH PONDOK PESANTREN DARUL ARQOM …
Transcript of STRATEGI DAKWAH PONDOK PESANTREN DARUL ARQOM …
1
STRATEGI DAKWAH PONDOK PESANTREN DARUL ARQOM MUHAMMADIYAH TOLADA DI LUWU UTARA DALAM
MEMBINA AKHLAK SANTRI
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
(S.Sos) Pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh:
NUR AFNI
105270009615
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1442 H / 2020
KATA PENGANTAR
بسم الله الر من الر حيم
Alhamdulillah, segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT
karena limpahan Rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skiripsi dengan judul “Strategi Dakwah Pondok
Pesantren Darul Arqom Muhammadiyah Tolada dalam Membina
Akhlak Santri”. Salawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada
Nabi Mumammad sallallahu ‘alaihi wasallam yang telah membawa umat
manusia dari alam gelap gulita menuju alam yang terang benderang.
Penulis menyadari, bahwa dalam penulisan skipsi ini tentunya tidak
lepas dari dalam berbagai pihak yang telah memberikan bantuan baik
moril maupun materil kepada penulis. Maka dengan itu melalui
kesempatan ini sudah sepantasnya penulis dengan rasa hormat
mengucapkan terimah kasih, terutama kepada:
1. Prof Dr H. Ambo Asse M,ag. Selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Drs H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I., Selaku Dekan Fakultas Agama
Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Dr. H. Abbas, Lc., MA., Selaku Ketua Prodi Komunikasi Penyiran Islam
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.
Sekaligus Pembimbing Skripsi yang senantiasa memberikan
bimbingan dan arahan kepada penulis guna terwujudnya penulis
skripsi ini.
4. Dr. Meisil B Wulur, S.Kom.I.,M. Sos.I selaku pembimbing yang selalu
memotivasi penulis sehingga penulis banyak mengambil manfaat
darinya.
5. Para dosen dan staf karyawan Prodi KPI Unismuh Makassar, yang
membantu dan memberikan kemudahan bagi penulis dalam mencari
referensi pustaka.
6. Ibunda dan ayahanda tercinta yang senantiasa memberikan dukungan
do‟a dan materi kepada penulis hingga akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
7. Teman-teman Prodi KPI satu angkatan yang telah memberikan
sumbangsinya melalui sharing ide dan saran, dan semua pihak yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu pada kesempatan kali ini
yang telah membantu penulis dengan hati terbuka.
Penulis juga menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak
kakurangan. Oleh karena itu kritik dan saran dari berbagai pihak yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan dan sambut dengan tangan
terbuka. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya bagi para
pembaca pada umumnya.
Makassar, 27 Oktober 2020
Penulis,
NUR AFNI
NIM : 1052 7000 9615
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................... ii
BERITA ACARA MUNAQASYAH ...................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI................................................. iv
ABSTRAK .......................................................................................... v
KATA PENGANTAR .......................................................................... vi
DAFTAR ISI ...................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................ x
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang .............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah......................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 6 D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 6 BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Strategi dan Dakwah .................................................................... 8
1. Pengertian Strategi.................................................................... 8 2. Pengertian Dakwah ................................................................... 10 3. Unsur-unsur Dakwah ................................................................. 12 4. Strategi Dakwah ........................................................................ 22
B. Akhlak .......................................................................................... 24 1. Pengertian Akhlak ..................................................................... 24 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi penbentukan akhlak ............ 27 3. Metode pembinaan akhlak ........................................................ 29
C. P0ndok Pesantren………………………………………………………31 1. Pengertian Pesantren ................................................................ 31 2. Fungsi dan tujuan pondok pesantren ......................................... 32
BAB III: METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ............................................................................. 34 B. Lokasi, waktu dan objek penelitian ................................................ 35 C. Fokus Dan Deskripsi Penelitian ..................................................... 35 D. Sumber Data ................................................................................. 36 E. Insrtumen Penelitian ...................................................................... 36 F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 39 G. Analisis Data ................................................................................. 40 BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Lokasi Penelitian .......................................................... 43
1. Sejarah berdirinya darul arqom muhammadiaya tolada ............. 43 2. Visi Misi dan tujuan ................................................................... 46 3. Susunan pengurus santri dan sarana prasarana ....................... 48 4. Muatan/struktur ........................................................................ 54 5. Rencana dan harapan ............................................................... 56
B. Strategi Dakwah PonPes dalam Membina Akhlak Santri .............. 57 C. Faktor Pendukung dan Penghambat ............................................. 61 D. Analisis Hasil Penelitian ................................................................ 52 BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................... 64 B. Saran-saran .................................................................................. 65
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Susunan Pengurus .............................................................. 49
Tabel 1.2 Nama Guru ......................................................................... 50
Tabel 1.3 Nama Pegawai .................................................................... 51
Tabel 1.4 Keadaan Ustadz.................................................................. 52
Tabel 1.5 Keadaan Santri ................................................................... 52
Tabel 1.6 Sarana Prasarana ............................................................... 53
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama dakwah, yaitu agama yang menugaskan
umatnya untuk menyebarkan dan menyiarkan Islam kepada seluruh umat
manusia sebagai rahmatan lil’alamin. Islam dapat menjamin terwujudnya
kebahagiaan dan kesejahteraan manakala ajarannya dijadikan pedoman
hidup dan dilaksanakan secara konsisten serta konsekuen.1
Islam sebagai ad-dinullah, sebagaimana firman Allah subhana wa
ta’ala dalam QS. Ali-Imran : 19.
ينعنداللهالسلم الد إن
Terjemahan: “sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam”.2
Islam merupakan ajaran yang berisi aturan dan hukum-hukum yang
dapat menuntun manusia untuk memperoleh kebahagiaan hidupnya, serta
tata nilai dalam hidup dan kehidupannya. Kehadiran Islam sebagai agama
yang dapat memberi jaminan pada manusia untuk terwujudnya kehidupan
yang sejahtera lahir dan batin, juga di dalamnya terdapat berbagai
petunjuk untuk menyikapi hidup dan kehidupan yang berarti, sesuai
fungsi penciptaannya oleh Allah SWT.3
1Siti Muria, Metodologi Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta : Celeban Timur,
2000), h. 12 2Kementrian Agama RI, Ar-Rahim dan Terjemahan, h. 52
3Ariffudin,MetodeDakwahDalamMasyarakat, (Makassar :
AlauddinUniversityPress, Cet 1, 2011), h. 1
Dakwah, bagi umat Islam sesungguhnya menjadi kewajiban yang
menyeluruh. Dalam hal ini, paling tidak, umat Islam yang dimaksud adalah
yang termasuk dalam kategori mukallaf (individu yang sudah bisa dikenai
beban tanggung jawab) dan mumayyiz (individu yang telah mampu
membedakan antara yang benar dan salah, serta antara yang baik dan
buruk). Secara sederhana, kewajiban dakwah yang melekat pada umat
Islam itu adalah kepada dirinya sendiri, untuk tetap menjaga dan
mengendalikan dirinya dari segala perkataan, sikap dan tindakan (lahir-
batin) yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Selanjutnya, sasaran dari
kewajiban dakwah tersebut adalah orang-orang yang terdekat di
sekitarnya seperti keluarga, kerabat, family, tetangga dan sebagainya.
Pada kenyataannya, dakwah Islam itu tidak bebas dari berbagai kendala
dan tantangan. Kerap kali realitas dakwah Islam menjadi problem
keagamaan dan krusial, dan terkadang dilematis.4
Akhlak menempati kedudukan yang tinggi dalam Islam, diantara
risalah agama yang paling penting, adalah menyempurnakan akhlak yang
mulia. Sebagaimana sabda Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam,
ممكارمالأخلق مابعثتلأتم إن
Artinya :“sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang
mulia”. (HR Tirmidzi dan Ahmad).5
4AsepPurnamaBahtiar, The PowerOfReligion, (PanggungharjoSewonBantul ;
PondokEdukasi,Cet 2005), h. 22 5Ahmad Mu‟adz Haqqi, Berhias dengan 40 Akhlak Karimah, (Malang : Cahaya
Tauhid Press, 2003), h. 21
Akhlak juga merupakan bagian dari sempurnanya keimanan,
sebagaimana Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
خلقاأكمللمؤمنينإيماناأحسنهم
Artinya : “orang beriman yang paling sempurna keimanannya adalah
orang yang paling baik akhlaknya dari mereka” (HR Tirmidzi dan Ahmad).6
Muhammad sallalahu ‘alaihi wa sallam adalah sebagai satu-
satunya manusia yang telah melahirkan sebuah doktrin tentang
bagaimana manusia seharusnya bertindak dan berinteraksi baik dengan
pencipta maupun dengan makhluk ciptaannya. Doktrin ini disebut dengan
al-akhlaq al-karimah. Rasulullah sallalahu ‘alaihi wa sallam merupakan
seorang manusia yang pertama sekali mencetuskan gagasan tentang
akhlak dan seluruh perbuatan dan perkataannya dapat dijadikan teladan
bagi manusia. Seandainya manusia dapat mengikuti gerak-gerik,
tindakan, karakter, sifat, dan perilaku Nabi SAW, maka ia akan hidup
dengan mulia di dunia ini dan demikian pula dikehidupan akhirat.7
Pembentukan akhlak yang mulia adalah tujuan utama pendidikan
Islam. Ulama dan sarjana-sarjana muslim dengan sepenuh perhatian telah
berusaha menanamkan akhlak yang mulia, meresapkan fadhilah di dalam
jiwa para siswa, membiasakanmereka berpegang kepada moral yang
tinggi dan menghindari hal-hal yang tercela, berfikir secara rohaniah dan
insaniah (prikemanusiaan) serta menggunakan waktu buat belajar ilmu-
6Ahmad Mu‟adz Haqqi, Berhias dengan 40 Akhlak Karimah, h. 21
7Muhammad Abdurrahman,AkhlakMenjadiSeorangMuslimBerakhlakMulia ,
(Jakarta :RajawaliPers, Cet 2016), h. 1
ilmu duniawi dan ilmu-ilmu keagamaan tanpa memandang kepada
keuntungan-keuntungan materi.8
Siapa saja yang membaca apa yang ditulis oleh filosof muslim
dalam bidang pendidikan dan pembentukan akhlak, senantiasa akan
melihat betapa mereka menuntut ilmu karena ilmu, bahkan mereka
menganggap tugas belajar itu sebagai suatu ibadat. Kaum muslimun
memuliakan ilmu dan sarjana serta ketinggian akhlak. Ilmu di mata
mereka adalah suatu yang paling berharga di dunia ini, sedang ulama dan
sarjana yang beramal adalah pewaris para nabi-nabi. Seseorang itu tidak
akan sanggup menjalankan misi atau tugas-tugas ilmiahnya kecuali bila ia
berhias dengan akhlak yang tinggi, jiwanya bersih dari segala bentuk
celaan.9
Berdasarkan uraian di atas melihat begitu pentingnya sebuah
akhlakmaka peneliti merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang
“Strategi Dakwah Pondok Pesantren Darul Arqom Muahammadiyah
Tolada dalam Membina Akhlak Santri”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas,
maka rumusan masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut
8M. Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta : PT
Midas Surya Grafindo, Cet Ke-6, 1990), h. 11 9M. Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam,h. 11
1. Bagaimana strategi dakwah pondok pesantren darul Arqom
Muhammadiyah Tolada dalam membinaan akhlak santri ?.
2. Apa faktor pendukung dan penghambat strategi dakwah Pondok
Pesantren Darul Arqom Muhammadiyah Tolada Dalam membina
akhlak santri ?
C. Tujuan penelitian
Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan di atas, maka tujuan
dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana strategi dakwah pondok pesantren
dalam membinaan akhlak santri.
2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat strategi
dakwah Pondok Pesantren Muhammadiyah Tolada dalam membina
akhlak santri
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian adalah sebagai berikut :
1. Manfaat teoritis
Bagi peneliti merupakan suatu pelajaran yang berharga, karena
dengan penelitian ini kita dapat mengetahui strategi serta peran pondok
pesantren Darul Arqom Muhammadiyah Tolada dalam membina akhlak
santri.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan menjadi bahan
referensi bersama untuk melihat bagaimana strategi serta peran pondok
pesantren dalam membina akhlak santri. Dan sekaligus menjadi
sumbangan pemikiran dan evaluasi bagi lembaga pendidikan pondok
pesantren Darul Arqom Muhammadiyah Tolada.
17
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Strategi dan Dakwah
1. Definisi Strategi
Effendi (1993 : 300) mengartikan strategi sebagai perencanaan
(planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan.
Ia tidak hanya berfungsi sebagai peta jalan yang harus ditempuh, tetapi
juga berisi taktik operasionalnya. Ia harus didukung teori karena teori
merupakan pengetahuan berdasarkan pengalaman yang sudah diuji
kebenarannya.10
Strategi berasal dari bahasa yunani yakni strato yang artinya
pasukan dan agenis-agenis yang berarti memimpin. Pada mulanya dahulu
istilah strategi berasal dari peristiwa peperangan yaitu, sebagai suatu
siasat untuk mengalahkan lawan.Sehingga strategi identik dengan
peperangan, bahwa strategi dapat diartikan sebagai siasat perang, ilmu
siasat. Akan tetapi pada perkembangan selanjutnya, istilah strategi tidak
hanya digunakan dalam istilah peperangan (militer) saja. Akan tetapi
semakin berkembang merambah pada berbagai bidang perkembangan
seperti bidang manajemen, bidang politik, bidang ekonomi, bidang
budaya, dan bidang budaya, sehingga banyak ditemui istilah-istilah seperti
: strategi ekonomi, strategi polotik, strategi komunikasi, strategi dakwah
10
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta : Prenadamedia Group, Cet ke-4, 2015),h. 351
dan istilah-istilah lain : menurut Ali Yasir, strategi adalah rencana yang
cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Asmuni
Syukir dalam bukunya “Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam” menyebutkan
bahwa strategi dakwah adalah metode siasat, taktik, atau yang digunakan
dalam kegiatan dakwah.11
Berdasarkan uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa
strategi dakwah adalah cara, siasat, taktik untuk melakukan suatu rencana
yang telah disesuaikan dengan sasaran secara cermat guna mencapai
tujuan dakwah. Dengan melihat pengertian diatas sebelum
dirumuskannya sebuah strategi, diperlukan suatu pengetahuan yang tepat
dan akurat terhadap realitas yang terjadi dan berlangsung dalam
kehidupan masyarakat mengingat realitas dalam masyarakat yang
berbeda-beda terlebih lagi realitas kontemporer yang sangat komplek dan
beragam, maka strategi dakwah harus dicermati secara terus-menerus,
sehingga suatu strategi yang dipakai tidak bersifat kaku. Disamping itu
strategi merupakan suatu perencanaan yang menyeluruh yang senantiasa
mempertimbangkan situasi dan kondisi masyarakatnya yang disusun dan
difungsikan guna pencapaian tujuan.12
11
Strategi Dakwah Pondok Pesantren, pdf diakses 20 september, dari digilib UIN Suka. 12Strategi Dakwah Pondok Pesantren, pdf diakses 20 september, dari digilib UIN Suka.
2. Dakwah
a. Definisi Dakwah
Ditinjau dari segi etimologi atau asal kata (bahasa), dakwah berasal
dari bahasa arab yang berarti panggilan, ajakan atau seruan. Dalam ilmu
tata bahasa arab, kata dakwah berbentuk sebagai “isim mashdar”, kata ini
berasal dari fi’il (kata kerja) “da’a-yad’u”, artinya memanggil, mengajak
atau menyeru. Arti kata dakwah seperti ini sering dijumpai atau
dipergunakan dalam ayat-ayat al-qur‟an, seperti :
وادعواشهداءكممندونالل
Terjemahan: “ dan panggillah saksi-saksimu lain dari pada Allah “ (QS. Al-
Baqarah : 23).13
ار ئكيدعونإلىالن أول واللهيدعوإلىالجنة
Terjemahan :“ mereka itu menyeru ke dalam neraka dan Allah menyeru ke dalam syurga “. (QS. Al-Baqaroh : 221).14
Orang yang memanggil, mengajak atau menyeru atau melaksanakan
dakwah dinamakan da‟i. Jika yang menyeru atau da‟i nya terdiri dari
beberapa orang (banyak) disebut du‟ah.15 Banyak ahli ilmu dakwah dalam
memberikan pengertian atau definisi terhadap istilah dakwah terdapat
beraneka ragam pendapat. Hal ini tergantung pada sudut pandang
13
Kementrian Agama RI, Ar-Rahim Al-Qur’an dan Terjemahan, h. 4 14
Kementrian Agama RI, Ar-Rahim Al-Qur’an dan Terjemahan, h. 35 15
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya : Al-Ikhlas, 1986), h. 17-18
mereka di dalam memberikan pebgertian kepada istilah tersebut.
Sehingga antara definisi menurut ahli yang satu dengan yang lainnya
senantiasa terdapat perbedaan dan kesamaan. Berikut beberapa definisi
dakwah menurut para ahli :
a. „Abd Al-Karim Zaidan, dakwah adalah mengajak kepada agama Allah,
yaitu Islam.
b. Toha Yahya Omar, dakwah Islam adalah mengajak manusia dengan
cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah tuhan
untuk kemashlahatan dan kebahagian mereka di dunia dan di akhirat.
c. Musyawarah kerja nasional –I PTDI di Jakarta merumuskan dakwah
adalah mengajak atau menyeru untuk melakukan kebajikan dan
mencegag kemungkaran, mengubah ummat dari satu situasi kepada
situasi lain yang lebih baik dalam segala bidang, merealisasi ajaran
islam dalam kehidupan sehari-hari bagi seorang pribadi, keluarga,
kelompok atau massa, serta bagi kehidupan masyarakat sebagai
keseluruhan tata hidup bersama dalam rangka pembangunan bangsa
dan umat manusia.
d. Aboebakar Atjeh, dakwah adalah perintah mengadakan seruan kepada
sesama manusia untuk kembali dan hidup sepanjang ajaran Allah
yang benar dengan penuh kebijaksanaan dan nasihat yang baik.
e. M. Arifin, dakwah adalah suatu kegiatan ajakan dalam bentuk lisan,
tulisan, tingkah laku, dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan
terencana dalam usaha memengaruhi orang lain secara individu
maupun kelompok agar supaya timbul dalam dirinya suatu pengertian,
kesadaran, sikap, penghayatan, serta pengamalanterhadap ajaran
agama, message yang disampaikan kepadanya tanpa ada unsur-unsur
paksaan.16
b. Unsur-unsur Dakwah
1. Da‟i atau subjek da‟i
Da‟i bisa secara individual, kelompok, organisasi atau lembaga
yang dipanggil untuk melakukan tindakan dakwah. Da‟i memiliki posisi
sentral dalam dakwah, sehingga da‟i harus memiliki citra atau image yang
baik dalam masyarakat. Citra (image) bisa dipahami sebagai kesan
berkenaan dengan penilaian terhadap seseorang, instansi maupun
organisasi yang diciptakan da‟i sebagai hasil langsung dari dakwahnya.
Citra yang berhubungan dengan seorang da‟i dalam perspektif komunikasi
erat kaitannya dengan kredibilitas yang dimiliki. Citra terhadap da‟i adalah
penilaian mad’u terhadap da‟i, apakah da,i mendapat citra positif atau
negatif. Pencitraan mad‟u terhadap diri seorang da‟i sangat berpengaruh
dalam menentukan apakah mereka akan menerima informasi atau pesan
dakwah atau sebaliknya menolak.17
Ada empat cara bagaimana seorang da‟i dinilai oleh mad‟unya :18
16
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, h. 16 17
Acep Aripudin, Pengembangan Metode Dakwah, (Jakarta : Rajawali Pers, Cet. 1, 2011), h. 4
18Acep Aripudin, Pengembangan Metode Dakwah, h. 5
a) Da‟i dnilai dari reputasi yang mendahuluinya. Apa yang sudah
dilakukan oleh da‟i, bagaimana karya-karyanya, apa latar belakang
pendidikannya, apa jasanya dan bagaimana sikapnya. Apakah
sikapnya seorang da‟i memperindah atau menghancurkan reputasinya.
b) Melalui perkenalan atau informasi tentang diri da‟i. Seorang da‟i dinilai
mad‟unya dari informasi yang diterimanya dan bagaimana da‟i
memperkenalkan dirinya sangat menentukan kredibilitas seorang da‟i.
c) Melalui apa yang diucapkannya. “al-lisan mizan al-insan” (lisan adalah
ukuran seorang manusia), begitu ungkapan Alibin Abi Thalib. Apabila
seorang da‟i mengungkapkan kata-kata kotor, kasar dan rendah, maka
seperti itu pula kualitasnya. Da‟i memiliki kredibilitas apabila ia konstan
dalam menjaga ucapannya yang selaras dengan perilaku keseharian.
d) Melalui bagaimana cara da‟i menyampaikan pesan dakwahnya.
Penyampaian dakwah yang sistematis dan terorganisir memberi kesan
pada da‟i bahwa ia menguasai persoalan, materi dan metodologi
dakwah.
Seorang da‟i yang kredibel adalah seorang yang memiliki
kompetensi di bidangnya, integritas kepribadian, ketulusan jiwa dan
memiliki status yang cukup. Da‟i harus menjadi saksi kebenaran, menjadi
teladan ummat dan berakhlak baik yanh mencerminkan nilai-nilai Islam.19
2. Sasaran dakwah (mad’u)
19
AcepAripudin, PengembanganMetode Dakwah, h. 5
Seluruh ummat manusia, bahkan bangsa jin dimasukkan sebagai
sasaran dakwah. Luasnya sasaran dakwah lebih mempertegas bahwa
dakwah bisa dilakukan oleh siapa saja, selama ia memiliki kecakapan
untuk melakukan dakwah. Ilat kalimat memiliki kecakapan menunjukkan
bahwa tidak semua umat bisa melakukan dakwah. Persoalannya adalah
bagaimana dakwah dilakukan, lebih-lebih ditujukan untuk bangsa jin.
Manusia sebagai sasaran dakwak tidak lepas dari kultur kehidupan yang
melingkupinya yang harus dipertimbangkan dalam pelaksanaan dakwah.
Situasi teologis, kultural dan struktural mad‟u (masyarakat) dalam dakwah
Islam bahkan selalu memunculkan dinamika dalam dakwah, karena
dakwah Islam dilakukan dalam situasi sosiokultural tertentu bukan dalam
masyarakat nihil budaya dan nihil sistem. Situasi struktural dan kultural
yang dimaksud seperti sistem kekuasaan, keadaan masyarakat tertindas
atau lemah dan penguasa ekonomi atau konglomerasi.20
3. Materi dakwah (mawdu’)
Materi dakwah adalah ajaran-ajaran Islam sebagaimana termaktub
dalam Qur‟an dan hadits, atau mencakup pendapat para ulama atau lebih
luas dari itu.Materi lainnya adalah Islam. Islam secara bahasa maknanya
adalah pasrah, tunduk dan patuh. Islam juga bisa dimaknai dengan
agama islam atau ajaran-ajaran yang dibawah oleh Nabi Muhammad
sallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu hadis Nabi atau sunnahnya. Apabila
diruntun tentang materi dakwah sebagai berikut : pertama adalah Islam
20Acep Aripudin, Pengembangan Metode Dakwah,h. 6
yang bersumber pada Qur‟an dan hadis Nabi atau sunnah Nabi, kedua
hasil ijtihad para ulama tentang Islam dan ketiga adalah budaya ma‟ruf
produk manusia.21
Pada umumnya materi yang disampaikan dalam dakwah, adalah
ajaran-ajaran yang disyariatkan dalam Islam. Ajaran-ajaran yang
menitikberatkan pada bangunan akhlakul karimah inilah, yang wajib untuk
disampaikan kepada manusia, yang nantinya diharapkan supaya ajaran-
ajaran tersebut dapat diketahui, dipahami, dihayati, serta diamalkan dalam
bingkai kehidupan mereka sehari-hari, sehingga hidup mereka senantiasa
berada dalam suasana religi yang tentunya sesuai dengan tuntunan
agama Islam. Ajaran-ajaran dan diajarkan oleh Rasulullah sallallahu „alaihi
wa sallam, kepada ummat meliputi aspek duniawi dan ukhrawi, yang
tentunya materi yang harus diserukan dalam dakwah pun menjadi luas
sekali. Adapun diantara materi- materi tersebut dapat diringkas beberapa
pokok pembahasan, diantaranya :
a) Akidah Islam yang meliputi tauhid dan keimanan.
b) Pembentukan pribadi yang sempurna, dengan berpondasikan pada
nilai-nilai akhlaqul karimah.
c) Pembangunan masyarakat yang adil dan makmur
d) Kemakmuran dan kesejahteraan di dunia dan di akhirat.
e) Dan berbagai penjalasan lainny.22
4. Metode (uslub al-sa’wah)
21
Acep Aripudin,Pengembangan Metode Dakwah, h. 7-8 22
Fathul Bahri An-Nabiry, Meniti Jalan Dakwah Bekal Perjuangan Para Da’i, (Jakarta:Sinar Grafika Offset, Cet 1, 2008), h. 235
Metode diartikan sebagai tata cara, metode adalah cara kerja yang
bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna
mencapai tujuan yang ditentukan. Metode dakwah adalah cara yang
digunakan da‟i untuk menyampaikan materi dakwah (Islam). Metode
dakwah sangat penting peranannya dalam penyampaian dakwah. Metode
yang tidak benar, meskipun materi yang disampaiana baik, maka pesan
baik tersebut bisa ditolak. Seorang da‟i mesti jeli dan bijak dalam memilih
metode, karena metode sangat memengaruhi kelancaran dan
keberhasilan dakwah.23
Adapun tujuan diadakannya metode dakwah adalah untuk
memberikan kemudahan dan keserasian, baik bagi pembawa dakwah itu
sendiri maupun bagi penerimanya. Pengalaman mengatakan, bahwa
metode yang kurang tepat seringkali mengakibatkan gagalnya aktivitas
dakwah. Sebaliknya, terkadang sebuah permasalahan yang sedemikian
sering dikemukakan pun, apabila diramu dengan metode yang tepat,
dengan gaya penyampaian yang baik, ditambah oleh aksi retorika yang
mumpuni, maka respon yang didapat pun cukup memuaskan. Pada
dasarnya metode dakwah itu sangat banyak jumlahnya, yang oleh al-
qur‟an telah dijelaskan dan diuraikan secara gamblang, melalui ayat-
ayatnya yang penuh makna, mengetuk hati serta pandangan orang-orang
yang mau memikirkannya. Adapun metode dakwah ini menjadi
23
Acep Aripudin, Pengembangan Metode Dakwah, h. 8
sedemikian beragam adalah disebabkan oleh milieu yang berbeda,
karakter serta tingkatan berfikir mad‟u yang tidak sama.24
Terkadang seorang da‟i dalam suatu lingkungan masyarakat akan
memerlukan banyak metode dengan berbagai kombinasinya. Bisa jadi
dirinya akan menemukan segi-segi penting yang tidak jelas dalam kajian
keilmuannya, atau ia tidak mampu melihat berbagai hal yang seharusnya
dia ketahui, yang pada akhirnya supaya dakwahnya itu tidak membuahkan
hasil yang memuaskan, serta tidak mendapat sambutan dari masyarakat.
Dalam kondisi inilah dia harus mengintrospeksi diri, berinisiatif untuk
mengubah langkah dan dakwahnya. Cukup banyak metode atau strategi
yang dipraktekkan oleh para da‟i dalam menyampaikan pesan
dakwahnya, seperti ceramah, tausiyah, nasehat, diskusi, bimbingan
keagamaan, uswah dan qudwah hasanah, dan lain sebagainya
kesemuanya itu dapat diterapkan sesuai dengan kondisi yang dihadapi.
Tetapi yang harus digaris bawahi, bahwa suatu metode yang baik
sekalipun tidak dapat menjamin dirinya memperoleh hasil yang baik
secara otomatis pula, karena metode bukanlah satu-satunya kunci
kesuksesan. Suatu dakwah dapat berhasil, apabila ditunjang dengan
seperangkat syarat, baik itu dari pribadi si juru dakwah itu sendiri, materi
yang dikemukakan, kondisi objek yang sedang di dakwahi, ataupun
elemen-elemen penting lainnya.25
24
Fathul Bahri An-Nabiry, Meniti Jalan Dakwah Bekal Perjuangan Para Da’i, h.
238 25
Fathul Bahri An-Nabiry, Meniti Jalan Dakwah Bekal Perjuangan Para Da’i,h. 239
Metode dakwah dalam alquran salah satunya, merujuk pada QS.
An-Nahl (16) : 125.
كبالحكمةوالموعظةالحسنة سبيلرب ادعإلى وجادلهمبالتيهيأحسن
كهوأعلمبمنضلعنسبيله رب إن وهوأعلمبالمهتدين
Terjemahan : “serulah manusia kepada jalan tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya”.26
Ayat tersebut memberi petunjuk bahwa cara melakukan kegiatan
dakwah hendaknya hendaknya dengan tiga cara, yaitu dengan hikmak,
mauidhah hasanah (pengajaran yang baik), dan dengan mujadalah
(berdebat atau diskusi) yang baik. Ketiga cara tersebut bisa
dioperasionalkan dalam bentuk dakwah lisan, tulisan dan peragaan.
Demikian pula dalam bentuk berkomunikasi,Metode dakwah bi-al-hikmah
(wisdom) adalah metode dakwah dalam bentuk kata-kata maupun
perbuatan da‟i yang bernilai Islam.27
Menurut M. Natsir, metode hikmah digunakan sebagai metode
dakwah untuk semua golongan, golongan cerdik maupun awam dan
kelompok antara keduanya. Oleh karena itu, metode dakwah bi-al-hikmah
bisa bererti hikmah dalam berbicara sesuai keadaan mad‟u yang dihadapi
seperti dalam ceramah. Begitu pula hikmah ketika dakwahdengan akhlak
dan metode memberi contoh. Sayid Qutub mendefinisikannya sebagai
dakwah yang memerhatikan keadaan dan tingkat kecerdasan penerima
26
Kementrian Agama RI, Ar-Rahim Al-Qur’an Dan Terjemahan, h. 281 27
Acep Aripudin, Pengembangan Metode Dakwah, h.72
dakwah juga memerhatikan kadar meteri yang disampaikan agar tidak
membebani. Berdasar pada betasan tersebut, metode hikmah bersifat
lintas dan fleksibel. Cara dakwah lainnya seperti metode dialog (bi-al-
mijadalah) juga memerlukan hikmah, sebagaimana dikatakan Salmadanis
bahwa hikma merupakan peringatan peenting kepada juru dakwah agar
tidak hanya menggunakan satu cara dakwah. Cara demikian agar sesuai
kondisi sosial, budaya dan tingkat pendidikan mad‟u.28
5. Media dakwah (wasilah dakwah)
Dakwah memang tidak cukup bila disampaikan dengan lisan
belaka. Ia harus didukung dengan keberadaan media, yang menjadi
saluran penghubung antara ide dengan umat, yang menjadi elelmen vital
sehingga serta urat nadi dalam totalitet dakwah itu sendiri. Media disini
bisa berupa seperangkat alat modern, yang sering kita sebut dengan alat
komunikasi massa. Mengapa keberadaan media menjadi sangat penting?
Karena setiap kata yang terucap dari manusia gaungnya hanya dapat
menjangkau jaraj yang sangat terbatas, sedangkan dengan
memanfaatkan media atau alat-alat komunikasi massa, maka jangkauan
dakwah pun tidak lagi terbatas pada ruang dan waktu.29
Media dakwah adalah sarana yang digunakan dalam
menyampaikan pesan-pesan dakwah. Disebutkan Deddy Mulyana bahwa
media bisa merujuk pada alat maupun bentuk pesan, baik verbal maupun
non verbal, seperti cahaya dan suara. Saluran juga bisa merujuk pada
28
Acep Aripudin, Pengembangan Metode Dakwah, hal 72. 29
Fathul Bahri An-Nabiry, Meniti Jalan Dakwah Bekal Perjuangan Para Da’i, 236-237.
cara penyajian, seperti tatap muka (langsung) atau lewat media, seperti
surat kabar, majalah, radio, telepon dan televisi. Sering pula disebut
bahwa apa yang dikategorikan sebagai media juga disebut sebagai cara
atau metode. Cara dakwah dengan menerangkan maupun
menginformasikan, terutama menginformasikan lewat lisan misalnya,
sering disebut dakwah bi-al-lisan, karena menginformasikan dan
menerangkan dengan lisan. Jadi, terkadang penggunaan istilah memiliki
konotasi sesuai maksud penggunaannya, terutama istilah-istilah yang
memiliki makna samar dan beragam.30
c. Tujuan Dakwah
Setiap kegiatan dan usaha yang dilahirkan oleh umat manusia
mempunyai tujuan khusus yang akan dicapainya. Demikian pula dengan
dakwah, tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapainya yakni mengubah
situasi yang kurang baik menjadi baik atau yang baik menjadi lebih baik
lagi. Tujuan dakwah ini tidak dapat dipisahkan dengan tujuan Islam
karena sasaran utama dakwah dan Islam adalah manusia dan manusia
inilah yang bergerak dan mengatur segala kehidupannya untuk mencapai
kesejahteraan lahir dan batin, dunia dan akhirat dengan menyembah Allah
Subhana Wa Ta’ala, karena tidak lain tujuan manusia diciptakan hanyalah
mengabdi dan menyenbah kepada-Nya.31
30
Acep Aripudin, Pengembangan Metode Dakwah, h.13 31
Muliaty Amin, Teori-Teori Ilmu Dakwan, (Makassar : Alauddin University Press, Cet 1, 2011), hal 60.
Tujuan dakwah dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu tujuan
utama (umum) dan tujuan khusus (perantara). Tujuan utama merupakan
garis pokok yang menjadi arah semua kegiatan dakwah, yaitu perubahan
sikap dan perilaku mitra dakwah sesuai dengan ajaran Islam. Tujuan
umum ini tidak bisa dicapai sekaligus karena mengubah sikap dan
perilaku seseorang bukan pekerjaan sederhana, oleh karena itu perlu
tahap-tahap pencapaian. Tujuan pada setiap tahap itulah yang disebut
dengan tujuan perantara. Mitra dakwah yang telah memahami pesan
dakwah tidak selalu segera diikuti dengan pengamalannya. Dari aspek
kognitif menuju psikomotorik seringkali melalui liku-liku kehidupan dan
waktu yang panjang. Suatu contoh, seseorang membaca buku tentang
shalat, ia paham tentang kewajiban itu, akan tetapi ia tidak melakukan
shalat sama sekali. Dua tahun kemudia ia terkena diabet dan harus
diamputasi. Pada saat itulah dia membuka buku yang telah dibaca
sebelumnya untuk belajar shalat dan melakukannya. Karenanya, tujuan
yang menjadi ukuan adalah tujuan khusus. Tujuan khusus harus realistis,
konkret, jelas, dan bisadi ukur. Selain itu, tujuan khusus juga berisi
beberapa tahapan. Tujuan dakwah utama itulah yang dijadikan
dasarpenyusunan strategi dakwah dengan memerhatikan masing-masing
tujuan khususnya.32
32
Moh. Aziz, Ilmu Dakwah, h. 351
d. Strategi Dakwah
Strategi dakwah adalah perencanaan yang berisi rangkaian
kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan dakwah tertentu. Ada dua
hal yang perlu diperhatikan dalam hal ini, yaitu:
1. Strategi merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan
dakwah) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan
berbagai sumber daya atau kekuatan. Dengan demikian,
strategi merupakan proses penyusunan rencana kerja, belum
sampai pada tindakan.
2. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah
dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian
tujuan. Oleh sebab itu sebelum menentukan strategi, perlu
dirumuskan tujuan yang jelas serta dapat diukur
keberhasilannya.33
Strategi dakwah artinya sebagai metode, siasat, taktik atau
maniuvers yang dipergunakan dalam aktivitas (kegiatan)
dakwah.
Strategi dakwah yang dipergunakan di dalam usaha dakwah harus
memperhatikan beberapa azas dakwah, antara lain :
a. Azas filosofis, azas ini terutama membicarakan masalah yang erat
hubungannya dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam proses
atau dalam aktivitas dakwah.
33
Moh. Aziz, Ilmu Dakwah, h. 349-350
b. Azas kemampuan dan keahlian da‟i (achievement and professional).
c. Azas sosiologis, azas ini membahas masalah-masalah yang berkaian
dengan situasi dan kondisi sasaran dakwah. Misalnya, politik
pemerintah setempat, mayoritas agama di daerah setempat, filosofis
sasaran dakwah. Sosio kultural sasaran dakwah dan sebagainya.
d. Azas psychologis, azas ini membahas masalah yang erat
hubungannya dengan kejiwaan manusia. Seorang da‟i adalah
manusia, begitupun sasaran dakwahnya yang memiliki karakter
(kejiwaan) yang unik yakni berbeda satu sama lainnya. Apalagi
masalah agama, yang merupakan masalah idiologi atau kepercayaan
(rohaniah) tak luput dari masalah-masalah psychologis sebagai azas
(dasar) dakwahnya.
e. Azas efektivitas dan efisiansi, azas ini maksudnya adalah di dalam
aktivitas dakwah harus berusaha menseimbangkan antara biaya,
waktu maupun tenaga yang dikeluarkan dengan pencapaian hasilnya,
bahkan kalau bisa waktu, biaya dan tenaga sedikit dapat memperoleh
hasil yang semaksimal mungkin. Dengan kata lain ekonomis biaya,
tenaga dan waktu tapi dapat mencapai hasil yang semaksimal mungkin
atau setidak-tidaknya seimbang antara keduanya.34
34
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, h. 32-33
B. Akhlak
1. Pengertian Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa arab “akhlaq” yang merupakan bentuk
jamak dari khuluqun, yang artinya penciptaan yang esensinya adalah
dorongan halus untuk selalu mencintai kebajikan dan kebenaran atau
kepribadian. Secara bahasa khuluqun bermakna budi pekerti, perangai,
tingkahlaku, dan tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi
persesuaian dengan perkataan khalqun yang berarti kejadian, serta erat
hubungan dengan kholiq yang berarti pencipta dan makhluk yang berarti
diciptakan. Persesuaian kata di atas mengindikasikan bahwa dalam
akhlak tercakup pengertian terciptanya keterpaduan antara kehendak
khaliq (pencipta) dengan perilaku makhluk (manusia).35
Perumusan pengertian akhlak timbul sebagai media yang
memungkinkan adanya hubungan baik antara kholiq dengan makhluk dan
antara makhluk dengan makhluk. Secara istilah para pakar berbeda-beda
mendefinisikannya, diantaranya adalah, Imam Al-Ghazali menyebut
akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang melahirkan
perbuatan-perbuatan denganmudahtanpamelakukanpertimbanganfikiran.
Ahmad Amin mendefinisikan akhlak sebagai kehendak yang dibiasakan.
Maksudnya, sesuatu yang mencirikanakhlakituialahkehendak yang
dibiasakan, maka kebiasaan itu dinamakan akhlak, Ahmad Amin
menjelaskan arti kehendak itu ialah ketentuan dari beberapa keinginan
35
H Muhammad Amri, Aqidah Akhlaq, (Sul-Sel : Penerbit Syahadah, Cet 1, 2016), h. 62
manusia, sedangkan kebiasaan adalah perbuatan yang diulang-ulang
sehingga mudah melakukannya.36
Gabungan dari kehendak dan kebiasaan inilah yang melahirkan
kekuatan pada diri manusia untuk melakukan perbuatan. Ibnu Maskawayh
mengatakan akhlak adalah suatu keadaan bagi diri atau jiwa yang
mendorong (diri dan jiwa itu) untuk melakukakan perbuatan dengan
senang tanpa didahului oleh daya pemikiran karena , sudah menjadi
kebiasaan. Abdul Hamid Yusuf mengatakan akhlak adalah ilmu yang
memberikan keterangan tentang perbuatan yang mulia dan memberikan
cara-cara untuk melakukannya. Ja‟ad Maulana akhlak adalah ilmu yang
menyelidiki gerak jiwa manusia, apa yang dibiasakan mereka dari
pebuatan dan perkataan dan menyingkap hakikat-hakikat baik dan
buruk.37
Akhlak melahirkan perbuatan-perbuatan yang spontan. Perbuatan-
perbuatan tersebut muncul tanpa adanya pertimbangan terlebih dahulu,
karena sudah menjadi kebiasaan. Ia merupakan sifat yang telah meresap
dalam jiwa dan menjadi tabiat atau kepribadian sehingga lahir berbagai
macam perbuatan yang secara spontan tanpa melalui pertimbangan akal
pekiran. Kebiasaan yang dilakukan oleh banyak orang dalam suatu
masyarakat yang berlangsung cukup lama kemudian disebut dengan adat.
Artinya akhlak sebagai kebiasaan kehendak. Kehendak itu, bila
membiasakan sesuatu maka kebiasaannya disebut dengan akhlak.
36
Muhammad Amri, Akidah Akhlaq, h. 62 37
Muhammad Amri, Aqidah Akhlak, h. 63
Sebagai contoh adalah “kehendak memberi” yang berlangsung secara
terus menerus sehingga orang terbiasa memberi. Kebiasaan memberi ini
kemudian dinamai dengan akhlak dermawan. Apabila perbuatan
dermawan ini berlangsung tidak lama atau sekali-sekali, maka orang
tersebut tidak bisa dikatakan dermawan atau kikir.38
Selain kata akhlak ada term lain yang sering digunakan, yaitu “etika”
dan “moral” kata etika berasal dari bahasa yunani “ethes” yang mempunyai
arti kebiasaan yang dihasilkan oleh logika, dan moral bersumber dari adat
istiadat, kultur budaya. Ada beberapa karakteristik yang membedakan etika,
moral dan akhlak, antara lain:
1. Akhlak Islami menuntun dan mengajarkan semua manusia
kepada tingkah laku yang baik dan benar. Kebaikan dan
kebenarannya bersesuaian dengan al-qur‟an dan as-sunnah.
2. Akhlak Islami menetapkan, bahwa yang menjadi sumber tingkah
laku, ukuran baik dan buruknya perbuatan didasarkan pada al-
qur‟an dan as-sunnah. Jika moral dan etika memandang bahwa
semua itu baik, belum tentu dipandang baik menurut wahyu.
Demikian pula sebaliknya, etika dan moral memandang sesuatu
itu buruk, belum tentu akhlak memandang buruk.
3. Akhlak Islami bersifat universal dan konfrehensif, dapat
diterima oleh seluruh ummat manusia fikulli makan wa fikulli
zaman.
38
St. Aisya BM, Antara Akhlak Etika Dan Moral, (Makassar : Alauddin University Press, Cet 1, 2014), hal 7.
4. Akhlak Islami memiliki rumus-rumus yang praktis dan tepat
menurut fitrah dan akal fikiran manusia. ajarannya dapat
diterima dan dijadikan pedoman oleh seluruh umat manusia.
5. Akhlak islami, mengatur dan mengarahkan fitrah manusia
ketingkah kahlak yang tinggi yang luhur dan melluruskan
perbuatan dan aktivitas manusia di bawah pancaran sinar
petunjuk tuhan, agar manusia terhindar dari fikiran –fikiran yang
keliru dan menyesatkan.39
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak
Untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan
akhlak pada khususnya dan pendidikan pada umumnya, ada tiga aliran
yang sudah amat populer. Pertama aliran nativisme. Kedua aliran
empirisme, dan ketiga aliran konvergensi.Menurut aliran Nativisme bahwa
faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang
adalah faktor pembawaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa
kecenderungan, bakat, akal, dan lain-lain. Jika seseorang memiliki
pembawaan atau kecenderungan kepada yang baik, maka dengan
sendirinya orang tersebut menjadi baik.40
Aliran ini tampaknya begitu yakin terhadap potensi batin yang ada
dalam diri manusia, dan hal ini kelihatannya erat kaitannya dengan
pendapat aliran intuisisme dalam hal penentuan baik dan buruk
39
Nasharuddin, Akhlak Ciri Manusia Yang Paripurna, (Depok : PT.Grafindo, Cet 1, 2015) h. 212
40Abuddin Nata, akhlak tasawwuf, h.167
sebagaimana telah diuraikan diatas. Aliran ini tampak kurang menghargai
atau kurang memperhitungkan peranan pembinaan dan
pendidikan.Selanjutnya menurut aliran empirisme bahwa faktor yang
paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor
dari luar, yaitu lingkungan sosial, termasuk pembinaan dan pendidikan
yang diberikan. Jika pendidikan dan pembinaan yang diberikan kepada
anak itu baik, maka baiklah anak itu. Demikian jika sebaliknya. Aliran ini
tampak lebih begitu percaya kepada peranan yang dilakukan oeh dunia
pendidikan dan pengajaran.41
Aliran konvergensi berpendapat pembentukan akhlak dipengaruhi
oleh faktor internal, yaitu pembawaan si anak, dan faktor dari luar yaitu
pendidikan dan pembinaan yang dibuat secara khusus, atau melalui
interaksi dalam lingkungan sosial. Fitrah dan kecenderungan ke arah yang
baik yang ada di dalam diri manusia dibina secara intensif melalui
berbagai metode.42
Aliran yang ketiga, yakni aliran konvergensi itu tampak sesuai
dengan ajaran islam. Hal ini dapat dipahami dari ayat dan hadis dibawah
ini.QS. An-Nahl : 78
معوالأبصاروالأفئدة هاتكملتعلمونشيئاوجعللكمالس واللهأخرجكممنبطونأم
لعلكمتشكرون
41
Abuddin Nata, Akhlak Tasawwuf, h. 167 42
Abuddin Nata, Akhlak Taswwuf, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, Cet ke-5, 2003), h.167
Terjemahan : “dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan dan hati nurani, agar kamu bersyukur.”43
3. Metode Pembinaan Akhlak
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki metode pembinaan
akhlak yang efektif sehingga melahirkan generasi terbaik dalam sejarah
kemanusiaan. Di antara metode tersebut adalah :
a. Metode keteladanan, yakni suatu cara pembinaan akhlak yang
dilakukan dengan melakukan pemberian contoh yang baik kepada
orang lain, baik dalam bentuk ucapan maupun dalam bentuk
perbuatan. Al-Maghribi menjelaskan bahwa apabila seorang pendidik
benar dalam perkataannya, dan dibuktikan dalam perbuatannya, maka
peserta didik akan tumbuh dengan semua prinsip-prinsip pendidikan
yang tertancap dalam pikirannya, dan mereka meneladani perbuatan-
perbuatan yang telah dicontohkan kepadanya
b. Metode pembiasaan, yakni merupakan salah satu metode pembinaan
akhlak yang sangat esensi dalam upaya membentuk akhlak manusia.
Metode ini adalah upaya prektis dalam pembentukan akhlak yang
berintikan pada pengalaman apa yang dibiasakan yang pada dasarnya
mengandung nilai-nilai kebaikan. Iman Al-Ghazali sebagaimana dikutip
Abuddin Nata mengatakan bahwa kepribadian manusia itu pada
dasarnya dapat menerima segala usaha pembentukan melalui
pembiasaan. Jika manusia membiasakan dirinya berbuat jahat, maka
43
Kementrian agama RI, Ar-Rahim Al-Qur’an dan Terjemahan, h. 275
ia akan menjadi orang yang jahat, oleh karena itu , Al-Ghazali
menganjurkan agar akhlak diajarkan dengan cara melatih jiwa kepada
pekerjaan dan tingkah laku yang mulia. Jika seseorang menghendaki
agar ia menjadi pemurah , maka ia harus membiasakan dirinya
melakukan pekerjaan yang bersifat pemurah, hingga murah hati dan
murah tangan itu menjadi tabiatnya yang mendarah daging.
c. Metode pemberian nasehat, yang merupakan salah satu metode yang
diterapkan oleh Lukman Al-Hakim dalam mendidik anaknya. Hal ini
dapat dilihat secara jelas dalam QS. Lukman : 13
لتشركبالل وإذقاللقمانلبنهوهويعظهيابني ركلظلمعظيم الش إن
Terjemahan :“dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya : Hai anakku janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar”.44
Menurut Al-Maghribi, hal-hal yang harus diperhatikan dalam
memberikan naehat adalah :
1. Nasehat hendaknya terus-menerus dan diulang-ulang serta
diperbaharui karena tabiat manusia itu lupa, dengan adanya
pengulangan maka teringatlah apa yang ada dipikirannya.
2. Hendaknya nesehat tersebut menggunakan cara yang mudah
dipahami, sesuai usia anak didiknya yakni sesuai daya tangkap
dan akalnya.
44
Kementrian Aagama RI, Ar-Rohim Al-Qur‟an dan Terjemahan, h. 412
3. Hendaknya orang yang memberi nasehat, seorang yang bijak
dan memiliki keilmuan yang cukup dalam mendidik.45
C. Pondok Pesantren
1. Definisi Pesantren
berasal dari bahasa sangsekerta, pesantren berarti tempat
berkumpulnya orang-orang yang cinta ilmu dan kebijaksanaan. Mereka
yang datang belajar disebut santri, yang mengajar disebut guru. Kedua
kata itu menunjukkan bahwa pesantrenadalah pusat ilmu pengetahuan
dan pembelajaran hidup (life skill). Karenanya, pesantren dan masyarakat
selalu menyatu, tidak terpisahkan. Para santri belajar tidak sebatas di
ruang kelas, melainkan juga ditengah dan bersama masyarakat.46
Pesantren atau lengkapnya pondok pesantren berasal dari kata
sangsekerta, yaitu shastri yang berarti suci atau ajaran suci. Ditambah
awalan pe yang menunjukkan tempat dan akhiran en yang menunjukkan
arti sifat. Jadi, pesantren adalah tempat untuk mempelajari ajaran suci
atau agama. Sedangkan kata pondok, dalam bahasa indonesia berarti
rumah kecil berupa gubuk yang terletak di tengah sawah sebagai tempat
istirahat bagi para petani. Menurut Zamakhsyari Dhofier, kata pondok
berasal dari bahasa arab yaitu, funduq yang berarti hotel atau tempat
penginapan. Melihat kepada rumah-rumah yang menjadi tempat tinggal
santri, berupa gubuk-gubuk kecil yang hanya berukuran sekitar 2 kali 2
45
Muhammad Amri, Aqidah Akhlak, (Sulsel : Penerbit Syahadah, Cet 1, 2016), h. 77-79
46Komaruddin Hidayat, Dari Pesantren Untuk Dunia, (Jakarta : PPIM, Cet-2,
2017).
meter, maka wajarlah mereka disebut warga pondok. Meski penyifatan
demikian kini tidak lagi relevan bila dikaitkan dengan kondisi perpondokan
terutama yang dengan jelas menyebut dirinya dengan pondok moderen.47
Secara terminologis, pesantren didefinisikan sebagai lembaga
pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari, memahami, mendalami,
menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan
pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari.
Pengertian “tradisional” dalam definisi ini bukan berarti kolot dan
ketinggalan zaman, tetapi menunjukkan pada pengertian bahwa lembaga
ini telah hidup sejak ratusan tahun yang lalu. Ia telah menjadi bagian dari
sistem kehidupan sebagian besar umat Islam Indonesia.48
2. Fungsi Dan Tujuan Pondok Pesantren
a. Fungsi pondok pesantren
Dari waktu ke waktu Fungsi pondok pesantren berjalan secara dinamis,
berubah dan berkembang mengikuti dinamika sosial masyarakat global.
Betapa tidak pada awalnya lembaga tradisional ini mengembangkan
fungsi sebagai lembaga sosial dan penyiaran agama (Horikoshi, 1987 :
232). Sementara Azyumardi Azra (dalam Nata, 2001 : 112) menawarkan
adanya tiga fungsi pesantren yaitu : transmisi dan adanya trasfer ilmu-ilmu
Islam, pemeliharaan tradisi Islam, dan terproduksi ulama.49
47
Ridwan Lubis, Cetak Biru Peran Agama, (Jakarta : Puslitbang Kehidupan Beragama, Cet 1, 2005), h. 103
48Muljono Damopolili, Pesantren Modern IMMIM Pencetak Muslim Modern,
(Makassar : Alauddin Press, Cet 1, 2011), h. 78-79 49
M. Sulthon Masyhud, Manajemen Pondok Pesantren, (Jakarta : Diva Pustaka, Cet ke-2, 2004), h. 90
b. Tujuan pondok pesantren
Meskipun dalam perjalanan sejarahnya pesantren dikatakan
sebagai kelembagaan pendidikan yang tidak punya tujuan tertulis, jelas
dan terprogram, tetapi yang jelas, pesantren didirikan li ajli al-ibadah ila
Allah (semata-mata untuk ibadah kepada Allah), dan ingin melahirkan
generasi yang berakhlak dan mutafaqih fiddin (memahami agama) serta
bisa memberikan peringatan kepada kaumnya tatkala mereka pulang ke
kampungnya masing-masing.50
50
Zuhri, Convergentive Design Kurikulum Pendidikan Pesantren, (Yogyakarta : Deepublish, Cet 1, 2016), h. 187
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode adalah suatu cara bertindak menurut system aturan yang
bertujuan agar kegiatan terlaksana secara rasional dan terarah
sehingga dapat mencapai hasil dengan optimal. Menurut Moh. Nazir
penelitian adalah usaha pencarian fakta menurut metode obyektif
yang jelas untuk menemukan hubungan fakta dan menghasilkan dalil
dan hukum51.
A. Jenis penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian
kualitatif.Penelitian ini dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan
masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan
keadaan subyek dan obyek penelitian seseorang, lembaga,
masyarakat, dan lainnya (pada saat sekarang), berdasarkan fakta–fakta
yang tampak atau sebagaimana adanya52.
Dengan demikian, maka dalam konteks penelitian ini sumber data
utama yang peneliti gunakan adalah kata–kata atau tindakan.
Disamping juga menggunakan data tertulis seperti: dokumentasi,
brosur, majalah, buku–buku, dan lain–lain.
51
Moh.Nazir, Metodepenelitian,(Jakarta:Ghalia,1998),h.14 52
HadariNawawi, MetodePenelitiaanBidangSosial,( Yogyakarta: Gajah Mada University,
Press),2001,h.63
B. Lokasi dan objek penelitian
1) Lokasi Penelitian
Penelitian di laksanakan di Pondok Pesantren Darul Arqom
Muhammadiyah Tolada Kabupaten Luwu Utara Kecamatan
Malangke Desa Tingkara.
2) Objek Penelitian
a. Subyek penelitian
Subyek penelitian merupakan sumber tempat memperoleh
keterangan penelitian53. Subyek penelitian ini adalah individu yang
dijadikan sasaran kasus yang diteliti sebagai sumber informasi.
Dalam penelitian ini yang dijadikan subyek penelitian adalah para
Guru di Pesantren Darul Arqom Muhammadiyah Tolada serta
pembina asrama di Pesantren tersebut.
b. Obyek penelitian
Obyek penelitian adalah yang menjadi titik focus dari suatu
penelitian. Adapun yang menjadi obyek penelitian adalah bagaimana
strategi dakwah Pondok Pesantren Darul Arqom Muhammadiyah
Tolada dalam membina akhlak santri.
C. Fokus penelitian
Fokus penelitian adalah pemusatan fokus kepada intisari penelitian
yang akan di lakukan. Fokus penelitian adalah garis terbesar dalam
penelitian yang akan di lakukan,agar lebih terarah. Adapun fokus dari
53
Tatang M. Arifin, MenyusunRencanaPenelitia,(Jakarta: Rajawali Press,1982),h.92
penelitian yang akan di lakukan adalah langkah-langkah para guru
serta pembina asrama pondok pesantren dalam membina akhlak santri
D. Deskripsi fokus
1. Deskripsi fokus penelitian
Dari fokus penelitian diatas maka peneliti mendeskripsikan fokus
penelitian yaitu dengan meneliti bagaimana strategi dakwah para pembina
dan ustadz atau ustadzah di pondok pesantren tersebut, serta meneliti
pembelajaran mengenai akhlak dan bagaimana mereka memberikan
contoh akhlak yang baik.
E. Pendekatan Penelitian
Merujuk pada pendekatan yang digunakan peneliti yaitu jenis
penelitian kualitatif yang tidak mempromosikan teori sebagai alat hendak
diuji. Maka teori dalam hal ini berfungsi sebagai hal pendekatan untuk
memahami lebih dini konsep ilmiah yang relevan dengan fokus
permasalahan. Dengan demikian peneliti menggunakan beberapa
pendekatan yang dianggap bisa membantu peneliti :
1. Pendekatan komunikasi
Pendekatan komunikasi merupakan dasar manusia. Dengan
berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik
dalam kehidupan sehari-hari dimanapun manusia berada. Tidak ada
manusia yang tidak terlibat dalam komunikasi. Pentingnya komunikasi
bagi manusia tidaklah dapat dipungkiri begitu juga halnya bagi suatu
lembaga dan organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik suatu
organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil dan begitu pula sebaliknya,
kurangnya atau tidak ada komunikasi organisasi dapat berantakan tujuan
yang diinginkan.54
2. Pendekatan sosiologi
Pendekatan sosiologi adalah manusia sebagai multifungsi dituntut
untuk bertindak sebagai makhluk individu, makhluk sosial dan makhluk
spiritual. Jika dikaitkan dengan penelitian yang akan peneliti teliti harus
menggunakan pendekatan sosiologi karena ketika proses pengelolaan
dakwah berjalan maka harus menjalin interaksi dengan pemimpin atau
manajer dan bawahan serta masyarakat. Karena pada dasarnya konsep
awal manusia adalh saling membutuhkan satu sama lain dan tidak mampu
bertahan hidup sendiri. Dalam ilmu sosiologi ada dua unsur yang tidak
bisa lepas yaitu individu dan masyarakat. Dapat dipahami bahwa
masyarakat adalah kelompok-kelompok manusia yang saling terkait oleh
system, adat-istiadat, hukum dan norma yang berlaku.55
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian kualitatif adalah manusia atau peneliti. Artinya
penelitian menjadi alat pengumpul data utama karena mampu
menyesuaikan diri dengan kenyataan-kenyataan dilapangan. Selain itu dia
54
Rahmat Kryantono, Komunikasi Organisasi, (Jakarta : Kencana, 2009), h. 15 55
Mubarak, Sosiologi Agama Tafsir Sosial Fenomena Multi-Religius Kontemporer,(Malang : Malang Press, Cet 1, 2006), h. 5
juga mampu memahami, menilai, menyadari dan mengatasi kenyataan-
kenyataan itu.56
Menurut Nasution: “dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain
daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama.
Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk
yang pasti. Masalah fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang
digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat
ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segalah sesuatu masih
perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba
tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu
sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.”
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa dalam
penelitian kualitatif pada awalnya dimana permasalahan belum jelas dan
pasti, maka yang menjadi instrumen adalah peneliti itu sendiri.57
Sementara instrumen lainnya yaitu hasil observasi, pedoman wawancara,
buku catatan, kamera, alat perekam, pulpen, serta daftar pertanyaan yang
telah dipersiapkan.
G. Sumber Data
Sumber data penelitian terdiri dari dua sumber, yaitu sumber data
primer dan sumber data skunder :
56
Muhammad, Metode Penelitian Bahasa, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, Cet ke-2, 2014) h. 32
57Sugyono, Metode Penelitian Pendidikan, h. 308
1. Sumber data primer atau pokok yang dibutuhkan yang diperoleh
secara langsung (dari tangan pertama) atau diperoleh secara
langsung dari informan yang erat kaitannya dari masalah yang
akan diteliti yaitu strategi pondok pesantren darul arqom
muhammadiyah tolada dalam membina akhlak santridi
kabupaten luwu utara kecamatan malangke desa Tingkara.
Dalam penelitian ini yang termasuk data primer adalah hasil
wawancara dengan ustadz/pembina dan santri pondok
pesantren darul arqom muhammaiyah tolada.
2. Sumber data sekunder adalah sumber data pelengkap yang
dibutuhkan dalam penelitian dari sumber yang sudah ada.
Sumber data sekunder yaitu pustaka-pustaka yang memiliki
relevensi dan bisa menunjang penelitian ini yaitu, dapat berupa
buku, majalah, koran, internet, jurnal serta sumber data lain
yang dapat dijadikan sebagai referensi.
H. Tehnik Pengumpulan Data
Pengumpulkan data yang diperoleh dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan beberapa teknik, antara lain :
1. Interview bebas
Metode interview adalah suatu percakapan, tanya jawab lisan
antara dua orang atau lebih yang sudah berhadapan secara fisik dan
diarahkan pada masalah tertentu. Ada tiga pertanyaan dalam metode ini :
a. Pertanyaan berstruktur, pertanyaan yang memberi struktur pada
responden dalam menjawabnya. Pertanyaan inidibuat sedemikian rupa
hingga responden dituntut untuk menjawabnya sesuai dengan apa
yang terkandung dalam pertanyaannya.
b. Pertanyaan tidak berstruktur (terbuka). Pertanyaan yang memberikan
kebebasan kepada responden untuk menjawab semua pertanyaan.
c. Pertanyaan campuran, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah
responden dalam memberi keterangan, dan dalam wawancara ini kita
dapat mendapatkan data yang berkenaan dengan tema atau masalah
penelitian yang digunakan dalam wawancara.
2. Observasi atau pengamatan
Observasiataupengamatanyaitu kemampuan seseorang untuk
menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja panca indera mata
serta dibantu dengan indera lainnya.Observasi yang dilakukan adalah
observasi langsung, yaitu pengamatan yang dilakukan secara langsung
pada objek yang diobservasi.
I. Tehnik Analisis Data
tehnik analisis data yang dimaksud adalah data yang diperoleh
kemudian dikumpulkan, diolah dan dikerjakan serta dimanfaatkan
sedemikian rupa dengan menggunakan metode deskriptif. Peneliti akan
melakukan pencatatan serta berupaya mengumpulkan informasi
mengenai keadaan suatu gejala yang terjadi saat penelitian dilakukan.
Analisis data merupakan upaya untuk mencapai serta menata secara
sistematis catatan hasil wawancara, observasi, dokumentasi dan yang
lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang
diteliti dan menjadikannya temuan untuk orang lain.58
Tujuan analisis data ialah untuk menyederhanakan data kedalam
bentuk yang mudah dipahami. Metode yang digunakan ini adalah metode
survey dengan menggunakan pendekatan kualitatif, yang artinya setiap
data terhimpun dapat dijelaskan dengan berbagai persepsi yang tidak
menyimpang yang sesuai dengan judul peneliti. Teknik pendekatan
deskriptif kualitatif merupakan suatu proses yang menggambarkan
keadaansasaran yang sebenarnya, peneliti secara apa adanya, sejauh
yang peneliti dapatkan dari hasil observasi, wawancara dan juga
dokumentasi.59 Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau
mendeskripsikan populasi yang sedang diteliti. Analisis deskriptif
dimaksudkan untuk memberikan data yang diamati agar bermakna dan
komunikatif.60 Langkah-langkah analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang tidak perlu,
mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga
kesimpulan akhir dapat diambil. Dengan demikian data yang telah
58
Neon Mujahidin, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta : Rake Sarasin, 1998), h. 183.
59Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, h. 335.
60Asep Saeful Muhtadi dan Agus Ahmad Safei,Metode Penelitian Dakwah,
(Bandung : Pustaka Setia, 2003), h. 107.
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jalas, dan
mempermudah peneliti untuk mengumpulkan data selanjutnya.61
2. Penyajian data (data display)
Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya. Penyajiandata yang
diperoleh dari lapangan terkait dengan seluruh permasalah penelitian
dipilah antara mana yang dibutuhkan dengan yang tidak, lalu
dikelompokkan, kemudian diberikan batasan masalah. Dari penyajian data
tersebut diharapkan dapat memberikan kejelasan data.62
3. Penarikan kesimpulan
Langkah terakhir dalam menganalisis data kualitatif ialah
kesimpulan dan verifikasi. Setiap kesimpulan awal masih sementara yang
berubah apabila diperoleh data baru dalam pengumpulan data berikutnya.
Kesimpilan-kesimpulan yang diperoleh selama diverifikasi selama
penelitian berlangsung dengan cara memikirkan kembali dan meninjau
ulang catatan lapangan.63
61
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, h. 338. 62
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, h. 341-342. 63
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, h. 345.
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi lokasi penelitian
1. SejarahBerdirinyaPesantrenDarulArqomMuhammadiyahTol
ada
Pesantren Darul Arqom Muhammadiyah Tolada didirikan
pada tahun 1987 di Tingkara yang merupakan salah satu RT dari
dusun Tolada, pada tahun 1984 di Dusun Tolada ada tanah lokasi
yang diserahkan kepada H. Andi Panda Opu Lallo, selaku
kepala|\dusun Tolada yang oleh pemerintah daerah tingkat II Luwu
dan disaksikan oleh Camat Malangke (Drs. Nawir Kaso) merupakan
tanah negara seluas kurang lebih 36 Ha. Yang terletak di RT
Tingkara yang sekarang menjadi desa Tingkara dengan harapan di
lokasi tersebut didirikan lembaga pendidikan, sehingga pada
tanggal 5 Juli 1987 didirikan Pesantren Darul Arqom
Muhammadiyah Tolada oleh H. Muhammad Amin Dg. Maserang,
H. Andi Panda Opu Lallo, Ir Darwis, dr.H. Abu Bakar Malinta dan H.
Nawawi selaku PDM Luwu, kemudian pada tahun 1987 didirikan
Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah Tolada sebagai tempat
pembelajaran, selanjutnya pada tahun 1988 didirikan Madrasah
Ibtidaiyah Muhammadiyah Tolada dan pada tahun 1999 didirikan
Madrasah Aliyah Muhammadiyah Tolada, adapun pimpinan
Pesantren Darul Arqom Muhammadiyah Tolada pada waktu
didirikan dijabat oleh Kiyai. Muhammad Yunus.
Pada masa tersebut guru diberikan honor yang bersumber
dari infak warga Muhammadiyah Masamba dan hasil kebun coklat.
Adapun Pesantren Darul Arqom Muhamma diyah Tolada pada
masa itu diselenggarakan oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah
Luwu dan pada tahun 2000 penyelenggara diserahkan kepada
Pimpinan Daereh Muhammadiyah Luwu Utara yang baru terbentuk,
kemudian sistem kerja lahan pada waktu itu dengan cara dibagikan
kepada pekerja untuk ditanami kakao (coklat) dan dibagi beserta
tanahnya. Sekitar tahun 2010 perkebunan coklat diganti dengan
tanaman kelapa sawit dan luas lahan sampai saat ini kurang lebih
17.854 Ha. Dan belum disertifikat
Selanjutnya pada tahun 1996 kepemimpinan Pondok
Pesantren dijabat oleh salah seorang yang bukan kader
Muhammadiyah (Sdr. Sudirman AS) hingga pada tahun 2013,
sehingga perkembangan pondok pesantren tidak terlalu signifikan
karena dikelola oleh perorangan bukan persyarikatan, kemudian
pada tahun 2013 kepemimpinan oleh orang yang dipercayakan
atau yang di SK kan oleh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah
Sulawesi Selatan yaitu Ir. H. Umar Tanjung.
Selanjutnya, pada tahun 2014 yang bersangkutan
mengundurkan diri dipercayakan kepada Sdr. Supari, S.Pd, M.Si
yang ditetapkan dengan SK Pimpinan Wilayah Muhammadiyah
Sulawesi Selatan pada tanggal 5 November 2014 sampai
sekarang. Karena sampai saat ini bangunan asrama santri baru
selesai, sehingga pembelajaran kepesantrenan akan dilaksanakan
pada waktu pagi siang dan malam hari. Pembelajaran pagi-siang
dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, dan
Madrasah Aliyah. ciri khas pesantren sedikit tidak nampak
dikarenakan santri belum sepenuhnya bermukim di pondok
pesantren. Dengan harapan semoga kedepan perkembangan
pondok pesantren bisa lebih maksimal. Dan pembina atau
pengasuh pondok bisa dibantu dan di fasilitasi oleh LP2M Sulawesi
Selatan karena sampai saat ini Pondok Pesantren Darul Arqom
Muhammadiyah Tolada masih dikelola oleh tenaga yang berlatar
belakang dari pendidikan umun (bukan dari alumni Pondok
Pesantren).
Adapun kondisi lingkungan masyarakat sekitar Pesantren
adalah suku Bugis yang berada di pedesaan dengan mata
pencaharian berkebun kakao, dan partai politik disekitar pesantren
tidak tetap tergantung pada figur\tokoh masyarakat. Sedangkan
ormas Islam yang ada disekitar pesantren adalah As‟adiyah dan
NU tetapi belum dikoordinir secara organisatoris, namun demikian
keberadaan Pondok Pesantren Muhammadiyah masih diterimah
oleh masyarakat terbukti anak-anaknya dimasukkan di pesantren.
Dan kegiatan ekonomi di pesantren yaitu perkebunan dulu
kebun kakao dan sekarang di ganti menjadi kebun kelapa sawit,
hasil kebun sawit inilah yang dipakai untuk mengelola pesantren
dan alhamdulillah pada tahun 2018 ini selesai pembangunan 3
ruang asrama santri dan 1 ruang pembina. Sekali lagi Pondok
Pesantren Darul Arqom Muhammadiyah Tolada sangat kekurangan
Sumber Daya Manusia yang alumni pesantren, permohonan
kepada LP2M pusat untuk memperhatikan utamanya tenaga
pengasuh\pembina pesantren.
2. Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan Pondok Pesantren Darul
Arqom Muhammadiyah Tolada
a. Visi
Berkembangnya fungsi pendidikan pondok pesantren yang
berbasis Al-Islam Kemuhammadiyahan holistik (menyeluruh),
integratif, bertata kelola baik serta berdaya saing dan
berkeunggulan.
b. Misi
1. Menyelenggarakan pendidikan Pontren MU berbasis Al-
Islam Kemuhammadiyahan
2. Mengembangkan sistem Pontren MU yang holistik dan
integratif
3. Menumbuhkembangkan budaya mutu Pontren MU yang
inovatif dan responsif terhadap perubahan dan
perkembangan zaman
4. Mengembangkan tata kelola Pontren MU yang profesional,
modern dan Islami
5. Mengembangkan jejaring dan kerjasama Pontren MU
dengan lembaga lain.
c. Tujuan
1. Tujuan pendidikan Islam adalah menyiapkan dan
membentuk insan kamil yang soleh dan berakhlak mulia,
muslih serta mampu mewujudkan kehidupan masyarakat
yang berkemajuan, berkesejahteraan, berkeadilan dan
berbahagia di dunia dan akhirat serta untuk mewujudkan
baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur.
2. Tujuan pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratif dan bertanggungjawab.
3. Tujuan pendidikan Muhammadiyah adalah menyiapkan
lulusan (kader, ulama, pemimpin, pendidik, dan pengabdi)
dalam rangka mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya sehingga dapat membantu negara dan pemerintah
dalam mewujudkan cita-cita nasional dan
mengaktualisasikan baldatun thoyyibatun wa robbun ghafur.
4. Tujuan institusional pendidikan adalah menyiapkan lulusan
yang berkompeten menjadi kader ulama, umaro, dan
pendidik yang mampu berjuang dan berkontribusi positif bagi
pembangunan dan kemajuan masyarakat bangsa dan
negara.
5. Tujuan kurikuler
a. Al-Islam yaitu dengan memberikan pengetahuan dengan
menanamkan sikap, melatih keterampilan, penerapan
ajaran Islam (Qur‟an, Hadist, Akidah, Fikih, Ushulfikih,
Tarikh dan Kebudayaan Islam)
b. Kemuhammadiyahanya itu dengan memberikan
pengetahuan dan wawasan tentang muhammadiyah
meliputi : sejarah, corak pemikiran dan perjuangan tokoh
c. Bahasa Arab yaitu dengan memberikan pengetahuan
dan kemampuan berbahasa Arab meliputi : kemahiran
menyimak, membaca, berbicara dan menulis.
d. Bahasa Inggris yaitu dengan memberikan pengetahuan
dan kemampuan berbahasa Inggris meliputi : kemahiran
menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
e. Teknologi Informasi, Komunikasi, dan Seni (TIKS) yaitu
dengan memberikan pengetahuan dan keterampilan
mengembangka nteknologi informasi dan komunikasi
tepar guna serta seni untuk mendukung dakwahi slam.
d. Susunan Pengurus, Keadaan Ustadz Dan Santri dan
Sarana prasarana yang dimiliki pondok pesantren
Muhammadiyah Tolada
1. Susunan pengurus
No Jabatan Nama Keterangan
1 Penasehat Drs. Misbah
Haeruddin, MM
PDM Luwu
Utara
2 Penasehat H. Ahmad Ridha,
SH
Pembina
PontrenMU
3 Penasehat H. Andi Panda
OpuLallo
Pembina
4 Direktur Supari, S.Pd,M.Si
5 Wakil Direktur Drs. Idhil
6 Sekretaris Nurdin, S.Pd
7 Bendahara Nasri, S.Pd.I
8 Wakil Bendahara Rasnani, S.Pd.I
9 Bidang Pendidikan Wagimin, S.Pd
10 Bidang Kepesantrenan Saparuddin, S.Pd
11 Bidang Sarana &
PraSarana
Sultan, A.Md
12 Bidang Perkebunan H. Bengnga
13 Bidang Humas Edi Sukliwon
14 BidangKeamanan Abidin
Tabel 1.1
2. Nama-nama guru
No Nama L/P Pendidikan
terakhir
Status Ket
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Supari, S.Pd., M.Si
Nurdin, S.Pd
Juwita, S.Pd
Sultan, A.md
Rasmiati, S.Si
Drs. Idhil
Muslika, S.Pd
Mustamin, S.Kom
Edi Sukliwon
ArdiWiranata, S.Pd.I
Isnaya, S.Pd
Saleha, S.Pd.I
Gusteriyani, S.Pd.I
Harniati, S.Pd
Haidir Umar, S.Pd
Risal
L
L
P
L
P
L
P
L
L
L
P
P
P
P
L
L
S2
S1
S1
D3
S1
S1
S1
S1
SLTA
S1
S1
S1
S1
S1
S1
SLTA
GTP
UTP
GTP
GTP
GTP
UTP
GTTP
GTP
GTP
UTTP
GTP
GTP
UTP
GTTP
GTTP
GTP
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Sumiati, S.Si
Saparuddin, S.Pd
Nurbeda, S.Pd
Siti Nurdiana, S.Pd
Asriyani, S.S
Ambo Enteng, S.Pd
Rasnani, S.Pd.I
Rina Wahyuningsih,
S.Pd
Siti Khadijah, S.Pd
Harmiyuni, S.Pd
P
L
P
P
P
L
P
P
P
P
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
GTTP
UTP
GTP
GTP
GTP
GTP
UTP
GTP
GTTP
GTTP
Tabel 1.2
3. Nama Pegawai
NO Nama L/P Pendidikan
terakhir
status Ket
1
2
3
4
Sawida
Surida
Indri Amalia
Ako
Abidin
P
P
P
L
SLTA
SLTA
SLTA
SLTA
PTP
PTP
PTP
PTP
Tabel 1.3
4. Keadaan Ustadz
No
Pendidikan
Jumlah
Laki – laki
Perempuan
1 S3 - -
2 S2 1 -
3 S1 7 15
4 SLTA 2 -
5 Pesantren 1 -
Sub Jumlah 11 15
Sub Total 26
Tabel 1.4
5. KeadaanPegawai
No
Pendidikan
Jumlah
Laki- laki Perempuan
1 S2 - -
2 S1 - -
3 D3 - -
4 SLTA 1 3
5 Pesantren - -
Sub Jumlah 1 3
Sub Total 4
6. Keadaan Santri
No
Pendidikan
Jumlah
Laki-laki Perempuan
1 MI 48 61
2 MTS 60 62
3 MA 39 22
Sub Jumlah 147 145
Total Jumlah 292
Tabel 1.5
7. Sarana pra sarana yang dimiliki
No Jenis Bangunan Jumlah Kondisi Bangunan
1 Masjid 1 Rusak berat
2 Asrama 1 unit Baik
3 Aula 1 Rusak berat
4 Ruang kelas 14 Rusak berat dan
ringan
5 Perpustakaan 1 Rusak berat
6 Laboratorium Bahasa - -
7 Laboratorium IPA 1 Rusak ringan
8 Laboratorium Fisika - -
9 Laboratorium Kimia - -
10 Laboratorium - -
Matematika
11 Laboratorium IPS - -
12 Laboratorium Komputer 1 Rusak berat
13 Laboratorium Multimedia - -
14 Rumah Ustadz 3 Rusak berat
15 Rumah kiai - -
16 Rumah pengasuh 1 Baik
17 MCK 2/2 Rusak berat/baik
18 Dapur umum - -
19 Ruang makan - -
20 Ruang tamu - -
21 Klinik 1 Rusak ringan
22 Pos satpam 1 Rusak ringan
23 Koperasi - -
24 Kantin 1 Rusak ringan
Tabel 1.6
e. Muatan / stukruk pesantren Darul Arqam
Muhammadiyah Tolada
1. Struktur kurikulum mata pelajaran umum mengikuti struktur
kurikulum dari kemendigbud untuk MTS dan MA.
2. Untuk bahasa Arob dan bahasa inggris diperaktekkan dalam
kehidupan sehari-hari melalui kegiatan latihan pidato, khutbah
jum‟at, kultum, pengumuman, komunikasi antar teman sejawat.
3. Proses pendidikan pondok pesantren muhammadiyah yang
bersifat holistik, integratif, menyediakan berbagai kegiatan
ekstrakurikuler yang diharapkan dapat membentuk kompetensi
kepemimpinan calon lulusan.
4. Kewirausahaan tidak distrukturkan dalam kurikulum formal,
melainkan didesain dalam bentuk praktek langsung dalam
berwirausaha dan tahfidz juga tidak disrtukturkan tapi langsung
dipraktekkan di luar jam pelajaran formal.
5. Lulusan pondok pesantren muhammadiyah wajib mengabdi di
pondok pesantren muhammadiyah atau lembaga pendidikan
muhammadiyah lainnya dan bisa dilakukan sambil mengikuti
kuliah, pengabdian ini dalam rangka membangun
keterpanggilan dalam berdakwah dan mengamalkan ilmunya
kepada umat sekaligus alih pengalaman empirik dalam
mengaplikasikan ilmu. Belajar selama enam tahun yang
dilakukan santri itu di depan ustadz. Pengabdian merupakan
belajar riel di depan santri, belajar membuat persiapan, belajar
percaya diri, belajar memimpin, belajar mengelola kelas, dan
belajar mendedikasikan diri.
f. Rencana dan Harapan pondok pesantren Darul Arqam
Muhammadiyah Tolada
1. Segi Tampilan
a. Upacara bendera setiapharisenin
b. Mengadakan pelatihan PSHW
c. Para santri memakai pakaian HW setiap hari sabtu
d. Pondok Pesantren mengadakan persaudaraan Bela Diri
Tapak Suci Putera Muhammadiyah darul Arqam untuk turut
tampil pada acara Muhammadiyah di tingkat cabang dan
daerah
e. Semua guru dan staf diwajibkan berpakaian seragam dalam
tugas keseharian
2. Segi Ukhuwah Persyarikatan
a. Pondok Pesantren dan Madrasah melibatkan IPM, NA,
Tapak suci dan HW di tingkat cabang dan daerah
b. Pondok pesantren meningkatkan jalinan kerjasama dengan
persyarikatan Muhammadiyah dan Aisyiah ditingkat Ranting
cabang dan Daerah
3. Harapan dan Masa depan
a. Dengan modal material dansosial yang didapat dari para
pendahulu hingga dua tahun terakhir sehingga kita optimis
untuk perkembangan dan masa depan pondok pesantren.
b. Dengan adanya kecenderungan positif diberbagai bidang
sejak awal masa peralihan tahun 2013 hingga tahun 2014,
maka kiranya kita berharap cerah untuk perkembangan ke
depan.
c. Dengan semakin banyaknya siswa/santri maka akan
semakin besar peluang untuk bisa bersaing dengan
lembaga-lembaga lain.
B. Strategi dakwah Pondok Pesantren Darul Arqom
Muhammadiyah Tolada dalam membina akhlak santri
Membina akhlak dapat memperbaiki dan memelihara akhlak
atau budi pekerti manusia agar memiliki akhlak yang terpuji. Tujuan
pembinaan akhlak santri di Pondok Pesantren Muhammadiyah Tolada
yaitu untuk membentuk akhlak yang terpuji, dekat dengan Al-qur‟an,
mempunyai adab dan sopan santun kepada orang tua, guru serta
teman, sopan dalam berbicara, rajin beribadah, dan memiliki sifat jujur,
amanah, bijaksana dan selalu menunjukkan kepada kebaikan.64
Adapun strategi dakwah pondok pesantren muhammadiyah
tolada dalam membina akhlak santri yaitu mengadakan tahfidz dan
tahsinul qur‟an, pemberian materi staqofah islamiyah, gerakan
membaca alqur‟an, sholat sunnah dhuha, kerja bakti lingkungan
pondok pesantren, pengajian IPM,
64
Saparuddin, kepala sekola MI darul Arqom Muhammadiyah Tolada, wawancara di kantor MI pondok pesantren, pada tanggal 29 april 2019.
1. Tahfidz dan tahsinul qur‟an
Kitab suci alqur‟an adalah cahaya penerang menuju
kebahagiaan, dalam program tahfidz dan tahsinul qur‟an selain
menambah hafalan santri dan memperbaiki tajwid dalam membaca
alqur‟an, santri juga isi kandungan di alam alqur‟an untuk
membentuk dan menjadikan mereka berakhlaq qur‟ani.
2. Kajian Staqofah Islamiyyah
Kajian Staqofah Islamiyah ini merupakan salah satu strategi
yang diadakan di Pondok Pesantren Darul Arqom Muhammadiyah
tolada oleh pembina asrama sebagai bentuk pembinaan terhadap
akhlak santri.
Dalam kajian ini santri diajarkan tentang berbakti kepada
orang tua, adab, ibadah, sunnah-sunnah nabi, serta bagaimana
akhlak terhadap orang tua, guru, teman, serta akhlak terhadap diri
sendiri. Dengan tujuan dapat menambah pengetahuan dan
pemahaman Islamiyah bagi para santri di pondok pesantren. Hasil
dari kajian ini sebagian santri telah mengaplikasikan apa-apa yang
telah diajarkan, sebagaimana yang telah dikatakan oleh ustadzah
Haniah selaku pembina pondok pesantren yaitu,
“para santri telah mengaplikasikan apa yang ustadzah
ajarkan yaitu mulai mengikuti sunnah-sunnah Rasulullah seperti
makan pakai tangan kanan dan tidak berdiri, saling menghargai
sesama teman serta mulai menunjukkan bakti kepada orang tua
dan guru”65
3. Gerakan membaca alqur‟an
Menanamkan rasa cinta tilawah alqur‟an sehingga menjadi
keniasaan setiap hari hingga menghatamkan 30 juz, gerakan
membaca alqur‟an dilakukan terus menerus setelah para santri
selesai sholat dhuhur sehingga lidah mereka dapat dengan mudah
mengucapkan kalimat atau ayat-ayat alqur‟an karena sudah
terbiasa.
4. Sholat sunnah dhuha
Seperti halnya pelaksanaan shalat berjamaah dimasjid,
shalat sunnah dhuha merupakan salah satu kegiatan yang ada di
pondok pesantren Darul Arqam Mhammadiyah Tolada Melihat
betapa pentingnya keutamaan dari shalat sunnah dhuha maka para
santri dibiasakan untuk melaksanakannya. Pelaksanaan sunnah
dhuha ini dulunya tidak dilaksanakan di pesantren ini, melainkan
para santri melakukan apel pagi seperti di sekolah-sekolah lainnya.
Meski pelaksanaanya masih kurang efektif, namun antusias
para santri cukup baik dalam merespon kegiatan tersebut.
Khususnya bagi santri putri. Kegiatan ini merupakan salah satu
bentuk pembinaan terhadap akhlak santri di pondok.
65
Ustadzah Haniah, pembina pondok pesantren, wawancara di asrama putri pada tanggal 27 April 2019.
5. Pengajian IPM
Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) adalah organisasi
otonom Muhammadiyah yang merupakan gerakan Islam dakwah
amar ma‟ruf nahi mungkar dikalangan pelajar, berakidah Islam dan
bersumber pada alqur‟an dan as-sunnah. Ikatan Pelajar
Muhammadiyah berasaskan pancasila dan memiliki maksud dan
tujuan sebagai organisasi remaja untuk terbentuknya remaja
muslim yang berakhlak mulia dalam rangka menegakkan dan
menjunjung tinggi agama Islam, sehingga terwujud masyarakat
utama aadil dan makmur dan diridhoi Allah.
6. Kerja bakti dilingkungan pondok pesantren
Kegiatan ini merupakan salah satu proses pembinaan
terhadap santri yang dapat menumbuhkan kecintaan santri
terhadap kebersihan lingkungan, untuk membentuk karakter para
santri untuk hidup bersih, mencintai lingkungan dan lebih mandiri
dengan membiasakan mereka untuk hidup bersih. Dan dapat
membentuk karakter/ akhlak dan pengetahuan mereka. Sehingga
menjadi pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab serta
berakhlak kharimah.
C. Faktor pendukung dan penghambat strategi dakwah Pondok
Pesantren Muhammadiyah Tolada dalam membina akhlak
santri
Ada beberapa faktor pendukung strategi dakwah Pondok
Pesantren Darul Arqom Muhammadiyah Tolada dalam membina
akhlak santri yaitu :
1. Faktor pendukung
a. Lokasi luas
Pondok pesantren Darul Arqom Muhammadiyah Tolada
memiliki lokasi yang cukup luas yang dapat membantu
melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan.
b. Santri
Salah satu faktor pendukung yang ada di Pondok Pesantren
Darul Arqom Muhammadiyah Tolada yaitu adanya
kesadaran santri untuk siap dibina dan mempunyai kemauan
tinggi untuk belajar. Seperti yang dikatakan oleh Bapak
Nurdin kepala sekolah MTS Darul Arqom Muhammadiyah
Tolada.
“yang menjadi salah satu faktor pendukung strategi
dakwah Pondok Pesantren Darul Arqom Muhammadiyah
Tolada yaitu anak-anak di pesantren ini mempunyai
kesadaran dan kemauan tinggi untuk belajar dan siap untuk
dibina".66
2. Faktor penghambat
Ada beberapa yang menjadi faktor penghambat strategi dakwah
Pondok Pesantren Darul Arqom Muhammadiyah Tolada dalam
membina akhlak santri yaitu :
a. Tidak adanya pembina tetap
Seorang pembina di Pesantren memiliki peran yang
sangat penting dalam mengembangkan akhlak santri karena
keberadaan pembina di pondok pesantren selain berfungsi
sebagai pengasuh, guru dan pembimbing juga berperan
sebagai pengontrol serta penolong bagi setiap perbuatan dan
tingkah laku santri. Namun di Pondok Pesantren Darul Arqom
Muhammadiyah Tolada tidak memiliki pembina yang tetap.
b. Asrama yg masih perlu dibenahi
c. Lingkungan sekitar masyarakat bebas masuk ke asrama
d. Referensi kitab-kitab kurang bahkan bisa dibilang tidak ada
e. Sarana tempat pembelajaran tidak mendukung
f. 0rang tua santri tidak terlalu mendukung pendidikan santri
Sebagai orang tua sepatutnya memberikan dukungan
pendidikan yang besar terhadap anaknya sendiri, namun
orang tua para santri di Pondok Pesantren ini kurang dalam
66
Nurdin, Kepala sekolah MTS Darul Arqom Muhammadiyah Tolada, wawancara di kantor pondok pesantren, pada tanggal 2 Mei 2019.
memperhatikan pendidikan para santri. Sebagaimana yang
telah di katakan oleh bapak Nurdin selaku kepala sekolah
MTS Darul Arqom Muhammadiyah Tolada yaitu,
“ sebagian orang tua santri disini tidak terlalu
mendukung dan memperhatikan terhadap pendidikan
anaknya, mereka lebih mementingkan pekerjaan di kebun
mereka sehingga tak jarang anak mereka minta izin untuk
tidak sekolah untuk membantu orangtuanya di kebun”.67
67 Nurdin, wawancara di kantor pondok pesantren pada tanggal 2 mei.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan diatas
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa strategi dakwah pondok
pesantren darul arqom muhammadiyah tolada dalam membina
akhlak santri yaitu :
1. Dengan mengadakan program tahfidz dan tahsin yang dapat
membentuk para santri berakhlak qur‟ani, memberikan
materi-materi staqofah iIslamiyah tentang adab, keras
kemauann dalam beribadah, berakhlak sopan dalam
berbicara dan perbuatan mulia dalam tingka laku dan
perangai, serta mengenalkan mereka kepada sunnah-
sunnah Rasulullah.
2. Faktor pendukung dan penghambat, adapun penghambat
strategi dakwah pondok pesantren darul arqom
muhammadiyah tolada dalam membina akhlak santri, dan
Faktor pendukung yaitu mempunyai lokasi yang luas yang
dapat membantu pengadaan kegiata-kegiatan keagamaan,
dan adanya kesadaran santri untuk siap dibina. Faktor
penghambat yaitu tidak adanya pembina tetap, dan
kurangnya perhatian dari orang tua para santri terhadap
pendidikan anaknya.
B. Saran
Berdisarkan kesimpulan dari hasil penelitian diatas maka
peneliti memberikan saran sebagai berikut :
1. Bagi Pondok Pesantren Darul Arqom Muhammadiyah
Toladaperlunya mencari pembina asrama putra dan putri tetap,
dengan demikian pembinaan akhlak santri khususnya di Asrama
dapat berjalan efektif.
2. Bagi orang tua santri untuk selalu senantiasa memberikan
dukungan dan dorongan kepada anaknya mengenai
pendidikannya.
3. Setiap kegiatan pembinaan akhlak santri termasuk melalui pondok
pesantren perlu direncanakan sebaik mungkin agar dapat berjalan
dengan lancar sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal dari
waktu ke waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Muhammad. 2016. Akhlak Menjadi Seorang Muslim
Berakhlak Mulia. Cet. 2; Jakarta : Rajawali Pers. Abuddin, Nata. 2003. Akhlak Taswwuf. Cet. 5; Jakarta : PT RajaGrafindo
Persada. Aisya, St. 2014. Antara Akhlak Etika Dan Moral, Cet. 1;Makassar :
Alauddin University Press. Amin, Muliaty. 2011. Teori-Teori Ilmu Dakwan, Cet. 1; Makassar :
Alauddin University Press. Ariffudin. 2011. MetodeDakwahDalamMasyarakat. Cet. 1;Makassar :
Alauddin University Press. Aripudin, Acep. 2011. Pengembangan Metode Dakwah. Cet. 1; Jakarta :
Rajawali Pers. Athiyah Al-Abrasyi, M. 1990. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam. Cet.
6; Jakarta : PT Midas Surya Grafindo. Damopolili, Muljono. 2011. Pesantren Modern IMMIM Pencetak Muslim
Modern. Cet. 1; Makassar : Alauddin Press. Fathul Bahri, An-Nabiry, Meniti Jalan Dakwah Bekal Perjuangan Para Da‟i,
(Jakarta : Sinar Grafika Offset, Cet 1, 2008), hal 235. Amri Muhammad. 2016. Aqidah Akhlak, Cet. 1; Sul-Sel : Penerbit
Syahadah. Hidayat Komaruddin. 2017. Dari Pesantren Untuk Dunia. Cet. 2; Jakarta :
PPIM. Kementrian Agama RI, Ar-Rahim Al-Qur‟an Dan Terjemahan, Hal 281. Kryantono Rahmat. 2009. Komunikasi Organisasi, Jakarta : Kencana. Lubis Ridwan. 2005. Cetak Biru Peran Agama. Cet. 1; Jakarta : Puslitbang
Kehidupan Beragama. Mu‟adz Haqqi Ahmad. 2003. Berhias Dengan 40 Akhlak Karimah. Malang
: Cahaya Tauhid Press.
Mubarak. 2006. Sosiologi Agama Tafsir Sosial Fenomena Multi-Religius Kontemporer, Cet. 1; Malang : Malang Press.
Mujahidin Neon. 1998. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta : Rake
Sarasin. Muria Siti. 2000. Metodologi Dakwah Kontemporer. Yogyakarta : Celeban
Timur. Nasharuddin, 2015. Akhlak Ciri Manusia Yang Paripurna. Cet. 1; Depok :
PT.Grafindo. Prastowo Andi. Metode Penelitian Kualitatif (Dalam Perspektif Rancangan
Penelitian). Cet. 3; Jogjakarta : Ar-Ruzz Media. Purnama Bahtiar Asep. 2005. The Power Of Religion. Cet.
1;Panggungharjo Sewon Bantul :Pondok Edukasi. Saeful Muhtadi, Asep dan Agus Ahmad Safei. 2003. Metode Penelitian
Dakwah. Bandung : Pustaka Setia, 2003. Suhandang Kustadi. 2014. Strategi Dakwah. Cet. 1; Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya. Sulthon Masyhud M. 2004. Manajemen Pondok Pesantren. Cet. 2; Jakarta
: Diva Pustaka. Syukir Asmuni. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya : Al-Ikhlas. Zuhri. 2016. Convergentive Design Kurikulum Pendidikan Pesantren. Cet.
1; Yogyakarta : Deepublish.
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
NUR AFNI, Lahir di kabupaten Mamuju Tengah
provisi Sulawesi Barat, tepatnya di kecamatan
Karossa pada tanggal 19 September 1995, anak ke
lima dari sebelas bersaudara, dari pasangan Bapak
Lukman dan Ibu Rosmiati.
Penilis pernah menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD N 1
Karossa dari tahun 2003-2009, kemudian melanjutkan pada tingkat
selanjutnya di SMP N 2 Bodong-budong 2009-2011, dan pada tahun itu
juga melanjutkan pendidikan di tingkat selanjutnya di SMK N 1 Karossa
sampai tahun 2014. Kemudian pada tahun 2015 penulis mendaftar
sebagai Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Makassar (Uniamuh)
Fakultas Agama Islam (FAI) prodi Komunikasi dan Penyiaran Islan (KPI)
program strata satu (S1).