STRATEGI COUNTER ISSUE AIRIN RACHMI DIANY-BENYAMIN...
Transcript of STRATEGI COUNTER ISSUE AIRIN RACHMI DIANY-BENYAMIN...
STRATEGI COUNTER ISSUE
AIRIN RACHMI DIANY-BENYAMIN DAVNIE
DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH
TANGERANG SELATAN 2015 DI MEDIA SOSIAL
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Oleh
Syifa Maulidina
NIM. 1112051000150
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/ 2016 M
i
ABSTRAK
Syifa Maulidina (111205100150)
Strategi Counter Issue Pasangan Airin Rachmi Diany-Benyamin Davnie
dalam Pemilihan Kepala Daerah Tangerang Selatan 2015 di Media Sosial
Pada Pilkada Tangsel 2015 terjadi persaingan cukup ketat. Tim Sukses Airin-
Benyamin berjuang keras untuk memanfaatkan sektor-sektor media mainstream
dan new media untuk meraih vote getter. Tidak hanya kampanye yang dilakukan
tetapi Tim Sukses juga memainkan propaganda guna mengcounter issue dari
kandidat lawan. Pertanyaan mayornya adalah bagaimana strategi counter issue
yang dilakukan Tim Sukses Airin-Benyamin dalam menanggapi isu negatif yang
berkembang di Facebook dan Twitter pada Pilkada Tangsel 2015? Kemudian,
minornya adalah bagaimana Tim Sukses Airin-Benyamin memanfaatkan Facebook
dan Twitter? Dan isu-isu apa saja yang berkembang di Facebook dan Twitter yang
dianggap menyerang pasangan Airin-Benyamin pada Pilkada Tangsel 2015?
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif. Pendekatan penelitian ini menggunakan studi kasus. Jenis studi kasus
dalam penelitian ini adalah studi kasus intrinsik (intrinsic case study). Paradigma
yang digunakan adalah paradigma konstruktivisme. Teori utama yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Teori Propaganda.
Dalam politik, strategi counter issue memiliki peran yang merujuk pada usaha
persuasif dengan tujuan mengontrol opini publik untuk menciptakan citra positif.
Di dalamnya terdapat unsur teknik propaganda yang merupakan salah satu
pendekatan persuasi politik. Hal itu bisa dilakukan melalui media sosial, karena
media sosial memiliki fungsi sosialisasi bagi kehidupan yang lebih luas.
Penelitian ini menghasilkan sebuah fakta bahwa Tim Sukses Airin-Benyamin
memanfaatkan Facebook dan Twitter untuk menyisir pemilih yang notabenenya
mereka menganggap media sosial sebagai gaya hidup, serta pemilih yang tinggal di
perumahan elit. Berikutnya, top ranking issue yang menyerang Airin-Benyamin di
Facebook dan Twitter pada periode 27 Agustus - 5 Desember 2015 adalah isu
korupsi. Terakhir, Tim Sukses Airin-Benyamin memilih menggunakan strategi
mendiamkan isu sampai berhenti atau sikap bertahan (defensif). Jika diperlukan
sikap ofensif, maka memilih isu yang aktual saja dan mengcounternya dengan
bobot isu yang sebanding.
Kesimpulannya, kemenangan Pilkada Tangsel 2015 tidak luput dari kinerja Tim
Suksesnya. Dalam politik, Facebook dan Twitter menjadi genre tersendiri di
Indonesia dalam menyisir kalangan pemilih pemula dan generasi tekno. Yang perlu
diperhatikan, penggunaan propaganda harus memerhatikan syariat Islam sehingga
atmosfir perpolitikan di Indonesia dapat berjalan secara sehat dan jujur.
Kata Kunci: Pilkada, Tangsel, 2015, Tim Sukses, Propaganda, Facebook,
Twitter.
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena dengan
rahmat, hidayah, serta inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Strategi Counter Issue Pasangan Airin Rachmi Diany-Benyamin Davnie
dalam Pemilihan Kepala Daerah Tangerang Selatan 2015 di Media Sosial”.
Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW sebagai suri
tauladan dan panutan kita semua umat Islam.
Karya tulis ini patut penulis syukuri dan banggakan, karena penulis berusaha
menyajikan dengan sebaik-baiknya supaya karya tulis ini dapat berguna bagi dunia
akademis. Namun, penulis juga menyadari masih terdapat kesalahan dan
kekurangan yang perlu diperbaiki dalam karya tulis ini.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini tidak lepas dari
bantuan dan bimbingan berbagai pihak yang telah memberikan kontribusi
pemikiran, materi, dan data, hingga penulisan skripsi ini terselesaikan. Oleh karena
itu, sudah sepatutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bapak Dr. H. Arief
Subhan, MA. Wakil Dekan I Bidang Akademik, Bapak Dr. Suparto, PhD.
Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, Ibu Dr. Hj. Roudhonah, M.Ag.
Serta, Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Bapak Dr. Suhaimi, M.Si.
iii
2. Bapak Drs. Masran, MA, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam, dan Ibu Fita Fathurokhmah, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam.
3. Bapak Dr. Gun Gun Heryanto, M.Si, selaku Dosen Penasehat Akademik
yang telah bersedia meluangkan waktunya kepada penulis untuk berdiskusi.
4. Bapak Dr. Sihabudin Noor, M.A, sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang
selalu sabar membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan
skripsi ini.
5. Para dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta yang
telah mewariskan ilmu kepada penulis selama masa aktif perkuliahan.
Semoga ilmu yang Bapak Ibu berikan bermanfaat bagi penulis dan menjadi
amal baik yang akan terus mengalir tanpa putus.
6. Sonny Majid Daeng Taran, M. Si, sebagai Koordinator Counter Issue dan
Juru Bicara Airin Rachmi Diany, serta Rudy Gani, S. I. Kom, sebagai Tim
Media Airin-Benyamin yang telah bersedia meluangkan waktunya kepada
penulis untuk diwawancarai dan untuk saling sharing pengalaman.
7. Kedua orang tua dan Nenek tercinta beserta keluarga besar. Abi Asep
Saepuloh dan Ummi Lilis Lisniawati yang selalu memberi semangat dan
doa tanpa henti dalam setiap langkah demi kesuksesan anak-anaknya.
Adikku, Hasna Muflihah dan Nadya Mardhotillah yang selalu memberi
keceriaan saat penulis merasa jenuh. Semoga dengan selesainya penulisan
skripsi ini dapat menambah sedikit kebahagiaan untuk kalian.
iv
8. Melky Amirussholeh sebagai sahabat yang selalu siap meminjamkan buku-
bukunya, siap mendengar keluhan penulis, memberi bimbingan, dan
kontribusi pemikirannya. Rivaldy Ramadhan sebagai seorang pendengar
yang baik, terima kasih atas dukungan, perhatian, dan kesabarannya yang
selalu menemani penulis dalam penyusunan skripsi ini.
9. Teman-teman KPI E angkatan 2012: Aisyah, Sarah, Mudillah, Fitri,
Thabitha, Nenden, Mia, Bilqis, Dityan, Nufus, Dewi, Apik, Nirma, Novi,
Agung, Fikri, Akbar, Arif, Ferdy, Gilang, Gio, Munir, Hilman, Indra,
Gondes, Topik, Saka, Ahok, Acong, Fahmi, Pasto, Ridho, yang telah sama-
sama berbagi ilmu, berdiskusi, saling bercanda, dan walau terkadang
menyebalkan.
10. Teman-teman KKN AKSARA 2015 Kemuning.
11. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Ciputat, 29 Juni 2016.
Syifa Maulidina
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. v
DAFTAR TABEL ...................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. viii
DAFTAR BAGAN ..................................................................................... viii
DAFTAR DIAGRAM ............................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ....................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................ 9
D. Metodologi Penelitian ........................................................ 10
E. Tinjauan Pustaka ............................................................... 15
F. Sistematika Penulisan ........................................................ 17
BAB II KERANGKA TEORI
A. Counter Issue ....................................................................... 19
B. Propaganda ......................................................................... 22
1. Pengertian Propaganda ................................................. 22
2. Jenis-Jenis Propaganda ................................................. 25
3. Teknik-Teknik Propaganda ......................................... 28
4. Perbedaan Propaganda dengan Kampanye ................ 29
C. Media Baru (New Media) ................................................... 31
1. Karakteristik Media Sosial ........................................... 35
2. Kelebihan dan Kekurangan Media Sosial ................... 38
3. Facebook dan Twitter ..................................................... 39
D. Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) ................................. 43
1. Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) ............................ 43
2. Sisi Positif dan Negatif Pilkada .................................... 46
E. Peraturan dan Adab Sopan Antar Orang Beriman ........ 49
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Profil Pasangan Walikota dan Wakil Walikota
Tangerang Selatan Periode 2016-2021 .............................
53
1. Profil Airin Rachmi Diany ............................................ 53
2. Profil Benyamin Davnie ................................................ 57
B. Visi, Misi, dan Program ..................................................... 61
C. Profil Kota Tangerang Selatan ......................................... 65
vi
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Efektivitas Pemanfaatan Media Sosial ............................. 71
B. Isu-Isu yang Berkembang Seputar Pemilihan Kepala
Daerah Tangerang Selatan 2015 .......................................
84
C. Strategi Counter Issue Pasangan Airin Rachmi Diany-
Benyamin Davnie ...............................................................
93
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................... 121
B. Kritik dan Saran ................................................................ 123
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 126
LAMPIRAN-LAMPIRAN ....................................................................... 130
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Perbedaan Kampanye dengan Propaganda ................... 30
Tabel 2.2. Perbedaan Antara Era Media Pertama dan
Era Media Kedua ..............................................................
34
Tabel 4.1. Data Kemunculan Isu terhadap Pasangan Airin-
Benyamin di Facebook pada 27 Agustus - 5 Desember
2015 ....................................................................................
85
Tabel 4.2. Data Kemunculan Isu terhadap Pasangan Arin-
Benyamin di Twitter pada 27 Agustus - 5 Desember
2015 ....................................................................................
87
Tabel 4.3. Interview Perihal Isu Korupsi dengan Tim
Koordinator Counter Issue ...............................................
95
Tabel 4.4. Interview Perihal Isu Ekonomi dan Kesejahteraan
dengan Tim Koordinator Counter Issue .........................
98
Tabel 4.5. Interview Perihal Isu Pembangunan Infrastruktur,
Kesehatan, dan Lingkungan dengan Tim Koordinator
Counter Issue .....................................................................
101
Tabel 4.6. Teknik Propaganda dan Counter Issue Airin-
Benyamin di Facebook pada 27 Agustus - 5 Desember
2015 ....................................................................................
110
Tabel 4.7. Teknik Propaganda dan Counter Issue Airin-
Benyamin di Twitter pada 27 Agustus - 5 Desember
2015 ....................................................................................
116
viii
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1. Model Pemilihan Kepala Daerah Langsung di
Indonesia ........................................................................
45
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 4.1. Persentase Kemunculan Isu terhadap Pasangan
Airin-Benyamin di Facebook pada 27 Agustus - 5
Desember 2015 ...............................................................
86
Diagram 4.2. Persentase Kemunculan Isu terhadap Pasangan
Airin-Benyamin di Twitter pada 27 Agustus - 5
Desember 2015 ...............................................................
89
Gambar 3.1. Lambang Daerah Kota Tangerang Selatan ............. 68
Gambar 4.1. Persentase Penggunaan Media Sosial di
Indonesia .....................................................................
75
Gambar 4.8. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Tangerang
Selatan Tahun 2011 - 2014 ........................................
99
Gambar 4.9. Pengambaran Sosok yang Sukses ............................. 105
Gambar 4.10. Pengambaran Sosok yang Berprestasi ..................... 106
Gambar 4.11. Pengambaran Sosok yang Dermawan ...................... 107
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Tangerang Selatan (Tangsel) 2015 telah
berlangsung pada 9 Desember lalu dan terpilihlah Walikota dan Wakil Walikota
yang baru. Tidak bisa dipungkiri bahwa Pilkada kemarin berjalan sangat menarik
dan persaingan ketiga pasangan calon (paslon) begitu ketat. Tim Koordinator
Counter Issue dan Tim Media Center dari masing-masing paslon berjuang keras
untuk memanfaatkan sektor-sektor media, baik dari media massa lama maupun dari
media massa baru demi meraih vote getter.
Jika melihat dan mendengar gaya-gaya kampanye di media massa lama untuk
meraih suara tentunya sudah biasa. Yang jarang dan mungkin belum terlalu banyak
diketahui, yakni mengenai penyebaran isu-isu negatif yang terdapat di media baru
(Facebook dan Twitter). Seperti contoh, permasalahan pendidikan rendah dan
kemiskinan. Di Twitter, Tim Media dari Iksan Modjo-Li Claudia mengklaim bahwa
dua hal tersebut menjadi masalah yang belum terselesaikan. Tidak setuju dengan
pendapat tersebut, Tim Media Airin-Benyamin segera melakukan counter issue
dengan mengatakan bahwa persoalan pendidikan rendah dan kemiskinan sudah
berkurang.
Pertarungan tersebut merupakan teknik propaganda bandwagon, karena Tim
Media lawan menggemborkan kelemahan Airin-Benyamin dan Tim Media Airin-
Benyamin menggemborkan kesuksesannya, serta masih banyak lagi unsur
propaganda yang terdapat di Twitter saat Pilkada Tangsel 2015 kemarin. Setelah
2
lebih dari 11 tahun UU No. 32 Tahun 2004 berlaku, selama pelaksanaan Pilkada
begitu banyak kampanye negatif yang terjadi di Indonesia. Khususnya Pilkada di
daerah otonom, yakni Kota Tangsel. Kota Tangsel telah melaksanakan dua kali
Pilkada langsung, yaitu tahun 2010 dan 2015. Pada Pemilukada Tangsel 2010,
terdapat empat paslon Kepala Daerah, termasuk pasangan nomor urut tiga yaitu
Arsid-Andre Taulany, dan dimenangkan oleh pasangan nomor urut empat yaitu
Airin Rachmi Diany-Benyamin Davnie (AMIN).
Sedangkan, pada Pilkada Tangsel 2015 terdapat tiga paslon, pasangan Airin-
Benyamin kembali maju, Arsid pun kembali maju tetapi dengan menggandeng
Elvier Ariadiannie. Walau pada akhirnya, Pilkada Tangsel 2015 dimenangkan oleh
pasangan Airin-Benyamin yang didukung oleh koalisi Partai Golongan Karya
(Golkar), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB),
Partai Nasional Demokrat (NasDem), Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai
Persatuan Pembangunan (PPP).
Kandidat petahana (incumbent) memiliki peluang lebih besar dibanding
dengan kandidat lainnya. Namun, di sisi lain pasangan Airin-Benyamin ini sempat
diterpa isu-isu negatif. Bahkan, pelaksanaan Pemilukada Tangsel 2010 sewaktu itu
sempat diulang, karena Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan adanya bukti
kecurangan pengerahan birokrasi secara terstruktur, sistematis, dan masif yang
dilakukan oleh pasangan Airin-Benyamin.
Selain itu, pada acara Debat Kandidat dengan tema Menuju Tangsel
Keberadaban yang disiarkan langsung oleh stasiun televisi swasta. Pasangan nomor
urut satu (Ikhsan-Li Claudia) dan pasangan nomor urut dua (Arsid-Elvier)
3
cenderung lebih sering menyerang pasangan nomor urut tiga (Airin-Benyamin)
dengan isu korupsi dan rezim dinastinya. Isu-isu negatif yang menerpa kandidat
incumbent ini sebenarnya ada keuntungan tersendiri terhadap kandidat lawan yang
mengusung visi anti korupsi, tetapi di sisi lain ini adalah serangan terhadap Airin-
Benyamin yang mungkin saja dapat menggerus pendukung Airin-Benyamin. Jika
dihubungkan dengan teknik propaganda, pernyataan yang dilontarkan oleh kandidat
lawan mengandung dua teknik sekaligus, yaitu name calling dan testimonials.
Dari hal tersebut, wajar memang adanya jika pelaksanaan Pilkada diwarnai
oleh kampanye negatif (negative campaign). Walaupun tidak etis melakukan
kampanye negatif, tetapi memang tidak bisa dipungkuri dalam prosesnya tentunya
banyak kepentingan-kepentingan politik yang turut andil, secara langsung ataupun
tidak langsung itu akan memengaruhi proses pemilihan dan kualitas output yang
dihasilkan.
Umumnya pada ajang kampanye politik, masing-masing kandidat tidak hanya
disibukkan membentuk citra positif dirinya sendiri, tetapi juga melempar isu negatif
kepada kandidat lawannya guna membentuk citra negatif. Kampanye negatif ini ada
yang dilakukan secara terbuka, tetapi ada juga yang dilakukan secara sembunyi,
misalnya melalui selebaran isu-isu di media massa seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya, baik media cetak ataupun media elektronik, dan yang terkini di era
digital melalui media baru (new media).
The American Heritage Dictionary of The English Language mendefinisikan
kampanye negatif sebagai sebuah kampanye yang berisi: “a statement or act
4
indicating or expressing a contradiction, denial, or refusal”, a statement or act
that is highly critical of another or of others.1
Artinya, kampanye negatif berisi sebuah pernyataan atau tindakan yang
menunjukkan atau mengekspresikan kontradiksi, penyangkalan, atau penolakan,
pernyataan atau tindakan yang sangat kritis terhadap yang lain atau orang lain.
Semua itu tujuannya untuk menguasai opini publik. Menguasai opini publik
dianggap penting, selain untuk tujuan popularitas, elektabilitas, dan politik
pencitraan (bisa baik atau buruk, sesuai perencanaan), penguasaan opini publik
dapat dijadikan alasan, alat atau bahkan mandat rasional untuk melakukan tindakan
politik tertentu sejalan dengan opini yang telah tercipta.
Berdampingan dengan kampanye, propaganda sekarang merupakan bagian
politik rutin yang normal dan dianggap dapat diterima, serta tidak hanya terbatas
pada pesan-pesan yang dibuat selama perayaan politik, kampanye, krisis atau
perang. Tujuan propaganda adalah membelenggu rakyat dengan segala cara untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.2
Peneliti memilih judul penelitian ini, karena terdapat fenomena menarik dalam
proses Pilkada Tangsel 2015, menurut peneliti Pilkada Tangsel tersebut mampu
menarik perhatian semua kalangan baik muda ataupun tua. Menariknya lagi adalah
kehebohan Pilkada Tangsel ini tidak hanya terdapat pada ruang publik dan media
massa lama (mainstream), tetapi juga di dalam media massa baru, khususnya media
sosial (social media) yaitu Facebook dan Twitter. Alasan mengapa peneliti memilih
1 Cleveland Ferguson, “The Politics of Ethics and Elections”, diakses dari
http://www.law.fsu.edu/journals/lawreview/frames/242/fergram/html pada 2 Maret 2016, pukul
21:20 WIB. 2 Gun Gun Heryanto dan Ade Rina Farida, Komunikasi Politik, (Ciputat: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), Cet. Ke-1, h. 112.
5
Facebook dan Twitter, karena kedua media sosial tersebut merupakan jenis jejaring
sosial yang sedang hype sampai saat ini serta penggunanya adalah kalangan
menengah yang notabenenya familiar dengan media sosial. Selain itu, menurut
peneliti pada Facebook dan Twitter terdapat seni retorika, hal itu makin terlihat jelas
pada Twitter yaitu bagaimana dengan 140 karakter huruf dapat terbentuk tweet yang
singkat, padat, jelas, dan dapat menarik publik.
Penelitian ini untuk melihat propaganda politik yang dilakukan oleh Tim
Media kandidat incumbent, yakni Airin-Benyamin. Tidak hanya dari sudut
kalkulasi komunikasi politiknya, tetapi juga aspek strategi counter issue di media
sosial yang merupakan bagian penting dari proses Pilkada tersebut. Seperti yang
disebutkan sebelumnya, isu korupsi dan rezim dinasti ini menyebabkan elektabilitas
pasangan Airin-Benyamin sempat menurun, seperti yang diungkap oleh Ade Yunus
selaku Direktur Lembaga Kajian dan Analisa Daerah Terpadu (LKADT), bahwa
sebelum Airin diterpa isu korupsi dan rezim dinasti tingkat elektabilitasnya adalah
41 persen, sedangkan setelah diterpa isu tingkat elektabilitas menurun menjadi
37,17 persen.3
Isu negatif tentu sangat tidak menguntungkan bagi pasangan Airin-Benyamin.
Jika hanya dilihat dari tingkat elektabilitas yang turun, mungkin beberapa orang
berpendapat bahwa pasangan incumbent ini tidak memiliki cukup peluang untuk
memenangkan Pilkada kali ini. Tetapi justru hasil perhitungan cepat (quick count)
menunjukkan kondisi yang kontradiktif. Pernyataan dari lembaga polling Charta
3 Joniansyah Hardjono, “Isu Korupsi Gerus Elektabilitas Airin, tapi Tetap Teatas”,
diakses dari haji.tempo.co pada 8 Juni 2016, pukul 23:42 WIB.
6
Politika yang menyatakan kandidat petahana menang dengan perolehan suara
sementara sebesar 60,2 persen.4
Selain hasil perhitungan cepat, berdasarkan hasil real count oleh Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Kota Tangsel pada 22 Januari 2016, penetapan ini sehari
setelah diputuskan oleh Mahkamah Konstitusi (MK) Republik Indonesia pada 21
Januari 2016. KPU Kota Tangsel memutuskan nama paslon yang terpilih sebagai
Walikota dan Wakil Walikota periode 2016 - 2021 pada Pilkada Tangsel 2015
adalah paslon nomor urut tiga, yakni Airin Rachmi Diany-Benyamin Davnie,
dengan perolehan suara 305.322 atau presentase suara sah 59,62 persen.
Sedangkan, kandidat lawan paslon nomor satu Ikhsan Modjo-Li Claudia
memperoleh suara 42.074 atau 8,21 persen, dan paslon nomor urut dua Arsid-Elvier
memperoleh suara 164.732 atau 32,17 persen.5
Kemenangan pasangan ini juga menjadi alasan peneliti untuk meneliti, karena
telah kedua kalinya pasangan Airin-Benyamin menang dalam Pilkada Tangsel.
Selain merupakan pasangan petahana, pada saat yang bersamaan isu korupsi dan
rezim dinasti yang memanas sewaktu Pilkada Tangsel sempat membawa pengaruh
citra negatif, hal ini juga menjadi daya tarik tersendiri dalam penelitian ini. Proses
penangkalan isu yang dilakukan oleh Tim Koordinator Counter Issue dan Tim
Media Airin-Benyamin ini dapat diteliti dalam perspektif komunikasi politik.
Pasangan Airin-Benyamin memanfaatkan media baru sebagai peluang utama
mendapatkan pemilih yang potensial. Namun di sisi lain, mereka menyisipkan
4 Deny Irawan, “Hasil Quick Count di Tangsel Unggulkan Airin”, Charta Politika, diakses
dari http://metro.sindonews.com/ pada 22 Desember 2015, pukul 13:27 WIB. 5 KPUD Kota Tangerang Selatan, “Penetapan Hasil Suara di Kota Tangerang Selatan”,
diakses dari http://www.kpud.go.id pada 2 Maret 2016, pukul 11:30 WIB.
7
kesan propaganda dalam media baru ketika kampanye. Dalam studi kasus Pilkada
ini yang menggunakan media baru adalah para juru kampanye profesional. Mereka
ini yang berperan aktif merespon setiap isu negatif yang berkembang di masyarakat.
Ketika isu negatif muncul terhadap kandidatnya, maka Tim Suksesnya akan
langsung memutarbalikkan fakta dengan menggunakan data yang akurat ataupun
tidak akurat kepada Tim Sukses lawan.
Namun, mengapa isu yang diangkat oleh para kandidat berkesan tidak akurat
dan hanya untuk memanipulasi pikiran khalayak? Apakah hal itu menjadi strategi
politikus demi memperoleh suara dalam Pilkada? Strategi apa yang akan digunakan
mereka ketika kampanye pada media baru berlangsung? Hal-hal tersebut yang
membuat peneliti memberi judul skripsi “Strategi Counter Issue Pasangan Airin
Rachmi Diany-Benyamin Davnie dalam Pemilihan Kepala Daerah Tangerang
Selatan 2015 di Media Sosial”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Dari banyaknya masalah yang bisa diteliti dan mengacu pada latar
belakang di atas, maka peneliti membatasi penelitian ini yaitu:
a. Penelitian ini dilakukan pada media sosial, yaitu Facebook dan
Twitter.
b. Timeline yang diteliti terhitung dari tanggal 27 Agustus - 5 Desember
2015, karena pada periode tersebut adalah rentang waktu masa
kampanye Pilkada Tangsel 2015, dan di mana merupakan waktu yang
8
dianggap krusial untuk membangun isu politik bagi ketiga kandidat
Pilkada.
c. Pada Facebook, postingan yang diteliti adalah postingan dari akun
resminya pasangan Ikhsan-Li Claudia (IkhsanLiClaudia), Arsid-
Elvier (Arsid-Elvier untuk Tangerang Selatan), dan Airin-Benyamin
(Airin-Benyamin). Begitupun, pada Twitter, tweet yang diteliti adalah
tweet dari akun resminya pasangan Ikhsan-Li Claudia
(@IkhsanLiClaudia), Arsid-Elvier (@arsid_kita), dan Airin-
Benyamin (@airin_benyamin).
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, agar penelitian
ini berjalan dengan sistematis, maka perlu dibuat rumusan permasalahan yang
diangkat dari objek penelitian. Maka dapat dikemukakan rumusan masalah
sebagai berikut:
a. Bagaimana Tim Koordinator Counter Issue dan Tim Media Airin-
Benyamin memanfaatkan media Facebook dan Twitter pada Pilkada
Tangsel 2015?
b. Isu-isu apa saja yang berkembang di Facebook dan Twitter yang
dianggap menyerang pasangan Airin-Benyamin pada Pilkada Tangsel
2015?
c. Bagaimana strategi counter issue yang dilakukan Tim Koordinator
Counter Issue dan Tim Media Airin-Benyamin dalam menanggapi
9
isu-isu negatif yang berkembang di Facebook dan Twitter pada
Pilkada Tangsel 2015?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk menggambarkan dan menjelaskan pemanfaatan media sosial
(Facebook dan Twitter) yang dilakukan oleh Tim Koordinator
Counter Issue dan Tim Media Airin-Benyamin pada Pilkada Tangsel
2015.
b. Untuk menggambarkan dan menjelaskan terkait isu-isu apa saja yang
berkembang di Facebook dan Twitter yang dianggap menyerang
pasangan Airin-Benyamin pada Pilkada Tangsel 2015.
c. Untuk menggambarkan dan menjelaskan strategi counter issue yang
dilakukan oleh Tim Koordinator Counter Issue dan Tim Media Airin-
Benyamin dalam menanggapi isu negatif yang berkembang di
Facebook dan Twitter pada Pilkada Tangsel 2015.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian terbagi menjadi manfaat akademis, manfaat praktis,
dan manfaat sosial. Adapun penguraian dari ketiga manfaat tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Manfaat Akademis
10
Penelitian ini diharapkan memberi sumbangan penelitian guna
memperkaya kajian Ilmu Komunikasi, khususnya komunikasi politik
hubungannya dengan pemanfaatan media sosial, yaitu Facebook dan
Twitter.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan memberikan gambaran tentang praktik
propaganda di media sosial Facebook dan Twitter. Dan menjadi data
awal untuk penelitian sejenis bagi peneliti selanjutnya yang tertarik
mengkaji komunikasi politik di media sosial.
c. Manfaat Sosial
Tulisan ini diharapkan mampu menjelaskan strategi counter issue
yang dilakukan oleh Tim Koordinator Counter Issue dan Tim Media
Airin-Benyamin kepada lapisan sosial lainnya, serta menjadi
masukkan untuk konsultan komunikasi politik dan para politisi terkait
penggunaan media sosial.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif yaitu suatu
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.6 Metode ini
6 Lexy J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi), (Bandung: Rosdakarya,
2005), Cet. Ke-11, h. 4.
11
digunakan, karena data yang dibutuhkan berupa sebaran-sebaran informasi
yang tidak perlu dikuantifikasikan.
Berdasarkan tema yang dibahas, pendekatan penelitian ini menggunakan
studi kasus. Studi kasus adalah penelitian yang dilakukan secara intensif,
terinci, dan mendalam, terhadap suatu organisasi, lembaga atau masyarakat
mengenai gejala-gejala tertentu.7 Jenis studi kasus dalam penelitian ini adalah
studi kasus intrinsik (intrinsic case study). Jenis ini digunakan oleh peneliti
yang ingin lebih memahami sebuah kasus tertentu. Jenis ini ditempuh bukan
karena suatu kasus mewakili kasus-kasus lain atau karena menggambarkan
sifat atau problem tertentu, namun karena, dalam seluruh aspek kekhususan
dan kesederhanaannya, kasus itu sendiri menarik minat.8
Hal terpenting bagi seorang peneliti kualitatif yang menggunakan
pendekatan studi kasus adalah sebagai berikut:
a. Membingkai kasus dan mengonseptualisasikan objek penelitian.
b. Memilih fenomena (gejala), menentukan tema-tema atau isu-isu yang
menjadi fokus pertanyaan riset.
c. Melacak pola-pola data untuk memperkaya isu-isu dalam penelitian.
d. Menghadirkan beberapa alternatif penafsiran.
e. Merumuskan pernyataan sikap atau generalisasi tentang kasus.9
7 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rinekha
Cipta, 2002), h. 14. 8 Robert E. Stake, “Studi Kasus”, dalam Norman K. Denzin dan Yvonna S. Lincoln (Ed),
Handbook of Qualitative Reasearch, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 301. 9 Robert E. Stake, “Studi Kasus”, h. 313.
12
Paradigma merupakan perspektif peneliti yang digunakan untuk
mempelajari fenomena dan menginterpretasikan temuan.10 Paradigma yang
digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivisme, paradigma
ini juga sering disebut sebagai paradigma produksi dan pertukaran makna.
Alasan menggunakan paradigma konstruksionis, karena peneliti ingin
menemukan bagaimana peristiwa Pilkada ini dikonstruksi dan dengan cara apa
konstruksi itu dibentuk.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah pasangan
petahana Airin-Benyamin. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah
postingan di Facebook dan kultwit di Twitter yang menjadi strategi counter
issue oleh pasangan Airin-Benyamin dalam Pilkada Tangsel 2015.
3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk
memperoleh data yang diperlukan.11 Adapun teknik pengumpulan data,
peneliti menggunakan metode yang bersumber pada penelitian lapangan (field
research) yaitu sebagai berikut:
a. Data primer didapat dari hasil pengamatan kegiatan kampanye politik
pasangan petahana, dan wawancara yang dilakukan peneliti kepada
Tim Koordinator Counter Issue dan Tim Media Airin-Benyamin
10 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi Aksara
2013), h. 25.
11 Ridwan, Statistika Untuk Lembaga dan Instansi Pemerintah/Swasta, (Bandung:
Alfabeta, 2004), h. 138.
13
mengenai strategi penangkalan isu-isu negatif di Facebook dan
Twitter dalam Pilkada Tangsel 2015.
1) Observasi
Observasi adalah penelitian yang dilakukan dengan cara
mnegadakan pengamatan terhadap objek.12 Pengumpulan data
dengan observasi langsung adalah cara pengambilan data dengan
menggunakan indera mata tanpa ada pertolongan alat standar lain
untuk keperluan tersebut.13 Dalam observasi ini, peneliti
mengikuti timeline Facebook dan Twitter dari akun resmi ketiga
paslon pada Pilkada Tangsel 2015.
2) Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang yang
melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari
orang lain dengan mengajukan pertanyaan, berdasarkan tujuan
tertentu.14 Teknik yang digunakan dalam wawancara adalah
dengan wawancara terstruktur yaitu wawancara yang
pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan.15 Dalam penelitian ini peneliti
melakukan wawancara dengan Tim Koordinator Counter Issue
dan Tim Media Airin-Benyamin.
12 Muhammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Angkasa, 1993), h. 72. 13 Moh. Nadzir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indah, 2005), Cet. Ke-4, h. 193-194.
14 Dedi Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2006), h. 120. 15 Lexy J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif…, h. 190.
14
b. Data sekunder merupakan data tambahan yang berkaitan dengan topik
penelitian yang didapatkan melalui studi dokumen yang relevan
dengan fokus penelitian. Seperti notulen rapat, dan foto-foto kegiatan
kampanye dari Tim Sukses pasangan Airin-Benyamin, termasuk
pemberitaan yang dilakukan oleh Tim Media Center di media sosial
dapat digunakan sebagai data tambahan untuk memperkaya substansi
penulisan skripsi.
1) Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan
mempelajari catatan-catatan mengenai data pribadi responden.16
Dalam hal ini peneliti mengumpulkan data-data yang diperoleh
dari Tim Koordinator Counter Issue dan Tim Media Airin-
Benyamin, serta foto-foto yang berkaitan dengan penelitian, dan
hasil rekaman dengan narasumber.
4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif
deskriptif.17 Analisis deskriptif adalah untuk menjawab ketiga rumusan
masalah tentang strategi counter issue pasangan Airin-Benyamin dalam
Pilkada Tangsel 2015 di media sosial. Semua data yang telah didapat kemudian
diolah melalui tiga jalur analisis data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian
16 Abdurrahman Fatoni, Metodologi Penelitian dan Tehnik Penyusunan Skripsi, (Jakarta:
PT. Rinekha Cipta, 2006), h. 112.
17 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif: Research and Development,
(Bandung: Alfabeta, 2007), Cet. Ke-3, h. 8-9.
15
data dan penarikan kesimpulan. Analisis data disebut juga pengolahan dan
penafsiran data.18
E. Tinjauan Pustaka
Setelah peneliti melihat dan mencari judul skripsi yang ada di perpustakaan
utama Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dan
perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, peneliti menemukan
ada beberapa skripsi yang membahas tentang komunikasi politik. Namun yang
diteliti mahasiswa sebelumnya sangat berbeda dengan yang diteliti oleh peneliti.
Oleh karena itu, untuk menghindari dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti
menjiplak karya orang lain, maka peneliti mempertega perbedaan antara masing-
masing judul, isi, maupun kontennya.
1. Skripsi yang pertama berjudul Strategi Komunikasi dalam Pembentukan
Opini Publik Partai Persatuan Pembangunan pada Pemilu Legislatif
2009. Oleh Yuswita Lailah, mahasiswi jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2009.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Yuswita ini berisikan tentang
strategi DPP PPP dalam pembentukan opini publik pada Pemilu Legislatif
dan program pembangunan citra PPP pada Pemilu Legislatif 2009.
Persamaan dengan permasalahan yang penulis teliti adalah kajian ilmunya
18 Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996), h.
104.
16
yaitu komunikasi politik, sedangkan perbedaannya adalah pada subjek
penelitiannya. Jika Yuswita mengambil PPP, maka penulis meneliti
pasangan Airin-Benyamin. Perbedaan berikutnya pada objek
penelitiannya, jika Yuswita meneliti strategi komunikasi dalam
pembentukan opini, sedangkan penulis meneliti tentang strategi
penangkalan isu negatifnya.
2. Skripsi yang kedua berjudul Komunikasi Politik Pasangan Hj. Airin
Rachmi Diany-Drs. H. Benyamin Davnie dalam Pilkada Tangsel Tahun
2011. Oleh Amalia, Mahasiswi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2011.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Amalia ini bertujuan untuk
mengetahui strategi komunikasi politik pasangan Airin-Benyamin untuk
memenangkan Pilkada Tangsel 2011 melalui media lini atas (above the
line) dan media lini bawah (below the line), dan penelitian sebelumnya itu
menggunakan teknik analisis data model kampanye Ostergaard. Perbedaan
dari penelitian tersebut terletak pada objek, jika Amalia melalui media lini
atas dan bawah, maka penulis melalui postingan di Facebook dan tweetan
di Twitter yang menjadi strategi counter issue oleh pasangan Airin-
Benyamin pada Pilkada Tangsel 2015. Perbedaan yang lain juga terletak
pada teknik analisis data yang digunakan, peneliti menggunakan
propaganda sebagai analisis datanya.
17
3. Skripsi yang ketiga berjudul Teknik-Teknik Propaganda di Twitter
Pasangan Jokowi-Ahok dan Foke-Nara pada Pemilukada DKI Jakarta.
Oleh Ryan Rifqi Nugroho, Mahasiswi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam Program Non Reguler Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ryan ini bertujuan untuk
mengetahui teknik-teknik propaganda yang digunakan Jokowi-Ahok dan
Foke-Nara di Twitter dalam Pemilukada DKI putaran kedua. Persamaan
dengan permasalahan yang peneliti teliti adalah kajian ilmunya yaitu
komunikasi politik, sedangkan perbedaannya adalah pada subjek
penelitiannya, jika Ryan mengambil Jokowi-Ahok dan Foke-Nara maka
penulis meneliti Tim Koordinator Counter Issue dan Tim Media pasangan
Airin-Benyamin. Perbedaan berikutnya pada objek penelitiannya, jika
Ryan meneliti tentang teknik-teknik propaganda maka penulis meneliti
tentang strategi counter issue yang menggunakan propaganda sebagai
teknik analisis datanya.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini dibagi dalam lima bab, setiap bab dirinci ke dalam
sub-sub sebagai berikut:
Bab I: Pendahuluan
18
Bab ini memaparkan mengenai latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan
pustaka, dan sistematika penulisan.
Bab II: Kerangka Teori
Bab ini menguraikan pengertian strategi penangkalan isu (counter issue) dan
pengertian propaganda. Kemudian menjelaskan tentang pengertian media baru dan
pembahasan mengenai Facebook dan Twitter. Pembahasan tentang Pemilihan
Kepala Daerah (Pilkada) langsung. Terakhir, pembahasan Islam tentang peraturan
dan adab antar orang beriman.
Bab III: Gambaran Umum
Bab ini membahas tentang profil pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota
Tangsel periode 2016-2021, latar belakang pencalonannya, visi, misi, dan program,
serta membahas profil Kota Tangerang Selatan.
Bab IV: Temuan dan Analisis Data
Bab ini berisikan analisis efektivitas pemanfaatan media sosial Lalu, isu-isu
negatif yang berkembang seputar masa kampanye Pilkada Tangsel 2015. Serta,
berisikan temuan dan analisis data tentang startegi counter issue pasangan Airin
Rachmi Diany-Benyamin Davnie yang dilakukan oleh Tim Koordinator Counter
Issue dan Tim Medianya.
Bab V: Penutup
Bab ini mengenai kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan dan
mengajukan saran atau rekomendasi sebagai implikasi teoritis maupun praktis
dalam penelitian ini.
19
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Counter Issue
Penetapan strategi merupakan langkah krusial yang memerlukan penanganan
secara hati-hati dalam kampanye, sebab jika penetapan strategi salah atau keliru
maka hasil yang diperoleh bisa fatal. Strategi berarti bagaimana perencanaan dan
pengelolaan kegiatan untuk mendapatkan hasil yang maksimal, dalam politik lebih
kepada memperoleh dukungan.1 Jika dikaitkan dengan penangkalan isu, berarti
strategi penangkalan isu merujuk pada usaha-usaha persuasif dengan tujuan
mengontrol opini, baik untuk membentuk dan atau membina opini publik dalam
mencapai tujuan politik (strategis atau taktis) dengan pesan-pesan khas yang
disampaikan tanpa merasa dipaksa atau merasa terpaksa.
Dari penyusunan pesan-pesan dan penyebarluasan pesan kepada khalayak
sasaran untuk mengubah sikap (pikiran, perasaan, dan tindakan) sebagaimana yang
dikehendaki oleh komunikator bila diperhatikan merupakan proses sosialisasi
politik sehingga sampai kepada partisipasi politik, dimana keseluruhan proses
tersebut adalah bagian dari propaganda.2 Misalnya, propaganda yang sering muncul
dalam masa kampanye politik adalah desas-desus dalam bentuk isu. Teknik
propaganda yang dilakukan adalah dengan cara pengalihan pada objek (isu) lain.
1 Antar Venus, Manajemen Kampanye, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2009), Cet.
Ke-3, h. 26. 2 Gun Gun Heryanto, Komunikasi Politik: Sebuah Pengantar, (Bogor: Ghalia Indonesia,
2013), Cet. Ke-1, h. 75.
20
Dalam masa kampanye biasanya isu muncul dan menjalar dengan sangat cepat.
Isu muncul karena selain ketidakadaan informasi, juga dilancarkan oleh kandidat
lawan (challenger) untuk membangun atau bahkan menjatuhkan citra (image
oriented). Dalam konteks Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) ini, persebaran isu
mengarah pada kecenderungan untuk saling menjatuhkan citra kandidat Pilkada.
Karena biasanya persebaran isu memiliki kekuatan destruktif. Isu sering disamakan
dengan torpedo yang meluncur tanpa halangan dan menyebar kemana-mana dengan
kekuatannya sendiri. Karena itu pula, tidak mudah untuk melakukan aksi-tandingan
(counter action) jika suatu isu telah tersebar luas, terlebih jika isu yang tersebar itu
adalah isu negatif.
Menurut Knap dalam Achmad (1990) desas-desus atau isu adalah suatu
proposisi terhadap kepercayaan mengenai rujukan yang bersifat pembicaraan ramai
yang tersiar tanpa pembuktian resmi. Desas-desus memiliki tiga sifat dasar, yakni
(1) mempunyai pola penyebaran yang jelas, yakni dari mulut ke mulut sehingga
mudah mengalami distorsi yang berubah-ubah; (2) informasi yang disebarluaskan
mengenai orang tertentu, kejadian tertentu dalam kondisi tertentu; (3) memenuhi
kebutuhan informasi yang bisa menimbulkan kecemasan jika desas-desus bersifat
ketakutan, tetapi menjadi humor jika orang atau sasaran desas-desus jadi bulan-
bulanan.3
Sebuah isu bisa berhasil jika pesan yang disebarkan singkat, sederhana dan
menonjol, sebaliknya suatu isu sangat mudah bergeser jika makin jauh dari fakta
3 Hafied Cangara, Komunikasi Politik: Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada, 2014), Cet. Ke-4, h. 273-274.
21
yang diketahui, dan mengalami pemutarbalikkan dari keadaan yang sebenarnya.
Sifat informasi non-formal seperti ini akan ‘memakan korban’ yang lebih banyak
jika tidak cepat diluruskan. Untuk itu, jalan yang dapat ditempuh adalah
‘keterbukaan informasi’ dengan menggunakan media massa seperti surat kabar dan
media elektronik. Tetapi jika hal ini tidak bisa dilakukan maka dapat ditempuh
dengan cara rapat pertemuan (meeting) untuk mengklarifikasi isu atau desas-desus
yang beredar tersebut. Terkini klarifikasi isu bisa melalui media baru, salah satunya
adalah melalui media sosial.
Moloney (2006), bahkan menyebut political persuation sebagai weak
propaganda dalam menunjukkan kepentingan memengaruhi pihak lain. Selain
diidentikan dengan propaganda, pendekatan ini juga berakar dari tradisi retorika.
Selain diidentikkan dengan propaganda, pendekatan ini juga berakar dari tradisi
retorika.4 Harold Lasswell (1930) memberikan definisi propaganda dalam arti yang
paling luas adalah teknik memengaruhi tindakan manusia dengan memanipulasi
representasi (penyajian). Representasi bisa berbentuk lisan, tulisan, gambar atau
musik, sehingga periklanan dan publisitas masuk dalam wilayah propaganda.5 Oleh
sebab itu, dalam bab dua ini perlu juga dibahas mengenai pengertian propaganda,
jenis-jenis propaganda, dan teknik-teknik propaganda.
4 Gun Gun Heryanto, Komunikasi Politik: Sebuah Pengantar…, h. 119.
5 Anwar Arifin, Komunikasi Politik: Filsafat, Paradigma, Teori, Tujuan, Strategi, dan
Komunikasi Politik Indonesia, (Jogjakarta: Graha Ilmu, 2010), Cet. Ke-2, h. 227.
22
B. Propaganda
1. Pengertian Propaganda
Menurut Dan Nimmo, ada tiga pendekatan kepada persuasi politik, yakni
propaganda, periklanan, dan retorika. Semuanya serupa dalam beberapa hal
yakni bertujuan (purposive), disengaja (intentional), dan melibatkan pengaruh;
terdiri atas hubungan timbal balik antara orang-orang semuanya menghasilkan
berbagai tingkat perubahan dalam persepsi, kepercayaan, nilai, dan
pengharapan pribadi. Tentu saja ketiganya juga memiliki kekhususan yang
membedakan satu dengan lainnya. Salah satu definisi persuasi menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia adalah ajakan dengan cara memberikan alasan dan
prospek baik dengan tujuan untuk meyakinkan khalayak.
Menurut Jacques Ellul dalam Dan Nimmo, propaganda sebagai
komunikasi yang digunakan oleh suatu kelompok terorganisasi yang ingin
menciptakan partisipasi aktif atau pasif dalam tindakan-tindakan suatu massa
yang terdiri atas individu-individu masyarakat, dipersatukan secara psikologis
melalui manipulasi psikologis dan digabungkan di dalam suatu organisasi.6
Harrold D. Lasswell mendefinisikan propaganda dengan formulasi,
“Propaganda semata merujuk pada kontrol opini, dengan simbol-simbol
penting, atau berbicara lebih konkrit dan kurang akurat melalui cerita, rumor,
berita, gambar, atau bentuk-bentuk komunikasi sosial lainnya”. Kemudian
Lasswell memberikan definisi yang agak berbeda dengan definisi sebelumnya
6 Gun Gun Heryanto dan Ade Rina Farida, Komunikasi Politik, (Ciputat: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), Cet. Ke-1, h. 110-111.
23
yaitu, “Propaganda dalam arti luas adalah teknik memengaruhi tindakan
manusia dengan memanipulasi representasi (penyajian). Representasi bias
berbentuk lisan, tulisan, gambar, atau musik, sehingga periklanan dan
publisitas ada di dalam wilayah propaganda”. Lasswell melihat propaganda
membawa masyarakat dalam situasi kebingungan, ragu-ragu dan terpaku pada
sesuatu yang licik yang tampaknya menipu dan menjatuhkan mereka.
Propaganda diartikan sebagai proses disemasi informasi untuk memengaruhi
sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok masyarakat dengan motif
indoktrinasi ideologi.7
Herbert Blummer (1969) mengemukakan bahwa propaganda dapat
dianggap sebagai suatu kampanye politik yang dengan sengaja mengajak dan
membimbing untuk memengaruhi, membujuk atau merayu banyak orang guna
menerima suatu pandangan, ideologi atau nilai.8 Qualter mengatakan bahwa
propaganda adalah suatu usaha yang dilakukan secara sengaja oleh beberapa
individu atau kelompok untuk membentuk, mengawasi atau mengubah sikap
dari kelompok-kelompok lain dengan menggunakan media komunikasi dengan
tujuan bahwa pada setiap situasi yang tersedia, reaksi mereka yang dipengaruhi
akan seperti yang diinginkan oleh propagandis.9
Pakar psikologis Roger Brown dalam Saverin dan Tankard menyatakan
bahwa usaha-usaha persuasif adalah propaganda, jika bermanfaat bagi yang
7 Hafied Cangara, Komunikasi Politik: Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarta Utara: PT Raja
Grafindo Persada, 2011), Cet. Ke-3, h. 270.
8 Gun Gun Heryanto, Komunikasi Politik: Sebuah Pengantar…, h. 76.
9 Nurudin, Komunikasi Propaganda, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), Cet. Ke-3,
h. 9.
24
melakukan dan merugikan bagi yang menerima. Sementara di Indonesia, istilah
propaganda antara lain diartikan sebagai penyampaian pesan benar atau salah
dengan tujuan meyakinkan orang agar menganut suatu aliran, sikap atau arah
suatu tindakan tertentu yang biasanya disertai dengan janji yang muluk-
muluk.10
Propaganda sekarang merupakan bagian politik rutin yang normal dan
dapat diterima, dan tidak hanya terbatas pada pesan-pesan yang dibuat selama
perayaan politik atau kampanye. Penggunaan propaganda sebagai senjata
persuasi bukan barang baru dalam komunikasi, sebab kegiatan propaganda
sudah ada sejak manusia ada di bumi ini, meskipun istilah propaganda baru
dikenal pada pertengahan abad ke-17 ketika gereja mulai mempraktikkan
penyebaran agama Kristen. Pada waktu itu, Menteri Propaganda Jerman Dr.
Joseph Gobbels mengatakan bahwa “propaganda tidak mengenal aturan dan
etika. Tujuannya ialah membelenggu rakyat dengan segala cara untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Doktrin politik Machiavelli yang
mengabaikan relevansi moral, di mana ketidakjujuran dibenarkan dalam
mencari dan mempertahankan kekuatan politik.11
Namun, Edward Barnays justru melihat propaganda bukan sebuah usaha
yang patut dicela dalam meracuni pikiran orang dengan penuh kebohongan,
melainkan lebih dari itu yakni suatu usaha yang terkelola untuk
10 Hafied Cangara, Komunikasi Politik: Konsep, Teori, dan Strategi…, h. 270. 11 Hafied Cangara, Komunikasi Politik: Konsep, Teori, dan Strategi…, h. 270-271.
25
menyebarluaskan sesuatu untuk mendapat kepercayaan atau opini. Propaganda
menurut Barnays sangat dibutuhkan bagi peradaban umat manusia.12
Seperti yang dikutip Arifin bahwa peran Gobbles dalam melakukan
propaganda dinamakan propagandis politik. Pada umumnya, propagandis
politik adalah politikus atau aktivis politik yang memiliki kemampuan dalam
melakukan kegiatan propaganda, dan mampu merayu atau membujuk publik
dalam upaya membangun citra dan membentuk opini publik yang positif
dengan cara menjangkau khalayak yang lebih besar. Hal ini berarti propaganda
politik mampu merayu opini publik sehingga sampai sekarang masih sering
digunakan oleh para politikus, meskipun bertentangan dengan moralitas, nilai-
nilai demokrasi dan kemanusiaan.
2. Jenis-Jenis Propaganda
Untuk mencapai sasaran dan tujuannya, seorang juru kampanye perlu
mengetahui tipe atau bentuk propaganda, yakni propaganda putih, ialah
propaganda yang menyebarkan informasi ideologi dengan menyebut
sumbernya. Propaganda kelabu, ialah propaganda yang dilakukan oleh
kelompok yang tidak jelas. Biasanya ditujukan untuk mengacaukan pikiran
orang lain, seperti adu domba, intrik, dan gosip. Propaganda hitam, ialah
propaganda yang menyebarkan informasi palsu untuk menjatuhkan moral
lawan. Tidak mengenal etika dan cenderung berpikir sepihak. 13
12 Hafied Cangara, Komunikasi Politik: Konsep, Teori, dan Strategi…, h. 271.
13 Hafied Cangara, Komunikasi Politik: Konsep, Teori, dan Strategi…, h. 271-272.
26
Lalu, ada pula beberapa jenis propaganda yang dikemukakan beberapa
pengamat. Sehubungan dengan cara yang dilakukannya atas isi pesan, ada
propaganda tersembunyi dan propaganda terbuka (Dobb, 1966). Dalam
propaganda tersembunyi, propagandis menyembunyikan tujuan utamanya
dalam kemasan suatu pesan lain. Sedangkan, propaganda terbuka adalah setiap
kemasan pesan, cara dan perilakunya dikemukakan secara transparan tanpa
dikemas dengan pesan lain.14
Selanjutnya, Jacquas Ellul (1965) membagi jenis propaganda menjadi
propaganda vertikal dan propaganda horizontal. Propaganda vertikal adalah
yang dilakukan oleh satu pihak kepada khalayak banyak dan biasanya
mengandalkan media massa untuk menyebarkan pesan-pesannya. Sedangkan,
propaganda horizontal adalah propaganda yang dilakukan seorang pemimpin
suatu organisasi atau kelompok pada anggota organisasi atau kelompok itu
melalui tatap muka atau komunikasi antar personal dan biasanya tidak
mengandalkan media massa. Contoh yang kedua ini biasa digunakan partai
politik dengan mengadakan silaturahmi, anjangsana, pengajian, temu kader,
dan lain-lain.15
Ada pula jenis propaganda yang lainnya, seperti propaganda sosial dan
propaganda politik. Jenis propaganda sosial ini berlangsung secara berangsur-
angsur, sifatnya merembes, berkepanjangan. Hasilnya suatu konsepsi umum
tentang tren life style masyarakat. Melalui propaganda ini, orang disuntik
14 Nurudin, Komunikasi Propaganda…, h. 38.
15 Nurudin, Komunikasi Propaganda…, h. 39.
27
dengan suatu cara hidup atau ideologi. Sedangkan, propaganda politik
beroperasi melalui imbauan khas berjangka pendek, demi mencapai tujuan
strategis atau taktis. Misalnya dalam jangka pendek partai politik bermaksud
menaikkan legitimasinya sekaligus mendelegitimasi pihak lawan, maka partai
tersebut membuat beragam bentuk propaganda yang dalam jangka pendek
diharapkan berpengaruh secara langsung pada persepsi dan perilaku politik
khalayak yang menjadi target.16
Ellul, menyatakan bahwa propaganda politik adalah kegiatan yang
dilakukan pemerintah, partai politik dan kelompok kepentingan untuk
membentuk dan membina opini publik dalam mencapai tujuan politik dengan
pesan-pesan khas yang lebih berjangka pendek.17 Dengan begitu dapat ditarik
kesimpulan bahwa propaganda politik dapat merupakan kegiatan komunikasi
politik yang dilakukan secara terencana dan sistematik dengan menggunakan
sugesti (mempermainkan emosi) untuk memengaruhi, membentuk, atau
membina opini publik. Hal ini dilakukan dengan cara memengaruhi seseorang
atau kelompok khalayak atau komunitas yang lebih besar (bangsa), agar
melaksanakan atau meganut suatu ide (ideologi, definisi sampai dengan sikap)
dan atau kegiatan tertentu dengan kesadarannya sendiri tanpa merasa dipaksa
atau merasa terpaksa.18
16 Gun Gun Heryanto, Komunikasi Politik: Sebuah Pengantar…, h. 81-82 17 Gun Gun Heryanto, Komunikasi Politik: Sebuah Pengantar…, h. 82. 18 Anwar Arifin, Komunikasi Politik: Filsafat, Paradigma, Teori, Tujuan, Strategi, dan
Komunikasi Politik Indonesia, h. 133-134.
28
3. Teknik-Teknik Propaganda
Dalam praktik komunikasi politik, sejumlah teknik propaganda kerapkali
digunakan bahkan diandalkan dalam upaya mengubah cara pandang. Adapun
teknik-teknik dalam propaganda adalah sebagai berikut:19
1. Name calling, adalah propaganda dengan memberikan sebuah ide atau
label yang buruk. Cara ini biasanya digunakan untuk menjatuhkan
atau menurunkan citra kandidat politik dengan menggunakan sebutan-
sebutan yang buruk pada lawan yang dituju.
2. Glittering Generalities, adalah menggunakan ‘kata bijak’ untuk
melukiskan sesuatu agar mendapat dukungan tanpa menyelidiki
ketepatan asosiasi itu. Teknik ini digunakan untuk menonjolkan
propagandis dengan menyanjung dirinya sendiri.
3. Transfer, teknik ini bisa digunakan dengan memakai pengaruh
seorang figur atau tokoh yang paling dikagumi dan berwibawa dalam
lingkungan tertentu. Hal ini dimaksudkan agar komunikan
terpengaruh secara psikologis terhadap apa yang sedang
dipropagandakan.
4. Testimonials, dalam teknik ini digunakan nama seseorang terkemuka
yang mempunyai otoritas dan pretise sosial tinggi di dalam
menyodorkan dan meyakinkan sesuatu hal dengan jalan menyatakan
bahwa hal tersebut didukung oleh orang-orang terkemuka tadi.
19 Nurudin, Komunikasi Propaganda…, h. 29-35.
29
5. Plain folks, semacam imbauan yang mengatakan bahwa pembicara
berpihak kepada khalayaknya dalam usaha bersama yang kolaboratif.
Sifat ‘merakyat’ sering dimunculkan dalam teknik propaganda ini.
6. Card stacking, memilih dengan teliti pernyataan yang akurat dan tidak
akurat, logis dan tidak logis, dan sebagainya untuk membangun suatu
kasus. Teknik ini hanya menonjolkan segi positifnya saja, sehingga
publik hanya melihat satu sisi saja.
7. Bandwagon technique, usaha untuk meyakinkan khalayak agar
gagasan besarnya bisa diterima dan banyak orang akan turut serta ke
dalam gagasan tersebut. Teknik ini dengan menggembar-gemborkan
prestasi sukses yang dicapai oleh seorang kandidat politik, suatu
lembaga atau suatu organisasi.
8. Reputable mounthpiece, teknik yang dilakukan dengan
mengemukakan sesuatu yang tidak sesuai kenyataan. Teknik ini
biasanya digunakan oleh seseorang yang menyanjung pemimpinnya
tetapi tidak tulus.
9. Using all forms of persuations, teknik yang digunakan untuk
membujuk publik dengan rayuan, himbauan, dan ‘iming-iming’.
Teknik propaganda ini sering digunakan dalam kampanye.
4. Perbedaan Propaganda dengan Kampanye
Ada beberapa perbedaan mendasar antara kampanye dengan propaganda,
meski kedua-duanya juga kerap bersinggungan dalam level praktis. Perbedaan
tersebut mulai dari waktu, sifat gagasan, tujuan, modus penerimaan, modus
30
tindakan dan sifat kepentingan. Kalau aktivitas kampanye hampir selalu bisa
diperdebatkan propaganda sebaliknya kerap berorientasi linear meski dalam
praktiknya berinteraksi dengan banyak pihak. Jika kita memosisikan
propaganda dalam gradasi intensitas komunikasi, maka propaganda masuk
kategori komunikasi yang berupaya menyampaikan pesan kepada pihak lain,
kemudian menjelaskan dan memersuasi khalayak agar mengikuti frame
berpikir propagandis, serta kerap menyisipkan fakta dan non fakta secara
bersamaan. Secara lebih jelas ada sejumlah faktor yang bisa kita komparasikan
antara propaganda dengan kampanye. Perbedaan tersebut meliputi:
Tabel 2.1.
Perbedaan Kampanye dengan Propaganda20
ASPEK PEMBEDA KAMPANYE PROPAGANDA
Sumber Selalu jelas Cenderung samar-samar
Waktu Terikat dan dibatasi
waktunya
Tak terikat waktu
Sifat gagasan Terbuka dan diperdebatkan
khalayak
Tertutup dan dianggap sudah
mutlak
Tujuan Tegas, spesifik, dan variatif. Umum dan ditunjukkan
untuk mengubah sistem
kepercayaan.
Modus penerimaan
pesan
Kesukarelaan/ persuasi Tidak menekankan
kesukarelaan dan melibatkan
paksaan/ koersif
Modus tindakan Diatur kode bertindak/ etika Tanpa aturan etis
Sifat kepentingan Mempertimbangkan
kepentingan kedua belah
pihak
Kepentingan sepihak
Dari tabel 2.1. di atas, nampak jelas bahwa dari aspek sumber kampanye
biasanya sumbernya jelas atau ada yang bertanggungjawab atas aktivitas
kampanye yang dilakukan, sementara propaganda seringnya samar-samar
20 Antar Venus, Manajemen Kampanye…, h. 6.
31
bahkan terkadang tidak ketahuan siapa sumbernya.21 Dari sudut gagasan,
kampanye biasanya terbuka untuk diperdebatkan karena terdokumentasikan
dalam paparan janji-janji baik dalam teks pidato atau kampanye, skrip naskah
iklan, talkshow televisi atau radio maupun pemberitaan di media massa.
Dari sudut modus penerimaan pesan, kampanye itu berlangsung penuh
kesukaelaan, artinya khalayak diajak untuk mengikuti keinginan lembaga atau
kandidat politik tanpa memaksanya. Sementara, propaganda sebaliknya tak
menekankan pada kesukarelaan, bahkan kerapkali juga terjebak dengan
paksaan atau koersif.
Terakhir, kalau kampanye memiliki kode etik yang disepakati dalam
mengimplementasikan program-program atau janji-janji, sementara
propaganda tanpa aturan etis. Dengan demikian kerapkali menyebabkan
konflik dalam penyelenggaraan Pilkada. Sementara menyangkut sifat
kepentingan, kampanye lebih mementingkan kedua belah pihak, sementara
propaganda mementingkan sepihak yakni kepentingan propagandis.22
C. Media Baru (New Media)
Marshall McLuhan menyatakan bahwa media yang lebih lama (older media)
sering kali menjadi isi dari media yang lebih baru. Karena media baru ini membawa
konsep yang interaktif, penggunaan media baru yakni internet sebagai media atau
21 Gun Gun Heryanto dan Ade Rina Farida, Komunikasi Politik…, h. 114-115. 22 Gun Gun Heryanto dan Ade Rina Farida, Komunikasi Politik…, h. 116.
32
saluran komunikasi semakin intensif digunakan. Keterlibatan khalayak dalam
media baru memberikan implikasi mengubah eksistensi media tradisional, otoritas
sumber dalam memproduksi, memperoleh, dan mendistribusikan berita semata.23
Secara sederhana, Terry Flew (2002) mendefinisikan media baru sebagai
perkembangan atau kemajuan teknologi media massa. Pemikiran dasar dari media
baru itu sendiri adalah untuk menggabungkan keunikan dari digital media dengan
pemakaian media tradisional untuk mengadopsi dan mengadaptasi teknologi media
baru.24
Dilanjutkan definisi dari McQuail yang mengemukakan media baru adalah
tempat dimana saluran pesan komunikasi terdesentralisasi; distribusi pesan lewat
satelit meningkat penggunaan jaringan kabel dan komputer, keterlibatan audiens
dalam proses komunikasi yang semakin meningkat; semakin seringnya terjadi
komunikasi interaktif (dua sisi); dan juga meningkatnya derajat fleksibilitas untuk
menentukan bentuk dan konten melalui digitalisasi dari pesan.25
Beranjak dari definisi, McQuail menyebutkan ciri utama media baru adalah
adanya saling keterhubungan, aksesnya terhadap khalayak individu sebagai
penerima maupun pengirim pesan, interaktivitasnya, kegunaan yang beragam
sebagai karakter yang terbuka, dan sifatnya yang ada di mana-mana, serta
merupakan media komunikasi massa dan pribadi.26
23 Nicholas W. Jankowski, Creating Community with Media, dalam Leah A. Liverouw dan
Sonia Livingstone (Ed), The Handbook of New Media, (London: Sage Publications Ltd, 2006), page.
1. 24 Gun Gun Heryanto, Komunikasi Politik: Sebuah Pengantar…, h. 162. 25 Nicholas W. Jankowski, Creating Community with Media…, page. 56.
26 Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Salemba Humanika, 2011), Cet. Ke-
6, h. 43.
33
Ciri-ciri media baru yang lainnya, yaitu pertama, pesan individual dapat
dikirimkan ke sejumlah orang yang tak terbatas secara bersamaan. Kedua, setiap
orang yang terlibat dalam suatu isi media dapat mengontrol timbal balik atas konten
tersebut.27 Hadirnya media baru secara konsekuensi membuatnya berbeda dengan
sistem media massa, proses komunikasi massa maupun massa audiens yang telah
ada sebelumnya.
Setidaknya ada dua konsekuensi yang timbul dari hadirnya media, yaitu
ubiquitas dan interaktivitas.28 Ubiquitas (ubiquity), menurut McLuhan adalah
kenyataan bahwa teknologi yang dibawa oleh media baru memengaruhi setiap
orang di masyarakat di mana mereka bertempat tinggal, walau tentunya tidak semua
orang di tempat tersebut benar-benar menggunakan teknologi tersebut. Sedangkan
interaktivitas (interactivity) bermakna hadirnya media baru membuat para
penggunanya secara otonom dapat menyeleksi dari mana saja sumber informasi
yang akan dipilih dan juga dengan siapa saja akan berinteraksi langsung. Bahkan
pengguna media baru juga dapat membuat konten tersendiri untuk kemudian
dibagikan ke khalayak sesama pengguna media baru.
Adapun perbedaan antara media lama dan media baru, yakni media baru
mengabaikan batasan percetakan dan model penyiaran dengan memungkinkan
terjadinya percakapan antar banyak pihak, memungkinkan penerimaan secara
simultan, perubahan dan penyebaran kembali objek-objek budaya, mengganggu
tindakan komunikasi dari posisi pentingnya hubungan kewilayahan dan
27 Vin Crosbie, 2002, What is New Media? Terarsip di
http://www.sociology.org.uk/as4mm3a.doc pada 13 April 2016, pukul 14:11 WIB. 28 Leah A. Liverous dan Sonia Livingstone, Introduction to the Updated Student Edition,
dalam Leah A. Liverouw dan Sonia Livingstone (Ed), The Handbook of New Media, page. 6-7.
34
modernitas, menyediakan kontak global secara instan, dan memasukkan subjek
modern ke dalam mesin aparat yang berjaringan.29
Perubahan utama yang berkaitan dengan munculnya media baru, yakni; (1)
digitalisasi dan konvergensi atas segala aspek media, (2) interaksi dna konektivitas
jaringan yang makin meningkat, (3) mobilitas dan deklokasi unutk mengirim dan
menerima, (4) adaptasi terhadap peranan publikasi khalayak, (5) munculnya
beragam bentuk baru ‘pintu’ (gateway) media, (6) pemisahan dan pengaburan dari
lembaga media.30 Holmes (2005), bahkan membagi media dalam perspektif historis
yang menjadi era media pertama (first media age) dengan pola broadcast, dan era
media kedua (second media age) dengan pola interactivity, sebagaimana dijelaskan
pada tabel berikut:
Tabel 2.2.
Perbedaan Antara Era Media Pertama dan Era Media Kedua31
29 Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa…, h. 151.
30 Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa…, h. 152.
31 Rulli Nasrullah, Cyber Media, (Yogyakarta: IDEA Press Yogyakarta, 2013), Cet. Ke-1,
h. 17-18.
No. Perbedaan
1. Era media pertama (broadcast) Era media kedua (interactivity)
2. Tersentral (dari satu sumber ke
banyak khalayak)
Tersebar (dari banyak sumber ke banyak
khalayak)
3. Komunikasi terjadi satu arah Komunikasi terjadi timbal balik atau dua
arah
4. Terbuka peluang sumber atau media
untuk dikuasai
Tertutupnya penguasaan media dan
bebasnya kontrol terhadap sumber
5. Media merupakan instrument yang
melanggengkan strata dan
ketidaksetaraan kelas sosial
Media memfasilitasi setiap khalayak
(warga Negara)
6. Khalayak massa yang terfragmentasi Khalayak bisa terlihat sesuai dengan
karakter dan tanpa meninggalkan
keragaman identitasnya masing-masing
7. Media dianggap dapat atau sebagai
alat memengaruhi kesadaran sosial
Media melibatkan pengalaman kahalayak
baik secara ruang maupun waktu
35
Pada era media pertama; produksi media tersentralisasi (one-to-many), media
dalam kondisi mengendalikan, reproduksi stratifikasi sosial dan ketidaksetaraan
melalui media, terfragmentasinya khalayak dan dianggap massa, dan dapat
membentuk kesadaran sosial.
Sedangkan, pada era media kedua; terjadi desentralisasi infromasi (few-to-few
dan atau many-to-many), media tidak dalam kondisi mengendalikan, demokratisasi,
lebih cenderung mempromosikan kesadaran individual, dan berorientasi secara
individual. Salah satu karakter dari apa yang disebut sebagai media lama atau media
baru adalah term broadcast yang mewakili konteks media lama, sementara term
intractivity mewakili konteks media baru.
Kesemua konsekuensi yang lahir dari media baru sejalan dengan tesis
technological determinism yang melihat bahwa teknologi secara tidak terelakkan
mendorong manusia untuk melakukan tindakan dan juga perubahan sosial. Hal ini
berkaitan dengan adanya media sosial yang merupakan bagian dari media baru.
1. Karakteristik Media Sosial
Menurut Sirous Panahi, Jason Watson, dan Helen Partridge (2012) dalam
World Academy of Science Journal membagi karakteristik media sosial dapat
dikategorikan menjadi lima fitur, yakni:32
a. User-generated content, penciptaan konten adalah salah satu dari
karakteristik utama dari media sosial. Pengguna tidak lagi hanya
sederhana sebagai pembaca, melainkan mereka dapat berkontribusi
32 Sirous Panahi, Jason Watson, dan Helen Partridge, Social Media and Tacit Knowledge
Sharing: Developing a Conceptual Model, World Academy of Science Journal, 2012, page 1096.
36
dalam membuat, mengedit, memberikan komentar, anotasi,
mengevaluasi, dan mendistribusikan isi asli dalam ruang media sosial.
b. Peer to peer communication, yang membedakan media sosial dari
teknologi web lama adalah kekuatan menghubungkan pengguna ke
pengguna (one-to-many) dengan cara yang interaktif, dibandingkan
pendekatan lama menghubungkan pengguna dengan isi. Konektivitas
adalah fitur utama dari media sosial. Memungkinkan orang mudah
untuk tetap terhubung dengan satu sama lain dalam waktu real dan
dalam basis global.
c. Networking, membangun komunitas dengan pengguna lain utama
karakteristik media sosial. Ini telah memungkinkan orang-orang
dengan minat yang sama berkumpul dalam secara ruang online,
menemukan satu sama lain, berbagi profil, merek sendiri,
mengembangkan hubungan, berdiskusi bebas tentang mereka sehari-
hari masalah, dan mentransfer pengetahuan dan pengalaman.
d. Multimedia oriented, karakteristik utama dari aplikasi media sosial
yang memungkinkan pengguna untuk menyimpan dan berbagi
beberapa konten bentuk seperti teks, gambar, audio, video, dan
lainnya format dengan cara yang interaktif dan mudah.
e. User friendly, media sosial terkenal karena kemudahan penggunaan
aplikasi yang tidak membutuhkan kemampuan teknisi tinggi.
37
Lalu, Mayfield menambahkan, online social media merupakan sebuah
media online jenis baru yang memiliki karakteristik sebagai berikut:33
a. Partisipasi, media sosial mendukung kontribusi dan umpan balik dari
semua orang yang tertarik di dalamnya, sehingga tercipta sebuah
partisipasi dari pengguna di media tersebut.
b. Keterbukaan, sebagian besar pelayanan media sosial terbuka untuk
umpan balik dan partisipasi. Mereka mendukung adanya votting,
comment, dan saling membagi informasi. Sedikit kemungkinan
adanya batasan untuk mengakses atau menggunakan konten yang
tersedia memang ditujukan bagi para penggunanya.
c. Percakapan, dimana media tradisional lebih mengandalkan
‘broadcast’ (konten didistribusikan kepada pengguna), sedangkan
media sosial lebih terlihat sebagai komunikasi dua arah.
d. Komunitas, media sosial memungkinkan komunitas terbentuk lebih
cepat dan lebih efektif untuk berkomunikasi. Komunitas berbagi
beberapa hal yang sama, seperti kesukaan terhadap kuliner, sebuah isu
politik, atau sebuah acara televisi.
e. Connectivity, kebanyakan media sosial mengandalkan konektivitas
mereka dengan duniai internet. Seperti dengan link ke website lain
sehingga interaksi yang tercipta tidak hanya pada media sosial
33 Anthony Mayfield, What is Social Media? (Online resource:
http://www.icrossing.co.uk/fileadmin/uploads/eBooks/What_is_Social_Media_iCrossing_ebook.p
df), 2007, page 5.
38
tersebut, namun juga ke berbagai sumber yang mendukung kekayaan
interaksi bagi user itu sendiri.
2. Kelebihan dan Kekurangan Media Sosial
Beberapa kelebihan internet sebagai media sosial, antara lain:34
1. Interaktif, terbuka, dan demokratis sehingga siapa saja bisa
berpartisipasi, memberi komentar dan berbagi informasi dalam waktu
yang cepat dan tak terbatas.
2. Bersifat global tanpa perlu bertemu muka secara langsung (terakhir
bisa dengan muka melalui virtual yahoo messanger).
3. Sebagai ruang publik yang terbuka, luwes, dan lingkungan informasi
yang dinamis.
4. Pengguna terbawa pada jejaring perkawanan dalam situasi yang erat
(friendly) sehingga dengan mudah melakukan kontak, mencurahkan
perasaan (curhat), mencerca, keluhan, pujian, fitnah yang tidak bisa
dilakukan oleh media konvensional (lama).
5. Menciptakan jejaring sosial (individu, kelompok, dan antar
komunitas) dalam membangun isu dan kekuatan yang bisa melahirkan
gerakan massa.
6. Setiap pengguna bisa memproduksi informasi dan
mendistribusikannya ke banyak pihak tanpa batas (multilevel
marketing model).
34 Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2013), Cet. Ke-1, h. 130-131.
39
Begitu bebasnya penggunaan media sosial, sehingga melahirkan sejumlah
pengaruh pada perilaku manusia dalam berkomunikasi maupun dalam
hubungan antar manusia (Darmastuti, 2011) antara lain dapat disbeutkan
sebagai berikut:35
1. Mengubah masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern
dengan terbiasa melakukan transaksi dan negosiasi secara online.
2. Perubahan perilaku dengan mudah penyimpangan seksual, menghujat
dan memfitnah orang lain sehingga bisa menimbulkan delik hukum.
3. Membiasakan masyarakat berperilaku tidak jujur dan suka berbohong,
melalui pesan yang tidak sesuai dengan realitas sesungguhnya.
4. Membuat masyarakat jarang berkomunikasi langsung sehingga
komunikasi antara orang tua dan anak lebih banyak melalui media
virtual.
5. Cara pandang masyarakat dengan melihat dunia dalam arti luas dan
global-tidak berorientasi lokal.
6. Individu menjadi pusat informasi, sehingga menimbulkan keakuan,
menang sendiri, dan cenderung menonjolkan pencitraan diri.
7. Berlomba-lomba menonjolkan diri untuk mendapatkan teman dalam
hal bergaul.
3. Facebook dan Twitter
Media sosial saat ini mengacu pada penggunaan web-based dan teknologi
mobile untuk mengubah komunikasi menjadi dialog yang lebih interaktif.
35 Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi…, h. 131-132.
40
Kaplan dan Michael Haenlein, membuat definisi mengenai media sosial
sebagai sebuah grup dari aplikasi dengan dasar internet yang membangun dasar
dari ideologi dan teknologi dari web 2.0, dan memperbolehkan pembuatan dan
pertukaran user-generated content atau konten yang dibuat oleh penggunanya,
sebagai satu kesatuan metode untuk mengembangkan komunikasi sosial,
dimana juga menggunakan akses ubiquitous dan terukur dari teknik
komunikasi yang dibangun.36
Melalui media sosial, pengguna dapat membangun bahkan menjalin
persahabatan dan berbagi informasi dengan pengguna lainnya tanpa ada
hambatan berupa jarak dan waktu. Media sosial menjadi media interaksi baru
yang membuat ruang-ruang bagi masyarakat untuk saling berbagi, bercerita
dan menyalurkan ide-idenya. Akibatnya, masyarakat melakukan migrasi
virtual untuk berinteraksi di ruang maya atau virtual agar dapat berinteraksi
dengan pengguna lainnya. Jika sebelumnya, komunikasi dan interaksi kita
hanya sebatas tatap muka, maka hal tersebut semakin terpanjangkan dengan
hadirnya media sosial.
Dilihat dari perkembangan media sosial di internet, terutama yang populer
digunakan di Indonesia, maka awal popularitas media sosial berbasis internet
web 2.0 adalah Friendster. Di awal tahun 2000-an Friendster memulai demam
media sosial. Popularitas Friendster tergerus dengan kehadiran Facebook yang
menawarkan fasilitas lebih variatif. Facebook secara cepat menjadi situs media
36 Andreas Kaplan dan Michael Haenlein, Users of the world, unite! The Challenges and
Oppurtunities of Social Media, Business Horizons, 2010.
41
sosial yang paling banyak diminati.37 Para aktor politik tidak ketinggalan dalam
memanfaatkan Facebook sebagai media untuk menjaring popularitas.
Sebaliknya, khalayak menjadikan Facebook sebagai media untuk
menumpahkan pendapatnya tentang fenomena komunikasi politik yang terjadi.
Setelah Facebook, Twitter yang hanya menyediakan 140 karakter untuk
menulis kicauan pendek (tweet), menjadi fenomena yang mengglobal. Twitter
adalah layanan micro blogging yang mendistribusikan potongan ukuran teks di
beberapa platform, termasuk ponsel, instant messaging, dan email. Pesan
sering digunakan untuk update status tentang apa yang dilakukan oleh
pengguna.
Sebagai media sosial, Twitter dan Facebook bekerja dengan prinsip
jejaring. Satu akun akan terhubung dengan akun yang lain jika pengguna, baik
pemilik atau pengunjung, mengoneksikan akun yang dimiliki melalui klik opsi
follow atau add friend. Ketika sebuah akun Twitter atau Facebook sudah
terhubung, maka kita dapat memperoleh informasi dari akun yang kita follow.
Dari informasi itu lah pengguna bisa berinteraksi dengan pengguna lainnya.
Melalui Facebook dan Twitter seseorang dapat bertemu kembali dengan
teman-teman lama, membangun silaturahmi yang dahulu sempat terputus, dan
dapat berkomunikasi dengan lancar walaupun berjauhan. Facebook dan Twitter
juga sebagai media promosi online untuk mempermudah seseorang yang ingin
mempromosikan, baik dalam bentuk perniagaan, budaya, bahkan politik.
37 Fajar Junaedi, Komunikasi Politik: Teori, Strategi, dan Aplikasi di Indonesia,
(Yogyakarta: Mata Padi Pressindo, 2013), Cet. Ke-1, h. 98.
42
Banyaknya pengguna Facebook dan Twitter membuka peluang bagi banyak
orang untuk dapat melihat sesuatu hal yang memang sengaja ingin
dipromosikan.
Selain itu Facebook dan Twitter juga sebagai tempat diskusi yang tepat.
Kolom comment yang ditulis seseorang secara bebas, akan direspon oleh orang
lain, sehingga disini dapat dijadikan sebagai ajang tukar pikiran yang baik. Hal
ini sangat menarik sebab di satu sisi masyarakat jadi lebih mudah
berkomunikasi jarak jauh, tapi juga mulai menggerogoti interaksi sosial
masyarakat, sebab mereka mulai lebih cenderung berinteraksi di dunia maya
ketimbang bertemu bertatap muka.
Menurut Schoeder (2004), media sosial adalah suatu ruang publik dimana
orang-orang menggunakannya untuk membaca dan mengekspresikan opini-
opini politik. Penggunaan media sosial dalam komunikasi politik yang semakin
meluas tentu tidak bisa lepas dari faktor lingkungan yang dinamis.
Keefektifan serta peranannya yang begitu hebat menjadikan media sosial
menjadi salah satu komponen penting bagi pembentukan kepribadian
masyarakat, serta perilaku dan pengalaman kesadaran masyarakat. Oleh karena
itu pula banyak kelompok masyarakat yang berupaya menjadikan media sosial
sebagai sarana propaganda ide, cita-cita, nilai, dan norma yang mereka ingin
bentuk atau ciptakan.
43
D. Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)
1. Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)
Reformasi telah membawa perubahan setidaknya terlihat pada dua aspek,
yaitu mekanisme pemilihan kepala pemerintahan di tingkat nasional dan
daerah, serta pelaksanaan pemilihan langsung calon legislatif pusat dan daerah.
Harapan perubahan ke arah yang lebih baik ditandai dengan dikeluarkannya
UU No. 22 Tahun 1999 dan UU No. 25 Tahun 1999, meskipun sempat dinilai
terlalu dipaksakan oleh pemerintah pada waktu itu. Perubahan ini berarti
adanya pergeseran kedaulatan politik dari partai politik (parpol) kepada rakyat
yang secara langsung dapat memberikan suaranya dalam menentukan siapa
yang mereka nilai layak untuk memimpin.38
Seiring perubahan sistem pemilihan pemerintahan di tingkat nasional,
ternyata memiliki implikasi politis terhadap sistem pemilihan kepala
pemerintahan di tingkat daerah. Pada masa Orde Baru, kepala pemerintahan di
daerah, tingkat satu dan dua, calon-calon dipilih secara proforma oleh anggota
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), kemudian diajukan untuk mendapatkan
restu dari atas. Pada masa reformasi, proses pemilihan yang bersifat lebih
sentralistis kemudian bergeser kepada pilihan anggota DPR Daerah. Sistem
Pilkada masih bersifat oligarkis dan rakyat masih belum berdaulat sepenuhnya
dalam memilih kepala daerah. Namun, pergeseran ini dapat dinilai sebagai
38 Donni Edwin et al, Pilkada Langsung: Demokratisasi Daerah dan Mitos Good
Governance, dalam Koleksi Pustaka Pribadi Cecep Effendi, (Jakarta: Partnership, 2005), Cet. Ke-1,
h. 1.
44
langkah maju dalam proses demokratisasi, yaitu bentuk desentralisasi
kekuasaan (otonomi daerah) hasil langsung dari reformasi.39
Sebelum munculnya UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
sewaktu itu UU No.22 Tahun 1999 digunakan sebagai landasan hukum
Pilkada. Mekanisme tersebut memiliki dampak terhadap minimnya peranan
masyarakat dalam menentukan siapa yang akan memimpin wilayah mereka
dalam waktu lima tahun. Kini dengan disahkannya UU No.32 Tahun 2004,
yang mengamanatkan bahwa kepala daerah dipilih langsung oleh rakyat. Hal
ini berarti bahwa sistem Pilkada mengalami perubahan ke arah yang lebih
demokratis, rakyat memiliki kedaulatan penuh atas hak politiknya dalam
memilih calon pemimpin mereka.40
39 Donni Edwin et al, Pilkada Langsung: Demokratisasi Daerah dan Mitos Good
Governance…, h. 2.
40 Mahi M. Hikmat, Komunikasi Politik: Teori dan Praktek dalam Pilkada Langsung,
(Bandung: PT Simbiosa Rekatama Media, 2010), h. 175.
45
Bagan 2.1.
Model Pemilihan Kepala Daerah Langsung di Indonesia41
Umpan balik
Berdasarkan bagan di atas, Pemilihan Kepala daerah terbagi tiga, yaitu
ditunjuk oleh Pemerintah Pusat, ditunjuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD), dan secara langsung. Pilkada secara langsung yang dilakukan
oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi dan Kabupaten serta diawasi
oleh Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu). Panwaslu itu sendiri
terdiri dari kejaksaan, perguruan tinggi, kepolisian, pers, serta tokoh
masyarakat. Pada model pemilihan secara langsung ini, pasangan calon kepala
41 Mahi M. Hikmat, Komunikasi Politik; Teori dan Praktek dalam Pilkada Langsung…, h.
126.
PEMERINTAH
PUSAT
KPUD
PANWAS DPRD
1. Pendaftaran Pemilih
2. Pencalonan
3. Kampanye
4. Pemungutan dan
Perhitungan
5. Penetapan Calon Terpilih
Calon
Kepala
Daerah /
Wakil
Kepala
Daerah
Partai
Gabungan
Partai
Kepala
Daerah dan
Wakil
Kepala
Daerah
Pemantau Masyarakat
46
daerah dan wakilnya diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik
yang memenuhi persyarakatan dan pasangan calon perseorangan. Selanjutnya
pasangan calon yang memenuhi persyaratan mengikuti kompetisi melalui
pemilihan umum untuk dipilih secara langsung oleh rakyat pemilih.
Perubahan sistem pemilihan berarti juga telah membawa perubahan
hubungan tata pemerintahan antara pusat dan daerah. Pendelegasian kekuasaan
dari pusat ke daerah tidak lagi terbatas pada kewenangan yang bersifat
administratif, tetapi telah bergeser ke arah yang lebih maju yaitu kewenangan
politik dan juga menjadi ‘pemimpin politik’ di daerah, karena dipilih dan
mendapatkan legitimasi politik yang kuat dari rakyat.42
2. Sisi Positif dan Sisi Negatif Pilkada
Harus diingat bahwa Pilkada hanyalah sebuah proses yang tidak bediri
sendiri. Baik atau buruknya proses berkaitan langsung dengan subjek yang
terlibat langsung dalam proses tersebut. Keberhasilan pelaksanaan Pilkada,
baik dalam pengertian ‘prosedural’ ataupun ‘substansial’, terkait dengan tiga
faktor; (1) pemilih yang memiliki hak pilih, (2) penyelenggara yaitu KPU
Daerah, Panwaslu, pemantau, dan pemerintah, serta (3) lembaga stake holders
lainnya.43
Beranjak dari faktor keberhasilan pelaksanaan Pilkada, ada pula sisi positif
dan sisi negatif dari pelaksanaan Pilkada. Sisi positif dari Pilkada, yaitu
pertama, kepala daerah yang terpilih melalui pemilihan langsung akan
42 Donni Edwin et al, Pilkada Langsung: Demokratisasi Daerah dan Mitos Good
Governance…, h. 2. 43 Donni Edwin et al, Pilkada Langsung: Demokratisasi Daerah dan Mitos Good
Governance…, h. 3.
47
mendapat mandat dan dukungan yang riil dari rakyat sebagai wujud “kontrak
sosial” antara pemilih dengan yang dipilih. Semangat Pilkada langsung adalah
memberikan ruang yang luas bagi partisipasi politik masyarakat untuk
menentukan kepala daerah sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan di daerah
masing-masing. Sehingga diharapkan kebijakan-kebijakan dari pemerintah
nantinya sesuai dengan harapan dan keinginan rakyat pada umumnya, atau
dengan kata lain, lebih mendekatkan pemerintah kepada rakyatnya. Selain itu,
Pilkada secara langsung oleh rakyat ini akan membawa pengaruh secara
transparan dan bertanggungjawab, sehingga akan membawa dampak kepada
peningkatan pendidikan politik rakyat.44
Kedua, kedekatan calon dengan masyarakat daerah dan penguasaan medan
(geografi, demografi, SDA, dan SDM) dan berbagai permasalahan dalam
masyarakat, merupakan prasyarat mutlak yang harus dikuasai oleh calon.
Pendayagunaan sumber daya (resources) yang dimiliki calon akan lebih efektif
dan efisien, sebab komunikasi calon dengan masyarakat tidak difasilitasi oleh
pihak ketiga, walaupun menggunakan kendaraan parpol. Ketokohan figur
calon sangat menentukan dibanding dengan kekuatan mesin parpol, artinya
besar atau kecilnya parpol yang dijadikan kendaraan politik pencalonan tidak
berkolerasi kuat terhadap keberhasilan seorang calon.45
Ketiga, Pilkada secara langsung dapat menjadi mekanisme rekrutmen
politik atas calon pemimpin bangsa. Dengan kata lain, mungkin saja dapat
44 Djohermansyah Djohan dan Made Suwandi, Pilkada Langsung: Pemikiran dan
Peraturan, (Jakarta: IIP Press, 2005), Cet. Ke-1, h. 9.
45 Djohermansyah Djohan dan Made Suwandi, Pilkada Langsung: Pemikiran dan
Peraturan…, h. 10.
48
meningkatkan gairah birokrasi Pemerintahan Daerah, karena adanya
keleluasaan untuk mengambil keputusan, serta terbukanya peluang karir yang
lebih tinggi melalui kompetensi profesional. Artinya, jika kinerja seseorang
bupati atau walikota piawai, mungkin saja dapat dicalonkan dalam pemilihan
gubernur. 46
Keempat, pemberian pelayanan umum kepada masyarakat akan semakin
meningkat, baik kualitas maupun kuantitas, sejalan dengan meningkatnya
tuntutan dari masyarakat akan pelayanan yang lebih baik yang pada gilirannya
akan menimbulkan keterpercayaan kepada masyarakat.47
Sedangkan, sisi negatifnya, yaitu pertama, kemungkinan munculnya
konflik kepentingan antara propinsi dan kabupaten atau kota, dan antar daerah.
Dampak pemekaran daerah sehingga menjadi ajang perebutan kekuasaan di
kalangan elit politik lokal. Atau dengan kata lain, proses Pilkada ini dapat
menyebabkan monopoli di tingkat lokal, bahkan merambah kepada struktur
politik di tingkat lokal. Kedua, ketidakseimbangan populasi antara penduduk
asli dengan para pendatang yang relatif lebih besar jumlahnya di daerah
pemekaran. Ketiga, dalam penyelenggaraan Pilkada langsung kemungkinan
terjadinya isu kolusi dan isu money politic, disebabkan ekonomi di daerah
masih relatif rendah. Fanatisme golongan dan keluarga sangat menonjol
46 Agust Riewanto, Ensiklopedia Pemilu, (Wonogiri: Lembaga Studi Agama dan Budaya,
2007), h. 180. 47 Djohermansyah Djohan dan Made Suwandi, Pilkada Langsung: Pemikiran dan
Peraturan…, h. 11.
49
sehingga kadang tidak rasional dan menimbulkan sikap siap menang, tetapi
tidak siap kalah.48
Keempat, sikap dan perilaku birokrasi pusat yang cenderung untuk tetap
mempertahankan statusquo, terutama dalam hal mempertahankan kewenangan
pusat yang enggan menyerahkannya kepada daerah (tidak transparan). Kelima,
kekurangpahaman terhadap metode riset ilmiah melalui quick count sehingga
cenderung menolak hasil perhitungan dengan melakukan perhitungan sendiri
yang kurang didasari keakuratan data.49
E. Peraturan dan Adab Sopan Antar Orang Beriman
Surat Al-Hujurat berisi petunjuk tentang apa yang harus dilakukan oleh
seorang mukmin terhadap Allah SWT dan terhadap Nabi SAW, dan orang yang
menentang ajaran Allah dan Rasul-Nya, yaitu orang fasik. Pada pembahasan ini
dijelaskan apa yang harus dilakukan seorang mukmin terhadap sesama manusia
secara keseluruhan demi terciptanya sebuah perdamaian.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar berita yang tidak jelas
asal-usulnya. Terkadang, isu kecil diperbesarkan dalam berita yang diedarkan atau
sebaliknya. Terkadang, berita itu juga berkaitan dengan kehormatan seorang
muslim. Dalam firman Allah berikut ini berisi penjelasan tentang bagaimana
48 Hafied Cangara, Komunikasi Politik: Konsep, Teori, dan Strategi…, h. 263. 49 Djohermansyah Djohan dan Made Suwandi, Pilkada Langsung: Pemikiran dan
Peraturan…, h. 12.
50
seharusnya sikap seorang muslim terhadap berita-berita yang belum jelas
kebenarannya. Allah berfirman dalam Surat Al-Hujurat ayat 6:
“Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik
membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak
menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum karena kebodohan
(kecerobohan) yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu” (6).
Dalam ayat ini, Allah melarang hamba-hambanya yang beriman percaya
kepada berita angin. Allah menyeru untuk memastikan kebenaran berita yang
sampai kepada kita. Tidak semua berita itu benar dan juga tidak semua berita yang
disampaikan ada faktanya. Ingatlah, musuh-musuh kamu senantiasa untuk
menjatuhkan kamu. Maka wajib atas kamu untuk selalu berwaspada, hingga kamu
kenal pasti orang yang hendak menyebarkan berita yang tidak benar.
Adapun etika yang diusung untuk menciptakan sebuah perdamaian dan
menghindari pertikaian yaitu menjauhi sikap mencaci, menghina, saling memberi
panggilan yang buruk, berprasangka buruk (suudzon), memfitnah, mencari-cari
kesalahan orang lain (tajassus), bergunjing, serta tidak boleh bersikap sombong dan
saling membanggakan diri, karena derajat manusia di hadapan Allah SWT sama
terdapat dalam Al-Quran Surat Al-Hujurat ayat 12:
51
“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka
(dugaan terhadap sesama Muslim), sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa,
dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah sebagian
kamu menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu jijik. Dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi
Maha Penyayang” (12).
Lalu, membahas soal menggunjing erat kaitannya dengan penyebaran berita
atau isu yang belum jelas asal-usul kebenarannya. Ini bertentangan dengan Al-
Quran Surat Al-Ahzab ayat 70:
“Wahai orang-orang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah
perkataan yang benar” (70).
Dalam ayat tersebut, Islam mengajarkan untuk bertutur kata yang tepat.
Maksudnya ialah jujur, sesuai dengan fakta, dan tidak dibuat-buat, ditambah-
tambahkan ataupun dikurang-kurangi. Maka dari itu, seperti yang telah Allah
serukan dalam Surat Al-Hujurat ayat enam dan ayat 12 menerangkan tentang akhlak
yang baik dalam berhubungan dengan sikap orang mukmin terhadap mereka
seagama, soapn santun dalam pergaulan dan pergaulan antar suka dan bangsa.
Serta, menerangkan bagaimana sikap orang-orang mukmin dalam menerima berita
52
dari orang-orang fasik. Begitu pula dengan seruan Allah pada Surat Al-Ahzab ayat
70 untuk selalu berkata perkataan yang benar dan sesuai dengan faktanya. Ternyata
Al-Quran sebagai sumber ajaran Islam telah memberikan perhatian sebegitu
detailnya terhadap perlunya adab sopan dalam bergaul.
53
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Profil Pasangan Walikota dan Wakil Walikota Tangerang Selatan
Periode 2016-2021
1. Profil Airin Rachmi Diany
Airin Rachmi Diany yang lahir di Kota Banjar pada 28 Agustus tahun
1976, sekarang menjadi Hj. Airin Rachmi Diany Wardana merupakan orang
nomor satu di Kota Tangerang Selatan (Tangsel). Suaminya adalah Tubagus
Chaeri Wardana atau akrab dipanggil Wawan yang merupakan adik dari Ratu
Atut Chosiyah. Adik ipar dari Atut yang berperangai kalem dan pendiam kini
telah memiliki dua orang anak hasil pernikahannya dengan Wawan. Keluarga
Airin tinggal di Jalan Sutera Nerada V Nomor 16, Alam Sutera, Serpong, Kota
Tangerang Selatan, Banten.
Airin menjabat posisi sebagai Walikota Tangsel selama periode tahun
2011 sampai 2016, namun pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2015,
Airin kembali maju mencalonkan diri berpasangan dengan Benyamin Davnie.
Akhirnya, pasangan petahana yakni Airin-Benyamin kembali menang dan
menjadi Walikota dan Wakil Walikota Terpilih periode 2016 - 2021. Dengan
perolehan suara terbanyak yang mencapai 305.322 suara sah atau sama dengan
59, 62 persen suara, mengalahkan lawan politiknya yaitu Ikhsan Modjo-Li
Claudia dan Arsid-Elvier Andriannie.
Airin kecil bersekolah di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Cibodas Banjar,
kemudian ia melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Menengah Pertama
54
(SMP) Negeri 5 Bandung. Setelah tamat, Mojang ini melanjutkan
pendidikannya ke jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) tepatnya di SMA
Negeri 20 Bandung. Universitas Parahyangan dan Universitas Padjajaran
menjadi tempat menimba ilmunya sebagai mahasiswi. Airin berhasil
mendapatkan gelar Sarjana Hukum (SH) dari Universitas Parahyangan.
Studinya di Universitas juga berbuah gelar yaitu Spesialis Satu (SP-1) Program
Studi Notariat dan Magister Hukum (MH), Program Studi Ilmu Hukum Bisnis.
Airin merupakan sosok perempuan yang aktif dan berjiwa sosial. Di masa
mudanya, sudah banyak prestasi yang diraih oleh perempuan yang memiliki
kegemaran bersepeda ini, mulai dari Putri Pariwisata dan Putri Favorit pada
Pemilihan Putri Indonesia tahun 1996, juara kesatu Mojang Provinsi Jawa
Barat tahun 1995 dan Mojang dan Jajang Parahyangan Kodya Bandung,
PASKIBRAKA Provinsi Jawa Barat tahun 1992, terakhir Airin ikut menjadi
peserta The 2nd Pasific Asia Travel Association Youth Forum.
Sebagai salah satu warga Tangsel, Airin dikenal aktif dalam berbagai
kegiatan sosial. Notaris yang juga lulusan Magister Hukum Bisnis Universitas
Padjajaran (Unpad) Bandung ini memprakarsai sederet program di bidang
pendidikan, kesehatan, lingkungan, dan kepemudaan. Tak kurang dari
pendirian Komunitas Masyarakat Gemar Membaca (MAGMA), Taman
Bacaan Masyarakat (TBM), gerakan menyumbang buku, tryout SNMPTN,
beasiswa, pemberian nutrisi sehat, pelatihan pengolahan sampah, pengobatan
gratis, gaya hidup ramah lingkungan (go green), dan fogging gratis digagasnya.
55
Berkat komitmennya di bidang sosial, Airin sempat mendapat
penghargaan Kartini Indonesia 2010 (Kartini Award) dari International
Human Resources Development Programme (IHRDP) dan Kharisma
Indonesia Foundation (KLIF), serta anugerah Tokoh Generasi Plural, Aktivis
Sosial, dan Kemanusiaan oleh Forum Pembauran Kebangsaan (FPK). Gerakan
berbasis komunitas yang digagasnya pun mendapat juara kesatu tingkat
nasional untuk Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Mandiri dan berkelanjutan.
Selain dikenal sebagai perempuan yang aktif berjiwa sosial, Airin juga
berkontribusi dalam berbagai macam organisasi. Di antaranya menjadi Ketua
Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Tangsel (2009 - kini), Dewan Pembina
Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kota Tangsel (2010 - 2013),
Dewan Pembina PRAMUKA Kota Tangsel, Wakil Ketua Komisi
Perlindungan Anak Daerah (KPAID) Kota Tangsel, Pengurus Daerah Ikatan
Notaris Indonesia (INI) Kota Tangsel, dan Ketua Dewan Penyantun Kaukus
Perempuan Peduli Kesehatan Kota Tangsel.
Organisasi-organisasi yang disebut hanya yang di wilayah Tangsel, belum
termasuk disebutkan organisasi yang diikuti Airin di wilayah luar Tangsel.
Salah satunya yang di Provinsi Banten adalah Pembina Forum Masyarakat
Peduli Pendidikan dan Kesehatan Provinsi Banten. Melanjutkan dari
pengalaman organisasi, Airin juga memiliki pengalaman kerja, yaitu sebagai
Asisten Notaris di Kantor Imas Tarwiyah SH, MH (1999), Notaris di
56
Kabupaten Tangerang (2004), dan Pejabat Pembuat Akta Tanah di Kabupaten
Tangerang (2008).1
Airin juga pernah mendapatkan dua penghargaan yaitu Kartini Indonesia
2010 diberikan oleh International Human Recources Development Programme
dan Tokoh Generasi Plural, serta penghargaan Aktivis Sosial dan Kemanusiaan
yang diberikan oleh Forum Pembauran Kebangsaan. Perempuan yang sudah
berkeluarga dan mempunyai dua anak ini untuk saat ini memfokuskan diri agar
berguna tidak hanya bagi keluarga maupun orang-orang di sekitarnya, terlebih
masyarakat Kota Tangsel.
Latar belakang inilah yang kemudian mengantarkan Airin untuk
mencalonkan diri sebagai Calon Wali Kota Tangsel pada Pilkada Tangsel
2015. Didukung oleh enam partai koalisi yang terdiri dari Partai Golkar, Partai
Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Nasional
Demokrat (NasDem), Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan
Pembangunan (PPP). Airin merasa terpanggil untuk menjadikan Tangsel
sebagai rumah dan kota bagi warganya, sesuai dengan slogan yang diusungnya.
Tangsel harus menjadi kota yang mandiri, damai, dan asri dimana seluruh
warganya dapat bekerja, beraktivitas, belajar, dan berkarya. Sebuah rumah
yang memberi suasana aman, nyaman, dan kondusif untuk mereka yang tinggal
di dalamnya.
1 Riwayat Hidup Airin, diakses dari www.kpud-tangsel.go.id pada tanggal 16 Maret
2016, pukul 2:57 WIB.
57
2. Profil Benyamin Davnie
Drs. H. Benyamin Davnie adalah nama lengkap seorang Wakil Wali Kota
Tangerang Selatan (Tangsel) yang baru ini. Bang Ben panggilan akrabnya ini
lahir di Pandeglang 1 September 1958 dan kini umurnya sudah 57 tahun. Pria
asal Pandeglang ini mempunyai hobi memancing. Keluarga Benyamin
bertempat tinggal di Jalan Perwira Nomor 02 RT 01/02, Kelurahan Suka Asih,
Kota Tangerang.
Benyamin merupakan pendamping Airin dalam memimpin Kota Tangsel
pada periode tahun 2011 hingga seharusnya 2016 yang akan datang. Namun,
pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2015 kemarin, ia kembali
maju bersama Airin sebagai pasangan petahana melawan dua pasangan
kompetitornya. Dan pasangan petahana ini kembali memenangkan Pilkada
Kota Tangsel 2015.
Dahulu Benyamin mengawali pendidikannya di Sekolah Dasar Negeri
(SDN) 1 Tangerang, lalu dilanjutkan pada tingkat Sekolah Menengah Pertama
(SMP) Negeri 6 Tangerang. Masih di wilayah yang sama, yaitu Tangerang,
Benyamin meneruskan Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu di SMA Negeri
1 Tangerang. Terakhir, Benyamin berhasil meraih gelar Sarjana Program Studi
Ilmu Pemerintahan di Universitas Padjajaran Bandung pada tahun 1982. Dan
di saat alumnus Universitas Padjajaran mengadakan reuni, Benyamin bertemu
dengan Airin. Dimana Benyamin dan Airin memulai komunikasi mereka satu
sama lain. Tentunya sudah lebih dahulu Benyamin mengawali karir politiknya.
58
Berhubungan dengan gelar Sarjana yang telah didapat, Benyamin pun
memiliki deretan pengalaman kerja yang tidak lepas dari Ilmu Pemerintahan.
Diantaranya adalah Staf Pelaksana Pemerintah Kabupaten (Pemkab)
Tangerang (1983), Kepala Sub Bagian (Kasubag) Kependudukan Bagian
Pemerintahan Kab. Tangerang (1986), bahkan pernah menjadi Camat Ciledug
dan Cisoka Kab. Tangerang (1988), Kepala Bagian Humas Kab. Tangerang
(1991), Camat Tigaraksa Kab. Tangerang (1995), Kepala Bagian Tata
Pemerintahan Kab. Tangerang (1998), Kepala Bagian Bina Wilayah Kab.
Tangerang (1999), Kepala Bagian Organisasi Kab. Tangerang (2002), Kepala
Dinas Tata Ruang dan Bangunan Kab. Tangerang (2003), Asisten Daerah Tata
Praja Kab. Tangerang (2004), serta menjadi Kepala Badan Perencanaan dan
Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Tangerang (2005).2
Benyamin adalah seorang birokrat berpengalaman. Ia meretas karir selama
27 tahun di pemerintahan. Ia menunjukkan bakat manajerialnya dalam
mengelola pemerintahan saat menjadi staf dan kemudian menjadi Kepala Sub
Bagian Kependudukan Bagian Pemerintahan. Selanjutnya, Benyamin semakin
matang dan menduduki berbagai jabatan Kepala Dinas tersebut, berbagai
prestasi pun ia torehkan dalam masa pengabdiannya.
Prestasi yang telah diraih, diantaranya; Sertifikat Panglima Komando
Daerah Militer Jaya tahun 1990), Certificate of Participation Burobudur Run
tahun 1992), Lencana Panca Warsa II Pramuka tahun 1995, Penghargaan
2 Riwayat Hidup Benyamin, diakses dari www.kpud-tangsel.go.id pada tanggal 16 Maret
2016, pukul 2:59 WIB.
59
Pejabat Aktivis versi Koalisi LSM tahun 2002, Lencana Dharma Bhakti
Pramuka tahun 2003, Satyalencana Karya Satya X Tahun yang merupakan
sebuah penghargaan atas Prestasi Kerja selama sepuluh tahun tanpa cacat dari
Presiden Soeharto tahun 2003, dan terakhir Certificate of Attendant the Sixth
ASPAC IFYE Conference tahun 2005. Sebelumnya, Benyamin pernah sukses
melaksanakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
yang merupakan program pemerintah pusat pada tahun 2007 lalu.
Di samping pengalaman kerjanya pada bidang manajerial Ilmu
Pemerintahan yang sudah lama ia tekuni itu, Benyamin juga memiliki
segudang pengalaman organisasi yang pernah dijalaninya. Mulai dari
PRAMUKA (1975), PASKIBRA (1975), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI),
Cabang Bandung (Jawa Barat) (1979), Pengurus Senat Mahasiswa Universitas
Padjajaran Bandung (1980), Ketua Forum Komunikasi Putra Putri
Purnawirawan Indonesia (FKKPI) Kabupaten Tangerang (1983), Pengurus
Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI) Kabupaten Tangerang
(1985), Ketua Komite Nasional Pemuda Indoensia (KNPI) Kabupaten
Tangerang (1993) dan Penasehat DPD-KNPI Kabupaten Tangerang (1995),
Pengurus Paguyuban Warga Tangerang (1998 - kini), Pembina Forum
Masyarakat Tangerang (1998), Pembina Ikatan Cendikiawan Muslim
Indonesia (ICMI) Orsat Kabupaten Tangerang (1997), Penasehat Himpunan
Mahasiswa Tangerang (1998), Penasehat DPD-KNPI Provinsi Banten (2001 -
2004), Penasehat DPD-BKPRMI (Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid
Indonesia) Kabupaten Tangerang (2004), Anggota Masyarakat Kybernnolog
60
(Ahli Ilmu Pemerintahan) pada 2004, Pembina Yayasan Tangerang Institute
(2005), terakhir menjadi Wakil Ketua Paguyuban Warga Banten (PUWNTEN)
pada 2006.
Figur seperti Benyamin memang sangat dibutuhkan untuk penataan Kota
Tangsel yang masih terbilang daerah baru pemekaran. Ia mengerti betul dan
bahkan sudah lama berkecimpung dalam tata kelola daerah Tangsel yang masih
menjadi wilayah tugasnya, terutama ketika memimpin BAPPEDA Kabupaten
Tangerang. Ia akan menjadi penghubung antara Tangsel dan induknya
Kabupaten Tangerang, terutama untuk melanjutkan berbagai rumusan dan
rancangan yang belum terwujud untuk kemajuan Tangsel.
Meski banyak perbincangan dan terpaan kritik dan dukungan yang
beragam, ternyata masyarakat Kota Tangsel secara objektif menilai kinerja
pasangan Airin-Benyamin ini. Namun, perbincangan ini menjadi lebih menarik
dan justru menaikkan popularitas Airin- Benyamin setelah sebelumnya banyak
diterpa isu negatif. Kota Tangsel dibawah kinerja Benyamin adalah sosok figur
yang tangguh, memiliki komitmen, berdedikasi, dan pengabdiannya semata-
mata didorong oleh niat yang ikhlas demi kemajuan dan kepentingan
masyarakat. Kota yang dipimpin oleh pemimpin yang baik selalu mempunyai
keinginan untuk menebarkan cinta pada rakyatnya, hingga rakyatnya sadar
untuk mempercayainya. Karena dengan rasa saling percaya, rasa mengemban
amanah, seorang pemimpin akan mensejahterakan rakyatnya dengan
memberikan kemampuan terbaiknya.
61
B. Visi Misi dan Program
Pada periode 2011-2015, visi pasangan Airin Rachmi Diany-Benyamin Davnie
(AMIN) untuk Kota Tangsel ini adalah “Terwujudnya Kota Tangsel yang Mandiri,
Damai, dan Asri (Tangsel Kota Madani)”, dimana visi terebut dilaksanakan dengan
enam misi, yaitu:3
Pertama, meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. Dengan menjunjung
tinggi nilai keagamaan, moral dan aturan hokum ditujukan untuk menciptakan
keamanan, keterlibatan dan ketentraman masyarakat kota dalam menjalankan
aktivitas di berbagai bidang kehidupan.
Kedua, meningkatkan keharmonisan fungsi ruang kota yang berawawasan
lingkungan. Ditujukan untuk menjadi kota hunian dengan fasilitas umum dan sosial
yang memadai, selaras dan serasi dengan tetap memperhatikan daya dukung dan
kelestarian lingkungan.
Ketiga, menata sistem sarana dan prasarana dasar perkotaan. Ditujukan
untuk pembangunan berkelanjutan melalui penyediaan infrastruktur dasar dan
fasilitas umum dan sosial sesuai dengan ekosistem kota yang diperlukan.
Keempat, meningkatkan pelayanan dasar pendidikan dan kesehatan
masyarakat. Ditujukan untuk peningkatan pelayanan pendidikan dan kesehatan
didukung oleh manajemen sistem pelayanan terpadu, kapasitas kelembagaan yang
handal dan professional, serta sarana dan prasarana pendidikan yang memadai.
3 Amalia, Komunikasi Politik Pasangan Hj. Airin Rachmi Diany dan Drs. H. Benyamin
Davnie dalam Pilkada Tangsel Tahun 2011, Skripsi Strata 1 pada FIDKOM UIN Jakarta: tidak
diterbitkan.
62
Kelima, meningkatkan fungsi dan ruang kota sebagai sentra perdagangan dan
jasa. Ditujukan untuk menciptakan stabilitas dan pemetaan ekonomi didukung oleh
investasi dan pengembangan sektor lain yang potensial.
Keenam, meningkatkan tata kelola pemerintah yang baik dan bersih. Ditujukan
untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik dan bersih, partisipatif, transparan,
akuntabel, dan berdedikasi didukung aparatur pemerintah yang kompeten,
professional, dan berdedikasi.
Dan kini, pada periode 2016-2021 terdapat perbedaan visi, yakni:4
“Terwujudnya Tangsel Kota Cerdas, Berkualitas, dan
Berdaya Saing Berbasis Teknologi dan Inovasi”
Visi tersebut akan dilaksanakan seiring dengan lima misi sebagai berikut:5
1. Mengembangkan sumber daya manusia yang handal dan berdaya saing,
2. Meningkatkan infrastruktur kota yang fungsional,
3. Menciptakan kota layak huni yang berwawasan lingkungan,
4. Mengembangkan ekonomi kerakyatan berbasis inovasi dan produk
unggulan,
5. Meningkatkan tata kelola pemerintah yang baik berbasis teknologi
informasi.
Selanjutnya, program-program yang ditawarkan oleh pasangan Airin-
Benyamin ini terbagi atas program prioritas; ada program pembangunan,
pengembangan, dan peningkatan. Program prioritasnya adalah “Meneruskan
4 Diakses dari https://www.facebook.com/AirinRachmiDiany.BenyaminDavnie/ pada 31
Mei 2016, pukul 18:40 WIB. 5 Diakses dari https://www.facebook.com/AirinRachmiDiany.BenyaminDavnie/ pada 31
Mei 2016, pukul 18:45 WIB.
63
penataan pembangunan yang sudah berjalan dengan baik, serta meningkatkan
program-program pembangunan yang akan memberikan manfaat bagi warga
masyarakat dengan berbasis teknologi dan inovasi”. Program prioritas akan
diwujudkan melalui:6
Pembangunan;
1. Pembangunan konsep Park n’ Ride (sistem transportasi terpadu),
2. Pembangunan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) khusus teknologi
informasi,
3. Pembangunan sarana komunikasi publik, yang meliputi mobile
broadband, connected support, dan ruang publik akan didukung oleh
ketersediaan Free Hotspot dan Wifi.
4. Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Gedung III,
pembangunan Gedung Perpustakaan Daerah dan Gedung Perpustakaan
skala kota bahkan skala kecamatan, pembangunan Depo Arsip, serta
pembangunan Gedung Olahraga (GOR) dan budaya tingkat kota dan
tingkat kecamatan.
5. Pembangunan atau revitalisasi pasar tradisional,
6. Pembangunan rumah layak huni vertikal.
Pengembangan;
1. Pengembangan transportasi masal (circle Tangsel, penambahan ruang
publik dan Ruang Terbuka Hijau (RTH)),
6 Diakses dari https://www.facebook.com/AirinRachmiDiany.BenyaminDavnie/ pada 31
Mei 2016, pukul 18:52 WIB.
64
2. Pengembangan sistem penyediaan air bersih dan sanitasi,
3. Pengembangan kawasan perdagangan tradisional,
4. Pengembangan dan peningkatan sistem jaminan pemeliharaan kesehatan
masyarakat, terutama keluarga miskin melalui pelayanan kesehatan gratis.
5. Pengembangan program bedah rumah bagi rumah tidak layak huni,
6. Pengembangan Taman Pemakaman Umum (TPU) Sarimulya dan
perluasan, serta pengembangan Taman Pendidikan Anak-anak (TPA)
skala regional.
7. Pengembangan pembangunan posyandu,
8. Pengembangan Taman Kota tingkat kecamatan,
9. Pengembangan industri kreatif dan produk unggulan.
Peningkatan;
1. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menghadapi
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) melalui program pendidikan,
entrepreneur, bahasa asing dan komputer secara gratis di setiap Kelurahan,
2. Peningkatan kualitas, kompetensi tenaga pendidik dan kependidikan.
3. Peningkatan atau pelebaran jalan kota, jembatan, jalan lingkungan,
penataan Surat Izin Tempat Usaha (SITU) dan jalan perumahan.
4. Peningkatan dan pemeliharaan saluran drainase jalan kota, lingkungan dan
pemukiman.
5. Peningkatan bantuan beasiswa miskin, Bantuan Operasional Daerah
(BOSDA) dan bantuan sosial beras miskin (raskin).
6. Peningkatan pelayanan publik melalui pendelegasian kewenangan,
65
7. Peningkatan pemanfaatan teknologi informasi dalam bidang pelayanan
publik disetiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sampai tingkat
Kelurahan,
8. Peningkatan kolaborasi antar pemangku kepentingan meliputi
Pemerintahan, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), dunia usaha,
perguruan tinggi dan partisipasi aktif warga.
C. Profil Kota Tangerang Selatan
Kota Tangerang Selatan (Tangsel) adalah wilayah otonom di Provinsi Banten.
Wilayah ini merupakan pemekaran dari Kabupaten Tangerang. Pembentukan
daerah otonom baru tersebut, yang merupakan pemekaran dari Kabupaten
Tangerang, pemekaran dilakukan dengan tujuan meningkatkan pelayanan dalam
bidang pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan serta dapat memberikan
kemampuan dalam pemanfaatan potensi daerah. Pada tahun 2000, beberapa tokoh
dari kecamatan-kecamatan mulai menyebut-nyebut Cipasera sebagai wilayah
otonom. Warga merasa kurang diperhatikan Pemerintah Kabupaten Tangerang
sehingga banyak fasilitas terabaikan.
Kota Tangerang Selatan merupakan daerah otonom yang resmi terbentuk pada
akhir tahun 2008 berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Kota Tangerang Selatan di Provinsi Banten tertanggal 26 November
2008. Sebelumnya, pada 27 Desember 2006, DPRD Kabupaten Tangerang
mengeluarkan Keputusan Nomor 28 Tahun 2006 tentang Persetujuan
Pembentukkan Kota Tangerang Selatan. Lalu, pada Januari 2007, Rapat Paripurna
66
DPRD Kabupaten Tangerang menetapkan pusat pemerintahan berada di Kelurahan
Serua Kecamatan Ciputat. Cakupan wilayah Tangerang Selatan meliputi
Kecamatan Serpong, Serpong Utara, Ciputat, Ciputat Timur, Pamulang, Pondok
Aren, dan Setu. Batas wilayah menggunakan atas alam suangai Cisadane.7
Pada 22 Januari 2007, Rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) Kabupaten Tangerang menetapkan Kecamatan Ciputat sebagai pusat
pemerintahan Tangsel. Dalam rapat yang dipinpin Ketua DPRD, Endang Sujana,
Ciputat dipilih secara aklamasi. Peraturan Pemerintah Nomor 129 Tahun 2000 yang
membahas soal pemekaran daerah menyebutkan keputusan akhir rencana itu ada di
DPR-RI. Usul disampaikan melalui Gubernur kepada Menteri Dalam Negeri,
kemudian dikaji oleh Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah. Setelah disetujui,
Menteri Dalam Negeri mengajukan kepada Presiden. Kemudian, diajukan dalam
bentuk rancangan undang-undang ke DPR-RI untuk diputuskan.
Komisi I DPRD Banten mulai membahas berkas usulan pembentukan Kota
Tangerang Selatan mulai 23 Maret 2007. Pemberkasan dilakukan setelah berkas
usulan dan persyaratan pembentukan kota diserahkan Gubernur Banten Ratu Atut
Chosiyah ke Dewan pada 22 Maret 2007.
Pada 2007, Pemerintah Kabupaten Tangerang menyiapkan dana sebesar 20
miliar untuk proses awal berdirinya Kota Tangerang Selatan. Dana itu disiapkan
untuk biaya operasional kota baru selama satu tahun pertama dan merupakan modal
awal dari daerah induk untuk wilayah hasil pemekaran. Selanjutnya, Pemerintah
7 Abdul Rojak dan Istijar Nusantara, Sejarah Berdirinya Kota Tangerang Selatan,
(Tangerang Selatan: Green Komunika, 2010), Cet. Ke-1, h. 96-100.
67
Kabupaten Tangerang akan menyediakan dana bergulir sampai kota hasil
pemekaran mandiri.
Kini Kota Tangsel merupakan salah satu wilayah pemekaran yang terbilang
maju dengan pesat. Wilayah Kota Tangsel itu sendiri terdiri dari 7 kecamatan, 49
kelurahan, dan 5 desa dengan luas wilayah 147,19 kilometer persegi (Km2) atau
14.719 hektar (Ha). Batas wilayah Kota Tangsel adalah; sebelah utara berbatasan
dengan Provinsi DKI Jakarta dan Kota Tangerang, sebelah timur berbatasan dengan
Provinsi DKI Jakarta dan Kota Depok, sebelah selatan berbatasan dengan
Kabupaten Bogor dan Kota Depok, terakhir sebelah barat berbatasan dengan
Kabupaten Tangerang.8
Tangerang Selatan memiliki jumlah penduduk sebesar 1.492.999 jiwa pada
tahun 2014 dengan kepadatan penduduk sekitar 10.143 jiwa per Km2. Artinya
bahwa di Kota Tangerang selatan setiap 1 Km2 rata-rata dihuni oleh 10.143 orang
penduduk. Kepadatan penduduk tertinggi di Kecamatan Ciputat Timur yaitu
sebesar 12.830 orang per Km2, dan jumlah tersebut pasti semakin bertambah.
Dilihat dari data penduduk pada tujuh kecamatan itu yang melebihi satu juta jiwa,
sehingga memenuhi syarat untuk suatu daerah otonom.9
8 Diakses dari www.tangerangselatankota.go.id pada 31 Mei 2016, pukul 17:50 WIB. 9 Diakses dari www.tangerangselatankota.go.id pada 31 Mei 2016, pukul 17:52 WIB.
68
Gambar 3.1.
Lambang Daerah Kota Tangerang Selatan
1. Perisai mengandung arti perlindungan, keamanan, penegakkan hukum,
serta dalam arti luas mengandung makna pengamalan pancasila dan UUD
1945.
2. Bintang mengandung arti ketuhanan, melambangkan bahwa masyarakat
Kota Tangsel berkeyakinan terhadap Tuhan YME, saling menghormati
sesama dan antar pemeluk agama di dalam kehidupan masyarakat.
3. Rumah khas daerah dengan beranda tempat orang berkumpul
(Blandongan), melambangkan tempat atau wadah yang akan melahirkan
satu tekad ataupun tujuan dalam menyelesaikan suatu permasalahan agar
membawa kemajuan bagi masyarakat Kota Tangsel.
4. Tujuh trap pondasi, melambangkan adanya tujuh wilayah kecamatan saat
terbentuknya Kota Tangsel, yaitu Kecamatan Pamulang, Kecamatan
Ciputat, Kecamatan Ciputat Timur, Kecamatan Pondok Aren, Kecamatan
Serpong, Kecamatan Serpong Utara, dan Kecamatan Setu.
69
5. Padi dan kapas serta ikatan atau simpul, memiliki makna kemakmuran dan
kesejahteraan di setiap bidang kehidupan masyarakat dengan jumlah
masing-masing mengandung arti sebagai berikut:
1) Padi berjumlah 26 butir, mencerminkan Kota Tangsel secara resmi
terbentuk pada tanggal 26.
2) Bunga kapas berjumlah 11, mencerminkan Kota Tangsel secara resmi
terbentuk pada bulan 11 atau bulan November.
3) Ikatan atau simpul berjumlah 8, mencerminkan Kota Tangsel secara
resmi terbentuk pada tahun 2008.
6. Pena dan buku, melambangkan pendidikan sebagai lembaga dan sebagai
proses mewujudkan masyarakat Kota Tangsel yang cerdas, modern, dan
religius.
7. Bingkai yang melingkar membentuk segi lima adalah simbol ideologi
negara, yaitu pancasila.
8. Hamparan berwarna hijau kebiruan bagian bawah bingkai segi lima,
melambangkan hamparan kekayaan sumber daya air, baik sungai mauoun
situ yang ada di Kota Tangsel, sebagai salah satu sumber kekayaan alam
yang memberi kehidupan bagi masyarakat Kota Tangsel.
9. Pita yang bertuliskan slogan atau motto “Cerdas, Modern, Religius”
mengandung makna bahwa cita-cita dan harapan untuk mewujudkan
masyarakat Kota Tangsel yang:
1) Cerdas dalam arti memiliki ilmu pengetahuan yang luas,
berketerampilan baik, disertai perilaku positif.
70
2) Modern dalam arti memiliki peradaban yang dinamis sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3) Religius dalam arti bahwa kecerdasan dan kemajuan peradaban
senantiasa dibingkai oleh nilai-nilai agama yang dianut masyarakat
secara utuh dan benar.10
Visi Kota Tangsel adalah: “Terwujudnya Kota Tangerang Selatan yang
Mandiri, Damai dan Asri”, sedangkan misinya adalah:11
1. Meningkatkan kualitas kehidupan bermasyarakat,
2. Meningkatkan keharmonisan fungsi ruang kota yang berwawasan
lingkungan,
3. Menata sistem sarana dan prasarana dasar perkotaan,
4. Meningkatkan pelayanan dasar pendidikan dan kesehatan masyarakat,
5. Meningkatkan fungsi dan peran kota sebagai sentra perdagangan dan
jasa,
6. Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih.
10 Katalog Badan Pusat Statistik, (Online resources: Kota Tangerang Selatan dalam
angka.pdf), 2013, h. 8. 11 Amalia, Komunikasi Politik Pasangan Hj. Airin Rachmi Diany dan Drs. H. Benyamin
Davnie dalam Pilkada Tangsel Tahun 2011, Skripsi Strata 1 pada FIDKOM UIN Jakarta: tidak
diterbitkan.
71
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Efektivitas Pemanfaatan Media Sosial
Dalam paparannya mengenai media baru, McQuail menyatakan bahwa media
massa lama dianggap memainkan peran yang sangat besar dalam melaksanakan
pelaksanaan politik demokratis. Manfaat media massa dalam bidang politik adalah
memberikan informasi kepada publik mengenai agenda politik pemerintah dan
politisi, serta membuka kesempatan kepada masyarakat untuk mengkritisi
pemerintah. Namun demikian, lebih jauh McQuail berpendapat bahwa peran media
massa di bidang politik juga memiliki sisi negatif, misalnya adanya dominasi media
oleh kelompok tertentu dan juga dominasi aliran suara vertikal, serta komersialisme
media yang kerap mengabaikan peran komunikasi yang demokratis.1
Internet di kehidupan sekarang hadir untuk memenuhi kebutuhan manusia
dalam berkomunikasi dan memperoleh informasi. Internet berfungsi sebagai
jaringan global untuk berkomunikasi dari satu lokasi ke lokasi lainnya di belahan
dunia. Internet juga berfungsi sebagai aspek penyedia informasi yang tidak ada
batasannya. Mengakses internet saat ini sudah menjadi rutinitas kebanyakan
masyarakat. Tidak hanya dengan menggunakan komputer atau laptop saja, tetapi
kini dapat mengaksesnya melalui handphone dengan berbagai kemudahan yang
ditawarkan oleh sejumlah provider telepon seluler.
1 Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Salemba Humanika, 2011), Cet. Ke-
6, h. 150-152.
72
Seiring dengan melonjaknya penggunaan internet dan mobile, maka kini
booming lah pemanfaatan media sosial atau jejaring sosial seperti Facebook dan
Twitter untuk melakukan komunikasi di ranah politik. Hadirnya media Facebook
dan Twitter yang dioperasionalisasikan melalui jaringan internet dilabeli sebagai
media baru. Hal ini didasarkan pada perbedaan jenis media ini dengan media lama
yang telah muncul sebelumnya, seperti koran, majalah, radio, dan televisi.
Kemudian, belakangan Facebook dan Twitter disebut sebagai media sosial karena
telah memiliki fungsi sosialisasi bagi kehidupan manusia yang lebih luas.
Dalam aktivitas politik, setiap kandidat mencoba berbagai usaha untuk
memperoleh dukungan dalam pencapaian tujuan politiknya. Untuk itu, diperlukan
sarana komunikasi dan informasi. Media sosial sebagai salah satu sarana informasi
yang sangat banyak dimanfaatkan oleh masyarakat di masa sekarang. Media sosial
menurut Amos Davidowitz, mempunyai empat manfaat bagi aktifitas politik suatu
partai maupun kandidat yaitu sebagai information, service, access to political
power, and space (informasi, pelayanan, akses kekuatan politik, dan ruang).2
Ada harapan baru dengan munculnya media baru, khususnya media sosial yang
berkembang saat ini, bahwa media ini bisa menjadi cara yang potensial dalam
mendobrak politik demokrasi massa, yang sulit menyuarakan suara dari bawah ke
atas, yang kerap dengan power yang dimiliki dimanfaatkan oleh penguasa untuk
kepentingan golongannya. Media sosial ini bisa menjadi media mengalirnya
informasi dua arah yang interaktif antara politisi dan pendukungnya. Media sosial
menjanjikan akan memberikan forum yang seluas-luasnya bagi pengembangan
2 Astrid S.Soesanto, Komunikasi Sosial di Indonesia, (Jakarta: Bina Cipta, 1980), h. 2.
73
kelompok kepentingan dan sebagai sarana penyaluran opini. Sebagai contoh,
gambar cicak kecil yang sedang melawan buaya besar dalam kasus Komisi
Pemberantasan Korupsi dan Polri dengan cepat dan singkat menyebar di dunia
maya. Lalu contoh kedua yang masih terekam dalam memori kita adalah kasus Koin
untuk Prita, kedua kasus tersebut merupakan dua gerakan sukses yang berawal dari
Facebook dan Twitter.
Media sosial banyak memengaruhi masyarakat dalam menentukan perilaku
pemilih, berdasarkan data yang diperoleh di lokasi penelitian dan pasangan Airin-
Benyamin paling banyak dikenal melalui media sosial, meningkatnya popularitas
pasangan Airin-Benyamin ini selain karena kampanye konvensional juga
dikarenakan peran media sosial dalam membangun image atau citra, sehingga
mampu meraih simpati publik yang sangat signifikan. Pasangan petahana ini
awalnya dianggap akan kalah dalam Pilkada Tangsel 2015, dikarenakan tingkat
elektabilitasnya sempat turun menjadi 37,17 persen menurut Lembaga Kajian dan
Analisa Daerah Terpadu (LKADT) yang dipengaruhi oleh sandungan kasus korupsi
yang dilakukan oleh suaminya Tubagus Chairi Wardana. Namun ternyata mampu
meraih dukungan yang sangat besar dibanding kandidat lainnya sehingga dapat
menang pada Pilkada Tangsel kemarin.
Untuk mengejar kemerosotan elektabilitas, pasangan ini melakukan sosialisasi
sekaligus memperkenalkan program-programnya ke masyarakat Tangsel dengan
memanfaatkan media sosial untuk memengaruhi masyarakat pengguna media sosial
yang tentu lebih kritis dan tentu akan memberikan popularitas yang signifikan
ketika media sosial mampu mencitrakan pasangan ini secara positif.
74
Dalam mengungkap berbagai hal yang berkaitan dengan pemanfaatan media
baru dalam bidang politik, Van Dijk menggunakan istilah digital democracy yang
dalam pandangannya secara luas diterjemahkan sebagai upaya mempraktikkan
demokrasi tanpa batasan waktu, tempat, dan kondisi fisik lainnya, dengan
menggunakan peralatan digital, dan sebagai tambahannya, demokrasi digital ini
tidak dimaksudkan untuk menggantikan praktik politik ‘analog’ tradisional. Dari
pendapat Van Dijk tersebut, para politisi di Indonesia tentu dapat melihat betapa
besar potensi yang ditawarkan media baru dalam politik praktis dengan
karakteristiknya yang begitu solutif. Partai-partai politik ataupun politisi yang
cerdas, seharusnya tidak menyia-nyiakan peluang baru ini.3
Sebelum menelusuri lebih lanjut hubungan yang dinamis antara media sosial
dan politik, peneliti merasa perlu untuk memaparkan data berupa total pertumbuhan
pengguna media sosial. Awalnya internet hanya digunakan oleh 55 juta dari total
populasi sebesar 240 juta (pada tahun 2012), Indonesia telah menyaksikan
pertumbuhan penggunaan media sosial yang luar biasa, dengan 90 persen aktivitas
online dicurahkan untuk berselancar di situs jejaring sosial. Indonesia telah menjadi
negara terbesar ketiga di Facebook dengan 43 juta pengguna dan kelima terbesar di
Twitter dengan 29,4 juta pengguna. Dengan perkembangan setinggi itu, banyak
pihak yang memperkirakan bahwa media sosial akan bermanfaat bagi hajatan
politik.4
3 Van Dijk, The Network Society, (London: Sage Publication Ltd, 2006), h. 103-104. 4 Merlyna Lim, Klik yang Tak Memantik: Aktivisme Media Sosial di Indonesia, dalam
Jurnal Komunikasi Indonesia, Volume III, Nomor 1, (Depok: Departemen Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014), h. 37.
75
Dalam paparan tentang pertumbuhan pengguna media sosial yang telah
diuraikan oleh Jurnal Komunikasi Indonesia sebelumnya, kali ini data yang
dipublikasikan oleh Lembaga We are social, pada tahun 2015 di Indonesia sendiri
tingkat top active social platform yang paling tinggi adalah Facebook dan Twitter.
Berikut adalah persentase penggunaan media sosial:5
Gambar 4.1.
Persentase Pengunaan Media Sosial di Indonesia6
Sumber: We Are Social
Dari gambar 4.1. di atas, We Are Social menyebutkan, pada tahun 2015 media
sosial Facebook menempati posisi teratas dengan 14 persen, dan Twitter menempati
posisi kedua social network dengan angka 11 persen. Berhubungan dengan hal
tersebut, pada Pilkada Tangsel 2015 diperkirakan media sosial ini berpengaruh
5 We are social yakni sebuah lembaga statistik yang menggabungkan pemahaman bawaan
dari media sosial dengan keterampilan digital, PR, dan pemasaran. Sepenuhnya berfokus pada
inovatif, kreatif dan efektif pemasaran media sosial dan komunikasi. Berdiri tahun 2008 dan telah
berkembang menjadi sebuah tim internasional dengan 550 anggota di 11 kantor yang tersebar di
seluruh dunia.
6 We Are Social, Top Active Social Platform, diakses dari http://www.wearesocial.sg pada
3 Maret 2016, pukul 13:20 WIB.
76
cukup besar, terutama jika kandidat Pilkada ingin mendapatkan dukungan dari para
pemilih kalangan muda (pemilih pemula). Di mana pemilih pemula ini bisa
dikatakan merupakan golongan pemilih yang paling sering mengakses media sosial
melalui handphone atau gadget. Jumlah pengguna internet diprediksikan akan terus
bertambah, dikarenakan ini didukung oleh kemudahan tersedianya fasilitas untuk
terhubung dengan internet (modem, WiFi, hotspot, dan lain-lain) dalam mengakses
informasi.
Keterangan yang peneliti peroleh dari Jurnal Komunikasi Indonesia, jumlah
pengguna internet di Indonesia mengalami peningkatan secara signifikan setiap
tahun. Salah satu studi mengenai internet yang dilaksanakan oleh Markplus Insight
mengonfirmasi pertumbuhan tersebut. Studi ini menunjukkan bahwa penetrasi
mobile internet di Indonesia mencapai seratus persen dibandingkan dengan total
pengguna pada tahun 2010. Pertumbuhan ini telah menyumbangkan dan membawa
total pengguna internet di Indonesia secara signifikan meningkat 57 persen pada
tahun 2011 dari 45 juta pengguna pada tahun sebelumnya (The Jakarta Post,
2011).7
Studi tersebut dilaksanakan di sepuluh kota besar di Indonesia, yaitu Jakarta,
Surabaya, Bandung, Semarang, Medan, Makassar, Denpasar, Pekanbaru,
Palembang, dan Banjarmasin. Data didapat dari 2161 pengguna internet dengan
rentang umur 16 - 64 tahun yang menggunakan internet selama lebih dari tiga jam
per hari. Ditemukan bahwa kelompok umur 15 - 30 tahun, yang merupakan 80
7 Sherly Haristya, Digital Natives: Pemahaman dan Sikap Mengenai Hak Cipta dan
Kreativitas Digital, dalam Jurnal Komunikasi Indonesia…, h. 5.
77
persen dari total responden adalah pengguna internet aktif dalam penelitian ini (The
Jakarta Post, 2011).8
Selain itu data yang didapat dari riset perilaku anak dan remaja dalam
menggunakan internet yang dilakukan oleh Kementrian Komunikasi dan
Informatika (Kominfo) Indonesia bekerjasama dengan United Nations International
Children's Emergency Fund (UNICEF).9 Menemukan fakta bahwa, menurut data
terbaru, setidaknya 30 juta anak-anak dan remaja di Indonesia merupakan pengguna
internet, dan media digital saat ini menjadi pilihan utama saluran komunikasi yang
mereka gunakan. Hasil studi menemukan bahwa 80 persen responden yang disurvei
merupakan pengguna internet, dengan bukti kesenjangan digital yang kuat antara
mereka yang tinggal di wilayah perkotaan dan lebih sejahtera di Indonesia, dengan
mereka yang tinggal di daerah perdesaan (dan kurang sejahtera). Di Daerah
Istimewa Yogyakarta, Jakarta dan Banten, misalnya, hampir semua responden
merupakan pengguna internet. Sementara di Maluku Utara dan Papua Barat, kurang
dari sepertiga jumlah responden telah menggunakan internet.10 Studi ini merupakan
yang pertama di antara penelitian sejenisnya, dengan keunikan data pada golongan
anak dan remaja yang belum pernah menggunakan internet. Kesenjangan yang
8 Sherly Haristya, Digital Natives: Pemahaman dan Sikap Mengenai Hak Cipta dan
Kreativitas Digital, dalam Jurnal Komunikasi Indonesia…, h. 6. 9 Studi ini didanai oleh UNICEF dan dilaksanakan oleh Kementerian Kominfo dengan
menelusur aktivitas online dari sampel anak dan remaja usia 10-19 (sebanyak 400 responden) yang
tersebar di seluruh negeri dan mewakili wilayah perkotaan dan perdesaan. Studi dibangun berdasar
pada penelitian sebelumnya sehingga didapatkan gambaran yang paling komprehensif dan terkini
tentang penggunaan media digital di kalangan anak-anak dan remaja Indonesia, termasuk motivasi
mereka, serta informasi tentang anak remaja berusia 10-19 yang tidak menggunakan media digital.
Dengan demikian, penelitian ini baru pertama kali dilakukan dibandingkan penelitian serupa lainnya
di Indonesia. 10 Kepala Pusat Informasi dan Humas Keminfo, diakses dari https://kominfo.go.id pada
10 Mei 2016, pukul 1:21 WIB.
78
paling jelas terlihat, di daerah perkotaan hanya 13 persen dari anak dan remaja yang
tidak menggunakan internet, sementara daerah perdesaan, menyumbang jumlah 87
persen.11
Dari data tersebut, ternyata media sosial dianggap sangat efektif dan efisien
dalam menyisir pemilih pemula. Hal ini sama seperti yang diungkap oleh Sonny
Majid Daeng Taran (Selaku Tim Koordinator Counter Issue dan Juru Bicara Airin
Rachmi Diany):
Dengan pemanfaatan media sosial ini terutama kepada pemilih pemula maka
kita bisa menyampaikannya dengan genre yang berbeda. Mengikuti gaya hidup
anak muda, di sini kami menggunakan Facebook dan Twitter tetapi beberapa
juga membuat video Youtube. Hal tersebut dilakukan untuk menyisir pemilih
pemula yang notabenenya mereka menganggap kalau media sosial itu sebagai
gaya hidup.12
Berdasarkan data yang didapat tentang top active social platforms dari lembaga
statistik We Are Social dan kutipan wawancara di atas dapat kita nilai bahwa
pengguna media sosial ini lebih tertarik mencari informasi politik melalui media
sosial, hal ini dikarenakan mereka bisa memberikan masukan dan kritikan secara
langsung tanpa harus ikut dalam kampanye terbuka, selain itu pengguna melalui
media sosial bisa membandingkan visi misi, latar belakang calon dan programnya
dengan cepat sehingga media ini dipilih sebagai sarana mendapatkan informasi
politik, oleh karena itu media sosial sangat penting dalam memengaruhi
masyarakat.
11 Kepala Pusat Informasi dan Humas Keminfo, diakses dari https://kominfo.go.id pada
10 Mei 2016, pukul 1:21 WIB. 12 Wawancara dengan Sonny Majid Daeng Taran, pada 24 April 2016.
79
Dengan demikian, media sosial dalam komunikasi politik telah menciptakan
peluang baru, bukan hanya berperan sebagai penyampai (transmitter) dari pesan-
pesan politik yang dilakukan oleh aktor politik pada khalayak, namun media sosial
juga berperan sebagai aktor politik dalam proses politik. Pada umumnya, para aktor
politik harus menggunakan media untuk mendapatkan dukungan dari khalayak,
karena tanpa media, khalayak juga tidak akan mengetahui aktor politik yang
bermain di panggung politik. Kegiatan politik, program politik, pernyataan politik
dan sejenisnya tidak akan mencapai khalayak jika tidak menggunakan media.
Hal inilah yang kemudian membuat para aktor politik berusaha mengekspos
atau mensosialisasikan program kampanyenya di media sosial Facebook dan
Twitter agar tujuan politik mereka terkomunikasikan dengan khalayak. Bahkan,
pada event seperti Pilkada, para kandidat seringkali mempercayakan pengelolaan
manajemen kampanye kepada seorang juru kampanye. Tentu Tim Sukses juga
merupakan elemen yang penting dalam mendukung kesuksesan kandidat Pilkada
guna meraih target politik yang diharapkan. Ini tentu tidak lepas dari usaha juru
kampanye agar kandidat Pilkada yang bersangkutan mendapatkan citra positif di
mata publik.
Kini mengandalkan media sosial sebagai sarana sosialisasi figur dan sosialisasi
program kampanye untuk membentuk pencitraan sudah menjadi pilihan Tim
Sukses dalam kampanye politik. Media sosial tidak seperti media mainstream,
media sosial (antara lain Facebook dan Twitter) memberi kesempatan pengguna
untuk aktif saling berkomunikasi melalui tulisan, gambar, dan audio dan atau video.
Media sosial membuka peluang suatu komunitas besar untuk dapat saling
80
terhubung secara mudah dan murah melalui berbagai bentuk layanan media sosial.
Karena itu media sosial dianggap cukup efektif untuk mendongrak popularitas
sekaligus meningkatkan perolehan suara dalam setiap Pemilu ataupun Pilkada.
Pada media sosial, persuasi politik memainkan peranan penting dalam membentuk
pencitraan untuk merebut popularitas, akseptabilitas, dan elektabilitas.
Bagaimanapun juga, bidang politik merupakan bidang yang butuh publisitas
tentunya, sehingga media baru banyak digunakan dalam hal promosi politik.
Berdasarkan data yang telah diuraikan sebelumnya oleh peneliti, maka untuk
meningkatkan popularitas dan elektabilitas, pasangan Airin-Benyamin
memanfaatkan media sosial untuk membangun isu-isu politik, mensosialisasikan
program-program, profil dan kegiatan-kegiatannya. Hal ini dianggap cukup efektif
dalam memengaruhi opini dan perilaku politik masyarakat seperti yang diungkap
oleh Sonny Majid yang menegaskan bahwa:
Kalau dalam konteks propaganda dan perang wacana penggunaan media sosial
cukup efektif, selain untuk menyampaikan visi misi kandidat, penggunaan
media sosial juga untuk menyisir pemilih yang agak’ sulit tersentuh langsung
oleh Tim Sukses atau pasangan calon. Contohnya seperti pemilih di
perumahan. Mengingat karakter sebagian masyarakat Tangsel adalah
masyarakat urban, sehingga media sosial bisa menjadi jalan alternatif.13
Platform media sosial seperti Facebook dan Twitter memang tidak mendukung
berlangsungnya percakapan panjang, tetapi fitur-fiturnya mengarahkan pengguna
untuk memelihara interaksi yang cepat dan singkat, serta untuk melakukan banyak
hal pada saat yang sama. Meningkatkan kecepatan dan ukuran informasi, ditambah
dengan cepat dan ringkasnya interaksi membuat media sosial lebih ramah bagi
13 Wawancara dengan Sonny Majid Daeng Taran, pada 24 April 2016.
81
narasi yang sederhana dan atau narasi yang disederhanakan dibandingkan yang
rumit (kompleks).
Narasi sederhana atau yang disederhanakan yang dihubungkan dengan
kegiatan kampanye politik di media sosial, memiliki kemungkinan yang lebih tinggi
untuk cepat menyebar dan melahirkan aktivisme politik di media sosial. Itulah
sebabnya, mengapa masing-masing kandidat politik memiliki Tim Media yang
berfokus pada kegiatan kampanye di media baru demi menggalang dukungan dan
membangun citra positif di mata publik, dimana individu dan grup menghasilkan
aktivisme online secara kolektif dan menerjemahkannya menjadi pergerakan dunia
nyata di ranah offline (Lim, 2006).14 Media sosial yang berakar pada hubungan
sosial dan jaringan sosial. Akibatnya, jaringan yang tercipta dalam media sosial
menyerupai jaringan secara offline. Individu terkelompokkan berdasarkan usia,
ketertarikan, serta kesamaan sosial dan budaya lain.
Pengunaan media sosial sebagai sosialisasi program kampanye tentu saja
bukan jaminan bahwa kandidat Pilkada akan sukses. Melihat dari event Pilkada
yang sebelumnya, baik Tim Sukses maupun Tim Media memberikan porsinya
tersendiri dalam keberhasilan si kandidat Pilkada. Dalam hal ini, teamwork salah
satu faktor penting dalam manajemen kampanye. Jadi pada event demokrasi tingkat
lokal ini, tugas dari Tim Sukses dan Tim Media tidaklah mudah. Baik Tim Sukses
dan Tim Media harus pandai mencari dan memanfaatkan peluang yang ada. Dalam
membaca peluang yang ada harus jeli, kritis, teliti, dan proaktif.
14 Merlyana Lim, Klik yang Tak Memantik: Aktivisme Media Sosial di Indonesia, dalam
Jurnal Komunikasi Indonesia, h. 37.
82
Membahas mengenai Tim Media, peneliti juga mewawancarai Tim Media
Airin-Benyamin yaitu Rudy Gani. Beliau sempat menjadi bagian dari orang yang
kontra terhadap Airin dan sering menulis di Banten Crisis Center (BCC), termasuk
yang ikut dalam membuat petisi lengserkan Airin. Tetapi kini ia aktif dalam
mendukung pasangan Airin-Benyamin, bahkan termasuk sebagai salah seorang
yang menggagas berdirinya Tangsel Institut.15 Rudy berpendapat bahwa:
Media sosial diakui sangat efektif dalam menampilkan profil terbaik di
panggung politik demi menciptakan image kandidat, tetapi pada intinya kami
Tim Media lebih ke arah bagaimana mendistribusikan informasi, merangkul
teman-teman kalangan muda khususnya yang aktif menggunakan media sosial
untuk membangun jaringan yang bisa mewadahi komunitas-komunitas
pemuda di Tangsel. Jadi kami menyampaikan apa adanya, tidak mengurangi
juga tidak menambahkan, artinya kami tidak mengada-ngada yang memang
tidak ada. Airin dikenal sebagai keluarga korup ya’ memang seperti itu adanya,
tidak bisa kami pungkiri. Sebenarnya kami mengedukasi masyarakat agar
cerdas dalam memilih, jangan kemudian mereka memilih berangkat dari
kandidat yang sifatnya terus menjelek-jelekkan.16
Kutipan wawancara di atas kemudian menjelaskan bahwa media sosial menjadi
sumber rujukan bagi calon pemilih untuk mengenali sosok kandidat. Sudah
seharusnya media sosial dimanfaatkan sebagai sarana pembangkit kesadaran
bersama, selama ini rakyat sudah capek, putus asa, dan apatis dengan perilaku
politik di Indonesia. Pemanfaatan media sosial sebagai peluang untuk
mensosialisasikan program kampanye dari kandidat Pilkada yang diunggulkan
sekaligus membangun citra positif kandidat yang diusungnya misalnya, merupakan
15 Tangsel Institut secara resmi diresmikan tahun 2016. Lahir dari sebuah gagasan
penyeimbang kekuasaan di Tangsel, berangkat dari obrolan-obrolan yang mengarah kepada wacana
dan pengkajian media yang menjadi pengawal roda pemerintahan Tangsel. Tidak semata-mata
hanya untuk Pilkada, Tangsel Institut ini bagian dari proses pengawal pemerintahan. 16 Wawancara dengan Rudy Gani, pada 27 April 2016.
83
salah satu dari sekian banyak peluang yang tercipta dari adanya media baru
(khususnya media sosial).
Citra yang berusaha direpresentasikan tersebut di sisi lain terkadang
melampaui realitas dalam kehidupan manusia atau dalam bahasa lainnya
terjadi hyperreality. Sehingga pada titik tertentu, masyarakat modern menerima
realitas dengan beraneka macam bentuk citra yang dihadapkan pada mereka,
kemudian serta merta meyakini kebenaran yang diberikan atau direpresentasikan
dari citranya. Dengan demikian, media sosial mampu membentuk image dengan
tujuan mempengaruhi perilaku politik masyarakat.17 Sebuah pencitraan merupakan
bagian atau salah satu model dari simulasi yang dimaksudkan Jean Baudrillard
bahwa simulasi adalah citra tanpa referensi (suatu simulacrum). Simulacrum dapat
dipahami sebagai sebuah cara pemenuhan kebutuhan masyarakat modern atas tanda
atau penampakan yang menyatakan diri sebagai realitas. Media sosial sangat
berpengaruh dalam pembentukan hiperrealitas dari citra politik.18
Dalam aktifitas politik, setiap kandidat mencoba berbagai usaha untuk
memperoleh dukungan dalam pencapaian tujuan politiknya. Untuk itu, diperlukan
sarana komunikasi dan informasi. Media sosial sebagai salah satu sarana informasi
yang sangat banyak dimanfaatkan oleh masyarakat dimasa sekarang menjadi ruang
konstruksi citra bagi politisi. Masalahnya, meski Tim Media sudah dapat
menggalang dukungan dari khalayak lewat media sosial, mereka sekaligus juga
17 Diakses dari ruangantara.org pada 31 Mei 2016, pukul 22:20 WIB. 18 Ruang Antara adalah wadah apresiasi dan berbagi pengetahuan bagi seluruh kalangan.
Ranah kerjanya meliputi aktifitas riset, edukasi, dan advokasi yang bertujuan untuk
mengembangkan pengetahuan masyarakat dalam bidang sosial-kebudayaan dan teknologi
informasi.
84
mendapatkan serangan dari khalayak lainnya yang tidak menyukai pasangan yang
mereka bela.
Karena itulah, secara umum dapat dikatakan, sehebat atau seintensif apapun
penggunaan atau pengoptimasian media sosial oleh politisi, politisi tidak akan
berhasil menang dalam persaingan politik, jika sang politisi tidak memiliki Tim
Sukses yang solid dan pengorganisasian kampanye yang mumpuni, terencana, dan
terfokus. Maka dari itu, pemanfaatan media baru ini ternyata telah memberikan
peluang baru sekaligus tantangan baru bagi komunikasi politik.
B. Isu-Isu yang Berkembang Seputar Pemilihan Kepala Daerah Tangerang
Selatan 2015 di Facebook dan Twitter
Berbagai peristiwa politik di tanah air, saat ini cenderung tumpang tindih. Dari
isu ke isu muncul silih berganti, belum selesai satu isu muncul isu yang lain dengan
menyisakan pertanyaan. Ahlasil, berbagai komentar dan isu mencapai pembenaran
umum, semua itu ada karena punya target politik. Ini bisa diamati dengan adanya
silang pendapat antara ‘komentator’ dengan yang ‘dikomentari’. Pihak
‘komentator’ berusaha mengupas atau bahkan mempersoalkan berbagai
permasalahan atau kejanggalan yang terjadi pada pemerintahan. Karena
semangatnya, ada kecenderungan komentar itu bermuatan politik. Sedangkan pihak
‘dikomentari’, dalam hal ini pemerintah, sering berkilah bahwa kelompok
‘komentator’ itu sedang melakukan konspirasi untuk menjatuhkan pemerintahan
yang sah.
85
Seperti sewaktu Pilkada Tangsel 2015 lalu, terdapat beragam isu yang saling
dilontarkan oleh ketiga kandidat politik. Kandidat yang ‘menyerang’ berusaha
menjatuhkan citra kandidat yang ‘diserang’. Terlebih jika isu yang dimunculkan
merupakan isu negatif yang bersifat destruktif. Dalam konteks Pilkada, isu dapat
membangun atau menjatuhkan citra politik, tujuannya untuk merengkuh target
politik tertentu.
Dalam kaitannya dengan kemunculan isu negatif, berikut adalah data
kemunculan isu-isu di Facebook yang berkembang pada periode 27 Agustus - 5
Desember 2015. Di mana pada periode tersebut merupakan masa pencitraan bagi
ketiga kandidat politik. Berikut berbagai macam pemberitaan mengenai isu-isu dan
program-program yang secara tidak langsung menyerang pasangan Airin-
Benyamin:
Tabel 4.1.
Data Kemunculan Isu terhadap Pasangan Airin-Benyamin
di Facebook pada 27 Agustus - 5 Desember 2015
No. Ragam Isu Pasangan I-
L
Pasangan
A-E
Jumlah
Kemunculan
Isu
1. Agama dan Etnis - 1 kali 1 kali
2. Birokrasi 1 kali - 1 kali
3. Ekonomi dan
Kesejahteraan 6 kali - 6 kali
4. Kesehatan 2 kali 1 kali 3 kali
5. Korupsi 8 kali 2 kali 10 kali
6. Lingkungan 1 kali 2 kali 3 kali
7. Pembangunan
Infrastruktur 3 kali - 3 kali
8. Transportasi 2 kali - 2 kali
Jumlah Kemunculan Isu 23 kali 6 kali 29 kali
Sumber: data diolah peneliti
Keterangan:
AMIN: Airin-Benyamin
I-L: Ikhsan Modjo-Li Claudia
A-E: Arsid-Elvier
86
Dari tabel 4.1. tersebut dapat dideskripsikan bahwa terdapat delapan ragam isu
yang digulirkan oleh kandidat lawan melalui media Facebook kepada pasangan
Airin-Benyamin. Pada isu korupsi, Ikhsan-Li Claudia menyerang sebanyak delapan
kali dan Arsid-Elvier sebanyak dua kali. Pada isu birokrasi, hanya Ikhsan-Li
Claudia yang menyerang sebanyak satu kali, sedangkan Arsid-Elvier tidak. Pada
isu ekonomi dan kesejahteraan, Ikhsan-Li Claudia menyerang sebanyak enam kali,
sedangkan Arsid-Elvier tidak. Pada isu kesehatan, Ikhsan-Li Claudia menyerang
sebanyak dua kali dan Arsid-Elvier hanya menyerang satu kali. Pada isu
lingkungan, Ikhsan-Li Claudia menyerang sebanyak satu kali dan Arsid-Elvier
menyerang sebanyak dua kali. Pada isu agama dan etnis, hanya Arsid-Elvier yang
menyerang sebanyak satu kali, sedangkan Ikhsan-Li Claudia tidak. Pada isu
pembangunan infrastruktur, Ikhsan-Li Claudia menyerang sebanyak tiga kali,
sedangkan Arsid-Elvier tidak. Terakhir, pada isu transportasi Ikhsan-Li Claudia
menyerang sebanyak dua kali, sedangkan Arsid-Elvier tidak.
Diagram 4.1.
Persentase Kemunculan Isu terhadap Pasangan Airin-Benyamin
di Facebook pada 27 Agustus - 5 Desember 2015
Sumber: data diolah peneliti
34.48%
20.69%10.34%
10.34%
10.34%
6.90%
3.45% 3.45%Korupsi
Ekonomi & Kesejahteraan
Kesehatan
Lingkungan
Pembangunan Infrastruktur
Transportasi
Birokrasi
Agama dan Etnis
87
Jika mengacu pada tabel 4.1. dan diagram 4.1. yang sudah diolah oleh peneliti,
berikut adalah ranking list issue yang peneliti sudah urutkan; pertama, isu korupsi
dengan 34,48 persen; kedua, isu ekonomi dan kesejahteraan dengan 20,69 persen;
ketiga, isu kesehatan berdampingan sekaligus dengan isu lingkungan dan isu
pembangunan infrastruktur yang memiliki persentase sama yaitu 10,34 persen;
keempat, isu transportasi dengan 6,90 persen; terakhir kelima, isu birokrasi
berdampingan dengan isu agama dan etnis yang memiliki persentase sama yaitu
3,45 persen. Dengan demikian, dalam rentang waktu dari tanggal 27 Agustus - 5
Desember 2015 yang menjadi top ranking issue di Facebook adalah isu korupsi
yang mencapai angka 34,48 persen.
Beranjak dari uraian data yang ditemukan di media Facebook, selanjutnya,
peneliti akan menguraikan data ragam kemunculan isu-isu yang berkembang di
Twitter.
Tabel 4.2.
Data Kemunculan Isu terhadap Pasangan Airin-Benyamin
di Twitter pada 27 Agustus - 5 Desember 2015
No. Ragam Isu Pasangan
I-L
Pasangan
A-E
Jumlah
Kemunculan
Isu
1. Birokrasi 6 kali - 6 kali
2. Ekonomi dan
Kesejahteraan 7 kali - 7 kali
3. Kesehatan 1 kali - 1 kali
4. Korupsi 30 kali - 30 kali
5. Lingkungan 2 kali - 2 kali
6. Pembangunan
Infrastruktur 5 kali - 5 kali
7. Pendidikan 1 kali 1 kali 2 kali
8. Rezim Dinasti 4 kali - 4 kali
9. Transportasi 2 kali - 2 kali
Jumlah Kemunculan Isu 58 kali 1 kali 59 kali
Sumber: data diolah peneliti
88
Keterangan:
AMIN: Airin-Benyamin
I-L: Ikhsan Modjo-Li Claudia
A-E: Arsid-Elvier
Dari tabel 4.2. tersebut dapat dideskripsikan bahwa terdapat sembilan ragam
isu yang digulirkan oleh kandidat lawan melalui media Twitter kepada pasangan
Airin-Benyamin. Pada isu korupsi, Ikhsan-Li Claudia paling banyak menyerang
sebanyak 30 kali, sedangkan Arsid-Elvier tidak. Pada isu birokrasi, hanya Ikhsan-
Li Claudia yang menyerang sebanyak enam kali, sedangkan Arsid-Elvier tidak.
Pada isu ekonomi dan kesejahteraan, hanya Ikhsan-Li Claudia yang menyerang
yakni sebanyak tujuh kali, sedangkan Arsid-Elvier tidak. Begitu pula pada isu
kesehatan, hanya Ikhsan-Li Claudia yang melakukan penyerangan yakni sebanyak
satu kali, sedangkan Arsid-Elvier tidak. Pada isu lingkungan, hanya Ikhsan-Li
Claudia yang menyerang sebanyak dua kali, sedangkan Arsid-Elvier tidak. Pada isu
pembangunan infrastruktur, Ikhsan-Li Claudia cukup banyak menyerang, yakni
sebanyak lima kali, sedangkan Arsid-Elvier tidak. Pada isu transportasi, Ikhsan-Li
Claudia hanya menyerang sebanyak dua kali, sedangkan Arsid-Elvier tidak. Kali
ini pada isu pendidikan, baik Ikhsan-Li Claudia dan Arsid-Elvier sama-sama
melakukan penyerangan sebanyak satu kali. Isu terakhir adalah isu rezim dinasti,
dan hanya pasangan Ikhsan-Li Claudia lah yang melakukan penyerangan sebanyak
empat kali, sedangkan Arsid-Elvier tidak.
89
Diagram 4.2.
Persentase Kemunculan Isu terhadap Pasangan Airin-Benyamin
di Twitter pada 27 Agustus - 5 Desember 2015
Sumber: data diolah peneliti
Jika mengacu pada tabel 4.2. dan diagram 4.2. yang sudah diolah oleh peneliti,
berikut adalah ranking list issue yang peneliti sudah urutkan; pertama, isu korupsi
dengan 50,85 persen; kedua, isu ekonomi dan kesejahteraan dengan 11,86 persen;
ketiga, isu birokrasi dengan 10,17 persen; keempat, isu pembangunan infrastruktur
dengan 8,47 persen; kelima, isu rezim dinasti dengan 6,78 persen; keenam, isu
lingkungan berdampingan sekaligus dengan isu pendidikan dan isu transportasi
yang memiliki persentase sama yaitu 3,39 persen; terakhir, ketujuh, isu kesehatan
dengan 1,69 persen. Dengan demikian, dalam rentang waktu dari tanggal 27
Agustus - 5 Desember 2015 yang menjadi top ranking issue di Twitter adalah isu
korupsi dengan total 50,85 persen.
Jika melihatnya dari berbagai sudut pandang positif potensi media baru sebagai
sarana demokratisasi, idealnya Facebook dan Twitter mampu menjadi media
50.85%
11.86%
10.17%
8.47%
6.78%
3.39%
3.39%3.39% 1.69% Korupsi
Ekonomi dan Kesejahteraan
Birokrasi
Pembangunan Infrastruktur
Rezim Dinasti
Lingkungan
Pendidikan
Transportasi
Kesehatan
90
alternatif dengan kemampuan signifikan dalam menampung dan menyalurkan
aspirasi rakyat. Namun, tampaknya politisi Indonesia dewasa ini sedang terkena
demam politik pencitraan. Meskipun banyak permasalahan yang muncul yang perlu
ditangani oleh pemerintah, kadang pemerintah kerap mengambil kebijakan yang
tidak populer, yang tidak sesuai dengan kehendak rakyat. Facebook dan Twitter
yang digunakan oleh kandidat Pilkada ternyata isinya tidak lebih dari situs yang
mereka miliki, yang hanya digunakan untuk memberitakan hal-hal yang baik-baik
saja mengenai figur kandidat Pilkada.
Mayoritas transaksi informasi yang terjadi di sana didominasi oleh berbagai
postingan yang disampaikan oleh simpatisan partai politik. Selain itu, sewaktu
Pilkada Tangsel 2015 kemarin, media sosial cenderung digunakan sebagai media
untuk melontarkan sesuatu yang berkonotasi negatif kepada lawan politiknya,
misalnya sindiran terhadap pasangan lawan politiknya yang kebetulan mempunyai
catatan sejarah yang kurang baik karena terkenal dengan isu negatif yang
menerpanya, yaitu isu korupsi dan rezim dinastinya.
Mencerna saling lempar isu negatif yang digembar-gemborkan di media sosial
dan penerapan dari beberapa teknik propaganda, ternyata ada yang berlawan
dengan ajaran Islam. Dua teknik yang sebelumnya telah disebutkan adalah teknik
91
name calling dan glittering of generalities. Teknik dengan cara memberikan label
buruk kepada seseorang tanpa menguji kebenarannya, seperti labeling koruptor dan
lain sebagainya ini bertentangan dengan Al-Quran Surat Al-Hujurat ayat 12.
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (dugaan
terhadap sesama Muslim), karena sebagian sangka-sangka itu ialah dosa, dan
janganlah kamu mencari-cari aib orang dan jangan pula setengah kamu
mengumpat yang lain. Adakah di antara kamu yang memakan daging
saudaranya yang telah mati (bangkainya)? Maka tentu kamu jijik (benci)
memakannya. Takutlah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah penerima
taubat lagi Maha Penyayang” (12).
Islam memerintahkan kita untuk menjauhi prasangka atau dugaan-dugaan,
mencari aib, dan tidak mengumpat. Pertama, teknik propaganda name calling jelas
bertentangan dengan ayat ini. Selain itu, jika kita melihat pengertian dan
praktiknya, teknik name calling ini bisa mendekati fitnah. Tentu jika melihat pada
teori propaganda, hal tersebut sah-sah saja dilakukan, namun dalam ajaran Islam
serangan verbal yang tanpa bukti dan kebenarannya bisa menjadi fitnah. Dalam
firman Allah berikut ini berisi penjelasan tentang bagaimana seharusnya sikap
seorang muslim terhadap berita-berita yang belum jelas kebenarannya. Allah
berfirman dalam Surat Al-Hujurat ayat 6:
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa
suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu
musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan
kamu menyesal atas perbuatanmu itu” (6).
92
Maksudnya, jangan sampai kita menerima begitu saja berita dari seseorang,
teliti dan dapatkan bukti kebenarannya. Pada intinya, Allah memberitahu bahwa
orang-orang fasik itu pada dasarnya jika berbicara ia dusta, akan tetapi kadang kala
ia juga benar. Karena, berita yang disampaikan tidak boleh diterima dan juga tidak
boleh ditolak begitu saja, kecuali setelah diteliti terlebih dahulu fakta kebenarannya.
Jika benar sesuai dengan bukti, maka diterima dan jika tidak, maka ditolak.
Kedua, teknik propaganda glittering of generalities. Teknik dengan
menggunakan kata-kata bijak dengan tujuan mendapat dukungan secara tidak murni
atau tidak alami. Ini bertentangan dengan Al-Quran Surat Al-Ahzab ayat 70:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan
katakanlah perkataan yang benar” (70).
Dalam ayat tersebut, Islam mengajarkan untuk bertutur kata yang tepat.
Maksudnya ialah jujur, sesuai, dan tidak dibuat-buat. Kita bisa melihat kembali
contoh teknik propaganda glittering of generalities dari Tim Media Arsid-Elvier
yang peneliti temukan pada pembahasan sebelumnya, seperti kalimat ‘Sebuah titik
temu bersama untuk melawan perilaku korupsi. Ayo kita buktikan bahwa kita bisa
melakukannya, bisa mencetak sejarah bersama’. Penggunaan ‘kata-kata yang baik’
tersebut digunakan untuk mendapat dukungan meskipun tanpa menyelidiki
ketepatan aosiasinya. Bisa diartikan, punya maksud dan tujuan lain. Jika melihat
pada teori propaganda, cara ini tidak dilarang dan sah saja digunakan. Namun,
93
dalam ajaran Islam teknik propaganda ini bertentangan karena caranya yang dibuat-
buat atau tidak jujur.
Seharusnya Facebook dan Twitter dengan sifat interaktifnya yang lebih tinggi
dibandingkan situs web, mampu dimanfaatkan oleh politisi untuk menjaring
aspirasi rakyat mengenai permasalahan bangsa yang krusial untuk ditangani dengan
mempertimbangkan aspirasi masyarakat yang seharusnya bisa mereka jaring
melalui media sosial tersebut.
C. Strategi Counter Issue Pasangan Airin Rachmi Diany-Benyamin Davnie
Dalam masa kampanye biasanya isu muncul dan menjalar dengan sangat cepat.
Isu muncul karena selain ketidakadaan informasi, juga dilancarkan oleh kandidat
lawan (challenger) untuk membangun atau bahkan menjatuhkan citra (image
oriented). Dalam konteks Pilkada ini, persebaran isu mengarah pada kecenderungan
untuk saling menjatuhkan citra kandidat Pilkada. Karena biasanya persebaran isu
memiliki kekuatan destruktif. Isu sering disamakan dengan torpedo yang meluncur
tanpa halangan dan menyebar kemana-mana dengan kekuatannya sendiri. Karena
itu pula, tidak mudah untuk melakukan isu-tandingan (counter issue) jika suatu isu
telah tersebar luas, terlebih jika isu yang tersebar itu adalah isu negatif yang bisa
saja menggerus basis pendukung dari kandidat yang ‘diserang’.
Counter issue berarti strategi penangkalan isu yang merujuk pada usaha-usaha
persuasif dengan tujuan mengontrol opini, baik untuk membentuk atau membina
opini publik dalam mencapai tujuan politik (strategis atau taktis) dengan pesan-
94
pesan khas yang disampaikan tanpa merasa dipaksa atau merasa terpaksa. Dalam
menggiring opini publik, demi mencapai target politik yang diharapkan ini
membutuhkan perencanaan yang sistematis, di dalamnya terdapat unsur
propaganda sebagai teknik pengalihan isu.
Proses pengalihan isu ini tidak hanya hari ini saja terjadi, banyak rentetan di
momentum-momentum sebelumnya. Pengalihan isu dianggap sebagai suatu
strategi, tidak sembarang bermain pengalihan isu, butuh siasat dan waktu yang
tepat. Kondisi sekarang, pengalihan isu berkaitan dengan popularitas politik.
Kekuasaan tidak akan bisa sukses berkuasa, jika belum mampu mengoptimasi
media. Karena bicara media berkaitan dengan kepentingan politik, terlebih dalam
menggiring dan membentuk opini publik.
Setelah melakukan observasi, peneliti melakukan wawancara (interview)
terhadap Tim Koordinator Counter Issue, Sonny Majid Daeng Taran, dan Rudy
Gani sebagai Tim Media Airin-Benyamin. Dari interview yang telah dilakukan
dengan narasumber, dapat diperoleh beberapa poin yang menjadi rujukan.
1. Isu teratas yang paling sering dituduhkan ke Airin-Benyamin ini lebih
kepada kasus korupsi yang menjerat suaminya dan kakak iparnya, yakni
Tubagus Chaeri Wardana (Wawan) dan Ratu Atut Chosiyah. Baik menurut
Tim Koordinator Counter Issue maupun Tim Media Airin-Benyamin,
keduanya kompak berpendapat, “Benar, isu yang paling banyak
dikeluarkan oleh kandidat lawan adalah isu korupsi”.
95
Tabel 4.3.
Interview Perihal Isu Korupsi dengan Tim Koordinator Counter Issue
No Isu Negatif tentang
Airin-Benyamin
Counter Issue
1. Kasus Hukum di KPK tentang
Tindak Pidana Korupsi
Pengadaan Alat Kesehatan di
Tangsel
Tidak terlalu banyak merespon atas
kasus hukum tersebut, karena hingga
sekarang Airin secara fakta hukum
terbukti tidak terlibat dalam kasus itu.
Airin-Benyamin lebih disibukkan
dengan counter issue lapangan, yakni
memantau puskesmas-puskesmas dan
berkeliling posyandu di Tangsel.
2. Citra Buruk Walikota Tangsel
dan Ketidakmaksimalan
Kepemimpinannya
Evaluasi dan respon Pemda pasca
banjir dan cuaca ekstrim;
a. Merespon isu dan tindakan setelah
terjadinya banjir dan cuaca
ekstrim.
b. Pencitraan kinerja dan kepekaan
Kepala Daerah, khususnya bidang
sosial.
c. Evaluasi kinerja Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD),
khususnya tanggap bencana. Baik
itu soal kecepatan dan kesiapan.
Merangsang kembali kerja tim di
lingkungan Pemda Tangsel, sehingga
objektivitas report tercapai.
Pada tabel 4.3. tersebut menjelaskan strategi counter issue yang dilakukan
oleh Tim Koordinator Counter Issue atas isu kasus hukum di KPK tentang
Tindak Pidana Korupsi Pengadaan Alat Kesehatan di Tangsel dicounter
dengan tindakan lapangan, yakni memantau puskesmas-puskesmas dan
berkeliling posyandu di Tangsel. Untuk citra buruk Walikota Tangsel dan
ketidakmaksimalan kepemimpinannya dicounter dengan tindakan
evaluasi dan respon Pemda pasca banjir dan cuaca ekstrim, serta
merangsang kembali kerja tim di lingkungan Pemda Tangsel.
Sedangkan, Tim Media Airin-Benyamin melalui media sosial yang
berfokus pada penangkalan isu korupsi, yakni dengan mencitrakan
96
pasangan ini dengan cara membingkai sosok Airin yang sederhana, tegar,
dan tangguh. Secara garis besar tema bahwa Airin Rachmi Diany adalah
sosok perempuan yang sederhana, tangguh, dan tegar, di mana di media
sosial digambarkan bahwa saat Airin turun ke lapangan yakni melakukan
sidak ke puskesmas dan posyandu sekitar Tangsel dengan mobil dinas
yang terbilang sederhana (mobil avanza).
Padahal jika dilihat dari latar belakang keluarga Airin yang ‘segala ada’
dan koleksi mobil pribadinya pun terbilang mewah, tetapi Airin lebih
memilih mobil dinasnya yang sederhana dari pada menaiki mobil
pribadinya yang mewah dan lebih nyaman itu. Berangkat dari hal tersebut,
muncul kesan sederhana sehingga tidak ada jarak antara paslon dengan
rakyatnya, terutama dalam hal ini kalangan ibu-ibu.
Selanjutnya mengenai penggambaran sosok Airin yang tegar, di mana
sebagai perempuan ketegarannya diuji dengan masalah yang menimpa
keluarganya. Masalah tersebut sempat menjadi sorotan oleh berbagai
media, yakni tentang tindak pidana korupsi yang menjerat suaminya,
Tubagus Chairi Wardana (Wawan). Di samping perannya sebagai Kepala
Daerah, Airin adalah seorang istri dari Wawan dan Ibu dari kedua anaknya.
Ketiga perannya tersebut harus dijalani oleh Airin. Pada akhirnya ada citra
‘ketegaran’ yang keluar dari sosok Airin.
Kemudian, penggambaran sosok Airin yang tangguh, di mana masalah
yang ia hadapi tidak memengaruhi tugasnya sebagai pejabat negara. Airin
97
mampu bangkit untuk tetap melaksanakan dan memenuhi tugasnya
sebagai Walikota Tangsel. Ketegaran, ketangguhan, dan kekuatan dalam
konteks politik kaum perempuan itu seakan ada di dalam diri Airin,
berbekal pengalaman juga Airin kembali maju dalam Pilkada Tangsel
2015, dan akhirnya berhasil meraih kemenangan kedua kalinya.
Dari keseluruhan penggambaran sosok yang sudah dibahas, inilah yang
disebut sebagai propaganda jurnalisme perspektif gender. Di mana
penggambaran sosok itu dimanfaatkan untuk membalik stigma masyarakat
dari yang awalnya ‘tidak suka’ menjadi ‘simpati’, dan telah membawa
image bahwa Airin merupakan sosok yang fokus dan konsisten pada
politik di tengah masalah yang menimpa keluarganya. Hal itulah yang
cukup menjadi pengaruh bagi kalangan pengguna media sosial ataupun
masyarakat luas khususnya kalangan perempuan, serta menjadi investasi
politik beberapa tahun ke depan dari seorang Airin.
2. Isu kedua yang dituduhkan ke Airin-Benyamin ini lebih kepada persoalan
ekonomi dan kesejahteraan. Seperti isu penetapan Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah (APBD) Tangsel, bahwa isu tentang keuangan daerah
masih mendapat perhatian dari media, terutama dalam pertarungan politik
bagi kandidat ‘penyerang’ sangat perlu untuk mencari titik kelemahan dari
kandidat ‘yang diserang’. Wajar juga, karena ini menyangkut seluruh
aspek atau sektor di Tangsel. Tim Media Airin-Benyamin berpendapat,
98
“Tuduhan isu seperti hasil kinerja itu hal biasa, karena terkait status Airin-
Benyamin yang merupakan pasangan incumbent”.19
Tabel 4.4.
Interview Perihal Isu Ekonomi dan Kesejahteraan dengan
Tim Koordinator Counter Issue
No Isu Negatif tentang
Airin-Benyamin
Counter Issue
1. Isu Pengesahan APBD
Tangsel yang Molor
Perincian secara normatif terhadap
anggaran penanganan kemiskinan,
dengan menyebutkan objek
sasarannya. Sedangkan, rekomendasi
counter issue lapangan dengan
melakukan kunjungan ke pasar
tradisional. Dengan sekenario, Airin
berbincang-bincang dengan
pedagang seputar harga kebutuhan
pokok.
Pada tabel 4.4. tersebut menjelaskan strategi counter issue yang dilakukan
oleh Tim Koordinator Counter Issue atas isu pengesahan APBD Tangsel
yang molor dicounter dengan tindakan lapangan, yaitu melakukan
kunjungan ke pasar tradisional. Dengan skenario di lapangan, Airin
berbincang-bincang dengan pedagang seputar harga kebutuhan pokok.
Sedangkan, Tim Media Airin-Benyamin melalui media sosial yang
berfokus pada penangkalan isu ekonomi dan kesejahteraan, yakni dengan
mencitrakan pasangan ini dengan cara membingkai sosok Airin-Benyamin
yang peduli pada rakyat kecil.
19 Wawancara dengan Rudy Gani, pada 27 April 2016.
99
Gambar 4.8.
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Tangerang Selatan
Tahun 2011 - 2014 20
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)
Gambar 4.8. tersebut merupakan laju pertumbuhan ekonomi berdasarkan
kelompok lapangan usaha; primer, sekunder, dan tersier. Data pada 2014
lalu, menunjukkan pertumbuhan ekonomi pada kelompok lapangan usaha
primer mencapai 3,06 persen meningkat dibanding tahun 2013 minus 1,65
persen. Kelompok lapangan usaha sekunder pada 2014 mencapai 8,42
persen menurun dibanding tahun 2013 mencapai 10,55 persen. Terakhir,
kelompok lapangan usaha tersier pada 2014 mencapai 9,20 persen
meningkat dibanding tahun 2013 mencapai 8,36 persen.
Pertumbuhan ekonomi sendiri menunjukkan tingkat aktivitas
perekonomian yang menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada
suatu periode tertentu. Tinjauan umum atas perekonomian Kota Tangsel
tahun 2014 relatif naik dibandingkan tahun sebelumnya, namun jika kita
20 Badan Pusat Statistik, Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan Tahun 2015, (Online
resource: https://tangselkota.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Indikator-Ekonomi-Kota-Tangerang-Selatan-Tahun-2015.pdf), 2015, h. 27.
100
melihat pada tingkat pengangguran yang masih berada di atas tujuh persen,
sedangkan tingkat kesempatan kerja berada pada angkat 93 persen.21 Hal
ini menunjukkan bahwa seluruh aktivitas ekonomi di Kota Tangsel pada
tahun 2014 belum bisa menyerap seluruh angkatan kerja yang tersedia
yaitu sekitar 93 persen, masih ada sekitar 7 persen dari angkatan kerja yang
belum terserap dan menjadi pengangguran.
Dari data di atas merupakan representasi dari kurang berhasilnya
pemanfaatan dana APBD untuk memuaskan masyarakat Tangsel. Jika kita
melihat dari misi yang diusung olehnya yaitu ‘Mengembangkan ekonomi
kerakyatan berbasis inovasi dan produk unggulan’. Pada program-program
prioritasnya yang ditawarkan dibagi menjadi tiga, yaitu bagian
pembangunan, pengembangan, dan peningkatan. Serta jika diuraikan, pada
bagian pembangunan program prioritasnya yang akan diwujudkan melalui
‘Pembangunan atau revitalisasi pasar tradisional’. Selanjutnya, pada
bagian pengembangan program prioritasnya akan diwujudkan melalui
‘Pengembangan kawasan perdagangan tradisional’ dan ‘Pengembangan
industri kreatif dan produk unggulan’. Terakhir, pada bagian peningkatan
program prioritasnya akan diwujudkan melalui ‘Peningkatan bantuan
beasiswa miskin, Bantuan Operasional Daerah (BOSDA) dan bantuan
sosial beras miskin (raskin)’. Dari penjabaran misi dan program kerja
prioritas yang ditawarkan, mengimplikasikan bahwa citra yang ingin
21 Badan Pusat Statistik, Indikator Kesejahteraan Kota Tangerang Selatan Tahun 2015,
(Online resource: https://tangselkota.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Indikator-Kesejahteraan-Rakyat-Kota-Tangerang-Selatan-Tahun-2015.pdf), 2015, h. 49.
101
dibangun ialah pasangan Airin-Benyamin peduli terhadap kesulitan
masyarakat dan akan berusaha mengatasinya. Kesulitan warga Kota
Tangsel seakan segera teratasi jika beliau terpilih.
3. Isu ketiga yang dituduhkan ke Airin-Benyamin ini lebih kepada isu
pembangunan infrastruktur, isu kesehatan, dan isu lingkungan. Dari ketiga
isu tersebut, ketiganya saling memengaruhi, seperti pada persoalan
penanganan pasca-banjir dan pasca-cuaca ekstrim. Karena, pasca-banjir
pasti muncul masalah baru yakni infrastruktur jalan yang berlubang
bahkan ada yang hancur. Di sisi lain, pada keadaan pasca-cuaca ekstrim
muncul masalah persebaran penyakit, diantaranya penyakit demam
berdarah dan diare yang banyak menjangkiti masyarakat yang berada di
lingkungan kurang bersih atau bahkan pemukiman kumuh. Hal-hal
tersebut cukup mendapat respon media, begitu pula menjadi perhatian dari
Walikota dan Wakil Walikota Tangsel.
Tabel 4.5.
Interview Perihal Isu Pembangunan Infrastruktur, Kesehatan, dan Lingkungan
dengan Tim Koordinator Counter Issue
No Isu Negatif tentang
Airin-Benyamin
Counter Issue
1. Isu Banjir di Sejumlah
Titik
Isu penyebaran penyakit dengan
kondisi cuaca hujan yang
sedemikian ekstrim. Dinas
Kesehatan perlu
menindaklanjutinya dalam bentuk
menyiapkan laporan penyakit
dominan yang terjadi, khususnya
untuk warga Tangsel kategori
anak-anak, sepanjang musim
penghujan.
Counter issue lapangan dengan
mengadakan pemeriksaan
kesehatan gratis di sekolah-sekolah
tingkat dasar, mengingat dalam
kondisi cuaca seperti ini, anak-anak
102
masuk dalam kelompok rentan.
Dan dengan menginstruksikan
kepada seluruh Puskesmas untuk
memprioritaskan pasien anak-anak.
2. Isu Perbaikan Jalan Melakukan pemantauan kondisi
jalan yang rusak, dan merilis
informasi tentang titik jalan yang
rusak (jika ada).
3. Isu Lingkungan Mengevaluasi pendirian bangunan
terkait izin dan standar peraturan
perundang-undangan. Kondisi
bangunan yang harus dievaluasi
yang berdiri di sekitar hutan kota
dan situ-situ atau zona yang masuk
kategori daerah resapan air.
Pada tabel 4.5. tersebut menjelaskan strategi counter issue yang dilakukan
oleh Tim Koordinator Counter Issue atas isu banjir dicounter dengan
tindakan lapangan yaitu dengan mengadakan pemeriksaan kesehatan gratis
di sekolah-sekolah tingkat dasar,
Tim Media Airin-Benyamin melalui media sosial yang berfokus pada
penangkalan isu pembangunan infrastruktur, isu kesehatan, dan isu
lingkungan hidup yakni dengan mencitrakan pasangan ini dengan cara
membingkai sosok Airin-Benyamin yang sukses, berprestasi, dan
dermawan.
Prestasi menjadi modal utama yang digunakan dalam mengangkat citra
Airin-Benyamin di kancah politiknya di media sosial. Pasalnya Airin yang
sebelumnya sebagai Dewan Pembina Komite Nasional Pemuda Indonesia
(KNPI) Kota Tangsel, Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Tangsel,
Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kota
103
Tangsel, Pengurus Daerah Ikatan Notaris Indonesia (INI) Kota Tangsel,
serta Pejabat Pembuat Akta Tanah di Kabupaten Tangerang ini sudah
mempunyai banyak relasi dan sudah dikenal oleh masyarakat.
Begitupun dengan Benyamin yang sudah sangat lama berkecimpung
dalam dunia politik pemerintahan atau birokrasi, ia sebelumnya sebagai
Kepala Bagian Organisasi Kabupaten Tangerang, Kepala Dinas Tata
Ruang dan Bangunan Kabupaten Tangerang, Asisten Daerah Tata Praja
Kabupaten Tangerang, serta Kepala Badan Perencanaan dan Pembangun
Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Tangerang ini sudah tidak perlu
diragukan lagi dalam mengurusi urusan pemerintahan. Baik Airin maupun
Benyamin merupakan perpaduan yang mempunyai basis relasi dan
segmentasi pendukung tersendiri untuk meraih kemenangan di Pilkada
Tangsel kemarin.
Airin pun memiliki segudang penghargaan sebagai Walikota, seperti Satya
Lencana Wira Karya yang langsung disematkan Presiden RI Joko Widodo,
tidak semua kepala daerah mendapat penghargaan tersebut. Yang
prestisius adalah “Goverment and Privat Partnership for Public Spaces
Provision” penghargaan kelas internasional yang diterimanya lembaga
internasional The Eastern Regional Organization for Planning and
Housing (Earoph), salah satu organisasi non-pemerintah yang punya
hubungan dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Selain Airin,
Walikota Surabaya Tri Rismaharini juga mendapat penghargaan sama.
Keduanya dianggap mampu memadukan dua kekuatan pemerintah dan
104
swasta dalam membangun kota. Tidak kalah dengan Airin, Benyamin pun
memiliki prestasi yang prestisius, yakni Lencana Dharma Bhakti Pramuka
pada tahun 2003 dan Satya Lencana Karya Satya X Tahun: Sebuah
Penghargaan Atas Prestasi Kerja selama 10 Tahun tanpa cacat diberikan
oleh Presiden (SK Presiden) pada tahun 2003.
Tangsel, dibawah duet Airin-Benyamin juga dipilih sebagai kota
pemekaran terbaik oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri). Belum lagi
penghargaan dari Kementerian Perdagangan sebagai Kota Tertib Ukur.
Selain itu, yaitu Kota Layak Anak dari Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak. Salah satu indikatornya adalah terbaik
dalam pelayanan pembuatan Akta Kelahiran. Penghargaan Piala Adipura
dari Kementrian Lingkungan Hidup tahun 2013, penghargaan Manggala
Karya Kencana (MKK) dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN), dan masih banyak prestasi lainnya yang telah berhasil
Tangsel raih selama Airin-Benyamin menjabat.
Konsep pengembangan hutan kota yang direalisasikannya, menuai hasil.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan memberikan penghargaan
Langit Biru karena Tangsel termasuk kota yang memiliki udara bersih.
Terakhir, Tangsel dinobatkan sebagai Badan Publik Terbaik di bidang
transparansi. Dengan demikian sangat wajar, Airin-Benyamin masih kuat
memenangkan Pilkada 2015. Karena ada popularitas, yang kemudian
disokong banyak prestasi.
105
Kesuksesan dan prestasi Kota Tangsel pun tidak diraih begitu saja, hal
tersebut merupakan hasil dari usaha dan kerja keras seluruh pihak, baik
SKPD terkait serta seluruh masyarakat yang sudah mendukung dan
bekerjasama dalam program-program Pemkot Tangsel. Berikut adalah
foto-foto yang mempublikasikan sosok Airin-Benyamin sebagai seseorang
yang sukses, berprestasi, dan dermawan:
Gambar 4.9.
Penggambaran Sosok yang Sukses
Sumber: www.republika.co.id
Keterangan gambar 4.9. terlihat Airin menyapa salah satu pasien anak di
RSUD Tangerang Selatan. Airin memang fokus dengan kesehatan anak.
Pada gambar tersebut secara tidak langsung menggambarkan sosok Airin-
Benyamin yang telah membuahkan prestasi diantaranya program
pelayanan kesehatan gratis. Layanan berobat gratis ini diberikan kepada
warga Tangsel yang mempunyai elektronik-KTP. Ketentuannya dengan
menunjukkan e-KTP dan rujukan puskesmas di wilayah Kota Tangsel
yang sudah diverifikasi oleh puskesmas dan tidak memiliki jaminan
kesehatan lainnya.
106
Gambar 4.10.
Penggambaran Sosok yang Berprestasi
Sumber: bidiktangsel.com
Keterangan gambar 4.10. terlihat Airin sedang berpidato. Walikota
Tangerang Selatan ini ketika menjadi salah satu pembicara dalam Forum
Inovasi Global 2014 di Daenjeon, Korea Selatan. Kegiatan Global
Innovation Forum adalah kegiatan yang diprakarsai oleh WTA dan
UNESCO, di mana Kota Daenjeon adalah kota inisiator pertama untuk
kegiatan Forum Inovasi Global ini. Setelah Airin menjadi pembicara di
forum WTA dan UNESCO pada tahun 2014 lalu, maka disepakati Kota
Tangsel sebagai tuan rumah acara Global Innovation Forum tahun 2016
yang bekerjasama dengan Kemenristek Dikti dalam penyelenggaraan
forum ini.
107
Gambar 4.11.
Penggambaran Sosok yang Dermawan
Sumber: www.harianterbit.com
Keterangan gambar 4.11. terlihat Airin bersama seorang anak penderita
AID. Sekali lagi, Airin tergambar sangat konsen terhadap kesehatan
kelompok anak-anak. Airin meminta jajaran Dinas Kesehatan (Dinkes)
untuk memantau dan melakukan pengecekan kesehatan di sejumlah
tempat yang rawan dijadikan tempat berkumpul atau tempat hiburan
malam lainnya, serta meminta Dinkes untuk kalangan pelajar dan remaja
hendaknya dilakukan secara berkala dengan berkeliling ke sekolah untuk
mengecek urin mereka.
Terlepas dari tiga poin garis besar counter issue yang telah diuraikan oleh
peneliti, strategi dalam mengcounter negative issue pada dasarnya pasangan Airin-
Benyamin ini lebih memilih sikap bertahan (defensif). Di mana Tim Koordinator
Counter Issue Airin-Benyamin memilih menggunakan strategi mendiamkan
sampai rentang waktu isu tersebut berhenti dengan sendirinya. Seperti yang
diungkap oleh Sonny Majid:
Jadi biasanya di dalam kerangka strategi propaganda, kita harus bisa
menghitung berapa lama isu tersebut bertahan. Ketika misalnya dua minggu,
maka diamkan dahulu selama dua minggu. Kemudian pasca dua minggu atau
108
reda itu kita mencari cara counter. Setelah itu, kita mengcounter dengan isu
positifnya pasangan AMIN ini dengan mengekspos prestasi Airin sebagai
Walikota, tetapi itu dimunculkan setelah kita menghitung rentang waktu bahwa
isu korupsi itu akan cooling down dalam kurun waktu dua minggu misalnya.
Kita menunggu isu baru atau runutan prediksi isu yang akan muncul dari isu
lama, itu saja yang kita respon, jadi ternyata menganalisis isu itu tidak hanya
membaca ‘A’ tetapi kita juga harus membaca ‘A1’, ‘A2’, dan seterusnya. 15
hari kemudian misalnya, apakah isu ini keluar, kalaupun iya setelah isu
sebelumnya sudah tersebar isu apa lagi yang akan keluar. Dari kesemuanya itu
sudah kita prediksi runutan isunya, dan biasanya benar apa yang sudah kita
prediksi dipadukan dengan feeling Timses. Pada intinya strategi yang
digunakan adalah defensif dibanding ofensif. Tetapi kalaupun diperlukan usaha
ofensif itu akan tetap dilakukan, dengan catatan ukuran skala yang sama
dengan isu yang digulirkan oleh lawan. Misalnya isu korupsi, berarti kita
mencari isu untuk menyerang lawan yang bobotnya sama atau bisa jadi lebih
besar, supaya isu negatif itu tenggelam.22
Kutipan wawancara di atas kemudian menjelaskan bahwa dalam melakukan
counter issue tidak semata-mata membalas serangan isu dari lawan politik, tetapi
ada waktunya yang tepat untuk melakukan pembalikkan isu dan ada waktunya pula
untuk tetap pada posisi bertahan. Hal itu dimaksudkan agar Tim Sukses fokus pada
pemenangan pasangan petahana ini yakni sosialisasi kefiguran, penyampaian visi
misi, dan tetap menjalankan tugas sebagai Walikota dan Wakil Walikota Tangsel,
sehingga tidak terporsir waktu dan perhatiannya kepada serangan isu dari lawan
politik.
Berbicara tentang sosialisasi kefiguran untuk menenggelamkan isu negatif,
Tim Media Airin-Benyamin juga sangat berperan penting, kontribusi strateginya
adalah sebagai berikut seperti yang diungkap oleh Rudy Gani:
Jadi begini, ada teknis rapat yang memang rutin dan dijadwalkan, serta ada
rapat yang fleksibel. Kita sebenarnya tidak masuk ke dalam struktur resmi, jadi
kita hanya menjadi bagian yang mendukung pasangan ini, bisa disebut tim
22 Wawancara dengan Sonny Majid, pada 24 April 2016.
109
relawan yang membacking orang-orang struktur tetapi memang akses kita
langsung dengan Airin-Ben, tidak terdaftar di KPUD dan tidak terdaftar
sebagai Timses yang resmi di struktur. Pola kerja kita memang ketika ada
berbagai persoalan terkait dengan Airin-Ben pada saat itu biasanya metode
kerja kita dengan berkomunikasi lewat grup dengan pembagian tugas yang
sudah dijelaskan dan disepakati dari awal, misalnya ada bagian untuk meng-
counter issue; terdiri dari orang yang merumuskan isunya lalu
mendistribusikan isu. Untuk Pilkada Tangsel 2015 kemarin, kita lebih
merespon hal-hal yang sifatnya aktual. Aktual maksudnya di sini apa yang
terjadi akan dijawab langsung, tidak merumuskan agenda setting yang terlalu
sistematis dalam melempakan isu, artinya karena kemarin lebih banyak
penyerangan dari kandidat lawan sehingga kemudian kita harus mengcounter
dengan cara-cara menjawab isu-isu aktual yang dilemparkan oleh teman-teman
tim media yang lain.23
Dalam kutipan wawancara tersebut, tergambarkan bahwa Tim Media terdiri
dari orang yang merumuskan isu dan orang yang mendistribusikan isu. Dalam
mendistribusikan isu inilah letak pentingnya peran media sosial untuk mengcounter
isu negatif dengan cara mengkonfirmasi atau mengklarifikasi isu-isu aktual yang
dilemparkan oleh lawan politik.
Dalam menyikapi isu negatif tersebut, pasangan Airin-Benyamin beserta Tim
Suksesnya mencoba mengatasi dengan melakukan pengalihan isu, yaitu dengan
menjalankan program-program yang telah dirancang untuk masyarakat Tangsel
agar masyarakat lebih mengingat akan keberhasilan program-program pasangan
Airin-Benyamin dibandingkan dengan isu korupsi yang dimunculkan kelompok
kritis dan kandidat lawan.
Selanjutnya, berdasarkan penjelasan teori yang telah dikemukakan pada bab
dua, peneliti menemukan teknik-teknik propaganda yang dilontarkan oleh kedua
23 Wawancara dengan Rudy Gani, pada 27 April 2016.
110
kandidat lawan, yaitu Ikhsan Modjo-Li Claudia dan Arsid-Elvier kepada Airin-
Benyamin dalam Pilkada Tangsel 2015 di Facebook dan Twitter. Berikut tabel
teknik-teknik propaganda yang ditemukan dalam postingan Ikhsan Modjo-Li
Claudia dan Arsid-Elvier beserta counter issue yang dilakukan Airin-Benyamin di
Facebook pada 27 Agustus - 5 Desember 2015:
Tabel 4.6.
Teknik Propaganda dan Counter Issue Airin-Benyamin
di Facebook pada 27 Agustus - 5 Desember 2015
No. Teknik Propaganda Postingan dari Kandidat Lawan Counter Issue Airin-
Benyamin Ikhsan-Li Claudia Arsid-Elvier
1 Glittering generalities 1) “Semasa menjadi
konsultan dan
penasehat di
berbagai
lembaga, tidak
ada red flag issue
mengenai Ikhsan
Modjo. Demikian
juga dengan
Claudia, sebagai
pebisnis Claudia
tahu benar bahwa
hal-hal berbau
fraud hanya akan
membawa
keuntungan
sesaat namun
membawa
kerugian jangka
panjang”.
1) “9 Desember
nanti saat hari
pencoblosan
adalah Hari Anti
Korupsi se-dunia.
Mari kita jadikan
hari ini sebagai
sebuah tonggak
sejarah baru bagi
kita semua demi
membangun
Pilkada yang
berintegritas.
Sebuah titik temu
bersama untuk
melawan perilaku
korupsi. Ayo kita
buktikan bahwa
kita bisa
melakukannya
dan mencetak
sejarah bersama”.
1) Demi terwujudnya
Tangsel Kota Cerdas,
Berkualitas, dan Berdaya
Saing Berbasis
Teknologi dan Inovasi.
Mari beri dukungan
kepada pasangan calon
nomor urut 3. (Teknik
propaganda glittering
generalities)
2) “Demi mewujudkan
Kota Tangsel yang
cerdas, berkualitas, dan
berdaya saing berbasis
teknologi informasi,
Airin telah menyusun
program prioritas. Ini
semua merupakan
penjabaran keinginan
masyarakat selama ini,
jadi visi misi saya ini
adalah visi misi
masyarakat, harapan,
dan keiginan masyarakat
untuk tinggal di Tangsel
dengan suasana yang
aman, nyaman, damai,
dan ramah lingkungan,
serta terbukanya
lapangan pekerjaan
untuk masyarakat”.
(Teknik propaganda
glittering generalities)
2 Transfer 1) “Rakyat butuh
pemimpin yang - 1) “Wakil Sekjen DPD
Forkabi Kota Tangsel,
111
bisa membuat
mereka makan 3x
sehari dengan
gizi yang baik
tanpa harus
berhutang”.
Pasangan ini
menggunakan
cara simbolik,
yakni
menampilkan
foto sosok
Prabowo.
Irvan, melihat dan
merasakan banyak karya
nyata selama lima tahun
Airin-Benyamin
memimpin Kota
Tangsel”. (Teknik
propaganda testimonials)
2) Ketua Komunitas
Pergerakan Wanita Kota
Tangsel yang
mengatasnamakan
dirinya Pasukan
Perempuan Pendukung
Airin (Papera), Munifah
Umar, Airin merupakan
simbol dari ketegaran
kaum perempuan. “Airin
pemimpin yang sangat
memperhatikan kaum
perempuan dan
memperjuangkan
aspirasi kami, sehingga
tingkat kejahatan
maupun kekerasan
terhadap perempuan di
Kota Tangsel terbilang
minim”. (Teknik
propaganda testimonials)
3) Menurut Bang Ben,
selaku Wakil Walikota,
“saya sangat apresiatif
kepada Gubernur Banten
Rano Karno yang sudah
memberikan kami izin
cuti untuk mengikuti
kegiatan tahapan
Pilkada. Gubernur
merestui kami untuk
mengambil izin cuti,
dengan sistem yang
tidak meninggalkan
rakyat. Kami diberi
waktu secara bergantian
untuk melakukan cuti
kerja. Gubernur sangat
memahami kondisi
kami, sehingga
pelayanan menjadi
prioritas dalam sebuah
pemerintahan, ini juga
membantu agar proses
pemerintahan tetap
112
berjalan”. (Teknik
propaganda testimonials)
3 Card stacking 1) “Ikhsan Modjo
berhasil meraih
gelar doktor di
bidang ekonomi
dari University of
Melbourne,
Australia. Latar
belakang
keilmuan yang
dimiliki Ikhsan
dapat
berkontribusi
pada produk
kebijakan-
kebijakan yang
tak sekedar
populer, tetapi
juga berlandaskan
riset”.
2) “Apalagi Ibu
Elvier adalah
seorang dokter
yang sangat
paham bagaimana
mengelola
kesehatan
masyarakat
Tangsel secara
baik dan benar”.
1) Airin dalam dialog
terbuka dengan
masyarakat di
Kecamatan Setu
dihadapan relawan Pro
Airin (Pro-Ar) memutar
film pendek yang berisi
beberapa poin program
yang sudah berhasil
direalisasikan, seperti
kesehatan gratis,
pembangunan
infrastruktur, serta
banyak prestasi yang
telah diraih oleh Kota
Tangsel.
“Sejak September 2012 telah
dimulai pelayanan
kesehatan gratis bagi
seluruh warga Tangsel di
seluruh Puskesmas,
hanya dengan
menunjukkan e-KTP
Tangsel”.
“Pembangunan jalan raya
Ciater Raya menuju
BSD dan sekitarnya,
Simpang Maruga, dan
Jembatan Ciater,
mengurai kemacetan
kota”.
“Pada bidang pendidikan,
Airin telah melakukan
pembebasan SPP dan
DSP melalui Bantuan
Operasional Daerah
(BOSDA dari tahun
2011-2015)”.
“APBD awalnya pada tahun
2011 hanya 1,532 triliun
naik menjadi 2,843
triliun di tahun 2015”.
(Teknik propaganda
bandwagon technique)
2) “Ikatan Batak Muslim di
Tangsel berikan gelar
Boru Namora ‘Wanita
Berkarisma’ kepada
Airin Rachmi Diany”.
(Teknik propaganda
bandwagon technique)
113
3) Setya Lencana Karya
Setya X Tahun: sebuah
penghargaan atas pretasi
kerja selama 10 tahun
tanpa cacat yang
diberikan oleh Presiden
(SK Presiden) kepada
Benyamin Davnie tahun
2003. (Teknik
propaganda bandwagon
technique)
4 Using all forms of
persuations
1) “Bagi-bagi uang
untuk rakyat
Tangsel. Kita
ingin APBD
untuk rakyat
Tangsel. APBD
bukan buat
pemain proyek,
bukan buat
golongan”.
2) “Tekad kami:
tidak ada jalan
rusak lebih dari
tujuh hari di
Tangsel. Tidak
peduli itu jalan
negara, provinsi
atau daerah”.
3) “Rumah sakit
tanpa kelas”.
4) “Menyediakan
transportasi yang
murah, aman dan
nyaman.
Pembangunan
sebuah city loop
berupa LRT yang
akan mengelilingi
tujuh kecamatan
di Kota Tangsel”.
- 1) Kerjasama dengan KPK,
Tangsel akan bentuk unit
pengendalian gratifikasi.
Airin mengatakan,
kedepannya Pemkot
Tangsel akan
berkoordinasi dengan
KPK dalam membentuk
unit pengendalian
gratifikasi. “Kita
menyambut baik
kerjasama yang
dibangun KPK, kita
akan buat unit
pengendalian
gratifikasi”. (Teknik
propaganda using all
forms of persuations)
Pada tabel 4.6. merupakan kutipan kalimat dalam postingan dari kandidat
lawan yang masuk ke dalam teknik-teknik propaganda, tetapi peneliti tidak
114
menemukan kategori teknik propaganda name calling, testimonials, bandwagon
technique, dan reputable mouthpiece.
Dalam kutipan kalimat, “Semasa menjadi konsultan dan penasehat di berbagai
lembaga, tidak ada red flag issue mengenai Ikhsan Modjo. Demikian juga dengan
Claudia, sebagai pebisnis Claudia tahu benar bahwa hal-hal berbau fraud hanya
akan membawa keuntungan sesaat namun membawa kerugian jangka panjang”.
Semua label positif ini tidak alamiah, melainkan dikonstruk, seolah-olah baik. Hal
tersebut masuk dalam kategori teknik propaganda glittering generalities, di mana
digunakan untuk menonjolkan propagandis atau menyanjung dirinya dalam hal ini
tertuju pada pasangan Ikhsan Modjo-Li Claudia. Lalu, dicounter oleh Airin-
Benyamin dengan ungkapan kalimat “Demi terwujudnya Tangsel Kota Cerdas,
Berkualitas, dan Berdaya Saing Berbasis Teknologi dan Inovasi. Mari beri
dukungan kepada pasangan calon nomor urut 3”. Menjadi salah satu ciri teknik
propaganda glittering generalities ini, seolah mengklaim dengan memilih Airin-
Benyamin maka terwujud Tangsel akan mejadi kota cerdas, berkualitas, dan
berdaya saing berbasis teknologi dan inovasi.
Pada kolom kutipan kalimat selanjutnya, “Rakyat butuh pemimpin yang bisa
membuat mereka makan 3x sehari dengan gizi yang baik tanpa harus berhutang”.
Dengan menggunakan cara simbolik, yakni menampilkan foto sosok Prabowo.
Masuk dalam kategori teknik propaganda transfer, karena memakai pengaruh
seseorang atau tokoh yang berwibawa yang mempunyai maksud agar komunikan
terpengaruh secara psikologis terhadap apa yang dipropagandakan. Sedangkan,
pihak Airin-Benyamin mengcounter dengan teknik propaganda testimonials yang
115
terlihat pada kutipan kalimat, “Wakil Sekjen DPD Forkabi Kota Tangsel, Irvan,
melihat dan merasakan banyak karya nyata selama lima tahun Airin-Benyamin
memimpin Kota Tangsel”. Peneliti temukan penggunaan perkataan (testimoni) dari
kelompok terkemuka yakni Forkabi untuk menguntungkan posisi Airin-Benyamin.
Kalimat tersebut seolah menganggap hanya pasangan Airin-Benyamin lah yang
didukung oleh Forkabi.
Pada kolom kutipan kalimat selanjutnya, “Ikhsan Modjo berhasil meraih gelar
doktor di bidang ekonomi dari University of Melbourne, Australia. Latar belakang
keilmuan yang dimiliki Ikhsan dapat berkontribusi pada produk kebijakan-
kebijakan yang tak sekedar populer, tetapi juga berlandaskan riset”. Masuk dalam
kategori teknik propaganda card stacking, di mana Ikhsan Modjo menonjolkan hal-
hal atau segi baiknya saja, sehingga publik hanya melihat satu sisi saja. Sedangkan,
Airin-Benyamin mengcounter dengan menggunakan teknik propaganda
bandwagon. Terlihat pada kutipan kalimat, “Pada bidang pendidikan, Airin telah
melakukan pembebasan SPP dan DSP melalui Bantuan Operasional Daerah
(BOSDA dari tahun 2011-2015)”. Karena peneliti temukan penggunaan kalimat
yang menggembar-gemborkan sukses yang telah dicapai oleh Airin Rachmi Diany.
Terakhir, pada kolom kutipan kalimat, “Bagi-bagi uang untuk rakyat Tangsel.
Kita ingin APBD untuk rakyat Tangsel. APBD bukan buat pemain proyek, bukan
buat golongan”. Masuk dalam kategori teknik propaganda using all forms of
persuations, karena Ikhsan Modjo-Li Claudia menjanjikan akan bagi-bagi uang
APBD untuk rakyat jika pasangan ini menang dan teknik ini digunakan untuk
membujuk dengan ‘iming-iming’ tertentu. Airin-Benyamin pun mengcounternya
116
dengan mengatakan “Kita menyambut baik kerjasama yang dibangun KPK, kita
akan buat unit pengendalian gratifikasi”. Pernyataan tersebut digunakan untuk
menarik simpati masyarakat guna menepis isu korupsi yang menerpa Airin.
Pada media Twitter, peneliti juga menemukan teknik-teknik propaganda yang
dilontarkan oleh kedua kandidat lawan, yaitu Ikhsan Modjo-Li Claudia dan Arsid-
Elvier kepada Airin-Benyamin dalam Pilkada Tangsel 2015. Berikut tabel teknik-
teknik propaganda yang ditemukan dalam postingan Ikhsan Modjo-Li Claudia dan
Arsid-Elvier beserta counter issue yang dilakukan Airin-Benyamin di Twitter pada
27 Agustus - 5 Desember 2015:
Tabel 4.7.
Teknik Propaganda dan Counter Issue Airin-Benyamin
di Twitter pada 27 Agustus - 5 Desember 2015
No. Teknik Propaganda Kultwit dari Kandidat Lawan Counter Issue Airin-
Benyamin Ikhsan-Li Claudia Arsid-Elvier
1 Name calling 1) “Komitmen Ikhsan
Modjo Anti Korupsi
dan Li Claudia Anti
Budaya Keluarga
Koruptor di
Tangsel”.
2) “Sudah saatnya
Tangsel bersih dari
birokrat korup dan
dinasti yang korup.
Saatnya Tangsel
berbenah dan
pemimpin yang
layak
@IkhsanLiClaudia”.
3) “Jumlah
pengangguran di
Tangsel mencapai
54,82%, angka ini
akan terus
bertambah seiring
dengan krisis
ekonomi dan masih
bercokolnya rezim
dinasti koruptor”.
- 1) Pilkada Tangsel, Haji
Yoyo (sapaan akrab Adi
Sunaryo Tokoh Sentral
Timses Arsid)
deklarasikan dukung
Airin Rachmi Diany-
Benyamin Davnie pada
Pilkada Tangsel 2015.
(Teknik propaganda
testimonials)
2) “Forkabi melihat dan
merasakan banyak karya
nyata dari Airin-
Benyamin selama
memimpin Tangsel”.
(Teknik propaganda
testimonials)
117
2 Card stacking 1) “Track record
Ikhsan Modjo
sebagai ekonom
dan Li Claudia
sebagai pengusaha
merupakan
pasangan ideal
untuk memimpin
Tangsel”.
2) Menurut warga:
perbaikan jalan
hanya tambal
sulam, jalan tanpa
drainase. “Pemkot
Tangsel juga
menghindar dengan
kerap mengatakan
bahwa perbaikan
jalan tanggung
jawab provinsi”.
3) Kemiskinan
meningkat, korupsi
merajalela,
pengangguran naik,
infrastruktur
banyak yang rusak.
Tangsel berbenah.
- 1) “Tangsel di bawah
kepemimpinan
@airinrachmi dan
@benyamindavnie
kembali meraih
penghargaan Kota
Layak Anak 2015 oleh
Presiden RI tahun
2015”.
Piagam Penghargaan
Kepala Kementerian
Agama Banten atas
Kepeduliannya terhadap
Pembangunan di Bidang
Pendidikan Agama dan
Keagamaan 2015.
Penghargaan Satya Lencana
Pembangunan dan Satya
Lencana Wira Karya
oleh Presiden RI
@Jokowi pada
Peringatan Harganas
XXII tahun 2015.
(Teknik propaganda
bandwagon technique)
2) “Alhamdulillah hari ini
Tangsel adalah mitra
@KPK_RI untuk soal
pengawasan birokrasi.
Ini merupakan prestasi
yang tak banyak daerah
lain lakukan”. (Teknik
propaganda bandwagon
technique)
3) “Penghargaan Kota
Sehat dari Kemenkes
merupakan kado
istimewa pada HUT
Tangsel ketujuh”.
(Teknik propaganda
bandwagon technique)
3 Using all forms of
persuations
1) “Pembebasan biaya
pendidikan secara
menyeluruh sampai
level SMA tanpa
tedeng aling-aling”.
2) “Peningkatan asupan
gizi bagi peserta
didik miskin.
Dengan pemberian
susu dan telur gratis
- 1) “Peningkatan kualitas
SDM dalam
menghadapi MEA
melalui program
pendidikan,
entrepreneur, pelatihan
Bahasa Asing dan
Komputer secara gratis
di setiap kelurahan.
Serta, peningkatan
bantuan beasiswa
118
seminggu sekali di
SD Negeri”.
3) “Lewat APBD kita
siapkan program gas
rakyat yang
harganya 40% lebih
rendah dari harga
gas tabung”.
4) “Pembangunan
PDAM Tangsel, bagi
daerah yang terkena
dampak kekurangan
air bersih selama
masa transisi”.
5) “Pembangunan
trotoar dan jalur
hijau untuk pejalan
kaki, dan
pembentukkan
Satgas khusus jalan
yang memastikan
tidak ada jalan rusak
di Tangsel lebih dari
tujuh hari”.
miskin, BOSDA, dan
bantuan sosial raskin”.
(Teknik propaganda
using all forms of
persuation)
2) “Melanjutkan program
pelayanan kesehatan
gratis bagi pemegang
KTP Tangsel di seluruh
puskesmas Tangsel
yang telah dimulai sejak
2012”. (Teknik
propaganda using all
forms of persuation)
Pada tabel 4.7. merupakan kutipan kalimat dalam kultwit dari kandidat lawan
yang masuk ke dalam teknik-teknik propaganda, tetapi peneliti tidak menemukan
kategori teknik propaganda glittering generalities, transfer, bandwagon technique,
dan reputable mouthpiece.
Dalam kolom kutipan kalimat, “Komitmen Ikhsan Modjo Anti Korupsi dan Li
Claudia Anti Budaya Keluarga Koruptor di Tangsel”. Tweet tersebut masuk dalam
kategori teknik propaganda name calling, karena terdapat pemberian sebutan buruk
‘Keluarga Koruptor’ untuk menunjuk pada pasangan Airin-Benyamin. Hal ini
dimaksudkan untuk menjatuhkan atau menurunkan derajat kandidat lawan
politiknya. Sedangkan, Airin-Benyamin mengcounternya dengan teknik
propaganda testimonials, seperti pada kutipan kalimat Pilkada Tangsel, Haji Yoyo
119
(sapaan akrab Adi Sunaryo Tokoh Sentral Timses Arsid) deklarasikan dukung Airin
Rachmi Diany-Benyamin Davnie pada Pilkada Tangsel 2015. Lebih lanjut, Haji
Yoyo menuturkan, “Dari hasil penglihatan dan pengamatan saya Airin-Benyamin
selama lima tahun belakang sudah bekerja sangat keras dan hasilnya sangat bagus”.
Syarat dari testimonials sendiri dilakukan oleh public figure atau tokoh terkenal
yang memiliki otoritas dan prestise sosial tinggi sehingga mampu memengaruhi
pikiran khalayak. Tokoh dalam tweet tersebut adalah Haji Yoyo bersama 25 orang
relawan Arsid yang justru mendeklarasikan untuk memenangkan Airin-Benyamin.
Pada kolom kutipan kalimat selanjutnya, “Track record Ikhsan Modjo sebagai
ekonom dan Li Claudia sebagai pengusaha merupakan pasangan ideal untuk
memimpin Tangsel”. Masuk dalam kategori teknik propaganda card stacking,
karena hanya menonjolkan segi positifnya saja dan seolah mengklaim bahwa hanya
Ikhsan Modjo-Li Claudia saja yang merupakan pasangan ideal untuk memimpin
Tangsel dengan menafikan sisi buruknya. Sedangkan, pasangan Airin-Benyamin
mengcounternya dengan menggembar-gemborkan kesuksesan yang telah dicapai
sewaktu masa jabatannya yang masuk dalam kategori teknik propaganda
bandwagon. Terlihat pada kutipan kalimat, “Tangsel di bawah kepemimpinan
@airinrachmi dan @benyamindavnie kembali meraih penghargaan Kota Layak
Anak 2015 oleh Presiden RI tahun 2015”. Memberi kesan bahwa banyak prestasi
yang sudah dicapai oleh pasangan ini demi meyakinkan khalayak agar gagasannya
bisa diterima dan banyak orang yang akan ikut serta dalam gagasan ini.
Terakhir, pada kolom kutipan kalimat, “Pembebasan biaya pendidikan secara
menyeluruh sampai level SMA, tanpa tedeng aling-aling”. Masuk dalam kategori
120
teknik propaganda using all forms of persuations, karena menjanjikan kepada
masyarakat nantinya bisa mengenyam pendidikan gratis sampai level SMA jika
Ikhsan Modjo-Li Claudia menang. Tidak mau kalah, pasangan Airin-Benyamin
juga memberi iming-iming yang terlihat pada tweet dalam kutipan kalimat,
“Peningkatan kualitas SDM dalam menghadapi MEA melalui program pendidikan,
entrepreneur, pelatihan Bahasa Asing dan Komputer secara gratis di setiap
kelurahan”. Hal ini dimaksudkan untuk membujuk dan mendapatkan simpati
masyarakat.
121
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tim Koordinator Counter Issue dan Tim Media Airin-Benyamin pada
Pilkada Tangsel 2015 memanfaatkan media Facebook dan Twitter sebagai
medium penyampaian visi dan misi, sosialisasi program kampanye,
sosialisasi figur atau sosok dari Airin-Benyamin, serta membangun isu-isu
politik. Tentu masing-masing Tim Sukses memiliki strategi yang berbeda
dalam menanggapi isu negatif di media sosial. Bagi Tim Koordinator
Counter Issue dan Tim Media Airin-Benyamin pun peran media sosial
dinilai sangat efektif dan efisien. Tim Airin-Benyamin beralasan
penggunaan media sosial dipilih untuk sasaran pemilih di kawasan
perkotaan, di mana kultur masyarakatnya sudah modern. Berbeda dengan
tradisional yang dominannya ada di wilayah yang kecenderungannya
masyarakat lokalnya itu masih tinggi jumlahnya. Karena salah satu ciri
masyarakat tradisional itu masih adanya unsur sistem ketokohan. Salah
satu optimasi media sosial ini, untuk menjangkau generasi tekno (pemilih
pemula), dan juga masyarakat urban yang misalnya ber-KTP di Tangsel
tetapi bekerja di Jakarta yang tidak terkena sosialisasi optimal, di sinilah
membuktikan bahwa media sosial memang sudah menjadi genre
komunikasi politik kini yang harus mengoptimasi media sosial.
2. Isu-isu yang berkembang di Facebook dan Twitter pada Pilkada Tangsel
2015 pada kurun waktu 27 Agustus - 5 Desember 2015 adalah isu korupsi
122
yang menempati top ranking issue. Di Twitter isu korupsi mencapai angka
50,85 persen dan di Facebook mencapai angka 34,48 persen. Kedua adalah
isu ekonomi dan kesejahteraan, yang ada pada media Facebook yang
mencapai angka 20,69 persen. Ketiga ditempati oleh tiga macam isu
sekaligus, yaitu isu pembangunan infrastruktur, isu kesehatan, dan isu
lingkungan hidup yang ada di Facebook dan ketiga-tiganya mencapai
angka 10,34 persen. Pasangan Airin-Benyamin diidentikkan dengan isu
korupsi dan dinasti politik oleh lawan politiknya. Meski lawan politiknya
tidak langsung menyebut nama dalam postingan dan tweetan mereka,
namun gelombang isu tersebut seakan tercitrakan pada sosoknya.
3. Strategi counter issue yang dilakukan Tim Koordinator Counter Issue dan
Tim Media Airin-Benyamin dalam menanggapi isu negatif yang
berkembang di Facebook dan Twitter pada Pilkada Tangsel 2015 yang
dipakai adalah attack dan defense. Dari segi waktu, pihak Tim Media
Airin-Benyamin tidak menentukan waktu pengelolaan Facebook dan
Twitter, dalam artian bebas kapan saja tidak terikat waktu. Jika diserang
dan diperlukan sikap ofensif, maka akan dipilih bobot isu yang seimbang
untuk balik menyerang. Di mana media sosial digunakan untuk merespon
hal-hal yang sifatnya aktual. Aktual maksudnya di sini apa yang terjadi
akan dijawab langsung, tidak merumuskan agenda setting yang terlalu
sistematis dalam melemparkan isu, artinya karena kemarin lebih banyak
penyerangan dari kandidat lawan sehingga kemudian Tim Media Airin-
Benyamin harus mengcounter dengan cara-cara menjawab isu-isu aktual
123
yang dilemparkan oleh teman-teman Tim Media yang lain. Tetapi, baik
dari Koordinator Counter Issue dan Tim Media Airin-Benyamin yang
telah diwawancarai, keduanya menjawab pada kampanye Pilkada Tangsel
kemarin lebih banyak menggunakan sikap defensif karena ingin fokus
untuk sosialisasi figur dan penyampaian program-program kampanye,
serta tidak ingin terlalu terporsir hanya untuk head to head mengcounter
negative issue saja. Secara keseluruhan, Tim Media ini dibagi menjadi dua,
yaitu orang yang merumuskan isu dan orang yang mendistribusikan isu.
Tim Airin-Benyamin telah memprediksi isu-isu yang akan menyerang
kandidat yang diunggulkannya, maka dari itu Tim Airin-Benyamin pun
sudah memiliki persiapan jawaban untuk menangkal isu negatif dari lawan
politik. Dalam pembalikkan isu, Tim Airin-Benyamin melakukannya
secara tentatif tergantung peta isu di lapangan. Terkadang Tim Airin-
Benyamin hanya mendiamkan isu negatif tersebut, setelah dua minggu isu
reda (cooling down) misalnya, strategi terakhir yang dilakukan adalah
membuat isu tandingan.
B. Kritik dan Saran
Sebenarnya dari ketiga kandidat Pilkada ini seluruhnya telah memiliki
akun resmi media sosial yang digunakan sebagai media berkomunikasi
dengan masyarakat. Namun, mayoritas kandidat Pilkada tersebut tidak
memanfaatkan media sosial mereka untuk menjaring aspirasi masyarakat.
Hal ini diindikasikan dengan tidak adanya sejenis forum opini pada hampir
124
semua media sosial kandidat Pilkada tersebut. Kalaupun ada, forum ini
ternyata lebih banyak yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, bahkan
cenderung isinya berisi dari akun-akun yang sengaja dibuat sebagai
provokator.
Jika sifat interaktif situs web cenderung rendah karena hanya digunakan
untuk ajang kampanye yang mengekspos berita-berita yang ‘baik-baik’ saja
tentang kandidat politik, lalu bagaimana dengan media sosial Facebook dan
Twitter? Jika melihatnya dari berbagai sudut pandang positif potensi media
baru sebagai sarana demokratisasi, idealnya Facebook dan Twitter mampu
menjadi media alternatif dengan kemampuan signifikan dalam menampung
dan menyalurkan aspirasi rakyat.
Namun, tampaknya politisi Indonesia dewasa ini sedang terkena demam
politik pencitraan. Meskipun banyak permasalahan yang muncul yang perlu
ditangani oleh pemerintah, kadang pemerintah kerap mengambil kebijakan
yang tidak populer, yang tidak sesuai dengan kehendak rakyat. Facebook
dan Twitter yang digunakan oleh kandidat Pilkada ternyata isinya tidak
lebih dari link situs yang mereka miliki, yang hanya digunakan untuk
mengekspos hal-hal yang positif saja mengenai figur kandidat Pilkada.
Mayoritas transaksi informasi yang terjadi di sana didominasi oleh
berbagai postingan yang disampaikan oleh simpatisan partai politik atau
kandidat politik. Selain itu, sewaktu Pilkada Tangsel 2015 kemarin, media
sosial cenderung digunakan sebagai media untuk melontarkan sesuatu yang
berkonotasi negatif kepada lawan politiknya, misalnya sindiran terhadap
125
pasangan lawan politiknya yang kebetulan mempunyai rekam jejak buruk
karena terkenal dengan isu negatif yang menerpanya, yaitu isu korupsi dan
dinasti politiknya. Seharusnya Facebook dan Twitter dengan sifat
interaktifnya yang lebih tinggi dibandingkan situs web, selain untuk strategi
dalam mengcounter issue, seharusnya mampu dimanfaatkan oleh politisi
untuk menjaring aspirasi rakyat mengenai permasalahan bangsa yang
krusial untuk ditangani dengan mempertimbangkan aspirasi masyarakat
yang seharusnya bisa mereka jaring melalui media sosial tersebut.
126
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa, 1993.
Arifin, Anwar. Komunikasi Politik: Filsafat, Paradigma, Teori, Tujuan, Strategi,
dan Komunikasi Politik Indonesia. Jogjakarta: Graha Ilmu, 2011.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rinekha Cipta, 2002.
Cangara, Hafied. Perencanaan dan Strategi Komunikasi. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2013.
Cangara, Hafied. Komunikasi Politik: Konsep, Teori, dan Strategi. Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada, 2014.
Dijk, Van. The Network Society. London: Sage Publication Ltd, 2006.
Djohan, Djohermansyah., dan Made Suwandi. Pilkada Langsung: Pemikiran dan
Peraturan. Jakarta: IIP Press, 2005.
Edwin, Donni, et al. Pilkada Langsung: Demokratisasi Daerah dan Mitos Good
Governance, dalam Koleksi Pustaka Pribadi Cecep Effendi. Jakarta:
Partnership, 2005.
Fatoni, Abdurrahman. Metodologi Penelitian dan Tehnik Penyusunan Skripsi.
Jakarta: PT Rinekha Cipta, 2006.
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi
Aksara 2013.
Heryanto, Gun Gun., dan Ade Rina Farida. Komunikasi Politik. Ciputat: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
Heryanto, Gun Gun. Komunikasi Politik: Sebuah Pengantar. Bogor: Ghalia
Indonesia, 2013.
Hikmat, Mahi M. Komunikasi Politik: Teori dan Praktek dalam Pilkada
Langsung. Bandung: PT Simbiosa Rekatama Media, 2010.
Jankowski, Nicholas W. Creating Community with Media, dalam Leah A.
Liverouw dan Sonia Livingstone (Ed). The Handbook of New Media.
London: Sage Publications Ltd, 2006.
Junaedi, Fajar. Komunikasi Politik: Teori, Strategi, dan Aplikasi di Indonesia.
Yogyakarta: Mata Padi Pressindo, 2013.
127
Kaplan, Andreas., dan Michael Haenlein. Users of the world, unite! The
Challenges and Oppurtunities of Social Media. Business Horizons,
2010.
Liverouw, Leah A., dan Sonia Livingstone. The Handbook of New Media.
London: Sage Publications Ltd, 2006.
McQuail, Denis. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Salemba Humanika, 2011.
Moelong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi). Bandung:
Rosdakarya, 2005
Mulyana, Dedi. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006
Muhajir, Noeng. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin,
1996
Nadzir, Moh. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indah, 2005
Nasrullah, Rulli. Cyber Media. Yogyakarta: IDEA Press Yogyakarta, 2013
Nurudin. Komunikasi Propaganda. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008
Panahi, Sirous, Jason Watson., dan Helen Partridge. Social Media and Tacit
Knowledge Sharing: Developing a Conceptual Model. World Academy
of Science Journal, 2012.
Ridwan. Statistika Untuk Lembaga dan Instansi Pemerintah/Swasta. Bandung:
Alfabeta, 2004.
Riewanto, Agust. Ensiklopedia Pemilu. Wonogiri: Lembaga Studi Agama dan
Budaya, 2007.
Rojak, Abdul., dan Istijar Nusantara. Sejarah Berdirinya Kota Tangerang Selatan.
Tangerang Selatan: Green Komunika, 2010.
Stake, Robert E. “Studi Kasus”, dalam Norman K. Denzin dan Yvonna S. Lincoln
(Ed). Handbook of Qualitative Reasearch. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2009.
Soesanto, Astrid S. Komunikasi Sosial di Indonesia. Jakarta: Bina Cipta, 1980.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif: Research and Development.
Bandung: Alfabeta, 2007.
Triputra, Pinckey. Digital Natives: Pemahaman dan Sikap Mengenai Hak Cipta
dan Kreativitas Digital, dalam Jurnal Komunikasi Indonesia. Volume
128
III. Nomor 1. Depok: Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014.
Venus, Antar. Manajemen Kampanye. Bandung: Simbiosa Rekatama Media,
2009.
Referensi Tambahan
Anthony Mayfield. What is Social Media? (Online resource:
http://www.icrossing.co.uk/fileadmin/uploads/eBooks/What_is_Social_
Media_iCrossing_ebook.pdf), 2007, page 5.
Badan Pusat Statistik. Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan Tahun 2015.
(Online resource:
https://tangselkota.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Indikator-Ekonomi-
Kota-Tangerang-Selatan-Tahun-2015.pdf), 2015, h. 27.
Badan Pusat Statistik. Indikator Kesejahteraan Kota Tangerang Selatan Tahun
2015. (Online resource:
https://tangselkota.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Indikator-
Kesejahteraan-Rakyat-Kota-Tangerang-Selatan-Tahun-2015.pdf), 2015,
h. 49.
Cleveland Ferguson. “The Politics of Ethics and Elections”, diakses dari
http://www.law.fsu.edu/journals/lawreview/frames/242/fergram/html
pada 2 Maret 2016, Pukul 21:20 WIB.
Deny Irawan. “Hasil Quick Count di Tangsel Unggulkan Airin”, Charta Politika,
diakses dari http://metro.sindonews.com/ pada 22 Desember 2015,
pukul 13:27 WIB.
Diakses dari https://www.facebook.com/AirinRachmiDiany.BenyaminDavnie/
pada 31 Mei 2016, pukul 18:40 WIB.
Diakses dari https://www.facebook.com/AirinRachmiDiany.BenyaminDavnie/
pada 31 Mei 2016, pukul 18:40 WIB.
Diakses dari www.tangerangselatankota.go.id pada 31 Mei 2016, pukul 17:52
WIB.
Diakses dari ruangantara.org pada 31 Mei 2016, pukul 22:20 WIB.
Joniansyah Hardjono. “Isu Korupsi Gerus Elektabilitas Airin, tapi Tetap Teatas”,
diakses dari haji.tempo.co pada 8 Juni 2016, pukul 23:42 WIB.
Kepala Pusat Informasi dan Humas Keminfo. https://kominfo.go.id pada 10 Mei
2016, pukul 1:21 WIB.
129
KPUD Kota Tangerang Selatan. “Penetapan Hasil Suara di Kota Tangerang Selatan”,
diakses dari http://www.kpud.go.id pada 2 Maret 2016, pukul 11:30 WIB.
Riwayat Hidup Airin. Diakses dari www.kpud-tangsel.go.id pada tanggal 16
Maret 2016, pukul 2:57 WIB.
Riwayat Hidup Benyamin. Diakses dari www.kpud-tangsel.go.id pada tanggal 16
Maret 2016, pukul 2:59 WIB.
Vin Crosbie, 2002. What is New Media? Terarsip di
http://www.sociology.org.uk/as4mm3a.doc pada 13 April 2016, pukul
14:11 WIB.
We Are Social. Top Active Social Platform. Diakses dari
http://www.wearesocial.sg pada tanggal 3 Maret 2016, pukul 13:20
WIB.
Skripsi
Amalia, Komunikasi Politik Pasangan Hj. Airin Rachmi Diany dan Drs. H.
Benyamin Davnie dalam Pilkada Tangsel Tahun 2011, Skripsi S1 Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2011.
Ryan Rifqi Nugroho, Teknik-Teknik Propaganda di Twitter Pasangan Jokowi-Ahok
dan Foke-Nara pada Pemilukada DKI Jakarta, Skripsi S1 Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.
Hasil Wawancara
Wawancara dengan Sonny Majid Daeng Taran, BSD Serpong, 24 April 2016.
Wawancara dengan Rudy Gani, Pamulang 2, 27 April 2016.
LAMPIRAN
Bersama Sonny Majid Daeng Taran
Bersama Rudy Gani
WAWANCARA
Nama Informan : Sonny Majid Daeng Taran, M. Si.
Jabatan Informan : Tim Koordinator Counter Issue dan Juru Bicara Airin
Rachmi Diany
Tanggal dan Waktu : 24 April 2016, 11:26 WIB.
1. Isu di sektor apa saja yang diekspos serta dianggap Timses sebagai isu
positif (yang potensial) bagi pasangan AMIN demi membangun opini
positif kepada publik?
Yang paling banyak dituduhkan ke Pasangan AMIN ini lebih pada ke
beberapa kasus korupsi; korupsi yang menjerat suaminya, korupsi di
internal Pemda Tangsel yang kasus Alat Kesehatan, dan pembangunan
Puskesmas, serta akumulasi dari dua item itu. Maka pihak lawan politik
membangun pencitraan bahwa Pasangan AMIN ini dicap sebagai keluarga
koruptor.
2. Kapan waktu yang tepat bagi Timses melakukan pembalikkan isu yang
menyerang pasangan AMIN? Apakah menunggu respon masyarakat reda
terhadap isu negatif yang terlanjur berkembang tersebut atau malah
membalasnya dengan isu positif?
Mengalihkan isu yang lebih besar. Kalau isu Pilkada itu kan’ selalu isu yang
menarik tentang isu kampanye negatif antar calon, perseteruan
penyelenggara Pilkada dengan kandidat. Kalau momentum konflik yang
kita anggap itu konflik antara penyelenggara dengan salah satu pasangan
calon, maka itu bisa dimanfaatkan jadi mereka waktunya terporsir kesana.
Kalau batas waktu yang ditanya itu sifatnya tentatif, kalau misalnya ada
yang seminggu, ada yang dua minggu, bahkan ada yang dua minggu off
dahulu isunya kemudian melonjak lagi dengan tematik yang baru, misalnya
isu Alkes kemudian tiba-tiba isu keluarga koruptor, itu membangun isunya
tidak bersamaan, seakan menjadi stok isu. Disimpan satu, yang satu tidak
mempan, keluarin lagi isu yang lainnya. Jadi waktu yang tepat untuk
pembalikkan isu itu sifatnya tentatif, tergantung dari gimana feeling Timses
untuk membaca peta isu di lapangan.
3. Dalam pandangan Timses AMIN ini pada Pilwalkot Tangsel 2015 kemarin,
kira-kira pasangan mana dari kandidat lawan yang lebih banyak menyerang
pasangan AMIN?
Kalau yang muncul ke ruang publik itu pasangan Ikhsan-Claudia, di medsos
juga mereka selalu menyerang. Tetapi kalau dari sisi gerak-gerak di tingkat
masyarakat langsung, bukan hal publisitas, itu sebenarnya pasangan Arsid-
Elvier yang lebih banyak nyerang. Itu sebabnya kita tidak mau terjebak pada
pertarungan isu politik di ruang publik atau di arena media sosial, koran
cetak maupun media elektronik lainnya, sementara kita lupa menghadapi
isu yang dibangun di tingkat masyarakat langsung oleh lawan politik
lainnya.
Pasangan Ikhsan-Claudia itu cenderung menyerang di tahapan awal,
sedangkan pasangan Arsid-Elvier muncul dalam penyerangan isu agak’
tinggi traffic-nya itu setelah masuk masa kampanye. Karena sudah pasti
mereka sudah membentuk tim. Di masa kampanye ini lah akhirnya
pasangan AMIN diserang dari dua kandidat lain.
4. Dicelah mana biasanya kandidat lawan membuat isu negatif yang cenderung
merusak citra positif pasangan AMIN?
Kasus Pilkada kemarin, menurut kita tidak ada yang terlalu signifikan.
Karena ketika mereka mengangkat isu korupsi tetapi fakta hukum tidak
pernah membuktikan, maka itu bisa membalik image publik, bahwa Airin
ini adalah sosok yang diintimidasi, semenjak isu itu kita berpikirnya bahwa
isu korupsi adalah isu yang dibangun oleh lawan lebih kepada persoalan
skenario politik saja. Kalau ditanya celahnya itu kita melihatnya tidak ada,
itu bisa dilihat dari persentasi perolehan suara, harapan mereka kan’ suara
kita turun tetapi faktanya tidak. Ini yang kadang tidak disadari sama lawan
politik bahwa kadang isu hukum itu ada kalanya bisa digunakan untuk
skenario politik, tatapi ketika tidak ada suatu putusan hukum yang tetap atau
sah yang berbunyi Airin terlibat kasus korupsi. Akhirnya jadi berbalik,
malah publik merasa isu itu bohong hanya cara yang digunakan lawan
politik untuk menjatuhkan pasangan AMIN.
5. Terkait dengan isu, sekiranya ada atau tidak isu yang dianggap Timses
AMIN paling mengancam elektabilitas?
Tetap isu korupsi, kemudian pemanfaatan birokrasi karena AMIN
incumbent. Kadang birokrasi ini ada konflik di internal, itu bisa saja
dimanfaatkan oleh lawan politik. Secara garis besar hanya itu, tetapi kalau
hukum, Pilkada kemarin menghadapi isu pengembangan pembangunan
infrastruktur itu agak’ redup, klimaksnya itu sewaktu penandatangan nota
kerjasama dengan KPK tentang supevisi keseluruhan SKPD bagaimana
membuat laporan keuangan yang baik, pengawasan pada saat tender, dan
lainnya. Hal tersebut menjadi titik klimaks, itu langsung grafiknya naik,
sewaktu AMIN menandatangani kemudian salah satu pejabat KPK juga
hadir akhirnya isu korupsi itu runtuh. Karena itu juga merupakan fakta
bahwa sosok AMIN transparan, tidak seperti yang dituduhkan. Akhirnya
pasca penandatanganan itu isunya menjadi berbalik ke isu pemanfaatan
birokrasi, karena mereka incumbent.
6. Mengapa Timses pasangan AMIN cenderung lebih memilih media sosial
dalam mensosialisasikan program kampanyenya pada Pilwalkot Tangsel
2015? Hal ini bermakna bagaimana Timses AMIN memanfaatkan media
sosial
Karena itu satu-satunya aplikasi publik yang bersentuhan langsung dengan
publik, karena koran harus beli repot. Jadi memang media sosial sudah
genre komunikasi politik kini harus menggunakan optimasi media sosial.
Kemudian sasaran pemilih di kawasan perkotaan, dimana kultur
masyarakatnya sudah modern, kalau tradisional kan dominannya ada di
wilayah yang kecenderungannya masyarakat lokalnya itu masih tinggi
jumlahnya, kenapa begitu? Karena salah satu ciri masyarakat tradisional itu
masih ada unsur sistem ketokohan. Salah satu optimasi media sosial, untuk
mengcover pemilih pemula generasi tekno, dan juga masyarakat urban yang
misalnya masyarakat ber-KTP di Tangsel tetapi bekerja di Jakarta tidak bisa
sosialisasi optimal di sini kita menggunakan media sosial.
7. Komponen Timses yang mengelola media sosial dari kalangan mana saja?
Apakah random atau bagaimana?
Justru kita lebih melibatkan kalangan muda, misalnya mahasiswa. Karena
kalangan muda lebih fasih soal optimasi media sosial, lalu bagaimana
mereka membaca report di media sosial dan saran masukkan dari mereka
kemarin juga bermanfaat sekali. Karena macam saya ini kan’ bukan
generasi tekno, jadi skill saya lebih pada bagaimana counter propaganda
atau counter issue saja. Memang kemarin perkembangan di media sosial
kita jadikan suatu komponen untuk menyusun isu baru. Misalnya begini,
hampir semua kandidat di luar AMIN itu jarang menggarap isu kebutuhan
anak-anak muda. Kemarin saya dapat counter issue yang tematiknya anak
muda itu dari teman-teman yang tugasnya mengelola media sosial.
Sementara anak-anak muda ini harus dikasih pemahaman bahwa politik itu
penting, anak muda itu juga tidak boleh alergi terhadap politik. Salah satu
komponen yang kemarin kita sampai bikin analisis isu itu lebih banyak
input-an dari teman-teman muda yang kita gunakan, seperti dari komunitas
di Pamulang yang sangat optimal dalam menggunakan media sosial,
termasuk Airin juga punya gadget untuk memantau isu-isu yang
berkembang.
8. Apakah parpol pendukung juga ikut mensosialisasikan program kampanye?
Dan bagaimana caranya serta bentuknya jika ada?
Parpol lebih pada penjajak pendapat isu, cuman kemarin nentuin tema
terkait isu; pertama, membangun image keyakinan bahwa pasangan AMIN
menang. Kedua, tentang prediksi perolehan suara. Ketiga, tentang
pemaksilan jaringan partai sampai ke bawah. Jadi dengan parpol pendukung
lebih pada tiga item itu. Sekaligus membantah tuduhan kalau di internal
parpol pendukung itu pecah, jadi saya merotasi narasumber tidak hanya satu
partai. Misalnya hari ini saya ngobrol dengan ketua partai PPP, tentang
bagaimana kesiapan partai PPP dan keyakinan prediksi perolehan suara,
besoknya NasDem, besoknya lagi saya ngobrol dengan GolKar. Tetapi
memang orang parpol tidak terlalu terjun ke lapangan, karena di tengah
struktur orang parpol itu dikelilingi oleh tim-tim relawan yang dibentuk
untuk mensosialisasikan program kampanye ke bawah. Relawan juga kita
minta perkembangan isu yang lokalitas. Misalnya kecurangan black
campaign lawan, kapanpun relawan bisa melaporkan suatu kejadian yang
kita anggap itu bisa menjadi isu besar. Itu akhirnya menjadi bukti bahwa
kandidat lain yang menuduh pasangan AMIN curang ternyata mereka juga
melakukan hal yang sama. Jadi relawan di sini berperan sebagai penginput
informasi. Tetapi kadang kita juga turun ke bawah untuk wawancara tokoh
masyarakat.
9. Bagaimana strategi yang digunakan Timses AMIN dalam menangkal isu
negatif yang sudah terlanjur berkembang di tengah-tengah publik? Dalam
konteks ini khususnya strategi di media sosial Facebook dan Twitter
Kita menunggu isu baru atau runutan prediksi isu yang akan muncul dari isu
lama, itu saja yang kita respon, jadi ternyata menganalisis isu itu tidak hanya
membaca ‘A’ tetapi kita juga harus membaca ‘A1’, ‘A2’, dan seterusnya.
15 hari kemudian misalnya, apakah isu ini keluar, kalaupun iya setelah isu
sebelumnya sudah tersebar isu apa lagi yang akan keluar. Dari kesemuanya
itu sudah kita prediksi runutan isunya, dan biasanya benar apa yang sudah
kita prediksi dipadukan dengan feeling Timses. Pada intinya strategi yang
digunakan adalah defensif dibanding ofensif. Tetapi kalaupun diperlukan
usaha ofensif itu akan tetap dilakukan, dengan catatan ukuran skala yang
sama dengan isu yang digulirkan oleh lawan. Misalnya isu korupsi, berarti
kita mencari isu untuk menyerang lawan yang bobotnya sama atau bisa jadi
lebih besar, supaya isu negatif itu tenggelam. Ada orang melempar isu itu
untuk mengungkap isu yang lain, ada juga orang melempar isu itu
harapannya orang yang dituduhkan terpancing. Kalau Airin terpancing
maka dia tidak fokus pada persoalan sosialisasi figur, penguatan figur dia di
ruang publik, itu bisa terganggu. Memang kemarin kesepakatannya, AMIN
lebih fokus pada persoalan sosialisasi kefiguran, penyampain visi misi di
tingkat masyarakat, dan tetap menjalankan tugas sebagai Walikota di saat
tidak sedang cuti kampanye. Jadi memang seorang analis itu harus bisa
membaca itu, apakah isu ini hanya untuk memancing isu lain atau memang
sengaja isu dilempar supaya isunya besar, isu bisa menjadi besar karena
respon kita akhirnya bergulir panjang isunya. Ditarik garis besarnya, lebih
banyak bertahan dibanding menyerang. Karena pertimbangan kalau
WAWANCARA
Nama Informan : Rudy Gani, S. I. Kom.
Jabatan Informan : Tim Media Airin-Benyamin
Tanggal dan Waktu : 27 April 2016, 11:59 WIB.
1. Posisi Bang Rudy di sini sebagai pemegang akun-akun pendukung pasangan
Airn-Ben atau malah pemegang akun resmi pasangan Airin-Ben?
Saya pemegang akun-akun pendukung pasangan Airin-Ben, termasuk
inisiatif saya sendiri membuat akun yang bernama @Saharani (Sahabat
Airin Rachmi Diany) di Twitter. Itu akun yang dibuat khusus untuk
menyampaikan informasi yang sebelumnya sudah direncanakan oleh tim,
dan itu hanya di media Twitter, sedangkan di media Facebook tidak dibuat.
Karena pada saat Pilkada kemarin, fokusnya memang dimainkan di media
Twitter, dan kita menilai Twitter lebih ramai dibandingkan dengan media
sosial yang lainnya. Karena saya menilai waktu itu pertarungan ada di
Twitter maka kemudian dibikin akun @Saharani. Jadi, memang saya
mengelola akun tersebut dan membuat agenda setting-nya ke depan isu-isu
apa saja yang dibangun tetapi itu hanya turunan dari rapat yang kita sudah
buat dengan tim, misal isunya adalah seperti ini dan meng-counter nya
dengan seperti ini.
2. Bang Rudy bagian dari Komunitas Tangsel Institut dan juga bagian dari Tim
Pengelola Media Sosial Airin-Ben, uraian job desk-nya seperti apa?
Saya mendapat kekhususan di wilayah media sosial dengan garapan fokus
ke pemilih pemula. Job desk saya; pertama lebih ke arah bagaimana
mendistribusikan informasi. Kedua, merangkul teman-teman kalangan
muda khususnya di dunia media sosial. Artinya juga mencermati
perkembangan yang terjadi di kalangan muda Tangsel terkait dengan
Pilkada.
3. Bagaimana tim Airin-Ben dalam membangun wacana politik? Hasil kerja
atau target pencapaian Airin-Ben
Jadi begini, ada teknis rapat yang memang rutin dan dijadwalkan, serta ada
rapat yang fleksibel. Kita sebenarnya tidak masuk ke dalam struktur resmi,
jadi kita hanya menjadi bagian yang mendukung pasangan ini, bisa disebut
tim relawan yang mem-backing orang-orang struktur. Pola kerja kita
memang ketika ada berbagai persoalan terkait dengan Airin-Ben pada saat
itu biasanya metode kerja kita dengan berkomunikasi lewat grup dengan
pembagian tugas yang sudah dijelaskan dan disepakati dari awal, misalnya
ada bagian untuk meng-counter issue; terdiri dari orang yang merumuskan
isunya lalu mendistribusikan isu. Untuk Pilkada Tangsel 2015 kemarin, kita
lebih merespon hal-hal yang sifatnya aktual. Aktual maksudnya di sini apa
yang terjadi akan dijawab langsung, tidak merumuskan agenda setting yang
terlalu sistematis dalam melempakan isu, artinya karena kemarin lebih
banyak penyerangan dari kandidat lawan sehingga kemudian kita harus
meng-counter dengan cara-cara menjawab isu-isu aktual yang dilemparkan
oleh teman-teman tim media yang lain.
4. Dalam pengamatan Bang Rudy top ranking issue yang sering dikeluarkan
oleh kandidat lawan itu terkait dengan isu apa?
Masih soal korupsi, terutama suaminya dan dinasti politiknya. Sedangkan
yang keduanya lebih ke arah kinerja, seperti pembangunan infrastruktur dan
birokrasi karena Airin-Ben ini merupakan pasangan incumbent.
5. Lalu, kandidat mana yang menurut Bang Rudi paling banyak menggulirkan
usaha ofensif ke pasangan Airin-Ben?
Hampir dua-duanya sama, namun kalau bicara di media sosial baik
pasangan Arsid-Elvier dan Ikhsan-Claudia seimbang dalam menggulirkan
usaha ofensifnya.
6. Tim lebih memilih sikap defensif atau sikap ofensif?
Karena sifat responnya harus fleksibel, kembali lagi melihat kemarin
pasangan lawan memang sudah merencanakan mereka lebih tersistematis
dan mereka sudah menyiapkan stok isu, tetapi kita juga sudah melihat
bahwa paling terukurnya itu adalah isu yang akan mereka bangun adalah
tidak jauh dari isu korupsi dan isu kinerja karena memang status quo.
Artinya kita juga melihat pasti isu-isu yang terbangun itu sudah kita analisa
dari jauh-jauh hari. Sehingga ketika ada serangan yang muncul kita sudah
bisa meng-counter nya dengan cara menyampaikan apa-apa yang sudah kita
rencanakan juga. Bahkan kadang kala kita mengambil bahan-bahan yang
jauh-jauh hari sudah ada, maka kita tidak kesulitan untuk menjawab ketika
ada isu yang baru atau sebagainya. Karena praktis sebenarnya tidak ada isu
yang baru yang dilemparkan oleh kandidat lawan ke Airin-Ben, jadi intinya
memang sikap kita berimbang terkadang bertahan dan terkadang
GAMBAR (FACEBOOK)
Postingan dari Ikhsan Modjo-Li Claudia (teknik propaganda glittering
generalities)
Postingan dari Arsid-Elvier (teknik propaganda glittering generalities)
Counter Issue Airin-Benyamin (teknik propaganda glittering generalities)
Postingan dari Ikhsan Modjo-Li Claudia (teknik propaganda transfer)
Counter Issue Airin-Benyamin (teknik propaganda testimonials)
Postingan dari Ikhsan Modjo-Li Claudia (teknik propaganda card stacking)
Postingan dari Arsid-Elvier (teknik propaganda card stacking)
Counter Issue Airin-Benyamin (teknik propaganda bandwagon)
Postingan dari Ikhsan Modjo-Li Claudia (teknik propaganda using all forms
of persuations)
Counter Issue Airin-Benyamin (teknik propaganda using all forms of
persuations)
GAMBAR (TWITTER)
Kultwit dari Ikhsan Modjo-Li Claudia (teknik propaganda name calling)
Counter Issue Airin-Benyamin (teknik propaganda testimonials)
Kultwit dari Ikhsan Modjo-Li Claudia (teknik propaganda card stacking)
Counter Issue Airin-Benyamin (teknik propaganda bandwagon)
Kultwit dari Ikhsan Modjo-Li Claudia (teknik propaganda using all forms of
persuations)
Counter Issue Airin-Benyamin (teknik propaganda using all forms of
persuations)