Stomatitis Apthosa Rekuren

6
LAPORAN KASUS STOMATITIS APTHOSA REKUREN (SAR) Inneke Rachmawaty Syam, S.KG Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof. DR. Moestopo (Beragama) Definisi Stomatitis Apthosa Rekuren (SAR) adalah suatu peradangan berulang yang terjadi pada mukosa mulut, biasanya berupa ulser putih kekuningan. Ulser ini berupa ulser tunggal maupun lebih dari satu. SAR dapat menyerang mukosa mulut yang tidak berkeratin yaitu mukosa bukal, labial, lateral, dan ventral lidah, dasar mulut, palatum lunak, dan mukosa orofaring. 1,2,3,4 SAR diklasifikasikan menjadi beberapa jenis berdasarkan karakteristik klinisnya yaitu, ulser minor, ulser mayor, dan ulser herpetiformis. 1,2,3,4  Ulser minor ditandai dengan adanya ulser berbentuk bulat dan oval, dangkal, dengan diameter kurang dari 1cm, dan dikelilingi oleh pinggiran yang eritematous. Ulserasi dari tipe minor cenderung mengenai daerah-daerah non-keratin, seperti mukosa labial, mukosa bukal dan dasar mulut. Ulserasi biasa tunggal atau merupakan kelompok yang terdiri atas 4-5 ulser dan akan sembuh dalam waktu 7-12 hari tanpa meninggalkan bekas jaringan parut. 1,2,4 Ulser mayor biasanya tunggal, berbentuk oval dan berdiameter sekitar 1-3 cm, berlangsung selama 2 minggu atau lebih dan dapat terjadi pada bagian mana saja dari mukosa mulut, termasuk daerah-daerah berkeratin. 1,2 Ulser herpetiformis memiliki gambaran klinis berupa ulserasi multipel kecil, dangkal, dan nyeri, berdiameter 1-2 mm dan cenderung bergabung

description

Laporan kasus SAR

Transcript of Stomatitis Apthosa Rekuren

Page 1: Stomatitis Apthosa Rekuren

LAPORAN KASUS

STOMATITIS APTHOSA REKUREN (SAR)

Inneke Rachmawaty Syam, S.KG

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof. DR. Moestopo (Beragama)

DefinisiStomatitis   Apthosa   Rekuren   (SAR)   adalah   suatu   peradangan   berulang

yang terjadi pada mukosa mulut, biasanya berupa ulser putih kekuningan. Ulser

ini berupa ulser tunggal maupun lebih dari satu. SAR dapat menyerang mukosa

mulut yang tidak berkeratin yaitu mukosa bukal, labial, lateral, dan ventral lidah,

dasar mulut, palatum lunak, dan mukosa orofaring.1,2,3,4

SAR   diklasifikasikan   menjadi   beberapa   jenis   berdasarkan   karakteristik

klinisnya yaitu, ulser minor, ulser mayor, dan ulser herpetiformis.1,2,3,4 Ulser minor

ditandai dengan adanya ulser berbentuk bulat dan oval, dangkal, dengan diameter

kurang dari 1cm, dan dikelilingi oleh pinggiran yang eritematous. Ulserasi dari

tipe minor cenderung mengenai daerah-daerah non-keratin, seperti mukosa labial,

mukosa bukal dan dasar mulut. Ulserasi biasa tunggal atau merupakan kelompok

yang terdiri atas 4-5 ulser dan akan sembuh dalam waktu 7-12 hari tanpa

meninggalkan bekas jaringan parut.1,2,4 Ulser mayor biasanya tunggal, berbentuk

oval dan berdiameter sekitar 1-3 cm, berlangsung selama 2 minggu atau lebih dan

dapat terjadi pada bagian mana saja dari mukosa mulut, termasuk daerah-daerah

berkeratin.1,2 Ulser herpetiformis memiliki gambaran klinis berupa ulserasi

multipel kecil, dangkal, dan nyeri, berdiameter 1-2 mm dan cenderung bergabung

Page 2: Stomatitis Apthosa Rekuren

menjadi satu. Bentuk herpetiformis bertahan selama 1-2 minggu dan sembuh

tanpa pembentukan jaringan parut. 1.2

Faktor   etiologi   SAR   belum   diketahui,   namun   telah   banyak   dugaan

mengenai faktor predisposisi SAR.  Faktor predisposisi SAR antara lain trauma,

menstruasi, defisiensi nutrisi yang menyebabkan penipisan mukosa, alergi, pola

keturunan, gangguan endokrin, stress emosional, defisiensi hematologi (serum

besi, folat, dan vitamin B12), AIDS dan alergi makanan. 1,2,3,4

Diagnosis banding dari SAR adalah herpes   simpleks,  Hand­foot­and

mouth   disease,  Behçet’s   syndrome, eritema multiforme, chancre.2 SAR dapat

didiagnosis dengan tidak adanya tanda dari penyakit lain yang dilihat dari riwayat

penyakit.1 Terapi yang dapat diberikan pada SAR dapat ditujukan untuk

menghilangkan faktor predisposisi yang ada seperti defisiensi nutrisi dengan

pemberian suplemen multivitamin terutama yang mengandung vitamin B12 dan

zat besi, mengurangi faktor stress, dan menjaga kebersihan rongga mulut.3 Selain

itu, terapi dapat dilakukan dengan pemberian larutan kumur klorheksidin 0,2%

dan kortikosteroid topikal. Pada laporan kasus ini akan dibahas mengenai

penatalaksanaan Stomatitis aftosa rekuren minor.

Page 3: Stomatitis Apthosa Rekuren

Laporan Kasus

Seorang pasien laki-laki berusia 35 tahun datang ke RSGM dengan

keluhan sariawan di bagian pipi kanan bawah belakang dan kiri bawah belakang

terasa sakit dan perih saat makan dan minum. Riwayat penyakit kurang lebih 3

hari yang lalu timbul sariawan berukuran ± 0.5 cm pada kiri bawah belakang dan

± 1 cm pada kanan bawah belakang. Sariawan sering berulang (1 bulan ± 2 kali).

Pasien mengidap TBC sejak tahun 2006 dan sekarang sedang meninum obat

(Erythromyan, Salbutamol dan Teofilin). Pada pemeriksaan klinis ditemukan

adanya ulser bulat berdiameter ± 0,5 cm & ± 1 cm, tepi beraturan dikelilingi

eritema. Diagnosis untuk kasus ini adalah stomatitis aftosa rekuren minor.

GAMBAR 1SAR minor pada saat pasien datang pertama kali

Perawatan yang diberikan berupa KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi). Informasi penyakit ini merupakan sariawan dan tidak menular, diduga

adanya hubungan dengan penyakit sistemik. Instruksi pemakaian obat :

1. Obat digunakan 3x sehari, 30 menit sebelum makan.2. Daerah sariawan dikeringkan kemudian obat dikumur selama 30

detik.3. Selama 30 menit tidak dianjurkan untuk makan, minum atau

berkumur. Tujuannya agar obat dapat berkontak dengan sariawan.

Page 4: Stomatitis Apthosa Rekuren

Resep obat :

R/ Minosep garg 60ml fl. No. I

s col. oris

R/ Vitnerz

s 1 d d 1

Pro : Bambang

Umur : 35 tahun

GAMBAR 2Saat pasien kontrol 2 minggu setelah perawatan

Pada saat kontrol 2 minggu setelah perawatan, pasien sudah tidak

mengeluh nyeri. SAR Minor sembuh. Pasien diinstruksikan untuk tetap menjaga

kebersihan mulut, pemakaian obat kumur sudah tidak diperlukan lagi,

Page 5: Stomatitis Apthosa Rekuren

melanjutkan konsumsi suplemen multivitamin, makan secara teratur dan

konsumsi makanan yang bergizi.

Pembahasan

Diagnosis kasus tersebut adalah Stomatitis aftosa rekuren minor

berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan klinis yang dilakukan. Pada pemeriksaan

klinis ditemukan adanya lesi berupa ulser berdiameter ± 0,5 cm dan ± 1 cm yang

dikelilingi eritema pada bagian mukosa bukal kanan dan kiri. Ulser sering

berulang, lebih kurang 2 kali dalam sebulan. Terapi yang diberikan kepada pasien

adalah intruksi untuk berkumur dengan larutan kumur klorheksidin dan pemberian

suplemen multivitamin untuk memperbaiki nutrisi pasien. Beberapa literatur

menerangkan khasiat antiseptik berspektrum luas sehingga dapat mencegah

infeksi sekunder dan bersifat bakterisidal terhadap gram kuman positif dan gram

kuman negatif. Sehingga larutan kumur klorheksidin dapat menunjang kebersihan

rongga mulut.

Multivitamin Vitnerz mengandung Vitamin C, Vitamin E, Vitamin B1,

Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin B12, folic acid, nicotinamidine, Ca-pantotenat,

Zn. Vitnerz Merupakan suplemen yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh.

Pasien ini diterapi dengan pemberian suplemen vitamin karena faktor predisposisi

SAR pada kasus ini adalah defisiensi nutrisi.

Page 6: Stomatitis Apthosa Rekuren

Pada kontrol pertama setelah pasien diterapi dengan pemberian suplemen

multivitamin dan instruksi berkumur dengan larutan kumur klorheksidin selama

seminggu, menunjukkan hasil yang efektif.

Kesimpulan

Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) merupakan lesi umum mukosa mulut

yang sering dijumpai. Faktor etiologi SAR belum diketahui, namun telah banyak

dugaan mengenai faktor predisposisi SAR.  Faktor predisposisi SAR antara lain

defisiensi nutrisi dan stress emosional. Pasien dengan SAR pada kasus ini dapat

di terapi dengan pemberian suplemen multivitamin untuk memperbaiki nutrisi

vitamin pasien dan instruksi berkumur kumur klorheksidin untuk membantu

menjaga oral hygiene bersamaan dengan dilakukannya KIE.

DAFTAR PUSTAKA

1. Greenberg MS, Glick Michael, Ship JA. Burket’s Oral Medicine. 11th Edition.

Ontario: BC Decker. 2008; 57-59.2. Laskaris G. Pocket Atlas Of Oral Disease. 2nd Edition. New York: Thieme.

2006; 158-160.3. Scully C, Cawson R A. Colour Aids in Dentistry: Oral Medicine. London:

Churchill livingstone. 1988; 25.4. Langlais RP, Craig SM, Jill SNG. Color Atlas of Common Oral Diseases. 4 th

edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, A Wolters Kluwer

Business. 2009; 172