92335525 Stomatitis Aftosa Alex (1)

27
Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Definisi Stomatitis Apthousa Reccurent (SAR) yang dikenal juga dengan nama canker sore, merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh ulkus rekurens pada mukosa oral dan orofaring. SAR sering dikaitkan hubungannya dengan immunologis, defisiensi hemtologis, alergi, abnormalitas psikologikal. SAR diklasifikasikan berdasarkan karakteristik klinisnya, yaitu: 1. Stomatitis Apthous Recurrent minor Aptous minor mempunyai keceenderungan terjadi pada mukosa bergerak yang terletak pada jaringan kelenjar saliva minor. Sering terjadi pada mukosa bibir dan pipi, dan jarang terjadi pada mukosa berkeratin seperti palatum durum dan gusi cekat. Gejala prodormal terkadang muncul. Apthous minor tampak sebagai ulkus oval, dangkal, berwarna kuning-kelabu, dengan diameter sekitar 3-5 mm. Tidak ada bentuk vesicle yang terlihat pada ulkus ini. Tepi eritematosus yang mencolok mengelilingi pseudomembran fibrinosa. Rasa terbakar merupakan keluhan awal, diikuti rasa sakit hebat beberapa hari. Kambuh dan pola terjadinya bervariasi. Ulkus bisa tunggal maupun multiple, dan sembuh spontan tanpa pembentukan jaringan parut dalam waktu 14 hari. Kebanyakan penderita mengalami ulser multiple pada 1 periode dalam waktu 1 bulan.

Transcript of 92335525 Stomatitis Aftosa Alex (1)

Page 1: 92335525 Stomatitis Aftosa Alex (1)

Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR)

Definisi

Stomatitis Apthousa Reccurent (SAR) yang dikenal juga dengan nama canker sore,

merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh ulkus rekurens pada mukosa oral dan orofaring.

SAR sering dikaitkan hubungannya dengan immunologis, defisiensi hemtologis, alergi,

abnormalitas psikologikal. SAR diklasifikasikan berdasarkan karakteristik klinisnya, yaitu:

1. Stomatitis Apthous Recurrent minor

Aptous minor mempunyai keceenderungan terjadi pada mukosa bergerak yang terletak

pada jaringan kelenjar saliva minor. Sering terjadi pada mukosa bibir dan pipi, dan jarang

terjadi pada mukosa berkeratin seperti palatum durum dan gusi cekat. Gejala prodormal

terkadang muncul. Apthous minor tampak sebagai ulkus oval, dangkal, berwarna kuning-

kelabu, dengan diameter sekitar 3-5 mm. Tidak ada bentuk vesicle yang terlihat pada ulkus

ini. Tepi eritematosus yang mencolok mengelilingi pseudomembran fibrinosa. Rasa terbakar

merupakan keluhan awal, diikuti rasa sakit hebat beberapa hari. Kambuh dan pola terjadinya

bervariasi. Ulkus bisa tunggal maupun multiple, dan sembuh spontan tanpa pembentukan

jaringan parut dalam waktu 14 hari. Kebanyakan penderita mengalami ulser multiple pada 1

periode dalam waktu 1 bulan.

Gambar: Stomatitis Apthous Recurrent minor

Stomatitis Apthous Recurrent mayor

Aptous mayor merupakan bentuk yang lebih besar dari aptous minor, dengan ukuran

diameter lebih dari 1 cm, bersifat merusak, ulser lebih dalam, dan lebih sering timbul

kembali. Umumnya terjadi pada wanita dewasa muda yang mudah cemas. Seringnya

multiple, meliputi palatum lunak, fausea tonsil, mukosa bibir, pipi, dan lidah, kadang-

Page 2: 92335525 Stomatitis Aftosa Alex (1)

kadang meluas sampai ke gusi cekat. Ulkus ini memiliki karakteristik, crateriform, asimetris

dan unilateral. Bagian tengahnya nekrotik dan cekung. Ulkus sembuh beberapa minggu atau

bulan, dan meninggalkan jaringan parut.

Gambar: Stomatitis Apthous Recurrent mayor

2. Stomatitis Apthous Recurrent herpetiform

Ulkus herpetiform ini, secara klinis mirip ulkus-ulkus pada herpes primer. Gambaran

berupa erosi kelabu yang jumlahnya banyak, berukuran sekepala jarum yang membesar,

bergabung dan menjadi tak jelas batasnya. Awalnya berdiameter 1-2 cm dan timbul

berkelompok 10-100 buah. Ulkus dikelilingi daerah eritematosus dan mempunyai gejala

sakit. Biasanya terjadi hampir pada seluruh mukosa oral terutama pada ujung anterior lidah,

tepi-tepi lidah dan mukosa labial. Sembuh dalam waktu 14 hari.

Gambar: Stomatitis Apthous Recurrent herpetiform

Etiologi

Penyebab pasti dari SAR masih belum diketahui, namun kemungkinan bersifat multifaktor

karena kejadiannya tidak dipastikan rekuren dari faktor yang sama. SAR timbul karena pengaruh

faktor-faktor predisposisi seperti stres, trauma, alergi, gangguan endokrin, makanan yang bersifat

asam, atau makanan yang mengandung gluten. Pemeriksaan intra oral diperlukan untuk

mengetahui sumber trauma.

Page 3: 92335525 Stomatitis Aftosa Alex (1)

1. Faktor Genetik

Faktor genetik merupakan kemungkinan penyebab paling tinggi dari seluruh

kejadian SAR, dengan peningkatan insidensi yang dipengaruhi keterlibatan faktor

lingkungan. Sekitar 40-50% pasien yang terkena SAR memiliki riwayat keluarga yang

juga pernah terkena SAR. Kemungkinan dipengaruhi oleh status SAR orangtua.

Hubungan juga meningkat pada anak kembar. Studi oleh Ship menunjukkan bahwa

pasien dengan orang tua positif-SAR memiliki 90% kemungkinan terjadinya SAR,

dimana pada pasien dengan orang tua nonpositif-SAR hanya memiliki kemungkinan SAR

sebesar 20%.

2. Trauma

Pasien SAR sering dilaporkan terkena ulser akibat trauma seperti terkena sikat

gigi atau injeksi saat anestesi lokal. Trauma akibat gigitan dan penyikatan gigi yang

salah, dapat menyebabkan robeknya mukosa dan memperparah ulser yang sudah ada.

3. Alergi

Zat deterjen pada pasta gigi, misalnya sodium lauryl sulfat, diduga sebagai

pemicu terjadinya SAR pada beberapa orang. Mekanismenya diduga akibat abnormalitas

imun. Merupakan respon limfosit T terhadap antigen. Aksi sitotoksis dari limfosit dan

monosit pada epitel mukosa oral dapat menyebabkan ulserasi. Imunitas humoral dan cell-

mediated terhadap antigen streptokokus oral dan mukosa oral manusia tampaknya

merupakan hal yang penting pada SAR. Meskipun etiologinya tidak diketahui, berbagai

studi baru-baru ini mencurigai proses imunopatik yang melibatkan aktivitas sitolitik

diperantarai sel sebagai respons terhadap HLA atau antigen asing.

4. Stres dan menstruasi

Kedua faktor ini berperan penting sebagai penyebab kejadian SAR. Beberapa

literatur menyebutkan adanya hubungan yang erat antara SAR dengan siklus menstruasi

meskipun belum ada bukti yang menyakinkan bahwa keadaan psikologis atau stres

berhubungan dengan SAR.

Mekanisme terjadinya SAR pada stres berhubungan dengan hormon kortisol. Sekresi

kortisol yang meningkat pada respon stres meningkatkan level plasma kortisol. Hal ini

akan meningkatkan katabolisme protein sehingga penyembuhan luka menjadi lambat.

Page 4: 92335525 Stomatitis Aftosa Alex (1)

Hormon kortisol yang terbentuk dapat menghambat imunoglobulin A yang terdapat

dalam saliva, yang merupakan sistem imun dalam saliva. Sehingga apabila stres, kortisol

meningkat, lalu IgA menurun dan sistem imun turun sehingga mempermudah terjadi

ulser.

5. Mikroorganisme

Beberapa mikroorganisme yang berperan terhadap terjadinya SAR diantaranya

Streptococci, HSV, Varicella Zoster dan Cytomegalovirus. Bentuk L dari streptokokus

dicurigai menjadi penyebab dalam pembentukan ulserasi aftosa.

6. Defisiensi nutrisi

Defisiensi zat besi (Fe), asam folat, vitamin B12 dan vitamin B-kompleks

(vitamin B1, B2, dan B6) dilaporkan berhubungan dengan kejadian SAR. Hubungannya

biasanya karena defisiensi, terutama vitamin B12 dan asam folat akibat malabsorpsi.

Gangguan hematologik terutama defisiensi besi, folat atau vitamin B12 khususnya serum

Fe, folat, atau vitamin B12 juga dihubungkan dengan SAR. Pada defisiensi ini,

hemoglobin berada di bawah normal, dan ditandai dengan mikrositosis atau makrositosis

sel darah merah.

7. Faktor Sistemik

Kondisi sistemik yang mempengaruhi kejadian SAR diantaranya gangguan GIT,

neutropenia, HIV, defisiensi IgA, dan penggunaan obat-obatan anti inflamasi non steroid.

8. Perubahan kebiasaan merokok

Menurut Greenberg and Glick, penghentian kebiasaan merokok pada beberapa

kasus dapat meningkatkan frekuensi dan derajat keparahan dari SAR itu sendiri.

Tembakau dapat meningkatkan keratinisasi mukosa, yang menyebabkan mukosa lebih

tahan terhadap ulserasi.

Manifestasi Klinis

Lesi SAR yang pertama kali muncul seringkali terjadi pada usia 20-an dan dapat ditimbulkan

oleh trauma minor, menstruasi, infeksi saluran pernafasan atas, atau kontak dengan makanan

tertentu. Tahap-tahap perkembangan ulser pada RAS:

Page 5: 92335525 Stomatitis Aftosa Alex (1)

Tahap prodormal : berlangsung 2 – 48 jam, rasa tidak enak di dalam mulut dan

disertai gejala malaise seperti demam. Tetapi tahap ini jarang terjadi pada kebanyakan

pasien.

Tahap pre-ulseratif : ditandai dengan adanya mukosa yang berwarna kemerahan dan

bengkak.

Tahap ulseratif : merupakan tahap yang dominan, pasien merasakan adanya nyeri

lokal pada mukosa mulut. Terlihat lesi cekung dengan margin yang tajam dan jelas

dikelilingi daerah yang eritema dan oedem. Lesi berbentuk bulat atau oval regular. Hal

ini berlawanan dengan lesi traumatik yang berbentuk irregular.

Tahap penyembuhan : rasa nyeri menghilang, terlihat gambaran granulasi dan

pseodomembran.

Tahap remisi : tahap ini waktunya panjang / pendek, regular / irregular

tergantung dari faktor etiologi.

Patofisiologi SAR

Pada awal lesi terdapat infiltrasi limfosit yang diikuti oleh kerusakan epitel dan infiltrasi

neutrofil ke dalam jaringan. Sel mononuclear juga mengelilingi pembuluh darah (perivaskular),

tetapi vasculitis tidak terlihat. Namun, secara keseluruhan terlihat tidak spesifik.

Perjalanan stomatitis aphtous dimulai dari masa prodromal selama 1-2 hari, berupa panas

atau nyeri setempat. Kemudian mukosa berubah menjadi makula berwarna merah, yang dalam

waktu singkat bagian tengahnya berubah menjadi jaringan nekrotik dengan epitelnya hilang

sehingga terjadi lekukan dangkal. Ulkus akan ditutupi oleh eksudat fibrin kekuningan yang dapat

bertahan selama 10-14 hari. Bila dasar ulkus berubah warna menjadi merah muda tanpa eksudat

fibrin, menandakan lesi sedang memasuki tahap penyembuhan.

Diagnosis

SAR adalah penyebab utama dari ulser oral rekuren dan seringkali ditemui bersama

penyakit lainnya. Anamnesis dan pemeriksaan klinis yang teliti dari klinisi yang berpengalaman

dapat membedakan RAS dari lesi primer akut lain seperti stomatitis viral atau dari lesi multipel

kronis seperti pemphigoid, sama halnya dari penyebab terjadinya ulser rekuren, seperti penyakit

Page 6: 92335525 Stomatitis Aftosa Alex (1)

jaringan ikat, reaksi obat-obatan, dan penyakit kulit. Anamnesis harus ditekankan pada gejala

kelainan darah, keluhan-keluhan sistemik, dan lesi yang berhubungan dengan kulit, mata, genital,

atau rektal. Pemeriksaan laboratorium harus digunakan saat ulser bertambah parah atau terjadi

pada usia di atas 25 tahun. Biopsi hanya dilakukan untuk menunjang kesembuhan penyakit lain

yang menyertainya, khususnya penyakit granulomatosa seperti Chron’s disease atau sarcoidosis.

Pasien dengan ulser minor atau mayor yang parah harus mengetahui faktor penyebab

yang diperiksa, termasuk penyakit jaringan ikat dan kadar abnormal zat besi, folat, vitamin B12,

dan ferritin. Pasien dengan kelainan tersebut harus dirujuk ke bagian penyakit dalam untuk

penanganan gangguan absorpsi atau terapi pengganti yang tepat. Klinisi juga harus dapat

memutuskan makanan apa yang membuat alergi atau sensitif terhadap gluten yang ditemukan

pada kasus-kasus dimana lesi parah dan resisten terhadap terapi lain. Pasien dengan infeksi HIV,

khususnya mereka dengan kadar CD4 di bawah 100/mm3, dapat menderita ulser aftosa mayor.

Diferensial Diagnosis

Diagnosa banding dari RAS adalah Traumatic ulcer, Behçet’s syndrome, recurrent HSV

infection, recurrent erythema multiforme.

1. Traumatic ulser

Lesi SAR berbentuk bulat atau oval, sedangkan traumatic ulcer irregular. SAR biasanya

mengenai mukosa non keratin seperti mukosa bukal dan labial, sedangkan traumatic ulcer bisa

mengenai palatum, gingiva, dan lidah. Persamaannya dengan SAR adalah etiologinya yaitu

trauma pada mukosa.

2. Behcet’s Syndrome

Behçets Syndrome, ditemukan oleh dermatologis Turki Hulûsi Behçet, secara klasik

digambarkan sebagai trias gejala yang meliputi ulser oral rekuren, ulser genital rekuren, dan lesi

mata. Behçet’s syndrome disebabkan oleh imunokompleks yang mengarah pada vasculitis dari

pembuluh darah kecil dan sedang dan inflamasi dari epitel yang disebabkan oleh limfosit T dan

plasma sel yang imunokompeten. Lesi tunggal yang paling umum terjadi pada Behçet’s

syndrome terjadi di mukosa oral. Ulser oral rekuren muncul pada lebih dari 90% pasien; lesi ini

tidak dapat dibedakan dari RAS. Beberapa pasien memiliki riwayat lesi oral ringan yang rekuren;

beberapa pasien lainnya memiliki lesi yang besar dan dalam serta meninggalkan jaringan parut

yang mirip dengan lesi RAS mayor.

Page 7: 92335525 Stomatitis Aftosa Alex (1)

3. Recurrent HSV infection

Infeksi herpes rekuren dalam rongga mulut (recurrent herpes labialis [RHL]; recurrent

intraoral herpes simplex infection [RIH]) muncul pada pasien yang pernah terinfeksi herpes

simpleks dan memiliki serum antibodi untuk melawan infeksi eksogen primer. Herpes rekuren

bukan merupakan infeksi berulang melainkan re-aktivasi virus yang menjadi laten dalam

jaringan saraf antara episode-episode dan masa replikasi. Herpes simpleks dapat dikultur dari

ganglion trigeminal pada jasad manusia, dan lesi herpes rekuren bisaanya muncul setelah

pembedahan yang melibatkan ganglion tersebut. Herpes rekuren dapat juga diaktivasi oleh

trauma pada bibir, demam, sinar matahari, imunosupresan, dan menstruasi. Virus berjalan ke

bawah menuju batang saraf untuk menginfeksi sel epitel, menyebar dari sel ke sel dan

menyebabkan lesi.

4. Recurrent erythema multiforme

Erythema multiforme (EM) adalah penyakit inflamasi akut pada kulit dan membran mukosa

yang menyebabkan berbagai macam lesi kulit-karenanya dinamakan “multiforme”. Lesi pada

mulut pada umumnya adalah inflamasi yang dibarengi vesikel dan bulla yang ruptur dengan

cepat dan bisanya adalah komponen penting dari gambaran khas dan seringkali adalah satu-

satunya komponen. Erythema multiforme dapat terjadi sekali atau kambuh an harus

dipertimbangkan dalam diagnosa multiple acute oral ulcers, ada atau tidaknya riwayat dari lesi

yang sama.

Terapi

Meskipun stomatitis aphthous recurrent dapat sembuh secara spontan dalam 10-14 hari

setelah onset, namun kelainan ini dapat menimbulkan rasa yang sangat sakit. Tujuan dari terapi

harus dapat mengurangi inflamasi, meminimalisir rasa sakit dan rasa tidak nyaman, serta

mempercepat proses penyembuhan. Beberapa pengobatan yang dianggap baik meliputi

penggunaan antibiotik, obat kumur antimikroba, dan suplemen makanan.

Pengobatan diberikan berdasarkan tingkat keparahan penyakit. Pada kasus yang ringan

dengan 2-3 lesi ringan dapat digunakan obat topikal seperti Orabase atau Zilactin. Sebagai

pereda rasa sakit dapat diberikan topikal anestesi atau diklofenak. Topikal analgesik dengan

sediaan obat kumur atau spray, seperti benzydamine hidrochloride dapat digunakan untuk

mengurangi ketidaknyamanan. Bagaimanapun, 2% gel lignocaine, digunakan secara langsung

Page 8: 92335525 Stomatitis Aftosa Alex (1)

atau dicairkan sebagai obat kumur, lebih efektif untuk kasus SAR yang parah. Penggunaan

jangka panjang lignocaine tidak disarankan, karena mempunyai efek sistemik jika terabsorbsi.

Obat untuk tenggorokan (Over-the-counter throat Lozenges) yang mengandung anestesi, selalu

dikombinasikan dengan antiseptik, dapat digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan SAR

tapi kebanyakan mengandung gula. Beberapa pasien juga membutuhkan analgesik sistemik

seperti ibuprofen dan parasetamol.

Bahan antiseptik dapat sangat membantu untuk mengurangi infeksi sekunder sementara,

dengan sedian obat kumur, gel, dan pastiles. Obat kumur klorheksidin digunakan secara luas

untuk perawatan simtomatik SAR dan membantu pasien yang sulit memelihara kebersihan

mulutnya. Digunakan 3 kali sehari setelah makan dan dikumur dalam mulut sekitar 1 menit,

mengurangi durasi dan ketidaknyamanan SAR. Larutan zink sulfat dan zink klorida juga

mempunyai efek yang menguntungkan.

Pada kasus berat digunakan kortikosteroid topikal seperti fluocinonide, betamethasone,

atau clobetasol untuk mempercepat waktu penyembuhan dan mengurangi ukuran lesi. Gel dapat

digunakan 2 – 3 kali sehari sesudah makan dan saat akan tidur. Pada lesi yang lebih besar terapi

dapat dilakukan dengan meletakkan gauze sponge yang berisi topikal steroid pada lesi lalu

dibiarkan selama 15 – 30 menit. Area lesi dikeringkan sebelum aplikasi topikal kortikosteroid,

kemudian obat diaplikasikan tanpa tekanan didaerah lesi. Pasien diinstruksikan untuk tidak

makan dan minum sekitar satu jam setelah aplikasi topikal kortikosteroid tersebut. Obat topikal

lainnnya yang dapat mengurangi waktu penyembuhan SAR adalah tetrasiklin topikal, yang dapat

digunakan sebagai obat kumur atau diaplikasikan pada gauze sponge. Pada lesi mayor atau lesi

minor yang multipel dan tidak merespon terapi topikal diberikan terapi sistemik seperti

kolchicines, pentoxifyllin, dapsone, steroid sistemik dan thalidomide.

Page 9: 92335525 Stomatitis Aftosa Alex (1)

CONTOH KASUS

Data Umum Pasien

Nama : Nn. ELS

Umur : 23 tahun

Alamat : Hergarpermai Bandung

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Belum menikah

No. Rekam Medis : 2010-06195

Pekerjaan : Mahasiswi

Tanggal Pemeriksaan : 19 Juni 2010

Anamnesis

Pasien datang dengan keluhan terdapat sariawan di bibir bawah kiri ±3 hari yang lalu.

Awalnya bibir pasien tergigit pada saat makan sehingga timbul sariawan kecil dan sekarang

membesar, berwarna putih dan perih. Sariawan bertambah perih pada saat makan dan sikat gigi.

Pasien jarang menggunakan obat kumur. Saat ini pasien sedang mengkonsumsi antibiotik

Clindamysin untuk mengobati sakit flu. Sekarang pasien ingin sariawan diobati.

Riwayat Penyakit Sistemik

Penyakit jantung : YA/TIDAK

Hipertensi : YA/TIDAK

Diabetes Melitus : YA/TIDAK

Page 10: 92335525 Stomatitis Aftosa Alex (1)

Asma/Alergi : YA/TIDAK

Penyakit Hepar : YA/TIDAK

Kelainan GIT : YA/TIDAK

Penyakit Ginjal : YA/TIDAK

Kelainan Darah : YA/TIDAK

Hamil : YA/TIDAK

Kontrasepsi : YA/TIDAK

Lain-lain : YA/TIDAK

Riwayat Penyakit Terdahulu

Disangkal

Kondisi Umum

Keadaan Umum : Baik Tensi : 110/70 mmHg

Kesadaran : Compos Mentis Pernafasan : 20 x / menit

Suhu : Afebris Nadi : 70 x / menit

Pemeriksaan Ekstra Oral

Kelenjar Limfe

Submandibula kiri : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-

Page 11: 92335525 Stomatitis Aftosa Alex (1)

kanan : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-

Submental kiri : teraba +/- lunak/kenyal/ keras sakit +/-

kanan : teraba +/- lunak/kenyal/ keras sakit +/-

Servikal kiri : teraba +/- lunak/kenyal/ keras sakit +/-

kanan : teraba +/- lunak/kenyal/ keras sakit +/-

Lain-lain -

Bibir TAK

Wajah Simetri/Asimetri

Sirkum Oral TAK

Lain-lain -

Pemeriksaan Intra Oral

Kebersihan Mulut baik/sedang/buruk plak +/-

Kalkulus +/- stain +/-

Gingiva Edema di seluruh regio, permukaan halus, merah terang

Mukosa Bukal TAK

Mukosa Labial ulser berwarna putih kekuningan dikelilingi daerah kemerahan, bentuk

tidak beraturan, cekung, berdiameter ± 4 mm

Palatum Durum TAK

Palatum mole TAK

Frenulum TAK

Page 12: 92335525 Stomatitis Aftosa Alex (1)

Lidah TAK

Dasar Mulut TAK

Status geligi

UE UE

18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28

48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38

UE CM CM UE

Pemeriksaan Penunjang

Radiologi tdl

Darah tdl

Patologi Anatomi tdl

Mikrobiologi tdl

Diagnosis

D/ Stomatitis Aphtousa minor Rekuren minor et causa traumatik

Gingivitis Marginalis Kronis Generalisata

Page 13: 92335525 Stomatitis Aftosa Alex (1)

Differential Dignosis

DD/ Ulser traumatik

Behcet diseases

Hand, Foot and Mouth diseases

Herpes Simplex

Squamous cell carsinoma

Rencana Perawatan Dan Perawatan

- Pro resep

R/ Kenalog tube 10 mg

∫ p.a

- Pro OHI

- Pro penambalan 46, 47

- Pro kontrol 1 minggu

Gambar 1. Gambaran Ulser pada Mukosa Labial Sebelah Kiri

Page 14: 92335525 Stomatitis Aftosa Alex (1)

1. Istilah-istilah Lesi

Makula

Suatu area pada epidermis atau mukosa yang berubah warna menjadi gelap

dibandingkan daerah sekitarnya,: berupa bercak atau titik, berbatas jelas, tetapi tidak

menonjol atau cekung, ukuran mulai dari sebesar ujung jarum sampai 1cm

Contoh: ptekie, deposit melanin

Papula

Suatu area kecil yang padat, berbatas tegas dan menonjol, dasar bulat atau ovoid,

dapat bertangkai atau juga tidak bertangkai,warna abu-abu atau putih, permukaan

membulat datar, meruncing diameter kurang dari 1 cm,

Contoh: kondiluma akuminatum, parulis, papiloma

Plak

Suatu are padat yang sedikit menonjol, berbatas jelas, warna abu-abu atau putih,

permukaan menonjol, licin atau halus, berbonjol-bonjol dan pecah, berfisur, diameter

lebih dari 1 cm

Contoh: karsinoma, leukoplakia, lichen planus

Nodul

Penonjolan jaringan yang padat, berbatas tegas, terlihat seperti polip, meluas sampai

dermis, diameter < 1cm, terdiri dari jaringan fibrous yang tertutup oleh epitel

Contoh: fibroma, fibrolipoma

Vesikel

Blister atau lepuh kecil, berbatas tegas, diameter < 1cm, berisi cairan bening, tertutup

selapis tipis sel putih, bila membrane pecah menyebabkan ulser atau ulkus

Contoh: luka bakar, lesi-lesi herpetic pd membrann mukosa

Bulla

Ciri-ciri sama dengan vesikel, diameter >1cm

Contoh: pemphigus, chancre pada sifilis primer

Pustula

Page 15: 92335525 Stomatitis Aftosa Alex (1)

Benjolan berbatas jelas, berisi eksudat purulen/pus, diameter < 1cm, didahului oleh

vesikel atau bulla, berwarna putih krem atau kekuning-kuningan

Contoh: furunkel, karbunkel

Ulser/Ulkus

Luka terbuka dari kulit atau jaringan mukosa, meluas sampai ke bawah stratum

basale, biasanya terasa sakit, Tipe: menonjol, undermined, raised/roll

Erosi

Epitel sampai diatas stratum basale mengelupas, biasanya basah sedikit cekung,

akibat vesikel yang pecah atau trauma

Contoh: pemphigus

2. Struktur Epitel Mukosa Rongga Mulut

Secara histology Struktur epitel rongga mulut adalah Stratified Squamous Epithelium,

atau disebut epitel gepeng berlapis.

Stratifikasi epitel rongga mulut

1. Stratum basale

Lapisan ini disebut pula sebagai stratum pigmentosum atau strarum germinativum

karena paling banyak tampak adanya mitosis sel – sel.

Sel – sel lapisan ini berbatasan dengan jaringan pengikat corium dan berbentuk

silindris atau kuboid. Di dalam sitoplasmanya terdapat butir – butir pigmen.

Page 16: 92335525 Stomatitis Aftosa Alex (1)

2. Stratum spinosum

Lapisan ini bersama dengan stratum basale disebut pula stratum malpighi atau

stratum germinativum karena sel – selnya menunjukkan adanya mitosis sel. Sel – sel

dari stratum basale akan mendorong sel – sel di atasnya dan berubah menjadi

polihedral.

Sratum spinosum ini terdiri atas beberapa lapisan sel – sel yang berbentuk polihedral

dan pada pemeriksaan dengan mikroskop cahaya pada tepi sel menunjukkan tonjolan

– tonjolan seperti duri – duri. Semula tonjolan – tonjolan tersebut disangka sebagai

jembatan interseluler dengan di dalamnya terdapat tonofibril yang menghubungkan

dari sel yang satu ke sel yang lain.

3. Stratum granulosum

Lapisan ini terdiri atas 2-4 sel yang tebalnya di atas stratum spinosum. Bentuk sel

seperti belah ketupat yang memanjang sejajar permukaan. Sel yang terdalam

berbentuk seperti sel pada strarum spinosum hanya didalamnya mengandung butir –

butir.

Butir – butir yang terdapat sitoplasma lebih terwarna dengan hematoxylin (butir –

butir keratohialin) yang dapat dikelirukan dengan pigmen. Adanya butir – butir

keratohyalin semula diduga berhubungan dengan proses keratinisasi, tetapi tidak

selalu dijumpai dalam proses tersebut, misalnya pada kuku.

Makin ke arah permukaan butir – butir keratin makin bertambah disertai inti sel pecah

atau larut sama sekali, sehingga sel – sel pada stratum granulosum sudah dalam

keadaan mati.

4. Stratum lucidum

Tampak sebagai garis bergelombang yang jernih antara stratum granulosum dan

stratum corneum. Terdiri atas beberapa lapisan sel yang telah gepeng tersusun sangat

padat. Bagian yang jernih ini mengandung zat eleidin yang diduga merupakan hasil

dari keratohialin.

5. Stratum Corneum

Pada vola manus dan planta pedis, lapisan ini sangat tebal yang terdiri atas banyak

sekali lapisan sel – sel gepeng yang telah mengalami kornifikasi atau keratinisasi.

Hubungan antara sel sebagai duri – duri pada stratum spinosum sudah tidak tampak

Page 17: 92335525 Stomatitis Aftosa Alex (1)

lagi. Pada permukaan, lapisan tersebut akan mengelupas (desquamatio) kadang –

kadang disebut sebagai stratum

Pembagian mukosa

Pembagian mukosa berdasarkan struktur histologi epitel mukosa rongga mulut dibagi

menjadi 3, yaitu:

a. Lining Mucosa → Tidak berkeratin, dapat digerakkan dengan bebas oleh jaringan

yang melekat karena sifat elastisitas dari lamina propria. Lining mucosa secara

umum dapat ditemukan menutupi mukosa membran pada rongga mulut, mukosa

ini tidak melekat erat pada periosteum tulang.

b. Specialized Mucosa → Lapisan ini berkeratin, dan memiliki papila khusus pada

permukaan lidah. Specialized mucosa menutupi bagian permukaan dorsal lidah.

c. Masticatory Mucosa → Lapisan ini terdiri dari epitel berlapis berkeratin pada

permukaan luar yang ketebalannya dapat berubah. Lapisan ini termasuk gusi

cekat yang melekat pada tulang pendukung dan palatum durum.

Sel-sel epitel rongga mulut

a. Keratinosit:

Sel epitel mukosa rongga mulut (stratified epithelial cells) yang mengalami

diferensiasi.

b. Non-keratinosit:

Sel pigmen dendritik atau sel tipe lain dalam epitel secara kolektif.

Gambaran Umum Epitel Keratin dan Nonkeratin (Kauzman, 2008)

GambaranEpitel keratin

Lapisan selGambaran

Epitel non keratin Sel kuboid atau batang terdiri

dari serabut tonofibril dan sel organel lain;

merupakan daerah yang mengandung banyak sel

Basal Basal

Sel kuboid atau batang terdiri dari tonofilamen yang terpisah-pisah dan organel sel yang lain;

Mengandung banyak sel Sel ovoid yang lebih besar

terdiri dari serabut tonofibril yang mencolok;

Prickle cel Prickle cel Sel ovoid yang lebih besar terdiri dari tonofilamen yang menyebar;

Page 18: 92335525 Stomatitis Aftosa Alex (1)

lapisan membran granul terlihat pada bagian atas dari lapisan ini

lapisan membran granul terlihat pada bagian atas dari lapisan ini

filamen bertambah banyak

Sel-sel datar terdiri dari granul keratohialin yang berhubungan dengan tonofibril;

lapisan membran granul bersatu dengan membran sel bagian atas;

terjadi penebalan membran bagian internal

Granular Intermediet

Sel gepeng datar terdiri dari tonofilamen yang tersebar dan glikogen.

Terlihat jelas sel2 dengan bentuk datar dan sel dehidrasi dimana semua organel telah hilang;

sel yang hanya diisi dengan material fibril;

ketika nuklei pyknotik tertinggal maka terjadi parakeratinisasi

Keratinized Superficial Sel yang bentuknya datar dengan filamen yang terpisah dan glikogen;

tampak beberapa organel, tetapi nuklei tetap ada.

A B

Gambaran struktur lapisan- lapisan sel epitel.

A. Epitel keratin; B Epitel non keratin

Page 19: 92335525 Stomatitis Aftosa Alex (1)

DAFTAR PUSTAKA

Cawson, R.A. ; E.W. Odell. 2002. Essentials of Oral Pathology and Oral Medicine. 7th ed.

Churchill Livingstone : Edinburg.

Gayford, J.J and Haskell,R. 1990. Penyakit Mulut (Clinical Oral Medicine). Alih Bahasa oleh

Drg. Lilian Yuwono. Jakarta : EGC.

Gandolfo et al. 2006. Oral Medicine. Churchill Livingstone : Elsevier.

Greenberg and Glick. 2008. Burket’s Oral Medicine. Oral Medicine. 11 th edition. Ontario: BC

Decker Inc.

_________________. 2003. Burket’s Oral Medicine. AS: BC Decker Inc.

Lamey and Lewis. 1991. Oral Medicine in Practice. Glasgow dental hospital and school.

Langlais and Miller. 2000. Atlas Berwarna: Kelainan Rongga Mulut yang Lazim. Jakarta:

Hipokrates.

_______________. 2003. Color atlas of common oral disease. Philadelphia: Lippincot William

& Wilkins

Little, dkk. 2002. Dental Management Of The Medically Compromised Patient. 6th ed. St. Louis:

Mosby.

Mosby. 2008. Mosby's Dental Dictionary, 2nd Edition. Elsevier.

Neville, B.W; Damm, D.D; Allen,C.N; and Bouquot, J.E. 1995. Oral and Maxillofacial

Pathology. Philadelphia London Toronto: Saunder Co. 295-365 pp.

Sonis, dkk. 1995. Principles and Practice of Oral Medicine. Pennsylvania : W.B. Saunders

Company.

Tyldesley. 2003. Tyldesley’s Oral Medicine. 5th ed. Inggris: Oxford University Press.