STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/8429/1/2.full... · 2020. 4. 30. ·...
Transcript of STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/8429/1/2.full... · 2020. 4. 30. ·...
i
ABSTRAK
Sabrina Insani (15060024), Hubungan Antara Empati dengan Perilaku Prososial Peserta Didik SMA Tamansiswa Padang, Skripsi, Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat, Padang, 2019
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya peserta didik yang hanya peduli pada kelompoknya saja, saat berkumpul bersama ada peserta didik yang kurang dalam hal berbagi dengan teman, seperti berbagi makanan, saat ada temannya yang meminta tolong peserta didik hanya diam saja tidak suka menolong teman di kelasnnya. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan: 1) Empati peserta didik SMA Tamansiswa Padang. 2) Perilaku prososial peserta didik SMA Tamansiswa Padang. 3) Hubungan empati dengan perilaku prososial peserta SMA Tamansiswa Padang.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan analisis korelasi. Populasi penelitian adalah 67 peserta didik yang dipilih dengan teknik total sampling dengan 67 partisipan. Instrumen yang digunakan yaitu angket. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif.
Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan antara empati dengan perilaku prososial peserta didik SMA Tamansiswa Padang dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1) Gambaran empati peserta didik SMA Tamansiswa Padang berada pada kategori cukup baik. 2) Gambaran perilaku prososial peserta didik SMA Tamansiswa Padang cukup baik. 3) Terdapat hubungan anatara empati dengan perilaku prososial peserta didik SMA Tamansiswa Padang dengan korelasi cukup kuat. Berdasarkan hasil penelitian direkomendasikan kepada guru bimbingan dan konseling untuk lebih memperhatikan sikap empati dan perilaku prososial peserta didik di sekolah dan di lingkungan sekitar agar dapat memiliki sikap empati yang tinggi dan perilaku prososial yang tinggi .
ii
KATA PENGANTAR
Pertama sekali peneliti mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah
SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dengan rahmat
dan hidayah-Nya peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang sesuai
dengan apa yang peneliti harapkan. Shalawat dan salam kita ucapkan kepada
junjungan umat Islam yakni Nabi Besar Muhammad S.A.W. Berkat dua buah
peninggalan pustaka yatitu Al-Quran dan sunnah Rasul sebagai pedoman hidup
bagi umat islam, niscaya apabila selalu berpegang teguh pada keduanya tidak
akan tersesat di dalam kehidupan dunia dan akhirat nantinya. Skripsi ini ditulis
berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dengan judul
“Hubungan Antara Empati dengan Perilaku Prososial Peserta Didik SMA
Tamansiswa Padang.”
Penelitian skripsi ini bertujuan untuk melengkapi syarat mencapai gelar
sarjana pendidikan pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Sekolah
Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat. Ucapan
terimakasih peneliti sampaikan kepada yang teristimewa Ayahanda dan Ibunda
tercinta, juga yang telah merawat Ananda dari Ananda kecil sampai sekarang,
yang selalu mencurahkan cinta kasihnya yang tulus. Semoga Ayah dan Ibu selalu
diberikan kesehatan, dan umur yang panjang, yang mana semuanya telah
menghadiri tawa hingga saya menjadi lebih bersemangat dalam menyelesaikan
skripsi ini. Dalam pelaksanaan penulisan skripsi ini, peneliti banyak mendapatkan
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak.
iii
Untuk itu peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ketua Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI
Sumatera Barat Ibu Dr. Zusmelia, M.Si, Wakil Ketua I Bidang Akademik
STKIP PGRI Sumatera Barat Ibu Sri Imelwaty, M.Pd.,Ph.D., Wakil Ketua
II Bidang Administrasi Umum dan Keuangan STKIP PGRI Sumatera
Barat Ibu Liza Husnita M. Pd., Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan
Bapak Jarudin, MA.,Ph.D., yang telah memberikan kesempatan kepada
peneliti untuk dapat menuntut ilmu di STKIP PGRI Sumatera Barat.
2. Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling di STKIP PGRI Sumatera
Barat Bapak Ahmad Zaini, S.Ag., M.Pd, sekaligus dosen penguji I yang
telah memberikan motivasi kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi
ini dengan baik. Semoga Allah SWT senantiasa membalas jasa Bapak dan
selalu dalam keadaan sehat walafiat.
3. Sekretaris Ibu Rahma Wira Nita, M.Pd., Kons., yang telah memberikan
bimbingan, arahan dan motivasi kepada peneliti dalam menyelesaikan
skripsi ini dengan baik.
4. Dosen Pembimbing I Bapak Rici Kardo, M.Pd., Kons. yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan masukan dan
memberikan arahan kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini
dengan penuh pengertian dan kesabaran dari awal sampai akhir penelitian
ini.
5. Dosen Pembimbing II Ibu Besti Nora Dwi Putri, M.Pd. Kons. yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan masukan dan
iv
memberikan arahan kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini
dengan penuh pengertian dan kesabaran dari awal sampai akhir penelitian
ini.
6. Dosen Penguji II Ibu Rila Rahma Mulyani, M,Psi.,Psikolog yang telah
memberikan masukan dan arahan serta saran yang membangun kepada
peneliti demi perbaikan dalam penyusunan skripsi ini serta meluangkan
waktu untuk memberikan penilaian (judge) tahap instrumen peneliti.
7. Dosen Penguji III Ibu Citra Imelda Usman, M.Pd., Kons., yang telah
memberikan masukan dan arahan serta saran yang membangun kepada
peneliti demi perbaikan dalam penyusunan skripsi ini.
8. Bapak dan Ibu dosen serta staf Program Studi Bimbingan dan Konseling
STKIP PGRI Sumatera Barat yang telah mendidik peneliti selama
menjalani pendidikan di Program Studi Bimbingan dan Konseling.
9. Ibu Sri Puspa Sari sebagai Admin Program Studi Bimbingan dan
Konseling yang telah membantu dalam urusan administrasi.
10. Kepala Sekolah SMA Taman Siswa Padang serta Majelis Guru, peserta
didik, serta staf Tata Usaha SMA Tamansiswa Padang yang turut
membantu dalam kelancaran penelitian.
11. Terimakasih kepada kedua orang tua saya yang sudah tiada, semua ini
karna mereka, karena keiinginan ayah saya dan umi saya, saya bisa berada
di titik ini. Terimakasih kepada unang dan kakak saya yang ikut
membiayai kuliah saya, dan kepada abang saya yang juga ikut membiayai
tanggungan uang kuliah saya sampai saat ini.
v
12. Rekan-rekan Mahasiswa BK 2015/A dan Rekan-rekan Mahasiswa BK
2015, yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya kepada Allah SWT peneliti berdo’a semoga jasa baik dari semua
pihak, dibalas oleh Allah SWT dengan pahala yang berlipat ganda dan dinilai
sebagai amal jariah disisi-Nya. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih banyak
kekurangan, baik dalam penulisan maupun isinya untuk itu peneliti sangat
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak. Akhir kata peneliti ucapkan
terimakasih.
Padang, Agustus 2019
Sabrina Insani NPM 15060024
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................. 6
C. Batasan Masalah........................................................................................ 7
D. Rumusan Masalah ..................................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian ................................................................................... 8
BAB II. KAJIAN TEORI
A. Empati .................................................................................................... 10
1. Pengertian Empati ............................................................................ 10
2. Aspek-aspek Empati ......................................................................... 11
3. Faktor Mempengaruhi Empati ......................................................... 12
B. Prilaku Prososial ...................................................................................... 14
1. Pengertian Perilaku Prososial ........................................................... 14
2. Aspek-aspek Perilaku Prososial ....................................................... 16
3. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Prososial ............................... 18
C. Hubungan Empati dengan Perilaku Prososial ......................................... 24
D. Penelitian Relevan ................................................................................... 25
E. Kerangka Pikir ......................................................................................... 26
F. Hipotesis Penelitian ................................................................................ 27
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. 28
B. Jenis Penelitian ........................................................................................ 28
vii
C. Desain Penelitian ..................................................................................... 29
D. Defenisi Operasional .............................................................................. 29
E. Populasi dan Sampel ............................................................................... 30
F. Jenis dan Sumber Data ............................................................................ 32
G. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 33
H. Teknik Analisi Data ................................................................................ 43
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 47
A. Deskripsi Hasil Penelitian ....................................................................... 47
B. Rekapitulasi Hasil Penelitian .................................................................. 68
C. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................. 68
BAB V : PENUTUP .......................................................................................... 73
A. Kesimpulan ............................................................................................. 73
B. Saran ........................................................................................................ 74
KEPUSTAKAAN ..............................................................................................75
LAMPIRAN .......................................................................................................76
viii
DAFTAR TABEL
1. Populasi Penelitian ......................................................................................... 31
2. Sampel Penelitian ........................................................................................... 32
3. Alternatif Jawaban Angket............................................................................. 35
4. Uji Validitas Empati ...................................................................................... 39
5. Uji Validitas Perilaku Prososial ..................................................................... 41
6. Interpretasi Koefesien Nilai r ......................................................................... 46
7. Distribusi Frekuensi dan Kategori Skor Empati .................................................. 47
8. Distribusi Frekuensi dan Kategori Skor Empati Peserta Didik
Dilihat dari Pengambilan Perspektif Peserta Didik ............................................ 49
9. Distribusi Frekuensi dan Kategori Skor Empati Peserta Didik
Dilihat dari Fantasi Peserta Didik ...................................................................... 51
10. Distribusi Frekuensi dan Kategori Skor Empati Peserta Didik
Dilihat dari Perhatian Empatik Peserta Didik ..................................................... 52
11. Distribusi Frekuensi dan Kategori Skor Empati Peserta Didik
Dilihat dari Distres Pribadi Peserta Didik ........................................................... 54
12. Distribusi Frekuensi dan Kategori Skor Perilaku Prososial
Peserta Didik ................................................................................................. 55
13. Distribusi Frekuensi dan Kategori Skor Perilaku Prososial
Peserta Didik dilihat dari Perilaku Berbagi Peserta Didik .................................... 57
14. Distribusi Frekuensi dan Kategori Skor Perilaku Prososial
Peserta Didik dilihat dari Perilaku Menolong Peserta Didik ................................. 59
15. Distribusi Frekuensi dan Kategori Skor Perilaku Prososial
Peserta Didik dilihat dari Kerjasama Peserta Didik ............................................. 60
16. Distribusi Frekuensi dan Kategori Skor Perilaku Prososial
Peserta Didik dilihat dari Bertindak Jujur Peserta Didik ...................................... 62
17. Distribusi Frekuensi dan Kategori Skor Perilaku Prososial
18. Peserta Didik dilihat dari Perilaku Menyumbang Peserta Didik ............................ 62
19. Uji Normalitas .................................................................................................. 65
20. Uji Linearlitas .................................................................................................. 66
ix
21. Hasil Korelasi Empati dan Perilaku Prososial ..................................................... 67
22. Rekapitulasi Hasil Penelitian ......................................................................... 68
23. Rekapitulasi Hasil Korelasi ............................................................................... 68
x
DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka Pikir ............................................................................................. 27
2. Desain Penelitian ......................................................................................... 29
3. Grafik Empati................................................................................................... 49
4. Grafik Empati Peserta Didik dilihat dari Pengambilan
Perspektif Peserta Didik .................................................................................. 51
5. Grafik Empati Peserta Didik dilihat dari Fantasi Peserta Didik ............................. 51
6. Grafik Empati Peserta Didik dilihat dari
Perhatian Empatik Peserta Didik ....................................................................... 53
7. Grafik Empati Peserta Didik dilihat dari Distres
Pribadi Peserta Didik ....................................................................................... 55
8. Grafik Perilaku Prososial Peserta Didik ......................................................... 57
9. Grafik Perilaku Prososial Peserta Didik dilihat dari
Perilaku Berbagi Peserta Didik ......................................................................... 58
10. Grafik Perilaku Prososial Peserta Didik dilihat dari
Perilaku Menolong Peserta Didik ...................................................................... 60
11. Perilaku Prososial Peserta Didik dilihat dari
Kerjasama Peserta Didik ................................................................................... 62
12. Grafik Perilaku Prososial Peserta Didik dilihat dari
Bertindak Jujur Peserta Didik ............................................................................ 64
13. Grafik Perilaku Prososial Peserta Didik dilihat dari
Perilaku Menyumbang Peserta Didik ................................................................. 66
xi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Rekapitulasi Judge Angket...........................................................................79
2. Uji Validitas dan Reliabelitas ......................................................................80
3. Pengolahan Data Penelitian .........................................................................81
4. Surat Izin Uji Coba dan Penelitian ...............................................................82
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peserta didik tumbuh dan berkembang untuk mencapai kondisi
fisik dan sosial psikologi yang sempurna. Dalam masa ini remaja belajar
memahami dirinya sendiri dan orang lain serta memahami lingkungan
masyarakat, dalam hal ini peserta didik sedang mempersiapkan diri untuk
menjadi bagian dari masyarakat sehingga peserta didik mampu untuk
mencapai peranan sosial yang matang. Mencapai perilaku sosial yang
bertanggung jawab serta memperoleh prangkat nilai dan sistem etis,
sebagai pegangan untuk berperilaku dalam masyarakat.
Pada kemajuan zaman yang serba moderen seperti sekarang ini,
dampak positif maupun negatif dapat berkembang dan mempengaruhi
nilai-nilai dan budaya yang ada di dalam masyarakat terutama bagi peserta
didik yang masih usia remaja, Frey(Aridhona, 2018:21). Masa remaja
merupakan masa yang terjadi perubahan sangat pesat dalam dimensi fisik,
mental dan sosial remaja. Masa ini juga merupakan periode pencarian
identitas diri sehingga remaja sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan.
Manusia merupakan makhluk sosial di ciptakan untuk hidup
berdampingan dengan manusia lainnya, untuk dapat hidup berdampingan,
individu dapat saling mendukung satu sama lain misalnya dengan saling
memberikan pertolongan. Namun pada kenyataannya seiring dengan
berkembang zaman dan kemajuan teknologi. Masyarakat justru semakin
tumbuh menjadi individualistik dan suka mementingkan diri sendiri.
1
2
Nilai-nilai perilaku prososial yang ada di masyarakat semakin
menunjukan kemunduran. Perilaku prososial memiliki beberapa faktor
yang mempengaruhi seseorang dalam perilaku prososial salah satunya
adalah empati. Menurut Sears dkk (Yuli dkk, 2010 :35)Empati diartikan
sebagai perasaan simpati dan perhatian terhadap orang lain, khususnya
untuk berbagi pengalaman atau secara tidak langsung merasakan
penderitaan orang lain.
Menurut Hoffman (Umayah dkk, 2017:75) Empati seseorang dapat
berkembang jika di pengaruhi oleh beberapa faktor, seperti mood dan
feeling yang akan mempengaruhi sebuah respon yang muncul ketika
berinteraksi dengan orang lain. Empati adalah sebuah keadaan emosi tetapi
memiliki komponen kognitif, kemampuan untuk melihat keadaan
psikologis dalam diri orang lain, Santrock (Istiana, 2016:7).
Menurut Baron & Bryne 2005 (Istiana, 2016:7) “Empati
merupakan respon afektif dan kognitif yang kompleks pada distress
emosional orang lain, empati termasuk kemampuan untuk merasakan
keadaan emosional orang lain, merasa simpatik dan mencoba
menyelesaikan masalah dan mengambil perspektif orang lain”.Menurut
Sarwono,(Anna,dkk 2018:87)Empati merupakan kemampuan untuk
merasakan perasaan orang lain mencoba untuk menyelesaikan masalah
dengan sikap yang tepat secara emosional.
3
Ciri-ciri empati menurut Goelman (Anna,dkk2018:88) menyatakan
ciri-ciri orang yang mempunyai empati tinggi yaitu:
1. Mempunyai kemampuan untuk memahami, mengerti perasaan orang lain, sehingga dapat merasakan apa yang dialami oleh orang lain.
2. Mampu memahami diri sendiri sebelum memahami orang lain maka kita harus memahami diri sendiri terlebih dahulu.
3. Emosi seseorang dapat dilihat dari bahasa isyarat, oleh sebab itu kita harus memahami bahasa isyarat.
4. Orang yang mempunyai empati dapat dilihat dari peran yang dilakukan oleh seseorang, karena empati akan mewujudkan suatu tindakan.
5. Orang yang mempunyai empati bukan berarti larut dalam masalah yang dialami oleh orang lain.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa empati
merupakan kemampuan dimiliki individu, untuk mengerti dan menghargai
perasaan orang lain, dengan cara memahami perasaan dan emosi orang
lain, serta memandang situasi dari sudut pandang orang lain.
Menurut Hoffmann (Seras, 1994:69) beberapa penelitian
memperlihatkan bahwa empati meningkatkan perilaku prososial.
MenurutRobert & Strayer (Yuli dkk,2010:88)Empati nampaknya
berhubungan dengan perilaku prososial individu. Dengan adanya empati
membuat peserta didik dapat merasakan perasaan seseorang yang
membutuhkan pertolongan sehingga lebih memotivasinya untuk menolong
orang lain dan memunculkan perilaku prososial.
Menurut Baron dan Byrne 2005 (Istiana, 2016:5), “Perilaku
prososial adalah suatu tindakan menolong yang menguntungkan orang
lain, tanpa harus menyediakan suatu keuntungan langsung pada orang
4
yang melakukan tindakan tersebut dan mungkin bahkan melibatkan suatu
reisiko bagi si penolong”.
Perilaku prososial merupakan salah satu bentuk perilaku yang
muncul dalam kontak sosial, sehingga perilaku prososial adalah tindakan
yang dilakukan atau direncanakan untuk menolong orang lain, tanpa
mempedulikan motif si penolong. Tindakan menolong sepenuhnya
dimotivasi oleh kepentingan sendiri tanpa mengharapkan sesuatu untuk
dirinya. Gusti & Margaretha (Istiana, 2016:5) Menyatakan tindakan
prososial lebih menuntut pada pengorbanan tinggi dari si pelaku, bersifat
sukarela atau lebih ditunjukkan untuk menguntungkan orang lain dari pada
untuk mendapatkan imbalan materi maupun sosial.
Menurut Sears (Istiana, 2016:5)Perilaku prososial adalah segala
bentuk tindakan, dilakukan atau direncanakan untuk menolong orang lain.
Menurut Chaplin 1995 (Yuli dkk., 2010:34)memberikan pengertian
Perilaku sebagai segala sesuatu yang dialami oleh individu meliputi reaksi
yang diamati. Watson 1984 (Yuli dkk., 2010:34) menyatakan bahwa
“Perilaku prososial adalah suatu tindakan yang memiliki konsekuensi
positif bagi orang lain tindakan menolong sepenuhnya dimotivasi oleh
kepentingan sendiri tanpa mengharapkan sesuatu untuk dirinya”. Perilaku
menolong merupakan bagian dari perilaku prososial. Clarke 2003
(Rahman,2013:220).
5
Menurut Mc.Guire (Rahman, 2013:223) jenis-jenis perilaku
menolong, yaitu :
1. Casual helping, yaitu membrikan pertolongan yang sifatnya biasa atau umum seperti meminjamkan pulpen kepada teman.
2. Substantial, personal helping,yaitu pertolongan yang membutuhkan usaha yang dapat menguntungkan orang lain, seperti membantu teman pindah rumah.
3. Emotional helping, yaitu pertolongan dengan memberikan dukungan emosional atau sosial seperti mendengarkan cerita teman tentang masalah pribadinya.
4. Emergency helping,yaitu pertolongan bersifat darurat seperti memberikan pertolongan pada orang asing yang terkena serangan jantung atau kecelakaan lalu lintas.
Dapat disimpulkan sikap prososial merupakan bentuk tindakan
yang positif, dimotivasi oleh kepentingan sendiri tanpa adanya paksaaan
dari pihak luar, dilakukan semata-mata hanya untuk membantu dan
menolong orang lain anpa mengharapkan suatu imbalan.
Berdasarkan hasil observasi pada 18 Februari 2019 di SMA
Taman Siswa, terdapat perilaku prososial peserta didik yang menurun.
Peserta didik yang hanya peduli pada kelompoknya saja, Saat berkumpul
bersama ada peserta didik yang kurang dalam hal berbagi dengan teman,
seperti berbagi makanan, saat ada temannya yang meminta tolong peserta
didik hanya diam saja tidak suka menolong teman di kelasnnya, dalam
bekerja sama kelompok peserta ddik tudak suka bekerja sama dengan
teman kelompoknya, selanjutnya hasil wawancara dengan guru mata
pelajaran disana, saat ada teman sekelompok meminjam catatan peserta
didik cenderung tidak mau meminjamkan catatan dan membantu
menjelaskan materi yang tidak dipahami, guru mengetahui terkadang ada
6
peserta didik yang tidak bertindak jujur, adanya peserta didik yang tidak
terlalu hangat dalam bergaul dengan teman di kelasnnya, Banyaknya
peserta didik yang cenderung tidak mau menyumbang dalam hal agama,
seperti bersedekah.
Berdasarkan permasalahan yang peneliti paparkan diatas dari
penelitian sebelumnya, maka dapat dijelaskan bahwa sangat penting bagi
makluk sosial lebih tepatnya peserta didik sekarang untuk membangun
rasa empatinya yang baik sehingga ia akan memberikan kemampuan yang
terbaik untuk mencapai tujuannya, yaitu membantu sesama manusia yang
membutuhkan. Maka dari itu permasalahan dalam penelitian ini adalah:
“Hubungan Antara Empati dengan Perilaku Prososial Peserta Didik
SMATamansiswa Padang”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diidentifikasi
beberapa masalah sebagai berikut:
1. Peserta didik ada yang tidak peduli dengan teman sekelompoknya.
2. Saat berkumpul bersama ada peserta didik yang kurang dalam hal
berbagi dengan teman,seperti berbagi makanan.
3. Adanya peserta didik yang tidak mau menolong teman sekelompuknya.
4. Adanya peserta didik yang kurang dalam bekerja sama dengan
temannya.
5. Banyaknya peserta didik yang cenedrung tidak mau menyumbang
dalam hal agama, seperti bersedekah.
7
6. Terkadang ada peserta didik yang tidak bertindak jujur.
7. Adanya peserta didik yang tidak hangat dalam bergaul dengan teman
yang lain.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, dan identifikasi masalah,
maka batasan masalah adalah sebagai berikut:
1. Gambaran empati peserta didik SMA Tamansiswa Padang.
2. Gambaran perilaku prososial peserta didik SMA Tamansiswa Padang.
3. Hubungan empati dengan perilaku prososial peserta SMA
Tamansiswa Padang.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar bekalakang di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Bagaimana Hubungan Empati
Dengan Perilaku Prososial di SMA Tamansiswa Padang” ?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan dalam penelitian ini
adalah untuk mendeskripsikan:
1. Empati Peserta didik di SMA Tamansiswa Padang.
2. Perilaku Prososial Pesrta didik SMA Tamansiswa Padang.
3. Hubungan Empati dengan Perilaku prososial peserta didik SMA
Tamansiswa Padang.
8
F. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, maka
penelitian ini bermanfaat bagi:
1. Peserta didik
Peserta didik dapat mengetahui sikap empati dan perilaku
prososial yang baik dan menerapkannya di lingkungan sekolah dan
masyarakat .
2. Guru Bk
Guru BK dapat menerapkan sikap empati dan perilaku prososial
dalam lingkungan dan peserta didik bisa lebih memiliki empati yang
tinggi pada teman lainnya.
3. Guru mata pelajaran
Guru mampu untuk memberikan contoh perilaku prososial, supaya
peserta didik selalu tergerak untuk melakukan tindakan prososial
dilingkungan sekolah dan masyarakat.
4. Kepala sekolah
Kepala sekolah bisa mempertahankan dan memunculakan perilaku
prososial pada siswa dengan mengadakan kegiatan-kegiatan sosial
sehingga peserta didik dapat mengaplikasikan perilaku prososial
dalam kehidupan sehari-hari.
9
5. Pengelola Program Studi Bimbingan dan Konseling
Mempersiapkan lulusan guru Bimbingan Konseling yang
profesional dan sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan
wawasan tentang hubunga empati dengan perilaku prososial.
6. Peneliti
Peneliti mengetahui hubungan perilaku prososial dengan empati pada
peserta didk yang menjadi objek penelitian.
10
BAB II KAJIAN TEORI
A. Empati
1. Pengertian Empati
Hurlock (Yuli Dkk.2010:34) empati adalah kemampuan seseorang
untuk mengerti tentang perasaan dan emosi orang lain serta kemampuan
untuk membayangkan diri sendiri di tempat orang lain. Sears (1994: 65),
Empati adalah perasaan simpati dan perhatian terhadap orang lain,
khususnya untuk berbagi pengalaman, secara tidak langsung merasakan
penderitaan orang lain.
Menurut goleman (Veronicha, 2017:31) merasakan empati adalah
kemampuan untuk memahami perasaan dan masalah orang lain, berpikir
pada sudut pandang mereka serta menghargai perbedaan perasaan orang
lain tentang berbagai hal. Empati adalah sebuah keadaan emosi, tetapi
memiliki komponen kognitif kemampuan untuk melihat keadaan
psikologis dalam diri orang lain. Santrock (Istiana, 2016:7).
Empati (empathy) merupakan perasaan simpati dan perhatian
terhadap orang lain, empati terjadi ketika individu berfokus pada
kebutuhan dan emosi dari seseorang yang akan ditolong. Empati mampu
memotivasi individu untuk menolong, karena tujuan empati adalah
memperbaiki keadaan orang lain, merupakan motif dari tindakan altruistik,
Taylor et.al, (Mar’atus, 1945: 2).
Menurut Stein & Book (Nuralifah, 2015:13).empati adalah suatu
kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk mampu menyadari,
10
11
menghargai dan memahami perasaan serta pikiran individu yang lain.
Empati merupakan kemampuan menyelaraskan diri atau peka terhadap
bagaimana dan apa yang melatar belakangi pikiran dan perasaan individu
yang lain, sebagaimana individu tersebut memikirkan dan merasakannya.
Individu yang bersikap empati berarti individu tersebut memiliki
kepedulian terhadap individu yang lain dan memperlihatkan adanya minat
dan perhatian terhadapnya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa empati
adalah aktivitas utuk memahami apa yang sedang dirasakan oleh orang
lain tampa kehilangan identitas diri tersebut.
2. Aspek-aspek Empati
Aspek-aspek Empati menurut Batson & Coke (Nuralifah, 2015 :4)
berikut:
1. Kehangatan, suatu perasaan yang dimiliki oleh individu untuk mampu bersikap hangat kepada individu yang lain.
2. Kelembutan, individu memiliki perasaan untuk mampu bersikap dan tutur kata dengan lemah lembut terhadap individu yang lain.
3. Peduli, individu memiliki sikap untuk bersedia memberikan perhatian kepada individu yang lain maupun terhadap lingkungan sekitarnya.
4. Kasihan, individu memiliki perasaan untuk bersikap belas kasihan atau merasa iba kepada individu yang lain
Aspek – aspek empati menurut Baron dan Byrne 2005, (Nuralifah,
2015:14) meliputi
1. Kognitif, kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk mampu memahami apa dirasakan oleh orang lain, dan memahami mengapa orang tersebut dapat mengalami hal itu,
2. Afektif, kemampuan individu untuk mampu merasakan apa yang sedang orang lain rasakan.
12
Aspek-aspek empati menurut Davis (Istiana, 2016:7)ada 4 yaitu:
a. Perspective taking (pengambilan prespektif) kecenderungan untuk memahami pandangan- pandangan orang lain dalam kehidupan sehari-hari.
b. Emphatic concern (perhatian empatik) kecenderungan terhadap pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan kehangatan, rasa iba dan perhatian terhadap kemalangan orang lain.
c. Personal distress (distres pribadi) seseorang merasa tidak nyaman dengan perasaannya sendiri ketika melihat ketidaknyamanan pada emosi orang lain.
d. Fantasy (fantasi) kecenderungan untuk menempatkan diri sendiri ke dalam perasaan dan perilaku- perilaku dari karakter-karakter yang ada di dalam buku-buku cerita, novel, film, game, dan situasi-situasi fiksi lainnya. Berdasarkan urainan di atas empati terbagi kedalam beberapa
aspek yang kognitif dapat memahami apa yang orang lain rasakan dan
afektif dapat memahami apa yang orang lain rasakan, serta meliputi
kehangatan, peduli,dan kasihan dan fantasi,distres pribadi,perhatian
empatik dan pengambilan prespektif.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Empati
Menurut Taufik (Istiana, 2016:8) faktor-faktor yang mempengaruhi
ketepatan empati antara lain:
a. Gender
Perempuan dikenal mudah merasakan kondisi emosional orang lain
dibandingkan dengan laki-laki. Menurut Ickes, dkk (Istiana, 2016:10)
dalam temuan penelitian mereka tentang hubungan gender dengan
akurasi empati, hasil penelitian menunjukan bahwa akurasi empati
perempuan lebih baik dari pada laki-laki tetapi ini hanya dalam kondaisi-
13
kondisi tertentu. Mereka membuat catatan bahwa akurasi empati
perempuan tinggi ketika partisipan sadar bahwa empati mereka diukur
ketika stereotip gender ditonjolkan, yaitu akurasi empati partisipan
perempuan lebih tinggi terhadap target empati berjenis.
b. Faktor kognitif
Keakuratan empati berkaitan dengan kecerdasan verbal (bahasa)
orang lain yang memiliki kecerdasan verbal tinggi dapat berempati secara
akurat, dibandigkan dengan orang yang rendah tingka kecerdasan
verbalnya.
c. Faktor sosial
Individu-individu lebih memungkinkan untuk mengarahkan
perhatian mereka terhadap isyarat-isyarat interaksi sosial, termasuk
dalam memahami karakteristik vocal, maka empati yang dilakukan
secara akurat dapat memelihara hubungan sosial.
d. Status sosial ekonomi
Hasil penelitian menunjukan bahwa orang-orang dengan status
sosial ekonomi rendah lebih efektif dalam menerjemahkan emosi-emosi
yang sedaang dirasakan oleh orang lain, dibandingkan dengan orang-
orang dengan status sosial ekonomi rendah lebih efektif dalam
menerjemahkan emosi-emosi yang sedang drasakan orang lain,
dibandingkan dengan orang-orang dengan status sosial ekonomi tinggi.
Pada orang-orang berstatus sosial ekonomi rendah kehidupan mereka
dipengaruhi oleh karakteristik konteks lainnya, seperti tingkat
14
dukungan yang telah mereka terima. Olah karna itu, orang-orang
dengan status sosial rendah memungkinkan untuk mengubah perhatikan
mereka dari pengalaman-pengalam dan pikiran-pikiran personal kepada
kondisi lingkungan sekitar.
e. Hubungan dekat (Close Relationship)
Telah banyak penelitian mengenai penyesuaian pernikahan yang
telah mendokumentasikan hubungan positif antara penyesuaian
pernikahan dan pemahaman pada sikap harapan-harapan dan persepsi
diri pada suatu pasangan. Bukti tambahan lainn untuk hubungan positif
antara penyesuaian dalam pernikahan dengan pemahaman telah
dilaporkan oleh banyak penelitian.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulakan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi ketetapan empati adalah gender, faktor kognitif,
faktor sosial, status sosial, ekonomi, dan hubungan dekat (Close
relationship).
B. Perilaku Prososial
1. Pengertian Perilaku Prososial
Menurut Baron, Byrne dan Branscombe (Anna,2018 :89) “Perilaku
prososial adalah suatu tindakan menolong untuk menguntungkan orang
lain tanpa harus menyediakan suatu keuntungan langsung pada orang yang
melakukan tindakan tersebut, dan mungkin bahkan melibatkan suatu
resiko bagi orang yang menolong”.Menurut Taylor 2009 (Mar’atus, 1945:
3)Setiap tindakan membantu atau menolong dirancang untuk meringankan
15
beban orang lain , terlepas dari motif penolongnya disebut dengan perilaku
prososial.
Tindakan menolong sepenuhnya dimotivasi oleh kepentingan
sendiri tanpa mengharapkan sesuatu untuk dirinya. Tindakan prososial
lebih menuntut pada pengorbanan tinggi dari penolong dan bersifat
sukarela atau lebih ditunjukkan untuk menguntungkan orang lain daripada
untuk mendapatkan imbalan materi maupun sosial.
Menurut Watson (Yuli dkk., 2010 :34) “Perilaku prososial adalah
suatu tindakan yang memiliki konsekuensi positif bagi orang tersebut,
tindakan menolong sepenuhnya yang dimotivasi oleh kepentingan sendiri
tanpa mengharapkan sesuatu untuk dirinya”.
Perilaku prososial dapat memberikan pengaruh bagaimana
individu melakukan interaksi sosial, dengan masyarakat sekitar.Menurut
William (Istiana, 2016 :2) “Perilaku prososial secara lebih rinci sebagai
perilaku yang memiliki intensi untuk mengubah keadaan fisik atau
psikologis penerima bantuan dari kurang baik menjadi lebih baik, dalam arti
secara material maupun psikologis”.
Kartono (Anna, 2018 :87) menyatakan bahwa “Perilaku prososial
adalah suatu perilaku sosial yang menguntungkan di dalamnya terdapat
unsur kebersamaan, kerjasama, kooperatif, dan altruisme”. Perilaku
prososial banyak melibatkan altruisme adalah suatu minat untuk menolong
orang lain dan tidak memikirkan diri sendiri.
16
Menurut Dayakisni & Hudaniah dkk (Elisa & Kartika 2016)Perilaku
prososial adalah segala bentuk perilaku yang dapat membantu,
menguntungkan, dan memberikan konsekuensi positif bagi individu atau
kelompok yang menerima bantuan, baik itu bantuan dalam bentuk materi,
fisik, maupun psikologis. Menurut Eisenberg, Fabes, & Morris, (Elisa dan
Kartika, 2016) Perilaku prososial lebih banyak dilakukan di masa remaja
dibandingkan masa kanak-kanak.
Perilaku prososial adalah tindakan yang menguntungkan orang lain
atau masyarakat secara umum, sikap prososial merupakan bentuk tindakan
yang positif yang dilakukan dengan sukarela atas inisiatif sendiri tanpa
adanya paksaaan dari pihak luar, dilakukan semata-mata hanya untuk
membantu dan menolong orang lain tanpa mengharapkan suatu imbalan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku
prososial adalah bentuk pertolongan yang di berikan pada orang lain baik
dalam bentuk materi, fisik, maupun psikologis yang dapat memberikan
keuntungan positif pada orang lain.
2. Aspek-aspek Perilaku Prososial
Beberapa aspek perilaku prososial Menurut Eisenberg & Mussen
(Matondang, 2016:37) :
a. Berbagi (Sharing), dimana individu bersedia untuk berbagi perasaan
dengan orang yang lain, baik dalam keadaan senang dan susah.
b. Menolong (Helping),individu bersedia untuk memberikan pertolongan
dan bantuannya kepada orang lain yang memang membutuhkan
17
dikarenakan mendapatkan kesusahan, baik dalam bentuk moril
mampun materiil, yang meliputi pemberian bantuan kepada orang
lain, maupun menawarkan memberikan suatu yang berguna untuk
meningkatkan keberlangsungnya kegiatan orang tersebut.
c. Kerjasama (Coorperating), individu memiliki kesediaan untuk
melakukan kerja sama bersama orang lain, guna untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Biasanya kerja sama yang terjadi saling
memberikan keuntungan, saling memberikan pertolongan dan saling
memberikan ketenangan.
d. Bertindak jujur (Honesty), berperilaku jujur, individu mempunyai
kesediaan melakukan suatu hal dengan apa adanya, tanpa ada yang
disembunyikan dan tidak curang kepada orang lain.
e. Menyumbang (Donating), individu bersedia untuk memberikan
sebagian miliknya secara suka rela kepada orang yang betul – betul
membutuhkan.
Sedangkan menurut Bringham (Yuli,dkk.,2010:35) Aspek-aspek dari
perilaku prososial adalah:
a. Persahabatan
Kesediaan untuk menjalin hubungan lebih dekat dengan orang lain.
b. Kerjasama
Kesediaan untuk bekerjasama dengan orang lain demi tercapai suatu
tujuan.
18
c. Bertindak jujur
Kesediaan untuk melakukan sesuatu seperti apa adanya tidak berbuat
curang.
d. Berderma
Kesediaan memberikan sukarela sebagian barang miliknya kepada
orang yang membutuhkan.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-
aspek perilaku prososial adalah berbagi, berkerjasama, berderma, dan
bertindak jujur. Ada juga yang mengatakan Sharing, Helping,
Coorperating, Honestyatau, Donating,
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prilaku Prososial
Menurut Campbell (Seras, 1994: 50) “faktor sosial dapat
menentukan perilaku prososial individu, perkembangan sejarah dan
kebudayaan atau perbedaan manusia dapat menjelaskan perilaku prososial
dasar sampai perilaku prososial tinggi”. Norma yang penting dalam perilaku
prososial adalah tanggung jawab sosial, norma timbal balik, dan keadilan
sosial.
Terdapat faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku prososial di
dalam masyarakat, antara lain seperti yang diungkap, Seras (1994: 61) oleh
bahwa faktor yang mempengaruhi tingkah laku prososial, yaitu :
19
a. Faktor situasi, meliputi :
1) Kehadiran orang lain
Kehadiran orang lain kadang–kadang dapat menghambat usaha
untuk menolong, karena kehadiran orang yang begitu banyak
menyebabkan terjadinya penyebaran tanggung jawab.
2) Kondisi lingkungan
Kondisi lingkungan juga mempengaruhi kesediaan untuk membantu.
Keadaan lingkungan fisik ini meliputi : cuaca, ukuran kota dan
derajat kebising
3) Tekanan waktu
kadang–kadang seseorang berada dalam keadaan tergesa untuk
menolong. Keadaan ini menekan subyek untuk tidak melakukan
tindakan menolong, karena memperhatikan keuntungan dan
kerugian.
b. Faktor karakteristik penolong, meliputi :
1) Kepribadian
Kepribadian tiap individu berbeda–beda, ada yang mempunyai
kebutuhan tinggi untuk dapat diakui oleh lingkungannya, dan ada
yang mempunyai kebutuhan untuk menjadi pengasuh.
2) Suasana hati
Suasana hati yang buruk menyebabkan seseorang memusatkan
perhatian pada diri sendiri dan kebutuhan diri sendiri, maka
20
keadaan itu akan mengurangi kemungkinan untuk membantu orang
lain.
3) Rasa bersalah
Rasa bersalah merupakan perasaan gelisah yang timbul bila
seseorang melakukan sesuatu yang di anggap salah
4) Distress diri dan rasa empatik
Distress diri adalah reaksi pribadi seseorang terhadap penderitaan
orang lain, perasaan cemas, prihatin, tidak berdaya, atau perasaan
apapun yang di alami.
Empatik adalah perasaan simpati dan perhatian terhadap orang
lain, khususnya untuk berbagai pengalaman atau secara tidak
langsung merasakan penderitaan orang lain.
c. Faktor orang yang membutuhkan pertolongan, meliputi :
1) Menolong orang yang disukai
Sebenarnya rasa suka individu terhadap orang lain dipengaruhi
oleh beberapa factor seperti daya tarik fisik dan kesamaan.
2) Menolong orang yang pantas ditolong
Individu lebih cenderung menolong orang lain bila individu yakin
bahwa penyebab timbulnya masalah berbeda diluar kendali orang
tersebut.
Jadi faktor yang mempengaruhi perilaku prososial ada tiga,
yaitu faktor situasi, faktor karakteristik penolong, dan faktor orang
yang membutuhkan pertolongan.
21
a. Pengaruh faktor situasional
1) Bystander
Orang–orang yang berada di sekitar kejadian mempunyai peran
sangat besar dalam memengaruhi seseorang saat memutuskan
antara menolong atau tidak, ketika dihadapkan pada keadaan
darurat.
2) Daya tarik
Seseorang mengevaluasi korban secara positif, akan
memengaruhi kesediaan orang untuk memberikan bantuan.
3) Atribusi terhadap korban
Seseorang akan termotivasi memberikan bantuan pada orang
lain bila ia mengasumsikan bahwa ke tidak beruntungan korban
adalah di luar kendalinya.
4) Ada model
Adanya model yang melakukan tingkah laku menolong dapat
mendorong seseorang untuk memberikan pertolongan pada
orang lain
5) Desakan waktu
Orang yang sibuk dan tergesa–gesa cenderung tidak menolong,
sedangkan orang yang punya waktu luang lebih besar
kemungkinannya untuk memberikan pertolongan kepada yang
memerlukannya.
22
6) Sifat kebutuhan korban
Kesediaan untuk menolong dipengaruhi oleh kejelasan bahwa
korban benar–benar membutuhkan pertolongan, korban memang
layak mendapatkan bantuan yang dibutuhkan, dan bukanlah
tanggung jawab korban sehingga ia memerlukan bantuan dari
orang lain
a. Pengaruh Faktor dalam Diri
1) Suasana hati
Emosi seseorang dapat mempengaruhi
kecenderungannya untuk menolong. Emosi positif
secara umum dapat meningkatkan tingkah laku
menolong, dan sebaliknya emosi negative atau
seseorang yang sedang sedih kemungkinan menolong
lebih kecil.
2) Sifat Karakteristik
seseorang dapat mempengaruhi kecenderungan
menolong orang lain. Beberapa penelitian membuktikan
terdapat hubungan antara karakteristik seseorang dengan
kecenderungan untuk menolong.
3) Jenis kelamin/gender
Peranan gender (jenis kelamin) terhadap kecenderungan
seseorang untuk menolong sangat bergantung pada
situasi dan bentuk pertolongan yang dibutuhkan. Laki-
23
laki cenderung terlibat untuk menolong dalam situasi
yang membahayakan, misalnya menolong kebakaran.
Sedangkan perempuan cenderung menolong pada situasi
yang bersifat memberi dukungan emosi, merawat, dan
mengasuh. Jadi, laki–laki dan perempuan mempunyai
kecenderungan masing-masing untuk memberikan
pertolongan terhadap korban.
4) Tempat tinggal
Orang yang tinggal di daerah pedesaan cenderung lebih
penolong daripada orang yang tinggal di daerah
perkotaan.
5) Pola asuh Pola asuh yang demokratis secara signifikan
memfasilitasi adanya kecenderungan anak untuk
tumbuh menjadi seorang yang mau menolong.
Faktor yang mempengaruhi perilaku prososial, menurut Dayakisni
dan Hudaniah 2003 (Nuralifah, 2015:12) di antaranya yaitu:
1. Self-gain, merupakan harapan yang dimiliki oleh individu untuk
mendapatkan dan menghindari akan hilangnya sesuatu, seperti misalnya
keinginan untuk memperoleh penghargaan, pujian, pengakuan serta
ketakutan akan di kucilkan.
2. Personal values and norms, adanya seperangkat norma sosial dan nilai
yang telah diinternalisasikan oleh individu selama bersosialisasi, dan
sebagain dari nilai–nilai dan norma tersebut ada hubungannya dengan
24
perilaku prososial, seperti misalnya adanya kewajiban untuk
menegakkan kebenaran dan keadilan, juga adanya norma timbal balik.
3. Emphati, merupakan kemampuan individu untuk ikut merasakan apa
yang dirasakan oleh rang lain. Empati mempunyai kaitan yang erat
dengan pengambilalihan peran. Syarat yang harus ada untuk dapat
melaksanakan perilaku prososial adalah individu harus mempunyai
kemmapuan untuk mengambil alih peran.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulakan bahwa factor
yang mempengaruhi perilaku prososial terdapat Faktor situasi dan faktor
karakteristik selain itu juga terdapat beberapa faktor lainnya yaitu faktor
self-gain ,personal values and norms, emphati
C. Hubungan Empati dengan Perilaku Prososial
Menurut Batson (Istiana, 2016:9) adanya “Hubungan antara empati
dengan tingkah laku menolong serta menjelaskan bahwa empati adalah sumber
dari motivasi altruistik, beberapa tingkah laku prososial hanya dimotivasi oleh
keinginan tidak egois untuk menolong seseorang yang membutuhkan
pertolongan”. Menurut Hoffmann, (Seras,David O, 1994) Beberapa penelitian
memperlihatkan bahwa empati meningkatkan perilaku Prososial.
Menurut Iannotti,(Mar’atus, 1945) empati disebut sebagai motif dasar
bagi seseorang untuk bertindak prososial, banyak penelitian tidak ditunjukkan
hubungan langsung antara empati dengan prososial dalam arti perilakunya,
penelitian lebih menekankan hubungan empati dengan motif prososial.
25
Berdasarkan hasil penelitian-penelitian yang telah
dilakukan maka empati memiliki hubungan dengan perilaku prososial pada
peserta didik. Peserta didik yang memiliki empati yang tinggi cenderung
berperilaku prososial yang tinggi pula. Sedangkan Peserta didik yang
memiliki empati yang rendah memiliki perilaku prososial yang rendah.
D. Penelitian Relevan
Dibawah ini dikemukakan hasil studi yang relevan atau hasil penelitian
sebelumnya harus hampir sama yaitu: Meydian (2018) yang berjudul
“Hubungan Empati dengan Perilaku Agresif pada Suporter Sepakbola
Panser Biru Banyumanik Semarang” pada tahun 2018. Adapun jenis
penelitian ini yaitu metode kuantitatif dengan menggunakan teknik korelasi.
Populasi dalam penelitian ini suporter sepakbola panser biru banyumanik
Semarang yang berjumlah 297 orang dan sampel penelitian berjumlah 166
orang dan teknik pengambilan sampel menggunakan teknik Convenience
sampling. Adapun hasil penelitian ini variabel empati berhubungan dengan
perilaku agresif Peserta didik sebesar 21,9%. Ini menunjukan bahwa dalam
penelitian ini dapat diterima.
Dibawah ini dikemukakan hasil studi yang relefan atau hasil penelitian
sebelumnya hampir sama yaitu penelitian Istiana, ( 2016) yang berjudul
“Hubungan Empati dengan Perilaku Prososial pada Relawan KSR PMI
Kota Padang” pada tahun 2016. Adapun penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif, menggunakan korelasi, populasi dalam penelitian ini adalah
relawan KSR PMI Kota Medan yang berjumlah sekitar 117 orang. Sedangkan
26
yang menjadi sampel adalah 60 orang dengan teknik proposif sampling.
Instrumen yang digunakan adalah angket. Adapun besar hubungaan empati
dengan perilaku prososial pada relawan KSR PMI kota padang ini adalah
10,8%.
E. Kerangka Pikir
Adapun kerangka pikir yang mendasar pada penelitian ini yaitu :
“hubungan empati dengan perilaku prososial Peserta didik SMA Tamansiswa
Padang” Dapat digambarkan kerangka pikir sebagai berikut:
Gambar 1. Kerangka Pikir Hubungan Empati dengan Perilaku Prososial Peserta didik SMA Taman Siswa Padang.
Dalam Variabel X (Empati) terdapat beberapa aspek yaitu aspek
Perspectivetaking (pengambilan prespektif), Emphati cconcern (perhatian
Empati Perilaku Prososial
1. Berbagi 2. Menolong 3. Kerjasama 4. Bertindak jujur 5. Menyumbang
1. Perspectivetaking
(pengambilan prespektif)
2. Emphaticconcern(perhatian
empatik)
3. Personal distress (distres
pribadi)
4. Fantasy (fantasi)
5. 6. Peduli 7. kasihan
Peserta didik
27
empatik), Personal distress (distres pribadi), Fantasy (fantasi)dan dalam Variabel
Y (Perilaku Prososial) terdapat beberapa aspek yaitu berbagi, menolong,
kerjasama, bertindak jujur, menyumbang. Di dalam kerangka pikir ini terdapat
beberapa aspek empati dan perilaku prososial yang berkaitan dengan ada
hubungan antara keduannya, dan akan di dapatkan hasilnya setelah beberapa
aspek ini menjadi indikator dalam sebuah angket yang akan diberikan kepada
peserta didk.
F. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan penjelasan diatas maka hipotesis penelitian pada
penelitian ini adalah :
Ha: Adanya hubungan yang signifikan antara empati dengan prilaku
prososial peserta didik SMA Tamansiswa Padang
Ho: Tidak adanya hubungan yang signifikan antara empati dengan prilaku
prososial peserta didik SMA Tamansiswa Padang
28
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2019 tempat atau
lokasi untuk melaksanakan penelitian adalah di SMA Tamansiswa
Padang.Alasan peneliti memilih tempat ini karena masalah yang akan diteliti
dalam penelitian ini peneliti temukan di SMA Tamansiswa Padang sehingga
peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian disini.
B. Jenis Penelitian
Berdasarkan batasan masalah dan tujuan penelitian yang dirumuskan,
maka penelitian ini berjenis penelitian deskriptif kuantitatif.
Sugiyono ( 2015: 8) mengemukakan bahwa :
Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme di gunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.” Pengertian metode deskriptif menurut Menurut Arikunto,
(Darmaji.dkk, 2017) Adalah :Penelitian deskriptif merupakan penelitan yang
dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala
yang ada, keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.
Dengan demikian, penelitian ini berusaha menggambarkan tentang hubungan
empati dengan perilaku prososial di SMA Tamansiswa Padang.
28
29
C. Desain Penelitian
Agar penelitian ini terarah dengan tujuan penelitian maka peneliti
mencoba untuk membuat desain penelitian sebagai berikut ini:
Gambar 2. Desain Penelitian
Berdasarkan desain penelitian di atas dapat peneliti simpulkan bahwa
penelitian ini mengungkap Empati sebagai variabel (X) dengan Perilaku
Prososial variabel (Y) pada peserta didik di SMA Tamansiswa Padang.
Desain penelitian ini dapat membatu mengarahkan peneliti menghubungkan
dua variabel tersebut (X) dan (Y).
D. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan empati dengan perilaku prososial pada peserta didik, maka terdapat
dua variabel yaitu:
1. Empati
Empati adalah kemampuan seseorang untuk mengerti tentang
perasaan dan emosi orang lain serta kemampuan untuk membayangkan
diri sendiri di tempat orang lain. Empati seharusnya sudah dimiliki
oleh remaja, karena kemampuan berempati sudah mulai muncul pada
masa kanak-kanak awal. Aspek-aspek yang ada dalam Empati adalah:
(1) Perspective Taking (pengambilan perspektif), (2) Fantasy (fantasi),
Empati
(X)
Perilaku Prososial
(Y)
30
(3) Emphatic Concern (perhatian empatik). (4) Personal Didtres
(distress pribadi) .
2. Perilaku Prososial
Perilaku prososial adalah perilaku menolong yang
menguntungkan bagi orang lain baik dari segi fisik maupun psiksis
tanpa mengharapkan reward apapun dan dilakukan dengan sukarela
dengan tujuan untuk meningkatkan kebahagiaan orang lain dengan
konsekuensi yang lebih positif. Ada 5 aspek yang menjelaskan
perilaku prososial yaitu (1) Berbagi, (2) Menolong, (3) Kerjasama, (4)
Bertindak jujur, (5) Menyumbang.
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Arikunto (2010:173) “Populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam
wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi.
Studi atau penelitiannya merupakan penelitian populasi”. Sugiyono
(2015:117) mengatakan “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya”. Arikunto (2010:174) “ menyatakan populasi adalah
keseluruhan subyek yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan,
tumbuhan, gejala-gejala yang terjadi sebagai sumber”.
31
Tabel 1. Populasi Penelitian No Jurusan Jumlah Peserta didik 1. X.IIS 15 2. XI.MIA 30 3. XII.IIS 22
Total 67 Sumber: TU SMA Tamansiswa Padang
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa populasi penelitian
dalam penelitian ini yaitu 67 orang peserta didik SMA Tamansiswa
Padang. Pertimbangan dalam penentuan jumlah populasi di atas
berdasarkan dari hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan
dengan 1 orang guru BK dan 2 orang guru mata pelajaran.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti Arikunto
(2010:174) menyebutkan sampel penelitian adalah sebagian yang diambil
dari keseluruhan objek yang diteliti yang dianggap mewakili terhadap
seluruh populasi dan diambil dengan menggunakan teknik tertentu.
Sugiyono, (Darmaji dkk,2017: 28) menyebutkan “Sampel adalah bagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila
populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada
pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu,
maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu”.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total
sampling. Menurut Sugiyono (2015:11) total sampling adalah teknik
pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi. Alasan
mengambil total sampling karena Menurut Sugiyono (2015:11) jumlah
32
populasi kurang dari 100 seluruh populasi dijadikan sampel penelitian
semuanya. Sampel yang diambil dari penelitian ini adalah 67 orang.
Jumlah sampel dalam penelitian ini datanya dapat dilihat dari tabel berikut
ini:
Tabel 2. Sampel Penelitian No Jurusan Jumlah Peserta didik 1. X.IIS 15 2. XI.MIA 30 3. XII.IIS 22
Total 67
Alasan pengambilan sampel penelitian ini berdasarkan dari hasil
observasi dan wawancara,ditemukan adanya ciri-ciri empati dan perilaku
prososial pada peserta didik SMA Tamansiswa Padang Sebanyak 67
Sampel.
F. Jenis Data Dan Sumber Data
1. Jenis Data
Dalam peneltian ini penulis menggunakan penelitian kuantitatif,
karena penelitian kuantitatif merupakan metode untuk menguji teori-teori
tertentu dnegan dengan cara meneliti hubungan antar variabel, Thoifah,
(Diah, 2018:9) . variabel–variabel ini diukur sehingga data yang terdiri
dari angka-angka dapat dianalis berdasarkan prosedur statistik. Penelitian
ini ini terdiri atas dua variabel, yaitu variabel bebas dan terikat.
2. Sumber Data
Menurut Arikunto (2010:174) “Sumber data dalam penelitian adalah
subyek dari mana data diperoleh”. Berdasarkan tujuan penelitian maka
data yang diperlukan adalah data primer dan data sekunder.
33
a. Data Primer
Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sampel
yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil angket empati dan
perilaku prososial yang akan diberikan kepada peserta didik.
b. Data Sekunder
Data sekunder dimana data lengkap yang diperoleh dari orang
yang mengetahui tentang masalah penelitian. Dalam hal ini data
sekunder diperoleh dari guru BK.
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa sumber
data adalah orang atau subjek yang digunakan untuk mendapatkan
informasi data yang akan dibutuhkan dengan permasalahan yang akan
diungkapkan oleh peneliti. Sumber data yang dipakai adalah data
primer yang diperoleh secara langsung dengan melakukan observasi
dan wawancara. Adapun data yang akan diungkapkan oleh peneliti
adalah 67 orang jumlah keseluruhan Peserta didik.
G. Teknik Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data pada penelitian
ini berupa angket atau kuesioner. Menurut Arikunto (2010:175)“Kuesioner
adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal
yang dia ketahui”. Berdasarkan pendapat ahli di atas kuesioner adalah
sejumlah peryataan yang diberikan kepada responden guna untuk
mendapatkan informasi-informasi terkait dengan responden.Alat
34
pengumpulan data disusun dengan cara menjabarkan variabel, kemudian
dijabarkan menjadi indikator. Berdasarkan indikator tersebut, dibuat
pernyataan-pernyataan yang sesuai dengan tujuan penelitian.Angket ini
dibuat untuk mengetahuiempati dan perilaku prososial peserta didik.
Angket ini diberikan secara langsung kepada responden yang telah
ditetapkan sebagai sampel yakni 67 peserta didik tentang empati dan perilaku
prososial. Angket yang dipakai pada penelitian ini merupakan angket bentuk
skala yakni serangkaian tingkatan, level atau nilai yang mendeskripsikan
variasi derajat sesuatu. Pada penelitian ini, peneliti telah menetapkan secara
spesifik variabel penelitian.
Menurut Riduwan (2012:138) variabel dijadikan sebagai indikator
yang dapat di ukur dengan 5 alternatif jawaban yaitu: Selalu (SL), Sering
(SR), Jarang (JR), Kadang-kadang (KD), dan Tidak Pernah (TP). Pernyataan
disusun secara sistematis, kemudian diberikan kepada responden untuk diisi
oleh responden.Setiap pernyataan diberikan tanda checklist (√) salah satu
jawaban yang telah disediakan, dan responden memilih salah satu alternatif
jawaban, berupa pernyataan positif dan pernyataan negatif. Masing-masing
skor jawaban positif responden adalah 5,4,3,2,1 dan untuk skor item negatif
jawaban responden adalah 1,2,3,4,5. Adapun pilihan jawaban yang
disediakan sebagai berikut:
35
Tabel 3. Alternatif Jawaban Angket
Pernyataan Sikap Sifat pernyataan
Positif Negatif Selalu (SL) 5 1 Sering (SR) 4 2 Jarang (JR)) 3 3 Kadang-kadang (KD) 2 4 TidakPernah(TP) 1 5
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahawa untuk
mendapatkan informasi mengenai pendapat yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti. Bentuk kuesioner yang dibuat adalah kuesioner
berstruktur, dimana materi menyangkut hubungan empati dengan perilaku
prososial terhadap peserta didik.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam mengembangkan
angket sebagai berikut:
1. Peneliti membaca berbagai sumber untuk menguatkan kajian teori dalam
penelitian ini, sehingga dapat memudahkan peneliti dalam
mengembangkan instrumen penelitian.
2. Membuat kisi-kisi angket yang berhubungan dengan objek yang akan
diteliti, adapun dalam pembuatan kisi-kisi angket ini terdapat beberapa
perbaikan.
3. Penyusunan kisi-kisi angket, terlebih dahulu ditetapkan variabel,
kemudian menjadi sub variabel, setelah itu menjadi beberapa indikator.
Kisi-kisi angket tersebut diturunkan menjadi butir-butir pernyataan.
4. Untuk menguji dan mengetahui validitas alat pengumpul data atau
instrumen, maka dilakukan judge oleh 3 (tiga) orang dosen penguji 1) Ibu
36
Ahmad Zaini.,S.Ag.,M.Pd, 2) Ibu Rila Rahma Mulyani.,M.Psi.,Psikolog,
3)Ibu Citra Imelda Usman,M.Pd,.Kons
5. Setelah di judge ada beberapa hal yang mungkin perlu diperbaiki,
kemudian angket diperbaiki dan dikonsultasikan kembali kepada dosen
pembimbing, lalu angket diuji cobakan terlebih dahulu untuk mencari
validitas dan reliabilitas.
Uji validitas instrumen dapat dilakukan untuk melihat apakah
instrumen dapat mengukur variabel hubungan empati dengan perilaku
prososial.
1. Uji Validitas Instrumen
Menurut Arikunto (2010: 175)uji validitas adalah keadaan yang
menggambarkan tingkat instrumen yang bersangkutan mampu mengukur
apa yang akan diukur. Uji validitas intrumen dilakukan untuk melihat
apakah instruemn mampu mengukur hubungan Empati dengan perilaku
prososial pada peserta didik SMA Taman Siswa Padang. Untuk menguji
validitas instrumen penelitian digunakan korelasi product moment atau
metode pearsondengan rumus:
37
∑ (∑ )(∑ )
√* ∑ (∑ ) +* ∑ (∑ ) +
Keterangan:
rx =Koefisien korelasi antara X dan Y
N =Jumlah subjek
∑xy =Jumlah perkalian antara skor X dan skor Y
x =Jumlah total skor X
y =Jumlah total skor Y
x2 =Jumlah dari kuadrat X
y2 =Jumlah dari kuadrat Y
Kriteria pengujiannya adalah bila r hitung> r tabel maka item angket
dikatakan valid. Sesuai dengan cara pengujian validitas yang peneliti
rencanakan, peneliti menggunakan rumus product moment atau metode
pearson. Pada angket empati dicontohkan pada item nomor 1 :
38
Tabel 4. Uji Validitas Empati
∑ (Y) X XY X2 Y2
151 5 755 25 22801 282 4 1128 16 79524 260 5 1300 25 67600 182 1 182 1 33124 289 5 1445 25 83521 233 5 1165 25 54289 289 4 1156 16 83521 276 3 828 9 76176 275 4 1100 16 75625 278 4 1112 16 77284 304 3 912 9 92416 232 3 696 9 53824 259 3 777 9 67081 224 1 224 1 50176 303 4 1212 16 91809 245 3 735 9 60025 280 3 840 9 78400 268 4 1072 16 71824 232 3 696 9 53824 161 1 161 1 25921 276 4 1104 16 76176 271 5 1355 25 73441 235 3 705 9 55225 315 4 1260 16 99225 295 5 1475 25 87025 309 4 1236 16 95481 266 4 1064 16 70756 298 5 1490 25 88804 289 5 1445 25 83521 163 1 163 1 26569
7740 108 28793 436 2054988
39
Maka diperoleh r
( ∑ ) (∑ )(∑ )
√* ∑ (∑ )+(* ∑ (∑ )+
( ) ( )
√*( ) +*( )
=
( )( )
=
=
=
Dapat dilihat dari hasil pencarian di atas diperoleh rhitung bahwa
nilai item no 1 yaitu 0,561 artinya > rtabel yaitu 0,561> 0,361 dapat
diartikan bahwa item no 1 dinyatakan valid. Dari 73 item 59 dinyatakan
valid dan 14 item sisanya drop yaitu5, 8, 12, 24, 25, 31, 33, 38, 41, 45, 53,
58, 62 . Kisi-kisi dan item dijilid terpisah dari skripsi ini.
Selanjutnya uji validitas angket perilaku prososial dicontohkan
pada item nomor 1 :
40
Tabel 5. Uji Validitas Perilaku Prososial
∑ (Y) X XY X2 Y2
97 1 97 1 9409 265 3 795 9 70225 239 2 478 4 57121 199 1 199 1 39601 232 2 464 4 53824 269 5 1345 25 72361 268 3 804 9 71824 229 2 458 4 52441 248 3 744 9 61504 246 4 984 16 60516 287 3 861 9 82369 233 3 699 9 54289 243 3 729 9 59049 190 4 760 16 36100 223 4 892 16 49729 213 4 852 16 45369 284 5 1420 25 80656 248 3 744 9 61504 168 3 504 9 28224 151 1 151 1 22801 264 4 1056 16 69696 254 3 762 9 64516 249 3 747 9 62001 247 4 988 16 61009 225 3 675 9 50625 279 5 1395 25 77841 205 4 820 16 42025 260 4 1040 16 67600 257 4 1028 16 66049 193 4 772 16 37249
6965 97 23263 349 1667527
41
Maka diperoleh r
( ∑ ) (∑ )(∑ )
√* ∑ (∑ )+(* ∑ (∑ )+
( ) ( )
√*( ) +*( )
=
( )( )
=
=
=
Dapat dilihat dari hasil pencarian di atas diperoleh rhitung bahwa
nilai item no 1 yaitu 0,496 artinya > rtabel yaitu 0,496> 0,361 dapat
diartikan bahwa item no 1 dinyatakan valid. Dari 66 item 58 dinyatakan
valid dan 8 item sisanya drop yaitu 5, 7, 14, 28, 33, 38, 55 dan 62. Kisi-
kisi dan item dijilid terpisah dari skripsi ini.
a. Uji Reliabilitas
Menurut Umar (2011:58) reliabilitas adalah derajat ketepatan,
ketelitian atau keakuratan yang ditunjukan oleh instrumen pengukuran.
Pengujiannya dapat dilakukan secara internal, yaitu pengujian dengan
menganalisis konsistensi butir-butir yang ada. Sedangkan secara
eksternal, yaitu dengan melakukan test-retest.
Pengukuran reliabilitas menunjukkan stabilitas dan konsistensi
instrumen pengukuran dalam mengukur konsep. Cara yang digunakan
42
untuk uji reliabilitas adalah dengan menggunakan metode cronbatch
alpha sebagai berikut:
Keterangan:
Ykk = Reliabilitas instrumen
k = Banyak butir soal atau butir pernyataan
∑Si² = Jumlah varians item
St² = Varians total
Kriteria pengujiannya adalah bilarhitung> , maka item angket
dikatakan reliabel. Sesuai dengan cara pengujian validitas yang peneliti
rencamakam, peneliti menggunakan rumus metode Alpha. Berikut
dikemukakan satu contoh penghitungannya.
Berikut reliabelitas instrumen dengan menggunakan Koefisien Alfa
dari Cronbach dengan kriteria : rhiung > rtabel maka perangkat dinyatakan
reliabel. Dimana Besar rtabel yaitu 0,361
Uji reliabelitas empati:
Dapat dilihat dari temuan di atas bahwa hasil dari ykk 0,976lebih
besar dari 0,361 yang artinya angket tersebut reliabel.
2
2
- 1 1 - t
i
S
S
k
k
43
Uji reliabelitas perilaku prososial:
Dapat dilihat dari temuan di atas bahwa hasil dari ykk 0,973lebih
besar dari 0,361 yang artinya angket tersebut reliabel.
H. Teknik Analisis Data
Menurut Iskandar (2009:178) teknik analisi data merupakan kegiatan
yang dilakukan oleh peneliti setelah data terkumpul. Analisis data penelitian
kuantitatif adalah menggunakan anilisisstatistik. Menurut Sugiyono (2015:
12)teknik analisis data merupakan cara menganalisis data penelitian, termasuk
alat-alat statistik yang relevan untuk digunakan dalam penelitian.
Berdasarkan paparan di atas dapat peneliti simpulkan bahwa teknik
analisis data adalah teknik yang menggunakan analisis statistik yang relevan
untuk digunakan dalam penelitian. Untuk mencari hubungan atau korelasi dari
variabel empati dengan perilaku prososial dengan langkah-langkah sebagai
berikut ini:
1. Statistik Deskriptif
Penelitian menggunakan analisis data dengan menggunakan
bantuan Microsoft Excel 2007 dan SPSS 22 (Statistical Program For
Social Science). Teknik analisis data yang digunakan adalah persentase
untuk mengungkapkan aspek yang diteliti.
44
Data yang terkumpul melalui angket diolah dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Memeriksa dan menyeleksi kelengkapan dan pengisian angket yang
dilakukan oleh peserta didik identitas maupun jawabannya.
2. Menskor dan menghitung jawaban dan memasukkannya dalam tabel
pengolahan Microsoft excel 2007. Data yang dimasukkan untuk diolah
kemudian diskor dengan masing-masing kategori yang telah ditetapkan.
3. Mencari dan menghitung data mentah ke dalam software IBM
Statistical Package for the Social Sciences version 22 for windows
(IBM SPSS Versi 22.0) dan melakukan analisis statistik deskriptif.
4. Setelah didapatkan hasil dari pengolahan data dicari interval skor.
Menurut Yusuf (2007:195) mencari interval skor sebagai berikut:
Interval = Skor Ideal Maksimal - Skor Ideal Minimal Alternatif Jawaban
5. Setelah ditemukan interval skor dicari pengkategorian dengan mean
hipotetik:
Berikut ini gambaran analisis data dengan menggunakan rumus
di atas, yaitu untuk mengetahui empati peserta didik.
248 - 295 : Sangat Baik
201 - 247 : Baik
153 - 200 : Cukup Baik
106 - 152 : Kurang Baik
59 - 105 : Sangat Kurang Baik
45
Sedangkan dengan perilaku prososial skor atau kriteria
penilaiannya yaitu sebagai berikut :
244 - 290 : Sangat Baik
197 - 243 : Baik
151 - 196 : Cukup Baik
104 - 150 : Kurang Baik
58 - 103 : Sangat Kurang Baik
2. Uji Asumsi Statistik
Adapun dalam pencarian korelasi menggunakan rumus Corelation
product moment atau metode person harus memenuhi syarat sebagai
berikut ini:
a. Uji normalitas
Uji normalitas merupakan uji untuk mengukur apakah data
memiliki distribusi sehingga dapat dipakai dalam statistik parametik.
Data berdistribusi normal adalah data yang memusatkan pada nilai
rata-rata atau median. Uji normalitas penelitian diolah dengan
menggunakan program uji statistik deskriptif data penelitian diolah
dengan menggunakan program SPSS.
b. Uji Linieritas
Apabila antara variabel X dan Variabel Y dikatakan sudah
memiliki hubungan linier, berarti bisa dikatakan variabel X
berpengaruh terhadap variabel Y. Hali ini tidak diperlukan secara
khusus tersendiri uji berpengaruh.
46
Langkah uji linieritas dapat diuraikan sebagai berikut:
H1 :β ≠ 0 (persamaan adalah linier atau ada relasi X dan Y)
H0 :β = 0 (persamaan adalah tidak linier atau tidak ada relasi antara X
dan Y)
Uji linieritas data penelitian diolah dengan menggunakan
program SPSS.
c. Uji korelasi
Untuk dapat menjawab pertanyaan 3 (tiga) yaitu hubungan
Empati dengan perilaku prososial dapat menggunakan uji korelasi,
diamana analisis korelasi dilakukan untuk mengetahui tinggi
rendahnya hubungan Empati dengan perilaku prososial yang
digunakan adalah metode korelasi person product moment Riduwan
(2012:138). Kreteria penguji hipotesis yaitu: jika
r hitung ≥ r tabel maka H1 diterima atau variabel bebas
berhubungan dengan variabel terikat (signifikan). Jik r hitung ≤ r tabel
maka H1 ditolak atau variabel bebas tidak berhubungan dengan
variabel terikat dengan bantuan program SPSS.
Menurut Riduwan (2010:138) interprestasi koefesien korelasi nilai r.
Tabel 8. Interprestasi Koefesien Korelasi Nilai r Interval Koefesien Tingkat Hubungan
0, 80 – 1,000 Sangat Kuat 0,60 – 0,799 Kuat 0, 40 –0,599 Cukup Kuat 0, 20 – 0,399 Lemah 0, 00 – 0,199 Sangat Lemah
47
Analisa korelasi dilakukan untuk mengukur tinggi
rendahnya hubungan antar variabel yang dianalisa. Analisa korelasi
yang menggunakan metode korelasi person product
momentRiduwan( 2012:138) Teknik analisa korelasi ini termasuk
teknik satisti parametik yang menggunakan data interval. Untuk
melihat hubungan atau korelasi yang signifikan masing-masing
variabel X dan Variabel Y dengan ketentuan nilai r dari angka (-1
≤ r ≥ 1). Apabila nilai r = -1 artinya korelasi negatif sempurna, r= 0
artinya tidak ada korelasi, dan r=1 berarti memiliki hubungan
korelasi sangat kuat.
48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi HasilPenelitian
Sesuai dengan variabel penelitian, dalam deskripsi data hasil
penelitian ini dideskripsikan data tentang hubungan antara empati dengan
perilaku prososial peserta didik di SMA Tamansiswa Padang adalah sebagai
berikut:
1. Deskripsi Empati Peserta Didik
Sesuai dengan variabel penelitian, dalam deskripsi data hasil
penelitian ini dideskripsikan data tentang empati peserta didik .
Menggunakan item yang valid sebanyak 59 item dengan 4 sub variabel.
Setiap item jawaban responden diberi skor 5 sampai 1 untuk pernyataan
positif (+) dan 1 sampai 5 untuk item pernyataan negatif (-). Berdasarkan
jawaban responden maka deskripsi empati peserta didik bisa dilihat dari
tabel berikut.
Tabel 7. Distribusi Frekuensi dan Kategori Skor Empati Peserta Didik
Klasifikasi Kategori F % 248 - 295 Sangat Baik 3 4,48 201 - 247 Baik 9 13,43 153 - 200 Cukup Baik 35 52,24 106 - 152 Kurang Baik 17 25,37 59 – 105 Sangat kurang Baik 3 4,48
Σ 67 100
Pada tabel 7 di atas, menunjukkan bahwa empati peserta didik
terdapat 3 orang peserta didik (4,48%) berada pada kategori yang sangat
baik, lalu 9 orang peserta didik (13,43%) yang memiliki empati yang baik,
47
49
sebanyak 35 orang peserta didik (52,24%) yang memiliki empati yang
cukup baik, sebanyak 17 orang peserta didik (25,37%) yang memiliki
empati yang kurang baik, dan 3 orang peserta didik (4,48%) memiliki
empati yang sangat kurang baik, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
grafik berikut:
Gambar 3. Grafik Empati Peserta Didik
Jadi, empati peserta didik di SMA Tamansiswa Padang berada pada
kategori cukup baik dengan persentase 52,24%. Artinya sebagian besar
peserta didik memiliki empati yang cukup baik.
Selanjutnya akan dibahas persubvariabel:
a. Deskripsi Empati Peserta Didik Dilihat dari Pengambilan Perspektif Peserta Didik
Sesuai dengan variabel penelitian, dalam deskripsi data hasil
penelitian ini dideskripsikan data tentang empati peserta didik dilihat
dari pengambilan perspektif. Menggunakan item yang valid sebanyak
19 item. Setiap item jawaban responden diberi skor 5 sampai 1 untuk
pernyataan positif (+) dan 1 sampai 5 untuk item pernyataan negatif (-).
Berdasarkan jawaban responden maka deskripsi pengambilan perspektif
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
SangatKurang
Baik
KurangBaik
CukupBaik
Baik SangatBaik
4,48
25,37
52,24
13,43 4,48
50
peserta didik bisa dilihat dari tabel berikut.
Tabel 8. Distribusi Frekuensi dan Kategori Skor Empati Dilihat dari Pengambilan Perspektif Peserta Didik
Klasifikasi Kategori F % 80 - 95 Sangat Baik 0 0,00 65 - 79 Baik 14 20,90 49 - 64 Cukup Baik 27 40,30 34 - 48 Kurang Baik 21 31,34 19 - 33 Sangat Kurang Baik 5 7,46
Σ 67 100
Pada tabel 8 di atas, menunjukkan bahwa empati peserta didik
dilihat dari pengambilan perspektif tidak ada peserta didik berada pada
kategori yang sangat baik, lalu 14 orang peserta didik (20,90%) yang
memiliki pengambilan perspektif yang baik, sebanyak 27 orang peserta
didik (40,30%) yang memiliki pengambilan perspektif yang cukup
baik,sebanyak 21 orang peserta didik (31,34%) yang memiliki
pengambilan perspektif yang Kurang baik, dan 5 orang peserta didik
(7,46%) pengambilan perspektif yang sangat Kurang baik. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut.
Gambar 4. Grafik Empati Dilihat dari Pengambilan Perspektif
Peserta Didik
Jadi, empati dilihat dari pengambilan perspektif peserta didik di
SMATamansiswa Padang berada pada kategori cukup baik dengan
0,00
20,00
40,00
60,00
SangatKurang
Baik
KurangBaik
CukupBaik
Baik SangatBaik
7,46
31,34 40,30
20,90
0,00
51
persentase 40,30%. Artinya sebagian besar peserta didik memiliki
pengambilan perspektif yang cukup baik.
b. Deskripsi Empati Peserta Didik Dilihat dari Fantasi Peserta Didik
Sesuai dengan variabel penelitian, dalam deskripsi data hasil
penelitian ini dideskripsikan data tentang empati peserta didik dilihat
dari fantasi. Menggunakan item yang valid sebanyak 6 item. Setiap item
jawaban responden diberi skor 5 sampai 1 untuk pernyataan positif (+)
dan 1 sampai 5 untuk item pernyataan negatif (-). Berdasarkan jawaban
responden maka deskripsi fantasi peserta didik bisa dilihat dari
tabelberikut:
Tabel 9. Distribusi Frekuensi dan Kategori Skor Empati Dilihat dari Fantasi Peserta Didik
Klasifikasi Kategori F % 25 – 30 Sangat Baik 8 11,94 20 – 24 Baik 22 32,84 16 – 19 Cukup Baik 17 25,37 11 – 15 Kurang Baik 15 22,39 6 – 10 Sangat Kurang Baik 5 7,46
Σ 67 100
Pada tabel 9di atas, menunjukkan bahwa empati peserta didik
dilihat dari fantasi 8 orang peserta didik (11,94%)berada pada kategori
yang sangat baik, lalu 22 orang peserta didik (32,84%) yang memiliki
fantasi yang baik, sebanyak 17 orang peserta didik (25,37%) yang
memiliki fantasi yang cukup baik, sebanyak 15 orang peserta didik
(22,39%) yang memiliki fantasi yang kurang baik, dan 5 orang
peserta didik (7,46%) fantasi yang sangat kurang baik. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut.
52
Gambar 5. Grafik Empati Dilihat dari Fantasi Peserta Didik
Jadi, empati dilihat dari fantasi peserta didik di SMA
Tamansiswa Padang berada pada kategori baik dengan persentase
32,84%. Artinya sebagian besar peserta didik memiliki fantasi yang
baik.
c. Deskripsi Empati Peserta Didik Dilihat dari Perhatian Empatik Peserta Didik
Sesuai dengan variabel penelitian, dalam deskripsi data hasil
penelitian ini dideskripsikan data tentang empati peserta didik dilihat
dari perhatian empatik. Menggunakan item yang valid sebanyak 21
item. Setiap item jawaban responden diberi skor 5 sampai 1 untuk
pernyataan positif (+) dan 1 sampai 5 untuk item pernyataan negatif (-).
Berdasarkan jawaban responden maka deskripsi perhatian empatik
peserta didik bisa dilihat dari tabelberikut.
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
SangatKurang
Baik
KurangBaik
Cukup Baik Baik SangatBaik
7,46
22,39 25,37
32,84
11,94
53
Tabel 10. Distribusi Frekuensi dan Kategori Skor Empati Dilihat dari Perhatian Empatik Peserta Didik
Klasifikasi Kategori F % 88 – 105 Sangat Baik 6 8,96 71 – 87 Baik 18 26,87 55 – 70 Cukup Baik 25 37,31 38 – 54 Kurang Baik 12 17,91 21 – 37 Sangat Kurang Baik 6 8,96
Σ 67 100
Pada tabel 10 di atas, menunjukkan bahwa empati peserta didik
dilihat dari perhatian empatik terdapat 6 orang peserta didik
(8,96)berada pada kategori yang sangat baik, lalu 18 orang peserta didik
(37,31%) yang memiliki perhatian empatik yang baik, sebanyak 25
orang peserta didik (37,31%) yang memiliki perhatian empatik yang
cukup baik, sebanyak 12 orang peserta didik (17,91%) yang
memiliki perhatian empatik yang kurang baik, dan 6 orang peserta didik
(8,96%) perhatian empatik yang sangat kurang baik. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut.
Gambar 6. Grafik Empati Dilihat dari Perhatian Empatik Peserta
Didik
Jadi, empati dilihat dari perhatian empatik peserta didik di SMA
Tamansiswa Padang berada pada kategori cukup baik dengan
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
SangatKurang
Baik
KurangBaik
Cukup Baik Baik SangatBaik
8,96
17,91
37,31
26,87
8,96
54
persentase 37,31%. Artinya sebagian besar peserta didik memiliki
perhatian empatik yang cukup baik.
d. Deskripsi Empati Peserta Didik Dilihat dari Distres Pribadi Peserta Didik
Sesuai dengan variabel penelitian, dalam deskripsi data hasil
penelitian ini dideskripsikan data tentang empati peserta didik dilihat
dari distres pribadi. Menggunakan item yang valid sebanyak 13 item.
Setiap item jawaban responden diberi skor 5 sampai 1 untuk pernyataan
positif (+) dan 1 sampai 5 untuk item pernyataan negatif (-).
Berdasarkan jawaban responden maka deskripsi distres pribadi peserta
didik bisa dilihat dari tabelberikut.
Tabel 11. Distribusi Frekuensi dan Kategori Skor Empati Dilihat dari Distres pribadi Peserta Didik
Klasifikasi Kategori F % 55 - 65 Sangat Baik 5 7,46 44 - 54 Baik 10 14,93 34 - 43 Cukup Baik 26 38,81 23 - 33 Kurang Baik 20 29,85 13 - 22 Sangat Kurang Baik 6 8,96
Σ 67 100
Pada tabel 11di atas, menunjukkan bahwa empati peserta didik
dilihat dari distres pribaditerdapat 5 orang peserta didik(7,46%)
berada pada kategori yang sangat baik, lalu 10 orang peserta didik
(14,93%) yang memiliki distres pribadi yang baik, sebanyak 26 orang
peserta didik (38,81%) yang memiliki distres pribadi yang cukup baik,
sebanyak 20 orang peserta didik (29,85%) yang memiliki distres
pribadi yang kurang baik, dan 6 orang peserta didik (8,96%) distres
55
pribadi yang sangat Kurang baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada grafik berikut.
Gambar 7. Grafik Empati Dilihat dari Distres Pribadi Peserta Didik
Jadi, empati dilihat dari distres pribadi peserta didik di SMA
Tamansiswa Padang berada pada kategori cukup baik dengan
persentase 52,24%. Artinya sebagian besar peserta didik memiliki
distres pribadi yang cukup baik.
2. Deskripsi Perilaku Prososial Peserta Didik
Sesuai dengan variabel penelitian, dalam deskripsi data hasil
penelitian ini dideskripsikan data tentang perilaku prososial peserta didik .
Menggunakan item yang valid sebanyak 58 item dengan 5 sub variabel.
Setiap item jawaban responden diberi skor 5 sampai 1 untuk pernyataan
positif (+) dan 1 sampai 5 untuk item pernyataan negatif (-). Berdasarkan
jawaban responden maka deskripsi perilaku prososial peserta didik bisa
dilihat dari tabel berikut.
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
40,00
SangatKurang
Baik
KurangBaik
CukupBaik
Baik SangatBaik
8,96
29,85
38,81
14,93
7,46
56
Tabel 12. Distribusi Frekuensi dan Kategori Skor Perilaku Prososial Peserta Didik
Klasifikasi Kategori F % 244 - 290 Sangat Baik 3 4,48 197 - 243 Baik 19 28,36 151 - 196 Cukup Baik 32 47,76 104 - 150 Kurang Baik 11 16,42 58 - 103 Sangat Kurang Baik 2 2,99
Σ 67 100
Pada tabel 12 di atas, menunjukkan bahwa perilaku prososial
peserta didik terdapat 3 orang peserta didik (4,48%) berada pada kategori
yang sangat baik, lalu 19 orang peserta didik (28,36%) yang memiliki
perilaku prososial yang baik, sebanyak 32 orang peserta didik (47,76%)
yang memiliki perilaku prososial yang cukup baik, sebanyak 11 orang
peserta didik (16,42%) yang memiliki perilaku prososial yang kurang baik,
dan 2 orang peserta didik (2,99%) memiliki perilaku prososial yang sangat
kurang baik, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut :
Gambar 8. Grafik Perilaku Prososial Peserta Didik
Jadi, perilaku prososial peserta didik di SMA Tamansiswa Padang
berada pada kategori cukup baik dengan persentase 47,76%. Artinya
sebagian besar peserta didik memiliki perilaku prososial yang cukup baik.
0,0010,0020,0030,0040,0050,00
SangatKurang
Baik
KurangBaik
Cukup Baik Baik SangatBaik
2,99
16,42
47,76
28,36
4,48
57
Selanjutnya akan dibahas persubvariabel:
a. Deskripsi Perilaku Prososial Peserta Didik Dilihat dari Perilaku Berbagi Peserta Didik
Sesuai dengan variabel penelitian, dalam deskripsi data hasil
penelitian ini dideskripsikan data tentang perilaku prososial peserta
didik dilihat dari perilaku berbagi. Menggunakan item yang valid
sebanyak 11 item. Setiap item jawaban responden diberi skor 5 sampai
1 untuk pernyataan positif (+) dan 1 sampai 5 untuk item pernyataan
negatif (-). Berdasarkan jawaban responden maka deskripsi perilaku
berbagi peserta didik bisa dilihat dari tabel berikut.
Tabel 13. Distribusi Frekuensi dan Kategori Skor Perilaku Prososial Dilihat dari Perilaku berbagi Peserta Didik
Klasifikasi Kategori F % 46– 55 Sangat Baik 7 10,45 37 – 45 Baik 12 17,91 28– 36 Cukup Baik 20 29,85 20 – 27 Kurang Baik 24 35,82 11 – 19 Sangat Kurang Baik 4 5,97
Σ 67 100
Pada tabel 13di atas, menunjukkan bahwa perilaku prososial
peserta didik dilihat dari perilaku berbagiterdapat 7 orang peserta
didik(10 ,45%) berada pada kategori yang sangat baik, lalu 12 orang
peserta didik (17,91%) yang memiliki perilaku berbagi yang baik,
sebanyak 20 orang peserta didik (29,85%) yang memiliki perilaku
berbagi yang cukup baik, sebanyak 24 orang peserta didik (35,82%)
yang memiliki perilaku berbagi yang kurang baik, dan 4 orang peserta
didik (5,97%) perilaku berbagi yang sangat kurang baik. Untuk lebih
58
jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut.
Gambar 9. Grafik Perilaku Prososial Dilihat dari Perilaku Berbagi
Peserta Didik
Jadi, perilaku prososial dilihat dari perilaku berbagi peserta didik
di SMA Tamansiswa Padang berada pada kategori tidak baik dengan
persentase 35,82%. Artinya sebagian besar peserta didik memiliki
perilaku berbagi yang tidak baik.
b. Deskripsi Perilaku Prososial Peserta Didik Dilihat dari Perilaku Menolong Peserta Didik
Sesuai dengan variabel penelitian, dalam deskripsi data hasil
penelitian ini dideskripsikan data tentang perilaku prososial peserta
didik dilihat dari perilaku menolong. Menggunakan item yang valid
sebanyak 13 item. Setiap item jawaban responden diberi skor 5 sampai
1 untuk pernyataan positif (+) dan 1 sampai 5 untuk item pernyataan
negatif (-). Berdasarkan jawaban responden maka deskripsi perilaku
menolong peserta didik bisa dilihat dari tabelberikut.
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
40,00
SangatKurang
Baik
KurangBaik
CukupBaik
Baik SangatBaik
5,97
35,82
29,85
17,91
10,45
59
Tabel 14. Distribusi Frekuensi dan Kategori Skor Perilaku Prososial Dilihat dari Perilaku menolong Peserta Didik
Klasifikasi Kategori F % 55 – 65 Sangat Baik 2 2,99 44 – 54 Baik 18 26,87 34 – 43 Cukup Baik 31 46,27 23 – 33 Kurang Baik 15 22,39 13 – 22 Sangat Kurang Baik 1 1,49
Σ 67 100
Pada tabel 14 di atas, menunjukkan bahwa perilaku prososial
peserta didik dilihat dari perilaku menolongterdapat 2 orang peserta
didik(2,99%) berada pada kategori yang sangat baik, lalu 18 orang
peserta didik (26,87%) yang memiliki perilaku menolong yang baik,
sebanyak 31 orang peserta didik (46,27%) yang memiliki perilaku
menolong yang cukup baik, sebanyak 15 orang peserta didik
(22,39%) yang memiliki perilaku menolong yang kurang baik, dan 1
orang peserta didik (1,49%) perilaku menolong yang sangat kurang
baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut.
Gambar 9. Grafik Perilaku Prososial Dilihat dari Perilaku
Menolong Peserta Didik
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
SangatKurang
Baik
KurangBaik
CukupBaik
Baik SangatBaik
1,49
22,39
46,27
26,87
2,99
60
Jadi, perilaku prososial dilihat dari perilaku menolong peserta
didik di SMA Tamansiswa Padang berada pada kategori cukup baik
dengan persentase 46,27%. Artinya sebagian besar peserta didik
memiliki perilaku menolong yang cukup baik.
c. Deskripsi Perilaku Prososial Peserta Didik Dilihat dari Kerjasama Peserta Didik
Sesuai dengan variabel penelitian, dalam deskripsi data hasil
penelitian ini dideskripsikan data tentang perilaku prososial peserta
didik dilihat dari kerjasama. Menggunakan item yang valid sebanyak 11
item. Setiap item jawaban responden diberi skor 5 sampai 1 untuk
pernyataan positif (+) dan 1 sampai 5 untuk item pernyataan negatif (-).
Berdasarkan jawaban responden maka deskripsi kerjasama peserta didik
bisa dilihat dari tabelberikut.
Tabel 15. Distribusi Frekuensi dan Kategori Skor Perilaku Prososial Dilihat dari Kerjasama Peserta Didik
Klasifikasi Kategori F % 42 – 55 Sangat Baik 2 2,99 37 – 45 Baik 22 32,84 29 – 36 Cukup Baik 26 38,81 20 – 28 Kurang Baik 17 25,37 11 – 19 Sangat Kurang Baik 0 0,00
Σ 67 100
Pada tabel 15 di atas, menunjukkan bahwa perilaku prososial
peserta didik dilihat dari kerjasama terdapat 2 orang peserta didik
(2 ,99%) berada pada kategori yang sangat baik, lalu 22 orang peserta
didik (32,84%) yang memiliki kerjasama yang baik, sebanyak 26
orang peserta didik (38,81%) yang memiliki kerjasama yang cukup
61
baik, sebanyak 17 orang peserta didik (25,37%) yang memiliki
kerjasama yang kurang baik, dan tidak ada peserta didik yang memiliki
kerjasama yang sangat kurang baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada grafik berikut.
Gambar 10. Grafik Perilaku Prososial Dilihat dari Kerjasama
Peserta Didik
Jadi, perilaku prososial dilihat dari kerjasama peserta didik di
SMA Tamansiswa Padang berada pada kategori cukup baik dengan
persentase 38,81%. Artinya sebagian besar peserta didik memiliki
kerjasama yang cukup baik.
d. Deskripsi Perilaku Prososial Peserta Didik dilihat dari Bertindak Jujur Peserta Didik
Sesuai dengan variabel penelitian, dalam deskripsi data hasil
penelitian ini dideskripsikan data tentang perilaku prososial peserta
didik dilihat dari bertindak jujur. Menggunakan item yang valid
sebanyak 11 item. Setiap item jawaban responden diberi skor 5 sampai
1 untuk pernyataan positif (+) dan 1 sampai 5 untuk item pernyataan
negatif (-). Berdasarkan jawaban responden maka deskripsi bertindak
jujur peserta didik bisa dilihat dari tabelberikut.
0,005,00
10,0015,0020,0025,0030,0035,0040,00
SangatKurang
Baik
KurangBaik
Cukup Baik Baik SangatBaik
0,00
25,37
38,81
32,84
2,99
62
Tabel 16. Distribusi Frekuensi dan Kategori Skor Perilaku Prososial Dilihat dari Bertindak Jujur Peserta Didik
Klasifikasi Kategori F % 46 – 55 Sangat Baik 12 17,91 37 – 45 Baik 35 52,24 29 – 36 Cukup Baik 9 13,43 20 – 28 Kurang Baik 7 10,45 11 – 19 Sangat Kurang Baik 4 5,97
Σ 67 100
Pada tabel 16 di atas, menunjukkan bahwa perilaku prososial
peserta didik dilihat dari bertindak jujur terdapat 12 orang peserta didik
(17,91%) berada pada kategori yang sangat baik, lalu 35 orang peserta
didik (52,24%) bertindak jujur yang baik, sebanyak 9 orang peserta
didik (13,43%) bertindak jujur yang cukup baik, sebanyak 7 orang
peserta didik (10,45%) bertindak jujur yang Kurang baik, dan 4 orang
peserta didik (5,97%) bertindak jujur yang sangat Kurang baik. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut.
Gambar 11. Grafik Perilaku Prososial Dilihat dari Bertindak Jujur
Peserta Didik
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
SangatKurang
Baik
KurangBaik
Cukup Baik Baik Sangat Baik
5,97 10,45 13,43
52,24
17,91
63
Jadi, perilaku prososial dilihat dari bertindak jujur peserta didik
di SMA Tamansiswa Padang berada pada kategori baik dengan
persentase 52,24%. Artinya sebagian besar peserta didik bertindak jujur
yang baik.
e. Deskripsi Perilaku Prososial Peserta Didik Dilihat dari Perilaku Menyumbang Peserta Didik
Sesuai dengan variabel penelitian, dalam deskripsi data hasil
penelitian ini dideskripsikan data tentang perilaku prososial peserta
didik dilihat dari perilaku menyumbang. Menggunakan item yang valid
sebanyak 12 item. Setiap item jawaban responden diberi skor 5 sampai
1 untuk pernyataan positif (+) dan 1 sampai 5 untuk item pernyataan
negatif (-). Berdasarkan jawaban responden maka deskripsi perilaku
menyumbang peserta didik bisa dilihat dari tabelberikut.
Tabel 17. Distribusi Frekuensi dan Kategori Skor Perilaku Prososial Dilihat dari Perilaku Menyumbang Peserta Didik
Klasifikasi Kategori F % 50 – 60 Sangat Baik 4 5,97 41 – 49 Baik 28 41,79 31 – 40 Cukup Baik 19 28,36 22 – 30 Kurang Baik 14 20,90 12 – 21 Sangat Kurang Baik 2 2,99
Σ 67 100
Pada tabel 17 di atas, menunjukkan bahwa perilaku prososial
peserta didik dilihat dari perilaku menyumbang terdapat 4 orang peserta
didik (5,97%) berada pada kategori yang sangat baik, lalu 28 orang
peserta didik (42,79%) yang memiliki perilaku menyumbang yang
baik, sebanyak 19 orang peserta didik (28,36%) yang memiliki perilaku
64
menyumbang yang cukup baik, sebanyak 14 orang peserta didik
(20,90%) yang memiliki perilaku menyumbang yang kurang baik,
dan 2 orang peserta didik (2,99%) perilaku menyumbang yang sangat
kurang baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut.
Gambar 12. Grafik Perilaku Prososial Dilihat dari Perilaku
Menyumbang Peserta Didik
Jadi, perilaku prososial dilihat dari perilaku menyumbang
peserta didik di SMA Tamansiswa Padang berada pada kategori baik
dengan persentase 41,79%. Artinya sebagian besar peserta didik
memiliki perilaku menyumbang yang baik.
3. Uji Prasyarat Analisis
Uji prasyarat analisis adalah uji data penelitian untuk menetapkan
jenis analisis statistik parametrik untuk mengetahui apakah data penelitian
berdistribusi normal. Uji prasyarat dalam penelitian ini menggunakan uji
sebagai berikut.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan uji untuk mengukur apakah data
memiliki distribusi normal sehingga dapat dipakai dalam statistik
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
SangatKurang
Baik
KurangBaik
CukupBaik
Baik SangatBaik
2,99
20,90 28,36
41,79
5,97
65
parametrik. Data yang berdistribusi normal adalah data yang memusat
pada nilai rata-rata atau median. Untuk menguji normalitas dilakukan
dengan pengolahan data dengan menggunakan program SPSS Versi
22.0 hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 18. Uji Normalitas Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Statistic Df Sig.
Empati .087 67 .200*
Prososial .087 67 .200*
Syarat data terdistribusi normal jika nilai signifikansi
Kolmogorov-Smirnov ≥ 0,05. Berdasarkan tabel 18 di atas nilai
signifikansi empati dan perilaku prososial adalah 0,200, maka dapat
disimpulkan bahwa nilai pada kedua variabel yang diperoleh dari data
yang ada terdistribusi normal, karena nilai signifikansi Kolmogorov-
Smirnov ≥0,05.
b. Uji Linearlitas
Pengujian linearitas dilakukan dengan program SPSS versi 22.0.
Pedoman yang digunakan jika sig < Ha maka H0 ditolak yang artinya
ada hubungan yang linear antara empati dan perilaku prososial.
Tabel 19. Uji Linearlitas ANOVA Table
Sum of Squares Df
Mean Square F Sig.
Prososial * Empati
Between Groups
(Combined)
57838.924
46 1257.368 .980 .541
Linearity 8979.626 1 8979.626 7.002 .015
66
Deviation from Linearity
48859.298
45 1085.762 .847 .687
Within Groups 25649.583
20 1282.479
Total 83488.507
66
Berdasarkan tabel 19 diperoleh nilai sig yaitu 0,015 yang artinya
kecil dari 0,05 (0,015< 0,05) dapat disimpulkan terdapat hubungan
yang linier antara empati dan perilaku prososial peserta didik.
4. Korelasi Empati dengan Perilaku Prososial Peserta Didik
Sebagaimana yang telah dikemukakan dalam BAB II, hipotesis
yang dikemukakan adalah:
Ha: Adanya hubungan yang signifikan antara empati dengan prilaku
prososial peserta didik SMA Tamansiswa Padang
Ho: tidak adanya hubungan yang signifikan antara empati dengan prilaku
prososial peserta didik SMA Tamansiswa Padang
Dari hasil uji hipotesis dengan menggunakan SPSS versi 22.0 yang
hasilnya dapat dilihat korelasi Empati terhadap Perilaku Prososial peserta
didik pada tabel sebagai berikut:
Tabel 20. Hasil Korelasi Empati dan Perilaku Prososial Correlations
Empati Prososial
Empati Pearson Correlation 1 .411**
Sig. (2-tailed) .001
N 67 67
Prososial Pearson Correlation .411** 1
Sig. (2-tailed) .001
N 67 67
67
Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan program
statistik SPSS versi 22 dan menggunakan teknik pearson maka pada tabel 20
diperoleh korelasi atau r hitung sebesar 0,411 dan rtabel sebesar 0,240 df 65
pada taraf signifikansi 0,05 atau tingkat kepercayaan (95 percent). rhitung
≥ rtabel selanjutnya barulah dilihat dengan ketentuan nilair berarti -
1≤0,411≤1 sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis kerja (Ha) dapat
diterima dan terdapat hubungan yang signifikan yang dengan koefisien
korelasi cukup kuat. Artinya, semakin baik empati maka semakin baik pula
perilaku prososial peserta didik, sebaliknya semakin tidak baik empati
peserta didik, maka semakin tidak baik pula perilaku prososial peserta didik.
B. Rekapitulasi Hasil Penelitian
Rekapitulasi deskripsi hasil penelitian tentang hubungan empati
terhadap perilaku prososial di SMA Tamansiswa Padang diuraikan dalam
tabel berikut :
68
Tabel 21. Hasil Rekapitulasi Penelitian
No Variabel/ Indikator
Jumlah Persentase (%)
Sangat Baik
Baik Cukup Baik
Kurang Baik
Sangat Kurang
Baik 1. Empati 4,48 13,43 52,24 25,37 4,48 Pengambilan
Perspektif 7,46 20,90 40,30 31,34 7,46
Fantasi 11,94 32,84 25,37 22,39 7,46 Perhatian
Empatik 8,96 26,87 37,31 17,91 8,96
Distress Pribadi
7,46 14,93 38,81 29,85 8,96
2. Perilaku Prososial
4,48 28,36 47,76 16,42 2,99
Berbagi 10,45 17,91 29,85 35,82 5,97
Menolong 2,99 26,87 46,27 22,39 1,49 Berkerjasama 0,00 2,99 32,84 38,81 25,37 Bertindak Jujur 17,91 52,24 13,43 10,45 5,97 Menyumbang 5,97 41,79 28,36 20,90 2,99
Tabel 22. Rekapitulasi Hasil Korelasi Secara Umum
Hubungan Variabel/Sub Variabel Nilai Korelasi Df Rtabel
Tingkat Hubungan
Empati dan Perilaku Prososial
0,411
64
0,240
Cukup Kuat
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Pada bagian ini akan dikemukakan pembahasan berdasarkan analisis,
penafsiran, temuan penelitian mengenai hubungan empati terhadap perilaku
prososial di SMA Tamansiswa Padang. Pada variabel empati dikategorikan
cukup baik dengan jumlah presentase tertinggi 52,24%. Pada indikator
pengambilan perspektif dikategorikan cukup baik dengan jumlah presentase
tertinggi 40,30%. Pada indikator Fantasi dikategorikan baik dengan jumlah
presentase tertinggi 32,84%. Pada indikator Perhatian Empatik dikategorikan
69
cukup baik dengan jumlah presentase tertinggi 37,31%. Pada indikator
Distres Pribadi dikategorikan cukup baik dengan jumlah presentase tertinggi
38,81%.
Pada variabel Perilaku Prososial dikategorikan cukup baik dengan
jumlah presentase tertinggi 47,76%. Pada indikator Berbagi dikategorikan
tidak baik dengan jumlah presentase tertinggi 35,82%. Pada indikator
Menolong dikategorikan baik dengan jumlah presentase tertinggi 46,27%.
Pada indikator Bekerjasama dikategorikan tidak baik dengan jumlah
presentase tertinggi 38,81%. Pada indikator Bertindak jujur dikategorikan
baik dengan jumlah presentase tertinggi 52,24%. Pada indikator
Menyumbang dikategorikan baik dengan jumlah presentase tertinggi
41,79%. Dapat digambarkan hasil dari penelitian empati dengan perilaku
prososial di SMA Tamansiswa padang dalam kategori cukup baik besar
kemungkinan bisa menjadi baik dan sangat baik apabila peserta didik dapat
menimbulkan rasa empati dan perilaku prososial di lingkungan sosial.
Dari penelitian ini juga diketahui aspek empati mempunyai hubungan
yang signifikan dengan timbulnya perilaku prososial pada peserta didik SMA
Tamansiswa Padang. Dari koefisien determinasi empati terhadap perilaku
prososial ditunjukkan dengan r hitung sebesar 0,411 dan rtabel sebesar 0,240 df
65 pada taraf signifikansi 0,05 atau tingkat kepercayaan (95 percent).
Artinya semakin tinggi empati individu maka akan semakin tinggi perilaku
prososialnya, dan sebaliknya semakin rendah empati maka semakin rendah
perilaku prososialnya. Berdasarkan hasil analisis ini maka hipotesis yang
70
diajukan dalam penelitian ini dinyatakan diterima.
Hasil penelitian ini menunjukkan perilaku prososial peserta didik
SMA Tamansiswa Padang, Peserta didik memberikan bantuan kepada orang
lain tanpa mengharapkan imbalan, peserta didik juga melakukan beberapa
tindakan yang menimbulkan perilaku prososial dalam dirinya, ada beberapa
indikator di dalam perilaku prososial yang terbilang kurang baik yaitu dalam
hal berbagi dan bekerja sama.
1. Empati
Setelah dilakukan pengolahan hasil penelitian menunjukkan bahwa
empati peserta didik terdapat 2 orang peserta didik (4,48%) berada pada
kategori yang sangat baik, lalu 9 orang peserta didik (13,43%) yang
memiliki empati yang baik, sebanyak 35 orang peserta didik (52,24%)
yang memiliki empati yang cukup baik, sebanyak 17 orang peserta didik
(25,37%) yang memiliki empati yang tidak baik, dan 3 orang peserta didik
(4,48%) memiliki empati yang sangat tidak baik Jadi, empati peserta didik
di SMA Tamansiswa Padang berada pada kategori cukup baik dengan
persentase 52,24%. Artinya sebagian besar peserta didik memiliki empati
yang cukup baik. Menurut Rogers (Silfiasari, 2017:132) empati adalah
perasaan memahami orang lain, ikut serta dalam perasaan emosional orang
lain, dan dapat menempatkan diri sendiri bagaimana ketika berada di
posisi orang tersebut. Empati memungkinkan seseorang untuk memotivasi
orang lain sehingga dapat bekerja dengan baik. Sikap empati inilah yang
akan mendorong seseorang untuk melakukan pertolongan terhadap orang
71
lain. Ketika individu memiliki empati terhadap orang lain maka perilaku
menolong pun akan muncul pada diri individu tersebut.
2. Perilaku Prososial
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku
prososial peserta didik terdapat 3 orang peserta didik (4,48%) berada pada
kategori yang sangat baik, lalu 19 orang peserta didik (28,36%) yang
memiliki perilaku prososial yang baik, sebanyak 32 orang peserta didik
(47,76%) yang memiliki perilaku prososial yang cukup baik, sebanyak 11
orang peserta didik (16,42%) yang memiliki perilaku prososial yang tidak
baik, dan 2 orang peserta didik (2,99%) memiliki perilaku prososial yang
sangat tidak baik.Jadi, perilaku propososial peserta didik di SMA
Tamansiswa Padang berada pada kategori cukup baik dengan persentase
47,76%. Artinya sebagian besar peserta didik memiliki perilaku prososial
yang cukup baik. Menurut Greener (Wigati dan Rahajeng, 2018: 125)
menyatakan bahwa perilaku prososial pada anak dan remaja memiliki
karakter yang berbeda dibandingkan dengan perilaku prososial pada orang
dewasa. Perilaku Prososial ini muncul apabila telah ada sikap empati dari
remaja tersebut, empati yang tinggi akan menimbulkan perilaku prososial
yang tinggi.
3. Korelasi Empati dengan Perilaku Prososial
Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan program
statistik SPSS versi 22 dan menggunakan teknik pearson maka pada tabel
21 diperoleh korelasi atau r hitung sebesar 0,411 dan rtabel sebesar 0,240df
72
65 pada taraf signifikansi 0,05 atau tingkat kepercayaan (95 percent).
rhitung ≥ rtabel selanjutnya barulah dilihat dengan ketentuan nilai r berarti-
1≤0,411≤1 sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis kerja (Ha) dapat
diterima dan terdapat hubungan yang signifikan yang menunjukkan arah
hubungan yang positif dengan koefisien korelasi cukup kuat. Artinya,
semakin baik empati maka semakin baik pula perilaku prososial peserta
didik, sebaliknya semakin tidak baik empati peserta didik, maka semakin
tidak baik pula perilaku prososial peserta didik. Dengan demikian dapat
diberikan beberapa layanan seperti layanan bimbingan kelompok untuk
meningkatkan kerjasama peserta didik kearah yang lebih baik hal ini
terdapat pada indikator perilaku prososial bahwa kerjasama berada pada
kategori kurang baik. Serta dalam hal berbagi pada indicator perilaku
prososial terdapat kurang baik, disinilah gunanya guru bk untuk
membentuk layanan bimbingan kelompok dengan tema berbagi dan
peserta didik dapat menerapkan berbagi di linkungan sekolah dan
lingkungan masyarakat. Agar mendapatkan empati dan perilaku prososial
yang sangat baik maka peserta didik harus memiliki sifat berbagi,
bekerjasama, menolong, menyumbang, fantasi, perhatian empati, distress
pribadi yang sangat baik melalui bimbingan kelompok yang dilakukan
oleh gruru bk.
73
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdsarkan hasil penelitian tentang hubungan empati terhadap perilaku
prososial di SMA Tamansiswa Padang dapat di ambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Empati prososial di SMA Tamansiswa Padang berada pada kategori
cukup baik.
2. Perilaku prososial di SMA Tamansiswa Padang berada pada cukup
baik
3. Terdapat hubungan antara empati dengan perilaku prososial di SMA
Tamansiswa Padang dengan korelasi cukup kuat.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian maka penulis merekomendasikan
beberapa saran-saran sebagai berikut:
1. Peserta Didik
Peserta didik mampu meningkatkan empati dan perilaku prososial
sehingga dapat memiliki perilaku yang baik di lingkungan sekolah, rumah
dan masyarakat, dan bisa memiliki sikap empati yang baik sehingga
tingkat empati dan perilaku prososial yang cukup baik tersebut akan bisa
menjadi sangat baik dan peserta didik juga harus melakukan beberapa
layanan kelompok untuk meningkatkan tingkat berbagi dan bekerjasama
peserta didik dalam kelompok tersebut.
73
74
2. Guru BK
Kepada Guru BK agar melatih empati dan perilaku prososial peserta
didik melalui layanan bimbingan kelompok untuk menerapkan sikap
berbagi dan bekerjasama dalam sebuah kelompok contohnya seperti jika
diadakan sebuah permainan dalam satu kelompok yang bias meningkatkan
kerjasama antar peserta didik, jadi dari perilaku prososial dan empati yang
cukup baik biasa di bangun menjadi sangat baik .
3. Kepala Sekolah
Kepala sekolah diharapakan agar menyediakan sarana dan prasaran
yang menunjang layanan dari guru BK yang ada.
4. Program Studi Bimbingan dan Konseling
Program studi bimbingan dan konseling diharapkan dapat member
masukan untuk sekolah-sekolah melalui penyuluhan agar dapat menjadi
bahan untuk membantu guru BK dalam meningkatkan kemampuan peserta
didik salah satunya perilaki prososial dan empati peserta didik.
5. Peneliti Selanjutnya
Peneliti merekomendasikan kepada peneliti selanjutnya untuk
meneliti tentang pengaruh lingkungan terhadap perilaku prososial peserta
didik.
75
KEPUSTKAAN
Anna, D. (2018). Faktor -faktor yang Mempengaruhi Sikap Empati Terhadap Prilaku Prososial Pada Anak Sekolah Dasar (pp. 86–90).Jurnal Pendidikan Semarang
Aridhona, J. (2018). Hubungan Perilaku Prososial dan Religiusitas dengan Moral pada Remaja, 7(1), 21–25.Jurnal Psikologi
Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Darmaji.dkk. (2017). Faktor -faktor yang Mendorong Siswa MIA SMA Mengikuti Bimbingan Belajar Luar Sekolah. Jurnal Edufisika, 02(01).
Diah, dkk. (2018). Hubungan Dukungan Sosial Orang Tua dengan Perilaku Prososial The Correlation Between Parenting Social Support With Prosocial Behavior.7/1. Jurnal Psikologi.
Elisa dan Kartika. (2016). Hubungan Antara Perilaku Prososial Dengan Psychological Well-Being pada Remaja Elisa Megawati dan Yohanes Kartika Herdiyanto.Jurnal Psikologi Udayana, 3(1), 132–141.
Iskandar. (2009). Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Press.
Istiana. (2016). Hubungan Empati dengan Perilaku Prososial pada Relawan KSR PMI Kota Padang. Jurnal Diversita, 2(2), 1–13.
Mar’atus, S. (1945). Empati dan Religiusitas dengan Perilaku Prososial pada Volunteer Pemerhatian Anak Jalanan,1531600018, 1–11.
Matondang, E. S. (2016). Perilaku Prososial (Prosocial Behavior) Anak Usia Dini dan Pengelolaan Kelas Melalui Pengelompokan Usia Rangkap (Multiage Grouping) Elvrida. Jurnal Pendidikan Dasar, 8(1), 34–47.
Meydian, I. (2018). Hubungan Antara Empati dengan Perilaku Agresif pada Suporter Sepakbola Panser Biru Banyumanik Semarang. Jurnal Empati, 7(Nomor 3), 140–150.
Nuralifah, I. P. (2015). Perilaku Prososial pada Siswa SMP Islam Plus Assalamah Ungaran Semarang Ditinjau dari Empati dan Dukungan Sosial Teman Sebaya, 10(1), 7–19Jurnal Pendidikan.
Rahman, A. A. (2013). Psikologi Sosial. Jakarta: Rajawali Pers.
76
Riduwan. (2012). Metode Dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Seras,David O, D. (1994). Psikologi Sosial Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Silfiasari, susanti. (2017). Empati dan Pemaafan dalam Hubungan Pertemanan Siswa Reguler Kepada Siswa Khusus Abk. Jurnal IImu Psikologi Terapanerapan, 05(01), 126–143.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R &D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian.Metode Penelitian.Bandung: Alfabeta.
Umayah, D. (2017).Pengaruh Empati Emosional terhadap Perlaku Prosiosial yang Dimoderasi Oleh Jenis Kelamin Pada Mahasiswa.Jurnal Psikologi Sosial, 15(02), 72–83.
Veronicha, D. (2017). Kemampuan Empati Anak Usia Dini. Jurnal PAUD Agapedia, 1(1), 30–39.
Wigati dan Rahajeng. (2018). Perilaku Prososial Sebagai Prediktor Status Teman Sebaya pada Remaja.Jurnal Psikologi Teori Dan Terapan, 8(2), 124–132.
Yuli dkk. (2010). Perilaku Prososial Ditinjau dari Empati dan Kematangan Emosi. I(1), 33–42.Jurnal Psikologi,
Yusuf, M. A. (2007). Metodologi Penelitian. Padang: UNP press.