Step 1-5 Wangwang

41
i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nyalah laporan skenario 1 blok Stomatognasi II yang berjudul “Saliva” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan ini disusun dari berbagai sumber ilmiah sebagai hasil dari diskusi kelompok tutorial. Dalam proses penyusunan laporan ini, kami mengucapkan terimakasih kepada : 1. drg. Hengky B. Ardhiyanto, MDSc selaku tutor kelompok 6 yang telah membimbing kami dalam melaksanakan diskusi kelompok tutorial di blok Stomatognasi II skenario 1. 2. Dosen-dosen yang telah mengajarkan materi perkuliahan kepada kami, sehingga dapat membantu dalam penyelesaian laporan tutorial ini. 3. Teman-teman kelompok 6 yang telah mencurahkan pikiran dan tenaganya sehingga laporan tutorial ini dapat berjalan dengan baik dan laporan ini dapat terselesaikan pada waktunya. 4. Teman-teman Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember angkatan 2014 dan pihak- pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

description

m, m,

Transcript of Step 1-5 Wangwang

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nyalah laporan skenario 1 blok Stomatognasi II yang berjudul Saliva ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan ini disusun dari berbagai sumber ilmiah sebagai hasil dari diskusi kelompok tutorial.Dalam proses penyusunan laporan ini, kami mengucapkan terimakasih kepada :1. drg. Hengky B. Ardhiyanto, MDSc selaku tutor kelompok 6 yang telah membimbing kami dalam melaksanakan diskusi kelompok tutorial di blok Stomatognasi II skenario 1.2. Dosen-dosen yang telah mengajarkan materi perkuliahan kepada kami, sehingga dapat membantu dalam penyelesaian laporan tutorial ini.3. Teman-teman kelompok 6 yang telah mencurahkan pikiran dan tenaganya sehingga laporan tutorial ini dapat berjalan dengan baik dan laporan ini dapat terselesaikan pada waktunya.4. Teman-teman Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember angkatan 2014 dan pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.Tentunya kami sebagai penyusun mengharapkan agar laporan ini dapat berguna baik bagi penyusun maupun bagi para pembaca dikemudian hari. Laporan ini sangat jauh dari sempurna, Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi tercapainya kesempurnaan dari isi laporan hasil tutorial ini.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iDAFTAR ISI ........................................................................................................ iiBAB 1 PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 31.2 Tujuan ............................................................................................................. 51.2 Skenario .......................................................................................................... 5BAB 2 PEMBAHASAN2.1 STEP 1 : Mendefinisikan Istilah .....................................................................62.2 STEP 2 : Identifikasi Masalah .......................................................................62.3 STEP 3 : Rumusan Masalah ........................................................................... 62.4 STEP 4 : Kerangka Konsep ........................................................................... 102.5 STEP 5 : Learning Objective ......................................................................... 102.6 STEP 6 : Belajar Mandiri ............................................................................... 102. .7 STEP 7 : Pembahasan A. Saliva ............................................................................................................. 11B. Kelenjar saliva ............................................................................................... 19BAB 3 PENUTUP3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 25DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 26

iBAB 1 PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Saliva merupakan salah satu komponen penting dalam rongga mulut. Saliva berperan dalam melindungi jaringan di dalam rongga mulut dengan cara pembersihan secara mekanis untuk mengurangi akumulasi plak, lubrikasi elemen gigi-geligi, pengaruh buffer, agreasi bakteri yang dapat menghambat kolonisasi mikroorganisme, aktivitas antibakterial, perncernaan, retensi kelembaban, dan pembersihan makanan. Oleh karena itu, saliva sangat mempengaruhi kesehatan rongga mulut seseorang.Agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik, saliva perlu dihasilkan dalam rongga mulut dalam jumlah yang cukup. Umumnya sekresi saliva yang normal adalah 800-1500 ml/hari, Banyaknya saliva yang disekresikan di dalam mulut dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti rangsangan olfaktorius, melihat dan memikirkan makanan, rangsangan mekanis, kimiawi, neuronal, rasa sakit, dan konsumsi obat-obatan tertentu. Selain itu, keadaan stres, depresi, dan cemas juga dapat mempengaruhi sekresi saliva.Telah dilakukan beberapa penelitian sebelumnya yang mengkaji mengenai saliva, stres, depresi, dan kecemasan. Seperti dalam penelitian Little Mahendra dkk, 2011, dilaporkan bahwa stres kerja dapat menjadi faktor yang memperburuk penyakit periodontal. Dalam penelitian lain, Bezerra Junior dkk, 2010, menunjukkan bahwa periodontitis kronis mempengaruhi komposisi dari saliva. Adapun penelitian yang mengemukakan bahwa depresi dan kecemasan dapat meningkatkan angka kematian (mortalitas) seperti penelitian yang telah dilakukan Mykletun dkk, 2007, Schoevers, Beekman, Tilburg, 2000.Sekolah kedokteran gigi diketahui sebagai lingkungan pembelajaran yang meminta tuntutan yang tinggi dan penuh dengan tekanan jiwa (stresful). Kurikulum saat ini menghendaki mahasiswa kedokteran gigi untuk mencapai bermacam-macam kecakapan/keahlian, termasuk kemahiran dalam pengetahuan teori, kompetensi klinik, dan keterampilan dalam berhubungan dengan orang-orang (interpersonal skill). Telah banyak penelitian yang dilakukan di berbagai sekolah kedokteran gigi di seluruh dunia dan kebanyakan dari penelitian ini menunjukkan peningkatan yang signifikan dari stres di antara mahasiswa kedokteran gigi.Dalam beberapa penelitian sebelumnya ditemukan bahwa tingkat stres pada mahasiswa kedokteran gigi cukup tinggi. Ada pula penelitian yang menemukan bahwa tingkat stres lebih tinggi pada mahasiswa klinik daripada mahasiswa preklinik. Dalam penelitian Alzahem dkk, 2010, ditemukan bahwa sumber stres pada mahasiswa kedokteran gigi berhubungan dengan ujian, kebutuhan dan syarat klinik, dan dental supervisor. Pada penelitian Polychronopoulou dan Divaris, 2005, mengemukakan bahwa sumber stres pada mahasiswa kedokteran gigi berasal dari banyaknya kuliah, ujian dan peringkat, kurangnya kepercayaan diri akan menjadi dokter gigi yang sukses, melengkapi syarat kelulusan, kurangnya waktu untuk mengerjakan tugas sekolah, dan kurangnya waktu santai.Setelah melihat fakta-fakta seperti yang telah tertulis di atas, timbul dalam benak penulis pertanyaan-pertanyaan, antara lain benarkah stres, depresi, dan kecemasan dapat mempengaruhi sekresi saliva dan apakah tingkat keparahan dari ketiga hal tersebut berpengaruh terhadap volume saliva. Oleh karena itulah peneliti kemudian tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai hal-hal tersebut. Secara keseluruhan penelitian ini penting dan perlu dilakukan sebab dengan melakukan penelitian ini, artinya dapat diketahui pengaruh stres, depresi, dan kecemasan dengan volume saliva dan dengan mengetahui pengaruh stres, depresi, dan kecemasan dengan volume saliva artinya dapat dilakukan pencegahan sebelum terjadi penyakit yang lebih serius, baik dari segi pencegahan terhadap penyakit di dalam rongga mulut, maupun pencegahan terhadap risiko dari faktor psikologis secara keseluruhan seperti kesehatan fisik, mental, dsb. Berdasarkan alasan-alasan tersebut penulis kemudian mengangkat sebuah penelitian dengan judul Pengaruh Stres, Depresi, Dan Kecemasan Terhadap Volume Saliva Pada Mahasiswa Preklinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.

1.2 TujuanPenyusunan laporan ini bertujuan agar mahasiswa mampu memahami tentang saliva dan kelenjar saliva, serta hal yang dapat menimbulkan kelainan pada saliva dan kelenjar saliva.

1.3 SkenarioSKENARIO 1 :SALIVASeorang peneliti muda melakukan penelitian tentang kecepatan saliva. Mahasiswa ini menggunakan manusia sebagai subyek penelitiannya. Sebelum dilakukan pengambilan salivanya, subyek penelitian diinstruksikan untuk tidak makan dan minum serta gosok gigi selama 2 jam. Subyek penelitian diinstruksikan untuk membuka mulut dan peneliti melakukan pengambilan saliva di bawah lidah selama 1 menit dalam wadah plastik. Selain itu, peneliti menginstruksikan subyek penelitian disuruh mengumpulkan saliva didalam wadah plastik selama 5 menit. Masing-masing sampel saliva diukur volumenya dan dihitung kecepatan salivanya. Selain diukur kecepatan air saliva, saliva juga dilihat perbedaan viskositasnya.

BAB IIPEMBAHASAN2.1STEP 1Mendefinisikan Istilah1. Saliva: Cairan kompleks campuran hasil sekresi kelenjar saliva mayor dan minor dalam rongga mulut, komposisinya terdiri dari air, bahan anorganik dan organik serta berfungsi untuk membasahi rongga mulut dan gigi.2. Viskositas: Ukuran kekentalan zat cair (saliva) dipengaruhi suhu dan konsentrasi larutan. 3. Subyek penelitian: Orang yang digunakan sebagai target penelitian.

2.2STEP 2Identifikasi Masalah:1. Mengapa tidak diperbolehkan makan, minum serta gosok gigi sebelum dilakukan penelitian?2. Apa saja komposisi atau kandungan saliva?3. Kelenjar apa saja yang berperan dalam sekresi saliva?4. Bagaimana mekanisme sekresi saliva?5. Apa fungsi saliva?6. Apa saja faktor yang mempengaruhi laju aliran saliva dan viskositas saliva? 2.3STEP 3Membahas Masalah1. Mengapa tidak diperbolehkan makan, minum serta gosok gigi sebelum dilakukan penelitian? Jika makan dan minum dilakukan pasien sebelum pemeriksaan maka laju aliran saliva semakin bertambah dan menyebabkan jumlah saliva bertambah banyak. Makanan yang mengandung asam juga menyebabkan sekresi saliva bertambah. Jika menggosok gigi dilakukan pasien sebelum pemeriksaan maka pH saliva berubah atau mempengaruhi viskositas saliva

2. Komposisi saliva:Saliva komposisi utamanya terdiri dari air sebesar 98%, dalam saliva juga terdapat komponen lain. Komponen saliva dapat dibedakan atas komponen organik dan komponen anorganik.Komponen organik saliva terdiri dari; Amilase Immunoglobulin Lisozim Sistem peroksidase Laktoferin Laktoperoksidase GustinKomponen anorganiknya terdiri dari; Ion kalsium Magnesium Fluoride HCO Kalium Natrium Klorida, dan NH

3. Kelenjar yang berperan dalam sekresi saliva:Kelenjar yang berperan dalam sekresi saliva dibagi menjadi 2, yaitu; Kelenjar mayor Kelenjar minor

Kelenjar mayorKelenjar saliva mayor dapat dibagi atas tiga tipe yaitu, parotis, submandibularis dan sublingualis. Masing-masing kelenjar mayor ini menghasilkan skret yang berbeda-beda sesuai dengan rangsangan yang diterimanya.Kelenjar minorKebanyakan kelenjar saliva minor merupakan kelenjar kecil-kecil yang terletak di dalam mukosa atau submukosa. Kelenjar saliva minor dapat ditemui pada hampir seluruh epitel di bawah rongga mulut seperti ; kelenjar labial (glandula labialis), kelenjar bukal (glandula bukalis), kelenjar bladin-Nuhn (glandula lingualis anterior), kelenjar Von Ebner (glandula lingualis posterior), kelenjar Weber (glandula lingualis posterior) dan kelenjar-kelenjar pada palatum dengan asinus-asinus mukus.

4. Mekanisme sekresi saliva:Pada saat makanMakanan merangsang saraf aferen yang ada pada rongga mulut kemudian diteruskan ke medula spinalis. Dari medula spinalis rangsangan diteruskan ke saraf otonom (simpatis) menuju ke kelenjar saliva dan dari kelenjar saliva tersebut sekresi saliva akan dikeluarkan

5. Fungsi saliva:

Melumasi makanan yang masuk kedalam mulut Mencegah terjadinya dekalsifikasi Mencegah pertumbuhan bakteri karena adanya enzim lisozim (pertahanan tubuh) Menjaga keasaman rongga mulut dan kelembapan rongga mulut Berpengaruh dalam kebersihan rongga mulut karena saliva bersifat self cleansing Membantu dalam berbicara

6. Faktor yang mempengaruhi laju aliran saliva dan viskositasnya:

Asupan air dalam tubuh Posisi tubuh (berdiri, duduk, tidur) Pengaruh cahaya Faktor musim Obat, ex: anti stress, anti kanker itu menyebabkan sekresi laju saliva berkurang Usia, karena adanya perubahan pada jaringan saliva menjadi jaringan lemak Jenis kelamin, saliva laki-laki > perempuan Faktor psikis, seperti membanyangkan makanan itu menyebabkan sekresi laju saliva bertambah Stimulasi pada rasa makanan Aktivitas, ex: olahraga Disfungi kelenjar saliva Adalanya makanan dalam rongga mulut menyebabkan sekresi laju saliva bertambah

2.4STEP 4Kerangka Konsep

Stimulus

Simpatis

Saraf Otonom

Kelenjar MayorParasimpatis

Kelenjar Saliva

Kelenjar Minor

KomposisiSaliva

FaktorViskositas & Laju aliran saliva

2.5STEP 5Learning Objective (LO) :1. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami saliva,2. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami kelenjar saliva.

2.6STEP 6Belajar Mandiri

2.7 STEP 7Pembahasan2.7.1 Saliva 2.7.1.1 Fungsi SalivaSaliva memiliki fungsi yang sangat penting dalam menjaga efisiensi kerja tubuh dan menjaga kesehatan secara umum. Fungsi saliva biasanya baru dapat dirasakan jika produksinya telah berkurang. Beberapa fungsi saliva dapat dijelaskan sebagai berikut:1) Fungsi Saliva pada Proses Pencernaan dan PengunyahanEnzim amilase yang terdapat pada saliva mampu menguraikan sebagian makanan yang mengandung tepung kanji dan glikogen. Saliva juga dapat membantu proses pengunyahan, sebab jika produksi saliva berkurang, makanan yang membutuhkan pengunyahan optimal akan sukar dilakukan dan dapat menimbulkan eksaserbasi pada mukosa mulut.2) Fungsi Saliva dalam Proses Pengecapan RasaSaliva berperan dalam melarutkan bahan-bahan makanan yang memiliki rasa tertentu sehingga dapat diterima stimulusnya oleh reseptor-reseptor pengecap. Penurunan jumlah saliva dapat mengganggu proses pengecapan, sukar mengunyah dan menelan, apalagi jika makanan tersebut kering atau kental.3) Fungsi Saliva sebagai BuferSistem buffer asam karbonat-bikarbonat, serta kandungan ammonia dan urea dalam saliva dapat menyangga dan menurunkan pH yang terjadi saat bakteri plak sedang memetabolisme gula. Kapasitas buffer dan pH saliva erat hubungannya dengan kecepatan sekresinya. Peningkatan kecepatan sekresi saliva mengakibatkan naiknya kadar natrium dan bikarbonat saliva, sehingga kapasitas bufer saliva pun meningkat. Peningkatan kapasitas buffer dapat melindungi mukosa rongga mulut dari asam yang terdapat pada makanan saat muntah. Selain itu, penurunan pH plak sebagai akibat ulah organism akan dihambat. Sistem bufer saliva membantu mempertahankan pH rongga mulut sekitar 7,0.4) Fungsi Saliva dalam Proses Anti BakteriSaliva mengandung beberapa faktor yang dapat menghancurkan bakteri. Salah satunya adalah ion tiosianat dan beberapa enzim proteolitik seperti lisozim, yang dapat menyerang bakteri, membantu ion tiosianat memasuki bakteri yang kemudian menjadi bakterisidal, dan dapat pula mencerna partikel makanan sehingga dapat menghilangkan pendukun metabolism bakteri.5) Fungsi Saliva dalam Mencegah KariesDifusi komponen saliva seperti kalsium, fosfat, ion OH dan Fe ke dalam plak dapat menurunkan kelarutan email dan meningkatkan remineralisasi karies dini. Beberapa komponen saliva yang termasuk dalam komponen non imunologi seperti lisozim, laktoperoksidase, dan laktoferin mempunyai daya anti bakteri yang langsung terhadap mikroflora tersebut, sehingga derajatasi dogeniknya berkurang.6) Fungsi LubrikasiSaliva dapat membentuk lapisan mucus pelindung pada membrane mukosa yang akan bertindak sebagai pelindung terhadap iritan dan akan mencegah kekeringan dalam rongga mulut. Jika mukosa mulut tidak dilindungi oleh saliva, maka mukosa mulut akan mudah luka dan terkena infeksi. Peradangan mukosa ditandai oleh rasa nyeri atau seperti terbakar dan akan mengalami eksaserbasi oleh makanan pedas, buah-buahan, minuman panas, dan tembakau.7) Fungsi Saliva dalam Menjaga Higiene Rongga MulutAliran saliva dapat menurunkan akumulasi plak pada permukaan gigi dan juga meningkatkan pembersihan karbohidrat dari rongga mulut. Jika jumlah saliva di dalam mulut menurun, akumulasi plak akan meningkat dan terjadi modifikasi flora plak sehingga jumlah Candida, Laktobasilusdan Streptococcus mutan smakin banyak. Oleh karena itu, pada pasien yang menderita mulut kering akan sering terjadi infeksikan di gingivitis. 2.7.1.2 Mekanisme sekresi salivaPengeluaran saliva sekitar 0,5 sampai 1,5 liter per hari. Tergantung pada tingkat perangsangan, kecepatan aliran bervariasi dari 0,1 sampai 4 ml/menit. Pada kecepatan 0,5 ml/menit sekitar 95% saliva disekresi oleh kelenjar parotis (saliva encer) dan kelenjar submandibularis (saliva kaya akan musin); sisanya disekresi oleh kelenjar sublingual dan kelenjar-kelenjar di lapisan mukosa mulut (Despopoulos dan Silbernagl, 2000). Sekresi saliva yang bersifat spontan dan kontinu, bahkan tanpa adanya rangsangan yang jelas, disebabkan oleh stimulasi konstan tingkat rendah ujung-ujung saraf parasimpatis yang berakhir di kelenjar saliva. Sekresi basal ini penting untuk menjaga agar mulut dan tenggorokan tetap basah setiap waktu (Sherwood, 2001). Selain sekresi yang bersifat konstan dan sedikit tersebut, sekresi saliva dapat ditingkatkan melalui dua jenis refleks saliva yang berbeda: (1) refleks saliva sederhana, atau tidak terkondisi, dan (2) refleks saliva didapat, atau terkondisi. Refleks saliva sederhana (tidak terkondisi) terjadi sewaktu kemoreseptor atau reseptor tekanan di dalam rongga mulut berespons terhadap adanya makanan. Sewaktu diaktifkan, reseptor-reseptor tersebut memulai impuls di serat saraf aferen yang membawa informasi ke pusat saliva di medula batang otak. Pusat saliva kemudian mengirim impuls melalui saraf otonom ekstrinsik ke kelenjar saliva untuk meningkatkan sekresi saliva. Tindakan-tindakan gigi mendorong sekresi saliva walaupun tidak terdapat makanan karena adanya manipulasi terhadap reseptor tekanan yang terdapat di mulut. Pada refleks saliva didapat (terkondisi), pengeluaran saliva terjadi tanpa rangsangan oral. Hanya berpikir, melihat, membaui, atau mendengar suatu makanan yang lezat dapat memicu pengeluaran Saliva melalui refleks ini (Sherwood, 2001). Gambar 2.1 Kontrol Sekresi Saliva (Sherwood, 2001) Pusat saliva mengontrol derajat pengeluaran saliva melalui saraf-saraf otonom yang mempersarafi kelenjar saliva. Tidak seperti sistem saraf otonom di tempat lain, respon simpatis dan parasimpatis di kelenjar saliva tidak saling bertentangan. Baik stimulasi simpatis maupun parasimpatis, keduanya meningkatkan sekresi saliva, tetapi jumlah, karakteristik, dan mekanisme yang berperan berbeda. Rangsangan parasimpatis, yang berperan dominan dalam sekresi saliva, menyebabkan pengeluaran saliva encer dalam jumlah besar dan kaya enzim. Stimulasi simpatis, di pihak lain, menghasilkan volume saliva yang jauh lebih sedikit dengan konsistensi kental dan kaya mukus. Karena rangsangan simpatis menyebabkan sekresi saliva dalam jumlah sedikit, mulut terasa lebih kering daripada biasanya selama keadaan saat sistem simpatis dominan, misalnya pada keadaan stres (Sherwood, 2001).Jalur saraf parasimpatis untuk mengatur pengeluaran saliva terutama dikontrol oleh sinyal saraf parasimpatis sepanjang jalan dari nukleus salivatorius superior dan inferior batang otak (Guyton dan Hall, 2008). Obyek-obyek lain dalam mulut dapat menggerakkan refleks saliva dengan menstimulasi reseptor yang dipantau oleh nervus trigeminal (V) atau inervasi pada lidah dipantau oleh nervus kranial VII, IX, atau X. Stimulasi parasimpatis akan mempercepat sekresi pada semua kelenjar saliva, sehingga menghasilkan produksi saliva dalam jumlah banyak (Martini, 2006; Tortora dan Derrickson, 2009).2.7.1.2.1. SEKRESI CAIRAN DAN ELEKTROLITA. Hipotesis dua tahapCara kelenjar saliva menghasilkan saliva hipotonik adalah dengan memompa lebih banyak air daripada garam dari darah ke dalam duktus saliva. Sayangnya, sel tidak memiliki mekanisme apapun untuk mentranspor cairan dalam jumlah banyak, demikian juga tidak melibatkan transpor elektrolit sehingga sel apapun termasuk sel asinus saliva hanya melakukan sekresi yang isotonik dengan darah. Saliva isotonik dapat dihasilkan karena sel telah mengembangkan mekanisme pemindahan ion dari cairan yang disekresi, meninggalkan air. Karena itu, produksi saliva hipotonik merupakan proses dua tahap. Pertama, sel asinus mensekresi saliva primer isotonik dan kemudian sel duktus berstriae secara aktif mengekstrak ion untuk mengupayakan saliva secara progresif lebih hipotonik seiring perjalanan dari duktus menuju rongga mulut.Selubung membran basal sel duktus berstriae mengandung banyak mitokondria penyedia ATP pada pompa Na+ yang secara aktif mengeluarkan Na+ kembali ke dalam darah. Klorida mengikuti secara pasif tetapi air tidak bisa karena membran apikal duktus berstriae tidak permeabel terhadap air. Pada laju aliran rendah, proses reabsorpsi mampu menanggulangi secara praktis semua bikarbonat tersekresi dan sebagian besar NaCl yang disekresi. Sebagaimana laju aliran meningkat, saliva melewati duktus berstriae sebelum reabsorpsi sempurna sehingga konsentrasi NaCl dan bikarbonat serta total osmolaritas saliva meningkat seiring laju aliran.B. Saliva primer: mekanisme sekresi cairan dan elektrolitSel tidak mampu menghasilkan sekresi hipotonik karena transpor cairan mengikuti transpor elektrolit. Na+ dan Cl- ditranspor ke lumen asinus, hal ini membuat lumen hipertonik terhadap darah dan air bergerak secara osmosis untuk menggapai keseimbangan. Jika pergerakan cairan berdasarkan transpor Na+ dan Cl-, tidak diperlukan adanya bantuan hantaran untuk pergerakan cairan lebih lanjut. Karena itu, kendali sekresi saliva primer berada didalam mekanisme sekresi Na+ dan Cl-.Proses transpor aktif primer yang mendasari hampir semua transpor larutan jumlah besar adalah Na+/K+ ATPase. Hal ini mencipatakan tanjakan Na+ yang mengenergikan akumulasi Cl- dalam sel melalui transpor aktif sekunder. Dibawah kondisi istirahat, Cl- tidak dapat keluar dari sel tetapi saat terstimulasi untuk sekresi, saluran Cl- di membran lumina sel asinus terbuka sebagai jalan keluar Cl- yang telah memiliki jalur bebas menyebrangi sel dari darah ke lumen. Sodium mengikuti Cl- untuk mempertahankan elektronetralitas dan telah ada hipertonik lumina untuk menjalankan transpor air. Sebab itu, transpor Cl- adalah kunci sekresi cairan, pengangkut basolateral menimbulkan kekuatan penghabisan Cl- dan saluran Cl- bertindak sebagai tombol on/off sekresi. Saluran Cl- itu sendiri terbuka melalui pembangkitan agonis kenaikan Ca2+. Kenaikan Ca2+ juga mengaktifkan saluran K+. Kejadian ini memelihara potensial membran yang berperan penting dalam kekuatan hantaran penghabisan Cl-.C. Sekresi bikarbonatBikarbonat direabsorbsi bersamaan dengan Na+ dan Cl- oleh sel duktus kelenjar saliva dan pada saliva istirahat, konsentrasi HCO3- rendah sekitar 1-2 mM. Layaknya konsentrasi NaCl, konsentrasi HCO3- meningkat seiring laju aliran, hingga 60mM pada saliva terstimulasi. Sebagaimana konsentrasi HCO3- saliva maksimal ini melebihi konsentrasi HCO3- plasma sebanyak 24mM, HCO3- harus secara aktif disekresi kelenjar saliva, kemungkinan oleh sel asinus. Studi mengenai bagaimana mekanisme HCO3- disekresi masih sedikit, namun diperkirakan bahwa proses sekresi tersebut menyerupai Cl- layaknya jalan keluar HCO3- dari sel juga diperantarai potensial membran dan diaktivasi agonis kolinergik. Satu kemungkinan adalah bahwa HCO3- dan Cl- bersaing pada saluran yang sama. Alternatif lain, HCO3- mungkin memiliki jalur penghabisan tersendiri dan secara sederhana bersaing dengan Cl- untuk mendapatkan bantuan hantaran.Langkah asupan terkonsentrasi pada HCO3- cukup berbeda dari Cl-. HCO3- intrasel berasal dari hidrolisis katalis-anhidrase karbon pada karbon dioksida yang menyebar ke dalam sel melewati membran basolateral. Proton juga dihasilkan melalui reaksi ini dan dihasilkan sel menyebrangi membran basolateral melalui pertukaran Na+/H+ sehingga pH intrasel terpelihara.D. Kendali sekresi cairan: IP3 dan Ca2+ sebagai penghubung keduaLima langkah dasar dalam sekresi cairan stimulus dapat digarisbesarkan sebagai berikut. Reseptor muskarinik sel asinus tidak sendiri mengatur aktivitas enzim, melainkan mengaktifkan protein-G sehingga mampu mengikat GTP dan diubah menjadi aktif. Protein-G ikatan GTP mengaktifkan enzim target. Langkah pengikatan protein-G ini dapat mewakili mekanisme penguatan karena satu reseptor dapat mengaktifkan banyak protein-G. Protein-G berpasangan dengan reseptor ACh muskarinik sel asinus dan menstimulasi enzim fosfolipase-C untuk membelah PIP2 menjadi IP3 dan DAG. DAG berfungsi sebagai penghubung kedua ikatan membran plasma tetapi kepentingannya berada di urutan setelah IP3 selama mobilisasi Ca2+. IP3 merupakan penghubung kedua sitoplasmik yang berikatan dengan dan mengaktifkan saluran Ca2+ pada penyimpanan Ca2+ intrasel, menyebabkan pelepasan Ca2+. Seiring pengosongan Ca2+, pemasukan Ca2+ dimulai. Resultannya meningkat dalam konsentrasi Ca2+ sitosol yang mengaktifkan saluran Cl- dan meningkatkan sekresi saliva.

2.7.1.2.2. SEKRESI MAKROMOLEKULPolipeptida dan protein disintesis dan dilepas sel asinus saliva. Salah satu perbedaan diantara kelenjar saliva mayor adalah sifat sekresi proteinnya. Saliva sublingual yang diproduksi sel asinus mukosa kaya akan glikoprotein dan karenanya sangat tebal dan kental. Sel asinus serus parotid menghasilkan amilase saliva dan polipeptida kaya prolin. Saliva parotid tipis dan encer. Kelenjar submandibula mengandung campuran asinus serus dan mukus. Apapun proteinnya, akan terlalu banyak bila menyebrangi membran sel. Karena itu, harus disintesis dan disimpan dalam struktur ikatan membran sehingga dapat dilepas dari sel secara eksostosis.

2.7.1.3 Faktor-faktor yang mempenrgaruhi sekresi salivaFaktor yang mempengaruhisekresi saliva antaralain :1.Faktor Variasi Diurnal. Variasi di urnal merupakan proses yang kerja di dalam tubuh manusia, antara lain terjadinya peningkatan Natrium dan Kloride pada pagi hari, sedangkan Kalium akan meningkat pada siang hari.2.Faktor Durasi Stimulus. Lamanya stimulus yang mengenai kelenjar saliva dapat menyebabkan perubahan pada komponen saliva.3.Faktor Tipe kelenjar.Setiap kelenjar memiliki tingkat penerimaan dan kepekaan yang berbeda-beda, sehingga aliran dari jumlah salivanya pun berbeda-beda.4.Faktor Diet. Diet berpengaruh terhadap perbedaan aliran saliva. Aktifitas fungsional kelenjar saliva dipengaruhi oleh factor mekanis dan pengecapan5.Faktor Konsentrasi plasma. Konsentrasi plasma berhubungan dengan konsentrasi asam amino, kalsium, glukosa, kalium, urea, dan asam uric dalam saliva6.Faktor hormone. Dapat berasal dari aldeosteron,hormone bradikinin, testosterone dan tiroksin7.Disfungsi kelenjar ludah. Dapat disebabkan oleh penyumbatan saluran, penyakit iritasi kelenjar ludah, dan terapi radiasi.8.Faktor umum. Faktor umum terbagi menjadi reflex tidak bersyarat dan reflex bersyarata.Reflek tidak bersyarat menyangkut :1)Rasa:pengaruh rasa yang ditimbulkan dari rangsangan sangat beragam, sehingga memberikan efek stimulasinya terhadap aliran ludah pun berbeda-beda.2)Bau-Bau yang ditangkap oleh indra penciuman juga berpengaruh terhadap sekresi saliva meskipun efeknya tidak terlalu besar. 3)Stimulasi mekanis terhadap mucosa mulut, dimana ketika kita mengunyah makanan yang halus akan meningkatkan sekresi saliva jika dibandingkan dengan makanan yang kasar yang dapat menyebabkan penurunan sekresi saliva bahkan menyebabkan terhambatnya aliran saliva.4)Iritasi mekanis terhadap gingiva seperti scaling gigi dan prosedur polishing dapat mempengaruhi sekresi saliva.5)Mastikasi makanan, pengunyahan makanan dapat meningkatkan impuls sensorik, seperti dari stimulasi mekanis dari mukosa mulut, tekanan pada gigi yang melibatkan reseptor periodontal, dan impuls dari sendi temporo mandibular (TMJ) dan otot pengunyah.6)Iritasi kimia terhadap mukosa mulut. Asam, terutama asam sitrat, sangat menstimulasi aliran ludah, sehingga salivasinya pun meningkat, berikutnya garamhalus, dan rasa yang pahit.7)Distensi atau iritasi esophagus, seperti benda asing.8)Iritasi kronis terhadap esophagus seperti carcinoma esophagus.9)Iritasi bahan kimia terhadap dinding perut yang mengakibatkan rasa mual.10)Kehamilan,biasanya diikuti oleh meningkatnya aliranludah.11)Obat (terutama dengan aktivitas anti cholinergic), contohnya atropine.12)Gangguan endokrin, seperti diabetes mellitus, penyakitcushing, dan penyakit Addison. Dimana orang yang menderita penyakit diabetes mellitus memiliki saliva yang lebih kental jika dibandingkan dengan individu normal. 2.7.2 Kelenjar salivaKelenjar saliva merupakan suatu kelenjar eksokrin yang berperan penting dalam mempertahankan kesehatan jaringan mulut. Kelenjar saliva mensekresi saliva ke dalam rongga mulut. Saliva terdiri dari cairan encer yang mengandung enzim dan cairan kental yang mengandung mukus. Menurut struktur anatomis dan letaknya, kelenjar saliva dapat dibagi dalam dua kelompok besar yairu kelenjar saliva mayor dan kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor dan minor menghasilkan saliva yang berbeda-beda menurut rangsangan yang diterimanya. Rangsangan ini dapat berupa rangsangan mekanis (mastikasi), kimiawi (manis, asam, asin dan pahit), neural, psikis (emosi dan stress), dan rangsangan sakit. Besarnya sekresi saliva normal yang dihasilkan oleh semua kelenjar ini kira-kira 1-1,5 liter per hari. A. Kelenjar saliva MayorKelenjar saliva ini merupakan kelenjar saliva terbanyak dan ditemui berpasangpasangan yang terletak di ekstraoral dan memiliki duktus yang sangat panjang. Kelenjar-kelenjar saliva mayor terletak agak jauh dari rongga mulut dan sekretnya disalurkan melalui duktusnya kedalam rongga mulut. Menurut struktur anatomi dan letaknya, kelenjar saliva mayor dapat dibagi atas tiga tipe yaitu parotis, submandibularis dan sublingualis. Masingmasing kelenjar mayor ini menghasilkan sekret yang berbedabeda sesuai rangsangan yang diterimanya. Saliva pada manusia terdiri atas sekresi kelenjar parotis (25%), submandibularis (70%), dan sublingualis (5%). Kelenjar ParotisAnatomi:Kelenjar ini merupakan kelenjar terbesar dibandingkan kelenjar saliva lainnya.Letak kelenjar berpasangan ini tepat di bagian bawah telinga terletak antara prosessus mastoideus dan ramus mandibula. Kelenjar ini meluas ke lengkung zygomatikum di depan telinga dan mencapai dasar dari muskulus masseter. Kelenjar parotis memiliki suatu duktus utama yang dikenal dengan duktus Stensen. Duktus ini berjalan menembus pipi dan bermuara pada vestibulus oris pada lipatan antara mukosa pipi dan gusi dihadapkan molar dua atas.Kelenjar ini terbungkus oleh suatu kapsul yang sangat fibrous dan memiliki beberapa bagian seperti arteri temporal superfisialis, vena retromandibular dan nervus fasialis yang menembus dan melalui kelenjar ini.

Histologi:Kelenjar ini dibungkus oleh jaringan ikat padat dan mengandung sejumlah besar enzim antara lain amylase, lisozim, fosfatase asam, aldolase, dan kolinesterase.Kelenjar parotis adalah kelenjar tubuloasinosa kompleks, yang pada manusia adalah serosa murni. Kelenjar ini dikelilingi oleh kapsula jaringan ikat yang tebal, dari sini ada septa jaringan ikat termasuk kelenjar dan membagi kelenjar menjadi lobulus yang kecil. Kelenjar parotis mempunyai sistem saluran keluar yang rumit sekali dan hampir semua duktus ontralobularis adalah duktus striata. Saluran keluar yang utama yaitu duktus parotidikius steensen terdiri dari epitel berlapis semu, bermuara kedalam vestibulum rongga mulut berhadapan dengan gigi molar kedua atas. Kelenjar parotis secara khas dipengaruhi oleh mumps yaitu parotitis epidemika.

Fisiologi:Kelenjar parotis menghasilkan suatu sekret yang kaya akan air yaitu serous.Saliva pada manusia terdiri atas 25% sekresi kelenjar parotis.

Kelenjar SubmandibularisAnatomi:Kelenjar ini merupakan kelenjar yang berbentuk seperti kacang dan memiliki kapsul dengan batas yang jelas.Di dalam kelenjar ini terdapat arteri fasialis yang melekat erat dengan kelenjar ini.Kelenjar ini teletak di dasar mulut di bawah ramus mandibula dan meluas ke sisi leher melalui bagian tepi bawah mandibula dan terletak di permukaan muskulus mylohyoid.Pada proses sekresi kelenjar ini memiliki duktus Wharton yang bermuara di ujung lidah.

Histologi:Kelenjar ini terdiri dari jaringan ikat yang padat.Kelenjar submandibularis adalah kelenjar tubuloasinosa kompleks, yang pada manusia terutama pada kelenjar campur dengan sel-sel serosa yang dominan, karena itu disebut mukoserosa. Terdapat duktus interkalaris, tetapi saluran ini pendek karena itu tidak banyak dalam sajian, sebaliknya duktus striata berkembang baik dan panjang. Saluran keluar utama yaitu duktus submandibularis wharton bermuara pada ujung papila sublingualis pada dasar rongga mulut dekat sekali dengan frenulum lidah, dibelakang gigi seri bawah. Baik kapsula maupun jaringan ikat stroma berkembang baik pada kelenjar submandibularis.

Fisiologi:Kelenjar submandibularis menghasilkan 80% serous (cairan ludah yang encer) dan 20% mukous (cairan ludah yang padat).Kelenjar submandibularis merupakan kelenjar yang memproduksi air liur terbanyak.Saliva pada manusia terdiri atas 70% sekresi kelenjar submandibularis.- Kelenjar SublingualisAnatomi:Kelenjar ini terletak antara dasar mulut dan muskulus mylohyoid merupakan suatu kelenjar kecil diantara kelenjarkelenjar mayor lainnya.Duktus utama yang membantu sekresi disebut duktus Bhartolin yang terletak berdekatan dengan duktus mandibular dan duktus Rivinus yang berjumlah 8-20 buah.Kelenjar ini tidak memiliki kapsul yang dapat melindunginya.

Histologi:Kelenjar sublingualis adalah kelenjar tubuloasinosa dan kelenjar tubulosa kompleks. Pada manusia kelenjar ini adalah kelenjar campur meskipun terutama kelenjar mukosa karena itu disebut seromukosa. Sel-sel serosa yang sedikit hampir seluruhnya ikut membentuk demilune. Duktus interkalaris dan duktus striata jaringan terlihat.Kapsula jaringan ikat tidak berkembang baik, tetapi kelenjar ini lobular halus biasanya terdapat 10-12 saluran luar yaitu duktus sublingualis, yang bermuara kesepanjang lipatan mukosa yaitu plika sublingualis, masing-masing mempunyai muara sendiri. Saluran keluar yang lebih besar yaitu duktus sublingualis mayor bartholin bermuara pada karunkula sublingualis bersama-sama dengan duktus wharton, kadang-kadang keduanya menjadi satu.

Fisiologi:Kelenjar sublingualis menghasilkan sekret yang mukous dan konsistensinya kental.Saliva pada manusia terdiri atas 5% sekresi kelenjar sublingualis.

Gambar. Anatomi Kelenjar Saliva MayorB. Kelenjar saliva MinorKebanyakan kelenjar saliva minor merupakan kelenjar kecil-kecil yang terletak di dalam mukosa atau submukosa. Kelenjar minor hanya menyumbangkan 5% dari pengeluaran ludah dalam 24 jam. Kelenjar-kelenjar ini diberi nama berdasarkan lokasinya atau nama pakar yang menemukannya.3,15

Kelenjar labial (glandula labialis) terdapat pada bibir atas dan bibir bawah dengan asinus-asinus seromukus. Kelenjar bukal (glandula bukalis) terdapat pada mukosa pipi, dengan asinus-asinus seromukus. Kelenjar Bladin-Nuhn (Glandula lingualis anterior) terletak pada bagian bawah ujung lidah. Kelenjar Von Ebner (Gustatory Gland = albuminous gland) dan Kelenjar Weber terletak pada pangkal lidah. Kelenjar Von Ebner dan Weber disebut juga glandula lingualis posterior.

BAB IIIPENUTUP

3.1 KesimpulanSekresi saliva dilakukan oleh kelenjar saliva mayor dan minor ketika mendapatkan rangsangan oleh saraf-saraf aferen menuju pusat saliva. Kelenjar saliva mayor terdiri dari kelenjar parotis , kelenjar submandibularis dan kelenjar sublingualis . Sedangkan kelenjar saliva minor terdapat pada hampir seluruh bagian rongga mulut , yaitu terdiri dari kelenjar labial , bukal , bladin-nuhn , von ebner , dan weber. proses sekresi saliva dibedakan dalam dua fase, yaitu:1. Sintesis dan sekresi cairan acinar oleh sel-sel sekretori.Rangsangan dapat berupa adrenergik ( dan ) maupun kolinergik. Rangsangan dapat berupa adrenergik melalui neurotransmiter noradrenalin dibentuk (cAMP) yang mengaktifkan protein kinase dan fosforilase yang mengakibatkan kontraksi filamen sehingga granula sekresi diangkut ke membran plasma luminal yang akan melebar dengan membran granula setelah itu saliva primer diteruskan ke lumen melalui muara pembuangan.2. Perubahan yang terjadi pada muara pembuangan, yaitu pada duktus striata dimana nantinya akan terjadi sekresi elektrolit dan makromolekul. Saliva primer diangkut melalui saluran pembuangan kelenjar parotis dan submandibularis, air dan elektrolit (ion-ion seperti Na+, K+, Ca2+, Mg2+, Cl-, HCO3-) disekresi dan diresorbsi oleh sel-sel. Seluruh proses sekresi dikontrol oleh sistem saraf otonom.

DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur C., John E. Hall. 2008. Fisiologi Kedokteran. W.B. Amerongen, A.N., 1991,Ludah dan Kelenjar Ludah: Arti Penting bagi Kesehatan Gigi, Gadjah Mada University Press: Yogyakarta. Halaman : 6-22; 37-39Ethel sloane.2004.ANATOMI DAN FISIOLOGI Untuk Pemula. Jakarta: EGC

3