STEP 1-5
description
Transcript of STEP 1-5
SKENARIO 2
KELAINAN JARINGAN PENYANGGA GIGI SAAT KONDISI HAMIL
NM, Perempuan berusia 29 tahun dengan gravida 6 para 2032 ( ^ kali hamil, memiliki 2
lahir hidup usia kehamilan >20 minggu / 0 prematur / 3 keguguran / 2 anak hidup ) dengan usia
kehamilan 19 minggu datang ke dokter gigi dengan keluhan sakit, merah dan bengkak pada gusi
dan mudah berdarah ketika kontak. Pasien mengatakan tidak ada riwayat trauma, merokok,
alkohol, atau penggunaan obat terlarang. Riwayat kesehatan rongga mulutnya didapatkan
gingivitis kronis yang berlanjut ke penyakit periodontal. Sebelum kehamilan, pasien pernah
melakukan perawatan terhadap penyakit yang telah didiagnosa sebagai periodontitis kronis
ringan sampai sedang melalui pemeriksaan menyeluruh jaringan periodontalnya, termasuk
pemeriksaan jaringan lunak, perdarahan dan eksudat. Pasien telah menjalani perawatan
pembersihan jaringan nekrotik secara bedah. Pemeriksaan klinis rongga mulutnya diperoleh
multiple karies pada gigi – gigi molar bawah kanan, merah dan bengkak pada margin gingiva,
dan sakit saat ditekan ringan.
Pasien menerima perawatan antibiotik untuk penyikatannya tersebut dan pasien
mendapatkan perawatan dari dokter kandungan suhubungan dengan riwayat kehamilannya.
Dokter kandungannya mendiagnosa keguguran yang tidak bisa tertolong karena ada kebocoran
cairan dari serviks setelah melewati pemeriksaan fisik pasien dan sonografi terhadap janin. Bayi
lahir mati kurang dari 7 jam setelah induksi. Tidak ada kelainan kehamilan dan pemeriksaan
genetik menunjukkan tidak ada kelainan kromosom.
STEP 1
1. Keguguran
Kematian bayi atau janin kurang dari <20 minggu
2. Periodontitis
Peradangan pada jaringan penyangga gigi seperti ligament periodontal, tulang alveolar,
dan sementum. Sering terjadi akibat dari gingivitis yang tidak dirawat. Terjadi apabila
sudah hilang perlekatan antara gigi dan jaringan penyangganya.
1
3. Gingivitis
Peradangan pada gingiva karena akumulasi plak yang disertai dengan adanya
pembengkakan, kemerahan, eksudat, dan perubahan kontur normal.
4. Gravida
Jumlah kehamilan yang dialami oleh wanita dihitung dari awal kehamilan hingga
kehamilannya yang sekarang. Dibagi menjadi 2 jenis yakni primigravida, hamil pertama
kali dan multigravida, hamil beberapa kali.
5. Para
Jumlah kelahiran hidup >20 minggu. Dibagi menjadi 2 jenis yakni primipara, lahir hidup
pertama kali dan multipara, lahir hidup beberapa kali.
6. Induksi
Proses untuk merangsang kontraksi langsung sebelum kontraksi alami dengan tujuan
untuk mempercepat persalinan. Contohnya, merangsang persalinan kurang dari 9 bulan.
7. Sonografi
Teknik diagnostik dengan suara ultra untuk menggambarkan organ internal yang
bertujuan untuk melihat kondisi janin.
8. Antibiotik
Jenis obat-obatan yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri.
STEP 2
1. Bagaimana kaitan antara ibu hamil dengan pregnancy gingivitis?
2. Apakah periodontitis dapat menyebabkan faktor keguguran pada kehamilan? Bagaimana
mekanisme periodontitis dalam menyebabkan keguguran?
3. Apakah multiple karies juga berpengaruh terhadap kehamilan yang dialami pasien?
4. Bagaimana mekanisme kerja dari antibiotik tersebut?
5. Mengapa ibu hamil memiliki resiko tinggi terhadap kerusakan jaringan periodontal?
6. Apakah semua ibu hamil beresiko terkena gingivitis?
7. Apakah setelah kehamilan selesai penyakit periodontal yang dialami tetap berlanjut?
8. Apakah faktor penyebab gingivitis selama masa kehamilan?
2
STEP 3
1. Ibu hamil mengalami kenaikan hormone estrogen dan progesterone. Dengan adanya
akumulasi plak yang berlebihan sedangkan sel limfosit T menurun menyebabkan
pertahanan menurun sehingga bakteri dalam rongga mulut meningkat dan mengakibatkan
gusi rentan terhadap peradangan. Hormon PGE2 merangsang IL-6 untuk mengaktifkan
sel T dan sel NK. Bakteri yang terangsang untuk menginfeksi adalah P. intermedia
dengan sifatnya yang nyaman hidup di sulcus dan merusak gingiva.
2. Kehamilan menyebabkan terjadinya peningkatan hormone estrogen dan progesterone dan
menimbulkan perubahan pada mulut dengan munculnya respon pada jaringan lunak
mulut terhadap iritasi lokal contohnya periodontitis. Peningkatan hormon dan
peningkatan vaskularisasi menyebabkan pembuluh darah gingiva lebih permeable dan
sensitive dalam menerima respon iritan lokal seperti plak, kalkulus, dan karies. Bakteri
pada plak menembus aliran darah secara hematogen, menyerang plasenta, sehingga
plasenta memberi mekanisme perlawanan dengan kontraksi dan dilatasi otot uterus
karena produksi kadar hormone prostaglandin meningkat. Pembentukan prostaglandin
melalui siklus oksigenase. Kadar prostaglandin yang meningkat sebelum waktunya ini
menyebabkan tubuh si ibu menganggap telah siap melahirkan sehingga terjadilan
keguguran.
3. Karies merupakan indikator OH rongga mulut ibu buruk sehingga kondisi pregnancy
gingivitis yang umumnya dialami oleh ibu hamil menjadi lebih parah dan mengarah ke
periodontitis.
4. Antibiotic diberikan untuk mengurangi akumulasi plak atau bakteri yang ada di dalam
rongga mulut. Antibiotik yang aman dikonsumsi oleh ibu hamil antara lain penicillin,
ampicillin, erythromycin, clindamycin, dan amoxixilin. Sedangkan antibiotic yang tidak
aman atau dapat berakibat faal apabila dikonsumsi oleh ibu hamil antara lain tetracyclin
(doxycycline dan minocyclin).
5. Telah terjawab pada nomor 1 dan 2.
6. Faktor primer adalah akumulasi plak dan faktor sekunder adalah kondisi sistemik atau
hormonal. Jika faktor primer atau kondisi OH baik walaupun faktor hormonal meningkat
3
tidak akan terjadi gingivitis. Namun jika OH buruk dan ditambah dengan kondisi
kehamilan dengan kenaikan kadar hormone estrogen dan progesterone yang memiliki
reseptor di dalam rongga mulut dan rahim, ibu hamil lebih beresiko terkena gingivitis.
7. Setelah kehamilan akan terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron
sehingga gingivitis yang awalnya diderita oleh ibu hamil tersebut dapat sembuh. Pada
mas akehamilan menginjak usia 9 bulan kondisi hormonal tersebut secara fisiologis akan
menurun sehingga resiko gingivitis tersebut dapat disembuhkan.
8. Faktor penyebab timbulnya gingivitis pada masa kehamilan dapat di bagi dua bagian,
yaitu penyebab primer dan sekunder.
a. Penyebab primer yaitu: iritasi lokal seperti plak, kalkulus, sisa-sisa makanan,
tambalan kurang baik,gigi tiruan yang kurang baik penyebab ini sama halnya seperti
pada ibu yang tidak hamil, tetapi pada ibu hamil perubahan hormonal yang dapat
memeperberat reaksi peradangan pada gusi oleh iritasi lokal. Saat kehamilan terjadi
perubahan dalam pemeliharan kebersihan gigi dan mulut yang bisa disebabkan oleh
timbulnya perasaan mual,muntah, perasaan takut ketika menggosok gigi karena
timbul perdarahan atau ibu terlalu lelah dengan kehamilanya sehingga malas
menggosok gigi. Keadan ini dengan sendirinya akan menambah penumpukan plak
sehingga memperburuk keadaan.
b. Penyebab sekunder: yaitu perubahan keseimbangan hormonal, terutama perubahan
hormon estrogen dan progesteron. Perubahan tersebut pada masa kehamilan
mempunyai efek bervariasi pada jaringan, diantaranya perlebaran pembuluh darah
yang mengakibatkan bertambahnya aliran darah sehingga gusi menjadi lebih merah,
bengkak dan mudah mengalami perdarahan. Akan tetapi , jika kebersihan mulut
terpelihara dengan baik perubahan mencolok pada jaringan gusi jarang terjadi .
4
STEP IV
STEP V
Mampu memahami dan menjelaskan
1. Mekanisme terjadinya periodontitis pada ibu hamil
2. Mekanisme pengaruh gingivitis dan periodontitis terhadap kehamilan
3. Pemilihan antibiotik untuk ibu hamil
STEP VII5
Ibu hamil
Bakterimia ke uterus
Periodontitis
Perubahan hormonal
Menekan produksi sistem imun
Gingivitis
Akumulasi plak
Keguguran
Estrogen meningkat
Progesteron meningkat
OH buruk
1. Mekanisme Terjadinya Periodontitis pada Ibu Hamil
Gingivitis pada ibu hamil tidak akan timbul tanpa adanya faktor lokal atau keradangan
gingiva karena akumulasi plak dan bakteri pada gingiva yang mendahului sebelum
kehamilan, sedangkan faktor sistemik yaitu meningkatnya kadar hormon gonadotropin,
estrogen, dan progesteron selama masa kehamilan merupakan faktor sekunder yang
6
Faktor lokal sebagai penyebab utama
penyakit periodontal (PLAK)
Faktor resiko penyakit periodontal yang tidak dapat dimodofikasi :
Penyakit sistemik
Obat-batan
Hormon
Faktor resiko penyakit periodontal yang dapat dimodifikasi :
Kebiasaan buruk
Merokok
Tingkat pendidikan Respon Imun Host
Mediator Inflamasi
Immunoinflamatory host efektif
dalam merespon
Immunoinflamatory host tidak efektif dalam merespon
Tidak terjadi kerusakan
Gingivitis
Periodntitis
memperparah peradangan gingiva. Kehamilan bukanlah penyebab langsung dari pregnancy
gingivitis, melainkan tergantung pula pada tingkat kebiasaan kebersihan mulut pasien .
Ketika seseorang wanita sedang mengalami hamil, maka secara normal akan mengalami
perubahan keseimbangan hormonal. Dimana hormon estrogen dan progesterone akan
meningkat. Reseptor estrogen (ER) ada dua tipe : ERalpha dan ERbeta. ERbeta memiliki
fungsi dalam proses fisiologis seperti differensiasi sel, organisasi matriks ekstraselluler dan
komunikasi stroma-epitel. Apabila jumlah reseptor dibandingkan dengan jumlah hormone
lebih banyak maka seseorang tersebut keadaan rongga mulutnya normal atau tidak
mengalami perbesaran pada gingivanya. Sedangkan jika hormone lebih banyak maka
seseorang yang hamil akan mengalami perbesaran pada gingiva tersebut (gingivitis). Hal
ini dikarenakan reseptor – reseptor tersebut akan “mengunci” hormone – hormone yang
telah di sekresi.
Konsentrasi yang tinggi dari hormone seksual ditemukan pada jaringan gingival, saliva,
serum dan cairan krevikular juga mungkin mengakibatkan respons berlebihan. Konsentrasi
hormone seksual dalam cairan krevikular yang ada menyediakan pertumbuhan
mikroorganisme pathogen periodontal. Bacteroides melaninogenicus dan P. intermedia
naik secara signifikan dan sesuai dengan kenaikan tingkat estradiol (estrogen yang paling
poten) dan progesterone. Hal ini disebabkan karena estradiol atau progesterone dapat
menggantikan menadione (vitamin K) yang merupakan faktor pertumbuhan yang essensial
untuk P. intermedia tetapi tidak untuk P. gingivalis atau B. coherence. Ditemukan
peningkatan konsentrasi hormone seksual dalam saliva pada bulan pertama mencapai
puncaknya pada bulan kesembilan kehamilan, bersama-sama dengan peningkatan P.
intermedia. Perubahan hormon pada ibu hamil yang disertai dengan perubahan vaskuler
juga menyebabkan gingival menjadi lebih sensitif terhadap bakteri dan produkproduknya.
Efek hormon estrogen terhadap jaringan periodontal
1. Mengurangi keratinisasi sambil meningkatkan glikogen epitel yang mengakibatkan
penurunan dalam efektivitas barier epitelium
2. Meningkatkan proliferasi sel dalam pembuluh darah
3. Merangsang PMNL fagositosis
7
4. Menghambat kemotaksis PMNL
5. Produksi Suppress leukosit dari sumsum tulang
6. Menghambat cytokins proinflamasi yang dihasilkan oleh sumsum
7. Mengurangi peradangan dimediasi sel T
8. Merangsang proliferasi fibroblas gingival
9. Merangsang sintesis dan pematangan jaringan ikat gingival
10. Meningkatkan jumlah inflamasi gingiva tanpa peningkatan plak
Efek hormon progesteron terhadap jaringan periodontal
1. Meningkatkan dilatasi pembuluh darah, sehingga meningkatkan permeabilitas
2. Meningkatkan produksi prostaglandin
3. Meningkatkan PMNL dan prostaglandin E2 dalam cairan sulkus gingiva (GCF)
4. Mengurangi glukokortikoid efek anti-inflamasi
5. Menghambat sintesis kolagen dan noncollagen di PDL fibroblast
6. Menghambat proliferasi proliferasi fibroblast gingiva manusia
7. Menghambat tingkat dan pola produksi kolagen pada gingiva sehingga potensi
perbaikan dan pemeliharaan berkurang
8. Meningkatkan kerusakan metabolisme folat yang diperlukan untuk pemeliharaan dan
perbaikan jaringan
2. Mekanisme Terjadinya Kelainan Kehamilan karena Periodontitis
Translokasi organisme patogen periodontal dan atau mediator inflamatori ke unit
feto-plasenta
Pada awal tahun 1990-an, Collins dkk. menyatakan hipotesis bahwa infeksi oral, seperti
periodontitis dapat bertindak sebagai sumber bakteri dan mediator inflamatori yang dapat
menyebar secara sistemik ke unit fetal-plasenta via sirkulasi darah dan menginduksi
kelahiran prematur bayi.1 Bakteri dapat menginduksi aktivasi sel imunitas tubuh yang
merangsang produksi sitokin seperti interleukin-1 (IL-1), interleukin-6 (IL-6) dan tumor
necrosis factor alpha (TNF-α) dan pelepasan prostalglandin khususnya prostalglandin-E2
(PGE2).2,9 Patogen periodontal yang diduga memiliki hubungan dengan PLBW adalah
8
Treponema denticola, Porphyromonas gingivalis, Bacteroides forsythus dan
Actinobacillus actinomycetemcomitans.
Pada kehamilan trimester kedua terjadi peningkatan jumlah bakteri anaerob gram negatif
pada plak gigi dibandingkan dengan jumlah bakteri aerob. Pada saat kondisi oral hiegien
kurang baik, bakteri periodontal berakumulasi di daerah servikal gigi dan membentuk
suatu struktur yang dikenal sebagai “bacterial biofilm”. Pada biofilm matang, bakteri
menghasilkan banyak faktor virulensi, termasuk lipopolysaccharide (LPS) yang dapat
menyebabkan kerusakan jaringan periodontal secara langsung atau menstimulasi host
untuk mengaktifkan respon inflamatori lokal. Lipopolysaccharide dapat mengaktivasi
macrophages dan sel lain yang berfungsi mensintesis dan mensekresi molekul
berspektrum luas, termasuk sitokin (IL-1β, TNF-α dan IL-6) dan prostalglandin. Respon
inflamatori lokal bertujuan untuk mengeliminasi infeksi yang terjadi, namun dapat
menyebabkan kehilangan struktur periodontal yang lebih lanjut.
Kemampuan dari organisme patogen periodontal dan faktor virulensinya menyebar dan
merangsang pembentukan respon inflamatori lokal dan sistemik pada host, telah
menghasilkan suatu hipotesis bahwa penyakit periodontal dapat mempengaruhi jaringan
selain jaringan periodontal. Konsep ini telah dilaporkan sebelumnya oleh Miller pada
tahun 1891.
Jika respon imun tubuh dan neutrofil tidak mampu melokalisasi proses infeksi (seperti
respon IgG maternal rendah terhadap bakteri); kemudian bakteri dan atau faktor
virulensinya dan sitokin inflamatori akan masuk secara sistemik melalui sirkulasi darah.
Bukti klinisnya akan terlihat melalui perdarahan pada probing dan peningkatan
kedalaman saku periodontal selama kehamilan.
Keberadaan bakteri dalam sirkulasi darah akan merangsang host membentuk respon
inflamatori berikutnya secara sistemik, terutama melalui produksi sitokin inflamatori
yang lebih banyak dan acute-phase reactants seperti C-reactive protein.
9
Pada akhirnya, bakteri dan atau faktor virulensinya dan sitokin inflamatori akan mencapai
plasenta; sekitar 40 persen dari semua kehamilan dihubungkan dengan respon antibodi
IgM janin terhadap organisme oral maternal. Hal ini akan menciptakan daerah rentan
bakteri yang lain dan memungkinkan terjadinya infeksi pada plasenta, yang mengarah
kepada pembentukan respon inflamatori baru yang terlokalisasi pada hubungan feto-
plasenta, berupa peningkatan produksi sitokin inflamatori. Seperti halnya pada jaringan
ikat periodontal, sitokin yang terbentuk pada daerah ini, walaupun diproduksi dengan
tujuan melawan proses infeksi, namun juga dapat menyebabkan kerusakan jaringan ikat.
Kenaikan produksi sitokin inflamatori seperti interleukin 1β dan prostalglandin E2 juga
memiliki konstribusi terhadap rupturnya membran secara prematur, kontraksi uterus dan
memicu kelahiran prematur.
Integritas struktur plasenta sangat penting untuk pertukaran nutrisi yang normal antara
ibu dan janin. Kerusakan dari jaringan ikat plasenta ini dapat menyebabkan gangguan
perkembangan janin yang dapat memicu bayi lahir dengan berat badan rendah. Selain itu,
kerusakan struktur plasenta juga dapat menganggu aliran darah normal antara ibu dan
janin, yang mempengaruhi tekanan darah ibu hamil dan memicu kondisi pre-eklamsia.
Pada akhirnya, bakteri periodontal dan atau faktor virulensinya dan sitokin inflamatori
akan melewati plasenta; dan masuk ke sirkulasi janin. Bakteri periodontal dan atau faktor
virulensinya dan sitokin inflamatori akan merangsang pembentukan fetal-host-immune-
response yang baru, seperti yang dibuktikan melalui observasi kenaikan level IgM janin
terhadap bakteri patogen periodontal. Jika janin tidak dapat mengontrol infeksi ini, akan
terbuka akses bagi bakteri dan faktor virulensinya ke berbagai jaringan ikat tubuh,
merangsang respon inflamatori lokal dan sebagai akibatnya terjadi kerusakan struktur
jaringan ikat tubuh dan sistem organ janin. Suatu keadaan dimana janin dapat atau tidak
dapat bertahan hidup pada masa perinatal adalah tergantung kepada perluasan kerusakan
yang terjadi. Bagaimanapun, bayi yang berhasil bertahan hidup akan menderita cacat
yang akan mempengaruhi kualitas hidupnya, hingga dewasa.
10
Suatu mekanisme yang mungkin terjadi dalam keterkaitan antara penyakit periodontal
dan kelahiran prematur yaitu adanya mikroorganisme, endotoksinnya dan mediator
inflamatori host yang dihasilkan dapat mencapai kavitas uterin dari bagian tubuh yang
letaknya jauh, seperti rongga mulut, secara langsung atau melalui pembuluh darah dan
meningkatkan mediator inflamatori pada decidua dan membran. Mekanisme ini dapat
mengakibatkan terjadinya produksi prostalglandin atau kontraksi uterin secara langsung
yang dapat memicu dilatasi servikal. Dilatasi serviks memungkinkan masuknya bakteri,
produknya dan sitokin lebih jauh ke kavitas uterin yang berlanjut hingga kelahiran
prematur atau rupturnya membran secara prematur.
3. Pemilihan Antibiotik yang Baik bagi Ibu Hamil
Obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan. Penanganan dan pencegahan
berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan terapi dengan obat atau
farmakoterapi. Tujuan setiap terapi obat yang diresepkan selama kehamilan adalah untuk
menghindari reaksi obat yang merugikan baik pada ibu maupun janin. Telah diketahui
bahwa tidak satupun obat yang digunakan untuk merawat rasa nyeri atau infeksi
sepenuhnya tanpa risiko. Namun akibat yang ditimbulkan dari tidak dirawatnya infeksi
selama kehamilan melebihi risiko yang mungkin ditimbulkan oleh sebagian besar obat-
obatan yang dibutuhkan untuk perawatan gigi.
Pada masa kehamilan, obat-obatan sangat mudah diabsorbsi, oleh karena itu dokter gigi
harus sangat berhati-hati dalam memberi resep obat-obatan kepada pasien hamil. Reaksi
toksik , alergi atau hipersensitivitas yang terjadi pada wanita hamil dapat mempengaruhi
kesehatannya dan membatasi kemampuannya untuk menjalani kehamilan. Efek obat yang
merugikan secara spesifik terhadap kesehatan janin adalah mencakup cacat kongenital,
keguguran, komplikasi kelahiran, berat badan rendah dan ketergantungan obat pasca lahir.
Berbagai pilihan obat saat ini tersedia, sehingga diperlukan pertimbangan-pertimbangan
yang cermat dalam memilih obat untuk suatu penyakit. Tidak kalah penting, obat harus
selalu digunakan secara benar baik masa pemberian obat (trimester pertama, kedua atau
ketiga), dosis dan durasi terapi agar memberikan manfaat klinik yang optimal. Dalam
11
kasus pasien hamil, praktisi dental harus menetapkan bahwa manfaat potensial terapi gigi
yang dibutuhkan untuk perawatan ibu hamil masih lebih besar dibanding risikonya
terhadap janin.
Food and Drug Administration atau FDA Amerika telah menetapkan lima kategori untuk
mengklasifikasikan obat berdasarkan risiko terhadap wanita hamil dan janinnya. Kelima
kategori ini memberikan pedoman untuk keamanan relatif obat yang diresepkan bagi
wanita hamil. Berikut ini kategori obat-obatan berdasarkan FDA
1. Kategori A : Kategori ini meliputi obat-obatan dan bahan yang telah diuji melalui
penelitian terkontrol pada wanita. Penelitian tersebut menunjukkan tidak ada resiko
terhadap fetus selama semester pertama kehamilan dan kemungkinan bahaya terhadap
janin kecil. Namun sangat jarang obat yang dapat dimasukkan dalam kategori A.
2. Kategori B : Penelitian pada hewan telah menunjukkan bahwa bahan ini tidak beresiko
terhadap janin, tetapi belum ada penelitian terkontrol yang telah dilakukan pada
manusia untuk memastikan kemungkinan efek samping terhadap janin. Kategori ini
juga meliputi obat-obatan yang telah menunjukkan efek samping pada janin hewan,
tetapi penelitian terkontrol pada manusia tidak diungkapkan adanya resiko terhadap
janin.
3. Kategori C : Penelitian pada hewan telah memperlihatkan bahwa obat ini mungkin
memiliki efek teratogenik dan/atau toksik terhadap embrio, tetapi belum dilakukan
penelitian terkontrol pada wanita. Suatu obat juga masuk ke dalam kategori ini bila
tidak ada penelitian terkontrol yang dilakukan pada manusia maupun hewan.
4. Kategori D : Terdapat bukti risiko terhadap janin manusia, tetapi manfaatnya dalam
situasi tertentu, misalnya penyakit yang serius atau keadaan yang membahayakan
nyawa tanpa tersedia terapi alternatif lainnya, dapat membenarkan pemakaian obat-
obatan ini semasa kehamilan.
12
5. Kategori X : Penelitian pada hewan atau manusia telah memperlihatkan bahwa obat ini
menyebabkan perubahan pada janin atau telah menunjukkan bukti-bukti peningkatan
resiko terhadap janin, berdasarkan eksperimen pada hewan dan manusia. Risiko
terhadap janin melebihi segala manfaatnya. Obat yang masuk dalam kategori ini
dikontraindikasikan pada wanita yang sedang atau memiliki kemungkinan hamil.
Daftar Katagori Antibiotik berdasarkan katagori FDA :
a. Kloramfenikol
Sejak ditemukan pertama kali dan diketahui bahwa daya antimikrobanya kuat,
maka penggunaan obat ini meluas dengan cepat sampai tahun 1950 ketika diketahui bahwa
obat ini dapat menimbulkan anemia aplastik yang fatal. Kloramfenikol umumnya bersifat
bakteriostatik. Pada konsentrasi tinggi kadang-kadang bersifat bakterisid terhadap kuman-
kuman tertentu. Kerjanya dengan jalan menghambat sintesis protein kuman. Obat ini
dipakai dalam pengobatan infeksi-infeksi anaerob dan dikatakan bahwa kloramfenikol
berhubungan dengan terjadinya “drug-induced aplastic anemia” serta dengan terjadinya
“gray baby syndrome” jika digunakan untuk neonatus.Adanya resiko terjadinya “gray baby
syndrome” ini menyebabkan kloramfenikol tidak direkomendasikan untuk pemakaian pada
trimester tiga kehamilan.
13
b. Tetrasiklin
Golongan tetrasiklin termasuk antibiotik yang terutama bersifat bakteriostatik dan bekerja
dengan jalan menghambat sintesis protein kuman. Dikatakan juga bahwa tetrasiklin
mampu bertindak sebagai chelator logam berat, khususnya kalsium. Tetrasiklin tidak
direkomendasikan untuk penggunaan dalam kehamilan. Obat ini melintas plasenta dengan
cepat dan terikat pada tulang dan gigi yang sedang tumbuh. Karena dapat menyebabkan
reaksi toksik yang berat baik pada janin maupun pada ibu, maka penggunaan obat ini
dalam kehamilan harus dihindarkan. Pemberian obat ini dalam terimester pertama
kehamilan dapat menyebabkan kelainan pada janin berupa mikromelia dan keabnormalan
tulang rangka ; pada kehamilan trimester kedua dapat menyebabkan penghambatan
pertumbuhan tulang dan pembentukan desiduous gigi. Jika diberikan pada trimester ketiga
obat ini akan disimpan dalam tulang dan desiduous gigi. Tetrasiklin juga dapat
menyebabkan efek toksik pada ibu yaitu terjadinya “acute fatty necrosis” hati, pankreatitis
dan kerusakan ginjal.
INFLAMASI
Inflamasi merupakan respons protektif setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau kerusakan
jaringan, yang berfungsi menghancurkan, mengurangi, atau mengurung (sekuestrasi) baik agen
pencedera maupun jaringan yang cedera itu. Inflamasi (peradangan) merupakan reaksi kompleks
pada jaringan ikat yang memiliki vaskularisasi akibat stimulus eksogen maupun endogen. Dalam
arti yang paling sederhana, inflamasi adalah suatu respon protektif yang ditujukanuntuk
menghilangkan penyebab awal jejas serta membuang sel dan jaringan nekrotik yang diakibatkan
oleh kerusakan sel
Penyebab inflamasi antara lain mikroorganisme, trauma mekanis, zat - zat kimia, dan pengaruh
fisika. Tujuan akhir dari respon inflamasi adalah menarik protein plasma dan fagosit ke tempat
yang mengalami cedera atau terinvasi agardapat mengisolasi, menghancurkan, atau
menginaktifkan agen yang masuk, membersihkan debris dan mempersiapkan jaringan untuk
proses penyembuhan
Respons inflamasi terjadi dalam tiga fase dan diperantarai oleh mekanisme yang berbeda :14
a) Fase akut, dengan ciri vasodilatasi lokal dan peningkatan permeabilitas kapiler.
b) Reaksi lambat, tahap subakut dengan ciri infiltrasi sel leukosit dan fagosit.
c) Fase proliferatif kronik, dengan ciri terjadinya degenerasi dan fibrosis
Respon antiinflamasi meliputi kerusakan mikrovaskular, meningkatnya permeabilitas kapiler dan
migrasi leukosit ke jaringan radang. Gejala proses inflamasi yang sudah dikenal ialah:
1. Kemerahan (rubor)
Terjadinya warna kemerahan ini karena arteri yang mengedarkan darah ke daerah
tersebut berdilatasi sehingga terjadi peningkatan aliran darah ke tempat cedera.
2. Rasa panas (kalor)
Rasa panas dan warna kemerahan terjadi secara bersamaan. Dimana rasa panas
disebabkan karena jumlah darah lebih banyak di tempat radang daripada di daerah lain di
sekitar radang. Fenomena panas ini terjadi bila terjadi di permukaan kulit. Sedangkan bila
terjadi jauh di dalam tubuh tidak dapat kita lihat dan rasakan.
3. Rasa sakit (dolor)
Rasa sakit akibat radang dapat disebabkan beberapa hal:
(1) adanya peregangan jaringan akibat adanya edema sehingga terjadi peningkatan
tekanan lokal yang dapat menimbulkan rasa nyeri
(2) adanya pengeluaran zat – zat kimia atau mediator nyeri seperti prostaglandin,
histamin, bradikinin yang dapat merangsang saraf - saraf perifer di sekitar radang
sehingga dirasakan nyeri
4. Pembengkakan (tumor)
Gejala paling nyata pada peradangan adalah pembengkakan yang disebabkan oleh
terjadinya peningkatan permeabilitas kapiler, adanya peningkatan aliran darah dan cairan
ke jaringan yang mengalami cedera sehingga protein plasma dapat keluar dari pembuluh
darah ke ruang interstitium.
5. Fungsiolaesa
Fungsiolaesa merupakan gangguan fungsi dari jaringan yang terkena inflamasi dan
sekitarnya akibat proses inflamasi.
15
Selama berlangsungnya respon inflamasi banyak mediator kimiawi yang dilepaskan secara lokal
antara lain histamin, 5-hidroksitriptamin
(5HT), faktor kemotaktik, bradikinin, leukotrien dan prostaglandin (PG). Dengan migrasi sel
fagosit kedaerah ini, terjadi lisis membran lisozim dan lepasnya enzim pemecah. Obat mirip
aspirin dapat dikatakan tidak berefek terhadap mediator - mediator kimiawi tersebut kecuali PG.
Mekanisme Inflamasi Pada Penyakit Periodontal
Penyakit periodontal adalah penyakit yang bersifat multifaktorial. Salah satu etiologinya adalah
adanya reactive oxygen species yang distimulasikan oleh antigen bakteri. Etiologi utama
penyakit periodontal adalah bakteri anaerob fakultatif gram negatif yang terdapat di dalam
lapisan biofilm subgingiva. Bakteri ini mempunyai kemampuan untuk mengaktifkan mekanisme
pertahanan pejamu dalam memperbaiki jaringan yang rusak tetapi dalam waktu yang
bersamaan, bakteri ini akan memproduksi toksin yang akan menghancurkan epitel dan struktur
periodonsium. Bila organisme terpapar dengan serangan bakteri, hal tersebut akan memicu
respon imun antara patogen bakteri dan pejamu. Bakteri tersebut akan menyebabkan pelepasan
sitokin seperti interleukin-6 (IL-6) dan tumor necrosis factor-αlpha(TNF-α), sehingga
meningkatkan jumlah produksi polimorfonuklear leukosit. Leukosit adalah sel pertama yang
akan melawan bakteri patogen yang menyerang jaringan periodonsium. Pada tahap awal
terjadinya periodontitis, terjadi peningkatan PMN yang sekaligus akan meningkatkan
pengeluaran radikal bebas dalam proses fagositosis melawan infeksi. Pasien dengan penyakit
periodontal mempunyai kadar PMN yang tinggi dan ROS yang berlebihan yang akan
menyebabkan destruksi jaringan gingiva, ligamen periodontal dan tulang alveolar melalui
berbagai cara termasuk merusak DNA dan merangsang pembentukan sitokin proinflamasi. Hal
ini sekaligus menjelaskan bahwa keterlibatan ROS yang berlebihan berkaitan dengan kerusakan
jaringan periodonsium.
Proses inflamasi dapat menyebabkan destruksi jaringan periodonsium. Pada awalnya, PMN yang
diproduksi memiliki peran protektif terhadap jaringan periodonsium. Namun PMN yang secara
fungsional diaktifkan akan menunjukkan peningkatan produksi radikal bebas. Produksi
prostaglandin juga meningkat karena stimulasi dari bakteri patogen gram negatif. Dalam
mencapai kestabilan antara inflamasi dan sistem kekebalan tubuh, bakteri patogen secara 16
langsung juga telah menyebabkan kerusakan pada jaringan periodonsium. Enzim-enzim seperti
collagenase, hyaluronidase dan elastase juga turut berperan dalam kerusakan sel dan jaringan
periodonsium sebagai efek dari mekanisme kerja dari enzim tersebut sehingga dalam hal ini
dapat disimpulkan bahwa sistem imun, fagositosis maupun enzim merupakan faktor yang
menyebabkan terjadinya inflamasi sehingga menimbulkan destruksi terhadap jaringan
periodonsium.
DAFTAR PUSTAKA
Abednego, Christin.(2014). Hubungan Gingivitis Pada Ibu Hamil Trimester Iii Terhadap
Berat Badan Bayi Baru Lahir Di Bkia Dauh Puri Denpasar Barat. Denpasar: Universitas
Mahasaraswati
17
Darmasari, Sarlita.2008.Hubungan Penyakit Periodontal Selama Kehamilan dengan
Jumlah Kologi Plak Bakteri Subgingiva.Jember: Universitas Jember
Corwin, E. J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Ed.3.Jakarta: EGC
Jordan, Sue.2003. Farmakologi Kebidanan. Jakarta:EGC
Bratawidjaja, Karnen Garna dan Iris Rengganis.2013. Imunologi Dasar Ed. 10. Jakarta:
FK UI
Guncu GN, Tozum TF, Caglayan F. Effects of endogenous sex hormones on the
periodontium-review of literature. Australian Dental Journal;2005:50(3):138-145
Collins JG, Windley HW 3rd, Arnold RR, Offenbacher S. Effects of a Porphyromonas
gingivalis infection on inflammatory mediator response and pregnancy outcome in
hamsters.Infect Immun. 1994 Oct;62(10):4356-61.
Offenbacher S, Jared HL, O’Reilly PG, Wells SR, Salvi GE, Lawrence HP, et al.
Potential pathogenic mechanisms of periodontitis associated pregnancy complications.
Ann Periodontol.1998 Jul;3(1):233-50.
Briggs G, Freeman R, Yaffe S. Drugs in pregnancy and lactation. 5 thed. London :
Lippincott Williams & Wilkins, 1998
Hasibuan, S., 2007, Kehamilandan manifestasi kehamilan dengan mulut. Bagian ilmu
penyakit mulut, Fakultas kedokteran gigi, Universitas Sumatera Utara, Medan
18