Stem Cell Research Menurut Kacamata Islam
-
Upload
lulu-hamidah -
Category
Documents
-
view
70 -
download
0
Transcript of Stem Cell Research Menurut Kacamata Islam
7/16/2019 Stem Cell Research Menurut Kacamata Islam
http://slidepdf.com/reader/full/stem-cell-research-menurut-kacamata-islam 1/6
STEM CELL RESEARCH MENURUT KACAMATA ISLAM
Jul 29, '08 2:21 PM
untuk semuanya
Agus Sofyan
PENDAHULUAN Penelitian menggunakan stemcell atau yang lebih dikenal dengan istilah “Stemcell
research” merupakan metode terbaru dalam bidang kedokteran dan biologi yang pada
dasarnya dilakukan untuk menemukan solusi terbaik dalam mengobati berbagai penyakit
yang sulit dicari obatnya seperti leukimia, Alzheimer, diabetes, dan penyakit Parkinson.
Namun karena stemcell research menggunakan “manusia atau bagian dari manusia”
sebagai bahan dasarnya, metode tersebut menyebabkan timbulnya pro dan kontra,
terutama dari segi moral dan etika. Islam, sebagai agama yang berdasarkan kepada moral
dan etika yang tinggi, tentu saja tidak dapat melepaskan diri dari perbedaan pendapattersebut. Pandangan Islam mengenai Stemcell Research dapat menjadi masukan dan
panutan yang sangat berharga bagi perkembangan stemcell research tersebut dan juga
menghilangkan keraguan bagi pemeluknya yang bekerja atau berhubungan dengan
stemcell research ataupun yang mempunyai penyakit yang membutuhkan pengobatan
melalui stemcell research tersebut.
Definisi Stemcell dan Stemcell Research Stemcell research adalah suatu metodologi penelitian yang menggunakan stemcell
sebagai bahan dasarnya. Umumnya stemcell research diarahkan untuk “membuat” sel -seltertentu yang merupakan bagian dari jaringan dan organ tertentu yang nantinya dapatdigunakan untuk menyembuhkan suatu penyakit yang yang berhubungan dengan jaringan
atau organ yang “dibuat” tersebut. Sel-sel “buatan” tersebut selanjutnya dijadikan sebagai
donor bagi penderita penyakit tertentu. Bahan dasar bagi penelitian tersebut ialah kelompok sel yang disebut sebagai stemcellsyang diambil dari makhluk hidup (manusia). Stemcells adalah sel atau kelompok sel yang
belum atau sedikit mengalami differensiasi sehingga mempunyai potensi yang sangat
besar untuk di”atur” dan di”arahkan” menjadi jaringan atau organ yang di”rencanakan”oleh si peneliti. Secara umum, potensi sel untuk berdeferensiasi dibedakan menjadi empat
yaitu: totipotent, pluripotent, multipotent, dan unipotent. Sel dikatakan bersifat totipotent
apabila sel tersebut belum mengalami perubahan menuju bentuk tertentu (diferensiasi)dan mempunyai potensi untuk menjadi semua jaringan dan organ tubuh pembentuk makhluk hidup (manusia). Sel yang totipotent ini akan membentuk manusia utuh apabila
di”tanam” di dalam kandungan (uterus). Contoh sel yang totipotent ini adalah sel telur
yang baru saja dibuahi dan baru mengalami beberapa pembelahan (very early embryonic stages). Sel yang pluripotent adalah sel yang telah mengalami sedikit diferensiasi dan
mempunyai kemampuan untuk membentuk banyak jaringan dan organ tubuh. Contoh sel
yang pluripotent adalah sel yang diambil dari bagian dalam (inner cell mass) dari embryo
7/16/2019 Stem Cell Research Menurut Kacamata Islam
http://slidepdf.com/reader/full/stem-cell-research-menurut-kacamata-islam 2/6
yang berumur empat hari lebih dan kurang dari tiga bulan. Multipotent sel adalah sel
yang telah lebih jauh mengalami diferensiasi sehingga hanya mampu membentuk
beberapa jaringan dan organ tubuh saja. Contoh sel yang multipotent adalah sel darahyang hanya mampu membentuk jaringan darah dengan membentuk sel darah merah serta
sel-sel lain yang berhubungan dengan darah misalnya leukocytes (darah putih) dan
plateletts. Sel yang unipotent adalah sel yang telah jelas arahnya yaitu membentuk satumacam jaringan atau organ saja. Sebagian besar sel manusia mempunyai sifat yangunipotent. Sel yang totipotent dan unipotent bukan merupakan “bahan” yang baik untuk stemcell
research. Totipotent sel sangat sulit dikontrol sedangkan unipotent sel sangat sulit diubahatau diarahkan untuk membentuk sel dan jaringan yang diinginkan. Sel yang pluripotent
dianggap sebagai sel yang paling baik untuk keperluan stemcell research. Karena diambil
dari embrio, maka sel pluripotent tersebut dikenal pula sebagai Embryonic Stemcells.
Multipotent sel juga banyak digunakan untuk stemcell research sebagai alternative dari penggunaan embryonic stemcells. Karena multipotent sel lebih akhir masa
pembentukannya atau lebih dewasa, maka sel tersebut dikenal dengan istilah Adult
Stemcells. Contoh adult stemcells adalah sel darah, sel dari sumsum tulang belakang(bone marrow), dan tali pusat (umbilical cord). Cara mendapatkan stemcells 1. Cara mendapatkan embryonic stemcell s Ada beberapa cara untuk mendapatkan embryonic stemcells, yaitu:
1. Mengambil dari cabang bayi (embrio) yang di”donorkan” orang tuanya. 2. Mengambil dari embrio yang digugurkan atau keguguran. 3. Mengambil dari embrio “sisa pembuatan” bayi tabung. 4. Mengambil dari embrio yang “dibuat” secara therapeutic cloning .
Cara yang pertama hampir tidak pernah dilakukan, kalaupun ada proses tersebut lebih
dekat ke proses nomor dua yaitu embrio yang didonorkan tersebut memang embrio yang
telah direncanakan untuk digugurkan atau tidak diinginkan kehadirannya. Cara nomor 2dan 3 merupakan cara yang paling umum digunakan oleh peneliti untuk
mendapatkan stemcells. Cara ke 4 merupakan cara yang paling rumit karena harus
“membuat” embrio terlebih dahulu dengan jalan menyuntikkan inti sel (nucleus) dari seldewasa ke dalam sel telur yang telah diambil nucleusnya. Cara ini dikenal dengan
istilah somatic cell nuclear transfer (SCNT) yang juga digunakan untuk “membuat” atau
mengkloninng Doli si domba ajaib beberapa tahun yang lalu. Semua cara di atas harusmerusak atau “membunuh” embrio agar dapat mengambilembryonic stemcellsnya (inner
cell mass). 2. Cara mengambil adul t stemcells Adult stemcells dapat diambil dari sel atau jaringan dari tubuh orang dewasa, anak-anak,hewan, dan tali pusat. Beberapa adult stemcells yang sering digunakan dalam stemcell
research dan pengobatan adalah haemapoetic stemcells ( stemcells darah) yang umumnya
didapatkan dari sumsum tulang belakang (bone marrow) danneuronal stemcells yang
diambil dari bagian otak manusia. Pengambilan adult stemcells tidak harus “merusak”atau “membunuh” donor karena hanya sebagian kecil jaringan saja yang diambil. Akhir-
akhir ini, adult stemcells juga diambil dari orang yang sudah meninggal. Kontroversi stemcell research
7/16/2019 Stem Cell Research Menurut Kacamata Islam
http://slidepdf.com/reader/full/stem-cell-research-menurut-kacamata-islam 3/6
Kontroversi mengenai stemcell research umumnya berkisar kepada segi moral dan etika,
karena stemcell research menggunakan organ atau jaringan manusia sebagai bahan
dasarnya. Umumnya kontroversi tersebut berkisar pada penggunaanembryonic
stemcells karena harus merusak atau membunuh (mengurbankan) embrio (cabang bayi)
dalam proses pengambilannya. Kalangan yang kontra dengan embryonic stemcell
research ber pendapat bahwa membunuh “calon” manusia untuk kepentingan stemcellresearch tersebut tidak dibenarkan secara moral. Kelompok yang pro dengan embryonic stemcell research terbagi menjadi beberapa
kelompok, yaitu: 1. Kelompok yang mendukung stemcell research secara total dan menilai
bahwa embryonic stemcells tidak mempunyai nilai moral. Kelompok ini
mendukung semua bentuk stemcell research dan cara mendapatkan stemcells
tersebut. 2. Kelompok yang memberikan nilai moral kepada embryonic stemcells
namun menganggap bahwa manfaat yang didapatkan dari stemcell research
tersebut jauh lebih besar dari “pengorbanan” yang dilakukan. Kelompok ini
umumnya lebih hati-hati dan lebih menyarankan penggunaan “sisa” embryodari klinik bayi tabung sebagai sumber bahan penelitin tersebut. Mereka
memperkirakan bahwa ratusan ribu embryo tidak terpakai tersimpan di
berbagai klinik bayi tabung. Banyaknya sisa embryo tersebut dikarenakan
dalam proses pembuatan bayi tabung biasanya 10 sampai 12 sel telur yangdibuahi, tetapi hanya 3 atau 4 saja yang ditanam di dalam kandungan.
Sebagian besar sisa embryo tersebut umumnya akan dibuang, hanya sebagian
kecil saja digunakan oleh pasangan lain yang menginginkan anak. Dengandemikian penggunaaan sisa embrio tersebut sebagai bahan stemcell research
dianggap lebih baik daripada dibuang sia-sia. Sebagian dari mereka juga
menyarankan pembuatan embrio melalui SCNT dan kemudian memanen
embrio tersebut sebagai bahan stemcell research. Bagi kelompok yang kontra, embrio buatan melalui SCNT maupun sisa embrio dari
klinik bayi tabung tetap merupakan “calon manusia” yang tidak boleh dibunuh atau
dirusak. Namun umumnya mereka tidak tahu apa sebaiknya yang dilakukan terhadap sisaembrio dari klinik bayi tabung yang sudah harus dibuang karena sudah terlalu lama atau
tak ada tempat penyimpanannya lagi. Penggunaan adult stemcells sebagai bahan stemcell research tidak menimbulkankontroversi karena proses pengambilan adult stemcells tersebut tidak bertentangan
dengan moral dan etika kemanusiaan. Namun sebagain besar peneliti stemcell research
kurang tertarik dengan penggunaan adult stemcells tersebut sebagai bahan penelitian
mereka karena sel atau jaringan yang terbentuk dari adult stemcells tersebut sangatterbatas. Dari segi pengobatan, adult stemcells dianggap lebih baik karena umumnya
diambil dari penderita sendiri sehingga tidak ada masalah dengan penolakan ketika
ditransplantasikan ke tubuh penderita tersebut. Salah satu contohnya adalah pengobatan
leukimia dengan jalan transplantasi sumsum tulang belakang. Salah satu kelemahan penggunaan adult stemcells untuk pengobatan adalah waktu yang cukup lama yang
dibutuhkan untuk menumbuhkan stemcells tersebut agar cukup saat transplantasi. Waktu
yang lama tersebut terkadang menjadi terlambat bagi penderita yang sudah sangat parah.Sumsum tulang belakang dapat pula didonorkan dari keluarga atau orang lain, namun
7/16/2019 Stem Cell Research Menurut Kacamata Islam
http://slidepdf.com/reader/full/stem-cell-research-menurut-kacamata-islam 4/6
resiko penolakan dari tubuh penderita sangat besar yang dapat membahayakan si
penderita tersebut. Mengenai kontorversi moral dan etika stemcell research, pemerintah Amerika Serikat,cukup arif dalam memandang perbedaan tersebut. Untuk mengakomodisir kedua pihak
yang berseberangan, pemerintah Amerika Serikat membentuk satu tim penasehat
presidenan yang dikenal sebagai BIOETHICS COMMITTEE. Tugas dari komite tersebutadalah memberikan nasehat kepada presiden Bush mengenai masalah-masalah moral danetika yang muncul akibat perkembangan teknologi dan penelitian biomedis. Komite
tersebut juga bertugas untuk mencari masukan mengenai isu-isu yang muncul dan
berkembang dari penggunaan teknologi tinggi terutama dalam bidang biologi kedokteranserta sekaligus memonitor perkembangan stemcell research. Kebijakan yang diambil oleh presiden Bush mengenai stemcell research adalah bahwa
Pemerintah Amerika Serikat tidak membiayai stemcell research kecuali research tersebut
menggunakan bahan dari 64 stemcell lines yang sudah terdaftar di National Institute of Health (NIH). Dari 64 lines tersebut, hanya 20 lines ada di Amerika Serikat, 19 lines di
Swedia, dan sisanya tersebar dibeberapa negara. Selanjutnya NIH ditunjuk oleh
pemerintah Amerika Serikat sebagai agen yang mengatur penggunaan dana (Federalfunds) bagi stemcell research tersebut. Alasan hanya membiayai stemcell research dari stemcell lines yang sudah ada adalah
agar stemcell research tersebut tetap berjalan (mengakoodisir peneletian stemcell
research) namun juga untuk mengakomodisir kubu yang kontra yang tidak menginginkan pajak mereka digunakan untuk membiayai penelitian yang mereka tidak setuju.
Kebijakan pemerintah Amerika Serikat tersebut ternyata kurang berkenan bagi para
peneliti stemcell research dan beberapa tokoh masyarakat karena dianggap sangatterbatas dan mengakibatkan perkembangan stemcell research di Amerika sangatlah
lambat. Hal lain yang dikhawatirkan adalah larinya peneliti-peneliti handal ke negara
yang bermodal besar. Walaupun pemerintah Amerika Serikat tidak melarang peneliti
untuk menggunakan stemcells dari embrio baru dengan menggunakan dana swasta,namun dana swasta tersebut dianggap sangatlah kecil. Beberapa aktor terkenal seperti
almarhum Christopher Reeve (mantan bintang film pemeran Superman dan juga
penderita kerusakan saraf tulang belakang) dan Micahel J. Fox (penderita Parkinson)membentuk organisasi yang bertujuan untuk mengumpulkan dana bagi stemcell research. Menurut pandangan Islam Islam adalah agama yang sangat memperhatikan moral dan etika. Selain itu, Islam adalahagama yang berdasarkan pada akal, seperti sabda nabi bahwa tiada agama bagi yang tiada
berakal. Sebagai agama yang berdasarkan akal tersebut, Islam sangat mendukung ilmu
pengetahuan dengan menganjurkan pemeluknya (muslimin dan muslimah) untuk terus
mempelajari ilmu pengetahuan tersebut dimulai dari usia yang sangat dini (dalamayunan) sampai mati. Sejarah mencatat bagaimana Rasulullah SAW membuat penawaran
pembebasan terhadap kaum kafir yang tertawan dengan syarat mereka mengajar ilmu
membaca dan menulis bagi kaum muslimin yang banyak masih buta huruf pada saat itu.
Selain itu, ayat AlQur’an yang pertama diturunkan, yaitu Iqra, memerintahkan agar umatIslam mendalami ilmu dengan membaca ayat-ayat Allah, baik ayat-ayat kauliyah
(AlQur’an) maupun ayat-ayat kauniyah (alam). Selanjutnya, banyak sekali ayat-ayat
AlQur’an yang memerintahk an manusia untuk berfikir dan mempelajari ilmu pengetahuan yang Allah SWT tunjukkan, termasuk ilmu pengetahuan berhubungan
7/16/2019 Stem Cell Research Menurut Kacamata Islam
http://slidepdf.com/reader/full/stem-cell-research-menurut-kacamata-islam 5/6
dengan makhluk hidup (misalnya penciptaan, tingkah laku, pertumbuhan, dan
sebagainya). Tidak terkecuali tentunya dengan ilmu pengetahuan yang berhubungan
dengan stemcell research, apalagi di dalam ilmu tersebut terkandung manfaat yang sangat besar bagi berjuta umat manusia yang mengalami penderitaan akibat sakit yang tiada
berkesudahan dan sulit dicari obatnya. Walaupun tidak secara gam blang dinyatakan di dalam AlQur’an mengenai stemcell research, namun sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, stemcell research mendapatkedudukan yang mulia dalam pandangan Islam. Islam mewajibkan umatnya untuk
mempelajari ilmu tersebut secara mendalam sebagai pengabdian dan pengakuan terhadap
kekuasaan Allah (Habluminallah) dan juga sebagai bentuk tanggung jawab terhadapsesama manusia (hamblumminannaas). Namun sebagai agama yang menjunjung tinggi
nilai-nilai kemanusiaan, agama Islam juga tidak melupakan nilai moral dan etika dalam
penelitian tersebut. Karena belum ada hukum Islam yang mengatur mengenai Stemcell
research, maka masalah ini akan menimbulkan pro dan kontra pada banyak ulama danahli fiqh terutama pada penggunaan embryonic stem cells. Secara hukum, penggunaan
embryonic stem cells lebih dekat dengan hukum menggugurkan kandungan yang
“diharamkan” menurut Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada Musyawarah Ulamatahun 1972 dan Musyawarah Nasional (Munas) MUI tahun 1983. Namun Fatwa MUI
tersebut ada pengecualiannya yaitu memperbolehkan menggugurkan kandungan apabila
kandungan tersebut membahayakan si ibu atau membawa penyakit menular yang
berbahaya. Karena pengguguran kandungan untuk tujuan riset (stemcell research)sangatlah berbeda dengan pengguguran kandungan dengan alasan kesehatan, maka
diperlukan hukum atau dalil tersendiri untuk memutuskan boleh tidaknya stemcell
research dengan menggunakan embryonic stemcell dari hasil menggugurkan kandungan.Tidak disangsikan lagi, hukum tersebut akan menimbulkan perdebatan yang cukup alot
antara kubu yang pro dan kontra stemcell research. Apapun keputusannya, stemcell
research dengan menggunakan embryonic stemcell kemungkinan besar akan terus
berlanjut.Pemanfaatan janin yang mengalami keguguran atau janin “sisa” hasil pembuahan bayi
tabung untuk kepentingan stemcell research mungkin tidak bertentangan dengan ajaran
Islam. Janin tersebut lebih berguna daripada dibuang secara sia-sia. Pemanfaatan tersebutdapat juga menjadi ibadah bagi pelakunya karena digunakan untuk kemaslahatan umat
manusia. Khusus mengenai bayi tabung, fatwa MUI memperbolehkan asal sel telur dan
sperma untuk membuat bayi tersebut adalah dari kedua orang tua yang sah menuruthukum Islam, sehingga janin sisa tersebut dapat digunakan untuk kepentingan stemcell
research. Pembuatan stemcells melalui SCNT (kloning) mempunyai tendensi untuk menimbulkan
perdebatan yang sengit pula. Selama ini belum ada fatwa ataupun hukum fiqih yangmengatur mengenai kloning tersebut. Walaupun demikian, sebagian besar ulama
“mengharamkan” kloning dengan alasan proses tersebut tidak melalui hukum Islam
(misalnya perkawinan) dan ikut campurnya fihak ketiga dalam proses reproduksi
tersebut. Namun, perlu diperhatikan bahwa kloning untuk keperluan stemcellresearch mungkin berbeda dengan kloning untuk mendapatkan keturunan yang dalam
hukum Islam harus melalui ikatan perkawinan. Jika dirunut secara teliti, proses kloning
sebenarnya merupakan pembuktian kebenaran AlQur’an dalam proses pembuahan NabiIsa A.S., yang tiada berayah.
7/16/2019 Stem Cell Research Menurut Kacamata Islam
http://slidepdf.com/reader/full/stem-cell-research-menurut-kacamata-islam 6/6
Islam adalah agama yang sederhana dan mudah dimengerti dan diamalkan oleh umat
manusia. Dalam Islam, niat merupakan sesuatu yang sangat fundamental. Dengan
demikian, niat dalam melaksanakan stemcell research tersebut sangat menentukan baik buruknya stemcell research. Apabila stemcell research digunakan untuk membantu umat
manusia, misalnya menyembuhkan manusia dari berbagai penyakit, maka kegiatan
tersebut adalah sangat baik. Sebaliknya, apabila digunakan untuk kejahatan (misalnyamenciptakan monster yang mengganggu umat manusia), maka kegiatan tersebut sangat berlawanan dengan ajaran Islam dan wajib untuk ditentang. Selanjutnya, cara
pengambilan dan penggunaan embryonic stemcell untuk stemcell research tersebut perlu
diperhitungkan pula dalam pembuatan fatwa tersebut. Apakah cara pengambilan tersebutdisamakan dengan pembunuhan (pengorbanan/sacrifice) atau tidak? Kalaupun boleh
“digugurkan” atau “dikurbankan”, batasan umur berapa janin tersebut boleh digugurkan?
(Note: embryonic stemcell diambil dari janin yang masih sangat muda, sekitar 4 s/d
dibawah 3 bulan). Banyak kalangan yang berpendapat bahwa sebelum ditiupkan ruh kedalam janin tersebut (sekitar hari ke 40), maka janin tersebut belum merupakan
“manusia”, sehingga mengambil janin dibawah usia tersebut tidak dianggap sebagai
pembunuhan. Karena perbedaan tersebut, maka sangatlah baik lagi apabila tokoh-tokohIslam, misalnya Majelis Ulama Indonesia (MUI), mengatur atau mengeluarkan fatwa
mengenai stemcells research tersebut termasuk cara mendapatkan embryonic stemcells
yang tidak bertentangan dengan moral dan etika Islam. Aturan dan fatwa tersebut dapat
menjadi acuan bagi pemerintah untuk membuat peraturan mengenai stemcell research,dan sekaligus acuan buat kaum muslim yang terlibat dalam penelitian tersebut. Sebelum
menerbitkan fatwa tersebut, ada baiknya agar MUI mempelajari lebih jauh mengenai
stemcell research, mencari masukan serta mengambil nasehat dari ahli-ahli biologi ataukedokteran yang terlibat dalam penelitian tersebut. Sehingga, fatwa dari MUI tersebut
dapat menjadi arahan moral dan etika yang sangat berharga bagi pelaksanaan stemcell
research. Perlu diperhitungkan pula bahwa fatwa tersebut tidak bertentangan atau
membatasi perkembangan ilmu pengetahuan karena apabila hal ini terjadi, maka “religionagainst science” dapat timbul di dunia Islam yang nota bene adalah pendukung dan
penganjur ilmu pengetahuan. Wallahu’alam bisssawab!