Status Pasien KEP + TB

28
Status Pasien SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Waled Pemeriksa : SHAFFURA I. IDENTITAS PASIEN Nama : An.Aisya Tsania Usia : 1 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Alamat : Kali gawe wetan II. ANAMNESA (Subjective) Keluhan utama : batuk -batuk Riwayat Penyakit Sekarang : pasien datang dengan keluhan batuk 2 mnggu, tidak berdahak, disertai panas sudah 1 bulan naik-turun, keringat dingin, nafsu makan menurun, sudah berobat namun tak kunjung sembuh. Keluhan yang menyertainya adalah mual(-), muntah(-), ma/mi -/+, Bab (+), Bak lancar Riwayat Penyakit Dahulu : pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya Riwayat Penyakit Keluarga : di keluarga ada yang menjalani pengobatan TB (+) Riwayat imunisasi : lengkap

Transcript of Status Pasien KEP + TB

Page 1: Status Pasien KEP + TB

Status Pasien

SMF Ilmu Kesehatan Anak

RSUD Waled

Pemeriksa : SHAFFURA

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : An.Aisya Tsania

Usia : 1 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Kali gawe wetan

II. ANAMNESA (Subjective)

Keluhan utama : batuk -batuk

Riwayat Penyakit Sekarang : pasien datang dengan keluhan batuk 2

mnggu, tidak berdahak, disertai panas sudah 1 bulan naik-turun, keringat dingin,

nafsu makan menurun, sudah berobat namun tak kunjung sembuh.

Keluhan yang menyertainya adalah mual(-), muntah(-), ma/mi -/+, Bab (+), Bak

lancar

Riwayat Penyakit Dahulu : pasien belum pernah mengalami keluhan

seperti ini sebelumnya

Riwayat Penyakit Keluarga : di keluarga ada yang menjalani pengobatan

TB (+)

Riwayat imunisasi : lengkap

Riwayat Persalinan : secara spontan, dan setelah lahir bayi tidak

menangis, bb lahir 1,9 kg

Riwayat Tumbuh Kembang :tidak melewati tengkurep, merangkak

sampai sekarang belum bisa berdiri.

Riwayat Nutrisi:

Page 2: Status Pasien KEP + TB

Pasien minum ASI sejak lahir, sampai sekrang,dan diberi pemberian

makanan tambahan saat usia 3 blan, yaitu bubur susu,pisang, sampai

sekarang,dan belum diperkenalkan makanan seperti orang dewasa.

III. PEMERIKSAAN FISIK (Objective)

A. Keadaan Umum : tampak sakit sedang

B. Kesadaran : komposmentis

C. Vital sign : T : 90/50 mmHg

N :80 x/menit

R : 25 x/menit.

S : 38,5 °C

D. Antropometri : BB : 5,3 kg

Status Generalis

Kepala : bentuk proposional, kulit kepala bersih

Rambut : berwarna merah, tidak mudah rontok

Kulit : keriput,kering

Pemeriksaan Mata

Palpebra : edema palpebra (-)

Konjungtiva : anemis -/-, hiperemis -/-

Sklera : ikterik -/-

Pupil : reflek pupil +/+, bulat isokor

Pemeriksaan Telinga : letak telinga simetris, serumen (-), edema

(-), eritema (-) , nyeri tekan(-)

Pemeriksaan Hidung : septum simetris, deviasi septum (-), polip

(-), epistaksis (+), sekret (-), corpus

alleneum (-)

Pemeriksaan Mulut : bibir berwarna merah muda, mukosa basah,

stomatitis (-), gusi berdarah (-)

Page 3: Status Pasien KEP + TB

Pemeriksaan Leher : limfadenopati -/-

Trakhea : deviasi (-)

Kelenjar thyroid : pembesaran kelenjar thyroid (-)

JVP : peningkatan JVP (-)

Pemeriksaan Kulit : uji tourniquet (-), sikatrik (-), striae (-)

Pemeriksaan Thorax :

Pulmo

Inspeksi : iga mengambang, retraksi intercostal (-),

tanda inflamasi (-)

Palpasi : pergerakan nafas simetris, fremitus taktil

simetris, nyeri tekan(-)

Perkusi : sonor. Batas paru hepar antara ICS 5 dan 6

redup di lin. Midclavicula dextra

• Auskultasi : VBS +/+, ronkhi +/+, wheezing -/-

Jantung

Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : teraba iktus kordis, irama regular, thrill (-)

Perkusi : redup (kanan: lin. parasternalis dextra

ICS 4, pinggang: lin. Parasternalis sinistra

ICS 2, apeks: lin. Midclavicula 1 jari

medial ICS 5)

Auskultasi : S1 dan S2 normal, dengan irama reguler

tidak ada suara tambahan

Pemeriksaan Abdomen

Inspeksi : bentuk perut cekung, herniasi (-),

distensi (-) ,pernapasan abdominal (-)

Auskultasi : suara peristaltik (+) normal

Page 4: Status Pasien KEP + TB

Palpasi : nyeri tekan epigastrium (+), tekan alih

(-), hepatomegali (-), sphlenomegali (-)

Perkusi : timpani

Ekstremitas : akral hangat, oedem +/+, CRT< 2 detik, nyeri (-), petechie (-)

IV. ASSESSMENT

Work Diagnosis : KEP (maramus-kwashiorkor) + TB paru

Diagnosis Differensial : Bronkopneumonia

V. PLANNING

a. Pemeriksaan penunjang :

Darah rutin : Hb = 11,4 g/dl, Ht = 37%, Leukosit =11.000 g/dl,

Trombosit = 251.000 /ul,eritrosit: 4,1, albumin: 2,3

b. Terapi

- bed rest (kurangi aktivitas)

- Terapi cairan : kristaloid (RL)

5,3x 100= 530

mikro : 530/24 x 60/60 = 22,0833>> 22tpm

makro : 530/24 x 15/60 = 5,5208>> 6 tpm

- Terapi obat

Rifampisin, INH, Pirazinamid selama 2 bulan

Vitamin B6 500 mg 1 x1 pc

Page 5: Status Pasien KEP + TB

Diet: Makanan lunak 1500 kalori, makanan cair 4x150 ml

IV glukosa 20 tpm makro

Kombipak A 1x2 p.o

Zinc elemental 1x20 mg p.oselama 10 hari

Probiotik 3x1 sachet p.o

Vitamin A 1x200.000 IU p.o

Asam folat 1x5 mgselanjutnya 1x1 mg (selama 2 minggu)

Timbang berat badan setiap hari

PROGNOSIS

Ad vitam : baik

Ad sanam : baik

Ad fungsionam : baik

Page 6: Status Pasien KEP + TB

KURANG ENERGI PROTEIN (KEP)

BATASAN

KEP adalah gangguan gizi yang disebabkan oleh kekurangan protein dan atau

kalori, serta sering disertai dengan kekurangan zat gizi lain.4

PATOFISIOLOGI

KEP adalah manifestasi dari kurangnya asupan protein dan energi, dalam

makanan sehari-hari yang tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG), dan

biasanya juga diserta adanya kekurangan dari beberapa nutrisi lainnya. 4

Disebut malnutrisi primer bila kejadian KEP akibat kekurangan asupan

nutrisi, yang pada umumnya didasari oleh masalah sosial ekonomi, pendidikan

serta rendahnya pengetahuan dibidang gizi. Malnutrisi sekunder bila kondisi

masalah nutrisi seperti diatas disebabkan karena adanya penyakit utama, seperti

kelainan bawaan, infeksi kronis ataupun kelainan pencernaan dan metabolik, yang

mengakibatkan kebutuhan nutrisi meningkat, penyerapan nutrisi yang turun

dan/meningkatnya kehilangan nutrisi. 4

Makanan yang tidak adekuat, akan menyebabkan mobilisasi berbagai

cadangan makanan untuk menghasilkan kalori demi penyelamatan hidup, dimulai

dengan pembakaran cadangan karbohidrat kemudian cadangan lemak serta protein

dengan melalui proses katabolik. Kalau terjadi stres katabolik (infeksi) maka

kebutuhan akan protein akan meningkat, sehingga dapat menyebabkan defisiensi

protein yang relatif, kalau kondisi ini terjadi pada saat status gizi masih diatas -3

SD (-2SD--3SD), maka terjadilah kwashiorkor (malnutrisi akut/”decompensated

malnutrition”). Pada kondisi ini penting peranan radikal bebas dan anti oksidan.

Bila stres katabolik ini terjadi pada saat status gizi dibawah -3 SD, maka akan

terjadilah marasmik-kwashiorkor. Kalau kondisi kekurangan ini terus dapat

teradaptasi sampai dibawah -3 SD maka akan terjadilah marasmik

(malnutrisikronik/compensated malnutrition). 4

Page 7: Status Pasien KEP + TB

Dengan demikian pada KEP dapat terjadi : gangguan pertumbuhan, atrofi

otot, penurunan kadar albumin serum, penurunan hemoglobin, penurunan sistem

kekebalan tubuh, penurunan berbagai sintesa enzim. 4

GEJALA KLINIS

Kekurangan Energi Protein merupakan salah satu dari empat masalah gizi

utama di Indonesia. Prevalensi yang tinggi terdapat pada anak di bawah umur 5

tahun serta ibu hamil dan menyusui. Berdasarkan Susenas 2002, 26% balita

menderita gizi kurang dan gizi buruk.5

Pada KEP ditemukan berbagai macam keadaan patologis, terutama pada

berat ringannya kelainan. Berdasarkan lama dan jumlah kekurangan energi protein

, KEP diklasifikasikan menjadi KEP ringan(gizi kurang) dan KEP berat (gizi

buruk)5. KEP berat dibagi menjadi Marasmus, Kwashiorkor, Marasmus-

Kwashiorkor. System Welcome Trust Working Party membedakan berat badan

dan oedema sebagai berikut:3

1. Kwashiorkor BB lebih dari 60% dari BB baku disertai oedema

2. Marasmus-Kwashiorkor BB kurang dari 60% dari BB baku disertai

oedema

3. Marasmus BB kurang dari 60% dari BB baku tanpa disertai oedema

Undernutrition dipakai untuk keadaan defisiensi berbagai nutrisi yang

lebih khusus ditujukan kepada defisiensi energi yang sifatnya ringan.

Underweight hanya dipakai untuk keadaan dengan berat badan yang lebih rendah

dari berat badan baku.3

Secara klinis KEP terdapat dalam 3 tipe yaitu :

1. Kwashiorkor, ditandai dengan : edema, yang dapat terjadi di seluruh tubuh,

wajah sembab dan membulat, mata sayu, rambut tipis, kemerahan seperti

rambut jagung, mudah dicabut dan rontok, cengeng, rewel dan apatis,

pembesaran hati, otot mengecil (hipotrofi), bercak merah ke coklatan di kulit

dan mudah terkelupas (crazy pavement dermatosis), sering disertai penyakit

infeksi terutama akut, diare dan anemia.4

2. Marasmus, ditandai dengan : sangat kurus, tampak tulang terbungkus kulit,

wajah seperti orang tua, cengeng dan rewel, kulit keriput, jaringan lemak

Page 8: Status Pasien KEP + TB

sumkutan minimal/tidak ada, perut cekung, iga gambang, sering disertai

penyakit infeksi dan diare.4

3. Marasmus kwashiorkor, campuran gejala klinis kwashiorkor dan marasmus.4

FAKTOR PENYEBAB

Malnutrisi energi protein merupakan masalah gizi yang multifaktorial.

Tindakan pencegahan bertujuan untuk mengurangi insidensi dan menurunkan

angka kematian. Oleh karena itu ada beberapa faktor yang menjadi penyebab

timbulnya masalah tersebut antara lain:

a. Pola makan4

Penyuluhan pada masyarakat mengenai gizi seimbang sangat diperlukan

untuk mencegah KEP karena banyak orang tua yang tidak tahu dan

mengabaikan pentingnya keseimbangan gizi.

b. Faktor Ekonomi4

Kemiskinan penduduk membuat mereka sulit untuk mendapatkan gizi

yang baik dan berkualitas.

c. Faktor Infeksi4

Telah lama diketahui adanya sinergi antara KEP dan infeksi. Infeksi

derajat apapun memperburuk status gizi. KEP walaupun derajat ringan

menurunkan daya tahan tubuh terhadap infeksi terutama pada anak-anak di

bawah 5 tahun apalagi disertai infeksi tuberculosis.

Dari penelitian Endy P. Prawirohartono yang membahas Faktor-faktor

yang berhubungan dengan malnutrisi berat pada balita selama masa krisis

ekonomi di Yogyakarta, dapat disimpulkan bahwa faktor resiko yang potensial

yang berhubungan dengan malnutrisi berat pada anak dibawah 5 tahun yaitu status

asupan ASI, status higiene anak, tuberkulosis.6

KEP ringan/ sedang

Istilah lain adalah gizi kurang atau undernutrition. Keadaan ini seringkali

pada masa menyusui berkisar umur 9 bulan dan 2 tahun. Gambaran yang

mencolok adalah adanya terkena infeksi, adanya anemia, berkurangnya aktivitas

Page 9: Status Pasien KEP + TB

jasmani, serta hambatan perkembangan mental dan psikomotor sedangkan

perubahan rambut dan kulit jarang ditemukan.3

a. Infeksi

Gizi kurang mempunyai kecenderungan untuk mudahnya terjadinya

infeksi, khususnya gastroenteritis, campak dan pneumonia. Penyebab lain

seringnya terjadi dan rentannya terhadap infeksi pada anak dengan gizi

kurang adalah karena berkurangnya cadangan metabolisme.3

b. Anemia

Jenis makanan yang mengakibatkan kurang gizi umumnya kurang

mengandung besi, asam folat dan berbagai vitamin, sehingga pada

kebanyakan anak dengan gizi kurang disertai oleh adanya anemia ringan

sampai sedang. Gambaran sumsum tulang menunjukkan adanya hipoplasia

dan pada kebanyakan kasus juga gambaran defisiensi dan anemia

megaloblastik.3

c. Aktivitas Jasmani

Berkurangnya aktivitas tampak pada kebanyakan kasus KEP. Anak tampak

lesu dan tidak bergairah dan pada anak yang lebih tua terjadi penurunan

produktivitas kerja.3

d. Keterlambatan perkembangan mental dan psikomotor

Keterlambatan perkembangan mental dan psikomotor merupakan

karakteristik KEP. Kemampuan bicara dan berjalan umumnya lebih lambat

dari anak normal. Kelainan ini umumnya segera pulih pada terapi nutrisi

yang adekuat.3

e. Perubahan warna kulit dan rambut

Umumnya terjadi pada kasus yang berat. Kadang terdapat rambat yang

kasar, disamping ukuran antropometri yang berkurang di beberapa daerah

berkembang.3

KEP Berat

a. Kwashiorkor

Page 10: Status Pasien KEP + TB

Agar tercapai keseimbangan nitrogen yang positif, bayi dan anak dalam

masa pertumbuhan memerlukan protein lebih banyak dibandingkan

dengan orang dewasa. Keseimbangan nitrogen yang postif pada orang

dewasa tidak diperlukan, karena kebutuhan protein sudah terpenuhi bila

keseimbangan tersebut dapat dipertahankan. Pada anak bila keseimbangan

nitrogen yang positif tidak terpenuhi, maka setelah beberapa saat ia akan

menderita malnutrisi protein yang mungkin berlanjut dengan kwashiorkor.

Meskipun sebab utama penyakit ini adalah defisiensi protein, tetapi karena

bahan makanan yang dimakan kurang mengandung nutrien lainnya

ditambah dengan konsumsi setempat yang berlainan, maka akan terdapat

perbedaan gambaran kwashiorkor di beberapa negara. Umumnya

defisiensi protein disertai pula oleh defisiensi energi, sehingga pada

seorang kasus terdapat gejala kwashiorkor maupun marasmus.3

Etiologi

Selain oleh pengaruh negatif faktor sosio-ekonomi-budaya yang

berperan terhadap kejadian malnutrisi umumnya, keseimbangan

nitrogen yang negatif dapat pula disebabkan oleh diare kronik,

malabsorpsi kronik, hilangnya protein melalui air kemih (sindrom

nefrotik), infeksi menahun, luka bakar, dan penyakit hati.3

Patofisiologi

Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang

sangat berlebih, karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah

kalori dalam dietnya. Kelainan yang mencolok adalah gangguan

metabolik dan perubahan sel yang menyebabkan edema dan

perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet, akan terjadi

kekurangan berbagai asam amino esensial dalam serum yang

diperlukan untuk sintesis dan metabolisme. Selama diet mengandung

cukup karbohidrat, maka produksi insulin akan meningkat dan

sebagian asam amino dalam serum yang jumlahnya sudah kurang

tersebut akan disalurkan ke jariangan otot. Makin berkurangnya asam

amino dalam serum ini yang menyebabkan kurangnya produksi

Page 11: Status Pasien KEP + TB

albumin oleh hepar, yang kemudian berakibat timbulnya edema.

Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan beta-lipoprotein

sehingga transport lemak dari hati ke depot terganggu, dengan akibat

terjadinya penimbuna lemak dalam hati.3

Gejala Klinis3

Anak nampak sembab, cengeng,mudah terangsang

Gejala yang terpenting: Pertumbuhan terhambat

Berat dan tinggi badan lebih rendah dibandingkan BB baku.

Penurunan BB ini tidak mencolok atau mungkin tersamar

dengan edema anasarka

Edema anasarka (ringan atau berat)

Jaringan otot mengecil dengan tonus yang menurun

Kelainan gastrointestinal yang mencolok adalah anoreksia dan

diare

Rambut berwarna pirang, kasar dan kaku, mudah dicabut

Anak mudah terinfeksi terjangkit infeksi akibat defisiensi

imunologik

b. Marasmus-Kwashiorkor

Menunjukkan gejala klinis campuran antara marasmus dan

kwashiorkor. Gejala yang umum adalah gagal tumbuh kembang. Di

samping itu terdapat satu atau lebih gejala kwashiorkor seperti edema,

dermatosis, perubahan rambut, hepatomegali,perubahan mental, hipotrofi

otot, jaringan lemak subkutan berkurang, kerdil, anemia, defisiensi

vitamin. Berat badan dengan edema kurang dari 60% nilai berat badan

terhadap umur pada standar yang baku.3

Penyakit penyerta yang sering ditemukan antara lain

ISPA ,Bronkopneumoni, Koch Pulmonum, ISK, penyakit parasit dan

diare. Tidak jarang penyakit ini menjadi faktor penyebab utama marasmus-

kwashiorkor, misal diare menahun atau Tuberkulosis. Oleh karena itu

penyakit penyerta tersebut harus diobati secara tuntas.3

Page 12: Status Pasien KEP + TB

Penatalaksanaan marasmus kwashiorkor dalam garis besarnya terdiri

dari terapi nutrisi, pengobatan penyakit penyerta dan penyuluhan gizi

terhadap keluarga.3

c. Marasmus

Gejala Klinis4

Penampilan wajah seperti orang tua

Rambut kering, tipis dan mudah rontok

Kurus kering,kulit kering, dingin, dan mengendor

Lemak subkutan menghilang hingga turgor kulit berkurang

Otot atrofi hingga tulang terlihat jelas

Rewel, cengeng walaupun telah diberi minum

Sering terbangun waktu malam hari

Nafsu makan menghilang

Sering diare atau konstipasi

DIAGNOSIS

1. Klinik : anamnesis (terutama anamnesis makanan, tumbuh kembang, serta

penyakit yang pernah diderita) dan pemeriksaan fisik (tanda-tanda malnutrisi

dan berbagai defisiensi vitamin)

2. Laboratorik : terutama Hb, albumin, serum ferritin

3. Anthropometrik : BB/U (berat badan menurut umur), TB/U (tinggi badan

menurut umur), LLA/U (lingkar lengan atas menurut umur), BB/TB (berat

badan menurut tinggi badan), LLA/TB (lingkar lengan atas menurut tinggi

badan)

4. Analisis diet

Klasifikasi :

1. KEP ringan : > 80-90% BB ideal terhadap TB (WHO-CDC)

2. KEP sedang : > 70-80% BB ideal terhadap TB (WHO-CDC)

3. KEP berat : 70% BB ideal terhadap TB (WHO-CDC)

Page 13: Status Pasien KEP + TB

DIAGNOSIS BANDING

Adanya edema serta ascites pada bentuk kwashiorkor maupun marasmik-

kwashiorkor perlu dibedakan dengan :

- Sindroma nefrotik

- Sirosis hepatis

- Payah jantung kongestif

PENATALAKSANAAN

Prosedur tetap pengobatan dirumah sakit :

I. Prinsip dasar penanganan 10 langkah utama (diutamakan penanganan

kegawatan)

1.1. Penanganan hipoglikemi

1.2. Penanganan hipotermi

1.3. Penanganan dehidrasi

1.4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit

1.5. Pengobatan infeksi

1.6. Pemberian makanan

1.7. Fasilitasi tumbuh kejar

1.8. Koreksi defisiensi nutrisi mikro

1.9. Melakukan stimulasi sensorik dan perbaikan mental

1.10. Perencanaan tindak lanjut setelah sembuh

1) Atasi hipoglikemia7,8

Jika Anak sadar

Page 14: Status Pasien KEP + TB

a. Makanan saring/ cair 2-3 jam sekali

b. Tidak dapat makan air gula

Penurunan kesadaran glukosa IV, rujuk RS

2) Atasi Hipotermia7,8

Penatalaksanaanya :

- Hangatkan anak dengan selimut tebal

- Pantau suhu setiap setengah jam sekali

3) Atasi Dehidrasi7,8

Jika masih menyusui, maka teruskan ASI setengah jam sekali tanpa

berhenti. Jika masih dapat minum, lakukan rehidrasi oral 50 ml ( 3 sendok

makan) /30 menit dengan ReSoMal. Bila ReSomal tidak ada, maka oralit

diencerkan 2 kali. Jika tidak dapat minum rehidrasi IV dengan RL atau

D5% dan NaCl dengan perbandingan 1:1.

4) Pemulihan gangguan elektrolit7,8

Ketidakseimbangan elektrolit dapat memicu edema, namun jangan atasi

edema dengan diuretik. Tatalaksana: diet rendah garam dan rehidrasi

dengan oralit 1 ltr diencerkan 2 kali + 4 gr KCl + 50 gr gula .

5) Pengobatan dan pencegahan infeksi7,8

Berikan antibiotik spektrum luas. Biasanya KEP disertai diare. Akan

berkurang dengan pemberian makanan. Tatalaksana dengan metronidazol

7,5 mg/kgBB 3x/hari. Bila diare berlanjut rujuk ke RS.

6) Pemberian makanan balita7,8

Pemberian makanan dimulai segera setelah anak dirawat dan dirancang

sedemikian rupa. (fase stabilisasi : 1-2 hari). Pemberian Formula WHO

75/modifikasi/ Modisco ½. Pantau dan catat :

- Jumlah yang diberikan dan sisanya

- Banyaknya muntah

- Frekuensi BAB dan konsistensinya

- Berat badan (harian)

7) Perhatikan masa tumbuh kejar balita7,8

Page 15: Status Pasien KEP + TB

Fase Transisi (minggu ke dua): formula WHO 75 menjadi Formula WHO

100 atau pengganti. Fase Rehabilitasi (minggu ke 3-7) :formula WHO 135

(atau pengganti).

Kebutuhan zat gizi anak gizi buruk menurut fase pemberian makan

Zat Gizi Stabilisasi Transisi Rehabilitasi

Energi 80-100 kcal/KgBB/hari 100-150

kcal/KgBB/hari

150-220

kcal/KgBB/hari

Protein 1-1,5 gr/KgBB/hari 2-3 gr/KgBB/hari 4-6 gr/KgBB/hari

Cairan 130 ml/KgBB/hari atau

100 ml/KgBB/hari bila

oedem berat

150 ml/KgBB/hari 150-200

ml/KgBB/hari

8) Penanggulangan zat gizi mikro7,8

Pemberian Fe dimulai setalah nafsu makan anak membaik dan BB mulai

naik.

9) Berikan stimulasi sensorik dan dukungan emosional7

Kasih sayang

Lingkungan yg ceria

Terapi bermain terstruktur selama 15-30 menit

Kerlibatan ibu (memberi makan,bermain,memandikan, dan lainnya)

Page 16: Status Pasien KEP + TB

Aktivitas fisik segera setelah sembuh

10) Persiapan tindak lanjut di rumah7

Kriteria pemulangan anak :

1. Selera makan sudah bagus,

2. Ada perbaikan kondisi mental

3. Anak sudah dapat tersenyum, duduk, merangkak, berdiri atau berjalan,

sesuai dengan umurnya

4.Suhu tubuh berkisar 36,5-37,5 c

5.Tidak ada muntah atau diare

6.Tidak ada edema

7.Terdapat kenaikan berat badan >5g/kgBB/hari selama 3 hari berturut –

turut atau kenaikan sekitar >50g/kgBB/minggu selama 2 minggu berturut-

turut

8. Sudah berada di kondisi gizi kurang(BB/TB > -3SD dan tidakada gejala

gizi buruk)

II. Pengobatan penyakit penyerta

1. Defisiensi vitamin A

Bila ada kelainan di mata, berikan vitamin A oral pada hari ke 1, 2 dan 14

atau sebelum keluar rumah sakit bila terjadi memburuknya keadaan klinis

diberikan vit. A dengan dosis :

* umur > 1 tahun : 200.000 SI/kali

* umur 6 – 12 bulan : 100.000 SI/kali

* umur 0 – 5 bulan : 50.000 SI/kali

Bila ada ulkus dimata diberikan :

Tetes mata khloramfenikol atau salep mata tetrasiklin, setiap 2-3 jam

selama 7-10 hari

Teteskan tetes mata atropin, 1 tetes 3 kali sehari selama 3-5 hari

Tutup mata dengan kasa yang dibasahi larutan garam faali

2. Dermatosis

Page 17: Status Pasien KEP + TB

Dermatosis ditandai adanya : hipo/hiperpigmentasi, deskwamasi (kulit

mengelupas), lesi ulcerasi eksudatif, menyerupai luka bakar, sering disertai

infeksi sekunder, antara lain oleh Candida.

Tatalaksana :

1. kompres bagian kulit yang terkena dengan larutan KmnO4

(K-permanganat) 1% selama 10 menit

2. beri salep atau krim (Zn dengan minyak kastor)

3. usahakan agar daerah perineum tetap kering

4. umumnya terdapat defisiensi seng (Zn) : beri preparat Zn

peroral

3. Parasit/cacing

Mebendasol 100 mg oral, 2 kali sehari selama 3 hari, atau preparat

antihelmintik lain.

4. Diare melanjut

Diobati bila hanya diare berlanjut dan tidak ada perbaikan keadaan umum.

Berikan formula bebas/rendah lactosa. Sering kerusakan mukosa usus dan

Giardiasis merupakan penyebab lain dari melanjutnya diare. Bila mungkin,

lakukan pemeriksaan tinja mikroskopik. Beri : Metronidasol 7.5 mg/kgBB

setiap 8 jam selama 7 hari.

5. Tuberkulosis

Pada setiap kasus gizi buruk, lakukan tes tuberkulin/Mantoux (seringkali

anergi) dan Rontgen foto toraks. Bila positif atau sangat mungkin TB,

diobati sesuai pedoman pengobatan TB.

III. Tindakan kegawatan

1. Syok (renjatan)

Syok karena dehidrasi atau sepsis sering menyertai KEP berat dan sulit

membedakan keduanya secara klinis saja.

Syok karena dehidrasi akan membaik dengan cepat pada pemberian cairan

intravena, sedangkan pada sepsis tanpa dehidrasi tidak. Hati-hati terhadap

terjadinya overhidrasi.

Page 18: Status Pasien KEP + TB

Pedoman pemberian cairan :

Berikan larutan Dekstrosa 5% : NaCl 0.9% (1:1) atau larutan Ringer

dengan kadar dekstrosa 5% sebanyak 15 ml/KgBB dalam satu jam

pertama.

Evaluasi setelah 1 jam :

Bila ada perbaikan klinis (kesadaran, frekuensi nadi dan pernapasan)

dan status hidrasi syok disebabkan dehidrasi. Ulangi pemberian

cairan seperti di atas untuk 1 jam berikutnya, kemudian lanjutkan

dengan pemberian Resomal/pengganti, per oral/nasogastrik, 10

ml/kgBB/jam selama 10 jam, selanjutnya mulai berikan formula

khusus (F-75/pengganti).

Bila tidak ada perbaikan klinis anak menderita syok septik. Dalam

hal ini, berikan cairan rumat sebanyak 4 ml/kgBB/jam dan berikan

transfusi darah sebanyak 10 ml/kgBB secara perlahan-lahan (dalam 3

jam). Kemudian mulailah pemberian formula (F-75/pengganti)

2. Anemia berat

Transfusi darah diperlukan bila :

Hb < 4 g/dl

Hb 4-6 g/dl disertai distress pernapasan atau tanda gagal jantung

Transfusi darah :

Berikan darah segar 10 ml/kgBB dalam 3 jam.

Bila ada tanda gagal jantung, gunakan ’packed red cells’ untuk

transfusi dengan jumlah yang sama.

Beri furosemid 1 mg/kgBB secara i.v pada saat transfusi dimulai.

Perhatikan adanya reaksi transfusi (demam, gatal, Hb-uria, syok). Bila

pada anak dengan distres napas setelah transfusi Hb tetap < 4 g/dl atau

antara 4-6 g/dl, jangan diulangi pemberian darah.

Page 19: Status Pasien KEP + TB

DAFTAR PUSTAKA

1. Richard E.Behrman,Robert M. Kliegman,Ann M.Arvin, Ilmu Kesehatan

Nelson Vol 2 Ed. 15. 2000. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC.

2. Ruepno IIasan. IIlusein Alatas. Buku Ilmu Kesehatan Anak.1997.Jakarta.

FKUI