Status Pasien KEP + TB
-
Upload
youkin-koishi-artsen -
Category
Documents
-
view
121 -
download
0
Transcript of Status Pasien KEP + TB
Status Pasien
SMF Ilmu Kesehatan Anak
RSUD Waled
Pemeriksa : SHAFFURA
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An.Aisya Tsania
Usia : 1 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Kali gawe wetan
II. ANAMNESA (Subjective)
Keluhan utama : batuk -batuk
Riwayat Penyakit Sekarang : pasien datang dengan keluhan batuk 2
mnggu, tidak berdahak, disertai panas sudah 1 bulan naik-turun, keringat dingin,
nafsu makan menurun, sudah berobat namun tak kunjung sembuh.
Keluhan yang menyertainya adalah mual(-), muntah(-), ma/mi -/+, Bab (+), Bak
lancar
Riwayat Penyakit Dahulu : pasien belum pernah mengalami keluhan
seperti ini sebelumnya
Riwayat Penyakit Keluarga : di keluarga ada yang menjalani pengobatan
TB (+)
Riwayat imunisasi : lengkap
Riwayat Persalinan : secara spontan, dan setelah lahir bayi tidak
menangis, bb lahir 1,9 kg
Riwayat Tumbuh Kembang :tidak melewati tengkurep, merangkak
sampai sekarang belum bisa berdiri.
Riwayat Nutrisi:
Pasien minum ASI sejak lahir, sampai sekrang,dan diberi pemberian
makanan tambahan saat usia 3 blan, yaitu bubur susu,pisang, sampai
sekarang,dan belum diperkenalkan makanan seperti orang dewasa.
III. PEMERIKSAAN FISIK (Objective)
A. Keadaan Umum : tampak sakit sedang
B. Kesadaran : komposmentis
C. Vital sign : T : 90/50 mmHg
N :80 x/menit
R : 25 x/menit.
S : 38,5 °C
D. Antropometri : BB : 5,3 kg
Status Generalis
Kepala : bentuk proposional, kulit kepala bersih
Rambut : berwarna merah, tidak mudah rontok
Kulit : keriput,kering
Pemeriksaan Mata
Palpebra : edema palpebra (-)
Konjungtiva : anemis -/-, hiperemis -/-
Sklera : ikterik -/-
Pupil : reflek pupil +/+, bulat isokor
Pemeriksaan Telinga : letak telinga simetris, serumen (-), edema
(-), eritema (-) , nyeri tekan(-)
Pemeriksaan Hidung : septum simetris, deviasi septum (-), polip
(-), epistaksis (+), sekret (-), corpus
alleneum (-)
Pemeriksaan Mulut : bibir berwarna merah muda, mukosa basah,
stomatitis (-), gusi berdarah (-)
Pemeriksaan Leher : limfadenopati -/-
Trakhea : deviasi (-)
Kelenjar thyroid : pembesaran kelenjar thyroid (-)
JVP : peningkatan JVP (-)
Pemeriksaan Kulit : uji tourniquet (-), sikatrik (-), striae (-)
Pemeriksaan Thorax :
Pulmo
Inspeksi : iga mengambang, retraksi intercostal (-),
tanda inflamasi (-)
Palpasi : pergerakan nafas simetris, fremitus taktil
simetris, nyeri tekan(-)
Perkusi : sonor. Batas paru hepar antara ICS 5 dan 6
redup di lin. Midclavicula dextra
• Auskultasi : VBS +/+, ronkhi +/+, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : teraba iktus kordis, irama regular, thrill (-)
Perkusi : redup (kanan: lin. parasternalis dextra
ICS 4, pinggang: lin. Parasternalis sinistra
ICS 2, apeks: lin. Midclavicula 1 jari
medial ICS 5)
Auskultasi : S1 dan S2 normal, dengan irama reguler
tidak ada suara tambahan
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : bentuk perut cekung, herniasi (-),
distensi (-) ,pernapasan abdominal (-)
Auskultasi : suara peristaltik (+) normal
Palpasi : nyeri tekan epigastrium (+), tekan alih
(-), hepatomegali (-), sphlenomegali (-)
Perkusi : timpani
Ekstremitas : akral hangat, oedem +/+, CRT< 2 detik, nyeri (-), petechie (-)
IV. ASSESSMENT
Work Diagnosis : KEP (maramus-kwashiorkor) + TB paru
Diagnosis Differensial : Bronkopneumonia
V. PLANNING
a. Pemeriksaan penunjang :
Darah rutin : Hb = 11,4 g/dl, Ht = 37%, Leukosit =11.000 g/dl,
Trombosit = 251.000 /ul,eritrosit: 4,1, albumin: 2,3
b. Terapi
- bed rest (kurangi aktivitas)
- Terapi cairan : kristaloid (RL)
5,3x 100= 530
mikro : 530/24 x 60/60 = 22,0833>> 22tpm
makro : 530/24 x 15/60 = 5,5208>> 6 tpm
- Terapi obat
Rifampisin, INH, Pirazinamid selama 2 bulan
Vitamin B6 500 mg 1 x1 pc
Diet: Makanan lunak 1500 kalori, makanan cair 4x150 ml
IV glukosa 20 tpm makro
Kombipak A 1x2 p.o
Zinc elemental 1x20 mg p.oselama 10 hari
Probiotik 3x1 sachet p.o
Vitamin A 1x200.000 IU p.o
Asam folat 1x5 mgselanjutnya 1x1 mg (selama 2 minggu)
Timbang berat badan setiap hari
PROGNOSIS
Ad vitam : baik
Ad sanam : baik
Ad fungsionam : baik
KURANG ENERGI PROTEIN (KEP)
BATASAN
KEP adalah gangguan gizi yang disebabkan oleh kekurangan protein dan atau
kalori, serta sering disertai dengan kekurangan zat gizi lain.4
PATOFISIOLOGI
KEP adalah manifestasi dari kurangnya asupan protein dan energi, dalam
makanan sehari-hari yang tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG), dan
biasanya juga diserta adanya kekurangan dari beberapa nutrisi lainnya. 4
Disebut malnutrisi primer bila kejadian KEP akibat kekurangan asupan
nutrisi, yang pada umumnya didasari oleh masalah sosial ekonomi, pendidikan
serta rendahnya pengetahuan dibidang gizi. Malnutrisi sekunder bila kondisi
masalah nutrisi seperti diatas disebabkan karena adanya penyakit utama, seperti
kelainan bawaan, infeksi kronis ataupun kelainan pencernaan dan metabolik, yang
mengakibatkan kebutuhan nutrisi meningkat, penyerapan nutrisi yang turun
dan/meningkatnya kehilangan nutrisi. 4
Makanan yang tidak adekuat, akan menyebabkan mobilisasi berbagai
cadangan makanan untuk menghasilkan kalori demi penyelamatan hidup, dimulai
dengan pembakaran cadangan karbohidrat kemudian cadangan lemak serta protein
dengan melalui proses katabolik. Kalau terjadi stres katabolik (infeksi) maka
kebutuhan akan protein akan meningkat, sehingga dapat menyebabkan defisiensi
protein yang relatif, kalau kondisi ini terjadi pada saat status gizi masih diatas -3
SD (-2SD--3SD), maka terjadilah kwashiorkor (malnutrisi akut/”decompensated
malnutrition”). Pada kondisi ini penting peranan radikal bebas dan anti oksidan.
Bila stres katabolik ini terjadi pada saat status gizi dibawah -3 SD, maka akan
terjadilah marasmik-kwashiorkor. Kalau kondisi kekurangan ini terus dapat
teradaptasi sampai dibawah -3 SD maka akan terjadilah marasmik
(malnutrisikronik/compensated malnutrition). 4
Dengan demikian pada KEP dapat terjadi : gangguan pertumbuhan, atrofi
otot, penurunan kadar albumin serum, penurunan hemoglobin, penurunan sistem
kekebalan tubuh, penurunan berbagai sintesa enzim. 4
GEJALA KLINIS
Kekurangan Energi Protein merupakan salah satu dari empat masalah gizi
utama di Indonesia. Prevalensi yang tinggi terdapat pada anak di bawah umur 5
tahun serta ibu hamil dan menyusui. Berdasarkan Susenas 2002, 26% balita
menderita gizi kurang dan gizi buruk.5
Pada KEP ditemukan berbagai macam keadaan patologis, terutama pada
berat ringannya kelainan. Berdasarkan lama dan jumlah kekurangan energi protein
, KEP diklasifikasikan menjadi KEP ringan(gizi kurang) dan KEP berat (gizi
buruk)5. KEP berat dibagi menjadi Marasmus, Kwashiorkor, Marasmus-
Kwashiorkor. System Welcome Trust Working Party membedakan berat badan
dan oedema sebagai berikut:3
1. Kwashiorkor BB lebih dari 60% dari BB baku disertai oedema
2. Marasmus-Kwashiorkor BB kurang dari 60% dari BB baku disertai
oedema
3. Marasmus BB kurang dari 60% dari BB baku tanpa disertai oedema
Undernutrition dipakai untuk keadaan defisiensi berbagai nutrisi yang
lebih khusus ditujukan kepada defisiensi energi yang sifatnya ringan.
Underweight hanya dipakai untuk keadaan dengan berat badan yang lebih rendah
dari berat badan baku.3
Secara klinis KEP terdapat dalam 3 tipe yaitu :
1. Kwashiorkor, ditandai dengan : edema, yang dapat terjadi di seluruh tubuh,
wajah sembab dan membulat, mata sayu, rambut tipis, kemerahan seperti
rambut jagung, mudah dicabut dan rontok, cengeng, rewel dan apatis,
pembesaran hati, otot mengecil (hipotrofi), bercak merah ke coklatan di kulit
dan mudah terkelupas (crazy pavement dermatosis), sering disertai penyakit
infeksi terutama akut, diare dan anemia.4
2. Marasmus, ditandai dengan : sangat kurus, tampak tulang terbungkus kulit,
wajah seperti orang tua, cengeng dan rewel, kulit keriput, jaringan lemak
sumkutan minimal/tidak ada, perut cekung, iga gambang, sering disertai
penyakit infeksi dan diare.4
3. Marasmus kwashiorkor, campuran gejala klinis kwashiorkor dan marasmus.4
FAKTOR PENYEBAB
Malnutrisi energi protein merupakan masalah gizi yang multifaktorial.
Tindakan pencegahan bertujuan untuk mengurangi insidensi dan menurunkan
angka kematian. Oleh karena itu ada beberapa faktor yang menjadi penyebab
timbulnya masalah tersebut antara lain:
a. Pola makan4
Penyuluhan pada masyarakat mengenai gizi seimbang sangat diperlukan
untuk mencegah KEP karena banyak orang tua yang tidak tahu dan
mengabaikan pentingnya keseimbangan gizi.
b. Faktor Ekonomi4
Kemiskinan penduduk membuat mereka sulit untuk mendapatkan gizi
yang baik dan berkualitas.
c. Faktor Infeksi4
Telah lama diketahui adanya sinergi antara KEP dan infeksi. Infeksi
derajat apapun memperburuk status gizi. KEP walaupun derajat ringan
menurunkan daya tahan tubuh terhadap infeksi terutama pada anak-anak di
bawah 5 tahun apalagi disertai infeksi tuberculosis.
Dari penelitian Endy P. Prawirohartono yang membahas Faktor-faktor
yang berhubungan dengan malnutrisi berat pada balita selama masa krisis
ekonomi di Yogyakarta, dapat disimpulkan bahwa faktor resiko yang potensial
yang berhubungan dengan malnutrisi berat pada anak dibawah 5 tahun yaitu status
asupan ASI, status higiene anak, tuberkulosis.6
KEP ringan/ sedang
Istilah lain adalah gizi kurang atau undernutrition. Keadaan ini seringkali
pada masa menyusui berkisar umur 9 bulan dan 2 tahun. Gambaran yang
mencolok adalah adanya terkena infeksi, adanya anemia, berkurangnya aktivitas
jasmani, serta hambatan perkembangan mental dan psikomotor sedangkan
perubahan rambut dan kulit jarang ditemukan.3
a. Infeksi
Gizi kurang mempunyai kecenderungan untuk mudahnya terjadinya
infeksi, khususnya gastroenteritis, campak dan pneumonia. Penyebab lain
seringnya terjadi dan rentannya terhadap infeksi pada anak dengan gizi
kurang adalah karena berkurangnya cadangan metabolisme.3
b. Anemia
Jenis makanan yang mengakibatkan kurang gizi umumnya kurang
mengandung besi, asam folat dan berbagai vitamin, sehingga pada
kebanyakan anak dengan gizi kurang disertai oleh adanya anemia ringan
sampai sedang. Gambaran sumsum tulang menunjukkan adanya hipoplasia
dan pada kebanyakan kasus juga gambaran defisiensi dan anemia
megaloblastik.3
c. Aktivitas Jasmani
Berkurangnya aktivitas tampak pada kebanyakan kasus KEP. Anak tampak
lesu dan tidak bergairah dan pada anak yang lebih tua terjadi penurunan
produktivitas kerja.3
d. Keterlambatan perkembangan mental dan psikomotor
Keterlambatan perkembangan mental dan psikomotor merupakan
karakteristik KEP. Kemampuan bicara dan berjalan umumnya lebih lambat
dari anak normal. Kelainan ini umumnya segera pulih pada terapi nutrisi
yang adekuat.3
e. Perubahan warna kulit dan rambut
Umumnya terjadi pada kasus yang berat. Kadang terdapat rambat yang
kasar, disamping ukuran antropometri yang berkurang di beberapa daerah
berkembang.3
KEP Berat
a. Kwashiorkor
Agar tercapai keseimbangan nitrogen yang positif, bayi dan anak dalam
masa pertumbuhan memerlukan protein lebih banyak dibandingkan
dengan orang dewasa. Keseimbangan nitrogen yang postif pada orang
dewasa tidak diperlukan, karena kebutuhan protein sudah terpenuhi bila
keseimbangan tersebut dapat dipertahankan. Pada anak bila keseimbangan
nitrogen yang positif tidak terpenuhi, maka setelah beberapa saat ia akan
menderita malnutrisi protein yang mungkin berlanjut dengan kwashiorkor.
Meskipun sebab utama penyakit ini adalah defisiensi protein, tetapi karena
bahan makanan yang dimakan kurang mengandung nutrien lainnya
ditambah dengan konsumsi setempat yang berlainan, maka akan terdapat
perbedaan gambaran kwashiorkor di beberapa negara. Umumnya
defisiensi protein disertai pula oleh defisiensi energi, sehingga pada
seorang kasus terdapat gejala kwashiorkor maupun marasmus.3
Etiologi
Selain oleh pengaruh negatif faktor sosio-ekonomi-budaya yang
berperan terhadap kejadian malnutrisi umumnya, keseimbangan
nitrogen yang negatif dapat pula disebabkan oleh diare kronik,
malabsorpsi kronik, hilangnya protein melalui air kemih (sindrom
nefrotik), infeksi menahun, luka bakar, dan penyakit hati.3
Patofisiologi
Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang
sangat berlebih, karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah
kalori dalam dietnya. Kelainan yang mencolok adalah gangguan
metabolik dan perubahan sel yang menyebabkan edema dan
perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet, akan terjadi
kekurangan berbagai asam amino esensial dalam serum yang
diperlukan untuk sintesis dan metabolisme. Selama diet mengandung
cukup karbohidrat, maka produksi insulin akan meningkat dan
sebagian asam amino dalam serum yang jumlahnya sudah kurang
tersebut akan disalurkan ke jariangan otot. Makin berkurangnya asam
amino dalam serum ini yang menyebabkan kurangnya produksi
albumin oleh hepar, yang kemudian berakibat timbulnya edema.
Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan beta-lipoprotein
sehingga transport lemak dari hati ke depot terganggu, dengan akibat
terjadinya penimbuna lemak dalam hati.3
Gejala Klinis3
Anak nampak sembab, cengeng,mudah terangsang
Gejala yang terpenting: Pertumbuhan terhambat
Berat dan tinggi badan lebih rendah dibandingkan BB baku.
Penurunan BB ini tidak mencolok atau mungkin tersamar
dengan edema anasarka
Edema anasarka (ringan atau berat)
Jaringan otot mengecil dengan tonus yang menurun
Kelainan gastrointestinal yang mencolok adalah anoreksia dan
diare
Rambut berwarna pirang, kasar dan kaku, mudah dicabut
Anak mudah terinfeksi terjangkit infeksi akibat defisiensi
imunologik
b. Marasmus-Kwashiorkor
Menunjukkan gejala klinis campuran antara marasmus dan
kwashiorkor. Gejala yang umum adalah gagal tumbuh kembang. Di
samping itu terdapat satu atau lebih gejala kwashiorkor seperti edema,
dermatosis, perubahan rambut, hepatomegali,perubahan mental, hipotrofi
otot, jaringan lemak subkutan berkurang, kerdil, anemia, defisiensi
vitamin. Berat badan dengan edema kurang dari 60% nilai berat badan
terhadap umur pada standar yang baku.3
Penyakit penyerta yang sering ditemukan antara lain
ISPA ,Bronkopneumoni, Koch Pulmonum, ISK, penyakit parasit dan
diare. Tidak jarang penyakit ini menjadi faktor penyebab utama marasmus-
kwashiorkor, misal diare menahun atau Tuberkulosis. Oleh karena itu
penyakit penyerta tersebut harus diobati secara tuntas.3
Penatalaksanaan marasmus kwashiorkor dalam garis besarnya terdiri
dari terapi nutrisi, pengobatan penyakit penyerta dan penyuluhan gizi
terhadap keluarga.3
c. Marasmus
Gejala Klinis4
Penampilan wajah seperti orang tua
Rambut kering, tipis dan mudah rontok
Kurus kering,kulit kering, dingin, dan mengendor
Lemak subkutan menghilang hingga turgor kulit berkurang
Otot atrofi hingga tulang terlihat jelas
Rewel, cengeng walaupun telah diberi minum
Sering terbangun waktu malam hari
Nafsu makan menghilang
Sering diare atau konstipasi
DIAGNOSIS
1. Klinik : anamnesis (terutama anamnesis makanan, tumbuh kembang, serta
penyakit yang pernah diderita) dan pemeriksaan fisik (tanda-tanda malnutrisi
dan berbagai defisiensi vitamin)
2. Laboratorik : terutama Hb, albumin, serum ferritin
3. Anthropometrik : BB/U (berat badan menurut umur), TB/U (tinggi badan
menurut umur), LLA/U (lingkar lengan atas menurut umur), BB/TB (berat
badan menurut tinggi badan), LLA/TB (lingkar lengan atas menurut tinggi
badan)
4. Analisis diet
Klasifikasi :
1. KEP ringan : > 80-90% BB ideal terhadap TB (WHO-CDC)
2. KEP sedang : > 70-80% BB ideal terhadap TB (WHO-CDC)
3. KEP berat : 70% BB ideal terhadap TB (WHO-CDC)
DIAGNOSIS BANDING
Adanya edema serta ascites pada bentuk kwashiorkor maupun marasmik-
kwashiorkor perlu dibedakan dengan :
- Sindroma nefrotik
- Sirosis hepatis
- Payah jantung kongestif
PENATALAKSANAAN
Prosedur tetap pengobatan dirumah sakit :
I. Prinsip dasar penanganan 10 langkah utama (diutamakan penanganan
kegawatan)
1.1. Penanganan hipoglikemi
1.2. Penanganan hipotermi
1.3. Penanganan dehidrasi
1.4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
1.5. Pengobatan infeksi
1.6. Pemberian makanan
1.7. Fasilitasi tumbuh kejar
1.8. Koreksi defisiensi nutrisi mikro
1.9. Melakukan stimulasi sensorik dan perbaikan mental
1.10. Perencanaan tindak lanjut setelah sembuh
1) Atasi hipoglikemia7,8
Jika Anak sadar
a. Makanan saring/ cair 2-3 jam sekali
b. Tidak dapat makan air gula
Penurunan kesadaran glukosa IV, rujuk RS
2) Atasi Hipotermia7,8
Penatalaksanaanya :
- Hangatkan anak dengan selimut tebal
- Pantau suhu setiap setengah jam sekali
3) Atasi Dehidrasi7,8
Jika masih menyusui, maka teruskan ASI setengah jam sekali tanpa
berhenti. Jika masih dapat minum, lakukan rehidrasi oral 50 ml ( 3 sendok
makan) /30 menit dengan ReSoMal. Bila ReSomal tidak ada, maka oralit
diencerkan 2 kali. Jika tidak dapat minum rehidrasi IV dengan RL atau
D5% dan NaCl dengan perbandingan 1:1.
4) Pemulihan gangguan elektrolit7,8
Ketidakseimbangan elektrolit dapat memicu edema, namun jangan atasi
edema dengan diuretik. Tatalaksana: diet rendah garam dan rehidrasi
dengan oralit 1 ltr diencerkan 2 kali + 4 gr KCl + 50 gr gula .
5) Pengobatan dan pencegahan infeksi7,8
Berikan antibiotik spektrum luas. Biasanya KEP disertai diare. Akan
berkurang dengan pemberian makanan. Tatalaksana dengan metronidazol
7,5 mg/kgBB 3x/hari. Bila diare berlanjut rujuk ke RS.
6) Pemberian makanan balita7,8
Pemberian makanan dimulai segera setelah anak dirawat dan dirancang
sedemikian rupa. (fase stabilisasi : 1-2 hari). Pemberian Formula WHO
75/modifikasi/ Modisco ½. Pantau dan catat :
- Jumlah yang diberikan dan sisanya
- Banyaknya muntah
- Frekuensi BAB dan konsistensinya
- Berat badan (harian)
7) Perhatikan masa tumbuh kejar balita7,8
Fase Transisi (minggu ke dua): formula WHO 75 menjadi Formula WHO
100 atau pengganti. Fase Rehabilitasi (minggu ke 3-7) :formula WHO 135
(atau pengganti).
Kebutuhan zat gizi anak gizi buruk menurut fase pemberian makan
Zat Gizi Stabilisasi Transisi Rehabilitasi
Energi 80-100 kcal/KgBB/hari 100-150
kcal/KgBB/hari
150-220
kcal/KgBB/hari
Protein 1-1,5 gr/KgBB/hari 2-3 gr/KgBB/hari 4-6 gr/KgBB/hari
Cairan 130 ml/KgBB/hari atau
100 ml/KgBB/hari bila
oedem berat
150 ml/KgBB/hari 150-200
ml/KgBB/hari
8) Penanggulangan zat gizi mikro7,8
Pemberian Fe dimulai setalah nafsu makan anak membaik dan BB mulai
naik.
9) Berikan stimulasi sensorik dan dukungan emosional7
Kasih sayang
Lingkungan yg ceria
Terapi bermain terstruktur selama 15-30 menit
Kerlibatan ibu (memberi makan,bermain,memandikan, dan lainnya)
Aktivitas fisik segera setelah sembuh
10) Persiapan tindak lanjut di rumah7
Kriteria pemulangan anak :
1. Selera makan sudah bagus,
2. Ada perbaikan kondisi mental
3. Anak sudah dapat tersenyum, duduk, merangkak, berdiri atau berjalan,
sesuai dengan umurnya
4.Suhu tubuh berkisar 36,5-37,5 c
5.Tidak ada muntah atau diare
6.Tidak ada edema
7.Terdapat kenaikan berat badan >5g/kgBB/hari selama 3 hari berturut –
turut atau kenaikan sekitar >50g/kgBB/minggu selama 2 minggu berturut-
turut
8. Sudah berada di kondisi gizi kurang(BB/TB > -3SD dan tidakada gejala
gizi buruk)
II. Pengobatan penyakit penyerta
1. Defisiensi vitamin A
Bila ada kelainan di mata, berikan vitamin A oral pada hari ke 1, 2 dan 14
atau sebelum keluar rumah sakit bila terjadi memburuknya keadaan klinis
diberikan vit. A dengan dosis :
* umur > 1 tahun : 200.000 SI/kali
* umur 6 – 12 bulan : 100.000 SI/kali
* umur 0 – 5 bulan : 50.000 SI/kali
Bila ada ulkus dimata diberikan :
Tetes mata khloramfenikol atau salep mata tetrasiklin, setiap 2-3 jam
selama 7-10 hari
Teteskan tetes mata atropin, 1 tetes 3 kali sehari selama 3-5 hari
Tutup mata dengan kasa yang dibasahi larutan garam faali
2. Dermatosis
Dermatosis ditandai adanya : hipo/hiperpigmentasi, deskwamasi (kulit
mengelupas), lesi ulcerasi eksudatif, menyerupai luka bakar, sering disertai
infeksi sekunder, antara lain oleh Candida.
Tatalaksana :
1. kompres bagian kulit yang terkena dengan larutan KmnO4
(K-permanganat) 1% selama 10 menit
2. beri salep atau krim (Zn dengan minyak kastor)
3. usahakan agar daerah perineum tetap kering
4. umumnya terdapat defisiensi seng (Zn) : beri preparat Zn
peroral
3. Parasit/cacing
Mebendasol 100 mg oral, 2 kali sehari selama 3 hari, atau preparat
antihelmintik lain.
4. Diare melanjut
Diobati bila hanya diare berlanjut dan tidak ada perbaikan keadaan umum.
Berikan formula bebas/rendah lactosa. Sering kerusakan mukosa usus dan
Giardiasis merupakan penyebab lain dari melanjutnya diare. Bila mungkin,
lakukan pemeriksaan tinja mikroskopik. Beri : Metronidasol 7.5 mg/kgBB
setiap 8 jam selama 7 hari.
5. Tuberkulosis
Pada setiap kasus gizi buruk, lakukan tes tuberkulin/Mantoux (seringkali
anergi) dan Rontgen foto toraks. Bila positif atau sangat mungkin TB,
diobati sesuai pedoman pengobatan TB.
III. Tindakan kegawatan
1. Syok (renjatan)
Syok karena dehidrasi atau sepsis sering menyertai KEP berat dan sulit
membedakan keduanya secara klinis saja.
Syok karena dehidrasi akan membaik dengan cepat pada pemberian cairan
intravena, sedangkan pada sepsis tanpa dehidrasi tidak. Hati-hati terhadap
terjadinya overhidrasi.
Pedoman pemberian cairan :
Berikan larutan Dekstrosa 5% : NaCl 0.9% (1:1) atau larutan Ringer
dengan kadar dekstrosa 5% sebanyak 15 ml/KgBB dalam satu jam
pertama.
Evaluasi setelah 1 jam :
Bila ada perbaikan klinis (kesadaran, frekuensi nadi dan pernapasan)
dan status hidrasi syok disebabkan dehidrasi. Ulangi pemberian
cairan seperti di atas untuk 1 jam berikutnya, kemudian lanjutkan
dengan pemberian Resomal/pengganti, per oral/nasogastrik, 10
ml/kgBB/jam selama 10 jam, selanjutnya mulai berikan formula
khusus (F-75/pengganti).
Bila tidak ada perbaikan klinis anak menderita syok septik. Dalam
hal ini, berikan cairan rumat sebanyak 4 ml/kgBB/jam dan berikan
transfusi darah sebanyak 10 ml/kgBB secara perlahan-lahan (dalam 3
jam). Kemudian mulailah pemberian formula (F-75/pengganti)
2. Anemia berat
Transfusi darah diperlukan bila :
Hb < 4 g/dl
Hb 4-6 g/dl disertai distress pernapasan atau tanda gagal jantung
Transfusi darah :
Berikan darah segar 10 ml/kgBB dalam 3 jam.
Bila ada tanda gagal jantung, gunakan ’packed red cells’ untuk
transfusi dengan jumlah yang sama.
Beri furosemid 1 mg/kgBB secara i.v pada saat transfusi dimulai.
Perhatikan adanya reaksi transfusi (demam, gatal, Hb-uria, syok). Bila
pada anak dengan distres napas setelah transfusi Hb tetap < 4 g/dl atau
antara 4-6 g/dl, jangan diulangi pemberian darah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Richard E.Behrman,Robert M. Kliegman,Ann M.Arvin, Ilmu Kesehatan
Nelson Vol 2 Ed. 15. 2000. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC.
2. Ruepno IIasan. IIlusein Alatas. Buku Ilmu Kesehatan Anak.1997.Jakarta.
FKUI