Statistika Dan Analisa Data Dalam Dunia Pertambangan

9
SPC, Banjarmasin – Sekitar 25 ribu pekerja sektor pertambangan di Kalimantan Selatan terancam terkena dampak baik itu pemutusan hubungan kerja atau tidak diperpanjangnya kontrak kerja akibat lesunya pasar tambang batu bara yang diprediksi berlangsung hingga triwulan pertama 2013. Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Pemerintah Provinsi Kalimantan Antonius Simbolon di Banjarmasin, mengatakan, tenaga kerja yang tercatat di Disnakertrans sebanyak 147.000 orang. Dari jumlah tersebut sekitar 70 ribu pekerja bekerja di sektor pertambangan batu bara, baik itu perusahaan besar maupun perusahaan kecil. “Dari jumlah tersebut sekitar 20 ribu hingga 25 ribu pekerja tambang merupakan pekerja yang bekerja di sub kontraktor perusahaan tambang besar di Kalsel,” katanya, seperti dikutip, Kamis (3/1/2013). Lesunya pasar tambang batu bara internasional, tambah Antonius, bisa berdampak pada tidak diperpanjangnya pekerja pada kontraktor maupun sub kontraktor perusahaana tambang besar, karena tidak menutup kemungkinan banyak perusahaan tambang di Kalsel mengurangi jumlah produksinya. Saat ini, kata dia, terdapat 97 kasus tenaga kerja di mana 60 persen diantaranya adalah kasus yang terjadi pada pekerja tambang. Selama 2012 sebanyak 943 pekerja terkena pemutusan hubungan kerja, karena berbagai alasan, dan terbanyak adalah di sektor tambang, katanya. Kepala Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan Khairil Anwar mengatakan, yang ekspor batu bara yang lesu diprediksi baru akan mulai membaik pada triwulan ke II 2013, sehingga pada triwulan pertama saat ini harga ekspor belum terlalu membaik. Kondisi tersebut menyebabkan, tingkat pengangguran terbuka di Kalsel selama 2012 meningkat dari 5,23 persen menjadi 5,25 persen, sehingga ketimpangan pendapatan di Kalsel atau gini ratio juga meningkat dari 0,37 menjadi 0,38. Gubernur Kalsel Rudy Ariffin berharap, seluruh perusahaan menahan diri untuk tidak melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap karyawan dengan melakukan penghematan-penghematan. “Saya harap seluruh perusahaan tidak melakukan pemutusan hubungan kerja, tetapi melakukan langkah-langkah lain antara lain

Transcript of Statistika Dan Analisa Data Dalam Dunia Pertambangan

Page 1: Statistika Dan Analisa Data Dalam Dunia Pertambangan

SPC, Banjarmasin – Sekitar 25 ribu pekerja sektor pertambangan di Kalimantan Selatan terancam terkena dampak baik itu pemutusan hubungan kerja atau tidak diperpanjangnya kontrak kerja akibat lesunya pasar tambang batu bara yang diprediksi berlangsung hingga triwulan pertama 2013.Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Pemerintah Provinsi Kalimantan Antonius Simbolon di Banjarmasin, mengatakan, tenaga kerja yang tercatat di Disnakertrans sebanyak 147.000 orang.Dari jumlah tersebut sekitar 70 ribu pekerja bekerja di sektor pertambangan batu bara, baik itu perusahaan besar maupun perusahaan kecil.“Dari jumlah tersebut sekitar 20 ribu hingga 25 ribu pekerja tambang merupakan pekerja yang bekerja di sub kontraktor perusahaan tambang besar di Kalsel,” katanya, seperti dikutip, Kamis (3/1/2013).Lesunya pasar tambang batu bara internasional, tambah Antonius, bisa berdampak pada tidak diperpanjangnya pekerja pada kontraktor maupun sub kontraktor perusahaana tambang besar, karena tidak menutup kemungkinan banyak perusahaan tambang di Kalsel mengurangi jumlah produksinya.Saat ini, kata dia, terdapat 97 kasus tenaga kerja di mana 60 persen diantaranya adalah kasus yang terjadi pada pekerja tambang.Selama 2012 sebanyak 943 pekerja terkena pemutusan hubungan kerja, karena berbagai alasan, dan terbanyak adalah di sektor tambang, katanya.Kepala Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan Khairil Anwar mengatakan, yang ekspor batu bara yang lesu diprediksi baru akan mulai membaik pada triwulan ke II 2013, sehingga pada triwulan pertama saat ini harga ekspor belum terlalu membaik.Kondisi tersebut menyebabkan, tingkat pengangguran terbuka di Kalsel selama 2012 meningkat dari 5,23 persen menjadi 5,25 persen, sehingga ketimpangan pendapatan di Kalsel atau gini ratio juga meningkat dari 0,37 menjadi 0,38.Gubernur Kalsel Rudy Ariffin berharap, seluruh perusahaan menahan diri untuk tidak melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap karyawan dengan melakukan penghematan-penghematan.“Saya harap seluruh perusahaan tidak melakukan pemutusan hubungan kerja, tetapi melakukan langkah-langkah lain antara lain mengurangi keuntungan hingga kondisi perekonomian kembali pulih,” katanya.Menurut Gubernur, bila pemutusan hubungan kerja secara besar-besaran kembali terjadi, tentu akan menambah beban pemerintah, apalagi diprediksi akan ada mutasi secara besar-besaran tenaga kerja dari Jawa ke Kalsel.Mutasi tersebut disebabkan karena banyaknya perusahaan di provinsi lain yang melakukan pemutusan hubungan kerja akibat tngginya UMP yang ditetapkan di daerah tersebut, sehingga sangat memberatkan perusahaan.

Page 2: Statistika Dan Analisa Data Dalam Dunia Pertambangan

INILAH.COM, Jakarta - PT Toba Bara Sejahtera Tbk (TOBA) pada tahun 2012 mengalami penurunan harga jual batu bara 21,0% dari US$91,3 per ton di tahun 2011 menjadi US$72,2 per ton.

Penurunan harga rata-rata acuan batu bara global di tahun 2012 dibanding tahun sebelumnya. Penurunan kondisi ekonomi global di tahun 2012 menyebabkan terkoreksinya harga acuan batu bara global. Harga rata-rata acuan batu bara Newcastle Index di tahun 2012 turun sebesar 20,4% dari US$121,2 per ton pada tahun 2011 menjadi US$96,9 per ton di tahun 2012, dimana pada semester II 2012 terjadi penurunan harga yang signifikan mencapai US$80,8 per ton di bulan Oktober 2012.

Namun perseroan tetap meningkatkan volume produksi batu bara sebesar 8,2% dari 5,2 juta ton selama tahun 2011 menjadi 5,6 juta ton selama tahun 2012.

Selain itu, untuk merespon penurunan harga batu bara dan menjaga profitabilitas, perseroan melakukan beberapa inisiatif penurunan biaya pada awal kuartal IV 2012 dengan cara menurunkan nisbah pengupasan dan jarak buang lapisan tanah penutup.

Hal tersebut menyebabkan pendapatan perseroan menurun dari US$498,2 juta pada tahun 2011 menjadi US$396,7 juta di tahun 2012 atau menurun sebesar 20,4%. Sementara itu, volume penjualan di tahun 2012 hanya meningkat sebesar 0,7% dibandingkan tahun 2011 menjadi 5,5 juta ton. Demikian mengutip keterbukaan informasi di BEI, Senin (1/4/2013).

Kenaikan volume penjualan yang lebih kecil dibandingkan kenaikan produksi di tahun 2012 disebabkan karena strategi Perseroan untuk memperbesar persediaan guna mengoptimalkan volume penjualan di kuartal I 2013.

Berdasarkan pengalaman perseroan, kuartal I merupakan periode dengan tingkat produksi paling

Page 3: Statistika Dan Analisa Data Dalam Dunia Pertambangan

rendah, karena curah hujan yang lebih tinggi dibanding kuartal lainnya. Beban Pokok Penjualan dan FOB Vessel Cash Costs Kenaikan beban pokok penjualan sebesar 13,1% di tahun 2012 dibandingkan tahun sebelumnya disebabkan karena kenaikan nisbah pengupasan, jarak buang tanah lapisan penutup, dan kenaikan tarif kontraktor di Indomining pada semester II 2012. Faktor-faktor tersebut juga berkontribusi terhadap kenaikan FOB Vessel Cash Cost (termasuk royalti) sebesar 11,3% dari US$ 56,3/ton menjadi US$ 62,5/ton di 2012.

Peningkatan nisbah pengupasan di tahun 2012 adalah sebesar 17,3% menjadi 14,9x dari 12,7x pada tahun 2011. Peningkatan tersebut terutama disebabkan karena aktivitas pre stripping yang dilakukan masing-masing anak perusahaan Perseroan yang dilakukan pada kuartal I tahun 2012.

Selain itu, curah hujan yang tinggi pada periode tersebut juga menyebabkan peningkatan biaya pemindahan lumpur yang cukup signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Meskipun nisbah pengupasan di kuartal I sampai kuartal III tahun 2012 mencapai 16,0x, perseroan telah berhasil menurunkan nisbah pengupasan di kuartal IV 2012 menjadi 12,2x, sehingga menurunkan nisbah pengupasan secara keseluruhan untuk tahun 2012 menjadi 14,9x.

Disamping penurunan nisbah pengupasan, perseroan juga berhasil melakukan penurunan jarak buang rata-rata lapisan tanah penutup di PT Adimitra Baratama Nusantara (ABN) dari dari sekitar 2.500 meter di kuartal I 2012 menjadi sekitar 1.700 meter di kuartal IV 2012. Setiap penurunan 100 meter pada jarak buang lapisan tanah penutup, Perseroan dapat menghemat biaya sekitar US$ 0,3-0,6 per ton batu bara.

Pemerintah menetapkan status waspada kepada para pengusaha batu bara, karena permintaan pada tahun depan akan menurun. Hal ini akan berdampak pada anjolknya harga batu bara.

Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Thamrin Sihite mengimbau semua pihak harus waspada pada harga batu bara tahun depan. Jika permintaan ekspor turun pada 2013, ada kemungkinan harga batu bara akan semakin rendah.

"Walaupun fluktuatifnya harga batu bara merupakan hal biasa, semua stakeholder harus waspada untuk setiap kemungkinan, harus ada action untuk benahi ini," kata Thamrin di Kantornya, Jakarta, Rabu (29/8/2012).

Thamrin menambahkan, ada kemungkinan pasar batu bara ke depan digeser ke pasar domestik, karena melihat kebutuhan dalam negeri, untuk memenuhi sejumlah sektor seperti sektor kelistrikan. "Hingga saat ini porsi batu bara yang disitribusikan ke pasar domestik baru 25 persen," ungkap Thamrin.

Page 4: Statistika Dan Analisa Data Dalam Dunia Pertambangan

Balikpapan (ANTARA News) - Merosotnya harga batubara hingga separuh harga, yaitu dari 130 dolar AS per ton menjadi hanya 60-70 dolar AS per ton sejak awal September 2012 ini adalah karena pasokan berlebihan ke pasar internasional.

"Memang oversupply, baik dari kita di Indonesia maupun dari negara-negara lain, selain juga sebagai dampak ikutan dari krisis ekonomi yang melanda Eropa," terang Herman Kasih, Deputi Ketua Kerjasama Antarlembaga Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) di Balikpapan, pagi Rabu (3/10)

Sehari sebelumnya Herman Kasih menjadi salah satu pembicara dalam CEO Forum, sebuah diskusi panel yang digelar di Hotel Novotel, Balikpapan.

Herman merinci, kelebihan di pasar itu diawali dari kelebihan stok batubara di China "yang juga sebenarnya hasil ekspor Indonesia. China mengurangi konsumsi batubara karena industri pembuatan barang jadi yang diproduksi dengan mesin-mesin elektrik" dimana listriknya dibangkitkan dengan pembakaran batubara--juga tengah lesu karena pasarnya di Eropa tengah lesu.

"China mengerem laju konsumsinya menjadi hanya 7 persen per tahun hingga 3 tahun ke depan, setelah sebelumnya 9 persen per tahun," papar Herman.

Selain itu, China juga mulai menambang sendiri batubara miliknya dengan kapasitas produksi 750 juta ton per tahun.

Selain China, Amerika Serikat juga mulai jadi pemain ekspor batubara. Setelah menemukan gas serpih (shell gas) yang murah, dimana biaya produksinya hanya dua sen dolar per kaki kubik, AS mengganti bahan bakar sejumlah pembangkit listrik dengan gas tersebut. Pemakaian gas itu membuat AS menghemat batubaranya 180 juta ton per tahun.

Page 5: Statistika Dan Analisa Data Dalam Dunia Pertambangan

Ini juga mengakibatkan stok batubara Paman Sam yang sudah terlanjur dieksploitasi menjadi tidak terpakai.

"Karena itu, untung satu dolar saja per ton, Amerika sudah lepas batubaranya. Maka pasar kita di Jepang dan China sebagian direbut Amerika," kata Herman. Ekspor Amerika tersebut kini sudah mencapai 91 juta ton di bulan September lalu.

Kemudian, seperti juga China, karena krisis di Eropa, pasar yang juga menyerap banyak barang-barang India, industri manufaktur negeri Gandhi melambat.

Yang terakhir, disebutkan oleh Herman, pasokan batubara dunia berlebih karena sejumlah pemain baru masuk ke dalam bisnis ini. Pemain lama juga tak mau kalah. Dengan harga yang pernah mencapai 130 dolar per ton, banyak penambang batubara, terutama di Indonesia yakni Kalimantan Timur, menggenjot produksinya habis-habisan.

"Akhirnya ya seperti saat ini, suplai melimpah ruah, permintaan turun, dan harga pun anjlok," demikian Herman Kasih. (NVA)

Page 6: Statistika Dan Analisa Data Dalam Dunia Pertambangan

SETELAH menikmati keuntungan berlimpah dari booming permintaan, kini pengusaha batu bara harus lebih pintar lagi membelanjakan duitnya. Sebab, sampai tahun depan, harga batu bara diperkirakan masih terus menurun. Ini akibat berkurangnya permintaan karena krisis global yang belum mereda.

Maklum, krisis Eropa sudah menyebar ke mana-mana. Memang, produk Indonesia yang diekspor ke negara-negara Uni Eropa terbilang kecil, yakni hanya 12,6%. Tapi, yang dikhawatirkan adalah Eropa selama ini menjadi andalan bagi ekspor produk China, India, AS, dan Jepang. Padahal, negara-negara raksasa tersebut, merupakan pasar yang sangat diandalkan oleh produk ekspor Indonesia.

Tak ada yang bisa menebak, kapan krisis di Benua Biru itu akan berakhir. Tapi, banyak analis ekonomi bilang, masih butuh waktu yang cukup panjang untuk memulihkan keadaan menjadi normal. Soalnya, krisis keuangan yang membelit Portugal, Irlandia, Italia, Yunani, dan Spanyol, sudah sangat dalam. Bahkan, Jerman yang ekonominya begitu kuat, kini mulai merasakan dampak krisis.

Kondisi inilah yang dikhawatirkan pengusaha batu bara Indonesia. Bob Kamandanu, Ketua Umum Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia, mengaku terus mencermati pengaruh krisis tersebut terhadap perekonomian China. Soalnya, China menjadi pasar terbesar ekspor batu bara Indonesia.

Kalau kondisi ini berlanjut terus, sudah bisa ditebak permintaan akan terus menurun. "Kalau permintaan turun, tentu terjadi keseimbangan harga baru. Mungkin harganya akan menurun dibanding sekarang," ujar Dirjen Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Thamrin Sihite.

Seperti halnya Thamrin, Ade Renaldi Satari, Corporate Secretary PT ABM Investama Tbk memprediksi, harga batu bara berkalori rendah akan kembali turun dari yang saat ini US$ 45 per ton menjadi US$ 37,5 per ton. Itulah sebabnya, ABM akan menurunkan panduan target poduksi. Semula ABM menargetkan mampu memproduksi 5,5 juta ton per tahun.

Penurunan harga juga bakal melanda jenis batu bara berkalori tinggi, lebih dari 6.000 kilokalori per kilogram atau kkal/kg. Batu bara kualitas tinggi itu, umumnya digunakan untuk industri pembuat baja dan tembaga. Saat ini harga batu bara berkalori tinggi masih berkisar US$ 90 per ton. Jika permintaan batu bara terus melemah, harga batu bara jenis ini bisa terus melandai hingga US$ 87 per ton.

Perkiraan itu, tentu saja mencemaskan. Karena itu, tak salah kalau Thamrin minta pengusaha batu bara menerapkan status waspada. Tujuannya, supaya pengusaha batu bara tidak mengalami goncangan ketika sesuatu yang buruk terjadi. Pasalnya, pertambangan batu bara merupakan salah satu penyokong perekonomian nasional. "Harapannya pertambangan batu bara tetap berjalan baik. Semua pihak harus waspada pada harga batu bara tahun depan," katanya.

Peringatan itu bukannya tanpa alasan. Sebab, Kementerian ESDM mencatat total rencana produksi batubara tahun 2013 akan mencapai 450 juta ton. Itu sangat riskan karena permintaan

Page 7: Statistika Dan Analisa Data Dalam Dunia Pertambangan

batu bara di luar negeri sedang melemah, "Tahun depan, kalau melampaui rencana produksi mereka bisa mendekati 500 juta ton," tambah Direktur Pembinaan Pengusahaan Batu Bara Edi Prasodjo.

Kalau permintaan dari luar negeri terus melemah, bisa jadi pasar batu bara akan digeser ke pasar domestik. Sebab, kebutuhan di dalam negeri juga besar. Misalnya, untuk sektor kelistrikan atau tekstil. "Porsi penjualan batu bara ke dalam negeri masih terbilang kecil. Saat ini yang didistribusikan ke pasar domestik baru 25%, kita berharap semakin meningkat," ujar Thamrin.

 

Source :   http://ekonomi.inilah.com/read/detail/1913321/alarm-batu-bara-waspada