Standarisasi Pertukaran Data

2
STANDARISASI PERTUKARAN DATA Industri logistik melibatkan serangkaian proses panjang dari berpuluh instansi dengan beragam karakter. Besar-kecil, private- public, local-global. Sektor raksasa ini (di Indonesia sering disebutkan logistik setara 26% dari GDP) begitu kompleksnya sehingga tidak ada satu badan yang memiliki otoritas untuk orkestrasinya. Satu satunya pendekatan yang memungkinkan adalah business approach atau value added approach. Semua pemain logistik sejatinya peduli dengan: daya saing, dengan efisiensi, dengan total value. Saat ini, ada kesadaran tinggi di Indonesia soal logistik yang tidak efisien (ranking LPI, dwelling time, cost logistics adalah beberapa indikator yang sering dikutip). Untuk logistik yang berdaya saing, adalah keharusan transaksi bisnis dicatat dan diolah secara real time, dan aliran informasi di dalam maupun antar perusahaan harus ekselen agar mendukung produktivitas usaha. Untuk itu terjadi, salah satu faktor penting dalam penggunaan sistem informasi adalah integrasi sistem, baik didalam maupun antar perusahaan (misal dengan mitra/partner). Komunikasi data ini haruslah ekselen yakni: cepat, mudah, murah, jaminan tingkat layanan, integritas data terjaga, sesuai kewenangan/kepemilikan, mudah ditelusuri. Untuk itu maka mutlak diperlukan standard pertukaran data yang mengatur kesepakatan tentang bentuk/format, referensi, teknologi, standard, nomenklatur. Di negara yang maju logistik nya, standardisasi pertukaran data ini dilakukan oleh asosiasi profesi dibantu oleh pemerintah. Namun karena belum ada nya lembaga seperti itu di Indonesia, maka ILCS, berdasarkan pengalaman memfasilitasi pertukaran data di pelabuhan, mencoba meluncurkan standardisasi ini sebagai referensi bagi pengguna INAPORTNET yaitu platform elektronis komunitas pelabuhan di Indonesia. Sedapat mungkin ILCS telah mengadposi benchmark/best practices internasional. Namun tentu akan ditemukan kekurangan kekurangan pada pengaturan ini . Untuk itu, masukan dari setiap pengguna dokumen ini sangatlah diharapkan untuk penyempurnaan sehingga standardisasi ini semakin diterima komunitas logistik di Indonesia. Logistik berdaya saing mutlak memerlukan pertukaran data yang mutlak memerlukan standardisasi.

description

Standarisasi Pertukaran Data

Transcript of Standarisasi Pertukaran Data

Page 1: Standarisasi Pertukaran Data

STANDARISASI PERTUKARAN DATA

Industri logistik melibatkan serangkaian proses panjang dari berpuluh instansi dengan beragam karakter. Besar-kecil, private-public, local-global.

Sektor raksasa ini (di Indonesia sering disebutkan logistik setara 26% dari GDP) begitu kompleksnya sehingga tidak ada satu badan yang memiliki otoritas untuk orkestrasinya.

Satu satunya pendekatan yang memungkinkan adalah business approach atau value added approach. Semua pemain logistik sejatinya peduli dengan: daya saing, dengan efisiensi, dengan total value.

Saat ini, ada kesadaran tinggi di Indonesia soal logistik yang tidak efisien (ranking LPI, dwelling time, cost logistics adalah beberapa indikator yang sering dikutip).

Untuk logistik yang berdaya saing, adalah keharusan transaksi bisnis dicatat dan diolah secara real time, dan aliran informasi di dalam maupun antar perusahaan harus ekselen agar mendukung produktivitas usaha. Untuk itu terjadi, salah satu faktor penting dalam penggunaan sistem informasi adalah integrasi sistem, baik didalam maupun antar perusahaan (misal dengan mitra/partner).

Komunikasi data ini haruslah ekselen yakni: cepat, mudah, murah, jaminan tingkat layanan, integritas data terjaga, sesuai kewenangan/kepemilikan, mudah ditelusuri. Untuk itu maka mutlak diperlukan standard pertukaran data yang mengatur kesepakatan tentang bentuk/format, referensi, teknologi, standard, nomenklatur.

Di negara yang maju logistik nya, standardisasi pertukaran data ini dilakukan oleh asosiasi profesi dibantu oleh pemerintah. Namun karena belum ada nya lembaga seperti itu di Indonesia, maka ILCS, berdasarkan pengalaman memfasilitasi pertukaran data di pelabuhan, mencoba meluncurkan standardisasi ini sebagai referensi bagi pengguna INAPORTNET yaitu platform elektronis komunitas pelabuhan di Indonesia.

Sedapat mungkin ILCS telah mengadposi benchmark/best practices internasional. Namun tentu akan ditemukan kekurangan kekurangan pada pengaturan ini . Untuk itu, masukan dari setiap pengguna dokumen ini sangatlah diharapkan untuk penyempurnaan sehingga standardisasi ini semakin diterima komunitas logistik di Indonesia.

Logistik berdaya saing mutlak memerlukan pertukaran data yang mutlak memerlukan standardisasi.

Salam Logistik