standarisasi NaOH

20
BAB I Pedahuluan 1.1 Prinsip Percobaan Berdasarkan reaksi netrallisasi. . 1.2 Tujuan Percobaan Tujuan praktikum ini adalah untuk memahami dan melakukan standarisasi larutan serta menggunakannya untuk analisis kuantitatif sampel.

description

kimia

Transcript of standarisasi NaOH

BAB IPedahuluan

1.1 Prinsip PercobaanBerdasarkan reaksi netrallisasi..1.2 Tujuan PercobaanTujuan praktikum ini adalah untuk memahami dan melakukan standarisasi larutan serta menggunakannya untuk analisis kuantitatif sampel.

BAB IITinjauan Pustaka

2.1 Teori DasarLarutan yang mempunyai konsentrasi molar yang diketahui, dapat dengan mudah digunakan untuk reaksi-reaksi yang melibatkan prosedur kuantitaif. Kuantitas zat terlarut dalam suatu volume larutan itu, di mana volume itu diukur dengan teliti, dapat diketahui dengan tepat dari hubungan dasar berikut ini.

Mol = liter x konsentrasi molar atau mmol = mL x konsentrasi molar.

Perhitungan-perhitungan stoikiometri yang melibatkan larutan yang diketahui normalitasnya bahkan lebih sederhana lagi. Dengan definisi bobot ekuivalen, dua larutan akan bereaksi satu sama lain dengan tepat bila keduanya mengandung gram ekuivalen yang sama yaitu, jika V1 x N2 = V2 x N2.Dalam hubungan ini kedua normalitas harus dinyatakan dengan satuan yang sama, demikian juga kedua volum, satuan-satuan itu dapat dipilih secara sembarang.Larutan-larutan yang mempunyai normalitas yang diketahui sangat berguna walaupun hanya satu di antara pereaksi itu yang terlarut. Dalam hal ini jumlah gram ekuivalen (atau miliekuivalen) pereaksi yang tidak terlarut dapat dihitung dengan cara biasa, yaitu dengan membagi massa contoh dalam gram (atau miligram) dengan bobot ekuivalennya. Jumlah g-ek (atau mek) satu pereaksi tetap harus sama dengan g-ek (atau mek) zat yang lain (Brady, 1999).Volumetri atau tirimetri adalah suatu cara analisis kuantitatif dari reaksi kimia. Pada analisis ini zat yang akan ditentukan kadarnya, direaksikan dengan zat lain yang telah diketahui konsentrasinya, sampai tercapai suatu titik ekuivalen sehingga kepekatan (konsentrasi) zat yang kita cari dapat dihitung (Syukri, 1999).Pada analisis volumetri diperlukan larutan standar. Proses penentuan konsentrasi larutan satandar disebut menstandarkan atau membakukan. Larutan standar adalah larutan yang diketahui konsentrasinya, yang akan digunakan pada analisis volumetri.

Ada dua cara menstandarkan larutan yaitu:

1. Pembuatan langsung larutan dengan melarutkan suatu zat murni dengan berat tertentu, kemudian diencerkan sampai memperoleh volume tertentu secara tepat. Larutan ini disebut larutan standar primer, sedangkan zat yang kita gunakan disebut standar primer.

2. Larutan yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan cara menimbang zat kemudian melarutkannya untuk memperoleh volum tertentu, tetapi dapat distandartkan dengan larutan standar primer, disebut larutan standar skunder.

Zat yang dapat digunakan untuk larutan standar primer, harus memenuhi persyaratan dibawah ini :1. Mudah diperoleh dalam bentuk murni ataupun dalam keadaan yang diketahui kemurniannya. Pengotoran tidak melebihi 0,01 sampai 0,02 %.2. Harus stabil.3. Zat ini mudah dikeringkan tidak higrokopis, sehingga tidak menyerap uap air, tidak meyerap CO2 pada waktu penimbangan (Sukmariah, 1990).

Suatu reaksi dapat digunakan sebagai dasar analisis tirimetri apabila memenuhi persyaratan berikut :

1. Reaksi harus berlangsung cepat, sehingga titrasi dapat dilakukan dalam waktu yang tidak terlalu lama.2. Reaksi harus sederhana dan diketahui dengan pasti, sehingga didapat kesetaraan yang pasti dari reaktan.3. Reaksi harus berlangsung secara sempurna.4. Mempunyai massa ekuivalen yang besar

Larutan standar biasanya kita teteskan dari suatu buret ke dalam suatu erlenmeyer yang mengandung zat yang akan ditentukan kadarnya sampai reaksi selesai. Selesainya suatu reaksi dapat dilihat karena terjadi perubahan warna Perubahan ini dapat dihasilkan oleh larutan standarnya sendiri atau karena penambahan suatu zat yang disebut indikator. Titik di mana terjadinya perubahan warna indikator ini disebut titik akhir titrasi. Secara ideal titik akhir titrasi seharusnya sama dengan titik akhir teoritis (titik ekuivalen). Dalam prakteknya selalu terjadi sedikit perbedaan yang disebut kesalahan titrasi (Sukmariah, 1990).Untuk analisis titrimetri atau volumetri lebih mudah kalau kita memakai sistem ekivalen (larutan normal) sebab pada titik akhir titrasi jumlah ekivalen dari zat yang dititrasi = jumlah ekivalen zat penitrasi. Berat ekivalen suatu zat sangat sukar dibuat definisinya, tergantung dari macam reaksinya. Pada titrasi asam basa, titik akhir titrasi ditentukan oleh indikator. Indikator asam basa adalah asam atau basa organik yang mempunyai satu warna jika konsentrasi hidrogen lebih tinggi daripada sutau harga tertentu dan suatu warna lain jika konsentrasi itu lebih rendah.

BAB IIIMetodologi Percobaan

3.1.Alat 1. pipet2. Labu ukur3. Spatula4. Pipet Ukur5. Gelas ukur6. Timbangan analitik7. erlenmeyer8. Buret9. Statip

3.2 Bahan1. Phenolptalein (PP)2. NaOH pelet3. H2SO4Pekat4. Asam Cuka5. Aquadest

3.3 Prosedur Percobaan

1. Pembuatan Larutan Baku HClAmbil sejumlah tertentu larutan HCl dengan menggunakan pipet gondok. Perhatikan miniskus harus tepat menyinggung garis tanda pipet gondok. Masukan HCl tersebut ke dalam labu ukur dan encerkan sampai tanda batas, hal seperti ini akan menimbulkan kesalahan yang cukup besar. Oleh karna itu pengenceran harus dilakukan dengan hati-hati, sedikit demi sedikit. Dan larutan dikocok hingga merata.

Pengenceran H2SO4 pekat Ambil 10ml aquadest dengan menggunakan gelas ukur. Perhatikan bagia bawah miniskus air harus tepat menyinggung skala 10ml. Pandangan mata harus tepat sejajar dengan tinggi miniskus air. Tuangkan ke dalam tabung reaksi. Ambil 3ml H2SO4 pekat ke dalam gelas ukur. Pakailah cara pengukuran yang sama seperti yang diatas. Tuangkan H2SO4 pekat ini ke dalam tabung reaksi dilakukan dengan pelan-pelan dan hati-hati. Perhatikan perubahan panas sebelum dan sesudah H2SO4 pekat dituangkan ke dalam tabung reaksi.

Pembuatan Larutan Baku Primer asam oksalat Timbang dengan teliti (sesuai perhitungan) asam oksalat. Masukan kedalam labu ukur 100ml. Tambahkan sedikit demi sedikit aquadest sambil dikocok hingga larut. Lakukan penambahan aquadest sampai tanda batas dan kocok.

Pembuatan Larutan Baku Sekunder NaOH Timbang dengan teliti (sesuai perhitungan) NaOHt. Masukan kedalam beaker glass. Tambahkan aquadest sambil dikocok hingga larut. Lakukan penambahan aquadest sampai volume 1 liter.

2. Standarisasi NaOH dengan asam Oksalat Buret yang sudah dibilas dengan larutan NaOH yang akan dipakai, sebanyak 3 kali @ 5ml, lalu diisi dengan larutan NaOH sampai batas nol. Kedalam erlenmeyer 250ml, masukan 25ml larutan asam oksalat menggunakan vol pipet. Tambahkan 2-3 tetes PP. Kedalam larutan asam okslat tersebut tambahkan larutan NaOH dari buret, sampai terbentuk warna merah muda yang stabil. Catat volume NaOH yang digunakan. Lakukan standarisasi sebanyak 3 kali. Hitung konsentrasi NaOH

3. Titrasi Larutan NaOH dengan Asam Cuka Isi buret dengan NaOH. Ambil 5ml larutan asam cuka menggunakan vol pipet. Masukan kedalam labu ukur 100ml, kemudian tambahkan aquadest sampai batas kalibrasi, kocok hingga rata. Langkah selanjutnya sama dengan stadarisas, hanya larutan asam oksalat diganti dengan asam cuka. Lakukan langkah ini sebnyak 3 kali Hitung kadar cuka.

BAB IVHasil dan Pembahasan

4.1 Hasil Percobaan

1.Pembuatan Larutan Baku HClPentiter NaOH 0,1N 1LBM = 40N = gram x 1000 BE V

0,1 = gram x 1000 40 1000

Gram = 0,1 x 40 x 1000 = 4 gram 1000

V HCLV NaOH

25 ml33,5 ml

25 ml33,7 ml

25 ml33,5 ml

Rata rata : 33,5 + 33,7 + 33,5 = 33,57 ml 3

Kadar HCl dalam NaOHV1. N1 = V2. N225 . 0,1 = 33,57 . N2 2,5 = 33,57 . N2 N2 = 2,5 33,57

N2 = 0,74 N

Pengenceran H2SO4 pekatH2SO4 pekat (panas) + aquadest suhu semakin panas2. Standarisasi NaOH dengan asam Oksalat

Mencari berat NaOH 0,01N dalam 1 liter airN = gram = 1000 BM V

0,01 = gram = 1000 40 1000

Gram = 0,01 x 40 x 1000 = 0,4 gram 1000

Mencari berat asam oksalat dalam 100 ml airN = gram = 1000 BM V

0,1 = gram = 1000 63 100

Gram = 0,1 x 40 x 100 = 0,63 gram 1000

V Asam OksalatV NaOH

25 ml32,9 ml

25 ml32,9 ml

25 ml33,9 ml

Rata rata : 32,9 + 32,9 + 33,9 = 32,9 ml 3

Kadar NaOH dalam Asam OksalatV1. N1 = V2. N225 . 0,1 = 32,9 . N2 2,5 = 33,9 . N2 N2 = 2,5 32,9

N2 = 0,076 N3. Titrasi Larutan NaOH dengan Asam Cuka

V Asam CukaV NaOH

25 ml35,2 ml

25 ml35,2 ml

25 ml35,2 ml

Rata rata : 35,2 + 35,2 + 35,2 = 35,2 ml 3

Kadar NaOH dalam Asam OksalatV1. N1 = V2. N225 . 0,1 = 35,2 . N2 2,5 = 35,2 . N2 N2 = 2,5 35,2

N2 = 0,071 N

4.2 PembahasanPada percobaan kali ini kita melakukan analisis kuantitatif untuk menentukan kadar asam asetat dalam asam cuka komersial, yang beredar di pasaran. Di mana pada percobaan ini digunakan asam cuka botol cap sendok. Analisis yang dilakukan adalah analisis tirimetri karena kadar komposisi ditetapkan berdasarkan volum pereaksi (konsentrasi diketahui). Penggunaan analisi tirimetri ini menggunakan larutan NaOH 0,1 N sebagai larutan standarnya. Karena NaOH merupakan larutan standar sekunder, maka sebelum digunakan terlebih dahulu larutan NaOH tersebut distandarisasi dengan larutan asam oksalat yang merupakan suatu standar primer.Berdasarkan hasil percobaan dapat diketahui bahwa telah terjadi reaksi asam basa antara asam oksalat dan larutan standar NaOH 0,1 N dan asam cuka dengan larutan standar NaOH. Pada pembuatan larutan standar asam oksalat indikator yang digunakan yaitu fenophtalein. Perubahan warna yang terjadi pada proses penitrasian ini adalah berubah menjadi bening dengan warna asal mula adalah ungu. Jangka pH pada saat terjadi perubahan warna adalah berkisar antara 8-10. Perubahan warna ini terjadi karena telah tercapainya titik ekuivalen, yaitu titik di mana jumlah larutan standar NaOH dengan larutan asam oksalat. Volume larutan asam oksalat yang diperlukan untuk titrasi sebanyak 32,9 mL.Pada penentuan Konsentrasi asam asetat terjadi reaksi antara asam lemah (CH3COOH) dengan basa kuat (NaOH). Reaksi yang terjadi pada saat penitrasian adalah : CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2OPada proses penitrasian antara asam asetat dengan larutan standar NaOH 0,1 M terjadi perubahan warna dimana setelah ditetesi indikator fenophtalein sebanyak 2 tetes warna yang terjadi yaitu bening menjadi berwarna ungu. Seperti halnya dengan titrasi di atas, perubahan warna ini terjadi pada pH dengan kisaran 8-10. Penyebab perubahan warna ini karena telah terjadi pencapaian titik ekuivalen. Volume NaOH yang diperlukan pada saat titrasi sebanyak 35,2 mL.Pada penentuan konsentrasi NaOH didapat normalitas NaOH sebesar 0,071 N.

BAB VKesimpulan

5.1 Kesimpulan1.Standarisasi larutan bertujuan untuk menetukan konsentrasi dari larutan standar.2.Analisis kuantitatif memberikan informasi mengenai berapa banyak komposisi suatu komponen dalam sampel.3. Pada pengenceran H2SO4 ditambah aqudest terjadi perubahan suhu menjadi panas dari suhu sebelumnya.4. pada percobaan titrasi NaOH dalam menentukan kadar HCl, asam oksalat dan asam cuka memiliki titik akhir warna merah muda.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Hiskia. 1985.Kimia Dasar(modul 1-5). Jakarta : UTBrady, J.E dan Humiston. 1986.General Chemistry. New York: John Willey and Sons.Hiskia, A dan Tupamahu. 1991.Stoikiometri Energi Kimia.Bandung: ITB Press. Brady, James E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Bina Rupa Aksara, Jakarta.Sukmariah. 1990. Kimia Kedokteran edisi 2. Bina Rupa Aksara, Jakarta.Syukri.1999. Kimia Dasar 2. ITB, Bandung.

Lampiran

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASARLaporan ini di tunjukan untuk memenuhi persyaratan mata kuliah Kimia Dasar Praktikum Standarisasi Larutan NaOH dan PenggunaannyaDosen : Inti Rahmania, S.Si.

Di susun olehGhina Rizqiani Nur Husni AfifahD1A110521Patner :Dewi UtamiD1A130Suci PratiwiD1A130Dini Hardiani D1A130

LABORATORIUM KIMIA DASARJURUSAN FARMASIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS AL-GHIFARI BANDUNG2014