STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR - …puprkabburu.com/wp-content/uploads/2017/07/SOP... · DOKUMEN...

24
DOKUMEN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR I - 1 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENDAHULUAN Proyek pengolahan air limbah kawasan permukiman penduduk dengan system perpipaan air limbah merupakan proyek dari Pekerjaan Fasilitasi Penyusunan Masterplan Pengelolaan Air Limbah dan Perencanaan Teknis Air Limbah Kabupaten Buru. Standar operasi dan pemeliharaan ini disusun untuk dapat menjadi pegangan bagi para pengguna atau pelanggan dalam mengoperasikan dan memelihara sarana dan prasarana pengolahan air limbah kawasan permukiman penduduk yang ada. Maksud Standar Operasional dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah dimaksudkan untuk dijadikan acuan dan pengoperasian serta pemeliharaan dilapangan. Tujuan Standar operasi dan pemeliharaan ini disusun untuk dapat menjadi panduan bagi para pelanggan dalam mengoperasikan dan memelihara sarana dan prasarana pengolahan air limbah kawasan. Sistem Pengaliran dan Pengolahan Air Limbah Sistem pengaliran dan pengolahan air limbah (sistem jaringan perpipaan) berfungsi untuk menyalurkan air limbah rumah tangga atau air limbah domestic baik yang berasal dari closet (WC) maupun cuci dan kamar mandi yang terjadi di rumah hunian, untuk kemudian diolah pada unit pengolahan air limbah (IPAL Komunal). Air limbah yang sudah diolah tersebut, kemudian dialirkan ke badan air penerima. Pengaliran air limbah sejak dari sumber (KM & WC) sampai dengan di IPAL, dilakukan secara gravitasi, demikian pula pengaliran effluent dari IPAL ke badan air penerima. Cara Operasional Dan Pemeliharaan Sarana Dan Prasarana Pengolahan Air Limbah Sistem Jaringan Perpipaan Untuk menghasilkan sistem dan pengelolaan yang sempurna, maka diperlukan suatu pedoman yang harus diikuti, baik dalam mengoperasikan maupun cara pemeliharaan dan perawatan terhadap semua peralatan pada elemen sistem. Sistem Pengaliran Sistem sanitasi perpipaan ini berfungsi untuk menampung, mengalirkan dan mengolah air limbah rumah tangga yang berasal dari kamar mandi, cuci dan closet (WC). Pengaliran dari

Transcript of STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR - …puprkabburu.com/wp-content/uploads/2017/07/SOP... · DOKUMEN...

DOKUMEN STANDAR

OPERASIONAL PROSEDUR

I - 1

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PENDAHULUAN

Proyek pengolahan air limbah kawasan permukiman penduduk dengan system perpipaan air

limbah merupakan proyek dari Pekerjaan Fasilitasi Penyusunan Masterplan Pengelolaan Air

Limbah dan Perencanaan Teknis Air Limbah Kabupaten Buru. Standar operasi dan

pemeliharaan ini disusun untuk dapat menjadi pegangan bagi para pengguna atau pelanggan

dalam mengoperasikan dan memelihara sarana dan prasarana pengolahan air limbah kawasan

permukiman penduduk yang ada.

Maksud

Standar Operasional dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah dimaksudkan untuk

dijadikan acuan dan pengoperasian serta pemeliharaan dilapangan.

Tujuan

Standar operasi dan pemeliharaan ini disusun untuk dapat menjadi panduan bagi para pelanggan

dalam mengoperasikan dan memelihara sarana dan prasarana pengolahan air limbah kawasan.

Sistem Pengaliran dan Pengolahan Air Limbah

Sistem pengaliran dan pengolahan air limbah (sistem jaringan perpipaan) berfungsi untuk

menyalurkan air limbah rumah tangga atau air limbah domestic baik yang berasal dari closet

(WC) maupun cuci dan kamar mandi yang terjadi di rumah hunian, untuk kemudian diolah pada

unit pengolahan air limbah (IPAL Komunal). Air limbah yang sudah diolah tersebut, kemudian

dialirkan ke badan air penerima.

Pengaliran air limbah sejak dari sumber (KM & WC) sampai dengan di IPAL, dilakukan secara

gravitasi, demikian pula pengaliran effluent dari IPAL ke badan air penerima.

Cara Operasional Dan Pemeliharaan Sarana Dan Prasarana Pengolahan Air Limbah

Sistem Jaringan Perpipaan

Untuk menghasilkan sistem dan pengelolaan yang sempurna, maka diperlukan suatu pedoman

yang harus diikuti, baik dalam mengoperasikan maupun cara pemeliharaan dan perawatan

terhadap semua peralatan pada elemen sistem.

Sistem Pengaliran

Sistem sanitasi perpipaan ini berfungsi untuk menampung, mengalirkan dan mengolah air

limbah rumah tangga yang berasal dari kamar mandi, cuci dan closet (WC). Pengaliran dari

DOKUMEN STANDAR

OPERASIONAL PROSEDUR

I - 2

sumber air limbah ke perpipaan servis sampai dengan pengolahan air limbah (IPAL) dilakukan

secara gravitasi. Air limbah yang diolah didalam IPAL kemudian dengan mempergunakan pipa

dibuang/dialirkan ke badan air penerima.

Elemen-elemen Sistem Sanitasi Perpipaan

Secara garis besar elemen sistem pada sistem sanitasi perpipaan ini dapat dibagi menjadi :

Instalasi rumah, berupa perpipaan yang berfungsi menampung air limbah yang terjadi di

sumber air limbah : kamar mandi, closet (WC) dan tempat suci

Sambungan rumah (SR), berupa bak control dan perpipaan mulai dari bak control tersebut

sampai dengan di manhole pada jalur pipa tersier

Pipa persil, berfungsi untuk menampung air limbah dari setiap rumah (SR) dan

mengalirkannya ke unit pengolahan air limbah (IPAL). Perpipaan persil dilengkapi dengan

manhole sebagai bak pengontrol, apabila terjadi penyumbatan, serta sebagai salah satu

sarana pemeliharaan.

Unit/Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) berfungsi untuk mengolah air limbah

IPAL di lokasi meliputi :

Tangki septic dengan sistem pengolahan Anaerobic Buffle Reactor (ABR)

Tangki/bak aerasi filter biologis yang disusun dari bioball dan semacam plate settler yang

berfungsi untuk menurunkan kadar BOD5,diharapkan BOD yang turun pada bak ini

mencapai 200 – 100 mg/lt

Cara Operasi dan Pemeliharaan Elemen Sistem

Secara singkat akan diuraikan operasi dan pemeliharaan pada elemen sistem yaitu :

Pada perpipaan persil ,pipa induk aliran pada pipa persil maupun pipa induk dengan system

gravitasi pada pipa induk dilengkapi dengan manhole yang berfungsi untuk membagi aliran

air limbah dan untuk mengontrol apabila ada kendala atau masalah penyumbatan, manhole

ini dipasang pada pertemuan pertemuan dan belokan.servis

Pada instalasi pengolahan (IPAL)

Pada instalasi pengolahan IPAL communal dipasang bar sceen (sebelum ke IPAL) bar sceen

tersebut diharapkan akan meminimalisir penyumbatan air limbah ke kolam

ABR,pemeliharaan yang dilakukan harus mengontrol dan membersihkan dengan skala

waktu tertentu apabila ada penyumbatan pada bar sceen tersebut.

DOKUMEN STANDAR

OPERASIONAL PROSEDUR

I - 3

A. Pada perpipaan Persil

Cara Penggelontoran

Air limbah rumah tangga ini dapat berupa air limbah dari kamar mandi/cuci berupa zat cair

(grey water) dan air limbah dari kloset/WC berupa zat cair dan padat (black water). Kedua

jenis air limbah ini, terutama pada siang dan malam hari, yaitu pada waktu-waktu kegiatan

di rumah (mandi/buang air) berkurang, sehingga zat cairnya relative sedikit/kecil, dapat

mengakibatkan zat padatnya tertinggal, tidak ikut teralirkan di dalam pipa. Kondisi ini dapat

mengakibatkan pipa mampet.

Mampetnya pipa dapat diketahui antara lain dari :

- Tidak dapat mengalirnya air limbah yang terjadi di kamar mandi/tempat cuci serta WC

(closet) walaupun sudah disiram/digelontor dengan air. Hal ini berarti terjadi mampet

pada jalur pipa antara WC/kamar mandi/tempat cuci dengan bak control di instalasi

rumah.

- Meluapnya air pada bak control di sambungan rumah yang berarti aliran air dalam pipa

dari bak control sampai dengan di pipa servis tidak lancar/mampet

- Meluapnya air pada manhole. Keadaan ini menunjukan tidak lancarnya/mampetnya

aliran air pada segmen pipa antara 2 (dua) manhole, yaitu dimulai dari manhole tempat

meluapnya/naiknya air limbah sampai dengan perpipaan dan manhole sebelah hilirnya.

- Tidak mengalirnya air limbah yang sudah diolah (effluent), yaitu aliran air pada pipa

mulai dari lokasi pengolahan air limbah (IPAL) sampai dengan di outlet pada badan air

penerima. Hal ini menandakan mampetnya pipa pada jalur pipa effluent

Untuk mengatasi mampetnya pipa dapat dilakukan penggelontoran dengan cara :

Penggelontoran bersamaan dari pengguna manfaat : masing-masing pengguna dari setiap

rumah tangga, bersama-sama menuangkan air sebanyak 2 ember ke dalam masing-masing

WC yang ada di dalam rumah.

Waktu Penggelontoran

Ada 2 (dua) waktu penggelontoran yang harus dilakukan untuk menghindarkan dan

sekaligus menanggulangi kemungkinan terjadinya mampet/tidak lancarnya aliran air limbah

di dalam perpipaan, yaitu :

- Pada saat kondisi normal, yaitu bila aliran air dalam pipa lancer/tidak ada hambatan

- Pada saat kondisi aliran air di dalam pipa tidak lancar/mampet. Yaitu pada bagian-bagian

segmen pipa yang sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya.

DOKUMEN STANDAR

OPERASIONAL PROSEDUR

I - 4

Secara singkat kedua kondisi/waktu penggelontoran dapat dijelaskan di bawah ini :

1. Kondisi Normal

Penggelontoran pada saat kondisi normal dimaksudkan untuk pemeliharaan/perawatan

system. Kondisi ini dapat diketahui dengan cara membuka tutup bak control/manhole dan

melihat/mengamati aliran air pada dasar bak control/manhoke tersebut. Bila terlihat aliran

lancar, berarti pengaliran air di dalam pipa tidak ada masalah. Pada kondisi ini

penggelontoran dilakukan secara periodic dua hari sekali.

Pemeriksaan awal bak control/manhole :

Buka tutup bak control dan manhole

Khususnya untuk manhole yang kedalamannya lebih dari 1 meter, cek dulu kondsi

udara/gas yang ada di dalam manhole dengan memasukan lilin/lampu minyak yang sudah

dinyalakan sampai didasar manhole. Bila nyala api tersebut padam, berarti diindikasikan

adanya gas beracun di dalam manhole tersebut. Dalam kondisi ini, hindari/jauhi segera

manhole tersebut sampai beberapa lama. Pengecekan dapat dilakukan dengan melakukan

aktivitas tadi secara berulang kali sampai nyala api tersebut tetap menyala ketika

lilin/lampu minyak tersebut dimasukan kembali ke dalam manhole, dimana kondisi ini

sudah tidak membahayakan lagi dan kegiatan penggelontoran dapat dilanjutkan.

Periksa di dasar manhole. Apabila ternyata banyak endapan, endapan tersebut kemudian

dicangkul dengan meggunakan cangkul/sekop dan dibuang ke tempat pembuangan.

Sesudah semua endapan dikeluarkan, gelontorlah manhole tersebut dengan air secara

manual.

Penggelontoran pada kondisi normal dapat dilakukan dengan cara :

Secara setempat, penggelontoran dapat dilakukan dengan menggunakan ember dan kereta

dorong. Dalam hal ini, isilah beberapa ember (± 6 buah ember) dengan air dan muatkan

pada kereta dorong. Kemudian dorong kereta tersebut dekat lokasi manhole yang akan

digelontor.

Curahkan air dari ember-ember tersebut tepat mengenai dasar manhole sehingga air

segera dapat mengalir ke dalam pipa

Lakukan penggelontoran berulang-ulang sehingga terlihat aliran air di dalam pipa

menjadi lancar.

Tutup kembali manhole/bak control

DOKUMEN STANDAR

OPERASIONAL PROSEDUR

I - 5

2. Kondisi Aliran Air Tidak Lancar/Mampet

Aliran tridak lancar menandakan adanya pengendapan di dasar pipa/manhole yang cukup

banyak sehingga menyebabkan pipa tersebut tersumbat. Dalam hal ini, penggelontoran harus

dilakukan segera, tidak perlu menunggu sampai jadwal yang telah ditentukan secara

periodic, seperti yang sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya .

Prosedur penggelontoran pada saat aliran tidak lancer dapat dilakukan sebagai berikut :

Secara setempat, penggelontoran dapat dilakuakn dengan menggunakan ember dan kereta

dorong. Dalam hal ini, isilah beberapa ember (± 6 buah ember) dengan air dan muatkan

pada kereta dorong. Kemudian dorong kereta tersebut ke dekat lokasi manhole yang akan

digelontor.

Curahkan air dari ember-ember tersebut tapat mengenai dasar manhole sehingga air

segera dapat mengalir ke dalam pipa

Ambil alat sogrok (dapat menggunakan belahan bambu panjang elastis yang pada bagian

ujungnya dipasang ijuk) dan masukan atau tekan ke dalam pipa melalui manhole tersebut.

Sambil menekan dan menarik alat sogrok tersebut yang dilakukan berulang-ulang,

gelontor dengan air, baik secara langsung dari bak penampung air untuk manhole yang

letaknya dekat, ,maupun dengan menuangkan air dari ember-ember yang ada di gerobak

dorong untuk manhole yang letaknya jauh dari bak penggelontor. Pemakaian sogrok dan

penggelontoran dengan air tersebut dilakukan berulang kali sampai aliran air di dalam

pipa tersebut lancer kembali

Ambil dan keluarkan endapan yang terjadi/ada di dasar manhole (akibat

disogrok/digelontor tersebut) dan buang ke tempat pembuangan yang ditentukan

Amati aliran air pada dasar manhole tempat air digelontor dan pada dasar manhole di

bagian hilirnya. Bila aliran air pada dasar manhole tersebut lancar, berarti endapan

penyebab mampetnya pipa tersebut sudah tidak ada.

B. Pada Instalasi Pengoalahan (IPAL)

Pengurasan Lumpur Tinja

Karena terjadi proses pengendapan, pada dasar IPAL (Tangki Septik) akan terkumpul

lumpur endapan/tinja. Volume lumpur tinja ini semakin lama akan semakin banyak,

sehingga akan mengurangi daya tampung air limbah pada tangki tersebut. Untuk itu maka

secara periodik. Lumpur ini harus dikeluarkan secara manual.

DOKUMEN STANDAR

OPERASIONAL PROSEDUR

I - 6

Disaranakan perioda pengurasan dilakukan setiap 2 (dua) tahun sekali. Meskipun demikian

pengecekan perlu dilakukan setiap bulan sekali, dengan cara memantau melalui lubang

manhole di IPAL.

Prosedur yang harus dilakukan oleh pengelola sistem adalah sebagai berikut :

Periksa jadwal terakhir pengurasan lumpur. Bila sudah mencapai 2(satu) tahun, berarti

sudah saatnya untuk dilakukan pengurasan lumpur

Hubungi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Buru, untuk meminta

jasa penyedotan lumpur tinja dengan menggunakan mobil truk tangki tinja

Buka tutup manhole/lubang yang terpasang pada tangki septik/IPAL

Masukan pipa penyedot dari mobil truk tangki tinja sampai mencapai dasar bak tangki

septic sehingga lumpur yang terjadi/berada di dasar tangki septic dapat diambil keluar

Setelah diperkirakan lumpur yang ada di dasar terambil, berarti proses pengurasan

lumpur sudah selesai. Sebaiknya lumpur tinja tidak terambil seluruhnya, agar proses

penguraian tinja berikutnya tidak terhambat akibat kurangnya mikroorganisme pengurai

OPERASIONAL DAN PEMELIHARAAN

Sistem penyaluran air Iimbah merupakan bagian penting dari infrastruktur suatu daerah. sistem ini terdiri atas

sistem perpipaan, saluran, rumah pompa, pipa bertekanan dan semua fasilitas yang digunakan untuk

mengumpulkan air Iimbah dari daerah permukiman, industri dan komersial serta berbagai tempat yang

membutuhkan penyaluran air Iimbah.

Optimalisasi pengoperasian dan perawatan yang memadai terhadap system penyaluran limbah

menjadi sangat penting untuk menghindari resiko gangguan kesehatan dan lingkungan akibat

rendahnya kinerja dari sistem penyaluran sanitari. Oleh karena itu, Standar Operasional dan

pemeliharaan ini disusun untuk dapat menjadi pegangan bagi para pengguna dalam

mengoperasionalkan dan memelihara sistem sanitasi yang ada.

Program operasional dan pemeliharaan bertujuan untuk merawat dan memelihara fungsi dari bangunan

yang sudah dirancang (kapasitas dan integritasnya) atau tetap menjaga fungsi normal dari komponen-

komponen dalam suatu sistem pengaliran air Iimbah. Kemampuan untuk mengoperaskan secara efektif

dan memelihara system pengumpulan air Iimbah sehingga dapat berfungsi sangat tergantung pada kondisi

wilayah, design yang tepat (termasuk pemilihan material dan peralatan yang sesuai), pembangunan dan

inspeksi, uji coba dan serah terima, serta system start-up.

DOKUMEN STANDAR

OPERASIONAL PROSEDUR

I - 7

Tujuan utama dari pemeliharaan ini adalah untuk meminimalkan investasi pada pekerja,

material dan uang serta peralatan sehingga dapat melakukan servis yang lebih baik pada

pelanggan.

Efektivitas dan keuntungan dari program ini adalah :

Memastikan ketersediaan fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan

Menjaga rethilitas dari peralatan. Alat bekerja setiap hari selama 24 jam sehingga reabilitas

merupakan ukuran yang sangat penting dalam pengoperasian dan pemeliharaan.

Menjaga nilai investasi dari peralatan. Sistem penyaluran air Iimbah merupakan asset

masyarakat, harus dipelihara dan dijaga dengan baik. Jika tidak dikelola dengan benar, maka

akan teriadi kerusakan pada sistem ini yang disebkan oleh umur alat yang s udah tua

atau Pemakaian normal alat.

Menjaga penggunaan alat sehingga mampu bekerja dengan baik sepanjang masa berlakunya.

Mengumpulkan data data yang akurat dan merupakan dasar untuk mengambil keputusan

pada pengoperasian dan pemeliharaan.

Biaya. Biaya dapat dibuat seefektif mungkin karena adanya perencanaan pemeliharaan

dan perbaikan pipa yang dapat dilakukan dengan material yang tepat dan pada waktu kerja.

Petunjuk operasional dan pemeliharaan yang akan dijelaskan meliputi petunjuk operasional dan

pemeliharaan tangki septik, pipa aliran masuk (Inflow), Anaerobic Baffled Reactor (ABR), filter dan

pipa aliran keluar (Outflow).

1. Tangki Septik

Adapun petunjuk teknis operasional septik tank terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:

a. L i m b a h b e r u p a k o t o r a n m a n u s i a ( t i n j a ) d a r i W a t e r C l o s e t ( W C ) m e n g a l i r

m e n u j u bejana/tangki yang biasa disebut septik tank.

b. Limbah t inja te rsebut akan mengendap dan te rpisah anta ra a ir l imbah dengan

l imbah padatnya yang berupa lumpur.

c. Limbah padat mengendap di dasar tangki selama kurun waktu tertentu yang

disesuaikan dengan volume septik tank yang telah direncanakan. Limbah padat yang

berada di dasar tangki tersebut dalam keadaan tanpa udara dan akan diproses

secara anaerobik oleh bakteri sehingga kandungan organik di dalamnya akan terurai.

d. Setelah kurun waktu tertentu septik tank dengan volume yang telah direncanakan

akan penuh lumpur, sehingga lumpur tersebut harus dikeluarkan. Pada umumnya, pengurasan

ini dilakukan minimal 2 tahun sekali , namun disesuaikan dengan volume septik tan k

DOKUMEN STANDAR

OPERASIONAL PROSEDUR

I - 8

yang direncanakan.

e. Air limbah yang berasal dari septik tank setelah terpisah dengan lumpurnya, karena di

dalam cairan tersebut masih mengandung sejumlah mikroba, yang mungkin masih bersifat

pathogen (dapat menyebebkan penyakit). Oleh karena itu, septik tank harus menggunakan

resapan.

f. Air limbah dari septik tank (air limbah yang terpisah dari lumpur tinja) akan mengalir

ke sumur resapan.

g. Air limbah tersebut akan melalui lapisan sumur resapan yang terdiri dari batu

kerikil di bawah tanah sehingga a i r yang m eresap mas ih mendapa tkan supla i

oks igen (ae robik ) , sehingga mikroba patogen akan mati.

Pemeliharaan tangki septik bertujuan mempertahankan fungsi dan efisiensi sistem agar tetap

stabil dan menambah usia teknis. Beberapa contoh kegiatan pemeliharaan tangki septik

a) Menjaga kebersihan jamban dengan menyiram dengan air secukupnya.

b) Tidak membuang bungkus sabun, bungkus odol dan tissue pada jamban.

c) Memeriksa kelengkapan fasilitas MCK.

d) Penyedotan lumpur tinja secara berkala.

Gambar 1 Menjaga Kebersihan jamban dan tidak membuang bungkus di kloset

DOKUMEN STANDAR

OPERASIONAL PROSEDUR

I - 9

Gambar 2 Penyedotan Lumpur Tinja secara Berkala

2. Pipa Aliran Masuk (Inflow)

Pemeliharaan pipa aliran masuk dilakukan dengan memeriksa kelancaran aliran masuk.

Bila terjadi kemacetan, dilakukan penggelontoran dengan air tambahan secukupnya. Selain itu

dapat dilakukan dengan :

a. Pembersihan dapat pula dilakukan dengan menggunakan auger secara manual

b. Perbaikan segera dilakukan bila terjadi keretakan, pecah.

c. Bersihkan dari kotoran dan serangga.

DOKUMEN STANDAR

OPERASIONAL PROSEDUR

I - 10

Gambar 3 Cara Mengatasi Pipa yang Mampet

3. Anaerobic Baffled Reactor (ABR)

Adapun petunjuk teknis operasional ABR terdiri dari langkah-Iangkah sebagai berikut:

a. lan g k a h a w a l y a n g h a r e s d i l a k u k a n s e t e l a h p e m b a n g u n a n A B R a d a l a h

m e l a k u k a n p embenihan mikroorganisme dengan cara memasukkan lumpur ke dalam

reaktor sampai mencapai ketinggian 20% dari tinggi efektif reaktor, sedangkan sisanya

diisi dengan air PDAM yang diberi nutrien tambahan yang terdiri dari campuran glukosa

sebagai sumber karbon, pupuk urea sebagai sumber nitrogen dan pupuk NPK sebagai

sumber phosphat.

b. Pada tahap pembenihan dilakukan pemberian nutrien terlebih dahulu hingga bekteri

dapat berkembang dengan bak, bare kemudian diganti dengan air limbah sebenamya

pada tahap aktimatisasi.

c. Pemberian nutrien menggunakan rasio C:N:P = 100:5:1 yakni 1,2 mg glukosa, 0,06 mg

pupuk urea, dan 0,012 mg pupuk NPK yang dilarutkan dalam satu liter air yang

dimasukkan dalam reaktor setiap hari.

d . Campuran lumpur dan nutrien didiamkan secara batch selama tiga had dengan

dilakukan pengamatan gas yang terbentuk untuk mengetahui adanya bakteri anaerobik

yang hidup dan beraktivitas menghasikan gas methan.

DOKUMEN STANDAR

OPERASIONAL PROSEDUR

I - 11

Setelah pembenihan selesai , d i lakukan akl imati sasi pada reaktor ABR.

Aklimat isasi ini bertujuan untuk menumbuhkan lapisan film mikroorganisme (biofilm)

yang akan menguraikan zat organik pada air Iimbah. Aklimatisasi dilakukan dengan

mengalirkan air Iimbah dengan persentase yang bertahap hingga 100% pada reaktor

ABR.

f. Setelah reaktor ABR mengalami aklimatisasi, maka reaktor diuji kebocoran dengan

mengisi tangki ABR dengan air PDAM sampai penuh, sedangkan uji kebocoran gas

dengan meniupkan udara dengan blower ke dalam reaktor dalam kondisi semua lubang

tertutup rapat.

g. Setelah reaktor ABR lolos uji kebocoran, maka reaktor siap dioperasikan.

h. Pada mulanya air Iimbah mengalir masuk melalui pipa inlet ke bak pengend4)

awal untuk memisahkan air Iimbah dari padatan seperli lumpur, pasir, dan kotoran

Iainnya.

i. Setelah itu, air Iimbah mengalir menuju kompartemen pertama reaktor (zona

asidifikasi) dimana terjadi penurunan pH akibat adanya pembentukan volatile fatty acid

dan selanjutnya akan naik karena meningkatnya kapasitas buffer.

j. Setelah melalui kompartemen pertama (zona asidifikasi), air Iimbah mengalir ke

kompartemen kedua (zona methanasi). Pada zona ini methanasi terjadi sehingga

membentuk gas urethan.

k. Kemudian air Iimbah mengalir ke kompartemen ketiga (zona buffer). Adanya zone

buffer ini digunakan untuk memepertahankan agar proses dalam reaktor dapat berjalan

dengan baik.

l . Lalu air Iimbah yang telah melalui proses di reaktor ABR tersebut dialirkan ke badan air

melalui pipa outlet ABR.

Adapun pemeliharaan ABR terdiri dari:

a. Melakukan pengurasan lumpur yang berlebihan karena dapat mengganggu proses

selanjutnya yaitu menyumbat media filter.

b. Pengurasan lumpur dengan cara penyedotan dan dibuang ke lokasi yang aman

terhadap lingkungan misalnya instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).

c. Pipa Keluaran (Outflow)

Pemeliharaan pipa keluaran dilakukan dengan memeriksa kelancaran al iran keluar.

Pemeliharaan dilakukan dengan cara :

a. Mengamati aliran keluar melalui bak kontrol.

DOKUMEN STANDAR

OPERASIONAL PROSEDUR

I - 12

b. Memeriksa Takah aliran berjalan dengan baik.

c. Melakukan perbaikan bila trjadi kerusakan.

Gambar 4 Pemeliharaan Pipa Keluaran

Pemeliharaan bangunan pengolahan air limbah sistem terpusat merupakan upaya menjamin operasional

banguan berjalan optimal sesuai dengan tujuan dari pengelolaan yang dilakukan.

faktor-faktor yang menentukan keberhasilan operasi dan pemeliharaan:

1. Pemeriksaan semua unit pengolahan dan memastikan bahwa semua unit yang ada sesuai

dengan design yang direncanakan.

2. Seluruh operator yang bertugas harus melewati panataran training agar dapat melakukan

operasi unit pengoiahan yang ada.

3. Semua operator dan pengawas yang bertugas pada bangunan pengolahan air limbah domestik tersebut

harus mengerti fungsi unit pengolahan.

4. Semua buku petunjuk pelaksanaan (juknis) harus selalu dibaca sesuai dengan

kepentingan/keperluan serta harus diletakkan pada tempat yang mudah ditemukan secara cepat.

5. Buku catatan/laporan harian hams dipergunakan setiap hari/dibuat untuk memudahkan

monitoring keadaan sehari-hari.

DOKUMEN STANDAR

OPERASIONAL PROSEDUR

I - 13

Petunjuk operasional dan pemeliharaan yang akan dijelaskan meliput petunjuk operasional

dan pemeliharaan untuk bak penampung, bak penangkap minyak dan lemak, Anaerobic

Baffled Reactor (ABR), filter, reservoar, dan kolam.

1. Bak Penampung

Dibawah ini dijelaskan tentang gambaran sis tem, cara melakukan s tart up,

dan pemeliharaan dari bak penampung.

1. Gambaran sistem

a. Sumber air yang dimanfaatkan berasal dari grey water (air Iimbah domestik). Air

Iimbah domestik berasal dari kegiatan domestik (kamar mandi, cud, buangan dapur,

dan resapan dari septic tank), tidak termasuk Iimbah padat dari WC (water closet) atau

yang disebut black water.

b. Pengoperasian reaktor grey water menggunakan aliran gravitasi sejak

penyadapan air limbah domestik sampai sump well. Setelah air limbah terkumpul di

sump well dalam volume tertentu, aliran air menuju bak penampung menggunakan

pompa. Pompa akan mengalirkan air limbah menuju bak pembagi kemudian bak

kontrol selanjutnya ke bak penampung. Aliran dari bak pembagi ke bak kontrol diatur

menggunakan valve.

c. Grey water dialirkan ke bak penampung, yang memiliki fungsi

menghomogenkan karakterisasi dari air limbah dan juga berfungsi sebagai

pengatur debit yang akan masuk ke dalam unit IPAL selanjutnya.

2. Start up

a. Grey water yang terkumpul di sump well dialirkan ke bak penampung secara

pemompaan, Oleh karena itu, kondisi pompa harus dalam keadaan bisa

digunakan pada waktu pengoperasian.

b. Sebelum menuju ke bak penampung terdapat bak kontrol. Bak kontrol ini berfungsi

untuk mengecek apakah saluran inlet tersumbat oleh kotoran-kotoran yang

berasal dari grey water. Setelah itu bare menuju ke bak penampung.

3. Pemeliharaan

a. Pada bagian atas bak penampung terdapat manhole (tulip reaktor/bak) yang

berfungsi sebagai tempat untuk mengontrol atau memeriksa apakah terjadi

penyumbatan karena terdapat kotoran atau benda-benda asing yang ikut masuk,

dan digunakan sebagai tempat pengurasan.

b. Setiap 6 bulan sekali perlu dilakukan pengurasan untuk menjaga agar

kualitas dari air limbah yang terolah tetap terjaga.

DOKUMEN STANDAR

OPERASIONAL PROSEDUR

I - 14

2. Anaerobic Baffled Reactor (ABR)

Dibawah ini d i je laskan tentang gambaran s is tem, cara melakukan s tar t up ,

dan pemeliharaan dari bak Anaerobic Baffled Reactor (ABR).

1. Gambaran sistem

a. Sistem ABR terdiri dari 3 zona. Zona pertama yaitu zona asidogenesis, yang

menyebabkan terjadinya penurunan pH akibat terbentuknya VFA (Volatile Fatty

Acid). Pada kompartemen selanjutnya merupakan zona methanogenesis, yang

merupakan zona terbentuknya gas m e t h a n . Z o n a t e r a k h i r m e r u p a k a n

z o n a b u f f e r y a n g m e r u p a k a n z o n a u n t u k mempertahankan penurunan

pH, pada zona tersebut pH naik kembali karena meningkatnya kapasitas buffer.

b. Grey water yang akan diolah tidak boleh mengandung fenol (desinfektan) yang

sebagian besar berasal dari pembersih lantai dan bleaching. Karena akan

berakibat pada matinya mikroorganisme yang terdapat didalam reaktor ABR.

Sehingga proses pengolahan tidak akan mendapatkan hasil yang maksimal.

c. Lumpur aktif yang akan digunakan sebagai mikroorganisme berasal dari

activated sludge atau oxidation ditch. Lumpur aktif yang dimasukkan pada ABR

sebanyak 20% dari volume efektif.

2. Start up

a. Start up dimulai dengan memasukkan mikroorganisme yang berasal dari

lumpur aktif sebelum proses pengoperasian dimulai. Caranya adalah dengan

memasukkan grey water ke dalam bak, lalu dibiarkan selama kurang lebih 3

minggu, dimana aliran air limbah dioperasikan secara kontinyu. Lumpur aktif

yang dimasukkan sebanyak 20% dari volume efektif.

b. Apabila mikroorganisme telah tumbuh dengan baik, harus dijaga agar bak atau reaktor

tidak terbuka (harus dalam keadaan tertutup) untuk menjaga dalam kondisi

anaerobik. indikator bakteri telah tumbuh balk adalah apabila bebatuan dalam filter

telah ditumbuhi oleh lapisan biofilm/slime/lendir yang berwama ke abu-abuan.

Selanjutnya bak slap untuk dioperasikan, apabila effluent telah menunjukkan hal-

hal berikut : pH normal (6 8), secara visual kualitas effluent telah jemih, tidak

berbau dan terjadi penurunan COD sekitar 60% dari COD inffluent.

c. Bak ini beroperasi dengan aliran ke atas (up flow), tanpa adanya pemompaan.

Air yang masuk dari dasar mengalir ke atas. Air hasil olahan yang berasal

dari bak penangkap minyak dan lemak mengalir menuju ke ABR secara gravitasi.

d. Gas methan yang terbentuk selama proses pengolahan secara anaerobik

DOKUMEN STANDAR

OPERASIONAL PROSEDUR

I - 15

dikeluarkan melalui lubang ventilasi. Gas methan terbentuk jika limbah

memiliki bahan organik yang tinggi, dimana 1 gr BOD dapat menghasilkan

sekitar 0,05 m3 biogas, Gas methan yang terbentuk dapat dimanfaatkan sebagai

sumber biogas untuk kegiatan di dapur seperti memasak.

3. Pemeliharaan

a. Pada sistem ABR terdapat tutup reaktor/bak (manhole) yang digunakan untuk

melakukan pengurasan.

b. Hindari api/merokok di daerah ini, karena gas methan yang dihasilkan sangat

mudah terbakar.

c. Dalam kurun waktu tertentu (sekitar 1 tahun sekali) sebagian lumpur yang telah

tumbuh perlu untuk dikuras dengan cara membuka tutup reaktor (manhole) terlebih

dahulu. Setelah pengurasan selesai, tutup reaktor (manhole) hams ditutup rapat

untuk menjaga ABR dalam keadaan anaerobik (tidak ada udara keluar masuk).

Sumber air yang dimanfaatkan berasal dari grey water (air limbah domestik). Air

limbah domestik berasal dari kegiatan domestik (kamar mandi, cuci, buangan dapur,

dan resapan dari septic tank), tidak termasuk limbah padat dari WC (water closet) atau

yang disebut black water. Air limbah domestik (grey water) dialirkan secara gravitasi dari

sumber menuju ke sump well dengan menggunakan perpipaan.

Petunjuk operasional dan pemeliharaan yang akan dijelaskan meliputi permasalahan

operasi yang sering terjadi dan penanganannya.

1. Permasalahan Operasi yang Sering Terjadi dan Penanganannya

a. Permasalahan Hidrolis

Air buangan biasanya mengandung lumpur yang dapat tertinggal pada dasar saluran. Hal ini

dapat mengakibatkan kekasaran pipa menjadi besar dan mengecilnya ruang dalam pipa, di

samping itu emisi gas H2S tidak dapat dihindari.

Altematif penanganan :

- Menjaga agar kotoran padat dari luar tidak masuk ke dalam pipa dengan membuat

saringan pada setiap inlet pemasukkan, misal pada bak kontrol pada tanah persil.

- Pembersihan saluran diintensifkan, terutama pembilasan air dari teminal clear out

sering dilakukan, serta sistem penggebntoran yang ada diefektifkan.

- Elevasi setiap bak kontrol dibuat lebih tinggi dari elevasi permukaan tanah di sekitamya,

agar tidak terbenam oleh limpasan air hujan yang mungkin dapat masuk dan membawa

DOKUMEN STANDAR

OPERASIONAL PROSEDUR

I - 16

kotoran yang hanyut.

- Sistem drainase jalan yang dilalui jalur perpipaan diperbaiki, agar air infiltrasi yang

masuk celah-celah lubang tutup manhole tidak membawa hanyutan benda-benda padat

kasar yang berpontensi menyebabkan penyumbatan.

Program kerja pemeliharaan pencegahan melipufi pekerjaan rutin terjadwal pengawasan dan

pembersihan saluran. Dimulai dengan pengawasan pendahuluan, dari pengawasan pendahuluan

diperoleh metoda yang jenis pemeliharaan pencegahan berikutnya sehingga dapat diketahui

peralatan yang diperlukan.

Tanda-tanda pipa tersumbat dapat dilihat pada gambar 6 dan bila terjadi penyumbatan pada pipa

servis, maka dapat dilakukan beberapa langkah penanganan seperti pada gambar 7.

Gambar 5 Tanda-Tanda Pipa Mampet/Tersumbat

Gambar 6 Penangan Bila Terjadi Penyumbatan Pada Pipa Servis

DOKUMEN STANDAR

OPERASIONAL PROSEDUR

I - 17

b. Permasalahan Endapan dan Sampah

Sistem drainase yang buruk, menyebabkan infiltrasi air hujan yang membawa hanyutan suspensi

diskrit padat dan sampah. Hai ini berpontensi untuk membuat sumbatan-sumbatan aliran sehingga

menghasikan gas R2S, CO2 dan metan.

Permasalahannya adalah operas' pembersihan endepan tidak dapat dilakukan karena adanya

CO2 yang bisa meracuni operator. Agar dihindari pengujian dengan nyala Iampu lilin atau lentera,

karena bisa menimbulkan ledakan bila konsentrasi gas metan tinggi. Disarankan untuk perbaikan di

dalam pipa menggunakan tabung udara.

Altematif penanganan:

- Perbaikan sistem drainase.

- Kebersihan jalan dijaga.

- Manhole harus tertutup, sehingga tidak dapat diisi sampah.

- Perlu membangun kesadaran masyarakat melalui penyuluhan dan penetapan peraturan agar tidak

membuang sampah ke dalam manhole.

- Inspeksi run sistem penyaluran air limbah balk kinerja maupun peralatan dan perlengkapan.

Air hujan dan air roof tidak boleh masuk ke dalam bak kontrol serta tidak diperbolehkan membuang

sampah ke dalamnya (Gambar 3). Perawatan bak kontrol yang benar dapat dilihat seperti pada

Gambar 4.

Gambar 7 Perawatan Bak Kontrol/ Manhole

DOKUMEN STANDAR

OPERASIONAL PROSEDUR

I - 18

c. Permasalahan Akar Pohon

Akar pepohonan di sekitar jalur perpipaan mepunyai potensi untuk :

- Merubah kedudukan perietakan pipa, yang dapat mengangkat atau menurunkan,

menggeser dan mungkin mengakibatkan sambungan pipa lepas atau pipa patah.

- Akar se rabut ya ng ha lus , dapa t masuk ke da lam ce lah -ce lah sambungan p ipa

sehingga me n g a k i b a t k a n k e b o c o r a n d a n m e n g g a n g g u j a l a n n y a a l i r a n y a n g

b i s a m e n y e b a b k a n p enyumbatan.

Alternatif Penanganan :

- Dilarang menanam pohon terlalu dekat dengan jalur perpipaan, terutama jenis pohon

berakar panjang dan berserabut

- Pemeliharaan rutin. Bila terjadi, dilakukan pembersihan dengan alat (root cutting saw).

1. Cara – Cara Penggelontoran

- cara penggelontoran berkala dengan waktu tetap dipilih dalam kondisi debit minimum,

dimana kedalaman air tidak cukup untuk berenang endapan. Biasanya dilakukan tengah

malam.

- Cara penggelontoran berkala dengan waktu insidentil melalui pipa di ujung dengan

debit ±15 l/detik selama ± 5 s/d 15 menit.

- Cara kontinyu dengan menggunakan air sungai/danau atau air yang cukup bersih.

3. Cara-Cara Pengawasan dan Pembersihan Saluran

Pengawasan saluran meliputi pengawasan mula, cara pengawasan, macam

pengawasan, kerusakan-kerusakan, alat pendataan dan pekerjaan programing.

Pengawasan mula adalah inventarisasi seluruh bangunan dan hasil analisa untuk bagian-

bagian yang perlu pengawasan intensif. Kemudian disusun pengawasan bertingkat

Cara pengawasan

Untuk saluran diameter besar dapat diperiksa melalui manhole dan masuk ke dalam

saluran dengan mereliti apa mengandung gas beracun atau tidak dengan

menggunakan lampu lilin. Untuk saluran kecil hanya dapat diperiksa melalui manhole.

Jenis pengawasan

DOKUMEN STANDAR

OPERASIONAL PROSEDUR

I - 19

Pada lokasi manhole dan bagian-bagian dalam dari manhole seperti pipa terjunan,

dinding manhole, dasar manhole. Sedangkan bagian dalam pipa seperti : dinding

saluran, endapan-endapan, dan lokasi infiltrasi air tanah.

Kerusakan-kerusakan umumnya terjadi pada :

- Pipa besar : dinding retak, pipa terlun dan sambungan pipa lepas.

- Pipa kecil umumnya sambungan lepas, perubahan label p0a, penetrasi akar

tumbuh-tumbuhan, pipa buntu dan kebocoran pada pipa. Mat bantu untuk pendataan

kerusakan diperlukan video tape, foto-foto dan lain-lain.

Program kerja secara keseluruhan meliputi :

Penggelontoran dan pembersihan saluran.

Normalisasi saluran dengan mengangkat endapan-endapan dari dalam saluran.

Pembersihan akar tumbuhan.

Perbaikan dan pemeliharan konstruksi.

Pembersihan saluran

Pembersihan saluran harus dilakukan secara berkala dan dilakukan suatu penjadwalan

dalam jangka waktu tertentu misalkan selama 1, 3 atau 5 tahun pipa telah dibersihkan

diseluruh jaringan 100%. Pembersihan dapat dibedakan atas pembersihan yang

dilakukan terjadwal dan tidak terjadwal. Pembersihan terjadwal merupakan bagian dari

kegiatan operasi rutin dan biasanya sesuai dengan hasil dan pengujian inspeksi teknis.

Sedangkan pembersihan yang dilakukan tidak terjadwal biasanya digunakan untuk mengatasi

kerusakan yang sudah terjadi atau penyumbatan pada pipa. Pembersihan seperti ini lidak akan

menghasilkan kinerja sistem pennyaluran air limbah yang baik. Berbagai metoda yang digunakan

untuk pembersihan antara lain:

1. Pembersihan manual menggunakan pipa bambu, yai tu menggunakan bambu dengan

sikat kawat.

2. Alat angkat dengan gulungan tangan. Alat angkat dengan gulungan tangan harus

digunakan da l a m sa te s e t ya ng t e rd i r i da r i 2 un i t A la t gu lunga n me mpunya i t a l i

ka wa t ya ng a ka n d ima su kka n ke da l a m sa l u r a n p i pa ya n g a ka n d i b e r s ih ka n

me la l u i ma n h o le . Se be l um dimasukkan, pasang ember pada ujung kawat Dengan alat

angkat ini, tanah dan pasir dapat diangkat.

DOKUMEN STANDAR

OPERASIONAL PROSEDUR

I - 20

Gambar 8. Metode Pembersihan Manual

3. Mesin pengangkut dengan ember penjepit (bucket machine). Mesin pengangkut ini adalah

suatu mesin yang dilangkapi dengan alat angkat dengan gulungan mesin dile ngkapi

dengan suatu rangka dengan alat penarik dipasang pada kendaraan atau traktor trailer

a. Bucket Cleaning Machine b. Setup Bucket Cleaning Machine

Gambar 9 Bucket Cleaning Machine

DOKUMEN STANDAR

OPERASIONAL PROSEDUR

I - 21

4. Mesin Pembersih

Terdapat 2 tipe yaitu lipe manual dan tipe tenaga penggerak. Pembersih dipasang pada

kepala tongkat (ma) yang dapat diputar dengan handle dan bergerak maju mundur untuk

membuang tanah, pasir dan sampah.

Gambar 10 Metoda Pembersihan dengan Mesin Pembersih

5. Mesin Pembersih Berkecepatan Tinggi Tinggi

Kendaraan pembersih berkecepatan tinggi diengkapi dengan pompa dan tangki air.

Dengan mengoperasikan pompa bertekanan Tnggi, mesin menekan air dalam

tangki air sehingga terbentuk pancaran air (water jet) sebesar 70-100 kgf/cm2 yang

keluar dari nozzle khusus yang dipasang pada kepala/ujung pipa dan mendorong pasir

dan tanah yang berada dalam pipa saluran keluar melalui manhole.

DOKUMEN STANDAR

OPERASIONAL PROSEDUR

I - 22

Gambar 11 Pembersih dengan Nozzle

6. Mobil Penghisap ini diklasifikasikan ke dalam 2 tipe yaitu mobil penghisap dengan tenaga

reguler dan mobil penghisap dengan tenaga tinggi.

Gambar 12 Vaccum Vehicle

4. Pemeliharaan dan Perbaikan

Jenis perbaikan untuk semua saluran pada umumnya

DOKUMEN STANDAR

OPERASIONAL PROSEDUR

I - 23

Untuk yang terlalu dangkal sering pecah akibat beban bergerak.

Untuk yang terlalu dalam diperlukan mesin pompa dan drop manhole.

Perbaikan saluran sambungan rumah :

Pemeliharaan pelayanan untuk saluran persil jika sambungan buntu dan diperbaiki oleh

petugas pengelola sampai normal kembali.

Pemakaian bahan untuk perbaikan disesuaikan dengan standar yang berlaku.

5. Peralatan Pemeliharan

Peralatan pemeliharan terdiri dad

Root cutting saw (gergaji putar)

Spear Head

Auger

Sand cup & Auger

Lateral Locator

Blade Cutter

Large-Auger

Bucket-Cleaning-Machine

Culvert Scrapper

Procopine

Scraper

Jet cleaning nozzle

DOKUMEN STANDAR

OPERASIONAL PROSEDUR

I - 24

Gambar 13 Peralatan Pemeliharaan

6. Pendataan dan Pelaporan

Hal ini meliputi:

Laporan bulanan tentang sambungan.

Laporan harian seluruh sistem.

Laporan mingguan seluruh sistem.

Laporan bulanan seluruh sistem