Standar Kompetensi Konselor

24
STANDAR KOMPETENSI KONSELOR STANDAR KOMPETENSI KONSELOR INDONESIA A. Kerangka Pikir Dasar Keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator, dan instruktur (UU No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 6). Kesejajaran posisi ini tidaklah berarti bahwa semua tenaga pendidik itu tanpa keunikan konteks tugas dan ekspestasi kerja. Demikian juga konselor memiliki keunikan konteks kerja dan ekspektasi kinerja yang tidak persis sama dengan guru. Hal ini mengandung implikasi bahwa untuk masing-masing kualifikasi pendidik, termasuk konselor, perlu disusun standar kualifikasi akedemik dan kompetensi berdasar kepada konteks tugas dan ekspektasi kinerja masing-masing. Dengan mempertimbangkan berbagai kenyataan serta pemikiran yang telah dikaji, bisa ditegaskan bahwa pelayanan ahli bimbingan dan konseling yang dianggap oleh konselor berada dalam konteks tugas ”kawasan pelayanan yang bertujuan mendirikan individu dalam menavigasi perjalanan hidupnya melalui pengambilan keputusan tentang pendidikan termasuk yang terkait dengan keperluan untuk memilih, meraih serta mempertahankan karir untuk mewujudkan kehidupan yang produktif dan sejahtera, serta untuk menjadi

description

good

Transcript of Standar Kompetensi Konselor

Page 1: Standar Kompetensi Konselor

STANDAR KOMPETENSI KONSELOR

STANDAR KOMPETENSI KONSELOR INDONESIA

A. Kerangka Pikir Dasar

Keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai

salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar,

tutor, widyaiswara, fasilitator, dan instruktur (UU No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 6).

Kesejajaran posisi ini tidaklah berarti bahwa semua tenaga pendidik itu tanpa keunikan

konteks tugas dan ekspestasi kerja. Demikian juga konselor memiliki keunikan konteks

kerja dan ekspektasi kinerja yang tidak persis sama dengan guru. Hal ini mengandung

implikasi bahwa untuk masing-masing kualifikasi pendidik, termasuk konselor, perlu

disusun standar kualifikasi akedemik dan kompetensi berdasar kepada konteks tugas dan

ekspektasi kinerja masing-masing.

Dengan mempertimbangkan berbagai kenyataan serta pemikiran yang telah

dikaji, bisa ditegaskan bahwa pelayanan ahli bimbingan dan konseling yang dianggap

oleh konselor berada dalam konteks tugas ”kawasan pelayanan yang bertujuan

mendirikan individu dalam menavigasi perjalanan hidupnya melalui pengambilan

keputusan tentang pendidikan termasuk yang terkait dengan keperluan untuk memilih,

meraih serta mempertahankan karir untuk mewujudkan kehidupan yang produktif dan

sejahtera, serta untuk menjadi warga masyarakat yang peduli masalah umum melalui

pendidikan”.

Sedangkan ekspektasi kinerja konselor yang mampu pelayanan bimbingan dan

konseling selalu digerakan motif alturistik dalam arti selalu menggunakan penyikapan

yang empatik, menghormati keragaman, serta mengedepankan kemaslahatan pengguna

pelayanannya, dilakukan dengan selalu mencermati kemungkinan dampak jangka

panjang dari tindak pelayanannya itu terhadap pengguna pelayanan, sehingga pengampu

pelayanan profesional itu juga dinamakan ”the reflective practitioner”.

Page 2: Standar Kompetensi Konselor

B. Sosok Utuh Kompetensi Konselor Indonesia

Sebagaimana lazimnya dalam suatu profesi, sosok utuh kompetensi konselor

terdiri atas 2 komponen yang berbeda namun terintegrasi dalam praksis sehingga tidak

bisa dipisahkan yaitu kompetensi akademik dan kompetensi profesional.

1. Kompetensi Akademik Konselor

Sebagaimana layanan ahli pada bidang lain seperti akutansi, notariat dan

layanan medik kompetensi akademik konselor yang utuh diperoleh melalui

program S-1 Pendidikan Profesional Konselor Terintegrasi (Engels, D. W

dan J. D. Dameron, (eds). 1990). Ini berarti, untuk menjadi pengampu

pelayanan dibidang pendidikan profesional guru. Kompetensi akademik

seorang Konselor Profesional terdiri atas kemampuan :

a. Mengenal secara mendalam konseli yang hendak dilayani. Sosok

kepribadian serta dunia konseli yang perlu didalami oleh konselor

meliputi bukan saja kemampuan akademik yang selama ini dikenal

sebagai intelegensi yang hanya mencakup kemampuan kebahasaan

dan kemampuan numerikal matematika yang lazim dinyatakan

sebagai IQ yang mengedepankan kemampuan berpikir analitik,

melinkan juga seyogiyanya melebar kesegenap spektrum kemampuan

intelektual manusia sebagaimana dipaparkan dalam gagasan

intelegensi multipel (Gardner, 1993) selain juga menghormati

keberadaan kemampuan berpikir sintetik dan kemampuan berpikir

praktikal di samping kemampuan berpikir analitik yang telah dikenal

luas selama ini (Sternberg, 2003), motivasi dan keuletannya dalam

belajar dan atau bekerja (perseverance Marzano, 1992) yang

diharapkan menerus sebagai keuletan dalam bekerja, kreativitas yang

disandingkan dengan kearifan (a.I. Sternberg, 2003) serta

kepemimpinan, yang dibingkai dengan kerangka pikir yang

memperhadapkan karekteristik konseli yang telah bertumbuh dalam

latar belakang keluarga dan lingkungan budaya tertentu sebagai

rujukan normatif beserta berbagai permasalahan serta solusi yang

Page 3: Standar Kompetensi Konselor

harus dipilihnya, dalam rangka memetakan lintasan perkembangan

kepribadian (developmental trajectory) konseli diri keadaanya

sekarang ke arah yang di kehendaki. Selain itu, sesuai dengan

panggilan hidupnya sebagai pekerja di bidang profesi perbantuan atau

pemfasilitasan (helping professinos), dalam upaya mengenal secara

mendalam konseli yang dilayaninya itu, konselor selalu menggunakan

penyikapan yang empatik, menghormati keragaman, serta

mengedepankan kemaslahatan konseli dalam pelaksanaan layanan

ahlinya.

b. Menguasai khasanah teoritik dan prosedural termasuk teknologi

dalam bimbingan dan konseling. Penguasaan kahasanah teoritik dan

prosedural serta teknologi dalam bimbingan dan konseling (Van

Zandt, Z dan J. Hayslip, 2001) mencakup kemampuan :

1) Menguasai secara akademik teori, prinsip, teknik dan prosedur

dan saran yang digunakan dalam penyelenggaraan pelayanan

bimbingan dan konseling.

2) Mengemas teori, prinsip, prosedur serta sarana bimbingan dan

konseling sebagai pendekatan, prinsip, teknik dan prosedur

dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling

yang mendirikan.

3) Menyelenggarakan layanan ahli bimbingan dan konseling yang

memandirikan. Untuk menyelenggarakan pelayanan bimbingan

dan konseling yang memandirikan (Gysbers, N. C. Dan

P.Henderson, 2006), seorang konselor harus mampu :

a) Merancang kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling.

b) Menilai proses dan hasil kegiatan pelayanan bimbingan dan

konseling serta melakukan penyusuaian-penyesuaian sambil

jalan (mid-course adjustments) berdasarkan keputusan

transasional selama rentang proses bimbingan dan konseling

dalam rangka memandirikan konseli (mind competence).

Page 4: Standar Kompetensi Konselor

c) Mengimplementasikan kegiatan pelayanan bimbingan dan

konseling

d) Mengembangkan Profesionalitas sebagai konselor secara

berkelanjutan. Sebagai pekerja profesional yang

mengedepankan kemaslahatan konseli dalam pelaksanaan

layanannya, konselor perlu membiasakan diri menggunakan

setiap peluang untuk belajar dalam rangka peningkatan

profesionalitas termasuk dengan memetik pelajaran dengan

kerangka pikir belajar eksperiensial yang berlangsung secara

siklikal (Cyclical Experiental Learning Model, Kolb, 1984)

sebagai bagian dari keseharian pelaksanaan tugasnya, dengan

merekam serta merefleksikan hasil serta dampak kinerjanya

dalam menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling

(reflective practitioner, lihat kembali Schone, 1983). Selain itu,

upaya peningkatan diri itu juga dapat dilakukan secara lebih

sistematis dengan melakukan Penelitian Tindakan (Action

Research), dengan mengakses berbagai sumber informasi

termasuk yang tersedia di dunia maya, selain melalui interaksi

kesejawatan baik yang tertjadi secara spontan informal maupun

yang diacarakan secara lebih formal, sampai dengan mengikuti

pelatihan serta pendidikan lanjut. Kompetensi akademik

sebagaimana dipaparkan di atas dapat dikuasai melalui

pendidikan akademik dengan menu kurikuler yang mencakup

kajian tentang pedagogi, psikologi perkembangan, psikologi

belajar, bimbingan dan konseling serta beberapa bidang

penunjang seperti Filsafat Pendidikan, Sosiologi, Antropologi

Budaya, Dinamika Kelompok, Budaya Organisasi Sekolah dan

Kelas, disamping kajian tentang program pendidikan dalam

sistem pendidikan formal, Strategi Bimbingan dan Konseling

serta Strategi Pembelajaran, Asesmen bakat dan minat konseli

di samping asesmen proses dan hasil pembelajaran, Dinamika

Page 5: Standar Kompetensi Konselor

Kelompok, Pengelolaan Kelas dan sebagainy, dengan beban

studi minimum 144 SKS.

Asesmen Penguasaan Kompetensi Akademik Bimbingan dan Konseling

Penguasaan Kompetensi Akademik dalam bimbingan dan konseling sebagaimanan

digamnbarakan di atas dapat ditagih melalui ujian tertulis yang baik berupa tes pilihan

(multiple choice) yang sangat efektif untuk melakukan survei kemampuan yang dimilki

serta permasalahan yang dihadapai oleh kelompok calon konselor yang berjumlah besar

maupun melalui berbagai asesmen individual untuk mengakses kemampuan dan minat

serta permasalahan yang dihadapi oleh calon konselor sebagai perorangan. Demi

transparansi, saran uji kompetensi akademik ini dapat dikembangkan secara terpusat dan

dimutakhirkan serta divalidasi secara berkala dengan memanfaatkan teknologi yang

relevan dibidang asesmen. Mahasiswa yang berhasil dengan baik menguasai kompetensi

akademik yang dipersyaratkan bagi calon konselor, dianugerahi ijasah S-1 Bimbingan

dan Konseling. Ijasah S-1 Bimbingan dan Konseling ini merupakan prasyarat untuk

diperkenankan mengikuti Pendidikan Profesi Konselor berupa Program Pengalaman

Lapangan selama dua semester.

Kompetensi Profesional Konselor

Penguasaan Kompetensi Profesional Konselor terbentuk melalui latihan dalam

menerapkan Kompetensi Akademik dalam bidang bimbingan dan konseling yang telah

dikuasai itu dalam konteks otentik disekolah atau arena terapan layanan ahli lain yang

relevan melalui Program Pendidikan Profesi Konselor berupa Program Pengalaman

Lapangan (PPL) yang sistematis dan sungguh-sungguh (rigorous), yang terentang mulai

dari obsrvasi dalam rangka pengenalan lapangan, latihan bimbingan (supervised prctice)

yang kemudian terus meningkat menjadi latihan melalui penguasaan struktur (self-

initiated practice) dalam program pemegangan, kesemuanya di bawah pengawasan

Dosen Pembimbing dan Konselor Pamong (Faiver, Eisengart, dan Colonna, 2004).

Sesuai dengan misinya untuk menumbuhkan kemampuan profesional konselor,

maka kriteria utama keberhasilan dalam keterlibatan mahasiswa dalam Program

Pendidikan Profesi Konselor berupa Program Pengalaman Lapangan itu adalah

pertumbuhan kemampuan calon konselor dalam menggunakan rentetan panjang

Page 6: Standar Kompetensi Konselor

keputusan-keputusan kecil (minute if-then decisions atau tacit knowledge) yang di

bingkai kearifan dalam mengorkestrasikan optimasi pemanfaatan dampak layanannya

demi ketercapaian kemandirian konseli dalam konteks tujuan utuh pendidikan. Oleh

karena itu, pertumbuhan kemampuan mahasiswa calon konselor sebagaimana

digambarkan di atas, mencerminkan lintasan dalam pertumbuhan penguasaan kiat

profesional dalam menyelenggarakan pelayanan Bimbingan dan Konseling yang

berdampak menumbuhkam sosok utuh profesional konselor sebagai praktisi yang aman

buat konseli (safe practitioner(lihat kembali, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga

Kependidikan dan Ketenagaan Pendidikan Tinggi, 2003; Schone, 1983; Corey, 2001;

Hogan Garcia, 2003; Sternberg, 2003).

Asesmen Penguasaan Kompetensi Profesioanl Konselor

Penguasaan akademik, penguasaan kemampuan profesional hanya dapat

diferivikasi melalui pengamatan ahli yang, dalam pelaksanaannya, juga sering

mempersyaratkan penggunaan saran asesmen yang longgar untuk memberikan ruang

gerak bagi diambilnya pertimbangan ahli secara langsung (on-the-spot expertjudgement)

misalnya sarana asesmen yang menyerupai Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG)

yang merupakan high-inference assessment instrument, yang telah beredar dilingkungan

LPTK sejak awal dekade 1980-an.

Ini berarti bahwa perlu dikembangkan sarana asesmen yang serupa di bidang

bimbingan dan konseling. Yang juga perlu dicatat sebagaimana telah diisyaratkan di atas

adalah bahwa asesmen kemampuan profesional konselor itu tidak cukup pabila hanya

dilaksanakan melalui pemotretan sesaat (snapshot atau moment opname), melainkan

melalui pengamatan berulang, karena sasaran asesmen penguasaan kompetensi

profesional itu bukan hanya difokuskan kepada sisi tingkatan kemampuan (maximum

behavior) melainkan, dan terlebih-lebih penting lagi, adalah kualitas keseharian (typical

behavior) kinerja konselor. Ini berarti bahwa, asesmen penguasaan

kemampuanprofesional itu perlu lebih mengedepankan rekan jejak (track record) dalam

penyelenggeraan pengelolaan pelayanan bimbingan dan konseling dalam kurun waktu

tertentu. Demi transparansi, asesmen penguasaan kompetensi profesional calon konselor

itu dilakukan dengan menggunakan penguji luar baik dosen Bimbingan dan Konseling

yang berasal dari LPTK lain, unsur Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia

Page 7: Standar Kompetensi Konselor

(ABKIN) maupun konselor pamong yang berasal dari sekolah lain. Mahasiswa yang

berhasil dengan baik menguasai kompetensi profesional konselor melalui Program

Pendidikan Profesional Konselor yang berupa Program Pengalaman Lapangan

sebagaimana dipaparkan dalam bagian ini, dianugerahi Sertifikat Konselor dan berhak

mencantumkan singkatan gelar profesi ”Kons” di belakang namanya. Secara grafis,

Sosok Utuh Kompetensi Profesional Konselor dapat dilihat dalam gamabr ini.

                                                                           

Unjuk Kerja Bimbingan dan Konseling

Yang Memandirikan

Memahami secara

mendalam konseli

yang hendak dilayani:

Menghargai dan

menjunjung tinggi

nilai-nilai

kemanusiaan,

individualitas,

kebebasan.

Memilih dan

mengedepankan

kemaslahatan

konseli dalam

konteks

kemaslahatan

umum.

Mengaplikasikan

perkembangan

fisiologis dan psikologis

serta perilaku konseli

Menyelenggarakan

Bimbingan dan Konseling

yang memandirikan :

o Menguasai konsep

dan praksis asesmen

untuk memahami

kondisi, kenutuhan,

dan masalah konseli.

o Merancang program

bimbingan dan

konseling.

o Mengimplemntasika

n program bimbngan

dan konseling yang

komprehensif.

o Menilai proses dan

hasil kegiatan

bimbingan dan

konseling

Memanfaatkan hasil

penilaian terhadap proses

Menguasai Landasan

Teoritik Bimbingan dan

Konseling :

a. Menguasai teori dan

praksis pendidikan

b. Menguasai kerangka

teoritik dan praksis

bimbingan dan

konselingMenguasai

esensi pelayanan

bimbingan dan

konseling dalam jalur,

jenis dan jenjang satuan

pendidikan Menguasai

konsep dan praksis

penilaian dalam

bimbingan dan

konseling

Page 8: Standar Kompetensi Konselor

dalam bingkai budaya

Indonesi, dalam konteks

kehidupan global yang

beradab.

dan hasil kegiatan

bimbingan dan konseling.

Mengembankan Pribadi dan Profesionalitas Secara Berkelanjutan

a. Beriman dan bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa              

b. Menunjukkan integritas dan satbilitas kepribadian yang kyat

c. Memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika profesional

 

C.     Rincian Kompetensi Konselor

A.    MEMAHAMI SECARA MENDALAM KONSELI YANG HENDAK DILAYANI

1. Menghargai dan menjunjung tinggi nilai-

nilai  kemanusiaan, individualitas,

kebebasan memilih dan mengedepankan

kemaslahatan konseli dalam konteks

kemaslahatan umum.

1.1 Mengaplikasikan pandangan positif dan

dinamis tentang manusia sebagai makhluk

spritual, bermoral, sosial, individual, dan

berpotensi

1.2  Menghargai dan mengembangkan

potensi positif individu pada umumnya dan

konseli pada khususyna.

1.3 Peduli terhadap kemaslahatan manusia

pada umumnya dan konseli pada khususnya

1.4  Menjunjung tinggi harkat dan martabat

manusia sesuai dengan hak asasinya.

1.5  Toleran terhadap permasalahan konseli

1.6  Bersikap demokratis

2. Mengaolikasikan perkembangan fisiologis

dan psikologis serta perilkau konseli

2.1  Mengaplikasikan kaidah-kaidah perilaku

manusia, perkembangan fisik dan psikologis

individu terhadap sasaran layanan bimbingan

dan konseling dalam upaya pendidikan.

2.2  Mengaplikasikan kaidah-kaidah

kepribadian, individualitas dan perbedaan

Page 9: Standar Kompetensi Konselor

konseli terhadap sasaran lkayanan bimbingan

dan konseling dalam upaya pendidikan

2.3  Mengaplikasikan kaidah-kaidah belajar

terhadap sasaran layanan bimbingan dan

konseling dalam upaya pendidikan

2.4 Mngaplikasikan kaidah-kaidah

keberbakatan terhadap sasaran layanan

bimbingan dan konseling dalam upaya

pendidikan.

2.5  Mengaplikasikan kaidah-kaidah

kesehatan mental terhadap sasaran layanan

bimbingan dan konseling dalam upaya

pendidikan.

Page 10: Standar Kompetensi Konselor

ASPEK DAN INDIKATOR KOMPETENSI PROFESIONAL GURU BIMBINGAN DAN KONSELING

Dalam Permendiknas No. 27 tahun 2009 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan

Kompetensi Konselor dinyatakan bahwa kompetensi yang harus dikuasai guru Bimbingan dan

Konseling/Konselor mencakup 4 (empat) ranah kompetensi, yaitu: kompetensi pedagogik,

kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Keempat rumusan

kompetensi ini menjadi dasar bagi Penilaian Kinerja Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor.

Jika diperbandingkan antara ekspektasi kinerja Guru Bimbingan dan

Konseling/Konselor dengan kinerja guru mata pelajaran. Guru mata pelajaran tampak lebih

dominan dalam penguasaan ranah kompetensi pedagogik, sedangkan Guru Bimbingan dan

Konseling/Konselor lebih dominan dalam penguasaan ranah kompetensi profesional.

Dengan tidak bermaksud mengesampingkan ranah atau wilayah kompetensi lainnya,

berikut ini disajikan aspek dan indikator kompetensi profesional yang harus dikuasai seorang

Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor:

A. Menguasai konsep dan praksis penilaian (assessment) untuk memahami kondisi, kebutuhan,

dan masalah konseli.

Mendeskripsikan hakikat asesmen untuk keperluan pelayanan konseling, memilih

teknik penilaian sesuai dengan kebutuhan pelayanan bimbingan dan konseling, menyusun

dan mengembangkan instrumen penilaian untuk keperluan bimbingan dan konseling,

mengadministrasikan asesmen untuk mengungkapkan masalahmasalah peserta didik,

memilih dan mengadministrasikan teknik penilaian pengungkapan kemampuan dasar dan

kecenderungan pribadi peserta didik, memilih dan mengadministrasikan instrumen untuk

mengungkapkan kondisi aktual peserta didik berkaitan dengan lingkungan, mengakses data

dokumentasi tentang peserta didik dalam pelayanan bimbingan dan konseling, menggunakan

hasil penilaian dalam pelayanan bimbingan dan konseling dengan tepat, menampilkan

tanggung jawab profesional dalam praktik penilaian:

Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor dapat mengembangkan instrumen nontes

(pedoman wawancara, angket, atau format lainnya) untuk keperluan pelayanan

Bimbingan dan Konseling.

Page 11: Standar Kompetensi Konselor

Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor dapat mengaplikasikan instrumen nontes untuk

mengungkapkan kondisi aktual peserta didik/konseli berkaitan dengan lingkungan.

Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor dapat mendeskripsikan penilaian yang

digunakan dalam pelayanan Bimbingan dan Konseling yang sesuai dengan kebutuhan

peserta didik/konseli.

Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor dapat memilih jenis penilaian (Instrumen

Tugas Perkembangan/ITP, Alat Ungkap Masalah/AUM, Daftar Cek Masalah/DCM, atau

instrumen non tes lainnya) yang sesuai dengan kebutuhan layanan bimbingan dan

konseling.

Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor dapat mengadministrasikan penilaian

(merencanakan, melaksanakan, mengolah data) untuk mengungkapkan kemampuan dasar

dan kecenderungan pribadi peserta didik/konseli.

Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor dapat mengadministrasikan penilaian

(merencanakan, melaksanakan, mengolah data) untuk mengungkapkan masalah peserta

didik/konseli (data catatan pribadi, kemampuan akademik, hasil evaluasi belajar, dan

hasil psikotes).

Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor dapat menampilkan tanggung jawab

profesional sesuai dengan azas Bimbingan dan Konseling (misalnya kerahasiaan,

keterbukaan, kemutakhiran, dll.) dalam praktik penilaian.

B. Menguasai kerangka teoretik dan praksis Bimbingan dan Konseling.

Mengaplikasikan hakikat pelayanan bimbingan dan konseling,mengaplikasikan arah

profesi bimbingan dan konseling, mengaplikasikan dasar‐dasar pelayanan bimbingan dan

konseling, mengaplikasikan pelayanan bimbingan dan konseling sesuai kondisi dan tuntutan

wilayah kerja, mengaplikasikan pendekatan/model/jenis pelayanan dan kegiatan pendukung

bimbingan dan konseling, mengaplikasikan dalam praktik format pelayanan bimbingan dan

konseling.

Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor dapat mengaplikasikan hakikat

pelayanan Bimbingan dan Konseling (tujuan, prinsip, azas, fungsi, dan

landasan).

Page 12: Standar Kompetensi Konselor

Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor dapat menentukankan arah

profesi bimbingan dan konseling (peran sebagai Guru Bimbingan dan

Konseling/konselor).

Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor dapat mengaplikasikan dasar‐

dasar pelayanan Bimbingan dan Konseling.

Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor dapat mengaplikasikan

pelayanan Bimbingan dan Konseling sesuai kondisi dan tuntutan wilayah

kerja.

Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor dapat mengaplikasikan

pendekatan /model/jenis pelayanan dan kegiatan pendukung bimbingan

dan konseling.

Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor dapat mengaplikasikan praktik

format (kegiatan) pelayanan Bimbingan dan Konseling.

C. Merancang Program Bimbingan dan Konseling.

Menganalisis kebutuhan konseli, menyusun program bimbingan dan konseling yang

berkelanjutan berdasar kebutuhan konseli secara komprehensif dengan pendekatan

perkembangan, menyusun rencana pelaksanaan program bimbingan dan konseling,

merencanakan sarana dan biaya penyelenggaraan program bimbingan dan konseling.

Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor dapat menganalisis kebutuhan peserta

didik/konseli.

Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor dapat menyusun program pelayanan

Bimbingan dan Konseling yang berkelanjutan berdasar kebutuhan peserta

didik/konseli secara komprehensif dengan pendekatan perkembangan.

Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor dapat menyusun rencana pelaksanaan

program pelayanan Bimbingan dan Konseling.

Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor dapat merencanakan sarana dan biaya

penyelenggaraan program pelayanan Bimbingan dan Konseling

.

D. Mengimplementasikan Program Bimbingan dan Konseling yang komprehensif.

Page 13: Standar Kompetensi Konselor

E. Melaksanakan program bimbingan dan konseling, melaksanakan pendekatan kolaboratif

dalam pelayanan bimbingan dan konseling, memfasilitasi perkembangan akademik, karier,

personal, dan sosial konseli, mengelola sarana dan biaya program bimbingan dan konseling.

Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor dapat melaksanakan program

pelayanan Bimbingan dan Konseling.

Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor dapat melaksanakan pendekatan

kolaboratif dengan pihak terkait dalam pelayanan Bimbingan dan Konseling.

Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor dapat memfasilitasi perkembangan

akademik, karier, personal/ pribadi, dan sosial peserta didik/konseli.

Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor dapat mengelola sarana dan biaya

program pelayanan Bimbingan dan Konseling.

F. Menilai proses dan hasil kegiatan Bimbingan dan Konseling.

Melakukan evaluasi hasil, proses, dan program bimbingan dan konseling,

melakukan penyesuaian proses pelayanan bimbingan dan konseling, menginformasikan hasil

pelaksanaan evaluasi pelayanan bimbingan dan konseling kepada pihak terkait,

menggunakan hasil pelaksanaan evaluasi untuk merevisi dan mengembangkan program

bimbingan dan konseling.

Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor dapat melakukan evaluasi proses dan

hasil program pelayanan Bimbingan dan Konseling.

Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor dapat melakukan penyesuaian

kebutuhan peserta didik/konseli dalam proses pelayanan Bimbingan dan

Konseling.

Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor dapat menginformasikan hasil

pelaksanaan evaluasi pelayanan Bimbingan dan Konseling

kepada pihak terkait.

Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor dapat menggunakan hasil

pelaksanaan evaluasi untuk merevisi dan mengembangkan program pelayanan

Bimbingan dan Konseling berdasarkan analisis kebutuhan.

Page 14: Standar Kompetensi Konselor

G. Memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika profesional.

Memberdayakan kekuatan pribadi, dan keprofesionalan Guru Bimbingan dan

Konseling/konselor, meminimalkan dampak lingkungan dan keterbatasan pribadi Guru

Bimbingan dan Konseling/konselor, menyelenggarakan pelayanan sesuai dengan

kewenangan dan kode etik profesional Guru Bimbingan dan Konseling/konselor,

mempertahankan obyektivitas dan menjaga agar tidak larut dengan masalah peserta didik,

melaksanakan referal sesuai dengan keperluan, peduli terhadap identitas profesional dan

pengembangan profesi, mendahulukan kepentingan peserta didik daripada kepentingan

pribadi Guru Bimbingan dan Konseling/konselor.

Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor dapat memberdayakan kekuatan

pribadi, dan keprofesionalan Guru Bimbingan dan Konseling/konselor.

Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor dapat meminimalisir dampak

lingkungan dan keterbatasan pribadi Guru Bimbingan dan Konseling/konselor.

Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor dapat menyelenggarakan pelayanan

Bimbingan dan Konseling sesuai dengan kewenangan dan kode etik profesional

Guru Bimbingan dan Konseling/konselor.

Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor dapat mempertahankan objektivitas

dan menjaga agar tidak larut dengan masalah peserta didik/konseli.

Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor dapat melaksanakan layanan

pendukung sesuai kebutuhan peserta didik/konseli (misalnya alih tangan kasus,

kunjungan rumah, konferensi kasus, instrumen bimbingan, himpunan data)

Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor dapat menghargai identitas

profesional dan pengembangan profesi.

Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor dapat mendahulukan kepentingan

peserta didik/konseli daripada kepentingan pribadi Guru Bimbingan dan

Konseling/konselor.

Page 15: Standar Kompetensi Konselor

G. Menguasai konsep dan praksis penelitian dalam Bimbingan dan Konseling.

Mendeskripsikan berbagai jenis dan metode penelitian, mampu merancang penelitian

bimbingan dan konseling, melaksanakan penelitian bimbingan dan konseling, memanfaatkan

hasil penelitian dalam bimbingan dan konseling dengan mengakses jurnal pendidikan dan

bimbingan dan konseling

Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor dapat mendeskripsikan jenis dan

metode penelitian dalam Bimbingan dan Konseling.

Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor mampu merancang penelitian dalam

Bimbingan dan Konseling.

Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor dapat melaksanakan penelitian dalam

Bimbingan dan Konseling.

Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor dapat memanfaatkan hasil penelitian

dalam Bimbingan dan Konseling dengan mengakses jurnal yang relevan.