KOMPETENSI PRIBADI KONSELOR Peran Konselor dalam...

32
16 BAB II KOMPETENSI PRIBADI KONSELOR A. Peran Konselor dalam Layanan Bimbingan dan Konseling Profesi bimbingan dan konseling merupakan pekerjaan yang langsung berhubungan dengan individu yang beragam secara pribadi, sosial dan latar belakang kehidupannya. Konselor akan berhadapan dengan individu yang sedang menjalani tahap perkembangan tertentu dengan tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikannya, sehingga dalam hal ini peran konselor dalam kegiatan bimbingan dan konseling merupakan aspek yang sangat penting untuk diperhatikan. Sebagai suatu profesi, wujud kebermaknaan bimbingan dan konseling banyak ditentukan oleh kualitas layanan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan oleh konselor untuk mengembangkan krativitasnya dalam layanan bimbingan dan konseling tersebut. Brammer (1979:4) dalam temuan penelitiannya menunjukkan bahwa ada tiga komponen yang perlu diperhatikan untuk menjalankan tugas bimbingan dan konseling dengan baik. Ketiga komponen itu adalah : (1) kepribadian petugas bimbingan (konselor); (2) ketrampilan teknis; dan (3) kemampuan untuk menciptakan suasana kemudahan untuk berkembang pada diri konseli. Berangkat dari hasil temuan Brammer, komponen mengenai kepribadian konselor menjadi satu hal yang terpenting karena konselor sebagai pribadi harus mampu menampilkan jati dirinya secara utuh, tepat, dan berarti serta membangun

Transcript of KOMPETENSI PRIBADI KONSELOR Peran Konselor dalam...

Page 1: KOMPETENSI PRIBADI KONSELOR Peran Konselor dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_060195_chapter2x.pdf · konseli pada suatu saat, karena pengenalan terhadap diri sendiri

16

BAB II

KOMPETENSI PRIBADI KONSELOR

A. Peran Konselor dalam Layanan Bimbingan dan Konseling

Profesi bimbingan dan konseling merupakan pekerjaan yang langsung

berhubungan dengan individu yang beragam secara pribadi, sosial dan latar

belakang kehidupannya. Konselor akan berhadapan dengan individu yang sedang

menjalani tahap perkembangan tertentu dengan tugas-tugas perkembangan yang

harus diselesaikannya, sehingga dalam hal ini peran konselor dalam kegiatan

bimbingan dan konseling merupakan aspek yang sangat penting untuk

diperhatikan.

Sebagai suatu profesi, wujud kebermaknaan bimbingan dan konseling

banyak ditentukan oleh kualitas layanan bimbingan dan konseling yang

dilaksanakan oleh konselor untuk mengembangkan krativitasnya dalam layanan

bimbingan dan konseling tersebut. Brammer (1979:4) dalam temuan penelitiannya

menunjukkan bahwa ada tiga komponen yang perlu diperhatikan untuk

menjalankan tugas bimbingan dan konseling dengan baik. Ketiga komponen itu

adalah : (1) kepribadian petugas bimbingan (konselor); (2) ketrampilan teknis; dan

(3) kemampuan untuk menciptakan suasana kemudahan untuk berkembang pada

diri konseli.

Berangkat dari hasil temuan Brammer, komponen mengenai kepribadian

konselor menjadi satu hal yang terpenting karena konselor sebagai pribadi harus

mampu menampilkan jati dirinya secara utuh, tepat, dan berarti serta membangun

Page 2: KOMPETENSI PRIBADI KONSELOR Peran Konselor dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_060195_chapter2x.pdf · konseli pada suatu saat, karena pengenalan terhadap diri sendiri

17

hubungan antarpribadi (interpersonal) yang unik dan harmonis, dinamis,

persuasive dan kreatif sehinnga menjadi motor penggerak keberhasilan layanan

bimbingan dan konseling. Corey (1984:358-361), menyatakan “alat” yang paling

penting untuk dipakai dalam pekerjaan seorang konselor adalah dirinya sendiri

sebagai pribadi (our self as a person). Pada bagian dari tulisannya itu, ia tidak

ragu-ragu mengatakan bahwa “….para konselor hendaknya mengalami sebagai

konseli pada suatu saat, karena pengenalan terhadap diri sendiri bias dinaikkan

tingkat kesadaran (self awarness)”.

Apabila konselor hanya menjadi reflector perasaan, pengamat netral yang

membuat penafsiran atau sebagai pribadi yang bersembunyi dibalik keamanan

dari peran yang dimainkannya, konselor tidak mungkin mengharapkan konseli

untuk berkembang ke arah lebih baik. Konselor harus bertindak dan harus

sekaligus menjadi model konselinya. Konselor hendaknya menampilkan diri apa

adanya, terbuka, dan terlihat dalam penyingkapan diri yang layak dan fasilitatif

sehingga dapat mendorong konseli menyatukan sifat-sifat yang saam ke dalam

dirinya.

Lebih jauh Corey (1991:367) menyatakan jika konselor hanya bertumpu

pada ketrampilan professional dan meninggalkan diri pribadinya, maka kegiatan-

kegiatan bimbingan dan konseling akan menjadi mandul. George & Christiani

(Yusuf, 1995:108), mengemukakan cirri-ciri konselor yang efektif, yakni : (1)

membuka diri dan menerima pengalaman sendiri; (2) menyadari akan nilai dan

pendapatnya sendiri; (3) dapat membina hubungan yang hangat dan mendalam

dengan oranglain; (4) mampu membiarkan diri sendiri dilihat orang lain

Page 3: KOMPETENSI PRIBADI KONSELOR Peran Konselor dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_060195_chapter2x.pdf · konseli pada suatu saat, karena pengenalan terhadap diri sendiri

18

sebagaimana adanya; (5) menerima tanggung jawab pribadi dan perilakunya

sendiri; (6) mengembangkan tingkat aspirasi yang realistik.

Berbagai uraian di atas dapat diketahui bahwa seorang konselor dalam

interrelasinya dengan konseli haruslah “menghadirkan” dirinya sebagai pribadi

dan menyayangi pekerjaannya. Myrick & Witmer (Aisyah, 2006 : 17)

mengemukakan lima macam peranan konselor, yaitu sebagai konselor dalam arti

khusus sebagai konsultan, sebagai anggota tim kerja, sebagai pengelola, serta

sebagai sumber informasi dan layanan bagi masyarakat.

Sementara itu secara terperinci Dunlop (Aisyah, 2006 : 18) menyatakan

bahwa konselor sekolah adalah staf spesialis sekolah yang memiliki kualifikasi

untuk membantu siswa mengatasi masalah pilihan jabatan, membantu siswa

merencanakan dan menjalani program-program pendidikan yang tepat, dan siswa

menemukan pemecahan yang lebih memuaskan dalam masalah-masalah pribadi-

sosial.

A. Syarat-syarat Kompetensi Konselor

Secara Implementatif, peran konselor dalam melaksanakan layanan

bimbingan dan konseling di sekolah, sesungguhnya tidak terlepas dari masalah

kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang konselor sebagai pelaku utama

dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Masalah-

masalah kompetensi konselor jelas akan merujuk pada kemampuan-kemampuan

pribadi-sosial-profesional seorang konselor.

Page 4: KOMPETENSI PRIBADI KONSELOR Peran Konselor dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_060195_chapter2x.pdf · konseli pada suatu saat, karena pengenalan terhadap diri sendiri

19

Makmun (2000) mengutip definisi kompetensi dalam bahasa Inggris

sebagai berikut.

1. Competence (n) is being competent, ability (to the work) (Horney,et al. 1962:192);

2. Competence (adj) refers to (person) having ability, power, authority, skill, knoeledge, etc (to do what is needed) (Horney,et al. 1962:192);

3. Competency is a rational performance which satisfactorily meets the objectives a desired condition (Jhonson, et al. 1974).

Definisi kompetensi pertama pada dasarnya menunjuk kecakapan atau

kemampuan untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan. Definisi kompensi kedua pada

dasarnya merupakan satu sifat (karakteristik) oramg-orang kompeten, yaitu

memiliki kecakapan, daya (kemampuan), otoritas (wewenang), kemahiran

(ketrampilan), pengetahuan dan sebagainya untuk mengerjakan apa yang

diperlukan. Sedangkan definisi kompetensi ketiga menunjukkan pada tindakan

(kinerja) rasional (prasyarat) yang diharapkan.

Mc. Asham (Mulyasa, 2002:38) mengemukakan bahwa kompetensi dapat

diartikan sebagai pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuanyang dikuasi

seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga dapat melakukan

perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor dengan sebaik-baiknya.

Crunkilton (Mulyasa,2002:38) menyatakan bahwa kompetensi merupakan

penguasaan terhadap suatu tugas, ketrampilan, sikap, dan apresiasi yang

diperlukan untuk menunjang keberhasilan.

Beberapa pengertian tentang kompetensi di atas mengarah pada suatu

kemampuan tertentu yang harus dimiliki seseorang agar dapat menjalankan fungsi

dan tugasnya secara maksimal. Kompetensi tersebut dapat berupa karakteristik,

Page 5: KOMPETENSI PRIBADI KONSELOR Peran Konselor dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_060195_chapter2x.pdf · konseli pada suatu saat, karena pengenalan terhadap diri sendiri

20

pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan yang tampak melalui prilaku kognitif,

afektif, maupun psikomotorik yang mendukung bagi pelaksanaan fungsi dan

tugasnya.

Kompetensi merupakan keseluruhan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan

yang diperlukan oleh sesorang dalam kaitan dengan suatu tugas tertentu (Surya,

2003:137). Penjelasan diatas dapat dimaknai bahwa dibalik kinerja yang

ditunjukkan dan teruji dalam melakukan sesuatu pekerjaan tertentu terdapat

sejumlah unsur kemampuan yang mendukung, menunjang, dan secara

keseluruhan terstuktur merupakan suatu kesatuan terpadu yang

dikonseptualisasikan pada enam komponen, sebagaimana yang dikemukakan oleh

Johnson (Makmun, 2000:71), sebagai berikut: “(1) performance competence, (2)

Subject competence, (3) professional component, (4) process component, (5)

adjustment component, dan (6) attitudes component”. Dari keenam unsur

membangun secara utuh suatu model perangkat kompetensi dalam suatu bidang

keahlian atau keprofesionalan itu pada dasarnya dapat diidentifikasikan ke dalam

dua gugus kompetensi, yakni: (1) generic competencies (performance

competencies), dan enabling competencies.

Generic competencies, maksudnya bahwa perangkat kompetensi yang

mesti ada pada suatu bidang pekerjaan professional tertentu, karena justru dengan

adanya perangkat kompetensi ini dapat dibedakan dari jenis dan atau bidang

pekerjaan professional tertentu, karna justru dengan adanya perangkat kompetensi

inilah dapat dibedakan dari dua jenis dan atau bidang pekerjaan professional

lainnya. Jadi generic competencies bagi guru bimbingan dan konseling (konselor)

Page 6: KOMPETENSI PRIBADI KONSELOR Peran Konselor dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_060195_chapter2x.pdf · konseli pada suatu saat, karena pengenalan terhadap diri sendiri

21

akan berbeda dengan generic competencies guru mata pelajaran. Rincian dan

jumlah perangkat generic competencies itu juga akan bervariasi secara

konstekstual (misalnya konselor di SMP berbeda dengan konselor di SMA).

Namun demikian, dipastikan terdapat kesamaan dan persamaanya (common

competencies). Enabling competencies, meupakan persyaratan untuk memungkin

dapat dilakukannya “generic competencies”. Tanpa menunjukkan penguasaan

secara memadai atas perangkat “enabling competencies”. Perangkat kompetensi

pertama pada dasarnya akan diperoleh dan terbina serta tumbuh kembang melalui

praktek pengalaman lapangan seperti itu, hanya dimungkinkan setelah “enabling

competencies” terselesaikan terlebih dahulu yang lazimnya dilakukan melalui

program perkuliahan biasa.

Standar Kompetensi Konselor Indonesia (SKKI) yang ditetapkan oleh

Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN, 2008), kompetensi

diartikan sebagai sebuah kontinum perkembangan mulai dari proses kesadaran,

akomodasi dan tindakan nyata sebagai wujud kinerja. Keberhasilan pelaksanaan

layanan bimbingan dan konseling akan sangat terkait erat dengan kompetensi

pelaksanaannya. Efektifitas layanan bimbingan dan konseling terletak pada

kompetensi konselor sebagai orang yang memberikan bantuan, meliputi

kombinasi antara pengetahuan akademik, kualitas pribadi, dan ketrampilan dalam

membantu (Cavanagh, 1982 : 75). Sementara itu prayitno (2005) mengatakan

bahwa dalam spectrum kompetensi konselor, yaitu kompetensi keilmuwan,

kompetensi keahlian (ketrampilan) dan kompetensi perilaku profesi.

Page 7: KOMPETENSI PRIBADI KONSELOR Peran Konselor dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_060195_chapter2x.pdf · konseli pada suatu saat, karena pengenalan terhadap diri sendiri

22

Brammer (1979:4) mendeskripsikan kualifikasi konselor sekolah sebagai

pribadi memiliki sifat-sifat dan sumber kepribadian seperti memiliki perhatian

kepada oranglain, bertanggung jawab, empati dan sensivitas. Menurut Furqon

(2001) ditemukan bahwa konselor sekurang-kurangnya perlu memiliki tiga

kompetensi, disamping perlu dukungan konsisi yang kontekstual dan lingkungan,

yaitu kompetensi pribadi (personal competencies), kompetensi inti (core

competencies), dan kompetensi pendukung (supporting competencies).

Kompetensi pribadi (personal competencies) merujuk kepada kualitas

pribadi konselor yang berkenaan dengan kemampuan untuk membina hubungan

baik antarpribadi (rapport) secara sehat, etos kerja dan komitmen professional,

landasan etik dan oral dalam berperilaku, dorongan dan semangat untuk

mengembangkan diri, serta berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

pemecahan masalah.

Kompetensi inti (core competencies) sebagai kemampuan langsung untuk

mengelola dan menyelenggarakan pelayanan bimbingan mulai dengan

penguasaan landasan-landasan konsep dan teori bimbingan, kemampuan untuk

menyelenggarakan bermacam-macam layanan bimbingan, sampai dengan

kemampuan yang berkaitan dengan menajerial bimbingan.

Kompetensi pendukung (supporting competencies) dipandang sebagai

kemampuan-kemampuan tambahan yang dianggap akan memperkuat atau

memperkokoh daya adaptibilitas konselor, yakni kemampuan kewirausahaan

(kemampuan untuk menggegas ide dan karya baru serta kemampuaan untuk

menjualnya”), dasar-dasar komputer, dan bahasa inggris. Berdasarkan tiga

Page 8: KOMPETENSI PRIBADI KONSELOR Peran Konselor dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_060195_chapter2x.pdf · konseli pada suatu saat, karena pengenalan terhadap diri sendiri

23

kompetensi dasar yang ditemukan, kemudian dikembangkan menjadi Sembilan

aspek kinerja professional, yaitu : (1) hubungan antar pribadi; (2) etos kerja dan

komitmen professional; (3) etika dan moral dalam berperilaku; (4) dorongan dan

upaya pengembangan diri; (5) kemampuan pemecahan masalah; (6) upaya

pemberian bantuan kepada siswa; (7) manajemen bimbingan dan konseling di

sekolah; (8) instrument bimbingan; dan (9) penyelenggaraan layanan bimbingan.

Beberapa upaya untuk mendukung keahlian dan kompetensi yang

tercermin dalam sikap dan perilaku konselor itu menuntut hal-hal sebagai berikut.

1. Persyaratan calon konselor professional, tidak hanya berdasarkan batas

minimal jenjang pendidikan tetapi menekankan juga pada syarat-syarat pribadi

seperti kecerdasan, bakat, minat dan aspek-aspek pribadi lainnya yang

diyakini menunjang profesinya.

2. Penentuan akreditasi pendidikan calon konselor dan pemberian lisensi atau

kewenangan seorang konselor sebagai surat kepercayaan yang dilakukan

organisasi profesi dengan standar nasional perlu dilakukan secara kontiyu.s

3. Penataan perkuliahan tidak hanya menekankan pada aspek-aspek mata kuliah

tetapi memiliki kesinambungan antar mata kuliah dan pelaksanaan praktikum

baik di laboraturium maupun di lapangan.

4. Pemberian kesempatan untuk praktik dan evaluasi diri serta

pengembangannya bagi konselor yang telah memenuhi standarisasi profesi

hendaknya terus dilakukan baik oleh ABKIN maupun lembaga dimana

konselor bekerja.

Page 9: KOMPETENSI PRIBADI KONSELOR Peran Konselor dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_060195_chapter2x.pdf · konseli pada suatu saat, karena pengenalan terhadap diri sendiri

24

B. Pentingnya Kualitas Pribadi Konselor dalam Layanan Konseling di

Sekolah

Pendidikan adalah proses pembinaan dan pemberdayaan manusia yang

sedang berkembang menuju kepribadian mandiri untuk dapat membangun

dirinya sendiri dan masyarakat. Konsekuensinya adalah proses pendidikan

harus mampu menyentuh dan mengendalikan berbagai aspek perkembangan

manusia. Melalui proses pendidikan yang diharapkan mampu berkembang

menjadi individu yang sadar untuk dapat mengembangkan diri secara optimal.

Jika pendidikan dipandang sebagai upaya untuk membantu individu dalam

membangun dirinya, maka pendidikan harus bertolak dari pemahaman tentang

hakekat manusia.

Pendidik dalam hal ini konselor melalui kegiatan konseling perlu

memahami manusia dalam hal aktualisasinya, kemungkinannya (possibilities),

dan pemikirannya, bahkan memahami perubahan yang dapat diharapkan

terjadi dalam diri konseli.

Mengingat perubahan sosial yang berlangsung dengan cepat, disertai

dengan pergeseran nilai-nilai kehidupan dalam masyarakat serta kondisi siswa

SMA yang berada dalam masa transisi, maka konselor pada sistem sekolah

dewasa ini dituntun lebih inovatif, kreatif, dan dinamis. Layanan-layanan yang

disediakan lebih kompleks dan bervariasi sesuai dengan sistem yang ada,

tenaga, fasilitas, dan siswa dengan segala latarbelakang dan keadaannya serta

tuntunan dan perubahan dunia sekitarnya.

Page 10: KOMPETENSI PRIBADI KONSELOR Peran Konselor dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_060195_chapter2x.pdf · konseli pada suatu saat, karena pengenalan terhadap diri sendiri

25

Mengingat siswa yang dihadapi di sekolah adalah individu normal,

sedangkan tujuan bimbingan dan konseling adalah membantu siswa agar

berkembang penuh dan optimal, maka bimbingan dan konseling di sekolah

dewasa ini bukan lagi ditujukan bagi siswa tertentu saja, tetapi diarahkan

kepada semua siswa, menyeluruh, dan merata.

Bidang garapan bimbingan dan konseling yang dapat ditelusuri

sekurang-kurangnya ada empat aspek, yaitu : (1) pribadi; (2) sosial; (3)

belajar; dan (4) karir. Sejalan dengan fungsi dan bidang garapan diatas, maka

jenis-jenis layanan bimbingan konseling dapat disediakan adalah : (a) layanan

orientas; (b) layanan pemberian informasi; (c) layanana penempatan dan

penyaluran; (d) layanan bimbingan dan kelompok; (e) layanan pembelajaran;

(f) layanan konseling individual; dan (g) layanan konseling kelompok

(Yusuf,1995 : 98). Disamping itu konselor sekolah juga bertanggung jawab

dalam penyusunan, penilaian, dan pengembangan program bimbingan,

pengumpulan dan pelaksanaan himpunan data, kunjungan rumah, konferensi

kasus, alih tangan kasus, penelitian dan evaluasi, melakukan koordinasi

tentang program bimbingan dan konseling, melaksanakan konsultasi, dan

pengembangan profesi.

Konseling yang dilakukan oleh konselor sebagai bentuk upaya

pendidikan, karena kegiatan konseling selalu terkait dengan pendidikan dan

keberadaan bimbingan dan konseling di dalam pendidikan merupakan

konsekuensi logis dari upaya pendidikan itu sendiri. Konseling dalam

kinerjanya juga beerkaitan dengan upaya mewujudkan pengembangan potensi

Page 11: KOMPETENSI PRIBADI KONSELOR Peran Konselor dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_060195_chapter2x.pdf · konseli pada suatu saat, karena pengenalan terhadap diri sendiri

26

siswa untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dalam kehidupan

bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara, seperti yang diamanatkan pada

pasal 1 ayat 1 Undang-Undang system Pendidikan Nasional (UUSPN). Secara

fungsional, bimbingan dan konseling sangat signifikan sebagai salah satu

upaya pendidikan untuk membentuk individu memperkembangkan diri secara

optimal sesuai dengan tahap-tahap perkembangan dan tuntutan lingkungan

(Wibowo, 2003 : 76).

Upaya memahami kedudukan bimbingan dan konseling dalam konteks

pendidikan di sekolah, dapat dilacak dari kerangka Pendidikan Nasional.

Layanan bimbingan dan konseling sebagai subsistem pendidikan memiliki

peranan yang sangat besar dalam memfasilitasi setiap peserta didik untuk

mengembangkan potensi dirinya secara optimal sesuai dengan yang tertulis

dalam UUSPN No. 20 tahun 2003.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. (UUSPN No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 ayat 1) Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong pelajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator,dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhusussannya, serta berpartisipasi dalam penyelenggraan pendidikan. (UUSPN No.20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 ayat 4) Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

Page 12: KOMPETENSI PRIBADI KONSELOR Peran Konselor dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_060195_chapter2x.pdf · konseli pada suatu saat, karena pengenalan terhadap diri sendiri

27

demokratis serta bertanggung jawab. (UUSPN No.20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 3)

Berdasarkan ketiga pasal dalam UUSPN RI Nomor 20 tahun 2003

tersebut, dapat dikatakan bahwa konselor mempunyai kedudukan dan peranan

yang sama dengan profesi lainnya yang bergerak dalam bidang pendidikan

sebagai pendidik (Bab I Pasal 1 ayat 4) yang melaksanakan proses pendidikan

(Pasal 1 ayat 1) dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional dan tuntunan

kemajuan zaman, memerlukan kerjasama harmonis antara pengelola dan

pelaksanaan manajemen pendidikan, pengajaran, dan bimbingan.

Inti upaya Pendidikan Nasional adalah membawa manusia Indonesia

dalam konteks sekolah dalam hal ini siswa untuk mencapai tingkat perkembangan

lebih tinggi dalam semua aspek kepribadian yang harus dicapainya. Mengingat

bahwa setiap individu memiliki keunikan masing-masing, maka proses

perkembangan yang dialami peserta didik akan bersifat unik dan bersifat

individual. Hal ini berarti bahwa proses pendidikan harus mampu dan sampai

pada upaya yang dapat menyentuh dunia kehidupan manusia Indonesia, sehingga

pada masanya siswa mampu memperhalus, menginternalisasikan, dan

mengintegrasikan sistem nilai dan pola perilaku yang dipelajari melalui program

pendidikan.

Kerangka pemikiran di atas mengandung implikasi bahwa pendidikan di

sekolah tidak hanya dituntut untuk menyelenggarakan bidang pengajaran yang

lebih memusatkan perhatian pada pengembangan kemampuan kognitif, melainkan

harus pula menyelenggarakan layanan yang memusatkan kepedulian utama pada

kehidupan individual, yaitu bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling

Page 13: KOMPETENSI PRIBADI KONSELOR Peran Konselor dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_060195_chapter2x.pdf · konseli pada suatu saat, karena pengenalan terhadap diri sendiri

28

di sekolah menitikberatkan perhatian dan kegiatannya kepada proses membantu

individu sehingga dapat menjalani tahap-tahap perkembangan secara optimal.

Dalam kapasitasnya sebagai pendidik, konselor berperan dan berfungsi

sebagai seorang pendidik psikologis (psychological educator/psychoeducator),

dengan perangkat pengetahuan dan ketrampilan psikologis yang dimilikinya untuk

membantu individu mencapai tingkat perkembangan yang lebih tinggi. Peran ini

merepresentasikan sebuah tantangan yang dapat memperkuat tujuan-tujuan

keilmuan dan praktik professional konselor sebagai layanan yang menunjukkan

keunikan dan kebermaknaan tersendiri di dalam masyarakat.

Dengan demikian sekolah dituntut untuk memberikan bantuan dalam

bentuk layanan bimbingan dan konseling, karena pendidikan di sekolah bertujuan

agar siswa dapat mencapai perkembangan optimal sebagai individu serta sebagai

makhluk sosial sesuai dengan kemampuan, minat dan nilai-nilai yang dianutnya.

Berdasarkan pembahasan diatas dapat dikemukakan bahwa posisi dan kedudukan

layanan bimbingan dan konseling dalam keseluruhan program pendidikan di

sekolah yaitu sebagai komponen integral dari pendidikan yang menekankan pada

upaya pembinaan siswa.

Page 14: KOMPETENSI PRIBADI KONSELOR Peran Konselor dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_060195_chapter2x.pdf · konseli pada suatu saat, karena pengenalan terhadap diri sendiri

29

C. Kompetensi Pribadi Konselor

Pribadi konselor merupakan ‘instrumen’ yang menentukan bagi adanya

hasil yang positif dalam proses konseling. Kondisi ini akan didukung oleh

ketrampilan konselor mewujudkan sikap dasar dalam berkomunikasi dengan

konselinya. Pemanduan secara harmonis dua instrument ini (pribadi dan

ketrampilan) akan memperbesar peluang keberhasilan konselor. Melaksanakan

peranan profesional yang unik sebagaimana adanya tuntutan profesi, konselor

harus memiliki pribadi yang berbeda dengan pribadi-pribadi yang bertugas dan

bersifat membantu lainnya. Konselor dituntut untuk memiliki pribadi yang

mampu menunjang keefektifan konseling.

Brammer juga mengakui adanya kesepakatan helper, tentang pentingnya

pribadi konselor sebagai alat yang mengefektifkan proses konseling, ia

mengatakan : “A general dictum among people helpers says that if I want to

become more affective I must begun with my self; own personalities thus the

principal tools of the helping process…”(Brammer, 1979:25). Pribadi berdasarkan

sifat hubungan helping menurut Brammer di antaranya: (1) awareness of self and

values, (2) awareness of cultural experience, (3) ability to analyze the helper’s

own feeling, (4) ability so serve as model and influencer, (5) altruism, (6) strong

sense of ethics, (7) responsibility.

Pendapat Brammer tentang karakteristik konselor di atas dapat

dideskripsikan sebagai berikut.

1. Awareness of self and values (kesadaran akan diri dan nilai) Konselor

memerlukan kesadaran tentang posisi nilai mereka sendiri. Konselor harus

Page 15: KOMPETENSI PRIBADI KONSELOR Peran Konselor dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_060195_chapter2x.pdf · konseli pada suatu saat, karena pengenalan terhadap diri sendiri

30

mampu menjawab dengan jelas pertanyaan-pertanyaan, siapakah saya?

Apakah yang penting bagi saya? Apakah signifikan social dari apa yang

dilakukan? Mengapa saya mau menjadi konselor?. Kesadaran ini membantu

konselor membentuk kejujuran terhadap dirinya sendiri dan terhadap konseli

mereka dan juga membentuk konselor menghindari memperalat secara

bertanggung jawab atau tidak etis terhadap konseli bagi kepentingan

pemuasan kebutuhan diri pribadi konselor.

2. Awareness of cultural experience (kesadaran akan pengalaman budaya) Suatu

program latihan kesadaran diri yang terarah bagi konselor mencakup

pengetahuan tentang populasi khusus konseli. Missal, jika seseorang telah

menjalin hubungan dengan konseli dalam masyarakat suku lain dengan latar

belakang yang sangat berbeda, konselor dituntut mengetahui lebih banyak lagi

tentang perbedaan konselor dan konseli karena hal tersebut merupakan hal

yang sangat penting bagi hubungan helping yang efektif. Konselor

professional hendaknya mempelajari cirri-ciri khas budaya dan kebiasaan tiap

kelompok konseli mereka.

3. Ability to analyze the helper’s own feeling (kemampuan untuk menganalisis

kemampuan konselor sendiri) Observasi terhadap konselor spsialis

menunjukkan bahwa mereka perlu “berkepala dingin”, terlepas dari perasaan-

perasaan pribadi mereka sendiri. Selain adanya persyaratan bagi konselor

efektif, konselor jua harus mempunyai kesadaran dan mengontrol perasaannya

sendiri guna menghindari proyeksi kebutuhan, harus pula diakui bahwa

konselor mempunyai perasaan dari waktu ke waktu.

Page 16: KOMPETENSI PRIBADI KONSELOR Peran Konselor dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_060195_chapter2x.pdf · konseli pada suatu saat, karena pengenalan terhadap diri sendiri

31

4. Ability so serve as model and influencer (kemampuan melayanai sebagai

teladan dan pemimpin atau “orang yang berpengaruh”) Kemampuan ini

penting terutama dengan kredibilitas konselor dimata konselinya. Konselor

sebagai teladan atau model dalam kehidupan sehari-hari adalah sangat perlu.

Konselor harus tampak beradab, matang dan efektif dalam kehidupan sehari-

hari. Kemampuan konselor sebagai “pemimpin” atau sebagai teladan sangat

diperlukan dalam proses konseling.

5. Altruism (altuisme) Pribadi altuis ditandai kesediaan untuk berkorban

(waktu,tenaga, dan mungkin materi) untuk kepentingan, kebahagiaan, atau

kesenangan oranglain (konseli). Konselor merasakan kepuasaan tersendiri

manakala dapat berperan membantu oranglain dari pada diri sendiri.

6. Strong sense of ethics (pengahayatan etik yang kuat). Rasa etik konselor

menunjukkan rasa aman konseli dengan ekspektasi masyarakat. Konselor

professional memiliki kode etik untuk dihayati dan dipakai dalam

menumbuhkankepercayaan pengguna jasa layanan konseling.

7. Responsibility (tanggung jawab) Tanggung jawab konselor dlam hal ini

khusus berkenaan dengan konteks bantuan khusus yang diberikan kepada

konselinya. Salah satu tempat penerapan tanggung jawab konselor adalah

dalam menangani kasus diluar bidang kemampuan atau kompetensi mereka.

Konselor menyadari keterbatasan mereka, sehingga tidak merencanakan hasil

atau tujuan yang tidak ralistik. Konselor mengupayakan referral kepada

spesialis ketika mereka menyadari keterbatasan diri. Begitu juga dalam

Page 17: KOMPETENSI PRIBADI KONSELOR Peran Konselor dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_060195_chapter2x.pdf · konseli pada suatu saat, karena pengenalan terhadap diri sendiri

32

menagani suatu kasus, mereka tidak membiarkan kasus-kasus “terlunta-lunta”

tanpa penyelesaian.

Kemudian Hobbs menyatakan bahwa : “idealnya sebagai seorang konselor

adalah memiliki pribadi yang dapat mencerminkan perilaku dalam mewujudkan

kemampuan dalam hubungan membantu konseli tetapi juga mampu menyadari

dunia lingkungannya, mau menyadari masalah sosial politiknya, dan dapat

berdaya cipta secara luas dan tidak terbatas dalam pandangan profesionalinya”,

(Cavanagh,1982:102).

Cavanagh (1982 : 73-94) mengemukakan bahwa kualitas pribadi guru

bimbingan dan konseling ditandai dengan beberapa karakteristik sebagai berikut :

(1) self knowledge; (2) Competence; (3) Good Psychological Health; (4)

Trustworthiness; (5) Honesty; (6) Strength; (7)Warmth; (8) Actives responsiveness

; (9) Patience; (10) Sensitivity; dan (11) Holistic awareness.

Pendapat Cavanagh tentang karakteristik konselor di atas dapat

dideskripsikan sebagai berikut

1. Self-knowledge (Pemahaman diri) ini berarti bahwa konselor memahami

dirinya dengan baik, dia memahami secara pasti apa yang dia lakukan,

mengapa dia melakukan hal itu, dan masalah apa yang harus dia

selesaikan. Pemahaman diri sangat penting bagi konselor, karena beberapa

alasan berikut.

• Konselor yang memiliki persepsi yang akurat tentang dirinya cenderung

akan memiliki persepsi yang akurat pula tentang orang lain atau klien

(konselor akan lebih mampu mengenal diri orang lain secara tepat pula).

Page 18: KOMPETENSI PRIBADI KONSELOR Peran Konselor dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_060195_chapter2x.pdf · konseli pada suatu saat, karena pengenalan terhadap diri sendiri

33

• Konselor yang terampil dalam memahami dirinya, maka dia akan terampil

juga memahami orang lain.

• Konselor yang memahami dirinya, maka dia akan mampu mengajar cara

memahami diri itu kepada orang lain.

Pemahaman tentang diri memungkinkan konselor untuk dapat merasa dan

berkomunikasi secara jujur dengan klien pada saat proses konseling

berlangsung.

2. Competence (Kompeten) yang dimaksud kompeten disini adalah bahwa

konselor itu memiliki kualitas fisik, intelektual, emosional, sosial, dan moral

sebagai pribadi yang berguna. Kompetensi sangatlah penting bagi konselor,

sebab klien yang dikonseling akan belajar dan mengembangkan kompetensi-

kompetensi yang diperlukan untuk mencapai kehidupan yang efektif dan

bahagia. Dalam hal ini, konselor berperan untuk mengajar kompetensi-

kompetensi tersebut kepada klien. Satu hal penting yang membedakan

hubungan persahabatan dengan hubungan konseling adalah kompetensi yang

dimiliki konselor. Konselor yang efektif adalah yang memiliki (a)

pengetahuan akademik, (b) kualitas pribadi, dan (c) keterampilan konseling.

3. Good Psychological Health (Kesehatan Psikologis yang Baik) konselor

dituntut untuk memiliki kesehatan psikologis yang lebih baik dari kliennya.

Hal ini penting karena mendasari pemahamannya terhadap perilaku dan

keterampilan. Ketika konselor memahami bahwa kesehatan psikologis yang

dikembangkan melalui konseling, maka dia membangun proses konseling

tersebut secara lebih positif. Apabila konselor tidak mendasarkan konseling

Page 19: KOMPETENSI PRIBADI KONSELOR Peran Konselor dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_060195_chapter2x.pdf · konseli pada suatu saat, karena pengenalan terhadap diri sendiri

34

tersebut kepada pengembangan kesehatan psikologis, maka dia akan

mengalami kebingungan dalam menetapkan arah konseling yang

ditempuhnya. Kesehatan psikologis konselor yang baik sangat berguna bagi

hubungan konseling. Karena apabila konselor kurang sehat psikisnya, maka

dia akan teracuni atau terkontaminasi oleh kebutuhan-kebutuhan sendiri,

persepsi yang subjektif, nilai-nilai yang keliru, dan kebingungan.

4. Trustworthiness (Dapat Dipercaya) kualitas Ini berarti bahwa konselor itu

tidak menjadi ancaman atau penyebab kecemasan bagi klien. Kualitas

konselor yang dapat dipercaya sangat penting dalam konseling, karena

beberapa alasan, yaitu sebagai berikut.

• Esensi tujuan konseling adalah mendorong klien untuk mengemukakan

masalah dirinya yang paling dalam. Dalam hal ini, klien harus merasa

bahwa konselor itu dapat memahami dan mau menerima curahan hatinya

(curhatnya) dengan tanpa penolakan. Jika klien tidak memiliki rasa

percaya ini, maka rasa frustrasi lah yang menjadi hasil konseling.

• Klien dalam konseling perlu mempercayai karakter dan motivasi

konselor. Artinya klien percaya bahwa konselor mempunyai motivasi

untuk membantunya.

• Apabila klien mendapat penerimaan dan kepercayaan dari konselor, maka

akan berkembang dalam dirinya sikap percaya terhadap dirinya sendiri.

5. Honesty (Jujur) yang dimaksud jujur disini adalah bahwa konselor itu bersikap

transparan (terbuka), autentik, dan asli (genuine). Sikap jujur ini penting

dalam konseling, karena alasan-alasan berikut.

Page 20: KOMPETENSI PRIBADI KONSELOR Peran Konselor dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_060195_chapter2x.pdf · konseli pada suatu saat, karena pengenalan terhadap diri sendiri

35

• Sikap keterbukaan memungkinkan konselor dan klien untuk menjalin

hubungan psikologis yang lebih dekat satu sama lainnya di dalam proses

konseling. Konselor yang menutup atau menyembunyikan bagian-bagian

dirinya terhadap klien dapat menghalangi terjadinya relasi yang lebih

dekat. Kedekatan hubungan psikologis sangat penting dalam konseling,

sebab dapat menimbulkan hubungan yang langsung dan terbuka antara

konselor dengan klien. Apabila terjadi ketertutupan dalam konseling

dapat menyebabkan merintangi perkembangan klien.

• Kejujuran memungkinkan konselor dapat memberikan umpan balik

secara objektif kepada klien.

6. Strength (Kekuatan) kekuatan atau kemampuan konselor sangat penting dalam

konseling, sebab dengan hal itu klien akan merasa aman. Klien memandang

konselor sebagai orang yang (a) tabah dalam menghadapi masalah, (b) dapat

mendorong klien untuk mengatasi masalahnya, dan (c) dapat menanggulangi

kebutuhan dan masalah pribadi.

7. Warmth (Bersikap Hangat) yang dimaksud bersikap hangat itu adalah : ramah,

penuh perhatian, dan memberikan kasih sayang. Klien yang datang meminta

bantuan konselor, pada umumnya yang kurang mengalami kehangatan dalam

hidupnya, sehingga dia kehilangan kemampuan untuk bersikap ramah,

memberikan perhatian, dan kasih sayang. Melalui konseling, klien ingin

mendapatkan rasa hangat tersebut dan melakukan “sharing” dengan konselor.

Apabila hal itu diperoleh, maka klien dapat mengalami perasaan yang

nyaman.

Page 21: KOMPETENSI PRIBADI KONSELOR Peran Konselor dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_060195_chapter2x.pdf · konseli pada suatu saat, karena pengenalan terhadap diri sendiri

36

8. Actives responsiveness (pendengar yang aktif) keterlibatan konselor dalam

proses konseling bersifat dinamis, tidak pasif. Melalui respon yang aktif,

konselor dapat mengkomunikasikan perhatian dirinya terhadap kebutuhan

klien. Disini, konselor mengajukan pertanyaan yang tepat, memberikan umpan

balik yang bermanfaat, memberikan informasi yang berguna, mengemukakan

gagasan-gagasan baru, berdiskusi dengan klien tentang cara mengambil

keputusan yang tepat, dan membagi tanggung jawab dengan klien dalam

proses konseling.

9. Patience (Sabar) melalui kesabaran konselor dalam proses konseling dapat

membantu klien untuk mengembangkan dirinya secara alami. Sikap sabar

konselor menunjukkan lebih memperhatikan diri klien daripada hasilnya.

Konselor yang sabar cenderung menampilkan kualitas sikap dan perilaku

sebagai berikut.

10. Sensitivity (kepekaan) kualitas ini berarti bahwa konselor menyadari tentang

adanya dinamika psikologis yang tersembunyi atau sifat-sifat mudah

tersinggung, baik pada diri klien maupun dirinya sendiri. Klien yang datang

untuk meminta bantuan konselor pada umumnya tidak menyadari masalah

yang sebenarnya mereka hadapi. Bahkan ada yang tidak menyadari bahwa

dirinya bermasalah. Pada diri mereka hanya nampak gejala-gejalanya (pseudo

masalah), sementara yang sebenarnya tertutup oleh perilaku pertahanan

dirinya. Konselor yang sensitif akan mampu mengungkap atau menganalisis

apa masalah sebenarnya yang dihadapi klien

Page 22: KOMPETENSI PRIBADI KONSELOR Peran Konselor dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_060195_chapter2x.pdf · konseli pada suatu saat, karena pengenalan terhadap diri sendiri

37

11. Holistic awareness (Kesadaran Holistik) pendekatan holistik dalam konseling

berarti bahwa konselor memahami klien secara utuh dan tidak mendekatinya

secara serpihan. Namun begitu bukan berarti bahwa konselor sebagai seorang

ahli dalam segala hal, disini menunjukkan bahwa konselor perlu memahami

adanya berbagai dimensi yang menimbulkan masalah klien, dan memahami

bagaimana dimensi yang satu memberi pengaruh terhadap dimensi yang

lainnya. Dimensi-dimensi itu meliputi : fisik, intelektual, emosi, sosial,

seksual, dan moral-spiritual.

Sosok utuh kompetensi konselor mencakup kompetensi akademik dan

profesional sebagai satu keutuhan. Kompetensi akademik merupakan landasan

ilmiah dari kiat pelaksanaan pelayanan profesional bimbingan dan konseling.

Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) telah menerbitkan

Standar Kompetensi Konselor Indonesia (SKKI) yang diperkuatnya dengan

terbitnya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 tahun 2008 tentang

Standar Kualifikasi Akademik dan Standar Profesional Konselor dalam aspek

kompetensi kepribadian mencakup (1) menampilkan perilaku membantu

berdasarkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuham Yang Maha Esa; (2)

mengkomunikasikan secara verbal dan atau nonverbal minat yang tulus dalam

membantu orang lain; (3) menunjukkan sifat hangat dan penuh perhatian terhadap

konseli; (4) secara verbal dan nonverbal mampu mengkomunikasikan rasa hormat

konselor terhadap konseli sebagai pribadi yang berguna dan bertanggung jawab;

(5) mengkomunikasikan harapan, mengekspresikan keyakinan bahwa konseli

memiliki kapasitas untuk memecahkan problem, menata dan mengatur hidupnya,

Page 23: KOMPETENSI PRIBADI KONSELOR Peran Konselor dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_060195_chapter2x.pdf · konseli pada suatu saat, karena pengenalan terhadap diri sendiri

38

dan berkembang; (6) menunjukkan sikap empati dan antribusi secara tepat; (7)

menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian serta kontrol diri yang baik; (8)

memiliki toleransi yang tinggi terhadap stress dan frustasi; (9) menunjukkan

berpikir positif.

Konselor sebagai pribadi harus mampu menampilkan jati dirinya secara

utuh, tepat, dan berarti serta mampu membangun hubungan antarpribadi

(interpersonal) unik dan harmonis, dinamis,persuasive, dan kreatif, sehingga

menjadi motor penggerak keberhasilan layanan bimbingan dan konseling. Corey

(1984:358-361), menyatakan “alat” yang paling penting untuk dipakai dalam

pekerjaan seorang konselor adalah dirinya sendiri sebagai pribadi (our self as a

person). Pada bagian dari tulisannya itu, ia tidak ragu-ragu mengatakan bahwa

“….para konselor hendaknya mengalami sebagai konseli pada suatu saat, karena

pengenalan terhadap diri sendiri bias dinaikkan tingkat kesadaran (self

awarness)”.

Konselor hanya menjadi reflektor perasaan, pengamat netral yang

membuat penafsiran atau sebagai pribadi yang bersembunyi dibalik keamanan

dari peran yang dimainkannya, ia tidak mungkin mengharapkan konseli untuk

berkembang kea rah yang lebih baik. Konselor harus membuka “topengnya” dan

menampilkan jati dirinya dengan segala keontetikannya. Ia bertindak dan

sekaligus sebagai model bagi konselinya. Ia menampilkan dirinya apa adanya,

terbuka dan terlibat di penyingkapan diri yang layak dan fasilitatif sehingga dapat

mendorong konseli menyatukan sifat-sifat yang sama ke dalam dirinya.

Page 24: KOMPETENSI PRIBADI KONSELOR Peran Konselor dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_060195_chapter2x.pdf · konseli pada suatu saat, karena pengenalan terhadap diri sendiri

39

Menurut Willis (2004), yang dimaksud dengan kualitas konselor adalah

semua kriteria keunggulan termasuk pribadi, pengetahuan, wawasan, ketrampilan

dan nilai-nilai yang dimilikinya yang akan memudahkannya dalam proses

konseling sehingga mencapai tujuan yang efektif. Salah satu kualitas konselor

yang dimaksud di atas adalah kualitas pribadi konselor. Adapun yang dimaksud

dengan kualitas pribadi konselor adalah kriteria yang menyangkut segala aspek

kepribadian yang amat penting dan menentukan keefektifan konselor jika

dibandingkan dengan pendidikan dan latihan yang diperolehnya (Willis,2004:79).

Hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh Truax & Carkhuff, Waren,

Virginia Satir (Willis 2004:9) membuktikan bahwa keefektifan konselor banyak

ditentukan oleh kualitas pribadinya. Bahkan Rogers mengatakan bahwa

kepribadiaan konselor lebih dari pada teknik konseling itu sendiri. Lebih lanjut

diungkapkan bahwa hasil penelitian masing-masing sebagai berikut.

Virginia Satir (Wiliis,2004:79) mengemukakan beberapa karakteristik

konselor sehubungan dengan pribadinya yang membuat konseling berjalan efektif.

Karakteris-karakteristik tersebut adalah : (1) resource person, artinya konselor

adalah orang yang banyak mempunyai informasi dan senang memberikan dan

menjelaskan informasinya. Konselor bukanlah pribadi yang maha kuasa yang

tidak mau berbagi dengan orang lain; (2) model of communication, yaitu bagus

dalam berkomunikasi, mampu menjadi pendengar yang baik dan komunikator

yang terampil. Konselor bukan orang “sok pintar” dan mengejar pamor sendiri.

Konselor mampu menghargai orang lain dan dapat bertindak sesuai dengan

realitas yang ada baik pada diri maupun lingkungannya.

Page 25: KOMPETENSI PRIBADI KONSELOR Peran Konselor dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_060195_chapter2x.pdf · konseli pada suatu saat, karena pengenalan terhadap diri sendiri

40

Jay Haley (Wiliis,2004: 80) mengemukakan dua kualitas pribadi konselor

sesuai dengan penelitiannya yaitu : (1) fleksibilitas, yaitu mampu mengubah

pandangan secara realistic dan bukan mengubah kenyataan; (2) tidak memaksakan

pendapat, mau mendengarkan dengan sabar terhadap oranglain.

Munson & Mills (Wiliis,2004:80) mengemukakan dua karakteristik

penting yang menentukan kualitas pribadi konselor yaitu : (1) seorang yang

memiliki kebutuhan untuk menjadi pemelihara (to be nurturant); (2) harus

memiliki intuisi dan penetrasi psikologis yang baik (intuitive and psychological

parenting), artinya dalam mengahdapi konseli konselor mampu dengan cepat

menangkap makna yang tersirat dari perilaku konseli yang tampak dan

terselubung, misalnya makna suatu gerakan kepala, getaran suara, getaran bahu,

cara duduk, dan sebagainya, dapat ditangkap makna maknanya dengan cepat oleh

konselor sehinnga mampu memberikan ketrampilan teknik yang antisipatif dan

bermakna dalam membantu perkembangan konseli. Dengan kata lain, konselor

memahami bahasa verbal maupun nonverbal.

Menne (Wiliis,2004:80) mengungkapkan karakteristik konselor yang di

dapatkan dari hasil penelitiannya yang menunjang kualitas pribadi konselor yaitu :

(1) Memahami dan melaksanakan etika professional; (2) mempunyai rasa

kesadaran mengenai kompetensi, nilai-nilai dan sikap; (3) memiliki karakteristik

diri yakni respect terhadap orang lain, kematangan pribadi, memiliki kemampuan

intuitif, fleksibel dalam pandangan dan emosional stabil; (4) kemampuan dan

kesabaran untuk mendengarkan orang lain, dan kemampuan berkomunikasi.

Page 26: KOMPETENSI PRIBADI KONSELOR Peran Konselor dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_060195_chapter2x.pdf · konseli pada suatu saat, karena pengenalan terhadap diri sendiri

41

Shertzer & Stone (Murad: 2005) menyatakan : “A key element in any counseling

relationship is the person of the counselor”. Menurut Brammer (1979)

menguraikan karakteristik pribadi sebagai berikut: helper, konselor perlu

memiliki karakteristik pribadi berikut : (1) Kesadaran akan diri dan nilai; (2)

Kesadaran akan pengalaman budaya; (3) Kemampuan untuk menganalisis

kemampuan konselor sendiri; (4) Kemampuan melayani sebagai teladan dan

pemimpin atau “orang yang berpengaruh”; (5) altuisme; (6) penghayatan etik

yang kuat; (7) tanggung jawab. Sebagai seorang peneliti, konselor hendaknya

memiliki kualitas pribadi sebagai berikut: (1) empati; (2) hangat dan peduli; (3)

terbuka; (4) konkret dan spesifik dalam berbicara, (5) terampil komunikasi, dan

(6) memiliki daya intensionalitas yang tinggi (kemampuan memilih respun yang

tepat dalam berinteraksi dengan konseli).

Paparan mengenai karakteristik pribadi konselor yang sangat ideal di atas,

tidak dapat dipenuhi oleh seorang konselor secara utuh keseluruhan. Namun,

konselor tetap harus berupaya memenuhinya sebanyak mungkin dengan tetap

memiliki ciri pribadi sendiri yang khas (unik).

Page 27: KOMPETENSI PRIBADI KONSELOR Peran Konselor dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_060195_chapter2x.pdf · konseli pada suatu saat, karena pengenalan terhadap diri sendiri

42

D. Faktor-Faktor Yang Mempengruhi Kualitas Pribadi Guru Bimbingan

dan Konseling

Menjadi konselor yang baik, yaitu konselor yang efektif, perlu mengenal

diri sendiri, mengenal konseli, memahami maksud dan tujuan konseling, serta

menguasai proses konseling. Membangun hubungan konseling (counseling

relationship) sangat penting dan menentukan dalam melakukan konseling.

Seorang konselor tidak dapat membangun hubungan konseling jika tidak

mengenal diri maupun konseli, tidak memahami maksud dan tujuan konseling

serta tidak menguasai proses konseling.

Menurut Combs (Pudjiastuti,2003 : 8) ada perbedaan yang jelas antara

ciri-ciri konselor efektif yang diyakini konselor tentang empati, diri, naluri

manusia, dan tujuan konselor itu sendiri. Kajian-kajian yang menyiratkan adanya

keyakinan tersebut berkaitan erat dengan kesuksesan untuk menjadi konselor yang

efektif, terutama dalam kesediaan konselor dalam menggunakan kepribadiaanya

dalam melakukan konseling. Perlu disadari bahwa perkembangan diri konselor

sebagai pribadi berkaitan erat dengan keefektifan dalam membantu konseli yang

dapat dimaknai bahwa pribadi dan professional merupakan satu kesatuan yang

erat.

Kepercayaan (beliefe), nilai (value), dan karakteristik pribadi konselor

akan mempengaruhi terhadap pengembangan konseli di masa depan. Kepercayaan

ini adalah perasaan tentang sesuatu yang dianggap nyata dan benar. Sebagian

besar yang menjadi dasar dan pusat kepercayaan konselor adalah bahwa konselor

memiliki nilai-nilai tinggi serta mempunyai karakter.

Page 28: KOMPETENSI PRIBADI KONSELOR Peran Konselor dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_060195_chapter2x.pdf · konseli pada suatu saat, karena pengenalan terhadap diri sendiri

43

Karakter sering dihubungkan dengan integritas, yang dalam pengertian

sehari-hari merupakan: “satunya kata dengan perbuatan” atau tidak munafik.

Karakter adalah kualitas manusia yang berkaitan dengan etika moral, kejujuran,

dan keberanian (untuk mengatakan “tidak” terhadap hal yang dapat merusak

integritas pribadi. Karakter ini merupakan kualitas manusia yang dapat

dikembangkan sepanjang hidupnya (Pudjiastuti, 2003:13). Konselor yang

memiliki kualitas kongruen, yaitu seorang konselor yang dalam perilaku hidupnya

menunjukkan sebagai dirinya sendiri yang asli, utuh, dan menyeluruh, baik, dalam

kehidupan pribadinya maupun dalam kehidupan profesionalnya. Konselor tidak

pura-pura atau memakai kedok untuk menyembunyikan keaslian dirinya.

Konselor memiliki kualitas empati, dapat merasakan pikiran dan perasaan

orang lain dan ada rasa kebersamaan dengan konseli. Konselor memahami jalur

jalan dan liku-liku yang dilalui konseli dan bersimpati padanya,berjalan bersama

dengannya sebagai teman sejalan. Dengan demikian, jika digambarkan, konselor

tidak selalu memimpin dan tidak pula selalu mengikuti keinginan konseli. Tiap

saat konselor dapat memimpin dan setiap saat ia dapat menjadi pengikut,

tergantung pada perkembangan konseling yang diharapkan. Dengan demikian,

dapat terbentuk kepercayaan konseli kepada konselor, sehingga tidak ragu-ragu

untuk mengungkapkan semua perasaan, harapan dan masalah yang dihadapinya.

Kualitas ketiga, konselor yang baik atau efektif adalah memberikan perhatian

kepada konseli. Konselor memberikan perhatian positif tanpa syarat. Konselor

dapat menerima konseli sebagaimana adanya dengan segala kelemahan dan

kekuatannya, sikap dan keyakinannya, termasuk perilakunya yang mungkin

Page 29: KOMPETENSI PRIBADI KONSELOR Peran Konselor dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_060195_chapter2x.pdf · konseli pada suatu saat, karena pengenalan terhadap diri sendiri

44

memuakkkan bagi orang lain. Hal ini tidak mudah untuk dicapai. Oleh karena itu

diperlukan pengalaman dan kesabaran, serta pengenalan diri sendiri terlebih

dahulu.

Surya (2003: 45-46) mengemukakan bahwa dimensi kompetensi-

kompetensi intrapribadi merupaka kekuatan yang diperlukan dalam menghadapi

tuntutan yang berasal dari dalam diri konselor sendiri. Makin besar daya dalam

menghadapi dirinya sendiri, makin efektif perilaku individu dalam interaksi

dengan lingkungannya, sehingga mencapai kebermaknaan dan kebahagiaan

hidupnya. Sebaliknya semakin kecil daya yang dimiliki dalam menghadapi

dirinya sendiri, maka semakin besar kemungkinan timbulnya konflik dan frustasi

sehingga dapat mengganggu proses kehidupannya.

Kekuatan psikologis sangat ditentukan oleh seberapa jauh orang mengenal

dan berhubungan dengan diri pribadi. Kompetensi intrapribadi adalah kecakapan

yang dipelajari yang dapat membantu orang berhubungan secara baik dengan

dirinya. Tujuan kompetensi intrapribadi adalah untuk neningkatkan kuantitas daya

kualitas pemenuhan kebutuhan pribadi. Apabila konselor mampu berhubungan

dengan dirinya secara efektif, maka akan pula dalam berhubungan dengan

oranglain.

Page 30: KOMPETENSI PRIBADI KONSELOR Peran Konselor dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_060195_chapter2x.pdf · konseli pada suatu saat, karena pengenalan terhadap diri sendiri

45

F. Penelitian-Penelitian Terdahulu

1. Penelitian Furqon (2001:97) menunjukkan secara keseluruhan skor kinerja

profesional pembimbing (guru bimbingan dan konseling) pada kelompok

yang mendapat pelatihan penelitian tindakan masih tergolong rendah,

terutama pada aspek dorongan dan upaya pengembangan diri, manajemen

BK, disamping etikadan moral dalam berprilaku dan tentang unjuk kerja

lulusan bimbingan dan konseling dengan non bimbingan dan konseling

dalam menyelenggrakan konseling ternyata di dapat kesimpulan bahwa

pada kedua kelompok tersebut tidak berbeda jauh dalam memberikan dan

menampilkan aktivitas pelayanan bimbingan dan konseling secara

menyeluruh serta belum menampilkan kompetensi secara aktual.

2. Nurihsan, JA. (1993:5) yang menemukan adanya kekurang mampuan guru

bimbingan dan konseling dalam menangani dan menggali masalah yang

dihadapi siswa, kurangnya keterlibatan siswa dalam pemecahan masalah

dan adanya kecendrungan guru bimbingan dan konseling untuk

memaksakan kehendak kepada siswa berupa nasehat yang harus dilakukan

siswa dalam menyelesaikan masalahnya.

3. Asrori, M. (1990:99-100) menunjukkan bahwa menurut pendapat siswa

kinerja guru bimbingan dan konseling (konselor) di lapangan baru 40,63%

yang termasuk katagori “tinggi” dan 59,37% termasuk katagori “sedang”,

dan pada ketrampilan konseling (individual) masih belum memiliki

kemampuan yang diharapkan.

Page 31: KOMPETENSI PRIBADI KONSELOR Peran Konselor dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_060195_chapter2x.pdf · konseli pada suatu saat, karena pengenalan terhadap diri sendiri

46

4. Yusuf, AM (1995) terhadap guru BK di Padang menemukan bahwa

tingkat kemampuan mereka tentang dasar-dasar pengetahuan untuk

melakasanakan bimbingan di sekolah masih sangat terbatas, kurangnya

kemahiran dalam melakukan sesuatu aspek yang telah diketahui serta

terbatasnya alat yang tersedia, merupakan kendala utama terbatasnya

layanan yang diberikan sekolah.

5. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hendi Suhendi (2008)

mengungkapkan bahwa persepsi konselor tentang penguasaan kompetensi

di milikinya di SMA kota Bandung yang termasuk kedalam kategori tinggi

sekali. Kecenderungan besarnya nilai persepsi terhadap penguasaan

kompetensi mengindikasikan bahwa konselor merasa yakin terhadap

kualitas pribadi yang dimilikinya. Hal tersebut dapat tercermin dalam

mengatur dan melaksanakan sejumlah aktivitas bimbingan dan konseling

yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas-tugas utamanya sebagai guru

bimbingan dan konseling.

6. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ulfah (2009) mengungkapkan bahwa

kompetensi pribadi konselor yang diharapkan oleh siswa SMA Negeri

favorit di kota Bandung sangat mengharapkan konselor sekolahnya

memiliki kompetensi pribadi terutama berkaitan dengan : (1) keimanan

dan ketaqwaan kepada Ruhan Yang Maha Esa; (2) sikap positif; (3)

keteladanan; (4) penampilan diri; (5) kreativitas; (6) keterbukaan; (7)

kesabaran; (8) kemandirian; (9) objektivitas; (10) keakraban; (11) empati;

dan (12) betanggung jawab.

Page 32: KOMPETENSI PRIBADI KONSELOR Peran Konselor dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_060195_chapter2x.pdf · konseli pada suatu saat, karena pengenalan terhadap diri sendiri

47

Penelitian-penelitian terdahulu yang telah dipaparkan merupakan acuan

dalam penelitian yang akan dilaksanakan. Hasil penelitian-penelitian tersebut

mengungkapkan bahwa penguasaan kompetensi guru bimbingan dan konseling

akan sangat berkaitan dengan kualitas pribadi yang dimilikinya. Guru bimbingan

dan konseling langsung berhubungan dengan perkembangan individu dalam hal

ini peserta didik, memiliki tugas dan tanggung jawab yang berat. Tuntutan akan

kinerja yang diharapkan apabila tidak diimbangi dengan dukungan seluruh

personel sekolah dan latar belakang pendidikan yang memadai akan memberikan

kendala dalam pencapaian kinerjanya. Terlebih lagi dengan situasi dan kondisi

penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah menengah atas

yang sebagian besar belum memadai. Hal tersebut di karenakan kurangnya

penguasaan kompetensi yang dimiliki oleh guru bimbingan dan konseling yang

berakibat menurunnya kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling .