Jurnal Pengembangan Pribadi Konselor

31
i PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR Oleh : LALU ACHMAD SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN HAMZANWADI SELONG 2011

Transcript of Jurnal Pengembangan Pribadi Konselor

Page 1: Jurnal Pengembangan Pribadi Konselor

i

PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

Oleh :

LALU ACHMAD

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

HAMZANWADI

SELONG

2011

Page 2: Jurnal Pengembangan Pribadi Konselor

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim.

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Semoga kesejahteraan

senantiasa dilimpahkan kepada penghulu kami Muhammad SAW beserta

keluarganya dan para sahabatnya, serta kepada semua umatnya yang setia

mengikuti ajarannya.

Syukur alhamdulillah, atas pertolongan-Nya kami dapat menyelesaikan

modul ini yang berjudul “Pengembangan Kepribadian Konselor”.

Untuk itu demi kesempurnaan modul ini kami dengan rendah hati

menerima segala saran kritik atas kekurangan yang ada pada modul ini.

Penulis

Lalu Achmad

Page 3: Jurnal Pengembangan Pribadi Konselor

iii

MENINGKATKAN KUALITAS

SUMBER DAYA MANUSIA

MENGISI KEMERDEKAAN

MERDEKA ITU

ARTINYA

TIDAK HANYA

TERLEPAS DARI

PEMERINTAHAN

BANGSA LAIN

TETAPI JUGA

KEMAMPUAN UNTUK

BERDIRI SENDIRI

Freedom means not only free from being governed by

other people but also the ability to rule one self

successfully

Page 4: Jurnal Pengembangan Pribadi Konselor

1

HAKEKAT PEMBANGUNAN

UPAYA MANUSIA MENGUBAH, MENGOLAH DAN MENGELOLA

LINGKUNGAN HIDUPNYA DENGAN TUJUAN MEMPERBAIKI

/MENINGKATKAN HARKAT KEHIDUPAN DALAM SEGALA

ASPEKNYA

(AHMAD W. PRAKTIKNYA)

MANUSIA

WUJUD PERUBAHAN LINGKUNGAN:

1. PERUBAHAN ARTEFAK (FISKAL)

Mis: jalan, gedung, mobil

2. PERUBAHAN IPSEFAK

Mis: kampung, pasar, RT, negara

3. PERUBAHAN MENTEFAK

Mis: pikiran, gagasan, teori, ilmu, nilai

KETIGA-TIGANYA SALING MEMPENGARUHI. IDEALITAS

PEMBANGUNAN DITUJUKAN OLEH KESEIMBANGAN DAN

SYNKRONISASI PERUBAHAN PADA KETIGA PERINGKAT

TERSEBUT.

LINGKUNGAN IPTEK

Page 5: Jurnal Pengembangan Pribadi Konselor

2

MOTIVASI KERJA

Tiga komponen motivasi kerja :

1. Energi: motivasi kerja adalah suatu energi yang mendorong bangkitnya

perilaku tertentu dalam situasi kerja

2. Arah : orang akan mengarahkan tindakannya atau usahanya terhadap

situasi tertentu dalam lingkungan kerja.

3. Pemeliharaan : motivasi mengandung unsur pemeliharaan perilaku pada

suatu kegiatan tertentu dalam lingkungan kerja

Definisi motivasi kerja

Motivasi kerja dapat didefinisikan (Steers & Porter) sebagai : kondisi-kondisi

yang mempengaruhi bangkitnya perilaku, arah dari perilaku, serta pemeliharaan

perilaku tertentu yang relevan dalam situasi kerja.

Teori-Teori Motivasi

1. TEORI KEBUTUHAN: dari MASLOW: teori yang menjelaskan ada

berbagai kebutuhan yang mendorong orang untuk menunjukan perilaku

tertentu.

2. TEORI KARAKTERISTIK TUGAS: teori yang menjelaskan

permotivasian melalui rancangan tugas.

3. TEORI PENETAPAN TUJUAN: teori memotivasi melalui tujuan yang di

tetapkan, misalnya MBO

4. TEORI PENGUATAN (REINFIRCEMENT THEORY), memotivasi

dengan jalan memberikan dukungan terhadap perilaku-perilaku yang

dikehendaki oleh manajemen, dan menolak perilaku-perilaku yang tidak

dikehendaki, melalui ganjaran dan hukuman

5. TEORI KEADILAN (EQUTY THEORY), motivasi atas dasar persepsi

seseorang tentang kesesuaian antara usaha dan hasil yang diperoleh oleh

diri sendiri dan oleh orang lain

6. TEORI EKSPETASI : memotivasi atas dasar hubungan antara seberapa

besar usaha dan kinerja seseorang akan mengarah pada hasil yang dapat

memuaskan dirinya.

Page 6: Jurnal Pengembangan Pribadi Konselor

3

Hirarki kebutuhan dari Maslow, dalam teori dan penerapannya sebagai

motivasi manajerial

Kebutuhan aktualisasi diri dan pemenuhan diri (self-aktualization needs)

Teoritis : penggunaan potensi diri, pertumbuhan, pengembangan diri

Terapan : menyelesaikan penugasan-penugasan yang bersifat menantang,

melakukan pekerjaan-pekerjaan kreatif, pengembangan

keterampilan.

Kebutuhan harga diri (esteem needs)

Teoritis : status atau kedudukan, kepercayaan diri, pengakuan, reputasi

dan prestasi, apresiasi, kehormatan diri, penghargaan.

Terapan : kekuasaan, ego, promosi, hadiah, status symbol, pengakuan

jabatan, “strokes”, penghargaan,

Kebutuhan sosial (social needs)

Teoritis : cinta, persahabatan, perasaan memiliki dan diterima dalam

kelompok, kekeluargaan,asosiasi

Terapan : kelompok-kelompok kerja formal dan informal, kegiatan-

kegiatan yang di sponsori perusahaan, acara-acara peringatan.

Kebutuhan keamanan dan rasa aman (safety and security needs)

Teoritis : perlindungan dan stabilitas

Terapan : pengembangan karyawan, kondisi kerja yang aman, rencana-

rencana senioritas, serikat kerja, tabungan, uang pesangon,

jaminan pensiun, asuransi, system penanganan keluhan.

Kebutuhan fisiologis (physiological needs)

Teoritis : makan, minuman, perumahan, seks, istirahat

Terapan : ruang istirahat, berhenti makan siang, udara bersih untuk

bernafas, air untuk minum, liburan, cuti, balas jasa dan jaminan

sosial, periode istirahat on the job.

Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi

Karakteristik individual

Kebutuhan

Sikap

Page 7: Jurnal Pengembangan Pribadi Konselor

4

Karakteristik pekerjaan

Keragaman keterampilan

Identitas tugas

Kebermaknaan tugas

Otonomi

Umpan balik

Karakteristik organisasi

Sistem balas jasa

Aturan

Iklim organisasi

Budaya organisasi

INTERAKSI DENGAN BERBAGAI KEKUATAN YANG MEMPENGARUHI

ORGANISASI MENJELANG ABAD 21- abad advance technology dengan

perubahan yang cepat :

HUBUNGAN ERAT ANTARA MOTIVASI DENGAN

KEPEMIMPINAN, kepemimpinan yang membangun etika kerja,

membangun system nilai yang menghargai orang lain, membangun

motivasi yang bersifat kolektif, dan menghargai kerja sama

MEMOTIVASI MELALUI SHARED VISION, SHARE VALUES, DAN

MUTUAL BENEFIT sebagai pengganti dari kontrak psikologik atau

komitmen yang berbentuk uang, hubungan sosial, atau prestasi.

Page 8: Jurnal Pengembangan Pribadi Konselor

5

MOTIVASI

A. Pengertian Motivasi

Menurut Hasibuan (1996:92) : “Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya

mendorong gairah kerja bawahan, agar mereka mau bekerja keras dengan

memberikan semua kemampuan dan keterampilannya untuk mewujudkan tujuan

perusahaan”

Pada dasarnya perusahaan bukan saja mengharapkan karyawan yang mampu,

cakap dan terampil, tetapi yang terpenting mereka mau bekerja giat dan

berkeinginan untuk mencapai hasil kerja yang optimal. Kemampuan, kecakapan

dan keterampilan karyawan tidak ada artinya bagi perusahaan, jika mereka tidak

mau bekerja keras dengan mempergunakan kemampuan, kecakapan dan

keterampilan yang di milikinya.

Dengan demikian motivasi itu penting, karena dengan motivasi ini di

harapkan setiap individu karyawan mau bekerja keras dan antusias untuk

mencapai produktivitas kerja yang tinggi.

Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah kenapa motivasi harus di lakukan

pimpinan terhadap bawahannya? Menurut Hasibuan (1996:93) hal ini disebabkan:

1. Karena pimpinan membagi-bagikan pekerjaannya kepada para

bawahannya untuk dikerjakan dengan baik.

2. Karena ada bawahan yang mampu untuk mengerjakan pekerjaan,

tetapi ia malah atau kurang bergairah mengerjakannya.

3. Untuk memelihara dan atau meningkatkan kegairahan kerja bawahan

menyelesaikan tugas-tugasnya.

4. Untuk memberikan penghargaan dan kepuasan kerja kepada

bawahannya.

Dari uraian tersebut dapat di ambil kesimpulan bahwa motivasi itu hanya

dapat di berikan kepada orang-orang yang mampu untuk mengerjakan pekerjaan

tersebut, bagi orang yang tak mampu mengerjakan pekerjaan tersebut lebih baik

tidak perlu di motivasi.

Page 9: Jurnal Pengembangan Pribadi Konselor

6

B. Tujuan Pemberian Motivasi

Dari pengertian tersebut timbul pertanyaan apa sebenarnya tujuan pemberian

motivasi?

Adapun tujuan pemberian motivasi menurut Hasibuan (1996:97) adalah

sebagai berikut :

1. Mendorong gairah dan semangat kerja karyawan

2. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan

3. Meningkatkan produktivitas karyawan

4. Mempertahankan loyalitas dan kestabilan karyawan perusahaan

5. Meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi karyawan

6. Mengefektifkan keadaan karyawan

7. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik

8. Meningkatkan kreatifitas dan partisipasi karyawan

9. Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan

10. Mempetinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya

11. Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku

12. Dan lain sebagainya

C. Macam-macam Pemberian Motivasi

Dalam pemberian motivasi terhadap karyawan menurut Hasibuan (1996:99),

dapat digolongkan ke dalam:

1. Motivasi positif (insentif positif), manajer memotivasi bawahan dengan

memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi baik. Dengan motivasi

positif ini semangat kerja bawahan akan meningkat, karena manusia pada

umumnya senang menerima yang baik-baik saja.

2. Motivasi negatif (insentif negatif), manajer memotivasi bawahannya dengan

memberikan hukuman kepada mereka yang pekerjaannya kurang baik

(prestasi rendah). Dengan memotivasi negatif ini semangat kerja bawahan

dalam waktu pendek akan meningkat, karena mereka takut di hukum, tetapi

untuk jangka waktu yang panjang dapat berakibat kurang baik.

Page 10: Jurnal Pengembangan Pribadi Konselor

7

“Motivasi adalah faktor-faktor yang ada dalam diri seseorang yang

menggerakkan, mengarahkan perilakunya untuk memenuhi tujuan tertentu

(Gitosudarmo, 1997:28)

Dengan demikian proses timbulnya motivasi seseorang merupakan gabungan

dari konsep kebutuhan, dorongan, tujuan dan imbalan.

Lebih lanjut Gitosudarmo (1997:28) mengemukakan bahwa proses motivasi

terdiri beberapa tahapan proses sebagai berikut:

Pertama, munculnya suatu kebutuhan yang belum terpenuhi menyebabkan

adanya ketidak seimbangan dalam diri seseorang dan berusaha untuk mengurangi

dengan berperilaku tertentu.

Kedua, seseorang kemudian mencari cara-cara untuk memuaskan keinginan

tersebut.

Ketiga, seseorang mengarahkan perilakunya ke arah pencapaian tujuan atau

prestasi dengan cara-cara yaang telah di pilihnya dengan di dukung oleh

kemampuan, keterampilan maupun pengalamannya.

Keempat, penilaian prestasi di lakukan oleh diri sendiri atau orang lain

(atasan) tentang keberhasilannya dalam mencapai tujuan. Perilaku yang di tujukan

untuk memuaskan kebutuhan akan kebanggaan biasanya di nilai oleh yang

bersangkutan. Sedangkan perilaku yang di tujukan untuk memenuisuatu

kebutuhan finansial atau jabatan, umumnya di lakukan oleh atasan atau pimpinan

organisasi.

Kelima, imbalan atau hukuman yang diterima atau dirasakan tergantung

kepada evaluasi atas prestasi yang di lakukan.

Keenam, akhirnya seseorang menilai sejauh mana perilaku dan imbalan telah

memuaskan kebutuhannya. Jika siklus motivasi tersebut telah memuaskan

kebutuhannya, maka suatu keseimbangan atau kepuasan atas kebutuhan tertentu

dirasakan. Akan tetapi masih ada kebutuhan yang belum terpenuhi, maka akan

terjadi lagi proses pengulangan dari siklus motivasi dengan perilaku yang

berbeda.

Page 11: Jurnal Pengembangan Pribadi Konselor

8

Disamping itu Gitodarmo (1997:30) mengemukakan bahwa teori motivasi

ada dua yaitu : teori kepuasan (content theories) dan teori proses (process

theories).

Teori kepuasan tentang motivasi berkaitan dengan faktor yang ada dalam diri

seseorang yang memotivasinya. Sedangkan teori proses berkaitan dengan

bagaimana motivasi itu terjadi atau perilaku itu digerakkan.

Pengklasifikasian kedua teori motivasi tersebut di sajikan dalam tabel berikut:

Jenis-jenis teori Motivasi

Jenis Karakter Teori

Teori

Kepuasan

Teori Proses

Berkaitan dengan faktor-faktor yang

membangktkan atau memulai

perilaku

Berkaitan dengan bagaimana

perilaku digerakkan, di arahkan,

didukung atau dihentikan

1. Teori Hirarki kebutuhan

2. Teori ERG

3. Teori dua faktor

4. Teori kebutuhan akan

prestasi

1.Teori Penghargaan

2. Teori Keadilan

3. Teori Penguatan

4. Teori Penetapan Tujuan

Sumber : Gitosudarmo (1997:30)

Sedangkan Maslow (dalam Gitosudarmo, 1997:31) dengan teori hirarki

kebutuhan mengemukakan bahwa “manusia di tempat kerjanya dimotivasi oleh

suatu keinginan untuk memuaskan sejumlah kebutuhan yang ada dalam diri

seseorang”. Selanjutnya atas dasar asumsi diatas, Maslow (dalam Gitosudarmo,

1997:31) mengemukakan bahwa hirarki kebutuhan manusia adalah sebagai

berikut :

1. Kebutuhan Fisiologis (physiological Needs)

kebutuhan fisiologis merupakan hirarki kebutuhan manusia yang paling

dasar yang merupakan kebutuhan untuk dapat hidup seperti makanan,

minuman, perumahan, oksigen, tidur, seks dan lain sebagainya

2 Kebutuhan Rasa Aman (Security Needs)

Page 12: Jurnal Pengembangan Pribadi Konselor

9

Apabila kebutuhan fisiologis relatif sudah terpuaskan maka muncul

kebutuhan yang kedua yaitu kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan rasa

aman ini meliputi keamanan akan perlindungan dari bahaya kecelakaan

kerja, jaminan akan kelangsungan pekerjaannya, dan jaminan akan hari

tuanya pada saat mereka tidak lagi bekerja.

3 Kebutuhan Sosial (Social Needs)

Jika kebutuhan fisiologis dan rasa aman telah terpuaskan secara minimal

maka akan muncul kebutuhan sosial yaitu kebutuhan untuk persahabatan,

afiliasi dan interaksi yang lebih erat dengan orang lain. Dalam organisasi

akan berkaitan dengan kebutuhan akan adanya kelompok kerja yang

kompak, supervisi yang baik rekerasi bersama dan lain sebagainya.

4 Kebutuhan Penghargaan (Esteem Needs)

Kebutuhan ini meliputi kebutuhan keinginan untuk di hormati, di hargai

atas prestasi seseorang, pengakuan atas kemampuan dan keahlian

seseorang serta efektifitas kerja seseorang.

5 Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self Actualiation Needs)

Aktualisasi diri merupakan hirarki kebutuhan dari Maslow yang paling

tinggi. Aktualisasi diri berkaitan dengan proses pengembangan akan

potensi yang sesungguhnya dari seseorang. Kebutuhan untuk

menunjukan kemampuan, keahlian dan potensi yang di miliki seseorang.

Aktualisasi diri merupakan proses yang berlansunng terus menerus dan

tidak pernah terpuaskan. Malahan kebutuhan akan aktualisasi diri ada

kecenderngan potensinya meningkat karena orang mengaktualisasikan

perilakunya. Seseorang yang didomonasi oleh kebutuhan akan aktualisasi

diri senang akan tugas-tugas yang menantang keahlian dan

kemampuannya.

Menurut Winardi (1984:43) “ motivasi merupakan keinginan yang terdapat

pada seorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan”

Selanjutnya Winardi (1984:43) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi motivasi adalah :

1. Kebutuhan-kebutuhan pribadi

Page 13: Jurnal Pengembangan Pribadi Konselor

10

2. Tujuan-tujuan dan persepsi-persepsi orang atau kelompok yang

bersangkutan

3. Cara dengan apa kebutuhan-kebutuhan serta tujuan-tujuan tersebut

akan di realisasikan

Dengan terpenuhinya ketiga faktor tersebut diatas seseorang akan merasa

terdorong dan berkeinginan untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan dengan

memberikan yang terbaik dari dirinya dengan cara berpartisipasi dan berprestasi

dalam rangka pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan.

Menurut Robbins (1996:198) “motivasi sebagai kesediaan untuk

mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi ke arah tujuan organisasi, yang

dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi suatu kebutuhan

individual”.

Dari uraian tersebut di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa pemberian

motivasi kerja adalah proses yang merupakan upaya pimpinan memberikan

dorongan yang menggerakkan pribadi pegawai untuk berperan serta secara aktif

dalam mencapai tujuan, dengan pemenuhan keburuhan dasar, pemenuhan

kebutuhan keamanan, pemenuhan kebutuhan untuk berserikat, pemenuhan

kebutuhan mendapatkan penghargaan dan pemenuhan kebutuhan pemuasan diri.

APA YANG DIMAKSUD DENGAN ETOS?

Etos berasal dari bahasa yunani (ethos) yang memberikan arti

sikap,kepribadian,watak,karakter serta keyakinan atas sesuatu.Sikap ini tidak saja

dimiliki oleh individu,tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat.Etos

dibentuk oleh berbagai kebiasaan,pengaruh budaya,serta sistem nilai yang

diyakininya. Dari kata Etos ini, dikenal pula kata etika, etiket yang hampir

mendekati pada pengertian akhlak atau nilai-nilai yang berkaitan dengan baik-

buruk (moral),sehingga dalam etos tersebut terkandung gairah atau semangat yang

amat kuat untuk mengerjakan sesuatu secara optimal,lebih baik, dan bahkan

berupaya untuk mencapai kualitas kerja yang sesempurna mungkin. Dalam etos

tersebut, ada semacam semangat untuk menyempurnakan segala sesuatu dan

menghindari segala kerusakan (fasad) sehingga setiap pekerjaannya diarahkan

Page 14: Jurnal Pengembangan Pribadi Konselor

11

untuk mengurangi bahkan menghilangkan sama sekali cacat dari hasil

pekerjaannya (no single defect).

APA YANG DIMAKSUD DENGAN KERJA?

Hampir di setiap sudut kehidupan ,kita akan menyaksikan begitu banyak

orang bekerja. Para salesman yang hilir mudik mendatangi toko dan rumah-

rumah, Para guru yang tekun berdiri didepan kelas, Polisi yang mengatur lalu-

lintas dalam selingan hujan dan panas terik, serta segudang profesi lainnya.

Semuanya melakukan kegiatan (aktivitas), tetapi lihatlah dalam setiap

aktivitasnya itu ada sesuatu yang dikejar, ada tujuan serta usaha (ikhtiar) yang

sangat sungguh-sungguh untuk mewujudkan aktivitasnya tersebut mempunyai

arti.

Walaupun demikian, tidaklah semua aktivitas manusia dapat dikatagorikan

sebagai bentuk pekerjaan karena di dalam makna pekerjaan terkandung dua aspek

yang harus dipenuhinya secara nalar, yaitu sebagai berikut

1. Aktivitasnya dilakukannya karena ada dorongan untuk mewujudkan

sesuatu sehingga tumbuh rasa tanggung jawab yang besar untuk

menghasilkan karya atau produk yang berkualitas. Bkerja bukan sekedar

mencari uang, tetapi ingin mengatualisasikannya secara optimal dan

memiliki nilai transedental yang sangat luhur. Baginya, bekerja itu adalah

ibadah, sebuah upaya untuk menunjukan performance hidupnya dihadapan

ilahi.bekerja seoptimal mungkin semata-mata karena merasa ada panggilan

untuk memperoleh ridha ALLAH SWT. Karena itu, sangat mustahil seorang

guru atau konselor yang mengaku dirinya seorang wakil ALLAH

mengabaikan makna keterpanggilannya untuk bekerja dengan sempurna.

2. Apa yang dia lakukan tersebut dilakukan karena kesengajaan, sesuatu yang

direncanakan. Karenanya, terkandung didalamnya suatu gairah, semangat

untuk mengerahkan seluruh potensi yang dimilikinya sehingga apa yang

dikerjakannya benar-benar memberikan kepuasan dan manfaat. Apa yang

dilakukannya memiliki alasan-alasan untuk mencapai arah dan tujuan yang

Page 15: Jurnal Pengembangan Pribadi Konselor

12

luhur,yang secara dinamis memberikan makna bagi diri dan lingkungannya

sebagaimana misi dirinya yang harus menjadi rahmat bagi alam semesta.

FALSAFAH GERAK

Bekerja adalah segala aktivitas dinamis dan mempunyai tujuan untuk

memenuhi kebutuhan tertentu (jasmani dan rohani), dan di dalam mencapai

tujuannya tersebut dia berupaya dengan penuh kesungguhan untuk mewujudkan

prestasi optimal sebagai bukti pengabdian dirinya kepada ALLAH SWT.

Bekerja dikatakan sebagai aktivitas dinamis, mempunyai makna bahwa

seluruh kegiatan yang dilakukan seorang konselor harus penuh dengan tantangan

(challenging), tidak monoton, dan selalu berupaya untuk mencari terobosan-

terobosan baru (innovative) dan tidak pernah merasa puas dalam berbuat

kebaikan. Ada semacam gedoran dihatinya untuk selalu meningkatkan kualitas

dirinya. Jiwanya gelisah bila berada dalam posisi yang mandek (statis). Jiwanya

merintih apabila stiap waktu tidak ada perubahan yang bermanfaat. Inilah yang

dimaksudkan sebagai semangat perubahan tersebut,the spirit of change.

Ibarat meneguk air laut, kian diteguk terasa kian haus pula rasanya. Islam

adalah agama yang bergerak dinamis penuh energi, tidak pernah mengenal kamus

berhenti dalam berbuat kebaikan, menggapai prestasi ilahiah karena tempat

perhentian sepeti itu hanyalah kelak dipekuburan sepi,dimana diri kita terasa kaku

dan beku terbujur sendirian.

Hidup adalah gerak dan gerak itulah yang menunjukan tanda kebermaknaan

dalam hidup. Seorang pribadi muslim harus mampu menangkap simbol-simbol

(tanda dalam bahasa arab disebut dengan ayat) dari ibadah formal yang

dilakukannya. Lebih dari itu, mereka harus segera mempraktikkan bentuk simbol

atau ibadah formalnya tersebut dalam bentuk yang nyata (aktual),bergerak dan

mengarungi hampir setiap warna kehidupan, sebagaimana firman-Nya, “Apabila

telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di permukaan bumi,dan

carilah karunia Allah.....” (al-jumu’ah:10)

Umat islam bukanlah umat yang terpenjara oleh ibadah ritual, melainkan

sangat terobsesi untuk mewujudkannya dalam bentuk gerak yang memberikan

Page 16: Jurnal Pengembangan Pribadi Konselor

13

rahmat bagi sekitarnaya. Umat islam harus keluar dari penjara kemandekan

(statis) karena sifat yang statis dan kehilangan ruh untuk berkreasi (ijtihad dalam

bidang amaliah) merupakan tanda-tanda kematian.

JIWA YANG MERDEKA

Semangat tauhid melahirkan pribadi-pribadi yang mandiri, berdaya saing dan

bertanggung jawab. Mereka bersungguh-sungguh dalam kehidupannya karena

mereka sadar apa yang dilakukannya merupakan amanah dan sekaligus sebagai

keterpanggilan dirinya untuk membuktikan rasa cintanya kepada Allah SWT.

Jiwanya menjadi merdeka karena tidak ada sesuatu bentuk apapun yang akan

menghambat atau membelenggu dirinya. Hanya kepada Allah SWT, dia

mengabdi. Cara dirinya mengabdi itu dia buktikan dengan memberikan pelayanan

dan menjadikan dirinya sebagai sosok manusia yang bermanfaat karena

Rasulullah bersabda, “sebaik-baik manusia adalah manusia yang paling

bermanfaat bagi manusia yang lainnya.” Dia tidak ingin menjadi manusia yang

tidak berharga karena sikap seperti ini merupakan pelecehan terhadap keyakinan

dirinya sebagai hamba yang mengemban misi Ilahiah menebarkan kedamaian dan

rahmat bagi alam semesta (rahmatan lil‟ alamin).

Seorang konselor yang mendapatkan amanah sbagai karyawan atau guru

disebuaah sekolah akan menunjukan jati dirinya bahwa dia bukan benalu, bukan

manusia penambah jumlah tanpa arti. Dengan jiwanya yang merdeka dia terus

mencari upaya untuk menjadikan dirinya mempunyai arti bagi sekolah dan teman

sejawatnya. Dia ingin menjadi manusia teladan yang dirindukan karena

profesionalisme dan kualitas akhlaknya yang mulia.

MEREKA MEMILIKI MORALITAS YANG BERSIH (IKHLAS)

Karenanya , ikhlas merupakan bentuk dari cinta, bentuk kasih sayang, dan

pelayanan tanpa ikatan. Cinta yang putih adalah bentuk keikhlasan yang tidak

ingin menjadi rusak karena tercampur hal lain selain terpenuhinya dahaga cinta.

Mereka takut bahwa sesuatu pekerjaan yang dilatarbelakangi motivasi atau pamrih

selain melaksanakan amanah, walaupun atas nama “ikhlas dan cinta” , akan

Page 17: Jurnal Pengembangan Pribadi Konselor

14

berubah menjadi komoditas semata-mata. Keikhlasan hanya menjadi label atau

simbol dari pengesaha dirinya untuk berbuat munafik.

Mukhlis adalah mereka yang memandang sesuatu secara telanjang atau

memang demikian seharusnya (as it as). Mereka memandang tugasnya sebagai

pengabdian, sebuah keterpanggilan untuk menunaikan tugas-tugas sebagai salah

satu bentuk amanah yang seharusnya demikian mereka lakukan. Seorang pelayan

publik berbuat sesuatu karena memang demikianlah uraian tugas (job description)

yang dia terima.Segala sesuatu yang akan mengotori tugas dirinya berarti

mengkhianati cinta dan karenanya berubah menjadi sebuah pengkhianatan

terhadap amanah. Karenanya, mereka menjadi manusia yang bebas untuk

memenuhi tugasnya tanpa beban atau motivasi lain yang akan menodai kemurnian

pandangannya terhadap tugas terssebut.

MEREKA KECANDUAN KEJUJURAN

Perilaku yang jujur adalah perilaku yang di ikuti oleh sikap tanggung jawab

atas apa yang diperbuatnya tersebut atau integritas. Kejujuran dan integritas

bagaikan dua sisi mata uang. Seseorang tidak cukup hanya memiliki keikhlasan

dan kejujuran, tetapi dibutuhkan pula nilai pendorong lainnya, yaitu integritas.

Akibatnya, mereka siap menghadapi resiko dan seluruh akibatnya dia hadapi

dengan gagah berani, kebanggaan, dan penuh sukacita, dan tidak pernah

terpikirkan untuk melemparkan tanggung jawabnya kepada orang lain. Hal ini

karena sikap tidak betanggung jawab merupakan pelecehan paling asasi terhadap

orang lain dan sekaligus penghinaan terhadap dirinya sendiri dan Tuhan.

JUJUR TERHADAP DIRI SENDIRI

Untuk itu, orang yang berpihak kepada kebenaran, ia selalu berkeinginan

untuk memberikan makna terhadap tujuan, prinsip-prinsip serta mengambil peran

yang jelas dalam keberadaan dirinya ditengah-tengah pergaulan sosial yang

merupakan awal dari ungkapan kejujuran pada dirinya.

Jujur pada diri berarti dia memulai dengan sikap disiplin, taat dan berani

untuk mengakui kemampuannya sendiri. Dia mampu mengendalikan diri dan

Page 18: Jurnal Pengembangan Pribadi Konselor

15

tidak ingin memaksakan kehendak, apabila keinginannya tidak sesuai dengan

kemampuan yang dimilikinya. Tidak terlintas untuk melakukan kepalsuan atau

kebohongan karena hanya karena alasan “gengsi” atau “prestise”. Hal ini karena

kejujuran berarti juga keberanian untuk mengatasi dirinya sendiri, berani untuk

berkonfrontasi dengan segala kebatilan yang bertentangan dengan suara kalbunya.

Dia bahkan merasa ada kenikmatan yang sangat luar biasa apabila mampu

berpihak pada nuraninya, mampu mempertahankan kebenaran, dan dengan penuh

disiplin mengabdikan pada prinsip-prinsip yang diyakininya, betapapun resiko

atau situasi yang terburuk harus menerpa dirinya.

Seorang filsuf memujji para pemberani yang mau mempertahankan jati

dirinya , “Brave is who knows fear but conquers fear, who sees the abyss,but with

pride” keberanian adalah mereka yang tahu ketakutan, tetapi mampu menaklukan

apa yang ditakutinya, mereka yang melihat jurang yang dalam , tetap merasa

bangga.

Jujur pada diri sendiri berarti keterbukaan jiwa yang sangat transparan,

bagaikan kaca-kaca bening yang tidak noktah sedikit pun. Tidak ada yang

tersembunyi dari kesadaran nuraninya. Dengan gagah berani, dia akui kelemahan

dirinya sendiri dan dengan gagh berani pula dia mampu menolak segala hal yang

bertentangan dengan prinsip moral yang di yakininya.

ISTIQOMAH, KUAT PENDIRIAN

Pribadi muslim yang profesional dan berakhlak memiliki sikap konsisten

(dari bahasa latin consistere; harmony of conduct or practice with profession;

ability to be asserted together without contadiction), yaitu kemampuan untuk

bersikap secara taat asas , pantang menyerah, dan mampu mempertahankan

prinsip serta komitmennya walau harus berhadapan dengan resiko yang

membahayakan dirinya. Mereka mampu mengendalikan diri dan mengelola

emosinya secara efektif. Tetap teguh pada komitmen, positif, dan tidak

rapuhkendati berhadapan dengan situasi yang menekan. Sikap konsisten telah

melahirkan keprcayaan diri yang kuat dan memiliki integritas serta mampu

mengelola stres dengan tetap penuh gairah.

Page 19: Jurnal Pengembangan Pribadi Konselor

16

Dari sebuah penelitian, ditemukan bahwa mereka yang mampu mengelola

stres dengan tabah dan keuletan, memandang tekanan bukan sebagai

beban,melainkan tantangan yang menyenangkan, dan memandang perubahan

sebagai kesempatan untuk berkembang, ternyata mereka lebih mampu mengatasi

kesulitan, lebih adaptif, dan berhasil.

Seorang yang istiqamah tidak mudah berbelok arah betapapun godaan untuk

mengubah tujuan begitu memikatnya. Dia tetap pada niat semula. Ucapan insya

Allah yang sering dijadikan hiasan bibir kita, seharusnya diberikan makna yang

lebih menggigit dan lebih membumi. Saya tidak akan mundur untuk menapaki apa

yang saya yakini walaupun langit runtuh, insyaAllah saya tidak akan berhenti

belajar mengejar prestasi untuk menanam deposito masa depan walaupun harus

putus pacar, insyaAllah. Sikap istiqamah, konsisten, merupakan sikap untuk

menunjukan keyakinan yang berhadapan dengan tantangan.

MEREKA KECANDUAN DISIPLIN

Erat kaitannya dengan konsisten adalah sikap berdisiplin (Latin : disciple,

discipulus,murid mengikuti dengan taat), yaitu kemampuan untuk mengendalikan

diri dengan tenang dan tetap taat walaupun dalam situasi yang sanagt menekan

(calm controlled behavior: the ability to behave in a controlled and calm way

even in a difficult or stressful situation).

Pribadi yang berdisiplin sangat berhati-hati dalam mengelola pekerjaan serta

penuh tanggung jawab memenuhi kewajibannya. Mata hati dan profesinya terarah

pada hasil yang akan diraih (achievments) sehingga mampu menyesuaikan diri

dalam situasi yang menantang. Mereka pun mempunyai daya adaptabilitas atau

keluwesan untuk menerima inovasi atau gagasan baru. Daya adaptabilitasnya

sangat luwes dalam cara dirinya menangani berbagai perubahan yang menekan.

Karena sikapnya yang konsisten itu pula, mereka tidak tertutup terhadap gagasan-

gagasan baru yang bersifat inovatif.

Disiplin adalah masalah kebiasaan. Satiap tindakan yang berulang pada waktu

dan tempat yang sama. Kebiasaan positif yang harus dipupuk dan terus

ditingkatkan dari waktu ke waktu. Disiplin yang sejati tidak dibentuk dalam waktu

Page 20: Jurnal Pengembangan Pribadi Konselor

17

satu-dua tahun, tetapi merupakan bentukan kebiasaan sejak kita kecil, kemudian

perilaku tersebut dipertahankan pada waktu remaja dan dihayati maknanya di

waktu dewasa dan dipetik hasilnnya.

KONSEKUEN DAN BERANI MENGHADAPI TANTANGAN

(CHALLENGE)

Ciri lain dari pribadi muslim yang memiliki budaya kerja adalah

keberaniannya menerima konsekuensi dari keputusannya. Bagi mereka, hidup

adalah pilihan (life is choice) dan setiap pilihan merupakan tanggung jawab

pribadinya. Mereka tidak mungkin menyalahkan pihak manapun karena pada

akhirnya semua pilihan ditetapkan oleh dirinya sendiri. Rasa tanggung jawabnya

mendorong perilakunya yang bergerak dinamis, seakan-akan di dalam dadanya

ada “nyala api”, sebuah motivasi yang kuat untuk mencapai tujuan dan menjaga

apa yang telah menjadi keputusan atau pilihannya. Orang yang konsekuen

mempunyai kemampuan untuk melakukan pengendalian dan mengelola emosinya

menjadi daya penggerak positif untuk tetap semangat menapaki keyakinannya.

Secara harfiah, kata motif dan emosi mempunyai akar kata yang sama dari

bahasa latin. Movere berarti yang menggerakkan. Secara harfah, emosi berarti

yang menggerakkan kita untuk meraih sasaran;emosi menjadi bahan bakar untuk

motivasi kita dan pada gilirannya menggerakkan persepsi dan membentuk

tindakan-tindakan kita. Karya besar dimulai dari perasaan yang bergelora.

Kapal yang baik bukanlah kapal yang hanya tertambat dipelabuhan,

melainkan kapal yang mampu mengarungi samudra dan sampai ke tempat tujuan.

Mereka melihat tantangan bukan sebagai hambatan atau kendala, melainkan

sebuah persyaratan untuk mencapai kemuliaan. No pain no gain. Tidak ada

keberhasilan kecuali dengan usaha yang sungguh-sungguh walaupun terkadang

menyakitkan.

MEREKA MEMILIKI SIKAP PERCAYA DIRI

Pribadi muslim yang percaya diri tampil bagaikan lampu yang benderang,

memancarkan raut wajah yang cerah dan berkharisma. Orang yang berada

Page 21: Jurnal Pengembangan Pribadi Konselor

18

disekitarnya merasa tercerahkan, optimis, tentrem, dan muthma’innah. Penelitian

Boyatzis membuktikan bahwa para penyelia, manajer, dan eksekutif yang percaya

diri lebih berprestasi dari orang yang biasa-biasa saja.

Percaya diri melahirkan kekuatan, keberanian, dan tegas dalam bersikap.

Berani mengambil keputusan yang sulit walaupun harus membawa konsekuensi

berupa tantangan atau penolakan. Dia bukan manusia kardus yang mudah rapuh

karena terpaan air. Orang yang percaya diri, tangkas mengambil keputusan tanpa

tampak arogan atau defensif dan mereka teguh mempertahankan pendiriannya.

Orang yang percaya diri telah memenangkan setengah dari permainan. Adapun

orang yang ragu-ragu, dia telah kalah sebelum bertanding.

Sikap percaya diri dapat kita lihat dari beberapa ciri kepribadiannyayang

antara lain sebagai berikut :

Mereka berani untuk menyatakan pendapat atau gagasannya sendiri walaupun

hal tersebut beresiko tinggi, misalnya menjadi orang yang tidak populer atau

malah dikucilkan.

Mereka mampu menguasai emosinya; ada semacam self regulation yang

menyebabkan dia tetap tenang dan berpikir jernih walaupun dalam tekanan

yang berat (working under pressure).

Mereka memiliki independensi yang sangat kuat sehingga tidak mudah

terpengaruh oleh sikap orang lain walaupun pihak lain adalah mayoritas.

Baginya, kebenaran tidak selalu dicerminkan oleh kelompok yang banyak.

MEREKA ORANG YANG KREATIF

Pribadi muslim yang kreatif selalu ingin mencoba metode atau gagasan baru

dan asli (new and original: using or showing use of the imagination to create new

ideas or things) sehingga diharapkannya hasil kinerja dapat dilaksanakan secara

efisien, tetapi efektif. Mereka yang beragama islam sangat memahami ayat

pertama yang diterima Rasulullah saw, yaitu kata iqra’ yang berarti tidak hanya

dalam pengertian membaca, tetapi juga mengumpulkan dan merangkum data

menjadi satu data (membaca juga merupakn sebuah proses pengumpulan dan

penyusunan huruf-huruf sehingga menjadi satu kata atau kalimat yang berarti).

Page 22: Jurnal Pengembangan Pribadi Konselor

19

Seorang yang kreatif pun bekerja dengan informasi, data, dan mengolahnya

sedemikian rupa sehingga memberikan hasil atau manfaat yang besar. Hidup

bagaikan kanvas lukisan yang mendorong dan memanggil nuraninya untuk

melukiskan gambar-gambarnyang paling indah. Setiap adalah sebuah kegairahan

untuk menjadikan dirinya memtik manfaat.

Dia memiliki kemampuan dini untuk merasakan permasalahan, kesenjangan

informasi, dan sesuatu yang di anggap menyimpang dari standar. Mampu

membuat formulasi dan rencana-rencana untuk mengatasi penyimpangan dan

melakukan pembuktian serta penilaian secara objektif dan bertanggung jawab.

Mereka juga termasuk tipe orang yang proaktif dan spontan. Memberikan respons

secara positif terhadap lingkungan kerjanya. Penuh antusiasme dan terbuka.

Kesadaran mereka terhadap berbagai hal sangat kuat karena mereka sadar bahwa

lebih banyak informasi akan mendorong dirinya lebih adaptif (kemampuan

menyesuaikan diri) dengan segala gagasan dan tantangan baru.

MEREKA TIPE ORANG YANG BERTANGGUNG JAWAB

Senapas dengan kata amanah adalah iman yang terambil dari kata amnun

yang berarti keamanan atau ketenteraman, sebagai lawan kata dari “khawatir,

cemas atau takut”. Sesuatu yang merupakan milik orang lain dan berada di tangan

anda di sebut amanah karena keberadaannya di tangan anda tidak membuat

khawatir, cemas atau takut bagi pemilik barang tersebut; ia merasa tentram bahwa

anda akan memeliharanya dan bila di minta, anda rela menyerahkannya.

Dengan demikian, untuk menumbuhkembangkan para guru/konselor yang

amanah, dibutuhkan paradigma, sikap mental, serta cara berpikir yang benar-

benar menghujam ke dalam kalbunya. Sikap tersebut kita kenal dengan kata

takwa, sebuah kata yang telah menjadi kosakata di lingkungan kita.

Takwa merupakan bentuk tanggung jawab yang di laksanakan dengan penuh

rasa cinta dengan menunjukan amal prestatif di bawah semangat pengharapan

ridha Allah, sehingga sadarlah kita bahwa dengan bertakwa berarti ada semacam

nyala api di dalam kalbu yang mendorong pembuktian atau menunaikan amanah

Page 23: Jurnal Pengembangan Pribadi Konselor

20

sebagai rasa tanggung jawab yang mendalam atas kewjiban-kewajiban kita

sebagai hamba Allah.

Tanggung jawab = menanggung dan memberi jawaban, sebagaimana di

dalam bahasa inggris, kita mengenal responsibility = able to response. Dengan

demikian, pengertian takwa yang kita tafsirkan sebagai tindakan bertanggung

jawab (yang ternyata lebih dalam dari responsibility) dapat didefinisikan sebagai

sikap dan tindakan seseorang di dalam menerima sesuatu sebagai amanah;

dengan penuh rasa cinta, ia ingin menunaikannya dalam bentuk pilihan-pilihan

yang melahirkan amal prestatif.

Amanah adalah titipan yang menjadi tanggungan, bentuk kewajiban atau

utang yang harus kita bayar dengan cara melunasinya sehingga kita merasa aman

atau terbebas dari segala tuntutan.

Harta, jabatan, bahkan hidup itu sendiri harus kita persepsi sebagai amanah

karena di dalamnya ada muatan tanggung jawab untuk meningkatkan dan

mengembangkannya lebih baik dan lebih baik lagi.

Stephen R. Covey mengakui bahwa hati nurani harus senantiasa di latih

secara sungguh-sungguh dengan cara “membaca dan merenungkan literatur

tentang kebijaksanaan, mengamati pengalaman orang lain, meluangkan waktu

untuk tenang, dan mendengarkan suara kedalaman batin kita dan menanggapi

suara tersebut. Tidaklah cukup hanya mendengarkan hati nurani, kita juga harus

menanggapinya.

Mereka mempersepsi pekerjaannya sebagai amanah yang harus di tunaikan

dengan penuh kesungguhan, yang kemudian melahirkan keyakinan yang

mendalam bahwa :

Bekerja itu ibadah dan berprestasi itu indah

Sikap amanah sangat erat kaitannya dengan cara dirinya mempertahankan

prinsip dan kemudian bertanggung jawab untuk melaksanakan prinsip-prinsipnya

tersebut dengan tetap menjaga keseimbangan dan melahirkan nilai manfaat yang

berkesesuaian (saleh). Prinsip merupakan fitrah paling mendasar bagi harga diri

manusia. Menunaikan amanah dengan sebaik-baiknya merupakan ciri seorang

profesional. Mereka yang melanggar prinsip dan menodai hati nurani merupakan

Page 24: Jurnal Pengembangan Pribadi Konselor

21

dosa kemanusiaan yang paling ironis, sebagaimana Mahatma Gandhi membuat

daftar tujuh dosa orang-orang yang menodai prinsip atau mengkhianati nuraninya,

yaitu :

Tujuh Dosa

1. Kekayaan tanpa kerja (wealth without work)

2. Kenikmatan tanpa suara hati (pleasure without conscience)

3. Pengetahuan tanpa karakter (knowledge without character)

4. Perdagangan tanpa etika / moralitas (commerce without morality)

5. Ilmi pengetahuan tanpa kemanusiaan (science without humanity)

6. Agama tanpa pengorbanan (religion without sacrifice)

7. Politic tanpa prinsip (politic without principle)

MEREKA BAHAGIA KARENA MELAYANI

Melayani dengan cinta, bukan karena tugas atau pengruh dari luar, melainkan

benar-benar sebuah obsesi yang sangat mendalam bahwa aku bahagia karena

melayani.

Melayani atau menolong seseorang merupakan bentuk kesadaran dan

kepeduliannya terhadap nilai kemanusiaan. Memberi pelayanah dan pertolongan

merupakan investasi yang kelak akan di petik keuntungannya, tidak hanya di

akhirat, tetapi di dunia pun mereka sudah merasakannya. Lihatlah teladan yang di

contohkan Rasulullah saw. Betapa besar perhatian beliau terhadap manusia,

bahkan mahkluk lainnya.

Dengan mengambil keteladanan Rasulullah, seharusnya setiap pribadi

guru/konselor sangat bangga untuk melayani. Baginya, melayani adalah

keterpanggilan dan sekaligus merupakan salah satu citra diri umat islam.

Di antara prinsip-prinsip pelayanan tersebut, antara lain sebagai berikut :

Melayani itu ibadah dan karenya harus ada rasa cinta dan semangat yang

membara di dalam hati pada setiap tindakan pelayanan anda.

Memberi dahulu dan anda akan menerima ROSE (Return On Service

Excellent)

Mengerti orang lain terlebih dahulu sebelum ingin di mengerti.

Page 25: Jurnal Pengembangan Pribadi Konselor

22

Bahagiakanlah orang lain terlebih dahulu; kelak, anda akan menerima

kebahagiaan melebihi dari apa yang anda harapkan.

Menghargai orang lain sebagaimana diri anda ingin di hargai

(sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Tidaklah engkau disebut beriman

kecuali engkau mencintai orang lain sebagaimana engkau mencintai

dirimu”).

Lakukanlah empati yang sangat mendalam dan tumbuhkan sinergi.

MEREKA MEMILIKI HARGA DIRI

Aparat yang profesional dan berakhlak akan berpikir dalam format tiga

dimensi, yaitu konsep diri, citra diri dan harga diri. Konsep diri merupakan

rujukan utama bagi hidup seseorang. Sebagaimana asal kata konsep (bahasa latin:

concepere ‘gambaran’ atau ‘kesan’), para aparat pemerintah yang profesional dan

berakhlak itu mempunyai konsep diri yang jelas, memiliki nilai dan arah

bertindak. Adapun yang di maksudkan dngan citra diri (imago,image,kesan)

adalah penilaian atas dirinya sendiri, sejauh mana perasaan terhadap dirinya

sendiri, bagaimana penilaian dirinya di hadapan orang lain, peran dan kesan apa

yang ingin dia ciptakanatau dia harapkan dari orang lain. Format berpikir yang

ketiga adalah harga diri (dignity, self esteem), yaitu penilaian menyeluruh

mengenai diri sendiri, bagaimana ia menyukai pribadinya, harga diri

memengaruhi kreativitasnya, dan bahkan apakah ia akan menjadi seorang

pemimpin atau pengikut. Sikapnya terhadap dirinya sendiri mempunyai pengaruh

langsung terhadap bagaimana ia menghayati setiap bagian hidupnya. Harga

dirinya menjadi berbinar ketika dia ingin menyebarkan nilai manfaat. Hidupnya

penuh dengan gairah untuk menjadikan manusia yang dirindukan karena dirinya

identik dengan sosok manusia yang senantiasa memberikan pelayanan kepada

orang lain.

MEREKA MEMILIKI SEMNGAT PERUBAHAN (SPIRIT OF CHANGE)

Pribadi yang memiliki etos kerja sangat sadar bahwa tidak akan ada satu

makhluk pun di muka bumi ini yang mampu mengubah dirinya kecuali dirinya

Page 26: Jurnal Pengembangan Pribadi Konselor

23

sendiri! Betapapun hebatnya seseorang untuk memberikan motivasi, hal itu

hanyalah sebuah kesia-siaan belaka, bila pada diri orang tersebut tidak ada

keinginan untuk dimotivasi, tidak ada elan api yang menyala-nyala untuk

mengubah diri. Benarlah apa yang difirmankan Allah SWT, “....sesungguhnya

Allah tidak akan mengubah suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri yang mengubah

keadaan diri mereka sendiri....”(ar-Ra’d:11) Ayat ini mengajak kita untuk

memainkan peran, mengubah nasib dan menempatkan diri dalam posisi yang

mulia ataukah yang hina. Allah sangat demokratis, segalanya bergantung pada diri

kita. Hidup bergantung pada cara kita memilih atau mengambil keputusan. Anda

tidak bisa tidak kecuali memilih. Betapapun anda berkata, “saya tidak akan

memilih”, sebenarnya ucapan anda itu pun telah menentukan pilihan yaitu

memilih untuk tidak memilih. Memutuskan untuk tidak mengambil keputusan.

Hidup adalah soal pilihan (life is a choice).

TANTANGAN BUDAYA GLOBAL

Cepat atau lambat, dunia akan berubah bagaikan sebuah bumi perkemahan

global. Setiap kemah terbuat dari kaca-kaca yang sangat bening dan transparan.

Para penghununya tidak mungkun mampu bersembunyi atau menghindar dari

pandangan penghuni kemah yang lain. Kemajuan ilmu pengetahuan dan utamanya

teknologi di bidang informasi telah menggiring umat manusia menjadi satu-

kesatuan, satu pemerintahan (one goverment), satu kewarganegaraan (the world

citizen), satu mata uang (one curency), dan bisa jadi suatu saat tumbuh satu agama

pula (one world religion). Saat ini, dengan sangat gencar, sedang di upayakan

untuk saling mengenal di antara orang yang beragama (interfaith), bahkan konon

sudah ada organisasinya, seperti: interfaith organization, Universalist, dan lain-

lain. Semuanya menjadi satu, sebagaimana dilambangkan dalam mata uang

Amerika one dolar, Wallahu „alam.

Mereka yang memiliki kekuatan dan menguasai “ilmu pengetahuan dan

teknologi” akan segera menguasai kemah-kemah lain. Kekuatan melahirkan

kekuasaan dan kekuasaan dapat memaksakan kehendak. Kekuasaan yang sangat

besar, apalagi tanpa pengawasan dan kendali dapat membutatulikan hati nurani,

Page 27: Jurnal Pengembangan Pribadi Konselor

24

apalagi dalam dunia politik yang tidak bermoral; ada kecenderungan kekuasaan

dapat membeli hukum. Kekuasaan yang sangat besar mampu mendominasi siapa

saja yang lemah. Ini sudah merupakan hukum alam. Siapa yang kuat, dia akan

menguasai yang lemah. Kuncinya hanya terletak kepada “siapa yang

mengendalikan kekuasaan tersebut”. Kekuasaan tanpa moral adalah tirani. Moral

tanpa kekuasaan adalah banci. Kekuasaan akan menjadi surga bagi umat manusia

bila berada di tangan orang yang bermoral. Sebaliknya, dia akan menjadi neraka

bila dikendalikan oleh orang yang tidak memiliki moral.

Begitu juga dengan dominasi sebuah budaya. Budaya yang di dukung oleh

kekuatan dan kekuasaan akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap

budaya lainnya. Kita menyaksikan fakta sejarah. Begitu banyak budaya melemah

dikarenakan domonasi budaya barumyang relatif lebih kuat (di samping mungkin

dikarenakan faktor alam, cuaca, gempa, dan lain-lain). Dari waktu ke waktu,

peradaban dan budaya manusia bagaikan mengikuti lingkaran hidup (life cycle).

Tumbuh, berkembang, kemudian hilang. Selanjutnya kita hanya menemukan

fosil-fosil serta situs sejarah yang menjadi objek wisata para turis untuk

mengenang bahwa di tempat ini pernah ada sebuah kehidupan. Seperti kita

mengenal peninggalan peradaban di mesir dengan bangunan piramidanya,

kehidupan agama hindu dan budha yang meninggalkan Candi Borobudur dan

prambanan, dan islam di India hanya di kenang lewat Taj Mahal.

Memang tidak ada budaya yang murni di muka bumi ini. Satu sama lain akan

saling memberikan sumbangannya. Hidup atau peradaban manusia merupakan

mata rantai dari masa lalu, sekarang, dan kemudian. Hakikat modern yang berarti

novelty—sesuatu yang baru terlahir karena yang lama. Dengan kata lain, sesuatu

yang baru itu merupakan hasil akumulasi dari penemuan, pengalaman, serta

penghidupan yang sebelumnya.

INTERAKSI ANTAR BUDAYA

Dunia yang mengglobal membawa konsekuensi interaksi antarbangsa dan

budaya semakin intens, sehingga tidak mungkin ada tempat untuk

Page 28: Jurnal Pengembangan Pribadi Konselor

25

meyembunyikan diri atau memasang tembok berlin atau tirai besi, sebagaimana

pada saat perang dingin antarnegara adikuasa (Amerika versus Rusia dan Cina).

Bila kita ingin masuk dalam gelanggang pertandingan global, tidak ada rumus

yang paling jitu kecuali “memasuki kancah pergaulan global”. Justru di sinilah

kesempatan umat islam untuk menunjukkan jati dirinya agar dapat di

perhitungkan di antara bangsa-bangsa yang ada.

Etos kerja pribadi muslim harus mampu mewujudkan isyarat atau ayat-ayat

Al-Qur‟an sebagai sumber inspirasi dan motivasi besar untuk berinteraksi, bahkan

bersaing dalam format atau skala global dengan tujuan atau tema sentral rahmatan

lil alamin.

Allah telah memberikan isyarat agar kita melakukan interaksi lintas budaya,

sebagai firman=Nya,

“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki

dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku

supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi

Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah

maha mengetahui. “ (al-Hujurat: 13).

PENGUASAAN TEKNOLOGI (UTAMANYA TEKNOLOGI INFORMASI)

Bila anda memasuki sebuah kantor, bahkan rumah-rumah tertentu, anda pasti

akan menemukan komputer. Hal ini memberikan motivasi kepada kita agar segera

memasuki dunia teknologi informasi. Betapa pentingnya teknologi informasi ini,

sehingga pada tahun 2000, pemerintah Australia—yang sangat ketat dengan

keimigrasian—membuka pintu bagi mereka yang ingin berimigrasi ke Australia

dengan syarat memiliki kemampuan atau kompetensi dalam dunia teknologi

informasi, khususnya penguasaan software. Begitu juga dengan kanada. Mereka

menerima para imigran yang memiliki kompetensi dalam dunia software atau

teknologi informasi ini. Kita harus mendidik putra-putri kita untuk mulai

mengenal komputer, internet, web site, bahkan penguasaan bagaimana cara

mengolah perangkat lunaknya, sehingga mereka menjadi generasi yang antusias

dengan teknologi.

Page 29: Jurnal Pengembangan Pribadi Konselor

26

PENGUASAAN BAHASA DAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI

Tidak bisa di pungkiri lagi bahwa dunia telah dipersatukan dengan lebih

banyak memakai bahasa inggris sebagai bahasa pengantarnya. Orang jepang yang

pada periode lalu masih berprinsip untuk hanya memakai bahasanya sendiri,

akhirnya harus segera mengirim para generasi mudanya ke negeri Amerika dan

Eropa untuk mempelajari bahasa.

Globalisasi berarti pula interaksi antarbudaya yang semakin intens. Wacana

serta paradigma berpikir kita pun harus menyesuaikan diri dengan kondisi budaya

yang semakin transparan. Dalam hal ini kemampuan komunikasi antar bangsa

menjadi sebuah tuntutan atau keharusan. Para pemimpin tidak lagi hanya

berorientasi pada kebangsaan yang bersifat nasionalistik, tetapi sudah mulai

berpikir secara lintas budaya, bahkan lintas agama. Setiap orang harus mampu

menyelami keberadaan orang lain. Memahami agama dan budaya orang lain untuk

kemudian kembali pada masing-masing identitasnya. Sehingga tidak ada lagi

identitas yang bersifat parsial, melainkan identitas bangsa yang berwawasan

multibudaya. Menyelam untuk timbul agar kita tidak terpenjara oleh fanatisme

apalagi cauvinisme yang telah usang.

Secara simplistik, kemampuan berkomunikasi mempersyaratkan untuk

mampu menguasai bahasa sebagai medianya. Bagaimana kita akan dapat

mempengaruhi kebijaksanaan perekonomian internasional apabila kita tidak

mampu berkomunikasi dengan term atau istilah-istilah yang di sepakati secara

internasional.

KORUPTOR ITU BINATANG

Karena budaya berarti mengaktualisasikan potensi diri secara positif, setiap

penyimpangan dari nilai-nilai adalah sebuah tindakan kriminal, melawan norma

dan kesepakatan sosial, bahkan merusak akidah atau keyakinan yang merupakan

prinsip hidup manusia.

Akan tetapi, dalam kenyataannya, kita menyaksikan kesenjangan antara nilai

dan fakta; antara teori dan praktik, dan antara ritual dan nilai aktual.

Page 30: Jurnal Pengembangan Pribadi Konselor

27

Sungguh sangat menyedihkan laporan hasil penelitian Transparency

international (T I) dimana peringkat Indonesia dalam Corruption perceptionI

Index (C P I) tidak pernah menunjukan perbaikan dan tak kunjung membaik.

Bahkan hasil penelitian paling terakhir dari lembaga riset internasional yang

berkedudukan di Hongkong, yaitu PERC (Political and Ekonomic Risk

Consultancy) telah menempatkan Indonesia sebagai juara terkorup di Asia dengan

tingkat skor 9,92 (dari skala 1-10) disusul India pada skor 9,17. Sedangkan negara

paling bersih dari korupsi adalah Singapura menduduki posisi paling kecil, yaitu

berada pada skore 0,90 disusul jepang (3,25) dan Hongkong (3,33).

Dengan fakta terakhir ini, kita pun tidak habis pikir, mengapa korupsi tidak

serta merta ikut tumbang pada saat reformasi dilakukan. Bahkan lebih parah lagi,

ada semacam sinisme yang bilang proses reformasi politik telah berubah menjadi

demokratisasi korupsi pada tingkat nasional dan desentralisasi korupsi yang di

kirim ke daerah. Kita pun sangat khawatir, jangan-jangan lembaga atau orang

yang berkoar anti korupsi, justru memiliki potensi untuk korupsi lebih hebat dari

sebelumnya. Mereka berani berpidato anti korupsi, bisa jadi karena belum ada

kesempatan untuk korupsi. Mungkin saja seseorang berani berkata sesuatu, karena

belum di uji. Siapakah yang akan mengawasi pengawas?

Page 31: Jurnal Pengembangan Pribadi Konselor

28

DAFTAR PUSTAKA

Atmosoeprapto, Kisdarto. 2000. Menuju SDM Berdaya. PT. Elex Media

Komputindo : Jakarta.

Goleman, Daniel. 2000. Kecerdasan Emosi. PT. Gramedia Pustaka Utama :

Jakarta.

Khalil, Moenawar. 2000. Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW. Gema

Insani Press : Jakarta.

Mathis, Robert L. 2001. Manajemen SDM. Edisi ke 9.

Tasmara, Toto. 2001. Kecerdasan Ruhaniah. Gema Insani Press : Jakarta.