Standar Analisis Simplisia
Click here to load reader
-
Upload
hijrah-al-kautsar-b -
Category
Documents
-
view
250 -
download
2
Transcript of Standar Analisis Simplisia
STANDAR ANALISIS SIMPLISIA
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai bahan obat
yang belum mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain,
berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia terbagi atas simplisia
nabati, simplisia hewani dan simplisia mineral.
Beberapa pengujian dilakukan pada penetapan standar antara lain:
Mikroskopik, kecuali dinyatakan lain, uraian mikroskopik mencakup
pengamatan terhadap penampang melintang simplisia atau bagian
simplisia dan terhadap fragmen pengenal serbuk simplisia.
Organoleptis, meliputi uji tentang wujud, rupa, warna, bau, rasa.
Penetapan kadar, dalam pengujiannya jumlah dosis yang digunakan tidak
boleh lebih kecil dari yang ditetapkan. Secara sebanding, jumlah yang
lebih besar atau lebih kecil dari bobot atau volume yang ditetapkan dari
bahan yang ditetapkan kadarnya, asal pengukuran dilakukan dengan
ketelitian yang ekivalen.
Uji identifikasi, suatu cara untuk membuktikan bahwa bahan yang
diperiksa mempunyai identitas yang sesuai dengan yang tertera pada
etiket.
Standar analisis simplisia menurut Farmakope Indonesia
Persyaratan simlisia nabati dan simlisia hewani diberlakukan pada
simplisia yang diperdagangkan, tetapi pada simplisia yang digunakan
untuk suatu pembuatan, atau isolasi minyak atsiri, alkaloid, glikosida, atau
zat aktif lain, tidak harus memenuhi persyaratan tersebut.
Persyaratan yang membedakan struktur mikroskopik serbuk yang
berasal dari simplisia nabati atau simplisia hewani dapat tercakup dalam
masing-masing monografi, sebagai petunjuk identitas, mutu atau
kemurniannya.
Benda asing. Simplisia nabati dan simplisia hewani tidak boleh
mengandung organisme patogen, dan harus bebas dari cemaran
mikroorganisme, serangga, dan binatang lain maupun kotoran hewan.
Simplisia tidak boleh menyimpang bau dan warna, tidak boleh
mengandung lendir, atau menunjukkan adanya kerusakan.
Jumlah benda anorganik asing dalam simplisia nabati atau simplisia
hewani yang dinyatakan sebagai Kadar abu yang tidak larut asam, tidak
boleh lebih dari 2%, kecuali dinyatakan lain.
Sebelum diserbukkan, simplisia nabati harus dibebaskan dari pasir,
debu, atau pengotoran lain yang berasal dari tanah maupun benda
anorganik asing.
Dalam perdagangan, jarang dijumpai simplisia nabati tanpa terikut
atau tercampur bagian lain maupun bagian asing, yang biasanya tidak
mempengaruhi simplisianya sendiri. Simplisia tidak boleh mengandung
bahan asing atau sisa yang beracun atau membahayakan kesehatan.
Bahan asing termasuk bagian lain tanaman yang tidak dinyatakan dalam
paparan monografi.
Pengawetan. Simplisia nabati atau simplisia hewani harus
dihindarkan dari serangga atau cemaran atau mikroba dengan pemberian
bahan atau penggunaan cara yang sesuai, sehingga tidak meninggalkan
sisa yang membahayakan kesehatan.
Standar analisis simplisia menurut WHO
Penetapan Kadar Air
Penetapan kadar air dilakukan dengan cara penyulingan menurut
prosedur yang direkomendasikan oleh “World Health Organization”
(WHO), ke dalam labu yang tidak dicuci dengan air dan telah dikeringkan,
tuangkan 200 mL toluen dan dua ml air. Kemudian disuling selama dua
jam, setelah itu dibiarkan dingin selama 30 menit dan volume air dibaca
dengan ketatapan 0,05 mL. Sejumlah 25 gram serbuk dimasukkan ke
dalam labu lalu dipanaskan secara perlahan-lahan selama 15 menit.
Setelah toluen mulai mendidih, kecepatan penyulingan mulai diatur lebih
kurang dua tetes tiap detik, sehingga sebagian besar air tersuling.
Kemudian kecepatan penyulingan dinaikkan hingga empat tetes tiap detik.
Setelah semua air tersuling, bagian dalam pendingin dicuci dengan toluen
penyulingan dilarutkan selama lima menit. Tabung penerima dibiarkan
mendingin sampai suhu kamar dan diusahakan tidak ada air yang melekat
pada tabung penerima. Setelah air dan toluen memisah sempurna,
volume air dibaca kadar air dihitung dalam persen (%).n1 = volume air
hasil penyulingan pertama (mL); n = volume air hasil penyulingan kedua
(mL) (17).
DAFTAR PUSTAKA
1. Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Depkes RI.
2. http://www.penetapanstandaranalisissimplisia.com/article/standar
analisis WHO.htm