Stabilitas Obat
-
Upload
tohari-masidi-amin -
Category
Documents
-
view
30 -
download
2
description
Transcript of Stabilitas Obat
Stabilitas Obat
Nama : Sariah Marzini
Npm : 1243050017
Universitas 17 Agustuts 1945 Jakarta
Tahun Ajaran 2012 - 2013
Kata pengantar
Stabilitas obat adalah derajat degradasi suatu obat dipandang dari segi kimia. Stabilitas obat
dapat diketahui dari ada tidaknya penurunan kadar selama penyimpanan ( Connors,et
al.,1986).
Pada pembuatan obat harus diketahui waktu paro suatu obat. Waktu paro suatu obat dapat
memberikan gambaran stabilitas obat, yaitu gambaran kecepatan terurainya obat atau kecepatan
degradasi kimiawinya. Panas, asam-asam, alkali-alkali, oksigen, cahaya, kelembaban dan faktor-
faktor lain dapat menyebabkan rusaknya obat. Mekanisme degradasi dapat disebabkan oleh
pecahnya suatu ikatan, pergantian spesies, atau perpindahan atom-atom dan ion-ion jika dua
molekul bertabrakan dalam tabung reaksi (Moechtar, 1989).
Ada dua hal yang menyebabkan ketidakstabilan obat, yang pertama adalah labilitas dari
bahan obat dan bahan pembantu, termasuk struktur kimia masing-masing bahan dan sifat kimia
fisika dari masing-masing bahan. Yang kedua adalah faktor-faktor luar, seperti suhu, cahaya,
kelembaban, dan udara, yang mampu menginduksi atau mempercepat reaksi degradasi bahan.
Skala kualitas yang penting untuk menilai kestabilan suatu bahan obat adalah kandungan bahan
aktif, keadaan galenik, termasuk sifat yang terlihat secara sensorik, secara miktobiologis,
toksikologis, dan aktivitas terapetis bahan itu sendiri. Skala perubahan yang diijinkan ditetapkan
untuk obat yang terdaftar dalam farmakope. Kandungan bahan aktif yang bersangkutan secara
internasional ditolerir suatu penurunan sebanyak 10% dari kandungan sebenarnya (Voight, R.,
1994).
Suatu obat kestabilannya dapat dipengaruhi juga oleh pH, dimana reaksi penguraian dari
larutan obat dapat dipercepat dengan penambahan asam (H+) atau basa (OH-) dengan
menggunakan katalisator yang dapat mempercepat reaksi tanpa ikut bereaksi dan tidak
mempengaruhi hasil dari reaksi. (Ansel, 1989)
Kestabilan dari suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam membuat
formulasi suatu sediaan farmasi. Hal itu penting mengingat sediaannya biasanya diproduksi
dalam jumlah yang besar dan juga memrlukan waktu yang lama untuk sampai ketangan pasien
yang membutuhkannya. Obat yang disimpan dalam jangka waktu yang lama dapat mengalami
penguraian dan mengakibatkan hasil urai dari zat tersebut bersifat toksik sehingga dapat
membahayakan jiwa pasien. Oleh karena itu, perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi kestabilan suatu zat hingga dapat dipilih suatu kondisi dimana kestabilan obat
tersebut optimum. (Anonim, 2004)
Stabilitas fisik dan kimia bahan obat baik dan tersendiri dengan bahan – bahan dari
formulasi yang merupakan kriteria paling penting untuk menentukan suatu stabilitas kimia dan
farmasi serta mempersatukannya sebelum memformulasikan menjadi bentuk-bentuk sediaan.
(Ansel, 1989)
Kestabilan suatu sediaan farmasi dapat dievaluasi dengan test stabilitas dipercepat dengan
mengamati perubahan kosentrasi pada suhu yang tinggi. (Lachman, 1994)
Proses laju merupakan hal dasar yang perlu diperhatikan bagi setiap orang yang berkaitan
dengan bidang kefarmasian. Beberapa prinsip dan proses laju yang berkaitan dimasukkan dalam
rantai peristiwa ini:
a. Kestabilan dan tak tercampurkan
Proses laju umumnya adalah sesuatu yang menyebabkan ketidakaktifan obat melalui
penguraian obat, atau melalui hilangnya khasiat obat karena perubahan bentuk fisik dan kima
yang kurang diinginkan dari obat tersebut.
b. Disolusi
Yang perlu diperhatikan dari faktor disolusi adalah kecepatan berubahnya obat dalam
bentuk sediaan padat menjadi bentuk larutan molekular.
c. Proses absorpsi, distribusi, dan eliminasi
Beberapa proses ini berkaitan dengan laju absorbs obat ke dalam tubuh, laju distribusi obat
dalam tubuh, dan laju pengeluaran obat setalah proses ditribusi dengan berbagai faktor, seperti
metabolisme, penyimpanan dalam organ tubuh, dan melalui jalur-jalur pelepasan.
d. Kerja obat pada tingkat molekular obat
Obat dapat dibuat dalam bentuk yang tepat dengan menganggap timbulnya respon dari
obat merupakan suatu proses laju.
(Martin, 1990)
Kecepatan dekomposisi obat ditunjukkan oleh kecepatan perubahan mula-mula satu atau
lebih reaktan dan ini dinyatakan dengan tetapan kecepatan reaksi k, yang untuk orde ke satu
dinyatakan sebagai harga resiprok dari detik, menit, dan jam. Kecepatan terurainya suatu zat
padat mengikuti reaksi orde nol, orde satu, ataupun orde dua, yang persamaan tetapan kecepatan
reaksinya seperti tercantum dibawah ini:
Orde nol k = C
t
Orde I k = 2,302 log Co atau k = 2,302 log Co
t = C t = Co – X
Orde II k = X
Co(Co – X)t
Dimana:
k = tetapan kecepatan reaksi
Co = konsentrasi mula-mula zat
C = konsentrasi zat pada waktu t
X = jumlah obat yang terurai pada waktu t
C = Co – X = konsentrasi mula-mula jumlah yang terurai pada waktu t
(Martin, 1990)
Orde reaksi dapat ditentukan dengan beberapa metode, yaitu:
a. Metode Substitusi
Data yang terkumpul dari hasil pengamatan jalannya suatu reaksi disubstitusikan ke dalam
bentuk integral dari persamaan berbagai orde reaksi. Jika persamaan itu menghasilkan harga k
yang tetap konstan dalam batas-batas variasi percobaan, maka reaksi dianggap berjalan sesuai
dengan orde reaksi tersebut.
b. Metode Grafik
Plot data dalam bentuk grafik dapat digunakan untuk mengetahui orde reaksi tersebut. Jika
konsentrasi diplot terhadap t dan didapatkan garis lurus, reaksi adalah orde nol. Reaksi dikatakan
orde pertama bila log (Co – X) terhadap t menghasilkan garis lurus bila 1 / (Co – X) diplot
terhadap t (jika konsentrasi mula-mula sama). Jika plot 1 / (Co – X)2 terhadap t menghasilkan
garis lurus dengan seluruh reaktan konsenrasi mula-mulanya, reaksi adalah orde ketiga.
c. Metode Waktu Paruh
Waktu yang dibutuhkan oleh suatu obat untuk terurai setengahnya dari konsentrasi mula-
mula adalah waktu paruh. Dalam reaksi orde nol, waktu paruh sebanding dengan konsentrasi
awal (Co) seperti pada tabel waktu paruh:
Orde Persamaan orde reaksi Persamaan waktu paruh
0 X = k.t t1/2 = Co / 2k
1 log Co = k . t
(Co – X) 2,303
t 1/2 = 0,693 / k
2 X = k.t
Co(Co – X)
t ½ = 1 / Co.k
(Martin, 1990)
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Ansel, Howard C. 1985. PENGANTAR BENTUK SEDIAAN FARMASI EDISI IV. UI press. Jakarta.
Lachman, L., Lieberman, H. A., Kanig, J. L., 1986, Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi ketiga,
diterjemahkan oleh: Suyatmi, S., Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, 760-779, 1514 – 1587
Martin. A, 1993, Farmasi Fisika, Edisi III, Jilid II, Indonesia University Press.
Moechtar, 1989, Farmasi Fisika : Bagian Larutan dan Sistem Dispersi, Gadjah Mada University Press,
Jogjakarta.
Voight, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Gadjah Mada University Press, Jogjakarta.