Sri Sulastini

download Sri Sulastini

of 99

Transcript of Sri Sulastini

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP SOCIAL DISCLOSURE PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TELAH GO PUBLIC

SKRIPSI Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata 1 Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh : Nama NIM Program Studi : Sri Sulastini : 3351402009 : Akuntansi S1

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2007

Lembar Persetujuan Pembimbing

Skripsi ini telah disetujui pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi pada Hari Tanggal : :

Menyetujui :

Pembimbing I

Pembimbing II

Drs. Tarsis Tarmudji NIP. 130529513

Muhammad Khafid, S.pd. M.Si NIP.132243641

Mengetahui : Ketua Jurusan Akuntansi

Drs. Sukirman, M.Si NIP.131967646

ii

Lembar Pengesahan Kelulusan

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang pada: Hari Tanggal : :

Penguji Skripsi

Dra. Margunani, MP NIP 131570078

Anggota I

Anggota II

Drs. Tarsis Tarmudji NIP. 130529513

Muhammad Khafid, S.pd. M.Si NIP.132243641

Mengetahui : Dekan

Drs. Agus Wahuyudin, M.Si NIP 131658236

iii

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapar dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Maret 2007

Sri Sulastini NIM. 3351402009

iv

SARI Sri Sulastini, 2007. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Social Disclosure Perusahaan Manufaktur Yang Telah Go Public, Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, UNNES, 86 halaman, 5 gambar, 9 tabel Kata Kunci : Karakteristik Perusahaan Manufaktur, Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Tujuan penelitian ini adalah memberi gambaran tentang praktek pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilaksanakan oleh perusahaan manufaktur di Indonesia dan mengetahui pengaruh karakteristik perusahaan (size perusahaan, profitabilitas, ukuran dewan komisaris, dan profile) terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan manufaktur. Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur yang tercatat (Go Public) di Bursa Efek Jakarta (BEJ) seperti yang tercantum dalam Indonesia Capital Market Directory (2006). Perusahaan manufaktur yang tercatat di BEJ digunakan sebagai populasi, karena perusahaan tersebut mempunyai kewajiban untuk menyampaikan laporan tahunan kepada pihak luar perusahaan. Di ICMD tersebut diketahui bahwa jumlah perusahaan manufaktur yang tercatat (go public) di BEJ adalah 146 perusahaan yang terbagi dalam 19 kategori perusahaan. Penelitian ini adalah penelitian populasi sehingga yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Metode analisa data menggunakan analisis regresi linear berganda, menggunakan program SPSS for window release 11.5 Dari hasil penelitian menunjukkan persamaan regresi sebagai berikut Y = -3,390 + 0,149 X1 0,007 X2 + 0,558 X3 + 0,430 X4 + e. Secara simultan ada pengaruh yang signifikan faktor-faktor size perusahaan, profitabilitas, ukuran dewan komisaris dan profile perusahaan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan manufaktur. Pengaruh tersebut sebesar 34,5 % sedangkan sisanya sebesar 65,5 % di pengaruhi faktor-faktor lain. Secara parsial hanya profitabilitas yang tidak berpengaruh secara signifikan namun hasil penelitian berhasil menemukan arah hubungan negatif antara profitabilitas dan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Simpulan dari penelitian ini yaitu praktek pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilaksanakan oleh perusahaan manufaktur di Indonesia belum bisa dikatakan baik atau masih rendah karena rata-rata pengungkapan hanyalah sebesar 35,51 % dari total pengungkapan. Faktor-faktor size, profitabilitas, ukuran dewan komisaris dan profile secara simultan mempengaruhi pengungkapan tangggung jawab sosial perusahaan manufaktur. Secara parsial hanya profitabilitas yang tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan manufaktur. Saran yang diberikan kepada para peneliti selanjutnya adalah perlu untuk menggunakan periode pengamatan yang lebih lama sehingga akan memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk memperoleh kondisi yang sebenarnya, menggunakan populasi seluruh perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Jakarta dan menambahkan atau menggunakan variabel lain untuk v

menemukan suatu model standar pendugaan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan manufaktur.

vi

Motto Dan Persembahan

~ LMT TRUSCO If you stop dreaming, you will stop thinking. If you stop thinking you will stop your activities. If you stop your activities, you dont get success. ~ Aim High, Reach High, Try High Tujuan serta pencapaian yang besar, memerlukan usaha yang lebih besar lagi daripada tujuan serta pencapaian yang biasa saja. ~ Oprah Winfrey " There no failure in my life, existing only a number of very Iesson worth Special dedicate to : ~ My lovely family in Blora, special for my beloved Mom, thanks for your love and your sacrifice ~ All of my teacher who give me wings to face this world ~ My lovely Friends (Fitri, Titi ,Budi ) a friend in need is a friend indeed ~ The Big Family of Qolbun Salim, my Liqo, my lovely boarding house OASE special to de Lia (thanx 4 de computer and printing my project). ~ Akuntansi S1 reg.A 2002 thanks to our friendship ~ My beloved Almamater, Universitas Negeri Semarang

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala rasa syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang senantiasa memberikan kekuatan dan pertolongan kepada penulis, sehingga penulis diberikan kesempatan dan kemampuan untuk menulis skripsi dengan judul Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Social Disclosure Perusahaan Manufaktur Yang Telah Go Public. Hanya karena kekuatan yang diberikan oleh Allah, penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini guna memberikan wacana atas tanggungjawab sosial perusahaan. Namun demikian, skripsi ini masih jauh dari yang diharapkan. Skripsi ini masih sangat sederhana, sesederhana pemikiran penulis. Skripsi ini tidak akan selesai dengan baik tanpa bantuan dan bimbingan berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Rektor UNNES Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si. 2. Dekan Fakultas Ekonomi UNNES Drs. Agus Wahyudin, M.Si. yang telah banyak memberikan dukungan dan bimbingan kepada penulis. 3. Ketua Jurusan Akuntansi FE-UNNES Drs. Sukirman, M.Si. 4. Dosen Pembimbing I Drs. Tarsis Tarmuji, yang selalu berusaha meluangkan waktunya untuk memberikan arahan serta petunjuk kepada penulis. 5. Dosen Pembimbing II Muhammad Khafid, S.pd, M.Si. yang selalu membuka cara pandang yang baru terhadap penulis dalam menciptakan suatu karya tulis. viii

6. Dosen wali, Dra. Margunani, MP, ibu yang selalu membimbing dan memberikan nasehat kepada penulis selama menempuh studi 7. Prof. Rusdarti dan Drs. Heriyanto, MBA yang telah menjadi sumber inspirasi bagi penulis. 8. Dosen-Dosen lainnya Fakultas Ekonomi UNNES, yang telah memberikan ilmu, dan pengalaman paling berharga, serta bimbingannya hingga penulis berhasil menyelesaikan studi. 9. Segenap tenaga administrasi fakultas Ekonomi yang telah begitu banyak membantu dan memudahkan urusan penulis. 10. Pihak JSX Corner-UNDIP, yang memberikan bantuan dan pengarahan saat penelitian. Akhir kata, dengan segala kerendahan hati semoga Allah SWT senantiasa memberikan pahalanya kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini. Skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Semarang, Maret 2007

Penulis

ix

Daftar Isi

Halaman Halaman Judul .............................................................................................. Lembar Persetujuan Pembimbing ................................................................ Lembar Pengesahan Kelulusan.. Pernyataan. Sari ............................................................................................................... Motto dan Persembahan ............................................................................... i ii iii iv v vii

Kata Pengantar ............................................................................................. viii Daftar Isi ...................................................................................................... Daftar Gambar .............................................................................................. x xii

Daftar Tabel ................................................................................................. xiii Daftar Lampiran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 1.5 Sistematika Penulisan . BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan .................................................. 2.2 Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan .......................... 2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Sosial ................ 2.3.1 Size .......................................................................................... 2.3.2 Profitabilitas ............................................................................ 2.3.3 Ukuran Dewan Komisaris. 2.3.4 Profile ...................................................................................... 2.4 KERANGKA PEMIKIRAN .............................................................. 2.5 HIPOTESIS ........................................................................................ BAB III METODELOGI PENELITIAN x 12 14 19 20 22 24 26 28 31 1 8 9 9 10 xiv

3.1 Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................... 3.2 Variabel Penelitian ............................................................................. 3.2.1 Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial .................................. 3.2.2 Size .......................................................................................... 3.2.3 Profitabilitas . 3.2.4 Ukuran Dewan Komisaris 3.2.5 Profile .. 3.3 Metode Pengumpulan Data ................................................................ 3.4 Metode Analisis Data ......................................................................... 3.4.1 Uji Kualitas Data...................................................................... 3.4.2 Uji Hipotesis ........................................................................... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian .................................................................................. 4.1.1 Deskripsi Objek Penelitian ...................................................... 4.1.2 Analisis Deskriptif .................................................................. 4.1.3 Analisis Data ........................................................................... 4.1.3.1 Uji Kualitas Data ...................................................... 4.1.3.2 Persamaan Regresi ................................................... 4.1.3.3 Pengujian Hipotesis .. 4.1.3.4 Koefisien Determinasi .............................................. 4.2 Pembahasan ........................................................................................ BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 SIMPULAN ....................................................................................... 5.2 SARAN .............................................................................................. DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. LAMPIRAN .................................................................................................

33 33 34 35 35 36 36 36 38 38 41

45 45 46 49 49 53 55 57 58

65 66 67 69

xi

Daftar Gambar Halaman Gambar 2.1 Tingkatan Tanggung Jawab Perusahaan ........................................... 13 Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ............................................................................. 31 Gambar 4.1 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual.................... 50 Gambar 4.2 Histogram dan Normal Probability Plot.51 Gambar 4.3 Diagram Scatterplot .......................................................................... 52

xii

Daftar Tabel Halaman Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ..................................................................... 38 Tabel 4.1 Daftar Perusahaan Manufaktur Berdasarkan Kriteria........................... 45 Tabel 4.2 Deskripsi Statistik Variabel Penelitian ................................................. 46 Tabel 4.3 Komposisi Perusahaan Manufaktur Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja ............................................................................................................................... 47 Tabel 4.4 Komposisi Perusahaan Manufaktur Berdasarkan ROA....................... 48 Tabel 4.5 Komposisi Perusahaan Manufaktur Berdasarkan Jumlah Anggota Dewan Komisaris .................................................................................................. 48 Tabel 4.6 Komposisi Perusahaan Manufaktur Berdasarkan Profile ..................... 49 Tabel 4.7 Uji Multikolinearitas ............................................................................. 51 Tabel 4.8 Hasil Analisis Regresi........................................................................... 53

xiii

Daftar Lampiran Halaman Lampiran 1 Daftar Item Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial ......................... 69 Lampiran 2 Daftar Perusahaan Manufaktur Berdasarkan Kriteria ...................... 71 Lampiran 3 Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Manufaktur...... 75 Lampiran 4 Jumlah Tenaga Kerja, ROA, Dewan Komisaris dan Profile............. 79 Lampiran 5 Hasil Output SPSS release 11.5 ........................................................ 83

xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah Isu yang sedang menjadi perhatian masyarakat saat ini yaitu peran

suatu perusahaan terhadap lingkungannya, baik lingkungan intern maupun lingkungan ektern perusahaan. Perusahaan mempunyai peran selain memberi manfaat positif terhadap ekonomi juga berkontribusi terhadap menurunnya kondisi sosial masyarakat. Beberapa perusahaan mendapat kritik karena telah menciptakan masalah sosial seperti polusi, penyusutan sumber daya, limbah, mutu dan keamanan produk, hak dan status karyawan, keselamatan kerja dan lain-lain. Perusahaan manufaktur memiliki kontribusi yang cukup besar dalam masalah-masalah polusi, limbah, keamanan produk dan tenaga kerja. Hal ini disebabkan karena perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang paling banyak berinteraksi dengan masyarakat. Dalam proses produksinya perusahaan manufaktur mau tidak mau akan menghasilkan limbah produksi dan hal ini berhubungan erat dengan masalah pencemaran lingkungan. Proses produksi yang dilakukan perusahaan manufaktur juga mengharuskan mereka untuk memiliki tenaga kerja bagian produksi dan ini erat kaitannya dengan masalah keselamatan kerja. Selain itu perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang menjual produk kepada konsumen sehingga isu keselamatan dan keamanan produk menjadi penting untuk diungkapkan kepada masyarakat. Hal hal inilah yang membedakan perusahaan

1

2

manufaktur dari perusahaan lainnya misalnya perbankan dan hal ini menjadi alasan yang kuat untuk dilakukannya penelitian tentang pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan pada perusahaan manufaktur. Masalah yang ditimbulkan oleh perusahaan manufaktur

mengakibatkan adanya aksi protes yang dilakukan oleh berbagai pihak yang berkepentingan, baik yang bersifat internal seperti karyawan, shareholder, ataupun yang bersifat eksternal yakni serikat pekerja, pemasok, konsumen, pesaing, LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), dan badan-badan pemerintah (Belkaoui, 1993). Tuntutan melalui aksi protes yang dilakukan oleh pihak internal maupun eksternal, bertujuan agar perusahaan lebih meningkatkan kesadaran akan tanggung jawab sosial, dengan cara memperhatikan dan mempertimbangkan akibat dari kegiatan operasional yang dilakukan perusahaan. Aksi protes yang dilakukan oleh para karyawan dan buruh, misalnya menuntut perusahaan untuk memperbaiki kebijakan upah dan pemberian fasilitas kesejahteraan lain yang dirasakan kurang mencerminkan nilai keadilan. Selain itu aksi protes serupa juga tidak jarang dilakukan oleh pihak masyarakat, baik masyarakat sebagai konsumen maupun masyarakat yang berada dilingkungan sekitar pabrik. Masyarakat sebagai konsumen seringkali melakukan protes terhadap hal-hal yang berkaitan dengan mutu produk sehubungan dengan kesehatan, keselamatan, dan kehalalan suatu produk bagi konsumennya. Sedangkan protes yang dilakukan oleh

3

masyarakat disekitar pabrik biasanya berkaitan dengan pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah yang dihasilkan pabrik. Deskripsi - deskripsi di atas menujukan adanya ketidakselarasan sosial antara perusahan dan masyarakat. Banyak keluhan-keluhan yang ditujukan kepada perusahaan dan perusahaan dituntut untuk lebih memperhatikan tanggung jawab sosialnya kepada masyarakat. Selain itu tekanan dari berbagai pihak luar mendesak perusahaan agar menerima tanggung jawab dari dampak aktivitas bisnis terhadap masyarakat. Karena mereka berharap perusahaan tidak hanya bertanggung jawab kepada investor dan manajemen, tetapi juga pada masyarakat yang lebih luas (Hackston dan Milne, 1996 dalam Sembiring, 2003) Adanya pergeseran dari pandangan tradisional ke arah kesejahteraan sosial ini telah mendorong lahirnya akuntansi sosial ekonomi yang merupakan sub disiplin akuntansi untuk memfokuskan perhatianya terhadap dampak sosial yang ditimbulkan oleh perusahaan kepada masyarakat, baik dampak sosial yang bersifat positif (menguntungkan) maupun yang bersifat negatif (merugikan). Lahirnya akuntansi sosial merupakan hasil dari upaya untuk mengakomodasi kebutuhan perusahan dalam melakukan

pertanggungjawaban sosial kepada masyarakat. Tujuan utama dari akuntansi sosial adalah untuk mendorong kesatuan-kesatuan usaha yang berada didalam sistem pasar bebas agar lebih memperhatikan dampak kegiatan produksi mereka terhadap lingkungan sosial melalui pengukuran

4

internalisasi dan pengungkapan dalam ikhtisar keuangan mereka (Belkaoui, 1993). Selama ini produk akuntansi merupakan sarana bagi manajemen untuk mempertanggungjawabkan kinerja ekonomi perusahan kepada investor, kreditor, dan pemerintah. Dimana kinerja yang dilakukan oleh manajer hanya untuk memajukan kepentingan finansial perusahaan dengan cara mengejar keuntungan semaksimal mungkin, tanpa mempertimbangkan akibat dari tindakan keuangan bisnis yang mereka jalankan terhadap mutu kehidupan lingkungan (Belkaoui, 1993). Namun dengan lahirnya akuntansi sosial ekonomi, produk akuntansi juga dapat digunakan oleh manajemen sebagai sarana untuk mempertanggungjawabkan kinerja sosial perusahaan kepada pihak yang berkepentingan, yaitu para pemegang saham, karyawan, konsumen, dan kelompok atau individu-individu masyarakat yang secara langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh pengejaran tujuan perusahaan (Stoner dan Sirait, 1994). Informasi yang diungkapkan oleh perusahaan dalam laporan tahunan dapat dikelompokan menjadi dua yaitu pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure).

Pengungkapan wajib adalah pengungkapan harus dilakukan perusahaan sebagai bentuk intervensi atau campur tangan pemerintah untuk mengatasi adanya potensi kegagalan pasar. Informasi yang wajib diungkapkan dalam laporan tahunan adalan ikhtisar data keuangan penting, analisis dan pembahasan umum oleh manajemen, laporan keuangan yang telah diaudit

5

dan laporan manajemen. Hal ini sesuai dengan keputusan BAPEPAM No. Kep-38/PM/1996. Sedangkan pengungkapan sukarela adalah perwujudan dari pengungkapan yang diperluas dan merupakan salah satu kebijakan yang dikeluarkan oleh pihak perusahan itu sendiri dengan mempertimbangkan faktor biaya dan manfaat (Chairiri dan Ghozali, 2003). Pengungkapan sukarela muncul karena adanya kesadaran masyarakat akan lingkungan sekitar. Keberhasilan perusahaan tidak hanya pada laba saja tetapi juga ditentukan pada kepedulian perusahaan terhadap masyarakat sekitarnya (Rahma Yuliani, 2003). Ikatan Akutansi Indonesia (IAI) dalam Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) Nomor 1 (revisi 2004) paragraf sembilan secara implisit menyarankan untuk mengungkapkan tanggung jawab akan masalah sosial sebagai berikut : Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peran penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting Dari pernyataan PSAK di atas, menunjukkan kepedulian akuntansi terhadap masalah-masalah sosial yang merupakan pertanggungjawaban sosial perusahaan. Belum adanya standar baku yang merinci peraturan mengenai pengungkapan sosial mengakibatkan perusahaan memiliki keleluasaan dan kebebasan untuk mengungkapkan informasi sosial tersebut. Namun dengan adanya PSAK No 1 (revisi 2004) diharapkan

6

menambah kesadaran perusahaan untuk melaporkan kegiatan sosialnya terhadap lingkungan sekitar perusahaan. Geliat untuk selalu mengungkapkan tanggung jawab sosial dalam bentuk CSR reporting sudah nampak dan perusahaan mulai tidak ragu lagi. Bagi perusahaan dengan menjalankan praktik akuntansi dan pelaporan atas aktivitas sosialnya diharapkan dapat memberikan nilai tambah yang diperoleh dari para stakeholdernya. Namun begitu tidak semua perusahaan mengungkapkan aktivitas sosialnya. Berbagai penelitian yang terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan

menunjukkan adanya keanekaragaman hasil. Penelitian yang dilakukan oleh Yuniati Gunawan (2000), Muhammad Rizal Hasibuan (2001), dan Rahma Yuniani (2003), menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara size perusahaan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial. Sementara penelitian Robert (1992), Davey (1982), tidak menemukan hubungan dari kedua variabel tersebut. Hubungan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dengan profitabilitas juga terjadi ketidakkonsistenan hasil. Davey (1982) dalam Hackston dan Milne (1996); Ng (1985) dalam Hackston dan Milne (1986); Belkaoui dan Karpik (1989); Cowen et. al. (1987); Hackston dan Milne (1996); Muhammad Rizal Hasibuan (2001) dan Rahma Yuliani (2003) menemukan tidak ada hubungan antara variabel tersebut namun hasil yang berlawanan ditemukan oleh Bowman dan Haire (1976), Preston

7

(1976) dalam Hackston dan Milne (1996) yang menyatakan bahwa ada hubungan positif antara profitabilitas dengan tanggung jawab sosial perusahaan. Dalam hubungan antara profile dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan terjadi ketidakkonsistenan hasil penelitian. Hackston dan Milne (1996) menemukan hubungan yang positif. Demikian pula Patten (1991) dan Robert (1992) dan Cowen et. al, (1987), Cooke (1992) dalam Rahma Yuliani (2003). Di Indonesia Muhammad Muslim Utomo (2000), Henny dan Murtanto (2001) melakuan penelitian pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan high profile dan low profile dalam laporan tahunan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarata. Dalam penelitiannya mereka menemukan bahwa tipe industri high profile mengungkapkan lebih banyak dari tipe industri low profile. Sedangkan penelitian yang dilakukan Davey (1982) dan Ng (1985) dalam Hackston dan Milne (1996) tidak menemukan hubungan antara kedua variabel tersebut. Keanekaragaman dari hasil yang diperoleh mungkin dikarenakan adanya ketidakkonsistenan variabel (karateristik perusahaan) yang digunakan dalam penelitian. Penggunaan variabel (karateristik perusahaan) yang berbeda-beda pada setiap penelitian mungkin akan menyebabkan hasil yang bervariasi antara penelitian yang satu dengan yang lain. Sebagai contoh pada penggunaan karateristik size perusahaan, ada peneliti yang memasukan variabel tersebut kedalam variabel independen namun ada

8

juga peneliti yang tidak menggunakan variabel tersebut dan memasukan variabel lain dalam penelitiannya. Selain itu alasan lainnya adalah karena adanya ketidakselarasan hubungan antara masyarakat dan perusahaan. Hal ini dapat terlihat dengan adanya bermacam aksi protes yang dilakukan oleh masyarakat didalam maupun diluar lingkungan perusahaaan. Tuntutan mereka adalah agar perusahaan lebih memperhatikan tanggung jawab sosial dilingkungan sekitar perusahaan. Salah satu cara untuk mengatasi masalah diatas adalah dengan memasukan Dewan Komisaris dalam susunan organisasi, yang diambil dari dalam maupun dari luar lingkungan perusahaan. Dewan komisaris adalah wakil shareholder dalam perusahaan yang berbadan hukum perseroan terbatas yang berfungsi mengawasi pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan oleh manajemen (direksi), dan bertanggung jawab untuk menentukan apakah manajemen memenuhi tanggung jawab mereka dalam mengembangkan dan menyelenggarakan pengendalian intern perusahaan (Mulyadi, 2002). Alasan yang mendasari bahwa dewan komisaris dapat mempengaruhi luasnya pengungkapan tanggung jawab sosial adalah karena dewan komisaris merupakan pelaksana tertinggi dalam perusahaan. Susunan atau jumlah dewan komisaris yang ada diperusahaan akan mencermikan objektivitas dalam menilai kebijakan yang dibuat perusahaan. Dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan akan dipandang lebih baik, karena pihak dari luar akan menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan perusahaan dengan lebih

9

objektif dibanding perusahan yang memiliki susunan dewan komisaris yang hanya berasal dari dalam perusahaan. Selain itu jumlah dewan komisaris yang terdapat dalan susunan organisasi dapat mempengaruhi kinerja dan tanggung jawab terhadap masyarakat di lingkungan internal ataupun eksternal perusahaan tersebut. Karena semakin banyak dewan komisaris yang ada dalam suatu perusahaan maka kecurangan atau tindakan penyimpangan terhadap kebijakan yang telah ditetapkan perusahaan dapat sedikit diminimalkan.

1.2

Rumusan Masalah Dari uraian di atas, masalah yang bisa dirumuskan adalah sebagai

berikut: 1. Sejauh mana gambaran tentang praktek pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilaksanakan oleh perusahaan manufaktur di Indonesia ? 2. Apakah karakteristik perusahaan (size perusahaan, profitabilitas, ukuran dewan komisaris, dan profile) mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan manufaktur ?

1.3

Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Memberi gambaran tentang praktek pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilaksanakan oleh perusahaan manufaktur di Indonesia.

10

2.

Mengetahui pengaruh karakteristik perusahaan (size perusahaan, profitabilitas, ukuran dewan komisaris, dan profile) terhadap

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan manufaktur.

1.4 Manfaat Penelitian Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Akademis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam pengembangan ilmu ekonomi, khususnya pada bidang ilmu akuntansi. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan perbandingan untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Pihak Perusahaan / Manajemen Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk pengambilan kebijakan oleh manajemen perusahaan mengenai pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan dalam laporan keuangan yang disajikan. b. Bagi Calon Investor Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang laporan keuangan tahunan sehingga dijadikan sebagai acuan untuk pembuatan keputusan investasi.

11

c. Bagi Pemerintah Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi penyusunan standar akuntansi oleh penyusun standar akuntansi yang saat ini sedang bersama-sama dengan kementrian lingkungan hidup menyusun standar akuntansi lingkungan.

1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Bab I Pendahuluan, membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori, menjelaskan tentang landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini dan penelitian terdahulu, kerangka pemikiran dan hipotesis Bab III Metode Penelitian, menjelaskan populasi dan sampel, variabel penelitian, metode pengumpulan data dan metode analisis data.. Bab IV Hasil dan Pembahasan, menjelaskan tentang deskripsi objek penelitian, serta analisis data dan pembahasan. Bab V Penutup, membahas mengenai simpulan dan saran

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Tanggungjawab Sosial Perusahaan Perusahaan memiliki kewajiban sosial atas apa yang terjadi disekitar lingkungan masyarakat. Selain menggunakan dana dari pemegang saham, perusahaan juga menggunakan dana dari sumber daya lain yang berasal dari masyarakat (konsumen) sehingga hal yang wajar jika masyarakat mempunyai harapan tertentu terhadap perusahaan. Dauman dan Hargreaves (1992) dalam Hasibuan (2001) menyatakan bahwa tanggung jawab perusahaan dapat dibagi menjadi tiga level sebagai berikut : 1. Basic responsibility (BR) Pada level pertama, menghubungkan tanggung jawab yang pertama dari suatu perusahan, yang muncul karena keberadaan perusahaan tersebut seperti; perusahaan harus membayar pajak, memenuhi hukum, memenuhi standar pekerjaan, dan memuaskan pemegang saham. Bila tanggung jawab pada level ini tidak dipenuhi akan menimbulkan dampak yang sangat serius. 2. Organization responsibility (OR) Pada level kedua ini menunjukan tanggung jawab perusahaan untuk memenuhi perubahan kebutuhan Stakeholder seperti pekerja, pemegang saham, dan masyarakat di sekitarnya.

12

13

3. Sociental responses (SR) Pada level ketiga, menunjukan tahapan ketika interaksi antara bisnis dan kekuatan lain dalam masyarakat yang demikian kuat sehingga perusahaan dapat tumbuh dan berkembang secara

berkesinambungan, terlibat dengan apa yang terjadi dalam lingkungannya secara keseluruhan. Gambar 2.1 Tingkatan Tanggung Jawab Perusahaan BR

OR

SRSumber : Dauman dan Hargreaves (1992) dalam Hasibuan (2001)

Tanggung jawab perusahaan tidak hanya terbatas pada kinerja keuangan perusahaan, tetapi juga harus bertanggung jawab terhadap masalah sosial yang ditimbulkan oleh aktivitas operasional yang dilakukan perusahaan. Adapun Teuku dan Imbuh (1997) dalam Nur Cahyonowati (2003)

mendeskripsikan tanggung jawab sosial sebagai kewajiban organisasi yang tidak hanya menyediakan barang dan jasa yang baik bagi masyarakat, tetapi juga mempertahankan kualitas lingkungan sosial maupun fisik, dan juga memberikan kontribusi positif terhadap kesejahteraan komunitas dimana

14

mereka berada. Sedangkan menurut Ivan Sevic (Hasibuan,2001) tanggung jawab sosial diartikan bahwa perusahaan mempunyai tanggung jawab pada tindakan yang mempengaruhi konsumen, masyarakat, dan lingkungan. Selain itu Weston dan Brigham (1990) menyatakan bahwa perusahaan harus berperan aktif dalam menunjang kesejahteraan masyarakat luas. Dari ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab sosial adalah suatu bentuk pertanggungjawaban yang seharusnya dilakukan perusahaan, atas dampak positif maupun dampak negatif yang ditimbulkan dari aktivitas operasionalnya, dan mungkin sedikit-banyak berpengaruh terhadap masyarakat internal maupun eksternal dalam lingkungan perusahaan. Selain melakukan aktivitas yang berorientasi pada laba, perusahaan perlu melakukan aktivitas lain, misalnya aktivitas untuk menyediakan lingkungan kerja yang aman bagi karyawannya, menjamin bahwa proses produksinya tidak mencemarkan lingkungan sekitar perusahaan, melakukan penempatan tenaga kerja secara jujur, menghasilkan produk yang aman bagi para konsumen, dan menjaga lingkungan eksternal untuk mewujudkan kepedulian sosial perusahaan.

2.2 Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Menurut Hackston dan Milne, tangggung jawab sosial perusahaan sering disebut juga sebagai corporate social responsibility atau social disclosure, corporate social reporting, social reporting merupakan proses

pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi

15

organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan (Sembiring, 2005). Hal tersebut memperluas tanggung jawab organisasi dalam hal ini perusahaan, di luar peran tradisionalnya untuk menyediakan laporan keuangan kepada pemilik modal, khususnya pemegang saham. Perluasan tersebut dibuat dengan asumsi bahwa perusahaan mempunyai tanggung jawab yang lebih luas dibanding hanya mencari laba untuk pemegang saham (Gray et.al (1995) dalam Hasibuan (2001). Menurut Gray et.al dalam Sembiring (2005) ada dua pendekatan yang secara signifikan berbeda dalam melakukan penelitian tentang pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Pertama, pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan mungkin diperlakukan sebagai suatu suplemen dari

aktivitas akuntansi konvensional. Pendekatan ini secara umum akan menganggap masyarakat keuangan sebagai pemakai utama pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan cenderung membatasi persepsi tentang tanggung jawab sosial yang dilaporkan. Pendekatan alternatif kedua dengan meletakkan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan pada suatu pengujian peran informasi dalam hubungan masyarakat dan organisasi. Pandangan yang lebih luas ini telah menjadi sumber utama kemajuan dalam pemahaman tentang pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan sekaligus merupakan sumber kritik yang utama terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan

16

Banyak teori yang menjelaskan mengapa perusahaan cenderung mengungkapkan informasi yang berkaitan dengan aktivitasnya dan dampak yang ditimbulkan oleh perusahaan tersebut. Gray et al (1995) dalam Henny dan Murtanto (2001) menyebutkan ada tiga studi yaitu : 1. Decision usefullness studies. Sebagian dari studi-studi yang dilakukan oleh para peneliti yang mengemukakan teori ini menemukan bukti bahwa informasi sosial dibutuhkan oleh para pemakai laporan keuangan. Dalam hal ini para analis, banker, dan pihak lain yang dilibatkan dalam penelitian tersebut diminta untuk melakukan pemeringkatan terhadap informasi akuntansi. Informasi akutansi tersebut tidak terbatas pada informasi akuntansi tradisioanal yang telah dikenal selama ini, namun juga informasi lain yang relatif baru dalam wacana akuntansi. Mereka menempatkan informasi aktivitas sosial perusahaan pada posisi yang moderately important untuk digunakan sebagai pertimbangan oleh para users dalam

pengambilan keputusan 2. Economic theory studies Studi ini menggunakan agency theory dan positive accounting theory, dimana teori tersebut menganalogikan manajemen sebagai agen dari suatu prinsipal. Dalam penggunaan agency theory, prinsipal diartikan sebagai pemegang saham atau traditional users lain. Namun pengertian prinsipal tersebut meluas menjadi seluruh

17

interest group perusahaan yang bersangkutan. Sebagai agen manajemen akan berupaya mengoperasikan perusahaan sesuai dengan keinginan publik (stakeholder). 3. Social and political theory studies. Studi di bidang ini menggunakan teori stakeholders, teori legitimasi organisasi, dan teori ekonomi politik. Teori stakeholders mengasumsikan bahwa eksistensi perusahaan ditentukan oleh para stakeholders. Perusahaan berusaha mencari pembenaran dari para stakeholders dalam menjalankan operasi perusahaannya. Sehingga berakibat semakin besar pula kecenderungan perusahaan

mengadaptasi diri terhadap keinginan para stakeholders-nya. Menurut Murtanto (2006) dalam Media Akuntansi, pengungkapan kinerja perusahaan seringkali dilakukan secara sukarela (voluntary disclosure) oleh perusahaan. Adapun alasan-alasan perusahaan mengungkapkan kinerja sosial secara sukarela antara lain: 1. Internal Decision Making : Manajemen membutuhkan informasi untuk menentukan efektivitas informasi sosial tertentu dalam mencapai tujuan sosial perusahaan. Walaupun hal ini sulit diidentifikasi dan diukur, namun analissis secara sederhana lebih baik daripada tidak sam sekali 2. Product Differentiation : Manajer perusahaan memiliki insentif untuk membedakan diri dari pesaing yang tidak bertanggung jawab secara sosial kepada masyarakat. Akuntansi kontemporer tidak memisahkan pencatatan biaya dan manfaat aktivitas sosial perusahaan dalam laporan

18

keuangan, sehingga perusahaan yang tidak peduli sosial akan terlihat lebih sukses daripada perusahaan yang peduli. Hal ini mendorong perusahaan yang peduli sosial untuk mengungkapkan informasi tersebut sehingga masyarakat dapat membedakan mereka dari perusahaan lain. 3. Enlightened Self Interest : perusahaan melakukan pengungkapan untuk menjaga keselarasan sosialnya dengan para stakeholder karena mereka dapat mempengaruhi pendapatan penjualan dan harga saham perusahaan. Pertanggungjawaban sosial berhubungan juga dengan social contract theory. Menurut teori ini, diantara bisnis perusahaan dan masyarakat terdapat suatu kontrak sosial yang secara implisit maupun eksplisit. Dimana dalam kontrak sosial, akuntansi sosial digunakan sebagai serangkaian teknik pengumpulan dan pengungkapan data sehingga memungkinkan masyarakat untuk mengevaluasi kinerja sosial organisasi dalam memberi penilaian mengenai kelayakan operasi organisasi menurut Parker (2002) dalam Nur Cahyonowati (2003). Disamping itu, pertanggungjawaban perusahaan diperlukan untuk menilai apakah kegiatan perusahaan telah memenuhi ketentuan, standar, dan peraturan yang berlaku. Misalnya mengenai polusi, kesehatan dan keselamatan, bahaya pengunaan bahan-bahan yang beracun. Pada saat perusahaan mulai berinteraksi dan dekat dengan lingkungan luarnya (masyarakat), maka berkembang hubungan saling ketergantungan dan kesamaan minat serta tujuan antara perusahaan dengan lembaga sosial yang ada. Interaksi ini menyebabkan perusahaan tidak bisa lagi membuat keputusan atau kebijakan yang hanya menguntungkan pihaknya saja. Tetapi perusahaan

19

juga harus memikirkan kebutuhan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan (stakeholder needs). Jika tekanan dari stakeholder berpengaruh kuat terhadap kontinuitas dan kinerja perusahaan maka perusahaan harus bisa menyusun kebijakan sosial dan lingkungan yang terarah dan terlegitimasi (Nur Cahyonowati, 2003).

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Sosial Aktivitas sosial perusahaan merupakan salah satu komponen yang digunakan dalam laporan tahunan. Belum adanya standar baku yang mengatur tentang pelaporan aktivitas sosial perusahaan sosial menyebabkan yang adanya oleh

keanekaragaman perusahaan.

bentuk

pengungkapan

dilakukan

Setiap perusahaan mempunyai kebijakan yang berbeda-beda mengenai pengungkapan sosial sesuai dengan karateristik perusahaan. Hal ini menimbulkan masalah dalam pengukuran pengungkapan sosial. Oleh sebab pengukuran pengungkapan sosial dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian berupa daftar item pengungkapan sosial berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hackston dan Milne (1996) Banyak faktor yang dapat menpengaruhi pertanggungjawaban sosial ,seperti size perusahaan, profitabilitas, ukuran dewan komisaris, maupun profile yang dianggap sebagai variabel penduga dalam pengungkapan pertanggungjawaban sosial. Mengingat banyaknya faktor yang mempengaruhi pertangggungjawaban sosial, maka penelitian ini akan melihat apakah size

20

perusahaan, profitabilitas, ukuran dewan komisaris, dan tipe perusahaan akan berpengaruh atau tidak terhadap pertanggungjawaban sosial yang dilakukan oleh perusahaan.

2.3.1 Size Size perusahaan merupakan variabel yang banyak digunakan untuk menjelaskan pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan dalam laporan tahunan yang dibuat. Secara umum perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil. Hal ini karena perusahaan besar akan menghadapi resiko politis yang lebih besar dibanding perusahaan kecil. Secara teoritis perusahaan besar tidak akan lepas dari tekanan politis, yaitu tekanan untuk melakukan pertanggungjawaban sosial. Pengungkapan sosial yang lebih besar merupakan pengurangan biaya politis bagi perusahaan (Hasibuan, 2001). Dengan mengungkapkan kepedulian pada lingkungan melalui pelaporan keuangan, maka perusahaan dalam jangka waktu panjang bisa terhindar dari biaya yang sangat besar akibat dari tuntutan masyarakat. Menurut Buzby (Hasibuan 2001) ada dugaan bahwa perusahaan yang kecil akan mengungkapkan lebih rendah kualitasnya dibanding perusahaan besar. Hal ini karena ketiadaan sumber daya dan dana yang cukup besar dalam Laporan Tahunan. Manajemen khawatir dengan mengungkapkan lebih

banyak akan membahayakan posisi perusahaan terhadap kompetitor lain. Ketersediaan sumber daya dan dana membuat perusahaan merasa perlu membiayai penyediaan informasi untuk pertanggungjawaban sosialnya.

21

Di samping itu, perusahaan yang berukuran lebih besar cenderung memiliki public demand akan informasi yang lebih tinggi dibanding perusahaan yang berukuran lebih kecil. Alasan lain adalah perusahaan besar dan memiliki biaya keagenan yang lebih besar tentu akan mengungkapkan informasi yang lebih luas hal ini dilakukan untuk mengurangi biaya keagenan yang dikeluarkan. Lebih banyak pemegang saham, berarti memerlukan lebih banyak juga pengungkapan, hal ini dikarenakan tuntutan dari para pemegang saham dan para analis pasar modal (Yuniarti Gunawan, 2000). Cowen et.al (1987) dalam Sembiring (2003) menyatakan bahwa perusahaan yang lebih besar mungkin akan memiliki pemegang saham yang memperhatikan program sosial yang dibuat perusahaan dalam laporan tahunan, yang merupakan media untuk menyebarkan informasi tentang tanggung jawab sosial keuangan perusahan. Akan tetapi tidak semua peneliti mendukung hubungan antara size perusahaan dengan tanggung jawab sosial perusahaan. Penelitian yang tidak berhasil menunjukkan hubungan kedua variabel ini ditemukan oleh Robert (1992) dan seperti yang disebutkan dalam Hackston dan Milne (1996) antara lain adalah penelitian yang dilakukan oleh Davey (1982) dan Ng (1985). Sedangkan penelitian yang berhasil menunjukkan hubungan kedua variabel ini antara lain adalah penelitian Nor Hadi dan Arifin Sabeni (2002), Yuniati Gunawan (2000), Bambang Suripto dan Zaki Baridwan (1989), Muhammad Rizal Hasibuan (2001), Rahma Yuliani (2003), Cooke T.E (1992), Belkaoui dan Karpik (1989), dan Hackston dan Milne (1996). Karena

22

ketidakkonsistenan hasil, maka penelitian ini menguji kembali size perusahaan terhadap pengungkapan sosial dalam laporan tahunan di BEJ.

2.3.2

Profitabilitas Pengungkapan mengenai pertanggungjawaban sosial perusahaan

mencerminkan suatu pendekatan perusahaan dalam melakukan adaptasi dengan lingkungan yang dinamis dan bersifat multidimensi. Hubungan antara pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan profitabilitas perusahaan telah diyakini mencerminkan pandangan bahwa reaksi sosial memerlukan gaya manajerial yang sama dengan gaya manajerial yang dilakukan pihak manajemen untuk membuat suatu perusahaan memperoleh keuntungan (Bowman dan Haire, 1976 dalam Sembiring, 2003). Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan merupakan cerminan suatu pendekatan manajemen dalam menghadapi lingkungan yang dinamis dan multidimensional serta kemampuan untuk mempertemukan tekanan sosial dengan reaksi kebutuhan masyarakat. Dengan demikian, ketrampilan manajemen perlu dipertimbangkan untuk survive dalam lingkungan

perusahaan masa kini (Cowen et al., 1987 dalam Hasibuan, 2001). Heinze (1976) dalam Gray et.al. (1995b) menyatakan bahwa profitabilitas merupakan faktor yang memberikan kebebasan dan fleksibilitas kepada manajemen untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang saham. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial.

23

Riset penelitian empiris terhadap hubungan pengungkapan sosial perusahaan, profitabilitas menghasilkan hasil yang sangat beragam. Penelitian Bowman dan Haire (1976) serta Presto (1978) dalam Hackston dan Milne (1996) mendukung hubungan profitabilitas dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Sedangkan penelitian yang dilakukan Hackston dan Milne (1996) melaporkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Penelitian di Indonesia yang dilakukan oleh Rahma Yuliani (2003) menunjukan hasil bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan sosial dan lingkungan perusahaan. Berbeda dengan pendapat di atas yang menyatakan bahwa

profitabilitas berpengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, Donovan dan Gibson (2000) dalam Hasibuan (2003) menyatakan berdasarkan teori legitimasi, salah satu argumen dalam hubungan antara profitabilitas dan tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial adalah ketika perusahaan memiliki laba yang tinggi, perusahaan tidak perlu melaporkan hal-hal yang mengganggu informasi tentang suksesnya keuangan perusahaan. Sebaliknya pada saat tingkat profitabilitas rendah, mereka berharap para pengguna laporan akan membaca good news kinerja perusahaan. Misalnya dalam lingkup sosial, ketika investor membaca laporan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan diharapkan mereka tetap berinvestasi di perusahaan tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa profitabilitas mempunyai hubungan negatif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

24

Namun hal ini bertentangan dengan teori agensi yang menyatakan bahwa semakin besar perolehan laba yang didapat perusahan, maka semakin luas informasi sosial yang diungkapkan perusahaan. Ini dilakukan untuk mengurangi biaya keagenan yang muncul. Mengingat ketidakkonsistenan dari hasil penelitian para ahli yang telah dikemukakan di atas, maka dalam

penelitian ini menguji kembali pengaruh profitabilitas terhadap pengungkapan sosial perusahaan manufaktur dalam laporan tahunan di Bursa Efek Jakarta.

2.3.3

Ukuran Dewan Komisaris Dewan komisaris merupakan mekanisme pengendalian intern tertinggi

yang bertanggung jawab untuk memonitor tindakan manajemen puncak. Komposisi individu yang bekerja sebagai anggota dewan komisaris merupakan hal penting dalam memonitor aktivitas manajemen secara efektif (Fama dan Jesen, 1983, dalam Sembiring, 2003). Dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan akan dipandang lebih baik, karena pihak dari luar akan menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan perusahaan dengan lebih objektif dibanding perusahan yang memiliki susunan dewan komisaris yang hanya berasal dari dalam perusahaan. Dewan komisaris terdiri dari inside dan outside director yang akan memiliki akses informasi khusus yang berharga dan sangat membatu dewan komisaris serta menjadikannya sebagai alat efektif dalam keputusan dewan komisaris itu sendiri adalah

pengendalian. Sedangkan fungsi

mengawasi pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan oleh manajemen (direksi) dan bertanggung jawab untuk menentukan apakah manajemen

25

memenuhi

tanggung

jawab

mereka

dalam

mengembangkan

dan

menyelenggarakan pengendalian intern perusahaan (Mulyadi,2002). Menurut Beassley (2001) dalam Sembiring (2003) ada tiga karakteristik penting dewan komisaris yang mendukung aktivitas manajemen. Karakteristik tersebut antara lain : (1) komposisi, (2) pemisahan antara pimpinan dewan komisaris dengan Chief Executive Officer (CEO), dan (3) ukuran dewan komisaris. Item dan kualitas informasi yang diungkapkan dalam laporan yang disiapkan manajemen dapat mempengaruhi pengambilan keputusan dan kebijakan perusahan. Manajemen memiliki dorongan untuk mengungkapkan informasi yang menguntungkan dan menyembunyikan informasi yang tidak menguntungkan. Informasi yang menguntungkan akan diungkap seluasluasnya, sedangkan informasi yang tidak menguntungkan kelihatannya tidak diungkap dan sebagai hasilnya, para pemegang saham tidak akan mengetahui secara khusus informasi yang disembunyikan. Untuk mengatasi hal tersebut, pemegang saham mendelegasikan wewenang mereka dalam memonitor aktivitas manajemen kepada dewan komisaris. Teori agensi telah digunakan secara luas dalam penelitian tentang dewan komisaris. Hal ini dilakukan dengan membagi tipe anggota dewan komisaris menjadi dua, yaitu : outside dan inside directors (Kosnik, 1987, dalam Arifin, 2002). Penelitian berkaitan dewan komisaris di Indonesia yang dilakukan Arifin (2002), Dia menemukan bahwa komposisi dewan komisaris yang diukur dengan rasio out side directors terhadap jumlah dewan komisaris

26

mempunyai pengaruh yang signifikan (positif) terhadap pengungkapan sukarela (Sembiring, 2003). Pengungkapan tanggung jawab sosial merupakan bagian dari pengungkapan sukarela di Indonesia, hal ini dikarenakan belum adanya aturan yang mengharuskan perusahaan untuk mengungkapkan berkaitan dengan ukuran dewan komisaris. Coller dan Gregory 1999 dalam Sembiring (2003) menyatakan bahwa semakin besar anggota dewan komisaris maka akan semakin mudah untuk mengendalikan CEO dan memonitoring, sehingga yang dilakukan akan semakin efektif. Dikaitkan dengan

pengungkapan tanggung jawab sosial, maka tekanan terhadap manajemen akan semakin besar untuk mengungkapkannya.

2.3.4

Profile Profile perusahaan telah diidentifikasi sebagai faktor potensial yang

mempengaruhi praktek pengungkapan sosial perusahaan. Utomo (2000) mendefinisikan industri high profile sebagai industri yang memiliki consumer vasibility, resiko politik yang tinggi, atau kompetisi yang tinggi. Hal ini karena perusahaan yang berorientasi pada pelanggan akan lebih memperhatikan pertanggungjawaban sosialnya kepada masyarakat, karena hal ini akan meningkatkan citra perusahaan dan dapat mempengaruhi tingkat penjualan. Robert (1992) menyatakan bahwa penelitian terdahulu yang mencakup industri telah terdapat suatu hubungan sistematis antara karakteristikkarakteristik tersebut dengan aktivitas pertanggungjawaban sosial. Tentu saja semua klasifikasi itu merupakan hal yang subjektif. Robert (1992) memasukan industri automobil, penerbangan, dan minyak sebagai high profile. Cowen et

27

al. (1987) dalam Devina (2004) menyatakan bahwa perusahaan yang berorientasi pada konsumen akan lebih memperhatikan pertanggungjawaban sosialnya kepada masyarakat karena hal ini akan meningkatkan citra perusahaan dan mempengaruhi tingkat penjualan. Di Indonesia, Muhammad Rizal Hasibuan (2001), Muhammad Muslim Utomo (2000) maupun Henny dan Murtanto (2001) memasukan perminyakan dan pertambangan, kimia, hutan, kertas, otomotif, penerbangan, agrobisnis, tembakau dan rokok, makanan dan minuman, media dan komunikasi, energi (listrik), engineering kesehatan, transportasi dan pariwisata sebagai

perusahaan yang high profile sedangkan bangunan, keuangan dan perbankan, suplier peralatan medis, properti, retailer, tekstil dan produk tekstil, produk personal, produk rumah tangga sebagai perusahaan yang low profile. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya dan definisi di atas, penelitian ini akan memasukkan perminyakan dan pertambangan, kimia, hutan, kertas, otomotif, agrobisnis, tembakau dan rokok, makanan dan minuman, media dan komunikasi, kesehatan, transportasi dan pariwisata sebagai perusahaan yang high profile sedangkan bangunan, keuangan dan perbankan, suplier peralatan medis, retailer, tekstil dan produk tekstil, produk personal, produk rumah tangga sebagai perusahaan yang low profile. Penelitian berkaitan dengan pengungkapan sosial yang dilakukan pada perusahaan high profile dan low profile di Selandia Baru menunjukkan bahwa perusahaan high profile melakukan pengungkapan sosial yang lebih tinggi daripada perusahaan low profile (Hackston dan Milne, 1996). Hasil penelitian

28

yang sama ditemukan oleh Muhammad Rizal Hasibuan (2001), Rahma Yuliani. (2003), Muhammad Muslim Utomo (2000). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Davey (1992) dan Ng (1995) dalam Hackston dan Milne (1996) tidak menemukan hubungan antara kedua variabel tersebut. Penelitian ini akan mencoba menguji kembali pengaruh tipe industri terhadap pengungkapan sosial dalam laporan tahunan BEJ.

2.4

Kerangka Pemikiran Penelitian ini dilakukan untuk memberi gambaran tentang praktek

pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilaksanakan oleh perusahaan di Indonesia dan mengetahui pengaruh karakteristik perusahaan (size perusahaan, profitabilitas, ukuran dewan komisaris, dan profile) terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Size perusahaan merupakan variabel yang banyak digunakan untuk menjelaskan pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan dalam laporan tahunan yang dibuat. Secara umum perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil. Hal ini karena perusahaan besar akan menghadapi risiko politis yang lebih besar dibanding perusahaan kecil. Secara teoritis perusahaan besar tidak akan lepas dari tekanan politis, yaitu tekanan untuk melakukan pertanggungjawaban sosial. Pengungkapan sosial yang lebih besar merupakan pengurangan biaya politis bagi perusahaan (Hasibuan,2001). Dengan mengungkapkan kepedulian pada lingkungan

29

melalui pelaporan keuangan, maka perusahaan dalam jangka waktu panjang bisa terhindar dari biaya yang sangat besar akibat dari tuntutan masyarakat. Donovan dan Gibson (2000) dalam Hasibuan (2003) menyatakan berdasarkan teori legitimasi, salah satu argumen dalam hubungan antara profitabilitas dan tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial adalah ketika perusahaan memiliki laba yang tinggi, perusahaan tidak perlu melaporkan halhal yang mengganggu informasi tentang suksesnya keuangan perusahaan. Sebaliknya pada saat tingkat profitabilitas rendah, mereka berharap para pengguna laporan akan membaca good news kinerja perusahaan. Misalnya dalam lingkup sosial, ketika investor membaca laporan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan diharapkan mereka tetap berinvestasi di perusahaan tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa profitabilitas mempunyai hubungan negatif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Item dan kualitas informasi yang diungkapkan dalam laporan yang disiapkan manajemen dapat mempengaruhi pengambilan keputusan dan kebijakan perusahan. Manajemen memiliki dorongan untuk mengungkapkan informasi yang menguntungkan dan menyembunyikan informasi yang tidak menguntungkan. Informasi yang menguntungkan akan diungkap seluasluasnya, sedangkan informasi yang tidak menguntungkan kelihatannya tidak diungkap dan sebagai hasilnya, para pemegang saham tidak akan mengetahui secara khusus informasi yang disembunyikan. Untuk mengatasi hal tersebut,

30

pemegang saham mendelegasikan wewenang mereka dalam memonitor aktivitas manajemen kepada dewan komisaris. Dewan komisaris merupakan mekanisme pengendalian intern tertinggi yang bertanggung jawab untuk memonitor tindakan manajemen puncak. Komposisi individu yang bekerja sebagai anggota dewan komisaris merupakan hal penting dalam memonitor aktivitas manajemen secara efektif (Fama dan Jesen, 1983, dalam Sembiring, 2003). Coller dan Gregory 1999 dalam Sembiring (2003) menyatakan bahwa semakin besar anggota dewan komisaris maka akan semakin mudah untuk mengendalikan CEO dan memonitoring, sehingga yang dilakukan akan semakin efektif. Dikaitkan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial, maka tekanan terhadap manajemen akan semakin besar untuk mengungkapkannya. Hubungan antara profile perusahaan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial dapat dikaitkan dengan variasi dampak operasi perusahaan terhadap lingkungan dan masyarakat. Industri high profile sebagai industri yang memiliki consumer vasibility, risiko politik yang tinggi, atau kompetisi yang tinggi akan lebih memperhatikan pertanggungjawaban sosialnya kepada masyarakat, karena hal ini akan meningkatkan citra perusahaan dan dapat mempengaruhi tingkat penjualan Berdasarkan beberapa teori dan temuan penelitian yang menguji pengaruh antara size perusahaan, profitabilitas, ukuran dewan komisaris, dan tipe industri dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, maka bisa dibuat model kerangka pikir seperti dalam gambar berikut ini :

31

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir Size Perusahaan (X1) Profitabilitas ( X2) Ukuran Dewan Komisaris ( X3) Profile (X4)

Perusahaan akan menghadapi resiko politis atau tekanan sesuai dengan ukuran perusahaan

Kecenderungan perusahaan untuk menunjukkan kinerja perusahaan yang baik

Dewan komisaris mengendalikan dan memonitoring CEO / manajemen perusahaan

Dampak operasi perusahaan terhadap lingkungan dan masyarakat

Pengungkapan Tanggungjawab Sosial (Y)

2.5 Hipotesis Hipotesis adalah penjelasan sementara yang harus diuji kebenarannya mengenai masalah yang dipelajari, dimana suatu hipotesis selalu dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menghubungkan dua variabel atau lebih (Supranto, 2001) Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

32

Ha1 :

Size perusahaan berpengaruh secara positif terhadap

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaanHa 2 :

Profitabilitas perusahaan berpengaruh secara negatif

terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan Ha3 : Ukuran dewan komisaris perusahaan berpengaruh

secara positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaanHa 4 :

Profile

berpengaruh

secara

positif

terhadap

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Ha5 : komisaris, dan Size perusahaan, profitabilitas, ukuran dewan profile secara simultan berpengaruh terhadap

pertanggungjawaban sosial perusahaan.

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur yang tercatat (Go Public) di Bursa Efek Jakarta (BEJ) seperti yang tercantum dalam Indonesia Capital Market Directory (2006). Perusahaan manufaktur yang tercatat di BEJ digunakan sebagai populasi, karena perusahaan tersebut mempunyai kewajiban untuk menyampaikan laporan tahunan kepada pihak luar perusahaan. Di ICMD tersebut diketahui bahwa jumlah perusahaan manufaktur yang tercatat (go public) di BEJ adalah 146 perusahaan yang terbagi dalam 19 kategori perusahaan. Penelitian ini adalah penelitian populasi sehingga seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta menjadi unit analisis. Seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dijadikan unit analisis dalam penelitian ini karena seluruh perusahaan manufaktur tersebut memenuhi kriteria yaitu mengungkapkan tanggungjawab sosial perusahaan. Alasan lain adalah perusahaan manufaktur memiliki kontribusi terbesar dalam memunculkan masalah-masalah sosial seperti polusi, keamanan produk dan tenaga kerja.

3.2

Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel dependen dan empat

variabel

independen.

Variabel

dependen 33

dalam

penelitian

ini

adalah

34

pengungkapan tanggung jawab sosial, sedangkan variabel independenya adalah size perusahaan, profitabiitas, profile, dan ukuran dewan komisaris. Definisi dari variabel dependen dan independen dalam penelitian ini akan dijelaskan sebagai berikut :

3.2.1 Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Dalam penelitian ini pengungkapan tanggung jawab sosial (social disclosure) merupakan variabel independen. Pengungkapan tanggung jawab sosial merupakan data yang diungkap oleh perusahaan berkaitan dengan aktivitas sosialnya yang meliputi tema lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, lain-lain tentang tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat dan umum. Content analysis digunakan untuk mengukur pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Content analysis adalah suatu metode pengkodifikasian teks dari ciri-ciri yang sama untuk ditulis dalam berbagai kelompok (kategori) tergantung pada kriteria yang ditentukan (Weber, 1988 dalam Sembiring 2003). Check list dilakukan dengan melihat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang mencakup tujuh kategori, yaitu; lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, lain-lain tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat dan umum.

35

3.2.2 Size Perusahaan Size perusahaan bisa didasarkan pada jumlah aktiva (aktiva tetap, tidak berwujud dan lain-lain), jumlah tenaga kerja, volume penjualan dan kapitalisasi pasar (Nur Cahyonowati, 2003).Pada penelitian ini size perusahaan dinyatakan dengan jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh perusahaan manufaktur yang sudah terdaftar di BEJ. Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui bahwa semakin besar jumlah tenaga kerja yang dimiliki maka akan semakin besar pula tanggung jawab sosial yang harus diungkapkan.

3.2.3 Profitabilitas Profitabilitas diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba atau profit dalam upaya meningkatkan nilai pemegang saham. Terdapat beberapa ukuran untuk menentukan profitabilitas perusahaan, yaitu : return of equity, return on assets, earning per share, net profit dan operating ratio. Variabel profitabilitas dalm penelitian ini menggunakan Return On Asset (ROA). ROA adalah perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan aktiva untuk mengukur tingkat pengembalian investasi total ( Stoner dan Sirait, 1994). Rasio ini merupakan rasio yang terpenting untuk mengetahui profitabilitas suatu perusahaan. Return on asset merupakan ukuran efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Adapun pengukurannya dengan menggunakan rumus : Laba bersih setelah pajak ROA = Total aktiva

36

3.2.4 Ukuran Dewan Komisaris Ukuran dewan komisaris yang dimaksud di sini adalah banyaknya jumlah anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan. Ukuran dewan komisaris yang diinginkan dalam penelitian ini adalah konsisten dengan Sembiring (2003) yaitu dilihat dari banyaknya jumlah anggota dewan komisaris yang dimiliki perusahaan.

3.2.5 Profile Profile merupakan pandangan masyarakat tentang karakteristik yang dimiliki perusahaan berkaitan dengan bidang usaha, resiko, usaha karyawan yang dimiliki, dan lingkungan perusahaan. Berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya, perusahaan yang terklasifikasi dalam kelompok industri high profile antara lain perminyakan dan pertambangan, kimia, hutan, kertas, otomotif, agro bisnis, tembakau dan rokok, produk makanan dan minuman, media dan komunikasi kesehatan serta transportasi dan pariwisata. Sedangkan bangunan, keuangan dan perbankan, suplier peralatan medis, retailer, tekstil dan produk tekstil, produk personal dan produk rumah tangga sebagai perusahaan yang low profile. Tipe perusahaan diukur dengan menggunakan variabel dummy dengan memberikan nilai 1 untuk perusahaan high profile dan 0 untuk perusahaan low profile.

3.3 Metode pengumpulan data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Dalam penelitian ini data laporan tahunan diperoleh dengan mengunjungi Pusat Referensi Pasar Modal di Bursa Efek Jakarta Penggunaan

37

perusahaan manufaktur yang tercatat di BEJ sebagai populasi karena perusahaan tersebut mempunyai kewajiban untuk menyampaikan laporan tahunan kepada pihak luar perusahaan, sehingga memungkinkan data laporan tahunan tersebut diperoleh dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa item pengungkapan sosial, jumlah tenaga kerja, ROA, jumlah dewan komisaris, jumlah perusahaan high profile dan low profile yang terdapat di Laporan Tahunan perusahaan Go Publik di Bursa Efek Jakarta tahun 2005 dan Indonesian Capital Market Directory tahun 2006. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (Supomo dan Indriantoro, 2002). Data sekunder yang berupa Laporan Tahunan perusahaan Go Public diperoleh dengan mengunjungi Pusat Referensi Pasar Modal di Bursa Efek Jakarta. Sedangkan data diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2006. Untuk mengetahui item pengungkapan sosial dilakukan observasi terhadap laporan tahuan perusahaan manufaktur yang sudah Go Public sesuai dengan daftar item pengungkapan sosial yang telah digunakan oleh Hackston dan Milne (1996) dalam penelitiannya mengenai pengungkapan sosial di New Zealand. Secara lebih terperinci skala pengukuran dan indikator masing-masing variabel adalah seperti dalam tabel berikut ini :

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel

38

Variabel Variabel Independen Indeks Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Variabel Independen Size Profitabilitas (ROA)

Definisi Data yang diungkap oleh perusahaan berkaitan dengan aktivitas sosialnya

Pengukuran Jumlah item yang diungkapkan perusahaan/Jumlah item yang diharapkan

Skala Data Rasio

Sumber Data Annual Report

Ukuran perusahaan Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atau profit dalam upaya meningkatkan nilai pemegang saham Banyaknya jumlah anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan. Pandangan masyarakat tentang karakteristik yang dimiliki perusahaan berkaitan dengan bidang usaha, resiko, usaha karyawan yang dimiliki, dan lingkungan perusahaan.

Jumlah tenaga kerja Laba bersih/Total aktiva

Rasio Rasio

ICMD 2006 ICMD 2006

Ukuran Dewan Komisaris

Jumlah anggota dewan komisaris

Rasio

ICMD 2006

Profile

High-profile Low-profile

Nominal ICMD 2006

3.4 Metode Analisis Data Metode analisis dalam penelitian ini terdiri dari : 3.4.1 Uji Kualitas Data Penelitian ini akan diuji menggunakan metode regresi linear berganda untuk mengetahui pengaruh variabel variabel yang terkait dalam penelitian. Di dalam model regresi, bukan hanya variabel independen saja yang mempengaruhi variabel dependen, melainkan masih ada faktor lain yang dapat menyebabkan kesalahan dalam observasi, yaitu yang disebut kesalahan pengganggu ( ) atau

39

disturbances error ( Supranto, 2001). Metode regresi berganda akan dapat dijadikan alat estimasi yang tidak bias jika telah memenuhi persyaratan Best Linear Unbiased Estimation (BLUE). Agar model analisis regresi yang dipakai dalam penelitian ini secara teoretis menghasilkan nilai parametrik yang sahih terlebih dahulu akan dilakukan pengujian asumsi klasik regresi yang meliputi uji normalitas, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas.

a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan menguji apakah dalam metode regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2005). Model regresi yang baik adalah data yang berdistribusi normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini untuk mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak mengunakan dua cara yaitu melalui analisis grafik dan analisis statistik.

b. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas terjadi jika ada hubungan linear yang sempurna atau hampir sempurna antara beberapa atau semua variabel independen dalam model regresi. Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas (Ghozali, 2005). Untuk menguji adanya multikolinearitas dapat dilakukan dengan menganalisis korelasi antar variabel dan perhitungan nilai tolerance serta variance inflation factor (VIF). Multikolinearitas terjadi jika nilai tolerance lebih kecil dari 0,1 yang

40

berarti tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95% . Dan nilai VIF lebih besar dari 10, apabila VIF kurang dari 10 dapat dikatakan bahwa variabel independen yang digunakan dalam model adalah dapat dipercaya dan objektif.

c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2005). Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antar SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu x adalah residual (Y prediksi Y sesungguhnya) yang telah di-studentized. Dasar analisisnya adalah: 1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) akan mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. 2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik penyebaran di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka terjadi heteroskedastisitas. Untuk lebih menjamin keakuratan hasil maka dilakukann uji statistik dengan menggunakan uji Glejser. Uji Glejser mengusulkan untuk meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen (Ghozali, 2005). Jika dari hasil uji

41

Glejser didapat bahwa tidak ada satupun variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel depeden nilai absolut Ut (AbsUt) dan probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5% maka dapat diambil kesimpulan model regresi tersebut tidak mengandung adanya Heteroskedastisitas.

3.4.2

Uji Hipotesis Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini, digunakan metode regresi

linear berganda, uji signifikansi parameter individual (Uji statistik t), uji signifikansi simultan (Uji statistik F), dan koefisien determinasi : a. Metode Regresi Linear Berganda Metode regresi linear berganda, yaitu metode yang digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen dengan skala pengukur atau rasio dalam suatu persamaan linier (Indriantoro dan Supomo, 2002). Variabel independen dalam penelitian ini adalah size perusahaan, profitabilitas, ukuran dewan komisaris, dan tipe industri. Sedangkan variabel independennya adalah indeks pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Adapun persamaan untuk menguji hipotesis secara keseluruhan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

Y : 0 + 1X1 - 2X2 + 3X3 + 4X4 + e Keterangan : Y : Indeks skor pengungkapan : Konstanta X1 : Size perusahaan X2 : Profitabilitas X3 : Ukuran dewan komisaris X4 : Profile e : Error

(1)

42

b.

Uji signifikansi parameter individual (Uji stastistik t) Menurut Ghozali (2005) uji stastistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan

menggunakan significance level 0,05 (=5%). Penerimaan atau penolakan hipotesis dilakukan dengan kriteria sebagai berikut : 1. Jika nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi tidak signifikan). Ini berarti bahwa secara parsial variabel independen tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. 2. Jika nilai signifikan 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi signifikan). Ini berarti secara parsial variabel

independen tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. c. Uji signifikansi simultan (Uji stastistik F) Menurut Ghozali (2005) uji stastistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimaksudkan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level 0,05 (=5%). Ketentuan peneriman atau penolakan hipotesis adalah sebagi berikut : 1. Jika nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi tidak signifikan). Ini berarti bahwa secara simultan

43

kelima variabel independen tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. 2. Jika nilai signifikan 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi signifikan). Ini berarti secara simultan kelima variabel independen tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen d. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi ( R 2 ) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi berada di antara nol dan satu. Nilai R 2 yang kecil berarti kemampuan variabelvariabel independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-varibel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2005). Data dalam penelitian ini akan diolah dengan menggunakan program Statistical Package for Social Sciences (SPSS) 11.5. Hipotesis dalam penelitian ini dipengaruhi oleh nilai signifikansi koefisien variabel yang bersangkutan setelah dilakukan pengujian. Kesimpulan hipotesis dilakukan berdasarkan t-test dan F-test untuk menguji signifikansi variabelvariabel independen terhadap variabel dependen.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Objek Penelitian Berdasarkan data yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory 2006 diketahui bahwa perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Jakarta sebanyak 146 perusahaan. Dari jumlah perusahaan tersebut seluruhnya diambil sebagai sampel. Daftar lengkap perusahaan manufaktur yang menjadi sampel dalam penelitian ini sesuai dengan kriteria dalam ICMD 2006 dapat dilihat dalam lampiran 2. Adapun distribusi sampel berdasarkan kriteria adalah seperti dalam tabel berikut ini. Tabel 4.1 Daftar Perusahaan Manufaktur Berdasarkan Kriteria No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Kriteria Food and Beverages Tobacco Manufacturers Textille Mill Products Apparel and Other Textille Products Lumber and wood products Paper and allied products Chemical and allied products Adhesive Plastic and glass products Cement Metal and allied products 44 Proporsi 13,7 % 2,7 % 6,2 % 9,6 % 3,4 % 3,4 % 5,5 % 2,7 % 8,9 % 2,1 % 7,5 % Jumlah Perusahaan 20 4 9 14 5 5 8 4 13 3 11

45

Fabricated metal products 13 Stone, Clay, glass and concrete 14 Cables 15 Electronic and office equipment 16 Automotive and allied products 17 Photographic Equipment 18 Pharmaceuticals 19 Customer good Jumlah Sumber : ICMD 2006 yang diolah

12

1,4 % 2,7 % 4,1 % 2,1 % 13,7 % 2,1 % 6,2 % 2,1 % 100 %

2 4 6 3 20 3 9 3 146

4.1.2 Analisis Deskriptif a. Deskripsi Statistik Variabel Penelitian Deskripsi statistik keseluruhan variabel penelitian yang mencakup nilai rata-rata, maksimum, minimum dan standar deviasi adalah seperti yang terlihat dalam tabel 4.6 Tabel 4.2 Deskripsi Statistik Variabel PenelitianN TENKER ROA DK PROFILE INDEKS Valid N (listwise) 146 146 146 146 146 146 Minimum 37.00 -.28 2.00 .00 .07 Maximum 64000.00 .94 11.00 1.00 1.00 Mean 3751.8151 .0566 4.2397 .5548 .3551 Std. Deviation 8203.70673 .13225 1.72329 .49870 .24402

b. Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Gambaran tentang pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan manufaktur adalah seperti yang terlihat dalam lampiran 3. Dari tabel tersebut

46

terlihat bahwa jumlah pengungkapan paling banyak dilakukan oleh Unilever Indonesia yaitu sebanyak 72 pengungkapan atau 100 % dari total pengungkapan, sedangkan yang paling sedikit adalah 5 pengungkapan atau. 6,9 % dari total pengungkapan. Dari hasil uji descriptive statistics diketahui bahwa rata-rata

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan manufaktur hanyalah sebesar 0,3551 atau 35,51 % saja dari total pengungkapan. Hal ini berarti dapat disimpulkan bahwa tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan manufaktur di Indonesia masih sangat rendah. c. Size perusahaan Sampel yang dipilih dalam penelitian ini cukup bervariasi dilihat dari size perusahaan berdasarkan jumlah tenaga kerja. Data tentang jumlah tenaga kerja masing-masing perusahaan dapat dilihat pada lampiran 4. Komposisi sampel berdasarkan jumlah tenaga kerja adalah seperti dalam tabel berikut ini Tabel 4.3 Komposisi Perusahaan Manufaktur Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja Tenaker Kurang dari 500 500 1000 Lebih dari 1000 Jumlah Jumlah Perusahaan 35 32 79 146 Persentase 23,97 % 21,92 % 54,51 % 100 %

d. Profitabilitas Dilihat dari profitabilitas yang dalam penelitian ini diukur dengan ROA diketahui bahwa perusahaan yang memiliki ROA positif sebanyak 120

perusahaan, sedangkan yang memiliki ROA negative sebanyak 26 perusahaan.

47

ROA masing-masing perusahaan dapat dilihat pada lampiran 4. Komposisi sample berdasarkan ROA adalah seperti dalam tabel berikut ini: Tabel 4.4 Komposisi Perusahaan Manufaktur Berdasarkan ROA ROA 1 Jumlah Jumlah Perusahaan 26 17 103 146 Persentase 17,81 % 11,64 % 70,55 % 100 %

e. Ukuran Dewan Komisaris Dilihat dari ukuran dewan komisaris, kebanyakan perusahaan memiliki 3 orang anggota dewan komisaris yakni 64 perusahaan (43,84 %), dan hanya 1 perusahaan yang memiliki 11 orang angora dewan komisaris. Jumlah anggota dewan komisaris masing-masing perusahaan dapat dilihat pada lampiran 4. Komposisi sample berdasarkan jumlah anggota dewan komisaris adalah seperti dalam tabel berikut ini Tabel 4.5 Komposisi Perusahaan Manufaktur Berdasarkan Jumlah Anggota Dewan Komisaris Jumlah Anggota 2 orang 3 orang 4 orang 5 orang 6 orang 7 orang 8 orang 9 orang 10 orang 11 orang Jumlah Jumlah Perusahaan 6 64 20 32 11 6 0 4 2 1 146 Persentase 4,11 % 43,84 % 13,70 % 21,92 % 7,53 % 4,11 % 0 2,74 % 1,37 % 0,68 % 100 %

48

f. Profile Berdasarkan profile atau tipe industri, sample yang masuk kategori high profile sebanyak 81 perusahaan dan yang masuk kategori low profile sebanyak 65 perusahaan. Seperti yang terlihat dalam table 4.5. Secara lengkap klasifikasi perusahaan berdasarkan kategori high-profile dan low-profile dapat dilihat pada lampiran 4. Tabel 4.6 Komposisi Perusahaan Manufaktur Berdasarkan Profile Profile High-profile Low-profile Jumlah Jumlah Perusahaan 81 65 146 Persentase 55,48 % 44,52 % 100 %

4.1.3 Analisis Data 4.1.3.1 Uji Kualitas Data a. Uji Normalitas Uji kualitas data dalam penelitian ini dilakuakan dengan melakukan uji normalitas data. Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah variabel yang diuji mempunyai distribusi normal atau tidak. Asumsi ini diuji dengan menggunakan normal probability plot of standardized residual yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data normal maka garis menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya ( Imam Ghazali, 2001). Hasil pengujian ini dapat dilihat bahwa titik titik menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebarannya

49

mengikuti arah garis diagonal. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa penyebaran data mendekati normal atau memenuhi asumsi normalitas. Hal ini didukung dengan tampilan grafik histogram dan normal probability plot yang ditunjukkan dalam gambar

Gambar 4.1 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: INDEKS1.00

.75

Expected Cum Prob

.50

.25

0.00 0.00 .25 .50 .75 1.00

Observed Cum Prob

50

Gambar 4.2 Histogram dan Normal Probability PlotHistogram Dependent Variable: INDEKS20

10

Frequency

Std. Dev = .99 Mean = 0.00 05 .2 -1 5 .7 -1 5 .2 -2 5 .7 -2 5 -.7 5 -.2 25 1. 5 .2 5 .7 75 1.

N = 146.0025 2.

Regression Standardized Residual

b. Uji Multikolinearitas Uji multi kolinearitas data dapat dilakukan dengan matriks korelasi dengan melihat besarnya nilai VIF (variance inflation factor) dan nilai tolerance. Suatu model regresi yang bebas dari multikolinearitas memiliki angka VIF disekitar 1 dan angka tolerance mendekati 1. Tabel 4.7 Uji Multikolinearitas VIF Tolerance 0.713 1.402 0.962 1.040 0.676 1.478 0.948 1.055

Variabel TENKER ROA DK PROFILE

Berdasarkan tabel dari hasil SPSS diketahui bahwa nilai VIF dari masingmasing variabel yaitu, TENKER, ROA, DK dan PROFILE berada di sekitar 1. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa model regresi terbebas dari multikolinearitas.

51

c. Uji Heteroskedastisitas Penyimpangan asumsi klasik terjadi jika terdapat Heterokedastisitas artinya varian variabel dalam model tidak sama. Untuk mendeteksi ada tidaknya Heterokedastisitas dapat dilakukan dengan uji scatterplot. Gambar 4.3 Diagram ScatterplotScatterplot Dependent Variable: INDEKS3

Regression Studentized Residual

2

1

0

-1

-2 -3 -3 -2 -1 0 1 2 3

Regression Standardized Predicted Value

Dari grafik scatterplot yang diperoleh setelah data diolah melalui SPSS, dapat diketahui bahwa titik data menyebar secara acak serta tersebar di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi tersebut. Untuk lebih menjamin keakuratan hasil maka dilakukann uji statistik dengan menggunakan uji Glejser. Uji Glejser mengusulkan untuk meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen (Ghozali, 2005). Dari hasil uji Glejser didapat bahwa tidak ada satupun variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel depeden nilai absolut Ut (AbsUt) dan probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5% maka dapat diambil

52

kesimpulan model regresi tersebut tidak mengandung adanya Heteroskedastisitas. Hasil uji Glejser dapat dilihat pada lampiran 5

4.1.3.2 Persamaan Regresi Dalam penelitian ini dilakukan analisis regresi untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Dengan demikian, persamaan regresi yang digunakan adalah Y = a + b1X1 - b2X2 + b3X3 + b4X4 + e . Dari analisis regresi dengan mengggunakan program SPSS diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.8 Hasil Analisis Regresi Antara Size, Profitabilitas, DK, dan Profile terhadap Social Dissclosure Keterangan Konstanta (a) Koefisien Regresi X1 (b1) Koefisien Regresi X2 (b2) Koefisien Regresi X3 (b3) Koefisien Regresi X4 (b4) Signifikansi t untuk X1 Signifikansi t untuk X2 Signifikansi t untuk X3 Signifikansi t untuk X4 Signifikansi F R2 Nilai Hasil Perhitungan -3,390 0,149 - 0,007 0,558 0,430 0,001 0,827 0,001 0,000 0,000 0.345

Berdasarkan tabel, persamaan regresi yang dapat disusun adalah : Y = -3,390 + 0,149 X1 0,007 X2 + 0,558 X3 + 0,430 X4 + e Dari persamaan ini dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Konstanta (a) sebesar -3,390 menyatakan bahwa jika X1, X2, X3 dan X4 adalah 0, maka indeks pengungkapan sosial adalah -3,390

53

b. Koefisien regresi untuk size perusahaan (b1) sebesar 0,149 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 tenaga kerja pada perusahaan manufaktur akan menambah indeks pengungkapan sosial sebesar 0,149, dalam hal ini faktor lain yang mempengaruhi dianggap konstan c. Koefisien regresi untuk profitabilitas (b2) sebesar - 0,007 menyatakan bahwa setiap penambahan 1,00 x pada ROA akan mengurangi indeks pengungkapan sosial sebesar 0,007, dalam hal ini faktor lain yang mempengaruhi dianggap konstan d. Koefisien regresi untuk Dewan Komisaris (b3) sebesar 0,558 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 orang anggota dewan komisaris akan menambah indeks pengungkapan sosial sebesar 0,558, dalam hal ini faktor lain dianggap konstan. e. Koefisien regresi untuk profile (b4) sebesar 0,430 menyatakan bahwa perusahaan dengan tipe high profile akan membuat pengungkapan tanggung jawab sosial yang lebih luas dari perusahaan low profile yaitu sebesar 0,430

4.1.3.3 Pengujian Hipotesis a. Uji F-statistik Uji F-statistik digunakan untuk membuktikan hipotesis yang menyatakan ada pengaruh antara size perusahaan, profitabilitas, ukuran dewan komisaris dan profile terhadap pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan manufaktur di

54

Bursa Efek Jakarta. Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel. Hasil pengujian yang dilakuakan dengan menggunakan SPSS

menunjukkan Fhitung sebesar 20,085 dengan signifikansi sebesar 0,000. Harga Ftabel dengan dk (derajat kebebasan) pembilang 4 dan dk penyebut 141, a = 5 % adalah 2,45. Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa Fhitung > Ftabel yaitu 20,085 > 2,45 dan taraf signifikansi lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian hipotesis yang menunjukkan ada pengaruh antara size perusahaan, profitabilitas, ukuran dewan komisaris dan profile terhadap pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan manufaktur dapat diterima. b. Uji t-statistik Uji t-statistik dilakukan untuk menyelidiki lebih lanjut mana diantara empat variabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan sosial. Uji t-statistik dilakukan dengan membandingkan nilai thitung dengan ttabel taraf signifikansi 5 %. Harga ttabel dengan df = 145 adalah 1,645 Hasil pengujian menunjukkan sebagai berikut : a. Variabel size perusahaan (X1) memiliki thitung sebesar 3,484. Dengan demikian tampak bahwa thitung > ttabel, dan karena nilai t dinyatakan dalam tanda positif maka dapat dikatakan variabel size perusahaan (X1) berpengaruh positif terhadap Pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan manufaktur. Disamping itu berdasarkan analisis SPSS, nilai thitung sebesar 3,484 berada dalam taraf signifikansi 0,001 (0,1 %) yang bearti berada di bawah taraf signifikansi 0,05 (5 %). Hal

55

ini menunjukkan bahwa size perusahaan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan manufaktur. b. Variabel profitabilitas (X2) memiliki thitung sebesar 0,219. Dengan demikian tampak bahwa thitung < ttabel, dan karena nilai t dinyatakan dalam tanda negatif maka dapat dikatakan bahwa arah hubungan profitabilitas/ ROA (X2) dengan pengungkapan tanggung jawab sosial adalah negative sesuai dengan teori yang dikemukakan Donovan dan Gibson. Berdasarkan analisis SPSS, nilai thitung sebesar - 0,219 berada dalam taraf signifikansi 0,827 (82,7 %) yang bearti berada di atas taraf signifikansi 0,05 (5 %). Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh negatif yang signifikan dari profitabilitas terhadap Pengungkapan tanggungjawab sosial

perusahaan manufaktur. c. Variabel ukuran dewan komisaris (X3) memiliki thitung sebesar 3,242. Dengan demikian tampak bahwa thitung > ttabel, dan karena nilai t dinyatakan dalam tanda positif maka dapat dikatakan variabel ukuran dewan komisaris (X3) berpengaruh positif terhadap Pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan manufaktur. Disamping itu berdasarkan analisis SPSS, nilai thitung sebesar 3,242 berada dalam taraf signifikansi 0,001 (0,1 %) yang bearti berada di bawah taraf signifikansi 0,05 (5 %). Hal ini menunjukkan bahwa ukuran dewan

56

komisaris berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan manufaktur. d. Variabel profile (X4) memiliki thitung sebesar 4,092. Dengan demikian tampak bahwa thitung > ttabel, dan karena nilai t dinyatakan dalam tanda positif maka dapat dikatakan variabel profile perusahaan (X4) berpengaruh positif terhadap pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan manufaktur. Disamping itu berdasarkan analisis SPSS, nilai thitung sebesar 4,092 berada dalam taraf signifikansi 0,000 (0,0 %) yang berarti berada di bawah taraf signifikansi 0,05 (5 %). Hal ini menunjukkan bahwa profile perusahaan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan manufaktur.

4.1.3.4 Koefisien Determinasi Dalam uji regresi linear berganda ini dianalisis pula besarnya koefisien determinasi (R2) secara keseluruhan. Hasil pengujian menunjukkan R2 sebesar 0,345 atau 34,5 %. Jadi dapat dikatakan bahwa 34,5 % besarnya pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan manufaktur disebabkan oleh size perusahaan, profitabilitas, ukuran dewan komisaris dan profile. Sedangkan 65,5 % besarnya pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan manufaktur disebabkan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

57

4.2 Pembahasan Berdasarkan penyajian data hasil penelitian beserta pengolahannya yang bersumber dari Annual Report perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan ICMD 2006, maka penulis dalam pembahasan ini akan membahas hasil penelitian sesuai dengan permasalahan yang diajukan. Gambaran tentang praktek pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilaksanakan oleh perusahaan manufaktur di Indonesia dapat dijelaskan dari hasil uji descriptive statistics diketahui bahwa rata-rata pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan manufaktur hanyalah sebesar 0,3551 atau 35,51 % saja dari tot