spondilitis
-
Upload
nurul-an-nisa -
Category
Documents
-
view
16 -
download
0
description
Transcript of spondilitis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Depkes (1995) mendefenisikan spondilitas sebagai suatu
peradangan kronis yang menimbulkan kekakuan dan biasanya gangguan
bersifat progresif pada sendi sakro iliaka dan sendi panggul, sendi-sendi
sinovial pada spinal dan jaringan-jaringan lunak di spinal.
Spondilitis adalah radang ruas tulang punggung. Pada umumnya,
ada 2 jenis spondilitis yang sering terjadi yaitu spondilitis ankilosa dan
spondilitis tuberculosa.
Spondilitis ankilosa merupakan penyakit reumatik inflamasi
sistemik kronik yang terutama menyerang sendi aksial (vertebra). Yang
merupakan tanda khas adalah terserangnya sendi sakroiliaka.
Spondilitis ankilosa berasal dari bahasa Yunani, ankylos yang
berarti bengkok dan spondylos yang berarti vertebra. Spondilitis ankilosa
merupakan inflamasi kronik yang melibatkan sendi-sendi aksial dan
perifer, entesitis dan bisa mempunyai manifestasi ekstraartikular.
B. Tujuan
1. Mampumengetahui tentang pengertian dari spondilitis
2. Mampu mengetahui klasifikasi spondilitis
3. Mampu memahami penyebab spondilitis
C. Manfaat
1. Dapat memahami penyebab spondilitis
2. Dapat mengetahui tentang pengertian dari spondilitis
3. Dapat mengetahui klasifikasi spondilitis
Spondilitis Page 1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Anatomi
Medulla spinalis dikelompokan dan dinamai sesuia dengan daerah
yang ditempatinya diantaranya tujuh vertebra servikalis, dua belas vertebra
torakalis, lima vertebra sakralis, lima vertebra lumbalis dan empat vertebra
koksigues. Dari medulla spinalis ini keluar (dan masuk) saraf spinal melalui
foramen intervertebralis diantaranya 8 dari servikalis, 12 dari torakalis, 5 dari
lumbal, 5 dari sacral dan 1 dari koksigeus.
1. Kolumna vertebralis
Kolumna vertebralis atau rangkaian tulang belakang adalah sebuah
stuktur lentur yang terbentuk oleh sejumlah tulang yang disebut dengan
ruas tulang belakang dimana berhubungan kokoh satu sama lain, tetapi
tetap dapat menghasilkan gerakan terbatas satu sama lain.. Diantara tiap
dua ruas tulang belakang terdapat bantalan tulang rawan. Panjang
rangkaian tulang belakang pada orang dewasa dapat mencapai 57 sampai
67 sentimeter. Seluruhnya terdapat 33 ruas tulang
Bagian dari ruas tulang belakang meliputi :
a. Vetebra servikalis (tulang leher) ada 7 ruas
Ketujuh vertebra servikalis merupakan vertebra terkecil dan
dapat dengan mudah dikenali karena proseksus tranversusnya
mengandung foramina untuk tempat lewatnya arteri vertebralis. Ruas
pertama vertebra servikalis disebut atlas yang memungkinkan kepala
untuk menganguk. Ruas kedua disebut prosesus odontoid (aksis) yang
memungkinkan kepala untuk berputar kekiri dan kekanan.Ruas
ketujuh mempunyai taju yan disebut prosesus Prominan.
b. Vertebra torakalis (tulang punggung) terdiri dari 12 ruas
Spondilitis Page 2
Kedua belas vertebra torakalis lebih besar dari vertebra
servikalis dan ukurannya semakin besar dari atas ke bawah, pada
bagian dataran sendi sebelah atas, bawah, kiri, dan kanan membentuk
persendian dari tulang iga.
c. Vertebra lumbalis (tulang pinggang) terdiri dari 5 ruas
Kelima vertebra lumbalis merupakan vertebra paling besar dan
tidak mempunyai segi untuk berartikulasi dengan iga. Prosesus
spinosusnya besar dan kuat dan merupakan perlekatan otot.
d. Vertebra sakralis (tulang kelangkangan) terdiri dari 5 ruas
Kelima vertebralis sakralis bergabung menjadi satu tulang
besar yang disebut sacrum. Di samping kiri dan kanannya terdapat
lubang-lubang kecil 5 buah yang disebut foramen sakralis. Os sacrum
menjadi dinding bagian tulang belakang dari rongga panggul.
e. Vertebra koksigilis (tulang ekor) terdiri dari 4 ruas
Tulang koksiges merupakan tulang kecil berbentuk segitiga
yang terdiri dari ronnga panggul, dapat bergerak sedikit karena
membentuk persendiaan dengan sakrum.
2. Vaskularisasi kolumna vertebralis
Arteria spinalis yang mengantar darah kepada vertebra, adalah cabang
dari :
a. Arteria vertebralis dan arteria servikalis ascendens di leher
b. Arteria interkostalis posterior di daerah thorakal
c. Arteria subkostalis dan arteria lumbalis di abdomen
d. Arteria iliolumbalis dan arteria sakralis lateralis
Arteria spinalis memasuki foramen intervertebralis dan bercabang
menjadi cabang akhir dan cabang radikular. Beberapa dari cabang-cabang
ini beranastomosis dengan arteri-arteri medulla spinalis..
Vena spinalis membentuk pleksus vena yang meluas sepanjang
kolumna vertebralis, baik di sebelah dalam (pleksus venosi vertebralis
Spondilitis Page 3
profundus) dan juga di sebelah luar (pleksus venosi vertebralis
superficialis) kanalis vertebralis. Vena basivertebralis terletak dalam
korpus vertebra.
B. Definisi Spondilitis
Spondilitis adalah inflamasi pada tulang vertebrae yang bisa disebabkan oleh
beberapa hal, misalnya proses infeksi, imunitas.
Spondilitis ankilosis adalah suatu penyakit peradangan kronik progresif
yang terutama menyerang sendi sakroiliaka dan sendi-sendi tulang belakang.
Dengan semakin berkembangnya penyakit pada tulang belakang, maka
jaringan lunak paravertebra dan sendi kostovertebralis mungkin terserang
juga.
Spondilitis tuberculosa adalah infeksi yang sifatnya kronis berupa infeksi
granulomatosis di sebabkan oleh kuman spesifik yaitu mycubacterium
tuberculosa yang mengenai tulang vertebra.
Spondilitis TB adalah peradangan granulonatosa yang bersifat kronis,
destruktif oleh mikrobakterium TB. TB tulang belakang selalu merupakan
infeksi sekunder dari focus ditempat lain dalam tubuh.
Spondilitis Page 4
C. Etiologi spondiliotis
1. Spondilitis ankilosa
Etiologi Patogenesis pada SA tidak begitu dipahami, tetapi SA
merupakan penyakit yang diperantari oleh sistem imun, dibuktikan dengan
adanya peningkatan IgA dan berhubungan erat dengan HLA B27. Secara
imunologi terdapat interaksi antara class I HLA molecule B27 dan
Limfosit T. Kecenderungan terjadinya SA dipercayai sebagai penyakit
yang diturunkan secara genetik, dan mayoritas (hampir 90%) penderita SA
lahir dengan suatu gen yang disebut dengan HLA B27. Adanya gen HLA
B27 ini hanya menunjukan adanya kecenderungan yang meningkat
terhadap terjadinya SA ini meskipun ada faktor lain yang mempengaruhi
seperti lingkungan.
2. Spondilitis tuberculosa
Tuberkulosis tulang belakang merupakan infeksi sekunder dari
tuberkulosis di tempat lain di tubuh, 90-95% disebabkan oleh
mikobakterium tuberculosis. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai
sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu
disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TB cepat mati
dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam
di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat
dorman, tertidur lama selama beberapa tahun.
D. Patofisiologi spondilitis
1. Spondilitis ankilosa
Keberadaan gen HLA-B27 menunjukkan kecenderungan terjadinya
penyakit spondilitis ankilosa. Ketika terjadi poliferasi sinovial disertai
inflamasi (sinovitis) dan diikuti infiltrasi sel-sel bulat maka untuk
mengatasi inflamasi tersebut maka tubuh akan merespon dengan
pembentukan jaringan granulasi pada tulang yang berdekatan. Namun,
ketika inflamasi menjadi kronik (terus-menerus) maka akan terjadi
Spondilitis Page 5
destruktif sendi tulang rawan dan tulang artikuler, jaringan granulasi yang
seharusnya terbentuk digantikan oleh jaringan fibrosa. Jaringan fibrosa ini
akan mengalami osifikasi (kombinasi dari destruktif sendi, ketegangan
selaput sendi dan ruptur tendon yang menyebabkan instabilitas dan
deformitas sendi) yang selanjutnya akn membentuk struktur tulang baru
yang menjadi jembatan antar vertebra dan membuat tulang belakang
menyatu (Bamboo Spine). Kondisi ini akan membuat tulang belakang
yang seharusya memiliki kurva normal akan menjadi lebih lurus, lebih
kaku dan tidak fleksibel. Proses penyatuan vertebra ini berlangsung dari
bawah (lumbosacral) menuju ke atas sehingga pada fase tertentu akan
dapat mempengaruhi tulang rusuk dan menyebabkan terganggunya fungsi
pernapasan. Tulang belakang yang perlahan menyatu akan membentuk
struktur tulang yang kaku dan cenderung membungkuk (kifosis).
2. Spondilitis tuberculosa
Patogenesis penyakit ini sangat tergantung dari kemampuan bakteri
menahan cernaan enzim lisosomal dan kemampuan host untuk
memobilisasi imunitas seluler. Jika bakteri tidak dapat diinaktivasi, maka
bakteri akan bermultiplikasi dalam sel dan membunuh sel itu. Komponen
lipid, protein serta polisakarida sel basil tuberkulosa bersifat
immunogenik, sehingga akan merangsang pembentukan granuloma dan
mengaktivasi makrofag. Beberapa antigen yang dihasilkannya dapat juga
bersifat immunosupresif.
Spondilitis Page 6
Infeksi mycobacterium tuuberculosis pada tulang selalu merupakan
infeksi sekunder. Berkembnagnya kuman dalam tubuh tergantung pada
keganasan kuman dan ketahanan tubuh klien. Lima stadium perjalanan
penyakit spondilitis tuberkulosa, antara lain:
a. Stadium I (implantasi)
Setelah bakteri berada dalam tulang, maka bila daya tahan tubuh
klien menurun, bakteri akan berduplikasi membentuk koloni yang
berlangsung selama 6-8 minggu. Keadaan ini umumnya terjadi pada
daerah torakolumbal.
b. Stadium destruksi awal
Setelah stadium implantasi, selanjutnya terjadi destruksi korpus
vertebra serta penyempitan yang ringan pada diskus. Proses ini
berlangsung selama 3-6 minggu.
c. Stadium destruksi lanjut
Pada stadium ini terjadi destruksi yang masif, kolaps vertebra dan
terbentuk massa kaseosa yang berbentuk cold abses (abses dingin),
yang terjadi 23 bulan setelah stadium destruksi awal. Selanjutnya dapat
terbentuk sekuestrum serta kerusakan diskus intervertebralis. Pada saat
ini terbentuk tulang baji terutama di sebelah depan (wedging anterior)
akibat kerusakan korpus vertebra, yang menyebabkan terjadinya kifosis
atau gibus.
d. Stadium gangguan neurologis
Tidak berkaitan dengan beratnya kifosis yang terjadi, tetapi
terutama ditentukan oleh tekanan abses ke kanalis spinalis. Gangguan
ini ditemukan 10% dari seluruh komplikasi spondilitis tuberkulosa.
Vertebra torakalis mempunyai kanalis spinalis yang lebih kecil
sehingga gangguan neurologis lebih mudah terjadi pada daerah ini.
e. Stadium deformitas residual
Stadium ini terjadi kurang lebih 35 tahun setelah timbulnya
stadium implantasi. Kifosis atau gibus bersifat permanen oleh karena
kerusakan vertebra yang masif di sebelah depan.
Spondilitis Page 7
E. Menifestasi klinik
1. Spondilitis ankilosa
a. Manifestasi konstitusional biasanya sangat ringan, seperti anoreksia,
kelemahan, penurunan berat badan, dan panas ringan yang biasanya
terjadi pada awal penyakit.
b. Manifestasi skeletal, terdiri dari:
1) Nyeri punggung bawah dan kekakuan yang sering memburuk pada
pagi hari atau setelah istirahat lama. Nyeri akan menghilang dengan
aktivitas fisik dan biasanya terpusat di vertebra lumbosacral meski
biasa juga terasa pada sendi panggul dan pantat dan kadang-kadang
menjalar ke paha. Kekakuan biasanya berlangsung lebih dari 30
menit.
2) Nyeri dan kaku pada vertebra torakalis, leher dan bahu.
3) Keterlibatan kostovertebral menyebabkan gangguan ekspansi dada.
4) Sendi perifer dapat mengalami sinovitis, trauma sendi besar dan
prokimal seperti bahu dan panggul.
c. Manifestasi ekstraskeletal, teridiri dari:
1) Gangguan mata, berupa uveitis anterior dan iridosiklitis.
2) Gangguan kardiovaskular, berupa oartitis, regurgitasi katup aorta,
gangguan konduksi dan perikarditis.
Spondilitis Page 8
3) Gangguan paru, berupa fibrosis lobus superior yang progresif
lambat.
4) Sindroma kauda equine berasal dari pemadatan atau penyempitan
yang simultan dari radik saraf lumbosacral multiple di bawah konus
medullaris.
2. Spondilitis tuberculosa
Secara klinik gejala tuberkulosis tulang belakang hampir sama dengan
gejala tuberkulosis pada umumnya, yaitu:
a. Badan lemah/ lesu
b. Penurunan berat badan
c. Nafsu makan berkurang
d. Demam subfebris
e. Nyeri vertebra/lokal pada lokasi infeksi sering dijumpai dan
menghilang bila istirahat.
f. Deformitas tulang belakang
g. Adanya spasme otot paravertebralis
h. Nyeri ketok tulang vertebra
i. Gangguan motorik
j. Adanya gibus/kifosis
F. Pemeriksaan fisik
1. Spondilitis ankilosa
a. Inspeksi
1) Sikap/postur tubuh
Selama perjalanan penyakitnya, sikap tubuh yang normal akan
hilang. Lordosis lumbal yang menghilang umumnya merupakan
tanda awal. Apabila vertebra cervical terserang, maka pergerakan
leher akan terbatas serta menimbulkan rasa nyeri. Leher penderita
mengalami pergeseran ke depan dan hal ini dapat dibuktikan dengan
cara : penderita diminta berdiri tegak, apabila terjadi pergeseran
maka occiput tidak dapat menempel pada dinding.
Spondilitis Page 9
2) Mobilitas tulang belakang
Pertama kali yang diperiksa adalah apakah ada keterbatasan
gerak. Biasanya ditemukan adanya keterbatasan gerak pada tulang
vertebra lumbal, yang dapat dilihat dengan cara melakukan gerakan
fleksi badan ke depan, ke samping dan ekstensi.
Tes Schober atau modifikasinya, berguna untuk mendeteksi
keterbatasan gerak fleksi badan ke depan. Caranya : penderita
diminta untuk berdiri tegak, pada prosesus spinosus lumbal V diberi
tanda (titik), kemudian 10 cm lurus di atasnya diberi tanda ke dua.
Kemudian penderita diminta melakukan gerakan membungkuk (lutut
tidak boleh dibengkokkan). Pada orang normal jarak kedua titik
tersebut akan bertambah jauh; bila jarak kedua titik tersebut tidak
mencapai 15 cm, hal ini menandakan bahwa mobilitas tulang
vertebra lumbal telah menurun (pergerakan vertebra lumbal mulai
terbatas). Di samping itu fleksi lateral juga akan menurun dan gerak
putar pada tulang belakang akan menimbulkan rasa sakit.
3) Ekspansi dada
Penurunan ekspansi dada dari yang ringan sampai sedang, sering
dijumpai pada kasus ankylosing spondylitis stadium dini dan jangan
dianggap sebagai stadium lanjut. Pada pengukuran ini perlu dilihat
bahwa nilai normalnya sangat bervariasi dan tergantung pada umur
dan jenis kelamin. Sebagai pedoman yang dipakai adalah : ekspansi
dada kurang dari 5 cm pada penderita muda disertai dengan nyeri
pinggang yang dimulai secara perlahan-lahan, harus dicurigai
mengarah ke adanya ankylosing spondylitis. Pengukuran ekspansi
dada ini diukur dari inspirasi maksimal sesudah melakukan ekspirasi
maksimal
b. Palpasi, adanya enthesitis dapat dilihat dengan cara menekan pada
tempat-tempat tertentu antara lain : ischial tuberositas, troc-hanter
mayor, processus spinosus, costochondral dan manu-briosternal
Spondilitis Page 10
junctions serta pada iliac fasciitis plantaris juga merupakan manifestasi
dari enthesitis.
2. Spondilitis tuberculosa
a. Inspeksi, pada klien spondilitis kelihatan lemah, pucat, dan tulang
belakang terlihat bentuk kifosis (membungkuk)
b. Palpasi, ditemukan adanya gibus pada area tulang yang mengalami
infeksi
c. Perkusi, terdapat nyeri ketok pada tulang belakang yang mengalami
infeksi
d. Auskultasi, tidak ditemukan adanya kelainan paru.
G. Pemeriksaan penunjang
1. Spondilitis ankilosa
a. Pemeriksaan lab
1) Biasanya reumatoid faktor negatif.
2) Peningkatan LED pada stadium aktif penyakit
3) HLA-B-27 positif pada 90 % penderita
b. Pemeriksaan radiologis
1) Pada stadium awal dapat terlihat perkabutan dan erosi sendi sakro-
iliaca
2) Pada tahap selanjutnya terlihat sklerosis peri-artikuler vertebra
bagian depan vertebra yang normalnya konkaf berubah menjadi
datar, terdapat diskus intervertebralis yang membentuk jembatan di
antara vertebra yang membentuk gambaran seperti ruas bambu
(Bamboo spine)
3) Terdapat perubahan sinar X yang terjadi pada spndilitis ankilosis ini.
Rongga sendi sakroiliaka menyempit dan terjadi erosi ruang sendi
sakroiliaka. Akhirnya terjadi penyatuan (fusi) antara tulang-tulang
tersebut. Akhirnya korpus vertebra tampak nyata mengalami
perubahan bentuk menjadi bentuk persegi, Sindesmofit atau
pertumbuhan tulang vertikal dapat diperagakan dengan membentuk
Spondilitis Page 11
jembatan penghubung antara celah-celah antara korpus vertebra.
Kalsifikasi diskus intervertebralis dapat diikuti dengan kalsifikasi
dan osifikasi ligamentum paravertebralis pada stadium lanjut
penyakit.
2. Spondilitis tuberculosa
Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada penyakit
spondilitis tuberkulosa antara lain:
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Peningkatan laju endap darah dan mungkin disertai leukositosis
2) Uji Mantoux : positif tb
3) Pada pemeriksaan biakan kuman mungkin ditemukan
Mycobacterium
4) Biopsi jaringan granulasi atau kelenjar limfe regional
5) Pemeriksaan histopatologis dapat ditemukan tuberkel
b. Pemeriksaan radiologis
1) Pemeriksaan foto toraks untuk melihat adanya tuberkulosis paru
2) Foto polos vertebra, ditemukan osteoporosis, osteolitik, dan
destruksi korpus vertebra, disertai penyempitan diskus
intervertebralis yang berada diantara korpus tersebut dan mungkin
dapat ditemukan adanya massa abses paravertebral
3) Pada stadium lanjut terjadi destruksi vertebra yang hebat sehingga
timbul kifosis
4) Pemeriksaan mielografi dilakukan bila terdapat gejala-gejala
penekanan sumsum tulang
5) Pemeriksaan CT scan
6) Pemeriksaan MRI
H. Penatalaksanaan
1. Spondilitis ankilosa
a. Penatalaksanaan medis
Spondilitis Page 12
1) Dosis aspirin yang teratur dan konsisten dapat membantu
memperingan spondilitis ankilosis.
2) Tetapi fenilbutazon atau indometasin yang merupakan agen anti
peradangan yang lebih kuat kadang-kadang lebih efektif daripada
salisilat.
3) Kortikosteroid jarang digunakan dan kadang-kadang hanya
digunakan untuk kasus-kasus yang parah saja.
4) Pengobatan dengan obat anti-inflamasi nonsteroid (AINS) untuk
mengurangi nyeri, mengurangi inflamasi, dan memperbaiki kualitas
hidup penderita. Indometasin 25-50 mg diberikan 3 x sehari, bila
telah terjadi perbaikan gejala dengan dosis yang lebih kecil,
sebaiknya dipakai dosis tersebut. Dapat pula dipakai obat lain seperti
proksikan, naproksan, dsb.
5) Bila keluhan sangat mengganggu dalam kegiatan sehari-hari dapat
dipertimbangkan untuk dilakukan artroplasti atau koreksi deformitas
spinal. Tindakan ini sangat berguna untuk mengurangi keluhan
akibat deformitas tersebut
Pembedahan, kadang diperlukan misalnya : Wedge osteotomy pada
deformitas tulang belakang, stabilisasi sendi atau artoplasti costa, hip
replacement pada artritis berat dan fleksion deformity. Penyinaran
tidak menunjukan hasil, mungkin dipakai untuk daerah-daerah
tertentu ditulang belakang dimana proses terus aktif.
2. Spondilitis tuberculosa
Pada prinsipnya pengobatan spondilitis tuberkulosis harus dilakukan
sesegera mungkin untuk menghentikan progresivitas penyakit serta
mencegah paraplegia. Pengobatan terdiri atas:
a. Terapi konservatif, berupa:
1) Tirah baring (bed rest)
2) Memperbaiki keadaan umum klien
3) Pemasangan brace pada klien, baik yang dioperasi ataupun yang
tidak dioperasi
Spondilitis Page 13
4) Pemberian obat antituberkulosa, seperti :
a) Isonikotinik hidrasit (INH) dengan dosis oral 5 mg/kg berat badan
per hari dengan dosis maksimal 300 mg. Dosis oral pada anak-
anak 10 mg/kg berat badan.
b) Asam para amino salisilat. Dosis oral 8-12 mg/kg berat badan
c) Etambutol. Dosis per oral 15-25 mg/kg berat badan per hari
d) Rifampisin. Dosis oral 10 mg/kg berat badan diberikan pada
anak-anak. Pada orang dewasa 300-400 mg per hari.
e) Streptomisin, pada saat ini tidak digunakan lagi.
b. Terapi operatif, diindikasikan ketika:
1) Bila dengan terapi konservatif tidak terjadi perbaikan paraplegia atau
malah semakin berat. Biasanya tiga minggu sebelum tindakan
operasi dilakukan, setiap spondilitis tuberkulosa diberikan obat
tuberkulostatik.
2) Adanya abses yang besar sehingga diperlukan drainase abses secara
terbuka dan sekaligus debrideman serta bone graft.
3) Pada pemeriksaan radiologis baik dengan foto polos, mielografi
ataupun pemeriksaan CT dan MRI ditemukan adanya penekanan
langsung pada medulla spinalis.
Spondilitis Page 14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Spondilitis adalah radang ruas tulang punggung. Pada umumnya, ada 2 jenis
spondilitis yang sering terjadi yaitu spondilitis ankilosa dan spondilitis
tuberculosa.
Spondilitis ankilosa berasal dari bahasa Yunani, ankylos yang berarti
bengkok dan spondylos yang berarti vertebra. Spondilitis ankilosa merupakan
inflamasi kronik yang melibatkan sendi-sendi aksial dan perifer, entesitis dan
bisa mempunyai manifestasi ekstraartikular.
Spondilitis tuberculosa adalah infeksi yang sifatnya kronis berupa infeksi
granulomatosis di sebabkan oleh kuman spesifik yaitu mycubacterium
tuberculosa yang mengenai tulang vertebra.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini, kami sebagai penulis kamu menyadari
kekurangan-kekurangan dan mengharapkan kepada pembaca untuk
memberikan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan pembuatan
makalah selanjutnya.
Spondilitis Page 15
DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton, Arthur C. Hall, John E. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta : EGC
2. Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Pertama. Jakarta: Media Aesculapius
3. Sylvia A. Price. 1995. Patofisiologi:Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 4 Buku 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedoketran EGC.
4. Muttaqin, Arif. 2008. Buku Saku Gangguan Muskuloskletal: Aplikasi pada Praktik Klinik Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
5. R Sjamsuhidajat & Wim de Jong. 1997. Buku-Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: Penerbit Buku Kedoketran EGC.
Spondilitis Page 16