SPONDILITIS

41
BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Spondylitis merupakan penyakit peradangan pada tulang belakang. Keadaan ini dapat terjadi akibat adanya infeksi dari bakteri. Spondylitis ada 2 macam yaitu spondylitis tuberculosa dan spondylitis ankilosa. Spondilitis ankilosis (SA) merupakan penyakit inflamasi kronik, bersifat sistemik, ditandai dengankekakuan progresif, dan terutama menyerang sendi tulang belakang (vertebra) dengan penyebab yang tidak diketahui. Penyakit ini dapat melibatkan sendi-sendi perifer, sinovia, dan rawan sendi, serta terjadi osifikasitendon dan ligamen yang akan mengakibatkan fibrosis dan ankilosis tulang. Terserangnya sendi sakroiliakamerupakan tanda khas penyakit ini. Ankilosis vertebra biasanya terjadi pada stadium lanjut dan jarangterjadi pada penderita yang gejalanya ringan. Nama lain SA adalah Marie Strumpell diseaseatau Bechterew's disease Spondylitis tuberculosis pertama kali dideskripsikan oleh Percival Pott pada tahun 1779 yangmenemukan adanya hubungan antara kelemahan alat gerak bawah dengan kurvatura tulangbelakang, tetapi hal tersebut tidak dihubungkan dengan basil tuberkulosa hingga ditemukannyabasil tersebut oleh Koch tahun 1882, sehingga etiologi untuk kejadian tersebut menjadi jelas.Di waktu yang lampau, spondilitis tuberkulosa merupakan istilah yang dipergunakanuntuk penyakit pada masa anak-anak, 1

description

ulin

Transcript of SPONDILITIS

Page 1: SPONDILITIS

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Spondylitis merupakan penyakit peradangan pada tulang belakang. Keadaan ini dapat

terjadi akibat adanya infeksi dari bakteri. Spondylitis ada 2 macam yaitu spondylitis

tuberculosa dan spondylitis ankilosa.

Spondilitis ankilosis (SA) merupakan penyakit inflamasi kronik, bersifat sistemik,

ditandai dengankekakuan progresif, dan terutama menyerang sendi tulang belakang (vertebra)

dengan penyebab yang tidak diketahui. Penyakit ini dapat melibatkan sendi-sendi perifer,

sinovia, dan rawan sendi, serta terjadi osifikasitendon dan ligamen yang akan mengakibatkan

fibrosis dan ankilosis tulang. Terserangnya sendi sakroiliakamerupakan tanda khas penyakit

ini. Ankilosis vertebra biasanya terjadi pada stadium lanjut dan jarangterjadi pada penderita

yang gejalanya ringan. Nama lain SA adalah Marie Strumpell diseaseatau Bechterew's

disease

Spondylitis tuberculosis pertama kali dideskripsikan oleh Percival Pott pada tahun

1779 yangmenemukan adanya hubungan antara kelemahan alat gerak bawah dengan

kurvatura tulangbelakang, tetapi hal tersebut tidak dihubungkan dengan basil tuberkulosa

hingga ditemukannyabasil tersebut oleh Koch tahun 1882, sehingga etiologi untuk kejadian

tersebut menjadi jelas.Di waktu yang lampau, spondilitis tuberkulosa merupakan istilah yang

dipergunakanuntuk penyakit pada masa anak-anak, yang terutama berusia 3 – 5 tahun. Saat

ini dengan adanyaperbaikan pelayanan kesehatan, maka insidensi usia ini mengalami

perubahan sehingga golonganumur dewasa menjadi lebih sering terkena dibandingkan anak-

anak

1

Page 2: SPONDILITIS

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Spondilitis adalah Inflamasi pada tulang vertebrae yang bisa disebabkan oleh

beberapa hal, misalnya proses infeksi, imunitas.

B. Macam- macam spondilitis

1. Spondilitis ankilosis

Berasal dari bahasa Yunani, dari kata :

ankylos = melengkung

spondylos = vertebra

adalah merupakan penyakit inflamasi kronik, bersifatsistemik, ditandai dg

kekakuan progresif dan terutama menyerangsendi tulang belakang (vertebra)

dengan penyebab yg tidak diketahui. Penyakit ini daapt melibatkan sendi-sendi

perifer,sinovial dan rawan sendi, serta terjadi osifikasi tendon dan ligamen yg

akan mengakibatkn fibrosis dan ankilosis tulang.

2. Spondilitis tuberculosa

adalah infeksi yang sifatnya kronis berupa infeksi granulomatosis di sebabkan

oleh kuman spesifik yaitu mycubacterium tuberculosa yang mengenai tulang

vertebra. Tuberkulosis yang menyerang vertebra disebut dengan spondilitis

Tuberkulosis. Spondilitis tuberkulosis ini disebut juga dengan Pott Desease

jika disertai dengan paraplegi atau defisit neurologis. Spondilitis tuberkulosis

sering mengenai thorakal 8 hingga lumbal 3, dan sering mengenai bagian

korpus vertebra.

C. Epidemologi

1. Spondylitis ankilosis

Laki-Laki lebih rentan dibanding pada perempuan

Dapat mengenai semua kelompok umur, termasuk anak-anak, biasanya

dimulai dari usia remaja sampai 40 tahun.

2

Page 3: SPONDILITIS

Orang-orang yang mempunyai gen HLA –B27

Riwayat penyakit AS dalam keluarga.

2. Spondylitis tuberkulosa

Penyakit ini lebih banyak mengenai pria, dengan perbandingan pria dan wanita

1,5-2 : 1, dan dapat menyerang semua umur baik orang dewasa bahkan anak-

anak. Penyakit Spondylitis tuberculosis ini paling banyak ditemukan di Asia,

Afrika, dan Amerika.

D. Etiologi

1. Spondilitis Ankilosis

Masih belum diketahui walaupun oleh beberapa ahli dianggap sebagai varian

atritis rheumatoid, pada sebagian besar pasien dengan penyakit ini dan

keluarga dekatnyaditemukan antigen dengan HLA-B27 dan mungkin karena

perubahan geneticatau autoimun.

2. Tuberkulosis tulang belakang merupakan infeksi sekunder dari tuberkulosis di

tempat lain di tubuh, 90-95% disebabkan oleh mikobakterium tuberkulosis

tipik (2/3 dari tipe human dan 1/3dari tipe bovin) dan 5-10% oleh

mikobakterium tuberkulosa atipik. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai

sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu

disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TB cepat mati dengan

sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat

yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dorman,

tertidur lama selama beberapa tahun.

E. Manifestasi Klinis

1. Spondylitis tuberkulosa

Secara klinik gejala tuberkulosis tulang belakang hampir sama dengan gejala

tuberkulosis pada umumnya, yaitu badan lemah/lesu, nafsu makan berkurang,

berat badan menurun, suhu sedikit meningkat (subfebril) terutama pada malam

hari serta sakit pada punggung. Pada anak-anak sering disertai dengan menangis

pada malam hari.

Pada awal dapat dijumpai nyeri radikuler yang mengelilingi dada atau

perut,kemudian diikuti dengan paraparesis yang lambat laun makin memberat,

spastisitas, klonus,, hiper-refleksia dan refleks Babinski bilateral. Pada stadium

3

Page 4: SPONDILITIS

awal ini belum ditemukan deformitas tulang vertebra, demikian pula belum

terdapat nyeri ketok pada vertebra yang bersangkutan. Nyeri spinal yang menetap,

terbatasnya pergerakan spinal, dan komplikasi neurologis merupakan tanda

terjadinya destruksi yang lebih lanjut. Kelainan neurologis terjadi pada sekitar

50% kasus,termasuk akibat penekanan medulla spinalis yang menyebabkan

paraplegia, paraparesis, ataupun nyeri radix saraf. Tanda yang biasa ditemukan di

antaranya adalah adanya kifosis (gibbus), bengkak pada daerah paravertebra, dan

tanda-tanda defisit neurologis seperti yang sudah disebutkan di atas.

(Harsono,2003).

Pada tuberkulosis vertebra servikal dapat ditemukan nyeri di daerah belakang

kepala, gangguan menelan dan gangguan pernapasan akibat adanya abses

retrofaring. Harus diingat pada mulanya penekanan mulai dari bagian anterior

sehingga gejala klinis yang muncul terutama gangguan motorik. Gangguan

sensorik pada stadium awal jarang dijumpai kecuali bila bagian posterior tulang

juga terlibat. (Harsono,2003)

2. Spondylitis ankilosis

a. Manifetasi Skeletal

Low back pain

Nyeri pinggang (low back pain) pada ankylosing spondylitis ditandai

oleh :

a. dimulai dengan adanya rasa nyaman di pinggang dan penderita

sebelum berumur 40 tahun;

b. Permulaannya insidious (perlahan-lahan).

c. nyeri menetap paling sedikit selama 3 bulan;

d. berhubungan dengan kaku pada pinggang waktu pagi hari;

e. nyeri berkurang/membaik dengan olah raga.

Rasa sakit mula-mula dirasakan pada daerah gluteus bagian dalam, sulit

untuk menentukan titik asal sakitnya dengan permulaan yang insidious.

Kadang-kadang pada stadium awal nyeri dirasakan hebat di sendi

sacroiliacs, dapat menjalar sampai kista, iliaca atau daerah trochanter

4

Page 5: SPONDILITIS

mayor, atau ke paha bagian belakang. Nyeri menjalar ini sangat

menyerupai nyeri akibat kompresei nervus ischiadicus. Rasa sakit

bertambah pada waktu batuk, bersin atau melakukan gerakan memutar

punggung secara tiba-tiba.

Pada awalnya rasa sakit tidak menetap dan hanya menyerang satu sisi

(unilateral); sesudah beberapa bulan nyeri biasanya akan menetap dan

menyerang secara bilateral disertai rasa kaku dan sakit pada bagian di

bawah lumbal. Rasa sakit dan kaku ini dirasakan lebih berat pada pagi hari

yang kadang- kadarig sampai membangunkan penderita dari tidurnya.

Sakit/ kaku pagi hari ini biasanya menghilang sesudah 3 jam. Di samping

itu kaku/sakit pagi hari ini akan berkurang sampai hilang dengan kompres

panas, olah raga atau aktivitas jasmani lain.

Pada penyakit yang ringan biasanya gejala timbul hanya di pinggang saja

dan apabila penyakitnya bertambah berat, maka gejala berawal dari daerah

lumbal, kemudian thorakal akan akhirnya sampai pada daerah servikal :

untuk mencapai daerah servikal penyakit ini memerlukan waktu selama

12-25 tahun. Penyakit ini kadang-kadang dirasakan sembuh sementara

atau untuk selamanya, akan tetapi kadang-kadang akan berjalan terus dan

mengakibatkan terserangnya seluruh tebrae.

Selama perjalanan penyakitnya dapat terjadi nyeri radi-kuler karena

terserangnya vertebra thorakal atau servikal dan apabila telah terjadi

ankylose sempurna, keluhan nyeri akan menghilang.

Nyeri dada

Dengan terserangnya vertebra thorakalis termasuk sendi kostovertebra dan

adanya enthesopati pada daerah persendian kostosternal dan manubrium

sternum, penderita akan merasakan nyeri dada yang bertambah pada

waktu batuk atau bersin. Keadaan ini sangat menyerupai pleuritic pain.

Nyeri dada karena terserangnya persendian costovertebra dan

costotranver-sum sering kali disertai dengan nyeri tekan daerah

costosternal junction. Pengurangan ekspansi dada dari yang ringan sampai

sedang sering kali dijumpai pada stadium awal. Keluhan nyeri dada sering

ditemukan pada penderita dengan HLA-B27 positif walaupun secara

radiologis tidak tampak adanya kelainan sendi sacroiliaca (sacroiliitis).

5

Page 6: SPONDILITIS

Nyeri tekan pada tempat tertentu

Nyeri tekan ekstra-artikuler dapat dijumpai di daerah- daerah tertentu pada

beberapa penderita. Keadaan ini disebab-kan oleh enthesitis, yaitu reaksi

inflamasi yang terjadi pada inserasi tendon tulang. Nyeri tekan dapat

dijumpai pada daerah-daerah sambungan costosternal, prosesus spinosus,

krista iliaca, trochanter mayor, ischial tuberosities atau tumtit (achiles

tendinitis atau plantar fasciitis). Pada pemeriksaan radiologis kadang-

kadang dapat ditemukan osteofit

Nyeri sendi lutut dan bahu

Sendi panggul dan bahu merupakan persendian ekstra- axial yang paling

sering terserang (35%). Kelainan ini merupakan manifestasi yang sering

dijumpai pada juvenile ankylosing spondylitis. Pada ankylosing

spondylitis yang menyerang anak-anak antara umur 8-10 tahun, keluhan

pada sendi panggul sering dijumpai, terutama pada penderita dengan

HLA-B27 positif atau titer ANA negatif. Sendi lutut juga sering terserang,

dengan manifestasi efusi yang intermitten. Di samping itu sendi

temporomandibularis juga dapat terserang (10%).

b. Manifestasi Ekstra sekeletal

Mata

Uveitis anterior akut atau iridocyclitis merupakan manifestasi ekstra

skeletal yang sering dijumpai (20-30%). Permula-annya biasanya akut dan

unilateral, akan tetapi yang terserang dapat bergantian. Mata tampak

merah dan terasa sakit disertai dengan adanya gangguan penglihatan,

kadang-kadang ditemukan fotopobia dan hiperlakrimasi.

Jantung

Secara klinis biasanya tidak menunjukkan gejala. Manifestasinya adalah :

ascending aortitis, gangguan katup aorta, gangguan hantaran,

kardiomegali dan perikarditis.

Paru-paru

Terserangnya paru-paru pada penderita ankylosing spondylitis jarang

terjadi dan merupakan manifestasi lanjut penyakit. Manifestasinya dapat

berupa: fibrosis baru lobus atas yang progresif dan rata-rata terjadi pada

6

Page 7: SPONDILITIS

yang telah menderita selama 20 tahun. Lesi tersebut akhirnya menjadi

kista yang merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan aspergilus.

Keluhan yang dapat timbul pada keadaan ini antara lain: batuk, sesak

nafas dan kadang-kadang hemoptisis. Ventilasi paru-paru biasanya masih

terkompensasi dengan baik karena meningkatnya peran diafragma sebagai

kompensasi terhadap kekakuan yang terjadi pada dinding dada. Kapasitas

vital dan kapasitas paru total mungkin menurun sampai tingkat sedang

akibat terbatasnya pergerakan dinding dada. Walaupun demikian residual

volume dan function residual capacity biasanya meningkat.

Sistem saraf

Komplikasi neurologis pada ankylosing spondylitis dapat terjadi akibat

fraktur, persendian vertebra yang tidak stabil, kompresi atau inflamasi.

Subluksasi persendian atlanto- aksial dan atlanto-osipital dapat terjadi

akibat inflamasi pada persendian tersebut sehingga tidak stabil. Kompresi,

termasuk proses osifikasi pada ligamentum longitudinal posterior akan

mengakibatkan terjadinya mielopati kompresi; lesi destruksi pada diskus

intervertebra dan stenosis spinal. Sindrom cauda equina merupakan

komplikasi yang jarang terjadi tetapi merupakan keadaan yang serius.

Sindrom ini akan menyerang saraf lumbosakral, dengan gejala-gejala

incontinentia urine et alvi yang berjalan perlahan-lahan, impotensi, saddle

anesthesia dan kadang-kadang refleks tendon achiles menghilang. Gejala

motorik biasanya jarang timbul atau sangat ringan. Sindrom ini dapat

ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan CT scan atau MRI. Apabila tidak

ditemukan lesi kompresi, maka perlu dipikirkan kemungkinan adanya

arach-noiditis atau perlengketan pada selaput arachnoid.

Ginjal

Nefropati (lgA) telah banyak dilaporkan sebagai kom-plikasi ankylosing

spondylitis. Keadaan ini khas ditandai oleh kadar 1gA yang tinggi pada

93% kasus disertai dengan gagal ginjal 27%.

F. Patofisiologi

Patogenesis

7

Page 8: SPONDILITIS

Jika tulang terinfeksi, bagian dalam tulang yang lunak (sumsum tulang) sering

membengkak. Karena pembengkakan jaringan ini menekan dinding sebelah luar

tulang yang kaku, maka pembuluh darah di dalam sumsum bisa tertekan,

menyebabkan berkurangnya aliran darah ke tulang.

Tanpa pasokan darah yang memadai, bagian dari tulang bisa mati. Tulang, yang

biasanya terlindung dengan baik dari infeksi, bisa mengalami infeksi melalui 3

cara:

• Aliran darah

• Penyebaran langsung

• Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya.

1. Spondilitis tuberkulosa

merupakan suatu tuberkulosis tulang yang sifatnya sekunder dari TBC tempat lain

di tubuh. Penyebarannya secara hematogen, di duga terjadinya penyakit tersebut

sering karena penyebaran hematogen dari infeksi traktus urinarius melalui leksus

Batson. Infeksi TBC vertebra di tandai dengan proses destruksi tulang progresif

tetapi lambat di bagian depan (anterior vertebral body).Penyebaran dari jaringan

yang mengalami pengejuan akan menghalangi proses pembentukan tulang

sehingga berbentuk "tuberculos squestra". Sedang jaringan granulasi TBC akan

penetrasi ke korteks dan terbentuk abses para vertebral yang dapat menjalar ke

atas / bawah lewat ligamentum longitudinal anterior dan posterior. Sedang diskus

Intervertebralis oleh karena avaskular lebih resisten tetapi akan mengalami

dehidrasi dan terjadi penyempitan oleh karenadirusak jaringan granulasi TBC.

Kerusakan progresif bagian anterior vertebra akan menimbulkan kiposis.

2. Spondylitis ankilosis

Spondilitis ankilosis menyerang tulang rawan dan fibrokartilago sendi pada tulang

belakang dan ligamen – ligamen para vertebral. Bagian-bagian intervetebrata

menjadi meradang dan pada akhirnya terjadi fusi/persatuan/ankilose tulang pada

sendi sakroiliakadan spinal-spinal lain melalui servikal. Fusi dari sendi sakroiliaka

dan keatas vertebrata dapat terjadi 10-20 tahun. Apabila diskusvertebralis juga

terinvasi oleh jaringan vaskular dan fibrosa maka akan timbul kalsifikasi sendi-

sendi dan struktur artikular .Kalsifikasi yang terjadi pada jaringan lunak akan

menjembatani satu tulang vertebra dengan vertebra lainnya.Jaringan sinovial

8

Page 9: SPONDILITIS

disekitar sendi yang terserang akan meradang . penyakit ini timbul pada usia 10-30

tahun dan progresif setelah 50 tahun dan lebih banyak pada laki-laki. Penyakit

jantung juga dapat timbul bersamaan dengan penyakit ini.

G. Pathways

Spondylitis tuberculosa

9

Page 10: SPONDILITIS

Spondylitis ankilosis

10

HLA-B 27 Dan Trigger

Reaksi system immunologi

Akumulasi eksudat fibrin, sel darah putih

Inflamasi sendi spongious korpus vertebra

TBC Poon

oedema

Suplai nutrisi, oksigen menurun

Nekrosis kartilago sendi

Kurang pengetahuan

Kurang info

Gangguan musculoskeletal punggung

Perubahan pada spinal

Ankiosis/fuse tulang punggung dorsal

Pergerakan terbatas

Perubahan postur rongga dada

nyeri

Gangguan mobilitas fisik

Menekan nocireceptor di thalamus

Perubahan sikap tubuh

Kifosis servise dorsal (membungkuk)

Gangguan pertukaran gas

Gangguan body image

Page 11: SPONDILITIS

H. Komplikasi

1. Spondylitis tuberculosa

Komplikasi dari spondilitis tuberkulosis yang paling serius adalah Pott’s paraplegia

yang apabila muncul pada stadium awal disebabkan tekanan ekstradural oleh pus

maupun sequester, atau invasi jaringan granulasi pada medula spinalis dan bila

muncul pada stadium lanjut disebabkan oleh terbentuknya fibrosis dari jaringan

granulasi atau perlekatan tulang (ankilosing) di atas kanalis spinalis.Mielografi dan

MRI sangatlah bermanfaat untuk membedakan penyebab paraplegi ini. Paraplegi

yang disebabkan oleh tekanan ekstradural oleh pus ataupun sequester

membutuhkan tindakan operatif dengan cara dekompresi medulla spinalis dan

saraf.

Komplikasi lain yang mungkin terjadi adalah ruptur dari abses paravertebra torakal

ke dalam pleura sehingga menyebabkan empiema tuberkulosis, sedangkan pada

vertebra lumbal maka nanah akan turun ke otot iliopsoas membentuk psoas abses

yang merupakan cold abscess.

2. Spondylitis ankilosa

Komplikasi berupa lesi vertebra progresif. Komplikasi ini sebaiknya dicurigai

setiap saat nyeri timbul kembali setelah suatu periode tenang, atau menjadi saat

nyeri timbul kembali setelah suatu periode tenang, atau menjadi terlokalisasi.

Komplikasi lain yaitu berupa ankilosis bilateral dari iga ke tulang belakang,

dimana bergabung dengan suatu penurunan pada tinggi struktur torakal aksial,

menyebabkan gangguan fungsi pernafasan yang mencolok

I. Pemeriksaan Penunjang

1. spondylitis ankilosis

a. Pemeriksaan Laboraturium

Tidak ada uji diagnostik yang patognomonik. Peninggian laju endap darah

ditemukan pada 75% kasus, tetapi hubungannya dengan keaktifan penyakit

kurang kuat. SerumC reactive protein(CRP) lebih baik digunakan sebagai

petanda keaktifan penyakit. Kadang-kadang,ditemukan peninggian IgA.

Faktor rematoid dan ANA selalu negatif. Cairan sendi memberikangambaran

sama pada inflamasi. Anemia normositik-normositer ringan ditemukan pada

11

Page 12: SPONDILITIS

15%kasus. Pemeriksaan HLA B27 dapat digunakan sebagai pembantu

diagnosis

b. Radiologi

Kelainan radiologis yang khas pada SA dapat dilihat pada sendi aksial,

terutama padasendi sakroiliaka, diskovertebral, apofisial, kostovertebral, dan

kostotransversal. Perubahan padasendi S2 bersifat bilateral dan simetrik,

dimulai dengan kaburnya gambaran tulang subkonral,diikuti erosi yang

memberi gambaran mirip pinggir perangko pos. Kemudian, terjadi

penyempitancelah sendi akibat adanya jembatan interoseus dan osilikasi.

Setelah beberapa tahun, terjadiankilosis yang komplit.Beratnya proses

sakroilitis terdiri dari 5 tingkatan berdasarkan radiologis, yaitu tingkat

0(normal), tingkat 1 (tepi sendi menjadi kabur), tingkat 2 (tingkat 1 ditambah

adanya sclerosis periartikuler, jembatan sebagian tulang ataupseudo widening 

, tingkat 3 (tingkat 2 ditambahadanya erosi dan jembatan tulang), serta tingkat

4 (ankilosa yang lengkap).Akan terlihat gambaransquaring 

(segi empat sama sisi) pada kolumna vertebra danosifikasi bertahap lapisan

superfisial anulus fibrosus yang akan mengakibatkan timbulnya jembatan di

antara badan vertebra yang disebut sindesmofit. Apabila jembatan ini sampai

padavertebra servikal, akan membentuk bamboo spine

Keterlibatan sendi panggul memperlihatkanadanya penyempitan celah sendi

yang konsentris, ketidakteraturan subkhondral, serta formasiosteofit pada tepi

luar permukaan sendi, baik pada asetabulum maupun femoral. Akhirnya,

terjadiankilosis tulang dan pada sendi bahu memperlihatkan penyempitan

celah sendi dengan erosi.

c. Tes Darah Rutin

d. Tes HLA – BR 27

2. spondylitis tuberculosa

1. Pemeriksaan laboratorium

a. Pemeriksaan darah lengkap :leukositosis, LED meningkat

b. Uji mantoux (+) TB

c. Uji kultur : biakan batkeri

d. Biopsi, jaringan granulasi atau kelenjar limfe regional

e. Pemeriksaan hispatologis : dapat ditemukan tuberkel

12

Page 13: SPONDILITIS

2. Pemeriksaan Radiologis

a. Foto toraks / X – ray

b. Pemeriksaan foto dengan zat kontras

c. Foto polos vertebra

d. Pemeriksaan mielografi

e. CT scan atau CT dengan mielografi

f. MRI

J. Penatalaksanaan Medis

1. Spondylitis tuberculosa

Pada prinsipnya pengobatan tuberkulosis tulang belakang harus dilakukan

sesegera mungkin untuk menghentikan progresivitas penyakit serta mencegah

paraplegia.

Prinsip pengobatan paraplegia Pott sebagai berikut :

1. Pemberian obat antituberkulosis

2. Dekompresi medulla spinalis

3. Menghilangkan/ menyingkirkan produk infeksi

4. Stabilisasi vertebra dengan graft tulang (bone graft)

Pengobatan spondylitis tuberculosaterdiri atas :

1. Terapi konservatif

Berupa tirah baring (bed rest),seperti:

Memberi korset yang mencegah gerakan vertebra /membatasi gerak

vertebra

Memperbaiki keadaan umum penderita

Pengobatan antituberkulosa

Standar pengobatan di indonesia berdasarkan program P2TB paru adalah :

1. Kategori 1

Untuk penderita baru BTA (+) dan BTA(-)/rontgen (+), diberikan dalam 2

tahap :

13

Page 14: SPONDILITIS

Tahap 1 : Rifampisin 450 mg, Etambutol 750 mg, INH 300 mg dan

Pirazinamid 1.500 mg. Obat ini diberikan setiap hari selama 2 bulan

pertama (60 kali).

Tahap 2: Rifampisin 450 mg, INH 600 mg, diberikan 3 kali seminggu

(intermitten) selama 4 bulan (54 kali).

2. Kategori 2

Untuk penderita BTA(+) yang sudah pernah minum obat selama sebulan,

termasuk penderita dengan BTA (+) yang kambuh/gagal yang diberikan

dalam 2 tahap yaitu :

Tahap I: diberikan Streptomisin 750 mg , INH 300 mg, Rifampisin 450

mg, Pirazinamid 1500mg dan Etambutol 750 mg. Obat ini diberikan setiap

hari , Streptomisin injeksi hanya 2 bulan pertama (60 kali) dan obat

lainnya selama 3 bulan (90 kali).

Tahap 2:diberikan INH 600 mg, Rifampisin 450 mg dan Etambutol 1250

mg. Obat diberikan 3 kali seminggu (intermitten) selama 5 bulan (66 kali).

Kriteria penghentian pengobatan yaitu apabila keadaan umum penderita

bertambah baik, laju endap darah menurun dan menetap, gejala-gejala klinis

berupa nyeri dan spasme berkurang serta gambaran radiologik ditemukan

adanya union pada vertebra.

2. Terapi operatif

Indikasi operasi yaitu:

a. Bila dengan terapi konservatif tidak terjadi perbaikan paraplegia atau

malah semakin berat. Biasanya tiga minggu sebelum tindakan operasi

dilakukan, setiap spondilitis tuberkulosa diberikan obat tuberkulostatik.

b. Adanya abses yang besar sehingga diperlukan drainase abses secara

terbuka dan sekaligus debrideman serta bone graft.

c. Pada pemeriksaan radiologis baik dengan foto polos, mielografi

ataupun pemeriksaan CT dan MRI ditemukan adanya penekanan

langsung pada medulla spinalis.

2. Spondylitis ankilosis

Nonmedikamentosa

14

Page 15: SPONDILITIS

Mobilitas yang baik dan teratur (olahraga dan latihan)

Latihan fisik penting dilakukan karena penyakit ini cenderung terjadi

kelainan berupa fleksi spinalyang progresif. Oleh karena itu, otot-otot

ekstensor spinal harus diperkuat. Manuver lain yang perludilakukan

adalah bernapas dalam dan gerakan fleksi lumbal yang isometrik. Posisi

postur tubuh harusdiperhatikan setiap saat. Kursi dengan sandaran yang

keras dianjurkan, tetapi diutamakan lebih banyak berjalan dari pada

duduk. Berenang merupakan latihan fisik yang terbaik selama otot-otot

masih boleh menahan dalamkeadaan ekstensi. Fusi spinal merupakan

komplikasi dari spondilitis. Karena itu, postur harusdipertahankan dan

menghindari terjadinya kontraktur dalam posisi fleksi dari bahu dan lutut.

Penderitadianjurkan setiap saat tegak, seolah-olah tumit, bokong, pundak,

bahu, dan belakang kepala selalu bersandar pada dinding.

Penerangan/penyuluhan

Radio terapi

Operasi ( pembedahan)

Pembedahan mungkin dibutuhkan dalam beberapa kasus SA. Mekanisme

yang menyebabkanterjadinya osifikasi ligamen dan sendi sehingga terjadi

fusi pada columna vertebrae belum dijelaskan secararinci. Sebagai

dampak dari fusi columna vertebrae ini terjadi keterbatasan dalam gerakan

dan elatisitas.Munurunnya fleksibilitas dapat berakibat akan terjadinya

berbagai kelainan pada tulang belakang sepertifraktur dan

dislokasi,atlanto-axial dan atlanto-occipital subluxiationdeformitas tulang

belakang, stenosistilang belakang, dan kelainan pinggul. Ketika

komplikasi ini terjadi. Tindakan pembedahan mungkin dapatdibutuhkan.

Medikamentosa

OAINS

Bisa menggunakan Indometacyn, naproxen ataupun ibuprofen.

Dosis untuk dewasa Indometacyn yaitu 100-150 mg/hari dalam dua atau

tiga dosis. Sedangkan untuk anak-anak 1,5-3 mg/kg BB/hari dalam dua

atau tiga dosis.

15

Page 16: SPONDILITIS

Sulfasaladzin

Mekanisme obat ini mengurangi gejala-gejala inflamasi dari ankylosing

spondylitis, dengan dosis untuk dewasa 2-3 gram/hari dibagi dalam dua

atau tiga dosis. Sedangkan untuk anak-anak 40-60 mg/kg BB/hari dibagi

dalam dua atau tiga dosis. Efek sampingnya yaitu, mual, muntah, diare,

dan timbul reaksi hipersensitivitas. Kontra indikasi pada orang-orang yang

mempunyai riwayat hipersensitivitas dan prophyria.

16

Page 17: SPONDILITIS

BAB III

ASUHAN DASAR KEPERAWATAN

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Spondilitis

Proses keperawatan adalah suatu sistem dalam merencanakan pelayanan asuhan

keperawatan dan juga sebagai alat dalam melaksanakan praktek keperawatan yang

terdiri dari lima tahap yang meliputi : pengkajian, penentuan diagnosa keperawatan,

perencanaan, implementasi dan evaluasi.

1. Pengkajian.

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan. Pengkajian di

lakukan dengan cermat untuk mengenal masalah klien, agar dapat memeri arah

kepada tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat tergantung

pada kecermatan dan ketelitian dalam tahap pengkajian. Tahap pengkajian terdiri

dari tiga kegiatan yaitu : pengumpulan data, pengelompokan data, perumusan

diagnosa keperawatan.

a. Pengumpulan data.

Secara tehnis pengumpulan data di lakukan melalui anamnesa baik pada klien,

keluarga maupun orang terdekat dengan klien. Pemeriksaan fisik di lakukan

dengan cara , inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status

perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, alamat, tanggal/jam MRS

dan diagnosa medis.

Riwayat penyakit sekarang.

Keluhan utama pada klien Spodilitis tuberkulosa terdapat nyeri pada

punggung bagian bawah, sehingga mendorong klien berobat kerumah sakit.

Pada awal dapat dijumpai nyeri radikuler yang mengelilingi dada atau

perut. Nyeri dirasakan meningkat pada malam hari dan bertambah berat

terutama pada saat pergerakan tulang belakang. Selain adanya keluhan

utama tersebut klien bisa mengeluh, nafsu makan menurun, badan terasa

lemah, sumer-sumer (Jawa) , keringat dingin dan penurunan berat badan.

Riwayat penyakit dahulu

Tentang terjadinya penyakit Spondilitis tuberkulosa biasanya pada klien di

dahului dengan adanya riwayat pernah menderita penyakit tuberkulosis

paru.

17

Page 18: SPONDILITIS

Riwayat kesehatan keluarga.

Pada klien dengan penyakit Spondilitis tuberkulosa salah satu penyebab

timbulnya adalah klien pernah atau masih kontak dengan penderita lain

yang menderita penyakit tuberkulosis atau pada lingkungan keluarga ada

yang menderita penyakit menular tersebut.

Riwayat psikososial

Klien akan merasa cemas terhadap penyakit yang di derita, sehingga kan

kelihatan sedih, dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit,

pengobatan dan perawatan terhadapnya maka penderita akan merasa takut

dan bertambah cemas sehingga emosinya akan tidak stabil dan

mempengaruhi sosialisai penderita.

Pola - pola fungsi kesehatan

Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.

Adanya tindakan medis serta perawatan di rumah sakit akan

mempengaruhi persepsi klien tentang kebiasaan merawat diri , yang

dikarenakan tidak semua klien mengerti benar perjalanan

penyakitnya.Sehingga menimbulkan salah persepsi dalam

pemeliharaan kesehatan. Dan juga kemungkinan terdapatnya riwayat

tentang keadaan perumahan, gizi dan tingkat ekonomi klien yang

mempengaruhi keadaan kesehatan klien.

Pola nutrisi dan metabolisme.

Akibat dari proses penyakitnya klien merasakan tubuhnya menjadi

lemah dan amnesia. Sedangkan kebutuhan metabolisme tubuh semakin

meningkat, sehingga klien akan mengalami gangguan pada status

nutrisinya.

Pola eliminasi.

Klien akan mengalami perubahan dalam cara eliminasi yang semula

bisa ke kamar mandi, karena lemah dan nyeri pada punggung serta

dengan adanya penata laksanaan perawatan imobilisasi, sehingga kalau

mau BAB dan BAK harus ditempat tidur dengan suatu alat. Dengan

adanya perubahan tersebut klien tidak terbiasa sehingga akan

mengganggu proses aliminasi.

Pola aktivitas.

18

Page 19: SPONDILITIS

Sehubungan dengan adanya kelemahan fisik dan nyeri pada punggung

serta penatalaksanaan perawatan imobilisasi akan menyebabkan klien

membatasi aktivitas fisik dan berkurangnya kemampuan dalam

melaksanakan aktivitas fisik tersebut.

Pola tidur dan istirahat.

Adanya nyeri pada punggung dan perubahan lingkungan atau dampak

hospitalisasi akan menyebabkan masalah dalam pemenuhan kebutuhan

tidur dan istirahat.

Pola hubungan dan peran.

Sejak sakit dan masuk rumah sakit klien mengalami perubahan peran

atau tidak mampu menjalani peran sebagai mana mestinya, baik itu

peran dalam keluarga ataupun masyarakat. Hal tersebut berdampak

terganggunya hubungan interpersonal.

Pola persepsi dan konsep diri.

Klien dengan Spondilitis tuberkulosa seringkali merasa malu terhadap

bentuk tubuhnya dan kadang - kadang mengisolasi diri.

Pola sensori dan kognitif.

Fungsi panca indera klien tidak mengalami gangguan terkecuali bila

terjadi komplikasi paraplegi.

Pola reproduksi seksual.

Kebutuhan seksual klien dalam hal melakukan hubungan badan akan

terganggu untuk sementara waktu, karena di rumah sakit. Tetapi dalam

hal curahan kasih sayang dan perhatian dari pasangan hidupnya melalui

cara merawat sehari - hari tidak terganggu atau dapat dilaksanakan.

Pola penaggulangan stres.

Dalam penanggulangan stres bagi klien yang belum mengerti

penyakitnya , akan mengalami stres. Untuk mengatasi rasa cemas yang

menimbulkan rasa stres, klien akan bertanya - tanya tentang

penyakitnya untuk mengurangi stres.

Pola tata nilai dan kepercayaan.

Pada klien yang dalam kehidupan sehari - hari selalu taat menjalankan

ibadah, maka semasa dia sakit ia akan menjalankan ibadah pula sesuai

dengan kemampuannya. Dalam hal ini ibadah bagi mereka di jalankan

pula sebagai penaggulangan stres dengan percaya pada tuhannya.

19

Page 20: SPONDILITIS

Pemeriksaan fisik.

Setelah melakukan anamensis yang mengarah pada keluhan klien,

pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data pengkajian

anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan persistem dengan focus

pemeriksaan bone yang terarah dan dihubungkan dengan keluhan klien.

Pemeriksaan fisik juga dilakukan dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan

auskultasi.

a. Inspeksi.

Pada klien dengan Spondilitis tuberkulosa kelihatan lemah, pucat, dan

pada tulang belakang terlihat bentuk kiposis.

b. Palpasi.

Sesuai dengan yang terlihat pada inspeksi keadaan tulang belakang

terdapat adanya gibus pada area tulang yang mengalami infeksi.

c. Perkusi.

Pada tulang belakang yang mengalami infeksi terdapat nyeri ketok.

d. Auskultasi.

Pada pemeriksaan auskultasi keadaan paru tidak di temukan kelainan.

Keadaan umum. Pada keadaan spondylitis tuberculosa. Klien umumnya

tidak mengalami penurunan kesadaran. Adanya perubahan tanda-tanda vital

yang meliputi bradikardia dan hipotensi sering berhubungan dengan

penurunan aktivitas secara umum akibat adanya hambatan dalam

melakukan mobilisasi ekstremitas.

Pemeriksaan persistem dengan metode:

B1 (Breathing)

B2 ( Blood)

B3 ( Brain)

B4 ( Blandder)

B5 (Bowel)

B6 ( Bone )

Hasil pemeriksaan medik dan laboratorium.

a. Radiologi

o Terlihat gambaran distruksi vertebra terutama bagian anterior,

sangat jarang menyerang area posterior.

20

Page 21: SPONDILITIS

o Terdapat penyempitan diskus.

o Gambaran abses para vertebral ( fusi form ).

b. Laboratorium

Laju endap darah meningkat

c. Tes tuberkulin.

d. Reaksi tuberkulin biasanya positif.

2. Analisa.

Setelah data di kumpulkan kemudian dikelompokkan menurut data subjektif yaitu

data yang didapat dari pasien sendiri dalm hal komukasi atau data verbal dan

objektiv yaitu data yang didapat dari pengamatan, observasi, pengukuran dan hasil

pemeriksaan radiologi maupun laboratorium. Dari hasil analisa data dapat

disimpulkan masalah yang di alami oleh klien. ( Mi Ja Kim,et al 1994 ).

3. Diagnosa Keperawatan.

Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan dari masalah klien yang nyata

ataupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan, yang pemecahannya

dapat dilakukan dalam batas wewenang perawat untuk melakukannya.

Diagnosa keperawatan yang timbul pada pasien Spondilitis tuberkulosa adalah:

a. Gangguan mobilitas fisik

b. Gangguan rasa nyaman ; nyeri sendi dan otot.

c. Perubahan konsep diri : Body image.

d. Kurang pengetahuan tentang perawatan di rumah.

4. Perencanaan Keperawatan.

Perencanaan keperawatan adalah menyusun rencana tindakan keperawatan yang

akan di laksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa

keperawatan yang telah di tentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien.

Adapun perencanaan masalah yang penulis susun sebagai berikut :

a. Diagnosa Perawatan I

Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal dan

nyeri.

1. Tujuan

Klien dapat melakukan mobilisasi secara optimal.

2. Kriteria hasil

a. Klien dapat ikut serta dalam program latihan

21

Page 22: SPONDILITIS

b. Mencari bantuan sesuai kebutuhan

c. Mempertahankan koordinasi dan mobilitas sesuai tingkat optimal.

3. Rencana tindakan

a. Kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan kerusakan.

b. Bantu klien melakukan latihan ROM, perawatan diri sesuai toleransi.

c. Memelihara bentuk spinal yaitu dengan cara :

o Mattress

o Bed Board ( tempat tidur dengan alas kayu, atau kasur busa yang

keras yang tidak menimbulkan lekukan saat klien tidur.

d. mempertahankan postur tubuh yang baik dan latihan pernapasan ;

o Latihan ekstensi batang tubuh baik posisi berdiri ( bersandar pada

tembok ) maupun posisi menelungkup dengan cara mengangkat

ekstremitas atas dan kepala serta ekstremitas bawah secara

bersamaan.

o Menelungkup sebanyak 3 – 4 kali sehari selama 15 – 30 menit.

o Latihan pernapasan yang akan dapat meningkatkan kapasitas

pernapasan.

o monitor tanda –tanda vital setiap 4 jam.

o Pantau kulit dan membran mukosa terhadap iritasi, kemerahan atau

lecet – lecet.

o Perbanyak masukan cairan sampai 2500 ml/hari bila tidak ada

kontra indikasi.

o Berikan anti inflamasi sesuai program dokter. Observasi terhadap

efek samping : bisa tak nyaman pada lambung atau diare.

4. Rasional

a. Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas.

b. Untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai kemampuan.

c. Mempertahankan posisi tulang belakang tetap rata.

d. Di lakukan untuk menegakkan postur dan menguatkan otot – otot

paraspinal.

e. Untuk mendeteksi perubahan pada klien.

f. Deteksi diri dari kemungkinan komplikasi imobilisasi.

g. Cairan membantu menjaga faeces tetap lunak.

22

Page 23: SPONDILITIS

h. Obat anti inflamasi adalah suatu obat untuk mengurangi peradangan dan

dapat menimbulkan efek samping.

b. Diagnosa Keperawatan II

Gangguan rasa nyaman : nyeri sendi dan otot sehubungan dengan adanya

peradangan sendi.

1. Tujuan

a. Rasa nyaman terpenuhi

b. Nyeri berkurang / hilang

2. Kriteria hasil

a. klien melaporkan penurunan nyeri

b. menunjukkan perilaku yang lebih relaks

c. memperagakan keterampilan reduksi nyeri yang dipelajari dengan

peningkatan keberhasilan.

3. Rencana tindakan

a. Kaji lokasi, intensitas dan tipe nyeri; observasi terhadap kemajuan nyeri

ke daerah yang baru.

b. Berikan analgesik sesuai terapi dokter dan kaji efektivitasnya terhadap

nyeri.

c. Gunakan brace punggung atau korset bila di rencanakan demikian.

d. Berikan dorongan untuk mengubah posisi ringan dan sering untuk

meningkatkan rasa nyaman.

e. Ajarkan dan bantu dalam teknik alternatif penatalaksanaan nyeri.

4. Rasional.

a. Nyeri adalah pengalaman subjek yang hanya dapat di gambarkan oleh

klien sendiri.

b. Analgesik adalah obat untuk mengurangi rasa nyeri dan bagaimana

reaksinya terhadap nyeri klien.

c. Korset untuk mempertahankan posisi punggung.

d. Dengan ganti – ganti posisi agar otot – otot tidak terus spasme dan

tegang sehingga otot menjadi lemas dan nyeri berkurang.

e. Metode alternatif seperti relaksasi kadang lebih cepat menghilangkan

nyeri atau dengan mengalihkan perhatian klien sehingga nyeri

berkurang.

c. Diagnosa Keperawatan III

23

Page 24: SPONDILITIS

Gangguan citra tubuh sehubungan dengan gangguan struktur tubuh.

1. Tujuan

Klien dapa mengekspresikan perasaannya dan dapat menggunakan koping

yang adaptif.

2. Kriteria hasil

Klien dapat mengungkapkan perasaan / perhatian dan menggunakan

keterampilan koping yang positif dalam mengatasi perubahan citra.

3. Rencana tindakan

a. Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan.

Perawat harus mendengarkan dengan penuh perhatian.

b. Bersama – sama klien mencari alternatif koping yang positif.

c. Kembangkan komunikasi dan bina hubungan antara klien keluarga dan

teman serta berikan aktivitas rekreasi dan permainan guna mengatasi

perubahan body image.

4. Rasional

a. meningkatkan harga diri klien dan membina hubungan saling percaya

dan dengan ungkapan perasaan dapat membantu penerimaan diri.

b. Dukungan perawat pada klien dapat meningkatkan rasa percaya diri

klien.

c. Memberikan semangat bagi klien agar dapat memandang dirinya secara

positif dan tidak merasa rendah diri.

d. Diagnosa Keperawatan IV

Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurangnya informasi tentang

penatalaksanaan perawatan di rumah.

1. Tujuan

Klien dan keluarga dapat memahami cara perawatan di rumah.

2. Kriteria hasil

a. Klien dapat memperagakan pemasangan dan perawatan brace atau

korset

b. Mengekspresikan pengertian tentang jadwal pengobatan

c. Klien mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit, rencana

pengobatan, dan gejala kemajuan penyakit.

3. Rencana tindakan

24

Page 25: SPONDILITIS

a. Diskusikan tentang pengobatan : nama, jadwal, tujuan, dosis dan efek

sampingnya.

b. Peragakan pemasangan dan perawatan brace atau korset.

c. Perbanyak diet nutrisi dan masukan cairan yang adekuat.

d. Tekankan pentingnya lingkungan yang aman untuk mencegah fraktur.

e. Diskusikan tanda dan gejala kemajuan penyakit, peningkatan nyeri dan

mobilitas.

f. Tingkatkan kunjungan tindak lanjut dengan dokter.

5. Pelaksanaan

Yaitu perawat melaksanakan rencana asuhan keperawatan. Instruksi keperawatan

di implementasikan untuk membantu klien memenuhi kriteria hasil.

Komponen tahap Implementasi:

a. tindakan keperawatan mandiri

b. tindakan keperawatan kolaboratif

c. dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap asuhan

keperawatan.( Carol vestal Allen, 1998 : 105 )

6. Evaluasi

Evaluasi adalah perbandingan hasil – hasil yang di amati dengan kriteria hasil yang

dibuat pada tahap perencanaan komponen tahap evaluasi.

a. pencapaian kriteria hasil

b. ke efektipan tahap – tahap proses keperawatan

c. revisi atau terminasi rencana asuhan keperawatan.

Adapun kriteria hasil yang di harapkan pada klien Spondilitis tuberkulosa adalah:

1. Adanya peningkatan kegiatan sehari –hari ( ADL) tanpa menimbulkan

gangguan rasa nyaman .

2. Tidak terjadinya deformitas spinal lebih lanjut.

3. Nyeri dapat teratasi

4. Tidak terjadi komplikasi.

5. Memahami cara perawatan dirumah

25

Page 26: SPONDILITIS

BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

Spondilitis adalah Inflamasi pada tulang vertebrae yang bisa disebabkan oleh

beberapa hal, misalnya proses infeksi, imunitas. Spondilitis dibagi menjadi 2 yaitu spondylitis

ankilosis dan spondylitis tuberculosa. Ankylosing spondylitis adalah penyakit inflamasi

kronisdengan etiologi yang belum diketahui, dan menyerang terutamapada persendian

kerangka aksial dan juga sendi perifer.Masalah dapat terjadi dalam menegakkan diagnosis

bilatidak ditemukan sacroiliitis pada pemeriksaan radiologis; nyeridada tanpa kelainan yang

lain; umurnya terlalu muda atauterlalu tua.Pengelolaan pada penyakit tanpa keluhan : olah

raga seca-ra rutin tanpa obat, dan bila dengan keluhan : obat-obatan,latihan secara teratur dan

penerangan; dan bila telah terjadigangguan fungsi : operasi.

Spondylitis tuberculosa adalah adalah infeksi yang sifatnya kronis berupa infeksi

granulomatosis di sebabkan oleh kuman spesifik yaitu mycubacterium tuberculosa yang

mengenai tulang vertebra.

Spondilitis TB adalah peradangan granulonatosa yang bersifat kronis, destruktif oleh

mikrobakterium TB. TB tulang belakang selalu merupakan infeksi sekunder dari focus

ditempat lain dalam tubuh.

26

Page 27: SPONDILITIS

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2007. Spondylitis Tuberkulosa. Diakses tanggal 25 Februari 2013 dari

www.medlinux.blogspot.com 

Harsono, 2003. Spondilitis Tuberkulosa dalam Kapita Selekta Neurologi. Ed. II. Yogyakarta:

Gajah Mada University Press. p. 195-197

Hidalgo, J.A., 2005. Pott Disease. Diakses tanggal 25 Februari 2013dari

www.eMedicine.com/med/topic 

Rasjad C., 2003. Spondilitis Tuberkulosa dalam Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Ed.II.

Makassar: Bintang Lamumpatue. p. 144-149

Tamburaf, V., 2006. Spinal Tuberculosis. Diakses tanggal 25 Februari 2013 dari

http://www.infeksi.com 

Muttaqin, arif, Asuhan Keperawatan Klien Infeksi dan Inflamasi Muskuloskeletal, 2008, EGC

: Jakarta

27