SPO Bencana Atau Distater Plan IGD BENAR
-
Upload
denny-juraijin -
Category
Documents
-
view
90 -
download
8
description
Transcript of SPO Bencana Atau Distater Plan IGD BENAR
RS BUNDA PALEMBANG
STANDAR PROSEDUR OPERASIONALTINDAKAN TRIASE SAAT KEADAAN BENCANA
No. Dokumen008-01/IKP/2013
No. RevisiB
Halaman
PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit
14 Agustus 2013
DITETAPKAN OLEHDirektur,
Dr. Hj. Halipah Mahyuddin, SpTHT,MMPENGERTIAN Triase (Triage) adalah tindakan untuk memilah/
mengelompokkan korban berdsar beratya
cidera, kemungkinan untuk hidup, dan
keberhasilan tindakan berdasar sumber daya
(SDM dan sarana) yang trsedia
TUJUAN - Tujuan triase pada musibah missal adalah
bahwa dengan sumber daya yang minimal
dapat menyelamatkan korban sebanyak
mungkin
KEBIJAKAN - Memilah korban berdasar :
- Triase tidak disertai tindakan
a. Beratnya cidera
b. Besarnya kemungkinan untuk hidup
c. Fasilitas yang ada/ kemungkinan
keberhasilan tindakan
- Triase dilakukan tidak lebih dari 60 detik/
pasien dan setiap pertolongan harus dilakukan
sesegera mungkin.
PROSEDUR
KERJA
1.Penderita datang diterima petugas / paramedis UGD.
2.Diruang triase dilakukan anamnese dan pemeriksaan singkat dan cepat (selintas) untuk menentukan derajat kegawatannya. Oleh
paramedis yang terlatih / dokter.3.Namun bila jumlah penderita/korban yang ada
lebih dari 50 orang, maka triase dapat dilakukan di luar ruang triase (di depan gedung IGD).
4.Penderita dibedakan menurut kegawatnnya dengan memberi kode warna :o Segera- Immediate (I)- MERAH. Pasien
mengalami cedera mengancam jiwa yang kemungkinan besar dapat hidup bila ditolong segera. Misalnya : Tension pneumothorax, distress pernafasan (RR< 30x/mnt), perdarahan internal vasa besar dsb.
o Tunda-Delayed (II)-KUNING. Pasien memerlukan tindakan defintif tetapi tidak ada ancaman jiwa segera. Misalnya : Perdarahan laserasi terkontrol, fraktur tertutup pada ekstrimitas dengan perdarahan terkontrol, luka bakar <25% luas="" permukaan="" tubuh="" dsb="" br="">
o Minimal (III)-HIJAU. Pasien mendapat cedera minimal, dapat berjalan dan menolong diri sendiri atau mencari pertolongan. Misalnya : Laserasi minor, memar dan lecet, luka bakar superfisial.
o Expextant (0)-HITAM. Pasien menglami cedera mematikan dan akan meninggal meski mendapat pertolongan. Misalnya : Luka bakar derajat 3 hampir diseluruh tubuh, kerusakan organ vital, dsb.
5.Penderita/korban mendapatkan prioritas pelayanan dengan urutan warna : merah, kuning, hijau, hitam.
6.Penderita/korban kategori triase merah dapat langsung diberikan pengobatan diruang tindakan IGD. Tetapi bila memerlukan tindakan medis lebih lanjut, penderita/korban
dapat dipindahkan ke ruang operasi atau dirujuk ke rumah sakit lain
7.Penderita/korban dengan kategori triase kuning yang memerlukan tindakan medis lebih lanjut dapat dipindahkan ke ruang observasi dan menunggu giliran setelah pasien dengan kategori triase merah selesai ditangani.
8.Penderita/korban dengan kategori triase hijau dapat dipindahkan ke rawat jalan, atau bila sudah memungkinkan untuk dipulangkan, maka penderita/korban dapat diperbolehkan untuk pulang.
9.Penderita/korban kategori triase hitam dapat langsung dipindahkan ke kamar jenazah.
UNIT TERKAIT Semua unit
RS BUNDA PALEMBANG
STANDAR PROSEDUR OPERASIONALTINDAKAN TRIASE SAAT KEADAAN BENCANA
No. Dokumen008-01/IKP/2013
No. RevisiB
PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit
14 Agustus 2013
DITETAPKAN OLEHDirektur,
Dr. Hj. Halipah Mahyuddin, SpTHT,MMPENGERTIAN Sarana transportasi untuk mengangkut
penderita/korban dari lokasi bencana ke sarana
kesehatan yang memadai
TUJUAN Untuk memindahkan penderita/korban bencana
dengan aman
tanpa memperberat keadaan penderita/korban
ke sarana kesehatan
yang memadai
KEBIJAKAN 1. Ambulance digunakan untuk memindahkan
korban dari lokasi bencana ke RS atau dari
RS yang satu ke RS lain.
2. Pada setiap ambulans minimal terdiri dari 2
orang para medik dan satu pengemudi (bila
memungkinkan ada 1 orang dokter).
PROSEDUR
KERJA
1. Saat di Rumah Sakit
A. Kru ambulans harus mulai menyiapkan
ambulans untuk pengiriman berikutnya.
1. Bersihkan dengan cepat ruang pasien
dengan menggunakan sarung tangan
industri.
2. Bersihkan darah, muntahan, dan
cairan tubuh lainnya yang mengering
di lantai.
3. Seka perlengkapan apapun yang
terkena percikan. Masukkan handuk
yang digunakan untuk membersihkan
darah dan cairan tubuh langsung ke
dalam kantung merah.
4. Buang sampah-sampah seperti
bungkus perban, balut yang sudah
dibuka walaupun belum dipakai, dan
barang-barang sejenis.
5. Kain linen dan selimut besar yang
kotor dapat dicuci dan digunakan
kembali.
6. Gunakan pengharum ruangan untuk
menetralisir bau muntah, urin, atau
tinja.
B. Siapkan perlengkapan pernafasan.
1. Bersihkan dan disinfeksi benda-benda
yang tidak sekali pakai (non disposable)
dengan cara yang benar, bersihkan pula
unit masker bag-valve yang telah
digunakan dan alat-alat pembantu
pernafasan lain serta alat untuk terapi
inhalasi untuk mencegah alat-alat
tersebut menjadi tempat perkembangan
agen infeksi yang dapat dengan mudah
mengkontaminasi pasien berikutnya.
Lakukan juga disinfeksi untuk unit
suction.
2. Letakkan barang-barang sekali pakai
yang telah digunakan ke kantung
plastik dan bungkus. Ganti barang-
barang serupa dengan cadangan yang
dibawa dalam ambulans.
C. Ganti barang-barang yang telah
digunakan
1. Segera ganti barang-barang yang
telah terpakai di ambulans dengan
barang serupa yang diambil dari
ruang logistik rumah sakit
berdasarkan prinsip -satu untuk satu -
seperti balut steril, perban, handuk,
masker oksigen sekali pakai, sarung tangan sekali pakai, air steril, dan
airways (alat bantu jalan nafas) oral.
2. Tukar barang-barang seperti bidai dan
spinal board yang digunakan oleh pasien
dengan barang serupa dari ruang logistik
rumah sakit.
3. Jika perlengkapan memang bisa ditukar,
segera periksa kelengkapan dan fungsi
perlengkapan dengan cepat. Beberapa
bagian biasanya hilang atau rusak,
biasanya ketika alat-alat imobilisaasi
dilepaskan dari pasien.
4. Jika menemukan bahwa ada bagian
perlengkapan yang rusak atau tidak
lengkap, beritahu otoritas rumah sakit
untuk mengetahui apakah alat
tersebut dapat diperbaiki atau diganti
UNIT TERKAIT Transportasi
Tim IGD
RS BUNDA PALEMBANG
STANDAR PROSEDUR OPERASIONALTINDAKAN TRIASE SAAT KEADAAN BENCANA
No. Dokumen008-01/IKP/2013
No. RevisiB
Halaman
PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit
14 Agustus 2013
DITETAPKAN OLEHDirektur,
Dr. Hj. Halipah Mahyuddin, SpTHT,MMPENGERTIAN Tenaga adalah orang atau petugas baik medis
ataupun non medis
yang membantu dalam melakukan pertolongan
pada para korban
bencana.
TUJUAN Sebagai acuan dalam penambahan jumlah
tenaga medis ataupun non medis saat terjadi
suatu bencana
KEBIJAKAN Penambahan jumlah tenaga medis ataupun
nonmedis saat terjadi bencana dapat diperoleh
dari internal rumah sakit dan eksetrnal rumah
sakit.
PROSEDUR
KERJA
1. Dokter jaga IGD sebagai leader saat terjadi
bencana menghubungi tim siaga bencana
yang saat itu sedang tidak jaga / tidak berada
di tempat.
2. Dokter jaga IGD beserta tim siaga bencana
memprediksi tingkat kegawatan dan jumlah
korban.
3. Meminta bantuan tenaga yang sedang tidak
jaga di rumah sakit dengan menghubungi
tiap perorangan lewat telepon.
4. Apabila tenaga internal rumah sakit tidak
mencukupi/tidak sebanding dengan jumlah
korban yang terlalu banyak, maka pihak
rumah sakit segera meminta bantuan tenaga
dari luar rumah sakit. Segera koordinasikan
kebutuhan tersebut kepada Komandan Siaga
Bencana serta pihak luar yang dimintai
perbantuan.
5. Setelah tenaga bantuan telah datang di RS,
maka dokter jaga sebagai leader
menginformasikan seluruh informasi baik
tingkat kegawatan dan jumlah korban kepada
tim tersebut dan memberikan instruksi
langkah-langkah yang harus dilakukan.
UNIT TERKAIT Dokter IGD
Tim Bencana
RS BUNDA PALEMBANG
STANDAR PROSEDUR OPERASIONALTINDAKAN TRIASE SAAT KEADAAN BENCANA
No. Dokumen008-01/IKP/2013
No. RevisiB
Halaman
PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit
14 Agustus 2013
DITETAPKAN OLEHDirektur,
Dr. Hj. Halipah Mahyuddin, SpTHT,MMPENGERTIAN Alat komunikasi yang digunakan dengan
menggunakan
gelombang radio dengan frekuensi tertentu
yang telah disepakati
bersama, untuk hubungan antar rumah sakit.
TUJUAN Untuk memperlancar jalur komunikasi dalam
menyampaikan atau menerima berita, dalam
keadaan sehari-hari atau dalam keadaan darurat
(bencana/musibah massal).
KEBIJAKAN 1. Radio Komunikasi selalu pada
frekuensi……..
2. Radio Medik hanya digunakan untuk
menyampaikan / menerima berita yang
penting.
PROSEDUR
KERJA
1. Mengecek kondisi radio medik setiap operan dan melakukan timbang terima mengenai berita yang masuk dan yang keluar.
2. Cara menggunakannya : o Cek frekuensi yang ditujuo Cek power dan radioo Pegang extramix, arahkan pada mulut
dengan jarak + 10 cm.o Vokal suara jelas dan singkat (tiap
pembicaraan tidak boleh lebih dari 10
kata)o Bila memanggil, sebut nama yang dituju,
baru nama pengirim. Contoh : RSMH, IGD Bunda memanggil.
o Bila memanggil masih ada pembicaraan di radio, tunggu nada sela, baru memanggil dengan kata ”KONTEK” (2x)
o Bila ada yang mempersilahkan sebut nama atau institusi. Contoh : Ya disini IGD Bunda dengan operator....... Mau menghubungi IGD RSMH
o Tiap pembicaraan (tidak boleh dari 10 kata) diakhiri dengan kata ”GANTI” untuk memberi kesempatan kepada yang dituju untuk menulis pesan dan atau memberikan kesempatan kepada pemanggil untuk masuk karena sifat beritanya lebih penting (gawat).
3. Melakukan absensi tiap hari dengan: o IGD (07.30)
4. Setiap kali mengirim / menerima pesan harus ditulis pada buku laporan serta ditandatangani dan nama jelas operator.
5. Segera tindak lanjut isi pesan.6. Bila selesai jangan dimatikan tetapi radio
harus selalu dalam posisi standbyUNIT TERKAIT Tim Benacana IGD
RS BUNDA PALEMBANG
STANDAR PROSEDUR OPERASIONALDEKONTAMINASI KORBAN BENCANA
No. Dokumen008-01/IKP/2013
No. RevisiB
Halaman
PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit
14 Agustus 2013
DITETAPKAN OLEHDirektur,
Dr. Hj. Halipah Mahyuddin, SpTHT,MMPENGERTIAN Dekontaminasi adalah langkah pertama
menangani peralatan,
perlengkapan, sarung tangan dan benda-benda
lainnya yang
terkontaminasi. Proses yang membuat benda
mati lebih aman
untuk ditangani oleh staf sebelum dibersihkan
(umpamanya
menginaktivikasi HBV, HBC dan HIV) dan
mengurangi tapi
tidak menghilangkan jumlah mikroorganisme
yang
mengkontaminasi.
TUJUAN Sebagai acuan dalam melakukan dekontaminasi
saat terjadi bencana.
KEBIJAKAN 1. Dilakukan pada korban masal terutama pd
korban yg terkontaminasi bahan kimia.
2. Prinsip dekontaminasi di rumah sakit
adalah bahwa setiap pasien yang datang dan
terpapar bahan kimia harus didekontaminasi
sebelum masuk keruangan yang ada di
rumah sakit.
3. Dekontaminasi dilakukan di tempat yang
telah dipersiapkan, terpisah dan tertutup,
tersedia air mengalir dan sebaiknya dekat
dengan UGD/IRD .
PROSEDUR KERJA
1. Setelah memakai alat proteksi diri petugas medik melakukan dekontaminasi, pastikan korban dalam keadaan stabil atau telah dilakukan stabilisasi fungsi vitalnya.
2. Buka seluruh pakaian korban (mengurangi 70-80% kontaminant)
3. Cuci dari ujung kepala sampai ujung kaki dalam 1 menit dgn 6 galon air ( 25 ltr air/ 4-5 ember air) dan diperlukan area 22 inches² (66 cm²) per-orang.
4. Lakukan dgn cepat pencucian / penyiraman seluruh tubuh korban.
5. Gunakan cairan pembersih untuk seluruh tubuh. Cairan baru 0,5 % Sodium hypochlorite (HTH chlorine) efektif utk kontaminant biologi atau kimia.
6. Utk kontaminant biologi perlu waktu 10 menit (hal ini sulit utk korban masal).
7. Bersihkan kembali dengan air dari ujung kepala sampai ujung kaki (head to toe).
8. Yakinkan korban sudah dicuci dengan bersih, bila perlu periksa dan bersihkan kembali dengan air dari ujung kepala sampai ujung kaki.
9. Keringkan tubuh pasien dan ganti/ berikan pakaian kering dan bersih.
10. Korban di masukkan ke ruang UGD/ IRD sesuai kriteria triage (dapat dilakukan triage ulang walaupun sudah dilakukan triage di lapangan.
11. Penanganan dilakukan berdasarkan skala prioritas kegawat daruratan korban bencana.
12. Pelayanan medik yang diberikan sesuai
standar kemampuan rumah sakit.Catatan:1. Pasien bisa yang bisa berjalan sendiri dan
gejala jelas segera lakukan dekontaminasi.2. Pasien masih bisa berjalan, tetapi tanpa
gejala jelas pindahkan dari area tindakan, pakaian dibuka dan observasi (medical evaluation).
3. Pasien tidak bisa bergerak, lakukan evaluasi klinis , berikan prioritas dekontaminasi.
UNIT TERKAIT Perawat IGD
RS BUNDA PALEMBANG
STANDAR PROSEDUR OPERASIONALDEKONTAMINASI KORBAN BENCANA
No. Dokumen008-01/IKP/2013
No. RevisiB
Halaman
PENGERTIAN Terapi adalah tindakan medis yang dilakukan
oleh petugas medis
kepada korban/penderita sesuai dengan
kondisi/keadaan penderita
tersebut
TUJUAN Meminimalisir luka dan kecacatan serta
menyembuhkan penyakit penderita/korban
bencana.
KEBIJAKAN Pemberian terapi bagi korban tanpa membeda-
bedakan status sosial,suku/ras, agama dan
golongan.
PROSEDUR
KERJA
Penanganan medis1. Penanganan korban di RS neliputi tindakan
resusitasi sampai dengan tindakan definitif.2. Sistim pelimpahan wewenang berlaku
dengan pengawasan dan tanggung jawab Tim Penanggulangan Bencana
3. Perkiraan jumlah korban yang akan dirawat adalah berdasar pada jumlah korban yang pernah dirawat pada bencana terdahulu, atau berdasar pada skenario terburuk, dan dengan mempertimbangkan jumlah korban berdasarkan intensitas perawatan yang diperlukan.
4. Tehnis penanganan korban dilakukan sesuai dengan Standar Pelayanan Medis yang dibuat oleh Staf Medik Fungsional ( SMF ).
UNIT TERKAIT Perawat IGD
RS BUNDA PALEMBANG
STANDAR PROSEDUR OPERASIONALDEKONTAMINASI KORBAN BENCANA
No. Dokumen008-01/IKP/2013
No. RevisiB
Halaman
PENGERTIAN Tranportasi bukanlah sekedar mengantar pasien
ke rumah sakit.
Serangkaian tugas harus dilakukan sejak pasien
dimasukkan ke
dalam ambulans hingga diambil alih oleh pihak
rumah sakit.
TUJUAN Memindahkan penderita/korban bencana
dengan aman tanpa memperberat keadaan
penderita/korban ke sarana kesehatan yang
memadai.
KEBIJAKAN Sarana transportasi terdiri dari:1. Kendaraan pengangkut (ambulance)2. Peralatan medis dan non medis.3. Petugas (medis/paramedis)4. Obat-obatan life saving dan life support.Persyaratan yang harus dipenuhi untuk transportasi penderita/korban bencana adalah:a. Sebelum Diangkat 1.Gangguan pernafasan dan kardiovaskuler telah ditanggulangi. 2.Perdarahan telah dihentikan 3.Luka-luka telah ditutup 4.Patah tulang telah difiksasib. Selama perjalanan harus dimonitor 1.Kesadaran 2.Pernafasan 3.Tekanan Darah 4.Denyut nadi 5.Keadaan luka
PROSEDUR
KERJA
Memindahkan pasien ke ambulans1. Pada saat ambulans datang anda harus
mampu menjangkau pasien sakit atau cedera tanpa kesulitan, memeriksa kondisinya, melakukan prosedur penanganan emergensi di tempat dia terbaring, dan kemudian memindahannya ke ambulans.
2. Pada beberapa kasus tertentu, misalnya pada keadaan lokasi yang berbahaya atau pasien yang memerlukan prioritas tinggi maka proses pemindahan pasien harus didahulukan sebelum menyelesaikan proses pemeriksaan dan penanganan emergensi diselesaikan.
3. Jika dicurigai adanya cedera spinal, kepala harus distabilkan secara manual dan penyangga leher (cervical collar) harus dipasang dan pasien harus diimobilisasi di atas spinal board.
4. Pemindahan pasien ke ambulans dilakukan dalam 4 tahap berikut
o Pemilihan alat yang digunakan untuk mengusung pasien.
o Stabilisasi pasien untuk dipindahkano Memindahan pasien ke ambulanso Memasukkan pasien ke dalam ambulans
5. Pasien sakit atau cedera harus distabilkan agar kondisinya tidak memburuk.
6. Perawatan luka dan cedera lain yang diperlukan harus segera diselesaikan, benda yang menusuk harus difiksasi, dan seluruh balut serta bidai harus diperiksa sebelum pasien diletakkan di alat pengangkut pasien.
7. Jangan menghabiskan banyak waktu untuk merawat pasien dengan cedera yang sangat buruk atau korban yang telah meninggal. Pada prinsipnya, kapanpun seorang pasien
dikategorikan dalam prioritas tinggi, segera transpor dengan cepat.
8. Penyelimutan pasien membantu menjaga suhu tubuh, mencegah paparan cuaca, dan menjaga privasi.
9. Alat angkut (carrying device) pasien harus memiliki tiga tali pengikat untuk menjaga posisi pasien tetap aman. Yang pertama diletakkan setinggi dada, yang kedua setinggi pinggang atau panggul, dan yang ketiga setinggi tungkai. Kadang-kadang digunakan empat tali pengikat di mana dua tali disilangkan di dada.
10. Jika penderita/korban tidak mungkin diangkut dengan tandu misalnya pada penggunaan spinalboard dan hanya bisa diletakkan di atas tandu/usungan ambulans (ambulance stretcher),maka disyaratkan untuk menggunakan tali kekang yang dapat mencegah pasien tergelincir ke depan jika ambulans berhenti mendadak.
Mempersiapkan Pasien untuk Transportasi1. Lakukan pemeriksaan menyeluruh.
Pastikan bahwa pasien yang sadar bisa bernafas tanpa kesulitan setelah diletakan di atas usungan. Jika pasien tidak sadar dan menggunakan alat bantu jalan nafas (airway), pastikan bahwa pasien mendapat pertukaran aliran yang cukup saat diletakkan di atas usungan.
2. Amankan posisi tandu di dalam ambulans. Pastikan selalu bahwa pasien dalam posisI aman selama perjalanan ke rumah sakit. Tandu pasien dilengkapi dengan alat pengunci yang mencegah roda usungan brgerak saat ambulans tengah melaju.
3. Posisikan dan amankan pasien. Selama pemindahan ke ambulans, pasien harus diamankan dengan kuat ke usungan.
Perubahan posisi di dalam ambulans dapat dilakukan tetapi harus disesuaikan dengan kondisi penyakit atau cederanya. Pada pasien tak sadar yang tidak memiliki potensi cedera spinal, ubah posisi ke posisi recovery (miring ke sisi) untuk menjaga terbukanya jalan nafas dan drainage cairan. Pada pasien dengan kesulitan bernafas dan tidak ada kemungkinan cedera spinal akan lebih nyaman bila ditransport dengan posisi duduk. Pasien syok dapat ditransport dengan tungkai dinaikkan 8-12 inci. Pasien dengan potensi cedera spinal harus tetap diimobilasasi dengan spinal board dan posisi pasien harus diikat erat ke usungan.
4. Pastikan pasien terikat dengan baik dengan tandu. Tali ikat keamanan digunakan ketika pasien siap untuk dipindahkan ke ambulans, sesuaikan kekencangan tali pengikat sehingga dapat menahan pasien dengan aman tetapi tidak terlalu ketat yang dapat mengganggu sirkulasi dan respirasi atau bahkan menyebabkan nyeri.
5. Persiapkan jika timbul komplikasi pernafasan dan jantung. Jika kondisi pasien cenderung berkembang ke arah henti jantung, letakkan spinal board pendek atau papan RJP di bawah matras sebelum ambulans dijalankan. Ini dilakukan agar tidak perlu membuang banyak waktu untuk meletakkan dan memposisikan papan seandainya jika benar terjadi henti jantung.
6. Melonggarkan pakaian yang ketat. Pakaian dapat mempengaruhi sirkulasi dan pernafasan. Longgarkan dasi dan sabuk serta buka semua pakaian yang menutupi leher. Luruskan pakaian yang tertekuk di bawah tali ikat pengaman. Tapi sebelum melakukan tindakan apapun, jelaskan
dahulu apa yang akan Anda lakukan dan alasannya, termasuk memperbaiki pakaian pasien.
7. Periksa perbannya. Perban yang telah di pasang dengan baik pun dapat menjadi longgar ketika pasien dipindahkan ke ambulans. Periksa setiap perban untuk memastikan keamanannya. Jangan menarik perban yang longgar dengan enteng. Perdarahan hebat dapat terjadi ketika tekanan perban dicabut secara tiba-tiba.
8. Periksa bidainya. Alat-alat imobilisasi dapat juga mengendur selama pemindahan ke ambulans. Periksa perban atau kain mitella yang menjaga bidai kayu tetap pada tempatnya. Periksa alat-alat traksi untuk memastikan bahwa traksi yang benar masih tetap terjaga. Periksa anggota gerak yang dibidai perihal denyut nadi bagian distal, fungsi motorik, dan sensasinya.
9. Naikkan keluarga atau teman dekat yang harus menemani pasien. Bila tidak ada cara lain bagi keluarga dan teman pasien untuk bisa pergi ke rumah sakit,biarkan mereka menumpang di ruang pengemudi-bukan di ruang pasien- karena dapat mempengaruhi proses perawatan pasien. Pastikan mereka mengunci sabuk pengamannya.
10. Naikkan barang-barang pribadi. Jika dompet, koper, tas, atau barang pribadi pasien lainnya dibawa serta, pastikan barang tersebut aman di dalam ambulans. Jika barang pasien telah Anda bawa, pastikan Anda telah memberi tahu polisi apa saja yang dibawa. Ikuti polisi dan isilah berkas-berkas sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
11. Tenangkan pasien. Kecemasan dan kegelisahan seringkali menerpa pasien
ketika dinaikkan ke ambulans. Ucapkan beberapa patah kata dan tenangkan pasien dengan cara yang simpatik. Perlu diingat bahwa mainan seperti boneka beruang dapat berarti banyak untuk menenangkan pasien anak yang ketakutan. Senyum dan nada suara yang menenangkan adalah hal yang penting dan dapat menjadi perawatan kritis yang paling dibutuhan oleh pasien anak yang ketakutan.
12. Ketika anda merasa bahwa pasien dan ambulans telah siap diberangkatkan, beri tanda kepada pengemudi untuk memulai perjalanan ke rumah sakit. Jika yang Anda tangani ini adalah pasien prioritas tinggi, maka tahap persiapan, melonggarkan pakaian, memeriksa perban dan bidai, menenangkan pasien, bahkan pemeriksaan vital sign dapat ditangguhkan dan dilakukan selama perjalanan daripada harus diselesaikan tetapi menunda transportasi pasien ke rumahsakit.
Perawatan Pasien selama Perjalanan1. Lanjutkan perawatan medis emergensi
selama dibutuhkan. Jika usaha bantuan hidup (life support) telah dimulai sebelum memasukkan pasien ke dalam ambulans, maka prosedur tersebut harus dilanjutkan selama perjalanan ke rumah sakit. Pertahankan pembukaan jalan nafas, lakukan resusitasi, berikan dukungan emosional, dan lakukan hal lain yang diperlukan termasuk mencatat temuan baru dari usaha pemeriksaan awal (initial assesment) pasien.
2. Gabungkan informasi tambahan pasien. Jika pasien sudah sadar dan Anda telah mempertimbangkan bahwa perawatan
emergensi selanjutnya tidak akan terganggu, maka Anda dapat mulai mencari informasi baru dari pasien.
3. Lakukan pemeriksaan menyeluruh dan monitor terus vital sign. Peningkatan denyut nadi secara tiba-tiba misalnya, dapat menandakan syok yang dalam. Catat vital sign dan laporkan perubahan yang terjadi pada anggota staf bagian emergensi segera setelah mencapai fasilitas medis. Lakukan penilaian ulang vital sign setiap 5 menit untuk pasien tidak stabil dan setiap menit untuk pasien stabil.
4. Beritahu fasilitas medis yang menjadi tujuan Anda. Beberkan informasi hasil pemeriksaan dan penanganan pasien yang sudah Anda lakukan, dan beri tahu perkiraan waktu kedatangan Anda.
5. Periksa ulang perban dan bidai.6. Bicaralah dengan pasien, tapi kendalikan
emosi Anda. Bercakap-cakap terkadang berguna untuk menenangkan pasien yang ketakutan.
7. Jika terdapat tanda-tanda henti jantung, minta pengemudi untuk menghentikan ambulans sementara Anda melakukan Resusitasi dan memberikan AED (defibrilator). Beri tahu pengemudi untuk menjalankan ambulans lagi setelah memastikan bahwa henti jantung telah teratasi. Pastikan bahwa IGD mengetahui adanya henti jantung. Adalah hal yang sangat membantu jika Anda memang secara rutin selalu meletakkan bantalan keras di antara matras pelbet (cot) dan punggung pasien yang memiliki resiko tinggi mengalami henti jantung.
Memindahkan Pasien Ke Instalasi Gawat
Darurat1. Dampingi staf IGD bila dibutuhkan dan
berikan laporan lisan atas kondisi pasien Anda. Beritahu setiap perubahan kondisi pasien yang telah Anda amati.
2. Segera setelah Anda tidak lagi menangani pasien, siapkan laporan perawatan pra rumah sakit.
3. Serahkan barang-barang pribadi pasien ke pihak rumah sakit. Jika benda-benda berharga pasien dipercayakan penuh pada penjagaan anda, segera serahkan kepada staf IGD yang bertanggung jawab.
4. Minta diri untuk meninggalkan rumah sakit. Bertanyalah kepada dokter atau perawat IGD apakah layanan anda masih dibutuhkan.
UNIT TERKAIT Tim Bencana
Dokter IGD
Perawat IGD
STANDAR PROSEDUR OPERASIONALDEKONTAMINASI KORBAN BENCANA
No. Dokumen008-01/IKP/2013
No. RevisiB
Halaman
RS BUNDA PALEMBANG
PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit
14 Agustus 2013
DITETAPKAN OLEHDirektur,
Dr. Hj. Halipah Mahyuddin, SpTHT,MMPENGERTIAN Memindahkan korban/penderita bencana dari
lokasi bencana ke
tempat yang lebih aman dan mengusahakan
penderita/korban
yang masih bernyawa untuk dapat diselamatkan
TUJUAN Menyelamatkan nyawa penderita/korban yang
masih hidup dan memindahkan
penderita/korban yang sudah tidak bernyawa
KEBIJAKAN 1. Mendahulukan korban yang masih bernyawa
dan kemungkinan besar dapat diselamatkan.
2. Korban yang tingkat kegawatannya tinggi
dan beresiko mati, lebih baik ditinggalkan
terlebih dahulu.
PROSEDUR KERJA
1. Petugas evakuasi harus membekali diri dengan segala keperluan pribadi serta membekali diri dengan membawa alat dan obat untuk pertolongan pertama.
2. Menentukan skalasi bencana;luas wilayah,jumlah korban,jenis penyakit,sarana dan prasarana yang tersisa, sisa SDM dan akses jalan menuju lokasi bencana.
3. Menyampaikan hasil survey awal ke rumah sakit, sehingga rumah sakit dapat mempersiapkan diri.
4. Petugas lapangan menilai tingkat kegawatan korban untuk korban luka ringan dan sedang di beri pertolongan pertama di tempat kejadian atau pos kesehatan lapangan.
5. Korban luka ringan dan sedang diperlakukan
sama seperti masyarakat umum.6. Korban luka berat segera dievakuasi ke RS
rujukan wilayah/RS Polri / RS TNI terdekat.7. Korban yang memerlukan perawatan lebih
lanjut dapat dievakuasi ke pusat rujukan melalui jalan darat/sungai/laut/udara sesuai sarana yang di milikinmemindah dan menagangkat penderita/korban.
8. Sebelum mengangkat penderita perlu memperhatikan beberapa hal seperti berapa berat objek, apakah memerlukan bantuan tambahan dalam mengangkat dsb.
9. Komunikasikan rencana untuk mengangkat dan mengangkut dengan rekan anda
10. Pada saat mengangkat penderita, ada peraturan yang harus dipatuhi untuk mencegah cedera. Diantaranya: o Posisikan kaki dengan baik. Kaki harus
kokoh, menapak pada permukaan dan diposisikan sepanjang lebar bahu.
o Ketika mengangkat, gunakan kaki anda, bukan punggung anda untuk mengangkat.
o Ketika mengangkat, jangan berputar atau membuat gerakan lain selain mengangkat. Usaha untuk berbelok atau berputar ketika mengangkat merupakan penyebab utama cedera.
o Ketika mengangkat dengan satu tangan, jangan mengkompensasi.
o Hindari bersandar ke sisi manapun. Jaga punggung anda tetap lurus dan terkunci.
o Jaga beban sedekat mungkin dengan tubuh anda. Semakin jauh beban dari tubuh anda, semakin besar kemungkinan anda cedera.
o Ketika membawa penderita pada tangga, jika memungkinkan gunakan kursi tangga daripada tandu.
1. Pada saat menjangkau penderita, ada
peraturan yang harus dipatuhi untuk mencegah cedera. Diantaranya: o Jaga punggung tetap dalam posisi lurus/
terkunci.o Hindari berputar ketika menjangkau.o Hindari menjangkau lebih dari 15-20
inchi di depan tubuh anda.o Hindari menjangkau yang
berkepanjangan ketika diperlukan usaha yang besar
2. Pada saat mendorong atau menarik penderita, ada peraturan yang harus dipatuhi untuk mencegah cedera. Diantaranya:
o Lebih baik dorong daripada tarik, jika memungkinkan.
o Jaga punggung tetap lurus/terkunci.o Jaga garis tarikan melalui pusat tubuh
anda dengan menekuk lutut.o Jaga beban dekat dengan tubuh anda.o Jika beban dibawah pinggang, dorong
atau tarik dari posisi berlutut.
o Hindari mendorong atau menarik melebihi kepala.
UNIT TERKAIT Tim bencana