Spiritualitas Dalam Manajemen Dan Masyarakat

5
SPIRITUALITAS DALAM ORGANISASI DAN DALAM MASYARAKAT Pokok Pikiran Materi Konsep motivasi spiritualitas dikembangkan oleh Abraham Maslow menunjukan bahwa kebutuhan spiritualitas merupakan kebutuhan yang fitri, yang pemenuhannya tergantung pada kemampuan manusia dan kematangan individu. Zohar dan Marshall (2005), mengatakan bahwa makna yang paling tinggi dan paling bernilai, dimana manusia akan merasa bahagia, justru terletak pada aspek spiritualitasnya. dan hal tersebut dirasakan oleh manusia, ketika ia ikhlas mengabdi kepada sifat/ kehendak Tuhan (Ginanjar,2001). berdasarkan pendapat tersebut, dapat dikatakan spiritual akan melahirkan dorongan/motivasi bagi setiap manusia dalam organisasi untuk menjalankan tugas-tugasnya. konsep motivasi spiritual dalam prespektif agama seharusnya diterapkan dalam organisasi, karena motivasi ini lahir dari adanya dorongan kebutuhan akan nilai-nilai agama, yang secara konseptual dapat mempengaruhi perilaku dan kinerja. Motivasi spiritual dalam prespektif agama meletakan hubungan antara manusia dalam proses bisnis atau kerja, tidak lepas hubungannya dengan Tuhan. Iman dan taqwa menjadi landasan utama spirit atau energi manusia dalam bekerja. dengan dasar inilah orang akan menggabungkan ilmu, keahlian, akal dan nuraninya untuk bekerja dengan penuh rasa tanggung jawab untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh organisasi dan menggali dan mengelola resources yang ada di muka bumi ini, secara efisien dengan manfaat optimal bagi kehidupan umat manusia. manajemen spiritual didefinisikan sebagai manajemen yang mengedepankan nilai-nilai yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa. dengan memiliki motivasi spiritual maka muncul potensi dari diri setiap pemimpin organisasi untuk berkinerja dan menunjukan hidup yang lebih positif dan produktif dan memberikan motivasi kepada bawahannya. Ketika ketulusan dan motivasi spiritualitas yang sangat murni digabungkan dengan kepemimpinan bisnis yang sangat maju dan pengambilan keputusan serta keterampilan yang konsisten,

description

Motivasi spiritualitas dalam manajemen dapat menumbukan kepercayaan dan dorongan satu sama lain untuk selalu datang ke tempat kerja mereka sehari-hari,

Transcript of Spiritualitas Dalam Manajemen Dan Masyarakat

Page 1: Spiritualitas Dalam Manajemen Dan Masyarakat

SPIRITUALITAS DALAM ORGANISASI DAN DALAM MASYARAKAT

Pokok Pikiran Materi

Konsep motivasi spiritualitas dikembangkan oleh Abraham Maslow menunjukan bahwa kebutuhan spiritualitas merupakan kebutuhan yang fitri, yang pemenuhannya tergantung pada kemampuan manusia dan kematangan individu. Zohar dan Marshall (2005), mengatakan bahwa makna yang paling tinggi dan paling bernilai, dimana manusia akan merasa bahagia, justru terletak pada aspek spiritualitasnya. dan hal tersebut dirasakan oleh manusia, ketika ia ikhlas mengabdi kepada sifat/ kehendak Tuhan (Ginanjar,2001). berdasarkan pendapat tersebut, dapat dikatakan spiritual akan melahirkan dorongan/motivasi bagi setiap manusia dalam organisasi untuk menjalankan tugas-tugasnya. konsep motivasi spiritual dalam prespektif agama seharusnya diterapkan dalam organisasi, karena motivasi ini lahir dari adanya dorongan kebutuhan akan nilai-nilai agama, yang secara konseptual dapat mempengaruhi perilaku dan kinerja.

Motivasi spiritual dalam prespektif agama meletakan hubungan antara manusia dalam proses bisnis atau kerja, tidak lepas hubungannya dengan Tuhan. Iman dan taqwa menjadi landasan utama spirit atau energi manusia dalam bekerja. dengan dasar inilah orang akan menggabungkan ilmu, keahlian, akal dan nuraninya untuk bekerja dengan penuh rasa tanggung jawab untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh organisasi dan menggali dan mengelola resources yang ada di muka bumi ini, secara efisien dengan manfaat optimal bagi kehidupan umat manusia. manajemen spiritual didefinisikan sebagai manajemen yang mengedepankan nilai-nilai yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa. dengan memiliki motivasi spiritual maka muncul potensi dari diri setiap pemimpin organisasi untuk berkinerja dan menunjukan hidup yang lebih positif dan produktif dan memberikan motivasi kepada bawahannya. Ketika ketulusan dan motivasi spiritualitas yang sangat murni digabungkan dengan kepemimpinan bisnis yang sangat maju dan pengambilan keputusan serta keterampilan yang konsisten, hasilnya tentunya lebih besar kemungkinannya untuk menghasilkan dan menumbuhkan organisasi yang kuat.

Motivasi spiritualitas dalam manajemen dapat menumbukan kepercayaan dan dorongan satu sama lain untuk selalu datang ke tempat kerja mereka sehari-hari, meminimalkan “politik tempat kerja”, politik kerja banyak membunuh semangat seseorang untuk bekerja dengan dedikasi dan kesungguhan karena banyak hal-hal kotor dan manipulatif yang akan tumbuh subur di organisasi, saling menghormati agama, perbedaan keyakinan, suku, ras dan lain-lain, manajer dapat menempatkan karyawannya sesuai dengan potensi dan keahlian mereka pada posisi yang tepat, mendorong pekerja untuk mengeksplorasi kemampuan, kompetensi dan kreativitas mereka dalam berbagai hal, dan memfasilitasi pelatihan yang diperlukan, sehingga semua bakat tersembunyi mereka dapat muncul, yang memungkinkan karyawan untuk akhirnya membawa semangat dalam mengembangkan dan membawa hal-hal yang lebih besar dari diri mereka sendiri di tempat kerja. Hal ini tidak hanya menjadi keuntungan bagi karyawan, tetapi juga untuk tempat mereka bekerja. Dan itu akan dilihat oleh para pekerja sebagai

Page 2: Spiritualitas Dalam Manajemen Dan Masyarakat

usaha penuh perhatian dari tempat kerja mereka untuk selalu memajukan mereka, mengakui dan menghargai orang-orang ketika mereka layak dan dengan cara khusus menghargai kepribadian, memberi pengakuan dan penghargaan terbaik.

Dalam kehidupan bermasyarakat, ada celah spiritualitas dalam kerangka ekologi dan ekonomi. Berdasarkan pertimbangan tersebut, acuan kerangka spiritual dalam perekonomian mungkin muncul sebagai bagian utama dari ekologi ekonomi. Terdapat kesempatan untuk menggabungkan efisiensi penggunaan sumber daya dengan penemuan kembali karakter spiritual bawaan kehidupan manusia dan hubungan spiritual yang tidak terpisahkan dari setiap orang dengan alam dan masyarakat. Keberlanjutan membutuhkan pandangan holistik mengenai kebutuhan manusia yang mencakup dimensi sosial, spiritual, intelektual, dan budaya dari pengalaman manusia.

Spiritualitas menggambarkan sikap yang dipimpin oleh nilai-nilai etika tersembunyi yang unggul di perilaku sehari-hari dan kepekaan terhadap tanda-tanda, simbol dan makna yang mewakili Sistem transendental nilai (kesatuan, iman, cinta, kasih sayang, belas kasihan, kecantikan sakral dan sejenisnya). Spiritualitas menantang sistem ekonomi dimana manusia mencari kekayaan tidak hanya untuk materi, tetapi untuk kekayaan batin, dalam diri yang kreatif dan bertanggung jawab. Spiritualitas berhubungan dengan praktek-praktek spiritual seperti meditasi, doa, ramalan, mendengarkan suara hati, praktek imajiner. Kebanyakan budaya spiritual setuju bahwa nilai-nilai inti berupa cinta, kesatuan, dan kasih sayang. Spiritualitas menciptakan dasar dan konteks untuk keyakinan agama dan tradisi.

Proses psikis, dan perilaku diarahkan sebagian dengan spiritualitas pribadi dan sebagian oleh kebutuhan dasar manusia dan naluri. Spiritualitas dapat menjadi terlihat pada keputusan pengambilan ekonomi, sikap dan perilaku konsumen juga. Ired Angoc (1993) menekankan: "Keseimbangan dan hubungan yang harmonis antara masyarakat manusia dan lingkungan alam mereka sangat terkait dengan kehormatan terhadap kesatuan spiritual kehidupan dan ikatan yang kuat kepada masyarakat dan tempat. Ini adalah hubungan simbiosis di mana keberadaan dan fungsi individu sebagai bagian integral dari keseluruhan. Masyarakat sepertinya hampir secara umum mengembangkan nilai-nilai budaya yang mempertahankan rasa kontinuitas menghubungkan generasi masa lalu dan masa depan ke kedudukan lahiriahnya. Dalam gerakan spiritual kontemporer kita menemukan ikatan yang erat antara Kebenaran, Cinta dan Ilahi.

Dalam bukunya yang terkenal "Trust" Fukuyama menunjukan bahwa keberhasilan dan prestasi ekonomi berkorelasi positif dengan keyakinan dibentuk antara mitra bisnis. Kepercayaan spiritualitas mungkin mendukung ekonomi rasionalitas dan memaksimalkan keuntungan. Namun dalam buku berikutnya Fukuyama mengarahkan perhatian kita terhadap gejala krisis pasar bebas di masyarakat, di mana tren individualistis yang ekstrim, terganggunya hubungan keluarga, meningkatnya perilaku menyimpang, kriminalitas, keterasingan dan isolasi, minuman beralkohol dan konsumsi obat terlarang yang kesemuanya menandakan transisi dari industri ke masyarakat pascaindustri (Fukuyama, 1999).

Page 3: Spiritualitas Dalam Manajemen Dan Masyarakat

Antropologi cenderung menunjukkan sifat supra-individu dari budaya manusia. Sebagai budaya, teknologi, ide-ide, sistem nilai yang tidak dapat direduksi ke psikologis, biologis dan fenomena non-budaya lainnya. Secara holistik, pandangan yang terintegrasi dari fenomena sosial budaya termasuk ekonomi, alam dan spiritualitas juga. Konsep lingkungan manusia yang menghubungkan teknologi, sosial dan lingkungan infospherical sebagai ekosistem manusia yang supra-individu dengan potensi untuk menghasilkan adaptasi hubungan yang saling keterkaitan.

=========================================================

Penilaian Terhadap Isi Materi

Sejauh manapun organisasi bekerja keras dengan penerapan disiplin dan berbagai teori dan aplikasi dan manajemen terbaikpun, mungkin organisasi tersebut akan dapat tumbuh pesat menjadi organisasi besar dan bahkan terkemuka didunia, namun hal itu bisa saja tidak dapat terjadi jika aktifitas dalam manajemen tanpa menerapkan unsur-unsur yang berkaitan dengan spiritualitas bagi orang-orang yang terlibat dalam manajemen/organisasi tersebut.

Kemampuan manusia yang bekerja dalam organisasi sebenarnya terbatas, meskipun menggunakan segenap kemampuan peralatan mesin teroptimasi sekalipun. Oleh karena itu diperlukan kekuatan yang bersumber dari kebesaran Tuhan yang tidak terbatas itu agar senantiasa selalu ada keberadaannya dan harus dimiliki oleh individu didalam setiap aktivitas organisasi. Sehingga pada intinya adalah, siapapun dia yang terlibat dalam kegiatan organisasi harus memiliki kesadaran bahwa apapun yang mereka kerjakan berlandaskan iman dan taqwa kepada Tuhan.

Disamping perlunya penerapan spiritualitas dalam ranah organisasi/manajemen, tentunya hal itu berlaku di dalam ekosistem masyarakat yang merupakan kumpulan individu yang lebih kompleks. Spiritualitas seorang manusia sangatlah berpengaruh dalam kehidupan sehari-harinya. Khususnya keterkaitannya dengan hubungan antara sesama manusia. Spiritualitas yang tertanamkan pada seseorang yang bersumber dari unsur spiritual keimanan merupakan nilai spiritual yang paling utama, maka tidak heran jika ada seorang manusia yang taat dalam menjalankan perintah-perintah dalam agama yang diyakininya, hal itu akan berpengaruh dalam kehidupan sehari-harinya, dimana jiwa yang tertanamkan nilai spiritual seperti itu cenderung akan lebih bertindak baik, bertutur kata yang lembut dalam ucapannya dan tidak akan sekalipun meninggalkan kewajibannya sebagai umat beragama. Sangat besar implikasi yang dapat ditemukan jika nilai-nilai spiritualitas itu dapat kita terapkan ke dalam kehidupan sehari-hari, baik kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.