IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

221
IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI PENDAMPINGAN ORANG BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SLB BHAKTI LUHUR MADIUN SKRIPSI SARJANA STRATA I (S-1) TUBER NPM: 15. 2862 SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN WIDYA YUWANA MADIUN 2020

Transcript of IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

Page 1: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN

BAGI PENDAMPINGAN ORANG BERKEBUTUHAN KHUSUS

DI SLB BHAKTI LUHUR MADIUN

SKRIPSI SARJANA STRATA I (S-1)

TUBER

NPM: 15. 2862

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

WIDYA YUWANA

MADIUN

2020

Page 2: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN

BAGI PENDAMPINGAN ORANG BERKEBUTUHAN KHUSUS

DI SLB BHAKTI LUHUR MADIUN

SKRIPSI

Diajukan kepada

Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Widya Yuwana Madiun

untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ilmu

Pendidikan Teologi

TUBER

NPM: 15. 2862

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

WIDYA YUWANA

MADIUN

2020

Page 3: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

iii

SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Tuber

NPM : 152862

Program Studi : Ilmu Pendidikan Teologi

Jenjang Studi : S-1

Judul Skripsi : Implementasi Spiritualitas Vinsensian Bagi Pendampingan

Orang Berkebutuhan Khusus di SLB Bhakti Luhur Madiun

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri

tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan dosen pembimbing

2. Skripsi ini belum pernah diajukan untuk mendapat gelar akademik apapun,

baik di STKIP Widya Yuwana maupun di perguruan tinggi lain.

3. Dalam skripsi ini, tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau

dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan mencantumkan

sebagai acuan dalam naskah dengan menyebutkan nama pengarang dan

dalam daftar pustaka.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian

hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi

akademik berupa pencabutan gelar yang telah diberikan melalui karya tulis ini,

serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Madiun, ……………… 2020

Yang menyatakan,

TUBER

NPM: 152862

Page 4: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

iv

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul “Implementasi Spritualitas Vinsensian Bagi Pendampingan

Orang Berkebutuhan Khusus di SLB Bhakti Luhur Madiun” yang ditulis oleh

Tuber telah diterima dan disetujui untuk diuji pada tanggal……...September 2020.

Oleh :

Pembimbing

Dr. Agustinus Wisnu Dewantara, S.S, M. Hum

Page 5: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

v

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi yang berjudu : Implementasi Spiritualitas Vinsensian Bagi Pendampingan

Orang Berkebutuhan Khusus di SLB Bhakti Luhur

Madiun.

Oleh : Tuber

NPM : 15.2862

Telah diuji dan dinyatakan LULUS untuk memenuhi sebagian persyaratan

menyelesaikan Program Studi Ilmu Pendidikan Teologi Sarjana Strata Satu

STKIP Widya Yuwana

Pada : Semester Ganjil Tahun Akademik 2020/2021

Dengan Nilai : ………….

Madiun, ……………………….2020

Ketua Penguji : Agustinus Supriyadi, S.S., M. Hum

Anggota Penguji : Dr. Agustinus Wisnu Dewantara, S.S, M. Hum

Ketua STKIP Widya Yuwana

Dr. Drs. Ola Rongan Wilhemus, M.Sc

Page 6: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

vi

HALAMAN MOTTO

SIAPA MENINDAS ORANG YANG LEMAH, MENGHINA

PENCIPTANYA, TETAPI SIAPA MENARUH BELAS KASIHAN

KEPADA ORANG MISKIN, MEMULIAKAN DIA

(AMSAL 14:31)

KEBERHASILAN BUKANLAH TUJUAN, MELAINKAN SUATU

PERJALANAN; ARAH DARI PERJALANAN KITA

(FEBE CHEN)

Page 7: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

vii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi dengan judul “Implementasi Spiritualitas Vinsensian Bagi Pendampingan

Orang Berkebutuhan Khusus di SLB Bhakti Luhur Madiun.” dipersembahkan

kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus yang telah membimbing, menyertai, menguatkan,

melindungi dan memberkati.

2. Kedua orang tua yang selalu mendukung, mendoakan, memberikan

semangat dan motivasi, dan telah memberikan kasih sayang dan cinta

yang besar, serta panutan yang baik sehingga saya bisa seperti sekarang

ini.

3. Donatur penulis, Rm. Agus Supriyadi, SS, M. Hum, bapak Alberto, ibu

Anna, bapak Teofilus Banu D.S ; yang selalu memberikan cinta sebagai

orang tua dan donatur, memberikan semangat dalam berbagai macam

bentuk dukungan.

4. Seluruh keluarga besarku; khususnya keluarga yang ada di Meroboi yang

selalu memberi semangat serta doa bagi penulis.

5. Dosen dan Karyawan STKIP Widya Yuwana Madiun; yang telah banyak

membantu penulis terutama selama proses penyelesaian skripsi ini.

6. Semua pihak yang telah berjasa membantu menyelesaikan skripsi ini

Page 8: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

viii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas anugerah dan rahmat

melimpah yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan seluruh

rangkaian proses penyelesaiaan tugas akhir ini. Tugas akhir ini merupakan karya

ilmiah yang dibuat sebagai persyaratan dalam memperoleh gelar Strata Satu pada

Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Widya Yuwana Madiun.

“Implementasi Spiritualitas Vinsensian Bagi Pendampingan Orang

Berkebutuhan Khusus di SLB Bhakti Luhur Madiun.” Merupakan hasil karya

yang penulis hasilkan. Karya ilmiah ini sebagai salah satu syarat untuk meraih

Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Ilmu Pendidikan Teologi di Sekolah Tinggi

Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Widya Yuwana Madiun. Proses

penulisan karya ilmiah ini tidak terlepas dari dukungan, bimbingan, dan motivasi

dari berbagai pihak. Penulis dalam penulisan karya ilmiah ini mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Dr. Drs. Ola Rongan Wilhelmus, M.Sc, selaku ketua STKIP Widya

Yuwana Madiun.

2. Dr. Agustinus Wisnu Dewantara, S.S., M. Hum selaku dosen

pembimbing yang telah mendukung dan membimbing penulis dengan

penuh kesabaran dalam menyelesaikan skripsi.

3. Ayah Jonison selaku orang tua angkat penulis yang selalu memberikan

dukungan dan doa.

Page 9: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

ix

4. Suster Regina selaku Pimpinan Yayasan Bhakti Luhur Madiun yang

telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian kepada

pendamping SLB Bhakti Luhur Madiun .

5. Keluarga besar “St. Agustinus” angkatan 2015 tercinta.

6. Seluruh civitas akademika STKIP Widya Yuwana Madiun yang

banyak memberikan pengalaman berharga.

7. Terima kasih juga kepada para responden yang telah bersedia untuk

menjadi narasumber penelitian karya ilmiah ini.

8. Dan semua pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung

maupun tidak langsung hingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.

Semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua orang yang membacanya dan

mohon maaf jika dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan. Saran dan

kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan penulis untuk menjadikan

skripsi ini lebih baik lagi.

Penulis

Tuber

Page 10: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

x

DAFTAR ISI

Halaman Sampul Dalam............................................................................... i

Halaman Judul ............................................................................................... ii

Surat Pernyataan Tidak Plagiat ................................................................... iii

Halaman Persetujuan .................................................................................... iv

Halaman Pengesahan ..................................................................................... v

Halaman Persembahan .................................................................................. vi

Halaman Motto............................................................................................... vii

Kata Pengantar............................................................................................... viii

Daftar Isi ......................................................................................................... x

Daftar Tabel .................................................................................................... xvi

Daftar Singkatan ............................................................................................ xvii

Abstrak ............................................................................................................ xviii

Abstract ........................................................................................................... xix

BAB I: PENDAHULUAN.............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 6

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 6

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 6

1.4.1 Bagi Perkembangan Ilmu .............................................................. 7

1.4.2 Bagi Penelitian .............................................................................. 7

1.5 Metodologi Penelitian ........................................................................ 7

Page 11: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

xi

1.6 Batasan Istilah .................................................................................... 8

1.6.1 Orang Berkebutuhan Khusus ........................................................ 8

1.6.2 Spiritualitas.................................................................................... 9

BAB II: SPIRITUALITAS VINSENSIUS ................................................... 10

2.1. Riwayat Hidup Santo Vinsensius .............................................................. 10

2.1.1 Riwayat Hidup Keluarga dan Masa Kecil Vinsensius .................. 10

2.1.2 Riwayat Hidup Pendidikan dan Penggilan Vinsensius ................. 11

2.1.3 Karya Pelayanan Vinsensius sebagai Imam .................................. 13

2.2. Spiritualitas ............................................................................................... 14

2.2.1 Pengertian Spiritualitas ................................................................. 14

2.2.2 Cikal Bakal Spiritualitas Vinsensius ............................................. 19

2.3. Keutamaan dalam Spiritualitas Vinsensius ............................................... 25

2.3.1. Paham Keutamaan ............................................................................. 25

2.3.2. Lima Keutamaan Santo Vinsensius ................................................... 29

2.3.2.1. Simplisitas ............................................................................... 30

2.3.2.2. Kerendahan Hati ...................................................................... 34

2.3.2.3. Matiraga .................................................................................. 37

2.3.2.4 . Kelembutan Hati ..................................................................... 40

2.3.2.5 . Penyelamatan Jiwa-Jiwa ......................................................... 43

2.4. Spiritualitas Santo Vinsensius .................................................................. 47

2.5. Spiritualitas Santo Vinsensius terhadap Orang Berkebutuhan Khusus.... 49

2.6. Pengertian Pendampingan ........................................................................ 52

Page 12: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

xii

2.6.1. Sikap Dasar Pendampingan………………………………….. 55

2.6.2. Empati……………………………………………………….. 55

2.6.3. Sikap Percaya………………………………………………... 56

2.6.4. Sikap Terbuka……………………………………………….. 56

2.6.5. Sikap Tulus Hati…………………………………………….. 57

2.6.6. Kesabaran…………………………………………………… 58

2.6.7. Sikap Integratif-Holistik…………………………………….. 58

2.7. Pengertian Orang Berkebutuhan Khusus………………………………. 58

2.8. Klasifikasi Orang Berkebutuhan Khusus ................................................. 60

2.9. Pendampingan Terhadap Orang Berkebutuhan Khusus .......................... 61

2.10. Jenis-Jenis Pendampingan terhadap Orang Berkebutuhan Khusus……. 63

2.10.1. Media Gambar………………………………………………. 65

2.10.2. Media Video………………………………………………… 66

2.11. Semangat apa saja yang dibutuhkan dalam pendampingan bagi

Orang Berkebutuhan Khusus………………………………………. 67

2.11.1. Pengorbanan………………………………………………... 68

2.11.2. Pelayanan…………………………………………………... 69

2.11.3. Kesabaran…………………………………………………... 70

2.11.4. Ketekunan………………………………………………….. 71

2.11.5. Kegembiraan……………………………………………….. 71

2.11.6. Cinta Kasih………………………………………………… 72

2.12. Yayasan Bhakti Luhur Madiun .............................................................. 73

2.12.1. Visi dan Misi Yayasan Bhakti Luhur Madiun................................. 74

Page 13: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

xiii

2.12.2. SLB Bhakti Luhur Madiun .............................................................. 75

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 77

3.1 Pengertian Metodologi Penelitian Kualitatif .................................... 77

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 78

3.2.1. Tempat Penelitian .............................................................................. 78

3.2..2 . Waktu Penelitian .............................................................................. 78

3.3. Responden Penelitian dan Teknik Memilih Responden ......................... 79

3.3.1. Responden Penelitian ........................................................................ 79

3.3.2. Teknik Memilih Responden Penelitian ............................................. 79

3.4. Indikator, Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ............................. 80

3.4.1. Indikator dan Instrumen Penelitian ................................................... 80

3.4.2. Tekni Pengumpulan Data .................................................................. 83

3.5. Metode Analisis Data ............................................................................... 84

3.6. Penulisan Laporan Penelitian ................................................................... 85

BAB IV: PRESENTASI DAN INTERPRETASI DATA ............................ 86

4.1. Gambaran Responden Penelitian ............................................................. 86

4.2. Data Demografi Responden Penelitian .................................................... 87

4.3. Presentasi dan Interpretasi data Penelitian ............................................... 88

4.3.1. Isi Spiritualitas Santo Vinsensius A. Paulo ....................................... 89

4.3.1.1. Menurut Anda siapakah Santo Vinsensius A Paulo……………… 89

4.3.1.2. Apa isi spiritualitas Vinsensius A Paulo? Jelaskan

Page 14: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

xiv

menurut sepengatahuan Anda…………………………………… 92

4.3.1.3. Apakah Anda mengetahui 5 keutamaan Santo Vinsensius A

Paulo? Jelaskan……………………………………………………. 94

4.3.2. Makna Pendampingan bagi Orang Berkebutuhan Khusus…………. 98

4.3.2.1. Menurut Anda, siapakah yang dimaksud dengan orang

yang berkebutuhan khusus…………………………………………. 98

4.3.2.2. Bagi Anda, apa arti pendampingan orang berkebutuhan khusus.... 101

4.3.2.3. Jenis-Jenis Pendampingan seperti apa yang diberikan kepada

orang berkebutuhan khusus………………………………………. 103

4.3.2.4. Semangat seperti apa yang diperlukan bagi pendampingan

orang berkebutuhan khusus……………………………………….. 106

4.3.3. Usaha SLB Bhakti Luhur Madiun dalam Menerapkan

Spiritualitas Santo Vinsensius A. Paulo ............................................ 108

4.3.3.1. Menurut Anda, spiritualitas Vinsensius yang mana yang

dapat diterapkan bagi orang berkebutuhan khusus………………. 108

4.3.3.2. Menurut Anda, apa makna spiritualitas Vinsensius A Paulo bagi

orang yang berkebutuhan khusus…………………………………. 111

4.3.3.3. Bagaimana SLB Bhakti Luhur menghayati spiritualitas Vinsensius

A Paulo……………………………………………………………. 113

4.3.3.4. Kesulitan-kesulitan apa yang Anda alami dan ditemukan dalam

menerapkan spiritualitas Vinsensius A Paulo bagi orang

berkebutuhan khusus Bhakti Luhur Madiun……………………… 115

4.3.3.5. Apa upaya yang selama ini dilakukan SLB Bhakti Luhur dalam

Page 15: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

xv

mengatasi kesulitan menghayati spiritualitas Vinsensius A Paulo

bagi orang berkebutuhan khusus di SLB Bhakti Luhur……………. 117

4.4. Rangkuman .............................................................................................. 120

BAB V: PENUTUP ........................................................................................ 122

5.1. Kesimpulan .............................................................................................. 122

5.1.1. Pemahaman Spiritualitas Vinsensius A. Paulo .................................. 122

5.1.2. Makna Pendampingan Bagi Orang Berkebutuhan Khusus ............... 125

5.1.3. Implementasi Spiritualitas Vinsensius bagi Orang Berkebutuhan

Khusus di SLB Bhakti Luhur Madiun ............................................... 127

5.2. Usul dan Saran ......................................................................................... 130

5.2.1. Bagi Perkembangan Ilmu .................................................................. 130

5.2.2. Bagi Penelitian Itu Sendiri ................................................................ 131

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 132

LAMPIRAN .................................................................................................... 136

Lampiran Data Responden ...............................................................................

Lampiran Berita Wawancara Penelitian...........................................................

Lampiran Transkrip Wawancara dan Koding ..................................................

Page 16: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel Indikator dan Instrumen Penelitian .......................................... 81

Tabel 1 Data Demografi Responden ..................................................... 87

Tabel 2 Pribadi Santo Vinsensius A. Paulo ........................................... 89

Tabel 3 Isi Spiritualitas Santo Vinsensius A. Paulo .............................. 92

Tabel 4 lima (5) Keutamaan Santo Vinsensius A. Paulo ...................... 94

Tabel 5 Arti Orang Berkebutuhan Khusus ........................................... 98

Tabel 6 Arti Pendampingan Orang Berkebutuhan Khusus ................... 101

Tabel 7 Jenis-Jenis Pendampingan Bagi Orang Berkebutuhan

Khusus...................................................................................... 103

Tabel 8 Semangat Yang Diperlukan Bagi Pendampingan Orang

Berkebutuhan Khusus ............................................................ 106

Tabel 9 Spiritualitas Vinsensius yang Dapat Diterapkan bagi Orang

Berkebutuhan Khusus………………………………………. 109

Tabel 10 Makna Spiritualitas Santo Vinsensius………………………. 111

Tabel 11 Menghayati Spiritualitas Vinsensius………………………… 113

Tabel 12 Kesulitan menerapkan Spiritualitas Vinsensius bagi

Orang Berkebutuhan Khusus di SLB Bhakti Luhur Madiun ... 115

Tabel 13 Upaya SLB Bhakti Luhur Madiun dalam Mengatasi

Kesulitan Menghayati Spiritualitas Vinsensius ....................... 118

Page 17: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

xvii

DAFTAR SINGKATAN

ABK Anak Berkebutuhan Khusus

ADHD Attention deficit hyperactity disoerder

ALMA Asosiasi Lembaga Misionaris Awam

Art Artikel

Bdk Bandingkan

CM Congregatio Misionaris

Dkk Dan kawan-kawan

GE Gravissimum Educationis

KGK Katekismus Gereja Katolik

Luk Lukas (salah satu pengarang Injil)

Mat Matius (salah satu pengarang Injil)

Mrk Markus (salah satu pengarang Injil)

Mzm Mazmur

OBK Orang Berkebutuhan Khusus

PK Puteri Kasih

R Responden

SLB Sekolah Luar Biasa

SSV Serikat Santo Vinsensius

Yoh Yohanes (salah satu pengarang Injil)

Page 18: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

xviii

ABSTRAK

Tuber: “Implementasi Spiritualitas Vinsensian bagi Pendampingan

Orang Berkebutuhan Khusus di SLB Bhakti Luhur, Madiun.

Kesadaran tentang pelayanan, peran, dan fungsi bagi orang-orang

berkebutuhan khusus di negara ini memerlukan perhatian yang serius dari

semua pihak. Pelayanan memerlukan dasar semangat yang kokoh supaya

pelayanan memiliki nilai dan arah yang jelas. Spiritualitas Vinsensius adalah

salah satu semangat yang tidak dapat diragukan lagi daya dorongnya bagi

pelayanan kepada sesama khususnya orang berkebutuhan khusus. SLB Bhakti

Luhur Madiun adalah salah satu wadah penghayatan spiritualitas Vinsensius.

Implementasi spiritualitas Vinsensius merupakan tolak ukur pelayanan yang

maksimum. Penelitian ini, menjawabi pertanyaan pokok: Apa yang dimaksud

dengan spiritualitas Vinsensian? Apa makna pendampingan bagi orang

berkebutuhan khusus? Bagaimana implementasi spiritualitas Vincensian bagi

orang berkebutuhan khusus di SLB Bhakti Luhur, Madiun?

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Responden penelitian ini

adalah pendidik di SLB Bhakti Luhur, Madiun. Responden dalam penelitian

ini terdiri dari tujuh (7) pendidik di SLB Bhakti Luhur, Madiun. Penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis hubungan atau keterkaitan spiritualitas

Vinsensius dengan implementasi spiritualitas Vinsensian bagi pendampingan

orang berkebutuhan khusus di SLB Bhakti Luhur, Madiun.

Berdasarkan hasil penelitian, semua responden mengatakan inti

spiritualitas Vinsensius yakni mencintai dan melayani orang miskin

berdasarkan kasih Allah, yang terungkap dalam kelima keutamaan Vinsensius

sudah diterapkan. Spiritualitas Vinsensius begitu bermakna bagi pendidik dan

bagi anak berkebutuhan khusus. Meskipun demikian, semua responden

mengakui dan mengalami kendala dalam mengimplementasikan spiritualitas

Vinsensius di SLB Bhakti Luhur Madiun. Kendala-kendala harus diatasi

dengan menghayati secara sungguh-sungguh keutamaan Vinsensius.

Kata kunci: Implementasi, Spiritualitas Vinsensian, Orang berkebutuhan

khusus, Pendampingan.

Page 19: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

xix

ABSTRACT

Tuber: “The Implementation of Vincentian Spirituality for difable at

SLB Bhakti Luhur,Madiun.

Awareness of services roles, and functions for special people in this

country requires serious attention from parties. Services require a solid spirit

base that has a clear value and direction. Spirituality Vincent is a spirit that

can not be doubted its impetus for others, especially people with difable. SLB

Bhakti Luhur Madiun is one of the means to living Vincentian spirituality,

Vincentian spirituality is a benchmark of service for this research, answering

the main question: what is meant of Vincentian spirituality? What is the

meaning of mentoring for the spirituality of implementation with difable?

How for people with difable in SLB Bhakti Luhur, Madiun?

This study uses a qualitative method. The respondent in this study were

educators at SLB Bhakti Luhur, Madiun. Respondent in this study consisted of

seven educated at SLB Bhakti Luhur, Madiun. This research is to analyze the

relationship or relation of Vincentian spirituality to the implementation of

Vincentian spirituality for the assistance of people with difable in SLB Bhakti

Luhur, Madiun.

Based on the results of the study, all of respondent said that Vincent’s

core spirituality is loving and serving the poor based on God’s love, which is

revealed in the five priorities of Vincent already implemented. Vincent’s

spirituality is so meaningful for educators and for children with difable.

Nevertheles, all of respondents acknowledged and experienced obstacies in

implementing Vincent’s spirituality at SLB Bhakti Luhur Madiun. Constraints

must be overcome by living seriously the priority of Vincent.

Keywords: Implementation, Vincentian Spirituality, People with difable.

Page 20: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kesadaran tentang pelayanan, peran, dan fungsi orang-orang

berkebutuhan khusus di negara ini memerlukan perhatian yang serius dari semua

pihak. Masih banyak anggapan bahwa orang berkebutuhan khusus sebagai pribadi

lemah yang menambah beban bagi banyak orang. Orang berkebutuhan khusus

diartikan sebagai individu-individu lemah yang mempunyai karakteristik yang

berbeda dari individu lainnya yang dipandang normal oleh masyarakat pada

umumnya. Orang-orang berkebutuhan khusus menunjukan karakteristik fisik,

intelektual, dan emosional yang lebih rendah atau lebih tinggi dari orang normal

atau sebayanya, atau berada diluar standar normal yang berlaku di masyarakat.

Orang berkebutuhan khusus memiliki karakter yang berbeda dan

memerlukan pendampingan secara khusus agar mereka mendapatkan hak-haknya

sebagai manusia yang hidup di muka bumi ini. Orang berkebutuhan khusus selalu

menunjukan ketidakmampuan mental, emosi dan juga fisik (Reefani, 2013:15).

Orang berkebutuhan khusus memerlukan pendampingan dan layanan khusus

untuk mengoptimalkan potensi-potensi dalam diri secara sempurna.

Santo Vinsensius adalah seorang imam yang dijuluki sebagai bapak orang

miskin (Ponticelli, 2002:1). Vinsensius adalah orang yang penuh semangat dan

dalam kepercayaan serta tidak mau mendahului penyelenggaraan Ilahi. Berkat

rahmat Tuhan ini, mata hatinya banyak terarah pada sesamanya yang miskin dan

1

Page 21: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

2

mendertia, secara khusus memperhatikan orang-orang yang berkebutuhan khusus.

Vinsensius adalah seorang yang memiliki iman yang operasional melalui cinta

kasih (Janssen, 2007:64).

Vinsensius dilahirkan di kota Pouy (Gascogne) di Perancis Selatan tanggal

24 April 1581 (Tondowidjojo, 1984:87). Vinsensius adalah putra ketiga dari lima

bersaudara, semasa hidupnya situasi Perancis ditandai dengan ekonomi yang

buruk (Janssen, 2007:62). Di dalam situasi yang demikian itulah Vinsensius hidup

dan berkarya. Vinsensius kemudian menjadi imam dan berkarya di tengah-tengah

kaum miskin yang membutuhkan pelayanan dalam bidang material dan spiritual.

Vinsensius mencintai kaum miskin, cacat dan menderita (Janssen, 2007:62-63).

Vinsensius tidak pernah merasa lelah menelusuri lorong-lorong sempit di

kota Paris, masuk kegelapan malam untuk menyelamatkan anak-anak kecil yang

dibuang oleh orang tua dan dibiarkan mati karena hawa dingin dan kelaparan

(Tondowidjojo, 1984:91). Vincensius berjanji meneladani Kristus secara tegas

untuk membaktikan seluruh hidupnya bagi pelayanan orang miskin, cacat dan

menderita (Roman, 1993:83-86).

Salah satu keyakinan yang dimiliki Vinsensius yang terdalam ialah bahwa

para murid Kristus harus terarah kepada tindakan untuk mencintai sesama, atau

dengan kata yang lebih tegas, murid Kristus harus menjadi pekerja atau manusia

kerja (Roman, 1993:87). Yesus Kristus memulai hidup-Nya pertama-tama dengan

bekerja, baru kemudian berbicara. Tindakan dipandang juga oleh Vinsensius

sebagai usaha untuk mengejar kesempurnaan. Aturan tindakan ialah penyesuaian

Page 22: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

3

diri dengan kehendak Allah. Vinsensius menjelaskan juga sasaran kasih itu: cinta

terhadap Tuhan, sesama, dan orang miskin (Roman, 1993:88-93).

Iman dan cinta kasih yang mendalam kepada Tuhan mendorong semangat

Vincensius menghasilkan suatu pernyataan dalam kata-kata sebagai berikut:“

Evangzelizare Pauperibus Misit Me” (Lukas 4:18), artinya Ia mengutus aku untuk

mewartakan injil kepada kaum miskin. Pernyataan ini adalah satu-satunya yang

diinginkan Vincensius dalam hidupnya, dan ungkapan ini merupakan titik tolak

segala karya kerasulannya dan penjelasan dari semua saja yang dijalankan dalam

pengabdiannya terhadap Gereja Kristus.

Melayani orang miskin merupakan keutamaan yang bisa dilihat pada diri

Vinsensius. Bagi Vinsensius, melayani orang miskin dan menderita terletak pada

sikap mencintai orang yang dihina dan tidak disenangi oleh orang lain. Seperti

yang diteladankan oleh Yesus Kristus kepada para murid-Nya.

“Orang-orang miskin adalah majikan-majikan kita, penguasa

kita. Kita harus menaati mereka karena dalam orang-orang

miskin kita memiliki Tuhan dalam diri kita. Tuhan minta agar

setiap orang secara individual mengabdikan diri pada orang-

orang miskin. Usahakanlah sebaik mungkin agar mereka tidak

mengalami kekurangan, baik material maupun spiritual.

Perlakukanlah mereka dengan hormat seperti kita lakukan

terhadap Tuhan. Tuhan bersabda: Apa yang kau lakukan

terhadap yang terhina dari sesamamu, maka itu kau lakukan

terhadap-Ku. Jadi akhirnya kita mengabdikan diri pada Tuhan

jika kita merawat oarng miskin. Usahakalah melayani orang-

orang miskin dengan keramahan yang tinggi. Ikutilah

menderita bersama mereka dan dengarkanlah jika seorang ibu

mengeluh karena kekurangan, karena orang-orang miskin

memandang kita sebagai ibunya yang mengurusi makanannya,

dan yang diutus oleh Tuhan untuk menolong mereka. Ini adalah

panggilan mereka untuk bisa mendapatkan pengalaman

kebaikan Tuhan. Karena kebaikan Tuhan itu selalu menunjukan

diri kepada mereka yang membutuhkan pertolongan sebagai

penuh cinta kasih dan lembut hati, maka kita juga harus

Page 23: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

4

memperlakukan secara sama bagi orang-orang miskin seperti

yang telah kita pelajari dari Tuhan”(Tondowidjojo 2003:7)

Implementasi pelayanan yang didasari dengan cinta kasih kepada orang

berkebutuhan khusus, cacat, miskin dan menderita sekarang ini sangat

dibutuhkan. Tidak mudah untuk menjadi pelayan yang mampu memberikan diri

sepenuhnya untuk melayani orang berkebutuhan khusus, cacat, miskin dan

menderita. Penyerahan diri sepenuhnya untuk melayani Kristus adalah dasar

untuk melayani orang berkebutuhan khusus dan miskin dengan cinta kasih.

Cinta kasih terhadap kaum miskin diwujudkan secara nyata dalam usaha

memperjuangkan keadilan (CA 58). Wilhelmus (2011: 17) mengatakan:

“Keadilan tidak akan tercapai seutuhnya, selama orang miskin yang meminta

bantuan untuk mempertahankan hidupnya masih dianggap sebagai suatu beban,

dan bukannya sebagai kesempatan beramal serta memperkaya keadilan”. Tujuan

mencapai keadilan membutuhkan pendidik dan pelayan orang miskin yang

memiliki pengetahuan, ketrampilan dan spiritualitas yag kreatif, dan

transformatif.

Pelayanan yang diberikan kepada orang berkebutuhan khusus, berarti telah

menghadirkan pelayanan Kristus kepada sesama di dunia dan telah menampakan

rahasia Allah yang terdalam yaitu cinta kasih, sebagaimana diteladankan oleh

Vinsensius. Cinta kasih itu suatu perintah. Ini tidak menyangkut cinta kasih

terhadap Tuhan saja, tetapi juga terhadap sesama demi cinta kasih kepada Tuhan.

Tuhan telah memilih manusia sebagai alat untuk cinta kasih Bapa yang amat luas

itu. Tuhan ingin supaya cinta kasih ini tersebar keseluruh dunia dan berakar

Page 24: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

5

dimana-mana, melalui pelayanan kepada orang miskin dan menderita

(Tondowidjojo, 2003: 7)

Sekolah Luar Biasa (SLB) adalah sekolah yang didirikan khusus bagi

orang berkebutuhan khusus, cacat, miskin dan menderita. Sekolah ini mempunyai

kurikulum khusus, yaitu melayani orang berkebutuhan khusus, miskin, cacat dan

menderita yang kebutuhan dasar dan hak azasi manusianya tidak terpenuhi

(Janssen, 2007: 89). Secara khusus, SLB Bhakti Luhur dikelola oleh para suster

Alma yang bersumber dari semangat Vinsensius dalam melayani kaum

berkebutuhan khusus, cacat, miskin dan menderita.

Hal itulah yang melatarbelakangi penulis mengangkat judul

IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI

PENDAMPINGAN ORANG BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SLB

BHAKTI LUHUR MADIUN.

Page 25: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

6

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan atas latar belakang masalah di atas, penulis dapat

merumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan spiritualitas Vinsensian?

1.2.2 Apa yang dimaksud dengan pendampingan kepada orang berkebutuhan

khusus?

1.2.3 Bagaimana implementasi spiritualitas Vinsensian bagi pendampingan

orang berkebutuhan khusus di SLB Bhakti Luhur Madiun?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut di atas, penelitian yang akan

dilakukan mempunyai tujuan sebagai berikut:

1.3.1 Menjelaskan isi spiritualitas Vinsensian.

1.3.2 Menguraikan arti pendampingan bagi orang berkebutuhan khusus.

1.3.3 Mendeskripsikan usaha-usaha pendampingan SLB Bhakti Luhur Madiun

dalam menerapkan spiritualitas Vinsensian.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian yang berjudul “Implementasi spiritualitas Vinsensian bagi

pendampingan orang berkebutuhan khusus di SLB Bhakti Luhur Madiun”

diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

Page 26: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

7

1.4.1. Bagi Perkembangan Ilmu

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk menambah

wawasan dan pengetahuan mengenai implementasi spiritualitas Vinsensian.

Penelitian ini diharapkan juga dapat menjadi sumber referensi untuk mendalami

implementasi spiritualitas Vinsensian untuk perkembangan ilmu atau wawasan

mengenai pendampingan orang berkebutuhan khusus.

1.4.2. Bagi Penelitian

Penelitian ini secara khusus memberi manfaat bagi penelitian guna

memperdalam ilmu tentang implementasi spiritualitas Vinsensian dalam

memberikan pelayanan pastoral bagi orang berkebutuhan khusus, miskin dan

menderita agar berguna bagi umat kristiani dan masyarakat.

Dengan ini, penelitian kedepannya diharapkan mampu menerapkan

spirirtualitas Vinsensian dalam memberikan pelayanan pendampingan kepada

orang berkebutuhan khusus.

1.5. Metodologi Penelitian

Karya tulis ini menggunakan “metode kualitatif” dengan melakukan

penelitian langsung di lapangan. Model analisis data yang dipergunakan dalam

penelitian ini adalah model analisis data interaktif (komuniaksi dua arah).

Sutopo (1998:8) mengatakan bahwa data model ini memerlukan tiga

komponen yaitu reduksi data, sajian data serta penarikan data atau disebut

verifikasi. Model analisis data interaktif (komunikasi dua arah), diusahakan

Page 27: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

8

peneliti tetap bergerak diantara ketiga komponen dengan proses pengumpulan

data selama kegiatan pengumpulan data berlangsung. Peneliti memiliki alasan

untuk menggunakan metode kualitatif yaitu karena penelitian kualitatif

memperoleh data langsung dari lapangan (tanpa manipulasi data, riil dan konkrit)

dengan wawancara ataupun interview

1.6. Batasan Istilah

Penulisan dalam skripsi ini memberikan batasan istilah guna membatasi

permasalahan yang akan dibahas sehingga tidak jauh menyimpang dalam konteks

pembahasan. Adapun batasan istilah tersebut antara lain:

1.6.1. Orang Berkebutuhan Khusus

Orang-orang berkebutuhan khusus adalah mereka yang dalam proses

perkembangan mengalami suatu hambatan, sehingga orang berkebutuhan khusus

tidak tumbuh dan berkembang secara optimal. Inilah faktor resiko di mana untuk

mencapai perkembangan yang optimal dibutuhkan pendampingan khusus

(Reefani, 2013:14).

Orang-orang berkebutuhan khusus menunjukan karakteristik fisik,

intelektual, dan emosional yang lebih rendah atau lebih tinggi dari orang normal

atau sebayanya, atau berada diluar standar normal yang berlaku di masyarakat.

Orang berkebutuhan khusus kesulitan dalam meraih sukses baik dari segi sosial,

personal, maupun aktifitas pendidikan (Bachri, 2010).

Page 28: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

9

Kekhususan yang mereka miliki menjadikan orang-orang berkebutuhan

khusus memerlukan pendidikan dan layanan khusus untuk mengoptimalkan

potensi dalam diri mereka secara sempurna (Hallan dan Kauffman 1986 dalam

Hadis, 2006). Jadi orang berkebutuhan khusus adalah orang dengan karakteristik

khusus yang berbeda dengan orang normal pada umumnya tanpa selalu

menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.

1.6.3. Spritualitas

Spiritualitas dalam pengertiannya berasal dari kata latin spiritus yang

berarti semangat. Spiritualitas juga dimengerti sebagai sesuatu yang

melatarbelakangi bentuk atau cara hidup dalam menyadari dan menghayati hidup

yang sesuai dengan cita-cita dan dengan relasi dengan Tuhan. Spiritualitas yang

dimaksud di sini ialah spiritualitas dari Santo Vinsentius. Spiritualitas Vinsensian

yang mengarah kepada perhatian terhadap orang-orang miskin, menderita dan

terlantar baik di bidang finansial, pendidikan, dan berkebutuhan khusus

(Tondowidjojo, 2013:43-44).

Page 29: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

10

BAB II

SPIRITUALITAS VINSENSIUS

Riwayat hidup seorang santo atau santa merupakan rujukan utama untuk

mengetahui dan memahami spiritualitas yang dihayatinya (Romàn, 1993: 63).

Cara hidup santo atau santa dipandang baik dan patut menjadi teladan bagi kaum

beriman untuk menjalani hidup yang berkenan dalam Tuhan. Kaum beriman dapat

mengambil semangat para kudus untuk berkarya dan melayani Tuhan di dalam

sesama. Semangat atau roh yang menjiwai seorang santo atau santa dalam

berkarya disebut spiritualitas. Vinsensius adalah salah seorang dari para kudus di

dalam Gereja Katolik Roma, yang spiritualitasnya telah menuntun banyak orang

dalam menjalani hidup secara bijak, bersahaja dan suci di dalam Tuhan,

khususnya dalam melayani Tuhan di dalam diri mereka yang miskin. Vinsensius

terkenal sebagai rasul cinta kasih bagi kaum miskin, cacat, menderita dan

penghibur orang-orang sakit. (Ngarani, 2016: 185).

Berikut akan dibahas riwayat hidup Vinsensius, pengertian spiritualitas dan

keutamaan. Bab ini juga membahas spiritualitas Vinsensius, dan implementasi

spiritualitas Vinsensius terhadap kasih kepada orang berkebutuhan khusus, cacat

dan menderita.

Page 30: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

11

2.1. Riwayat Hidup Santo Vinsensius

2.1.1. Riwayat Hidup Keluarga dan Masa Kecil Vinsensius

Vinsensius dilahirkan pada tanggal 24 April 1581 di Pouy sebuah desa

kecil di kota Gascony Perancis Selatan (Tondowidjojo, 1984: 87). Vinsensius

adalah putra ketiga dari enam bersaudara. Ayah Vinsensius bernama Jean de Paul

dan ibunya bernama Bertrande de Moras. Orang tua Vinsensius hidup sebagai

petani miskin (Wahyuningsih, 2007:52). Keluarga Jean de Paul adalah keluarga

yang penuh sopan santun, cinta akan kerja, rendah hati dalam pergaulan serta

bijaksana dalam mengambil tindakan.

Sejak kecil, Vinsensius ikut membantu ayah dan ibunya untuk bekerja keras

sebagai seorang peternak (Riyanto, 2007: 13). Vinsensius hidup di kalangan

keluarga yang sederhana. Kesederhanaan keluarga inilah yang membuat semua

anak-anak Jean de Paul terbiasa bekerja keras. Keluarga Jean de Paul hidup dalam

kekurangan dan keterbatasan, namun selalu taat dalam hidup beriman

(Tondowidjojo, 1984: 90). Kehidupan Katolik keluarga Jean de Paul dapat

dibanggakan, karena meskipun hidup sebagai petani miskin, namun keluarga Jean

de Paul beriman dan saleh (Schneiders, 2003: 475). Jean de Paul dan Bertrande

mendidik anak-anak mereka dalam kerja dan hidup doa sehingga semuanya

berkembang dewasa menjadi orang beriman yang saleh dan disenangi banyak

orang (Schneiders, 2003: 475).

Page 31: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

12

2.1.2. Riwayat Hidup Pendidikan dan Panggilan Vinsensius

Vinsensius dikenal sebagai bapak kaum orang miskin, cacat dan orang

berkebutuhan khusus melalui cinta kasih dalam karya dan pelayanan kepada kaum

miskin dan penghibur bagi orang-orang sakit. (Adinuhgra, Jurnal Pastoral

Kateketik. 02.02. 2016:6). Vinsensius telah dididik dengan sangat baik di dalam

keluarga. Keluarga Vinsensius sungguh menjadi pendidik utama dan pertama bagi

anak-anak Jean de Paul dan Bertrande de Moras. Penghayatan tugas orangtua

Vinsensius ini mendahului gagasan dalam Konsili Vatikan kedua tentang

pendidikan kristiani khususnya mengenai penanggungjawab pendidikan yaitu

bahwa orangtua adalah pendidik utama dan pertama (GE., artikel 11). Keluarga

Vinsensius berusaha menanamkan nilai-nilai kristianitas sebagai mana bapak Jean

de Paul dan ibu Bertrende de Moras hayati.

Vinsensius adalah anak yang sangat cerdas, namun karena situasi

orangtuanya yang tidak mampu secara finansial membuat Vinsensius sulit untuk

mengenyam pendidikan. Penyelamatan pendidikan datang bagi Vinsensius ketika

Tuan Comet, seorang dermawan bersedia menyekolahkan Vinsensius (Schneiders,

2003: 475). Vinsensius sungguh dapat mengenyam pendidikan karena hati yang

dermawan dan belaskasihan Tuan Comet, yang pasti akan mempengaruhi tumbuh

dan berkembangnya kasih kepada kaum lemah di dalam hidup Vinsensius ke

depan.

Masa muda merupakan saat dimana arah hidup mulai diarahkan lebih jelas.

Tujuan hidup dipengaruhi oleh banyak faktor, oleh realitas di dalam hidup

seseorang. Romàn (1991: 2) mengatakan bahwa tahap hidup Santo Vinsensius

Page 32: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

13

harus dilihat dari hidupnya sebagai manusia biasa yang dipengaruhi oleh faktor-

faktor panggilan, kenyataan yang ada di sekitarnya, serta faktor yang tidak

terduga. Kenyataan-kenyataan hidup di sekitar Santo Vinsensius memengaruhi

keputusan Santo Vinsensius mengenai tujuannya dalam mengenyam pendidikan

dan panggilan selanjutnya. Romàn (1991: 3), menjelaskan cita-cita sebagai

panggilan yang direncanakan masing-masing orang untuk mencapai tujuan hidup

yang diidealkan bagi masa depan. Ideal masa depan yang dicetuskan masing-

masing orang ikut memengaruhi keputusan dan tindakan yang diambil saat

kekinian.

Vinsensius melanjutkan pendidikannya dengan menjadi imam. Jean de Paul

harus menjual lembu kesayangannya untuk mendukung biaya Vinsensius masuk

seminari. Vinsensius memiliki cita-cita sebagaimana umumnya orang

sezamannya. Vinsensius, sebagai seorang muda tentu memiliki cita-cita yang

ideal waktu itu yakni ingin memperbaiki keadaan ekonomi keluarganya yang

miskin dengan mendapatkan kedudukan sosial (Romàn, 1993: 12). Keinginan

Vinsensius mendapat kedudukan sosial tampak dari beberapa peristiwa, misalnya

ingin menguasai paroki Thil, soal warisan yang Vinsensius peroleh di Toulouse

(dari seorang ibu), Janji Montorio, Vinsensius diangkat menjadi Kapelan mantan

Ratu Margaretha de Valois, mendapatkan biara Saint-Leonard de Chaumes

dengan cara membelinya (Romàn, 1993: 12-13).

Vinsensius mencapai impiannya dengan menyelesaikan sarjana muda

Theologia. Vinsensius menerima sub diakon pada tahun 1598, dan selanjutnya

ditahbiskan imam pada tanggal 23 September 1600 (Tondowidjojo, 2003: 57).

Page 33: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

14

Vinsensius muda memandang imamat sebagai sarana peningkatan keadaan

ekonomi dan status sosial (Romàn, 1993: 16). Semua impian Vinsensius untuk

memperoleh kedudukan sosial yang mapan mengalami kegagalan (Romàn, 1993:

12-13).

2.1.3. Karya Pelayanan Vinsensius sebagai Imam

Vinsensius menerima tahbisan pada usia 19 tahun 5 bulan (Tondowidjojo,

2003: 57). Tahbisan imamat Vinsensius terbilang sangat muda, yang mengandung

misteri dan mengundang pertanyaan. Pertanyaan dapat dijawab dengan melihat

berbagai peristiwa yang telah dialami oleh Vinsensius. Peristiwa-peristiwa yang

Vinsensius alami memberikan petunjuk tentang tujuan atau cita-cita Vinsensius

berkaitan dengan imamat yang telah diterimanya pada usia muda, walaupun

dalam perjalanan hidup imamatnya diwarnai oleh banyak kesulitan, tantangan dan

kegagalan (Ponticelli, 2002: 3).

Cita-cita menjadi seorang imam bukanlah pertama-tama timbul dari hatinya

untuk mengabdikan diri pada pelayanan umat Allah. Vinsensius ingin menjadi

imam karena dorongan untuk mendapatkan kedudukan terhormat dan mendapat

sejumlah materi bagi keluarganya. Pengharapan dan cita-citanya tidak menjadi

kenyataan karena Tuhan telah memanggil Vinsensius untuk maksud lain.

Pengalaman yang sangat menentukan bagi Vinsensius dalam menjalani

karya pelayanannya bagi kaum miskin adalah pengalaman Folleville dan

pengalaman Chatillon. Pengalaman Folleville merupakan pengalaman yang

rohania dimana melahirkan misi yang tidak hanya misi bersifat manusiawi belaka

Page 34: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

15

(Romàn, 991: 21). Pengalaman Folleville inilah sesungguhnya yang melahirkan

misi, dan secara faktual telah berdiri Kongregasi Misi (CM) (Romàn, 991: 41).

Vinsensius juga merintis komunitas Puteri Kasih pada tahun 1633, meskipun

secara formal diakui sebagai kongregasi pada 22 Agustus 1617 di Chatillon

(Romàn, 991: 41). Kedua kongregasi inilah semangat pelayanan kepada orang

miskin dapat tersalurkan sebagaimana dikehendaki Allah. Semangat yang diwarisi

oleh para imam inilah yang disebut spiritualitas Vinsensius dalam melayani umat

Allah. Spiritualitas Vinsensius sungguh bersifat Kristosentris artinya bahwa

Kristus menjadi pusat penghayatan iman. Bagi Vinsensius Kristus bukanlah

misteri yang ditemukan melalui kontemplasi melainkan Kristus berwajah sama

dengan wajah orang kecil, cacat dan miskin yang ditemukan di tengah

masyarakat. (Ngarani, 2016: 189).

2.2. Spiritualitas

2.2.1. Pengertian Spiritualitas

Spiritualitas berasal dari akar kata benda bahasa Latin “spiritus” yang

artinya napas, aliran udara, napas, hawa, napas hidup, nyawa, hidup, roh, jiwa,

sukma, atau hati (Tondowidjojo, 2012: xv). Spiritualitas sebagai kata benda

berarti rohani, batin, kejiwaan. Spiritualitas juga diartikan sebagai kesadaran diri,

kebesaran hati, atau keberanian (Tondowidjojo, 2012: xv). Kata spiritualitas yang

berasal dari bahasa Latin terbentuk dari kata dalam bahasa Perancis I’spirit. Kata

benda I’spirit adalah spiritualite. Kata spiritualitas yang dipakai dalam bahasa

Page 35: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

16

Indonesia adalah terjemahan dari bahasa Inggris yang juga mengacu pada kata

I’spirit dan Ia spiritualite (Hardjana, 2005: 64).

Spiritualitas sering diartikan sebagai hidup saleh dan berbakti kepada Allah.

Spiritualitas dimengerti sebagai devosi, hidup batin atau hidup rohani (Hardjana,

2005: 65). Manusia bermaksud membuat diri dan hidupnya dibentuk dengan

semangat dan cita-cita Allah dalam memberikan diri untuk menjadi pelayan Allah

dan sesama melalui penghayatan spiritualitasnya.

Spiritualitas adalah istilah cukup baru untuk menandakan kerohanian atau

hidup rohani. Kata ini menekankan segi kebersamaan, bila dibandingkan dengan

kata yang lebih tua, yaitu kesalehan, yang menandakan hubungan seseorang

dengan Allah. Spiritualitas dapat diterapkan pada aneka bentuk kehidupan rohani,

misalnya spiritualitas modern atau spiritualitas kaum awam, atau semangat kaum

awam untuk menjadi pelayan bagi sesama dan kepada orang miskin dan

menderita.

Spiritualitas mencakup dua segi, yakni askese atau usaha melatih diri secara

teratur supaya terbuka dan peka terhadap sapaan Allah yang memanggil untuk

melayani sesama. Segi lain adalah paham sebagai aneka bentuk dan tahap

pertemuan pribadi manusia dengan Allah. Askese atau usaha menandakan jalan

dan memahami tujuan hidup keagamaan manusia.

Dasar hidup rohani dan semua bentuk spiritualitas sejati adalah Roh, yaitu

semangat Kristus seperti tampak dalam Injil. Orang yang peka kepada sesama

terutama kepada orang miskin dan menderita akan mengalami semangat Kristus

yang hadir dalam hatinya dan tampak dalam semangat pelayanannya bagi orang

Page 36: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

17

miskin, menderita dan berkebutuhan khusus (bdk. Rm 8: 16). Spiritualitas

merupakan semangat dalam melayani sesama, semangat hidup rohani dan

semangat dalam menjalani hidup sehari-hari. Spiritualitas memiliki kaitan erat

dengan karya Roh Kudus yang hadir dan tinggal dalam diri setiap murid-murid

Kristus dan tampak dalam tindakan nyata dalam mengasihi dan melayani sesama.

Spiritualitas merupakan daya semangat atau Roh Allah yang tinggal dalam

keseluruhan hidup diri manusia. Roh Allah akan membimbing hidup dan relasi

manusia dengan sesama dan dunianya dalam situasi konkret/nyata. Hidup dalam

Roh akan mengangkat hidup manusia dan dibawa pada sumbernya, yaitu Allah

sendiri. Hidup dalam spiritualitas menjadi manusia spiritual, yaitu manusia yang

menghayati Roh Allah yang tampak dalam hidup nyata sehari-hari sesuai dengan

panggilan dan hidupnya. Manusia menyerap seluruh nilai spiritual dan

mengarahkan diri serta hidupnya berdasarkan nilai-nilai spiritualitas, dan

menciptakan gaya hidup serta perilaku menurut nilai-nilai yang berlaku dalam

melakukan karya pelayanan kepada Allah dan sesama (Heuken, 2002: 12).

Spiritualitas adalah Roh Tuhan yang berfungsi menerangi hati dan pikiran

manusia saat bekerja. Spiritualitas juga dapat diartikan sebagai cara hidup

manusia beriman yang berusaha merencanakan dan menjalankan hidupnya seperti

yang dikehendaki Tuhan. Manusia perlu mempererat hubungan dengan Tuhan

melalui hubungannya kepada sesama dalam hidup sehari-hari di dunia demi

mencapai hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Salah satu cara mempererat

hubungan dengan Allah ialah mendengar, menghayati dan melaksanakan sabda

Tuhan dalam tindakkan hidup (Heuken, 2002: 12).

Page 37: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

18

Spiritualitas menempatkan seluruh kehidupan manusia, apa pun acara dan

kegiatan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari selalu ada pada Allah.

Tuhan hadir dan tampak dalam semangat manusia untuk melayani dan peduli

kepada sesama. Manusia membuka diri terhadap kehadiran Tuhan dalam dirinya.

Allah dibiarkan memimpin manusia untuk semangat melayani, menghayati

seluruh kehidupannya sehari-hari dalam kesatuan dan panggilan untuk menjadi

pelayan kasih Allah kepada orang-orang berkebutuhan khusus, menderita dan

miskin (Martasudjita, 2002: 11-12).

Upaya dan usaha dalam memudahkan pendampingan dan pelayanan kepada

orang berkebutuhan khusus, menderita dan miskin sebagai murid Kristus harus

memiliki semangat yang dijiwai oleh Roh Kudus. Pelayan harus menghadirkan

Tuhan sendiri dalam setiap pelayanan, oleh karena itu, pelayan harus mengenal

secara mendalam karakteristik orang berkebutuhan khusus, menderita dan miskin

yang hendak dilayani (Hamid, 2009: 1-4).

Spiritualitas memberikan penekanan pada pengalaman hidup rohani melalui

karya pelayanan dalam hidup sehari-hari. Pelayanan dilaksanakan dengan baik

karena dipenuhi oleh semangat dan kesetiaan dalam melayani Allah dan semua

orang (Hartono, 1999: 205-206). Spiritualitas hidup yang dimiliki kaum beriman

harus merupakan semangat yang ditunjukkan dalam hidup sehari-hari, terlihat

dalam semangat pelayanan kepada Allah dan kepada sesama yang membutuhkan

seperti orang yang menderita, cacat, miskin dan berkebutuhan khusus.

Spiritualitas yang menjiwai seseorang menjadi nyata dalam tindakkan, maka

spiritualitas yang hanya sebagai wacana saja bukanlah spiritualitas, sebab

Page 38: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

19

spiritualitas selalu mendorong seseorang untuk beraksi. Salah satu bukti

spiritualitas yang menggerakkan adalah spiritualitas Vinsensius. Spiritualitas

Vinsensius hanya bisa dipelajari dengan baik bila mengikuti jejak hidup

Vinsensius, karena spiritualitas Vinsensius mewujud dalam laku-tapa Vinsensius

selama berziarah di dunia ini (Hardjana, 2005: 64-65).

Spritualitas yang berpihak kepada orang miskin (dalam arti luas) secara

istimewa hadir dalam diri Vinsensius. Spiritualitas Vinsensius adalah semangat

pelayanan umat Allah, yaitu mengasihi orang miskin, cacat dan menderita.

Vinsensius merasakan rencana agung yang membimbing seluruh kehidupannya,

serta terkait dengan kepedulian, harapan, kebaikan, cinta kepada Allah, sesama

dan semua orang khususnya orang miskin (Hendrawan, 2009: 18-19).

Vinsensius memiliki spiritualitas yang berdasarkan iman, spiritualitas yang

terarah pada tindakan, dan spiritualitas cintakasih. Visi hidup kristiani Vinsensius

adalah usaha untuk meneladani Kristus sebagai pewarta kabar gembira kepada

orang miskin, sehingga dengan visi itulah Vinsensius dituntun kepada suatu

spiritualitas yang terarah pada tindakan (spiritualitas aksi). Vinsensius melihat

tindakan sebagai kewajiban yang tidak dapat dielakkan dalam pelayanan kepada

orang miskin, menderita dan berkebutuhan khusus dan kepada semua orang.

Tindakan yang dimaksud Vinsensius adalah kasih. Vinsensius menjelaskan juga

sasaran kasih yaitu cinta terhadap Tuhan, sesama terutama orang miskin.

Vinsensius memahami bahwa cinta terhadap orang miskin adalah cinta terhadap

Tuhan. Cinta kepada orang miskin tidak menghalangi Vinsensius untuk berbicara

Page 39: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

20

tentang kasih terhadap Tuhan itu sendiri, juga tentang kasih kontemplatif

(permenungan), maka kasih merupakan sumber tindakan (Romàn, 1993: 82-94).

2.2.2. Cikal Bakal Spiritualitas Vinsensius

Spiritualitas Vinsensius bersumber pada pengalaman-pengalaman rohaninya

dan juga pengaruh dari luar diri yang dapat membantu untuk semakin berkembang

dalam hidup rohaninya, sumber spiritualitas Vinsensius ialah Yesus Kristus.

Vinsensius terpesona pada satu segi dari kepribadian Kristus yaitu Kristus pewarta

kabar gembira kepada orang miskin, cacat dan menderita. (Adinuhgra, 2016: 186)

Spiritualitas Vinsensian dapat dipahami dari Peraturan Kongregasi Misi,

dari Saint Vincent de Paul, Correspondence, Entretiens, Documents yang disusun

Pierre Costa pada tahun 1920-1925; dari surat-surat dan dari teladan hidupnya

(Romàn, 1993: 62-63). Semua sumber yang dapat menjelaskan spiritualitas

Vinsensius merupakan buah dari pengalaman rohaninya yang mendalam dengan

Allah.

Pengalaman retret menjadi pengalaman esensial dan merupakan titik tolak

perubahan arah baru hidup Vinsensius (Setyanto, 2016: 13). Jauh sebelumnya,

yakni sejak masa kecil bersama dengan keluarga, cikal bakal semangat bagi

pengabdian kepada orang miskin telah tersemaikan oleh tangan yang penuh cinta

kasih yakni orang terdekat maupun Tuan Comet (Setyanto, 2016: 13). Vinsensius

mengalami rasa sebagai orang miskin, dan mengalami bagaimana diperlakukan

dengan penuh belaskasihan oleh Tuan Comet (Komunitas Rumah Retret Domus

Mariae, 1996: 13). Nafkah materi di masa kecil dilengkapi nafkah rohani di masa

Page 40: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

21

menjadi imam tahun awal dalam bimbingan pastor Peter Pierre de Berulle

(Romàn,1993: 70). Kebersamaan Vinsensius dengan Pierre de Berulle dalam

bimbingan rohani menjadi salah satu bagian pengaruh lingkungan (Romàn, 1993:

3).

Spiritualitas Vinsensius juga diperkaya oleh peristiwa pahit yang

dialaminya. Vinsensius pernah disergap oleh bajak laut dari Turki ketika

perjalanan pulang dari kota Dax usai studi teologi di Universitas Toulous

( Schneiders, 2003: 475). Bajak laut menjual Vinsensius kepada saudagar di

Afrika Utara. Vinsensius mengalami perlakuan yang kasar dari majikan-

majikannya, namun karena peri hidup yang baik, Vinsensius meluluhkan hati

majikannya dan melarikan diri ke Roma. Vinsensius studi lagi selama dua tahun,

lalu kembali lagi ke Perancis. Romàn (1993: 82) mengatakan bahwa salah satu

faktor yang tidak kalah penting terbentuknya pribadi Vinsensius adalah faktor

tidak terduga. Faktor tidak terduga merupakan peristiwa di luar perhitungan

manusia. Vinsensius mengalami faktor tidak terduga ini ketika mengalami diri

sebagai budak (Romàn, 1993: 3). Vinsensius, sebagai manusia biasa memandang

perbudakan sebagai destruktif, namun sebaliknya, Vinsensius justru berkembang

spiritualitasnya lewat faktor-faktor tidak terduga (Romàn, 1993: 3).

Pastor Peter Pierre de Berulle adalah pembimbing rohani Vinsensius.

Berulle adalah seorang teolog yang terkenal, yang kemudian menjadi Kardinal

(Schneiders, 2003: 475). Berkat bimbingan Pierre de Berulle, Vinsensius

mendapat kontribusi besar bagi pengambilan keputusan penting dan panggilan

Page 41: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

22

hidup Vinsesnsius. Vinsensius berhasil menjadi pastor yang disukai oleh umat

berkat bimbingan Pierre de Berulle (Schneiders, 2003: 476).

Vinsensius melaksanakan karya pelayanannya tidak hanya sebagai pengajar

namun juga berkeliling ke desa-desa untuk memberikan bimbingan rohani, dan

mendorong para petani di wilayah pertanian keluarga de Gondi untuk selalu

menerima sakramen terutama Komuni Kudus, serta kembali kepada praktek iman

kristiani yang benar dalam hidup sehari-hari (Wahyuningsih, 2007: 55).

Pelaksanaan tugas mengajar orang sederhana, miskin dan cacat yang dilakukan

oleh Vinsensius memperlihatkan semangatnya untuk menyelamatkan jiwa-jiwa.

Panggilan Vinsensius untuk melayani sesama dimulai dengan pertobatannya

terlebih dahulu. Vinsensius, dari awal sesungguhnya menggunakan segala yang

ada padanya demi mencapai kesejahteraan dirinya dan keluarganya, namun berkat

Pierre de Berulle dan berkat teladan teman-temanya, Vinsensius pelan-pelan

mulai menyadari dan mengerti ketidakberesan yang terjadi pada dirinya.

Vinsensius menyadari bahwa sebagai seorang imam tidak untuk mengejar status

sosial. Seorang imam harus memberikan seluruh hidupnya untuk melayani Tuhan

dan sesama (Ponticelli, 2006: 7). Vinsensius juga mendapatkan pengalaman yang

semakin meneguhkan panggilannya untuk melayani rakyat kecil, mendertia dan

miskin berkat pengalaman kecilnya sebagai orang miskin, belaskasih orang

dermawan, pengalaman menjadi budak dan bimbingan rohani dalam memurnikan

panggilannya (Ponticelli, 2002: 9).

Peristiwa demi peristiwa yang dialami oleh Vinsensius akhirnya bertemu

dengan panggilan Tuhan lewat krisis imannya yang hebat untuk

Page 42: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

23

mempersembahkan seluruh hidupnya demi pelayanan kepada orang yang

menderita, berkebutuhan khusus, miskin dan demi pelayanan seutuhnya kepada

Tuhan. Kitab Suci sendiri mengatakan:

“ Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk

menyampaikan kabar-kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia

telah mengutus Aku untuk memberitakan kebebasan kepada orang-

orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk

membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun

rahmat Tuhan telah datang “(Lukas 4: 18-19).”

Vinsensius berkarya dan melayani orang miskin, menderita, dan

berkebutuhan khusus sebagai tanggapan akan Sabda Tuhan yang lebih mendalam

dan konkret. Vinsensius percaya akan penyelenggaraan Ilahi dalam melaksanakan

pelayanan akan Sabda Allah, oleh karena itulah Vinsensius memberikan seluruh

hidupnya untuk menjadi pewarta kabar gembira kepada orang-orang yang miskin

dan menderita dengan penuh cinta, pengharapan dan kegembiraan.

Pengorbanan yang lebih besar dituntut dari orang yang langsung berkarya di

daerah-daerah yang miskin dan menderita. Vinsensius menjadi pelayan Tuhan di

dalam orang yang menderita, miskin, tertindas dan berkebutuhan khsusus.

Vinsensius melihat orang miskin, menderita dan berkebutuhan khusus sebagai

pribadi yang harus dibebaskan melalui cinta kasih dalam pelayanan (Ponticelli,

2002: 22-23). Vinsensius, dalam Komunitas Rumah Retret Domus Mariae,

(1996: 22) mengajarkan, bahwa bila manusia terpaksa meninggalkan doa untuk

melayani orang-orang miskin, menderita dan berkebutuhan khusus, jangan cemas

karena itu berarti meninggalkan Tuhan untuk berjumpa lagi dengan Tuhan dalam

diri orang-orang miskin, menderita dan berkebutuhan khusus.

Page 43: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

24

Vinsensius membaktikan seluruh hidupnya bagi orang miskin. Dasar

pembaktian diri Vinsensius berangkat dari Sabda Agung perutusan Yesus (Luk. 4:

18). Ungkapan dari keyakinan Vinsensius terkait sabda perutusan Kristus adalah

“Evangelizare Pauperibus Misit Me” (Tuhan telah mengutus aku untuk

mewartakan kabar gembira kepada kaum miskin). Vinsensius sangat menyadari

panggilan hidupnya, sehingga Vinsensius tidak pernah mundur ketika menghadapi

berbagai masalah dalam mengasihi orang-orang miskin, menderita dan

berkebutuhan khusus, namun kasih Allah selalu tampak dalam dirinya. Vinsensius

melayani orang miskin dengan penuh tanggugjawab sebagai murid Kristus.

Vinsensius menghimbau kepada suster-suster kongregasi Putri Kasih (PK) untuk

menyediakan seluruh diri bagi kaum miskin. Vinsensius mengatakan:

“Biaramu ialah rumah orang-orang sakit, kamar biaramu ialah kamar-

kamar yang kamu sewa, kapelmu ialah Gereja Paroki, lorong biaramu

ialah jalan-jalan kota atau lorong-lorong rumah sakit, klausuramu

ialah ketaatan, kisi-kisimu ialaha rasa takut akan Tuhan, kerudungmu

ialah sikap sopan” (Ponticelli, 2002: 34-35).

Kitab Suci menggambarkan orang berkebutuhan khusus sebagai orang yang

mengalami kecacatan tubuh, keterbatasan fungsi optimal fisi dan psikis. Kecacatan

tubuh dan psikis tersebut yakni, buta (Mrk 10: 46), bisu (Mat 9: 32), lumpuh (Mat

8: 6) dan tuli (Mrk 7: 32). Kitab Suci sebagai kabar gembira dari Allah menerangi

manusia agar dapat meraih tujuan hidupnya dan mengenal jalan yang

membawanya kepada keselamatan. Orang miskin, menderita dan tak berdaya

mendapat perhatian khusus dari Tuhan (Mzm 69: 34). Vinsensius dalam karya dan

pelayanannya juga memperjuangkan orang-orang yang miskin, menderita dan

berkebutuhan khusus. Tindakan Vinsensius selaras dengan Sabda Allah dalam

Page 44: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

25

Lukas 4: 18-19. Tugas menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin dan

memberitakan kebebasan kepada orang-orang tawanan dan tertindas adalah tugas

dari Allah.

Vinsensius selalu tanggap terhadap kebutuhan-kebutuhan orang miskin yang

dijumpai dan dilihatnya dengan tuntutan penyelengggaraan Ilahi. Vinsensius

menanggapi kebutuhan rohani orang miskin yang kurang dilayani maupun

terlayani (SSV., 2003: 82). Orang-orang miskin, menderita dan berkebutuhan

khusus selalu menjadi perhatian istimewa dan mulia bagi Vinsensius. Vinsensius

melaksanakan karya pelayanannya secara khusus di kota Paris. Vinsensius dalam

hidupnya ingin berjuang lebih keras untuk melayani orang-orang yang miskin,

menderita dan berkebutuhan khusus di kota Paris sebagai tempat perutusan imamat

Vinsensius (SSV, 2013: 99-100).

Schneiders (200: 478), Menyampaikan bahwa Vinsensius diangkat menjadi

seorang pastor di Paroki Chatillon Les Dombes pada tahun 1617. Pengangkatan

Vinsensius menjadi imam di Paroki Chatillon Les Dombes merubah motivasi

panggilannya, yang pada mulanya berdalih dari hidup mencari penghasilan untuk

diri sendiri kepada hidup untuk mengabdi Tuhan dan orang miskin.

Paroki Chatillon Les Dombes tergolong sulit dan berat, karena umat sudah

tidak lagi hidup sebagai orang kristiani yang baik. Sebagian umat tidak mengakui

iman kristiani. Vinsensius tentu memiliki tugas yang berat dan tidak mudah,

namun dalam perjuangan dan usaha yang gigih akhirnya Allah, melalui Vinsensius

berhasil mempertobatkan banyak umat hanya dalam jangka waktu satu tahun.

Page 45: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

26

Vinsensius berhasil merintis sebuah kelompok persaudaraan Cinta Kasih (Nikolas,

2013: 476).

Vinsensius wafat pada tanggal 27 September 1660 (Gaudium in Christo,

2007: 62). Kabar kepergian Vinsensius sebagai bapa kaum miskin ini

menggemparkan seluruh kota Paris dan sekitarnya. Kepergian Vinsensius

menggemparkan kota Paris karena selama hidupnya Vinsensius ingin mencari

perlindungan di tengah-tengah hal kecil, segala-galanya yang berhubungan dengan

Vinsensius disebut kecil, oleh karena itu karya dan pelayanan Vinsensius selama

hidupnya pun menyentuh kehidupan orang-orang kecil, orang-orang yang

menderita, miskin dan berkebutuhan khusus (Ponticelli, 2002: 2). Karya

Vinsensius kemudian dilanjutkan oleh Kongregasi Misi dan Kongregasi Puteri

Kasih. Vinsensius mendapat gelar Santo dari Paus Klemens XII pada tahun 1737

(Wahyuningsih, 2007: 56, 29).

2.3. Keutamaan dalam Spiritualitas Vinsensius

2.3.1. Paham Keutamaan

Kata keutamaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1540) berasal

dari kata utama, artinya nomor satu, amat baik, lebih baik dari yang lain-lain. Arti

kedua adalah terpenting atau pokok. Keutamaan adalah keunggulan,

keistimewaan, kebaikan budi pekerti yang diartikan sebagai kebijaksanaan untuk

mengambil langkah dalam melakukan yang terbaik (Departemen Pendidikan

Nasional, 2008:1540) Keutamaan dalam kamus filsafat disebut arete, artinya

Page 46: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

27

sempurna, yang awalnya meliputi arti kekuatan, keberanian, dan kesempurnaan,

namun segera muncul arti etis dan tetap sentral (Bagus, 2002: 457).

Sejarah pemikiran Yunani, Plato berbicara soal keutamaan. Plato, dalam

Sudiardja (2006: 1164) mengatakan bahwa ada tiga keutamaan pokok dan satu

keutamaan penyeimbang. Tiga keutamaan pokok adalah pengendalian diri,

keberanian, dan kebijaksanaan, sedangkan yang mengharmonikan tiga keutamaan

pokok adalah keadilan (Sudiardja, 2006: 1164).

KGK 1804-1809 menyatakan dalam keutamaan pokok yang dimaksudkan

Plato masuk dalam keutamaan kardinal yaitu kebijaksanaan, keadilan, keberanian,

dan penguasaan diri. Keutamaan disebut juga kebajikan. Kebajikan diperoleh

manusia melalu pendidikan, latihan, dan ketekunan dalam usaha, dimurnikan dan

diangkat oleh rahmat ilahi (KGK., art. 1810). Manusia juga dianugerahi

kemampuan untuk mengambil bagian dalam kebijaksanaan ilahi yaitu iman,

harapan dan kasih.

Iman adalah kebajikan ilahi, olehnya manusia percaya akan Allah dan

segala sesuatu yang telah Allah sampaikan dan wahyukan kepada manusia dan

apa yang Gereja kudus ajukan supaya dipercayai (KGK. Art. 1814). Kebajikan

ilahi yang kedua adalah harapan, yaitu kebajikan yang olehnya manusia rindu

Kerajaan surga dan kehidupan abadi sebagai kehahagian manusia, dengan

berharap kepada janji-janji Kristus dan tidak mengandalkan kekuatan manusia,

tetapi bantuan rahmat Roh Kudus (KGK., art. 1817). Kebajikan ilahi yang ketiga

adalah kasih, yaitu kebajikan ilahi, dengannya manusia mengasihi Allah di atas

Page 47: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

28

segalanya demi diri-Nya sendiri dan karena kasih kepada Allah kita mengasihi

sesama seperti mengasihi diri sendiri (bdk. KGK., art. 1822).

Keutamaan mempunyai keterkaitan yang tidak terpisahkan dengan

spiritualitas. Menurut Sokrates, dalam Driyarkara sebagaimana digagas Sudiardja

(2006: 1140) mengatakan bahwa keutamaan adalah kebijaksanaan untuk

mengarahkan seluruh diri kepada kebahagiaan sejati. Kebajikan sesungguhnya

hanya satu yaitu kebijaksanaan. Keutamaan melahirkan keberanian jika

kebijaksanaan mengatur kemauan, dan jika kebijaksanaan itu mengatur hubungan

antar sesama maka keutamaan itu disebut keadilan (Sudiardja, dkk., 2006: 1140).

Keutamaan bersangkutan dengan etika yaitu bagaimana hidup harus dijalani.

Plato sendiri, dalam Driyarkara sebagaimana dijelaskan Sudiardja (2006:

1163) mengatakan bahwa dasar etika adalah Eros (cinta), sebagai dorongan

kepada kesempurnaan. Cinta yag dimaksud Plato adalah cinta kepada Yang

Mutlak, kepada Yang Indah, kepada Yang Baik. Cinta menuntut apa yang

dicintai, oleh karena itu, manusia harus berusaha mengerti yang mutlak, yang

Indah, yang baik, dan bersamaan dengan itu dia harus melaksanakan kebenaran,

keindahan dan kebaikan pada diri sendiri (Sudiardja, 2006: 1163). Manusia harus

menjadi reproduksi dari yang Mutlak, yang Indah dan Yang Baik (Sudiarja, 2006:

1163).

Keutamaan bukanlah suatu sifat yang muncul dan ada begitu saja dalam

diri seseorang. Keutamaan yang dimiliki seseorang muncul dan menguat karena

adanya latihan setiap hari secara terus-menerus untuk melakukan keutamaan-

keutamaan sampai terinternalisasi dan menjadi milik atau habitus. Tarigan (2015:

Page 48: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

29

25-36) mengatakan bahwa keutamaan merupakan kebiasaan yang selalu

mendorong setiap orang untuk melakukan yang benar dan baik secara moral

dalam hidup bersama di tengah masyarakat. Keutamaan atau kebajikan adalah

kecenderungan yang tetap dan teguh untuk melakukan hal-hal yang baik.

Keutamaan adalah sikap baik yang telah menjadi kebiasaan sehari-hari.

Kebiasaan baik bukan hanya menjadikan seseorang melakukan sesuatu hal dengan

baik saja, tetapi dapat melakukan sebaik mungkin sesuai dengan kemampuannya,

itulah sebabnya keutamaan disebut optimalisasi daya-daya terbaik manusia.

Keutamaan harus mengalir dari Allah sebab Allah itu mahabaik sekaligus

Maha Indah dan Benar yang tidak pernah terpisah.

“Keutamaan adalah kebiasaan (habitus) yang secara kuat mendorong

setiap orang untuk melakukan apa yang baik secara moral keutamaan

atau kebajikan adalah kecenderungan yang tetap dan teguh untuk

melakukan yang baik. Ia memungkinkan manusia tidak hanya

melakukan perbuatan baik, melainkan juga untuk menghasilkan yang

terbaik seturut kemampuannya” (Tarigan, 2015: 35-36).

Chang (2002:20-24), menjelaskan keutamaan sebagai suatu bentuk hidup

rohani yang baik, yang dapat menjadikan seseorang hidup dengan baik dan benar

di hadapan Allah dan sesama. Hidup rohani dan keutamaan memiliki hubungan

yang sangat erat dan saling berhubungan atau mengandaikan. Keutamaan

merupakan suatu perwujudan dari hidup rohani yang mendalam. Tujuan hidup

berkeutamaan adalah untuk semakin bersatu dengan Allah, menyelami kasih-Nya

dan memberikan diri sepenuhnya kepada Allah. Hidup berkeutamaan diwujudkan

dengan hadir di dunia baik dalam pelayanan kepada orang yang menderita,

miskin, berkebutuhan khusus maupun kepada semua orang.

Page 49: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

30

Sikap yang perlu dibangun agar menjadi pribadi yang memiliki keutamaan

adalah melalui penguasaan diri, bersikap disiplin pada diri sendiri terutama niat

untuk dapat hidup dalam kebenaran melalui setiap tindakan dan perbuatan-

perbuatan hidup setiap hari. Keutamaan seseorang terlihat dalam pikiran,

perkataan, pilihan dan perbuatan. Relasi yang akrab dengan Allah menjadi

kekuatan yang utama untuk menjadi pribadi yang berkeutamaan, sebab di

dalamnya manusia selalu menyadarkan dan mengarahkan seluruh hidupnya pada

kehendak dan perintah Allah.

2.3.2. Lima Keutamaan Santo Vinsensius

Keutamaan seorang santo muncul dari pengalaman konkrit dalam

menghayati hubungan akrab dengan Tuhan, sesama dalam alam ciptaan.

Keutamaan juga merupakan satu cara tersendiri untuk membaca Injil dalam terang

pengalaman religius, dalam terang kebijaksanaan Allah. Pernyataaan ini berlaku

untuk santo mana pun. Vinsensius sendiri berkeutamaan yang menjadi jelas dan

nyata dalam kehidupannya sehari-hari, terutama persatuannya dengan Tuhan, dan

keterlibatannya dalam dunia sosial khususnya bagi mereka yang miskin,

menderita dan berkebutuhan khusus (Roman, 1993: 82). Vinsensius hidup dalam

kesederhanaan, kerendahan hati, kelemah lembutan, matiraga dan semangat untuk

menyelamatkan jiwa-jiwa.

Keutamaan Vinsensius memiliki aspek keterarahan kepada tindakan

(Romàn, 1998: 87). Vinsensius melihat bahwa tindakan adalah kewajiban yang

tidak dapat dielakkan. Vinsensius memandang tindakan sebagai usaha untuk

Page 50: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

31

mengejar kesempurnaan (Romàn, 1998: 88). Aturan atau norma tindakan ialah

penyesuaian diri dengan kehendak Allah, dengan kata lain aturan atau norma yang

disusun harus sesuai dengan kehendak Allah (Romàn, 1998: 91-93). Tindakan

Vinsensius ialah ungkapan kasih. Vinsensius berjanji secara tegas bahwa

Vinsensius akan membaktikan seluruh hidupnya untuk pelayanan orang miskin,

menderita demi menghayati, mewujudkan kasih Allah yang tiada batas. Kasih

merupakan sumber tindakan (Romàn, 1993: 82-93).

2.3.2.1. Simplisitas

Keutamaan Vinsensius yang pertama adalah simplisitas. Simplisitas berarti

kesederhanaan. Berdasarkan struktur bahasa, kesederhanaan berasal dari kata

sederhana. Salim (1987: 1813) memberikan pengertian mengenai sikap atau

tindakan sederhana, atau simple, berarti mudah, gampang, sesuatu yang tidak sulit

atau sesuatu yang tidak rumit. Simplisitas berarti hal yang tidak rumit, mudah

dimengerti, dan bebas dari sikap kepura-puraan. Penelitian ini menggunakan kata

simplisitas secara konsisten kecuali dalam kutipan langsung, akan tetapi

menggunakan kata kesederhanaan atau kata lain yang sinonim.

Simplisitas bukan sekadar miskin dan apa adanya, melainkan sikap

melakukan suatu hal tanpa berbelit-belit, tidak rumit. Simplisitas seseorang akan

memudahkan melakukan sesuatu hal dengan cara yang mudah dipahami dan

dimengerti. New Fieldt (1986: 1251) mengaitkan simplisitas dalam pengertian

lebih dalam yaitu melalukan sesuatu dengan ketulusan hati dan kejujuran.

Page 51: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

32

Vinsensius menghayati simplisitas ini dengan bersikap jujur dan apa

adanya, artinya Vinsensius hanya mengarahkan setiap kata dan perbuatannya pada

kebenaran sejati, yakni Allah sendiri. Kesederhanaan melihat dan menilai segala

hal dari sudut pandang Kristus bukan dari kebijaksanaan duniawi dan bukan dari

pemikiran manusia sendiri. Vinsensius percaya sungguh bahwa simplisitas

seseorang mengarahkan seluruh cita-citanya dan seluruh dirinya sesuai dengan

kehendak Allah sebagai sumber kebenaran sejati. Simplisitas menuntun seseorang

untuk menemukan kemerdekaan atau kebebasan batin. Keutamaan simplisitas

menghindarkan seseorang dari dikejar-kejar perasaan bersalah akibat

ketidaksesuaian antara kata dan perbuatan yang timbul karena tindakan yang pura-

pura dan tidak jujur di dalam hidup dan dengan diri sendiri.

“Akan tetapi, sebagai keutamaan kodrati, kesederhanaan ini

menekankan pentingnya pengendalian diri, terutama dalam hal nafsu

badani. Kesederhanaan memang merupakan kata yang tepat untuk

menunjuk keutamaan yang mengarah pada pengalaman kebebasan

batin” (Romàin, 2002: 74).

Berdasarkan kutipan di atas, makna keutamaan simplisitas yang dimaksud

adalah keutamaan yang mementingkan pengendalian diri manusia terhadap nafsu

badani. Keutamaan pengendalian diri dapat mengantarkan seseorang pada

kebebasan batin. Keutamaan simplisitas merupakan salah satu keutamaan yang

dihayati dan dihidupi oleh Vinsensius. Keutamaan simplisitas yang dihayati oleh

Vinsensius tampak dalam ajarannya dan (terutama) sikapnya sehari-hari.

Vinsensius adalah seorang teladan dalam simplisitas. Vinsensius mendefinisikan

keutamaan simplisitas dengan sangat jelas, seperti yang dijelaskan oleh Riyanto

(2012: 97) berikut:

Page 52: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

33

“Vinsensius tahu persis bahwa simplisitas pada umumnya berkaitan

dengan kebenaran. Artinya, apa yang manusia katakan dan apa yang

manusia lakukan pasti memiliki kecocokan, keterpaduan, dan

keselarasan. Tidak hanya itu, juga intensi dan maksud tindakan

manusia haruslah hanya untuk Allah. Dengan demikian, simplisitas

berkaitan dengan perbuatan serta maksud (intensi) perbuatan tersebut.

Dalam simplisitas, perbuatan dan kata manusia harus jauh dari segala

tipu daya, kemenduaan maksud, dan ketidakjelasan arti. Dalam

simplisitas, kata dan perbuatan harus memiliki kejelasan dan

kecemerlangan” (Konferensi Vincentius 14 Maret 1659).

Vinsensius, dalam ajarannya, menyampaikan bahwa simplisitas dikaitkan

dengan kebenaran (Konferensi Vincentius 14 Maret 1659). Kebenaran pada

umumnya dimengerti sebagai adanya kesesuaian antara perkataan dengan

perbuatan atau tindakan dalam hidup realitas hidup manusia (Lorens, 2002: 412-

413). Bentuk simplisitas Vinsensius tampak melalui ketulusan hatinya yaitu ketika

pertama kali menyatakan pertobatannya pada tahun 1610 (Romàn, 1993: 14).

Abelly, dalam Romàn (1993: 15) memberi kesaksian bahwa godaan besar

terhadap Vinsensius berakhir ketika Vinsensius berjanji akan membaktikan

seluruh hidupnya dalam pelayanan terhadap orang miskin, cacat dan menderita

demi cinta kepada Yesus.

Pertobatan yang dilakukan oleh Vinsensius bukan merupakan pertobatan

yang mengubah Vinsensius yang awalnya adalah seorang yang jahat menjadi suci,

melainkan Vinsensius adalah orang biasa yang berhasil mengarahkan hidupnya

pada Tuhan, orang-orang yang menderita, orang yang miskin, berkebutuhan

khusus dan kepada sesama (Ponticelli, 2002: 6). Vinsensius mengajarkan dengan

tindakan dan laku-tapa hidupnya sehari-hari. Vinsensius memberikan teladan agar

umat saling peduli dan menunjukan cinta kasih yang besar terhadap orang lain.

Page 53: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

34

Ajaran keteladanan terkait simplisitas dapat dilihat dalam salah satu terjemahan

surat Vinsensius, yaitu di dalam Ponticelli (996: 138), yang menyatakan,

“Sikapnya pun sudah cukup baik bila dia melakukan keutamaan-keutamaan,

karena dengan jalan ini apa yang dia ajarkan lebih meyakinkan daripada ajaran

saja.”

Vinsensius selalu menjadikan Kristus sebagai pusat dalam setiap karya dan

pelayanannya. Vinsensius selalu mengarahkan dan membaktikan diri sepenuhnya

kepada Kristus. Vinsensius berjanji secara tegas untuk membaktikan seluruh

hidupnya bagi pelayanan orang miskin, menderita dan berkebutuhan khusus demi

cinta-Nya, demi menghormati Yesus Kristus, serta untuk meneladani-Nya secara

lebih sempurna (Romàn, 1993: 83). Pelayanan yang Vinsensius lakukan semata-

mata hanyalah untuk Kristus. Semua karya yang Vinsensius lalukan kepada

semua orang, kepada orang berkebutuhan khusus, miskin dan menderita

merupakan suatu jawaban atas panggilan Kristus terhadap dirinya, yakni menjadi

seperti Kristus sebagai pelayan dan hamba.

Pelayanan yang dilakukan Vinsensius selalu sebagai ungkapan kesetiaannya

juga dalam semangat mencintai Gereja dimana Kristus sebagai kepala yang

menghendaki pelayanan bagi kaum miskin. Simplisitas yang dihayati oleh

Vinsensius dalam hidupnya menjadi salah satu sarana untuk mencintai Gereja dan

memberikan prioritas untuk menjadi pelayan bagi kaum miskin, menderita dan

berkebutuhan khusus (Ponticelli, 2002: 34).

Simplisitas seseorang akan membantu untuk mengalami kekosongan dari

sifat sombong, egois, dan merasa memiliki segalanya. Tuhan memerlukan

Page 54: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

35

kekosongan batin seseorang untuk diisi oleh Roh-Nya. Semakin kosong seseorang

dalam kebenaran semakin orang menjadi kecil, semakin orang mengandalkan

Tuhan, dan Tuhan nampak di dalam orang yang demikian. Seseorang yang

dipenuhi hal-hal lain yang di luar Allah, semakin sempitlah tempat untuk Tuhan

diam di dalam jiwa orang itu. Manusia bisa saja sangat dipenuhi dengan keinginan

dan hawa nafsu duniawi untuk mencari gelar, kekuasaan, kekayaan, ijazah, nama,

kedudukan yang membuat semakin sulit bagi Allah untuk berkarya di dalam

pribadi manusia (Gaudium in Christo, 2007: 104).

2.3.2.2. Kerendahan Hati

Kerendahan hati adalah keutamaan yang menggerakkan manusia untuk

mengakui dirinya sebagai ciptaan yang kecil di hadapan Allah yang Mahabesar.

Manusia mengakui keterbatasannya dan memandang Allah sebagai pencipta

semua kebaikan melalui kerendahan hati. Kerendahan hati menggerakan manusia

untuk datang kepada Allah dan bersyukur atas pemberian-Nya, menggunakan

pemberian Allah untuk melayani sesama. Kerendahan hati merupakan sikap yang

membebaskan orang dari kesombongan, merasa mampu mewujudkan keselamatan

dengan kekuatannya sendiri di dunia ini.

Kerendahan hati juga merupakan salah satu sikap yang bercirikan

mengutamakan dan menganggap orang lain lebih penting dan utama daripada

dirinya sendiri. Hans Jonas, dalam Romario (2015) memahami bahwa tugas

manusia pertama-tama untuk memberikan segala-galanya kepada Allah, sebab Dia

tidak berdaya untuk menolong manusia dan justru manusialah yang menolong

Page 55: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

36

Allah. Konsep Allah yang mengklaim “manusia merencanakan, Allah menentukan

dan melakukan”, harus dibenahi menuju konsep “Allah hanya mengharapkan dan

memikirkan, manusialah yang menentukan dan melakukan.” Kemahakuasaan

Allah tampil dalam bentuk kerapuhan dan ketakberdayaan.

Sikap kerendahan hati membantu seseorang untuk tidak berusaha dikenal

dan terkenal di hadapan manusia, mencari kepentingan sendiri, dan ingin

mendapatkan pujian yang sebenarnya tidak berarti. Manusia terkadang

bersembunyi atas kerendahan hati demi pemuasan diri sendiri. Tindakan

kerendahan hati diperlihatkan melalui perbuatan baik yang telah dilakukan

sehingga manusia dapat hidup dengan rendah hati, tidak sombong dan merasa

hebat dari orang lain (Martasudjita, 2009: 5).

Gambaran tentang sikap rendah hati adalah bersikap seperti anak kecil yang

polos, yang tidak pernah memikirkan kemegahan diri. Orang yang rendah hati

hanya melakukan segala sesuatunya sesuai dengan kata hati, terutama atas

tuntunan suara Allah. Yesus sendiri mengatakan, “Barangsiapa merendahkan diri

dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam kerajaan sorga”

(Mat 8: 4). Kutipan Matius 8: 4 menggambarkan sikap kerendahan hati yang akan

menuntun seseorang untuk menyadari bahwa manusia bukanlah siapa-siapa di

hadapan Tuhan, sehingga manusia akan bersyukur atas segala pemberian Tuhan,

menggunakan rahmat Allah demi kebaikan orang lain. Kemegahan diri tidak

menghiasi diri manusia, malahan manusia tidak memegahkan diri diatas

kemampuan dan kelebihan yang dimiliki, yang sebenarnya hanyalah pemberian

unik dari Allah.

Page 56: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

37

Sikap rendah hati selalu menganggap bahwa segala yang dimiliki dan

didapatkan semata-mata hanya berasal dari Tuhan sang pemberi. Kemampuan atau

anugerah yang melekat pada diri sendiri tidak diperoleh karena kemampuan

sendiri kendati untuk menumbuh kembangkan anugerah itu membutuhkan

kerjasama manusia (Ponticelli, 2006: 135). Manusia yang memiliki sikap rendah

hati selalu mengakui bahwa dirinya adalah pribadi yang lemah yang karena sifat

kemanusiawiannya penuh dengan keterbatasan dan kekurangan yang dimilikinya.

Kesadaran diri sebagai pribadi yang lemah inilah kekuatan Allah sungguh menjadi

andalan dalam berkembang sebagai pribadi yang hebat dalam ukuran Allah.

Kerendahan hati menuntut seseorang untuk menyadari bahwa dirinya

bukanlah apa-apa di hadapan Tuhan sehingga manusia bersyukur atas segala

pemberian Tuhan, menggunakannya demi kebaikan orang lain dan tidak berusaha

untuk memegahkan diri dengan kemampuan dan kelebihan yang di miliki.

“Bagi Vinsensius: rendah hati itu terletak pada sikap mencintai yang

dihina, yang tidak disenangi oleh orang lain, menghendaki

direndahkan dan bila anda dihina bergembiralah demi cinta kepada

Yesus Kristus. Jika Putera Allah sendiri mencintai kerendahan hati,

lalu mengapa kita tidak menelandan-Nya” (Tondowidjojo, 2003: 60).

Vinsensius memperlihatkan bahwa semangat kerendahan hati yang ada dalam diri

akan membuka hati untuk sungguh-sungguh melakukan segala sesuatu sesuai

dengan yang dikehendaki oleh Allah dalam menjalani hidup. Keterbukaan diri

pada kehendak Allah membebaskan manusia cinta terhadap diri sendiri secara

tidak sehat. Manusia yang rendah hati mampu melihat penderitaan yang dimiliki

oleh orang lain, dan berani melakukan tindakan konkrit untuk membantu dan

Page 57: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

38

melayani orang yang sangat membutuhkannya, orang yang miskin, berkebutuhan

khusus dan menderita (Setyanto, 2016: 27).

2.3.2.3. Matiraga

Matiraga yang paling banyak dilakukan masyarakat adalah puasa.

Masyarakat umum, khususnya manusia yang menganut kepercayaan dapat

dipastikan mengenal puasa menurut perspektif agama dan kepercayaan masing-

masing, bahkan tidak menutup kemungkinan dengan berlandaskan kemerdekaan

dan kemauan sendiri melaksanakan puasa menurut perspektifnya (Sudiardja, dkk.,

2006: 806). Dalam pengertian yang luas dan praktek yang ketat, sebenarnya puasa

adalah matiraga. Driyarkara, dalam Sudiardja (2006: 805-806) dari awal

menjelaskan bahwa puasa sebagai tindakan menjauhkan diri dari makanan dan

minuman, menjauhkan diri dari hal menyenangkan badan, menjauhkan diri dari

macam-macam hiburan tidak sehat, menjauhkan diri dari kenikmatan duniawi.

Matiraga yang sangat dalam adalah puasa yang bebas dan merdeka, dimana di

dalamnya terjadi distansi atau pengambilan jarak antara diri sendiri dengan alam

jasmani bahkan antara dirinya sendiri dengan kejasmaniannya yang disebut

kecenderungan kodrati (Sudiardja, dkk., 2006: 806). Distansi disebut juga agere

contra (melawan kecenderungan badaniah). Manusia dapat mengadakan distansi

dengan kejasmaniannya, dan persis dalam kemampuan inilah terungkap kebenaran

bahwa manusia tidak ditentukan oleh alam jasmani (Sudiardja, dkk., 2006: 807).

Matiraga seharusnya selalu memiliki dimensi sosial. Kemenangan demi

kemenangan yang diraih dalam matiraga menghasilkan pengalaman sukacita

Page 58: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

39

sehingga mendorong untuk membagikan sukacita itu, untuk mengasihi sesama.

Dorongan mengasihi sesama lahir dari perjumpaan kegembiraan sejati yaitu Allah

sendiri yang dialami di dalam upaya matiraga, artinya matiraga harus mengantar

orang berjumpa dengan Tuhan. Perjumpaan dengan Tuhan mendorong dimensi

manusia yang bukan melekatkan diri pada barang jasmani melainkan membagikan

anugerah itu kepada orang lain.

Matiraga adalah tindakan penyangkalan diri mengenai apa saja yang disukai

oleh kodrat manusia (Romàn, 1993: 92-93). Setiap orang harus memiliki semangat

untuk menyangkal diri, meyangkal hawa nafsu duniawi, keinginan daging dan

kenikmatan duniawi sehingga manusia lebih dapat menghayati kesempurnaan

hidup sebagai pengikut Kristus.

Semua orang yang mengikuti Yesus harus menyangkal dirinya dan

memanggul salibnya setiap hari (bdk. Mat. 16: 24). Tradisi kristiani menunjukkan

bahwa hidup matiraga tampak dalam berbagai cara hidup umat beriman. Matiraga

yang paling kentara dalam sejarah kekatolikan adalah hidup para petapa, seperti

yang dihayati Santo Benediktus. Benediktus melawan kuasa jahat dan

menyelamatkan dunia dengan tapa dan doa dalam keheningan agung dan

kesendirian dengan Allah. Penyangkalan diri manusia dari hawa nafsu dan

kenikmatan duniawi adalah sebuah tindakan nyata cinta kepada Allah. Matiraga

mengandung tindakan penyangkalan diri dari segala sesuatu demi kasih Allah.

Kasih akan Allah tampak dalam keputusan bulat yang sesuai dengan keputusan

Allah, dan menyerahkan sepenuhnya kepada kehendak-Nya.

Page 59: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

40

Matiraga memiliki peran yang sangat besar dalam kemajuan hidup rohani

semua umat manusia. Matiraga adalah tindakan menolak segala macam

kesenangan diri yang merugikan kehidupan saat ini maupun di masa mendatang.

Hidup matiraga mendekatkan diri pada Kasih Yesus, yang ada dulu, sekarang dan

nanti sampai selama-lamanya. Seseorang dapat berusaha mendekatkan diri kepada

Tuhan, menjauhkan diri dari hawa nafsu yang tidak teratur, dari kenikmatan

duniawi dan keinginan daging melalui latihan matiraga secara ketat dan disiplin.

Seseorang yang melakukan bermatiraga berarti meninggalkan keegoisan diri

sendiri, kelekatan pada diri sendiri, serta keputusan dan kehendak pribadi. Manusia

menjadi pribadi yang senantiasa siap dipakai oleh Tuhan. Semakin seseorang tidak

melekatkan diri pada apapun, semakin Allah akan berkarya dan bertindak sesuai

dengan kehendak-Nya (Ponticelli, 1996: 225). Hidup matiraga adalah salah satu

cara manusia untuk dapat memperoleh kehidupan kekal (Huaken, 2002: 121).

Semangat matiraga Vinsensius tidak perlu diragukan lagi. Laku-tapa

matiraga sudah menjadi suatu kebutuhan Vinsensius yang harus penuhi setiap

harinya dalam kehidupannya. Matiraga merupakan sarana bagi Vinsensius untuk

semakin bersatu dengan Allah. Vinsensius menghubungkan matiraga dengan sikap

lepas bebas dari segala yang mengikat dirinya. Vinsensius jalankan segalanya

hanya untuk mencintai Allah, untuk menyesuaikan keputusan-keputusan yang

diambil Vinsensius.

Vinsensius menyerahkan kehendaknya pada Allah dalam hidup

kesehariannya. Vinsensius selalu berusaha untuk melakukan olah-batin melalui

matiraga yang dilakukan Vinsensius. Bukti konkrit matiraga Vinsensius yang

Page 60: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

41

sangat sederhana tetapi rutin dan penuh pemaknaan adalah Vinsensius jarang

menggunakan kasur sebagai alas tidur. Orang melihat bahwa rupanya Vinsensius

menyingkirkan kasur di ranjang karena bisa tidur di tikar sebagai matiraga yang

dilakukannya (Budianto, dkk., 2009: 77).

Vinsensius menghidupi matiraga dengan bernapaskan Sabda Allah sendiri.

Tindakan bermatiraga memampukan seseorang untuk tidak membiarkan diri

diperhamba oleh apapun, tidak membiarkan diri dikuasai oleh keinginan daging,

kenikmatan duniawi serta hawa nafsu yang tidak teratur (bdk. Kor 6: 12).

Vinsensius melakukan bermatiraga supaya semangat yang dihayati dan dihidupi

adalah semangat yang menghasilkan karya yang sesuai kehendak Allah, dimana

keberhasilan dan kegagalan dipercayakan dalam penyelenggarahan Ilahi.

Vinsensius juga menyadari bahwa manusia hidup hanya karena belaskasih Allah

semata, bukan karena pemenuhan naluri kodrati yang tidak teratur (Ponticelli,

1996: 50).

2.3.2.4. Kelembutan Hati

Kelembutan hati merupakan salah satu keutamaan yang dimiliki Vinsensius.

Kelembutan hati merupakan salah satu keutamaan yang diajarkan oleh Kristus

sendiri kepada para murid dan para pengikut-Nya. Ajaran Yesus tentang

kelembutan hati dapat dimengerti dari salah satu perkataan-Nya, “Belajarlah pada-

Ku karena Aku lemah lembut dan rendah hati” (Mat. 11: 29). Kelemahlembutan

tampil dalam sikap ramah, santun, sabar dalam menghadapi setiap peristiwa yang

terjadi dalam hidup, terutama dalam menghadapi peristiwa-peristiwa yang sangat

Page 61: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

42

sulit dan menyakitkan. Seseorang dapat menampakkan kasih seperti Kristus

sendiri melalui kelembutan hati, sebab Yesus sendiri adalah pribadi yang lemah

lembut. Kelembutan hati mencegah seseorang dari sikap-sikap yang

mengharapkan keburukan bagi orang lain. Manusia mampu menahan kemarahan

sedemikian rupa.

“Tidak ada orang yang lebih tekun dan kuat dalam kebaikan daripada

mereka yang lembut dan ramah. Sebaliknya, mereka yang

membiarkan diri dikuasai oleh kemurkaan dan oleh nafsu kemarahan,

pada umumnya sangat kurang teguh, karena mereka hanya terdorong

oleh persaan sesaat atau oleh kemarahan” (Kutipan Konferensi

Vinsensius: 1196 : 85).

Vinsensius mengajarkan kelemahlembutan dalam kaitannya dengan

menghadapi orang lain yang berpotensi menyakiti. Pengikut Krisus tetap bersikap

lembut meskipun menghadapi prilaku dan sikap yang memiliki kemungkinan

menyakiti. Sikap lemah lembut seseorang menunjukan kualitas kesabaran dan

ketenangan dalam menghadapi segala sesuatu dalam tuntunan Allah. Vinsensius

bersabar terhadap perasaan hati orang lain yang buruk, terhadap cara bertindak,

dan sikap orang lain yang buruk terhadap dirinya. Seseorang sering menerima

perlakuan yang tidak enak dan menyakitkan dari orang lain. Kelembutan hati

mengajarkan seseorang untuk bersikap lembut terhadap orang lain yang

mengakibatkan segala sesuatu yang mungkin menyakitkan itu.

Vinsensius bukanlah orang yang sabar. Namum Vinsensius menyadari

kelemahannya dan berusaha untuk memperoleh keutamaan kelemah-lembutan

dalam bersikap dan bertindak kepada semua orang dalam hidupnya. Salah satu

Page 62: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

43

bentuk sikap kelemah-lembutan Vinsensius nampak dalam sikapnya serta

ucapannya ketika memberikan teguran dan nasihat kepada para imamnya.

“Apabila romo mengamati bahwa seseorang tidak melakukan

kewajibannya dalam tugas atau mengenai peraturan, hendaklah romo

menegur dia, meskipun dia tampaknya tidak akan menerima teguran-

teguran dengan baik. Dan itu perlu romo lakukan meskipun dari

pengalaman tahu dengan pasti bahwa teguran akan ditolak. Kalau

tidak ada teguran, orang itu mungkin mengira dia berbuat baik. Atau

mengira romo menyetujui tingkah lakunya”(Ponticelli, 2006: 214).

Dalam surat ini nampak jelas bagaimana cara Vinsensius memberikan

nasihat kepada imamnya. Vinsensius memberikan nasehat dengan sikap penuh

kelembutan namun tegas. Vinsensius menggunakan pilihan kata yang dapat

diterima dengan penuh sukacita, tanpa adanya sikap yang bersungut-sungut.

Perkataan yang halus dan lemah lembut Vinsensius inilah mampu mengajak para

imamnya untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan lebih baik seturut dengan

kehendak Allah didalam melakukan setiap pelayanan sebagai imam.

Sikap yang diharapkan oleh Vinsensius adalah menerima satu-sama lain

dengan penuh cinta dan dengan kelembutan hati, menerima kekurangan maupun

kelebihan masing-masing pribadi dan senantiasa membawa sukacita (Charpy,

1991: 45-72). Kelembutan hati dan sikap bersahabat merupakan perwujudan kasih

yang paling utama. Hukum Allah yang utama dan pertama adalah kasih yang

tampak dalam sikap yang lemah lembut. Yesus menyerukan suatu hukum baru

untuk saling mengasihi (bdk. Yoh. 13: 14). Sikap lembut dan bersahabat inilah

yang selalu diinginkan oleh Vinsensius. Sikap kelemahlembutan membukakan

banyak jalan dan peluang dalam karya dan kasih Vinsensius bagi kemuliaan Allah.

Keutamaan kelembutan hati dipandang oleh Vinsensius sebagai sarana untuk

Page 63: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

44

mempermudah menjalin komunikasi dengan berbagai kalangan. Berbahagialah

orang yang lembut hatinya karena mereka memiliki bumi (Mat 5: 5). Vinsensius

sebenarnya bukanlah seorang yang sabar, melainkan pribadi yang memiliki sifat

yang pemarah dan kasar, namun, Vinsensius menyadari kelemahan yang

dimilikinya dan berusaha untuk memperoleh keutamaan kelemahlembutan hati

dalam sikap bertindak terhadap diri dan semua orang.

2.3.2.5. Penyelamatan Jiwa-Jiwa

Keutamaan terakhir yang dimiliki oleh Vinsensius adalah penyelamatan

jiwa-jiwa. Semangat menyelamatkan jiwa-jiwa berarti semangat untuk

menyelamatkan umat manusia yang jauh dari Allah, keluar dari jalan Allah dengan

menarik mereka kembali dalam hubungan yang benar dengan Allah, hidup seturut

kehendak Allah dan mengatar manusia menuju kepada persahabatan sejati dengan

Allah.

Gambaran tentang penyelamatan jiwa-jiwa ini terepresentasi dalam Kitab

Suci yaitu kisah seorang gembala yang mencari dombanya (bdk. Mat. 18: 12-13).

Gembala mencari dombanya yang hilang dari kawanan, menggendongnya dan

membawanya kembali dalam kawanan (bdk. Luk 15:1-7). Gambaran Gembala

yang mencari domba adalah salah satu contoh analogi tindakan nyata

penyelamatan jiwa-jiwa, mencari mereka yang hilang dan keluar dari jalan Allah

dan mengembalikan lagi bersama-sama dalam kawanan.

Surat Vinsensius kepada Fransiska de Chantal (Komunitas Rumah Retret

Domus Mariae, 1996: 79), menyebutkan kegiatan Kongregasi. Kegiatan

Page 64: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

45

Kongregasi haruslah mencakup: berkeliling dari desa ke desa untuk mewartakan

kabar gembira; mendengarkan pengakuan dosa; memperdamaikan perselisihan;

memelihara orang sakit secara jasmani dan rohani; memberikan retret kepada

calon imam, dimana terjadi pemberian makanan fisik, mengajarkan teologi praktis,

upacara-upacara Gereja, mempraktekkan doa dan meditasi menurut metode Santo

Fransiskus de Sales. Retret calon imam ada dalam impian agar penyelamatan jiwa-

jiwa dapat lebih berdaya guna melalui kesaksian hidup para imam.

Vinsensius, dalam suratnya kepada salah seorang frater, juga memberikan

sebuah gambaran mengenai karya para imam CM dalam rangka pelayanan dan

penyelamatan jiwa-jiwa.

“Kita bekerja demi keselamatan kita, agar Allah dihormati dan

dilayani di dunia agar sengsara Yesus Kristus bermanfaat secara

penuh bagi jiwa-jiwa yang diciptakan-Nya untuk masuk surga” (SV

VIII, 11-13 dalam surat-surat Santo Vincentius I, hal. 230).

Semangat dan keinginan Vinsensius yang besar untuk menyelamatkan jiwa-

jiwa pertama kali muncul ketika Vinsensius berada di tempat tugas barunya.

Vinsensius melihat adanya kemelaratan jasmani dan rohani yang menggugahnya

untuk menanggapi permasalahan tersebut. Karya penyelamatan jiwa-jiwa yang

dilakukan oleh Vinsensius terjadi melalui dua jalur. Jalur penyelamatan pertama

adalah jalur rohani. Jalur penyelamatan kedua adalah menjawab pada kemelaratan

jasmani (Ponticelli, 2002: 11).

Vinsensius menyadari bahwa menyelamatkan jiwa-jiwa adalah tugas

memperhatikan dan membina umat Allah agar selalu terarah kepada Tuhan. Ranah

penyelamatan jiwa-jiwa terjadi dalam ketekunan pembinaan iman umat yang

Page 65: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

46

berkesinambungan, sehingga relasi yang tidak baik dengan Tuhan dan yang terluka

menjadi sembuh secara menyeluruh (rohani dan jasmani) (Ponticelli, 2002: 13-14).

Penyelamatan jiwa-jiwa menjadi tugas utama yang harus dilakukan oleh setiap

manusia. Yesus sendiri telah memanggil kedua belas rasul untuk tugas perutusan-

Nya. Kedua belas Rasul diberi kuasa oleh Yesus sendiri supaya Para Rasul

membantu kebutuhan jasmani dan rohani umat Allah. Amanat agung bagi

semangat penyelamatan jiwa terdapat dalam injil Matius.

“Pergilah dan beritakanlah kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah

orang sakit..,tahirkanlah orang kusta, usirlah setan. Kamu telah

mendapatkannya dengan cuma-cuma, karena itu berikan pula dengan

cuma-cuma (Mat. 10: 7-8)”

Yesus mengatakan bahwa manusia itu ibarat domba yang hilang (Luk. 15: 1-

7). Setiap domba yang hilang harus dicari oleh Tuannya, meskipun hanya satu

ekor dari sembilan puluh sembilan ekor. Vinsensius memiliki semangat yang

berkobar-kobar dalam penyelamatan jiwa-jiwa. Semangat yang berkobar-kobar

dalam penyelamatan jiwa-jiwa adalah kesediaan untuk diutus kemana saja demi

kerajaan Allah (Riyanto, 2012: 144). Kesediaan untuk diutus kemana saja, berarti

manusia telah memberikan diri sepenuhnya tanpa memikirkan keinginan pribadi,

serta tidak mengikuti apa yang disenangi dan disukai saja.

Semangat yang dimiliki misionaris sejati adalah kehausan untuk

menyelamatkan jiwa-jiwa, membawa orang-orang yang jauh dari Allah dan belum

mengenal Allah menjadi dekat dan semakin mengenal Allah kembali.

“Sekurang-kurangnya inilah kesediaan yang perlu manusia usahakan

apabila manusia belum memilikinya: siap sedia untuk pergi kemana

saja dikehendaki Tuhan, entah ke India, entah ketempat lain; pendek

kata manusia harus melibatkan diri dengan gembira dalam pelayanan

Page 66: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

47

kepada sesama, dalam usaha memperluas Kerajaan Kristus dan jiwa-

jiwa. Mengenai Vinsensius sendiri, meskipun sudah tua dan lanjut

usia,Vinsensius juga tidak boleh mengesampingkan kesediaan itu,

yaitu kesediaan untuk pergi kedaerah India guna merebut jiwa-jiwa

bagi Tuhan, meskipun ada kemungkinan bahwa Vinsensius akan mati

dalam perjalanan” (Riyanto 2012: 144).

Semangat pelayanan yang dilakukan oleh Vinsensius menjadi utama yang

paling utama demi membawa orang-orang yang belum mengenal Allah dan

menjadikan orang-orang dekat dengan Allah. Vinsensius menyatakan bahwa

keselamatan rohani orang miskin, menderita dan berkebutuhan khusus adalah

tugas menjadikan hidup orang miskin berkelimpahan. Orang miskin merasa disapa

dan merasakan kasih Allah yang diberikan melalui pelayanan dan pewartaan

(Ponticelli, 2002: 148).

Pelayanan dan pewartaan yang dilakukan Vinsensius ini didasarkan pada

sikap batin dan praktik yang nyata serta tulus bagi orang-orang miskin, menderita

dan berkebutuhan khusus yang dilayaninya. Sikap dan praktik yang dilakukan

Vinsensius secara umum merupakan sikap yang penuh kasih, tulus, adanya

belaskasih kepada orang-orang yang berada dalam kemiskinan, penderitaan, hidup

dalam kesederhanaan. Vinsensius sangat bersikap rendah hati dalam melayani,

melepaskan segala keterikatan dan keinginan pribadi serta semangat yang

berkobar-kobar untuk menyelamatkan jiwa-jiwa.

Penyelamatan jiwa-jiwa yang dilakukan Vinsensius berupa banyak hal yakni

memberikan pelayanan rohani bagi orang-orang yang memiliki hubungan jauh dari

Allah dan membawanya kembali sebagai kesatuan sebagai umat Allah. Vinsensius

mengunjungi orang-orang yang sakit dan menderita dan memberikan pelayanan

Page 67: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

48

Ekaristi dan sakramen tobat sebagai sara penyelamatan jiwa yang ampuh.

Keutamaan Vinsensius dalam semangat penyelamatan jiwa-jiwa sangat nampak

dan tercermin jelas dalam ajaran-ajarannya melalui konferensi, surat-surat yang

Vinsensius kirim kepada konfrater, sikap hidup, keutamaan-keutamaan yang

dimilikinya.

2.4. Spiritualitas Santo Vinsensius

Dewantara dan Stefanus (2018: 75), dalam penelitiannya terhadap

penghayatan SSV akan spiritualitas Santo Vinsensius A. Paulo di Wilayan Paroki

Santo Cornelius, menemukan bahwa semua responden (100%) mengetahui sosok

Vinsensius sebagai imam yang peduli terhadap kaum miskin dan tertindas.

Spiritualitas Vinsensius adalah spiritualitas pelayanan yang dijiwai oleh semangat

Roh Kudus.

Banawiratma (1998: 64) mengatakan bahwa spiritualitas dimengerti

sebagai sesuatu yang melatarbelakangi suatu bentuk atau cara hidup. Hidup

disadari dan dihayati sesuai dengan cita-cita luhur. Cita-cita luhur selalu ada

kaitannya dengan Tuhan dan dengan sesama manusia.

Spiritualitas seorang santo bersumber dari hidup rohaninya (Romàn, 1993:

68). Vinsensius adalah seorang yang selalu berusaha untuk menjadi seorang yang

siap sedia menanggapi kehendak Tuhan melalui setiap tindakan dan karya

pelayanan bagi orang berkebutuhan khusus, miskin dan menderita. Spiritualitas

Vinsensius selalu berdasarkan iman. Spiritualitas Vinsensius ialah keterbukaan

terhadap iman sebagai sikap menyerahkan diri seutuhnya kepada pribadi Kristus.

Page 68: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

49

Kekhasan yang ditampakkan dalam keseluruhan spiritualitas Vinsensius adalah

adanya suatu dorongan yang sangat kuat untuk melayani dan memberikan

pewartaan Injil kepada kaum miskin, menderita dan berkebutuhan khusus.

Semangat yang dimiliki Vinsensius dalam melayani orang-orang miskin,

menderita dan berkebutuhan khusus merupakan janji untuk menghormati Yesus

Kristus dengan lebih baik dan meneladani-Nya dengan lebih sempurna. Yesus

Kristus sebagai Sabda Ilahi dalam semua sifat-Nya; pun Sabda Ilahi itu dengan

keagungan-Nya yang tak terjangkau terhadap semua manusia harus dihormati

oleh setiap orang Kristen (Romàn, 1993: 84). Menghormati, meneladani, dan

mencintai Kristus menjadi tugas sekaligus sumber motivasi bagi Vinsensius untuk

memutuskan membaktikan diri bagi pelayanan orang miskin, menderita,

berkebutuhan khusus dan pelayanan kepada Allah sendiri (Romàn, 1993: 84).

Kelima keutamaan Vinsensius itulah spiritualitas yang menyemangati,

mengobarkan seluruh hidup Vinsensius dalam melakukan kebaikan secara

konstan dan konsisten (Ponticelli, 2002: 35). Vinsensius didorong oleh Allah

untuk melakukan pelayanan kepada orang yang miskin dan berkebutuhan khusus.

Vinsensius adalah seorang yang memiliki iman yang profesional melalui

cinta kasih. Cinta kasih yang dimiliki oleh Vinsensius tampak dalam sikap

hidupnya mencintai kaum miskin, menderita dan berkebutuhan khusus.

Vinsensius dilahirkan dan hidup dalam suatu abad di mana keadaan Gereja di

Perancis sedang menghadapi tantangan berat dari aliran-aliran yang menyerang

iman kristiani. Penduduk dan masyarakat beriman di daerah pedesaan menjadi

korban kelompok-kelompok elit, mewah dan berkuasa (Gaudium in Christo,

Page 69: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

50

2007: 62-63). Imanlah yang mengenal rahasia penderitaan, oleh sebab itulah iman

dapat menelaah dalamnya penderitaan dan menemukan jawabannya seperti apa

yang telah ditunjukan oleh Kristus sendiri (Tondowidjojo, 1984: 92).

Chang (2002: 24) mengungkapkan perwujudan spiritualitas adalah hidup

yang utama yaitu mengambil pilihan baik dan benar dan tindakan sesuai pilihan

yang baik dan benar. Vinsensius adalah orang yang senantiasa mengusahakan

untuk selalu hidup dengan baik dan benar setiap harinya melaui perkataan,

pikiran, dan perbuatannya.

Ponticelli (1996: 34-35). Mengatakan kedekatan hangat dengan Tuhan dan

dengan Bunda Maria inilah yang membuat sumber semangat atau spiritualitasnya

yang utama. Setiap kali Vinsensius selalu memulai dan melakukan atau

melaksanakan suatu tindakan maupun keputusan tertentu dalam tugas dan karya-

karya pelayanannya dengan menyerahkan segalanya dalam penyelenggaraan

Allah dan doa Bunda Maria.

2.5. Spiritualitas Vinsensius terhadap Orang Berkebutuhan Khusus

Mencintai kaum miskin merupakan karya yang paling dicintai oleh

Vinsensius. Kecintaan Vinsensius terhadap orang miskin tampak dalam karya

pelayanan dan pengabdiannya, bagaimana Vinsensius memperlakukan orang

miskin. Setiap orang beriman dapat terinspirasi dari kecintaan Vinsensius

terhadap kaum miskin bagi pelayanan kaum miskin, cacat dan berkebutuhan

khusus. Vinsensius memandang kaum miskin, cacat dan berkebutuhan khusus

sebagai pribadi yang layak mendapat perhatian, cinta dan kasih sayang yang sama

Page 70: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

51

dengan manusia pada umumnya (Tondowidjojo, 1996: 536). Semangat pelayanan

kepada orang miskin bersumber dari semangat Kristus sebagai sang pewarta Injil

kepada orang miskin. Kitab Suci mengatakan semangat dan teladan Yesus: “Roh

Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan

kabar baik kepada orang miskin” (Luk. 4: 18).

Vinsensius sungguh-sungguh menghayati spiritualitasnya untuk mencintai

dan memperhatikan orang-orang miskin, cacat dan berkebutuhan khusus,

Vinsensius memberikan seluruh hidupnya untuk berkarya dan melayani orang

miskin demi mewujudkan pertumbuhan kerajaan Allah (Tondowidjojo, 1996:

525). Karya pelayanan Vinsensius bagi orang-orang miskin, cacat dan

berkebutuhan khusus menjadi bukti nyata menyerahkan diri Vinsensius

sepenuhnya kepada kehendak Allah yang mengutusnya untuk mewartakan kabar

gembira kepada kaum miskin. Perhatian kepada kaum miskin menjadi wujud

karya yang mengangkat orang miskin, menderita dan berkebutuhan khusus supaya

mendapat keadilan dan kehidupan yang sama seperti halnya yang diterima oleh

manusia pada umumnya (Tondowidjojo, 1996: 525).

Karya dan pelayanan Vinsensius tidak pernah lepas dari orang miskin, cacat

dan berkebutuhan khusus. Vinsensius memberikan seluruh hidupnya kepada

orang-orang miskin, cacat, dan berkebutuhan khusus dengan merangkul,

mencintai, mengasuh dan melayani mereka. Pelayanan dan kepedulian kepada

kaum miskin, cacat dan berkebutuhan khusus adalah sikap dasar Allah, yang

menggoreskan jejak-jejak misi Ilahi di muka bumi melalui Yesus Kristus. Iman

dan cintakasih yang mendalam pada Tuhan mendorong Vinsensius menghasilkan

Page 71: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

52

suatu pernyataan dalam kata-kata berikut: “Evangzelizare Pauperibus Misit Me”

(Lukas 4: 18), artinya Ia mengutus aku untuk mewartakan injil kepada kaum

miskin. Pelayanan bagi orang-orang miskin, cacat dan berkebutuhan khusus

menjadi salah satu bentuk karyanya dalam mewartakan Injil (Tondowidjojo, 1996:

536).

Semangat atau spiritualitas terhadap kaum miskin dapat dilihat awalnya

pada pengalaman pertobatan Vinsensius. Ada dua pengalaman yang sangat kuat

berkaitan semangat pengabdian hidup Vinsensius bagi orang miskin. Pengalaman

Vinsensius tahun 1617, ketika selang waktu di keluarga Gondi (Romàn, 1993:

17). Pertama, pengalaman Vinsensius di Folleville melahirkan dia sebagai seorang

misionaris yang menemukan kebutuhan rohani orang miskin (Romàn, 1993: 17).

Kedua, pengalaman di Chàtillon melahirkan Vinsensius sebagai koordinator karya

cinta kasih. Pengalaman di Chàtillon menjadikan Vinsensius mengerti kebutuhan

jasmani orang miskin. Vinsensius sebagai misionaris bagi orang miskin maupun

sebagai aktor karya cinta kasih merupakan panggilan yang satu (Romàn, 1993:

17). Romàn (1993: 17) merangkum arah panggilan Vinsensius dengan penyataan:

“Rakyat miskin mati kelaparan dan masuk neraka.”

Pengalaman yang sangat menentukan bagi Vinsensius dalam menapaki

panggilannya di tengah orang miskin berangkat dari iman akan Yesus Kristus

yang mendorong dan mengobarkan Vinsensius untuk bertindak. Cinta sebagai

sumber tindakan, yang diarahkan kepada Allah dan sesama, terlebih kepada kaum

miskin dan menderita. Spiritualitas Vinsensius mengarah ada tindakan. Tindakan

Vinsensius terhadap orang miskin adalah tindakan kasih (Romàn, 1993: 93).

Page 72: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

53

Kasih kepada orang miskin inilah tindakan untuk lebih menghormati Yesus Kritus

dan meneladani-Nya secara lebih sempurna, itulah sebabnya Vinsensius berjanji

dengan tegas untuk membaktikan seluruh hidupnya untuk melayani orang miskin

(Romàn, 1993: 93). Cinta kepada sesama adalah cinta kepada Tuhan. Cinta

kepada Allah melalui sesama dihayati Vinsensius dalam semangat simplisitas,

kesederhanaan, kelembutan hati, matiraga dan penyelamatan jiwa-jiwa.

Vinsensius sangat mencintai orang miskin dan sikap ini menjadi sikap yang

paling dicintainya dan menonjol dalam semua karya usaha pengabdiannya

(Tondowidjojo, 2003: 59). Kerendahan hati adalah spiritualitas yang sangat

menonjol dalam mengasihi Allah di dalam diri orang miskin, dalam hal ini orang

yang berkebutuhan khusus. Vinsensius memiliki kepasrahan kepada

penyelenggaraan Ilahi. Vinsensius, dalam Tondowidjojo (2003: 61) mengatakan:

“Rendah hati itu terletak pada sikap yang mencintai yang hina, yang

tidak disenangi oleh orang lain, menghendaki direndahkan dan bila

anda dihina, bergembiralah demi cinta kepada Yesus.”

Semangat yang menggelora dan hidup pada diri Vinsensius pada akhirnya

hanya bisa dimengerti karena dalamnya cinta pada Tuhan: Cintailah Tuhanmu

dengan kedua belah tanganmu sampai kecapaian dan dengan butir-butir peluh

yang mengucur dari wajahmu (Tondowidjojo, 2003: 61).

Vinsensius memiliki spiritualitas terhadap orang berkebutuhan khusus

tanpak dalam kerelaannya yang mempersembahkan diri secara total kepada umat

Allah sebagai panggilan hidupnya, baik penyerahan diri sepenuhnya kedalam

persatuannya dengan Kristus maupun persembahan dirinya terhadap pelayanan

bagi orang berkebutuhan khusus, cacat dan miskin. ( Wula, 2019: 74)

Page 73: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

54

2.6. Pengertian Pendampingan

Pendampingan merupakan suatu usaha memberi pertolongan kepada orang

lain dengan sentuhan kasih, sehingga dapat menghadapi problematika hidupnya

dengan sabar, tabah, dan penuh iman. Sentuhan (touch) adalah suatu kondisi

dalam pendampingan di mana pendamping secara sungguh-sungguh membangun

relasi yang akrab dengan orang lain atau orang yang didampingi (Mayeroff,

19993:107). Pada hahekatnya pendampingan itu memberikan bantuan kepada

orang lain untuk berkembang. Pendampingan mempunyai satu tujuan dasar:

membantu orang untuk mengenal kasih sebagai suatu hal yang diterima maupun

yang diberikan (Cambell, 1994: 11). Mendampingi berarti menolong orang lain

atau orang berkebutuhan khusus untuk menumbuhkan dan mengaktualisasikan

dirinya secara penuh. Pendampingan bukan sekedar keinginan untuk peduli akan

orang tertentu, melainkan suatu proses perkembangan hubungan antara seorang

dengan yang lain melalui saling percaya, memperdalam dan memperbaharui mutu

hubungan (Mayeroff,1993:5).

Dalam pendampingan ini yang penting ialah kesediaan memasuki realitas

hidup orang lain, dengan pendekatan-pendekatan yang memadai atau sesuai untuk

menangani hal-hal yang menyakitkan maupun yang menyembuhkan, berkenan di

hati atau terlibat secara pribadi, berpartisipasi aktif dan kreatif serta ramah penuh

pengertian terhadap penderitaan orang lain. Berdasarkan beberapa pengertian di

atas dapat disimpulkan bahwa pendampingan adalah suatu usaha untuk

memberikan pertolongan kepada sesama yang menderita dengan sentuhan kasih

Page 74: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

55

dalam proses menuju keutuhan pribadi, baik sebagai makhluk ciptaan Tuhan,

maupun sebagai individu/pribadi dan sebagai makhluk sosial.

Seorang pendamping berpengaruh terhadap keberhasilan proses

pendampingan, maka pendamping harus memiliki kualifikasi tertentu, baik

kepribadian, sikap maupun ketrampilan dalam pendampingan. Sikap dan

ketrampilan dasar menjadi modal yang harus terus menerus dikembangkan dalam

pendampingan. Pendampingan kepada orang berkebutuhan khusus berfungsi

untuk menyembuhkan, meneguhkan, mendorong, mendukung, menuntun,

membimbing orang berkebutuhan khusus sehingga semakin berkembang dan

semakin percaya diri dalam perjuangan hidupnya (Clinebell, 1966:43)

2.6.1. Sikap Dasar Pendampingan

Dalam pendampingan, seorang pendamping tidak hanya cukup menguasai

teori dan pendekatan pendampingan, melainkan juga dituntut sikap yang

menunjukkan hubungan antar manusia. Dengan demikian pendamping tidak

hanya mendampingi orang berkebutuhan khusus secara teknik saja, tetapi dengan

seluruh ciri kepribadiannya. Sikap dasar pendamping yang hendaknya

dikembangkan adalah empati, sikap percaya, tulus hati, kesabaran dan intergratif.

2.6.2. Empati

Menurut Boom (1990: 5), secara harafiah empati adalah kemampuan

untuk turut merasakan. Hal ini berarti turut mengalami atau ambil bagian alam

batin orang lain, sehingga dapat memahami perasaan dan masalah yang dialami

Page 75: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

56

oleh orang lain. Dengan empati pendamping memiliki kemampuan dan kesediaan

untuk turut merasakan atau mengambil batin orang lain, memahami dan melihat

pengalaman orang lain secara utuh sesuai dengan yang dialami oleh orang

berkebutuhan khusus.

Gunarso (2000:71), menegaskan bahwa dengan berempati dengan orang

lain, seorang bisa benar-benar merasakan dan menghayati sebagai orang lain

termasuk bagaimana seorang mengamati dan menghadapi masalah dan

keadaannya.

2.6.3. Sikap Percaya

Dalam pendampingan terjadi proses komunikasi timbal balik antara

pendamping dan yang didampingi. Agar terjadi komunikasi yang efektif maka

baik pendamping maupun yang didampingi harus membangun sikap saling

percaya. Kepercayaan pendamping kepada yang didampingi akan menumbuhkan

sikap hormat terhadap pribadi yang didampingi dan menjunjung tinggi nilai

kerahasiaan. Disamping saling percaya, seorang pendamping juga percaya pada

proses, seorang pendamping harus percaya bahwa pendampingan itu

membutuhkan proses sesuai dengan irama perkembangan orang berkebutuhan

khusus (bdk. Wiryasaputra, 1995: 23).

2.6.4. Sikap Terbuka

Sikap terbuka ini hendaknya mewarnai seluruh suasana batin seorang

pendamping. Sikap terbuka ini akan menolong seorang pendamping untuk

Page 76: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

57

menghilangkan prasangka/ kecurigaan. Pembukaan diri merupakan dasar bagi

hubungan yang sehat antara dua orang. Semakin kita bersikap terbuka kepada

orang lain, semakin orang lain tersebut akan menyukai diri kita. Akibatnya, ia

akan semakin membuka diri kepada kita (Jhonson, 1995:15).

Dengan membuka diri berarti seorang pendamping menaruh perhatiaan

pada perasaanya, bersikap toleran dan menerima berbagai tingkah perbuatan

orang berkebutuhan khusus mulai dari yang negatif sampai yang positif.

2.6.5. Sikap Tulus Hati

Sikap tulus hati sebagai seorang pendamping dimengerti sebagai sikap

yang asli atau jujur terhadap diri sendiri. Dalam pendampingan berusaha melihat

suatu permasalahan secara sungguh-sungguh, melihat orang berkebutuhan khusus

yang didampingi sebagaimana adanya, tidak melihat seperti yang dikehendaki

oleh pendamping. Dengan sikap tulus hati ini akan menolong pendamping

bersikap rendah hati, tidak menyombongkan diri karena merasa diri orang yang

sempurna. Seorang pendamping berani mengakui kekurangan maupun kesalahan

yang diperbuatnya, menyadari bahwa dirinya tidak dapat mengubah kehidupan

orang lain kecuali orang yang didampingi itu sendiri. Sikap dasar ini menurut

Wiryasaputra (1995: 27), akan menolong pendamping untuk bersikap realistis

terhadap diri sendiri.

Page 77: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

58

2.6.6. Kesabaran

Seorang pendamping harus mengembangkan sikap sabar. Tanpa kesabaran

ini seorang pendamping tidak akan mampu mendampingi orang berkebutuhan

khusus dengan baik. Menurut Mayeroff (1993:29), sabar bukan berarti menunggu

secara pasif, tetapi semacam partisipasi dengan orang lain (orang yang

didampingi), dimana pendamping memberikan diri secara penuh. Dengan

bersabar ini, seorang pendamping percaya kepada pertumbuhan orang yang

didampingi, memberi kesempatan kepada diri sendiri untuk mempelajari, melihat

diri sendiri dan orang yang didampingi bertumbuh.

2.6.7. Sikap Integratif-Holistik

Sikap integratif-holistik ini memandang manusia secara keseluruhan aspek

kehidupannya. Manusia yang terdiri dari aspek fisik, mental, sosial dan spiritual

ini tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya. Saling berhubungan dan

tidak dapat dipisahkan. Sikap integratif-holistik ini menolong pendamping untuk

berpikir secara luas, sehingga mampu menggunakan seluruh potensi yang ada

baik orang berkebutuhan khusus mapun pendamping sendiri (Wiryasaputra,

1995:28).

2.7. Pengertian Orang Berkebutuhan Khusus

Orang berkebutuhan khusus adalah pribadi yang memerlukan pelayanan-

pelayanan yang secara khusus, berbeda dengan orang normal pada umumnya

(Cahya, 2013: 5-6). Orang berkebutuhan khusus mengalami hambatan dalam

Page 78: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

59

belajar, hambatan dalam beraktivitas dan perkembangannya atau dengan kata lain

orang dengan masalah belajar (Cahya, 2013: 5-6). Anak unik seringkali dijumpai

disekolah-sekolah umum (Cahya, 2013: 5-6). Orang berkebutuhan khusus adalah

orang yang mempunyai kelainan / penyimpangan dari kondisi rata-rata orang

normal pada umumnya dalam hal fisik, mental maupun karakteristik perilaku

sosialnya. (Nandiyah, 2013: 1).

Desiningrum (2016: 9) memamparkan bahwa orang berkebutuhan khusus

adalah orang yang memerlukan penanganan khusus karena adanya gangguan

perkembangan dan kelainan terhadap diri mereka. Orang berkebutuhan khusus

disebut disability. Keterbatasan orang berkebutuhan khusus terdiri dari

keterbatasan fisik yaitu tunanetra dan tunarungu; keterbatasan psikologis seperti

autis dan gangguan perilaku yang dimulai dari masa kanak-kanak (bahkan) hingga

mempengaruhi masa remaja dan dewasa, attention deficit hyperactivity disorder

(ADHD).

Kategori orang yang berkebutuhan khusus memerlukan pendidikan dan

pengasuhan secara khusus baik dari orang sekitar seperti keluarga, maupun

komunitas tertentu yang mempunyai kepedulian bagi mereka yang berkebutuhan

khusus. Salah satu komunitas yang bersedia mendidik dan mengasuh anak

berkebutuhan khusus agar orang yang berkebutuhan khusus ini mendapatkan

keadilan adalah SLB Bhakti Luhur Madiun. Komunitas menyediakan diri untuk

pendampingan dan bimbingan secara khusus agar keterbatasan yang dimiliki tidak

membuat ia terburuk, tidak berbuat kacau atau kejahatan (Utami, 2006: 6). Usaha

Page 79: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

60

komunitas bagi orang berkebutuhan bertujuan agar mereka mendapatkan kasih

yang seharusnya mereka dapatkan sebagai person.

2.8. Klasifikasi Orang Berkebutuhan Khusus

Desiningrum (2016: 7-8) mengatakan bahwa secara umum orang

berkebutuhan khusus dapat dikelompokkan menjadi tiga. Pertama, anak

berkebutuhan khusus yang mengalami gangguan fisik. Kategori pertama ini terdiri

dari tunanetra, tunarungu, dan tuna daksa. Tunanetra adalah anak yang mengalami

keterbatasan indera penglihatannya. Penglihatan tidak berfungsi (blind/low vision)

sebagaimana fungsinya mata yaitu saluran penerima informasi dalam kegiatan

sehari-hari. Tunarungu adalah anak yang kehilangan seluruh atau sebagian daya

pendengarannya sehingga tidak atau kurang mampu berkomunikasi secara verbal.

Keterbatasan ketiga yang masuk dalam kategori gangguan fisik adalah tunadaksa,

yaitu orang yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada alat gerak

(tulang, sendi dan otot).

Kedua, anak berkebutuhan yang mengalami gangguan emosi dan perilaku

yaitu tunalaras, tunawicara, hiperaktif. Tunalaras adalah anak yang mengalami

mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dan bertingkah laku sebagaiana

orang normal pada umumnya. Tunawicara adalah anak berkebutuhan khusus

karena adanya gangguan komunikasi seperti kelainan suara, artikulasi

(pengucapan) atau kelancaran bicara yang mengakibatkan terjadi penyimpangan

bentuk bahasa, isi bahasa atau fungsi bahasa.Hiperaktif adalah kelompok anak

yang mengalami ganggu tingkah laku yang disebabkan disfungsi neurologis.

Page 80: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

61

Gejala utama Hiperaktif adalah ketidakmampuan untuk mengendalikan gerakan

dan memusatkan perhatian.

Kategori anak berkebutuhan khusus yang terakhir (ketiga) adalah gangguan

intelektual, yaitu tunagrahita, slow leaner, anak berbakat, autisme, indigo.

Tunagrahita adalah anak yang sulit belajar hal tertentu yaitu orang yang secara

nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan mental intelektual

jauh dibawah rata-rata, sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas

akademik, komunikasi maupun sosial.Slow leaneradalah kategori orang yang

lamban belajar, yaitu orang yang memiliki intelektual sedikit di bawah normal

tetapi belum termasuk tunagrahita (biasanya memiliki IQ 70-90). Kelompok lain

yang masuk dalam keterbatasan intelektual adalah orang berkesulitan belajar hal

tertentu, seperti membaca, menulis, berhitung. Orang berbakat adalah orang yang

memiliki kecerdasan luar biasa yaitu kecerdasan di atas orang-orang seusianya

sehingga untuk mewujudkan potensinya memerlukan pelayanan pendidikan

khusus. Autisme adalah kategori anak yang mengalami gangguan perkembangan

pada sistem syaraf pusat yang mengakibatkan gangguan dalam interaksi sosial,

komunikasi dan perilaku. Kelompok keterbatasan yang terakhir dari gangguan

intelektual adalah indigo yaitu orang yang mempunyai kelebihan khusus yang

tidak dimiliki manusia pada umumnya.

2.9. Pendampingan terhadap Orang Berkebutuhan Khusus

Terdapat bermacam-macam bentuk pengabdian kepada kehidupan. Salah

satu bentuk pengabdian kepada kehidupan adalah mendidik dan mendampingi

Page 81: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

62

orang-orang berkebutuhan khusus. Orang berkebutuhan khusus adalah amanah

Tuhan yang Maha Kuasa yang harus dijaga, dirawat, dan dipenuhi haknya untuk

itu orang tua, keluarga, pendamping dan masyarakat perlu menerima keberadaan

orang berkebutuhan khusus dengan ikhlas dan memberikan perhatian dan

pendampingan kepada mereka (Winarsih, 2013:11).

Pelayanan terhadap orang berkebutuhan khusus, miskin dan menderita

merupakan tugas yang tiada henti, orang berkebutuhan khusus merupakan orang

yang membutuhkan perhatian ekstra dari orang-orang di sekitarnya baik

pendamping, kerabat maupun teman-teman sebayanya. Orang berkebutuhan

khusus mempunyai kebutuhan khusus tidak harus dijauhi atau dihindari

melainkan perlu didekati dan diberikan pendampingan, supaya potensi-potensi

yang ada dalam diri orang berkebutuhan khusus dapat berkembang dengan baik,

bagi orang berkebutuhan khusus suatu pendampingan merupakan hal yang sangat

dibutuhkan. Dalam hal belajarpun orang berkebutuhan khusus harus diberikan

sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan mereka sesuai dengan kebutuhan

yang dapat menunjang keberhasilan belajar, khususnya untuk membantu

perkembangan fisik maupun mental menjadi lebih baik (Fadlillah, 2019: 158)

Pelayanan atau pendampingan bagi orang berkebutuhan khusus, menderita

dan miskin merupakan suatu panggilan. Panggilan melayani orang miskin

hendaknya diterima dengan penuh syukur. Pelaksananaan panggilan di tengah

orang miskin mencakup pelayanan atau pewarta kabar gembira bagi orang miskin.

Tugas melayani atau mewartakan dalam tindakan kasih terhadap mereka yang

miskin bukan pilihan dan kemauan diri sendiri tetapi karena panggilan Allah

Page 82: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

63

untuk bekerja di kebun anggur-Nya (Prasetya, 2007: 64). Sebagai pendamping

orang berkebutuhan khusus, seorang pendamping perlu memiliki pengetahuan

tentang berbagai jenis dan tingkat kelainan orang berkebutuhan khusus,

diantaranya adalah kelainnan fisik, mental, intelektual, sosial dan emosional,

memiliki kemampuan melihat kelainan anak berkebutuhan khusus merupakan hal

penting, sebagai kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh pendampin orang

berkebutuhan khusus agar dapat memberikan pelayanan dan pendampingan

kepada orang berkebutuhan khusus secara penuh dan maksimal (Johnson,

2004:32)

Peran sebagai pendamping orang berkebutuhan khusus, dalam kasus ini

adalah orang berkebutuhan khusus, tentu mengharuskan pendamping untuk

mampu mengelolanya dengan baik, seorang pendamping perlu meningkatkan

kualitas pendampingan bagi anak didiknya yang berkebutuhan khusus, peran

berbagai pihak terkait dibutuhkan demi meningkatkan kualitas pendampingan

terhadapan orang berkebutuhan khusus (Tirtayani, 2018: 27)

2.10. Jenis-Jenis Pendampingan terhadap Orang Berkebutuhan Khusus

Orang berkebutuhan khusus adalah orang yang memerlukan

pendampingan secara khusus, Orang berkebutuhan khusus adalah orang yang

mempunyai kelainan / penyimpangan dari kondisi rata-rata orang normal pada

umumnya dalam hal fisik, mental maupun karakteristik perilaku sosialnya.

(Nandiyah, 2013: 1). Sehingga diperlukan berbagai jenis pendampingan yang

dapat digunakan dalam menangani atau mendampingi orang berkebutuhan

Page 83: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

64

khusus. Pengetahuan dan ketrampilan seorang pendamping dalam mendampingi

orang berkebutuhan khusus sangat diperlukan agar dapat memberikan

pendampingan dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan orang yang di dampingi.

Jenis pendampingan terhadap orang berkebutuhan khusus yang dapat

dilakukan oleh seorang pendamping adalah memahami kesulitan, keterbatasan

dan hambatan-hambatan yang dialami oleh orang berkebutuhan, berusahalah

untuk tidak membandingkan orang berkebutuhan khusus dengan orang-orang

normal pada umumnya (Lisinus, 2020: 153).

Winarsih ( 2013:10-21), memberikan beberapa jenis pendampingan

terhadap orang berkebutuhan khusus antara lain:

Memberikan pendampingan dengan cinta dan kasih sayang

Membiasakan diri untuk selalu memberikan perhatian kepada

orang berkebutuhan khusus/ berinteraksi

Mengajarkan sesuatu secara bertahap dan berulang-ulang

Harus selalu memberikan contoh sikap dan perilaku yang baik

Memberikan pendampingan maksimal

Membangun suasana emosi positif dalam pendampingan, sehingga

yang didampingi merasa dirinya lebih diterima

Memberi perintah yang efektif dan langsung ke tujuan

Mencari tau kebutuhan orang berkebutuhan khusus sesuai dengan

perkembangannya

Memberikan stimulasi secara konsisten

Menghargai pencapaian hasil belajar mereka

Page 84: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

65

Pendampingan lansung

Pendampingan menggunakan media gambar

Pendampingan menggunakan audio visual/ video

Pendampingan dengan aksi nyata

Pendampingan dengan kelapangan langsung

2.10.1. Media Gambar

Media gambar adalah suatu media visual yang hanya bisa dilihat saja, akan

tetapi tidak mempunyai unsur audio atau suara. Media gambar adalah sebuah

gambar yang berkaitan dengan materi pelajaran yang berguna untuk

menyampaikan pesan dari guru kepada siswa (Arief, 2003:21). Media gambar

membantu siswa untuk mengungkapkan informasi yang terkandung dalam

masalah sehingga hubungan antar komponen dalam masalah tersebut bisa terlihat

dengan lebih jelas. Media gambar juga sebagai alat bantudalam kegiatan belajar

yang memberikan pengalaman visual kepada anak guna mendorong motivasi

belajar dan mempermudah konsep yang kompleks dan abstrak menjadi lebih

sederhana, konkret dan mudah dipahami.

Sudjana (2007: 68), pengertian media gambar adalah media visual dalam

bentuk grafis. Media grafis didefinisikan sebagai media yang mengkombinas

ikan fakta dan gagasan secara jelasdan juga kuat melalui suatu kombinasi

pengungkapan kata-kata dan gambar-gambar. Media gambar adalah berbagai

peristiwa atau kejadian, objek yang dituangkan dalam bentuk gambar-gambar,

garis, kata-kata, simbol-simbol maupun gambaran. Media gambar adalah

Page 85: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

66

perwujudan lambang dari hasil peniruan-peniruan benda-benda, pemandangan,

curahan pikir atau ide-ide yang divisualisasikan kedalam bentuk dua dimensi.

2.10.2. Media Video

Media video merupakan media pembelajaran yang paling tepat dan akurat

dalam menyampaikan pesan dan akan sangat membantu pemahaman peserta

didik. Dengan adanya media video, peserta didik akan lebih paham dengan materi

yang disampaikan pendidik melalui tayangan sebuah film yang diputarkan. Video

merupakan serangkaian gambar gerak yang disertai suara yang membentuk suatu

kesatuan yang dirangkai menjadi alur, dengan pesan-pesan didalamnya untuk

keercapaian tujuan pembelajaran yang disimpan dengan proses penyimpanan pada

media pita atau disk (Arysad, 2004: 36). Media video adalah gambar gerak yang

terdapat serangkaian alur dan menampilkan pesan dari bagian sebuah gambar

untuk tercapainya tujuan pembelajaran.

Tujuan dari jenis-jenis pendampingan terhadap orang berkebutuhan adalah

meningkatkan pemahaman pendamping agar dapat melaksanakan proses

pendampingan kepada orang berkebutuhan dengan baik dan maksimal, jenis-jenis

pendampingan yang digunakan dalam proses pendampingan akan memberikan

hasil yang maksimal dalam menjawab kebutuhan orang berkebutuhan khusus

yang didampingi.

Pendamping merupakan gembala bagi orang berkebutuhan khusus, cacat

dan menderita, peran dan tanggungjawab seorang pendamping dapat

mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang baik didalam diri orang berkebutuhan

Page 86: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

67

khusus, cacat dan miskin. Peran pendamping sangat penting bagi orang

berkebutuhan khusus, pendampingan inklusif merupakan pendampingan khusus

bagi orang berkebutuhan khusus. ( Darmono, 2015: 156).

Melalui kebangkitan-Nya Yesus menepati janji-Nya untuk memberikan

pendampingan yang setia kepada para rasul. Janji itu dipenuhi melalui Pentakosta.

Pengalaman dalam peristiwa Pentakosta merupakan awal kebangkitan hidup

persekutuan orang beriman kepada Yesus yang disebut Gereja (Kis 2: 1-13) Yesus

telah memberikan pendampingan kepada manusia melalui bimbingan Roh Kudus

( Soenarto, 2010: 19-20).

2.11. Semangat apa saja yang dibutuhkan dalam pendampingan bagi orang

Berkebutuhan Khusus

Semangat merupakan pedoman dasar hidup manusia. Dengan semangat

spiritual, manusia tidak lagi hidup berdasarkan kebutuhan-kebutuhan fisik,

keamanan, sosial, ego dan realisasi diri. Manusia hidup berdasarkan Roh Allah.

Dengan Roh Allah manusia mendapatkan inspirasi kreatif untuk terus-menerus

menemukan cara-cara baru demi menyempurnakan diri, misi dan peran serta

melaksanakan hidup spiritual dengan penuh semangat dan gairah. Motivasi hidup

manusia menjadi murni dan hanya diarahkan kepada satu tujuan yakni Allah

(Hardjana, 2005:99-100).

Dengan semangat, manusia mendapatkan daya tahan untuk mengatasi

berbagai bentuk kesulitan dan halangan dalam melaksanakan tugas dan karya.

Dengan semangat pula manusia dimampukan untuk menjadi lebih baik dan

Page 87: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

68

berkualitas sebagai pribadi dan pemegang peran tertentu. Manusia diarahkan

untuk tidak mudah putus asa dan menyerah pada tantangan karena yang dikejar

adalah hal yang teramat luhur, yaitu kesatuan dengan Allah dan bekerja sama

dengan-Nya dalam melaksanakan tugas pendampingan kepada orang

berkebutuhan khusus. Manusia yang melakukan tugas dengan semangat akan

melaksanakannya dengan ketekunan, tangguh, tegar, tabah, berani, murah dan

besar hati, penuh gairah (Hardjana, 2005:100-101).

Semangat yang diperlukan bagi seorang pendamping yang harus dimiliki.

Pada bagian ini akan diuraikan beberapa hal yang berkaitan dengan semangat

seorang pendamping sebagai berikut:

2.11.1. Pengorbanan

Dalam KKBI (1995:595) dikatakan bahwa pengorbanan berasal dari kata

korban yang berarti persembahan. Pengorbanan berarti pemberian untuk

menyatakan kebaktian. Dengan demikian pengorbanan merupakan tindakan yang

mengandung unsur keikhlasan tanpa mengharapkan suatu imbalan maupun

pamrih dari orang lain. Semangat pengorbanan perlu dimiliki oleh seorang

pendamping orang berkebutuhan, dengan semangat pengorbanan seorang

pendamping dapat memberikan pelayanan dengan maksimal dan dengan penuh

cinta. Pendampingan bagi orang berkebutuhan khusus menjadi bukti nyata

seorang pendamping yang memiliki semangat untuk rela berkorban bagi orang-

orang kecil, miskin dan berkebutuhan khusus. Bentuk pengorbanan yang

dilakukan oleh pendamping orang berkebutuhan khusus adalah dengan

membuktikan diri mampu menjagkau hal-hal yang sulit dijangkau oleh manusia

Page 88: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

69

pada umumnya. Hal-hal yang sulit dijangkau manusia pada umumnya adalah

kemampuannya dalam melayani dan mendampingi orang-orang berkebutuhan

khusus. Pada akhirnya orang berkebutuhan khusus memperoleh keadilan dan

kehidupan yang layak seperti manusia pada umumnya (bdk. Tondowidjojo, 1996:

525).

Pengorbanan diri seorang pendamping tidak akan pernah sebanding

dengan bentuk pengorbanan yang diberikan Kristus bagi umat-Nya. Namun

seorang pendamping orang berkebutuhan khusus telah menjadi bukti nyata bahwa

manusia pada dasarnya bisa saling memperhatikan, saling mencintai dan saling

melengkapi satu dengan yang lain antar sesama (bdk. Rumahorbo, 2011: 24-25).

2.11.2. Pelayanan

Thomas P. Rausch (2001) berpendapat “pelayanan adalah kata Yunani

diakonia yang diturunkan dari kata diakonos, “hamba”, “pelayan”. Kata diakonia

diterjemahkan dalam bahasa latin menjadi ministerium. Dari kata itu mendapatkan

kata Inggris “ministry”. Pelayanan adalah tugas demi komunitas Kristiani; seperti

setiap karunia spiritual atau karisma, maksud pelayanan dan pendampingan adalah

untuk pembangunan Gereja.”

Keterarahan dan keberpihakan kepada kaum miskin, orang berkebutuhan

khusus dan orang terlantar adalah sikap dasar Allah. Keterarahan dan

keberpihakan kepada orang berkebutuhan khusus tersebut pula menjadi salah satu

semangat pelayanan seorang pendamping kepada orang berkebutuhan khusus

dalam menghadirkan cinta dan kasih Allah yang mendalam kepada semua orang

di dunia. Pelayanan bagi orang berkebutuhan khusus menjadi salah satu bentuk

Page 89: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

70

karya dalam mewartakan injil (bdk. Tondowidjojo, 1996: 536). Tindakan

pelayanan yang diberikan pendamping kepada orang yang berkebutuhan khusus

merupakan bentuk pelayanan cinta kasih yang mendalam dilakukan dengan

ketulusan hati nuraninya dalam melayani sesama yang membutuhkan. Orang

berkebutuhan khusus tidak lagi merasakan hidup tanpa diperhatikan, mereka

diperlakukan secara pantas (bdk. Rumahorbo, 2011: 132-133).

2.11.3. Kesabaran

Seorang pendamping harus mengembangkan sikap sabar. Tanpa kesabaran

ini seorang pendamping tidak akan mampu mendampingi orang berkebutuhan

khusus dengan baik. Menurut Mayeroff (1993:29), sabar bukan berarti menunggu

secara pasif, tetapi semacam partisipasi dengan orang lain (orang yang

didampingi), dimana pendamping memberikan diri secara penuh. Dengan

bersabar ini, seorang pendamping percaya kepada pertumbuhan orang yang

didampingi, memberi kesempatan kepada diri sendiri untuk mempelajari, melihat

diri sendiri dan orang yang didampingi bertumbuh. Kesabaran yang dimiliki oleh

seorang pendamping akan melahirkan cinta dan kasih yang mendalam kepada

orang yang didampingi, sabar untuk mendidik dan merawat orang yang

berkebutuhan khusus merupakan bentuk nyata cinta kasih yang mendalam kepada

orang yang menderita.

Page 90: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

71

2.11.4. Ketekunan

Dalam KKBI (2008: 1423) dikatakan bahwa ketekunan berasal dari kata

tekun yang berarti kesungguhan. Ketekunan berarti kesungguhan dengan penuh

semangat dalam melaksanaan tugas dan panggilan sebagai pelayan Tuhan.

Ketekunan merupakan kemampuan seseorang untuk fokus pada pekerjaan yang

digeluti sehingga mampu menghasilkan maha karya monumental yang dapat

dikenang sepanjang zaman.

Ketekunan dapat dimaknai sebagai kegigihan seseorang dalam

menghayati, menekuni, mendalami, menjiwai, menyeriusi suatu pekerjaan hingga

pekerjaan tersebut menghasilkan suatu yang bernilai tinggi, bahkan harganya

tidak dapat lagi dinilai dengan uang. Ketekunan merupakan upaya secara

sungguh-sungguh yang disungguhkan oleh seseorang dalam melaksanakan suatu

pekerjaan hingga melupakan pekerjaan lainnya. Keseriusan dalam melaksanakan

pekerjaan itulah yang dapat dimaknai sebagai ketekunan. Ketekunan merupakan

suatu keadaan psikologis seseorang dalam mengerjakan suatu pekerjaan secara

fokus, totalitas, tanpa mengenal lelah, tanpa mengenal menyerah, tahan banting,

tidak akan pernah berhenti berinovasi hingga mendapatkan hasil yang maksimal,

terkenang sepanjag zaman (Busro, 2018: 125).

2.11.5. Kegembiraan

Dalam KKBI (2008: 1423) dikatakan bahwa kegembiraan berasal dari kata

gembira yang berarti kesenangan hati, bahagia. Bahagia berarti senang,

bersukacita, riang dan bangga. Dengan gembira melakukan tugas pelayanan

Page 91: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

72

kepada orang yang berkebutuhan khusus, miskin dan menderita seorang

pendamping akan mengalami sukacita dan kebahagiaan sehingga dapat

melaksanakan tugas pendampingan dengan penuh cinta, dengan penuh kasih

sayang dan dengan penuh semangat dalam memberikan pendampingan yang

maksimal.

Kegembiraan adalah inti kehidupan. Yakni kehidupan jasmani dan rohani.

Kegembiraan merupakan bagian integral seluruh realitas. Kegembiraan

menghadirkan rasa bersyukur dan bahagia atas apa yang telah dilaksanakan,

kegembiraan membuat suasana hati merasa senang dan sukacita terhadap

pelayanan yang diberikan kepada sesama. Membantu orang lain, bergabung

bersama mereka untuk menciptakan kesejahteraan merupakan suatu kegembiraan

dalam tugas dan pelayanan, kegembiraan yang mendalam melihat setiap aspek

kehidupan kita seperti apa adanya sebuah anugrah (Levin, 1970: 169).

2.11.6. Cinta kasih

Cinta kasih adalah rahasia Allah yang terdalam dan sikap Allah yang

terdalam. Cinta kasih itu suatu perintah, ini tidak hanya menyangkut cinta kasih

terhadap Tuhan saja, tetapi juga terhadap sesama demi cinta kasih kepada Tuhan.

Cinta kasih seperti ini adalah hal yang begitu luhur sehingga akal budi manusia

tidak sampai untuk bisa mengertinya. Manusia memerlukan penerangan Ilahi

untuk dapat mengukur ketinggian, kedalaman, keluasan dan keharuman dari cinta

kasih itu. Manusia harus sepenuhnya menyerahkan diri kepada Tuhan untuk

membiarkan kebenaran ini meresap dalam dirinya sehingga seluruh tingkah laku

Page 92: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

73

manusia ditentukan olehnya. Tuhan telah memilih kita sebagai alat untuk cinta

kasih Bapa yang amat luas itu. Ia ingin supaya cinta kasih ini tersebar ke seluruh

dunia dan berakar dimana-mana.

Bila orang-orang miskin membutuhkan dari kita sesuatu, maka dapatlah

terjadi bahwa seseorang menjadi tak puas karena kita tidak bisa setiap saat begitu

saja siap. Cinta kasih yang bijaksana dimulai dari diri sendiri, keadilan menuntut

diri kita tidak hanya melayani orang-orang lain, tetapi juga memperhatikan hidup

spiritual kita sendiri. Hendaknya beberapa waktu disediakan untuk orang-orang

miskin dan janganlah tertarik pada percakapan-percakapan orang begitu saja.

Tetapi kerjakanlah apa yang harus dilakukan, kita harus melayani orang-orang

miskin. Hati yang tersentuh oleh cinta kasih yang mengerti apa artinya mencintai

Tuhan, mencintai orang miskin, berkebutuhan khusus dan sesama ( Tondowidjojo,

2003: 7-37).

2.12. Yayasan Bhakti Luhur, Madiun

Yayasan Bhakti Luhur didirikan di Madiun pada tanggal 5 Agustus 1959

oleh romo Paul Janssen, CM untuk menangani serta melayani orang berkebutuhan

khusus, miskin dan terlantar (Gaudium in Christo, 2007: 85-86). Orang-orang

berkebutuhan khusus perlu mendapat perawatan dan pelatihan serta pelayanan

yang serius. Romo Paul Janssen, CM juga mendirikan sebuah sekolah

pembangunan masyarakat dengan tujuan membangun dan melayani masyarakat

dan bukan semata-mata mendapat ijazah (Gaudium in Christo, 2007: 85-86).

Selain sekolah pembangunan masyarakat, juga didirikan Sekolah Luar Biasa

Page 93: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

74

(SLB) yang dikelola oleh Yayasan Bhakti Luhur Madiun dan bertujuan untuk

mendidik orang-orang miskin, menderita dan berkebutuhan khusus (Rurit,

2007:89-90).

2.12.1. Visi dan Misi Yayasan Bhakti Luhur Madiun

Visi Yayasan Bhakti Luhur Madiun adalah memanusiakan manusia,

khususnya orang-orang berkebutuhan khusus, orang-orang cacat dan terlantar,

untuk menjadi manusia yang beriman, bertaqwa, dan mandiri dalam hidup

bermasyarakat sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya (Gaudium in Christo,

2007: 125). Demi mewujudkan visi yayasan yang memberi perhatian khusus

terhadap orang-orang berkebutuhan khusus, maka Yayasan Bhakti Luhur Madiun

memiliki lima misi.

Pertama, menampung anak-anak cacat dan terlantar sesuai dengan jenis

kecacatannya. Kedua, mendampingi para penyandang cacat dan terlantar melalui

kegiatan-kegiatan atau latihan-latihan sesuai dengan kebutuhan setiap anak,

seperti membantu diri (mandi, makan, berpakaian, ke toilet. Hal lain yang

berkaitan dengan bagian kedua adalah pekerjaan kerumahtanggaan sederhana

(menyapu, mengepel dan mencuci), dan mengajari ketrampilan khusus (membuat

tempe dan keterampilan lainnya). Ketiga, mendidik anak-anak cacat melalui

pendidikan formal di SLB. Keempat, mengusahakan agar anak-anak terlantar

normal mendapatkan pendidikan lanjut usia sesuai dengan kemampuan anak, dan

panti. Kelima, mendampingi para lansia terlantar dan cacat untuk menemukan

Page 94: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

75

kebahagiaan di hari tua, dan mempersiapkan lansia untuk menghadapi hari

kematiannya.

2.12.2. SLB Bhakti Luhur Madiun.

Sekolah Luar Biasa (SLB) Bhakti Luhur Madiun adalah sekolah yang

dikelola oleh Yayasan Bhakti Luhur Madiun dan khusus untuk mendidik orang-

orang yang berkebutuhan khusus. Istilah Bhakti berasal dari kata „Bhaj‟ yang

berarti keterikatan pada Allah (Gaudium in Christo, 2007: 125-126). Menurut

artinya, Bhakti adalah suatu sikap, kegiatan pemberian diri, penyerahan diri

seutuhnya untuk melayani Allah dan sesama, mengasihi untuk mengasihi, artinya

tidak ada tujuan lain, tidak mencari kepuasan untuk diri, tidak mencari

keuntungan, tidak mencari imbalan, selain perbuatan kasih. Hidup bhakti adalah

kasih, mutiara yang untuk mendapatkannya segala sesuatu di jual (Luk. 22: 19).

Bhakti adalah praktek kasih demi mengasihi. Pembhakti menginginkan kasih dan

hanya kasih (Gaudium in Christo, 2007: 125-126). Pemberian diri, penyerahan

diri demi kasih Allah. Allah adalah kasih, kasih abadi, sumber segala kasih,

pemberian diri yang abadi. Untuk pembhakti kasih adalah Tuhannya yang paling

tinggi dan sempurna. Tuhan adalah gerakan abadi cinta kasih (Gaudium in

Christo, 2007: 125-126).

Sekolah Luar Biasa didirikan khusus bagi orang berkebutuhan khusus,

cacat, miskin dan menderita, SLB ini dikelola oleh Yayasan Bhakti Luhur dengan

tenaga pendidiknya adalah para suster yang melayani dengan penuh cinta kasih

dan bersumber dari semangat Vincensius dalam melayani orang-orang yang

Page 95: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

76

berkebutuhan khusus, miskin dan menderita. Bhakti Luhur merupakan tempat

untuk menolong orang-orang yang cacat, menderita dan berkebutuhan khusus

paling besar di Indonesia. Cinta kasih, bukan belas kasihan, yang membawa

harapan. Murid Kristus percaya saat kasih diutamakan, pengetahuan dan keahlian

akan datang dengan sendirinya melalui sikap pelayanan yang tulus kepada Allah

dan sesama (Gaudium in Christo, 2007: 113).

Page 96: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

77

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Sub bahasan yang dibahas

dalam metodologi penelitian terdiri dari: pengertian metodologi penelitian

kualitatif; tempat dan waktu penelitian; responden penelitian dan teknik memilih

responden; teknik penelitian; indikator penelitian dan pedoman wawancara;

metode analisa data penelitian; dan penulisan laporan hasil penelitian.

3.1. Pengertian Metologi Penelitian Kualitatif

Metodologi penelitian kualitatif adalah salah satu cara untuk mengumpulkan

dan mengolah data di lapangan. Penelitian kualitatif mencoba untuk mengangkat

makna di balik gejala-gejala atau realitas yang hendak diteliti. Penelitian ini

menggunakan instrumen untuk menggali secara mendalam realitas yang ingin

diketahui persoalannya. Instrumen utama dalam penelitian kualitatif adalah

peneliti itu sendiri, sedangkan responden penelitian adalah orang yang dianggap

punya kapasitas memberikan jawaban terkait persoalan yang diteliti. Teknik

pengumpulan dan pengembangan data dilakukan secara triangulasi sumber (bdk.

Sugiyono, 2009: 15-16). Pengumpulan dan pengembangan data secara triangulasi

sumber adalah cara mengumpulkan data dari beragam sumber data yang plural,

sehingga data lebih asli (bdk. Sutopo, 2006: 139).

Page 97: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

78

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1. Tempat Penelitian

Penelitian karya ilmiah ini dilakukan di Panti Asuhan Bhakti Luhur yang

beralamat di jalan Ahmad Yani No. 17 Madiun - Jawa Timur. Sesungguhnya

Panti Asuhan Bhakti Luhur sebagai rumah kasih bagi anak-anak berkebutuhan

khusus, yaitu sudah tersebar di Kota di Indonesia. Panti Asuhan Bhakti Luhur –

Madiun merupakan salah satu bukti nyata implementasi spiritualitas Vinsensius

melalui Romo Janssen (Gaudium in Christo, 2007: 84-91). Panti Asuhan Bhakti

Luhur sangat dekat dengan tempat dimana peneliti menjalani pendidikan jenjang

perguruan Tinggi di STKIP Widya Yuwana – Madiun, sehingga secara finansial

sangat efisien dan efektivitas kerja terbuka lebar.

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian disesuaikan dengan pengajuan surat

penelitian yakni bulan Juli 2019 dan pertemuan untuk wawancara yang telah

disetujui antara peneliti dengan responden. Pada Kenyataannya penelitian

dilaksanakan pada 16-18 Juli 2019 dan 26 Oktober 2020. Pada saat proses

penelitian ini, peneliti menghabiskan waktu selama kurang lebih satu bulan untuk

berkonsultasi kepada pimpinan Panti Asuhan Bhakti Luhur Madiun, sehingga

peneliti dapat melaksanakan wawancara dengan responden pada tanggal 16-18

Juli 2019 dan 26 Oktober 2020. Peneliti memanfaatkan waktu semaksimal

mungkin, agar tidak terlalu lama untuk melaksanakan penelitian.

Page 98: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

79

3.3. Responden Penelitian dan Teknik Memilih Responden

3.3.1. Responden Penelitian

Responden dalam penelitian karya ilmiah ini adalah para pengasuh,

pendamping, dan pendidik yang bertanggungjawab secara moral dan materi di

Panti Asuhan Bhakti Luhur. Para pendamping terdiri dari dua kelompok yaitu

para suster ALMA (Asosiasi Lembaga Misionaris Awam), dan para pengasuh

(perawat). Responden yang bervariatif memberikan gambaran realitas yang lebih

lengkap, memperkaya, menyeluruh dan mendalam. Reponden penelitian adalah

pendamping SLB Bhakti Luhur Madiun yang berada di luar SLB Bhakti Luhur

dan berada di dalam SLB Bhakti Luhur Madiun.

3.3.2. Teknik Memilih Responden

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil 7 responden dari pendamping

SLB Bhakti Luhur Madiun. Pada tahap ini peneliti sudah menyiapkan kriteria

yang melatarbelakangi pemilihan responden. Setelah itu peneliti berkonsultasi

dengan dosen pembimbing dan suster pimpinan ALMA mengenai responden yang

akan diteliti dengan kriteria yang telah disiapkan. Dari hasil konsultasi tersebut,

dosen pembimbing merekomendasikan penulis untuk dapat memilih responden

yang dapat memahami spiritualitas Vinsensius.

Setelah mendapat rekomendasi dari pembimbing, penulis kembali

mendatangi pimpinan ALMA untuk konsultasi mengenai responden yang akan

diteliti, penulis juga menyampaikan judul penelitian kepada Suster pimpinan

Page 99: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

80

ALMA sebagai bahan pertimbangan bagi Suster pimpinan dalam memilih

responden dan kapan penulis dapat melaksanakan penelitian dan wawancara

kepada responden pada tanggal 16 juli 2019 di SLB Bhakti Luhur Madiun.

Setelah penulis menemui Suster pimpinan ALMA yaitu suster Regina, penulis

diminta untuk menunggu keputusan dari Suster pimpinan ALMA untuk

memberikan data responden yang akan diwawancarai. Pada tanggal 17 Juli 2019

pukul 19.20 WIB, penulis menerima pesan whatsaap dari Zenty salah satu

pendamping di SLB Bhakti Luhur Madiun bahwa penulis boleh melaksanakan

penelitian/ wawancara pada tanggal 16-18 Juli 2019 dan penelitian tambahan

setelah sidang pada tanggal 26 Oktober 2020.

Teknik yang digunakan untuk memilih responden penelitian adalah

purposive sampling. Peneliti menggunakan teknik purpose sampling adalah

teknik memilih responden dengan beberapa alasan mendasar dan atas

pertimbangan kriteria tertentu yang telah disiapkan oleh peneliti, yaitu: 1)

pendamping yang memahami spiritualitas Vinsensius, 2) pendamping yang aktif

dalam pendampingan di SLB Bhakti Luhur Madiun. Alasan peneiliti memilih

teknik Purposive Sampling, karena teknik ini lebih menekankan bahwa responden

yang dipilih harus memahami dan mengerti tentang apa yang diharapkan oleh

peneliti. Informasi yang didapat dalam penelitian ini menjadi tolak ukur sejauh

mana spiritualitas Vinsensius diimplementasikan. Suster dan para pendamping

anak Panti Asuhan Bhakti Luhur telah berpengalaman mengasuh, mendampingi

dan mendidik anak-anak berkebutuhan khusus yang ada sana. Panti Asuhan

Bhakti Luhur sangat mudah dijangkau oleh peneliti karena masih satu kota

Page 100: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

81

dengan STKIP Widya Yuwana dimana peneliti kuliah, sehingga lebih ekonomis

tanpa mengurangi kualitas data.

3.4. Indikator, Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

3.4.1. Indikator dan Instrumen Penelitian

Peneliti adalah instrumen dalam penelitian kualitatif (bdk. Sugiyono, 2009:

305). Instrumen sangat menentukan kualitas hasil penelitian selain kualitas

pengumpulan data, maka, peneliti harus divaliditasi (bdk. Sutopo, 2006: 67).

Validitas instrumen penelitian kualitatif bergantung pada pemahaman peneliti

tentang metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan bidang yang diteliti,

kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian baik siap secara akademik

maupun logistiknya (pendanaan) (bdk. Sugiyono, 2009: 305). Alat bantu

penelitian kualitatif adalah indikator dan instrumen-instrumen penelitian yang

dipakai untuk mengumpulkan data dengan cara wawancara. Indikator dan

instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ditunjukkan dalam tabel

berikut:

No Indikator Instrumen

1

Isi Spiritualitas

Vinsensius A. Paulo

1.1. Menurut Anda siapakah Santo Vinsensius

A. Paulo?

1.2. Apa isi spiritualitas Vinsensius A Paulo?

Jelaskan menurut sepengetahuan Anda!

1.3. Apakah Anda mengetahui 5 keutamaan St.

Vinsensius? Jelaskan!

Page 101: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

82

2

3

Makna

pendampingan bagi

Orang Berkebutuhan

Khusus

2.1. Menurut Anda, siapakah yang dimaksud

dengan orang yang berkebutuhan khusus?

2.2. Bagi Anda, apa arti pendampingan orang

berkebutuhan khusus?

2.3. Jenis-jenis pendampingan seperti apa yang

diberikan kepada orang berkebutuhan

khusus?

2.4. Semangat seperti apa yang diperlukan bagi

pendampingan orang berkebutuhan

khusus?

3

Usaha SLB Bhakti

Luhur Madiun dalam

menerapkan

spiritualitas

Vinsensius A. Paulo

3.1. Menurut Anda, spiritualitas Vinsensius

mana yang dapat diterapkan bagi orang

berkebutuhan khusus?

3.2. Menurut Anda, apa makna spiritualitas

Vinsensius A. Paulo bagi orang

berkebutuhan khusus?

3.3. Bagaimana SLB Bhakti Luhur menghayati

spiritualitas Vinsensius A. Paulo?

3.4. Kesulitan-kesulitan apa yang Anda dialami

dan ditemukan dalam menerapkan

spiritualitas Vinsensius A. Paulo bagi

orang berkebutuhan khusus di SLB Bhakti

Luhur?

Page 102: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

83

3.5. Apa upaya yang selama ini dilakukan SLB

Bhakti Luhur dalam mengatasi kesulitan

menghayati spiritualitas Vinsensius A.

Paulo bagi orang berkebutuhan khusus di

SLB Bhakti Luhur?

3.4.2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan peneliti untuk

mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian. Pengumpulan data

menyangkut tempat, subjek dan aktivitas subjek. Tempat penelitian yang dipilih

adalah tempat alamiah yaitu dengan berbagai responden (bdk. Sugiyono, 2009:

308). Sumber data penelitian berasal sumber data primer yakni manusia atau

responden, sedangkan cara memperoleh data dilakukan dengan wawancara (bdk.

Sutopo, 2006: 67)

Esterberg (2002) mendefinisikan wawancara (interview) sebagai

pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,

sehingga dapat dikonstruksi makna dalam suatu topik tertentu (bdk. Sugiyono.

2009: 317). Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

interaktif yaitu wawancara mendalam, yang bersifat terbuka yakni pertanyaan-

pertanyaan diajukan kepada responden memungkinkan menggali jawaban yang

luas dan mendalam dari padangan subyektif responden tentang banyak hal yang

sangat bermanfaat untuk menjadi dasar bagi penggalian informasinya secara lebih

jauh, lebih lengkap dan mendalam (bdk. Sutopo, 2006: 69).

Page 103: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

84

3.5. Metode Analisis Data

Metodologi penelitian kualitatif menggunakan metode analisis data yang

bersifat induktif. Analisis induktif tidak bertujuan untuk membuktikan kebenaran

prediksi teori atau hipotesis penelitian melainkan untuk mencapai simpulan atau

mengembangkan teori yang dibentuk dari semua data yang telah berhasil

ditemukan dan dikumpulkan di lapangan dalam bentuk kata-kata, ungkapan-

ungkapan (bdk. Sutopo, 2006: 105). Peneliti melakukan analisis data sebelum

penelitian (proses analisis terhadap hasil studi pustaka), saat penelitian (proses

dimana peneliti melakukan berbagai refleksi yang mengarah pada usaha

pemantapan simpulan awal dan perluasan serta pendalaman data pada waktu

pengumpulan data), dan setelah penelitian (proses analisis) (bdk Sutopo, 2009:

106-107).

Analisis terakhir yang tidak terpisah dari analisis sebelum dan saat

pengumpulan data penelitian, dilakukan setelah pengumpulan data. Analisis

terakhir ini terdiri dari tiga langkah yaitu: proses seleksi, pemfikusan,

penyerderhanaan dan abstraksi dari catatan lapangan; menyajikan data kalimat

dan bahasa peneliti yang merupakan rakitan kalimat yang disusun secara logis dan

sistematis (Sutopo, 2006: 113-116); penarikan kesimpulan dan verifikasi yang

kredibel. Temuan baru dapat disajikan dalam bentuk deskripsi atau gambaran

suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang menjadi jelas, dapat berupa

hubungan interaktif, hipotesis atau teori (Sugiyono, 2009: 345).

Page 104: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

85

3.6. Penulisan Laporan Penelitian

Hasil analisis data lapangan selanjutnya disusun dalam bentuk presentasi

hasil penelitian yang sudah melewati proses analisa yang sudah sistematis,

lengkap dalam bab IV. Hasil penelitian yang telah ditemukan hipotesis, teori baru

dituliskan dalam bab V sebagai simpulan dari seluruh usaha penelitian. Bab V

juga menyertakan usul dan saran bagi perkembangan objek yang diteliti.

Page 105: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

86

BAB IV

PRESENTASI DAN INTERPRETASI DATA

Data penelitian telah dikumpulkan melalui wawancara terbuka berdasarkan

metodologi penelitian kualitatif. Peneliti telah melakukan wawancara dengan

responden berdasarkan hasil komunikasi dan persetujuan dengan pimpinan

komunitas SLB Bhakti Luhur, Madiun. Pimpinan komunitas Bhakti Luhur

Madiun menunjuk beberapa para pendidik di SLB Bhakti Luhur Madiun yang

masih aktif untuk dapat diwawancarai peneliti. Peneliti selanjutnya menganalisis

data penelitian dan melakukan penulisan laporan atas hasil data penelitian

sebagaimana tertulis dalam bab ini.

4.1. Gambaran Responden Penelitian

Penelitian ini telah memilih responden yang memiliki kapasitas untuk

menjawab persoalan tema penelitian. Peneliti telah memilih responden di SLB

Bhakti Luhur yaitu para pendidik aktif di SLB Bhakti Luhur Madiun, dengan

alasan kesesuaian masalah penelitian.

Para pendidik di SLB Bhakti Luhur Madiun memiliki latar belakang yang

berbeda, memiliki bidang dan tanggungjawabnya sendiri-sendiri. Responden

penelitian berjumlah 7 orang yang terdiri dari satu (1) orang suster dan enam (6)

orang awam. Salah satu dari enam (6) kaum awam yang mendidik di SLB Bhakti

Luhur Madiun, terdapat satu (1) orang PNS.

Page 106: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

87

Responden penelitian pada umum mengemban tugas sebagi guru kelas,

artinya dalam satu kelas guru tersebut mengajar berbagai mata pelajaran umum.

Responden pun memiliki asal-usul yang berbeda dari Jawa (Madiun, Ponorogo,

Kulonprogo, Magelang), dan dari Nusa Tenggara Timur (Flores, Maokaro).

Berdasarkan varian latar belakang responden yang ada, peneliti bermaksud

mengerti sejauh mana responden menjelaskan secara tepat tentang masalah

penelitian. Responden-responden yang dipilih diyakini memiliki kriteria untuk

menjawab masalah penelitian.

4.2. Data Demografi Responden Penelitian

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan kriteria responenden yang

diharapkan dalam penelitian, peneliti telah melakukan penjajakan dengan

komunikasi intensif, serta tatap muka langsung dengan pimpinan komunitas SLB

Bhakti Luhur, Madiun. Responden penelitian yang rela hati memberikan

keterangan terkait masalah penelitian ditampilkan dalam tabel satu (1) di bawah

ini.

Tabel 1

Data Demografi Responden

R Nama

Lengkap

Tempat,

tanggal

lahir

Pekerjaan Tugas di

SLB Bhakti

Luhur

Berapa Tahun

Mengabdi di

SLB Bhakti

Luhur

Madiun

R1 Martina

Jatmi

Kulonprogo,

13 Maret

PNS, CNI Guru kelas

SMP SLB

34 Tahun

Page 107: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

88

Hayati,

S.Pd.

1962 sejak 1986.

R2 Lilis Tri

Puji

Rahayu,

S.Pd.

Madiun, 8

September

1967

Guru Guru Kelas 23 Tahun

R3 Elisabet

Endang

Sri

Wahyuni

Magelang, 7

Juli 1963

Guru Guru

ketrampilan

(dulu), guru

kelas SMP.

35 Tahun

R4 Lidia Tri

Meni

M.Pd.

Madiun, 20

Mei 1962

Guru Guru kelas

SD

6 Tahun

R5 Vinsensius

Yosep

Tukidjo

Ponorogo,

10 Mei

1956

Pendamping

dan guru

SLB

Guru kelas

XII SMA

SLB

40 Tahun

R6 Sr.

Reneldis

Mimi,

Alma,

A.Md.

Maokaro,

21 Mei

1973

Suster Alma

Bendahara

Sekolah

Mengajar

anak autis

4 Tahun

R7 Frankasius

Bote

Kelen

Flores

Timur, 12

Mei 1961

Guru agama

Katolik

Guru

Agama

Katolik

11 Tahun

4.3. Presentasi dan Interpretasi Data Penelitian

Hasil presentasi dan interpretasi data penelitian diperoleh oleh peneliti lewat

beberapa tahap, yaitu transkrip data hasil wawancara di lapangan,

pengorganisasian data (pengelompokkan data berdasarkan indikator penelitian

Page 108: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

89

atau pertanyaan), pengenalan data (peneliti secara teliti mengakumulasi data yang

menjawab pertanyaan penelitian), dan melakukan kodifikasi data (bdk. Patilima,

2013: 95).

Analisis dan interpretasi data berdasarkan pada fokus penelitian, antara lain:

pemahaman responden tentang isi spiritualitas Vinsensius A. Paulo, pemahaman

responden tentang makna spiritualitas Vinsensius A. Paulo bagi 0rang

berkebutuhan khusus, dan sejauh mana usaha SLB Bhakti Luhur Madiun

menerapkan spiritualitas Vinsensian A. Paulo. Data-data yang diperoleh dari

lapangan diklarifikasi, disusun, dan diinterpretasi berdasarkan instrumen berikut:

4.3.1. Spiritualitas Santo Vinsensius A Paulo

4.3.1.1. Menurut Anda siapakah Santo Vinsensius A Paulo?

Tabel 2

Pribadi Santo Vinsensius A Paulo

Kata Kunci Kode Frekuensi Persentase

Tokoh Gereja 1c 3 42,90%

Orang yang berkarya bagi orang miskin 1b 3 42,90%

Pelindung dan teladan berkarya. 1d 2 28,60%

Pelindung Bhakti luhur dan Alma 1a 2 28,60%

Orang yang bergerak dalam bidang

kasih

1e 1 14,30%

Pendiri Kongregasi Misi 1f 1 14,30%

Pembaharu Gereja 1g 1 14,30%

Kesimpulan:

Empat (4) dari tujuh (7) responden melihat pribadi Vinsensius sebagai tokoh

Gereja, dan tiga (3) responden melihat sosok Santo Vinsensius sebagai orang

Page 109: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

90

yang mengabdikan hidupnya melayani dan berkarya bagi orang miskin. Dua

(2) responden menggarisbawahi bahwa Vinsensius adalah pelindung dan

teladan berkarya. Vinsensius sebagai pelindung berkarya secara khusus

sebagai pelindung bagi Bhakti Luhur, dan Alma (28,60%). Satu (1)

responden melihat Vinsensius sebagai yang bergerak dalam bidang kasih.

Satu (1) responden mengatakan bahwa Vinsensius adalah pendiri Kongregasi

Misi, dan satu (1) responden melihat Vinsensius sebagai pembaharu Gereja.

Data hasil penelitian tabel 2 di atas menunjukkan bahwa ada tiga (3) atau

42,90% responden yaitu R2, R4, dan R7 memandang Vinsensius sebagai tokoh

Gereja. Pribadi Vinsensius sebagai tokoh Gereja didukung oleh pernyataan satu

(1) atau14,30% responden yaitu: R7 bahwa Vinsensius adalah pembaharu Gereja.

Tiga (3) atau 42,90% responden yaitu: R1, R4, dan R7 menyatakan bahwa

Vinsensius berkarya bagi orang miskin. Pembaharuan yang dilakukan oleh

Vinsensius bagi wajah Gereja adalah mengembalikan arah Gereja yaitu

seharusnya selalu berpihak kepada orang miskin, lemah dan tersingkirkan oleh

sistem sosial yang tidak manusiawi. Satu (1) atau 14,30% responden yaitu: R5

memperteguh pandangan bahwa keberpihakkan Gereja bagi orang miskin

diperlihatkan Vinsensius karena didorongan kasih. Satu (1) atau 14,30%

responden yaitu R5 menambahkan bahwa Vinsensius adalah pendiri Kongregasi

Misi, yaitu misi yang diperuntukkan bagi orang miskin.

Kedua, ada dua (2) atau 28,60% responden yaitu: R3 dan R6 meyakini

bahwa Vinsensius adalah pelindung dan teladan karya-karya karitatif. Dua (2)

atau 28,60% responden yaitu: R1 dan R5 melihat perlindungan Vinsensius secara

Page 110: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

91

khusus yaitu bagi Bhakti Luhur dan Alma, dimana kasih terhadap orang miskin

(dalam arti luas) dapat diimplementasikan secara terorganisir.

Pandangan responden terhadap sosok Santo Vinsensius menggambarkan

beberapa yang dilukiskan Romàn (991: 41) terkait pengalaman pengalaman

Folleville. Pengalaman Folleville sesungguhnya yang melahirkan misi, dan secara

faktual telah berdiri Kongregasi Misi (CM). Vinsensius juga merintis komunitas

Puteri Kasih pada tahun 1633, meskipun secara formal diakui sebagai kongregasi

pada 22 Agustus 1617 di Chatillon (Romàn, 991: 41).

Kedua kongregasi yang dibentuk oleh Vinsensius dalam semangat

pelayanan kepada orang miskin dapat tersalurkanlah kehendak Allah. Sosok

Vinsensius sebagai tokoh Gereja sekaligus pembaharu Gereja, yang mengingatkan

panggilan Gereja bagi kaum miskin untuk melakukan pembebasan seluruhnya,

jadi Vinsensius dikenal sebagai tokoh Gereja karena menjadi pengingat akan

panggilan Gereja, pendiri Kongregasi Misi dan Puteri Kasih demi penyokong

panggilan Gereja bagi kaum miskin yang pada saat itu mengalami kekendoran

perhatian terhadap orang miskin, dimana tarekat religius mengurung diri dalam

tembok biara yang nyaman dengan segala kegiatan liturgis di dalamnya.

Page 111: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

92

4.3.1.2. Apa isi spiritualitas Vinsensius A Paulo? Jelaskan menurut

sepengatahuan Anda!

Tabel 3

Isi Spiritualitas Santo Vinsensius A Paulo

Kata Kunci Kode Frekuensi Persentase

Mencintai dan melayani ABK, OBK,

menderita, cacat, terlantar, miskin.

2a 7 100%

Kesederhanaan 2b 1 14,30%

Kerendahan hati 2c 1 14,30%

Kelemahlembutan 2d 1 14,30%

Kesimpulan:

Tujuh (7) atau 100% responden mengatakan bahwa isi spiritualitas Santo

Vinsensius adalah mencintai dan melayani ABK, OBK, menderita, cacat,

terlantar dan miskin. Satu (1) responden melihat bahwa isi spiritualitas

Vinsensius adalah kesederhanaan. Satu (1) responden mengatakan bahwa isi

spiritualitas Vinsensius adalah kelemahlembutan. Kelemahlembutan dan

kesederhanaan adalah pendukung pengungkapan kasih dan pelayanan kepada

ABK, OBK, menderita, cacat, terlantar dan miskin, sehingga pelayanan

maksimal.

Data hasil penelitian di atas, terkait isi spiritualitas Santo Vinsensius

menunjukkan tujuh (7) atau 100% responden mengungkapkan bahwa isi

spiritualitas Vinsensius adalah mencintai dan melayani anak berkebutuhan khusus

(ABK), orang berkebutuhan khusus (OBK), menderita, cacat, terlantar dan

miskin. Satu (1) atau 14,30% responden yakni R3 mengungkapkan bahwa isi

spiritualitas Vinsensius adalah kesederhanaan. Satu (1) atau 14,30% responden

yakni R3 mengatakan bahwa isi spiritualitas Vinsensius adalah kerendahan hati.

Page 112: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

93

Satu (1) atau 14,30% responden yakni R3 bahwa isi spiritualitas Vinsensius

adalah kelemahlembutan.

Pandangan responden terkait dengan isi spiritualitas Santo Vinsensius di

atas sesuai dengan semangat pelayanan yang dimiliki Vinsensius bagi umat Allah

secara khusus mengasihi orang miskin. Vinsensius merasakan rencana agung yang

membimbing seluruh kehidupannya, serta terkait dengan kepedulian, harapan,

kebaikan, cinta kepada Allah, sesama dan semua orang khususnya orang miskin

(Hendrawan, 2009: 18-19).

Vinsensius memiliki spiritualitas yang berdasarkan iman, spiritualitas yang

terarah pada tindakan, dan spiritualitas cintakasih. Visi hidup kristiani Vinsensius

adalah usaha untuk meneladani Kristus sebagai pewarta kabar gembira kepada

orang miskin, sehingga dengan visi itulah Vinsensius dituntun kepada suatu

spiritualitas yang terarah pada tindakan (spiritualitas aksi). Tindakan kasih

didukung dengan keutamaan Vinsensius yaitu kesederhanaan, kerendahan hati,

dan kelemahlembutan. Vinsensius memahami bahwa cinta terhadap orang miskin

adalah cinta terhadap Tuhan. Kasih merupakan sumber tindakan (Romàn, 1993:

82-94).

Page 113: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

94

4.3.1.3. Apakah Anda mengetahui 5 keutamaan Santo Vinsensius A Paulo?

Jelaskan!

Tabel 4

Lima (5) keutamaan Santo Vinsensius A. Paulo

Kata Kunci Kode Frekuensi Persentase

Kesederhanaan 3c 5 71,43%

Kerendahan hati 3b 3 42,90%

Kelembutan hati 3d 2 28,60%

Matiraga 3e 2 28,60%

Penyelamatan jiwa-jiwa 3f 2 28,60%

Menemukan Yesus dalam diri orang

yang dilayani

3g 1 14,30%

Menjauhkan keinginan yang berlebihan 3h 1 14,30%

Semangat melayani dengan total 3i 1 14,30%

Kesimpulan:

Lima (5) dari 7 responden menyebutkan bahwa keutamaan Vinsensius A.

Paulo adalah kerendahan hati. Tiga (3) responden menjawab bahwa

keutamaan Vinsensius adalah kerendahan hati. Dua (2) responden

mengatakan bahwa keutamaan Vinsensius adalah kelembutan hati. Dua (2)

responden mengatakan bahwa keutamaan Vinsensius adalah matiraga.

Pandangan keutamaan matiraga yang dimiliki Vinsenius didukung oleh

satupenyataan responden bahwa keutamaan Vinsensius adalah menjauhkan

keinginan yang berlebihan. Dua (2) responden menyatakn bahwa keutamaan

Vinsensius adalah penyelamatan jiwa-jiwa. Keutamaan penyelamatan jiwa-

jiwa didukung oleh pernyataan satu (1) responden bahwa Vinsensius

memiliki keutamaan semangat melayani dengan total. Satu (1) responden

menyebutkan keutamaan Vinsensius yaitu menemukan Yesus di dalam diri

orang yang dilayani.

Page 114: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

95

Lima (5) atau 71,43% responden yakni: R1, R4, R5, R6, dan R7

menyebutkan bahwa keutamaan Vinsensius adalah kesederhanaan. Tiga (3) atau

42,90% responden yakni: R1, R2, dan R7 menyatakan bahwa keutamaan

Vinsensius adalah kerendahan hati. Dua (2) atau 28,60% responden yakni: R2 dan

R4 menyatakan bahwa keutamaan Vinsensius adalah kelembuatan hati. Dua (2)

atau 28,60% responden yakni: R1 dan R4 menyatakan bahwa keutamaan

Vinsensius adalah matiraga. Satu (1) atau 14,30% responden yakni R7

menambahkan suatu yang mendukung praktik keutamaan matiraga yaitu

menjauhkan keinginan yang berlebihan.

Dua (2) atau 28,60% responden yakni: R2 dan R4 mengatakan bahwa

keutamaan Vinsensius adalah penyelamatan jiwa-jiwa. Satu (1) atau 14,30%

responden menyatakan suatu yang mendukung keutamaan penyelamatan jiwa-

jiwa yakni melayani dengan total. Satu (1) atau 14,30% responden menyatakan

bahwa keutamaan Vinsensius adalah menemukan Yesus di dalam diri orang yang

dilayani.

Pernyataan responden terkait dengan keutamaan sudah sesuai keutamaan-

keutamaan yang dimiliki Vinsensius. Vinsensius hidup dalam kesederhanaan,

kerendahan hati, kelemah lembutan, matiraga dan semangat untuk menyelamatkan

jiwa-jiwa.

Keutamaan simplisitas adalah sikap atau tindakan sederhana, atau simple,

berarti mudah, gampang, sesuatu yang tidak sulit atau sesuatu yang tidak rumit

(Salim, 1987: 1813). Simplisitas bukan sekadar miskin dan apa adanya, melainkan

sikap melakukan suatu hal tanpa berbelit-belit, tidak rumit.

Page 115: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

96

New Fieldt (1986: 1251) mengaitkan simplisitas dalam pengertian lebih dalam

yaitu melalukan sesuatu dengan ketulusan hati dan kejujuran, artinya Vinsensius

hanya mengarahkan setiap kata dan perbuatannya pada kebenaran sejati, yakni

Allah sendiri.

“Akan tetapi, sebagai keutamaan kodrati, kesederhanaan ini

menekankan pentingnya pengendalian diri, terutama dalam hal nafsu

badani. Kesederhanaan memang merupakan kata yang tepat untuk

menunjuk keutamaan yang mengarah pada pengalaman kebebasan

batin” (Romàn, 2002: 74).

Keutamaan kerendahan hatimenuntut seseorang untuk menyadari bahwa

dirinya bukanlah apa-apa di hadapan Tuhan sehingga manusia bersyukur atas

segala pemberian Tuhan, menggunakannya demi kebaikan orang lain, dan tidak

berusaha untuk memegahkan diri dengan kemampuan dan kelebihan yang dimiliki.

“Bagi Vinsensius: rendah hati itu terletak pada sikap mencintai yang

dihina, yang tidak disenangi oleh orang lain, menghendaki

direndahkan dan bila anda dihina bergembiralah demi cinta kepada

Yesus Kristus. Jika Putera Allah sendiri mencintai kerendahan hati,

lalu mengapa kita tidak menelandan-Nya” (Tondowidjojo,2003: 60).

Vinsensius memperlihatkan bahwa semangat kerendahan hati yang ada

dalam diri akan membuka hati untuk sungguh-sungguh melakukan segala sesuatu

sesuai dengan yang dikehendaki oleh Allah.

Keutamaan Vinsensius yang ketiga adalah matiraga yaitu tindakan

penyangkalan diri mengenai apa saja yang disukai oleh kodrat manusia (Romàn,

1993: 92-93). Matiraga merupakan sarana bagi Vinsensius untuk semakin bersatu

dengan Allah. Vinsensius menghubungkan matiraga dengan sikap lepas bebas

dari segala yang mengikat dirinya, menjauhkan keinginan yang berlebihan.

Page 116: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

97

Keutamaan yang keempat adalah kelemahlembutan. Vinsensius

mengatakan:

“Tidak ada orang yang lebih tekun dan kuat dalam kebaikan daripada

mereka yang lembut dan ramah. Sebaliknya, mereka yang

membiarkan diri dikuasai oleh kemurkaan dan oleh nafsu kemarahan,

pada umumnya sangat kurang teguh, karena mereka hanya terdorong

oleh persaan sesaat atau oleh kemarahan” (Kutipan Konferensi

Vinsensius : 1996: 85).

Sikap yang diharapkan oleh Vinsensius adalah menerima satu-sama lain

dengan penuh cinta dan dengan kelembutan hati, menerima kekurangan maupun

kelebihan masing-masing pribadi dan senantiasa membawa sukacita (Charpy,

1991:45-72).

Keutamaan Vinsensius yang kelima adalah semangat penyelamatan jiwa-

jiwa. Surat Vinsensius kepada Fransiska de Chantal (Komunitas Rumah Retret

Domus Mariae,1996: 79), menyebutkan kegiatan Kongregasi yaitu berkeliling dari

desa ke desa untuk mewartakan kabar gembira; mendengarkan pengakuan dosa;

memperdamaikan perselisihan; memelihara orang sakit secara jasmani dan rohani;

memberikan retret kepada calon imam, dimana terjadi pemberian makanan fisik,

mengajarkan teologi praktis, upacara-upacara Gereja, mempraktekkan doa dan

meditasi menurut metode Santo Fransiskus de Sales.

“Kita bekerja demi keselamatan kita, agar Allah dihormati dan

dilayani di dunia agar sengsara Yesus Kristus bermanfaat secara

penuh bagi jiwa-jiwa yang diciptakan-Nya untuk masuk surga” (SV

VIII, 11-13 dalam surat-surat Santo Vincentius I, hal.230).

Karya penyelamatan jiwa-jiwa yang dilakukan oleh Vinsensius terjadi melalui dua

jalur. Jalur penyelamatan pertama adalah jalur rohani. Jalur penyelamatan kedua

adalah menjawab pada kemelaratan jasmani (Ponticelli, 2002: 11).

Page 117: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

98

4.3.2. Makna Pendampingan bagi Orang Berkebutuhan Khusus

4.3.2.1. Menurut Anda, siapakah yang dimaksud dengan orang yang

berkebutuhan khusus?

Tabel 5

Arti orang berkebutuhan khusus

Kata Kunci Kode Frekuensi Persentase

Orang yang memiliki kekurangan 4a 4 57,14%

Orang yang membutuhkan uluran tangan 4f 3 42,90%

Orang yang memiliki keterbelakangan

fisik

4d 2 28,60%

Orang yang menderita 4b 1 14,30%

Orang yang kurang beruntung 4c 1 14,30%

Orang yang memiliki cacat mental 4e 1 14,30%

Orang yang mengalami ketunaan: tuna

rungu, tunawicara, tunagrahita,

tunadaksa, autis

4g 1 14,30%

Fakir miskin 4h 1 14,30%

Kesimpulan:

Lima (4) dari tujuh (7) responden mengatakan bahwa orang yang

berkebutuhan khusus adalah orang yang memiliki kekurangan. Tiga (3)

responden mengatakan bahwa orang yang berkebutuhan khusus adalah orang

yang membutuhkan uluran tangan (bantuan). Dua (2) responden mengatakan

bahwa orang berkebutuhan khusus adalah orang yang memiliki

keterbelakangan fisik. Satu (1) responden mengatakan bahwa orang yang

berkebutuhan khusus adalah mereka yang menderita. Satu (1) responden

mengatakan bahwa orang yang berkebutuhan khusus adalah orang yang

kurang beruntung. Satu (1) responnden mengatakan bahwa orang

berkebutuhan khusus adalah manusia yang cacat mental. Satu (1) responden

mendefinisikan orang berkebutuhan khusus sebagai orang yang mengalami

Page 118: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

99

ketunaan seperti tuna rungu, tunacicara, tunagrata, tunadaksa, autis. Satu (1)

responden mengatakan bahwa orang yang berkebutuhan khusus adalah fakir

miskin.

Data hasil penelitian di atas terkait dengan definisi orang yang berkebutuhan

khusus menunjukkan empat (4) atau 57,14% responden yakni R1, R2, R6 dan R7

mengatakan bahwa orang yang berkebutuhan khusus adalah orang yang memiliki

kekurangan. Tiga (3) atau 42,90% responden yakni: R3, R5 dan R6 mengatakan

bahwa orang yang berkebutuhan khusus adalah orang yang membutuhkan uluran

tangan (bantuan). Keadaan kekurangan dijawab dengan uluran tangan (bantuan).

Dua (2) atau 28,60% responden yakni: R2 dan R7 mengatakan bahwa orang

berkebutuhan khusus adalah orang yang memiliki keterbelakangan fisik.

Responden lain melihat orang berkebutuhan khusus adalah orang yang menderita,

yang dinyatakan oleh satu (1) atau 14,30% responden yakni R1; orang yang

kurang beruntung seperti dinyatakan oleh satu (1) atau 14,30% responnden yakni:

R1; dan satu (1) atau 14,30% responden yakni R3 menyatakan orang

berkebutuhan khusus adalah manusia yang cacat mental. Satu (1) atau 14,30%

responden yakni R4 mendefinisikan orang berkebutuhan khusus sebagai orang

yang mengalami ketunaan seperti tuna rungu, tunawicara, tunagrahita, tunadaksa,

dan autis. Satu (1) atau 14,30% responden yakni R6 mengatakan bahwa orang

yang berkebutuhan khusus adalah fakir miskin.

Data penelitian di atas menunjukkan suatu realitas keadaan manusia yang

penuh kekurangan, dan oleh karena ada kekurangan maka dibutuhkan bantuan.

Page 119: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

100

Kekurangan yang ada dalam diri orang yang berkebutuhan khusus dilengkapi oleh

manusia lain yang rela mengulurkan tangan untuk membantu.

Pemahaman responden terhadap realitas orang berkebutuhan khusus sesuai

dengan pandangan bahwa orang yang berkebutuhan khusus adalah orang memiliki

kekurangan yang membutuhkan uluran tangan. Orang yang berkebutuhan khusus

memerlukan pelayanan-pelayanan yang secara khusus, yang berbeda dengan

pelayanan kepada orang normal pada umumnya (Cahya, 2013: 5-6). Orang

berkebutuhan khusus mengalami hambatan dalam belajar, hambatan dalam

beraktivitas dan perkembangannya (Cahya, 2013: 5-6).

Desiningrum (2016: 9) memamparkan bahwa orang berkebutuhan khusus

adalah orang yang memerlukan penanganan khusus karena adanya gangguan

perkembangan dan kelainan. Keterbatasan orang berkebutuhan khusus terdiri dari

keterbatasan fisik yaitu tunanetra dan tunarungu; keterbatasan psikologis seperti

autis dan gangguan perilaku yang dimulai dari masa kanak-kanak (bahkan) hingga

mempengaruhi masa remaja dan dewasa, attention deficit hyperactivity disorder

(ADHD). Usaha yang dilakukan bagi orang berkebutuhan bertujuan agar orang

berkebutuhan khusus mendapatkan kasih yang seharusnya mereka dapatkan

sebagai person.

Desiningrum (2016: 7-8) mengatakan bahwa secara umum orang

berkebutuhan khusus dapat dikelompokkan menjadi tiga gangguan fisik,

emosional dan gangguan intelektual. Gangguan fisik terdiri dari tunanetra,

tunarungu, dan tuna daksa. Gangguan emosional terdiri dari tunalaras, tunawicara,

Page 120: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

101

hiperaktif. Anak berkebutuhan khusus yang terakhir (ketiga) adalah gangguan

intelektual, yaitu tunagrahita, slow leaner, anak berbakat khusus, autisme, indigo.

4.3.2.2. Bagi Anda, apa arti pendampingan orang berkebutuhan khusus??

Tabel 6

Arti pendampingan orang berkebutuhan khusus

Kata Kunci Kode Frekuensi Persentase

Pendampingan orang cacat, miskin dan

menderita

6c 6 85, 71%

Memberikan bimbingan 6d 2 28,60%

Pendampingan secara khusus 6a 2 28,60%

Memberi pertolongan 6b 1 14,30%

Mendidik orang berkebutuhan khusus 6e 1 14,30%

Merawat orang berkebutuhan khusus 6f 1 14,30%

Mencintai kaum miskin 6g 1 14,30%

Kesimpulan:

Enam (6) dari 7 (tujuh) responden berpandangan bahwa arti pendampingan

orang berkebutuhan khusus adalah pendampingan orang cacat, miskin dan

menderita. Dua (2) responden menambahkan memberikan bimbingan. Dua

(2) responden melihat bahwa arti pendampingan orang berkebutuhan khusus

adalah adanya pendampingan secara khusus. Satu (1) responden

menambahkan dengan memberi pertolongan. Satu (1) responden melihat arti

pendampingan orang berkebutuhan khusus adalah mendidik. Satu (1)

responden melihat arti pendampingan adalah merawat orang berkebutuhan

khusus. Satu (1) responden mengatakan mencintai kaum miskin.

Data hasil penelitian di atas terkait dengan definisi arti pendampingan orang

berkebutuhan khusus menunjukkan enam (6) atau 85,71% responden yakni R2,

Page 121: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

102

R3, R4, R5, R6 dan R7 mengatakan bahwa arti pendampingan orang

berkebutuhan khusus adalah pendampingan orang cacat, miskin dan menderita.

Dua (2) atau 28, 60% responden yakni: R3 dan R5 mengatakan bahwa arti

pendampingan orang berkebutuhan khusus adalah memberikan bimbingan.

Dua (2) atau 28,60% responden yakni: R1 dan R2 mengatakan bahwa arti

pendampingan orang berkebutuhan khusus adalah pendampingan secara khusus.

Responden lain melihat arti pendampingan orang berkebutuhan khusus adalah

memberi pertolongan, yang dinyatakan oleh satu (1) atau 14,30% responden yakni

R1; mendidik orang berkebutuhan khusus seperti dinyatakan oleh satu (1) atau

14,30% responnden yakni: R4; dan satu (1) atau 14,30% responden yakni R6

menyatakan merawat orang berkebutuhan khusus. Satu (1) atau 14,30%

responden yakni R7 mendefinisikan arti pendampingan orang berkebutuhan

khusus adalah mencintai kaum miskin.

Pemahaman responden terhadap arti pendampingan orang berkebutuhan

khusus sesuai dengan pandangan bahwa arti pendampingan orang yang

berkebutuhan khusus adalah pendampingan orang cacat, miskin dan menderita

yang membutuhkan pendampingan.

Pendampingan merupakan suatu usaha memberi pertolongan kepada orang

lain dengan sentuhan kasih, sehingga dapat menghadapi problematika hidupnya

dengan sabar, tabah, dan penuh iman. Sentuhan (touch) adalah suatu kondisi

dalam pendampingan di mana pendamping secara sungguh-sungguh membangun

relasi yang akrab dengan orang lain atau orang yang didampingi (Mayeroff,

19993:107).

Page 122: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

103

Pelayanan atau pendampingan bagi orang berkebutuhan khusus, menderita

dan miskin merupakan suatu panggilan. Panggilan melayani orang miskin

hendaknya diterima dengan penuh syukur. Pelaksananaan panggilan di tengah

orang miskin mencakup pelayanan atau pewarta kabar gembira bagi orang miskin.

Tugas melayani atau mewartakan dalam tindakan kasih terhadap mereka yang

miskin bukan pilihan dan kemauan diri sendiri tetapi karena panggilan Allah

untuk bekerja di kebun anggur-Nya (Prasetya, 2007: 64).

4.3.2.3. Jenis-Jenis Pendampingan seperti apa yang diberikan kepada orang

berkebutuhan khusus?

Tabel 7

Jenis-jenis pendampingan yang dapat diberikan

bagi orang berkebutuhan khusus

Kata Kunci Kode Frekuensi Persentase

Menggunakan alat peraga gambar dan

video

7a 7 100%

Dengan pendampingan maksimal 7b 1 14,30%

Dengan aksi nyata 7c 1 14,30%

Kesimpulan:

Tujuh (7) dari 7 (tujuh) responden berpandangan bahwa jenis pendampingan

yang dapat diberikan bagi orang yang berkebutuhan khusus adalah

pendampingan menggunakan alat peraga gambar dan video. Satu (1)

responden menambahkan pentingnya pendampingan secara maksimal

terhadap anak berkebuhan khusus. Satu (1) responden melihat bahwa dengan

aksi yang nyata sesuai untuk diterapkan dalam pendampingan bagi orang

berkebutuhan khusus.

Page 123: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

104

Tujuh (7 atau 100%) responden yakni: R1, R2, R3, R4, R5, R6 dan R7

berpandangan bahwa jenis pendampingan yang dapat diberikan bagi orang yang

berkebutuhan khusus adalah jenis media gambar dan video atau menggunakan alat

peraga gambar dan video. Sabtu (1) atau 14,30% responden yakni: R3

menambahkan pentingnya pendampingan maksimal bagi anak berkebuhan

khusus. Satu (1) atau 14,30% responden yakni: R7 melihat bahwa jenis

pendampingan yang dapat diterapkan adalah adanya aksi nyata dari pendamping

untuk mendampingi orang berkebutuhan khusus sebagai tujuan dari

pendampingan bagi orang yang berkebutuhan khusus.

Pandangan responden terkait dengan jenis pendampingan yang dapat

diberikan bagi orang berkebutuhan khusus ada beberapa hal. Gambar dan video

adalah hal yang utama dan pertama sebagai daya dorong yang mengobarkan

dalam mendampingi anak berkebutuhan khusus. Jenis pendampingan yang kedua,

yang dapat diterapkan adalah pendampingan yang maksimal. Pendampingan yang

maksimal adalah implikasi nyata dari pendampingan bagi orang berkebutuhan

khusus. Pendampingan maksimal tampak dalam pendampingan nyata terhadap

anak yang berkebutuhan khusus.

Responden berpandangan bahwa yang dapat diberikan bagi orang

berkebutuhan khusus adalah jenis pendampingan menggunakan media gambar

dan video, pendampingan maksimal dan aksi nyata, sangat berdaya guna untuk

mendampingi orang berkebutuhan khusus.

Media gambar adalah suatu media visual yang hanya bisa dilihat saja, akan

tetapi tidak mempunyai unsur audio atau suara. Media gambar adalah sebuah

Page 124: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

105

gambar yang berkaitan dengan materi pelajaran yang berguna untuk

menyampaikan pesan dari guru kepada siswa (Arief, 2003:21). Media gambar

membantu siswa untuk mengungkapkan informasi yang terkandung dalam

masalah sehingga hubungan antar komponen dalam masalah tersebut bisa terlihat

dengan lebih jelas.

Sudjana (2007: 68), pengertian media gambar adalah media visual dalam

bentuk grafis. Media grafis didefinisikan sebagai media yang mengkombinas

ikan fakta dan gagasan secara jelasdan juga kuat melalui suatu kombinasi

pengungkapan kata-kata dan gambar-gambar. Media gambar adalah berbagai

peristiwa atau kejadian, objek yang dituangkan dalam bentuk gambar-gambar,

garis, kata-kata, simbol-simbol maupun gambaran. Media gambar adalah

perwujudan lambang dari hasil peniruan-peniruan benda-benda, pemandangan,

curahan pikir atau ide-ide yang divisualisasikan kedalam bentuk dua dimensi.

Media video merupakan media pembelajaran yang paling tepat dan akurat

dalam menyampaikan pesan dan akan sangat membantu pemahaman peserta

didik. Dengan adanya media video, peserta didik akan lebih paham dengan materi

yang disampaikan pendidik melalui tayangan sebuah film yang diputarkan. Video

merupakan serangkaian gambar gerak yang disertai suara yang membentuk suatu

kesatuan yang dirangkai menjadi alur, dengan pesan-pesan didalamnya untuk

keercapaian tujuan pembelajaran yang disimpan dengan proses penyimpanan pada

media pita atau disk (Arysad, 2004: 36). Media video adalah gambar gerak yang

terdapat serangkaian alur dan menampilkan pesan dari bagian sebuah gambar

untuk tercapainya tujuan pembelajaran.

Page 125: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

106

4.3.2.4. Semangat seperti apa yang diperlukan bagi pendampingan orang

berkebutuhan khusus?

Tabel 8

Semangat yang diperlukan

bagi pendampingan orang berkebutuhan khusus

Kata Kunci Kode Frekuensi Persentase

Semangat pelayanan, pengorbanan,

kesabaran, ketekunan, cinta kasih

8a 6 85,71%

Semangat yang tidak berkseudahan,

terus berlanjut

8b 2 28,60%

Semangat persahabatan, menghargai 8c 1 14,30%

Kesimpulan:

Enam (6) dari 7 (tujuh) responden berpandangan bahwa semangat yang

diperlukan bagi pendampingan orang berkebutuhan khusus adalah Semangat

pelayanan, pengorbanan, kesabaran, ketekunan, kasih. Dua (2) responden

menambahkan pentingnya semangat yang tidak berkesudahan atau terus

berlanjut bagi pendampingan terhadap orang berkebuhan khusus. Satu (1)

responden melihat bahwa semangat persahabatan dan menghargai perlu

untuk diterapkan bagi pendampingan orang berkebutuhan khusus.

Enam (6 atau 85, 71%) responden yakni: R1, R2, R3, R4, R6 dan R7

berpandangan bahwa semangat yang diperlukan bagi pendampingan orang

berkebutuhan khusus adalah semangat pelayanan, pengorbanan, kesabaran,

ketekunan dan cinta kasih. Dua (2) atau 28,60% responden yakni: R4 dan R5

menambahkan pentingnya semangat yang tidak berkseudahan, terus berlanjut bagi

pendampingan orang berkebuhan khusus. Satu (1) atau 14,30% responden yakni:

Page 126: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

107

R5 melihat bahwa semangat yang diperlukan adalah semangat persahabatan dan

menghargai.

Pandangan responden terkait dengan semangat yang diperlukan bagi

pendampingan orang berkebutuhan khusus ada beberapa hal. Semangat

pelayanan, pengorbanan, kesabaran, ketekunan, cinta kasih adalah hal yang utama

dan pertama sebagai daya dorong yang mengobarkan dalam melayani anak

berkebutuhan khusus. Semangat yang kedua, yang diperlukan adalah semangat

yang tidak berkseudahan, terus berlanjut. Semangat tidak berkesudahan adalah

implikasi nyata dari pelayanan, pengorbanan, kesabaran, ketekunan dan cinta

kasih. Semangat pelayanan, pengorbanan, kesabaran, ketekunan dan cinta kasih

yang tidak berkseudahan terhadap anak yang berkebutuhan khusus bertujuan pada

kehendak untuk bersahabat dan menghargai orang berkebutuhan khusus.

Responden berpandangan bahwa yang diperlukan bagi orang berkebutuhan

khusus adalah semangat pelayanan, pengorbanan, kesabaran, ketekunan dan cinta

kasih, tidak berkseudahan, persahabatan dan menghargai, sangat berdaya guna

untuk pendampingan orang berkebutuhan khusus.

Semangat pengorbanan perlu dimiliki oleh seorang pendamping orang

berkebutuhan, dengan semangat pengorbanan seorang pendamping dapat

memberikan pelayanan dengan maksimal dan dengan penuh cinta. Pendampingan

bagi orang berkebutuhan khusus menjadi bukti nyata seorang pendamping yang

memiliki semangat untuk rela berkorban bagi orang-orang kecil, miskin dan

berkebutuhan khusus. Bentuk pengorbanan yang dilakukan oleh pendamping

orang berkebutuhan khusus adalah dengan membuktikan diri mampu menjagkau

Page 127: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

108

hal-hal yang sulit dijangkau oleh manusia pada umumnya. Hal-hal yang sulit

dijangkau manusia pada umumnya adalah kemampuannya dalam melayani dan

mendampingi orang-orang berkebutuhan khusus. Pada akhirnya orang

berkebutuhan khusus memperoleh keadilan dan kehidupan yang layak seperti

manusia pada umumnya (bdk. Tondowidjojo, 1996: 525).

Keterarahan dan keberpihakan kepada kaum miskin, orang berkebutuhan

khusus dan orang terlantar adalah sikap dasar Allah. Keterarahan dan

keberpihakan kepada orang berkebutuhan khusus tersebut pula menjadi salah satu

semangat pelayanan seorang pendamping kepada orang berkebutuhan khusus

dalam menghadirkan cinta dan kasih Allah yang mendalam kepada semua orang

di dunia. Pelayanan bagi orang berkebutuhan khusus menjadi salah satu bentuk

karya dalam mewartakan injil (bdk. Tondowidjojo, 1996: 536).

4.3.3. Usaha SLB Bhakti Luhur Madiun dalam menerapkan spiritualitas

Vinsensian A Paulo

4.3.3.1. Menurut Anda, spiritualitas Vinsensius yang mana yang dapat

diterapkan bagi orang berkebutuhan khusus?

Tabel 9

Spiritualitas Vinsensius yang dapat diterapkan

bagi orang berkebutuhan khusus

Kata Kunci Kode Frekuensi Persentase

Spiritualitas kasih atau pelayanan kasih 5a 5 71,43%

Spiritualitas kelembutan hati 5b 3 42,90%

Spiritualitas menyelamatkan jiwa-jiwa 5c 2 28,60%

Kesimpulan:

Page 128: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

109

Lima (5) dari 7 (tujuh) responden berpandangan bahwa spiritualitas yang

dapat diterapkan bagi orang yang berkebutuhan khusus adalah spiritualitas

kasih atau pelayanan kasih. Tiga (3) responden menambahkan pentingnya

kelembutan hati bagi pelayanan terhadap anak berkebuhan khusus. Dua (2)

responden melihat bahwa spiritualitas yang sesuai untuk diterapkan bagi anak

orang berkebutuhan khusus adalah adanya kehendak dari pendidik untuk

menyelamatkan jiwa-jiwa.

Lima (5 atau 71,43%) responden yakni: R1, R2, R3, R5 dan R7

berpandangan bahwa spiritualiatas yang dapat diterapkan bagi orang yang

berkebutuhan khusus adalah spiritualitas kasih atau pelayanan kasih. Tiga (3) atau

42,90% responden yakni: R4, R5 dan R6 menambahkan pentingnya kelembutan

hati bagi pelayanan terhadap anak berkebuhan khusus. Dua (2) atau 28,60%

responden yakni: R4 dan R6 melihat bahwa spiritualitas yang dapat diterapkan

adalah adanya kehendak dari pendidik untuk menyelamatkan jiwa-jiwa sebagai

tujuan akhir dari pelayanan kasih bagi orang yang berkebutuhan khusus.

Pandangan responden terkait dengan spiritualitas yang dapat diterapkan bagi

orang berkebutuhan khusus ada beberapa hal. Kasih adalah hal yang utama dan

pertama sebagai daya dorong yang mengobarkan dalam melayani anak

berkebutuhan khusus. Spiritualitas yang kedua, yang dapat diterapkan adalah

kelembutan hati. Kelembutan hati adalah implikasi nyata dari pelayanan kasih.

Kasih yang tampak dalam pelayanan yang penuh kelemahlembutan terhadap anak

yang berkebutuhan khusus bertujuan pada kehendak untuk menyelamatkan jiwa-

jiwa.

Page 129: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

110

Responden berpandangan bahwa yang dapat diterapkan bagi orang

berkebutuhan khusus adalah spiritualitas kasih, kelembuatan hati dan

penyelamatan jiwa-jiwa, tetapi sesungguhnya tiga keutamaan Vinsensius yang

lain yakni semangat simplisitas, kesederhanaan, matiraga sangat berdaya guna

untuk melayani orang berkebutuhan khusus.

Kasih adalah roh spiritualitas Vinsensius. Spiritualitas Vinsensius mengarah

pada tindakan. Tindakan Vinsensius terhadap orang miskin adalah tindakan kasih

(Romàn, 1993: 93). Vinsensius berjanji dengan tegas untuk membaktikan seluruh

hidupnya untuk melayani orang miskin (Romàn, 1993: 93). Cinta kepada sesama

adalah cinta kepada Tuhan. Vinsensius sangat mencintai orang miskin dan sikap

ini menjadi sikap yang paling dicintainya dan menonjol dalam semua karya usaha

pengabdiannya (Tondowidjojo, 2003: 59).

Semangat pelayanan kepada orang miskin bersumber dari semangat Kristus

sebagai sang pewarta Injil kepada orang miskin.Vinsensius sungguh-sungguh

menghayati spiritualitasnya untuk mencintai dan memperhatikan orang-orang

miskin, cacat dan berkebutuhan khusus, Vinsensius memberikan seluruh hidupnya

untuk berkarya dan melayani orang miskin demi mewujudkan pertumbuhan

kerajaan Allah (Tondowidjojo, 1996: 525).

Page 130: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

111

4.3.3.2. Menurut Anda, apa makna spiritualitas Vinsensius A Paulo bagi

orang yang berkebutuhan khusus?

Tabel 10

Makna Spiritualitas Vinsensius bagi orang berkebutuhan khusus

Kata Kunci Kode Frekuensi Persentase

Menyelamatkan jiwa-jiwa 6a 2 28,60%

Memberikan semangat kepada para

pelayan ABK

6d 2 28,60%

Mendidik orang supaya mandiri 6b 1 14,30%

Membantu melayani dengan penuh hati

dan cinta

6c 1 14,30%

ABK mendapat layanan yang lebih

efektif

6e 1 14,30%

Mengajarkan untuk menjadi Kristus

yang sabar, dan semangat melayani

6f 1 14,30%

Kesimpulan:

Dua (2) dari tujuh responden mengatakan bahwa makna spiritualitas

Vinsensius adalah menyelamatkan jiwa-jiwa. Dua (2) responden mengatakan

bahwa makna spiritualitas Vinsensius adalah memberikan semangat kepada

para pelayan ABK. Satu (1) responden meyakini bahwa makna spiritualitas

Vinsensius adalah mendidik anak-anak supaya mandiri. Satu (1) responden

mengatakan bahwa makna spiritualitas Vinsensius adalah membantu

melayani dengan penuh hati dan cinta. Satu (1) responden mengatakan

bahwa makna spiritualitas Vinsensius adalah menjadikan ABK mendapat

layanan yang lebih efektif. Satu (1) responden mengatakan bahwa makna

spiritualitas Vinsensius adalah mengajarkan untuk menjadi kita seperti

Kristus yang sabar, dan semangat melayani dalam melayani.

Page 131: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

112

Data hasil penelitian di atas, terkait makna spiritualitas Vinsensius bagi

orang berkebutuhan khusus adalah menunjukkan dua (2) atau 28,60% responden

yakni R1 dan R2 mengatakan bahwa makna spiritualitas Vinsensius adalah

menyelamatkan jiwa-jiwa. Dua (2) atau 28,60% responden yakni R4 dan R5

mengatakan bahwa makna spiritualitas Vinsensius adalah memberikan semangat

kepada para pelayan anak berkebutuhan khusus. Responden yang lain ada

menambahkan bahwa makna spiritualitas Vinsensius adalah mendidik anak-anak

supaya mandiri (R1), membantu melayani dengan penuh hati dan cinta (R3),

menjadikan anak berkebutuhan khusus mendapat layanan yang lebih efektif (R6),

dan mengajarkan untuk menjadi seperti Kristus yang sabar, dan semangat

melayani dalam melayani.

Pemahaman responden terkait dengan makna spiritualitas Vinsensius bagi

orang berkebutuhan khusus sesuai dengan sari makna spiritualitas Vinsensius.

Spiritualitas Vinsensius menyelamatkan jiwa-jiwa dan memberikan dorongan

kepada para penghayat spiritualitas bila dihidupi sungguh-sungguh. Mengambil

dan memelihara orang miskin baik secara rohani dan jasmani merupakan suatu

penerapan spiritualitas Vinsensius (Tondowidjojo, 1984: 49-71). Pelayanan

terhadap orang berkebutuhan khusus, miskin dan menderita merupakan tugas

yang tiada henti (FS. 41).

Kehadiran Yesus ditengah-tengah manusia melalui Sabda dan karya-Nya

membawa kabar baik bagi manusia yang tertindas, miskin dan menderita.

Kehadiran Yesus menyadarkan manusia akan penderitaannya. Yesus mengajak

manusia mengubah sikap dan bertobat untuk keluar dari penderitaan dan menjadi

Page 132: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

113

manusia baru yang bebas dalam arti yang sesungguhnya. Semuanya kehendak

mempertobatkan manusia diwujudkan oleh Yesus melalui hidup, sengsara, wafat

dan kebangkitan-Nya (Soenarto, 2010: 18-19).

4.3.3.3. Bagaimana SLB Bhakti Luhur menghayati spiritualitas Vinsensius A

Paulo?

Tabel 11

Menghayati spiritualitas Vinsensius

Kata Kunci Kode Frekuensi Persentase

Melayani dan membimbing anak-anak 7a 4 57,14%

Kesaksian hidup sehari-hari 7d 2 28,60%

Sepenuh hati menghadapi anak-anak 7b 1 14,30%

Spiritualitas dihayati dengan berdoa 7c 1 14,30%

Kesimpulan:

Empat (4) dari tujuh responden mengatakan bahwa cara menghayati

spiritualitas Vinsensius adalah melayani dan membimbing anak-anak. Dua

(2) responden mengatakan bahwa cara menghayati spiritualitas Vinsensius

melalui kesaksian hidup sehari-hari. Satu (1) responden mengatakan bahwa

cara menghayati spiritualitas Vinsensius adalah sepenuh hati menghadapi

anak-anak. Satu (1) responden mengatakan bahwa cara menghayati

spiritualitas Vinsensius adalah berdoa.

Data hasil penelitian terkait cara menghayati spiritualitas Vinsenius

menunjukkan empat (4) atau 57,14% responden yakni: R1, R2, R3, dan R7

mengatakan bahwa cara menghayati spiritualitas Vinsensius adalah melayani dan

membimbing anak-anak. Dua (2) atau 28,60% responden yakni: R5 dan R6

mengatakan bahwa cara menghayati spiritualitas Vinsensius melalui kesaksian

Page 133: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

114

hidup sehari-hari. Responden empat (R4) menambahkan bahwa cara menghayati

spiritualitas Vinsensius adalah sepenuh hati menghadapi anak-anak, responden

lima (R5) menambahkan bahwa doa adalah salah satu cara menghayati

spiritualitas Vinsensius. Doa yang dimaksud di sini adalah doa bersama dengan

anak-anak.

Pemahaman responden terkait cara menghayati spiritualitas Vinsensius bagi

orang yang berkebutuhan khusus di SLB Bhakti Luhur mengungkapkan makna

spiritualitas yang dihidupi Vinsensius. Tugas melayani atau mewartakan dalam

tindakan kasih terhadap mereka yang miskin bukan pilihan dan kemauan diri

sendiri tetapi karena panggilan Allah untuk bekerja di kebun anggur-Nya

(Prasetya, 2007: 64). Injil menyatakan kebenaran akan panggilan setiap kaum

beriman untuk menjadi tangan kanan Tuhan bagi karya kasih Allah, yang

terungkap dalam Sabda Yesus: “..bukan kamu yang memilih Aku, tapi Akulah

yang memilih kamu (Yoh. 15:16). Menjadi seorang pelayan atau pewarta berarti

menjadi saksi akan kebaikan dan keselamatan Allah di dunia (Prasetya, 2007: 64).

Tugas menggembalakan domba hanya bisa terwujud dengan baik bila sang

gembala setia merawat, mendampingi, menjaga agar tumbuh dan berkembang

serta terhindar dari malapetaka (Storm, 1967:1-2). Gembala mengurus domba

dengan baik karena mengenal dombanya satu-persatu dengan sangat baik.

Gembala yang baik adalah seorang pemimpin atau panutan bagi domba-domba,

anak-anak, orang-orang yang ada disekitarnya. Seorang gembala bukan hanya

mengajarkan tetapi mengarahkan kawanannya kejalan yang benar serta menjadi

teladan yang baik. Gembala yang baik akan bertanggungjawab terhadap

Page 134: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

115

kepemimpinanya, bukan hanya dalam konteks kinerjanyayang bagus bagus,

namun perbuatannya juga.

4.3.3.4. Kesulitan-kesulitan apa yang Anda alami dan ditemukan dalam

menerapkan spiritualitas Vinsensius A Paulo bagi orang

berkebutuhan khusus Bhakti Luhur Madiun?

Tabel 12

Kesulitan menerapkan spiritualitas Vinsensius

bagi orang berkebutuhan khusus di SLB Bhakti Luhur Madiun

Kata Kunci Kode Frekuensi Persentase

Kebutuhan ABK berbeda karena jenis

kecacatan berbeda

8c 3 42,90%

Kesulitan membangun kerja sama dalam

menangani ABK

8d 2 28,60%

Tidak semua pelayan bisa akrab dengan

ABK

8a 1 14,30%

Kekurangan tenaga pendidik 8b 1 14,30%

Kesimpulan:

Tiga (3) dari tujuh (7) responden mengatakan bahwa kesulitan menerapkan

spiritualitas Vinsensius adalah kebutuhan ABK berbeda karena jenis

kecacatan berbeda. Dua (2) responden mengatakan bahwa kesulitan

menerapkan spiritualitas Vinsensius adalah kesulitan membangun kerja sama

dalam menangani ABK. Satu (1) responden mengatakan bahwa kesulitan

menerapkan spiritualitas Vinsensius adalah tidak semua pelayan bisa akrab

dengan ABK. Satu (1) responden mengatakan bahwa kesulitan menerapkan

spiritualitas Vinsensius adalah kekurangan tenaga pendidik.

Page 135: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

116

Data hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa tiga (3) atau 42,90%

responden yakni: R3, R6 dan R7 mengatakan bahwa kesulitan menerapkan

spiritualitas Vinsensius adalah kebutuhan anak berkebutuhan khusus berbeda

karena jenis kecacatan berbeda. Dua (2) atau 28,60% responden yakni: R4 dan

R5 mengatakan bahwa kesulitan menerapkan spiritualitas Vinsensius adalah

kesulitan membangun kerja sama dalam menangani anak berkebutuhan khusus.

Satu responden (R1) menambahkan kesulitan menerapkan spiritualitas Vinsensius

adalah tidak semua pelayan bisa akrab dengan anak berkebutuhan khusus. Satu

responden (R2) melihat kesulitan menerapkan spiritualitas Vinsensius ada pada

kekurangan tenaga pendidik.

Kesulitan menghayati spiritualitas Vinsensius yang diungkapkan oleh

responden dapat dikonfrontasikan dengan gambaran gembala yang baik. Gembala

yang baik akan menemukan resiko-resiko yang tidak kecil dan tidak mudah.

Yohanes 10:11menggambarkan gembala yang siap sedia merelakan hidupnya

untuk domba-dombanya. Resiko yang dapat dihadapi adalah realitas domba yang

tidak selalu sama, ada berbagai perbedaan, namun gembala yang baik selalu

memberikan yang terbaik bagidomba-dombanya, memberikan bimbingan dan

arahan ke mana domba-domba seharusnya berjalan sesuai kemampuannya,

malahan yang lemah justru menjadi perhatian utama. Gembala yang baik berarti

gembala yang mengenal domba-dombanya, dalam pengertian bahwa sebagai

pendidik di tengah anak-anak berkebutuhan khusus harus selalu berusaha

mengenal anak berkebutuhan khusus dan memberikan pelayanan kasih yang tepat.

Page 136: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

117

Kesulitan yang menonjol kedua adalah kurangnya kerjasama diantara pada

pendidik. Kerjasama yang tidak baik akan merusak tujuan yang telah ditetapkan.

Perusak kerjasama yang utama adalah keangkuhan dan superioritas satu dengan

yang lain, artinya tidak memiliki kerendahan hati. Gembala yang baik harus

memiliki kerendahan hati dan semangat yang tulus. Murid Kristus yang mau

menjadi pelayan harus percaya bahwa saat kasih diutamakan, pengetahuan dan

keahlian akan datang dengan sendirinya melalui sikap pelayanan yang tulus

kepada Allah dan sesama (Gaudium in Christo, 2007:113). Kasih yang tulus akan

dengan sendirinya menjadi daya tarik bagi anak berkebutuhan khusus, menjadi

akrab dengan mereka.

4.3.3.5. Apa upaya yang selama ini dilakukan SLB Bhakti Luhur dalam

mengatasi kesulitan menghayati spiritualitas Vinsensius A Paulo

bagi orang berkebutuhan khusus di SLB Bhakti Luhur?

Tabel 13

Upaya SLB Bhakti Luhur Madiun dalam mengatasi kesulitan

menghayati Spiritualitas Vinsensius

Kata Kunci Kode Frekuensi Persentase

Mencari donatur 9b 3 42,90%

Mengadakan rekoleksi 9a 2 28,60%

Mengadakan pembinaan 9e 1 14,30%

Mencari tenaga sukarela bagi SLB 9c 1 14,30%

Menyesuaikan kebutuhan ABK 9d 1 14,30%

Membangun komunikasi diantara para

pendidik

9f 1 14,30%

Keterbukaan menerima dan memberi 9g 1 14,30%

Page 137: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

118

saran

Mencocokkan kurimkulum SLB Bhakti

Luhur dengan Kurikulum Pemerintah

9h 1 14,30%

Kesimpulan:

Tiga (3) dari tujuh (7) responden mengatakan bahwa upaya mengatasi

kesulitan dalam menghayati spiritualitas Vinsensius adalah mencari donatur.

Dua (2) responden mengatakan bahwa upaya mengatasi kesulitan

menghayati spiritualitas Vinsensius adalah mengadakan rekoleksi bagi para

pendidik. Responden empat (R4) menambahkan cara mengatasi kesulitan

dengan mengadakan pembinaan. Responden dua (R2) menyebutkan cara

mengatasi kesulitan dengan mencari tenaga sukarela bagi SLB; responden

tiga (R3) menambahkan cara mengatasi kesulitan dengan menyesuaikan

pelayanan dengan kebutuhan ABK; Responden lima (R5) menambahkan

cara mengatasi kesulitan dengan membangun komunikasi di antara para

pendidik. Responden lima (R5) menambahkan cara mengatasi sesulitan

denganKeterbukaan menerima dan memberi saran. Responden enam (R6)

menambahkan cara mengatasi kesulitan dengan mencocokkan kurimkulum

SLB Bhakti Luhur dengan Kurikulum Pemerintah.

Tiga (3) atau 42,90% responden yakni: R1, R2 dan R4 mengatakan bahwa

upaya mengatasi kesulitan menghayati spiritualitas Vinsensius adalah mencari

donatur. Dua (2) atau 28,60% responden yakni: R1 dan R4 mengatakan bahwa

upaya mengatasi kesulitan menghayati spiritualitas Vinsensius adalah

mengadakan rekoleksi. Responden lain menambahkan cara menambahkan cara

mengatasi kesulitan dengan mengadakan pembinaan (R4); mencari tenaga

sukarela bagi SLB (R2); menyesuaikan pelayanan dengan kebutuhan anak

berkebutuhan khusus (R3), membangun komunikasi diantara para pendidik (R5),

Page 138: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

119

keterbukaan menerima dan memberi saran (R5), mencocokkan kurimkulum SLB

Bhakti Luhur dengan Kurikulum Pemerintah (R6).

Data penelitian di atas sesuai dengan visi Yayasan Bhakti Luhur Madiun

adalah memanusiakan manusia, khususnya orang-orang berkebutuhan khusus,

orang-orang cacat dan terlantar, untuk menjadi manusia yang beriman, bertaqwa,

dan mandiri dalam hidup bermasyarakat sesuai dengan kemampuan yang

dimilikinya (Gaudium in Christo, 2007: 125). Demi mewujudkan visi yayasan

yang memberi perhatian khusus terhadap orang-orang berkebutuhan khusus, maka

Yayasan Bhakti Luhur Madiun memiliki lima misi.

Pertama, menampung anak-anak cacat dan terlantar sesuai dengan jenis

kecacatannya. Kedua, mendampingi para penyandang cacat dan terlantar melalui

kegiatan-kegiatan atau latihan-latihan sesuai dengan kebutuhan setiap anak,

seperti membantu diri (mandi, makan, berpakaian, ke toilet. Hal lain yang

berkaitan dengan bagian kedua adalah pekerjaan kerumahtanggaan sederhana

(menyapu, mengepel dan mencuci), dan mengajari ketrampilan khusus (membuat

tempe dan keterampilan lainnya).

Ketiga, mendidik anak-anak cacat melalui pendidikan formal di SLB.

Keempat, mengusahakan agar anak-anak terlantar normal mendapatkan

pendidikan lanjut usia sesuai dengan kemampuan anak, dan panti. Kelima,

mendampingi para lansia terlantar dan cacat untuk menemukan kebahagiaan di

hari tua, dan mempersiapkan lansia untuk menghadapi hari kematiannya.

Visi mulia Bhakti Luhur tidak mungkin dicapai dengan biaya yang sedikit,

tenaga yang kurang dan pelayanan yang setengah-setengah, itulah sebabnya

Page 139: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

120

responden ngatakan perlu mencari donatur, pembina harus terus dibekali dengan

pembinaan iman seperti rekoleksi dan sejenisnya, dan pembinaan diri baik

kompetensi sebagai pendidik maupun sebagai penyelamat jiwa-jiwa, sehingga

pelayanan makin sungguh-sungguh berjalan sesuai yang ada dalam visi sebagai

tujuan bersama.

4.4. Rangkuman

Berdasarkan hasil penelitian para responden memahami tentang spiritualitas

Vinsensin. Hal tersebut terlihat dari data yang menunjukan bahwa 100%

memahami secara mendalam tentang isi spiritualitas vinsensian bagi orang

berkebutuhan khusus. Dengan demikian, secara umum responden sangat

memahami dengan baik tentang isi spiritualitas Vinsensian bagi orang

berkebutuhan khusus. Hal tersebut dapat diketahui berdasarkan pernyataan

(jawaban) yang disampaikan oleh responden ketika menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan oleh peneliti.

Berkaitan dengan pemahaman responden tentang pendampingan bagi orang

berkebutuhan khusus dapat dikatakan bahwa responden cukup memahami, hal

tersebut terlihat dari data yang menunjukan bahwa 85,71% menjawab

pendampingan terhadap orang cacat, miskin dan menderita dan 28,60% kurang

dapat memahami dan menjawab memberi bimbingan kepada orang berkebutuhan

khusus. Dengan demikian dapat terlihat jelas bahwa responden memiliki

tanggapan yang bervariasi. Meskipun terdapat variasi antara satu dengan yang lain

Page 140: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

121

namun tetap menunjukan pemahaman yang baik dan benar tentang pemahaman

terhadap pendampingan.

Berkaitan dengan implementasi spiritualitas vinsensian bagi pendampingan

orang berkebutuhan khusus di SLB Bhakti Luhur Madiun, seluruh (100%)

responden menyatakan bahwa spiritualitas vinsensian ada pengaruh bagi

pendampingan orang berkebutuhan khusus. Secara umum, para responden

mengatakan bahwa spiritualitas vinsensian memberikan pengaruh bagi

pendampingan orang berkebutuhan khusus. Pertama, menjadikan pendamping

mampu mencintai, melayani dan mendampingi orang yang berkebutuhan khusus,

cacat, miskin dan menderita. Kedua, pendamping semakin setia meneladani santo

Vinsensius. Ketiga, pendamping terdorong untuk semakin menjadi pribadi yang

sederhana, rendah hati, lemah-lembut, semangat, tulus, mencintai, tidak putus asa.

Keempat, pendamping memperoleh kekuatan, semangat dan inspirasi baru.

Page 141: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

122

BAB V

PENUTUP

Bab lima karya ilmiah ini berisi dua pokok pembahasan. Pokok

pemabahasan pertama adalah kesimpulan, yakni berisi hasil penelitian mengenai

spiritualitas Santo Vinsensius A Paulo, uraian tentang makna spiritualitas

Vinsensius bagi orang berkebutuhan khusus, dan deskripsi tentang usaha-usaha

SLB Bhakti Luhur Madiun dalam menerapkan spiritualitas Vinsensius A. Paulo.

Bagian kedua, berisi saran-saran dari hasil penelitian, yakni saran bagi

perkembangan ilmu, dan saran bagi penelitian itu sendiri.

5.1. Kesimpulan

Karya ilmiah pada bagian ini memaparkan kesimpulan hasil seluruh

penelitian sesuai dengan data yang diperoleh dari data-data penelitian.

Kesimpulan penelitian berisikan poin penting yang didapatkan berdasarkan hasil

penelitian tentang implementasi spiritualitas Vinsensius bagi pendampingan orang

berkebutuhan khusus di SLB Bhakti Luhur, Madiun. Ada pun hasil penelitian

sebagai berikut:

5.1.1. Pemahaman Spiritualitas Santo Vincensius A Paulo

Gereja memandang Vinsensius sebagai bapak orang miskin, yang

mengungkapkan gambaran hidup Vinsensius yang dibaktikan bagi orang miskin.

Vinsensius memiliki semangat yang begitu besar untuk melayani orang miskin.

Page 142: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

123

Penelitian ini memberikan sumbangan besar kepada para pendidik SLB Bhakti

Luhur bahwa semangat Santo Vinsensius memang perlu diteladani. Inti

spiritualitas Vinsensius adalah kasih kepada orang miskin yang didorong oleh Roh

Allah sendiri, sehingga spiritualitas Vinsensius memiliki dasar iman, dan terarah

kepada tindakan kasih.

Vinsensius mengejawantahkan spiritualitasnya dalam daya-daya terbaik

pribadi Vinsensius yang disebut lima keutamaan. Lima keutamaan Vinsensius

adalah simplisitas, kerendahan hati, matiraga, kelemahlembutan, dan

penyelamatan jiwa-jiwa.

Simplisitas berarti ketidakrumitan, mudah dimengerti, dan bebas dari sikap

kepura-puraan. Simplisitas dalam pengertian lebih dalam berarti melalukan

sesuatu dengan ketulusan hati dan kejujuran. Kerendahan hati adalah keutamaan

yang menggerakkan manusia untuk mengakui dirinya sebagai ciptaan yang kecil

di hadapan Allah yang maha besar. Matiraga adalah puasa yang bebas dan

merdeka, dimana terjadi distansiasi antara diri sendiri dengan alam jasmani, antara

diri sendiri dengan kecenderungan kodratiah manusia itu sendiri. Kemenangan-

kemenangan yang diraih dari usaha distansiasi menghasilkan sukacita yang

kemudian mendorong seseorang untuk membagikan sukacita tersebut kepada

orang lain dengan mengasihi sesama terutama yang miskin, menderita dan

berkebutuhan khusus.

Vinsensius memandang kelembutan hati sebagai sarana yang mempermudah

untuk menjalin komunikasi dengan berbagai kalangan. Sikap lemah lembut

seseorang menunjukkan kualitas kebesaran dan ketenangan hati dalam

Page 143: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

124

menghadapi segala persoalan dalam tuntunan Allah. Keutamaan penyelamatan

jiwa-jiwa adalah semangat menyelamatkan umat manusia yang jauh dari Allah

dengan menarik mereka kembali dalam hubungan yang benar denga Allah, hidup

seturut kehendak Allah, dan mengatar manusia kepada persahabatan sejati dan

kekal dengan Allah melalui sentuhan kasih.

Data penelitian menunjukkan bahwa Vinsensius memang dikenal sebagai

tokoh Gereja (42,90%), dan berkarya bagi orang miskin (42,90%), itulah

sebabnya Vinsensius dipandang sebagai pembaharu Gereja pada masanya yaitu

mengembalikan semangat Gereja yang harus hadir bagi orang miskin, kecil dan

tersingkir, spiritualitas dan keutamaan Vinsensius dalam hasil penelitian ini

mendorong semangat para pendidik SLB Bhakti Luhur dalam melayani orang

berkebutuhan khusus dan miskin.

Seratus persen (100%) responden memahami bahwa spiritualitas Vinsensius

adalah mencintai dan melayani anak berkebutuhan khusus, cacat, menderita,

terlantar dan miskin. Data penelitian juga menunjukkan bahwa responden

menyebutkan lima keutamaan Vinsensius yaitu simplisitas, kerendahan hati,

kelemahlembutan, matiraga dan penyelamatan jiwa-jiwa. Data menunjukkan

bahwa poin penting yang digaris bawahi responden yaitu 71,43% adalah tentang

kesederhanaan, dan 42,90% responden menggaris bawahi keutamaan kerendahan

hati.

Hasil penelitian lapangan terkait dengan pemahaman pendidik di SLB

Bhakti Luhur Madiun mununjukkan bahwa responden dapat menyebutkan inti

spiritualitas Vinsensius yaitu kasih kepada orang miskin didorong oleh Roh Allah

Page 144: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

125

sendiri. Pendidik SLB Bhakti Luhur Madiun juga mengungkapkan lima

keutamaan Vinsensius, namun responden kurang dapat menjelaskan arti dan

maksud dari lima keutamaan Vinsensius. Responden cenderung langsung

menyebutkan contoh, sehingga secara konseptual simplisitas, kerendahan hati,

kelemahlembutan, matiraga dan penyelamatan jiwa-jiwa tidak dapat dijelaskan

secara eksplisit. Data penelitian lapangan menunjukkan bahwa roh keutamaan dan

spiritualitas secara konseptual belum begitu dipahami dengan jelas oleh

responden. Penelitian ini memberikan semangat dan pelayanan yang lebih

maksimal bagi para pendidik SLB Bhakti Luhur dalam melayani orang

berkebutuhan khusus dan miskin dengan menghayati spiritualitas Vinsensius.

5.1.2. Makna Pendampingan bagi Orang Berkebutuhan Khusus.

Pendampingan merupakan suatu usaha memberi pertolongan kepada orang

lain dengan sentuhan kasih, sehingga dapat menghadapi problematika hidupnya

dengan sabar, tabah, dan penuh iman. Mendampingi berarti menolong orang lain

atau orang berkebutuhan khusus untuk menumbuhkan dan mengaktualisasikan

dirinya secara penuh. Pendampingan bukan sekedar keinginan untuk peduli akan

orang tertentu, melainkan suatu proses perkembangan hubungan antara seorang

dengan yang lain melalui saling percaya, memperdalam dan memperbaharui mutu

hubungan. Pendampingan terhadap orang berkebutuhan khusus, miskin dan

menderita merupakan tugas yang tiada henti, orang berkebutuhan khusus

merupakan orang yang membutuhkan perhatian ekstra dari orang-orang di

sekitarnya baik pendamping, kerabat maupun teman-teman sebayanya. Orang

Page 145: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

126

berkebutuhan khusus mempunyai kebutuhan khusus tidak harus dijauhi atau

dihindari melainkan perlu didekati dan diberikan pendampingan, supaya potensi-

potensi yang ada dalam diri orang berkebutuhan khusus dapat berkembang dengan

baik, bagi orang berkebutuhan khusus suatu pendampingan merupakan hal yang

sangat dibutuhkan. Dalam hal belajarpun orang berkebutuhan khusus harus

diberikan sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan mereka sesuai dengan

kebutuhan yang dapat menunjang keberhasilan belajar, khususnya untuk

membantu perkembangan fisik maupun mental menjadi lebih baik.

Pelayanan atau pendampingan bagi orang berkebutuhan khusus, menderita

dan miskin merupakan suatu panggilan. Panggilan melayani orang miskin

hendaknya diterima dengan penuh syukur. Pelaksananaan panggilan di tengah

orang miskin mencakup pelayanan atau pewarta kabar gembira bagi orang miskin.

Tugas melayani atau mewartakan dalam tindakan kasih terhadap mereka yang

miskin bukan pilihan dan kemauan diri sendiri tetapi karena panggilan Allah

untuk bekerja di kebun anggur-Nya.

Data penelitian terkait dengan makna pendampingan bagi orang

berkebutuhan khusus pertama-tama menunjukkan pemahaman responden tentang

pendampingan orang yang berkebutuhan khusus sebagai subyek sasaran makna

pendampingan bagi orang berkebutuhan khusus. Pendampingan orang

berkebutuhan khusus adalah pendampingan orang cacat, miskin dan menderita

(85,71%) dan memberi bimbingan (28,60%). Data tersebut memberikan gambaran

pendampingan orang berkebutuhan khusus dan kebutuhan yang mereka perlukan.

Realitas orang berkebutuhan khusus adalah “cacat, miskin dan menderita”, yang

Page 146: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

127

dibutuhkan adalah “pendampingan”, yang memiliki korelasi terhadap pernyataan

responden tentang jenis pendampingan yang dibutuhkan di SLB Bhakti Luhur,

bahwa jenis pendampingan yang dibutuhkan adalah menggunakan media gambar

dan video (100%), pendampingan maksimal (14,30%), dan dengan aksi nyata

(14,30%).

Data penelitian juga menunjukkan bahwa makna pendampingan bagi orang

berkebutuhan khusus semangat melayani, berkorban, sabar, tekun dan cinta kasih

(85,71%), semangat yang tidak berkesudahan, terus berlanjut (28,60%). Makna

pendampingan bagi orang berkebutuhan khusus yang lain adalah persahabatan

dan menghargai. Data penelitian lapangan menunjukkan bahwa pendampingan

bagi orang berkebutuhan khusus cukup dipahami dengan jelas oleh responden.

5.1.3. Implementasi Spiritualitas Vinsensian bagi Orang Berkebutuhan

Khusus di SLB Bhakti Luhur Madiun

Vinsensius mengimplementasikan dorongan Roh Allah melalui keutamaan-

keutamaan yang dimilikinya sebagai anugerah istimewa Allah. Vinsensius

menghayati simplisitas ini dengan bersikap jujur dan apa adanya, artinya

Vinsensius hanya mengarahkan setiap kata dan perbuatannya pada kebenaran

sejati, yakni Allah sendiri. Keutamaan kerendahan hati diperlihatkan melalui hidup

tidak sombong dan mau mendengarkan orang lain, dengan kata lain menyadari

dirinya bukan apa-apa di hadapan Tuhan sehingga lebih bersyukur atas segala

pemberian Tuhan, menggunakannya demi kebaikan orang lain.

Page 147: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

128

Bukti konkrit matiraga Vinsensius yang dihayati Vinsensius secara rutin dan

penuh pemaknaan adalah tidur tidak menggunakan kasur. Vinsensius menghidupi

matiraga dengan bernapaskan Sabda Allah sendiri. Keutamaan kelemahlembutan

Vinsensius dihayati Vinsensius dalam sikap ramah, santun, sabar dalam

menghadapi setiap peristiwa, terutama peristiwa-peristiwa yang sangat sulit dan

menyakitkan. Vinsensius sabar terhadap perasaan hati orang lain yang buruk,

memberikan teguran dan nasihat kepada para imamnya dengan lembut hati,

menerima satusama lain dengan penuh cinta dan menerima kekurangan maupun

kelebihan masing-masing pribadi, dan senantiasa membawa sukacita.

Keutamaan penyelamatan jiwa diimplementasikan Vinsensius melalui dua

jalur yakni jalur rohani dan jalur jasmani yang terungkap dalam kegiatan utama

Kongregasi Misi yakni berkeliling dari desa ke desa untuk mewartakan kabar

gembira; mendengarkan pengakuan dosa; memperdamaikan perselisihan;

memelihara orang sakit secara jasmani dan rohani; memberikan retret kepada

calon imam, dimana terjadi pemberian makanan fisik, mengajarkan teologi praktis,

upacara-upacara Gereja, mempraktekkan doa dan meditasi. Upaya yang dilakukan

oleh Vinsensius dalam melayani orang miskin juga diperlihatkan dari data hasil

penelitian lapangan di SLB Bhakti Luhur, bahwa cara menghayati spiritualitas

Vinsensius adalah melayani dan membimbing anak-anak (57,14%), melalui

kesaksian hidup sehari-hari (28,60%), melayani sepenuh hati, dan didukung oleh

doa. Implementasi spiritualitas Vinsensius di Bhakti Luhur bukan tanpa tantangan.

Tantangan yang dihadapi para pendidik di SLB Bhakti Luhur antara lain:

kebutuhan anak berkebutuhan khusus yang bervariatif (42,90%), kerjasama

Page 148: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

129

diantara pendidik yang belum menunjukkan sinergisitas dan kooperatif (28,60%),

belum semua pendidik dapat akrab dengan anak berkebutuhan khusus, serta

kurangnya tenaga pendidik.

Upaya yang telah dilakukan dalam mengatasi persoalan adalah mencari

donatur (42,90%), mengadakan kegiatan rekoleksi untuk para pembina (28,60%),

mencari tenaga pendidik yang melayani dengan sukarela, pembina dapat

menyesuaikan kebutuhan anak berkebutuhan khusus, membangun komunikasi

yang baik diantara para pendidik.

Data hasil penelitian di lapangan menunjukan adanya semangat dalam

menghayati spiritualitas Vinsensius, tetapi masih belum begitu memuaskan,

misalnya adanya kerjasama yang tidak sehat diantara para pendidik, kurangnya

totalitas melayani anak-anak, kurangnya tenaga pendidik. Implementasi

spiritualitas Vinsensius harus juga diungkapkan dalam kerjasama yang baik

diantara para pendidik, artinya harus menyelesaikan persoalan intern supaya ada

kesepakatan dalam menghadapi anak-anak yang menjadi sasaran subyek

penghayatan spiritualitas Vinsensius yang membebaskan. Keterbukaan para

pendidik untuk dapat menerima saran dan kritik, serta kemauan memberi saran

mengandaikan keutamaan kerendahan hati, kelemahlembutan dan keutamaan

Vinsensius lainnya.

Perhatian terhadap implementasi spiritualitas Vinsensius lebih dihayati lagi.

Tugas melayani atau mewartakan dalam tindakan kasih terhadap mereka yang

miskin bukan pilihan dan kemauan diri sendiri tetapi karena panggilan Allah

untuk bekerja di kebun anggur-Nya. Mengambil dan memelihara orang miskin

Page 149: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

130

baik memenuhi kebutuhan rohani maupun dan jasmani merupakan suatu

penerapan spiritualitas Vinsensius. Pelayanan terhadap orang berkebutuhan

khusus, miskin dan menderita merupakan tugas yang tiada henti.

5.2 Usul dan Saran

5.2.1. Bagi Perkembangan Ilmu

Penelitian ini menjadi penting untuk diperhitungkan dalam dunia akademik,

sebab tema penelitian ini belum pernah dilakukan penelitian oleh lembaga

maupun mahasiswa sebelumnya. Ilmu pengetahuan akan menjadi tinggi

kedudukannya bila memberikan sumbangan kepada kebaikan hidup bersama.

Tema penelitian ini membahas implementasi suatu spiritualitas yang dapat disebut

sebagai ilmu. Spiritualitas Vinsensius adalah suatu ilmu karena telah menjadi

wacana yang berguna untuk hidup sosial khususnya Gereja, sehingga ilmu-ilmu

harus selalu memperlihatkan keberpihakkannya pada kehidupan manusia.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi

penghayatan spiritualitas Vinsensius secara efektif dan efisien bagi orang

berkebutuhan khusus, serta dapat diimplementasikan pada program pastoral

lingkungan, pastoral stasi dan magang dimana mahasiswa kerapkali menjumpai

orang berkebutuhan khusus. Penelitian dapat dijadikan sebagai salah satu acuan

yang penting untuk meneliti tentang bagaimana pembinaan pendidik yang

sungguh menjawab kebutuhan orang berkebutuhan khusus di SLB Bhakti Luhur,

Madiun.

Page 150: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

131

5.2.2. Bagi Penelitian Itu Sendiri

Penelitian ini secara khusus memberi pemahaman bagaimana implementasi

spiritualitas Vinsensius yang selalu kontekstual. Pelayanan-pelayanan pastoral

seharusnya selalu didorong oleh spiritualitas yang mencerminkan kasih Allah

seperti spiritualitas Santo Vinsensius. Penelitian ini memberikan pemahaman

mendalam tentang implementasi semangat Vinsensius, sehingga pendidik di SLB

Bhakti Luhur Madiun mau membaktikan diri bagi orang berkebutuhan khusus

sepenuh hati.

Hasil penelitian ini juga dapat menjadi refrensi bagi pendidik SLB Bhakti

Luhur Madiun, dan bagi penelitian selanjutnya dengan tema yang serupa.

Penelitian yang perlu diperdalam dari tema yang serupa diantaranya adalah

masalah pendampingan pembina Bhakti Luhur, atau dampak sosial masyarakat

atas keberadaan Bhakti Luhur, Madiun.

Page 151: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

113

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Nandiyah. Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus: Jurnal 01.25 (2013):

1-10

Banawiratma, J.B, dkk. 1998. Teologi dan Spiritualitas. Yogyakarta: Kanisius.

Budianto, Antonius Sad. 2009. Ia Membuat Segalanya Menjadi Baik, Berjalan

Bersama Santo Vinsensius De Paul. Malang: Lumen Christi.

Boom, C.A. J. 1990. Seri Pastoral 175. Yogyakarta: Pusat Pastoral.

Chang, William. 2002. Menggali Bulir-bulir keutamaan. Yogyakarta: Kanisius.

Charpy, Elisabeth. 1991. Menuju Kesucian Louise De Marillac. Malang: Dioma.

Cahya, Laili S. 2013. Adakah ABK di Kelasku. Yogyakarta: Group Relasi Inti

Media.

Clinebell, Howard. 1966. Basic Types Of Pastoral Care and Counseling.

Abingdon Press

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka.

______________. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Keempat. Jakarta:

Balai Pustaka.

Desiningrum, Dinie Ratri. 2016. Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus.

Yogyakarta: Psikosain.

Dewantara, dan Stefanus. Penghayatan Serikat Sosial Vinsensius (SSV) akan

Spiritualitas Santo Vinsensius A Paulo di Wilayah Paroki Santo Cornelius

Madiun. 20.10 (2018): 57-79.

Darmo Al. Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Di :

Jurnal Study Islam dan Sosial 09.01. (2015) 141-161.

Gaudium in Christo Surabaya. 2007. Alat Pilihan Tuhan: Romo Janssen Bapak

Anak-anak Cacat Bhakti Luhur Indonesia. Malang: Dioma.

Gunarso, Singgih D. 2000. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: BPK. Gunung

Mulia.

Page 152: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

114

Hamid. MN dan Achir Yani. 2009. Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa.

Jakarta : Kedokteran EGC.

Hardjana, Agus M. 2005. Religiositas Agama dan Spiritualitas. Yogyakarta:

Kanisius.

Hartono, Heselaars. 1999. Teologi Praktis. Yogyakarta: Kanisius.

Hendrawan, Sanerya. 2009. Spiritualitas Management. Bandung: PT Mizan

Pustaka.

Huaken, Adolf. 2002. Spiritualitas Kristiani. Jakarta: Yayasan Loka Cakara.

Komunitas Rumah Retret Domus Mariae Sarangan. 1996. Spiritualitas Vinsensius

II. Sarangan: Rumah Retret Domus Mariae Sarangan.

KWI. 2014. Katekismus Gereja Katolik. Flores-NTT: Nusa Indah.

Lembaga Alkitab Indonesia. 2012. Alkitab Deuterokanonik. Jakarta: Lembaga

Alkitab Indonesia.

Lorens, Bagus. 2002. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Levin Michal. 1970. Spiritual Inteligence. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Martasudjita, E. 2002. Spiritualitas Liturgi. Yogyakarta: Kanisius.

Mayeroff, Milton. 1993. Mendampingi Untuk Menumbuhkan. Yogyakarta:

Kanisius

Newfeldt, Victoria (Ed). 1986. Webster’s New Word Dictionary of American

English. New York: Prentice Hall General Reference.

Ngarani, dan Adinughgraha. Sumbangan Spiritualitas Santo Vinsensius A Paulo

Bagi Pelayanan Katekis di Paroki Tamiang Layang : Jurnal Masalah

Pastoral 02.02 (2016): 182-206.

Paulo, A. Vincentius. 1996. Dalam Bimbingan Santo Vinsensius: Surat-surat

Santo Vincentius I. Malang: Dioma.

Ponticelli, S dan Armada Riyanto. 2006. Sahabat-sahabat Tuhan dan Orang

Miskin. Malang: Dioma.

Prasetya, dkk. 2007. Panduan Tim Kerja Paroki. Yogyakarta: Kanisius.

Page 153: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

115

Riyanto, Armada. 2012. Menjadi Vincentian. Malang: Dioma.

Romain, Philip. 2002. Menjadi Manusia Baru. Yogyakarta: Kanisius.

Roman, J.M. 1993. Santo Vinsensius De Paul: Hidup Panggilan dan

Spiritualitasnya. Malang: Pustaka Vincentiana.

Romario, Albertus. Allah dan Penderitaan Manusia. FORUM (Jurnal Filsafat dan

Teologi, 44.02 (2015): 13-20.

Rurit, Bernada. 2007. Gaudium In Christo Surabaya: Alat Pilihan Tuhan Romo

Janssen Bapak Anak-Anak CacaT Bhakti Luhur Indonesia. Malang: Dioma.

Salim, Peter. 1987. The Contemporary English-Indonesian Dictionary. Jakarta:

Modern English Press.

Soenarto, Aloysius SW. 2010. Katekese Bagi Calon Krisma. Jakarta: Kanisius.

Storm, Bons. 1967. Apakah Pengembalaan Itu. Yogyakarta: Kanisius.

Sudiarja, dkk. (penyunting). 2006. Driyarkara. Karya Lengkap Driyarkara: Esai-

Esai Filsafat Pemikir yang Terlibat dalam Perjuangan Bangsanya. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama (hlm. 1035-1141).

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatf dan R & D. Bandung:

Alfabeta.

Sutopo, H.B. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan

Terapannya dalam Penulisan. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Tondowidjojo, Jhon. 1984. Santo Vincentius De Paul Terhadap Kaum Miskin.

Surabaya: Sanggar Bina Tama.

Sudjana. 2007. Media Pengajaran. Jakarta: Sinar Baru Algesindo.

______________. 2003. St. Vincent De Paul: Pengikut Pembawa Kabar Gembira

Kepada Orang Miskin. Surabaya: Yayasan Sanggar Bina Tama.

______________. 2013. Mengenal SSV Melalui Frederic Ozanam. Surabaya:

Sanggar Bina Tama.

Tarigan, Jacobus. 2015. Religiositas dan Gereja Katolik. Yogyakarta: Kanisius.

Page 154: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

116

Tjahaja, Liria. Pemahaman Orang Muda Katolik Mengenai Sikap/Pandangan

Gereja terhadap Orang Miskin dan Masalah Kemiskinan (Studi Terhadap

Kelompok Orang Muda Katolik di Keuskupan Agung Jakarta) : Jurnal

Pendidikan Agama Katolik 04.10 (2012): 30-72.

Tirtayani Ayu Luh. Upaya Pendampingan Anak Berkebutuhan Khusus Pada

Lembaga-Lembaga PAUD di Singaraja Bali : Jurnal Psikologi 12. 02.

(2018) 21-34

Wilhelmus. Globalisasi Ekonomi dan Pemiskinan Masyarakat: Bagaimana

Institusi Agama Meresponnya: Jurnal Pendidikan Agama Katolik 03.04

(2019): 1-18.

Wiryasaputra, Totok S. 1995. Pendampingan Pastoral Orang Sakit, Sikap dan

Keterampilan Dasar, Seri Pastoral 245. Yogyakarta: Pusat Pastoral.

Wula Paulina. Peningkatan Standar Mutu Kompetensi Lulusan di SMP St

Aloysius Sleman Yogyakarta. Jurnal Masalah Pastoral 13.13 (2019): 65-77.

Page 155: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 156: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …
Page 157: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …
Page 158: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …
Page 159: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …
Page 160: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …
Page 161: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …
Page 162: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …
Page 163: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …
Page 164: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …
Page 165: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …
Page 166: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …
Page 167: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …
Page 168: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …
Page 169: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …
Page 170: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …
Page 171: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …
Page 172: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …
Page 173: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …
Page 174: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

TRANSKRIP WAWANCARA

RESPONDEN I

Nama : Martina Jatmi Hayati

Ttl : Kulonprogo, 13 Maret 1962

Pekerjaan tetap : PNS,CNI

Mata pelajaran yang diampu : Guru Kelas SMP SLB

Lama pengabdian : 34 Tahun

1. Menurut Anda siapakah Santo Vinsensius A. Paulo?

Santo Vinsensius adalah pelindung Bhakti Luhur dan karya alma. Lahir 1581 di

Pouy, Prancis Selatan. Vinsensius anak ke-3 dari 6 bersaudara. Di tahbiskan usia

19 tahun, pada bulan September 1660. Karyanya dikhususkan dengan orang

miskin yang berawal ketika berjumpa dengan seorang wanita yang direndahkan.

Vinsensius marah waktu itu ketika melihat situasi kaum wanita yang direndahkan.

Itulah sebabnya muncul “Perkasih” kemudian Perhimpunan Putri Kasih.

Vinsensius wafat 1666 ketika sedang berdoa.

2. Apa isi spiritualitas Vinsensius A Paulo? Jelaskan menurut sepengetahuan

Anda!

Mencintai dan melayani dengan penuh kasih, terutama ABK dan orang-orang

berkebutuhan khusus, terlantar dan kurang mampu.

3. Apakah Anda mengetahui 5 keutamaan St. Vinsensius A. Paulo? Jelaskan!

Kasih, rendah hati, dan lain-lain.

4. Menurut Anda, siapakah yang dimaksud dengan orang yang berkebutuhan

khusus?

Orang berkebutuhan khusus adalah orang-orang yang mengalami kekurangan,

terlantar, menderita, dan lain-lain. Mereka adalah orang-orang yang kurang

beruntung.

5. Bagi Anda, apa arti pendampingan orang berkebutuhan khusus?

Page 175: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

Pendampingan yang diberikan ssecara khusus, memberikan pertolongan, menaruh

perhatian, serta membantu orang berkebutuhan khusus untuk berkembang, ikut

merasakan penderitaan mereka.

6. Jenis-jenis pendampingan seperti yang diberikan kepada orang

berkebutuhan khusus?

Pendampingan langsung, memberikan perhatian maksimal, memberikan sesuatu

secara bertahap dan berulang-ulang, menggunakan alat peraga/ sarana prasarana,

selalu melakukan interaksi

7. Semangat seperti apa yang diperlukan bagi pendampingan orang

berkebutuhan khusus?

Semangat yang diperlukan adalah semangat pelayanan, semangat untuk

menghargai, semangat untuk mencintai, mengasihi, pengorbanan, kesabaran,

ketekunan dan persahabatan

8. Menurut Anda, spiritualitas Vinsensius yang mana yang dapat diterapkan

bagi orang berkebutuhan khusus?

Spiritualitas Vinsensius menurut sepengetahuan saya adalah mengasihi. Jadi Kasih

adalah inti dari spiritualitas Vinsensius.

9. Menurut Anda, apa makna spiritualitas Vinsensius A. Paulo bagi orang yang

berkebutuhan khusus?

Makna spiritualitas Vinsensius adalah menyelamatkan jiwa. Mereka didik menjadi

orang yang mandiri.

10. Bagaimana SLB Bhakti Luhur menghayati spiritualitas Vinsensius A. Paulo?

Cara menghayati spiritualitas Vinsensius itu dengan melayani, membimbing anak-

anak dengan penuh kasih melalui kerohanian.

11. Kesulitan-kesulitan apa yang Anda dialami dan ditemukan dalam

menerapkan spiritualitas Vinsensius A. Paulo bagi orang berkebutuhan

khusus Bhakti Luhur Madiun?

Tidak semua pelayan di sini bisa langsung lengket dan senang dengan ABK. Bisa

ada kejijikan, belum bisa akrab dengan anak berkebutuhan khusus.

12 Apa upaya yang selama ini dilakukan SLB Bhakti Luhur dalam mengatasi

Page 176: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

kesulitan menghayati spiritualitas Vinsensius A. Paulo bagi orang

berkebutuhan khusus di SLB Bhakti Luhur?

Kita mengupayakan rekoleksi untuk menyegarkan para guru di sini supaya

melayani anak-anak dengan penuh kasih. Di sekolah, kita mencari donatur yang

peduli dengan anak-anak ini, mencari dana.

Page 177: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

TRANSKRIP WAWANCARA

RESPONDEN 2

Nama : Lilis Tri Puji Rahayu

Ttl : Madiun, 8 September 1967

Pekerjaan tetap : Guru

Mata pelajaran yang diampu : Guru Kelas

Lama pengabdian : 23 Tahun

1. Menurut Anda siapakah Santo Vinsensius A. Paulo?

Vinsensius A Paulo itu adalah tokoh Gereja Katolik, bapak orang miskin, bapak

kaum papa, pelindung bakti luhur, juga pelindung Alma. Pendiri STKIP dan

Widya Mandala, pendiri Perkasih.

2. Apa isi spiritualitas Vinsensius A Paulo? Jelaskan menurut sepengetahuan

Anda!

Menurut saya, isi spiritualitas Vinsensius adalah hidup mencintai anak-anak,

mencintai orang tua, secara khusus mencintai orang dan anak berkebutuhan

khusus.

3. Apakah Anda mengetahui 5 keutamaan St. Vinsensius A. Paulo? Jelaskan!

Keutamaan Vinsensius adalah kesederhanaan. Kesederhanaan anak yang tidak bisa

apa-apa. Maka, kita harus melayani anak-anak itu dengan rendah hati. Kedua,

adalah kelembutan hati, itu berarti kita harus melayani anak-anak dengan lembut,

dengan penuh kasih sayang karena mereka anak-anak citra Allah sama seperti kita.

Ketiga, mati raga, yaitu berjuang. Di sini, berjuang tidak kenal lelah membagikan

kasih setiap saat, setiap waktu.Keempat, keutamaan menyelamatkan jiwa anak-

anak.

4. Menurut Anda, siapakah yang dimaksud dengan orang yang berkebutuhan

khusus?

Orang yang berkebutuhan khusus adalah orang yang mengalami kecatatan fisik,

Page 178: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

keterbatasan mental, kurang diperhatikan.

5. Bagi Anda, apa arti pendampingan orang berkebutuhan khusus?

Pendampingan secara khusus, pendampingan sesuai dengan kebutuhan siswa

masing-masing, atau sesuai dengan tingkat ketunaannya, pendampingan kepada

orang cacat, miskin dan menderita, ikut merasakan penderitaan mereka, melayani

orang miskin atau cacat.

6. Jenis-jenis pendampingan seperti yang diberikan kepada orang

berkebutuhan khusus?

Jenis pendampingan yang diberikan biasanya adalah jenis pendampingan langsung,

menggunakan alat peraga atau sarana prasarana seperti gambar, bahasa isyarat,

abzad jari, pengulangan, perintah yang langsung pada tujuan, memberikan

pendampingan maksimal, mencintai dan mengasihi, membaca gambar.

7. Semangat seperti apa yang diperlukan bagi pendampingan orang

berkebutuhan khusus?

Semangat yang diperlukan adalah semangat pelayanan sudah pasti, semangat

berjuang, semangat yang berkelanjutan, semangat berkorban, semangat kesabaran,

semangat ketekunan, semangat belajar untuk meningkatkan pengetahuan juga

perlu.

8. Menurut Anda, spiritualitas Vinsensius yang mana yang dapat diterapkan

bagi orang berkebutuhan khusus?

Spiritualitas yang pas untuk diterapkan di Bhakti luur ini adalah pelayanan penuh

cinta kasih.

9. Menurut Anda, apa makna spiritualitas Vinsensius A. Paulo bagi orang yang

berkebutuhan khusus?

Makna spiritualitas Vinsensius di SLB ini untuk menyelamatkan jiwa-jiwa orang

berkebutuhan khusus.

10. Bagaimana SLB Bhakti Luhur menghayati spiritualitas Vinsensius A. Paulo?

Spiritualitas Vinsensius di hayati di sini adalah tetap melayani ABK, OBK, miskin

dengan kasih.

Page 179: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

11. Kesulitan-kesulitan apa yang Anda dialami dan ditemukan dalam

menerapkan spiritualitas Vinsensius A. Paulo bagi orang berkebutuhan

khusus Bhakti Luhur Madiun?

Kesulitan yang ditemukan adalah kekurangan tenaga. Banyak orang tidak mau

melayani anak-anak yang berkebutuhan khusus ini.

12 Apa upaya yang selama ini dilakukan SLB Bhakti Luhur dalam mengatasi

kesulitan menghayati spiritualitas Vinsensius A. Paulo bagi orang

berkebutuhan khusus di SLB Bhakti Luhur?

Upaya yang dilakukan SLB adalah mencari tenaga yang mau rela membantu di

SLB, mencari donatur, yang mungkin tersentuh hatinya.

Page 180: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

TRANSKRIP WAWANCARA

RESPONDEN 3

Nama : Elisabet Endang Sri Wahyuni

Ttl : Magelang, 7 Juli 1963

Pekerjaan tetap : Guru

Mata pelajaran yang diampu : Guru Kelas

Lama pengabdian : 35 Tahun

1. Menurut Anda siapakah Santo Vinsensius A. Paulo?

Pelindung dan teladan dalam berkarya.

2. Apa isi spiritualitas Vinsensius A Paulo? Jelaskan menurut sepengetahuan

Anda!

Kesederhanaan, kerendahan hati, kasih, kelemah lembutan.

3. Apakah Anda mengetahui 5 keutamaan St. Vinsensius A. Paulo? Jelaskan!

Mendidik, melayani dengan semangat Vinsensius, bisa menemukan Yesus yang

dilayani.

4. Menurut Anda, siapakah yang dimaksud dengan orang yang berkebutuhan

khusus?

Orang yang membutuhkan uluran tangan kita, dan pertolongan, khususnya cacat,

mereka terlantar.

5. Bagi Anda, apa arti pendampingan orang berkebutuhan khusus?

Bagi saya pendampingan kepada mereka yang cacat, miskin dan kekurangan,

pelayanan kepada orang miskin, mengajari, memberikan bimbingan, memberikan

pembinaan agar mereka berkembang dan memiliki hidup yang layak, membantu

mengarahkan mereka secara khusus dan berbeda dengan orang normal pada

umumnya.

6. Jenis-jenis pendampingan seperti yang diberikan kepada orang

berkebutuhan khusus?

Page 181: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

Jenis pendampingan yang diberikan adalah mempraktekkan langsung, atau secara

nyata, memberikan suatu ang mesti harus diulang-ulang kalo tidak begitu mereka

pasti lupa lagi, menggunakan media gambar karena mereka cepat nangkap atau

paham dengan tujuan kita, dengan bantuan alat peraga atau sarana prasaran, sering

berinteraksi, dengan kasih dam sayang, pendampingan maksimal.

7. Semangat seperti apa yang diperlukan bagi pendampingan orang

berkebutuhan khusus?

Semangat yang diperlukan oleh eorang pendamping orang berkebutuhan khusus

atau anak berkebutuhan khusus menurut pemahaman saya adalah semangat

pelayanan, karena dengan semangat pelayanan kepada orang berkebutuhan khusus

maka saya akan mencintai mereka dan maksimal dalam tugas saya sebagai

pendamping, semangat kesabaran karena harus sabar dalam menghadapi mereka,

semangat ketekunan kita harus tekun, semangat pengorbanan ini juga sangat

penting, karena tanpa pengorbanan semua tidak akan menjadi lebih baik, misal

dalam belajar mereka cepat capek dan malas kita kasih permen dan kue ini juga

pengorbanan, semangat persahabatan harus menjadi sahabat bagi mereka agar

lebih dekat, semangat cinta kasih, semangat menghargai

8. Menurut Anda, spiritualitas Vinsensius yang mana yang dapat diterapkan

bagi orang berkebutuhan khusus?

Bagi saya spiritualitas Vinsensius itu adalah kasih, pelayanan kasih.

9. Menurut Anda, apa makna spiritualitas Vinsensius A. Paulo bagi orang yang

berkebutuhan khusus?

Spiritualitas Vinsensius membantu melayani dengan penuh hati dan kasih, peduli

dengan keadaan anak-anak.

10. Bagaimana SLB Bhakti Luhur menghayati spiritualitas Vinsensius A. Paulo?

Menghayati untuk siap melayani orang-orang yang menderita, ABK.

11. Kesulitan-kesulitan apa yang Anda dialami dan ditemukan dalam

menerapkan spiritualitas Vinsensius A. Paulo bagi orang berkebutuhan

khusus Bhakti Luhur Madiun?

Kita menghadapi berbagai macam persoalan. Kebutuhan anak-anak berbeda, jenis

kecacatan bermacam-macam.

Page 182: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

12 Apa upaya yang selama ini dilakukan SLB Bhakti Luhur dalam mengatasi

kesulitan menghayati spiritualitas Vinsensius A. Paulo bagi orang

berkebutuhan khusus di SLB Bhakti Luhur?

Caranya adalah mendekap kebutuhan mereka, sehingga kesulitan kita menangani

berbagai kebutuhan sedikit teratasi.

Page 183: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

TRANSKRIP WAWANCARA

RESPONDEN 4

Nama : Lidia Tri Meni

Ttl : Madiun, 20 Mei 1962

Pekerjaan tetap : Guru

Mata pelajaran yang diampu : Guru Kelas SD

Lama pengabdian : 6 Tahun

1. Menurut Anda siapakah Santo Vinsensius A. Paulo?

Tokoh Gereja di Gereja Prancis, seorang bapak bagi orang miskin.

2. Apa isi spiritualitas Vinsensius A Paulo? Jelaskan menurut sepengetahuan

Anda!

Pelayanan anak-anak ABK, orang-orang yang lansia, orang-orang yang terlantar

dan menderita.

3. Apakah Anda mengetahui 5 keutamaan St. Vinsensius A. Paulo? Jelaskan!

Kerendahan hati, sederhana, lemah lembut, matiraga, menyelamatkan jiwa.

4. Menurut Anda, siapakah yang dimaksud dengan orang yang berkebutuhan

khusus?

Orang-orang yang mengalami ketunaan, seperti tunanetra, rungu, wicara, tuna

greta yaitu lemot berpikir, lemah IQ-nya, tuna daksa, autis, dan semua ABK dan

OBK.

5. Bagi Anda, apa arti pendampingan orang berkebutuhan khusus?

Arti pendampingan orang berkebutuhan khusus adalah mendampingi orang yang

berkebutuhan khusus, cacat, miskin dan menderita, pendamping sebagai guru yang

mengarahkan dan membimbing, mengajarkan orang berkebutuhan khusus sesuai

kondisi mereka, mendidik mereka, mengasihi mereka yang berkebutuhan khusus,

pelayanan kepada orang miskin.

6. Jenis-jenis pendampingan seperti yang diberikan kepada orang

Page 184: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

berkebutuhan khusus?

Jenis-jenis pendampingan yang diberikan sesuai dengan hambatan mereka,

misalnya buta jenis pendampingannya adalah meraba. Pendampingan dengan

bahasa isyarat, pendampingan dengan membaca bibir, saat berbicara harus

berhadapan, latihan artikulasi, pengulangan, media gambar, pendampingan lansung

mempraktekkan, berinteraksi, melatih fisik, membimbing perilaku.

7. Semangat seperti apa yang diperlukan bagi pendampingan orang

berkebutuhan khusus?

Semangat yang diperlukan adalah semangat yang tidak berkesudahan atau terus-

menerus, semangat belajar untuk terus menigkatkan pengetahuan, semangat

pelayanan, semangat pengorbanan, semangat kesabaran.

8. Menurut Anda, spiritualitas Vinsensius yang mana yang dapat diterapkan

bagi orang berkebutuhan khusus?

Spiritualitas Vinsensius adalah lemah lembut dan semangat menyelamatkan jiwa-

jiwa.

9. Menurut Anda, apa makna spiritualitas Vinsensius A. Paulo bagi orang yang

berkebutuhan khusus?

Memberikan semangat kepada para tenaga yang melayani di sini supaya lebih giat,

tulus dan lain-lain. Dengan spiritualitas itu, kita tidak menyerah menghadapi ABK.

10. Bagaimana SLB Bhakti Luhur menghayati spiritualitas Vinsensius A. Paulo?

Kita berusaha dengan sepenuh hati menghadapi anak-anak. Melayani mereka.

11. Kesulitan-kesulitan apa yang Anda dialami dan ditemukan dalam

menerapkan spiritualitas Vinsensius A. Paulo bagi orang berkebutuhan

khusus Bhakti Luhur Madiun?

Ada teman yang tidak sependapat dengan kita. Satu sama lain tidak sependapat.

12 Apa upaya yang selama ini dilakukan SLB Bhakti Luhur dalam mengatasi

kesulitan menghayati spiritualitas Vinsensius A. Paulo bagi orang

berkebutuhan khusus di SLB Bhakti Luhur?

Kita mengadakan rekoleksi, pembinaan, mencari donatur, meningkatkan

kesejahteraan pendamping, kan pendamping di sini juga punya keluarga yang

Page 185: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

harus dihidupi.

Page 186: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

TRANSKRIP WAWANCARA

RESPONDEN 5

Nama : Vinsensius Yosep Tukidjo

Ttl : Ponorogo, 10 Mei 1956

Pekerjaan tetap : Pendamping dan Guru SLB

Mata pelajaran yang diampu : Guru Kelas XII SMA SLB

Lama pengabdian : 40 Tahun

1. Menurut Anda siapakah Santo Vinsensius A. Paulo?

Vinsensius adalah orang yang bergerak di bidang kasih. Dia adalah pelindung

Bhakti Luhur, pendiri Kongregasi Misi.

2. Apa isi spiritualitas Vinsensius A Paulo? Jelaskan menurut sepengetahuan

Anda!

Isinya ajaran Yesus tentang cinta kasih.

3. Apakah Anda mengetahui 5 keutamaan St. Vinsensius A. Paulo? Jelaskan!

Kesederhanaan, kasih, dan lain-lain. Menerapkan keutamaan.

4. Menurut Anda, siapakah yang dimaksud dengan orang yang berkebutuhan

khusus?

Mereka-mereka yang tidak dapat merawat dan membantu diri mereka sendiri.

5. Bagi Anda, apa arti pendampingan orang berkebutuhan khusus?

Arti pendampingan orang berkebutuhan khusus adalah pendampingan yang

diberikan kepada orang berkebutuhan khusus atau cacat, menderita dan miskin

secara langsung, pelayanan kepada orang miskin, pelayanan kepada orang yang

cacat, pelayanan kepada orang yang memiliki kebutuhan khusus, memberikan

pembinaan, membimbing, dan mengarahkan, mengajar mereka secara khusus.

6. Jenis-jenis pendampingan seperti yang diberikan kepada orang

berkebutuhan khusus?

Jenis-jenis pendampingan yang diberikan secara individu, pengulangan materi atau

Page 187: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

berlanjut, pendampingan secara maksimal, berinteraksi, penuh kesabaran,

menggunakan alat peraga atau sarana prasarana misalnya menggunakan video,

gambar, dengan cinta dan kasih sayang, menghargai hasil belajar mereka.

7. Semangat seperti apa yang diperlukan bagi pendampingan orang

berkebutuhan khusus?

Semangat yang diperlukan adalah semangat yang tidak berkesudahan, semangat

berjuang, semangat berkorban, semangat pelayanan, semangat kesabaran,

semangat cinta kasih, semangat menghargai, semangat persahabatan.

8. Menurut Anda, spiritualitas Vinsensius yang mana yang dapat diterapkan

bagi orang berkebutuhan khusus?

Spiritualitas Vinsensius menurut saya adalah kelembutan hati dan kasih.

9. Menurut Anda, apa makna spiritualitas Vinsensius A. Paulo bagi orang yang

berkebutuhan khusus?

Memberikan kasih supaya anak-anak itu juga bisa mengasihi temannya yang lain

dalam hidupnya. Yesus juga begitu, Ia memberikan kasih, supaya kita pun saling

mengasihi seperti Dia mengasihi kita. Itu saya kita.

10. Bagaimana SLB Bhakti Luhur menghayati spiritualitas Vinsensius A. Paulo?

Kita menghayatinya dengan berdoa, menghidupi lewat hidup sehari-hari dengan

mengasihi dan melayani.

11. Kesulitan-kesulitan apa yang Anda dialami dan ditemukan dalam

menerapkan spiritualitas Vinsensius A. Paulo bagi orang berkebutuhan

khusus Bhakti Luhur Madiun?

Di sini yang saya lihat berkaitan dengan kerjasama. Kita masih mengalami

kesulitan kerjasama. Kadang kita kurang sepakat, sepaham dalam menangani anak-

anak.

12 Apa upaya yang selama ini dilakukan SLB Bhakti Luhur dalam mengatasi

kesulitan menghayati spiritualitas Vinsensius A. Paulo bagi orang

berkebutuhan khusus di SLB Bhakti Luhur?

Kita harus memperbaiki komunikasi, harus mau menerima saran dan masukkan

dari orang lain sesama pendamping di sini.

Page 188: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

TRANSKRIP WAWANCARA

RESPONDEN 6

Nama : Sr. Reneldis Mimi

Ttl : Maokaro, 21 Mei 1973

Pekerjaan tetap : Suster Alma, Bendahara

Mata pelajaran yang diampu : Mengajar anak autis

Lama pengabdian : 4 Tahun

1. Menurut Anda siapakah Santo Vinsensius A. Paulo?

Vinsensius adalah pelindung dan inspirator.

2. Apa isi spiritualitas Vinsensius A Paulo? Jelaskan menurut sepengetahuan

Anda!

Fokus memperhatikan orang berkebutuhan khusus, kecil, disabilitas.

3. Apakah Anda mengetahui 5 keutamaan St. Vinsensius A. Paulo? Jelaskan!

Kesederhanaan, dan lain-lain. Hasil dimiliki dari 5 keutamaan, berjuang, bertekun.

4. Menurut Anda, siapakah yang dimaksud dengan orang yang berkebutuhan

khusus?

Orang berkebutuhan khusus adalah mereka yang membutuhkan perhatian dan

cinta, pakir miskin, dan orang-orang yang terlantar.

5. Bagi Anda, apa arti pendampingan orang berkebutuhan khusus?

Arti pendampingan orang berkebutuhan khusus adalah pelayanan kepada orang

berkebutuhan khusus, cacat dan miskin dan merupakan tugas mulia, mendidik dan

menggali potensi orang berkebutuhan khusus, bukan suatu yang gampang,

sederhana, pendampingan secara khusus ikut merasakan kesulitan mereka,

mengajarkan secara khusus, menjaga, merawat orang berkebutuhan khusus.

6. Jenis-jenis pendampingan seperti yang diberikan kepada orang

berkebutuhan khusus?

Jenis-jenis pendampingan yang diberikan adalah pendampingan langsung secara

Page 189: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

maksimal, memberikan contoh sikap dan perilaku yang baik, pendampingan secara

maksimal, dengan cinta dan kasih sayang, sering berinteraksi, tanya jawab,

menonton video, demonstrasi, menggunakan alat peraga atau sarana prasarana,

pendampingan konkret/ nyata, aksi nyata atau tindakkan nyata.

7. Semangat seperti apa yang diperlukan bagi pendampingan orang

berkebutuhan khusus?

Semangat yang diperlukan adalah semangat kegembiraan, semangat pelayanan,

semangat pengorbanan, semangat ketekunan, semangat kesabaran, semangat

bejuang dan memotivasi diri.

8. Menurut Anda, spiritualitas Vinsensius yang mana yang dapat diterapkan

bagi orang berkebutuhan khusus?

Semangat menyelamatkan jiwa-jiwa. Dan juga kelembuatan hati. Sebenarnya

kelima spiritualitas Vinsensius bisa dipakai semua dalam SLB ini.

9. Menurut Anda, apa makna spiritualitas Vinsensius A. Paulo bagi orang yang

berkebutuhan khusus?

Makna spiritualitas Vinsensius adalah ABK mendapat layanan yang lebih efektif.

10. Bagaimana SLB Bhakti Luhur menghayati spiritualitas Vinsensius A. Paulo?

Kita bisa menghayati spiritualitas Vinsensius dengan kesaksian hidup sehari-hari.

11. Kesulitan-kesulitan apa yang Anda dialami dan ditemukan dalam

menerapkan spiritualitas Vinsensius A. Paulo bagi orang berkebutuhan

khusus Bhakti Luhur Madiun?

Kesulitannya di sini kasus kecatatan yang berbeda, sehingga sulit juga memberikan

pelayanan kepada mereka sesuai kebutuhan. Pelayanan tidak maksimal karena kita

menghadapi berbagai kebutuhan anak yang berbeda.

12 Apa upaya yang selama ini dilakukan SLB Bhakti Luhur dalam mengatasi

kesulitan menghayati spiritualitas Vinsensius A. Paulo bagi orang

berkebutuhan khusus di SLB Bhakti Luhur?

Kita mencocokkan kurikulum pemerintah misalnya K13 dengan kurikulum

Yayasan Bhakti Luhur. Kadang standar kurikulum pemerintah terlalu tinggi buat

kita, jadi kita sesuaikan dengan kurikulum kita.

Page 190: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

TRANSKRIP WAWANCARA

RESPONDEN 7

Nama : Frankasius Bote Kelen

Ttl : Flores Timur, 12 Mei 1961

Pekerjaan tetap : Guru Agama Katolik

Mata pelajaran yang diampu : Agama Katolik

Lama pengabdian : 11 Tahun

1. Menurut Anda siapakah Santo Vinsensius A. Paulo?

Vinsensius adalah tokoh Gereja. Ia adalah pembawa perubahan, pelayan orang

miskin, orang cacat, dan lain-lain dan pembaharuan Gereja.

2. Apa isi spiritualitas Vinsensius A Paulo? Jelaskan menurut sepengetahuan

Anda!

Isi spiritualitas Vinsensius adalah bayangan kasih, pelayanan kasih, membagikan

kasih terhadap sesama terutama yang menderita, cacat, miskin, terlantar. Ia

memiliki prinsip untuk itu, “meninggalkan Tuhan untuk Tuhan.”

3. Apakah Anda mengetahui 5 keutamaan St. Vinsensius A. Paulo? Jelaskan!

Spiritualitas Vinsensius yang saya tahu adalah sederhana, artinya kalau kita

melayani di sini, kita harus menjadi sederhana. Sikap hidup yang sederhana harus

diperlihatkan guru. Kedua adalah rendah hati. Jadi guru di sini tidak boleh bentak,

kita harus lembut hati. Kita harus menjauhkan apa yang kita inginkan secara

berlebihan. Semangat sepenuh hati melayani, tidak boleh separuh-separuh. Kita

harus sabar.

4. Menurut Anda, siapakah yang dimaksud dengan orang yang berkebutuhan

khusus?

Anak-anak yang memiliki keterbelakangan fisik, orang yang membutuhkan

penanganan khusus. Mereka yang jauh dari bawah normal.

5. Bagi Anda, apa arti pendampingan orang berkebutuhan khusus?

Page 191: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

Arti dari pendampingan orang berkebutuhan khusus adalah memberikan

pendampingan atau pelayanan kepada orang berkebutuhan khusus, miskin dan

menderita, merasakan arti ketulusan, membimbing dengan sepenuh hati, mencintai

kaum miskin atau orang berkebutuhan khusus.

6. Jenis-jenis pendampingan seperti apa yang diberikan kepada orang

berkebutuhan khusus?

Jenis-jenis pendampingan yang diberikan adalah mengarahkan atau pendampingan

secara maksimal agar mereka bangga dengan dirinya, memutarkan video,

melakukan pengulangan dalam penyampian materi atau mengulang-ulang,

menggunakan gambar, membiasakan memimpin doa, berinteraksi lansung, aksi

nyata.

7. Semangat seperti apa yang diperlukan bagi pendampingan orang

berkebutuhan khusus?

Semangat yang diperlukan yaitu semangat melayani dengan sepenuh hati,

semangat mencintai, semangat berkorban, semangat kesabaran, semangat

ketekunan.

8. Menurut Anda, spiritualitas Vinsensius yang mana yang dapat diterapkan

bagi orang berkebutuhan khusus?

Spiritualitas Vinsensius yang cocok diterapkan di SLB sini adalah kasih atau

pelayanan kasih. Kasih di atas segala-galanya.

9. Menurut Anda, apa makna spiritualitas Vinsensius A. Paulo bagi orang yang

berkebutuhan khusus?

Bagi saya, spiritualitas Vinsensius mengajarkan kepada kita untuk menjadi seperti

Kristus, membuat sabar, membuat semangat dalam melayani.

10. Bagaimana SLB Bhakti Luhur menghayati spiritualitas Vinsensius A. Paulo?

Kita menghayati spiritualitas Vinsensius dengan penuh semangat, sepenuh hati

menerapkanspiritualitas dengan mengasihi ABK

11. Kesulitan-kesulitan apa yang Anda dialami dan ditemukan dalam

menerapkan spiritualitas Vinsensius A. Paulo bagi orang berkebutuhan

khusus Bhakti Luhur Madiun?

Page 192: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

Kelainan OBK berbeda-beda (kecacatan), kebingungan, susah dalam belajar OBK.

12 Apa upaya yang selama ini dilakukan SLB Bhakti Luhur dalam mengatasi

kesulitan menghayati spiritualitas Vinsensius A. Paulo bagi orang

berkebutuhan khusus di SLB Bhakti Luhur?

Usaha yang dilakukan adalah kita mengajari secara individual artinya kita harus

mengajari satu persatu. Karena tadi, mereka memiliki kemampuan atau kesulitan

belajar yang berbeda-beda.

Page 193: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

KODING WAWANCARA

1. Data Demografis Responden

Tabel 1

R Nama

Lengkap

Tempat

Tanggal

lahir

Pekerjaan

Tetap

Mata

Pelajaran

yang

diampu di

SLB Bhakti

Luhur

Madiun

Lama

Pengabdian di

SLB Bhakti

Luhur

Madiun

R1 Martina

Jatmi

Hayati,

S.Pd.

Kulonprogo,

13 Maret

1962

PNS, CNI Guru kelas

SMP SLB

sejak 1986.

34 Tahun

R2 Lilis Tri

Puji

Rahayu,

S.Pd.

Madiun, 8

September

1967

Guru Guru Kelas 23 Tahun

R3 Elisabet

Endang

Sri

Wahyuni

Magelang, 7

Juli 1963

Guru Guru

ketrampilan

(dulu), guru

kelas SMP.

35 Tahun

R4 Lidia Tri

Meni

M.Pd.

Madiun, 20

Mei 1962

Guru Guru jelas

SD

6 Tahun

R5 Vinsensius

Yosep

Tukidjo

Ponorogo,

10 Mei

1956

Pendamping

dan guru

SLB

Guru kelas

XII SMA

SLB

40 Tahun

R6 Sr. Maokaro, Suster Alma Mengajar 4 Tahun

Page 194: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

Reneldis

Mimi,

Alma,

A.Md.

21 Mei

1973

Bendahara

Sekolah

anak autis

R7 Frankasius

Bote

Kelen

Flores

Timur, 12

Mei 1961

Guru agama

Katolik

Guru

Agama

Katolik

11 Tahun

2. Kodifikasi Data

Tabel 2

Indikator 1: Menurut Anda siapakah Santo Vinsensius A. Paulo?

R Jawaban Responden Kata Kunci Kode

R1 Santo Vinsensius adalah pelindung Bhakti

Luhur dan karya alma. Lahir 1581 di

Pouy, Prancis Selatan. Vinsensius anak

ke-3 dari 6 bersaudara. Di tahbiskan usia

19 tahun, pada bulan September 1660.

Karyanya dikhususkan dengan orang

miskin yang berawal ketika berjumpa

dengan seorang wanita yang direndahkan.

Vinsensius marah waktu itu ketika

melihat situasi kaum wanita yang

direndahkan. Itulah sebabnya muncul

“Perkasih” kemudian Perhimpunan Putri

Kasih. Vinsensius wafat 1666 ketika

sedang berdoa.

Vinsensius adalah

pelindung Bhakti

Luhur dan Alma.

Vinsensius

berkarya bagi

orang miskin.

1a

1b

R2 Vinsensius A Paulo itu adalah tokoh

Gereja Katolik, bapak orang miskin,

bapak kaum papa, pelindung bakti luhur,

Vinsius adalah

tokoh Gereja.

1c

Page 195: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

juga pelindung Alma. Pendiri STKIP dan

Widya Mandala, pendiri Perkasih.

R3 Pelindung dan teladan dalam berkarya. Pelindung dan

teladan dalam

karya.

1d

R4 Tokoh Gereja di Gereja Prancis, seorang

bapak bagi orang miskin.

Vinsensiusn adalah

tokoh Gereja.

Vinsensius

berkarya bagi

orang miskin.

1c

1b

R5 Vinsensius adalah orang yang bergerak di

bidang kasih. Dia adalah pelindung

Bhakti Luhur, pendiri Kongregasi Misi.

Vinsensius adalah

orang yang

bergerak di bidang

kasih.

Pelindung Bhakti

Luhur.

Pendiri Kongregasi

Misi.

1e

1a

1f

R6 Vinsensius adalah pelindung dan

inspirator.

Pelindung dan

inspirator.

1d

R7 Vinsensius adalah tokoh Gereja. Ia adalah

pembawa perubahan, pelayan orang

miskin, orang cacat, dan lain-lain dan

pembaharuan Gereja.

Vinsensius adalah

tokoh Gereja.

Pelayan orang

miskin cacat.

Vinsensius adalah

pembaharu Gereja.

1c

1b

1g

Kata Kunci Kode Frekuensi Persentase

Tokoh Gereja 1c 4 57,14%

Orang yang berkarya bagi orang miskin 1b 3 42,90%

Page 196: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

Pelindung dan teladan berkarya. 1d 2 28,60%

Pelindung Bhakti luhur dan Alma 1a 2 28,60%

Orang yang bergerak dalam bidang

kasih

1e 1 14,30%

Pendiri Kongregasi misi 1f 1 14,30%

Pembaharu Gereja 1g 1 14,30%

Kesimpulan:

Empat (4) dari tujuh (7) responden melihat pribadi Vinsensius sebagai tokoh

Gereja, dan tiga (3) responden melihat sosok Santo Vinsensius sebagai orang

yang mengabdikan hidupnya melayani dan berkarya bagi orang miskin. Dua

(2) responden menggarisbawahi bahwa Vinsensius adalah pelindung dan

teladan berkarya. Vinsensius sebagai pelindung berkarya secara khusus

sebagai pelindung bagi Bhakti Luhur, dan Alma (28,60%). Satu (1)

responden melihat Vinsensius sebagai yang bergerak dalam bidang kasih.

Tabel 3

Indikator 2: Apa isi spiritualitas Vinsensius A Paulo? Jelaskan menurut

sepengetahuan Anda!

R Jawaban Responden Kata Kunci Kode

R1 Mencintai dan melayani dengan penuh

kasih, terutama ABK dan orang-orang

berkebutuhan khusus, terlantar dan kurang

mampu.

Mencintai dan

melayani ABK,

terlantar, kurang

mampu dengan

sepenuh hati

2a

R2 Menurut saya, isi spiritualitas Vinsensius

adalah hidup mencintai anak-anak,

mencintai orang tua, secara khusus

mencintai orang dan anak berkebutuhan

khusus.

Mencintai anak-

anak, orangtua,

secara khusus

ABK

2a

Page 197: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

R3 Kesederhanaan, kerendahan hati, kasih,

kelemah lembutan.

Kesederhanaan

Kerendahan hati

Kasih

Kelemahlembutan

2b

2c

2a

2d

R4 Pelayanan anak-anak ABK, orang-orang

yang lansia, orang-orang yang terlantar

dan menderita.

Pelayanan ABK,

orang lancia, orang

terlantar dan

menderita

2a

R5 Isinya ajaran Yesus tentang cinta kasih. Ajaran Yesus

tentang kasih

2a

R6 Fokus memperhatikan orang

berkebutuhan khusus, kecil, disabilitas.

Memperhatikan

OBK, kecil dan

disabilitas

2a

R7 Isi spiritualitas Vinsensius adalah

bayangan kasih, pelayanan kasih,

membagikan kasih terhadap sesama

terutama yang menderita, cacat, miskin,

terlantar. Ia memiliki prinsip untuk itu,

“meninggalkan Tuhan untuk Tuhan.”

Bayangan kasih,

pelayanan kasih,

membagikan kasih

terutama kepada

yang menderita,

cacat, miskin dan

terlantar

2a

Kata Kunci Kode Frekuensi Persentase

Mencintai dan melayani ABK, OBK,

menderita, cacat, terlantar, miskin.

2a 7 100%

Kesederhanaan 2b 1 14,30%

Kerendahan hati 2c 1 14,30%

Kelemahlembutan 2d 1 14,30%

Kesimpulan:

Tujuh (7) atau 100% responden mengatakan bahwa isi spiritualitas Santo

Vinsensius adalah mencintai dan melayani ABK, OBK, menderita, cacat,

Page 198: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

terlantar dan miskin. Satu (1) responden melihat bahwa isi spiritualitas

Vinsensius adalah kesederhanaan. Satu (1) responden mengatakan bahwa isi

spiritualitas Vinsensius adalah kelemahlembutan. Kelemahlembutan dan

kesederhanaan adalah pendukung pengungkapan kasih dan pelayanan kepada

ABK, OBK, menderita, cacat, terlantar dan miskin, sehingga pelayanan

maksimal.

Tabel 4

Indikator 3: Apakah Anda mengetahui 5 keutamaan St. Vinsensius A.

Paulo? Jelaskan!

R Jawaban Responden Kata Kunci Kode

R1 Kasih, rendah hati, dan lain-lain. Kasih

Rendah hati

3a

3b

R2 Keutamaan Vinsensius adalah

kesederhanaan. Kesederhanaan anak yang

tidak bisa apa-apa. Maka, kita harus

melayani anak-anak itu dengan rendah

hati. Kedua, adalah kelembutan hati, itu

berarti kita harus melayani anak-anak

dengan lembut, dengan penuh kasih

sayang karena mereka anak-anak citra

Allah sama seperti kita. Ketiga, mati raga,

yaitu berjuang. Di sini, berjuang tidak

kenal lelah membagikan kasih setiap saat,

setiap waktu.Keempat, keutamaan

menyelamatkan jiwa anak-anak.

Kesederhanaan,

artinya melayani

dengan rendah hati

Kelembuatan hati,

artinya melayani

anak-anak Allah

sebagai citra-Nya

dengan lembut

Matiraga, artinya

berjuang

membagikan kasih

Menyelamatkan

jiwa-jiwa.

3c

3d

3e

3f

R3 Mendidik, melayani dengan semangat

Vinsensius, bisa menemukan Yesus yang

dilayani.

Menemukan Yesus

di dalam orang

yang dilayani

3g

Page 199: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

R4 Kerendahan hati, sederhana, lemah

lembut, matiraga, menyelamatkan jiwa.

Kerendahan hati

Sederhana

Lemah lembut

Matiraga

Menyelamatkan

jiwa-jiwa

3b

3c

3d

3e

3f

R5 Kesederhanaan, kasih, dan lain-lain.

Menerapkan keutamaan.

Kesederhanaan

Kasih

3c

3a

R6 Kesederhanaan, dan lain-lain. Hasil

dimiliki dari 5 keutamaan, berjuang,

bertekun.

Kesederhanaan 3c

R7 Spiritualitas Vinsensius yang saya tahu

adalah sederhana, artinya kalau kita

melayani di sini, kita harus menjadi

sederhana. Sikap hidup yang sederhana

harus diperlihatkan guru. Kedua adalah

rendah hati. Jadi guru di sini tidak boleh

bentak, kita harus lembut hati. Kita harus

menjauhkan apa yang kita inginkan

secara berlebihan. Semangat sepenuh hati

melayani, tidak boleh separuh-separuh.

Kita harus sabar.

Sederhanana,

artinya melayani

dengan menjadi

sederhana

Rendah hati, tidak

boleh bentak

mendidik ABK.

Lembut hati

Menjauhkan

keinginan yang

berlebihan

Semangat melayani

dengan total

3c

3b

3h

3i

Kata Kunci Kode Frekuensi Persentase

Kesederhanaan 3c 5 71,43%

Kerendahan hati 3b 3 42,90%

Kelembutan hati 3d 2 28,60%

Matiraga 3e 2 28,60%

Page 200: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

Penyelamatan jiwa-jiwa 3f 2 28,60%

Menemukan Yesus dalam diri orang

yang dilayani

3g 1 14,30%

Menjauhkan keinginan yang berlebihan 3h 1 14,30%

Semangat melayani dengan total 3i 1 14,30%

Kesimpulan:

Lima (5) dari 7 responden menyebutkan bahwa keutamaan Vinsensius A.

Paulo adalah kerendahan hati. Tiga (3) responden menjawab bahwa

keutamaan Vinsensius adalah kerendahan hati. Dua (2) responden

mengatakan bahwa keutamaan Vinsensius adalah kelembutan hati. Dua (2)

responden mengatakan bahwa keutamaan Vinsensius adalah matiraga.

Pandangan keutamaan matiraga yang dimiliki Vinsenius didukung oleh satu

penyataan responden bahwa keutamaan Vinsensius adalah menjauhkan

keinginan yang berlebihan. Dua (2) responden menyatakn bahwa keutamaan

Vinsensius adalah penyelamatan jiwa-jiwa. Keutamaan penyelamatan jiwa-

jiwa didukung oleh pernyataan satu (1) responden bahwa Vinsensius

memiliki keutamaan semangat melayani dengan total. Satu (1) responden

menyebukan keutamaan Vinsensius yaitu menemukan Yesus di dalam diri

orang yang dilayani.

Tabel 5

Indikator 4: Menurut Anda, siapakah yang dimaksud dengan orang

yang berkebutuhan khusus?

R Jawaban Responden Kata Kunci Kode

R1 Orang berkebutuhan khusus adalah orang-

orang yang mengalami kekurangan,

terlantar, menderita, dan lain-lain. Mereka

adalah orang-orang yang kurang

beruntung.

Orang-orang yang

mengalami

kekurangan

Orang yang

menderita

4a

4b

Page 201: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

Orang yang kurang

beruntung

4c

R2 Orang yang berkebutuhan khusus adalah

orang yang mengalami kecatatan fisik,

keterbatasan mental, kurang diperhatikan.

Orang yang

mengalami

kecacatan fisik

Orang yang cacat

mental

Kurang

diperhatikan

4d

4e

4a

R3 Orang yang membutuhkan uluran tangan

kita, dan pertolongan, khususnya cacat,

mereka terlantar.

Orang yang

membutuhkan

uluran tangan

4f

R4 Orang-orang yang mengalami ketunaan,

seperti tunanetra, rungu, wicara, tuna

greta yaitu lemot berpikir, lemah IQ-nya,

tuna daksa, autis, dan semua ABK dan

OBK.

Orang yang

mengalami

ketunaan: tuna

rungu, tunacicara,

tunagrata,

tunadaksa, autis.

4g

R5 Mereka-mereka yang tidak dapat merawat

dan membantu diri mereka sendiri.

Mereka yang tidak

dapat merawat diri

mereka sendiri

4f

R6 Orang berkebutuhan khusus adalah

mereka yang membutuhkan perhatian dan

cinta, pakir miskin, dan orang-orang yang

terlantar.

Orang yang

membutuhkan

perhatian dan cinta

Pakir miskin

Orang yang

terlantar

4a

4h

4f

R7 Anak-anak yang memiliki

keterbelakangan fisik, orang yang

Anak yang

memiliki

4d

Page 202: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

membutuhkan penanganan khusus.

Mereka yang jauh dari bawah normal.

keterbelakangan

fisik

Orang

membutuhkan

penanganan

khusus

4a

Kata Kunci Kode Frekuensi Persentase

Orang yang memiliki kekurangan 4a 5 71,43%

Orang yang membutuhkan uluran

tangan

4e 3 42,90%

Orang yang menderita 4b 1 14,30%

Orang yang kurang beruntung 4c 1 14,30%

Orang yang cacat mental 4d 1 14,30%

Orang yang mengalami ketunaan: tuna

rungu, tunacicara, tunagrata, tunadaksa,

autis

4f 1 14,30%

Mereka yang tidak dapat merawat diri

mereka sendiri

4f 1 14,30%

Pakir miskin 4h 1 14,30%

Kesimpulan:

Lima (4) dari tujuh (7) responden mengatakan bahwa orang yang

berkebutuhan khusus adalah orang yang memiliki kekurangan. Tiga (3)

responden mengatakan bahwa orang yang berkebutuhan khusus adalah orang

yang membutuhkan uluran tangan (bantuan). Dua (2) responden mengatakan

bahwa orang berkebutuhan khusus adalah orang yang memiliki

keterbelakangan fisik. Satu (1) responden mengatakan bahwa orang yang

berkebutuhan khusus adalah mereka yang menderita. Satu (1) responden

mengatakan bahwa orang yang berkebutuhan khusus adalah orang yang

kurang beruntung. Satu (1) responnden mengatakan bahwa orang

Page 203: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

berkebutuhan khusus adalah manusia yang cacat mental. Satu (1) responden

mendefinisikan orang berkebutuhan khusus sebagai orang yang mengalami

ketunaan seperti tuna rungu, tunacicara, tunagrata, tunadaksa, autis. Satu (1)

responden mengatakan bahwa orang yang berkebutuhan khusus adalah fakir

miskin.

Tabel 6

Indikator 5: Menurut Anda, spiritualitas Vinsensius yang mana yang

dapat diterapkan bagi orang berkebutuhan khusus?

R Jawaban Responden Kata Kunci Kode

R1 Spiritualitas Vinsensius menurut

sepengetahuan saya adalah mengasihi.

Jadi Kasih adalah inti dari spiritualitas

Vinsensius.

Spiritualitas

mengasihi

5a

R2 Spiritualitas yang pas untuk diterapkan di

Bhakti luur ini adalah pelayanan penuh

cinta kasih.

Pelayanan penuh

kasih

5a

R3 Bagi saya spiritualitas Vinsensius itu

adalah kasih, pelayanan kasih.

Spiritualitas kasih,

pelayanan kasih

5a

R4 Spiritualitas Vinsensius adalah lemah

lembut dan semangat menyelamatkan

jiwa-jiwa.

Spiritualitas lemah

lembut

Spiritualitas

menyelamatkan

jiwa-jiwa

5b

5c

R5 Spiritualitas Vinsensius menurut saya

adalah kelembutan hati dan kasih.

Spiritualitas

kelembutan hati

Spiritualitas kasih

5b

5a

R6 Semangat menyelamatkan jiwa-jiwa. Dan

juga kelembuatan hati. Sebenarnya

Semangat

penyelamatan jiwa-

5c

Page 204: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

kelima spiritualitas Vinsensius bisa

dipakai semua dalam SLB ini.

jiwa

Spiritualitas

kelembutan hati

5b

R7 Spiritualitas Vinsensius yang cocok

diterapkan di SLB sini adalah kasih atau

pelayanan kasih. Kasih di atas segala-

galanya.

Spiritualitas kasih

atau pelayann kasih

5a

Kata Kunci Kode Frekuensi Persentase

Spiritualitas kasih atau pelayann kasih 5a 5 71,43%

Spiritualitas kelembutan hati 5b 3 42,90%

Spiritualitas menyelamatkan jiwa-jiwa 5c 2 28,60%

Kesimpulan:

Lima (5) dari 7 (tujuh) responden berpandangan bahwa spiritualitas yang

dapat diterapkan bagi orang yang berkebutuhan khusus adalah spiritualitas

kasih atau pelayanan kasih. Tiga (3) responden menambahkan pentingnya

kelembutan hati bagi pelayanan terhadap anak berkebuhan khusus. Dua (2)

responden melihat bahwa spiritualitas yang sesuai untuk diterapkan bagi

anak orang berkebutuhan khusus adalah adanya kehendak dari pendidik

untuk menyelamatkan jiwa-jiwa.

Tabel 7

Indikator 6: Bagi Anda, apa arti pendampingan orang berkebutuhan

khusus?

R Jawaban Responden Kata Kunci Kode

R1 Pendampingan yang diberikan ssecara

khusus, memberikan pertolongan,

menaruh perhatian, serta membantu orang

berkebutuhan khusus untuk berkembang,

Pendampingan

secara khusus

Memberi

6a

6b

Page 205: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

ikut merasakan penderitaan mereka. pertolongan

R2 Pendampingan secara khusus,

pendampingan sesuai dengan kebutuhan

siswa masing-masing, atau sesuai dengan

tingkat ketunaannya, pendampingan

kepada orang cacat, miskin dan

menderita, ikut merasakan penderitaan

mereka, melayani orang miskin atau

cacat.

Pendampingan

secara khusus

Pendampingan

orang cacat, miskin

dan menderita

6a

6c

R3 Bagi saya pendampingan kepada mereka

yang cacat, miskin dan kekurangan,

pelayanan kepada orang miskin,

mengajari, memberikan bimbingan,

memberikan pembinaan agar mereka

berkembang dan memiliki hidup yang

layak, membantu mengarahkan mereka

secara khusus dan berbeda dengan orang

normal pada umumnya.

Pendampingan

orang cacat, miskin

dan menderita

Memberikan

bimbingan

6c

6d

R4 Arti pendampingan orang berkebutuhan

khusus adalah mendampingi orang yang

berkebutuhan khusus, cacat, miskin dan

menderita, pendamping sebagai guru

yang mengarahkan dan membimbing,

mengajarkan orang berkebutuhan khusus

sesuai kondisi mereka, mendidik mereka,

mengasihi mereka yang berkebutuhan

khusus, pelayanan kepada orang miskin.

Pendampingan

orang cacat, miskin

dan menderita

Mendidik orang

berkebutuhan

khusus

6c

6e

R5 Arti pendampingan orang berkebutuhan

khusus adalah pendampingan yang

diberikan kepada orang berkebutuhan

Pendampingan

orang cacat, miskin

dan menderita

6c

Page 206: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

khusus atau cacat, menderita dan miskin

secara langsung, pelayanan kepada orang

miskin, pelayanan kepada orang yang

cacat, pelayanan kepada orang yang

memiliki kebutuhan khusus, memberikan

pembinaan, membimbing, dan

mengarahkan, mengajar mereka secara

khusus.

Memberikan

bimbingan

6d

R6 Arti pendampingan orang berkebutuhan

khusus adalah pelayanan kepada orang

berkebutuhan khusus, cacat dan miskin

dan merupakan tugas mulia, mendidik

dan menggali potensi orang berkebutuhan

khusus, bukan suatu yang gampang,

sederhana, pendampingan secara khusus

ikut merasakan kesulitan mereka,

mengajarkan secara khusus, menjaga,

merawat orang berkebutuhan khusus.

Pendampingan

orang cacat, miskin

dan menderita

Merawat orang

berkebutuhan

khusus

6c

6f

R7 Arti dari pendampingan orang

berkebutuhan khusus adalah memberikan

pendampingan atau pelayanan kepada

orang berkebutuhan khusus, miskin dan

menderita, merasakan arti ketulusan,

membimbing dengan sepenuh hati,

mencintai kaum miskin atau orang

berkebutuhan khusus.

Pendampingan

orang cacat, miskin

dan menderita

Mencintai kaum

miskin

6c

6g

Kata Kunci Kode Frekuensi Persentase

Pendampingan orang cacat, miskin dan

menderita

6c 6 85, 71%

Page 207: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

Memberikan bimbingan 6d 2 28,60%

Pendampingan secara khusus 6a 2 28,60%

Memberi pertolongan 6b 1 14,30%

Mendidik orang berkebutuhan khusus 6e 1 14,30%

Merawat orang berkebutuhan khusus 6f 1 14,30%

Mencintai kaum miskin 6g 1 14,30%

Kesimpulan:

Enam (6) dari 7 (tujuh) responden berpandangan bahwa arti pendampingan

orang berkebutuhan khusus adalah pendampingan orang cacat, miskin dan

menderita. Dua (2) responden menambahkan memberikan bimbingan. Dua

(2) responden melihat bahwa arti pendampingan orang berkebutuhan khusus

adalah adanya pendampingan secara khusus. Satu (1) responden

menambahkan dengan memberi pertolongan. Satu (1) responden melihat arti

pendampingan orang berkebutuhan khusus adalah mendidik. Satu (1)

responden melihat arti pendampingan adalah merawat orang berkebutuhan

khusus. Satu (1) responden mengatakan mencintai kaum miskin.

Tabel 8

Indikator 7: Jenis-Jenis Pendampingan seperti apa yang diberikan

kepada orang berkebutuhan khusus?

R Jawaban Responden Kata Kunci Kode

R1 Pendampingan langsung, memberikan

perhatian maksimal, memberikan sesuatu

secara bertahap dan berulang-ulang,

menggunakan alat peraga/ sarana

prasarana, selalu melakukan interaksi

Menggunakan alat

peraga

7a

R2 Jenis pendampingan yang diberikan

biasanya adalah jenis pendampingan

langsung, menggunakan alat pera ga atau

Menggunakan

sarana prasarana

7a

Page 208: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

sarana prasarana seperti gambar, bahasa

isyarat, abzad jari, pengulangan, perintah

yang langsung pada tujuan, memberikan

pendampingan maksimal, mencintai dan

mengasihi, membaca gambar.

R3 Jenis pendampingan yang diberikan

adalah mempraktekkan langsung, atau

secara nyata, memberikan suatu ang mesti

harus diulang-ulang kalo tidak begitu

mereka pasti lupa lagi, menggunakan

media gambar karena mereka cepat

nangkap atau paham dengan tujuan kita,

dengan bantuan alat peraga atau sarana

prasaran, sering berinteraksi, dengan

kasih dam sayang, pendampingan

maksimal.

Menggunakan

media gambar

Pendampingan

maksimal

7a

7b

R4 Jenis-jenis pendampingan yang diberikan

sesuai dengan hambatan mereka,

misalnya buta jenis pendampingannya

adalah meraba. Pendampingan dengan

bahasa isyarat, pendampingan dengan

membaca bibir, saat berbicara harus

berhadapan, latihan artikulasi,

pengulangan, media gambar,

pendampingan lansung mempraktekkan,

berinteraksi, melatih fisik, membimbing

perilaku.

Menggunakan

media gambar

7a

R5 Jenis-jenis pendampingan yang diberikan

secara individu, pengulangan materi atau

berlanjut, pendampingan secara

Menggunakan alat

peraga atau sarana

prasarana

7a

Page 209: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

maksimal, berinteraksi, penuh kesabaran,

menggunakan alat peraga atau sarana

prasarana misalnya menggunakan video,

gambar, dengan cinta dan kasih sayang,

menghargai hasil belajar mereka.

R6 Jenis-jenis pendampingan yang diberikan

adalah pendampingan langsung secara

maksimal, memberikan contoh sikap dan

perilaku yang baik, pendampingan secara

maksimal, dengan cinta dan kasih sayang,

sering berinteraksi, tanya jawab,

menonton video, demonstrasi,

menggunakan alat peraga atau sarana

prasarana, pendampingan konkret/ nyata,

aksi nyata atau tindakkan nyata.

Menonton video,

menggunakan alat

peraga

7a

R7 Jenis-jenis pendampingan yang diberikan

adalah mengarahkan atau pendampingan

secara maksimal agar mereka bangga

dengan dirinya, memutarkan video,

melakukan pengulangan dalam

penyampian materi atau mengulang-

ulang, menggunakan gambar,

membiasakan memimpin doa,

berinteraksi lansung, aksi nyata.

Menggunakan

gambar

Aksi nyata

7a

7c

Kata Kunci Kode Frekuensi Persentase

Menggunakan alat peraga gambar dan

video

7a 7 100%

Dengan pendampingan maksimal 7b 1 14,30%

Page 210: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

Dengan aksi nyata 7c 1 14,30%

Kesimpulan:

Tujuh (7) dari 7 (tujuh) responden berpandangan bahwa jenis pendampingan

yang dapat diberikan bagi orang yang berkebutuhan khusus adalah

pendampingan menggunakan alat peraga gambar dan video. Satu (1)

responden menambahkan pentingnya pendampingan secara maksimal

terhadap anak berkebuhan khusus. Satu (1) responden melihat bahwa dengan

aksi yang nyata sesuai untuk diterapkan dalam pendampingan bagi orang

berkebutuhan khusus.

Tabel 9

Indikator 8: Semangat seperti apa yang diperlukan bagi pendampingan

orang berkebutuhan khusus?

R Jawaban Responden Kata Kunci Kode

R1 Semangat yang diperlukan adalah

semangat pelayanan, semangat untuk

menghargai, semangat untuk

mencintai, mengasihi, pengorbanan,

kesabaran, ketekunan dan

persahabatan

Semangat pelayanan,

pengorbanan,kesabaran,

kasih

8a

R2 Semangat yang diperlukan adalah

semangat pelayanan sudah pasti,

semangat berjuang, semangat yang

berkelanjutan, semangat berkorban,

semangat kesabaran, semangat

ketekunan, semangat belajar untuk

meningkatkan pengetahuan juga

perlu.

Semangat pelayanan,

pengorbanan, kesabaran

8a

R3 Semangat yang diperlukan oleh Semangat pelayanan, 8a

Page 211: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

seorang pendamping orang

berkebutuhan khusus atau anak

berkebutuhan khusus menurut

pemahaman saya adalah semangat

pelayanan, karena dengan semangat

pelayanan kepada orang

berkebutuhan khusus maka saya akan

mencintai mereka dan maksimal

dalam tugas saya sebagai

pendamping, semangat kesabaran

karena harus sabar dalam

menghadapi mereka, semangat

ketekunan kita harus tekun, semangat

pengorbanan ini juga sangat penting,

karena tanpa pengorbanan semua

tidak akan menjadi lebih baik, misal

dalam belajar mereka cepat capek

dan malas kita kasih permen dan kue

ini juga pengorbanan, semangat

persahabatan harus menjadi sahabat

bagi mereka agar lebih dekat,

semangat cinta kasih, semangat

menghargai

pengorbanan,

kesabaran, ketekunan

R4 Semangat yang diperlukan adalah

semangat yang tidak berkesudahan

atau terus-menerus, semangat belajar

untuk terus menigkatkan

pengetahuan, semangat pelayanan,

semangat pengorbanan, semangat

kesabaran.

Semangat tidak

berkesudahan

Semangat pelayanan,

pengorbanan

8b

8a

Page 212: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

R5 Semangat yang diperlukan adalah

semangat yang tidak berkesudahan,

semangat berjuang, semangat

berkorban, semangat pelayanan,

semangat kesabaran, semangat cinta

kasih, semangat menghargai,

semangat persahabatan.

Semangat yang tidak

berkseudahan, terus

berlanjut

Semangat

persahabatan,

menghargai

8b

8c

R6 Semangat yang diperlukan adalah

semangat kegembiraan, semangat

pelayanan, semangat pengorbanan,

semangat ketekunan, semangat

kesabaran, semangat bejuang dan

memotivasi diri.

Semangat kegembiraan,

pelayanan,

pengorbanan,

ketekunan

8a

R7 Semangat yang diperlukan yaitu

semangat melayani dengan sepenuh

hati, semangat mencintai, semangat

berkorban, semangat kesabaran,

semangat ketekunan.

Semangat ketekunan,

kesabaran, berkorban,

kasih

8a

Kata Kunci Kode Frekuensi Persentase

Semangat pelayanan, pengorbanan,

kesabaran, ketekunan, cinta kasih

8a 6 85,71%

Semangat yang tidak berkseudahan,

terus berlanjut

8b 2 28,60%

Semangat persahabatan, menghargai 8c 1 14,30%

Kesimpulan:

Enam (6) dari 7 (tujuh) responden berpandangan bahwa semangat yang

diperlukan bagi pendampingan orang berkebutuhan khusus adalah Semangat

pelayanan, pengorbanan, kesabaran, ketekunan, kasih. Dua (2) responden

Page 213: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

menambahkan pentingnya semangat yang tidak berkesudahan atau terus

berlanjut bagi pendampingan terhadap orang berkebuhan khusus. Satu (1)

responden melihat bahwa semangat persahabatan dan menghargai perlu

untuk diterapkan bagi pendampingan orang berkebutuhan khusus.

Tabel 10

Indikator 9: Menurut Anda, apa makna spiritualitas Vinsensius A.

Paulo bagi orang yang berkebutuhan khusus?

R Jawaban Responden Kata Kunci Kode

R1 Makna spiritualitas Vinsensius adalah

menyelamatkan jiwa. Mereka didik

menjadi orang yang mandiri.

Menyelamatkan

jiwa-jiwa

Mendidik orang

supaya mandiri

9a

9b

R2 Makna spiritualitas Vinsensius di SLB ini

untuk menyelamatkan jiwa-jiwa orang

berkebutuhan khusus.

Menyelamatkan

jiwa orang yang

berkebutuhan

khusus

9a

R3 Spiritualitas Vinsensius membantu

melayani dengan penuh hati dan kasih,

peduli dengan keadaan anak-anak.

Membantu

melayani dengan

penuh hati dan

cinta

9c

R4 Memberikan semangat kepada para

tenaga yang melayani di sini supaya lebih

giat, tulus dan lain-lain. Dengan

spiritualitas itu, kita tidak menyerah

menghadapi ABK.

Memberikan

semangat kepada

para pelayan ABK

9d

R5 Memberikan kasih supaya anak-anak itu

juga bisa mengasihi temannya yang lain

dalam hidupnya. Yesus juga begitu, Ia

Inspirasi

memberikan kasih

kepada ABK

9d

Page 214: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

memberikan kasih, supaya kita pun saling

mengasihi seperti Dia mengasihi kita. Itu

saya kita.

supaya mereka

juga mengasihi

sesamanya.

R6 Makna spiritualitas Vinsensius adalah

ABK mendapat layanan yang lebih

efektif.

ABK mendapat

layanan yang lebih

efektif

9e

R7 Bagi saya, spiritualitas Vinsensius

mengajarkan kepada kita untuk menjadi

seperti Kristus, membuat sabar, membuat

semangat dalam melayani.

Mengajarkan untuk

menjadi Kristus

yang sabar, dan

semangat melayani

9f

Kata Kunci Kode Frekuensi Persentase

Menyelamatkan jiwa-jiwa 9a 2 28,60%

Memberikan semangat kepada para

pelayan ABK

9d 2 28,60%

Mendidik orang supaya mandiri 9b 1 14,30%

Membantu melayani dengan penuh hati

dan cinta

9c 1 14,30%

ABK mendapat layanan yang lebih

efektif

9e 1 14,30%

Mengajarkan untuk menjadi Kristus

yang sabar, dan semangat melayani

9f 1 14,30%

Kesimpulan:

Dua (2) dari tujuh responden mengatakan bahwa makna spiritualitas

Vinsensius adalah menyelamatkan jiwa-jiwa. Dua (2) responden mengatakan

bahwa makna spiritualitas Vinsensius adalah memberikan semangat kepada

para pelayan ABK. Satu (1) responden meyakini bahwa makna spiritualitas

Vinsensius adalah mendidik anak-anak supaya mandiri. Satu (1) responden

mengatakan bahwa makna spiritualitas Vinsensius adalah membantu

Page 215: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

melayani dengan penuh hati dan cinta. Satu (1) responden mengatakan

bahwa makna spiritualitas Vinsensius adalah menjadikan ABK mendapat

layanan yang lebih efektif. Satu (1) responden mengatakan bahwa makna

spiritualitas Vinsensius adalah mengajarkan untuk menjadi kita seperti

Kristus yang sabar, dan semangat melayani dalam melayani.

Tabel 11

Indikator 10 : Bagaimana SLB Bhakti Luhur menghayati spiritualitas

Vinsensius A. Paulo?

R Jawaban Responden Kata Kunci Kode

R1 Cara menghayati spiritualitas Vinsensius

itu dengan melayani, membimbing anak-

anak dengan penuh kasih melalui

kerohanian.

Melayani dan

membimbing anak-

anak dengan penuh

kasih lewat

kerohanian

10a

R2 Spiritualitas Vinsensius di hayati di sini

adalah tetap melayani ABK, OBK, miskin

dengan kasih.

Melayani ABK,

OBK, miskin

dengan kasih

10a

R3 Menghayati untuk siap melayani orang-

orang yang menderita, ABK.

Siap melayani

orang yang

menderita, ABK

10a

R4 Kita berusaha dengan sepenuh hati

menghadapi anak-anak. Melayani mereka.

Sepenuh hati

menghadapi anak-

anak

10b

R5 Kita menghayatinya dengan berdoa,

menghidupi lewat hidup sehari-hari

dengan mengasihi dan melayani.

Spiritualitas

dihayati dengan

berdoa

Lewat hidup

sehari-hari dengan

10c

10d

Page 216: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

mengasihi dan

melayani

R6 Kita bisa menghayati spiritualitas

Vinsensius dengan kesaksian hidup

sehari-hari.

Kesaksian hidup

sehari-hari

10d

R7 Kita menghayati spiritualitas Vinsensius

dengan penuh semangat, sepenuh hati

menerapkanspiritualitas dengan

mengasihi ABK

Mengasihi ABK 10a

Kata Kunci Kode Frekuensi Persentase

Melayani dan membimbing anak-anak 10a 4 57,14%

Kesaksian hidup sehari-hari 10d 2 28,60%

Sepenuh hati menghadapi anak-anak 10b 1 14,30%

Spiritualitas dihayati dengan berdoa 10c 1 14,30%

Kesimpulan:

Empat (4) dari tujuh responden mengatakan bahwa cara menghayati

spiritualitas Vinsensius adalah melayani dan membimbing anak-anak. Dua

(2) responden mengatakan bahwa cara menghayati spiritualitas Vinsensius

melalui kesaksian hidup sehari-hari. Satu (1) responden mengatakan bahwa

cara menghayati spiritualitas Vinsensius adalah sepenuh hati menghadapi

anak-anak. Satu (1) responden mengatakan bahwa cara menghayati

spiritualitas Vinsensius adalah berdoa.

Page 217: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

Tabel 12

Indikator 11: Kesulitan-kesulitan apa yang Anda dialami dan

ditemukan dalam menerapkan spiritualitas Vinsensius A. Paulo bagi

orang berkebutuhan khusus Bhakti Luhur Madiun?

R Jawaban Responden Kata Kunci Kode

R1 Tidak semua pelayan di sini bisa langsung

lengket dan senang dengan ABK. Bisa

ada kejijikan, belum bisa akrab dengan

anak berkebutuhan khusus.

Tidak semua

pelayan bisa akrab

dengan ABK

11a

R2 Kesulitan yang ditemukan adalah

kekurangan tenaga. Banyak orang tidak

mau melayani anak-anak yang

berkebutuhan khusus ini.

Kekurangan tenaga

pendidik

11b

R3 Kita menghadapi berbagai macam

persoalan. Kebutuhan anak-anak berbeda,

jenis kecacatan bermacam-macam.

Kebutuhan ABK

berbeda karena

jenis kecacatan

berbeda

11c

R4 Ada teman yang tidak sependapat dengan

kita. Satu sama lain tidak sependapat.

Tidak semua

pendidik

sependapat

11d

R5 Di sini yang saya lihat berkaitan dengan

kerjasama. Kita masih mengalami

kesulitan kerjasama. Kadang kita kurang

sepakat, sepaham dalam menangani anak-

anak.

Kesulitan

membangun kerja

sama dalam

menangani ABK

11d

R6 Kesulitannya di sini kasus kecatatan yang

berbeda, sehingga sulit juga memberikan

pelayanan kepada mereka sesuai

kebutuhan. Pelayanan tidak maksimal

karena kita menghadapi berbagai

Kecatatan yang

berbeda sehingga

sulit memberi

pelayanan yang

sesuai

11c

Page 218: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

kebutuhan anak yang berbeda.

R7 Kelainan OBK berbeda-beda (kecacatan),

kebingungan, susah dalam belajar OBK.

Kelainan OBK

berneda

11c

Kata Kunci Kode Frekuensi Persentase

Kebutuhan ABK berbeda karena jenis

kecacatan berbeda

11c 3 42,90%

Kesulitan membangun kerja sama

dalam menangani ABK

11d 2 28,60%

Tidak semua pelayan bisa akrab dengan

ABK

11a 1 14,30%

Kekurangan tenaga pendidik 11b 1 14,30%

Kesimpulan:

Tiga (3) dari tujuh (7) responden mengatakan bahwa kesulitan menerapkan

spiritualitas Vinsensius adalah kebutuhan ABK berbeda karena jenis

kecacatan berbeda. Dua (2) responden mengatakan bahwa kesulitan

menerapkan spiritualitas Vinsensius adalah kesulitan membangun kerja

sama dalam menangani ABK. Satu (1) responden mengatakan bahwa

kesulitan menerapkan spiritualitas Vinsensius adalah tidak semua pelayan

bisa akrab dengan ABK. Satu (1) responden mengatakan bahwa kesulitan

menerapkan spiritualitas Vinsensius adalah kekurangan tenaga pendidik.

Tabel 13

Indikator 12: Apa upaya yang selama ini dilakukan SLB Bhakti Luhur

dalam mengatasi kesulitan menghayati spiritualitas

Vinsensius A. Paulo bagi orang berkebutuhan khusus di

SLB Bhakti Luhur?

R Jawaban Responden Kata Kunci Kode

R1 Kita mengupayakan rekoleksi untuk Mengupayakan 12a

Page 219: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

menyegarkan para guru di sini supaya

melayani anak-anak dengan penuh kasih.

Di sekolah, kita mencari donatur yang

peduli dengan anak-anak ini, mencari

dana.

rekoleksi

penyegaran

Mencari donatur

12b

R2 Upaya yang dilakukan SLB adalah

mencari tenaga yang mau rela membantu

di SLB, mencari donatur, yang mungkin

tersentuh hatinya.

Mencari tenaga

sukarela bagi SLB

Mencari donatur

12c

12b

R3 Caranya adalah mendekap kebutuhan

mereka, sehingga kesulitan kita

menangani berbagai kebutuhan sedikit

teratasi.

Menyesuaikan

kebutuhan ABK

12d

R4 Kita mengadakan rekoleksi, pembinaan,

mencari donatur, meningkatkan

kesejahteraan pendamping, kan

pendamping di sini juga punya keluarga

yang harus dihidupi.

Mengadakan

rekoleksi

Mengadakan

pembinaan

Mencari donatur

12a

12e

12b

R5 Kita harus memperbaiki komunikasi,

harus mau menerima saran dan masukkan

dari orang lain sesama pendamping di

sini.

Membangun

komunikasi diatara

para pendidik

Keterbukaan

menerima dan

memberi saran

12f

12g

R6 Kita mencocokkan kurikulum pemerintah

misalnya K13 dengan kurikulum Yayasan

Bhakti Luhur. Kadang standar kurikulum

pemerintah terlalu tinggi buat kita, jadi

kita sesuaikan dengan kurikulum kita.

Mencocokkan

kurimkulum SLB

Bhakti Luhur

dengan Kurikulum

Pemerintah

12h

Page 220: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

R7 Usaha yang dilakukan adalah kita

mengajari secara individual artinya kita

harus mengajari satu persatu. Karena tadi,

mereka memiliki kemampuan atau

kesulitan belajar yang berbeda-beda.

Mengajari

ABKsatu persatu

12i

Kata Kunci Kode Frekuensi Persentase

Mencari donatur 12b 3 42,90%

Mengadakan rekoleksi 12a

2 28,60%

Mengadakan pembinaan 12e 1 14,30%

Mencari tenaga sukarela bagi SLB 12c 1 14,30%

Menyesuaikan kebutuhan ABK 12d 1 14,30%

Membangun komunikasi diatara para

pendidik

12f 1 14,30%

Keterbukaan menerima dan memberi

saran

12g 1 14,30%

Mencocokkan kurimkulum SLB Bhakti

Luhur dengan Kurikulum Pemerintah

12h 1 14,30%

Kesimpulan:

Tiga (3) dari tujuh (7) responden mengatakan bahwa upaya mengatasi

kesulitan dalam menghayati spiritualitas Vinsensius adalah mencari donatur.

Dua (2) responden mengatakan bahwa upaya mengatasi kesulitan

menghayati spiritualitas Vinsensius adalah mengadakan rekoleksi bagi para

pendidik. Responden empat (R4) menambahkan cara mengatasi kesulitan

dengan mengadakan pembinaan. Responden dua (R2) menyebutkan cara

mengatasi kesulitan dengan mencari tenaga sukarela bagi SLB; responden

tiga (R3) menambahkan cara mengatasi kesulitan dengan menyesuaikan

pelayanan dengan kebutuhan ABK; Responden lima (R5) menambahkan

cara mengatasi sesulitan dengan membangun komunikasi diatara para

Page 221: IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …

pendidik. Responden lima (R5) menambahkan cara mengatasi sesulitan

dengan Keterbukaan menerima dan memberi saran. Responden enam (R6)

menambahkan cara mengatasi kesulitan dengan mencocokkan kurimkulum

SLB Bhakti Luhur dengan Kurikulum Pemerintah.