PERAN KOMITMEN, KOMPETENSI, DAN SPIRITUALITAS DALAM ...

14
227 Abstrak: Peran Komitmen, Kompetensi, dan Spiritualitas dalam Pe- ngelolaan Dana Desa. Penelitian ini berupaya untuk menganalisis peran komitmen, kompetensi, dan spiritualitas dalam keberhasilan pengelo- laan dana desa. Metode yang digunakan yaitu regresi berganda pada 168 perangkat desa dari 56 desa di Kabupaten Buleleng. Hasil pene- litian menunjukkan bahwa dimensi spiritual mampu meningkatkan akuntabilitas dan transparansi dana desa karena mereka berpegang teguh pada hukum karma phala melalui prinsip Moksartham Jagadhita Ya Caiti Dharma. Selain itu, kompetensi pendamping desa dan komit- men aparatur desa yang tinggi mampu meminimalisasi penyimpangan keuangan. Implikasinya, desa menjadi mandiri dengan pendampingan yang maksimal dari pemerintah desa. Abstract: Commitment, Competence, and Spirituality’ Role in Vil- lage Fund Management. This study seeks to analyze the role of commit- ment, competence, and spirituality in the successful management of village funds. The method used is multiple regression on 168 villages from 56 villages in Buleleng Regency. The results showed that the spiritual dimen- sion was able to increase accountability and transparency because they held fast to the law of karma phala through the principles of Moksartham Jagadhita Ya Caiti Dharma. Also, the competency of village counterparts and the high commitment of the village apparatus can minimize financial irregularities. The implication is that the village becomes independent with maximum assistance from the village government. Seiring dengan besarnya dana yang diberikan ke desa oleh pemerintah saat ini tentu saja menuntut ketelitian aparatur desa dalam pengelolaan keuangannya, agar yang menjadi harapan pemerintah, ma- syarakat, dan desa dapat tercapai. Sejak tahun 2015 hingga 2019 Pemerintah telah mengalokasikan dana sebesar Rp257 triliun untuk dana desa. Adapun menurut Yabbar & Hamzah (2017) dana desa yang berjum- lah besar membutuhkan pengawasan se- hingga dalam pengelolaannya harus sesuai dengan tujuan akhir yang telah ditetapkan serta yang telah diamanatkan. Tentu saja good government dapat diwujudkan jika penyelenggaraan negara mampu menerap- kan unsur profesionalisme, transparansi, akuntabilitas, keterbukaan, dan penegakan hukum. Berdasarkan tujuan tersebut maka sangat diperlukan adanya implementasi unsur-unsur akuntabilitas serta transpa- ransi untuk mengelola dana atau keuangan desa, yang kemudian bermuara pada penye- lenggaraan pemerintah desa yang mampu Volume 10 Nomor 2 Halaman 227-240 Malang, Agustus 2019 ISSN 2086-7603 e-ISSN 2089-5879 Mengutip ini sebagai: Purnamawati, I. G. A., & Adnyani, N. K. S. (2019). Peran Komitmen, Kompeten- si, dan Spiritualitas Dalam Pengelolaan Dana Desa. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 10(2), 227-240. https://doi.org/10.18202/jamal.2019.08.10013 PERAN KOMITMEN, KOMPETENSI, DAN SPIRITUALITAS DALAM PENGELOLAAN DANA DESA I Gusti Ayu Purnamawati, Ni Ketut Sari Adnyani Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Raya Sesetan No.196, Denpasar 80223 Tanggal Masuk: 01 Juni 2019 Tanggal Revisi: 17 Agustus 2019 Tanggal Diterima: 31 Agustus 2019 Surel: [email protected], [email protected] Kata kunci: akuntabilitas, karma phala, keuangan desa Jurnal Akuntansi Mulparadigma, 2019, 10(2), 227-240

Transcript of PERAN KOMITMEN, KOMPETENSI, DAN SPIRITUALITAS DALAM ...

Page 1: PERAN KOMITMEN, KOMPETENSI, DAN SPIRITUALITAS DALAM ...

227

Abstrak: Peran Komitmen, Kompetensi, dan Spiritualitas dalam Pe­ngelolaan Dana Desa. Penelitian ini berupaya untuk menganalisis peran komitmen, kompetensi, dan spiritualitas dalam keberhasilan pengelo­laan dana desa. Metode yang digunakan yaitu regresi berganda pada 168 perangkat desa dari 56 desa di Kabupaten Buleleng. Hasil pene­litian menunjukkan bahwa dimensi spiritual mampu meningkatkan akuntabilitas dan transparansi dana desa karena mereka berpegang teguh pada hukum karma phala melalui prinsip Moksartham Jagadhita Ya Caiti Dharma. Selain itu, kompetensi pendamping desa dan komit­men aparatur desa yang tinggi mampu meminimalisasi penyimpangan keuangan. Implikasinya, desa menjadi mandiri dengan pendampingan yang maksimal dari pemerintah desa.

Abstract: Commitment, Competence, and Spirituality’ Role in Vil-lage Fund Management. This study seeks to analyze the role of commit-ment, competence, and spirituality in the successful management of village funds. The method used is multiple regression on 168 villages from 56 villages in Buleleng Regency. The results showed that the spiritual dimen-sion was able to increase accountability and transparency because they held fast to the law of karma phala through the principles of Moksartham Jagadhita Ya Caiti Dharma. Also, the competency of village counterparts and the high commitment of the village apparatus can minimize financial irregularities. The implication is that the village becomes independent with maximum assistance from the village government.

Seiring dengan besarnya dana yang diberikan ke desa oleh pemerintah saat ini tentu saja menuntut ketelitian aparatur desa dalam pengelolaan keuangannya, agar yang menjadi harapan pemerintah, ma­syarakat, dan desa dapat tercapai. Sejak tahun 2015 hingga 2019 Pemerintah telah mengalokasikan dana sebesar Rp257 triliun untuk dana desa. Adapun menurut Yabbar & Hamzah (2017) dana desa yang berjum­lah besar membutuhkan pengawasan se­hingga dalam pengelolaannya harus sesuai

dengan tujuan akhir yang telah ditetapkan serta yang telah diamanatkan. Tentu saja good government dapat diwujudkan jika penyelenggaraan negara mampu menerap­kan unsur profesionalisme, transparansi, akuntabilitas, keterbukaan, dan penegakan hukum. Berdasarkan tujuan tersebut maka sangat diperlukan adanya implementasi unsur­unsur akuntabilitas serta transpa­ransi untuk mengelola dana atau keuangan desa, yang kemudian bermuara pada penye­lenggaraan pemerintah desa yang mampu

Volume 10Nomor 2Halaman 227-240Malang, Agustus 2019ISSN 2086-7603 e-ISSN 2089-5879

Mengutip ini sebagai: Purnamawati, I. G. A., & Adnyani, N. K. S. (2019). Peran Komitmen, Kompeten­si, dan Spiritualitas Dalam Pengelolaan Dana Desa. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 10(2), 227­240. https://doi.org/10.18202/jamal.2019.08.10013

PERAN KOMITMEN, KOMPETENSI, DAN SPIRITUALITAS DALAM PENGELOLAAN DANA DESAI Gusti Ayu Purnamawati, Ni Ketut Sari Adnyani

Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Raya Sesetan No.196, Denpasar 80223

Tanggal Masuk: 01 Juni 2019Tanggal Revisi: 17 Agustus 2019Tanggal Diterima: 31 Agustus 2019

Surel: [email protected], [email protected]

Kata kunci:

akuntabilitas,karma phala, keuangan desa

Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 2019, 10(2), 227-240

Page 2: PERAN KOMITMEN, KOMPETENSI, DAN SPIRITUALITAS DALAM ...

228 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 2, Agustus 2019, Hlm 227-240

dipertanggungjawabkan kepada masyarakat desa itu sendiri, yang bertujuan pula untuk mewujudkan good government (Nahuddin, 2018; Triani & Handayani, 2018). Namun, untuk mewujudkan masyarakat Indone­sia yang religius, demokratis, manusiawi, berkeadilan, sejahtera, dan mandiri, sesuai dengan visi Indonesia tersebut tidaklah mu­dah. Beberapa kendala tampaknya menjadi permasalahan serius berkaitan dengan kebi­jakan pengelolaan keuangan desa. Bahkan, Badan Pengawas Keuangan (BPK) mengung­kapkan adanya permasalahan pe ngelolaan yang disebabkan oleh pengetahuan perang­kat desa yang sangat minim, terutama jika tidak diikuti oleh pengawasan dan pen­dampingan yang maksimal dalam pengelo­laan dan pelaporan keuangannya. Hal ini tentu saja dapat mengakibatkan terjadinya penyimpangan atau korupsi (Andoh, Quaye, & Akomea­Frimpong, 2018; Omar, Nawawi, & Salin, 2016; Yenkey, 2018). Seperti hal­nya contoh kasus yang terjadi di Kabupa­ten Buleleng yaitu Kepala Desa Kalianget didakwa menyelewengkan dana desa yang berasal dari APBDes selama kurun waktu 2009 hingga tahun 2011. Terdakwa dituding tidak melaksanakan sejumlah pos anggaran se hingga ada banyak program yang belum tuntas terealisasikan bahkan tidak terlak­sana sama sekali. Untuk tahun 2009 dana desa yang hilang mencapai Rp28 juta lebih, tahun 2010 mencapai Rp 33 juta lebih, dan tahun 2011 yaitu Rp23 juta.

Berdasarkan kasus tersebut, aspek psi kologis berupa kompetensi pendamping desa sangat diperlukan dalam pengelolaan ke uangan. Kompetensi pendamping desa sangat diperlukan oleh pemerintah desa da­lam pendampingan setiap perencanaan dan pembangunan. Hal tersebut dimaksudkan untuk mendukung keberhasilan pengelolaan keuangan atau dana desa. Peran pendam ping desa dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sangatlah penting, terutama dalam hal penggalian, penampungan, dan penyaluran aspirasi masyarakat sebagai bentuk parti­sipasi pembangunan lingkungan pedesaan serta meningkatkan kinerja dalam mewujud­kan keberdayaan masyarakat. Pada akhir­nya hal ini dapat menjadi tumpuan harapan masyarakat terhadap pemerintah, terutama program­program yang diagendakan oleh pemerintah untuk mewujudkan kemandi­rian serta kesejahteraan masyarakat desa serta pembangunan di desa yang berkelan­jutan (Balázs & Hoffman, 2017; Palmer &

Chuamuangphan, 2018; Wang & Li, 2018). Namun, permasalahan pada faktanya, kom­petensi pendamping desa masih minim ter­utama dalam hal membantu desa dalam pe­ngelolaan dananya (Klick, 2016; Sun, Lin, & Chan, 2017; Suresh, 2017). Maka, dampa­knya adalah masyarakat maupun pemerin­tah desa belum secara optimal merasakan peran dari pendampingan yang ada di desa. Komitmen aparatur desa sangat penting per­annya dalam keberhasilan mengelola dana desa. Salah satu komitmen tersebut adalah mengikuti pelatihan dan sosialisasi tentang administrasi dan tata kelola pemerintahan ataupun penggunaan dana desa yang baik. Tujuannya agar bisa membuat regulasi yang dapat menjadi pedoman bagi aparatur desa. Arsjad (2018) dan Fitriyani, Marita, Windy­astuti, & Nurahman (2018) menemukan bahwa komitmen organisasi sangat berpeng­aruh pada akuntabilitas pengelolaan dana desa.

Penelitian ini dilakukan dengan me­lihat komitmen dari perspektif keagamaan atau spiritual dalam agama Hindu. Dima­na penyelewengan atau kecurangan yang dilakukan terhadap pengelolaan dana desa tersebut disebabkan oleh lemahnya faktor mental atau psikologis yang bersumber dari nilai­nilai instrumental yang dianut sehingga mengakibatkan kecenderungan untuk ber­pikir singkat melalui jalan pintas (Munidewi, 2017; Nirban, 2018). Nilai­nilai yang digali dalam penelitian ini dilihat dari dimensi psi­kologis yaitu dalam hal memperkuat pem­bangunan moral bangsa sehingga seorang individu akan berpikir untuk melakukan perbuatan yang sepatutnya. Bila nilai­nilai agama tersebut dapat ditanamkan dalam setiap individu diharapkan pengambil kepu­tusan, dalam hal ini kuasa pengelola anggar­an, tidak akan melakukan penyimpangan. Hal ini diasumsikan menurut ajaran agama yaitu setiap tindakan yang dapat merugikan orang lain ataupun negara tentunya akan terkena hukuman baik di dunia maupun di alam baka (Basri, Siti­Nabiha, Majid, 2016; Cordery, 2015; Sulistyo & Ghozali, 2017). Ajaran inilah yang diyakini dalam agama Hindu sebagai hukum karma phala. Keya­kinan akan adanya hukum Karma Phala dip­ilih dalam penelitian ini karena ajaran karma phala telah diyakini dalam kehidupan umat Hindu di Bali. Nilai­nilai yang terkandung dalam ajaran karma phala diberikan ketika seseorang ada dalam lingkungan keluarga sampai dengan ketika menjalankan masa

Page 3: PERAN KOMITMEN, KOMPETENSI, DAN SPIRITUALITAS DALAM ...

Purnamawati, Adnyani, Peran Komitmen, Kompetensi, dan Spiritualitas Dalam Pengelolaan Dana Desa 229

Brahmacari (masa menuntut ilmu), serta da­lam kehidupan bermasyarakat. Kebaruan penelitian ini yaitu menggali permasalahan ataupun fenomena dalam masyarakat ter­kait dengan pengelolaan dana desa, dengan mengembangkan indikator dan instrumen peneliti sendiri melalui landasan spiritual dalam Agama Hindu. Disinilah letak origi­nalitas penelitian ini.

METODESecara khusus peneliti menggunakan

variabel kempetensi pendamping desa kare­na banyak isu yang didapatkan di lapangan terkait pedamping desa yang masih kurang berperan aktif di desa, serta masih banyak­nya aparatur yang mengeluhkan kinerja pendamping desa yang belum maksimal untuk meminimalisasi permasalahan yang dialami oleh aparatur desa. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian untuk mengeta­hui pendamping desa sudah bekerja sesuai aturan ataukah belum. Disamping itu, per­lu juga dianalisis kompetensinya. Selanjut­nya pemilihan variabel keyakinan hukum karma phala menjadi yang sangat penting untuk dirinci karena berperan sebagai lan­dasan spiritual dalam hal pengawasan un­tuk me minimalisasi terjadinya penyimpang­an. Pemilihan variabel komitmen aparatur desa perlu karena berperan untuk memberi kemudahan dan membantu desa dalam pen­gelolaan dananya dalam rangka memban­gun desa, termasuk meningkatkan pertum­buhan ekonomi secara nasional dari semua sektor, serta memajukan desa itu sendiri.

Penelitian ini mengambil lokasi di Kabu­paten Buleleng, Provinsi Bali. Alasan peneliti mengambil objek tersebut karena Kabupa­ten Buleleng menjadi salah satu penerima dana desa yang sangat besar di Provinsi Bali, yang terdiri atas 129 desa. Peneliti ingin mengungkap apakah dana desa telah me­menuhi perannya sebagai stimulan atau mo­tivasi agar desa menjadi lebih mandiri dan juga apakah setiap desa, kompetensi pen­damping desanya, dan komitmen aparatur desa sudah optimal dalam menyejahterakan masyarakat desanya itu sendiri, terutama dengan menegak kan pilar keyakinan akan hukum karma phala dalam agama Hindu. Kabupaten Buleleng memiliki 9 kecamatan yang selanjutnya menjadi lokasi penelitian ini, di antaranya: Gerokgak (6 desa), Serir­it (9 desa), Bususngbiu (6 desa), Banjar (7 desa), Sukasada (6 desa), Buleleng (5 desa), Sawan (6 desa), Kubutambahan (6 desa), dan

Tejakula (5 desa). Jumlah populasi peneli­tian terdiri atas 129 desa di Kabupaten Bule­leng, Bali, yang mendapatkan alokasi dana desa. Sampel diambil berdasarkan teknik probability sampling yakni menentukan jum­lah sampel yang digunakan dengan random sampling. Perhitungan menggunakan ru­mus slovin dengan persentase kelonggaran 10 persen, sehingga dapat diketahui sampel yang representatif. Jumlah desa yang dijad­ikan unit sampel penelitian adalah 56 desa. Responden penelitian masing­masing diten­tukan 3 orang di setiap desa yang yaitu 1 orang Kepala Desa, 1 orang Sekretaris Desa, dan 1 orang Bendahara Desa yang menja­di sampel dan menangani secara langsung pengelolaan dana desa. Dengan demikian, jumlah responden penelitian adalah 168.

Penelitian ini menggunakan data kuantitatif mengenai dimensi spiritualitas melalui keyakinan akan hukum karma pha-la, kompetensi pendamping desa, komit­men pemerintah daerah, dan keberhasilan pengelolaan dana desa. Metode survei yang digunakan yaitu melalui penyebaran kue­sioner menurut kriteria jawaban responden sangat tidak setuju sampai dengan sangat setuju (skala likert 1 sampai dengan 5). Kue­sioner tersebut diajukan, diisi, dan dijawab oleh responden, kemudian dikumpulkan ke peneliti. Variabel independen yang digu­nakan yaitu Kompetensi Pendamping Desa (X1) terdiri atas indikator­indikator penge­tahuan dan kemampuan, pengalaman, pen­dampingan, kemampuan sebagai fasilitator, dan pemahaman terhadap adat istiadat dan kebudayaan lokal (Yabbar & Hamzah, 2017). Komitmen Aparatur Desa (X2) terdiri atas indikator­indikator kesiapan dan kesediaan karyawan dalam membantu atasannya, bangga terhadap organisasinya, kesiapan menerima amanat atau tugas, keselarasan antara nilai organisasi dengan karyawan, serta kepedulian terhadap nasib organisa­si (Chen, Woods, & Singh, 2013; Hendriani, 2018; Ma, 2016). Keyakinan Hukum Karma Phala (X3), terdiri atas indikator­indikator: tindakan dalam berpikir, berkata, tingkah laku, motivasi, kewajiban sosial, dan peng­abdian pada profesi (Munidewi, 2017; Par­dasani, Sharma, & Bindlish, 2014; Singh & Singh, 2012). Sementara itu, variabel dependen yang digunakan yaitu: Keber­hasilan Pengelolaan Dana Desa (Y), terdiri atas indikator­indikator: peningkatan ma­syarakat dalam hal pengetahuan, swadaya, pelayanan, taraf perekonomian, partisipasi,

Page 4: PERAN KOMITMEN, KOMPETENSI, DAN SPIRITUALITAS DALAM ...

230 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 2, Agustus 2019, Hlm 227-240

taraf kesehatan, pembangunan desa, dan kesejahteraan (Antlöv, Wetterberg, & Dhar­mawan, 2016; Haughton, Khandker, & Ru­kumnuaykit, 2014; Wang, Cheng, Reisner, & Liu, 2014). Sebelumnya telah dilakukan pi­lot test terhadap 50 responden. Model anali­sis yang digunakan yaitu multiple regression. Pengukuran untuk validitas instrumen kue­sioner melalui nilai pearson correlation, den­gan melihat hubungan pada masing­masing butir pertanyaan dengan keseluruhan nilai signifikansinya (p < 0,05) atau dikatakan “valid”. Nilai cronbach alpha dengan meng­gunakan kriteria nilai reliabilitas suatu kon­struk > 0,600 (Ward, 2013; Xiao, Xu, & Xu, 2015). Multiple regression digunakan sebagai model analisis untuk mengetahui besarnya pengaruh parsial dari variabel bebas ter­hadap variabel terikatnya. Variabel­varia­bel tersebut yaitu, kompetensi pendamping desa, komitmen aparatur desa, dan keya­kinan hukum karma phala terhadap keber­hasilan pengelolaan dana desa. Maka persa­maan linearnya secara matematis adalah:

P = α + β1KPD+ β2KAD+ β3HKP + ε

HASIL DAN PEMBAHASANObjek penelitian ini adalah semua desa

yang ada di Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. Kuesioner disebarkan kepada respon­den yaitu sejumlah 168 kuesioner dari 56 sampel. Dari 168 kuesioner yang dibagikan kembali sesuai dengan yang dibagikan yaitu 168 kuesioner. Maka, kuesioner yang kem­bali tersebut dan yang dapat diolah yaitu sejumlah 168 kuesioner. Data X1 memiliki skor minimum 42 dan skor maksimum 70. Skor rata­rata 59,45 dengan standar devi­asi 6,849. Data X2 memiliki skor minimum 85, skor maksimum 110. Skor rata­rata menunjukkan 95,79 dengan standar devi­asi 6,653. Data X3 memiliki skor minimum 15 dan skor maksimum 25. Skor rata­rata menunjukkan 22,02 dengan standar deviasi 2,600. Data keberhasilan pengelolaan dana desa memiliki skor minimum 47 dan skor maksimum 60. Skor rata­rata 53,30 dengan standar deviasi 4,393. Standar deviasi lebih kecil dari skor rata­rata, yang menunjukkan bahwa X1, X2, X3, dan Y sebaran skornya semakin dekat dari skor rata­ratanya, yang mengindikasikan respon terhadap X1, X2, X3, dan Y tidak bervariasi. Analisis regresi linear berganda digunakan untuk menjawab rumusan hipotesis yang untuk variabel teri­katnya (dependen) yaitu keberhasilan penge­lolaan dana desa diregresikan ke dalam vari­abel kompetensi pendamping desa, variabel komitmen aparatur desa, dan variabel keya­kinan hukum karma phala. Tabel 1 merupa­kan hasil uji multiple regression.

Pada Tabel 1 dapat dinyatakan besar­nya nilai konstanta yaitu: 15,319, dengan nilai 0,111 untuk Beta 1, nilai dari koefisien Beta 2 = 0,488, dan nilai koefisien regresi Beta 3 = 0,216. Melalui tabel hasil uji meng­gunakan multiple regression tersebut, varia­bel independen serta dependen yang terdi­ri dari: Kompetensi Pendamping Desa (X1), Komitmen Aparatur Desa, serta Keyakinan

Tabel 1. Hasil Uji Multiple Regression

*) Signifikan pada alpha < 0,05

Koefisien Distandarisasi

Beta Standar Error BetaKonstanta 15,319 3,879 3,949 0,000*KPD 0,111 0,046 0,172 2,419 0,017*KAD 0,488 0,126 0,289 3,861 0,000*HKP 0,216 0,047 0,327 4,613 0,000*

Koefisien Tidak Distandarisasi T Signifikansi

P = Keberhasilan Pengelolaan Dana Desa

KPD = Kompetensi Pendamping Desa

KAD = Komitmen Aparatur DesaHKP = Keyakinan Hukum Karma

Phalaα = Konstanta β1, β2, β3 = Koefisien regresi X1, X2,

X3ε = Standar Eror (pengaruh

variabel lainnya diluar model terhadap variabel Y)

Page 5: PERAN KOMITMEN, KOMPETENSI, DAN SPIRITUALITAS DALAM ...

Purnamawati, Adnyani, Peran Komitmen, Kompetensi, dan Spiritualitas Dalam Pengelolaan Dana Desa 231

Hukum Karma Phala (X3), terhadap variabel Keberhasilan Pengelolaan Dana Desa (Y) di­gambarkan melalui persamaan:

Y = α + β1KPD + β2KAD + β3HKP + ε Y = 15,319 + 0,111KPD + 0,488KAD + 0,216HKP + ε

Menurut hasil uji regresi tersebut pola pengaruh antarvariabel Kompetensi Pen­damping Desa (X1), Komitmen Aparatur Desa (X2), Keyakinan Hukum Karma Pha-la (X3) terhadap Keberhasilan Pengelolaan Dana Desa (Y) adalah nilai konstan sebe­sar 15,319 yang menyatakan bahwa apabi­la terjadi variabel independen Kompetensi Pendamping Desa (X1), Komitmen Aparatur Desa (X2), Keyakinan Hukum Karma Phala (X3) sama dengan nol, variabel Keberhasilan Pengelolaan Dana Desa (Y) senilai 15,319. Hasil pengujian pada tabel 2 menunjukkan besarnya pengaruh variabel independen ter­hadap variabel dependen melalui koefisien determinasi.

Hasil pengujian koefisien determinasi menunjukkan nilai determinasi R2 yaitu se­besar 0,401. Maka, dapat diartikan bahwa 40,1 persen dari besarnya variasi dari vari­abel Keberhasilan Pengelolaaan Dana Desa bisa dijelaskan oleh variabel bebas Kompe­tensi Pendamping Desa, Komitmen Apara­tur Desa, dan Kepercayaan Hukum Karma Phala, sedangkan nilai sebesar 59,9 persen dapat dijelaskan oleh variabel lainnya di luar

model regresi tersebut. Maka variabel bebas tersebut dapat mewakili dalam memprediksi Keberhasilan Pengelolaan Dana Desa.

Tabel 3 merupakan hasil dari pengu­jian yang dilakukan oleh peneliti terhadap pengaruh masing­masig variabel indepen­den. Pengujian parsial yang telah dilakukan untuk menguji pengaruh variabel­variabel independen yaitu Keberhasilan Pengelolaan Dana Desa, Komitmen Aparatur Desa, dan Kepercayaan Hukum Karma Phala terha­dap variabel Keberhasilan Pengelolaan Dana Desa. Dengan menggunakan sampel sebesar 168 responden, diperoleh df = n­k = 168­4, sehingga diproleh t­tabel dengan df = 164 yaitu sebesar 1,974.

Pengaruh kompetensi pendamping desa pada keberhasilan pengelolaan dana desa. Melalui hasil pengujian secara parsial maka Kompetensi Pendamping Desa memiliki pen­garuh signifikan positif terhadap variabel dependen Keberhasilan Pengelolaan Dana Desa. Nilai koefisien β1 sebesar 0,111 men­yatakan adanya pengaruh yang positif dari variabel Kompetensi Pendamping Desa (X1) terhadap Keberhasilan Pengelolaan Dana Desa (Y) dengan nilai sebesar 0,111. Hal ini dapat diartikan bahwa dengan peningkatan variabel independen yaitu Kompetensi Pen­damping Desa (X1) dengan asumsi variabel lainnya adalah konstan, maka variabel Ke­berhasilan Pengelolaan Dana Desa (Y) juga akan mengalami peningkatan sebesar 0,111. Jika dipahami melalui aspek teoritis, pen­dampingan desa merupakan kegiatan yang

Tabel 2. Hasil Koefisien Determinasi

Tabel 3. Hasil Analisis Parsial

t (hitung) t (tabel) Probabilitas AlphaKompetensi Pendamping Desa

2,419 1,974 0,017 0,05

Komitmen Aparatur Desa

3,861 1,974 0 0,05

Keyakinan HukumKarma Phala

4,613 1,974 0 0,05

Variabel Independen

Probabilitas Signifikansi

R R-Square Adjusted R-Square Standard error of the Estimate

0,64 0,412 0,401 3,401

Page 6: PERAN KOMITMEN, KOMPETENSI, DAN SPIRITUALITAS DALAM ...

232 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 2, Agustus 2019, Hlm 227-240

dilakukan dalam rangka pemberdayaan masyarakat seperti pembimbingan, pen­gorganisasian, pengarahan, serta fasili­tasi. Pendapat tersebut dinyatakan dalam Undang­Undang No. 4 Tahun 2014. Untuk itu, kompetensi pendamping desa berperan penting sehubungan dengan pendamping­an pada tahap perencanaan sampai dengan tahap pembangunan yang diselenggarakan oleh pemerintah desa. Pendamping desa dibentuk melalui hasil reformasi yang me­rupakan upaya perwujudan demokrasi di tingkat desa. Dengan adanya pengaruh yang sangat kuat dari pendamping desa tersebut, penyelenggaraan pemerintahan desa dalam hal penggalian, penampungan, dan penya­luran segenap aspirasi masyarakat dalam lingkup pembangunan kawasan pedesaan melibatkan seluruh lapisan dan unsur mas­yarakat, serta meningkatkan kapasitas pe­merintah, dan lembaga desa dalam rangka pembangunan dan pemberdayaan.

Dengan demikian, masyarakat sangat mengharapkan agar program­program yang dijalankan pemerintah dapat ditujukan bagi kesejahteraan masyarakat serta pembang­unan desa yang mandiri melalui adanya dana desa (Casini, Vandewalle, & Wahhaj, 2017; Wang & Li, 2018). Untuk menyukseskan perencanaan desa dengan pengelolaan dan penggunaan dana desa semestinya harus melalui pengawalan dan pendam pingan yang kontinyu dan ketat. Tujuannya agar pengalokasiannya tepat sasaran baik da­lam upaya percepatan pembangunan mau­pun pertumbuhan desa. Permasalahan dan penyimpang an yang terjadi dalam penge­lolaannya pada akhirnya dapat teratasi dan mencapai keberhasilan. Berdasarkan jawaban koesio ner dan pengamatan yang peneliti lakukan di desa­desa di Kabupat­en Buleleng bahwa pendamping desa telah melaksanakan kewajibannya berdasarkan peraturan yang telah ditetapkan. Kompe­tensi pendamping desa telah dinilai mema­dai dalam penyelenggaraan pembangunan yaitu salah satunya pengetahuan yang di­miliki sudah mampu membantu dan men­dampingi setiap perencanan, pelaksanaan, serta pengawasan, kemudian mengupaya­kan penyelesaian permasalahan seminimal mungkin yang menjadi kendala dalam pe­merintahan desa. Dengan demikian, penge­lolaan dana desa dapat dilaksanakan selaras dengan tujuannya yang merupakan fokus utama di dalam peng alokasian dana desa. Keberhasilan pembangunan pada suatu

desa pada umumnya juga dipengaruhi oleh adanya pendam ping desa yang memiliki kompetensi yang baik serta mampu men­jembatani atau menjadi penghubung bagi desa dalam pengelolaan keuangan. Konsis­tensi penelitian dengan asumsi Palmer & Chuamuangphan (2018) menunjukkan ki­nerja pendamping desa dengan melakukan pendekatan­pendekatan sosial seperti lebih sering berkomunikasi dengan desa dan mas­yarakatnya serta bertatap muka langsung sehingga akan terjalin ikatan yang baik, dan berpengaruh terhadap upaya membangun kemandirian desa. Penelitian ini juga kon­sisten dengan temuan Muhlin (2019) dan Tiyanto (2018) yang hasilnya mengungkap­kan bahwa terdapat pengaruh yang sangat signifikan peran pendamping desa terhadap pemberdayaan masyarakat terutama bagi peningkatan kesadaran masyarakat akan adanya bencana. Oleh karena itu, program mitigasi bencana menjadi prioritas dalam penggunaan dana desa bagi pembangunan di wilayah pedesaan.

Indikator yang digunakan dalam mengukur kompetensi pendamping desa menurut Yabbar & Hamzah (2017) yaitu dimilikinya pengetahuan serta kompeten­si dalam pemberdayaan masyarakat, ke­mampuan dalam hal pendampingan usaha ekonomi masyarakat desa, pengalaman da­lam pengorganisasian masyarakat, mampu menjadi fasilitator baik bagi komponen­kom­ponen maupun kelompok yang ada dalam masyarakat saat musyawarah desa, serta peka terhadap adat istiadat, kebiasaan, dan nilai­nilai kebudayaan masyarakat setempat dalam kaitannya dengan pengelolaan dana desa. Pada penelitian ini indikator tersebut telah mampu dilaksanakan oleh pendamp­ing desa meskipun belum optimal sesuai dengan jawaban responden dari pemerintah desa di Kabupaten Buleleng.

Implikasi penelitian ini terhadap ke­berhasilan pengelolaan dana desa yaitu per­an pendamping dalam pemberdayaan ma­syarakat dan melaksanakan pendam pingan terhadap pemerintah desa khususnya di Kabupaten Buleleng sangat penting. Hal ini karena pendamping mampu memberikan pengaruh yang positif yaitu mampu mem­bantu dan mendampingi setiap kegiatan dan pengelolaan dana desa sehingga efektivitas dan efisiensi tujuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah desa dapat tercapai. Terse­dianya sumber daya manusia yang potensial juga sangat dibutuhkan dalam program pen­

Page 7: PERAN KOMITMEN, KOMPETENSI, DAN SPIRITUALITAS DALAM ...

Purnamawati, Adnyani, Peran Komitmen, Kompetensi, dan Spiritualitas Dalam Pengelolaan Dana Desa 233

dampingan tersebut, terutama potensi indi­vidu yang memiliki kualitas serta integritas yang tinggi dalam perannya menjadi seorang penghubung (fasilitator), komunikator, dan dinamisator, serta konsultan bagi kelom­poknya. Fokus dari kerja pendampingan desa adalah pemberdayaan masyarakat desa de n gan mengikuti proses belajar, di mana para pendamping desa tersebut tidak lagi dibebani kewajiban administrasi dalam me­ngelola keuangan. Nantinya dengan adanya Undang­Undang Desa pembangunan desa menjadi kewajiban dan tanggung jawab pe­merintah desa. Pendamping desa bertugas dan berfungsi mengawal dengan ketat dan mendampingi pengelolaan dana desanya un­tuk mewujudkan keberhasilan pengelolaan dana desa, sehingga tidak ada penyimpang­an dalam pencairan dan penggunaannya.

Pengelolaan pemerintahan yang baik dan bersih hanya bisa diwujudkan jika prin­sip transparansi, akuntabilitas, kejujuran, dan partsipatif dapat dipenuhi, seperti yang telah diamanatkan oleh Undang­Undang Desa. Tujuan dikucurkannya dana desa oleh pemerintah yaitu agar desa yang menerima dapat menggunakannya untuk membangun desanya agar terwujud kemandirian dan ke­majuan desa. Tentu saja keberhasilan pen­gelolaan dana desa tersebut merupakan prioritas utama pemerintah seperti yang di­jelaskan oleh pemerintah melalui Peraturan tahun 2014 No. 60 pasal 19, ayat 1 dan 2. Jika dikaitkan dengan teori agensi, pen­damping desa dan pemerintah desa secara simultan (bersama­sama) dalam peningkat­an partisipasi masyarakat untuk mencapai optimalisasi kinerja, sebagai salah satu in­dikator keberhasilan pengelolaan keuangan desa dalam wujud pertanggungjawaban pro­gram prioritas dalam pemerintahan desa, dan bersinergi untuk mencapai keberhasilan dalam pengelolaan dana desa dan pemban­gunan desa.

Pengaruh komitmen aparatur desa pada keberhasilan pengelolaan dana desa. Melalui analisis secara parsial terkait variabel Komitmen Aparatur Desa pada Keberhasilan Pengelolaan Dana Desa yaitu menunjukkan pengaruh positif dan signifikan dari variabel Komitmen Aparatur Desa pada Keberhasilan Pengelolaan Dana Desa dengan nilai koe­fisien β2 = 0,488, yang diartikan sebagai pe­ngaruh yang positif antara Komitmen Apara­tur Desa (X2) pada Keberhasilan Pengelolaan Dana Desa (Y) yaitu sebesar 0,488. Ini dapat diartikan bahwa dengan peningkatan vari­

abel independen Komitmen Aparatur Desa (X2) maka diasumsikan bahwa variabel be­bas lainnya adalah konstan. Dengan demiki­an, Keberhasilan Pengelolaan Dana Desa (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0,488. Secara teori, komitmen aparatur desa pent­ing bagi pembangunan desa yaitu dalam hal pelayanan, perencanaan, pengelolaan, dan pertanggung jawaban dana desa. Aparatur desa berperan sebagai penyelenggara negara yang diperlukan dalam rangka mendukung pertumbuhan perekonomian desa sehingga menjadikannya lebih baik serta memberikan manfaat bagi seluruh komponen masyarakat yang ada dan terlibat di dalamnya (Boon­perm, Haughton, & Khandker, 2013; Riven­bark, Roenigk, & Allison, 2010; Tin & Lee, 2017). Jika dikaitkan dengan pengelolaan dana desa, risiko yang mungkin timbul se­cara administratif ataupun substantif akan berdampak pada timbulnya permasalahan hokum. Hal ini disebabkan komitmen dan kompetensi aparatur desa yang masih ku­rang atau minim.

Komitmen merupakan keinginan dan kemampuan seseorang dalam menyelaras­kan tindakannya dengan kebutuhan serta tujuan organisasi yang menjadi prioritas. Jika komitmen organisasi individu tersebut rendah, maka individu tersebut akan leb­ih mengutamakan kepentingan pribadi nya (Puspita, 2018; Sululing, 2017; Syahril, Man­dani, & Firmansyah, 2018). Seperti juga yang dinyatakan oleh Arsjad (2018) bahwa komit­men merupakan karakteristik yang mengin­dikasikan korelasi antara individu dengan organisasinya, yang kemudian berdampak pada keputusannya untuk terus berpartisi­pasi dalam organisasi tersebut. Komitmen tersebut terdiri atas layanan publik yang optimal, kejujuran atau integritas, karak­ter dan tanggung jawab yang harus dilak­sanakan, serta semangat dan kerja keras dalam menjalankan kewajibannya melalui pemerintahan desa dengan selalu optimis, inovatif, dan produktif (Umeokafor, 2018; Kidron & Peretz, 2018; Zhu & Wu, 2016). Dengan kekuatan komitmen aparatur desa terutama dalam bidang pengelolaan keuan­gan serta bidang lainnya akan berdampak positif terhadap peningkatan kinerjanya. Tingginya komitmen aparatur desa terse­but akan membuatnya bekerja keras den­gan menggunakan kompetensi dan kemam­puannya secara maksimal, demi mencapai tujuan dan kepentingan pemerintahan desa. Berdasarkan jawaban kuesioner dan pen­

Page 8: PERAN KOMITMEN, KOMPETENSI, DAN SPIRITUALITAS DALAM ...

234 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 2, Agustus 2019, Hlm 227-240

gamatan yang dilakukan oleh peneliti bah­wa sebagian besar aparatur desa yang ada di desa­desa Kabupaten Buleleng telah memili­ki komitmen yang kuat dalam mewujudkan tujuan­tujuan desa. Dalam hal pengaloka­sian, pengelolaan, sampai dengan pertang­gungjawaban dana desa yang te lah dilak­sanakan sesuai dengan tujuanya, seperti aparatur desa telah mampu melaksanakan kewajiban dan membatu pemim pinnya yai­tu kepala desa dalam membuat pelaporan ataupun perencanaan kegiatan yang dilak­sanakan. Hal ini guna mewujudkan pemba­ngunan dan kejehteraan desa melalui dana desa. Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat dijelaskan yaitu Komitmen Aparatur Desa berpengaruh secara signifikan postif pada variabel terikat Keberhasilan Pengelo­laan Dana Desa. Penelitian ini memiliki kon­sistensi dengan asumsi yang dikemukakan oleh Friyani (2017) dan Subadriyah (2017) yang mengungkap mengenai pengaruh komitmen organisasi pada akun tabilitas pengelolaan keuangan. Pada suatu sistem pemerintahan komitmen organisasi sendi­ri menjadi aspek psikologis yang pen ting dalam pelaksanaan kegiatan dalam suatu organisasi terutama dalam pencapai an tu­juannya. Dengan semakin tingginya komit­men organisasi, secara otomatis ikut pula meningkatkan kesuksesan dalam mencapai akuntabilitas publik. Hasil yang dibuktikan oleh penelitian ini memiliki konsistensi atau sejalan dengan temuan Arsjad (2018) dan Fitriyani, Marita, Windyastuti, & Nurahman (2018) yang mengungkap mengenai ada nya pengaruh signifikan dari komitmen yang dimiliki oleh organisasi pemerintahan desa pada pengelolaan dana desa yang akuntabel.

Indikator dalam mengukur Komitmen dari Aparatur Desa yaitu kesediaan dalam membantu pimpinan, rasa bangga terhadap organisasi, kesiapan dalam menjalankan ke­wajiban atau amanat, keselarasan nilai­nilai ang dimiliki organisasi dengan karyawan nya, dan kepedulian terhadap nasib orga nisasi telah dijawab oleh responden sesuai dengan apa yang telah dilaksanakan meskipun be­lum maksimal. Hal ini membuktikan bahwa komitmen aparatur desa dalam pemerintah­an desa khususnya di Kabupa ten Buleleng mampu memberikan pengaruh yang positif yaitu mampu membantu peme rintah desa dalam mencapai keberhasilan pengelolaan dana desa yang akuntabel, sehingga mam­pu mewujudkan kesejahteraan masyarakat dengan terlaksananya kegiatan pemerin­

tahan yang baik. Hal ini sejalan deng an argumentasi dari beberapa peneliti bahwa sebuah komitmen membutuhkan adanya manajemen yang menitikberatkan pada se­buah proses dan sistem yang ada (Li, 2013: Nath & Sharma, 2014; Yusuf & Jordan, 2017). Unsur­unsur yang harus dipenuhi yaitu perencanaan, pengorganisasian, peng­anggaran, pengarahan, serta pengawasan atau pengendalian haruslah berjalan dengan baik. Jika tidak, secara keseluruhan proses pengelolaan organisasi tidak akan mencapai keberhasilan atau dikatakan gagal.

Implikasi hasil penelitian ini ada­lah komitmen aparatur desa penting bagi pembangunan desa yaitu dalam hal pe­layanan, perencanaan, pengelolaan, dan pertanggung jawaban dana desa. Peran aparatur desa sangat penting dalam menun­jang pertumbuh an perekonomian desa un­tuk mencapai kesejahteraan dan memberi­kan manfaat bagi masyarakatnya secara keseluruhan. Semakin kompleksnya pem­bangunan desa mengakibatkan adanya ke­mungkinan penyimpangan yang terjadi baik dari segi administratif maupun substantif yang ke depan tentu saja sangat riskan me­nimbulkan masalah yang berkaitan dengan hukum, akibat kurangnya komitmen dan kompetensi perangkat desa.

Menurut teori keagenan, jika dikait­kan dengan self interest, maka keinginan untuk mementingkan diri sendiri dapat di­hindari. Rendahnya komitmen organisasi mengakibatkan individu lebih menguta­makan kepentingan pribadi daripada orga­nisasi. Padahal, komitmen organisasi terse­but menjadi alat atau faktor psikologis baik yang digunakan individu maupun organisasi untuk mencapai tujuannya. Dengan sema­kin meningkatnya komitmen organisasi, akan meningkatkan pula akuntabilitas pu­blik dan keberhasilan pengelolaan keuangan desa, yang diwujudkan melalui keinginan yang kuat dengan segenap kemampuan dan keterampilan yang dimiliki untuk mencapai keberhasilan organisasi.

Pengaruh keyakinan hukum karma phala pada keberhasilan pengelolaan dana desa. Melalui pengujian secara parsial me­ngenai pengaruh keyakinan hukum karma phala pada keberhasilan pengelolaan dana desa menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan. Pengaruh tersebut ditun­jukkan oleh nilai koefisien β3 = 0,216, di mana keyakinan hukum Karma Phala (X2) menunjukkan pengaruh yang positif pada

Page 9: PERAN KOMITMEN, KOMPETENSI, DAN SPIRITUALITAS DALAM ...

Purnamawati, Adnyani, Peran Komitmen, Kompetensi, dan Spiritualitas Dalam Pengelolaan Dana Desa 235

Keberhasilan Pengelolaan Dana Desa (Y) yai­tu 0,216. Hal ini dapat diartikan bahwa jika variabel Keyakinan Hukum Karma Phala (X2) mengalami peningkatan dengan asum­si bahwa variabel lainnya konstan, maka variabel terikat Keberhasilan Pengelolaan Dana Desa akan meningkat senilai 0,216. Konsistensi penelitian ini sejalan dengan argumentasi Atmadja & Saputra (2017) dan Wijayanti & Hanafi (2018) mengenai pence­gahan fraud melalui peningkatan moralitas perangkat desa yang menjalankan peme­rintahan. Peningkatan moralitas tersebut dengan cara melakukan pembinaan untuk para perangkat desa, seperti meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta rasa syukur dan kesabaran. Melalui pemahaman hu­kum karma phala, maka akan mengarahkan manusia untuk tidak melakukan perbuat­an­perbuatan yang tercela atau tidak dibe­narkan (Im, 2017; Munidewi, 2017; Nirban, 2018). Hal ini seperti yang dinyatakan dalam Sarasamuccaya Sloka 3, yang diartikan bah­wa kelahiran kembali atau menje lma men­jadi manusia itu adalah yang paling utama. Saat manusia mencari kekayaan, haruslah dilandaskan pada kebenaran atau keba­jikan, yang kemudian mengantarkan nya menuju surga. Dengan melakukan keba­jikan ataupun kebenaran niscaya akhirnya kesengsaraan dapat dibenahi. Begitu pula dalam Bhagawad Gita (II, 47) disebutkan bahwa manusia berhak melakukan tugas dan kewajiban yang telah ditetapkan, tetapi tidak berhak atas hasil perbuatannya.

Hukum karma phala dalam ajaran aga ma Hindu dikenal dengan nama panca sradha. Karma phala diartikan sebagai hasil perbuatan yang dilakukan ataupun yang be­lum dilakukan. Hukum karma phala terse­but kemudian dijadikan sebagai fondasi dari spriritual dan psikologis umat Hindu, yaitu melalui kepercayaan akan setiap kegiatan dalam kehidupan ini ketika masih dipikir­kan atau direncanakan sampai kemudian diucapkan dalam bentuk kata­kata dan per­buatan. Maka, jika diiringi oleh sikap bathin adharma (tidak baik) meskipun masih be­rupa niat atau keinginan, diminta atau ti­dak, maka cepat atau lambat akan datang dengan sendirinya. Pentingnya penelitian mengenai akuntabilitas berbasis karma disebabkan oleh akuntabilitas. Jika dipan­dang dari aspek konvensional, hanya fokus pada segi manajerial, yang tujuan akhirnya adalah performance. Hal ini sejalan dengan pendapat Patty & Irianto (2013) dan Sangster

(2018) bahwa akuntabilitas yang ada pada organisasi gereja memiliki kaitan dengan pengumpulan dana dari umatnya yang dise­but sebagai “perpuluhan”, yang artinya mi­lik Tuhan, tanda pengakuan, kasih, kemu­rahan, iman, kepercayaan, tanggung jawab diri, serta tanggung jawab sosial. Pendapat lainnya juga diungkapkan oleh Siskawa­ti, Ferdawati, & Surya (2016) dan Zabri & Mohammed (2018) yang menyatakan bah­wa akuntabilitas dalam pengelolaan dana masjid merupakan kejujuran, di mana nilai tersebut harus dijunjung tinggi oleh peng­urus masjid dengan tujuan mewujudkan kesejahteraan berdasarkan hubungan atau ikatan antara masyarakat dan Tuhan. Hasil penelitian lainnya oleh Paranoan & Totanan (2018) dan Weiss (2016) menyatakan bahwa akuntabilitas tidaklah semata berdasarkan kelengkapan dokumen sebagai sumber data, tetapi yang paling utama adalah keikhlasan serta kepercayaan yang ditujukan kepada Sang Pencipta.

Hukum karma phala itu sendiri dalam agama Hindu memberikan optimisme pada setiap makhluk hidup atau manusia un­tuk meyakini bahwa segala perbuatan akan membuahkan hasil. Oleh karena itu, hasil yang akan diterima merupakan buah dari perbuatan manusia itu sendiri.

Menurut kitab Manawa Dharmasastra dalam agama Hindu yang dijadikan dasar hukum bagi umatnya adalah mencapai mok-sartham jagadhita ya ca iti dharma (kese­jahteraan serta kebahagiaan) baik jasmani maupun rohani. Akuntabilitas yang diben­tengi oleh karma tentunya dapat membata­si perilaku aktor melalui prinsip moksartam jagad dita (kebahagiaan di dunia dan akhi­rat). Secara teori, jika karma dihubungkan dengan akuntabilitas menurut ajaran agama Hindu sangat berkaitan erat dan tidak dapat dipisahkan. Dabas & Singh (2018) dan Krish­na (2017) mengatakan bahwa karma beras­al dari bahasa Sansekerta, karman berarti bertindak, sebuah tindakan kinerja. Maka, karma selalu berkaitan dengan konsep ke­baikan dan keburukan yang akan diperoleh pada setiap tindakan atau perbuatan yang dilakukan oleh individu atau seseorang. Oleh karena itu, karma diartikan sebagai reaksi dari tindakan yang dianut pada kepercayaan Hindu serta diyakini merupakan penye­bab seluruh siklus kausalitas. Siklus terse­but dikenal sebagai “samsara”. Pada istilah “karma”, segala siklus kehidupan manusia merupakan buah dari tindakan yang terja­

Page 10: PERAN KOMITMEN, KOMPETENSI, DAN SPIRITUALITAS DALAM ...

236 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 2, Agustus 2019, Hlm 227-240

di pada kehidupan di masa lalu serta saat ini. Dampak segala perbuatan dalam bentuk karma tersebut diyakini sebagai unsur aktif dari masa lalu, sekarang, dan pengalaman masa depan, serta kemudian buah tersebut dikenal dengan karma phala. Karma yang merupakan kumpulan dampak dari perbua­tan masa lampau yang kemudian menentu­kan kehidupan masa sekarang, yang kemu­dian dikaitkan dengan “lahir kembali” atau reinkarnasi. Karma seseorang pada masa lalu dan saat ini diyakini dapat menentukan reinkarnasi seseorang. Maka, sederhananya dapat dipahami bahwa reinkarnasi tersebut merupakan bukti akuntabilitas dari kar­ma seseorang. Sebelumnya telah dijelaskan bahwa akuntabilitas merupakan sebuah pertanggungjawaban yang transparan dalam pengukuran kinerja. Melalui pemahaman re­inkarnasi, maka seluruh perbuatan (buruk ataupun tidak) akan berdampak pada karma seseorang di kehidupan berikutnya. Maka, kedua unsur akuntabilitas dan Karma ini tidak dapat dipisahkan ketika berhubun­gan dengan tanggung jawab, perbuatan, dan imbalannya (pahala dan hukuman). Seperti yang diungkapkan dalam sarasamusccaya (I, 7) yaitu:

“Apan iking janma mangke, paga-wayang subhasubhakarma juga ya, ikang ri pena pabhuktyan kar-maphala ika, kalinganya, ikang subhasubhakarma mangke ri pena ika an kabukti phalanya, ri pegatni kabhuktyanya, mangjanma ta ya muwah, tumuta wasananing kar-maphala, wasana ngaraning san-gakara, turahning ambematra, ya tinutning paribhasa, swargacyuta, narakasyuta, kunang ikang sub-hasubhakarma ri pena, tan papha-la ika, matangnyan mangke juga pengponga subha asubhakarma”.

Artinya:

“Terlahir sebagai manusia adalah kesempatan untuk melakukan perbuatan bajik dan jahat, yang hasilnya akan dinikmati di akher­at. Apa pun yang diperbuat da­lam kehidupan ini hasilnya akan dinikmati di akhirat; setelah me­nikmati pahala akherat, lahirlah lagi ke bumi. Di akherat tidak ada perbuatan apa pun yang berpaha­

la. Sesungguhnya hanya perbua­tan di bumi inilah yang paling me­nentukan.”

Berdasarkan hasil penelitian akunt­abilitas berbasis Karma oleh umat Hindu adalah akuntabilitas yang didasarkan pada keikhlasan dan kepercayaan terhadap Sang Pencipta dalam keberhasilan pengelolaan keuangan desa. Akuntabilitas melalui per­buatan atau Karma dengan dasar prinsip moksartham jagadhita ya caiti dharma (ke­bahagiaan dunia dan akhirat) yaitu keba­hagiaan di dunia dan akhirat. Prinsip akun­tabilitas serta transparansi dapat terwujud jika satu dengan lainnya saling melengkapi. Kedua prinsip tersebut pada intinya memili­ki hubungan yang sangat kuat (Just, 2018; Lourenço, 2015; Randa & Tangke, 2015). Pandangan ini selaras dengan Undang­Un­dang yang ditetapkan oleh Pemerintah yai­tu Nomor 14 Tahun 2008 mengenai ada­nya transparansi dalam hal penyediaan dan peng ungkapan informasi dalam kaitan­nya dengan kegiatan organisasi publik dan lapor an keuangannya.

Implikasi hasil penelitian ini adalah melalui keyakinan akan hukum karma pha-la dapat mencegah terjadinya penyimpangan dalam mewujudkan keberhasilan pengelo­laan dana desa. Jika dikaitkan dengan te­ori GONE, moralitas yang tinggi akan meng­hindarkan sesorang dari rasa serakah dan godaan untuk melakukan kecurangan kare­na takut akan adanya hukum karma. Oleh karena itu, dengan mempertebal keimanan melalui keyakinan bahwa Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Sang Pencipta) adalah pemilik dana umat, maka manajemen memiliki tang­gung jawab moral yang tinggi untuk tidak melakukan kecurangan. Kesadaran untuk mewujudkan akuntabilitas dan transparan­si dalam pengelolaan keuangannya adalah agar suatu perencanaan dan kegiatan yang dicapai berjalan dengan baik guna menye­jahterakan masyarakat.

SIMPULANMelalui analisis yang peneliti lakukan

dapat disimpulkan bahwa adanya kompeten­si pendamping desa mampu terus mening­katkan kesuksesan dalam perencanaan ataupun kegiatan yang dilaksanakan ter­utama dalam hal mengelola keuangan atau dana desa. Dengan adanya pengalokasian dana desa ini pendamping desa juga mampu mendampingi, mengarahkan secara optimal

Page 11: PERAN KOMITMEN, KOMPETENSI, DAN SPIRITUALITAS DALAM ...

Purnamawati, Adnyani, Peran Komitmen, Kompetensi, dan Spiritualitas Dalam Pengelolaan Dana Desa 237

dan maksimal agar ke depan pengelolaan keuangan dapat dijalankan secara transpar­an, akuntabel, dan menjadikan desa yang mandiri dan sejahtera. Secara keseluruhan penelitian ini berimplikasi terhadap keha­rusan pemerintah desa untuk menerapkan pengawasan yang baik melalui penegak kan keyakinan hukum karma phala yang sifat­nya abadi dan universal, melalui landasan spiritualnya yaitu moksartham jagadhita ya caiti dharma (kebahagiaan dunia dan akhi­rat), sehingga ke depan mampu mencegah penyimpangan­penyimpangan yang tidak diinginkan. Implementasi pada ketiga kom­ponen yang mempengaruhi keberhasilan pengelolaan keuangan desa ini sangat pen­ting. Jika dipandang dari sisi akuntansi dan akuntabilitas, maka akuntabilitas yang di­dasarkan pada karma phala dapat mewu­judkan transparansi serta tanggung jawab karena kedua aspek akan menyebabkan seseorang memiliki tanggung jawab kepa­da Sang Pencipta yang merupakan pemilik dana umat.

Melalui penelitian ini diharapkan aspek psikologis dalam hal komitmen aparatur desa mampu terus meningkat. Mampu secara berkelanjutan meningkatkan kompetensi­nya melalui pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah dan desa. Hal terse­but guna membentuk sumber daya manusia yang baik dalam membantu pimpinan dalam perencanaan atau pelaksanaan pengelolaan dana desa secara maksimal dan rasa tang­gung jawab serta rasa memiliki yang tinggi. Adanya dana desa yang diberikan ada di­harapkan desa menjadi lebih mandiri dalam pembangunan desa dan pengembangan tata kelola pemerintahan serta perekonomian di desa tersebut. Penelitian selanjutnya dihara­pkan lebih mengembangkan variabel yang diteliti seperti tri kaya parisuda sebagai vari­abel pendukung dan juga menambah indi­kator ataupun daftar pertanyaan yang akan dipakai dalam penelitian untuk mening­katkan validitas hasil penelitian. Penelitian berikutnya diharapkan pula dapat memper­luas responden dan ruang lingkup penelitian agar dapat digeneralisasi.

DAFTAR RUJUKANAndoh, C., Quaye, D., & Akomea­Frimpong,

I. (2018). Impact of Fraud on Ghana­ian SMEs and Coping Mechanisms. Journal of Financial Crime, 25(2), 400­

418. https://doi.org/10.1108/JFC­05­2017­0050

Antlöv, H., Wetterberg, A., & Dharmawan, L. (2016). Village Governance, Community Life, and the 2014 Village Law in Indo­nesia. Bulletin of Indonesian Economic Studies, 52(2), 161­183. https://doi.org/10.1080/00074918.2015.1129047

Arsjad, M. F. (2018). Peranan Aparat Desa dalam Pelaksanaan Administrasi Pe­merintahan Desa di Desa Karyamuk­ti Kecamatan Mootilango Kabupaten Gorontalo. Gorontalo Journal of Pu-blic Administration Studies, 1(1), 16­32. https://doi.org/10.32662/gjpads.v1i1.176

Atmadja, A., & Saputra, A. (2017). Pence­gahan Fraud dalam Pengelolaan Keuangan Desa. Jurnal Ilmiah Akuntan-si dan Bisnis, 12(1), 7­16. https://doi.org/10.24843/JIAB.2017.v12.i01.p02

Balázs, I., & Hoffman, I. (2017). Can (Re)Cen­tralization be a modern Governance in Rural Areas? Transylvanian Re-view of Administrative Sciences, 50(E), 5­20. https://doi.org/10.24193/tras.2017.0001

Basri, H., Siti­Nabiha, A., & Majid, M. A. M. (2016). Accounting and Accountability in Religious Organizations: An Islamic Contemporary Scholars’ Perspective. Gadjah Mada International Journal of Business, 18(2), 207­230. https://doi.org/10.22146/gamaijb.12574

Boonperm, J., Haughton, J., & Khandker, S. R. (2013). Does the Village Fund Mat­ter in Thailand? Evaluating the Impact on Incomes and Spending. Journal of Asian Economics, 25, 3­16. https://doi.org/10.1016/j.asieco.2013.01.001

Casini, P., Vandewalle, L., & Wahhaj, Z. (2017). Public Good Provision in Indian Rural Areas: The Returns to Collective Action by Microfinance Groups. World Bank Economic Review, 31(1), 97­128. https://doi.org/10.1093/wber/lhv041

Chen, W., Woods, A., & Singh, S. (2013). Organisational Change and De­velopment of Reformed Chinese Township and Village Enterprises. Journal of Organizational Change Ma-nagement, 26(2), 353­369. https://doi.org/10.1108/09534811311328399

Cordery, C. (2015). Accounting His­tory and Religion: A Review of Studies

Page 12: PERAN KOMITMEN, KOMPETENSI, DAN SPIRITUALITAS DALAM ...

238 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 2, Agustus 2019, Hlm 227-240

and a Research Agenda. Accounting History, 20(4), 430­463. https://doi.org/10.1177/1032373215610590

Dabas, P., & Singh, A. (2018). Bhagavad Gita Teachings and Positive Psychology: Ef­ficacy for Semi­Urban indian Students of NCR. Cogent Psychology, 5(1), 1­13. https://doi.org/10.1080/23311908.2018.1467255

Fitriyani, L., Marita, M., Windyastuti, W., & Nurahman, R. (2018). Determi­nants of Village Fund Allocation. Jur-nal Akuntansi Multiparadigma, 9(3), 526­539. https://doi.org/10.18202/jamal.2018.04.9031

Friyani, R. (2017). Pengaruh Desentralisa­si Fiskal, Good Governance dan Stan­dar Akuntansi Pemerintahan terhadap Akuntabilitas Keuangan Pemerintah Daerah Kota Jambi. Jurnal Sains Sosio Humaniora, 1(2), 142­148. https://doi.org/10.22437/jssh.v1i2.4296

Haughton, J. , Khandker, S. R., & Rukumnu­aykit, P. (2014). Microcredit on a Large Scale: Appraising the Thailand Village Fund. Asian Economic Journal, 28(4), 363­388. https://doi.org/10.1111/asej.12041

Hendriani, S. (2018). The Role of Coopera­tive Development Strategy to Improv­ing the Success of Village Cooperative (KUD) in Riau Indonesia. International Journal of Law and Management, 60(1), 87­101. https://doi.org/10.1108/IJL­MA­11­2016­0132

Im, Y. (2017). The Old Man in Purgatory: The Indian Part in Yeats’s Vision of Salvation. Comparative Critical Stud-ies, 14(2­3), 251­268. https://doi.org/10.3366/ccs.2017.0238

Just, A. (2018). Religious Engagement and Citizen Support for Democratic Ac­countability in Contemporary Democ­racies. Social Science Research, 75, 130­141. https://doi.org/10.1016/j.ssresearch.2018.06.002

Kidron, A., & Vinarski Peretz, H. (2018). Or­ganizational Political Climate and Em­ployee Engagement in Political Behav­ior in Public Sector Organizations. In-ternational Journal of Organizational Analysis, 26(4), 773­795. https://doi.org/10.1108/IJOA­09­2017­1243

Klick, M. T. (2016). The Effect of State–Local Complementarity and Local Governance on Development: A comparative Analy­

sis from Post­War Guatemala. World Development, 82, 1­13. https://doi.org/10.1016/j.worlddev.2016.01.005

Krishna, A. (2017). Menyelami Misteri Kehidupan Bhagavad Gita bagi Orang Modern. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Li, S. (2013), China’s (Painful) Transition from Relation Based to Rule Based Gov­ernance: When and How, Not If and Why. Corporate Governance: An Interna-tional Review, 21(6), 567­576. https://doi.org/10.1111/corg.12023

Lourenço, R. P. (2015). An Analysis of Open Government Portals: A Perspective of Transparency for Accountability. Gov-ernment Information Quarterly, 32(3), 323­332. https://doi.org/10.1016/j.giq.2015.05.006

Ma, K. (2016). Sustainable Development and Social Policy: A Case of Indigenous Vil­lages in Hong Kong. Asian Education and Development Studies, 5(3), 305­317. https://doi.org/10.1108/AEDS­09­2015­0051

Muhlin, M. (2019). Model Pendamping Desa dalam Meningkatkan Tata Kelola Pe­merintahan dan Pemberdayaan Mas­yarakat di Kecamatan Balantak Utara Kabupaten Banggai. Ideas: Jurnal Pen-didikan, Sosial dan Budaya, 5(1), 39­54. https://doi.org/10.32884/ideas.v5i1.172

Munidewi, I. A. B. (2017). Akuntabilitas da­lam Perspektif Ajaran Karma Phala sebagai Pedoman untuk Membangun Karakter Auditor. Jurnal Ilmiah Akun-tansi Dan Bisnis, 12(1), 54–64. https://doi.org/10.24843/jiab.2017.v12.i01.p07

Nahuddin, Y. (2018). Akuntabilitas Keuan­gan Desa dan Kesejahteraan Apara­tur Desa dalam Pengelolaan Keuangan Desa. Jurnal Cakrawala Hukum, 9(1), 107­116. https://doi.org/10.26905/idjch.v9i1.2111

Nath, N., & Sharma, U. (2014). Performance Management Systems in the Public Housing Sector: Dissemination to Dif­fusion. Australian Accounting Review, 24(1), 2­20. https://doi.org/10.1111/auar.12004

Nirban, G. (2018). Mindfulness as an Ethical Ideal in the Bhagavadgītā. Mindful-ness, 9(1), 151­160. https://doi.org/10.1007/s12671­017­0755­5

Page 13: PERAN KOMITMEN, KOMPETENSI, DAN SPIRITUALITAS DALAM ...

Purnamawati, Adnyani, Peran Komitmen, Kompetensi, dan Spiritualitas Dalam Pengelolaan Dana Desa 239

Omar, M., Nawawi, A., & Salin, A. P. (2016). The Causes, Impact and Prevention of Employee Fraud. Journal of Financial Crime, 23(4), 1012­1027. https://doi.org/10.1108/JFC­04­2015­0020

Palmer, N. J., & Chuamuangphan, N. (2018). Governance and Local Participation in Ecotourism: Community­level Ecotour­ism Stakeholders in Chiang Rai Prov­ince, Thailand. Journal of Ecotourism, 17(3), 320­337. https://doi.org/10.1080/14724049.2018.1502248

Paranoan, N., & Totanan, C. (2018). Akunt­abilitas Berbasis Karma. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, 13(2), 161–172. https://doi.org/10.24843/JIAB.2018.v13.i02.p09

Pardasani, R., R. Sharma, R., & Bindlish, P. (2014). Facilitating Workplace Spir­ituality: Lessons from Indian Spiritual Traditions. Journal of Management De-velopment, 33(8/9), 847­859. https://doi.org/10.1108/JMD­07­2013­0096

Patty, A. C., & Irianto, G. (2013). Akuntabil­itas Perpuluhan Gereja. Jurnal Akun-tansi Multiparadigma, 4(2), 177–187. https://doi.org/10.18202/ja­mal.2013.08.7191

Puspita, D. (2018). Perbaikan Pelaporan Keuangan Desa melalui Inovasi Sistem E­Village Budgeting di Kabupaten Banyuwangi. BISMA, 12(2), 223­232. https://doi.org/10.19184/bisma.v12i2.7892

Randa, F., & Tangke, P. (2015). Developing Accountability Model of Local Govern­ment Organization: From Managerial Accountability to Public Accountability (Naturalistic Study on Local Govern­ment Tana Toraja). Procedia - Social and Behavioral Sciences, 211, 665­672. https://doi.org/10.1016/j.sb­spro.2015.11.099

Rivenbark, W., Roenigk, D., & Allison, G. (2010). Conceptualizing Financial Con­dition In Local Government. Journal of Public Budgeting, Accounting & Fi-nancial Management, 22(2), 149­177. https://doi.org/10.1108/JPBAFM­22­02­2010­B001

Sangster, A. (2018). Pacioli’s Lens: God, Hu­manism, Euclid, and the Rhetoric of Double Entry. Accounting Review, 93(2), 299­314. https://doi.org/10.2308/accr­51850

Singh, R., & Singh, A. (2012). Karma Ori­entation in Boundary Spanning Sales Employees. Journal of Indian Business Research, 4(2), 140­157. https://doi.org/10.1108/17554191211252662

Siskawati, E., Ferdawati, & Surya, F. (2016). Bagaimana Masjid dan Masyarakat Saling Memakmurkan? Pemaknaan Akuntabilitas Masjid. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 7(1), 70–80. https://doi.org/10.18202/jamal.2016.04.7006

Subadriyah, S. (2017). Flypaper Effect: Sebe­lum dan Sesudah Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah Akrual. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 8(3), 559­570. https://doi.org/10.18202/ja­mal.2017.12.7073

Sulistiyo, H., & Ghozali, I. (2017). The Role of Religious Control in Dysfunctional Audit Behavior: An Empirical Study of Auditors Of Public Accounting Firm in Indonesia. Journal of Applied Business Research, 33(5), 1047­1058. https://doi.org/10.19030/jabr.v33i5.10026

Sululing, S. (2017). Pelaporan Keuangan Alo­kasi Dana Desa sebagai Salah Satu Akuntabilitas Keuangan Desa. Jurnal Ekonomi, 22(2), 314­332. https://doi.org/10.24912/je.v22i2.228

Sun, Y., Lin, J., & Chan, R. C. K. (2017). Pseudo Use Value and Output Legiti­macy of Local Growth Coalitions in Chi­na: A Case Study of the Liede Redevel­opment Project in Guangzhou. Cities, 61, 9­16. https://doi.org/10.1016/j.cities.2016.10.018

Suresh, L. (2017). Decentralised and Effec­tive Forest Resource Gover­nance in India. South Asia Re-search, 37(1), 78­92. https://doi.org/10.1177/0262728016675531

Syahril, S., Mandani, A., & Firmansyah, I. (2018). Determinan Transparansi Pel­aporan Keuangan Desa di Kecamatan Kalianget Timur Kabupaten Sumenep. Jurnal Akuntansi Publik, 1(1), 65­80. https://doi.org/10.32554/jap.v1.i1.p65­80

Tin, W. J., & Lee, S. W. (2017). Development of Neighbourhood Renewal in Malay­sia through Case Study for Middle In­come Households in New Village Jin­jang, Kuala Lumpur. Sustainable Cities and Society, 32, 191­201. https://doi.org/10.1016/j.scs.2017.03.007

Page 14: PERAN KOMITMEN, KOMPETENSI, DAN SPIRITUALITAS DALAM ...

240 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 2, Agustus 2019, Hlm 227-240

Triani, N., & Handayani, S. (2018). Prak­tik Pengelolaan Keuangan Dana Desa. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 9(1), 136­155. http://doi.org/10.18202/ja­mal.2018.04.9009

Triyanto, D. (2018). Analisis Kinerja Pen­damping Desa dalam Upaya Memban­gun Kemandirian Desa. MIMBAR: Jur-nal Penelitian Sosial dan Politik, 7(2), 56­62. https://doi.org/10.32663/jpsp.v7i2.669

Umeokafor, N. (2018). An Investigation into Public and Private Clients’ Attitudes, Commitment and Impact on Construc­tion Health and Safety in Nigeria. Engi-neering, Construction and Architectural Management, 25(6), 798­815. https://doi.org/10.1108/ECAM­06­2016­0152

Wang, F., Cheng, Z., Reisner, A., & Liu, Y. (2018). Compliance with House­hold Solid Waste Management in Ru­ral Villages in Developing Countries. Journal of Cleaner Production, 202, 293­298. https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2018.08.135

Wang, J., & Li, B. (2018). Governance and Fi­nance: Availability of Community and Social Development Infrastructures in Rural China. Asia and the Pacific Pol-icy Studies, 5(1), 4­17. https://doi.org/10.1002/app5.216

Ward, B. W. (2013). What’s Better—R, SAS®, SPSS®, or Stata®? Thoughts for Instructors of Statistics and Research Methods Courses. Journal of Applied Social Science, 7(1), 115–120. https://doi.org/10.1177/1936724412450570

Weiss, R. S. (2016). Accounting for Religious Change: Ramalinga Adigal’s Trans­formation of Hindu Giving in Nine­teenth­Century India. History of Re-ligions, 56(1), 108­138. https://doi.org/10.1086/686740

Wijayanti, P., & Hanafi, R. (2018). Pence­gahan Fraud pada Pemerintahan Desa. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 9(2), 331–345. https://doi.org/10.18202/jamal.2018.04.9020

Xiao, X., Xu, H., & Xu, S. (2015). Using IBM SPSS Modeler to Improve Undergrad­uate Mathematical Modelling Compe­tence. Computer Application in Engineer-ing Education, 23(4) 603­609. https://doi.org/10.1002/cae.21632

Yabbar, R., & Hamzah, A. (2017). Tata Kelo-la Pemerintahan desa: Dari Peraturan Di Desa Hingga Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa; Dari Perencanaan Pemban-gunan Desa Hingga Pengelolaan Keuan-gan Desa. Surabaya: Pustaka.

Yenkey, C. B. (2018). Fraud and Market Participation: Social Relations as a Mod­erator of Organizational Miscon­duct. Administrative Science Quar-terly, 63(1), 43–84. https://doi.org/10.1177/0001839217694359

Yusuf, J. E. W., & Jordan, M. M. (2017), Accessibility of the Management’s Dis­cussion and Analysis to Citizen Users of Government Financial Reports. Pub-lic Budgeting & Finance, 37(4), 74­91. https://doi.org/10.1111/pbaf.12170

Zabri, M. M., & Mohammed, M. (2018). Qual­itative Validation of a Financially Af­fordable Islamic Home Financing Mod­el. ISRA International Journal of Islamic Finance, 10(2), 143­161. https://doi.org/10.1108/IJIF­08­2017­0023

Zhu, C., & Wu, C. (2016). Public Service Motivation and Organizational Per­formance in Chinese Provincial Gov­ernments. Chinese Management Studies, 10(4), 770­786. https://doi.org/10.1108/CMS­08­2016­0168