Spinal Cord Injury

22
SPINAL CORD INJURY Diposkan oleh Putri Bebek di 20.27 http://ikabuntud.blogspot.com/2012/05/spinal-cord-injury.html SPINAL CORD INJURY Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Neurosains Disusun oleh : Ikawati Mardiana P 27226011 105 Kunmangesti Wahyu D P P 27226011 108 Nuzulis Hazjar A P 27226011 114 Putri Marganingtyas K D P 27226011 118 Riski Excavani Amalia P 27226011 119 PROGRAM STUDI DIPLOMA IV FISIOTERAPI JURUSAN FISIOTERAPI POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA SURAKARTA 2012

description

Spinal Cord

Transcript of Spinal Cord Injury

Page 1: Spinal Cord Injury

SPINAL CORD INJURY

Diposkan oleh Putri Bebek di 20.27

http://ikabuntud.blogspot.com/2012/05/spinal-cord-injury.html

SPINAL CORD INJURY

Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Neurosains

Disusun oleh :

Ikawati Mardiana P 27226011 105

Kunmangesti Wahyu D P P 27226011 108

Nuzulis Hazjar A P 27226011 114

Putri Marganingtyas K D P 27226011 118

Riski Excavani Amalia P 27226011 119

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV FISIOTERAPI

JURUSAN FISIOTERAPI

POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA

SURAKARTA

2012

                                                       DAFTAR ISI                                                     

Daftar Isi ................................................................................................  i

A.      Pengertian Spinal Cord Injury .........................................................

B.       Klasifikasi Spinal Cord Injury .........................................................  

C.       Anatomi Fisiologi Spinal Cord (Medula Spinalis) ...........................

D.      Gejala dan Penyebab Spinal Cord Injury ........................................

E.       Diagnosis .........................................................................................

F.        Prognosis .........................................................................................

G.      Komplikasi ......................................................................................

Page 2: Spinal Cord Injury

Daftar Pustaka ........................................................................................

Page 3: Spinal Cord Injury

A.  Pengertian Spinal Cord Injury

            Tulang belakang (vertebrae) adalah tulang yang memanjang dari leher sampai ke

selangkangan. Tulang vertebrae terdiri dari 33 tulang, antara lain : 7 buah tulang servikal, 12

buah tulang torakal, 5 buah tulang lumbal, 5 buah tulang sacral. Diskus intervertebrale

merupakan penghubung antara dua korpus vertebrae. Sistem otot ligamentum membentuk

jajaran barisan (aligment) tulang belakang dan memungkinkan mobilitas vertebrae. Di dalam

susunan tulang tersebut terangkai pula rangkaian syaraf-syaraf, yang bila terjadi cedera di

tulang belakang maka akan mempengaruhi syaraf-syaraf tersebut (Mansjoer, Arif, et al.

2000).

Cidera tulang belakang adalah cidera mengenai cervicalis, vertebralis dan lumbalis

akibat trauma ; jatuh dari ketinggian, kecelakakan lalu lintas, kecelakakan olah raga dan

sebagainya yang dapat menyebabkan fraktur atau pergeseran satu atau lebih tulang vertebra

sehingga mengakibatkan defisit neurologi (Sjamsuhidayat, 1997).

            Spinal Cord Injury (SCI) adalah cedera yang terjadi karena trauma sumsum tulang

belakang atau tekanan pada sumsum tulang belakang karena kecelakaan yang dapat 

mengakibatkan kehilangan atau gangguan fungsi baik sementara atau permanen di motorik

normal, indera, atau fungsi otonom serta berkurangnya mobilitas atau perasaan (sensasi).

Spinal cord injury (SCI) terjadi ketika sesuatu (seperti: tulang, disk, atau benda asing)

masuk atau mengenai spinal dan merusakkan spinal cord atau suplai darah (AACN, Marianne

Chulay, 2005 : 487).

B.  Klasifikasi Spinal Cord Injury

American Spinal Injury Association (ASIA) bekerjasama dengan Internasional

Medical Society Of Paraplegia (IMSOP) telah mengembangkan dan mempublikasikan

standart internasional untuk klasifikasi fungsional dan neurologis cedera medula spinalis.

Klasifikasi ini berdasarkan pada Frankel pada tahun 1969. Klasifikasi ASIA/ IMSOP dipakai

di banyak negara karena sistem tersebut dipandang akurat dan komperhemsif. Skala

kerusakan menurut ASIA/ IMSOP Grade A Komplit Tidak ada fungsi motorik/ sensorik yg

diinervasi o/ segmen sakral 4-5 Grade B Inkomlpit Fungsi sensorik tapi bukan motorik

dibawah tingkat lesi dan menjalar sampai segmen sakral (S4-5). Grade C Inkomlpit

Gangguan fungsi motorik di bawah tingkat lesi dan mayoritas otot-otot penting dibawah

tingkat lesi memiliki nilai kurang dari 3. Grade D Inkomlpit Gangguan fungsi motorik

dibawah tingkat lesi dan meyoritas otot-otot penting memiliki nilai lebih dari 3. Grade E

Normal Fungsi motorik dan sensorik normal.

Page 4: Spinal Cord Injury

Cedera umum medula spinalis dapat dibagi menjadi komplet dan tidak komplet

berdasarkan ada/tidaknya fungsi yang dipertahankan di bawah lesi.Terdapat 5 sindrom utama

cedera medula spinalis inkomplet menurut American Spinal Cord Injury Association yaitu :

(1) Central Cord Syndrome,

(2) Anterior Cord Syndrome,

(3) Brown Sequard Syndrome,

(4) Cauda Equina Syndrome, dan

(5) Conus Medullaris Syndrome.

Lee menambahkan lagi sebuah sindrom inkomplet yang sangat jarang terjadi yaitu

Posterior Cord Syndrome.

Central Cord Syndrome (CCS) biasanya terjadi setelah cedera hiperekstensi. Sering

terjadi pada individu di usia pertengahan dengan spondilosis cervicalis. Predileksi lesi yang

paling sering adalah medula spinalis segmen servikal, terutama pada vertebra C4-C6.

Sebagian kasus tidak ditandai oleh adanya kerusakan tulang. Mekanisme terjadinya cedera

adalah akibat penjepitan medula spinalis oleh ligamentum flavum di posterior dan kompresi

osteofit atau material diskus dari anterior. Bagian medula spinalis yang paling rentan adalah

bagian dengan vaskularisasi yang paling banyak yaitu bagian sentral. Pada Central Cord

Syndrome, bagian yang paling menderita gaya trauma dapat mengalami nekrosis traumatika

yang permanen. Edema yang ditimbulkan dapat meluas sampai 1-2 segmen di bawah dan di

atas titik pusat cedera. Sebagian besar kasus Central Cord Syndrome menunjukkan

hipo/isointens pada T1 dan hiperintens pada T2, yang mengindikasikan adanya edema.

Gambaran khas Central Cord Syndrome adalah kelemahan yang lebih prominen pada

ekstremitas atas dibanding ektremitas bawah. Pemulihan fungsi ekstremitas bawah

biasanya lebih cepat, sementara pada ekstremitas atas (terutama tangan dan jari) sangat sering

dijumpai disabilitas neurologik permanent. Hal ini terutama disebabkan karena pusat cedera

paling sering adalah setinggi VC4-VC5 dengan kerusakan paling hebat di medula spinalis C6

dengan ciri LMN. Gambaran klinik dapat bervariasi, pada beberapa kasus dilaporkan

disabilitas permanen yang unilateral.

Nama Sindroma Pola dari lesi saraf Kerusakan

Central cord syndrome Cedera pada posisi

sentral dan sebagian

pada daerah lateral.

Dapat sering terjadi

Menyebar ke daerah

sacral. Kelemahan otot

ekstremitas atas dan

ekstremitas bawah jarang

Page 5: Spinal Cord Injury

pada daerah servikal terjadi pada ekstremitas

bawah

Brown- Sequard

Syndrome

Anterior dan posterior

hemisection dari

medulla spinalis atau

cedera akan

menghasilkan

medulla spinalis

unilateral

Kehilangan ipsilateral

proprioseptiv dan

kehilangan fungsi

motorik.

Anterior cord syndrome Kerusakan pada

anterior dari daerah

putih dan abu- abu

medulla spinalis

Kehilangan funsgsi

motorik dan sensorik

secara komplit.

Posterior cord

syndrome

Kerusakan pada

anterior dari daerah

putih dan abu- abu

medulla spinalis

Kerusakan proprioseptiv

diskriminasi dan getaran.

Funsgis motor juga

terganggu

Cauda equine

syndrome

Kerusakan pada saraf

lumbal atau sacral

samapi ujung medulla

spinalis

Kerusakan sensori dan

lumpuh flaccid pada

ekstremitas bawah dan

kontrol berkemih dan

defekasi.

            Sedangkan secara lebih spesifik lagi, Holdsworth membuat klasifikasi Spinal Cord

Injury (SCI) sebagai berikut :

1.      Cedera Fleksi

            Cedera fleksi menyebabkan beban regangan pada ligamentum posterior, dan

selanjutnya dapat menimbulkan kompresi pada bagian anterior korpus vertebra dan

mengakibatkan wedge fracture (teardrop fracture). Cedera semacam ini dikategorikan

sebagai cedera yang stabil.

2.      Cedera Fleksi-Rotasi

            Beban fleksi-rotasi akan menimbulkan cedera pada ligamentum posterior dan kadang

juga terdapat pada prosesus artikularis, selanjutnya akan mengakibatkan terjadinya dislokasi

Page 6: Spinal Cord Injury

fraktur rotasional yang dihubungkan dengan slice fracture korpus vertebra. Cedera ini

merupakan cedera yang paling tidak stabil.

3.      Cedera Ekstensi

Cedera ekstensi biasanya merusak ligamentum longitudinalis anterior dan

menimbulkan herniasi diskus. Biasanya terjadi pada daerah leher. Selama kolum vertebra

dalam posisi fleksi, maka cedera ini masih tergolong stabil. Cedera kompresi vertical

mengakibatkan pembebanan pada korpus vertebra dan dapat menimbulkan burst fracture.

Cedera robek langsung (direct shearing) biasanya terjadi di daerah torakal dan disebabkan

oleh pukulan langsung pada punggung, sehingga salah satu vertebra bergeser, fraktur

prosesus artikularis serta ruptur ligamen.

Berdasarkan sifat kondisi fraktur yang terjadi, Kelly dan Whitesides mengkategorikan

cedera spinal menjadi cedera stabil dan cedera non-stabil. Cedera stabil mencakup cedera

kompresi korpus vertebra baik anterior atau lateral dan burst fracture derajat ringan.

Sedangkan cedera yang tidak stabil mencakup cedera fleksi-dislokasi, fleksi-rotasi, dislokasi-

fraktur (slice injury), dan burst fracture hebat.

4.      Cedera Stabil Fleksi

            Cedera fleksi akibat fraktura kompresi baji dari vertebra torakolumbal umum

ditemukan dan stabil. Kerusakan neurologik tidak lazim ditemukan. Cedera ini menimbulkan

rasa sakit, dan penatalaksanaannya terdiri atas perawatan di rumah sakit selama beberapa hari

istirahat total di tempat tidur dan observasi terhadap paralitik ileus sekunder terhadap

keterlibatan ganglia simpatik. Jika baji lebih besar daripada 50 persen, brace atau gips dalam

ekstensi dianjurkan. Jika tidak, analgetik, korset, dan ambulasi dini diperlukan.

Ketidaknyamanan yang berkepanjangan tidak lazim ditemukan.

5.      Fleksi ke Lateral dan Ekstensi

            Cedera ini jarang ditemukan pada daerah torakolumbal. Cedera ini stabil, dan defisit

neurologik jarang. Terapi untuk kenyamanan pasien dapat diberikan berupa analgetik dan

korset.

6.      Kompresi Vertikal

            Tenaga aksial mengakibatkan kompresi aksial yang terdiri dari 2 jenis : (1) protrusi

diskuske dalam lempeng akhir vertebral, (2) fraktura ledakan. Yang pertama terjadi pada

pasien muda dengan protrusi nukleus melalui lempeng akhir vertebra kedalam tulang berpori

yang lunak. Ini merupakan fraktura yang stabil, dan defisit neurologik tidak terjadi. Terapi

yang dapat diberikan berupa analgetik, istirahat ditempat tidur selama beberapa hari, dan

korset untuk beberapa minggu.

Page 7: Spinal Cord Injury

Meskipun fraktura ”ledakan” agak stabil, keterlibatan neurologik dapat terjadikarena

masuknya fragmen ke dalam kanalis spinalis. CT-Scan memberikan informasi radiologik

yang lebih pada cedera. Jika tidak ada keterlibatan neurologik, pasien ditangani dengan

istirahat di tempat tidur sampai gejala-gejala akut menghilang. Direkomendasikan juga untuk

menggunakan brace atau jaket gips untuk menyokong vertebra yang dapat digunakan selama

3 atau 4 bulan. Jika ada keterlibatan neurologik, fragmen harus dipindahkan dari

kanalisneuralis. Pendekatan bisa dari anterior, lateral atau posterior. Stabilisasi dengan batang

kawat, plat atau graft tulang penting untuk mencegah ketidakstabilan setelah dekompresi.

7.      Cedera Tidak Stabil Rotasi-Fleksi

            Kombinasi dari fleksi dan rotasi dapat mengakibatkan fraktura dislokasi dengan

vertebra yang sangat tidak stabil. Karena cedera ini sangat tidak stabil, pasien harus ditangani

dengan hati-hati untuk melindungi medula spinalis dan radiks. Fraktura dislokasi ini paling

sering terjadi pada daerah transisional T10 sampai L1 dan berhubungan dengan insiden yang

tinggi dari gangguan neurologik. Setelah radiografik yang akurat didapatkan (terutama CT-

Scan), dekompresi dengan memindahkan unsur yang tergeser dan stabilisasi spinal

menggunakan berbagai alat metalik diindikasikan.

8.      Fraktura “Potong”

            Vertebra dapat tergeser ke arah anteroposterior atau lateral akibat trauma parah.

Pedikel atau prosesus artikularis biasanya patah. Jika cedera terjadi pada daerah toraks,

mengakibatkan paraplegia lengkap. Meskipun fraktura ini sangat tidak stabil pada daerah

lumbal, jarang terjadi gangguan neurologi karena ruang bebas yang luas pada kanalis neuralis

lumbalis. Fraktura iniditangani seperti pada cedera fleksi-rotasi.

9.      Cedera Fleksi-Rotasi

            Change fracture terjadi akibat tenaga distraksi seperti pada cedera sabuk pengaman.

Terjadi pemisahan horizontal, dan fraktura biasanya tidak stabil. Stabilisasi bedah

direkomendasikan.

C.  Anatomi Fisiologi Spinal Cord (Medula Spinalis)

Spinal Cord atau Medulla Spinalis merupakan bagian dari Susunan Syaraf Pusat.

Terbentang dari foramen magnum sampai dengan L1, di L1 melonjong dan agak melebar

yang disebut conus terminalis atau conus medullaris. Terbentang dibawah conus terminalis

serabut-serabut bukan syaraf yang disebut filum terminale yang merupakan jaringan ikat.

Terdapat 31 pasang syaraf spinal:

a.       8 pasang syaraf servikal,

Page 8: Spinal Cord Injury

b.      12 Pasang syaraf Torakal,

c.       5 Pasang syaraf Lumbal,

d.      5 Pasang syaraf Sakral ,

e.       1 pasang syaraf koksigeal

Akar syaraf lumbal dan sakral terkumpul yang disebut dengan Cauda Equina. Setiap

pasangan syaraf keluar melalui Intervertebral foramina. Syaraf Spinal dilindungi oleh tulang

vertebra dan ligamen dan juga oleh meningen spinal dan CSF.

            Pada orang dewasa, medula spinalis lebih pendek daripada kolumna spinalis. Medula

spinalis berakhir kira-kira pada tingkat diskus intervertebralis antara vertebra lumbalis

pertama dan kedua. Sebelum usia 3 bulan, segmen medula spinalis, ditunjukkan oleh

radiksnya, langsung menghadap ke vertebra yang bersangkutan. Setelah itu, kolumna tumbuh

lebih cepat daripada medula. Radiks tetap melekat pada foramina intervertebralis asalnya dan

menjadi bertambah panjang ke arah akhir medula (conus terminalis), akhirnya terletak pada

tingkat vertebra lumbalis ke-2. Di bawah tingkat ini, spasium subarakhnoid yang seperti

kantong, hanya mengandung radiks posterior dan anterior yang membentuk cauda equina.

Kadang-kadang, conus terminalis dapat mencapai sampai tingkat vertebra lumbalis ke-3.

            Radiks dari segmen C1 sampai C7, meninggalkan kanalis spinalis melalui foramina

intervertebralis yang terletak pada sisi superior atau rostral setiap vertebra. Karena bagian

servikalis mempunyai satu segmen lebih daripada vertebra servikalis, radiks segmen ke-8

meninggalkan kanalis melalui foramina yang terletak antara vertebra servikalis ke-7 dan

torasikus ke-1. Dari sini ke bawah, radiks saraf meninggalkan kanalis melalui foramina yang

lebih bawah.

Antara C4 dan T1, dan juga antara L2 dan S3, diameter medula spinalis membesar.

Intumesensia servikalis dan lumbalis ini terjadi karena radiks dari separuh bawah bagian

servikalis naik ke pleksus brakhialis, mempersarafi ekstrimitas atas, dan yang dari regio

lumbo-sakral membentuk pleksus lumbosakralis, mempersarafi ekstrimitas bawah.

Pembentukan pleksus-pleksus ini menyebabkan serat-serat dari setiap pasang radiks

bercabang menjadi saraf-saraf perifer yang berbeda; dengan kata lain, setiap saraf perifer

dibuat dari serat beberapa radiks segmental yang berdekatan. Ke arah perifer dari saraf, serat

saraf aferen berasal dari satu radiks dorsalis yang bergabung dan mensuplai daerah segmen

tertentu dari kulit, disebut dermatom atau daerah dermatomik.

Dermatom berjumlah sebanyak radiks segmental. Dermatom-dermatom letaknya

saling tumpang tindih satu sama lain, sehingga hilangnya satu radiks saja sulit untuk

dideteksi. Harus terjadi hilangnya beberapa radiks yang berdekatan supaya dapat timbul

Page 9: Spinal Cord Injury

hilangnya sensorik dari karakter segmental. Dermatom berhubungan dengan berbagai segmen

radiks medula spinalis, sehingga mempunyai nilai diagnostik yang besar dalam menentukan

tingkat ketinggian dari kerusakan medula spinalis.

Fungsi dan Persarafan Otot Periferal dan Segemental

Fungsi Otot Saraf

I.                   Pleksus servikalis C1-C4

Fleksi, ekstensi, rotasi,

dan eksorotasi leher

Mm. koli profundi (M.

sternokleidomastoideus, M.

trapezius)

Saraf servikalis

C1-C4

Pengangkatan dada atas,

inspirasi

Mm. skaleni C3-C5

Inspirasi Diafragma

Saraf frenikus

C3-C5

II.                Pleksus brakhialis C5-T1

Aduksi dan endorotasi

lengan,

Menurunkan bahu ke

dorsoventral

M. pektoralis mayor dan

minor

Saraf torakalis anterior

C5-T1

Fiksasi skapula selama

mengangkat lengan

M. seratus anterior

Saraf torakalis longus

C5-C7

Elevasi dan aduksi

skapula ke arah kolumna

spinalis

M. levator skapula,

Mm. rhomboidei

Saraf skapularis dorsal

C4-C5

Mengangkat dan

eksorotasi lengan,

Eksorotasi lengan pada

sendi bahu

M. supraspinatus,

M. infraspinatus

Saraf supraskapularis

C4-C6

C4-C6

Endorotasi sendi bahu; M. latissimus dorsi,

Saraf torakalis dorsal

C5-C8

Page 10: Spinal Cord Injury

aduksi dari ventral ke

dorsal;

 menurunkan lengan

yang terangkat

M. teres major,

M. subskapularis

(dari daerah dorsal

pleksus)

Abduksi lengan ke garis

horizontal,

Eksorotasi lengan

M. deltoideus

M. teres minor

Saraf aksilaris

C5-C6

C4-C5

Fleksi lengan atas dan

bawah dan supinasi

lengan bawah,

Elevasi dan aduksi

lengan,

Fleksi lengan bawah

M. biseps brakhii,

M. korakobrakhialis,

M. brakhialis

Saraf muskulokutaneus

C5-C6

C5-C7

C5-C6

Fleksi dan deviasi radial

tangan,

Pronasi lengan bawah,

Fleksi tangan,

Fleksi jari II-V pada

falangs tengah,

Fleksi falangs distal ibu

jari tangan,

Fleksi falangs distal jari

II dan III tangan,

M. fleksor karpi radialis

M. pronator teres

M. palmaris longus

M. fleksor digitorum

superfisialis

M. fleksor polisis longus

M. fleksor digitorum

profundus (radial)

Saraf medianus

C5-C6

C5-C6

C7-T1

C7-T1

C6-C8

C7-T1

Abduksi metakarpal I,

Fleksi falangs proksimal

ibu jari tangan,

Oposisi metakarpal I

M. abduktor polisis brevis

M. fleksor polisis brevis

M. oponens polisis brevis

C7-T1

C7-T1

C6-C7

Fleksi falangs proksimal

dan ekstensi sendi lain,

Mm. lumbrikalis

Jari II dan III tangan

Saraf medianus

C8-T1

Page 11: Spinal Cord Injury

Fleksi falangs proksimal

dan ekstensi sendi lain

Jari IV dan V tangan

Saraf ulnaris

C8-T1

Fleksi dan

pembengkokan ke arah

ulnar jari tangan,

Fleksi falangs proksimal

jari tangan IV dan V,

Aduksi metakarpal I,

Abduksi jari tangan V,

Oposisi jari tangan V,

Fleksi jari V pada sendi

metakarpofalangeal,

Pembengkokan falangs

proksimal, meregangkan

jari tangan III, IV, dan V

pada sendi tangan dan

distal seperti juga

gerakan membuka dan

menutup jari-jari

M. fleksor karpi ulnaris

M. fleksor digitorum

profundus (ulnar)

M. aduktor polisis

M. abduktus digiti V

M. oponens digiti V

M. fleksor digiti brevis V

Mm. interosei palmaris

dan dorsalis

Mm. lumbrikalis III dan IV

Saraf ulnaris

C7-T1

C7-T1

C8-T1

C8-T1

C7-T1

Saraf ulnaris

C7-T1

C8-T1

Ekstensi siku,

Fleksi siku,

Ekstensi siku dan

abduksi radial tangan,

Ekstensi falangs

proksimal jari II-IV,

Ekstensi falangs

proksimal jari V,

M. biseps brakhii dan M.

ankoneus

M. brakhioradialis

M. ekstensor karpi radialis

M. ekstensor digitorum

M. ekstensor digiti V

M. ekstensor karpi ulnaris

Saraf radialis

C6-C8

C5-C6

C6-C8

C6-C8

C6-C8

C6-C8

Page 12: Spinal Cord Injury

Ekstensi dan deviasi ke

arah ulnar dari tangan,

Supinasi lengan bawah,

Abduksi metakarpal I:

ekstensi radial dari

tangan,

Ekstensi ibu jari tangan

pada falangs proksimal,

Ekstensi falangs distal

ibu jari,

Ekstensi falangs

proksimal jari II

M. supinator

M. abduktor polisis longus

M. ekstensor polisis brevis

M. ekstensor polisis longus

M. ekstensor indisis

proprius

C5-C7

C6-C7

C7-C8

C7-C8

C6-C8

Elevasi iga; ekspirasi;

kompresi abdomen;

anterofleksi dan

laterofleksi tubuh.

Mm. toracis dan

abdominalis

N. toracis

T1-L1

III.             Pleksus lumbalis T12-L4

Fleksi dan endorotasi

pinggul,

Fleksi dan endorotasi

tungkai bawah,

Ekstensi tungkai bawah

pada tungkai lutut

M. iliopsoas

M. sartorius

M. quadriseps femoris

Saraf femoralis

L1-L3

L2-L3

L2-L4

Aduksi paha

Aduksi dan eksorotasi

paha

M. pektineus

M. aduktor longus

M. aduktor brevis

M. aduktor magnus

M. grasilis

M. obturator eksternus

Saraf obturatorius

L2-L3

L2-L3

L2-L4

L3-L4

L2-L4

L3-L4

IV.             Pleksus sakralis L5-S1

Page 13: Spinal Cord Injury

Abduksi dan endorotasi

paha,

Fleksi tungkai atas pada

pinggul; abduksi dan

endorotasi,

Eksorotasi paha dan

abduksi

M. gluteus medius dan

minimus

M. tensor fasia lata

M. piriformis

Saraf glutealis

superior

L4-S1

L4-L5

L5-S1

Ekstensi paha pada

pinggul,

Eksorotasi paha

M. gluteus maksimus

M. obturator internus

Mm. gemeli

M. quadratus

Saraf glutealis inferior

L4-S2

L5-S1

L4-S1

Fleksi tungkai bawah M. biseps femoris

M. semitendinosus

M. semimembranosus

Saraf skiatikus

L4-S2

L4-S1

L4-S1

Dorsifleksi dan supinasi

kaki,

Ekstensi kaki dan jari-jari

kaki,

Ekstensi jari kaki II-V,

Ekstensi ibu jari kaki

Ekstensi ibu jari kaki

M. tibialis anterior

M. ekstensor digitorum

longus

M. ekstensor digitorum

brevis

M. ekstensor halusis longus

M. ekstensor halusis brevis

Saraf peronealis

profunda

L4-L5

L4-S1

L4-S1

L4-S1

L4-S1

Pengangkatan dan

pronasi bagian luar kaki

Mm. peronei

Saraf peronealis

superfisialis

L5-S1

Fleksi plantar dan kaki

dalam supinasi,

Supinasi dan fleksi

M. gastroknemius

M. triseps surae

M. soleus

M. tibialis posterior

Saraf tibialis

L5-S2

L4-L5

Page 14: Spinal Cord Injury

plantar dari kaki

Fleksi falangs distal jari

kaki II-V (plantar fleksi

kaki dalam supinasi),

Fleksi falangs distal ibu

jari kaki,

Fleksi jari kaki II-V pada

falangs tengah,

Melebarkan, menutup,

dan fleksi falangs

proksimal jari-jari kaki

M. fleksor digitorum longus

M. fleksor halusis longus

M. fleksor digitorum brevis

Mm. plantaris pedis

L5-S2

L5-S2

S1-S3

S1-S3

Menutup sfingter

kandung kemih dan

rectum

Otot-otot perinealis dan

sfingter

Saraf pudendalis

S2-S4

D.  Gejala dan Penyebab Spinal Cord Injury

Cedera medula spinalis mempunyai gambaran klinik yang berbeda-beda tergantung

letak lesi dan luasnya, dan dapat bibedakan menjadi 4 kelompok yaitu :

1.    Anterior cord syndrome, dengan gejala :

a.    para / tetraplegia

b.    dissociated sensory loss : gangguan rasa nyeri dan raba namun sensasi kinestesi tetap ada

2.    Central cord syndrome, dengan gejala :