Sphere of Reflection_ Memetakan Sosok Capres 2014

11
Blog ini merupakan ruang publik baru yang bebas dari dominasi dan didedikasikan untuk pengarusutamaan literasi politik dan literasi media. Sangat meyakini setiap orang ada masanya dan setiap masa ada orangnya sehingga terus berpikir, bergerak dan bermanfaat dalam penguatan semangat komunitarian. Saatnya warga negara kian berdaya untuk berpikir dan bersikap atas hak-hak sipil politiknya. Sphere of Reflection: Memetakan Sosok Capres 2014 http://gunheryanto.blogspot.com/2013/09/memetakan-sosok-capres-2014... 1 of 11 20/02/2015 17:21

description

k

Transcript of Sphere of Reflection_ Memetakan Sosok Capres 2014

Page 1: Sphere of Reflection_ Memetakan Sosok Capres 2014

Blog ini merupakan ruang publik baru yang bebas dari dominasi dan didedikasikan untukpengarusutamaan literasi politik dan literasi media. Sangat meyakini setiap orang ada masanya dansetiap masa ada orangnya sehingga terus berpikir, bergerak dan bermanfaat dalam penguatansemangat komunitarian. Saatnya warga negara kian berdaya untuk berpikir dan bersikap atas hak-haksipil politiknya.

Sphere of Reflection: Memetakan Sosok Capres 2014 http://gunheryanto.blogspot.com/2013/09/memetakan-sosok-capres-2014...

1 of 11 20/02/2015 17:21

Page 2: Sphere of Reflection_ Memetakan Sosok Capres 2014

Kedua, capres asosiasional, yakni figur yang lahir dari suatu mekanisme organisasional danbiasanya akan sangat terhubung erat dengan mekanisme pencapresan yangdiselenggarakan partai pengusung. Misalnya capres hasil konvensi. Pemilihan capresditentukan melalui sebuah kanal pencarian yang diinisiasi oleh partai sehingga sosok capresyang bersangkutan lebih bersifat terseleksi, bertujuan khusus dan asosiatif. Praktik konvensiyang sudah melembaga dalam aturan organisasi akan memiliki daya ikat yang kuat bagiorang-orang di struktur organisasi maupun basis konstituen partai. Jika konteksnyapemilihan dilakukan melalui konvensi, maka siapapun capres Demokrat tentunya masuk tipeini.

Hanya masalahnya, apakah konvensi Demokrat memiliki daya ikat yang kuat? Tentu, akansangat ditentukan oleh kualitas konvensi mereka saat ini. Sebagaimana kita ketahui,konvensi Demokrat yang selenggarakan kurang lebih 8 bulan itu, terkesan hanya menjadietalase citra politik Demokrat daripada kanalisasi SDM terbaik partai. Di lihat kontekspolitiknya, konvensi Demokrat tak berbeda dengan Golkar di tahun 2004, yaknipenyelamatan partai dari masalah elektabilitas, popularitas, kesukaan dan penerimaanpemilih. Demokrat masih belum mengurusi konvensi dalam sebuah aturan main yangmenjamin regularitas penyelenggaraan mekanisme ini. Konvensi baru semata “exit strategy”jelang Pemilu 2014. Selain itu, muncul skeptisme banyak kalangan terhadap cara,transparansi anggaran, dan penerimaan basis struktur partai terhadap siapapun pemenangkonvensi. Wajar jika aroma konvensi Demokrat kurang menggairahkan banyak kalanganmeski dikemas dengan jor-joran!

Ketiga, capres figur kontesktual. Maksudnya adalah capres potensial yang memilikidayatarik karena kerapkali bersentuhan dengan berbagai dinamika kekinian. Rekam jejakmereka menjadi arus utama pusaran opini baik di media massa maupun sosial media. Figurseperti Jokowi, Mahfud MD, Jusuf Kalla bisa kita masukan ke dalam tipe ini. Mereka bukanfigur sentral dalam jajaran partai tetapi kiprahnya masih memiliki dayatarik elektoral,sehingga sangat mungkin dipertimbangkan oleh banyak kekuatan politik yang bertarung di2014. Masalahnya adalah belum tentu semua figur kontekstual ini mendapatkan “kendaraan”yang pas dan bisa menghantarkan mereka pada rivalitas RI-1. Meskipun rata-rata merekaadalah politisi partai, tetapi bukan pembuat kebijakan (decision maker) sehingga harusmeyakinkan figur sentral di partai masing-masing untuk mendapatkan kendaraan.

Keempat, capres periferal yakni sosok pinggiran yang “jeblok” dalam perangkinganpersepsi publik, tidak memiliki basis kekuatan nyata di partai politik, bukan pula orang yangmemiliki basis solid di kantung-kantung pemilih. Namun demikian, mereka sangat percayadiri dan sejak awal memproklamirkan diri siap menuju RI-1. Contoh tipe ini sebut sajaRhoma Irama, Farhat Abbas dan akan banyak lagi orang yang pede nyapres meski hanya“penggembira” di sekeliling panggung utama persaingan.

Kekuatan Pemenang

Dalam tulisan R.A Dahl, Dilemas of Pluaralist Democracy: Autonom Vs Control (1982)menyebutkan bahwa demokrasi melibatkan dua variabel yakni kontestasi dan partisipasi.Tentu, pemilu sebagai instrumen penting demokrasi idealnya bukan semata-matamenunjukkan wajah pongah kontestasi politik elite melainkan harus memberi impresi danmampu menggerakan partisipasi politik warga biasa.

Sebelum pencapresan, sebaiknya kita membaca dinamika pemilu legislatif yang menyokongcapres dan cawapres. Butuh konsistensi dan persistensi partai untuk mempertahankaneksistensi mereka di Pemilu sekalipun partai bersangkutan memenangi Pemilu sebelumnya.Sebagai gambaran, pada Pemilu 1999 Golkar meraih 22,4 persen, pemilu 2004 turunmenjadi 21,58 persen dan Pemilu 2009 hanya 14,45 persen. Begitupun yang dialami PDIPyang menjadi petahana seusai memenangi Pemilu 1999 dengan mengantongi 33,74 persen.Di Pemilu 2004, suara PDIP turun menjadi 18,53 persen dan di Pemilu 2009 hanya 14,03persen. Artinya, menjadi petahana bukanlah jaminan mudahnya memenangi kontestasi.Demokrat juga berpotensi kalah telak di Pemilu 2014.

Pertarungan capres memang sedikit berbeda karena biasanya aspek figur sangatmenentukan. Misalnya dalam kasus Demokrat di Pemilu 2004, meski partainya hanyamemperoleh suara 7,45 persen atau 57 kursi dari 550 kursi yang disediakan di ‘Senayan’,

Sphere of Reflection: Memetakan Sosok Capres 2014 http://gunheryanto.blogspot.com/2013/09/memetakan-sosok-capres-2014...

2 of 11 20/02/2015 17:21

Page 3: Sphere of Reflection_ Memetakan Sosok Capres 2014

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Diposkan oleh Gun Gun Heryanto di 22.54

SBY ternyata terpilih sebagai capres pemenang Pemilu. Rivalitas 2014 diprediksi akanmenjadi arena pertarungan sengit, karena setiap capres memiliki peluang sama untukmengkapitalisasi sumberdaya mereka di tengah ketiadaan figur yang benar-benar kuatseperti SBY di Pemilu 2009.

Memang ada tren pergeseran persepsi publik tentang sosok calon pemimpin ke depan.Jika kemenangan SBY di 2004 dan 2009 lebih dikarenakan suksesnya pencitraan politikmelalui berbagai simulasi realitas, kini calon pemimpin yang diharapkan adalah problemsolver dan pengambil resiko yang diharapkan menjadi antitesa dari gaya kepemimpinanSBY yang nyaris tak menghasilkan banyak perubahan.

Situasi sekarang secara faktual melahirkan disonansi kognitif yang kian meluas dimasyarakat. Leon Festinger dalam buku lawasnya, A Theory of Cognitive Dissonance(1957) menyebutkan disonansi kognitif sebagai perasaan tidak nyaman yang disebabkanoleh sikap, pemikiran dan prilaku yang tidak konsisten. Kian hari harapan untuk perubahankian menipis sebaliknya tingkat disonansi (magnitude of dissonance) meningkat pesat,kondisi ini memunculkan harapan adanya sosok baru pembawa perubahan bagi bangsa ini.Bukan lagi sosok pesolek yang hanya pandai berwacana dan bersenandung perubahantanpa rekam jejak memadai untuk menjadi pemimpin asketis, transformatif dankomunitarian.

Pada akhirnya, kita berharap siapapun yang akan maju ke gelanggang pertarungan 2014,adalah mereka yang pandai mengukur diri. Pantaskah mereka maju dengan modal sosialdan modal politik yang mereka miliki selama ini? Jangan hanya semata-mata karena“syahwat” berkuasa dan egoisme pribadi mereka lari tungganglanggang ke medan perang,meski rasionalitas dan hati mereka mengatakan rakyat sama sekali sudah enggan bahkanmuak berpaling kepadanya apalagi memilihnya di bilik suara! ***

Poskan Komentar

Tidak ada komentar:

Sphere of Reflection: Memetakan Sosok Capres 2014 http://gunheryanto.blogspot.com/2013/09/memetakan-sosok-capres-2014...

3 of 11 20/02/2015 17:21

Page 4: Sphere of Reflection_ Memetakan Sosok Capres 2014

Sphere of Reflection: Memetakan Sosok Capres 2014 http://gunheryanto.blogspot.com/2013/09/memetakan-sosok-capres-2014...

4 of 11 20/02/2015 17:21

Page 5: Sphere of Reflection_ Memetakan Sosok Capres 2014

Sphere of Reflection: Memetakan Sosok Capres 2014 http://gunheryanto.blogspot.com/2013/09/memetakan-sosok-capres-2014...

5 of 11 20/02/2015 17:21

Page 6: Sphere of Reflection_ Memetakan Sosok Capres 2014

Sphere of Reflection: Memetakan Sosok Capres 2014 http://gunheryanto.blogspot.com/2013/09/memetakan-sosok-capres-2014...

6 of 11 20/02/2015 17:21

Page 7: Sphere of Reflection_ Memetakan Sosok Capres 2014

Sphere of Reflection: Memetakan Sosok Capres 2014 http://gunheryanto.blogspot.com/2013/09/memetakan-sosok-capres-2014...

7 of 11 20/02/2015 17:21

Page 8: Sphere of Reflection_ Memetakan Sosok Capres 2014

Sphere of Reflection: Memetakan Sosok Capres 2014 http://gunheryanto.blogspot.com/2013/09/memetakan-sosok-capres-2014...

8 of 11 20/02/2015 17:21

Page 9: Sphere of Reflection_ Memetakan Sosok Capres 2014

Sphere of Reflection: Memetakan Sosok Capres 2014 http://gunheryanto.blogspot.com/2013/09/memetakan-sosok-capres-2014...

9 of 11 20/02/2015 17:21

Page 10: Sphere of Reflection_ Memetakan Sosok Capres 2014

Sphere of Reflection: Memetakan Sosok Capres 2014 http://gunheryanto.blogspot.com/2013/09/memetakan-sosok-capres-2014...

10 of 11 20/02/2015 17:21

Page 11: Sphere of Reflection_ Memetakan Sosok Capres 2014

Template Awesome Inc.. Diberdayakan oleh Blogger.

Sphere of Reflection: Memetakan Sosok Capres 2014 http://gunheryanto.blogspot.com/2013/09/memetakan-sosok-capres-2014...

11 of 11 20/02/2015 17:21