Tentang Capres Dan Cawapres Indonesia

38
TENTANG CAPRES DAN CAWAPRES 1. CAPRES SBY Koalisi besar yang digagas Golkar, PDIP, Hanura dan Gerindra telah memberi sinyal akan melahirkan dua pasang calon pada Pilpres 2009. Namun ternyata, strategi memecah suara itu tidak cukup efektif melawan SBY yang memiliki elektabilitas tertinggi. "Sebagai sebuah strategi itu relevan. Tapi apa itu mampu menandingi elektabilitas SBY atau tidak, yang jelas mereka tetap harus kerja keras," ujar Kepala Divisi Penelitian LP3ES Fajar Nursahid. Fajar menjelaskan, dalam survei terbaru LP3ES menunjukkan, bila pada Pilpres terdapat 3 capres yang bertarung maka elektabilitas SBY malah semakin meningkat. Survei terbaru LP3ES pada April 2009 itu dilakukan melalui telepon kepada 1.118 responden di 5 kota besar yakni Jakarta, Surabya, Medanm, Makassar dan Bandung. "Dari survei itu kalau ada 3 pasangan, maka di mata masyarakat tingkat menengah ke atas yang semakin leading malah SBY. Yang tertinggi itu pasangan SBY-Hidayat 35%, Mega-Sultan 4,7%, Mega-Prabowo 3,8%, dan JK-Wiranto hanya 2%," paparnya. Namun, menurut Fajar, hasil itu bukan dalam konteks ketiga pasang calon head to head secara langsung. Hasil itu baru sebatas selera calon yang diinginkan masyarakat. "Yang pasti, strategi yang dijalankan koalisi besar Teuku Umar itu bisa membuat Pilpres 2009 berlangsung dua putaran. Pilpres itu hanya bisa satu putaran kalau SBY dengan JK lagi atau kalau hanya ada dua pasang calon," katanya.

Transcript of Tentang Capres Dan Cawapres Indonesia

Page 1: Tentang Capres Dan Cawapres Indonesia

TENTANG CAPRES DAN CAWAPRES

1. CAPRES SBY

Koalisi besar yang digagas Golkar, PDIP, Hanura dan Gerindra

telah memberi sinyal akan melahirkan dua pasang calon pada

Pilpres 2009. Namun ternyata, strategi memecah suara itu tidak

cukup efektif melawan SBY yang memiliki elektabilitas

tertinggi.

"Sebagai sebuah strategi itu relevan. Tapi apa itu mampu

menandingi elektabilitas SBY atau tidak, yang jelas mereka

tetap harus kerja keras," ujar Kepala Divisi Penelitian LP3ES

Fajar Nursahid.

Fajar menjelaskan, dalam survei terbaru LP3ES menunjukkan,

bila pada Pilpres terdapat 3 capres yang bertarung maka elektabilitas SBY malah semakin

meningkat. Survei terbaru LP3ES pada April 2009 itu dilakukan melalui telepon kepada

1.118 responden di 5 kota besar yakni Jakarta, Surabya, Medanm, Makassar dan Bandung.

"Dari survei itu kalau ada 3 pasangan, maka di mata masyarakat tingkat menengah ke

atas yang semakin leading malah SBY. Yang tertinggi itu pasangan SBY-Hidayat 35%,

Mega-Sultan 4,7%, Mega-Prabowo 3,8%, dan JK-Wiranto hanya 2%," paparnya.

Namun, menurut Fajar, hasil itu bukan dalam konteks ketiga pasang calon head to

head secara langsung. Hasil itu baru sebatas selera calon yang diinginkan masyarakat.

"Yang pasti, strategi yang dijalankan koalisi besar Teuku Umar itu bisa membuat

Pilpres 2009 berlangsung dua putaran. Pilpres itu hanya bisa satu putaran kalau SBY dengan

JK lagi atau kalau hanya ada dua pasang calon," katanya.

Pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Istana untuk maju lagi

sebagai capres, dinilai Ketua DPR Agung Laksono bukan sebagai deklarasi resmi.

Langkah SBY tersebut, menurut Agung, merupakan contoh keterbukaan seorang pemimpin

negara.

"Kalau saya lihat bukan sebuah deklarasi resmi, karena beliau juga mengatakan

seperti itu kepada saya," kata Agung usai menghadiri open house di kediaman Megawati

Agung menyebutkan pernyataan SBY itu lebih mengarah pada langkah keterbukaan

dan transparansi ke publik.

"Saya kira keterbukaan itu lebih baik daripada ada kesan ditutup-tutupi. Memang

tidak bisa dipungkiri sekarang banyak calon yang melakuakan soft campaign dan semua

calon presiden melakukan hal yang sama," ujarnya.

Page 2: Tentang Capres Dan Cawapres Indonesia

Untuk diketahui, SBY menjelaskan alasan untuk mencalonkan kembali sebagai

presiden adalah untuk menyelesaikan berbagai kebijakan yang telah dilakukannya selama 5

tahun ini.

Pada waktu itu SBY juga menegaskan jika secara resmi pencalonannya kembali

sebagai presiden akan diumumkannya setelah pemilihan anggota legislatif atau setelah April

2009

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) tak terlalu terkejut dengan keinginan

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono maju lagi dalam Pemilu 2009.

Sekjen DPP PDIP Pramono Anung menilai bahwa sebagai presiden incumbent, SBY

tentu akan lebih mudah maju kembali dalam pemilu mendatang.

"Namun mengenai penyampaian pencalonan yang di Istana, seharusnya sebagai

presiden beliau juga mengetahui bahwa beliau mencalonkan diri bukan karena

kepresidenannya tapi karena pribadinya," ujar Pramono usai Salat Id di kantor DPP PDIP,

Lenteng Agung, Jaksel,

Menurut Pram, panggilan akrab Pramono, pengumuman itu harusnya bisa dilakukan

di Cikeas (kediaman pribadi SBY) atau di mana saja, tetapi bukan di Istana.

"Namun baik saya maupun Bu Mega menganggap hal ini tidak terlalu luar biasa

sehingga dengan pencalonan ini bisa menambah sistem demokrasi dengan lebih baik dan

seharusnya seseorang yang mencalonkan itu juga menhormati hal-hal yang diatur dalam

UU," katanya.

Karena bagaimana pun, tutur Pram, ketika seseorang sudah bersedia mencalonkan,

banyak tindakan yang harus dipisahkan apakah ini dalam rangka sosialitas pribadi atau tugas

kenegaraan.

"Untuk ke depannya saya harap UU yang mengatur Pilpres harus lebih jelas dan lebih

detil mengatur itu. Memang kelemahannya saat ini tidak adanya UU itu," tandasnya.

Pramono memberikan gambaran bahwa Istana itu adalah pusat pemerintahan negara,

bukan pusat seseorang untuk mencalonkan diri.

"Tapi kalau sudah dilakukan ya monggo monggo (silakan) saja, ini kan demokrasi," jelasnya.

Partai Demokrat (PD) mendukung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang

menyatakan akan mencalonkan diri kembali sebagai presiden pada Pemilu 2009.

Pernyataan PD itu bertentangan dengan penilaian pengamat bahwa pencalonan SBY

itu sebagai tindakan yang berorientasi kekuasaan. Penilaian itu didasarkan pada masih

banyaknya pekerjaan rumah yang belum selesai.

"Sebenarnya itu malah lebih bagus. Karena itu biar rakyat tahu bahwa beliau betul

memang bekerja untuk rakyat dan biar rakyat tahu sejak awal. Jadi sah-sah saja," ungkap

Ketua Fraksi Partai Demokrat Syarif Hasan yang sedang berada di kampung halamannya di

Cianjur.

Page 3: Tentang Capres Dan Cawapres Indonesia

Kalau pun masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan, lanjut Syarif, SBY sudah

berkomitmen akan menuntaskannya hingga akhir pemerintahannya.

"Semua program sudah dan akan berjalan sampai 2009," tegas Syarif.

Saat ditanya mengenai kemungkinan adanya benturan kepentingan ketika SBY

mensosialisasikan serangkaian program, rakyat tidak bisa melihat posisi SBY apakah sebagai

presiden atau calon presiden. Bagi Syarif, pada posisi itu tidak menjadi soal.

"Di situ justru letak keterbukaannya. Di mana rakyat dapat melihat bahwa presiden

tidak merahasiakan sesuatu," ujar syarif tanpa menjelaskan maksud dari perkataannya itu.

Lebih lanjut Syarif meminta membandingkan SBY dengan tokoh lain yang sudah

mendeklarasikan diri sebagai capres, tapi tidak pernah ada prestasinya pada rakyat dan tidak

pernah berbuat sesuatu bagi rakyat.

"Jadi, wajar jika sekarang Pak SBY merasa berprestasi dan karena itu mencalonkan

diri," pungkas Syarif.

Isyarat keinginan Persiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk tetap

menggandeng Jusuf Kalla (JK) sebagai cawapres pada Pilpres 2009 didasarkan pada

beberapa aspek.

Anggota DPR FPD Sutan Bathoegana melihat aspek dari keinginan SBY itu adalah

suksesnya pemerintahan saat ini.

Keinginan berduet kembali itu kemungkinan juga akan diapresasi oleh JK, karena

SBY tidak pernah menganggap wapres sebagai ban serep, ujar Sutan.

"Ya Kalau misalnya masih dipercaya masyarakat, jelas kami sangat bersyukur,

sedangkan keinginan Pak SBY untuk tetap ingin dengan Pak JK itu tidak lain karena prestasi

pemerintahan saat ini yang berhasil," kata Sutan kepada INILAH.COM di Jakarta.

Selain itu, Sutan juga mengungkapkan bahwa SBY juga telah mengetahui rekam

jejak dari JK yang selama ini dinilainya sangat bagus. Terutama dalam hal koordinasi

program kerja pemerintahan.

"Beliau pasti menginginkan pendampingnya dari orang terdekat dulu, karena track

record-nya sudah tahu. Memang semua ada plus minusnya, tapi menurut saya ini dwi tunggal

yang dahsyat, bukan dwi tanggal," ujarnya.

Lebih lanjut Sutan mengharapkan JK untuk menerima wacana tersebut. Alasannya

dengan citra pemerintahan sekarang sudah tidak ada lagi pandangan jika wapres merupakan

ban serep seorang presiden. Tidak seperti pemerintahan-pemerintahan sebelumnya.

"Kalau dulu banyak pasangan yang retak tengah jalan. Kalau zamannya Soeharto

wapres sebagai pemanis saja. Tapi kita tahu dengan 4 tahun pemerintahan, mereka saling

mengisi dan berkoordinasi. Sekarang hasilnya sudah kelihatan, semoga bisa sampai akhir

nanti," terang pria berbadan gempal ini.

Page 4: Tentang Capres Dan Cawapres Indonesia

Namun Sutan tidak menampik jika dalam pemerintahan saat ini sering terjadi

gesekan-gesekan politik. Tetapi dia menegaskan bahwa gesekan tersebut tidak lain hanya

diciptakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab.

"Itu memang ada yang manas-manasin," tuturnya.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengaku tak takut atas perkembangan wacana

syarat dukungan 30% suara bagi partai politik yang boleh mengajukan calon presiden pada

Pemilu 2009.

"Bagi saya fleksibel. Silakan saja mana yang tepat. Yang penting bila kita membuat

undang-undang jangan dikaitkan dengan kepentingan sesaat," kata Presiden usai berbuka

puasa dengan para wartawan di Istana Negara Jakarta.

Presiden menjelaskan apa pun yang akhirnya diputuskan dan diatur dalam RUU

tersebut akan dijalankan dengan baik, karena akan mendorong pelaksanaan pemilu yang

demokratis.

Sebelumnya, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mempertimbangkan

kenaikan persyaratan partai politik (Parpol) yang berhak mengajukan Capres pada Pemilu

2009 sebesar 30 persen perolehan kursi parlemen.

Anggota Pansus RUU Pemilihan Presiden (Pilpres) DPR RI Maruarar Sirait (Fraksi

PDIP) mengatakan sikap politik yang masih dipertimbangkan PDIP ini merupakan hal baru

mengingat selama ini PDIP dalam pembahasan RUU Pilpres hanya mengajukan usul

dukungan perolehan kursi sebesar 15 persen hingga 30 persen.

Namun Maruarar menyatakan, PDIP belum secara resmi menetapkan persyaratan 30

persen. "masih dipertimbangkan," katanya.

Dia mengakui, wacana ini sama dengan usulan Golkar dalam Pansus RUU Pilpres.

"Kami berharap dengan syarat dukungan 30 persen akan lebih menciptakan pemerintahan

yang kuat," kata Arar, panggilan politisi muda PDIP ini yang memimpin DPP TMP.

Dia juga mengemukakan, dengan syarat dukungan perolehan parlemen sebesar 30

persen akan mendorong Parpol untuk berkoalisi dengan partai lain. "Dalam kondisi bangsa

seperti sekarang partai politik harus menjalin kerjasama dalam wadah koalisi, untuk

menciptakan pemerintahan yang kuat," katanya.

Anggota Pansus Pilpres dari Fraksi PKS Agus Purnomo menjelaskan, kekuatan

pendukung kenaikan syarat dukungan lebih dari 15 persen kursi di Pansus RUU Pilpres ada

beberapa kelompok. PDIP dan PKS mempertimbangkan syarat 15 hingga 30 persen kursi.

Sementara Golkar tetap bertahan di 30 persen.

Di kelompok lain, PAN, PPP, PD, PKB bertahan pada 15 persen. Namun mereka ada

yang meminta 15 persen kursi tapi ada pula yang 15 persen suara

Page 5: Tentang Capres Dan Cawapres Indonesia

Majunya Edy Baskoro, putra kedua Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, menjadi

calon anggota legislatif dari Partai Demokrat diduga karena mendapat kemudahan dan

pengaruh hubungan kekeluargaan. Inilkah langkah SBY ciptakan 'dinasti politik'?

"Betul Edy Baskoro jadi calon legislatif untuk DPR RI dari Partai Demokrat. Namun

bila dikaitkan dengan dinasti politik saya rasa itu tidak tepat karena bukan turun temurun,"

tegas SBY usai acara buka puasa bersama wartawan di Istana Negara Jakarta,

Kepala Negara menjelaskan Edy Baskoro maju sebagai calon legislatif dari Partai

Demokrat karena kemampuan yang dimiliki anaknya tersebut baik dari sisi akademisi dan

juga ketertarikannya pada dunia politik.

"Edy sudah aktif di Partai Demokrrat sejak 2005. Ia dicalonkan menjadi Caleg dari

Daerah pemilihan 7 Jawa Timur dan itu pun bukan nomor urut satu namun tiga," ujar SBY.

Presiden Yudhoyono kembali menegaskan bahwa istilah dinasti politik tidak tepat

karena siapapun dengan latar belakang keluarga dari manapun bila memiliki kemampuan

dapat terjun ke dunia politik secara demokratis.

Sejumlah parpol peserta Pemilu 2009 telah mengisyaratkan akan menjalin koalisi

sebelum pelaksanaan pemilu legislatif. Namun Presiden SBY berpendapat koalisi yang baik

adalah koalisi yang dilakukan usai pelaksanaan pemilu legislatif dan sebelum pilpres.

"Menurut saya koalisi dilakukan setelah pemilu legislatif dan sebelum pemilihan

presiden. Koalisi dilakukan harus berangkat dari format 'power sharing'," kata Presiden

Yudhoyono.

Presiden dan Ibu Negara didampingi oleh Mensesneg Hatta Radjasa, Seskab Sudi

Silalahi dan Menkominfo Muhammad Nuh serta sejumlah staf kepresidenan berbuka puasa

bersama dengan wartawan yang sehari-hari meliput kegiatan Presiden Yudhoyono.

Usai berbuka puasa dan melaksanakan sholat Maghrib dan Isya, acara dilanjutkan dengan

dialog presiden dan para wartawan mengenai sejumlah hal yang saat ini menjadi isu hangat

di dalam negeri.

Dalam kesempatan itu SBY juga menyatakan kesiapannya menjadi salah satu

kandidat capres pada Pilpres 2009. SBY beralasan ingin melanjutkan tugas-tugas yang sudah

dikerjakan pada masa kepemimpinannya 5 tahun terakhir.

SBY juga menyebutkan keinginannya untuk melanjutkan duet dengan Ketua Umum Partai

Golkar Jusuf Kalla. Namun hal itu masih menunggu dinamika politik dan sikap JK sendiri.

Figur Hatta Rajasa turut meramaikan daftar calon wakil presiden SBY dalam Pemilu

Presiden 8 Juli mendatang. Di antara nama kandidat cawapres yang muncul, nama Hatta

dinilai memenuhi lima syarat cawapres SBY. Bagaimana peluangnya?

Nama Hatta Rajasa menyodok dalam bursa cawapres SBY, kali pertama dimunculkan

oleh Ketua Majelis Pertimbangan Partai (MPP) PAN M Amien Rais. Melalui balutan acara

Page 6: Tentang Capres Dan Cawapres Indonesia

silaturahmi dewan pimpinan wilayah (DPW) se-Indonesia di Yogyakrata, nama Hatta Rajasa

muncul.

Hatta tidak sendiri, muncul pula nama Ketua Umum DPP PAN Soetrisno Bachir

meski dikabarkan hanyalah pemanis saja. Hal itu pula terbukti dalam keputusan Rakernas

PAN di Yogyakarta, yang memutuskan Hatta Rajasa sebagai cawapres untuk disodorkan ke

SBY.

Lima kriteria cawapres SBY tampaknya memang tak jauh mengarah pada figur Hatta

Rajasa. Sebagaimana diketahui, SBY dan Partai Demokrat telah membuat lima kriteria

cawapres yang bakal mendampinginya dalam Pemilu Presiden mendatang.

Lima kriteria tersebut memiliki integritas, kapabilitas, loyalitas, akseptabilitas, dan

mampu meningkatkan kekokohan serta efektivitas pemerintahan. Lima kriteria yang diminta

SBY tidaklah berjauhan dengan figur Hatta. Apalagi dalam penghitungan berbagai lembaga

survei, perolehan suara PAN masuk di lima besar.

Menurut pengamat politik LIPI Lili Romli, SBY dan Hatta Rajasa memiliki

chemistry yang kuat. “Hatta Rajasa dan SBY memiliki Chemistry yang kuat,” tandasnya.

Lima tahun kebersamaan Hatta dalam Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) menjadi satu

bukti, hubungan kedua tokoh tersebut tidak ada masalah berarti bahkan cenderung semakin

intim.

Jaringan sosial yang dimiliki Hatta juga cukup luas. Sebagai kader Muhammadiyah,

figur Hatta menjadi representasi kekuatan muslim di Indonesia. Selain itu, kini Hatta juga

tercatat sebagai salah satu Presidium Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI).

Di dunia kampus, Hatta juga tercatat sebagai Ketua Alumni ITB. Lebih dari itu,

sosok Hatta yang berasal dari Palembang, Sumatera Selatan seperti menjadi pelengkap bagi

figur SBY yang berasal dari Jawa.

Jika disandingkan dengan figur cawapres calon pendamping SBY lainnya, figur Hatta

relatif tak memiliki resistensi yang kuat. Seperti Hidayat Nur Wahid yang beberapa waktu

terakhir ini mendapat tudingan sebagai penganut wahabi.

Kondisi ini memancing reaksi dari kalangan Islam moderat Indonesia yang menolak

paham wahabi. Apalagi, mayoritas pemeluk muslim merupakan dari kalangan moderat

Ahlussunnah wal jamaah.

Kendati demikian, keputusan Rakernas PAN di Yogyakarta yang merekomendasikan

Hatta Rajasa sebagai cawapres SBY tampaknya bisa mendapat batu sandungan. Pasalnya,

pendukung Soetrisno Bachir berencana menggelar Rakernas di Jakarta, 9 Mei mendatang.

Pendukung Soetrisno Bachir menganggap, rakernas di Yogyakarta inkonstitusional.

Lili Romli sudah mencermati kondisi ini. Menurut dia, soliditas PAN dalam

mengusung Hatta Rajasa cukup penting bagi SBY. Karena dampaknya, dukungan pada

pasangan SBY-Hatta bisa tak bulat.

Page 7: Tentang Capres Dan Cawapres Indonesia

Namun, Lili menilai, sokongan penuh Amien Rais pada figur Hatta masih ampuh

untuk memanfaatkan jalur Muhamadiyah untuk mendukung Hatta. “Pak Amien masih

bepengaruh di Muhammadiyah, bisa saja menggunakan jalur ini untuk mendukung Hatta,”

imbuhnya. [E1]

Setelah mendirikan Partai Demokrat dan mengantar SBY menjadi presiden untuk

masa bhakti 2004-2009, tim sukses SBY kembali menyatukan langkah dengan membentuk

Indonesia Bisa.

Deklarasi Indonesia Bisa diselenggarakan di Ruang Bima Komplek Bidakara,

Jakarta, sekaligus pengukuhan pengurusan.

Mantan pendiri dan Ketua Umum Partai Demokrat Subur Budhisantoso memimpin

organisasi ini. Tim sukses ini juga diperkuat komposisi tokoh yang pernah menyukseskan

SBY pada Pilpres 2004, selain tokoh-tokoh muda.

Dalam manifesto politik Indonesia Bisa disebutkan, sesungguhnya bangsa Indonesia

telah memiliki modal dasar yang kuat, baik untuk menjawab berbagai bentuk tantangan,

sekaligus sebagai sarana untuk mewujudkan cita-cita nasionalnya.

Prinsip perjuangan Indonesia Bisa pada hakikatnya memiliki akar sejarah yang kuat,

pijakan sosial yang teguh, serta berwawasan jauh ke masa depan, sehingga relevan dijadikan

pedoman dalam menjawab berbagai permasalahan bangsa, negara dan masyarakat.

Pemahaman terhadap situasi kritis yang sedang dihadapi negara dan bangsa

Indonesia serta berbagai dampak yang menyertainya, semakin memeperteguh keyakinan

akan prinsip Indonesia Bisa sebagai sistem pemecahan masalah yang fundamental dan

komprehensif.

Visi Indonesia Bisa yaitu mengedepankan semangat setia kawan dan pantang

menyerah, konstitusional, menjunjung segenap tata nilai yang hidup di masyarakat, dan

senantiasa dilandasi keyakinan Indonesia Bisa mengatasi permasalahan bangsa dalam segala

bentuk manifestasinya, baik saat ini maupun di masa mendatang

Golkar menyiapkan cawapres yang akan disodorkan ke SBY, begitu pula PKS. Tim

sukses SBY dari 'Indonesia Bisa' meminta SBY diberi kesempatan untuk memilih

cawapresnya sendiri.

"Kita serahkan sepenuhnya kepada Pak SBY untuk menentukan calon wapres," kata

Ketua Umum 'Indonesia Bisa' Subur Budhisantoso usai deklarasi sayap tim sukses SBY itu

di Kompleks Bidakara, Jakarta, Sabtu (18/4).

Subur mengatakan, pihaknya akan mendukung apapun dan siapapun calon wapres

yang akan diputuskan SBY untuk maju dalam Pilpres 8 Juli 2009. Cawapres yang akan

mendampingi SBY, menurut Subur, tentu merupakan figur cawapres terbaik.

Page 8: Tentang Capres Dan Cawapres Indonesia

"Bukan hanya akan menerima apapun dan siapapun cawapres yang akan dipilih SBY,

'Indonesia Bisa' juga tidak ingin menyampaikan mengenai kriteria figur cawapres yang

pantas mendampingi SBY," ujarnya.

Partai Demokrat akan mengukuhkan Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo

Bambang SBY sebagai capres dalam forum Rapimnas di Jakarta, pekan depan

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pernah kesal dan marah kepada Menkeu Sri

Mulyani beberapa waktu lalu ketika sang menteri memaksa membuka suspensi saham PT

Bumi Resources.

Saat itu Presiden SBY sempat marah dan menanyakan maksud pembukaan suspensi

saham BUMI itu. Hal itu membuat otoritas bursa kembali menghentikan sementara

perdagangan saham milik kelompok usaha Bakrie itu beberapa menit setelah dibuka.

Setelah tahu dirinya dimarahi Presiden SBY, Sri Mulyani berinisiatif untuk menemui

Kepala Negara dan sekaligus untuk menyerahkan surat pengunduran dirinya sebagai anggota

Kabinet Indonesia Bersatu (KIB).

Namun, Presiden SBY rupanya tak mau memenuhi permintaan Sri Mulyani, dan

bahkan Kepala Negara tunduk dengan keinginan Sri untuk membuka suspensi BUMI

ketimbang ia ditinggal salah satu menteri andalannya itu.

Belum sebulan kejadian itu berlalu, Sri Mulyani kembali membuat ulah dan sekali

lagi ia membuat kesal Presiden SBY. Insiden kecil itu terjadi ketika Presiden SBY beserta

rombongan berkunjung ke Meksiko usai menghadiri peremuan puncak G-20 di Washington,

Minggu (16/11).

Kejadian itu bermula ketika seorang sumber INILAH.COM yang ikut dalam

rombongan itu menanyakan soal komunike bersama G-20 yang konon memuat usulan utama

Indonesia soal global expenditure support fund.

Yang ditanyakan sumber tadi adalah usulan Indonesia itu tidak tercantum komunike

bersama G-20. Ketika itu Presiden SBY menjawab bahwa meski hal itu tak tercantum dalam

komunike bersama, namun usul Indonesia diakomodasi, bahkan oleh Bank Dunia.

Namun sumber itu mengatakan dirinya sudah pernah membaca usul Presiden Bank

Dunia Robert Zoelick soal pooling dana untuk membantu negara berkembang dan negara

miskin jauh sebelum G-20 digelar. Artinya usul itu sebenarnya sudah basi dan bukan murni

usul Indonesia karena sudah pernah diungkapkan oleh Zoelick.

Sumber tadi juga menceritakan bahwa malam sebelum Presiden SBY pidato di G-20,

ia memanggil delegasi resmi untuk mendengarkan laporan menkeu atas draf komunike yang

disepakati akan dibahas di KTT.

Tetapi sumber itu mengungkapkan bahwa apa yang disampaikan adalah poin yang

akan meregulasi sistem keuangan yang makin ketat, dan ini tidak disepakati dalam

komunike). Bahkan anggota delegasi ada yang melakukan protes keras dan kabarnya SBY

Page 9: Tentang Capres Dan Cawapres Indonesia

juga merasa menkeu tidak melaporkan yang sebenarnya. Sementara orang yang bikin kesal

SBY sudah lebih dulu kembali ke Tanah Air

2. CAPRES JK

Pasca deklarasi JK-Wiranto, dukungan mulai

mengalir untuk pasangan ini. Masyarakat Peduli

Sesama (MPS), kelompok yang ikut menyokong

dan membantu Partai Golkar dalam melakukan

kegiatan sosial sebelum pemilu legislatif, kembali

siap mendukung pasangan yang resmi diusung oleh

Partai Golkar ini.

"Ekonomi akan lebih baik jika JK-Wiranto terpilih, " ujar Ketua MPS, Edi Joenardi,

yang juga salah seorang pengusaha peralatan berat.

Hal ini dikatakan Edi saat memberi keterangan kepada wartawan di Sate House

Senayan, Jl Kebon Sirih, Jakarta,

Menurut Edi, hingga saat ini MPS punya jaringan 640 desa di pulau Jawa. Jaringan

ini dibentuknya saat melakukan kegiatan-kegiatan sosial untuk membantu kebutuhan warga

setempat.

"Yang jelas massa kami riil. 640 Desa sudah kami pegang. Konsentrasinya di Jawa

karena bagaimana pun pemilih terbanyak ada di Jawa," terang Edi. Hingga kini, MPS

berencana untuk menguatkan jaringan di Sumatera.

Lebih lanjut Edi mengatakan bahwa persoalan yang dihadapi bangsa ke depan adalah

persoalan ekonomi. Makanya diperlukan pemimpin yang tegas, cepat mengambil tindakan,

dan menguasai bidang ekonomi.

"Investasi lebih bergairah jika dipimpin JK-Wiranto. Saat mereka deklarasi IHSG

stabil dan Indeks menguat. Itu berarti investor menyambut baik," ungkapnya.

Rapat Pleno DPP Golkar akan digelar siang ini. Agendanya mengevaluasi semua

langkah politik dan keputusan yang diambil Partai Golkar dalam menghadapi Pilpres 2009.

Namun, rapat pleno tidak bisa membatalkan deklarasi capres dan cawapres yang sudah

diumumkan Golkar.

"Mengevaluasi itu bisa-bisa saja. Tetapi tidak bisa membatalkan. Karena JK sudah

mendapatkan amanat penuh dalam Rapimnas," kata Wakil Bendahara Umum DPP Partai

Golkar Poempida Hidayatullah kepada detikcom

Menurut Poempida, rapat pleno memang bisa memberikan masukan dan langkah-

langkah Partai Golkar menghadapi pilpres. Karena itu semua kader diminta taat dan patuh

terhadap semua keputusan yang diambil.

Page 10: Tentang Capres Dan Cawapres Indonesia

"Intinya bisa saja memberikan masukan-masukan mengenai bagaimana ke depan dan

langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan untuk memenangkan JK-Wiranto. Sama

sekali tidak bisa membatalkan," paparnya.

Caleg DPR RI ini yakin, kalau pun perbedaan di internal Golkar berakhir dengan cara

voting, JK masih akan memenagkan voting itu. Sebab, JK masih lebih kuat dan mengakar di

Partai Golkar saat ini.

"Kalau voting sekali pun, pasti banyak yang mendukung Pak JK. Lha wong jelas

Rapimnassus memberikan mandat penuh kepada JK kok, Pleno ini hanya bagaimana

menguatkan saja langkahnya," pungkas Poempida.

Sebelumnya Wakil Ketua Umum Partai Golkar Agung Laksono mengatakan bahwa

duet Jusuf Kalla dan Wiranto (JK-Win) masih belum mulus. Rapat pleno Partai Golkar siang

ini akan menentukan nasib pasangan ini.

"Duet JK-Win melalui pleno bisa dibahas nasibnya apakah akan diperkuat atau

tidak," kata Wakil Ketua Partai Golkar Agung Laksono di Gedung DPR, Senayan, Jakarta

Menurut Agung, pleno itu juga akan membahas wakil presiden yang diusulkan

daerah. "Rapat itu juga untuk menyikapi berbagai hal yang disuarakan daerah dan hal

internal yang terabaikan," katanya.

Koalisia Partai Golkar, PDIP dan PKS memang terdengar hebat. Namun Partai

Golkar percaya mengusung capres dari kader sendiri akan membawa si Beringin menjadi

jawara di Pemilu 2009.

"Yang jadi daya tarik dan bobot Partai Golkar dalam pemilu 2009 adalah siapa yang

dicalonkan partai ini sebagai presiden. Karena itu dalam pemilu mendatang, Partai Golkar

seyogianya mencalonkan kadernya sendiri sebagai capres, bukan menjadi tim atau asisten

dari capres partai lain," kata politisi senior Partai Golkar, Pinantun Hutasoit di Jakarta.

Ia menegaskan, Partai Golkar mempunyai banyak kader berkualitas untuk

ditampilkan sebagai pemimpin bangsa. "Karena itu, untuk menetapkan capres Golkar harus

jeli, cermat dan jitu bahwa tokoh yang diusung memang betul-betul berkemampuan untuk

memperbaiki nasib bangsa ini," ujarnya.

Sebagai salah seorang tokoh Sekretariat Bersama Golkar yang kemudian menjadi

cikal-bakal Golkar dan Partai Golkar, Pinantun mengingatkan, sebagai partai besar Partai

Golkar hendaknya tidak rendah diri, mudah putus asa, tapi harus tegar berjuang dengan tekad

menjadi yang terbaik. Untuk itu, kader Partai Golkar harus betul-betul memahami dan

mampu melaksanakan kehendak rakyat dalam meperbaiki nasibnya, bukan malah

sebaliknya.

Ia berpendapat, bila Partai Golkar tetap berpegang akan mengumumkan capresnya

setelah pemilu, itu strategi yang mestinya sudah ditinggalkan. "Justru capres yang

Page 11: Tentang Capres Dan Cawapres Indonesia

ditawarkan sebelum pemilu, itulah yang menjadi daya tarik, karena dari situ rakyat bisa

menilai kemampuan capres yang didukung," ujarnya.

Strategi mengumumkan capres setelah pemilu legislatif, menurut mantan anggota

Dewan Penasihat Partai Golkar ini, justru membuat rakyat pendukung Golkar bertanya-tanya

siapa capres Golkar dalam Pilpres mendatang, sementara partai lain capres yang akan

mereka usung sudah jelas.

Mengenai adanya beberapa tokoh Partai Golkar mengundurkan diri dan membuat partai lain,

Pinantun mengangap hal itu tidak menjadi masalah. "Karena saya yakin yang diperjuangkan

partai barunya adalah seperti yang diperjuangkan Partai Golkar," imbuhnya

Bukan Wapres Jusuf Kalla namanya kalau tidak piawai berinteraksi dengan massa. Di

hadapan sekitar 18 ribu tukang jamu yang hendak mudik, JK berseloroh mengagumi jamu

dengan kemasan warna kuning. JK pun mendapat respons tepuk tangan meriah.

Guyonan itu disampaikan JK saat melepas tukang jamu mudik gratis yang diprakarsai

PT Sido Muncul di parkir barat Pekan Raya Jakarta, Kemayoran, Jakarta,.

"Jamu asalnya dari negeri sendiri. Daripada impor macam-macam. Murah lagi," ujar

JK saat memberikan sambutan disambut tepuk tangan.

"Ada yang masuk angin?" tanya JK. Para tukang jamu menyahut kompak. "Tidak!"

"Apakah sudah beli tolak angin?" tanya JK lagi dengan gaya jenaka. "Sudah!" sahut

para tukang jamu sambil tertawa geli

"Beli atau dikasih?" goda JK dibalas tepuk tangan dan gelak tawa para tukang jamu.

"Apalagi tolak angin warnanya kuning, bagus kan," seloroh Ketua Umum Partai

Golkar yang identik dengan warna kuning ini menyebut salah satu produk jamu. Tepuk

tangan dan gelak tawa kembali membahana.

JK lalu melihat ke umbul-umbul gambar jamu tolak angin produksi PT Sido Muncul.

"Itu warnanya, ada merahnya juga," ujarnya sambil menunjukkan tangan ke arah umbul-

umbul. "Ya nggak apa-apalah," sambung JK sambil terkekeh-kekeh.

JK juga berinteraksi soal mudik dengan tukang jamu. "Apa itu mudik?" tanya JK.

"Pulang kampung," sahut para tukang jamu.

"Apa itu bahagia? Bahagia itu punya uang, punya pangkat. Tapi bahagia yang paling

pasti adalah ketemu keluarga, ketemu dengan teman-teman. Kenapa mudik bahagia? Karena

ketemu dengan keluarga. Jadi mudik adalah kepastian kebahagiaan," urai JK kali ini dengan

mimik serius.

JK yang didampingi Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo ini pun mengharapkan mudik

bareng dilakukan secara tertib. JK kemudian melepas 260 bus dengan total 18 ribu pemudik.

Tujuan mudik antara lain Wonogiri, Solo, Cilacap, Banjarnegara, Cirebon, Kuningan, dan

Tegal

Page 12: Tentang Capres Dan Cawapres Indonesia

Ketua Umum DPP Partai Golkar Jusuf Kalla menolak dikatakan partainya

berideologi nasionalis sekuler. Menurutnya, keislaman seseorang tidak diukur dari partai

politik.

"Golkar bukan partai nasionalis sekuler, tapi nasionalis religius. Saya ketua Golkar mungkin

lebih Islamnya dibandingkan partai Islam yang lainnya. Kita sama-sama, jangan dibilang

Islam kita kurang. Saya tersinggung dibilang seperti itu," paparnya dalam acara ‘Bincang

Santai’, di rumah Maroko, Menteng, Jakarta Pusat.

Ia tidak menginginkan adanya pertentangan mengenai makna dan perilaku antara

nasionalis dan Islamis. Menurutnya, agama juga mementingkan persoalan kebangsaan.

Apapun partainya, kata Kalla, harus membawa kesejahteraan rakyat.

"Caranya boleh berbeda, tetapi tujuannya sama. Yang Islam bukan partainya, tapi orangnya.

Orang bisa nasionalis pada kebangsaan. Kita Islam kan bisa secara bersamaan," jelasnya

Ketua DPP Golkar Syamsul Muarif menyatakan tidak tahu menahu tentang rencana

pertemuan Ketua DPD Golkar Gorontalo Fadel Muhammad dengan Ketua Umum Golkar

Jusuf kalla pada 22 September. Menurutnya itu merupakan urusan JK dan Fadel.

"Wah kalau itu DPP tidak ada kewenangan dan saya tidak mau berkomentar. Itu

antara Wapres dan Gubernur atau Ketua Umum dengan ketua DPD Gorontalo. Tempatnya

saya juga tidak tahu tapi bisa saja di DPP atau bisa juga di kediaman pak Ketua," Kata

Syamsul kepada INILAH.COM,

Seperti diberitakan dibeberapa media, Fadel berkeinginan menemui JK untuk

memberikan klarifikasi tentang langkahnya selama ini yag dianggapnya bukanlah hal yang

menyalahi peraturan. Selain itu, menurut Fadel pengurus DPP Golkar sangatlah sensitif

terhadap kader daerah yang kritis.

DPP Golkar merasa tidak nyaman dengan tindak-tanduk Fadel belakangan ini

terutama dengan adanya isu Fadel akan menggalang kekuatan guna melaksanakan Munaslub

pada 8 Oktober nanti. Hal ini menurut beberapa petinggi Golkar baik pusat maupun daerah

merupakan tindakan yang telah menyalahi AD/ART partai.

Sementara Fadel Muhammad sendiri hingga berita ini ditulis, ketika dihubungi via

HP-nya sama sekali tidak mau menjawabnya. Bahkan upaya konfirmasi lewat pesan singkat

juga tidak mendapatkan balasan.

Mepetnya tenggat waktu jelang pemilu presiden membuat Partai Golkar kerap

melakukan rapat. Apalagi, belakangan ini komunikasi politik gencar dilakukan Ketua Umum

Jusuf Kalla.

"Tadi Ketua Umum melaporkan pelaksanaan mandat untuk berkomunikasi dengan

partai lain," kata Sekjen Partai Golkar Sumarsono usai rapat di kantor DPP Partai Golkar,

Slipi, Jakarta.

Page 13: Tentang Capres Dan Cawapres Indonesia

Rapat tersebut dihadiri hampir seluruh jajaran pimpinan DPP dan DPD I Partai

Golkar se Indonesia. Pada Rapimnassus 23 April lalu menghasilkan keputusan yang

menetapkan Jusuf Kalla untuk maju sebagai capres.

Kedua, memberikan mandat kepada Ketua Umum untuk melakukan komunikasi

politik dengan partai politik lain untuk membangun koalisi untuk pilpres.

Menurut Sumarsono, sesuai dengan mandat tersebut maka JK langsung

melaksanakannya. "Karena itu dalam beberapa hari ini, Jusuf Kalla secara intensif

melakukan pertemuan dan pembicaraan politik dengan parpol lain," jelas dia.

Setidaknya Jusuf Kalla sudah bertemu dengan Ketua Umum DPP PDI-P Megawati

Soekarnoputri, Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto, Ketua Umum DPP

Partai Hanura Wiranto serta dengan Ketua Umum DPP PPP Suryadharma Ali.

Ini dia, calon presiden dan wakil presiden pertama yang mendeklarasikan diri: Jusuf

Kalla dan Wiranto. Majunya JK-Wiranto menjadi bukti betapa Partai Golkar mampu

menggalang koalisi dengan parpol lain. Bagaimana peluangnya?

Duet capres/cawapres Jusuf Kalla-Wiranto benar-benar menjadi kenyataan dan siap

bertanding dalam Pemilu Presiden 2009 mendatang. Mereka mendeklarasikan diri, Jumat

(1/5). Pasangan ini juga menjadi simbol slogan yang dipopulerkan JK: ‘lebih cepat lebih

baik’.

Deklrasi duet ini berimplikasi penting bagi internal Partai Golkar. Ini terkait dengan

mandat hasil Rapat Pimpinan Nasional Khusus (Rapimnasus) 23 April lalu yang

mengamanatkan JK untuk melakukan komunikasi politik dengan semua parpol. Duet ini

menutup rapat-rapat opsi koalisi dengan Partai Demokrat yang sempat direkomendasikan 25

DPD I kepada JK.

Menurut Wakil Sekretaris Jenderal Partai Golkar, Iskandar Mandji, deklarasi deut JK-

Wiranto menjadi bukti Partai Golkar mampu menggalang koalisi dengan parpol lainnya. “Ini

menjungkirbalikkan semua pendapat pengamat yang bilang Golkar pontang-panting mencari

pasangan,” katanya di Posko Slipi II, Jakarta.

Menurut Iskandar koalisi Golkar dan Hanura dalam mengusung duet JK-Wiranto

ditambah partai pendukung lainnya telah memenuhi persyaratan pengajuan capres/cawapres

sebagaimana diatur dalam UU. “Bila digabungkan mendapat 24% kursi parlemen. Artinya,

persentase sudah memenuhi syarat maju ke bursa pilpres,” tambahnya.

Orang dekat JK ini menegaskan, internal Partai Golkar solid untuk mensukseskan duet ini

dalam Pilpres mendatang. Iskandar menyebutkan, kehadiran pimpinan DPD I dalam deklrasi

JK-Wiranto menunjukkan Partai Golkar solid. “Kalau tidak mendukung (JK-Wiranto), akan

mendapat sanksi,” tegasnya.

Jusuf Kalla dan Wiranto seperti saudara tua dan muda. Wiranto saat Pemilu Presiden

2004 lalu naik menjadi calon presiden dari Partai Golkar. Saat jelang Pemilu 2004 lalu,

Page 14: Tentang Capres Dan Cawapres Indonesia

kedua tokoh tersebut juga sama-sama mengikuti konvensi penjaringan calon presiden dari

Partai Golkar. JK tak menamatkan proses konvensi yang lebih memilih berduet dengan SBY.

Meski bukan kader Golkar tulen, Wiranto yang mantan Panglima ABRI tersebut

tidaklah asing di Golkar. Apalagi saat Orde Baru masih berkuasa yang menggunakan tiga

jalur ABG (ABRI, Birokrasi, dan Golkar). Artinya, chemsitry JK dan Wiranto tidaklah

menjadi soal dalam koalisi sipil-militer dan Jawa-non Jawa ini.

Lalu, bagaimana peluang duet ini? Direktur Ekskeutif Soegeng Sarjadi Syndicate

(SSS) Totok Sugiarto melihat sulit bagi pasangan ini sukses dalam Pilpres mendatang,

apalagi jika head to head dengan SBY. “Sulit bagi pasangan JK-Wiranto menang jika berlaga

dalam Pemilu Presiden 8 Juli mendatang,” katanya seraya menyebutkan hasil survei lembaga

survei menyebutkan JK di posisi kelima di bawah SBY, Megawati, Prabowo Subianto, dan

Sultan HB X.

Sementara, Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia (CPI) Bima Arya Sugiarto

menilai, duet JK-Wiranto tak ubahnya mengulang pasangan Agum Gumelar-Hamzah Haz

saat Pilpres 2004 lalu. “Pasangan JK-Wiranto hanya menjadi pelengkap saja,” tegasnya.

Namun, hasil survei opini publik serta data-data survei politik tentang elektabilitas

JK maupun Wiranto sepertinya tak menyurutkan semangat Golkar dan Hanura untuk

mengusung duet Jawa-Non Jawa ini. Setidaknya itu ditunjukkan dengan slogan JK-Win.

“Yang bisa berarti JK-Wiranto menang,” ujar Iskandar optimistis.

Jusuf Kalla telah mendeklarasikan diri maju ke Pilpres 2009 dengan merangkul Wiranto

sebagai pasangannya. Sayangnya langkah politik ini tak direstui sebagian elite DPD I dan II.

Sejumlah elite Golkar bahkan 'menggergaji' pasangan ini. Mengapa?

Makin hari, makin jelas posisi Partai Beringin yang telah mengusung JK-Win sebagai

capres pun semakin sulit dan terjepit. Berbagai DPD I dan II tetap melakukan

pembangkangan terhadap DPP Partai Golkar yang mengajukan duet JK-Win. Para pimpinan

DPP Partai Golkar tampaknya sulit menertibkan berbagai DPD I dan II yang mbalelo itu.

Ibaratnya, JK-Win kini menggerakkan lokomotif dengan gerbong yang sebagian

kosong. Para elit Partai Golkar, terutama di DPD I dan II, ternyata begitu mudah digoyang

dan diajak membangkang. “Payah, para elit di daerah mudah goyah,” kata Andi Syafrandi,

analis dari Charta Politika.

Golkar menghadapi tantangan besar dan nyaris lepas akar. Setelah duet JK-Win

dideklarasikan, konsolidasi Golkar dari atas sampai ke bawah, harus dipercepat dan

diperkuat agar mesin politik beringin itu bekerja efektif.

Kalla mengakui sebenarnya tidak ingin berpisah dengan Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono. Namun keadaan dan harga diri partai membuatnya terpaksa harus berpisah.

Menurut Kalla, Partai Golkar terusik harga dirinya ketika suatu saat dikatakan hanya akan

Page 15: Tentang Capres Dan Cawapres Indonesia

mampu meraih 2,5% oleh Wakil Ketua Umum Partai Demokrat, Ahmad Mubarok. Karena

itu, semua DPD I memintanya maju sebagai capres.

“Karena Golkar merasa terhina dan punya harga diri, saya maju sebagai capres. Saya

tak bisa menolak. Kalau tidak saya terima, Golkar pecah,” kata Kalla dengan nada tinggi.

Semestinya, semua kader Golkar berjiwa besar. Mereka harus sejalan dengan

semangat Kalla yang maju demi harga diri dan lebih mementingkan martabat partai

ketimbang soal kalah-menang yang merupakan keniscayaan dalam pemilu presiden nanti.

Pasca dekarasi JK-Wiranto, Golkar terus menghadapi kendala dari dalam karena

masih ada kelompok-kelompok kepentingan dan pressure group internal yang tetap ingin

berkoalisi dengan kubu Demokrat. Kelompok pembangkang ini tak boleh diremehkan meski

ulah mereka sungguh menjijikkan. Mereka menegasikan keputusan Rapimnasus yang sudah

diketok dan menyepakati agar Kalla maju sebagai capres.

Ada rekayasa dan operasi politik dari kelompok tertentu? Bisa jadi. Gerakan

semacam itulah yang menggulung para elit Golkar di DPD I dan II sehingga berubah sikap

dan pilihan.

Golkar, parpol yang awalnya kuat karena memiliki akar beringin, faktanya begitu

mudah direkayasa. Dan, rekayasa itu hanya bisa dilakukan oleh mereka yang punya

kekuatan.

Perubahan sikap elit Golkar berawal dari adanya sinyal kuat dari kubu SBY bahwa

Partai Demokrat belum menutup pintu untuk berkoalisi dengan Partai Beringin. Apalagi,

sebagian elit Golkar meyakini, berkoalisi dengan Demokrat dan SBY hampir dapat

dipastikan bisa menggapai kekuasaan.

“Sebagian elit Golkar haus kekuasaan. Mereka mudah direkayasa dengan operasi

politik untuk dipecah belah asalkan diiming-imingi kekuasaan,” kata Jeffrey Winters,

Indonesianis dari Northwestern University, AS.

Sejauh ini, Wakil Ketua Dewan Pakar Partai Golkar Marzuki Darusman

berpandangan, Golkar perlu melakukan rekonsiliasi secepatnya ke seluruh jajaran pasca

pendeklarasian JK-Win. Marzuki melihat banyak yang tidak gembira dan ini fakta politik

yang tidak bisa dibantah.

Tanda-tanda tak semua kader bagagia terlihat dari acara pendeklarasian yang tidak

dilakukan di Kantor DPP Partai Golkar. Jajaran Dewan Penasihat maupun DPP tidak

semuanya hadir. Wakil Ketua Umum Agung Laksono dan anggota Dewan Penasihat Aburizal

Bakrie tidak kelihatan batang hidungnya.

Tentu, adanya pernyataan 25 DPD I yang pernah menginginkan bergabung dengan

Partai Demokrat maupun ratusan DPD II adalah juga fakta politik yang tidak bisa

dihilangkan.

Page 16: Tentang Capres Dan Cawapres Indonesia

Dan, apabila rekonsiliasi tidak dilakukan, hal itu akan memunculkan dualisme dan

membuat mesin partai tidak bisa berjalan. Dengan fakta ini, sebagian kader Golkar masih

bermental machiavellian dan harus dikoreksi agar mawas diri.

Golkar mestinya mau belajar kalah-menang dengan kelapangan jiwa, bukannya

malah ngotot ingin kuasa terus dan bermental kekuasaan adalah segalanya. JK sudah

memberikan contoh bagaimana berpolitik dengan menjaga martabat dan harga diri yang

sepantasnya.

Politik keadaban sudah ditunjukkan JK. Dia siap menang, juga siap kalah. Tapi

semua itu memerlukan soliditas Golkar dan efektivitas mesin politiknya. Golkar terancam

pecah, dan ibarat bangunan berjajar, bangunan itu seakan mudah terbakar, untuk tak

menyatakan bahwa Golkar terancam gulung tikar.

3. CAPRES MEGAWATI

Dua tahun lagi perang memperebutkan posisi RI 1

akan terjadi. Beragam inovasi politik pun dilakukan

PDIP untuk mendongkrak popularitas Megawati

sebagai capres.

Calon Presiden dari PDI Perjuangan, Megawati

Soekarnoputeri, hampir sepekan ke depan

menggelar roadshow politik ke Jawa Barat, Jawa

Tengah, dan Jawa Timur. Agendanya jelas,

menyerap aspirasi dari arus bawah.

Pilihan tema “Silaturahmi Mbak Mega Bersama Rakyat” sepertinya ingin

menegaskan bahwa capres PDIP tersebut akan menyerap aspirasi rakyat. Sebelumnya, awal

pekan lalu parpol wong cilik ini juga meluncurkan “Laporan Kepada Rakyat” yang isinya

kinerja Fraksi PDIP.

Nampaknya PDIP tak mau “kecolongan” untuk yang kedua kalinya dalam pilpres

mendatang. Dengan kata lain, permainan terakhir puteri sulung Bung Karno tersebut akan

betul-betul dimaksimalkan. Bagaimana peluang istri Taufik Kiemas ini menuju kursi RI 1?

Dan sejauh mana efektivitas “tour politik” ini dalam mendongkrak popularitas Megawati

Soekarnoputeri?

Dalam beberapa survei politik, pamor partai berlambang moncong putih ini memang

terus meningkat. Namun perkembangan trend itu, kata pengamat politik dari UI Arbi Sanit,

lebih karena faktor figur Megawati Soekarnoputeri. Arbi menilai roadshow yang dilakukan

Megawati saat ini tidak secara otomatis dapat mengerek popularitas Megawati

Soekarnoputeri.

Page 17: Tentang Capres Dan Cawapres Indonesia

“Tidak otomatis roadshow politik Megawati akan meningkatkan popularitasnya,

karena antara figur pimpinan partai dan soliditas organisasi sebuah partai menjadi kunci,”

tandas pengamat politik Arbi. Dia menambahkan saat ini PDI-P masih lemah dalam soliditas

di organisasi.

Dalam pandangan Arbi, terdapat perbedaan antara PDIP dan Partai Golkar. Di tubuh

Golkar, kata Arbi, antara kepemimpinan partai dan organisasi menjadi satu yang saling

terkait. Namun di PDIP berbeda. “Di PDIP yang mengikat adalah kepemimpinan, tapi tidak

dalam organisasi. PDIP memiliki kepemimpinan sentralisme,” tegasnya.

Arbi menambahkan, agar PDIP sukses dalam menghadapi pemilu mendatang, pola

manajemen organisasinya harus diubah dari sentralisme ke otonomisasi.

Sementara Ketua PDIP, Irmadi Lubis mengatakan roadshow politik Megawati

Soekarnoputeri adalah tindaklanjut dari kesediaan dirinya menjadi Capres PDIP dalam ajang

Rakornas di Jakarta awal September lalu. Roadshow politik itu untuk menyusun visi dan

misi untuk menyongsong pilpres mendatang, selain juga akan melihat peta di daerah-daerah

yang akan dikunjungi,” tegasnya.

Irmadi menyebutkan, dari hasil kunjungan tersebut akan menjadi bahan masukan

untuk menyusun visi-misi capres serta dalam akan mempertimbangkan calon wakil presiden.

Ia menampik bila inovasi politik yang dilakukan PDIP selama ini lebih karena faktor

figur Megawati Soekarnoputeri. “Tidak mutlak faktor Megawati, tapi dua-duanya, antara

peran partai dan figur Megawati,” tegasnya. Ia menyebutkan, pertemuan lintas partai

beberapa waktu lalu menunjukkan perubahan PDIP dalam melakukan komunikasi politik.

Bila melihat peta suara PDIP, dalam laporan survei Lembaga Survei Indonesia (LSI),

Maret lalu, distribusi pemilih PDIP unggul di kota dan desa, baik pemilih beragama Islam

maupun Kristen. Hal yang serupa terjadi pada pemilih Jawa dan luar Jawa. Khusus untuk

suku Sunda, PDIP kalah dengan perolehan Partai Golkar.

“PDI-P harus memperkuat suara di Jawa, Sulawesi dan tiga provinsi besar di

Sumatera (Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Lampung),” kata Saiful Mujani, direktur

eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) kepada INNChannels di Jakarta.

Gerakan politik Megawati Soekarnoputeri untuk merebut kembali posisi RI 1 mulai

digulirkan. Artinya, tidak sampai dua tahun lagi, perang memperebutkan posisi RI 1 akan

terjadi. Beragam inovasi politik pun dilakukan. Nampaknya, inilah permainan terakhir

Megawati menuju puncak RI 1, habis-habisan. [P1]

Strategi PDIP mendekatkan kembali Megawati Soekarnoputri sepertinya mulai

membuahkan hasil. Temuan mutakhir Pusat Studi Kebijakan dan Pembangunan Strategis

menempatkan capres PDIP itu pada posisi teratas, sementara popularitas SBY anjlok.

Popularitas Susilo Bambang Yudhoyono anjlok dari 29 % pada Mei 2008 menjadi

19,9% pada survei 24 November-3 Desember 2008. Di bagian lain survei tersebut,

Page 18: Tentang Capres Dan Cawapres Indonesia

elektabilitas Megawati Soekarnoputri, saingan terdekat SBY justru meroket yang berpotensi

menarik massa PDI Perjuangan yang lari dalam Pemilu 2004 lalu.

Survei Puskaptis tersebut menyebutkan penilaian responden terhadap kinerja SBY-JK

dalam menangani krisis di Indonesia juga semakin memburuk. Sebanyak 31,49 % responden

kecewa, 30,75% puas, dan 37,76 % menilai biasa saja. Hal yang terjadi pada tingkat

keyakinan responden tentang SBY dapat membuat keadaan bangsa satu tahun ke depan lebih

baik juga tidak membaik. Mayoritas responden tidak yakin sebesar 38,43% dan hanya

35,46% yang yakin, serta 26,11% responden tidak menjawab.

"Popularitas SBY-JK yang menurun ternyata berbanding terbalik dengan naiknya

popularitas Megawati dan PDIP. Sehingga berpotensi atau membuka peluang terjadinya aksi

pulang kandang yang dilakukan wong cilik," ujar Direktur Eksekutif Puskaptis Husin Hazid,

di Jakarta.

Potensi tersebut, kata Husin, terkait erat dengan program sembako murah Megawati

yang mendongkrak popularitasnya jelang Pemilu 2009. Mega memanfaatkan kondisi krisis

ekonomi yang menghantam kehidupan banyak keluarga dari kalangan wong cilik.

Penurunan popularitas SBY-JK, tambah Husin, melahirkan harapan terjadinya

perubahan dan pembaharuan. Tercatat 22,64% responden mengharapkan perubahan di

bidang ekonomi. Salah satunya kebutuhan bahan pokok yang murah dan mudah didapat.

Sedangkan responden yang berharap ketersediaan lapangan kerja dan perubahan di bidang

kesejahteraan masing-masing sebanyak 21,52%. Sementara harapan perubahan di bidang

pendidikan 14,38%, kesehatan 14,37%, pertanian 2,52%, sosial 1,94%, dan hukum 1,466%.

Menanggapi hasil survei Puskaptis, Ketua DPP Partai Demokrat, Anas Urbaningrum

menilainya dengan santai. Menurut dia, hasil survei Puskaptis menjadi hasil survei yang

berbeda dengan lainnya. “Terus terang hasil survei ini berbeda dengan banyak survei lainnya.

Karena itu, kami tidak memikirkannya,” tegasnya di Jakarta.

Apakah hasil survei Puskaptis pesanan dari PDI Perjuangan? Mantan Ketua Umum

PB HMI tersebut tidak berani menyebutkan hal tersebut. “Buat saya, pesanan atau tidak

pesananan, itu pilihan Puskaptis,” tandasnya. Bahkan Anas menegaskan, survei Puskaptis

sama sekali tdiak akan menghapus perasaan publik yang sejauh ini positif terhadap

pemerintahan SBY.

Memang, bila disandingkan dengan hasil survei lembaga lainnya, hasil survei

Puskaptis paling berbeda. Seperti hasil survei Reform Institute pimpinan Yudi Latif yang

diumumkan di hari yang sama menyebutkan sebaliknya. SBY mendapat dukungan sebesar

42,18%, Megawati Soekarnoputri 16,67% dan Sri Sultan Hamengku Buwono X sebesar

10,48%.

"Tokoh-tokoh muda tidak berhasil masuk dalam daftar pilihan responden ini," kata

Direktur Eksekutif Reform Institute, Yudi Latif, Selasa (30/12) di Jakarta.

Page 19: Tentang Capres Dan Cawapres Indonesia

Terkait dengan potensi pulang kandang warga PDIP dalam Pemilu 2009, Anas

menilai merupakan hal yang wajar. “Saya kira itu harapan PDIP, dan mungkin harapan

Puskaptis,” cetusnya menyindir.

PDIP dalam Pemilu 1999 meraih suara 33% dan pada Pemilu 2004 meraih 18,53%.

Jika yang dimaksud pulang kandang menyamai perolehan suara Pemilu 1999, tampaknya

sulit untuk mewujudkan warga ‘Moncong Putih’ pulang kandang. Pasalnya, sepanjang 2008

ini, hampir survei menyebutkan tidak ada satupun partai politik yang melampaui perolehan

25% suara. [I4]

Calon Presiden yang juga Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, Megawati

Soekarnoputri, menggelar tour politik keliling Jawa. Acara bertema “Silaturahmi Mbak

Mega Bersama Rakyat” itu akan berjalan nonstop hingga Kamis (22/11) di berbagai daerah

di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Pada hari pertama tour politiknya, Minggu (18/11), Megawati yang didampingi

suaminya, Taufik Kiemas, mengunjungi kelompok tani padi di Desa Pasir Kemuning,

Kecamatan Telagasari, Karawang. Di di sana Megawati menyerahkan benih untuk petani.

Selanjutnya, Megawati mengunjungi Desa Kotasari, Pusakanegara, Subang, guna

menyerahkan bantuan kepada warga setempat untuk pengurukan sungai. Tour politik hari

pertama Megawati dengan rakyat itu ditutup dengan kunjungan Mega ke tempat pelelangan

ikan Pelabuhan Besar Eretan di Indramayu.

Pada hari kedua, Senin (19/11), Megawati bersama rombongannya akan menemui

komunitas pengrajin rotan di Desa Tegalwangi, Cirebon, dan selanjutnya bertemu dengan

Kelompok Tani Brambang di Desa Sengon, Kecamatan Tanjung, Brebes.

Di Brebes, rencananya Megawati akan berdiskusi dengan petani setempat perihal

kelangkaan pupuk, kebijakan pemerintah mengimpor barang, serta masalah permodalan dan

pengolahan pasca panen.

Seusai menggelar acara di Brebes, Megawati melanjutkan perjalanan ke Tegal guna

menjumpai kelompok nelayan dan mendiskusikan masalah harga solar, offer fishing, cuaca,

dan fasilitas tempat pelelangan ikan. Dikota yang sama, Megawati juga akan menemui

kelompok tani padi dan tebu di Desa Cacaban, Tegal, dan akan mendengarkan aspirasi

masyarakat setempat seputar kelangkaan pupuk, harga gula dan rendemen tebu yang rendah

serta kebijakan pabrik gula.

Pada hari ketiga, Selasa (20/11), Megawati mengunjungi kelompok tani penggarap

hutan di Blora sekaligus menyempatkan diri berziarah ke makam RA Kartini di Desa

Matingan, Bulu, Rembang. Selain itu, di hari yang sama Megawati kembali menjumpai

kelompok nelayan dan berdiskusi tentang harga BBM sekaligus penyerahan bantuan kepada

masyarakat nelayan di Desa Kandangan Wetan, Rembang.

Page 20: Tentang Capres Dan Cawapres Indonesia

Hari keempat, Rabu (21/11), Megawati mengisi kegiatannya di Jawa Timur, di

antaranya berdialog dengan masyarakat sekitar jembatan Suramadu di Surabaya dan

menemui para pengungsi Lumpur Lapindo di Sidoarjo, serta memberikan bantuan pada

mereka. Selain itu, pada hari yang sama, Megawati dan rombongannya akan menjumpai

petani kol dan korban Gunung Kelud di Blitar serta berziarah ke makam Syech Subakir di

Desa Penataran, Blitar.

Pada hari terakhir silaturahminya bersama rakyat, putri Bung Karno itu direncanakan

berdialog dan memberikan bantuan alat-alat pertanian kepada petani dan buruh kelompok

Pari Agung di Tulungagung serta menemui petani pinggiran hutan, bakul lethek, jamu

gendong, dan pengrajin di Trenggalek.

Selain itu, Megawati juga dijadwalkan menemui petani dan pedagang keliling di

Desa Plaosan, Magetan. Acara silaturahmi dengan rakyat itu ditutup Megawati dengan

berdialog dengan penerima Kalpataru di Desa Cemorosewu, Plaosan, Magetan.

Setelah itu, Megawati bersama rombongannya direncanakan bertolak ke Jakarta dari

Bandara Adi Sumarmo, Surakarta

Jadi pemimpin nasional itu harus mengutamakan kualitas kinerja dan bukti prestasi.

Jangan hanya mengandalkan penampilan dan pencitraan. Panggung politik di Indonesia tidak

membutuhkan peragawan.

Sindiran itu dicetuskan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri. Ia merujuk

pada fenomena yang berkembang saat ini. Yang sedang memimpin, katanya, selalu lebih

mendepankan penampilan dan pencitraan. Yang mau tampil ke ajang Pilpres 2009, lanjutnya,

juga lebih mengandalkan performa.

Sebagai calon tunggal dari PDI-P untuk maju ke pertarungan perebutan kursi RI-1

lewat Pemilu 2009, Mega mengakui dirinya memang akan memilih pasangan yang cakep

dan keren bak 'peragawan politik'. Tapi, kata Mega, sosok yang akan dipilih itu juga

melengkapi dirinya dengan kredibilitas dan kualitas.

"Saya adalah calon tunggal PDI-P. Sementara ini saya belum mau menyebutkan siapa

pasangan saya. Yang pasti, calonnya harus cakep, keren, dan berbobot," kata Mega di

Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (27/5).

Ungkapan Mega itu menjadi kontekstual dengan banyaknya kritik atas sosok

pemimpin nasional bergaya 'peragawan politik' yang tampilannya sedemikian elegan dan

mempesona, tapi kinerja dan prestasinya cenderung payah.

"Sebagai presiden, prestasi SBY untuk mengatasi berbagai masalah bangsa bisa

dikatakan nyaris nol besar," tandas Mochtar Pabottingi, profesor ilmu politik di LIPI.

Belajar dari pengalaman yang sudah-sudah, sosok pemimpin nasional ke depan tidak

bisa lagi dibentuk melalui iklan di berbagai media massa.

Page 21: Tentang Capres Dan Cawapres Indonesia

Selain mengesankan kepemimpinan bergaya salon yang hanya ngejreng di layar teve

dan media cetak, pemimpin salon itu biasanya tidak bisa bekerja efektif dan berani membela

rakyatnya ketika berhadapan dengan kekuatan asing.

"Masyarakat jangan terjebak memilih pemimpin hanya berdasarkan popularitas yang

dibentuk oleh industri media," tegas Anis Matta, Sekjen PKS, dalam surat elektronik yang

dikirim ke sejumlah media.

Anis mengatakan, jika yang terpilih sebagai pemimpin adalah 'peragawan politik',

jangan berharap akan ada kebangkitan bangsa yang kedua. "Rakyat tidak akan mau ikut

pemimpin yang penuh kepalsuan," tandasnya.

Para pemimpin harus lahir dengan membawa narasi besar programnya bagi kemajuan

bangsa dan sudah teruji kemampuannya.

Rakyat, intinya, membutuhkan pemimpin otentik yang fasih menjelaskan narasi

besarnya dan teruji kemampuan eksekusinya. Bukan hanya slogan kosong dan hampa

makna.

Belakangan, di pelataran politik nasional menjelang penyelenggaraan Pemilu 2009,

memang bermunculan iklan-iklan politik dari berbagai tokoh nasional. Beragam bentuk dan

isinya, beragam pula medianya.

Ada yang mengedepankan sentimen kemiskinan, ada yang mengkampanyekan

pentingnya membangun industri pertanian, ada juga yang menyampaikan misinya dengan

sepenggal kalimat 'hidup adalah perbuatan'.

Sarana medianya bervariasi. Ada yang dalam bentuk iklan display di media cetak,

tayangan audio visual di teve, ada juga dalam bentuk billboard, spanduk, poster, dan sarana

lainnya.

Yang pasti, apa pun jenis medianya, iklan-iklan politik itu menampilkan sosok

penyampai visi. Boleh jadi, hal itu dilakukan agar publik ingat sosok bersangkutan ketika

mencoblos di bilik suara pada Pemilu 2009.

Tekad mengejar RI 1 belum surut bagi Prabowo Subianto. Meski Gerindra dalam

perhitungan sementara mendapatkan suara sekitar 4%, bukan berarti langkah Prabowo

kendur. Prabowo menunggu Megawati atau menggandeng calon lain?

Banyak analis politik memprediksikan sulit bagi calon presiden yang telah maju dan

gagal dalam Pemilu 2004 untuk tampil kembali di Pemilu 2009 ini. “Sulit bagi tokoh yang

pernah maju (presiden) untuk tampil lagi, karena sudah ketahuan jejak rekamnya,” papar

Direktur Eksekutif Cirrus Grup Andrinof Chaniago dalam diskusi Forum Intelegensia Bebas

di Jakarta, kemarin.

Pernyataan Andrinof seperti menjadi peringatan bagi tokoh-tokoh yang bakal maju

dalam Pilpres 2009 ini. Figur Megawati Soekarnoputri yang pernah menjadi presiden

periode 2001-2004 serta menjadi capres dalam Pilpres 2004 lalu sepertinya diprediksi sulit

Page 22: Tentang Capres Dan Cawapres Indonesia

maju kembali dalam Pilpres 2009 mendatang. “Jika Mega ngotot dikhawatirkan suara PDI

Perjuangan akan merosot,” tambah Andrinof.

Hal senada disampaikan pengamat politik dari Charta Politika Indonesia (CPI) Andi

Syafrani. Menurut dia, selama PDIP menjadi partai oposisi, peran Megawati masih belum

terlihat. “Selain itu, masyarakat tidak memiliki referensi tentang Megawati saat menjabat

sebagai presiden,” tandasnya.

Namun analisis dan prediksi serta kajian lembaga survei atas elektabilitas dan

prospek Megawati dalam Pilpres 2009 tampaknya tak mengendorkan semangat PDIP untuk

tetap mengusungnya sebagai capres. Setidaknya, hingga kini, elit PDIP masih bersikukuh

atas keputusan rakernas PDIP pada 2007 lalu yang memutuskan Megawati sebagai capres.

Lalu bagaimana peluang koalisi yang sudah dibangun Megawati dengan Prabowo

Subianto? Akankah Megawati kemudian ‘menyerah’ di tangan Prabowo. Komunikasi politik

Prabowo dengan Megawati melalui media blok Teuku Umar memang cukup intensif.

Setidaknya seusai pemilu legislatif lalu, kedua tokoh tersebut sering melakukan

pertemuan baik terbuka maupun tertutup. Dengan berbalut persoalan kecurangan pemilu

legislatif, diyakini pertemuan tersebut terkait pencapresan dan kombinasi siapa

capres/cawapres. Tak pelak, munculah rumor pasangan Mega-Prabowo maupun Prabowo-

Puan Maharani.

Meski amunisi Prabowo yang direpresentasikan dari perolehan Gerindra di kisaran

4%, namun partainya tidaklah sendirian. Setidaknya aliansi partai gurem mendukung

pencapresan Prabowo.

"Pembicaraan capres Prabowo sedang diintensifkan. Malah kami berani mengusung

Prabowo dan Rizal Ramli. Apalagi kami sangat mendukung apa yang diinginkan Prabowo

dengan memilih Rizal," kata Sekjen Forum Antar Parpol Sonny Pudjisasono. Aliansi ini

mendorong Prabowo-Rizal Ramli sebagai pasangan capres/cawapres.

Sementara menurut Sekjen Pakar Pangan Jackson A Kumaat, capres Prabowo dinilai

sosok yang mampu menandingi figur SBY dalam Pilpres mendatang. “Yang terpenting,

keduanya punya keberanian yang sama. Yakni sama-sama berani menyatakan ketidakberesan

pengelolaan pemerintahan yang saat ini dipegang SBY,” jelas Jackson.

Forum Antar Parpol (FAP) yang merupakan gabungan partai politik dan tidak lolos

parliamentary threshold (PT) 2,5% direncanakan akan mendeklrasikan duet Prabowo-Rizal

Ramli dalam waktu dekat.

Optimisme Prabowo untuk tetap maju sebagai capres memang bukanlah mustahil.

Meski bukan perkara mudah meyakinkan PDIP untuk menyerahkan modalnya ke Prabowo

dalam Pilpres mendatang. Hanya dengan cara menerima bola muntahan PDIP, Prabowo bisa

melenggang menjadi capres atau cawapres

Page 23: Tentang Capres Dan Cawapres Indonesia

Di tengah ingar-bingar pembentukan koalisi yang dilakukan sejumlah parpol

menjelang pilpres, Prabowo Subianto masih belum menentukan pasangannya. Namun Ketua

Dewan Pembina Partai Gerindra itu dalam waktu dekat akan mengumumkan pasangan

politiknya.

Siapa pasangan Prabowo dan dengan siapa Gerindra merajut koalisi memang masih

menjadi misteri. Namun untuk menjawab semua itu, Gerindra akan menggelar Rapimnas.

Informasi yang beredar, Rapimnas Partai Gerindra itu akan dilaksanakan pada Rabu 6 Mei.

"Iya, Rabu ini akan ada Rapimnas Partai Gerindra, kalau tempatnya tidak berubah di

Hotel Grand Kemang, Jakarta," kata Ketua Umum DPP Partai Gerindra Suhardi saat

dikonfirmasi INILAH.COM di Jakarta, Senin (4/5).

Menurut Suhardi, agenda Rapimnas Partai Gerindra itu akan membahas dan

memutuskan hal-hal yang berkaitan dengan Pilpres 2009. "Ya walaupun belum dirumuskan

lebih lanjut agendanya apa saja, tapi sepertinya nanti akan diputuskan siapa partner koalisi

Gerindra dan juga siapa pasangan cawapres Pak Prabowo," ungkapnya.

Suhardi sebelumnya juga menyatakan, pada dasarnya antara Gerindra dan PDIP sudah

memiliki beberapa kesepakatan soal pemikiran koalisi untuk bagaimana membangun bangsa

ke depan. Namun hanya ada satu hal yang belum disepakati antara Gerindra dan PDIP, yaitu

soal siapa capres dan siapa cawapres yang akan didukung

Calon Presiden Partai Gerindra Prabowo Subianto masih merahasiakan siapa

pasangan yang akan mendampinginya pada Pilpres 2009 mendatang. Sejumlah nama telah

disebutkan akan mendampinginya, namun belum dapat dipastikan siapa yang benar-benar

akan dijadikan pasangannya.

Menurutnya, batas penyerahan pasangan capres-cawapres baru akan ditutup 10 Mei

mendatang, sehingga ia tidak akan tergesa-gesa memutuskan. “Lihat saja nanti, sekarang lagi

dalam proses,” kata Prabowo usai menerima laporan DPT di Kelurahan Kapuk, Cengkareng,

Jakarta, Minggu (3/5).

Sejumlah nama disebut-sebut akan mendampinginya, mulai Ketua Umum DPP PDIP

Megawati Soekarnoputri, Ketua DPP PDIP Puan Maharani, dan Ketua Blok Perubahan Rizal

Ramli. “Masih ada waktu. Batasnya 10 Mei,” katanya lagi.

Pengamat politik Bima Arya Sugiarto menilai Prabowo Subianto bakal menjadi

lawan yang paling tangguh bagi Susilo Bambang Yudhoyono dalam Pilpres mendatang.

Persoalannya, kata direktur Charta Politika itu, lewat jalur mana pasangan itu akan maju

sebagai capres dan cawapres.

"Prabowo sedang mendapat momentumnya. Mood publik lagi bagus untuk mencari

lawan karakter SBY," kata Bima dalam diskusi di Jakarta.

Namun, lanjut dia, calon wapres yang akan dipasangkan dengan Prabowo juga harus

tepat, sehingga peluang untuk menang juga lebih besar. Menurut Bima, salah satu tokoh

Page 24: Tentang Capres Dan Cawapres Indonesia

yang tepat sebagai pasangan Prabowo adalah Rizal Ramli yang memiliki arah ekonomi yang

berlawanan dengan SBY.

Rizal mengusung ekonomi kerakyatan, sementara SBY menjalankan ekonomi

neoliberal. "Pasangan Prabowo-Rizal Ramli itu deferensiasi dan antitesa yang bagus untuk

menghadapi SBY," katanya.

Yang menjadi permasalahan, lanjutnya, siapa saja partai yang akan mendukung

mantan Danjen Kopassus itu. Prabowo sendiri masih memiliki peluang untuk menjadi capres

dari PDIP dan koalisi besar dengan PAN, PPP, Hanura. “Atau paling tidak menjadi cawapres

dari PDIP,” ujar Bima.

Terkait spekulasi Prabowo berpasangan dengan puteri Megawati, Puan Maharani,

menurut Bima, pasangan itu tidak akan cukup tangguh untuk menghadapi SBY

Bagi para korban pelanggaran HAM, nama Prabowo Subianto dianggap bertanggung jawab

atas kasus penculikan dan penghilangan paksa para aktivis di tahun 1998. Dengan peluang

yang semakin menguat menjadi cawapres Megawati, para korban pun mengingatkan PDIP.

"Kami berharap, PDIP tetap konsisten ketika berkoalisi tetap menjaga etika politik

sesuai konstitusi, salah satunya penegakan hukum." kata istri almarhum Munir, Suciwati di

kantor DPP PDIP, Lenteng Agung, Jakarta.

Suciwati datang bersama para korban korban tragedi Trisakti, Semanggi I dan II,

kerusuhan Mei '98, korban penculikan dan penghilangan paksa, Tanjung Priok, Talangsari,

dan tragedi '65 yang menamakan diri Jaringan Solidaritas Keluarga Korban Pelanggaran

HAM.

Bersama 7 perwakilan lainnya, Suciwati menemui Sekjen PDIP Pramono Anung

untuk menyampaikan pesan kepada PDIP. "Saya pikir mereka (PDIP) cukup tahu, siapa

pelanggar HAM yang muncul di pentas politik," cetus dia.

Suci mengungkapkan, dalam pertemuan dengan Pramono, nama Prabowo dan

Wiranto disebutkan. "Ya teman-teman menyebutkan nama Prabowo dan Wiranto," ujarnya.

Menirukan ucapan Pramono, Suci mengatakan, jika sampai hari ini PDIP belum

memutuskan nama cawapres yang akan mendampingi Megawati. "Belum clear, mengenai itu

karena masih dalam tahap pendekatan-pendekatan," tukasnya.

Suciwati menyatakan, kedatangan para korban pelanggaran HAM karena mereka

mencintai PDIP dan mengingatkan agar jangan salah jalan. "Minggu depan kita akan

bertemu Demokrat, PPP, PAN, dan partai yang masuk 10 besar minus Gerindra, Hanura dan

partai yang tidak lolos parliamentary treshold," jelasnya.

Usai pertemuan Suci dan kawan-kawan juga menghadiahkan dua rangkaian bunga

bertuliskan 'Korban pelanggar HAM menolak capres dan cawapres pelanggar HAM besar

dan kecil'. yang langsung dibawa oleh seorang staf Pramono ke dalam kantor DPP PDIP.

Page 25: Tentang Capres Dan Cawapres Indonesia

Pertemuan antara Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Ketua Dewan

Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto dipastikan batal. Pertemuan akan dijadwalkan

lagi besok.

"Pertemuan hari ini dengan Pak Prabowo akan dijadwalkan ulang besok. Ada

pemberitahuan dari Fadli Zon, jadi dijadwalkan ulang kembali besok," ujar Ketua DPP PDIP

Tjahjo Kumolo di kediaman Megawati, Jl Teuku Umar, Jakarta Pusat, Selasa (28/4/2009).

Pertemuan itu sedianya digelar pukul 19.30 WIB. Sebelumnya, sudah 1,5 jam pihak

PDIP menunggu, tapi Prabowo belum juga muncul. Akhirnya ada kepastian pembatalan dari

Gerindra.

Namun Tjahjo tidak menyebut alasan pembatalan itu. Tjahjo juga belum bisa

memastikan pukul berapa pertemuan besok digelar.

"Dua-duanya sepakat menjadwalkan ulang. Pokoknya ada informasi tidak malam

ini," elak Tjahjo ketika ditanya alasan pembatalan tersebut.