Final Konpers Mayoritas Publik Ingin Tahu Program Capres 2014 Revisi

29
Lingkaran Survei Indonesia dan Yayasan Denny JA April 2014 1 MAYORITAS PUBLIK INGIN TAHU PROGRAM CAPRES 2014 Analisis Survei Nasional Paska Pemilu Legislatif Dan Launching Buku Indonesia Tanpa Diskriminasi

description

Analisis Survei Nasional Paska Pemilu Legislatif Dan Launching Buku Indonesia Tanpa DiskriminasiLingkaran Survei Indonesia dan Yayasan Denny JA

Transcript of Final Konpers Mayoritas Publik Ingin Tahu Program Capres 2014 Revisi

  • Lingkaran Survei Indonesia dan Yayasan Denny JA April 2014 1

    MAYORITAS PUBLIK INGIN TAHU PROGRAM CAPRES 2014

    Analisis Survei Nasional Paska Pemilu Legislatif

    Dan Launching Buku Indonesia Tanpa Diskriminasi

  • Kata Pengantar Mayoritas Publik Ingin Tahu Program Capres 2014

    2 Survey Nasional LSI April 2014

    Pasca Pemilu Legislatif (Pileg) 2014, nampaknya panggung politik nasional saat ini lebih banyak mempertontonkan manuver partai politik dan capres dalam menjalin koalisi untuk memenuhi syarat pencapresan. Tak banyak publik menerima informasi mengenai visi-misi dan program capres. Atmosfer pra-pilpres lebih kaya dengan manuver politik namun miskin program . Geliat partai politik dan capres yang terlalu sibuk mengurusi koalisi capres pun diresahkan publik. Kondisi tersebut terpotret dari hasil survei LSI April 2014. Mayoritas publik yaitu sebesar 63.80 % menyatakan tidak tahu sama sekali apa yang akan diperjuangkan oleh para capres. Hanya 18.90 % responden yang menyatakan tahu program para capres. Dan sebesar 17.30 % menyatakan tidak tahu/tidak jawab. Demikian salah satu temuan terbaru survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI). LSI kembali mengadakan Quick Poll (survei cepat) tentang pengetahuan pemilih terhadap program para capres. Survei ini dilakukan pada tanggal 15 18 April 2014. Quick poll adalah survei dengan metode yang sama dengan survei nasional LSI lainnya yaitu dengan metode multistage random sampling untuk 1200 responden dan margin of error sebesar +/- 2,9 %.

  • 3 Survey Nasional LSI April 2014

    Bedanya quick poll menggunakan perangkat smartphone LSI sehingga lebih cepat dibandingkan dengan survei nasional dengan cara face to face interview. Survei dilaksanakan di 33 propinsi di Indonesia. Kami juga melengkapi survei dengan penelitian kualitatif dengan metode analisis media, FGD, dan in depth interview. Publikasi survei ini disatukan dengan launching buku Denny JA: Menuju Indonesia Tanpa Diskriminasi yang juga relevan dengan program potensial para capres 2014. Dari survei, mereka yang menyatakan miskin pengetahuan program capres ini merata di semua segmen masyarakat Indonesia. Baik mereka yang tinggal di desa, maupun mereka yang tinggal di kota. Baik perempuan maupun laki-laki. Mereka yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Mereka yang berstatus ekonomi tinggi maupun mereka yang berstatus ekonomi rendah. Namun demikian mereka yang perempuan lebih tak tahu program para capres dibanding dengan mereka yang laki-laki. Hal ini dapat dipahami karena laki-laki umumnya lebih peduli berdiskusi atau mengakses berita-berita politik dibanding perempuan. Begitupun mereka yang tinggal di desa, berpendidikan rendah, dan dari berstatus ekonomi menengah kebawah, lebih tinggi tingkat ketidaktahuannya terhadap program capres. Mereka yang tinggal di kota, berpendidikan tinggi, dan berstatus ekonomi menengah atas lebih banyak mengakses berbagai berita tentang politik,ekonomi, dan pemerintahan dari beragam media.

  • 4 Survey Nasional LSI April 2014

    Kesibukan para capres dan partai politik mencari mitra koalisi pun bertentangan dengan keinginan publik. Hanya minoritas publik yaitu 17.25 % yang menolerir para capres yang lebih sibuk bicara soal mitra koalisi. Sedangkan mayoritasnya yaitu sebesar 65.70 % berharap para capres lebih banyak bicara gagasan untuk memajukan Indonesia. Adapun sebagian publik yang lain yaitu sebesar 8.70 % menginginkan para capres berbicara tentang siapa saja calon anggota kabinetnya/menteri di posisi-posisi menteri strategis. Dan 8.35 % lainnya menyatakan tidak tahu/tidak jawab. Mereka yang berharap capres lebih banyak bicara soal gagasan atau konsepnya membangun Indonesia, merata di semua segmen masyarakat. Survei menunjukan bahwa harapan tersebut ada di masyarakat yang tinggal di desa maupun kota, berpendidikan tinggi maupun rendah, orang kaya ataupun orang miskin, dan laki-laki maupun perempuan. Semakin tinggi tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, dan mereka yang laki-laki, serta tinggal di kota, maka semakin tinggi pula harapan kepada capres 2014 untuk berbicara soal program-programnya. Harapan yang lebih besar dari segmen demografi ini dapat dipahami karena mereka yang berlatar belakang pendidikan dan ekonomi menengah ke atas, biasanya lebih peduli dengan track record dan program kandidat dalam sebuah pemilihan.

  • 5 Survey Nasional LSI April 2014

    Program apa sajakah yang ingin didengar oleh para pemilih dari para capres? LSI melakukan riset kualitatif dengan FGD dan Indepth interview untuk memperkaya riset kuantitatif yang dilakukan.Kesimpulannya ada 3 (tiga) program utama yang ingin didengar publik dari para capres: Pertama, program para capres untuk membangun pemerintah yang kuat (program politik). Aspek ini berkutat pada isu stabilitas pemerintahan,kepemimpinan dan law enforcement. Masyarakat berkeinginan pemerintahan baru 2014 adalah pemerintahan yang kuat, didukung secara solid oleh anggota kabinet dan parlemen secara mayoritas, sehingga meminamalisir kegaduhan politik yang sering muncul pada pemerintahan sebelumnya. Selain itu, pemerintah yang kuat pun menjamin adanya penegakan hukum yang konsisten dan tegas. Kedua, program para capres untuk mempercepat kesejahteraan rakyat (program ekonomi). Publik ingin tahu program para capres untuk mengatasi kemiskinan, mengurangi pengangguran, menambah lapangan pekerjaan, dan mengatasi inflasi yang menyebabkan naiknya harga-harga kebutuhan pokok. Ketiga, publik ingin tahu program para capres dalam mengatasi kasus-kasus diskriminasi dan menjaga keberagamaan dan kerukunan di Indonesia (program budaya) Dua isu atau program utama diatas yaitu isu ekonomi dan politik biasanya akan selalu menjadi prioritas isu para capres. Sedangkan program para capres untuk menjaga keberagamaan dan anti diskriminasi biasanya hanya menjadi isu pinggiran para capres. Bahkan kadang para capres tak berani berbicara lantang tentang isu-isu anti diskriminasi. Padahal isu anti diskriminasi, adalah isu yang dinilai publik sama pentingnya dengan isu ekonomi dan politik.

  • 6 Survey Nasional LSI April 2014

    Survei LSI menunjukan bahwa mayoritas publik yaitu sebesar 87.6 % menginginkan capres 2014 nantinya mampu memelihara keberagamaan Indonesia. Hal ini disebabkan makin tingginya kekhawatiran publik terhadap kondisi keberagamaan di Indonesia. Sebesar 65.7 % publik menyatakan bahwa dalam 5 tahun terakhir penerapan kebijakan anti diskriminasi lebih buruk dari sebelumnya. Hanya 21.7 % yang menyatakan bahwa penerapan anti diskriminasi lebih baik dari sebelumnya. Sementara sebesar 7.60 % menyatakan penerapan kebijakan anti diskriminasi sama saja, tak ada perubahan. Survei LSI menggambarkan bahwa dari 6 (enam) presiden Indonesia, hanya 2 presiden yang mendapatkan apresiasi positif publik karena dinilai berhasil menjaga keberagamannya di Indonesia. Kedua Presiden itu adalah Ir. Soekarno dan K.H. Abdurahman Wahid. Skor keberhasilan kedua presiden ini diatas 50 %. Sebesar 65.30 % publik menyatakan Presiden Soekarno adalah presiden yang berhasil menjaga keberagaman dan kerukunan di Indonesia. Dan sebesar 57.8 % publik menyatakan Presiden Gus Dur berhasil menjaga keberagamaan di Indonesia. Sedangkan keempat presiden lainnya, skor keberhasilan yang dinilai publik rata-rata dibawah 50 %. Hanya 48.7 % publik menyatakan Presiden Habibie berhasil. Hanya 45.5 % menyatakan Presiden Soeharto berhasil. Hanya 44.4 % yang menyatakan Presiden Megawati berhasil. Dan hanya 39.8 % yang menyatakan Presiden SBY berhasil. Presiden SBY memperoleh skor paling rendah dari keenam presiden lainnya.

  • 7 Survey Nasional LSI April 2014

    ***** Terbit buku "Menjadi Indonesia Tanpa Diskriminasi : Data, Teori, dan Solusi" (Inpirasi.Co, 335 Halaman, 2014), karangan Denny JA PhD, Direktur Eksekutif Lingkaran Survei Indonesia, banyak merekam data anti diskriminasi. Buku ini memuat data-data kasus diskriminasi di Indonesia yang merupakan hasil riset berkala LSI dan Yayasan Denny JA, maupun data-data perbandingan tingkat diskriminasi dunia. Buku ini pun memotret secara gamblang dan detail berbagai aturan-aturan (Peraturan daerah dan lain-lain) yang masih kental aroma diskriminasinya. Namun demikian buku ini tak hanya memuat data dan potret diskriminasi di Indonesia, buku ini secara jauh menunjukan jalan (roadmap) cara mengatasi diskriminasi secara bertahap. Buku ini bisa menjadi referensi para capres 2014 untuk program anti diskriminasi. Buku ini misalnya memuat tentang perbandingan tingkat diskriminasi agama di berbagai negara (Hlm.92). Di Indonesia, tingkat diskriminasi agama masih di angka 35.2 %. Tingkat diskriminasi ini diukur dari mereka yang tidak mau hidup bertetangga dengan orang berbeda agama. Tingkat diskriminasi agama paling rendah adalah di negara Swedia yang hanya 1.3 %. Paling tertinggi adalah Yordania, yaitu sebesar 43.0 %. Jika kita melihat rata-rata tingkat diskriminasi di dunia adalah di angka 17.5 %. Dengan data ini menunjukan bahwa, tingkat diskriminasi agama di Indonesia masuk zona berbahaya, dan diatas-rata-rata tingkat diskriminasi dunia.

  • 8 Survey Nasional LSI April 2014

    Dari buku ini pun kita bisa membaca sebuah ancaman bersama bahwa siapapun presiden 2014 nantinya kekerasan massal karena isu diskriminasi akan mudah meledak. Hal ini disebabkan karena sekitar 20 % publik menolerir kekerasan fisik terhadap mereka yang berbeda identitas sosial. Data survei yang direkam dalam buku ini pun menggambarkan bahwa 15-80% publik merasa tak nyaman hidup bertetangga dengan orang yang berbeda identitas sosial (syiah, ahmadiyah, homo, atheis). Buku ini memuat tiga tahap (roadmap) menuju Indonesia tanpa diskriminasi. Tahap pertama atau tahap jangka pendek adalah membatalkan semua Peraturan daerah (Perda) yang diskriminatif. Presiden terpilih 2014 nantinya harus berani menegakan konstitusi. Tahap kedua atau tahap jangka menengah adalah penguatan aparat hukum dalam melindungi keberagaman. Dan tahap ketiga atau tahap jangka panjang adalah dengan cara penguatan kultur anti diskriminasi melalui civil society dan pendidikan. Mengapa capres 2014 nantinya jangan ragu dengan visi Indonesia Tanpa Diskriminasi? Pertama, mayoritas publik yaitu sebesar 87.6 % menginginkan Presiden Indonesia mampu menjaga keberagaman. Kedua, perkembangan sejarah membuktikan bahwa peradaban modern adalah peradaban non diskriminasi. Negara-negara maju seperti Amerika telah lebih dulu melalui proses transformasi sejarah anti diskriminasi. Ketiga, sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia adalah laboratorium eksperimen demokrasi dan hak asasi di dunia muslim. Keempat, visi Indonesia tanpa diskriminasi makin penting karena makin meningkatnya kecederungan penggunaan kekerasan dalam kasus diskriminasi.

  • 9

    Menjelang Pilpres 2014 ini, para capres jangan diberikan cek kosong. Pemilihan presiden terlalu penting jika hanya diserahkan kepada capres dan partai politik. Publik secara luas harus ikut terlibat dalam mendorong agenda sosial. Agenda sosial ini penting disuarakan agar menjadi isu dan perdebatan para capres. Pilpres 2014 akan semakin indah dan berkualitas jika publik disuguhi dengan perdebatan programatik terkait dengan agenda-agenda sosial prioritas. Semoga!. Lingkaran Survei Indonesia dan Yayasan Denny JA Selasa, 22 April 2014 Narasumber LSI : Ardian Sopa (0819.88.20.20 / 0856.858.3694) Narasumber Yayasan DJA : Novriantoni Kahar (081298851589) Moderator : Dewi Arum (0812.8038.2407)

    Tim Riset LSI (Adjie Alfaraby, Ardian Sopa, Ade Mulyana, Rully Akbar, Fitri Hari, Dewi Arum)

  • REKOR MURI Survei Paling Akurat dan Presisi

    10

    6 Rekor terbaru MURI

    ( Museum Rekor Indonesia)

    Paling Presisi 1. Quick Count yang diumumkan tercepat (1 jam setelah TPS ditutup)

    2. Quick Count akurat secara berturut-turut sebanyak 100 kali

    3. Quick Count dengan selisih terkecil dibandingkan hasil KPUD yaitu

    0,00 % (Pilkada Sumbawa, November 2010)

    Prediksi Paling Akurat 1. Survei prediksi pertama yang akurat mengenai Pilkada yang

    diiklankan

    2. Survei prediksi akurat Pilpres pertama yang diiklankan

    3. Survei prediksi akurat Pemilu Legislatif pertama yang diiklankan

  • METODOLOGI SURVEI : QUICK POLL

    Metode sampling : multistage random sampling

    Jumlah responden awal : 1200 responden

    Wawancara Handset

    Margin of error : 2.9%

    Survei dilengkapi dengan Riset Kualitatif

    FGD di tujuh ibu kota propinsi terbesar In Depth Interview Analsis media nasional + Info dari buku Denny JA:

    Menjadi Indonesia Tanpa Diskriminasi

    Pengumpulan Data : 15 18 April 2014

    11

  • Mayoritas Publik Tidak Tahu Apa Yang Akan Diperjuangkan Para Capres

    12

    Variabel Prosentase

    Tidak Tahu Program Capres 63. 80 %

    Ya Tahu Program Capres 18. 90 %

    Tidak Tahu/Tidak Jawab 17. 30 %

    Hanya 18.90 % publik yang mengaku tahu tentang program capres.

    Q : Pemilu Presiden dan wakil presiden akan dilaksanakan pada Juli 2014 mendatang. Apakah bapak/ibu tahu atau tak tahu apa yang akan diperjuangkan oleh para Capres jika terpilih sebagai presiden?

  • Mereka yang tinggal di desa & Status ekonomi bawah lebih banyak yang tidak tahu program para capres

    13

    Wilayah Tahu

    Program Capres

    Tidak Tahu Program Capres

    TT/TJ

    Desa 12. 50 % 68. 50 % 19. 00 %

    Kota 30. 40 % 55. 80 % 13. 80 %

    Tingkat Ekonomi Tahu

    Program Capres

    Tidak Tahu Program Capres

    TT/TJ

    Menengah bawah 10. 50 % 70. 10 % 19. 40 %

    Menengah menengah 25. 75 % 60. 25 % 14. 00 %

    Menengah atas 40. 80 % 48. 20 % 11. 00 %

    Q : Pemilu Presiden dan wakil presiden akan dilaksanakan pada Juli 2014 mendatang. Apakah bapak/ibu tahu atau tak tahu apa yang akan diperjuangkan oleh para Capres jika terpilih sebagai presiden?

  • Semakin Rendah Tingkat Pendidikan Semakin Tak Tahu Program Capres

    14

    Kategori Tahu

    Program Capres

    Tidak Tahu Program Capres

    TT/TJ

    Tamat SD/Dibawahnya 8. 50 % 72. 00 % 19. 50 %

    Tamat SLTP/Dibawahnya 14. 80 % 68. 00 % 17. 20 %

    Tamat SLTA/Dibawahnya 16. 50 % 65. 50 % 18. 00 %

    Tamat Kuliah/Pernah Kuliah 22. 20 % 50. 10 % 27. 70 %

    Q : Pemilu Presiden dan wakil presiden akan dilaksanakan pada Juli 2014 mendatang. Apakah bapak/ibu tahu atau tak tahu apa yang akan diperjuangkan oleh para Capres jika terpilih sebagai presiden?

  • Mayoritas Publik Berharap

    Capres Bicara Program

    15

    Variabel Prosentase

    Capres Bicara program 65. 70 %

    Capres Bicara Mitra Koalisi 17. 25 %

    Capres Bicara Menteri-Menteri kuncinya

    8. 70 %

    Tidak Tahu/Tidak Jawab 8. 35 %

    Q : Dari tiga poin dibawah ini yaitu capres berbicara tentang program atau gagasan membangun Indonesia, capres bicara tentang mitra koalisi dalam pilpres, capres berbicara tentang calon-calon menteri kunci dalam kabinet jika terpilih, manakah yang menurut bapak/ibu harus menjadi prioritas capres saat ini?

    Hanya 17.25 % publik yang inginkan capres bicara mitra koalisi

  • Makin Tinggi Status Ekonomi Maka makin tinggi pula harapan capres bicara soal Program

    16

    Wilayah Capres Bicara

    Program

    Capres Bicara Koalisi

    Capres Bicara

    Menteri

    Desa 64. 15 % 18. 85 % 7. 05 %

    Kota 68. 25 % 16. 50 % 9. 50 %

    Tingkat Ekonomi Capres Bicara

    Program

    Capres Bicara Koalisi

    Capres Bicara

    Menteri

    Menengah bawah 62. 50 % 18. 10 % 9. 20 %

    Menengah menengah 65. 10 % 16. 30 % 7. 10 %

    Menengah atas 68. 20 % 19. 00 % 9. 80 %

    Q : Dari tiga poin dibawah ini yaitu capres berbicara tentang program atau gagasan membangun Indonesia, capres bicara tentang mitra koalisi dalam pilpres, capres berbicara tentang calon-calon menteri kunci dalam kabinet jika terpilih, manakah yang menurut bapak/ibu harus menjadi prioritas capres saat ini?

  • Semakin Tinggi Tingkat Pendidikan Makin Butuh Program Para Capres

    17

    Kategori Capres Bicara

    Program

    Capres Bicara Koalisi

    Capres Bicara Menteri

    Tamat SD/Dibawahnya 58. 50 % 18. 20 % 6. 80 %

    Tamat SLTP/Dibawahnya 64. 25 % 16. 75 % 8. 50 %

    Tamat SLTA/Dibawahnya 65. 30 % 19. 20 % 8. 25 %

    Tamat Kuliah/Pernah Kuliah 68. 35 % 19. 35 % 9. 30 %

    Q : Dari tiga poin dibawah ini yaitu capres berbicara tentang program atau gagasan membangun Indonesia, capres bicara tentang mitra koalisi dalam pilpres, capres berbicara tentang calon-calon menteri kunci dalam kabinet jika terpilih, manakah yang menurut bapak/ibu harus menjadi prioritas capres saat ini?

  • 18

    Hasil FGD & Indepth Interview Ada Tiga Program yang Ingin Didengar Publik

    Membangun pemerintahan yang kuat

    Stabilitas politik dan parlemen

    Program Politik

    Mempercepat kesejahteraan

    Mengurangi kemiskinan, pengangguran dan stabilitas harga

    Program Ekonomi

    Menjaga kerukunan dan keragaman

    Mengurangi kasus diskriminasi

    Program Budaya

    Program budaya dan isu anti diskriminasi biasanya tak berani secara lantang dibicarakan capres. Padahal publik menganggap penting isu ini.

  • Mayoritas Publik Inginkan Capres 2014 Mampu Menjaga Keberagaman

    19

    Variabel Prosentase

    Sangat penting / penting 87. 60 %

    Kurang penting/tidak penting sama sekali

    8. 20 %

    Tidak Tahu/Tidak Jawab 4. 20 %

    Q : Pemilu Presiden akan dilaksanakan pada Juli 2014 mendatang. Menurut bapak/ibu seberapa pentingkah, sangat penting, cukup penting, kurang penting, atau tidak penting sama sekali, memilih seorang calon presiden yang mampu menjaga keragaman agama, etnis, ideologi di Indonesia?

    Hanya < 10 % publik yang menyatakan tidak penting kriteria capres yang mampu menjaga keragaman

  • Mayoritas Publik Menilai Kondisi Diskriminasi di Indonesia Makin Buruk

    20

    Variabel Prosentase

    Lebih Buruk 65. 70 %

    Lebih Baik 21. 70 %

    Sama Saja 7.60

    Tidak Tahu/Tidak Jawab 5. 00 %

    Q : Jika bapak/ibu diminta untuk menilai. Menurut bapak/ibu dalam lima tahun ini apakah penerapan hukum terhadap mereka yang melakukan pembedaan bahkan kekerasaan terhadap orang yang berbeda agama, suku, atau lainnya lebih baik, lebih buruk, atau sama saja dengan sebelumnya?

    Hanya 21.70 % publik yang menilai saat ini, penerepan hukum terhadap pelaku diskriminatif makin baik.

  • Hanya Bung Karno dan Gus Dur Yang Dinilai paling Sukses Menjaga Keragaman.

    21

    Q : Saya akan bacakan nama-nama Presiden Indonesia, mulai dari Ir. Soekarno sampai Susilo Bambang Yudhoyono. Menurut bapak/ibu seberapa berhasilkah, sangat berhasil, cukup berhasil, kurang berhasil, tidak berhasil sama sekali, presiden-presiden tersebut menjaga keragaman dan kerukunan di Indonesia?

    Diatas 50 % publik menilai Bung Karno dan Gus Dur berhasil. SBY memperoleh skor terendah 39.80 % sebagai pemimpin yang mampu menjaga keberagaman.

    Nama Presiden Sangat berhasil/Berhasil

    Ir. Soekarno 65. 30 %

    H.M. Soeharto 45. 50 %

    B.J Habibie 48. 70 %

    Abdurrahman Wahid 57. 80 %

    Megawati Soekarnoputri 44. 40 %

    Susilo Bambang Yudhoyono 39. 80 %

  • TERBIT Buku Denny JA Menjadi Indonesia Tanpa Diskriminasi: Data, Teori dan Solusi (Inspirasi.co, 335 halaman, 2014)

    Referensi Capres 2014 untuk program Anti Diskriminasi di Indonesia * Tersedia data Indonesia, dlm perbandingan dengan dunia * Aturan yang masih melanggar prinsip diskriminasi * Roadmap mengurangi diskriminasi secara bertahap

  • CUPLIKAN buku Denny JA Menjadi Indonesia Tanpa Diskriminasi: Data, Teori dan Solusi (Inspirasi.co, 335 halaman, 2014)

    Tingkat diskriminasi agama di berbadai negara (Tabel hal. 92) Indonesia : 35,2% Rata-rata 62 negara : 17,5% Terendah (Swedia) : 1,3% Tertinggi (Yordania) : 43,0%

    Di tingkat dunia, sentimen diskriminasi di tengah masyarakat Indonesia di atas rata-rata !

  • Sekitar 15-80% tak nyaman berdampingan dengan tetangga yang beridentitas sosial tertentu (Syiah, Ahmadiyah, Atheis, Homo) Lebih dari 20% membenarkan aksi kekerasan

    Siapapun Presiden 2014 kekerasan massal isu diskriminasi mudah meledak !

    CUPLIKAN buku Denny JA Menjadi Indonesia Tanpa Diskriminasi: Data, Teori dan Solusi (Inspirasi.co, 335 halaman, 2014)

  • CUPLIKAN buku Denny JA Menjadi Indonesia Tanpa Diskriminasi: Data, Teori dan Solusi (Inspirasi.co, 335 halaman, 2014)

    Appendiks 5.3- 5.5, hal 294- 301 Contoh Puluhan PERDA (Peraturan Daerah) yang diskriminatif

    Presiden 2014 harus lebih berani menegakkan konstitusi !

  • CUPLIKAN buku Denny JA Menjadi Indonesia Tanpa Diskriminasi: Data, Teori dan Solusi (Inspirasi.co, 335 halaman, 2014)

    Roadmap menuju ITD (Indonesia Tanpa Diskrimnasi) -Janga Pendek: Membatalkan puluhan PERDA diskriminatif -Janka Menengah: Penguatan aparat hukum melindungi keberagaman -Janka Panjang: Penguatan kultur anti diskriminasi melalui civil society dan pendidikan

  • CUPLIKAN buku Denny JA Menjadi Indonesia Tanpa Diskriminasi: Data, Teori dan Solusi (Inspirasi.co, 335 halaman, 2014)

    Mengapa Capres 2014 Jangan Ragu Dengan Visi Indonesia Tanpa Diskriminasi? - Mayoritas publik ( 87.6%) ingin Presiden Indonesia menjaga keberagaman - Peradaban modern adalah peradaban non-diskriminasi - Indonesia adalah laboratorium eksperimen demokrasi dan hak asasi di dunia muslim - Kecenderungan diskriminasi yang terus meningkat dan semakin menggunakan kekerasan

  • Jangan berikan Capres 2014 CEK KOSONG

    Pemilihan presiden terlalu penting jika hanya diserahkan pada Capres dan Partai Publik luas harus ikut terlibat mendorong agenda sosial Yayasan Denny JA ikut mendorong partisipasi publik melalui lomba SURAT UNTUK CAPRES 2014 agar Indonesia Tanpa Diskriminasi Informasi Lomba : http://ow.ly/vXWIg

  • 29