Spek Teknis

16
1 SPESIFIKASI TEKNIS Keterangan : Spesifikasi teknis disusun berdasar jenis pekerjaan yang akan dilelangkan, dengan ketentuan: 1. Tidak mengarah kepada merk/produk tertentu, tidak menutup kemungkinan digunakannya produksi dalam negeri. 2. Semaksimal mungkin diupayakan menggunakan standar nasional. 3. Metoda pelaksanaan harus logis, realistik dan dapat dilaksanakan. 4. Jadual waktu pelaksanaan harus sesuai dengan metoda pelaksanaan. 5. Harus mencantumkan macam, jenis, kapasitas dan jumlah peralatan u tama minimal yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan. 6. Harus mencantumkan syarat- syarat bahan yang dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan. 7. Harus mencantumkan syarat-syarat pengujian bahan dan hasil produk. 8. Harus mencantumkan kriteria kinerja produk (output performance) yang diinginkan. 9. Harus mencantumkan tata cara pengukuran dan tata cara pembayaran . PETUNJUK UNTUK PESERTA Peserta Tender harus membaca dan mempelajari seluruh gambar kerja, rencana kerja dan syarat ini dengan seksama untuk memahami benar- benar maksud dan isi dokumen tersebut secara keseluruhan maupun setiap bagian. Tidak ada gugatan yang akan dipertimbangkan jika gugatan itu disebabkan karena peserta tidak membaca, tidak memahami, tidak memenuhi petunjuk, ketentuan dalam gambar, atau pernyataan kesalah- pahaman apapun mengenai arti dari isi dokumen ini. A. U M U M 1. PERATURAN- PERATURAN TEKNIS Dalam pelaksanaan pekerjaan, bila tidak ditentukan dalam Rencana Kerja dan Syarat- Syarat (RKS ) ini, maka akan berlaku dan mengikat peraturan- peraturan dibawah ini, termasuk segala perubahan dan tambahannya, yaitu; 1.1. Peraturan Umum tentang Pelaksanaan Bangunan di Indonesia (AV.41) tahun 1941. 1.2. Keputusan-keputusan dari Majelis Indonesia, untuk Arbitrasi Teknik dari Dewan Teknik Bangunan Indonesia ( DTPI ). 1.3. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) tahun 1971/NI.2. 1.4. Peraturan Perencanaan Konstruksi Baja Indonesia (PPKBI) tahun 1980. 1.5. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI) tahun 1971/NI.5. 1.6. Peraturan Muatan Indonesia (PMI) tahun 1970 / NI -18. 1.7. Peraturan Umum Listrik Indonesia ( PUMI ) tahun 1977. 1.8. Peraturan Umum Instalasi Listrik 1987. 1.9. Peraturan Umum dari Dinas Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja. 1.10. Pedoman instalasi alarm kebakaran otomatis tahun 1980. 1.11. Pedoman Penanggulangan bahaya kebakaran tahun 1980. 1.12. Ketentuan Pencegahan dan Penanggulangan kebakaran pada bangunan gedung tahun 1985. 1.13. NFPA dan FOC sebagai pelengkap. 1.14. Peraturan-peraturan dan standar yang telah disesuaikan

description

Contoh Spek teknis Bangunan

Transcript of Spek Teknis

  • 1

    SPESIFIKASI TEKNIS

    Keterangan : Spesifikasi teknis disusun berdasar jenis pekerjaan yang akan dilelangkan, dengan ketentuan: 1. Tidak mengarah kepada merk/produk tertentu, tidak menutup kemungkinan digunakannya

    produksi dalam negeri. 2. Semaksimal mungkin diupayakan menggunakan standar nasional. 3. Metoda pelaksanaan harus logis, realistik dan dapat dilaksanakan. 4. Jadual waktu pelaksanaan harus sesuai dengan metoda pelaksanaan. 5. Harus mencantumkan macam, jenis, kapasitas dan jumlah peralatan utama minimal yang

    diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan. 6. Harus mencantumkan syarat-syarat bahan yang dipergunakan dalam pelaksanaan

    pekerjaan. 7. Harus mencantumkan syarat-syarat pengujian bahan dan hasil produk. 8. Harus mencantumkan kriteria kinerja produk (output performance) yang diinginkan. 9. Harus mencantumkan tata cara pengukuran dan tata cara pembayaran. PETUNJUK UNTUK PESERTA Peserta Tender harus membaca dan mempelajari seluruh gambar kerja, rencana kerja dan syarat ini dengan seksama untuk memahami benar-benar maksud dan isi dokumen tersebut secara keseluruhan maupun setiap bagian. Tidak ada gugatan yang akan dipertimbangkan jika gugatan itu disebabkan karena peserta tidak membaca, tidak memahami, tidak memenuhi petunjuk, ketentuan dalam gambar, atau pernyataan kesalah-pahaman apapun mengenai arti dari isi dokumen ini.

    A. U M U M

    1. PERATURAN-

    PERATURAN TEKNIS

    Dalam pelaksanaan pekerjaan, bila tidak ditentukan dalam Rencana Kerja dan Syarat- Syarat (RKS ) ini, maka akan berlaku dan mengikat peraturan- peraturan dibawah ini, termasuk segala perubahan dan tambahannya, yaitu; 1.1. Peraturan Umum tentang Pelaksanaan Bangunan di Indonesia

    (AV.41) tahun 1941. 1.2. Keputusan-keputusan dari Majelis Indonesia, untuk Arbitrasi

    Teknik dari Dewan Teknik Bangunan Indonesia ( DTPI ). 1.3. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) tahun 1971/NI.2. 1.4. Peraturan Perencanaan Konstruksi Baja Indonesia (PPKBI)

    tahun 1980. 1.5. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI) tahun 1971/NI.5. 1.6. Peraturan Muatan Indonesia (PMI) tahun 1970 / NI -18. 1.7. Peraturan Umum Listrik Indonesia ( PUMI ) tahun 1977. 1.8. Peraturan Umum Instalasi Listrik 1987. 1.9. Peraturan Umum dari Dinas Keselamatan Kerja Departemen

    Tenaga Kerja. 1.10. Pedoman instalasi alarm kebakaran otomatis tahun 1980. 1.11. Pedoman Penanggulangan bahaya kebakaran tahun 1980. 1.12. Ketentuan Pencegahan dan Penanggulangan kebakaran pada

    bangunan gedung tahun 1985. 1.13. NFPA dan FOC sebagai pelengkap. 1.14. Peraturan-peraturan dan standar yang telah disesuaikan

  • 2

    2. PENJELASAN GAMBAR

    BESTEK DAN RKS

    dengan peraturan dan standar internasional, antara lain VDE, BS, NEC, IEC, dsb.

    1.15. Peraturan-Peraturan yang dikeluarkan oleh Jawatan / Instansi Pemerintah setempat, yang berkaitan dengan pelaksanaan bangunan.

    2.1. Dalam pelaksanaan pekerjaan, maka berlaku dan mengikat,

    yaitu : 2.1.1. Gambar Bestek, Rencana Kerja dan Syarat-Syarat

    (RKS). 2.1.2. Berita Acara Penjelasan ( Aanwijzing ). 2.1.3. Berita Acara Penunjukan. 2.1.4. Surat Keputusan Pimpinan Unit tentang Penunjukan

    Pelaksana Pekerjaan. 2.1.5. Surat Perintah Mulai Kerja ( SPMK ). 2.1.6. Surat Penawaran beserta lampiran-lampirannya. 2.1.7. Jadwal Pelaksanaan (Time Schedule) yang disetujui

    oleh Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas 2.2. Kontraktor dan Konsultan Pengawas diharuskan meneliti

    rencana gambar bestek dan rencana kerja dan syarat-syarat (RKS), termasuk penambahan / pengurangan atau perubahan yang tercantum dalam berita acara Aanwijzing.

    2.3. Bila terdapat perselisihan antara rencana gambar bestek dengan rencana kerja dan syarat-syarat (RKS), maka yang mengikat adalah rencana kerja dan syarat- syarat

    2.4. Bila terdapat perbedaan antara rencana gambar bestek yang satu dengan rencana gambar bestek yang lain, maka diambil rencana gambar bestek yang ukuran skalanya lebih besar.

    2.5. Bila perbedaan-perbedaan tersebut diatas menimbulkan keragu-raguan, sehingga menimbulkan kesalahan-kesalahan dalam pekerjaan, maka harus segera dikonsultasikan kepada Konsultan Pengawas atau Konsultan Perencana dan keputusan - keputusannya harus dilaksanakan.

    B. PENDAHULUAN

    1. RUANG LINGKUP PEKERJAAN

    Lingkup pekerjaan adalah Pembangunan Kantor Camat Kandangan

    2. IZIN BANGUNAN

    2.1. Setelah Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) dikeluarkan, maka izin bangunan dan izin lainnya akan diurus oleh Pemberi Tugas, namun pelaksanaan dan pembiayaannya akan ditanggung oleh Kontraktor.

    2.2. Untuk memulai pekerjaan, maka Kontraktor harus dapat menunjukkan kepada Konsultan Pengawas surat izin bangunan atau minimal tanda bukti bahwa izin bangunan tersebut sedang diproses.

    2.3. Tanpa adanya izin bangunan dari Instalasi yang berwenang, maka Kontraktor tidak diperkenankan memasang papan reklame dalam bentuk apapun disekitar lingkungan proyek.

    2.4. Kontraktor diharuskan membuat papan nama Proyek sesuai dengan persyaratan yang berlaku pada daerah setempat dan

  • 3

    harus dipasang paling lambat 7 hari setelah dimulai pekerjaan

    3. JADWAL PELAKSANAAN (TIME SCHEDULLE)

    3.1. Sebelum pekerjaan bangunan dimulai, maka Kontraktor wajib membuat jadwal pelaksanaan (Time Schedule) yang memuat uraian pekerjaan, waktu pekerjaan, bobot pekerjaan dan grafik hasil pekerjaan secara terperinci serta jadwal penggunaan bahan bangunan dan tenaga kerja.

    3.2. Untuk pelaksanaan pekerjaan yang, terperinci Pelaksana Kontraktor :

    - harus membuat rencana kerja harian, mingguan dan bulanan yang diketahui/disetujui oleh Konsultan Pengawas Lapangan.

    - harus membuat gambar kerja, untuk pegangan/pedoman bagi kepala tukang yang harus diketahui Konsultan Pengawas Lapangan.

    - harus membuat daftar yang memuat pemasukan bahan bangunan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan bangunan pada pasal 1.

    3.3. Rencana Kerja (Time Schedule) diatas harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas dan Pemberi Tugas.

    3.4. Rencana Kerja (Time Sehedule), harus sudah selesai dibuat oleh Kontraktor, paling lambat 7 (tujuh) hari kalender, setelah SPMK diterima.

    3.5. Kontraktor harus memberikan salinan rencana kerja (Time Schedule), sebanyak 4 (empat) lembar kepada Konsultan Pengawas dan 1 (satu) lembar harus dipasang pada dinding bangsal kerja.

    3.6. Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor berdasarkan rencana kerja (Time Schedule) yang ada dan harus membuat grafik prestasi pekerjaan.

    4. TENAGA KERJA LAPANGAN KONTRAKTOR

    4.1. Kontraktor wajib menunjuk seorang kuasanya dilapangan (Pelaksana), yang mempunyai pengetahuan dibidang Teknik Sipil/Bangunan, cakap, gesit dan berwibawa terhadap pekerja yang dipimpinnya dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan. Penunjukkan ini harus dikuatkan dengan surat resmi dari Kontraktor yang ditujukan kepada Pemberi Tugas dan tembusannya kepada Penggawas Lapangan Proyek dan Konsultan Pengawas.

    4.2. Pelaksana harus berpendidikan minimum dan mempunyai pengalaman kerja lapangan minimum 3 tahun.

    4.3. Selain Petugas Pelaksana, maka Kontraktor diwajibkan pula melaporkan secara tertulis kepada Penggawas Lapangan dan Konsultan Pengawas, tentang susunan organisasi pelaksana dilapangan dengan nama dan jabatannya masing- masing.

    4.4. Bila dikemudian hari, menurut penilaian Penggawas Lapangan dan Konsultan Pengawas, bahwa Pelaksana kurang mampu atau tidak mampu melaksanakan tugasnya, maka Kontraktor diharuskan mengganti Pelaksana tersebut dan harus memberitahukan secara tertulis tentang Pelaksana yang baru, demi kelancaran pekerjaan.

  • 4

    5. TENAGA KERJA / BAHAN / PERALATAN

    5.1. Kontraktor harus mendatangkan tenaga kerja yang berpengalaman dan ahli dibidang pekerjaannya masing-masing, seperti tukang pancang, tukang besi, tukang kayu, tukang batu, tukang pasang ubin/keramik, tukang cat, tukang atap, instalator mekanikal elektrikal dan tenaga kerja lainnya.

    5.2. Sebelum bahan bangunan didatangkan ke lokasi Proyek, maka Pelaksana harus memberikan contoh bahan bangunan kepada Konsultan Pengawas Lapangan dan bila sesuai dengan persyaratan dan disetujui oleh Konsultan Pengawas Lapangan maka barulah boleh didatangkan dalam jumlah yang besar menurut keperluan Proyek.

    5.3. Mengenai jumlah contoh bahan bangunan yang diberikan dapat dikonsultasikan dengan Konsultan Pengawas.

    5.4. Mendatangkan bahan-bahan bangunan untuk pelaksanaan Proyek, harus tepat pada waktunya dan kwalitetnya dapat disetujui oleh Konsultan Pengawas.

    5.5. Bahan bangunan yang tidak sesuai dengan persyaratan dan ditolak oleh Konsultan Pengawas, harus segera dikeluarkan dari lokasi Proyek,paling lambat 24 jam sesudah surat pernyataan penolakan dikeluarkan.

    5.6. Bahan bangunan yang berada dilokasi Proyek dan akan dipergunakan untuk pelaksanaan bangunan, tidak boleh dikeluarkan dari lokasi Proyek.

    5.7. Pelaksana harus menyediakan alat-alat yang diperlukan untuk pelaksanaan bangunan agar supaya pelaksanaannya dapat selesai sesuai dengan waktu yang disediakan. Alat- alat tersebut berupa mesin pengaduk beton, mesin pancang, vibrator, katrol, mesin pemotong besi, mesin pompa air, Theodolit, waterpass, compactor dan alat- alat berat/ringan lainnya yang sangat diperlukan.

    5.8. Alat-alat yang disediakan oleh Kontraktor, harus dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin dan bila rusak harus segera diperbaiki dan bila tidak dapat dipakai, maka harus segera dikeluarkan dari lokasi Proyek.

    5.9. Untuk bahanbahan kayu dan besi menggunakan bahan yang tersedia di pasaran dengan toleransi ukuran maksimal 10 % kecuali ditentukan lain dalam Bestek.

    5.10. Alat-alat dan bahan-bahan yang berada di tepi jalan malam hari harus diberi lampu merah yang cukup kjelas dan terang agar tidak mengganggu lau-lintas / kecelakaan, atau menurut petunjuk direksi.

    6. KEAMANAN PROYEK 6.1. Kontraktor diharuskan menjaga keamanan terhadap barang-

    barang milik Proyek, Konsultan Pengawas dan Pihak ketiga yang ada dilapangan, baik terhadap pencurian maupun pengrusakan.

    6.2. Untuk maksud di atas maka Kontraktor harus membuat pagar pengaman dari bahan kayu dan seng serta perlengkapan lainnya yang dapat menjamin keamanan.

    6.3. Bila terjadi kehilangan atau pengrusakan barang-barang, alat-

  • 5

    alat dan hasil pekerjaan, maka akan menjadi tanggung jawab Kontraktor dan tidak dapat diperhitungkan dalam pekerjaan tambah/kurang atau pengunduran waktu pelaksanaan.

    6.4. Apabila terjadi kebakaran, maka Kontraktor bertanggung jawab atas akibatnya. Untuk mencegah bahaya kebakaran tersebut, Kontraktor harus menyediakan alat pemadam kebakaran yang siap dipakai dan ditempatkan pada tempat- tempat yang strategis dan mudah dicapai.

    7. KESELAMATAN KERJA DAN KESEHATAN

    7.1. Segala hal yang menyangkut jaminan sosial dan keselamatan para pekerja, Kontraktor harus menjamin sesuai dengan peraturan yang berlaku. Oleh karena itu Kontraktor harus mengikutkan pekerja sebagai peserta Asuransi Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) sesuai dengan peraturan Pemerintah yang berlaku.

    7.2. Pada pekerjaan - pekerjaan yang mengandung resiko bahaya jatuh, maka Kontraktor harus menyediakan sabuk pengaman kepada pekerja tersebut.

    7.3. Untuk melaksanakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), maka Kontraktor harus menyediakan sejumlah obat-obatan dan perlengkapan medis lainnya yang siap dipakai apabila diperlukan.

    7.4. Bila terjadi musibah atau kecelakaan dilapangan yang memerlukan perawatan yang serius, maka Kontraktor/Pelaksana harus segara membawa korban ke Rumah Sakit yang terdekat dan segera melaporkan kejadian tersebut kepada Pemberi Tugas.

    7.5. Kontraktor harus menyediakan air minum yang bersih, cukup dan memenuhi syarat-syarat kesehatan bagi semua pekerja/petugas, baik yang berada dibawah tanggung awabnya maupun yang berada dibawah pihak ketiga.

    C. SPESIFIKASI TEKNIS

    1. KEADAAN LAPANGAN Sebelum pekerjaan di lapangan dimulai, lokasi tempat pekerjaan harus ditinjau lebih dahulu oleh direksi pekerjaan bersama-sama dengan Kontraktor Pelaksana. Apabila tidak ada kesamaan antara keadaan lapangan dengan keadaan seperti yang ditunjukkan dalam gambar, maka Kontraktor segera menyampaikan secara tertulis kepada Pengawas Lapangan dan Konsultan Pengawas untuk mendapatkan penyelesaian lebih lanjut.

    2. LOKASI BANGUNAN

    Lokasi bangunan terletak di Kecamatan Kandangan Kabupaten Hulu Sungai Selatan

    3. PEKERJAAN PENDAHULUAN / BONGKARAN / PEMBERSIHAN LOKASI

    3.1. Sebelum pekerjaan dimulai maka lokasi harus dibersihkan dari segala kotoran, bekas bongkaran dan lain sebagainya yang dianggap mengganggu pelaksanaan pekerjaan, terutama dalam batas bangunan. Membuang humus - humus sebelum melakukan pengurugan.

    3.2. Untuk menentukan as - as bangunan harus diadakan pengukuran yang lengkap terlebih dahulu sesuai ukuran

  • 6

    yang tertera dalam gambar yang kemudian dipasang papan bouwplank. Pada papan bangunan (bouplank) tersebut harus dipasang kuat dengan memakai papan klas II yang permukaan atasnya diserut rata dan dicantumkan titik - titik as dengan memakai cat / tanda yang tidak berubah - ubah.

    3.3. Hasil pengukuran ini sebelum galian dimulai harus disetujui oleh Pengawas Lapangan dan Konsultan Pengawas.

    3.4. Kontraktor/pemborong harus mengurus Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) dan menyerahkan kepada pihak proyek paling lambat pada waktu penyerahan pertama.

    4. PENENTUAN PEIL

    4.1 Sebagai peil 0.00 diambil permukaan atas dari lantai baru dan peil ini ditentukan dalam gambar.

    4.2 Ukuran tinggi lainnya berpedoman pada 4.1. di atas. 4.3 Pekerjaan Uitzet harus dilakukan dengan cermat dan teliti

    mempergunakan alat ukur Theodolite, agar sudut betul-betul siku.

    4.4 Satu dan lain hal yang menyimpang dari hal-hal tersebut diatas akan ditentukan oleh Pengawas Lapangan dan Konsultan Pengawas .

    4.5 Semua papan dasar bangunan (bouwplank) menggunakan kayu klas II berukuran 2/20 cm, permukaan atas harus diketam/diserut rata dan dipasang waterpas pada peil kurang lebih 0,00 setiap jarak maksimum 2 M' papan dasar diperkuat dengan balok-balok kayu ukuran 5/7 cm, papan dasar tersebut dipasang sekurang-kurangnya berjarak 2 m' dari garis terluar bangunan.

    5. PEKERJAAN TANAH

    5.1. Sebelum pekerjaan dimulai maka lokasi harus dibersihkan dari segala kotoran, bekas bongkaran dan lain sebagainya yang dianggap mengganggu pelaksanaan pekerjaan, terutama dalam batas bangunan

    5.2. Untuk keperluan semua pondasi dan lain - lain harus dilakukan penggalian tanah menurut ukuran - ukuran yang dinyatakan dalam gambar rencana dan menurut keadaan setempat serta cukup untuk bekerja.

    5.3. Tanah bekas galian yang masih dibutuhkan untuk urugan kembali harus dipilih dan dibersihkan dari kotoran - kotoran/ puing - puing sedangkan yang tidak diperlukan harus diangkut keluar lokasi sehingga tidak mengganggu pekerjaan.

    5.4. Pemborong bertanggung jawab penuh bila mana harus melalui atau mengganggu saluran, kabel - kabel bawah tanah.

    5.5. Pemborong harus menjaga seluruh galian tidak digenangi air dengan jalan menimba, memompa atau cara lain yang dianggap baik atas biaya pemborong.

    5.6. Galian tanah tidak boleh dibiarkan terlalu lama, setelah galian disetujui pengawas harus segera dimulai dengan

  • 7

    tahap pelaksanaan berikutnya. 5.7. Pemborong bertanggung jawab bila terjadi longsoran

    atau kerusakan-kerusakan yang diakibatkan adanya galian.

    5.8. Jika terdapat tempat yang gembur pada dasar galian pondasi, harus digali dan ditimbun kembali dengan pasir urug, disiram air dan dipadatkan.

    5.9. Segala sesuatu hal yang menyimpang dari hal-hal tersebut diatas akan ditentukan oleh Direksi.

    6. PEKERJAAN URUGAN

    TANAH KEMBALI, URUGAN TANAH, BASE CROSS DAN PASIR

    6.1. Di bawah pondasi poer, batu kali dan di bawah lantai diurug pasir urug dengan tebal sesuai gambar.

    6.2. Urugan pasir, urugan tanah, base cross dan tanah urugan kembali harus dilaksanakan selapis demi selapis setebal 20 cm sampai ketinggian yang diperlukan

    6.3. Kemudian dipadatkan dengan alat hanpres atau stamper juga dengan penyiraman air secukupnya agar betul-betul padat, dan pasir yang digunakan adalah pasir urug yang bersih/bebas dari segala kotoran serta mempunyai gradasi yang baik.

    6.4. Urugan tanah dikerjakan di bawah lantai bangunan. 6.5. Pekerjaan mengurug kembali adalah pekerjaan

    mengurug bekas galian/sisa galian pondasi atau saluran-saluran dan bahan dari bekas bongkaran, semua dapat dilaksanakan sesudah mendapat persetujuan dari Direksi/ Konsultan Pengawas.

    7. PEKERJAAN PONDASI

    7.1. Pondasi yang dipergunakan untuk keliling bangunan adalah pondasi pas. batu kali/gunung dengan sistem lajur dengan campuran 1 Pc : 4 Ps.

    7.2. Pada titik kolom struktur bangunan menggunakan pondasi poer.

    7.3. Pondasi batu kali/gunung yang dipergunakan harus batu yang padat harus bersih dari kotoran dan humus - humus.

    7.4. Pemasangan batu gunung harus rapi dan tidak keropos spesinya.

    7.5. Ukuran - ukuran disesuaikan dengan gambar rencana. 8. PEKERJAAN BETON

    8.1. Beton bertulang campuran K-225 dilaksanakan untuk : a. Poer b. Sloof c. Kolom d. Ring balk e. Balok f. Plat daag g. Listplank h. Sunscreen

    8.2. Beton tumbuk K-100 ditambah besi tulangan 10 mm dilaksanakan pada lantai bangunan.

    8.3. Untuk mendapatkan beton bermutu maka pekerjaan

  • 8

    pengecoran harus diketuk (kalau perlu dengan alat penggetar) agar sempurna dan pengadukan memakai mollen.

    8.4. Untuk pekerjaan beton bertulang maka jumlah besi dan besarnya diameter besi tulangan yang diperlukan disesuaikan dengan fungsi beton tersebut/disesuaikan dengan gambar.

    8.5. Pemborong harus mentaati segala ketentuan dan ukuran yang telah ditentukan.

    I. BAHAN - BAHAN PEKERJAAN BETON

    a. Semen Semen yang dipakai harus portland semen satu merk

    yang telah disyahkan/disetujui oleh yang berwenang ( pengawas lapangan ), dan memenuhi syarat sebagaimana diuraikan dalam PBI 1971/SNI.

    Semen yang sebagian sudah membatu dalam kantong sama sekali tidak diperbolehkan untuk dipergunakan.

    Semen harus disimpan didalam gudang yang mempunyai ventilasi cukup dan tidak terkena air, diletakkan ditempat yang ditinggikan paling sedikit 30 cm dari lantai, tidak boleh ditumpuk sampai tingginya melebihi 2 meter, dan setiap pengiriman baru harus dipisahkan dan diberi tanda, agar pemakaian semen dilakukan menurut urutan pengiriman.

    b. Pasir dan Kerikil/Batu Pecah

    Pasir harus bersih dan bebas dari segala macam kotoran baik bahan organis maupun lumpur, tanah, karang, garam dan sebagainya sesuai dengan syarat didalam PBI 1971 dan SKSNI T-15-1991-03.

    Butir-butir pasir harus tajam, keras dan tidak dapat dihancurkan dengan jari dan pengaruh cuaca.

    Pasir harus terdiri dari butiran-butiran yang beraneka ragam besarnya, apabila diayak dengan ayakan 150 maka, sisa butiran-butiran diatas ayakan 4 mm, minimal 2 % dari berat sisa butiran-butiran diatas ayakan 0,25 mm, berkisar antara 80 % sampai dengan 90 % dari berat.

    Pasir laut sama sekali tidak boleh dipergunakan. Agregat kerikil harus padat/tanpa rongga dan keras,

    tidak berlumut/ licin, tidak ringan, tidak berkarang/ bukan kerikil laut dan bebas dari segala kotoran.

    Kerikil adalah butiran-butiran mineral yang harus dapat melalui ayakan berlubang persegi 76 mm tertinggal diatas ayakan 5 mm.

    Kerikil dan batu pecah untuk beton harus melalui syarat-syarat yang ditentukan dalam PBI 1971 (NI-2), SNI atau PUBI (NI-3) diantaranya : harus terdiri dari

  • 9

    butir-butir yang keras, tidak berpori, tidak pecah/hancur oleh pengaruh cuaca.

    Syarat-syarat tersebut diatas harus dibuktikan dengan pengujian laboratorium.

    c. Air

    Air untuk adukan dan merawat beton harus bersih dan

    bebas dari bahan-bahan yang merusak atau campuran-campuran yang mempengaruhi daya lekat semen.

    Untuk seluruh pelaksanaan pekerjaan dipakai air yang tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam, bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang merusak bangunan.

    Khusus untuk beton jumlah air yang digunakan untuk membuat adukan disesuaikan dengan jenis pekerjaan beton dapat ditentukan dengan ukuran isi atau ukuran berat serta harus dilakukan setepat-tepatnya.

    d. Besi beton

    Kualitas besi beton yang dipergunakan ialah U 24. Membengkok dan meluruskan besi beton harus

    dilakukan dalam keadaan dingin, besi beton dipotong dan dibengkokkan sesuai gambar.

    Kawat pengikat harus terbuat dari baja besi lunak dengan diameter minimum 1 mm yang telah dipijarkan terlebih dahulu dan tidak bersepuh seng. Ikatan antara tulangan harus kuat agar tidak mudah lepas selama pelaksanaan pengecoran.

    Besi beton harus bebas dari kotoran, karat, minyak, cat, serta bahan lain yang mengurangi daya lekat.

    Harus dipasang sedemikian rupa sehingga sebelum dan selama pengecoran tidak berubah tempat.

    Baja tulangan harus disimpan dengan tidak menyentuh tanah dan tidak boleh disimpan diudara terbuka untuk jangka waktu yang panjang.

    e. Bekisting

    Untuk seluruh pekerjaan Bekisting digunakan kayu

    kelas II yang berkwalitas baik, tebal 3 cm dan tidak boleh dipergunakan untuk lebih dua kali pekerjaan Bekisting.

    Celah-celah antara papan ditutup dengan plastik tebal atau kertas kantong semen agar air adukan tidak lolos keluar.

    Sebelum memulai pengecoran, sebelah dalam Bekisting harus disiram air/dibersihkan dari segala kotoran.

    Cetakan untuk beton finising harus dibuat dari

  • 10

    plywood, tebal plywood tergantung dari kualitas dan jarak rangka penguat cetakan tersebut.

    f. Selimut Beton

    Untuk sloof, Ring Balk dan kolom 2,5 cm

    g. Sarang Kerikil

    Sarang kerikil yang terdapat pada beton setelah Bekisting dibuka harus diperbaiki, sesuai dengan PBI 1971/SNI, ialah beton sekitar Sarang Kerikil harus dipahat kasar sampai pada bagian beton keras kemudian permukaan lubang dibersihkan dengan air semen/PC dan selanjutnya di cor dengan campuran yang sama.

    II. PEKERJAAN PENGECORAN BETON

    Proporsi semen, pasir dan kerikil adalah minimal, jadi tidak diijinkan untuk dikurangi.

    Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoraan beton pada bagian utama dari pekerjaan, pemborong harus memberi tahu Pengawas Lapangan untuk mendapat persetujuan. Jika tidak ada pemberitahuan yang atau persiapan pengecoran tidak disetujui oleh Pengawas Lapangan, maka pemborong mungkin diperintahkan untuk menyingkirkan beton yang baru dicor atas biaya sendiri.

    Pengadukan beton harus dilakukan dengan mesin pengaduk ( mollen ) sekurang-kurangnya 5 menit setelah semua bahan-bahan dimasukkan kedalam drum pengaduk, adukan harus memperlihatkan susunan warna yang merata.

    Sebelum adukan beton dicor, kayu-kayu bekisting harus bersih dari kotoran seperti serbuk gergaji, tanah, minyak dan lain-lain serta harus dibasahi secukupnya. Perlu diadakan tindakan-tindakan untuk menghindarkan mengumpulnya air pembasahan tersebut pada sisi bawah.

    Pengecoran suatu unit atau bagian dari pekerjaan harus dilanjutkan tanpa berhenti dan tidak boleh terputus tanpa adanya persetujuan Pengawas Lapangan. Tidak boleh mengecor pada waktu hujan, kecuali jika pemborong mengambil tindakan-tindakan pencegahan kerusakan yang telah disetujui oleh Pengawas Lapangan.

    Adukan beton harus diangkut sedemikian rupa sehingga dapat dicegah adanya pemisahan bagian-bagian bahan dan tidak boleh dijatuhkan dari ketinggian > 2 M.

    Adukan harus dipadatkan dengan baik dengan memakai alat penggetar (vibrator) yang berfrekwensi dalam adukan paling sedikit 3.000 putaran dalam satu menit. Penggetaran harus dimulai pada waktu adukan

  • 11

    dimasukkan kedalam cetakan dan dilanjutkan dengan adukan berikutnya.

    Pada permukaan yang vertikal vibrator harus dekat kecetakan tetapi tidak menyentuhnya, tidak boleh menggetarkan pada satu bagian adukan lebih dari 20 detik.

    Penggetaran tidak boleh dilakukan langsung menembus tulangan - tulangan kebagian-bagian yang sudah mengeras. Kecepatan menaruh adukan harus disesuaikan dengan kapasitas vibraator dan tidak boleh ada adukan yang tergetarkan lebih dari 7,5 cm tebalnya karena terlalu banyak yang harus dipadatkan.

    III. PERLINDUNGAN BETON

    Untuk melindungi beton cor dari cahaya matahari, angin dan hujan, sampai beton ini mengeras dengan baik dan untuk mencegah pengeringan terlalu cepat harus diambil tindakan-tindakan yaitu setelah pangecoran, beton harus terus menerus dibasahi selama 4 hari berturut-turut.

    IV. PEMBONGKARAN CETAKAN BETON

    Cetakan (bekisting) tidak boleh dibongkar sebelum beton mencapai satu kekuatan kubus yang cukup untuk memikul 2 X beban sendiri. Bilamana akibat pembongkaran bekisting, pada bagian-bagian konstruksi akan bekerja beban-beban yang lebih tinggi dari pada beban rencana, maka bekisting tidak boleh dibongkar selama keadaan tersebut tetap berlangsung.

    Perlu ditekankan bahwa tanggung jawab atas keamanan konstruksi beton seluruhnya terletak pada pemborong dan perhatian pemborong mengenai pembongkaran bekisting ditujukan ke PBI -1971 atau SNI dalam pasal yang bersangkutan.

    Pemborong harus memberitahukan Pengawas Lapangan bilamana ia bermaksud akan membongkar cetakan pada bagian-bagian konstruksi yang utama dan minta persetujuannya, tetapi dengan adanya persetujuan itu tidak berarti pemborong lepas dari tanggung jawab.

    9. PEKERJAAN PASANGAN

    9.1. Pasangan bata tebal dengan campuran 1:4 dipasang pada seluruh dinding.

    9.2. Untuk dinding WC dipasang bata tebal dengan campuran 1:2.

    9.3. Semua bagian atas dinding batu bata harus diakhiri dengan ring balk beton bertulang K-175 atau tepat di bawah balok lantai dengan dimensi dan jumlah pembesian sesuai dengan gambar.

    9.4. Pelaksanaan : Batu bata yang akan dipasang harus bermutu baik,

  • 12

    masak pembakarannya dan sama ukuran tebal, lebar dan panjangnya.

    Batu bata sebelum dipasang direndam dalam air terlebih dahulu.

    Pemasangan harus rapi, teguh dan pola ikatan pemasangannya harus terjalin baik diseluruh pekerjaan, sehingga terdapat sisi-sisi yang dikeruk sedalam 1 cm, untuk kemudian diplester.

    9.5. Pemasangan pasangan batu alam.

    10. PEKERJAAN PLESTERAN

    10.1. Pekerjaan plesteran meliputi semua pekerjaan plesteran baik diluar maupun di dalam bangunan.

    10.2. Dinding bata campuran 1 : 4 diplester dengan adukan campuran 1 Pc : 4. Demikian juga dengan bata capuran 1 : 2 diplester dengan adukan campuran 1 Pc : 2.

    10.3. Setelah pekerjaan plesteran selesai dilanjutkan acian Sp. 1:8

    10.4. Untuk pekerjaan beton yang nampak halus, harus dikasarkan terlebih dahulu, kemudian diplester dan dihaluskan.

    10.5. Semua pekerjaan plesteran sebelum dikerjakan harus disiram dengan air terlebih dahulu.

    11. RANGKA KAP/ATAP 11.1. Kuda-kuda menggunakan baja ringan Profil U 75 atau C 75 dengan tebal 0,75 mm. Reng menggunakan baja ringan Profil U 33 atau 32 dengan tebal 0,45 mm.

    11.2. Kuda-kuda dipasang dengan jarak sesuai gambar kerja. Reng dipasang dengan jarak 38 cm.

    11.3. Penutup bangunan yang digunakan adalah atap metal sejenis Sakura Elang 0,3 mm untuk atap utama.

    11.4. Kuda-kuda & gording teras menggunakan kayu ulin 6/8. Kasau & reng menggunakan kayu ulin dan tebal atap sejenis Sakura Elang 0,3 mm.

    11.5. Atap pemuung dari bahan dan warna yang sama dengan atap.

    11.6. Listplank keliling menggunakan bahan bahan Kalsium Silikat ukuran 2 x 0,8/20 cm dipasang sesuai gambar.

    11.7. Listplank atas menggunakan bahan kayu ulin 2x1,5/15 cm.

    11.8. Seluruh pemasangan dilaksanakan sesuai gambar.

    12. PEKERJAAN PLAFOND 12.1. Rangka plafond menggunakan besi hollow, dipasang sesuai gambar.

    12.2. Permukaan bawah dari rangka plafond diratakan, dipasang symetris sesuai gambar.

    12.3. Plafond dalam dan luar bangunan dipasang plafond dari bahan kalsium silikat tebal 3,5 mm yang dipasang tanpa jarak dan nat.

    12.4. List plafond dipasang pada pertemuan plafond dengan

  • 13

    dinding. 12.5. List plafond dalam menggunakan bahan gypsum 12.6. Letak pemasangan plafond bangunan pengerjaannya

    disesuaikan dengan gambar kerja.

    13. PEKERJAAN LANTAI 13.1. Lantai bangunan dicor dengan mutu beton K-100 tebal 10 cm ditambah dengan besi tulangan 10 mm jarak 20 cm.

    13.2. Untuk lantai II dicor dengan plat beton K-225 tebal 12 cm

    13.3. Pada lantai I bangunan dipasang granite polish 40 x 40 cm dengan speci campuran 1 Pc : 3 Pasir. Untuk lantai II bangunan dipasang granite polish 60 x 60 cm dengan speci campuran 1 Pc : 3 Pasir.

    13.4. Untuk lantai teras dan lantai R. Wudhu lantai 1 dipasang granite unpolish 40 x 40 cm dengan speci campuran 1 Pc : 3 Pasir

    13.5. Pada lantai WC dipasang keramik 30 x 30 cm setara Roman dengan speci campuran 1 Pc : 3 Pasir.

    13.6. Pada dinding WC dipasang keramik 30 x 60 cm setara Roman dengan speci campuran 1 Pc : 3 Pasir.

    13.7. Pada dinding Tempat Wudhu dan Patry dipasang keramik 40 x 40 cm setara Roman dengan speci campuran 1 Pc : 3 Pasir.

    13.8. Pemasangan lantai keramik harus rapi, siku dan datar. Ujung potongan keramik harus dipoles dengan gurinda atau batu.

    13.9. Sebelum pemasangan dimulai, lantai cor dan keramik harus dibasahi terlebih dahulu.

    13.10. Benang digunakan untuk menentukan lay out naad atau joint keramik.Naad atau joint keramik dengan lebar 2 mm.

    13.11. Pemasangan keramik Pasangan keramik tidak boleh diinjak dalam waktu 24 jam.

    13.12. Semua bahan-bahan tersebut di atas sebelum didatangkan ke lokasi pekerjaan harus diperlihatkan contoh untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi

    14. PEKERJAAN PINTU 14.1. Sebagian kusen pintu menggunakan 5/10 cm dari kayu kelas I yang bermutu baik dikerjakan sesuai gambar.

    14.2. Untuk kusen yang lain menggunakan kusen aluminium. 14.3. Daun pintu utama bangunan dipasang pintu kaca

    tempered 12 mm lengkap dengan floor hinge, facth fitting, door closer, kunci dan penggangan pintu. Ditambah dengan gate bahan Aluminium Composite Panel rangka besi hollow.

    14.4. Pintu lainnya bahan kayu sungkai dan ulin variasi kaca rayban tebal 8 mm dan variasi kisi-kisi bawah. Dan pintu bahan teakwood 9 mm lapis vinil rangka aluminium.

  • 14

    14.5. Rangka untuk pintu panel digunakan ukuran 3,5 x 10 cm, untuk yang mendatar ukuran datar bawah 3,5 x 20 cm, pengisi : papan setara papan sungkai/ papan kelas ulin (pabrikasi).

    14.6. Rangka jendela dari bahan aluminium dan kayu lanan, ukuran sesuai dengan gambar, pengisi kaca rayban 8 dan 5 mm, polos tebal 5 mm (Pabrikasi).

    14.7. Untuk kaca mati dipasang kaca rayban 8 dan 5 mm polos tebal 8 mm, penempatan sesuai gambar.

    14.8. Pemasangan kaca tidak boleh terlalu rapat, kemudian didempul agar tidak bergeser.

    14.9. Ukuran yang tertera dalam gambar adalah ukuran jadi setelah digergaji dan diserut, apabila ada ukuran-ukuranyang tidak tertera dalam gambar atau sulit diperoleh di pasaran pemborong diwajibkan berkonsultasi dengan Direksi. Toleransi untuk kusen adalah maksimum 10 mm, sedangkan untuk daun pintu dan jendela maksimum 5 mm.

    15. PEKERJAAN KUNCI & ALAT PENGGANTUNG

    15.1. Daun pintu single panel dipasang engsel nylon 3 buah ukuran 4 (10 cm). Dan untuk pintu double dipasang engsel nylon 6 buah.

    15.2. Untuk jendela buka rangka aluminium dipasang casemen yang bermutu baik sebanyak 2 buah sebagai pengganti engsel jendela. Untuk jendela rangka lanan dipasang dipasang engsel nylon 2 buah ukuran 3 yang bermutu baik.

    15.3. Daun pintu double panel dipasang kunci tanam 2 slaag merk setara Nobleza ditambah dengan pegangan untuk pintu double dan grendel pintu uluran 6 dan 10.

    15.4. Daun pintu single panel dipasang kunci tanam 2 slaag merk setara Nobleza.

    15.5. Jendela buka rangka aluminium dilengkapi dengan Rambuncis yang bermutu baik sebanyak 1 buah sebagai pengganti grendel dan pegangan jendela.

    15.6. Jendela buka rangka lanan dilengkapi dengan kait angin dan grendel jendela yang bermutu baik sebanyak 2 buah. Dan Pegangan jendela yang bermutu baik sebanyak 1 buah.

    15.7. Semua alat-alat tersebut di atas harus bermutu baik dan sebelum dipasang harus disetujui oleh Direksi yang dipasang dengan menggunakan sekrup (ukuran sekrup disesuaikan).

    16. PEKERJAAN CAT-CATAN

    16.1. Semua bidang yang akan dicat terlebih dahulu dicat dasar, diplamir dan diampelas sampai rata.

    16.2. Pengecatan dilakukan 2 atau 3 kali hingga betul-betul rata warna cat akan ditentukan kemudian.

    16.3. Seluruh dinding luar maupun dalam, plafond, sunscreen dan listplank beton di cat dengan cat tembok.

  • 15

    16.4. Seluruh pekerjaan pintu panil, jendela, kusen kayu, listplank dan tawing layar harus di cat kilap.

    16.5. Untuk cat kayu (kilap) menggunakan cat kilap setara Danalac.

    16.6. Untuk cat tembok, plafond, daag dan sunscreen menggunakan cat setara Jotun Jotashield.

    16.7. Pelaksanaan pengecatan disesuaikan dengan peraturan pabrik dan cat dasar harus satu merk dengan cat lapis.

    16.8. Pelaksanaan cat kilap dan cat tembok disesuaikan dengan RAB.

    17. PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK

    17.1. Pekerjaan instalasi listrik harus dilaksanakan oleh instalatir yang disyahkan oleh PLN setempat.

    17.2. Semua keperluan untuk pekerjaan instalasi listrik ini disesuaikan dengan keperluan dan harus berkwalitas baik.

    17.3. Pekerjaan listrik yang dimaksud meliputi : Sambungan listrik baru 3 Fase 10.000 watt Pemasangan instalasi bangunan TBS/236 2 x TLD 36 Watt RMO setara Philips Down Light RD 125 E 27 setara Philips Essential 14

    Watt Lampu Pijar Roset PC setara Philips Essential 11

    Watt (E27) Lampu Spot /Up Light 2 x 250 watt Saklar tunggal dan ganda, stop kontak

    17.4. Semua perlengkapan yang akan dipasang harus baru dan mendapat persetujuan Direksi.

    17.5. Untuk semua keperluan ini baru bisa diterima bila instalatir memenuhi syarat-syarat : Harus memiliki ijin PLN setempat untuk pemasangan

    instalasi listrik serta surat-surat lain yang menurut peraturan pemerintah harus ada.

    Tidak menyimpang dan merubah rencana pemasangan dan penggunaan bahan yang telah ditentukan.

    Harus melengkapi semua peralatan instalasi dimana dalam syarat-syarat teknis pada umumnya harus ada walaupun dam bestek ini tidak disebutkan

    18. PEKERJAAN INSTALASI AIR

    18.1. Pekerjaan instalasi air meliputi pekerjaan pemasangan instalasi air kotor dan instalasi air bersih.

    18.2. Pembuatan septikctank + sumur resapan kapasitas 2 m3.

    18.3. Memasang klosed jongkok dan duduk setara TOTO lengkap dengan perletakan.

    18.4. Pengadaan bak air dari bahan fiber lengkap dengan penempatannya.

    18.5. Pengadaan dan pemasangan jet Washer. 18.6. Memasang floor drain (FD) dan kran air stainlesstel. 18.7. Pengadaan menara air baja + tandon air fiber kapasitas

  • 16

    2200 liter +Instalasi dan penempatannya. 18.8. Pengadaan dan pemasangan wastafel setara TOTO

    lengkap dengan kran.

    19. PERATURAN PENUTUP 19.1. Meskipun dalam Dokumen ini pada uraian pekerjaan dan uraian bahan-bahan tidak dinyatakan kata-kata yang harus dipasang oleh Pemborong atau yang harus disediakan oleh Pemborong,tetapi tidak disebutkan / diuraikan dalam penjelasan pekerjaan pembangunan ini, perkataanperkataan tersebut diatas tetap dianggap ada dan dimuat dalam Dokumen ini.

    19.2. Pekerjaan yang nyata nyata menjadi bagian dari pekerjaan pembangunan, tetapi tidak dimuat atau diuraikan dalam Dokumen ini, tetap dikerjakan dan diselesaikan oleh Pemborong, dan harus dianggap seakan-akan pekerjaan ini dimuat dan diuraikan kata demi kata pada Dokumen ini untuk menuju penyerahan selesai yang lengkap dan sempurna sesuai menurut pertimbangan Direksi.

    PETUNJUK UNTUK PESERTAe. Bekistingf. Selimut Betong. Sarang KerikilII. PEKERJAAN PENGECORAN BETONIII. PERLINDUNGAN BETONIV. PEMBONGKARAN CETAKAN BETON