Spek Teknis Sdn 041 Bpp Utara Brtgkat

28
Halaman 1 SPESIFIKASI TEKNIS Pasal 1 Syarat-Syarat Khusus 1.1. Pelaksanaan pekerjaan ini harus dilaksanakan sesuai dengan : 1.1.1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SK SNI T-15- 1991-03. 1.1.2. Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung SNI-1727- 1989-F. 1.1.3. Tata Cara Pelaksanaan Mendirikan Bangunan Gedung SNI-1728-1989-F. 1.1.4. Tata Cara Perencanaan Bangunan Baja untuk Gedung SNI-1729-1989-F. 1.1.5. Tata Cara Perencanaan Beton Bertulang dan Struktur Dining Bertulang untuk Rumah dan Gedung SNI-1734-1989-F. 1.1.6. Tata Cara Perencanaan Bangunan dan Lingkungan untuk Perencanaan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung SNI-1735-1989-F. 1.1.7. Spesifikasi Bahan Bangunan bagian A (Bahan Bangunan Bukan Logam) SK SNI – 04-1989-F. 1.1.8. Petunjuk-petunjuk dari pemilik/pengawas lapangan. Pasal 2 Uraian Pekerjaan 2.1. Lingkungan Pekerjaan. Pekerjaan Pembangunan 6 RKB Bertingkat (1 Ruang Kantor, 1 Ruang Perpustakaan dan KM/WC) SD 041 Balikpapan Utara ini meliputi namun tidak terbatas pada : 2.1.1. Pekerjaan Persiapan 2.1.2. Pekerjaan Tanah 2.1.3. Pekerjaan Pondasi Batu Gunung 2.1.4. Pekerjaan Beton 2.1.5. Pekerjaan Pasangan dan Plesteran 2.1.6. Pekerjaan Lantai dan Pelapis Dinding 2.1.7. Pekerjaan Kayu dan Atap 2.1.8. Pekerjaan Kaca, Pengunci dan Penggantung 2.1.9. Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal 2.1.10. Pekerjaan Plumbing dan Sanitasi 2.1.11. Pekerjaan Pengecatan 2.1.12. Pekerjaan lain-lain yang diperlukan dalam penyelesaian pekerjaan ini. Pasal 3 Ukuran-Ukuran 3.1. Ukuran-ukuran dalam pekerjaan ini menggunakan sistem metrik centimeter dan meter. Peil + 0,00 Bangunan ini akan ditetapkan kemudian oleh kemudian dilapangan oleh Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan, Konsultan Perencana, Konsultan Pengawas, Pengelola Teknis Proyek dan Kontraktor Pelaksana. 3.2. Dibawah pengamatan Konsultan Pengawas, Kontraktor harus membuat titik duga dari beton bertulang 10x10 x 200 cm. Titik duga tersebut harus dijaga kedudukannya serta tidak terganggu selama pekerjaan berlangsung dan tidak boleh dibongkar tnapa seizin

description

spek

Transcript of Spek Teknis Sdn 041 Bpp Utara Brtgkat

  • Halaman

    1

    SPESIFIKASI TEKNIS

    Pasal 1 Syarat-Syarat Khusus

    1.1. Pelaksanaan pekerjaan ini harus dilaksanakan sesuai dengan :

    1.1.1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SK SNI T-15-1991-03.

    1.1.2. Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung SNI-1727-1989-F.

    1.1.3. Tata Cara Pelaksanaan Mendirikan Bangunan Gedung SNI-1728-1989-F. 1.1.4. Tata Cara Perencanaan Bangunan Baja untuk Gedung SNI-1729-1989-F. 1.1.5. Tata Cara Perencanaan Beton Bertulang dan Struktur Dining Bertulang untuk

    Rumah dan Gedung SNI-1734-1989-F. 1.1.6. Tata Cara Perencanaan Bangunan dan Lingkungan untuk Perencanaan

    Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung SNI-1735-1989-F. 1.1.7. Spesifikasi Bahan Bangunan bagian A (Bahan Bangunan Bukan Logam) SK

    SNI 04-1989-F. 1.1.8. Petunjuk-petunjuk dari pemilik/pengawas lapangan.

    Pasal 2 Uraian Pekerjaan

    2.1. Lingkungan Pekerjaan.

    Pekerjaan Pembangunan 6 RKB Bertingkat (1 Ruang Kantor, 1 Ruang Perpustakaan dan KM/WC) SD 041 Balikpapan Utara ini meliputi namun tidak terbatas pada : 2.1.1. Pekerjaan Persiapan 2.1.2. Pekerjaan Tanah 2.1.3. Pekerjaan Pondasi Batu Gunung 2.1.4. Pekerjaan Beton 2.1.5. Pekerjaan Pasangan dan Plesteran 2.1.6. Pekerjaan Lantai dan Pelapis Dinding 2.1.7. Pekerjaan Kayu dan Atap 2.1.8. Pekerjaan Kaca, Pengunci dan Penggantung 2.1.9. Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal 2.1.10. Pekerjaan Plumbing dan Sanitasi 2.1.11. Pekerjaan Pengecatan 2.1.12. Pekerjaan lain-lain yang diperlukan dalam penyelesaian pekerjaan ini.

    Pasal 3 Ukuran-Ukuran

    3.1. Ukuran-ukuran dalam pekerjaan ini menggunakan sistem metrik centimeter dan meter.

    Peil + 0,00 Bangunan ini akan ditetapkan kemudian oleh kemudian dilapangan oleh Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan, Konsultan Perencana, Konsultan Pengawas, Pengelola Teknis Proyek dan Kontraktor Pelaksana.

    3.2. Dibawah pengamatan Konsultan Pengawas, Kontraktor harus membuat titik duga dari

    beton bertulang 10x10 x 200 cm. Titik duga tersebut harus dijaga kedudukannya serta tidak terganggu selama pekerjaan berlangsung dan tidak boleh dibongkar tnapa seizin

  • Halaman

    2

    dari Konsultan Pengawas. Kontraktor wajib menambahkan titik duga jika diperlukan oleh Direksi/Konsultan Pengawas.

    3.3. Selama pelaksanaan pekerjaan, surveyor/juru ukur Kontraktor harus selalu stanby di

    Job Site lengkap dengan peralatannya. Semua pekerjaan yang akan dimulai harus dikur bidik ulang sebelum diizinkan secara tertulis oleh Direksi untuk dilaksanakan.

    Pasal 4 Pekerjaan Persiapan

    4.1. Sebelum Pekerjaan Dimulai.

    Kontraktor harus melaksanakan pembersihan lapangan sebelum memulai pekerjaan sehingga semua kotorann, puing-puing, sampah, rumput, batang kayu dan lain-lain tidak ada lagi di Job Site, dengan demikian seluas Job Site dapat terlihat dengan jelas.

    4.2. Selama Pekerjaan Berlangsung.

    Kontraktor bertanggung jawab atas kebersihan Job Site selama pekerjaan berlangsung. Kebersihan yang dimaksud disini meliputi : 4.2.1. Kebersihan terhadap kotoran-kotoran yang ditimbulkan oleh sisa-sisa

    pembuangan berbagai jenis sampah. 4.2.2. Kebersihan terhadapmkotoran-kotoran yang disebabkan oleh sampah sisa-sisa

    bahan bangunan, pecahan-pecahan batu bata dan atau serpihan kayu dan lain-lain.

    4.2.3. Kebersihan dalam arti kata kerapihan pegaturan material dan peralatan sehingga menunjang mobilisasi pelaksanaan di Job Site.

    4.2.4. Kebersihan jalan raya didepan lokasi proyek yang menjadi tanggung jawab kontraktor.

    4.3. Setelah Pekerjaan Selesai.

    Setelah pekerjaan selesai sebelum diadakan penyerahan pekerjaan kepada pemilik, Kontraktor harus membersihkan seluruh site dari segalam macam kotoran, puing-puing dan semua peralatan yang digunakan selama masa konstruksi. Kotoran-kotoran tersebut harus dikeluarkan dari job site atas biaya Kontraktor. Pekerjaan pembersihan merupakan bagian dari progress pekerjaan sehingga bila hal ini belum diselesaikan secara tuntas, maka pekerjaan tidak akan ianggap selesai 100 %.

    Pasal 5 Keamanan Proyek, dan Direksi Keet, Papan Nama Proyek

    5.1. Keamanan Proyek.

    Selama berlangsungnya proyek, Kontraktor bertanggung jawab atas semua personil yang ditempatkan, termasuk personil Direksi (Pengawas). Untuk itu Kontraktor wajib memberikan daftar nama personil setipa hari sebelum memulai pekerjaan kepada Direksi. Kontraktor harus menempatkan petugas jaga/petugas keamanan selama 24 jam untuk menjaga material/barang-barang Kontraktor di lapangan. Kontraktor wajib menyediahkan alat-alat pemadam kebakaran dan bertanggung jawab atas kemungkinan terjadinya kebakaran selama masa pelaksanaan hingga penyerahan terakhir (kedua) pekerjaan ini kepada Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan.

  • Halaman

    3

    5.2. Direksi Keet. Kontraktor menyediakan direksi keet untuk Pengawas dan Direksi Pelaksana, disesuaikan kebutuhan dengan perlengkapan minimal : Meja tulis biro lengkap dengan kursinya , Koomputer lengkap dengan printer, White board lengkap dengan spidol dan penghapus, Buku tamu dan satu buah buku harian lapangan.

    5.3. Papan Nama Proyek. Kontraktor wajib membuat papan nama proyek dengan ukuran sesuai kebutuhan

    dengan mencatumkan hal-hal yang penting mengenai pekerjaan yang dilaksanakan. Dibuat dari materila kayu dan dianggap telah diperhitungkan dalam penawaran.

    5.4. Gudang Material. Kontraktor membuat gudang material dan peralatan terutama dimaksudkan untuk

    menyimpan material atau peralatan yang memerlukan perlindungan dari alam ataupun terhadap pencurian.

    5.5. Generator Set dan Penyediaan Air Sementara.

    5.5.1. Gen-Set (kalau perlu). Untuk keperluan penerangan pada malam hari dan untuk keperluan pekerjaan, Kontraktor wajib menyediakan dan mengoperasikan 1 (satu) unit generator dengan kapasitas minimal 10 KVA. Instalasi listrik untuk gedung, barak pekerja, direksi keet dan tempat-tempat lain yang ditentukan kemudian harus dipasang sesuai peraturan yang berlaku oleh Instalatir PLN.

    5.5.2. Penyediaan Air Sementara. Untuk keperluan pekerjaan dan Direksi, Kontraktor wajib menyediakan penampungan air dari drum. Kualitas air harus memenuhi syarat kesehatan sesuai stnadar WHO. Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya akan akibat yang timbul, akibat pemakaian air yang tidak memenuhi syarat tersebut. Tempat mandi dari pekerja harus diatur sedemikian rupa, sehingga tidak akan membuat lapangan/job site menjadi becek dan kotor.

    5.6. Jalan Masuk Sementara. Jika dianggap perlu, Direksi berhak memerintah Kontaktor untuk membuat jalan masuk sementara yang memungkinkan kelancaran pemasukan material dan sebagainya. Sejauh mungkin jalan masuk sementara tersebut kemudian kan ditingkatkan sebagai jalan yang memang menjadi bagian dari lingkup pekerjaan Kontraktor (jika ada).

    5.7. Semua biaya untuk pelaksanaan keamanan proyek, pembuatan direksi keet, papan

    nama proyek, gudang material, pengadaan generator set dan air sementara serta pembuatan jalan masuk sementara serta pengangkutan material ke lokasi pekerjaan, dianggap telah diperhitungkan dalam penawaran kontraktor.

    Pasal 6 Pekerjaan Tanah

    6.1. Lingkup Pekerjaan.

    Semuam pekerjaan tanah yang diperlulkan sesuai dengan perencanaan harus dilaksanakan menurut dokumen kontrak dan dilaksanakan sesuai dengan perunjuk-petunjuk dari Direksi / Konsultan pengawas. Jika diperlukan pasokan tanah dari luar lokasi pekerjaan, maka tanah tersebut harus menapatkan persetujuan dari direksi berdasarkan hasil tes laboratorium.

  • Halaman

    4

    Pekerjaan ini meliputi pengurugan dan penggalian termasuk pemadatan untuk pavement area, jalan masuk sesuai ukuran dan peil yang ditentukan. Secara garis besar lingkup pekerjaan tanah adalah : 6.1.1. Pekerjaan pemotongan (cutting) hingga mencapai elevasi yang disyaratkan. 6.1.2. Pekerjaan filling/pengurugan hingga mencapai ketinggian dan kepadatan yang

    disyaratkan. 6.1.3. Penggalian tanah antara lain untuk pondasi, sepotiktank, saluran-saluran, pipa-

    pipa dan lain-lain sesuai kebutuhan. 6.1.4. Pembersihan areal yang ditetapkan oleh direksi. 6.1.5. Hal-hal lain yang belum disebutkan disini, tetapi merupakan bagian yang tidak

    terpisahkan dari pekerjaan tanah dan harus diperhitungkan sebagai resiko dari penawaran Kontraktor.

    6.1.6. Pemotongan permukaan tanah/top soil hingga permukaan tanah asli.

    6.2. Syarat-Syarat Umum. 6.2.1. Pemeriksaan Lapangan.

    Kontraktor harus melakukan pemeriksaan/pengukuran dan pengetesan langsung ke lapangan guna menentukan dengan pasti kondisi lapangan, hal-hal yang kelak akan dijumpai dan keadaan lapangan sekarang yang kelak mungkin akan mempengaruhi jalannya pekerjan.

    6.2.2. Pekeriksaan Pekerjaan Tanah. Pekerjaan tanah dimana termasuk pula pekerjaan pemadatan akan diperiksa oleh Laboratorium Mekanika Tanah yang akan dipilih/ditentukan oleh Pemilik/ Pemberi Tugas bersama-sama dengan Direksi.

    6.3. Pembersihan dan Pengupasan. 6.3.1. Macam Pekerjaan.

    Pekjerjaan pembersihan dan pengupasan terdiri dari pembersihan segala macam tumbuh-tumbuhan, pohon-pohonan, semak-semak, sampa-sampah dan kotoran lainnya yang mengganggu dan termasuk pencabutan akar-akar.

    6.3.2. Pembuangan Lapisan Tanah Atas. Pada daerah dimana akan dilaksanakan pembangunan gedung, jalan dan pavement, harus dilakukan pembuangan tanah atas. Pada umumnya pekerjaan pembuangan lapisan tanah atas mencakup pekerjaan pembuangan tanah humus atau tanah subur yang biasa digunakan untuk bercocok tanam.

    6.3.3. Digunakan Atau Tidaknya Hasil Tanah Galian. Material hasil galian yang cukup baik, yang terletak di dalam daerah proyek, harus digunakan/dipakai untuk keperluan-keperluan yang sesuai misalnya, timbunan pavement, pelebaran jalan, atau pengisian lubang-lubang bekas galian. Material-material sisa dari penggunaan di atas, serta material-material yang dianggap oleh Direksi tidak dapat dipakai lagi, harus segera dikeluarkan dan dibuang di luar lokasi pekerjaan.

    6.4. Penggalian. 6.4.1. U m u m.

    a. Pada pekerjaan penggalian tanah termasuk juga pembuangan semua benda dalam bentuk apapun yang dapat mengganggu pelaksanaan pekerjaan pembangunan.

    b. Penggalian harus sesuai dengan garis dan peil yang tertera pada gambar.

  • Halaman

    5

    c. Kemiringan pada penggalian harus pada sudut kemiringan yang aman/sesuai dengan gambar.

    d. Galian dan penyangga harus dibuat sedemikian rupa sehingga terdapat ruang yang cukup untuk bekisting dan hal lainnya selain pekerjaan pondasi.

    e. Kontraktor harus menyediakan, menempatkan, memelihara dan menjaga penyangga dan penumpu yang mungkin diperlukan untuk bagian samping galian.

    6.4.2. Kelebihan Galian Tanpa Perintah. Setiap kelebihan galian di bawah permukaan galian yang telah ditentukan harus diurug kembali sampai permukaan semula dengan pasir. Pasir tersebut harus dibasahi seperlunya dan dipadatkan dengan baik untuk mencegah amblasnya bangunan yang akan dikerjakan. Pekerjaan tersebut di atas dilaksanakan dengan biaya Kontraktor.

    6.4.3. Kelebihan Galian Yang Diperlukan. a. Atas perintah Direksi/Konsultan Pengawas, Kontraktor harus melakukan

    galian lebih banyak. Setelah galian selesai permukaan tanah harus diratakan, dibasahi seperlunya dan dipadatkan dengan baik.

    b. Lubang galian harus digali lebih dalam atas perintah Direksi/Konsultan Pengawas sampai kedalaman yang ditentukan menurut ukuran dalam, lebar dan sesuai dengan peil yang tercantum dalam gambar.

    6.4.4. Galian Pipa. a. Pada sambungan pipa harus digali lebih dalam untuk memudahkan

    penyambungan pipa. Galian pada sambungan tersebut harus dikerjakan oleh Kontraktor dan sudah diperhitungkan dalam penawaran.

    b. Bila ada bagian galian yang longsor, Kontraktor harus menyingkirkan tanah lonsor itu, sehingga memuaskan Direksi/Konsultan Pengawas dengan biaya Kontraktor.

    6.5. Pengurugan Kembali.

    6.5.1. U m u m. a. Pengurugan kembali harus seizin Direksi/Konsultan Pengawas. b. Pengurugan kembali tidak boleh dijatuhkan langsung pada setiap struktur

    atau pipa. c. Bahan pengurugan kembali harus bahan terpilih, kecuali bila dinyatakan

    lain. d. Pengurugan kembali dilakukan sampai ke permukaan tanah asal galian.

    6.5.2. Bahan Pengurgan Kembali. Bahan pengurugan kembali harus seperti apa yang diuraikan di bawah ini : a. Bahan terpilih.

    Yang dimksud dengan bahan terpilih adalah bahan galian semula atau yang di datangkan dari tempat lain yang tidak terdiri dari batu atau benda padat yang lebih besar dari 5 cm dan juga tidak mengandung bahan organik, seperti : Rumput, akar atau tumbuhan lainnya serta tidak bersifat mudah memuai.

    b. Pasair. Pasir untuk pengurugan kembali harus bersih teratur dari halus kekasar, tidak bergumpal dan bebas dari tahi logam, arang, abu, sampah atau bahan lainnya yang tidak dikehendaki oleh Direksi/Konsultan Pengawas. Pasir tersebut tidak boleh mengadung lebih dari 10 % berat tanah liat.

    c. Bahan Dasar Agregat. Bahan dasar agregat harus bersih, keras, kuat awet dari kerikil atau batu belah berukuran dari 5 cm, serta sifat kimianya tidak aktif.

  • Halaman

    6

    Pasal 7 Pekerjaan Pasangan Pondasi Batu Gunung

    7.1. Galian tanah untuk kedudukan pondasi batu gunung harus dilakukan menurut ukuran-

    ukuran dalam, lebar dan sesuai dengan peil-peil yang tercantum dalam gambar. 7.2. Apabila ternyata terdapat pipa-pipa air, gas dan pipa-pipa pembuangan, kabel listrik,

    kabel telepon dan lain-lain yang masih digunakan, maka Kontraktor harus secepatnya memberitahukan hal ini kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan petunjuk-petunjuk seperlunya. Kontraktor bertanggung jawab penuh atas segala kemrusakan-kerusakan yang terjadi sebagai akibat dari pekerjaan galian tersebut.

    7.3. Kontraktor harus menjaga lubang-lubang galian pondasi tersebut agar bebas dari

    longsoran-longsoran tanah dari kiri-kanannya (bila perlu dilindungi dgn alat penahan tanah dan bebas dari genangan air, bila perlu dipompa), sehingga pekerjaan pemasangan pondasi dapat dilakukan dengan baik sesuai dengan spesifikasi.

    7.4. Sebelum pondasi dilaksanakan, tanah dasar galian harus diberi lapisan pasir urug

    dengan tebal sesuai gambar, dibuat secara rata (tidak turun naik) dan selebar galian pondasi yang akan dipasang.

    7.5. Batu gunung/kali harus selebar galian pondasi yang akan dipasang. 7.6. Batu gunung harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

    7.6.1. Batu gunung yang sudah dibelah adalah jenis batu yang kasar, berat dan berwarna kehitam-hitaman.

    7.6.2. Tidak ringan dan porous 7.6.3. Bahan asal batu gunung yang besar kemudian dibelah atau dipecah-pecah

    menjadi ukuran normal menurut tata cara pekerjaan yang bersangkutan. 7.6.4. Adukan untuk pasangan pondasi batu gunung adalah 1pc : 4 psr, lapisan

    paling bawah digelar diatas pasir urug. 7.6.5. Pemasangan sesuai dengan ukuran-ukuran didalam gambar atau atas

    petunjuk-petunjuk dari Konsultan Pengawas. 7.6.6. Batu gunung harus dipasang saling mengisi dan masing-masing dengan

    adukan lapis demi lapis, sehingga tidak ada rongga diantara batu-batu tersebut dan mencapai masa yang kuat dan integral.

    Pasal 8 Pekerjaan Pancang Kayu Ulin

    8.1. Pesyaratan Material.

    8.1.1. Material yang digunakan adalah Kayu Ulin dengan dimensi 10 cm x 10 cm x 4.00 meter

    8.1.2. Kayu ulin harus kayu yang cukup tua, lurus dan tidak retak-terak. 8.1.3. Konsultan Pengawas berhak menolak kayu ulin yang dianggap tidak memenuhi

    syarat. 8.2. Syarat Pelaksanaan

  • Halaman

    7

    8.2.1. Pekerjaan harus dilaksanakan oleh tenag yang cukup ahli dan berpengalaman dalam bidang pemacangan kayu ulin.

    8.2.2. Pemancangan diharuskan menggunakan alat pancang dengan berat Hammer minimal 500 kg dan tinggi jatuh hammer rata-rata 2 meter. Pada akhir pemancangan untuk setiap titik pancang diharuskan dipacang dengan tinggi jatuh hammer 4 meter.

    8.2.3. Pada setiap pemancangan tidak diperkenankan berhenti sebelum tercapi apa yang ditetapkan dalam gambar atau oleh Konsultan Pengawas.

    8.2.4. Bagian ujung kayu yang ditumbuk harus dilindungi dengan penutup dari besi. 8.2.5. Sistem maupun cara penyambungan tiang pancang harus atas persetujuan

    tertulis dari Konsultan Pengawas atau sesuai gambar rencana. 8.2.6. Tiang layar untuk alat pancang harus benar-benar tegak lurus. 8.2.7. Kontraktor harus melakukan recording/pencatatan atas pemancangan alam

    suatu lembar kertas dan yang harus dicatat adalah terutama. - Urutan-urutan pemancangan - Kedalaman pemancangan pada setiap titik pancang - Penurunan dari tiang pancang pada waktu pemancangan - Recording mengenai waktu mulai dari pemancangan dan akhir dari

    pemancangan. - Metode pelaksanaan tiang pancang

    Pasal 9 Pekerjaan Beton

    9.1. Referensi :

    SKBI-2.3.53.1987 SNI 03-1727-1989 SNI 03-1728-1989 SNI 03-1736-1989 SNI 03-1750-1990 SNI 03-1756-1990 SNI 03-2461-1991 SNI 03-2495-1991 SNI 03-2834-1992 SNI 03-2847-1992 SNI 03-2854-1992 SNI 03-2914-1992 SNI 03-3976-1995 SK SNI S-36199003 SK SNI T-28-1991-03 SK SNI T-15-1992-03

    9.2. Lingkup Pekerjaan.

    Pekerjaan ini meliputi seluruh pekerjaan beton bertulang dan tidak bertulang yang terdiri dari : 9.2.1. Pondasi beton 9.2.2. Sloof beton 9.2.3. Kolom beton 9.2.4. Balok beton 9.2.5. Listplank beton 9.2.6. Plat lantai beton 9.2.7. Kolom praktis 9.2.8. Balok latei dan balok praktis

  • Halaman

    8

    Secara umum tahap pekerjaa beton adalah sebagai berikut : 9.2.9. Penyediaan semua bahan, 9.2.10. Persiapan dan pemasangan bekisting, 9.2.11. Pengadadukan beton, 9.2.12. Pengecoran beton, 9.2.13. Pemeliharaan, perbaikan, penyelesaian dan pengerjaan semua pekerjaan

    tambahan, sehingga menghasilkan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana. 9.3. Standar Pekerjaan. Semua bahan dan konstruksi apabila tidak diberi catatan khusus harus memenuhi

    standar yang berlaku di Indonesia. Untuk struktur bangunan digunakan mutu beton fc = 20 MPa (K-225), sedangkan pada bagian yang lain atau yang ditentukan oleh Konsultan Pengawas digunakan mutu beton fc = 15 MPa (K-175). Dengan persetujuan dari Konsultan Pengawas, Kontraktor dapat melaksanakan pekerjan cor beton dengan menggunakan sistem beton siap pakai (Ready mix Concrete), yang terlebih dahulu memberikan data-data spesifikasi mutu beton kepada Konsultan Pengawas sebelum pekerjaan pengecoran dilakukan.

    9.4. Persyaratan Bahan.

    9.4.1. Portland Cement (PC). Semua PC yang digunakan harus Portland Cement merk standar yang disetujui oleh Badan yang berwenang dan memenuhi persyaratan Portland Cement Klas I sesuai spesifikasi yang termua dalam SNI. Semua pekerjaan harus menggunakan satu macam merk PC. PC harus disimpan secara baik dihindarkan dari kelembaban sampai tiba saatnya untuk dipakai. PC yang telah mengeras atau membatu tidak boleh digunakan. PC harus disimpan sedemikian rupa, sehingga mudah untuk diperiksa dan diambil contohnya.

    9.4.2. Split dan pasir harus keras, tahan lama dan bersih serta tidak mengandung bahan yang merusak dalam bentuk ataupun jumlah yang cukup banyak, yang memperlemah kekuatan beton. Split harus memenuhi syarat-syarat yang terdapat pada SNI 1734 1989 F, atau daftar berikut ini.

    S p l i t P a s i r

    Ayakan % - Lewat

    Ayakan (Berat Keringf)

    Ayakan % - Lewat

    Ayakan (Berat Keringf)

    30 mm 100 10 mm 100 25 mm 90 100 5 mm 90 100 15 mm 25 60 2,5 mm 80 1060 5 mm 0 10 1,2 mm 50 90

    2,5 mm 0 5 0,6 mm 10 - 30 0,3 mm 10 - 30 0,15 mm 2 - 10

    9.4.3. A i r.

    Air harus bersih dan bebas dari bahan organik, alkali, garam dan kotoran lain dalam jumlah yang cukup besar. Sebaiknya dipakai air yang dapat diminum.

  • Halaman

    9

    9.4.4. Bahan Pembantu (Admiixture) Atas pilihan Kontraktor atau permintaan Direksi/Konsultan Pengawas, bahan pembantu boleh ditambahkan pada campuran beton untuk mengatur pengerasan beton, efek penggunaan air, atau peningkatan mutu beton. Biaya penambahan bahan pembantu menjadi tanggung jawab Kontraktor dan dianggap telah diperhitungkan dalam penawaran. Bahan pembantu yang digunakan dapat berupa sejenis hydroxylated carboncylic atau sejenis lingninsulfonate tetapi tidak boleh mengandung calcium chlorida. Bahan pembantu yang digunakan harus berkualitas baik dan dapat diterima oleh Direksi/Konsultan Pengawas dan penggunaannya harus sesuai dengan BAHAN PEMBANTU sesuai dengan SNI 03 2495 1991. Jumlah penggunaan PC dalam adukan adalah tetap dan tidak tergantung ada atau tidaknya penggunaan bahan pembantu dan cara pencampurannya harus sesuai dengan petunjuk dari pabrik yang bersangkutan.

    9.5. Perbandingan Adukan.

    9.5.1. Perbandingan campuran yang tepat untuk jenis pekerjaan beton yang berlainan harus ditentukan oleh penyusutan minum. Adukan beton yang dicor harus diletakkan pada papan bekisting, sehingga mendapatkan permukaan beton yang licin sempurna.

    9.5.2. Semua mutu beton yang direncanakan harus menggunakan campuran yang telah diuji dilaboratorium berupa campuran yang direncanakan (mix design).

    9.5.3. Perbandingan air semen dan kekuatan tekan. Faktor air semen dari beton (tidak terhitung air yang diisap oleh agregat) tidak beleh melampaui 0.50 (perbandingan berat). Perbandaingan campuran tersebut dapat diubah jika diperlukan untuk mendapatkan mutu beton yang dikehendaki dengan kepadatan, kekedapan, keawetan dan kekuatan yang lebih baik dengan persetujuan dari Konsultan Pengawas. Kontraktor tidak berhak atas penambahan kompensasi yang disebabkan oleh perubahan tersebut di atas.

    9.5.4. Percobaan dilapangan. Penetapan kekuatan beton dalam N/mm2 (MPa) dibuat dengan percobaan beton silinder ( 15 cm tinggi 30 cm). Jumlah silinder percobaan yang dibuat harus sesuai dengan SNI 03-2834 1992. Satu (1) asli dan satu (1) copy hasil test harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas.

    9.5.5. Suatu kali, jika kekuatan beton umur 7 hari kekuatannya kurang dari 70 % dari beton umur 28 hari, maka Konsultan Pengawas berhak untuk memerintahkan Kontraktor untukmenambah Cement Portland kedalam campuran beton. Dan apabila terdapat beton dengan umur 28 hari yang tidak mencapai mutu beton yang dikehendaki, maka pengecoran selanjutnya harus dihentikan sampai persoalan tersebut dapat diselesaikan oleh Kontraktor dan Konsultan Pengawas.

    9.5.6. Percobaan yang dilakukan di lapangan, pengambilan contoh campuran dan pengujian harus mengundang dan disaksikan oleh Konsultan Pengwas. Apabila tes tersebut terdapat keraguan, maka Kontrkator wajib mengirim hasil percobaan lapangan dan meminta pihak ketiga yang berwenang dan mempunyai keahlian untuk memeriksa dan menguji material tersebut di atas dan Kontraktor harus membiayai semua biaya tes silinder dan material beton yang telah disebutkan dalam pasal ini.

    9.5.7. Banyaknya air yang digunkana dalam adukan beton harus cukup. Waktu pengadukan harus tetap dan normal sehingga menghasilkan beton yang

  • Halaman

    10

    homogen tanpa adanya bahan-bahan yang terpisah satu dengan yang lainnya. Jumlah air dapat diubah sesuai dengan keperluannya dengan melihat perubahan keadaan cuaca atau kelembaban bahan adukan (agregat) untuk mempertahankan hasil yang homogen, kekentalan dan kekuatan beton yang dikehendaki.

    9.5.8. Pengujian kekentalan adukan beton (slump) dan pelaksanaannya sesuai dengan SNI 03 - 3976 1985. Slump yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah 7,5 10 cm, sesuai dengan yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas. Untuk maksud dan alasan tertentu, dengan persetujuan Konsultan Pengawas dapat dipakai nilai slump yang menyimpang dari ketentuan di atas asal dipenuhi hal-hal sebagai berikut : a. Beton yang dapat dikerjakan dengan baik (workability), b. Tidak terjadi pemisahan dari adukan, c. Mutu beton yang disyaratkan tetap terpenuhi.

    9.6. Rencan Pengadukan Beton (Trial Mix Design). 9.6.1. Sebelum melakukan pekerjaan pengecoran, Kontraktor harus melakukan

    rencana pengadukan beton (trial mix design) untuk mendapatkan mutu beton yang dikehendaki. Untuk itu Kontraktor perlu melakukan pengujian material di laboratorium yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas untuk semua materila beton. Berdasarkan analisa dan hasil tes contoh tersebut, laboratorium akan merencanakan suatu campuran beton (mix design) dengan slump yang telah disyaratkan

    9.6.2. Kontraktor harus menyediakan dan mengambil sedikitnya 4 (empat) silinder percobaan dari setiap 5 m3 adukan yang akan diperiksa untuk pengujian umum beton 7 hari (dua buah) dan 28 hari (2 buah). Kontraktor harus menyerahkan 3 (tiga) rangkap hasil pengujian dan rencana adukan beton kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui sebelum dilakukan pekerjaan pengecoran. Seluruh biaya pembuatan contoh rencana adukan dan pengujian di laboratorium ditanggung oleh Kontraktor. Sebagai kontrol suatu campuran beton, data-data yang harus tertulis dalam laporan trial mix design mencakup : a. Type dan gradasi material agregat, b. Asal agregat, c. Hasil pengujian material air dan agregat (berat jenis dan berat isi agregat,

    modulus halus butir pasir, kadar lumpur, dan lain-lain), d. Type dan merk Cement Portland, e. Type, merk dan komposisi bahan additives (apabila digunakan), f. Komposisi takaran beton dan takaran dalam 1 m3, g. Keterangan tentang beton (kemudahan pekerjaan, segregasi kohesi dan

    lain-lain), h. Hasil test silinder beton.

    9.6.3. Untuk memastikan beton tersebut dapat mencapai mutu beton yang telah disyaratkan, adukan beton harus direncanakan sesuai dengan kuat desak beton rata-rata (fcr), sehingga mutu beton fc = 20 MPa harus direncakan sebagai beton dengan fc = 28 MPa (K-330).

    9.7. Pekerjaan Bekisting.

    9.7.1. Bekisting atau perancah harus digunakan bial diperlukan untuk membatasi adukan beton dan membentuk adukan beton menurut garis dan pembukaan yang iinginkan. Kontraktor harus bertanggung jawab atas perencanaan yang memadai untuk seluruh bekisting.

    9.7.2. Pada bagian tertentu Konsultan Pengawas akan memerintah Kontraktor untuk membuat shop drawing dari bekesting.

  • Halaman

    11

    9.7.3. Bila bekisting membahayakan atau tidak memadai, maka bekisting tersebut dapat ditolak oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor harus segera membongkar dan meindahkan bekisting tersebut dari lokasi pekerjaan dan menggantikannya dengan yang baru.

    9.7.4. Semua bahan yang akan digunakan/dipasang harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengwas.

    9.7.5. Papan bekisting dapat digunakan dari plywood, papan yang diserut/diketam rata dan halus, dalam keadaan baik sebagaimana dikehendaki untuk menghasilkan permukaan yang sempurna seperti terperinci dalam spesifikasi ini.

    9.7.6. Toleransi yang diijinkan adalah lebi-kurang 3 mm untuk garis dan permukaan. Bekisting harus sedemikian kuat dan kaku, terhadap beban dan lendutan adukan beton yang masih basah dan getaran terhadap beben konstruksi dan angin. Bekisting harus tetap menurut garis dan permukaan yang disetujui Konsultan Pengawas sebelum pengecoran.

    9.7.7. Bekisting harus kedap air, sehingga dijamin tidak akan timbul sirip atau adukan keluar pada sambungan.

    9.7.8. Pipa, saluran dan lain-lain yang akan ditanam dan perlengkapan lain untuk membuat lubang, saluran dan lain-lain harus dipasang kokoh dalam bekisting, kecuali bilaman diperintahkan lain oleh Konsultan Pengawas.

    9.7.9. Sebelum dilakukan pengecoran beton bekisting yang telah selesai dikerjakan terlebih dahulu harus diperiksa oleh Konsultan Pengawas dan mendapatkan persetujuan.

    9.7.10. Pembongkaran. Bekisting harus dibongkar dengan statis, tanpa goncangan, getaran atau kerusakan pada beton. Pembongkaran bekisting harus dengan persetujuan Konsultan Pengawas, dengan pedoman sebagai berikut :

    Bagian Waktu Pengerasan Normal Kolom, dinding, dan sisi balok 4 hari

    Plat 21 hari Balok 14 hari

    9.8. Persiapan Pengecoran Beton. 9.8.1. Pencegahan Korosi. Pipa-pipa listrik, angkur dan bahan lainnya terbuat dari besi yang ditanam

    dalam beton harus dipasang cukup kuat sebelum pengecoran beton dilaksanakan, kecuali jika ada perintah lain dari Konsultan Pengawas. Jarak antara bahan tersebut dengan bagian pembesian sekurang-kurangnya 5 cm.

    9.8.2. Persiapan Permukaan Yang Akan Dicor beton. Permukaan atau lantai kerja harus dibersihkan dan dibasahi dengan siraman air secara terus-menerus sebelum dilakukan pengecoran. Permukaan tersebut harus dalam keadaan basah tapi bebas dari genangan air dan juga bebas dari lumpur dan kotoran-kjotoran.

    9.9. Pencampuran Beton

    9.9.1. Semen portland, pasir dan kerikil/split harus dicampur sedemikian rupa dan jumlah air yang ditambahkan harus menghasilkan adukan yang homogen dan kekentalan yang merata. Kotran atau benda-benda lain yang tidak diinginkan harus dibuang. Semua material yang telah masuk ke dalam mesin pengaduk (molen) harus direncanakan sedemikian rupa sehingga menjamin pencampuran yang merata.

  • Halaman

    12

    Jenis dan ukuran molen harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.

    9.9.2. Pengadukan dari tiap molen harus terus-menerus dengan waktu tidak lebih dari 2 (dua) menit sesudah seluruh bahan meterial termasuk air berada didalam molen. Selama itu molen harus berputar dengan kecepatan yang konstan sehingga menhasilkan adukan dengan kekentalan yang merata pada akhir waktu pengadukan. Pengadukan beton yang terlalu lama atau pengisian molen yang terlalu banyak tidak diperbolehkan.

    9.9.3. Beton atau lapisan aduk yang telah mengeras tidak diperbolehkan terkumpul di dalam molen.

    9.9.4. Dilarang mencampur kembali dengan menambah air ke dalam adukan beton yang sebagain telah mengeras.

    9.10. Suhu Beton.

    Suhu beton sewaktu dicor/dituang tidak boleh melebihi 32o C dan tidak kurang dari 4,5o C. Apabila beton melebihi dari suhu tersebut, Kontraktor harus mengambil langka yang efektif, misalnya dengan melakukan pendinginan agregat dengan melakukan penyiraman pada material tersebut atau dengan cara lain sesuai dengan peraturan yang berkalu di Indonesia.

    9.11. Pengecoran. 9.11.1. Pengecoran beton harus dengan ijin tertulis dari Konsultan Pengawas dan

    dilaksanakan pada waktu Konsultan Pengawas atau wakilnya yang ditunjuk serta Pengawas Kontraktor yang setaraf ada di tempat kerja.

    9.11.2. Adukan beton yang diketahui sebelum pengecoran tidak memenuhi syarat spesifikasi yang ditetapkan atau adukan beton yang tidak jadi digunakan, harus ditolak dan segera dikeluarkan dari tempat pekerjaan dengan biaya Kontraktor.

    9.11.3. Beton tidak boleh dicor bilamana keadaan cuaca buruk, panas yang dapat mengagalkan pengecoran dan pengerasan yang baik, seperti ditentukan oleh Konsultan Pengawas.

    9.11.4. Adukan beton tidak boleh dijatuhkan melalui pembesian atau kedalam papan bekisting yang tinggi/dalam yang dapat menyebabkan terlepasnya kerikil/split dari adukan beton. Beton juga tidak boleh dicor dalam bekisting yang dapat mengakibatkan penimbunan adukan pada permukaan bekisting diatas beton yang sudah dicor. Untuk hal tersebut diatas, harus disiapkan corong atau saluran vertikal untuk pengecoran agar adukan beton dapat mencapai tempatnya tanpat terlepsa satu sama yang lain. Bagaimanapun juga tinggi jatuh adukan beton tidak boleh melampaui 1,5 meter dibawah ujung corong saluran, atau kereta dorong untuk pengecoran.

    9.11.5. Asukan beton harus dicor dengan metara selama proses pengecoran, setelah adukan dicor pada tempatnya tidak boleh didorong atau dipindahkan lebih dari 2 (dua) meter dalam arah mendatar.

    9.11.6. Sambungan beton. Sebelum dilakukan pengecoran, Kontraktor harus menentukan dahulu tempat-tempat dimana terdapat sambungan cor beton lama dengan cor beton baru. Pada permukaan sambungan beton yang horizontal harus diratakan dengan kayu untuk memperoleh permukaan yang cukup rata. Permukaan yang berisi sarang kerikil dalam jumlah yang besar harus dihindarkan dan permukaan tersebut harus dibersihkan dari semua kotoran lumpur dan bahan yang mudah terlepas dengan dilakukan penyemprotan menggunakan kompresor diikuti dengan pembersihkan dengan air sebaik-baiknya. Genangan air yang terjadi harus dihindarkan dari permukaan sambungan beton tersebut sebelum dilakukan pengecoran beton yang baru.

  • Halaman

    13

    Permukaan sambungan beton yang disiapkan harus dilapisi dengan lampisan adukan beton dengan mutu beton yang sama setebal 2.5 cm, atau dengan bahan additives yang telah mendapat persetujuan dari Konsultan pengawas. Lapisan tersebut harus tersebar dengan merata dan harus dikerjakan dengan teliti dan cermat sampai larutan tersebut mengisi ke dalam celah-celah permukaan beton yang lama. Setelah itu segera dilakukan pengecoran beton yang baru.

    9.11.7. Adukan beton di dalam bekisting harus dicor berupa lapisan horizontal yang merata tidak lebih dari 50 cm di dalamnya, dan harus diperhatikan agar terhindar dari terjadinya lapisan adukan yang miring, kecuali diperlukan untuk konstruksi yang miring. Tiap lapisan harus dicor pada waktu lapisan yang sebelumnya masih lunak Kontraktor harus mengusahakan agar dapat mencegah pengeringan/pengerasan beton yang terlalu cepat dari adukan beton yang baru dicor. Apabila sekeliling bekisting lebih dari 32o C, suhu adaukan beton yang dicor tidak boleh melebihi 32o C. Adukan beton yang baru dicor harus diberi pelindung terhadap panas matahari.

    9.12. Pemadatan dan Penggetaran.

    9.12.1. Setiap lapisan beton harus dipadatkan sampai mencapai kepadatan maximum sehingga bebas dari kantang/sarang kerikil dan menutup rapat pada semua permukaan dari cetakan dan material yang melekat.

    9.12.2. Semua beton harus dipadatkan dengan alat penggetar (vibrator) dengan kecepatan minmum 700 rpm yang bergetar pada bagian dalam (dari alat jenis tenggelam) dalam waktu maximal sepuluh detik setiap kali dibenamkan. Pada waktu yang sama dilakukan pengetukan pada dinding bekisting sampai betul-betul mengisi pada bekisting atau lubang galian dan menutupi seluruh permukaan bekisting.

    9.12.3. Perhatian khsus pada pengecoran pada sekeliling waterstop. Pekerjaan pengecoran harus dilaksanakan sebaik-baiknya dengan vibrator.

    9.12.4. Penggunaan vibrator harus dilakukan dengan benar atau dengan petunjuk dari Konsultan Pengawas dan tidak boleh mengenai bekisting maupun pembesian.

    9.13. Perawatan beton.

    9.13.1. Beton yang selesai dicetak harus dijaga dalam keadaan basah selama sekurang-kurangnya 14 (empat belas) hari setelah dicor, yaitu dengan cara penyiramana air, karung goni basah atau cara-cara lain yang ditentukan oleh Konsultan Pengawas.

    9.13.2. Air yang digunakan dalam perawatan harus memenuhi spesifikasi air untuk campuran beton.

    9.13.3. Kontraktor harus melindungi semua beton terhadap kerusakan sebelum penerimaan terakhir oleh Konsultan Pengawas. Permukaan beton yang terbuka harus dilindungi terhadap sinar matahari langsung paling sedikit 3 (tiga) hari setelah pengecoran Perlindungan semacam itu dibuat efektif dan secepatnya dilaksanakan sesudah pengecoran beton, atau sesudah pembukaan cetakan bekisting.

    9.13.4. Beton yang keadaannya seperti tertera di bawahini harus diperbaiki atau dibongkar dan diganti dengan beton baru yang disetujui oleh Konsultan Pengawas dan semua biaya yang timbul ditanggung oleh Kontraktor. Beton yang dimaksud adalah sebagai berikut : a. Ternyata rusak, b. Sejak semula cata, c. Cacat sebelum penyerahan pertama,

  • Halaman

    14

    d. Menyimpang dari garis atau muka ketinggian yang telah ditentukan, e. Tidak sesuai dengan rencana kerja dan syarat-syarat (RKS).

    9.14. Penyelesaian Permukaan dan Perbaikan Beton.

    9.14.1. Semua permukaan atau permukaan yang dicetak harus dikerjakan secara cermat, sesuai dengan betuk, garis, kemiringan dan potongan seperti tercantum dalam gambar atau ditentukan oleh Konsultan Pengawas.

    9.14.2. Permukaan beton harus bebas dari segala jenis kotoran dalam bentuk apapun dan harus merupakan suatu permukaan yang rapi, licin, merata dan keras.

    9.14.3. Permukaan bagian atas beton yang tidak dibentuk harus dijadikan permukaan yang seragam, kecuali bila ditentukan lain.

    9.14.4. Selama beton masih plastis, tidak diijinkan adanya tambahan cor secara monolitas diatas beton dasarnya.

    9.14.5. Dilarang menaburkan semen portland kering dan pasir di atas permukaan beton dengan maksud menghisap air yang berlebihan. Plat lantai dan bagian atas exposed dinding harus dirapihkan dengan menggunakan sendok aduk dari baja.

    9.14.6. Segerah seletalah cetakan dilepas, bersama dengan Konsultan Pengawas memeriksa dengan teliti semua sisi cor beton dan bagian yang tidak rata harus digosok atau diisi dengan baik agar diperoleh suatu sisi permukaan yang licin, seragam dan merata.

    9.14.7. Perbaikan baru boleh dikerjakan setelah adanya pemeriksaan dan perintah tertulis dari Konsultan Pengawas dan pekerjaan tersebut harus benar-benar mengikuti petunjuk dari Konsultan Pengawas.

    9.14.8. Beton yang menunjukan rongg, lubang, keropos atau cacat jenis yang lain harus dibongkar dan diganti. Semua perbaikan dan penggantian sebagaimana diuraikan disini harus dilaksanakan secepatnya oleh Kontraktor dengan biaya sendiri.

    9.14.9. Semua perbaikan harus dilaksanakan dan dibentuk sedemikian rupa sehingga pekerjaan yang diselesaikan sesuai dengan ketentuan pasal ini dan tidak mengganggu pengikatan, pengurangan kekuatan, penurunan atau peretakan.

    Pasal 10 Pekerjaan Pasangan Batu Dan Plesteran

    10.1. Umum.

    Sebelum mengadakan pembelian, pengiriman, pemasangan, Kontraktor harus menyerahkan contoh bahan pekerjaan pasangan pada direksi lapangan untuk memperoleh persetujuan. Contoh harus mencerminkan mutu, texture, warna dan kekutan yang akan digunakan dalam pekerjaan.

    10.2. Persyarat Bahan.

    10.2.1. Batu Bata. Batu bata harus mempunyai rusuk-rusuk yang tajam dan siku. Bidang-bidang

    sisinya harus data, tidak menunjukkan retak-retak. Pembakaran harus matang. Batu bata ukuran harus sama satu dengan yang

    lain dan harus memenuhi persyaratan yang terdapat dalam SNI-03-1728-1989 dan PUBI 1971.

    10.2.2. Bahan Perekat. Semen, pasir (agreegat halus) dan air harus memenuhi ketentuan dalam pekerjaan pasangan.

  • Halaman

    15

    Adukan untuk pasangan menurut daftar berikut ini :

    No. Pekerjaan PC Pasir 1. Pondasi Batu Gunung 1 4

    2. Pasangan Batu Bata 1 4 3. Pasangan Bata Trasraam 1 2 4. Plesteran Biasa 1 4

    5. Plesteran Trasraam 1 2 6. Plesteran Beton 1 3

    10.3. Syarat-Syarat Pelaksanaan.

    10.3.1. Semua pekerjaan pasangan harus dipasang tegak dan mengikuti garis. Pekerjaan pasangan harus dipasang seragam. Satu bagian tidak boleh dipasang lebih dari satu meter di atas bagian bawahnya, kecuali bila ada persetujuan dari direksi lapangan.

    10.3.2. Batu bata sebelum dipasang harus dibasahi terlebih dahulu dan bersih dari kotoran (direndam) dalam air sehingga buihnya habis. Batu bata harus di pasang tegak lurus dengan bentangan benang yang sifatnya datar. Pemasangan batu bata dilakukan dengan adukan 1pc : 4psr kecuali : a. Dinding kedap air, yaitu pasangan dinding diatas sloof sampai setinggi 20

    cm di atas permukaan lantai, serta dinding yang berhubungan dengan air (toilet) sampai dengan 150 cm di atas lantai dilakukan dengan adukan 1pc : 2psr.

    b. Semua ujung-ujung dinding, sudut-sudut, pinggiran, lubang dan beton dilakukan dengan adukan 1pc : 3psr.

    Pasangan dinding bata dilaksanakan secara bertahap, setiap tahap terdiri maksimum 24 lapis setiap hari, di ikuti dengan cor kolom praktis setiap 12 m2. Pembuatan lubang untuk steiger sama sekali tidak diperkenankan. Pasangan batu bata yang berbatasan dengan kolom beton diberi angkur besi minimal jarak 60 cm. Semu angkur, pipa-pipa, peralatan dan lain-lain yang akan ditanam dalam dinding batu bata harus dipasang pada saat pekerjaan pasangan batu bata dilaksanakan.

    10.3.3. Setiap pertemuan tgak lurus dari dinding batu bata harus dicor kolom praktis 10/10 cm beton bertulanmg dengan pembesian 4 8mm dan beugel 6mm - 20 cm.

    10.3.4. Semua bagian atau dinding batu bata harus diakhiri dengan ring balk sesuai dengan ukuran pada gambar rencana.

    10.3.5. Semua bagian kusen yang berhubungan langsung dengan pasangan dinding batu bata dibuat beton kolom prktis dan balok praktis yang berfungsi sebagai penahan beban dinding sekelilingnya.

    10.4. P l e s t e r a n. Semua dinding yang akan diplester harus bersih dari kotoran dan disiram dengan air

    dengan campuran 1pc : 4 psr. Plesteran yang baru saja selesi tidak langsung di finishing.

    Selama proses pengeringan plesteran harus selalu dibasihi dengan air agar tidak terjadi retak-retak rambut akibat proses pengeringan.

    Pengadukan harus di atas alas dari papan (palungan) dan atau lain-lain. Plesteran dinding yang akan dicat tembok penyelesaian terakhir harus digosok dengan amplas bekas atau kertas zak semen.

  • Halaman

    16

    Semua beton yang akan diplester harus dibuat kasar dulu dengan cara dibetel agar plesteran dapat merekat. Untuk semua sponing harus digunakan campuran 1pc : 2psr. Sponing harus rata, siku pada sudutnya.

    Pasal 11 Pekerjaan Lantai dan Pelapis Dinding

    11.1. U m u m.

    11.1.1. Persyarata. Pekerjaan lantai baru boleh dilaksanakan setelah seluruh pekerjaan plafond

    dan pemasangan bahan lapisan-lapisan pada dinding selesai dikerjakan, atau telah mendapat izin dari direksi.

    Sebelum pekerjaan ini dilakukan, Kontraktor diwajibkan membesrihkan semua permukaan yang akan dipasang bahan lapisan lantai dari berbagai macam kotoran dan mengadakan pengecekan terhadap peil lantai, kemiringan serta pemasangan semua pipa-pipa, saluran dan sebgainya harus dilaksanakan dengan baik.

    Pekerjaan harus dilaksanakan oleh tenaga ahli yang berpengalaman dalam bidang tersebut dengan persetujuan direksi lapangan. Bahan-bahan adaukan adukan, semen, pasir dan air yang dalam segala hal harus memenuhi persyaratan yang diuraikan pada pekerjaan beton.

    11.2. Lantai Beton Tumbuk. 11.2.1. Persyaratan Bahan.

    Bahan yang digunakan untuk lantai beton tumbuk harus memenuhi persyarat pekerjaan beton seperti yang diuraikan dalama pasal 7 RKS ini.

    11.2.2. Penyelesaian Permukaan Lantai Permukaan lantai beton tumbuk setelah cukup umur, harus diplester dengan rapi dan difinishing dengan acian semen.

    11.3. Pelapis Dinding. Bahan yang digunakan untuk pelapis dinding khususnya untuk dinding toilet,

    digunakan bahan Keramik setara MULIA. Porselin dipasang setinggi 1,5 m dari permukaan lantai dan bahan untuk pengisian naad digunakan semen warna sejenis dengan keramik. 11.3.1. Persyaratan Bahan.

    Ukuran : 20 x 20 dan 30 x 30, atau sesuai gambar rencana Produksi : MULIA Warna : Ditentukan kemudian Kualitas : Klas I (satu) Persyaratan lain : Tidak boleh ada cacat/retak, sesuai SNI 03-2096-1991.

    11.3.2. Pemasangan. Untuk dinding-dinding Kamar Mandi/WC/Tempat Cuci/Bak Air/Tempat Wudhu dan sebagainya. Sebelum dinding dipasang dengan bahan keramik harus diberi lapisan water profing, diplester dengan campuran 1pc : 2psr sertebal 2 cm, kemudian diaci halus hingga rata permukaannya. Sedangkan untuk lantai pasangan dilakukan dengan 1pc : 3psr hingga melekat kuat dan tidak ada bagian yang kosong (keropos) pada permukaan lantai. Naad sebesar 3mm diisi dengan semen yang warnanya sama dengan bahan keramik. Harus diperoleh naad yang rata, tidak bergelombang dan saling tegak lurus. Pemotongan bahan keramik harus dilakukan dengan menggunakan mesin potong.

  • Halaman

    17

    Pasal 12 Pekerjaan Kayu

    12.1. Lingkup Pekerjaan.

    12.1.1. Pekerjaan Kusen Pintu dan Jendela Kayu Bangkirai. 12.1.2. Pekerjaan Pintu Panel kayu bangkirai. 12.1.3. Pekerjaan rangka atap kayu Bangkirai 12.1.3. Pekerjaan plafond plywood 3.2 mm dan rangka plafond kayu Meranti 12.1.4. Dan semua pekerjaan kayu yang diperlihatkan pada gambar rencana.

    12.2. Persyaratan Bahan. 12.2.1. Kayu harus cukup kuat dan tua 12.2.2. Kayu harus mempunyai texture yang sama, serat-serat lurus 12.2.3. Kayu bebas dari retak-retakan, serangan jamur, pelapukan dan cacat-cacat

    lain (mata bolong, bengkok, melintir dan sebagainya) 12.2.4. Kayu dijamin tidak akan retak,pecah, dan melengkung dalam ruangan ber AC 12.2.5. Kayu dipotong menurut ukuran, tegak lurus sesamanya menurut gambar 12.2.6. Kayu harus sesuai SNI 03-3527 1994, SNI 03 3233 1992, SN 03 3528

    1994 12.3. Syarat-Syarat Pelaksanaan.

    12.3.1. Umum. Semua permukaan kayu yang akan terlihat oleh pandangan mata langsung, harus diserut lurus, licin, rata sudut-sudutnya yang tajam dan tidak pecah-pecah. Tidak dibenarkan menambal bagian-bagian yang pecah. Semua konstruksi kayu yang lurus harus dilaksanakan tanpa sambungan. Bila terjadi penyambungan harus mendapat izin dari Direksi. Ukuran yang tertara pada gambar adalah ukuran jadi, yaitu setelah diserut dan diamplas. Titik-titik pertemuan atau sambungan harus dibuat sedemikian rupa, sehingga bagian-bagian sambungan terletak dalam satu bidang. Sambungan, pertemuan harus rapih dan kokoh, dibuat dengan konstruksi pen dan lubang atau gigi-gigi dengan pantek, paku atau lem. Untyuk listplank sambungannya harus menggunakan sambungan ekor burung.

    12.3.2. Kusen. Untuk kusen, harus diangkur kedua sisinya, pasangan harus tegak lurus, tidak boleh condong kemuka atau kebelakang. Bahan kusen harus telah diangkut ketempat pekerjaan dan disimpan serta disusun dalam los-los tertutup atap, agar terhindar dari matahari dan hujan. Sebelum kusen dipasang terlebih dahulu harus diberi meni pada biadang yang akan terkena pasangan bata/dinding dan sebelum dilakukan pengecatan harus didempul dengan dempul yang sejnis dengan catnya, serta diamplas dengan kertas amplas yang sesuai. Pada bagian atas dari pada kusen, harus dipasang balok latei dari beton bertulang. Pekerjaan kusen harus dijamin oleh Kontraktor akan berfungsi dengan baik dan tahan lama.

    12.3.3. Pintu Panel Kayu Bangkirai. Sebelum melakukan pekerjaan, Kontraktor diwajibkan untuk meneliti gambar yang ada dan kondisi lapangan (ukuran lubang-lubang), penempatan, cara pemasangan, mekanisme dan detail-detail sesuai gambar.

  • Halaman

    18

    Sebelum pelaksanaan dimulai, penimbunan bahan-bahan ditempat pekerjaan harus ditempatkan pada ruang/tempat dengan sirkulasi udara yang baik, tidak terkena cuaca langsung dan terlindung dari kerusakan dan kelembaban. Harus diperhitungkan semua sambungan siku untuk rangka dan penguat lainnya serta penempatan daun pintu terhadap kedua sisi rangka yang diperlukan, agar tetap terjamin kekuatan dengan memperhatikan, menjaga kerapihan, tidak boleh terdapat lubang-lubang atau cacat bekas penyetelan. Semua permukaan kayu harus diserut halus, rata, lurus dan siku sisi-sisinya satu sama lain. Pemasangan daun pintu pada rangka digunakan paku atau pen yang bermutu baik, produksi dalam negeri yang disetujui oleh Direksi. Jika pekerjaan tersebut dikerjakan secara fabrikasi, maka Kontraktor harus memberitahukan tempat dimana pekerjaan tersebut dibuat, sehingga Konsultan Pengawas sewaktu-waktu dapat melihat pembuatan pekerjaan tersebut. Jika diperlukan harus menggunakan paku galvainis atas persetujuan Konsultan Pengawas, tanpa meninggalkan bekas/cacat pada permukaan rangka kayu yang tampak. Kontraktor harus menjamin bahwa setelah pintu panel terpasang, hasilnya harus rata, tidak bergelombang, tidak melintir dan semua peralatan (engsel, grendel dan kunci) dapat berfungsi dengan baik dan sempurna, serta tahan terhadap cuaca langsung.

    Pasal 13 Pekerjaan Plafond

    13.1. Pekerjaan Plafond terdiri dari : 13.1.1. Persyaratan.

    Pemasangan plafond baru boleh dilaksanakan setelah semua peralatan yang terdapat di dalam plafond (kabel-kabel, pipa-pipa, ducting, alat penggantung dan penguat plafond) siap/selesai dikerjakan.

    13.1.2. Pelaksanaan. Penggantung (rangka) plafond harus dibuat sedemikian rupa sehingga diperoleh bidang plafond yang rata, datar dan tidak melengkung. Penggantung plafond dari kayu meranti merah dengan ukuran sesuai gambar. Pemasangan plafond harus rata. Kontraktor bertanggung jawab atas segala akibat yang mungkin terjadi : 1. Kemungkinan pemasangan partisi, dimana ada bagian-bagian partisi yang

    harus disangga oleh rangka plafond, 2. Kemungkinan dibuatnya lubang untuk pemeriksaan, 3. Kemungkinan tidak sempurnanya alat-alat penggantung, sehingga plafond

    menjadi bergelombang karenanya. 4. Kemungkinan pemasangan alat-alat maintenance pada plafond di luar

    bangunan. Kontraktor wajib membuat shop drawing yang memperlihatkan pola, sistem, ukuran-ukuran yang sesuai dengan kondisi lapangan dan sebagainya.

  • Halaman

    19

    13.2. Persyaratan Bahan. Material : Plywood Ukuran : Sesuai gambar rencana Tebal : 3,2 mm Kwalitas : Kelas I (satu) Finishing : Cat (sesuai gambar) warna ditentukan kemudian Persyaratan lain : Permukaan tidak retak,melengkung, pecah pada sudutnya. 13.3. Syarat Pelaksanaan. Pemasangan dengan rangka dari kayu meranti merah kualitas baik dengan ukuran

    dan pola seperti pada gambar rencana. Setelah dipasang permukaan harus benar-benar rata, horizontal, tidak bergelombang.

    Hasil pemasangan harus disetujui oleh Pengawas Lapangan/Direksi. Finishing plafond dicat dengan menggunakan cat tembok, setara Paragon. Pada

    pertemuan antara plafond dan tembok, ditutup dengan list plywood. 13.4. List Plafond.

    13.4.1. Persyaratan Bahan. Kayu yang dipakai harus lurus, kering dengan permukaan rata bebas dari cacat seperti retak-retak dan cacat lain. Kayu list plafond dari plywood dengan ukuran sesuai dengan yang ditunjukan dalam gambar.

    13.4.2. Syarat Pelaksanaan. Kayu list plafond dipasang pada bagian-bagian sudut pertemuan antara dinding dan bidang plafond, dengan finishing cat tembok.

    Pasal 14 Pekerjaan Kaca

    14.1. Lingkup Pekerjaan.

    Meliputi pengadaan material kaca, pemasangan, pengadaan alat-alat bantu dan accessories yang mendukung hingga pelaksanaan berhasil baik sesuai dengan rencana. Pemasangan kaca meliputi pemasanga kaca bening tebal 5 mm pada jendela dan pada bagian-bagian lain yang harus diberi kaca sesuai dengan fungsinya.

    14.2. Syarat-Syarat Pelaksanaan.

    14.2.1. Umum. Material kaca yang akan digunakan/dipasang harus mendapat persetujuan dari

    Direksi. Kaca merupakan kaca dengan kualitas baik dengan tebal 5 mm, memenuhi SII

    dan harus menggunakan produksi dalam negeri. Kaca tidak boleh bergelombang, retak, baur serta harus mempunyai bidang yang licin dan tidak memberi efek lensa.

    14.3. Syarat-Syarat Pelaksanaan.

    14.3.1. Sebelum pemasangan semua kotoran dan bekas-bekas minyak harus dibersihkan hingga tidak mengganggu perekatan.

    14.3.2. Semua perlengkapan/kelengkapan (accessories) pemasangan kaca harus dipasang sesuai petunjuk pemasangannya.

    14.3.3. Pemasangan kaca harus memperhitungkan sejauh mungkin akibat susut-muai yang dapat mengakibatkan kaca retak/pecah.

  • Halaman

    20

    14.3.4. Pelaksanaan pemasangan kaca harus dilakukan oleh tenaga yang cukup berpengalaman, sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan yang direncakan.

    Pasal 15 Pekerjaan Pengunci dan Penggantung

    15.1. Umum.

    15.1.1. Pekerjaan harus dilakukan oleh tenaga yang cukup berpengalaman dibidang tersebut.

    15.2.2. Kontraktor harus memberikan contoh-contoh terlebih dahulu untuk disetujui oleh Direksi.

    15.2.3. Pemasangan harus dokerjakan dengan peralatan yang sesuai, baik dan memenuhi syarat.

    15.2.4. Selama pekerjaan berlangsung harus dijaga agar bahan terlindung dari goresan atau yang dapat mengakibatkan cacatnya bahan.

    15.2. Kunci.

    15.2.1. Persyaratan Bahan. Semua perlengkapan kunci dipakai produksi dalam negeri atau setara Yalle. Bentuk dan warna akan ditentukan kemudian oleh Direksi. Kunci yang diguanakan adalah kunci dengan type silindris dengan 2 slag. Semua kunci harus dilengkapi dengan minimum 2 (dua) anak kunci.

    15.2.2. Pelaksanaan. Pemasangan kunci harus rapi, lurus dan sama tingginya (tinggi handle 95 cm dari lantai). Sekrup-sekrup harus tertanam rapi pada daun pintu, dan tidak merusak daun pintu maupun bahan kunci sendiri. Pemasangan yang tidak rapi dan menimbulkan cacat-cacat harus diperbaiki dan diganti atas biaya Kontraktor.

    15.3. Engsel. Engsel yang dipakai adalah engsel kupu-kupu/H, dipasang tidak lebih dari 28 cm dari

    tepi atas/bawah daun pintu. Setiap daun pintu harus memakai 3 buah engsel dengan ukuran minimal 10 cm dan mempunyai ring nylon.

    Bahan engsel terbuat dari kuningan dengan merk Kend atau setara. Pemasangan sekrup-sekrup harus benar-benar tegak lurus. Pemasangan engsel tidak

    boleh merusak kusen atau engsel itu sendiri.

    Pasal 16

    Pekerjaan Penutup Atap

    16.1. Penutup Atap. 16.1.1. Lingkup Pekerjaan.

    Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya untuk melaksanakan pekerjaansperti dinyatakan dalam gambar rencana dengan hasil baik dan sempurna. Pekerjaan ini meliputi pengadaan material, pengelolaan dan pemasangan penutup atap Genteng Metal, Bubungan Genteng Metal, dipasang pada bidang atap serta diseluruh detail yang disebutkan/dinyatakan dalam gambar.

    16.1.2. Persyaratan Bahan.

  • Halaman

    21

    Bahan yang akan digunakan harus diajukan contohnya terlebih dahulu untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi. Bahan atap yang digunakan adalah Genteng Metal. Paku yang digunakan untuk pemasangan material atap harus menggunakan paku khusus untuk gentng metal, yang telah digalvanis.

    16.1.3. Syarat-Syarat Pelaksanaan. a. Sebelum melakukan pemasangan atap, terlebih dahulu harus

    mendapatkan persetujuan dari Direksi. b. Kontraktor harus mengajukan brosur dari pabrik yang bersangkutan

    mengenai tata cara pemasangan kepada Direksi. Kontraktor wajib mengikuti petunjuk dari pabik mengenai tata cara pemasangan/pelaksanaan, berikut kelengkapan-kelengkapannya.

    c. Hasil pemasangan harus datar dengan kelandaian yang cukup agar tidak terjadi kebocoran, dan pada prinsipnya pemasangan harus disetujui oleh Direksi.

    d. Sambungan rapat untuk atap, talang dan sebagainya dilakukan dengan sealant karet silicon yang netral dan alat pengunci mekanis.

    e. Tumpangan yang benar adalah apabila sisi yang berparit ditutup dengan sisi yang tanpa parit.

    Pasal 17 Pekerjaan Pengecatan

    17.1. Umum.

    Pekerjaan pengecatan baru boleh dilaksanakan setelah : 17.1.1. Dinding/bagian yang akan dicat selesai diperiksa dan disetujui oleh Direksi. 17.1.2. Bagian-bagian yang retak/pecah diperbaiki dan bagian yang kotor dibersihkan. 17.1.3. Dinding/bagian yang akan dicat kering dan tidak berdebu. 17.1.4. Didahului dengan membuat percobaan pengecatan pada dinding/bagian yang

    akan dicat. Pekerjaan pengecatan harus dikerjakan oleh tenaga-tenaga yang cukup ahli dan berpengalaman dan mengikuti semua petunjuk dari pabrik pembuat cat yang bersangkutan. Pengecatan dilakukan harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam NI-4. Cat yang digunakan harus berada dalam kaleng-kaleng yang masih disegel, tidak pecah/bocor dan mendapatkan persetujuan dari Direksi. Warna cat akan ditentukan kemudian.

    17.2. Persyaratan Bahan. Produksi : Produk Paragon atau setara Warna : Ditentukan kemudian Kualitas : Baik 17.3. Syarat-Syarat Pelaksanaan. Pekerjaan pengecatan harus dikerjakan oleh tenaga-tenaga yang cukup ahli dalam

    bidangnya dan harus menurut petunjuk Direksi. Cat yang digunakan harus berada dalam kaleng-kaleng yang masih disegel, tidak

    pecah/bocor dan mendapatkan persetujuan Direksi. Kontraktor harus bertanggung jawab bahwa bahan tidak plasu dan warna sesuai dengan petunjuk Direksi.

    Bila persyaratan tersebut di atas telah dipenuhi, maka dilakukan persiapan-persiapan :

  • Halaman

    22

    17.3.1. Membersihkan permukaan tembok tersebut terhadap pengkristalan, penggumpalan (efflorensence) yang biasanya terdapat pada tembok baru dengan amplas (emerald paper).

    17.3.2. Kemudian dibersihkan dengan lap yang benar-benar bersih. 17.4. Pengecatan Plafond. Semua bidang pengecatan harus betul-betul rata, tidak terdapat cacat (retak, lubang

    dan pecah-pecah). Pengecatan tidak dapat dilakukan selama masih adanya perbaikan pekerjaan pada bidang yang akan dicat.

    Bidang pengecatan harus bebas dari debu, lemak, minyak, dan kotoran-kotoran lain yang dapat merusak atau mengurangi mutu pengecatan. Seluruh bidang pengecatan diplamir dahulu sebelum dilapisi cat dasar, bahan plamir dari produksi yang sama dengan bahan catnya. Pengecatan dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Direksi serta pekerjaan instalasi didalam plafond telah selesai dilaksanakan dengan sempurna. Hasil pengecatan harus baik, warna dan pola texture merata, tidak terdapat noda-noda pada permukaan pengecatan. Harus dihindarkan terjadinya kerusakan akibat dari pekerjaan-pekerjaan lain. Kontraktor harus bertanggung jawab atas kesempurnaan dalam pelaksanaan dan perawatan/kebersihan pekerjaan sampai penyerahan pekerjaan. Bila terjadi ketidaksanggupan dalam pelaksanaan atau kerusakan, Kontraktor harus memperbaiki/menggantinya dengan bahan yang sama mutunya tanpa adanya tambahan biaya.

    17.5. Pengecatan Kilap. Cat Kilap harus diaduk sebelum dan selama pengecatan, bila tidak dialakukan

    pewarna akan mengendap dan akan menghasilkan warna yang tidak rata dan mengurangi perlindungan pada kayu. Permukaan yang akan dicat harus bersih dari debu dan kotoran. Kelebihan cat dipermukaan harus disebarkan lagi setelah pengeringan selama 5-10 menit, tergantung dari kadar penyerapan, kondisi pengeringan dan warna yang diinginkan.

    Kadar lembab kayu sebaiknya dibawah 2 %> Disarankan untuk menggunakan cat kilap setara Aftelak.

    Pasal 18 Pekerjaan Instalasi Listrik dan Penerangan

    18.1. Umum

    18.1.1. Pelaksanaan Pekerjaan. Pekerjaan instalasi listrik ini harus dilaksanakan oleh instalatur yang telah

    meiliki surat izin (PAS) Instalatur golongan A dari PLN setempat, dan meiliki SIKA (Surat Izin Kerja) instalasi listrik yang masih berlaku, serta Anggota AKLI setempat.

    18.1.2. Standar dan Referensi. Dalam pelaksanaan instalasi listrik, selain RKS ini, berlaku juga ketentuan standar/ referensi berikut : a. Peraturan umum instalasi listrik (PUIL) yang dikeluarkan oleh Yayasan

    Normalisasi Indonesia tahun 1977, yang mana telah diperbaiki oleh panitia PUIL 1987.

  • Halaman

    23

    b. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik nomor: 023/PRT/1978 tentang syarat-syarat penyambuangan listrik (SPL).

    c. Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi nomor : 02/PERTAMBEN/1983 tentang Standar Listrik Indonesia.

    d. Peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Dinas Keselamatan Kerja Depnaker.

    e. Standar yang dikeluarkan oleh Association Of Germany Electrical Engineers (VIDE), JIS, British Standard Associates dan International Electrotechnical Commission (EIC), sepanjang tidak bertentangan dengan PUIL 1987.

    f. Peraturan/persyaratan dari pabrik pembuat peralatan yang dipergunakan dalam pekerjaan ini.

    18.2. Gambar Kerja. Kontraktor sebelum memulai pekerjaan harus membuat gambar kerja, untuk

    dimintakan persetujuan kepada pengawas. 18.3. Sub Kontraktor.

    18.3.1. Penunjukan sub kontraktor harus mendapat persetujuan tertulis dari pemberi tugas dan konsultan pengawas terlebih dahulu.

    18.3.2. Dalam hal ini tanggung jawab pekerjaan tetap pada kontraktor utama. 18.3.3. Sub kontraktor yang ditujuk harus merupakan anggota AKLI setempat.

    18.4. Pengawasan. 18.4.1. Kontraktor utama bertanggung jawab penuh atas hasil keseluruhan dari

    pekerjaan. 18.4.2. Kontraktor wajib menempatkan tenaga ahli (engineer) untuk mengawasi

    pelaksanaan setiap bagian pekerjaan. 18.4.3. Tenaga ahli tersebut harus selalu berada di tempat pekerjaan dan diberi

    wewenang untuk mengambil keputusan demi kelancaran pekerjaan. 18.5. Pengujian.

    18.5.1. Sebelum serah terima seluruh pekerjaan instalasi dan perlengkapannya harus diuji/ testing dengan hasil yang baik, aman, dan handal.

    18.5.2. Kontraktor harus bertanggung jawab atas pengadaan alat dan tenaga untuk pengujian yang akan dilaksanakan.

    18.5.3. Pengujian harus disaksikan dan disetujui oleh Konsultan Pengawas. Pemberitahuan pelaksanaan pengujian kepada pengawas paling lambat 2 (dua) hari sebelumnya.

    18.5.4. Pengawas berhak memerintahkan lepada kontraktor untuk melaksanakan pengujian disetiap saat, apabila diperlukan atau diperkirakan pekerjaan sudah dapat diuji.

    18.5.5. Pengujian dilakukan meliputi : a. Pengujian tahanan isolasi, b. Pengujian instalasi keseluruhan c. Pengujian tahanan pentanahan, d. Uji operasi 3 x 24 jam dengan beban penuh.

    18.5.6. Bila terdapat hasil pengujian yang tidak baik maka kontraktor harus segera memperbaiki dan kemudian melakukan pengujian ulang atas beban kontraktor.

    18.6. As Built Drawing/Manual/Sertifikat.

  • Halaman

    24

    Setelah selesai seluruh pekerjaan, kontraktor harus membuat dan menyerahkan gambar As Built Drwaing kepada Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatandan Konsultan Pengawas.

    18.7. Masa Pemeliharaan dan Garansi.

    18.7.1. Kontraktor wajib melaksanakan masa pemeliharaan selama 30 (tiga puluh) hari kalender terhitung sejak serah terima pertama pekerjaan.

    18.7.2. Pada masa pemeliharaan, pengawas membuat daftar cacat yang memuat semua kerusakan/cacat atau tidak berfungsinya bagian pekerjaan dan memerintahkan kepada kontraktor untuk segera memperbaikinya.

    18.7.3. Apabila terjadi kerusakan yang bukan disebabkan oleh kesalahan kontraktor, maka kontraktor harus menerima pembayaran atas pekerjaan pemeliharaan sesuai dengan tata cara pembayaran pekerjaan ini.

    18.7.4. Kontraktor masih tetap bertanggung jawab atas segala kerusakan peralatan listrik yang dipasang selama masa garansi 1 (satu) tahun, terhitung sejak serah terima kedua pekerjaan.

    18.8. Lingkup Pekerjaan. Lingkp pekerjaan ini terdiri dari pengadaan, pemasangan dan perletakan peralatan,

    perlengkapan dan bahan yang disebutkan dalam gambar atrau RKS ini, serta melaksanakan pengujian sehingga sistim elektrikal secara keseluruhan dapat berjalan dengan baik.

    Lingkp pekerjaan tersebut terdiri dari : 18.8.1. Penyambuangan daya listrik dari PLN 18.8.2. Pengadaan dan pemasangan sistem penerangan secara lengkap didalam

    ataupun diluar gedung, termasuk didalamnya pengkabelan, titik nyala lampu TL, lampu Pijar, Saklar dan seluruh stop kontak serta instalasi untuk peralatan-peralatan yang membutuhkan tenaga listrik.

    18.8.3. Pengadaan dan pemasangan sistim pentanahan 18.8.4. Pengadaan dan pemasangan peralatan bantu, baik yang disebutkan dalam

    RKS dan gambar, namun secara teknis diperlukan untuk memperoleh suatu sistim yang sempurna, aman, siap pakai dan handal.

    18.8.5. Menyelenggarakan pemeriksaan, pengujian dan pengesahan seluruh instalasi listrik yang terpasang oleh instalatur yang berwenang/PLN setempat.

    18.8.6. Menyediakan gambar instalasi yang terpasang, surat jaminan instalasi dalam rangkap 3 (tiga).

    18.9. Pengkabelan.

    18.9.1. Instalasi titik lampau dan stop kontak digunakan jenis kabel NYA 2,5 mm2. Kabel yang digunakan setara dengan produk Kabelindo atau Supreme.

    18.9.2. Pemasangan dan ukuran serta jenis kabel yang digunakan harus sesuai gambar.

    18.9.3. Tidak diperkenankan mengganti jenis, ukuran dan jumlah terkecuali atas persetujuan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan.

    18.10. Pelindung/Konduit

    18.10.1. Untuk pelindung kabel yang tertanam dalm tembok digunakan pipa konduit merk EGA, CLIPSAL atau setara dengan ukuran diameter pipa minimum 1 x 5 diameter kabel atau sesuai dengan gambar.

    18.10.2. Hraus dilengkapi dengan peralatan bantu yang sesuai dan dipasang dengan cara yang benar.

    18.10.3. Penggantian merk harus dengan persetujuan konsultan perencana dan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan/Konsultan Pengawas.

  • Halaman

    25

    Pasal 19 Pekerjaan Sanitair

    19.1. Lingkup Pekerjaan.

    Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan, hingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna. Pekerjaan sanitair ini dipasang pada ruang toilet, kamar mandi dan WC serta tempat-tempat tertentu sesuai dengan gambar.

    19.2. Peryaratan Bahan.

    Alat sanitair yang diperlukan harus lengkap dengan accessoriesnya, terdiri dari : 19.2.1. Kloset Duduk type standar produksi setara KIA, warna ditentukan kemudian. 19.2.2. Kloset Jongkok produksi setara KIA, warna ditentukan kemudian 19.2.3. Wastafel produk setara KIA lengkap dengan cermin 19.2.4. Kran air ukuran produksi setara KAKUDAI 19.2.5. Floor drain PVC diameter 4. Semua peralatan dalam keadaan lengkap dengan segalan perlengkapannya, sesuai dengan yang telah disediakan oleh pabrik. Barang yang dipakai adalah dari produk yang telah disyaratkan dalam RKS ini atau atas persetujuan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan. Sebelum peralatan sanitair ini dipasang, sebelumnya harus mengajukan contoh untuk disetujui oleh Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan.

    19.3. Septiktank dan Peresapan. Septiktank terbuat dari pasangan batu bata kedap air dengan ukuran sesuai gambar.

    Pipa udara septiktank setinggi 50 cm dari permukaan tanah terbuat dari pipa galvanis diameter 2.

    Pipa penghubung dari Septiktank ke Peresapan dipakai pipa PVC diameter 4, terbungku dengan lapisan ijuk setelab 10 cm dari permukaan (bentuk dan ukuran lihat gambar).

    Pembuatan Septiktank dan peresapan harus dikerjakan oleh tenaga yang berpengalaman dalam bidang ini.

    Pasal 20 Pekerjaan Plumbing

    20.1. Umum Didalam pelaksanaan pekerjaan sistim dan instalasi air bersih, air kotor atau disebut plumbing, maka berlaku peraturan-peraturan sebagai berikut : 20.1.1. Pedoman Plumbing Indonesia tahun 1979 20.1.2. Pemeriksaan Umum Bahan-Bahan Bangunan NI-3 (PUBB) tahun 1969 20.2.3. Peraturan Perusahaan Air Minum setempat 20.2.4. Peraturan Standar Air Bangunan

    20.2. Lingkup Pekerjaan. Meliputi penyediaan air bersih, pengelolaan air kotor dan drainase air hujan, termasuk

    pemilihan dan pengadaan material, pemasangan, pengujian material dan sistim, trial run, untuk seluruh sistim hingga dapat berfungsi dengan baik sesuai gambar rencana dan persyaratan ini.

    Sistim dan unit-unitnya meliputi :

  • Halaman

    26

    20.2.1. Jariangan pipa air bersih untuk di dalam dan di luar bangunan 20.2.2. Jaringan pipa-pipa dan saluran, talang tegak, talang datar untuk pembuangan

    air hujan dari atap, serta halaman dan menyalurkan menuju drainase yang ada.

    20.2.2. Jaringan pipa-pipa air kotor di dalam dan di luar bangunan 20.3.3. Unit pengelolaan air kotor, berupa tanki septiktank yang dilengkapi dengan

    peresapan. 20.3. Persyaratan Bahan. Untuk air bersih, air buangan dan air kotor digunakan pipa PVC klas AW dengan

    sambungan menggunakan solvent cement (perekat) yang sesuai dengan jenis piap PVC. Sebelum penyambungan dilakukan permukaan yang akan berkontak harus dibersihkan terlebih dahulu dengan amplas dan atau lap kering, setelah itu baru boleh dilapisi dengan solvent cement (perekat.

    Alat-alat bantu (accessories) harus digunakan dari bahan-bahan yang sejenis. 20.4. Syarat-Syarat Pelaksanaan.

    20.4.1. Pemasangan pipa dan perlengkapannya serta peralatan lainnya harus sesuai dengan gambar rencana dan penyambungan harus kedap air.

    20.4.2. Pada tempat-tempat tertentu harus dilengkapi dengann sambungan ekspansi. 20.4.3. Pipa ditanam di dalam tanah, pada dasarnya galian perlu dihampar dengan

    pasir yang dipadatkan setebal 10 cm. 20.4.4. Pada tempat-tempat persilangan dengan perkerasan jalan atau tempat parkir,

    semua pipa harus diperkuat dengan metal agar pipa terhindar dari tekanan beban langsung.

    20.4.5. Semua ujung akhir yang tidak dilanjutkan lagi harus ditutup dengan dop/plug atau blank flange.

    20.4.6. Semua pemotongan pipa harus menggunakan pipe cutter dan harus rapi.

    Pasal 20 Pekerjaan Instalasi Pengkal Petir

    20.1. Penjelasan. Yang dimaksud dengan sistem penangkal petir dalam pekerjaan ini adalah semua

    penyediaan dan pemasangan sistem penangkal petir termasuk disini batang penerima, penghantar/down conductor, elektroda pentanahan dan peralatan lainnya yang berhubungan dengan sistem tersebut. Disini digunakan sistem konvensional dengan menggunakan sistem Sangkar Faraday, mengacu kepada Peraturan Umum instalasi Pengkal Petir (PUIPP 1983) untuk bangunan di Indonesia.

    20.2. Penerima. Penerima haruslah terbuat dari batang tembaga yang mempunyai diameter 1,5 inchi

    dan dibagian ujungnya diruncingkan dengan sudut 15 derajat dengan diberi dudukan batang besin galvanized diameter 1 untuk berdirinya, sesuai dengan gambar rencana.

    20.3. Batang Peninggi. Batang peninggi harus terbuat dari batang tembaga dan disangga dengan besi

    galvanized diameter 1 yang dijadikan satu kesatuan seperti dalam gambar.

  • Halaman

    27

    20.4. Saluran/Penghantar. Saluran/penghantar haruslah dari Copper telanjang/Bare Copper Conductor ukuran

    minimal berpenampang = 50 mm2 (BC 50), saluran penghantar ini dari batang peninggi ke bak kontrol (pentanahan) dipasang inbow dalam kolom bangunan. Seluruh saluran penghantar harus diusahakan tidak ada sambungan baik yang horizontal (diatas bangunan) maupun yang vertikal (yang kebawah). Penampang kabel BC harus seperti gambar rencana. Apabila terpaksa ada sambungannya, maka harus dibuat sambungan dengan cara disolder (hal ini untuk menghindari terjadinya tahanan yang membesar pada sambungan-sambungan).

    20.5. Sambungan Pada Bak Kontrol. Sambungan pada bak kontrol harus menjamin suatu kontrak yang disambung dan

    tidak mudah lepas. Sambungan harus diusahakan agar dapat dibuka untuk keperluan pemeriksaan. Sambungan haruslah terbuat dari bahan yang sama/dari bahan tembaga.

    20.6. Penambat/Klem. Konduktor atau penghantar harus ditambatkan secara kuat. Penambat harus dari

    bahan yang sama dengan konduktor untuk mencegah terjadinya elektrolisa jika kena air. Bahan penambat/klem harus dibuat dari plat tembaga.

    20.7. Pentanahan. Tahanan tanah tidak boleh lebih dari 1 ohm. Ground rod harus terbuat dari tembaga

    seperti gambar rencana, dimasukan kedalam pipa galvanized diameter 2 harus ditanamkan kedalam tanah secara vertikal minimal sedalam 6 meter hingga mencapai air tanah, sehingga didapat tahanan pentanahan minimal 1 ohm, disekelilinya diberi serbuk orang. Pentanahan harus dibuat sesuai gambar

    20.8. Bak Kontrol. Pada setiap ground rod harus dibuat bak pemeriksaan (bak kontrol). Sambungan dari

    down conductor dari electroda pentanahan harus dapat dibuka untuk keperluan pemeriksaan tahanan tanah.

    20.9. Pemasangan Penerima/Penangkal Petir. Pemasangan batang penangkal (head)dipasang sesuai gambar rencana 20.10. Surat Ijin Kontraktor harus mempunyai ijin Pas PLN Golongan B untuk pemasangan penangkal

    petir ini. Kontraktor harus sudah berpengalaman didalam pemasangan penangkal petir,

    dibuktikan dengan memberikan daftar pekerjaan-pekerjaan yang sudah pernah dikerjakan.

    Pasal 21 P e n u t u p

    21.1. Semua sisa-sisa bahan bangunan adan alat-alat bantu harus dikeluarkan dari lokasi

    pekerjaan segera setelah pekerjaan selesai atas biaya kontraktor. Untuk itu kontraktor harus memperhitungkannya dalam penawaran khusus mengenai mobilisasi/ demobilisasi peralatan dan material.

  • Halaman

    28

    21.2. Bila terdapat hal-hal yang belum tercakup dalam RKS ini dan memerlukan penyelesaian dilapangan, akan dibicarakan kemudian oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor dan Konsultan Perencana dan diketahui/disetujui oleh Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan.