Sosiologi pendidikan

48
SOSIOLOGI PENDIDIKAN Ungkapan Soerjono Soekanto manusia tanpa manusia lain pasti mati, 1 merupakan falsafah hidup manusia sebagai makhluk sosial. Dari asalnya manusia yang bernama Adam tidak bisa hidup tanpa orang lain, yaitu istrinya Hawa. Dari segi kelahiran manusia, tidak bisa lahir ke dunia tanpa melalui perantara sperma (suami) dan ovum (istri) yang membentuk janin dalam rahim ibu dan berkembang menjadi bayi dan lahir ke dunia. Secara fitrah manusia tidak bisa lahir tanpa bantuan ibu (proses mengandung dan melahirkan). Sejak manusia lahir yang dinamakan bayi telah memerlukan bantuan orang lain, yaitu ibu, (membutuhkan Air Susu Ibu atau ASI). Bayi membutuhkan bantuan orang lain untuk bisa tumbuh dan berkembang, seperti belajar makan, minum, dan berjalan bermain, berbahasa, bersopan santun, dan sebagainya. Selain itu manusia tidak cukup mempunyai fisik yang kuat untuk dapat hidup sendiri sejak dini, tidak seperti binatang, misalnya kambing, sapi, kerbau, hanya beberapa saat dari kelahiran sudah bisa berdiri, berjalan dan menyusu, tanpa bantuan induknya. Oleh karena itu manusia sejak lahir sudah mempunyai dua hasrat keinginan pokok, yaitu : a. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain disekitarnya, yaitu 1 Soerjono Soekanto, Sosiologi suatu Pengantar, Cet 35, (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2003), 114 48

description

 

Transcript of Sosiologi pendidikan

Page 1: Sosiologi pendidikan

SOSIOLOGI PENDIDIKAN

Ungkapan Soerjono Soekanto manusia tanpa manusia lain pasti mati,1

merupakan falsafah hidup manusia sebagai makhluk sosial. Dari asalnya manusia

yang bernama Adam tidak bisa hidup tanpa orang lain, yaitu istrinya Hawa. Dari

segi kelahiran manusia, tidak bisa lahir ke dunia tanpa melalui perantara sperma

(suami) dan ovum (istri) yang membentuk janin dalam rahim ibu dan berkembang

menjadi bayi dan lahir ke dunia. Secara fitrah manusia tidak bisa lahir tanpa

bantuan ibu (proses mengandung dan melahirkan). Sejak manusia lahir yang

dinamakan bayi telah memerlukan bantuan orang lain, yaitu ibu, (membutuhkan

Air Susu Ibu atau ASI). Bayi membutuhkan bantuan orang lain untuk bisa tumbuh

dan berkembang, seperti belajar makan, minum, dan berjalan bermain, berbahasa,

bersopan santun, dan sebagainya. Selain itu manusia tidak cukup mempunyai fisik

yang kuat untuk dapat hidup sendiri sejak dini, tidak seperti binatang, misalnya

kambing, sapi, kerbau, hanya beberapa saat dari kelahiran sudah bisa berdiri,

berjalan dan menyusu, tanpa bantuan induknya. Oleh karena itu manusia sejak

lahir sudah mempunyai dua hasrat keinginan pokok, yaitu : a. Keinginan untuk

menjadi satu dengan manusia lain disekitarnya, yaitu masyarakat. b. Keinginan

menjadi satu dengan susana alam sekitarnya.2 Menurut JJ Rausseau, yang

mendorong manusia hidup bergaul adalah kebutuhan hidupnya yang setiap saat,

setiap hari diusahakan. C A Ellwood berpendapat yang menyebabkan manusia

hidup sosial dan saling tergantung adalah

1. Dorongan untuk makan

2. Dorongan untuk mempertahankan diri

3. Dorongann untuk malangsungkan jenisnya.3

1 Soerjono Soekanto, Sosiologi suatu Pengantar, Cet 35, (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2003), 114

2 Ibid., 114-1153 Zaenal Abidin Ahmad, Konsep Negara Bermoral, Menurut Imam Ghozali, (Jakarta,

Bulan Bintang, 1975), 29

48

Page 2: Sosiologi pendidikan

Semua dorongan manusia ini dapat terwujud ketika terjadi interaksi sosial.4

Interaksi sosial merupakan bentuk umum dari proses sosial,5 sedangkan unsur

lain dari proses sosial adalah perkembangan sosial, baik perkembangan

individu maupun kelompok, yang termasuk dalam perkembangan sosial

individu adalah perkembangan sosial anak.

Yang dimaksud perkembangan sosial anak disini adalah pola tingkah laku

sosial anak.6 Menurut teori interaksionisme simbolis, tindakan manusia di

dasarkan pada tiga hal, yaitu : 1). Manusia bertindak terhadap suatu berdasarkan

makna-makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka. 2). Makna tersebut berasal

dari interaksi sosial seseorang dengan orang lain. 3). Makna-makna tersebut

disempurnakan pada saat proses interaksi sosial berlangsung.7 Berdasarkan tiga

4 Dalam interaksi sosial terdapat dua faktor utama, yaitu individu dan sosial, di mana individu dan sosial saling mempengaruhi dan hubungan timbal balik antara individu dan masyarakat. Dengan adanya interaksi, maka manusia sejak lahir telah mempengaruhi perilaku orang lain dan benda-benda yang ada disekitarnya. Seperti bayi yang baru lahir dalam keadaan lemah. Keadaan bayi ini mempengaruhi orang lain, seperti ibu dan perawat untuk menolong dengan penuh cinta kasih dan berhati-hati untuk merawatnya. Berbeda rasa cinta kasih ibu terhadap orang lain, seperti saudara bayi yang sudah besar. Abu Ahmadi, Sosiologi pendidikan, (Surabaya, PT Bina ILmu, 1982), 45

5 Proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orang perorang dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut, atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan yang telah ada. Dengan kata lain, proses sosial diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara pelbagai segi kehidupan bersama, misalkan pengaruh sosial dan politik, politik dengan ekonomi, ekonomi dengan hukum dan seterusnya. Dengan pengertian proses sosialisasi ini memungkinkan seseorang memperoleh pengertian mengenai segi yang dinamis dari masyarakat, atau gerak masyarakat. Dahulu banyak sarjana sosiologi yang menyamakan perubahan sosial dengan proses sosial, karena ingin melepaskan dari titik berat pandangan sarjana sosiologi klasik, yang lebih menitikberatkan pada struktur daripada masyarakat. Dewasa ini para sosiolog memperhatikan kedua segi masyarakat itu, yaitu segi statusnya/ struktur masyarakat serta segi dinamis atau fungsi masyarakat. Lihat Soerjono Soekanto, Sosiologi, Ibid., 59-60

6 Tindakan adalah perilaku manusia yang mempunyai maksud subyektif bagi dirinya, Artinya tindakan tersebut merupakan perwujudan dari pola pikir individu yang bersangkutan. Tidak semua tindakann manusia dinyatakan sebagai tindakan sosial. Suatu tindakan baru dikatakan sebagai tindakan sosial apabila arti subyektifnya dihubungkan dengan individu-individu lain. Oleh karena itu tindakan sosial merupakan kenyataan sosial yang paling mendasar, yang menyangkut komponan-komponan dasarnya, yaitu tujuan, alat, kondisi, nilai dan norma. Sedangkan tindakan sosial dibedakan menjadi 1. Tindakan sosial yang bersifat instrumental, yaitu tindakan yang dilaksanakan dengan pertimbangan dan pilihan secara sadar, meliputi proses sosial yang sistematis untuk mencapai tujuan. 2. Tindakan sosial yang bersifat irrasional, yaitu suatu tindakan yang dilaksanakan tanpa memperhatikan terlebih dahulu azas manfaat dan tujuan 3. Tindakan sosial yang bersifat tradisional, yaitu suatu tindakan yang dilaksanakan dengan memperhatikan unsur rasional dan kondisi atau tradisi sosial yang sudah baku tanpa memperhitungkan proses dan tujuan. Lihat Ishomuddin, Sosiologi Perspektif Islam, (Malang, UMM Press, 1997), 167-168

7 Margaret Poloma, Sosiologi Kontemporer, Terj. Tien Yosogama, (Jakarta, CV Rajawali, 1987), 261

49

Page 3: Sosiologi pendidikan

hal tersebut maka tindakan manusia penuh dengan penafsiran dan pengertian.

Individu akan mengetahui sesuatu, menilai, memberi makna dan memutuskan

untuk bertindak berdasarkan makna itu. Setiap tindakan berlajan dalam bentuk

prosesual dan masing-masing saling berkaitan dengan tindakan-tindakan

prosesual dari orang lain. Tindakan prosesual dapat dimulai dari perkembangan

sosial individu dan perkembangan sosial individu dapat dimulai dari

perkembangan sosial anak.

A. Teori Perkembangan Sosial Anak

Istilah perkembangan sangat jarang ditemukan dalam kamus sosiologi.

Istilah yang biasa digunakan dalam bidang sosiologi adalah evolusi8 (evolution),

kemajuan (progress) dan perubahan (change).9 Sedangkan perkembangan

(development) sering dipakai dalam bidang pendidikan dan psikologi, sosiologi

pendidikan adalah gabungan dua disiplin ilmu yang berbeda, kiranya sah-sah saja

untuk menggunakan istilah perkembangan (development) yang mempunyai makna

sama dengan istilah perubahan (change) dan evolusi (evolution).

Yang dimaksud dengan teori perkembangan sosial anak disini adalah teori

yang dipakai dalam bidang filsafat dan sosiologi tentang perkembangan manusia.

Jika dalam psikologi pendidikan dibahas tentang perkembangan manusia dari sisi

psikologis, maka dalam sosiologi pendidikan dibahas tentang perkembangan

manusia dilihat dari segi sosiologi.10 Teori perkembangan sosial anak dalam 8 Teori evolusi yang sangat terkenal adalah evolusi Darwin mengenai terjadinya

makhluk manusia. Darwin (1809-1882) mengajukan teori yang akan mengubah konsepsi alam itu sendiri. Sebagian orang sangat tersinggung karena nenek moyang mereka ternyata sejenis kera. Lihat Robert C Solomon A History of Philosophy, Terj. Saut Pasaribu, (Yogyakarta, Bintang budaya, 2002), 420. Di sisi lain teori evolusi Darwin menjangkit pada ilmu-ilmu sosial, pertama-tama para sosiolog yang dipelopori oleh Ginew dan Spencer. Lihat Abu Ahmadi, Sosiologi. Ibid., 28

9 Dengan demikian apa yang dimaksud dengan perubahan sosial yang dalam bahasa Inggris disebut change ialah suatu keadaan yang menunjukkan perbedaan antara situasi sebelum dan sesudahnya. Jika suatu keadaan (situasi) atau benda mengalami perbedaan dalam kurun waktu tertentu atau dari suatu tempat ketempat yang lain, maka sesuatu atau benda itu dikatakan mengalami perubahan. Kalau sesuatu atau benda tersebut sama (tetap), dari waktu ke waktu dari suatu tempat ke tempat, maka sesuatu atau benda tersebut tidak mengalami perubahan. Lihat, Ishomuddin, Ibid., 132.

10 Dalam dunia pendidikan tidak bisa dipisahkan dengan disiplin ilmu lain, Pendidikan memerlukan psikologi pendidikan, dan sosiologi pendidikan yang berasal dari disiplin ilmu psikologi dan ilmu sosiologi. Kedua disiplin ilmu ini dibutuhkan dalam pengembangan pendidikan untuk mencari jalan dalam menentukan dan memberikan arah terhadap efek sekolah bagi tingkah laku individu. Kedua ilmu tersebut merupakan alat untuk merealisasi tujuan pendidikan, Dalam

50

Page 4: Sosiologi pendidikan

sosiologi pendidikan oleh Abu Ahmadi diketagorikan sebagai teori proses sosial.11

Sedangkan teori perkembangan sosial anak adalah :

1. Teori Natisisme

Teori natisisme dipelopori oleh Schopenhover12 yang mengatakan bahwa

manusia akan berkembang seperti apa sangat tergantung dari pembawaan. Jika

pembawaan pandai akan menjadi manusia yang pintar dan jika pembawaannya

bodoh, maka akan menjadi bodoh. Perkembangan manusia bukan dipengaruhi

oleh orang lain, lingkungan, budaya, dan termasuk pendidikan. Perkembangan

sosial manusia telah ada bersama pembawaan sejak lahir. Teori nativisme

menafikan pengaruh interaksi individu dengan lingkungannya. Lingkungan

tidak berarti apa apa dalam perkembangan manusia, apa yang dikerjakan apa

yang diucapkan dan apa yang dipikirkan merupakan kecakapan yang dibawa

sejak lahir. Proses kehidupan manusia tergantung dengan apa yang dibawa

sejak lahir, tetapi nativisme tidak menjelaskan bagaimana seseorang lahir

dengan membawa potensi, apakah potensi itu mempunyai hubungan sangat erat

dengan kondisi orang tua atau tidak, selama ini tidak pernah ada penjelasan.

Apabila orang tua mempunyai IQ tinggi atau mempunyai IQ rendah akan dapat

berpengaruh kepada anaknya. Dalam beberapa penelitian menyimpulkan bahwa

anak sangat dipengaruhi oleh keadaan orang tua, baik keadaan fisik, psikis,

maupun sosial-ekonominya.

2. Teori Empirisme

rangka untuk merealisasikan tujuan pendidikan, kedua ilmu ini mempunyai cara yang berbeda. Psikologi pendidikan adalah suatu ilmu yang berhubungan dengan teknik bagi pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru dalam diri anak melalui pendekatan-pendekatan hukum dari ilmu jiwa praktis untuk mencari, mengumpulkan dan mengevaluasi pengalam-pengalaman tentang belajar, Sedangkan sosiologi pendidikan berhubungan dengan masalah implikasi sosiologi, seperti pembuatan kurikulum, organisasi kelas, dan metode mengajar. Sekolah dalam kenyataannya adalah sebagai lembaga sosial. Lihat, Abu Ahmadi, Sosiologi, Ibid., 47

11 Ibid., 9012 Schopenhauer (1788-1860) dikenal dengan teori pesimisnya dan gayanya yang tidak

ramah. Schapenhauer berpendapat bahwa kehendak tidak khas (ada) bagi agen-agen manusia dan tidak semua agen mempunyai kehendak sendiri-sendiri. Yang ada hanya kehendak Tuhan Yang Maha Esa. Sesuatu yang ada di dunia fenomenal mewujudkan kehendak Tuhan. Robert C Solomon, Sejarah, Ibid., 505-409

51

Page 5: Sosiologi pendidikan

Teori empirisme dipelopori oleh John Locke (1632-1704)13 yang

menyatakan bahwa bayi ketika lahir ibarat kertas yang masih putih bersih, dan

akan tumbuh dan berkembang seorang anak sangat tergantung pengaruh dari

luar yang datang. Jadi perkembangan anak sepenuhnya tergantung pada faktor

lingkungan, sedangkan pembawaan tidak ada pengaruhnya. Dasar yang dipakai

aliran empirisme adalah bahwa bayi pada saat dilahirkan dalam keadaan putih

bersih seperti kertas putih yang belum ditulisi, sehingga akan ditulisi apa

tergantung pada penulisnya. Hal ini berarti baik dan buruknya anak tergantung

pada baik dan buruknya pendidikan yang diterimanya. Menurut Jean Jaques

Rausseau (1712-1778)14 bahwa manusia itu pada dasarnya baik sejak ia

dilahirkan. Jadi kalau ada manusia yang jahat bukan karena benihnya, tetapi

dikembangkan setelah ia lahir, yakni setelah ia hidup di masyarakat dan setelah

terpengaruh oleh lingkungan serta kebudayaan. Menurut Mensius (372-289

SM), yang menyatakan bahwa manusia pada dasarnya baik, sehingga cinta pada

dasarnya lebih dari pengertian yang dangkal. Menurut H Sun Tzu15 (289-230

SM) bahwa manusia pada dasarnya adalah jahat, akan tetapi untunglah manusia

juga cerdas dan dengan kecerdasannya ia dapat mengolah kebaikan yang ada

pada dirinya. Ia menjadi manusia yang baik karena ia bergaul dengan

masyarakat. Jadi manusia itu menjadi baik bukan karena benihnya, tetapi

karena hidup dan bergaul dengan masyarakat.

3. Teori Konvergensi

13 John Locke (1632-1704) dianggap sebgai Nabi revolusi yang paling moderat dan paling berhasil dari evolusi yang ada. Pikiran pikiran Locke sangat dipengaruhi oleh filsafat Descartes. Teori empiris Locke didasarkan pada tidak ada gagasan tanpa kesan yang mendahuluinya. Kesan dianggap masuk akal apabila memiliki sebab-sebab dari luar. Lihat Bertran Rousell, Sejarah Filsafat Barat, Terj. Sigit Jatmiko, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2002), 803

14 JJ Rousseau di lahirkan di Jerman pada tahun 1712 dan didik sebagai coevimis ortodok. Ayahnya tergolong miskin yang bekerja sebagai perajin arloji dan guru dansa dan ibunya meninggal pada saat ia masih bayi. Dia tidak lagi sekolah setelah berumur 12 tahun dan pada umur 16 tahun meninggalkan Jenewa menuju Sovoy. Tanpa perantara dan fasilitas hidup ia pergi ke seorang pendeta Katolik dan menyatakan diri sebgai orang Katolik. Dan pembabtisan dilaksanakan di Turen. Kemiskinan membawa dia untuk bekerja. Pada awalnya ingin menjadi prajurit bayaran, kemudian akhirnya menjadi pesuruh seorang wanita bernama Madame de Vercelli. Dan ia menjadi pelayan hanya tiga bulan, karena Madame keburu meninggal. Pada saad Madam meninggal ia kedapatan menyimpan pita yang merupakan milik Madame yang diperoleh melalui mencuri. Ia tidak mau dituduh mencuri dengan alasan pita itu diberi oleh seorang pelayan wanita. Orang percaya pada dia dan wanita itu dihukum. Rousseau merasa tindakan menuduh wanita malang adalah perbuatan kejam dan jahat. Bertran Russell. Ibid., 896

15 Robert C Solomon, Sejarah, Ibid., 174

52

Page 6: Sosiologi pendidikan

Teori ini dipelopori oleh William Stern yang merupakan perpaduan antara

teori empirisme dan teori nativisme. Teori konvergensi menyatakan bahwa

pertumbuhan dan perkembangan manusia tergantung pada dua faktor : yaitu

bakat atau pembawaan dan lingkungan atau sekolah. Teori konvergensi

mengakui bahwa manusia lahir telah membawa bakat atau potensi-potensi dasar

yang dapat dikembangkan. Proses pengembangn sangat tergantung pada

lingkungan masyarakat dan sekolah. Misalnya seseorang yang lahir dengan

membawa potensi cerdas akan bisa menjadi cerdas apabila dikembangkan, baik

melalui pendidikan masyarakat maupun pendidikan sekolah (formal). Akan

tetapi potensi cerdas tersebut akan tetap ada pada diri manusia dan tidak

berkembang, apabila tidak bergaul dan hidup dengan masyarakat dan sekolah.

Sesuai dengan corak dan karakteristik sosiologi, diantara tiga teori

perkembangan sosial diatas yang sangat mendukung adalah teori empirisme. Di

Amerika telah diselidiki seorang anak bernama Anna yang hidup terpencil di

daerah Attic Pensyilvanea di rumah seorang petani sejak umur 6 bulan sehingga

umur 5 tahun. Setelah dipindah ke rumah biasa, Anna mulai belajar bahasa,

mulai tertarik dengan anak lain dan turut bermain dengan anak-anak normal

lainnya.16 Perubahan tingkah laku Anna karena berhubungan dengan

lingkungannya dan pengalaman Anna sebelum dipindah ke rumah yang normal

juga dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat.

B. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Anak

Pertanyaan yang sangat menarik dari Sanapiah Faisal yang berkaitan

dengan perkembangan sosial anak adalah kenapa para sosiolog ikut-ikut

memusingkan diri dengan soal kepribadian ? Bukankah soal tersebut lebih sesuai

menjadi bidang para psikolog ? Jawabannya adalah dikembalikan kepada

penyelidikan para sosiolog tentang pola-pola tingkah laku sosial. Tingkah laku

16 Di Indonesia dengan kasus yang sama seperti Anna di Amerika pernah ditemukan 2 orang anak pada tahun 1920 yang dipelihara oleh singa. Kemudian ditemukan oleh Mrs Singh dan dibawa ke rumah. Anak pertama berumur dua tahun dan diberi nama Amala dan anak kedua berumur 8 bulan dan diberi nama Kamala. Setiba di rumah Singh, kedua anak tersebut berjalan merangkak, mengeluarkan suara yang tidak beraturan, makan daging, minum milk seperti anjing dan singa. Amala bertahan hidup selama setahun dan Kamala bertahan hidup sampai 9 tahun. Selama waktu ini Kamala belajar berjalan tegak, dapat menguasai bahasa seumur anak 5 tahun dan dapat menerima pola tingkah laku yang normal,termasuk harga diri. Lihat Abu Ahmadi, Ibid., 91.

53

Page 7: Sosiologi pendidikan

sosial perlu dicari penyebabnya, yaitu terbentuknya kepribadian individu. Hal ini

merupakan hubungan yang tak terpisahkan anatara ilmu sosiologi dengan ilmu-

ilmu yang lain, terutama psikologi sosial.17 Faktor-faktor yang menyebabkan

terjadinya tingka laku manusia adalah : 1). Struktur sosio-kultural, yaitu pola

tingkah laku ideal yang diharapkan. 2). Faktor situasi, yaitu semua kondisi fisik

dan sosial dimana berada dan diterapkan sesuai dengan sistem sosial. 3). Faktor

kepribadian, yaitu semua faktor psikologis dan biologis yang mempengaruhi

tingkah laku para pelaku secara perseorangan.

Dilihat dari aspek-aspek perkembangan sosial anak tampak dalam dua

aspek, yaitu : 1). Aspek biologis, makan, minum dan perlindungan yang telah

dapat mengubah bayi menjadi manusia yang dewasa jasmaniyah. 2). Aspek

personal sosial, yaitu pengalaman dan pengaruh manusia lain telah mengubah

anak menjadi pribadi sosial dan warga masyarakat yang bertanggungjawab.18 Dari

kedua aspek perkembangan sosial anak tersebut, pembahasan ini akan difokuskan

pada faktor-faktor yang menyebabkan perkembangan sosial anak dalam aspek

personal sosial saja.

Proses perkembangan sosial anak atau sebagai makhluk sosial yang

berkepribadian dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor internal (yang berasal

dari dalam diri anak) maupun faktor eksternal (yang berasa dari luar diri anak).

Menurut FG Robins ada lima faktor yang menjadi dasar perkembangan

kepribadian anak, yaitu sifat dasar, lingkungan pre-natal, perbedaan individual,

lingkungan dan motivasi.19

1. Sifat Dasar

Sifat dasar merupakan keseluruhan potensi yang diwarisi oleh seseorang

dari ayah dan ibunya. Sifat dasar ini terbentuk pada saat konsepsi, yaitu

momen bertemunya sel jantan (ayah) dan sel betina (ibu) pada saat

17 Psikologi sosial adalah studi sosial ilmiah tentang proses mental manusia sebagai makhluk sosial. Obyek psikologi sosial adalah tingkah laku manusia di masyarakat sebagai ungkapan proses mental kejiwaan yang meliputi keamanan, minat, reaksi, emosional dan kecerdasan. Sikap mental seseorang, reaksi emosional, kemauan dan perhatiannya merupakan dorongan dan gejala kejiwaan, tetapi semua itu tidak harus semata-mata menunjukkan ungkapan proses mentalnya, melainkan juga dipengaruhi oleh lingkungannya (alam, sosial, budaya, ). Lihat, D Cruchfild Krech, Individual in Society, (Tokyo, Mc Graw Hill Kogakruser, 1962), 478-483

18 ST Vembriarto, Sosiologi Pendidikan, (Yogyakarta, Andi Offset, 1990), 2419 Abu Ahmadi, Sosiologi, Ibid., 141-144

54

Page 8: Sosiologi pendidikan

pembuahan. Menurut Hasan Langgulung, pada saat mengembuskan

(meniupkan) pada diri manusia, maka pada saat itu pula manusia (dalam

bentuk yang sempurna) mempunyai sebagian sifat ketuhanan.20 Sebagian sifat

ketuhanan inilah yang dalam perkembangan manusia disebut sifat dasar/fitrah

manusia. Potensi bawaan yang dimiliki oleh manusia yang paling penting

antara lain :

a.Sifat dasar beragama

b. Sifat dasar berakal budi

c.Kebersihan dan kesucian

d. Bermoral dan berakhlak

e.Kebenaran

f. Keadilan

g. Persamaan dan kesatuan

h. Individual

i. Sosial

j. Seksual

k. Ekonomi

l. Politik, dan

m. Seni.

2. Lingkungan Pre-natal

Yang dimaksud dengan lingkungan prenatal adalah lingkungan dalam

kandungan ibu, sel telur yang telah dibuahi pada saat konsepsi berkembang

sebagai embrio dalam lingkungan pre-natal. Dalam lingkungan prenatal ini

individu mendapatkan pengaruh secara tidak langsung dari ibu. Pengaruh-

pengaruh tersebut adalah :

a. Beberapa jenis penyakit, seperti diabetes, kanker, HIV, dan sebagainya.

Penyakit-penyekit tersebut mempunyai pengaruh dalam pertumbuhan

mental penglihatan dan pendengaran bayi dalam kandungan.

b. Gangguan edokrin dapat mengakibatkan keterbelakangan perkembangan

anak, seperti keterbelakangan mental dan emosional.

20 Hasan Langgulung Manusia Dan Pendidikan, (Jakarta, Pustaka al-Husna, 1986), 5

55

Page 9: Sosiologi pendidikan

c. Struktur tubuh ibu (terutama daerah pinggul) merupakan kondisi yang

mempengaruhi pertumbuhan bayi dalam kandungan. Beberapa ahli

berpendapat bahwa cacat pada kaki, kidal, berhubungan dengan posisi

anak dalam kandungan ibu.

d. Shock pada saat melahirkan, luka pada saat kelahiran merupakan kondisi

yang dapat menyebabkan berbagai kelainan, seperti cerebral, palsi dan

lemah pikiran.

Tindakan orang tua yang berpengaruh terhadap anak dalam kandungan ada

yang bersifat religius, seperti dalam Islam banyak beribadah kepada Allah,

banyak membaca Al-Qur'an, banyak berdo'a dan berbudi pekerti yang baik.

Ada juga yang bersifat ilmiah, seperti, memberi makanan yang halal, dan

bergizi, menjaga kesehatan (senam hamil), dan kebersihan, menciptakan

kedamaian dan ketenangan dalam rumah tangga, mempelajari ilmu-ilmu

umum dan agama dalam rangka mendidik anak kelak setelah lahir dan

sebagainya.

3. Perbedaan Individual

Perbedaan individual merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

perkembangan sosial anak sejak anak dilahirkan, akan tumbuh dan

berkembang sebagai individu yang unik,21 yang berbeda dengan individu

lainnya. Perbedaan individu ini terletak pada :

a. Perbedaan fisik, seperti bentuk badan, warna kulit, rambut dan sebagainya.

b. Perbedaan psikologis, seperti IQ, emosional, mental, motivasi dan

sebagainya.

Perannan faktor perbedaan ini menyangkal faham determinisme kultur.

Menurut faham ini kepribadian manusia itu dibentuk oleh kebudayaan

masyarakatnya. Dalam kenyataan menunjukkan bahwa meskipun individu itu

hidup dalam masyarakat dipengaruhi oleh kebudayaan, namun dia tetap

merupakan pribadi yang bersifat unuk.

21Keunikan individu dapat dilihat dari segi pola tingkah laku sosialnya. Individu adalah seorang yang tidak hanya memiliki peranan khas di dalam lingkungan sosialnya, melainkan juga memiliki kepribadian serta pola tiungkah laku spesifik dirinya. Keunikan individu terlihat dalam tiga hal yaitui : aspek organik jasmani, aspek psikis rohani, dan aspek sosial kebersamaan. Dalam kenyataanya seorang individu dalam bertingkah laku ternyata menurut pola pribadinya. Ishomuddin, Ibid., 146

56

Page 10: Sosiologi pendidikan

4. Lingkungan

Yang dimaksud dengan lingkungan disini adalah kondisi di luar individu

yang mempengaruhi perkembangan sosial anak. Lingkungan dapat dibedakan

menjadi : 1. Lingkungan alam, yaitu tanah, iklim, flora dan fauna, disekitar

individu. 2. Kebudayaan, yaitu cara hidup masyarakat dimana tempat individu

hidup. Kebudayaan mempunyai aspek material, seperti rumah, perlengkapan

hidup, hasil teknologi dan sebagainya dan aspek non materiil, seperti, nilai-

nilai, pandangan hidup, adat istiadat, norma dan sebagainya. 3. Manusia dan

masyarakat diluar individu. Diantara ketiga lingkungan ini yang bersentuhan

langsung dengan anak dalam proses pendidikan adalah tipe ketiga.

Lingkungan alam dan kebudayaan akan bermanfaat sebesar-besarnya jika

digerakkan oleh manusia dan masyarakat, karena pada hakekatnya alam dan

kebudayaan adalah pasif tanpa ada mobilisasi dari manusia dan masyarakat.

5. Motivasi

Motivasi adalah kekuatan diri dalam individu yang menggerakkan

individu untuk berbuat. Motivasi dibedakan antara dorongan dan kebutuhan.

Dorongan adalah keadaan ketidaksimbangan dalam diri individu karena

pengaruh dari dalam dan dari luar indiviudu yang mengarahkan perbuatan

individu dalam rangka mencapai keseimbangan kembali atau adaptasi. Dalam

diri manusia terdapat dorongan makan, minum, menghindarkan diri dari

bahaya, bekerja dan sebagainya. Sedangkan kebutuhan adalah dorongan yang

telah ditentukan secara personal sosial dan kultur. Kebutuhan manusia yang

terpenting adalah :

a. Kebutuhan untuk bersama orang lain

b. Kebutuhan untuk berprestasi

c. Kebutuhan afeksi

d. Kebutuhan bebas dari rasa takut

e. Kebutuhan bebas dari rasa bersalah

f. Kebutuhan untuk turut serta dalam mengambil keputusan mengenai

persoalan-persoalan yang menyangkut dirinya

g. Kebutuhan akan kepastian ekonomi, dan

57

Page 11: Sosiologi pendidikan

h. Kebutuhan akan terintegrasinya sikap, keyakinan dan nilai-nilai.

C. Proses Perkembangan Sosial Anak

Perkembangan sisal anak dapat melalui dua cara, yaitu proses belajar

sosial (proces of learning) atau sosialisasi dan proses pembentukan kesetiaan

sosial (formation of social loyalities).

1. Process of Learning (Proses Belajar Sosial)

Proses belajar sosial dapat ditemukan dalam sosiologi dengan istilah

sosialisasi. Belajar sosial berarti belajar memahami dan mengerti tentang

perilaku dan tindakan masyarakat melalaui interaksi sosial. Oleh karena itu

yang dibahas dalam process of learning disini adalah sosialisasi yang

mempnyai arti yang sama dengan belajar.

a. Konsep sosialisasi

Konsep dasar sosialisasi berasal dari ilmu biolgi yang disebut

adaptasi (adaptation) yang artinya penyesuaian diri. Adaptasi dijadikan

dasar oleh teori evolusi Darwin. Menurut teori evolusi hanya organisme

(fisik) yang berhasil menyesuaikan diri dengan lingkungannya sajalah

yang dapat tetap hidup. Penekanan adaptasi adalah segi fisik, bukan dari

seri tingkah laku. Dalam ilmu psikologi penyesuaian diri disebut dengan

adjusment yang mencakup masalah-maslah kebiasaan, perangai, ide-ide,

sikap dan nilai-nilai sosialisasi menurut sosiologi adalah proses yang

membantu individu melalui belajar dan menyesuaikan secara menyeluruh,

baik diri tentang cara-cara kehidupan maupun cara-cara berpikir kelompok

agar dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya.22

Tingkah laku mansuia dapat dipahamkan sebagai reaksi dari

tuntutan atau tekanan dari lingkungannya. Tuntutan itu ada yang bersifat

fisik, seperti di daerah yang dingin, manusia harus berpakaian yang tebal

untuk memenuhi tuntunan lingkungan iklim, untuk menghindarkan diri

dari hujan dan terik matahari, serta dinginnya udara malam, manusia

membangun rumah yang dilengkapi dengan lembah dan atap yang kuat.

Untuk menghindari bahaya banjir, tanah longsor, serbuan binatang buas,

22 Choalalthe Buchler, Psycology of Contemporary Living, ( New York, Delta Book Publishing, tt), 172

58

Page 12: Sosiologi pendidikan

manusia membangun rumah yang tinggi dan kuat, sebagai tuntunan dari

lingkungan

Selain tingkah laku manusia sebagai reaksi dari tuntutan

lingkungan fisik manusia juga menghadapi tuntutan sosial masyarakat.

Pada seorang masih bayi atau anak-anak, orang tua memberi tuntutan

terhadapnya agar dapat menerima nilai-nilai dan memiliki pola-pola

tingkah laku yang baik. Di sekolah dia mendapat tuntutan dari kepala

sekolah, guru dan teman-temannya untuk dapat bertingkah laku yang dapat

diterima oleh mereka. Dan setelah dewasa dia tidak terlepas pula dari

tuntutan orang lain untuk bertingkah laku yang dapat diterima oleh

mereka.

Gambaran dari berbagai tuntutan tersebut di atas, baik yang

bersifat tuntutan lingkungan fisik maupun tuntutan lingkungan sosial,

dialami oleh setiap orang dalam hidup bermasyarakat. Jika dapat

memenuhi tuntutan fisik, maka dia dapat dikatakan belum menyesuaikan

diri dengan lingkungannya. Cara penyesuaian diri seperti ini disebut

adaptasi. Jika dapat memenuhi tuntutan lingkungan sosial, maka dia

dikatakan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Cara

penyesuaian diri seperti ini dinamakan adjusment. Jika dapat mememnuhi

tuntutan lingkungan fisik dan tuntutan lingkungan sisial, yakni kedua

model tuntutan itu dapat dipenuhi, maka dia dikatakan dapat

menyesuaikan diri. Cara penyesuaian diri seperti ini disebut sosialisasi

(socialization). E Evertt M Rogers dalam bukunya Social Change in Rurel

Societies menggunakan istilah socialization. Rogers mengatakan

socialization is the proces by wich an idividual's personality is shaped the

transmition of culture to individual (sosialisasi adalah suatu proses di

mana kepribadian individu di bentuk melalui transmisi (pemindahan)

budaya terhadap individu tersebut).23

Tuntutan atau tekanan terhadap individu dalam konsep sosialisasi

ada yang bersifat internal dan eksternal. Tuntutan internal adalah tuntutan

23 Evertt M Rogers, et. al, Social Change in BRiral Societies, (Englewood Cliffs An Hall, 1988), 50

59

Page 13: Sosiologi pendidikan

yang berupa dorongan atau kebutuhan yang timbul dari dalam, baik yang

bersifat fisik, maupun sosial, seperti kebutuhan makan, minum, seks,

penghargaan sosial, persahabatan, cinta, perhatian, kasih sayang, dan

sebagainya. Sedangkan tuntutan eksternal adalah tuntutan yang datang dari

luar diri individu, seperti keadaan iklim, cuaca, lingkungan alam, individu

lain dan masyarakat.

Dalam memenuhi suatu tuntutan, individu tidak selalu serasi,

kerapkali individu mengalami konflik-konflik tuntutan. Hal-hal yang

menyebabkan konflik antara lain :

1. Perbedaan antara individu dengan individu yang berupa pendirian dan

perasaan.

2. Perbedaan kebudayaan. Perbedaan kepribadian dari orang perorang

tergantung pada pola kebudayaan yang menjadi latar belakang

pembentukan dan perkembangan kepribadian. Seseorang dengan cara

sadar atau tidak sadar, sedikit banyak akan terpengaruh oleh pola-pola

pemikiran dan pola-pola pendirian dari kelompoknya.

3. Perbedaan kepentingan. Perbedaan kepentingan antar individu atau

antar kelompok merupakan sumber lain dari konflik. Wujud

kepentingan bisa bermacam-macam, seperti kepentingan sosial,

politik, ekonomi, budaya dan lain-lain.

4. Perubahan sosial. Perubahan sosial yang berlangsung dengan cepat

untuk sementara waktu akan mengubah nilai-nilai yang ada dalam

masyarakat. Hal ini bisa menyebabkan terjadinya beda pendirian.24

Tuntutan yang tidak serasi akan menyebabkan konflik-konflik. Ada

tiga pola konflik yaitu :

1. Konflik antara tuntutan internal dengan tuntutan internal lainnya.

Misalnya, seseorang yang ingin mendapatkan prestasi atau status

sosial, seseorang harus bersaing atau bertentangan dengan teman-

temanya sendiri.

2. Konflik antara tuntutan eksternal yang satu dengan tuntutan eksternal

yang lain. Seperti seorang laki-laki mendapatkan tuntutan dari ayahnya 24Leopold Von Wiese, at. all, Sistematic Sociology, (New York, 1932)

60

Page 14: Sosiologi pendidikan

untuk menjadi olahragawan, sementara ibunya menuntutnya agar dia

menjadi seniman. Di satu sisi anak akan menghadapi tuntutan yang

keras, berlatih kasar untuk menjadi olahragawan, disisi lain untuk

menghadapi tuntutan lembut dan harus untuk menjadi penari.

3. Konflik antara tuntutan internal dan tuntutan eksternal. Seperti tuntutan

seks dan tuntutan di masyarakat, di pihak lain agar kebutuhan seksual

dapat disalurkan melalui proses perkawinan.

b. Pengertian Sosialisasi

Berdasarkan konsep sosialisasi di atas, para tokoh sosiolog

memberiakan pengertian sosialisasi sebagai berikut :

1. Thomas Ford Hoult, sosiologi adalah almost always denotes the process

were by individual lean to behave willingly in accordance with the

prevailling standards of their culture (Sosialisasi adalah proses belajar

individu untuk bertingkah laku sesuai dengan standar yang terdapat

dalam kebudayaan masyarakat).

2. G H Mead, Sosialisasi adalah : taking over of another person's habit's,

attitut and ideas and reorganising of then into one's own system.

(dalam proses sosialisasi individu mengadopsi kebiasaan sikap dan

ide-ide dari orang lain dan menyusunnya kembali sebagai suatu sistem

dalam diri pribadi.

3. Evert M Rogers, sosialisasi diartikan : socialization is the process by

wihich an individual personality is sheped though the transmission of

culture to individual. (sosialisasi adalah suatu proses dimana

kepribadian seorang individu dibentuk melalui transmisi (pemindahan)

budaya terhadap individu tersebut.

4. Havighurst, sosialisasi diartikan : socialization is the process by which

children learn the ways of their society and make these ways part of

their own personalities. (proses sosialisasi adalah proses belajar yang

bersifat khusus)

Dari beberapa devinisi di atas, dapat ditarik pemahaman sosialisasi

sebagai berikut :

61

Page 15: Sosiologi pendidikan

1. Proses sosialisasi adalah proses belajar, yaitu proses akomodasi dimana

individu menahan dan mengubah impuls-impuls dalam dirinya dan

mengambil oper cara hidup masyarakatnya.

2. Dalam proses sosialisasi, individu mempelajari kebiasaan, sikap, ide-

ide, pola nilai dan tingkah laku dengan standar tingkah laku dimana ia

hidup.

3. Semua sifat dan kecakapan yang dipelajari dalam proses sosialisasi itu,

kemudian disusun dan dikembangkan sebagai suatu kesatuan sistem

dalam diri pribadinya.

Sosialisasi adalah proses belajar segala sesuatu yang dipelajari

individu harus di pelajari dari anggota masyarakat lainnya. Secara sadar

apa yang diajarkan oleh orang tuanya, saudara-saudara, anggota keluarga

lainnya dan di sekolah oleh gurunya adalah telah melakukan sosialisasi.

Seluruh proses sosialisasi berlangsung dalam interaksi individu dengan

lingkungannya.

Proses sosialisasi terjadi melalui conditioning oleh lingkungan

yang menyebabkan individu mempelajari pola kehidupan yang

fundamental, seperti bahasa, cara berjalan, duduk, makan, apa yang

dimakan, berkelakuan sopan, mengembangkan sikap yang dianut dalam

masyarakat, seks orang yang lebih tua, pekerjaan, rekreasi dan segala

sesuatu yang perlu bagi warga masyarakat yang baik. Dengan interaksi

anak dengan lingkungan, lambat laun akan mendapat kesadaran akan

dirinya sendiri sebagai pribadi. Anak memandang dirinya sebagai obyek

seperti orang lain memandang dirinya. Anak dapat membayangkan

kelakuan apa yang diharapkan orang lain pada dirinya, sehingga anak akan

mampu mengatur kelakuannya seperti yang diharapkan orang lain. Dengan

menyadari dirinya sebagai pribadi, anak akan dapat menempatkan diri

dalam struktur sosial, baik akibat dari berkelakuan dari menuruti norma

maupun akibat melanggar norma.

c. Teori sosialisasi

62

Page 16: Sosiologi pendidikan

Teori yang dominan dalam membahas sosialisasi adalah teori

fungsionalisme struktural Talcott Parsan. Dia berpendapat bahwa realitas

sebagai suatu sistem sosial, dimana bagian-bagiannya berkaitan dengan

keseluruhannya dan dijelaskan berdasarkan fungsi sistem bagi

keseluruhan. Semua tindakan harus diarahkan kepada tujuan (goal

oriented) dan memperhatikan tujuan orang lain. Semua tindakan diarahkan

pada 5 dilema (pattern variabless)

1. Affectivity versus affective neutrality (afektifitas dan netralitas afektif),

yaitu memandang tindakan kita sebagai tujuan diri sendiri atau bagian

dari rencana yang lebih luas.

2. Spesivity versus diffuseness (kekhususan dan kebenaran), yaitu

memandang tindakan individu yang lebih spesifik seperti pelayan toko

atau memandang yang lebih luas, seperti sahabat karib.

3. Univesalisme versus partikularisme.

4. Self orientation versus collectivity.

5. Achievement versus ascription (prestasi dan bawaan).

Kelima dilema Talcott Parsons diatas berorientasi pada nilai yang

dihadapkan pada tiga masalah umum. Menurut Kluckhohn ada tiga

masalah umum yang berkaitan dengan dilema Parsons.

1. Orientasi kodrat manusia yang pada dasarnya jahat, tetapi dapat diubah

menjadi baik, atau manusia pada dasarnya baik, tetapi dapat berubah

menjadi jahat.

2. Orientasi alam, ada yang melihat pekerjaan alam di luar kontrol manusia

dan ada yang memandang pekerjaan alam di bawah kontrol manusia.

3 Orientasi waktu, ada yang menekankan pada masa lampau, masa

sekarang dan masa yang akan datang. Seperti orang yang akan

memperoleh pekerjaan baik, maka harus terus belajar. Hal ini

menekankan pada masa depan, sehingga mereka tidak melihat latar

belakang orang tua yang misalnya sebagai petani, atau tidak melihat

masa sekarang yang belum mempunyai pekerjaan. Pendidikan dilihat

dan diyakini mempunyai harapan untuk merubah nasib mereka,

63

Page 17: Sosiologi pendidikan

sehingga mereka berkeyakinan jika terus belajar, maka akan

mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.

Berdasarkan pemikiran di atas, kemudian muncul teori sosialisasi.

Dalam pembahasan ini ada tiga teori sosialisasi, yaitu sosialisasi pasif,

sisialisasi aktif, dan sosialisasi radikal. Teori sosialisasi menitikberatkan

pada struktur sosial, funngsi dan peran.

1. Teori sosialisasi pasif

Dalam perkembangan sosial, anak akan tumbuh dan menjadi

matang dalam proses terus menerus mengalami frustrasi dalam

pencapaian tujuan. Untuk mengatasi rasa frustrasi tersebut anak mulai

menggunakan siasat baru dalam upaya terus menerus dalam mencapai

tujuan. Dan juga anak menggunakan sifat-sifat baru untuk memenuhi

tuntutan-tuntutan barunya.

Teori sosialisasi pasif berasumsi bahwa anak hanya akan memberi

respon rangsangan orang tua, disisi lain anak mengabaikan

kemungkinan-kemungkinan lain dalam dirinya sehingga anak akan

mengalami konflik-konflik, misalnya anak merasa bersalah ketika

orang tua melarang bepergian, sedangkan menurut anak tindakan yang

paling layak ialah ia harus pergi. Menurut Parson kepribadian dasar

yang sekali diletakkan dalam masa kanak-kanak bersifat relatif stratis

selama hidup. Jadi teori sosialisasi pasif adalah proses penyesuaian diri

ketika mendapat rangsangan dari individu lain, ketika tidak ada

rangsangan tidak akan terjadi sosialisasi. Berdasarkan abservasi yang

dilakukan oleh Kohl, dari 24 anak dari keluarga kebanyakan (umum)

maka ditemukan separuh dari mereka sudah puas dengan keadaan dan

cara hidup mereka sekarang, sedangkan separuhnya menginginkan

kehidupan yang lebih baik dari sekarang. Kelompok keluarga yang

sudah puas dengan keadaan dan cara hidup sekarang adalah contoh

sosialisasi pasif. Dalam struktur keluarga, istri adalah ibu rumah

tangga yang mengatur proses perekonomian keluarga, sedangkan

bapak adalah pelaku ekonomi keluarga. Peran ibu sebagai pengatur

64

Page 18: Sosiologi pendidikan

ekonomi keluarga, selalu mengadakan sosialisasi antara kebutuhan dan

in come keluarga.

2. Teori sosialisasi aktif

Sosialisasi pasti akan terjadi pada diri manusia, nilai-nilai

diintegrasikan, pelaku berubah, anak hanya memberi respon pada

tekanan-tekanan pada dirinya dan tidak diberi kesempatan untuk

menciptakan dunianya sendiri. Itulah garis-garis sosialisasi pasif yang

sangat terbatas pada perannya masing-masing. Dalam teori sosialisasi

aktif tindakan dibangun dalam usaha mengatasi kesulitan-kesulitan dan

tidak sekedar untuk merespon struktur sosialisasi saja. Manusia tidak

sekedar memberi respon kepada peran yang diberikan kepadanya,

kepada orientasi nilai atau struktur ekonomi, melainkan secara aktif

menciptakan perannya. Menurut Cicorel, nilai-nilai dan norma-norma

perilaku merupakan bentuk-bentuk permukaan dan proses sosialisasi

merupakan proses memperoleh prosedur-prosedur interpretatif, atau

berkembangnya aturan-aturan yang membimbing pikiran kita atas

perilaku-perilaku yang patut di dalam situasi-situasi yang berbeda.

Yang dimaksud dengan prosedur interpretatif adalah aturan-aturan

yang mengenai atuaran-aturan.25 Contoh, ketika kita mengendarai

mobil pikiran kita adalah bahwa setiap orang mengendarai mobil di

sebelah kiri jalan. Ada kesempatan dimana orang dapat menggunakan

sebelah kanan jalan. Untuk menggunakan sebelah kanan jalan ada

norma secara resmi, seperti di jalan satu arah (jalan tol) dan ada yang

tidak resmi, seperti jalan di luar kota. Pada situasi jalan sepi dari

kendaran lain orang dapat menggunakan seluruh jalan. Mengetahui

sebagian aturan untuk mengendarai mobil adalah mengenal aturan-

aturan mengenai aturan-aturan, sedangkan menguasai jalan dalam

kondisi sepi dari kendaraan dan dinilai aman adalah prosedur

interpretatif.

25 Philip Robinsons, Sosiologi Pendidikan, Terj. Hasan Basari, (Jakarta, CV Rajawali, 1986), 68

65

Page 19: Sosiologi pendidikan

Jadi teori sosialisasi aktif adalah sosialisasi yang dilakukan

individu terhadap pengembangan peran sosial menjadi penciptaan

peran sosial dan pengembangan dari aturan-aturan mengenai aturan-

aturan menjadi prosedur interpretatif.

3. Teori sosialisasi radikal

Teori sosialisasi radikal berlangsung dalam suatu masyarakat yang

berlapis-lapis.26 Teori ini melihat kelas sosial dipandang sebagai suatu

variabel deskriptif yang independen dari latar belakang proses anak-

anak menjadi dewasa dan tidak merupakan bagian integral dari proses

itu sendiri. Menurut Clarke, sosialisasi adalah sosialsisasi kelas kaum

muda mewarisi dari orang tua mereka. Suatu orientasi kultural

terhadap masalah-masalah umum yang mungkin akan menimbang,

membentuk, dan menunjukkan makna-makna yang kemudian akan

diterapkan pada berbagai bidang kehidupan sosial mereka,27 sehingga

posisi kelas seseorang menentukan perilakunya.

Pada hakekatnya suatu analisis kelas sosial merupakan suatu

analisis mengenai distribusi suatu kekuasaan dalam masyarakat,

dimana sementara orang mempunyai kekuasaan yang kecil sekali atas

gaya hidup mereka sendiri. Hal yang demikian ini sangat

mempenagruhi proses sosialisasi. Clarke berpendapat bahwa pola

tingkah laku sosial dipengaruhi oleh bertambahnya kemakmuran. Di

Inggris selama kurun waktu sepuluh tahun, antara tahun 1950-1960

terjadi perubahan sosial, dimana kelompok dominan mempertahankan

kekuasaan mereka dengan jalan mencuatkan gaya hidup mereka

26 Ukuran atau kriteria yang bisa dipakai untuk menggolongkan masyarakat ke dalam suatu lapisan adalah : 1. ukuran kekayaan. Barangsiapa yang memiliki kekayaan paling banyak, termasuk dalam lapisan teratas. Kekayaan tersebut dapat dilihat dalam bentuk rumah yang bersangkutan, mobil pribadi, cara-cara menggunakan pakaian dan kualitas bahan pakaian. Kebiasaan untuk berbelanja barang-barang mahal dan seterusnya. 2. Ukuran kekuasaan. Barang siapa yang memiliki kekuasaan atau wewenang yang terbesar, menempati lapisan paling tinggi. 3. Ukuran kehormatan. Orang yang paling dihormati dan disegani, mendapat tempat paling atas, ukuran semacam ini banyak dijumpai pada masyarakat tradisional 4. Ukuran ilmu pengetahuan. Tidak semua masyarakat menggunakan ukuran ini. Hal yang sering terjadi adalah bukan mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran, tetapi gelar kesarjanaannya. Sudah barang tentu hal yang demikian ini memacu segala macam usaha untuk mendapatkan gelar, Lihat, Soerjono Soekanto, Sosiologi, Ibid., 237-238

27 Philip Robinson, Sosiologi, Ibid., 70

66

Page 20: Sosiologi pendidikan

seolah-olah nampak sebagai bagian keadaan yang wajar. Banyak dari

kelompok keluarga biasa untuk berusaha meiliki mesin cuci otomatis,

pesawat televisi berwarna, mobil mutakhir, rumah sendiri dan berlibur

panjang di Spanyol. Anak kelas keluarga buruh melanjutkan kuliah

diperguruan tinggi dan akhirnya memperoleh pekerjaan yang

bermartabat tinggi. Clarke melihat fenomena sosial ini sebagai tipuan

(confidunce trik), sebagaimana yang telah disebutkan oleh Berger dan

Luckmann dalam hubungan diantara kelas-kelas sosial. Lebih lanjut

Clarke melihat mereka sedang menyerbu keadaan sebenarnya.28

Dengan demikian teori sosialisasi radikal adalah berbasis pada

kelas dan lapisan sosial, yang dapat menentukan, membimbing dan

mengarahkan perilaku individu. Apabila terjadi fenomena sosial yang

tidak sesuai dengan norma dan aturan kelas sosial, dianggap sebagai

tipuan (confidence trick) dan menyembunyikan kondisi yang

sebenarnya. Pandangan teori sosial radikal telah banyak dikritik orang.

Ada yang berpendapat bahwa teori ini sangat cocok pada waktu masa

lalu, dimana terjadi perubahan sosial sepihak, antara penguasa dan

rakyat. Antara keturunan berdarah biru dan rakyat jelata, anatar kaum

tuan tanah dan kaum buruh. Dengan adanya perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, telah merubah paradigma kehidupan

masyarakat modern. Era globalisasi dan pasar bebas menuntut adanya

kompetisi profesional, kompetisi dan keahlian, tidak ada warisan

kekuasaan dan menghargai hak asasi manusia.

d. Interaksi sebagai dasar sosialisasi

Pengertian tentang interaksi sosial berguna dalam memperhatikan

dan mempelajari berbagai masalah masyarakat, karena interaksi merupakan

syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Dengan kata lain interaksi

sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, karena tanpa interaksi

sosial tidak mungkin ada kehidupan bersama.29 Pengertian interaksi sosial

28 Ibid ., 7029 Kimball Young dan Raimond, W Mack, Sociology and sosiallife, (New York,

American Book and Company, 1959), 137

67

Page 21: Sosiologi pendidikan

menurut H Bonner adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu

manusia, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah

atau memperbaiki kelakuan individu yang lain, atau sebaliknya.30

Pengartian lainnya dirumuskan oleh Gillin dan Gillin, interaksi sosial

adalah merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis mencakup

hubungan antara orang perorang, antara kelompok manusia, maupun antara

orang perorang dengan kelompok manusia.31 Menurut Abu Ahmadi,

interaksi sosial adalah pengaruh timbal balik antara individu dengan

golongan dalam usaha mereka untuk memecahkan persoalan yang

dihadapinya dan dalam usaha untuk mencapai tujuan.32 Dari beberapa

definisi ini dapat dipahamkan bahwa interaksi sosial terjadi karana ada dua

individu atau lebih yang menjalin hubungan dan saling mempengaruhi

dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau untuk mencapai tujuan.

Unsur-unsur pokok dalam intraksi sosial mencakup :

1. Adanya hubungan

2. Hubungan tersebut dilakukan oleh dua orang atau lebih

3. Interaksi dilakukan untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan.

Terjadinya interaksi sosial disebabkan dua hal, pertama adanya

kontak33 sosial dan kedua, adanya komunikasi. Kontak sosial dapat

berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu :

1. Antara orang perorang, seperti anak kecil mempelajari kebiasaan-

kebiasaan dalam keluarga

2. Antara orang perorang dengan kelompok manusia, seperti apabila

manusia merasakan bahwa tindakannya berlawanan dengan norma-

norma masyarakat.

30 Karel Veger, dkk, Pengantar sosiologi, (Jakarta, Grafindo, 1992), 62-6331 Gillin dan Gillin, Cultural Sociology, A Revition of An Introduction to Sociology,

(New York, The McMilan Company, 1954) 48932 Abu Ahmadi, Sosiologi, Ibid., 9533 Kata kontak berasal dari bahasa Latin "con" atau "cum" yang artinya bersama-sama

dan tangan yang menyentuh. Jadi kontak adalah berarti bersama-sama menyentuh. Secara fisik kontak terjadi apabila terjadi hubungan badaniyah. Secara non fisik kontak terjadi dengan mengadakan hubungan tanpa menyentuhnya, seperti berbicara dengan pihak lain cukup dengan suara, atau dengan menggunakan fasilitas seperti telepon, telegram, radio, surat, internet, telewicara, dan sebgainya, Soerjono Soekanto, Sosiologi Ibid., 65

68

Page 22: Sosiologi pendidikan

3. Antara satu kelompok dengan kelompok lainnya, seperti antara dua

partai politik mengadakan kerjasama untuk mengalahkan partai politik

lainnya dalam pemilihan umum.

Dilihat dari realitas terjadinya kontak ini, maka kontak dapat

terjadi secara langsung. Seperti bertatap muka, berjabat tangan, saling

senyum, saling menyapa dan memberi isyarat. Kontak seperti ini disebut

dengan kontak primer. Kontak sosial juga bisa terjadi dengan suatu

perantara, (tidak bertemu langsung) seperti perantara orang ketiga, alat

kontak dan sebagainya, kontak seperti ini disebut dengan kontak sekunder.

Sebab yang lain, terjadinya kontak sosial adalah adanya komunikasi. Arti

komunikasi adalah seseorang memberikan penafsiran pada perilaku orang

lain, perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.

Orang yang bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadap perasan

yang ingin disampaikan oleh orang lain tersebut. Seperti seorang gadis

menerima seikat bunga, dia akan memandang dan mencium bunga

tersebut. Tetapi ada perasan dalam diri gadis tersebut, siapa yang

mengirim bunga tersebut, apa yang menyebabkan dia mengirim bunga

tersebut. Apa bunga tersebut dikirim untuk kado hari ulang tahun, atau

untuk memenuhi suatu janji untuk mengucapkan selamat tinggal atau

tanda cinta kasih dan sebagainya. Apabila gadis belum bisa menjawab

pertanyaan-pertanyaan tersebut, maka ia tidak pernah tahu mengenai apa

yang akan dikatakan dan selama itu juga belum terjadi proses

komunikasi.34

Berdasarkan pengetian dan sebab-sebab terjadinya interaksi di atas,

maka dapat dikelompok macam-macam interaksi sosial sesuai dengan

sudut pandanganya. Dilihat dari sudut subyeknya, interaksi bisa terjadi : 1.

Interaksi antar orang perorang 2. Interaksi antar orang dengan

kelompoknya 3. Interaksi antar kelompok. Dilihat dari sisi caranya, ada

yang dinamakan intraksi langsung (direct interaction). Dilihat dari segi

bentuknya, Soerjono Soekanto membagi interaksmi asosiatif dan intraksi

disosiatif, dan dilihat dari segi sifatnya ada interaksi positif dan interaksi 34 Kingsley Davis, Human Sociology, (New York, McMilan Company, 1960), 140-150

69

Page 23: Sosiologi pendidikan

negatif. Dalam pembahasan ini akan menggunakan model-model interaksi

Soerjono Soekanto35 yang dianggap sederhana dan mudah dipahami.

Interaksi asosiatif mencakup pembahasan tentang akomodatif kooperatif,

dan asimilasi.

Pertama, akomonatif (kerjasama) adalah merupakan bentuk-bentuk

interaksi sosial yang pokok. Menurut Charles H Cooley36 kerjasama itu

timbul karena orang menyadaari bahwa mereka mempunyai kepentingan

yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan

dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-

kepentingan tersebut. Kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan

yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting

dalam kerjasama yang berguna. Bentuk-bentuk kerjasama yang lazim dan

berkembang di masyarakat adalah :

a. Kerukunan yang mencakup gotong royong dan tolong menolong

b. Bersaing, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-

barang dan jasa antara dua organisasi dan lebih

c. Kooptasi, yaitu suatu proses peneriamaan unsur-unsur baru dalam

kepemimpinan untuk menghindari kegoncangan dan stabilitas politik.

d. Koalisi, yaitu, kombinasi antara dua organisasi atau lebih juga

mempunyai kesamaan tujuan

e. Join ventrue, yaitu kerjasama dalam pengusahaan proyek-proyek

tertentu.

Kedua, akomodasi. Menurut Gillin dan Gillin yang disebut akomodasi

adalah pengetian yang dipergunakan unutk menggambarkan suatu proses

dalam hubungan-hubungan sosial. Dengan kata lain akomodasi adalah

suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak

lawan, sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya. Bentuk-bentuk

akomodasi itu adalah :

a. Coercian, yaitu akomodasi yang dilaksanakan karena terpaksa

35 Soerjono Soekanto, Sosiologi, Ibid ., 72-10036 C H Croley, Sociology theori and Social Resarch, (New York, Hewy Holt Company,

1930) 176

70

Page 24: Sosiologi pendidikan

b. Kompromis, akomodasi yang dilaksanakan oleh pihak-pihak yang

terlibat saling menguasai tuntunannya untuk saling menyesuaikan

suatu perselisihan

c. Arbitartion, adalah suatu cara untuk mencapai kompromi, apabila

pihak-pihak yang terlibat tidak sanggup mencapainya sendiri

d. Mediation, artinya hampir sama dengan arbitration

e. Conciliation, usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari

pihak yang berselisih demi tercapainya suatu tujuan yang sama

f. Teleration, persetujuan tanpa bentuk formal (tidak resmi)

g. Stalemante, dimana pihak-pihak yang bertentangan saling mempunyai

kekuatan yang sama dan berhenti pada titik tetentu dalam melakukan

pertentangan

h. Adjudication, suatu penyelesaian perkara-perkara di pengadilan.

Ketiga, asimilasi, adalah usaha untuk mengurangi perbedaan yang

terdapat antara orang perorang atau kelompok-kelompok manusia. Usaha-

usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses

mental dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan

bersama. Asimilasi timbul bila ada kelompok-kelompok manusia yang

berbeda kebudayaan, adanya hubungan secara intensif antara orang

perorang sebagi warga kelompok, dan berbagai kebudayaan kelompok

yang berubah dan saling menyesuaikan diri. Faktor-faktor yang

mempermudah terjadinya asimilasi adalah toleransi kesempatan yang

seimbang dibidang ekonomi, sikap menghargai orang asing dan

kebudayaan, sikap yang terbuka dari golongan penguasa dalam

masyarakat, persamaan dalam unsur kebudayaan, perkawinan campuran,

dan adanya musuh bersama dari luar. Interaksi disosiatif mencakup

competition (persaingan), contravention (kontravensi) dan conflict

(pertentangan).

Pertama, competition (persaingan) adalah suatu proses sosial

dimana individu atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing mencari

keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa

71

Page 25: Sosiologi pendidikan

tertentu menjadi pusat perhatian umum dengan cara menarik perhatian

tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.37 Bentuk-bentuk

persaingan antara lain :

a. persaingan ekonomi, yaitu persaingan terjadi karena terbatasnya

kesediaan barang apabila dibandingkan dengan jumlah konsumen

b. Persaingan kebudayaan, mencakup bidang keagamaan, lembaga

kemasyarakatan dan pendidikan

c. Persaingan kedudukan dan peran, terjadi karena dalam diri seseorang

atau dalam diri kelompok terdapat keinginan-keinginan untuk diakui

sebagai orang atau kelompok yang mempunyai kedudukan serta

peranan yang terpandang

d. Persaingan ras, seperti perbedaan warna kulit, bentuk tubuh, corak

rambut, bahasa dan sebagainya, mempunyai kesadaran menjunjung

tinggi ciri khas suatu ras di banding dengan ras yang lain dalam

bidang agama, ekonomi, sosial, budaya dan sebagainya.

Kedua, kontravensi, adalah suatu bentuk proses sosial dengan

adanya ketidak pastian mengenai diri seseorang atau suatu rencana dan

perasaan tidak suka yang disembunyikannya dan kebencian atau keragu-

raguan terhadap kepribadian seseorang. Bentuk-bentuk kontravensi antara

lain :

a.Kontravensi umum, seperti penolakan keengganan, perlawanan,

perbuatan, menghalang-halangi protes, gangguan, perbuatan,

kekerasan dan mengacaukan rencana pihak lain.

b.kontravensi sederhana, seperti menyangkal pernyataan orang lain

dimuka umum, mencaci maki melalui surat selebaran mencerca

menfitnah dan sebagainya.

c.Kontravensi intensif mencakup menghasud, menyebarkan desas-desus

dan mengecewakan pihak lain.

d.kontravensi rahasia, mencakup mengumumkan rahasia pihak lain dan

penghianatan.

37 Gillin dan Gillin, Cultural, Ibid., 590

72

Page 26: Sosiologi pendidikan

e. Kotravensi taktis, seperti mengejutkan lawan, membingungkan pihak

lain, memaksa pihak lain, menyesuaikan diri dengan kekerasan,

provokasi, intimidasi, dan sebagainya.

Ketiga, conflict, (pertikaian) adalah suatu proses sosial dimana

individu atau kelompok berusaha unutk memenuhi tujuannya dengan jalan

menentang pihak dengan ancaman atau kekerasan. Sebab-sebab terjadinya

konflik antara lain perbedaan antara individu dengan individu, perbedaan

kebudayaan, perbedaan kepentingan, dan perubahan sosial. Bentuk bentuk

dan model-model pertentangan (konflik) antara lain :

a. Perbedaan pribadi

b. Pertentangan rasial

c. Pertentangan antara kelas-kelas sosial

d. Pertentangan politik

e. Pertentangan internasional.

2. Formation of Social Loyalities (Pembentukan Kesetiaan Sosial)

Perkembangan kesetiaan sosial ini muncul berkat kesadaran individu

terhadap kehidupan di tengah-tengah masyarakat. Masyarakat sumber

kesetiaan bagi anggotanya. Sebab-sebab munculnya kesediaan sosial

diantaranya adalah partisipasi sosial, komunikasi dan kerjasama, individu

dalam kehidupan kelompok. Anak kecil yang hadir di tangah-tengah

kehidupan masyarakat secara sepontan diterima sebagai anggota baru. Sebagai

anggota baru, anak belum mengetahui pola dan sistem perilaku orang yang

ada di sekelilingmya. Seperti anak yang baru bisa berjalan, setiap anggota

masyarakat menyapa, menggandeng dan ikut membantu berjalan anak.

Respon anak adalah kemesraan dan afeksi (kepuasan) sehingga berjumpa lagi

dengan orang tersebut si anak langsung tersenyum dan bergerak

mendekatinya.

Dengan demikian perkembangan kesetiaan sosial mengikuti pola sebagai

berikut : kerjasama menimbulkan kepuasan dan dari kepuasan menimbulkan

kesetiaan sosial. Bentuk keseitaan sosial berkembang menjadi semakin

73

Page 27: Sosiologi pendidikan

komplek kepada kelompok yang makin besar. Kesetiaan sosial dimulai dari

keluarga, teman sebaya dan sekolah. Biasanya kelompok ini disebut dengan

kelompok primer, dimana setiap anggota kelompok dapat berinteraksi secara

langsung dan face to face. Kemudian kesetiaan sosial berkembang seiring

dengan perkembangan kedewasaan seseorang, semakin dewasa seseorang

semakin berkembang kesetiaan sosialnya kepada kelompok pekerjaan,

kelompok agama, perkumpulan (organisasi), baik kemasyarakatan maupun

bangsa. Perkembangan yang lebih luas dan besar ini disebut lingkungan

sekunder, dimana seluruh anggota kelompok mencerminkan seorang individu

yang komplek.

D. Aspek-Aspek Perkembangan Sosial Anak

Perkembangan soisial anak bersumber dari dua hal, yaitu : 1.

Perkembangan biologis seperti makanan, minuman, dan perlindungan yang

mengubah bayi menjadi orang dewasa. 2. Perkembangan personal sosial, yaitu

pengalaman dan pengaruh manusia lain telah mengubah anak menjadi pribadi

sosial dan menjadi warga negara yang bertanggungjawab. Perkembangan sosial

anak dapat dilihat dari fisik dan psikis dalam bentuk tingkah laku sosial, sebagai

hasil dari interaksi dengan lingkungannya.

Brearly berpendapat bahwa masa kanak-kanak38 merupakan pribadi unik

dan individualis, sehingga mereka harus selalu diakui dan dihormati.39 Aries

(1973) mengidentifikasi dua konsep mengenai masa kana-kanak.40 Pertama, masa

kanak-kanak mempunyai ciri manja (codding) sampai batas yang jelas anatara

dunia orang dewasa dan dunia kanak-kanak. Ciri masa kanak-kanak dimanjakan

adalah diperhatikan dan kasih sayang yang terus menerus dari ibunya, ibunya

memberlukan asuhan yang cermat, ketergantungan dari orang lain, dipegang-

38 Penggunaan nama-nama sekarang berbeda dengan penggunaan dari periode-periode historis sebelumnya. Sesungguhnya kita dapat mengatakan dengan jelas bahwa masa kanak-kanak (childrend) dan masa remaja, keduanya merupakan fenomena baru, Aries (1973) menunjukkan bagaimana konsep masa kanak-kanank telah berubah dalam perjalanan waktu. Titik ekstrim perubahan itu terjadi mulai abad ke 10 M. Dimana para seniman tidak mampu menggambarkan seorang anak, kecuali sebagai seorang dewasa dalam ukuran kecil. Philip Robinson, Sosiologi, Ibid., 72

39 Brerley M, Fundamentals in The First School, (Okford, Basil Blakwell, 1969), 15940 Philip Robinson, Sosiologi, Ibid., 72

74

Page 28: Sosiologi pendidikan

pegang, dibelai dan diajak bermain. Ciri yang kedua menurut Aries adalah

mengenai nilai moral, yakni anak adalah makhluk Tuhan yang rapuh yang perlu

dijaga dan diubah. Artinya anak harus dilindungi terhadap kejahatan masyarakat

yang lebih luas, sementara ia harus dibersihkan dari dosa asalnya sendiri.

Scherell (1979)41 menyatakan bahwa masa kanak-kanak ditandai dengan

perlindungan, pemisahan, ketergantungan dan tanggungjawab yang ditangguhkan.

Dari sisi perlindungan, Platt (1969) menyatakan bahwa para penyelamat anak

merupakan kaum probilasionis, yang percaya bahwa kaum remaja memerlukan

perlindungan dari kecenderungan-kecenderungan kejahatan masyarakat. Model

perkembangan manusia merupakan inspirasi dari pergerakan penyelamatan anak.

Hal ini didasarkan pada keyakinan bahwa anak-anak menjadi jahat sebagai akibat

dari lingkungan yang jahat, oleh sebab itu yang diperlukan adalah kesempatan

bagi anak-anak untuk pergi ke ladang-ladang yang hijau, kebukit-bukit dengan

disertai minat petualangan. Anak-anak harus dilindungi dari kejahatan-kejahatan

masyarakat industri di kota.

Ciri masa kanak-kanak yang lain adalah masa dimana anak suka melawan,

masa kebebasan dan tidak bertanggungjawab. Hal ini dibuktikan dari perilaku

yang ditunjukkan oleh anak-anak dengan kesadaran akan kebebasan dirinya.

Anak-anak remaja suka mengenakan pakaian yang serupa, mendengarkan musik

pop yang sama dan menikmati kebebasan yang relatif besar untuk bergaul dengan

anggota-anggota seks yang lain.

Secara terperinci, perkembangan sosial anak sangat bermanfaat bagi

perkembangan dan pertumbuhan institusi-institusi masyarakat, seperti keluarga,

41 Menurut Scherell dengan melihat masa kanak-kanak sebagai suatu asumsi ideologi kelas menengah yang dominan kita memperoleh suatu pengertian yang lebih jelas mengenai gerakan untuk melembagakan semua anak ke dalam suatu masa kanak-kanak yang universal. Pertumbuhan sekolah rakyat (common School) merupakan tempat masyarakat yang paling banyak hiasannya bagi konsep masa kanak-kanak. Lihat Philip Robinson, Ibid ., 73. Ada perbedaan makna dan batasan masa remaja di nagara maju dan negara sedang berkembang. Masa remaja dimulai sejak berumur 15 tahun dan berakhir pada saat memasuki masa dewasa. Di Inggris, masa remaja berjalan selama enam tahun yang dimulai sejak masa pubertas sampai menginjak masa dewasa, sekitar umur 18 tahun. Dengan demikian maka masa pubertas, di Inggris dimulai sejak anak berumur 12 tahun. Demikian juga dengan masa dewasa. Apabila masa remaja antara negara sedang berkembang disamakan dengan negara Eropa, yaitu selama 6 tahun, maka masa dewasa baru dimulai sejak anak umur 15 tahun ditambah 6 berarti usia 21 tahun. Menurut Philip Robinson, batasan-batasan tersebut berbahaya karena dengan batasan tersebut mengarah kepada individu, kepada remaja dengan mengabaikan struktur sosial. Philip Robinson, Ibid., 75.

75

Page 29: Sosiologi pendidikan

kelompok masyarakat dan pendidikan. Khususnya bagi kepentingan pendidikan,

perkembangan sosial anak sangat membantu untuk mengembangkan potensi

peserta didik. Selama ini bagi guru dalam mengembangkan potensi adalah sangat

dibantu oleh ilmu psikologi, seperti psikologi pendidikan dan ilmu jiwa

perkembangan, ilmu jiwa perkembangan melihat perkembangan anak dari sisi

psikisnya, sedangkan perkembangan anak dari sosialnya, sementara ini menjadi

bagian integral dari sosiologi pendidikan, walau tidak menutup kemungkinan di

masa-masa yang akan datang juga akan muncul ilmu perkembangan sosial anak.

Secara bertahap, perkembangan sosial anak-anak dapat dibagi sesuai dengan umur

anak :

1. Umur 0-2 Tahun disebut dengan tahap permainan solider, dimana anak suka

bermain sendiri. Semua benda yang disekitarnya dianggap senagai permainan

Anak usia ini memperlakuakan teman sebayanya sebagai benda. Rasa ego

sangat besar, sehingga pertengkaran merupakan ciri utama pada tahap ini.

2. Umur 2-3 Tahun disebut dengan tahap semi solider, atau permainan paralel.

Pada tahap ini anak masih suka bermain sendiri, meskipun ada teman

disekitarnya.

3. Umur 3-4 tahun, disebut sebagi tahap permainan kooperatif, yaitu permainan

dilaksanakan dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari dua, tiga atau

lebih, semua anggota kelompok melakukan permainan bersama-sama.

4. Umur 4-5 tahun, disebut tahap permainan khayal, yaitu permainan yang

dilakukan dengan meniru peran manusia dewasa. Anak-anak telah melihat

perilaku orang dewasa dan mulai tumbuh kesadaran bahwa kelak mereka juga

akan menjadi dewasa seperti mereka, maka anak suka meniru peran orang

tua, seperti, guru, dokter, supir, ibu, bapak, dan sebagainya. Melalui permaian

peranan ini pada diri anak berkembang konsep tentang diri sendiri dan orang

lain . Peranan-peranan yang dipermainkan anak pada fase permainan khayal

ini bersifat tidak konsisten, mudah berubah dan tidak realistis.

5. Umur 5-10 tahun, disebut permaianan keteraturan, dimana permainan dilakukan

secara kelompok dan lebih teratur. Fase ini merupakan perkembangan lebih

76

Page 30: Sosiologi pendidikan

lanjut dari fase-fase sebelumnya. Ciri pokok pada fase ini adalah kepatuhan

pada pemimpin dalam bermain.

6. Umur 10-14 tahun disebut dengan permainan kelompok terorganisir, seperti

permainan dalam kegiatan pramuka. Kelompok pada fase ini sudah lebih

terorganisasi, mempunyai peraturan-peraturan upacara-upacara, bermacam-

macam atribut bagi anggotanya dan sebagainya. Fase ini merupakan fase

kehidupan kelompok yang sangat penting bagi perkembangan sikap kooperatif

dan partisipasi sosial kelak dalam kehidupan masyarakat setelah dewasa.

77