SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

37
 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN Istilah sosiologi berasal dari kata socius dan logos. Socius (bahasa latin) berarti kawan dan logos (bahasa yunani) berarti kata atau berbicara. Jadi, sosiologi berarti berbicara mengenai masyarakat.  Ada banyak tokoh ± tokoh yang berusaha mendefinisikan sosiologi. Diantaranya seb agai berikut : · Charles Ellwood : sosiologi merupakan pengetahuan yang menguraikan hubungan manusia dan golongannya, asal dan kemajuannya, bentuk dan kewajibannya . · Gustav Ratzenhofer : sosiologi merupakan pengetahuan tentang hubungan manusia dengan kewajibannya untuk menyelidiki dasar dan terjadinya evolusi social serta kemakkuran umum bagi anggota ± anggotanya. · Herbert Spencer : sosiologi mempelajar i tumbuh, bangun, dan kewajiban masyarakat. · Emile Durkheim : sosiologi adalah ilmu yang mempelajari fakta ± fakta social, yaitu fakta ± fakta yang berisikan cara. · Adam Kuper : sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang fokusnya mempelajari masyarakat. Kuper juga menyebutkan sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari tindakan atau perilaku manusia di dalam kelompoknya. · Pitirin Sorokin : sosiologi suatu ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbale balik anatara aneka macam gejala ekonomi dengan agama, keluarga dengan moral, hokum dengan ekonomi, gerak masyarakat dengan politik dan sebagainya. · Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi : sosiologi atau ilmu masyarakat adalah ilmu yang mempelajari struktur social dan proses ± proses social termasuk perubahan ± perubahan social. Selanjutnya struktur social adalah keseluruhan jalinan antara unsure ± unsure social yang pokok yaitu kaidah ± kaidah social (norma ± norma sosial), lembaga ± lembaga social. Kelompok ± kelompok social serta lapisan ± lapisan social. Sedangkan proses social adalah pengaruh timbal balik antara segi kehidupan ekonomi dan segi kehidupan politik, antara segi kehidupan hokum dan segi kehidupan agama, anatar segi kehidupan agama dan segi kehidupan ekonomi dan sebagainya. Salah satu proses social yang bersifat tersendiri adalah dalam hal terjadinya perubahan  ± perubahan di dalam struktur social. · Nursid Sumaatmadja (1986) : sosiologi adalah ilmu pengetahuan tantang relasi ± relasi social, artinya bahwa manusia merupakan

Transcript of SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

Page 1: SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 1/37

SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

Istilah sosiologi berasal dari kata socius dan logos. Socius (bahasa latin) berarti kawan dan logos

(bahasa yunani) berarti kata atau

berbicara. Jadi, sosiologi berarti berbicara mengenai masyarakat.

 Ada banyak tokoh ± tokoh yang berusaha mendefinisikan sosiologi. Diantaranya sebagai berikut :

· Charles Ellwood : sosiologi merupakan pengetahuan yang menguraikan hubungan manusia dan

golongannya, asal dan

kemajuannya, bentuk dan kewajibannya.

· Gustav Ratzenhofer : sosiologi merupakan pengetahuan tentang hubungan manusia dengan

kewajibannya untuk menyelidiki

dasar dan terjadinya evolusi social serta kemakkuran umum bagi anggota ± anggotanya.

· Herbert Spencer : sosiologi mempelajari tumbuh, bangun, dan kewajiban masyarakat.

· Emile Durkheim : sosiologi adalah ilmu yang mempelajari fakta ± fakta social, yaitu fakta ± fakta yang

berisikan cara.· Adam Kuper : sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang fokusnya mempelajari masyarakat. Kuper juga

menyebutkan sosiologi

sebagai ilmu yang mempelajari tindakan atau perilaku manusia di dalam kelompoknya.

· Pitirin Sorokin : sosiologi suatu ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbale balik anatara

aneka macam gejala

ekonomi dengan agama, keluarga dengan moral, hokum dengan ekonomi, gerak masyarakat dengan

politik dan sebagainya.

· Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi : sosiologi atau ilmu masyarakat adalah ilmu yang

mempelajari struktur social dan

proses ± proses social termasuk perubahan ± perubahan social. Selanjutnya struktur social adalah

keseluruhan jalinan antara

unsure ± unsure social yang pokok yaitu kaidah ± kaidah social (norma ± norma sosial), lembaga ±

lembaga social. Kelompok ±

kelompok social serta lapisan ± lapisan social. Sedangkan proses social adalah pengaruh timbal balik

antara segi kehidupan

ekonomi dan segi kehidupan politik, antara segi kehidupan hokum dan segi kehidupan agama, anatar 

segi kehidupan agama dan

segi kehidupan ekonomi dan sebagainya. Salah satu proses social yang bersifat tersendiri adalah dalam

hal terjadinya perubahan

 ± perubahan di dalam struktur social.

· Nursid Sumaatmadja (1986) : sosiologi adalah ilmu pengetahuan tantang relasi ± relasi social, artinya

bahwa manusia merupakan

Page 2: SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 2/37

mahluk yang aktif mengadakan kontak ± kontak dengan interaksi ± interaksi social yang berupa tingkah

laku dan dapat saling

mempengaruhi. Oleh karena itu, ada juga yang menyebutkan bahwa sosiologi dapat diartikan secara luas

sebagai studi tentang

interaksi ± interaksi dengan tipe ± tipenya yang timbul dari kontak antar individu ± individu. Kelanjutan

interaksi social terjadi

antar relasi social yang akhirnya membentuk suatu kelompok social. Dan kelompok ± kelompok social ini

merupakan bagian

yang aktif dari kelompok ± kelompok sosialnya.

Dari apa yang dikemukakan oleh para ilmuwan tentang pengertian sosiologi, ternyata pendapat ±

pendapatnya sangat bervariasi, namun

demikian ada beberapa unsur yang dapat ditarik sebagai kesimpulan bahwa sosiologi adalah ilmu

pengetahuan yang mempelajari :

· Hubungan timbal balik antara manusia dengan manusia lainnya, maupun individu dengan masyarakat.· Kehidupan masyarakat dan semua tindakan atau perilaku manusia dalam kelompoknya.

 Antropologi adalah suatu ilmu yang memahami sifat ± sifat semua jenis manusia secara lebih banyak.

 Antropologi yang dahulu

dibutuhkan oleh kaum misionaris untuk penyebaran agama nasrani dan bersamaan dengan itu

berlangsung system penjajahan atas Negara

  ± Negara di luar eropa, dewasa ini dibutuhkan bagi kepentingan kemanusiaan yang lebih luas. Studi

antropologi selain untuk kepentingan

pengembangan ilmu itu sendiri, di Negara ± Negara yang telah membangun sangat diperlukan bagi

pembuatan ± pembuatan kebijakan

dalam rangka pembangunan dan pengembangan masyarakat.

Sebagai suatu disiplin ilmu yang sangat luas cakupannya, maka tidak ada seorang ahli antropologi yang

mampu menelaah dan menguasai

antropologi secara sempurna. Demikianlah maka antropologi dipecah ± pecah menjadi beberapa bagian

dan para ahli antropologi masing

  ± masing mengkhususkan diri pada spesialisasi sesuai dengan minat dan kemampuannya untuk

mendalami studi secara mendalam pada

bagian ± bagian tertentu dalam antropologi. Dengan demikian, spesialisasi studi antropologi menjadi

banyak, sesuai dengan

perkembangan ahli ± ahli antropologi dalam mengarahkan studinya untuk lebih mamahami sifat ± sifat

dan hajat hidup manusia secara

lebih banyak.

Dalam hubungan ini ada antropologi ekonomi, antropologi politik, antropologi kebudayaan, antropologi

agama, antropologi pendidikan,

Page 3: SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 3/37

antropologi perkotaan, dan lain sebagainya.

Grace de Raguna, seorang filsuf wanita di tahun 1941 menyampaikan pidatonya dihadapan American

Philosophical Association Eastern

Division, bahwa antropologi telah memberi lebih banyak kejelasan tentang sifat manusia dari pada semua

pemikiran fisuf atau studi para

ilmuwan di laboratorium (Haviland, 1988). Meskipun banyak spesialisasi dalam antropologi, para ahli

antropologi tetap menaruh

perhatian kepada perspektif yang lebih luas dan menyeluruh tentang umat manusia.

 Antropologi secara garis besar dipecah menjadi 2 bagian yaitu antropologi fisik / biologi dan antropologi

budaya. Tetapi dalam pecahan

antropologi budaya, terpecah ± pecah lagi menjadi banyak sehingga menjadi spesialisasi ± spesialisasi,

termasuk antropologi pendidikan.

Seperti halnya kajian antropologi pada umumnya antropologi pendidikan berusaha menyusun

generalisasi yang bermanfaat tentangmanusia dan perilakunya dalam rangka memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman

manusia khususnya dalam dunia

pendidikan. Studi antropologi pendidikan adalah spesialisasi termuda dalam antropologi.

Setelah dasawarsa tahun 60 ± an di Amerika Serikat semakin banyak diperlukan keahlian dalam

antropologi untuk meneliti masalah ±

masalah pendidikan, maka antropologi pendidikan kemudian dianggap dapat berdiri sendiri sebagai

cabang spesialisasi antropologi yang

resmi. Antropologi pendidikan apabila dihadirkan sebagai suatu materi kajian, maka yang dikaji adalah

penggunaan teori ± teori.

 Antropologi adalah sebuah disiplin keilmuan yang dilahirkan rahim revolusi borjuis Eropa dan tumbuh

dewasa dalam asuhan penjajahan

(lih. Kuper 1996 : 114 ± 138; Keesing 1996: 143 ± 185). Sedangkan Marxisme, meskipun dilahirkan oleh

ibu yang sama, tapi ia diasuh

oleh perlawanan terhadap kodrat menindas kapitalisme. Oleh karena itulah, ketika antropologi menjadi

pemandu para penjajah

menegakkan kebenaran nilai ± nilai kapitalisme ke penjuru dunia, Marxisme justru menjadi pegangan

dalam perjuangan ± perjuangan

melawan pengaruh jahat kapitalisme dimana pun system itu mencengkeramkan kuku ± kuku beracunnya.

Berikut ini pendapat para ahli tentang pengertian antropologi, yaitu :

· Koentjaraningrat : antropologi adalah ilmu yang mempelajari mahluk antropos atau manusia dan

merupakan paduan dari

beberapa ilmu yang masing ± masing mempelajari masalah ± masalah khusus mengenai mahluk

manusia.

Page 4: SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 4/37

· William A. Haviland : antropologi adalah suatu studi mengenai manusia yang berusaha menyusun

generalisasi yang bermanfaat

tentang manusia dan perilakunya dan untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang

keanekaragaman manusia.

· Harsojo : antropologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari umat manusia sebagai mahluk

masyarakat. Perhatian ilmu

pengetahuan ini ditunjukkan kepada sifat khusus badaniah dan cara produksi, tradisi dan nilai ± nilai yang

membuat pergaulan

hidup yang satu berbeda dengan pergaulan hidup yang lainnya.

· Keesing (1981) : antropologi adalah kajian tentang manusia.

· Kamus antropologi oleh Ariyono Suyono (1985) : antropologi diartikan sebagai suatu ilmu yang

berusaha mencapai pengertian

mahluk manusia dengan mempelajari aneka warna, bentuk, fisik, kepribadian masyarakat serta

kebudayaannya.Bila disimpulkan pendapat ± pendapat tersebut di atas, akan diperoleh definisi sebagai berikut :

 Antropologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari mahluk social, baik manusia yang ditinjau dari

fisik atau biologisnya (bentuk

fisik, ciri ± ciri tubuh dan perkembangannya, maupun manusia yang ditinjau dari sosio ± budayanya,

system social dan perkembangan

kebudayaannya).

PERSPEKTIF DALAM PSIKOLOGI SOSIAL

PERSPEKTIF DALAM PSIKOLOGI SOSIAL

Hasan Mustafa

Pengantar :

Tulisan ini disusun sebagai upaya membantu mahasiswa memahami isi mata kuliah Psikologi Sosial

pada program studi Administrasi

Negara Fisip Unpar. Acuan uraian ini adalah buku yang ditulis oleh James A. Wiggins, Beverly B.

Wiggins, dan James Vander Zanden

( 1994), dilengkapi oleh sumber bacaan lain. Topik lain yang juga merupakan pokok bahasan dalam mata

kuliah tersebut akan segera

disusun. Semoga bermanfaat.

Akar awal Psikologi Sosial

Walau psikologi sosial merupakan disiplin yang telah lama ada ( sejak Plato dan Aristotle), namun secara

resmi, disiplin ini menjadi satu

ilmu yang mandiri baru sejak tahun 1908. Pada tahun itu ada dua buku teks yang terkenal yaitu

³Introduction to Social Psychology´

Page 5: SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 5/37

ditulis oleh William McDougall ± seorang psikolog ± dan ³Social Psychology : An Outline and Source

Book , ditulis oleh E.A. Ross ±

seorang sosiolog.

Berdasarkan latar belakang penulisnya maka dapat dipahami bahwa psikologi sosial bisa diclaim´

sebagai bagian dari psikologi, dan bisa

 juga sebagai bagian dari sosiologi.

Psikologi sosial juga merupakan pokok bahasan dalam sosiologi karena dalam sosiologi dikenal ada dua

perspektif utama, yaitu perspektif 

struktural makro yang menekankan kajian struktur sosial, dan perspektif mikro yang menekankan pada

kajian individualistik dan

psikologi sosial dalam menjelaskan variasi perilaku manusia.. Di Amerika disiplin ini banyak dibina oleh

 jurusan sosiologi ± di American

Sociological Association terdapat satu bagian yang dinamakan ³social psychological section³, sedangkan

di Indonesia, secara formaldisiplin psikologi sosial di bawah binaan fakultas psikologi, namun dalam prakteknya tidak sedikit para

pakar sosiologi yang juga

menguasai disiplin ini sehingga dalam berbagai tulisannya, cara pandang psikologi sosial ikut

mewarnainya.

 Apakah perbedaan di antara Sosiologi dan Psikologi ??

Kita sering berpikir bahwa yang namanya dunia psikologi adalah dunia yang berkaitan dengan persoalan

perasaan, motivasi, kepribadian,

dan yang sejenisnya. Dan kalau berpikir tentang sosiologi, secara umum cenderung memikirkan

persoalan kemasyarakatan. Kajian utama

psikologi adalah pada persoalan kepribadian, mental, perilaku, dan dimensi-dimensi lain yang ada dalam

diri manusia sebagai individu.

Sosiologi lebih mengabdikan kajiannya pada budaya dan struktur sosial yang keduanya mempengaruhi

interaksi, perilaku, dan

kepribadian. Kedua bidang ilmu tersebut bertemu di daerah yang dinamakanpsikologi sosial . Dengan

demikian para psikolog berwenang

merambah bidang ini, demikian pula para sosiolog. Namun karena perbedaan latar belakang maka para

psikolog akan menekankan

pengaruh situasi sosial terhadap proses dasar psikologikal ± persepsi kognisi emosi dan 2 Pertanyaan

yang paling mendasar yang

senantiasa menjadi kajian dalam psikologi sosial adalah : ´ Bagaimana kita dapat menjelaskan pengaruh

orang lain terhadap perilaku

kita?¶´. Misalnya di Prancis, para analis sosial sering mengajukan pertanyaan mengapa pada saat

revolusi Prancis, perilaku orang menjadi

Page 6: SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 6/37

cenderung emosional ketimbang rasional? Demikian juga di Jerman dan Amerika Serikat dilakukan studi

tentang kehadiran orang lain

dalam memacu prestasi seseorang . Misalnya ketika seorang anak belajar seorang diri dan belajar dalam

kelompok, bisa menunjukan

prestasi lebih baik dibandingkan ketika mereka belajar sendiri. Gordon Allport (1968) menjelaskan bahwa

seorang boleh disebut sebagai

psikolog sosial jika dia ³berupaya memahami, menjelaskan, dan memprediksi bagaimana pikiran,

 perasaan, dan tindakan

individuindividu dipengaruhi oleh pikiran, perasaan, dan tindakan-tindakan orang lain yang dilihatnya,

atau bahkan hanya

di bayangkannya´ Teori-teori awal yang dianggap mampu menjelaskan perilaku seseorang, difokuskan

pada dua kemungkinan (1)

perilaku diperoleh dari keturunan dalam bentuk instinkinstink biologis ± lalu dikenal dengan penjelasan

³ nature´ - dan (2) perilaku bukanditurunkan melainkan diperoleh dari hasil pengalaman selama kehidupan mereka ± 3 dikenal dengan

penjelasan ³ nurture´. Penjelasan

³ nature´ dirumuskan oleh ilmuwan Inggris Charles Darwin pada abad kesembilan belas di mana dalam

teorinya dikemukakan bahwa

semua perilaku manusia merupakan serangkaian instink yang diperlukan agar bisa bertahan hidup. Mc

Dougal sebagai seorang psikolog

cenderung percaya bahwa seluruh perilaku sosial manusia didasarkan pada pandangan ini (instinktif).

Namun banyak analis sosial yang tidak percaya bahwa instink merupakan sumber perilaku sosial.

Misalnya William James, seorang

psikolog percaya bahwa walau instink merupakan hal yang mempengaruhi perilaku sosial, namun

penjelasan utama cenderung ke arah

kebiasaan - yaitu pola perilaku yang diperoleh melalui pengulangan sepanjang kehidupan seseorang. Hal

ini memunculkan ³ nurture

explanation´.Tokoh lain yang juga seorang psikolog sosial, John Dewey mengatakan bahwa perilaku kita

tidak sekedar muncul

berdasarkan pengalaman masa lampau, tetapi juga secara terus menerus berubah atau diubah oleh

lingkungan ± ³situasi kita´ ± termasuk

tentunya orang lain. Berbagai alternatif yang berkembang dari kedua pendekatan tersebut kemudian

memunculkan berbagai perspektif 

dalam psikologi sosial ± seperangkat asumsi dasar tentang hal paling penting yang bisa dipertimbangkan

sebagai sesuatu yang bisa

digunakan untuk memahami perilaku sosial. Ada empat perspektif, yaitu :  perilaku  (behavioral  

 perspectives) , kognitif ( cognitive 

Page 7: SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 7/37

 perspectives), stuktural ( structural   perspectives), dan interaksionis ( interactionist   perspectives). 

Perspektif perilaku dan kognitif lebih banyak digunakan oleh para psikolog sosial yang berakar pada

psikologi. Mereka sering

menawarkan jawaban yang berbeda atas sebuah pertanyaan : ³Seberapa besar perhatian yang

seharusnya diberikan oleh para psikolog

sosial pada kegiatan mental dalam upayanya memahami perilaku sosial?´. Perspektif perilaku

menekankan, bahwa untuk dapat lebih

memahami perilaku seseorang, seyogianya kita mengabaikan informasi tentang apa yang dipikirkan oleh

seseorang. Lebih baik kita

memfokuskan pada perilaku seseorang yang dapat diuji oleh pengamatan kita sendiri. Dengan

mempertimbangkan proses mental

seseorang, kita tidak terbantu memahami perilaku orang tersebut, karena seringkali proses mental tidak

reliabel untuk memprediksi

perilaku. Misalnya tidak semua orang yang berpikiran negatif tentang sesuatu, akan juga berperilakunegatif. Orang yang bersikap negatif 

terhadap bangsa A

4 misalnya, belum tentu dia tidak mau melakukan hubungan dengan bangsa A tersebut. Intinya pikiran,

perasaan, sikap (proses mental)

bukan sesuatu yang bisa menjelaskan perilaku seseorang. Sebaliknya, perspektif kognitif menekankan

pada pandangan bahwa kita tidak

bisa memahami perilaku seseorang tanpa mempelajari proses mental mereka. Manusia tidak

menanggapi lingkungannya secara otomatis.

Perilaku mereka tergantung pada bagaimana mereka berpikir dan mempersepsi lingkungannya. Jadi

untuk memperoleh informasi yang

bisa dipercaya maka proses mental seseorang merupakan hal utama yang bisa menjelaskan perilaku

sosial seseorang.

Perspektif struktural dan interaksionis lebih sering digunakan oleh para psikolog sosial yang berasal dari

disiplin sosiologi. Pertanyaan

yang umumnya diajukan adalah : ³ Sejauhmana kegiatan-kegiatan individual membentuk interaksi sosial

?´. Perspektif struktural

menekankan bahwa perilaku seseorang dapat dimengerti dengan sangat baik jika diketahui peran

sosialnya. Hal ini terjadi karena perilaku

seseorang merupakan reaksi terhadap harapan orang-orang lain. Seorang mahasiswa rajin belajar,

karena masyarakat mengharapkan agar 

yang namanya mahasiswa senantiasa rajin belajar. Seorang ayah rajin bekerja mencari nafkah guna

menghidupi keluarganya. Mengapa ?

Page 8: SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 8/37

Karena masyarakat mengharapkan dia berperilaku seperti itu, jika tidak maka dia tidak pantas disebut

sebagai ³seorang ayah´. Perspektif 

interaksionis lebih menekankan bahwa manusia merupakan agen yang aktif dalam menetapkan

perilakunya sendiri, dan mereka yang

membangun harapan-harapan sosial. Manusia bernegosiasi satu sama lainnya untuk membentuk

interaksi dan harapannya. Untuk lebih

 jelas, di bawah ini diuraikan satu persatu keempat prespektif dalam psikologi sosial.

1. Perspektif Perilaku (Behavioral Perspective)

Pendekatan ini awalnya diperkenalkan oleh John B. Watson (1941, 1919). Pendekatan ini cukup banyak

mendapat perhatian dalam

psikologi di antara tahun 1920- an s/d 1960-an. Ketika Watson memulai penelitiannya, dia menyarankan

agar pendekatannya ini tidak

sekedar satu alternatif bagi pendekatan instinktif dalam memahami perilaku sosial, tetapi juga merupakan

alternatif lain yangmemfokuskan pada pikiran, kesadaran, atau pun imajinasi. Watson menolak informasi instinktif semacam

itu, 5 yang menurutnya bersifat

³mistik´, ³mentalistik´, dan ³subyektif´. Dalam psikologi obyektif maka fokusnya harus pada sesuatu yang

³dapat diamati´ (observable),

yaitu pada ³apa yang dikatakan (sayings) dan apa yang dilakukan (doings)´. Dalam hal ini pandangan

Watson berbeda dengan James dan

Dewey, karena keduanya percaya bahwa proses mental dan juga perilaku yang teramati berperan

dalam menyelaskan perilaku sosial.

Para ³behaviorist  memasukan perilaku ke dalam satu unit yang dinamakan ³tanggapan´ ( responses),

dan lingkungan ke dalam unit

³rangsangan´ ( stimuli). Menurut penganut paham perilaku, satu rangsangan dan tanggapan tertentu bisa

berasosiasi satu sama lainnya, dan

menghasilkan satu bentuk hubungan fungsional. Contohnya, sebuah rangsangan ´ seorang teman

datang ³, lalu memunculkan tanggapan

misalnya, ³tersenyum´. Jadi seseorang tersenyum, karena ada teman yang datang kepadanya. Para

behavioris tadi percaya bahwa

rangsangan dan tanggapan dapat dihubungkan tanpa mengacu pada pertimbangan mental yang ada

dalam diri seseorang. Jadi tidak terlalu

mengejutkan jika para behaviorisme tersebut dikategorikan sebagai pihak yang menggunakan

pendekatan ³kotak hitam (black-box )´ .

Rangsangan masuk ke sebuah kotak (box ) dan menghasilkan tanggapan. Mekanisme di dalam kotak

hitam tadi - srtuktur internal atau

Page 9: SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 9/37

proses mental yang mengolah rangsangan dan tanggapan ± karena tidak dapat dilihat secara langsung

(not directly observable), bukanlah

bidang kajian para behavioris tradisional. Kemudian, B.F. Skinner (1953,1957,1974) membantu

mengubah fokus behaviorisme melalui

percobaan yang dinamakan ³operant behavior  dan ³reinforcement ³. Yang dimaksud dengan ³operant 

condition adalah setiap perilaku

yang beroperasi dalam suatu lingkungan dengan cara tertentu, lalu memunculkan akibat atau perubahan

dalam lingkungan tersebut.

Misalnya, jika kita tersenyum kepada orang lain yang kita hadapi, lalu secara umum, akan menghasilkan

senyuman yang datangnya dari

orang lain tersebut. Dalam kasus ini, tersenyum kepada orang lain tersebut merupakan ³operant 

behavior ³. Yang dimaksud dengan

³reinforcement  adalah proses di mana akibat atau perubahan yang terjadi dalam lingkungan

memperkuat perilaku tertentu di masadatang . Misalnya, jika kapan saja kita selalu tersenyum kepada orang asing (yang belum kita kenal

sebelumnya), dan mereka tersenyum

kembali kepada kita, maka muncul kemungkinan 6 bahwa jika di kemudian hari kita bertemu orang asing

maka kita akan tersenyum.

Perlu

diketahui, reinforcement atau penguat, bisa bersifat positif dan negatif. Contoh di atas merupakan

penguat positif. Contoh penguat negatif,

misalnya beberapa kali pada saat kita bertemu dengan orang asing lalu kita tersenyum dan orang asing

tersebut diam saja atau bahkan

menunjukan rasa tidak suka, maka dikemudian hari jika kita bertemu orang asing kembali, kita cenderung

tidak tersenyum (diam saja).

Dalam pendekatan perilaku terdapat teori-teori yang mencoba menjelaskan secara lebih mendalam

mengapa fenomena sosial yang

diutarakan dalam pendekatan perilaku bisa terjadi. Beberapa teori antara lain adalah Teori Pembelajaran

Sosial (S ocial Learning Theory )

dan Teori Pertukaran Sosial (S ocial Exchange Theory ).

a. Teori Pembelajaran Sosial. 

Di tahun 1941, dua orang psikolog ± Neil Miller dan John Dollard ± dalam laporan hasil percobaannya

mengatakan bahwa peniruan

(imitation) di antara manusia tidak disebabkan oleh unsur instink atau program biologis. Penelitian kedua

orang tersebut mengindikasikan

bahwa kita belajar (learn) meniru perilaku orang lain. Artinya peniruan tersebut merupakan hasil dari satu

 proses belajar , bukan bisa

Page 10: SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 10/37

begitu saja karena instink. Proses belajar tersebut oleh Miller dan Dollard dinamakan ³social learning ´ -

³pembelajaran sosial´. Perilaku

peniruan (imitative behavior ) kita terjadi karena kita merasa telah memperoleh imbalan ketika kita meniru

perilaku orang lain, dan

memperoleh hukuman ketika kita tidak menirunya. Agar seseorang bisa belajar mengikuti aturan baku

yang telah ditetapkan oleh

masyarakat maka ³para individu harus dilatih, dalam berbagai situasi, sehingga mereka merasa nyaman

ketika melakukan apa yang orang

lain lakukan, dan merasa tidak nyaman ketika tidak melakukannya.´, demikian saran yang dikemukakan

oleh Miller dan Dollard. Dalam

penelitiannya, Miller dan Dollard menunjukan bahwa anak-anak dapat belajar meniru atau tidak meniru

seseorang dalam upaya

memperoleh imbalan berupa permen. Dalam percobaannya tersebut, juga dapat diketahui bahwa anak-

anak dapat membedakan orangorangyang akan ditirunya. Misalnya jika orang tersebut laki-laki maka akan ditirunya, jika perempuan tidak.

Lebih jauh lagi, sekali

perilaku peniruan terpelajari (learned ), hasil belajar ini kadang berlaku umum untuk rangsangan yang

sama. Misalnya,

7 anak-anak cenderung lebih suka meniru orang-orang yang mirip dengan orang yang sebelumnya

memberikan imbalan. Jadi, kita

mempelajari banyak perilaku ³baru´ melalui pengulangan perilaku orang lain yang kita lihat. Kita contoh

perilaku orang-orang lain

tertentu, karena kita mendapatkan imbalan atas peniruan tersebut dari orang-orang lain tertentu tadi dan

 juga dari mereka yang mirip

dengan orang-orang lain tertentu tadi, di masa lampau.

Dua puluh tahun berikutnya, Albert Bandura dan Richard Walters (1959, 1963), mengusulkan satu

perbaikan atas gagasan Miller dan

Dollard tentang belajar melalui peniruan. Bandura dan Walters menyarankan bahwa kita belajar banyak

perilaku melalui peniruan, bahkan

tanpa adanya penguat (reinforcement ) sekalipun yang kita terima. Kita bisa meniru beberapa perilaku

hanya melalui pengamatan terhadap

perilaku model, dan akibat yang ditimbulkannya atas model tersebut. Proses belajar semacam ini disebut

³ observational learning  ±

pembelajaran melalui pengamatan. Contohnya, percobaan Bandura dan Walters mengindikasikan bahwa

ternyata anak-anak bisa

mempunyai perilaku agresif hanya dengan mengamati perilaku agresif sesosok model, misalnya melalui

film atau bahkan film karton.

Page 11: SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 11/37

Bandura (1971), kemudian menyarankan agar teori pembelajaran sosial seyogianya diperbaiki lebih jauh

lagi. Dia mengatakan bahwa

teori pembelajaran sosial yang benarbenar melulu menggunakan pendekatan perilaku dan lalu

mengabaikan pertimbangan proses mental,

perlu dipikirkan ulang. Menurut versi Bandura, maka teori pembelajaran sosial membahas tentang (1)

bagaimana perilaku kita

dipengaruhi oleh lingkungan melalui penguat (reinforcement ) dan observational learning , (2) cara

pandang dan cara pikir yang kita miliki

terhadap informasi, (3) begitu pula sebaliknya, bagaimana perilaku kita mempengaruhi lingkungan kita

dan menciptakan penguat

(reinforcement ) dan observational opportunity - kemungkinan bisa diamati oleh orang lain.

b. Teori Pertukaran Sosial (S ocial Ex change T heory )

Tokoh-tokoh yang mengembangkan teori pertukaran sosial antara lain adalah psikolog John Thibaut dan

Harlod Kelley (1959), sosiologGeorge Homans (1961), Richard Emerson (1962), dan Peter Blau (1964). Berdasarkan teori ini, kita

masuk ke dalam hubungan pertukaran

dengan orang lain karena dari padanya kita memperoleh

8 imbalan. Dengan kata lain hubungan pertukaran dengan orang lain akan menghasilkan suatu imbalan

bagi kita. Seperti halnya teori

pembelajaran sosial, teori pertukaran sosial pun melihat antara perilaku dengan lingkungan terdapat

hubungan yang saling mempengaruhi

(reciprocal ). Karena lingkungan kita umumnya terdiri atas orang-orang lain, maka kita dan orang-orang

lain tersebut dipandang

mempunyai perilaku yang saling mempengaruhi Dalam hubungan tersebut terdapat unsur imbalan

(reward ), pengorbanan (cost ) dan

keuntungan ( profit ). Imbalan merupakan segala hal yang diperloleh melalui adanya pengorbanan,

pengorbanan merupakan semua hal

yang dihindarkan, dan keuntungan adalah imbalan dikurangi oleh pengorbanan. Jadi perilaku sosial

terdiri atas pertukaran paling sedikit

antar dua orang berdasarkan perhitungan untung-rugi. Misalnya, pola-pola perilaku di tempat kerja,

percintaan, perkawinan, persahabatan

 ± hanya akan langgeng manakala kalau semua pihak yang terlibat merasa teruntungkan. Jadi perilaku

seseorang dimunculkan karena

berdasarkan perhitungannya, akan menguntungkan bagi dirinya, demikian pula sebaliknya jika merugikan

maka perilaku tersebut tidak

ditampilkan.

Page 12: SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 12/37

Berdasarkan keyakinan tersebut Homans dalam bukunya³ Elementary Forms of S ocial Behavior, 1974

mengeluarkan beberapa proposisi

dan salah satunya berbunyi : S emua tindakan yang dilakukan oleh seseorang, makin sering satubentuk 

tindakan tertentu memperoleh

imbalan, makin cenderung orang tersebut menampilkan tindakan tertentu tadi ³ . Proposisi ini secara

eksplisit menjelaskan bahwa satu

tindakan tertentu akan berulang dilakukan jika adaimbalannya. Proposisi lain yang juga memperkuat

proposisi tersebut berbunyi : Makin

tinggi nilai  hasil   suatu per buatan bagi seseorang, makin besar pula kemungkinan per buatan tersebut 

diulanginya kembali´. Bagi

Homans, prinsip dasar pertukaran sosial adalah ³distri butive justice´ ± aturan yang mengatakan bahwa

sebuah imbalan harus sebanding

dengan investasi. Proposisi yang terkenal sehubungan dengan prinsip tersebut berbunyi seseorang 

dalam hubungan pertukaran denganorang lain akan mengharapkan imbalan  yang diterima oleh setiap pihak  sebanding   dengan

 pengor banan yang telah dikeluarkannya ±

makin tingghi pengor banan, makin tinggi imbalannya ± dan keuntungan yang diterima oleh setiap pihak 

harus sebanding  dengan

investasinya - makin tinggi investasi, makin tinggi keuntungan .9

Inti dari teori pembelajaran sosial dan pertukaran sosial adalah perilaku sosial seseorang hanya bisa

dijelaskan oleh sesuatu yang bisa

diamati, bukan oleh proses mentalistik (black-box ). Semua teori yang dipengaruhi oleh perspektif ini

menekankan hubungan langsung

antara perilaku yang teramati dengan lingkungan.

2. Perspektif Kognitif (T he C ognitive P erspective)

Kita telah memberikan indikasi bahwa kebiasaan (habit ) merupakan penjelasan alternatif yang bisa

digunakan untuk memahami perilaku

sosial seseorang di samping instink (instinct ). Namun beberapa analis sosial percaya bahwa kalau hanya

kedua hal tersebut (kebiasaan dan

instink) yang dijadikan dasar, maka dipandang terlampau ekstrem - karena mengabaikan kegiatan mental

manusia. Seorang psikolog

James Baldwin (1897) menyatakan bahwa paling sedikit ada dua bentuk peniruan, satu didasarkan pada

kebiasaan kita dan yang lainnya

didasarkan pada wawasan kita atas diri kita sendiri dan atas orang lain yang perilakunya kita tiru. Walau

dengan konsep yang berbeda

seorang sosiolog Charles Cooley (1902) sepaham dengan pandangan Baldwin. Keduanya memfokuskan

perhatian mereka kepada perilaku

Page 13: SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 13/37

sosial yang melibatkan proses mental ataukognitif .

Kemudian banyak para psikolog sosial menggunakan konsepsikap  ( attitude) untuk memahami proses

mental atau kognitif tadi. Dua

orang sosiolog W.I. Thomas dan Florian Znaniecki mendefinisikan psikologi sosial sebagai studi tentang

sikap, yang diartikannya sebagai

proses mental individu yang menentukan tanggapan aktual dan potensial individu dalam dunia sosial´.

Sikap merupakan predisposisi

perilaku. Beberapa teori yang melandasi perpektif ini antara lain adalah Teori Medan (Field Theory ), Teori

 Atribusi dan Konsistensi Sikap

(Concistency Attitude and Attri bution Theory ), dan Teori Kognisi Kontemporer.

a. Teori Medan (F ield T heory )

Seorang psikolog, Kurt Lewin (1935,1936) mengkaji perilaku sosial melalui pendekatan konsep

³medan´/ field  atau ³ruang kehidupan´

 ± life space. Untuk memahami konsep ini perlu dipahami bahwa secara tradisional para psikologmemfokuskan pada keyakinan bahwa

karakter individual (instink dan kebiasaan), bebas ± 10

lepas dari pengaruh situasi di mana individu melakukan aktivitas. Namun Lewin kurang sepaham dengan

keyakinan tersebut. Menurutnya

penjelasan tentang perilaku yang tidak memperhitungkan faktor situasi, tidaklah lengkap. Dia merasa

bahwa semua peristiwa psikologis

apakah itu berupa tindakan, pikiran, impian, harapan, atau apapun, kesemuanya itu merupakan fungsi

dari ³ruang kehidupan´- individu

dan lingkungan dipandang sebagai sebuah konstelasi yang saling tergantung satu sama lainnya. Artinya

³ruang kehidupan´ merupakan

  juga merupakan determinan bagi tindakan, impian, harapan, pikiran seseorang. Lewin memaknakan

³ruang kehidupan´ sebagai seluruh

peristiwa (masa lampau, sekarang, masa datang) yang berpengaruh pada perilaku dalam satu situasi

tertentu.

Bagi Lewin, pemahaman atas perilaku seseorang senantiasa harus dikaitkan dengan konteks ±

lingkungan di mana perilaku tertentu

ditampilkan. Intinya, teori medan berupaya menguraikan bagaimana situasi yang ada (field ) di sekeliling

individu bepengaruh pada

perilakunya. Sesungguhnya teori medan mirip dengan konsep ³gestalt´ dalam psikologi yang

memandang bahwa eksistensi bagian-bagian

atau unsur-unsur tidak bisa terlepas satu sama lainnya. Misalnya, kalau kita melihat bangunan, kita tidak

melihat batu bata, semen, kusen,

Page 14: SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 14/37

kaca, secara satu persatu. Demikian pula kalau kita mempelajari perilaku individu, kita tidak bisa melihat

individu itu sendiri, lepas dari

konteks di mana individu tersebut berada.

b. Teori Atribusi dan Konsistensi Sikap ( Attitude C onsistency  and Attri bution T heory )

Fritz Heider (1946, 1958), seorang psikolog bangsa Jerman mengatakan bahwa kita cenderung

mengorganisasikan sikap kita, sehingga

tidak menimbulkan konflik. Contohnya, jika kita setuju pada hak seseorang untuk melakukan aborsi,

seperti juga orang-orang lain, maka

sikap kita tersebut konsisten atau seimbang (balance). Namun jika kita setuju aborsi tetapi ternyata

teman-teman dekat kita dan juga

orang-orang di sekeliling kita tidak setuju pada aborsi maka kita dalam kondisi tidak seimbang

(imbalance). Akibatnya kita merasa

tertekan (stress), kurang nyaman, dan kemudian kita akan mencoba mengubah sikap kita, menyesuaikan

dengan orang-orang di sekitar kita, misalnya dengan bersikap bahwa kita sekarang tidak sepenuhnya setuju pada aborsi. 11

Melalui pengubahan sikap tersebut, kita menjadi lebih nyaman. Intinya sikap kita senantiasa kita

sesuaikan dengan sikap orang lain agar 

terjadi keseimbangan karena dalam situasi itu, kita menjadi lebih nyaman. Heider juga menyatakan

bahwa kita mengorganisir pikiranpikiran

kita dalam kerangka ³sebab dan akibat´. Agar supaya bisa meneruskan kegiatan kita dan

mencocokannya dengan orang-orang di

sekitar kita, kita mentafsirkan informasi untuk memutuskan penyebab perilaku kita dan orang lain. Heider 

memperkenalkan konsep

³ causal attri bution´ - proses penjelasan tentang penyebab suatu perilaku. Mengapa Tono pindah ke kota

lain ?, Mengapa Ari keluar dari

sekolah ?. Kita bisa menjelaskan perilaku sosial dari Tono dan Ari jika kita mengetahui penyebabnya.

Dalam kehidupan seharihari, kita

bedakan dua jenis penyebab, yaitu internal dan eksternal.  Penyebab internal (internal causality )

merupakan atribut yang melekat pada

sifat dan kualitas pribadi atau personal, dan penyebab external (external causality ) terdapat dalam

lingkungan atau situasi.

c. Teori Kognitif Kontemporer 

Dalam tahun 1980-an, konsep kognisi, sebagian besarnya mewarnai konsep sikap. Istilah ³kognisi´

digunakan untuk menunjukan adanya

proses mental dalam diri seseorang sebelum melakukan tindakan. Teori kognisi kontemporer 

memandang manusia sebagai agen yang

Page 15: SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 15/37

secara aktif menerima, menggunakan, memanipulasi, dan mengalihkan informasi. Kita secara aktif 

berpikir, membuat rencana,

memecahkan masalah, dan mengambil keputusan. Manusia memproses informasi dengan cara tertentu

melalui struktur kognitif yang

diberi istilah ³schema´ (Markus dan Zajonc, 1985 ; Morgan dan Schwalbe, 1990; Fiske and Taylor, 1991).

Struktur tersebut berperan

sebagai kerangka yang dapat menginterpretasikan pengalaman-pengalaman sosial yang kita miliki. Jadi

struktur kognisi bisa membantu

kita mencapai keterpaduan dengan lingkungan, dan membantu kita untuk menyusun realitas sosial.

Sistem ingatan yang kita miliki

diasumsikan terdiri atas struktur pengetahuan yang tak terhitung jumlahnya. Intinya, teori-teori kognitif 

memusatkan pada bagaiamana

kita memproses informasi yang datangnya dari lingkungan ke dalam struktur mental kita Teori-teori

kognitif percaya bahwa kita tidakbisa memahami perilaku sosial tanpa memperoleh informasi 12 tentang proses mental yang bisa

dipercaya, karena informasi tentang hal

yang obyektif, lingkungan eksternal belum mencukupi.

3. Perspektif Struktural

Telah kita catat bahwa telah terjadi perdebatan di antara para ilmuwan sosial dalam hal menjelaskan

perilaku sosial seseorang. Untuk

menjelaskan perilaku sosial seseorang dapat dikaji sebagai sesuatu proses yang (1)instinktif , (2)

karena kebiasaan, dan (3) juga yang

bersumber dari proses mental. Mereka semua tertarik, dan dengan cara sebaik mungkin lalu

menguraikan hubungan antara masyarakat

dengan individu. William James dan John Dewey menekankan pada penjelasan kebiasaan individual,

tetapi mereka juga mencatat bahwa

kebiasaan individu mencerminkan kebiasaan kelompok ± yaitu adatistiadat masyarakat ± atau strutur 

sosial . Para sosiolog yakin bahwa

struktur sosial terdiri atas jalinan interaksi antar manusia dengan cara yang relatif stabil. Kita mewarisi

struktur sosial dalam satu pola

perilaku yang diturunkan oleh satu generasi ke generasi berikutnya, melalui proses sosialisasi.

Disebabkan oleh struktur sosial, kita

mengalami kehidupan sosial yang telah terpolakan. James menguraikan pentingnya dampak struktur 

sosial atas ³diri´ (self ) ± perasaan

kita terhadap diri kita sendiri. Masyarakat mempengaruhi diri ± self. Sosiolog lain Robert Park dari

Universitas Chicago memandang

Page 16: SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 16/37

bahwa masyarakat mengorganisasikan, mengintegrasikan, dan mengarahkan kekuatan-kekuatan

individuindividu ke dalam berbagai

macam peran (roles). Melalui peran inilah kita menjadi tahu siapa diri kita. Kita adalah seorang anak,

orang tua, guru, mahasiswa, lakilaki,

perempuan, Islam, Kristen. Konsep kita tentang diri kita tergantung pada peran yang kita lakukan dalam

masyarakat. Beberapa teori

yang melandasi persektif strukturan adalah Teori Peran (Role Theory ), Teori Pernyataan ± Harapan

(Expectation-S tates Theory ), dan

Posmodernisme (Postmodernism)

a. Teori Peran (R ole T heory )

Walau Park menjelaskan dampak masyarakat atas perilaku kita dalam hubungannya dengan peran,

namun jauh sebelumnya Robert Linton

(1936), seorang antropolog, telah mengembangkan Teori Peran. Teori Peran menggambarkan interaksi

sosial dalam 13 terminologi aktoraktor yang bermain sesuai dengan apa-apa yang ditetapkan oleh budaya. Sesuai dengan teori ini, harapan-

harapan peran merupakan

pemahaman bersama yang menuntun kita untuk berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Menurut teori

ini, seseorang yang mempunyai

peran tertentu misalnya sebagai dokter, mahasiswa, orang tua, wanita, dan lain sebagainya, diharapkan

agar seseorang tadi berperilaku

sesuai dengan peran tersebut. Mengapa seseorang mengobati orang lain, karena dia adalah seorang

dokter. Jadi karena statusnya adalah

dokter maka dia harus mengobati pasien yang datang kepadanya. Perilaku ditentukan oleh peran sosial

Kemudian, sosiolog yang bernama Glen Elder (1975) membantu memperluas penggunaan teori peran.

Pendekatannya yang dinamakan

³life-course memaknakan bahwa setiap masyarakat mempunyai harapan kepada setiap anggotanya

untuk mempunyai perilaku tertentu

sesuai dengan kategori-kategori usia yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Contohnya, sebagian

besar warga Amerika Serikat akan

menjadi murid sekolah ketika berusia empat atau lima tahun, menjadi peserta pemilu pada usia delapan

belas tahun, bekerja pada usia

tujuh belah tahun, mempunyai istri/suami pada usia dua puluh tujuh, pensiun pada usia enam puluh

tahun. Di Indonesia berbeda. Usia

sekolah dimulai sejak tujuh tahun, punya pasangan hidup sudah bisa usia tujuh belas tahun, pensiun usia

lima puluh lima tahun. Urutan

tadi dinamakan ³tahapan usia´ (age grading ). Dalam masyarakat kontemporer kehidupan kita dibagi ke

dalam masa kanakkanak, masa

Page 17: SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 17/37

remaja, masa dewasa, dan masa tua, di mana setiap masa mempunyai bermacam-macam pembagian

lagi.

b. Teori Pernyataan Harapan (Expectation-States Theory)

Teori ini diperkenalkan oleh Joseph Berger dan rekan-rekannya di Universitas Stanford pada tahun 1972.

Jika pada teori peran lebih

mengkaji pada skala makro, yaitu peran yang ditetapkan oleh masyarakat, maka pada teori ini berfokus

pada kelompok kerja yang lebih

kecil lagi. Menurut teori ini, anggota-anggota kelompok membentuk harapan-harapan atas dirinya sendiri

dan diri anggota lain, sesuai

dengan tugas-tugas yang relevan dengan kemampuan mereka, dan harapan-harapan tersebut

mempengaruhi gaya interaksi di antara

anggota-anggota kelompok tadi. Sudah tentu atribut yang paling berpengaruh terhadap munculnya

kinerja yang diharapkan adalah yang

berkaitan dengan 14 ketrampilan kerjanya. Anggota-anggota kelompok dituntut memiliki motivasi danketrampilan yang diperlukan untuk

menyelesaikan tugas-tugas kelompok yang diharapkan bisa ditampilkan sebaik mungkin.

Bagaimanapun juga, kita sering kekurangan informasi tentang kemampuan yang berkaitan dengan tugas

yang relevan, dan bahkan ketika

kita memiliki informasi, yang muncul adalah bahwa kita juga harus mendasarkan harapan kita pada

atribut pribadi dan kelompok seperti

Jenis kelamin, ras, dan usia. Dalam beberapa masyarakat tertentu, beberapa atribut pribadi dinilai lebih

penting daripada atribut lainnya.

Untuk menjadi pemimpin, jenis kelamin kadang lebih diprioritaskan ketimbang kemampuan. Di Indonesia,

untuk menjadi presiden, ras

merupakan syarat pertama yang harus dipenuhi. Berger menyebut gejala tersebut sebagai ³difusi

karakteristik status´; karakteristik status

mempengaruhi harapan kelompok kerja. Status laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan dalam soal

menjadi pemimpin, warganegara

pribumi asli lebih diberi tempat menduduki jabatan presiden. Difusi karakteristik status tersebut ( jenis

kelamin, ras, usia, dan lainnya)

dengan demikian, mempunyai pengaruh yang kuat terhadap interaksi sosial.

c. Posmodernisme (P ostmodernism)

Baik teori peran maupun teori pernyataan-harapan, keduanya menjelaskan perilaku sosial dalam

kaitannya dengan harapan peran dalam

masyarakat kontemporer. Beberapa psikolog lainnya justru melangkah lebih jauh lagi. Pada dasarnya

teori posmodernisme atau dikenal

Page 18: SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 18/37

dengan singkatan ³POSMO´ merupakan reaksi keras terhadap dunia modern. Teori Posmodernisme,

contohnya, menyatakan bahwa

dalam masyarakat modern, secara gradual seseorang akan kehilangan individualitas-nya ±

kemandiriannya, konsep diri, atau jati diri.

(Denzin, 1986; Murphy, 1989; Dowd, 1991; Gergen, 1991) .

Dalam pandangan teori ini upaya kita untuk memenuhi peran yang dirancangkan untuk kita oleh

masyarakat, menyebabkan individualitas

kita digantikan oleh kumpulan citra diri yang kita pakai sementara dan kemudian kita campakkan..

Berdasarkan pandangan

posmodernisme, erosi gradual individualitas muncul bersamaan dengan terbitnya kapitalisme dan

rasionalitas. Faktor-faktor ini mereduksi

pentingnya hubungan pribadi dan menekankan aspek nonpersonal. Kapitalisme atau modernisme,

menurut teori ini, menyebabkan

manusia dipandang sebagai barang yang 15 bisa diperdagangkan ± nilainya (harganya) ditentukan olehseberapa besar yang bisa

dihasilkannya. Setelah Perang Dunia II, manusia makin dipandang sebagai konsumen dan juga sebagai

produsen. Industri periklanan dan

masmedia menciptakan citra komersial yang mampu mengurangi keanekaragaman individualitas.

Kepribadian menjadi gaya hidup.

Manusia lalu dinilai bukan oleh kepribadiannya tetapi oleh seberapa besar kemampuannya mencontoh

gaya hidup. Apa yang kita

pertimbangkan sebagai ³ pilihan kita sendiri´ dalam hal musik, makanan, dan lain-lainnya, sesungguhnya

merupakan seperangkat

kegemaran yang diperoleh dari kebudayaan yang cocok dengan tempat kita dalam struktur ekonomi

masyarakat kita. Misalnya, kesukaan

remaja Indonesia terhadap musik ³rap´ tidak lain adalah disebabkan karena setiap saat telinga mereka

dijejali oleh musik tersebut melalui

radio, televisi, film, CD, dan lain sebagainya. Gemar musik ³rap´ menjadi gaya hidup remaja. Lalu kalau

mereka tidak menyukai musik

³rap´, dia bukan remaja. Perilaku seseorang ditentukan oleh gaya hidup orang-orang lain yang ada di

sekelilingnya , bukan oleh dirinya

sendiri. Kepribadiannya hilang individualitasnya lenyap. Itulah manusia modern, demikian menurut

pandangan penganut ³posmo´.

Intinya, teori peran, pernyataan-harapan, dan posmodernisme memberikan ilustrasi perspektif struktural

dalam hal bagaimana harapanharapan

masyarakat mempengaruhi perilaku sosial individu. Sesuai dengan perspektif ini, struktur sosial ± pola

interaksi yang sedang

Page 19: SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 19/37

terjadi dalam masyarakat ± sebagian besarnya pembentuk dan sekaligus juga penghambat perilaku

individual. Dalam pandangan ini,

individu mempunyai peran yang pasif  dalam menentukan perilakunya. Individu bertindak karena ada

kekuatan struktur sosial yang

menekannya.

4. Perspektif Interaksionis (Interactionist Perspective)

Seorang sosiolog yang bernama George Herbert Mead (1934) yang mengajar psiokologi sosial pada

departemen filsafat Universitas

Chicago, mengembangkan teori ini. Mead percaya bahwa keanggotaan kita dalam suatu kelompok sosial

menghasilkan perilaku bersama

yang kita kenal dengan nama budaya.  Dalam waktu yang bersamaan, dia juga mengakui bahwa

individu-individu yang memegang posisi

berbeda dalam suatu kelompok, mempunyai peran yang berbeda pula, sehingga memunculkan perilaku

yang 16 juga berbeda. Misalnya,perilaku pemimpin berbeda dengan pengikutnya. Dalam kasus ini, Mead tampak juga seorang strukturis.

Namun dia juga menentang

pandangan bahwa perilaku kita melulu dipengaruhi oleh lingkungan sosial atau struktur sosial.

Sebaliknya Mead percaya bahwa kita

sebagai bagian dari lingkungan sosial tersebut juga telah membantu menciptakan lingkungan tersebut.

Lebih jauh lagi, dia memberi

catatan bahwa walau kita sadar akan adanya sikap bersama dalam suatu kelompok/masyarakat, namun

hal tersebut tidaklah berarti bahwa

kita senantiasa berkompromi dengannya.

Mead juga tidak setuju pada pandangan yang mengatakan bahwa untuk bisa memahami perilaku sosial,

maka yang harus dikaji adalah

hanya aspek eksternal (perilaku yang teramati) saja. Dia menyarankan agar aspek internal (mental) sama

pentingnya dengan aspek

eksternal untuk dipelajari. Karena dia tertarik pada aspek internal dan eksternal atas dua atau lebih

individu yang berinteraksi, maka dia

menyebut aliran perilakunya dengan nama ³social  behaviorism´. Dalam perspektif interaksionis ada

beberapa teori yang layak untuk

dibahas yaitu Teori Interaksi Simbolis (S ymbolic Interaction Theory ), dan Teori Identitas (Identity Theory ).

a. Teori Interaksi Simbolis (Symbolic Interaction Theory)

Walau Mead menyarankan agar aspek internal juga dikaji untuk bisa memahami perilaku sosial, namun

hal tersebut bukanlah merupakan

minat khususnya. Justru dia lebih tertarik pada interaksi, di mana hubungan di antara gerak-isyarat

(gesture) tertentu dan maknanya,

Page 20: SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 20/37

mempengaruhi pikiran pihak-pihak yang sedang berinteraksi. Dalam terminologi Mead, gerak-isyarat

yang maknanya diberi bersama oleh

semua pihak yang terlibat dalam interaksi adalah merupakan ³satu bentuk simbol yang mempunyai arti

penting´ ( a significant  symbol´). 

Kata-kata dan suara-lainnya, gerakan-gerakan fisik, bahasa tubuh (body langguage), baju, status,

kesemuanya merupakan simbol yang

bermakna.

Mead tertarik mengkaji interaksi sosial, di mana dua atau lebih individu berpotensi mengeluarkan simbol

yang bermakna. Perilaku

seseorang dipengaruhi oleh simbol yang dikeluarkan orang lain, demikian pula perilaku orang lain

tersebut. Melalui pemberian isyarat

berupa simbol, kita mengutarakan perasaan, pikiran, maksud, dan sebaliknya 17 dengan cara membaca

simbol yang ditampilkan orang

lain, kita menangkap pikiran, perasaan orang lain tersebut. Teori ini mirip dengan teori pertukaran sosial.Interaksi di antara beberapa

pihak tersebut akan tetap berjalan lancar tanpa gangguan apa pun manakala simbol yang dikeluarkan

oleh masing-masing pihak

dimaknakan bersama sehingga semua pihak mampu mengartikannya dengan baik. Hal ini mungkin

terjadi karena individu-individu yang

terlibat dalam interaksi tersebut berasal dari budaya yang sama, atau sebelumnya telah berhasil

memecahkan perbedaan makna di antara

mereka. Namun tidak selamanya interaksi berjalan mulus. Ada pihak-pihak tertentu yang menggunakan

simbol yang tidak signifikan ±

simbol yang tidak bermakna bagi pihak lain. Akibatnya orang-orang tersebut harus secara terus menerus

mencocokan makna dan

merencanakan cara tindakan mereka. Banyak kualitas perilaku manusia yang belum pasti dan

senantiasa berkembang : orang-orang

membuat peta, menguji, merencanakan, menunda, dan memperbaiki tindakan-tindakan mereka, dalam

upaya menanggapi tindakantindakan

pihak lain. Sesuai dengan pandangan ini, individu-individu menegosiasikan perilakunya agar cocok

dengan perilaku orang lain.

b. Teori Identitas (I dentity T heory )

Teori Indentitas dikemukakan oleh Sheldon Stryker (1980). Teori ini memusatkan perhatiannya pada

hubungan saling mempengaruhi di

antara individu dengan struktur sosial yang lebih besar lagi (masyarakat). Individu dan masyarakat

dipandang sebagai dua sisi dari satu

Page 21: SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 21/37

mata uang. Seseorang dibentuk oleh interaksi, namun struktur sosial membentuk interaksi. Dalam hal ini

Stryker tampaknya setuju dengan

perspektif struktural, khususnya teori peran. Namun dia juga memberi sedikit kritik terhadap teori peran

yang menurutnya terlampau tidak

peka terhadap kreativitas individu.

Teori Stryker mengkombinasikan konsep peran (dari teori peran) dan konsep diri/self (dari teori interaksi

simbolis). Bagi setiap peran

yang kita tampilkan dalam berinteraksi dengan orang lain,kita mempunyai definisi tentang diri kita

sendiri yang berbeda dengan diri

orang lain, yang oleh Stryker dinamakan ³identitas .  Jika kita memiliki banyak peran, maka kita

memiliki banyak identitas. Perilaku

kita dalam suatu bentuk 18 interaksi, dipengaruhi olehharapan peran dan identitas diri kita, begitu juga

perilaku pihak yang

berinteraksi dengan kita.Intinya, teori interaksi simbolis dan identitas mendudukan individu sebagai pihak yang aktif dalam

menetapkan perilakunya dan

membangun harapan-harapan sosial. Perspektif iteraksionis tidak menyangkal adanya pengaruh struktur 

sosial, namun jika hanya struktur 

sosial saja yang dilihat untuk menjelaskan perilaku sosial, maka hal tersebut kurang memadai.

RANGKUMAN

Telah kita bahas empat perspektif dalam psikologi sosial. Yang dimaksud dengan perspektif adalah

asumsi-asumsi dasar yang paling

banyak sumbangannya kepada pendekatan psikologi sosial. Perspektif perilaku menyatakan bahwa

perilaku sosial kita paling baik

dijelaskan melalui perilaku yang secara langsung dapat diamati dan lingkungan yang menyebabkan

perilaku kita berubah. Perspektif 

kognitif  menjelaskan perilaku sosial kita dengan cara memusatkan pada bagaimana kita menyusun

mental (pikiran, perasaan) dan

memproses informasi yang datangnya dari lingkungan . Kedua perspektif tersebut banyak dikemukakan

oleh para psikolog sosial yang

berlatar belakang psikologi.

Di samping kedua perspektif di atas, ada dua perspektif lain yang sebagian besarnya diutarakan oleh

para psikolog sosial yang berlatas

belakang sosiologi. Perspektif struktural memusatkan perhatian pada proses sosialisasi, yaitu proses di

mana perilaku kita dibentuk oleh

peran yang beraneka ragam dan selalu berubah, yang dirancang oleh masyarakat kita.Perspektif 

interaksionis memusatkan perhatiannya

Page 22: SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 22/37

pada proses interaksi yang mempengaruhi perilaku sosial kita. Perbedaan utama di antara kedua

perspektif terakhir tadi adalah pada pihak

mana yang berpengaruh paling besar terhadap pembentukan perilaku. Kaum strukturalis cenderung

meletakan struktur sosial (makro)

sebagai determinan perilaku sosial individu, sedangkan kaum interaksionis lebih memandang individu

(mikro) merupakan agen yang aktif 

dalam membentuk perilakunya sendiri.

Karena banyaknya teori yang dikemukakan untuk menjelaskan perilaku sosial maka seringkali muncul

pertanyaan : ³Teori mana yang

paling benar ?´ atau ³teori mana yang 19 terbaik?´ . Hampir seluruh psikolog sosial akan menjawab

bahwa tidak ada teori yang salah atau

yang paling baik, atau paling jelek. Setiap teori mempunyai keterbatasan dalam aplikasinya. Misalnya

dalam mempelajari agresi (salah

satu bentuk perilaku sosial), para behavioris bisa memusatkan pada pengalaman belajar yangmendorong terjadinya perilaku agresif ±

pada bagaimana orang tua, guru, dan pihak-pihak lain yang memberi perlakuan positif pada perilaku

agresif. Bagi yang tertarik pada

perspektif kognitif maka obyek kajiannya adalah pada bagaimana seseorang mempersepsi, interpretasi,

dan berpikir tentang perilaku

agresif. Seorang psikolog sosial yang ingin menggunakan teori medan akan mengkaji perilaku agresif 

dengan cara melihat hubungan

antara karakteristik individu dengan situasi di mana perilaku agresif tersebut ditampilkan. Para teoritisi

pertukaran sosial bisa memusatkan

pada adanya imbalan sosial terhadap individu yang menampilkan perilaku agresif. Jika memakai

kacamata teori peran, perilaku agresif 

atau tidak agresif ditampilkan oleh seseorang karena harapan-harapan sosial yang melekat pada posisi

sosialnya harus dipenuhi.

Demikianlah, setiap teori bisa digunakan untuk menjadi pendekatan yang efektif tidak untuk semua aspek

perilaku. Teori peran lebih

efektif untuk menjelaskan perilaku X dibanding dengan teori yang berperspektif kognitif, misalnya.

Buku Acuan :

Theories of Social Psychology ± Marvin E. Shaw / Philip R. Costanzo, Second Edition, 1985,

McGraw-Hill, Inc.Thinking Sociologically, Sheldon Goldenberg, 1987, Wadsworth, Inc.

Social Psychology, James A. Wiggins, Beverly B. Wiggins, James Vander Zanden, Fifth

Edition, 1994, McGraw-Hill, Inc.

Sociology, Concepts and Uses , Jonathan H. Tuner, 1994. McGraw-Hill Inc.

KONSEP, TRANMISI DAN P 

Page 23: SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 23/37

BAB II

KONSEP, TRANMISI DAN PERUBAHAN BUDAYA BELAJAR

 A. KONSEP BUDAYA BELAJAR

Secara konseptual perlu dipahami apa dan bagai mana budaya belajar, baik dilihat dari batasan atau

pengertian, sifat, wujud,sampai kebidang-bidangnya. Dari paparan para Ahli, terdapat beberapa cara pandang mengenai budaya

belajar, yaitu : 1) budaya belajar 

dipandang sebagai system pengetahuan menyiratkan. 2) budaya belajar berfungsi sebagai ³pola bagi

kehidupan manusia´ yang

menjadikan pola tersebut berfungsi sebagai blueprint atau pedoman hidup yang dianut secara bersama

sebagai sebuah pedoman. 3) budaya

belajar digunakan juga untuk memahami dan menginterprestasikan lingkungan dan pengalaman. 4)

budaya belajar juga di pandang

sebagai proses adaptasi manusia dengan lingkungannya baik berupa lingkungan fisik maupun

lingkungan social.

1. Pengertian budaya belajar 

konsep budaya belajar bersumber dari konsep budaya, tegasnya kebudayaan diartikan sebagai

keseluruhan pengetahuan manusia

sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami dan menginterprestasikan pengalaman

lingkunagnnya serta menjadi kerangka

landasan bagi menciptakan dan mendorong terwujudnya kelakuan.

Berdasarkan konsep tersebut, maka budaya belajar juga dipandang sebagai model-model pengetahuan

manusia mengenai belajar 

yang digunakan oleh individu atau kelompok social untuk menafsirkan benda, tindakan dan emosi dalam

lingkungannya. Cara pandang

budaya belajar sebagai pengetahuan menyiratkan, bahwa budaya belajar dapat berfungsi sebagai ³pola

bagi kelakuan manusia´ yang

menjadikan pola tersebut berfungsi sebagai blueprint atau pedoman hidup yang dianut secara

bersamaan.. udaya belajar dapat juga

dipandang sebagai adaptasi manusia dengan lingkungannya, baik lingkungan berupa lingkungan fisik

maupun lingkungan social. Adaptasi

adalah upaya menyesuaikan dalam arti ganda, yakni manusia belajar menyesuaikan kehidupan dengan

lingkungnya ; atau sebaliknya

manusia juga belajar agar lingkungan yang dihadapi dapat sesuai dengan keinginan dan tujuan.

Kenyataan lain menunjukan, bahwa

lingkungan dengan segala sumberdaya memiliki keterbatsan-keterbatsan, namun pada pihak lain

kebutuhan manusia dalam rangka

Page 24: SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 24/37

memenuhi syarat dasar hidupnya setiap saat senantiasa mengalami peningkatan. Implikasinya pada

setiap pembelajaran baik individu

maupun kelompok akan memiliki pilihan strategi yang satu sama lain salaing berbeda. Individu atau

kelompok pembelajar dengan

pengetahuan belajarnya akan melihat permasalahan adanya keterbatasan tersebut dengan cara

merespon secara aktif. Permasalahan yang

berlangsung dilingkungannya itu akan berusahan untuk diatasi dengan pembelajaran. Kemampuan

budaya belajar individu atau kelompok

social keadaftipanya ditunjukan untuk memecahkan berbagai persoalan yang timbul dilingkungannya.

1. Sifat-sifat budaya belajar 

a. Budaya belajar dimilki bersama

sifat budaya belajar yang melekat dalam kebudayaan diciptakan oleh kelompok manusia secara

bersama. Kerana terlahir dari

potensi yang dimilki manusia, maka budaya belajar kelompok itu merupakan suatu karya yang dimilki

bersama. Bermacam-macam jenis

kebudayaan tergantung dari pengkategorianya. Seorang individu akan menjadi pendukung budaya

belajar yang bersumber dari latar 

belakang etnis, sekaligus menjadi pendukung budaya belajar masyarakat yang didiaminya.

a. Budaya belajar cenderung bertahan dan berubah

Karena dimiliki bersama, maka kebudayaan cenderung akan dipertahankan bersama (masyarakat

tertutup / statis).namun disisi

yang lain karena hasil kesepakatan untuk diciptakan dan dimiliki bersama, maka kebudayaan juga akan

dirubah manakala terdapat

kesepakatan untuk melakukannya secara bersamaan (masyarakat terbuka / dinamis). Sifat bertahan dan

berubah saling berjelintangan

tergantung dari kesepakatan dan kebutuhan masyarakat yang bersangkutan. Dalam kenyataannya tidak

ada suatu kebudayaan masyarakat

dunia yang selamanya bertahan atau tutup atau selamanya terbuka atau berubah.

Umumnya budaya belajar capat atau lambat mengalami perubahan selain pertahanan, namun yang

harus dicatat adalah adanya

perbedaan pada level individu atau kelompok sosial dalam lamanya bertahan atau cepatnya berubah.Pada batas-batas tertentu jenis

budaya akan mencerminkan dalam sifat budaya belajar yang cenderung terbuka ataupun sebaliknya

yaitu cenderung tertutup. Sifat budaya

belajar terwujud dalam bentuk terbuka atau tertutup dipengaruhi oleh materi pembelajaran apa yang

dipandang penting. Materi belajar 

Page 25: SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 25/37

yang tidak relevan dan dibutuhkan memungkinkan akan tidak mengembangkan budaya belajar terbuka

demikian sebaliknya.

a. Fungsi budaya belajar untukpemenuhan kebutuhan manusia

Kebudayaan diciptakan bersama dan dikembangkan bersama karena dipercayai akan berdaya guna

untuk keperluan danmemenuhi kebutuhan hidupnya, baik secara individu maupun kolektif. Demikian dengan budaya belajar 

yang diciptakan dan

dikembangkan oleh manusia dengan maksud sebagai sarana bagi pencapaian tujuan hidupnya. Yakni

memenuhi kebutuhan hidup pada

hari dan masa yang akan datang. Ada tiga dasar kebutuhan yang harus dipenuhi oleh manusia bengan

budaya belajarnya, yakni :

a. syarat dasar alamiah yakni syarat pemenuhan kebutuhan biologis

b. syarat kejiwaan atau psikologis yakni syarat kebutuhan untuk sehat secara kejiwaan

c. kebutuhan dasar sosial yakni kebutuhan untuk berhubungan dan berkomunikasi dengan sesama

manusia.

d. Budaya belajar diperoleh melalui proses belajar 

Budaya belajar bukanlah sesuatu yang diturunkan secara genetik yang bersifat herediter, melainkan

dihasilkan melalui proses

belajar oleh individu kelompok sosial dilingkunganya. budaya belajar adalah produk ciptaan manusia

yang bersifat khas yang dibentuk

melalui lingkungan budaya.

Faktor yang menentukan dalam mempelajari kebudayaan belajar adalah lewat komunikasi dengan simbol

bahasa. Bagaimanpun

sederhanannya suatu kebudayaan masyarakat, individu atau kelompok sosial pendukungnya masih bisa

berkomunikasi dengan bahasa

ciptaannya. Semakin maju suatu budaya belajar, maka struktur komunikasi berbahasa memperlihatkan

kompleksitasnya. Dalam budaya

belajar, peranan bahsa menjadi alat yang kehadirannya sangat diperlukan dalam pewarisa budaya.

1. Perwujudan budaya belajar 

Wujud budaya belajar dalam kehidupan dapat dilihat pada dua kategori bentuk. Pertama, perwujudan

budaya belajar yang

bersifat abstrak dan kedua perwujudan budaya yang bersifat kongkrit.

Perwujudan budaya yang bersifat abstrak adalah konsekuensi dari cara pandang budaya belajar sebagai

sistem pengetahuan yang

diyakini oleh individu atau kelompok sesial sebagai pedoman dalam belajar. Perwujudan budaya belajar 

yang abstark berada dalam sistem

gagasan atau ide yang bersifat abstrak akan tetapi beroperasi.

Page 26: SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 26/37

Perwujudan budaya belajar yang diperlihatkan secara konkrit berupa (a) dalam prilaku belajar. (b) dalam

ungkapan bahasa

dalam belajar; dan (c) hasil belajar berupa material.

Budaya belajar dalam bentuk prilaku tampak dalam interaksi sosial. Perilaku belajar individu atau

kelompok yang berlatar 

belakang status sosial tertentu mencerminkan pola budaya belajarnya.Perwujudan perilaku belajar 

individu atau kelompok sosial dapat

 juga dilihat dari kondisi resmi dan tidak resmi juga. Perbedaan dalam kondisi mencerminkan adanya nilai,

norma dan aturan yang

berbeda.

Bahasa adalah salah satu perwujudan budaya belajar secara kongkrit pada individu atau kelompok

sosial. Kekurangan dalam

menggunakan bahasa sedikit banyak akan menghambat percepatan dalam merealisasikan dan

mengembangkan budaya belajar.Penguasaan bahasa ilmu pengetahuan dari berbagai bangsa lain memungkinkan akan memperkuat dan

mengembangkan budaya

belajar seseorang atau kelompok sosial. Hasil belajar berupa material menjadikan perwujudan konkret

dari sistem budaya belajar individu

atau kelompok sosial. Hasil belajar tidak saja berbentuk benda melainkan keterampilan yang

mengarahkan pada keterampilan hidup (life

skill).

1. Substansi budaya belajar 

Sebagaimana kebudayaan, maka budaya belajar juga memiliki substansi yang senatiasa melekat pada

kehidupan masyarakat.

Substansi budaya belajar dikategorikan dalam tiga bagian penting, yakni : a) sistem pengetahuan budaya

belajar; b) sistem nilai budaya

belajar dan sistem etos budaya belajar dan ; c) sistem pandangan hidup mengenai budaya belajar.

Sistem pengetahuan budaya belajar yang dimilki manusia merupakan hasil akumulasi perolehan

pembelajaran sepanjang

hidupnya dilingkungannya, baik dalam lingkungan sosial maupun lingkungan alam. Pengetahuan budaya

belajar melalui lingkungan

tersebut sebagai bentuk penyesuaian diri dengan kenyataan-kenyataan hidup. Manusia dangan

pengetahuannya belajar untuk

menyesuaikan diri dengan lingkungan dan tetap bisa hidup dalam kondisi apapun.

  Ada tiga cara manusia mendapatkan pengetahuan belajarnya yang diperoleh dari penyesuaian diri

dengan lingkungannya, yakni :

Page 27: SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 27/37

a) melalui serangkaian pengalaman hidupnya tentang kehidupan yang dirasakan, baik pengalaman

dalam lingkungan alam ataupun sosial.

Pengalam individu atau kelompok sosial menjadi pedoman dalam pengetahauan pembelajaran yang

penting. b) melalui berbagai

pengajaran yang diperolehnya baik melalui pembelajaran dirumah, masyarakat maupun pendidikan di

sekolah. c) pengetahuan juga

diperoleh melalui petunjuk-petunjuk yang bersifat simbolik yang sering juga disebut sebagai komunikasi

simbolik.

Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kepentingan nilai belajar adalah pengalaman dan orientasi

budaya dimasa depan.

Nilai budaya belajar juga akan berkaitan dengan jenis materi belajar apa yang dipandang penting oleh

suatu masyarakat. Dengan demikian

dapatlah disimpulkan, sebagaimana sistem pengetahuan budaya belajar, maka dalam nilai budaya

belajar juga mengalami perkembangan.Perkembangan tersebut mengikuti pola perubahan sosial budayanya.pandangan hidup budaya belajar 

terbentuk atas dasar sistem

pengetahuan, nilai dan etos budaya belajar yang dianut oleh masyarakat setempat. Sistem pengetahuan

belajar yang diperoleh dari

lingkungan masyarakat dioperasikan dalam bentuk sistem berfikir mengenai pengkategorian.

1. Bidang Materi budaya belajar 

Mengingat budaya belajar berlangsung dalam kehidupan, maka yang menjadi garapan atau materi

pembelajaran adalah seluruh

bidang kehidupan manusia. Para ahli budaya sepakat untuk menerapkan bidang-bidang kehidupan

manusia yang senantiasa dibutuhkan

dalam kehidupan di masyarakat yakni :

1. Materi belajar sistem kepercayaan dan religi

Lima komponen yang dimasukan dalam materi belajar sistem kepercayaan dan religi, yakni:

a. Emosi Keagamaan

b. Sistem keyakinan

c. Sistem ritus/ritual dan upacara keagamaan

d. Pelaksanaan ritus/ritual menggunakan tempat yang khusus

e. Ummat beragama

2. Materi belajar sistem Organisasi Sosial

Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa hidup secara kelompok. Sikap hidup untuk berkelompok

bukan karena insting

semata melainkan atas dasar kebutuhan bersama. Mereka memandang hidup berkelompok jauh lebih

menguntungkan dibandingkan hidup

Page 28: SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 28/37

menyendiri. Terdapat dua submateri yang dijadikan bahan mengenai kehidupan sosial berikut

organisasinya, yakni a) organisasi

simbiotik, yakni organisasi yang semata-mata terbentuk atas tingkah laku fifik yang bersifat otomatis dan

organisasi sosial, yang

berbentuk atas dasar komunikasi dengan menggunakan sistem lambang.

Materi organisasi sosial mempunyai dua aspek penting untuk diajarkan yakni asfek fungsi dan aspek

stuktur.berkenaan dengan

fungsi suatu organisasi dalam kehidupan dilakukan dengan bermacam materi berikut dengan tingkat

kesulitan.dalam pencapain ketertiban

diperlakukan sejumlah syarat yang harus di penuhi,diantaranya: (a) memiliki aturan yang baku dan aturan

tersebut diterima oleh semua

anggota kelompok; (b)adanya kekuasaan yang dapat memaksakan individu untuk mematuhi aturan yang

ada; (c)adanya koordinasi

antarlapisan masyarakat (lapisan bawah,menegah dan lapisan atas); (d) antara lapisan masyarakat ituberkerja di berbagai bidang

kehidupan dapat terjalin dengan harmoni dan saling memberi kepuasan antarpihak;(e)dari keseluruhan

bidang harus membentuk

mekanisme atau pola yang dijadikan pedoman dalam bertingkah laku.

3. Materi belajar sistem matapencaharian hidup 

Materi pembelajaran mengenai sistem mata pencaharian hidup adalah materi yang paling mendapat

tekanan dari masyarakat

manapun. Setiap kelompok masyarakat memilki sistem ekonomi yang bersumber dari lingkungannya.

Pembelajaran sistem mata

pencaharian hidup atau ekonomi berlangsung oleh seluruh anggota masyarakat, baik anak-anak maupun

oang dewasa. Perbedaannya

terletak pada kompleksitas materi dan cara-cara belajar.

Dalam pengkajian perekonomian setidaknya memerlukan tiga aspek, yakni : a) ekonomi sektor produksi;

b) ekonomi sektor 

distribusi dan c) ekonomi sektor konsumsi. Dalam kaitan dengan materi pembelajaran bidang ekonomi

perlu memperhatikan jenis mata

pencaharian yang dijadikan bidang kehidupannya.

4. Materi belajar sistemperalatan dan teknologi

Materi sitem peralatan dan teknologi adalah salah satu unsur kehidupan manusia yang berperan untuk

mengembangkan suatu

masyarakat. Teknologi dipandang sebagai ilmu tentang sejumlah teknik yang diciptakan masyarakat

untuk mempermudah dan

Page 29: SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 29/37

meningkatkan kualitas kehidupan suatu masyarakat. Pada prinsipnya teknologi ditemukan manusia

karena terdesaknya kebutuhan dalam

pekerjaanya. Sebagaiman diketahui bahwa manusia itu sangatlah terbatas energi dan kemampuan

fisiknya, karean itu mesti ada sesuatu

yang bisa membangtu memudahkan, memperlancar dan meningkatkan jumlah pekerjaan. Bilamana

teknologi dasar sudah ditemukan,

maka masyarakat berusaha untuk menemukan teknologi yang lebih manju lagi. Dengan teknologi secara

perlahan tetapi pasti telah

mendorong budaya belajar yang baru, karena pembelajaran menjadi lebih dengan bantuan teknologi.

5. Materi belajar sistem bahasa

salah satu materi budaya belajar yang bersifat khas adalah bahasa. Bahasa dipandang menjadi pangkal

terwujudnya suatu

kebudayaan. Materi pengetahuan belajar dilakukan dengan menggunakan simbol bahasa ternyata

banyak keuntungan karena bersifatefektif dan efisien dalam menyampaikan makna.

Bahasa tidak hanya diartikan sekedar suara (bahasa lisan), melainkan juga dengan tulisan (bahasa

tulisan). Bahkan bahasa gerak

(bahasa isyarat). Setiap masyarakat atau kelompok masyarakat memilki bahasa tersendiri yang

didalamnya mengandung pengetahuan

budaya yang dipelajari antar generasi.

6. Materi belajar sistem kesenian

setiap masyarakat menciptakan dan mengembangkan berbagai jenis kesenian. Kesenian adalah unsur 

budaya yang berusia tua.

Sebagai materi pembelajaran, kesenian secara langsung maupun tidak langsung dijalankan budaya

belajar. Melihat citranya yang indah

memungkinkan individu atau kelompok sosial mempelajari kesenian setempat ataupun kelompok lain

secara khusus.

 A. TRANSMISI BUDAYA BELAJAR

Pewariasan budaya belajar dapat disamakan dengan istilah ³Transmisi kebudayaan´. Yakni suatu usaha

untuk menyampaikan

sejumlah pengetahuan atau pengalaman untuk dijadikan sebagai pegangan dalam meneruskan estafet

kebudayaan. Dalam hal ini tidak ada

suatu masyarakat yang tidak melakukan usaha pewarisan budaya. Usaha pewarisan ini bukan sekedar 

menyampaikan atau memberikan

suatu yang material, melainkan yang terpenting adalah menyampaikan nilai-nilai yang dianggap terbaik

yang telah menjadi pedoman yang

baku dalam masyarakat.

Page 30: SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 30/37

1. Kepribadian dan budaya belajar 

Pembahasan kepribadian pada umumnya membicarakan aspek internal individu, sementara budaya

belajar berkaitan dengan

aspek eksternal individu

a. Kepribadian yang selaras

Kepribadian yang selaras di sini adalah kepribadian yang sesuia dengan nilai dan norma yang

berkembang dimasyarakat yang

bersangkutan. Seorang individu yang selaras adalah individu yang menjadikan pendukung kebudayaan

yang besangkutan secara penuh

karena jenis kepribadian yang dimilkinya itu terbentuk karena pengaruh kebudayaan dimana ia tinggal.

a. Kepribadian yang menyimpang

Kepribadian sesorang tidak selalu tumbuh sebagaimana yang diinginkan oleh orang tuanya atau

masyarakat bersangkutan. Orang

tua dan masyarakat hanyalah menyediakan sarana bagi perkembangan kepribadian. Suatu

perkembangan tidak bisa memaksa individu

untuk menjadi hitam semua atau putih semua. Kepribadian adalah sesuatu yang bersifat kejiwaan dan

perkembangan mempunyai

dinamika tersendiri.

 Adanya kenyataan bahwa kepribadian itu tidaklah senantiasa sama dalam suatu masyarakat, dapat kita

perluas dengan

menunjukan gejala banyaknya orang yang memilki kelainan jiwa. Penyakit ini disinyalir disebabkan oleh

adanya tekanan-tekanan sosialbudaya

yang amat besar mempengaruhi kepribadian individu-individu besangkutan.

1. Sarana pewarisan budaya belajar 

Pewariasan budaya belajar dapat disamakan dengan istilah ³Transmisi kebudayaan´. Yakni suatu usaha

untuk menyampaikan

sejumlah pengetahuan atau pengalaman untuk dijadikan sebagai pegangan dalam meneruskan estafet

kebudayaan. Usaha pewarisan ini

bukan sekedar menyampaikan atau memberikan suatu yang material, melainkan yang terpenting adalah

menyampaikan nilai-nilai yang

dianggap terbaik yang telah menjadi pedoman yang baku dalam masyarakat.

Tanpa mempertahankan usaha pewarisan maka masyarakat akan punah dan dilupakan. Usaha

pewarisan budaya dilakukan

dengan sungguh-sungguh dengan cara melibatkan berbagai institusi sosial yang ada, baik pada

lingkungan keluarga, masyarakat, lembaga

pendidikan sekolah dan juga media masa sebagai penyalur informasi.

a. Lingkungan Pendidikan Keluarga

Page 31: SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 31/37

Dalam lingkungan keluarga memungkinkan seorang individu atau kelompok melakukan suatu identifikasi

dilingkungannya, dan

secara perlahan-lahan diinternalisasikan dalam kehidupannya. Proses identifikasi dalam keluarga

menjadikan seseorang dapat mengenal

keseluruhan anggota keluarganya, baik saudara dekat maupun saudara jauh.

Para orang tua atau kelompok yang sudah mapan dalam tansmisi kebudayaan berfungsi sebagai nara

sumber aktifmelalui

tindakan yang bersifat responsif dan senantiasa mendorong, menjelaskan berbagai kenyataan yang ada

dilingkungan beserta perubahanperubahan

yang berlangsung disekitarnya. Upaya merespon, mendorong dan menjelaskan itu didasarkan atas

pengalaman, pengetahuan,

yang berlaku dilingkungannya sehingga cara-cara melaksanakan pembelajaran itu senantiasa

disesuaikan dengan perwujudan

kebudayaannya. Atau dengan kata lain cara-cara budaya belajar itu tidak lain sebagai hasil adaptasidirinya dengan kebudayaan yang

dianutnya. Keluarga mempunyai peranan penting karena dalam keluarga itulah suatu generasi dilahirkan

dan dibesarkan. Mereka mendapat

pelajaran pertama kali di lingkungan keluarga, apalagi bagi masyarakat yang belum mengenal dan

menciptakan lingkungan pendidikan

formal.

 A.

a. lingkungan pendidikan masyarakat

masyarakat sebagai kelompok manusia yang terbesar yang mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan

perasaan untuk hidup

bersama. Pada prinsipnya suatau masyarakat terwujud apabila di antara kelompok individu-individu

tersebut telah lama melakukan kerja

sama serta hidup bersama setelah menetap. Sistem pewarisan budaya lewat lingkungan masyarakat

berlangsung dalam berbagai pranata

sosial, diantaranya pemilahan hak milik, perkawinan, religi, sitem hukum, sestem kekerabatan dan sistem

edukasi.

 A.

a. lingkungan pendidikan sekolah

sekolah adalah sarana yang diciptakan oleh masyarakat yang berfungsi untuk melaksanakan

pembelajaran. Pembelajaran tidak

hanya menyampaikan pengetahuan saja yang berupa latihan untuk kecerdasan, melainkan

menghaluskan moral dan menjadikan akhlak

Page 32: SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 32/37

yang baik. Sekolah dalam masyarakat dikategorikan sebagai pendidikan formal. Pendidikan di sekoah

dalam kerangka pewarisan budaya

 jelas sekali arahnya. Para pendidik yang bertugas sebagai guru melakukan penyampaian pengetahuan

dan interaksi moral itu berdasarkan

rancangan atau program yang disesuaikan dengan sistem pengetahuan dan nilai-nilai yang dianut oleh

masyarakat. Dan proses pewarisan

budaya disekolah dilakukan secara bertahap, terencana dan terus-menerus.

 A.

a. lingkungan pendidikan media masa

media masa adalah suatu bagian dalam masyarakat yang bertugas menyebarluaskan berita, opini,

pengetahuan, dan sebagainya.

Sifat media masa adalah mencari bahan pemberitaan yang aktual (hangat), menarik perhatian, dan

menyangkut kepentingan bersama.

Media masa sebagai media kontrol bagi terjadinya berbagai penyimpangan dari nilai dan norma dan

aturan yang berlaku di masyarakat.

Salah satu fungsi media masa yakni sebagai sarana pendidikan bagi masyarakat. Banyak informasi yang

diberitakan dan

memuatnya berbagai pendapat-pendapat mengenai berbagai masalah dilingkungan masyarakat sacara

langsung tidak langsung akan

memperluas wawasan para pembacanya.

 A. PROSES PERUBAHAN BUDAYA BELAJAR

Individu atau kelompok sosial akan berkesuaian dengan motivasi untuk mengadakan pembaharuan

dalam budaya belajarnya

bilamana didukung oleh faktor-faktor sebagai berikut : a) adanya kesadaran dari para individu akan

adanya kelemahan pola budaya belajar 

yang selama ini dianunya; b) adanya mutu dan keahlian para individu yang bersangkutan dalam

mendorong terjadinya penemuan budaya

belajar yang baru; c) adanya sistem perangsang dalam masyarakat yang mendorong adanya mutu

budaya belajar dalam bentuk

penghargaan khalayak mengenai temuannya, dan d) adanya suasana krisis yang berlangsung dalam

masyarakat bersangkutan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan, temasuk perubahan dalam budaya belajar.

1. Faktor waktu dalam perubahan budaya belajar 

Perubahan budaya belajar yang disebabkan oleh faktor waktu disebut juga perubahan budaya belajar 

yang alamiah. Perubahan budaya

belajar dalam konteks ini berjalan sejalan dengan perkembangan individu atau kelompok sosial, misalnya

perubahan budaya belajar anakanak,

Page 33: SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 33/37

memudian budaya belajar usia remaja, budaya belajar manusia dewasa.

1. Faktor kontak budaya dalamperubahan budaya belajar 

Kontak budaya merupakan perubahan budaya belajar yang tidak alamiah. Kontak budaya dalam

perubahan budaya berlangsung dalam

proses peniruan, atau pengambilan suatu unsur budaya luar untuk kehidupan dijadikan kepentinganpemenuhan kebutuhan bagi suatu

masyarakat.

1. Faktor kecepatan dalam perubahan budaya belajar 

Kecepatan perubahan budaya menjadi prinsip dasar dalam perubahan budaya belajar. Kenyataanya

setiap individu atau kelompok sosial

memilki tingkat perubahan budaya sebagai sesuatu yang tidak bisa dipungkiri.

1. Akulturasi budaya belajar 

 Akulturasi timbul sebagai akibat adanya kontak langsung dan terus-menerus antara kelompok-kelompok

manusia yang mempunyai

kebudayaan yang berbeda-beda, sehingga menimbulkan adanya suatu perubahan kebudayaan yang asli

dari kedua masyarakat

bersangkutan.

  Akulturasi budaya belajar dapat terwujud melalui kontak budaya yang bentuknya bermacam-macam

antara lain : pertama, kontak budaya

belajar bisa terjadi antara seluruh anggota masyarakat atau sebagian saja, bahkan individu-individu dari

dua masyarakat. Kedua, kontak

budaya belajar berjalan melalui perdamaian diantara kedua kelompok masyarakat yang bersahabat,

maupun melalui cara permusuhan

antar kelompok. Ketiga, kontak budaya belajar timbul diantara masyarakat yang mempunyai kekuasaan,

baik dalam politik maupun

ekonomi.

1. Asimilasi budaya belajar 

  Asimilasi budaya pada dasarnya proses saling mempelari pola budaya belajar antar individu dan

kelompok sehingga dapat

mengembangkan budaya belajar masing-masing. Karrean berkaitan dengan perubahan, maka awalnya

melakukan identifikasi pola budaya

belajar diantara yang sedang berasimilasi untuk kemudian dilanjutkan bersama-sama dalam bentuk

perumusan dan tindakan budaya

belajar secara konkrit.

Proses asimilasi budaya belajar dapat berjalan dengan cepat ataupun lambat bergantung kepada

beberapa faktor, yakni a) adanya toleransi

Page 34: SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 34/37

yang memadai antara dua individu atau kelompok masyarakat yang memilki perbedaan-perbedaan. b)

adanya faktor ekonomi yang

menjadi kemungkinan akan memperlancar atau memperlambat jalannya asimilasi budaya belajar. c)

adanya faktor kesan yang baik atau

rasa simpatik pada saat mengadakan kontak budaya belajar pada awalnya. d) adanya faktor perkawinan

campuran menjadi faktor yang

kuat untuk terwujudnya suatu asimilasi budaya belajar.

1. Inovasi budaya belajar 

Individu atau masyarakat akan berkesesuaian derngan motivasi untuk mengadakan pembaharuan dalam

budaya belajarnya bilamana

didukung oleh faktor-faktor berikut : a) adanya kesadaran dari para individu akan adanya kelemahan pola

budaya belajar yang selama ini

dianutnya. b) adanya mutu dan keahlian para individu yang bersangkutan dalam mendorong terjadinya

penemuan budaya belajar yang

baru. c) adanya sistem perangsang dalam masyarakat yangt mendorong adanya mutu budaya belajar 

dalam bentuk penghargaan khalayak

menenai temuannya. Dan d) adanya suasana krisis yang berlangsung dalam masyarakat bersangkutan.

Suatu perubahan budaya belajar akan diterima suatu masyarakat apabila memenuhi syarat-syarat :

pertama, masyarakat bersangkutan

harus merasa butuh dengan perubahan budaya belajar yang diawali adanya kesadaran bersama bahwa

budaya belajar yang saat ini

berlangsung sudah tidak cocok lagi digunakan dalam kehidupan. Kedua, perubahan budaya belajar yang

ditemukan harus dapat dipahami

dan dikuasai oleh anggota masyarakat lainnya. Ketiga, penemuan budaya belajar harus bissa diajarkan

pada masyarakat. Keempat,

penemuan budaya belajar harus menggambarkan keuntungan masyarakat pada masa yang akan

datang. Kelima, perubahan tersebut harus

tidak merusak prestise pribadi atau pribadi atau golongan.

1. Difusi budaya belajar 

Difusi budaya belajar dipandang sebagai proses penyebaran dari satu budaya belajar individu ke individu

yang lainnya atau intamasyarakat

atau dari masyarakat ke masyarakat lainya atau difusi inter-masyarakat. Proses peniruan budaya belajar 

disebut imitasi. Proses

imitasi budaya belajar tidak selalu dipandang negatif, karena pada prisipnya individu atau kelompok

sosial itu tengah melakukan

identifikasi budaya belajar baru. gejala peniruan ini berbentuk trial and error artinya mencoba-coba, bisa

benar atau juga salah. Kalau

Page 35: SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 35/37

kebetulan benar, maka budaya belajar baru akan terus digunakan dalam kehidupan mereka dan

digunakan untuk mengganti budaya belajar 

sebelumnya.

1. Dampak perubahan budaya belajar 

Dampak perubahan budaya belajar dalam kehidupan dapatlah kita amati dalam kejadian sehari-haridilingkungan kita. Kita ketahui

bersama bahwa pembangunana nasional yang sedang dilaksanakan ini pada dasarnya adalah proses

perubahan dari luar. Perubahan

melalui pembangunan berkonsekuensi pada perubahan pada pola duni belajarnya. setiap individu atau

kelompok masyarakat

mengiterprestasikan sulinya kehidupan dan semakin ketatnya persaingan yang menjadi individu atau

kelompok sosial mengubah pola

budaya belajar dalam kehidupannya.

Respon perubahan budaya belajar pada suatu masyarakat dengan tingkat kebudayaannya memilki cara

yang berbeda dalam menanggapi

perubahan. Cara tersebut didasarkan pada perbedaan dalam latar belakang karakter budaya masing-

masing berikut dengan ciri khasnya.

Sebagai mana dipahami, latar belakang budaya yang diartikan sebagai model pengetahuan, pada

dasarnya difungsikan untuk menginterprestasikan

pengalaman dan lingkungan nya serta yang mendorong terwujudnya suatu kelakuan.

Penetrasi budaya belajar adalah penyebab budaya belajar individu atau kelompok sosial dapat berubah

yang disebakan oleh kontak dengan

dunia luar. Penetrasi budaya adalah proses penerimaan suatu unsur kebudayaan dari luar. Unsur yang

datang dari luar secara perlahan ikut

menyertai atau membonceng dalam suatu saluran yang dianggap sebagai saluran umum, kemudian

secara perlahan unsur tersebut masuk

dan mengubah budaya belajar atau sebagian budaya belajar yang hidup dalam suatu masyarakat.

MUNCULNYA TEORI SOSIOLOGI ± ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

Seperti ilmu ± ilmu lain, sosiologi awalnya menjadi bagian dari filsafat social. Ilmu ini membahas tentang

masyarakat. Namun saat itu, pembahasan tentang masyarakat hanya berkisar pada hal ± hal yang

menarik perhatian umum saja, seperti perang, ketegangan atau konflik social, dan kekuasaan dalam

kelas- kelas penguasa. Dalam perkembangan selanjutnya, pembahasan tentang masyarakatmeningkat

pada cakupan yang lebih mendalam yakni menyangkut susunan kehidupan yang diharapkan dan norma

 ± norma yang harus ditaati oleh seluruh anggota masyarakat.

Pada abad ke ± 19, seorang filsuf Perancis bernama Auguste Comte (1798 ± 1857) mengemukakan

kekhawatirannya atas keadaan masyarakat Perancis setelah pecahnya Revolusi Perancis. Comte

Page 36: SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 36/37

melihat selain perubahan positif, yaitu munculnya demokrasi, revolusi juga telah mendatangkan konflik

antar kelas di dalam masyarakat. Konflik ini terjadi akibat masyarakat tidak mengetahui cara mengatasi

perubahan atau hukum ± hukum apa saja yang dapat digunakan untuk mengaturnya. Akibat terjadi

anarkisme (tidak adanya aturan yang mengendalikan masyarakat) dalam masyarakat Perancis.

 Atas dasar ini Comte menyarankan agar semua penelitian tentang masyarakat ditingkatkan lagi menjadi

suatu ilmu yang berdiri sendiri dan penelitian tersebut harus berdasarkan pada metode ± metode ilmiah.

Saat itu, Comte membayangkan suatu penemuan hokum ± hokum fisik yang dapat mengatur gejala ±

gejala social. Comte kemudian menamakan ilmu ini Sosisologi. Comte kemudian disebut sebagai

bapak sosiologi. Meskipun Comte menciptakan istilah sosiologi, akan tetapi Herbert Spencer 

mempopulerkan istilah tersebut melalui buku Principles of Sociology. Di dalam buku tersebut, Spencer 

mengembangkan system penelitian tentang masyarakat. Ia menerapkan teori evolusi organic pada

masyarakat manusia dan mengembangkan teori besar tentang evolusi social yang diterima secara luas di

masyarakat. Menurutnya, suatu organ akan lebih sempurna jika organ itu bertambah kompleks karena

ada diferensiasi (proses pembedaan) di dalam bagian ± bagiannya. Spencer melihat masyarakat sebagaisebuah system yang tersusun atas bagian ± bagian yang saling bergantung sebagaimana pada

organisme hidup. Evolusi dan perkembangan social pada dasarnya akan berarti, jika ada peningkatan

diferensiasi dan integrasi, peningkatan pembagian kerja, dan suatu transisi dari homogen ke heterogen;

dari yang sederhana ke yang kompleks. Setelah buku Spencer tersebut terbit, sosiologi kemudian

berkembang dengan pesat ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Disiplin antropologi adalah hasil dari pemikiran barat yang relative baru. Padahal pertanyaan manusia

tentang siapa dirinya di dunia ini sudah ada semenjak dulu. Perkembangan antropologi yang lamban itu

terjadi karena keterbatasan teknologi yang dimiliki oleh manusia.

Tanpa adanya sarana untuk mengadakan perjalanan ke tempat ± tempat jauh di dunia, pengamatan

tentang manusia dan kebudayaannya sangat sulit dilakukan. Hal lain yang menyebabkan lambannya

perkembangan antropologi adalah kegagalan bangsa Eropa untuk melihat bahwa mereka dan bangsa ±

bangsa lain memiliki sifat kemanusiaan yang sama. Mereka masih menganggap di luar bangsanya

adalah ³biadab´ atau ³barbar´. Baru pada akhir abad 18, mereka menyadari keanekaragaman manusia

atau perilaku manusia yang dianggap biadab itu justru membantu mereka memahami diri sendiri.

Tahap ± tahap perkembangan disipli ilmu antropologi dikemukakan oleh Koentjaraningrat.

Koentjaraningrat membaginya ke dalam 4 tahap.

Tahap pertama ditandai dengan tulisan tangan bangsa Eropa yang melakukan penjelajahan di benua

 Afrika, Asia, dan Amerika pada akhir abad ke ± 15. Tulisan itu merupakan deskripsi keadaan bangsa ±

bangsa yang mereka singgahi. Deskripsi yang dituliskan mencakup adat istiadat, suku, susunan

masyarakat, bahasa, dan ciri ± ciri fisik. Deskripsi tersebut sangat menarik bagi masyarakat Eropa

karena berbeda dengan keadaan di Eropa pada umumnya. Bahan deskripsi itu disebut juga Etnografi

(Etnos berarti bangsa).

Page 37: SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 37/37

Pada tahap ke dua mereka menginginkan tulisan ± tulisan atau deskripsi yang tersebar itu dikumpulkan

 jadi satu dan diterbitkan. Isinya disusun berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat, yaitu masyarakat

dan kebudayaan manusia berevolusi dengan sangat lambat, dari tingkat rendah sampai tingkat tertinggi.

Dari sinilah bangsa ± bangsa dunia digolongkan menurut tingkat evolusinya. Sekitar tahhun 1860,

terbit karangan yang mengklasifikasikan berbagai kebudayaan dunia berdasarkan tingkat evolusinya.

Saat itu lahirlah antropologi. Dengan demikian pada tahap kedua ini, antropologi telah bersifat akademis.

Pada tahap ini, antropologi mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitive untuk memperoleh

pengertian mengenai tingkat ± tingkat perkembangan dalam sejarah evolusi dan sejarah penyebaran

kebudayaan manusia di dunia.

Pada tahap ke tiga, antropologi menjadi ilmu yang bersifat praktis. Pada tahap ini, antropologi

mempelajari masyarakat jajahan demi kepentingan pemerintah colonial. Hal ini berlangsung sekitar pada

awal abad ke ± 20. Pada abad ini, antropologi semakin penting untuk mengukuhkan dominasi bangsa ±

bangsa Eropa Barat di daerah jajahannya. Dengan antropologi, bangsa Eropa mempelajari dan tahu

bagaimana menghadapi masyarakat daerah jajahannya. Selain itu, bangsa ± bangsa terjajah padaumumnya belum sekompleks bangsa Eropa Barat. Oleh karena itu, mempelajari bangsa ± bangsa

terjajah bagi bangsa Eropa dapat menambah pengertian mereka tentang masyarakat mereka sendiri

(Bangsa Eropa Barat) yang kompleks.

Pada tahap ke empat, antropologi berkembang sangat luas, baik dalam akurasi bahan pengetahuannya

maupun ketajaman metode ± metode ilmiahnya. Hal ini berlangsung sekitar pertengahan abad ke ± 20.

Sasaran penelitian antropologi di masa ini bukan lagi suku bangsa primitive dan bangsa Eropa Barat, tapi

beralih pada penduduk pedesaan, baik mengenai keanekaragaman fisik, masyarakat,

maupun kebudayaannya termasuk suku bangsa di daeah pedesaan yang ada di Amerika dan Eropa

Barat itu sendiri. Peralihan sasaran penelitian itu terutama disebabkan oleh munculnya ketidaksenangan

terhadap penjajahan dan makin berkurangnya masyarakat yang dianggap primitive.

http://ninityulianita.wordpress.com/2009/09/12/munculnya-teori-sosiologi-antropologi-pendidikan/