SOSIOLOGI ANTROPOLOGI AMMATOA KAJANG BULUKUMBA SULAWESI SELATAN.pdf
SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN
-
Upload
ichwan-danu -
Category
Documents
-
view
649 -
download
3
Transcript of SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN
5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 1/37
SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN
Istilah sosiologi berasal dari kata socius dan logos. Socius (bahasa latin) berarti kawan dan logos
(bahasa yunani) berarti kata atau
berbicara. Jadi, sosiologi berarti berbicara mengenai masyarakat.
Ada banyak tokoh ± tokoh yang berusaha mendefinisikan sosiologi. Diantaranya sebagai berikut :
· Charles Ellwood : sosiologi merupakan pengetahuan yang menguraikan hubungan manusia dan
golongannya, asal dan
kemajuannya, bentuk dan kewajibannya.
· Gustav Ratzenhofer : sosiologi merupakan pengetahuan tentang hubungan manusia dengan
kewajibannya untuk menyelidiki
dasar dan terjadinya evolusi social serta kemakkuran umum bagi anggota ± anggotanya.
· Herbert Spencer : sosiologi mempelajari tumbuh, bangun, dan kewajiban masyarakat.
· Emile Durkheim : sosiologi adalah ilmu yang mempelajari fakta ± fakta social, yaitu fakta ± fakta yang
berisikan cara.· Adam Kuper : sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang fokusnya mempelajari masyarakat. Kuper juga
menyebutkan sosiologi
sebagai ilmu yang mempelajari tindakan atau perilaku manusia di dalam kelompoknya.
· Pitirin Sorokin : sosiologi suatu ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbale balik anatara
aneka macam gejala
ekonomi dengan agama, keluarga dengan moral, hokum dengan ekonomi, gerak masyarakat dengan
politik dan sebagainya.
· Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi : sosiologi atau ilmu masyarakat adalah ilmu yang
mempelajari struktur social dan
proses ± proses social termasuk perubahan ± perubahan social. Selanjutnya struktur social adalah
keseluruhan jalinan antara
unsure ± unsure social yang pokok yaitu kaidah ± kaidah social (norma ± norma sosial), lembaga ±
lembaga social. Kelompok ±
kelompok social serta lapisan ± lapisan social. Sedangkan proses social adalah pengaruh timbal balik
antara segi kehidupan
ekonomi dan segi kehidupan politik, antara segi kehidupan hokum dan segi kehidupan agama, anatar
segi kehidupan agama dan
segi kehidupan ekonomi dan sebagainya. Salah satu proses social yang bersifat tersendiri adalah dalam
hal terjadinya perubahan
± perubahan di dalam struktur social.
· Nursid Sumaatmadja (1986) : sosiologi adalah ilmu pengetahuan tantang relasi ± relasi social, artinya
bahwa manusia merupakan
5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 2/37
mahluk yang aktif mengadakan kontak ± kontak dengan interaksi ± interaksi social yang berupa tingkah
laku dan dapat saling
mempengaruhi. Oleh karena itu, ada juga yang menyebutkan bahwa sosiologi dapat diartikan secara luas
sebagai studi tentang
interaksi ± interaksi dengan tipe ± tipenya yang timbul dari kontak antar individu ± individu. Kelanjutan
interaksi social terjadi
antar relasi social yang akhirnya membentuk suatu kelompok social. Dan kelompok ± kelompok social ini
merupakan bagian
yang aktif dari kelompok ± kelompok sosialnya.
Dari apa yang dikemukakan oleh para ilmuwan tentang pengertian sosiologi, ternyata pendapat ±
pendapatnya sangat bervariasi, namun
demikian ada beberapa unsur yang dapat ditarik sebagai kesimpulan bahwa sosiologi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari :
· Hubungan timbal balik antara manusia dengan manusia lainnya, maupun individu dengan masyarakat.· Kehidupan masyarakat dan semua tindakan atau perilaku manusia dalam kelompoknya.
Antropologi adalah suatu ilmu yang memahami sifat ± sifat semua jenis manusia secara lebih banyak.
Antropologi yang dahulu
dibutuhkan oleh kaum misionaris untuk penyebaran agama nasrani dan bersamaan dengan itu
berlangsung system penjajahan atas Negara
± Negara di luar eropa, dewasa ini dibutuhkan bagi kepentingan kemanusiaan yang lebih luas. Studi
antropologi selain untuk kepentingan
pengembangan ilmu itu sendiri, di Negara ± Negara yang telah membangun sangat diperlukan bagi
pembuatan ± pembuatan kebijakan
dalam rangka pembangunan dan pengembangan masyarakat.
Sebagai suatu disiplin ilmu yang sangat luas cakupannya, maka tidak ada seorang ahli antropologi yang
mampu menelaah dan menguasai
antropologi secara sempurna. Demikianlah maka antropologi dipecah ± pecah menjadi beberapa bagian
dan para ahli antropologi masing
± masing mengkhususkan diri pada spesialisasi sesuai dengan minat dan kemampuannya untuk
mendalami studi secara mendalam pada
bagian ± bagian tertentu dalam antropologi. Dengan demikian, spesialisasi studi antropologi menjadi
banyak, sesuai dengan
perkembangan ahli ± ahli antropologi dalam mengarahkan studinya untuk lebih mamahami sifat ± sifat
dan hajat hidup manusia secara
lebih banyak.
Dalam hubungan ini ada antropologi ekonomi, antropologi politik, antropologi kebudayaan, antropologi
agama, antropologi pendidikan,
5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 3/37
antropologi perkotaan, dan lain sebagainya.
Grace de Raguna, seorang filsuf wanita di tahun 1941 menyampaikan pidatonya dihadapan American
Philosophical Association Eastern
Division, bahwa antropologi telah memberi lebih banyak kejelasan tentang sifat manusia dari pada semua
pemikiran fisuf atau studi para
ilmuwan di laboratorium (Haviland, 1988). Meskipun banyak spesialisasi dalam antropologi, para ahli
antropologi tetap menaruh
perhatian kepada perspektif yang lebih luas dan menyeluruh tentang umat manusia.
Antropologi secara garis besar dipecah menjadi 2 bagian yaitu antropologi fisik / biologi dan antropologi
budaya. Tetapi dalam pecahan
antropologi budaya, terpecah ± pecah lagi menjadi banyak sehingga menjadi spesialisasi ± spesialisasi,
termasuk antropologi pendidikan.
Seperti halnya kajian antropologi pada umumnya antropologi pendidikan berusaha menyusun
generalisasi yang bermanfaat tentangmanusia dan perilakunya dalam rangka memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman
manusia khususnya dalam dunia
pendidikan. Studi antropologi pendidikan adalah spesialisasi termuda dalam antropologi.
Setelah dasawarsa tahun 60 ± an di Amerika Serikat semakin banyak diperlukan keahlian dalam
antropologi untuk meneliti masalah ±
masalah pendidikan, maka antropologi pendidikan kemudian dianggap dapat berdiri sendiri sebagai
cabang spesialisasi antropologi yang
resmi. Antropologi pendidikan apabila dihadirkan sebagai suatu materi kajian, maka yang dikaji adalah
penggunaan teori ± teori.
Antropologi adalah sebuah disiplin keilmuan yang dilahirkan rahim revolusi borjuis Eropa dan tumbuh
dewasa dalam asuhan penjajahan
(lih. Kuper 1996 : 114 ± 138; Keesing 1996: 143 ± 185). Sedangkan Marxisme, meskipun dilahirkan oleh
ibu yang sama, tapi ia diasuh
oleh perlawanan terhadap kodrat menindas kapitalisme. Oleh karena itulah, ketika antropologi menjadi
pemandu para penjajah
menegakkan kebenaran nilai ± nilai kapitalisme ke penjuru dunia, Marxisme justru menjadi pegangan
dalam perjuangan ± perjuangan
melawan pengaruh jahat kapitalisme dimana pun system itu mencengkeramkan kuku ± kuku beracunnya.
Berikut ini pendapat para ahli tentang pengertian antropologi, yaitu :
· Koentjaraningrat : antropologi adalah ilmu yang mempelajari mahluk antropos atau manusia dan
merupakan paduan dari
beberapa ilmu yang masing ± masing mempelajari masalah ± masalah khusus mengenai mahluk
manusia.
5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 4/37
· William A. Haviland : antropologi adalah suatu studi mengenai manusia yang berusaha menyusun
generalisasi yang bermanfaat
tentang manusia dan perilakunya dan untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang
keanekaragaman manusia.
· Harsojo : antropologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari umat manusia sebagai mahluk
masyarakat. Perhatian ilmu
pengetahuan ini ditunjukkan kepada sifat khusus badaniah dan cara produksi, tradisi dan nilai ± nilai yang
membuat pergaulan
hidup yang satu berbeda dengan pergaulan hidup yang lainnya.
· Keesing (1981) : antropologi adalah kajian tentang manusia.
· Kamus antropologi oleh Ariyono Suyono (1985) : antropologi diartikan sebagai suatu ilmu yang
berusaha mencapai pengertian
mahluk manusia dengan mempelajari aneka warna, bentuk, fisik, kepribadian masyarakat serta
kebudayaannya.Bila disimpulkan pendapat ± pendapat tersebut di atas, akan diperoleh definisi sebagai berikut :
Antropologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari mahluk social, baik manusia yang ditinjau dari
fisik atau biologisnya (bentuk
fisik, ciri ± ciri tubuh dan perkembangannya, maupun manusia yang ditinjau dari sosio ± budayanya,
system social dan perkembangan
kebudayaannya).
PERSPEKTIF DALAM PSIKOLOGI SOSIAL
PERSPEKTIF DALAM PSIKOLOGI SOSIAL
Hasan Mustafa
Pengantar :
Tulisan ini disusun sebagai upaya membantu mahasiswa memahami isi mata kuliah Psikologi Sosial
pada program studi Administrasi
Negara Fisip Unpar. Acuan uraian ini adalah buku yang ditulis oleh James A. Wiggins, Beverly B.
Wiggins, dan James Vander Zanden
( 1994), dilengkapi oleh sumber bacaan lain. Topik lain yang juga merupakan pokok bahasan dalam mata
kuliah tersebut akan segera
disusun. Semoga bermanfaat.
Akar awal Psikologi Sosial
Walau psikologi sosial merupakan disiplin yang telah lama ada ( sejak Plato dan Aristotle), namun secara
resmi, disiplin ini menjadi satu
ilmu yang mandiri baru sejak tahun 1908. Pada tahun itu ada dua buku teks yang terkenal yaitu
³Introduction to Social Psychology´
5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 5/37
ditulis oleh William McDougall ± seorang psikolog ± dan ³Social Psychology : An Outline and Source
Book , ditulis oleh E.A. Ross ±
seorang sosiolog.
Berdasarkan latar belakang penulisnya maka dapat dipahami bahwa psikologi sosial bisa diclaim´
sebagai bagian dari psikologi, dan bisa
juga sebagai bagian dari sosiologi.
Psikologi sosial juga merupakan pokok bahasan dalam sosiologi karena dalam sosiologi dikenal ada dua
perspektif utama, yaitu perspektif
struktural makro yang menekankan kajian struktur sosial, dan perspektif mikro yang menekankan pada
kajian individualistik dan
psikologi sosial dalam menjelaskan variasi perilaku manusia.. Di Amerika disiplin ini banyak dibina oleh
jurusan sosiologi ± di American
Sociological Association terdapat satu bagian yang dinamakan ³social psychological section³, sedangkan
di Indonesia, secara formaldisiplin psikologi sosial di bawah binaan fakultas psikologi, namun dalam prakteknya tidak sedikit para
pakar sosiologi yang juga
menguasai disiplin ini sehingga dalam berbagai tulisannya, cara pandang psikologi sosial ikut
mewarnainya.
Apakah perbedaan di antara Sosiologi dan Psikologi ??
Kita sering berpikir bahwa yang namanya dunia psikologi adalah dunia yang berkaitan dengan persoalan
perasaan, motivasi, kepribadian,
dan yang sejenisnya. Dan kalau berpikir tentang sosiologi, secara umum cenderung memikirkan
persoalan kemasyarakatan. Kajian utama
psikologi adalah pada persoalan kepribadian, mental, perilaku, dan dimensi-dimensi lain yang ada dalam
diri manusia sebagai individu.
Sosiologi lebih mengabdikan kajiannya pada budaya dan struktur sosial yang keduanya mempengaruhi
interaksi, perilaku, dan
kepribadian. Kedua bidang ilmu tersebut bertemu di daerah yang dinamakanpsikologi sosial . Dengan
demikian para psikolog berwenang
merambah bidang ini, demikian pula para sosiolog. Namun karena perbedaan latar belakang maka para
psikolog akan menekankan
pengaruh situasi sosial terhadap proses dasar psikologikal ± persepsi kognisi emosi dan 2 Pertanyaan
yang paling mendasar yang
senantiasa menjadi kajian dalam psikologi sosial adalah : ´ Bagaimana kita dapat menjelaskan pengaruh
orang lain terhadap perilaku
kita?¶´. Misalnya di Prancis, para analis sosial sering mengajukan pertanyaan mengapa pada saat
revolusi Prancis, perilaku orang menjadi
5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 6/37
cenderung emosional ketimbang rasional? Demikian juga di Jerman dan Amerika Serikat dilakukan studi
tentang kehadiran orang lain
dalam memacu prestasi seseorang . Misalnya ketika seorang anak belajar seorang diri dan belajar dalam
kelompok, bisa menunjukan
prestasi lebih baik dibandingkan ketika mereka belajar sendiri. Gordon Allport (1968) menjelaskan bahwa
seorang boleh disebut sebagai
psikolog sosial jika dia ³berupaya memahami, menjelaskan, dan memprediksi bagaimana pikiran,
perasaan, dan tindakan
individuindividu dipengaruhi oleh pikiran, perasaan, dan tindakan-tindakan orang lain yang dilihatnya,
atau bahkan hanya
di bayangkannya´ Teori-teori awal yang dianggap mampu menjelaskan perilaku seseorang, difokuskan
pada dua kemungkinan (1)
perilaku diperoleh dari keturunan dalam bentuk instinkinstink biologis ± lalu dikenal dengan penjelasan
³ nature´ - dan (2) perilaku bukanditurunkan melainkan diperoleh dari hasil pengalaman selama kehidupan mereka ± 3 dikenal dengan
penjelasan ³ nurture´. Penjelasan
³ nature´ dirumuskan oleh ilmuwan Inggris Charles Darwin pada abad kesembilan belas di mana dalam
teorinya dikemukakan bahwa
semua perilaku manusia merupakan serangkaian instink yang diperlukan agar bisa bertahan hidup. Mc
Dougal sebagai seorang psikolog
cenderung percaya bahwa seluruh perilaku sosial manusia didasarkan pada pandangan ini (instinktif).
Namun banyak analis sosial yang tidak percaya bahwa instink merupakan sumber perilaku sosial.
Misalnya William James, seorang
psikolog percaya bahwa walau instink merupakan hal yang mempengaruhi perilaku sosial, namun
penjelasan utama cenderung ke arah
kebiasaan - yaitu pola perilaku yang diperoleh melalui pengulangan sepanjang kehidupan seseorang. Hal
ini memunculkan ³ nurture
explanation´.Tokoh lain yang juga seorang psikolog sosial, John Dewey mengatakan bahwa perilaku kita
tidak sekedar muncul
berdasarkan pengalaman masa lampau, tetapi juga secara terus menerus berubah atau diubah oleh
lingkungan ± ³situasi kita´ ± termasuk
tentunya orang lain. Berbagai alternatif yang berkembang dari kedua pendekatan tersebut kemudian
memunculkan berbagai perspektif
dalam psikologi sosial ± seperangkat asumsi dasar tentang hal paling penting yang bisa dipertimbangkan
sebagai sesuatu yang bisa
digunakan untuk memahami perilaku sosial. Ada empat perspektif, yaitu : perilaku (behavioral
perspectives) , kognitif ( cognitive
5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 7/37
perspectives), stuktural ( structural perspectives), dan interaksionis ( interactionist perspectives).
Perspektif perilaku dan kognitif lebih banyak digunakan oleh para psikolog sosial yang berakar pada
psikologi. Mereka sering
menawarkan jawaban yang berbeda atas sebuah pertanyaan : ³Seberapa besar perhatian yang
seharusnya diberikan oleh para psikolog
sosial pada kegiatan mental dalam upayanya memahami perilaku sosial?´. Perspektif perilaku
menekankan, bahwa untuk dapat lebih
memahami perilaku seseorang, seyogianya kita mengabaikan informasi tentang apa yang dipikirkan oleh
seseorang. Lebih baik kita
memfokuskan pada perilaku seseorang yang dapat diuji oleh pengamatan kita sendiri. Dengan
mempertimbangkan proses mental
seseorang, kita tidak terbantu memahami perilaku orang tersebut, karena seringkali proses mental tidak
reliabel untuk memprediksi
perilaku. Misalnya tidak semua orang yang berpikiran negatif tentang sesuatu, akan juga berperilakunegatif. Orang yang bersikap negatif
terhadap bangsa A
4 misalnya, belum tentu dia tidak mau melakukan hubungan dengan bangsa A tersebut. Intinya pikiran,
perasaan, sikap (proses mental)
bukan sesuatu yang bisa menjelaskan perilaku seseorang. Sebaliknya, perspektif kognitif menekankan
pada pandangan bahwa kita tidak
bisa memahami perilaku seseorang tanpa mempelajari proses mental mereka. Manusia tidak
menanggapi lingkungannya secara otomatis.
Perilaku mereka tergantung pada bagaimana mereka berpikir dan mempersepsi lingkungannya. Jadi
untuk memperoleh informasi yang
bisa dipercaya maka proses mental seseorang merupakan hal utama yang bisa menjelaskan perilaku
sosial seseorang.
Perspektif struktural dan interaksionis lebih sering digunakan oleh para psikolog sosial yang berasal dari
disiplin sosiologi. Pertanyaan
yang umumnya diajukan adalah : ³ Sejauhmana kegiatan-kegiatan individual membentuk interaksi sosial
?´. Perspektif struktural
menekankan bahwa perilaku seseorang dapat dimengerti dengan sangat baik jika diketahui peran
sosialnya. Hal ini terjadi karena perilaku
seseorang merupakan reaksi terhadap harapan orang-orang lain. Seorang mahasiswa rajin belajar,
karena masyarakat mengharapkan agar
yang namanya mahasiswa senantiasa rajin belajar. Seorang ayah rajin bekerja mencari nafkah guna
menghidupi keluarganya. Mengapa ?
5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 8/37
Karena masyarakat mengharapkan dia berperilaku seperti itu, jika tidak maka dia tidak pantas disebut
sebagai ³seorang ayah´. Perspektif
interaksionis lebih menekankan bahwa manusia merupakan agen yang aktif dalam menetapkan
perilakunya sendiri, dan mereka yang
membangun harapan-harapan sosial. Manusia bernegosiasi satu sama lainnya untuk membentuk
interaksi dan harapannya. Untuk lebih
jelas, di bawah ini diuraikan satu persatu keempat prespektif dalam psikologi sosial.
1. Perspektif Perilaku (Behavioral Perspective)
Pendekatan ini awalnya diperkenalkan oleh John B. Watson (1941, 1919). Pendekatan ini cukup banyak
mendapat perhatian dalam
psikologi di antara tahun 1920- an s/d 1960-an. Ketika Watson memulai penelitiannya, dia menyarankan
agar pendekatannya ini tidak
sekedar satu alternatif bagi pendekatan instinktif dalam memahami perilaku sosial, tetapi juga merupakan
alternatif lain yangmemfokuskan pada pikiran, kesadaran, atau pun imajinasi. Watson menolak informasi instinktif semacam
itu, 5 yang menurutnya bersifat
³mistik´, ³mentalistik´, dan ³subyektif´. Dalam psikologi obyektif maka fokusnya harus pada sesuatu yang
³dapat diamati´ (observable),
yaitu pada ³apa yang dikatakan (sayings) dan apa yang dilakukan (doings)´. Dalam hal ini pandangan
Watson berbeda dengan James dan
Dewey, karena keduanya percaya bahwa proses mental dan juga perilaku yang teramati berperan
dalam menyelaskan perilaku sosial.
Para ³behaviorist memasukan perilaku ke dalam satu unit yang dinamakan ³tanggapan´ ( responses),
dan lingkungan ke dalam unit
³rangsangan´ ( stimuli). Menurut penganut paham perilaku, satu rangsangan dan tanggapan tertentu bisa
berasosiasi satu sama lainnya, dan
menghasilkan satu bentuk hubungan fungsional. Contohnya, sebuah rangsangan ´ seorang teman
datang ³, lalu memunculkan tanggapan
misalnya, ³tersenyum´. Jadi seseorang tersenyum, karena ada teman yang datang kepadanya. Para
behavioris tadi percaya bahwa
rangsangan dan tanggapan dapat dihubungkan tanpa mengacu pada pertimbangan mental yang ada
dalam diri seseorang. Jadi tidak terlalu
mengejutkan jika para behaviorisme tersebut dikategorikan sebagai pihak yang menggunakan
pendekatan ³kotak hitam (black-box )´ .
Rangsangan masuk ke sebuah kotak (box ) dan menghasilkan tanggapan. Mekanisme di dalam kotak
hitam tadi - srtuktur internal atau
5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 9/37
proses mental yang mengolah rangsangan dan tanggapan ± karena tidak dapat dilihat secara langsung
(not directly observable), bukanlah
bidang kajian para behavioris tradisional. Kemudian, B.F. Skinner (1953,1957,1974) membantu
mengubah fokus behaviorisme melalui
percobaan yang dinamakan ³operant behavior dan ³reinforcement ³. Yang dimaksud dengan ³operant
condition adalah setiap perilaku
yang beroperasi dalam suatu lingkungan dengan cara tertentu, lalu memunculkan akibat atau perubahan
dalam lingkungan tersebut.
Misalnya, jika kita tersenyum kepada orang lain yang kita hadapi, lalu secara umum, akan menghasilkan
senyuman yang datangnya dari
orang lain tersebut. Dalam kasus ini, tersenyum kepada orang lain tersebut merupakan ³operant
behavior ³. Yang dimaksud dengan
³reinforcement adalah proses di mana akibat atau perubahan yang terjadi dalam lingkungan
memperkuat perilaku tertentu di masadatang . Misalnya, jika kapan saja kita selalu tersenyum kepada orang asing (yang belum kita kenal
sebelumnya), dan mereka tersenyum
kembali kepada kita, maka muncul kemungkinan 6 bahwa jika di kemudian hari kita bertemu orang asing
maka kita akan tersenyum.
Perlu
diketahui, reinforcement atau penguat, bisa bersifat positif dan negatif. Contoh di atas merupakan
penguat positif. Contoh penguat negatif,
misalnya beberapa kali pada saat kita bertemu dengan orang asing lalu kita tersenyum dan orang asing
tersebut diam saja atau bahkan
menunjukan rasa tidak suka, maka dikemudian hari jika kita bertemu orang asing kembali, kita cenderung
tidak tersenyum (diam saja).
Dalam pendekatan perilaku terdapat teori-teori yang mencoba menjelaskan secara lebih mendalam
mengapa fenomena sosial yang
diutarakan dalam pendekatan perilaku bisa terjadi. Beberapa teori antara lain adalah Teori Pembelajaran
Sosial (S ocial Learning Theory )
dan Teori Pertukaran Sosial (S ocial Exchange Theory ).
a. Teori Pembelajaran Sosial.
Di tahun 1941, dua orang psikolog ± Neil Miller dan John Dollard ± dalam laporan hasil percobaannya
mengatakan bahwa peniruan
(imitation) di antara manusia tidak disebabkan oleh unsur instink atau program biologis. Penelitian kedua
orang tersebut mengindikasikan
bahwa kita belajar (learn) meniru perilaku orang lain. Artinya peniruan tersebut merupakan hasil dari satu
proses belajar , bukan bisa
5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 10/37
begitu saja karena instink. Proses belajar tersebut oleh Miller dan Dollard dinamakan ³social learning ´ -
³pembelajaran sosial´. Perilaku
peniruan (imitative behavior ) kita terjadi karena kita merasa telah memperoleh imbalan ketika kita meniru
perilaku orang lain, dan
memperoleh hukuman ketika kita tidak menirunya. Agar seseorang bisa belajar mengikuti aturan baku
yang telah ditetapkan oleh
masyarakat maka ³para individu harus dilatih, dalam berbagai situasi, sehingga mereka merasa nyaman
ketika melakukan apa yang orang
lain lakukan, dan merasa tidak nyaman ketika tidak melakukannya.´, demikian saran yang dikemukakan
oleh Miller dan Dollard. Dalam
penelitiannya, Miller dan Dollard menunjukan bahwa anak-anak dapat belajar meniru atau tidak meniru
seseorang dalam upaya
memperoleh imbalan berupa permen. Dalam percobaannya tersebut, juga dapat diketahui bahwa anak-
anak dapat membedakan orangorangyang akan ditirunya. Misalnya jika orang tersebut laki-laki maka akan ditirunya, jika perempuan tidak.
Lebih jauh lagi, sekali
perilaku peniruan terpelajari (learned ), hasil belajar ini kadang berlaku umum untuk rangsangan yang
sama. Misalnya,
7 anak-anak cenderung lebih suka meniru orang-orang yang mirip dengan orang yang sebelumnya
memberikan imbalan. Jadi, kita
mempelajari banyak perilaku ³baru´ melalui pengulangan perilaku orang lain yang kita lihat. Kita contoh
perilaku orang-orang lain
tertentu, karena kita mendapatkan imbalan atas peniruan tersebut dari orang-orang lain tertentu tadi dan
juga dari mereka yang mirip
dengan orang-orang lain tertentu tadi, di masa lampau.
Dua puluh tahun berikutnya, Albert Bandura dan Richard Walters (1959, 1963), mengusulkan satu
perbaikan atas gagasan Miller dan
Dollard tentang belajar melalui peniruan. Bandura dan Walters menyarankan bahwa kita belajar banyak
perilaku melalui peniruan, bahkan
tanpa adanya penguat (reinforcement ) sekalipun yang kita terima. Kita bisa meniru beberapa perilaku
hanya melalui pengamatan terhadap
perilaku model, dan akibat yang ditimbulkannya atas model tersebut. Proses belajar semacam ini disebut
³ observational learning ±
pembelajaran melalui pengamatan. Contohnya, percobaan Bandura dan Walters mengindikasikan bahwa
ternyata anak-anak bisa
mempunyai perilaku agresif hanya dengan mengamati perilaku agresif sesosok model, misalnya melalui
film atau bahkan film karton.
5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 11/37
Bandura (1971), kemudian menyarankan agar teori pembelajaran sosial seyogianya diperbaiki lebih jauh
lagi. Dia mengatakan bahwa
teori pembelajaran sosial yang benarbenar melulu menggunakan pendekatan perilaku dan lalu
mengabaikan pertimbangan proses mental,
perlu dipikirkan ulang. Menurut versi Bandura, maka teori pembelajaran sosial membahas tentang (1)
bagaimana perilaku kita
dipengaruhi oleh lingkungan melalui penguat (reinforcement ) dan observational learning , (2) cara
pandang dan cara pikir yang kita miliki
terhadap informasi, (3) begitu pula sebaliknya, bagaimana perilaku kita mempengaruhi lingkungan kita
dan menciptakan penguat
(reinforcement ) dan observational opportunity - kemungkinan bisa diamati oleh orang lain.
b. Teori Pertukaran Sosial (S ocial Ex change T heory )
Tokoh-tokoh yang mengembangkan teori pertukaran sosial antara lain adalah psikolog John Thibaut dan
Harlod Kelley (1959), sosiologGeorge Homans (1961), Richard Emerson (1962), dan Peter Blau (1964). Berdasarkan teori ini, kita
masuk ke dalam hubungan pertukaran
dengan orang lain karena dari padanya kita memperoleh
8 imbalan. Dengan kata lain hubungan pertukaran dengan orang lain akan menghasilkan suatu imbalan
bagi kita. Seperti halnya teori
pembelajaran sosial, teori pertukaran sosial pun melihat antara perilaku dengan lingkungan terdapat
hubungan yang saling mempengaruhi
(reciprocal ). Karena lingkungan kita umumnya terdiri atas orang-orang lain, maka kita dan orang-orang
lain tersebut dipandang
mempunyai perilaku yang saling mempengaruhi Dalam hubungan tersebut terdapat unsur imbalan
(reward ), pengorbanan (cost ) dan
keuntungan ( profit ). Imbalan merupakan segala hal yang diperloleh melalui adanya pengorbanan,
pengorbanan merupakan semua hal
yang dihindarkan, dan keuntungan adalah imbalan dikurangi oleh pengorbanan. Jadi perilaku sosial
terdiri atas pertukaran paling sedikit
antar dua orang berdasarkan perhitungan untung-rugi. Misalnya, pola-pola perilaku di tempat kerja,
percintaan, perkawinan, persahabatan
± hanya akan langgeng manakala kalau semua pihak yang terlibat merasa teruntungkan. Jadi perilaku
seseorang dimunculkan karena
berdasarkan perhitungannya, akan menguntungkan bagi dirinya, demikian pula sebaliknya jika merugikan
maka perilaku tersebut tidak
ditampilkan.
5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 12/37
Berdasarkan keyakinan tersebut Homans dalam bukunya³ Elementary Forms of S ocial Behavior, 1974
mengeluarkan beberapa proposisi
dan salah satunya berbunyi : S emua tindakan yang dilakukan oleh seseorang, makin sering satubentuk
tindakan tertentu memperoleh
imbalan, makin cenderung orang tersebut menampilkan tindakan tertentu tadi ³ . Proposisi ini secara
eksplisit menjelaskan bahwa satu
tindakan tertentu akan berulang dilakukan jika adaimbalannya. Proposisi lain yang juga memperkuat
proposisi tersebut berbunyi : Makin
tinggi nilai hasil suatu per buatan bagi seseorang, makin besar pula kemungkinan per buatan tersebut
diulanginya kembali´. Bagi
Homans, prinsip dasar pertukaran sosial adalah ³distri butive justice´ ± aturan yang mengatakan bahwa
sebuah imbalan harus sebanding
dengan investasi. Proposisi yang terkenal sehubungan dengan prinsip tersebut berbunyi seseorang
dalam hubungan pertukaran denganorang lain akan mengharapkan imbalan yang diterima oleh setiap pihak sebanding dengan
pengor banan yang telah dikeluarkannya ±
makin tingghi pengor banan, makin tinggi imbalannya ± dan keuntungan yang diterima oleh setiap pihak
harus sebanding dengan
investasinya - makin tinggi investasi, makin tinggi keuntungan .9
Inti dari teori pembelajaran sosial dan pertukaran sosial adalah perilaku sosial seseorang hanya bisa
dijelaskan oleh sesuatu yang bisa
diamati, bukan oleh proses mentalistik (black-box ). Semua teori yang dipengaruhi oleh perspektif ini
menekankan hubungan langsung
antara perilaku yang teramati dengan lingkungan.
2. Perspektif Kognitif (T he C ognitive P erspective)
Kita telah memberikan indikasi bahwa kebiasaan (habit ) merupakan penjelasan alternatif yang bisa
digunakan untuk memahami perilaku
sosial seseorang di samping instink (instinct ). Namun beberapa analis sosial percaya bahwa kalau hanya
kedua hal tersebut (kebiasaan dan
instink) yang dijadikan dasar, maka dipandang terlampau ekstrem - karena mengabaikan kegiatan mental
manusia. Seorang psikolog
James Baldwin (1897) menyatakan bahwa paling sedikit ada dua bentuk peniruan, satu didasarkan pada
kebiasaan kita dan yang lainnya
didasarkan pada wawasan kita atas diri kita sendiri dan atas orang lain yang perilakunya kita tiru. Walau
dengan konsep yang berbeda
seorang sosiolog Charles Cooley (1902) sepaham dengan pandangan Baldwin. Keduanya memfokuskan
perhatian mereka kepada perilaku
5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 13/37
sosial yang melibatkan proses mental ataukognitif .
Kemudian banyak para psikolog sosial menggunakan konsepsikap ( attitude) untuk memahami proses
mental atau kognitif tadi. Dua
orang sosiolog W.I. Thomas dan Florian Znaniecki mendefinisikan psikologi sosial sebagai studi tentang
sikap, yang diartikannya sebagai
proses mental individu yang menentukan tanggapan aktual dan potensial individu dalam dunia sosial´.
Sikap merupakan predisposisi
perilaku. Beberapa teori yang melandasi perpektif ini antara lain adalah Teori Medan (Field Theory ), Teori
Atribusi dan Konsistensi Sikap
(Concistency Attitude and Attri bution Theory ), dan Teori Kognisi Kontemporer.
a. Teori Medan (F ield T heory )
Seorang psikolog, Kurt Lewin (1935,1936) mengkaji perilaku sosial melalui pendekatan konsep
³medan´/ field atau ³ruang kehidupan´
± life space. Untuk memahami konsep ini perlu dipahami bahwa secara tradisional para psikologmemfokuskan pada keyakinan bahwa
karakter individual (instink dan kebiasaan), bebas ± 10
lepas dari pengaruh situasi di mana individu melakukan aktivitas. Namun Lewin kurang sepaham dengan
keyakinan tersebut. Menurutnya
penjelasan tentang perilaku yang tidak memperhitungkan faktor situasi, tidaklah lengkap. Dia merasa
bahwa semua peristiwa psikologis
apakah itu berupa tindakan, pikiran, impian, harapan, atau apapun, kesemuanya itu merupakan fungsi
dari ³ruang kehidupan´- individu
dan lingkungan dipandang sebagai sebuah konstelasi yang saling tergantung satu sama lainnya. Artinya
³ruang kehidupan´ merupakan
juga merupakan determinan bagi tindakan, impian, harapan, pikiran seseorang. Lewin memaknakan
³ruang kehidupan´ sebagai seluruh
peristiwa (masa lampau, sekarang, masa datang) yang berpengaruh pada perilaku dalam satu situasi
tertentu.
Bagi Lewin, pemahaman atas perilaku seseorang senantiasa harus dikaitkan dengan konteks ±
lingkungan di mana perilaku tertentu
ditampilkan. Intinya, teori medan berupaya menguraikan bagaimana situasi yang ada (field ) di sekeliling
individu bepengaruh pada
perilakunya. Sesungguhnya teori medan mirip dengan konsep ³gestalt´ dalam psikologi yang
memandang bahwa eksistensi bagian-bagian
atau unsur-unsur tidak bisa terlepas satu sama lainnya. Misalnya, kalau kita melihat bangunan, kita tidak
melihat batu bata, semen, kusen,
5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 14/37
kaca, secara satu persatu. Demikian pula kalau kita mempelajari perilaku individu, kita tidak bisa melihat
individu itu sendiri, lepas dari
konteks di mana individu tersebut berada.
b. Teori Atribusi dan Konsistensi Sikap ( Attitude C onsistency and Attri bution T heory )
Fritz Heider (1946, 1958), seorang psikolog bangsa Jerman mengatakan bahwa kita cenderung
mengorganisasikan sikap kita, sehingga
tidak menimbulkan konflik. Contohnya, jika kita setuju pada hak seseorang untuk melakukan aborsi,
seperti juga orang-orang lain, maka
sikap kita tersebut konsisten atau seimbang (balance). Namun jika kita setuju aborsi tetapi ternyata
teman-teman dekat kita dan juga
orang-orang di sekeliling kita tidak setuju pada aborsi maka kita dalam kondisi tidak seimbang
(imbalance). Akibatnya kita merasa
tertekan (stress), kurang nyaman, dan kemudian kita akan mencoba mengubah sikap kita, menyesuaikan
dengan orang-orang di sekitar kita, misalnya dengan bersikap bahwa kita sekarang tidak sepenuhnya setuju pada aborsi. 11
Melalui pengubahan sikap tersebut, kita menjadi lebih nyaman. Intinya sikap kita senantiasa kita
sesuaikan dengan sikap orang lain agar
terjadi keseimbangan karena dalam situasi itu, kita menjadi lebih nyaman. Heider juga menyatakan
bahwa kita mengorganisir pikiranpikiran
kita dalam kerangka ³sebab dan akibat´. Agar supaya bisa meneruskan kegiatan kita dan
mencocokannya dengan orang-orang di
sekitar kita, kita mentafsirkan informasi untuk memutuskan penyebab perilaku kita dan orang lain. Heider
memperkenalkan konsep
³ causal attri bution´ - proses penjelasan tentang penyebab suatu perilaku. Mengapa Tono pindah ke kota
lain ?, Mengapa Ari keluar dari
sekolah ?. Kita bisa menjelaskan perilaku sosial dari Tono dan Ari jika kita mengetahui penyebabnya.
Dalam kehidupan seharihari, kita
bedakan dua jenis penyebab, yaitu internal dan eksternal. Penyebab internal (internal causality )
merupakan atribut yang melekat pada
sifat dan kualitas pribadi atau personal, dan penyebab external (external causality ) terdapat dalam
lingkungan atau situasi.
c. Teori Kognitif Kontemporer
Dalam tahun 1980-an, konsep kognisi, sebagian besarnya mewarnai konsep sikap. Istilah ³kognisi´
digunakan untuk menunjukan adanya
proses mental dalam diri seseorang sebelum melakukan tindakan. Teori kognisi kontemporer
memandang manusia sebagai agen yang
5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 15/37
secara aktif menerima, menggunakan, memanipulasi, dan mengalihkan informasi. Kita secara aktif
berpikir, membuat rencana,
memecahkan masalah, dan mengambil keputusan. Manusia memproses informasi dengan cara tertentu
melalui struktur kognitif yang
diberi istilah ³schema´ (Markus dan Zajonc, 1985 ; Morgan dan Schwalbe, 1990; Fiske and Taylor, 1991).
Struktur tersebut berperan
sebagai kerangka yang dapat menginterpretasikan pengalaman-pengalaman sosial yang kita miliki. Jadi
struktur kognisi bisa membantu
kita mencapai keterpaduan dengan lingkungan, dan membantu kita untuk menyusun realitas sosial.
Sistem ingatan yang kita miliki
diasumsikan terdiri atas struktur pengetahuan yang tak terhitung jumlahnya. Intinya, teori-teori kognitif
memusatkan pada bagaiamana
kita memproses informasi yang datangnya dari lingkungan ke dalam struktur mental kita Teori-teori
kognitif percaya bahwa kita tidakbisa memahami perilaku sosial tanpa memperoleh informasi 12 tentang proses mental yang bisa
dipercaya, karena informasi tentang hal
yang obyektif, lingkungan eksternal belum mencukupi.
3. Perspektif Struktural
Telah kita catat bahwa telah terjadi perdebatan di antara para ilmuwan sosial dalam hal menjelaskan
perilaku sosial seseorang. Untuk
menjelaskan perilaku sosial seseorang dapat dikaji sebagai sesuatu proses yang (1)instinktif , (2)
karena kebiasaan, dan (3) juga yang
bersumber dari proses mental. Mereka semua tertarik, dan dengan cara sebaik mungkin lalu
menguraikan hubungan antara masyarakat
dengan individu. William James dan John Dewey menekankan pada penjelasan kebiasaan individual,
tetapi mereka juga mencatat bahwa
kebiasaan individu mencerminkan kebiasaan kelompok ± yaitu adatistiadat masyarakat ± atau strutur
sosial . Para sosiolog yakin bahwa
struktur sosial terdiri atas jalinan interaksi antar manusia dengan cara yang relatif stabil. Kita mewarisi
struktur sosial dalam satu pola
perilaku yang diturunkan oleh satu generasi ke generasi berikutnya, melalui proses sosialisasi.
Disebabkan oleh struktur sosial, kita
mengalami kehidupan sosial yang telah terpolakan. James menguraikan pentingnya dampak struktur
sosial atas ³diri´ (self ) ± perasaan
kita terhadap diri kita sendiri. Masyarakat mempengaruhi diri ± self. Sosiolog lain Robert Park dari
Universitas Chicago memandang
5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 16/37
bahwa masyarakat mengorganisasikan, mengintegrasikan, dan mengarahkan kekuatan-kekuatan
individuindividu ke dalam berbagai
macam peran (roles). Melalui peran inilah kita menjadi tahu siapa diri kita. Kita adalah seorang anak,
orang tua, guru, mahasiswa, lakilaki,
perempuan, Islam, Kristen. Konsep kita tentang diri kita tergantung pada peran yang kita lakukan dalam
masyarakat. Beberapa teori
yang melandasi persektif strukturan adalah Teori Peran (Role Theory ), Teori Pernyataan ± Harapan
(Expectation-S tates Theory ), dan
Posmodernisme (Postmodernism)
a. Teori Peran (R ole T heory )
Walau Park menjelaskan dampak masyarakat atas perilaku kita dalam hubungannya dengan peran,
namun jauh sebelumnya Robert Linton
(1936), seorang antropolog, telah mengembangkan Teori Peran. Teori Peran menggambarkan interaksi
sosial dalam 13 terminologi aktoraktor yang bermain sesuai dengan apa-apa yang ditetapkan oleh budaya. Sesuai dengan teori ini, harapan-
harapan peran merupakan
pemahaman bersama yang menuntun kita untuk berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Menurut teori
ini, seseorang yang mempunyai
peran tertentu misalnya sebagai dokter, mahasiswa, orang tua, wanita, dan lain sebagainya, diharapkan
agar seseorang tadi berperilaku
sesuai dengan peran tersebut. Mengapa seseorang mengobati orang lain, karena dia adalah seorang
dokter. Jadi karena statusnya adalah
dokter maka dia harus mengobati pasien yang datang kepadanya. Perilaku ditentukan oleh peran sosial
Kemudian, sosiolog yang bernama Glen Elder (1975) membantu memperluas penggunaan teori peran.
Pendekatannya yang dinamakan
³life-course memaknakan bahwa setiap masyarakat mempunyai harapan kepada setiap anggotanya
untuk mempunyai perilaku tertentu
sesuai dengan kategori-kategori usia yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Contohnya, sebagian
besar warga Amerika Serikat akan
menjadi murid sekolah ketika berusia empat atau lima tahun, menjadi peserta pemilu pada usia delapan
belas tahun, bekerja pada usia
tujuh belah tahun, mempunyai istri/suami pada usia dua puluh tujuh, pensiun pada usia enam puluh
tahun. Di Indonesia berbeda. Usia
sekolah dimulai sejak tujuh tahun, punya pasangan hidup sudah bisa usia tujuh belas tahun, pensiun usia
lima puluh lima tahun. Urutan
tadi dinamakan ³tahapan usia´ (age grading ). Dalam masyarakat kontemporer kehidupan kita dibagi ke
dalam masa kanakkanak, masa
5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 17/37
remaja, masa dewasa, dan masa tua, di mana setiap masa mempunyai bermacam-macam pembagian
lagi.
b. Teori Pernyataan Harapan (Expectation-States Theory)
Teori ini diperkenalkan oleh Joseph Berger dan rekan-rekannya di Universitas Stanford pada tahun 1972.
Jika pada teori peran lebih
mengkaji pada skala makro, yaitu peran yang ditetapkan oleh masyarakat, maka pada teori ini berfokus
pada kelompok kerja yang lebih
kecil lagi. Menurut teori ini, anggota-anggota kelompok membentuk harapan-harapan atas dirinya sendiri
dan diri anggota lain, sesuai
dengan tugas-tugas yang relevan dengan kemampuan mereka, dan harapan-harapan tersebut
mempengaruhi gaya interaksi di antara
anggota-anggota kelompok tadi. Sudah tentu atribut yang paling berpengaruh terhadap munculnya
kinerja yang diharapkan adalah yang
berkaitan dengan 14 ketrampilan kerjanya. Anggota-anggota kelompok dituntut memiliki motivasi danketrampilan yang diperlukan untuk
menyelesaikan tugas-tugas kelompok yang diharapkan bisa ditampilkan sebaik mungkin.
Bagaimanapun juga, kita sering kekurangan informasi tentang kemampuan yang berkaitan dengan tugas
yang relevan, dan bahkan ketika
kita memiliki informasi, yang muncul adalah bahwa kita juga harus mendasarkan harapan kita pada
atribut pribadi dan kelompok seperti
Jenis kelamin, ras, dan usia. Dalam beberapa masyarakat tertentu, beberapa atribut pribadi dinilai lebih
penting daripada atribut lainnya.
Untuk menjadi pemimpin, jenis kelamin kadang lebih diprioritaskan ketimbang kemampuan. Di Indonesia,
untuk menjadi presiden, ras
merupakan syarat pertama yang harus dipenuhi. Berger menyebut gejala tersebut sebagai ³difusi
karakteristik status´; karakteristik status
mempengaruhi harapan kelompok kerja. Status laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan dalam soal
menjadi pemimpin, warganegara
pribumi asli lebih diberi tempat menduduki jabatan presiden. Difusi karakteristik status tersebut ( jenis
kelamin, ras, usia, dan lainnya)
dengan demikian, mempunyai pengaruh yang kuat terhadap interaksi sosial.
c. Posmodernisme (P ostmodernism)
Baik teori peran maupun teori pernyataan-harapan, keduanya menjelaskan perilaku sosial dalam
kaitannya dengan harapan peran dalam
masyarakat kontemporer. Beberapa psikolog lainnya justru melangkah lebih jauh lagi. Pada dasarnya
teori posmodernisme atau dikenal
5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 18/37
dengan singkatan ³POSMO´ merupakan reaksi keras terhadap dunia modern. Teori Posmodernisme,
contohnya, menyatakan bahwa
dalam masyarakat modern, secara gradual seseorang akan kehilangan individualitas-nya ±
kemandiriannya, konsep diri, atau jati diri.
(Denzin, 1986; Murphy, 1989; Dowd, 1991; Gergen, 1991) .
Dalam pandangan teori ini upaya kita untuk memenuhi peran yang dirancangkan untuk kita oleh
masyarakat, menyebabkan individualitas
kita digantikan oleh kumpulan citra diri yang kita pakai sementara dan kemudian kita campakkan..
Berdasarkan pandangan
posmodernisme, erosi gradual individualitas muncul bersamaan dengan terbitnya kapitalisme dan
rasionalitas. Faktor-faktor ini mereduksi
pentingnya hubungan pribadi dan menekankan aspek nonpersonal. Kapitalisme atau modernisme,
menurut teori ini, menyebabkan
manusia dipandang sebagai barang yang 15 bisa diperdagangkan ± nilainya (harganya) ditentukan olehseberapa besar yang bisa
dihasilkannya. Setelah Perang Dunia II, manusia makin dipandang sebagai konsumen dan juga sebagai
produsen. Industri periklanan dan
masmedia menciptakan citra komersial yang mampu mengurangi keanekaragaman individualitas.
Kepribadian menjadi gaya hidup.
Manusia lalu dinilai bukan oleh kepribadiannya tetapi oleh seberapa besar kemampuannya mencontoh
gaya hidup. Apa yang kita
pertimbangkan sebagai ³ pilihan kita sendiri´ dalam hal musik, makanan, dan lain-lainnya, sesungguhnya
merupakan seperangkat
kegemaran yang diperoleh dari kebudayaan yang cocok dengan tempat kita dalam struktur ekonomi
masyarakat kita. Misalnya, kesukaan
remaja Indonesia terhadap musik ³rap´ tidak lain adalah disebabkan karena setiap saat telinga mereka
dijejali oleh musik tersebut melalui
radio, televisi, film, CD, dan lain sebagainya. Gemar musik ³rap´ menjadi gaya hidup remaja. Lalu kalau
mereka tidak menyukai musik
³rap´, dia bukan remaja. Perilaku seseorang ditentukan oleh gaya hidup orang-orang lain yang ada di
sekelilingnya , bukan oleh dirinya
sendiri. Kepribadiannya hilang individualitasnya lenyap. Itulah manusia modern, demikian menurut
pandangan penganut ³posmo´.
Intinya, teori peran, pernyataan-harapan, dan posmodernisme memberikan ilustrasi perspektif struktural
dalam hal bagaimana harapanharapan
masyarakat mempengaruhi perilaku sosial individu. Sesuai dengan perspektif ini, struktur sosial ± pola
interaksi yang sedang
5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 19/37
terjadi dalam masyarakat ± sebagian besarnya pembentuk dan sekaligus juga penghambat perilaku
individual. Dalam pandangan ini,
individu mempunyai peran yang pasif dalam menentukan perilakunya. Individu bertindak karena ada
kekuatan struktur sosial yang
menekannya.
4. Perspektif Interaksionis (Interactionist Perspective)
Seorang sosiolog yang bernama George Herbert Mead (1934) yang mengajar psiokologi sosial pada
departemen filsafat Universitas
Chicago, mengembangkan teori ini. Mead percaya bahwa keanggotaan kita dalam suatu kelompok sosial
menghasilkan perilaku bersama
yang kita kenal dengan nama budaya. Dalam waktu yang bersamaan, dia juga mengakui bahwa
individu-individu yang memegang posisi
berbeda dalam suatu kelompok, mempunyai peran yang berbeda pula, sehingga memunculkan perilaku
yang 16 juga berbeda. Misalnya,perilaku pemimpin berbeda dengan pengikutnya. Dalam kasus ini, Mead tampak juga seorang strukturis.
Namun dia juga menentang
pandangan bahwa perilaku kita melulu dipengaruhi oleh lingkungan sosial atau struktur sosial.
Sebaliknya Mead percaya bahwa kita
sebagai bagian dari lingkungan sosial tersebut juga telah membantu menciptakan lingkungan tersebut.
Lebih jauh lagi, dia memberi
catatan bahwa walau kita sadar akan adanya sikap bersama dalam suatu kelompok/masyarakat, namun
hal tersebut tidaklah berarti bahwa
kita senantiasa berkompromi dengannya.
Mead juga tidak setuju pada pandangan yang mengatakan bahwa untuk bisa memahami perilaku sosial,
maka yang harus dikaji adalah
hanya aspek eksternal (perilaku yang teramati) saja. Dia menyarankan agar aspek internal (mental) sama
pentingnya dengan aspek
eksternal untuk dipelajari. Karena dia tertarik pada aspek internal dan eksternal atas dua atau lebih
individu yang berinteraksi, maka dia
menyebut aliran perilakunya dengan nama ³social behaviorism´. Dalam perspektif interaksionis ada
beberapa teori yang layak untuk
dibahas yaitu Teori Interaksi Simbolis (S ymbolic Interaction Theory ), dan Teori Identitas (Identity Theory ).
a. Teori Interaksi Simbolis (Symbolic Interaction Theory)
Walau Mead menyarankan agar aspek internal juga dikaji untuk bisa memahami perilaku sosial, namun
hal tersebut bukanlah merupakan
minat khususnya. Justru dia lebih tertarik pada interaksi, di mana hubungan di antara gerak-isyarat
(gesture) tertentu dan maknanya,
5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 20/37
mempengaruhi pikiran pihak-pihak yang sedang berinteraksi. Dalam terminologi Mead, gerak-isyarat
yang maknanya diberi bersama oleh
semua pihak yang terlibat dalam interaksi adalah merupakan ³satu bentuk simbol yang mempunyai arti
penting´ ( a significant symbol´).
Kata-kata dan suara-lainnya, gerakan-gerakan fisik, bahasa tubuh (body langguage), baju, status,
kesemuanya merupakan simbol yang
bermakna.
Mead tertarik mengkaji interaksi sosial, di mana dua atau lebih individu berpotensi mengeluarkan simbol
yang bermakna. Perilaku
seseorang dipengaruhi oleh simbol yang dikeluarkan orang lain, demikian pula perilaku orang lain
tersebut. Melalui pemberian isyarat
berupa simbol, kita mengutarakan perasaan, pikiran, maksud, dan sebaliknya 17 dengan cara membaca
simbol yang ditampilkan orang
lain, kita menangkap pikiran, perasaan orang lain tersebut. Teori ini mirip dengan teori pertukaran sosial.Interaksi di antara beberapa
pihak tersebut akan tetap berjalan lancar tanpa gangguan apa pun manakala simbol yang dikeluarkan
oleh masing-masing pihak
dimaknakan bersama sehingga semua pihak mampu mengartikannya dengan baik. Hal ini mungkin
terjadi karena individu-individu yang
terlibat dalam interaksi tersebut berasal dari budaya yang sama, atau sebelumnya telah berhasil
memecahkan perbedaan makna di antara
mereka. Namun tidak selamanya interaksi berjalan mulus. Ada pihak-pihak tertentu yang menggunakan
simbol yang tidak signifikan ±
simbol yang tidak bermakna bagi pihak lain. Akibatnya orang-orang tersebut harus secara terus menerus
mencocokan makna dan
merencanakan cara tindakan mereka. Banyak kualitas perilaku manusia yang belum pasti dan
senantiasa berkembang : orang-orang
membuat peta, menguji, merencanakan, menunda, dan memperbaiki tindakan-tindakan mereka, dalam
upaya menanggapi tindakantindakan
pihak lain. Sesuai dengan pandangan ini, individu-individu menegosiasikan perilakunya agar cocok
dengan perilaku orang lain.
b. Teori Identitas (I dentity T heory )
Teori Indentitas dikemukakan oleh Sheldon Stryker (1980). Teori ini memusatkan perhatiannya pada
hubungan saling mempengaruhi di
antara individu dengan struktur sosial yang lebih besar lagi (masyarakat). Individu dan masyarakat
dipandang sebagai dua sisi dari satu
5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 21/37
mata uang. Seseorang dibentuk oleh interaksi, namun struktur sosial membentuk interaksi. Dalam hal ini
Stryker tampaknya setuju dengan
perspektif struktural, khususnya teori peran. Namun dia juga memberi sedikit kritik terhadap teori peran
yang menurutnya terlampau tidak
peka terhadap kreativitas individu.
Teori Stryker mengkombinasikan konsep peran (dari teori peran) dan konsep diri/self (dari teori interaksi
simbolis). Bagi setiap peran
yang kita tampilkan dalam berinteraksi dengan orang lain,kita mempunyai definisi tentang diri kita
sendiri yang berbeda dengan diri
orang lain, yang oleh Stryker dinamakan ³identitas . Jika kita memiliki banyak peran, maka kita
memiliki banyak identitas. Perilaku
kita dalam suatu bentuk 18 interaksi, dipengaruhi olehharapan peran dan identitas diri kita, begitu juga
perilaku pihak yang
berinteraksi dengan kita.Intinya, teori interaksi simbolis dan identitas mendudukan individu sebagai pihak yang aktif dalam
menetapkan perilakunya dan
membangun harapan-harapan sosial. Perspektif iteraksionis tidak menyangkal adanya pengaruh struktur
sosial, namun jika hanya struktur
sosial saja yang dilihat untuk menjelaskan perilaku sosial, maka hal tersebut kurang memadai.
RANGKUMAN
Telah kita bahas empat perspektif dalam psikologi sosial. Yang dimaksud dengan perspektif adalah
asumsi-asumsi dasar yang paling
banyak sumbangannya kepada pendekatan psikologi sosial. Perspektif perilaku menyatakan bahwa
perilaku sosial kita paling baik
dijelaskan melalui perilaku yang secara langsung dapat diamati dan lingkungan yang menyebabkan
perilaku kita berubah. Perspektif
kognitif menjelaskan perilaku sosial kita dengan cara memusatkan pada bagaimana kita menyusun
mental (pikiran, perasaan) dan
memproses informasi yang datangnya dari lingkungan . Kedua perspektif tersebut banyak dikemukakan
oleh para psikolog sosial yang
berlatar belakang psikologi.
Di samping kedua perspektif di atas, ada dua perspektif lain yang sebagian besarnya diutarakan oleh
para psikolog sosial yang berlatas
belakang sosiologi. Perspektif struktural memusatkan perhatian pada proses sosialisasi, yaitu proses di
mana perilaku kita dibentuk oleh
peran yang beraneka ragam dan selalu berubah, yang dirancang oleh masyarakat kita.Perspektif
interaksionis memusatkan perhatiannya
5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 22/37
pada proses interaksi yang mempengaruhi perilaku sosial kita. Perbedaan utama di antara kedua
perspektif terakhir tadi adalah pada pihak
mana yang berpengaruh paling besar terhadap pembentukan perilaku. Kaum strukturalis cenderung
meletakan struktur sosial (makro)
sebagai determinan perilaku sosial individu, sedangkan kaum interaksionis lebih memandang individu
(mikro) merupakan agen yang aktif
dalam membentuk perilakunya sendiri.
Karena banyaknya teori yang dikemukakan untuk menjelaskan perilaku sosial maka seringkali muncul
pertanyaan : ³Teori mana yang
paling benar ?´ atau ³teori mana yang 19 terbaik?´ . Hampir seluruh psikolog sosial akan menjawab
bahwa tidak ada teori yang salah atau
yang paling baik, atau paling jelek. Setiap teori mempunyai keterbatasan dalam aplikasinya. Misalnya
dalam mempelajari agresi (salah
satu bentuk perilaku sosial), para behavioris bisa memusatkan pada pengalaman belajar yangmendorong terjadinya perilaku agresif ±
pada bagaimana orang tua, guru, dan pihak-pihak lain yang memberi perlakuan positif pada perilaku
agresif. Bagi yang tertarik pada
perspektif kognitif maka obyek kajiannya adalah pada bagaimana seseorang mempersepsi, interpretasi,
dan berpikir tentang perilaku
agresif. Seorang psikolog sosial yang ingin menggunakan teori medan akan mengkaji perilaku agresif
dengan cara melihat hubungan
antara karakteristik individu dengan situasi di mana perilaku agresif tersebut ditampilkan. Para teoritisi
pertukaran sosial bisa memusatkan
pada adanya imbalan sosial terhadap individu yang menampilkan perilaku agresif. Jika memakai
kacamata teori peran, perilaku agresif
atau tidak agresif ditampilkan oleh seseorang karena harapan-harapan sosial yang melekat pada posisi
sosialnya harus dipenuhi.
Demikianlah, setiap teori bisa digunakan untuk menjadi pendekatan yang efektif tidak untuk semua aspek
perilaku. Teori peran lebih
efektif untuk menjelaskan perilaku X dibanding dengan teori yang berperspektif kognitif, misalnya.
Buku Acuan :
Theories of Social Psychology ± Marvin E. Shaw / Philip R. Costanzo, Second Edition, 1985,
McGraw-Hill, Inc.Thinking Sociologically, Sheldon Goldenberg, 1987, Wadsworth, Inc.
Social Psychology, James A. Wiggins, Beverly B. Wiggins, James Vander Zanden, Fifth
Edition, 1994, McGraw-Hill, Inc.
Sociology, Concepts and Uses , Jonathan H. Tuner, 1994. McGraw-Hill Inc.
KONSEP, TRANMISI DAN P
5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 23/37
BAB II
KONSEP, TRANMISI DAN PERUBAHAN BUDAYA BELAJAR
A. KONSEP BUDAYA BELAJAR
Secara konseptual perlu dipahami apa dan bagai mana budaya belajar, baik dilihat dari batasan atau
pengertian, sifat, wujud,sampai kebidang-bidangnya. Dari paparan para Ahli, terdapat beberapa cara pandang mengenai budaya
belajar, yaitu : 1) budaya belajar
dipandang sebagai system pengetahuan menyiratkan. 2) budaya belajar berfungsi sebagai ³pola bagi
kehidupan manusia´ yang
menjadikan pola tersebut berfungsi sebagai blueprint atau pedoman hidup yang dianut secara bersama
sebagai sebuah pedoman. 3) budaya
belajar digunakan juga untuk memahami dan menginterprestasikan lingkungan dan pengalaman. 4)
budaya belajar juga di pandang
sebagai proses adaptasi manusia dengan lingkungannya baik berupa lingkungan fisik maupun
lingkungan social.
1. Pengertian budaya belajar
konsep budaya belajar bersumber dari konsep budaya, tegasnya kebudayaan diartikan sebagai
keseluruhan pengetahuan manusia
sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami dan menginterprestasikan pengalaman
lingkunagnnya serta menjadi kerangka
landasan bagi menciptakan dan mendorong terwujudnya kelakuan.
Berdasarkan konsep tersebut, maka budaya belajar juga dipandang sebagai model-model pengetahuan
manusia mengenai belajar
yang digunakan oleh individu atau kelompok social untuk menafsirkan benda, tindakan dan emosi dalam
lingkungannya. Cara pandang
budaya belajar sebagai pengetahuan menyiratkan, bahwa budaya belajar dapat berfungsi sebagai ³pola
bagi kelakuan manusia´ yang
menjadikan pola tersebut berfungsi sebagai blueprint atau pedoman hidup yang dianut secara
bersamaan.. udaya belajar dapat juga
dipandang sebagai adaptasi manusia dengan lingkungannya, baik lingkungan berupa lingkungan fisik
maupun lingkungan social. Adaptasi
adalah upaya menyesuaikan dalam arti ganda, yakni manusia belajar menyesuaikan kehidupan dengan
lingkungnya ; atau sebaliknya
manusia juga belajar agar lingkungan yang dihadapi dapat sesuai dengan keinginan dan tujuan.
Kenyataan lain menunjukan, bahwa
lingkungan dengan segala sumberdaya memiliki keterbatsan-keterbatsan, namun pada pihak lain
kebutuhan manusia dalam rangka
5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 24/37
memenuhi syarat dasar hidupnya setiap saat senantiasa mengalami peningkatan. Implikasinya pada
setiap pembelajaran baik individu
maupun kelompok akan memiliki pilihan strategi yang satu sama lain salaing berbeda. Individu atau
kelompok pembelajar dengan
pengetahuan belajarnya akan melihat permasalahan adanya keterbatasan tersebut dengan cara
merespon secara aktif. Permasalahan yang
berlangsung dilingkungannya itu akan berusahan untuk diatasi dengan pembelajaran. Kemampuan
budaya belajar individu atau kelompok
social keadaftipanya ditunjukan untuk memecahkan berbagai persoalan yang timbul dilingkungannya.
1. Sifat-sifat budaya belajar
a. Budaya belajar dimilki bersama
sifat budaya belajar yang melekat dalam kebudayaan diciptakan oleh kelompok manusia secara
bersama. Kerana terlahir dari
potensi yang dimilki manusia, maka budaya belajar kelompok itu merupakan suatu karya yang dimilki
bersama. Bermacam-macam jenis
kebudayaan tergantung dari pengkategorianya. Seorang individu akan menjadi pendukung budaya
belajar yang bersumber dari latar
belakang etnis, sekaligus menjadi pendukung budaya belajar masyarakat yang didiaminya.
a. Budaya belajar cenderung bertahan dan berubah
Karena dimiliki bersama, maka kebudayaan cenderung akan dipertahankan bersama (masyarakat
tertutup / statis).namun disisi
yang lain karena hasil kesepakatan untuk diciptakan dan dimiliki bersama, maka kebudayaan juga akan
dirubah manakala terdapat
kesepakatan untuk melakukannya secara bersamaan (masyarakat terbuka / dinamis). Sifat bertahan dan
berubah saling berjelintangan
tergantung dari kesepakatan dan kebutuhan masyarakat yang bersangkutan. Dalam kenyataannya tidak
ada suatu kebudayaan masyarakat
dunia yang selamanya bertahan atau tutup atau selamanya terbuka atau berubah.
Umumnya budaya belajar capat atau lambat mengalami perubahan selain pertahanan, namun yang
harus dicatat adalah adanya
perbedaan pada level individu atau kelompok sosial dalam lamanya bertahan atau cepatnya berubah.Pada batas-batas tertentu jenis
budaya akan mencerminkan dalam sifat budaya belajar yang cenderung terbuka ataupun sebaliknya
yaitu cenderung tertutup. Sifat budaya
belajar terwujud dalam bentuk terbuka atau tertutup dipengaruhi oleh materi pembelajaran apa yang
dipandang penting. Materi belajar
5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 25/37
yang tidak relevan dan dibutuhkan memungkinkan akan tidak mengembangkan budaya belajar terbuka
demikian sebaliknya.
a. Fungsi budaya belajar untukpemenuhan kebutuhan manusia
Kebudayaan diciptakan bersama dan dikembangkan bersama karena dipercayai akan berdaya guna
untuk keperluan danmemenuhi kebutuhan hidupnya, baik secara individu maupun kolektif. Demikian dengan budaya belajar
yang diciptakan dan
dikembangkan oleh manusia dengan maksud sebagai sarana bagi pencapaian tujuan hidupnya. Yakni
memenuhi kebutuhan hidup pada
hari dan masa yang akan datang. Ada tiga dasar kebutuhan yang harus dipenuhi oleh manusia bengan
budaya belajarnya, yakni :
a. syarat dasar alamiah yakni syarat pemenuhan kebutuhan biologis
b. syarat kejiwaan atau psikologis yakni syarat kebutuhan untuk sehat secara kejiwaan
c. kebutuhan dasar sosial yakni kebutuhan untuk berhubungan dan berkomunikasi dengan sesama
manusia.
d. Budaya belajar diperoleh melalui proses belajar
Budaya belajar bukanlah sesuatu yang diturunkan secara genetik yang bersifat herediter, melainkan
dihasilkan melalui proses
belajar oleh individu kelompok sosial dilingkunganya. budaya belajar adalah produk ciptaan manusia
yang bersifat khas yang dibentuk
melalui lingkungan budaya.
Faktor yang menentukan dalam mempelajari kebudayaan belajar adalah lewat komunikasi dengan simbol
bahasa. Bagaimanpun
sederhanannya suatu kebudayaan masyarakat, individu atau kelompok sosial pendukungnya masih bisa
berkomunikasi dengan bahasa
ciptaannya. Semakin maju suatu budaya belajar, maka struktur komunikasi berbahasa memperlihatkan
kompleksitasnya. Dalam budaya
belajar, peranan bahsa menjadi alat yang kehadirannya sangat diperlukan dalam pewarisa budaya.
1. Perwujudan budaya belajar
Wujud budaya belajar dalam kehidupan dapat dilihat pada dua kategori bentuk. Pertama, perwujudan
budaya belajar yang
bersifat abstrak dan kedua perwujudan budaya yang bersifat kongkrit.
Perwujudan budaya yang bersifat abstrak adalah konsekuensi dari cara pandang budaya belajar sebagai
sistem pengetahuan yang
diyakini oleh individu atau kelompok sesial sebagai pedoman dalam belajar. Perwujudan budaya belajar
yang abstark berada dalam sistem
gagasan atau ide yang bersifat abstrak akan tetapi beroperasi.
5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 26/37
Perwujudan budaya belajar yang diperlihatkan secara konkrit berupa (a) dalam prilaku belajar. (b) dalam
ungkapan bahasa
dalam belajar; dan (c) hasil belajar berupa material.
Budaya belajar dalam bentuk prilaku tampak dalam interaksi sosial. Perilaku belajar individu atau
kelompok yang berlatar
belakang status sosial tertentu mencerminkan pola budaya belajarnya.Perwujudan perilaku belajar
individu atau kelompok sosial dapat
juga dilihat dari kondisi resmi dan tidak resmi juga. Perbedaan dalam kondisi mencerminkan adanya nilai,
norma dan aturan yang
berbeda.
Bahasa adalah salah satu perwujudan budaya belajar secara kongkrit pada individu atau kelompok
sosial. Kekurangan dalam
menggunakan bahasa sedikit banyak akan menghambat percepatan dalam merealisasikan dan
mengembangkan budaya belajar.Penguasaan bahasa ilmu pengetahuan dari berbagai bangsa lain memungkinkan akan memperkuat dan
mengembangkan budaya
belajar seseorang atau kelompok sosial. Hasil belajar berupa material menjadikan perwujudan konkret
dari sistem budaya belajar individu
atau kelompok sosial. Hasil belajar tidak saja berbentuk benda melainkan keterampilan yang
mengarahkan pada keterampilan hidup (life
skill).
1. Substansi budaya belajar
Sebagaimana kebudayaan, maka budaya belajar juga memiliki substansi yang senatiasa melekat pada
kehidupan masyarakat.
Substansi budaya belajar dikategorikan dalam tiga bagian penting, yakni : a) sistem pengetahuan budaya
belajar; b) sistem nilai budaya
belajar dan sistem etos budaya belajar dan ; c) sistem pandangan hidup mengenai budaya belajar.
Sistem pengetahuan budaya belajar yang dimilki manusia merupakan hasil akumulasi perolehan
pembelajaran sepanjang
hidupnya dilingkungannya, baik dalam lingkungan sosial maupun lingkungan alam. Pengetahuan budaya
belajar melalui lingkungan
tersebut sebagai bentuk penyesuaian diri dengan kenyataan-kenyataan hidup. Manusia dangan
pengetahuannya belajar untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan tetap bisa hidup dalam kondisi apapun.
Ada tiga cara manusia mendapatkan pengetahuan belajarnya yang diperoleh dari penyesuaian diri
dengan lingkungannya, yakni :
5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 27/37
a) melalui serangkaian pengalaman hidupnya tentang kehidupan yang dirasakan, baik pengalaman
dalam lingkungan alam ataupun sosial.
Pengalam individu atau kelompok sosial menjadi pedoman dalam pengetahauan pembelajaran yang
penting. b) melalui berbagai
pengajaran yang diperolehnya baik melalui pembelajaran dirumah, masyarakat maupun pendidikan di
sekolah. c) pengetahuan juga
diperoleh melalui petunjuk-petunjuk yang bersifat simbolik yang sering juga disebut sebagai komunikasi
simbolik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kepentingan nilai belajar adalah pengalaman dan orientasi
budaya dimasa depan.
Nilai budaya belajar juga akan berkaitan dengan jenis materi belajar apa yang dipandang penting oleh
suatu masyarakat. Dengan demikian
dapatlah disimpulkan, sebagaimana sistem pengetahuan budaya belajar, maka dalam nilai budaya
belajar juga mengalami perkembangan.Perkembangan tersebut mengikuti pola perubahan sosial budayanya.pandangan hidup budaya belajar
terbentuk atas dasar sistem
pengetahuan, nilai dan etos budaya belajar yang dianut oleh masyarakat setempat. Sistem pengetahuan
belajar yang diperoleh dari
lingkungan masyarakat dioperasikan dalam bentuk sistem berfikir mengenai pengkategorian.
1. Bidang Materi budaya belajar
Mengingat budaya belajar berlangsung dalam kehidupan, maka yang menjadi garapan atau materi
pembelajaran adalah seluruh
bidang kehidupan manusia. Para ahli budaya sepakat untuk menerapkan bidang-bidang kehidupan
manusia yang senantiasa dibutuhkan
dalam kehidupan di masyarakat yakni :
1. Materi belajar sistem kepercayaan dan religi
Lima komponen yang dimasukan dalam materi belajar sistem kepercayaan dan religi, yakni:
a. Emosi Keagamaan
b. Sistem keyakinan
c. Sistem ritus/ritual dan upacara keagamaan
d. Pelaksanaan ritus/ritual menggunakan tempat yang khusus
e. Ummat beragama
2. Materi belajar sistem Organisasi Sosial
Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa hidup secara kelompok. Sikap hidup untuk berkelompok
bukan karena insting
semata melainkan atas dasar kebutuhan bersama. Mereka memandang hidup berkelompok jauh lebih
menguntungkan dibandingkan hidup
5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 28/37
menyendiri. Terdapat dua submateri yang dijadikan bahan mengenai kehidupan sosial berikut
organisasinya, yakni a) organisasi
simbiotik, yakni organisasi yang semata-mata terbentuk atas tingkah laku fifik yang bersifat otomatis dan
organisasi sosial, yang
berbentuk atas dasar komunikasi dengan menggunakan sistem lambang.
Materi organisasi sosial mempunyai dua aspek penting untuk diajarkan yakni asfek fungsi dan aspek
stuktur.berkenaan dengan
fungsi suatu organisasi dalam kehidupan dilakukan dengan bermacam materi berikut dengan tingkat
kesulitan.dalam pencapain ketertiban
diperlakukan sejumlah syarat yang harus di penuhi,diantaranya: (a) memiliki aturan yang baku dan aturan
tersebut diterima oleh semua
anggota kelompok; (b)adanya kekuasaan yang dapat memaksakan individu untuk mematuhi aturan yang
ada; (c)adanya koordinasi
antarlapisan masyarakat (lapisan bawah,menegah dan lapisan atas); (d) antara lapisan masyarakat ituberkerja di berbagai bidang
kehidupan dapat terjalin dengan harmoni dan saling memberi kepuasan antarpihak;(e)dari keseluruhan
bidang harus membentuk
mekanisme atau pola yang dijadikan pedoman dalam bertingkah laku.
3. Materi belajar sistem matapencaharian hidup
Materi pembelajaran mengenai sistem mata pencaharian hidup adalah materi yang paling mendapat
tekanan dari masyarakat
manapun. Setiap kelompok masyarakat memilki sistem ekonomi yang bersumber dari lingkungannya.
Pembelajaran sistem mata
pencaharian hidup atau ekonomi berlangsung oleh seluruh anggota masyarakat, baik anak-anak maupun
oang dewasa. Perbedaannya
terletak pada kompleksitas materi dan cara-cara belajar.
Dalam pengkajian perekonomian setidaknya memerlukan tiga aspek, yakni : a) ekonomi sektor produksi;
b) ekonomi sektor
distribusi dan c) ekonomi sektor konsumsi. Dalam kaitan dengan materi pembelajaran bidang ekonomi
perlu memperhatikan jenis mata
pencaharian yang dijadikan bidang kehidupannya.
4. Materi belajar sistemperalatan dan teknologi
Materi sitem peralatan dan teknologi adalah salah satu unsur kehidupan manusia yang berperan untuk
mengembangkan suatu
masyarakat. Teknologi dipandang sebagai ilmu tentang sejumlah teknik yang diciptakan masyarakat
untuk mempermudah dan
5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 29/37
meningkatkan kualitas kehidupan suatu masyarakat. Pada prinsipnya teknologi ditemukan manusia
karena terdesaknya kebutuhan dalam
pekerjaanya. Sebagaiman diketahui bahwa manusia itu sangatlah terbatas energi dan kemampuan
fisiknya, karean itu mesti ada sesuatu
yang bisa membangtu memudahkan, memperlancar dan meningkatkan jumlah pekerjaan. Bilamana
teknologi dasar sudah ditemukan,
maka masyarakat berusaha untuk menemukan teknologi yang lebih manju lagi. Dengan teknologi secara
perlahan tetapi pasti telah
mendorong budaya belajar yang baru, karena pembelajaran menjadi lebih dengan bantuan teknologi.
5. Materi belajar sistem bahasa
salah satu materi budaya belajar yang bersifat khas adalah bahasa. Bahasa dipandang menjadi pangkal
terwujudnya suatu
kebudayaan. Materi pengetahuan belajar dilakukan dengan menggunakan simbol bahasa ternyata
banyak keuntungan karena bersifatefektif dan efisien dalam menyampaikan makna.
Bahasa tidak hanya diartikan sekedar suara (bahasa lisan), melainkan juga dengan tulisan (bahasa
tulisan). Bahkan bahasa gerak
(bahasa isyarat). Setiap masyarakat atau kelompok masyarakat memilki bahasa tersendiri yang
didalamnya mengandung pengetahuan
budaya yang dipelajari antar generasi.
6. Materi belajar sistem kesenian
setiap masyarakat menciptakan dan mengembangkan berbagai jenis kesenian. Kesenian adalah unsur
budaya yang berusia tua.
Sebagai materi pembelajaran, kesenian secara langsung maupun tidak langsung dijalankan budaya
belajar. Melihat citranya yang indah
memungkinkan individu atau kelompok sosial mempelajari kesenian setempat ataupun kelompok lain
secara khusus.
A. TRANSMISI BUDAYA BELAJAR
Pewariasan budaya belajar dapat disamakan dengan istilah ³Transmisi kebudayaan´. Yakni suatu usaha
untuk menyampaikan
sejumlah pengetahuan atau pengalaman untuk dijadikan sebagai pegangan dalam meneruskan estafet
kebudayaan. Dalam hal ini tidak ada
suatu masyarakat yang tidak melakukan usaha pewarisan budaya. Usaha pewarisan ini bukan sekedar
menyampaikan atau memberikan
suatu yang material, melainkan yang terpenting adalah menyampaikan nilai-nilai yang dianggap terbaik
yang telah menjadi pedoman yang
baku dalam masyarakat.
5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 30/37
1. Kepribadian dan budaya belajar
Pembahasan kepribadian pada umumnya membicarakan aspek internal individu, sementara budaya
belajar berkaitan dengan
aspek eksternal individu
a. Kepribadian yang selaras
Kepribadian yang selaras di sini adalah kepribadian yang sesuia dengan nilai dan norma yang
berkembang dimasyarakat yang
bersangkutan. Seorang individu yang selaras adalah individu yang menjadikan pendukung kebudayaan
yang besangkutan secara penuh
karena jenis kepribadian yang dimilkinya itu terbentuk karena pengaruh kebudayaan dimana ia tinggal.
a. Kepribadian yang menyimpang
Kepribadian sesorang tidak selalu tumbuh sebagaimana yang diinginkan oleh orang tuanya atau
masyarakat bersangkutan. Orang
tua dan masyarakat hanyalah menyediakan sarana bagi perkembangan kepribadian. Suatu
perkembangan tidak bisa memaksa individu
untuk menjadi hitam semua atau putih semua. Kepribadian adalah sesuatu yang bersifat kejiwaan dan
perkembangan mempunyai
dinamika tersendiri.
Adanya kenyataan bahwa kepribadian itu tidaklah senantiasa sama dalam suatu masyarakat, dapat kita
perluas dengan
menunjukan gejala banyaknya orang yang memilki kelainan jiwa. Penyakit ini disinyalir disebabkan oleh
adanya tekanan-tekanan sosialbudaya
yang amat besar mempengaruhi kepribadian individu-individu besangkutan.
1. Sarana pewarisan budaya belajar
Pewariasan budaya belajar dapat disamakan dengan istilah ³Transmisi kebudayaan´. Yakni suatu usaha
untuk menyampaikan
sejumlah pengetahuan atau pengalaman untuk dijadikan sebagai pegangan dalam meneruskan estafet
kebudayaan. Usaha pewarisan ini
bukan sekedar menyampaikan atau memberikan suatu yang material, melainkan yang terpenting adalah
menyampaikan nilai-nilai yang
dianggap terbaik yang telah menjadi pedoman yang baku dalam masyarakat.
Tanpa mempertahankan usaha pewarisan maka masyarakat akan punah dan dilupakan. Usaha
pewarisan budaya dilakukan
dengan sungguh-sungguh dengan cara melibatkan berbagai institusi sosial yang ada, baik pada
lingkungan keluarga, masyarakat, lembaga
pendidikan sekolah dan juga media masa sebagai penyalur informasi.
a. Lingkungan Pendidikan Keluarga
5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 31/37
Dalam lingkungan keluarga memungkinkan seorang individu atau kelompok melakukan suatu identifikasi
dilingkungannya, dan
secara perlahan-lahan diinternalisasikan dalam kehidupannya. Proses identifikasi dalam keluarga
menjadikan seseorang dapat mengenal
keseluruhan anggota keluarganya, baik saudara dekat maupun saudara jauh.
Para orang tua atau kelompok yang sudah mapan dalam tansmisi kebudayaan berfungsi sebagai nara
sumber aktifmelalui
tindakan yang bersifat responsif dan senantiasa mendorong, menjelaskan berbagai kenyataan yang ada
dilingkungan beserta perubahanperubahan
yang berlangsung disekitarnya. Upaya merespon, mendorong dan menjelaskan itu didasarkan atas
pengalaman, pengetahuan,
yang berlaku dilingkungannya sehingga cara-cara melaksanakan pembelajaran itu senantiasa
disesuaikan dengan perwujudan
kebudayaannya. Atau dengan kata lain cara-cara budaya belajar itu tidak lain sebagai hasil adaptasidirinya dengan kebudayaan yang
dianutnya. Keluarga mempunyai peranan penting karena dalam keluarga itulah suatu generasi dilahirkan
dan dibesarkan. Mereka mendapat
pelajaran pertama kali di lingkungan keluarga, apalagi bagi masyarakat yang belum mengenal dan
menciptakan lingkungan pendidikan
formal.
A.
a. lingkungan pendidikan masyarakat
masyarakat sebagai kelompok manusia yang terbesar yang mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan
perasaan untuk hidup
bersama. Pada prinsipnya suatau masyarakat terwujud apabila di antara kelompok individu-individu
tersebut telah lama melakukan kerja
sama serta hidup bersama setelah menetap. Sistem pewarisan budaya lewat lingkungan masyarakat
berlangsung dalam berbagai pranata
sosial, diantaranya pemilahan hak milik, perkawinan, religi, sitem hukum, sestem kekerabatan dan sistem
edukasi.
A.
a. lingkungan pendidikan sekolah
sekolah adalah sarana yang diciptakan oleh masyarakat yang berfungsi untuk melaksanakan
pembelajaran. Pembelajaran tidak
hanya menyampaikan pengetahuan saja yang berupa latihan untuk kecerdasan, melainkan
menghaluskan moral dan menjadikan akhlak
5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 32/37
yang baik. Sekolah dalam masyarakat dikategorikan sebagai pendidikan formal. Pendidikan di sekoah
dalam kerangka pewarisan budaya
jelas sekali arahnya. Para pendidik yang bertugas sebagai guru melakukan penyampaian pengetahuan
dan interaksi moral itu berdasarkan
rancangan atau program yang disesuaikan dengan sistem pengetahuan dan nilai-nilai yang dianut oleh
masyarakat. Dan proses pewarisan
budaya disekolah dilakukan secara bertahap, terencana dan terus-menerus.
A.
a. lingkungan pendidikan media masa
media masa adalah suatu bagian dalam masyarakat yang bertugas menyebarluaskan berita, opini,
pengetahuan, dan sebagainya.
Sifat media masa adalah mencari bahan pemberitaan yang aktual (hangat), menarik perhatian, dan
menyangkut kepentingan bersama.
Media masa sebagai media kontrol bagi terjadinya berbagai penyimpangan dari nilai dan norma dan
aturan yang berlaku di masyarakat.
Salah satu fungsi media masa yakni sebagai sarana pendidikan bagi masyarakat. Banyak informasi yang
diberitakan dan
memuatnya berbagai pendapat-pendapat mengenai berbagai masalah dilingkungan masyarakat sacara
langsung tidak langsung akan
memperluas wawasan para pembacanya.
A. PROSES PERUBAHAN BUDAYA BELAJAR
Individu atau kelompok sosial akan berkesuaian dengan motivasi untuk mengadakan pembaharuan
dalam budaya belajarnya
bilamana didukung oleh faktor-faktor sebagai berikut : a) adanya kesadaran dari para individu akan
adanya kelemahan pola budaya belajar
yang selama ini dianunya; b) adanya mutu dan keahlian para individu yang bersangkutan dalam
mendorong terjadinya penemuan budaya
belajar yang baru; c) adanya sistem perangsang dalam masyarakat yang mendorong adanya mutu
budaya belajar dalam bentuk
penghargaan khalayak mengenai temuannya, dan d) adanya suasana krisis yang berlangsung dalam
masyarakat bersangkutan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan, temasuk perubahan dalam budaya belajar.
1. Faktor waktu dalam perubahan budaya belajar
Perubahan budaya belajar yang disebabkan oleh faktor waktu disebut juga perubahan budaya belajar
yang alamiah. Perubahan budaya
belajar dalam konteks ini berjalan sejalan dengan perkembangan individu atau kelompok sosial, misalnya
perubahan budaya belajar anakanak,
5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 33/37
memudian budaya belajar usia remaja, budaya belajar manusia dewasa.
1. Faktor kontak budaya dalamperubahan budaya belajar
Kontak budaya merupakan perubahan budaya belajar yang tidak alamiah. Kontak budaya dalam
perubahan budaya berlangsung dalam
proses peniruan, atau pengambilan suatu unsur budaya luar untuk kehidupan dijadikan kepentinganpemenuhan kebutuhan bagi suatu
masyarakat.
1. Faktor kecepatan dalam perubahan budaya belajar
Kecepatan perubahan budaya menjadi prinsip dasar dalam perubahan budaya belajar. Kenyataanya
setiap individu atau kelompok sosial
memilki tingkat perubahan budaya sebagai sesuatu yang tidak bisa dipungkiri.
1. Akulturasi budaya belajar
Akulturasi timbul sebagai akibat adanya kontak langsung dan terus-menerus antara kelompok-kelompok
manusia yang mempunyai
kebudayaan yang berbeda-beda, sehingga menimbulkan adanya suatu perubahan kebudayaan yang asli
dari kedua masyarakat
bersangkutan.
Akulturasi budaya belajar dapat terwujud melalui kontak budaya yang bentuknya bermacam-macam
antara lain : pertama, kontak budaya
belajar bisa terjadi antara seluruh anggota masyarakat atau sebagian saja, bahkan individu-individu dari
dua masyarakat. Kedua, kontak
budaya belajar berjalan melalui perdamaian diantara kedua kelompok masyarakat yang bersahabat,
maupun melalui cara permusuhan
antar kelompok. Ketiga, kontak budaya belajar timbul diantara masyarakat yang mempunyai kekuasaan,
baik dalam politik maupun
ekonomi.
1. Asimilasi budaya belajar
Asimilasi budaya pada dasarnya proses saling mempelari pola budaya belajar antar individu dan
kelompok sehingga dapat
mengembangkan budaya belajar masing-masing. Karrean berkaitan dengan perubahan, maka awalnya
melakukan identifikasi pola budaya
belajar diantara yang sedang berasimilasi untuk kemudian dilanjutkan bersama-sama dalam bentuk
perumusan dan tindakan budaya
belajar secara konkrit.
Proses asimilasi budaya belajar dapat berjalan dengan cepat ataupun lambat bergantung kepada
beberapa faktor, yakni a) adanya toleransi
5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 34/37
yang memadai antara dua individu atau kelompok masyarakat yang memilki perbedaan-perbedaan. b)
adanya faktor ekonomi yang
menjadi kemungkinan akan memperlancar atau memperlambat jalannya asimilasi budaya belajar. c)
adanya faktor kesan yang baik atau
rasa simpatik pada saat mengadakan kontak budaya belajar pada awalnya. d) adanya faktor perkawinan
campuran menjadi faktor yang
kuat untuk terwujudnya suatu asimilasi budaya belajar.
1. Inovasi budaya belajar
Individu atau masyarakat akan berkesesuaian derngan motivasi untuk mengadakan pembaharuan dalam
budaya belajarnya bilamana
didukung oleh faktor-faktor berikut : a) adanya kesadaran dari para individu akan adanya kelemahan pola
budaya belajar yang selama ini
dianutnya. b) adanya mutu dan keahlian para individu yang bersangkutan dalam mendorong terjadinya
penemuan budaya belajar yang
baru. c) adanya sistem perangsang dalam masyarakat yangt mendorong adanya mutu budaya belajar
dalam bentuk penghargaan khalayak
menenai temuannya. Dan d) adanya suasana krisis yang berlangsung dalam masyarakat bersangkutan.
Suatu perubahan budaya belajar akan diterima suatu masyarakat apabila memenuhi syarat-syarat :
pertama, masyarakat bersangkutan
harus merasa butuh dengan perubahan budaya belajar yang diawali adanya kesadaran bersama bahwa
budaya belajar yang saat ini
berlangsung sudah tidak cocok lagi digunakan dalam kehidupan. Kedua, perubahan budaya belajar yang
ditemukan harus dapat dipahami
dan dikuasai oleh anggota masyarakat lainnya. Ketiga, penemuan budaya belajar harus bissa diajarkan
pada masyarakat. Keempat,
penemuan budaya belajar harus menggambarkan keuntungan masyarakat pada masa yang akan
datang. Kelima, perubahan tersebut harus
tidak merusak prestise pribadi atau pribadi atau golongan.
1. Difusi budaya belajar
Difusi budaya belajar dipandang sebagai proses penyebaran dari satu budaya belajar individu ke individu
yang lainnya atau intamasyarakat
atau dari masyarakat ke masyarakat lainya atau difusi inter-masyarakat. Proses peniruan budaya belajar
disebut imitasi. Proses
imitasi budaya belajar tidak selalu dipandang negatif, karena pada prisipnya individu atau kelompok
sosial itu tengah melakukan
identifikasi budaya belajar baru. gejala peniruan ini berbentuk trial and error artinya mencoba-coba, bisa
benar atau juga salah. Kalau
5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 35/37
kebetulan benar, maka budaya belajar baru akan terus digunakan dalam kehidupan mereka dan
digunakan untuk mengganti budaya belajar
sebelumnya.
1. Dampak perubahan budaya belajar
Dampak perubahan budaya belajar dalam kehidupan dapatlah kita amati dalam kejadian sehari-haridilingkungan kita. Kita ketahui
bersama bahwa pembangunana nasional yang sedang dilaksanakan ini pada dasarnya adalah proses
perubahan dari luar. Perubahan
melalui pembangunan berkonsekuensi pada perubahan pada pola duni belajarnya. setiap individu atau
kelompok masyarakat
mengiterprestasikan sulinya kehidupan dan semakin ketatnya persaingan yang menjadi individu atau
kelompok sosial mengubah pola
budaya belajar dalam kehidupannya.
Respon perubahan budaya belajar pada suatu masyarakat dengan tingkat kebudayaannya memilki cara
yang berbeda dalam menanggapi
perubahan. Cara tersebut didasarkan pada perbedaan dalam latar belakang karakter budaya masing-
masing berikut dengan ciri khasnya.
Sebagai mana dipahami, latar belakang budaya yang diartikan sebagai model pengetahuan, pada
dasarnya difungsikan untuk menginterprestasikan
pengalaman dan lingkungan nya serta yang mendorong terwujudnya suatu kelakuan.
Penetrasi budaya belajar adalah penyebab budaya belajar individu atau kelompok sosial dapat berubah
yang disebakan oleh kontak dengan
dunia luar. Penetrasi budaya adalah proses penerimaan suatu unsur kebudayaan dari luar. Unsur yang
datang dari luar secara perlahan ikut
menyertai atau membonceng dalam suatu saluran yang dianggap sebagai saluran umum, kemudian
secara perlahan unsur tersebut masuk
dan mengubah budaya belajar atau sebagian budaya belajar yang hidup dalam suatu masyarakat.
MUNCULNYA TEORI SOSIOLOGI ± ANTROPOLOGI PENDIDIKAN
Seperti ilmu ± ilmu lain, sosiologi awalnya menjadi bagian dari filsafat social. Ilmu ini membahas tentang
masyarakat. Namun saat itu, pembahasan tentang masyarakat hanya berkisar pada hal ± hal yang
menarik perhatian umum saja, seperti perang, ketegangan atau konflik social, dan kekuasaan dalam
kelas- kelas penguasa. Dalam perkembangan selanjutnya, pembahasan tentang masyarakatmeningkat
pada cakupan yang lebih mendalam yakni menyangkut susunan kehidupan yang diharapkan dan norma
± norma yang harus ditaati oleh seluruh anggota masyarakat.
Pada abad ke ± 19, seorang filsuf Perancis bernama Auguste Comte (1798 ± 1857) mengemukakan
kekhawatirannya atas keadaan masyarakat Perancis setelah pecahnya Revolusi Perancis. Comte
5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 36/37
melihat selain perubahan positif, yaitu munculnya demokrasi, revolusi juga telah mendatangkan konflik
antar kelas di dalam masyarakat. Konflik ini terjadi akibat masyarakat tidak mengetahui cara mengatasi
perubahan atau hukum ± hukum apa saja yang dapat digunakan untuk mengaturnya. Akibat terjadi
anarkisme (tidak adanya aturan yang mengendalikan masyarakat) dalam masyarakat Perancis.
Atas dasar ini Comte menyarankan agar semua penelitian tentang masyarakat ditingkatkan lagi menjadi
suatu ilmu yang berdiri sendiri dan penelitian tersebut harus berdasarkan pada metode ± metode ilmiah.
Saat itu, Comte membayangkan suatu penemuan hokum ± hokum fisik yang dapat mengatur gejala ±
gejala social. Comte kemudian menamakan ilmu ini Sosisologi. Comte kemudian disebut sebagai
bapak sosiologi. Meskipun Comte menciptakan istilah sosiologi, akan tetapi Herbert Spencer
mempopulerkan istilah tersebut melalui buku Principles of Sociology. Di dalam buku tersebut, Spencer
mengembangkan system penelitian tentang masyarakat. Ia menerapkan teori evolusi organic pada
masyarakat manusia dan mengembangkan teori besar tentang evolusi social yang diterima secara luas di
masyarakat. Menurutnya, suatu organ akan lebih sempurna jika organ itu bertambah kompleks karena
ada diferensiasi (proses pembedaan) di dalam bagian ± bagiannya. Spencer melihat masyarakat sebagaisebuah system yang tersusun atas bagian ± bagian yang saling bergantung sebagaimana pada
organisme hidup. Evolusi dan perkembangan social pada dasarnya akan berarti, jika ada peningkatan
diferensiasi dan integrasi, peningkatan pembagian kerja, dan suatu transisi dari homogen ke heterogen;
dari yang sederhana ke yang kompleks. Setelah buku Spencer tersebut terbit, sosiologi kemudian
berkembang dengan pesat ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Disiplin antropologi adalah hasil dari pemikiran barat yang relative baru. Padahal pertanyaan manusia
tentang siapa dirinya di dunia ini sudah ada semenjak dulu. Perkembangan antropologi yang lamban itu
terjadi karena keterbatasan teknologi yang dimiliki oleh manusia.
Tanpa adanya sarana untuk mengadakan perjalanan ke tempat ± tempat jauh di dunia, pengamatan
tentang manusia dan kebudayaannya sangat sulit dilakukan. Hal lain yang menyebabkan lambannya
perkembangan antropologi adalah kegagalan bangsa Eropa untuk melihat bahwa mereka dan bangsa ±
bangsa lain memiliki sifat kemanusiaan yang sama. Mereka masih menganggap di luar bangsanya
adalah ³biadab´ atau ³barbar´. Baru pada akhir abad 18, mereka menyadari keanekaragaman manusia
atau perilaku manusia yang dianggap biadab itu justru membantu mereka memahami diri sendiri.
Tahap ± tahap perkembangan disipli ilmu antropologi dikemukakan oleh Koentjaraningrat.
Koentjaraningrat membaginya ke dalam 4 tahap.
Tahap pertama ditandai dengan tulisan tangan bangsa Eropa yang melakukan penjelajahan di benua
Afrika, Asia, dan Amerika pada akhir abad ke ± 15. Tulisan itu merupakan deskripsi keadaan bangsa ±
bangsa yang mereka singgahi. Deskripsi yang dituliskan mencakup adat istiadat, suku, susunan
masyarakat, bahasa, dan ciri ± ciri fisik. Deskripsi tersebut sangat menarik bagi masyarakat Eropa
karena berbeda dengan keadaan di Eropa pada umumnya. Bahan deskripsi itu disebut juga Etnografi
(Etnos berarti bangsa).
5/13/2018 SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sosiologi-antropologi-pendidikan 37/37
Pada tahap ke dua mereka menginginkan tulisan ± tulisan atau deskripsi yang tersebar itu dikumpulkan
jadi satu dan diterbitkan. Isinya disusun berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat, yaitu masyarakat
dan kebudayaan manusia berevolusi dengan sangat lambat, dari tingkat rendah sampai tingkat tertinggi.
Dari sinilah bangsa ± bangsa dunia digolongkan menurut tingkat evolusinya. Sekitar tahhun 1860,
terbit karangan yang mengklasifikasikan berbagai kebudayaan dunia berdasarkan tingkat evolusinya.
Saat itu lahirlah antropologi. Dengan demikian pada tahap kedua ini, antropologi telah bersifat akademis.
Pada tahap ini, antropologi mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitive untuk memperoleh
pengertian mengenai tingkat ± tingkat perkembangan dalam sejarah evolusi dan sejarah penyebaran
kebudayaan manusia di dunia.
Pada tahap ke tiga, antropologi menjadi ilmu yang bersifat praktis. Pada tahap ini, antropologi
mempelajari masyarakat jajahan demi kepentingan pemerintah colonial. Hal ini berlangsung sekitar pada
awal abad ke ± 20. Pada abad ini, antropologi semakin penting untuk mengukuhkan dominasi bangsa ±
bangsa Eropa Barat di daerah jajahannya. Dengan antropologi, bangsa Eropa mempelajari dan tahu
bagaimana menghadapi masyarakat daerah jajahannya. Selain itu, bangsa ± bangsa terjajah padaumumnya belum sekompleks bangsa Eropa Barat. Oleh karena itu, mempelajari bangsa ± bangsa
terjajah bagi bangsa Eropa dapat menambah pengertian mereka tentang masyarakat mereka sendiri
(Bangsa Eropa Barat) yang kompleks.
Pada tahap ke empat, antropologi berkembang sangat luas, baik dalam akurasi bahan pengetahuannya
maupun ketajaman metode ± metode ilmiahnya. Hal ini berlangsung sekitar pertengahan abad ke ± 20.
Sasaran penelitian antropologi di masa ini bukan lagi suku bangsa primitive dan bangsa Eropa Barat, tapi
beralih pada penduduk pedesaan, baik mengenai keanekaragaman fisik, masyarakat,
maupun kebudayaannya termasuk suku bangsa di daeah pedesaan yang ada di Amerika dan Eropa
Barat itu sendiri. Peralihan sasaran penelitian itu terutama disebabkan oleh munculnya ketidaksenangan
terhadap penjajahan dan makin berkurangnya masyarakat yang dianggap primitive.
http://ninityulianita.wordpress.com/2009/09/12/munculnya-teori-sosiologi-antropologi-pendidikan/