sosiologi
Transcript of sosiologi
Peran dan Status Sosial
Soerjono Soekanto, mendefinisikan status sosial sebagai tempat atau posisi
seseorang dalam suatu kelompok sosial. Jadi, status sosial ialah kedudukan
seseorang dalam kelompok di masyarakat. Status sosial sudah melekat pada
seseorang sejak lahir, berasal dari status yang disandang oleh orang tua.
Contohnya ; jika orang tua adalah guru, maka anak tersebut mempunyai status
anak guru.
Berdasarkan cara diperolehnya, Status sosial dibedakan menjadi 3 macam
yakni Ascribed Status, Achieved Status, dan Assigned Status. Ascribed status ;
status yang diperoleh berdasarkan keturunan/kesamaan darah, dan bersifat
tertutup. Bersifat tertutup di sini berarti untuk memperoleh status dibatasi oleh
batasan-batasan tertentu, misalnya pada masyarakat feodal atau masyarakat yang
menganut rasialisme. Contoh lain ; status sebagai anak, adik, kakak, tante, dan
lainnya.
Achieved status ; status yang diperoleh berdasarkan usaha / perjuangan,
diperoleh setelah melakukan peran terlebih dahulu, bersifat terbuka. Bersifat
terbuka, yaitu dalam memperoleh status individu berhak menentukan
kehendaknya sendiri untuk memilih status tertentu sesuai dengan kemampuan
yang dimilikinya. Contohnya ; status sebagai mahasiswa PTN yang diperoleh dari
perjuangan mengikuti SNMPTN/SPMB terlebih dulu. Contoh lain; setiap orang
dapat menjadi dosen, dokter, polisi bahkan presiden, asal ia mampu memenuhi
persyaratan tertentu untuk mencapai status tersebut.
Dan assigned status ; status yang diperoleh berdasarkan jasa yang dimiliki
oleh orang tersebut. Hal ini senada dengan pendapat Horton dan Hunt,
meritrokrasi (assigned status) yakni system sosial dimana status yang diberikan
berdasarkan jasa. Contohnya ; gelar pahlawan nasional diberikan karena dianggap
berjasa pada masa perjuangan, gelar guru teladan diberikan karena dedikasi yang
tinggi, dan gelar mahasiswa berprestasi diberikan karena prestasi yang dicapainya.
1
Sedangkan, peran sosial adalah sikap dan tindakan seseorang sesuai dengan
status yang dimilikinya dalam masyarakat. Peran sosial identik dengan identitas
biologis sehingga terbentuk peran kodrati. Peran kodrati adalah peran yang secara
langsung dimiliki oleh seseorang sesuai dengan identitas biologisnya. Peran
biologis ada 2 yakni laki-laki dan perempuan. Peran sebagai laki-laki antara lain
menghasilkan sperma, dan peran sebagai perempuan antara lain mengandung,
melahirkan, dan lainnya.
Antara status sosial dan peran sosial salah satunya dapat dipertukarkan yakni
peran sosial. Status sosial tidak dapat dipertukarkan karena status sosial hanya
dapat diraih/diperjuangkan (achieved status) dan hilang dari seseorang. Status
yang diraih contohnya status sebagai PNS diraih melalui perjuangan mengikuti
serangkaian ujian CPNS hingga memperoleh legitimasi. Status sosial yang hilang
dari seseorang dikarenakan orang tersebut tidak menjalankan perannya dengan
baik sehingga mengancam eksistensinya. Contohnya ; status sebagai mahasiswa
PTN dapat hilang dari seseorang bila orang tersebut sering bolos / melakukan hal
yang negatif seperti terlibat kejahatan sehingga mendapat Drop Out (dikeluarkan)
dari PTN terkait.
Peran sosial dapat dipertukarkan, contohnya peran ibu dalam mengurus rumah
tangga, bila suatu hari ibu sakit maka peran tersebut diambil alih oleh ayah dalam
memasak, belanja, mencuci dan sebagainya. Contoh kedua, peran laki-laki sebagai
pencari nafkah dapat dipertukarkan dengan perempuan seiring perkembangan
jaman dan akibat dari emansipasi. Hal tersebut ditandai dengan semakin
banyaknya perempuan yang bekerja. Pada dasarnya laki-laki dan perempuan
memiliki peran dan power masing-masing.
Laki-laki berperan sebagai pencari nafkah dan memiliki power di ranah
publik. Sedangkan perempuan berperan sebagai organizer rumah tangga dan
memiliki power di ranah domestik. Karena perkembangan jaman perempuan
berkesempatan memasuki ranah publik sehingga menimbulkan kesenjangan peran
2
antara laki-laki dan perempuan. Hal ini diakibatkan karena laki-laki tidak pernah
dipersiapkan dalam ranah domestik. Dan akibat yang terparah adalah perceraian.
Contoh-contoh tersebut menggambarkan bahwa peran seseorang dapat
dipertukarkan dan membawa dampak yang jauh dalam kehidupan sosial
masyarakat. Tetapi tidak semua peran dapat dipertukarkan yakni peran kodrati.
Seperti yang diuraikan sebelumnya bahwa peran kodrati berkaitan dengan
identitas biologis seseorang sehingga tidak dapat ditukarkan. Apakah ada
perempuan yang berperan menghasilkan sperma atau laki-laki yang mengandung
dan melahirkan ? Secara umum hal tersebut tidak lazim ada, namun bila hal
tersebut ada dalam suatu masyarakat disebabkan oleh karena kelainan genetika.
Seseorang dimungkinkan untuk mengubah identitas biologisnya tetapi tetap
saja hal tersebut tidak dapat mengubah peran kodrati yang dimilikinya. Contohnya
; seseorang dapat mengubah jenis kelaminnya misalnya dari dari laki-laki menjadi
perempuan melalui operasi ganti kelamin dan suntikan hormon sehingga orang
tersebut nampak seperti perempuan pada umumnya. Namun tetap saja, orang
tersebut tidak dapat mengubah peran kodratinya. Hal itu terbukti dari orang
tersebut tidak dapat mengandung ataupun melahirkan karena pada hakikatnya
orang tersebut adalah laki-laki.
Jadi, antara status dan peran sosial, yang dapat dipertukarkan adalah peran
sosial kecuali peran kodrati. Karena peran kodrati berkaitan dengan identitas
biologis seseorang.
Ciri Ciri Kelompok Sosial
Suatu kelompok dapat dinamakan kelompok sosial, apabila memiliki ciri-ciri
sebagai berikut
1. Memiliki motif yang sama antara individu satu dengan yang lain.
(menyebabkan interkasi/kerjasama untuk mencapai tujuan yang sama
3
2. Terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan antara individu satu
dengan yang lain (akibat yang ditimbulkan tergantung rasa dan kecakapan
individu yang terlibat)
3. Adanya penugasan dan pembentukan struktur atau organisasi kelompok
yang jelas dan terdiri dari peranan serta kedudukan masing-masing.
4. Adanya peneguhan norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang
mengatur interaksi dalam kegiatan anggota kelompok untuk mencapai
tujuan bersama.
Perubahan Sosial
Perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada
lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang memengaruhi
sistem sosialnya, termasuk nilai, sikap-sikap sosial, dan pola perilaku di antara
kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Pengertian Perubahan Sosial Menurut Para Ahli
Definisi dan pengertian tentang perubahan sosial menurut para ahli diantaranya
adalah sebagai berikut
Gillin
Perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi sebagai suatu variasi dari
cara hidup yang telah diterima karena adanya perubahan kondisi geografi,
kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi, maupun adanya difusi atau
penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.
Emile Durkheim
Perubahan sosial terjadi sebagai hasil dari faktor-faktor ekologis dan
demografis, yang mengubah kehidupan masyarakat dari kondisi tradisional yang
diikat solidaritas mekanistik, ke dalam kondisi masyarakat modern yang diikat
oleh solidaritas organistik.
4
Kingsley Davis
Perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan yang terjadi dalam
struktur dan fungsi masyarakat
Mac Iver
Perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam
hubungan sosial (social relation) atau perubahan terhadap keseimbangan
(ekuilibrium) hubungan sosial
William F. Ogburn
Perubahan sosial adalah perubahan yang mencakup unsur-unsur
kebudayaan baik material maupun immaterial yang menekankan adanya pengaruh
besar dari unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial
Tidak semua gejala-gejala sosial yang mengakibatkan perubahan dapat dikatakan
sebagai perubahan sosial, gejala yang dapat mengakibatkan perubahan sosial
memiliki ciri-ciri antara lain:
1. Setiap masyarakat tidak akan berhenti berkembang karena mereka
mengalami perubahan baik lambat maupun cepat.
2. Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu akan diikuti
dengan perubahan pada lembaga-lembaga sosial lainnya.
3. Perubahan sosial yang cepat dapat mengakibatkan terjadinya disorganisasi
yang bersifat sementara sebagai proses penyesuaian diri.
4. Perubahan tidak dibatasi oleh bidang kebendaan atau bidang spiritual
karena keduanya memiliki hubungan timbal balik yang kuat.
Bentuk-bentuk perubahan social
Berdasarkan cepat lambatnya, perubahan sosial dibedakan menjadi dua bentuk
umum yaitu perubahan yang berlangsung cepat dan perubahan yang berlangsung
5
lambat. Kedua bentuk perubahan tersebut dalam sosiologi dikenal dengan revolusi
dan evolusi.
Perubahan evolusi
Perubahan evolusi adalah perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam
proses lambat, dalam waktu yang cukup lama dan tanpa ada kehendak tertentu
dari masyarakat yang bersangkutan. Perubahan-perubahan ini berlangsung
mengikuti kondisi perkembangan masyarakat, yaitu sejalan dengan usaha-usaha
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Dengan kata lain,
perubahan sosial terjadi karena dorongan dari usaha-usaha masyarakat guna
menyesuaikan diri terhadap kebutuhan-kebutuhan hidupnya dengan
perkembangan masyarakat pada waktu tertentu. Contoh, perubahan sosial dari
masyarakat berburu menuju ke masyarakat meramu.
Menurut Soerjono Soekanto, terdapat tiga teori yang mengupas tentang evolusi,
yaitu
1. Unilinier Theories of Evolution: menyatakan bahwa manusia dan
masyarakat mengalami perkembangan sesuai dengan tahap-tahap tertentu,
dari yang sederhana menjadi kompleks dan sampai pada tahap yang
sempurna.
2. Universal Theory of Evolution: menyatakan bahwa perkembangan
masyarakat tidak perlu melalui tahap-tahap tertentu yang tetap. Menurut
teori ini, kebudayaan manusia telah mengikuti suatu garis evolusi yang
tertentu.
3. Multilined Theories of Evolution: menekankan pada penelitian terhadap
tahap perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat. Misalnya,
penelitian pada pengaruh perubahan sistem pencaharian dari sistem
berburu ke pertanian.
6
Perubahan revolusi
Perubahan revolusi merupakan perubahan yang berlangsung secara cepat
dan tidak ada kehendak atau perencanaan sebelumnya. Secara sosiologis
perubahan revolusi diartikan sebagai perubahan-perubahan sosial mengenai unsur-
unsur kehidupan atau lembaga- lembaga kemasyarakatan yang berlangsung relatif
cepat. Dalam revolusi, perubahan dapat terjadi dengan direncanakan atau tidak
direncanakan, dimana sering kali diawali dengan ketegangan atau konflik dalam
tubuh masyarakat yang bersangkutan.
Revolusi tidak dapat terjadi di setiap situasi dan kondisi masyarakat. Secara
sosiologi, suatu revolusi dapat terjadi harus memenuhi beberapa syarat tertentu,
antara lain
1. Ada beberapa keinginan umum mengadakan suatu perubahan. Di dalam
masyarakat harus ada perasaan tidak puas terhadap keadaan, dan harus ada
suatu keinginan untuk mencapai perbaikan dengan perubahan keadaan
tersebut.
2. Adanya seorang pemimpin atau sekelompok orang yang dianggap mampu
memimpin masyarakat tersebut.
3. Pemimpin tersebut dapat menampung keinginan-keinginan tersebut, untuk
kemudian merumuskan serta menegaskan rasa tidak puas dari masyarakat,
untuk dijadikan program dan arah bagi geraknya masyarakat.
4. Pemimpin tersebut harus dapat menunjukkan suatu tujuan pada
masyarakat. Artinya adalah bahwa tujuan tersebut bersifat konkret dan
dapat dilihat oleh masyarakat. Selain itu, diperlukan juga suatu tujuan
yang abstrak. Misalnya perumusan sesuatu ideologi tersebut.
5. Harus ada momentum untuk revolusi, yaitu suatu saat di mana segala
keadaan dan faktor adalah baik sekali untuk memulai dengan gerakan
revolusi. Apabila momentum (pemilihan waktu yang tepat) yang dipilih
keliru, maka revolusi dapat gagal.
7
Perubahan direncanakan dan tidak direncanakan
Perubahan yang direncanakan
` Perubahan yang direncanakan adalah perubahan-perubahan yang
diperkirakan atau yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang
hendak mengadakan perubahan di dalam masyarakat. Pihak-pihak yang
menghendaki suatu perubahan dinamakan agent of change, yaitu seseorang atau
sekelompok orang yang mendapat kepercayaan dari masyarakat sebagai
pemimpin satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan. Oleh karena itu,
suatu perubahan yang direncanakan selalu di bawah pengendalian dan
[[pengawasan agent of change. Secara umum, perubahan berencana dapat juga
disebut perubahan dikehendaki. Misalnya, untuk mengurangi angka kematian
anak-anak akibat polio, pemerintah mengadakan gerakan Pekan Imunisasi
Nasional (PIN)atau untuk mengurangi pertumbuhan jumlah penduduk pemerintah
mengadakan program keluarga berencana (KB).
Perubahan yang tidak direncanakan dan contoh
Perubahan yang tidak direncanakan biasanya berupa perubahan yang tidak
dikehendaki dan terjadi di luar jangkauan masyarakat. Karena terjadi di luar
perkiraan dan jangkauan, perubahan ini sering membawa masalah-masalah yang
memicu kekacauan atau kendala-kendala dalam masyarakat. Oleh karenanya,
perubahan yang tidak dikehendaki sangat sulit ditebak kapan akan terjadi.
Misalnya, kasus banjir bandang di Sinjai, Kalimantan Barat. Timbulnya banjir
dikarenakan pembukaan lahan yang kurang memerhatikan kelestarian lingkungan.
Sebagai akibatnya, banyak perkampungan dan permukiman masyarakat terendam
air yang mengharuskan para warganya mencari permukiman baru.
8
Perubahan berpengaruh besar dan berpengaruh kecil
Perubahan berpengaruh besar
Suatu perubahan dikatakan berpengaruh besar jika perubahan tersebut
mengakibatkan terjadinya perubahan pada struktur kemasyarakatan, hubungan
kerja, sistem mata pencaharian, dan stratifikasi masyarakat. Sebagaimana tampak
pada perubahan masyarakat agraris menjadi industrialisasi, pada perubahan ini
memberi pengaruh secara besar-besaran terhadap jumlah kepadatan penduduk di
wilayah industri dan mengakibatkan adanya perubahan mata pencaharian.
Perubahan berpengaruh kecil
Perubahan-perubahan berpengaruh kecil merupakan perubahan- perubahan
yang terjadi pada struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau
berarti bagi masyarakat. Contoh, perubahan mode pakaian dan mode rambut.
Perubahan-perubahan tersebut tidak membawa pengaruh yang besar dalam
masyarakat karena tidak mengakibatkan perubahan-perubahan pada lembaga
kemasyarakatan homolis.
Pengertian Lembaga Sosial
Lembaga sosial atau dikenal juga sebagai lembaga kemasyarakatan salah
satu jenis lembaga yang mengatur rangkaian tata cara dan prosedur dalam
melakukan hubungan antar manusia saat mereka menjalani kehidupan
bermasyarakat dengan tujuan mendapatkan keteraturan hidup.
Pengertian istilah lembaga sosial dalam bahasa Inggris adalah social
institution, namun social institution juga diterjemahkan sebagai pranata sosial.
Hal ini dikarenakan social institution merujuk pada perlakuan mengatur perilaku
para anggota masyarakat. Ada pendapat lain mengemukakan bahwa pranata sosial
merupakan sistem tata kelakukan dan hubungan yang berpusat pada aktivitas-
aktivitas untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan khusus dalam kehidupan
9
masyarakat. Sedangkan menurut Koentjaraningrat Lembaga sosial merupakan
satuan norma khusus yang menata serangkaian tindakan yang berpola untuk
keperluan khusus manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Istilah lain yang
digunakan adalah bangunan sosial yang diambil dari bahasa Jerman
sozialegebilde dimana menggambarkan dan susunan institusi tersebut
Perkembangan Lembaga Sosial
Terbentuknya lembaga sosial bermula dari kebutuhan masyarakat akan
keteraturan kehidupan bersama. Sebagaimana diungkapkan oleh Soerjono
Soekanto lembaga sosial tumbuh karena manusia dalam hidupnya memerlukan
keteraturan. Untuk mendapatkan keteraturan hidup bersama dirumuskan norma-
norma dalam masyarakat sebagai paduan bertingkah laku.
Mula-mula sejumlah norma tersebut terbentuk secara tidak disengaja.
Namun, lama-kelamaan norma tersebut dibuat secara sadar. Contoh:Dahulu di
dalam jual beli, seorang perantara tidak harus diberi bagian dari keuntungan. Akan
tetapi, lama-kelamaan terjadi kebiasaan bahwa perantara tersebut harus mendapat
bagiannya, di mana sekaligus ditetapkan siapa yang menanggung itu, yaitu
pembeli ataukah penjual.
Sejumlah norma-norma ini kemudian disebut sebagai lembaga sosial. Namun,
tidak semua norma-norma yang ada dalam masyarakat merupakan lembaga sosial
karena untuk menjadi sebuah lembaga sosial sekumpulan norma mengalami
proses yang panjang.
Menurut Robert M.Z. Lawang proses tersebut dinamakan pelembagaan
atau institutionalized, yaitu proses bagaimana suatu perilaku menjadi berpola atau
bagaimana suatu pola perilaku yang mapan itu terjadi. Dengan kata lain,
pelembagaan adalah suatu proses berjalan dan terujinya sebuah kebiasaan dalam
masyarakat menjadi institusi atau lembaga yang akhirnya harus menjadi paduan
dalam kehidupan bersama.
10
Jenis-jenis Lembaga Sosial
Ada 8 jenis lembaga sosial, yakni :
Lembaga Keluarga
Lembaga Pendidikan
Lembaga Ekonomi
Lembaga Agama
Lembaga Politik
Lembaga Hukum
Lembaga Budaya
Lembaga Kesehatan
Teori Fungsional
Talcott Parsons melahirkan teori fungsional tentang perubahan. seperti para
pendahulunya, Parsons juga menganalogikan perubahan sosial pada masyarakat
seperti halnya pertumbuhan pada mahkluk hidup. Komponen utama pemikiran
Parsons adalah adanya proses diferensiasi.
Parsons berasumsi bahwa setiap masyarakat tersusun dari sekumpulan
subsistem yang berbeda berdasarkan strukturnya maupun berdasarkan makna
fungsionalnya bagi masyarakat yang lebih luas. Ketika masyarakat berubah,
umumnya masyarakat tersebut akan tumbuh dengan kemampuan yang lebih baik
untuk menanggulangi permasalahan hidupnya. Dapat dikatakan Parsons termasuk
dalam golongan yang memandang optimis sebuah proses perubahan.
Bahasan tentang struktural fungsional Parsons ini akan diawali dengan empat
fungsi yang penting untuk semua sistem tindakan. Suatu fungsu adalah kumpulan
11
kegiatan yang ditujukan pada pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan
sistem. Parsons menyampaikan empat fungsi yang harus dimiliki oleh sebuah
sistem agar mampu bertahan, yaitu:
Adaptasi, sebuah sistem harus mampu menanggulangu situasi eksternal yang
gawat. Sistem harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Pencapaian,
sebuah sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan utamanya. Integrasi,
sebuah sistem harus mengatur hubungan antar bagian yang menjadi
komponennya. Sistem juga harus dapat mengelola hubungan antara ketiga fungsi
penting lainnya. Pemeliharaan pola, sebuah sistem harus melengkapi, memelihara
dan memperbaiki motivasi individual maupun pola-pola kultural yang
menciptakan dan menopang motivasi.
Teori struktural fungsional mengansumsikan bahwa masyarakat merupakan
sebuah sistem yang terdiri dari berbagai bagian atau subsistem yang saling
berhubungan. Bagian-bagian tersebut berfungsi dalam segala kegiatan yang dapat
meningkatkan kelangsungan hidup dari sistem. Fokus utama dari berbagai pemikir
teori fungsionalisme adalah untuk mendefinisikan kegiatan yang dibutuhkan
untuk menjaga kelangsungan hidup sistem sosial. Terdapat beberapa bagian dari
sistem sosial yang perlu dijadikan fokus perhatian, antara lain ; faktor individu,
proses sosialisasi, sistem ekonomi, pembagian kerja dan nilai atau norma yang
berlaku.
Pemikir fungsionalis menegaskan bahwa perubahan diawali oleh tekanan-
tekanan kemudian terjadi integrasi dan berakhir pada titik keseimbangan yang
selalu berlangsung tidak sempurna. Artinya teori ini melihat adanya
ketidakseimbangan yang abadi yang akan berlangsung seperti sebuah siklus untuk
mewujudkan keseimbangan baru. Variabel yang menjadi perhatian teori ini adalah
struktur sosial serta berbagai dinamikanya. Penyebab perubahan dapat berasal dari
dalam maupun dari luar sistem sosial.
12
Teori Konflik
Teori konflik adalah teori yang memandang bahwa perubahan sosial tidak
terjadi melalui proses penyesuaian nilai-nilai yang membawa perubahan, tetapi
terjadi akibat adanya konflik yang menghasilkan kompromi-kompromi yang
berbeda dengan kondisi semula. Teori ini didasarkan pada pemilikan sarana-
sarana produksi sebagai unsur pokok pemisahan kelas dalam masyarakat. Teori
konflik muncul sebagai reaksi dari munculnya teori struktural fungsional.
Pemikiran yang paling berpengaruh atau menjadi dasar dari teori konflik ini
adalah pemikiran Karl Marx. Pada tahun 1950-an dan 1960-an, teori konflik mulai
merebak. Teori konflik menyediakan alternatif terhadap teori struktural
fungsional.
Pada saat itu Marx mengajukan konsepsi mendasar tentang masyarakat
kelas dan perjuangannya. Marx tidak mendefinisikan kelas secara panjang lebar
tetapi ia menunjukkan bahwa dalam masyarakat, pada abad ke- 19 di Eropa di
mana dia hidup, terdiri dari kelas pemilik modal (borjuis) dan kelas pekerja
miskin sebagai kelas proletar. Kedua kelas ini berada dalam suatu struktur sosial
hirarkis, kaum borjuis melakukan eksploitasi terhadap kaum proletar dalam proses
produksi. Eksploitasi ini akan terus berjalan selama kesadaran semu eksis (false
consiousness) dalam diri proletar, yaitu berupa rasa menyerah diri, menerima
keadaan apa adanya tetap terjaga. Ketegangan hubungan antara kaum proletar dan
kaum borjuis mendorong terbentuknya gerakan sosial besar, yaitu revolusi.
Ketegangan tersebut terjadi jika kaum proletar telah sadar akan eksploitasi kaum
borjuis terhadap mereka.
Ada beberapa asumsi dasar dari teori konflik ini. Teori konflik merupakan
antitesis dari teori struktural fungsional, dimana teori struktural fungsional sangat
mengedepankan keteraturan dalam masyarakat. Teori konflik melihat pertikaian
dan konflik dalam sistem sosial. Teori konflik melihat bahwa di dalam masyarakat
tidak akan selamanya berada pada keteraturan. Buktinya dalam masyarakat
manapun pasti pernah mengalami konflik-konflik atau ketegangan-ketegangan.
13
Kemudian teori konflik juga melihat adanya dominasi, koersi, dan kekuasaan
dalam masyarakat. Teori konflik juga membicarakan mengenai otoritas yang
berbeda-beda. Otoritas yang berbeda-beda ini menghasilkan superordinasi dan
subordinasi. Perbedaan antara superordinasi dan subordinasi dapat menimbulkan
konflik karena adanya perbedaan kepentingan.
Teori konflik juga mengatakan bahwa konflik itu perlu agar terciptanya
perubahan sosial. Ketika struktural fungsional mengatakan bahwa perubahan
sosial dalam masyarakat itu selalu terjadi pada titik ekulibrium, teori konflik
melihat perubahan sosial disebabkan karena adanya konflik-konflik kepentingan.
Namun pada suatu titik tertentu, masyarakat mampu mencapai sebuah
kesepakatan bersama. Di dalam konflik, selalu ada negosiasi-negosiasi yang
dilakukan sehingga terciptalah suatu konsensus.
Menurut teori konflik, masyarakat disatukan dengan “paksaan”.
Maksudnya, keteraturan yang terjadi di masyarakat sebenarnya karena adanya
paksaan (koersi). Oleh karena itu, teori konflik lekat hubungannya dengan
dominasi, koersi, dan power. Terdapat dua tokoh sosiologi modern yang
berorientasi serta menjadi dasar pemikiran pada teori konflik, yaitu Lewis A.
Coser dan Ralf Dahrendorf.
Perbedaan Antara Teori Fungsional dan Teori Konflik :
PERSEPSI
TENTANG
TEORI FUNGSIONAL TEORI KONFLIK
MASYARAKAT Suatu system yang stabil
dari kelompok-kelompok
yang bekerja sama
Suatu system yang tidak
stabil dari kelompok-
kelompok dan kelas-kelas
yang saling bertentangan
KELAS SOSIAL Suatu tingkat status dari
orang-orang yang
memperoleh pendapatan
Sekelompok orang yang
memiliki kepentingan
ekonomi dan kebutuhan
14
dan memiliki gaya hidup
yang serupa. Berkembang
dari isi perasaan orang dan
kelompok yang berbeda.
kekuasaan yang serupa .
Berkembang dari
keberhasilan sebagian
orang dalam
mengeksploitasi orang lain
PERBEDAAN
SOSIAL
Tidak dapat dihindarkan
dalam susunan masyarakat
yang kompleks. Terutama
disebabkan perbedaan
kontribusi dari kelompok-
kelompok yang berbeda
Tidak perlu dan tidak adil.
Terutama disebabkan
perbedaan dalam
kekuasaan. Dapat
dihindarkan dengan jalan
penyusunan kembali
masyarakat secara
sosialistis
PERUBAHAN
SOSIAL
Timbul dari perubahan
kebutuhan fungsional
masyarakat yang terus
berubah
Diapaksakan oleh suatu
kelas terhadap kelas
lainnya untuk kepentingan
kelas pemaksa
TATA TERTIB
SOSIAL
Hasil usaha tidak sadar
dari orang-orang untuk
mengorganisasi kegiatan –
kegiatan mereka secara
produktif
Dihasilkan dan
dipertahankan oleh
pemkasa yang
terorganisasi oleh kelas-
kelas yang dominan.
NILAI-NILAI Konsensus atas nilai-nilai
umum dan kesetiaan yang
mempersatukan
masyarakat
Menanamkan nilai-nilai
dan kesetiaan yan
melindungi golongan yang
mendapat hak-hak
istimewa
LEMBAGA-
LEMBAGA SOSIAL
Menanamkan nilai-nilai
umum dan kesetiaan yang
mempersatukan
masyarakat
Menanamkan nilai-nilai
dan kesetiaan yang
melindungi golongan yang
mendapat hak-hak
15
istimewa.
HUKUM DAN
PEMERINTAHAN
Menjalankan peraturan
yang mencerminkan
consensus nilai-nilai
masyarakat.
Menjalankan peraturan
yang dipaksakan oleh
kelas yang dominan untuk
melindungi hak-hak
istimewa
16