Sosialisasi Pangan Lokal di MTs Darussalam Jember
-
Upload
paul-coleman -
Category
Documents
-
view
218 -
download
0
description
Transcript of Sosialisasi Pangan Lokal di MTs Darussalam Jember
LAPORAN SOSIALISASI PANGAN LOKAL
Matakuliah Teknologi Pengolahan Pangan Lokal
LAPORAN
Oleh Kelompok 4 :
1. Rizal Dwiki S. 121710101054
2. Fatimah Wahyu 121710101069
3. Yusri Akhmadi 121710101082
4. Gholib Aulia P. 121710101084
5. Lilik Mutammimah 121710101089
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya kebutuhan rumah tangga
yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup, baik jumlah maupun mutunya,
aman, merata, dan terjangkau. Pangan merupakan salah satu dari tiga kebutuhan
primer yang harus dipenuhi. Demi mewujudkan ketahanan pangan yang baik, maka
perlu dicanangkan beberapa program. Salah satunya memajukan pangan lokal.
Pangan lokal merupakan suatu produk yang berbahan baku dan diproduksi di dalam
negeri. Pangan lokal bisa menjadi identitas dari suatu daerah tersebut.
Pangan lokal saat ini kurang populer karena masyarakat Indonesia masih
sangat bergantung pada bahan baku beras. Sedangkan seiring dengan pertumbuhan
penduduk yang semakin pesat, kebutuhan akan bahan baku beras juga semakin
meningkat. Tetapi, lahan yang digunakan untuk menumbuhkan bahan baku berupa
beras semakin menurun. Berarti kebutuhan masyarakat Indonesia akan beras tidak
terpenuhi dengan baik.
Kemampuan produksi bahan pangan domistik tidak dapat mengikuti
peningkatan kebutuhan, maka pada waktu yang akan datang Indonesia akan
tergantung impor, yang berarti ketahanan pangan nasional akan semakin rentan
karena akan semakin tergantung pada kebijakan ekonomi negara lain. Berdasarkan
perkiraan tersebut tantangan utama dalam pemantapan ketahanan pangan adalah
optimalisasi pemanfaatan sumberdaya pangan domistik dan peningkatan kapasitas
produksi pangan dalam jumlah, kualitas dan keragamannya. Konsumsi pangan
hendaknya memperhatikan ketentuan zat gizi yang cukup berimbang, sesuai dengan
kebutuhan bagi pembentukan manusia yang sehat, kuat, cerdas dan produktif.
Berdasarkan fakta tersebut, dibutuhkan program baru berupa diversifikasi
pangan. diversifikasi pangan dimaksudkan untuk merubah kebutuhan masyarakat
akan satu bahan pokok, yakni beras. Selain itu dengan peningkatan diversifikasi
pangan, ketahanan pangan negeri ini akan semakin baik.
Oleh karena itu kami melakukan sosialisasi terhadap masyarakat, khususnya
anak-anak untuk mengenalkan berbagai macam produksi pangan yang ada di
Indonesia, sehingga mengharapkan mereka mampu mengaplikasikannya dengan cara
mencintai produk dalam negeri dan mengurangi konsumsi produk impor. Dan kenapa
akami memilih MTs Darussalam karena wawasan mereka akan pangan lokal dan
bahaya makanan cepat saji atau junk food masih kurang.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari sosialisasi mengenai pangan lokal kali ini adalah:
1. Untuk mengetahui tingkat ketertarikan siswa MTs. Darussalam terhadap
pangan lokal dibandingkan dengan makanan siap saji
2. Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa MTs. Darussalam terhadap
produk pangan lokal serta bahaya mengkonsumsi makanan siap saji.
3. Untuk mengetahui seberapa besar respon siswa serta guru MTs. Darussalam
dengan diadakannya sosialisasi mengenai pangan lokal.
1.3 Manfaat
1. Menambah wawasan dan pengetahuan akan pentingnya pangan lokal bagi
siswa siswi MTs Darussalam.
2. Untuk menghimbau, agar produk dalam negeri lebih dicintai.
3. Menumbuhkan keedulian pangan lokal daerah bagi siswa siswi MTs
Darussalam dan mahasiswa FTP UNEJ
4. Melatih mahasiswa FTP dalam bersosialisasi dimasyarakat umum.
5. Konsumsi pangan cukup berimbang yang sesuai dengan kebutuhan bagi
pembentukan manusia yang sehat, kuat, cerdas dan produktif.
6. Untuk meningkatkan kepedulian akan ketahanan pangan bangsa Indonesia.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pangan
Pangan adalah hak asasi setiap individu untuk memperolehnya dengan jumlah
yang cukup dan aman serta terjangkau. Oleh karena itu, upaya pemantapan ketahanan
pangan harus terus dikembangkan dengan memperhatikan sumberdaya, kelembagaan
dan budaya lokal. (Lembata, 2009).
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Tersedianya pangan yang
cukup, aman, bermutu, bergizi, sehat serta halal merupakan syarat utama guna
mewujudkan masyarakat yang bermartabat serta sumberdaya yang berkualitas.
Pangan juga merupakan hak asasi setiap individu untuk memperolehnya dengan
jumlah yang cukup dan aman serta terjangkau. Oleh karena itu, upaya pemantapan
ketahanan pangan harus terus dikembangkan dengan memperhatikan sumberdaya,
kelembagaan dan budaya local (Lembata, 2009).
Pangan Khas adalah pangan yang asal usulnya secara biologis ditemukan di
suatu daerah. Pangan Tradisional adalah pangan atau makanan yang diolah dengan
cara, resep atau cita rasa yang khas berkaitan dengan nilai-nilai kelompok etnis
tertentu tanpa memperhatikan asal bahan bakunya.
Pangan Pokok adalah pangan sumber karbohidrat yang sering dikonsumsi
secara teratur sebagai makanan utama dan memberikan sumbangan energi lebih dari
sepertiga total konsumsi energi.
Makanan Tradisional adalah makanan yang dikonsumsi masyarakat golongan
etnik dan wilayah yang spesifik, diolah dari resep yang dikenali masyarakat, bahan-
bahannya diperoleh dari sumber lokal dan memiliki rasa yang relatif sesuai dengan
selera masyarakat setempat.
Konsumsi Pangan adalah sejumlah makanan dan minuman yang dimakan dan
diminum seseorang dalam rangka memenuhi kebutuhan hayati.
2.2 Ruang Lingkup Pangan Lokal
Pangan lokal merupakan produk pangan yang telah lama diproduksi,
berkembang dan dikonsumsi di suatu daerah atau suatu kelompok masyarakat lokal
tertentu. Umumnya produk pangan lokal diolah dari bahan baku lokal, teknologi
lokal, dan pengetahuan lokal pula. Di samping itu, produk pangan lokal biasanya
dikembangkan sesuai dengan preferensi konsumen lokal pula. Sehingga produk
pangan lokal ini berkaitan erat dengan budaya lokal setempat. Karena itu, produk ini
sering kali menggunakan nama daerah, seperti gudek jogja, dodol garut, jenang
kudus, beras cianjur, dan sebagainya (Hariyadi, 2010).
Aneka ragam pangan lokal tersebut berpotensi sebagai bahan alternatif
pengganti beras. Sebagai contoh, di Papua ada beberapa bahan pangan lokal setempat
yang telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai bahan baku
pengganti beras, seperti ubi jalar, talas, sagu, gembili, dan jawawut. Produk pangan
lokal tersebut telah beradaptasi dengan baik dan dikonsumsi masyarakat Papua secara
turun temurun (Wahid Rauf dan Sri Lestari, 2009). Selain di Papua, beberapa pangan
lokal yang telah dimanfaatkan oleh masyarakatnya sebagai bahan pengganti beras
adalah jagung di Madura dan Gorontalo.
2.3 Konsep Diversifikasi Pangan
2.3.1 Pengertian diversifikasi pangan
Diversifikasi pangan adalah suatu proses perkembangan dalam pemanfaatan
dan penyediaan pangan ke arah yang semakin beragam. Manfaat diversifikasi pada
sisi konsumsi adalah semakin beragamnya asupan zat gizi, baik makro maupun
mikro, untuk menunjang pertumbuhan, daya tahan, dan produktivitas fisik
masyarakat (Amang, 1995).
Pakpahan dan Suhartini (1989) menyatakan dalam konteks Indonesia
diversifikasi/keanekaragaman konsumsi pangan sering diartikan sebagai
pengurangan konsumsi beras yang dikompensasi oleh penambahan konsumsi bahan
pangan non beras.Demikian pula Suhardjo (1998) menyebutkan bahwa pada
dasarnya diversifikasi pangan mencakup tiga lingkup pengertian yang saling
berkaitan, yaitu (1) diversifikasi konsumsi pangan, (2) diversifikasi ketersediaan
pangan, dan (3) diversifikasi produksi pangan.
Kelengkapan gizi merupakan prasyarat bagi pembentukan kualitas
intelegen-sia yang baik. Keragaman pangan juga meningkatkan asupan zat-zat
antioksidan, serat, serta penawar terhadap senyawa yang merugikan kesehatan
seperti kolesterol. Di samping itu, keragaman juga memberikan lebih banyak
pilihan kepada masyarakat untuk memperoleh pangan sesuai preferensinya.
2.3.2 Tujuan diversifikasi pangan
Diversifikasi bertujuan untuk memperbaiki status gizi tidak hanya
tergantung pada konsumsi makanan, tetapi juga tergantung pada pengadaan atau
penyediaan dari pangan tersebut. Faktor-faktor penting yang perlu
dipertimbangkan dalam perencanaan program untuk meningkatkan pangan dan
gizi yang lebih baik, antara lain:
1) hasil produksi pertanian yang menentukan tingkat penyediaan pangan dan
zat gizi.
2) variasi jenis makanan yang dikonsumsi terutama tergantung pada variasi
dan komposisi hasil produksi pertanian setempat.
3) perlu adanya penyuluhan untuk meningkatkan pengertian tentang
kebutuhan gizi dan adanya tindakan-tindakan yang dapat dijadikan
sebagai pertimbangan bagi konsumen dalam memilik makanannya,
sehingga pola konsumsi pangan dapat terarah agar sesuai dengan
persyaratan gizi (Suharjo,1996).
Secara keseluruhan, mengapa diversifikasi pangan kurang berhasil?
Pertama, beras mempunyai citra superior sehingga pemilihan atas beras
mengungguli jagung, singkong, ubi jalar dan lainnya. Kedua, ketersediaan beras
sepanjang waktu di berbagai wilayah lebih baik dibandingkan ketersediaan
komoditas pangan lainnya. Ketiga, teknologi pengolahan beras menjadi nasi amat
simpel dan menghasilkan citra rasa yang enak dan tidak membosankan. Kini
diversifikasi pangan menjadi langkah yang tepat. Pola konsumsi pangan yang
bermutu dan bergizi seimbang mensyaratkan perlu adanya diversifikasi pangan
dalam menu sehari-hari. Pangan yang beragam amat penting karena tidak ada satu
jenis makanan yang dapat menyediakan gizi bagi seseorang secara lengkap.
Melalui konsumsi yang beragam kekurangan gizi pada satu jenis makanan dapat
dilengkapi oleh jenis makanan lainnya.
Produksi pangan dicirikan bukan oleh kurangnya produksi terhadap
konsumsi secara tetap melainkan lebih disebabkan oleh ketimpangan produksi
konsumsi antar negara. Ketimpangan tersebut selain di pengaruhi oleh iklim dan
keadaan tanah yang kurang sesuai, juga dipengaruhi oleh ketidak mampuan
negara-negara berkembang yang miskin teknologi dan dana untuk
mengembangkan produksi dalam negri atau membeli pangan dari pasar
2.3.3 Diversifikasi konsumsi pangan sumber bahan pokok selain beras
Ada berbagai macam sumber daya yang dapat dimanfaatkan sebagai
produk pangan lain yang lebih bergizi dan bermutu tinggi antara lain sebagai
berikut:
1. Kelapa
Industri kecil kelapa dengan penggunaan teknologi tepat guna pemarutan
dan pengeringan akan dihasilkan kelapa parut kering. Dengan pengepresan yang
tepat akan diperoleh minyak kelapa yang berkualitas baik. Contoh produk:
geplak, serundeng.
2. Singkong
Singkong sebagai salah satu jenis bahan makanan sumber karbohidrat
yang dapat tumbuh subur di Indonesia dan relatif murah harganya. Keberadaan
singkong yang melimpah dan harga yang murah di pedesaan dapat ditingkatkan
menjadi bahan makanan yang bernilai tinggi. Melalui pengeringan sederhana
misalnya dengan diparut kasar, dicuci dikeringkan dan kemudian digiling yang
selanjutnya dapat dibuat beraneka macam produk makanan basah maupun
kering. Contoh produk: criping, lanthing, pathilo, gethuk, gatot, tiwul, tepung
mocaf, beras cerdas, kripik.
3. Labu kuning
Ditinjau dari aspek gizi, labu kuning memiliki kandungan gizi yang
cukup baik, disamping kadar karbohidrat yang tinggi juga kaya akan provitamin
A yang merupakan keistimewaan buah labu kuning yang berguna bagi
kesehatan kita. Contoh produk: puding, kue lapis, cake, pie, nogosari, arem-
arem, nasi kuning, minuman, mie labu kuning.
4. Jagung
Merupakan palawija sumber karbohidrat yang memegang peranan
penting kedua setelah beras. Jagung juga mengandung unsur gii lain yang
diperlukan manusia yaitu kalori, dan protein. Dengan mengkonsumsi aneka
macam produk olahan jagung, berarti telah melaksanakan program diversifikasi
pangan non beras.Contoh produk: emping jagung, aneka cake, talam, muffin,
tepung jagung, jagung instan nixtamalisasi, beras jagung instan, bassang.
5. Lamtoro dan kacang tunggak
Lamtoro dan kacang tungga termasuk dalam tanaman koro-koroan yang
kaya akan protein. Hal ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengganti kedelai
dalam pembuatan tempe dan produk olahan tempe lainnya. Contoh produk:
sebagai pengganti kedelai dalam pembuatan tempe.
2.4 Junk Food
Makanan rendah gizi (bahasa inggris: junk food) adalah makanan yang tidak
sehat atau memiliki sedikit kandungan nutrisi. Makanan cepat saji seperti hamburger,
kentang goring dari McDonald’s, KFC dan Pizza Hut sering dianggap sebagai
makanan nirnutrisi. Makanan nirnutrisi mengandung jumlah lemak yang besar.
Keracunan makanan adalah gejala yang disebabkan karena mengkonsumsi
makanan yang mengandung bahan berbahaya/toksik atau yang terkontaminasi.
Kontaminasi bias disebabkan oleh bakteri, virus, parasit, jamur dan toksin.
Berikut adalah beberapa efek buruk dari konsumsi makanan cepat saji bagi kesehatan:
1. Memicu sakit kepala. Beberapa komposisi dalam makanan cepat saji adalah
nitrat atau nitrit, monosodium glutamat (MSG), dan pemanis buatan. Nitrat
dan nitrit merupakan pengawet yang dapat meningkatkan tekanan darah
sehingga menimbulkan efek samping sakit kepala. Kedua zat ini ditambahkan
pada pemrosesan produk daging untuk mencegah bakteri penyebab keracunan
makanan, Clostridium botulinum. Sehingga, daging tetap berwarna segar dan
merah muda. Sementara MSG membuat rasa makin menimbulkan selera
makan sekaligus menyembunyikan bebauan khas logam yang keluar saat
pemrosesan.
2. Memunculkan depresi. Studi yang dilakukan Universitas College London di
Ingris menemukan, orang-orang yang secara teratur mengonsumsi makanan
olahan tinggi lemak dan gula lebih mungkin mengalami depresi. Peningkatan
risiko depresi hingga mencapai 58 persen lebih tinggi dibanding mereka yang
mengonsumsi makanan lebih seimbang kandungan gizinya. Studi lain juga
mendapatkan hasil yang serupa. Makanan cepat saji sangat kurang nutrisi.
Antioksidan, asam folat, asam lemak omega-3 kurang bisa ditemukan.
Sementara itu, kehadiran berbagai zat aditif pada makanan cepat saji seperti
pengawet, pengemulsi, pengental, penyetabil, dan penyedap rasa
menimbulkan pseudostressors atau simpatomimetik. Bahan-bahan tersebut
stumulan kuat dalam memengaruhi terjadinya stres dan perubahan suasana
hati (mood).
3. Memengaruhi penurunan libido. Jika tidak ingin libido terjun bebas, hindairi
terlalu sering mengonsumsi makanan cepat saji. Lemak trans dalam makanan
ini memicu perbahan biokimia yang memengaruhi penurunan gairah seksual.
Dalam waktu bersamaan turut mengurangi jumlah sperma dan mengganggu
proses ovulasi. Berat badan ikut naik seiring menumpuknya lemak dalam
tubuh.
4. Memunculkan penyakit diabetes dan kardiovaskular. Tingginya lemak dan
gula pada makanan cepat saji kenaikan gula darah dan kolesterol. Keduanya
berpotensi menyebabkan penyakit diabetes tipe 2 dan penyakit
kardiovaskular, seperti penyakit jantung dan stroke. Lonjakan insulin
penggemar fast food cenderung tinggi untuk mengimbangi pertambahan gula
darah yang tidak terkontrol. Ini kelamaan dapat memunculkan rsistensi
insulin.
2.5 Ketahanan Pangan
Definisi ketahanan pangan sangat bervariasi, namun umumnya mengacu
definisi dari Bank Dunia (1986) dan Maxwell dan Frankenberger (1992) yakni “akses
semua orang setiap saat pada pangan yang cukup untuk hidup sehat (secure access at
all times to sufficient food for a healthy life).
Menurut Undang-Undang Pangan No.7 Tahun 1996: kondisi terpenuhinya
kebutuhan pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan secara
cukup, baik dari jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.
Berdasarkan definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ketahanan
pangan memiliki 5 unsur yang harus dipenuhi :
1. Berorientasi pada rumah tangga dan individu
2. Dimensi waktu setiap saat pangan tersedia dan dapat diakses
3. Menekankan pada akses pangan rumah tangga dan individu, baik fisik,
ekonomi dan sosial
4. Berorientasi pada pemenuhan gizi
5. Ditujukan untuk hidup sehat dan produktif
BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Hari : Sabtu
Tanggal : 22 Februari 2014
Tempat : MTs Darussalam Jember
Waktu : 08.20 WIB – selesai
3.2 Sasaran dan Jumlah Peserta
Sasaran : Siswa – siswi MTs Darussalam Jember
Jumlah : 56 anak
3.3 Metode Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan selama sosialisasi meliputi beberapa hal, yaitu:
a. Mejelaskan tentang arti pangan lokal lokal yang terdapat di Indonesia.
b. Mejelaskan macam-macam pangan lokal yang terdapat di Indonesia.
c. Mejelaskan tentang pentingnya pangan lokal yang terdapat di Indonesia.
d. Mejelaskan tentang arti food poisoning.
e. Mejelaskan tentang bahaya food poisoning.
f. Melakukan interaksi kepada peserta.
BAB 4. PEMBAHASAN
Sosialisasi pentingnya pangan lokal ini dilakasanakan di MTs Darussalam,
Kabupaten Jember. Survey tempat pemilihan lokasi sosialisasi kami lakukan 4 hari
sebelum sosialisasi berlangsung. Tujuan kami datang ke MTs Darussalam adalah
untuk mensosialisasikan pangan lokal kepada para siswa - siswi madrasah
tsyanawiyah. Agar siswa siswi lebih peduli terhadap pangan lokal daerah dan lebih
mengetahui potensi sumber daya alam apa saja yang ada pada tiap - tiap daerah.
Setelah bertemu dengan pihak sekolah dan mengutarakan maksut
kedatangan dan meminta izin sosialisasi. Kamipun menentukan waktu
dilaksanakannya sosialisasi yaitu pada hari sabtu, 21 Februari 2014 pukul 08.20 WIB.
Sasaran sosialisasi kami adalah siswa siswi perwakilan dari kelas 1, 2 dan 3 dengan
jumlah peserta 56 orang. Sosialisasi dilaksanakan pada pelajaran terakhir sehingga
setelah acara sosialisasi, semua siswa dapat langsung pulang.
Kami datang ketempat lebih awal sebelum jadwal sosialisasi dilaksanakan
yaitu pada pukul 07.20 WIB. Sengaja kami datang kelokasi lebih awal guna
mengkondisikan tempat yang akan digunakan, menyiapkan konsumsi bagi peserta
dan masih ada waktu tersisa untuk kami gunakan latihan presentrasi, karena ruangan
yang digunakan merupakan masjid sekolah sehingga kita bisa leluasa dalam mengatur
dan menggunakan ruangan.
Tepat jam 08.20 WIB semua perwakilan siswa sudah bersiap mengikuti
sosialisasi, sebelum memasuki ruangan semua siswa mengisi absensi dan
mendapatkan konsumsi berupa jajanan pasar, dimana jajanan pasar yang kami
berikan yaitu kue kukus berbahan dasar ubi ungu. Kami juga memberikan fotocopy
poster sebagai bahan materi yang akan disampaikan serta kuisioner yang harus diisi
oleh siswa.
Setelah selesai pengkondisian siswa, selanjutnya dilakukan pembukaan yaitu
perkenalan dari kami selaku perwakilan sosialisasi dari fakultas teknologi pertanian
universitas jember. Setelah proses perkenalan dan sedikit penyampaian mengenai
tema dan latarbelakang sosialisasi. Acara selanjutnya yaitu pengenalan jargon dari
kami. Jargon yang mudah diingat dan gerakan yang menarik, membuat para peserta
lebih semangat dan dapat menerima kami. Kemudian dilanjutkan dengan pemaparan
materi.
Bahan yang kami gunakan untuk penyampaian presentasi yaitu
menggunakan poster dan juga powerpoint. Materi pertama yang kami berikan yaitu
pengertian pangan lokal. Kami juga menampilkan pangan khas daerah yang ada
dibeberapa kota seperti jember, lumajang dan Madura. Kemudian kami juga
menyiapkan contoh prodak yang kami bawa yaitu berupa prol tape, getuk, cenil, dan
nogosari.
Materi selanjutnya yaitu mengenai makanan cepat saji atau junk food. Pada
materi ini kami banyak melakukan interaksi, dimana mereka sangat antusias
menyaksikan tampilan presentasi kami yang menampilkan gambar – gambar
makanan cepat saji tersebut. banyak diantara mereka yang mengaku tidak suka
mengkonsumsi makanan- makanan tersebut dan bahkan tidak pernah
mengkonsumsinya. Sehingga dengan pengakuan mereka itu kami lebih mudah dalam
menjelaskan bahaya – bahaya makanan tersebut jika dikonsumsi, dan mereka banyak
menerima masukan dan materi dari kami. Dalam materi ini kami juga menjelaskan
mengenai keracunan makanan dan efek samping mengkonsumsi makanan cepat saji.
Pemaparan selanjutnya yaitu ketahanan pangan untuk meningkatkan pangan
lokal. Ketahanan pangan lokal dapat dilakukan dengan melakukan diversifikasi
pangan yaitu penganekaragaman pangan sehingga tidak tergantung pada satu jenis
pangan saja. Contoh ketahanan pangan yang kami berikan yaitu diversifikasi
singkong, jagung dan ubi ungu menjadi berbagai produk olahan.
Setelah penyampaian seluruh materi, selanjutnya kami membantu
pemahaman mereka dengan menampilkan video mengenai bahaya konsumsi
makanan cepat saji dan juga video mengenai pangan lokal tepatnya pada pembuatan
tepung ubi ungu. Dimana tepung tersebut nantinya dapat diolah menjadi berbagai
produk olahan yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
Setelah semua materi tersampaikan, selanjutnya kami melakukan sesi tanya
jawab untuk mereviuw sejauh mana materi yang kami sampaikan dapat diterima oleh
mereka. Awalnya kami menawarkan untuk satu siswa memaparkan apa saja yang dia
dapatkan, namun semua siswa masih terlihat malu untuk maju dan memaparkannya.
Sehingga akhirnya kami membuka pertanyaan mengenai materi yang telah
disampaikan, dimana 3 penanya pertama kami beri hadiah berupa pangan lokal.
Acara berikutnya yaitu pemberian aplikasi berupa permainan atau game
tebak pangan lokal. Dimana game ini bertujuan untuk memberikan pemahaman,
pengetahuan dan kepedulian mereka terhadap produk - produk lokal. Mereka begitu
antusias dalam mengikuti game tersebut karena memang kita menjanjikan hadiah
kepada mereka. 3 kali game yang kami sediakan berhasil dijawab oleh para siswa.
Terlihat bahwa sudah banyak siswa yang memahami dan mengetahui produk lokal
yang ada.
Pada penutupan acara kami kembali menggunakan jargon untuk
mengingatkan kepedulian mereka mengenai pangan lokal serta member semangat
kepada mereka untuk tetap mengkonsumsi pangan lokal. Kemudian kami meminta
kepada perwakilan siswa untuk menyampaikan kesan dan pesan terhadap jalannya
sosialisasi. Dan mereka berkata bahwa sosialisai yang dilaksanakan sangat menarik,
asik dan mudah diterima oleh mereka.
Setelah semua acara selesai kami jargon untuk terakhir kalinya. Jargon yang
kami tanamkan kepada mereka yaitu “produk lokal!! unik, bergizi dan ekonomis”.
Kemudian kami berfoto bersama sebagai kenang – kenangan. Tepat pukul 10.00
sosialisasi telah selesai dilaksanakan.
Kuisioner :
Berdasarkan hasil kuisioner yang telah diisi oleh para siswa. Didapatkan
hasil bahwa semua siswa lebih menyukai jajanan pasar jika dibandingkan dengan
makanan cepat saji. Dari pernyataan tersebut terdapat 3 alasan tertinggi kenapa
mereka memilih jajanan pasar yaitu karena rasa yang lebih enak, murah dan mudah
didapatkan serta menurut mereka jajanan pasar lebih sehat.
Kemudian pada pertanyaan kuisoner selanjutnya mengenai contoh jajanan
pasar yang mereka ketahui dan berasal dari bahan apa saja. Dari hasil kuisioner para
siswa banyak menyebutkan beragam jajanan pasar namun dari berbagai jajanan
tersebut mereka hanya mengetahui bahwa bahan dasar yang digunakan untuk
pengolahan produk tersebut adalah tepung terigu, ketan dan hanya sedikit yang
menjawab singkong.
Rencana tindak lanjut ?
Materi sosialisasi yang telah disampaikan bisa dijadikan salah satu literatur
bagi guru – guru yang mengajar di MTs Darussalam Jember tersebut dan
disampaikan lagi pada pertemuan lain. Sehingga siswa dapat memahami materi
sosialisasi yang telah disampaikan serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-
hari dengan cara mencintai produk dalam negeri dan mengurangi konsumsi produk
import.
BAB 5. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan sosialisasi yang telah dilaksanakan dapat ditarik beberapa
kesimpulan, yaitu :
1. Anak – anak lebih menyukai produk lokal dibanding makanan siap saji karena
menurut mereka jajanan pasar lebih murah.
2. Makanan siap saji atau junk food kurang disukai karena harganya yang mahal
3. Pengetahuan anak – anak tentang produk lokal masih kurang luas.
4. Rata – rata siswa masih belum memahami bahaya pada makanan siap saji
5. Materi yang diberikan sudah dapat diterima dengan baik
6. Guru MTs sangat antusias terhadap sosialisasi yang di laksanakan karena
dapat memberikan wawasan terhadap para siswa
6.2 Saran
1. Lebih mempersiapkan bahan materi untuk sosialisasi agar hasilnya tepat sasaran.
2. Diharapkan kepedulian kita akan pangan lokal lebih ditingkatkan
DAFTAR PUSTAKA
Amang, 1995. Kampanye Memberagamkan Pangan, dalam Konteks Agropolitik Negeri Agraris Indonesia. Bogor: IPB Press.
Bank Dunia ,1986. Kebijakan Ketahanan Pangan. Badan Ketahanan Pangan. Jakarta: Departemen Pertanian.
Maxwell dan Frankenberger, 1992. . Ketahanan pangan di indonesia mengidentifikasi beberapa penyebab. www.kadin-indonesia.or.id [23 Februari 2014].
Hariyadi, 2010. Menggali Sumberdaya Pangan Lokal dalam Rangka Ketahanan Pangan.Majalah PANGAN No 36/X/Jan /2001. BULOG, Jakarta.
Lembata, 2009. Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan. Jakarta : PT Raja Gresindo Persada.
Pakpahan, A. dan S. H. Suhartini. 1989. Permintaan Rumah Tangga Kota di Indonesia. Prisma No. 5, Tahun XXII. Hlm. 13 – 24.Jakarta:LP3ES.
Suharjo,1996 Penilaian Keadaan Gizi Masyarakat PAU Pangan dan Gizi. Bogor : IPB.
Undang-Undang Pangan No.7 Tahun 1996 Tentang Pangan. LN.No. 99 TLN.3656.
Wahid Rauf dan Sri Lestari, 2009. Mewujudkan Keamanan Pangan Produk-Produk Unggulan Daerah. Jakarta: Grasindo.
LAMPIRAN FOTO
Absensi kehadiran Pengisian kuesioner
Penyampaian materi
Pengenalan contoh produk pangan lokal
Pemutaran video
Pembukaan oleh moderator