SOP Audiometri Nada Murni

4
STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR PENGGUNAAN ( SOP ) AUDIOMETRI NADA MURNI Audiometri nada murni adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengukur sensivitas pendengaran dengan alat audiometer yang menggunakan nada murni (pure tone). Ambang nada murni diukur dengan intensitas minimum yang dapat didengar selama satu atau dua detik melalui antaran udara ataupun hantaran tulang. Frekwensi yang dipakai berkisar antara 125 – 8000 Hz dan diberikan secara bertingkat (Feldman dan Grimes, 1997). Syarat pemeriksaan Audiometri nada murni: 1. Orang yang diperiksa : kooperatif, tidak sakit, mengerti instruksi, bunyi di telinga, bebas bising min. 12 - 14 jam 2. Alat audiometer terkalibrasi 3. Pemeriksa : mengerti cara penggunaan, sabar dan telaten 4. Ruangan pemeriksaan : kedap suara maksimal 40 dBA SPL Prosedur pemeriksaan Audiometri nada murni: Instruksi jelas dan dimengerti : angkat tangan/telunjuk, mengatakan ada/tidak ada, menekan tombol jika dengar bunyi Memasang headphone : benar, tepat, nyaman Pasien duduk di kursi, hadap 300 dari pemeriksa (tidak dapat melihat) Pemberian sinyal 1-2 detik Langkah – langkah Pemeriksaan Audiometri nada murni adalah: 1. Periksa telinga yang lebih baik 2. Mulai pada 1000 Hz 3. Berikan bunyi selama 1 detik 4. Mulai 40 dB(normal), 60 dB (mild) 5. Kalau tidak ada respon naikkan intensitas 20 dB 6. Pakai “turun 10 dB, naik 5 dB” 7. Ambang dengar ditentukan 50 % respon yang benar (2 dari 4, 3 dari 6)

description

standar operasional prosedur audiometri nada murni

Transcript of SOP Audiometri Nada Murni

Page 1: SOP Audiometri Nada Murni

STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR PENGGUNAAN ( SOP ) AUDIOMETRI NADA MURNI

• Audiometri nada murni adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengukur sensivitas pendengaran dengan alat audiometer yang menggunakan nada murni (pure tone). Ambang nada murni diukur dengan intensitas minimum yang dapat didengar selama satu atau dua detik melalui antaran udara ataupun hantaran tulang. Frekwensi yang dipakai berkisar antara 125 – 8000 Hz dan diberikan secara bertingkat (Feldman dan Grimes, 1997).

• Syarat pemeriksaan Audiometri nada murni:

1. Orang yang diperiksa : kooperatif, tidak sakit, mengerti instruksi, bunyi di telinga, bebas bising min. 12 - 14 jam

2. Alat audiometer terkalibrasi

3. Pemeriksa : mengerti cara penggunaan, sabar dan telaten

4. Ruangan pemeriksaan : kedap suara maksimal 40 dBA SPL

• Prosedur pemeriksaan Audiometri nada murni:

Instruksi jelas dan dimengerti : angkat tangan/telunjuk, mengatakan ada/tidak ada, menekan tombol jika dengar bunyi

Memasang headphone : benar, tepat, nyaman Pasien duduk di kursi, hadap 300 dari pemeriksa (tidak dapat melihat) Pemberian sinyal 1-2 detik

Langkah – langkah Pemeriksaan Audiometri nada murni adalah:

1. Periksa telinga yang lebih baik

2. Mulai pada 1000 Hz

3. Berikan bunyi selama 1 detik

4. Mulai 40 dB(normal), 60 dB (mild)

5. Kalau tidak ada respon naikkan intensitas 20 dB

6. Pakai “turun 10 dB, naik 5 dB”

7. Ambang dengar ditentukan 50 % respon yang benar (2 dari 4, 3 dari 6)

8. Selanjutnya frek. 2000 Hz, 3000 Hz, 4000 Hz, 6000 Hz, 8000 Hz, kembali ke 1000 Hz kemudian periksa frek. 500 Hz dan 250 Hz (untuk hantaran udara). Frekuensi 1000, 2000,4000 dan 500 Hz (untuk hantaran tulang)

9. Bila ada perbedaan 20 dB atau lebih antara 2 frekuensi, cek pada frek. ½ oktaf (hindari standing wave)

10. Hal yang sama dilakukan untuk telinga lainnya

• Masking dilakukan apabila:

Page 2: SOP Audiometri Nada Murni

1. Curiga bahwa pasien kemungkinan mendengar pada telinga yang tidak diperiksa (Non Test Ear = NTE)

2. Ada keraguan tentang kemungkinan terjadi cross-hearing

3. Jangan dilakukan masking bila ada alasan kuat untuk tidak melakukan seperti pada pasien yang bingung

Cara melakukan masking untuk hantaran udara:- Kriteria kapan dibutuhkan masking berdasarkan min. IA (35-50 dB tergantung pada

frekuensi- Bila selisih ambang dengar hantaran udara pada telinga yang diperiksa dengan ambang

hantaran tulang telinga yang tidak diperiksa lebih atau sama dengan min. IA, maka kita , atauperlu berikan masking

- Masking awal yang diberikan sebesar 30 dB di atas ambang dengar telinga yang tidak diperiksa

- Bila tidak terjadi perubahan ambang dengar pada telinga yang diperiksa, maka ini adalah ambang dengar yang sebenarnya dan tidak diperlukan masking lagi

- Namun bila terjadi perubahan ambang dengat pada telinga yang diperiksa sebesar 15 dB atau lebih setelah diberikan masking tambahan, maka perlu diberikan masking tambahan lagi (yang kedua) sebesar 20 dB

- Bila tidak didapatkan lagi peningkatan ambang dengar sebesar 15 dB atau lebih, atau tidak ada respon lagi setelah batas kemampuan audiometer, maka kita sudah mendapatkan informasi yang sesuai

Nilai Interaural Attenuation menurut frekuensi dan jenis transduser

Frekuensi (Hz) Supra-aural (TDH-49) (dB)250 40500 401000 402000 454000 508000 50

Kriteria setelah diberikan masking awal

Perubahan dB dengan 30 dB SL EML Kebutuhan masking tambahan0-10 dB Sangat tidak perlu15 dB Mungkin tidak perlu20 dB Mungkin perlu>25 dB Sangat perlu

Kriteria setelah diberikan masking tambahan

Page 3: SOP Audiometri Nada Murni

Perubahan dB dengan 20 dB SL EML Kebutuhan masking tambahan0-5 dB Sangat tidak perlu10 dB Mungkin tidak perlu15 dB Mungkin perlu>20 dB Sangat perlu

Cara melakukan masking untuk hantaran tulang- Kriteria masking hantaran tulang apabila ada A-B gap pada telinga yang sedang diperiksa- Masking awal adalah 20 dB di atas ambang dengar hantaran udara telinga yang tidak

diperiksa. Min IA untuk hantaran tulang bernilai nol- Efek oklusi diberikan bila tidak ada A-B gap pada telinga yang tidak ada A-B gap pada

telinga yang tidak diperiksa sebesar 15 dB untuk frekunsi 250 dan 500 Hz dan sebesar 10 dB untuk frekuensi 1000 Hz. Untuk frekuensi 2000 dan 4000 Hz tidak diperlukan efek oklusi

- Bila telinga yang tidak diperiksa ada A-B gap, maka tidak diperlukan tambahan efek oklusi

- Bila tidak terjadi perubahan ambang dengat pada telinga yang diperiksa setelah menggunakan masking yang sesuai maka didapatkan ambang dengar yang sebenarnya, dan tidak diperlukan tambahan masking lagi

- Namun bila ada perubaha ambang dengar sebesar 15 dB atau lebih, maka diperlukan masking tambahan

- Masking tambahan yang diberikan sebesar 20 dB di atas level masking sebelumnya- Bila tidak terjadi perubahan ambang dengar pada telinga yang tidak diperiksa, maka

didapatkan ambang dengar yang sebenarnya dan masking tidak diperlukan lagi- Namun bila terjadi perubahan 15 dB atau lebih ketika dilakukan masking tambahan,

maka diperlukan masking tambahan lagi (yang kedua) sebesar 20 dB. Tambahan efek oklusi hanya satu kali