Tes Audiometri
-
Upload
reza-akbar -
Category
Documents
-
view
611 -
download
2
Transcript of Tes Audiometri
VI. PENDENGARAN DAN KESEIMBANGAN
VI.4.1. PENDENGARAN
TUJUAN:
Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat :
1. mengukur ketajaman pendengaran dengan menggunakan audiometri (Pemeriksaan audiometri).
2. membuat kesimpulan mengenai “hearing loss” dari hasil pemeriksaan audiomeetri sehingga dapat menetapkan apakah pendengaran orang percobaan dalam batas-batas normal atau tidak.
Alat-alat yang diperlukan :
1. audiometer merek ADC. Lengkap dengan telepon telinga dan formulir.
2. penala berfrekuensi 256:
3. kapas untuk menyumbat telinga.
I. AUDIOMETER
Keterangan teknis mengenai audiometer.
p- VI. 4. 1 apa guna audiometer dan bagaimana cara kerjanya?
Jawab : Audiometri berasal dari kata audir dan metrios yang berarti
mendengar dan mengukur (uji pendengaran). Audiometri tidak saja dipergunakan
untuk mengukur ketajaman pendengaran, tetapi juga dapat dipergunakan untuk
menentukan lokalisasi kerusakan anatomis yang menimbulkan gangguan
pendengaran.
Audiometer adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengetahui level
pendengaran seseorang. Dengan bantuan sebuah alat yang disebut dengan
audiometer, maka derajat ketajaman pendengaran seseorang dapat dinilai. Tes
audiometri diperlukan bagi seseorang yang merasa memiliki gangguan
pendengeran atau seseorang yag akan bekerja pada suatu bidang yang memerlukan
ketajaman pendengaran.
Pada bagian muka audiometer ADC terdapat berbagai tombol dan skala (lihat gambar) yang berungsi sebagai berikut :
Tombol1 (T) : tombol utama.
Gunanya untuk menghidupkan atau mematikan ala1.
Tombol2 (T2) : tombol frekuensi nada
Dengan menggunakan T2 ini kita memilih frekuensi nada yang dapat dibangkitkan oleh ala1. Frekuensi tersebut dapat dibaca pada skala (82) yang dinyatakan dalam satuan hertz.
p-VIA. 2 apa yang dimaksud dengan frekuensi hertz?
Jawab : Hertz merupakan satuan frekuensi yang menandakan banyakanya suatu gelombang dalam 1 detik.
Tombol 3 (T3) : tombol kekuatan nada.
Dengan tombol iini kita dapat mengatur kekuatan nada, kekuatan nada dapat dibaca pada skala (5) yang dinyatakan dalam decibel?
P-VI.3 apa yang dimaksud dengan satuan decibel?
Jawab : Desibel (Lambang Internasional = dB) adalah satuan untuk mengukur intensitas suara. Satu desibel ekuvalen dengan sepersepuluh Bel. Huruf "B" pada dB ditulis dengan huruf besar karena merupakan bagian dari nama penemunya, yaitu Bell.
Desibel juga merupakan sebuah unit logaritmis untuk mendeskripsikan suatu rasio. Rasio tersebut dapat berupa daya (power), tekanan suara (sound pressure), tegangan atau voltasi (voltage), intensitas (intencity), atau hal-hal lainnya. Terkadang. dB juga dapat dihubungkan dengan Phon dan Sone (satuan yang berhubungan dengan kekerasan suara).
Tombol4 (T4) : tombol pemilih telepon telinga bila tombol ini menunjukan ke “B”, berarti nada yang dihantarkan ketelepon berwarnahitam (black). Bila tombol menunjukan ke “G” yang bekerja hanya telepon kalbu (Grey).
Tombol 5 (T5) : tombol penghubung nada. Dengan memutar tombol ini kekiri, nada akan terdengar ditelepon bila tombol dilepas, nada tidak terdengar lagi.
P-VIAA apa yang dimaksud pemutus nada pemeriksaan ?
Jawab : memutuskan nada saat tombol dilepaskan
TATA KERJA:
1. pemeriksaan menyiapkan alat sebagai berikut:
a. putar tombol utama (T1) pada “Off”.
b. putar tombol frekuensi nada (T2) pada 125.
c. putar tombol kekuatan nada (T3) pada -10dp.
P-VIA. 5 apa arti fisikologis intensitas 0 dp pada alat ?
2. hubungan audiometer dengan sumbu listrik (125V) dan putar T1 ke “ON”, 51 dan 52 akan menyala, bila tidak demikian halnya laporkan pada supervisior.
3. suruhlah orang percobaan duduk membelakangi audiometer dan pasanglah telepon pada telinganya sehingga telepon “Black” ditelinga kiri.
4. berikan petunjuk pada orang percobaan untuk mengacungkan tangannya ke atas pada saat mulai dan selama ia mendengar nada melalui salah satu telepon, dan menurunkan tangannya pada saat nada mulai tidak terdengar lagi.
5. tunggulah 2 menit lagi untuk ‘memanaskan” alat.
6. putarlah T5 ke kiri dan pertahankanlah selama pemeriksaan.
7.putarlah tombol kekuatan T3 perlahan-lahan searah dengan jarum jam sampai orang percobaan mengacungkan tangannya keataas.
8. teruskanlah memutarkan tombol tersebut sebesar 10 db dan kemudian putarlah tombol T3 tersebut perlahan-lahan berlawanan dengan jarum jam sampai orang percobaan menurunkan tangannya. Catatlah angka db pada saat itu.
9. ulangilah tindakan 7 dan 8 dua kali lagi dan ambillah angka terkecil sebagai “hearing loss” orang percobaan pada frequency 125 Hz.
10. selama percobaan ini lepaskanlah sekali-kali T5 pada waktu orang percobaan mengacungkan tangannya untuk menguji apakah orang percobaan benar-benar mendengar nada atau hanya pura-pura mendengar.
11. ukurlah, “hearing loss’ untuk telinga yang sama dengan cara yang sama pula pada requency 250,500,1000,2000,4000,8000,12000 Hz dan catatlah data hasil pengukuran pada formulir yang telah disediakan.
12. ulangi seluruh pengukuran ini untuk telinga yang lain.
13. buatlah audiogram orang percobaan pada formulir yang telah disediakan dengan data yang diperoleh pada pengukuran
Dasar teori :
Pemeriksaan audiometri
Ketajaman pendengaran sering diukur dengan suatu audiometri. Alat
ini menghasilkan nada-nada murni dengan frekuensi melalui aerphon.
Pada sestiap frekuensi ditentukan intensitas ambang dan diplotkan pada
sebuah grafik sebagai prsentasi dari pendengaran normal. Hal ini
menghasilkan pengukuran obyektif derajat ketulian dan gambaran
mengenai rentang nada yang paling terpengaruh.
a. Definisi
Audiometri berasal dari kata audir dan metrios yang berarti
mendengar dan mengukur (uji pendengaran). Audiometri tidak
saja dipergunakan untuk mengukur ketajaman pendengaran,
tetapi juga dapat dipergunakan untuk menentukan lokalisasi
kerusakan anatomis yang menimbulkan gangguan pendengaran.
Audiometri adalah subuah alat yang digunakan untuk
mengtahui level pendengaran seseorang. Dengan bantuan
sebuah alat yang disebut dengan audiometri, maka derajat
ketajaman pendengaran seseorang da[at dinilai. Tes audiometri
diperlukan bagi seseorang yang merasa memiliki gangguan
pendengeran atau seseorang yag akan bekerja pada suatu bidang
yang memerlukan ketajaman pendngaran.
Pemeriksaan audiometri memerlukan audiometri ruang kedap
suara, audiologis dan pasien yang kooperatif. Pemeriksaan
standar yang dilakukan adalah :
1) Audiometri nada murni
Suatu sisitem uji pendengaran dengan menggunakan alat
listrik yang dapat menghasilkan bunyi nada-nada murni dari
berbagai frekuensi 250-500, 1000-2000, 4000-8000 dan dapat
diatur intensitasnya dalam satuan (dB). Bunyi yang dihasilkan
disalurkan melalui telepon kepala dan vibrator tulang ketelinga
orang yang diperiksa pendengarannya. Masing-masing untuk
menukur ketajaman pendengaran melalui hntaran udara dan
hantran tulang pada tingkat intensitas nilai ambang, sehingga
akan didapatkankurva hantaran tulang dan hantaran udara.
Dengan membaca audiogram ini kita dapat mengtahui jenis
dan derajat kurang pendengaran seseorang. Gambaran
audiogram rata-rata sejumlah orang yang berpendengaran
normal dan berusia sekitar 20-29 tahun merupakan nilai
ambang baku pendengaran untuk nada muri.
Telinga manusia normal mampu mendengar suara
dengan kisaran frekwuensi 20-20.000 Hz. Frekwensi dari 500-
2000 Hz yang paling penting untuk memahami percakapan
sehari-hari.
Tabel berikut memperlihatkan klasifikasi kehilangan
pendengaran
Kehilangan
dalam
Desibel
Klasifikasi
0-15 Pendengaran normal
>15-25 Kehilangan pendengaran kecil
>25-40 Kehilangan pendengaran ringan
>40-55 Kehilangan pendengaran sedang
>55-70 Kehilangan pendenngaran sedang
sampai berat
>70-90 Kehilangan pendengaran berat
>90 Kehilangan pendengaran berat sekali
Pemeriksaan ini menghasilkan grafik nilai ambang
pendengaran psien pada stimulus nada murni. Nilai ambang
diukur dengan frekuensi yang berbeda-beda. Secara kasar
bahwa pendengaran yang normal grafik berada diatas.
Grafiknya terdiri dari skala decibel, suara dipresentasikan
dengan aerphon (air kondution) dan skala skull vibrator (bone
conduction). Bila terjadi air bone gap maka mengindikasikan
adanya CHL. Turunnya nilai ambang pendengaran oleh bone
conduction menggambarkan SNHL.
2) Audiometri tutur
Audiometri tutur adalah system uji pendengaran yang
menggunakan kata-kata terpilih yang telah dibakukan,
dituturkan melalui suatu alat yang telah dikaliberasi, untuk
mrngukur beberapa aspek kemampuan pendengaran. Prinsip
audiometri tutur hampir sama dengan audiometri nada murni,
hanya disni sebagai alat uji pendengaran digunakan daftar
kata terpuilih yang dituturkan pada penderita. Kata-kata
tersebut dapat dituturkan langsung oleh pemeriksa melalui
mikropon yang dihubungkan dengan audiometri tutur,
kemudian disalurkan melalui telepon kepala ke telinga yang
diperiksa pendengarannya, atau kata-kata rekam lebih dahulu
pada piringan hitam atau pita rekaman, kemudian baru diputar
kembali dan disalurkan melalui audiometer tutur. Penderita
diminta untuk menirukan dengan jelas setip kata yang
didengar, dan apabila kata-kata yang didengar makin tidak
jelas karena intensitasnya makin dilemahkan, pendengar
diminta untuk mnebaknya. Pemeriksa mencatata presentase
kata-kata yang ditirukan dengan benar dari tiap denah pada
tiap intensitas. Hasil ini dapat digambarkan pada suatu
diagram yang absisnya adalah intensitas suara kata-kata yang
didengar, sedangkan ordinatnya adalah presentasi kata-kata
yanag diturunkan dengan benar. Dari audiogram tutur dapat
diketahui dua dimensi kemampuan pendengaran yaitu :
a) Kemampuan pendengaran dalam menangkap 50% dari
sejumlah kata-kata yang dituturkan pada suatu intensitas
minimal dengan benar, yang lazimnya disebut persepsi
tutur atau NPT, dan dinyatakan dengan satuan de-sibel
(dB).
b) Kemamuan maksimal perndengaran untuk
mendiskriminasikan tiap satuan bunyi (fonem) dalam kata-
kata yang dituturkan yang dinyatakan dengan nilai
diskriminasi tutur atau NDT. Satuan pengukuran NDT itu
adalah persentasi maksimal kata-kata yang ditirukan
dengan benar, sedangkan intensitas suara barapa saja.
Dengan demikian, berbeda dengan audiometri nada murni
pada audiometri tutur intensitas pengukuran pendengaran
tidak saja pada tingkat nilai ambang (NPT), tetapi juga jauh
diatasnya.
Audiometri tutur pada prinsipnya pasien disuruh
mendengar kata-kata yang jelas artinya pada intensitas
mana mulai terjadi gangguan sampai 50% tidak dapat
menirukan kata-kata dengan tepat.
Kriteria orang tuli :
Ringan masih bisa mendengar pada intensitas 20-40 dB
Sedang masih bisa mendengar pada intensitas 40-60 dB
Berat sudah tidak dapat mendengar pada intensitas 60-
80 dB
Berat sekali tidak dapat mendengar pada intensitas >80
dB
Pada dasarnya tuli mengakibatkan gangguan
komunikasi, apabila seseorang masih memiliki sisa
pendengaran diharapkan dengan bantuan alat bantu
dengar (ABD/hearing AID) suara yang ada diamplifikasi,
dikeraskan oleh ABD sehingga bisa terdengar. Prinsipnya
semua tes pendengaran agar akurat hasilnya, tetap harus
pada ruang kedap suara minimal sunyi. Karena kita
memberikan tes paa frekuensi tertetu dengan intensitas
lemah, kalau ada gangguan suara pasti akan mengganggu
penilaian. Pada audiometri tutur, memng kata-kata
tertentu dengan vocal dan konsonan tertentu yang
dipaparkan kependrita. Intensitas pad pemerriksaan
audiomatri bisa dimulai dari 20 dB bila tidak mendengar 40
dB dan seterusnya, bila mendengar intensitas bisa
diturunkan 0 dB, berarti pendengaran baik. Tes sebelum
dilakukan audiometri tentu saja perlu pemeriksaan telinga :
apakah congok atau tidak (ada cairan dalam telinga),
apakah ada kotoran telinga (serumen), apakah ada lubang
gendang telinga, untuk menentukan penyabab kurang
pendengaran.
b. Manfaat audiometri
1) Untuk kedokteran klinik, khususnya penyakit telinga
2) Untuk kedokteran klinik Kehakiman,tuntutan ganti rugi
3) Untuk kedokteran klinik Pencegahan, deteksi ktulian pada
anak-anak
c. Tujuan
Ada empat tujuan (Davis, 1978) :
1) Mediagnostik penyakit telinga
2) Mengukur kemampuan pendengaran dalam menagkap
percakpan sehari-hari, atau dengan kata lain validitas sosial
pendengaran : untuk tugas dan pekerjaan, apakah butuh alat
pembantu mendengar atau pndidikan khusus, ganti rugi
(misalnya dalam bidang kedokteran kehkiman dan asuransi).
3) Skrinig anak balita dan SD
4) Memonitor untuk pekerja-pekerja dinetpat bising.
Simbol Audiometer
Normal
CHL
SNHL
MHL
Hasil Percobaan :
OP : Ramacil Afsan Awang N.
Usia : 20 tahun
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil pemeriksaan menggunakan audiogram, OP dinyatakan normal.