Soal & Jawaban UTS Komunikasi Sosial Pembangunan

10
Sekolah Pasca Sarjana - Soal & Jawaban Ujian UTS KOMSOSBANG Subject : Komunikasi Sosial Pembangunan Lecturer : Rachmat Baihaky, M.A Program : Magister Faculty : Communications Public Relation Semester : 2 (Dua) Deadline : November 24 th , 2009 Name : M. Eric Harramain NPM : 2008 22 32 0003 PERATURAN : 1. Soal dikerjakan di dalam kelas secara individual. 2. Dipersilahkan untuk melihat sumber referensi, dengan catatan mencantumkan sumber referensi di dalam jawaban. 3. Plagiat dari sumber referensi dan / atau bekerjasama dalam ujian adalah perbuatan melawan hukum. (note: pergunakan parafrase dimana kutipan tokoh / orang lain diterjemahkan dalam gaya bahasa peserta ujian masing – masing) 4. Masing – masing pertanyaan dapat dijabarkan sebanyak 100 kata atau disesuaikan dengan kecukupan pemahaman masing – masing peserta ujian. 5. Pertanyaan adalah seputar tema diskusi kelompok baca, dengan demikian jawaban yang diberikan, diharapkan tidak melebar / keluar dari konteks hasil diskusi kelas. 6. Pergunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. 7. Bahasa Penulisan jawaban adalah bahasa ilmiah. SOAL UTS KOMSOSBANG : Dalam upaya pembangunan masyarakat khususnya di negara – negara dunia ketiga, pemberdayaan teknologi komunikasi merupakan sebuah alternatif baru sebagai langkah strategis demi menuju sebuah masyarakat modern. Permasalahan muncul ketika pembangunan komunikasi dianggap sebagai penjajahan gaya baru di tengah masyarakat modern. Ketimpangan saluran informasi (one way communication) dijadikan sebagai indikasi fenomena di atas. Komunikasi Sosial Pembangunan - 2009 Created by: [email protected] Score :

Transcript of Soal & Jawaban UTS Komunikasi Sosial Pembangunan

Page 1: Soal & Jawaban UTS Komunikasi Sosial Pembangunan

Sekolah Pasca Sarjana - Universitas Sahid

Soal & Jawaban Ujian UTS KOMSOSBANG

Subject : Komunikasi Sosial PembangunanLecturer : Rachmat Baihaky, M.A Program : MagisterFaculty : Communications Public RelationSemester : 2 (Dua)Deadline : November 24 th , 2009

Name : M. Eric HarramainNPM : 2008 22 32 0003

PERATURAN :

1. Soal dikerjakan di dalam kelas secara individual.2. Dipersilahkan untuk melihat sumber referensi, dengan catatan mencantumkan sumber referensi di dalam jawaban.3. Plagiat dari sumber referensi dan / atau bekerjasama dalam ujian adalah perbuatan melawan hukum. (note: pergunakan parafrase dimana kutipan tokoh / orang lain diterjemahkan dalam gaya bahasa peserta ujian masing – masing)4. Masing – masing pertanyaan dapat dijabarkan sebanyak 100 kata atau disesuaikan dengan kecukupan pemahaman masing – masing peserta ujian.5. Pertanyaan adalah seputar tema diskusi kelompok baca, dengan demikian jawaban yang diberikan, diharapkan tidak melebar / keluar dari konteks hasil diskusi kelas.6. Pergunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.7. Bahasa Penulisan jawaban adalah bahasa ilmiah.

SOAL UTS KOMSOSBANG :

Dalam upaya pembangunan masyarakat khususnya di negara – negara dunia ketiga, pemberdayaan teknologi komunikasi merupakan sebuah alternatif baru sebagai langkah strategis demi menuju sebuah masyarakat modern. Permasalahan muncul ketika pembangunan komunikasi dianggap sebagai penjajahan gaya baru di tengah masyarakat modern. Ketimpangan saluran informasi (one way communication) dijadikan sebagai indikasi fenomena di atas.

1. Bagaimana analisa anda dalam melihat permasalahan ini? Apakah ada sebuah / beberapa solusi demi sebuah pembangunan yang adil / sempurna bagi negara ketiga?

2. Dan jika negara maju dianalogikan sebagai Jakarta, dan negara – negara dunia ketiga adalah daerah – daerah tertinggal di Indonesia, bagaimana anda melihat konteks pembangunan sosial komunikasi di Indonesia? Apakah ada kesamaan / perbedaan dengan konteksnya di tingkat dunia? Bagaimana membangun / menuju masyarakat “modern” bagi masyarakat di daerah tertinggal di Indonesia dengan menjadikan komunikasi sebagai ujung tombak pembangunan?

Selamat Bekerja ... ^_^

Komunikasi Sosial Pembangunan - 2009Created by: [email protected]

Score :

Page 2: Soal & Jawaban UTS Komunikasi Sosial Pembangunan

Sekolah Pasca Sarjana - Universitas Sahid

Soal & Jawaban Ujian UTS KOMSOSBANG

JAWABAN UTS KOMSOSBANG :

1. Pendahuluan:

Sejarah mencatat bahwa usai Perang Dunia ke II, banyak negara – negara dunia ketiga yang mengalami perang / korban perang pada akhirnya mengalami krisis pasca perang, baik itu krisis ekonomi, politik, hubungan internasional, pangan, keuangan, teknologi, kultur budaya, pembangunan dll. Dan seperti kita tahu juga, negara – negara ini yang notabenenya baru saja melepaskan diri dari kolonialisme negara – negara Eropa, perlu banyak sekali membenahi dirinya dari semua sisi, seperti: menata ulang sistem & struktur ekonomi yang luluh lantak akibat penjajahan sebelumnya. Dan pekerjaan rumah bagi negara – negara yang baru merdeka ini (negara dunia ketiga), untuk mengembalikan rekondisi kultural, dan mengembalikan mental masyarakatnya untuk terlepas dari trauma akibat perang, serta memulihkan perasaan “mental” sebagai si-terjajah.

Pasca perang dunia kedua, dengan dalih untuk mengembalikan kondisi dunia menjadi lebih baik, Pemenang perang dunia kedua, yaitu Amerika Serikat berinisiatif memunculkan projek bantuan ekonomi yang bertajuk “Marshall Plan” dimana secara singkat bertujuan untuk mengembalikan pertumbuhan ekonomi negara – negara penerima bantuan, dengan catatan semua strategi pembangunan disesuaikan dengan usulan negara donor (ini sebagai upaya awal Amerika Serikat untuk mendirikan negara-negara satelit Amerika Serikat, dan mengintervensi program – program sosial negara yang dibantu / “Upaya Ketergantungan tergantung”). Bantuan ini mencakup transfer teknologi, Penyaluran tenaga ahli, kucuran modal awal, strategi perencanaan program – program pembangunan, dan mengembalikan tingkat pertumbuhan ekonomi negara – negara penerima bantuan.

Pasca “Marshall Plan” yang mendapat respon positif dari banyak negara di dunia, termasuk Indonesia waktu itu, maka mulai diberlakukanlah penerapan paradigma pembangunan yang bersifat “vertical : top – down”. Dimana secara singkat pola pembangunan, kebijakan negara, kebijakan pembangunan komunikasi seolah – olah “harus ditelan bulat – bulat oleh negara penerima bantuan” dan berkiblat pada negara donor / projek negara - negara maju. Serta mulai diberlakukannya “Theory trickle – down effect / teori efek tetesan kebawah”. Dimana asumsinya intervensi setiap program sosial di negara dunia ketiga akan menetes kebawah sampai kepada semua orang, mulai dari lapisan paling atas (Jajaran penentu kebijakan & pemerintah), lapisan tengah (pengusaha dan pelaku bisnis), sampai akhirnya lapisan bawah (dalam hal ini masyarakat luas), akan mampu mengakses pesan – pesan kemajuan secara bertingkat, dan merasakan dampak ekonomi yang telah diberikan oleh negara pendonor (Nasution. 1998).

1. Analisa (isi):

Terkait dengan pendahuluan diatas, dalam konteks indonesia, pembangunan yang bersifat “Vertical top-down & Theory trickle – down effect / Teori efek tetesan kebawah”. Pada kenyataannya tidak semulus yang diprediksi oleh negara pendonor, karena model pembangunan tersebut diatas, nyatanya menimbulkan banyak permasalahan saat eksekusi di lapangan, diantaranya konflik kepentingan di bidang politik, ekonomi, budaya, teknologi, komunikasi, dll (untuk ditingkat atas: dalam hal ini

Komunikasi Sosial Pembangunan - 2009Created by: [email protected]

Page 3: Soal & Jawaban UTS Komunikasi Sosial Pembangunan

Sekolah Pasca Sarjana - Universitas Sahid

Soal & Jawaban Ujian UTS KOMSOSBANG

negara), dan konflik di level akar rumput atau “grass – root level” (untuk di tingkat bawah: dalam hal ini masyarakat luas).

Sebagai contoh, dimana dengan berjalannya waktu, negara mulai menyadari bahwa ketergantungan terhadap negara donor tidak hanya terbatas dalam hal permodalan saja, melainkan sudah masuk jauh dalam kebijakan suatu negara, yaitu kebijakan ekonomi, kebijakan politik dan lain sebagainya, hal ini harus segera dihentikan agar tidak mengancam integritas suatu negara terlalu jauh oleh intervensi pihak asing atas negara yang menerima bantuan (upaya negara dalam melepaskan diri dari penjajahan gaya baru).

Contoh lain adalah transfer tenaga ahli asing & transfer teknologi yang dijanjikan ternyata berjalan secara timpang, dimana pada kenyataannya hal – hal tersebut tidak mampu berjalan secara efektif untuk membangun negara yang dibantu, melainkan lebih banyak ditujukan untuk kepentingan negara – negara pendonor.

1. Solusi (Pembangunan yang adil bagi negara dunia ketiga):

Salah satu solusi dalam pendekatan komunikasi pembangunan adalah dengan memberikan kesempatan partisipasi rakyat seluas – luasnya dalam proses pembangunan, dimana dengan mewujudkan komunikasi yang adil dan seimbang antara masyarakat dan pembuat keputusan negara, dan diharapkan pada akhirnya akan mempengaruhi jalannya proses pembangunan, yang tidak lagi berorientasi pada kepentingan politis semata, serta pemenuhan keuntungan segelintir elit saja. Pembangunan yang adil adalah pembangunan yang berorientasi pada kepentingan rakyat dan ditujukan untuk peningkatan kesejahteraan rakyat pada akhirnya.

Solusi lainnya, adalah perubahan model komunikasi linier konvensional, yang mana selama ini komunikasi yang ada sengaja dikondisikan berlangsung secara linier (komunikasi satu arah) dari sumber – pesan – melalui bantuan media – kepada penerima pesan, tanpa adanya saluran balik (feedback) dari penerima pesan kepada sumbernya. Dirubah menjadi komunikasi yang dirancang sedemikian rupa agar pesan – pesan yang bersifat persuasif dilakukan dengan cara yang positif dan konstruktif / membangun, dan ditujukan kepada masyarakat luas sebanyak mungkin, dan melalui jalur komunikasi dua arah, agar semua pihak dapat terpuaskan.

Hal ini dapat pula disinkronisasi dengan pola pertukaran teknologi informasi dari negara utama secara berimbang kepada negara dunia ketiga melalui komunikasi dua arah (bargaining positions) dan tidak menghilangkan sentuhan lokal dalam penyampaian komunikasi di masa yang akan datang. Agar semua pihak “merasa dimenangkan” atau dapat terakomodir dengan baik (semua pihak dapat saling terpenuhi kepentingannya, baik negara utama maupun negara – negara dunia ketiga).

Menurut Oepen (1988: 1), dimana peran serta masyarakat akan semakin tergerak untuk merealisasikan program pembangunan yang telah dicanangkan pemerintah, manakala format pesan yang ingin disampaikan telah sesuai dengan keinginan masyarakat tersebut, maka pada akhirnya pola pikir masyarakat secara tidak langsung telah mampu dikendalikan melalui proses komunikasi.

Komunikasi Sosial Pembangunan - 2009Created by: [email protected]

Page 4: Soal & Jawaban UTS Komunikasi Sosial Pembangunan

Sekolah Pasca Sarjana - Universitas Sahid

Soal & Jawaban Ujian UTS KOMSOSBANG

2. Konteks pembangunan sosial komunikasi di Indonesia

Kesamaan konteks pembangunan komunikasi di Indonesia dan negara – negara dunia ketiga terkait dengan kondisi dunia memiliki ”satu benang merah yang sama”, yaitu subordinasi antara kekuatan rakyat berhadapan dengan kekuatan pemegang kekuasaan negara.

Menurut Galtung dalam Windhu (1992: 41 – 54), dimana menjelaskan hubungan antara negara utama / centre (C) dengan negara periphery (P), dan hubungan antara negara utama dengan negara periphery (cP), serta hubungan negara periphery terhadap negara periphery lainnya (pP) sebagai bentuk pelestarian oleh pola – pola komunikasi sebelumnya.

Menurut McQuail (1994: 99), secara singkat dan lugas menjelaskan bahwa penerapan pola – pola komunikasi yang dilestarikan dalam bentuk ”imperialisme”, dilakukan secara sengaja, disadari secara langsung, dan sistematis, dimana memposisikan negara yang sedang berkembang, dalam hal ini negara – negara dunia ketiga, termasuk Indonesia, untuk sedapat mungkin tetap berada di bawah kepentingan kekuasaan kapitalis yang jauh lebih super-power, dalam hal ini Amerika Serikat.

Disini juga dijelaskan secara singkat menurut Nasution (1988: 82), dimana sudah waktunya untuk merubah pola komunikasi yang lebih disesuaikan dengan konteks negara yang bersangkutan, melalui kegiatan komunikasi untuk perubahan perencanaan kegiatan sosial demi meningkatkan pembangunan yang lebih manusiawi, yang artinya komunikasi yang dibangun bertujuan untuk menghapus kemiskinan, pengangguran, dan ketidakadilan.

Konteks pembangunan komunikasi di Indonesia dan negara – negara dunia ketiga sudah waktunya untuk mampu berani mandiri dan keluar dari gaya imperialisme “budaya” dan “penguasaan media” oleh negara utama (centre), dimana upaya ini dilakukan dengan tujuan untuk membantu percepatan ”modernisasi” negara – negara dunia ketiga, termasuk Indonesia secara lebih berimbang, tanpa harus menghilangkan kekhasan ”sentuhan kearifan budaya lokal” dan nilai – nilai tradisional dari tiap negara dunia ketiga.

2. Bagaimana membangun / menuju masyarakat “modern” bagi masyarakat di daerah tertinggal di Indonesia dengan menjadikan komunikasi sebagai ujung tombak pembangunan?

Berikut ini beberapa cara untuk membangun masyarakat “modern” dengan menjadikan komunikasi sebagai ujung tombak pembangunan, diantaranya:a) Pembangunan haruslah tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang dilakukan

melalui kegiatan dan keterampilan yang kita peroleh saat ini, melainkan sebagai sesuatu yang berlangsung terus menerus sebagai bentuk proses belajar.

b) Pola komunikasi pembangunan di Indonesia di era paradigma baru saat ini, haruslah bercirikan partisipatif – horizontal, dimana di dalamnya terdapat konsep komunikasi antar pribadi (interpersonal communication), konsep komunikasi antar kelompok (group communication), model komunikasi dua tahapan (two step flow communication), dan media rakyat (folk media).

Komunikasi Sosial Pembangunan - 2009Created by: [email protected]

Page 5: Soal & Jawaban UTS Komunikasi Sosial Pembangunan

Sekolah Pasca Sarjana - Universitas Sahid

Soal & Jawaban Ujian UTS KOMSOSBANG

c) Menjadikan pendapat pemuka masyarakat (opinion leader) sebagai aktor penting proses komunikasi masyarakat (Oepen. 1988: 2), dimana tidak bisa dipungkiri bahwa Indonesia masih memiliki ikatan kultural di berbagai daerah, dan menjadikan opinion leader (pemuka masyarakat, dalam hal ini: kyai, guru, pemuka adat, dll) sebagai media yang efektif untuk menjadi agen perubahan di tengah masyarakat.

d) Penerapan aplikasi komunikasi partisipatif – horizontal, dimana dalam upaya membangun interaksi komunikasi yang lebih demokratis saat ini, maka sudah sewajarnya untuk melibatkan / mengundang / mempercayakan masyarakat untuk lebih berpartisipasi dalam setiap proses komunikasi sampai kepada pengambilan keputusan (Wibowo. 1994: 2-3). Karena itu kegiatan komunikasi bukan kegiatan memberi dan menerima, melainkan “berbagi” atau “berdialog”. Isi komunikasi bukan lagi “pesan” yang dirancang oleh sumber dari atas, melainkan fakta, kejadian, masalah, kebutuhan yang dimodifikasikan menjadi “tema”. Semua suara didengar dan diperhatikan untuk dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Maka yang terlibat dalam model komunikasi ini bukan lagi “sumber dan penerima” melainkan partisipan” yang satu dengan yang lain

e) Memberikan kebebasan berpendapat bagi seluruh rakyat Indonesia dari “budaya bisu”, dimana dalam hal ini berupaya sekeras mungkin untuk menyadarkan dan membantu masyarakat untuk berani memunculkan kesadaran terhadap setiap kebijakan yang tengah diambil oleh negara, agar selalu senantiasa berorientasi pada segenap kepentingan masyarakatnya.

f) Memberikan pendidikan dan pemahaman yang komprehensif, agar mampu menyadarkan masyarakat atas segala hak dan kewajibannya untuk selalu berpartisipasi dalam setiap kegiatan pembangunan di Indonesia. Tidak semata – mata sebagai pelaksana lapangan, tetapi juga sebagai penentu dalam proses lahirnya kebijakan, sampai penerapan pelaksanaan dari kebijaksanaan yang telah dibuat secara bersama – sama, antara rakyat dan pemerintah.

Jika beberapa cara ini telah mampu dilaksanakan, maka diharapkan agar masyarakat Indonesia mampu menuju ke arah yang lebih demokratis, berdaya, merdeka sepenuhnya, dalam kerangka civil society. Dengan catatan bahwa perintisan komunikasi partisipatif horizontal ini tidak dimulai dari struktur atas, melainkan dirintis dari lingkungan masyarakat sehari – hari, dan dimulai dari persoalan sederhana di dalam masyarakat itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA:

McQuail, Denis, Teori Komunikasi Massa, Erlangga, Jakarta, 1994.

Nasution, Zulkarimein, Komunikasi Pembangunan, Erlangga, Jakarta, 1988.

Oepen, Manfred (ed.), Media Rakyat, Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M), Jakarta, 1988.

Wibowo, Fred, “Komunikasi Media Teater Rakyat”, Paper Workshop Komunikasi Teater Rakyat, Studio Audio Visual-Universitas Sanata Darma, Yogyakarta, 1994.

Komunikasi Sosial Pembangunan - 2009Created by: [email protected]

Page 6: Soal & Jawaban UTS Komunikasi Sosial Pembangunan

Sekolah Pasca Sarjana - Universitas Sahid

Soal & Jawaban Ujian UTS KOMSOSBANG

Windhu, I. Marsana, Kekuasaan dan Kekerasan Menurut Johan Galtung, Kanisius, Yogyakarta, 1992.

LAMPIRAN

Komunikasi Sosial Pembangunan - 2009Created by: [email protected]

Page 7: Soal & Jawaban UTS Komunikasi Sosial Pembangunan

Sekolah Pasca Sarjana - Universitas Sahid

Soal & Jawaban Ujian UTS KOMSOSBANG

Lampiran 1.

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : M. Eric Harramain

NIM : 2008 22 320003

Program Studi : Magister Ilmu Komunikasi

TA/ Semester : 2008-2009 Periode II / Dua

Judul karya : Ujian KOMSOSBANG

Dengan penuh kesadaran menyatakan bahwa :

1. Karya tulis / Makalah / Paper yang saya serahkan adalah benar-benar merupakan hasil

karya intelektual yang orisinil.

2. Karya tulis / Makalah / Paper yang dihasilkan ini telah mempergunakan sumber ilmiah

dengan tata cara pengutipan sumber yang benar sebagaimana berlaku dikalangan ilmiah

3. Jika dikemudian hari terdapat kekeliruan, kesalahan, dan ditemukan praktek penjiplakan

disengaja ataupun tidak, maka karya ilmiah tersebut dapat dibatalkan sepihak oleh pihak

program dan segala konsekuensinya sepenuhnya menjadi tanggung jawab siswa yang

bersangkutan.

Jakarta, 24 November 2009

Yang membuat karya ilmiah,

(M. Eric Harramain)

Komunikasi Sosial Pembangunan - 2009Created by: [email protected]