SLHD_Tahun_2013.pdf

170
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Pertumbuhan penduduk secara langsung memberikan konsekuensi tehadap peningkatan kebutuhan masyarakat, kebutuhan akan ketersediaan ruang dan infrastruktur. Pembangunan sektor ekonomi dan sosial yang bertujuan untuk kebutuhan tersebut, sesungguhnya merupakan salah satu sumber tekanan bagi kualitas lingkungan hidup. Perubahan atas kualitas lingkungan hidup yang terjadi dapat dijadikan salah satu indikator untuk mengevaluasi dari ketepatan arah kebijakan, program-program pembangunan yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah. Baik buruknya kualitas lingkungan hidup, akan bermuara pada kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu pertimbangan daya dukung dan daya tampung lingkungan dalam setiap program pembangunan serta upaya pemulihan kualitas lingkungan merupakan hal penting dan harus dilakukan. Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, menerangkan bahwa setiap pembangunan yang dilaksanakan di daerah, harus berada dalam koridor perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, dimana merupakan upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum. Serta dengan upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi kedepan. Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang Tahun 2013 ini bertujuan untuk menyediakan data dan informasi tentang kondisi, tekanan dan upaya pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan di daerah sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu sumber evaluasi program dalam mendukung rencana pembangunan daerah maupun nasional. Buku ini juga mencoba merumuskan agenda pengelolaan lingkungan ke depannya guna mengatasi

Transcript of SLHD_Tahun_2013.pdf

Page 1: SLHD_Tahun_2013.pdf

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Pertumbuhan penduduk secara langsung memberikan

konsekuensi tehadap peningkatan kebutuhan

masyarakat, kebutuhan akan ketersediaan ruang dan

infrastruktur. Pembangunan sektor ekonomi dan sosial

yang bertujuan untuk kebutuhan tersebut, sesungguhnya

merupakan salah satu sumber tekanan bagi kualitas

lingkungan hidup. Perubahan atas kualitas lingkungan

hidup yang terjadi dapat dijadikan salah satu indikator

untuk mengevaluasi dari ketepatan arah kebijakan,

program-program pembangunan yang telah dilaksanakan

oleh Pemerintah Daerah. Baik buruknya kualitas

lingkungan hidup, akan bermuara pada kesejahteraan masyarakat. Oleh karena

itu pertimbangan daya dukung dan daya tampung lingkungan dalam setiap

program pembangunan serta upaya pemulihan kualitas lingkungan merupakan

hal penting dan harus dilakukan.

Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup, menerangkan bahwa setiap pembangunan yang

dilaksanakan di daerah, harus berada dalam koridor perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup, dimana merupakan upaya sistematis dan

terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan

mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang

meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan,

dan penegakan hukum. Serta dengan upaya sadar dan terencana yang

memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi

pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan,

kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi

kedepan.

Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang Tahun 2013

ini bertujuan untuk menyediakan data dan informasi tentang kondisi, tekanan

dan upaya pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan di daerah sehingga

dapat dijadikan sebagai salah satu sumber evaluasi program dalam mendukung

rencana pembangunan daerah maupun nasional. Buku ini juga mencoba

merumuskan agenda pengelolaan lingkungan ke depannya guna mengatasi

Page 2: SLHD_Tahun_2013.pdf

kecenderungan perubahan lingkungan sehingga tidak berdampak terhadap

penurunan kualitas lingkungan.

Atas nama Kota Tangerang, pada kesempatan ini saya mengucapkan banyak

terima kasih kepada Tim Penyusun Laporan Status Lingkungan Hidup Kota

Tangerang Tahun 2013 yang telah membantu dalam menyusun Buku Laporan

Status Lingkungan Hidup Kota Tangerang Tahun 2013 ini. Semoga buku ini

dapat memberikan informasi dan bermanfaat bagi para pemangku kepentingan,

yakni pembuat kebijakan, akademisi, lembaga swadaya masyarakat, dunia

usaha, media massa, serta masyarakat luas. Semoga Allah SWT senantiasa

melimpahkan karunia-Nya kepada kita semua. Amiin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Tangerang, Maret 2014

Page 3: SLHD_Tahun_2013.pdf

SEPATAH KATA

Assalamuala’ikum Wr. Wb Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya, Pemerintah Kota Tangerang melalui Badan Pengendalian Lingkungan Hidup dapat menyusun Buku Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang Tahun 2013. Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang dapat memberikan gambaran status dan kecenderungan perubahan lingkungan hidup di wilayah Kota Tangerang, sehingga SLHD sangat diperlukan agar pembangunan yang dilaksanakan dapat berjalan dengan baik dan berkelanjutan serta berwawasan lingkungan. Keberhasilan pemanfaatan laporan SLHD terletak pada meningkatnya pengertian dan kesadaran berbagai lapisan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan dengan turut serta mengatur, menjaga dan melindungi kelestarian lingkungan hidup. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan SLHD ini masih banyak kekurangan, untuk itu kami mengharapkan saran dan masukan yang bersifat membangun guna menyempurnakan SLHD ini. Akhir kata kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Dinas dan Instansi terkait yang telah membantu dalam memberikan informasi dan data demi kelancaran proses penyusunan buku Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang Tahun 2013 ini. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan karunia-Nya kepada kita semua. Aamiin. Wassalamuala’ikum Wr. Wb.

Tangerang, Maret 2014

KEPALA BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA TANGERANG

dr. Hj. LIZA PUSPADEWI, M.Kes

Page 4: SLHD_Tahun_2013.pdf

Daftar Isi

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

i

DAFTAR ISI

Daftar Isi ....................................................................................................................................................... i

Daftar Tabel ............................................................................................................................................... iv

Daftar Gambar .......................................................................................................................................... v

BAB.I Pendahuluan

1.1. Latar Belakang .......................................................................................................... 1

1.2. Profil Kota Tangerang ........................................................................................... 1

1.3. Isu Prioritas ............................................................................................................... 4

1. Tekanan (Pressure) ........................................................................................... 4

2. Kondisi Lingkungan (State) ........................................................................... 4

3. Respon (Response) ............................................................................................ 5

BAB.II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya

2.1. Lahan dan Hutan ..................................................................................................... 6

2.1.1. Penggunaan/Status Lahan ...................................................................... 6

2.1.2. Penataan Ruang ........................................................................................... 10

2.2. Keanekaragaman Hayati ...................................................................................... 11

2.2.1. Flora ................................................................................................................. 12

2.2.2. Fauna ................................................................................................................ 13

2.2.3. Biota Air Sungai ........................................................................................... 13

2.3. Air ................................................................................................................................... 14

2.3.1. Kualitas Air Sungai .................................................................................... 16

2.3.2. Kualitas Air Situ .......................................................................................... 35

2.3.3. Kualitas Air Tanah ..................................................................................... 39

2.4. Udara ............................................................................................................................. 41

2.4.1. Kualitas Udara Ambien ............................................................................. 41

2.4.2. Konsentrasi Sebaran Polutan ................................................................ 47

2.4.3. Kondisi Kebisingan ..................................................................................... 52

2.4.4. Kualitas Udara Ambien dari Stasiun Pemantau Udara ............. 54

2.5. Iklim ............................................................................................................................... 56

2.5.1. Curah Hujan ................................................................................................... 56

2.5.2. Suhu Udara ..................................................................................................... 58

2.6. Bencana Alam ........................................................................................................... 58

Page 5: SLHD_Tahun_2013.pdf

Daftar Isi

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

ii

BAB. III Tekanan Terhadap Lingkungan

3.1. Kependudukan ......................................................................................................... 59

3.2. Permukiman .............................................................................................................. 63

3.2.1. Rumah Tangga Miskin .............................................................................. 63

3.2.2. Kebutuhan Perumahan ............................................................................ 63

3.2.3. Pelayanan Air Bersih dan Sanitasi Lingkungan ............................ 65

3.2.3.1. Pelayanan Air Bersih .................................................................... 65

3.2.3.2. Pengelolaan Sampah ..................................................................... 69

3.2.3.3. Pengelolaan Air Buangan ........................................................... 86

3.3. Kesehatan ................................................................................................................... 91

3.4. Pertanian .................................................................................................................... 94

3.4.1. Pertanian Padi, dan Palawija ................................................................ 94

3.4.2. Peternakan ..................................................................................................... 96

3.5. Industri......................................................................................................................... 98

3.5.1. Kelompok Industri Binaan .............................................................................. 98

3.5.2. Beban Pencemaran Limbah Industri ......................................................... 99

3.6. Energi ............................................................................................................................ 101

3.6.1. Energi dari Sektor Industri..................................................................... 102

3.6.2. Energi dari Sektor Rumah Tangga ...................................................... 102

3.7. Transportasi .............................................................................................................. 103

3.7.1. Angkutan Darat ............................................................................................ 103

3.7.2. Angkutan Air ................................................................................................. 105

3.7.3. Angkutan Udara ........................................................................................... 105

3.7.4. Perkiraan Volume Limbah Padat dari Sarana Transportasi .. 106

3.8. Pariwisata ................................................................................................................... 106

3.8.1. Fasilitas Wisata ............................................................................................ 106

3.8.2. Perkiraan Volume Limbah dari Sektor Pariwisata ..................... 107

3.9. Limbah B3 ................................................................................................................... 109

BAB.IV Upaya Pengelolaan Lingkungan

4.1. Rehabilitasi Lingkungan ...................................................................................... 111

4.1.1. Penghijauan ................................................................................................... 111

4.1.2. Program Kampung Hijau ......................................................................... 112

4.1.3. Pengendalian Pencemaran Udara dari Sumber Bergerak ....... 114

4.1.4. Pelaksanaan Hari Bebas Kendaraan (Car Free Day) .................. 117

4.1.5. Program Sekolah Adiwiyata ................................................................. 118

Page 6: SLHD_Tahun_2013.pdf

Daftar Isi

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

iii

4.1.6. Pengkajian Produksi Bersih Industri Tahu Tempe ..................... 119

4.1.7. Pengembangan Sistem Informasi Lingkungan ............................. 121

4.1.8. Penataan Transportasi Kota Tangerang .......................................... 122

4.1.9. Kegiatan Fisik Lain ...................................................................................... 125

4.2. Pengawasan AMDAL .............................................................................................. 134

4.2.1. Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkugan (AMDAL) .. 134

4.2.2. Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan

Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL/UPL) .................................. 135

4.2.3. Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan

Hidup (SPPL) .................................................................................................. 135

4.2.4. Pengawasan......................................................................... ........................ 136

4.3. Penegakan Hukum.. ................................................................................................ 140

4.4. Peran Serta Masyarakat ....................................................................................... 141

4.5. Kelembagaan ............................................................................................................. 145

4.6. Produk Hukum ......................................................................................................... 146

4.7. Anggaran Pengelolaan Lingkungan ................................................................ 147

4.8. Personil Pengelola Lingkungan ........................................................................ 148

Page 7: SLHD_Tahun_2013.pdf

Daftar Tabel

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

iv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Arahan Wilayah Pengembangan Kota (WPK) .................................................................... 10

Tabel 2.2. Rencana Pola Ruang RTRW Kota Tangerang Tahun 2012 – 2032 ........................... 11

Tabel 3.1. Komposisi Sampah di Kota Tangerang .................................................................................. 70

Tabel 3.2. Sistem Pewadahan ............................................................................................................................ 74

Tabel 3.3. Operasional TPST ............................................................................................................................ 78

Tabel 3.4. Fasilitas Pengolahan Air Limbah Domestik ........................................................................ 88

Tabel 4.1. Daftar Lokasi Kampung Hijau Tahun 2011-2013 ............................................................. 113

Tabel 4.2. Daftar Sekolah Adiwiyata Tingkat Kota Tangerang Tahun 2013 ............................. 118

Tabel 4.3. Lokasi IPAL Domestik Sederhana Tahun 2011-2013 ..................................................... 126

Tabel 4.4. Data Kepemilikan Dokumen Lingkungan ............................................................................. 136

Tabel 4.5. Data Perijinan TPS Limbah B3 ................................................................................................... 138

Tabel 4.6. Hasil Proper Kota Tangerang ..................................................................................................... 139

Page 8: SLHD_Tahun_2013.pdf

Daftar Gambar

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

v

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan di Kota Tangerang ............ 6

Gambar 2.2. Luas Hutan Kota 2013 ............................................................................................... 7

Gambar 2.3. Luas Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya .......................................... 7

Gambar 2.4. Persentase RTH Privat dari Kegiatan dan/atau Usaha ............................. 8

Gambar 2.5. Tutupan Lahan Kota Tangerang Tahun 2013 ................................................ 9

Gambar 2.6. Varietas Unggul Philodendron Selloum Karimah ........................................ 12

Gambar 2.7. Indeks Keanekaragaman Biota Air pada Sungai-sungai di Kota

Tangerang 2013 ........................................................................................................... 14

Gambar 2.8. Panjang Kali/Sungai di Kota Tangerang ........................................................... 15

Gambar 2.9. Luas Situ di Kota Tangerang................................................................................... 15

Gambar 2.10. Lokasi Pemantauan Kualitas Air Sungai di Kota Tangerang ................... 17

Gambar 2.11. Tren Kualitas Air Sungai Cisadane ...................................................................... 19

Gambar 2.12. Tren Kualitas Air Sungai Cisadane 4 Tahun Terakhir................................ 20

Gambar 2.13. Status Mutu Air Sungai Cisadane Tahun 2013 .............................................. 21

Gambar 2.14. Status Mutu Air Anak Sungai Cisadane Tahun 2013 .................................. 22

Gambar 2.15. Tren Kualitas Air Kali Sabi 2012-2013 ............................................................. 23

Gambar 2.16. Status Mutu Air Kali Sabi ......................................................................................... 24

Gambar 2.17. Status Mutu Air Anak Sungai Kali Sabi .............................................................. 25

Gambar 2.18. Tren Kualitas Air Saluran Mookervart 2012-2013 ..................................... 26

Gambar 2.19. Status Mutu Air Saluran Mookervart ................................................................. 27

Gambar 2.20. Status Mutu Air Anak Sungai Saluran Mookervart ...................................... 28

Gambar 2.21. Tren Kualitas Air Sungai Cirarab 2012-2013 ................................................ 29

Gambar 2.22. Status Mutu Air Sungai Cirarab ............................................................................ 31

Gambar 2.23. Status Mutu Air Anak Sungai Cirarab ............................................................... 31

Gambar 2.24. Tren Kualitas Air Kali Angke 2012-2013 ........................................................ 33

Gambar 2.25. Status Mutu Air Kali Angke .................................................................................... 34

Gambar 2.26. Status Mutu Air Anak Sungai Kali Angke.......................................................... 34

Gambar 2.27. Rekapitulasi Status Mutu Air Situ-situ ............................................................. 36

Gambar 2.28. Rincian Status Mutu Air Situ-situ ........................................................................ 37

Gambar 2.29. Konsentrasi Pencemar di Maing-maing Situ ................................................. 38

Gambar 2.30. Status Mutu Air Tanah di Kota Tangerang ..................................................... 40

Page 9: SLHD_Tahun_2013.pdf

Daftar Gambar

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

vi

Gambar 2.31. Lokasi Pemantauan Udara Ambient ...................................................................... 42

Gambar 2.32. Perbandingan Konsentrasi NO2 di Kota Tangerang Tahun 2011-

2013 ................................................................................................................................... 43

Gambar 2.33. Perbandingan Konsentrasi SO2 di Kota Tangerang Tahun 2011-

2013 ................................................................................................................................... 43

Gambar 2.34. Perbandingan Konsentrasi CO di Kota Tangerang Tahun 2011-

2013 ................................................................................................................................... 44

Gambar 2.35. Perbandingan Konsentrasi O3 di Kota Tangerang Tahun 2011-

2013 ................................................................................................................................... 44

Gambar 2.36. Perbandingan Konsentrasi Hidrokarbon di Kota Tangerang

Tahun 2011-2013 ........................................................................................................ 45

Gambar 2.37. Perbandingan Konsentrasi Debu/Total Suspended Particulate (TSP)

di Kota Tangerang Tahun 2011-2013 ............................................................... 45

Gambar 2.38. Hasil Pemantauan dengan Metode Passive Sampler ...................................... 46

Gambar 2.39. Peta Sebaran NO2 di Kota Tangerang .................................................................... 47

Gambar 2.40. Peta Sebaran SO2 di Kota Tangerang ..................................................................... 48

Gambar 2.41. Peta Sebaran O3 di Kota Tangerang ....................................................................... 48

Gambar 2.42. Peta Sebaran Hidrokarbon (HC) di Kota Tangerang ..................................... 49

Gambar 2.43. Peta Sebaran CO di Kota Tangerang ...................................................................... 50

Gambar 2.44. Peta Sebaran Pb di Kota Tangerang ....................................................................... 50

Gambar 2.45. Peta Sebaran TSP di Kota Tangerang ................................................................... 51

Gambar 2.46. Peta Sebaran PM10 di Kota Tangerang ................................................................. 52

Gambar 2.47. Tingkat Kebisingan di Masing-masing Kecamatan ........................................ 52

Gambar 2.48. Sebaran Data ISPU .......................................................................................................... 56

Gambar 2.49. Curah Hujan Rata-rata Bulanan Tahun 2013 .................................................... 57

Gambar 2.50. Suhu Rata-rata Bulanan Tahun 2013 .................................................................... 58

Gambar 3.1. Jumlah Penduduk Tahun 2007 - 2013 .................................................................. 59

Gambar 3.2. Jumlah Penduduk tiap Kecamatan di Kota Tangerang Tahun 2013 ....... 60

Gambar 3.3. Luas Wilayah Tiap Kecamatan di Kota Tangerang ......................................... 61

Gambar 3.4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin .................................................. 61

Gambar 3.5. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ............................................. 62

Gambar 3.6. Jumlah Rumah Tangga dan Rumah Tangga Miskin Menurut Kecamatan

Tahun 2013 ................................................................................................................... 63

Gambar 3.7. Kawasan Prioritas Berdasarkan Arahan SPPIP ................................................ 64

Gambar 3.8. Lokasi Pengembangan Perumahan di Kota Tangerang ............................... 66

Gambar 3.9. Peta Pengembangan SPAM ........................................................................................ 68

Page 10: SLHD_Tahun_2013.pdf

Daftar Gambar

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

vii

Gambar 3.10. Timbulan Sampah Tiap Kecamatan di Kota Tangerang 2013 ............... 69

Gambar 3.11. Timbulan Sampah Kota Tangerang 2006-2013 ............................................ 70

Gambar 3.12. Tingkat Pelayanan Kebersihan Tahun 2009-2012 .................................... 71

Gambar 3.13. Sistem Operasional Pengelolaan Sampah Kota Tangerang ..................... 72

Gambar 3.14. Proses Pemindahan Sampah dari TPS Pinggir Jalan................................... 77

Gambar 3.15. Persentasi Sampah yang dikelola di Bank Sampah ..................................... 80

Gambar 3.16. Operasional dan Tata Letak Eksisting TPA Rawa Kucing 2013 ............ 81

Gambar 3.17. Mekanisme Penanganan Sampah di TPA Rawa Kucing ............................ 82

Gambar 3.18. Sumber Penghasil Sampah yang Masuk ke TPA Rawa Kucing .............. 82

Gambar 3.19. Operasional Penimbunan di TPA Rawa Kucing ............................................ 83

Gambar 3.20. Proses Pembangunan Perpipaan Sistem Fukuoka ..................................... 85

Gambar 3.21. Proses Pemanfaatan Gas Metan di TPA ............................................................ 85

Gambar 3.22. Proses Pengomposan di TPA ................................................................................. 86

Gambar 3.23. Pengolahan Air Limbah Domestik Eksisting .................................................. 87

Gambar 3.24. IPAL Tanah Tinggi ....................................................................................................... 88

Gambar 3.25. Kolam Oksidasi di Karawaci ................................................................................... 89

Gambar 3.26. Sepuluh Penyakit Dominan yang diderita Penduduk Kota Tangerang 91

Gambar 3.27. Jumlah Tempat Tidur Rumah Sakit di Kota Tangerang........................ 92

Gambar 3.28. Timbulan Sampah Rumah Sakit di Kota Tangerang (m3/hari) ............. 93

Gambar 3.29. Volume Limbah Cair Rumah Sakit di Kota Tangerang (m3/hari) ........ 93

Gambar 3.30. Beban Limbah Cair dari Kegiatan Rumah Sakit (kg/hari) ...................... 94

Gambar 3.31. Penggunaan Pupuk untuk Tanaman Padi dan Palawija .......................... 95

Gambar 3.32. Luas Sawah Berdasarkan Frekuensi Tanam 2013 ...................................... 95

Gambar 3.33. Luas Perubahan Lahan Pertanian menjadi Non Pertanian ..................... 96

Gambar 3.34. Jumlah Ternak di Kota Tangerang ...................................................................... 97

Gambar 3.35. Jumlah Unggas di Kota Tangerang ..................................................................... 97

Gambar 3.36. Jumlah Industri Binaan Berdasarkan Jenis Kegiatan ................................. 98

Gambar 3.37. Jumlah Industri Berdasarkan Skala Kegiatan ................................................ 99

Gambar 3.38. Jenis Industri dan Produksinya (ton/tahun) ................................................. 100

Gambar 3.39. Beban BOD (ton/th) dari Kegiatan Industri ................................................... 100

Gambar 3.40. Beban COD (ton/th) dari Kegiatan Industri ................................................... 101

Gambar 3.41. Beban TSS (ton/th) dari Kegiatan Industri ..................................................... 101

Gambar 3.42. Konsumsi Bahan Bakar untuk Kegiatan Rumah Tangga .......................... 103

Gambar 3.43. Jumlah Kendaraan Menurut Jenis Bahan Bakar .......................................... 104

Gambar 3.44. Jumlah dan Luas Terminal di Kota Tangerang .............................................. 104

Gambar 3.45. Jumlah Kamar Hotel berdasarkan Jenis Hotel ............................................... 107

Page 11: SLHD_Tahun_2013.pdf

Daftar Gambar

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

viii

Gambar 3.46. Beban BOD (dalam ton/tahun) Limbah Cair Domestik Hotel .............. 108

Gambar 3.47. Beban COD (dalam ton/tahun) Limbah Cair Domestik Hotel ................ 108

Gambar 3.48. Beban TSS (dalam ton/tahun) Limbah Cair Domestik Hotel ................. 109

Gambar 3.49. Timbulan Sampah dari Kegiatan Perhotelan (m3/hari) ........................... 109

Gambar 3.50. Jumlah Perusahaan Pengelola Limbah B3 ....................................................... 110

Gambar 4.1. Realisasi Kegiatan Penghijauan ............................................................................ 111

Gambar 4.2. Perkembangan Realisasi Penanaman Pohon ................................................. 112

Gambar 4.3. Perkembangan Pelaksanaan Program Kampung Hijau ........................... 114

Gambar 4.4. Jumlah Kendaraan Lulus dan Tidak Lulus Uji Emisi Th. 2009-2013 . 115

Gambar 4.5. Jumlah Kendaraan Solar yang Lulus dan Tidak Lulus Uji Emisi ........... 116

Gambar 4.6. Hasil Uji Emisi Kendaraan Berbahan Bakar Bensin ................................... 116

Gambar 4.7. Peta Sebaran Industri Tahu Tempe di Kota Tangerang ........................... 119

Gambar 4.8. Peta Rencana Lokasi Kawasan Pengrajin Tahu Tempe ........................... 120

Gambar 4.9. Rancangan Pengolahan Air Limbah Pengrajin Tahu Tempe ................. 121

Gambar 4.10. Aplikasi Sistem Informasi Lingkungan (SIL) ................................................. 121

Gambar 4.11. Perkembangan IPAL Domestik Tahun 2011-2013 ..................................... 126

Gambar 4.12. Penempatan Alat Monitoring Udara Ambient Tahun 2013 ................... 127

Gambar 4.13. Pembangunan Zona Penimbunan A ................................................................... 128

Gambar 4.14. Detail Pembangunan Zona Penimbunan A ...................................................... 128

Gambar 4.15. Gambaran Kondisi Lapangan Pembangunan Blok A .................................. 129

Gambar 4.16. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Lindi di TPA ............................... 130

Gambar 4.17. Denah Instalasi Pengolahan Air Lindi di TPA ............................................... 130

Gambar 4.18. Rancangan Unit Pengolahan Sampah ............................................................... 132

Gambar 4.19. Proses Pembangunan Rumah Sederhana Sehat .......................................... 134

Gambar 4.20. Potensi Sumber Pencemar yang dihasilkan oleh Usaha/Kegiatan ...... 136

Gambar 4.21. Tingkat Ketaatan Pelaksanaan Pengawasan ................................................. 137

Gambar 4.22. Pengaduan Masalah Lingkungan ......................................................................... 141

Gambar 4.23. Rekapitulasi Hasil Penanganan Kasus Lingkungan Hidup ...................... 141

Gambar 4.24. Visi dan Misi Kota Tangerang dan BPLH ......................................................... 146

Gambar 4.25. Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Tangerang .................. 147

Gambar 4.26. Komposisi Personil BPLH Kota Tangerang .................................................... 148

Page 12: SLHD_Tahun_2013.pdf

Daftar Gambar

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

ix

Page 13: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 1. Pendahuluan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

0

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan” (Q.S. Al-Qashash 77)

Page 14: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 1. Pendahuluan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

1

1.1. LATAR BELAKANG

Kota Tangerang sebagai salah satu metropolitan di Provinsi Banten

dengan jumlah penduduk sebesar 1.918.556 jiwa, mempunyai komitmen yang

kuat terhadap pembangunan di bidang lingkungan hidup. Hal ini tertuang dalam

Misi Pemerintah Kota Tangerang Tahun 2009-2013, yaitu “Mendorong

terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan (Sustainable Development)”. Misi

ini tidak semata dijalankan oleh sebuah Dinas atau Badan yang ada di

Pemerintah Kota Tangerang, tetapi harus dijalankan sampai dengan ke tingkat

kelurahan dan kecamatan.

Dengan komitmen yang tinggi terhadap pengelolaan lingkungan hidup,

maka salah satu komponen yang sangat penting bagi seluruh komponen

masyarakat termasuk instansi yang ada di Pemerintah Kota Tangerang adalah

penyebaran informasi pengelolaan lingkungan. Informasi secara komprehensif

ditampilkan setiap tahun dalam Status Lingkungan Hidup Daerah Kota

Tangerang.

Untuk mendukung penyebaran informasi yang baik, maka harus

didukung oleh ketersediaan data. Ketersediaan data haruslah didukung kegiatan

yang mengarah terhadap pengelolaan lingkungan hidup. Untuk itu dalam SLHD

Kota Tangerang Tahun 2013 berupaya menggambarkan seluruh data dan

informasi yang dimiliki oleh Kota Tangerang, sekaligus menggambarkan upaya

pengelolaan lingkungan hidup yang terus menerus dilakukan oleh Pemerintah

Kota Tangerang, masyarakat, dan pihak lainnya.

1.2. PROFIL KOTA TANGERANG

Secara geografis Kota Tangerang terletak pada posisi 106036’ – 106O42’

Bujur Timur (BT) dan 6O6’ – 6O13’ Lintang Selatan (LS). Kota Tangerang berdiri

pada tanggal 28 Februari 1993 berdasarkan Undang-Undang No. 2 Tahun 1993

dengan luas wilayah 184,24 km2 (termasuk luas Bandara Soekarno-Hatta

sebesar 19,69 km2). Secara administrasi Kota Tangerang terbagi menjadi 13

Kecamatan dan 104 Kelurahan. Luas wilayah Kota Tangerang sebesar 1,59%

Page 15: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 1. Pendahuluan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

2

dari luas Provinsi Banten yang

merupakan wilayah terkecil kedua

setelah Kota Tangerang Selatan.

Letak Kota Tangerang yang

berada di antara DKI Jakarta, Kota

Tangerang Selatan, dan Kabupaten

Tangerang menjadikannya kota yang

sangat strategis. Sesuai dengan

Instruksi Presiden Nomor 13 Tahun

1976 tentang Pengembangan

Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi), Kota Tangerang merupakan

salah satu daerah penyangga Ibukota Negara DKI Jakarta. Batas-batas Kota

Tangerang yaitu:

Sebelah Utara: Kecamatan Teluknaga dan Kecamatan Sepatan Kabupaten

Tangerang.

Sebelah Selatan: Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang, Kecamatan

Serpong Utara dan Kecamatan Pondok Aren Kota Tangerang Selatan.

Sebelah Timur : DKI Jakarta.

Sebelah Barat : Kecamatan Cikupa

Kabupaten Tangerang.

Wilayah Kota Tangerang rata-rata

berada pada ketinggian 10 - 30 meter di

atas permukaan laut (dpl). Tanpa pantai dan lautan tetap menjadikan Kota

Tangerang indah dengan keterbatan

sumberdaya alamnya karena kedisiplinan

pemerintah dan warga dalam menjaga

kebersihan dan up

aya penghijauan kota yang terus

dilakukan.

Di bidang kesehatan, saat ini Pemerintah Kota Tangerang telah

mengeluarkan kebijakan berupa pengobatan gratis kepada keluarga tidak

Page 16: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 1. Pendahuluan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

3

mampu, melalui pelaksanaan Kartu Multiguna. Pengobatan gratis dapat

diberikan oleh setiap Rumah Sakit bagi keluarga tidak mampu. Saat ini pun,

Pemerintah Kota Tangerang masih menyelesaikan pembangunan Rumah Sakit

Umum Daerah (RSUD) yang akan membebaskan biaya kesehatan kepada

seluruh penduduk Kota Tangerang.

Sedangkan di bidang sarana dan prasarana perkotaan ditunjukan dengan

peningkatan infrastruktur kota berupa peningkatan kualitas sarana jalan.

Hampir seluruh jalan-jalan, baik jalan protokol maupun jalan lingkungan,

kualitasnya sudah baik. Jalan lingkungan telah dibangun menggunakan conblock

yang dapat tetap menyerapkan air ke dalam tanah, sehingga sekaligus dapat

mengurangi genangan air di waktu musim penghujan.

Oleh karena hampir seluruh pembangunan yang mendasar telah

dilakukan oleh Pemerintah Kota Tangerang, maka semenjak tahun 2009

kebijakan dalam bidang pengelolaan lingkungan hidup dijadikan program

prioritas. Peningkatan kebersihan kota melalui pengelolaan dan penanganan

persampahan kota, peningkatan penghijauan kota, peningkatan sistem drainase

yang ramah lingkungan, pengolahan air limbah domestik, dan program-program

lainnya menjadi program prioritas.

Bukti dari komitmen yang tinggi dalam pengelolaan lingkungan hidup

ditandai dengan diraihnya Piala Adipura pada tahun 2010 dan 2012 serta

diraihnya penghargaan Adipura Kencana pada tahun 2013. Dengan diraihnya

Piala Adipura Kencana ini merupakan sebuah penghargaan dan bukti penilaian

Pemerintah Pusat dalam menilai upaya yang telah dilakukan Pemerintah Kota

Tangerang beserta seluruh masyarakat Kota Tangerang. Namun demikian, Piala

Adipura bukanlah sebagai target akhir dari upaya pengelolaan lingkungan,

tetapi merupakan target antara. Tujuan akhir yang ingin dicapai adalah

terciptanya budaya masyarakat untuk menjaga kelestarian lingkungan,

mengelola lingkungannya, dan meningkatkan pengendalian pencemaran dan

kerusakan lingkungan yang mungkin terjadi di masa yang akan datang.

Di Kota ini tidak terdapat lahan kritis dan hutan dengan berbagai flora-

dan fauna yang dilindungi. Flora-dan fauna yang ada adalah jenis flora dan fauna

Page 17: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 1. Pendahuluan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

4

yang dipelihara dan liar. Hutan yang berada di Kota Tangerang hanyalah hutan

kota yang keberadaannya senantiasa diupayakan untuk terus diperluas dan

diperindah sebagai upaya untuk menambah kenyamanan warga Kota

Tangerang. Penambahan Hutan kota ini selain untuk memperluas Ruang

Terbuka Hijau juga menjadi upaya konservasi DAS dan mereduksi pencemar

udara terutama debu dan kebisingan.

Kota Tangerang tidak memiliki kegiatan pertambangan. Kegiatan

industri menjadi sektor utama yang mendorong perekonomian kota. Dengan

kontribusi sektor yang terbesar terhadap PDRB kota serta terhadap lapangan

pekerjaan, pertumbuhan sektor industri menjadi sangat pesat.

1.3. ISU PRIORITAS

Berdasarkan pengumpulan data dan informasi lingkungan, isu prioritas

Kota Tangerang tahun 2013 adalah Pengelolaan Kualitas Air. Isu prioritas ini

diambil mengingat pertambahan penduduk di Kota Tangerang memberikan

potensi signifikan terhadap bertambahnya buangan air limbah domestik.

Berdasarkan studi SEMAC –JICA (2012), air limbah domestik memberikan

kontribusi sebesar 84% total beban pencemaran air sungai di Kota Tangerang

dan hanya sekitar 14% beban pencemaran berasal dari kegiatan industri. Secara

lebih mendetail, berikut ini diuraikan alasan ditetapkannya Pengelolaan

Kualitas Air sebagai isu prioritas pada tahun 2013.

1) Tekanan (Pressure)

Dengan jumlah penduduk sebesar 1.918.556 jiwa, air limbah yang

dihasilkan dari penduduk sebesar 220.633,95 m3/hari. Aktivitas lain yang

menghasilkan air limbah adalah industri, rumah sakit, sarana perhubungan,

sektor pariwisata, dan pertanian. Beban pencemaran air limbah (parameter

BOD) dari setiap kegiatan yang sudah teridentifikasi adalah kegiatan

industri sebesar 14.084.338 ton/tahun, kegiatan hotel sebesar 13.374,77

ton/tahun, dan kegiatan rumah sakit sebesar 424,7 ton/tahun.

2) Kondisi Lingkungan (State)

Berdasarkan data di atas, bahwa peningkatan penduduk di Kota Tangerang

terjadi setiap tahun yang disebabkan semakin menariknya Kota Tangerang

Page 18: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 1. Pendahuluan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

5

sebagai sebuah kawasan permukiman, terutama bagi masyarakat yang

bekerja di Kota Jakarta. Kondisi ini berimplikasi semakin besarnya buangan

air limbah domestik yang dihasilkan. Data Dinas Kesehatan Kota Tangerang

tentang jenis penyakit utama yang diderita penduduk, penyakit yang

berhubungan dengan air (water-borne disease) seperti penyakit gastritis

dan doedenitis menempati urutan ketiga dengan jumlah penderita

sebanyak 14.903 jiwa.

Kualitas air pada badan air, baik di sungai maupun situ menunjukan

kualitas yang masih tercemar. Dari hasil pemantauan terhadap badan air,

kadar BOD dan bahan organik lainnya (Total fosfat, Amonia, Nitrit, Fenol)

telah melebihi baku mutu sesuai dengan PP Nomor 82 Tahun 2001.

3) Respon (Response)

Upaya pengelolaan lingkungan hidup sebagai sebuah respon terhadap isu

prioritas yang telah ditentukan, baik oleh Pemerintah Kota Tangerang,

masyarakat, maupun pihak-pihak lain telah menunjukan upaya yang

signifikan. Upaya yang dilakukan mulai dari proses perencanaan,

implementasi, dan kebijakan telah dilakukan di Kota Tangerang.

Pada tahap perencanaan telah disusun Masterplan Pengelolaan Air Limbah

Domestik oleh Dinas PU, yang akan menjadi acuan utama dalam

merencanakan pengelolaan air limbah domestik. Untuk mengatasi air

limbah dari kegiatan industri kecil, telah disusun kajian pengelolaan air

limbah pengrajin tahu dan tempe.

Pada tahap implementasi, Program Kampung Hijau masih menjadi unggulan

karena dapat mengubah perilaku masyarakat untuk lebih peduli

lingkungan. Pembangunan IPAL domestik sederhana di 4 (empat) daerah

permukiman merupakan salah satu aktivitas Program Kampung Hijau.

Sedangkan pada tahap penetapan kebijakan, pada tahun 2013 telah

ditetapkan Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 2 Tahun 2013 tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Peraturan

daerah ini akan menjadi acuan setiap stakeholder untuk mengelola air dan

air limbahnya.

Page 19: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 2. Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

5

“Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi, setelah diciptakan dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat kebaikan” (Q.S. Al-A’raf 56)

Page 20: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 2. Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

6

2.1. LAHAN DAN HUTAN

2.1.1. Penggunaan/Status Lahan

Tahun 2013 kondisi luas lahan non pertanian di Kota Tangerang sebesar

12.446,83 Ha, dimana luas lahan non pertanian tersebut mencakup 76% dari

luas total Kota Tangerang (tidak termasuk Bandara Soekarno-Hatta). Apabila

dibandingkan dengan data pada tahun 2012, data terjadi perubahan dari luas

lahan non pertanian (lihat Tabel SD-1 Buku Data SLHD). Perubahan mencapai

2.796.09 Ha, yang merupakan pengurangan dari lahan kering berupa kebun

campuran, semak/belukar, tegalan/ladang. Sementara itu lahan untuk sawah

seluas 814,55 Ha atau 4,95.% dari luas total Kota Tangerang. Sedangkan sebesar

561,26 Ha merupakan badan air berupa sungai, situ, rawa, dan kolam-kolam. Di

Kota Tangerang tidak terdapat lahan perkebunan dan hutan.

Gambar 2.1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan di Kota Tangerang

(Sumber: Dinas Tata Kota dan Dinas Pertanian, 2013)

Kota Tangerang tidak mempunyai jenis hutan seperti cagar alam, suaka

margasatwa, taman nasional, dan hutan jenis lainnya. Berdasarkan Tabel SD-2

(lihat Buku Data SLHD), di Kota Tangerang hanya terdapat hutan kota seluas

3,88 Ha, yang terdiri dari Hutan Kota Taman Angsana Cikokol (0,42 Ha), Hutan

Kota Daan Mogot (0,3 Ha) Taman Bantaran Kali Cisadane Jl. GJA (0,28 Ha),

12.446,83

814,55

2.632,35

0,00 0,00 561,26

Non Pertanian

Sawah

Lahan Kering

Perkebunan

Hutan

Badan Air

Page 21: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 2. Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

7

Hutan Kota Cikokol (0,96 Ha) dan Huta Kota Bantaran Kali Mookervaart (1,92

Ha). Luasan hutan kota ini masih sama dengan tahun 2012.

Gambar 2.2. Luas Hutan Kota di Kota Tangerang (dalam m2)

(Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan, 2013)

Berdasarkan RTRW Kota Tangerang, luas total Kota Tangerang adalah

18.181 Ha yang terdiri dari 5.912,98 Ha kawasan lindung yang merupakan 32%

luas wilayah dan kawasan budidaya seluas 12.511,03 Ha atau 68% dari luas

Kota Tangerang. Kawasan lindung yang terdapat di Kota Tangerang terdiri dari

sempadan sungai seluas 590,91 Ha, kawasan sekitar danau atau waduk seluas

184,54 Ha, dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) seluas 5.192,98 Ha (lihat Tabel SD-3

Buku Data SLHD).

Gambar 2.3. Luas Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya

(Sumber: Dinas Tata Kota, 2013)

9.600,00

4.200,00

3.000,00

2.800,00

19.200,00

Hutan Kota Cikokol

Taman Angsana Cikokol

Hutan Kota Daan Mogot

Bantaran Kali Cisadane Jl. GJA

590,91 184,54

5.137,53

12511,03

Sempadan Sungai

Kawasan Sekitar Danau atau Waduk Ruang Terbuka Hijau

Kawasan Budidaya

Page 22: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 2. Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

8

Pada tahun 2013, BPLH sebagai institusi yang berkaitan dengan Izin

Lingkungan melakukan inventarisasi Ruang Terbuka Hijau (RTH) Privat yang

dimiliki oleh kegiatan dan/atau usaha. Inventarisasi dilakukan dengan mendata

RTH yang tercantum dalam dokumen AMDAL atau UKL-UPL (lihat Tabel 3A.,

Buku Data SLHD).

Gambar 2.4. Persentase RTH Privat dari Kegiatan dan/atau Usaha

(Sumber: BPLH Kota Tangerang, 2013)

Berdasarkan Gambar 2.4. di atas dan Tabel 3A (lihat Buku Data SLHD),

persentase RTH Privat terbesar dimiliki oleh PT. Siegwerk Indonesia sebesar

86,58%. Sedangkan persentase RTH Privat terkecil dimiliki oleh beberapa

kegiatan, antara laing PT. Ekspres Sarana Batuceper, PT. Archroma Indonesia,

PT. Mustika Putra Nusantara, dan lain-lain.

Secara terinci luas kawasan berdasarkan peruntukannya sesuai dengan

rancangan RTRW Kota Tangerang Tahun 2012-2032, total ruang terbuka hijau

(RTH) yang direncanakan dimiliki Kota Tangerang mencapai 28,24%. Luas RTH

tersebut merupakan RTH publik yang disediakan oleh Pemerintah Kota,

sedangkan RTH privat masih dapat dikembangkan lagi sesuai dengan kewajiban

para pengusaha dan masyarakat. Pada tahun 2030 luas RTH diharapkan sudah

63,36

86,58

65,74

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

90,00

100,00

PT

. EV

ER

GO

OD

PLA

ST

IC P

AC

KA

GIN

G …

PT

. BA

RU

NA

JA

YA

GA

MIN

DO

PT

. FO

RT

UN

A R

AC

K S

IST

EM

IN

DO

NE

SIA

PT

. WA

HY

U J

AY

A U

TA

MA

PT

. IN

TE

R A

NE

KA

LE

ST

AR

I KIM

IA

PT

. ME

GA

SIN

EM

A A

BA

DI

PT

. HE

RO

SU

PE

RM

AR

KE

T T

BK

PT

. SA

KU

RA

MA

S I

NT

ER

NU

SA

SE

JAH

TE

RA

SP

BU

34-

15

12

3

PT

. RE

KS

O N

AS

ION

AL

FO

OD

PT

. WA

HY

U M

US

TIK

A K

INA

SIH

PT

. DE

LLIF

OO

D S

EN

TO

SA

CO

RP

IND

O

PT

. DW

I AN

EK

A

JAY

A K

EM

AS

IND

O

PT

. BR

UE

GM

AN

N A

SIA

PT

. ET

ER

NA

L G

EL

OR

A P

RA

KA

SA

PT

. IN

TIR

OD

A M

AK

MU

R

PT

. ELB

EK

A S

EW

ING

TH

RE

AD

PT

. JJ

LAP

P C

AB

LE S

MI

PT

. SP

EC

TR

UM

FIL

E F

OR

CE

PT

. BA

TT

ER

Y P

OW

ER

SO

LUT

ION

S …

CV

JA

YA

SE

NT

OS

A

PT

. ST

AN

DA

RD

PE

N I

ND

US

TR

IES

PT

. AD

I PE

RK

AS

A B

UA

NA

PT

.TR

AF

IND

O P

RIM

A P

ER

KA

SA

PE

MB

AN

GU

NA

N R

UK

O D

AN

RU

KA

N

PE

MB

AN

GU

NA

N K

OM

PLE

K R

UK

O

PT

. BU

MI D

AY

A P

ER

SA

DA

PT

. GR

AH

A B

AN

DU

NG

SE

NT

OS

A

PT

. AIR

AS

IA M

ITR

A IN

VE

ST

AM

A

RU

MA

H S

AK

IT I

BU

DA

N A

NA

K G

ER

BA

NG

PT

. KA

RY

A C

IPT

A K

RE

AS

I

PT

. PA

YO

N A

GU

NG

LE

ST

AR

I

CV

HA

MM

AM

I JA

YA

PT

. TO

TA

L O

IL IN

DO

NE

SIA

PT

. AS

UR

AN

SI

BIN

A D

AN

AR

TA

TB

K

PT

.HE

RO

SU

PE

RM

AR

KE

T T

BK

PT

. KLO

PM

AN

AR

GO

IN

TE

RN

AT

ION

AL

PT

. SH

ELL

IND

ON

ES

IA

% RTH

Page 23: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 2. Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

9

dapat memenuhi ketentuan Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang

Penataan Ruang, yaitu sebesar 30% dari total luas wilayah Kota Tangerang.

Gambar 2.5. Tutupan Lahan Kota Tangerang Tahun 2013

(Sumber: Dinas Tata Kota, 2013)

Pada Gambar 2.5. di atas, terlihat bahwa tidak terdapat kawasan hutan

(lihat Tabel SD-4, Buku Data SLHD). Begitu pula dengan lahan kritis, tidak

teridentifikasi lahan kritis yang ada di Kota Tangerang (lihat Tabel SD-5, Buku

Data SLHD). Oleh karena tidak memiliki lahan hutan dan lahan kritis, maka tidak

dilakukan pula evaluasi kerusakan tanah pada lahan-lahan tersebut (lihat Tabel

SD-6, SD-7, SD-8, dan SD-9, Buku Data SLHD). Demikian pula dengan konversi

hutan yang tidak terjadi di Kota Tangerang menjadi peruntukan lain (lihat Tabel

SD-10, Buku Data SLHD).

Page 24: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 2. Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

10

2.1.2. Penataan Ruang

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Tangerang

Tahun 2012-2032, pokok-pokok kebijakan pengembangan Kota Tangerang

diprioritaskan pada 3 (tiga) fungsi utama, yaitu:

a. Kegiatan industri

b. Permukiman

c. Perdagangan dan jasa

Ruang Lingkup penataan ruang dalam RTRW Kota Tangerang meliputi

wilayah seluas 181,818 km2 yang terdiri dari 5 Wilayah Pengembangan Kota

(WPK) dengan kebijakan pengembangan dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Arahan Wilayah Pengembangan Kota (WPK)

WPK Wilayah Kecamatan Arahan Pengembangan

I Seluruh kecamatan Tangerang

dan sebagian kecamatan Pinang,

Karawaci dan Cibodas;

Fungsi utama: perdagangan dan jasa (komersial)

skala pelayanan kota, regional serta internasional

Fungsi tambahan: perumahan dan fasilitas

penunjangnya, pelestarian kawasan bersejarah;

II Seluruh kecamatan Neglasari,

Benda dan sebagian kecamatan

Batuceper

Fungsi utama: penunjang bandara, berupa

perumahan, perdagangan dan jasa, pergudangan,

ruang terbuka hijau (buffer zone)

Fungsi tambahan: industri ringan non polutan dan

fasilitas kota (olah raga, TPA, pemakaman);

III Seluruh kecamatan Cipondoh dan

sebagian kecamatan Pinang,

Batuceper dan Karang Tengah;

Fungsi utama: pusat pelayanan kota, perumahan

dan permukiman kepadatan menengah-rendah

dan kawasan lindung setempat

Fungsi tambahan: industri rumah tangga (home

industry) non polutan dan pariwisata

IV Seluruh kecamatan Ciledug,

Larangan dan sebagian

kecamatan Karang Tengah dan

Pinang;

Fungsi utama: perumahan kepadatan menengah

dan fasilitas penunjangnya

Fungsi tambahan: perdagangan dan jasa serta

industri rumah tangga (home industry) non

polutan.

V Seluruh Kecamatan Periuk,

Jatiuwung dan sebagian

Kecamatan Karawaci dan Cibodas

Fungsi utama: industri terpadu berwawasan

lingkungan dan fasilitas penunjangnya

Fungsi tambahan: perumahan penunjang industri

dengan fasilitas penunjangnya, perdagangan dan

jasa.

Sumber: Dinas Tata Kota Kota Tangerang, 2011.

Rencana pola ruang berdasarkan RTRW Kota Tangerang Tahun 2012-

2032, diuraikan secara detail pada Tabel 2.2.

Page 25: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 2. Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

11

Tabel 2.2. Rencana Pola Ruang RTRW Kota Tangerang Tahun 2012 - 2032

No Jenis Peruntukan Lahan Luas Peruntukkan

(Ha) (%)

A Kawasan Lindung 4.050 22,28

1 Sungai/Situ 405 2,23

2 Sempadan Sungai/Situ 710 3,91

3 Ruang Terbuka Hijau 2.935 16,14

B Kawasan Budi Daya 14.131 77,72

1 Kawasan Perumahan 6.091 33,50

2 Kawasan Perdagangan dan Jasa 2.636 14,50

3 Kawasan Peruntukan Industri 2.381 13,10

4 Kawasan Pariwisata 187 1,03

5 Kawasan Pertanian 113 0,62

6 Kawasan Pelayanan Umum 84 0,46

7 Kawasan Peruntukan Penunjang Bandara 627 3,45

8 Kawasan Bandar Udara 1.956 10,76

- Terbangun 1.230

- Ruang Terbuka Hijau 725

9 Kawasan Pertahanan dan Keamanan 56 0,31

Total 18.181 100,00

Sumber : Dinas Tata Kota, 2013.

2.2. KEANEKARAGAMAN HAYATI

Berdasarkan Tabel SD-11 (lihat Buku Data SLHD), diketahui bahwa di

Kota Tangerang tidak terdapat spesies flora dan fauna yang dilindungi, baik

untuk status endemik, terancam, berlimpah, maupun dilindungi.

Keanekaragaman hayati yang ada di Kota Tangerang merupakan flora dan fauna

terdomestikasi dan tipikal terdapat di daerah perkotaan.

Meskipun tidak ada satu pun flora yang dilindungi, tetapi Kota Tangerang

memiliki varietas unggul berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor

669/Kpts/SR.120/1/2011. Varietas unggul yang telah ditetapkan adalah

Philodendron selloum Karimah. Tanaman ini termasuk ke dalam jenis tanaman

perdu dengan ciri-ciri:

a. Bentuk tanaman : bulat

b. Tinggi tanaman : 251 – 460 cm

c. Diameter batang : 20 – 25 cm

d. Bentuk daun : toreh kombinasi berbagi menyirip

Page 26: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 2. Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

12

e. Warna daun : hijau tua

f. Tipe bunga : berumah satu

Tanaman ini berasal dari Kelurahan Pondok Pucung, Kecamatan Karang

Tengah. Perkiraan umur rumpun induk adalah 16 tahun.

Gambar 2.6. Varietas Unggul Philodendron selloum Karimah

(Sumber: Dinas Pertanian, 2013)

Sedangkan untuk keanekaragaman hayati perairan telah teridentifikasi

biota akuatik berupa plankton dan benthos pada sungai dan situ.

2.2.1. Flora

Rona lingkungan flora atau vegetasi di Kota Tangerang sebagian

merupakan areal sawah dan kebun, sedangkan sisanya ditumbuhi tanaman liar.

Jenis-jenis tanaman kebun yang ditemukan di Kota Tangerang antara lain

kemangi (Ocimum sanctum L.), terong (Solanum melongena L.), melinjo (Gnetum

gnemon Linn.), nangka (Artocarpus integra Merr.), rambutan (Nephelium

lappaceum Linn.), kelapa (Cocos nucifera Linn.), mangga (Mangifera indica Linn.),

pisang (Musa paradisiaca Linn.), singkong (Manihot utilissima Pohl.), jengkol

(Pithecelobium lobatum Benth.), pepaya (Carica papaya Linn.), jagung (Zea mays

Linn.), kangkung (Ipomea aquatic), sawi (Brassica juncea), selada (Lactuca

sativa), bawang daun (Allium fistulosum L.), tomat (Solanum lycopersicum L.),

kacang panjang (Vigna sinensis), buncis (Beta vulgaris), kacang tanah (Arachis

hypogaea),

Page 27: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 2. Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

13

Sedangkan untuk tanaman liar yang teridentifikasi antara lain keladi

hitam (Colocasia esculenta schott), lamtoro (Leucaena glauca benth), randu

(Ceiba pentandra gaetn), alang-alang (Imperata cylindrical Beauv.), rumput teki

(Cyperus rotundus Linn.), dan putri malu (Mimosa pudica Linn.).

2.2.2. Fauna

Keberadaan fauna/satwa liar tidak banyak, dimana Kota Tangerang

merupakan daerah perkotaan. Habitat satwa telah terjadi perubahan terutama

pada ketersediaan makanan, sehingga satwa yang ditemukan lebih banyak

bersifat satwa peliharaan yang beradaptasi dengan lingkungannya seperti

anjing kampung (Canis familiaris) dan kucing rumah (Felis catus). Untuk satwa

liar yang teridentifikasi antara lain katak (Bufo melanostictus), cecak

(Hemidactylus frenatus), tokek (Gecko gecko), burung gereja (Passer montanus),

dan kutilang (Pycnoonotus aurigaster).

2.2.3. Biota Air Sungai

Selain oleh kondisi parameter fisika dan kimia, kualitas perairan dapat

dikatahui dengan mengetahui kualitas biota yang ada di dalamnya. Pemeriksaan

biota mencakup keberadaan Plankton dan Benthos. Plankton terutama

Fitoplankton merupakan organisme penting dalam perairan, yaitu sebagai mata

rantai utama dalam rantai makanan (Produsen) suatu ekosistem. Keberadaan

dan kelimpahan fitoplankton akan menentukan keberadaan dan kelimpahan

zooplankton yang merupakan konsumen tingkat pertama dalam suatu

ekosistem perairan yang menghubungkan produsen dengan konsumen yang

lebih tinggi seperti ikan. Selain itu menurut J.W. Nybakken (1982) plankton juga

dapat berfungsi sebagai indikator kualitas lingkungan, khususnya kualitas

perairan melalui nilai koefisien saprobik yang menggambarkan hubungan

tingkat pencemaran dan plankton sebagai produsen.

Berdasarkan hasil pemantauan terhadap sungai-sungai di Kota

Tangerang tahun 2013, memperlihatkan bahwa nilai keanekaragaman

fitoplankton, zooplankton dan benthos sangat bervariasi (lihat Tabel SD-14A

Page 28: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 2. Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

14

Buku Data SLHD). Pada Gambar 2.7. ditampilkan rekapitulasi nilai indeks

keanekaragaman biota air di setiap titik pemantauan.

Gambar 2.7. Indeks Keanekaragaman Biota Air pada Sungai-sungai di

Kota Tangerang 2013

(Sumber: BPLH Kota Tangerang, 2013)

2.3. AIR

Di Kota Tangerang terdapat beberapa buah sungai/kali dan saluran

besar serta situ, diantaranya adalah Sungai Cisadane. Kali Angke, Kali Sabi,

Sungai Cirarab dan Saluran Mookervart. DAS Cisadane yang berada di Kota

Tangerang meliputi catchment area seluas 1.063,50 km2. Sementara catchment

area DAS Angke seluas 74,3 km2 dan DAS Cirarab seluas 161 km2. Pada DAS

Cisadane terdapat beberapa sungai/kali dan saluran pembuang diantaranya

adalah Kali Cisadane (Hulu) dengan panjang 4 km, Pembuangan Selapang

dengan panjang 4 km, Pembuangan Cipabuaran sepanjang 2,5 km dan lain-lain

seperti tercantum pada Tabel SD-12.

Ditinjau dari sungai/kali besar yang terdapat di Kota Tangerang, DAS

Cisadane memiliki panjang lintasan terbesar yaitu 15 Km seperti terdapat pada

Gambar 2.8. berikut.

-1,5

-1

-0,5

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3 Je

mb.

Gad

ing

Ser

pong

SP

. Cic

ayur

Jem

b. C

ikok

ol

SP

. Raw

a B

esar

SP

. Cic

ayur

Hili

r

Jem

b. R

obin

son

SP

. Let

da D

adan

g

SP

. Ben

teng

Jay

a

Jem

b. S

atria

Pin

tu A

ir S

epul

uh

Ere

tan

III S

ewan

SP

. Cis

arun

g H

ilir

(Ana

k S

unga

i)

Jem

b. B

aru

SP

. K

ompl

ek K

ehak

iman

SP

. Ang

kasa

Pur

a

Jem

b. T

anah

Tin

ggi

Jem

b. J

l. A

mpe

ra

SP

. Cip

ondo

h H

ilir

Jem

b. T

atun

g

Juru

mud

i Hili

r

Kam

pung

Taj

ur

SP

. Pon

dok

Mah

arta

Jem

b. D

uren

Vill

age

Jem

b. C

iledu

g In

dah

SP

. P

on

do

k B

ah

ar

Hili

r

SP

. Cip

utat

Hili

r

SP

. Giri

Hili

r

SP

. Can

tiga

Hili

r

Jem

b. P

T. I

ndah

Jay

a T

ekst

il

SP

Per

um 4

Jem

b. T

aman

Cib

odas

Jem

b. J

l. M

. T

oha

Jem

b. R

PH

SP

. Cib

odas

Sar

i Hili

r

SP

. Cib

odas

Hili

r

SP

. Cib

odas

Sar

i

Jem

b. D

esa

Bun

der

Jem

b. J

l. In

dust

ri II

Jem

b. J

l. S

iliw

angi

Per

um. P

PD

SP

. Tot

al P

ersa

da

SP

. Per

um T

oman

g

Jem

b. K

otab

umi

SP

. Ker

onco

ng H

ilir

Phytoplankton

Zooplankton

Benthos

Cisadane

Mookervart Angke Sabi Cirarab H' < 1 : Keragaman kurang H': 1.1.-2.0 : Keragaman rendah H': 2.1-3.0 : Keragaman sedang H': >3 : Keragaman tinggi

Page 29: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 2. Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

15

Gambar 2.8. Panjang Kali/Sungai Di Kota Tangerang

(Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kota Tangerang, 2013)

Selain sungai/kali dan saluran, situ juga digunakan sebagai badan air

penerima dan sumber air permukaan di Kota Tangerang. Terdapat 6 buah situ

di Kota Tangerang. Situ terbesar adalah Situ Cipondoh yang memiliki luas

permukaan 126,17 Ha dengan volume 2.523.400 m3, sementara itu situ terkecil

adalah Situ Kunciran yang luasnya 0,3 Ha. Situ Kunciran dan Situ Bojong

merupakan 2 (dua) situ yang selama ini terinventarisasi ke dalam data Dinas

Pekerjaan Umum, namun kondisi di lapangan tidak ditemukan perairannya

akibat adanya perubahan fungsi situ menjadi daratan (lihat Tabel SD-13, Buku

Data SLHD).

Gambar 2.9. Luas Situ di Kota Tangerang

(Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kota Tangerang, 2013)

15,00

2,00

7,70

10,45

6,50

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

16,00

km

Page 30: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 2. Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

16

2.3.1. Kualitas Air Sungai

Berdasarkan hasil pemantauan kualitas air sungai (lihat Tabel SD-14

Buku Data SLHD) terhadap Sungai Cisadane (pemantauan pada bulan Agustus

dan Oktober 2013), Sungai Angke, Saluran Mookervart, Kali Sabi dan Sungai

Cirarab menunjukkan bahwa kondisi sungai-sungai tersebut telah tercemar. Hal

ini dapat dilihat dari parameter-parameter baik fisika, kimia maupun

mikrobiologi yang melebihi baku mutu air permukaan kelas II Peraturan

Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air. Untuk mengetahui tingkat pencemaran suatu

badan air dapat dilakukan perhitungan terhadap Status Mutu Air dengan

metode Indeks Pencemaran yang mengacu pada Keputusan Menteri Lingkungan

Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Status Mutu Air. Lokasi

pemantauan air sungai pada tahun 2013 ditampilkan dalam Gambar 2.10.

KOTAK 2.1.

Berdasarkan PP No. 82 tahun 2001 pasal 8 tentang Pengelolaan Lingkungan

Hidup, klasifikasi dan kriteria mutu air ditetapkan menjadi 4 kelas, yaitu :

Kelas 1 : Air yang dapat digunakan untuk bahan baku air minum

peruntukan lainnya mempersyaratkan mutu yang sama.

Kelas 2 : Air yang dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air,

budidaya ikan air tawar, peternakan, dan pertanian.

Kelas 3 : Air yang dapat digunakan untuk budidaya ikan air tawar,

peternakan dan pertanian.

Kelas 4 : Air yang dapat digunakan untuk mengairi pertanaman/pertanian.

In indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan yang dapat diamati melalui (Wardhana, 2004) :

Adanya perubahan suhu air.

Adanya perubahan pH atau konsentrasi ion Hidrogen.

Adanya perubahan warna, bau dan rasa air.

Timbulnya endapan, kolodial, bahan terlarut.

Adanya mikroorganisme.

Meningkatnya radioaktivitas air lingkungan

Page 31: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 2. Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

17

Titik Pemantauan Kali Angke

Titik Pemantauan Sungai Cirarab

Titik Pemantauan Saluran Mookervart

Titik Pemantauan Kali Sabi

Titik Pemantauan Sungai Cisadane

Gambar 2.10. Lokasi Pemantauan Kualitas Air Sungai di Kota Tangerang

(Sumber : BPLH Kota Tangerang 2013)

Page 32: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 2. Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

18

a. Sungai Cisadane

Bagian hulu sungai Cisadane

berada di Gunung Salak

Kabupaten Bogor, melintasi

Kota Tangerang Selatan,

Kota Tangerang dan

Kabupaten Tangerang serta

bermuara di Laut Jawa.

Panjang aliran sungai

Cisadane yang melintasi Kota Tangerang adalah 15 Km, dan

dimanfaatkan sebagai bahan baku air bersih, budi daya ikan, irigasi, dan

industri. Berdasarkan pemanfaatannya dan peruntukannya, Sungai

Cisadane masuk ke dalam kategori mutu air kelas I. Namun karena

belum adanya pengklasifikasian kelas air terhadap sungai Cisadane,

maka baku mutu yang diacu adalah baku mutu air kelas II.

Pemantauan kualitas air Sungai Cisadane pada tahun 2013

dilakukan sebanyak 2 (dua) kali pengambilan, yaitu pada bulan Agustus

dan Oktober.

BOD (mg/l)

COD (mg/l)

2 3 3 3 2 5 2

2 2 2 2 2 6 8

48

7 3

6 11 10

16

6

12 10

3

3 3 3 3 14

18 14

32

8

26

14

27 22

30

19

37

0

10

20

30

40

50

60

2012 Agt 2013 BM Okt 2013

17

20

21

16 16

39

16 16

14 18 16 15 13 15

93

13

0

11

19 19

31

11

21 19

45 36

50

31

61

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

2012 Agt 2013 Okt 2013 BM

LOKASI PEMANTAUAN KUALITAS AIR SUNGAI

KOTA TANGERANG TAHUN 2010

Page 33: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 2. Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

19

TSS (mg/l)

Total Coliform (Jumlah/100ml)

Gambar 2.11. Tren Kualitas Air Sungai Cisadane

(Sumber : BPLH Kota Tangerang 2013)

Disamping keempat parameter kunci, terdapat 4 (empat)

parameter lain yang melebihi Baku Mutu Air, yaitu Total Phospat, Nitrit,

MBAS, dan Fecal Coliform. Bila dibandingkan jumlah parameter yang

melebihi Baku Mutu Air, pada tahun 2013 terjadi penurunan kualitas

bila dibandingkan tahun 2012. Tahun 2013 sebanyak 8 parameter yang

melebihi Baku Mutu Air, dan pada tahun 2012 sebanyak 6 parameter

yang melebihi Baku Mutu Air.

Pemantauan terhadap Sungai Cisadane dilakukan semenjak tahun

2005. Pada Gambar 2.12 berikut, ditampilkan tren kualitas air sungai

setiap parameter mulai dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2013.

Secara umum, untuk parameter BOD, COD, dan Fecal Coliform

menunjukan tren meningkat meskipun pada tahun 2012 mengalami

penurunan dibandingkan kualitas pada tahun 2010. Sedangkan untuk

parameter TSS menunjukan tren menurun dari tahun 2010 sampai

dengan tahun 2013.

76

84

128

69

62

41

38

53 31

60

27

8

29 21

32 23

35

11

13

33

33 24 27

74

42

32

31

28

19

0

20

40

60

80

100

120

140

2012 Agt 2013 Okt 2013 BM

Page 34: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 2. Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

20

Gambar 2.12. Tren Kualitas Air Sungai Cisadane 4 Tahun Terakhir

(Sumber : BPLH Kota Tangerang 2013)

Hasil analisis menggunakan metode Indeks Pencemaran (IP),

status mutu air Sungai Cisadane tahun 2013 di semua lokasi ditunjukan

dalam Tabel SD-14B (lihat Buku Data SLHD) dan Gambar 2.13. Tren

status mutu air pada 2 (dua) kali pemantauan menunjukan bahwa pada

bulan Agustus 2013 menunjukan kondisi Cemar Ringan sampai

dengan Cemar Sedang. Sedangkan hasil pemantauan bulan Oktober

2013 menunjukan status Cemar Ringan sampai dengan Cemar Sedang

namun dengan nilai IP lebih tinggi, dimana status mutu air terburuk

terjadi di titik Pintu Air X. Pada lokasi Pintu Air X, aliran Sungai

Cisadane terakumulasi sebelum turun dari bendungan menuju bagian

hilir.

5

52

7

48

0

10

20

30

40

50

60

Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013

Tren Kadar BOD, S. Cisadane

BOD, mg/l Linear (BOD, mg/l)

70

59

39

93

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013

Tren Kadar COD, S. Cisadane

COD, mg/l Linear (COD, mg/l)

352

1342

128 44 0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013

Tren Kadar TSS, Sungai Cisadane

TSS, mg/l Linear (TSS, mg/l)

4600

1500 930

20400

-5000

0

5000

10000

15000

20000

25000

Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013

Tren Fecal Coli S. Cisadane

Fecal,JML/100ml Linear (Fecal,JML/100ml)

Page 35: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 2. Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

21

Gambar 2.13. Status Mutu Air Sungai Cisadane Tahun 2013

(Sumber : BPLH Kota Tangerang, 2013)

Disamping pemantauan yang

dilakukan pada Sungai Cisadane,

dilakukan pula pemantauan pada

anak-anak Sungai Cisadane. Anak

Sungai Cisadane yang teridentifikasi

ada 2 (dua), yaitu SP. Cicayur dan

SP. Cisarung. Kualitas masing-

masing anak Sungai Cisadane dicantumkan dalam Tabel SD-14B (lihat

Buku Data SLHD). Status mutu air anak-anak Sungai Cisadane

ditunjukan pada Gambar 2.15. Pada Gambar 2.15. terlihat bahwa pada

pemantauan bulan Agustus dan Oktober 2013, kondisi kualitas air

berada dalam status Cemar Ringan sampai dengan Cemar Sedang.

Dari kedua anak Sungai Cisadane, SP Cisarung mengalami

pencemaran air yang lebih tinggi dibandingkan dengan SP Cicayur. Hal

ini diakibatkan catchment area dari SP Cisarung meliputi daerah

permukiman, rumah sakit, pasar, industri besar, dan industri kecil.

Sedangkan catchment area SP Cicayur didominasi oleh kegiatan

perumahan dan permukiman.

7,02

7,73

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

8,00

9,00

Tahun 2012 SEPT-Th 2013 OKT-Th 2013

Cemar ringan (1-5) Cemar sedang (.5-10)

Page 36: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 2. Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

22

Gambar 2.14. Status Mutu Air Anak Sungai Cisadane Tahun 2013

(Sumber : BPLH Kota Tangerang, 2012)

b. Kali Sabi

Kali Sabi merupakan

anak Sungai Cisadane, bagian

hulu berada di Kabupaten

Tangerang dan berakhir di

Sungai Cisadane. Saat ini kali

Sabi dimanfaatkan sebagai

pembuangan limbah domestik

dan limbah industri.

Berdasarkan hasil analisis kualitas air sungai tahun 2010 sampai

dengan tahun 2013, menunjukkan bahwa Kali Sabi sudah tidak

memenuhi baku mutu air permukaan kelas II PP No. 82 Tahun 2001.

Pemantauan dilakukan pada bulan September 2013, dimana kondisi

musim berada pada musim peralihan dari musim kemarau ke musim

penghujan.

Pada Gambar 2.15. ditampilkan tren kualitas air Kali Sabi pada

setiap lokasi pemantauan. Untuk 4 parameter kunci sebagian besar

hasil pemantauan di setiap lokasi, menunjukan konsentrasi yang

melebihi Baku Mutu Air. Total sebanyak 9 parameter telah melebihi

4,43 4,4

6,03 6,19

4,51

3,58

4,34

5,39

0

1

2

3

4

5

6

7

Cicayur Hulu Cicayur Hilir Cisarung Hulu Cisarung Hilir

Agust-13

Okt-13

Cemar ringan

Cemar sedang

LOKASI PEMANTAUAN KUALITAS AIR SUNGAI

KOTA TANGERANG TAHUN 2010

Page 37: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 2. Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

23

Baku Mutu Air, yaitu TSS, DO, Fosfat, MBAS, BOD, COD, Amonia, Fenol,

Sulfida, Fecal Coliform dan Total Coliform. Bila dibandingkan dengan

hasil pemantauan pada tahun 2012 (10 parameter melebihi Baku Mutu

Air), maka hasil pemantauan tahun 2013 telah terjadi penambahan

jumlah paramater yang melebihi Baku Mutu Air.

BOD (mg/l)

COD (mg/l)

TSS (mg/l)

Total Coliform (Jumlah/100ml)

Gambar 2.15. Tren Kualitas Air Kali Sabi 2012-2013

(Sumber : BPLH Kota Tangerang, 2013)

Hasil analisis menggunakan metode Indeks Pencemaran (IP),

status mutu air Kali Sabi tahun 2013 di semua lokasi ditunjukan dalam

Gambar 2.16 dan pada Tabel SD-14B (lihat Buku Data SLHD). Status

16

65 55

70

126

88 86

121

105

172

110

72

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

BOD-Th 2012 BOD-Th 2013 BMA

33

127 105

148

256

174 168

254

204

336

215

136

0

50

100

150

200

250

300

350

400

COD-Th 2012 COD-Th 2013 BMA

25 26 27 27

73

57

80

57 60

40

68 68

0

20

40

60

80

100

120

140

TSS-Th 2012 TSS-Th 2013 BMA

44000

35000 36800 32000

35000 36800

48000

35000

43000

35000

48000

36800

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

Jem

bata

n P

T. I

ndah

Jay

a T

ekst

il

SP

. Per

um II

I

SP

. Per

um IV

Jem

bata

n T

aman

Cib

odas

Jl. B

ugel

Ray

a

Jem

bata

n Jl

. M

och.

Toh

a

Jem

bata

n R

PH

SP

. Cib

odas

Sar

i Hul

u

SP

. Cib

odas

Sar

i H

ilir

SP

. Cib

odas

Hul

u

SP

. Cib

odas

Hili

r

SP

. Cib

odas

Sar

i

Total Coli-Th 2012 Total coli-Th 2013 BMA

Page 38: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 2. Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

24

mutu air Kali Sabi berada pada kondisi Cemar Sedang. Kondisi cemar

sedang terjadi disemua lokasi pemantauan.

Gambar 2.16. Status Mutu Air Kali Sabi

(Sumber : BPLH Kota Tangerang, 2013)

Pada Gambar 2.16. di atas, terlihat bahwa kondisi terburuk terjadi

pada lokasi SP Perum IV yang merupakan daerah perumahan dan

permukiman Perumnas Karawaci pada bagian Timur Kalis Sabi dan

berbatasan dengan daerah Industri pada bagian Timur Kali Sabi.

Sedangkan kondisi terbaik terjadi pada lokasi Jembatan PT. Indah Jaya

Tekstil, yang merupakan titik awal pemantauan Kali Sabi. Air yang

mengalir di lokasi Jembatan PT. Indah Jaya Tekstil merupakan aliran

yang berasal dari wilayah Kabupaten Tangerang.

Pada Gambar 2.16., dapat dilihat terjadi penurunan kualitas air

Kali Sabi pada tahun 2013 bila dibandingkan dengan tahun 2012. Mutu

air dari hulu Kali Sabi yang berada di wilayah Kota Tangerang sampai

dengan hilirnya menunjukan kualitas yang semakin menurun. Aktivitas

industri menjadi salah satu sumber pencemar yang belum dapat

dikendalikan secara maksimal.

Untuk anak-anak sungai yang bermuara ke Kali Sabi, pada tahun

2013 telah dilakukan pemantauan dengan hasil ditampilkan pada

Gambar 2.17 dan Tabel SD-14B (lihat Buku Data SLHD). Pada Gambar

5,66 6,22

9,45

6,25

7,41 6,73 6,77

7,3 7,09 7,09 7,18 6,46

2,73 2,41

3,15

4,54

5,31 5,77

3,90 4,21

3,54 3,75

2,92 3,08

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

IPTahun 2013 IPTahun 2012 Cemar ringan (1-5) Cemar sedang (.5-10)

Page 39: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 2. Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

25

2.17. terlihat bahwa status mutu air anak-anak sungai Kali Sabi berada

dalam kondisi Cemar Sedang. Kondisi ini mempengaruhi terhadap

status mutu air Kali Sabi, dimana anak-anak sungai ini memberikan

kontribusi pencemaran air yang signifikan.

Gambar 2.17. Status Mutu Air Anak Sungai Kali Sabi

(Sumber : BPLH Kota Tangerang, 2013)

c. Saluran Mookervart

Sungai Mookervart

merupakan salah satu anak

sungai Cisadane, saat ini

dimanfaatkan sebagai

saluran penggelontor,

tempat pembuangan

saluran limbah domestik

dan industri. Baku mutu

yang diacu adalah PP No. 82

Tahun 2001 untuk kelas II

karena seperti halnya Sungai Cisadane, belum dilakukan penetapan

kelas air terhadap Saluran Mookervart dan sungai-sungai lain di Kota

Tangerang.

7,3 7,09 7,09

7,18

6,46

6

6,2

6,4

6,6

6,8

7

7,2

7,4

SP. Cibodas Sari Hulu

SP. Cibodas Sari Hilir

SP. Cibodas Hulu

SP. Cibodas Hilir

SP. Cibodas Sari

LOKASI PEMANTAUAN KUALITAS AIR SUNGAI

KOTA TANGERANG TAHUN 2010

Page 40: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 2. Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

26

Pemantauan terhadap kualitas air Saluran Mookervart dilakukan

pada bulan September, yaitu pada kondisi musim kemarau. Hasil

perbandingan antara pemantauan tahun 2012 dan 2013 untuk

parameter-parameter kunci kualitas air Saluran Mookervart

ditampilkan pada Gambar 2.18 dan Tabel SD-14 (lihat Buku Data

SLHD). Ditinjau dari jumlah parameter yang melebihi Baku Mutu Air,

maka pada tahun 2013 mengalami penurunan jumlah parameter.

Sebanyak 8 parameter (BOD, COD, DO, TSS, Fosfat total, MBAS, Minyak

dan lemak, dan Fecal coliform) telah melebihi Baku Mutu Air.

Sedangkan pada tahun 2011, sebanyak 8 parameter (BOD, COD, DO,

TSS, Fosfat total, MBAS, Minyak dan lemak, dan Fecal coliform) telah

melewati Baku Mutu Air.

BOD (mg/l)

COD (mg/l)

TSS (mg/l)

Total Coliform (Jumlah/100ml)

Gambar 2.18. Tren Kualitas Air Saluran Mookervart 2012-2013

(Sumber : BPLH Kota Tangerang, 2013)

99

67 82

61

100 92 78

181

299

75 56 70

44

0

50

100

150

200

250

300

350

BOD- Th 2012 BOD- Th 2013 BMA

760

124 157

112 191 172 147

249

580

141 102 133

86

0

100

200

300

400

500

600

700

800

COD- Th 2012 COD- Th 2013 BMA

31 17 5 46

10 6 21

236

28 39

352

610

48

120 56

103 95 32

70 123 151

30 53

148

0

100

200

300

400

500

600

700

TSS- Th 2012 TSS- Th 2013 BMA

360.000 335.000

380.000

2.400.000

1.600.000

1.600.000 1.350.000

720.000

1.400.000

0

500.000

1.000.000

1.500.000

2.000.000

2.500.000

3.000.000

Total coli- Th 2012 Total Coli- Th 2013 BMA

Page 41: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 2. Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

27

Berdasarkan Gambar 2.18. di atas, untuk parameter BOD, COD,

dan TSS pada lokasi Jembatan Tatung memiliki nilai konsentrasi yang

jauh lebih tinggi dibandingkan dengan titik-titik pemantauan lainnya.

Kondisi ini merupakan akumulasi adanya hambatan dari alat grit

chamber atau penyaring sampah milik Pemprov DKI Jakarta yang

berlokasi setelah Jembatan Tatung (perbatasan DKI Jakarta-Kota

Tangerang).

Hasil pemantauan untuk masing-masing parameter pencemar,

selanjutnya dianalisis menggunakan metode Indeks Pencemaran (IP)

berupa status mutu air yang ditunjukan dalam Gambar 2.19 dan Tabel

SD-14B (lihat Buku Data SLHD). Status mutu air Saluran Mookervart

berada pada kondisi Cemar Sedang sampai dengan Cemar Berat.

Gambar 2.19. Status Mutu Air Saluran Mookervart

(Sumber : BPLH Kota Tangerang, 2013)

Pada Gambar 2.19. terlihat bahwa terjadi penurunan status mutu

air pada tahun 2013 dibandingkan dengan status mutu air tahun 2012.

Penurunan mutu air terjadi pada seluruh titik pamantauan. Faktor yang

dominan mengakibatkan terjadinya penurunan adalah tingginya kadar

BOD dan COD pada air Saluran Mookervart, akibat kegiatan domestik

9,35 10,29 10,08

8,15

10,13 10,21

13,29

12,02 11,36 11,11

9,34

11,61

1,62 1,62

2,93 3,34

2,94

1,25

2,77

6,66

1,93

3,08

4,55 5,13

0

2

4

6

8

10

12

14

IP,Tahun 2013 IP,Tahun 2012

Cemar ringan (1-5) Cemar sedang (.5-10)

Page 42: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 2. Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

28

dan industri. Kondisi ini sangat memprihatinkan dan harus segera

dilakukan upaya-upaya serius untuk menurunkan tingkat pencemaran

dan kegiatan pemulihan.

Disamping Saluran Mookervart, dilakukan pula pemeriksaan

kualitas air terhadap anak-anak sungai yang bermuara ke Saluran

Mookervart. Anak-anak sungai ini merupakan saluran pembuang yang

memberikan kontribusi signifikan terhadap status mutu air Saluran

Mookervart. Status mutu air anak-anak sungai Saluran Mookervart

ditunjukan pada Gambar 2.20. dan pada Tabel SD-14B (lihat Buku Data

SLHD).

Gambar 2.20. Status Mutu Air Anak Sungai Saluran Mookervart

(Sumber : BPLH Kota Tangerang, 2013)

Status mutu air anak-anak Saluran Mookervart yang terburuk

terjadi pada titik SP Cipondoh Hilir. Titik ini merupakan akumulasi dari

SP Cipondoh Hulu dan SP Cipondoh Tengah, yang menampung buangan

dari kegiatan domestik (perumahan dan permukiman). Sedangkan

status mutu terendah terjadi pada titik SP Jurumudi Baru, yang

merupakan daerah permukiman.

11,36 11,11

13,29

9,34

11,61

0

2

4

6

8

10

12

14

SP Cipondoh Hulu

SP Cipondoh Tengah

SP Cipondoh Hilir

SP Jurumudi Hulu

SP Jurumudi Hilir

Page 43: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 2. Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

29

d. Sungai Cirarab

Hulu sungai Cirarab

berada di Kabupaten Bogor,

panjang aliran sungai yang

melintasi Kota Tangerang

sepanjang 7 km. Saat ini Sungai

Cirarab dimanfaatkan sebagai

pembuangan rumah tangga

(domestik) dan industri serta irigasi. Untuk keperluan kajian dan

evaluasi kondisi kualitas air tahunan sungai tersebut telah dilakukan

pemantauan Sungai Cirarab pada tahun 20123 dilakukan dalam 1

periode yaitu pada bulan September. Hasil pemantauan kualitas air

Sungai Cirarab tahun 2013 ditampilkan pada Gambar 2.21. dan pada

Tabel SD-14 (lihat Buku Data SLHD).

BOD (mg/l)

COD (mg/l)

TSS (mg/l)

Total Coliform (Jumlah/100ml)

Gambar 2.21. Tren Kualitas Air Sungai Cirarab 2012-2013

(Sumber : BPLH Kota Tangerang, 2013)

58

15

114

86

63 70 68

76

94 85

0

20

40

60

80

100

120

BOD, Th 2012 BOD, Th 2013 BMA

113

27

225

175 127 134 133 142

187 167

0

100

200

300

400

500

600

COD, Th 2012 COD, Th 2013 BMA

6 23

283

188

83

45 34 27 53 41

0

50

100

150

200

250

300

TSS, Th 2012 TSS, Th 2013 BMA

17600

11000

18400 20400

12250 14000

20800

12500

32000

33000

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

Totaal Coli, Th 2012 Total Coli, Th 2013 BMA

LOKASI PEMANTAUAN KUALITAS AIR SUNGAI

KOTA TANGERANG TAHUN 2010

Page 44: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 2. Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

30

Berdasarkan Gambar 2.21. di atas, untuk parameter kunci BOD,

COD, dan TSS hampir di setiap lokasi pemantauan menunjukan kondisi

melebihi Baku Mutu Lingkungan yang telah ditetapkan pada PP No. 82

tahun 2001. Kondisi ini menunjukan tekanan terhadap Sungai Cirarab

dari kegiatan yang ada di sekitarnya cukup berat. Kualitas air Sungai

Cirarab pada tahun 2013, secara umum menurun bila dibandingkan

dengan kualitas air pada tahun 2012 kecuali parameter TSS dan COD.

Ditinjau dari jumlah parameter pencemar yang terkandung

dalam air Sungai Cirarab, pada tahun 2013 jumlah parameter yang

melebihi baku mutu masih sama dengan tahun 2012. Pada tahun 2013

sebanyak 9 parameter (pH, DO, BOD, COD, TSS, TDS, Minyak dan lemak,

MBAS, dan Fecal coliform) telah melebihi Baku Mutu Air.

Hasil analisis menggunakan metode Indeks Pencemaran (IP),

status mutu air Sungai Cirarab tahun 2013 di semua lokasi ditunjukan

perhitungan terhadap Status Mutu Air dengan metode Indeks

Pencemaran yang mengacu pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup

Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Status Mutu Air. Status mutu

air Sungai Cirarab berada pada kondisi Cemar Sedang sampai dengan

Cemar Sedang. Kondisi cemar sedang kecenderungannya terjadi pada

daerah yang menerima saluran dari permukiman/perumahan. Hal ini

terjadi karena adanya akumulasi pencemar yang terkandung dalam air

Sungai Cirarab, terutama kegiatan domestik yang memberikan beban

pencemaran organik yang cukup tinggi. Kondisi cemar sedang pun

diakibatkan dari aktivitas industri yang bersumber dari daerah Jatake

Jatiuwung.

Disamping status mutu air Sungai Cirarab, pada tahun 2013

dilakukan pemantauan terhadap anak-anak sungai yang bermuara ke

Sungai Cirarab. Status mutu air anak-anak Sungai Cirarab ditampilkan

pada Gambar 2.23 dan Tabel SD-14B (lihat Buku Data SLHD).

Page 45: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 2. Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

31

Gambar 2.22. Status Mutu Air Sungai Cirarab

(Sumber : BPLH Kota Tangerang, 2013)

Gambar 2.23. Status Mutu Air Anak Sungai Cirarab

(Sumber : BPLH Kota Tangerang, 2013)

Berdasarkan Gambar 2.23. dan Tabel SD-14B (lihat Buku Data

SLHD), terlihat bahwa status mutu air termasuk cemar ringan. Aliran

air dari daerah hulu (SP Keroncong Hulu) menuju ke hilirnya

mengalami perbaikan mutu air. Hal ini disebabkan terjadinya self

purification pada saluran.

3,84 3,89 4,09 3,78 3,63 3,56 3,52 3,49 3,49 3,48

0

1

2

3

4

5

6

7

IPTahun 2013 IPTahun 2012 Cemar ringan (1-5) Cemar sedang (.5-10)

3,49

3,48

3,474

3,476

3,478

3,48

3,482

3,484

3,486

3,488

3,49

3,492

SP Keroncong Hulu SP Keroncong Hilir

Page 46: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 2. Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

32

e. Kali Angke

Hulu sungai Angke berada di

Kabupaten Bogor dan melintasi

Kota Tangerang sepanjang 10 km.

Saat ini sungai Angke

dimanfaatkan sebagai

pembuangan limbah rumah tangga

(domestik), industri rumah tangga,

dan pertanian.

Berdasarkan hasil analisis kualitas air sungai dari tahun 2010

sampai tahun 2013 menunjukkan bahwa kualitas Kali Angke sudah

tidak memenuhi baku mutu air permukaan kelas II PP No. 82 Tahun

2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran

Air.

Untuk perbandingan jumlah parameter pencemar tahun 2012 dan

2013, maka pada tahun 2012 jumlah parameter yang melebihi baku

mutu sebanyak 7 parameter (TSS, DO, Nitrit, Surfactan Anion (MBAS),

BOD, COD, Fecal Coliform). Sedangkan untuk tahun 2012 jumlah

parameter yang melebihi baku mutu sebanyak 7 parameter.

BOD (mg/l)

COD (mg/l)

10 27

61 55 50

18 16 10

36 49 54

202

104

60 66

168

0

50

100

150

200

250

Kam

pung

Taj

ur

SP

. Pon

dok

Mah

arta

SP

. Wet

an

Jem

bata

n P

erum

. Pur

i Kar

tika

I

Jem

bata

n P

erum

. Dur

en V

illag

e

Jem

bata

n C

iledu

g In

dah

Jem

bata

n P

erum

. Pon

dok

Bah

ar

Ben

dung

an P

olor

SP

. Pon

dok

Bah

ar H

ulu

SP

. Pon

dok

Bah

ar H

ilir

SP

. Cip

utat

Hul

u

SP

. Cip

utat

Hili

r

SP

. Giri

Hul

u

SP

. Giri

Hili

r

SP

. Can

tiga

Hul

u

SP

. Can

tiga

Hili

r

BOD-Th 2012 BOD-Th 2013 BMA

56 58 66 50 42 38 23 33 89

54 68 48

764

41 61 50 17

49 114 100 98

34 30 19 69 96 102

398

202

115 123

324

10

110

210

310

410

510

610

710

Kam

pung

Taj

ur

SP

. Pon

dok

Mah

arta

SP

. Wet

an

Jem

bata

n P

erum

. Pur

i Kar

tika

I

Jem

bata

n P

erum

. Dur

en V

illag

e

Jem

bata

n C

iledu

g In

dah

Jem

bata

n P

erum

. Pon

dok

Bah

ar

Ben

dung

an P

olor

SP

. Pon

dok

Bah

ar H

ulu

SP

. Pon

dok

Bah

ar H

ilir

SP

. Cip

utat

Hul

u

SP

. Cip

utat

Hili

r

SP

. Giri

Hul

u

SP

. Giri

Hili

r

SP

. Can

tiga

Hul

u

SP

. Can

tiga

Hili

r

COD-Th 2012 COD-Th 2013 BMA

LOKASI PEMANTAUAN KUALITAS AIR SUNGAI

KOTA TANGERANG TAHUN 2010

Page 47: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 2. Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

33

TSS (mg/l)

Total Coliform (Jumlah/100ml)

Gambar 2.24. Tren Kualitas Air Kali Angke 2012-2013

(Sumber : BPLH Kota Tangerang, 2013)

Berdasarkan Gambar 2.24. di atas dan Tabel SD-14 (lihat buku

Data SLHD), terlihat untuk parameter kunci khususnya BOD dan COD,

hampir di semua titik melebihi baku mutu. Sedangkan untuk parameter

Total Coliform seluruh titik hasil pemantauan di bawah baku mutu dan

memiliki kualitas lebih baik dibandingkan hasil pemantauan tahun

2013.

Untuk menentukan status mutu air, maka dilakukan perhitungan

status mutu air menggunakan Metoda Indeks Pencemaran Air (IPA).

Hasil penentuan status mutu air Kali Angke tahun 2013 seluruh lokasi

dari mulai hulu sampai dengan hilir menunjukkan kondisi Cemar

sedang sampai dengan Cemar Berat. Nilai tertinggi indeks

pencemaran pada Kali Angke terjadi di titik SP Maharta. Kondisi ini

menunjukan bahwa limbah domestik dari sekitar perumahan

merupakan faktor utama terjadainya pencemara di Kali Angke.

45 35 16

90

34 27

80 48 37

20 34

73 58

40 20 20

0

50

100

150

200

250

300

350

Kam

pung

Taj

ur

SP

. Pon

dok

Mah

arta

SP

. Wet

an

Jem

bata

n P

erum

. Pur

i Kar

tika

I

Jem

bata

n P

erum

. Dur

en V

illag

e

Jem

bata

n C

iledu

g In

dah

Jem

bata

n P

erum

. Pon

dok

Bah

ar

Ben

dung

an P

olor

SP

. Pon

dok

Bah

ar H

ulu

SP

. Pon

dok

Bah

ar H

ilir

SP

. Cip

utat

Hul

u

SP

. Cip

utat

Hili

r

SP

. Giri

Hul

u

SP

. Giri

Hili

r

SP

. Can

tiga

Hul

u

SP

. Can

tiga

Hili

r

TSS-Th 2012 TSS-Th 2013 BMA

160000

77400

160000

129000 140000

162000 160000

84000

125000 138000

240000

129000 138000 160000

240000

160000

0

50000

100000

150000

200000

250000

300000

Kam

pung

Taj

ur

SP

. Pon

dok

Mah

arta

SP

. Wet

an

Jem

bata

n P

erum

. Pur

i Kar

tika

I

Jem

bata

n P

erum

. Dur

en V

illag

e

Jem

bata

n C

iledu

g In

dah

Jem

bata

n P

erum

. Pon

dok

Bah

ar

Ben

dung

an P

olor

SP

. Pon

dok

Bah

ar H

ulu

SP

. Pon

dok

Bah

ar H

ilir

SP

. Cip

utat

Hul

u

SP

. Cip

utat

Hili

r

SP

. Giri

Hul

u

SP

. Giri

Hili

r

SP

. Can

tiga

Hul

u

SP

. Can

tiga

Hili

r

Total coli-Th 2012 Total coli-Th 2013 BMA

Page 48: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 2. Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

34

Gambar 2.25. Status Mutu Air Kali Angke

(Sumber : BPLH Kota Tangerang, 2013)

Disamping kualitas air Kali Angke, dilakukan pula pemantauan

terhadap anak-anak sungai Kali Angke. Status mutu air anak-anak

sungai Kali Angke ditunjukan dalam Gambar 2.26. dan pada Tabel SD-

14B (lihat Buku Data SLHD).

Gambar 2.26. Status Mutu Air Anak Sungai Kali Angke

(Sumber : BPLH Kota Tangerang, 2013)

8,36

12,69

8,63 8,31 8,36 7,76

6,78 7,33 7,07

7,73

9,27 8,5

7,87 7,53

9,34 8,8

0

2

4

6

8

10

12

14

IP,Tahun 2013 IP,Tahun 2012 Cemar ringan (1-5) Cemar sedang (.5-10)

7,07 7,73

9,27 8,5

7,87 7,53

9,34 8,8

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

SP Pondok Bahar Hulu

SP Pondok Bahar Hilir

SP Ciputat Hulu

SP Ciputat

Hilir

SP Giri Hulu

SP Giri Hilir

SP Cantiga

Hulu

SP Cantiga

Hilir

Page 49: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 2. Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

35

Pada Gambar 2.26. terlihat bahwa status mutu air terburuk

terdapat di titik SP Cantiga Hulu (Cemar Sedang), dimana sekitar

daerah tersebut merupakan daerah permukiman. Selain titik SP.

Cantiga Hulu memiliki status mutu air Cemar Sedang dengan nilai IP

bervariatif.

2.3.2. Kualitas Air Situ

Kualitas air situ-situ di Kota Tangerang yang ditunjukkan pada Tabel SD-

15 (lihat Buku Data SLHD) merupakan hasil pemantauan yang dilakukan

terhadap 4 buah situ yaitu Situ Cangkring, Bulakan, Cipondoh dan Situ Gede.

Untuk menganalisis secara umum terhadap tingkat pencemaran di masing-

masing situ, dilakukan analisis menggunakan metode Indeks Pencemaran (IP),

dengan baku mutu Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air kelas II.

Secara umum kualitas air situ di Kota Tangerang menunjukkan status

Cemar ringan sampai dengan Cemar sedang, dengan rata-rata statusnya

adalah Cemar ringan. Situ dengan nilai Indeks Pencemaran terbesar adalah Situ

Cangkring dengan IP 9,26 dan nilai IP terendah adalah Situ Cipondoh sebesar

3,06. Kondisi status Cemar sedang terjadi di Situ Cangkring yang kondisinya

saat ini harus mendapatkan upaya rehabilitasi. Untuk lebih lengkapnya dapat

dilihat pada Gambar 2.27.

Status mutu air situ-situ di Kota Tangerang pada tahun 2013 secara

umum mengalami peningkatan indeks (kondisi menurun), namun masih

berkisar pada kondisi Cemar ringan. Kondisi ini salah satunya dipengaruhi oleh

faktor alam, yaitu dipantau pada musim kemarau dan faktor buangan domestik

dari kegiatan sehari-hari masyarakat di sekitar situ yang semakin meningkat.

Page 50: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 2. Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

36

Gambar 2.27. Rekapitulasi Status Mutu Air Situ-situ

(Sumber : BPLH Kota Tangerang, 2013)

a. Status Mutu Air Masing-masing Situ

Perhitungan Indeks Pencemaran Air terhadap masing-masing

lokasi titik sampling setiap situ menunjukkan nilai yang bervariasi

ditunjukan dalam Gambar 2.28. dan pada Tabel SD-15A (lihat Buku Data

SLHD). Pada Gambar 2.28. terlihat bahwa pada satu situ dihasilkan

beragam kondisi status mutu air. Untuk kondisi situ, pengaruh yang

terbesar adalah kondisi sekitar situ dan adanya tanaman pengganggu

(gulma) yang tumbuh di perairan atau sekitarnya.

Situ Cipondoh Situ Gede

4,02

6,2

3,06

4,14 4,72

9,26

4,75 5

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Situ Bulakan Situ Cangkring Situ Cipondoh Situ Gede

Min Maks

Cemar Berat

Cemar Sedang

Baik

Page 51: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 2. Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

37

Situ Bulakan Situ Cangkring

Gambar 2.28. Rincian Status Mutu Air Situ-situ

(Sumber : BPLH Kota Tangerang, 2013)

Berdasarkan gambar di atas, terlihat bahwa di Situ Cangkring

terdapat lokasi yang memiliki status mutu air cemar sedang mendekati

berat, yaitu di titik lokasi Timur Laut. Lokasi tersebut berbatasan

dengan permukiman penduduk dengan tingkat kepadatan cukup tinggi

dan industri. Kondisi Situ Cangkring tersebut harus mendapatkan

perhatian untuk direhabilitasi dan dilakukan upaya pemulihan.

b. Kualitas Air Masing-masing Situ

Pada Gambar 2.29. ditampilkan konsentrasi pencemar utama di

masing-masing situ. Terlihat bahwa secara umum situ-situ di Kota

Tangerang telah tercemar oleh limbah domestik.

Untuk parameter TSS, BOD, dan COD, hasil pemantauan di seluruh

situ telah melebihi baku mutu sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.

82 tahun 2001 Kelas II. Khusus untuk Situ Cangkring, konsetrasi TSS,

Total Fosfat, BOD, COD, dan Nitrat mengandung zat pencemar yang

melebihi baku mutu lingkungan dalam kondisi yang sangat ekstrem. Hal

ini diperkirakan akibat akumulasi kegiatan domestik dan industri yang

berada di sekitar Situ Cangkring. Secara fisik Situ Cangkring dalam

keadaan rusak dan harus mendapatkan upaya rehabilitasi secara serius.

Page 52: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 2. Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

38

Dikhawatirkan akan terjadi pendangkalan yang berakibat hilangnya

daerah perairan di Situ Cangkring.

Gambar 2.29. Konsentrasi Pencemar di Masing-masing Situ

(Sumber: BPLH Kota Tangerang, 2013)

68

12700

62 24 0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

Situ Bulakan Situ Cangkring

Situ Cipondoh

Situ Gede

TSS BM (50mg/L)

1,21

8

0,53

5

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Situ Bulakan Situ Cangkring

Situ Cipondoh Situ Gede

PO4 BM (0,2 mg/L)

33

438

35 39

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

Situ Bulakan Situ Cangkring

Situ Cipondoh

Situ Gede

BOD BM (3 mg/L)

62

812

66 70

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

Situ Bulakan Situ Cangkring

Situ Cipondoh

Situ Gede

COD BM (25 mg/L)

0,48

0,05 0,147

2,58

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

Situ Bulakan Situ Cangkring

Situ Cipondoh

Situ Gede

NO2 BM (0,06 mg/L)

Page 53: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 2. Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

39

2.3.3. Kualitas Air Tanah

Data kualitas air tanah ditunjukan pada Tabel SD-16 (lihat Buku

Data SLHD), dimana pada umumnya masih sesuai dengan Baku Mutu Air

Bersih berdasarkan Permenkes RI. No. 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang

Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Pemantauan dilakukan

terhadap kualitas air tanah penduduk di 5 kecamatan sebanyak 26 sampel.

Secara lebih detail status mutu air tanah hasil pemantauan yang dilakukan,

ditampilkan dalam Gambar 2.30.

Dasar penentuan lokasi pengambilan sampel pada 5 kecamatan

adalah belum tercakupnya kecamatan-kecamatan tersebut dalam jaringan

air bersih dari PDAM dan lokasi yang berada disekitar TPA Rawa Kucing.

Kecamatan-kecamatan yang diambil sampel adalah Kecamatan Larangan,

Ciledug, Karang Tengah, Pinang, dan Neglasari.

Berdasarkan Gambar 2.30, hasil pemantauan di 5 (lima)

kecamatan menunjukan kondisi baik sampai dengan cemar sedang.

Kondisi cemar sedang terjadi pada 1 (satu) lokasi pemantauan di

Kecamatan Larangan.

Parameter yang melebihi baku mutu Permenkes RI. No.

416/MENKES/PER/IX/1990 di Kecamatan Larangan adalah parameter

Permanganat dan Total Coliform. Tingginya parameter-parameter tersebut

diperkirakan terjadi akibat sumur yang terlalu dangkal, jarak antara septik

tank kurang dari 10 m dan dekat lokasi tersebut terdapat TPA liar yang

jaraknya sekitar 5 m dari septik tank.

Secara keseluruhan hasil pemantauan kualitas air tanah di 5

(lima) Kecamatan, parameter yang melebihi baku mutu Permenkes RI. No.

416/MENKES/PER/IX/1990, yaitu parameter pH, Mangan, Nitrat,

Permanganat, Kesadahan dan Total Coliform. Tingginya nilai pH

dibandingkan dengan baku mutu terjadi karena faktor alam, yaitu

dipengaruhi oleh kualitas tanah yang terkandung di daerah tersebut.

Dapat disimpulkan, selain 8 (delapan) lokasi yang melebihi baku

mutu di atas, sumber air bersih dapat digunakan oleh para penduduk untuk

Page 54: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 2. Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

40

kegiatan sehari-hari. Sedangkan terhadap 8 (delapan) lokasi yang melebihi

baku mutu, maka harus dilakukan upaya penurunan parameter pencemar

dengan cara pengolahan air bersih sistem fisika-kimia, sebelum digunakan

dalam kegiatan sehari-hari.

Gambar 2.30. Status Mutu Air Tanah di Kota Tangerang

(Sumber : BPLH Kota Tangerang, 2013)

0,83

1,31

0,65

0,18

2,05

3,14

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

Gg. Jaka Kp. Cikahuripan

Kedaung Baru

Jl. Block Jl. Iskandar Muda/Kp.

Rawa Kucing

Kedaung Wetan

Baik

Cemar Ringan

Page 55: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 2. Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

41

2.4. UDARA

Untuk mengetahui kondisi

kualitas udara Kota Tangerang,

Pemerintah Kota Tangerang secara

rutin selalu melakukan

pemantauan udara. Pemantauan

dilakukan sebanyak 2 (dua)

periode yang tersebar di 13 (tiga

belas) kecamatan, dengan total

titik sampling sebanyak 65 (enam puluh lima) lokasi. Parameter dan lama

pemantauan kualitas udara ambien mengacu Baku Mutu Udara Ambien yang

tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1999 tentang

Pengendalian Pencemaran Udara. Data hasil pemantauan terdapat dalam Tabel

SD-18. Disamping pemantauan udara ambien dilakukan pula pengukuran

intensitas kebisingan dari masing-masing wilayah kecamatan.

2.4.1. Kualitas Udara Ambien

Pemantauan kualitas udara ambien dilakukan sebanyak 2 (dua)

periode, dimana periode pertama dilakukan pengujian terhadap 52 (lima

puluh dua) titik lokasi dengan menggunakan metode manual (menggunakan

alat gas sampler dan high volume sampler) dan pemantauan periode kedua

dilakukan terhadap 13 (tiga belas) lokasi menggunakan metode passive

sampler. Lokasi pemantauan ditampilkan dalam Gambar 2.30.

Berdasarkan hasil pemantauan udara ambien tahun 2013, pada

umumnya sebagian besar parameter pencemar udara memenuhi Baku Mutu

Udara Ambien, kecuali parameter Debu/TSP (Total Suspended Particulate).

Dari 52 buah lokasi pemantauan udara pada periode pertama, untuk

parameter Debu (TSP) terdapat 7 (tujuh) lokasi pemantauan yang memiliki

konsentrasi di atas Baku Mutu Udara Ambien. Pencemar udara lain memiliki

konsentrasi di bawah baku mutu udara ambien.

Page 56: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 2. Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

42

Gambar 2.31. Lokasi Pemantauan Udara Ambien

(Sumber : BPLH Kota Tangerang, 2013)

Secara umum, hasil pemantauan kualitas udara ambien dengan

menggunakan metode manual, ditampilkan pada Gambar 2.32. sampai dengan

Gambar 2.37.

Page 57: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 2. Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

43

Gambar 2.32. Perbandingan Konsentrasi NO2 di Kota Tangerang Tahun 2011-2013

Gambar 2.33. Perbandingan Konsentrasi SO2 di Kota Tangerang Tahun 2011-2013

Page 58: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 2. Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

44

Gambar 2.34. Perbandingan Konsentrasi CO di Kota Tangerang Tahun 2011-2013

Gambar 2.35. Perbandingan Konsentrasi O3 di Kota Tangerang Tahun 2011-2013

Page 59: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 2. Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

45

Gambar 2.36. Perbandingan Konsentrasi Hidrokarbon di Kota Tangerang Tahun 2011-2013

Gambar 2.37. Perbandingan Konsentrasi Debu/Total Suspeded Particulate (TSP) di Kota Tangerang Tahun 2011-2013

Page 60: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 2. Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

46

Pemantauan periode kedua yang

menggunakan metode passive sampler

terhadap 2 (dua) parameter, yaitu

parameter SO2 dan NO2. Kedua parameter

ini merupakan parameter yang digunakan

oleh Kementerian Lingkungan Hidup RI

dalam pemantauan kualitas udara ambien

dengan metode passive sampler. Durasi pengukuran metode passive sampler

adalah selama 2 (dua) minggu.

Gambar 2.38. Hasil Pemantauan dengan Metode Passive Sampler

(Sumber : BPLH Kota Tangerang, 2013)

Page 61: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 2. Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

47

Berdasarkan Gambar 2.38., hasil pemantauan dengan metode passive

sampler menunjukan bahwa parameter NO2 dan SO2 masih di bawah baku

mutu udara ambien.

2.4.2. Konsentrasi Sebaran Polutan

Dari hasil analisis kualitas udara ambien secara tabular, digunakan pula

analisis sebaran polutan sebagai analisis spasial. Kondisi sebaran udara

ditampilkan dalam gambar isoplet. Dalam perhitungan konsentrasi sebaran

dengan mengacu pada hasil pengukuran maka komponen parameter bersifat

tunggal dan faktor emisi tidak diperhitungkan ke dalamnya. Adapun faktor

pendukung yang paling utama adalah arah dan kecepatan angin yang menjadi

dasar dalam penetapan stabilitas iklim yang berlaku di Wilayah Kota Tangerang.

Gambar 2.39. Peta Sebaran NO2 di Kota Tangerang

(Sumber: BPLH Kota Tangerang, 2013)

Berdasarkan Gambar 2.39. di atas terlihat bahwa sebaran gas NO2

masih di bawah Baku Mutu Udara Ambien, di masing-masing kecamatan.

Untuk sebaran parameter SO2 di setiap kecamatan ditampilkan dalam Gambar

2.40. Parameter SO2 diperkirakan bersumber dari aktivitas industri yang

masih menggunakan bahan bakar batubara sebagai sumber energinya.

Kualitas batubara yang digunakan masih banyak mengandung Sulfur yang

apabila terbakar akan terlepas ke udara ambien. Namun demikian, dari

Page 62: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 2. Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

48

gambar sebaran SO2, terlihat bahwa di daerah industri yaitu Kecamatan

Jatiuwung, Periuk, dan Batuceper konsentrasi SO2 masih berada di bawah

Baku Mutu Udara Ambien.

Gambar 2.40. Peta Sebaran SO2 di Kota Tangerang

(Sumber: BPLH Kota Tangerang, 2013)

Pada Gambar 2.41. ditampilkan sebaran parameter oksidan (O3) di

seluruh wilayan Kota Tangerang. Pada peta sebaran, terlihat bahwa cemaran

oksidan masih berada di bawah Baku Mutu Udara Ambien.

Gambar 2.41. Peta Sebaran O3 di Kota Tangerang

(Sumber: BPLH Kota Tangerang, 2013)

Page 63: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 2. Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

49

Gambar 2.42. Peta Sebaran Hidrokarbon (HC) di Kota Tangerang

(Sumber: BPLH Kota Tangerang, 2013)

Sebaran parameter Hidrokarbon (HC) di seluruh wilayah Kota

Tangerang yang ditampilkan dalam Gambar 2.42, menunjukan kondisi di

beberapa lokasi mendekati batas Baku Mutu Udara Ambien.

Untuk sebaran dampak parameter Karbon Monoksida ditampilkan

dalam Gambar 2.43. dimana terlihat bahwa parameter Karbon monoksida

(CO) berada di atas Baku Mutu Udara Ambien yaitu di Kecamatan Jatiuwung

dan Cipondoh, sedangkan Kecamatan yang perlu mendapatkan perhatian

adalah Kecamatan, Periuk, Tangerang, Cibodas dan Laraangan. Diperkirakan

sumber Karbon monoksida berasal dari pembakaran tidak sempurna mesin

kendaraan bermotor.

Page 64: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 2. Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

50

Gambar 2.43. Peta Sebaran CO di Kota Tangerang

(Sumber: BPLH Kota Tangerang, 2013)

Sedangkan dalam Gambar 2.44. dibawah menunjukan sebaran

parameter Timbal (Pb) di udara Kota Tangerang. Terlihat bahwa pada

umumnya kualitas Pb dalam udara masih berada di bawah Baku Mutu Udara

Ambien. Kecamatan-kecamatan yang perlu mendapatkan perhatian adalah

Kecamatan Jatiuwung.

Gambar 2.44. Peta Sebaran Pb di Kota Tangerang

(Sumber: BPLH Kota Tangerang, 2013)

Page 65: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 2. Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

51

Kondisi yang cukup mengkhawatirkan adalah kualitas Total Suspended

Solid (TSP) atau debu. Pada Gambar 2.45. terlihat bahwa sebaran polutan

debu di kecamatan Larangan, Pinang, Karawaci, Batu Ceper dan Jatiuwung

harus mendapatkan perhatian untuk dikelola. Sebaran debu yang melewati

Baku Mutu Udara Ambien maupun sudah mendekati batas Baku Mutu Udara

Ambien tidak terbatas di daerah industri saja, tapi juga di daerah

permukiman/perumahan. Hal ini dipengaruhi pula dengan kondisi jalan raya

yang turut memberikan kontribusi timbulnya debu di masing-masing wilayah.

Gambar 2.45. Peta Sebaran TSP di Kota Tangerang

(Sumber: BPLH Kota Tangerang, 2013)

Sedangkan dalam Gambar 2.46. dibawah menunjukan sebaran parameter

PM10 di udara Kota Tangerang. Terlihat bahwa pada umumnya kualitas PM10

dalam udara masih berada di bawah Baku Mutu Udara Ambien. Kecamatan-

kecamatan yang perlu mendapatkan perhatian adalah Kecamatan Jatiuwung.

Diperkirakan sumber pencemar yang berada di Kecamatan Jatiuwung adalah

aktivitas industri di Zona Industri Manis. Di lokasi Zona Industri Manis terdapat

industri peleburan logam, industri keramik, dan beberapa industri yang

berpotensi mengemisikan debu atau PM10.

Page 66: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 2. Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

52

Gambar 2.46. Peta Sebaran PM10 di Kota Tangerang

(Sumber: BPLH Kota Tangerang, 2013)

2.4.3. Kondisi Kebisingan

Kebisingan di tiap kecamatan diambil bersamaan dengan pengukuran

kualitas udara ambien. Sebagian besar hasil pemantauan kebisingan

menunjukkan kondisi yang sudah di atas Baku Tingkat Kebisingan. Secara

umum kualitas kebisingan di tiap-tiap kecamatan diindikasikan merupakan

kebisingan yang bersumber dari aktivitas transportasi, permukiman dan

industri.

Gambar 2.47. Tingkat Kebisingan di Masing-masing Kecamatan

Sumber : BPLH Kota Tangerang, 2013

Page 67: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 2. Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

53

Gambar 2.47. Tingkat Kebisingan di Masing-masing Kecamatan(Lanjutan)

Sumber : BPLH Kota Tangerang, 2013

Page 68: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 2. Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

54

Gambar 2.47. Tingkat Kebisingan di Masing-masing Kecamatan (Lanjutan)

Sumber : BPLH Kota Tangerang, 2013

2.4.4. Kualitas Udara Ambien dari Stasiun Pemantau Udara

Pada tahun 2013, data

pemantauan udara ambien telah

dilengkapi dengan data hasil

pemantauan menggunakan alat

pemantau kontinu. Data yang

didapat tercatat secara

komputerisasi setiap hari. Data

yang dihasilkan berupa Indeks

Standar Pencemar Udara (ISPU)

yang ditampilkan dalam display

board. Diharapkan tampilan display

board dapat menjadi bentuk sosialisasi kualitas udara secara real-time yang

dapat mewakili kualitas udara perkotaan.

Page 69: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 2. Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

55

Pada Tabel SD-18A (lihat Buku Data SLHD), ditampilkan data hasil

pemantauan dari Stasiun Pemantauan Udara Jl. Jend. Sudirman. Sepanjang

KOTAK 2.2.

Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) adalah angka yang tidak mempunyai satuan yang menggambarkan kondisi mutu udara ambien di lokasi tertentu, yang didasarkan kepada dampak terhadap kesehatan manusia, nilai estetika dan makhluk hidup lainnya.

Indeks Kategori Keterangan

0 – 50 Baik Tingkat kualitas udara yang tidak memberikan efek bagi kesehatan manusia atau hewan dan tidak berpengaruh pada tumbuhan, bangunan ataupun nilai estetika.

51 – 100 Sedang Tingkat kualitas udara yang tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif, dan nilai estetika.

101 – 199 Tidak Sehat Tingkat kualitas udara yang bersifat merugikan pada manusia ataupun kelompok hewan yang sensitif atau bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika.

200 – 299 Sangat Tidak Sehat

Tingkat kualitas udara yang dapat merugikan kesehatan pada sejumlah segmen populasi yang terpapar.

300 – lebih Berbahaya Tingkat kualitas udara berbahaya yang secara umum dapat merugikan kesehatan yang serius pada popuIasi.

Sumber : Lampiran, Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.45 Tahun 1997.

Gambar 1. Bentuk Pelaporan ISPU

Page 70: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 2. Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

56

tahun 2013 telah terkumpul sebanyak 348 buah data. Sebanyak 17 data tidak

terekam dalam hasil pemantauan, mengingat adanya perbaikan alat dalam

aktivitas perawatan alat.

Gambar 2.48. Sebaran Data ISPU

(Sumber: BPLH Kota Tangerang, 2013)

Berdasarkan Gambar 2.48. di atas, terlihat bahwa dengan data sebanyak

348 buah sebaran data berada pada kondisi Sedang dan Tidak Sehat. Data yang

didapatkan merupakan data pada 1 (satu) buah stasiun dengan lokasi berada di

persimpangan jalan utama. Sehingga diperkirakan sumber utama pencemaran

yang terjadi adalah dari aktivitas lalu lintas di sekitar stasiun pemantau.

2.3. IKLIM

2.3.1. Curah Hujan

Secara umum dapat dikatakan bahwa Kota Tangerang beriklim tropis

dan memiliki 2 musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Sesuai

dengan siklus hidrologi, hujan adalah sumber air yang paling awal dari seluruh

aliran permukaan dan air tanah. Oleh karena itu besarnya hujan yang turun,

sangat terkait dengan potensi terjadinya banjir. Adapun yang dimaksud dengan

Page 71: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 2. Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

57

curah hujan adalah tingginya air hujan yang tertampung dalam daerah seluas 1

m2 tanpa mengalami penyerapan dan penguapan. Sehingga dapat diilustrasikan

bahwa curah hujan 1 mm setara dengan volume air hujan 1 m x 1 m x 0,001 m =

0,001 m3 atau 1 liter untuk setiap m2 lahan.

Peningkatan debit air pada musim hujan, sangat terkait erat dengan

perubahan tataguna lahan akibat perkembangan kota. Penentuan besar-

kecilnya aliran permukaan, ditentukan oleh pola penggunaan lahan, yang

diekspresikan dalam nilai koefisien pengaliran (C) dengan besaran yang

berfariasi dari 0,10 pada hutan datar, 0,30 pada ruang terbuka hijau, sampai

dengan 0,95 pada perkerasan jalan. Hal ini mengilustrasikan bahwa terjadinya

pengalihan fungsi lahan dari hutan menjadi perkerasan jalan, akan

menyebabkan meningkatnya debit puncak banjir, setidaknya 9,5 kalinya dari

kondisi semula

Berdasarkan Tabel SD-22 (lihat Buku Data SLHD), curah hujan tahun

2013 terjadi selama 12 bulan (berdasarkan Stasiun BMKG di Kec Tangerang dan

Kec. Benda). Curah hujan rata-rata bulan maksimum terjadi pada bulan Januari,

sebesar 637,35 mm.

Gambar 2.49. Curah Hujan Rata-rata Bulanan Tahun 2013

(Sumber: BMKG Stasiun Geofisika Kelas I Tangerang dan Stasiun Metorologi

Bandara Soekarno-Hatta, 2013)

637,35

216,2

162

96,05

176,85

75,55

253,5

44,35 66,3

40,6

149,75

502,6

0

100

200

300

400

500

600

700

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

Page 72: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 2. Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

58

2.3.2. Suhu Udara

Sesuai Tabel SD-23 (lihat Buku Data SLHD), data suhu udara tidak

didapat untuk masing-masing kecamatan, namun mewakili seluruh wilayah

Kota Tangerang. Secara umum dapat dikatakan bahwa Kota Tangerang beriklim

tropis dan memiliki 2 musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau

dengan suhu udara tahun 2013 rata-rata terendah 26,6oC (pada bulan Januari)

dan tertinggi 28,3oC (pada bulan Oktober).

Gambar 2.50. Suhu Rata-rata Bulanan Tahun 2013

(Sumber: BMKG Stasiun Geofisika Kelas I Tangerang dan Stasiun Metorologi

Bandara Soekarno-Hatta, 2012)

2.3. BENCANA ALAM

Pada tahun 2013 tidak terjadi bencana alam di Kota Tangerang, baik

berupa bencana banjir (Tabel BA-1) maupun bencana alam lainnya. Untuk jenis

bencana lain seperti bencana kekeringan (Tabel BA-2), bencana kebakaran

hutan (Tabel BA-3), dan bencana tanah longsor (Tabel BA-4), tidak terjadi di

Kota Tangerang.

26,6

27,4

28,2 28,1

28 28,1

26,75

27,7

27,95

28,3

27,9

27,05

25,5

26

26,5

27

27,5

28

28,5

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

Page 73: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 3. Tekanan Terhadap Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

58

“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka” (Q.S. Shaad 27)

Page 74: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 3. Tekanan Terhadap Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

59

3.1. KEPENDUDUKAN

Jumlah penduduk Kota Tangerang tahun 2013 (lihat Tabel DE-1 Buku

Data SLHD) tercatat 1,918,556 jiwa. Pertambahan penduduk Kota Tangerang ini

dipengaruhi oleh lokasi Kota Tangerang yang berbatasan langsung dengan DKI

Jakarta dan juga berbatasan dengan kawasan industri. Hal ini berdampak pada

pemilihan lokasi tempat tinggal dari para pekerja di DKI Jakarta yang berusaha

untuk mencari lingkungan tempat tinggal yang nyaman ataupun tempat tinggal

yang terjangkau secara ekonomis. Oleh karena itu kecenderungan penduduk

dari berbagai daerah untuk bermigrasi ke Kota Tangerang cukup besar. Berikut

ini Jumlah penduduk kota Tangerang dari Tahun 2006 sampai tahun 2013 yang

diperlihatkan pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Jumlah Penduduk Tahun 2007 – 2013

(Sumber: Kantor Litbang dan Statistik Kota Tangerang, 2013)

1.508.414 1.531.666 1.525.543

1.797.715 1.798.601 1.847.341

1.918.556

0

500.000

1.000.000

1.500.000

2.000.000

2.500.000

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Jum

lah

Pen

du

du

k (J

iwa)

Tahun

Page 75: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 3. Tekanan Terhadap Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

60

Gambar 3.2. Jumlah Penduduk tiap Kecamatan di Kota Tangerang Tahun 2013

(Sumber: Kantor Litbang dan Statistik Kota Tangerang, 2013)

Pada tahun 2013 penduduk terbanyak di Kota Tangerang berada di

Kecamatan Cipondoh dengan jumlah 242,548 jiwa dan penduduk paling sedikit

berada di Kecamatan Benda dengan jumlah 89,118 jiwa. Kecamatan dengan laju

pertumbuhan penduduk terbesar yang dihitung dari tahun 2011 adalah

Kecamatan Cipondoh sebesar 5.88%. Angka pertumbuhan penduduk

Kecamatan Cipondoh di atas angka pertumbuhan penduduk Kota Tangerang,

yaitu sebesar 2,71%. Sementara untuk tingkat pertumbuhan terkecil terjadi di

Kecamatan Cibodas sebesar 0.23%.

Dari total luas Kota Tangerang 184,24 km2, tidak termasuk wilayah

Bandara Soekarno-Hatta sebesar 19,69 km2, Kecamatan Pinang merupakan

kecamatan terluas dengan luas wilayah 21,59 km2. Kecamatan terkecil adalah

Kecamatan Benda dengan luas wilayah 5,92 km2. Kepadatan penduduk rata-rata

Kota Tangerang adalah sebesar 11.659 jiwa/km2. Kepadatan penduduk tahun

2013 yang paling besar adalah Kecamatan Larangan sebesar 18.748 jiwa/km2.

Sementara kepadatan terkecil adalah Kecamatan Bauceper sebesar 5.918 jiwa/

km2.

161.604 176.229

126.364

242.548

174.655 162.192

176.556

148.032

120.767 136.420

95.162 108.909

89.118

0

50.000

100.000

150.000

200.000

250.000

300.000

Page 76: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 3. Tekanan Terhadap Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

61

Gambar 3.3. Luas Wilayah Tiap Kecamatan di Kota Tangerang

(Sumber: Kota Tangerang Dalam Angka, 2013)

Berdasarkan Tabel DE-2 (lihat Buku Data SLHD), dari total 1.918.556

jiwa penduduk Kota Tangerang, terdapat 980.326 jiwa penduduk laki-laki dan

938.535 perempuan. Penduduk laki-laki dan perempuan terbanyak berada di

Kecamatan Cipondoh sebesar masing-masing 122,945 jiwa penduduk laki-laki

dan 119,603 jiwa penduduk perempuan. Sedangkan penduduk laki-laki dan

perempuan paling sedikit terdapat di Kecamatan Benda dengan jumlah 46,237

jiwa untuk penduduk laki-laki dan 42.881 jiwa penduduk perempuan. Ditinjau

dari ratio

Gambar 3.4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

(Sumber: Kantor Litbang dan Statistik Kota Tangerang, 2013)

0

5

10

15

20

25

8,77 9,4 10,47

17,91

21,59

15,79 13,48

9,61

14,41

9,54

16,08

11,58

5,92

Lu

as W

ilaya

h (K

m2)

122.945

46.237

119.603

42.881

-

20.000

40.000

60.000

80.000

100.000

120.000

140.000

Laki-laki Perempuan

Page 77: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 3. Tekanan Terhadap Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

60

Page 78: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 3. Tekanan Terhadap Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

61

Page 79: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 3. Tekanan Terhadap Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

62

Berdasarkan Gambar 3.4. di atas, perbandingan jumlah penduduk laki-

laki lebih banyak dari pada perempuan. Rata-rata perbandingan laki-laki dan

perempuan di Kota Tangerang adalah 1,05, yang berarti setiap 100 penduduk

perempuan terdapat 105 penduduk laki-laki. Angka perbandingan ini sama

dengan tahun 2012.

Untuk penduduk di wilayah pesisir dan laut (lihat Tabel DE-5 Buku Data

SLHD), Kota Tangerang secara geografis tidak memiliki laut dan pantai. Oleh

sebab itu tidak terdapat data mengenai jumlah penduduk yang tinggal di

wilayah pesisir dan laut.

Informasi kependudukan lainnya adalah jumlah penduduk menurut

tingkatan pendidikan (lihat Tabel DS-1A dan Tabel DS-1B, Buku Data SLHD),

dimana tingkatan pendidikan terbagi menjadi tidak sekolah, SD, SLTP, SLTA,

Diploma, S1, S2, dan S3. Data yang tersedia dalam Kota Tangerang Dalam Angka

Tahun 2013 tidak membagi jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan

berdasarkan jenis kelamin, sehingga jumlah yang adalah dalam Tabel DS-1A dan

DS-1B (lihat Buku Data SLHD), merupakan jumlah total penduduk.

Berdasarkan Tabel DS-1A dan DS-1B, penduduk dengan tingkatan

pendidikan terbanyak adalah lulusan SLTA sebesar 770.742 jiwa. Sedangkan

tingkatan pendidikan terkecil adalah lulusan S3 dengan jumlah sebesar 541

jiwa.

Gambar 3.5. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

(Sumber: Kota Tangerang Dalam Angka, 2013)

0

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

70.000

80.000

90.000

100.000 Tidak sekolah

SD

SLTP

SLTA

Diploma

S1

S2

S3

Page 80: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 3. Tekanan Terhadap Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

63

3.2. PERMUKIMAN

3.2.1. Rumah Tangga Miskin

Berdasarkan Tabel SE-1 (lihat Buku Data SLHD), dari total jumlah rumah

tangga di Kota Tangerang tahun 2013 yaitu sebanyak 504.354 rumah tangga,

sebanyak 47.394 rumah tangga termasuk ke dalam kategori rumah tangga

miskin ditinjau dari data penerima Beras Miskin (Raskin) Kota Tangerang.

Gambar 3.6. Jumlah Rumah Tangga dan Rumah Tangga Miskin Menurut

Kecamatan Tahun 2013

(Sumber: Dinas Sosial Kota Tangerang, 2013)

Kecamatan yang memiliki jumlah rumah tangga miskin terbanyak adalah

Kecamatan Neglasari dengan jumlah 7.230 rumah tangga. Sedangkan kecamatan

yang memiliki jumlah rumah tangga miskin terkecil adalah Kecamatan Larangan

sebanyak 2.251 rumah tangga. Dengan adanya data jumlah rumah tangga

miskin dapat pula menggambarkan kondisi kesehatan dan kesehatan

lingkungan masyarakat, sehingga dapat ditentukan program perbaikan yang

dapat dilakukan.

3.2.2. Kebutuhan Perumahan

Berdasarkan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan

dan Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Tangerang tahun 2010, ketersediaan

2.958 2.251 2.429 3.202 4.409 3.685 4.993 2.872 3.004 3.836 2.641

7.230 3.884

0

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

70.000

Jumlah Rumah Tangga Jumlah Rumah Tangga Miskin

Page 81: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 3. Tekanan Terhadap Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

64

perumahan di Kota Tangerang mencapai 493.958 unit rumah. Dari total jumlah

rumah tersebut, diasumsikan sebesar 99,6% merupakan rumah layak huni.

Sehingga diperlukan tambahan rumah (backlog perumahan) sebanyak 5.605

unit rumah.

Saat ini Kota Tangerang telah menyusun Strategi Pembangunan

Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP). SPPIP merupakan strategi

yang digunakan sebagai pedoman dalam pembangunan kawasan permukiman

dan infrastruktur permukiman di perkotaan yang penyusunannya mengacu,

menyelaraskan dan mengintegrasikan, kebijakan pembangunan dan

pengembangan kota secara komprehensif. Setelah tersusunnya SPPIP,

selanjutnya akan disusun Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman

Prioritas (RPKPP). RPKPP merupakan tindak lanjut dari SPPIP berupa rencana

aksi program untuk penanganan permasalahan permukiman dan pembangunan

infrastruktur permukiman pada kawasan permukiman prioritas.

Gambar 3.7. Kawasan Prioritas Berdasarkan Arahan SPPIP

(Sumber: Bappeda dan Dinas PU Kota Tangerang, 2013)

Page 82: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 3. Tekanan Terhadap Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

65

3.2.3. Pelayanan Air Bersih Dan Sanitasi Lingkungan

3.2.3.1. Pelayanan Air Bersih

Penduduk memperoleh air bersih dari PDAM, yaitu melalui sistem

perpipaan yang dilayani oleh PDAM Trita Kerta Raharja Kabupaten Tangerang

dengan tingkat pelayanan 17% dan PDAM Tirta Benteng Kota Tangerang dengan

tingkat pelayanan 6%. Sedangkan sistem non-perpipaan dari masyarakat

(pribadi) mencapai 77% (Bappeda Kota Tangerang 2010, PDAM Tirta Benteng,

2013). Lokasi pengembangan perumahan di Kota Tangerang ditampilkan dalam

Gambar 3.8.

Sementara itu data dari Dinas Kesehatan yang tercantum dalam Tabel

SE-2 (lihat Buku Data SLHD), tercantum bahwa masyarakat Kota Tangerang

yang mendapatkan akses air bersih dari PDAM (ledeng) sebanyak 99.069 rumah

tangga dan menggunakan air sumur sebanyak 292.127rumah tangga. Cakupan

pelayanan PDAM terbanyak berada di Kecamatan Periuk. Sedangkan di

Kecamatan Ciledug dan Larangan, belum terlayani oleh PDAM Kota Tangerang.

PDAM Kota Tangerang berencana akan meningkatkan cakupan wilayah

pelayanan seluas 118,22 km2. Wilayah yang menjadi target peningkatan

pelayanan meliputi 3 wilayah, yang mencakup 8 kecamatan dan 57 kelurahan.

Untuk memenuhi kebutuhan air baku maka akan dipotimalkan Instalasi

Pengolahan Air (IPA) 1.000 liter/detik dan membangun dua IPA baru dengan

kapasitas total 1.000 liter/detik. Hal ini merupakan bagian pengembangan

Rencana Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Tangerang

yang diterjemahkan bersama dengan Rencana “induk”, yang kemudian

dijabarkan secara rinci menjadi sebuah rencana induk konstruksi sistem

penyediaan air minum Kota Tangerang.

Pengembangan SPAM dilakukan dengan melakukan kerjasama antara

PDAM Tirta Benteng Kota Tangerang dengan PT. Moya Tangerang. Kerjasama

yang dilakukan dalam bentuk Build Operate Transfer (BOT) selama 25 tahun,

dimana pendanaan seluruhnya dilakukan oleh PT. Moya Tangerang dan pada

akhir masa kontrak seluruh aset menjadi milik PDAM Tirta Benteng Kota

Tangerang.

Page 83: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 3. Tekanan Terhadap Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

66

Gambar 3.8. Lokasi Pengembangan Perumahan di Kota Tangerang

(Sumber: Dinas Tata Kota Tangerang, 2011, Diolah oleh Tim SLHD 2013)

Page 84: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 3. Tekanan Terhadap Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

67

Pengembangan wilayah pelayanan yang akan dilakukan meliputi Zona

1, yaitu Kecamatan Neglasari, Cipondoh, Benda, Batuceper dan Bandara

Soekarno-Hatta. Zona 2 adalah Kecamatan Jatiuwung, Karawaci, Periuk dan

Cibodas. Sedangkan Zona 3 meliputi Kecamatan Karang Tengah, Pinang,

Larangan dan Ciledug.

Dalam rencana pengembangan SPAM Kota Tangerang yang akan

dilaksanakan terdiri atas sepuluh rangkaian kegiatan yang tidak dapat

dipisahkan (integrated). Kesepuluh kegiatan tersebut adalah:

a. Pembangunan intake di Kelurahan Mekarsari untuk mengambil air dari

Sungai Cisadane bagi IPA Pramuka (baru) dan IPA Sitanala (baru),

b. Pembangunan IPA baru di Pramuka kapasitas 500 l/detik.

c. Pembangunan IPA baru di Sitanala kapasitas 500 l/detik.

d. Pembangunan reservoar baru di Pramuka,

e. Pembangunan booster pump/reservoir baru di Benda,

f. Pembangunan booster pump/reservoir baru di Batuceper,

g. Pembangunan booster pump/reservoir baru di Cipondoh,

h. Pembangunan booster pump/reservoir baru di Karawaci,

i. Pembangunan jaringan pipa transmisi, distribusi dan retikulasi untuk

wilayah pelayanan Zona 1 dan Zona 2,

j. Pembangunan kantor baru di Jl Dr Sitanala,

k. Rehabilitasi IPA Mekarsari (lama), IPA Cipondoh, dan IPA Benda.

Page 85: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 3. Tekanan Terhadap Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

68

Gambar 3.9. Peta Pengembangan SPAM

(Sumber: PDAM Tirta Benteng Kota Tangerang, 2013

Page 86: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 3. Tekanan Terhadap Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

67

Page 87: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 3. Tekanan Terhadap Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

68

Page 88: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 3. Tekanan Terhadap Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

69

3.2.3.2. Pengelolaan Sampah

a. Timbulan Sampah

Pada tahun 2013 CDIA (Cities Development Initiative for Asia)

melakukan review terhadap sistem pengelolaan persampahan untuk melengkapi

upaya yang dilakukan oleh Kota Tangerang, dan membawa temuan/

rekomendasi Rencana Induk kepada konsep penjabaran dan tahap pra -

kelayakan. Sesuai dengan hasil studi tersebut, maka timbulan sampah dibagi ke

dalam 30 tahun perencanaan, dimana timbulan sampah per kapita untuk tingkat

pendapatan rendah sebesar 0,35-0,47 kg/orang/hari, menengah sebesar 0,55-

0,73 kg/orang/hari, dan tinggi sebesar 0,7-0,93 kg/orang/hari. Angka tersebut

didapat dari hasil permodelan food production/agriculture growth, industrial

growth, Gross Domestic Product (GDP) growth dan pertumbuhan penduduk.

Sehingga apabila jumlah penduduk di Kota Tangerang pada tahun 2013 adalah

1.918.556 jiwa, maka timbulan sampah mencapai 838.70 ton/hari atau secara

volumetrik sebesar 4.220,82 m3/hari (lihat Tabel SP-9 Buku Data SLHD).

Gambar 3.10. Timbulan Sampah Tiap Kecamatan di Kota tangerang 2013

(Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Tangerang, 2013)

Pada Gambar 3.11. ditampilkan tren timbulan sampah mulai tahun

2006 sampai dengan Tahun 2013. Kenaikan timbulan sampah mengikuti

pertambahan jumlah penduduk. Untuk beberapa lokasi di daerah perbatasan

dengan wilayah administrasi lain, timbulan sampah terjadi diakibatkan

pembuangan dari penduduk luar wilayah Kota Tangerang. Data jumlah

355,53 387,70

278,00

533,61

384,24 356,82

388,42

265,69

325,67 300,12

209,36 239,60

196,06

0,00

100,00

200,00

300,00

400,00

500,00

600,00

Page 89: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 3. Tekanan Terhadap Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

70

timbulan tersebut tidak teridentifikasi secara mendetail oleh Dinas

Kebersihan dan Pertamanan.

Gambar 3.11. Timbulan Sampah Kota Tangerang Tahun 2006 - 2013

(Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Tangerang, 2013)

b. Karakteristik Sampah

Komposisi sampah di Kota Tangerang terbagi menjadi sampah dari

rumah tangga, komersial, pasar, rumah sakit yang dapat tergambarkan dalam

Tabel 3.1. berikut ini.

Tabel 3.1. Komposisi Sampah di Kota Tangerang

Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan, 2013.

3200,24 3288,34 3063,33

3356,17

3954,97 4065,85 4064,16 4.220,82

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

4500

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Page 90: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 3. Tekanan Terhadap Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

71

c. Tingkat Pelayanan Sampah

Tingkat pelayanan pengelolaan sampah di Kota Tangerang dari tahun

ke tahun terus meningkat. Peningkatan pelayanan ini merupakan hasil

kombinasi dari peningkatan kinerja pengangkutan (intensifikasi),

penambahan sarana pengangkutan (ekstensifikasi), dan partisipasi

masyarakat dalam reduksi sampah di sumber. Pelayanan kebersihan

dilakukan oleh armada Dinas Kebersihan dan Pertamanan, dimana 1 jalur

ditangani oleh 1 buah armada yang dioperasikan oleh 1 orang sopir dibantu 2-

3 orang kenek, dengan jumlah ritase 2-3 ritasi per hari.

Gambar 3.12. Tingkat Pelayanan Kebersihan Tahun 2009-2012

(Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Tangerang, 2013)

d. Teknis Operasional Pengelolaan Sampah

Teknis operasional pengelolaan sampah di Kota Tangerang mulai dari

sumber, pewadahan, pengangkutan, dan pemrosesan akhir ditampilkan dalam

Gambar 3.13.

3458

m3 /

har

i

4027

m3 /

har

i

4173

m3 /

har

i

4319

m3 /

har

i

4220

,82

70

% 72

.78%

73.1

%

74.1

%

3127

62,7

6%

30%

27.2

2%

126.

9%

25.9

%

1093

,2

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

4500

5000

2009 2010 2011 2012 2013

Tim

bu

lan

Sam

pah

(to

n)

Tahun

Total Timbulan Terangkut ke TPA Tidak dikelola di TPA

Page 91: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 3. Tekanan Terhadap Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

72

Gambar 3.13. Sistem Operasional Pengelolaan Sampah Kota Tangerang

(Sumber: Review FS Pengelolaan Persampahan Kota Tangerang, CDIA-DKP, 2013)

Secara umum sistem teknis operasional pengelolaan sampah di Kota

Tangerang terbagi menjadi:

1) Individual langsung dengan alat pengumpul dump truck, meliputi sumber

sampah dari Mall, Hotel, Restaurant, Rumah Sakit, toko, kantor dan niaga

dan rumah pinggir jalan.

2) Komunal langsung dengan alat pengumpul truk arm roll, meliputi sumber

sampah dari Pasar, Pertokoan,Kantor dan niaga pinggir jalan yang saat ini

membuang sampah ke TPS komunal pinggir jalan serta perumahan yang

membuang belum dilayani gerobak yang saat ini membuang sampah di

pinggir jalan baik pada TPS maupun tumpukan liar.

Page 92: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 3. Tekanan Terhadap Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

73

3) Individual tidak langsung dengan alat pengumpul gerobak, meliputi

sumber sampah dari Kompleks perumahan teratur dan perumahan

campuran.

A. Pewadahan Sampah

Pewadahan sampah umumnya berasal dari swadaya masyarakat. Hingga

saat ini belum diterapkan pewadahan dengan sistem pemilahan antara

sampah basah dengan sampah kering (sampah organik dan anorganik),

semua sampah masih tercampur termasuk pula sampah Bahan Beracun dan

Berbahaya (B3) dari rumah tangga seperti bohlam lampu bekas, baterai,

kaleng aerosol, dll. Pewadahan sampah yang digunakan adalah : Rumah

tangga; disediakan sendiri oleh penghasil sampah berupa bin/bak sampah

dan kantong plastik. Wadah sampah tersebut diletakkan di dalam rumah, di

halaman rumah dalam pagar persil atau di luar pagar persil.

a) Jalan, sungai dan taman; disediakan oleh Dinas Kebersihan dan

Pertamanan Kota Tangerang berupa bin-bin sampah berukuran 0,2 m3.

Bin-bin sampah tersebut diletakkan di tepi jalan protokol dengan jarak

300 meter.

b) Pasar; fasilitas pewadahan pada umumnya tidak teratur terutama yang

berada di luar areal pasar. Selain itu kebanyakan kios/los di pasar

menggunakan keranjang yang langsung diangkut oleh petugas menuju

TPS pasar.

c) Komersial; menggunakan bin/bak sampah besar atau TPS.

d) Industri; digunakan hanya untuk mengumpulkan sampah domestik dari

kegiatan di industri. Umumnya pewadahan menggunakan bin/bak

sampah besar yang kemudian dibawa ke TPS. Sedangkan sampah sisa

produksi umumnya langsung ditampung oleh pihak ketiga yang akan

memanfaatkan sampah tersebut untuk didaur ulang, kecuali sampah B3

yang ditempatkan secara khusus dan terjaga sebelum harus dibuang ke

pengolah limbah B3.

e) Rumah sakit, poliklinik dan balai pengobatan lainnya; menggunakan

pewadahan berupa bin tertutup, sedangkan perlakuan untuk sampah

Page 93: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 3. Tekanan Terhadap Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

74

medis mengikuti aturan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah.

Sampah medis umumnya termasuk sampah berbahaya, dapat bersifat

infeksius atau benda tajam seperti jarum suntik dan pisau bedah serta

racun misalnya obat-obatan kadaluwarsa.

Tabel 3.2. Sistem Pewadahan

Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan, 2010.

B. Pengumpulan

Pengumpulan sampah di Kota Tangerang saat ini berjalan dengan dua pola

yaitu pola pengumpulan langsung dan tidak langsung. Pengumpulan

langsung dilakukan oleh petugas DKP untuk rumah-rumah, pertokoan dan

kantor yang ada di pinggir jalan protokol dimana wadah sampahnya mudah

Page 94: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 3. Tekanan Terhadap Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

75

diakses langsung oleh truk DKP. Pengumpulan tidak langsung dilakukan

pada kawasan perumahan bukan pinggir jalan protokol, kawasan komersial

tertutup, kompleks perkantoran, pasar, dan rumah sakit yang memiliki TPS.

Berikut ini adalah gambaran kegiatan pengumpulan sampah di Kota

Tangerang dari berbagai jenis sumber.

a) Rumah tangga; sistem pengumpulan dari

rumah tangga ada yang menggunakan

gerobak menuju ke TPS/titik

pengumpulan. Selain itu, pengumpulan

sampah juga ada yang secara langsung

menggunakan truk dari rumah ke rumah

terutama yang berada di jalan protokol untuk dibawa ke TPA.

b) Pasar; pengumpulan sampah pasar di Kota Tangerang dilakukan oleh

petugas kebersihan pasar atau pedagang. Sampah tersebut

dikumpulkan di keranjang atau kontainer, kemudian diangkut oleh truk

Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Tangerang menuju TPA.

c) Komersial; pengumpulan dari daerah komersial dilakukan sendiri oleh

petugas kebersihan daerah komersil. Sampah tersebut kemudian

dikumpulkan di TPS atau kontainer (milik Sendiri atau Dinas). Untuk

beberapa daerah komersil kegiatan pengumpulan sekaligus proses

pengangkutan sampah (door to door) menuju TPA tanpa melalui proses

pemindahan.

d) Industri; pengumpulan sampah domestik dari kawasan industri

dilakukan petugas kebersihan kawasan industri. Sampah tersebut

dikumpulkan di TPS atau kontainer (milik pribadi atau Dinas) yang

selanjutnya diangkut oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota

Tangerang menuju TPA. Sedangkan sampah sisa produksi yang

berbahaya (B3) diangkut menggunakan kendaraan khusus ke pengolah

limbah B3.

e) Jalan, sungai dan taman; pengumpulannya sudah termasuk atau

bersama sama dengan sampah dari daerah komersial, yaitu

menggunakan gerobak atau langsung truk dan arm roll. Kegiatan

Page 95: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 3. Tekanan Terhadap Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

76

tersebut dilakukan oleh petugas Dinas Kebersihan dan Pertamanan

Kota Tangerang Kota Tangerang.

f) Rumah Sakit; sampah domestik dari rumah sakit dikumpulkan ke TPS.

Sampah domestik dikumpulkan oleh petugas kebersihan rumah sakit,

kemudian dikumpulkan di kontainer atau ada juga yang dilayani

langsung door to door. Khusus sampah medis dari rumah sakit dan

instansi kesehatan lainnya yang ada di Kota Tangerang dikumpulkan

dan ditangani sesuai dengan peraturan.

Hasil pengumpulan sampah dari sumber ditempatkan ke Tempat

Pembuangan Sampah Sementara (TPS). Secara umum, TPS yang tersedia

berupa bak sampah (pasangan batubata,

kerucut) dan kontainer dan bersifat komunal.

Kapasitas TPS yang disediakan oleh Dinas

Kebersihan dan Pertamanan Kota Tangerang

berupa TPS beton berukuran 1 m3, pasangan

batu bata berukuran 2-12 m3 dan kontainer berukuran 6 m3.

C. Pengangkutan dan Pemindahan

Pola pengangkutan dan pemindahan sampah berdasarkan sumbernya yang

berjalan di Kota Tangerang adalah sebagai berikut:

a) Rumah tangga:

sampah rumah tangga diangkut roda sampah ke TPS menggunakan

dump truck menuju ke TPA,

ada beberapa yang langsung diangkut oleh truk (door to door) ke

TPA.

b) Pasar: dilakukan oleh armada truk dari Dinas Kebersihan dan

Pertamanan Kota Tangerang.

c) Komersial: dilakukan oleh armada truk dari Dinas Kebersihan dan

Pertamanan Kota Tangerang secara door to door ataupun dari TPS.

d) Industri: dilakukan oleh armada truk dari Dinas Kebersihan dan

Pertamanan Kota Tangerang secara door to door.

Page 96: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 3. Tekanan Terhadap Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

77

e) Jalan, sungai dan taman: pengumpulan dan pengangkutannya sudah

termasuk atau bersama dengan sampah dari kawasan komersial di

sekitarnya.

f) Rumah sakit: pengangkutan sampah domestik dilakukan oleh armada

truk dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Tangerang secara

door to door.

Gambar 3.14. Proses Pemindahan Sampah dari TPS Pinggir Jalan

Sistem pengangkutan sampah yang dilakukan selama ini mencakup 47 titik

transfer depo, 3 titik lokasi rumah sakit dan 8 titik lokasi pasar. Pola

pengangkutan yang digunakan berdasarkan zona asal transfer depo, rumah

sakit, dan pasar. Terdapat 8 rute pengangkutan dari transfer depo, rumah

sakit, dan pasar menuju TPA Rawa Kucing. Jl. Iskandar Muda yang

merupakan akses utama kendaraan pengangkut menuju TPA Rawa Kucing

memiliki beban besar menerima truk pengangkut, yaitu sebanyak 1090

kendaraan/hari. Banyaknya ritasi pengangkutan sampah rata-rata untuk

wilayah Timur sebanyak 2 rit/hari/kendaraan, sedangkan dari wilayah

Tengah dan Barat sebanyak 3 rit/hari/kendaraan.

D. Reduksi Sampah di Sumber

Upaya mereduksi sampah di sumber telah dilakukan secara bertahap

oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan yang meliputi kegiatan-kegiatan:

1) Pengomposan dengan komposter rumah tangga

Page 97: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 3. Tekanan Terhadap Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

78

Kegiatan pengomposan dengan komposter rumah tangga ditempatkan di

lokasi-lokasi permukiman, sekolah, Puskesmas, perkantoran, dan pasar.

2) Pengoperasian Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)

Reduksi sampah dengan cara pengoperasian TPST, dilakukan di 2 (dua)

tempat, yaitu TPST Cemara (Al-Mahmud) dan TPST Keroncong. Profil

kedua TPST ditampilkan dalam Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Operasional TPST

TPST Al-Mahmud TPST Keroncong

Luas TPST Luas bangunan 400 m2 600 m2 (operasi sejak Agustus

2012).

Cakupan

pelayanan

3 kelurahan

30 RW

30 ribu jiwa

Sumber sampah yang dikelola oleh

fasilitas ini berasal dari Kelurahan

Nusa Jaya, Karawaci, dan Cibodas Sari;

1 pasar, 1 sekolah dan 13 RT yang

dilayani bergilir per 1 minggu.

Pengumpulan rata-rata 2

gerobak/hari untuk sampah RT, dan

sisanya sampah pasar dan sekolah

Jumlah staf

pengelola

12 orang terdiri dari :

2 sopir (salah satu sopir

merangkap kepala TPST)

8 kenek

4 pemilah

7 orang terdiri dari :

4 pemilah

1 orang pengumpul

2 orang untuk pengomposan dan

kebersihan,

Jumlah sampah

masuk

Jumlah sampah yang diangkut ke

fasilitas ini adalah sekitar 48 m3 atau

setara dengan 8 rit angkutan arm-

roll/truk sampah;

7 gerobak = 7 m3

Kapasitas

pemilahan

Dari total 8 arm-roll/truk sampah

yang datang ke fasilitas ini, 1 unit

dapat dipilah di fasilitas pemilahan

sampah;

Jumlah sampah organik yang dikelola

oleh fasilitas ini adalah sekitar 2,5

m3/hari dan sampah anorganik daur

ulang sekitar 100-150 kg/hari;

7 m3/4 orang

Kapasitas

pengomposan

sampah organik

Tidak tentu 3 m3/hari atau 60% berat dari

sampah masuk

Pendapatan

pengelola TPST

Khusus pemilah, selain mendapat

honor harian dari DKP juga mendapat

tambahan dari hasil jual bahan daur

ulang

Retribusi warga dan hasil jual bahan

daur ulang

Page 98: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 3. Tekanan Terhadap Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

79

TPST Al-Mahmud TPST Keroncong

Sumber Biaya DKP Retribusi pelayanan kebersihan

Kondisi saat ini Kemampuan pemilahan masih

rendah hanya 17-20%

Pemilahan lebih terkonsentrasi

pada bahan daur ulang

Reduksi daur ulang dipekirakan 2-

3% dari total sampah masuk

Pengomposan sampah organik

tidak terjadwal teratur dan

jumlahnya tidak tentu.

Tidak ada pelayanan

pengangkutan residu oleh DKP,

sehingga pihak TPS melakukan

pembakaran residu pada tungku

bakar

Sampah organik hasil cacahan

masih bercampur dengan

sampah plastik yang ikut

tercacah

Reduksi organik diperkirakan

60% berat dan 44 % volume = 3

m3/hari

Reduksi non organik

diperkirakan 14% berat atau 2,5

m3/hari

Residu diperkirakan 1,5 m3/hari

Konsep

Pengelolaan

Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan, 2013.

3) Penerapan Bank Sampah

Konsep Bank sampah sudah berjalan

yang diperkenalkan oleh DKP kepada

masyarakat di Kota Tangerang. Bank

Sampah sudah diterapkan di beberapa

Kelurahan. Bank Sampah merupakan

Tempat Pengumpulan Sampah

Anorganik Bernilai jual, yang pada akhirnya keuntungan yang didapat

Page 99: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 3. Tekanan Terhadap Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

80

merupakan keuntungan bagi masyarakat. Keuntungan dari Bank Sampah

dapat digunakan untuk kegiatan-kegiatan sosial masyarakat, termasuk

upaya peningkatan kondisi lingkungan hidup di wilayah tempat tinggal.

Pada tahun 2012, Pemerintah Kota Tangerang telah mencanangkan

Program 1000 Bank Sampah. Program 1000 Bank Sampah ini merupakan

program dalam rangka meningkatkan reduksi sampah di sumber sekaligus

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah serta

meningkatkan pendapatan masyarakat. Pada tahun 2013 telah mencapai

120 unit, dengan total pengelolaan sampah yang di recycle mencapai

12,985.2 kg/month dengan perputaran uang sebesar Rp. 47,596,000.00.

Gambar 3.15 Persentasi Sampah yang dikelola di Bank Sampah

4) Pemilahan bahan daur ulang oleh sektor informal, kegiatan ini dilakukan

oleh:

a) Pemulung jalanan dan jaringan kolektor daur ulangnya

b) Pemulung di TPA dan jaringan kolektor daur ulangnya

c) Kontraktor pengumpul sampah di wilayah bandara dan komersil

E. Pemrosesan Akhir Sampah di TPA

Pemrosesan akhir sampah dilakukan di TPA Rawa Kucing yang

beroperasi mulai tahun 1995, berlokasi di Kelurahan Kedaung Wetan,

Kecamatan Neglasari. Saat ini sistem operasi di TPA Rawa Kucing telah

meninggalkan sistem open dumping dan telah menerapkan sistem semi aerobic

landfill. Sistem semi aerobic landfill merupakan sistem peralihan menuju

37%

8% 20%

16%

14% 5%

0 kg/month

0-10 kg/month

11-50

kg/month

Page 100: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 3. Tekanan Terhadap Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

81

sistem controlled landfill / sanitary landfill sesuai dengan ketentuan yang

berlaku. Luas TPA ini juga terus ditambah, yaitu pada tahun 2007 masih seluas

18,49 ha dan saat ini telah bertambah menjadi 34,8 ha. Selain itu sarana dan

prasarana di dalamnya juga terus dibenahi dan ditambah sesuai dengan

prasyarat untuk menjadi controlled landfill /sanitary landfill. Hasil

pengamatan menunjukkan bahwa TPA Rawa Kucing dioperasikan sebagai

tempat pemrosesan terbuka (open dumping).

Saat ini, sekitar 20 Ha sudah terisi oleh timbunan sampah (Zona 1A,

1B, 1C, 2A - pengomposan, 3A) dan 5 Ha merupakan zona aktif (Zona 2B dan

3B). Kedalaman sampah di tiap zona berbeda-beda, berkisar antara 10-20 m.

TPA Rawa Kucing menerima sampah tercampur dari pemukiman, komersial,

pasar, industri, dan sampah non B3 rumah sakit

Gambar 3.16. Operasional dan tata letak eksisting TPA Rawa Kucing 2013

Page 101: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 3. Tekanan Terhadap Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

82

Gambar 3.17. Mekanisme Penanganan Sampah di TPA Rawa Kucing

Gambar 3.18. Sumber Penghasil Sampah yang Masuk ke TPA Rawa Kucing

(Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan)

1) Operasional Penimbunan

Kegiatan penimbunan dilakukan dengan mengoperasikan bulldozer yang

berfungsi sebagai penyebar dan pemadat sampah sedangkan dua jenis alat

76,80%

5,80%

14,10%

2,40% 0,30% 0,10%

0,40%

Rumah Tangga

Komersial

Pasar

Jalan

Perkantoran

Industri

Taman

Page 102: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 3. Tekanan Terhadap Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

83

berat lainnya yaitu excavator dan shovel berfungsi sebagai alat bantu untuk

pengumpan sampah ke zona operasi bulldozer.

Gambar 3.19. Operasional Penimbunan di TPA Rawa Kucing

Penggunaan sistem pengumpan tersebut dimaksudkan agar truk sampah

yang tidak dapat bergerak di atas timbunan sampah, dapat menurunkan

sampahnya di daerah penurunan sampah yang selanjutnya oleh excavator

dan shovel sebagai alat bantu akan memberi umpan sampah ke zona operasi

bulldozer. Saat ini di TPA terdata 4 shovel (2 berfungsi baik dan 2 rusak); 4

bulldozer (2 berfungsi baik dan 2 rusak) dan 3 excavator (1 berfungsi baik

dan 2 rusak). Ketika alat berat banyak yang rusak dan hanya 1 (satu) buah

alat berat yang berfungsi, maka waktu antrian truk di TPA dapat mencapai

Pengukuran berat sampah di jembatan

timbang

Antrian armada pengangkut sampah di sel

penimbunan

Armada pengangkut selama bongkar muat

Aktivitas alat berat dengan

Page 103: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 3. Tekanan Terhadap Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

84

255 menit yang berdampak pada penurunan drastis ritasi angkutan

sampah. Untuk perbaikan sistem ke depan, jaminan fungsi operasional alat

berat di TPA merupakan salah satu ujung tombak operasional yang

berpengaruh pada efisiensi pengangkutan dengan meminimalkan resiko

antrian panjang di TPA akibat kerusakan alat berat. Pemantauan fungsi,

pemeliharaan dan peremajaan alat berat di TPA harus harus diprioritaskan

oleh pihak manajemen untuk menjamin kelancaran operasional

penimbunan yang berdampak pada ritasi pengangkutan.

2) Pengolahan Air Lindi

Pada saat ini aliran lindi dari timbunan TPA mengalir pada satu kolam lindi

yang merupakan titik terendah di wilayah tersebut. Luas kolam lindi yang

tersedia adalah 0,5 ha. Kolam lindi tersebut tidak memiliki titik keluaran ke

badan air terdekat karena merupakan titik paling rendah di kawasan TPA.

Sebuah aerator ditempatkan di kolam lindi untuk menambah kandungan

oksigen dalam air, yang berfungsi menurunkan kandungan organik. Air

hasil olahan dari kolam lindi disedot kemudian dialirkan ke Sistem

Pengolahan Lindi.

3) Pemanfaatan Gas Metan

Pemanfaatan gas metan di TPA Rawa Kucing dimulai dengan proses

pembangunan sarana dan prasarana dengan sistem perpipaan

menggunakan Sistem Fukuoka, yang dimulai pada tahun 2004 sampai

dengan tahun 2008. Manfaat dari penerapan pemanfaatan gas metan ini

adalah:

1. Mengurangi asap karena kebakaran spontan

2. Mengurangi populasi lalat

3. Mengurangi bau

4. Dari segi estetika lebih baik karena sel sampah dapat ditumbuhi

tanaman semak dan rumput

Page 104: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 3. Tekanan Terhadap Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

85

Gambar 3.20. Proses Pembangunan Perpipaan Sistem Fukuoka

Pemanfaatan gas metan menjadi listrik dilakukan pada tahun 2011 dengan

bantuan tenaga-tenaga ahli dari Malang. Pemanfaatan gas metan menjadi

listrik berhasil memanfaatkan sampah sebanyak 6000 m3/bulan atau 1080

ton/bulan menjadi listrik sebesar 50 KVA.

Zona Landfill Aktif Tangki penampung gasRoof tank penampung gas

Bangunan Instalasi

Pemanfaatan Gas

Sistem perpipaan instalasiGas Meter

Generator

Gambar 3.21. Proses Pemanfatan Gas Metan di TPA

Page 105: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 3. Tekanan Terhadap Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

86

4) Pengomposan

Kegiatan pengomposan merupakan salah satu bagian dari strategi

pengurangan sampah tertimbun di zona penimbunan, selain juga bertujuan

memanfaatkan sampah menjadi pupuk serta memperpanjang umur teknis

TPA. Bahan baku pengomposan di TPA berasala dari sampah organik Pasar

Induk Tanah Tinggi. Teknik yang digunakan dalam pembuatan kompos

adalah dengan metode windrow. Kapasitas pengomposan adalah 30

m3/hari. Saat ini kompos yang diproduksi tidak dijual tetapi digunakan

sendiri untuk kebutuhan DKP. Pada awalnya kompos sempat dijual, namun

karena belum ada payung peraturan yang mengatur mengenai penjualan

kompos oleh DKP dan fluktuasi harga kompos akan menyulitkan pelaporan

keuangan, DKP memutuskan untuk tidak menjual kompos tetapi hanya

digunakan untuk kebutuhan sendiri.

Gambar 3.22. Proses Pengomposan di TPA

3.2.3.3. Pengelolaan Air Buangan

Perumahan dan permukiman di Kota Tangerang sebagian besar

memiliki instalasi pengolahan air limbah berupa septic tank, dimana untuk

Page 106: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 3. Tekanan Terhadap Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

87

kawasan perumahan sebagian besar telah memilikinya pada saat perumahan

tersebut dibangun. Disamping pengolahan air limbah domestik secara

individual, Kota Tangerang memiliki pula instalasi terpusat berupa Instalasi

Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang dibangun pada tahun 1982 dan Instalasi

Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang dibangun pada tahun 1979 dan

mengalami rehabilitasi sejak tahun 1999 sampai tahun 2005. Jumlah kapasitas

insatalasi IPLT adalah 355,8 m3/hari, yang melayani 1.423 unit sambungan

pelanggan. Cakupan pelayanan IPLT dan IPAL adalah sebagai berikut:

1) IPAL Tanah Tinggi melayani Kelurahan Sukasari – Babakan Ujung

2) IPLT Bawang juga melayani Kelurahan Karawaci

3) IPAL Karawaci Kolam Oksidasi melayani Kelurahan Karawaci

Gambar 3.23. Pengolahan Air Limbah Domestik Eksisting

(Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kota Tangerang, 2012 Diolah oleh Tim SLHD 2013)

Sistem pengolahan pada IPAL Tanah Tinggi adalah sistem aerated

lagoon dengan oxidation ditch/carousel yang berkapasitas desain 2,30 m3/jam.

Unit Operasi yang tersedia berupa unit pompa sirkulasi lumpur, dua aerator, bak

pengendap, pompa penguras, sludge thickener dan bak pengering lumpur.

Wilayah pelayanan meliput Kelurahan Babakan dan Sukasari meliputi 70 Ha

Page 107: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 3. Tekanan Terhadap Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

88

dengan 20,9 km riool dan 525 manhole, sedangkan kelurahan Babakan meliputi

12 Ha pelayanan 1,8 Km riool, 62 manhole dan 12 interceptor.

Tabel 3.4. Fasilitas Pengolahan Air Limbah Domestik

No Nama & Lokasi

Pembanguna,

Tahun

Luas

Lahan

(m2)

Instalasi

Utama

(m2)

Debit

Pengolahan

(m3/hari)

Jumlah

Sambungan

(Unit)

KOLAM OKSIDASI Kolam

Oksidasi

1 Kolam Oksidasi Kecipir

Perumnas Karawaci I

1979 800 422 17 68

2 Kolam Oksidasi Pandan

Perumnas Karawaci I

1979 6,706 2,010 398,5 1,594

3 Kolam Oksidasi Karang

Perumnas Karawaci I

1979 4,463 1,895 393 1,572

4 Kolam Oksidasi Cemara

Perumnas Karawaci I

1979 10,909 2,150 350,5 1,402

5 Kolam Oksidasi Gede 1979 1,200 986 300 1,200

6 Kolam Oksidasi Mujaer

Perumnas Karawaci I

1979 5,508 1,565 206,5 826

7 Kolam Oksidasi Wijaya

Kusuma Perumnas

Karawaci I

1979 5,425 1,124 171,3 8770

IMHOFF TANK Instalasi

Pengolahan

1 IPLT Bawang, Perumnas

Karawaci 1

1979 9,553 355,8 1,423

a), Imhof Tank 300

b), Kolam Anaerobik 615

c), Kolam Fakultatif 9,205

d), Kolam Maturasi 224

IPAL TANAH TINGGI Instalasi

Pengolahan

1 IPAL Tanah Tinggi 1982 3,400 675 2,758

a), Kolam Aerasi 63

b), Kolam Sedimentasi 346

c), Sludge Thickener 9

Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kota Tangerang, 2013.

Gambar 3.24. IPAL Tanah Tinggi

(Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kota Tangerang, 2013)

Page 108: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 3. Tekanan Terhadap Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

89

Gambar 3.25. Kolam Oksidasi di Karawaci

(Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kota Tangerang, 2013)

Untuk jumlah rumah tangga tanpa tangki septik, pada Tabel SP-8 (lihat

Buku Data SLHD) berjumlah 6.777 rumah tangga atau sama dengan kondisi pada

tahun tahun 2012. Rumah tangga di Kecamatan Pinang merupakan jumlah

terbesar yang tidak memiliki tangki septik, yaitu sebanyak 1.748 rumah tangga.

Sedangkan jumlah terkecil dimiliki oleh Kecamatan Ciledug yang hanya 40

rumah tangga saja yang tidak memiliki tangki septik.

Dengan perhitungan kebutuhan air bersih penduduk perkotaan 150

liter/orang/hari dan debit limbah domestik sebesar 80% dari kebutuhan air

bersih, maka potensi air limbah domestik dengan jumlah penduduk tahun 2013

sebesar 230,226.72 m3/hari. Kecamatan yang berpotensi mengkontribusi air

limbah terbesar adalah Kecamatan Cipondoh dengan debit 29,105.76 m3/hari

karena Kecamatan Cipondoh memiliki jumlah penduduk paling banyak.

Besarnya debit air limbah domestik berhubungan dengan besarnya jumlah

penduduk di Kecamatan Cipondoh.

Page 109: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 3. Tekanan Terhadap Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

90

Berdasarkan data jumlah penduduk 1,918,556 jiwa dan koefisien

timbulan beban pencemaran per kapita (BOD = 53 gr/orang/hari, COD = 101,6

gr/orang/hari), maka diperkirakan potensi jumlah beban BOD dan COD masing-

masing 101,683 ton/hari dan 194,925 ton/hari.

Sumber beban pencemaran tersebut tersebar pada 13 kecamatan

dengan jumlah yang bervariasi, namun yang merupakan sumber beban terbesar

adalah Kecamatan Cipondoh dengan beban pencemaran BOD melebihi 12.000

kg/hari. Sedangkan beban pencemaran BOD yang terkecil adalah Kecamatan

Benda sebesar 4,723.25 Kg/hari. Beban pencemaran tersebut tidak semuanya

memasuki air sungai, karena sebagian permukiman memiliki septic tank.

Pemerintah Kota Tangerang juga memiliki beberapa IPAL dan IPLT untuk

mengolah tinja penduduk, namun demikian pada saat ini IPAL dan IPLT

tersebut kondisinya belum optimal.

KOTAK 3.1.

Penanganan air limbah yang belum memenuhi syarat, bisa mengakibatkan

pencemaran terhadap lingkungan. Terdapat beberapa parameter pencemaran air

yang dominan berasal dari pencemaran limbah penduduk, yaitu:

a) Parameter indikator pencemaran zat organik yaitu BOD dan COD, terutama

berasal dari sumber yang dominan yaitu pencemaran limbah penduduk dan

industri. Parameter ini memerlukan proses pengolahan air minum yang lebih

berat untuk instalasi PDAM konvensional.

b) Parameter detergen atau MBAS, yang sebagian juga merupakan parameter air

limbah industry. Parameter ini mengganggu air baku untuk instalasi air minum

atau PDAM karena tidak mudah diolah dengan instalasi konvensional.

c) Parameter mikrobiologi yaitu bakteri coli tinja dan coli total, yang juga

merupakan indicator pencemaran limbah ternak. Parameter ini menunjukkan

adanya infeksi bakteri pathogen, dan dalam kadar yang melebihi Baku Mutu

Air mengakibatkan air baku memerlukan proses disinfeksi oleh bahan

disinfektan dengan dosis berlebih.

Page 110: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 3. Tekanan Terhadap Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

91

3.3. KESEHATAN

Pembangunan di bidang kesehatan bertujuan agar semua lapisan

masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, merata dan

murah. Dengan adanya upaya tersebut diharapkan akan tercapai derajat

kesehatan masyarakat yang baik dimana pada gilirannya akan meningkatkan

produktivitas.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan untuk tahun kejadian 2008-2013

dari kunjungan pasien ke Puskesmas, gangguan kesehatan yang banyak diderita

oleh semua golongan umur di Kota Tangerang adalah Infeksi Saluran

Pernafasan Atas Akut Ytt. Begitu pula di tahun 2013, dari data Januari –

Desember 2013, tercatat 33.015 penderita ISPA. Menurut beberapa ahli,

penyakit ini berhubungan dengan kondisi kualitas udara (lihat Tabel DS-2, Buku

Data SLHD). Sedangkan yang terkecil adalah penyakit Artritis lainnya.

Gambar 3.26. Sepuluh Penyakit Dominan Yang diderita Penduduk Kota

Tangerang

(Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tangerang, 2013)

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

Infeksi Saluran

Nafas Akut

Influensa karena virus ytt

Gastritis dan

Duodenitis

Gangguan Gigi dan

Penunjang Lainnya

Dermatitis lainnya

Hipertensi esensial (primer )

Batuk Myalgia Demam yang

sebabnya tidak

diketahui

Faringitis akut

33.015

18.838

15.534 14.903 14.380 12.637 12.244

10.373 8.381

6.077

Page 111: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 3. Tekanan Terhadap Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

92

Pada Tabel SP-10 (lihat Buku Data SLHD) dicantumkan data jumlah

tempat tidur di masing-masing rumah sakit. Rumah Sakit dengan tempat tidur

terbanyak adalah Rumah Sakit Umum Tangerang dengan jumlah tempat tidur

sebanyak 442 tempat tidur. Sedangkan rumah sakit dengan jumlah tempat tidur

terkecil adalah RS Bunda Sejati. Gambar 3.27. menunjukan kondisi jumlah

tempat tidur di masing-masing rumah sakit.

Gambar 3.27. Jumlah Tempat Tidur Rumah Sakit di Kota Tangerang

(Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tangerang, 2013)

Dari kegiatan rumah sakit sehari-hari akan dihasilkan limbah baik padat

maupun cair. Limbah padat rumah sakit berasal dari kegiatan domestik di

rumah sakit berupa sampah dapur dan limbah padat infeksius. Begitu pula

dengan limbah cair rumah sakit. Limbah cair rumah sakit berasal dari kegiatan

domestik, seperti mandi, cuci dan dari kegiatan operasional rumah sakit yang

lainnya seperti kegiatan laboratorium, kegiatan operasi, rontgen dan lain-lain.

Jumlah limbah cair dengan total limbah sebesar 310 m3/hari, dan perkiraan

sampah yang timbul sebesar 3,18 m3/hari. Pada Gambar 3.26. dan Gambar 3.27.

ditampilkan debit limbah cair maupun timbulan sampah dari kegiatan rumah

sakit di Kota Tangerang,

Berdasarkan Tabel SP-10 (lihat Buku Data SLHD), dari 27 rumah sakit

yang terdata di Kota Tangerang, maka RSU Tangerang diprediksi menghasilkan

limbah cair dan timbulan sampah paling besar, masing-masing mencapai 44,2

93 63

96

36

170

50 38

200

50 72 70

130

32

168

53 53

176

377

100

30

442

32

100

25

124

320

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

Page 112: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 3. Tekanan Terhadap Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

93

m3/hari dan 0,45 m3/hari. Dibandingkan dengan tahun 2012 untuk timbulan

sampah di RSU Tangerang meningkat dari 0,25 m3/hari.

Gambar 3.28. Timbulan Sampah Rumah Sakit di Kota Tangerang (m3/hari)

(Sumber: BPLH Kota Tangerang, 2013)

Gambar 3.29. Volume Limbah Cair Rumah Sakit di Kota Tangerang (m3/hari)

(Sumber: BPLH Kota Tangerang, 2013)

Limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit mengandung zat

pencemar yang akan memasuki media lingkungan. Beban limbah cari dari

0,10

0,06

0,10

0,04

0,17

0,05 0,04

0,20

0,05 0,07 0,07

0,13

0,03

0,17

0,05 0,05

0,18

0,39

0,10

0,03

0,45

0,03

0,10

0,03

0,13

0,33

0,00

0,05

0,10

0,15

0,20

0,25

0,30

0,35

0,40

0,45

0,50

-

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

RS

Am

inah

**)

RS

IA M

utia

ra B

unda

RS

Bha

kti A

sih

RS

IA M

edik

a Le

star

i **)

RS

Sar

i Asi

h C

iledu

g

RS

Mul

ya

RS

IA A

qida

h

RS

Aw

al B

ross

RS

Her

min

a **

)

RS

IA D

inda

**)

RS

IA A

ria M

edik

a

RS

Ani

sa

RS

Bun

da S

ejat

i

RS

Sar

i Asi

h K

araw

aci

RS

Daa

n M

ogot

RS

Mel

ati

RS

May

apad

a **

)

RS

Usa

da I

nsan

i

RS

Sar

i Asi

h S

angi

ang

RS

Kel

uarg

a Ib

u

RS

U T

ange

rang

RS

IA P

ratiw

i

RS

Ar

Rah

mah

RS

IA K

arun

ia B

unda

RS

Kar

ang

Ten

gah

Med

ika

RS

Sita

nala

RS

Per

mat

a Ib

u

9,20 4,90

15,10 11,90

15,90

10,00 6,90

12,00

5,00

10,00 10,30

11,00

2,80

16,40

5,10 5,40

16,10

35,30

9,20

3,30

44,20

3,40 7,60

3,60 6,90

24,10

5,40

Page 113: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 3. Tekanan Terhadap Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

94

kegiatan rumah sakit, dengan mempertimbangkan beban BOD dan COD,

ditampilkan dalam Gambar 3.30. RSU Tangerang merupakan rumah sakit yang

memberikan beban BOD dan COD terbesar terhadap badan air (Saluran Perwira

yang selanjutnya menuju Saluran Mookervart).

Gambar 3.30. Beban Limbah Cair dari Kegiatan Rumah Sakit (kg/hari)

(Sumber: BPLH Kota Tangerang, 2013)

3.4. PERTANIAN

3.4.1 Pertanian Padi dan Palawija,

Di Kota Tangerang tidak ada perkebunan, maka pada Tabel SE-3, (lihat

Buku Data SLHD) tidak terdapat data mengenai luas lahan dan produksi

perkebunan menurut jenis tanaman dan penggunaan pupuk.

Produksi pertanian di Kota Tangerang, tidak semua kecamatan yang

mempunyai lahan pertanian, menanaminya dengan tanaman padi, tetapi ada

yang menanami lahan pertaniannya dengan tanaman Palawija. Tanaman

palawija yang ditanam di Kota Tangerang antara lain adalah ubi kayu (singkong)

dan ubi jalar. Untuk meningkatkan produksi pertanian, selama tahun 2013 telah

digunakan berbagai jenis pupuk untuk pertanian sawah maupun palawija. Jenis

pupuk yang digunakan adalah urea, SP-36, ZA (lihat Tabel SE-4 Buku Data

SLHD). Dari berbagai jenis pupuk yang tersedia, urea adalah pupuk yang paling

banyak digunakan terutama untuk pertanian padi. Pupuk urea yang digunakan

51,65

60,55

43,84

77,29

90,61

65,60

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

90,00

100,00

BOD (Kg/hari) COD (Kg/hari)

Page 114: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 3. Tekanan Terhadap Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

95

untuk pertanian sebanyak 161,3 ton dan angka ini lebih besar daripada urea

yang digunakan pada tahun 2012. Berikut ini perbandingan penggunaan pupuk

untuk pertanian baik padi dan palawija di Kota Tangerang.

Gambar 3.31. Penggunaan Pupuk untuk Tanaman Padi dan Palawija

(Sumber: Dinas Pertanian Kota Tangerang, 2013)

Berdasarkan Tabel SE-7 (lihat Buku Data SLHD), luas lahan sawah di Kota

Tangerang tahun 2013 adalah 645 Ha yang terdiri dari 318 Ha sawah dengan

frekuensi penanaman 1 kali per tahun dan 327 Ha sawah dengan frekuensi

penanaman 2 kali per tahun. Berikut adalah gambaran luas sawah sesuai

frekuensi penanaman di Kota Tangerang Tahun 2013.

Gambar 3.32. Luas Sawah Berdasarkan Frekuensi Tanam 2013

(Sumber: Dinas Pertanian Kota Tangerang, 2013)

89,5 89,5

44,8

0,0 0,0

163,1

130,4

52,1

0,0 0,0 0,0

20,0

40,0

60,0

80,0

100,0

120,0

140,0

160,0

180,0

Urea SP.36 ZA NPK Organik

2012

2013

128

5

27 16

130

149

0

20

40

60

80

100

120

140

160

1 kali

2 kali

3 kali

Page 115: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 3. Tekanan Terhadap Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

96

Pertumbuhan ekonomi yang baik dan posisi Kota Tangerang dekat

dengan Ibu kota Negara menarik minat warga yang bekerja di Jakarta untuk

bermukim di Kota Tangerang. Hal ini antara lain berdampak pada peningkatan

kebutuhan lahan terutama untuk perumahan/permukiman. Kebutuhan lahan ini

salah satunya dengan adanya alih fungsi lahan pertanian menjadi perumahan,

sehingga luas lahan pertanian menjadi berkurang. Luas lahan pertanian yang

beralih fungsi menjadi non pertanian sekitar 6.155,09 Ha (lihat Tabel SE-5, Buku

Data SLHD). Lahan pertanian ini berubah menjadi permukiman, industri dan

perairan/kolam yang masing-masing luasnya adalah 4.799,26 Ha, 762,06 Ha dan

593,77 Ha.

Gambar 3.33. Luas Perubahan Lahan Pertanian menjadi Non Pertanian

(Sumber: Dinas Tata Kota Tangerang, 2013)

3.4.2 Peternakan

Selain memiliki usaha pertanian, penduduk Kota Tangerang pun ada

yang memiliki usaha peternakan. Hewan ternak yang diusahakan di kota

Tangerang adalah jenis sapi potong, kerbau, kambing, domba dan babi.

Sementara untuk jenis unggas yang dipelihara adalah ayam kampung, dan itik.

Dari Tabel SE-8 (lihat Buku Data SLHD), diketahui bahwa jumlah ternak

total di Kota Tangerang tahun 2013 adalah 10.511 ekor yang terdiri dari sapi

potong, kerbau, kambing, domba dan babi. Kambing merupakan ternak dengan

jumlah terbanyak yaitu 6.810 ekor. Jumlah hewan ternak ini lebih kecil daripada

tahun 2012 yaitu 8.880 ekor yang tersebar di semua kecamatan yang ada di

4.799,26

762,06

0,00

0,00

0,00 0,00

593,77 0,00

Permukiman

Industri

Tanah Kering

Perkebunan

Semak Belukar

Tanah Kosong

Perairan/Kolam

Lainnya

Page 116: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 3. Tekanan Terhadap Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

97

Kota Tangerang. Sementara itu di tahun 2013 tidak terdapat ternak sapi perah

dan kuda di Kota Tangerang. Babi hanya diusahakan oleh penduduk yang

terdapat di daerah Kecamatan Neglasari.

Gambar 3.34. Jumlah Ternak di Kota Tangerang

(Sumber: Dinas Pertanian Kota Tangerang, 2013)

Berdasarkan Tabel SE-9 (lihat Buku Data SLHD), total unggas yang ada di

Kota Tangerang tahun 2013 adalah 158.861 ekor. Unggas terbanyak terdapat di

Kecamatan Pinang yaitu 45.556 ekor. Unggas yang paling banyak diternakan

tahun 2013 adalah ayam kampung. Jumlah unggas tahun ini lebih sedikit bila

dibandingkan dengan tahun 2012 yaitu 175.524 ekor, dan tahun ini untuk

unggas ayam petelur tidak ada. Berikut ini perbandingan jumlah unggas di Kota

Tangerang.

Gambar 3.35. Jumlah Unggas di Kota Tangerang

(Sumber: Dinas Pertanian Kota Tangerang, 2013)

947 95

6.810

891

1.768

Sapi Potong

Kerbau

Kambing

Domba

Babi

119.430

30.000 26.094

136.959

0

21.902

0

20.000

40.000

60.000

80.000

100.000

120.000

140.000

160.000

Ayam Kampung Ayam Petelur Itik

2012

2013

Page 117: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 3. Tekanan Terhadap Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

98

3.5. INDUSTRI

3.5.1. Kelompok Industri Binaan

Di Kota Tangerang, bidang industri yang mendapat binaan Pemerintah

dikelompokkan ke dalam industri ANEKA, IKAHH, dan ILME. Industri ANEKA

meliputi industri-industri di bidang pakaian jadi, sepatu kulit maupun olah raga,

rajutan, penyempurnaan kain, tekstil, bolpoint dan lain-lain. IKAHH adalah

kelompok industri yang bergerak di bidang kimia, agro dan hasil hutan. Industri

ILME adalah industri-industri yang bergerak di bidang logam, mesin dan

elektronika.

Gambar 3.36. Jumlah Industri Binaan Berdasarkan Jenis Kegiatan

(Sumber: Dinas Perindusterian, Perdagangan, dan Koperasi Kota Tangerang, 2013)

Jumlah industri yang tergolong IKAHH di Kota Tangerang berjumlah

1.141 buah, ILME 464 buah dan ANEKA 695 buah (lihat Tabel SE-12 dan Tabel

SE-12A Buku Data SLHD). Jumlah industri pada tahun 2013 tidak mengalami

perubahan dibandingkan jumlah industri tahun 2012.

0

500

1000

1500

2000

2500

INDUSTRI KIMIA, AGRO DAN HASIL HUTAN

INDUSTRI LOGAM, MESIN DAN

ELEKTRONIKA

INDUSTRI ANEKA

1141

464

2300

Page 118: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 3. Tekanan Terhadap Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

99

Gambar 3.37. Jumlah Industri Berdasarkan Skala Kegiatan

(Sumber: Dinas Perindusterian, Perdagangan, dan Koperasi Kota Tangerang, 2013)

Pada tahun 2013 jumlah industri terbanyak di Kota tangerang adalah

kelompok IKAHH. Industri IKAHH tahun 2013 berjumlah sekitar 49,61% dari

seluruh industri di Kota Tangerang. Sementara industri ANEKA dan ILME

masing-masing berjumlah 30,22% dan 20,17% dari seluruh industri di Kota

Tangerang.

3.5.2. Beban Pencemaran Limbah Industri

Selain memberikan dampak positif dengan adanya penyerapan tenaga

kerja dan peningkatan devisa negara, keberadaan industri berpotensi

menimbulkan dampak negatif berupa timbulan limbah baik padat, cair maupun

gas. Berikut ini gambaran potensi beban pencemar dalam limbah cair industri

dari industri menengah-besar di Kota Tangerang. Berdasarkan Tabel Tabel SP-1

(lihat Buku Data SLHD), industri-industri terbagi berdasarkan jenis industri,

yaitu industri pelapisan logam, penyamakan kulit, pulp dan kertas, minuman

ringan, sabun, deterjen dan produk-produk minyak nabati, cat, pengolahan ikan,

pengolahan daging, oleokimia dasar, makanan lainnya, dan baterai sel basah.

Jenis-jenis industri yang tercantum dalam Tabel SP-1 (lihat Buku Data

SLHD) merupakan jenis industri yang telah ditetapkan baku mutu air

limbahnya. Untuk industri makanan lainnya dan baterai sel basah, baku mutu

yang diacu adalah Peraturan Walikota Tangerang Nomor 16 Tahun 2009

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

Kecil Menengah Besar

1276

359

665

Page 119: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 3. Tekanan Terhadap Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

100

tentang Baku Mutu Air Limbah Industri. Gambar-gambar berikut menunjukan

jenis industri beserta data produksi serta beban limbah cair yang dihasilkan

(untuk parameter BOD, COD, dan TSS). Beberapa parameter lain telah

teridentifikasi dan dicantumkan dalam Tabel SP-1.

Gambar 3.38. Jenis industri dan Produksinya (ton/tahun)

(Sumber: BPLH Kota Tangerang, 2013)

Gambar 3.39. Beban BOD (ton/tahun) dari Kegiatan Industri (Sumber: BPLH Kota Tangerang, 2013)

24.142.655 583.333 1.132.229

660.901.995

18.363 70.376 52 2.402.821 18.700.000 357.499 424.000

-

100.000.000

200.000.000

300.000.000

400.000.000

500.000.000

600.000.000

700.000.000

1.166.666,00

5.661.145,00

115.658,00 11.017,80 2.345,87 15,60

1.802.115,75

5.236.000,00

89.374,83 0,00

0,00

1.000.000,00

2.000.000,00

3.000.000,00

4.000.000,00

5.000.000,00

6.000.000,00

Page 120: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 3. Tekanan Terhadap Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

101

Gambar 3.40. Beban COD (ton/th) dari Kegiatan Industri

(Sumber: BPLH Kota Tangerang, 2013)

Gambar 3.41. Beban TSS (ton/th) dari Kegiatan Industri

(Sumber: BPLH Kota Tangerang, 2012)

3.6. ENERGI

Energi adalah faktor utama dalam menggerakan aktifitas perekonomian

suatu bangsa. Di sisi lain pemanfaatan energi juga berpotensi menghasilkan

emisi. Berbagai studi menunjukkan bahwa sebagai dasar emisi gas rumah kaca

dihasilkan dari aktivitas pemanfaatan energi khususnya dari pembakaan energi

0,00

2.566.665,20

11.322.290,00

0,00 26.442,72 0,00 31,20

3.604.231,50

11.968.000,00

178.749,65 0,00

0,00

2.000.000,00

4.000.000,00

6.000.000,00

8.000.000,00

10.000.000,00

12.000.000,00

14.000.000,00

9.657,06

1.399.999,20

5.661.145,00

69.395,00 8.814,24 1.466,17 15,60

1.441.692,60

7.480.000,00

89.374,83 38,16

0,00

1.000.000,00

2.000.000,00

3.000.000,00

4.000.000,00

5.000.000,00

6.000.000,00

7.000.000,00

8.000.000,00

Page 121: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 3. Tekanan Terhadap Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

102

fosil (minyak, batubara, dan gas). Pemanfaatan energi fosil masih dominan yang

menyebabkan konsentrasi gas-gas rumah kaca yang dihasilkan juga cukup tinggi.

Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca akan mempercepat pemanasan global

yang pada akhirnya akan mempengaruhi/terjadinya perubahan iklim.

3.6.1. Energi Dari Sektor Industri

Sementara itu kebutuhan bahan bakar minyak sektor industri menurut

jenis bahan bakar dan potensi ditampilkan dalam Tabel SP-3 (lihat Buku Data

SLHD). Pada Tabel SP-3 berhasil diidentifikasi 65 industri yang memiliki data

lengkap penggunaan energinya. Penggunaan solar di sektor industri tetap

menjadi sumber energi utama, yaitu sebesar 2.118,036 Kilo liter/tahun.

Batubara yang pada tahun 2007 menjadi idola sumber energi, tetap digunakan

oleh industri-industri terutama untuk digunakan alat steam boilernya.

Penggunaan batubara yang digunakan 65 industri sebanyak 466.674 ton/tahun.

Penggunaan energi gas pada tahun 2013 menunjukan jumlah yang cukup

signifikan sebesar 1.009.350,11 MMSCF. Hal ini terjadi karena semakin

mahalnya bahan bakar minyak dan bahan bakar gas merupakan bahan bakar

yang lebih ekonomis dan ramah lingkungan

3.6.2. Energi Dari Sektor Rumah Tangga

Untuk sektor Rumah Tangga, energi yang biasa digunakan di Indonesia

adalah briket batubara, LPG, gas kota, minyak tanah, dan biomassa (kayu bakar,

arang). Adanya konversi minyak ke Gas menjadikan sebagian Rumah Tangga di

Kota Tangerang menggunakan LPG sebagai bahan bakarnya. Berikut ini

ditampilkan dalam Gambar 3.40., konsumsi bahan bakar untuk sektor rumah

tangga di Kota Tangerang tahun 2013 yang didasarkan atas konsumsi bahan

bakar rumah tangga nasional, seperti yang terdapat pada Tabel SP-4 (lihat Buku

Data SLHD).

Page 122: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 3. Tekanan Terhadap Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

103

LPG

Minyak Tanah

Gambar 3.42. Konsumsi Bahan Bakar Untuk Kegiatan Rumah Tangga (Sumber: BPLH Kota Tangerang, 2013)

Berdasarkan Tabel SP-4 (lihat Buku Data SLHD), penggunaan LPG

menjadi sumber energi rumah tangga terbesar, yaitu sebesar 39.247,01

kg/tahun. Sedangkan minyak tanah yang memiliki harga tinggi, dikonsumsi

sebanyak 19,49 liter/tahun. Kayu bakar digunakan dalam konsumsi yang sangat

kecil, yaitu 0,00355 kg.

3.7. TRANSPORTASI

3.7.1. Angkutan Darat

Informasi data dari UPTD SAMSAT Cikokol dan UPTD SAMSAT Ciledug,

Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Banten diketahui bahwa

jumlah kendaraan berdasarkan jenis kendaraan dan bahan bakar yang ada di

Kota Tangerang dicantumkan pada Tabel SP-2 (lihat Buku Data SLHD).

0

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

Cile

dug

Lara

ngan

Kar

ang

Ten

gah

Cip

ondo

h

Pin

ang

Tan

gera

ng

Kar

awac

i

Jatiu

wun

g

Cib

odas

Per

iuk

Bat

ucep

er

Neg

lasa

ri

B e

n d

a

19.423 21.536

15.549

28.571

21.243 20.318

23.776

19.853 22.140

19.465

13.233 12.764 11.478

LPG (dalam SBM)

0

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

Cile

dug

Lara

ngan

Kar

ang

Ten

gah

Cip

ondo

h

Pin

ang

Tan

gera

ng

Kar

awac

i

Jatiu

wun

g

Cib

odas

Per

iuk

Bat

ucep

er

Neg

lasa

ri

B e

n d

a

9.195 10.195

7.361

13.526

10.057 9.619

11.256

9.399 10.481

9.215

6.265 6.042 5.434

Page 123: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 3. Tekanan Terhadap Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

104

Gambar 3.43. Jumlah Kendaraan Menurut Jenis Bahan Bakar

(Sumber: UPTD SAMSAT Cikokol & UPTD SAMSAT Ciledug, DPKD Prov. Banten)

Berdasarkan Gambar 3.43. di atas, jumlah kendaraan terbanyak

merupakan penumpang pribadi dengan jenis bahan bakar bensin. Sedangkan

jumlah kendaraan terkecil adalah kendaraan roda tiga. Melihat kondisi di atas,

dengan jumlah kendaraan pribadi yang sangat besar, diperlukan upaya serius

dalam mengatasi lonjakan jumlah kendaraan penumpang pribadi. Mengingat hal

ini dapat berakibat semakin buruknya kualitas udara perkotaan akibat emisi gas

buang dari kendaraan bermotor.

Di Kota Tangerang terdapat 4 buah terminal kendaraan penumpang

umum. Jenis terminal kendaraan umum dan luas masing-masing seperti yang

tercantum pada Tabel SP-5 (lihat Buku Data SLHD).

Gambar 3.44. Jumlah dan Luas Terminal di Kota Tangerang

(Sumber: Dinas Perhubungan Kota Tangerang, 2013)

6.349

129.089

10.584 44 515

754 655

12.301 13.838

6

799.928 Beban

Penumpang pribadi

Penumpang umum

Bus besar pribadi

Bus besar umum

Bus kecil pribadi

Bus kecil umum

Truk besar

Truk kecil

Roda tiga

5,20

0,25 0,16 0,28

Poris Plawad

Cimone

Cibodas

Pasar Baru

Page 124: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 3. Tekanan Terhadap Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

105

Di lihat dari jenis terminal angkutan umum maka terminal Poris Plawad

merupakan terminal terbesar di Kota Tangerang karena menampung berbagai

jenis angkutan umum dari Angkutan Kota Antar Provinsi, AKDP Bus Kota dan

Angkutan Umum. Sementara itu Terminal Cimone dan Pasar Baru merupakan

terminal kecil yang hanya menerima angkutan jenis Angkot.

3.7.2. Angkutan Air

Di Kota Tangerang terdapat sarana air berupa sungai dan situ yaitu

Sungai Cisadane, Situ Cipondoh, Situ Gede, Situ Cangkring, Situ Bulakan, Situ

Bojong, dan Situ Kunciran (lihat Tabel SP-5, Buku Data SLHD). Selama ini

beberapa sungai di Kota Tangerang telah dimanfaatkan sebagai sarana rekreasi

air dan tandon air dan berfungsi antara lain sebagai bendung irigasi, pengendali

banjir dan sumber ar baku air minum. Namun demikian, di sungai dan situ tidak

terdapat pelabuhan sebagai sarana umum untuk transportasi. Adanya dermaga

di sungai dan situ hanya digunakan sebagai sarana rekreasi (perahu wisata,

sepeda air, dan sebagainya).

3.7.3. Angkutan Udara

Di Kota Tangerang terdapat Sarana Pelabuhan Udara Internasional

Soekarno – Hatta. Luas Bandara Soekarno – Hatta sekitar 1.740 Ha. Bandara

Soekarno-Hatta terdiri atas tiga terminal penumpang yaitu Terminal I, II, dan III.

Terminal I terdiri dari sub terminal A, B dan C. Sedangkan terminal II terdiri

dari tiga sub terminal D, E dan F. Kedua terminal ini mampu menampung 18 juta

penumpang.

Namun dengan semakin murahnya tarif pesawat, penumpang melonjak

hingga mencapai 29 juta per tahun. Untuk mengantisipasi hal tersebut, PT

Angkasa Pura II akan melakukan penambahan kapasitas bandara hingga 65 juta

pergerakan penumpang setiap tahunnya. Pengelola bandara ini telah

mengoperasikan terminal III sebagai terminal modern sejak Agustus 2009.

Selain fasilitas penerbangan, di dalam area bandara juga terdapat sejumlah

fasilitas untuk kenyamanan penumpang dan pengguna bandara, seperti hotel

dan lapangan golf.

Page 125: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 3. Tekanan Terhadap Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

106

Saat ini sedang dalam perencanaan untuk membangun jalur angkutan

kereta api dengan panjang rel 30 kilometer. Jalur baru ini berpangkal di Stasiun

Manggarai, Jakarta Selatan, melalui Stasiun Dukuh Atas, Tanah Abang, Duri,

Pesing, Rawa Buaya dan Kalideres. Diperkirakan jarak tempuh dari Manggarai-

Bandara hanya memerlukan waktu 15-20 menit.

3.7.4. Perkiraan Volume Limbah Padat dari Sarana Transportasi

Pada Tabel SP-5 (lihat Buku Data SLHD), perkiraan volume limbah padat

dari sarana transportasi menggunakan pendekatan timbulan sampah sebesar

2,033 m3/ha/hari. Total volume limbah padat dari terminal angkutan umum

merupakan volume terbesar, yaitu sebesar 0,012 m3/hari. Sedangkan dari

pelabuhan udara sebesar 315,87 m3/hari.

Untuk terminal-terminal angkutan umum sarana pengumpulan sampah

telah tersedia di lokasi yang telah ditentukan. Pengumpulan menggunakan

kontainer ukuran 6 m3 dalam kondisi tertutup. Sedangkan di lokasi ruang tunggu

dan kantor telah dilengkapi dengan sarana tempat sampah yang terpilah antara

organik dan anorganik. Untuk sarana pelabuhan udara di Bandara Soekarno-

Hatta, telah dilengkapi dengan TPS yang dikelola oleh PT. Angkasa Pura II.

Beberapa jenis sampah penerbangan harus dilakukan pemusnahan di kawasan

Bandara. Untuk itu Bandara Soekarno – Hatta memiliki unit insinerator yang

akan memusnahkan sampah sisa-sisa penerbangan, terutama penerbangan

internasional.

3.8. PARIWISATA

3.6.1. Fasilitas Wisata

Berdasarkan Tabel SP-6 (lihat Buku Data SLHD), terdapat beberapa

tempat yang dijadikan sebagai obyek pariwisata. Situ Cipondoh merupakan

obyek wisata yang paling ramai dikunjungi dengan perkiraan pengunjung setiap

minggunya sampai 52.000 orang pengunjung per tahun. Situ Cipondoh

merupakan obyek wisata terluas (126 ha) dan merupakan obyek wisata

potensial untuk terus dikembangkan.

Page 126: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 3. Tekanan Terhadap Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

107

Sebagai penunjang obyek wisata yang ada, banyak bermunculan hotel

berbintang dan non bintang di Kota Tangerang. Jumlah kamar dari hotel

berbintang di Kota Tangerang adalah 233 kamar untuk Hotel Bintang 5, 140

kamar untuk Hotel Bintang 4, 467 kamar untuk Hotel Bintang 3, 35 kamar untuk

Hotel Bintang 2, dan 694 kamar untuk Hotel Melati (lihat Tabel SP-7, Buku Data

SLHD).

Gambar 3.45. Jumlah Kamar Hotel Berdasarkan Jenis Hotel

(Sumber: Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya, dan Pariwisata Kota Tangerang, 2013)

3.6.2. Perkiraan Volume Limbah dari Sektor Pariwisata

Perkiraan volume limbah padat dari obyek wisata ditampilkan pada

Tabel SP-6 (lihat Buku Data SLHD). Total volume limbah padat yang

diperkirakan timbul setiap harinya adalah sebesar 26,378 m3/hari. Volume

paling besar dihasilkan dari obyek Situ Cipondoh sebesar 7,915 m3/hari dan

terkecil adalah Taman Bantaran Kali Cisadane Jl. Benteng Jaya sebesar 0,005

m3/hari.

Pada Tabel SP-6 (lihat Buku Data SLHD) dilakukan perhitungan

perkiraan limbah padat yang dihasilkan oleh masing-masing hotel. Total limbah

padat yang dihasilkan berjumlah 1,04 m3/hari. Timbulan sampah terbesar

dihasilkan oleh Bintang 3 dengan kapasitas sebesar 0,64 m3/hari. Untuk limbah

cair, dengan menggunakan parameter BOD sebagai indikator, beban limbah cair

233

140

467

35 -

694

0

100

200

300

400

500

600

700

800

BINTANG 5 BINTANG 4 BINTANG 3 BINTANG 2 BINTANG 1 MELATI

Page 127: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 3. Tekanan Terhadap Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

108

dari hotel-hotel adalah sebesar 13.374,77 ton/tahun. Limbah cair terbesar

dihasilkan oleh Hotel Bintang 3 sebesar 11.250,03 ton/tahun.

Pada Gambar-gambar berikut ini ditampilkan beban limbah cair untuk

setiap parameter yang dihasilkan oleh setiap hotel dan kapasitas limbah padat

yang ditimbulkan dari aktivitas setiap hotel.

Gambar 3.46. Beban BOD (dalam ton/tahun) Limbah Cair Domestik Hotel

(Sumber: Disporbudpar Kota Tangerang & Analisis Tim Penyusun SLHD, 2013)

Gambar 3.47. Beban COD (dalam ton/tahun) Limbah Cair Domestik Hotel

(Sumber: Disporbudpar Kota Tangerang & Analisis Tim Penyusun SLHD, 2013)

8.334,41

4.292,40

11.250,03

843,15 -

13.374,77

0,00

2.000,00

4.000,00

6.000,00

8.000,00

10.000,00

12.000,00

14.000,00

16.000,00

BINTANG 5 BINTANG 4 BINTANG 3 BINTANG 2 BINTANG 1 MELATI

10,83

5,58

18,61

1,40 -

30,43

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

35,00

BINTANG 5 BINTANG 4 BINTANG 3 BINTANG 2 BINTANG 1 MELATI

Page 128: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 3. Tekanan Terhadap Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

109

Gambar 3.48. Beban TSS (dalam ton/tahun) Limbah Cair Domestik Hotel

(Sumber: Disporbudpar Kota Tangerang & Analisis Tim Penyusun SLHD, 2013)

Gambar 3.49. Timbulan Sampah dari kegiatan Perhotelan (m3/hari)

(Sumber: Disporbudpar Kota Tangerang & Analisis Tim Penyusun SLHD, 2013)

3.9. LIMBAH B3

Limbah B3 pada umumnya dihasilkan oleh kegiatan Rumah sakit dan

Industri. Limbah industri bisa berasal proses industri maupun pembakaran

bahan bakar. Pengelolaan limbah B3 sejak penampungan limbahnya,

pengumpulan dan pembuangannya mengacu pada PP No, 18 Tahun 1999 jo PP

85/1999 mengenai Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).

0,38

0,20

0,65

0,05 -

1,07

0,00

0,20

0,40

0,60

0,80

1,00

1,20

BINTANG 5 BINTANG 4 BINTANG 3 BINTANG 2 BINTANG 1 MELATI

0,37

0,19

0,64

0,05 -

1,04

0,00

0,20

0,40

0,60

0,80

1,00

1,20

BINTANG 5 BINTANG 4 BINTANG 3 BINTANG 2 BINTANG 1 MELATI

Page 129: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 3. Tekanan Terhadap Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

110

Di tahun 2013, terdapat sekitar 44 perusahaan yang terdata mengelola

limbah B3 (lihat Tabel SP-11 Buku Data SLHD). Jenis pengelolaan limbah B3

yang terdata meliputi jenis izin:

1. Penyimpanan sementara limbah B3;

2. Pengangkut limbah B3;

3. Daur ulang limbah B3

4. Pemanfaat limbah B3;

Gambar 3.50. Jumlah Perusahaan Pengelola Limbah B3

(Sumber: BPLH Kota Tangerang, 2013)

Berdasarkan Gambar 3.48. terdapat 44 perusahaan yang telah melakukan

pengelolaan limbah B3, yang ditandai dengan telah dimilikinya izin pengelolaan

limbah B3. Dari total 44 perusahaan tersebut, telah dikeluarkan 48 buah izin

pengelolaan limbah B3. Izin mulai diterbitkan pada tahun 2008 sampai dengan

tahun 2013. Izin yang terbanyak diterbitkan adalah izin penyimpanan

sementara limbah B3.

36

4

1

7

Penyimpanan sementara

Pengangkut

Daur ulang

Pemanfaat

Page 130: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 4. Upaya Pengelolaan Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

108

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya siang dan malam, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (Q.S. Al Baqarah 164)

Page 131: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 4. Upaya Pengelolaan Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

109

Page 132: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 4. Upaya Pengelolaan Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

110

Page 133: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 4. Upaya Pengelolaan Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

111

4.1. REHABILITASI LINGKUNGAN

4.1.1. Penghijauan

Sebagai sebuah kebijakan yang telah dicanangkan oleh Walikota

Tangerang, penghijauan merupakan kegiatan yang selalu dilaksanakan secara

rutin oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP). Penghijauan yang

dilakukan oleh DKP meliputi penghijauan di jalur hijau pinggir jalan, pulau

taman, taman-taman, dan hutan kota. Disamping DKP, SKPD lain melakukan

kegiatan penghijauan seperti yang dilakukan oleh Badan Pengendalian

Lingkungan Hidup (BPLH), dengan target lokasi daerah konservasi dan kawasan

permukiman yang membutuhkan penghijauan.

Berdasarkan Tabel UP-1 (lihat Buku Data SLHD), pada tahun 2013 telah

direlisasikan penanaman pohon sebanyak 7.993 pohon yang tersebar di semua

kecamatan, dimana pohon terbanyak ditanam di Kecamatan Neglasari yaitu

3.035 pohon. Realisasi pohon yang ditanam lebih besar dari rencana karena ada

tambahan dari kegiatan Pengendalian Pencemaran Udara (uji emisi kendaraan

bermotor), yang menyebarkan pohon-pohon sebagai souvenir kepada

kendaraan yang telah mengujikan emisi kendaraannya.

Gambar 4.1. Realisasi Kegiatan Penghijauan

(Sumber: DKP dan BPLH Kota Tangerang, 2013)

711 766

448 150 100

514 802

180 106

768

408

3.035

5 0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

Realisasi

Page 134: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 4. Upaya Pengelolaan Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

112

Pada Gambar 4.2. ditunjukan

perkembangan program penghijauan yang

dilakukan di Kota Tangerang. Program

penghijauan ini dilakukan tidak saja prakarsa

dari Pemerintah Kota Tangerang, tapi

melibatkan pihak swasta dan instansi

pemerintah lainnya.

Gambar 4.2. Perkembangan Realisasi Penanaman Pohon

(Sumber: DKP dan BPLH Kota Tangerang, 2013)

4.1.2. Program Kampung Hijau

Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan

lingkungan hidup, dilaksanakan kegiatan Peningkatan Peran Serta

Masyarakat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup yang mengedapankan

pelaksanaan konsep “Kampung Hijau”, dengan indikator keberhasilan:

Peningkatan penghijauan di kawasan perumahan/permukiman

Peningkatan kebersihan lingkungan di kawasan perumahan/permukiman

Terbentuk organisasi penggerak masyarakat

Tercipta inovasi-inovasi pengelolaan lingkungan hidup, seperti:

Pemanfaatan sampah (3R)

1.542 1.549 5.888

41.986

116.007

6.520 7.993

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

140000

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Jumlah pohon

Page 135: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 4. Upaya Pengelolaan Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

113

Bank sampah

Pengoperasian Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Domestik, dll

Pelaksanaan kegiatan Kampung Hijau ini dilakukan semenjak tahun

2011. Sampai dengan tahun 2013 telah terbina 22 (dua puluh dua) kampung

hijau. Tabel 4.1. menunjukan lokasi-lokasi pelaksanan Kampung Hijau

Tabel 4.1. Daftar Lokasi Kampung Hijau Tahun 2011-2013

NO LOKASI KECAMATAN T.A

1 Perumnas I, Jalan Cibodas – Ciliwung Karawaci 2011

2 Perumahan Bugel Mas Indah Karawaci 2011

3 Perumahan Batuceper Indah Batuceper 2011

4 Perumahan Buana Permai Cipondoh 2011

5 Perumahan P dan K Cipondoh 2011

6 Komplek Kehakiman Tangerang 2011

7 Perumahan DAS Cisadane Karawaci 2011

8 Perumahan Pinang Griya Pinang 2012

9 Perumahan Ciledug Indah 1 Karang Tengah 2012

10 Perumahan Ciledug Indah 2 Karang Tengah 2012

11 Perumahan Pondok Surya Karang Tengah 2012

12 Perumahan Benua Indah Karawaci 2012

13 Perumahan Cipondoh Makmur RW.8 CIpondoh 2013

14 Perumahan Cipadu RW.8 Larangan 2013

15 Perumahan Cibodas RW.3 Cibodas 2013

16 Perumahan Pabuaran Tumpeng RW.10 Karawaci 2013

17 Perumahan Cimone Mas Permai Karawaci 2013

18 Perumahan Pengayoman Tangerang 2013

19 Perumahan Pondok Bahar RW.3 Karang Tengah 2013

20 Perumahan Griya Ciledug Ciledug 2013

21 Perumahan Puri Megah RW.11 Ciledug 2013

22 Perumahan Kunciran Mas Permai Pinang 2013

Sumber: BPLH Kota Tangerang, 2013.

Perkembangan keterlibatan masyarakat dalam Program Kampung Hijau,

semakin tahun semakin meningkat. Hal ini dikarenakan faktor manfaat yang

dapat diterima oleh masyarakat dalam pengelolaan lingkungan. Perkembangan

pelaksanaan setiap tahun ditunjukan dalam Gambar 4.3.

Page 136: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 4. Upaya Pengelolaan Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

114

Gambar 4.3. Perkembangan Pelaksanaan Program Kampung Hijau

(Sumber: BPLH Kota Tangerang, 2013)

4.1.3. Pengendalian Pencemaran Udara dari Sumber Bergerak

Pengujian emisi kendaraan

bermotor sebagai upaya

pengendalian emisi gas buang

kendaraan bermotor, pada tahun

2013 dilakukan oleh BLHD

Provinsi Banten yang merupakan

bagian dari pelaksanaan Evaluasi

Kualitas Udara

Perkotaan/Program Langit Biru

dengan menggunakan Dana Dekonsentrasi serta dari sumber APBD Kota

Tangerang TA. 2013. Pengujian emisi yang bersumber dari APBD Kota

Tangerang TA. 2013, dilakukan terhadap 1.990 kendaraan dari berbagai jenis,

tapi hanya sebanyak 1.931 kendaraan yang datanya valid dan dapat digunakan

sebagai analisis. Dari 1.931 kendaraan yang melakukan uji emisi, sebanyak

1.360 kendaraan berbahan bakar bensin (70,42%) dan 571 berbahan bakar

solar (29,58%). Kendaaraan berbahan bakar bensin terdiri dari jenis karburator

dan injeksi.

Dari hasil uji emisi tahun 2013 tersebut diketahui bahwa kendaraan yang

lulus uji sebanyak 78,61% dan yang tidak lulus 21,39%. Persentase kelulusan

7

5

10

0

2

4

6

8

10

2011 2012 2013

P erbanding an P erumahan K ampung H ijau

T iap T ahun

J umlahP erumahan

Page 137: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 4. Upaya Pengelolaan Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

115

ini menurun sedikit dibandingkan hasil uji emisi tahun 2012 dimana hasil uji

emisi tahun 2011 terdapat 80,11% kendaraan lulus dan 19,89% tidak lulus uji

emisi.

Gambar 4.4. Jumlah Kendaraan Lulus dan Tidak Lulus Uji Emisi Th.

2009-2013

(Sumber: BPLH Kota Tangerang, 2013)

Bila dirunut terhadap jenis bahan bakarnya, maka kendaraan berbahan

bakar solar yang lulus uji emisi sebanyak 284 buah (49,74%) dan yang tidak

lulus uji emisi sebanyak 287 buah (50,26%). Dibandingkan dengan uji emisi

tahun 2012, kendaraan diesel yang lulus uji emisi mengalami penurunan

persentase kelulusan dari 63,07% menjadi 49,74%. Terjadinya persentase

penurunan dikarenakan sampel yang diuji lebih banyak kendaraan niaga

komersial berupa truk engkel dan box. Kendaraan-kendaraan tersebut banyak

dimiliki oleh perusahaan-perusahaan yang kurang merawat kendaraannya

dengan baik.

1317 1380 1566

2058

1518

1084

815 725

511 413

0

500

1000

1500

2000

2500

Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013

Jumlah kendaaraan lulus Jumlah kendaraan tidak lulus

Page 138: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 4. Upaya Pengelolaan Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

116

Gambar 4.5. Jumlah Kendaraan Solar yang Lulus dan Tidak Lulus Uji

Emisi

(Sumber: BPLH Kota Tangerang, 2013)

Kendaraan Bensin yang lulus uji emisi sebanyak 90,74% meningkat

dibandingkan uji emisi tahun 2012 dengan kelulusan 90,34%. Berikut ini hasil

uji emisi kendaraan berbahan bakar bensin di Kota tangerang tahun 2009

sampai dengan tahun 2013.

Gambar 4.6. Hasil Uji Emisi Kendaraan Berbahan Bakar Bensin

(Sumber: BPLH Kota Tangerang, 2013)

Parameter uji untuk kendaraan berbahan bakar bensin adalah emisi

Karbon Monoksida dan hidrokarbon. Sementara parameter uji untuk kendaraan

206

294

169

608

284

633

482

612

356

287

0

100

200

300

400

500

600

700

Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013

Jumlah kendaaraan Diesel lulus Jumlah kendaraan Diesel tidak lulus

1111 1086

1169

1450

1234

451 333 341

155 126

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013

Jumlah kendaraan bensin lulus Jumlah kendaraan bensin tidak lulus

Page 139: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 4. Upaya Pengelolaan Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

117

berbahan bakar solar adalah Opasitas. Berdasarkan pengujian juga dihasilkan

bahwa nilai CO terbesar adalah 10% sedangkan terkecil 0%. Untuk parameter

Hidrokarbon terendah adalah 0 ppm sedangkan tertinggi adalah 4.452 ppm.

Sedangkan untuk nilai opasitas terendah adalah 10,01% dan terbesar adalah

99,9%.

4.1.4. Pelaksanaan Hari Bebas Kendaraan (Car Free Day)

Berdasarkan berbagai

penelitian tentang pengendalian

pencemaran udara di kota-kota

besar, emisi gas buang dari

kendaraan bermotor merupakan

kontributor utama pencemaran

udara. Untuk mengurangi emisi

gas buang tersebut, salah satu

cara yang dilakukan adalah pembatasan kendaraan bermotor di suatu ruas jalan

dalam waktu tertentu yang lebih dikenal dengan penerapan Hari Bebas

Kendaraan (Car Free Day).

Pelaksanaan Hari Bebas Kendaraan di Kota Tangerang mulai

dilaksanakan pada awal tahun 2012. Lokasi pelaksanaan di Jalan M. Yamin,

mulai dari Tugu Adipura sampai

dengan Persimpangan Jalan Jend.

Sudirman. Pengelola kegiatan ini

dilakukan oleh BPLH.

Pelaksanaan Hari Bebas

Kendaraan juga merupakan ajang

multi kegiatan, diantaranya kegiatan

senam, olahraga lainnya, pameran, atraksi, hiburan musik, jual beli barang atau

makanan, dan aktivitas lain. Peserta dalam Hari Bebas Kendaraan sering diisi

oleh para siswa dari Sekolah Adiwiyata, Komunitas masyarakat, klub senam,

perusahaan, dan unsur masyarakat lainnya.

Page 140: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 4. Upaya Pengelolaan Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

118

4.1.5. Program Sekolah Adiwiyata

Program Adiwiyata adalah salah satu program Kementerian Negara

Lingkungan Hidup dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan

kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Sekolah

Adiwiyata adalah sekolah yang baik dan ideal sebagai tempat memperoleh

segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang dapat menjadi

dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup dan cita-cita

pembangunan berkelanjutan. Kriteria Sekolah Adiwiyata yang dikembangkan

adalah:

1. Pengembangan Kebijakan Sekolah

2. Pengembangan Kurikulum Berbasis Lingkungan

3. Pengembangan Kegiatan Berbasis Partisipatif

4. Pengelolaan dan pengembangan sarana pendukung sekolah

Pada tahun 2012 yang lalu, dihasilkan 3 (tiga) sekolah yang telah menjadi

Sekolah Adiwiyata Tingkat Nasional, yaitu SMPN 13, SMAN 5, dan SMKN 2.

Ketiga sekolah tersebut secara aktif telah menerapkan sekolah yang

menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan lingkungan hidup dalam kehidupan

sekolah sehari-hari. Pada tahun 2013, telah ditetapkan 20 (dua puluh) sekolah

yang terpilih sebagai Sekolah Adiwiyata Tingkat Kota Tangerang.

Tabel 4.2. Daftar Sekolah Adiwiyata Tingkat Kota Tangerang 2013

No Nama Sekolah No Nama Sekolah

1 SDN Tangerang 7 11 SDN Tanah Tinggi 7

2 SDN Tangerang 12 12 SDN Karawaci Baru 4

3 SDN Tangerang 14 13 SDN Cikokol 1

4 SDN Tangerang 19 14 SDN Cikokol 2

5 SDN Pasar Baru 1 15 SMPN 2

6 SDN Pasar Baru 2 16 SMPN 23

7 SDN Pasar Baru 4 17 SMPN 24

8 SDN Pasar Baru 6 18 SMAN 4

9 SDN Sukasari 4 19 SMAN 7

10 SDN Sukasari 6 20 SMKN 4

Sumber: BPLH Kota Tangerang, 2013.

Page 141: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 4. Upaya Pengelolaan Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

119

4.1.6. Pengkajian Produksi Bersih Industri Tahu Tempe

Keberadaan industri tahu-tempe yang tersebar di kota Tangerang telah

memberikan andil yang cukup besar dalam meningkatkan pendapatan

masyarakat kota Tangerang. Industri tahu-tempe di kota Tangerang berskala

kecil dan menengah dengan jumlah sekitar 89 buah. Industri sejumlah itu

memberi andil pada besarnya tingkat pencemaran yang disebabkan oleh

industri ini, karena penggunaan air yang cukup besar dalam proses

produksinya.

Gambar 4.7. Peta Sebaran Industri Tahu-Tempe di Kota Tangerang

(Sumber: BPLH Kota Tangerang, 2013)

Implementasi penerapan produksi bersih berupaya memadukan strategi

produksi bersih untuk mengembangkan sentra industri tahu tempe di Kota

Tangerang yang lebih efisien dari sisi produksi dan pengurangan dampak

lingkungan. Strategi bagi pengembangan industri tahu tempe di Kota Tangerang

dengan implementasi produksi bersih adalah sebagai berikut:

1. Sosialisasi dan pelatihan produksi bersih

Page 142: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 4. Upaya Pengelolaan Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

120

2. Meningkatkan efisiensi produksi (meminimalkan energi dan bahan baku)

dengan cara memperbaiki teknologi proses;

3. Meningkatkan peran pemerintah dalam mengkoordinasikan keterlibatan

pihak swasta, lembaga pembiayaan, lembaga penelitian atau perguruan

tinggi, media massa, dan masyarakat untuk menyukseskan program

produksi bersih;

4. Meningkatkan vokalitas pengusaha tahu tempe di Kota Tangerang melalui

sarana rembug warga untuk memanfaatkan Sarasehan Rencana

Pembangunan (program pemberdayaan industri tahu tempe Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Kota Tangerang) yang bersifat bottom-up.

Gambar 4.8. Peta Rencana Lokasi Kawasan Pengrajin Tahu Tempe

(Sumber: BPLH Kota Tangerang, 2013)

Page 143: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 4. Upaya Pengelolaan Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

121

Gambar 4.9. Rancangan Pengolahan Air Limbah Pengrajin Tahu Tempe

(Sumber: BPLH Kota Tangerang, 2013)

4.1.7. Pengembangan Sistem Informasi Lingkungan

Sistem Informasi Lingkungan (SIL) merupakan media informasi yang

dikembangkan oleh BPLH Kota Tangerang di tahun 2013. Pengembangan SIL ini

bertujuan untuk memfasilitasi pelayanan pelaporan pengelolaan limbah B3 dari

kegiatan industri dan fasilitas layanan kesehatan (FASYANKES).

Gambar 4.10. Aplikasi Sistem Informasi Lingkungan (SIL)

(Sumber: BPLH Kota Tangerang, 2013)

Page 144: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 4. Upaya Pengelolaan Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

122

Dengan adanya aplikasi pelaporan limbah B3 secara on-line, maka

diharapkan dapat mempermudah pengelolaan limbah B3 di 300 industri yang

memiliki potensi menghasilkan limbah B3. Selain itu pula aplikasi ini

diharapkan dapat memfasilitasi sebanyak 27 rumah sakit negeri dan swasta, 6

laboratorium klinik pratama, 1.227 praktik dokter umum dan dokter gigi, 610

praktik dokter spesialis, 242 balai pengobatan, 28 rumah bersalin dan 280

praktik bidan dalam pengelolaan limbah B3. Alamat website yang digunakan

untuk aplikasi ini adalah http://bplh.tangerangkota.go.id/sil-plb3.

4.1.8. Penataan Transportasi Kota Tangerang

a. Kondisi Transportasi Saat Ini dan Permasalahannya

Problematika utama yang dihadapi hampir semua wilayah

perkotaan termasuk Kota Tangerang adalah masalah kemacetan lalu lintas

dimana titik rawan kemacetan yang teridentifikasi di wilayah Kota

Tangerang terutama pada waktu jam sibuk terdapat 82 titik yang

lokasinya tersebar di tiap bagian wilayah Kota dengan karakteristik

kinerja ruas jalan adalah memiliki kecepatan ruas jalan rata-rata pada

kisaran kurang dari 22 Km/jam dengan rasio volume per kapasitas rata-

rata sudah mendekati tingkat 0,8.

Kondisi ini terjadi karena tidak adanya kesetimbangan demand-

supply jaringan transportasi jalan yang ada, juga dipengaruhi oleh faktor

penggunaan ruang lalu lintas yang kurang efisien. Kondisi

ketidaksetimbangan demand – suply jaringan transportasi jalan

ditunjukkan oleh tingkat pertumbuhan lalu lintas yang relatif tinggi

dengan kisaran ± 10 % per tahun yang belum mampu diakomodir oleh

peningkatan penyediaan ruang lalu lintas dengan pertumbuhan rata-rata

0,07 % per tahun.

Adapun terjadinya penggunaan ruang lalu lintas yang kurang

efisien digambarkan dengan proporsi pemanfaatan moda angkutan oleh

masyarakat dalam kegiatan mobilitasnya dimana komposisi penggunaan

angkutan umum relatif rendah dengan kisaran 7,89 % sedangkan

Page 145: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 4. Upaya Pengelolaan Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

123

penggunaan kendaraan pribadi (mobil dan sepeda motor) mencapai 92,11

%, dimana berdasarkan survey okupansi yang telah dilakukan di wilayah

Kota Tangerang, okupansi rata-rata kendaraan pribadi yaitu sepeda motor

sebesar 1,32 orang dan mobil penumpang sebesar 1,55 orang. Hal tersebut

menunjukkan terdapat penggunaan jalan yang tidak efisien karena banyak

kursi kosong yang bergerak mengisi ruang lalu lintas.

b. Strategi Penataan Transportasi

Dalam mengatasi permasalahan transportasi yang berdampak pada

meningkatnya kuantitas dan kualitas kemacetan lalu lintas pada dasarnya

penanganannya perlu dilakukan secara komprehensif dan sistematika.

Oleh karenanya strategi penataan transportasi yang perlu diupayakan

dapat dijabarkan sebagai berikut :

Menerapkan manajemen Kapasitas Lalu Lintas yakni upaya

mengoptimalkan dan/atau meningkatkan kapasitas ruang lalu lintas;

Menerapkan manajemen kebutuhan lalu lintas yakni upaya untuk

meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan ruang lalu lintas

dan mengendalikan pergerakan lalu lintas;

c. Program Penataan Transportasi

1. Program manajemen kapasitas lalu lintas, mencakup antara lain :

Pengembangan jaringan jalan

yang diarahkan untuk

mendorong terbentuknya pola

jaringan jalan di wilayah Kota

Tangerang menjadi pola Ring

Radial dan menghubungkan

jaringan jalan yang terputus

(missing link) sehingga selain

meningkatkan kapasitas ruang lalu lintas juga mengefisienkan

pergerakan antar wilayah;

Page 146: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 4. Upaya Pengelolaan Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

124

Peningkatan dan perbaikan geometrik jalan diarahkan untuk

mengatasi hambatan akibat bottle neck sekaligus meningkatkan

kapasitas ruang lalu lintas;

Penerapan manajemen lalu lintas dengan menerapkan sistem satu

arah (SSA) maupun loop system yang diarahkan untuk menurunkan

tingkat hambatan;

Pembangunan sistem pengendalian lalu lintas berupa Intellegent

Transport System (ITS) atau Area Traffic Control System (ATCS) yang

diarahkan untuk meningkatkan kapasitas ruang lalu lintas dan

mengefisienkan pergerakan lalu lintas;

Pengendalian hambatan samping dengan mengarahkan kegiatan di

badan jalan ke luar badan jalan atau melakukan pengaturan di lokasi

tertentu dengan tetap mempertimbangkan kepadatan lalu lintas

yang ada;

2. Program manajemen kebutuhan lalu lintas, meliputi antara lain :

Pengembangan sistem

angkutan umum massal

dalam konstelasi

Jabodetabek yang

terintegrasi dengan

sistem angkutan umum

massal lokal Kota

Tangerang dalam satu

kesatuan sistem transit

yang diarahkan untuk mendorong penggunaan kendaraan angkutan

umum dan transportasi yang ramah lingkungan;

Pengembangan Terminal Terpadu dan Terminal Perbatasan yang

diarahkan untuk meningkatkan akses masyarakat ke sistem layanan

angkutan umum serta mefasilitasi peralihan antar moda atau

peralihan moda dari penggunaan kendaraan pribadi ke penggunaan

kendaraan angkutan umum;

Page 147: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 4. Upaya Pengelolaan Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

125

Pengendalian terhadap waktu operasional angkutan barang pada

jam-jam tertentu yang diarahkan untuk mengurangi volume lalu

lintas dan hambatan lalu lintas.

4.1.9. Kegiatan Fisik Lain

Berdasarkan Tabel UP-2 (lihat Buku Data SLHD), kegiatan fisik yang

terkait dengan peningkatan kondisi lingkungan dilakukan di Kota

Tangerang, disampaikan dalam uraian berikut.

a. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Sederhana

Kegiatan pembangunan IPAL

sederhana merupakan tindak lanjut dari

hasil studi Penguatan Kapasitas

Manajemen Lingkungan Hidup

Pemerintahan Daerah di Indonesia

(Strengthening Environmental

Management Capacity of Local

Governments in Indonesia/SEMAC) yang

dibiayai oleh Japan International Cooperation Agency (JICA) pada tahun

2011. Pembangunan IPAL merupakan

salah satu percontohan Proyek SEMAC atas

temuan beban pencemaran air yang

sebagian besar (84%) berasal dari buangan

domestik masyarakat.

Dari semenjak dimulainya kegiatan

pembangunan IPAL Domestik Sederhana

pada tahun 2011, telah terbangun sebanyak 11 IPAL sampai dengan akhir tahun

2013. Lokasi pembangunan IPAL dicantumkan dalam Tabel 4.3.

Page 148: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 4. Upaya Pengelolaan Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

126

Tabel 4.3. Lokasi IPAL Domestik Sederhana Tahun 2011-2013

NO LOKASI KECAMATAN T.A

1 Perumahan Bugel Mas Indah Karawaci 2011

2 Perumahan P dan K Cipondoh 2011

3 Perumahan Pondok Surya Karang Tengah 2012

4 Perumahan Pinang Griya Pinang 2012

5 Perumahan Ciledug Indah 1 Karang Tengah 2012

6 Perumahan Benua Indah Karawaci 2012

7 Perumahan Buana Permai Cipondoh 2012

8 Perumahan Cipondoh Makmur Cipondoh 2013

9 Perumahan Pondok Bahar RW.3 Karang Tengah 2013

10 Perumahan Puri Megah RW.11 Cipondoh 2013

11 Perumahan Kunciran Mas Permai Pinang 2013

Sumber: BPLH Kota Tangerang, 2013.

Gambar 4.11. Perkembangan IPAL Domestik Tahun 2011-2013

(Sumber: BPLH Kota Tangerang, 2013)

b. Pengadaan Alat Monitoring Udara Ambien

Pengadaan alat monitoring udara ambien bertujuan untuk memonitor

kualitas udara ambien secara kontinu. Hasil pemantauan selanjutnya

disosialisasikan kepada masyarakat dengan menggunakan display board. Pada

display board ditampilkan Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) sesuai

dengan standar yang ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup.

Parameter kualitas udara yang dipantau adalah Karbon monoksida (CO),

Nitrogen dioksida (NO2), Sulfur dioksida (SO2), Oksidan (O3) dan Debu (PM10).

2

5

4

0

1

2

3

4

5

2011 2012 2013

P erbanding an P embuatan IP AL D omes tik

S ederhana T iap T ahun

J umlah IP ALD omestikS ederhana

Page 149: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 4. Upaya Pengelolaan Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

127

Lokasi penempatan alat monitoring di Kecamatan Ciledug, yaitu di Kantor

Kelurahan Sudimara Barat.

Gambar 4.12. Penempatan Alat Monitoring Udara Ambien Tahun 2013

(Sumber: BPLH Kota Tangerang, 2013)

c. Pembangunan Sarana dan Prasarana TPA Rawa Kucing

Pembangunan sarana dan prasarana TPA Rawa Kucing mengacu kepada

Detail Engineering Desaign (DED) TPA Rawa Kucing. Lahan TPA di masa yang

akan datang direncanakan menjadi tempat pemrosesan sampah terpadu,

sekaligus dijadikan sebagai kawasan edukasi masyarakat, dan pengembangan

kawasan pertanian.

Pada tahun 2013 dilakukan 2 (dua) pekerjaan dalam rangka

meningkatkan TPA Rawa Kucing sebagai sebuah sanitary landfill. Pekerjaan

yang dilakukan mencakup:

1. Pembangunan zona penimbunan Blok A

Luas lahan efektif landfill sampah di TPA direncanakan terdiri atas 6

(enam) blok landfill dengan luas keseluruhan ±11,26 ha dengan luas

masing-masing sebagai berikut Blok A seluas 2,34 ha, Blok B seluas 2,43 ha,

Blok C seluas 1,69 ha, Blok D seluas 1,92 ha, Blok E seluas 0,64 ha dan Blok

G seluas 2,26 ha.

Pada tahun 2013 ini telah diimplementasikan DED Tahap I tahun 2013

yaitu pembangunan sel sanitary landfill yaitu berupa kegiatan galian untuk

blok landfill A seluas 2,34 ha. Zona penimbunan di TPA Rawa Kucing blok A

direncanakan akan dibangun pada elevasi dasar landfill +24,0 m dan tinggi

Page 150: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 4. Upaya Pengelolaan Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

128

landfill sampai +45,0 m. Blok ini direncanakan terdiri atas 3-5 lift

(ketinggian timbunan 15-25 m dari dasar pengupasan lahan) dengan

kapasitas penimbunan mencapai 360,140.79 m3.

Gambar 4.13. Pembangunan Zona Penimbunan A

(Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Tangerang, 2013)

Potongan landfill

Potongan sistem drainase

Gambar 4.14. Detail Pembangunan Zona Penimbunan A

(Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Tangerang, 2013)

Page 151: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 4. Upaya Pengelolaan Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

129

Pembangunan Blok A secara garis besar terdiri dari pembangunan:

a. Lapisan-lapisan bahan liner untuk mencegah migrasi cemaran keluar

lahan urug Landfill Base Liner, maka berikut ini adalah usulan konkrit

kami sebagai berikut :

- Lapisan clay (tanah setempat)

- Lapisan geomembrane yang terbuat dari High Density

Polypropylene 1,5 mm

- Lapisan geotextile

- Drainage layer merupakan alternatif dari mineral material layer

(gravel)

b. Sistem pengumpul lindi;

c. Drainase yang berfungsi untuk mencegah aliran air permukaan

masuk ke dalam lahan atau keluar lahan efektif.

Gambar 4.15. Gambaran Kondisi Lapangan Pembangunan Blok A

(Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Tangerang, 2013)

2. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Lindi

Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Lindi akan menggunakan

sistem lengkap yang terdiri dari bak ekualisasi, kolam stabilisasi, kolam

fakultatif, dan kolam maturasi. Selain itu Instalasi Pengolahan Air Lindi

akan dilengkapi dengan land treatment yang menerima air hasil olahan

sebagai air yang diaplikasikan ke tanah (penyiraman tanaman).

Page 152: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 4. Upaya Pengelolaan Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

130

Gambar 4.16. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Lindi di TPA

(Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Tangerang, 2013)

Gambar 4.17. Denah Instalasi Pegolahan Air Lindi di TPA

(Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Tangerang, 2013)

d. Pembangunan Unti Pengolahan Sampah

Sebagai salah satu implementasi DED Revitalisasi TPA Rawa kucing, yaitu

merupakan bagian dari Intermediate Treatment Facilities (ITF), saat ini tengah

dilakukan pembangunan Unit Pengolah sampah yang ramah lingkungan dengan

kapasitas 10 ton per hari sebagai upaya untuk mengurangi tumpukan sampah di

TPA Rawa Kucing. Teknologi yang diaplikasikan merupakan teknologi yang

akan mengkonversi dari sampah menjadi energi terbarukan. Teknologi yang

Page 153: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 4. Upaya Pengelolaan Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

131

diiaplikasikan merupakan teknologi yang relatif baru dan mempunyai beberapa

keunggulan, diantaranya:

a. Teknologi ramah lingkungan bebas Dioxin dan Furan dan ambang emisi

berbahaya.

b. Tidak memerlukan pemilahan sampah secara mutlak sehingga mudah

operasinya.

c. Bukan merupakan sistem biomass gasification, sehingga umpan sampah

yang masuk ke unit tidak hanya jenis sampah yang khusus saja.

d. Pemanfaatan panas yang di hasilkan menghasilkan listrik renewable energy.

e. Produk yang dihasilkan antara lain adalah energi, pakan ternak, Etanol dan

pupuk.

f. Teknik operasinyanya mudah aman mengingat suhu operasional 1000oC

s/d 1400oC sedangkan suhu luar unit 35oC.

g. Seluruh sampah terkonversi, residu yang dihasilkan pun sebesar 2% dari

umpan yang masuk masih biasa dimanfaatkan sebagai filler paving block.

h. Untuk listrik bisalnya untuk kapasitas per-1000 ton sampah, berpotensi

menghasilkan listrik sebesar 25 Mega Watt.

Page 154: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 4. Upaya Pengelolaan Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

132

Gambar 4.18. Rancangan Unit Pengolahan Sampah

(Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Tangerang, 2013)

Page 155: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 4. Upaya Pengelolaan Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

133

e. Pembangunan Pedestrian

Pemerintah Kota Tangerang

membangun jalur pedestrian atau

jalur khusus pejalan kaki sepanjang 2

kilometer di Jalan Jendral Sudirman.

Jalur tersebut rencananya

akan di perpanjang hingga Jalan MH.

Thamrin untuk kepentingan masyarakat serta melindungi pejalan kaki.

Pedestrian saat ini tengah dibangun dengan lebar 4 meter. Pembangunan jalur

untuk pejalan kaki itu akan dilengkapi dengan pembuatan taman. Jalan Jendral

Sudirman merupakan jalan propinsi. Sehingga, apabila jalur pedestrian telah

dibangun, maka saat ada perbaikan jalan tidak akan mengganggu pejalan kaki.

Nantinya jalur pedestrian di Kota Tangerang akan seperti Orchard Road

Singapura yang sangat tertata untuk pejalan kaki.

f. Pembangunan Sarana dan Prasarana Rumah Sederhana Sehat

Kegiatan pembangunan sarana dan prasarana rumah sederhana sehat

merupakan bagian dari upaya mengurangi permukiman kumuh. Tujuan dari

pembangunan ini adalah mewujudkan kualitas lingkungan permukiman melalui

penyediaan prasarana, sarana dasar yang terpadu dengan rumah yang layak

huni bagi masyarakat di Kota Tangerang dan khususnya masyarakat

berpenghasilan rendah. Sampai tahun 2013, kegiatan ini dapat menurunkan

35,48% lokasi kumuh dan 6,7% rumah tidak layak huni.

Pembangunan rumah sederhana sehat dilakukan sebanyak 54 unit di 7

kelurahan, yaitu:

1. Kelurahan Larangan Indah = 10 unit

2. Kelurahan Kreo Selatan = 10 unit

3. Kelurahan Koang Jaya = 5 unit

4. Kelurahan Poris gaga Baru = 6 unit

5. Kelurahan Parung Serab = 7 unit

6. Kelurahan Gembor = 7 unit

Page 156: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 4. Upaya Pengelolaan Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

134

7. Kelurahan Poris Plawad Indah = 9 unit

Spesifikasi bangunan sebagai berikut:

Pondasi : Setempat/Cakar ayam/Beton Bertulang

Struktur : Beton Bertulang

Dinding : Batako Plester Aci di cat

Lantai : Rabat beton Diplester aci

Rangka Atap : Balok 6/12

Penutup atap : Asbes

Kusen Jendela : Alumunium

KONDISI AWAL PEMBANGUNAN KONDISI AKHIR

Gambar 4.19. Proses Pembangunan Rumah Sederhana Sehat

(Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kota Tangerang, 2013)

4.2. PENGAWASAN AMDAL

4.2.1. Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan ( AMDAL)

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009, Pasal 22 dijelaskan

bahwa setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap

lingkungan hidup wajib memiliki AMDAL. Peraturan selanjutnya yang mengatur

Page 157: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 4. Upaya Pengelolaan Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

135

Amdal adalah Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2012 tentang Ijin

Lingkungan dan Peraturan Menteri Nomor 05 Tahun 2012 tentang jenis usaha

dan/ atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL. Produk akhir AMDAL

adalah diterbitkannya Surat Kelayakan Lingkungan Hidup (SKLH) dari Kepala

Daerah sebagai dasar dikeluarkannya Ijin Lingkungan.

Selama tahun 2013 terdapat 8 (delapan) kegiatan/usaha yang menyusun

AMDAL dan telah mendapatkan Surat Keputusan Kelayakan Lingkungan (lihat

Tabel UP-3, Buku Data SLHD). Masih terdapat beberapa rancangan AMDAL yang

saat ini masih dibahas dan diperbaiki di Komisi Penilai AMDAL Kota Tangerang.

4.2.2. Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya

Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL)

Untuk Rencana kegiatan yang tidak wajib AMDAL diwajibkan menyusun

Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan

Lingkungan Hidup (UKL-UPL). Selama tahun 2013 ini (lihat Tabel UP-3 Buku

Data SLHD), terdapat 208 perusahaan yang telah mendapatkan Rekomendasi

UKL-UPL. Hal ini terkait dengan pengajuan ijin pembangunan baru dan telah

diberlakukannya PPRI No. 27 Tahun 2012 yang terkait dengan Izin Lingkungan.

Kendala di lapangan, masih banyak perusahaan-perusahaan yang belum

memiliki dokumen lingkungan (terutama skala kecil menengah) sedangkan

payung hukum Permen No. 14 Tahun 2010 sudah tidak berlaku. Dampak dari

tidak adanya dokumen lingkungan, perusahaan-perusahaan tersebut tidak

dapat mengurus perijinan untuk operasional mereka.

4.2.3. Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup

(SPPL)

Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Lingkungan

Hidup (SPPL) merupakan surat yang harus dibuat oleh penanggung jawab

usaha dan/atau kegiatan untuk melakukan pengelolaan dan pemantauan

lingkungan hidup adat dampak lingkungan yang ditimbulkan, di luar usaha

dan/atau kegiatan yang wajib AMDAL atau UKL-UPL. Pada tahun 2013, jumlah

Page 158: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 4. Upaya Pengelolaan Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

136

usaha dan/atau kegiatan yang telah membuat SPPL adalah sebanyak 180

kegiatan/usaha (lihat Tabel UP-3, Buku Data SLHD).

Tabel 4.4. Data Kepemilikan Dokumen Lingkungan

KEGIATAN JUMLAH JENIS DOKUMEN LINGKUNGAN

AMDAL DELH UKL-UPL DPLH SPPL

Memiliki Dokumen 1193 49 3 585 70 486

Belum Memiliki Dokumen 508 - 4 - 243 261

Jumlah Total 1701 44 7 585 313 747

Sumber: BPLH Kota Tangerang, 2013.

4.2.4. Pengawasan

a. Pengawasan Rutin

Berdasarkan data pada Tabel UP-4 (lihat Buku Data SLHD), pada

tahun 2013 telah dilakukan pengawasan terhadap 100 (seratus)

perusahaan. Perusahaan yang diawasi meliputi sektor industri, pusat

perbelanjaan, dan rumah sakit. Dari hasil pengawasan, potensi sumber

pencemar yang dihasilkan dari usaha atau kegiatan ditampilkan dalam

Gambar 4.11

Gambar 4.20. Potensi Sumber Pencemar yang Dihasilkan oleh

Usaha/Kegiatan

(Sumber: BPLH Kota Tangerang, 2013)

54% 52%

81%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

Air Limbah Emisi Sumber

Tidak bergerak

Limbah B3

Potensi Sumber Pencemar Yang Dihasilkan Oleh

Usaha/Kegiatan

Page 159: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 4. Upaya Pengelolaan Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

137

Pengawasan yang dilakukan terhadap

perusahaan merupakan pengawasan

ketaatan terhadap peraturan perundangan

yang berlaku. Kriteria target pengawasan

adalah:

1) penentuan objek pengawasan

berdasarkan kapasitas produksi dan/atau intensitas penanggung

jawab usaha dan/atau kegiatan;

2) penentuan objek pengawasan berdasarkan klarifikasi jenis usaha

dan/atau kegiatan, sehingga target diambil sebagai wakil dari

masing-masing jenis usaha dan/atau kegiatan;

3) penentuan objek pengawasan berdasarkan informasi pengaduan

yang diterima dari masyarakat sekitar;

4) penentuan objek pengawasan berdasarkan riwayat penaatan yang

telah lalu;

5) penentuan objek pengawasan berdasarkan tingkat urgensinya

terhadap pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.

Gambar 4.21. Tingkat Ketaatan Pelaksanaan Pengawasan

(Sumber: BPLH Kota Tangerang, 2013)

39%

22%

26%

11%

21%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

Tingkat

Ketaatan

Terhadap

Dokumen

LH

Tingkat

Ketaatan

Terhadap

PPA

Tingkat

Ketaatan

Terhadap

PPU

Tingkat

Ketaatan

Terhadap

PLB3

Rata-rata

Tingkat

Ketaatan

Tingkat Ketaatan Pelaksanaan Kebijakan Bidang LH

Tahun 2013

Page 160: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 4. Upaya Pengelolaan Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

138

b. Perijinan Pengelolaan Limbah B3

Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) merupakan bahan yang

memberikan dampak sangat serius terhadap lingkungan. Pengelolaan

limbah B3 merupakan keharusan kepada kegiatan atau usaha yang

menghasilkannya. Perijinan Pengelolaan Limbah B3 merupakan upaya

pengendalian pencemaran lingkungan agar limbah B3 dapat diketahui

dari mulai terbentuk sampai musnahnya limbah B3 (from cradle-to-

grave).

Perijinan pengelolaan limbah B3 yang menjadi kewenangan

Pemerintah Kota Tangerang adalah ijin Tempat Penampungan

Sementara (TPS) limbah B3. Perkembangan perijinan TPS Limbah B3

yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Tangerang ditampilkan

dalam Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Data Perijinan TPS Limbah B3

NO JENIS JUMLAH

1. Jumlah Perusahaan Potensi Penghasil Limbah B3 245

2. Jumlah Pemohon Ijin Tps B3 172

3. Jumlah Ijin Yang Diterbitkan 167

4. Jumlah Ijin Dalam Proses 15

Sumber: BPLH Kota Tangerang, 2013.

c. Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam

Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER)

Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan

lingkungan Hidup yang disingkat dengan PROPER adalah program

penilaian terhadap upaya penanggung jawab usaha dan atau kegiatan

dalam mengendalikan pencemaran dan atau kerusakan lingkungan

hidup. PROPER sebagai instrumen penaatan alternatif telah dipuji oleh

berbagai pihak termasuk Bank Dunia, bahkan PROPER menjadi salah

satu bahan studi kasus di Harvard Institute for International

Development (HIID). Sejak dikembangkan di Indonesia mulai tahun

1995, PROPER telah menjadi contoh di berbagai negara di Asia, Amerika

Page 161: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 4. Upaya Pengelolaan Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

139

Latin dan Afrika sebagai instrumen penaatan alternatif. Pada tahun 1996,

PROPER mendapatkan penghargaan Zero Emission Award dari United

Nations University di Tokyo.

Tujuan pelaksanaan PROPER adalah:

Meningkatkan penaatan perusahaan terhadap pengelolaan

lingkungan;

Meningkatkan komitmen para stakeholder dalam upaya pelestarian

lingkungan;

Meningkatkan kinerja pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan;

Meningkatkan kesadaran para pelaku usaha untuk menaati

peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup;

Mendorong penerapan prinsip Reduce, Reuse, Recycle, dan Recovery

(4R) dalam pengelolaan limbah.

Hasil penilaian PROPER tahun 2013 ditunjukan dalam Tabel

Tabel 4.6. Hasil PROPER Kota Tangerang Tahun 2013

NO NAMA PERUSAHAAN PERINGKAT

PROPER

1 PT. Indofood Fritolay Biru 2 PT. Indofood CBP Sukses Makmur (Noodle Division) Biru 3 PT. Dellifood Sentosa Corpindo Biru 4 PT. Yuasa Battery Indonesia Biru 5 PT. Propan Raya Biru 6 PT. Iron Work Wire Industries Biru 7 PT. Sumi Indo Kabel Biru 8 PT. Pelita Cengkareng Paper Biru 9 PT. Indah Jaya Tekstil Biru

10 RS. Mayapada Biru 11 RSUD Kabupaten Tangerang Biru 12 PT. Tifico Fiber Indonesia Biru 13 PT. Argo Pantes Biru 14 PT. ISTEM Biru 15 PT. ITS Biru 16 PT. Pertamina (Persero) Unit Aviasi Soekarno- Hatta Terminal &

Hydrant Installation (SHAFTII) Biru

17 PT. Multi Bintang Indonesia Merah 18 PT. Bumi Tangerang Mesindotama Merah 19 PT. Mitsuba Indonesia Merah

Page 162: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 4. Upaya Pengelolaan Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

140

NO NAMA PERUSAHAAN PERINGKAT

PROPER

20 PT. Osram Indonesia Merah 21 PT. Winner Sumbiri Knitting Factory Merah 22 PT. Timur Raya Tunggal Merah 23 PT. IRC Inoac Indonesia Merah 24 PT. Dynaplast Hitam

Sumber: BPLH Kota Tangerang, 2013.

Hasil penilaian PROPER tahun 2013 dibandingkan dengan penilaian

PROPER tahun 2012 menunjukkan beberapa perubahan, yaitu:

1. Peningkatan peringkat PROPER dari peringkat Merah ke Biru, yaitu

PT. Iron Wire Works dan Mayapada Hospital;

2. Penurunan peringkat PROPER dari Hijau ke Biru, yaitu PT. Indonesia

Toray Synthetic (ITS);

3. Penurunan peringkat PROPER dari Biru ke Merah, yaitu PT. Winner

Sumbiri Knitting Factory;

4. Tidak mengalami perbaikan ketaatan (peringkat Merah), yaitu PT.

Osram Indonesia dan PT. Mitsuba Indonesia;

5. Perusahaan baru mengikuti PROPER, tapi masih berperingkat Merah

dan Hitam, yaitu PT. Multi Bintang Indonesia, PT. Bumi Tangerang

Mesindotama, PT. Timur Raya Tunggal, PT. IRC Inoac Indonesia dan

PT. Dynaplast (Hitam).

4.3. PENEGAKAN HUKUM

Dalam hal aduan/gugatan Pemerintah

Kota Tangerang telah menerima 9

aduan/gugatan oleh masyarakat sepanjang

tahun 2013 (lihat Tabel UP-5 Buku Data

SLHD). Pengaduan tersebut terutama dalam

masalah pencemaran udara, pencemaran air,

pencemaran limbah B3, pencemaran tanah

dan pencemaran lingkungan (lebih dari satu media yang terkena).

Page 163: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 4. Upaya Pengelolaan Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

141

Gambar 4.22. Pengaduan Masalah Lingkungan

(Sumber: BPLH Kota Tangerang, 2013)

Dari 9 buah pengaduan yang disampaikan kepada BPLH Kota Tangerang,

seluruh pengaduan telah ditindaklanjuti. Selanjutnya dilakukan upaya-upaya

penyelesaian, baik secara administratif maupun tindakan. Untuk data usaha

dan/atau kegiatan yang telah mendapatkan sanksi administratif tercantum

dalam Tabel UP-5A (lihat Buku Data SLHD).

Gambar 4.23. Rekapitulasi Hasil Penanganan Kasus Lingkungan Hidup

(Sumber: BPLH Kota Tangerang, 2013)

4.4. PERAN SERTA MASYARAKAT

Dalam Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 dikatakan bahwa

masyarakat memiliki hak dan kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk

2

5

1 1

0

1

2

3

4

5

6

Pengaduan tentang Pencemaran Air

Pengaduan tentang Pencemaran Udara

Pengaduan tentang Pencemaran Limbah B3

Pengaduan tentang Pencemaran Lingkungan

Page 164: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 4. Upaya Pengelolaan Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

142

berperan aktif dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan. Peran

masyarakat ini dapat berupa pengawasan sosial, pemberian saran, pendapat,

usul, keberatan, pengaduan, dan atau penyampaian informasi dan atau laporan.

Berdasarkan Tabel UP-6 (lihat Buku Data SLHD), di Kota Tangerang

terdapat 10 lembaga masyarakat yang bergerak dalam bidang lingkungan

hidup. LSM-LSM tersebut adalah:

1. YAPELH

2. GEMPITA

3. Binary Penta

4. Tunas Kalpataru

5. Komunitas Pemuda Peduli Lingkungan (KP2L)

6. Pelangi Nusantara

7. Pusat Kajian Lingkungan Hidup dan Infrastruktur Bangsa

8. Forum Kota Tangerang Sehat

9. Forum Kompos

10. Gema Pelikan Foundation

Disamping peran serta masyarakat yang terlingkup dalam kelompok

LSM-LSM di atas, beberapa kegiatan peran serta masyarakat terhadap

pengelolaan lingkungan di Kota Tangerang dilakukan oleh kelompok-kelompok.

HOMPIMPAH (Himpunan Orang Muda Peduli Sampah)

Hompimpah mulai

melaksanakan kegiatan Corporate

Social Responsibility (CSR) dari Bank

Danamon dengan menyenggarakan

kegiatan “Danamon Peduli

Lingkungan“ pada tanggal 14

September 2013, dengan

mengikutsertakan Keluarga Besar

Bank Danamon, Keluarga Besar SMKN 2 Tangerang sebagai tuan rumah

penyelenggaraannya serta Bapak H. Arief R. Wismansyah (Walikota Tangerang)

sebagai bentuk kebersamaan di event yang berbasis lingkungan juga pendidikan

Page 165: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 4. Upaya Pengelolaan Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

143

ini. Hal ini merupakan tahapan awal Road Show ke beberapa sekolah,

memberikan beberapa Bibit pohon beserta pot-nya dan satu atau dua Bak

sampah yang memang harus dibagi di 13 Kecamatan.

Peningkatan peran serta masyarakat ditumbuhkan pula melalui prakarsa

Pemerintah Kota Tangerang, melalui program dan kegiatan peningkatan peran

serta masyarakat. Beberapa kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan peran

serta masyarakat adalah sebagai berikut.

a. Kegiatan Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan

Lingkungan Hidup

Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan

Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan

Lingkungan Hidup merupakan bagian dari

pelaksanaan Program Kampung Hijau.

Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini

adalah meningkatkan keterampilan,

pemahaman dan kesadaran masyarakat

dalam pengelolaan lingkungan hidup.

Keberhasilan kegiatan ini ditentukan oleh

kesadaran individu masyarakat dengan

dukungan kelompok masyarakat di daerah

perumahan/permukiman.

Komponen yang ditingkatkan dalam

kegiatan ini adalah peningkatan

kebersihan lingkungan dari sampah,

peningkatan penghijauan yang dilakukan

secara mandiri oleh masyarakat, dan

kepedulian masyarakat untuk mengolah

air limbah domestik yang selanjutnya

dapat dimanfaatkan untuk penyiraman

Page 166: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 4. Upaya Pengelolaan Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

144

tanaman. Pelaksanaan kegiatan pada tahun 2013 berlokasi di Perumahan

Cipondoh Makmur RW 08, Perumahan Cipadu RW 08, Perumahan Cibodas

RW 03, Perumahan Pabuaran Tumpeng RW 10, Perumahan Cimone Mas

Permai, Perumahan Pengayoman, Perumahan Pondok Bahar RW 03,

Perumahan Griya Ciledug, Perumahan Puri Megah RW 11, dan Perumahan

Kunciran Mas Permai.

Upaya-upaya yang telah dilakukan oleh masyarakat, baik oleh LSM

maupun kelompok masyarakat lainnya serta kolaborasi dengan

Pemerintah Kota Tangerang, memberikan efek positif terhadap

peningkatan kualitas lingkungan Kota Tangerang. Hal ini ditunjukkan

dengan diraihnya beberapa penghargaan di bidang lingkungan hidup dan

bidang lain yang terkait dengan upaya pengelolaan lingkungan hidup.

Penghargaan yang diraih pada tahun 2013 adalah Anugerah Adipuran

Kencana Tahun 2013, Program Langit Biru, Penyusunan Status

Lingkungan Hidup (SLHD) Tahun 2012, dan Penghargaan Kota Sehat

(Swasti Saba) tingkat Wiwerda Tahun 2013 (lihat Tabel UP-7 Buku Data

SLHD).

Meskipun beberapa penghargaan telah diraih, upaya peningkatan

pengelolaan lingkungan hidup terus dilakukan oleh Pemerintah Kota

Tangerang maupun seluruh komponen masyarakat Kota Tangerang.

Upaya sosialisasi dan penyuluhan terus dilakukan baik penyuluhan secara

langsung kepada masyarakat, talkshow di media elektronik, penyampaian

informasi melalui media cetak, dan lain-lain (lihat Tabel UP-8 Buku Data

SLHD). Sosialisasi terbanyak dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan

Pertamanan melalui kegiatan pertemuan secara langsung maupun talk

show di radio.

Upaya masyarakat lainnya dalam rangka peningkatan kualitas

lingkungan, terutama dilakukan dalam rangka meningkatkan kebersihan

lingkungan, penerapan Bank Sampah, pemanfaatan biogas, dan

pengomposan. Setiap SKPD pun mendapatkan tanggung jawab pembinaan

kebersihan dan penghijauan kepada masyarakat.

Page 167: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 4. Upaya Pengelolaan Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

145

4.5. KELEMBAGAAN

Urusan lingkungan hidup menjadi urusan wajib yang

diamanatkan kepada Pemerintah Kota Tangerang untuk dikelola. Dalam

pelaksanaannya dibentuklah Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH)

pada bulan Januari 2009.

Visi Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Tangerang Tahun 2009-

2013 adalah “Terwujudnya Kota Tangerang Dengan Kualitas Lingkungan Hidup

Yang Baik”. Visi ini dimaksudkan bahwa aktifitas atau kegiatan pembangunan

akan berdampak pada penurunan kualitas dan daya dukung lingkungan hidup.

Sementara itu, untuk mewujudkan Kota Tangerang sebagai kota industri,

perdagangan dan permukiman tidak akan terlepas dari kegiatan pembangunan.

Sebagai upaya antisipatif, maka setiap kegiatan pembangunan di kota

Tangerang harus dikelola secara baik untuk meminimalkan dampak terhadap

kapasitas dan daya dukung lingkungan hidup.

Page 168: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 4. Upaya Pengelolaan Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

146

Gambar 4.24. Visi dan Misi Kota Tangerang dan BPLH

(Sumber: BPLH Kota Tangerang, 2013)

4.6. PRODUK HUKUM

Untuk memperlancar pembangunan Kota Tangerang dan memberikan

kepastian hukum bagi semua pihak, pemerintah Kota Tangerang di tahun 2013

telah mengeluarkan Peraturan (lihat Tabel UP-9 Buku Data SLHD), yaitu:

a. Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 2 Tahun 2013 tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air;

Page 169: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 4. Upaya Pengelolaan Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

147

b. Peraturan Walikota Tangerang Nomor 3 Tahun 2013 tentang

Pengendalian Pencemaran Udara;

c. Peraturan Walikota Tangerang Nomor 32 Tahun 2013 tentang Tata Cara

Pemungutan Retribusi Persampahan/Kebersihan;

d. Keputusan Walikota Tangerang Nomor 620/Kep.507-Dishub/2013

tentang Penetapan Jalur Sepeda;

e. Keputusan Walikota Tangerang Nomor 421/Kep.195-BPLH/2013 tentang

Penetapan Sekolah Adiwiyata Tingkat Kota Tangerang Tahun 2013.

4.7. ANGGARAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN

Dalam melaksanakan pengelolaan lingkungan di Kota Tangerang, pada

tahun 2013 Pemerintah Kota Tangerang melalui SKPD BPLH telah

menganggarkan dana sebesar Rp 98.612.054.603,- yang berasal dari dana APBD

(lihat Tabel UP-10 Buku Data SLHD). Sementara itu anggaran yang berasal dari

Pemerintah pusat melalui APBN untuk tahun 2013 ini tidak ada. Anggaran

APBD untuk lingkungan dari tahun 2008 sampai 2013 secara tren mengalami

peningkatan.

Gambar 4.25. Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Tangerang

(Sumber: BAPPEDA Kota Tangerang, 2013)

-

20.000.000.000,00

40.000.000.000,00

60.000.000.000,00

80.000.000.000,00

100.000.000.000,00

120.000.000.000,00

Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013

APBD APBN Bantuan Luar Negeri

Page 170: SLHD_Tahun_2013.pdf

Bab 4. Upaya Pengelolaan Lingkungan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Tangerang 2013

148

4.8. PERSONIL PENGELOLA LINGKUNGAN

Badan Pengendalian Lingkungan Hidup adalah suatu SKPD di Kota

Tangerang yang bertugas menjalankan pengelolaan lingkungan hidup di Kota

Tangerang, Jumlah personil institusi ini 40 orang dengan latar belakang

pendidikan masing- masing untuk Magister 7 orang, Sarjana 21 ortang, Diploma

(3 dan 4) sebanyak 7 orang serta lulusan SLTA 5 orang (lihat Tabel UP-11 Buku

Data SLHD).

Gambar 4.26. Komposisi Personil BPLH Kota Tangerang

(Sumber: BPLH Kota Tangerang, 2013)

Bila dilihat dari jabatan fungsional bidang lingkungan maka terbagi

menjadi beberapa jabatan fungsional bidang lingkungan (lihat Tabel UP-12

Buku Data SLHD), yaitu Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah (PPLHD)

sebanyak 3 orang yang terdapat di BPLH dan masing-masing 1 orang di DKP,

Dinas Perindagkop, Dinas Sosial, Kecamatan Neglasari, dan Kecamatan

Cipondoh. Sedangkan untuk Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS)

berjumlah 3 orang yang bekerja di BPLH dan masing-masing 1 orang di Dinas

Sosial dan Sekretarian DPRD.

0

5

8

4

3

0

2

13

3

2

0 2 4 6 8 10 12 14

Doktor (S3)

Master (S2)

Sarjana (S1)

Diploma (D3/D4)

SLTA

Perempuan

Laki-Laki