sl ff
description
Transcript of sl ff
Laporan Kasus Status Gizi Anak dengan Pendekatan Dokter Keluarga di
Puskesmas Kedoya Selatan
Jessica
102012373
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
Email : [email protected]
Pendahuluan
Puskesmas adalah pusat kesehatan masyarakat yang merupakan unit organisasi yang
bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan masyarakat yang berada di garda terdepan dan
mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan yang melaksanakan
pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat di suatu
wilayah kerja tertentu.1
Terdapat berbagai upaya kesehatan yang dapat dilakukan oleh puskesmas. Salah satu
dari bentuk upaya kesehatan puskesmas adalah upaya kesehatan ibu dan anak terutama terhadap
perkembangan status gizi anak. Posyandu turut serta dalam upaya kesehatan ibu dan anak serta
peningkatan gizi keluarga melalui berbagai program yang dilaksanakannya.1
Status gizi merupakan merupakan keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara
jumlah asupan zat gizi dengan jumlah kebutuhan zat gizi oleh tubuh untuk berbagai proses
biologis. Untuk menilai status gizi seseorang, dilakukan dengan pemantauan status giz, dengan
salah satu metode yang digunakan dengan metode antropometri. Antropometri gizi berhubungan
dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat
umur dan tingkat gizi. Ukuran tubuh seperti berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan
tebal lemak di bawah kulit. Status gizi dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti asupan energi
protein, zat besi yang diperlukan untuk sintesis hemoglobin, serta vitamin atau juga mineral yang
diperlukan oleh tubuh.
Tujuan
Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah :
1. Mengetahui dan memahami program kesehatan ibu dan anak di tingkat puskesmas
sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan berupa promotif, preventif, kuratif,
rehabilitatif yang menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan berdasarkan pendekatan
kedokteran keluarga, dengan mengikutsertakan pasien dan keluarga.
2. Mengetahui adanya hubungan antara riwayat keluarga (riwayat biologis, psikologis,
lingkungan/keadaan rumah, spiritual, sosial, kultural keluarga) termasuk kesehatan ibu
terhadap kesehatan/ status gizi anak.
3. Mengetahui sikap, pengetahuan, serta pengobatan yang dilakukan keluarga
Manfaat
Manfaat yang didapatkan dari kunjungan ke rumah pasien antara lain :
1. Meningkatkan sikap, perilaku, dan pengetahuan pasien dan keluarganya dengan
pendekatan dokter keluarga
2. Membina hubungan antara dokter dengan pasien sehingga meningkatnya kesehatan
pasien dan keluarga.
3. Menjamin terpenuhinya kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien dalam bidang ibu dan
anak terutama yang mempengaruhi kesehatan anak.
4. Melakukan pendekatan sebagai dokter keluarga.
Laporan kasus
Puskesmas : PKL Kedoya selatan ( jl. Kedoya RT03/03)
Waktu kunjungan : 23 juli 2015
Sumber data : Alloanamnesis (Ibu pasien )
I. IDENTITAS
- Nama Pasien : Talitha Djakira Zahra
- Tanggal lahir : 27 november 2009
- Jenis kelamin : Perempuan
- Alamat : Jalan pesing bendungan RT 01 RW 05
- No telepon : 021- 94580503
- Pekerjaan : ibu ; ibu rumah tangga , bapak; karyawan pabrik sepatu
- Pendidikan terakhir: Ibu dan bapak; SMA
Nama&Jenis
kelamin
Tgl lahir Pekerjaan Pendidik
an
Hub.
keluarga Status Domisili Kesehatan
Ibu Umayati 17 sept’80 Ibu
rumah
tangga
Tamat
SMA
Ibu Menikah Serumah Sehat
Bp. Irwan 03 mei‘78 karyawan Tamat
SMA
Ayah Menikah Serumah Sehat
Mohamad
Fahmi
5 okt’03 - SD Anak Siswa Serumah Sehat
Nazua
Mutiara
Aziqroh
11
maret’07
- SD Anak Siswa Serumah Sehat
Talitha
Djakira
Zahra
27 nov’09 - TK Anak Siswa Serumah Kurang
sehat
- Tingkat ekonomi : Rendah
- Status imunisasi dasar pasien : Lengkap
- Status imunisasi keluarga
Anak : lengkap
Ibu : -
Bapak ; -
- Status gizi keluarga : baik
- Jaminan pemeliharaan kesehatan: BPJS
II. ANAMNESIS
- Keluhan utama pasien : mata merah sudah 6 bulan yang lalu
- Riwayat penyakit sekarang : mata merah, berair, suka mengeluarkan kotoran
- Riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan keadaan penyakit sekarang : -
- Perilaku pasien yang berhubungan dengan penyakitnya sekarang : -
- Perilaku keluarga yang berhubungan dengan penyakit pasien sekarang : -
- Riwayat penyakit dahulu yang tidak berhubungan dengan penyakit sekarang : -
- Riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit pasien sekarang : -
- Riwayat penyakit keluarga yang tidak berhubungan dengan penyakit sekarang : -
III. PERILAKU SOSIAL PASIEN DAN KELUARGA
- Merokok: -
- Minum yang mengandung alcohol: -
- Pola jajan: Mohamad, Nazua, Talitha dalam sehari bias 1-2 kali
- Pola makan: Baik ( 3x sehari, Teratur)
- Pola penyimpanan atau memasak makanan : Baik
- Pola minuman sehari hari : Baik ( cukup untuk kebutuhan setiap hari)
- Olahraga: Kurang baik (tidak rajin olahraga)
- Kebersihan hygiene: Baik (mandi, keramas, sikat gigi )
- Rekreasi: Baik (rekreasi bersama saat liburan)
- Ibadah: Baik ( rajin ke mushola, jumat’an)
- Pola membersihkan rumah/ lingkungan: Baik
- Pola pengobatan (tradisional, puskesmas dll) : Obat warung, puskesmas
- Pola hubungan social: Baik
- Pola aktifitas kemasyarakatan: Baik
- Pola kunjungan ke pos yandu: Kurang baik (tidak selalu)
- Keadaan psikologis pasien dan keluarga yang mempengaruhi: -
- Adat istiadat/ social budaya yang mempengaruhi :-
IV. KEADAAN RUMAH YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT DALAM
KELUARGA
- Kebersihan rumah: Baik (rajin dibersihkan)
- Vector penyakit:-
- Keadaan udara/ polusi dalam rumah: Baik
- Luas rumah/bangunan: 60m2
- Luas tanah: 70m2
- Jumlah orang yang tinggal dalam rumah: 5
- Luas kamar pasien atau yang sakit: 2,5 x 3 m2
- Jumlah orang yang tinggal sekamar dengan yang sakit: 1 (bersama ibunya)
- Jenis lantai : keramik
- Jenis tembok: Bata , sudah di cat
- Jenis atap : Asbes
- Perbandingan Ventilasi rumah (udara, sinar matahari dll) : Baik
- Perbandingan Ventilasi kamar (udara, sinar matahari dll) : Baik
- Keadaan dapur dan kebersihan : Kurang baik (banyak tumpukan barang di dapur)
- Tempat penyimpanan makanan: Baik
- Tempat penyimpanan alat makan : Kurang baik (mudah terpapar debu)
- Tempat cuci tangan : Baik
- Keadaan kamar mandi : Kurang baik
- Tipe kakus dan system pembuangan : Baik
- Keadaan wc : Baik
- Sumber air sehari hari : PAM
- Tempat penyimpanan air : Bak mandi
- Sumber air minum : Air PAM yang di masak
- Kebersihan tempat penyimpanan air minum : Baik (bersih)
- Tempat sampah di dalam rumah : Terbuka
- Sumber Pencahayaan dalam rumah: Baik (cukup ventilasi)
- Sistem pembuangan air limbah : Baik
- Kebersihan sekitar rumah : Kurang baik (banyak debu)
- Tempat sampah di luar rumah : Baik
- Keadaan udara/ polusi luar rumah : Baik
- Keadaan pekarangan (tanaman, keb ersihan, tanah dll) : Kurang baik (kotor)
V. PEMERIKSAAN FISIK PASIEN DAN KELUARGA
- Keadaan umum : Tampak sakit ringan
- Tanda vital : -
- Status gizi : Baik
- Pemeriksaan fisik : -
- Pemeriksaan hygiene: -
- Hasil pemeriksaan penunjang yang sudah dilakukan : -
- Diagnosis pasien : Konjungtivitis
- Diagnosis banding : -
- Diagnosis keluarga : -
VI. SARAN UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT
Promotif
- Menjelaskan tentang program kesehatan ibu anak serta hubungan terhadap status gizi
anak
- Penyuluhan dan penjelasan kepada anggota keluarga tentang :
- Kesadaran akan pentingnya kesehatan diri dan keluarga
- Pemberian informasi tentang rumah sehat sehingga dapat mencegah terjadinya sumber
penyakit untuk keluarga
Preventif
- Teratur diperiksakan keadaan gizi dan tumbuh kembangnya
- Menjaga kebersihan diri serta kebersihan rumah
- Makan makanan bergizi aga anak-anak dapat terhindar dari kurang gizi
Kuratif
- Terapi medikamentosa : memberikan antibiotic spesifik sesuai dengan hasil pemeriksaan
Edukasi
- Tidak menggosok mata yang sakit dan menyentuh mata yang sehat
- Mencuci tangan setelah setiap kali memegang mata yang sakit
Rehabilitatif : -
Resume
Dari hasil kunjungan ke rumah pasien, kesehatan keluarga serta pasien talitha pada saat
ini baik. Tidak terdapat salah satu keluarga yang sedang sakit hanya Talitha tampak sakit ringan.
Selain itu juga tidak terdapat riwayat penyakit yang dapat di turunkan pada keluarga ini.
Dari anamnesis serta data yang di dapatkan, pasien dalam keadaan sakit ringan dengan
status gizi yang sudah cukup baik hanya saja mata pasien sedikit merah dan berair. Kesadaran
keluarga akan hidup sehat juga sudah cukup baik hal ini dapat dilihat dari cakupan imunisasi
yang lengkap terhadap ketiga anaknya serta pola makan yang cukup baik dan teratur, meskipun
terkadang ketiga anaknya masih suka jajan ke warung dekat rumahnya dan kurangnya kesadaran
diri akan olahraga.
Pada saat kunjungan ke rumah pasien, rumah keluarga ini dapat dikatakan cukup untuk
dihuni oleh 1 keluarga yang terdiri dari 5 orang. Rumah dengan luas kira2 50m2 memiliki 2
kamar tidur, dapur, serta 1 kamar mandi. Sumber air yang digunakan oleh keluarga ini adalah air
PAM. Dimana air tersebut biasanya di masak untuk minum mereka sehari-hari. Ventilasi pada
rumah ini tergolong baik, terdapat ventilasi yang cukup baik serta cahaya matahari dapat masuk
dari berbagai ventilasi tersebut. Meskipun memiliki banyak ventilasi, rumah keluarga pasien ini
memiliki kekurangan, masih terdapat banyak sekali barang-barang tidak terpakai, kardus-kardus
kosong yang di kumpulkan sehingga menyebabkan banyaknya debu belum lagi barang-barang
tersebut di tempatkan dekat dapur sehingga sangat bias mempengaruhi makanan-makanan yang
mungkin akan di konsumsi oleh setiap anggota keluarga. Rumah pasien ini memiliki 1 kamar
mandi yang sebagian besar lantainya belum berbentuk keramik sehingga masih terlihat lumut-
lumut yang dapat menjadi sumber penyakit untuk keluarga ini.
Setelah melakukan anamnesis, Diagnosa penyakit sementara pada pasien Talitha adalah
konjungtivitis, dengan keluhan mata merah serta berair. Hal ini tidak pasti karena perlu
pemeriksaan lanjut ke dokter atau puskesmas karena sudah terus menerus terjadi selama 6 bulan.
Selain itu, anggota keluarga yang lain dalam kondisi sehat. Hanya saja harus di jelaskan dan
dijabarkan bagaimana untuk tetap mempertahankan status gizi anak tersebut serta terus
melakukan program puskesmas tentang kesehatan ibu dan anak (KIA) karena hal ini sangat
berpengaruh terhadap status gizi anak kedepannya.
Pembahasan
Gizi sangat mempengaruhi tumbuh kembang seorang anak. Seseorang yang mengalami
gizi buruk dapat menyebabkan berkurangnya aktivitas serta juga kecerdasan, dalam jangka
panjang gizi buruk juga dapat menyebabkan hilangnya generasi penerus bangsa. Perkembangan
gizi seorang anak juga sangat ditentukan oleh kesehatan ibu, maka dengan itu peran puskesmas
sangat penting untuk memperhatikan kesehatan ibu dan anak (KIA) terutama pada ibu yang
hamil atau pasca melahirkan.
Menurut perkiraan WHO, sebanyak 54% penyebab kematian bayi dan balita disebabkan
oleh keadaan gizi anak yang buruk. Risiko meninggal dari anak yang bergizi buruk 13 kali lebih
besar dibandingkan anak yang normal. Sementara di Indonesia berdasarkan data Susenas tahun
2005 prevalensi balita gizi buruk masih sebesar 8.8%.2
Variabel Pengukuran Status Gizi
Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat. Salah
satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan Antropometri. Dalam
pemakaian untuk penilaian status gizi, antropomteri disajikan dalam bentuk indeks yang
dikaitkan dengan variabel lain. Variabel tersebut adalah sebagai berikut :
Umur
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan
menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi
badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat.
Kesalahan yang sering muncul adalah adanya kecenderunagn untuk memilih angka yang mudah
seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan
cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan
umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan.
Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan,
termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena
penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat badan ini dinyatakan dalam
bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukan penilaian dengam melihat
perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam penggunaannya
memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak digunakan karena hanya
memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat
menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu.3
Tinggi Badan
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari
keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi
masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi
pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U ( tinggi badan menurut
umur), atau juga indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan karena
perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan
indeks ini pada umumnya memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik,
kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun.
Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk menentukan
status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status gizi. Penggunaan Indeks
BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator status gizi untuk melihat adanya gangguan fungsi
pertumbuhan dan komposisi tubuh.3
Pengukuran Lingkar Lengan Atas
Pertambahan lingkar lengan atas ini relatif lambat. Saat lahir, lingkar lengan atas sekitar
11 cm dan pada tahun pertama, lingkar lengan atas menjadi 16 cm. Selanjutnya ukuran tersebut
tidak banyak berubah sampai usia 3 tahun. Ukuran lingkar lengan atas mencerminkan
pertumbuhan jaringan lemak dan otot yang tidak berpengaruh oleh keadaan cairan tubuh dan
berguna untuk menilai keadaan gizi dan pertumbuhan anak prasekolah.
Cara pengukuran lingkar lengan atas sebagai berikut :
- Tentukan lokasi lengan yang diukur. Pengukuran dilakukan pada lengan bagian kiri, yaitu
pertengahan pangkal lengan dan siku. Pemilihan lengan kiri tersebut dengan
pertimbangan bahwa aktivitas lengan kiri lebih pasif dibandingkan dengan lengan kanan
sehingga ukurannya lebih stabil.
- Lingkarkan alar pengukur pada lengan bagian atas seperti pada gambar ( dapat digunakan
pita pengukur). Hindari penekanan pada lengan yang diukur saat pengukuran.
- Tentukan besar lingkar lengan sesuai dengan angka yang tertera pada pita pengukur
- Catat hasil pada KMS3
Kesehatan Ibu dan Anak
Upaya kesehatan ibu dan anak adalah upaya kesehatan masyarakat yang dilakukan dalam
rangka pemeliharaan kesehatan ibu dan anak. Dengan semakin meningkatnya peran ibu dan ayah
sebagai figur sentral dalam keluarga, baik menunjang kebutuhan keluarga maupun fungsi pokok
lainnya.
Tujuan umum dari program Kesehatan Ibu dan Anak adalah untuk tercapainya kemampuan
hidup sehat melalui peningkatan kesehatan ibu dan anak untuk menjamin proses tumbuh
kembang optimal yang merupakan dasar bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
Tujuan khusus program KIA antara lain:4
1. Meningkatkan cakupan pemeriksaan ibu hamil dengan frekuensi pemeriksaan paling
sedikit 4 kali per kehamilan dan sekaligus terdapat cakupan imunisasi TT ibu hamil serta
pemberian tablet besi pada ibu hamil.
2. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan termasuk bidan di desa meningkat menjadi
dua kali lipat di pedesaan dan perkotaan,
3. Meningkatkan cakupan pemeliharaan pasca persalinan bagi ibu-ibu menyusui.
4. Meingkatkan cakupan pelayanan kesehatan pada balita
5. Meningkatkan cakupan anak TK terbina secara teratur.
Pelaksanaan Ante Natal Care (ANC)
Pelayanan Ante Natal Care adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu
selama kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan Ante Natal Care (ANC), selengkapnya
mencakup banyak hal yang meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik baik umum dan kebidanan,
pemeriksaan laboratorium atas indikasi serta intervensi dasar dan khusus sesuai dengan resiko
yang ada. Namun dalam penerapan operasionalnya dikenal standar minimal ”7T” untuk
pelayanan Ante Natal Care(ANC) yang terdiri atas :5
1. (Timbang) berat badan. Ukuran berat badan dalam kg tanpa sepatu dan
memakai pakaian yang seringannya. Berat badan kurang dari 45 kg pada trimester III
dinyatakan ibu kurus kemungkinan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah.
2. Ukur (tekanan) darah. Untuk mengetahui setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan
dan mengenali tanda-tanda serta gejala preeklamsia lainnya, serta mengambil tindakan
yang tepat dan merujuknya
3. Ukur (tinggi) fundus uteri. Pemeriksaan abdominal secara seksama dan
melakukan palpasi untukmemperkirakan usia kehamilan, memeriksa posisi, bagian
terendah janin dan masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari
kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu
4. Pemberian imunisas (Tetanus Toksoid ) TT lengkap untuk mencegah tetanus
neonatorum.
5. Pemberian (tablet besi) minimal 90 tablet selama kehamilan.
6. Tes terhadap penyakit menular seksual. Melakukan pemantauan terhadap adanya PMS
agar perkembangan janin berlangsung normal.
7. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.
Kunjungan Ante Natal Care (ANC)
Kunjungan ibu hamil adalah kontak ibu hamil dengan tenaga profesional untuk
mendapatkan pelayanan Ante Natal Care sesuai standar yang ditetapkan. Istilah kunjungan disini
tidak hanya mengandung arti bahwa ibu hamil yang berkunjung ke fasilitas pelayanan, tetapi
adalah setiap kontak tenaga kesehatan baik diposyandu, pondok bersalin desa, kunjungan rumah
dengan ibu hamil tidak memberikan pelayanan Ante Natal Care (ANC) sesuai dengan standar
dapat dianggap sebagai kunjungan ibu hamil.4,5
1. Kunjungan ibu hamil Kl
2. Kunjungan baru ibu hamil adalah kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada masa
kehamilan.
3. Kunjungan ulang adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang kedua dan
seterusnya, untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar selama satu
periode kehamilan berlangsung.
4. K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang ke empat atau lebih
untuk mendapatkan pelayanan Ante Natal Care (ANC) sesuai standar yang ditetapkan
dengan syarat:
- Satu kali dalam trimester pertama (sebelum 14 minggu)
- Satu kali dalam trimester kedua (antara minggu 14-28)
- Dua kali dalam trimester ketiga (antara minggu 28-36 dan setelah minggu ke-36)
- Pemeriksaan khusus bila terdapat keluhan-keluhan tertentu.
Penyuluhan untuk Semua Ibu Hamil
1. Perlu istirahat cukup
2. Perlu Imunisasi Tetanus Toxoid (TT)
3. Tiap hari makan hidangan bergizi
4. Pentingnya KB.
5. Pengenalan tanda bahaya kehamilan:
- Bahaya anemia.
- Gangguan akibat kekurangan garam yodium
6. Pentingnya kolostrum. ASI segera diberikan dalam 30 menit setelah bayi lahir.
7. Pentingnya memelihara kesehatan gigi dan mulut.
8. Memeriksa kehamilannya minimal 4 kali kepada petugas kesehatan atau bidan.4
Upaya pencegahan penyakit (primer)
Pada tahap ini ada 2 golongan kegiatan yaitu :5
1. Health promotion (peningkatan kesehatan)
- Kampanye kesadaran masyarakat
- Promosi kesehatan
- Pendidikan kesehatan masyarakat ( health education )
- Peningkatan gizi
- Pengamatan tumbuh kembang
- Pengadaan rumah sehat
- Pengendalian lingkungan
2. General and specific protection (perlindungan khusus dan umum)
- Imunisasi
- Hygiene perorangan
- Perlindungan diri dari lingkungan
- Kesehatan kerja
- Pengendalian sumber-sumber pencemaran
Upaya pencegahan penyakit (sekunder)
Pencegahan ini dilakukan dengan 2 kegiatan yaitu:5
1. Early diagnose dan prompt treatment ( diagnose dini dan pengobatan )
- Screening dini
- Penemuan kasus secara dini
- Pemeriksaan umum lengkap
- Survey terhadap kontak, rumah dan sekolah
2. Disability limitation ( pembatasan gangguan )
- Penyempurnaan dan intensifikasi terapi lanjutan
- Pencegahan komplikasi
- Perbaikan fasilitas kesehatan
- Penurunan beban social masyarakat
Upaya pencegahan penyakit (tersier)
Pencegahan ini dapat dilakukan melalui :
- Memberikan keterampilan bagi penderita cacat
- Membentuk perkumpulan bagi orang-orang yang mengalami cacat tertentu.5
Kesimpulan
Program Kesehan Ibu dan Anak (KIA) memiliki peran yang sangat penting untuk
menentukan status gizi anak kemudian hari. Oleh karena itu, sebagai pelayan kesehatan terutama
puskesmas harus terus mendukung dan menjalankan dengan baik program-program yang
berhubungan dengan KIA untuk menurunkan angka gizi buruk pada anak.Dengan kegiatan
seperti Ante Natal Care (ANC) serta penyuluhan dari pelayan kesehatan sangat bermanfaat untuk
pencapaian kesehatan ibu dan bayi sehingga memperkecil angka gizi buruk anak untuk
kedepannya nanti.
Lampiran
Daftar pustaka
1. Departemen Kesehatan RI. Pedoman kerja puskesmas. Dalam: Kesehatan ibu dan anak.
Jilid 2. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2000.h.3-4.
2. Departemen Kesehatan RI. Pedoman kerja puskesmas. Dalam: Gizi. Jilid 2. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI; 2000.h.29.
3. Soetjiningsih. Tumbuh kembang pada anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2005.h.67-70
4. Tim Pengelola UPGK. Buku kader posyandu dalam usaha perbaikan gizi keluarga.
Jakarta: Tim Pengelola UPGK; 2006.h.45-55.
5. Chandra B. Ilmu kedokteran pencegahan & komunitas. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2009.h.243-66.