sl ff

21
Laporan Kasus Status Gizi Anak dengan Pendekatan Dokter Keluarga di Puskesmas Kedoya Selatan Jessica 102012373 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510 Email : [email protected] Pendahuluan Puskesmas adalah pusat kesehatan masyarakat yang merupakan unit organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan masyarakat yang berada di garda terdepan dan mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat di suatu wilayah kerja tertentu. 1 Terdapat berbagai upaya kesehatan yang dapat dilakukan oleh puskesmas. Salah satu dari bentuk upaya kesehatan puskesmas adalah upaya kesehatan ibu dan anak terutama terhadap perkembangan status gizi anak. Posyandu turut serta dalam upaya kesehatan ibu dan anak serta peningkatan gizi keluarga melalui berbagai program yang dilaksanakannya. 1 Status gizi merupakan merupakan keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara jumlah asupan zat gizi dengan jumlah kebutuhan zat gizi oleh tubuh untuk berbagai proses biologis. Untuk menilai status gizi seseorang, dilakukan dengan pemantauan

description

family folder

Transcript of sl ff

Page 1: sl ff

Laporan Kasus Status Gizi Anak dengan Pendekatan Dokter Keluarga di

Puskesmas Kedoya Selatan

Jessica

102012373

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510

Email : [email protected]

Pendahuluan

Puskesmas adalah pusat kesehatan masyarakat yang merupakan unit organisasi yang

bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan masyarakat yang berada di garda terdepan dan

mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan yang melaksanakan

pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat di suatu

wilayah kerja tertentu.1

Terdapat berbagai upaya kesehatan yang dapat dilakukan oleh puskesmas. Salah satu

dari bentuk upaya kesehatan puskesmas adalah upaya kesehatan ibu dan anak terutama terhadap

perkembangan status gizi anak. Posyandu turut serta dalam upaya kesehatan ibu dan anak serta

peningkatan gizi keluarga melalui berbagai program yang dilaksanakannya.1

Status gizi merupakan merupakan keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara

jumlah asupan zat gizi dengan jumlah kebutuhan zat gizi oleh tubuh untuk berbagai proses

biologis. Untuk menilai status gizi seseorang, dilakukan dengan pemantauan status giz, dengan

salah satu metode yang digunakan dengan metode antropometri. Antropometri gizi berhubungan

dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat

umur dan tingkat gizi. Ukuran tubuh seperti berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan

tebal lemak di bawah kulit. Status gizi dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti asupan energi

protein, zat besi yang diperlukan untuk sintesis hemoglobin, serta vitamin atau juga mineral yang

diperlukan oleh tubuh.

Page 2: sl ff

Tujuan

Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah :

1. Mengetahui dan memahami program kesehatan ibu dan anak di tingkat puskesmas

sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan berupa promotif, preventif, kuratif,

rehabilitatif yang menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan berdasarkan pendekatan

kedokteran keluarga, dengan mengikutsertakan pasien dan keluarga.

2. Mengetahui adanya hubungan antara riwayat keluarga (riwayat biologis, psikologis,

lingkungan/keadaan rumah, spiritual, sosial, kultural keluarga) termasuk kesehatan ibu

terhadap kesehatan/ status gizi anak.

3. Mengetahui sikap, pengetahuan, serta pengobatan yang dilakukan keluarga

Manfaat

Manfaat yang didapatkan dari kunjungan ke rumah pasien antara lain :

1. Meningkatkan sikap, perilaku, dan pengetahuan pasien dan keluarganya dengan

pendekatan dokter keluarga

2. Membina hubungan antara dokter dengan pasien sehingga meningkatnya kesehatan

pasien dan keluarga.

3. Menjamin terpenuhinya kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien dalam bidang ibu dan

anak terutama yang mempengaruhi kesehatan anak.

4. Melakukan pendekatan sebagai dokter keluarga.

Laporan kasus

Puskesmas : PKL Kedoya selatan ( jl. Kedoya RT03/03)

Waktu kunjungan : 23 juli 2015

Sumber data : Alloanamnesis (Ibu pasien )

I. IDENTITAS

- Nama Pasien : Talitha Djakira Zahra

- Tanggal lahir : 27 november 2009

- Jenis kelamin : Perempuan

- Alamat : Jalan pesing bendungan RT 01 RW 05

- No telepon : 021- 94580503

Page 3: sl ff

- Pekerjaan : ibu ; ibu rumah tangga , bapak; karyawan pabrik sepatu

- Pendidikan terakhir: Ibu dan bapak; SMA

Nama&Jenis

kelamin

Tgl lahir Pekerjaan Pendidik

an

Hub.

keluarga Status Domisili Kesehatan

Ibu Umayati 17 sept’80 Ibu

rumah

tangga

Tamat

SMA

Ibu Menikah Serumah Sehat

Bp. Irwan 03 mei‘78 karyawan Tamat

SMA

Ayah Menikah Serumah Sehat

Mohamad

Fahmi

5 okt’03 - SD Anak Siswa Serumah Sehat

Nazua

Mutiara

Aziqroh

11

maret’07

- SD Anak Siswa Serumah Sehat

Talitha

Djakira

Zahra

27 nov’09 - TK Anak Siswa Serumah Kurang

sehat

- Tingkat ekonomi : Rendah

- Status imunisasi dasar pasien : Lengkap

- Status imunisasi keluarga

Anak : lengkap

Ibu : -

Bapak ; -

- Status gizi keluarga : baik

- Jaminan pemeliharaan kesehatan: BPJS

II. ANAMNESIS

- Keluhan utama pasien : mata merah sudah 6 bulan yang lalu

- Riwayat penyakit sekarang : mata merah, berair, suka mengeluarkan kotoran

- Riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan keadaan penyakit sekarang : -

Page 4: sl ff

- Perilaku pasien yang berhubungan dengan penyakitnya sekarang : -

- Perilaku keluarga yang berhubungan dengan penyakit pasien sekarang : -

- Riwayat penyakit dahulu yang tidak berhubungan dengan penyakit sekarang : -

- Riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit pasien sekarang : -

- Riwayat penyakit keluarga yang tidak berhubungan dengan penyakit sekarang : -

III. PERILAKU SOSIAL PASIEN DAN KELUARGA

- Merokok: -

- Minum yang mengandung alcohol: -

- Pola jajan: Mohamad, Nazua, Talitha dalam sehari bias 1-2 kali

- Pola makan: Baik ( 3x sehari, Teratur)

- Pola penyimpanan atau memasak makanan : Baik

- Pola minuman sehari hari : Baik ( cukup untuk kebutuhan setiap hari)

- Olahraga: Kurang baik (tidak rajin olahraga)

- Kebersihan hygiene: Baik (mandi, keramas, sikat gigi )

- Rekreasi: Baik (rekreasi bersama saat liburan)

- Ibadah: Baik ( rajin ke mushola, jumat’an)

- Pola membersihkan rumah/ lingkungan: Baik

- Pola pengobatan (tradisional, puskesmas dll) : Obat warung, puskesmas

- Pola hubungan social: Baik

- Pola aktifitas kemasyarakatan: Baik

- Pola kunjungan ke pos yandu: Kurang baik (tidak selalu)

- Keadaan psikologis pasien dan keluarga yang mempengaruhi: -

- Adat istiadat/ social budaya yang mempengaruhi :-

IV. KEADAAN RUMAH YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT DALAM

KELUARGA

- Kebersihan rumah: Baik (rajin dibersihkan)

- Vector penyakit:-

- Keadaan udara/ polusi dalam rumah: Baik

- Luas rumah/bangunan: 60m2

Page 5: sl ff

- Luas tanah: 70m2

- Jumlah orang yang tinggal dalam rumah: 5

- Luas kamar pasien atau yang sakit: 2,5 x 3 m2

- Jumlah orang yang tinggal sekamar dengan yang sakit: 1 (bersama ibunya)

- Jenis lantai : keramik

- Jenis tembok: Bata , sudah di cat

- Jenis atap : Asbes

- Perbandingan Ventilasi rumah (udara, sinar matahari dll) : Baik

- Perbandingan Ventilasi kamar (udara, sinar matahari dll) : Baik

- Keadaan dapur dan kebersihan : Kurang baik (banyak tumpukan barang di dapur)

- Tempat penyimpanan makanan: Baik

- Tempat penyimpanan alat makan : Kurang baik (mudah terpapar debu)

- Tempat cuci tangan : Baik

- Keadaan kamar mandi : Kurang baik

- Tipe kakus dan system pembuangan : Baik

- Keadaan wc : Baik

- Sumber air sehari hari : PAM

- Tempat penyimpanan air : Bak mandi

- Sumber air minum : Air PAM yang di masak

- Kebersihan tempat penyimpanan air minum : Baik (bersih)

- Tempat sampah di dalam rumah : Terbuka

- Sumber Pencahayaan dalam rumah: Baik (cukup ventilasi)

- Sistem pembuangan air limbah : Baik

- Kebersihan sekitar rumah : Kurang baik (banyak debu)

- Tempat sampah di luar rumah : Baik

- Keadaan udara/ polusi luar rumah : Baik

- Keadaan pekarangan (tanaman, keb ersihan, tanah dll) : Kurang baik (kotor)

V. PEMERIKSAAN FISIK PASIEN DAN KELUARGA

- Keadaan umum : Tampak sakit ringan

- Tanda vital : -

Page 6: sl ff

- Status gizi : Baik

- Pemeriksaan fisik : -

- Pemeriksaan hygiene: -

- Hasil pemeriksaan penunjang yang sudah dilakukan : -

- Diagnosis pasien : Konjungtivitis

- Diagnosis banding : -

- Diagnosis keluarga : -

VI. SARAN UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT

Promotif

- Menjelaskan tentang program kesehatan ibu anak serta hubungan terhadap status gizi

anak

- Penyuluhan dan penjelasan kepada anggota keluarga tentang :

- Kesadaran akan pentingnya kesehatan diri dan keluarga

- Pemberian informasi tentang rumah sehat sehingga dapat mencegah terjadinya sumber

penyakit untuk keluarga

Preventif

- Teratur diperiksakan keadaan gizi dan tumbuh kembangnya

- Menjaga kebersihan diri serta kebersihan rumah

- Makan makanan bergizi aga anak-anak dapat terhindar dari kurang gizi

Kuratif

- Terapi medikamentosa : memberikan antibiotic spesifik sesuai dengan hasil pemeriksaan

Edukasi

- Tidak menggosok mata yang sakit dan menyentuh mata yang sehat

- Mencuci tangan setelah setiap kali memegang mata yang sakit

Rehabilitatif : -

Resume

Page 7: sl ff

Dari hasil kunjungan ke rumah pasien, kesehatan keluarga serta pasien talitha pada saat

ini baik. Tidak terdapat salah satu keluarga yang sedang sakit hanya Talitha tampak sakit ringan.

Selain itu juga tidak terdapat riwayat penyakit yang dapat di turunkan pada keluarga ini.

Dari anamnesis serta data yang di dapatkan, pasien dalam keadaan sakit ringan dengan

status gizi yang sudah cukup baik hanya saja mata pasien sedikit merah dan berair. Kesadaran

keluarga akan hidup sehat juga sudah cukup baik hal ini dapat dilihat dari cakupan imunisasi

yang lengkap terhadap ketiga anaknya serta pola makan yang cukup baik dan teratur, meskipun

terkadang ketiga anaknya masih suka jajan ke warung dekat rumahnya dan kurangnya kesadaran

diri akan olahraga.

Pada saat kunjungan ke rumah pasien, rumah keluarga ini dapat dikatakan cukup untuk

dihuni oleh 1 keluarga yang terdiri dari 5 orang. Rumah dengan luas kira2 50m2 memiliki 2

kamar tidur, dapur, serta 1 kamar mandi. Sumber air yang digunakan oleh keluarga ini adalah air

PAM. Dimana air tersebut biasanya di masak untuk minum mereka sehari-hari. Ventilasi pada

rumah ini tergolong baik, terdapat ventilasi yang cukup baik serta cahaya matahari dapat masuk

dari berbagai ventilasi tersebut. Meskipun memiliki banyak ventilasi, rumah keluarga pasien ini

memiliki kekurangan, masih terdapat banyak sekali barang-barang tidak terpakai, kardus-kardus

kosong yang di kumpulkan sehingga menyebabkan banyaknya debu belum lagi barang-barang

tersebut di tempatkan dekat dapur sehingga sangat bias mempengaruhi makanan-makanan yang

mungkin akan di konsumsi oleh setiap anggota keluarga. Rumah pasien ini memiliki 1 kamar

mandi yang sebagian besar lantainya belum berbentuk keramik sehingga masih terlihat lumut-

lumut yang dapat menjadi sumber penyakit untuk keluarga ini.

Setelah melakukan anamnesis, Diagnosa penyakit sementara pada pasien Talitha adalah

konjungtivitis, dengan keluhan mata merah serta berair. Hal ini tidak pasti karena perlu

pemeriksaan lanjut ke dokter atau puskesmas karena sudah terus menerus terjadi selama 6 bulan.

Selain itu, anggota keluarga yang lain dalam kondisi sehat. Hanya saja harus di jelaskan dan

dijabarkan bagaimana untuk tetap mempertahankan status gizi anak tersebut serta terus

melakukan program puskesmas tentang kesehatan ibu dan anak (KIA) karena hal ini sangat

berpengaruh terhadap status gizi anak kedepannya.

Pembahasan

Page 8: sl ff

Gizi sangat mempengaruhi tumbuh kembang seorang anak. Seseorang yang mengalami

gizi buruk dapat menyebabkan berkurangnya aktivitas serta juga kecerdasan, dalam jangka

panjang gizi buruk juga dapat menyebabkan hilangnya generasi penerus bangsa. Perkembangan

gizi seorang anak juga sangat ditentukan oleh kesehatan ibu, maka dengan itu peran puskesmas

sangat penting untuk memperhatikan kesehatan ibu dan anak (KIA) terutama pada ibu yang

hamil atau pasca melahirkan.

Menurut perkiraan WHO, sebanyak 54% penyebab kematian bayi dan balita disebabkan

oleh keadaan gizi anak yang buruk. Risiko meninggal dari anak yang bergizi buruk 13 kali lebih

besar dibandingkan anak yang normal. Sementara di Indonesia berdasarkan data Susenas tahun

2005 prevalensi balita gizi buruk masih sebesar 8.8%.2

Variabel Pengukuran Status Gizi

Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat. Salah

satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan Antropometri. Dalam

pemakaian untuk penilaian status gizi, antropomteri disajikan dalam bentuk indeks yang

dikaitkan dengan variabel lain. Variabel tersebut adalah sebagai berikut : 

Umur

Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan

menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi

badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat.

Kesalahan yang sering muncul adalah adanya kecenderunagn untuk memilih angka yang  mudah

seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan

cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan

umur  adalah  dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan.

Berat Badan

Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan,

termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena

penyakit infeksi maupun konsumsi makanan  yang menurun. Berat badan ini  dinyatakan dalam

bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukan penilaian dengam melihat

perubahan  berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam penggunaannya

memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak digunakan karena hanya

Page 9: sl ff

memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat

menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu.3

Tinggi Badan

Tinggi badan memberikan gambaran  fungsi pertumbuhan yang dilihat dari

keadaan  kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan  sangat baik untuk melihat keadaan gizi

masa lalu terutama yang berkaitan dengan  keadaan   berat badan lahir rendah dan kurang gizi

pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U ( tinggi badan menurut

umur), atau juga  indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi  Badan)  jarang dilakukan karena

perubahan tinggi  badan yang lambat dan biasanya  hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan

indeks ini pada umumnya memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik,

kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun.

Berat badan dan tinggi badan   adalah salah satu parameter penting untuk menentukan

status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status gizi. Penggunaan Indeks

BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator status gizi untuk melihat adanya gangguan fungsi

pertumbuhan dan komposisi tubuh.3

Pengukuran Lingkar Lengan Atas

Pertambahan lingkar lengan atas ini relatif lambat. Saat lahir, lingkar lengan atas sekitar

11 cm dan pada tahun pertama, lingkar lengan atas menjadi 16 cm. Selanjutnya ukuran tersebut

tidak banyak berubah sampai usia 3 tahun. Ukuran lingkar lengan atas mencerminkan

pertumbuhan jaringan lemak dan otot yang tidak berpengaruh oleh keadaan cairan tubuh dan

berguna untuk menilai keadaan gizi dan pertumbuhan anak prasekolah.

Cara pengukuran lingkar lengan atas sebagai berikut :

- Tentukan lokasi lengan yang diukur. Pengukuran dilakukan pada lengan bagian kiri, yaitu

pertengahan pangkal lengan dan siku. Pemilihan lengan kiri tersebut dengan

pertimbangan bahwa aktivitas lengan kiri lebih pasif dibandingkan dengan lengan kanan

sehingga ukurannya lebih stabil.

- Lingkarkan alar pengukur pada lengan bagian atas seperti pada gambar ( dapat digunakan

pita pengukur). Hindari penekanan pada lengan yang diukur saat pengukuran.

- Tentukan besar lingkar lengan sesuai dengan angka yang tertera pada pita pengukur

- Catat hasil pada KMS3

Page 10: sl ff

Kesehatan Ibu dan Anak

Upaya kesehatan ibu dan anak adalah upaya kesehatan masyarakat yang dilakukan dalam

rangka pemeliharaan kesehatan ibu dan anak. Dengan semakin meningkatnya peran ibu dan ayah

sebagai figur sentral dalam keluarga, baik menunjang kebutuhan keluarga maupun fungsi pokok

lainnya.

Tujuan umum dari program Kesehatan Ibu dan Anak adalah untuk tercapainya kemampuan

hidup sehat melalui peningkatan kesehatan ibu dan anak untuk menjamin proses tumbuh

kembang optimal yang merupakan dasar bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.

Tujuan khusus program KIA antara lain:4

1. Meningkatkan cakupan pemeriksaan ibu hamil dengan frekuensi pemeriksaan paling

sedikit 4 kali per kehamilan dan sekaligus terdapat cakupan imunisasi TT ibu hamil serta

pemberian tablet besi pada ibu hamil.

2. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan termasuk bidan di desa meningkat menjadi

dua kali lipat di pedesaan dan perkotaan,

3. Meningkatkan cakupan pemeliharaan pasca persalinan bagi ibu-ibu menyusui.

4. Meingkatkan cakupan pelayanan kesehatan pada balita

5. Meningkatkan cakupan anak TK terbina secara teratur.

Pelaksanaan Ante Natal Care (ANC)

Pelayanan Ante Natal Care adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu

selama kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan Ante Natal Care (ANC), selengkapnya

mencakup banyak hal yang meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik baik umum dan kebidanan,

pemeriksaan laboratorium atas indikasi serta intervensi dasar dan khusus sesuai dengan resiko

yang ada. Namun dalam penerapan operasionalnya dikenal standar minimal ”7T” untuk

pelayanan Ante Natal Care(ANC) yang terdiri atas :5

1. (Timbang) berat badan. Ukuran berat badan dalam kg tanpa sepatu dan

memakai pakaian yang seringannya. Berat badan kurang dari 45 kg pada trimester III

dinyatakan ibu kurus kemungkinan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah.

2. Ukur (tekanan) darah. Untuk mengetahui setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan

dan mengenali tanda-tanda serta gejala preeklamsia lainnya, serta mengambil tindakan

yang tepat dan merujuknya

3. Ukur (tinggi) fundus uteri. Pemeriksaan abdominal secara seksama dan

Page 11: sl ff

melakukan palpasi untukmemperkirakan usia kehamilan, memeriksa posisi, bagian

terendah janin dan masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari

kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu

4. Pemberian imunisas (Tetanus Toksoid ) TT  lengkap untuk  mencegah tetanus

neonatorum.

5. Pemberian (tablet besi) minimal 90 tablet selama kehamilan.

6. Tes terhadap penyakit menular seksual. Melakukan pemantauan terhadap adanya PMS

agar perkembangan janin berlangsung normal.

7. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.

Kunjungan Ante Natal Care (ANC)

Kunjungan ibu hamil adalah kontak ibu hamil dengan tenaga profesional untuk

mendapatkan pelayanan Ante Natal Care sesuai standar yang ditetapkan. Istilah kunjungan disini

tidak hanya mengandung arti bahwa ibu hamil yang berkunjung ke fasilitas pelayanan, tetapi

adalah setiap kontak tenaga kesehatan baik diposyandu, pondok bersalin desa, kunjungan rumah

dengan ibu hamil tidak memberikan pelayanan Ante Natal Care (ANC) sesuai dengan standar

dapat dianggap sebagai kunjungan ibu hamil.4,5

1. Kunjungan ibu hamil Kl

2. Kunjungan baru ibu hamil adalah kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada masa

kehamilan.

3. Kunjungan ulang adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang kedua dan

seterusnya, untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar selama satu

periode kehamilan berlangsung.

4. K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang ke empat atau lebih

untuk mendapatkan pelayanan Ante Natal Care (ANC) sesuai standar yang ditetapkan

dengan syarat:

- Satu kali dalam trimester pertama (sebelum 14 minggu)

- Satu kali dalam trimester kedua (antara minggu 14-28)

- Dua kali dalam trimester ketiga (antara minggu 28-36 dan setelah minggu ke-36)

- Pemeriksaan khusus bila terdapat keluhan-keluhan tertentu.

Penyuluhan untuk Semua Ibu Hamil

Page 12: sl ff

1. Perlu istirahat cukup

2. Perlu Imunisasi Tetanus Toxoid (TT)

3. Tiap hari makan hidangan bergizi

4. Pentingnya KB.

5. Pengenalan tanda bahaya kehamilan:

- Bahaya anemia.

- Gangguan akibat kekurangan garam yodium

6. Pentingnya kolostrum. ASI segera diberikan dalam 30 menit setelah bayi lahir.

7. Pentingnya memelihara kesehatan gigi dan mulut.

8. Memeriksa kehamilannya minimal 4 kali kepada petugas kesehatan atau bidan.4

Upaya pencegahan penyakit (primer)

Pada tahap ini ada 2 golongan kegiatan yaitu :5

1. Health promotion (peningkatan kesehatan)

- Kampanye kesadaran masyarakat

- Promosi kesehatan

- Pendidikan kesehatan masyarakat ( health education )

- Peningkatan gizi

- Pengamatan tumbuh kembang

- Pengadaan rumah sehat

- Pengendalian lingkungan

2. General and specific protection (perlindungan khusus dan umum)

- Imunisasi

- Hygiene perorangan

- Perlindungan diri dari lingkungan

- Kesehatan kerja

- Pengendalian sumber-sumber pencemaran

Upaya pencegahan penyakit (sekunder)

Pencegahan ini dilakukan dengan 2 kegiatan yaitu:5

1. Early diagnose dan prompt treatment ( diagnose dini dan pengobatan )

- Screening dini

Page 13: sl ff

- Penemuan kasus secara dini

- Pemeriksaan umum lengkap

- Survey terhadap kontak, rumah dan sekolah

2. Disability limitation ( pembatasan gangguan )

- Penyempurnaan dan intensifikasi terapi lanjutan

- Pencegahan komplikasi

- Perbaikan fasilitas kesehatan

- Penurunan beban social masyarakat

Upaya pencegahan penyakit (tersier)

Pencegahan ini dapat dilakukan melalui :

- Memberikan keterampilan bagi penderita cacat

- Membentuk perkumpulan bagi orang-orang yang mengalami cacat tertentu.5

Kesimpulan

Program Kesehan Ibu dan Anak (KIA) memiliki peran yang sangat penting untuk

menentukan status gizi anak kemudian hari. Oleh karena itu, sebagai pelayan kesehatan terutama

puskesmas harus terus mendukung dan menjalankan dengan baik program-program yang

berhubungan dengan KIA untuk menurunkan angka gizi buruk pada anak.Dengan kegiatan

seperti Ante Natal Care (ANC) serta penyuluhan dari pelayan kesehatan sangat bermanfaat untuk

pencapaian kesehatan ibu dan bayi sehingga memperkecil angka gizi buruk anak untuk

kedepannya nanti.

Lampiran

Page 14: sl ff

Daftar pustaka

1. Departemen Kesehatan RI. Pedoman kerja puskesmas. Dalam: Kesehatan ibu dan anak.

Jilid 2. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2000.h.3-4.

2. Departemen Kesehatan RI. Pedoman kerja puskesmas. Dalam: Gizi. Jilid 2. Jakarta:

Departemen Kesehatan RI; 2000.h.29.

3. Soetjiningsih. Tumbuh kembang pada anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;

2005.h.67-70

4. Tim Pengelola UPGK. Buku kader posyandu dalam usaha perbaikan gizi keluarga.

Jakarta: Tim Pengelola UPGK; 2006.h.45-55.

5. Chandra B. Ilmu kedokteran pencegahan & komunitas. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC; 2009.h.243-66.