SKRIPSI · siswa tunagrahita kelas d 2 c1 semester ii slb-abcd ybs simo boyolali tahun pelajaran...
Transcript of SKRIPSI · siswa tunagrahita kelas d 2 c1 semester ii slb-abcd ybs simo boyolali tahun pelajaran...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN
DENGAN MENGGUNAKAN PIAS KATA ASOSIASI GAMBAR PADA
SISWA TUNAGRAHITA KELAS D2 C1 SEMESTER II
SLB-ABCD YBS SIMO BOYOLALI TAHUN
PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh:
SUNARSIH
X.5211023
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
JULI 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN\
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Sunarsih
N I M : X.5211023
Jurusan/Program Studi : Ilmu Pendidikan / Pendidikan Luar Biasa
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul: ”UPAYA MENINGKATKAN
KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN DENGAN MENGGUNAKAN
PIAS KATA ASOSIASI GAMBAR PADA SISWA TUNAGRAHITA KELAS
D2 C1 SEMESTER II SLB-ABCD YBS SIMO BOYOLALI TAHUN
PELAJARAN 2011/2012” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri.
Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasi
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juni 2012
Yang membuat pernyataan
Sunarsih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN
DENGAN MENGGUNAKAN PIAS KATA ASOSIASI GAMBAR PADA
SISWA TUNAGRAHITA KELAS D2 C1 SEMESTER II
SLB-ABCD YBS SIMO BOYOLALI TAHUN
PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi
Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan
Oleh :
SUNARSIH
NIM. X 5211023
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
JULI 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Sunarsih. ”UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACAPERMULAAN DENGAN MENGGUNAKAN PIAS KATA ASOSIASIGAMBAR PADA SISWA TUNAGRAHITA KELAS D2 C1 SEMESTER II SLB-ABCD YBS SIMO BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2011/2012”. Skripsi,Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,Juli 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membacapemulaan menggunakan pias kata asosiasi gambar pada siswa tunagrahita kelasD2 C1 Semester II SLB-ABCD YBS Simo Boyolali tahun pelajaran 2011/2012.
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas(PTK). Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa tunagrahita kelas D2C1
semester II SLB ABCD YBS Simo Boyolali tahun pelajaran 2011/2012 yangberjumlah 4 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi untukmengamati aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran kemampuanmembaca permulaan menggunakan pias kata asosiasi gambar, dokumentasi untukmemperoleh data kemampuan membaca permulaan awal, sedangkan tesdigunakan untuk memperoleh data kemampuan membaca permulaan siklus I danII. Teknik analisis data digunakan analisis deskriptif komparatif, yakni denganmembandingkan kemampuan membaca permulaan antarsiklus, yang dianalisisadalah kemampuan membaca permulaan siswa sebelum menggunakan pias kataasosiasi gambar dan kemampuan membaca permulaan siswa setelahmenggunakan pias kata asosiasi gambar sebanyak dua siklus.
Hasil penelitian data awal nilai kemampuan membaca permulaan,diketahui nilai rata-rata sebesar 51,25. Seluruh siswa mendapat nilai kurang dari60,00 dan belum ada yang tuntas. Hasil tes pada siklus I, diketahui nilai rata-ratakemampuan membaca permulaan sebesar 56,25, ketuntasan secara klasikal telahmencapai 50,00%. Hasil tes pada siklus II, diketahui nilai rata-rata kemampuanmembaca permulaan sebesar 63,75, seluruh siswa siswa mendapat nilai 60,00 ataulebih (tuntas belajarnya). Ketuntasan secara klasikal telah mencapai 100,00%.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan piaskata asosiasi gambar dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan dalampembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa tunagrahita kelas D2C1 SLB ABCDYBS Simo Boyolali tahun pelajaran 2011/2012.
Kata kunci: kemampuan membaca permulaan, pias kata asosiasi gambar, siswatunagrahita.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Sunarsih. “AN EFFORT TO INCREASE THE ABILITY OF BEGINNINGREADING USING WORD LIST OF PICTURE ASSOCIATION ON THEMENTALLY RETARDED CLASS D2C1 SEMESTER II SLB ABCD YBSSIMO BOYOLALI IN THE SCHOOL YEAR 2011/2012”. Thesis, Surakarta:The Faculty of Teacher training and Science Education, Sebelas Maret University,Jule, 2012.
The aim of this study is to increase the ability of beginning reading usingword list of picture association on the mentally retarded class D2C1 semester IISLB-ABCD YBS Simo Boyolali in the school year 2011/2012.
The approach used in this study is Class Action Research (CAR). Thesubject of this study is all of elementary class D2C1 students semester II in SLB-ABCD YBS Simo Boyolali in the school year 2011/2012 that consisting of 4students. This study uses observation as the technique to collect the data. Itobserves the teacher’s activity and the students’ activity in teaching the ability ofbeginning reading using word list of picture association. Documentation is used toget the data of the early ability of beginning reading , while the test is used to getthe data of the ability of beginning reading in the cycles I and II. To analyze thedata this sudy uses descriptive comparative analysis, that is by comparing theability of beginning reading inter-cycles. The data being analyzed are the abilityof beginning reading before applying word list of picture association and theability of beginning reading after applying word list of picture association, twocycles.
From the early data about the value of ability of beginning reading, theresult of this study shows that the average value is 51.25. All of the students getvalue less than 60.00, so no one passes. The result of the test in the cycle I showsthat the average value of ability of beginning reading is 56.25, so the classicalexhaustiveness has reached 50.00%. The result of the test in the cycle II showsthat the average value of ability of beginningreading is 63.75, all of the studentsget value 60.00 or more (it’s better than before) So the classical exhaustivenesshas reached 100.00%.
Based on the result of this study, it can be concluded that using word list ofpicture association can increase the ability of beginning reading in teachingIndonesian on the mentally retarded class D2C1 SLB ABCD YBS Simo Boyolaliin the school year 2011/2012.
Key word: ability of beginning reading, word list of picture association, mentallyretarded.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTTO
Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyeru kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan
beriman kepada Allah ... “ (Q.S. Ali Imron: 110).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan
kepada:
- Suami tercinta.
- Anak-anak tersayang.
- Rekan-rekan PLB FKIP UNS.
- Murid-murid yang kusayangi.
- Almamater.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT., atas rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) ini untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Luar Biasa, Jurusan Ilmu
Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian
penulisan penelitian tindakan kelas ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak
akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat diatasi. Untuk itu, atas segala
bentuk bantuan yang telah diberikan, penulis mengucapkan terima kasih kepada
yang terhormat:
1. Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si., pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi ijin
kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
2. Drs. R. Indianto, M.Pd., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan yang telah
memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian tindakan
kelas.
3. Drs. Hermawan, M.Si,, Ketua Program Studi Pendidikan Luar Biasa yang
telah memberikan ijin penyusunan skripsi.
4. Drs. Munawir Yusuf, M.PSi., selaku pembimbing I yang telah memberikan
petunjuk kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
5. Sugini, M.Pd., selaku pembimbing II yang dengan sabar telah memberikan
bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Drs. Wahyoto, Kepala SLB ABCD YBS Simo Boyolali yang telah
memberikan ijin tempat penelitian dan informasi yang dibutuhkan penulis.
7. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian
tindakan kelas ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih ada kekurangan,
karena keterbatasan pengetahuan yang ada dan tentu hasilnya juga masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan.
Semoga kebaikan Bapak, Ibu, mendapat pahala dari Allah SWT., dan
menjadi amal kebaikan yang tiada putus-putusnya dan semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Surakarta, Juni 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ ii
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... v
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................. vi
HALAMAN ABSTRACT ............................................................................... vii
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... ix
KATA PENGANTAR ..................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv
DAFTAR GRAFIK ......................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvii
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 4
BAB II. KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS ............................................... 6
A. Kajian Teori .............................................................................. 6
1. Tinjauan tentang Anak Tunagrahita ................................... 6
2. Tinjauan tentang Kemampuan Membaca Permulaan ......... 11
3. Tinjauan tentang Pias Kata Asosiasi Gambar...................... 21
B. Kerangka Pemikiran .................................................................. 26
C. Hipotesis ................................................................................... 27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
Halaman
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................ 28
A. Setting Penelitian ...................................................................... 28
B. Subyek Penelitian ...................................................................... 28
C. Data dan Sumber Data .............................................................. 29
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 29
E. Validitas Data ........................................................................... 33
F. Analisis Data ............................................................................. 34
G. Indikator Penelitian.................................................................... 34
H. Prosedur Penelitian ................................................................... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 36
A. Pelaksanaan Penelitian............................................................... 36
B. Hasil Penelitian ......................................................................... 47
C. Pembahaan Hasil Penelitian ...................................................... 52
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 54
A. Simpulan .................................................................................... 54
B. Saran ........................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 56
LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................... 58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian............................................................. 28
Tabel 3.2. Daftar Siswa Tunagrahita Kelas D2C1 Semester II SLB-ABCDYBS Simo Boyolali sebagai Subyek Penelitian. ........................... 29
Tabel 4.1. Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Tunagrahita Kelas D2C1
SLB ABCD YBS Simo Boyolali pada Kondisi Awal ................... 37
Tabel 4.2. Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Tunagrahita Kelas D2C1
SLB ABCD YBS Simo Boyolali pada Siklus I ............................. 47
Tabel 4.3. Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Tunagrahita Kelas D2C1
SLB ABCD YBS Simo Boyolali pada Siklus I ............................. 48
Tabel 4.4. Kemampuan Membaca Permulaan Setiap Siklus MenggunakanPias Kata Asosiasi Gambar ........................................................... 50
Tabel 4.5. Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Setiap Siklus ..... 51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran ................................................................... 27
Gambar 3.1. Alur Penelitian Tindakan Kelas ................................................. 35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 4.1. Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan MenggunakanPias Kata Asosiasi Gambar ........................................................... 50
Grafik 4.2. Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Setiap Siklus .... 51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRANHalaman
Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian....................................................... 58
Lampiran 2. Daftar Siswa Tunagrahita Kelas D2C1 SLB ABCD SimoBoyolali Tahun Pelajaran 2011/2012 Sebagai SampelPenelitian .................................................................................. 59
Lampiran 3. Kisi-kisi Instrumen Membaca Permulaan ............................... 60
Lampiran 4. Silabus ...................................................................................... 61
Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ................ 64
Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ............... 71
Lampiran 7. Pos Test Siklus I ....................................................................... 78
Lampiran 8. Pos Test Siklus II ..................................................................... 80
Lampiran 9. Pedoman Penilaian .................................................................. 82
Lampiran 10. Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Tunagrahita KelasD2C1 SLB ABCD Simo Kondisi Awal...................................... 83
Lampiran 11. Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Tunagrahita KelasD2C1 SLB ABCD Simo Siklus I ............................................... 84
Lampiran 12. Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Tunagrahita KelasD2C1 SLB ABCD Simo Siklus II .............................................. 85
Lampiran 13. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa (Siklus I) ...................... 86
Lampiran 14. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa (Siklus II) ..................... 87
Lampiran 15. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru (Siklus I) ........................ 88
Lampiran 16. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru (Siklus II) ...................... 89
Lampiran 17. Foto-foto Kegiatan Penelitian ................................................. 90
Lampiran 18. Perijinan Penelitian................................................................... 92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa dalam kehidupan sehari-hari sangat memegang peranan penting,
terutama dalam mengungkapkan pikiran seseorang. Dalam kehidupan sehari-hari
tidak ada seorangpun yang dapat meninggalkan bahasa. Konsep, pikiran dan
angan-angan serta mengungkapkan perasaan manusia diungkapkan dengan
bahasa. Baik dengan bahasa lisan, bahasa tertulis maupun bahasa isyarat. Selain
sebagai alat bantu mengungkapkan pikiran, bahasa juga digunakan sebagai alat
komunikasi. Komunikasi dengan penggunaan bahasa digunakan setiap orang
termasuk anak berkebutuhan khusus. Umumnya ABK mengalami hambatan
bahasa termasuk di dalamnya anak tunagrahita. Hambatan yang dialami anak
tunagrahita salah satunya membaca.
Dalam berkomunikasi anak tunagrahita banyak mengalami kesulitan untuk
mendapatkan kosakata yang sesuai untuk mengungkapkan apa yang diinginkan.
Hal ini dapat dimaklumi karena mereka mengalami kekurangan dalam hal
perbendaharaan kata yang disebabkan oleh IQ anak tunagrahita 70 ke bawah.
Menurut Japan League for Mentally Retarded adalah ”lambannya fungsi
intelektual, yaitu IQ 70 ke bawah berdasarkan tes inteligensi baku dan terjadi pada
masa perkembangannya, yaitu antara masa konsepsi hingga usia 18 tahun”
(Geniofam, 2010: 10).
Agar terciptanya kegiatan belajar mengajar yang ramah dan
menyenangkan, dan dapat meningkatkan kemampuan membaca anak maka guru
dalam menyampaikan materi melalui simulasi merangkai kartu hutuf.
“Mengingat karakteristik dan hambatan yang dimiliki anak berkebutuhan khusus
(ABK), maka ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus. Yakni
pola pembelajaran yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka”
(Santoso, 2010: 128).
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Anak berkelainan mental atau tunagrahita, yaitu “anak yang diidentifikasi
memiliki tingkat kecerdasan yang sedemikian rendah atau di bawah rata-rata,
sehingga untuk mengerjakan tugas perkembangannya memerlukan bantuan atau
layanan secara khusus, termasuk kebutuhan program pendidikan dan bimbingan“
(Efendi, 2006: 9). Perkembangan anak tunagrahita salah satunya adalah
perkembangan kemampuan membaca dalam mengikuti pelajaran bahasa
Indonesia diharapkan anak tunagrahita dapat mengikuti sesuai dengan kurikulum
yang telah ditetapkan di SDLB.
Kemampuan membaca merupakan modal dasar bagi siswa dalam
pembelajaran di sekolah, karena dengan membaca siswa dapat memberikan
makna terhadap tulisan. Menurut Dechant yang dikutip Zuhdi (2007:21),
”membaca adalah proses pemberian makna terhadap tulisan, sesuai dengan
maksud penulis”. Lebih lanjut Smith mendefinisikan ”membaca sebagai proses
komunikasi yang berupa pemerolehan informasi dari penulis oleh pembaca”
(Zuhdi, 2007:21). Secara umum anak tunagrahita memiliki karakteristik antara
lain mengalami kesulitan belajar terutama dalam memahami keterampilan
membaca permulaan sangat rendah dan cenderung pasif, siswa hanya mampu
meniru bila disuruh menirukan oleh guru, siswa hanya mampu menunjuk bila
disuruh menunjukkan kata oleh guru. Siswa hanya mampu berbuat sesuatu bila
ada perintah dari guru dan harus dipandu oleh guru. Menurut Choiri dan Yusuf
(2008: 56) bahwa “anak tunagrahita mempunyai ciri-ciri fisik dan penampilan
perkembangan bicara/bahasa terlambat, dengan ciri-ciri: (1) keterhambatan fungsi
kecerdasan secara umum atau di bawah rata-rata, (2) ketidakmampuan dalam
perilaku adaptif dan (3) terjadi perkembangan sampai usia 18 tahun“.
Menurut Efendi (2006: 9).”Anak yang diidentifikasi memiliki tingkat
kecerdasan yang sedemikian rendah atau di bawah rata-rata, sehingga untuk
mengerjakan tugas perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan secara
khusus, termasuk kebutuhan program pendidikan dan bimbingan“. Menurut Japan
League for Mentally Retarded adalah ”lambannya fungsi intelektual, yaitu IQ 70
ke bawah berdasarkan tes inteligensi baku dan terjadi pada masa perkembangan-
nya, yaitu antara masa konsepsi hingga usia 18 tahun” (Geniofam, 2010: 10).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Pengajaran anak tunagrahita memerlukan bantuan media pembelajaran
yang tepat agar siswa dapat berusaha neningkatkan kreatifitas sehingga
kemampuan membaca dapat ditingkatkan sesuai dengan kondisi anak. Guru-guru
di SLB/C dalam prakteknya hampir seluruhnya menerapkan prinsip-prinsip
pengajaran dengan ceramah. Pemakaian metode ceramah masih dianggap tidak
efektif untuk segala suasana oleh sebagian guru. Akibat dari model pembelajaran
seperti itu, membuat aktifitas siswa menjadi pasif, sehingga anak akan: 1) tidak
akan tertarik untuk belajar membaca; 2) tidak senang belajar bahasa Indonesia
khususnya membaca; 3) pasif di waktu kegiatan belajar mengajar bahasa
Indonesia berlangsung; 4) tidak mampu memahami materi bahasa Indonesia.
Bantuan yang diperlukan bagi anak tunagrahita untuk meningkatkan kemampuan
membaca permulaan dengan menggunakan pias kata ssosiasi gambar sehingga
siswa berusaha meningkatkan keaktifan dan kemampuan membaca dapat
ditingkatkan sesuai dengan kondisi anak.
Di dalam pelajaran Bahasa Indonesia terdapat beberapa jenis kartu kata
yang digunakan sebagai alat peraga dalam membantu siswa membaca antara
lain berupa kartu huruf, kartu suku kata, kartu kata, dan kartu gambar”. Pias
kata adalah alat peraga berbentuk huruf, suku kata, dan kata. Untuk mengetahui
seberapa dalam dan luas pengetahuan serta seberapa dalam penguasaan
kemampuan siswa yang telah diberikan, guru memberikan evaluasi atau tes
tentang membaca. Melalui tes membaca dapat diketahui lancar tidaknya
kemampuan siswa dalam membaca permulaan. Melihat kondisi seperti itu,
peneliti mencoba menggunakan pias kata asosiasi gambar.
Gambar merupakan salah satu media pembelajaran yang amat dikenal di
dalam setiap kegiatan pembelajaran. Hal itu disebabkan kesederhaannnya, tanpa
memerlukan perlengkapan, dan tidak perlu diproyeksikan untuk mengamatinya.
Menurut Gerlach & Ely (dalam Anitah, 2004:22) mengatakan bahwa “gambar
tidak hanya bernilai seribu bahasa, tetapi juga seribu tahun atau seribu mil.”
Melalui gambar dapat ditunjukkan sesuatu yang jauh dari jangkauan pengalaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
siswa, selain itu juga dapat memberikan gambaran tentang maksud bacaan yang
ada di dalamnya. Melalui gambar, guru dapat menerjemahkan ide-ide abstrak
dalam bentuk yang lebih konkrit untuk siswa tunagrahita (C).
Pembelajaran pias kata asosiasi gambar di sini dimaksudkan pembelajaran
membaca dengan memanfaatkan pias kata disertai dengan gambar yang sesuai
dengan maksud pias kata sehingga keduanya ada interaksi yang memudahkan
siswa untuk membaca permulaan bagi siswa tunagrahita.
Atas dasar latar belakang masalah di atas, penulis ingin meneliti lebih jauh
penggunaan pias kata sisiasi gambar untuk meningkatkan kemampuan membaca
permulaan dengan mengambil judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan
Membaca Permulaan Dengan Menggunakan Pias Kata Asosiasi Gambar Pada
Siswa Tunagrahita Kelas D2 C1 Semester II SLB-ABCD YBS Simo Boyolali
Tahun Pelajaran 2011/2012”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah: “Apakah penggunaan pias kata asosiasi gambar dapat
meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada siswa tunagrahita kelas D2
C1 Semester II SLB-ABCD YBS Simo Boyolali tahun pelajaran 2011/2012?“.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan membaca pemulaan
melalui penggunaan pias kata asosiasi gambar pada siswa tunagrahita kelas D2 C1
Semester II SLB-ABCD YBS Simo Boyolali tahun pelajaran 2011/2012.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat. Manfaat yang dapat diperoleh
dari penelitian ini, sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
1. Manfaat teoritis
a. Memudahkan memahami materi membaca permulaan dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia.
b. Meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak tunagrahita.
c. Menambah rasa senang dalam mempelajari Bahasa Indonesia khususnya
membaca menggunakan pias kata sosiasi gambar.
d. Menambah khasanah ilmu tentang penggunaan pias kata sosiasi gambar
dalam pembelajaran membaca permulaan anak tunagrahita.
2. Manfaat Praktis
a. Menambah variasi media pembelajaran sebagai alternatif untuk
meningkatkan membaca permulaan.
b. Meningkatkan keterampilan mengelola kegiatan belajar mengajar membaca
permulaan bagi anak tunagrahita menggunakan pias kata sosiasi gambar.
c. Sebagai bahan pertimbangan dan acuan bagi peneliti tindakan kelas di masa
mendatang.
d. Mengetahui kegunaan pias kata sosiasi gambar dalam meningkatkan
membaca permulaan pada anak tunagrahita.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Tinjauan Tentang Anak Tunagrahita
a. Pengertian Anak Tunagrahita
Ada beberapa istilah mengenai anak tunagrahita, yaitu terbelakang
mental, tuna mental, lemah otak, lemah fikiran, dan mentaly retarded. Smith,
Ittenbach, dan Patton (2002: 43) mengemukakan bahwa:
People who are mentally retarded overtime have been referred to asdumb, stupid, immature defective, deficient, subnormal, incompetent,and dull. Terms such as idiot, imbecile, moron and feebleminded werecommonly used historically to label this population. Although the wordfaal referred to those who lwere mentally ill, and the word idiot wasdirected toward individuals who were severely retarded, these termswere frequently used interchangeably.
Maksud dari kutipan di atas adalah retardasi mental dengan istlah dungu
(dumb), bodoh (stupid), tidak masuk (immature), cacat (defective), kurang
sempurna (deficient), di bawah normal (subnormal), tidak mampu
(incompetent), dan tumpul (dull). Istilah lainnya idiot, imbecile, moron, dan
feebleminded, mengarah individu yang cacat berat, istilah-istilah tersebut sering
digunakan secara bergantian.
Menurut Munzayanah (2000: 13), “Anak tunagrahita adalah anak yang
mengalami hambatan dalam bidang intelektual serta seluruh kepribadiannya,
sehingga mereka tidak mampu hidup dengan kekuatan sendiri di dalam
masyarakat”.
“Anak tunagrahita adalah individu yang memiliki tingkat kecerdasan di
bawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku
yang muncul dalam masa perkembangan” (Santoso, 2010: 130). Menurut
Bratanata yang dikutip Efendi (2006: 88) bahwa:
Seseorang dikategorikan berkelainan mental subnormal atautunagrahita, jika ia memiliki tingkat kecerdasan yang sedemikianrendahnya (di bawah normal), sehingga untuk meniti tugasperkembangannya memerlukan bantuan atau layanan secara spesifik,termasuk dalam program pendidikannya.
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Dari pengertian-pengertian seperti yang dikemukakan di atas, maka
dapatlah disimpulkan bahwa yang dimaksud anak tunagrahita adalah mereka
yang jelas-jelas mengalami keterlambatan dalam perkembangan kecerdasan,
sehingga untuk mengembangkan potensinya secara optimal diperlukan
pelayanan pendidikan secara khusus. Karena kelainannya itu maka mereka
mengalami kesulitan dalam belajarnya dimana mereka terlihat sering
ketinggalan dari teman-temannya yang normal.
b. Klasifikasi Anak Tunagrahita
Klasifikasi diperlukan untuk memudahkan pemberian bantuan atau
pelayanan kepada anak tunagrahita. Dalam pengklasifikasian ini terdapat
berbagai cara sesuai dengan sudut pandang disiplin ilmu dan ahli yang
mengemukakannya.
Dalam jurnal internasional, Oliver & Williams (2005: 6) menjelaskan
bahwa:
Generally tunagrahita child characreristics in term of academic,social/emotional, physical/health. In addition it is also necessary toreview ketunagrahitaan heavy and light, so it needs to be discussedcharacreristics tunagrahita lightweight, tunagrahita medium, andheavy and very heavy tunagrahita.(Secara umum karakteristik anak tunagrahita ditinjau dari segiakademik, sisial/emosional, fisik/kesehatan. Di samping perlu puladitinjau berat dan ringannya ketunagrahitaan, sehingga perlu dibahaskarakteristik tunagrahita ringan, tunagrahita sedang, tunagrahita beratdan sangat berat).
Berdasarkan klasifikasi di atas penulis akan meneliti siswa tunagrahita
ringan tergolong mampu didik. "Anak tunagrahita sedang/ringan adalah anak
tunagrahita yang tidak mampu mengikuti pada program sekolah biasa, tetapi ia
masih memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pendidikan
walaupun hasilnya tidak maksimal" (Efendi, 2006: 90).
Kemampuan yang dapat dikembangkan pada anak tunagrahita mampu
didik antara lain: 1) membaca, menulis, mengeja, dan berhitung; 2)
menyesuaikan diri dan tidak menggantungkan diri pada orang lain; 3)
keterampilan yang sederhana untuk kepentingan kerja di kemudian hari.
Kesimpulan anak tunagrahita mampu didik adalah anak tunagrahita yang dapat
dididik secara minimal dalam bidang-bidang akademis, sosial, dan pekerjaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
c. Faktor Penyebab Tunagrahita
Tunagrahita dapat disebabkan oleh beberapa faktor, baik faktor dari
dalam maupun faktor dari luar diri anak. Adapun faktor penyebab tunagrahita
menurut beberapa ahli adalah:
Menurut Efendi (2006: 91), bahwa "sebab terjadinya ketunagrahitaan
pada seseorang menurut kurun waktu terjadinya, yaitu dibawa sejak lahir
(faktor endogen) dan faktor dari luar seperti penyakit atau keadaan lainnya
(faktor eksogen)." Faktor endogen yaitu faktor ketidaksempuraan psikobiologis
dalam memindahkan gen, sedangkan faktor eksogen yaitu faktor yang terjdi
akibat perubahan patologis dari perkembangan normal. Dari sisi pertumbuhan
dan perkembangan, penyebab ketunagrahitaan menurut Devenport yang dikutip
Efendi (2006: 91) dapat dirinci melalui jenjang sebagai berikut:
1) kelainan atau keturunan yang timbul pada benih plasma;2) kelainan atau keturunan yang dihasilkan selama penyuburan telur;3) kelainan atau keturunan yang diakibatkan dengan implantasi;4) kelainan atau keturunan yang timbul dalam embrio;5) kelainan atau keturunan yang timbul dari luka saat kelaihiran;6) kelainan atau keturunan yang timbul dalam janin;7) kelainan atau keturunan yang timbul pada masa bayi dan masa
kanak-kanak.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sebab-sebab anak
tunagrahita adalah: pada masa prenatal kekurangan vitamin, gangguan
psikologis sang ibu, gangguan kelainan janin; pada masa natal proses kelahiran
tidak sempurna, masa pos natal, anak tunagrahita dapat disebabkan pada waktu
kecil pernah sakit secara terus menerus; faktor keturunan, gangguan
metabolisme dan gizi, infeksi dan keracunan. Di samping itu juga disebabkan
oleh predisposisi genetik terhadap gens atau faktor ekologis atau lingkungan,
dan waktu terjadinya pemaparan, misalnya janin terpapar virus rubella sewaktu
berusia trimester pertama maka kecacatan dapat berat.
d. Karakteristik Anak Tunagrahita.
Anak tunagrahita memiliki beberapa karakteristik. Menurut Geniofam
(2010: 25-26), anak tunagrahita bisa diketahui jelas secara fisik, antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
1) Penampilan fisik tidak seimbang, mislanya kepala terlalu kecil/besar;2) Tidak dapat mengurus diri sndiri sesuai usia;3) Perkembangan bicara/bahasa terlambat;4) Tidak ada atau kurang perhatiannya terhadap lingkungan (pandangan
kosong);5) Koordinasi gerakan kurang (gerakan sering tidak terkendali);6) Sering keluar ludah (cairan) dari mulut (ngiler).
Amin (2005: 34) menguraikan ciri-ciri anak tunagrahita sebagai berikut:
Kapasitas belajarnya amat terbatas dalam pergaulan mereka tidak dapatmengurus, mengalami kesukaran dalam memusatkan perhatian,perkembangan dan dorongan emosi anak tunagrahita berbeda-bedasesuai dengan tingkat ketunagrahitaan masing-masing, struktur maupunfungsi organisme pada umumnya kurang dari anak normal.
Pendapat lain dikemukakan oleh Munzayanah (2000: 24) bahwa:
Karakteristik yang nampak serta banyak terjadi pada siswa penyandangtunagrahita adalah: rasa merusak sebagai dasar perkembangan,mengalami gangguan dalam sosialisasi, iri hati kodrati yang merupakandasar rasa keadilan, bergaul mencampurkan diri dengan orang lain,sikap yang ingin memisahkan diri atau menarik diri, penyesuaian diriyang kaku dan labil.
Smith, et.all. yang dikutip Mumpuniarti (2007: 10-11) menguraikan
ciri-ciri anak tunagrahita sebagai berikut:
1) Kondisi kecerdasan fungsionala) Asesmen fungsi kecerdasan harus diperoleh dari berbagai sumber
informasi, dan kesepakatan sebagai cacat mental merupakantanggungjawab bersama secara tim multidisipliner.
b) Skala skor IQ kurang dari 75.2) Adaptasi tingkah laku
a) Harus diukur secara langsung seperti ukuran pada evaluasiperformance individu dibandingkan dengan kelompok usiasebaya yang sama (same-age peers) dari latar belakang budayayang sama.
b) Teridentifikasi deficit dalam dua atau lebih bidang keterampilanadaptif.
3) Periode perkembangana) Sampai usia 21 atau di bawahnya.b) Ketidaksesuaian secara terus menerus sampai lebih dari satu
tahun.4) Performance dalam bidang pendidikan
a) Evaluasi tampilan pada bidang pendidikan dalam konteks aruslingkungan.
b) Teridentifikasi deficit dalam seluruh bidang akademik inti(matematika, bahasa, membaca, seni, dan science).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
c) Deficit secara signifikan pada skor individual berkurang satustandart penyimpangan di bawah rata-rata dari sampelstandardisasi nasional.
d) Pengukuran yang distandarisasi harus divalidasi lebih lanjut olehdata di sekolah pada dokumen yang berbeda antara individuperformance dan performance kelompok usia sebaya dari latarbelakang budaya yang sama.
e) Asesmen dari akademik performance harus juga inkludterdokumenasi daya tahan intervensi pendidikan umum.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri anak tunagrahita
adalah kapasitas belajarnya amat terbatas dalam pergaulan mereka tidak dapat
mengurus, mengalami kesukaran dalam memusatkan perhatian, mengalami
kesukaran berfikir abstrak, merekaa berbicara lancar, mereka masih dapat
mengikuti pelajaran akademik di sekolah biasa ataupun khusus, mengalami
gangguan dalam sosialisasi, iri hati kodrati yang merupakan dasar rasa
keadilan, bergaul mencampurkan diri dengan orang lain, sikap yang ingin
memisahkan diri atau menarik diri, penyesuaian diri yang kaku dan labil, pada
umur 16 tahun baru mencapai umur kecerdasan yang sama dengan anak umur
12 tahun.
e. Dampak Tunagrahita bagi Siswa
Ketidakmampuan anak tunagrahita meraih prestasi yang lebih baik dan
sejajar dengan anak normal, karena ingatan anak tunagrahita sangat lemah
dibanding dengan anak normal. Maka tidak heran, jika instruksi yang diberikan
kepada anak tunagrahita cenderung tidak melalui proses analisis kognitif.
Perkembangan kognitif anak tunagrahita sering mengalami kegagalandalam melampaui periode atau tahapan perkembangan. Bahkan dalamtaraf perkembangan yang paling sederhana pun, anak tuna grhaitaseringkali tidak mampu menyelesaikan dengan baik. (Efendi, 2006: 98)
Keterlambatan perkembangan kognitif pada anak tunagrahita menjadi
masalah besar bagi anak tunagrahita ketika meniti tugas perkembangannya.
Beberapa hambatan yang tampak pada anak tunagrahita dari segi kognitif dan
sekaligus menjadi karakteristiknya menurut Efendi (2006: 98), sebagai berikut:
1) Cenderung memiliki kemampuan berpikir konkret dan sukarberpikir.
2) Mengalami kesulitan dalam konsentrasi.3) Kemampuan sosialisasinya terbatas.4) Tidak mampu menyimpan instruksi yang sulit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
5) Kurang mampu menganalisis dan menilai kejadian yang dihadapi.6) Pada tunagrahita mampu didik, prestasi tertnggi bidang baca, tulis,
hitung tidak lebih dari anak normal setingkat kelas III-IV SD.
Keterbatasan daya pikir yang dialami anak tunagrahita menyebabkan
mereka sulit mengontrol, apakah perilaku yang ditampakkan dalam aktivitas
sehari-hari wajar atau tidak, baik perilaku yang berlebihan maupun perilaku
yang kurang serasi. Atas dasar itulah maka untuk anak tunagrahita perlu
dilakukan modifikasi perilaku melalui terapi perilaku.
Dalam memberikan terapi perilaku pada anak tunagrahita, seorang
terapis harus memiliki sikap sebagaimana yang dipersyaratkan dalam
pendidikan humanistik, yaitu penerimaan secara hangat, antusias tinggi,
ketulusan dan kesungguhan, serta menaruh empati yang tinggi terhadap kondisi
anak. Tanpa dilengkapi persyaratan tersebut, penerapan teknik modifikasi
perilaku pada anak tunagrahita tidak banyak memberikan hasil yang berarti.
2. Tinjauan Tentang Kemampuan Membaca Permulaan
a. Pengertian Kemampuan Membaca Permulaan
Kemampuan membaca permulaan memiliki beberapa pengertian
menurut pandangan beberapa ahli. Untuk lebih jelasnya berikut ini
dikemukakan pendapat para ahli yang berkaitan dengan kemampuan membaca
permulaan.
Menurut Bormouth yang dikutip Zuchdi (2007: 22), “kemampuan
adalah seperangkat keterampilan yang digeneralisasi, yang memungkinan
orang memperoleh dan mewujudkan informasi yang diperoleh dari kegiatan”.
Pendapat lain dikemukakan oleh Jhonson yang dikutip Wijaya dan Tabrahi
(2002: 8) menjelaskan bahwa “kemampuan merupakan perilaku rasional untuk
mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan”.
“Membaca merupakan kegiatan yang sehat. Membaca akan memperluas
wawasan dan pengetahuan anak, sehingga anak pun akan berkembang
kreativitas dan kecerdasannya” (Winarni, 2010: 12).
Anak pada dasarnya senang meniru, karena salah satu prosespembentukan tingkah laku mereka adalah diperoleh dengan carameniru. Anak gemar membaca umumnya adalah anak yang mempunyai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
lingkungan dimana orang-orang di sekelilingnya juga gemar membaca.Mereka meniru ibu, ayah, kakak, atau orang lain di sekelilingnya yangmempunyai kebiasaan membaca dengan baik. Dengan demikian orangtua dan guru di tuntut untuk bisa memberikan contoh keteladanan yangnyata akan hal yang baik, termasuk perilaku bersemangat dalammempelajari hal-hal baru. (Seto, 2008: 3).
Alimin (2008: 65) mengemukakan bahwa:
Simbol bahasa dari membaca permulaan merupakan bagian darikesadaran linguistik (bunyi) dan kesadaran akan bentuk atau lambangbahasa merupakan prerequisit dalam belajar membaca permulaanBerkenaan dengan hal itu dalam melihat kegagalan belajar membacaharus dilihat dari dua sisi, apakah menyangkut persoalan persepsi visualatau persepsi auditori. Yang berhubungan kuat antara pemahamanlambang bahasa yang ditrasfer melalui visual memiliki hubungan danberkontribusi terhadap kemampuan membaca anak. Namun demikian,perkembangan sekarang berkenaan dengan masalah yang mendukungkearah kesiapan membaca justru banyak pula ditentukan oleh kesadaranlinguistik yang diperoleh melalui pengalaman auditori.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
membaca adalah kemampuan yang dimiliki dalam melakukan suatu kegiatan
yang komplek dan kesatuan berbagai proses psikologis, sensoris, dan
perkembangan keterampilan pada dasarnya anak hanya bisa meniru.
Sedangkan membaca permulaan merupakan kegiatan membaca mula-mula
diajarkan pada anak yang baru masuk sekolah dasar sebelum anak mengenal
huruf atau bacaan.
Pengertian kemampuan membaca permulaan menurut Alimin (2008:
44) sebagai berikut:
Membaca permulaan merupakan keterampilan memahami symbolbahasa atau tanda-tanda baca. Cepat lambatnya pemahaman terhadapsymbol atau tanda-tanda baca tadi akan banyak bergantung pada motodeyang digunakan. Namun demikian keterampilan itu biasanya mencakupsekurang-kurangnya pada empat aspek yaitu; a) mengenal huruf (Latterindintification), b) peleburan bunyi ( Sound blanding), c) membaca kata(Word Attack), dan d) membaca kalimat (Understanding). Membacapermulaan pada dasarnya merupakan suatu proses di dalammembunyikan simbol bahasa, apakah itu huruf, suku-kata, kata ataukalimat. Kesadaran akan lambang bahasa tadi dengan bunyi darilambang yang dibaca memiliki kaitan yang sangat erat dalam membacapermulaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Apabila dalam sekolah permulaan, siswa tidak memiliki kemampuan
membaca, maka anak tersebut akan mengalami kesulitan untuk mata pelajaran
yang lain, sebagaimana yang dikemukakan oleh Lerner sebagai berikut:
Kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagaibidang studi. Jika anak pada usia sekolah permulaan tidak segeramemiliki kemampuan membaca, maka ia akan mengalami banyakkesulitan dalam mempelajari berbagai bidang studi pada kelas-kelasberikutnya. Oleh karena itu, anak harus belajar membaca agar ia dapatmembaca untuk belajar (Lerner dalam Abdurrahman, 2003: 200).
Membaca bukan hanya mengucapkan bahasa tulisan atau lambang
bunyi bahasa, melainkan juga menanggapi dan memahami isi bahan tulisan.
Dengan demikian, membaca pada hakikatnya merupakan suatu bentuk
komunikasi tulis.
b. Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca.
Tujuan membaca, tentu saja berkaitan erat dengan motivasi dalam
membaca dan minat terhadap materi bacaan. Jika motivasi dan minat sangat
rendah atau bahkan sama sekali tidak ada, menetapkan tujuan yang jelas sering
kali tidak menciptakan motivasi dan meningaktkan minat baca, walaupun
sedikit, kehadirannya sangat berarti.
Kemampuan membaca dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktoryang ada dalam diri pembaca meliputi kemampuan linguistik(kebahasaan), minat, motivasi, dan kumpulan membaca (seberapa baikpembaca dapat membaca), sedangkan faktor dari luar diri pembacasalah satunya adalah faktor kesiapan guru dalam pembelajaran (Johnsondan Pearson dalam Zuhdi, 2007:23-24).”
Ketepatan guru dalam mendiagnosis hal-hal yang diduga sebagai faktor
yang mempengaruhi kemampuan siswa seperti yang penulis uraikan tersebut di
atas dapat menjadi petunjuk bagi guru bahasa Indonesia menangani
permasalahan dalam pengajaran membaca. Pembaca yang efektif
menggunakan berbagai strategi membaca yang sesuai dengan teks dan konteks
dalam rangka mengkonstruk makna ketika membaca.
Mengenai berbagai faktor penentuan kemampuan membaca, menurut
Yap yang dikutip Zuchdi (2007:25), bahwa:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Kemampuan membaca seseorang sangat ditentukan oleh faktorkuantitas membacanya, maksudnya adalah kemampuan membacaseseorang itu sangat dipengaruhi oleh jumlah waktu yang digunakanuntuk melakukan aktivitas membaca. Semakin bayak waktu membacasetiap hari, besar kemungkinan semakin tinggi tingkat komprehensinyaatau semakin mudah memahami bacaan.
Suyatmi (1997: 11) menjelaskan beberapa faktor penunjang kegiatan
membaca, antara lain:
1) Faktor intern meliputi: kompetensi bahasa, minat, motivasi,konsentrasi, ketekunan, kesehatan jasmani dan rohani, kemampuanmenetralkan titik kelemahan, memiliki latar belakang pengetahuanyang sesuai dan penguasaan kosa kata yang memadai sertakemampuan memahami maksud bacaan secara cepat dan cermat.
2) Faktor ekstern/dari luar meliputi: (a) Pengadaan buku-buku bacaanyang baik sesuai dengan kebutuhan, menarik, dan menimbulkankeasyikan dan harga yang terjangkau masyarakat luas, (b) Unsur-unsur dalam bacaan dan sifat-sifat lingkungan baca atau faktorketerbacaan, (c) Kondisi dan situasi lingkungan yang merangsangkegemaran membaca, termasuk didalamnya pengadaan tempatbelajar, sussana keluarga, sekolah, masyarakat sekitar, teman guru,dan tokoh masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa banyak faktor
yang mempengaruhi perkembangan kemampuan membaca baik itu faktor
instrinsik maupun faktor ekstrinsik. Bagi anak tunagrahita faktor instrinsik
berupa kemampuan psikologis antara lain tingkat intelegensi yang rendah,
kemampuan koordinasi motorik lambat, bicara lambat dan daya ingat yang
rendah perlu diperhatikan dengan merangsang kemampuannya berupa
stimulus dari luar.
c. Manfaat Membaca
Membaca memberikan banyak manfaat. Beberapa ahli memberikan
pandangan yang bervariasi tentang manfaat membaca. Berikut dikemukakan
manfaat membaca sebagai berikut.
Menurut Rahim (2007:1), “masyarakat yang gemar membaca
memperoleh pengetahuan dan wawasan baru yang akan semakin meningaktkan
kecerdasannya sehingga mereka lebih mampu menjawab tantangan hidup pada
masa-masa mendatang.” Adapun manfaat membaca adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
1) dapat menemukan sejumlah informasi dan pengetahuan yang sangatberguna dalam kehidupan; 2) dapat mengikuti perkembangan ilmupengetahuan dan teknologi mutakhir di dunia; 3) dapat mengayakanbatin, meluaskan cakrawala kehidupan; 4) isi yang terkandung dalamteks yang dibacanya dapat segera dikethaui; 5) membaca intensif dapatmenghemat energi, karena tidak terpancang pada suatu situasi, tempatdan waktu karena tidak menggangu orang di sekelilingnya.
Kemampuan membaca merupakan tuntutan realitas kehidupan sehari-
hari baik bagi guru maupun siswa. Beribu judul buku dan berjuta koran
diterbitkan setiap hari. Ledakan informasi ini menimbulkan tekanan pada guru
untuk menyiapkan bacaan yang memuat informasi yang relevan untuk siswa-
siswanya. Walupun tidak semua informasi perlu dibaca, tetapi jenis-jenis
bacaan tertentu yang sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan guru dan siswa
tentu perlu dibaca.
Keberhasilan siswa dalam belajar ditentukan oleh kemampuan dan
kesempatannya dalam membaca, karena membaca merupakan kunci seseorang
meraih berbagai ilmu pengetahuan, teknologi dan wawasan kebudayaan yang
ada di dunia.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa membaca memiliki
banyak manfaat, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain. Dengan
membaca kita akan memiliki banyak pengetahuan dan dapat menularkan ilmu
yang telah kita peroleh kepada orang lain.
Manfaat membaca bagi anak tunagrahita dalam penelitian ini adalah
untuk memberikan pemahaman kepada siswa akan maksud tulisan yang dibaca,
dengan membaca anak tunagrahita diharapkan dapat memahami materi
pelajaran yang diterima sehingga memudahkan siswa belajar ilmu
pengetahuan.
d. Tujuan Membaca
Membaca hendaknya mempunyai tujuan, karena siswa yang membaca
dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan siswa
yang tidak mempunyai tujuan. Kegiatan membaca yang dilakukan seseorang,
memiliki beberapa tujuan. Tujuan utama membaca adalah untuk memperoleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
informasi dan memahami makna bacaan. Menurut Wiryodijoyo (1999:1) tujuan
membaca sebagai berikut:
(1) Membaca untuk kesenangan, materi bacaan berupa roman, novel,komik; (2) Membaca untuk penerapan praktis, materi bacaan berupabuku petunjuk praktis, buku resep makanan, modul ketrampilan; (3)Membaca untuk mencari informasi khusus, materi bacaan berupaensiklopedia, kamus, buku petunjuk telepon; (4) Membaca untukmendapatkan gambaran umum, materi bacaan berupa buku teori, bukuteks, esay; (5) Membaca untuk mengevaluasi secara umum, materibacannya berupa roman, novel, maupun puisi.
Dalam hubungannya dengan tujuan membaca, Tarigan (2005:37)
mengemukakan bahwa:
Tujuan utama membaca adalah memperoleh kesuksesan, pemahamanpenuh terhadap argumen-argumen yang logis, urutan-urutan retoris ataupola-pola teks, pola-pola simbolisme, nada-nada tambahan yang bersifatemosional dan sosial, pola-pola sikap dan tujuan sang pengarang jugasarana-sarana linguistik yang digunakan untuk mencapai tujuan.
Sedangkan menurut Burn yang dikutip Rahim (2007:11), tujuan
membaca mencakup:
1) kesenangan;2) menyempurnakan membaca nyaring;3) menggunakan strategi tertentu;4) memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik;5) mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah
diketahuinya;6) memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis;7) mengkonfirmasikan atau menolak prediksi;8) menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi
yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain danmempelajari tentang struktur teks;
9) menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.
Membaca semakin penting bagi siswa tunagrahita. Setiap aspek
kehidupan baik di sekolah maupun di rumah. Tujuan membaca pada siswa
tunagrahita agar anak dapat mengetahui maksud tulisan yang dibaca sehingga
tidak ketinggalan terhadap mata pelajaran yang diterima di sekolah, setiap
kelas dapat diikuti anak tunagrahita sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan
dalam KTSP SDLB.
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan membaca
adalah memahami maksud keseluruhan yang terkandung dalam teks bacaan
sampai hal yang paling mendetail, tujuan tersebut belum dapat sepenuhnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
dicapai anak-anak tunagrahita, terutama pada saat awal pembelajaran membaca
sehingga diperlukan inovasi pembelajaran dari guru yang tepat.
e. Strategi Membaca
Dalam usaha memperoleh pemahaman terhadap bahan bacaan, pembaca
menggunakan stretegi tertentu. Pemilihan strategi berkaitan erat dengan faktor-
faktor yang terlibat dalam pemahaman, yaitu teks dan konteks.
Menurut Zuchdi (2007: 61-62), bahwa dalam pembelajaran membaca
permulaan, ada beberapa metode yang dapat digunakan antara lain: 1) metode
abjad, 2) metode bunyi, 3) metode kupas rangkai suku kata, 4) metode kata
lembaga, 5) metode global, dan 6) metode Struktural Analitik Sistetik (SAS).
Berikut akan dijelaskan beberapa metode dalam pembelajaran membaca
permulaan:
1) Metode Abjad dan Metode Bunyi
Dalam penerapannya, kedua metode tersebut sering menggunakan
kata lepas.
Misalnya :
a) Metode abjad (dalam mengucapkan huruf-hurufnya sesuai dengan abjad
“a”, “be”, “ce”, “de”, dan seterusnya).
Contoh: bo – bo
bobo
b) Metode bunyi (dalam mengucapkan huruf-huufnya sesuai dengan
bunyinyaa, beh, ceh, deh, dan seterusnya).
Contoh: bo – bo
beh – o – bo beh – o – bo
bobo
Perbedaan antara metode abjad dan metode bunyi terletak pada
pengucapan huruf.
2) Metode Kupas Rangkai Suku Kata dan Metode Kata Lembaga
Kedua metode ini dalam penerapannya menggunakan cara mengurai
dan merangkaikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
a) Metode Kupas Rangkai Suku Kata
Penerapannya guru menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
(1) Guru mengenalkan huruf kepada siswa
(2) Merangkaikan suku kata menjadi huruf
(3) Menggabungkan huruf menjadi suku kata.
Misalnya : ma – ta
m – a – t – a
ma – ta
b) Metode Kata Lembaga
Penerapannya menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
(1) Membaca kata yang sudah dikenal siswa
(2) Menguraikan kata menjadi suku kata
(3) Menguraikan suku kata menjadi huruf
(4) Menggabungkan huruf menjadi suku kata
(5) Menggabungkan suku kata menjadi kata
Misalnya:
bola
bo – la
b – o – l – a
bo – la
bola
3) Metode Global
Dalam penerapannya menggunakan langkah-langkah sebagai
berikut:
a) Mengkaji salah satu kata
b) Menguraikan huruf menjadi suku kata
c) Menguraikan suku kata menjadi huruf
d) Menggabungkan huruf menjadi suku kata
e) Merangkai suku kata menjadi kata
f) Merangkai kata menjadi kalimat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Misalnya : andi bermain catur
bermain
ber – ma – in
b – e – r – m – a – i – n
ber – ma – in
bermain
andi bermain catur
4) Metode SAS (Struktural Analitik Sintetik)
Menurut Momo dalam Zuchdi dan Budiasih (2001: 63-66) dalam
pelaksanaannya, metode ini dibagi dalam dua tahap yakni: a) tanpa buku,
dan b) menggunakan buku. Pada tahap tanpa buku, pembelajarannya
dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
a) Merekam bahasa siswa
Bahasa yang digunakan oleh siswa dalam percakapan, direkam untuk
digunakan sebagai bahan bacaan.
b) Menampilkan gambar sambil bercerita
Guru memperlihatkan gambar kepada siswa, sambil bercerita sesuai
dengan gambar tersebut.
Misalnya : ini budi
budi duduk di kursi
budi sedang belajar menulis
Kalimat tersebut ditulis di papan tulis dan digunakan sebagai bahan
cerita.
c) Membaca Gambar
Misalnya: guru memperlihatkan gambar seorang ibu yang sedang
memegang sapu, sambil mengucapkan kalimat, “ini ibu ani”.
d) Membaca gambar dengan kartu kalimat
Setelah siswa dapat membaca tulisan di bawah gambar, guru
menempatkan kartu kalimat di bawah gambar. Untuk memudahkan
pelaksanaan dapat digunakan media berupa papan flannel, kartu kalimat,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
kartu kata, kartu huruf dan kartu gambar. Dengan menggunakan media
tersebut untuk menguraikan dan menggabungkan akan lebih mudah.
e) Membaca kalimat secara Struktural (S)
Setelah siswa dapat membaca tulisan di bawah gambar, gambar
dikurangi sehingga siswa dapat membaca tanpa dibantu dengan gambar.
Dengan dihilangkannya gambar maka yang dibaca siswa adalah kalimat
(tulisan).
Misalnya : ini bola
ini bola budi
ini bola amir
f) Proses Analitik (A)
Sesudah siswa dapat membaca kalimat, mulailah menganalisis kalimat
menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf.
Misalnya : ini bola
ini – bola
i – ni – bo – la
i – n – i – b – o – l – a
g) Proses Sintetik (S)
Setelah siswa mengenal huruf-huruf dalam kalimat, huruf itu dirangkai
lagi menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, kata menjadi kalimat
seperti semula.
Misalnya : i – n – i – b – o – l – a
i – ni – bo – la
ini – bola
ini bola
Secara utuh proses SAS tersebut sebagai berikut :
ini bola
ini – bola
i – ni – bo – la
i – n – i – b – o – l – a
i – ni – bo – la
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
ini – bola
ini bola
Berdasarkan metode di atas, tidak ada satu metode yang paling baik.
Semua metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Di dalam
pembelajaran, guru harus mampu memilih dan menggunakan metode sesuai
dengan bahan atau materi pembelajaran yang akan disampaikan kepada
siswa.
Metode membaca yang dapat digunakan guru bagi anak tunagrahita
dapat disesuaikan dengan karakteristrik anak sehingga metode yang dipilih
benar-benar sesuai dengan kondisi anak tunagrahita. Menurut Mulyono
Abdurrahman (2003: 203) ”Bagi anak-anak kelas satu mungkin lebih tepat
digunaan metode yang menekankan pada pengenalan huruf sedangkan bagi
anak-anak kelas dua atau tiga digunakan metode tiga tahap atau metode SAS.”
3. Tinjauan Tentang Pias Kata Asosiasi Gambar
a. Pengertian Pias Kata
Pias kata adalah alat peraga berbentuk huruf, suku kata, dan kata
(Sudjana dan Rivai, 2000: 17). Untuk mengetahui seberapa dalam dan luas
pengetahuan serta seberapa dalam penguasaan kemampuan siswa yang telah
diberikan, guru memberikan evaluasi atau tes tentang membaca. Melalui tes
membaca dapat diketahui lancar tidaknya kemampuan siswa dalam membaca
permulaan. Melihat kondisi seperti itu, peneliti mencoba menggunakan pias
kata asosiasi gambar. Gambar merupakan salah satu media pembelajaran yang
amat dikenal di dalam setiap kegiatan pembelajaran. Hal itu disebabkan
kesederhaannnya, tanpa memerlukan perlengkapan, dan tidak perlu
diproyeksikan untuk mengamatinya.
Deepam (2007: 31), menyebutkan bahwa Making informed choices,
Questioning texts, composing and sharing ideas using various symbol systems,
tools and technologies, and fully engaging in the practices of citizenship, these
are keis dimensions of literacy in an information aqe (Membuat pilihan-pilihan
informasi, teks yang ada pertanyaan, menyusun dan menyampaikan ide-ide
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
dengan menggunakan bermacam-macam sistem simbol, peralatan-peralatan
dan teknologi dan latihan, merupakan dimensi kunci dalam kemampuan
membaca).
Di dalam proses belajar mengajar alat peraga, alat bantu atau media
pengajaran memegang peranan penting untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Alat peraga merupakan sarana yang penting dan sangat diperlukan dalam
mencapai tujuan atau keberhasilan proses belajar mengajar. Guru hendaknya
mampu menyusun, merencanakan, mempersiapkan, memilih dan
menggunakan alat dan perlengkapan dalam pengajaran bahasa Indonesia.
Sebelum memutuskan untuk menggunakan media atau alat peraga
tertentu, terlebih dahulu guru perlu memahami karakteristik dari alat tersebut
dan mampu memilih serta menggunakan alat tersebut. Penggunaan dan
pemilihan alat peraga harus disesuaikan dengan:
1) Tujuan pengajaran dan bahan pengajaran yang akan disampaikan
2) Tingkat perkembangan siswa
3) Kemampuan guru
4) Situasi dan kondisi atau pada waktu, tempat dan situasi yang tepat
5) Memahami karakteristik dari alat peraga itu sendiri.
Penggunaan alat peraga harus disesuaikan dengan bahan atau pokok
bahasan yang akan disampaikan. Di dalam pembelajaran bahasa Indonesia
khususnya membaca permulaan yang diberikan di kelas satu dan kelas dua
Sekolah Dasar, lebih tepat jika guru memilih dan menggunakan alat peraga
pias-pias kata atau kartu huruf.
Alat peraga pias-pias kata dalam pembelajaran bahasa Indonesia dapat
memberikan pengalaman konkrit, meningkatkan motivasi belajar siswa dan
mempertinggi daya serap serta siswa dapat memusatkan perhatiannya dalam
belajar. Melalui penggunaan alat peraga pias-pias kata diharapkan taraf
kesukaran dan kompleksitas dari pelajaran bahasa Indonesia dapat memberi
pengaruh yang cukup besar terhadap proses belajar sehingga hasil atau prestasi
belajar akan lebih baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Penggunaan pias-pias kata bagi siswa kelas D2 tunagrahita meliputi:
1) Sejak awal tahun pelajaran kelas II sudah mulai paragraph (10 sampai 15
baris) maka dalam membaca dengan lafal dan intonasi yang tepat dan wajar.
2) Kalimat-kalimat sederhana (untuk dipahami isinya) bahan diambil dari
buku-buku pelajaran yang ada kaitannya dengan mata pelajaran IPA, IPS,
Matematika.
a) Menggabungkan 2 atau 3 kata menjadi kalimat sederhana
b) Pias kalimat digabungkan menjadi bacaan sederhana
Bermain bola
Berangkat ke sekolah
Anak-anak sangat senang
Bermain di halaman
Lingkunganku sejuk
b. Pias Kata Asosiasi Gambar
Menurut Anitah (2010: 7), “media gambar (gambar mati) merupakan
gambar yang dibuat pada kertas karton atau sejenisnya yang tak tembus
cahaya.” Gambar merupakan salah satu media pembelajaran yang amat dikenal
di dalam setiap kegiatan pembelajaran. Hal itu disebabkan kesederhaannnya,
tanpa memerlukan perlengkapan, dan tidak perlu diproyeksikan untuk
mengamatinya. Melalui gambar dapat ditunjukkan sesuatu yang jauh dari
jangkauan pengalaman siswa, selain itu juga dapat memberikan gambaran
tentang peristiwa yang telah berlalu maupun gambaran masa yang akan
datang. Melalui gambar, guru dapat menerjemahkan ide-ide abstrak dalam
bentuk yang lebih konkrit untuk anak TK. Gerlach & Ely yang dikutip Anitah
(2010: 7) mengatakan bahwa “gambar tidak hanya bernilai seribu bahasa,
tetapi juga seribu tahun atau seribu mil.”
ini - bola = ini bola
ini
main
-
-
budi
bola
=
=
ini budi
main bola
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa media
gambar (gambar mati) merupakan gambar yang dibuat pada kertas karton atau
sejenisnya yang tak tembus cahaya yang amat dikenal di dalam setiap kegiatan
pembelajaran.
Pembelajaran menggunakan pias kata asosiasi gambar di sini
dimaksudkan pembelajaran membaca dengan memanfaatkan pias kata disertai
dengan gambar yang sesuai dengan maksud pias kata sehingga keduanya ada
interaksi yang memudahkan siswa untuk membaca permulaan bagi siswa
tunagrahita. Misalnya: guru memperlihatkan gambar seorang ibu yang sedang
memegang sapu, sambil mengucapkan kalimat, “ini ibu ani”.
Gambar memberikan manfaat terhadap kemampuan membaca bagi
siswa tunagrahita, dengan gambar anak dapat memahami maksud dari gambar
yang ditunjukkan dari bacaan yang dilihat siswa. Gambar salah satu media
pembelajaran yang amat dikenal di dalam setiap kegiatan pembelajaran, karena
media gambar memberikan manfaat dalam pembelajaran. Menurut Arsyad
(2002:43), media gambar memberikan manfaat sebagai berikut:
1) Menimbulkan daya tarik pada anak. Gambar dengan berbagai warnaakan lebih menarik dan membangkitkan minat dan perhatian anak.
2) Mempermudah pengertian anak. Suatu penjelasan yang abstrak akanlebih mudah dipahami bila dibantu gambar.
3) Memperjelas bagian-bagian yang penting.4) Menyingkat suatu uraian.
Manfaat gambar sebagai media visual, menurut Anitah (2010: 9) antara
lain sebagai berikut:
1) Menimbulkan daya tarik bagi pembelajar. Gambar dengan berbagaiwarna akan lebih menarik dan membangkitkan minat serta perhatianpembelajar.
2) Mempermudah pengertian pembelajar. Suatu penjelasan yangsifatnya abstrak dapat dibantu dengan gambar sehingga pembelajarlebih mudah memahami apa yang dimaksud.
3) Memperjelas bagian-bagian yang penting. Melalui gambar, dapatdiperbesar bagian-bagian yang penting atau yang kecil sehinggadapat diamati lebih jelas..
4) Menyingkat suatu uraian panjang. Uraian tersebut mungkin dapatditunjukkan dengan sebuah gambar saja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Atas dasar uraian di atas dapat disimpulkan bahwa media gambar dapat
memberikan manfaat merangsang minat atau perhatian anak dalam membaca,
membantu anak memahami dan mengingat isi informasi bahan-bahan verbal
yang menyertainya, lebih efektif sebagai penyampaian informasi ketimbang
gambar dengan bayangan, ataupun gambar fotografi yang sebenarnya,
pengajaran menyangkut konsep warna, maka gambar-gambar dengan warna
yang realistik memang lebih disukai.
Dengan demikian menggunakan media gambar dapat membantu
meningkatkan kemampuan membaca anak. Jika mengunakan gambar nyata,
anak akan menarik dan menyukainya. Dalam menggunakan gambar, guru
setidaknya memiliki prinsip-prinsip dalam menerapkannya. Beberapa prinsip
yang harus dipegang guru adalah: gambar yang digunakan mudah dimengerti
anak, menarik minat anak untuk belajar, tidak memerlukan biaya yang besar,
dan gambar mudah didapat untuk pembelajaran.
Menurut Rahadi (2003: 27-28), prinsip-prinsip penggunaan media
gambar meliputi:
1) Autentik, artinya dapat menggambarkan obyek seperti jika siswamelihat langsung.
2) Sederhana, harus menunjukkan dengan jelas bagian-bagian pokokdari gambar.
3) Ukuran proporsional, sehingga siswa mudah membayangkan ukuransesungguhnya benda atau obyek yang digambar.
4) Meadukah antara keindahan dengan kesesuaian untuk mencapaitujuan pembelajaran.
Dalam menggunakan gambar, guru setidaknya memiliki prinsip-prinsip
penerapnnya. Beberapa prinsip yang harus dipegang lgurua dalah: 1) gambar
yang digunakan mudah dimengeri anak; 2) menarik minat anak untuk belajar;
3) tidak memerlukan biaya yang besar; dan 4) gambar mudah didapat untuk
pembelajaran.
Menggunakan gambar untuk tujuan-tujuan pelajaran yang spesifik, yaitu
dengan cara memilih gambar tertentu yang akan mendukung penjelasan inti
pelajaran atau pokok-pokok pelajaran (Anitah, 2010: 8). Tujuan khusus itulah
yang mengarahkan minat siswa kepada pokok-pokok terpenting dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
pelajaran. Memadukan gambar-gambar kepada pelajaran, sebab keefektifan
pemakaian gambar di dalam proses belajar mengajar memerlukan keterpaduan.
Menggunakan gambar-gambar tidak perlu banyak, daripada
menggunakan banyak gambar tetapi tidak efektif, lebih baik sedikit gambar
tetapi memberikan banyak makna. Guru hendaknya berhemat dalam
mempergunakan gambar yaitu gambar yang mengandung makna, siswa mudah
memahami gambar. Jadi yang terpenting adalah pemusatan perhatian pada
gagasan utama yang ada pada gambar yang disajikan yang membangkitkan
minat siswa untuk memahami makna gambar tersebut.
Mengurangi kata-kata pada gambar, sebab gambar justru sangat penting
dalam mengembangkan kata-kata atau cerita atau gagasan baru. Guru yang
baik akan menyadari bahwa dengan mengurangi deskripsi verbal kepada
gambar-gambar yang dipertunjukkannya akan dirasakan manfaatnya terutama
bagi siswa tunagrahita kelas dasar II SLB dalam belajar membaca.
Mendorong pernyataan yang kreatif, melalui gambar siswa akan
didorong untuk mengembangkan keterampilan membaca. Mengevaluasi
kemajuan kelas, dapat juga dengan memanfaatkan gambar-gambar baik secara
umum maupun secara khusus. Jadi guru bisa mempergunakan gambar datar,
slide atau transparan untuk melakukan evaluasi hasil belajar siswa. Pemakaian
instrumen tes secara bervariasi akan sangat baik dilakukan guru, dalam upaya
memperoleh hasil tes yang komprehensif serta menyeluruh.
B. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran pada dasarnya merupakan arah untuk bisa sampai
pada pemberian jawaban atas masalah yang telah dirumuskan. Peningkatan
membaca permulaan siswa dipengaruhi banyak hal. Faktor dari dalam dan dari
luar diri siswa yang mempengaruhi proses hasil belajar. Media belajar merupakan
seperangkat pendukung meningkatkan membaca permulaan pada pelajaran bahasa
Indonesia yang berasal dari luar diri siswa. Pias kata asosiasi gambar merupakan
salah satu media pembelajaran yang mudah dikenal di dalam kegiatan
pembelajaran membaca permulaan siswa kelas dasar II tunagrahita.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut di atas, maka penulis
kemukakan gambar skema kerangka berpiran sebagai berikut:
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran
C. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan
penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Dari uraian di atas
dapat ditentukan hipotesis sebagai berikut: “Penggunaan pias kata asosiasi
gambar dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan dalam pelajaran
Bahasa Indonesia pada siswa tunagrahita kelas D2 C1 Semester II SLB-ABCD
YBS Simo Boyolali tahun pelajaran 2011/2012”.
Kondisi awalkemampuan membaca
Kemampuan membaca permulaansiswa tunagrahita kelas D2 C1
SLB-ABCD YBS Simo rendah
TindakanGuru menggunakan pias kata
asosiasi gambar(Siklus I dan Siklus II)
Kondisi AkhirKemampuan membaca permulaan
siswa tunagrahita kelas D2 C1
SLB-ABCD YBS Simo meningkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Seting Penelitian
Pendekatan dalam penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dalam bahasa Inggris diartikan Classroom Action Research (CAR) yaitu
penelitian yang dilakukan guru di kelas atau di sekolah tempat mengajar, dengan
penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktek dan proses dalam
pembelajaran (Susilo, 2007: 16). Penelitian ini dilakukan di kelas D2 C1 Semester
II SLB-ABCD YBS Simo Boyolali tahun pelajaran 2011/2012.
Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian.
No. UraianBulan - Minggu
Pebruari Maret April Mei Juni1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Penyusunan Proposal
2 Perijinan
3 Pelaksanaan Penelitian
4 Pengolahan Data
5 Analisis Data
6 Penyusunan Laporan
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa tunagrahita kelas D2 C1 Semester II
SLB-ABCD YBS Simo Boyolali tahun pelajaran 2011/2012 yang terdiri dari 4
siswa yaitu 2 perempuan dan 2 laki-laki, alasan pemilihan karena siswa baru
memulai belajar membaca permulaan yang dapat dibantu dengan pias kata
asosiasi gambar.
28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Tabel 3.2. Daftar Siswa Tunagrahita Kelas D2C1 Semester II SLB-ABCD YBSSimo Boyolali sebagai Subyek Penelitian.
No.InisialSiswa
JenisKelamin
Umur KelasKondisi
didiskrisikan1.
2.
3.
4.
YP
LK
DD
TT
L
P
L
P
12
12
11
14
D2C1
D2C1
D2C1
D2C1
Tunagrahita ringan
Tunagrahita ringan
Tunagrahita sedang
Tunagrahita sedang
C. Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini berupa kemampuan membaca permulaan,
aktivitas siswa, dan aktivitas guru. Sumber data kemampuan membaca permulaan
dan aktivitas siswa penelitian tindakan kelas ini berasal dari siswa tunagrahita
kelas D2 C1 Semester II SLB-ABCD YBS Simo Boyolali sebagai subjek
penelitian. Data yang berupa kemampuan membaca permulaan diperoleh dengan
menggunakan tes setelah dalam proses pembelajaran menggunakan pias kata
asosiasi gambar. Data aktivitas guru berasal dari lembar pengamatan aktivitas
guru.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan hal yang sangat penting dan harus
diperhatikan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian, karena hal ini
merupakan sesuatu yang paling mendasar guna keberhasilan suatu penelitian
dapat tercapai.
Penelitian, di samping perlu menggunakan metode yang tepat, juga perlu
memilih teknik dan alat pengumpulan data yang relevan. Penggunaan teknik dan
alat pengumpul data yang tepat memungkinkan diperolehnya data yang objektif.
Di bawah ini akan diuraikan teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian
sebagai cara yang ditempuh untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara
terencana dan sistematis untuk pemecahan masalah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Berorientasi pada judul penelitian maka metode yang akan digunakan dalam
penelitian tindakan kelas ini dengan metode observasi, dokumentasi, dan tes.
1. Observasi
a. Pengertian Observasi
Observasi memiliki beberapa pengertian yang berbeda antara satu
dengan yang lain, yang pada dasarnya memiliki prinsip yang sama. Dari
beberapa literatur diperoleh penjelasan sebagai berikut:
“Metode observasi adalah metode pengumpulan data dengan
pengamatan secara langsung mengenal fenomena-fenomena dan gejala psikis
maupun psikologi dengan pencatatan. Format yang disusun berisi item-item
tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi” (Arikunto,
2006: 229). Menurut Supardi (2008: 127), “observasi adalah kegiatan
pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan
telah mencapai sasaran.”
Kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa observasi adalah
kegiatan pengamatan (pengambilan data) secara langsung mengenal fenomena-
fenomena dan gejala psikis maupun psikologi dengan pencatatan untuk
memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran.
b. Macam-macam Observasi
Observasi ini dilakukan untuk mengamati secara langsung proses dan
dampak pembelajaran yang diperlukan untuk menata langkah-langkah
perbaikan agar lebih efektif dan efisien. Dalam melakukan observasi proses,
menurut Winarni (2009: 84-85) ada 4 metode observasi yaitu: a) observasi
terbuka, b) observasi terfokus, c) observasi terstruktur, dan d) observasi
sistematik.
1) Observasi Terbuka
Pengamat tidak menggunakan lembar observasi, melainkan hanya
menggunakan kertas kosong merekam pelajaran yang diamati.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
2) Observasi Terfokus
Ditujukan untuk mengamati aspek-aspek tertentu dari pembelajaran.
Misalnya: yang diamati kesempatan bagi siswa untuk berpartisipasi.
3) Observasi Terstruktur
Observasi menggunakan instrumen yang terstruktur dan siap pakai,
sehingga pengamat hanya tinggal membubuhkan tanda (√) pada tempat
yang disediakan.
4) Observasi Sistematik
Observasi sistematik lebih rinci dalam kategori yang diamati. Misalnya
dalam pemberian penguatan, data dikategorikan menjadi penguatan verbal
dan nonverbal.
c. Observasi yang Digunakan
Dalam penelitian in digunakan observasi terstruktur, dimana observasi
menggunakan instrumen yang terstruktur dan siap pakai, sehingga pengamat
hanya tinggal membubuhkan tanda () pada tempat yang disediakan pada
lembar pengamatan aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran
membaca permulaan menggunakan pias kata asosiasi gambar Alasan
digunakan observasi terstruktur adalah untuk mempermudah observer
melakukan pengamatan dan observasi tertruktur sesuai dengan masalah yang
diteliti.
2. Dokumentasi
a. Pengertian dokumentasi
Dokumentasi memiliki beberapa pengertian yang berbeda antara satu
dengan yang lain, yang pada dasarnya memiliki prinsip yang sama. Dari
beberapa literatur diperoleh penjelasan sebagai berikut:
Menurut Arikunto (2006: 200) “dokumentasi yaitu data mengenai hal-
hal atau variabel yang berupa catatan, notulen, legger, agenda, dsb”. Menurut
Margono (2009: 161), “dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui
peninggalan tertulis seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku pentang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
pendapat, teori, dalil, atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan
dengan masalah penelitian.”
Berdasarkan kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
dokumentasi adalah cara pengumpulan data mengenai hal-hal atau variabel
melalui peninggalan tertulis seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku
tentang pendapat, teori, dalil, catatan, notuler, legger, agenda, atau hukum-
hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian
b. Dokumentasi yang digunakan
Dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk
memperoleh data tentang kemampuan awal membaca permulaan yang diambil
dari nilai ulangan siswa tunagrahita kelas D2 C1 SLB-ABCD YBS Simo yang
berupa nilai.
3. Tes
a. Pengertian Tes
Kemampuan membaca siswa diukur melalui tes. Setelah dilaksanakan
tindakan, siswa dites dengan menggunakan soal lesan dan perbuatan yang
menitikberatkan pada segi penerapan pada akhir pembelajaran setiap siklus.
“Tes adalah sekumpulan pertanyaan yang harus dijawab dan/atau tugas
yang harus dikerjakan” (Azwar, 2001: 2). Menurut Arikunto (2006: 138) tes
adalah “Serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki individu atau kelompok”.Sedangkan menurut Poham dan Baker
(2001:112), “tes adalah pertanyaan yang berupa lesan maupun tulisan yang
harus dijawab oleh seseorang untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan
yang dimiliki”.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tes adalah suatu alat
yang dipergunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi,
kemampuan atau bakat, berujud pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa baik
secara individu atau kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
b. Macam-macam Tes
Bentuk-bentuk tes dikemukakan Arikunto (2006: 139), antara lain: 1)
Tes benar salah, 2) Tes pilihan ganda, 3) Tes menjodohkan, 4) Tes isian atau
melengkapi, 5) Tes jawaban singkat. Sedangkan menurut James Ppoham dan
Eva L. Baker (2001:118), tes terdiri dari beberapa macam, antara lain: 1) tes
pilihan, 2) butir tes isian, 3) butir tes isian singkat, dan 4) butir tes esai,
c. Tes yang Digunakan
Bentuk tes yang dipakai adalah tes objektif. Tes objektif adalah tes
yang hanya satu jawaban dapat dianggap terbaik. Siswa diminta untuk
menunjukkan jawaban yang terbaik dari tes objektif soal isian dan perbuatan
sesuai dengan kriteria anak tunagrahita. Ketentuan penilaian untuk jawaban
benar nilai 10, menjawab mendekati benar nilai 8, menjawab sedikit benar nilai
6,5 dan siswa menjawab salah nilai 5.
E. Validitas Data
Teknik yang digunakan untuk memeriksa validitas data antara lain adalah
triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data dengan
memanfaatkan sarana di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
pembandingan data itu (Moleong dalam Suwandi, 2008: 69).
Validitas data yang digunakan triangulasi sumber data dan triangulasi
metode pengumpulan data. Dalam penelitian ini teknik triangulasi untuk
mengetahui kemampuan membaca permulaan dan faktor penyebabnya. Untuk itu
peneliti membandingkan data hasil penelitian dari berbagai metode antara lain
dengan tes, observasi dan dokumentasi. Triangulasi data dilakukan dengan cara :
1. Cross checking, peneliti melakukan pengecekan (checking) antara hasil
metode pengumpulan data yang diperoleh melalui tes, observasi dan
dokumentasi dengan memadukan hasil ketiganya. Dalam hal ini bertujuan
memperoleh informasi yang benar dan meyakinkan.
2. Cek ricek, yaitu pengulangan kembali data yang diperoleh melalui berbagai
sumber data, waktu, maupun metode dan informasi serta tempat memperoleh
data (setting).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
F. Analisis Data
Analisis hasil pembelajaran meliputi hasil penelitian dari tes yang
diperoleh pada penelitian tindakan kelas. Data berupa hasil tes kemampuan
membaca permulaan berupa skor tingkat kemampuan siswa dalam membaca
permulaan. Data berupa hasil tes klasifikasikan sebagai data kuantitatif. Data
tersebut dianalisis secara diskriptif komparatif, yang dianalisis adalah hasil nilai
tes siswa setelah menggunakan pias kata asosiasi gambar sehingga hasilnya dapat
mencapai batas keberhasilan yang ditetapkan.
G. Indikator Penelitian
Indikator pencapaian dalam penelitian ini adalah apabila hasil belajar
siswa mendapat nilai 60 atau lebih sebagai batas tuntas pembelajaran membaca
permulaan. Penetapan indikator pencapaian ini disesuaikan dengan kondisi
sekolah, seperti batas minimal nilai yang dicapai dan ketuntasan belajar
tergantung pada guru kelas yang secara empiris tahu betul keadaan murid-murid
di kelasnya (sesuai dengan KTSP ).
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus. Tiap siklus
dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai, seperti yang telah
didesain dalam variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
model yang dilakukan oleh Kemmis dan Mc Taggart yang merupakan
pengembangan dari model Kurt Lewin. Arikunto (2007: 16) mengemukakan
model yang didasarkan atas konsep pokok bahwa penelitian tindakan terdiri dari
empat komponen pokok yang juga menunjukkan langkah, yaitu:
1. Perencanaan atau planning
Menggambarkan secara rinci hal-hal yang perlu dilakukan sebelum
pelaksanaan tindakan (penyiapan perangkat pembelajaran, skenario
pembelajaran melalui penggunaan pias kata asosiasi gambar, observasi, dan
evaluasi).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
2. Tindakan atau acting
Berisi uraian tahapan-tahapan tindakan yang akan dilakukan oleh peneliti
maupun siswa dalam pembelajaran.
3. Pengamatan atau observing
Dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran (aktivitas guru dan siswa).
Observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah disiapkan
peneliti.
4. Refleksi atau reflecting
Dilakukan dengan cara menganalisis hasil pekerjaan siswa dan hasil observasi.
Berdasarkan hasil analisis akan diperoleh kesimpulan bagian fase mana yang
perlu diperbaiki atau disempurnakan dan fase mana yang telah memenuhi
target. Kualitas proses pembelajaran dinyatakan mengalami perbaikan apabila
capaian pada indikator keberhasilan yang telah ditetapkan sesuai target atau
bahkan melebihnya.
Langkah-langkah tindakan kelas tersebut di atas dapat diilustrasikan dalam
gambar 2 berikut:
Gambar 3.1. Alur Penelitian Tindakan Kelas
(Arikunto, 2007: 16)
Perencanaan
Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan
Pengamatan
?