Skripsi Ros Sitanggang_bab i

65
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia (Depdiknas, 2006: 317). 1

Transcript of Skripsi Ros Sitanggang_bab i

Page 1: Skripsi Ros Sitanggang_bab i

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial,

dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam

mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu

peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain,

mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang

menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan

analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran bahasa Indonesia

diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi

dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis,

serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia

(Depdiknas, 2006: 317).

Kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan

penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap

bahasa dan sastra Indonesia dijabarkan dalam berbagai standar kompetensi dan

kompetensi dasar. Standar kompetensi Bahasa Indonesia Sekolah Dasar Kelas III

terbagi menjadi empat standar kompetensi, yakni standar kompetensi

mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Tiap-tiap standar kompetensi

terbagi menjadi dua atau lebih kompetensi dasar. Standar kompetensi

mendengarkan dijabarkan dalam dua kompetensi dasar, standar kompetensi

berbicara dijabarkan ke dalam tiga kompetensi dasar, standar kompetensi

1

Page 2: Skripsi Ros Sitanggang_bab i

2

membaca dijabarkan ke dalam tiga standar kompetensi dasar, sedangkan standar

kompetensi menulis dijabarkan ke dalam dua kompetensi dasar.

Penguasaan kompetensi dasar idealnya lebih dari atau sama dengan

kriteria ketuntasan minimal (KKM). Kriteria ketuntasan minimal pembelajaran

bahasa Indonesia di kelas III SD Negeri 64 Lubuklinggau adalah 67. Namun, dari

hasil evaluasi diketahui bahwa hasil belajar siswa pada standar kompetensi

menulis khususnya menulis paragraf berdasarkan pikiran pokok, belum

menunjukkan hasil yang menggembirakan. Rata-rata hasil belajar siswa terhadap

materi tersebut masih di bawah KKM. Setelah dilakukan remedial pun, masih

terdapat siswa yang belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal tersebut.

Dari kenyataan tersebut, perlu dilakukan identifikasi mengapa hasil

belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia standar kompetensi menulis

belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Rendahnya hasil belajar siswa pada

kompetensi dasar menulis di atas diduga disebabkan metode pembelajaran yang

kurang tepat, tidak menggunakan media pembelajaran yang memadai, minat

belajar siswa yang rendah, atau situasi pada waktu berlangsungnya pembelajaran

kurang kondusif.

Berdasarkan hasil identifikasi permasalahan di atas, perlu dilakukan

langkah-langkah perbaikan agar proses pembelajaran dan hasil pembelajaran

bahasa Indonesia khususnya kompetensi dasar menulis paragraf berdasarkan

pikiran pokok lebih meningkat. Diharapkan juga, hasil pembelajaran siswa

terhadap materi tersebut minimal sama dengan kriteria ketuntasan minimal. Guru

selaku peneliti bermaksud menerapkan model pembelajaran kooperatif

Page 3: Skripsi Ros Sitanggang_bab i

3

(cooperative learning) sebagai strategi meningkatkan kemampuan siswa dalam

menulis paragraf berdasarkan pikiran pokok.

Cooperative learning (pembelajaran gotong royong) adalah pembelajaran

yang didasari pemikiran bahwa manusia adalah makhluk sosial (homo homini

socius). Sistem pembelajaran gotong royong atau cooperative learning merupakan

sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja

sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran

kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar

kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam

belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif

sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang

bersifat interdepedensi efektif diantara anggota kelompok. Model pembelajaran

ini merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran

kontekstual (http://muhfida.com/pembelajaran-cooperative-learning/).

Karena bersifat kooperatif, anggota kelompok terdiri dari anggota yang

heterogen yakni heterogen dalam hal kemampuan (tinggi, sedang, rendah), jenis

kelamin, bahkan bila mungkin terdiri dari ras, suku, dan budaya yang berbeda.

Dalam pelaksanaannya, guru dapat menerapkan berbagai teknik sesuai dengan

tipe-tipe pembelajaran kooperatif. Teknik yang dimaksud seperti teknik mencari

pasangan, bertukar pasangan, keliling kelompok, dan sebagainya. Sedangkan tipe-

tipe pembelajaran kooperatif yang dapat dipilih misalnya tipe STAD, Jigsaw,

Investigasi Kelompok, maupun tipe Struktural.

Page 4: Skripsi Ros Sitanggang_bab i

4

Dalam pembelajaran sehari-hari di SD Negeri 64 Lubuklinggau,

pengelompokan siswa dalam kegiatan pembelajaran kerap kali dilakukan, namun

pembagian kelompok tanpa disadari terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan

hampir sama, akibatnya ada kelompok dengan anggota siswa pandai (kelompok

atas) dan ada kelompok dengan anggota siswa dengan kemampuan yang rendah

(kelompok bawah). Meskipun telah diupayakan heterogen dalam hal kemampuan,

siswa yang lebih unggul kerap kali mendominasi sehingga hasil kerja tidak

mencerminkan hasil kelompok tetapi hasil kerja individu yang mewakili

kelompok.

Berlatar belakang permasalahan di atas, peneliti bermaksud melakukan

penelitian tindakan kelas dengan judul "Upaya Meningkatkan Kemampuan

Menulis Paragraf Berdasarkan Pikiran Pokok Siswa Kelas III SD Negeri 64

Lubuklinggau melalui Model Cooperative Learning". Adapun tipe pembelajaran

yang peneliti gunakan adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams

Achievement Division). Hal ini peneliti lakukan dengan asumsi bahwa model

STAD merupakan pembelajaran kooperatif yang sederhana dan dengan

pertimbangan subjek penelitian adalah siswa kelas III.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah umum dalam

penelitian ini adalah “Apakah terdapat peningkatan kemampuan menulis paragraf

berdasarkan pikiran pokok siswa kelas III SD Negeri 64 Lubuklinggau melalui

Page 5: Skripsi Ros Sitanggang_bab i

5

pembelajaran dengan Model Cooperative Learning?” Sedangkan rumusan

masalah khusus penelitian ini adalah:

1. Bagaimana efektifitas penerapan model Cooperative Learning tipe STAD

dalam pembelajaran menulis paragraf berdasarkan pikiran pokok siswa kelas

III SD Negeri 64 Lubuklinggau?

2. Berapa besar peningkatan kemampuan siswa kelas III setelah diberi perlakuan

dengan menerapkan model Cooperative Learning tipe STAD?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini pun meliputi tujuan

umum dan tujuan khusus. Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui peningkatan kemampuan menulis paragraf berdasarkan pikiran

pokok siswa kelas III SD Negeri 64 Lubuklinggau melalui pembelajaran dengan

Model Cooperative Learning. Sedangkan tujuan khusus penelitian ini adalah

untuk medeskripsikan penerapan model cooperative learning dan

mendeskripsikan besarnya peningkatan kemampuan siswa setelah mereka diberi

pembelajaran dengan model pembelajaran tersebut.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoretis maupun praktis.

Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan dalam

kajian desain pembelajaran bahasa Indonesia melalui penerapan model

Page 6: Skripsi Ros Sitanggang_bab i

6

pembelajaran cooperative learning dalam pembelajaran menulis. Secara praktis,

penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi siswa, guru kelas, dan sekolah.

1. Bagi siswa, melalui penerapan model cooperative learning

kemampuan individu dan kemampuan siswa berinteraksi dengan kelompok

meningkat.

2. Bagi guru, desain pembelajaran yang dilakukan tidak monoton,

menambah wawasan, dan mau mengembangkan ide kreatif dalam

pembelajaran.

3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat menambah bahan bacaan

dan sebagai bahan kajian bagi pengembangan mutu pendidikan di sekolah

pada umumnya.

Page 7: Skripsi Ros Sitanggang_bab i

7

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritik

Berikut dikemukakan beberapa teori yang berkaitan dengan kemampuan

menulis paragraf berdasarkan pikiran pokok dan model pembelajaran cooperative

learning.

4. Pengertian Menulis

Menulis adalah suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau

informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara

(http://id.wikipedia.org/). Menulis dapat juga didefinisikan sebagai suatu

kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis

sebagai alat atau medianya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung di

dalamnya, sedangkan tulisan merupakan symbol atau lambang bahasa yang

dapat dilihat dan disepakati pemakainya (Suparno, 2008:1.3). Menurut

Nurgiantoro (1995:294), aktivitas menulis merupakan suatu bentuk

manivestasi kemampuan (dan keterampilan) berbahasa paling akhir dikuasai

pelajar bahasa setelah kemampuan mendengarkan, berbicara , dan membaca.

Dari berbagai ulasan mengenai menulis di atas, peneliti berkesimpulan

bahwa menulis merupakan aktivitas menyampaikan pesan/gagasan pada suatu

media sebagai suatu keterampilan berbahasa.

Page 8: Skripsi Ros Sitanggang_bab i

8

5. Pengertian Paragraf

Menurut Kosasih (2002:53), paragraf merupakan bagian dari karangan

(tertulis) atau bagian dari tuturan (kalau lisan). Sebuah paragraf ditandai oleh

suatu kesatuan gagasan yang lebih tinggi atau lebih luas daripada kalimat.

Oleh karena itu, paragraf pada umunya terdiri atas sejumlah kalimat. Kalimat-

kalimat itu saling bertalian untuk mengungkapkan sebuah gagasan tertentu.

Sebuah paragraf biasanya terdiri dari pikiran, gagasan, atau ide pokok

yang dibantu dengan kalimat pendukung. Paragraf non-fiksi biasanya dimulai

dengan hal umum dan bergerak lebih spesifik sehingga dapat memunculkan

argumen atau sudut pandang. Setiap paragraf berawal dari apa yang datang

sebelumnya dan berhenti untuk dilanjutkan. Paragraf umumnya terdiri dari

tiga hingga tujuh kalimat semuanya tergabung dalam pernyataan berparagraf

tunggal. Sebuah paragraf dapat sependek satu kata atau berhalaman-halaman,

dan dapat terdiri dari satu atau banyak kalimat. Ketika dialog dikutip dalam

fiksi, paragraf baru digunakan setiap kali orang yang dikutip berganti

(http://id.wikipedia.org).

Menurut Arifin (1995:86), paragraf adalah seperangkat kalimat yang

membicarakan suatu gagasan atau topik. Kalimat-kalimat dalam paragraf

memperlihatkan kesatuan pikiran ataumempunyai keterkaitan dl membentuk

gagasan atau topik tersebut.

Dari penjelasan di atas penulis menyimpulkan bahwa paragraf adalah

seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau topik.. Dalam

Page 9: Skripsi Ros Sitanggang_bab i

9

karangan, penulisan paragraf dimulai dengan baris baru dan menjorok ke

kanan beberapa spasi.

6. Pikiran Pokok dalam Paragraf

Sebagai bagian dari karangan, paragraf ditandai oleh suatu kesatuan

gagasan yang lebih tinggi atau lebih luas daripada kalimat. Kalimat yang

menjadi gagasan utama atau gagasan pokok dinamakan kalimat utama atau

kalimat topik (Keraf,1994:70). Kalimat utama sebagai gagasan atau pikiran

pokok dalam sebuah paragraf ditempatkan pada tempat yang berbeda-beda.

Penempatan pikiran pokok dalam paragraf menurut Keraf (1994:70-74) yakni

pada awal paragraf, pada akhir paragraf, pada awal dan akhir paragraf, dan

pada keseluruhan paragraf.

Tema yang dapat dijadikan wahana pengembangan paragraf misalnya

diri sendiri, keluarga, lingkungan sekolah, perstiwa, dan lain sebagainya.

Sedangkan pikiran pokok yang dapat dikembangkan sesuai dengan usia siswa

kelas III misalnya tentang kejujuran atau tentang persahabatan. “Hani yang

jujur” atau “Dina dan Fani sahabat karib” adalah beberapa contoh pikiran

pokok yang dapat dikembangkan.

7. Macam-macam Paragraf

Menurut Keraf (1994:63-66), berdasarkan sifat dan tujuannya, paragraf

dibedakan atas: 1) paragraf pembuka, yaitu paragraf yang membuka atau

menghantar karangan atau menghantar pokok pikiran dalam bagian karangan

Page 10: Skripsi Ros Sitanggang_bab i

10

itu, 2) paragraf penghubung adalah semua paragraf yang terdapat antara

alinea pembuka dan alinea penutup, 3) paragraf penutup adalah paragraf

yang dimaksudkan untuk mengakhiri karangan atau bagian karangan.

8. Model Pembelajaran Cooperative Learning dengan Tipe STAD

a. Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Learning

Cooperative mengandung pengertian bekerja bersama dalam

mencapai tujuan bersama (Hamid Hasan dalan Etin, 2007:4). Belajar

kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang

memungkinkan siswa bekerjasama untuk memaksimalkan belajar mereka

dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut.

Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran yang

menekankan pada aspek kerjasama teratur dalam kelompok terdiri dari dua

orang atau lebih untuk mencapai tujuan tertentu. Cooperative learning

adalah strategi pembelajaran yang cukup berhasil pada kelompok-

kelompok kecil, di mana pada tiap kelompok tersebut terdiri dari siswa-

siswa dari berbagai tingkat kemampuan, melakukan berbagai kegiatan

belajar untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang materi pelajaran

yang sedang dipelajari. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab

untuk tidak hanya belajar apa yang diajarkan tetapi juga untuk membantu

rekan rekan belajar, sehingga bersama-sama mencapai keberhasilan.

Semua Siswa berusaha sampai semua anggota kelompok berhasil

memahami dan melengkapinya.

Page 11: Skripsi Ros Sitanggang_bab i

11

(Sunarto: http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/20/pengertian-

cooperative-learning/).

Dalam literatur lain (www.funderstanding.com) disebutkan bahwa

Cooperative learning consists of instructional techniques that require

positive interdependence between learners in order for learning to occur .

Maksudnya, belajar kooperatif terdiri dari teknik pembelajaran yang

memerlukan saling ketergantungan positif antara peserta didik agar terjadi

proses belajar pada diri mereka.

Dalam model pembelajaran ini, semua anggota kelompok berusaha

untuk saling menguntungkan sehingga semua anggota kelompok bisa: a)

merasakan keuntungan dari setiap usaha teman lainnya, b) Menyadari

bahwa semua anggota kelompok mempunyai nasib yang sama, c) tahu

bahwa prestasi seseorang ditentukan oleh orang lain dalam satu kelompok,

dan d) Merasa bangga dan merayakan bersama ketika salah satu anggota

kelompok mendapatkan keberhasilan.

b. Langkah-langkah dalam Pembelajaran Cooperative Learning

Secara umum, langkah-langkah pembelajaran kooperatif

(cooperative learning) yang dijelaskan oleh Stahl (1994) dan Slavin

(1983) dalam Etin (2007:10-12) penulis rangkumkan sebagai berikut:

1) Guru merancang program pembelajaran.

2) Guru merancang lembar observasi yang akan digunakan untuk

mengobservasi kegiatan siswa dalam belajar secara bersama dalam

kelompok-kelompok kecil.

Page 12: Skripsi Ros Sitanggang_bab i

12

3) Dalam melakukan observasi terhadap kegiatan mahasiswa, guru

mengarahkan dan membimbing siswa baik secara individu maupun

dalam kelompok, baik dalam memahami materi maupun mengenai

sikap perilaku siswa selama kegiatan belajar berlangsung.

4) Guru memberikan kesempatan kepada siswa dari masing-masing

kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya sementara guru

menjadi moderator. Pada akhir presentasi, guru mengajak siswa

melakukan refleksi diri terhadap proses jalannya pembelajaran dengan

tujuan untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada atau sikap

perilaku menyimpang yang dilakukan selama pembelajaran.

9. Model Pembelajaran Cooperative Learning Model STAD

Pada pembelajaran kooperatif dikenal ada 4 tipe, yaitu: 1) tipe

STAD, 2) tipe Jigsaw, 3) Investigasi Kelompok, dan 4) tipe Struktural.

(Muhfida: http://muhfida.com/pembelajaran-cooperative-learning/).

Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division)

adalah pembelajaran kooperatif di mana siswa belajar dengan

menggunakan kelompok kecil yang anggotanya heterogen dan

menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran untuk

menuntaskan materi pembelajaran, kemudian saling membantu satu sama

lain untuk memahami bahan pembelajaran melalui tutorial, kuis satu sama

lain dan atau melakukan diskusi.

Page 13: Skripsi Ros Sitanggang_bab i

13

Pembelajaran kooperatif model STAD dikembangkan oleh Roberta

Slavin dari Universitas John Hopkin USA. Secara umum cara penerapan

model STAD di kelas adalah sebagai berikut:

a. Kelas dibagi dalam beberapa kelompok.

b. Tiap kelompok siswa terdiri atas 4-5 orang yang bersifat heterogen,

baik dari segi kemampuan, jenis kelamin, budaya, dan sebagainya.

c. Tiap kelompok diberi bahan ajar dan tugas-tugas pembelajaran yang

harus dikerjakan.

d. Tiap kelompok didorong untuk mempelajari bahan ajar dan

mengerjakan tugas-tugas pembelajaran melalui diskusi kelompok.

e. Selama proses pembelajaran secara kelompok guru berperan sebagai

fasilitator dan motivator.

f. Tiap minggu atau dua minggu, guru melaksanakan evaluasi, baik

secara individu maupun kelompok untuk mengetahui kemajuan belajar

siswa.

g. Bagi siswa dan kelompok siswa yang memperoleh nilai hasil belajar

yang sempurna diberi penghargaan.

Menurut Wena (2009:193) kelas belajar model STAD sebagai berikut:

Kelompok siswa

Page 14: Skripsi Ros Sitanggang_bab i

14

Dalam penelitian ini, sehubungan siswa subjek penelitian adalah

siswa kelas rendah (siswa kelas III) maka model pembelajaran

coopertaive learning yang peneliti terapkan pembelajaran kooperatif tipe

STAD (Student Teams Achievment Division) dengan menekankan pada

kegiatan diskusi kelompok.

B. Kerangka Berpikir

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang merupakan

salah satu strategi pemecahan masalah dengan memanfaatkan tindakan nyata

dan proses pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan

masalah. Penelitian dilaksanakan dalam beberapa siklus. Kerangka penelitian

dapat diuraikan dalam bentuk siklus, seperti berikut ini:

Gambar 1.Kerangka Berpikir

C. Hipotesis Tindakan

Refleksi Awal Perencanaan

TindakanRefleksi

Observasi

Page 15: Skripsi Ros Sitanggang_bab i

15

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah melalui penerapan model

Cooperative Learning kemampuan siswa kelas III SD Negeri 64 Lubuklinggau

dalam menulis paragraf berdasarkan pikiran pokok dapat meningkat.

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara mandiri oleh penulis

sebagai guru kelas di SD Negeri 64 Lubuklinggau Kelurahan Air Temam

Kecamatan Lubuklinggau Selatan I Kota Lubuklinggau. Penelitian dilaksanakan

selama 4 minggu pada setiap jam pelajaran Bahasa Indonesia yakni setiap hari

Selasa dan Kamis. Penelitian dilaksanakan selama dua siklus, yakni siklus I

dilaksanakan pada tanggal 25 November 2010 dan siklus kedua dilaksanakan pada

tanggal 30 November 2010.

Pada siklus I, peneliti melakukan penelitian dengan didampingi dan

diamati oleh tiga orang pengamat yaitu dosen pembimbing (Ibu Yohana Satinem,

M.Pd.), kepala sekolah (Ibu Megawati), dan teman sejawat (Ibu Bambang

Ekalaya).

B. Subjek Penelitian

Page 16: Skripsi Ros Sitanggang_bab i

16

Subjek penelitian adalah siswa kelas III Tahun Pelajaran 2010/2011

sebanyak 25 orang siswa yang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 10 orang

perempuan.

C. Sumber Data

Sumber data adalah proses pembelajaran dan siswa itu sendiri. Data

penelitian diambil dari kegiatan pembelajaran di kelas dan di luar kegiatan

pembelajaran yakni melalui data statistik sekolah misalnya tentang jumlah siswa,

latar belakang orang tua siswa.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah teknik tes

dan teknik nontes berupa observasi proses pembelajaran.

1. Teknik Tes

Teknik tes digunakan untuk mendapatkan data utama berupa skor atau nilai

tentang kemampuan menulis paragraf berdasarkan pikiran pokok pada siswa

kelas Kelas III SD Negeri 64 Lubuklinggau melalui Model Cooperative

Learning tipe STAD. Tes yang digunakan berupa tes uraian yakni tentang

menulis paragraf berdasarkan pikiran pokok. Untuk menilai hasil tes, peneliti

menggunakan indikator penilaian kemampuan menulis dengan berpedoman

Page 17: Skripsi Ros Sitanggang_bab i

17

pada pendapat Nurgiantoro (1994:304) yakni dengan memberikan

pembobotan sebagai berikut:

Tabel 1.Indikator Penilaian Kemampuan Menulis Paragraf

Berdasarkan Pikiran Pokok

No Unsur yang Dinilai Skor Maksimum Skor Siswa

1.

2.3.4.

5.

Isi gagasan yang dikemukakanOrganisasi isiTata bahasaGaya: pilihan struktur dan kosa kataEjaan

35

252015

5

----

-

Jumlah 100 -(Nurgiantoro, 1994:305).

Peneliti menyadari bahwa subjek penelitian ini adalah siswa kelas III.

Oleh karena itu, pembobotan pada materi menulis paragraf peneliti

modifikasi namun tetap mengacu kepada pendapat Nurgiantoro

tersebut sebagai berikut:

a. Isi gagasan

Skor 3 jika susunan paragraf tidak benar

Skor 5 jika susunan paragraf benar

Page 18: Skripsi Ros Sitanggang_bab i

18

b. Ejaan

Skor 1 jika terdapat 4 atau lebih kesalahan ejaan

Skor 2 jika terdapat 3 atau lebih kesalahan ejaan

Skor 3 jika terdapat 2 atau lebih kesalahan ejaan

Skor 4 jika terdapat 1 atau lebih kesalahan ejaan

Skor 5 jika tidak terdapat kesalahan ejaan

Nilai Akhir Siswa diperoleh dengan cara:

NA = x 100

Setelah nilai akhir siswa diperoleh, peneliti menentukan tingkat

kemampuan siswa dalam menulis paragraf. Penulis menggunakan

interpretasi rentang skor 0 – 100 sebagaimana dapat dilihat pada tabel

berikut ini.

Tabel 2.Interpretasi Rentang Skor

Bentuk Kwalitatif(Predikat)

Bentuk kwantitatif(Persentase)

IstimewaBaik Sekali

BaikCukupSedangKurang

96 – 10086 – 9576 – 8666 – 7556 – 650 – 55

(Arikunto, 2001:245).

2. Teknik Nontes

Teknik nontes yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

observasi. Observasi dilakukan oleh dosen pembimbing, kepala

Page 19: Skripsi Ros Sitanggang_bab i

19

sekolah, dan rekan guru atau teman sejawat dengan menggunakan

lembar observasi yang telah disediakan oleh peneliti. Indikator yang

diamati yaitu berupa minat siswa terhadap pelajaran ikhtisar wacana,

tanggapan terhadap kemampuan siswa menulis paragraf berdasarkan

pikiran pokok dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD. Di samping itu, observasi digunakan juga untuk

memperoleh data berupa tanggapan mengenai pelaksanaan tindakan.

Hasil pengamatan kemudian dianalisis penulis untuk dijadikan dasar

perencanaan tindakan berikutnya.

E. Teknik Analisis Data

Data tentang aktivitas siswa dan guru yang diperoleh melalui lembar

pengamatan dianalisis. Data ini berguna untuk mengetahui apakah proses

pembelajaran yang diterapkan sudah sesuai dengan apa yang direncanakan.

Kemudian data yang diperoleh dari tes hasil belajar siswa dianalisis secara

deskriptif. Analisis data ini bertujuan untuk mendiskripsikan data tentang aktivitas

siswa dan guru selama proses pembelajaran dan data tentang ketuntasan belajar

Bahasa Indonesia pada materi menulis paragraph berdasarkan pikiran pokok.

Analisis data tentang aktivitas siswa dan guru didasarkan dari hasil lembar

pengamatan selama proses pembelajaran untuk melihat kesesuaian antara

perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Analisis data tentang ketuntasan belajar

Bhasa Indonesia secara individu dan klasikal pada kelas tindakan. Seorang siswa

dikatakan tuntas belajar apabila daya serap siswa sudah mencapai KKM yang

Page 20: Skripsi Ros Sitanggang_bab i

20

telah ditetapkan untuk setiap indikatornya. Ketuntasan hasil belajar siswa dapat

dilihat dari persentase tingkat penguasaan siswa pada tiap indikator dan seluruh

indikator pencapaian secara individu dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

PI = x 100%

Keterangan

PI : Persentase ketuntasan individu

R : Skor yang diperoleh siswa

SM : Skor maksimal

Persentase ketuntasan pada setiap indikator pencapaian dan seluruh

indikator pencapaian secara klasikal dihitung dengan rumus:

PK = x 100%

Keterangan:

PK : Persentase ketuntasan indikator pencapaian secara klasikal

ST : Jumlah siswa yang tuntas

N : Jumlah siswa seluruhnya

Keberhasilan penelitian ini dilihat dari meningkatnya hasil belajar siswa

untuk setiap siklusnya. Dilihat dari persentase siswa yang mencapai Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan KTSP yaitu sebesar 67 (dalam skala

ratusan).

Page 21: Skripsi Ros Sitanggang_bab i

21

Persentase peningkatan rata-rata yang dicapai pada setiap siklus dapat

dihitung dengan rumus:

P = x 100 %

Keterangan:

P : Persentase peningkatan

R1 : Nilai rata-rata sebelum tindakan

R2 : Nilai rata-rata sesudah tindakan

F. Indikator Keberhasilan

Keberhasilan penerapan model pembelajaran cooperative learning dalam

menulis paragraf berdasarkan pikiran pokok ditunjukkan dengan meningkatnya

keaktifan siswa, rata-rata nilai siswa lebih dari atau sama dengan kriteria

ketuntasan minimal yakni 67, secara klasikal keberhasilan tindakan juga

ditunjukkan bila siswa yang mendapatkan nilai 67 atau lebih mencapai 85%.

G. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dibagi menjadi dua siklus tindakan dan setiap

siklus terdiri dari satu materi pokok. Setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan,

dan setiap selesai satu materi pokok akan diadakan tes formatif untuk mengetahui

tingkat keterampilan siswa dalam menulis paragraf berdasarkan pikiran pokok.

Pada setiap siklus dilakukan observasi oleh guru lain. Observasi dilakukan

terhadap guru yang sedang mengajar (meneliti) maupun terhadap siswa yang

sedang belajar untuk melihat aktivitasnya. Selain itu juga akan dilakukan refleksi

oleh observer yang terdiri dari dosen pembimbing, kepala sekolah, dan satu orang

Page 22: Skripsi Ros Sitanggang_bab i

22

guru untuk membicarakan hal-hal yang sudah dilakukan dengan tepat, maupun

kekurangan-kekurangan yang masih ada pada siklus tersebut, yang akan menjadi

bahan pertimbangan dan perbaikan dalam pelaksanaan siklus berikutnya. Prosedur

penelitian meliputi kegiatan-kegiatan: perencanaan, pelaksanaan tindakan,

observasi, evaluasi, dan refleksi.

1. Perencanaan

a Pada tahap perencanaan ini, peneliti melakukan kegiatan: menentukan

kelas penelitian dan menetapkan siklus tindakan (yaitu dua siklus).

b Menetapkan waktu memulainya penelitian tindakan kelas, yaitu pada

semester I.

c Menetapkan mareri pelajaran, yaitu menulis paragraf berdasarkan pikiran

pokok sesuai dengan kurikulum yang berlaku saat ini, yaitu Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006.

d Menentukan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran serta

menentukan materi pokok.

e Menyiapkan instrumen yang diperlukan berupa tes dan lembar observasi.

f Menyusun alat tes, yaitu memberikan latihan menulis paragraf berdasarkan

pikiran pokok.

g Menetapkan cara pengamatan terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran

dengan menggunakan alat observasi.

h Menyusun alat observasi untuk siswa maupun untuk guru.

Page 23: Skripsi Ros Sitanggang_bab i

23

i Menetapkan jenis data yang dikumpulkan yang sesuai dengan respon

terhadap tindakan yang dilakukan, baik data kuantitatif maupun data

kualitatif.

j Menetapkan cara refleksi, yang dilakukan oleh peneliti dan observer yang

terdiri dari seorang guru, dan dilakukan setiap akhir tindakan pada setiap

siklusnya.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan akan dilakukan untuk dua siklus sesuai dengan yang

ditetapkan. Pelaksanaan setiap siklus sebagai berikut:

a. Siklus Pertama:

1) Perencanaan adalah persiapan yang dilakukan untuk pelaksanaan PTK,

antara lain sebagai berikut.

a) Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui

kompetensi kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada

siswa.

b) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran.

c) Membuat/menyediakan media pembelajaran dalam rangka

implementasi PTK.

d) Menyiapkan alternatif-alternatif solusi yang akan dicobakan dalam

rangka pemecahan masalah.

e) Membuat instrumen observasi yang digunakan dalam siklus PTK.

f) Menyusun alat evaluasi pembelajaran.

Page 24: Skripsi Ros Sitanggang_bab i

24

2) Pelaksanaan tindakan, sesuai dengan langkah-langkah dalam model

pembelajaran ”Cooperative Learning tipe STAD”.

3) Pengamatan dan Observasi, yaitu prosedur perekaman data mengenai

proses dan produk dari implementasi tindakan yang dirancang, dengan

lembar-lembar pengamatan.

4) Analisis dan Refleksi, berkaitan dengan proses dan dampak tindakan

perbaikan yang dilaksanakan, serta kriteria dan rencana bagi tindakan

siklus berikutnya.

b. Siklus Kedua

Tahap penelitian pada siklus kedua adalah sebagai berikut:

1) Perencanaan

Peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi

pada siklus pertama.

2) Pelaksanaan

Guru melaksanakan pembelajaran berdasarkan rencana pembelajaran

hasil refleksi pada siklus pertama.

3) Pengamatan

Peneliti (guru) melakukan pengamatan terhadap aktivitas

pembelajaran.

4) Refleksi

Peneliti bersama supervisor melakukan refleksi terhadap perlaksanaan

siklus kedua.

Page 25: Skripsi Ros Sitanggang_bab i

25

Apabila sampai pada Siklus 2 penelitian ini belum berhasil maka

dilanjutkan pada siklus berikutnya.

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sesuai rencana, penelitian tindakan kelas (PTK) peneliti lakukan dengan

menerapkan Model Cooperative Learning tipe STAD terhadap 25 orang siswa

yang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 10 orang perempuan siswa kelas III SD

Negeri 64 Lubuklinggau Kelurahan Air Temam Kecamatan Lubuklinggau Selatan

I Kota Lubuklinggau. Ada tiga kegiatan yang dilakukan, yakni pengambilan data

sebelum perlakuan diterapkan (kondisi awal), pengambilan data tahap pertama

(siklus I), dan pengambilan data tahap kedua (siklus II). Pada setiap siklus peneliti

memberikan tes akhir untuk mengetahui kompetensi siswa dalam menulis

paragraf berdasarkan pikiran pokok.

Data yang terkumpul dari setiap siklus selanjutnya dianalisis. Dari analisis

data tersebut diketahui besar kemampuan dan besar peningkatan kemampuan

siswa setelah kedua pelakuan diterapkan.

A. Deskripsi Kondisi Awal

Kemampuan siswa menulis paragraf berdasarkan pikiran pokok di kelas

III SD Negeri 64 Lubuklinggau Kelurahan Air Temam Kecamatan Lubuklinggau

Page 26: Skripsi Ros Sitanggang_bab i

26

Selatan I Kota Lubuklinggau amat rendah dibandingkan KKM yang ditetapkan

yaitu 67. Hasil Ulangan siswa pada materi tersebut penulis sajikan pada tabel 3

sebagaimana penulis lampirkan.

Hasil penelitian yang diambil pada tanggal 25 November 2010

menunjukkan bahwa dari 25 orang siswa yang mendapat nilai di atas kriteria

ketuntasan minimal hanya enam orang (24%). Sisanya, 19 orang (76%) siswa

belum tuntas. Nilai Rata-rata siswa hanya 60, jauh di bawah KKM yakni 67. Hal

ini mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tindakan untuk memperbaiki

proses dan hasil belajar siswa khususnya pada materi menulis paragraf

berdasarkan pikiran pokok. Hasil penelaahan data awal ini, peneliti berketetapan

memperbaiki pembelajaran yakni dengan menerapkan model pembelajaran

kooperatif (Cooperative Leraning) tipe STAD.

Tabel 4. Data Pratindakan

No. Nilai Siswa Frekuensi Persentase Keterangan

1.

2.

Di bawah 67

Lebih dari atau sama dengan 67

19

6

76%

24%

Belum Tuntas

Tuntas

Jumlah 25 100%

Data awal penelitian tersebut dapat juga digambarkan dalam tabel berikut ini.

Page 27: Skripsi Ros Sitanggang_bab i

27

Tabel 5.Tingkat Kemampuan Siswa Menulis paragraf berdasarkan pikiran pokok pada

Tahap Pratindakan

No. Tingkat Kemampuan FrekuensiBentuk Kuantitatif Bentuk Kualitatif

1. 96-100 Istimewa -

2. 86-95 Baik Sekali -

3. 76-85 Baik 6

4. 66-75 Cukup 8

5. 56-65 Sedang 6

6. 0-55 Kurang 5

Jumlah 25

Dari kedua tabel tersebut diketahui bahwa ketuntasan belajar individual

siswa masih rendah. Secara klasikal, siswa yang mencapai ketuntasan belajar baru

enam orang atau 24 persen. Ketuntasan belajar ideal secara klasikal adalah 85%

atau 21 orang dari 25 orang peserta tes. Rata-rata nilai siswa pada ulangan bahasa

Indonesia yang menjadi data awal penelitian ini adalah 60, masih jauh dari yang

diharapkan. Oleh karena itu, peneliti berusaha meningkatkan kemampuan siswa

tersebut dengan melakukan tindakan berikutnya yakni tindakan siklus I.

B. Kondisi Hasil Siklus I

Page 28: Skripsi Ros Sitanggang_bab i

28

1. Perencanaan Tindakan

Sebelum melakukan tindakan yakni menerapkan model pembelajaran

Cooperative Learning tipe STAD, peneliti melakukan perencanaan

sebagai berikut:

a. Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi

kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa.

Hasil telaah kurikulum didapati bahwa kompetensi dasar yang akan

diajarkan kepada siswa tercantum dalam silabus sebagai berikut:

Kompetensi Dasar

Materi Pokok Pembelajaran

Kegiatan Pembelajara

nIndikator

Penilaian

Alokasi Wak-

tu

Sumber

bahan/

AlatMenyusun paragraf berdasarkan bahan yang tersedia dengan memperhati kan penggunaan ejaan

Menyusun pargraf

Siswa membuat kalimat berdasarkan pikiran pokok yang telah ditentukan guru

Siswa mampu membuat kalimat berdasarkan pikiran pokok yang telah ditentukan guru

Ter-tulis

12 jam pelajar-an x 35 menit

Buku baha-sa Indo-nesia kelas III

b. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran.

Rencana pembelajaran dibuat untuk diimplementasikan di kelas.

c. Membuat/menyiapkan media pembelajaran dalam rangka

implementasi PTK.

Media yang peneliti siapkan adalah teks bacaan pada sebuah kertas

karton.

d. Membuat instrumen observasi yang digunakan dalam siklus PTK.

Page 29: Skripsi Ros Sitanggang_bab i

29

Instrumen obeservasi ini digunakan oleh para pengamat, yakni dosen

pembimbing, kepala sekolah, dan rekan guru.

e. Menyusun alat evaluasi pembelajaran.

Alat evaluasi disusun dan digunakan untuk memperoleh data tentang

hasil belajar siswa dan mengetahui ketuntasan siswa terhdap materi

pembelajaran.

2. Pelaksanaan Tindakan

Penelitian tindakan dilaksanakan pada tanggal 25 November 2010.

Penelitian tindakan pada siklus I ini didampingi oleh dosen pembimbing,

diobservasi oleh dosen pendamping, kepala sekolah, dan rekan guru SD

Negeri 64 Lubuklinggau. Langkah-langkah yang peneliti lakukan dalam

pemberian tindakan pada siklus I ini adalah:

a. Siklus Pertama Pertemuan Pertama

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus pertama pertemuan

pertama terbagi dalam tiga tahap yaitu tahap awal, inti, dan penutup.

Dalam pembelajaran peneliti dibantu rekan sejawat selaku pengamat

dan setelah selesai pembelajaran peneliti melakukan refleksi terhadap

proses dan hasil pembelajaran.

Pembelajaran pada siklus pertama pertemuan pertama peneliti

melakukan hal-hal sebagai berikut:

1) Kegiatan Awal

Guru melakukan appersepsi untuk menghubungkan pengetahuan

siswa dengan materi yang akan diajarkan. Guru juga memberikan

Page 30: Skripsi Ros Sitanggang_bab i

30

motivasi agar siswa lebih tertarik mengikuti pelajaran. Apersepsi

yang dilakukan adalah:

“Apakah anak-anak suka membaca buku? Maukah anak-anak

memiliki kemampuan menulis cerita seperti yang anak-anak baca?”

“Anak-anak, para penulis sangat pandai menceritakan sesuatu

sehingga menarik dan enak dibaca. Misalnya saja Ibu ambil contoh

mereka akan menceritakan tentang sepatu baru. Apa saja yang

dapat diceritakan tentang sepatu baru?”

Nah, pada pertemuan kali ini Ibu akan mengajak anak-anak

mengarang seperti yang ibu ceritakan agar anak-anak pun kelak

bisa menjadi pengarang yang hebat.

2) Kegiatan Inti

a) Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang cara menulis

paragraf.

b) Siswa secara berkelompok mendiskusikan tugas masing-

masing.

c) Perwakilan kelompok melaporkan hasil kerjanya

d) Kelompok yang lain menanggapi hasil kerja temannya.

3) Kegiatan Penutup

Pada akhir pelajaran, guru dan murid melakukan refleksi terhadap

proses dan hasil pembelajaran. Siswa diberi tugas untuk

mengerjakan latihan.

b. Siklus Pertama Pertemuan Kedua

Page 31: Skripsi Ros Sitanggang_bab i

31

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus pertama pertemuan

kedua tidak jauh berbeda dengan pertemuan pertama yang juga terbagi

dalam tiga tahap yaitu tahap awal, inti, dan penutup. Pengamatan

dilakukan oleh rekan sejawat dan setelah selesai pembelajaran peneliti

melakukan refleksi terhadap proses dan hasil pembelajaran.

Pembelajaran pada siklus pertama pertemuan kedua peneliti

melakukan hal-hal sebagai berikut:

1) Kegiatan Awal

Guru melakukan appersepsi untuk menjajaki kemampuan siswa

sebelum mengikuti pembelajaran.

“Bagaimana anak-anak? Mengarang itu tidak sulit bukan?

Nah, pada pertemuan kali ini Ibu akan mengajak anak-anak lebih

banyak berlatih menulis paragraf.

2) Kegiatan Inti

Dalam kegiatan inti ini, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok.

Beberapa siswa diminta untuk menunjukkan kemampuannya

menyusun paragraf. Setelah itu setiap kelompok diminta

mengerjakan lembar tugas, dilanjutkan diskusi kelompok dan

pembahasan hasil kerja kelompok. Secara rinci kegiatan inti dalam

pembelajaran yaitu:

- Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang cara menyusun

paragraf.

Page 32: Skripsi Ros Sitanggang_bab i

32

- Siswa secara berkelompok mendiskusikan tugas masing-

masing.

- Perwakilan kelompok melaporkan hasil kerjanya

- Kelompok yang lain menanggapi hasil kerja temannya.

- Siswa mengerjakan soal evaluasi

3) Kegiatan Penutup

Pada akhir pelajaran, guru dan murid menyimpulkan pelajaran dan

melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran.

3. Hasil Pengamatan

Pelaksanaan Siklus pertama diamati oleh dosen pembimbing, kepala

sekolah, dan rekan guru. Hasil pengamatan dapat dideskripsikan sebagai

berikut:

a. Pengamat Pertama (Dosen Pembimbing)

Saran dan tanggapan pengamat petama yakni dosen pembimbing, Ibu

Y. Satinem, M.Pd., adalah:

1) Ketika guru mengawali pembelajaran posisi anak tetap duduk

seperti biasa, berikutnya baru dibentuk kelompok.

2) Perhatian guru kurang merata kepada seluruh siswa.

3) Perlu dikurangi pemotongan kata dalam kalimat ketika

menjelaskan.

4) Penerapan model pembelajaran kooperatif tidak sesuai dengan

langkah-langkah model tersebut.

Page 33: Skripsi Ros Sitanggang_bab i

33

5) Siswa belum melakukan diskusi, tetapi mengerjakan tugas dengan

posisi duduk dalam kelompok.

b. Pengamat Kedua (Kepala Sekolah)

Saran dan tanggapan pengamat kedua yakni kepala sekolah, Ibu

Megawati, sebagai berikut:

- Sebaiknya sebelum pelajaran berlangsung ada baiknya kita cek

dulu kehadiran siswa terlebih dahulu.

c. Pengamat Ketiga (Rekan Guru)

Pengamat ketiga yakni rekan guru, Ibu Bambang Ekalaya, tidak

memberikan saran dan pendapatnya setelah melakukan pengamatan

terhadap unsur-unsur pembelajaran yang peneliti tuangkan pada

instrumen obeservasi.

Hasil pengamatan ketiga pengamat peneliti memberi skor 1 pada

jawaban “ya” dan skor 0 pada jawaban “tidak”. Hasil selengkapnya

pada tabel 6 sampai dengan tabel 8 dapat dilihat pada lampiran. Bila

dirangkum, hasil ketiga pengamat tersaji pada tabel 9.

Kegiatan guru dan murid dalam pembelajaran berdasarkan hasil ketiga

pengamat, menunjukkan bahwa menurut Ibu Y. Satinem baru 10 dari 17 butir

aspek yang muncul atau baru 58,82%. Menurut Ibu Megawati aspek yang muncul

sebanyak 16 butir (94,12%) dan menurut Ibu Bambang Ekalaya aspek yang

muncul 15 butir (88,24). Sementara itu, hasil tes tentang menulis paragraf

berdasarkan pikiran pokok penulis sajikan pada tabel dengan aspek penilaian

sebagaimana saran dosen pembimbing tersaji pada tabel 10 (lihat lampiran).

Page 34: Skripsi Ros Sitanggang_bab i

34

Data pada tabel 10 tersebut menunjukkan bahwa siswa yang tuntas ada 16

orang (64%) sedangkan yang belum tuntas masih 9 orang (36%). Namun

demikian, nilai rata-rata kelas sudah di atas KKM yakni 68,4 sedangkan KKM

mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah 67.

4. Refleksi

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian siklus pertama, peneliti

menemukan beberapa permasalahan dalam menerapkan model pembelajaran

Cooperative Learning tipe STAD sebagai berikut:

a. Peneliti kekurangan waktu dalam melaksanakan tindakan pertemuan pertama

karena banyaknya waktu yang terbuang dalam pembentukan kelompok

kooperatif.

b. Peneliti belum mampu menarik perhatian siswa ketika menyampaikan

langkah kerja dalam belajar.

c. Siswa tidak aktif mengerjakan soal latihan yang diberikan guru.

d. Peneliti belum melakukan penyimpulan pelajaran pada akhir pelajaran.

e. Peneliti belum memberikan saran dan motivasi untuk belajar kepada siswa

pada akhir pelajaran.

f. Peneliti selaku guru belum menutup pelajaran dengan baik.

g. Peneliti belum melakukan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah

pembelajaran pada model Cooperative Learning tipe STAD dengan baik.

h. Secara klasikal, siswa yang tuntas belajar baru mencapai 64%, sedangkan

indikator keberhasilan yang peneliti tetapkan adalah 85%.

Page 35: Skripsi Ros Sitanggang_bab i

35

Berdasarkan temuan permasalahan tersebut, maka peneliti melanjutkan

tindakan pada siklus kedua dengan melakukan perbaikan-perbaikan, diantaranya:

a. Peneliti harus lebih kontrol dengan waktu yang tersedia.

b. Peneliti memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk

bertanya agar mereka dapat aktif mengerjakan soal latihan.

c. Memberikan dukungan kepada siswa agar semakin giat dan tekun dalam

mempelajari bahasa Indonesia.

d. Memberikan saran dan memotivasi siswa dengan lebih baik.

e. Mempersiapkan skenario pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah

pembelajaran Cooperative Learning.

C. Kondisi Hasil Siklus II

1. Perencanaan Tindakan

Berdasarkan hasil pengamatan berupa saran dan tanggapan dari para

pengamat, peneliti merancang pembelajaran siklus kedua sebagai

perbaikan atas pembelajaran siklus pertama.

Perencanaan tindakan pada siklus kedua sebagai berikut:

a. Menyusun skenario pembelajaran siklus kedua sesuai dengan langkah-

langkah pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

b. Menyusun rencana perbaikan pembelajaran.

c. Menyiapkan kembali media pembelajaran dan instrumen penilaian.

2. Hasil Pengamatan

Page 36: Skripsi Ros Sitanggang_bab i

36

Pelaksanaan Siklus kedua diamati oleh, kepala sekolah dan rekan guru.

Hasil pengamatan dapat dideskripsikan sebagai berikut:

a. Pengamat Pertama (Kepala Sekolah)

Saran dan tanggapan pengamat kedua yakni kepala sekolah, Ibu

Megawati, sebagai berikut:

- Langkah-langkah pembelajaran dengan model Cooperative

Learning sudah sesuai dengan skenarionya.

b. Pengamat Kedua (Rekan Guru)

Pengamat kedua yakni rekan guru, Ibu Bambang Ekalaya, memberikan

pendapatnya bhawa pembelajaran berlangsung dengan baik dan siswa

aktif mendengarkan pelajaran yang diberikan guru. Hasil pengamatan

kedua pengamat tertuang dalam lembaran observasi sebagaimana

tersaji pada tabel 11 dan 12 (lihat lampiran). Sedangkan hasil tes siswa

pada siklus kedua tersaji pada tabel 13.

Hasil tes menunjukkan bahwa 22 orang (88%) siswa telah tuntas dan

nilai rata-rata kelas sudah di atas KKM yakni 72,8.

3. Refleksi

Berdasarkan pengamatan dari para pengamat terlihat bahwa aktifitas guru

dan murid pada pembelajaran meningkat. Kedua orang pengamat telah

menyatakan bahwa 17 butir aspek yang diamati telah muncul sebagaimana

tersaji pada tabel 11 dan 12 di atas.

Bila pada siklus I kemunculan aspek yang diamati hanya 80,39% maka

pada siklus II telah menjadi 100%, artinya ada peningkatan aktifitas guru

Page 37: Skripsi Ros Sitanggang_bab i

37

dan siswa sebesar 19,61%. Sementara itu, hasil belajar siswa pada siklus II

dapat digambarkan pada tabel 14 berikut ini.

Tabel 14.Persentase Siswa yang Tuntas dan Belum Tuntas Belajar pada Siklus II

No. Nilai Siswa Frekuensi Persentase Keterangan

1.2.

Di bawah 67Lebih dari atau sama dengan 67

322

12%88%

Belum TuntasTuntas

Jumlah 25 100%

Tabel 15.Tingkat Kemampuan Siswa Menulis Paragraf Berdasarkan Pikiran Pokok

pada Siklus II

No. Tingkat Kemampuan FrekuensiBentuk Kuantitatif Bentuk Kualitatif

1. 96-100 Istimewa -

2. 86-95 Baik Sekali -

3. 76-85 Baik 10

4. 66-75 Cukup 12

5. 56-65 Sedang 3

6. 0-55 Kurang -

Jumlah 25

Berdasarkan data hasil pembelajaran siklus II tersebut maka pembelajaran

yang peneliti lakukan cukup sampai pada siklus kedua karena ketuntasan belajar

secara klasikal sudah tercapai.

Page 38: Skripsi Ros Sitanggang_bab i

38

D. Pembahasan dan Analisis

Setelah kegiatan pembelajaran siklus pertama dan kedua selesai, kemudian

diadakan evaluasi guna melihat kemajuan belajar siswa. Evaluasi yang

dilaksanakan terdiri dari soal dalam bentuk essay. Skor maksimum untuk setiap

soal sama yaitu 5. Kriteria Ketuntasan Minimal pada indikator yang telah dibuat

adalah 67. Pada tahap pratindakan, siswa yang tuntas belajar sebanyak 6 orang

(24%), yang belum tuntas sebanyak 19 orang (76%). Nilai rata-rata pada tahap

pratindakan sebesar 60. sedangkan Perolehan nilai kemampuan menulis paragraf

berdasarkan pikiran pokok siswa kelas III SD Negeri 64 Lubuklinggau pada siklus

pertama dan siklus kedua dapat digambarkan pada tabel 16 sebagaimana peneliti

lampirkan. Dari tabel 16 di atas dapat dilihat bahwa ketuntasan belajar yang

dicapai siswa pada siklus pertama 16 siswa (64%), dan siklus kedua 22 siswa

(88%). Sedangkan yang belum tuntas pada siklus pertama 9 siswa (36%) dan

siklus kedua 3 siswa (22%).

Sebagaimana telah peneliti sebutkan pada bab sebelumnya, bahwa

persentase peningkatan rata-rata yang dicapai pada setiap siklus dapat dihitung

dengan rumus:

P = x 100 %

Keterangan:

P : Persentase peningkatan

R1 : Nilai rata-rata sebelum tindakan

R2 : Nilai rata-rata sesudah tindakan

Page 39: Skripsi Ros Sitanggang_bab i

39

Dengan menggunakan rumus di atas, besarnya peningkatan kemampuan

siswa dalam menulis paragraf berdasarkan pikiran pokok pada siklus I

dibandingkan dengan asil pada tahap pratindakan adalah = 14%.

Persentase peningkatan rata-rata yang dicapai pada siklus II dibandingkan dengan

siklus I adalah = 6,43%.

Dengan demikian, peningkatan kemampuan siswa dari tahap pratindakan

hingga siklus II bila dihitung dengan rumus di atas adalah:

P = x 100 %

P = x 100 %

P = x 100 %

P = 17,67 %

Keterangan:

P = Persentase peningkatan

R2 = Rata-rata nilai Siklus I dan II = 70,6

R1 = Nilai pratindakan = 60

Keberhasilan penelitian ini dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD

pada siswa kelas III SD Negeri 64 Lubuklinggau dapat pula dilihat pada Tabel 17.

Page 40: Skripsi Ros Sitanggang_bab i

40

Tabel 17. Persentase Keberhasilan Penerapan Model Cooperative Learning Tipe STAD

Berdasarkan Indikator Keberhasilan

No.Indikator

KeberhasilanStandar

Keberhasilan

Hasil pada Setiap TahapPra-

tindakanSiklus

PertamaSiklusKedua

1.Aktivitas guru dan siswa

Ada peningkatan

- 80,39% 100% 24,39%

2. Hasil belajara. Secara

klasikal≥ 85% tuntas 24% 64% 88%

b. Nilai rata-rata

≥ 67 60 68,4 72,8 17,67%

Dari analisis data utama sebagaimana penulis paparkan di atas dapat

dikatakan bahwa hipotesis yang penulis ajukan yakni dengan menerapkan model

pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD pada materi menulis paragraf

berdasarkan pikiran pokok siswa kelas III SD Negeri 64 Lubuklinggau dapat

ditingkatkan terbukti kebenarannya.

Selain data utama berupa hasil tes, data penunjang penelitian berupa data

hasil observasi pada penelitian siklus pertama memberikan gambaran bahwa

pelaksanaan tindakan pada siklus pertama belum sesuai dengan skenario

pembelajaran yang penulis persiapkan akan tetapi pada siklus kedua berdasarkan

pengamatan para pengamat, proses pembelajaran sudah sesuai dengan langkah-

langkah pebelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran. Proses pembelajaran

Page 41: Skripsi Ros Sitanggang_bab i

41

siklus kedua relatif lebih baik dari pada pelaksanaan siklus pertama. Hal ini

berkorelasi dengan hasil tes yang juga semakin membaik atau menunjukkan

adanya peningkatan.

BAB VSIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan dapat dituliskan

simpulan umum penelitian ini yaitu “Terdapat peningkatan kemampuan siswa

kelas III SD Negeri 64 Lubuklinggau dalam menulis paragraf berdasarkan pikiran

pokok setelah dilakukan proses pembelajaran dengan menerapkan model

Cooperative Learning tipe STAD. Sedangkan simpulan khusus penelitian ini

adalah:

1. Pembelajaran dengan menerapkan model Cooperative Learning pada

materi menulis paragraf berdasarkan pikiran pokok adalah dengan

membentuk kelompok-kelompok yang heterogen, memberi bahan ajar dan

tugas-tugas pembelajaran yang harus dikerjakan, dan diakhiri dengan

penilaian dan pemberian penghargaan kepada tim atau kelompok.

2. Terdapat peningkatan nilai/hasil belajar siswa dari tahap pratindakan ke

akhir tindakan siklus II.

a. peningkatan kemampuan siswa dalam menulis paragraf berdasarkan

pikiran pokok pada siklus I dibandingkan dengan hasil pada tahap

pratindakan adalah 14%.

Page 42: Skripsi Ros Sitanggang_bab i

42

b. Persentase peningkatan rata-rata yang dicapai pada siklus II

dibandingkan dengan siklus I adalah 6,43%.

c. Besarnya peningkatan kemampuan siswa dari tahap pratindakan

hingga siklus II adalah 17,67 %.

B. Saran

Berdasarkan analisis data dan kesimpulan hasil penelitian yang peneliti

uraikan di atas, penulis memberikan saran kepada rekan guru dan sekolah sebagai

berikut:

1. Pembelajaran menulis paragraf dapat diajarkan dengan model cooperative

learning tipe STAD.

2. Dalam menerapkan model cooperative learning tipe STAD guru

diharapkan memperhatikan langkah-langkah yang harus ditempuh dalam

pembelajaran.

3. Sekolah beserta dewan guru hendaknya dapat menjadikan hasil penelitian

ini sebagai bahan kajian pada materi pembelajaran lainnya.

4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang penerapan model

cooperative learning tipe STAD dalam pembelajaran Bahasa Indonesia

pada pokok bahasan yang lain.

Page 43: Skripsi Ros Sitanggang_bab i

43

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, E.Zainal dan S. Amran Tasai. 1995. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo.

Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Etin Solihatin, Hajjah dan Raharjo. 2007. Cooperative Learning: Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.

http://id.wikipedia.org/wiki/Paragraf

http://xpresiriau.com/artikel-tulisan-pendidikan/apa-dan-mengapa-student-teams-achievement-division-stad/

http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/20/pengertian-cooperative-learning/

http://muhfida.com/pembelajaran-cooperative-learning/

http://id.wikipedia.org/wiki/Menulis

Keraf, Gorys. 1994. Komposisi. Ende: Nusa Indah.

Kosasih, E. 2002. Kompetensi Ketatabahasaan: Cermat Berbahasa Indonesia. Bandung: Yrama Widya.

Nurgiantoro, Burhan. 1995. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE)

Suparno dan Mohamad Yunus. 2008. Materi Pokok Keterampilan Dasar Menulis (Modul 1-6). Jakarta: Uiversitas Terbuka.

Warsidi, Edi. 2008. Bahasa Indonesia Membuatku Cerdas 3: untuk kelas III Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.

Page 44: Skripsi Ros Sitanggang_bab i

44

Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.