SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

81
1 SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN PERTAMBANGAN ( STUDI KASUS DI KECAMATAN LAMBU KABUPATEN BIMA) Disusun dan diajukan oleh RAMDHIN Nomor Stambuk :105640227415 PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMADIYAH MAKASSAR 2020

Transcript of SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

Page 1: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

1

SKRIPSI

PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN PERTAMBANGAN

( STUDI KASUS DI KECAMATAN LAMBU KABUPATEN BIMA)

Disusun dan diajukan oleh

RAMDHIN

Nomor Stambuk :105640227415

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMADIYAH MAKASSAR

2020

Page 2: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

2

PENYELESAIAN KONFLIK KEBIJAKAN PERTAMBANGAN

(STUDI KASUS DI KECAMATAN LAMBU KABUPATEN BIMA)

Skripsi

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Ilmu Pemerintahan

Disusun dan Diajukan Oleh

Ramdhin

Nomor Stambuk : 105640227415

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

Page 3: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

3

Page 4: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

4

Page 5: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

5

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Ramdhin

Nomor Induk Mahasiswa : 105640227415

Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Judul : Penyelesaian Konflik Kebijakan Pertambangan (Studi

Kasus di kecamatan Lambu Kabupaten Bima)

Menyatakan dengan sesungguhnya dengan penuh kesadaran bahwa Skripsi ini benar

adalah hasil karya sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa Skripsi ini merupakan

duplikat, tiruan, plagiat atau di buat oleh orang lain, maka gelar yang di peroleh Skripsi

ini karenanya batal demi hukum.

Makassar, 27 Agustus 2020

Penulis,

Ramdhin

Page 6: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

6

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh

Segala syukur dan nikmat atas karunia Allah SWT. Yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan judul Penyelesaian Konflik Kebijakan Pertambangan (Studi

Kasus Di Kecamatan Lambu Kabupaten Bima. yang merupakan suatu syarat

penyelesaian studi Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis tentunya hanya manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan yang

disengaja maupun kesalahan yang tidak disengaja, termasuk dalam penulisan

skripsi ini yang tentunya menemui hambatan, dan kesulitan sehingga untuk menjadi

lebih baik membutuhkan doa dan dukungan yang merupakan perantara penulis

dengan sang pencipta baik yang secara langsung maupun secara tidak langsung.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam

memperoleh gelar sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Muhammadiyah Makassar. Penulis menyadari skripsi ini tidak

akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena

itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus

terutama dan yang teristimewa kepada : Kedua Orang tua tercinta, Ayahanda

Syamsudin dan Ibunda Narima yang sangat berjasa bagi penulis. yang senantiasa

mencurahkan kasih sayang, yang selalu hadir dan menyertai penulis dengan doa-

Page 7: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

7

doa dan juga memberi motivasi dan semangat sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini

Selanjutya ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi tingginya

penulis sampaikan kepada:

1. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar. Bapak Prof. H. Ambo Asse,

M.Ag,

2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah

Makassar. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos, M.Si.

3. Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Makassar. Ibu Dr. Nuryanti Mustari, S.IP,

M.Si.

4. Bapak Abdul Kadir Adis, S.H,. M.H selaku pembimbing I (satu) dan Bapak

Rudi Hardi, S.Sos.,MSi selaku pembimbing II (dua) yang senantiasa

meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga

skripsi ini dapat selesai.

5. Kepala Kecamatan Lambu dan Jajarannya, serta masyarakat yang telah

bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi informan penulis selama

proses penelitian berlangsung.

6. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan yang telah

menyumbangkan ilmunya kepada penulis selama mengenyam pendidikan

di bangku perkuliahan dan seluruh staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Page 8: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

8

Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah banyak membantu

penulis.

7. Teman-teman penulis khususnya; Nurmiftahul Janah dan Nurfaujiah, S.E

yang tak hentinya memberi dukungan moril dan mendampingi penulis

disegala kondisi.

8. Teman-teman penulis di GENG khususnya, Julkiflin, Muhammad Haris,

Muhammad Akbar, Risman Hadikusuma, Haerudin Iwan, Amar Maaruf,

Adiansyah, M. Syafril Aydi, Lisnawati S.Ip, dan Hamdan, S.Pd yang telah

memberikan dukungan moril dan dorongan motivasi untuk menyelesaikan

skripsi ini.

9. Teman-teman kelas IP F yang sama-sama berproses dan berjuang untuk

sebuah cita-cita mulia. Terkhusus untuk Nursalam, Hamzah S, Muhammad

rizal, Rasyida Fikri, Anashafar dan Arham Jabal dan dkk yang tiada

hentinya memberi dukungan kepada penulis agar menyelesaikan skripsi ini.

10. Keluarga Besar Forum Komunikasi Mahasiswa Sape Makassar yang

senantiasa menyambut penulis layaknya keluarga sendiri selama masa

penelitian dan memberi dukungan kepada penulis agar dapat menyelesaikan

skripsi ini.

11. My Support System yaitu Awwal Nur, Apriyanto Gunawan, Adhar,

Lismaidin, S.Pd, Hermansyah S.Pd, Arif, S.Sos.

12. Keluarga besar HIMJIP, IMM Kom. Fisipol, dan BEM Fisipol Unismuh

Makassar yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Page 9: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

9

Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi

ini sangatlah jauh dari kesempurnaan karena segala sesuatu yang sempurna itu

hanya milik Allah SWT dan oleh karena itu demi kesempurnaan skripsi ini, kritik

dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi

ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pihak yang

membutuhkan.

Makassar, 27 Juli 2020

Ramdhin

ix

Page 10: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

10

ABSTRAK

Ramdin. Penyelesaian konflik kebijakan pertambangan study kasus di

kecamatan lambu kabupaten bima (di bimbingoleh Rudi Hardidan Abdul

KadirAdis)

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konflik kebijakan yang

terjadi di Kecamatan Lambu Kabupaten Bima yang dilater belakangi oleh

berbagai factor yaitu kurangnya sosialisasi dan kurangnya keterbukaan

pemerintah terhadap masyarakat mengenai kebijakan yang di keluarkanya

Informan dalam penelitian ini adalah 10 orang dua orang dari

DinasPertambangan, dua orang dari tokoh Masyarakat, dua orang dari Kantor

KecamatanLambu, dua orang dari Kantor Desa Sumi dan dua orang dari Polsek

Lambu.

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif

kualitatif, yaitu metode wawancara dan pengambilan dokumentasi.

Proses terjadinya konflik kebijakan adalah: Konflik kebijakan dilatar belakangi oleh

berbagai faktor yaitu: kurangnya sosialisasi dari pemerintah; pemerintah kurang terbuka

terhadap masyarakat mengenai kebijakan kebijakan yang di keluarkanya.

Penyelesaian konflik kebijakan pertambangan yaitu melalui mediasi,

administrasi dan negosiasi yang di lakukan oleh DPRD Kabupaten Bima.

Dengan mempertemukan kedua belah pihak yang berkonflik, Masyarakat

Lambu dan Pemerintah Kecamatan Lambu untuk berdiskusi serta mencapai

suatu kesepakatan bersama yang dapat diterima oleh kedua belah pihak.

Kata Kunci: Penyelesaian Konflik Kebijakan Pertambangan Yaitu :

- Mediasi

- Administrasi

- Negosiasi

Page 11: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

11

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................... .....................

i ..............................................................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN...................................................................... ii

PENERIMAAN TIM..................................................................................... iii

KEASLIAN ILMIAH..................................................................................... iv

ABSTRAK....................................................................................................... v

KATA PENGANTAR.................................................................................... vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 7

A. Penelitian Terdahulu .................................................................................... 7

B. Proses TerjadinyaKonflik ............................................................................ 12

C. TahapDalamKonflik .................................................................................... 14

D. Mediasi ........................................................................................................ 18

E. KerangkaPikir .............................................................................................. 19

F. FokusPenelitian ........................................................................................... 21

G. DeskripsiFokusPenelitian ................................................. ... ... ................... 22

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 24

A. Lokasi Penelitian ......................................................................................... 24

B. Jenis Penelitian ............................................................................................ 24

C. Informan Penelitian ..................................................................................... 24

D. Jenis dan sumber data .................................................................................. 26

Page 12: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

12

E. Teknik pengumpulan Data ........................................................................... 26

F. Analisis data ................................................................................................ 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................... 28

A. Karakteristik objek penelitian.......................................................................

28

B. Bentuk konflik kebijakan pemerintahan daerah terhadap pengelolaan

pertambangan di kecamatan lambu kabupaten bima.................................... 31

C. Proses Penyelelesaian Konflik di Kecamatan Lambu Kabupaten

Bima ..............................................................................................................

45

BAB V PENUTUP........................................................................... ............... ..

64

A. Kesimpulan...................................................................................................

64

B. Saran-

Saran…………………………………………………………….…..65

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 66

Page 13: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan sebuah Negara yang terdiri dari pulau-

pulau kecil, pulau ini didiami oleh suku-suku tertentu. Salah satu suku

yang ada di Negara Indonesia adalah suku lambu, suku ini berada di

Provinsi Nusa Tenggara Barat tepatnya salah satu Kecamatan yang

berada di kabupaten Bima, lebih tepatnya terletak di Kecamatan

Lambu. Suku lambu sering di sebut Dou lambu.

Jika mendengar kata Lambu, maka akan teringat tragedi Bima

Berdarah. Tragedi Bima Berdarah bukan hanya tragedi yang menjadi

rahasia publik masyarakat Bima, namun merupakan tragedi yang telah

disaksikan oleh Indonesia secara umum. Tragedi ini merupakan tragedi

yang diselimuti oleh aksi demonstrasi secara besar-besaran yang

dilakukan oleh masyarakat Lambu dalam menolak proyek tambang

emas yang telah disahkan oleh Bupati Bima dalam SK Nomor :

188.45/357/004/2010 tertanggal 28 april 2010.

Pada dasarnya tragedi Bima Berdarah merupakan interpretasi

terhadap kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam hal

pemberian izin pemanfaatan lahan untuk tujuan pertambangan. Sesuai

dengan adanya desentralisasi pemerintahan dari pusat ke daerah dalam

Undang-Undang No. 32/2004, Pemerintah Daerah memiliki hak yang

Page 14: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

14

berkenaan dengan berbagai macam kebijakan salah satunya ialah

melakukan pemanfaatan terhadap SDA. Namun, berdasarkan UUD 1945

pasal 33 yang terjabar pada Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 12 Ayat 2, Undang-

Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara

Pasal 95 (d), (e), Pasal 98, pengelolaan SDA yang semula economic

development menjadi sustainable development dengan mempertimbangkan

kelestarian, daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. Regulasi

tersebut juga jelas menyatakan bahwa pengelolaan SDA harus menciptakan

keselamatan, mutu hidup dan kesejahteraan masyarakat.

Namun disisi lain, Syafa’at (2016) mengatakan bahwasannya dalam

paradigma pengelolaan sumber daya alam di sektor pertambangan yang

dilakukan pemerintah selama ini menimbulkan berbagai permasalahan,

antara lain: semakin meningkatnya konflik, kerusakan lingkungan dan

tingkat kemiskinan masyarakat yang belum berubah serta mengabaikan

sistem nilai, sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat lokal. Sedangkan,

Cahyono (2013) mengatakan bahwasannya implementasi regulasi yang

berkaitan dengan SDA dalam prakteknya tidak hanya mendapatkan

keuntungan ekonomi tetapi menimbulkan konflik karena para pelaku

ekonomi dan para politisi bertindak tidak rasional berkaitan dengan

kebijakan publik, sering memutuskan kebijakan publik tidak sesuai amanah

yang diembannya. Dengan kata lain, dalam prakteknnya kebijakan

Page 15: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

15

pemerintah yang dalam hal ini berkenaan dengan pertambangan melahirkan

konflik kebijakan pertambangan itu sendiri.

Dalam hal ini, konflik kebijakan terjadi dikarenakan kebijakan tidak

partisipatif, kebijakan diatur tidak memenuhi hak-hak masyarakat terlebih

kebijakan dilakukan tanpa partisipasi gagasan daripada masyarakat. Hal ini

tidak sesuai dengan Undang-Undang No. 32/2004 yang pada butir b

dinyatakan bahwa: “Penyelenggaraan otonomi daerah juga dilaksanakan

dengan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat,

pemerataan dan keadilan, serta memperhatikan potensi dan

keanekaragaman daerah,”.

Penyataan diatas memberikan pemahaman bahwa masyarakat baik

secara individu maupun melalui representasi institusional yang ada

didalamnya, sejak diberlakukannya undang-undang tersebut akan memiliki

ruang untuk berperan dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah.

Dalam artian, masyarakat harus dilibatkankan dalam pengambilan

kebijakan untuk menghindari sesuatu yang tak seharusnya terjadi, yang

dalam hal ini konflik kebijakan pertambangan.

Konflik kebijakan pertambangan membawa dampak sosial yang

sangat besar pada manusia, namun selain dari itu konflik pada saat itu

memberikan dampak yang sangat luas yaitu perubahan dalam masyarakat

Lambu itu sendiri. Perubahan itu terlihat pada pola struktur masyarakat,

norma, tindakan, hubungan sosial, lembaga sosial dan interaksi sosialnya.

Karena memang pada dasarnya, konflik dapat mempengaruhi pola struktur

Page 16: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

16

masyarakat, norma, tindakan, hubungan sosial, lembaga sosial dan interaksi

sosial seseorang atau kelompok. Hal ini terjadi dikarenakan adanya

kompromi-kompromi yang berbeda dengan keadaan semula yang

mengakibatkan lahirnya nilai dan norma baru dalam masyarakat.

Sebagaimana soekanto (2005) menyatakan “faktor penyebab terjadinya

perubahan sosial adalah bertambah atau berkurangnya penduduk,

penemuan-penemuan baru, pertentangan (conflict) masyarakat dan

terjadinya pemberontakan artau revolusi”.

Mengingat dampak negatif daripada konflik kebijakan yang terjadi,

maka perlu adanya resolusi ataupun penyelesaian terhadap konflik kebijkan

yang dialami. Hal ini juga dilakukan dalam konflik kebijakan pertambangan

yang terjadi dikecamatan Lambu kabupaten Bima. Namun, dalam

prakteknya, penyelesaian konflik kebijakan dilakukan berdasarkan

pertimbangan akan jenis konflik, waktu dan kondisi lapangan. Oleh sebab

itu, sangat penting untuk mengetahui bagaimana proses dan bentuk

penyelesaian konflik kebijakan yang terjadi yang dalam hal ini alah konflik

kebijakan pertambangan di Kecamatan Lambu Kabupaten Bima.

Berdasarkan uraian diatas, maka dalam kesempatan ini peneliti

bermaksud melakukan penelitian dengan mengangkat judul “Penyelesaian

Konflik Kebijakan Pertambangan (Studi Kasus dikecamatan Lambu

Kabupaten Bima)”

Page 17: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

17

Uraian dalam tulisan ini akan di pusatkan pada masyarakat

dikecamatan Lambu Kabupaten Bima dan mendeskripsikan kronologis

konflik kebijakan yang terjadi serta bagaimana bentuk dan proses

penyelesaian konflik kebijakan tersebut dilakukan.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan dalam

penelitian ini dapat di rumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana kronologis terjadinya konflik kebijakan pertambangan di

Kecamatan Lambu Kabupaten Bima?

2. Bagaimana penyelesaian konflik kebijakan pertambangan di

Kecamatan Lambu Kabupaten Bima?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dan manfaat penelitian berdasarkan uraian di atas adalah

sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui kronologi konflik pertambangan di Kecamatan

Lambu Kabupaten Bima.

2. Untuk mengetahui penyelesaian konflik pertambangan di Kecamatan

Lambu Kabupaten Bima ?

Page 18: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

18

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Manfaat secara Akademis

Penelitian ini di harapakan dapat menjadi bahan bagi pengembangan

ilmu pengetahuan sosial lebih khususnya pada penyelesaian konflik

pertambangan.

2. Manfaat secara praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan atau

sumbangsi pemikiran bagi pemeritntah secara khusunya maupun pihak-

pihak secara umum dalam hal permasalahan yang tengah di hadapi oleh

masyarakat dan upaya-upaya dalam menanganinya.

3. Secara teoritis,

Penelitian ini di harapkan dapat memeberikan arah pemikiran baru

sebagai salah satu rujukan ataupun teori yang berkaitan dengan

penyelesaian konflik pertambangan khususnya pada masyarakat Lambu

Kabupaten Bima.

Page 19: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Ada beberapa penelitian sebelumnya yang memiliki relevansi dengan

penelitian ini. Diantaranya ialah:

1. Munawarroh, Wahyudi & Zuhdi (2018) dengan penelitiannya yang

bertujuan untuk menganalisis peran Pemerintah Daerah dalam melakukan

penanganan konflik tambang emas yang terjadi di Desa Dukuh Kecamatan

Watulimo Kabupaten Trenggalek Provinsi Jawa Timur tahun 2016-2017.

Dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif analisis hasil penelitian

menunjukkan bahwa peran yang dijalankan oleh Pemerintah Daerah

Kabupaten Trenggalek dalam penanganan konflik terletak pada proses

pencegahan konflik yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan

informasi terkait permasalahan yang ada di lapangan serta memfasilitasi

dan mengkoordinasi proses-proses penanganan permasalahan. Namun

dalam pelaksanaannya, masih terdapat beberapa tindakan yang belum

dilaksanakan secara maksimal oleh Pemerintah Daerah dalam hal meredam

potensi konflik dan pembangunan sistem peringatan dini. Pemerintah

Daerah juga belum melakukan manajemen konflik dengan baik yang

ditunjukkan dengan kurangnya pendekatan terhadap pihak-pihak yang

berkonflik.

2. Satriani (2015) dalam pengkajiannya akan hubungan negara-warga dalam

konteks berdemokrasi dengan menggunakan perspektif demokrasi Charles

Page 20: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

20

Tilly dalam konflik tambang di Bima. Jika mendasarkan pada parameter-

parameter milik Charles Tilly ini derajat demokrasi di Bima dalam kasus

konflik Lambu dapat dikategorikan dalam perpotongan antara kapasitas

rendah demokrasi dengan kapasitas rendah tidak demokrasi. Dalam

kategori kapasitas rendah demokratis ditandai oleh seringnya intensitas

perjuangan kekerasan. Sedangkan, dalam kategori kapasitas rendah tidak

demokratis tergambar dalam gerakan sosial yang memang terjadi dengan

intensitas sering, kegiatan kelompok, kepentingan dan mobilisasi partai

politik ditambah konsultasi formal (termasuk pemilihan kompetitif) juga

sangat tinggi meskipun pemantauan keadaan kurang efektif, keterlibatan

yang lebih tinggi dari pelaku legal dan setengah ilegal dalam politik lebih

tinggi.

3. Syafa’at & Qurbani (2017) yang telah melakukan studi tentang mekanisme

alternatif penyelesaian sengketa atau alternative dispute resolution

berkenaan dengan konflik pertambangan di Lumajang, dimana mekanisme

tersebut tidak membuat masyarakat tergantung pada dunia hukum yang

terbatas kapasitasnya, namun tetap dapat menghadirkan rasa keadilan dan

penyelesaian masalah. Mekanisme tersebut sebenarnya telah memiliki

dasar hukum dan telah memiliki preseden serta pernah dipraktikkan di

Indonesia walau jarang disadari. Mekanisme tersebut juga memiliki potensi

untuk semakin dikembangkan di Indonesia.

Pada dasarnya terdapat persamaan yang perbedaan yang cukup signifikan

antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini. Perbedaan dan persamaan

Page 21: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

21

inilah yang kemudian dijadikan sebagai landasan oleh peneliti dalam

melakukan penelitian ini. Adapun persamaan antara penelitian terdahulu

dengan penelitian ini ialah sama-sama mengangkat permasalahan tambang.

Sedangkan, perbedaannya ialah terletak pada signifikasi penelitian dengan

spesifikasi pada tujuan penelitian serta tempat dan waktu penelitian.

Diantaranya ialah, yang pertama, Munawarroh, Wahyudi & Zuhdi telah

melakukan penelitian untuk menganalisis peran Pemerintah Daerah dalam

melakukan penanganan konflik tambang emas yang terjadi di Desa Dukuh

Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek Provinsi Jawa Timur tahun 2016-

2017. Berikutnya, Satriani sebelumnya telah melakukan pengkajian akan

hubungan negara-warga dalam konteks berdemokrasi dengan menggunakan

perspektif demokrasi Charles Tilly dalam konflik tambang di Bima. Kemudian

Syafa’at & Qurbani telah melakukan studi tentang mekanisme alternatif

penyelesaian sengketa atau alternative dispute resolution berkenaan dengan

konflik pertambangan di Lumajang. Sedangkan, penelitian ini berfokus pada

kronologi kejadian dan usaha penyelesaian yang dilakukan dalam penanganan

konflik tambang emas dikecamatan Lambu Kabupaten Bima.

B. Kebijakan dan Konflik

1. Kebijakan

Dye (1992) menyebutkan bahwasannya kebijakan adalah pilihan

pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu (whatever

government chooses to do or not to do). Sedangkan, Wahab (2006)

mengatakan bahwa kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada

Page 22: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

22

tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam

lingkungan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan

atau mewujudkan sasaran yang diinginkan. Definisi ini dibuatnya dengan

menghubungkan pada beberapa definisi lain. Disisi lain, Anderson dalam

Islamy (2000) mengatakan bahwasannya kebijakan adalah putusan-putusan

yang dibangun oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah, dimana

implikasi dari kebijakan tersebut adalah:

a. Kebijakan publik selalu mempunyai tujuan tertentu atau mempunyai

tindakan-tindakan yang berorientasi pada tujuan.

b. Kebijakan publik berisi tindakan-tindakan pemerintah.

c. Kebijakan publik merupakan apa yang benar-benar dilakukan oleh

pemerintah jadi bukan merupakan apa yang masih dimaksudkan untuk

dilakukan.

d. Kebijakan publik yang diambil bisa bersifat positif dalam arti merupakan

tindakan pemerintah mengenai segala sesuatu masalah tertentu, atau

bersifat negatif dalam arti merupakan keputusan pemerintah untuk tidak

melakukan sesuatu.

e. Kebijakan pemerintah setidak-tidaknya dalam arti yang positif

didasarkan pada peraturan perundangan yang bersifat mengikat dan

memaksa (otoritatif)

Page 23: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

23

2. Konflik

a. Pengertian konflik

Konflik berasal dari kata kerja, yaitu configure yang berarti

saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu

proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana

salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan

menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya. Susan (2009)

mengatakan bahwa dalam kamus besar bahasa indinesia yang disusun

poerwadarminta, konflik berati pertentangan atau pececokan.

Pertentangan sendiri muncul kedalam bentuk pertentangan ide maupun

fisik antara dua belah pihak berseberangan. Disisi lain, Soekanto (1982)

“Konflik sosial adalah suatu proses sosial dimana individu atau

kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan

menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman atau kekerasan”.

Sedangkan, menurut Pritt dan Rubbin dalam Ramadhan (2008) konflik

berarti persepsi mengenai perbedaan kepentingan ( repceived

divergence of interest) atau suatu kepercayaan bahwa aspirasi pihak-

pihak yang berkonflik tidak dapat tercapai secara simultan.

Selanjutnya, Soekanto (2006) mengemukakan bahwa konflik

merupakan perbedaan atau pertentangan antar individu atau klompok

sosial yang terjadi karena perbedaan kepentingan, serta adanya usaha

memenuhi tujuan dengan jalan menentang pihak lawan disertai dengan

ancaman atau kekerasan.

Page 24: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

24

b. Proses Terjadinya Konflik

Salah satu proses terjadinya konflik adalah karena ketidak

seimbangan antara hubungan-hubungan manusia seperti aspek sosial,

ekonomi dan kekuasaan. Contohnya kurang meratanya kemakmuran

dan akses yang tidak seimbang terhadap sumber daya yang kemudian

akan menimbulkan masalah-masalah dalam masyarakat.

Adapun yang menjadi faktor penyebab proses terjadinya konflik

antara lain yaitu:

a) Adanya perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan

perasaan, karena setiap manusia unik, dan mempunyai perbedaan

pendirian, perasaan satu sama lain. Perbedaan perasaan dan

pendirian ini akan menjadi satu faktor proses terjadinya konflik

sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial seorang individu

tidak selalu sejalan dengan individu atau kelompoknya.

b) Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk

pribadi-pribadi yang berbeda-beda, individu sedikit banyak akan

terpengaruh oleh pola pemikiran dan pendirian kelompoknya, dan

itu akan menghasilkan suatu perbedaan individu yang dapat

memicu proses terjadinya konflik.

c) Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok, individu

memiliki latar perasaan, pendirian dan latar belakang budaya

berbeda. Ketika dalam waktu yang bersamaan masing-masing

individu atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda.

Page 25: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

25

Kadang, orang dapat melakukan kegiatan yang sama, tetapi

tujuanya berbeda. Sebagai contoh, misalnya perbedaan kepentingan

dalam hal pemanfaatan lahan pertanian untuk dijadikan ekplorasi

tambang oleh investor. Para tokoh masyarakat menganggap lahan

tersebut sebagai kekayaan budaya yang menjadi bagian dari

kebudayaan mereka sehingga harus di jaga dan tidak boleh

melakukan penggalian. Disini jelas terlihat ada perbedaan

kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainya

sehingga mudah terjadinya proses konflik antara masyarakat lambu

dan Pemerintah setempat dan konflik ini tidak lepas dan ada

kaitanya dengan politik, ekonom,i sosial dan budaya.

Selain itu, ada pula sebab-sebab proses terjadinya konflik antara

lain:

a) Komunikasi

Salah pengertian yang berkenaan dengan kalimat, bahasa

yang sulit di mengerti dan informasi yang tidak lengkap.

b) Struktur

Pertarungan kekuasaan antara pemilik kepentingan atau

sistem yang bertentangan, persaingan untuk merebutkan

sumber daya yang terbatas, atau saling ketergantungan dua

atau lebih kelompok-kelompok kegiatan kerja untuk

mencapai tujuan mereka.

c) Pribadi dengan kelompok

Page 26: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

26

Ketidaksesuaian tujuan atau nilai-nilai sosial pribadi dengan

perilaku yang di perankan mereka, dan perbedaan nilai

persepsi masing masing.

c. Tahapan dalam Konflik

Situasi konflik akan selalu berubah dari waktu ke waktu apabila

konflik tersebut terus di biarkan terjadi tanpa adanya suatu penanganan

atau penyelesaian yang dilakukan oleh pihak-pihak yang berkonflik.

Fisher (2001) menyebutkan ada beberapa alat bantu untuk menganalisis

konflik, salah satunya adalah penahapan konflik. Konflik berubah

setiap saat, melalui tahap aktivitas, intensitas, ketegangan dan

kekerasan yang berbeda. Adapun tahapan-tahapan tersebut adalah

sebagai berikut:

a) Pra-Konflik: merupakan periode dimana terdapatsuatu ketidak

sesuaian sasaran di antara dua pihak atau lebih, sehingga timbul

konflik. Konflik tersembunyi dari pandangan umum, meskipun

salah satu pihak atau lebih mungkin mengetahui potensi terjadi

konfrontasi. Mungkin terdapat ketegangan hubungan diantara

beberapa pihak dan/atau keinginan untuk menghindari kontak satu

sama lain.

b) Konfrontasi: pada saat ini konflik menjadi semakin terbuka. Jika

hanya satu pihak yang merasa ada masalah, mungkin para

pendukungya mulai melakukan demonstrasi atau perilaku

konfrontatif lainya.

Page 27: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

27

c) Krisis: ini merupakan puncak konflik, ketika ketegangan dan/

kekerasan terjadi paling hebat. Dalam konflik skala besar, ini

merupakan periode perang, ketika orang-orang dari kedua pihak

terbunuh. Komunikasi normal di antara dua pihak kemungkinan

putus, peryataan-peryataan umum cenderung menuduh dan

menentang pihak lainya.

d) Akibat: kedua pihak mungkin setuju bernegosiasi dengan atau

tampa perantara. Suatu pihak yang mempunyai otoritas atau pihak

ketiga yang lebih berkuasa mungkin akan memaksa kedua pihak

untuk menghentikan pertikaian.

e) Pasca-Konflik: akhirnya situasi di selesaikan dengan cara

mengakhiri berbagai konfrontasi kekerasan, ketegangan berkurang

dan hubungan mengarah lebih normal di antara dua pihak. Namun

jika isu-isu dan masalah-maslalah yang timbul karena sasaran

mereka saling bertentangan tidak di atasi dengan baik, tahap ini

sering kembali lagi menjadi situasi prakonflik.

Konflik dapat merupakan proses yang bersifat instrumental dalam

pembentukan, penyatuan dan pemeliharaan penyatuan dan

pemeliharaan struktur sosial. Konflik dapat menetapkan dan menjaga

garis batas antara dua atau lebih individu atau kelompok. Konflik

individu atau kelompok lain dapat memperkuat kembali identitasnya

dan melindunginya agar tidak lebur kedalam dunia sosial sekelilingnya.

Page 28: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

28

Konflik atau pertentangan tentu saja mempunyai dampak positif

maupun dampak negatif. Apakah satu pertentangan membawa dampak-

dampak yang positif atau tidak, tergantung dari persoalan yang di

pertentangkan dan juga struktur sosial dimana pertentangan tersebut

bersifat positif oleh karena itu ia mempunyai kecenderungan untuk

memungkinkan adanya penyesuaian kembali norma-norma atau

hubungan-hubungan sosial dalam kelompok bersangkutan sesuai

dengan kebutuhan individu maupun bagian-bagian kelompok.

C. Resolusi Konflik

Penyelesaian atau Resolusi konflik merupakan suatu kondisi di

mana pihak-pihak yang berkonflik melakukan suatu perjanjian yang dapat

memecahkan ketidak cocokkan utama di antara mereka, menerima

keberadaan satu sama lain dan menghentikan tindakan kekerasan satu

sama lain. Ini merupakan suatu kondisi yang selalu muncul setelah

konfliknya terjadi. Resolusi konflik ini merupakan suatu upaya perumusan

kembali suatu solusi atas konflik yang terjadi untuk mencapai kesepakatan

baru yang lebih diterima oleh pihak-pihak yang berkonflik.

Resolusi konflik memiliki tujuan agar kita mengetahui bahwa

konflik itu ada dan diarahkan pada keterlibatan berbagai pihak dalam isu-

isu mendasar sehingga dapat diselesaikan secara efektif. Selain itu, agar

kita memahami gaya dari resolusi konflik dan mendefinisikan kembali

jalan pintas ke arah pembaharuan penyelesaian konflik. Resolusi konflik

difokuskan pada sumber konflik antara dua pihak, agar mereka bersama-sama

Page 29: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

29

mengidentifikasikan isu- isu yang lebih nyata. Selain itu, resolusi konflik

dipahami pula sebagai upaya dalam menyelesaikan dan mengakhiri konflik.

Fisher (2001) menjelaskan bahwa resolusi konflik adalah usaha menangani

sebab-sebab konflik dan berusaha membangun hubungan baru yang bisa tahan

lama diantara kelompok-kelompok yang berseteru.

Menunjuk pada pemaparan diatas maka yang dimaksud dengan resolusi

konflik adalah suatu cara antara pihak yang berkonflik untuk menyelesaikan

masalah yang sedang dihadapinya secara sukarela. Resolusi konflik juga

menyarankan penggunaan cara-cara yang lebih demokratis dan konstruktif

untuk menyelesaikan konflik dengan memberikan kesempatan pada pihak-

pihak yang berkonflik untuk memecahkan masalah mereka oleh mereka

sendiriatau dengan melibatkan pihak ketiga yang bijak, netral dan adil untuk

membantu pihak-pihak yang berkonflik memecahkan masalahnya.

Menurut Nasikun (2003), pola penyelesaian konflik dapat dilakukan

dalam beberapa pendekatan, di antaranya:

a. Konsiliasi (conciliation)

Pengendalian semacam ini terwujud melalui lembaga lembaga tertentu

yang memungkinkan tumbuhnya pola diskusi dan pengambilan keputusan-

keputusan diantara pihak pihak yang berlawanan mengenai persoalan

persoalan yang mereka pertentangkan.

b. Mediasi (mediation)

Page 30: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

30

Bentuk pengendalian ini dilakukan bila kedua belah pihak yang

bersengketa bersama-sama sepakat untk memberikan nasihat-nasihatnya

tentang bagaimana mereka sebaiknya menyelesaikan pertentangan mereka

c. Arbitrasi berasal dari kata latin arbitrium, artinya melalui pengadilan,

dengan seorang hakim (arbiter) sebagai pengambil keputusan. Arbitrasi

berbeda dengan konsiliasi dan mediasi. Seorang arbiter memberi keputusan

yang mengikat kedua belah pihak yang bersengketa, artinya keputusan

seorang hakim harus ditaati. Apabila salah satu pihak tidak menerima

keputusan itu, ia dapat naik banding kepada pengadilan yang lebih tinggi

sampai instansi pengadilan nasional yang tertinggi.

d. Perwasitan

Di dalam hal ini kedua belah pihak yang bertentangan bersepakat untuk

memberikan keputusan keputusan tertentu untuk menyelesaikan konflik

yang terjadi diantara mereka.

D. Mediasi

Mediasi (Mediation) pihak-pihak yang berkonflik bersepakat untuk

menunjuk pihak ketiga yang akan memberikan nasihat-nasihat, berkaitan

dengan penyelesaian terbaik terhadap konflik yang mereka alami. bahwa

mediasi merupakan salah satu bentuk negosiasi antara para pihak yang

bersengketa dan melibatkan pihak ketiga dengan tujuan membantu demi

tercapainya penyelesaian yang bersifat kompromistis. Sementara itu, pihak

ketiga yang ditunjuk membantu menyelesaikan sengketadinamakan sebagai

mediator. Oleh karena itu, pengertian mediasi mengandung unsur-unsur, antara

Page 31: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

31

lain:Merupakan sebuah proses penyelesaian sengketa berdasarkan perundingan

Mediator terlibat dan diterima oleh para pihak yang bersengketa di dalam

perundingan Mediator bertugas membantu para pihak yang bersengketa untuk

mencaripenyelesaian.

Tujuan mediasi untuk mencapai atau menghasilkan kesepakatan yang

dapat diterima pihak-pihak yang bersengketa guna mengakhirisengketa.

Dengan demikian, putusan yang diambil atau yang dicapai oleh mediasi

merupakan putusan yang disepakati bersama oleh para pihak yang dapat

berbentuk nilai-nilai atau norma-norma yang menjadi tatanan dalam

masyarakat.

E. Kerangka Pikir

Dalam pelaksanaan pembangunan suatu wilayah, sangat penting dalam

pelaksanaan pembangunan tersebut adalah pengambil kebijakan atau pada elit

politik yang berkewenangan dalam hal ini, tentunya kita sepakat bahwa salah

satu elemen yang penting dalam pengambilan kebijakan ini adalah perintah atau

para birokrat, kewenagan besar dimiliki birokrat sehingga hampir semua aspek

kehidupan masyarakat ditangani birokrasi. Kewengan yang terlalu besar itu,

bahkan akhirnya menonjolkan peran birokrasi sebagai pembuat kebijakan

ketimbang pelaksana kebijakan, lebih bersifat menguasai dari pada melayani

masyarakat. Akhirnya, wajar saja jika kemudian birokrasi dianggap sebagai

sumber masalah atau beban masyarakat ketimbang sumber solusi bagi masalah

yang dihadapi masyarakat. Fenomena itu terjadi karena tradisi birokrasi yang

dibentuk lebih sebagai alat penguasa untuk menguasai masyarakat dan segala

Page 32: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

32

sumber dayanya. Dengan kata lain, birokrasi lebih bertindak sebagai pangreh

praja dari pada pamong praja. Reformasi birokrasi pemerintahan saat ini

memang belum sepenuhnya terlihat. Birokrasi pemerintahan masih kental

dengan nuansa klasik, yaitu kekuasaan tunggal ada di tangan pemerintah. Selain

itu, rancangan besar yang lengkap dan tuntas mengenai penyelenggaraan

birokrasi pemerintah belum terlihat. Struktur organisasi pemerintahan bahkan

tergolong gemuk, sehingga kegiatan yang di lakukan cenderung boros.

Pemberian otonomi daerah telah memberikan keleluasaan kewenangan

dengan segala kelebihan dan kekurangannya bagi daerah untuk menatanya.

Dampak positif dari kewengan yang lebih luas kepada daerah telah melahirkan

aktor-aktor politik, memperluas ruang publik, meningkatkan aktifitas politik

lokal dan dinamika politik lokal. Sehingga pergeseran kosentrasi kekuasaan

makin membukakan peluang bagi aktor politik lokal dalam mempengaruhi

proses politik. Banyak kasus yang menunjukan bahwa perubahan-perubahan

tersebut telah berkembang menjadi ketegangan yang mengarah pada konflik

Vertikal dan konflik horisontal, konflik negara dengan masyarakat, konflik

masyarakat dengan masyarakat yang terbuka sebagai akibat dari berbagai

kompetisi kepentingan.

Kerangka Pikir

Surat keputusan (SK) Bupati

Bima No: 188.45/357/004/2010

tentang eksplorasi pertambangan

Page 33: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

33

F. Fokus Penelitian

Sebagaimana yang telah menjadi rumusan masalah dalam penelitian

ini, maka yang menjadi fokus penelitian adalah pasca terjadinya konflik pada

masyarakat Lambu Kabupaten Bima. Mediasi adalah pihak-pihak yang

berkonflik bersepakat untuk menunjuk pihak ketiga yang akan memberikan

nasihat-nasihat, berkaitan dengan penyelesaian terbaik terhadap konflik yang

mereka alami.

Dari uraian singkat diatas, maka Deskripsi Fokus yang penulis dapat

simpulkan adalah:

Supaya pemerintah Kecamatan

Lambu dan Masyarakat Lambu

harmonis kembali Seperti

Biasanya

Page 34: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

34

G. Deskripsi Fokus Penelitian

Agar tidak terjadi kesalah pahaman dan untuk membatasi kajian

penelitian ini, maka beberapa istilah penting yang digunakan dalam penelitian

ini perlu kiranya di jelaskan yaitu sebagai berikut:

a. Pengelolaan konflik yang efektif adalah dikatakan berhasil bila mana

individu atau kelompok mampu mengembangkan dan

mengimplementasikan strategi konflik dengan hati-hati. Dan di

pertemukan kedua bela pihak yang bersangkutan untuk mengadakan

musyawarah dan mufakat sehingga menuju satu solusi.

b. Negosiasi adalah proses tawar menawar dengan jalan berunding guna

mencapai kesepakatan bersama antara satu pihak (kelompok atau

organisasi) dan pihak (kelompok atau organisasi) lain.

c. Mediasi adalah pihak-pihak yang berkonflik bersepakat untuk menunjuk

pihak ketiga yang akan memberikan nasihat-nasihat, berkaitan dengan

penyelesaian terbaik terhadap konflik yang mereka alami.

d. Administrasi adalah menyepakati solusi atau pelaksanaan kesepakatan

yang telah dibuat secara persyuratan, semua pihak yang terlibat dalam

konflik harus menerima dan melaksanakan kesepakatan tersebut dengan

sebaik-baiknya.

e. Faktor mempengaruhi adalah pemerintah dan organisasi masyarakat

harus berperan aktif dalam pelaksanaan sosialisasi ataupun kegiatan

yang bernilai positif untuk membangun kembali keharmonisan

masyarakat setempat.

Page 35: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

35

Page 36: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

36

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Lambu Kabupaten Bima dan

penelitian ini di laksanakan dalam waktu 2 (dua) bulan mulai dari bulan 11

sampai bulan 1.

B. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan teknik analisis deskriptif

yang bertujuan memberikan gambaran secara sistimatis fakta tentang objek yang

diteliti. Metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan

kualitatif berupa lingkungan atau tingkah laku mereka yang terobsesi. Penelitian

kualitatif adalah tradisi tertentu yang secara fundamental tergantung pada

pengamatan manusia dalam pengawasannya itu sendiri dan berhubungan dengan

orang-orang yang bergelut dilingkungan tersebut.

Dengan demikian penelitian kualitatif adalah upaya untuk mengetahui suatu

hal dengan cara mengungkapkan atau menganalisis hal-hal yang ada di lapangan

secara fundamental dan tergantung pada pengamatan yang rasional.

C. Informan Penelitian

Sebagaimana dalam penelitian kualitatif maka penulis menggunakan

metode wawancara mendalam (in depth interview) dengan informan yang

memiliki pengetahuan yang berkaitan dengan penelitian ini. Wawancara

dilakukan dengan cara terbuka dimana informan mengetahui kehadiran penulis

Page 37: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

37

sebagai peneliti yang melakukan wawancara di lokasi penelitian, dan dalam

melakukan wawancara dengan pada informan penulis menggunakan alat rekam

sebagai alat bantu. Sementara itu yang menjadi informan atau objek penelitian

dalam penelitian ini antara lain, yaitu:

1. Dinas Pertambangan Kabupaten Bima ( 2 orang )

• Pak Nasir S.T

• Pak Rusli S.T

2. Pemerintahan Kecamatan Lambu ( 2 orang )

• Pak Syaikhu S.sos

• Pak Lismaidin S.sos

3. Polsek Lambu ( 2 orang)

• AKBP Pak Rosi

• AKP Pak Rijal

4. Pemerintahan Desa ( 2 orang )

• Pak Syamsudin S.sos

• Pak Hasanudin S.sos

5. Tokoh Masyarakat ( 2 orang )

• Bang Muliadin S.pd

• Bang Irfan S.sos

Keseluruhan jumlah informan adalah sebanyak 10 orang

Page 38: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

38

D. Jenis Dan Sumber Data

a. Jenis datas

Adapun jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data kualitatif.

Data kualitatif adalah seluruh data-data berupa uraian dan keterangan

menunjukan kualitas suatu objek atau benda yang diteliti.

b. Sumber data

1. Data primer yaitu data yang di peroleh menulis melalui hasil observasi

dan wawancara

2. Data sekunder adalah data tertulis berupa laporan, peraturan dan

dokumen, serta literature lain yang dapat menunjang penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data

untuk mendukung pelaksanaan penelitian ini di perlukan beberapa data,

karena itu, dalam melaksanakan pengumpulan data digunakan metode sebagai

berikut:

1. Teknik Observasi ini dilakukan dengan cara pengamatan langsung di

lapangan yang merupakan lokasi penelitian. Hal ini dilakukan untuk

memperoleh gambaran umum tentang lokasi penelitian dan kondisi

demografisnya serta beberapa hal lain yang berhubungan dengan

penelitian ini.

2. Teknik wawancara yaitu melakukan tanya jawab langsung dengan

sejumblah responden dan informan terpilih. Tujuan dan wawancara ini

adalah untuk mendapatkan tambahan informasi dan gagasan yang

berkaitan dengan penelitian ini. Tentang kebijakan pemerintah daerah

Page 39: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

39

dalam pengelolaan pertambangan. Kemudian wawancara bebas juga di

lakukan dalam penelitian ini dan pertanyaan yang di ajukan tidak di susun

secara sistematis karena menyesuaikan dengan kondisi dan situasional.

3. Teknik dokumentasi

Teknik ini sangat penting untuk melengkapi data dalam rangka

menganalisis masalah penelitian. Dalam penelitian ini peneliti berusaha

mengumpulkan data dari beberapa desa yang ada di kecamatan lambu

kabupaten bima dan data lain yang diperlukan dalam penulisan ini.

F. Analisa Data

Di dalam penelitian ini, data yang telah dikumpulkan akan di analisa secara

kualitatif yakni data yang di peroleh akan di analisis dalam bentuk kata-kata lisan

maupun tulisan. Teknik ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang umum

dan menyeluruh dari objek penelitian. Serta hasil-hasil penelitian baik dari hasil

studi lapangan maupun studi literatur untuk kemudian memperjelas gambaran

hasil penelitian.

BAB IV

Page 40: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

40

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik objek penelitian

a. Keadaan Geografis

Kecamatan lambu adalah pemekaran dari kecamatan sape yang

kini telah menjadi salah satu dari delapan belas kecamatan yang ada di

Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat. Wilayah kecamatan lambu

memiliki luas 404.25 Km yang terbagi dalam 14 desa, dimana desa

terluas adalah desa nggelu dengan luas wilayah 95,77 Km dan desa

terkecil adalah desa Kale,o dengan luas wilayah 5,62 Km. Pusat

pemerintahan kecamatan lambu berada didesa sumi yang berjarak 51

Km dari ibu Kota Kabupaten Bima. Sebagai ibu kota kecamatan, desa

sumi berada pada ketinggian 2,5 meter diatas permukaan laut dengan

luas wilayah 76,00 Km diantara 14 desa yang ada di Kecamatan lambu,

Desa nggelu merupakan desa dengan jarak terjauh daru ibu kota

kecamatan yaitu 10 Km, komposisi pengunaan lahan di wilayah

Kecamatan di dominasi oleh hutan negara dengan luas 39.117,86 Ha,

sementara untuk lahan pertanian dengan luas 20.842,53 Ha. Lahan

perkebunan / tegalan seluas 129.464,17 Ha, untuk lahan bangunan dan

pekarangan seluas 13.704,18 Ha, sedangkan lainya dengan luas

4.421,26 Ha, salah satu desanya adalah desa sumi yang merupakan

tempat explorasi tambang yang dilakukan oleh PT. Sumber mineral

Nusantara dengan dikantonginya IUP bernomor

Page 41: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

41

188/45/357/004/2010dan pengoperasianya di lakukan di lokasi seluas

24. 980 Ha.

Kecamatan lambu terletak di ujung timur kabupaten Bima,

berbatasan dengan Nusa Tenggara Timur (NTT) dan berada dalam

wilayah pulau sumbawa propinsi Nusa Tenggara Barat, dengan batas-

batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Sape

- Sebelah selatan berbatasan dengan samudra Indonesia

- Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Wawo

- Sebelah timur berbatasan dengan selat Sape

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hidup dari

kehidupan manusia yang mendiami daerah tertentu adalah faktor

geografis, betapa pentingnya faktor geografis ini dapat kita lihat pada

kenyataan bahwa proses kehidupan manusia tergantung dari letak

geografisnya seperti warna kulit, bentuk tubuh, dan serta pembawaanya.

Itu semua tergantung dari keadaan geografisnya. Oleh karena itu untuk

menganalisa suatu masalah yang ada hubnganya dengan pengaruh suatu

daerah, maka obyek penelitian dengan penganalisaan tentu

membutuhkan pengetahuan secara lengkap tentang lokasi daerah

penelitian.

Kecamatan lambu terdiri dari dataran tinggi, dataran rendah

dan dataran pegunungan yang hijau oleh dedaunan hutan tropis yang

tumbuh dengan rimbunan dan lebat. Dengan keadaan yang demikian ini

Page 42: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

42

maka kecamatan lambu teryata merupakan titik sentral di wilayah

Kabupaten Bima yang merupakan daerah agraria dan berada dalam

daerah atau lembah pertanian yang menjadi andalan di wilayah

kKabupaten Bima pada umumnya. Maka dengan keadaan geografis

inilah yang menguntungkan sehingga kecamatan lambu merupakan titik

tambang yang menggiurkan pemodal asing untuk membuka

pertambangan, kecamatan lambu memiliki potensi sumber daya alam

terbesar diselutruh Kabupaten Bima (profil Daerah Kab. Bima, 2012)

b. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk menurut jenis kelamin perDesa/Kelurahan

No Nama

Desa/kelurahan

Laki-

Laki

Perempuan Jumlah Asal Desa

Induk

1. Desa kale.o 2,224 2,263 4,487

2. Desa Lambu 418 410 828

3. Desa Lanta 1,535 1,484 3,020

4. Desa lanta Barat 1,251 1,605 2,856 Lanta

5. Desa Mangge 1,363 1,019 2,381

6. Desa Melayu 1,029 999 2,028 Soro

7. Desa Nggelu 1,359 1,255 2,614

8. Desa Rato 1,745 1,681 3,425

9. Desa Simpasai 1,789 1,748 3,538

10. Desa Soro 2,132 2,174 4,305

11. Desa Sumi 1,674 1,682 3,356

Page 43: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

43

12. Desa Cangga 1,301 1,231 2,532 Simpasai

13. Desa Monta

Baru

1,110 1,157 2,267 Kale,o

14. Desa Hidi Rasa

719 721 1,441 Mangge

Total 19,605 19,989 39,591

Sumber BPS Kab. Bima,2012

B. Bentuk konflik kebijakan pemerintahan daerah terhadap pengelolaan

pertambangan di kecamatan lambu kabupaten bima

Jika kita coba menganalisis lebih jauh terhadap

penyelesaian konflik lambu ini, terlihat dalam kelambatan Bupati Bima dalam

mencabut izin PT SMN sebagai penyebab meluasnya eskalasi konflik. Bupati

terlalu lanmban mengantisipasi aspirasi masyarakat. Aksi protes itu dianggap

sepele. Pasca peristiwa di pelabuhan sape bupati tidak langsung mencabut izin PT

SMN. Baru setelah terjadi eskalasi, pembakaran beberapa kantor instasi, baru

bupati mencabut izin tersebut. Bupati bima sangat terkesan tidak peka melihat

perkembangan eskalasi konflik yang kian membesar dari pergerakan warga sejak

akhir 2010 lalu. Jika kita coba menganalisis konflik lambu ini dari kacamata teori

koflik sosial, maka hakikat konflik itu sendiri adalah merupakan perselisihan yang

terjadi antara paling tidak oleh dua pihak, dimana kebutuhan keduanya tidak dapat

di penuhi dengan sumber daya yang sama pada saat yang bersamaan. Kondisi ini

merupakan suatu kondisi ketidakcocokan (incompatibility). Posisi kedua pihak

juga tidak cocok satu sama lain. Dimana ada bentuk-bentuk kelangkaan yang

Page 44: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

44

terjadi di antara kedua pihak tersebut. Selain itu, menurut Kartono dan Gulo

(1987), konflik berarti ketidaksepakatan dalam satu pendapat emosi dan tindakan

dengan orang lain. Keaadaan mental merapakan hasil impuls-impuls, hasrat-

hasrat, keinginan-keinginan, dan sebagainya yang saling bertentangan, namun

bekerja dalam saat yang bersamaan. Konflik biasanya di beri pengertian sebagai

satu bentuk perbedaan atau pertentangan ide, pendapat, faham dan kepentingan

diantara dua pihak atau lebih. Pertentangan ini bisa berbentuk pertentangan fisik

dan non-fisik, yang ada pada umumnya berkembang dari pertentangan non-fisik

menjadi berbentuk fisik.

Kabupaten Bima memiliki sejumlah potensi kekayaan

sumber daya alam, bahan galian berupa emas, mangan, tembaga hingga pasir besi.

Potensi ini menyebar hingga di seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Bima.

Potensi ini tentunya tidak di sia-sialkan oleh pemerintah daerah bima untuk

menarik investor guna mengeploirasi potensi tambang tersebut. Ekplorasi

tambang di bima di gadang-gadang mampu memberikan kesejahteraan bagi

masyarakat setempat, membuka lapangan kerja bagi tenaga pengangguran, dan

tentunya akan mennghasilkan pendapatan bagi pemerintah daerah. Berdasarkan

tujuan tersebut, Bupati Bima Ferry Julkarnain ST. mengeluarkan 14 izin usaha

penambangan untuk mengekplorasi potensi tambang di bima, 14 IUP tersebut di

antaranya:

1. PT Mineral Nusantara Citra Persada dengan IUP ekplorasi nomor

188.45/346/004/2010, masa berlaku tgl 28 april 2010 hingga 1 mei 2015,

dengan luas wilayah 14,403 Hektare. Meliputi wilayah kecamatan

Page 45: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

45

madapangga yaitu desa campa, Tonda, Mpuri, Rade, Woro, kemudian

kecamatan bolo didesa tumpu dan kecamatan Woha di Desa Keli dan

Risa. Bahan galian jenis tembaga.

2. PT Indomineral Citra Persadadengan IUP ekplorasi nomor

188.45/348/004/2010, dengan luas wilayah 30.521 hektare. Berada di

kecamatan monta, meliputi desa baralau, Pela,Tolo Uwi, wilamaci dan

Kecamatan parado, meliputi desa parado wane, dan Lere. Dengan jenis

bahan galian tembaga.

3. PT Indomineral Citra Persada, IUP ekplorasi tembaga nomor

188.45/347/004/2010, luas wilayah 14.318 hektare, berada di kecamatan

lambu, meliputi Desa Mangge, Lanta dan Simpasai, serta Kwcamatan

Langgudu pada desa Waworada.

4. PT Indomining Karya Buana mengantongi tujuh IUP operasi produksi,

dengan jenis bahan galian berupa mangan dan pasir besi. Untuk mangan

berada didesa woworada, Karumbu, Rupe kecamatan Langgudu, desa

Mpuri, Tonda dan campa, kecamatan madapangga, Desa Pela,

Kecamatan Monta, Desa kawuwu, Kecamatan Langgudu, Desa

Sambori, Kecamatan Lambitu, Desa Kombo, kambilo, maria, dan ntori,

Kecamatan Wawo.

5. Sedangkan untuk bahan galian pasir besi diberikan PT Indoning Karya

Buana menngantongi IUP di Desa Oi Tui, tawali dan tengge, kecamatan

wera, dan desa mawu, Nipa, Nangaraba dan Tololai, kecamatan

ambalawi.

Page 46: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

46

6. PTJjagad Mahesa Karya mengantongi IUP operasi produksi bahan

galian pasir besi dengan SK nomor 188.45/345/004/2010 untuk wilayah

desa sangiang, Oi Tui, Tadewa, Kecamatan Wera, dan Desa Mawu,

Kecamatan ambalawi.

7. Untuk bahan galian emas, pemerintah Kabupaten keluarkan IUP

ekplorasi pada PT Bima Putra Minrals dengan SK nomor

188.45/004/2010, pada wilayah desa maria, Pesa dan Kambilo,

Kecamatan Wawo.

8. Kemudian untuk biji besi dikeluarkan IUP ekplorasi

188.45/356/004/2010, pada PT Bima Feroindo, pada wilayah desa

karampi, Waduruka, Kecamatan Langgudu.

Kenyataanya, kebijakan Pemerintah Kabupaten Bima

memberikkan izin pada perubahan tambang, bertentangan dengan

keinginan masyarakat yang selama ini hidup dengan pertanian,

peternakan dan kelautan. Walaupun Bima memiliki potensi sumber

daya tambang yang melimpa, tapi secara geografis Bima telah dikenal

sebagai penghasil bawang dengan kualitas terbaik. Bawang keta

monca saat ini menjadi komoditi unggul Nasional, dan bersama bidang

usaha pertanian lainya telah memberikan subangan cukup signifikan

dalam perekonomian Kabupaten Bima. Selain produksi yang besar,

bawang keta moncol di kenal memiliki mutu dan ciri khas tersendiri

serta banyak diminati konsumen baik dari bali, Jawa, Makassar, dan

Banjarmasin maupun luar Negri, seperti Malaysia, dan singapura,

Page 47: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

47

bahkan sejak 2019 lalu. Kabupaten Bima dijadikan sentral benih

bawang merah Nasional. Produksi bawang merah kabupaten Bima

pada 2009 mencapai 113.542 ton, meningkat 49,41 persen

dibandingkan tahun sbelumnya. Sebagian produksi bawang merah

kabupaten bima merupakan komoditi ekspor guna memenuhi

kebutuhan daerah lainya utamanya pulau Lombok (BPS,2009). Luas

lahan untuk pengembangan bawang merah di kabupaten Bima tercatat

13.663 hektare, yang telah dimanfaatkan seluas6.710 hektare tersebar

di Sape, Lambu, Wera, Ambalawi, Belo dan Monta. Karena aktivitas

mata pencaharian utama inilah yang menjadi alasan warga menolak

kegiatan pertambangan. Pertambangan akan membuat susutnya debit

air, irigasi lahan pertanian, khususnya tanaman bawang merah, mata

pencaharian mereka. Selain melindungi sumber air, mereka belajar dari

potret buruk tambang emas raksasa di batu hijau milik Newmont,

tetangga di pulau yang sama.

Pasca bupati bima mengeluarkan SK Nomor: 188.45/357/004/2010

tertanggal 28 april 2010 tentang izin usaha pertambangan yang di

berikan kepada PT Sumber Mineral Nusantara dengan luas wilayah

24,980 hektare dengan lokasi tambang di Kecamatan Sape, Kecamatan

Lambu dan Kecamatan Langgudu untuk kegiatan ekplorasi dalam

bahan galian emas. Masa berlaku izin tersebut, yakni 28 april 2010 s/d

1 mei 2015. SK Nomor : 188.45/357/004/2010 hanya salah satu dari

13 SK yang di kenal dengan 188 yang semua di keluarkan tertanggal

Page 48: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

48

28 april 2010 dan diberikan kepada enam perusahaan dengan wilayah

operasi yang berbeda-beda, termasuk jenis tambangnya, seperti

mangan, pasir besi, dan tembaga. Dari enam perusahaan tertsebut,

sebagian sudah melakukan ekploitasi dan sebagian lagi masih dalam

tahap ekplorasi, diantaranya PT Sumber Mineral Nusantara. Sejak

2010 s/d 2011, keputusan Bupati Bima tersebut telah menimbulkan

reaksi pro dan kontra di tengah masyarakat, sebagian menolak dan ada

pula yang mendukung keberadaan tambang di Kecamatan Lambu,

namun pertanyaanya kenapa hanya gerakan masyarakat yang menolak

tambang yang lebih menonjol di Kecamatan Lambu Kabupaten Bima,

padahal izin usaha tambang juga terdapat di beberapa kecamatan

lainya. Mungkin jawabanya, karena gerakan penolakan tambang

tersebut yang lebih intens melakukan aksi unjuk rasa dan sering sekali

terjadi insiden bentrokan antara massa dengan aparat kepolisian,

sehingga peristiwa tersebut menarik perhatian media msasa maupun

media televisi (terutama inside 10 februari2011 dan 24 desember

2011)

Selama tahun 2011, konflik agraria dan penolakan tambang hampir

terjadi di beberapa kabupaten /Kota. Dalam bidang agraria, sengketa

lahan antara masyarakat dan pemerintah, dan antara masyarakat

dengan perusahaan marak terjadi di beberapa Daerah di wilayah NTB,

seperti di kabupaten Lombok Utara, Lombok Timur, Sumbawa Barat,

Page 49: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

49

Sumbawa, Dompu dan Bima. Konflik lahan pertambangan juga

tersebar di beberapa Kabupaten di NTB.

Konflik pertambangan yang terjadi di kecamatan lambu kabupaten

Bima bukanlah fenomena baru, karena konflik tersebut sudah mulai

muncul sejak tahun 2010 pasca bupati bima mengeluarkan SK Nomor

: 188.45/357/004/2010 tertanggal 28 april 2010 tentang izin usaha

pertambangan yang diberikan kepada PT sumber mineral Nusantara

dengan luas wilayah 24,980 hektare dengan lokasi tambang di

kecamatan sape, kecamatan lambu dan kecamatan langgudu untuk

kegiatan ekplorasi dalam bahan galian Emas. Masa berlaku izin

tersebut, yakni 28 april 2010 sampai dengan1 mei 2015. SK Nomor :

188.45/357/004/2010 hanya salah Satu dari 14 SK yang dikenal

dengan 188 yang semua dikeluarkan tertanggal 28 april 2010 dan

diberikan kepada 6 perusahaan dengan wilayah operasi yang berbeda-

beda, termasuk jenis tambangnya,seperti mangan, pasir besi, dan

tembaga. Dari enam perusahaan tersebut, sebagian sudah melakukan

eksploitasi dan sebagian lagi masih dalam tahap eksplorasi,

diantaranya PT Sumber Mineral Nusantara.

Sejak 2010 sampai 2011, keputusan bupati bima tersebut

telah menimbulkan reaksi pro dan kontra di tengah masyarakat,

sebagian menolak dan ada pula yang mendukung keberadaan

tambang di kecamatan lambu, namun pertanyaanya kenapa hanya

gerakan masyarakat yang menolak tambang yang lebih menonjol di

Page 50: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

50

kecamatan lambu kanupaten Bima. Bima, padahal izin usaha

tambang juga terdapat di beberapa kecamatan lainya. Mungkin

jawabanya, karena gerakan penolakan tambang tersebut yang lebih

intens melakukan aksi unjuk rasa dan sering sekali terjadi insiden

bentrokan antara massa dengan aparat kepolisian, sehingga

peristiwa tersebut menari perhatian media massa maupun media

televisi ( terutama insiden 10 februari 2011 dan 24 desember 2011).

Sementara gerakan masyarakat yang mendukung tambang tidak

mendapatkan perhatian dari publik dan media massa.

Tabel . Kronologis Koflik Lambu Kabupaten Bima

tanggal Peristiwa Keterangan

Oktober

2010

Aksi warga terjadi bentrok berdarah yang

menyebabkan jatuhnya 35 0rang

korban luka berat dan ringan

(amputasi geger otak dll) dari warga.

31 januari

2011

Demo massa

1500 orang

(FRAT) kembali mendatangi kantor

camat dan meminta camat lambu

untuk menandatangani surat

peryataan penolakan adanya

pertambangan emas yang telah di

operasikan oleh PT. SMN.

Page 51: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

51

10

februari

2011

Demo ke 3,

7000 orang dari

12 Desa

Setelah itu aksi masa ricuh, M. Nasir

(23) terkena peluru polisi (Aksi

tambah parah) ditambah ulah preman

kecamatan yang membuat situasi

memanas.

23

desember

2011

Ocupacy for

sape

pemblokiran pelabuhan sape oleh

warga lambu hingga dilakukan

pembubaran paksa oleh aparat polisi

yang menyebabkan tiga nyawa

melayang.

23

desember

2011

Pencabutan izin

sementara

Keputusan Bupati Bima Nomor :

188.45/743/004/2010 tanggal 23

desember 2011 tentang penghentian

sementara izin eksplorasi Emas oleh

PT. Sumber Mineral Nusantara di

kecamatan lambu, Sape dan

kecamatan langgudu Kabupaten

Bima.

Desenber

2011

Rapat

konsultasi

kabupaten

Bima

Bupati tetap akan bersikukuh tidak

akan mencabut SK 188/2010

dikarenakan tidak ada alasan yang

mendasar untuk melakukan itu.

Bupati berdalih, ada tiga hal yang bisa

Page 52: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

52

mencabut SK itu, yakni jika

perusahaan pemegang izin tidak

melksanakan kewajibanya, terlibat

masalah pidana dan di nyatakan pailit.

26 januari

2011

Pembakaran

kantor bupati

Bima dengan

20.000 massa

Puncak amarah warga pasca 5 hari

sebelumnya Bupati bersedia menemui

warga, namun hingga hari itu bupati

tak kunjung mau menemui warga.

28 januari

2012

Bupati cabut

tetap IUP

Nomor 188

2010

Pencabutan secara tetap IUP No

188/2010 melalui SK

188.45/64/004/2012

Sebelum konflik ini terjadi, sebenarnya komnas HAM telah

mengeluarkan surat rekomendasi Nomor 2784-K-PMT-XI-2011

yang ditujukan untuk bupati Bima, Kapolda NTB, dan direktur PT.

SMN. Surat rekomendasi tertanggal 19 November 2011 ini lahir

atas laporan warga pada April 2001. Surat rekomendasi itu beirisi

imbauan bagi Bupati Bima agar memperbaiki sistim infornmasi dan

sosialisasi kegiatan pertambangan mulai dari ekplorasi sampai

dengan eksploitasi serta menghentikan sementara kegiatan

eksplorasi PT. SMN, sambil menunggu situasi kondusif. Surat

tersebut juga meminta kapolda NTB untuk menempuh langkah

Page 53: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

53

kordinatif dan komunikatif kepada seluruh unsur untuk mencegah

konflik horizontal di Kabupaten Bima. Teryata jajaran pemerintah

Nusa Tenggara Barat tidak memperhatikan rekomendasi yang di

keluarkan oleh komnas HAM terkait dengan aktivitas eksplorasi

tambang.

Konflik yang terjadi pada manusia ada berbagai macam

ragamnya, bentuknya, dan jenisnya. Soetopo (Dalam filsufgaul,

2012) mengklasifikasikan jenis konflik, dipandang dari segi

materinya yaitu salah satunya konflik kebijakan, konflik kebijakan

dapat terjadi karena ada ketidaksetujuan individu atau kelompok

terhadap perbedaan kebijakan yang di kemukakan oleh satu pihak

dan kebijakan lainya. Dari pembahasan tersebut jelaslah bahwa

konflik lambu merupakan konflik kebijakan yang bersumber dari

keputusan sepihak Bupati Bima yang menerbitkan surat izin

penambangan No. 188/2010 kepada PT. Mineral Nusantara Citra

Persada, tampa terlebih dahulu mengkomunikasikan dan

mensosialisasikanya kepada masyarakat. Konflik kebijakan ini

kerap kali terjadi jika pemegang kebijakan tidak melibatkan

stakeholdernya dalam proses pengambilan keputusan. Ini tentunya

akan menimbulkan ketidakpuasaan dari masyarakat terhadap

pemegang kebijakann yang bisa berimmpllikasi terhadap terjadinya

konnflik-konflik sosial. Dan inilah beberapa hasil wawancara kami

dengan tokkoh masyarakat lambu mengenai sebab awal terjadinya

Page 54: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

54

konflik kebijakan pertambangan di kec. Sape dan lambu di

Kabupaten Bima.

“Pertama sebab terjadinya konflik, karena adanya penembakan dari

pihak yakni M. Nasir (23 thn) diduga korban penembakan peluru

tajam pada saat demo didepan kantor camat lambu, setelah itu

masyarakat meminta pertanggung jawaban dari pihak pemerintah

kecamatan, tapi pemerintah kecamatan tidak menghiraukanya,

akhirnya masyarakat marah dan melakukan demo selanjutnya dan

berujung pada pembakaran kantor camat lambu” (D H, 24 januari

2020)

Karena belum bertemu kembali dengan camat lambu,

FRAT kembali memasukan surat pemberitahuan unjuk rasa yang

kedua kalinya. Tepat pada hari senin tanggal tiga puluh satu januari

tahun dua ribu sebelas (31-01-2011) dengan kekuatan masa yang

lebih besar . sekitar 1.500 orang yang tergabung dalam Front

Rakyat Anti Tambang (FRAT) kembali mendantangi kantor camat

dan meminta camat lambu untuk menandatangani surat pernyataan

penolakan adanya pertambangan emas yang telah di operasikan

oleh PT. SMN. Walaupun PT tersebut baru melakukan ekplorasi,

ini sama halnya membuka pintu gerbang eksploitasi hasil alam di

kecamatan Lambu yang akan berimbas pada dampak lingkungan

yang buruk dan embrio bencana bagi masyarakat Lambu, serta

terkuras dan hilangnya mata air di wilayah IUP PT . SMN dan

terganggunya kegiatan pertanian masyarakat yang tentunya pula

akan menyengsarakan generasi dan masyarakat lambu, Sape dan

Langgudu dan bahkan masyarakat Kabupaten Bima pada

umumnya. Sebagaiman keterangan yang diberikan oleh

Page 55: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

55

Coordinator Front Rakyat Anti Tambang Bima yang mengatakan

bahwa:

“Pertambangan merupakan penjajahan model baru yang dilakukan

dalam bidang ekonnomi. Karena tidak ada sejarah, pertambangan

memberikan kesejahteraan bagi masyarakat, tapi justru sebaliknya

yang terjadi. “ tidak ada sejarah pertambangan mensejahterahkan

rakyat, makanya kita tolak segala bentuk pertambangan di wilayah

Kabupaten Bima” (AK, 24 Januari 2020)

“Pada Tanggal 20 Desember 2011 sejumlah massa yang

menamakan dirinya Forum Rakyat Anti Tambang menduduki

dermaga feri sape Bima dan mellayangkan surat kepada Pemda

setempat agar SK bupati Bima Nomor 188 tahun 2010 yang

memberikan izin pertambangan kepada PT Sumber Mineral

Nusantara dan meminta agar tersangka saudara JApong yang

ditahan polisi yang diduga terkait provokasi pembakaran kantor

camat lambu pada 10 maret 2011 supaya dilepaskan” (J K, 24

Januari 2020)

Peryataan ini senada dengna peryataan sekdes desa rato Kecamatan

lambu Kabupaten Bima yang mengatakan bahwa:

“Bentrokan antara warga kecamatan Sape Dan Kecamatan Lambu

di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat dengan aparat kecamatan

karena protes yang dilakukan terhadap keluarnya izin usaha

pertambangan di Kecamatan Lambu. Warga marah atas kebijkan

yang di ambil oleh Bupati mengeluarkan izin usaha pertambangan

dalam bentuk surat keputusan Nomor 188.45/357/004/2010

Tanggal 28 April 2010 yang diberikan kepada PT. Sumber Mineral

Nusantara dengan luas 24.980 hektar untuk melaksanakan ekplorasi

mineral emas dan mineral pengikutnya selama 5 tahun “(DR

wawancara 24 januari 2020)

Tragedi berdarah yang terjadi pada sabtu 24 desember 2011

lalu di pelabuhan sape merupakan titik kulminasi dari reistensi

warga lambu terhadap kegiatan pertambangan yang ada di wilayah

mereka. Sampai saat ini di peroleh informasi dari komnas HAM

bahwa jumlah korban meninggal tiga orang dan puluhan orang

lainya luka-luka. Suasana mencekam pun masih melanda dan jalan

menuju kedua menuju kedua wilayah tersebut di blokir warga.

Sebelum tragedi sabtu berdarah itupun koflik terkait pertambangan

Page 56: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

56

bukan hal yang pertama kali terjadi di kabupaten Bima. Konflik

serupa pernah terjadi di kecamatan Parado dan di Kecamatan

Lambu sendiri. Warga parado menolak kegiatan pertambangan

dengan membakar base camp para pekerja tambang. Polisi

kemudian menangkap warga desa yang melakukan pembakaran.

Aksi ini berujung dengan pembakaran mapolsek parado 0leh warga

yang geram dengan penangkapan teman mereka. Warga marah

karena mereka sama sekali tidak di beri informasi terkait adanya

kegiatan pertambangan diatas gunung yang menjadi lingkungan

penopang kehidupan mereka.

Konflik akibat pertambangan yang melibatkan warga lambu

juga bukan pertama kali terjadi. Sebelumnya, pada 10 maret 2011,

telah terjadi konflik antara warga lambu yang menolak ekplorasi

tambang dengan pemerintah daerah. Warga lambu beramai-ramai

mendantangi kantor kecamatan untuk berdemonstrasi

menyampaikan permintaan agar camat mendatangkan Bupati Fery

Zulksrnain. Warga lambu ingin berdialog secara langsung dengan

bupati perihal kegiatan pertambangan di daerah mereka. Akan

tetapi Bupati urung hadir sehingga memicu kemarahan para warga

yang berujuk rasa. Warga kemudian membakar kantor kecamatan

yang dibalas dengan pembubaran paksa oleh polisi yang disertai

penembakan dengan peluru tajam. Beberapa pemuda pun terluka.

Rombongan komnas HAM yang di pimpin oleh salah satu

Page 57: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

57

komisionernya yakni kabul Supriadin datang ke lambu untuk

melakukan investigasi. Hasil investigasi ini di bawah kepemerintah

daerah dan kapolres untuk ditindaklanjuti akan tetapi tidak ada

kebijakan yang kongkrit keudian dalam menyelesaikan masalah

tersebut. Inilah hasil wawancara kami dengan tokoh masyarakat

Desa Sumi Kecamatan Lambu Kabupaten Bima.

“Kedatangan komnas HAM di lambu kemarin hanya semata mata

jalan-jalan, karena mereka hanya datang untuk menjenguk

masyarakat yang luka akibat terkena tembakan peluru tajam oleh

polisi saja kemarin. Buktinya tidak ada kok hasilnya sampai

sekarang “(WR, wawancara 24 januari 2020)

C. Proses Penyelesaian Konflik Di Kecamatan Kabupaten Bima

Resolunsi konflik merupakan suatu kondisi dimana pihak

pihak yang berkonflik melakukan suatu perjanjian (agreement)

yang dapat memencahkan ketidak cocokan (incopatibility) utama

diantara mereka, menerima keberadaan satu sama lain sebagai dan

menghentikan tindakan kekerasan satu sama lain. Ini merupakan

suatu kondisi yang selalu muncul setelah konfliknya terjadi.

Resolusi konflik ini merupakan suatu upaya perumusan kembali

suatu solusi atas konflik yang terjadi untuk mencapai kesepakatan

baru yang lebih diterima oleh pihak pihak yang berkonfliik.

Memberikan beberapa langkah langkah yang biasanya dilalui

dalam resolusi konflik:

Page 58: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

58

f. Negosiasi adalah proses tawar menawar dengan jalan berunding guna

mencapai kesepakatan bersama antara satu pihak (kelompok atau

organisasi) dan pihak (kelompok atau organisasi) lain.

g. Mediasi adalah pihak-pihak yang berkonflik bersepakat untuk menunjuk

pihak ketiga yang akan memberikan nasihat-nasihat, berkaitan dengan

penyelesaian terbaik terhadap konflik yang mereka alami.

h. Administrasi adalah menyepakati solusi atau pelaksanaan kesepakatan

yang telah dibuat secara persyuratan, semua pihak yang terlibat dalam

konflik harus menerima dan melaksanakan kesepakatan tersebut dengan

sebaik-baiknya.

perjanjian yang dilakukan dalam resolusi konflik biasanya merupakan

suatu pemahaman resmi, dimana suatu dokumen yang dihasilkan di

tanda tangani oleh pihak-pihakyang berkonflik dalam kondisi yang

serius. Namun, perjanjian ini dapat bersifat informal, yakni terjadi

pemahaman yang implisit di antara mereka. Perjanjian seperti itu

mungkin terjadi dan disimpan dalam sebuah dokumen rahasia,

misalnya saja, sebuah perjanjian yang dibuat sebagai prakondisi

pengaturan resmi, atau sebagai kesepakatan antar pihak yang

berkonflik secara ekplisit.

Pada kasus konflik lambu jelas tidak pernah terjadi

agreement antara pembkab Bima dengan masyarakat. Yang terjadi

adalah keputusan untuk menghentikan kegiatan penambangan

sementara lewat 188.45/743/004/2010 tgl 23 desember 2011

Page 59: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

59

tentang penghentian sementara izin eksplorasi Emas oleh PT.

Sumber Mineral Nusantara di kecamatan Lambu, sape dan

kecamatan langgudu Kabupaten Bima. Hal ini tetap tidak disetujui

oleh masyarakat karena sifatnya yang sementara maka pada

dasarnya tidak ada upaya perumusan kembali atas konflik yang

berlangsung. Kondisi ini tak layaknya sebuah penguluran waktu

agar bisa menenangkan masyarakat yang kian memanas emosinya.

Karena tidak ada kesepakatan, maka dapat dikatakan bahwa

resolusi konflik atas dasar pencabutan sementara atau bisa juga

dikatakan tidak terjadi. Yang ada hanyalah sebuah upaya

peredaman konflik namun tidak menyelesaikan akar

permasalahanya. Warga hanya seakan diberikan kelegaan atas

kekhawatiran lahanya di ekploitasi dalam beberapa waktu saja

hingga dirasa pemkab menemukan formulasi dan legitimasi yang

tepat untuk memutuskan nasib PT Mineral Nusantara Citra

Persada. Berdasarkan keterangan dari salah satu informan yang

mengatakan:

“Setelah pembantaian kemanusiaan yang terjadi di pelabuhan sape

Bupati Bima saya hanya memberhentikansementara ijin eksplorasi

emas oleh PT. Sumber Mineral Nusantara di kecamatan Lambu,

Sape dan Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima, yang kami

inginkan bahwa izin tambang itu harus di cabut untuk selamanya

dan Bupati Bima harus bertanggung jawab aras meninggalnya dua

saudara kami yang tertembak di pelabuhan sape”(AS, wawancara

24 Januari 2020)

Page 60: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

60

Dalam kasus ini terlihat pihak pihak yang berkonflik

berupaya untuk keluar dan mengakhiri masing-masing peranya

dalam konflik tersebut. Terlihat dengan di keluarkanya SK

188.45/64/004/2012 pemerintah kabupaten Bima ingin konflik

dengan masyarakat ini lekas selesai. Dan disisi masyarakat pasca di

keluarkanya SK trsebut masyarakat mulai menarik dari konflik

tersebut menuju suatu rekonsiliasi kedepan yang lebih baik untuk

mendiskusikan lebih jauh terkait dengan potensi tambang yang

harusnya bisa di manfaatkan oleh masyarakat. Perumusan

penghentian semua tindakan kekerasan yang dilakukan satu sama

lain selama konflik berlangsung merupakan hal yang paling

penting dalam suatu perjanjian damai. Kesepakatan penghentian

tindakan kekerasan merupakan bagian dari perjanjian damai yang

dilakukan, tetapi dapat juga dilakukan secara terpisah. Seringkali,

penghentian tindakan kekerasan antara pihak yang berkonflik di

umumkan pada saat yang sama ketika perjanjian damai dicapai.

Dengan demikian, perang telah berakhir dan bahaya terjadinya

pembunuhan berkurang. Sesuai dengan peryataan informan yang

mengatakan bahwa :

“Setelah SK pertambangan di Kecamatan Sape-Lambu dan

langgudu itu dicabut oleh Bupati Bima, masyarakat tidak pernah

lagi melakukan unjuk rasa, cuman masyarakat lambu pada saat itu

masih mengalami trauma atas insiden penembakan yang terjadi di

pelabuhan Sape’(AB wawancara 24 Januari 2020)

Terkait konflik kebijakan pertambangan di Kecamatan

lambu Kabupaten Bima banyak sekali pihak yang mendesak agar

Page 61: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

61

Bupati Bima segera mencabut SK No. 188.45/357/004/2010. Salah

satunya Irman Gusman, Ketua Dewan perwakilan Daerah (DPD)

RI didalam mitranews,com, akan meminta pemerintah daerah

Bima NTB dan kementrian ESDM mencari cela untuk mencabut

SK Bupati Bima Nomor 188 tahun 2010 tentang izin usaha

pertambangan PT Sumber Mineral Nusantara (PT. SMN) sesuai

keinginan masyarakat Bima. Irman juga mengatakan, persoalan

agraria atau pertanahan atau pertambangan adalah persoalan yang

sangat krusial dan rawan konflik. Oleh karenanya DPD berencana

akan mempertemukan pihak pihak yang berkepentingan di Bima,

untuk mencarikan solusi penyelesaian dalam rangka

mengakomodasi tuntutan masyarakat. Ketua tim investigasi kasus

Bima, yang juga anggota komnas HAM, Ridha Saleh, didalam

antaranews.com Komnas HAM mendesak Bupati Bima segera

mencabut surat keputusan (SK) bernomor 188.45/357/004/2010

tertanggal 28 april 2010 itu. Sebelumnya, Menteri Energi Sumber

Daya Mineral Jero Wacik menyatakan, pihaknya telah meminta

Gubernur NTB mencabut izin tambang eksplorasi. Menurut dia,

berdasarkan Undang-Undang Mineral dan Batubara Nomor 4 tahun

2009, Bupati Bima seharusnya lebih mementingkan hak-hak warga

terlebih dahulu sebelum mengeluarkan SK tersebut.

Atas desakan dari berbagai pihak, akhirnya Bupati Bima

Ferry Zulkarnain menyatak bersedia mencabut ijin eksplorasi PT

Page 62: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

62

SMN asalkan mendapat jaminan dari pemerintah pusat. Menko

Perekonomian Hatta Radjasa di antaranews.com menegaskan

Bupati Bima, NTB, Ferry Zulkarnain bisa langsung mencabut izin

eksplorasi PT Sumber Mineral Nusantara (SMN) tampa intervensi

Pemerintah Pusat.Hatta mengatakan tidak ada aturan yang

menyatakan pemerintah pusat bisa mencabut izin yang telah

dikeluarkan oleh Bupati. Menurut Hatta, Bupati Bima ketika

mengeluarkan izin untuk PT SMN tidak meminta pertimbangan

pemerintah pusat. Hatta mengakui kewenangan pemerintah daerah

untuk meberikan izin ekplorasi kepada perusahaan swasta tampa

kordinasi dengan pemerintah pusat telah membuahkan masalah.

Pasca keluarnya keputusan pencabutan IUP 188/2010

dengan di keluarkanya SK 188.45/64/004/2012 pada tanggal 28

januari 2012 jelas tidak terjadi lagi friksi-friksi yang menimbulkan

tindak kekerasan. Pasca pembakaran kantor Bupati Bima yang ada

adalah ketegangan karena polisi mencari dan menangkapi beberapa

warga yang diduga menjadi pfovokator dalam aksi pembakaran

kantor Bupati Bima. Seperti yang di tuturkan oleh kapolsek Lambu

Kab. Bima:

“Walaupun SK tambang itu sudah di cabut oleh Bupati Bima

bukan berarti sudah selesai masalah, pihak kepolisian sebagai

penegak hukum tetap melakukan pencarian terhadap beberapa

warga yang terduga provokasi dalam insiden pembakaran kantor-

kantor instansi pemerintahan kecamatan maupun fasilitas

pemerintah daerah lainya”(DR, wawancara 25 Januari 2020)

Page 63: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

63

Resolusi konflik tidak selalu identik dengan perdamaian.

Ada tumpang tindih antara kedua konsep tersebut. Namun gagasan

paling umum tentang kondisi damai adalah ketiadaan atau

berakhirnya perang yang terjadi. Perlu di tegaskan bahwa sebuah

konflik tidak dapat di akhiri sebelum perjuangan bersenjata juga

berakhir. Dengan demikian, perdamaian tidak cukup hanya dengan

berakhirnya pertempuran dan peperangan. Resolusi konflik ini

lebih kepada devinisi atau kondisi damai yang terbatas.

Sebagaimana keterangan yang di berikan oleh wakil kapolsek

lambu Kab. Bima:

“Walaupun pihak masyarakat dan pemerintah sudah damai proses

hukum tetap berjalan, kami tetap melakukan pencarian terhadap

oknum oknum yang terduga melakukan provokasi terkait

pembakaran kantor Bupati maupun masyarakat yang melarikan diri

di polres Kab. Bima yang ditahan pada saat pembakaran kantor

camat dulu”(FR, wawancara 25 Januari 2020)

Jika konsep damai disini adalah tidak terjadinya suatu

perang (kontak fisik), maka dapat dikatakan kondisi Lambu terkait

dengan konflik izin pertambangan dapat di katakan kondusif.

Belakangan tidak terlihat lagi aksi massa yang menimbulkan

kontak fisik karena warga merasa tuntutan mereka telah di penuhi

oleh Bupati. Seperti yang di tuturkan oleh Front Rakyat Anti

Tambang – Bima:

“Tidak mungkin ada akibat tampa ada sebab, terjadinya

pemblokiran sampai pada pembakaran instansi yang ada di

kecamatan lambu maupun kantor Bupati, karena Bupati masi

mempertahankan SK tambang tersebut, tapi setelah Bupati Bima

Fery zulkarnain mencabut izin tambang tersebut tidak ada lagi

Page 64: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

64

masalah antara masyarakat dengan pemerintah kecamatan maupun

pemerintah daerah”(DE, wawancara 26 Januari 2020)

Dalam kasus Lambu masing-masing pihak yang berkonflik

memiliki kepentinganya masing-masing. Warga yang merasa

terancam mata pencharianya dan khawatir akan nasib tanahnya

pasca penambangan akan bersifat reaktif terhadap kegiatan

penambangan tersebut. Karena kegiatan penambangan akan

mematikan mata pencaharian mereka sebagai petani bawang.

Warga seakan menyadari betul bahwa kegiatan penambangan

sifatnya hanyalah sementara, karena barabg tambang adalah

sumber daya alam yang tidak dapat di perbaharui, bebrbeda halnya

dengan pertanian yang bisa terus di upayakan sepanjang hayat.

Demikian hasil wawancara kami dengan tokoh masyarakat desa

Lambu yang mengatakan:

“Masyarakat lambu yang tergabung dalam front Rakyat Anti

Tambang (FRAT) menolak izin tambang kemarin bukan karena

ada kepentingan politik maupun kepentingan para elit saja, tapi

gerakan masyarakat kemarin betul betul gerakan murni yang keluar

dari hati nurani masyarakat karena kami menyadari bahwa daerah

lambu, sape dan langgudu bukan daerah indusri pertambangan, tapi

daerah kami adalah daerah pertanian, kami hidup dan dibesakan

dari hasil pertanian bukan hasil dari pertambangan, kami sudah

sejahtera dengan hasil pertanian bahkan kami sanggup

menyekolahkan anak kami sampai sukses”(GH, wawancara 27

Januari 2020)

Seperti hasil wawancara diatas teryata bertentangan dengan

kepentingan pemerintah kabupaten Bima yang menghendaki Bima

menjadi daerah dengan potensi pertambangan. Hal ini tentunya

tidak bisa disalahkan sepenuhnya, mengingat UUD 1945 juga

mengisyaratkan untuk mengekplorasi potensi SDA yang ada.

Page 65: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

65

Sebagai penentu kebijakan pemberian izin usaha tambang,

pembkab Bima seakan memiliki kekuasaan penuh untuk

menentukan nasib Bima kedepan. Disinilah “power” berproses

menjadi sesuatu yang sifatnya memaksa dan sekehendak hati

sendiri tampa mengindahkan faktor faktor dan kepentingan lainya.

Aksi sepihak inilah yang menimbulkan reaksi masyarakat terhadap

kebijakan yang dibuat oleh pemkab setempat. Keputusan yang

dibuat pemkab dirasa tidak mengindahkan kepentingan yang sudah

sejak bergantung mata pencaharianya kepada sektor pertanian.

Demikian hasil wawancara kami dengan salah satu masyarakat

desa sumi kecamatan Lambu Kab. Bima yang mengatakan:

“Izin usaha pertambangan yang di keluarkan oleh bupati kemarin

itu adalah keputusan sepihak, dia tidak melibatkan masyarakatanya

padahal dalam aturanya masyarakat mesti harus tau lebih awal

sebelum keputusan itu di keluarkan oleh Bupati, supaya

masyarakat tau teryata di daerah kami akan ada industry tambang,

akan tetapi pemerintah tidak demikian”(FG, wawancara 28 Januari

2020)

Merujuk dari pada dasarnya sistem sosial terbentuk bukan

oleh kerja sama sukarela ataupun oleh konsensus, tetapi oleh

“ketidakbebasan dan dipaksakan” yang bersumber dari adanya

distribusi otoritas. Dalam teori konfliknya, masyarakat senantiasa

berada dalam proses perubahan yang di tandai oleh pertentangan

yang terus menerus diantara unsur-unsurnya. Teori konflik menilai

kereraturan yang terdapat dalam masyarakat itu hanyalah

disebabkan karena adanya tekanan atau pemaksaan kekuasaan dari

atas oleh golonganya berkuasa.

Page 66: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

66

Dari postulat tersebut jelas bahwa konflik Lambu adalah

proses dari satu perubahan sosial itu sendiri. Konflik tidak bisa

begitu saja di lepaskan dari keseharian masyarakat, tampa adanya

konflik masyarakat tidak pernah tau bagaimana memperjuangkan

hak dan kepentinganya. Mungkin jika tidak dengan konflik ini

masyarakat lambu tidak pernah tau secara detil bagaimana

Kapitalisme ( perusahaan ) menguasai aset sumber daya mereka.

Dengan adanya konflik ini, mereka (masyarakat) akan belajar

bagaimana kelak harus mengelola aset sumber daya yang

dimilikinya.

Konflik lambu utamanya peristiwa port sape dan

pembakaran kantor Bupati Bima yang dilakukan oleh ribuan massa

menjadi indikator bahwa setiap unsur lapisan masyarakat pada

dasarnya berperan dalam proses perubahan tersebut. Mayoritas

masyarakat ini akan terus bergerak menyuarakan aspirasinya

kepada pihak-pihak minoritas yang memegang kendali kekuasaan.

Sehingga pada hakikatnya, walaupun kekuasaan memiliki

legitimasi kekuasaan, tetap saja kekuatan masa bisa memberikan

perlawanan yang signifikan untuk menandingi kekutan penguasa

tersebut. Konflik pastilah menimbulkan suatu hasil yang bisa

menyebabkan suatu perubahan sosial.

Konflik lambu adalah pelajaran yang sangat berharga bagi

masyarakat bima. Berbagai macam kerugian materil dan non

Page 67: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

67

materil jelas sangat besar jumlahnya. Terjadinya kasus tersebut

setidaknya mencerminkan tingkat solidaritas yang tinggi dari para

warga dalam menanggapi hal yang sekiranya akan merugikan

kehidupan mereka. Pada tanggal 20 desember 2011 sejumlah

massa yang menamakan dirinyaForum Rakyat Anti Tambang

menduduki dermaga feri sape Bima dan melayangkan tuntutan

kepada pemda setempat agar SK Bupati Bima Nomor 188 tahun

2010 yang memberikan izin pertambangan kepada PT Sumber

Mineral Nusantara dan meminta agar tersangka AS yang di tahan

polisi yang di duga terkait provokasi pembakaran kantor camat

lambu pada 10 maret 2011 supaya di lepaskan. Berdasarkan

laporan polda NTB, selama empat hari pendudukan pelabuhan

sape, polisi telah berulang kali lakukan pendekatan persuasif dan

negosiasi terhadap warga hingga detik-detik terakhir menjelang

pembubaran paksa pada sabtu (24/12/2011) pagi. Massa dapat

dibubarkan dan sebagian besar dapat di tangkap dan dibawa ke

markas polda NTB. Pada 24 desember 2011, merupakan hari ke

empat warga yang tergabung dalam Front Rakyat Anti Tambanng

(FRAT) melakukan aksi penolakan, menduduki pelabuhan sape.

Aksi tersebut bukan yang pertama kali dilakukan menolak

kehadiran tambang emas PT Sumber Minersal Nusantara,

perusahaan yang mendapat izin usaha penambangan pada 2008

selama 25 tahun. Tetapi stelah bentrokan terjadi pada sabtu

Page 68: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

68

nmalam di laporkan akibat bentrokan itu telah menewaskan 2

orang di pihak massa dan puluhan lainya luka-luka akibat senjata

tumpul dari aparat Brimob. Suara dari wahli NTB sendiri

menyatakan terdapat adanya korban 5 orang tewas. Berdasarkan

hasil wawancara kami dengan salah satu informan menyatakan:

“Konflik tambang kemarin adalah konflik yang paling bersejarah

di daerah Kabupaten Bima maupun skala nasional bahkan setara

dengan kasus yang ada di masuji, kasus di sampit, di poso maupun

kasus kasus yang besar lainya di indonesia. Konflik tambang Bima

juga menjadikan contoh atau bahan pembelajaran bagi daera-

daerah yang lainya di indonesia supaya tidak terjebak dengan hal

yang sama”(WE. wawancara 28 Januari 2020)

Harapan terhadap rekonsiliasi kedepan, bahwa masyarakat

tidak kehilangan kepercayaan kepada pemerintah kabupaten.

Bahwa sekiranya potensi tambang yang terdapat di lambu memang

sejatinya dapat di manfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat

lambu sendiri.

Euforia reformasi bangsa indonesia telah memasuki tahun ke-15

kalau di hitung sejak tahun 1997, maka dengung desentralisasi, good

governance, dan masyarakat madani sangatlah terasa pada sebatas retorika

para pemmimpin bangsa ini, maka masyarakat idonesia suatu saat akan

menagih apa yang dicanangkan oleh para pemimpin bangsa ini.

Desentralisasi pemerintahan daerah telah di immplementasikan, bendera

good governance sudah dikibarkan, masyarakat madani akan segera di

wujudkan, tinnggal mmenunggu ekspetasi datang merona.

Page 69: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

69

Salah satu faktor yang menunjang keberhasilan otonomi daerah

akan sangat terkait dengan hubungan atau interaksi antar organisasi yang

tercipta sebagai wujud otonomi daerah, dalam hal ini terutama interaksi

antara lembaga penyelenggara pemerintahan tingkat daerah yauitu

pemerinntahan daerah dan DPRD sebagai lembaga atau institusi perumus

kebijakan atau penetapan kebijakan publik. faktor yang sangat penting

dalam penyusunan sebuah kebijakan yaitu isu-isu apa saja yanng layak

dianggap sebagai masalah, atau bagaimana isuu di rumuskan, bagaimana di

definisikan dengan baik inti dari sebuah masalah. Berdasarkan UU

No.32/2004 pasal 19 ayat 2 yang di maksud pennyelennggara pemerintah

daerah adalah pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah

(DPRD). Selanjutnya, pada pasal 1 ayat 2 UU No.32/2004 di tentukan

bahwa pemerintah darah adalah penyellenggara urusan pemerintah daerah

dan DPRD menurut asas Otonomi seluas-luasnya dalam sistim dan prinsip

NKRI, sebagaimana dimaksudkan undang-undang dasar Negara Republik

Indonnesia tahun 1945.

Pemberian otonomi daerah pun telah memberikan keleluasaan

kewenangan dengan segala kelebihan dan kekurangannya bagi daerah

untuk menatanya. Dampak positif dari kkewenangan yang lebih luas

kepada daerah aktifitas politik lokal dan dinamika poolitik lokal. Sehingga

pergeseran konsentrasi kekuasaan makin membukakkan peluang bagi aktor

ppolitil lokal dalam mempengaruhi proses politik. Banyak kasus yang

mennunjukan bahwa perubahan-perubahan tersebut telah berkembang

Page 70: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

70

menjadi ketegangan yang menngarah kepada konflik vertikal dan konflik

horizontal, konflik negara dengan masyarakat, konflik masyarakat dengan

masyaraka yang terbuka sebagai akibat dari berbagai kompetisi

kepentingan.

Pecahnya konflik antara masyarakat dan pemerintah ini sebagai

akibat dari macetnya komunikasi politik antara masyarakat dan Bupati.

Sejak meletusnya kasus tambang di ujung timur pulau sumbawa ini, belum

pernah dilakukan komunikasi antara masyarakat dan Bupati bima. Masin-

masing mengklaim dirinya paling benar bersandar pada alasan dan

argumentasi sendiri-sendiri. Pihak pemerintah mengklaim bahwa tambang

akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapat daerah serta di

yakini akan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat. Sementara

masyarakat merasa dirinya telah ditipu oleh pemerintah daerah karena

dalam proses penerbitan sk 188, rakyat sama sekali tidak pernah di

libatkan. DPRD pun tidak berhasil menjebatani aspirasi Rakyat. Meskipun

konflik berjalan hampir setahun, belum ada peryataan resmi dari DPRD

terkait tuntutan masyarakat ini. Sebagaimana yang di turunkan oleh kepala

desa sumi Kecamatan lambu kabupaten Bima:

“ Memang pada awalnya, sebelum bupati Bima menerbitkan SK mengenai

pertambangan di kecamatan lambu, hubungan pemerintah daerah maupun

pemerintah kecamatan dengan masyarakat lambu sangat harmonis, bahkan

pada saat pemilihan bupati periode yang kedua masyarakat lambu

menitipkan harapannya kepada fery Julkarnaen untuk memimpin bima

untuk kedua kalinya”(AB wawancara 28 Januari 2020)

Demikian pula hasil wawncara kami dengan salah satu tokoh

masyarakat Kecamatan lambu Kabupaten Bima

Page 71: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

71

“Semenjak bupati mengeluarkan izin tambang yang berlokasi di kecamatan

kami, semenjak itu juga kami masrakat lambu meminta kepada camat

supaya membuat surat rekomendasi kepada bupati bima supaya mencabut

sk tambang tersebut, karena tambang itu tidak cocok di daerah kami” (JS,

Wawancara 29 Januari 2020)

Konflik kebijakan yang terjadi di kecamatan lambu Kabupaten

Bima menjadi salah satu contohnya, konlik tersebut bersumber dari

keputusan sepihak bupati bima yang menerbitkan surat izin penambangan

No. 188/2010 kepada pt mineral nusantara citra persada, tampa terlebih

dahulu mengkomunikasikan dan mensosialisasikanya kepada masyarakat.

Konflik kebijakan ini kerap kali terjadi jika pemegang kebijakan tidak

melibatkan stakeholdernya dalam proses pengambilan keputusan. Ini

tentunya akan menimbulkan ketidakpuasaan dari masyarakat terhadap

pemegang kebijakan yang bisa berimplikasi terhadap terjadinya konflik-

konflik sosial. Berdasarkan analisis terjadinya konflik tersebut, itu berawal

dari tidak adanya sosialisasi awal dari pihak pemerintah daerah berkaitan

dengan izin pertambangan tersebu.t sebagaimana yang di tuturkan oleh

kordinator Front Rakyat Tambang-Bima:

“Masyarakat menolak pertambangan tersebut, karena tambang emas itu

akan membahayakan mata pencarian warga. Warga lambu sebagia besar

pendunduknya bertani dan nelayan. Tambang itu akan membongkar tanah

dan mengganggu sumber air, tentunya akan mengganggu pertanian warga.

Apalagi perusahaan tidak pernah melakukan sosialisasi sebelumnya kepada

masyarakat.(ak 29 Januari 2020)

FRAT menyampaikan penolakan, karena tambang emas itu akan

membahayakan mata pencarian warga. Warga lambu sebagian besar

penduduknya bertani dan nelayan. Tambang itu akan membongkar tanah

dan mengganggu sumber air, tentunya akan mengganggu pertanian warga.

Apalagi perusahaan tidak pernah melakukan sosialisasi sebelumnya kepada

Page 72: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

72

masyarakat. Sejak itu rakyat yang tergabung dalam front rakyat anti

tambang (FRAT) terus menerus melakukan penolakan. Akhir januari lalu,

1500 orang mendatangi camat untuk melakukan penolakan. Terkait dengan

hal tersebut,

Juga di tuturkan oleh salah seorang tokoh masyarakat desa sumi :

“Kami menolak pertambanngan tersebut, karena kami tidak mau di jajah

oleh orang luar, apalagi ketika tambang masuk sumber air yang menjadi

kehidupan kami tidak bisa di manfaatkan lagi sebagaimana mestinya,

seperti air bersih maupun air untuk menyiram bawang kami”(TY

Wawancara 30 Januari 2020)

Karena kebijakan pengeluaraan izin pertambangan hanya

berorientasi profit jangka pendek tentunya mengabaikan potensi konflik

dan kontek lokal – kultural warga di daerah tambang. Sosialisasi tentang

aktivitas pertambangan berangkat dengan niatan sebatas menyampaikan

keputusan pemerintan kabupaten dan tampa menyerap dan

mempertimbangkan masukan warga setempat. Dalam kasus lambu,

pemerintah daerah abai dengan kenyataan bahwa mayoritas warga lambu

adalah petani. Sumber air menjadi faktor penting yang menjamin

kelangsungan hidup mereka. Eksplorasi yang dilakukan oleh PT sember

mineral Nusantara sangat meresahkan warga lambu karena wilayah yang

rencananya akan di tambang adalah perbukitan yang merupakan sumber air

bagi lahan pertanian. Warga khawatir jika gunung tersebut di eksploitasi

maka sumber air mereka pun akan rusak sehingga mata pencaharian

mereka terganggu. Seperti yang disampaikan oleh salah satu dari

masyarakat desa sumi kecamatan lambu Kabupaten Bima:

Page 73: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

73

“Kami menolak keberadaan perusahaan tambang karena khawatir dengan

kerusakan lingkungan di kawasan warga. Meski berkali kali mendapat

protes warga, namun perusahaan yang memperoleh izin usaha

pertambangan tetap melanjutkan aktivitasnya. Apalagi dampak dari

tambang emas itu akan membuat susutnya debit sair irigasi lahan pertanian

khusunya tanaman bawang merah, mata pencaharian kami”(AH

Wawancara 30 Januari 2020)

Kelemahan pemerintah dalam menangani perizinan ekplorasi

tambang. Semestinya pemerintah harus berhati dalam bermediasi dengan

pihak antara pemerintah (kepala daerah ) dengan msyarakat belum terjalin

harmonis dan transparan, serta kurang dekat dengan masyarakatnya,

sehingga selalu terjadi kebuntuan komunikasi. Keinginan atau kebijakan

pemerintah belum maksimal tersampaikan kepada masyarakat, demikian

pula sebaliknya, keinginan dan aspirasi masyarakat juga belum

tersampaikan atau lambat mendapatkan respon dari pemangku kebijakan.

Pemerintah daerah masih terkesan eksklusif tertutup, dan lambat menyikapi

aspirasi berdasarkan keterangan dari salah satu informan yang mengatakan:

“Ijin legal formal perusahaan itu tak masalah, cuman tak ada sosialisasi

kepada masyakat, kemudian juga tidak adanya pembicaraan yang bagus

dari awal antara masyarakat, investor dan pemerintah tinggkat daerah

sehingga masuk ke msyarakat adalah informasi yang asimetris, yang

intinya adalah pertambangan itu pasti merusak lingkungan, jadi saya pikir

itu yang perlu di perbaiki”(HY wawancara 30 Januari 2020)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, pemkab tidak pernah

melakukan kegiatan sosialilasi kepada warga perihal rencana penambangan

di daerah tersebut. Hal ini yang menimbulkan perspektif masyarakat bahwa

ada kemungkinan kepentingan politis dan pribadi dari pengesahan izin

usaha penambangan di lambu tersebut. Dilihat dari model kebijakan

tersebut pengaruh aktor akroe elit dalam proses pembuatan kebijakan

sangat kuat sehingga pilihan terhadap nilai nilai tertentu sebelum kebijakan

Page 74: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

74

di putuskan melalui prespektif elit lebih sering muncul daripada nilai-nilai

tertentu di hendaki oleh publik. demikian juga yang di sampaikan oleh juru

kampanye dari LSM jaringan advokasi tambang bima:

“Konflik sering terjadi karena pemerintah tidak sepenuhnya menjalankan

amanah undang-undang dasar 1945. Sudah sangat jelas di tegaskan bahwa

sumber daya alam harus di kuasai negarsdan hasilnya untuk kepentingan

rakyat. Kalau negara kemudian menjalankan mandat undang-undang 45 itu

yang mestinya terjadi tapi kan tidak, ini kemudian bahwa negara menguasai

untuk kelompok tertentu itu yang terjadi malah kan tampa dilihat dari

keselamatan rakyat”(SB, wawancara 30 Januari 2020)

Berdasarkan peryataan dari beberapa informan diatas tersebut,

maka dapat di sebutkan pemerintah tidak pernah mengsosialisasikan izin

mengenai tambang SK 188 tersebut, masyarakat seketika di kagetkan

dengan hadirnya perusahaan pertambangan yang akan mengelola sumber

daya alam di wil;ayah mereka. Sementara, tidak ada informasi awal dari

pemerintah dan instasi teknis, apa kegiatan dari perusahaan itu, apa mafaat

yang akan di terima warga dan lainya. Penolakan warga sebenarnya tidak

memiliki dasar yang kuat. Karena perusahaan baru masuk pada tahap

eksplorsi, masih mencari titik-titik potensi yang akan di garap ketika ketika

perusahaan mengantongi izin ekploitasi. Fakta yang terjadi di lapangan

adalah masyarakat merasa khawatir terhadap dampak dampak yang akan

terjadi jika kegiatan pertammbnangan tersebut dilakukan. Idealnya

masyarakat di sekitar lokasi pertambangan harus lebih awal mengetahui

kehadiran perusahaan tambang. Sehingga ketika ada aktifitas

pertambangan, inilah hasil wawancara kami dengan dinas pertambangan

dan energi kabupaten Bima:

Page 75: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

75

“Izin kuasa pertambangan di berikan oleh pemerintah daerah kepada PT.

Sumber Mineral Nusantara (SMN) pertama kalinya pada tahun 2008 atas

permohonan pihak PT.SMN, mengingat adanya undang-undang NO.4

tahun 2009 tentang minerba, pemerintah pusat mlalui Dierjen minerba

mengintruksi agar penmerintah daerah menyesuaikan izin yang sudah

dikeluarkan yakni berupa izin usaha pertambangan (IUP)”(HT, wawancara

30 Januari 2020).

Hal senada yang yang disampaikan oleh sekcam Lambu Kabupanten Bima:

“Dalam hal izin tambang tidak bisa disalahkan sepenuhnya pemerintah

daerah, mengingat UUD 1945 juga mengisyaratkan untuk mengekplorasi

potensi SDA yang ada. Sebagai penentu kebijakan pemberian izin usaha

tambang, pemkab Bima juga punya legalitas kekuasaan penuh untuk

menentukan nasib Bima kedepan apa”(GT, wawancara 30 Januari 2020)

Hal diatas ditambahkan pula oleh camat lambu Kab. Bima:

“Pemerintah daerah sudah melakukan sosialisasi kepada masyarakat.

bahkan bahkan hal tersebut di lakukan berkali-kali salah satunya pertemuan

dengan perwakilan masa yang melakukan aksi demo dan pemblokiran

pelabuhan sape.Dalam pertemuan itu, bahkan Bupati Bima Fery Julkarnaen

mempertanyakan kepada perwakilan pendemo, apa kerugian warga lambu

terkait kegiatan ekplorasi yang dilakukan PT. SMN. “saat itu saya nanya,

warga lambu rugi apa? Mereka hanya menjawab rugi perasaan, buktinya

ada tanda tangan dari warga lambu kok (AB, wawancara 30 Januari 2020)

Gerakan penolakan tambang di kecamatan lambu yang diduga

melibatkan aktivis atau jaringan tertentu juga di usut untuk mengungkap

apakah penolakan tambang tersebut murni gerakan masyarakat atau di

tunggangi oleh kepentingan kelompok/lembagadengan menjadikan dan

mengeploitasi masyarakat sebagai alat perjuangan, sehingga menimbulkan

korban jiwa, demi memenuhi eksistensi gerakanya.

Demikian pula disampaikan oleh kepala desa sumi Kab. Bima:

“Jika alasan masyarakat menolak tambang, karena adanya kekawatiran

kerusakan lingkungan, menganggu lahan pertanian masyarakat, ataupun

yang lainya, menurut hemmat saya agak berlebihan, karena izin usaha pertambangan tersebut mashi dalam tahap ekplorasi. Sehingga di perlukan

data dan informasi akurat mengenai alasan dan penyebab munculnya

penolakan tambang” (ZB, wawancara 30 Januari 2020)

Page 76: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

76

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Proses terjadinya konflik kebijakan adalah: Konflik kebijakan dilatar

belakangi oleh berbagai faktor yaitu: kurangnya sosialisasi dari

pemerintah; pemerintah kurang terbuka terhadap masyarakat mengenai

kebijakan kebijakan yang di keluarkanya.

2. Pola hubungan antara pemerintah (kepala daerah ) belum terjalin

harmonis dan transparan, serta kurang dekat dengan masyarakatya,

sehingga selalu terjadi kebuntuan komunikasi. Keinginan atau

kebijakan pemerintah belum maksimal tersampaikan kepada

masyarakat, demikian pula sebaliknya, keinginan dan aspirasi

masyarakat juga belum tersampaikan atau lamban mendapatkan respon

dari pemangku kebijakan. Pemerintah daerah masih terkesan ekslusif,

tertutup, dan lamban menyikapi aspirasi. Sementara masyarakat

memaksakan terkesan memaksakan kehendak, cenderung anarkis, dan

mengjhujat tampa solusi. Strategi dan metode penyampaian yang

dilakukan oleh masyarakat juga perlu di evaluasi, apalagi metodenya

melakukan pemblokiran pelabuhan atau jalan yang dapat menganggu

pelayanan dan kepentingan masyarakat lainya.

3. Penyelesaian konflik kebijakan pertambangan yaitu melalui mediasi,

administrasi dan negosiasi yang di lakukan oleh DPRD Kabupaten

Bima. Dengan mempertemukan kedua belah pihak yang berkonflik,

Masyarakat Lambu dan Pemerintah Kecamatan Lambu untuk

berdiskusi serta mencapai suatu kesepakatan bersama yang dapat

diterima oleh kedua belah pihak.

B. Saran-saran

Saran saya, pemerintah di harapakan memperbaiki kinerjanya dalam

mewujudkan kesejahteraan dan keadilan bagi seluruh masyarakat

indonesia dan lambu khususnya, legislatif diharapakan lebih aspiratif,

Page 77: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

77

responsif dan inovatif menyikapi aspirasi masyarakat, kepolisian di

harapkan agar lebih profesional dan akuntabel dalam menganyongi

dan melindungi masyarakatnya. Sementara masyarakat juga

diharapkan agar lebih tertib dan sabar dalam menyampaikan

aspirasinya.

.

Page 78: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

78

DAFTAR PUSTAKA

Afadlal. 2015. Dinamika Birokrasi Lokal Era Otonomi Daerah. Jakarta : Pusat

Penelitian politik LIPI.

Andi Admiral, 2012. Ancaman konflik agraria dan pertambangan Tahun 2012

di ntb; Belajar dari tragedi sape -lambu Kab. Bima Ntb

http://andiadmmirals.blogspot.com/2012/01/ancaman-konflik-agraria-

dan.html.

Andi Admiral, 2012. Ancaman konflik agraria dan pertambangan Tahun 2012

di ntb; Belajar dari tragedi sape -lambu Kab. Bima Ntb

http://andiadmmirals.blogspot.com/2012/01/ancaman-konflik-agraria-

dan.html

Brata kusuma, Deddy Supriadi, 2015,Otonomi Penyelenggara Pemerinntah

Daerah, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Bungin, Burhan .2015,Metodologi Penelitian Kualitatif, Raja Gravindo Persada.

Jakarta.

Dwiyanto, Agus, (2017) “ Penilaian Kinerja Organisasi Pelayanan Publik “

,Seminar Kinerja Organisasi Sektor publik ,Kebijakan dan Penerepanya,

Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik,

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Drendof, Raif, 1986 Konflik dan konflik dalam masyarakat Industri sebuah

Analisa –kritik. Jakarta: CV Rajawali.

Drendof, Raif, 1986 Konflik dan konflik dalam masyarakat Industri sebuah

Analisa –kritik. Jakarta: CV Rajawali.

Fisher et al (2010) Mengelola Konflik, Keterampilan dan Strategi Resolusi

Konflik Berbasis kearifan Lokal, Terjemahan, Global Pustaka Utama,

Jogjakarta.

Ikawati,Y,2006.Memahami kondisi geologi porog, jakarta

http://data.menkoskera.go.id/contect/ program/penyehatan-lingkungan

KachKarim, Abdul Gaffar. 2015.Kompleksitas persoalan Otonomi Daerah

Dinegara Republik Indonesia. Yogyajkarta : Pustaka Pelajar.

Page 79: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

79

Kaho, Josef Rihu. 2018,Prospek Otonomi Daerah Di Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Jakarta:PT Raja Gravindo Persada.

Konflik Bima diselesaikan dengan Reformasi Agraria. www.tempo.coid.

(diakses 20 November 2012)

Karim, Abdul Gaffar 2015. Komplektifitas Persoalan Otonomi Daerah Di Negara

Repuplik Indonesia. Yogyakarta Pustaka Pelajar.

Madani, Muhlis, (2016). Dimensi Interaksi Aktor Dalam Perumusan Kebijakan ,

Publik, graha Ilmu. Yokyakarta

Nasikun J (2004) Sistim Sosial Indonesia. Pt raja Grafindo Persada Parsons

Wayne 2005 Public Policy Pengantar teori dan praktek Analisis

kebijakan. Jakarta. Kencana.

NOVRI Susan 2010. Pengantar Sosiologi Konflik dan Isu Isu konflik

Kontemporer.Kencana Penada Media Grup, Jakarta h.5.

Pandu Yuhsina Adaba , 2013. Kekekrasan konflik tambang bima, politik Lokal

http://yogisetya.wordpress.com(di akses tgl 8 april 2013)

Rojali, Abdullah, (2016) “Pelaksanaan Otonomi Luas Dengan Pemilihan Kepala

Daerah Secara langsung “RajaGravindo Persada. Jakarta.

Rojali Abdullah (2017) Pelaksanaan Otonomi Luas Dengan Pemilihan Kepala

Daerah Secara Langsung.Divisi Buku Perguruan Tinggi, PT Raja

Gravindo, sJakarta.

Ramadhan, syahril (2011) :Konflik Sosial Pengungsi Ambon Dengan Masyarakat

Local Kota Bau-Bau (Studi Kasus Konflik Sosial Antara Pengungsi

Ambon Nasal Buton Dengan Warga Katobengke). Makassar: FISIP

Universitas Hasanuddin

Soetopo, Hendyat. 1999.Manajemen konflik.Malang : Universitas Negeri Malang

Sadono Sukirno. (2016) “ Ekonomi Pembangunan : Proses. Masalah,

Dan Dasar Kebijakan “ ,Edisi. Kedua. Kencana. Jakarta.

Supriadi. Konflik politik; http://www.google.co.id(diakses tgl 21 oktober 2012)

Septi Satriana (ed) dinamika peran elit lokal pada pemilu Bima 2010 (Yokyakarta

CV Andi Offset, 2015).

Page 80: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

80

DOKUMEN PUBLIK

Undang-undang Nomor 4 tahun 2009 Tentang Pertambangan mineral dan batu

bara.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Otonomi Daerah

Surat keputusan (SK) Bupati Bima Nomor: 188.45/357/004/2010 Tentang

ekplorasi pertambangan emas di 3 kecamatan yaitu kecamatan lambu-

sape dan langgudu yang dilakukan oleh PT. Sumber mineral nusantara.

Page 81: SKRIPSI PENYELESAIN KONFLIK KEBIJAKAN …

81

RIWAYAT HIDUP

Ramdhin. Lahir Parangina Sape, Kabupaten Bima pada tanggal

19Maret 1996. Anak ke lima dari lima bersaudara dan merupakan

buah kasih sayang dari pasangan Syamsudin dan Narimah penulis

menempuh pendidikan dasar di SDN 8 Sape kabupaten Bima mulai

tahun 2003 sampai tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis

melanjutkan Pendidikan di SLTP Negeri 4sapeKabupatenBimaDantamat

padatahun 2012. Kemudian pada tahun 2012 penulis melanjutkan pendidikan SMU

Negeri 2 Sape dan tamat tahun 2014.

Pada tahun 2015 mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan di

Universitas Muhamadiyah Makassar dan terdaftar pada jurusan ilmu pemerintahan

Fakultas ilmu sosial dan ilmu politik. Tahun (2020) menyelesaikan Studi sekaligus

menyandang gelar sarjana pendidikan (S.IP).