KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

100
KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS DUKUNGAN LIGA ARAB PADA PIHAK OPOSISI SURIAH TAHUN 2013 Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Dhimas Ardhiyanto 1110113000069 PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA JAKARTA 2014

Transcript of KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

Page 1: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH:

STUDI KASUS DUKUNGAN LIGA ARAB PADA PIHAK

OPOSISI SURIAH TAHUN 2013

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Dhimas Ardhiyanto

1110113000069

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

JAKARTA

2014

Page 2: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

ii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul:

KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH:

STUDI KASUS DUKUNGAN LIGA ARAB PADA PIHAK OPOSISI SURIAH

TAHUN 2013

1. Merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli

saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 11 Desember 2014

Dhimas Ardhiyanto

Page 3: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Nama : Dhimas Ardhiyanto

NIM : 1110113000069

Program Studi : Hubungan Internasional

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:

KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS

DUKUNGAN LIGA ARAB PADA PIHAK OPOSISI SURIAH TAHUN 2013

dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.

Jakarta, 11 Desember 2014

Menyetujui Pembimbing,

A. Fuad Fanani, MA.

Page 4: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

iv

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Skripsi

KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS

DUKUNGAN LIGA ARAB PADA PIHAK OPOSISI SURIAH TAHUN 2013

Oleh

Dhimas Ardhiyanto

1110113000069

telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 22

Desember 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Hubungan Internasional.

Ketua Sidang,

Debbie Affianty, MA

Penguji I, Penguji II,

Eva Mushoffa, MHSPS Andar Nubowo, DEA

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 22 Desember 2014

Ketua Program Studi

FISIP UIN Jakarta

Debbie Affianty, MA

Page 5: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

v

ABSTRAKSI

Skripsi ini membahas mengenai kebijakan Liga Arab pada tahun 2013 untuk

mendukung kelompok oposisi Suriah yang sedang bertikai dengan rezim pemerintah

Suriah. Tujuan penulisan skripsi ini guna mengetahui alasan kebijakan Liga Arab

dalam memberi dukungan pada kelompok oposisi Suriah. Penulisan skripsi ini

didukung dengan data dari berbagai sumber yang diperoleh melalui studi

kepustakaan.

Kerangka teori yang digunakan untuk menganalisa sripsi ini adalah Liberal

Institusional dan Organisasi Internasional. Dari penelitian yang dilakukan, ditemukan

bahwa kebijakan Liga Arab mendukung kelompok oposisi Suriah dipengaruhi oleh

kepentingan negara anggotanya. Liga Arab dipandang sebagai instrumen yang

digunakan oleh Arab Saudi dan Qatar untuk memaksimalkan kepentingan negaranya.

Kedua negara yang mendominasi Liga Arab tersebut juga mendapat tekanan dari

negara adidaya Amerika Serikat untuk mendukung kelompok oposisi Suriah.

Page 6: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil’alamin

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemampuan bagi hamba

sehingga mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kebijakan Liga Arab dalam

Konflik Suriah: Studi Kasus Dukungan Liga Arab pada Pihak Oposisi Suriah Tahun

2013”.

Skripsi ini di tulis dengan tjuan untuk memenuhi tugas akhir serta memenuhi

syarat wajib kelulusan bagi mahasiswa/i Program Studi Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan dukungan serta bantuan

dari berbagai pihak. Maka penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Sang Maha Pengampun, Maha Pengasih dan pemberi kasih, Allah SWT.

2. Ibuku tercinta Tutik Sukayatiningsih.

3. Yang terhormat, Bapak A. Fuad Fanani, selaku dosen pembimbing dalam

penyusunan skripsi ini.

4. Yang terhormat, Ibu Debbie Affianty Lubis, selaku Kepala Prodi HI. Serta

seluruh dosen dan karyawan FISIP UIN yang memberikan bantuan selama

perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.

5. Guruku, Mbah Amin, Pak Yoto, Mbah Nun.

6. Mbah Siti Khotijah (Mbah Diro), Mbah Tugiyo, Mbah Harti, Mbah Jamilah,

Mbah Mantri, serta sesepuh lainnya.

7. Yang turut membesarkan dan merawatku sampai besar, Lek Kasmani, Lek

Ngatmini, Lek Saryanto, Lek Menik, Bude Ginem, Pakde Gun.

8. Yang tersayang, Mbak Nonik Dhianggarani, Mas Lilik Ismul Fadli, Mas

Sudarso.

9. Saudariku, sahabat dalam belajar banyak hal mengenai kehidupan, Aufa Salimah.

10. Sahabat dalam nenimba ilmu di UIN, Siti Lutfi Jamilatul Wardah, Asri

Kusumastuty, Balqis Faradiba, Dara Amalia, Riko Febrian Eltari, M. Hafied

Noval, Sauri Susanto, Rahmi Kamilah, Thufeil Izzharuddin, Rifqi Fauzan,

Wildan Ramadhan, Sabana Putra Maka, Ray Putra Mahardika, Novian Dwi

Chayo, M. Faisal Akbar, Whisnu Mardiansyah, Rizal, Fatah, Fini, Eko, Rosyid,

Mas Ibad, Mas Qobul, Dede, Meli, Shofi, Fahmi, Dendy, atas segala bantuan,

dukungan, dan kenangan selama masa kuliah.

11. Seluruh teman-teman UIN.

Page 7: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

vii

12. Dan kepada seluruh alam raya.

Dalam penulisan skripsi ini mungkin masih banyak kekurangan. Namun demikian,

semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat.

Jakarta, 11 Desember 2014

Dhimas Ardhiyanto

Page 8: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

viii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................ v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ......................................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ x

DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1

B. Pertanyaan Penelitian ................................................................................ 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................. 6

D. Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 7

E. Kerangka Teori.......................................................................................... 9

1. Liberal Institusional ............................................................................ 9

2. Organisasi Internasional ...................................................................... 13

F. Metodologi Penelitian ............................................................................... 16

G. Sistematika Penulisan ............................................................................... 16

BAB II LIGA ARAB DAN PERANNYA DI TIMUR TENGAH ....................... 19

A. Sejarah dan Perkembangan Liga Arab ...................................................... 19

B. Stuktur dan Sistem Organisasi Liga Arab ................................................. 25

C. Peran Liga Arab Dalam Peta Politik Timur Tengah ................................. 30

BAB III KONFLIK DI SURIAH PADA ERA ARAB SPRING DAN

KONDISI DI TIMUR TENGAH .............................................................. 37

A. Sekilas Mengenai Negara Suriah .............................................................. 37

B. Konflik Antara Pemerintah dan Pihak Oposisi Suriah .............................. 44

C. Dampak Konflik Suriah Pada Era Arab Spring Terhadap Negara-

Negara di Timur Tengah ........................................................................... 53

BAB IV KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH PADA

ERA ARAB SPRING ................................................................................ 59

A. Dukungan Liga Arab Pada Kubu Oposisi Suriah ..................................... 59

1. Pemberrian Kursi Delegasi Suriah Kepada Kubu Oposisi Pada KTT

Liga Arab di Doha, Qatar 2013 ................................................................. 59

Page 9: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

ix

2. Pemberian Hak oleh Liga Arab Kepada Anggotanya untuk Memasok

Senjata Kepada Pihak Oposisi Suriah ....................................................... 63

B. Alasan Liga Arab Mendukung Kubu Oposisi Suriah ............................... 66

C. Dampak Keputusan Liga Arab Mendukung Oposisi Suriah terhadap

Konflik di Suriah ............................................................................................ 71

BAB V KESIMPULAN ........................................................................................ 80

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... xii

Page 10: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta Negara Anggota Liga Arab ......................................................... 21

Gambar 2. Peta negara Suriah dan aliran agama penduduk .................................. 39

Gambar 3. Kelompok-kelompok oposisi Suriah ................................................... 47

Gambar 4. Peta Konflik Suriah tahun 2013 .......................................................... 49

Gambar 5. Pengungsi Suriah di negara-negara sekitar tahun 2013 ...................... 55

Page 11: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

xi

DAFTAR SINGKATAN

AFTAAAC Arab Fund for Technical Assistance to African and Arab

Countries

BADEA Bank for Economic Development in Africa

FSA Free Syrian Army

GAFTA Greater Arab Free Trade Area

GCC Gulf Cooperation Council

HAM Hak Asasi Manusia

ISIS Islamic State of Iraq and al-Sham

IM Ikhwanul Muslimin

JDEC Joint Defense and Economic Cooperation

KTT Konferensi Tingkat Tinggi

NATO North Atlantic Treaty Organization

NBC National Coordinator Bureau

NC National Council

OAPEC Organization of Arab Petroleum Exporting Countries

PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa

PDB Produksi Domestik Bruto

SIF Syrian Islamic Front

SLF Syrian Liberation Front

SNC Syrian National Coalition

SMC Supreme Joint Military Command

Page 12: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Krisis yang terjadi di Suriah saat ini tidak terlepas dari fonemena Arab Spring,

yaitu suatu fenomena yang berawal dari peristiwa membakar diri yang dilakukan oleh

Mohamed Bouazizi pada 26 Desember 2010 di Tunisia. Bouazizi melakukan hal

tersebut sebagai protes atas penyitaan gerobak dagangannya untuk kesekian kalinya

oleh polisi. Kisah mengenai kemiskinan dan perjuangan tersebut bergaung diseluruh

negeri yang memicu demonstrasi besar untuk memprotes tingginya biaya hidup,

pengangguran dan pembatasan hak berserikat kepada diktator Tunisia, Zein El

Abidine Ben Ali. Peristiwa serupa kemudian menular ke Mesir, Libia, Yaman, dan

Suriah. Demonstrasi menuntut perubahan muncul dan mampu menumbangkan rezim-

rezim yang berkuasa di Tunisia, Mesir dan Libia. Sementara rezim penguasa Suriah,

Bashar al-Assad hingga permasalahan ini dibahas belum mampu ditumbangkan dan

demostrasi terhadap Assad berubah menjadi perang saudara.1

Perang saudara di Suriah berawal dari penahanan terhadap 15 anak-anak

sekolah yang menuliskan graffiti “rakyat ingin menggulingkan rezim” (al-sha’b yurid

isqat al-nizam) di kota Derra yang tidak jauh dari perbatasan Jordania. Protes

kemudian muncul pada 18 Maret 2011 yang menuntut pembebasan anak-anak

1 Mandel Daniel, ”False Dawn: The Arab Spring,” Institute of Public Affairs Review: A Quarterly

Review of Politics and Public Affairs, Volume 64, Issue 4, (Desember 2012), hal 25-27.

Page 13: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

2

tersebut, peristiwa tersebut memicu unjuk rasa tidak hanya di kota Derra, namun juga

di kota lain seperti Damaskus, Homs, Hama, Idlib, dan Aleppo. Demonstrasi di

Suriah yang dimulai tahun 2011 tersebut kini menjadi peristiwa perang yang anarkis

antara pihak pemerintahan Bashar dan pihak oposisi. Warga sipil Suriah yang muncul

tanpa senjata saat demonstrasi kemudian beradaptasi dengan kondisi yang kacau

dengan membangun kekuatan militer sehingga menjadi aktor politik dan militer yang

bertarung dengan pemerintah yang berkuasa di Suriah.2

Suriah telah berubah menjadi medan tempur yang menyeramkan. Menurut

Komisioner tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di bidang Hak Asasi Manusia

(HAM) Navi Pillay, pada awal 2013, perang saudara tersebut telah menewaskan lebih

dari 60.000 jiwa.3 Menurut Pillay, situasi di Suriah semakin memburuk dan

bertambahnya korban jiwa juga disebabkan oleh kelompok bersenjata antipemerintah

dan meluasnya kejahatan serius serta kejahatan perang, khususnya kejahatan

kemanusiaan oleh kedua belah pihak yang bertikai.4 Pejabat Komisi Tinggi PBB

Urusan Pengungsi, Antonio Guterres mengungkapkan pengungsi Suriah yang lari dari

negaranya menuju negara tetangga sudah mencapai 1 juta jiwa. Sedangkan pengungi

di dalam negeri mencapai 5 juta-10 juta jiwa. Selain itu, sistem medis di Suriah telah

2 Philippe Droz & Vincent. ““State of Barbary” (Take Two): From the Arab Spring to the Return of

Violence in Syria,” Middle East Journal, volume 68, no.1, (winter 2014), hal 57. 3“Data suggests Syria death toll could be more than 60,000, says UN human rights office,” UN News

Centre, 2 Januari 2013, tersedia di:

http://www.un.org/apps/news/story.asp?NewsID=43866#.U3lY0tKSySo diunduh pada 19 Mei 2014.

4 Ibid.

Page 14: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

3

ambruk dan sepertiga rumah sakit sudah tidak layak beroperasi, serta banyak tenaga

medis yang ditahan dan bantuan medis kerap tidak sampai tujuan.5

Sedangkan kondisi perekonomian Suriah menurut ekonom Suriah, Jihad

Yazigi telah berubah drastis, aktivitas perekonomian yang selama ini ada telah rusak

dan mengalami kekacauan. Para pelaku ekonomi juga telah hengkang karena

ketidakamanan, produksi terhenti total di banyak tempat karena aset serta

infrastruktur yang rusak parah. Pengangguran meningkat lebih dari 50 persen dan

setengah dari populasi berada dalam garis kemiskinan. Produksi Domestik Bruto

(PDB) Suriah anjlok 33 persen sejak tahun 2010. Hal ini diperburuk lagi dengan

sanksi internasional yang melarang transaksi internasional dengan Suriah serta

pembekuan asset-aset Suriah di luar negeri. Kerusakan ekonomi Suriah tersebut

membutuhkan sekitar 30 tahun untuk pulih seperti tahun 2010 dengan syarat

pertumbuhan ekonomi rata-rata 5 persen.6

Menurut Yazigi, perekonomian yang ada saat ini adalah kegiatan ekonomi

perang yang berupa penyelundupan dan penjualan barang-barang kebutuhan dasar

dengan harga mahal. Selain itu, perampokan, penculikan, dan pungutan liar di pos-

pos pemeriksaan perbatasan. Penguasaan ladang-ladang minyak secara ilegal menjadi

penghidupan bagi mereka yang berkuasa di tengah negara yang berjalan dengan

hukum rimba. Hal ini membuka jaringan bisnis baru beberapa kelompok pengusaha

5 Musthafa Abd. Rahman, “Dua Tahun Revolusi Suriah: Politik Terseok, Derita Berlanjut”, Harian

Kompas, 10 Maret 2013, hal 10. 6 Jihad Yazigi, “Syria‟s War Economy,” European Council On Foreign Relations, Volume 97, (April

2014), hal 1.

Page 15: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

4

maupun individu yang meraih keuntungan dari perang. Lembaga-lembaga baru

muncul dan berkembang serta meraih keuntungan dari perang.7

Berbagai usulan politik telah ditawarkan untuk mengakhiri perang saudara di

Suriah, namun upaya-upaya tersebut belum ada yang menuai hasil. Mantan Sekretaris

Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Kofi Annan yang juga merupakan

Utusan Khusus PBB dan Liga Arab untuk Suriah, Maret-Agustus 2012, akhirnya

mengundurkan diri karena frustasi.8 Upaya mantan Menteri Luar Negeri Aljazair

Lakhdar Brahimi yang menggantikan Kofi Annan juga belum menuai hasil hingga

skripsi ini ditulis.9

Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Liga Arab di Doha, Qatar pada 26

Maret 2013 dalam salah satu rekomendasinya memutuskan untuk memberi hak

kepada setiap negara anggota Liga Arab memasok bantuan alat pertahanan diri serta

senjata kepada kubu oposisi Suriah. Pada KTT tersebut kursi delegasi pemerintah

Suriah juga diberikan kepada pihak oposisi yang dihadiri oleh ketua Koalisi Nasional

Suriah (SNC), Moaz al-Khatib.10

Keputusan Liga Arab ini menuai kritik dari Duta

Besar Rusia untuk PBB, Vitaly Churkin yang mengatakan bahwa Liga Arab

menyimpang dari upaya penyelesaian politik di Suriah. Churkin juga menyayangkan

7 Ibid. hal 4-5.

8 “Dua Tahun Revolusi Suriah, Politik Terseok, Derita Berlanjut,” Harian Kompas, 10 Maret 2013, hal

10. 9 Ibid.

10 “Doha summit gives Arab states ‘right’ to arm Syria rebels,” Al Arabiya News, 26 Maret 2013,

tersedia di http://english.alarabiya.net/en/2013/03/26/Arab-league-member-states-have-the-right-to-provide-military-assistance-to-Syrian-rebels.html; diunduh pada 18 Mei 2014.

Page 16: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

5

keputusan Liga Arab memberikan kursi delegasi Suriah pada SNC, menurutnya

keanggotaan Suriah di Liga Arab belum hilang, namun hanya dibekukan.11

Kebijakan Liga Arab tersebut bertentangan dengan upaya penyelesaian

konflik secara damai. Dari kondisi Suriah tergambar jelas bahwa tentara pemerintah

maupun oposisi sama-sama bertindak diluar rasa kemanusiaan. Hal ini terlihat dari

kerusakan dan kehancuran infrastruktur, bangunan rumah, sekolah, rumah sakit,

maupun fasilitas umum, demikian banyak tersebar di hampir seluruh penjuru kota

Suriah. Korban tewas dan kehancuran Suriah pun akan terus berlanjut selama perang

masih berkecamuk.12

Selain itu, jika pihak oposisi Suriah berhasil menggulingkan rezim yang

berkuasa dengan kekerasan maka tidak lantas permasalahan akan langsung selesai.

Profesor pada Naval Postgraduate School, Glenn Robinson berpendapat bahwa jika

pemberontak Suriah menang, maka mereka akan melakukan balas dendam dan

memalukan demokrasi serta liberalisme. Sejalan dengan Robinson, Peneliti senior

University of Notre Dame’s Kroc Institute for International Peace Study, Madhav

Joshi mengungkapkan bahwa kemenangan militer dalam perang sipil mempunyai

dampak yang sangat berbahaya. Menurut Joshi, pihak pemenang akan berusaha untuk

11

“Russia criticizes Arab League over Syria seat”, Aljazeera, 28 Maret 2013, tersedia di:

http://www.aljazeera.com/news/europe/2013/03/2013328173751138369.html diunduh pada 20 Mei

2014 12

Trias Kuncahyono, “Suriah Dua Tahun Berlalu,” Harian Kompas, 15 Maret 2013, hal 10.

Page 17: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

6

menyingkirkan pihak lain dari pemerintahan dengan kekuatan militernya dari pada

berusaha untuk bekerja sama dengan musuhnya dalam perang.13

Dengan melihat fenomena seperti ini maka Liga Arab yang bertindak sebagai

organisasi regional yang salah satu anggotanya mengalami perang saudara yang

berlarut-larut menjadi menarik untuk diteliti lebih lanjut mengenai kebijakannya

untuk mendukung salah satu pihak yang bertikai. Mengapa Liga Arab memberi hak

kepada anggotanya untuk memasok senjata kepada pihak oposisi Suriah? Bukankah

ini akan memperburuk perang saudara yang tengah berkecamuk? Mengapa Liga Arab

memberikan dukungan pada salah satu pihak saja dalam penyelesaian konflik yang

terjadi di Suriah yang telah berlarut larut?

B. Pertanyaan Penelitian

Dari penjelasan pada latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang

akan diungkap dalam skripsi ini adalah: mengapa Liga Arab memberi dukungan

terhadap pihak oposisi Suriah dalam krisis politik yang terjadi di Suriah pada era

pemerintahan Bashar al Asad pada tahun 2013?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

13

Bilal Y.Saab dan Andrew J. Tabler, “No Settlement In Damascus: The Danger of a Negotiated

Peace,” Foreign Affairs, 2 Januari 2013, tersedia di

http://www.foreignaffairs.com/articles/138739/bilal-y-saab-and-andrew-j-tabler/no-settlement-in-

damascus diunduh pada 19 Mei 2014.

Page 18: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

7

1. Mengetahui alasan kebijakan Liga Arab yang memberi dukungan

kepada pihak oposisi Suriah.

2. Mengetahui dinamika politik Timur-Tengah

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Manfaat dari penelitian ini diharapkan mampu memberi

perkembangan bagi studi hubungan internasional khususnya dalam

studi organisasi internasional.

2. Penelitian ini juga diharapkan mampu memahami perkembangan Liga

Arab dan Timur-Tengah.

D. Tinjauan Pustaka

Sebelum skripsi ini ditulis, sebelumnya telah terdapat penelitian yang terkait

dengan skripsi ini. Pertama, tulisan Bruce Maddy-Weitzman yang berjudul The Arab

League Comes Alive. Artikel tersebut memuat mengenai suatu hal yang berada diluar

ekspektasi, yaitu adanya perubahan dalam Liga Arab yang di sangsikan oleh banyak

pihak sebagai organisasi yang tak bergigi menjadi organisasi yang anggotanya

menjadi kesatuan dalam manuver diplomatik dalam beberapa hal.14

Maddy-Weitzman memberikan contoh perubahan tersebut yakni ketika Liga

Arab memberikan legitimasi kepada Barat untuk mengintervensi penggulingan rezim

14

Bruce Maddy-Weitzman, “The Arab League Comes Alive”, Middle East Quarterly, Volume 19,

Issue 3, (Summer 2012), hal 71-78.

Page 19: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

8

Muammar al-Qaddafi di Libia. Liga Arab juga memberikan dukungan terhadap Gulf

Cooperation Council’s (GCC) yang sukses menekan Presiden Yaman, Ali Abdullah

Saleh untuk menyerahkan kekuasannya. Selain itu, Liga Arab telah secara aktif dalam

upaya penyelesain krisis di Suriah.15

Kedua, artikel jurnal yang ditulis oleh Philippe Droz-Vincent yang berjudul

“State of Barbary (Take Two): From the Arab Spring to the Return of Violence in

Syria”. Artikel ini membahas serangkaian protes oleh warga sipil terhadap

pemerintah yang berkuasa di Suriah yang berubah menjadi perang saudara.

Kekacauan di Suriah juga dipengaruhi oleh faktor regional dan internasional sehingga

menjadikan kekacauan semakin pelik. Hal tersebut dikarenakan Suriah berada di

tengah-tengah persaingan stategis di Timur Tengah, Suriah berbatasan langsung

dengan wilayah penting di wilayah Timur Tengah, yaitu: Irak, Lebanon, Israel,

Palestina dan Turki. Internasional dan regional faktor telah memperburuk

pertentangan yang terjadi di Suriah, yaitu: pertentangan perdamaian vs angkatan

bersenjata, nasionalis vs pergerakan sekte (anti Alawi), kemunculan pemberontakan

Arab vs Kurdi, secular vs pergerakan agama, dan lain sebagainya.16

Ketiga, thesis yang ditulis oleh Jacob M. Maddox yang berjudul Building

Peace In A Post- Assad Syria pada Naval Postgraduate School, Monterey, California

pada tahun 2013. Thesis tersebut membahas perang sipil di Suriah antara pemerintah

15

Ibid., 16

Philippe Droz-Vincent, “State of Barbary (Take Two): From the Arab Spring to the Return of

Violence in Syria”, Middle East Journal, Volume 68, no. 1, (winter 2014), hal 33-58.

Page 20: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

9

dengan berbagai macam kelompok oposisi yang terus berlanjut. Konflik berlanjut dan

berdampak pada negara-negara tetangga dan memperluas konflik dan meningkatkan

beban ekonomi yang disebabkan dari korban pengungsi. Thesis ini menganalisis

rencana pasca konflik yang penting bagi stabilitas regional dan bagi Suriah. Selain

itu, menjelaskan suatu skenario setelah konflik usai menuju perdamaian.17

Perbedaan antara penelitian-penelitian di atas dengan skripsi ini adalah skripsi

ini lebih memfokuskan pada kebijakan Liga Arab dalam konflik Suriah yang lebih

khusus lagi pada dukungan Liga Arab terhadap pihak oposisi Suriah. Sehingga

permasalahan yang akan dibahas lebih spesifik dan mempunyai ruang lingkup yang

lebih sempit dibanding dengan penelitian yang telah dilakukan di atas.

E. Kerangka Teori

Untuk membantu menganalisis Kebijakan Liga dalam memberi dukungan

kepada pihak oposisi Suriah digunakan teori Liberal Institusional dan Organisasi

internasional.

1. Liberal Institusional

Menurut David Baldwin Liberal Institusional atau neo-liberal institutional

mempunyai pengaruh terhadap hubungan internasional pada masa kini. Liberal

Institusional dipercaya oleh para peneliti untuk melawan pemikiran Realis dan neo-

17 Jacob M. Maddox, Building Peace In A Post- Assad Syria, (California : Naval Postgraduate School

2013), hal 1-81.

Page 21: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

10

realis. Liberal Institusional mempunyai asumsi bahwa jalan menuju perdamaian dan

pencapaian keuntungan adalah dengan membuat negara independen mengumpulkan

segala sumber yang ada dalam kedaulatannya untuk menciptakan komunitas yang

terintegrasi. Hal tersebut guna mempromosikan pertumbuhan ekonomi atau merespon

masalah regional.18

Liberal Institusional memiliki asumsi mengenai interdependensi internasional,

yaitu suatu deskripsi tentang hubungan antara aktor negara dan aktor non negara

dalam lingkungan anarki pada dunia politik. Ide inti dari Liberal Institusional adalah

kompleks interdependen, yang menurut Keohane dan Nye merupakan suatu dunia

dimana aktor selain negara berpartisipasi langsung dalam dunia politik dan tidak ada

hirarki isu yang jelas serta kekuatan militer menjadi instrument kebijakan yang tidak

efektif.19

Para peneliti berpendapat bahwa dunia telah berubah menjadi pruralis akibat

bentuk aktor yang terlibat dalam interaksi internasional dan aktor yang terlibat

tersebut lebih bergantung satu dengan yang lainnya. Kompleks interdependen

mempunyai asumsi bahwa dunia identik pada empat karakteristik yaitu: pertama,

peningkatan hubungan antara aktor negara dan aktor non-negara. Kedua, agenda baru

dalam isu-isu internasional dengan tanpa pembedaan antara high politics dan low

politics. Ketiga, terdapatnya berbagai jaringan guna berinteraksi antar aktor lintas

18

John Baylis & Steve Smith, The Globalization of World Politics, An introduction to international

relations, Third Edition, (New York: Oxford University Press Inc. 2001), hal 213. 19

Junita Elias & Peter Sutch, The Basic International Relation, (New York: Routledge, 2007), hal 72.

Page 22: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

11

batas negara. Keempat, penurunan penggunaan kekuatan militer sebagai alat negara.

Kompleks interdependen juga memunyai anggapan bahwa globalisasi menghasilkan

suatu peningkatan dalam jaringan untuk berinteraksi, sebagaimana jumlah

interkoneksi.20

Liberal Institusional atau Institutional theory mempunyai banyak kesamaan

asumsi dengan Neo-realis. Neo-realis memberikan fokus lebih terhadap konflik dan

kompetisi serta meminimalkan peluang kerjasama sekalipun dalam sistem

internasional yang anarki. Sedangkan Neo-liberal Institutional melihat institusi

sebagai mediator guna menghasilkan kerjasama antar aktor dalam sistem. Liberal

Institutional memiliki fokus pada isu global governance serta penciptaan dan

pemeliharaan institusi yang berkaitan dengan manajemen proses globalisasi.21

Dengan berakhirnya perang dingin, negara-negara mengubah haluan

keamanan pada ancaman terorisme, pengembangan senjata pemusnah masal,

peningkatan konflik internal yang mengancam keamanan regional maupun global.

Graham Allison mengungkapkan, konsekuensi dari globalisasi adalah keamanan dari

terorisme, penjualan obat terlarang yang merupakan masalah yang tidak dapat

diselesaikan oleh satu negara. Kesuksesan dalam merespon ancaman keamanan

membutuhkan penciptaan tatanan regional dan tatanan global yang mempromosikan

20

Baylis & Smith. The Globalization, hal 213. 21

Ibid.

Page 23: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

12

kerjasama antar negara dan koordinasi kebijakan untuk merespon ancaman keamanan

tersebut.22

Kaum Liberal Institusional menganggap bahwa peran institusi akan

membantu menekan kekacauan anarki internasional, melalui institusi yang dibentuk

maka setiap negara memiliki kewajiban untuk mematuhi aturan yang berlaku di

antara mereka.23

Robert Keohane berpendapat bahwa akibat peristiwa serangan

teroris 9/11 di Amerika Serikat telah menciptakan koalisi besar melawan terorisme

yang melibatkan banyak negara dan institusi penting regional dan global. Liberal

Institusioanl mendukung kerjasama multilateral dan mengkritik preemptive dan

uniteralism penggunaan militer.24

Menurut Baylis dan Smith terdapat beberapa asumsi inti dari Liberal

Institusional, yaitu:

1. Negara merupakan aktor utama dalam hubungan internasional, akan tetapi

bukan merupakan satu-satunya aktor yang signifikan. Negara merupakan

aktor atau instrumen rasional yang selalu berusaha memaksimalkan

kepentingannya dalam segala isu.

2. Dalam lingkungan yang kompetitif, negara berusaha memaksimalkan

absolute gains melalui kerjasama. Perilaku rasional mengarahkan negara

22

Ibid. 23

Rachamawati, Iva. 2012. Memahami Perkembangan Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta:

Aswaja Pressindo. hal 86. 24

Baylis & Smith, The Globalization, hal 213.

Page 24: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

13

untuk melihat nilai dalam perilaku kerjasama. Negara sedikit

memperhatikan pada keuntungan yang didapat dari negara lain dalam

kerjasama.

3. Tantangan terbesar untuk menyukseskan kerjasama adalah ketidakpatuhan

atau kecurangan yang dilakukan oleh negara.

4. Kerjasama merupakan suatu hal yang tidak pernah tidak bermasalah, akan

tetapi negara akan memberikan loyalitas dan sumber daya kepada institusi

jika hal tersebut dilihat sebagai sesuatu yang saling menguntungkan dan

meningkatkan kesempatan kepada negara untuk mengamankan

kepentingan internasionalnya. 25

Perspektif Liberal Institusional lebih relevan dalam area isu dimana negara-

negara saling memiliki kepentingan. Institusi diciptakan untuk mengatur perilaku

internasional. Pandangan tersebut mungkin kurang relevan dalam area di mana

negara-negara tidak saling mempunyai kepentingan.26

2. Organisasi Internasional

Selain Liberal Institusional perlu juga dipahami mengenai konsep organisasi

internasional. Menurut Michael Hass yang dikutip oleh James N. Rosenau, organisasi

internasional memiliki dua pengertian yaitu: pertama, sebagai suatu lembaga atau

struktur yang mempunyai serangkaian aturan, anggota, jadwal, tempat, dan waktu

25

Baylis & Smith, The Globalization , hal 213-124. 26

Ibid. hal 214.

Page 25: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

14

pertemuan; kedua, organisasi internasional merupakan pengaturan bagian-bagian

menjadi satu kesatuan yang utuh di mana tidak ada aspek non-lembaga dalam istilah

organisasi internasional ini.27

Organisasi internasional memiliki tujuan untuk mengkoordinasikan kegiatan-

kegiatan dengan metode melangsungkan koordinasi secara rutin dengan teknik seperti

pembagian tugas-tugas khusus. Hal tersebut dilakukan secara formal dalam struktur

resmi beserta aparat lembaga atau secara informal dengan sistem praktek yang tidak

tertulis di mana unit-unit dalam sistem mempunyai peranan yang berbeda seperti

peranan sebagai pemimpin dan yang dipimpin.28

Menurut Clive Archer, organisasi internasional setidaknya memiliki tiga

peranan, yaitu:

1. Organisasi internasional sebagai instrumen yang digunakan oleh negara-

negara anggotanya untuk mencapai tujuan tertentu berdasarkan kepentingan

negaranya.

2. Organisasi internasional sebagai arena atau tempat bertemu bagi anggota-

anggotanya untuk membicarakan masalah-masalah yang dihadapi. Organisasi

internasional digunakan oleh negara-negara untuk berdiskusi, mengangkat

masalah dalam negerinya, ataupun masalah dalam negeri orang lain.

27

James N. Rosenau, International Politics and Foreign Policy: A Reader in Research Theory, (New

York: The Free Press, 1969), hal 131. 28

Ibid., hal 132.

Page 26: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

15

3. Organisasi internasional sebagai aktor independen yang dapat membuat

keputusan-keputusan sendiri tanpa dipengaruhi oleh kekuasaan atau paksaan

dari luar organisasi.29

Sedangkan menurut A. Le Roy Bennet yang juga dikutip oleh Perwita dan

Yani, organisasi internasional memiliki setidaknya dua fungsi, yaitu:

1. Menyediakan hal-hal yang dibutuhkan bagi kerjasama yang dilakukan antar

negara dimana kerjasama itu menghasilkan keuntungan yang besar bagi

seluruh bangsa.

2. Menyediakan banyak saluran-saluran komunikasi antar pemerintahan

sehingga ide-ide dapat bersatu ketika masalah muncul ke permukaan.30

Dalam aktivitas organisasi internasional dapat terlihat beberapa peran yang

signifikan, yaitu organisasi inetrnasional sebagai inisiator, fasilitator, mediator,

rekonsiliator dan determinator. Dalam isu-isu tertentu organisasi internasional

muncul sebagai aktor independen dengan hak-hak sendiri untuk

mengimplementasikan, memonitor, dan menengahi perselisihan yang timbul dari

adanya keputusan-keputusan yang dibuat oleh negara.31

Teori Liberal Instutional dan teori organisasi internasional merupakan dua

teori yang tepat untuk memahami fenomena kebijakan Liga Arab di Suriah pada

29

Archer Clive, International Organizations, (London: Allen & Unwin Ltd. 1983), hal 130-141. 30

Anak Agung Banyu Perwita & Yanyan Yani, Pengantar Hubungan Internasional (Bandung: Rosda

Karya, 2006), hal 97. 31

Ibid. hal 95.

Page 27: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

16

tahun 2013. Kedua teori tersebut dapat digunakan untuk memahami perilaku Liga

Arab serta negara-negara anggotanya dalam mengambil kebijakan. Pertama-tama

akan dijelaskan permasalahan yang ada, kemudian dielaborasi dengan kedua teori

yang ada guna mendapatkan analisis yang tepat.

F. Metode Penelitian

Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kualititatif. Penelitian kualitatif menurut W. Lawrence Neuman menggunakan suatu

bahasa dari kasus dan konteks, dengan memperhatikan proses sosial serta kasus

dalam konteks sosial, dan juga melihat interpretasi atau pemberian makna pada

sesuatu hal yang spesifik. Selain itu juga melihat kehidupan sosial dari berbagai sudut

pandang berbeda dan menjelaskan bagaimana manusia mengkonstruksi identitas.32

Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah penyebab Liga Arab dalam memberi

dukungan kepada pihak oposisi Suriah.

Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian adalah data sekunder yang

diperoleh dari berbagai sumber, yakni buku, jurnal, skripsi, surat kabar dan media

elektronik. Penulis mengumpulkan data dari berbagai sumber, yakni Perpustakaan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Nasional

Republik Indonesia, dan internet.

G. Sistematika Penulisan

32

Laurence W. Neuman, Basic of Social Research Qualitative and Quantitative Approaches, (Second Edition. Pearson Education, Inc. 2007), hal 88.

Page 28: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

17

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Pertanyaan Penelitian

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

D. Tinjauan Pustaka

E. Kerangka Teori

F. Metode Penelitian

G. Sistematika Penulisan

BAB II LIGA ARAB DAN PERANNYA DI TIMUR TENGAH

A. Sejarah dan Perkembangan Liga Arab

B. Stuktur dan Sistem Organisasi Liga Arab

C. Peran Liga Arab Dalam Peta Politik Timur Tengah

BAB III KONFLIK SURIAH PADA ERA ARAB SPRING DAN

KONDISI DI TIMUR TENGAH

A. Sekilas Mengenai Negara Suriah

B. Konflik Antara Pemerintah dan Pihak Oposisi Suriah

C. Dampak Konflik Suriah Pada Era Arab Spring Terhadap

Negara-Negara di Timur Tengah

BAB IV KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH

PADA ERA ARAB SPRING DAN ALASANNYA

Page 29: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

18

A. Dukungan Liga Arab Pada Kubu Oposisi Suriah

1. Pemberian Kursi Delegasi Suriah Kepada Kubu Oposisi

Pada KTT Liga Arab di Doha, Qatar 2013

2. Pemberian Hak oleh Liga Arab Kepada Anggotanya untuk

Memasok Senjata Kepada Pihak Oposisi Suriah

B. Alasan Liga Arab Mendukung Kubu Oposisi Suriah

C. Dampak Keputusan Liga Arab Mendukung Oposisi Suriah

terhadap Konflik di Suriah

BAB V KESIMPULAN

Page 30: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

19

BAB II

LIGA ARAB DAN PERANNYA DI TIMUR TENGAH

Pada bab ini akan dijelaskan dinamika Liga Arab sebagai organisasi regional

serta kontribusinya bagi negara-negara anggotanya. Pertama akan dijelaskan

mengenai awal mula terbentuknya Liga Arab serta perkembangan yang terjadi

didalam Liga Arab. Dilanjutkan dengan pembahasan struktur dan sistem organisasi

Liga Arab. Kemudian diakhir bab akan dibahas kontribusi Liga Arab dalam

dinamika politik kawasan Timur Tengah.

A. Sejarah dan Perkembangan Liga Arab

Organisasi regional Liga Arab (Al-Jami’a al-Arabiyah) didirikan pada 22

Maret 1945. Organisasi ini mempunyai tujuan untuk mengkoordinasikan kebijakan

negara-negara anggota serta mempersatukan kebijakan politik mereka serta

membangun masa depan bersama yang lebih baik. Liga Arab berkoordinasi tidak

hanya dalam bidang politik, namun juga dalam bidang pendidikan, keuangan, hukum,

keamanan, budaya, sosial dan komunikasi.33

Regionalisme yang dibangun Liga Arab

tidak hanya berdasar pada letak geografis yang berdekatan, namun juga pada aspek

identitas dan budaya.34

33

Cris E. Toffolo, Global Organizations: The Arab League, (New York: Chelsea House, 2008), hal 7 34

Ziyad Falahi, ”Prospek Regionalisme Timur Tengah Pasca-Arab Spring: Telaah terhadap Identitas

Kolektif Liga Arab,” Jurnal Kajian Wilayah. Volume 3, nomor 2 (2012), hal 193

Page 31: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

20

Ketika Liga Arab didirikan, organisasi regional ini hanya beranggotakan tujuh

anggota, yaitu: Mesir, Suriah, Irak, Jordania, Arab Saudi, dan Yaman. Persiapan

pembentukan Liga Arab secara formal dimulai pada 6 Oktober 1994 di Alexandria,

Mesir. Dari pertemuan tersebut dihasilkan Protokol Alexandria yang intinya berisi

mengenai pembentukan Liga Arab, kerjasama di bidang sosial, ekonomi, budaya

serta bidang lainnya, dan upaya perlindungan terhadap Palestina. Pasca dihasilkan

Protokol Alexandria, terdapat serangkaian negosiasi yang kemudian melahirkan

Piagam Liga Arab yang secara formal menandakan berdirinya organisasi Liga Arab

pada 22 Maret 1945.35

Keanggotaan Liga Arab semakin bertambah ketika negara-negara di kawasan

tersebut merdeka dari penjajahan serta melihat keuntungan dalam bergabung

organisasi tersebut. Selain itu dalam Liga Arab juga terdapat beberapa negara

pengamat, yaitu: Armenia, Chad, Turki, Venezuela, India, Eritia. Hingga saat ini

negara anggota Liga Arab memiliki luas daerah mencapai 13,5 juta kilometer persegi.

Di bawah ini disajikan gambar mengenai keanggotaan Liga Arab dan negara

pengamat serta tahun negara tersebut bergabung dalam Liga Arab36

:

35

Amitav Acharya dan Alastair Iain Johnston, Crafting Cooperation: Regional International

Institutions in Comparative Perspective, (New York: Cambridge University Press, 2007), hal 190. 36

Toffolo, Global Organizations, hal 10.

Page 32: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

21

Gambar 1. Peta Negara Negara Anggota Liga Arab

Sumber: Global Organizations: The Arab League, (New York: Chelsea House, 2008), hal 7.

Page 33: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

22

Liga Arab merupakan organisasi regional pertama yang didirikan, bahkan

sebelum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) didirikan secara resmi pada 24 Oktober

1945. Organisasi ini muncul dari ide mengenai Pan-Arabisme, yakni suatu gagasan

yang memandang bahwa negara-negara Arab harus bersatu untuk menghentikan

dominasi bangsa Eropa. Salah satu upaya Liga Arab untuk merealisasikan ide Pan-

Arabisme tersebut adalah dengan membentuk Kerjasama Keamanan dan Ekonomi

(JDEC) yang bertujuan untuk melarang penggunaan senjata dalam penyelesaian

konflik antar anggota Liga Arab dan saling membantu ketika terjadi serangan dari

luar Liga Arab.37

Gagasan Pan-Arabisme tersebut kemudian mengalami

perkembangan dalam Liga Arab yang terejawantah dalam mempromosikan

kepentingan-kepentingan negara Arab dalam bidang politik, ekonomi, militer,

keamanan, dan budaya.38

Organisasi regional yang dibentuk dengan kerangka Pan-Arabisme ini juga

ditujukan untuk menjaga kedaulatan negara dan berkomitmen untuk membuat aturan

bersama secara konsensus dengan negara-negara anggotanya. Pada tahun 1950an

hingga 1960an Liga Arab berupaya menyelesaikan permasalahan serta bekerjasama

dengan dilandasi nilai-nilai yang berkaitan dengan Pan-Arabisme yang

mengedepankan persatuan negara-negara Arab. Pada masa ini negara-negara anggota

37

Toffolo, Global Organization, hal 18 38

Wan Chen & Jun Zhao, “The Arab League‟s Decision-making System and Arab Intergration”,

Journal of Middle Eastern and Islamic Studies (in Asia), Volume 3, no. 2 (2009), hal 59.

Page 34: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

23

Liga Arab mulai mengupayakan pembangunan negara dan berusaha mempertahankan

keamanan negara mereka.39

Tujuan lain didirikannya Liga Arab adalah untuk memperjuangkan

kepentingan-kepentingan negara Arab di PBB dan organisasi dunia lainnya.

Organisasi regional ini juga berusaha untuk menyelesaikan konflik yang muncul di

antara negara anggota maupun antara negara anggota dengan negara lain. Hal ini

dapat dilihat dari upaya Liga Arab menyelesaikan konflik antara Lebanon dan Suriah

yang juga melibatkan Israel. Selain itu, terdapat upaya penyelesaian masalah yang

juga dilakukan pada peristiwa genosida di Darfur, Sudan yang menewaskan ratusan

ribu jiwa dan mengakibatkan jutaan orang mengungsi. Hal serupa juga dilakukan oleh

Liga Arab di Somalia yang mengalami perang sipil serta invasi dari Ethiopia.40

Pada awal pembentukan organisasi, Liga Arab memandang bahwa terdapat

kesamaan masalah yang dihadapi oleh wilayah-wilayah negara berkembang, yaitu

perjuangan untuk menghentikan penjajahan dan peningkatan pembangunan ekonomi.

Melihat permasalahan tersebut kemudian Liga Arab mendirikan institusi-institusi

yang diharap mampu membantu pembangunan ekonomi negara-negara anggota Liga

Arab. Sebagai contoh didirikannya Dana Arab untuk Bantuan Teknik kepada Afrika

dan negara-negara Arab (AFTAAAC).41

39

Acharya dan Johnston, Crafting Cooperation, hal 213. 40

Toffolo, Global Organization, hal 20. 41

Ibid., hal 20.

Page 35: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

24

Selain itu juga terdapat Bank Arab untuk Pembangunan Ekonomi di Afrika

(BADEA). Bank ini dibentuk untuk menindaklanjuti Konfersensi Tingkat Tinggi

Liga Arab di Aljazair pada 28 November 1973 dan bank tersebut mulai beroperasi

pada Maret 1975. BADEA didirikan untuk memperkuat perekonomian, keuangan dan

kerjasama antara Arab dan Afrika serta mempererat hubungan antara negara-negara

yang terlibat didalamnya. Hal tersebut dilakukan dengan cara memberikan bantuan

keuangan guna mengembangkan ekonomi serta memberikan bantuan teknis untuk

negara-negara Afrika.42

Kemudian pada perkembangannya, Liga Arab juga membentuk institusi lain

di bawahnya, program-program, serta mengeluarkan kebijakan regional guna

membantu pembangunan negara-negara anggota. Hal ini terlihat pada pembentukan

Dewan Sosial dan Ekonomi serta pembentukan Bank Pembangunan Arab yang kini

dikenal sebagai Arab Financial Organization. Kemudian pada tahun 1965 dibentuk

Arab Common Market guna membebaskan pajak, memberikan bantuan keuangan,

dan perpindahan pekerja secara bebas antar negara anggota Liga Arab. Di bidang

perminyakan dibentuk Organisasi Pengekspor Minyak Negara Arab (OAPEC) yang

bertujuan untuk memformulasi kebijakan dalam produksi dan penjualan minyak.

Terdapat juga Greater Arab Free Trade Area (GAFTA) sebagai kebijakan pasar

bebas di wilayah Liga Arab yang berlaku pada tahun 2005.43

42

“Introduction”, Arab Bank for Economic Development in Africa, tersedia di:

http://www.badea.org/introduction.htm diunduh pada 22 september 2014. 43

Toffolo, Global Organization, hal 23-24.

Page 36: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

25

B. Stuktur dan Sistem Organisasi Liga Arab

Dalam organisasi Liga Arab terdapat struktur yang komplek yang terdiri dari

beberapa dewan spesial, komite permanen, agensi spesial, dan badan-badan lain.

Secara struktur Liga Arab memiliki dua badan yang menjadi pusat dari badan-badan

lain, yaitu Dewan Liga Arab dan Komite Spesial Permanen.44

Dewan Liga

keanggotaannya terdiri dari perwakilan setiap negara anggota yang biasanya diwakili

oleh masing-masing menteri luar negeri negara anggota Liga Arab. Dewan ini

melakukan pertemuan dua kali dalam setahun di markas besar Liga Arab di Kairo,

Mesir setiap bulan Maret dan September. Pertemuan tambahan juga dapat digelar jika

terdapat dua atau lebih anggota atau Sekretaris Jenderal yang ingin menggelar

pertemuan dan mendapat persetujuan dari sepertiga negara anggota. Pada pertemuan

yang dilaksanakan setiap bulan Maret tiap tahunnya juga akan dihadiri oleh para

kepala negara anggota Liga yang akan membahas mengenai isu-isu regional.45

Dalam menjalankan tugasnya, Dewan Liga Arab memunyai sedikitnya lima

fungsi utama, yaitu46

:

1. Sebagai pengambil keputusan untuk menerima anggota baru Liga Arab

dan pengeluaran anggota Liga Arab;

44

Marco Pinfari, “Nothing but Failure? The Arab League and the Gulf Cooperation Council as

mediators in Middle Eastern Conflicts”. Crisis State Research Center, Working Paper no. 45 (Maret

2012) hal 3. 45

Toffolo, Global Organization, hal 46. 46

Andreas Kettis, “EU-League of Arab States relations: Prospects for closer parlementary

cooperation”, Policy Briefing European Parliament, (Mei 2013) hal 6-7.

Page 37: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

26

2. Sebagai penentu dalam mengawali amandemen piagam atau pakta Liga

Arab;

3. Melakukan mediasi guna menyelesaikan permasalahan yang dapat

mengakibatkan perang antara negara anggota Liga Arab maupun

negara anggota dengan negara non-anggota;

4. Membentuk badan-badan pendukung dan yang berafiliasi dengan Liga

Arab;

5. Menetapkan Sekretaris Jenderal.

Dewan Liga Arab juga bertugas untuk membuat laporan dan menyusun

agenda pertemuan serta membuat kebijakan dan memastikan implementasinya.47

Selain itu Dewan Liga Arab juga bertanggung jawab untuk menyelesaikan konflik

tanpa penggunaan senjata serta pengambilan keputusan yang oleh Dewan Liga Arab

didasarkan pada suara mayoritas dalam voting. Dewan juga bertugas melindungi

negara yang mendapatkan agresi, dan mengkoordinasikan kerjasama dengan

organisasi internasional lain.48

Dewan Liga Arab memiliki penasihat dalam melaksanakan tugasnya,

penasihat tersebut merupakan Komite Spesial Permanen. Komite ini terdiri dari

beberapa menteri dari negara anggota dan ditambah dengan beberapa staf teknis.

Selain memberikan nasihat terhadap Dewan Liga Arab, komite ini juga memberi

nasihat kepada badan badan lain pada Liga Arab dan membantu dewan dalam

mengimlementasikan kebijakan yang dihasilkan oleh Liga Arab. Selain itu juga

47

Toffolo, Global Organization, hal 48. 48

Pinfari, “Nothing but Failure?” hal 3.

Page 38: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

27

terdapat Dewan Menteri Spesial dari setiap negara anggota yang bekerja untuk

memformulasikan kebijakan dan bekerjasama di bidang-bidang tertentu.49

Untuk menjalankan roda organisasi secara baik dan berkesinambungan Liga

Arab membentuk Sekretariat Jenderal. Dalam sekretariat tersebut terbagi menjadi

beberapa departemen yang dipimpin oleh asisten Sekretaris Jenderal. Terdapat empat

departemen utama di bawah pimpinan Sekretaris Jenderal yang saat ini dipimpin oleh

Nabil El Araby, yaitu departemen ekonomi, departemen militer, departemen

Palestina, dan departemen administrasi dan keuangan. Sekretaris Jenderal dipilih oleh

Dewan Liga Arab dengan menggunakan voting setiap lima tahun sekali. Sekretaris

Jenderal bertugas mewakili Liga Arab dalam forum internasional dan

mengkoordinasikan posisi Liga Arab dalam isu-isu utama pada tataran internasional

serta memediasi konflik yang terjadi antara anggota Liga Arab.50

Berdasarkan fungsi dan tugas dari masing-masing posisi dalam struktur Liga

Arab maka dapat juga di gambarkan bahwa Konferensi Tingkat Tinggi Liga Arab

sebagai acuan organisasi dalam tataran makro. Sedangkan Dewan Liga Arab dan

Komite sebagai pembangun kerangka kebijakan yang lebih spesifik. Sementara

Dewan Menteri sebagai pemberi nasihat dan saran dalam pembuatan kebijakan.51

Pada tahun 2005 Liga Arab membentuk Parlemen Liga Arab yang disisi oleh

empat perwakilan dari masing-masing negara anggota. Parlemen ini menangani isu-

49

Toffolo, Global Organization, hal 48 50

Ibid., hal 49. 51

Chen & Zhao, “The Arab Leagu‟s Decision”, hal 61.

Page 39: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

28

isu sosial, ekonomi, dan budaya. Badan ini dipandang lemah karena tidak mempunyai

kekuatan untuk mencitpatakan peraturan atau hukum yang mengikat.52

Meski

demikian dengan seiring berjalannya waktu Parlemen ini diharapkan dapat

memainkan peran penting dalam Liga Arab seperti halnya Parlemen Uni Eropa yang

pada awal berdirinya juga memiliki kelemahan. Parlemen memiliki potensi untuk

tumbuh menjadi institusi yang lebih kuat dengan adanya momentum Arab Spring

dengan menyuarakan demokrasi, HAM dan keadilan sosial pada negara-negara

Arab.53

Pada proses penentuan kebijakan pada Liga Arab terdapat sistem voting yang

dimiliki oleh setiap negara anggota, yaitu satu suara untuk setiap negara anggota.

Dibutuhkan dua pertiga suara dalam menentukan sebuah kebijakan yang akan diambil

oleh dewan, namun untuk hal-hal yang dianggap penting dibutuhkan konsensus guna

menentukan kebijakan tersebut.54

Selain prinsip konsensus juga terdapat prinsip

hukum domestik yang mengisyaratkan bahwa negara anggota memunyai keputusan

final dalam isu-isu penting. Sehingga dapat dikatakan bahwa proses pengambilan

keputusan dalam Liga Arab didasarkan pada negosiasi di antara anggota Liga Arab.55

Organisasi ini tidak memunyai mekanisme untuk memaksa atau mengikat anggotanya

52

Toffolo, Global Organization, hal 51. 53

Kettis, “EU-League of Arab States relations”, hal 8-9. 54

Toffolo, Global Organization, hal 48. 55

Chen & Zhao, “The Arab League‟s decision”, hal 61.

Page 40: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

29

dengan resolusi yang telah dibuat. Selain itu, kedaulatan nasional negara anggota

yang harus lebih dihargai dibanding dengan kebijakan Liga Arab.56

Dengan demikian kepentingan negara-negara anggota Liga Arab sangat

menentukan proses pembuatan kebijakan organisasi. Suatu kebijakan dapat dibuat

dan diimplementasikan bergantung pada kepentingan negara-negara anggota Liga

Arab. Jika kepentingan negara-negara anggota Liga Arab memiliki kesamaan maka

kebijakan akan mudah untuk diciptakan dan diimplementasikan. Namun jika terdapat

perbedaan kepentingan antara negara-negara anggota maka kebijakan akan sulit

untuk di buat dan dilaksanakan pada Liga Arab.57

Badan-badan dalam Liga Arab mempunyai tujuan utama untuk bekerjasama

guna menyelesaikan masalah anggotanya dan membantu anggotanya tumbuh menjadi

kuat dan independen. Tujuan tersebut diupayakan melalui beberapa tugas Liga Arab

yaitu58

:

1. Mempromosikan keamanan negara-negara Arab;

2. Mendukung Palestina;

3. Membantu negara-negara Arab independen dari penjajahan Barat;

4. Mengkoordinasi kebijakan luar negeri anggota Liga Arab;

56

Jonathan Masters, “The Arab League”, Council of Foreign Relations, 26 Januari 2012, tersedia di

http://www.cfr.org/middle-east-and-north-africa/arab-league/p25967 diunduh pada 19 September

2014. 57

Chen & Zhao, “The Arab League‟s decision”, hal 62. 58

Toffolo, Global Organization, hal 44

Page 41: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

30

5. Melarang anggota untuk menggunakan kekerasan di antara anggota

dan membantu menyelesaikan konflik di antara anggota dengan

damai;

6. Meningkatkan perekonomian dan pengembangan keuangan serta

berintegrasi;

7. Mengembangkan pertanian dan industri;

8. Mengembangkan komunikasi dan transportasi;

9. Memelihara budaya dan membangun pendidikan;

10. Mengesampingkan isu-isu nasionalisme (paspor, visa, dan ekstradisi

kriminal);

11. Mempromosikan kesehatan publik.

C. Peran Liga Arab Dalam Peta Politik Timur Tengah

Liga Arab yang telah dibentuk sejak tahun 1945 telah turut andil dalam

dinamika hubungan regional di kawasan Timur-Tengah. Pada masa awal

eksistensinya, Liga Arab telah aktif dalam pembebasan negara-negara Arab dari

penjajahan. Organisasi kawasan ini juga berupaya menguatkan kerjasama di bidang

ekonomi, keuangan, dan perdagangan walau hasilnya dinilai oleh sebagian kalangan

tidak begitu memusakan.59

Pendirian Liga Arab memunyai berbagai tujuan guna memenuhi kepentingan

negara-negara anggotanya di berbagai bidang. Akan tetapi dalam perjalanannya aspek

politik memunyai andil yang sangat penting dalam dinamika Liga Arab. Hal ini dapat

59

Marina Sapronova, “The New Role of the Arab League in Regional and International Relations”,

New Eastern Outlook, 17 Maret 2013, tersedia di http://journal-neo.org/2013/03/17/the-new-role-of-

the-arab-league-in-regional-and-international-relations/ diunduh pada 17 September 2014.

Page 42: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

31

dilihat dari masalah terusan Suez tahun 1967 dan perang Yom Kippur tahun 1973

yang berpengaruh terhadap dinamika ekonomi politik internasional. Selain itu,

pemberhentian keanggotaan Mesir dari Liga Arab karena mengadakan perjanjian

damai dengan Israel juga memperlihatkan bahwa aspek politik merupakan aspek yang

sangat berperan penting dalam Liga Arab.60

Sebagian kalangan menilai bahwa Liga Arab sebagai organisasi yang kurang

efektif dan efisien. Organisasi ini kurang tanggap dan sigap dalam menyelesaikan

permasalahan-permasalahan penting di kawasannya. Hal ini dikarenakan sistem

Dewan Liga Arab yang menggunakan sistem konsensus untuk melakukan segala

tindakan yang dianggap penting. Sistem tersebut memperlambat proses pembuatan

kebijakan dan implementasinya serta memperkecil kemungkinan kebijakan dapat

dihasilkan karena terdapat perbedaan pendapat di antara anggota Liga Arab.61

Liga Arab juga dipandang sebagai organisasi yang tidak mampu menjalin

kerjasama yang baik dalam bidang politik dan militer dalam mencegah konflik

maupun menyelesaikan konflik yang telah terjadi. Menurut Zacher yang dikutip oleh

Pinfari, berdasarkan data konflik yang terjadi antara tahun 1946-1977, Liga Arab

hanya mampu memediasi 12% konflik yang terjadi di wilayah negara-negara anggota

60

Falahi, “Prospek Regionalisme Timur-Tengah”, hal 93. 61

Toffolo, Global Organization, hal 121.

Page 43: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

32

Liga Arab. Sedangkan menurut Ibrahim Awad, Liga Arab hanya mampu

menyelesaikan enam konflik dari 77 konflik ada antara tahun 1945-1981. 62

Sementara dari sejumlah data yang dikumpulkan oleh Pinfari sejak tahun

1945-2008 Liga Arab memediasi 19 konflik dari 56 konflik yang terjadi dan berhasil

menyelesaikan lima dari 19 konflik yang dimediasi. Berdasarkan upaya-upaya yang

dilakukan oleh Liga Arab dalam menyelesaikan masalah konflik yang terjadi di

kawasannya, Liga Arab sangat mengecewakan, khususnya dalam masalah perang

sipil. Hal tersebut terlihat dari keterlibatan Liga Arab yang hanya menjadi mediator

pada lima perang sipil dari 22 perang sipil berskala besar yang terjadi di kawasan

Timur-Tegah sejak tahun 1945.63

Di sisi lain, sejak tahun 1945 hingga tahun 1980an Liga Arab telah

menghasilkan lebih dari 4000 resolusi, namun sekitar 80% dari resolusi tersebut tidak

pernah terimplementasi. Oleh sebab itu Michael Barnet dan Etel Soligen yang dikutip

oleh Acharya, menjuluki Liga Arab “be seen but not heard”. Hal tersebut

dikarenakan negara-negara anggota Liga Arab berupaya untuk memaksimalkan

kepentingan negaranya masing-masing seperti mengedepankan keberlangsungan

hidup negaranya dan aliansi politiknya masing-masing.64

Dalam debat regional yang diselenggarakan oleh Qatar Foundation tahun

2006, kandidat Presiden Lebanon pernah mengatakan bahwa Liga Arab sebagaimana

62

Pinfari, “Nothing but Failure?”, hal 6. 63

Ibid., hal 10. 64

Acharya dan Johnston, Crafting Cooperation, hal 213.

Page 44: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

33

banyak orang Arab melihat organisasi regional tersebut “inefficient, counter-

productive, a sham and corrupt.” Liga Arab juga dipandang gagal dalam melindungi

hak asasi manusia dan tidak mampu melawan tindakan yang semena-mena. Namun

beberapa pihak mengatakan bahwa kegagalan-kegagalan ini disebabkan oleh berbagai

masalah yang dihadapi, seperti permasalahan konflik Arab dengan Israel, intervensi

kekuatan asing, kepentingan minyak, dan perang melawan terorisme yang

digaungkan oleh Amerika Serikat.65

Pandangan lain mengatakan bahwa kegagalan

tersebut disebabkan oleh adanya ambisi dari masing-masing negara anggota yang

menghambat kebijakan-kebijakan dalam berbagai bidang penting dalam Liga Arab.66

Walaupun terdapat banyak kritik mengenai keefektifan dan efisiensi dalam

menjalankan roda organisasinya, Liga Arab telah berperan penting dalam

meningkatkan perhatian diantara negara-negara anggotanya, di PBB dan organisasi

regional lain. Hal ini dapat dilihat dari kerjasama ekonomi yang kuat pada tataran

regional. Selain itu, Liga Arab juga telah membuat standar pendidikan dan kurikulum

regional serta memfasilitasi pelatihan bagi para guru dan pelestarian kebudayaan.

Lebih lanjut pemimpin-pemimpin di kawasan tersebut juga telah menyetujui

kolaborasi dalam penelitian dan meningkatkan pendanaan untuk pengembangan ilmu

dan teknologi. Pandangan lain yang juga melihat bahwa Liga Arab merupakan suatu

65

Toffolo, Global Organization, hal 121-122. 66

Sapronova, “The New Role of the Arab League”.

Page 45: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

34

organisasi yang penting untuk mengkoordinasikan negara-negara di kawasan pada

tingkat yang lebih tinggi seperti di PBB.67

Lebih lanjut, Bruce Maddy dan Weitzman memandang bahwa telah terjadi

perubahan yang signifikan dalam Liga Arab. Liga Arab telah menjadi bagian yang

penting dalam proses diplomatik dalam berbagai isu di kawasan. Hal ini dapat dilihat

pada pemberian legitimasi terhadap intervensi Barat dalam penggulingan rezim

Mu‟ammar al-Qaddafi di Libia. Liga Arab juga mendukung Dewan Kerjasama

negara-negara Teluk (GCC) dalam mendorong Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh

untuk mundur dari jabatannya. Selain itu, hingga saat ini Liga Arab juga aktif dalam

upaya penyelesaian konflik di Suriah.68

Perubahan siginifikan yang terjadi pada Liga Arab di atas tidak luput dari

pandangan negatif. Armenak Tokmajyan misalnya, dia memandang bahwa

Organisasi regional ini rawan berubah menjadi alat legal bagi intervensi pada politik

regional serta masalah internal negara-negara anggota Liga Arab. Tokmajyan

memandang bahwa Liga Arab saat ini menjadi alat politik bagi negara-negara seperti

Qatar dan Arab Saudi untuk memengaruhi wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara.

Selain itu Organisasi regional ini kini menjadi penting bagi pemerintahan baru

67

Toffolo, Global Organization, hal 122. 68

Bruce Maddy dan Weitzman, ”The Arab League Comes Alive,” Middle East Quarterly. Volume 72,

(Summer 2012), hal 71.

Page 46: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

35

negara-negara yang dilanda Arab Spring dan Koalisi Nasional Suriah (SNC) sebagai

sumber legitimasi mereka.69

Sementara Marina Sapronova memandang bahwa Liga Arab mencoba untuk

kembali eksis dengan berupaya untuk mempengaruhi kondisi dan situasi yang terjadi

pada fenomena Arab Spring yang dimulai pada tahun 2010 lalu. Akan tetapi Liga

Arab tidak bertindak sesuai dengan kebiasaan kolektivitasnya, melainkan hanya

mengedepankan kepentingan negara-negara tertentu saja. Hal ini terlihat dari

penggulingan rezim Muamar Gadhafi di Libia yang mengindahkan resolusi

penyelesaian masalah dengan damai dan Liga Arab memilih Barat untuk

mengintervensi secara militer. Hampir serupa dengan kasus Libia, Liga Arab

menghentikan keanggotaan Suriah dan memberikan sanksi politik dan ekonomi

walaupun mendapat tentangan dari Lebanon dan Yaman.70

Selain itu, menurut Hamid yang dikutip oleh Masters, fenomena Arab Spring

dan Sekretaris Jendreal Liga Arab yang baru yaitu Nabil el Araby membawa angin

segar perubahan. Araby dipandang mampu memahami dan menyerap aspirasi

masyarakat Arab serta menghargai para aktivis Arab, para demonstran, dan juga

pihak oposisi. Selain itu Araby juga dianggap bukan bagian dari rezim terdahulu dan

mampu membawa perubahan.71

69

Armenak Tokmajyan, “A Brand New Arab League”, Middle East Online, 23 Mei 2013, tersedia di

http://www.middle-east-online.com/english/?id=58941 diunduh pada 25 September 2013. 70

Sapronova, “The New Role of the Arab League”. 71

Masters, “The Arab League”.

Page 47: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

36

Menurut Tokmajyan, Liga Arab dengan berbagai perkembangannya di atas

diperkirakan akan memunyai peran penting dalam penyelesaian konflik dan

penciptaan perdamaian di masa yang akan datang. Pandangan tersebut didasarkan

pada peningkatan kapasitas dan kemampuan Liga Arab. Lebih jauh, Tokmajyan

beranggapan bahwa Liga Arab saat ini menjadi organisasi yang lebih fleksibel

dibandingkan dengan PBB.72

Dinamika hubungan internasional memang dapat berubah dengan sangat

cepat, begitu juga yang terjadi di kawasan Timur Tengah. Fenomena Arab Spring

yang bermula pada tahun 2010 oleh sebagian kelompok dipandang sebagai suatu

momentum yang baik guna kemajuan Liga Arab di kawasan tersebut. Kelompok

tersebut memandang bahwa penggulingan rezim-rezim otoriter akan merubah negara-

negara di kawasan menjadi lebih demokratis. Namun sebagian kelompok lain

memandang bahwa Arab Spring sebagai ancaman terhadap Liga Arab yang

disebabkan instabilitas politik yang terjadi di kawasan. Kelompok ini memandang

bahwa instabilitas politik di kawasan tersebut tidak akan mudah untuk dipulihkan

seperti sedia kala, terlebih lagi dengan adanya intervensi dari negara lain.73

72

Tokmajyan, “A Brand New Arab League”. 73

Falahi, “Prospek Regionalisme Timur-Tengah”, hal 190.

Page 48: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

37

BAB III

KONFLIK SURIAH PADA ERA ARAB SPRING DAN KONDISI DI TIMUR

TENGAH

Pada bab ini akan dijelaskan kondisi Suriah yang mengalami konflik yang

berdampak ke negara-negara tetangganya. Dimulai dengan menjelaskan negara

Suriah secara umum. Dilanjutkan dengan permulaan konflik di Suriah pada tahun

2011 dan perkembangannya. Kemudian dijelaskan akibat konflik yang terjadi di

Suriah terhadap negara-negara tetangganya.

A. Sekilas Mengenai Negara Suriah

Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai sejarah singkat Suriah yang akan

dimulai pada tahun 1946. Uraian mengenai sejarah Suriah ini dibatasi dengan tahun

dan pembahasan yang berkaitan dengan skripsi ini saja karena Suriah memunyai

sejarah yang cukup panjang dan kaya. Pembatasan tahun tersebut dipilih karena pada

tahun itulah Suriah merdeka dari okupasi yang dilakukan oleh Perancis dan berubah

menjadi negara moderen hingga kini. Kemerdekaan yang diraih oleh Suriah tersebut

kemudian dipimpin oleh Blok Nasional yang kemudian menunjuk al-Quwatli sebagai

kepala negara Suriah untuk pertama kalinya.74

Radwan Ziadeh menilai bahwa Suriah merupakan negara yang demokratis

dan pruralis. Hal ini dapat dilihat pada proses kemerdekaan Suriah pada tahun 1946

74

Robert G. Rabil, Syria, The United States, and The War on terror in The Middle East, (London:

Praeger Security International, 2006), hal 15.

Page 49: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

38

mengedepankan diplomasi diantara para elit politik dan partai politik yang memunyai

ideologi bermacam-macam. Suriah juga telah memunyai spesial konstitusi pada tahun

1950 yang diantaranya berisi mengenai kesetaraan pria dan wanita, kebebasan publik,

menghormati hak dasar masyarakat dan hak asasi manusia. Di Suriah pada tahun

1949 juga telah memberikan hak pada kaum wanita untuk memilih dalam pemilihan

umum serta pada tahun 1953 wanita mempunyai hak untuk dipilih.75

Namun situasi kondusif tersebut tidak bertahan lama, menurut Barry Rubin

negara Suriah pada rentang tahun 1949 hingga 1970 berubah menjadi negara yang

sangat tidak stabil. Pada rentang waktu tersebut juga terjadi banyak kudeta dalam

pemerintahan di Suriah. Pada tahun 1946-1956 saja Suriah memunyai dua puluh

kabinet yang berbeda serta empat konstitusi yang berbeda pula. Hal ini disebabkan

karena Suriah belum mampu menemukan identitas negara, paradigma, atupun sistem

yang koheren.76

Selain itu juga terdapat faktor perbedaan etnisitas dan aliran-aliran

penduduk Suriah yang menjadi salah satu penyebab terjadinya ketegangan sosial

yang terjadi pada masyarakat Suriah. Faktor-faktor tersebut juga dipandang menjadi

penghambat kesuksesan integrasi masyarakat Suriah menuju suatu negara moderen

pada awal kemerdekaan negara tersebut pada tahun 1946.77

75

Radwan Ziadeh, Power and Policy in Syria: Intelligence Services, Foreign Relations and

Democracy in The Modern Middle East, (London: I.B. Tauris, 2011) hal 33. 76

Barry Rubin, The Truth About Syria, (New York: Palgrave Macmillan, 2007), hal 36. 77

Flynt Leverett, Inheriting Syria: Bashar Trial by Fire, (Washingon DC: The Brookings Institution,

2005), hal 2.

Page 50: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

39

Pada tahun 2012 Suriah memiliki penduduk yang berjumlah sekitar 22 juta

jiwa dan memunyai wilayah terbesar ketiga di Liga Arab. Sekitar 90% penduduk

Suriah adalah Muslim. Penduduk Muslim tersebut terdiri dari 74 Sunni, dan

kelompok Syiah, Alawi, Druze, serta Islamili berjumlah sebanyak 16%. Sedangkan

10% sisanya terdiri dari pemeluk agama Kristen Protestan, ortodok serta aliran

lainnya.78

Sementara berdasarkan etnisitas, Suriah terdiri dari etnis Arab yang

berjumlah 90%, suku Kurdi 9%, dan sisanya suku Armenia, Circassia, serta

Turkoman.79

Lebih lanjut, kelompok-kelompok diatas tinggal berkelompok-

kelompok pada suatu wilayah tertentu. Hal ini menyebabkan semakin bertambah

besar potensi ketegangan sosial di Suriah.80

Dibawah ini disajikan peta negara Suriah

beserta persebaran aliran-aliran yang dianut oleh penduduk Suriah:

78

Margaret K. Nydell, Understanding Arabs: A Contemporary Huide to Arab Society, (Boston:

Intercultural Press, 2012), hal 174. 79

Leverett, Inheriting Syria, hal 2. 80

Rubin, The Truth about Syria, hal 28.

Page 51: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

40

Gambar 2. Peta negara Suriah dan aliran agama penduduk.

Sumber: Flynt Leverett, Inheriting Syria: Bashar’s Trial By Fire, hal 3

Setelah sekian lama mengalami instabilitas dalam negeri, kepemimpinan

Suriah diambil alih oleh Hafiz al Assad pada tahun 1970. Hafiz menjanjikan stabilitas

dalam negeri serta kejayaan di dunia internasional. Namun menurut Barry Rubin hal

tersebut tidak dapat direalisasikan oleh Hafiz, bahkan menurutnya Suriah termasuk

kedalam jajaran negara yang sangat kacau di dunia. Hal tersebut dikarenakan masih

terjadinya ketidakpastian identitas serta kompleksitas masyarakat Suriah. Selain itu

Page 52: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

41

juga masih terdapat masalah pembangunan yang belum jelas dan ditambah dengan

letak Suriah yang berada di kawasan yang tidak stabil.81

Setelah berhasil menduduki kursi kepemimpinan Suriah yang baru, Hafiz

memimpin Suriah secara otoriter. Pemerintahnya hanya mengijinkan satu partai yang

berdiri di Suriah dan selalu berusaha menekan munculnya oposisi. Sebagai presiden,

Hafiz juga memunyai kekuasaan atas militer dan aparat kemanan Suriah. Partai Ba‟th

yang merupakan partai tunggal di Suriah juga berada di bawah kontrol Hafiz. Selain

itu, dia juga mengotrol dewan menteri, parlemen, serta pengadilan.82

Hafiz mampu mempertahankan kekuasaan yang digenggamnya hingga akhir

hayat pada 10 Juni 2000. Kekuasaan yang mampu digenggam selama 30 tahun

tersebut dipertahankan dengan cara mengkondisikan para pendidik, jurnalis, intelek,

serta budayawan guna mempengaruhi masyarakat guna patuh dan mencintai

pemimpinnya. Hafiz bersama partai Ba‟th mengontrol hampir semua lini kehidupan

rakyatnya seperti dalam hal perekonomian, militer, media, pendidikan, agama, dan

lain sebagainya guna menjaga kekuasaannya tetap aman di genggamannya.83

Selain

itu Hafiz juga melakukan restrukturisasi dan membuat sistem politik formal yang

81

Rubin, The Truth about Syria, hal 32. 82

Janis Berzins, “Civil War in Syria: Origin, Dynamics, and Possible Solutions”, National Defence

Academy of Latvia, Strategic Review, no 7, (Agustus 2013), hal 1. 83

Rubin, The Truth about Syria, hal 44-45.

Page 53: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

42

dapat melegitimasi pemerintahannya dengan tujuan untuk mengontrol masyarakat

Suriah.84

Partai Ba‟th mempunyai peran penting dalam mendukung langgengnya

kekuasaan Hafiz. Partai Ba‟th memiliki anggota sekitar 65,000 orang pada tahun

1970 saat Hafiz memulai kekuasaannya di Suriah. Namun dengan seiring berjalannya

waktu partai tersebut mengalami peningkatan jumlah anggota yang signifikan yaitu

mencapai satu juta anggota pada tahun 1992 dan pada tahun 2005 total anggotanya

berjumlah 1,8 juta anggota. Partai ini juga bertugas untuk memastikan berbagai pihak

untuk tunduk dan loyal terhadap kepemimpinan Hafiz yang mendominasi partai

tersebut.85

Setelah berkuasa sekian lama, Hafiz mempersiapkan anak laki-laki tertuanya

Basil untuk meneruskan kepemimpinannya kelak ketika ia telah berpulang. Namun

rencana hanyalah tinggal rencana, Basil mengalami kecelakaan yang mengakibatkan

ia meregang nyawa pada Januari tahun 1994. Akibat peristiwa tersebut Bashar adik

Basil yang tidak memunyai latar belakang di bidang politik kemudian dipersiapkan

dengan sedemikian cara untuk menjadi pemimpin Suriah kelak menggantikan

ayahnya. Hafiz mengkondisikan Bashar sehingga ia mendapat dukungan dari militer

84

Rabil, Syria, The United State, and The War on Terror, hal 28. 85

Rubin, The Truth about Syria, hal 45.

Page 54: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

43

dan aparat keamanan. Selain itu Hafiz juga membangun citra baik Bashar di kalangan

rakyat Suriah, serta mendidiknya untuk menjadi pemimpin masa depan Suriah.86

Ketika Hafiz wafat pada 10 Juni 2000 berdasarkan konstitusi maka wakil

presiden Khaddam menjadi presiden sementara. Tidak lama dari waktu tersebut

Bashar menjadi sekretaris jenderal partai Ba‟th dan kemudian mencalonkan diri

sebagai kandidat presiden Suriah. Pada 10 Juli 2000 dilakukan referendum guna

menentukan Presiden Suriah sepeninggal Hafiz. Referendum tersebut kemudian

memenangkan Bashar dengan suara sebesar 97,3% sebagai presiden terpilih

menggantikan ayahnya.87

Pada saat Bashar telah menjadi presiden, ia mempunyai agenda untuk

membuka perekonomiannya bagi pasar internasional serta menyesuaikan negaranya

dengan globalisasi yag telah merebak. Bashar memiliki prioritas untuk mempercepat

moderenisasi para kader serta memperkuat institusi negara melalui reformasi

administrasi. Selain itu, pemerintah menginisiasi prinsip jalan tengah dengan cara

ekspansi sektor swasta dan pada waktu yang bersamaan pemerintah melakukan

reformasi pada sektor publik. Lebih lanjut pemerintah melakukan perlindungan sosial

selama liberalisasi ekonomi berjalan.88

86

Leverett, Inhereting Syria, hal 61. 87

Ibid., hal 65-67. 88

Raymond Hinnebusch, “Syria: From „Authorian Upgrading‟ to Revolution?”, International Affairs,

Volume 88, No. 1 (2013), hal 98.

Page 55: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

44

Fenomena Arab Spring yang dimulai pada 2010 oleh sebagian kalangan

dinilai tidak akan menghampiri Suriah. Bashar pun mengklaim bahwa negaranya

terlindungi oleh identitas yang tidak dapat dipengaruhi serta terlindungi oleh

kebijakan luar negeri yang populer. Selain itu, Bashar juga meyakini bahwa reformasi

yang dilakukannya telah mampu mengantisipasi kemarahan rakyat. Pemerintahan

Suriah telah meningkatkan subsidi pada perminyakan dan membatalkan rencana

pemotongan subsidi di berbagai bidang lain.89

Bashar nampak percaya diri terhadap stabilitas negaranya pada awal-awal

fenomena Arab Spring mulai merebak dan mengulingkan rezim-rezim penguasa di

negara-negara tetangganya. Selain itu ketika bulan Maret 2011 mulai terlihat

mobilisasi masyarakat Suriah yang mengarah pada aksi demonstrasi dan kemudian

demostrasi mulai bergulir, Bashar menawarkan reformasi yang lebih subtantif serta

menghentikan kekerasan. Namun upaya Bashar tersebut tidak berbuah hasil.

Sedangkan di dunia maya para aktivis berupaya membentuk opini bahwa Suriah telah

terjangkit fenomena Arab Spring walau kenyataannya masih sangat sedikit aksi

demostrasi yang terjadi di negaranya. Bergulirnya waktu membuat demonstrasi

berkembang menjadi besar dan meluas hampir di seluruh wilayah Suriah.90

B. Konflik Antara Pemerintah dan Pihak Oposisi Suriah

89

March Lynch, The Arab Uprising: The Unfinished Revolutions of The Middle East, (New York:

Public Affairs, 2012) hal 443-444. 90

Ibid., hal 448.

Page 56: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

45

Gambaran konflik yang terjadi antara pemerintah Suriah dan pihak oposisi

Suriah secara singkat telah digambarkan pada BAB 1. Konflik ini tidak terlepas dari

fonomena yang disebut sebagai Arab Spring yang melanda negara-negara di kawasan

Timur Tengah dan Afrika. Sebagian negara yang dilanda Arab Spring telah mampu

menggulingkan rezim-rezim penguasa baik dengan cara militer, demonstrasi, maupun

tekanan pihak-pihak tertentu. Namun tidak demikian dengan Suriah, hingga skripsi

ini ditulis rezim di Suriah masih bersikukuh mempertahankan kekuasaannya walau

mendapatkan berbagai perlawanan dan tekanan baik secara militer maupun non

militer dari berbagai pihak.

Pertentangan sebagian masyarakat Suriah dengan pemerintah yang telah

berubah menjadi perang tersebut kini menjadi suatu perang rumit. Menurut Broto

Wardoyo, setidaknya konflik di Suriah dapat dipetakan menjadi tiga kelompok

utama. Kelompok tersebut terdiri dari kelompok pemerintah beserta kelompok

pendukung. Kemudian kelompok penentang pemerintahan tersebut atau pihak oposisi

yang terdiri dari beberapa kelompok didalamnya. Kelompok yang terakhir adalah

kelompok milisi-milisi Kurdi yang menentang pemerintahan yang berkuasa namun

tidak benar-benar bergabung dengan pihak oposisi.91

Kelompok pemerintah beserta pendukungnya merupakan kelompok yang

solid dalam konflik yang terjadi di Suriah. Hal ini dikarenakan oleh berbagai sebab,

91

Broto Wardoyo, “Anatomi dan Penyelesaian Konflik Internal di Suriah”, Analisis CSIS, volume 43,

no. 2, (Juni 2014), hal 183.

Page 57: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

46

diantaranya karena rezim yang dipimpin oleh Bashar telah menguasai militer Suriah

sejak kepemimpinan ayahnya Hafiz. Selain itu terdapat juga kelompok menengah

Sunni atau kelompok aristrokat Sunni yang berkoalisi dengan pemerintah sejak

zaman Hafiz. Koalisi tersebut dibentuk sejak Hafiz berkuasa dengan tujuan kelompok

aristrokasi Sunni tersebut tidak melakukan perlawanan kepada pemerintah yang

berkuasa.92

Menurut Joshua Landis, Presiden Hafiz telah mempersiapkan kemungkinan

terburuk yang akan terjadi pada kekuasaan yang digenggamnya. Hafiz berupaya

mengontrol militer dengan mengisi jabatan-jabatan penting di bidang militer dengan

anggota keluarganya. Dia melatih anak-anaknya serta keluarganya sehingga ahli

militer dan dapat mengamankan negaranya. Hal tersebut dilakukan Hafiz karena dia

percaya bahwa hanya keluarga terdekat yang dapat dipercaya.93

Sementara kelompok kedua adalah milisi-milisi Kurdi yang terpecah menjadi

dua kelompok yang berbeda. Pecahan pertama bergabung dengan koalisi oposisi

penentang pemerintah Bashar. Sedangkan pecahan kedua memilih tetap berdiri

sendiri tanpa menunjukkan dukungan pada kedua belah pihak yang bertikai.

Kelompok Kurdi merupakan kelompok yang diberi perlakuan khusus di Suriah oleh

pemerintah yang berkuasa. Perlakuan spesial tersebut diberikan oleh rezim penguasa

92

Ibid, hal 184. 93

Joshua Landis, “The Syrian Uprising of 2011: Why The Asad Regime Is Likely to Survive to 2013”,

Middle East Policy, Volume XIX, no. 1, (Spring 2012) Landis, hal 73.

Page 58: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

47

karena kelompok ini dianggap dapat dimanfaatkan guna memengaruhi negara

Turki.94

Kelompok oposisi penentang pemerintah terdiri dari berbagai kelompok-

kelompok kecil yang tidak begitu solid. Kubu ini terdiri dari Koalisi Nasional Suriah

(SNC), Tentara Pembebasan Suriah (FSA), Badan Koordinator Nasional (NBC), serta

kelompok-kelompok kecil yang berada di daerah. Kelompok oposisi ini mengalami

perkembangan dari waktu ke waktu dengan munculnya pemain-pemain baru maupun

terjadi perpecahan dalam kelompok tersebut. Sebagai contoh adalah kemunculan

Koalisi Nasional (NC) yang merupakan bentukan dari SNC. Selain itu juga terdapat

Supreme Joint Military Command (SMC), Syrian Liberation Front (SLF), serta

Syrian Islamic Front (SIF).95

SNC sebagai kelompok oposisi utama di Suriah, SNC mengklaim bahwa

mereka merupakan pemimpin dari kelompok-kelompok oposisi di Suriah. Akan tetapi

pada kenyataannya kelompok-kelompok tersebut masih terpecah dan tidak benar-

benar berada dalam kontrol SNC. Hal tersebut nampak pada klaim SNC yang

menyatakan bahwa FSA berada dibawah kontolnya, namun di lapangan mereka

bertempur secara independen. Selain itu FSA yang dipimpim oleh Colonel Asaad pun

tidak terorganisir dan terkomando dengan baik.96

94

Wardoyo, “Anatomi dan Penyelesaian Konflik”, hal 185-186. 95

Ibid., hal 186-187. 96

Landis, “The Syrian Uprising of 2011”, hal 75.

Page 59: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

48

Selain kelompok-kelompok diatas juga muncul kelompok yang dipandang

radikal dalam melawan rezim pemerintahan, yaitu ISIS dan Al-Nusra. Islamic State

of Iraq and Syria (ISIS) merupakan kelompok organisasi yang dibentuk di Iraq pada

tahun 2006 yang kemudian melebarkan sayapnya hingga ke Suriah dengan tujuan

mendirikan negara Islam. Sedangkan Al-Nusra merupakan kelompok yang berafiliasi

kuat dengan al-Qaeda yang dibentuk pada tahun 2012. Al-Nusra diperkirakan

mempunyai lebih dari enam ribu anggota.97

Kelompok oposisi Suriah juga dapat dipetakan berdasarkan ideologi yang

diusung serta cara yang digunakan untuk memperjuangkan cita-citanya di Suriah

seperti pada gambar dibawah ini:

Gambar 3. Kelompok-kelompok oposisi Suriah

Sumber: Wardoyo, “Anatomi dan Penyelesaian Konflik”, hal 188

97

Berzins, “Civil War in Syria”, hal 4.

ISIS, Al-Nusra

IM SIF

SLF

SNC, NC FSA

Islamis

s

Sekuler

Gerakan Politik

Militeristik

Page 60: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

49

Pada gambar diatas digambarkan bahwa terdapat kelompok yang

memperjuangkan cita-citanya di Suriah dengan jalur politik, yaitu kelompok

Ikhwanul Muslimin (IM), SNC, dan NC. Namun dari tiga kelompok tersebut

mempunyai perbedaan ideologi yang diusung, IM mengusung ideologi Islam,

sedangkan SNC dan NC mengusung ideologi sekuler. Pada sisi lain terdapat

kelompok yang memperjuangkan cita-citanya dengan cara militer, yaitu ISIS, Al-

Nusra, SIF, SLF, FSA. Kelompok yang memperjuangkan cita-citanya dengan cara

militer ini memiliki dua ideologi yang berbeda juga, ISIS, Al-Nusra, SIF mengusung

ideologi Islami, sedangkan SLF dan FSA mengusung ideologi sekuler.

Perang sipil yang terjadi di Suriah terus berkembang kearah yang semakin

buruk dari waktu ke waktu. Pada awal peperangan hanya terjadi perang antara rezim

pemerintah dengan pihak oposisi. Seiring berjalannya waktu kelompok oposisi pun

terpecah, bahkan saling perang di antara mereka. Dibawah ini disajikan peta konflik

antara rezim Bashar dengan kelompok-kelompok oposisi Suriah yang menggunakan

cara militer:

Page 61: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

50

Gambar 4. Peta Konflik Suriah tahun 2013.

Sumber: http://www.polgeonow.com/2013/12/syria-civil-war-map-december-2013-12.html

diunduh pada 26 Oktober 2013.

Dari peta konflik diatas dapat dilihat bahwa konflik antara rezim Bashar

dengan kelompok-kelompok oposisi hampir terjadi di seluruh kawasan di Suriah.

Namun diantara kelompok oposisi yang melawan rezim pemerintah, kelompok ISIS

dan Al-Nusra sebagain besar tentaranya terdiri dari negara lain yang ikut serta

berperang dengan tujuan mendirikan negara Islam. Sedangkan kelompok oposisi

Page 62: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

51

lainnya hampir seluruh anggotanya adalah rakyat Suriah. ISIS dan Al-Nusra

dipandang sebagai kelompok radikal yang tidak hanya berperang melawan rezim

pemerintah, namun juga dengan kelompok oposisi lain. Hal tersebut mengakibatkan

perebutan kekuasan di wilayah-wilayah Suriah tidak hanya terjadi antara pihak

oposisi dengan rezim pemerintah, namun juga diantara kolompok oposisi yang

berbeda.98

Dengan kondisi yang sedemikian kacau di Suriah, rezim pemerintah

beranggapan bahwa negaranya merupakan objek yang menjadi sararan oleh Israel,

Barat serta negara-negara Arab yang pro-Barat. Upaya penggulingan rezim

pemerintah ditujukan untuk memenuhi kepentingan Barat dan Israel di kawasan

Timur Tengah. Bashar melihat bahwa munculnya kubu oposisi radikal di Suriah

merupakan bentuk dari upaya Arab Suadi dan Qatar yang merupakan aliansi Barat

untuk menumbangkan rezim pemerintahannya.99

Pernyataan rezim pemerintah tersebut bukan hanya bualan semata untuk

memerangi para ekstrimis. SMC yang berupaya mengkoordinir pasukan bersenjata

kelompok-kelompok oposisi didukung oleh Amerika beserta sekutunya. Negara-

negara seperti Arab Saudi, Qatar, Mesir, Uni Emirate Arab, Turki, Inggris, Perancis,

Jerman, dan Itali yang merupakan sekutu Amerika Serikat turut membantu SMC

98

“Syria Civil War Map: December 2013”, Political Geography Now, 15 Desember 2013, tersedia di:

http://www.polgeonow.com/2013/12/syria-civil-war-map-december-2013-12.html; diunduh pada 28

Maret 2014. 99

Muriel Asseburg dan Heiko Wimmen, “The Civil War and the Impotence of International Politics”,

Peace Report, (2013), hal 72.

Page 63: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

52

dalam hal pendanaan serta mensuplai persenjataan. Dukungan tersebut kemudian

disalurkan kepada kelompok-kelompok yang tergabung dalam SMC seperti FSA

yang merupakan kelompok oposisi bersenjata terbesar dan SLF. Sedangan kelompok

SIF yang berideologi Islamis didukung oleh para konglomerat Arab Saudi, Qatar,

serta negara-negara teluk lainnya.100

Namun dalam menghadapi kubu oposisi Bashar tidak sendirian, rezimnya

juga didukung dari pihak luar. Salah satu pendukungnya setianya adalah Iran yang

berupaya mendukung rezim pemerintah dengan segala cara. Iran mendukung suplai

energi, militer, dan ekonomi guna mempertahankan rezim pemerintah supaya tidak

dapat digulingkan oleh kubu oposisi. Selain itu juga ada Rusia dan China yang

memperkuat rezim pemerintah baik secara sekonomi, militer, dan secara politik pada

tataran internasional dalam menghadapi Amerika Serikat dan sekutunya.101

Melihat paparan perkembangan konflik Suriah di atas terlihat semakin

memburuk dan rumit. Fenomena demokratisasi di Timur Tengah yang banyak

digaungkan oleh Barat akan membawa perbaikan telah berubah menjadi perang sipil

yang berkepanjangan. Kepentingan-kepentingan pihak eksternal pun juga turut

memperburuk konflik yang terjadi di Suriah. Hal tersebut tidak hanya menimbulkan

dampak buruk bagi negara Suriah, namun juga berpengaruh terhadap negara-negara

di sekitar Suriah bahkan secara global.

100

Ken Sofer dan Juliana Shafroth, “The Structure and Organization of the Syrian Opposition”, Center

for American Progress, (14 May 2013), hal 5-7. 101

Asseburg dan Wimmen, “The Civil War”, hal 73.

Page 64: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

53

C. Dampak Konflik Suriah Pada Era Arab Spring Terhadap Negara-Negara di

Timur Tengah

Pergolakan dan konflik di Suriah sesungguhnya tidak terlepas dari pengaruh

dari lingkungan eksternal Suriah. Penggulingan rezim-rezim otoriter di wilayah

Timur Tengah dan Afrika turut memicu hal serupa di Suriah. Pada era global ini

memang tidak ada satu negarapun yang mampu berdiri sendiri tanpa hubungan

dengan negara-negara lain. Hubungan tersebut sering kali menimbulkan pengaruh

bagi negara-negara yang berinteraksi. Begitu juga dengan konflik Suriah yang juga

dimulai karena mendapat pengaruh dari luar, kemudian juga kembali memengaruhi

negara-negara tetangga Suriah bahkan mempunyai pengaruh yang lebih luas secara

global.

Sekretaris Jenderal Liga Arab, Nabil al-Arabi senada dengan para pengamat

melihat bahwa perang sipil di Suriah akan memberikan pengaruh signifikan terhadap

negara-negara tetangga Suriah.102

Hal tersebut dapat dilihat dari negara Suriah yang

memiliki wilayah strategis yang berada di tengah-tengah persaingan di Timur Tengah

mengakibatkan kondisi yang terjadi di Suriah sangat mempengaruhi negara-negara di

sekitarnya. Letak negara Suriah bersinggungan langsung dengan Irak, Lebanon,

Israel, Palestina, Turki beserta permasalahan Kurdi dan Iran yang keseluruhan sangat

mempengaruhi dinamika Timur Tengah. Secara langsung mapun tidak langsung,

102

Andrew Spath, “Opposition Groups in Syria: Myths and Realities”, Foreign Policy Research

Institute, Januari 2012, tersedia di: http://www.fpri.org/articles/2012/01/opposition-groups-syria-

myths-and-realities; diunduh pada 4 Nopember 2014.

Page 65: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

54

konflik yang terjadi di Suriah juga memengaruhi stabilitas serta hubungan di antara

negara-negara tetangga Suriah.103

Menurut Daniel L. Byman dan Kenneth M. Pollack, perang sipil di Suriah

yang awalnya hanya mencakup wilayah domestik Suriah dapat menjadi bencana bagi

negara-negara tetangga Suriah. Hal tersebut dikarenakan perang sipil yang

berkepanjangan biasanya akan berdampak kepada lingkungan sekitar. Bencana akan

muncul dari berbagai sebab seperti permasalahan pengungsi, terorisme, intervensi,

dan separatisme yang dapat menimbulkan berbagai dampak multidimensi. Besar

kecilnya dampak tersebut bergantung pada jangka waktu dan parahnya konflik yang

terjadi di Suriah.104

Dampak secara langsung dari perang sipil yang terjadi di Suriah telah

dirasakan oleh negara-negara tetangga Suriah sejak perang mulai pecah antara rezim

pemerintah dengan kubu opposisi. Turki yang mempunyai wilayah yang

bersinggungan dengan Suriah pada 3 Oktober 2012 terkena dampak bom yang

berasal dari konflik di Suriah yang menewaskan lima orang penduduk sipil di

perkampungan Akcakale. Dari peristiwa tersebut Turki meningkatkan keamanan

perbatasan negaranya yang dekat dengan Suriah dengan mengirim tank dan

103

The State of Barbary, hal 57. 104

Daniel L. Byman dan Kenneth M. Pollack, “The Syrian Spillover: Is anyone prepare for the

unintended consequences of the war for Syria?”, Foreign Policy, 10 Agustus 2012, tersedia di:

http://www.foreignpolicy.com/articles/2012/08/10/the_syrian_spillover; diunduh pada 6 Nopember

2014.

Page 66: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

55

perlengkapan militer guna mengamankan wilayahnya.105

Kemudian pada Januari

2013 Turki meminta bantuan beberapa anggota NATO yaitu Jerman, Amerika Serikat

dan Belanda untuk menjaga perbatasan Turki dengan Suriah.106

Pada bulan yang sama dengan tewasnya lima orang di Turki akibat perang di

Suriah, beberapa bom juga meledak di dataran tinggi Golan yang dikuasai oleh Israel.

Peristiwa tersebut mempengaruhi Israel untuk meningkatkan keamanan wilayah

tersebut dengan mengirimkan tank ke wilayah yang seharusnya bebas dari militer

tersebut. Israel khawatir dengan konflik Suriah yang dapat meluas ke Israel. Rezim

Suriah dikhawatirkan melibatkan Hizbullah dari Libanon serta Hamas dari Gaza

dalam perang di Suriah. Negara tetangga Suriah yang lain, yaitu Libanon juga sering

terkena dampak ledakan bom yang berasal perang di Suriah yang mengakibatkan

kerusakan. Sementara di Jordania, dampak bom dari Suriah mengakibatkan beberapa

penduduk terluka. Sedangkan Irak yang merupakan salah satu tetangga terdekat

Suriah menjadi salah satu negara yang penduduknya ikut mendukung peperangan

sipil baik di sisi pemerintah maupun sisi oposisi.107

Selain itu, dampak yang dirasakan oleh negara-negara tetangga Suriah sejak

awal konflik di Suriah diantaranya adalah permasalahan pengungsi Suriah yang

mengungsi ke negara-negara tetangga. Diantara negara-negara tetangga yang menjadi

105

“How Syria‟s Civil War is Spilling Over”, Aljazeera, 12 November 2012, tersedia di:

http://www.aljazeera.com/news/middleeast/2012/11/20121112193038751565.html; diunduh pada 4

Nopember 2014. 106

Asseburg dan Wimmen, “The Civil War”, hal 79. 107

“How Syria‟s Civil War is Spilling Over”.

Page 67: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

56

tujuan utama pengungsi adalah Lebanon, Yordania, Turki, Irak, dan Mesir.

Permasalahan pengungsi tersebut tidak hanya menjadi perhatian bagi negara-negara

tetangga yang dituju oleh pengungsi, namun juga telah menjadi perhatian PBB

sehingga meluncurkan program darurat kemanusian bagi pengungsi Suriah.108

Pengungsi tersebut dapat menjadi permasalahan yang sulit bagi negar-negara

tujuan pengungsi. Para pengungsi dapat menjadi sumber konflik pada negara yang

menerima mereka. Lebih dari itu para pengungsi yang mayoritas warga sipil kerap

kali menjadi target dalam perang sipil.109

Di bawah ini disajikan gambar para

pengungsi Suriah yang mengungsi ke negara-negara tetangga:

Gambar 5. Pengungsi Suriah di negara-negara sekitar tahun 2013.

108

Henriette Johansen, “A Humanitarian Tragedy for Syrian Refugees”, Memo Middle East Monitor,

(Januari 2014), hal 4-5. 109

Byman dan Pollack, “The Syrian Spillover”.

Page 68: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

57

Sumber: http://unhcr.org/51b0a56d6.pdf diunduh pada 25 Oktober 2014.

Dari data yang dikumpulkan oleh UNHCR di atas hingga Mei 2013 total

warga Suriah yang mengungsi ke negara-negara tetangga mencapai lebih dari satu

setengah juta jiwa. Pada gambar di atas terlihat bahwa warga Suriah paling banyak

mengungsi ke Lebanon dengan jumlah total 500.654 jiwa, kemudian disusul

Yordania sebanyak 472.764 jiwa, Turki sebanyak 372.326 jiwa, Irak 154.372 jiwa,

dan Mesir 75.442 jiwa. Data tersebut merupakan jumlah pengungsi yang telah terdata

dalam UNHCR, namun masih terdapat banyak pengungsi yang belum terdaftar.

Selain itu diperkirakan jumlah pengungsi akan semakin bertambah dengan semakin

parah konflik yang terjadi di Suriah.110

Dengan semakin bertambahnya pengungsi dari Suriah ke negara-negara

tetangga seperti telah digambarkan diatas, maka semakin bertambah pula potensi

permasalahan yang dihadapi oleh negara-negara yang menjadi tujuan pengungsi. Para

pengungsi tersebut memberikan beban secara ekonomi maupun politik terhadap

negara-negara tujuan pengungsi. Ancaman instabilitas juga hadir karena semakin

bertambahnya populasi pada negara tetangga Suriah yang berkaitan sumber daya

pada negara-negara tersebut.111

110

“Syria Regional Respon Plan: January to December 2013”, United Nation, tersedia di:

http://unhcr.org/51b0a56d6.pdf; diunduh pada 25 Oktober 2014. 111

Shiva Pedram, “Syrian refugee Crisis Treathens Stability in the Middle East”, Center for American

Progress, 12 Agustus 2014, tersedia di:

http://www.americanprogress.org/issues/security/news/2014/08/12/95595/syrian-refugee-crisis-

threatens-stability-in-the-middle-east/; di unduh pada 4 Nopember 2014.

Page 69: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

58

Dampak konflik Suriah yang dijelaskan diatas terlihat bahwa pengaruh

perang sipil yang terjadi semakin hari semakin bertambah dan meluas. Dampak

konflik Suriah diprediksi akan terus berkembang jika perang sipil di tersebut terus

berlanjut dan semakin parah. Lebih dari itu terbuka peluang perang sipil tersebut

juga akan berdampak ke negara-negara tetangga Suriah.

Page 70: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

59

BAB IV

DUKUNGAN LIGA ARAB PADA KUBU OPOSISI SURIAH PADA ERA

ARAB SPRING DAN ALASANNYA

Pada bab ini akan dijelaskan inti dari penelitian yang membahas kebijakan

Liga Arab untuk mendukung pihak oposisi Suriah pada tahun 2013. Awalnya akan

dijelaskan kebijakan dukungan Liga Arab terhadap kelompok oposisi Suriah.

Kemudian penjelasan motif Liga Arab dalam mendukung kelompok oposisi, serta

dampak kebijakan tersebut bagi perkembangan kondisi di Suriah.

A. Dukungan Liga Arab Pada Kubu Oposisi Suriah

1. Pemberian Kursi Delegasi Suriah Kepada Kubu Oposisi Pada KTT

Liga Arab di Doha, Qatar 2013

KTT ke-24 Liga Arab yang diselenggarakan di Doha pada 21-27 Maret 2013

memberikan dampak yang signifikan bagi legitimasi kelompok oposisi Suriah pada

tataran internasional. Pada KTT tersebut Liga Arab memberikan kursi delegasi

pemerintah Suriah yang dibekukan sementara sejak bulan November 2011 pada pihak

koalisi oposisi.112

Pembekuan keanggotaan Suriah di Liga Arab tepatnya dilakukan

pada 12 November 2011 ketika pertemuan para Menteri negara anggota Liga Arab.

112

“24th

Arab Summit Issues Doha Declaration” Arab League 24th

Summit, 27 Maret 2013, tersedia di:

http://arableaguesummit2013.qatarconferences.org/news/news-details-17.html; diunduh pada 23

November 2014.

Page 71: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

60

Kebijakan tersebut dilakukan karena pemerintah Suriah dinilai gagal untuk

menghentikan kekerasan terhadap rakyatnya.113

Setelah lebih dari satu tahun keanggotaan Suriah dibekukan, kemudian

keanggotaan Suriah di Liga Arab di berikan pada pihak oposisi. Kebijakan tersebut

diprakarsai oleh Qatar dan Arab Saudi. Pihak oposisi Suriah diundang oleh Emir

Qatar, Hamad bin Khalifa Al Thani selaku tuan rumah KTT Liga Arab. Undangan

tersebut dihadiri oleh pemimpin SNC, Moaz al-Khatib yang kemudian menduduki

kursi delegasi Suriah guna menggantikan delegasi pemerintah Bashar.114

Keputusan Liga Arab tersebut bermula dari usulan menteri luar negeri Arab

Saudi kepada Qatar sebagai tuan rumah KTT tersebut untuk mengundang kelompok

oposisi Suriah. Usulan tersebut disampaikan oleh Pangeran Saud al-Faisal kepada

Qatar satu minggu sebelum KTT Liga Arab di selenggarakan di Qatar.115

Sementara

dalam keterangannya, Al Thani menyampaikan bahwa Qatar mengundang SNC

dengan alasan kelompok tersebut mendapatkan pengakuan yang kuat di Suriah dan

juga pengakuan yang luas dalam tataran internasional. Selain itu, Al Thani

113

Mujge Kucukkeles, “Arab league‟s Syrian Policy”, SETA Policy Brief, No. 56 (April 2012), hal 9. 114

“Arab League Welcomes Syria Opposition”, Aljazeera, 27 Maret 2013, tersedia di:

http://www.aljazeera.com/news/middleeast/2013/03/20133262278258896.html; diunduh pada 23

November 2014. 115

“Saudi Arabia warns of Syria crisis regional spilover”, Al Arbiya News, 26 Maret 2013, tersedia di:

http://english.alarabiya.net/en/2013/03/26/Saudi-Arabia-warns-of-Syria-crisis-regional-spillover.html;

diunduh pada 30 November 2014.

Page 72: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

61

memandang bahwa SNC berperan penting dalam memimpin revolusi serta

mempersiapkan masa depan Suriah.116

Dalam forum tersebut al-Khatib meminta negara-negara Liga Arab untuk

memberikan dukungan penuh terhadap upaya kelompok oposisi Suriah. Ia juga

berusaha menggalang dukungan dari negara-negara Barat yang mempunyai perhatian

terhadap masa depan Suriah. Lebih lanjut al-Khatib juga meminta bantuan secara

khusus pada Amerika Serikat untuk melawan rezim Bashar. Selain itu ia menyatakan

keinginan kelompok oposisi untuk dapat menggantikan perwakilan rezim Bashar di

PBB serta organisasi-organisasi internasional lainnya.117

Kebijakan yang diambil oleh Liga Arab di atas telah mengubah tradisi nilai-

nilai yang dianut dalam Liga Arab yang selama ini dijalankan. Kebijakan untuk

mencampuri permasalahan di Suriah misalnya bertentangan dengan nilai yang dianut

oleh Liga Arab untuk tidak mencampuri permasalahan dalam negeri negara anggota.

Selain itu Liga Arab juga mengambil kebijakan yang dilakukan dengan tidak

mengunakan prinsip konsensus dalam memberhentikan keanggotaan pemerintah

Suriah dari organisasi regional tersebut. Karena dalam pemberhentian keanggotaaan

Suriah tersebut tidak di setujui oleh Lebanon dan Yaman.118

Pemerintah Lebanon

menolak sanksi yang ke Suriah karena hal tersebut tidak hanya berdampak buruk

116

M. Nasir Jawed. “King Abdullah Warns of Syria Spilover”, The Muslim World League Journal,

volume 41, no. 5&6, (April-Mei 2013), hal 5. 117

Jawed, “King Abdullah warns of Syria Spilover”, hal 6-7. 118

Martin Beck, “The Arab League: A New Policy Approach in the Making?”, Center for

Mellemoststudier, (April 2013), hal 2.

Page 73: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

62

kepada pemerintah Suriah, namun juga pada rakyat Suriah.119

Liga Arab juga

memberikan kursi delegasi Suriah kepada pihak oposisi yang merupakan bentuk

intervensi terhadap permasalahan dalam negeri Suriah.120

Terkait kebijakan yang dikeluarkan oleh Liga Arab tersebut pemerintahan

Suriah melontarkan kecaman keras. Melalui saluran televisi negara Suriah yang

dikutip oleh The National Abu Dhabi, pemerintah Suriah mengatakan bahwa Qatar

telah merusak tatanan Liga Arab dengan memberikan kursi pemerintah Suriah kepada

kelompok oposisi yang merupakan kaki tangan Amerika Serikat dan negara-negara

teluk.121

Pada kesempatan lain Bashar mengungkapkan bahwa Liga Arab tidak

berhak memberikan legitimasi terhadap kelompok oposisi. Bashar menilai bahwa

legitimasi pemerintahan suatu negara terletak pada rakyat, bukan pada negara lain

maupun organisasi internasional.122

Dukungan yang diberikan Liga Arab terhadap kelompok oposisi Suriah tidak

hanya dalam bentuk diplomasi dengan memberikan kursi delegasi pemerintah Suriah

kepada pihak oposisi. Dalam KTT yang diselenggarakan di Doha tersebut juga

melahirkan kebijakan yang memberikan kesempatan terhadap anggota Liga Arab

119

Zoi Constantine, “Lebanon Divided over Syrian Suppoort”, The National, 16 November 2011,

diakses dari: http://www.thenational.ae/news/world/middle-east/lebanon-divided-over-syrian-support;

diunduh pada 29 Desember 2014. 120

Beck, “The Arab League”, hal 2. 121

Elizabeth Dickinson, “Rebel leader al-Khatib takes Syria‟s seat at the Arab League. The National,

27 Maret 2013, diakses dari: http://www.thenational.ae/news/world/middle-east/rebel-leader-al-khatib-

takes-syrias-seat-at-the-arab-league; diunduh pada 27 November 2014. 122

“Assad: Arab League lacks legitimacy after handing Syrias seat to opposition”, The National, 5

April 2013, tersedia di: http://www.thenational.ae/news/world/middle-east/assad-arab-league-lacks-

legitimacy-after-handing-syrias-seat-to-opposition#ixzz3KGRRzZnY; diunduh pada 26 November

2014.

Page 74: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

63

untuk memberikan dukungan dalam bentuk persenjataan untuk memperkuat pasukan

militer kelompok oposisi Suriah.

2. Pemberian Hak oleh Liga Arab Kepada Anggotanya untuk Memasok

Senjata pada Pihak Oposisi Suriah

Hasil dari KTT Liga Arab di Doha tahun 2013 salah satunya adalah

memberikan hak kepada anggota Liga Arab untuk memberikan persenjataan kepada

kubu oposisi Suriah.123

Dalam dokumen KTT tersebut yang diterjemahkan dari

bahasa Arab ke dalam bahasa Inggris oleh Deutsche Welle tertulis bahwa “every

state’s right, acording to its desire, to present all kinds of measures for self-defense,

including military ones, to support the steadfastness of the Syrian people and the

Free Army”, yang dapat diartikan setiap negara memunyai hak berdasarkan

keinginan untuk memberikan segala jenis alat pertahanan serta persenjataan untuk

mendukung rakyat Suriah dan tentara pembebasan Suriah (kubu oposisi).124

Sebelum KTT Liga Arab ke-24 Liga Arab digelar di Qatar serta menghasilkan

kebijakan untuk mensuplai senjata ke kubu oposisi Suriah, ternyata juga telah ada

izin dari Liga Arab mengenai hal serupa. Hal tersebut disampaikan oleh Sekretaris

Jenderal Liga Arab, Nabil al-Araby pada konferensi pers di Kairo tanggal 6 Maret

123

“Doha summit gives Arab states „right‟ to arm Syria rebels”, Al Arabiya News, 26 Maret 2013,

tersedia di: http://english.alarabiya.net/en/2013/03/26/Arab-league-member-states-have-the-right-to-

provide-military-assistance-to-Syrian-rebels.html; diunduh pada 24 November 2014. 124

“Arab League agrees members have right to arm Syrian rebels”, Deutsche Welle, 26 Maret 2013,

tersedia di: http://www.dw.de/arab-league-agrees-members-have-right-to-arm-syrian-rebels/a-

16700903; diunduh pada 24 November 2014.

Page 75: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

64

2013. Pada kesempatan tersebut al-Araby menyampaikan pesan bahwa anggota Liga

Arab diizinkan untuk memberikan bantuan senjata kepada pihak oposisi Suriah. Al-

Arabi berkilah hal tersebut dilakukan karena uapaya-upaya penyelesaian konflik

secara politik belum membuahkan hasil.125

Bahkan menurut Philippe Droz-Vincent awal kemunculan oposisi militer di

Suriah pada tahun 2012 dan 2013 di dukung oleh aliran dana dari Qatar, Arab Saudi,

dan Libia. Dukungan dari negara-negara tersebut dalam bentuk persenjataan yang

didatangkan melalui Lebanon dan Turki. Dalam mendapatkan persenjataan tersebut

kelompok oposisi Suriah juga mendapat dukungan dari negara-negara Barat serta

jaringan salafi internasional.126

Pendapat Vincent diatas juga diperkuat oleh pernyataan Menteri Luar Negeri

Arab Saudi, Pangeran Saud al-Faisal pada awal tahun 2012 yang mengatakan bahwa

bantuan kemanusiaan saja tidak cukup untuk membantu pihak oposisi. Dia

mengatakan bahwa pihak oposisi perlu diberikan bantuan senjata untuk dapat

menciptakan stabilitas serta dapat memilih pemimpin yang mereka kehendaki.

Kemudian pada 27 Februari 2012 Perdana Menteri Qatar, Hamad bin Jassim al-Thani

125

“Arab League allows member states to arm Syrian opposition”, Al Arabiya News, 6 Maret 2013,

tersedia di: http://english.alarabiya.net/en/News/2013/03/06/Arab-League-denies-giving-Syrian-

National-Coalition-a-seat.html; diunduh pada 24 November 2014. 126

Vincent, “The State Barbary (take two)”, hal 57.

Page 76: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

65

menyampaikan pernyataan yang intinya Qatar akan membantu oposisi Suriah dengan

segala cara termasuk dengan memberikan dukungan senjata.127

Arab Saudi dan Qatar dalam laporan penelitian Melani De Groof merupakan

negara pensuplai senjata terbesar kepada pihak oposisi Suriah. Pada Maret 2013

kedua negara tersebut mengirim 160 kargo militer dengan berat mencapai 3500 ton

pada pihak oposisi Suriah. Dukungan militer tersebut disalurkan ke pihak oposisi

melalui Turki dan Yordania. Sedangkan jenis senjata yang dikirim mayoritas adalah

senjata serang AK-47, roket, dan granat. Sebagian senjata tersebut dibeli Arab Saudi

dan Qatar dari Kroasia dengan bantuan Amerika Serikat dan aliansinya di Eropa

untuk mendapatkannya. Selain itu juga terdapat senjata yang diselundupkan melalui

Libia ke Suriah untuk disalurkan ke kelompok oposisi yang didanai oleh Qatar.128

Kebijakan yang diambil Liga Arab untuk mendukung kelompok oposisi

Suriah diatas tidaklah mendapat persetujuan dari semua anggota. Aljazair dan Irak

merupakan anggota yang menentang kebijakan tersebut. Selain itu juga terdapat

anggota yang memilih untuk tidak mengambil sikap mengenai kebijakan tersebut,

127

Jonathan Schanzer, “Saudi Arabia is Arming Syrian Opposition”, Foreign Policy, 27 Februari 2012,

tersedia di:

http://www.foreignpolicy.com/articles/2012/02/27/saudi_arabia_is_arming_the_syrian_opposition; di

unduh pada 30 November 2014. 128

Melanie De Groof, “Arms Transfers to The Syrian Arab Republic: Practice and Legality”, Raport

Du Grip, no: 9, (2013), hal 40.

Page 77: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

66

yaitu Lebanon. Namun demikian kebijakan tersebut tetap berlaku walaupun tidak

mendapat dukungan dari seluruh anggota.129

B. Alasan Liga Arab Mendukung Kubu Oposisi Suriah

Pada sub bab ini akan dibahas mengenai penyebab Liga Arab mendukung

kelompok oposisi di Suriah. Dalam sub bab sebelumnya telah diungkap bahwa

ternyata tidak semua anggota Liga Arab mendukung kebijakan untuk mendukung

oposisi Suriah, misalnya negara Aljazair dan Irak yang menolak untuk mendukung

kelompok oposisi tersebut. Selain terhadap dukungan di atas, Liga Arab nampak

terpecah dalam dua pandangan terhadap rencana intervensi militer Barat di Suriah.

Pada satu sisi Arab Saudi dan Qatar sangat mendukung intervensi oleh Barat di

Suriah. Sementara Irak, Lebanon, Mesir, dan Libia menentang usulan intervensi

militer negara Barat di Suriah.130

Kebijakan Liga Arab terhadap Suriah menurut Martin Beck didasari oleh

nilai-nilai HAM. Pemerintah Suriah dinilai telah melakukan pelanggaran HAM

terhadap rakyatnya. Namun demikian kebijakan tersebut dipandang mempunyai

standar ganda, khususnya terhadap negara-negara yang sangat aktif dalam

merumuskan kebijakan Liga Arab terhadap Suriah. Negara-negara yang menjadi

aktor utama dalam kebijakan tersebut adalah Arab Saudi dan Qatar yang mempunyai

129

“Arab League to the Syrians: Fight on”, Alakhbar, 7 Maret 2013, http://english.al-

akhbar.com/node/15173; diunduh pada 25 November 2014. 130

“Arab League split over Syria crisis”, Press TV, 3 September 2013, tersedia di:

http://www.presstv.com/detail/2013/09/03/321808/arab-league-split-over-syria-crisis/; diunduh pada

30 November 2014.

Page 78: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

67

rekam jejak yang buruk dalam masalah HAM. Selain itu standar ganda juga dapat

dilihat ketika Bahrain menangani demonstrasi dengan cara militer pada tahun 2011,

namun Liga Arab tidak mengambil tindakan yang berarti.131

Menurut Clive Archer yang telah tertulis dalam bukunya yang berjudul

Internationl Organizations, organisasi internasional merupakan suatu instrumen yang

digunakan oleh negara-negara anggota untuk mencapai tujuan tertentu berdasar

tujuan politik luar negerinya.132

Pada kebijakan Liga Arab sebagaimana dijelaskan di

atas dapat terlihat bahwa tidak semua negara setuju dengan kebijakan yang

mendukung kelompok oposisi Suriah. Di sisi lain negara seperti Arab Saudi dan

Qatar sangat mendukung upaya-upaya yang ditujukan untuk menggulingkan

pemerintahan Bashar di Suriah.

Selain itu, Liga Arab menurut Armenak Tokmajyan telah mengalami

perubahan dominasi kepemimpinan oleh negara anggota. Sebelum Arab Spring

menerpa kawasan Timur Tengah, Liga Arab didominasi oleh Mesir dan Suriah,

namun setelah Arab Spring melanda negara-negara Timur Tengah termasuk Mesir

dan Suriah, pada saat itu juga secara tidak langsung kepemimpinan Liga Arab

berpindah ke negara Arab Saudi dan Qatar. Kedua negara tersebut mendominasi Liga

Arab dengan didukung ekonomi dalam negeri yang kuat. Selain itu, Tokmajyan

memandang bahwa Qatar mempunyai kontrol yang besar terhadap masalah konflik

131

Beck, “The Arab League”, hal 3. 132

Archer, International Organizations, hal 130.

Page 79: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

68

Suriah di Liga Arab. Qatar juga memasukkan kepentingan negaranya dalam setiap

aksinya menangani konflik di Suriah.133

Tokoh oposisi Suriah Haytam Manna juga mengungkapkan keterlibatan Qatar

dalam menghentikan sementara keanggotaan pemerintah Suraih di Liga Arab dan

menggantikannya dengan kelompok oposisi Suriah. Lebih jauh, Haytam mengatakan

bahwa hal tersebut dilakukan Qatar karena motif kebencian Hamad terhadap Bahsar

serta posisi Qatar yang berseberangan dengan Suriah.134

Dengan melihat kondisi seperti dijelaskan di atas, maka patut diduga kuat

bahwa motif Liga Arab untuk mendukung kelompok oposisi Suriah adalah karena

Liga Arab sebagai organisasi internasional merupakan instrumen yang digunakan

oleh negara-negara anggotanya untuk mencapai kepentingan negara sebagaimana

yang diungkapkan oleh Clive Archer. Dari uraian di atas juga dapat terlihat bahwa

negara yang menyisipkan kepentingannya dalam Liga Arab untuk mendukung

kelompok oposisi Suriah adalah Qatar dan Arab Saudi.

Selain itu di atas juga telah dijelaskan bahwa sejak awal kemunculannya pada

tahun 2012, pihak oposisi telah dibantu oleh Arab Saudi dan Qatar. Sehingga

kebijakan yang dikeluarkan oleh Liga Arab untuk mendukung kelompok oposisi

dengan memberikan hak kepada anggota untuk membantu persenjataan adalah upaya

Arab Saudi dan Qatar untuk melegitimasi dukungan mereka kepada oposisi melalui

133

Tokmajyan, “A Brand New Arab League”. 134

Ibid.,

Page 80: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

69

Liga Arab. Kebijakan tersebut juga dapat dilihat sebagai upaya bagi pendukung

kelompok oposisi Suriah untuk menggalang dukungan internasional secara lebih luas.

Argumen di atas juga sejalan dengan asumsi inti Liberal Institusional yang

dikemukakan oleh Baylis dan Smith. Menurut mereka, negara merupakan aktor

utama dalam hubungan internasional serta bersifat rasional. Sebagai aktor yang

dominan dan rasional negara selalu berusaha memaksimalkan kepentingan negaranya

dalam segala isu.135

Dalam hal ini Qatar dan Arab Saudi berusaha memaksimalkan

kepentingan negaranya di tengah konflik yang terjadi di Suriah melalui Liga Arab

yang mereka dominasi.

Analisa tersebut juga diperkuat oleh pandangan Jonathan Schanzer yang

mengatakan bahwa Qatar dan Arab Saudi yang dikuasai oleh kelompok Sunni

menginginkan Bashar yang juga aliansi negara Iran yang dipimpin oleh Syiah segera

dapat digulingkan. Hal tersebut disebabkan Iran merupakan ancaman bagi kawasan

Timur Tengah karena dipandang sebagai sarang teroris dan memiliki nuklir yang

mengancam keamanan kawasan Timur Tengah dan lebih luas secara global. Salah

satu cara untuk melemahkan Iran adalah melemahkan aliansinya terlebih dahulu yaitu

Suriah.136

Lebih jauh jika melihat tindakan yang diambil oleh Qatar dan Arab Saudi

dalam mempengaruhi kebijakan Liga Arab, maka kebijakan tersebut tidak semata-

135

Baylis & Smith, The Globalization, hal 213. 136

Schanzer, “Saudi Arabia is Arming Syrian Opposition”.

Page 81: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

70

mata hanya karena kepentingan Qatar dan Arab Saudi. Menurut Zachary Laub,

Amerika Serikat dengan kekuasaan yang dimilikinya mendesak negara-negara teluk

untuk turut andil dalam mendukung kelompok oposisi Suriah dari segi pendanaan,

persenjataan maupun diplomasi. Lebih lanjut Laub mengatakan bahwa negara yang

mempunyai andil besar dalam memdukung kelompok oposisi adalah Arab Saudi dan

Qatar. Kedua negara yang memiliki aliansi kuat dengan negara adikuasa tersebut

mendapatkan desakan untuk memberikan dukungan kepada kelompok ekstrimis

terkait persenjataan yang salah satunya melalui SMC.137

Pandangan Laub diatas juga diamini oleh Ken Sofer dan Juliana Shafroth dari

Center for American Progress yang telah diuraikan pada BAB III. Kelompok militer

oposisi seperti SMC dan SLF mendapatkan dukungan penuh dari Amerika Serikat

dan sekutunya, termasuk Arab Saudi dan Qatar. Lebih spesifik Sofer dan Shafroth

mengatakan bahwa konglomerat Arab Saudi dan Qatar memberikan dukungan

kepada kelompok Islam radikal SIF.

Jika dilihat lebih jauh, maka keterlibatan Amerika Serikat dalam konflik di

Suriah bukanlah tanpa sebab. Riki Rahman dan Zarina Othman mengungkapkan

kebijakan Amerika Serikat merupakan wujud dari pengejawantahan kepentingan

nasionalnya. Amerika Serikat akan melakukan respon dengan cepat, melakukan

tekanan, hingga intervensi militer terhadap negara-negara yang didalamnya Amerika

137

Zachary Laub, “Syria‟s Crisis and the Global response”, Council on Foreign Relation, 11

September 2013, tersedia di: http://www.cfr.org/syria/syrias-crisis-global-response/p28402; diunduh

pada 25 November 2014.

Page 82: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

71

Serikat memiliki kepentingan. Menurut Rahman dan Othman Amerika Serikat

mempunyai fokus penguasaan pada bidang politik, ekonomi dan militer di Timur

Tengah guna mempertahankan hegemoni serta kepentingan negaranya.138

Dari paparan Rahman dan Othman diatas, dapat diduga kuat bahwa di balik

kebijakan Liga Arab untuk mendukung kelompok oposisi juga terdapat kepentingan

Amerika Serikat. Amerika Serikat berupaya untuk meraih kekuasaan politik, ekonomi

dan militer di kawasan Timur Tengah, dalam kasus ini di Suriah. Hal tersebut

dilakukan baik secara langsung maupun melalui tekanan yang diberikan terhadap

Qatar dan Arab Saudi untuk mendukung kelompok oposisi Suriah.

Analisa keterlibatan Amerika Serikat dalam mendukung kelompok oposisi

Suriah tersebut juga di sampaikan oleh Berzins. Amerika Serikat menurut Berzins

mempunyai tujuan yang jelas dalam mendukung kelompok oposisi Suriah. Salah satu

tujuannya adalah untuk menyebarkan demokrasi yang dianut oleh Amerika Serikat

serta menguasai perekonomian Suriah. Selain itu Amerika mendukung kelompok

oposisi karena Suriah selama ini merupakan aliansi Rusia dan Cina yang

menghalang-halangi hegemoni Amerika Serikat.139

C. Dampak Kebijakan Liga Arab Mendukung Oposisi Suriah terhadap Konflik

di Suriah

138

Riki Rahman dan Zarina Othman, “Kepentingan Amerika Serikat Terhadap Isu Nuklir Iran”,

Analisis CSIS, volume 43, no.2, (Juni 2014), hal 202-203. 139

Berzins, “Civil War in Syria”, hal 5.

Page 83: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

72

Dukungan yang diberikan oleh Liga Arab kepada kelompok oposisi Suriah

hingga skripsi ini ditulis belum mampu menggulingkan rezim Bashar serta

menyelesaikan konflik di Suriah yang menjadi tujuan dari kebijakan Liga Arab

tersebut. Upaya yang dilakukan Liga Arab secara diplomasi maupun kebijakan yang

mengarah pada dukungan militer belum mampu membuahkan hasil yang diinginkan.

Sementara konflik yang terjadi di Suriah terus berlanjut hingga kini dan belum juga

dapat diprediksi masa depannya.

Konflik di Suriah sering kali dipandang hanya sebagai konflik antara rezim

pemerintahan Bashar dengan kelompok oposisi. Namun pada faktanya konflik yang

terjadi di Suriah sangatlah rumit. Kelompok oposisi misalnya, yang terpecah dalam

beberapa bagian dan tidak jarang diantara kelompok oposisi saling berperang. Data

yang tercatat pada Institute for the Study of War menunjukan bahwa anggota dalam

satu kelompok oposisi saja mencapai lebih dari seribu orang. Kelompok-kelompok

oposisi tersebut juga sulit untuk diajak berunding untuk mencari solusi perdamaian.

Hal ini dikhawatirkan akan memperpanjang durasi konflik di Suriah, bahkan lebih

jauh jika kelompok oposisi saling terpecah dan rezim dapat digulingkan, maka

konflik dapat dipastikan akan berlanjut di antara kelompok oposisi.140

Jonah Schulhofer-Wohl memandang bahwa bantuan militer yang diberikan

kepada pihak oposisi hanya mempertahankan keberadaan kelompok oposisi di

140

Fotini Christia, “What Can Civil War Scholars Tell Us About the Syrian Conflict”, Project on

Middle East Political Science, (18 Desember 2013), hal 9.

Page 84: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

73

beberapa wilayah Suriah. Namun kelompok oposisi dengan bantuan tersebut belum

mampu mengalahkan pemerintahan Bashar. Sehingga bantuan militer yang diberikan

kepada kelompok oposisi Suriah hanya memperpanjang masa serta memperburuk

konflik yang terjadi. Wohl mengatakan bahwa bantuan militer terhadap pihak oposisi

mampu meningkatkan kesempatan untuk menggulingkan Bashar. Akan tetapi

kemenangan tersebut menurutnya hanya akan memperburuk perang di Suriah atau

memunculkan pemerintahan baru yang ekstrim. Hal tersebut ia kemukakan didasari

dengan fakta bahwa kelompok oposisi yang terpecah.141

Argumen Jonah di atas juga sejalan dengan pendapat Cristia yang menyatakan

bahwa dukungan yang diberikan oleh Arab Saudi, Qatar, serta kelompok jihad hanya

akan membuat konflik semakin buruk.142

Sementara Alexander B. Downes

menyatakan bahwa bantuan militer terhadap kelompok oposisi yang moderat

sekalipun juga berbahaya. Jika kelompok rezim Bashar mampu digulingkan oleh

kelompok oposisi moderat, maka kelompok oposisi moderat akan tetap menghadapi

pertempuran dengan kaum Alawi pendukung Bashar yang tersisa dalam pertempuran

maupun dengan kelompok oposisi radikal yang sebagain berafiliasi dengan al-

Qaeda.143

141

Jonah Schulhofer-Wohl, “Fighting Betwen Allies and the Civil War in Syria”, Project on Middle

East Political Science, (18 Desember 2013), hal 43. 142

Christia, “What Can Civil War Scholars Tell Us”, hal 10. 143

Alexander B. Downes, “Why Regime Change is Bad Idea in Syria”, Project on Middle East

Political Science, (18 Desember 2013), hal 62.

Page 85: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

74

Menurut Barbara F. Walter suatu perang sipil tidak akan berakhir dengan

cepat. Walter menjelaskan bahwa perang sipil memiliki durasi rata-rata 10 tahun

untuk berakhir. Perang sipil yang terjadi di Suriah menurutnya baru memasuki tahap

awal dari perang sipil. Konflik ini menurutnya diperdiksi akan berlangsung di atas

rata-rata perang sipil yang pernah terjadi dikarenakan kelompok oposisi yang

mencapai setidaknya 13 kelompok berbeda. Selain itu, Walter juga memprediksi

dengan kerumitan yang terjadi pada perang sipil di Suriah, konflik tersebut tidak akan

selesai dalam meja perundingan, melainkan melalui perang yang berkelanjutan.144

Dari analisa di atas dapat dikatakan bahwa alasan Liga Arab mendukung

kelompok oposisi Suriah dapat dikatakan tidak tepat. Hal ini diperkuat dengan data

yang menunjukkan kelompok oposisi juga melakukan pelanggaran HAM serta

melakukan kejahatan perang. Human Right Wacth mencatat bahwa pada Maret 2012

FSA melakukan pelanggaran HAM karena melakukan penangkapan, penganiayaan

serta pembunuhan terhadap warga sipil Suriah. Selain itu Amnesti Internasional pada

25 Juli 2012 melaporkan bahwa kelompok oposisi Suriah telah melakukan

pembunuhan yang tidak berlandaskan hukum terhadap pihak lawan.145

Kebijakan Liga Arab tersebut juga dinilai tidak tepat karena kelompok oposisi

yang terpecah. Menurut Cunningham, kompleksitas kubu oposisi dalam konflik di

144

Barbara F. Walter, “The Four Things We Know About How Civil Wars End”, Project on Middle

East Political Science, (18 Desember 2013), hal 29. 145

“The Crisis in Syria”, International Coalition for The Responsibility to Protect, tersedia di:

http://www.responsibilitytoprotect.org/index.php/crises/crisis-in-syria; diunduh pada 26 November

2014.

Page 86: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

75

Suriah sangat mempengaruhi kredibilitas serta kemampuannya dalam penyelesaian

konflik yang sedang terjadi. Cunningham juga melihat bahwa kelompok oposisi

sangat sulit untuk bersatu baik kelompok yang bertempur di medan perang maupun

kelompok oposisi yang berjuang melalui diplomasi. Sehingga dukungan yang

diberikan pada kelompok oposisi, terlebih dalam pemberian bantuan persenjataan

sangat tidak tepat.146

Wendy Pearlman mengatakan bahwa terdapat resiko besar ketika memberikan

bantuan pada kelompok oposisi Suriah yang terpecah tersebut. Pihak oposisi dapat

menyalahgunakan bantuan tersebut ataupun bantuan akan jatuh terhadap kelompok

ekstrimis yang berbahaya.147

Sementara Mehdi Hasan juga mengingatkan mengenai

bahaya bantuan senjata yang diberikan oleh sekutu Amerika Serikat kepada pihak

oposisi. Menurut Hasan, tidak ada jaminan senjata yang dikirim ke Suriah untuk tidak

jatuh ke tangan kelompok opsosisi yang beraliansi pada al-Qaeda. Jika hal tersebut

terjadi maka dapat menjadi bumerang terhadap Amerika dan sekutunya.148

Amerika Serikat berserta aliansinya seharusnya memberikan solusi untuk

penyelesaian masalah Suriah, bukan nenambah kekacauan dengan mendukung

kelompok oposisi. Negara-negara Barat dapat melakukan diplomasi dengan

146

Kathleen Gallagher, “Actor Fragmentation and Conflict Processes”, Project on Middle East

Political Science, (18 Desember 2013), hal 34. 147

Wendy Pearlman, “Understanding Fragmentation in the Syrian revolt”, Project on Middle East

Political Science, (18 Desember 2013), hal 40. 148

Mehdi Hasan, “If we arm the Syrian rebels, how do we stop British bombs and bullets getting to al-

Qaeda?”, New Statesman, 1 Mei 2013, tersedia di: http://www.newstatesman.com/middle-

east/2013/05/if-we-arm-syrian-rebels-how-do-we-stop-british-bombs-and-bullets-getting-al-qaed;

diunduh pada 9 Desember 2014.

Page 87: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

76

memberikan insentif terhadap Rusia untuk tidak lagi mendukung Bashar dalam

perang sipil tersebut. Selain itu Amerika Serikat juga dapat menekan negara-negara

aliansinya di Timur-Tengah untuk mengontrol kelompok-kelompok ekstrimis yang

mereka dukung. Salah satu kunci penyelesaian perang sipil di Suriah berada pada

Amerika Serikat. Sehingga segala kebijakan untuk menyelesaikan konflik di Suriah

membutuhkan persetujuan Amerika Serikat.149

Pada BAB I juga telah dipaparkan bahwa kalaupun pihak oposisi yang

didukung oleh Liga Arab mampu menggulingkan rezim Bashar secara militer maka

tidak seketika itu pun konflik akan selesai. Glenn Robinson dan Madhav Joshi telah

mengungkapkan penelitiannya yang memprediksi konflik yang lebih berbahaya jika

pihak oposisi dapat menggulingkan pemerintah Suriah. Hal ini juga didukung oleh

data pada BAB III yang menjelaskan kompleksitas kelompok oposisi Suriah.

Kelompok-kelompok oposisi tersebut memiliki tujuan dan cara yang berbeda-beda

untuk mencapai tujuannya dan tak jarang diantara kelompok oposisi saling berperang.

Pada pertengahan tahun 2013 Masami Nishino mengungkapkan bahwa

terdapat tiga skenario mengenai masa depan Suriah. Skenario yang pertama ialah

Bashar mampu membasmi para pemberontak. Jika skenario ini terjadi diprediksi

membutuhkan waktu lama dan biaya besar untuk mengembalikan stabilitas Suriah.

Skenario kedua adalah kelompok oposisi mampu mengalahkan Bashar. Namun jika

hal ini terjadi, maka konflik tidak akan langsung berhenti karena kamu Alawi yang

149

Ibid.,

Page 88: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

77

tersisa akan melakukan balas dendam. Belum lagi banyaknya kelompok oposisi yang

terdiri berbeda akan menimbulkan konlifk yang diprediksi meluas ke negara tetangga.

Sedangkan skenario ketiga adalah perang sipil terus berlanjut, hingga kini skenario

inilah yang sedang terjadi.150

Sedangkan Philipp Holtmann mempunyai analisa bahwa masa depan Suriah

masih sulit untuk diprediksi. Menurutnya penyelesain konflik di Suriah secara politik

akan berhasil jika melibatkan Amerika Serikat, Rusia, Iran, Turki, Qatar, dan Arab

Saudi. Holtmann menilai salah satu solusi politik terbaik yang pernah diajukan untuk

menyelesaikan konflik Suriah adalah usulan pada konvensi Genewa dua. Dalam

konvensi tersebut terdapat himbauan kepada semua pihak yang terkait dalam konflik

untuk berkomitmen terhadap “keutuhan wilayah Suriah, menyelenggarakan transisi

politik, menghentikan kekerasan, menghentikan militerisasi, dan memberikan

bantuan kemanusiaan”.151

Usulan lain yang juga dipandang mampu menyelesaikan konflik di Suriah

dengan melibatkan semua pihak yang bertikai dalam suatu negosiasi. Dalam

negosisasi tersebut semua pihak harus rela untuk berbagi kekuasaan dalam berbagai

bidang di pemerintahan, khususnya di bidang politik dan militer. Hal ini setidaknya

dilakukan hingga pemilu yang damai dapat diselenggarakan. Keseimbangan pada

150

Masami Nishino, “The Security Situation in Syria: Present Conditions and Future Prospects”, The

National Institute for defense Studies News, Issue 177, (Juni 2013), hal 3. 151

Philipp Holtmann, “Syria – a Best Case, a Worst Case and two Most Likely Scenarios”, Perspective

on Terrorism, volume 7, issue 3, (Juni 2013), hal 141.

Page 89: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

78

kursi-kursi pemerintahan Suriah diperlukan untuk menekan perilaku semena-mena

pihak militer serta guna menciptakan stabilitas.152

Upaya penyelesaian konflik di Suriah yang telah diupayakan maupun yang di

wacanakan di atas menurut David E. Cunningham sulit mencapai tujuan. Hal tersebut

karena terdapat begitu banyak pemegang hak veto dalam konflik Suriah. Veto yang

dimaksud oleh Cunningham merupakan kekuatan yang dimiliki oleh pihak-pihak

yang bertikai untuk menggagalkan atau menolak penyelesaian konflik. Dalam hal ini

veto melekat pada pemerintah Suriah dan kelompok oposisi yang sedang bertikai

dalam penyelesaian konflik. Di pihak oposisi, veto tersebut tidak hanya digenggam

oleh satu pihak karena kelompok oposisi memiliki banyak cabang yang berbeda. Hal

tersebut ditambah lagi dengan keterlibatan negara asing yang juga memegang veto

dalam penyelesaian konflik di Suriah. Penyelesaian konflik hanya akan berhasil jika

melibatkan seluruh pihak pemegang hak veto tersebut.153

Dari penjelasan di atas maka dapat terlihat bahwa kebijakan Liga Arab untuk

mendukung kelompok oposisi bukanlah kebijakan tepat dalam upaya penyelesaian

konflik. Kebijakan tersebut tidak didasari dengan landasan yang tulus untuk

menyelesaikan kekacauan di Suriah. Konflik di Suriah hingga skripsi ini ditulis masih

berlanjut dan diprediksi akan terus berlangsung. Sedangkan upaya penyelesaian

konflik hanya akan dapat tercapai jika semua pihak, baik yang terlibat secara

152

James D. Fearon, “Syria‟s Civil War”, Project on Middle East Political Science, (18 Desember

2013), hal 13. 153

David E. Cunningham, “Veto Players and Civil War in Syria”, Project on Middle East Political

Science”, (18 Desember 2013), hal 26.

Page 90: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

79

langsung mapun tidak langsung bersedia untuk berunding dan rela menempatkan

perdamaian Suriah diatas kepentingan masing-masing.

Page 91: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

80

BAB V

KESIMPULAN

Krisis yang terjadi di Suriah sejak tahun 2011 hingga akhir 2014 pada saat

skripsi ini ditulis telah mengalami perkembangan yang semakin buruk. Suriah

berubah menjadi arena perang sipil yang sangat rumit. Konflik tersebut melibatkan

berbagai kelompok berbeda serta memiliki cara dan tujuan meraih cita-cita yang juga

berbeda-beda. Konflik di Suriah juga telah menyedot perhatian negara-negara Timur

Tengah bahkan perhatian masyarakat global. Lebih jauh konflik di Suriah menjadi

semakin rumit karena dicampuri dengan kepentingan negara-negara penguasa seperti

Amerika Serikat dan Rusia beserta sekutunya.

Berbagai upaya penyelesaian konflik telah diupayakan, mulai dengan

menggunakan cara diplomasi, bantuan senjata, hingga rencana intervensi militer.

Salah satu rencana penyelesaian masalah intervensi militer melalui PBB gagal

dilakukan karena mendapatkan tentangan dari Rusia dan Cina. Sedangan upaya

diplomasi pada konvensi Genewa dua yang dipandang merupakan cara terbaik untuk

menyelesaikan konflik di Suriah juga belum mampu mencapai hasil karena tidak

semua pihak sepakat dengan usulan tersebut.

Salah satu harapan yang tersisa untuk menyelesaikan permasalahan konflik di

Suriah adalah melalui Liga Arab. Akan tetapi Liga Arab memilih untuk hanya

mendukung salah satu pihak saja yang terlibat dalam konflik. Kebijakan yang diambil

Page 92: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

81

oleh Liga Arab tersebut telah bertentangan dengan fungsi dan tugas Liga Arab yang

salah satunya adalah membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh

anggota Liga Arab secara damai.

Liga Arab telah mengalami perubahan dalam tubuh organisasinya. Fenomena

Arab Spring telah merubah dominasi kepemimpinan Liga Arab yang sebelumnya

berada pada tampuk Mesir dan Suriah ke tangan Qatar dan Arab Saudi. Hal tersebut

diakibatkan Mesir dan Suriah yang fokus terhadap permasalahan yang melanda dalam

negeri mereka. Pada sisi lain Qatar dan Arab Saudi yang didukung dengan ekonomi

dalam negeri yang kuat mengambil alih dominasi mereka di Liga Arab. Pada momen

tersebut Liga Arab juga meninggalkan norma untuk tidak mencampuri urusan dalam

negeri negara anggota. Organisasi kawasan ini mencoba untuk aktif dalam

mencampuri permasalahan yang terjadi pada negera anggotanya, khususnya pada

konflik di Suriah. Namun demikian Liga Arab masih menerapkan standar ganda

dalam menangani permasalahan yang dialami oleh negara anggotanya.

Sebagai organisasi internasional, Liga Arab mestinya bersifat netral. Namun

demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa anggota-anggota Liga Arab mempunyai

kepentingan masing-masing. Liga Arab dalam kasus konflik di Suriah ini telah

dijadikan alat oleh anggotanya, terutama oleh Arab Saudi dan Qatar yang memiliki

dominasi didalamnya untuk mencapai kepentingan negaranya. Akan tetapi jika dilihat

lebih jauh, Liga Arab tidak semata-mata dijadikan alat oleh Arab Saudi dan Qatar

Page 93: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

82

untuk memenuhi kepentingannya saja. Kedua negara tersebut juga mendapat tekanan

dari Amerika Serikat yang juga memiliki kepentingan di kawasan Timur Tengah.

Para analis telah mengungkapkan seperti yang telah dijelaskan pada

pembahasan bahwa upaya dipolomasi sangat sulit untuk menyelesaikan perang sipil

yang terjadi di Suriah. Namun kebijakan untuk mendukung kelompok oposisi secara

militer juga hanya akan memperparah konflik yang terjadi. Sehingga solusi terbaik

untuk menyelesaikan perang sipil yang terjadi di Suriah adalah melalui jalur

diplomasi dengan melibatkan semua pihak baik yang terlibat secara langsung di

Suriah maupun pendukung dari masing-masing kelompok yang berada di luar Suriah.

Upaya ini memang tidak akan mudah dan dapat segera tercapai, namun upaya

diplomasi tersebut merupakan upaya terbaik yang perlu ditempuh untuk

menyelesaikan perang sipil di Suriah.

Page 94: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

xii

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Acharya, Amitav dan Alastair Iain Johnston. Crafting Cooperation: Regional

International Institutions in Comparative Perspective. New York: Cambridge

University Press, 2007.

Baylis, John & Steve Smith. The Globalization of World Politics, An introduction to

international relations. Third Editon, New York: Oxford University Press Inc,

2001.

Clive, Archer. International Organization. London: Allen & Unwin Ltd, 1983.

K. Nydell, Margaret.Understanding Arabs: A Contemporary Huide to Arab Society.

Boston: Intercultural Press, 2012.

Leverett, Flynt. Inheriting Syria: Bashar Trial by Fire. Washingon DC: The

Brookings Institution, 2005.

Lynch, March. The Arab Uprising: The Unfinished Revolutions of The Middle East.

New York: Public Affairs, 2012.

Neuman, W. Laurence. Basic of Social Research Qualitative and Quantitative

Approaches. Second Edition, Pearson Education, Inc, 2007.

Perwita, Anak Agung & Yanyan Yani. Pengantar Hubungan Internasional.

Bandung: Rosda Karya, 2006.

Rachamawati, Iva. Memahami Perkembangan Studi Hubungan Internasional.

Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2012.

Rosenau, James N. International Politics and Foreign Policy: A Reader in Research

Theory. New York: The Free Press, 1969.

Robert G. Rabil, Syria, The United States, and The War on terror in The Middle East.

London: Praeger Security International, 2006.

Rubin, Barry. The Truth About Syria, New York: Palgrave Macmillan, 2007.

Toffolo, Cris E. Global Organizations: The Arab League. New York: Chelsea House,

2008.

Page 95: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

xiii

Ziadeh, Radwan. Power and Policy in Syria: Intelligence Services, Foreign Relations

and Democracy in The Modern Middle East. London: I.B. Tauris, 2011.

Tesis:

Maddox, Jacob M. Building Peace In A Post- Assad Syria, California, Naval

Postgraduate School, Monterey, 2013.

Artikel Jurnal:

Asseburg, Muriel dan Heiko Wimmen. “The Civil War and the Impotence of

International Politics”, Peace Report, (2013): 72.

Beck, Martin. “The Arab League: A New Policy Approach in the Making?”, Center

for Mellemoststudier, (April 2013): 1-4.

Berzins, Janis. “Civil War in Syria: Origin, Dynamics, and Possible Solutions”,

National Defence Academy of Latvia, Strategic Review, no 7, (Agustus 2013):

1-10.

Bruce, Maddy-Weitzman. “The Arab League Comes Alive”. Middle East Quarterly,

volume 19, issue 3, (Summer 2012): 71-78.

Chen, Wan & Jun Zhao, “The Arab League‟s Decision-making System and Arab

Intergration”, Journal of Middle Eastern and Islamic Studies (in Asia),

Volume 3, no. 2 (2009): 59-66.

Cunningham, David E. “Veto Players and Civil War in Syria”, Project on Middle

East Political Science”, (18 Desember 2013): 26-28.

Christia, Fotini. “What Can Civil War Scholars Tell Us About the Syrian Conflict”,

Project on Middle East Political Science, (18 Desember 2013): 8-10.

Daniel, Mandel. “False Dawn: The Arab Spring”. Institute of Public Affairs Review:

A Quarterly Review of Politics and Public Affairs. Volume 64, issue 4,

(Desember 2012): 25-27.

De Groof, Melanie. “Arms Transfers to The Syrian Arab Republic: Practice and

Legality”, Raport Du Grip, no: 9, (2013): 1-54.

Page 96: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

xiv

Downes, Alexander B. “Why Regime Change is Bad Idea in Syria”, Project on

Middle East Political Science, (18 Desember 2013): 61-63.

Droz, Philippe & Vincent.” “State of Barbary” (Take Two): From the Arab Spring to

the Return of Violence in Syria”. Middle East Journal, volume 68, no.1,

(winter 2014): 33-58

Falahi, Ziyad. ”Prospek Regionalisme Timur Tengah Pasca-Arab Spring: Telaah

terhadap Identitas Kolektif Liga Arab,” Jurnal Kajian Wilayah. Volume 3,

nomor 2 (2012): 189- 205.

Fearon, James D. “Syria‟s Civil War”, Project on Middle East Political Science, (18

Desember 2013): 13-18.

Gallagher, Kathleen. “Actor Fragmentation and Conflict Processes”, Project on

Middle East Political Science, (18 Desember 2013): 34-36.

Hinnebusch, Raymond. “Syria: From „Authorian Upgrading‟ to Revolution?”,

International Affairs, Volume 88, No. 1 (2013): 95-113.

Holtmann, Philipp. “Syria – a Best Case, a Worst Case and two Most Likely

Scenarios”, Perspective on Terrorism, volume 7, issue 3, (Juni 2013): 135-

146.

Jawed, M Nasir. “King Abdullah Warns of Syria Spilover”, The Muslim World

League Journal, volume 41, no. 5&6, (April-Mei 2013): 1-48.

Johansen, Henriette. “A Humanitarian Tragedy for Syrian Refugees”, Memo Middle

East Monitor, (Januari 2014): 4-5.

Kettis, Andreas. “EU-League of Arab States relations: Prospects for closer

parlementary cooperation”, Policy Briefing European Parliament, (Mei

2013): 6-7.

Kucukkeles, Mujge. “Arab league‟s Syrian Policy”, SETA Policy Brief, No. 56 (April

2012): 1-18.

Landis, Joshua. “The Syrian Uprising of 2011: Why The Asad Regime Is Likely to

Survive to 2013”, Middle East Policy, Volume XIX, no. 1, (Spring 2012): 73.

Nishino, Masami. “The Security Situation in Syria: Present Conditions and Future

Prospects”, The National Institute for defense Studies News, Issue 177, (Juni

2013): 3.

Page 97: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

xv

Pearlman, Wendy. “Understanding Fragmentation in the Syrian revolt”, Project on

Middle East Political Science, (18 Desember 2013): 40-42.

Pinfari, Marco. “Nothing but Failure? The Arab League and the Gulf Cooperation

Council as mediators in Middle Eastern Conflicts”. Crisis State Research

Center, Working Paper no. 45 (Maret 2012): 1-24.

Rahman, Riki dan Zarina Othman, “Kepentingan Amerika Serikat Terhadap Isu

Nuklir Iran”, Analisis CSIS, volume 43, no.2, (Juni 2014): 202-203.

Sofer, Ken dan Juliana Shafroth, “The Structure and Organization of the Syrian

Opposition”, Center for American Progress, (14 May 2013): 5-7.

Schulhofer-Wohl, Jonah. “Fighting Betwen Allies and the Civil War in Syria”,

Project on Middle East Political Science, (18 Desember 2013): 42-44.

Walter, Barbara F. “The Four Things We Know About How Civil Wars End”,

Project on Middle East Political Science, (18 Desember 2013): 28-29.

Wardoyo, Broto. “Anatomi dan Penyelesaian Konflik Internal di Suriah”, Analisis

CSIS, volume 43, no. 2, (Juni 2014): 180-198.

Yazigi, Jihad, “Syria‟s War Economy,” European Council On Foreign Relations,

Volume 97, April (2014): 1-7.

Surat Kabar Cetak:

Kuncahyono, Trias. “Suriah Dua Tahun Berlalu.” Harian Kompas, 15 Maret 2013,

hal 10.

Rahman, Mustafa Abd. “Dua Tahun Revolusi Suriah, Politik Terseok, Derita

Berlanjut.” Harian Kompas, 10 Maret 2013, hal 10.

“Dua Tahun Revolusi Suriah, Politik Terseok, Derita Berlanjut,” Harian Kompas, 10

Maret 2013, hal 10.

Internet:

Page 98: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

xvi

“Arab League agrees members have right to arm Syrian rebels”, Deutsche

Welle, 26 Maret 2013, tersedia di: http://www.dw.de/arab-league-agrees-members-

have-right-to-arm-syrian-rebels/a-16700903; diunduh pada 24 November 2014.

“Arab League allows member states to arm Syrian opposition”, Al Arabiya

News, 6 Maret 2013, tersedia di:

http://english.alarabiya.net/en/News/2013/03/06/Arab-League-denies-giving-Syrian-

National-Coalition-a-seat.html; diunduh pada 24 November 2014.

“Arab League Welcomes Syria Opposition”, Aljazeera, 27 Maret 2013,

tersedia di:

http://www.aljazeera.com/news/middleeast/2013/03/20133262278258896.html;

diunduh pada 23 November 2014.

“Arab League to the Syrians: Fight on”, Alakhbar, 7 Maret 2013,

http://english.al-akhbar.com/node/15173; diunduh pada 25 November 2014.

“Arab League split over Syria crisis”, Press TV, 3 September 2013, tersedia

di: http://www.presstv.com/detail/2013/09/03/321808/arab-league-split-over-syria-

crisis/; diunduh pada 30 November 2014.

“Assad: Arab League lacks legitimacy after handing Syrias seat to

opposition”, The National, 5 April 2013, tersedia di:

http://www.thenational.ae/news/world/middle-east/assad-arab-league-lacks-

legitimacy-after-handing-syrias-seat-to-opposition#ixzz3KGRRzZnY; diunduh pada

26 November 2014.

Byman, Daniel L. dan Kenneth M. Pollack, “The Syrian Spillover: Is anyone

prepare for the unintended consequences of the war for Syria?”, Foreign Policy, 10

Agustus 2012, tersedia di:

http://www.foreignpolicy.com/articles/2012/08/10/the_syrian_spillover; diunduh

pada 6 Nopember 2014.

Constantine, Zoi. “Lebanon Divided over Syrian Suppoort”, The National, 16

November 2011, diakses dari: http://www.thenational.ae/news/world/middle-

east/lebanon-divided-over-syrian-support; diunduh pada 29 Desember 2014.

“Data suggests Syria death toll could be more than 60,000, says UN human

rights office,” UN News Centre, 2 Januari 2013, tersedia di

http://www.un.org/apps/news/story.asp?NewsID=43866#.U31Y0tKSySo diunduh

pada 19 Mei 2014.

“Doha summit gives Arab states „right‟ to arm Syria rebels,” Al Arabiya

News, 26 Maret 2013, tersedia di http://english.alarabiya.net/en/2013/03/26/Arab-

Page 99: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

xvii

league-member-states-have-the-right-to-provide-military-assistance-to-Syrian-

rebels.html; diunduh pada 18 Mei 2014.

Dickinson, Elizabeth. “Rebel leader al-Khatib takes Syria‟s seat at the Arab

League. The National, 27 Maret 2013, diakses dari:

http://www.thenational.ae/news/world/middle-east/rebel-leader-al-khatib-takes-

syrias-seat-at-the-arab-league; diunduh pada 27 November 2014.

Hasan, Mehdi. “If we arm the Syrian rebels, how do we stop British bombs

and bullets getting to al-Qaeda?”, New Statesman, 1 Mei 2013, tersedia di:

http://www.newstatesman.com/middle-east/2013/05/if-we-arm-syrian-rebels-how-do-

we-stop-british-bombs-and-bullets-getting-al-qaed; diunduh pada 9 Desember 2014.

How Syria‟s Civil War is Spilling Over”, Aljazeera, 12 November 2012,

tersedia di:

http://www.aljazeera.com/news/middleeast/2012/11/20121112193038751565.html;

diunduh pada 4 Nopember 2014.

“Introduction”, Arab Bank for Economic Development in Africa, tersedia di:

http://www.badea.org/introduction.htm diunduh pada 22 september 2014.

Laub, Zachary Laub. “Syria‟s Crisis and the Global response”, Council on

Foreign Relation, 11 September 2013, tersedia di: http://www.cfr.org/syria/syrias-

crisis-global-response/p28402; diunduh pada 25 November 2014.

Masters, Jonathan. “The Arab League”, Council of Foreign Relations, 26

Januari 2012, tersedia di http://www.cfr.org/middle-east-and-north-africa/arab-

league/p25967 diunduh pada 19 September 2014.

Pedram, Shiva. “Syrian refugee Crisis Treathens Stability in the Middle East”,

Center for American Progress, 12 Agustus 2014, tersedia di:

http://www.americanprogress.org/issues/security/news/2014/08/12/95595/syrian-

refugee-crisis-threatens-stability-in-the-middle-east/; di unduh pada 4 Nopember

2014.

“Russia criticizes Arab League over Syria seat”, Aljazeera, 28 Maret 2013,

tersedia di

http://www.aljazeera.com/news/europe/2013/03/2013328173751138369.html

diunduh pada 20 Mei 2014.

Saab, Bilal Y. dan Andrew J. Tabler, “No Settlement In Damascus: The

Danger of a Negotiated Peace,” Foreign Affairs, 2 Januari 2013, tersedia di

http://www.foreignaffairs.com/articles/138739/bilal-y-saab-and-andrew-j-tabler/no-

settlement-in-damascus diunduh pada 19 Mei 2014.

Page 100: KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH: STUDI KASUS ...

xviii

“Saudi Arabia warns of Syria crisis regional spilover”, Al Arbiya News, 26

Maret 2013, tersedia di: http://english.alarabiya.net/en/2013/03/26/Saudi-Arabia-

warns-of-Syria-crisis-regional-spillover.html; diunduh pada 30 November 2014.

Sapronova, Marina. “The New Role of the Arab League in Regional and

International Relations”, New Eastern Outlook, 17 Maret 2013, tersedia di

http://journal-neo.org/2013/03/17/the-new-role-of-the-arab-league-in-regional-and-

international-relations/ diunduh pada 17 September 2014.

Schanzer, Jonathan Schanzer, “Saudi Arabia is Arming Syrian Opposition”,

Foreign Policy, 27 Februari 2012, tersedia di:

http://www.foreignpolicy.com/articles/2012/02/27/saudi_arabia_is_arming_the_syria

n_opposition; di unduh pada 30 November 2014.

Spath, Andrew. “Opposition Groups in Syria: Myths and Realities”, Foreign

Policy Research Institute, Januari 2012, tersedia di:

http://www.fpri.org/articles/2012/01/opposition-groups-syria-myths-and-realities;

diunduh pada 4 Nopember 2014.

“Syria Civil War Map: December 2013”, Political Geography Now, 15

Desember 2013, tersedia di: http://www.polgeonow.com/2013/12/syria-civil-war-

map-december-2013-12.html; diunduh pada 28 Maret 2014.

“Syria Regional Respon Plan: January to December 2013”, United Nation,

tersedia di: http://unhcr.org/51b0a56d6.pdf; diunduh pada 25 Oktober 2014.

Tokmajyan, Armenak. “A Brand New Arab League”, Middle East Online, 23

Mei 2013, tersedia di http://www.middle-east-online.com/english/?id=58941 diunduh

pada 25 September 2013.

The Crisis in Syria”, International Coalition for The Responsibility to Protect,

tersedia di: http://www.responsibilitytoprotect.org/index.php/crises/crisis-in-syria;

diunduh pada 26 November 2014.

“24th

Arab Summit Issues Doha Declaration” Arab League 24th

Summit, 27

Maret 2013, tersedia di:

http://arableaguesummit2013.qatarconferences.org/news/news-details-17.html;

diunduh pada 23 November 2014.