Proposal Liga

76
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HEPATITIS B DIRUANGAN RAWAT INAP INTERNE RSUP.M.DJAMIL PADANG PRPOSAL OLEH: LIGA PURNAMA SARI 12111714 1

description

sdfasdf

Transcript of Proposal Liga

Page 1: Proposal Liga

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HEPATITIS B DIRUANGAN RAWAT INAP INTERNE RSUP.M.DJAMIL

PADANG

PRPOSAL

OLEH:LIGA PURNAMA SARI

12111714

PRODI DIII KEPERAWATAN STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

2014

1

Page 2: Proposal Liga

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesikan

penyusunan proposal studi kasus ini dengan judul” Asuhan keperawatan

pada pasien dengan Hepatitis B Diruangan Rawat Inap Interne

RSUP.M.DJAMIL padang”

Dalam penulisan proposal studi kasus ini penulis banyak mengalami

kesulitan dan hambatan, namun berkat bimbingan dan dorongan berbagai

pihak akhirnya dapat menyelesaikan dengan baik.

Proposal studi kasus ini tersusun berkat bantuan dan kerjasama dari

berbagai pihak. untuk itu dalam kesempatan ini penulisan mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Ibu Ns. Nova fridalni,S.kep,M.biomed selaku pembimbing yang telah

mengarahkan, memberikan masukan dan bimbingan serta meluangkan

waktunya untuk memberikan petunjuk dan tuntunan dalam

menyelesaikan studi kasus ini.

2. Ibu mitayani, SST, M.BIOMED selaku ketua prodi D III

Keperawatan STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang.

3. Ibu Hj.Elmiyasna.K Skp, MM selaku ketua STIKes

MERCUBAKTIJAYA Padang.

1i

Page 3: Proposal Liga

2

4. Staf dosen akademi D III Keperawatan STIKes MERCUBAKTIJAYA

Padang yang telah memberikan ilmu pengetahuan sebagai bekal bagi

penulis.

5. Untuk RSUP. M . Djamil padang yang telah memberikan penulis

kesempatan untuk melakukan pengambilan data dan hal-hal yang

bersangkutan dengan kelengkapan proposal ini.

6. Teristimewah teruntuk kedua orang tua, ayahnda dan ibunda yang

selalu memberikan do’a dan dukungan, baik secara moril dan materil

kepada penulis. Semoga allah SWT selalu memberkahi kita dengan

kesehatan dan kebahagian dunia dan akhirat.

7. Rekan-rekan mahasiswa prodi D III Keperawatan STIKes

MERCUBAKTIJAYA Padang.

8. Serta kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan proposal studi kasus ini yang tidak bias disebutkan

satu persatu.

Semoga bimbingan, bantuan dan amal yang telah diberikan kepada

penulis, mendapatkan balasan dari allah SWT. Akhir kata, untuk

kesempurnaan proposal studi kasus ini penulis berharap masukan, kritikan

dan susunan yang bersifat membangun dari pembaca dan penulis menerima

dengan senang hati.

Padang, Januari 2015

Penulis

ii

Page 4: Proposal Liga

3

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAMi

PERSETUJUAN PEMBIMBINGii

KATA PENGANTARiii

DAFTAR ISIv

DAFTAR GAMBARvii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan studi kasus

1. Tujuan umum

2. Tujuan Khusus

D. Manfaat studi kasus

BAB I TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR

1. Pengertian

2. Anatomi & Fisiologi

3. Etiologi

4. Klasifikasi

5. Patofisiologi

6. WOC

7. Manifestasi Klinis

8. Komplikasi

iii

Page 5: Proposal Liga

4

9. Pengendalian dan pencegahan

10. Pemeriksaan diagnostic

11. Penatalaksanaa

a. Medis

b. Non Medis

B. Asuhan Keperawatan Teorits

1. Pengkajian

2. Diagnosa Keperawatan

3. Intervensi Keperawatan

4. Implementasi Keperawatan

5. Evaluasi Keperawatan

DAFTAR PUSTAKA

iv

Page 6: Proposal Liga

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2009,

penyakit hepatitis B pembunuh nomor 10 di dunia dan endemis di china

dan bagian lain di Asia termasuk Indonesia serta penyakit B sudah

menginfeksi +/-75% penduduk di dunia. Indonesia 20 menjadi negara

dengan penderita hepatitis B ketiga terbanyak didunia setelah china dan

india dengan julah penderita 13 juga orang, sementara dijakarta di

perkiran satu dari 20 penduduk penderita hepatitis B. Sebagian besar

penduduk kawasan ini terinfeksi VHB sejak usia kanak-kanak. Sejumlah

Negara di usia, 8-10 persen populasi orang menderita hepatitis B kronik.

(Sulaiman, 2010)

Prevalensi pada Negara berkembang dalam penyakit hepatitis B

adalah : Tinggi: di Negara-negara berkembang dengan sanitas yang

sangat buruk dan perilaku persoalan hygiene yang kurang baik, resiko

infeksi lebih besar dari 90%. Sebagian besar infeksi terjadi pada anak

usia dini dan mereka yang terinfeksi tidak memiliki gejala nyta. Wabah

jarang karena anak-anak yang lebih tua dan korang dewasa umumnya

kebal. Prevalensi penyakit di daerah seperti ini tergolong rendah dan

jarang terjadi wabah.

1

Page 7: Proposal Liga

2

Menengah: Di Negara-negara berkembang, Negara dengan ekonomi

di daerah transisi di mana kondisi sanitasi sangat bervariasi. Ada daerah

yang memiliki system sanitasi yang sudah menandai, namun juga ada

yang masih kurang. Ironisnya, kondisi ekonomi yang terus membaik dan

kesehatan dapat menyebabkan tingkat lebih tinggi dari penyakit, seperti

infeksi terjadi pada kelompok usia tua, dan wabah besar dapat terjadi

(kejadian luar biasa).

Rendah: di Negara maju dengan sanitasi yang baik dan kebersihan

di tingkat infeksi rendah. Penyakit ini dapat terjadi pada remaja dan

orang dewasa di kelompok berisiko tinggi seperti pengguna narkoba

suntik, pria gay, orang yang bepergian ke daerah resiko tinggi dan

populasi terisolasi, misalnya ditutup komunitas agama.

Hasil penelitin secara global yang melibatkan 2.000 pasien di seluruh

rumah sakit Indonesia 34% (680 pasien diantaranya adalah penderita

dengan kasus hepatitis B). Dalam perjalanan penyakitnya, 20-40 % dari

sejumlah penderita ini yang terdiagnosa hepatitis B. Telah terjadi

komplikasi menjadi sirosis dan kanker hati. Ini disebabkan karna

kurangnya upaya promotif dan menjelaskan tentang hepatitis B pada

pasien, dan pemberian informasi tentang upaya penghentisn penggunakan

alcohol bagi penderita Hepatitis B tersebut. (Diyono 2013)

Infeksi virus hepatitis B (VHB) merupakan infeksi yang unik. Tidak

banyak jenis virus yang menyebabkan infeksi pada seseorang dengan

memberikan dampak sosial-ekonomi yang besar- karena penyakit ini

Page 8: Proposal Liga

3

menyebabkab infeksi pada populasi dalam skala dunia, dan variasi

penampilan kliniknya yang sedemikian beraneka ragam (bias dalam

bentuk hepatitis akut, hepatitis kronis tidak aktif, hepatitis kronis aktif,

sirosis hati atau kanker hati). Namun, kita dapat mengungkapkan

karateristik virus ini secara lebih terperinci sehingga pola tingkah

lakunya sudah dapat diketahui dengan baik. (Jinlin Hou,dkk,2005)

Dengan sedemikian banyaknya jumlah penderita infeksi VHB, sebagai

konsekuensinya akan ada banyak persoalan social dan ekonomi yang

harus ditanggapi baik dalam skala individu maupun pemerintah. Begitu

sering ditemui dalam praktik dokter, kasus-kasus yang berhubungan

dengan virus hepatitis B, baik masih dalam fase awal maupun yang

sudah tidak menyadari bahwa virus hepatitis B telah berda di dalam

tubuh selama bertahun-tahun. Memang demikianlah sifat virus hepatitis

B. Menyerang secara tersembunyi. Tidak jarang mereka yang merasa

sehat menjadi kaget karena ditolak saat melamar kerja,menjadi donor

darah, atau saat mengajukan untuk melanjudkan pendidikan keluar negri.

Inilah kelompok penderita hepatitis B terbesar, yang dikenal dengan

hepatitis B carrier inaktif. (dr. J.B. Suharjo B. Cahyono,Sp.PD 2009)

Indonesia merupakan endemik infeksi virus hepatitis B (HBV=

Hepatitis B virus), dengan prevalensi rata-rata 10%. (3-20%). Prevalensi

infeksi khronik HBV di dunia pun bervariasi tergantung geografi

tempatnya mulia dari ysng tinggi mencapai 8-15% dan rendah < 1%,

dengan prevalensi tertinggi di daratan Asia dan sub-Sahara Afrika, dan

Page 9: Proposal Liga

4

relative rendah di Amerika utara dan Eropa. Virus ini dapat ditularkan

melalui transmisi vertikal (ibu ke bayi saat dalam kandungan atau saat

melahirkan) maupun horizontal yang mana kadar virus terdeteksi tertinggi

dalam darah dan serum (melalui transfuse darah, penularan pemakaian

injeksi bergantian), kadarnya sedang pada semen, cairan vagina, dan

saliva, serta paling rendah pada urin, fases dan air susu ibu. Kelompok

tertentu mempunyai resiko tinggi terinfeksi HB, diantaranya orang-orang

yang tinggal di daerah endemik, pekerja-pekerja kesehatan terutama

pada bidang-bidang tindakan invasive, homo dan biseksual aktif, pasien-

pasien hemodialisasi, dan kontak seksual dengan karier hepatitis B.(Patut

Bayupurnama 2012)

Dampak penyakit hepatitis B ini adalah informasi tentang seputar

dari dampak penyakit hepatitis B yang menimbulkan bercak ke kuning-

kuningan pada salah satu organ tubuh manusia seperti bola mata, kulit

dan sebagiannya. Penyakit hepatitis seperti yang kita ketahui memang

menimbulkan dampak yang sangat berpengaruh terhadap keidupan

manusia, penyakit hepatitis termasuk salah satu penyakit yang berbahaya

Karen bias mengakibatkan kematian pada penderitanya. Dan hepatitis B

bias menularkan pada seseorang yang tidak terkena dampak yaitu bias

melalui dari virus hepatitis itu sendiri. Akibat terkena penyakit hepatitis

itu sangat berdampak buruk sekali karena organ hati yang rusak dapat

mengganggu kemampuan tubuh manusia dalam memecahkan sel darah

merah dari toksin atau racun yang terkandung di dalamnya. Bilirubin

Page 10: Proposal Liga

5

pada darah serta racun atau toksin lain yang ada pada darah pun tidak

mampu dikeluarkan tubuh sehinggah menetap di dalam tubuh.

Berdasarkan data indeks penyakit di Instalasi rawat inap RSUP Dr

M.Djamil pada tahun 2010 jumlah penderita 9 orang, dimana di antaranya

4 orang penderita yang berjenis kelamin perempuan, dan 6 berjenis kelamin

laki-laki. Pada tahun 2011 jumlah penderita hepatitis B yaitu 7 orang,

dimana terdapat 5 orang penderita dengan jenis kelamin laki-laki, dan 2

orang dengan jenis kelamin perempuan. Pada tahun 2012 terjadi

peningkatan angka kejadian hepatitis B dengan jumlah penderita 5 orang

dengan berjenis kelamin perempuan dan 11 orang dengan berjenis laki-

laki. Dan padaa tahun 2013 angka kejadian yang penderita hepatitis B

sangat menurun dengan jumlah 12 orang.

Sebagian peran perawat pada pasien hepatitis B adalah:

Sebagian pemberi asuhan keperawatan. Peran ini dapat dilakukan

perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang

dibutuhkan pemberian pelayanan keperawatan pada pasien hepatitis B.

Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana sampai

dengan kompleks. Pada peran ini perawat diharapkan mampu

memberikan pelayanan kesehatan kepada penderita hepatitis B.

1. Sebagai advokat klien.

Peran ini dilakukan dalam membantu klien dan keluarga dalam

menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan

khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan

Page 11: Proposal Liga

6

denga n penyakit hepatitis B. Dan memastikan kebutuhan klien

terpenuhi dan melindungi hak-hak klien (Disparty, !998 :140)

2. Sebagai educator.

Peran perawat ini dilakukan dengan membantu klien dalam

meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit hepatitis

B bahkan tindakan yang diberikan sehingga terjadi perubahan

perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.

3. Sebagai coordinator.

Peran perawat ini dilaksanakan dengan mengarahkan,

merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim

kesetan sehingga pemberi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan

sehingga pemberi pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai

dengan kebutuhan klien tentang hepatitis B.

4. Sebagai kolaborator.

Peran perawat dilakukan karena perawat bekerja melalui tim

kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapi, ahli gizi dengan

berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlakukan

pada pasien hepatitis B.

5. Sebagai Conselor.

Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan

mengatasi tekanan psikologis atau masalah social untuk membangun

hubungan interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan

perkembangan seseorang tentang hepatitis B.

Page 12: Proposal Liga

7

6. Sebagai pembaharu.

Perawat mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang

sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan

keperawatan pada penderita penyakit hepatitis B.

Virus hepatitis B (HBV) termasuk virus geno DNA berkapsul

dengan family Hepadnaviridae. Mempunyai masa inkubasi 30-180

hari. HBsAG mempunyai 4 determinan antigen utama yaitu adw,

adr, ayw dan ayr. Menular melalui transfusi darah pemakai jarum

suntik bergantian, hubungan seksual tranmisi vertikal dari ibu ke

janin. DNA Virus hepatitis B ( HBV- DNA ) merupakan indicator

prognosis dan keberhasilan terapi antiviral yang utama. ( Patut

Bayupurnama 2012)

B. Rumusan masalah

Berdasarkan fenomena di atas yang telah di uraikan, maka penulis

berkeinginan untuk membahas dan mengetahui bagaiman menerapkan

“Asuhan keperawatan pada klien dengan Hepatitis B di Instalasi Non

bedah ( interne) RSUP Dr. M. Djamil padang tahun 2014”.

C. Tujuan penulis

1. Tujuan umum

Penulis mampu mendapatkan suatu gambaran tentang

menerapkan asuhan keperawatn yang baik dan benar terhadap klien

Page 13: Proposal Liga

8

dengan penyakit hepatitis B di Instalasi Non bedah ( interne ) RSUP

Dr.M.Djamil Padang tahun 2014.

2. Tujuan khusus

a. Mampu melaksanakan pengkajian terhadap klien dengan hepatitis B

di Instalasi Non bedah (interne) RSUP.Dr.M.Djamil padang tahun

2014.

b. Untuk dapat melaksanakan diagnose keperawatan pada klien

dengan hepatitis B di instalasi Non bedah (interne) RSUP

Dr.M.Djamil padang tahun 2014.

c. Untuk dapat membuat intervensi pada klien dengan hepatitis B

do instalasi Non bedah (interne) RSUP Dr.M.Djamil padang tahun

2014.

d. Untuk dapat membuat implementaasi rencan asuhan keperawatan

pada klien dengan hepatitis B di instalasi Non bedah (Interne)

RSUP Dr. M.Djamil padang tahun 2014.

e. Untuk dapat membuat evaluasi tindakan keperawatan pada klien

dengan hepatitis B di Instansi Non bedah (Interne) RSUP Dr.

M.Djamil padang tahun 2014.

f. Mampu melakukan pendokumentasi asuhan keperawatan terhadap

klien dengan hepatitis B di Instalasi Non bedah (Interne) RSUP

Dr. M.Djamil padang tahun 2014.

Page 14: Proposal Liga

9

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis

Untuk dpat menerapkan Ilmu pengetahuan dan keterampilan

kepeawaatan serta dapat memperoleh nyata didalam memberikan

asuhan keperawatan pada penderita Hepatitis B.

2. Bagi RSUP Dr. M.Djamil Padang

Sebagai bahan masukan dan informasi bagi institusi kesehatan dan

tenaga kesehatan dalam melaksanakan asuhan keperawaatan pada

klien dengan penyakit Hepatitis B.

3. Bagi Akademik

Dapat di jadikan baahan informasi atau masukan untuk menambah

wawasan bagi pembaca tentang hepatitis B.

4. Bagi Klien

Agar klien mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan kejadian

Hepatitis B dengan keluhan terutama biasa mengenali tanda dan

gejala dari penyakit yang dapat membahayakan banyak orang.

5. Bagi perkeembangan keperawatan

Agar proposal ini dapat dijadikan sebagai bahan dalam melaksanakan

asuhan keperawatan pada klien dengan Hepatitis B, sehingga dapat

dilakukan dengan segera untuk mengatasi masalah yang terjadi paada

klien dengan Hepatitis B.

Page 15: Proposal Liga

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar

1. Defenisi

Hepatitis B paling banyak terjadi pada polulasi anak-anak

berikut ini: (1) bayi dari ibu yang karier kronik dari antigen virus

HBsAg, (2) anak-anak yang sering ditransfusi atau hemodislisis (dapat

pula berkembang hepatitis C), (3) anak-anak terlibat penyalagunaan

obat yang dipakai melalui IV (dapat pula menderita hepatitis C), (4)

anak-anak panti dan (5) anak-anak pra-sekolah di daerah endemic.

Masa inkubasinya 2 sampai 6 bulan. (Linda A.Sowden 2008)

Hepatitis B adalah suatu proses peradangan difusi pada jaringan

yang dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik

terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia.( Sujono Hadi,200 )

Hepatitis B adalah suatu virus yang ditularkan melalui : Bayi

yang lahir dari ibu dengan HBsAg positif, Hubungan seksual, Dan

melalui kulit(perkuatan). (Dr.J.B. Suharjo B. Cahyono,Sp.PD 2010)

Hepatitis B adalah suatu penyakit yang menular melalui produk

darah/ darah terkontaminasi: tusukan jarum (luka), kontak dengan

saliva, urine,

9

Page 16: Proposal Liga

10

2. Anatomi & fisiologi Hepar

Hepar merupakan organ yang mempunyai dua lobus kanan dan lobus

kiri. Lobus kanan dibagi menjadi segen anterior dan posterior oleh fisura

segmentasi kanan. Lobus kiri bagi menjadi segmen medial dan lateral oleh

hligamentum falsiforme.

Setiap lobus hepar terbagi menjagi struktur- struktur yang dinamakan

Lobulus. Diantara lempengan sel hati terdapat kapiler-kapiler yang

dinamakan sinusoid yang merupakan cabang venaporta dan arteri hepatika.

Sinusoid dibatasi oleh sel fagositik mononuclear / sel kuffer yang

berfungsi menelan bakteri dan benda asing dalam darah.

Arteri hepatica menyuplai darah ke hepar 1/3 dari darah yang masuk

ke hepar dan 2/3 berasal dari vena porta. Arteri hepatica membawa darah

beroksigen dan vena porta membawa darah yang kurang beroksigen dari

vena mesenterika superior, inferior dan sona splanikus yang menerima

darah dari pancreas, limpa, lambung, usus dan kandung empedu, Vena

porta membawa nutrient, sisa metabolism dan toksik dari organ

perencanaan ke hepar untuk diproses, didetoksifikasi.

Fungsi Hepar:

Page 17: Proposal Liga

11

1. Produksi empedu

1) Komponen empedu :

a. Air

b. Garam empedu

c. Bilirubin

d. Kolestrol

e. Asam Lemak

f. Lesitin

g. Sodium

h. Potasium

i. Kalsium

j. Klorida

k. Ion Bikarbonat

Garam empedu diproduksi dengan prukursaannya adalah

kolestrol yang berasal dari makan / disentesis oleh hepar melalui

metabolism lemak. Gara empedu punya 2 fungsi :

a. Pengemulsi empedu menurunkan tegangan permukaan partikel

lemak sehingga membantu pemecahan lemak.

b. Membantu absorbs asam lemak, mengliserida, kolestrol dan

lemak lain.

2. Metabolisme karbohidrat

a. Glikolisis, konversi glukosa menjasi glikogen

b. Glikogenolisis, pemecahan glikogen menjadi glukosa

Page 18: Proposal Liga

12

c. Penyimpanan glikogen

d. Konversi galaktesa dan fruktosa menjadi glikosa

e. Glikonegogenesis, konversi asam amino menjadi glukosa

3. Metabolisme lemak

a. Oksidasi asam lemak untuk energi

b. Pembentukan lipoprotein

c. Sintesis kolestrol dan fosfolipid

d. Sintesis lemak dari protein dan karbohidrat

4. Metabolis Protein

a. Katabolisme as. Amino

b. Pembentukan urea untuk pengeluaran ammonia dari dalam tubuh

diekskresikan melalui ginjal dan intestinal.

c. Pembentukan protein plasma :

a) Albumin

b) Protrombin

c) Fibrinnogen

d. Brotransformasi lemak obat dan substansi lain.

5. Sirkula

Setiap menit memproses 16 bagian dari 1 ltr darah yang bersirkulasi

melalui sinusoid. Sehingga hepar merupakan resekrosis yang

menyimpan darah dalam jumlah banyak.

( Wijaya. Dkk.2013)

Page 19: Proposal Liga

13

3. Etiologi

a. Infeksi virus

b. Reaksi toksik terhadap obat-obatan : Menyebabkan toksik untuk

hati, sehingga sering disebut hepatitis akut.

c. Alkohol : Menyebabkan alcohol hepatitis dan selanjutnya menjadi

alcohol sirosis.

d. Bahan-bahan kimia.

4. Klasifikasi

Macam-macam atau Stadium Hepatitis B

a. Stadium pre ikterik (prodroma)

Berlangsung sekitar 4-7 hari. Penderita mengeluh sakit kepala,

lemah, anoreksia, muntah, mual, demam, nyeri pada perut kanan

atas. Urin menjadi lebih coklat.

b. Stadium ikterik

Berlangsung selama 3 minggu-6 minggu. Ikterus mula terlihat

pada skelera kemudian pada kulit seluruh tubuh. Keluhan-keluhan

menjadi berkurang tetapi penderita masih lemah, anoreksia dan

muntah. Hepar mengalami pembesaran dan terdapat nyeri tekan.

Feses berwarna kelabu atau kuning mudah .SGOT dan SGPT

meningkat, HBsaG ditemukan pada hepatitis B.

c. Stadium postikterik (penyuluhan)

Ikterik mereda, warna urin dan BAB menjadi normal kembali.

Pada kasus tanpa komplikasi, penyembuhan mulai 1 atau 2

minggu dari timbulnya ikterik dan berlangsung 2-6 minggu. Bila

Page 20: Proposal Liga

14

terjadi splenomegali dengan apat akan mengilang, hanya dapat

kembali normal beberapa minggu kemudian.

Pada pemeriksaan laboratorium dan terus fungsi hati abnormal

dapat menetap 3-6 bulan ( Wijaya.dkk.2013 )

5. Cara penularan

A. Penularan Ibu ke bayi

1.) Peredaran darah tali pusat

2.) Proses melahirkan

3.) Atau setelah melahirkan.

B. Penularan melalui kulit

1.) Suntikan

2.) Akupuntur

3.) Tranfusi darah

4.) Hemodialisis

5.) Tattoo

6.) Tindik

C. Penularan melalui hubungan seksual

1.) Berganti-ganti pasangan

6. Patofisiologi

(Menurut Padila,S.kep,Ners 2013.)

Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan

oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan

bahan-bahan kimia. Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobul

Page 21: Proposal Liga

15

dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri. Sering

dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar

terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar

ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Ssetelah lewat

masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh

respon system imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang

sehat. Oleh karenanaya, sebagian besar klien yang mengalami

hepatitis sembuh dengan fungsih hepar normal.

Infalamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan

peningkatan suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu

timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadrat kanan atas. Hal

ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati.

Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun

jumlah billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam

hati tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan

duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan

billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan

dalam hal konjugasi.

Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus

hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan

regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi

(billirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan

karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi

billirubin.

Page 22: Proposal Liga

16

Tinja mengandung sedikit sterkobbilin oleh karena itu tinja

tampak pucat (abolish). Karena billirubin konjugasi larut dalam air,

maka billirubin dapat dieksresi ke dalam kemih, sehinggah

menimbulkan billirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan

kadar billirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam

empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.

Page 23: Proposal Liga

17

7. WOC

Page 24: Proposal Liga

18

8. Manifestasi klinis

Menurut Padila, S.kep, Ners 2013. Tentang Hepatitis B yaitu:

1) Gejala:

a. Nafsu makan menurun

b. Perut kanan atas terasa sakit

c. Seluruh badan pegel-pegal

d. Pusing

e. Nyeri persendian

f. Gatal-gatal

g. Urien berwarna seperti teh pekat

h. Tinja berwarna pucat

i. Lesu

2) Tanda:

a. Bradikardia (hiperbilirubinemia berat)

b. Ikterik pada sclera, kulit, membrane mukos

c. Asites

d. Peka ransangan, cendrung tidur, letergi, asteriksis

e. Otot tegang gelisah

f. Peningkatan suhu tubuh

9. Komplikasi

Menurut Padila, S.Kep, Ners (2013)

Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang

disebabkan oleh akumulasi ammonia serta metabolic toksik

Page 25: Proposal Liga

19

merupakan stadium lanjut ensefalopati hepatic. Kerusakan jaringan

paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis hepatis,

penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.

10. Pengendalian dan pencegahan

Menurut Brunner & suddarth, 2002. Tentang pengendalian dan

pencegahan pada pasien penyakit Hepatitis B yaitu:

1. Tujuan pencegahan adalah:

a. Memutuskan rantai penularan.

b. Melindungi individu yang beresiko tinggi melalui imunisasi

aktif vaksin hepatitis B.

c. Imunisasi pasif bagi individu yang tidak terlindungi namun

terpapar virus hepatitis B.

2. Pencegahan penularan

a. Skrining yang kontrinyu akan adanya HbsAG terhadap donor

darah akan mengurangi lebih lanjut resiko penularan melalui

tranfusi darah.

b. Imunisasi aktif :vaksin Hepatitis B

Imunisasi aktif dianjurkan bagi individu yang beresiko tinggi untuk

terkena hepatitis B (misalnya: petugas kesehatan, pasien

hemodialisis). Proteksi yang dihasilkan oleh vaksin hepatitis B

dapat berlangsung selama 5 hingga 7 tahun. Pemerksaan kadar anti

HBs dilakukan setiap tahun untuk menentukan setiap tahun untuk

menentukan apakah diperlukan imunisasi ulang atau booster.

Page 26: Proposal Liga

20

c. Imunisasi pasif: imun globulin hepatitis B.

11. Pemeriksaan diagnostic

1. Laboratorium

1) Pemeriksaan pigmen

a. Urobilirubin direk

b. Bilirubin serum total

c. Bilirubin urine

d. Urobilinogen urine

e. Urobilinogen feses

2) Pemeriksaan Protein

a. Protein totel serum

b. Albumin serum

c. Globulin serum

d. HbsAG

3) Waktu protobin

Respon waktu protombin terhadap vitamin K

4) Pemeriksaan serum transferase dan transaminase

a. AST atau SGOT

b. ALT atau SGPT

c. LDH

d. Amonia serum

2. Radiologi

a. Foto rontgen abdomen

Page 27: Proposal Liga

21

b. Pemindahan hati dengan preparat technetium, emas, atau rose

Bengal yang berlabel radioaktif

c. Kolestogram dan kalangiogram

d. Arteriografi pembuluh darah seliaka

3. Pemeriksaan tambahan

a. Laparoskopi

b. Biopsi hati

12. Penatalaksanaan

a. Non medis

Brunner & suddarth,2003. Penatalaksanaan on medis yang dapat

dilakukan pada hepatitis B adalah :

1. Muntah Tirah baring (bed rest)

Biasanya direkomendasikan tanpa memperhitungkan

bentuk terapi yang lain sampai gejala hepatitis sudah mereda.

Selanjutnya, aktifitas pasien harus dibatasi sampai gejala

pembesaran hati dan kenaikan kadar bilirubin serta enzim-enzim

dalam serum kembli normal.

2. Nutrisi yang adekuat

Nutrisi yang adekuat harus dipertahankan, asupan protein

dibatasi bila kemampuan hati untuk metabolisasi produk

sampingan protein terganggu sebagaimana diperlihatkan oleh

gejalanya. Apabila muntah terjadi. Pasien harus dirawatkan

dirumah sakit dan mendapatkan terapi cairan mengingat cara

Page 28: Proposal Liga

22

penularannya, pasien harus dievaluasi untuk mendeteksi penyakit

lain yang di tularkan lewat darah.

3. Masa pemulihan

Masa pemulihan dapat berlangsung lama dan pemulihan

gejala yang lengkap kadang-kadang membutuhkan waktu 3 dan 4

bulan atau lebih lama lagi. Selama stadium pemulihan ini,

pengembalikan aktifitas fisik yang berangsur –angsur diperolehkan

dan harus dianjurkan sesudah gejala ikterus menghilang.

4. Pertimbangan psikososial

Pertimbangan psikososial harus dikenali oleh

perawat,khususnya akibatkan pengisolasian dan pemisahan pasien

dari keluarga serta sahabat mereka selama stadium akut dan

infektif. Percenaan khusus diperlukan untuk meminimalkan

perubahan dalam persepsi sensorik. Keluarga perlu diikutsertakan

untuk mengurangi rasa takut dan cemas dalam diri pasien tentang

penularan penyakit tersebut.

5. Pendidikanpasien dan pertimbangan perawatan di rumah

Karena masa penyembuhan yang lama, pasien beserta

keluarganya harus dipersiapkan untuk perawat di rumah.

Tersedianya kesempatan untuk cukup beristirahat dan

mendapatkan nutrisi yang lebih baik harus sudah dapat dipastikan

sebelum pasien dipulangkan. Anggota keluarga dan sahabat yang

memiliki hubungan erat dengan pasien harus mendapatkan

Page 29: Proposal Liga

23

informasi tentang resiko terjangkit hepatitis B dan bagi mereka

harus diupayakan untuk mendapatkan vaksin hepatitis B atau

preparat imun globulin hepatitis B. Individu yang beresiko harus

waspada terhadap tanda-tanda dini hepatitis B mengetahui cara-

cara untuk mengurangi resiko tersebut. Pasien dengan hepatitis

harus diingatkan untuk menghindari konsumsi minuman

berakohol.

b. Medis

Tujuan pengobatan VHB menurut Linda A. Sowden 2002

adalah untuk mencegah atau menghentikan radang hati ( liver

injury ) dengan cara menekan replikasi virus, obat- obat yang

digunakan untuk menyembuhan hepatitis B antaranlain obat

antivirus, dan imunomulator dan didasarkan pada gejala yang ada.

Berikut ini adalah obat - obatan yang dapat digunakan :

1. Globulin imun (Ig) digunakan sebagai profilaksis sebelum dan

sesudah terpajan hepatitis A ( diberikan dalam waktu 2 minggu

setelah pemajanan )

2. HBIG diberikan sebagai profilaksis setelah pemajaan ( tidak

divaksinasi: diberikan per IM dan mulai dengan vaksin HB.

Divaksinasi: diberikan per IM ditambah dosis booster.

Perinatal: 0,5 ml per IM dalam 12 jam setelah kelahiran ).

3. Vaksin hepatitis B (heptavax-B)__digunakan untuk mencegah

munculnya hepatitis B (perinatal: diberikan per IM dalam 12

Page 30: Proposal Liga

24

jam setelah kelahiran ; diulangi pada usia 1 dan 6. Anak-anak

yang berusia kurang dari tahun :tiga dosis IM (paha

anterolateral/ deltoid );dua dosis pertama diberikan berselang 1

bulan, dan booster diberikan 6 bulan setelah dosis pertama.

Anak – anak yang berusia lebih dari 10 tahun: diberikan tiga

dosis ke dalam otot deltoid. Perhatikan bahwa anak yang

menjalankan hemodialisis jangka panjang dan anak dengan

sindrom down harus divaksinasi secara rutin karena tingginya

risiko memperoleh infeksi hepatitis B ini )

B. Asuhan Keperawatan Teoritis

1. Pengkajian

a. Identitas Klien

Mengkaji nama, No MR, umur, pekerjaan, agama, jenis kelamin,

alamat, tamggal masuk RS, penanggung jawab, riwayat alergi (obat,

makanan, dll), alat bantu yang dipakai, pendidikan, suku bangsa, status

perkawinan, ruang, diagnose medik, yang merujuk.

b. Riwayat Kesehatan

1) Mengkaji kesehatan dahulu

Riwayat kesehatan dahulu berkaitan dengan penyakit yang pernah

diderita sebelumnya, riwayat kontak dengan penderita hepatitis,

riwayat penggunaan alcohol dan obat-obatan terlarang.

Page 31: Proposal Liga

25

Mendapatkan tranfusi darah/ cuci darah. Riwayat kebiasaan makan

diet timggi lemak.

2) Riwayat kesehatan sekarang

Pada riwayat penyakit sekarang keluhan pasien biasanya pada

gejala awal selama periode prodromol, meliputi nyeri otot, nyeri

sendi, sekit kepala, lemak anoreksia, mual muntah, demam, nyeri

perut kanan atas, penurunan nafsu makan dan gejala dehidrasi.

Pada fase ikterik akan timbul gejala seperti. Ikterus, urine gelap,

fase berwarna terang , dan pruritus.

3) Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat anggota keluarga yang pernah mengalami penyakit

hepatitis B sebelumnya. Riwayat penyakit menular khususnya

berkaitan dengan penyakit pencernaan.

c. Pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum klien

Biasanya terjadi peningktan berat badan akibat penumpukan cairan

di abdomen (Asites), tidak ada gangguan pada tingkat kesadaran.

2. Tanda – tanda vital

Biasanya suhu tubuh meningkat, TD meningkat, nafsu cepat dan

dangkal kesadaran compos mentis.

3. Kepala

Inspeksi : biasanya bentuk kepala lonjong, rambut bersih, beruban

dan rontok.

Page 32: Proposal Liga

26

Palpasi : biasanya tidak ada massa atau lesi.

4. Mata

Inspeksi : biasanya isokor (simetris), sclera ikterik, konjungtiva

anemis.

5. Hidung

Infeksi : biasanya tidak terdapat polip, pernafasan cuping hidung,

tidak ada secret, tidak terpasang ala bantu pernafasan.

6. Mulut dan gigi

Inspeksi : biasanya mukosa mulut kering, lidah bersih, tidak

terdapat caries gigi, bau mulut, bibir gigi pucat.

7. Leher

Inspeksi : Biasanya simetris, tidak ada pembesaran atau benjolan

Palpasi : Biasanya tidak dapat pembesaran kelenjer tyroid.

8. Dada/ thorak

Inspeksi : Biasanya simetris, tidak ada retraksi dinding dada

Palpasi : Biasanya pergerakan dada simetris, tidak ada nyeri tekan

Perkusi :Biasanya tidak ada suara ambahan seperti whwzing

rochhi.

9. Jantung

Inspeksi : Biasanya ictus tidak terlihat

Palpasi : Biasanya ictus teraba 1 jari medical bedah RIC V

Perkusi : BIasanya bunyi redup

Auskultasi : Biasanya bunyi jantung normanl

Page 33: Proposal Liga

27

10. Abdomen

Inspeksi : Biasanya perut pasien tampak membesar

Palpasi : Biasanya pembesaran hati dengan pinggirnya lancip dan

limfa biasanya juga ikut membesar tergantung pada stadiumnya,

edema, nyeri tekan

Auskultasi : biasanya bising usus (+) 8x menit

Perkusi : Biasanya timpani

11. Genitaurinaria

Biasanya genitalia bersih, dan tidak ada terpasang alat bantu.

12. Ekstremitas

Biasanya keluhan nyeri otot dan sendi pada tangan dan kaki terjadi

ikterik

13. Sistem intragumen

Pasien dengan hepatitis biasanya turgor kulit jelek, karna

kurangnya pemenuhan nutrisi dan kekurangan cairan ditandai kulit

tampak kering

14. Sistem neurologi ( diperiksa lebih rinci jika ada pasien mengalami

penyakit yang berhubungan dengan system neurologi )

a. Glascow coma score : biasanya 15

b. Tingkat kesadaran : biasanya compos menti

Page 34: Proposal Liga

28

d. Data pola kebiasaan sehar –hari

No Pola kebiasaan sehari

hari

Sehat sakit

1

2

Nutrisi

a. makanan

b. Minuman

Eliminasi

a. Miksi

b. Defekasi

Biasanya klien makan

3x sehari, tidak ada

keluhan dalam

pemenuhan nutrisi.

Biasanya klien minum 750

cc dalam sehari

Biasanya warna urine

klien jernih dan tidak ada

gangguan.

Biasanya tidak ada

kesulitan dalam konstipasi,

feces tidak ada perubahan.

Biasanya hilang nafsu

makan (anoreksia),

mual muntah nyeri ulu

hati

Biasanya klien hanya

sedikit akibat dari

penumpukan cairan

ditubuhnya.

Biasanya klien

mengalai penurunan

frekuensi urine, berat

urine berkurang,terjadi

perubahan warna urine

menjadi gelap.

Biasanya klien

kesulitan dalam

konstipasi,faces

berubah menjadi

Page 35: Proposal Liga

29

3

4

Istirahat dan tidur

Aktifitas sehari-hari dan

perawatan diri

Tidak ada gangguan dalam

istirahat dan tidur.

Klien mendiri melakukan

aktivitas sehari-hari

pucat/malena.

Biasanya klien

mengalami kelemahan

malaise,kelelahan,gan

gguan tidur,gelisah

atau somnolen.

Biasanya kesulitan

menurunkan

kondisi,contoh tak

mampu bekerja

mempertahankan

fungsi peran dalam

keluar

e. Data social ekonomi

Biasanya akan terjadi masalah keuangan yang dialami keluarga saat

pasien sakit karena membutuhkan biaya yang sangat mahat.

f. Data psikososial

Biasanya pada pasien hepatitis pasien akan merasa malu dengan

adanya tindakan isolasi danprasaan kesehatan yang diberikan pihak

rumah sakit dan akhirnya berkelanjutan dirumah. Ada nya rasa malu

Page 36: Proposal Liga

30

inilah penyebab pasien membatasi interaksi social dengan lingkungan

sekitar. Pasien takut akan penyebaran virus kepada keluarga dan teman

g. Data spiritual

Biasanya ibadah pasien terganggu karena pasien mengalami

kelemahan.

h. Pemeriksaan diagnostic

1. Laboratorium

a. Pemeriksaan pigme

1. Urobilirubin direk

2. Bilirubun serum total

3. Bilirubin urinn

4. Urobilinogen urine

5. Urobilinogen fases

b. Pemeriksaan protein

1. Protein totel serum

2. Albumin serum

3. Globulin serum

4. HbsAG

c. Waktu protombin

1. Respon waktu protombin terhadap vitamin k

d. Pemeriksaan serum transferase dan transaminase

1. AST atau SGOT

2. ALT atau SGPT

Page 37: Proposal Liga

31

3. LDH

4. Amonia serum

2. Radiologi

a. Foto rontgen abdomen

b. Pemindahan hati dengan preparat technetium, emas, atau rose

Bengal yang berlabel radioaktif

c. Kolestogram dan kalangiogram

d. Arteriografi pembulu darah seliaka

2. Diagnosa keperawatan,

Padila, S.Kep,

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan,

perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbs dan

metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk

memenuhi kebutuhan metabolic karena anoreksia, mual dan muntah.

2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkaan

hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta

3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah

sekunder terhadap inflamasi hepar

4. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan asites.

5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan

dengan pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam

garam empedu.

6. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan akspansi paru.

Page 38: Proposal Liga

32

3. Rencana Keperawatan

N

O

Diagnosa keperawatan Tujuan & kriteria hasil Intervensi Rasional

1 Perubahan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan,

perasaan tidak nyaman di

kuadran kanan atas,

gangguan absorbs dan

metabolisme pencernaan

makanan, kegagalan

masukan untuk memenuhi

kebutuhan metabolic

karena anoreksia, mual

Tujuan :

Nutrisi klien terpenuhi

secara adekuat

KH :

Penunjukkan peningkatan

beat badan mencapai tujuan

dengan nilai laboratorium

normal dan bebas dari

tanda-tanda mal nutrisi

1. Ajarkan dan bantu klien untuk

istirahat sebelu makan

2. Awasi pemasukan diet/jumlah

kalori, tawarkan makan sedikit

tapi sering dan tawarkan pagi

tapi sering

3. Pertahankan hygiene mulut

yang baik sebelum makan dan

sesudah makan

1. Keletihan berlanjut

menurunkan keinginan untuk

makan

2. Adanya pembesaran hepar

dapat menekan gastrointestinal

dann menurunkan kapasitasnya

3. Akumulasi pertikel makanan

dimulut menabah baru dan rasa

tak sedap yang menurunkan

nafsu makan

Page 39: Proposal Liga

33

dan muntah. 4. Anjurkan makan pada posisi

duduk dan tegak

5. Berikan diet tinggi kaori,

rendah lemak.

1. Kalaborasi dengan individu

4. Menurunkan rasa penuh pada

abdomen dan dapat

meningkatkan pemasukan

5. Glukosa dalam karbohidrat

cukup efektif untuk pemenhan

energi, sedangkan lemak sulit

diserap/dimetabolisme sehingga

akan memmbebani hepar

Page 40: Proposal Liga

34

2 Gangguan rasa nyaman

(nyeri) berhubungan

dengan pembengkaan

hepar yang mengalami

inflamasi hati dan

bendungan vena porta

Tujuan;

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan,diharapkan

nyeri berkuang/hilang, klien

tidak mengeluh nyeri,klien

terlihat tenang.

KH;

Menunjukkan tanda-tanda

nyeri fisik dan perilaku

dalam nyeri (tidak meringis

kesakitan,menangis

intensitas dan lokasinya)

untuk menentukan metode yang

dapat digunakan untuk

intensitas nyeri

2. Tunjukkan pada klien

penerimaan tentang respon

klien terhadap nyeri

- Akui adanya nyeri

- Dengarkan dengan penuh

perhatian ungkapan klien

1. Nyeri yang berhubungan

dengan hepatitis sangat tidak

nyaman, oleh karena terdapat

peregangan secara kapsula

hati,melalui pendekatan kepada

individu yang mengalami

perubahan kenyamanan nyeri

diharapkan lebih efektif

mengurangi nyeri.

2. Klienlah yang harus mencoba

meyakinkan pemberi pelayanan

kesehatan bahwa ia mengalami

nyeri

Page 41: Proposal Liga

35

tentang nyerin ya

3. Berikan informasi akurat dan

- Jelaskan penyebab nyeri

- Tunjukkan berapa lama

nyeri akan berakhir, bila

diketahui

4. Bahas dengan dokter

penggunaan analgetik yang tak

mengandung efek hepatotoksi

1. Monitor tanda vital : suhu

3. Klien yang disiapakan untuk

mengalami nyeri melalui

penjelasan nyeri yang

sesungguhnya akan dirasakan

( cenderung lebih tenang

dibandingkan klien yang

penjelasana kurang/tidak

terdapat penjelasan )

4. Kemungkinanan nyeri sudah tak

bias dibatasi dengan teknik

untuk mengurangi nyeri

1. Sebagai indicator untuk

Page 42: Proposal Liga

36

3 Hypertermi berhubungan

dengan invasi agent dalam

sirkulasi darah sekunder

terhadap inflamasi hepar

Tujuan;

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan suhu tubuh

kembali normal

KH;

Tidak terjadi peningkatan

suhu

badan

2. Ajarkan klien pentingnya

mempertahankan cairan yang

adekuat (sedikitnya 2000 l/hari)

untuk mencegah

dehidrasi,misalnya sari buah

2,5-3 liter/hari.

3. Berikan kompres hangat pada

lipatan ketiak dan femur

4. Anjurkan klien untuk memakai

mengetahui status hypertermi

2. Dalam kondisi demam terjadi

peningkatan evaporasi yang

memicu timbulnya dehidrasi.

3. Menghambat pusat simpatis di

hipotalamus sehingga terjadi

vasodilatasi kulit dengan

erangsang kelenjer keringat

untuk mengurangi panas tubuh

melalui penguapan.

4. Kondisi yang mengalami

Page 43: Proposal Liga

37

4 Kelebihan volume cairan

berhubungan dengan asites

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan,diharapkan

kelebihan volume cairan dapat

teratasi (intek dan output

seimbang)

KH:

Mempertahankan volume

pakaian yang menyerap

keringat

1. Kaji tanda-tanda vital

observasi peningkatan tekanan

darah.

2. Batasi asupan nutrisi dan cairan

jika diperlukan.

3. Catat asupan dan halunan

cairan.

4. Ukur dan catat lingkaran perut

lembab memicu timbulnya

pertumbuhan jamur.

1. Sebagai dasar untuk

menentukan intervensi

selanjutnya.

2. Meminimalkan pembentukan

asietes dan edema menilai

efektivitas terapi.

3. Menilai efektivitas terapi dan

kecukupan asupan cairan.

4. Memantau perubahan pada

Page 44: Proposal Liga

38

5 Resiko tinggi kerusakan

integritas kulit dan

jaringan berhubungan

dengan pruritus sekunder

terhadap akumulasi

cairan normal dibuktikan oleh

tidak adanya udema, turgot

kulit baik, tanda-tanda vital

stabil frekuensi nadi dan irama

dalam rentang yang

diharapkan ( N:60 80

kali/menit)

Tujuan :

Tidak terjadi kerusakan

integritas kulit.

KH :

- Menunjukan jaringan

kulit/kulit ultah bebas

ekskoriasi

setiap hari.

5. Jelaskan rasional pembataskan

nutrium dan cairan.

1. Pertahankan kebersihan tanpa

menyebabkan kulit kering

2. Cegah penghangatan yang

berlebihan dengan pertahankan

pembentukan asietes dan

penurunan cairan.

5. Meningkatkan pemahaman dan

kerja sama pasien dalam

menjalani dan melaksanakan

pembatasan cairan.

1. Kekeringan meningkatkan

sensitifitas kulit dengan

merangsang ujung syaraf.

2. Penghangatan yang berlebihan

menambah puritus dengan

Page 45: Proposal Liga

39

pigmen bilirubin dalam

garam empedu.

- Melaporkan tak ada/

penurunan

pruritus/lecet.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan,diharapkan pola

suhu ruang dingin dan

kelembababan rendah,hindari

pakaian terlalu tebal

3. Anjurkan tidak menggaruk,

instruksikan klien untuk

memberikan tekanan kuat pada

area pruritus untuk tujuan

menggaruk

4. Pertahankan kelembapan

ruangan pada 30%-40% dan

dingin.

1. Pantau frekunsi kedalaman dan

upaya repirasi.

meningkatkan sensitivitas

melalui vasodilatasi.

3. Penggantian merangsang

pelepasan hidtamin,

menghasilkan lebih banyak

pruritus.

4. Pendinginan akan menurunkan

vasodilatasi dan kelembaban

kekeringan.

1. Pernafasan dangkal/cepat

kemungkinan terdapat hipoksia

atau akumulasi cairan dalam

Page 46: Proposal Liga

40

6 Pola nafas tidak efektif

berhubungan dengan

gangguan akspansi paru.

pernafasan normal /efektif dan

pola nafas adekuat.

KH:

1. Menunjukkan pola nafas

efektif (lambat dan

dalam).

2. Respirasi dalam batas

normal ( R:16-24

kali/menit).

3. Menunjukkan status

pernafasan ventilasi tidak

terganggu.

2. Akumulasi bunyi nafas

tambahan.

3. Berikan posisi semi powler.

4. Berikan latihan nafas dalam

batuk efektif.

5. Pantau adanya pucatdan

sianosis.

6. Kalaborasi dalam pemberian

oksigen sesuai indikasi.

abdomen.

2. Kemungkinan menunjukkan

adanya akumentasi cairan

3. Memudahkan pernafasan

dengan penurunan tekanan pada

diafragma.

4. Membaantu akspansi paru dalam

mobilisasi lemak.

5. Menunjukkan hipoksemia dan

gagal pernafasan.

6. Mungkin perlu untuk

mengobati/mencegah hipoksia.

Page 47: Proposal Liga

41

4. Implementasi

Merupakan langkah ke empat dalam tahap proses keperawatan dengan

melaksanakan berbagi strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang

telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan dengan cara

melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan

tercapai atau tidak.

Page 48: Proposal Liga

42

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metoda penelitian

Metode penelitian ini yaitu metode deskriptif dengan tipe study yang

dilaksanakan terhadap salah seorang klien dengan hepatitis B.

B. Lokasi

Lokasi pengambilan kasus adalah Unit Rawat Inap Penyakit Dalam RSUP

DR.M.Djamil padang,dengan beberapa pertimbangan yaitu :

a. RSUP DR.M.Djamil padang merupakan top reveral di Sumatra Barat

yang mempunyai fasilitas yang memadai dan peralatan yang menunjang.

b. RSUP .DR.M.Djamil padang merupakan rumah sakit pendidikan dan

lahan Praktek Mahasiswa Pendidikan Ahli Madya Keperawatan.

C. Teknik pengumpulan data.

a. Teknik wawancara

Wawancara dilakukan langsung pada klien dengan menggunakan format

pengkajian klien dengan Hepatitis B yaitu mengenai riwayat kesehatan,

pola kebiasaan sehari-hari, data social ekonomi,data psikososial dan

spiritual.

b. Teknik Observasi dan Pengukuran.

Page 49: Proposal Liga

43

Observasi dilakukan dengan cara inspeksi dan pengukuran dilakukan

dengan menggunakan alat seperti thermometer,tensimeter,dan timbangan

yang dilakukan pada pemeriksaan fisik.

c. Dokumentasi

Teknik dokumentasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yaitu

dengan melihat data-dat tentang klien yang telah didokumentasikan baik

dari hasil pemeriksaan laboratorium,rontogen, catatan keperawatan dan

catatan tim kesehatan lainnya.

D. Sumber data

a. Sumber data primer

Sumber data primer adalah klien .dari sumber data primer ini dapat

diperoleh data subjektif dengan melakukan wawancara langsuang dengan

klien dan onjektif dengan melakukan observasi ataupun pemeriksaan fisik

secara langsung terhadap klien.

b. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder adalah semua orang yang mengetahui keadaan klien

yang dapat diwawancarai,dan anggota tim kesehatan serta semua informasi

dari hasil pencatatan.Data yang diperoleh dari sumber sekunder adalah

data objektif.

E. Jenis data

a. Data subjektif

Data subjektif adalah data yang diperoleh dari klien, yang merupakan

segala perasaan klien atau keluhan yang dirasakan.

Page 50: Proposal Liga

44

b. Data objektif

Data objektif adalah data yang didapatkan dari hasil observasi atau

pengamatan, hasil pemeriksaan ataupun hasil pengukuran.

F. Pengelolahan data

Data subjektif dan data objektif yang telah dikumpulkan kemudian diolah

secara manual dengan jalan mengklasifikasi, menginterprestasikan dan

mendokumentasikan, selanjutnya disajikan secara tekstular.

Page 51: Proposal Liga

45