SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf ·...

111
SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH LANSIA DI PSTW KABUPATEN PONOROGO Oleh : KARTYA NUR SHOLIHATUL UMAH NIM : 201402025 PROGRAM STUDI KEPERAWATAN STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN 2018

Transcript of SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf ·...

Page 1: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

SKRIPSI

PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP

KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI

RESIKO JATUH LANSIA DI PSTW

KABUPATEN PONOROGO

Oleh :

KARTYA NUR SHOLIHATUL UMAH

NIM : 201402025

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

2018

Page 2: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

ii

SKRIPSI

PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP

KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI

RESIKO JATUH LANSIA DI PSTW

KABUPATEN PONOROGO

Diajukan Untuk Memenuhi

Salah Satu Persyaratan Dalam Mencapai Gelar

Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh :

KARTYA NUR SHOLIHATUL UMAH

NIM : 201402025

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

2018

Page 3: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

iii

Page 4: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

iv

Page 5: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

v

LEMBAR PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmannirrohim…

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat, Taufiq,

Hidayat dan karunia-Nya yang begitu besar yang senantiasa memberikan

kemudahan, kelancaran dan kekuatan kepada saya. Semoga keberhasilan ini

menjadi satu langkah awal bagi saya untuk dapat meraih cita-cita saya.

Penulis juga mempersembahkan skripsi yang berjudul “Pengaruh Latihan

Jalan Tandem terhadap Keseimbangan Tubuh Lansia di UPT PSTW Kab

Ponorogo” antara lain :

1. Untuk Bapak Tri Yunarianto dan Ibu Karni tersayang terimakasih sudah

menjadi orang tua yang sudah membimbingku tiada kata yang bisa

menggantikan segala sayang, usaha, perhatian, semangat yang telah diberikan

kepada anakmu ini yang telah menyelesaikan tugasnya sebagai mahasiswa.

2. Untuk keluarga yang selalu memberikan dukungan dan bantuan selama masa

perkuliahan.

3. Untuk Ibu Asrina Pitayanti, S.Kep., Ns., M.Kes, Ibu Dian Anisia, S.Kep., Ns.,

M.Kep, terimakasih telah memberikan bimbingan dan masukan dalam

penyusunan skripsi dengan penuh kesabaran dan ketelatenan.

4. Untuk sahabat perjuanganku (Adelia, Titis, Novela, Almh.Riska, Arum,

Dinta) Kedondong (Indra, Khanzul, Nanda, Aris) terima kasih atas bantuan

kalian semua yang mendukung, memberikan semangat sampai saat ini,

terimakasih canda tawa, tangis dan perjuangan yang kita lewati bersama dan

terimakasih untuk kenangan manis yang telah mengukir selama ini. Meskipun

suatu hari nanti kita berpisah semoga akan tetap menjadi sebuah teman bahkan

sebagai keluarga.

5. Serta sahabat saya Ayu Selfi S , Friska Widyawati M, Nanria Nirwana D

terimakasih selalu memberikan semangat, bantuan, serta doa.

Page 6: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

vi

HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Kartya Nur Sholihatul Umah

Nim : 201402025

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri dan

di dalamnya tidak terdapat kerja yang pernah diajukan dalam memperoleh gelar

sarjana di suatu perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya. Pengetahuan

yang diperoleh dari hasil penerbitan baik yang sudah maupun belum/tidak

dipublikasikan, sumbernya dijelaskan dalam tulisan dan daftar pustaka.

Madiun, Juli 2018

Kartya Nur Sholihatul Umah

NIM.201402025

Page 7: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Kartya Nur Sholihatul Umah

Tempat/tgl lahir : Magetan, 05 Oktober 1996

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Desa Duwet 02/01 kecamatan Bendo Kabupaten Magetan

Email : [email protected]

No. Hp : -

Latar Belakang Pendidikan

1. Pendidikan TK Gotong Royong Tahun 2001-2002

2. Pendidikan Sekolah Dasar Negri III Duwet Tahun 2002-2008

3. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama Negri I Maospati Tahun 2008-2011

4. Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan Vic-Toriqot Madiun Tahun 2011-

2014

5. Pendidikan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

2014 - sekarang

Page 8: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

viii

DAFTAR ISI

Sampul Depan ..................................................................................................... i

Sampul Dalam ..................................................................................................... ii

Lembar Persetujuan ............................................................................................. iii

Lembar Pengesahan ............................................................................................ iv

Lembar Persembahan .......................................................................................... v

Halaman Pernyataan............................................................................................ vi

Riwayat Hidup .................................................................................................... vii

Daftar Isi.............................................................................................................. viii

Daftar Tabel ........................................................................................................ x

Daftar Gambar ..................................................................................................... xi

Daftar Lampiran .................................................................................................. xii

Daftar Istilah........................................................................................................ xiii

Daftar Singkatan.................................................................................................. xv

Kata Pengantar ................................................................................................... xvi

Abstrak ............................................................................................................... xvii

Abstract ..............................................................................................................xviii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 4

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Latihan Jaan Tandem

2.1.1 Pengertian latihan jalan tandem ................................... 6

2.1.2 Tujuan jalan tandem .................................................... 6

2.1.3 Indikasi dan kontraindikasi jalan tandem ..................... 7

2.1.4 Mekanisme jalan tandem terhadap keseimbangan ....... 7

2.1.5 Teknik penatalaksanaan jalan tandem .......................... 9

2.2 Keseimbangan Tubuh

2.2.1 Pengertian keseimbangan tubuh ................................... 11

2.2.2 Fisiologi keseimbangan ................................................. 12

2.2.3 Pusat keseimbangan tubuh ............................................ 14

2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan ........ 18

2.2.5 Gangguan keseimbangan ............................................... 21

2.2.6 Penyebab gangguan keseimbangan ............................... 22

2.2.7 Tes keseimbangan ....................................................... 22

2.3 Lanjut Usia

2.3.1 Pengertian lansia ........................................................... 23

2.3.2 Batas-batasan lanjut usia ............................................... 24

2.3.3 Proses menua ................................................................ 27

2.3.4 Teori-teori proses menua ............................................... 28

2.3.5 Perubahan-perubahan pada lansia ................................. 32

Page 9: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

ix

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual ................................................................ 42

3.2 Hipotesa Penelitian.................................................................... 43

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian ....................................................................... 44

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi ......................................................................... 45

4.2.2 Sampel ........................................................................... 45

4.2.3 Kriteria Sampel ............................................................. 46

4.3 Teknik Sampling ....................................................................... 47

4.4 Kerangka Kerja Penelitian ........................................................ 47

4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

4.5.1 Indentifikasi Variabel .................................................... 49

4.5.2 Definisi Operasional Variabel ....................................... 49

4.6 Instrumen Penelitian.................................................................. 50

4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 50

4.8 Prosedur Pengumpulan Data ..................................................... 51

4.9 Teknik Analisa Data

4.9.1 Pengolahan Data ............................................................ 52

4.9.2 Analisa Data .................................................................. 54

4.10 Etika Penelitian ........................................................................... 56

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian ................................. 57

5.2 Hasil Penelitian ........................................................................ 58

5.2.1 Karakteristik Responden .............................................. 58

5.2.2 Data Umum .................................................................. 58

5.2.3 Penyajian Data Khusus ................................................. 60

5.3 Pembahasan

5.3.1 Skor Keseimbangan Tubuh Lansia Sebelum Latihan

Jalan Tandem ................................................................ 62

5.3.2 Skor Keseimbangan Tubuh Lansia Setelah Latihan

Jalan Tandem ................................................................ 63

5.3.3 Pengaruh Latihan Jalan Tandem Terhadap

Keseimbangan Tubuh Lansia ....................................... 65

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan .............................................................................. 67

6.2 Saran ......................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 69

Lampiran-lampiran ............................................................................................. 73

Page 10: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

x

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman

Tabel 2.1 Penilaian Keseimbangan ........................................................ 22

Tabel 4.1 Skema Pre & Post Test Design .............................................. 44

Tabel 4.2 Definisi Operasional Variabel ................................................ 49

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin.................... 58

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan ....................... 59

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan .......................... 59

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia .................................. 59

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Aktivitas Fisik .................. 60

Tabel 5.6 Distribusi Skor Keseimbangan Tubuh Sebelum Latihan

Jalan Tandem .......................................................................... 60

Tabel 5.7 Distribusi Skor Keseimbangan Tubuh Setelah Latihan Jalan

Tandem ................................................................................... 61

Tabel 5.8 Analisa Pengaruh Latihan Jalan Tandem ............................... 61

Page 11: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

xi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Gambar Halaman

Gambar 2.1 Teknik Latihan Jalan Tandem ........................................... 9

Gambar 2.2 Teknik Latihan Jalan Tandem ............................................ 10

Gambar 2.3 Teknik Latihan Jalan Tandem ........................................... 10

Gambar 2.4 Proses Fisiologi Keseimbangan ......................................... 14

Gambar 2.5 Sistem Vestibular ............................................................... 15

Gambar 2.6 Sistem Somatosensori ........................................................ 16

Gambar 2.7 Sistem Visual ..................................................................... 17

Gambar 2.8 Bidang Tumpu ................................................................... 19

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Pengaruh Latihan Jalan Tandem

Terhadap Keseimbangan Tubuh Lansia ............................ 42

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian tentang Latihan Jalan Tandem

dengan Keseimbangan Tubuh ........................................... 48

Page 12: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Permohonan surat izin pengambilan data awal ............................ 73

Lampiran 2 Permohonan menjadi responden .................................................. 74

Lampiran 3 Persetujuan menjadi responden .................................................... 75

Lampiran 4 Lembar Observasi ........................................................................ 76

Lampiran 5 SOP Pengukuran Keseimbangan Tubuh Menggunakan TUGT .. 77

Lampiran 6 SOP Latihan Jalan Tandem .......................................................... 78

Lampiran 7 Lembar Cheklist Penatalaksanaan Latihan Jalan Tandem ........... 80

Lampiran 8 Surat Izin Penelitian ..................................................................... 81

Lampiran 9 Tabulasi Data Umum dan Rekapitulasi ....................................... 83

Lampiran 10 Hasil Observasi Latihan Jalan Tandem ........................................ 84

Lampiran 11 Tabulasi Data Umum ................................................................... 85

Lampiran 12 Tabulasi Data Khusus .................................................................. 86

Lampiran 13 Hasil Uji Normalitas .................................................................... 87

Lampiran 14 Hasil Analisa Uji Wilcoxon .......................................................... 88

Lampiran 15 Dokumentasi ................................................................................ 89

Lampiran 16 Jadwal Kegiatan Penelitian .......................................................... 90

Lampiran 17 Lembar Konsultasi Bimbingan .................................................... 91

Page 13: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

xiii

DAFTAR ISTILAH

Activity of Daily Living : Kegiatan Sehari-hari

Angkle : Pergelangan kaki

Artheroklerosis : Kolestrol dalam Darah

Ataksia Trunkal : Gangguan neurologis

Auto Immune : Kekebalan Tubuh

Balance Exercise : Latihan Keseimbangan

Base of Support : Bidang tumpu

Bereavement : Duka cita

Center of Body Mass : Pusat masa tubuh

Center of Gravity : Titik Gravitasi

Continuity : Kepribadian

Dislokasi : Kesleo

Elderly : Lanjut Usia

Equilibrium : Kemampuan tubuh untuk menjaga

keseimbangan

Fraktur extremitas inferior : Patah tulang anggota gerak bawah

Head Injury : Cidera kepala

Hip : otot yang berada di panggul

Imbalance : Tidak seimbang

Input : Masukan

Injury : Perlukaan

Kanalissemisirkularis : saluran setengah lingkaran bagian dalam telinga

Konfius : Bingung

Labyrinthine : sistem yang mendeteksi posisi kepala dan

percepatan perubahan sudut

Line of Gravity : Garis gravitasi

Lumbal Spine : tulang belakang

Mature : Matang

Mechanoreceptor : sel yang mentransduksi rangsanagna mekanik

ke sistem saraf otak

Muscle Strenght : Kekuatan otot

Middle age : Usia Pertengahan

Nursing Home : Perawatan di Rumah

Old : Usia Tua

Otot Trunk : Otot yang berada di tulang belakang dan

panggul

Output : Keluaran

Pelvic : Panggul

Proprioceptor : Sistem Sensorimotor

Reseptor Ruffini : Reseptor sensasi sentuhan

Reseptor Pacini : Reseptor sensasi tekanan

Sakulus : kantong kecil pada vestibula

Stopwatch : Alat pengukur waktu

Page 14: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

xiv

Stroke : kondisi yang disebabkan oleh gangguan aliran

darah di otak

Somatosensorik : Sistem sensorik

Somatic mutatie theory : Teori Genetika dan mutasi

Syndrome Serebral : Gangguan Otak Besar

Tandem Stance : Jalan Tandem

TUGT : Time up and go test/ tes waktu berdiri dan pergi

Vestibular : Pusat Keseimbangan

Visual : Penglihatan

Very Old : Sangat Tua

Vertigo : Penyakit pusing berputar

Page 15: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

xv

DAFTAR SINGKATAN

BKKBN : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

BOG : Base of Support

COG : Center of Gravity

DNA : Deoxyribose Nucleic Acid

GTO : Gogli-tendonororgan

HNP : Hernia Nukleus Pulposus

LBP : Low Back Pain

LOG : Line of Gravity

PSTW : Pelayanan Sosial Tresna Werdha

RisKesDas : Riset Kesehatan Dasar

SA : Sinoartrial

TUGT : Time Up and Go Test

UU : Undang-Undang

WHO : World Healt Organizati

Page 16: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

xvi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua berkat dan

rahmatNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh

latihan jalan tandem terhadap keseimbangan tubuh untuk mengurangi resiko jatuh

lansia di PSTW Kabupaten Ponorogo”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu

persyaratan dalam mencapai gelar Sarjana Keperawatan di Program Studi Ilmu

Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun.

Peneliti menyadari dengan sepenuh hati bahwa dalam rangka kegiatan

penyusunan skripsi ini tidak akan terlaksana sebagaimana yang diharapkan tanpa

adanya bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan banyak bimbingan,

arahan, dan motivasi kepada peneliti. Untuk itu, dalam kesempatan ini peneliti

ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Kepala Dinas Sosial Kab Ponorogo dan seluruh Staf Dinas Sosial Ponogo

yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk melakukan penelitian

2. Bapak Zaenal Abidin, SKM., M.Kes (Epid) selaku ketua STIKES Bhakti

Husada Mulia Madiun.

3. Ibu Mega Arianti Putri, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Ketua Program Studi

Ilmu Kesehataan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun yang telah

memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan menyelesaikan

pendidikan di Program Studi Ilmu Keperawatan

4. Ibu Asrina Pitayanti, S.Kep., Ns., M.Kes. selaku pembimbing I yang telah

meluangkan banyak waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan

bimbingan dalam penyusunan skripsi.

5. Ibu Dian Anisia W, S.Kep., Ns., M.Kep selaku pembimbing II yang dengan

kesabaran dan ketelitiannya dalam membimbing, sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik.

6. Kedua Orang tua dan keluarga serta teman-teman yang telah memberi

dorongan dan bantuan berupa apapun dalam penyusunan tugas skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan imbalan atas budi baik serta ketulusan

yang telah mereka berikan selama ini pada peneliti.

Peneliti meyadari dalam menyelesaikan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan sehingga diharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya

membangun demi kesempurnaan penelitian ini.Akhirnya peneliti berharap semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan kita semua.

Madiun, Juli 2018

Peneliti

Kartya Nur Sholihatul Umah

201402025

Page 17: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

xvii

ABSTRAK

PENGARUH JALAN TANDEM TERHADAP TINGKAT

KESEIMBANGAN TUBUH UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

LANSIA DI UPT PSTW KABUPATEN PONOROGO

Kartya Nur Sholihatul Umah

94 Halaman + 11 Tabel + 10 Gambar + 18 Lampiran

Penurunan keseimbangan dapat menyebabkan menurunnya kontrol

postur, aligment tubuh, kontrol kestabilan gerakan tubuh dan penurunan

keseimbangan dapat menyebabkan jatuh. Resiko jatuh pada lansia dapat dikurangi

dengan rutin latihan jalan dalam garis lurus sehingga meningkatkan keseimbangan

postural bagian lateral yang disebut dengan istilah jalan tandem. Tujuan dari

penelitian ini untuk mengetahui pengaruh jalan tandem terhadap tingkat

keseimbangan tubuh untuk mengurangi resiko jatuh lansia di UPT PSTW

Kabupaten Magetan asrama Ponorogo.

Jenis penelitian ini adalah Pra eksperimental design dengan one group

pra-post test. Populasi dalam penelitian ini sejumlah 20 orang, besar sampel yang

digunakan sejumlah 19 responden. Tehnik sampling yang digunakan adalah

Simple Random Sampling. Metode pengumpulan data menggunakan tes

keseimbangan tubuh menggunakan TUGT. Uji statistik yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Wilcoxon dengan α 0,05.

Hasil penelitian ini diketahui bahwa terdapat 15 responden mengalami

peningkatan keseimbangan setelah dilakukan latihan jalan tandem. Hasil analisa

Wilcoxon diperoleh nilai P value = 0,001 < α = 0,05 artinya ada pengaruh jalan

tandem terhadap tingkat keseimbangan tubuh untuk mengurangi resiko jatuh

lansia di UPT PSTW Kabupaten Magetan asrama Ponorogo.

Pada lansia yang mempunyai mobilitas fiisk yang tinggi akan

meningkatkan kontrol keseimbangan fisiknya, sehingga resiko jatuh sangat

rendah. Keseimbangan yang baik berpengaruh terhadap kecepatan berjalan,

semakin baik keseimbangan maka, semakin baik pula kecepatan berjalannya.

Kata kunci: Jalan tandem, keseimbangan tubuh, resiko jatuh dan lansia

Page 18: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

xviii

ABSTRACT

THE EFFECT OF TANDEM STREET ON LEVEL OF BODY BALANCE

FOR REDUCE THE RISK OF FALLING ELDERLY IN THE UPT PSTW

DISTRICT PONOROGO

Kartya Nurs Sholihatul Umah

94 Pages + 11 Tables + 10 pictures + 18 Enclosures

A balance decrease can cause to posture control decreased, body

aligment, stability control of body movement and a decrease in balance can cause

falls. The risk of falling in the elderly can be reduced by routine walking exercises

in a straight line so as improve postural balance of the lateral part called the

tandem street. The purpose of this research to determine the effect of tandem

street on level of body balance for reduce the risk of fallng elderly in the UPT

PSTW Magetan District dormitory Ponorogo.

This type of research is Pre eksperimental design with one group pre –

post test. The population in this research is 20 people, the sample size is 19

respondents. The sampling technique used is Simple Random Sampling. Methods

of data collection using the body balance test using TUGT. The statistic test used

in this research is Wilcoxon with α 0,05.

The results of this research that known there are 15 respondents

experience an increase in balance after do tandem street exercise. The result of

Wilcoxon analysis obtained value p value = 0,001 < α = 0,05 is there is a tandem

street on level of body balance for reduce the risk of fallng elderly in the UPT

PSTW Magetan District dormitory Ponorogo.

In the elderly who have high physical mobility will improve control of

physical balance, so the risk of falling is very low. A good balance affects the

street of speed, the better the balance then, the better the speed of street.

Keywords: Tandem street, body balance, risk of falling and elderly

Page 19: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masa tua merupakan masa yang pasti akan di lewati oleh semua orang

dalam kehidupanya dan merupakan masa terakir dalam kehidupan (Nugroho,

2008). Seorang lanjut usia akan membawa perubahan yang meyeluruh pada

fisiknya yang berkaitan dengan menurunnya kemampuan jaringan tubuh terutama

pada fungsi fisiologi dalam sistem muskuloskeletal dan sistem neurologis (Padila,

2013). Perubahan fungsi fisiologis diantaranya terjadi pada sistem neurologis,

sensori, dan muskuloskeletal (Wallace, 2008). Perubahan-perubahan yang terjadi

pada lansia dapat mempengaruhui keseimbangan tubuh. Kemampuan

keseimbangan berkurang seiring penambahan usia karena perubahan pada sistem

saraf pusat atau neurologis, sistem sensori seperti sistem visual, vestibuler dan

propioseptif serta sistem muskuloskeletal (Miller dalam Jusnimar, 2013).

Keseimbangan postural dibutuhkan untuk mempertahankan posisi dan

stabilitas baik saat kondisi statis maupun dinamis atau ketika bergerak dari satu

posisi ke posisi yang lain seperti saat berdiri, duduk, transit dan berjalan (Howe et

al., 2008). Penurunan keseimbangan dapat menyebabkan menurunnya kontrol

postur, alignment tubuh, kontrol kestabilan gerakan tubuh. Penurunan

keseimbangan menyebabkan jatuh. Frekuensi jatuh meningkat seiring

bertambahnya usia. Risiko cedera jatuh yang terjadi pada lansia berusia lebih dari

65 tahun sebesar 30-50%, jatuh berulang sebanyak 50%, risiko cedera jatuh

menyerang lansia wanita sebanyak 80% dan lansia laki-laki sebanyak 20%

Page 20: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

2

(Ginting, 2011 dalam Gusmitasari, 2014). Pravelensi cidera atau jatuh pada lansia

umur 55-64 sebesar 49,4% lansia umur 66-74 sebesar 67,1% dan lansia umur

diatas 75 sebesar 78,2% (RisKesDas, 2013). Didalam penelitian yang dilakukan

oleh Kusnanto (2014) survey yang diadakan di PSTW Bangkalan, didapatkan

sekitar 63% lansia disana mengeluh gangguan keseimbangan tubuh akibat

kelemahan otot ekstremitas bawah, dan dari 63% lansia tersebut sekitar 57%

lansia mengalami jatuh.

Ketika lansia sering mengalami jatuh maka resiko gangguan pada

muskuloskeletal. Seperti yang diketahui komplikasi akibat jatuh seperti fraktur

femoralis yang mengakibatkan gangguan mobilitas pada lansia. Perlukaan

jaringan lunak yang serius seperti, memar dan kesleo otot merupakan komplikasi

akibat jatuh (Darmojo, 2011). Disamping itu akibat dari jatuh tidak hanya

menimbulkan perlukaan fisik tapi juga menimbulkan masalah psikis, seperti

perasaan takut akan jatuh itu sendiri ketika lansia berjalan.

Dampak jatuh yang terjadi pada lansia perlu dilakukan evaluasi terhadap

faktor yang dapat menyebabkan jatuh, antara lain yaitu penilaian terhadap

keseimbangan tubuh serta dapat dilakukan latihan keseimbangan untuk lansia.

Aktivitas fisik termasuk mobilisasi yang tinggi diidentifikasi merupakan salah

satu kegiatan yang dapat meningkatkan keseimbangan tubuh. Latihan aktivitas

fisik yang dapat dilakukan salah satunya seperti latihan jalan tandem.

Jalan Tandem (Tandem Stance) merupakan suatu tes dan juga latihan yang

dilakukan dengan cara berjalan dalam satu garis lurus dalam posisi tumit kaki

menyentuh jari kaki yang lainnya sejauh 3-6 meter, latihan ini dapat

Page 21: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

3

meningkatkan keseimbangan postural bagian lateral, yang berperan dalam

mengurangi resiko jatuh pada lansia dan merupakan salah satu dari jenis latihan

keseimbangan (balance exercise) yang melibatkan proprioseptif terhadap

kestabilan tubuh (Batson, et al, 2009). Pada penelitian yang dilakukan oleh

Nugrahani (2014) didapatkan hasil bahwa latihan jalan tandem lebih baik daripada

latihan swiss ball, terbukti dengan adanya hasil penurunan rata-rata kecepatan

berjalan atau adanya peningkatan kecepatan berjalan sebesar 33,17% sedangkan

latihan swiss ball mendapatkan hasil peningkatan kecepatan berjalan sebesar

15,64%. Selain itu dari penelitian oleh Irsha (2017) menyimpulkan bahwa latihan

jalan tandem dapat meningkatkan keseimbangan tubuh lansia, dengan hasil

peningkatan keseimbangan tubuh sebanyak 40,3%.

Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di UPT PSTW Kabupaten

Ponorogo pada bulan Desember 2017 dengan cara wawancara dengan petugas

kesehatan mendapatkan hasil bahwa hampir semua lansia yang ada di dinas sosial

mengalami resiko jatuh. Resiko jatuh yang dialami oleh lansia disebabkan karena

lansia yang mengalami penurunan penglihatan dan pendengaran, lansia yang

sering mengalami nyeri pada persendian, perubahan dari gaya berjalan pada lansia

dan lingkungan panti yang licin. Peneliti juga mencoba untuk melakukan tes

keseimbangan dengan menggunakan TUG (Time Up and Go) pada lansia dari 5

lansia didapatkan 3 lansia yang mengalami gangguan keseimbangan, dan 2 lansia

yang mengalami gangguan keseimbangan pernah mengalami jatuh berulang 2-3

kali dalam 6 bulan terakhir. Dari hasil studi pendahuluan didapatkan sekitar 70%

mengalami resiko jatuh. Selain melakukan pengukuran keseimbangan diberikan

Page 22: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

4

pertanyaan kepada lansia tentang cara untuk menghindari resiko jatuh yang terjadi

karena keseimbangan tubuh ,didapatkan hasil bahwa lansia hanya mempunyai

satu cara yaitu dengan berjalan pelan-pelan serta selalu berpegangan dengan

dinding saat berjalan. Resiko jatuh pada lansia dapat dikurangi dengan rutin

latihan jalan dalam garis lurus sehingga meningkatkan keseimbangan postural

bagian lateral yang disebut dengan istilah jalan tandem (Batson et al., 2009).

Peneliti berminat untuk melakukan penelitian tentang “pengaruh jalan tandem

terhadap tingkat keseimbangan tubuh untuk mengurangi resiko jatuh lansia di

UPT PSTW Kabupaten Ponorogo “.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh latian

jalan tandem terhadap tingkat keseimbangan untuk mengurangi resiko jatuh pada

lansia?“

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Menganalisa pengaruh latihan jalan tandem terhadap tingkat

keseimbangan lansia di UPT PSTW Kabupaten Ponorogo.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi tingkat keseimbangan pada lansia sebelum diberikan latihan

jalan tandem di UPT PSTW Kabupaten Ponorogo.

2. Mengidentifikasi tingkat keseimbangan pada lansia setelah diberikan latihan

jalan tandem di UPT PSTW Kabupaten Ponorogo.

Page 23: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

5

3. Menganalisis tingkat pengaruh latihan jalan tandem terhadap keseimbangan

tubuh lansia di UPT PSTW Kabupaten Ponorogo.

1.4. Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat mendukung teori ilmu keperawatan khususnya

latihan jalan tandem. Sehingga dapat diterapkan sebagai intervensi keperawatan

dalam mengurangi resiko jatuh pada lansia.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Institusi Tempat Penelitian

Diharapkan setelah ada penelitian ini latian jalan tandem dapat dijadikan

suatu program atau kegiatan yang dapat dipraktekan dalam memelihara

kesehatan lansia.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan refrensi

mahasiswa dan dosen dalam menjalankan fungsi Tri Dharma Dosen.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan peneliti selanjutnya sebagai

bahan refrensi terkait latihan jalan tandem dengan menambahkan variabel

lainnya.

Page 24: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Jalan Tandem

2.1.1 Pengertian Jalan Tandem

Latihan Jalan Tandem merupakan suatu tes dan juga latihan yang

dilakukan dengan cara berjalan menentukan garis lurus dalam posisi tumit kaki

menyentuh jari kaki yang lainnya sejauh 3-6 meter (Batson et al., 2009).

Merupakan salah satu metode untuk menumbuhkan kebiasaan dalam

mengontrol postur tubuh langkah demi langkah yang dilakukan dengan bantuan

kognisi dan koordinasi otot trunk, lumbal spine, pelvic, hip, otot-otot perut hingga

ankle (Batson et al., 2009).

2.1.2 Tujuan Jalan Tandem

Jalan tandem merupakan salah satu latihan yang bertujuan melatih sikap

atau posisi tubuh, mengontrol keseimbangan, koordinasi otot dan gerakan tubuh.

Latihan jalan tandem digunakan pula untuk melatih parameter yang terkait dengan

keseimbangan individu, kontrol mutlak atas mobilitas dan ketepatan mobilitas

(Batson et al., 2009).

Selain digunakan sebagai latihan, jalan tandem juga digunakan sebagai tes

dalam membantu diagnosa pada ataksia terutama ataksia trunkal yang disebabkan

oleh kerusakan vermisserebelar atau jaringan yang terkait, karena penderita

gangguan ini memiliki pola jalan yang goyah dan memiliki basis yang lebar

(Batson et al., 2009).

Page 25: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

7

Jalan tandem juga digunakan sebagai tes untuk menentukan kemampuan

individu untuk mengkoordinasikan gerakan motoriknya. Individu dengan masalah

koordinasi gerak motoriknya tidak akan lulus dalam tes ini (Batson et al., 2009).

2.1.3 Indikasi dan Kontraindikasi Jalan Tandem

Indikasi jalan tandem adalah : Orang yang mengalami gangguan

keseimbangan tubuh yang disebabkan oleh fraktur extremitas inferior, dislokasi

extremitas inferior, HNP, LBP, stroke, vertigo (Batson et al, 2009)

Kontraindikasi jalan tandem yaitu seseorang dengan kondisi ataksia

cebellar tidak mampu menjaga keseimbangan bahkan dengan kondisi mata

terbuka, bahkan ketika langkah pertamanya. Orang yang mengalami suatu

kelumpuhan pada ekstremitas bawah (Batson et al, 2009)

2.1.4 Mekanisme Latian Jalan Tandem Meningkatkan Keseimbangan

Tubuh

Keseimbangan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sistim informasi

sensoris yang meliputi visual, vestibular, somatosensoris, respon otot postural

yang sinergis, kekuatan otot, lingkup gerak sendi dan sistim adaptif. Latihan

keseimbangan adalah latihan yang mengupayakan agar terciptanya keseimbangan

postural dan bagian lateral dengan melibatkan proprioseptif. Latihan jalan tandem

melatih posisi tubuh, koordinasi otot dan gerakan tubuh. Latihan jalan tandem ini

melatih secara visual dengan melihat ke depan serta memperluas arah pandangan

agar memperluas arah pandangan untuk dapat berjalan lurus. Latihan jalan tandem

juga mengaktifkan somatosensoris dan vestibular (proprioceptive) yang

mempertahankan posisi tubuh tetap tegak selama berjalan, serta melakukan pola

jalan yang benar. Jalan tandem dilihat dari gerakan kaki dan dimana letak tekanan

Page 26: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

8

pada area telapak kaki dan cara bergerak maju. Dalam gangguan cerebellar atau

kelemahan vestibular dapat menghasilkan gerakan yang condong kesisi yang

terkena. Gerakan-gerakan korektif kecil merupakan hal yang normal, itu

menunjukkan bahwa seseorang dapat merasakan input proprioseptif yang

diterima.

Latihan proprioseptif melibatkan gerakan lambat dalam setiap perpindahan

gerak dan posisi sehingga nuclei subcortical dan basal ganglia untuk menganalisis

sensasi posisi dan mengirimkan umpan balik berupa kontraksi otot yang

diharapkan.Selanjutnya latihan ini diadaptasi sebagai stabilitas fungsional yang

baru.

Latihan proprioseptif bermanfaat meningkatkan keseimbangan pada usia

lanjut dikarenakan menurunnya fungsi motorik pada sistem saraf pusat, sehingga

dengan aktivasi motorik tersebut meningkatkan respon proprioseptif yang dapat

meningkatkan stabilitas sendi dan meningkatkan keseimbangan pada usia lanjut.

Latihan proprioseptif yang hanya menghasilkan neural adaptasi dapat dilatih

selama 2-4 minggu, namun proprioseptif yang adekuat dihasilkan dengan latihan

yang dilakukan selama 4-8 minggu, karena pada waktu tersebut telah terjadi

adaptasi neural dan adaptasi serabut otot. Keseimbangan yang adekuat dicapai

ketika proprioseptif yang didukung oleh rekruitmen motor unit yang

meningkatkan dan adanya hipertropi (adaptasi serabut otot) yang membantu

dalam stabilitas sendi dan kekuatan otot dengan dosis yang dianjurkan untuk

dapat menghasilkan keseimbangan yang adekuat adalah 4-8 minggu (Batson et

al., 2009).

Page 27: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

9

2.1.5 Teknik Penatalaksanaan Latian Jalan Tandem

Tehnik Pelaksanaan Latihan Jalan Tandem menurut Batson et al., 2009

adalah :

1. Teknik pertama: Kedua kaki bersampingan ditujukan untuk melatih

keseimbangan kaki yang dilakukan dengan cara merapatkan kedua kakinya

dan berdiri tegak selama 10 detik atau semampunya. Selama 10 detik klien

dapat sambil menggerak-gerakkan kepala ke kiri, kanan, atas, dan bawah.

Selanjutnya, teknik yang sama dilakukan namun dengan kondisi mata tertutup

Gambar 2.1

(Sumber : Batson, 2009)

2. Teknik kedua: Semi tendem standing adalah gerakan untuk melatih

keseimbangan kaki yang dilakukan dengan cara meletakan tumit kaki di

sebelah ibu jari kaki sebelahnya dan bertahan selama 10 detik atau

semampunya. Selama 10 detik klien dapat sambil menggerak-gerakkan

kepala ke kiri, kanan, atas, dan bawah.

Page 28: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

10

Gambar 2.2

(Sumber : Batson et al, 2009)

3. Teknik ketiga: full tendem standing adalah gerakan untuk melatih

keseimbangan kaki yang dilakukan dengan cara meletakkan tumit kaki di

ujung ibu jari kaki sebelahnya. Selama 10 detik klien dapat sambil

menggerak-gerakkan kepala ke kiri, kanan, atas, dan bawah. Subjek diminta

untuk berjalan maju pada jalur (satu garis lurus) dengan menempatkan kaki

kanan menyentuh tumit kaki kiri dan berjalan sejauh 3-6 meter. Lakukan

sebanyak 10 kali kemudian istirahat.

Gambar 2.3

(Sumber : Batson et al, 2009)

Page 29: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

11

Latihan Jalan Tandem dapat dilakukan dengan mata terbuka dan tertutup.

Latihan Jalan Tandem yang dilakukan dengan mata yang terbuka akan lebih

mudah untuk dilakukan karena adanya korelasi visual terhadap vestibular dan

propriseptif. Sedangkan Jalan Tandem yang dilakukan dengan mata tertutup

dilakukan untuk menguji fungsi vestibular. Latihan dan tes ini akan berhasil

dilakukan jika input dari cerebelar dan proprioseptif normal. Dosis yang

dianjurkan untuk dapat menghasilkan keseimbangan yang adekuat adalah 2-4

minggu (Batson et al., 2009).

2.2 Konsep Dasar Pengertian Keseimbangan Tubuh

2.2.1 Pengertian Keseimbangan Tubuh

Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan equilibrium

baik statis maupun dinamis tubuh ketika di tempatkan pada berbagai posisi

(Delitto, 2003). Equilibrium adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan

posisi pada waktu bergerak. Keseimbangan adalah kemampuan untuk

mempertahankan pusat gravitasi atas dasar dukungan, biasanya ketika dalam

posisi tegak.

Menurut Gezt (1991, dalam Setiawan, 2008) bahwa keseimbangan

dikatakan sebagai “satu keluarga penyesuaian” yang bertujuan untuk

mempertahankan kepala dan tubuh terhadap gravitasi dan kekuatan dari luar

lainnya ,mempertahankan tegak dan seimbangannya pusat masa tubuh dalam

bidang tumpu, dan menstabilkan bagian tubuh tertentu sementara bagian tubuh

lainnya bergerak. Keseimbangan terbagi menjadi 2 yaitu statis dan dinamis

(Abrahamova & Hlavacka, 2008).

Page 30: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

12

Keseimbangan statis adalah kemampuan untuk mempertahankan posisi

tubuh dimana Center of Gravity (COG) tidak berubah. Contoh keseimbangan

statis saat berdiri dengan satu kaki, menggunakan papan keseimbangan.

Keseimbangan dinamis adalah kemampuan untuk mempertahankan posisi tubuh

dimana (COG) selalu berubah, contoh saat berjalan.

2.2.2 Fisiologi Keseimbangan

Banyak komponen fisiologis dari tubuh manusia memungkinkan kita

untuk melakukan reaksi keseimbangan. Bagian paling penting adalah

proprioception yang menjaga keseimbangan. Kemampuan untuk merasakan posisi

bagian sendi atau tubuh dalam gerak (Brown et al., 2011). Beberapa jenis reseptor

sensorik di seluruh kulit, otot, kapsul sendi, dan ligamen memberikan tubuh

kemampuan untuk mengenali perubahan lingkungan baik internal maupun

eksternal pada setiap sendi dan akhirnya berpengaruh pada peningkatan

keseimbangan. Konsep ini penting dalam pengaturan ortopedi klinis karena fakta

bahwa meningkatkan kemampuan keseimbangan pada atlet membantu mereka

untuk mencapai kinerja atletik yang unggul (Riemann et al., 2012).

Proprioception dihasilkan melalui respon secara simultan, visual, vestibular, dan

sistem sensorimotor, yang masing-masing memainkan peran penting dalam

menjaga stabilitas postural. Paling diperhatikan dalam meningkatkan

proprioception adalah fungsi dari sistem sensorimotor. Meliputi integrasi

sensorik, motorik, dan komponen pengolahan yang terlibat dalam

mempertahankan homeostasis bersama selama tubuh bergerak, sistem

sensorimotor mencakup informasi yang diterima melalui reseptor saraf yang

Page 31: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

13

terletak di ligamen, kapsul sendi, tulang rawan, dan geometri tulang yang terlibat

dalam struktur setiap sendi. Mechanoreceptors sensorik khusus bertanggung

jawab secara kuantitatif terhadap peristiwa hantaran mekanis yang terjadi dalam

jaringan menjadi impuls saraf (Riemann et al., 2012). Mereka yang bertanggung

jawab untuk proprioception umumnya terletak di sendi, tendon, ligamen, dan

kapsul sendi sementara tekanan reseptor sensitif terletak di fasia dan kulit

(Riemann et al., 2012).

Empat jenis utama dari mechanoreceptors yang membantu dalam

proprioception yaitu, termasuk reseptor Ruffini, reseptor Pacinian, Golgi-

tendonorgan (GTO), dan muscle spindle. Ruffini dan Pacinian reseptor

berhubungan dengan sensasi sentuhan dan tekanan pada umumnya terletak di kulit

(Shier et al., 2014). Reseptor Ruffini dianggap sebagai reseptor statis dan dinamis

berdasarkan ambang rendahnya, reseptor ini lambat-mengadaptasi karakteristik.

Melalui perubahan impuls tekanan terjadi perubahan tarik statis dan dinamis pada

kulit dan sangat sensitif terhadap peregangan (Rieman et al., 2012). Reseptor

Pacinian, agak cepat beradaptasi, namun reseptor dengan ambang batas rendah

yang dianggap reseptor lebih dinamis (Rieman et al., 2012). Sementara juga

sensor tekanan, reseptor Pacinian mendeteksi tekanan berat dan mengenali

perubahan percepatan dan perlambatan gerak (Shier et al., 2014). Golgi tendon

Organ dan muscle spindle mempunyai yang lebih besar untuk mengetahui posisi

sendi selama gerak. Pertama GTOs berada di persimpangan musculotendinous

dan bertanggung jawab untuk memantau kekuatan kontraksi otot untuk mencegah

otot dari kelebihan beban (Brown et al., 2011). Terhubung ke satu set serat otot

Page 32: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

14

dan diinervasi oleh neuron sensorik, GTOs memiliki ambang batas yang tinggi

dan dirangsang oleh ketegangan otot yang meningkat.

Keseimbangan tubuh dipengaruhi oleh system indera yang terdapat di

tubuh manusia bekerja secara bersamaan jika salah satu system mengalami

gangguan maka akan terjadi gangguan keseimbangan pada tubuh (imbalance),

system indera yang mengatur/mengontrol keseimbangan seperti visual, vestibular,

dan somatosensoris (tactile & proprioceptive).

Gambar 2.4 Proses Fisiologi Terjadinya Keseimbangan

(Sumber: Hanes DA 2006)

2.2.3 Pusat Keseimbangan Tubuh

1. Sistem Vestibuler

Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi penting

dalam keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola mata. Reseptor sensoris

vestibular berada di dalam telinga. Reseptor pada sistem vestibular meliputi

kanalissemisirkularis, utrikulus, serta sakulus. Reseptor dari sistem sensoris

ini disebut dengan sistem labyrinthine. Sistem labyrinthine mendeteksi

Page 33: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

15

perubahan posisi kepala dan percepatan perubahan sudut. Melalui refleks

vestibuleoccular, mereka mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat

objek yang bergerak. Mereka meneruskan pesan melalui saraf kranialis VIII

ke nukleus vestibular yang berlokasi di batang otak. Beberapa stimulus tidak

menuju nukleus vestibular tetapi ke serebelum, formatioretikularis, thalamus

dan korteks serebri .

Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor labyrinth,

retikular formasi, dan serebelum. Keluaran (output) dari nucleus vestibular

menuju ke motor neuron melalui medulaspinalis, terutama ke motor neuron

yang menginervasi otot-otot proksimal, kumparan otot pada leher dan otot-

otot punggung (otot-otot postural). Sistem vestibular bereaksi sangat cepat

sehingga membantu mempertahankan keseimbangan tubuh dengan

mengontrol otot-otot postural (Watson et al, 2008)

Gambar 2.5 Sistem Vestibular

(Sumber : Komala, 2014)

Page 34: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

16

2. Sistem Somatosensori

Sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau proprioseptif serta persepsi-

kognitif. Informasi proprioseptif disalurkan ke otak melalui kolumna dorsalis

medulla spinalis. Sebagian besar masukan (input) proprioseptif menuju

serebelum, tetapi ada pula yang menuju ke korteks serebri melalui

lemniskusmedialis dan thalamus (Irfan, 2010).

Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang sebagian

bergantung pada impuls yang datang dari alat indra dalam dan sekitar sendi.

Alat indra tersebut adalah ujung-ujung saraf yang beradaptasi lambat di

sinovial dan ligamentum. Impuls dari alat indra ini dari reseptor raba di kulit

dan jaringan lain, serta otot di proses di korteks menjadi kesadaran akan

posisi tubuh dalam ruang (Irfan, 2010).

Gambar 2.6 Sistem Somatosensori

(Sumber : Jensen dan Eric, 2005)

Page 35: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

17

3. Sistem Visual

Visual memegang peran penting dalam sistem sensoris. Cratty & Martin

(1969) dalam Irfan 2010, menyatakan bahwa keseimbangan akan terus

berkembang sesuai umur, mata akan membantu agar tetap fokus pada titik

utama untuk mempertahankan keseimbangan, dan sebagai monitor tubuh

selama melakukan gerak statik atau dinamik. Penglihatan juga merupakan

sumber utama informasi tentang lingkungan dan tempat kita berada,

penglihatan memegang peran penting untuk mengidentifikasi dan mengatur

jarak gerak sesuai lingkungan tempat kita berada. Penglihatan muncul ketika

mata menerima sinar yang berasal dari obyek sesuai jarak pandang.

Dengan informasi visual, maka tubuh dapat menyesuaikan atau bereaksi

terhadap perubahan bidang pada lingkungan aktivitas sehingga memberikan

kerja otot yang sinergis untuk mempertahankan keseimbangan tubuh (Irfan,

2010).

Gambar 2.7 Sistem Visual

(Sumber : Prasad And Galleta, 2011)

Page 36: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

18

2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan

Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan menurut Suhartono

(2015), adalah :

1. Pusat Gravitasi (Center of Gravity – COG)

Pusat gravitasi terdapat pada semua objek, pada benda, pusat gravitasi

terletak tepat di tengah benda tersebut. Pusat gravitasi adalah titik utama pada

tubuh yang akan mendistribusikan massa tubuh secara merata. Bila tubuh

selalu ditopang oleh titik ini, maka tubuh dalam keadaan seimbang. Pada

manusia, pusat gravitasi berpindah sesuai dengan arah atau perubahan berat.

Pusat gravitasi manusia ketika berdiri tegak adalah tepat di atas pinggang

diantara depan dan belakang vertebra sakrum kedua. Derajat stabilitas tubuh

dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu : ketinggian dari titik pusat gravitasi

dengan bidang tumpu, ukuran bidang tumpu, lokasi garis gravitasi dengan

bidang tumpu, serta berat badan (Nugroho, 2011).

2. Garis Gravitasi (Line of Gravity – LOG)

Garis gravitasi merupakan garis imajiner yang berada vertikal melalui

pusat gravitasi dengan pusat bumi. Hubungan antara garis gravitasi, pusat

gravitasi dengan bidang tumpu adalah menentukan derajat stabilitas tubuh .

3. Bidang Tumpu (Base of Support – BOS)

Bidang tumpu merupakan bagian dari tubuh yang berhubungan dengan

permukaan tumpuan. Ketika garis gravitasi tepat berada di bidang tumpu,

tubuh dalam keadaan seimbang. Stabilitas yang baik terbentuk dari luasnya

area bidang tumpu. Semakin besar bidang tumpu, semakin tinggi stabilitas.

Page 37: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

19

Misalnya berdiri dengan kedua kaki akan lebih stabil dibanding berdiri

dengan satu kaki. Semakin dekat bidang tumpu dengan pusat gravitasi, maka

stabilitas tubuh makin tinggi. Posisi tubuh ketika berdiri dapat dilihat

kesimetrisannya dengan kaki selebar sendi pinggul, lengan di sisi tubuh, dan

mata menatap ke depan. Walaupun posisi ini dapat dikatakan sebagai posisi

yang paling nyaman, tetapi tidak dapat bertahan lama, karena seseorang akan

segera berganti posisi untuk mencegah kelelahan. Pada posisi berdiri

seimbang, susunan saraf pusat berfungsi untuk menjaga pusat massa tubuh

(center of body mass) dalam keadaan stabil dengan batas bidang tumpu tidak

berubah kecuali tubuh membentuk batas bidang tumpu lain, misalnya :

melangkah . Hubungan pusat gravitasi dengan luas bidang tumpu dalam

berbagai posisi yang mempengaruhi stabilitas tubuh dapat dilihat pada

gambar dibawah ini :

Gambar 2.8 Bidang Tumpu

(Sumber : Dhaenkpedro, 2009)

Page 38: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

20

4. Kecepatan Reaksi

Kecepatan reaksi adalah waktu yang diperlukan untuk memberikan

respon kinetik setelah menerima suatu stimulus atau rangsangan, karena

melalui stimulus reaksi tersebut mendapat sumber dari : visual, vestibular,

rabaan maupun gabungan antara pendengaran dan rabaan (Wahjoeadi, 2010).

5. Koordinasi Neuromuskular

Koordinasi neuromuskular merupakan kemampuan untuk mengintegrasi

indera (visual, auditori, dan proprioceptive untuk mengetahui jarak pada

posisi tubuh) dengan fungsi motorik untuk menghasilkan akurasi dan

kemampuan gerak .

6. Kekuatan otot

Kekuatan otot adalah kemampuan otot atau group otot menghasilkan

tegangan dan tenaga selama usaha maksimal baik secara dinamis maupun

secara statis. Kekuatan otot dihasilkan oleh kontraksi otot yang maksimal.

Otot yang kuat merupakan otot yang dapat berkontraksi dan rileksasi dengan

baik, jika otot kuat maka keseimbangan dan aktivitas sehari-hari dapat

berjalan dengan baik seperti berjalan, lari, bekerja ke kantor, dan lain

sebagainya.

7. Usia

Letak titik berat tubuh berkaitan dengan pertambahan usia. Pada anak-

anak letaknya lebih tinggi karena ukuran kepala anak relatif lebih besar dari

kakinya yang lebih kecil. Keadaan ini akan berpengaruh pada keseimbangan

Page 39: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

21

tubuh, dimana semakin rendah letak titik berat terhadap bidang tumpu akan

semakin mantap atau stabil posisi tubuh.

8. Jenis Kelamin

Meski banyak sumber yang menyatakan bahwa jenis kelamin tidak

berpengaruh pada keseimbangan, ada yang harus dipertimbangkan terkait

pengaruh jenis kelamin pada keseimbangan. Perbedaan keseimbangan tubuh

berdasarkan jenis kelamin antara pria dan wanita disebabkan oleh adanya

perbedaan letak titik berat. Pada pria letaknya kira-kira 56% dari tinggi

badannya sedangkan pada wanita letaknya kira-kira 55% dari tinggi

badannya. Pada wanita letak titik beratnya rendah karena panggul dan paha

wanita relatif lebih berat dan tungkainya pendek

9. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik adalah suatu gerakan fisik yang dapat menyebabkan

terjadinya kontraksi otot. Aktivitas fisik dapat meningkatkan kebugaran

jasmani, koordinasi, kekuatan otot yang berdampak pada perbaikan

keseimbangan tubuh.

2.2.5 Gangguan Keseimbangan

Sebuah gangguan yang menyebabkan seseorang merasa pusing, goyang,

dan seperti berpindah tempat, dan seakan akan dunia terasa berputar. Sebuah

organ telinga bagian dalam yaitu labyrinth merupakan organ yang berperan dalam

mengatur keseimbangan da ini merupakan system yang bekerja didalam tubuh

yaitu sistem vestibular. Sistem vestibular berinteraksi dengan sistem tubuh seperti

visual dan sceletal system, untuk menjaga keseimbangan posisi tubuh yang mana

Page 40: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

22

sistem ini berhubungan dengan otak dan sistem saraf, dapat menjadi masalah

keseimbangan .

2.2.6 Penyebab Gangguan Keseimbangan

Penyebab gangguan keseimbangan adalah disebabkan oleh infeksi virus,

bakteri, kegemukan, trauma kepala (Head Injury), gangguan sirkulasi darah yang

mempengaruhi telinga bagian dalam atau otak, faktor usia, dan gangguan

vestibular pada bagian tepi yaitu gangguan pada lybrinth, gangguan vestibular

pada bagian tengah yaitu sebuah problem pada otak dan saraf yang

menghubungkannya.

2.2.7 Tes Keseimbangan

TUGT (Time Up and Go Test) merupakan salah satu alat ukur pada

gangguan keseimbangan. Pelaksanaannya adalah subjek berjalan sesuai dengan

kemampuannya menempuh jarak 3 meter menuju ke dinding, kemudian berbalik

tanpa menyentuh dinding dan berjalan kembali menuju kursi dan kemudian duduk

kembali bersandar.

Waktu dihitung sejak aba-aba “mulai” hingga subjek duduk bersandar

kembali terhitung 10 detik sampai 3 menit. Nilai Rerata pada TUGT dapat dilihat

pada tabel dibawah ini:

Tabel 2.1. Penilaian Keseimbangan

Interprestasi Status

≤10 detik Mobilitas bebas

≤ 20 detik Mobilitas baik

≤ 30 detik Mobilitas tidak stabil

Lebih dari 30 detik Resiko jatuh tinggi Sumber : Nilai Normal Time Up and Go Test (Podsiadlo,1991 dalam Darmojo 2012 )

Page 41: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

23

Subjek tidak diperbolehkan mencoba atau berlatih lebih dulu, stopwatch

mulai menghitung setelah pemberian aba-aba mulai dan berhenti menghitung saat

subyek kembali pada posisi awal atau duduk. Bila kurang dari 10 detik, maka

subjek dikatakan normal. Bila kurang dari 20 detik, maka dapat dikatakan baik.

Subjek dapat berjalan sendiri tanpa membutuhkan bantuan. Namun bila lebih dari

30 detik, maka subjek dikatakan memiliki problem dalam berjalan dan

membutuhkan bantuan saat berjalan. Sedangkan pada subjek yang lebih lama dari

40 detik harus mendapat pengawasan yang optimal karena sangat beresiko untuk

jatuh (Shumway, 2000). Nilai normal pada usia lanjut sehatumur 75 tahun, rata-

rata waktu tempuh yang dibutuhkan adalah 8,5 detik (Podsiadlo et.al., 1991 dalam

Darmojo 2009).

2.3 Konsep Dasar Lansia

2.3.1 Pengertian Lansia

Lansia adalah seseorang yang telah mencapai umur 60 tahun ke atas.

Menurut WHO dan Undang – Undang No 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan

lanjut usia pasal 1 ayat 2 yang menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia

permulaan tua. Organisasi kesehatan dunia (WHO) mengatagorikan ada 4

golongan lansia yaitu : 1. Usia pertengahan (middle age) 45 – 59 tahun, 2. Lanjut

usia (elderly) 60 – 74 tahun 3. Lanjut usia tua (old) 75 -90 tahun, 4. Usia sangat

tua (very old) yaitu yang lebih dari 90 tahun .

Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan-

tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin

rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat menyebabkan

Page 42: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

24

kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan,

pencernaan, endokrin dan lain sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring

meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel,

jaringan, serta sistem organ. Perubahan tersebut pada umumnya mengaruh pada

kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh

pada ekonomi dan sosial lansia. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada

activity of daily living (Fatma, 2010).

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di dalam

kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak

hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan

kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah

melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho, 2006).

2.3.2 Batasan-batasan Lanjut Usia

Usia yang diajasikan patokan untuk lanjut usia berbeda-beda umumnya

berkisaran antara 60 – 65 tahun. Beberapa pendapat para ahli tentang batasan usia

adalah sebagai berikut : (Padila, 2013)

1. Menurut WHO ada 4 tahap yaitu :

a. Usia pertengahan (middle age) usia 45 – 59 tahun

b. Lanjut usia (elderly) usia 60 -74 tahun

c. Lanjut usia tua (old) usia 75 – 90 tahun

d. Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun

2. Menurut Hurlock :

a. Early old age (usia 60 – 70 tahun)

Page 43: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

25

b. Advanced old age (usia > 70 tahun)

3. Menurut Burnsie (1979) :

a. Young old (usia 60 – 69 tahun)

b. Middle age old (usia 70 -79 tahun)

c. Old – old usia 80 -89 tahun)

d. Very old – old (usia > 90 tahun)

4. Menurut bee :

a. Masa dewasa muda (usia 18 -25 tahun)

b. Masa dewasa awal (usia 25 – 40 tahun)

c. Masa dewasa tengah (usia 40-65 tahun)

d. Masa dewasa lanjut (usia 65 – 75 tahun)

e. Masa dewasa sangat lanjut (usia > 75 tahun)

5. Menurut Prof. Dr. Koesoemanto Setyonegroho :

a. Usia dewasa muda (elderly adulthood) usia 18/20 – 25 tahun

b. Usia dewasa penuh (midlle years) atau maturitas usia 25 – 60/65 tahun

c. Lanjut usia (geriatric age) usia > 65/70 tahun , terbagi atas :

1) Young old (usia 70 – 75 tahun)

2) Old (usia 75 – 80 tahun)

3) Very old (usia > 80 tahun)

6. Menurut sumber lain :

a. Elderly (usia 60-65 tahun)

b. Junior old age (usia > 65 – 75 tahun)

c. Formal old age (usia > 75 – 90 tahun)

Page 44: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

26

d. Longevity old age ( usia > 90-120 tahun )

7. Menurut DEPKES RI :

a. Kelompok usia dalam masa virilitas (45-54 tahun), merupakan kelompok

yang berada dalam keluarga dan masyarakat luas.

b. Kelompok usia dalam masa pra-senium (55-64 tahun), merupakan

kelompok yang berada dalam keluarga, organisasi usia lanjut dan

masyarakat pada umumnya.

c. Kelompok usia masa senecrus (>65 tahun), merupakan kelompok yang

umumnya hidup sendiri, terpencil, hidup dalam panti, penderita penyakit

berat

Menurut BKKBN 1998, penduduk lansia adalah penduduk yang

mengalami proses penuaan secara terus menerus, ditandai dengan penurunan daya

tahan fisik dan rentan terhadap penyakit yang mengakibatkan kematian. Secara

ekonomi lansia dianggap sebagai beban sumber daya. Lansia merupakan

kelompok umur yang mengalami berbagai penurunan daya tahan tubuh dan

berbagai tekanan psikologis (Murwani ,2010 dalam Padila 2013). Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa lansia adalah kelompok orang yang berumur

lebih dari 50 tahun yang secara fisiologis mengalami kemunduran baik dari segi

biologis, ekonomi maupun sosial secara bertahap hingga akhirnya sampai pada

kematian.

Di Indonesia batasan usia lanjut adalah 60 tahun ke atas , terdapat dalam

UU no 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia . Menurut UU tersebut

Page 45: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

27

diatas lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas , baik pria

maupun wanita .

2.3.3 Proses Menua

Merupakan proses yang normal terjadi pada setiap manusia dan bukan

merupakan suatu penyakit. Penuaan juga dapat didefenisikan sebagai suatu proses

menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau

mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga lebih rentan terhadap

infeksi dan tidak dapat memperbaiki kerusakan yang dideritanya. Penuaan

merupakan proses ilmiah yang terjadi secara terus-menerus dalam kehidupan

manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup. Menjadi tua

merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap

kehidupan yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho, 2008).

Menjadi tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan

mempertahankan struktur dan fungsi normalnya. Keadaan ini menyebabkan

jaringan tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki

kerusakan yang diderita. Disimpulkan bahwa manusia secara perlahan mengalami

kemunduran struktur dan fungsi organ. Kemunduran struktur dan fungsi organ

pada lansia dapat mempengaruhi kemandirian dan kesehatan lanjut usia (Nugroho,

2008).

Menjadi tua merupakan proses alami yang berarti seseorang telah melalui

tahap – tahap kehidupannya yaitu neonatus, toodler, pra school, school, remaja,

dewasa dan lansia. Tahap berbeda ini dimulai baik secara biologis maupun

Page 46: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

28

psikologis. Proses penuaan terdiri atas teori – teori tentang penuaan pada tingkat

sel, proses penuaan menurut sistem imun, dan aspek psikologis pada proses

penuaan (Padila, 2013).

2.3.4 Teori-teori Proses Penuaan

Menurut Kholifah (2016) teori proses menua dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Teori-teori Biologi

a. Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)

Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies-

spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia

yang diprogram oleh molekul-molekul/ DNA dan setiap sel pada saatnya

akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel-

sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel)

b. Pemakaian dan rusak

Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah (rusak).

August Weilssman berpendapat bahwa sel somatik normal memiliki

kemampuan yang terbatas dalam bereplikasi dan menjalankan fungsinya.

Kematian sel terjadi karena jaringan yang sudah tua tidak beregenerasi.

Teori wear and tear mengungkapkan bahwa organisme memiliki energi

tetap yang tersedia dan akan habis sesuai waktu yang diprogramkan. Teori

ini terjadi karena kelebihan usaha dan stress yang menyebabkan sel-sel

tubuh menjadi lelah (pemakaian). Hal ini berkaitan dengan kekuatan otot,

sendi dan tulang pada lansia, karena pertambahan usia, maka kekuatan otot

Page 47: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

29

berkurang, sehingga lansia cenderung mengalami gangguan keseimbangan

sehingga beresiko jatuh (Jusnimar, 2013).

c. Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)

Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat

khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut

sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. Seiring bertambahnya

usia maka imunitas menjadi menurun, pada lansia kekebalan terhadap

penyakit akan menurun sehingga lansia rentan terhadap penyakit. Penyakit

yang dialami lansia akan berpengaruh pada kesehatannya (Jusnimar,

2013).

d. Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus theory)

Sistem immune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya

virus kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.

e. Teori stres

Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.

Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan

internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah

terpakai.

f. Teori radikal bebas

Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal bebas

(kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-bahan organik

seperti karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-

sel tidak dapat regenerasi. Normalnya radikal bebas akan dihancurkan oleh

Page 48: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

30

enzim pelindung, namun beberapa berhasil lolos dan berakumulasi di

dalam organ tubuh. Radikal bebas yang terdapat dilingkungan seperti

kendaraan bermotor, radiasi, sinar ultraviolet, mengakibatkan perubahan

pigmen dan kolagen pada proses penuaan (Setiabudhi & Hardiwinoto

dalam Suhartin, 2010).

g. Teori rantai silang

Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang

kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya

elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.

h. Teori program

Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah

setelah sel-sel tersebut mati.

i. Teori Umur Panjang dan Penuaan

Palmore (1987) mengemukakan dari beberapa hasil studi, terdapat faktor-

faktor tambahan berikut yang dianggap berkontribusi untuk umur panjang:

tertawa, ambisi rendah, rutin setiap hari, percaya pada Tuhan, hubungan

keluarga baik, kebebasan dan kemerdekaan, terorganisir, perilaku yang

memiliki tujuan, dan pandangan hidup yang positif (Carlo dalam Suhartin,

2010).

j. Teori Harapan Hidup Aktif dan Kesehatan Fungsional

Penyediaan layanan kesehatatan juga tertarik dalam masalah ini karena

kualitas hidup tergantung secara signifikan berkaitan dengan tingkat

fungsi. Pendekataan fungsional perawatan pada lansia menekankan pada

Page 49: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

31

hubungan yang kompleks antara biologis, sosial, dan psikologis

mempengaruhi kemampuan fungsional seseorang dan kesejahteraannya

(Carol dalam Suhartin, 2010)

k. Teori Medis

Teori medis geriatrik mencoba menjelaskan bagaimana perubahan biologis

yang berhubungan dengan proses penuaan mempengaruhi fungsi fisiologis

tubuh manusia. Biogerontologi merupakan subspesialisasi terbaru yang

tujuan menentukan hubungan antara penyakit tertentu dan proses penuaan.

Metode penelitan yang lebih canggih telah digunakan dan banyak data

telah dikumpulkan dari subyek sehat dalam studi longitudinal, beberapa

kesimpulan menarik dari penelitian tiap bagian berbeda (Carol dalam

Suhartin, 2010).

2. Teori kejiwaan sosial

a. Aktivitas atau kegiatan (activity theory)

Lansia mengalami penurunan jumlah kegiatan yang dapat dilakukannya.

Teori ini menyatakan bahwa lansia yang sukses adalah mereka yang aktif

dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.

b. Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lansia.

Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap

stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia.

c. Kepribadian berlanjut (continuity theory)

Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia. Teori ini

merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa

Page 50: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

32

perubahan yang terjadi pada seseorang yang lansia sangat dipengaruhi oleh

tipe personality yang dimiliki.

d. Teori pembebasan (disengagement theory)

Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara

berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya.

Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik

secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjaadi kehilangan

ganda (triple loss), yakni :

1) Kehilangan peran

2) Hambatan kontak sosial

3) Berkurangnya kontak komitmen

2.3.5 Perubahan Perubahan pada Lansia

Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara

degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia,

tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan sexual

(Azizah dan Lilik M, 2011). Perubahan yang terjadi adalah sebagai berikut :

1. Perubahan Fisik

a. Sistem Indra

Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh

karena hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam,

terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang

tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60

tahun.

Page 51: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

33

b. Sistem Intergumen: Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak

elastis kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga

menjadi tipis dan berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula

sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit

dikenal dengan liver spot.

c. Sistem Muskuloskeletal

Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia: Jaaringan penghubung

(kolagen dan elastin), kartilago, tulang, otot dan sendi.. Kolagen sebagai

pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat

mengalami perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur. Kartilago:

jaringan kartilago pada persendian menjadi lunak dan mengalami

granulasi, sehingga permukaan sendi menjadi rata. Kemampuan kartilago

untuk regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung kearah

progresif, konsekuensinya kartilago pada persendiaan menjadi rentan

terhadap gesekan. Tulang: berkurangnya kepadatan tulang setelah diamati

adalah bagian dari penuaan fisiologi, sehingga akan mengakibatkan

osteoporosis dan lebih lanjut akan mengakibatkan nyeri, deformitas dan

fraktur. Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi,

penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan

penghubung dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek negatif.

Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan

fasia mengalami penuaan elastisitas.

Page 52: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

34

d. Sistem kardiovaskuler

Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah massa jantung

bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertropi sehingga peregangan

jantung berkurang, kondisi ini terjadi karena perubahan jaringan ikat.

Perubahan ini disebabkan oleh penumpukan lipofusin, klasifikasi SA Node

dan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat.

e. Sistem respirasi

Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total

paru tetap tetapi volume cadangan paru bertambah untuk mengkompensasi

kenaikan ruang paru, udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan

pada otot, kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan pernapasan

terganggu dan kemampuan peregangan toraks berkurang.

f. Pencernaan dan Metabolisme

Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan

produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata karena kehilangan gigi,

indra pengecap menurun, rasa lapar menurun (kepekaan rasa lapar

menurun), liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat

penyimpanan, dan berkurangnya aliran darah.

g. Sistem perkemihan

Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak fungsi

yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan

reabsorpsi oleh ginjal.

Page 53: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

35

h. Sistem saraf

Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang

progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan

koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

i. Sistem reproduksi

Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovary dan

uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis masih dapat

memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsur-

angsur.

2. Perubahan Kognitif

a. Memory (Daya ingat, Ingatan)

b. IQ (Intellegent Quotient)

c. Kemampuan Belajar (Learning)

d. Kemampuan Pemahaman (Comprehension)

e. Pemecahan Masalah (Problem Solving)

f. Pengambilan Keputusan (Decision Making)

g. Kebijaksanaan (Wisdom)

h. Kinerja (Performance)

i. Motivasi

3. Perubahan mental

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :

a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.

b. Kesehatan umum

Page 54: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

36

c. Tingkat pendidikan

d. Keturunan (hereditas)

e. Lingkungan

f. Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.

g. Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.

h. Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan

famili.

i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran

diri, dan perubahan konsep diri.

4. Perubahan spiritual

Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya. Lansia

semakin matang (mature) dalam kehidupan keagamaan, hal ini terlihat dalam

berfikir dan bertindak sehari-hari.

5. Perubahan Psikososial

a. Kesepian

Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal terutama

jika lansia mengalami penurunan kesehatan, seperti menderita penyakit

fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan sensorik terutama

pendengaran.

b. Duka cita (Bereavement)

Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan

kesayangan dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh pada

Page 55: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

37

lansia. Hal tersebut dapat memicu terjadinya gangguan fisik dan

kesehatan.

c. Depresi

Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu diikuti

dengan keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi suatu episode

depresi. Depresi juga dapat disebabkan karena stres lingkungan dan

menurunnya kemampuan adaptasi.

d. Gangguan cemas

Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan cemas umum,

gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsesif kompulsif, gangguan

gangguan tersebut merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan

berhubungan dengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek

samping obat, atau gejala penghentian mendadak dari suatu obat.

e. Parafrenia

Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham (curiga),

lansia sering merasa tetangganya mencuri barang-barangnya atau berniat

membunuhnya. Biasanya terjadi pada lansia yang terisolasi/diisolasi atau

menarik diri dari kegiatan sosial.

f. Sindroma Diogenes

Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku sangat

mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau karena lansia bermain-

main dengan feses dan urin nya, sering menumpuk barang dengan tidak

Page 56: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

38

teratur. Walaupun telah dibersihkan, keadaan tersebut dapat terulang

kembali.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia tersebut menimbulkan

berbagai masalah . Adapun utama masalah pada lansia (Geriatric Giant) yaitu :

(Brocklehurst et al dalam Darmojo, 2009)

1. Gangguan otak besar (syndrom serebral)

Adalah kumpulan gejala yang terjadi akibat dari perubahan aliran darah otak .

Pada lansia terjadi penurunan otak besar yang dalam batas tertentu dianggap

normal. Aliran darah dewasa kurang dari 50cc/100gr/menit. Apabila aliran

darah kurang dari itu akan menimbulkan gejala gejala gangguan otak besar.

Gangguan sirkulasiini dapat diakibatkan dari penyakit hipertensi,

mengerasnya pembuluh darah, penyempitan akibat proses pengerasan yang

dipercepat dengan tingginya kolestrol darah (artheroklerosis), kencing manis,

merokok dan darah tinggi.

2. Bingung (Konfius)

Adalah suatu akibat gangguan menyeluruh pada fungsi pengertian (kognisi).

Meliputi derajat kesadaran, kewaspadaan, dan terganggunya proses berfikir.

Bingung tersebut meliputi bingung waktu, tempat dan orang yang merupakan

istilah lain dari gagal otak akut. Gangguan memori dapat berupa gangguan

jangka pendek, maupun jangka panjang. Ada gangguan angan-angan

misalnya melihat sesuatu yang tidak ada (halusinasi) atau salah penglihatan.

Adanya enam ciri dari konfius antara lain derajat kesadaran yang menurun,

gangguan cipta (persepsi), terganggunya siklus bangun tidur yaitu sulit tidur

Page 57: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

39

(insomnia). Aktivitas fisik bisa meningkat atau menurun, bingung, gangguan

memori, tidak mampu belajar materi baru.

3. Gangguan saraf mandiri pada lansia yang perlu diperhatikan adalah terjadinya

perubahan aliran listrik saraf ke pusat mandiri yang mengakibatkan tekanan

darah rendah pada posisi tegak, gangguan-gangguan pengaturan seperti pada

pengaturan suhu, gerak kandung kemih, saluran makanan di leher dan usus

besar .

4. Inkontentsia

Merupakan keluhan utama pada penderita lanjut usia. Batasan inkontenansia

adalah pengeluaran urin (atau feses) tanpa disadari, dalam jumlah dan

frekuensi yang cukup sehingga mengakibatkan masalah gangguan kesehatan

atau sosial. Inkontinensia urin mempunyai dampak medik, psikososial, dan

ekonomik. Dampak medik atara lain dikaitkan dengan ulkus dekubitus,

infeksi saluran kemih, gagal ginjal, dan mortalitas yang meningkat.

Sedangkan dampak psikososial dari inkontinensia urin kehilangan percaya

diri, depresi, pembatasan aktivitas sosial.

5. Mudah Jatuh

Jatuh pada lanjut usia merupakan masalah yang sering terjadi. Jatuh adalah

suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat

kejadian, yang mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di

lantai atau di tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan

kesadaraan atau luka.

Page 58: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

40

Secara singkat, faktor resiko jatuh pada lanjut usia itu dapat digolongkan

menjadi 2 yaitu :

a. Faktor intrinsik, misalnya :

1) Gangguan jantung dan atau sirkulasi darah

2) Gangguan sistem susunan saraf

3) Gangguan sistem anggota gerak

4) Gangguan penglihataan dan pendengaran

5) Gangguan psikologis

6) Gangguan gaya berjalan

b. Faktor ekstrinsik (penyebab dari lingkungan sekitarnya), misalnya :

1) Cahaya ruangan yang kurang terang

2) Lingkungan yang asing bagi lansia

3) Lantai yang licin

4) Obat-obatan yang diminum (diuretik, antidepresan, sedatif, anti-

psikotik, alkohol, dan obat hipoglikemik)

Jatuh pada lansia menimbulkan komplikasi-komplikasi seperti yang

disebutkan dibawah ini : (Kane, 1994 ; Van-der-Cammen, 1991 dalam

Darmojo, 2009)

a. Perlukaan (injury)

Rusaknya jaringan lunak yang terasa sangat sakit berupa robekan atau

tarikan jaringan otot, robeknya arteri dan vena. Selain itu dapat terjadi

patah tulang (fraktur) serta hematoma subdural.

Page 59: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

41

b. Perawatan Rumah Sakit

Komplikasi akibat tidak dapat bergerak (immobilisasi).

c. Disabilitas

Perubahan mobilitas yang berhubungan dengan perlukaan fisik dan

penurunan mobilitas akibat jatuh, kehilangan kepercayaan diri dan

pembatasan gerak.

d. Resiko untuk dimasukan dalam rumah perawatan (nursing home)

e. Mati

6. Dekubitus

Dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan di bawah kulit,

bahkan menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan

pada suatu area secara terus menerus sehingga mengakibatkan gangguan

sirkulasi darah setempat.

Page 60: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

42

BAB III

KERANGKA KOSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konsep

Keterangan :

: Diteliti : Berhubungan

: Tidak Diteliti : Berpengaruh

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Pengaruh Latihan Jalan Tandem Terhadap

Keseimbangan Tubuh Lansia

Faktor- faktor yang

mempengaruhi resiko

jatuh :

Faktor intrinsik :

Kondisi fisik dan

neuropsikiatrik

Penurunan visus

dan pendengaran

Perubahan neuro

muskuler, gaya

berjalan, dan

reflek postural

Faktor ekstrinsik

misalnya:

Alat-alat bantu

berjalan

lingkungan yang

tidak mendukung

Obat-obatan yang

diminum

Lansia

Proses menua

Resiko jatuh

Keseimbangan

tubuh lansia Latihan jalan tandem

Mengaktifkan

somatosensori dan

vestibular

Mempertahankan posisi

tubuh tetap tegak

Peningkatan

stabilitas sendi

Page 61: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

43

Gambar 3.1 menjelaskan tentang pengaruh latihan jalan tandem terhadap

tingkat keseimbangan tubuh pada lansia. Lansia adalah seseorang yang telah

mencapai umur 60 tahun ke atas. Setiap lansia akan mengalami proses penuaan.

Salah satu akibat dari proses penuaan adalah resiko jatuh pada lanjut usia.

Terdapat 2 faktor yang mempengaruhi resiko jatuh pada lansia yaitu faktor

intrinsik : kondisi fisik dan neuropsikiatrik, penurunan visus dan pendengaran,

perubahan neuro muskuler, gaya berjalan, dan reflek postural. Sedangkan faktor

ekstrinsik meliputi alat-alat bantu berjalan, lingkungan yang tidak mendukung,

dan obat-obatan yang diminum oleh lansia. Keseimbangan tubuh termasuk salah

satu faktor dari resiko jatuh. Resiko jatuh dapat dicegah dengan meningkatkan

aktivitas fisik, salah satu aktivitas fisik yang dapat dilakukan adalah latian jalan

tandem. Jalan tadem mengaktifkan somatosesnsori dan vestibular yang

mempertahankan posisi tubuh tetap tegak. Dari tubuh yang tegak makan stabilitas

sendi akan meningkat. Dengan stabilitas sendi yang meningkat dapat

menghasilkan keseimbangan tubuh yang adekuat.

3.2. Hipotesa Penelitian

Ada pengaruh latihan jalan tandem terhadap tingkat keseimbangan pada

lansia di UPT PSTW Kabupaten Ponorogo.

Page 62: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

44

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan penelitian pra eksperimental

design, yaitu eksperimen yang belum memenuhi persyaratan seperti cara

eksperimen yang dapat dikatakan ilmiah mengikuti peraturan-peraturan tertentu

(Arikunto, 2001). Sedangkan jenis desain penelitian yang digunakan adalah one

group pra-post test yaitu mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara

melibatkan satu kelompok subjek yang diobservasi sebelum dan sesudah

dilakukan intervensi (Nursalam, 2016). Penelitian ini bertujuan untuk mencari

pengaruh latihan jalan tandem terhadap tingkat keseimbangan tubuh lansia di UPT

PSTW Kab Ponorogo.

Tabel 4.1 Skema Design Penelitian pra eksperimental design dengan one group

pra-post test

Subjek Pretest Treatment Posttest

K O I O1

Keterangan :

K : Lansia dengan resiko jatuh

O : Pretest pengukuran keseimbangan tubuh sebelum diberikan latihan jalan

tandem

O1 : Posttest pengukuran keseimbangan tubuh sebelum diberikan latihan jalan

tandem

I : Latihan jalan tandem

Page 63: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

45

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh lansia di UPT PSTW Kab

Ponorogo sejumlah 20 orang yang dapat melakukan aktivitas sehari-hari.

4.2.2 Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi, dimana dalam sampel

terdapat kriteria sampel antara lain kriteria inklusi (subjek penelitian dapat

mewakili sampel penelitian karena memenuhi syarat) dan kriteria eksklusi (subjek

penelitian tidak dapat mewakili sampel penelitian karena tidak memenuhi syarat)

(Hidayat, 2009).

Rumus :

n =

Keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

d = Tingkat signifikan 0.1

n =

n =

n =

Page 64: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

46

n =

n =

n = 19

4.2.3 Kriteria Sampel

Penentuan kriteria sampel sangat membantu peneliti untuk mengurangi

bias hasil penelitian, khusunya jika terdapat variabel-variabel kontrol ternyata

mempunyai pengaruhterhadap variabel yang kita teliti. Kriteria sampel dapat

dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu inklusi dan eklusi (Nursalam, 2013).

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau dan akan diteliti .

a. Lansia yang rutin melakukan aktivitas sehari-hari

b. Lansia yang tidak dalam keadaan sakit

c. Lansia yang bersedia menjadi responden

2. Kriteria Eklusi

Kriteria eklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang

memenuhi kriteria inklusi.

a. Lansia yang mengalami kelumpuhan

b. Lansia dalam keadaan sakit kronis

Page 65: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

47

4.3 Teknik Sampling

Penelitian ini menggunakan simple random sampling yaitu pengambilan

anggota sampel dan populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata

yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan pada anggota populasi

dianggap homogen. (Wiratna, 2015)

4.4 Kerangka Kerja Penelitian

Kerangka konseptual adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep

yang ingin diteliti atau diukur mealui penelitian yang akan dilakukan. Kerangka

konsep ini dikembangkan atau diacukan kepada tujuan penelitian yang telah

dirumuskan serta didasari oleh kerangka teori yang telah disajikan dalam tinjauan

pustaka sebelumnya. Oleh karena itu kerangka konsep terdiri dari variabel-

variabel serta hubungan variabel yang satu dengan yang lain (Notoatmodjo,

2012).

Page 66: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

48

Gambar 4.1 Kerangka kerja tentang latihan jalan tandem dengan keseimbangan

Populasi :

Seluruh lansia di UPT PSTW Kab Ponorogo sejumlah 20 orang

Sampel

Sebagian lansia di UPT PSTW Kab Ponorogo yang mengalami gangguan

keseimbangan sejumlah 19 orang

Sampling :

Simpel random sampling

Desain Penelitian :

One group pre-post test

Variabel

Variabel terikat :

Keseimbangan tubuh

Variabel Bebas :

Latihan jalan tandem

Pengumpulan Data :

Tes keseimbangan tubuh menggunakan TUGT

Pengolahan data :

Editing, coding tabulating, dan cleaning

Analisis

Paired t-test

Hasil dan Kesimpulan

Pelaporan

Page 67: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

49

4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

4.5.1 Identifikasi varibel

1. Variabel Independen (Variabel Bebas)

Variabel independen adalah variabel yang menjadi sebab perubahan atau

timbulnya variabel dependen (terikat), variabel ini juga dikenal dengan nama

variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain (Hidayat,

2009). Variabel independen penelitian ini adalah latihan jalan tandem.

2. Variabel Dependen (Variabel Terikat)

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat

karena variabel bebas atau variabel independen (Hidayat, 2009). Variabel

dependen penelitian ini adalah tingkat keseimbangan tubuh lansia.

4.5.2 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati

dari sesuatu yang didefinisikan tersebut, sehingga memungkinkan peneliti untuk

melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu obyek atau

fenomena. Pada definisi operasional dirumuskan untuk kepntingan akurasi,

komunikasi, dan replikasi (Nursalam, 2013).

Tabel 4.2 Definisi Operasional

Variabel

Penelitian

Definisi

Operasional Parameter Alat ukur Skala

Skor

Kriteria

Independen:

Latihan jalan

tandem

Suatu latihan

jalan yang

bertujuan

untuk

meningkatkan

keseimbangan

tubuh

1.Berjalan pada

3.satu garis lurus

dalam posisi

tumit kaki

menyentuh jari

kaki yang

lainnya

2.Berjalan dalam

jarak 3-6 meter.

SOP - -

Page 68: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

50

Variabel

Penelitian

Definisi

Operasional Parameter Alat ukur Skala

Skor

Kriteria

Dependen

Keseimbang

an tubuh

Kemampuan

untuk

mempertahank

an posisi tubuh

dalam kondisi

berdiri ataupun

berjalan

1.Duduk bersandar

di kursi kemudia

berdiri

2.Berjalan sesuai

dengan

kemampuan

menuju jarak

3meter menuju

dinding

3. Berjalan

berbalik tanpa

menyentuh

dinding

4.Kembali ke kursi

dan kemudian

duduk bersandar

5.Dilakukan dalam

10kali

bolakbalik

Time Up

and Go

Test

(TUGT)

Interval Skor ≤10 detik :

mobilitas bebas

Skor ≤20 detik :

mobilitas baik

Skor ≤30 detik :

mobilitas tidak

stabil

Skor > 30 detik :

resiko jatuh

tinggi

4.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan

data pada waktu penelitian menggunakan suatu metode (Arikunto, 2010).

Instrumen penelitian ini adalah lembar observasi Time Up and Go Test (TUGS)

dengan alat ukur berupa stopwatch. Pelaksanaanya adalah responden berjalan

sesuai dengan kemampuan menempuh jarak 3 meter menuju dinding, kemudian

berbalik tanpa menyentuh dinding dan berjalan kembali menuju kursi dan kembali

duduk bersandar. Alat yang dibutuhkan lakban hitam/selotip, roll meter,

stopwatch, dan kursi.

4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.7.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di UPT PSTW Kabupaten Ponorogo.

Page 69: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

51

4.7.2 Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan pada bulan Desember 2017 – Juni 2018

4.8 Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pengumpulan karakteristik subjek

yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2013).

4.8.1 Langkah-langkah Penelitian

1. Mengurus surat ijin penelitian dengan membawa surat dari Stikes Bhakti

Husada Mulia Madiun kepada Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten

Ponorogo.

2. Mengurus surat perizinan dan persetujuan penelitian kepada UPT PSTW

Kabupaten Ponorogo.

3. Melakukan pendataan identitas pada subyek penelitian

4. Menjelaskan maksud dan tujuan latihan jalan tandem, dan apabila lansia

bersedia menjadi responden dipersilakan untuk mengisi dan menandatangani

inform consent.

5. Memberikan pengarahan terhadap kegiatan yang akan dilakukan.

6. Memvaliditasi stopwatch untuk memastikan bahwa alat pengukur waktu

tersebut benar-benar valid.

7. Pada tahap awal dilakukan pengukuran keseimbangan menggunakan Time Up

and Go Test (TUGT) pada rospenden.

8. Setelah semua data awal (pre-test) dari masing-masing responden diketahui,

selanjutnya diberikan perlakuan (treatment) berupa latihan jalan tandem 3

kali per minggu selama 2 minggu.

Page 70: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

52

9. Tahap pengumpulan data akhir (post test) menggunakan Time Up and Go

Test (TUGT) untuk mengukur keseimbangan pada responden yang telah

diberikan latihan jalan tandem.

10. Pada tahap akhir melakukan pengolahan data analisa dan membuat laporan

hasil penelitian.

4.9 Tehnik Analisa Data

4.9.1 Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo (2012) pengolahan data meliputi :

1. Editing

Hasil adat dari lapangan harus dilakukan penyuntingan (editing) terlebih

dahulu. Apabila data-data yang belum lengkap, jika memungkinkan perlu

dilakukan pengambilan data ulang untuk melengkapi data-data tersebut.

Tetapi apabila tidak memungkinkan, maka data yang tidak lengkap tersebut

tidak diolah atau dimasukan dalam pengolahan “data missing”.

2. Coding

Setelah data diedit atau disunting selanjutnya dilakukan peng”kode”an atau

“coding” yakni mengubah data berbentuk kalimat menjadi data angka atau

bilangan.

Pada penelitian ini hasil dari scoring diberikan kode antara lain yaitu :

a. Jenis kelamin

- Laki – laki : diberi kode 1

- Perempuan : diberi kode 2

Page 71: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

53

b. Pendidikan

- Tidak sekolah : diberi kode 1

- Sd : diberi kode 2

- Smp : diberi kode 3

- Sma : diberi kode 4

- Perguruan tinggi : diberi kode 5

c. Pekerjaan

- Tidak bekerja : diberi kode 1

- Pedagang : diberi kode 2

- Petani : diberi kode 3

- Pegawai negeri : diberi kode 4

- Swasta : diberi kode 5

- TNI/POLRI : diberi kode 6

d. Usia

- 60 – 65 tahun : diberi kode 1

- 66- 70 tahun : diberi kode 2

- 71 – 75 tahun : diberi kode 3

- 76 – 80 tahun : diberi kode 4

e. Aktivitas olahraga

- Rutin : diberi kode 1

- Tidak rutin : diberi kode 2

Page 72: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

54

3. Scoring

Setelah jawaban diberi kode kemudian dikelompokkan dan dijumlahkan

sehingga didapatkan skor total. Selanjutnya skor total yang diperoleh dari

masing-masing variabel dianalisa. Dalam penelitian ini menggunakan kode-

kode angka untuk mempermudah tabulasi dan analisa data.

4. Data Entry

Data yang dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukan ke dalam

program atau “sofware” komputer. Dalam proses ini dituntut ketelitian dari

orang yang melakukan “data entry”. Apabila tidak maka terjadi bias

meskipun hanya memasukan data.

5. Tabulating

Tabulating adalah kegiatan memasukan data ke dalam tabel-tabel dan

mengatur angka-angka sehingga dapat dihitung jumlah kasus dalam berbagai

katagori. (Nazir, 2011)

4.9.2 Analisa Data

1. Analisa Univariat

Dilakukan untuk menganalisa variabel-variabel yang ada secara diskriptif

dengan menghitung distribusi frekuensi dan proporsinya untuk mengetahui

karakteristik subjek dari penelitian. Dalam penelitian ini, analisa univariat

adalah data tingkat keseimbangan lansia sebelum dilakukan latihan jalan

tandem dan data tingkat keseimbangan lansia setelah dilakukan latihan jalan

tandem.

Page 73: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

55

2. Analisa Bivariat (Uji Hipotesis)

Analisa bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel

yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2012). Metode

analisis statistik yang digunakan adalah uji paired T-Test. Uji ini merupakan

analisis dengan libatkan dua pengukuran pada subjek yang sama terhadap

suatu pengaruh atau perlakuan tertentu. Pada uji beda paired sample t-test,

peneliti menggunakan sampel yang sama, tetapi pengujian terhadap sampel

dilakukan sebanyak dua kali. Dalam penelitian ini test yang diberikan disebut

dengan pretest (test belum mengadakan perlakuan) dan post test (setelah

diberi perlakuan). Adapun penggunaaan paired sample t-test adalah satu

sampel yang diberikan dua pengukuran yang berbeda, merupakan data

kuantitatif (interval-rasio), dan sampel yang digunakan harus dalam kondisi

yang sama atau homogeny dan berasal dari tabulasi yang telah berdistribusi

secara normal. Ada tidaknya perbedaan yang bermakna sebelum dan sesudah

dilakukan intervensi dapat diketahui melalui dua cara pertama harga t hitung

dibandingkan dengan harga t tabel sehingga diperoleh interpretasi. Ketentuan

pengujian adalah bila harga t hitung lebih besar harga t tabel maka H0 ditolak.

Cara yang kedua, digunakan nilai probabilitas berdasarkan tingkat kemaknaan

95% (alpha 0,05). Apabila distribusi tidak normal menggunakan uji wilcoxon.

Uji wilcoxon yang dipilih dalam penelitian ini jika data tidak

berdistribusi normal adalah uji Wilcoxon Sign Rank test untuk pengambilan

keputusan menggunakan cara pertama yaitu jika Sig ≥ 0,05 maka H0 diterima,

artinya tidak ada perbedaan antar variabel jika Sig ≤ 0,05 maka H0 ditolak,

Page 74: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

56

artinya ada perbedaan antar variabel. Perhitungan uji statistik menggunakan

perhitungan dengan system komputerisasi SPSS 16.0.

4.10 Etika Penelitian

1. Lembar persetujuan (informed consent)

Diberikan kepada responden yang akan diteliti, peneliti menjelaskan maksud

dan tujuan penelitian dilakukan, jika responden bersedia diteliti maka

menandatangani lembar persetujuan tersebut.

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Informasi yang telah dikumpulkan dari responden dijamin kerahasiaannya.

Peneliti tidak mencantumkan namanya dalam lembar pengumpulan data,

cukup dengan memberikan nomor kode pada masing-masing jawaban.

3. Kerahasiaan (confidentitality)

Kerahasiaan informasi yang diperoleh dari subyek penelitian dijamin oleh

peneliti hanya kelompok satu tertentu yang akan disahkan atau dilaporkan

pada hasil penelitian (Hidayat, 2009). Peneliti menjaga kerahasiaan dengan

melakukan coding.

Page 75: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

57

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini peneliti menyajikan hasil dan pembahasan tentang pengaruh

latihan jalan tandem terhadap keseimbangan tubuh lansia .Hasil penelitian dan

pembahasan yang diuraikan secara one group pre-post test sesuai dengan tujuan

penelitian.

Pengambilan data pada 29 April – 12 Mei 2018 dengan menyeleksi calon

responden sesuai dengan kriteria sampel yang telah ditetapkan. Jumlah responden

yang diperoleh dalam penelitian ini sebanyak 19 responden. Penyajian data ini

yaitu data khusus dan data umum. Data khusus terdiri atas data berdasarkan

tingkat keseimbangan tubuh sebelum dan sesudah dilakukan latihan jalan tandem

pada lansia di UPT PSTW Ponorogo. Sedangkan data umum terdiri dari jenis

kelamin, pekerjaan, pendidikan, usia. Data-data hasil disajikan dalam bentuk

tabel.

5.1 Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di UPT PSTW Kabupaten Ponorogo yang berlokasi

di Jalan Raya Batoro Katong No 14 Ponorogo. Jumlah lansia di panti tersebut

sebanyak 35 orang. Kegiatan sehari-hari dipanti bermacam-macam seperti senam,

olahraga, pengajian, kesenian, bimbingan dan masih banyak lagi aktivitas lainya.

Interaksi antar lansia di panti cenderung cukup baik karena saling membantu satu

sama lain, mereka berbaur sudah seperti keluarga sendiri. Interaksi antara petugas

panti dengan lansia juga cukup baik.

Page 76: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

58

5.2 Hasil Penelitian

5.2.1 Karakteristik Responden

Penelitian pengaruh latihan jalan tandem terhadap keseimbangan tubuh

lansia di UPT PSTW Kab Ponorogo. Mulai dilaksanakan pada tanggal 29 April

2018 smpai tanggal 12 Mei 2018, dengan jumlah sampel sebesar 19 responden.

Pemilihan responden dilaksanakan dengan memilih lansia sesuai dengan kriteria

inklusi, kemudian diberikan penjelasaan tentang penelitian meliputi tujuan,

manfaat, dan resiko yang ada dalam penelitian yang akan dilakukan, apabila lansia

tersebut bersedia menjadi responden penelitian ini maka menandatangani lembar

persetujuan (inform consent). Adapun hasil penelitian disajikan dalam deskriptif

data, tabel yang meliputi karakteristik responden, analisa univariate dan hasil

analisa bivariat sebagai berikut :

5.2.2 Data Umum

1. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden UPT PSTW Kab

Ponorogo tahun 2018.

No Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%)

1 Laki – laki 0 0

2 Perempuan 19 100

Jumlah 19 100

Sumber : Data Primer 2018

Berdasarkan tabel 5.1 diatas, menunjukan bahwa sebagian besar

responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 19 orang (100%).

Page 77: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

59

2. Karakteristik Berdasarkan Pendidikan

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden UPT PSTW Kab

Ponorogo tahun 2018.

No Pendidikan Frekuensi Presentase (%)

1 Tidak sekolah 8 42.1

2 SD 11 57.9

Jumlah 19 100

Sumber : Data Primer, 2018

Berdasarkan tabel 5.2. dijelaskan bahwa sebagian besar pendidikan

terakir responden adalah lulusan SD sebanyak 11 orang (57.9%), dan

sebagian kecil responden tidak sekolah sebanyak 8 orang (42.1%) .

3. Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden UPT PSTW Kab

Ponorogo tahun 2018.

No Pekerjaan Frekuensi Presentase (%)

1 Tidak bekerja 19 100

2 Bekerja 0 0

Jumlah 19 100

Sumber : Data Primer, 2018

Berdasarkan tabel 5.3 diatas, menunjukan bahwa semua responden tidak

bekerja sejumlah 19 orang atau 100%.

4. Karakteristik Berdasarkan Usia

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Usia Responden UPT PSTW Kab Ponorogo

tahun 2018.

No Usia Frekuensi Presentase (%)

1 60-65 2 10.5

2 66-70 13 68.4

3 71-75 4 21.1

Jumlah 19 100

Sumber : Data Primer, 2018

Berdasarkan tabel 5.4 diatas, menunjukan bahwa sebagian besar

responden yang berusia 66-70 tahun berjumlah 13 orang (68.4%) , dan

sebagian kecil responden berusia 60-65 tahun berjumlah 2 orang (10.5%).

Page 78: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

60

5. Karakteristik Berdasarkan Aktifitas Olahraga

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi aktifitas olahraga Responden UPT PSTW Kab

Ponorogo tahun 2018.

No Olahraga Frekuensi Presentase (%)

1 Rutin 11 57.9

2 Tidak rutin 8 42.1

Jumlah 19 100

Sumber : Data Primer, 2018

Berdasarkan tabel 5.5 diatas, menunjukan bahwa sebagian besar

responden yang rutin melakukan olahraga adalah 11 orang (57.9%) , dan yang

tidak mengikuti olahraga secara rutin adalah 8 orang (42.1%).

5.2.3 Penyajian Data Khusus

Setelah dilakukan uji normalitas data diketahui tidak berdistribusi normal,

sehingga dalam menganalisis data menggunakan uji non parametrik yaitu dengan

menggunakan uji wilcoxon untuk mengetahui pengaruh latihan jalan tandem

terhadap keseimbangan tubuh pada lansia.

1. Data Keseimbangan Tubuh Lansia Sebelum Dilakukan Latihan Jalan

Tandem

Tabel 5.6 Deskriptif keseimbangan tubuh lansia sebelum diberi latihan jalan

tandem di UPT PSTW Kabupaten Ponorogo.

Tingkat

keseimbangan

tubuh sebelum

jalan tandem

N Mean Median Modus Standart

Devisiasi

Min-

Max CI-95%

19 21.53 19.00 18 6.363 14-33 18.46 – 24.59

Sumber : Olahan Data Primer dengan SPSS 16.0.

Dari tabel 5.6 dapat diketahui bahwa rata-rata skor keseimbangan tubuh

sebelum melakukan adalah 21.53. Median skor keseimbangan tubuh sebelum

melakukan latihan jalan tandem adalah 19.00 skor keseimbangan tubuh

sebelum melakukan latihan jalan tandem paling banyak adalah 18, standart

devisiasi 6.363 skor keseimbangan tubuh sebelum melakukan latihan jalan

Page 79: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

61

tandem terendah adalah 14 dan tertinggi 33 dengan tingkat kepercayaan 95%

diyakini dengan rentan 18.46 – 24.59.

2. Data Keseimbangan Tubuh Setelah dilakukan Latihan Jalan Tandem

Tabel 5.7 Distribusi frekuensi keseimbangan tubuh lansia setelah diberi

latihan jalan tandem di UPT PSTW Ponorogo.

Tingkat

keseimbangan

tubuh sebelum

jalan tandem

N Mean Median Modus Standart

Devisiasi

Min-

Max CI-95%

19 19.89 18.00 14 6.172 13-31 16.92 – 22.87

Sumber : Olahan Data Primer dengan SPSS 16.0.

Dari tabel 5.7 dapat diketahui bahwa rata-rata skor keseimbangan tubuh

sebelum melakukan adalah 19.89 . Median skor keseimbangan tubuh sebelum

melakukan latihan jalan tandem adalah 18.00 skor keseimbangan tubuh

sebelum melakukan latihan jalan tandem paling banyak adalah 14, dengan

standart devisiasi 6.172 skor keseimbangan tubuh sebelum melakukan latihan

jalan tandem terendah adalah 13 dan tertinggi adalah 31 dengan tingkat

kepercayaan 95% diyakini dengan rentan 16.92 sampai dengan 22.87.

3. Pengaruh Latihan Jalan Tandem terhadap Keseimbangan Tubuh di

UPT PSTW Kab Ponorogo

Tabel 5.8 Analisa Pengaruh Latihan Jalan Tandem terhadap Keseimbangan

Tubuh di UPT PSTW Kab Ponorogo Bulan Mei 2018.

Uji wilcoxon Mean Rank Sum Of Rank Z pValue

Pengaruh latihan jalan

tandem terhadap

keseimbangan tubuh

8.80 132.00 -3.361 0.001

Sumber : Olahan Data Primer dengan SPSS 16.0.

Berdasarkan tabel 5.8 penelitian ini dianalisis menggunakan uji wilcoxon

dengan menggunakan derajat kemaknaan α = 0.05. Setelah dilakukan uji

statistik dengan bantuan SPSS diperoleh nilai p value = 0.001. Yang berarti p

value < α (0.001 < 0.005), artinya ditolak dan diterima. Maka dapat

Page 80: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

62

diartikan ada pengaruh yang signifikan antara latihan jalan tandem terhadap

keseimbangan tubuh lansia di UPT PSTW Kabupaten Ponorogo.

5.3 Pembahasan

5.3.1 Data Keseimbangan Tubuh Lansia Sebelum Latihan Jalan Tandem

Hasil penelitian terhadap 19 responden di UPT PSTW Kabupaten

Ponorogo, didapatkan rata-rata skor keseimbangan sebelum dilakukan latihan

jalan tandem adalah 21.53 detik, nilai median 19.00 detik, nilai keseimbangan

yang banyak 18 detik, nilai terendah 14 detik dan nilai tertinggi mencapai 33

detik. Pertama kali dilakukan TUGT ( Time up and go test) hasil tertinggi adalah

33 detik yang bisa dikatakan waktu berjalan lansia lama. Hal ini disebabkan

ketika memberikan instruksi langkah awal TUGT ( Time up and go test) lansia

tampak bingung karena baru pertama kali melakukan TUGT ( Time up and go

test), selain itu terdapat faktor lain yaitu pada lansia banyak yang mengalami

penurunan pendengaran sehingga informasi yang peneliti berikan menjadi kurang

dipahami. Dalam menanggapi masalah tersebut peneliti ikut serta atau

mendampingi lansia berjalan bersama-sama. Sehingga waktu yang dibutuhkan

dalam melakukan TUGT( Time up and go test) lebih lama. Waktu berjalan lansia

mempengaruhi pada hasil pengukuran keseimbangan tubuh. Semakin lama waktu

yang lansia butuhkan maka semakin tidak baik hasil dari pengukuran

keseimbangan tubuh lansia. Hal ini sependapat dengan Irfan (2010) bahwa

keseimbangan yang baik berpengaruh terhadap kecepatan berjalan lansia semakin

baik keseimbangan tubuh maka semakin baik pula kecepatan tubuh lansia.

Page 81: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

63

Hasil penelitian berdasarkan usia yang dijelaskan pada tabel 5.4 dapat

diketahui bahwa usia terbanyak adalah 66-70 tahun terdapat 13 lansia (68.4%),

71- 75 tahun terdapat 4 lansia (21.1%) dan 60 – 65 tahun terdapat 2 lansia

(10.5%). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dapat diketahui bahwa semakin

bertambahnya usia pada seseorang maka keseimbangan tubuh akan semakin

berkurang. Hal ini sejalan dengan (Darmojo, 2009) setiap lansia akan mengalami

proses penuaan yang mengakibatkan perubahan-perubahan pada usia lanjut.

Semua perubahan tersebut dapat mengakibatkan kelambanan dalam bergerak,

langkah kaki yang pendek, kekuatan otot menurun. Penurunan fungsi dan

kekuatan otot akan mengakibatkan penurunan kemampuan untuk

mempertahankan keseimbangan tubuh lansia.

5.3.2 Data Keseimbangan Tubuh Setelah dilakukan Latihan Jalan Tandem

Hasil penelitian terdapat 19 responden di UPT PSTW Kab Ponorogo,

menunjukan adanya peningkatan nilai keseimbangan tubuh dari sebelum

dilakukan latihan jalan tandem didapatkan rata-rata keseimbangan tubuh setelah

melakukan latihan jalan tandem adalah 19.89. Skor keseimbangan setelah

dilakukan jalan tandem terendah adalah 13 detik dan skor tertinggi 31 detik. Hal

ini menunjukan bahwa ada pengaruh latihan jalan tandem terhadap keseimbangan

tubuh lansia.

Aktivitas fisik termasuk mobilitas yang tinggi diidentifikasi merupakan

salah satu kegiatan yang dapat meningkatkann keseimbangan (Darmojo, 2012).

Salah satu aktivitas fisik adalah latihan jalan tandem. Hasil penelitian yang

dilakukan oleh peneliti pada tanggal 29 April sampai 12 Mei 2018 didapatkan

Page 82: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

64

hasil bahwa terdapat perubahan tingkat keseimbangan tubuh sebelum dan sesudah

latihan jalan tandem. Peneliti menerapkan dengan cara melakukan latihan jalan

dalam satu garis lurus sejauh 3 meter dengan posisi tumit kaki menyentuh jari

kaki yang lainnya, hal ini dilakukan tiga kali dalam dua minggu. Lansia yang

sudah melakukan latihan jalan tandem secara teratur terdapat 15 lansia yang

mengalami peningkatan keseimbangan tubuh, 3 lansia yang tidak mengalami

perubahan yang dikarenakan oleh kurang konsisten dalam melakukan latihan jalan

tandem serta 1 lansia yang mengalami penurun tingkat keseimbangan tubuh

karena lansia selalu menolak ketika diberi latihan jalan tandem. Hal ini

sependapat dengan teori dari Batson (2009) bahwa latihan jalan tandem juga

mengaktifkan somatosensoris dan vestibular (proprioceptive) yang

mempertahankan posisi tubuh tetap tegak selama berjalan, serta melakukan pola

jalan yang benar. Latihan proprioseptif yang hanya menghasilkan neural adaptasi

dapat dilatih selama 2-4 minggu dalam satu kali latihan dilakukan 10x jalan ,

namun proprioseptif yang adekuat dihasilkan dengan latihan yang dilakukan

selama 4-8 minggu, karena pada waktu tersebut telah terjadi adaptasi neural dan

adaptasi serabut otot .

Berdasarkan uraian diatas dapat peneliti simpulkan bahwa latihan jalan

tandem merupakan salah satu latihan yang dapat diberikan untuk meningkatkan

keseimbangan tubuh dan akan mengurangi resiko jatuh pada lansia. Sebagian

besar skor sesudah diberikan latihan mengalami peningkatan.

Page 83: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

65

5.3.3 Pengaruh Latihan Jalan Tandem terhadap Keseimbangan Tubuh

Untuk Mengurangi Resiko Jatuh Pada Lansia di UPT PSTW Kab

Ponorogo

Dari hasil uji statistik mengunakan uji wilcoxon nilai (p) yang diperoleh

yaitu 0.001 kurang dari nilai α yaitu 0.05, maka dapat dikatakan hipotesa diterima.

Hal ini menyatakan bahwa terdapat peningkatan yang siginifikan antara sebelum

dan sesudah pemberian latihan jalan tandem. Dilihat dari hasil penelitian yang

menunjukan terdapat 15 responden mengalami peningkatan keseimbangan setelah

dilakukan latihan jalan tandem.

Hasil penelitian dari 19 responden tingkat keseimbangan tumbuh

mengalami peningkatan. Skor sebelum dilakukan latihan jalan tandem rata-rata

keseimbangan tubuh adalah 21.53 detik, dengan skor terendah yaitu 14 detik dan

skor tertinggi 33 detik. Sedangkan skor setelah dilakukan jalan tandem rata-rata

skor adalah 19.89 detik dengan nilai terendah 13 detik dan nilai tertinggi adalah

31 detik. Dari hasil tersebut peneliti berpendapat bahwa terdapat perubahaan pada

tingkat keseimbangan tubuh sebelum dan sesudah dilakukan latihan jalan tandem.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugrahani

(2014) didapatkan hasil bahwa latihan jalan tandem lebih baik daripada latihan

swiss ball, terbukti dengan adanya hasil penurunan rata-rata kecepatan berjalan

atau adanya peningkatan kecepatan berjalan sebesar 33,17% sedangkan latihan

swiss ball mendapatkan hasil peningkatan kecepatan berjalan sebesar 15,64%.

Latihan jalan tandem ini melatih secara visual dengan melihat ke depan serta

memperluas arah pandangan agar memperluas arah pandangan untuk dapat

Page 84: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

66

berjalan lurus. Latihan jalan tandem juga mengaktifkan somatosensoris dan

vestibular (proprioceptive) yang mempertahankan posisi tubuh tetap tegak selama

berjalan. Latihan proprioseptif melibatkan gerakan lambat dalam setiap

perpindahan gerak dan posisi sehingga nuclei subcortical dan basal ganglia untuk

menganalisis sensasi posisi dan mengirimkan umpan balik berupa kontraksi otot

yang diharapkan. Selanjutnya latihan ini diadaptasi sebagai stabilitas fungsional

yang baru (Batson et al., 2009).

Pada lansia yang mempunyai mobilitas fisik yang tinggi akan

meningkatkan kontrol keseimbangan fisiknya, sehingga resiko jatuh sangat

rendah. Keseimbangan yang baik berpengaruh terhadap kecepatan berjalan,

semakin baik keseimbangannya maka, semakin baik pula kecepatan berjalannya.

Dan keseimbangan berpengaruh pada besar resiko jatuh pada lansia karena adanya

perubahan fisiologis. Perubahan fisiologis berupa meningkatnya ambang rangsang

vestibular, memburuknya persepsi, adanya degenerasi penglihatan, berkurangnya

masa otot dan kekuatan otot, berkurangnya lingkup gerak sendi, berubahnya pusat

gravitasi pada lansia, respon postural yang melambat, yang merupakan komponen

utama pengontrol keseimbangan (Irfan, 2010).

Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan menyimpulkan bahwa ada

pengaruh yang signifikan melakukan latihan jalan tandem terhadap keseimbangan

tubuh untuk mengurangi resiko jatuh pada lansia di UPT PSTW Kabupaten

Ponorogo.

Page 85: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

67

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan serta diuraikan pada

pembahasan di bab 5, maka penulis dapat memberikan beberapa kesimpulan

sebagai berikut :

1. Tingkat keseimbangan tubuh pada lansia sebelum dilakukan latihan jalan

tandem di UPT PSTW Kabupaten Ponorogo rata-rata keseimbangan tubuh

lansia adalah 21.53 ,dengan skor terendah yaitu 14 detik dan skor tertinggi

adalah 33 detik.

2. Tingkat keseimbangan tubuh pada lansia setelah dilakukan latihan jalan

tandem di UPT PSTW Kabupaten Ponorogo rata-rata keseimbangan tubuh

lansia adalah 19.89 dengan skor terendah 13 detik dan skor tertinggi adalah

31 detik.

3. Ada pengaruh latihan jalan tandem terhadap keseimbangan tubuh lansia di

UPT PSTW Kabupaten Ponorogo dengan signifikasi p value = 0.001 < α =

0.05.

6.2 Saran

Dari hasil penelitian yang penulis lakukan, maka penulis ingin

menyampaikan saran sebagai berikut :

1. Bagi Perawat dan Pengurus UPT PSTW Kabupaten Ponorogo

Diharapkan para lansia memliki jadwal yang rutin dalam melakukan aktivitas

fisik seperti olahraga ataupun senam. Selain itu pihak panti diharapkan

Page 86: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

68

memberikan lingkungan yang baik seperti pencahayaan yang cukup, lantai

yang tidak licin serta dinding yang dipasang pegangan untuk berjalan para

lanjut usia.

2. Bagi Mahasiswa/Mahasiswi Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun

Penelitian ini diharapkan dapat menambahkan referensi yang ada dan dapat

meningkatkan pengetahuan mahasiswa di bidang keperawatan gerontik

khususnya mahasiswa program studi ilmu keperawatan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat dijadikan data dasar dan pembanding untuk peneliti selanjutnya dalam

melaksanakan penelitian yang berhubungan dengan latihan jalan tandem

terhadap keseimbangan tubuh lanjut usia.

Page 87: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

69

DAFTAR PUSTAKA

Abrahamova, D. & Hlavacka, F. 2008. Age-Related of Human Balance during

Quiet Stance. Physiological Research Institu of Physiology v.v.i., Academy

of Science of the Czech Republic. (Diakses pada tanggal 3 Januari 2018)

Arikunto, S. 2016. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rienka Cipta

Azizah, M. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Brown, J, E. Et al. 2011. Tactile & Proprocepative. (Online)

www.scribd.com/doc/307319364/Fisio-

Keseimbangan?_e_pi_=7%2CPAGE_ID10%2C8578320275. (Diakses pada

tanggal 3 Januari 2018).

Batson, G. 2009. Update On Proprioception : consideration for dance

education.(online) www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19508807. (Diakses

Pada tanggal 29 Desember 2017).

Darmojo, R.B. dan Martono,H.H.2012. Geriatri (Ilmu Kesehataan Usia Lanjut)

Edisi ke-13. Jakarta: Balai Pustaka FKUI.

Dellito,A. 2010. “ The Link Between Balance Confidence and Falling”. Physical

Therapy Research That Benefit You, American Phisical Theraphy

Association.

Dhaenkpedro. 2011. Keseimbangan (Balance). (Online)

https://dhaenkpledro.wordpress.com (Diakses pada tanggal 10 Januari 2018)

Fatma . 2010. Gizi Usia Lanjut. Jakarta: Erlangga.

Gusmitasari. 2014. Pengaruh Terapi Do-In Shiatsu Masaage dan Gym Terhadap

Risiko Cedera : Jatuh Pada Lansia di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur.

(Online). http://

opac.say.ac.id/236/1/ALFIKADESNA%2520GUSMITASARI_2010102010

1033_NASKAH%PUBLIKASI.pdf.com (Diakses pada tanggal 10 Januari

2018).

Hidayat, A. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.

Jakarta : Salemba Medika.

Page 88: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

70

Howe, TE, Rochester, L., Jackson, A., Banks, PMH. 2008. Exercise for Improving

Balance in Older People. (Online)

http://reysatrio.wordpress.com/2016/02/09/pengantar-teori-generasi-strauss-

howe-2. (Diakses pada tanggal 10 Januari 2018).

Irfan. 2010. Physionate. (online) www.wordpress.com (Diakses pada tanggal 2

Januari 2018).

Irsha, G. A. 2017. Latihan Jalan Tandem Lebih Meningkatkan Keseimbangan

Tubuh Lansia daripada Latihan Balance Strategy. Jurnal Keperawatan.

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Udayana. (Online)

https://ojs.unud.ac.id/index.php/sport/article (Diakses pada tanggal 10

Januari 2018).

Jensen, dan Eric. 2015. Fisiologi Keseimbangan. (Online). http://eropo.unud.ac.id

(Diakses tanggal 10 Januari 2018).

Jusnimar. 2013. Analisis Praktik Keperawatan Kesehataan Masyarakat Perkotaan

Pada Nenek G dengan Masalah Risiko Jatuh di Wisma Bungur Sasana

Tresna Werdha Karya Bakti. Karya Tulis Ilmiah Ners. Fakultas Ilmu

Keperawatan Universitas Indonesia. (Online) www.lib.ui.ac.id (Diakses

pada tanggal 10 Januari 2018).

Khalifah, N.S. 2016. Keperawatan Gerontik.(online) www.pusdinakes.com

(Diakses pada tanggal 2 Januari 2018)

Kozier, Barbara ,Glenora ERB. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan :

Konsep, Proses & Praktik, Ed. 7, Vol. 1. Jakarta: EGC.

Komala. 2014. Mengenal Sistem Vestibular, Penjaga Keseimbangan Tubuh.

(Online). http://intisari.grid.id (Diakses pada tanggal 10 Januari 2018).

Kusnanto I,R . dan Mufidah, N. 2012. Peningkatan Stabilitas Postural Pada

Lansia Melalui Balance Exercise. Jurnal Keperawatan. PSIK Universitas

Airlangga. (online)

http://ejournal.undip.ac.id/index.php/medianers/artice/viewFile/716/pdf

(Diakses pada tanggal 20 Desember 2017).

Maryam, R.S., Sahar, J., & Nasution, Y. 2010. Pengaruh Latihan Keseimbangan

Fisik Terhadap Keseimbangan Tubuh Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha

Wilayah Pemda DKI Jakarta. Jurnal Keperawatan. FIK Universitas

Indonesia. (Online) http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/2110971_2085-

8930.pdf (Diakses pada 3 Januari 2018).

Page 89: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

71

Miller, C.A. 2004. Nursing for Wellness in Older Adult. Theory and Practise.

(Online) http://www.livestrong.com/article/196479. (Diakses pada tanggal

3Januari 2018).

Muthiah, M., Parahitha, N. 2015. Pemberian Latihan Pada Lansia Dapat

Meningkatkan Keseimbangan dan Mengurangi Resiko Jatuh Lansia.Jurnal

Fisioterapi. Fakultas Fisioterapi Universitas Esa Unggul.

(online).http://ejurnal.esaunggulan.ac.id/index.php/Fisio/article/view/1111.p

df. (Diakses pada tanggal 20 Desember 2017).

Notoatmojo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Penerbit Rineka

Cipta.

Nugraheni P.N. 2014. Latihan Jalan Tandem Lebih Baik Daripada Latihan Swiss

Ball Terhadap Peningkatan Keseimbangan Untuk Mengurangi Resiko Jatuh

Pada Lansia. Jurnal Fisioterapi. Fisioterapis YPAC Jakarta. (online).

http://ejurnal.esatunggal.ac.id/index.php/Fisio/artice/view/1111/1020.

(diakses tanggal 20 Desember 2017).

Nugroho, W. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriantrik Edisi 3. Jakarta : EGC.

Nursalam. 2013. Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis.

Jakarta : Salemba Medika.

. 2016. Meteodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis

Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.

Padila. 2013. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Nuha Medika.

Prasad .& Galleta. 2011. Anatomi Keseimbangan Tubuh.(Online). https://text-

id.123dok.com . (Diakses pada tanggal 10 Januari 2018).

Riemann, B.L. & Lephart,S.M. 2012. The Sensorimotor Sytem, Part 1 : The

physiologic basis of functional joint stability. Journal of Athletic Training.

37(1); 71-79.

Riset Kesehatan Dasar. 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI.

Ruben. 2006. “ Falls in order peopel: epidemiology, risk factors and strategies for

prevention”. Oxford Jurnal vol 35-41. (Online)

http://ageing.oxfordjournals.org/content/35/suppl_2/ii37.full.pdf+html

(Diakses pada 10 Januari 2018).

Setiawan. 2008. Keseimbangan dan Koordinasi. (Online)

http://binhasyim.wordpress.com . (Diakses pada tanggal 3 Januari 2018).

Page 90: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

72

Shier, L. 2004. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. Edisi 6. Jakarta.

Shumway, A ,& Marjorie. 2009. Tes Keseimbangan Tubuh.(Online)

https://decungkringo.wordprees.com/2012/03/31/keseimbangan-tubuh-

body-balance . (Diakses tanggal 12 Januari 2018).

Suhartono. 2015. Mekanisme Keseimbangan Postural pada Lansia. (Online)

http://www.google.co.id (Diakses tanggal 10 Januari 2018).

Suhartin,. P. 2010. Teori Penuaan Pada Sistem Tubuh dan Implikasinya pada

Lansia. (Online). https://prastiwisp.files.wordpress.com/2010/11/teori-

penuaan-dan-perubahan-fisiologis-lansia.pdf . (Diakses pada tanggal 10

Januari 2018).

Wallace, M, & Shelkey, M. 2008. How to Try This : Monitoring Function Status

in Hospitalized Older Adults. Ajn. 108 (4): 64-71.

Watson, W.A. Et al. 2008. Age-Related of Human Balance during Quiet Stance.

Physiological Research Institu of Physiology v.v.i., Academy of Science of

the Czech Republic. (Diakses pada tanggal 3 Januari 2018).

Wahjoedi. 2010. Landasan Evaluasi Pendidikan Jasmani. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada.

.

.

Page 91: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH
Page 92: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

73

LAMPIRAN 1

SURAT IJIN PENGAMBILAN DATA AWAL/SURVEY PENDAHULUAN

Page 93: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

74

Lampiran 2

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Dengan hormat,

Saya sebagai mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Stikes

Bhakti Husada Mulia Madiun

Nama : Kartya Nur S.U

Nim : 201402025

Bermaksud untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh latihan jalan

tandem terhadap keseimbangan tubuh untuk mengurangi resiko jatuh lansia di

PSTW Kabupaten Ponorogo”. Sehubung dengan ini, saya mohon kesediaan bapak

ibu untuk bersedia menjadi responden dalam penelitian yang akan saya lakukan.

Kerahasiaan data pribadi bapak ibu akan sangat kami jaga dan informasi yang

kami dapatkan akan saya gunakan untuk kepentingan penelitian ini.

Demikian permohonan saya, atas perhatian dan kesediaan bapak ibu saya

mengucapkan terimakasih.

Madiun, Maret 2018

Peneliti

Kartya Nur S.U

201402025

Page 94: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

75

LAMPIRAN 3

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(INFORM CONSENT)

Dengan hormat,

Saya sebagai mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Stikes

Bhakti Husada Mulia Madiun

Nama : Kartya Nur S.U

Nim : 201402025

Bermaksud untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh latihan jalan

tandem terhadap keseimbangan tubuh untuk mengurangi resiko jatuh lansia di

PSTW Kabupaten Ponorogo”. Adapun dengan informasi yang bapak/ibu berikan

akan dijamin kerahasiannya dan saya bertanggung jawab apabila informasi yang

diberikan merugikan bapak ibu.

Sehubung dengan hal tersebut, apabila bapak/ibu setuju ikut serta dalam

penelitian ini dimohon untuk menandatangani kolom yang telah disediakan.

Atas kesediaan dan kerjasamanya saya mengucapkan terimakasih.

Madiun, Maret 2018

Peneliti,

Kartya Nur S.U

NIM. 201402025

Responden,

Page 95: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

76

LAMPIRAN 4

LEMBAR OBSERVASI

No.Responden :

Usia :

Jenis Kelamin :

Aktivitas olahraga :

No Nama Waktu TUGT

Keterangan Pre Jalan Tandem Post Jalan Tandem

1

2

3

4

5

Keterangan :

Skor waktu : ≤ 10 detik : mobilitas bebas

≤20 detik : mobilitas baik

≤30 detik : mobilitas tidak stabil

Lebih dari 30 detik : resiko jatuh tinggi

Page 96: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

77

LAMPIRAN 5

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PENGUKURAN KESEIMBANGAN TUBUH

DENGAN TUGT (TIME UP AND GO TEST)

1. Pengertian Merupakan merupakan salah satu alat ukur pada

gangguan keseimbangan

2. Tujuan Untuk mengukur keseimbangan tubuh dengan

mengukur kecepatan lansia terhadap aktivitas

3. Alat yang

digunakan

Kursi dengan sandaran dan penyangga lengan,

stopwatch, alat ukur (meteran), lakban

4. Waktu 10 detik – 3 menit

5. Hal-hal yang harus

diperhatikan :

1. Responden boleh menggunakan alas kaki.

2. Sebelum dilakukan pengukuran diberikan

percobaan praktek yang tidak dibatasi oleh

waktu.

3. Responden tidak boleh dibantu oleh

siapapun.

6. Langkah Persiapan pasien

1. Responden diberi penjelasan tentang

tindakan yang akan dilakukan.

Pelaksanaan :

1. Atur jarak kursi dengan lakban sejauh 3

meter

2. Pastikan kursi ditempat yang stabil, tidak

bergerak saat responden berdiri.

3. Posisikan responden duduk pada kursi yang

telah disiapkan

4. Mulai lakukan penilaian keseimbangan

5. Saat penguji memberi aba-aba “mulai”

responden berdiri dari kursi, berjalan 3 meter

mengikuti lakban penanda, kemudian

berbalik dan duduk kembali.

6. Penguji menghitung waktu mulai dari aba-

aba mulai sampai responden duduk kembali

seperti posisi awal

7. Hitung dan amati waktu yang diperlukan

responden dan nilai skornya

Page 97: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

78

LAMPIRAN 6

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

JALAN TANDEM

1. Pengertian Latihan yang dilakukan dengan cara berjalan dalam

satu garis lurus dalam posisi tumit kaki menyentuh

jari kaki yang lainnya sejauh 3 meter (dapat

dimodifikasi). Teknik latihan jalan tandem

merupakan salah satu dari jenis latihan keseimbangan

yang berpengaruh pada kestabilan tubuh

2. Tujuan

Teknik latihan jalan tandem bertujuan untuk melatih

sikap atau posisi tubuh, mengontrol keseimbangan,

koordinasi otot dan gerakan tubuh

3. Manfaat Meningkatkan keseimbangan postural bagian lateral

mengurangi risiko jatuh pada lansia

4. Hal yang perlu

diperhatikan

1. Latihan pertama kali harus didampingin

oleh instruktur

2. Lansia melakukan latihan tanpa alas kaki

3. Lansia tidak boleh menggunakan tongkat/

alat bantu

4. Lansia boleh memegang kursi atau

tembok sebagai pijakan ketika lansia

mencoba untuk menyeimbangkan

badannya

5. Setiap gerakan pada latihan jalan tandem

dilakukan selama 10 detik atau

semampunya

5. Langkah-langkah Persiapan pasien :

Responden diberi penjelasan tentang tindakan yang

akan dilakukan.

Pelaksanaan :

1. Responden berdiri tanpa menggunakan alas

kaki

2. Kedua kaki bersampingan dengan cara

merapatkan kedua kakinya dan berdiri tegak

selama 10 detik atau semampunya klien dapat

sambil menggerak-gerakkan kepala ke kiri,

kanan, atas, dan bawah.

Page 98: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

79

3. Meletakan tumit kaki di sebelah ibu jari kaki

sebelahnya dan bertahan selama 10 detik atau

semampunya

4. Letakkan tumit kaki di ujung ibu jari kaki

sebelahnya. Selama 10 detik klien dapat

sambil menggerak-gerakkan kepala ke kiri,

kanan, atas, dan bawah.

5. Klien kemudian berjalan lurus dipandu oleh

instruktur.

6. Subjek diminta untuk berjalan maju pada jalur

(satu garis lurus) dengan menempatkan kaki

kanan menyentuh tumit kaki kiri dan berjalan

sejauh 3-6 meter.

7. Lakukan sebanyak 10 kali kemudian istirahat.

Page 99: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

80

LAMPIRAN 7

LEMBAR CHEKLIST PENATALAKSANAAN

LATIHAN JALAN TANDEM

NO LANGKAH- LANGKAH Penatalaksanaan

Dilakukan Tidak dilakukan

1 Responden berdiri tanpa

menggunakan alas kaki

2 Kedua kaki bersampingan dengan

cara merapatkan kedua kakinya dan

berdiri tegak selama 10 detik atau

semampunya klien dapat sambil

menggerak-gerakkan kepala ke kiri,

kanan, atas, dan bawah.

3 meletakan tumit kaki di sebelah ibu

jari kaki sebelahnya dan bertahan

selama 10 detik atau semampunya

4 letakkan tumit kaki di ujung ibu jari

kaki sebelahnya. Selama 10 detik

klien dapat sambil menggerak-

gerakkan kepala ke kiri, kanan, atas,

dan bawah

5 Subjek diminta untuk berjalan maju

pada jalur (satu garis lurus) dengan

menempatkan kaki kanan

menyentuh tumit kaki kiri dan

berjalan sejauh 3-6 meter.

Total latihan jalan tandem

Page 100: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

81

LAMPIRAN 8

SURAT IZIN MELAKUKAN PENELITIAN

Page 101: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

82

Page 102: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

83

LAMPIRAN 9

Tabulasi Data Umum dan Rekapitulasi Data Mentah

No Jenis kelamin Coding Pendidikan Coding Pekerjaan Coding Usia Coding Aktivitas

olahraga Coding Skor1 Skor2

Selisih

skor

pre-post

1 Perempuan 2 SD 2 Tidak bekerja 1 70 2 Tidak rutin 2 33 28 -4

2 Perempuan 2 SD 2 Tidak bekerja 1 70 2 Rutin 1 26 24 -2

3 Perempuan 2 TS 1 Tidak bekerja 1 68 2 Rutin 1 19 19 0

4 Perempuan 2 SD 2 Tidak bekerja 1 70 2 Tidak rutin 2 20 20 0

5 Perempuan 2 TS 1 Tidak bekerja 1 72 3 Tidak rutin 2 31 30 -1

6 Perempuan 2 TS 1 Tidak bekerja 1 70 2 Rutin 1 24 22 -2

7 Perempuan 2 TS 1 Tidak bekerja 1 71 3 Rutin 1 18 14 -4

8 Perempuan 2 SD 2 Tidak bekerja 1 68 2 Tidak rutin 2 33 31 -2

9 Perempuan 2 TS 1 Tidak bekerja 1 69 2 Rutin 1 15 13 -2

10 Perempuan 2 TS 1 Tidak bekerja 1 73 3 Tidak rutin 2 18 18 0

11 Perempuan 2 SD 2 Tidak bekerja 1 70 2 Rutin 1 17 16 -1

12 Perempuan 2 TS 1 Tidak bekerja 1 68 2 Rutin 1 19 18 -1

13 Perempuan 2 TS 1 Tidak bekerja 1 69 2 Tidak rutin 2 18 16 -2

14 Perempuan 2 TS 1 Tidak bekerja 1 65 2 Tidak rutin 2 31 32 -1

15 Perempuan 2 SD 2 Tidak bekerja 1 67 2 Tidak rutin 2 24 23 -1

16 Perempuan 2 TS 1 Tidak bekerja 1 72 3 Rutin 1 16 14 -2

17 Perempuan 2 SD 2 Tidak bekerja 1 71 3 Rutin 1 17 14 -3

18 Perempuan 2 SD 2 Tidak bekerja 1 70 2 Rutin 1 16 15 -1

19 Perempuan 2 TS 1 Tidak bekerja 1 66 2 Rutin 1 14 13 - 1

Page 103: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

84

LAMPIRAN 10

Hasil Observasi Latihan Jalan Tandem

Pelaksanaan No Responden

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

30 april 2018

Jumlah latihan jalan

tandem

10x 10x 8x 10x 10x 10x 10x 10x 10x 10x 10x 10x 10x 7x 10x 10x 10x 10x 10x

2 Mei 2018

Jumlah latihan jalan

tandem

10x 10x 7x 8x 10x 10x 10x 10x 10x 9x 10x 10x 10x 0 10x 10x 10x 10x 10x

4 Mei 2018

Jumlah latihan jalan

tandem

10x 10x 8x 7x 10x 10x 10x 10x 10x 8x 10x 10x 10x 8x 10x 10x 10x 10x 10x

7 Mei 2018

Jumlah latihan jalan

tandem

10x 10x 5x 8x 10x 10x 10x 10x 10x 9x 9x 10x 10x 4x 9x 10x 10x 10x

10x

9 Mei 2018

Jumlah latihan jalan

tandem

10x 10x 6x 7x 10x 10x 10x 10x 10x 7x 10x 10x 9x 0 10x 7x 9x 8x 10x

12Mei 2018

Jumlah latihan jalan

tandem

9x 10x 7x 5x 9x 10x 9x 9x 10x 6x 10x 10x 10x 4x 10x 10x 10x 10x 10x

Jumlah keseluruhan 59x 60x 41x 45x 59x 60x 59x 59x 60x 49x 59x 60x 59x 23x 59x 57x 59x 58x 60x

Keterangan : Jumlah keseluruhan maksimal : 60x

Jumlah keseluruhan minimal :0x

83

84

Page 104: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

85

LAMPIRAN 11

Data Umum Responden UPT PSTW Kab Ponorogo

1. Karakteristik berdasarkan Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid pere,puan 19 100.0 100.0 100.0

2. Karakteristik Berdasarkan Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak sekolah 8 42.1 42.1 42.1

SD 11 57.9 57.9 100.0

Total 19 100.0 100.0

3. Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak bekerja 19 100.0 100.0 100.0

4. Karakteristik Berdasarkan Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 60-65 2 10.5 10.5 10.5

66-70 13 68.4 68.4 78.9

71-75 4 21.1 21.1 100.0

Total 19 100.0 100.0

5. Karakteristik Berdasarkan Aktivitas Olahraga

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Rutin 11 57.9 57.9 57.9

tidak rutin 8 42.1 42.1 100.0

Total 19 100.0 100.0

Page 105: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

86

LAMPIRAN 12

Data Khusus Responden UPT PSTW Kab Ponorogo

1. Lampiran hasil spss sebelum dilaksanakan latihan jalan tandem

Statistics

Skor_Pre

N Valid 19

Missing 0

Mean 21.53

Median 19.00

Mode 18

Std. Deviation 6.363

Skewness .831

Std. Error of Skewness .524

Kurtosis -.755

Std. Error of Kurtosis 1.014

Minimum 14

Maximum 33

2. Lampiran hasil spss setelah dilaksanakan latihan jalan tandem

Statistics

Skor_Post

N Valid 19

Missing 0

Mean 19.89

Median 18.00

Mode 14

Std. Deviation 6.172

Skewness .674

Std. Error of Skewness .524

Kurtosis -.901

Std. Error of Kurtosis 1.014

Minimum 13

Maximum 31

Page 106: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

87

LAMPIRAN 13

Data Uji Normalitas

Descriptives

Statistic Std. Error

Skor_Pre Mean 21.53 1.460

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 18.46

Upper Bound 24.59

5% Trimmed Mean 21.31

Median 19.00

Variance 40.485

Std. Deviation 6.363

Minimum 14

Maximum 33

Range 19

Interquartile Range 9

Skewness .831 .524

Kurtosis -.755 1.014

Skor_Post Mean 20.05 1.492

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 16.92

Upper Bound 23.19

5% Trimmed Mean 19.67

Median 18.00

Variance 42.275

Std. Deviation 6.502

Minimum 13

Maximum 34

Range 21

Interquartile Range 10

Skewness .820 .524

Kurtosis -.449 1.014

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Skor_Pre .233 19 .008 .855 19 .008

Skor_Post .155 19 .200* .893 19 .036

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Page 107: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

88

LAMPIRAN 14

Hasil Analisa Uji Wilcoxon

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

Skor_Post - Skor_Pre Negative Ranks 15a 8.80 132.00

Positive Ranks 1b 4.00 4.00

Ties 3c

Total 19

a. Skor_Post < Skor_Pre

b. Skor_Post > Skor_Pre

c. Skor_Post = Skor_Pre

Test Statisticsb

Skor_Post -

Skor_Pre

Z -3.361a

Asymp. Sig. (2-tailed) .001

a. Based on positive ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Page 108: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

89

LAMPIRAN 15

DOKUMENTASI

Page 109: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

90

LAMPIRAN 16

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

No Kegiatan Bulan

Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli

1. Pengajuan dan konsul judul

2. Penyusunan proposal

3. Bimbingan Proposal

4. Ujian proposal

5. Revisi proposal

6. Pengambilan data (Penelitian)

7. Penyusunan dan bimbingan skipsi

8. Ujian skripsi

92

Page 110: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

91

LAMPIRAN 18

LEMBAR KONSULTASI BIMBINGAN

93

Page 111: SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/251/1/31.pdf · SKRIPSI PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM TERHADAP KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO JATUH

92

94