SKRIPSI PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED ......penentuan harga pokok penjualan kue , dikarenakan...
Transcript of SKRIPSI PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED ......penentuan harga pokok penjualan kue , dikarenakan...
i
SKRIPSI
PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTINGTERHADAP HARGA POKOK PENJUALAN
PADA YUMMY CAKE 21
MARWAH LIANA
105730463614
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2020
ii
PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTINGTERHADAP HARGA POKOK PENJUALAN
PADA YUMMY CAKE 21
SKRIPSI
Oleh :
MARWAH LIANANIM 105730463614
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh GelarSarjana Ekonomi Pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar
PROGRAM STUDI AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSARMAKASSAR
2020
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya sederhana ini untuk:
Kedua orang tua ku tercinta, Bapak Muhammad Nur Alam dan Ibu Judda.
Saudara semata wayang ku, Muhammad Bahtiar.
Keluarga dan Sahabat-Sahabat ku.
MOTTO
“ Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan ”
.( QS. Asy-Syarh: 6 )
“ Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan”
(QS. Ar-Rahman: 13)
iv
v
vi
vii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-nya. Salawat dan
salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta
para keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada
ternilai manakala penulisan skripsi yang berjudul “ Penerapan Metode Activity
Based Costing terhadap Penentuan Harga Pokok Penjualan Pada Yummy Cake
21 “.
Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam
menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada
kedua orang tua penulis Bapak Nur Alam dan Ibu Judda yang senantiasa
memberi harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan doa tulus tanpa
pamrih. Saudara-saudaraku tercinta yang senantiasa mendukung dan
memberikan semangat hingga akhir studi ini. Seluruh keluarga besar atas segala
pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan
penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada
penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa
adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan
viii
yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Abd Rahman Rahim, SE.,MM., Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Ismail Rosulong, SE., MM, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Ismail Badolahi., selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas
Muhammadiyah Makassar.
4. Bapak Dr. H. Muhammad Rusydi, M.Si., selaku Pembimbing I yang senatiasa
meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga
Skripsi selesai dengan baik.
5. Bapak Ismail Badolahi, SE.,M.Si.Ak.CA, selaku pembimbing II yang telah
berkenan membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga ujian skripsi.
6. Bapak/Ibu dan asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah banyak menuangkan ilmunya
kepada penulis selama mengikuti kuliah.
7. Segenap staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar.
8. Ibu Dwi Puji Lestari, selaku Owner Yummy Cake 21 yang telah membantu
dan besedia meluangkan waktunya untuk mengumpulkan data-data yang
dibutuhkan dalam penyusunan skripsi.
9. Rekan-rekan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi
Akuntansi, khususnya teman-teman angkatan 2014 yang selalu belajar
bersama yang tidak sedikit bantuannya dan dorongan dalam aktivitas studi
penulis.
ix
10. Terima kasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu persatu
yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi, dan dukungannya
sehingga penulis dapat merampungkan penulisan skripsi ini.
Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa Skripsi ini masih sangat
jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya para
pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan
kritikannya demi kesempurnaan Skripsi ini.
Mudah-mudahan Skripsi yang sederhana ini dapat bermamfaat bagi semua
pihak utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Billahi fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Makassar, 20 Oktober 2019
Penulis
x
ABSTRAK
MARWAH LIANA, Tahun 2019. Penerapan Metode Activity BasedCosting terhadap Penentuan Harga Pokok Penjualan pada Yummy Cake 21.Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi UniversitasMuhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Pembimbing I Muhammad Rusydi danPembimbing II Ismail Badolahi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan metode Activity BasedCosting terhadap penentuan Harga Pokok Penjualan. Penelitian ini dilaksanakanpada Yummy Cake 21 yang terletak di Jl. Toddopuli III Setapak 2. Jenispenelitian yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian deskriptif kuantitatif.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa diterapkannya Metode Activity BasedCosting dalam perhitungan harga pokok penjualan pada Yummy Cake 21 dapatdilihat adanya perbedaan hasil.
Hasil ini menunjukan bahwa produk Yummy Cake 21 tergolongmenguntungkan. hal ini disebabkan karena perbedaan dasar pembebanan biayaoverhead pabrik. Sistem yang digunakan sebelumnya hanya menggunakan satucost driver sedangkan metode ABC menggunakan lebih dari satu cost driversehingga pembebanannya lebih tepat.
Kata Kunci : Biaya, Activity Based Costing, Harga Pokok Penjualan.
xi
ABSTRACT
MARWAH LIANA, 2019. Application of Activity Based Costing Method toDetermine Cost of Goods Sold at Yummy Cake 21. Thesis of the Faculty ofEconomics and Business Department of Accounting, Muhammadiyah University,Makassar. Supervised by Advisor I Muhammad Rusydi and Advisor II IsmailBadolahi.
This study aims to determine the application of Activity Based Costingmethods to determine Cost of Goods Sold. This research was conducted atYummy Cake 21 located on Jl. Toddopuli III Setapak 2. This type of researchused in research is quantitative descriptive research. The results of this studyindicate that the application of the Activity Based Costing Method in thecalculation of cost of goods sold on Yummy Cake 21 can be seen the differencesin results.
These results indicate that the Yummy Cake 21 product is classified asundercost. this is due to differences in the basic loading of factory overheadcosts. The system used previously only uses one cost driver while the ABCmethod uses more than one cost driver so the loading is more precise.
Keywords: Cost, Activity Based Costing, Cost of Goods Sold.
xii
DAFTAR ISI
SAMPUL ................................................................................................ i
HALAMAN JUDUL................................................................................. ii
HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN.................................................................... vi
KATA PENGANTAR .............................................................................. vii
ABSTRAK BAHASA INDONESIA ......................................................... x
ABSTRACT............................................................................................ xi
DAFTAR ISI ........................................................................................... xii
DAFTAR TABEL.................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR/BAGAN.................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................. 3
C. Tujuan Penelitian................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian.............................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. Tinjauan Teori .................................................................... 5
B. Tinjauan Empiris................................................................. 26
C. Kerangka Konsep............................................................... 37
xiii
BAB III METODE PENELITIANA. Jenis Penelitian .................................................................. 38
B. Lokasi dan Waktu Pebelitian .............................................. 38
C. Tehnik Pengumpulan Data ................................................. 38
D. Jenis dan Sumber Data ...................................................... 39
E. Tehnik Analisis Data........................................................... 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Gambaran Umum Perusahaan ........................................... 42
B. Hasil Penelitian................................................................... 45
C. Analisis Data ...................................................................... 51
D. Pembahasan ...................................................................... 60
BAB V PENUTUPA. Kesimpulan......................................................................... 63
B. Saran.................................................................................. 63
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu ...................................................................... 30
4.1 Pemakaian Bahan Baku Yummy Cake 21 Tahun 2018................... 47
4.2 Data Bahan Penolong Yummy Cake 21 Tahun 2018 ..................... 48
4.3 Biaya Tenaga Kerja Yummy Cake 21 Tahun 2018......................... 49
4.4 Biaya Overhead Pabrik Yummy Cake 21 Tahun 2018 ................... 49
4.5 Data Biaya Produksi Yummy Cake 21 Tahun 2018........................ 50
4.6 Perhitungan Harga Pokok Penjualan Sebelum Metode ABC ......... 52
4.7 Daftar Biaya Produksi .................................................................... 53
4.8 Identifikasi Aktivitas Biaya dan Level Aktivitasnya.......................... 53
4.9 Identifikasi Cost Driver ................................................................... 54
4.10 Menentukan Cost Driver ................................................................ 55
4.11 Menentukan Tarif per Unit Cost Driver ........................................... 55
4.12 Pembebanan Biaya ke Produk....................................................... 58
4.13 Perhitungan Harga Pokok Penjualan Menggunakan Metode ABC. 59
4.14 Ringkasan Harga Pokok Penjualan Sebelum dan Sesudah ABC... 60
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
2.1 Kerangka Konsep ......................................................................... 37
4.1 Struktur Organisasi Yummy Cake 21 ............................................ 43
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Dokumentasi Yummy Cake 21 .................................................... 68
2. Data Biaya Pemakaian Bahan Baku............................................ 70
3. Data Biaya Bahan Penolong ....................................................... 70
4. Data Biaya Tenaga Kerja ............................................................ 71
5. Data Biaya Overhead Pabrik ....................................................... 71
6. Data Biaya Produksi.................................................................... 71
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memasuki era globalisasi dan perdagangan bebas membawa perubahan
bagi dunia usaha di Indonesia. Salah satu dampaknya bagi perusahaan
dalam negeri yaitu semakin ketatnya persaingan yang harus dihadapi.
Perusahaan tidak hanya harus mampu bersaing dengan perusahaan
internasional. Persaingan harga, kualitas, strategi dan sebagainya
menjadikan perusahaan agar mampu menghadapi persaingan. Untuk
mencapai hal tersebut, maka perusahaan dituntut untuk bisa menjalankan
manajemen peusahaannya agar menjadi efisien dan kompetitif. Salah satu
strategi yang digunakan perusahaan adalah penekanan harga pokok produk.
Dimana harga pokok berarti jumlah pengeluaran dan beban yang
diperkenankan, langsung atau tidak langsung untuk menghasilkan barang
atau jasa yang dapat digunakan atau dijual.
Untuk menentukan harga jual yang tepat perusahaan harus terlebih
dahulu mengetahui harga pokok produk yang akan dijual. Sebelum
melakukan kegiatan produksi perusahaan terlebih dahulu menyiapkan faktor-
faktor produksinya diantaranya adalah bahan baku yang akan diolah menjadi
produk jadi. Pembelian bahan baku merupakan salah satu fungsi dari
manajemen persediaan karena berkaitan dengan pengadaan barang, baik
berupa bahan baku, bahan setengah jadi maupun bahan jadi. Hasil produksi
perusahaan dipengaruhi oleh pengadaan bahan baku, tenaga kerja serta
biaya overhead pabrik.
1
2
Pengalokasian biaya dan penentuan harga produk dalam perusahaan
merupakan hal yang penting, agar tidak terjadi Overcosting atau undercosting
dalam penentuan harga pokok. Selama ini perusahaan dalam menentukan
harga pokoknya masih menggunakan metode tradisional. Penentuan harga
pokok ini belum mencerminkan aktivitas yang spesifik karena banyaknya
kategori biaya yang bersifat tidak langsung. Distorsi tersebut mengakibatkan
kesalahan pengambilan keputusan dalam hal penentuan harga pokok produk
dan kelangsungan perusahaan sehingga perlu diterapkannya sIstem
penentuan harga pokok produk berdasarkan aktivitasnya (activity based) atau
lebih dikenal dengan nama Activity Based Costing (metode ABC).
Sofia dan Septian (2015), mendefinisikan Activity Based Costing sebagai
suatu sistem perhitungan biaya dimana tempat penampungan biaya
overhead pabrik yang jumlahnya lebih dari satu dialokasikan menggunakan
dasar yang memasukkan satu atau lebih faktor yang tidak berkaitan dengan
volume (non volume-related faktor).
Zinia Th. A. Sumilat pada tahun 2013 melakukan penelitian dengan judul
“Penentuan Harga Pokok Penjualan Kamar Menggunakan Activity Based
Costing pada RSU Pancaran Kasih GMIM“, Menyatakan bahwa, tarif rawat
inap dengan menggunakan Activity Based Costing System, apabila
dibandingkan dengan tarif rawat inap yang digunakan oleh rumah sakit saat
ini terlihat bahwa untuk kelas VVIP dan kelas VIP memberikan hasil yang
lebih kecil, sedangkan kelas I, II,dan III memberikan hasil yang lebih besar.
Perbedaan tarif yang terjadi disebabkan karena pembebanan biaya cost
driver pada masing-masing produk.
3
Metode ABC (Activity Based Costing) sangat efektif digunakan dalam
penentuan harga pokok penjualan kue , dikarenakan Activity Based Costing
(ABC) memfokuskan pada biaya yang melekat pada produk berdasarkan
aktivitas yang dikerjakan untuk memproduksi, menjalankan, dan
mendistribusikan atau menunjang produk yang bersangkutan. Activity Based
Costing menganggap bahwa timbulnya biaya disebabkan oleh aktivitas yang
menghasilkan produk. Pendekatan ini menggunakan penggerak biaya pada
aktivitas yang menimbulkan biaya dan akan lebih akurat diterapkan pada
perusahaan yang menghasilkan beraneka ragam jenis produk serta sukar
untuk mengidentifikasi biaya tersebut ke setiap produk secara individual.
Activity Based Costing dapat disimpulkan sebagai pendekatan penentuan
biaya produk atau jasa berdasarkan konsumsi sumber daya yang disebabkan
karena aktivitas.
Yummy Cake 21 merupakan bisnis rumahan yang bergerak dalam bidang
produksi kue dan roti yang beralamat di Jl. Toddopuli III Setapak 2.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalah
utama dalam penelitian ini adalah “Bagaimana penerapan metode activity
based costing terhadap penentuan harga pokok penjualan pada Yummy
Cake 21” ?. Penulis ingin menuangkan penelitian tersebut ke dalam sebuah
karya ilmiah dengan judul “Penerapan Metode Activity Based Costing
terhadap Penentuan Harga Pokok Penjualan pada Yummy Cake 21”.
B. Rumusan Masalah
Setelah diidentifikasi masalah yang diuraikan di atas, maka disusunlah
rumusan masalah yang akan dibahas dan diteliti dalam penelitian ini yaitu,
4
bagaimana penerapan metode Activity Based Costing terhadap penentuan
harga pokok penjualan ?
C. Tujuan Penelitiaan
Sesuai dengan pertanyaan yang disebutkan dalam rumusan masalah
tersebut, maka tujuan dari penilitian ini adalah untuk mengetahui penerapan
metode Activity Based Costing terhadap penentuan harga pokok penjualan.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dilakukan penelitian ini :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi
dan masukan-masukan yang berarti untuk melakukan perbaikan-
perbaikan yang berkaitan dengan penerapan metode Activity Based
Costing terhadap penentuan harga pokok penjualan.
2. Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan atau pemikiran perusahaan menggunakan metode Activity
Based Costing dalam penentuan harga pokok penjualan kue.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Konsep Biaya dan Klasifikasi Biaya
a. Konsep Biaya
Menurut Sofia dan Septian (2015:1), konsep biaya merupakan
salah satu pengkhususan dalam akuntansi, sama halnya dengan
akuntansi keuangan, akuntansi pemerintahan, akuntansi pajak dan
sebagainya. Ciri utama yang membedakan akuntansi biaya dengan
akuntansi yang lain adalah kajian datanya. Akuntansi biaya mengkaji
data biaya untuk digolongkan, dicatat, dianalisis dan dilaporkan dalam
laporan informasi akuntansi.
Akuntansi biaya pernah dianggap hanya berlaku dalam
perusahaan manufaktur, tetapi pada saat ini setiap jenis dan ukuran
organisasi memperoleh manfaat dari penggunaan akuntansi biaya.
Misalnya akuntansi biaya yang digunakan institusi keuangan,
perusahaan transportasi, firma jasa profesional, rumah sakit, lembaga
pendidikan serta aktivitas pemasaran dan administrasi dalam
perusahaan manufaktur.
Akuntansi biaya secara luas dianggap sebagai cara perhitungan
atas nilai persediaan yang dilaporkan di neraca dan harga pokok
penjualan yang dilaporkan di laporan laba rugi. Pandangan ini
membatasi cakupan informasi yang dibutuhkan oleh manajemen
untuk pengambilan keputusan menjadi sekedar data biaya produk
5
6
guna memenuhi aturan pelaporan eksternal. Definisi yang terbatas
seperti itu tidak sesuai untuk masa sekarang dan tidak cukup
menggambarkan kegunaan informasi biaya.
Ditinjau dari aktivitasnya, akuntansi biaya dapat didefiniskan
sebagai proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan
penyajian biaya-biaya pembuatan dan penjualan barang jadi (produk)
atau penyerahan jasa dengan cara-cara tertentu serta menafsirkan
hasilnya. Apabila ditinjau dari fungsinya, akuntansi biaya dapat
didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang menghasilkan informasi
biaya yang dapat dipakai sebagai dasar pertimbangan dalam
pengambilan keputusan manajemen.
b. Klasifikasi Biaya
Menurut Sofia dan Septian (2015:10), biaya adalah sumber daya
yang dikorbankan atau dilepaskan untuk mencapai tujuan tertentu di
masa depan. Beban adalah biaya yang telah digunakan untuk
memperoleh pendapatan. Klasifikasi biaya sangat penting untuk
membuat ikhtisar yang berarti atas data biaya. Konsep klasifikasi
biaya adalah penggunaan biaya yang berbeda untuk tujuan yang
berbeda (different cost for different purpose). Klasifikasi yang paling
umum yaitu:
1) Biaya Tetap
Biaya tetap didefinisikan sebagai biaya yang secara total tidak
berubah saat aktivitas bisnis meningkat atau menurun sepanjang
kapasitas normal. Meskipun beberapa jenis biaya tampak sebagai
7
biaya tetap, semua biaya sebenarnya bersifat variabel dalam
jangka panjang.
Beberapa pengeluaran bersifat tetap karena kebijakan
manajemen misalnya tingkat iklan dan jumlah sumbangan sosial
yang ditentukan oleh manajemen dan tidak terkait langsung
dengan aktivitas penjualan atau produksi. Pengeluaran yang
demikian kadang-kadang disebut sebagai beban tetap
diskresioner (discretionary fixed costs) atau biaya tetap terprogram
(programmed fixed cost). Pengeluaran yang membutuhkan suatu
seri pembayaran selama jangka waktu yang lama disebut biaya
tetap terkait (committed fixed cost). Contohnya adalah beban
bunga atas utang jangka panjang dan sewa jangka panjang.
2) Biaya Variabel
Biaya variabel didefinisikan sebagai biaya yang secara total
meningkat secara proporsional terhadap peningkatan dalam
aktivitas bisnis dan menurun secara proporsional terhadap
penurunan dalam aktivitas bisnis. Biaya variabel termasuk biaya
bahan baku, tenaga kerja langsung, beberapa perlengkapan,
beberapa tenaga kerja tidak langsung, alat-alat kecil, pengerjaan
ulang dan unit-unit yang rusak.
Biaya variabel umumya dapat didefinisikan langsung dengan
aktivitas yang menimbulkan biaya. Dalam praktik, hubungan antar
aktivitas bisnis dan biaya variabel diasumsikan meningkat dalam
jumlah konstan untuk setiap satu unit peningkatan dalam aktivitas
8
bisnis, tetapi hubungan aktual jarang yang linear secara sempurna
sepanjang rentang aktivitas yang mungkin terjadi.
3) Biaya Semivariabel
Biaya semivariabel didefinisikan sebagai biaya yang
memperlihatkan baik karakter-karakter dari biaya tetap maupun
biaya variabel. Karakteristik biaya semivariabel adalah biaya ini
meningkat atau menurun sesuai dengan peningkatan atau
penurunan aktivitas biaya bisnis namun tidak proporsional. Contoh
biaya tersebut adalah biaya listrik, air, gas, bensin, batu bara,
perlengkapan, pemeliharaan, beberapa tenaga kerja tidak
langsung dan lain-lain.
2. Akuntansi manajemen
L.M.Samryn (2015), mendefinisikan akuntansi manajemen merupakan
bidang akuntansi yang berfokus pada penyediaan, termasuk
pengembangan dan penafsiran informasi akuntansi bagi para manajer
untuk digunakan sebagai bahan perencanaan, pengendalian operasi dan
dalam pengambilan keputusan. Sesuai dengan fungsi tersebut, maka
akuntansi manajemen dapat digunakan sebagai pendukung pelaksanaan
fungsi-fungsi manajemen dalam bidang riset dan pengembangan,
produksi, pemasaran, distribusi dan logistis, serta pelayanan pelanggan.
Selain menyediakan informasi bagi para pemakainya, keterampilan
khusus dalam pengelolaan data akuntansi penting pula dipahami. Data
dan informasi tersebut dapat bermamfaat jika dapat mengurangi
ketidakpastian dari pemakainya dan dapat diadaptasikan serta memenuhi
kapasitas para pemakainya.
9
Khusus akuntansi manajemen yang memiliki tanggung jawab dalam
mediator konflik, spesialisasi ini dapat juga membantu manajemen dalam
proses pengambilan keputusan agar sumber-sumber ekonomi yang
dikuasainya atau kekayaan perusahaan dapat dialokasikan dan
ditransformasikan secara lebih efektif serta efisien, termasuk pula
tanggung jawab untuk memberikan informasi mengenai aspek-aspek
disfungsional yang ditimbulkan oleh konflik-konflik intra organisasi.
3. Harga Pokok Produksi
Harga pokok adalah nilai perolehan dari barang, harta atau jasa yang
dijual ataupun belum dipergunakan dalam hubungannya dengan realisasi
pendapatan.
Harga pokok produksi adalah seluruh biaya baik secara langsung
maupun tidak langsung yang dikeluarkan untuk memproduksi barang atau
jasa yang merupakan operasi utama perusahaan dalam suatu periode
tertentu. Menurut Sofia dan Septian (2015:21), harga pokok produksi
adalah biaya barang yang dibeli untuk diproses sampai selesai, baik
sebelum maupun selama periode akuntansi berjalan. Semua biaya ini
adalah biaya persediaan. Biaya persediaan yaitu semua biaya produk
yang dianggap sebgai aktiva dalam neraca ketika terjadi dan selanjutnya
menjadi harga pokok penjualan ketika produk itu dijual. Harga pokok
produksi meliputi biaya pemakaian bahan baku (raw material), biaya
tenaga kerja langsung (direct labor), dan biaya overhead pabrik (factory
overhead).
10
4. Harga Pokok Penjualan
Harga Pokok Penjualan (HPP) adalah salah satu komponen dari
laporan laba rugi, yang menjadi perhatian manajemen perusahaan dalam
mengendalikan operasional perusahaan. Harga pokok penjualan
mencakup semua biaya produksi yang terjadi untuk membuat barang
yang terjual. Perhitungan Harga Pokok Penjualan yang tepat dan akurat
mempengaruhi nilai laba yang didapatkan perusahaan atau kerugian yang
ditanggung perusahaan. Oleh karena itu, semakin tepat perhitungan HPP
yang dilakukan akan menghasilkan laporan laba rugi perusahaan yang
semakin akurat.
Perhitungan Harga Pokok Penjualan, ada beberapa unsur-unsur
pembentuk Harga Pokok Penjualan yang perlu dipahami. Unsur- unsur
tersebut antara lain:
a. Persediaan Awal Barang Dagangan
Persediaan awal barang dagangan merupakan persediaan barang
dagangan yang tersedia pada awal suatu periode atau tahun buku
berjalan. Saldo persediaan awal perusahaan dagang terdapat pada
neraca saldo periode berjalan atau pada neraca awal perusahaan
atau laporan neraca tahun sebelumnya.
b. Persediaan Akhir Barang Dagangan
Persediaan akhir barang dagangan merupakan persediaan
barang-barang pada akhir suatu periode atau tahun buku berjalan.
Saldo persediaan akhir perusahaan akan diketahui dari data
penyesuaian perusahaan pada akhir periode.
11
c. Pembelian Bersih
Pembelian bersih merupakan seluruh pembelian barang dagangan
yang dilakukan perusahaan baik secara tunai maupun kredit.
d. Biaya Bahan Baku
Bahan baku merupakan dasar yang akan digunakan untuk
membentuk bagian yang menyeluruh menjadi produk jadi. Bahan
baku yang digunakan dapat diperoleh melalui pembelian lokal, impor
atau lokal. Biaya bahan baku meliputi harga pokok semua bahan yang
dapat diidentifikasi dengan pembuatan suatu jenis produk.
e. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya tenaga kerja langsung atau upah langsung adalah biaya
yang dibayarkan kepada tenaga kerja langsung. Istilah tenaga kerja
langsung digunakan untuk menunjuk tenaga kerja (buruh) yang
terlibat secara langsung dalam proses pengolahan bahan baku
menjadi barang jadi.
f. Biaya Overhead
Biaya ini terdiri dari berbagai jenis, misalnya: bahan pembantu,
tenaga kerja tidak langsung, gaji, listrik, telepon, perlengkapan pabrik,
pemeliharaan dan perbaikan, asuransi, penyusutan bangunan pabrik,
penyusutan mesin-mesin pabrik, penyusutan kendaraan pabrik,
penyusutan peralatan pabrik dan lain-lain.
Menghitung harga pokok penjualan untuk perusahaan manufaktur
menjadi sedikit lebih rumit jika dibandingkan dengan perusahaan dagang,
karena adanya “persediaan bahan baku“ yang diolah menjadi “persediaan
barang dalam proses”, lalu “barang jadi”.
12
Harga Pokok Penjualan setidaknya memiliki dua manfaat di antaranya
sebagai patokan untuk menentukan harga jual dan untuk mengetahui laba
yang diinginkan perusahaan yaitu harga jual yang lebih besar dari harga
pokok penjualannya akan memperoleh laba,dan sebaliknya harga jual
yang lebih rendah dari harga pokok penjualan akan mengalami kerugian.
Secara sederhana Harga Pokok Penjualan adalah biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh barang dagang atau bisa juga disebut
harga perolehan dari barang yang dijual. Perhitungan HPP merupakan
perbandingan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan barang
yang dijual dengan hasil dari barang-barang yang dijual (nilai-nilai dan
harga jual).
Proses pengolahan dari bahan baku menjadi barang dalam proses
lalu barang jadi menimbulkan cost-cost lain: di antaranya “biaya tenaga
kerja langsung” dan “overhead produksi”. Alur perhitungan “Harga Pokok
Penjualan perusahaan manufaktur melalui 4 tahapan, mengikuti aluran
produksi, yang terdiri dari :
1) Tahap 1, Perhitungan “ Bahan Baku yang Digunakan”
Bahan Baku yang Digunakan = Saldo Awal Persediaan Bahan Baku+ Pembelian Bahan Baku – Saldo
Akhir Bahan Baku.
2) Tahap 2. Perhitungan “Total Biaya Produksi”
Total Biaya Produksi = Bahan Baku yang Digunakan + Biaya Tenaga
Kerja Langsung + Overhead Produksi
13
3) Tahap 3. Perhitungan “Harga Pokok Produksi”
Harga Pokok Produksi = Total Biaya Produksi + Saldo Awal
Persediaan Barang dalam Proses –Saldo Akhir Persediaan Barang dalam
Proses.
4) Tahap 4. Perhitungan “Harga Pokok Penjualan”
Barang Tersedia Untuk Dijual = Harga Pokok Produksi + Saldo Awal
Persediaan Barang Jadi
Harga Pokok Penjualan = Barang Tersedia Untuk Dijual – Saldo Akhir
Persediaan Barang Jadi
5. Perusahaan Manufaktur
Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang kegiatannya
mengolah bahan baku menjadi barang jadi kemudian menjual barang jadi
tersebut. Kegiatan khusus dalam perusahaan manufaktur adalah
pengolahan bahan baku menjadi barang jadi. Kegiatan ini sering disebut
proses produksi.
Masalah khusus dalam akuntansi perusahaan manufaktur adalah
persediaan, biaya pabrikasi (manufacturing cost), biaya produksi dan
beban pokok produksi.
a. Persediaan (Inventory)
Dalam perusahaan manufaktur biasanya terdiri dari tiga macam, yakni
1) Persedian bahan baku (raw materials inventory)
2) Persediaan barang dalam proses (work in process inventory)
14
3) Persediaan barang jadi (finished goods inventory).
Persediaan bahan baku melaporkan harga pokok bahan baku
yang ada pada tanggal neraca. Bahan baku adalah barang-barang
yang digunakan dalam proses produksi. Persediaan dalam proses
terdiri dari biaya bahan baku dan biaya-biaya manufaktur lain yang
telah terjadi untuk memproduksi barang yang belum selesai. Untuk
menyelesaikannya masih diperlukan tambahan biaya. Persediaan
barang jadi terdiri dari total biaya pabrik untuk barang-barang yang
selesai diproduksi, tetapi belum dijual.
b. Biaya Manufaktur (Manufacturing Cost)
Biaya-biaya yang terjadi dalam perusahaan manufaktur selama
suatu periodik disebut biaya manufaktur (manufacturing cost) atau
lebih dikenal biaya pabrik. Biaya ini digunakan untuk menyelesaikan
barang yang masih sebagian selesai diawal periode, barang-
barangyang dimasukkan dalam proses produksi periode itu dan
barang-barang yang baru dapat diselesaikan sebagian di akhir
periode. Pada dasarnya biaya pabrik dapat dikelompokkan menjadi
biaya bahan baku (raw materials cost), biaya tenaga kerja langsung
(direct labor cost), dan biaya overhead pabrik (overhead cost).
c. Biaya Produksi (production cost) dan Biaya Periode (period cost).
Biaya produksi adalah biaya yang dibebankan dalam proses
produksi selama satu periode.
Biaya Produksi= Persediaan Barang dalam Proses Awal + BiayaPabrikasi − Persediaan Barang dalam Proses Akhir
15
d. Beban Pokok Produksi (Cost of Goods Manufactured)
Biaya barang yang telah diselesaikan selama satu periode disebut
beban pokok produksi barang selesai.
Beban Pokok Produksi = Biaya Pabrik + Persediaan dalam Proses
Awal Periode–Persediaan dalam Proses Akhir Periode
6. Akuntansi Biaya Tradisional
Horngren,.et al. (2016), menyatakan sistem kalkulasi biaya tradisional
(tradisonal costing system) adalah sistem akuntansi yang tidak
mengakumulasi atau melaporkan biaya aktivitas atau proses individual.
Sistem ini sering kali menggunakan satu pool biaya untuk semua biaya
produksi tidak langsung dengan dasar alokasi biaya berdasarkan tenaga
kerja.
Sistem tradisional bekerja sangat baik dengan proses produksi yang
sederhana. Pertimbangan perusahaan yang hanya membuat segelintir
produk di mana biaya produksi tidak langsung merupakan persentase
yang kecil dari total biaya sehingga sistem menggabungkannya ke dalam
satu pool biaya dan mengalokasikannya ke produk dengan hanya
menggunakan satu dasar alokasi biaya, yaitu jam tenaga kerja langsung.
Perusahaan semacam itu dapat memcapai tingkat keakuratan biaya
produk yang masuk akal dengan sistem kalkulasi biaya tradisional karena
biaya bahan langsung dan tenaga kerja langsung merupakan persentase
total biaya yang tinggi.
16
Sistem akuntansi biaya tradisional menekankan pada tujuan
penentuan.
a. Harga pokok produk yang dijual berkaitan dengan biaya overhead
sistem akuntansi biaya tradisioanl terlalu memusatkann pada
distribusi dan alokasi biaya overhead ketimbang kerap mengurangi
pemborosan dengan menghilangkan aktivitas yang tidak bernilai
tambah.
b. Sistem akuntansi biaya tradisional tidak mencerminkan sebab akibat
biaya karena sering kali beranggapan bahwa biaya ditimbulkan oleh
faktor tunggal, seperti volume produk atau jam kerja langsung.
c. Sistem akuntansi biaya tradisional sering kali menghsilkan informasi
biaya yang terdistorsi sehingga mengakibatkan pembuatan keputusan
yang justru menimbulkan konflik dengan keunggulan perusahaan.
d. Sistem akuntansi biaya tradisioanal menggolongkan biaya langsung
dan tidak langsung serta biaya tetap dan biaya variabel hanya
berdasarkan faktor penyebab tunggal, yaitu volume produk. Padahal
dalam lingkungan teknologi maju, metode penggolongan tersebut
menjadi kabur karena biaya dipengaruhi oleh berbagai aktivitas.
e. Sistem akuntansi biaya tradisional menggolongkan suatu perusahaan
ke dalam pusat-pusat pertanggungjawaban yang kaku dan terlalu
menekankan kinerja jangka pendek.
f. Sistem akuntansi biaya tradisional memusatkan perhatian pada
perhitungan selisih biaya pusat-pusat pertanggungjawaban dalam
suatu perusahaan dengan mengunakan standar tertentu.
17
g. Sistem akuntansi biaya tradisional tidak banyak memerlukan alat-alat
dan teknik-teknik yang canggih dalam sistem informasi, dibandingkan
pada lingkungan teknologi maju.
h. Sistem akuntansi biaya tradisional kurang menekankan pentingnya
daur hidup produk. Hal ini dibuktikan dengan perlakuan akuntansi
biaya tradisional terhadap biaya aktivitas perekayasaan serta
penelitian dan pengembangan. Biaya-biaya tersebut diperlukan
sebagai biaya periode sehingga menyebabkan terjadinya distorsi
harga pkok daur hidup produk.
7. Activity Based Costing
Sofia dan Septian (2015:61), mendefinisikan Activity Based Costing
sebagai suatu sistem perhitungan biaya dimana tempat penampungan
biaya overhead pabrik yang jumlahnya lebih dari satu dialokasikan
menggunakan dasar yang memasukkan satu atau lebih faktor yang tidak
berkaitan dengan volume (non volume-related factor). Activity Based
Costing System adalah sistem akuntansi yang berfokus pada aktivitas
yang dilakukan untuk memproduksi produk. Produk memerlukan aktivitas-
aktivitas dalam mengkomsumsi sumber daya. Aktivitas merupakan
tindakan yang berulang-ulang untuk memenuhi fungsi bisnis. Aktivitas
menjadi titik fundamental. Biaya ditelusuri ke aktivitas dan aktivitas
ditelusuri ke produk berdasarkan pemakaian aktivitas dari setiap produk.
Pemicu sumber daya (recource driver) adalah dasar yang digunakan
untuk mengalokasikan biaya dari suatu sumber daya ke berbagai aktivitas
berbeda yang menggunakan sumber daya tersebut. Pemicu aktivitas
(activity driver) adalah suatu dasar yang digunakan untuk mengalokasikan
18
biaya dari suatu aktivitas ke produk, pelanggan, atau objek biaya final
(final cost object) lainnya. Kata final mengacu pada langkah terakhir
dalam alokasi biaya. ABC mengakui aktivitas, biaya aktivitas dan pemicu
aktivitas pada tingkatan agregasi (level of aggregation) yang berbeda
dalam satu lingkungan produksi. Empat tingkat yang umumnya
diidentifikasikan yaitu:
a. Unit-Level Activities
Biaya tingkat unit (unit-level cost) adalah biaya yang meningkat
saat satu diproduksi. Biaya ini adalah satu-satunya biaya yang selalu
dapat dibebankan secara akurat proporsional terhadap volume.
Contoh biaya tingkat unit meliputi biaya listrik, jika mesin dengan
tenaga listrik digunakan dalam memproduksi setiap unit, biaya
pemanasan jika setiap unit mengalami proses pemanasan dan tenaga
kerja inspeksi jika setiap unit memerlukan inspeksi.
Pemicu tingkat unit (unit-level driver) adalah ukuran aktivitas yang
bervariasi dengan jumlah unit yang diproduksi dan dijual. Semua
pemicu tingkat unit adalah proporsional terhadap unit output dan
merupakan satu-satunya dasar alokasi yang berkaitan dengan volume
yang digunakan activity based costing system. Contoh pemicu tingkat
unit adalah jam tenaga kerja langsung, biaya tenaga kerja langsung,
jam mesin, berat bahan baku, biaya bahan baku, jumlah komponen
bahan baku, total biaya utama, total biaya langsung dan unit yang
diproduksi.
19
b. Batch-level Activities
Biaya tingkat batch (batch-level cost) adalah biaya yang
disebabkan oleh jumlah batch meliputi biaya persiapan dan
kebanyakan biaya penanganan bahan baku. Jika bahan baku dipesan
dari pemasok untuk batch tertentu, maka sebagian dari biaya
pembelian, penerimaan dan inspeksi barang masuk merupakan biaya
tingkat batch. Jika unit pertama dari setiap batch diinspeksi, maka
biaya inspeksi dalam proses ini juga merupakan biaya tingkat batch.
Biaya tingkat batch yang signifikan juga ada di luar fungsi
produksi. Misalnya, jika suatu produk tidak disimpan sebagai
persedian melainkan setiap batch diproduksi untuk setiap pesanan
pelanggan, maka biaya tingkat batch memasukkan sebagian biaya
pemasaran dan administratif. Contoh biaya ini adalah biaya
pemasaran dan biaya administratif yang terjadi guna memperoleh dan
memproses pesanan serta biaya administratif untuk akuntansi dan
penagihan.
Pemicu tingkat batch (product-level driver) adalah ukuran aktivitas
yang bervariasi dengan jumlah batch yang diproduksi dan dijual.
Contoh pemicu tingkat batch adalah jumlah persiapan, jam persiapan,
pesanan produksi dan permintaan bahan baku.
c. Product-Sustaining Activities
Biaya tingkat produk (product-level cost) adalah biaya yang terjadi
untuk mendukung sejumlah produk berbeda yang dihasilkan. Contoh
biaya tingkat produk adalah biaya desain produk, pengembangan
produk, pembuatan prototipe dan teknik produksi. Jika pekerja
20
memerlukan tambahan pelatihan sebelum memproduksi suatu produk
tertentu, atau jika beberapa mesin tersebut adalah biaya tingkat
produk. Jika bahan baku adalah unitk untuk satu produk dan tidak
dipesan secara terpisah untuk setiap batch yang diproduksi, maka
biaya pembelian, penerimaan, dan inspeksi bahan baku tersebut
adalah biaya tingkat produk
Pemicu tingkat produk (product-level driver) adalah ukuran
aktivitas yang bervariasi dengan bermacam-macam jumlah produk
yang diproduksi dan dijual. Contoh pemicu tingkat produk adalah
perubahan desain, jam desain dan jumlah komponen berbeda yang
diperlukan (disebut “jumlah dari nomor atau kode komponen”).
d. Facilities-Sustaining Activities
Biaya tingkat pabrik (plant-level cost) adalah biaya memelihara
kapasitas di lokasi produksi, biaya ini tidak dapat ditelusuri ke produk
atau jasa individual namun mendukung operasi perusahaan secara
keseluruhan. Contoh biaya tingkat pabrik adalah sewa, penyusutan.
pajak property dan asuransi untuk bangunan pabrik.
Dalam kebayakan kasus, pembebanan tingkat pabrik ke produk,
batch atau unit adalah suatu alokasi yang arbitrer. Bahkan dalam
Activity Based Costing System, biaya tingkat pabrik seringkali
dialokasikan ke output penggunaan dasar alokasi tingkat unit,
meskipun faktanya adalah bahwa biaya tingkat pabrik sangat berbeda
dari biaya tingkat unit. Contoh biaya tingkat unit yang dipergunakan
untuk mengalokasikan biaya tingkat pabrik ke produk di Activity Based
21
Costing System adalah total biaya konversi (nilai tambah), jumlah unit
dan total biaya langsung.
8. Manfaat dan Kelemahan ABC
Menurut Ahmad (2015:18) manfaat dan kelemahan dari Activity Based
Costing System yaitu:
a. Manfaat Activity Based Costing
1.) Menyajikan biaya produk lebih akurat dan informatif, yang
mengarahkan pengukuran protabilitas produk lebih akurat
terhadap keputusan strategi, tentang harga jual, lini produk, pasar,
dan pengeluaran modal.
2.) Pengukuran yang lebih akurat tentang biaya yang dipicu oleh
aktivitas, sehingga membantu manajemen meningkatkan nilai
produk (product value) dan nilai proses (process value).
3.) Memudahkan memberikan informasi tentang biaya relevan untuk
pengambilan keputusan.
b. Kelemahan Activity Based Costing
1.) Alokasi, beberapa biaya dialokasikan secara sembarangan karena
sulitnya menemukan aktivitas biaya tersebut. Contoh pembersihan
pabrik dan pengelolaan proses produksi.
2.) Mengabaikan biaya, biaya tertentu yang diabaikan dari analisis.
Contoh iklan, riset, pengembangan, dan sebagainya.
3.) Pengeluaran dan waktu yang dikomsusikan, selain memerlukan
biaya yang mahal juga memerlukan waktu yang cukup lama.
22
9. Penerapan Sistem ABC
Terdapat beberapa indikasi atau tanda-tanda yang membuat sistem
ABC sebaiknya diterapkan, yakni:
a. Jumlah biaya tidak langsung yang signifikan dialokasikan
menggunakan satu atau dua kelompok.
b. Semua atau kebanyakan biaya tidak langsung merupakan biaya pada
tingkat unit produksi (yakni hanya sedikit biaya tidak langsung yang
berada pada tingkatan biaya kelompok produksi, biaya pendukung
produk, atau biaya pendukung fasilitas).
c. Terdapat perbedaan akan permintaan sumber daya oleh masing-
masing produk akibat adanya perbedaan volume produksi, tahap-
tahap pemprosesan, ukuran kelompok produksi, atau kompleksitas.
d. Produk yang dibuat dan dipasarkan dengan baik oleh perusahaan
menunjukkan keuntungan yang rendah sementara produk yang
kurang sesuai untuk dibuat dan dipasarkan perusahaan justru
memiliki keuntungan yang tinggi.
e. Staf bagian operasi memiliki perbedaan pendapat yang signifikan
dengan staff akuntansi mengenai biaya manufaktur dan biaya
pemasaran barang dan jasa.
Menurut Ahmad (2005), tahap-tahap dalam penerapan Activity Based
Costing adalah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi aktivitas-aktivitas. Pengindentifikasian aktivitas-
aktivitas menghendaki adanya daftar jenis-jenis pekerjaan yang
terdapat dalam perusahaan yang berkaitan dengan proses produksi.
23
b. Membebankan biaya ke aktivitas-aktivitas. Setiap kali suatu aktivitas
ditetapkan, maka biaya pelaksanaan aktivitas tersebut ditentukan.
c. Menetukan activity drive. Langkah berikutnya adalah menentukan
activity based costing untuk masing-masing aktivitas yang merupakan
faktor penyebab pengendali dari aktivitas-aktivitas tersebut.
d. Menentukan tarif. Dalam menentukan tarif ini, total biaya dari setiap
aktivitas dibagi dengan total activity driver yang digunakan untuk
aktivitas tersebut.
e. Membebankan biaya ke produk. Langkah selanjutnya adalah
mengalihkan tarif yang diperoleh untuk setiap aktivitas tersebut
dengan activity driver yang dikonsumsi oleh tiap-tiap jenis produk
yang diproduksi kemudian membaginya dengan jumlah unit yang
diproduksi untuk tiap produk.
10. Cost Pool dan cost Drive
a. Cost Pool
Ahmad (2015:14) menjelaskan biaya yang terjadi jika sumber daya
digunakan untuk tujuan tertentu. Kadang-kadang biaya dikumpulkan
kedalam kelompok tertentu yang disebut cost pool. Cost pool
digunakan untuk mempermudah manajemen dalam membebankan
biaya-biaya yang timbul. Cost pool berisi aktivitas yang biayanya
memiliki korelasi positif antara cost driver dengan biaya aktivitas. Tiap-
tiap cost pool menampung biaya-biaya dari transaksi-transaksi yang
homogen. Semakin tinggi tingkat kesamaan aktivitas yang
dilaksanakan dalam perusahaan, semakin tinggi tingkat kesamaan
aktivitas yang di laksanakan dalam perusahaan, semakin sedikit cost
24
pool yang dibutuhkan untuk membebankan biaya-biaya tersebut.
Sistem biaya yang menggunakan beberapa cost pool akan lebih
menjelaskan hubungan sebab-akibat antara biaya yang timbul dengan
produk yang dihasilkan
Cost pool berguna untuk menentukan cost pool untuk
menentukan cost pool rate yang merupakan tarif biaya overhead
pabrik per unit cost driver yang dihitung untuk setiap kelompok
aktivitas. Tarif kelompok dihitung dengan rumus total biaya overhead
untuk kelompok aktivitas tertentu dibagi dasar pengukuran aktivitas
kelompok tersebut.
b. Cost Driver
Ahmad (2015:15) menyatakan Cost Driver digunakan untuk
menghitung biaya sumber dari setiap unit aktivitas. Kemudian setiap
sumber daya dibebankan ke produk atau jasa dengan kuantitas setiap
aktivitas yang dikomsumsikan pada periode tertentu.
Menurut Pelo (2012), cost driver adalah kejadian atau aktivitas
yang menyebabkan atau berakibat keluarnya biaya. Dalam sistem
ABC, hal terpenting adalah mengidentifikasi cost driver. Terdapat tiga
faktor penting dalam memilih cost driver yang tepat.
1.) Tingkat korelasi (degree of correlation), konsep dasar Activity
Based Costing System adalah membebankan biaya-biaya dari
setiap aktivitas ke lini produk, berdasarkan pada bagaimana setiap
lini produk mengkonsumsi cost driver. Oleh karena itu, keakuratan
pengalokasian setiap biaya tergantung pada tingkat korelasi
antara konsumsi aktivitas cost driver.
25
2.) Cost measurement. Perancangan sistem informasi memerlukan
cost benefit trade offs. Jumlah activity cost pool yang terdapat
dalam suatu sistem ABC yang lebih banyak memerlukan cost
driver, menyebabkan biaya implementasi menjadi lebih besar.
Namun demikian, korelasi yang tinggi antara cost driver dan
konsumsi sesungguhnya dari setiap aktivitas menyebabkan
perhitungan harga pokok semakin akurat.
3.) Behavioural effects. Sistem informasi berpotensi tidak hanya untuk
memfasilitasi keputusan, tetapi juga mempengaruhi perilaku
pengembalian keputusan. Baik atau buruknya pengaruhnya,
tergantung pada efek keperilakuan. Dalam mengidentifikasi cost
driver, analisis ABC perlu mempertimbangkan kemungkinan
konsekuensi keperilakuan. Seperti dalam lingkungan produksi
yang menggunakan Just In Time (JIT) tujuan utamanya adalah
menurunkan persediaan dari aktivitas penanganan material
sampai pada tingkat absolut yang mungkin. Seain itu, juga
memiliki efek keperilakuan yang menyebabkan manajer
menurunkan jumlah waktu pemindahan material, sehingga
menurunkan biaya material.
11. Pembebanan Biaya Aktivitas
Sistem biaya Activity Based Costing (ABC) merupakan suatu system
biaya yang pertama kali menelusuri biaya keaktivitas dan kemudian
keproduk yang dihasilkan. Dalam sistem biaya ABC ini juga dikenal
adanya prosedur pembebanan biaya aktivitas kepada produk
berdasarkan aktivitas-aktivitas yang dikonsumsi oleh produk yang
26
dihasilkan tersebut. Tahap yang dimiliki oleh sistem ABC tersebut dalam
analisisnya dapat dibagi dalam dua tahapan, yaitu sebagai berikut:
a. Prosedur Tahap I pada tahap pertama ini, dilakukan pebebanan biaya
pemakaian sumber daya kepada aktivitas-aktivitas yang
menggunakannya dalam kalkulasi biaya berdasarkan sistem Activity
Based Costing (ABC) tahap pertama, biaya overhead dibagi ke dalam
kelompok biaya yang homogen, suatu kelompok biaya yang homogen
merupakan suatu kumpulan dari biaya overhead, yaitu variasi biaya
dapat dijelaskan oleh suatu pemicu biaya (cost driver). aktivitas
overhead yang homogen apabila mereka mempunyai rasio konsumsi
yang sama untuk semua produk.
b. Prosedur Tahap II pada tahap kedua ini, biaya setiap kelompok biaya
(cost pool) ditelusuri keproduk. Hal ini dilakukan dengan
menggunakan tarif kelompok yang dihitung pada tahap pertama dan
dikalikan dengan jumlah sumber daya yang dikonsumsi oleh setiap
produk.
B. Tinjauan Empiris
Penelitian sebelumya yang penulis anggap relevan untuk mendukung
temuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Belinda Macpal, Jenny Morasa, dan Victorina Tirayoh (2014). Dalam
penelitiannya mengenai “Analisis Perhitungan Harga Pokok Penjualan
Barang Produksi pada Jepara Meubel Di Kota Bitung“ menunjukkan bahwa
perhitungan harga pokok penjualan pada jepara meubel belum dapat
dikatakan efektif, disebabkan perusahaan belum memperhitungkan biaya non
produksi, dimana biaya-biaya tersebut juga termasuk biaya yang dikeluarkan
27
perusahaan walaupun tidak termasuk dalam biaya produksi satu set kursi dan
meja tamu. Terdapat perbedaan harga jual antara perusahaan dan hasil
setelah dievaluasi dengan metode full costing, karena biaya non produksi
diperhitungkan sesuai dengan rumus yang hasilnya lebih tinggi dari
perusahaan. Diharapkan jepara meubel dapat meninjau kembali perhitungan
harga pokok penjualan.
Desi Ratna Sari (2015), dalam penelitiannya mengenai “Analisis
penerapan metode Activity Based Costing untuk penetapan biaya kamar
rawat inap RSUD Kota Dumai“ menyatakan bahwa, terdapat perbedaan
metode tradisonal dan metode ABC, perbedaan tarif ini terjadi karena
pembebanan biaya overhead pada masing-masing poduk..
Feni Siti A’isyah (2013), dalam penelitiannya mengenai “Penerapan
Metode Activity Based Costing (ABC System) dalam Penentuan Harga Pokok
Produksi (HPP) (Studi Kasus pada Perusahaan Rokok Djagung Prima
Malang 2011)“ menyatakan bahwa perhitungan biaya dengan system
akuntansi biaya tradisional menghasilkan jumlah yang berbeda dengan hasil
perhitungan biaya menggunakan Activity Based Costing System (ABC
System). Berdasarkan perhitungan Activity Based Costing kesemua produk
yang dihasilkan oleh Perusahaan Rokok Djagung Prima Malang mengalami
overcosting.
Gloria Stefanie Rotikan (2013), dalam penelitiannya mengenai
“Penetapan metode Activity Based Costing dalam penentuan harga pokok
produksi pada PT. Tropica Cocoprima“ menyatakan bahwa, perhitungan
harga pokok produksi dengan metode ABC menunjukkan kondisi undercost
untuk produk tepung kelapa biasa dan kondisi overcost untuk tepung kelapa
28
halus. Hal ini disebabkan perhitungan harga pokok produksi dengan sisitem
tradisonal hanya menggunakan satu cost driver yaitu jumlah unit produksi
sebagai dasar pembebanan biaya overhead pabrik sedangkan metode ABC
menggunakan lebih dari satu cost driver.
Indah Panekenan dan Harijanto Sabijono (2014), dalam penelitiannya
mengenai “Penerapan metode Activity Based Costing dalam menentukan
besarnya tarif jasa inap pada Penginapan Vili Calaca Manado“ penelitian ini
menggunakan desain deskriptif komparatif, menyatakan bahwa terdapat
selisih antara harga jual penginapan dan harga jual ABC, dimana perhitungan
ABC memberikan hasil lebih kecil dari harga jual yang ditetapkan oleh pihak
penginapan. Penginapan Vili sebaiknya mulai mempertimbangkan tarif jasa
inap dengan menggunakan metode ABC. Karena menggunakan metode ABC
dalam perhitungan tarif jasa inap akan menghasilkan tarif jasa inap yang
akurat.
Lur Ria Rakhmadianty1, Made Ary Meitriana1, dan Wayan Cipta2 (2014),
dalam penelitiannya mengenai “Pendekatan Activity Based Costing System
dalam menentukan besarnya tarif kamar rawat inap pada Rumah Sakit Kasih
Ibu Denpasar“. Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif dengan
pendekatan komparatif. Menemukan bahwa, Rumah Sakit Kasih Ibu masih
menggunakan metode konvensional dan mengalami perbedaan perhitungan
dengan metode ABC. Perbedaan ini dapat dilihat dari penggunaan cost
driver.
Rebbecca Kapojos, Jullie J.Sondakh, dan Stanley Kho Waladouw (2014)
dalam penelitiannya mengenai “Penerapan Metode Activity Based Costing
dalam Penentuan Harga Pokok Produksi pada Perusahaan Roti Lidya
29
Manado“ menyatakan bahwa, perhitungan HPP menggunakan ABC
memberikan hasil yang lebih tinggi dari cara tradisional pada perusahaan Roti
Lidya memberikan perhitungan harga HPP yang lebih rendah dibandingkan
dengan metode Activity Based Costing dikarenakan perhitungan dengan
sistem tradisional hanya menggunakan satu Cost Driver sehingga banyak
terjadi distorsi biaya dan menghasilkan perhitungan HPP yang tidak relevan.
Perusahaan sebaiknya mengevauasi kembali sistem pembebanan biaya
dalam menentukan HPP.
Riki Martusa (2011), dalam penelitian mengenai “Peranan Activity Based
Costing System dalam perhitungan Harga Pokok Produksi yang sebenarnya
untuk Penetapan Harga Jual“ menyatakan bahwa penetapan harga jual yang
selama ini digunakan perusahaan dapat menghasilkan penetapan harga jual
kain yang salah. Setiap harga pokok harus memperhitungkan biaya bahan
baku langsung, biaya tenaga kerja langsung yaitu tenaga kerja yang bekerja
dalam proses produksi dan biaya overhead juga harus tepat karena
pembebanan biaya overhead juga harus tepat karena pembebanan yang
salah akan berdampak pada kesalahan perhitungan harga pokok dan harga
jual.
Septyani Martha Lepar, Jenny Morasa, dan Lidia Mawikere (2014), dalam
penelitiannya mengenai “Penetapan Harga Pokok Produksi dengan Metode
Activity Based Costing pada PT. Fortuna Inti Alam di Manado Sulawesi Utara”
menyatakan bahwa perhitungan HPP dengan metode ABC menunjukkan
kondisi undercost untuk produk Fortuna-1 dan kondisi overcost untuk
Fortuna-1 dan Fortorang. Hal ini disebabkan perhitungan harga pokok
produksi dengan sistem tradisioanal hanya menggunakan satu cost driver
30
yaitu jumlah unit produksi sebagai dasar pembebanan biaya overhead pabrik
sedangkan metode ABC.
Zinia Th. A. Sumilat (2013), dalam penelitiannya mengenai ”Penentuan
harga pokok penjualan kamar menggunakan Activity Based Costing pada
RSU Pancaran Kasih GMIM“ Menyatakan bahwa, tarif rawat inap dengan
menggunakan activity based costing system, apabila dibandingkan dengan
tarif rawat inap yang digunakan oleh rumah sakit saat ini terlihat bahwa untuk
kelas VVIP dan kelas VIP memberikan hasil yang lebih kecil, sedangkan
kelas I, II,dan III memberikan hasil yang lebih besar. Perbedaan tarif yang
terjadi disebabkan karena pembebanan biaya cost driver pada masing-
masing produk.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
NoNama
Peneliti/Tahun
Judul Tujuan MetodePenelitian
HasilPenelitian
1. DesiRatnaSari(2015)
AnalisisPenerapanMetodeActivityBasedCostingUntukPenetapanBiayaKamarRawat InapRSUD KotaDumai
UntukmengetahuiABC terhadappenetapanbiaya rawatinap padaRSUD Dumai.
Deskriptif Perbedaan yangterjadi antarametodetradisional danmetode activitybased costingadalahpembebananbiaya overheadpada masing-masing produk.Hasil penerapanmetode activitybased costingdiketahui bahwatarif berdasarkanaktivitas yangterjadi ditiapkamar inapsesuai denganfasilitas yangrumah sakit
31
berikan padatingkat standarrawat inap.
2. Feni SitiAisyah(2013)
PenerapanMetodeActivityBasedCosting(ABCSystem)dalampenentuanHargaPokokProduksi(HPP)(Studykasus padaperusahaan RokokDjagungPrimaMalang2011).
UntukmengetahuipenerapanABC terhadappenentuanharga pokokproduksistudy kasusperusahaanRokokDjagungPrimaMalang.
Deskriptif Perhitunganbiaya dengansystem akuntansibiaya tradisonalmenghasilkanjumlah yangberbeda denganhasil perhitunganbiayamengunakanActivity BasedCosting System(ABC System).BerdasarkanperhitunganActivity BasedCosting kesemuaproduk yangdihasilkan olehperusahaanRokok DjagungPrima MalangmengalamiOvercosting.
3. Lur RiaRakmadianty,MadeAryMeitriana,WayanCipta.(2014)
Pendekatan ActivityBasedCostingSystemDalamMenentukan BesarnyaTarifKamarRawat InapPadaRumahSakit KasihIbuDenpasar
UntukmengetahuiPerhitungantarif kamarrawat inapyangditerapkanoleh rumahsakit, untukperhitungantariff kamarinap denganmenggunakan metodeABC, danperbedaantariff kamarrawat inapantarametodekonvensionaldenganmetode ABC.
DeskriptifKomparatif
Rumah sakitkasih ibumenggunakanmetodekonvensionaluntukmenghitung tarifkamar rawatinap. Perbedaanantara metodekonvensionaldan metode ABCdapat dilihat daripenggunaan costdriver
32
4. ZinniaTh. A.Sumilat(2013)
PenentuanHargaPokokPenjualanKamarMenggunakan ActivityBasedCostingPada RSUPancaranKasihGMIM
Untukmenganalisisperbedaanharga pokokyangditerapkanRSU saat inidengan hargapokok yang dihasilkandenganmenggunakan metodeactivity basedcosting
AnalisisDeskriptifKuantitatif
Hasilperhitungantariff rawat inapdenganmenggunakanABC, terlihatbahwa untukkelas VVIP danKelas VIPmemberikanhasil lebih kecil,sedangkan kelasI,II, dan IIImemberikanhasil yang lebihbesar.Perbedaan tariffyang terjadi disebabkan karenapembebananbiaya cost driverpada masing-masing produk.
5. BellindaMacpal,JennyMorasa,danVictorinaTirayoh(2014)
AnalisisPerhitungan HargaPokokPenjualanBarangProduksiPadaJeparaMeubel diKota Bitung
Untukmenetapkanharga jualyang tepatdan mampubersaing
Analisisndeskriptif
perhitunganharga pokokpenjualan padajepara meubelbelum dapatdikatakan efektif,disebabkanperusahaanbelummemperhitungkan biaya nonproduksi, dimanabiaya-biayatersebut jugatermasuk biayayang dikeluarkanperusahaanwalaupun tidaktermasuk dalambiaya produksisatu set kursidan meja tamu.
6. iIndahPanekenan,Harijanto
PenerapanMetodeActivityBasedCosting
Untukmembandingkan systemperhitungantariff jasa inap
Deskriptif Perhitunganharga jual kamarmenggunakanmetode ABCmemperoleh
33
sabijono(2014)
DalamMenentukan Besarnyatarif JasaInap PadaPenginapan ViliCalacaManado
yang selamaini digunakanolehperusahaandenganmetodeActivity BasedCosting.
hasil yang lebihkecildibandingkandenganperhitungantradisioanal yangdigunakan olehperusahaan.Karena systemtradisional, biayaoverhead padamasing-masingprodukdibebankanhanya pada satucost driver saja,sedangkanmetode ABCtelah mampumengalokasikanbiaya ke setiapkamar secaratepatberdasarkankonsumsimasing-masingaktivitas.
7. GloriaStefanieRotikan(2013)
PenerapanMetodeActivityBasedCostingDalamPenentuanHargaPokokProduksiPada PT.TropicaCocoprima
UntukmenganalisisHarga PokokProduksi PT.TropicaCocoprimadenganmenggunakan MetodeActivity BasedCosting.
Deskriptif Menunjukkanperhitunganharga pokokproduksi denganmetode ABCmenunjukkankondisiundercost untukproduk tepungkelapa biasa dankondisi overcostuntuk kelapahalus. Karenasystemtradisional hanyamenggunakansatu cost driveryaitu jumlah unitproduksi sebagaidasarpembebananbiaya overheadIpabrik
34
sedangkanmetode ABCmenggunakanlebih dari satucost driver.
8. RebeccaKapojos,Jullie J.Sondakh, danStanleyKhoWaladouw (2014)
PenerapanMetodeActivityBasedCostingdalamPenentuanHargaPokokProduksipadaPerusahaan RotiLidyaManado
UntukmenganalisisHarga PokokProduksiPerusahaanRoti LidyaManadodenganmenggunakan MetodeActivity BasedCosting.
Deskriptif PerhitunganHarga PokoProduksi padaPerusahaan RotiLidya ManadomenggunakanABCmemberikanhasil yang lebihtinggi dari caratradisionalmemberikanharga HPP yanglebih rendahdibandingkandengan metodeActivity BasedCostingdikarenakanperhitungandengan systemtradisional hanyamenggunakansatu cost driversehingga banyakterjadi distorsibiaya danmenghasilkanperhitungan HPPyang tidakrelevan.Perusahaanseharusnyamengevaluasikembali systempembebananbiaya dalammenentukanHPP.
9. SeptyaniMarthaLepar,JennyMorasa,dan
PenetapanHargaPokoProduksidenganMetode
untukmengetahuiPenetapanHarga PokoProduksidengan
AnalisisDeskriptif
Perhitungan HPPdengan metodeABCmenunjukkankondisiundercost untuk
35
LidiaMawikere (2014)
ActivityBasedCostingpada PT.Fortuna IntiAlam diManadoSulawesiUtara
MetodeActivity BasedCosting padaPT. FortunaInti Alam diManadoSulawesiUtara
produk Fortune-1dan kondisiovercostFortuna-1 danFortorang. Hal inidisebabkanperhitunganharga pokokproduksi dengansystemtradisional hanyamenggunakansatu cost driveryaitu jumlah unitproduksi sebagaidasarpembebananbiaya overheadpabrik
10. SriRahayu(2012)
PenerapanMetodeActivityBasedCostingdalamMenentukan BesarnyaTarif JasaRawat InappadaRumahSakitBhayagkara PoldaKalbar
Untukmengetahuibagaimanakah perhitungantarif jasarawat inappada RumahSakitBhayangkaraPolda Kalbardenganmenggunakan metodeActivity BasedCosting danuntukmengetahuiapakah adaperbedaanpadabesarnya tarifjasa rawatinap diRumah SakitBhayangkaraPolda Kalbarsesuai SKKabid DokkesPolda Kalbardanperhitungan
AnalisisDeskriptif
Dalam SkepKabid DokkesPolda Kalbarperhitunganharga pokokproduk rumahsakit hanyamempertimbangkan biayalangsungnyasaja. Dalamperhitungan tarifbiaya rawat inapterdapatperbedaanantara metodeyang digunakanrumah sakitdengan ABCSystem.hal inidisebabkankarenapembebananbiaya overheadke produk. Padametode yangdigunakan rumahsakit hanyadibebankan padasatu cost driversaja, sehingga
36
denganmetodeActivity BasedCosting.
menyebabkanadanya produkundercosting danprodukovercosting.Dengan ABCsystem mampumegalokasikanbiaya sesuaidengankonsumsiaktivitas darimasing-masingkamar, sehinggamenghasilkaninformasi biayayang lebih akuratdan relevanuntuk penentuantarif, sedangkanpenerapan biayarumah sakitbelummenggunakansystemperhitungan yangjelas, karenadalam penetapanbiaya RSBhayangkaraPolda Kalbardiatur oleh pihakrumah sakit.
C. Kerangka Konsep
Menurut Sofia dan Septian (2015:61), Activity Based Costing adalah
suatu sistem perhitungan biaya dimana tempat penampungan biaya
overhead pabrik jumlahnya lebih dari satu dialokasikan menggunakan dasar
yang memasukkan satu atau lebih faktor yang tidak berkaitan dengan volume
(non volume-related factor).
Jadi, dengan penetapan metode Activity Based Costing terhadap
penentuan harga pokok penjualan akan lebih akurat karena Activity Based
37
Costing memfokuskan pada biaya yang melekat pada produk berdasarkan
aktivitas yang dikerjakan untuk memproduksi, menjalankan, dan
mendistribusikan atau menunjang produk yang bersangkutan.
Gambar 2.1 Kerangka Konsep
Yummy Cake 21
Biaya Produksi
System Activity Based
Costing
Harga Pokok Penjualan
Hasil
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif
dengan pendekatan studi kasus. Adapun pengertian deskriptif menurut
Sugiono (2013:29) adalah metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan
atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel
yang telah terkumpul sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan
membuat kesimpulan yang berlaku umum.
Menurut Sugiono (2013:13) metode penelitian kuantitatif dapat diartikan
sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme,
digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik
pengambilan sampel pada umumnya, dilakukan secara random,
pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif / statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah Yummy Cake
21 berlokasi di Jl. Toddopuli III Setapak 2 Makassar yang berlangsung
selama 2 bulan yaitu bulan September sampai November.
C. Tehnik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu :
1. Penelitian Lapangan (Field Research)
38
39
Mengumpulkan data dengan cara meninjau langsung objek penelitian
yang akan diteliti serta mengamati kegiatan-kegiatan yang ada di
perusahaan berkaitan dengan masalah yang diteliti.
a. Observasi
Penulis melakukan observasi langsung di lokasi penelitian, untuk
memperoleh informasi mengenai proses penentuan harga pokok
penjualan.
b. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data pelengkap,
berupa data perhitungan harga pokok produksi perusahaan.
2. Penelitian Perpustakaan (Library research)
Penelitian perpustakaan yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara
mempelajari dan mengumpulkan bahan-bahan kepustakaan, dan literatur-
literatur yang ada kaitannya.
D. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
a. Data kuantitatif adalah jenis data dalam bentuk angka-angka yang
diperoleh dari perusahaan.
b. Data kualitatif adalah data yang bukan dalam bentuk angka-angka
atau tidak dapat dihitung melainkan dalam bentuk kata-kata.
2. Sumber Data
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dengan mengumpulkan
dokumen-dokumen serta arsip-arsip perusahaan yang ada kaitannya
dengan penulisan ini.
40
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
analisis deskriptif kuantitatif yaitu analisis yang berdasarkan keputusan
pada penilaian obyektif. Langkah-langkah analisis dalam penelitian ini
antara lain sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi aktivitas dan biaya yang terjadi
2. Mengkalisifikasikan biaya berdasarkan aktivitas ke dalam berbagai
aktivitas yang digolongkan menjadi 3 kategori yaitu:
a. Unit-Level Activities
b. Batch-Level Activities
c. Product-Sustaining Activities
3. Mengidentifikasi cost driver
4. Menentukan tarif per unit cost driver
5. Membebankan biaya ke produk dengan menggunakan tarif cost driver
dan ukuran aktivitas. Pembebanan biaya overhead dari tiap aktivitas
dihitung dengan rumus sebagai berikut.
BOP yang Dibebankan = Tarif Per Unit Cost Driver × Cost Driver
6. Perhitungan harga pokok penjualan pada Yummy Cake 21.
Tarif Per Unit Cost Driver = Jumlah AktivitasCost Driver
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
1. Sejarah Singkat Perusahaan
Yummy Cake 21 adalah usaha rumahan yang bergerak di bidang
kuliner, Yummy Cake 21 awalnya bernama Yummy Brownie’s Kitchen,
berdiri tahun 2013 di pekanbaru Riau. Saat itu usaha rumahan ini hanya
menjual brownies dengan menggunakan alat alat sederhana dan tidak
memiliki karyawan. Produksi tidak dilakukan setiap hari mengingat
ownernya saat itu masih berstatus pegawai di sebuah Rumah Sakit di
kota Pekanbaru.
Setelah melihat peluang yang ada dan tuntutan sebagai seorang ibu
dan istri, Dwi Puji Lestari memutuskan untuk resign dari Rumah Sakit dan
memulai usaha kuliner di rumah. Saat itu tidak hanya kue-kue namun
sesekali membuka open order berupa nasi kuning khas Makassar di
kalangan karyawan eks Rumah Sakit tempat dia bekerja dahulu.
Akhir tahun 2015, Dwi Puji Lestari memutuskan untuk kembali ke kota
kelahirannya di Makassar, di kota Makassar ini usaha dimulai dari nol,
mencari pelanggan dan membangun kepercayaan orang-orang yang baru
dikenal, berjualan online melalui BBM maupun Facebook
Yummy Brownies Kitchen berubah nama menjadi Yummy Cake 21
pada tahun 2018 dan 2019 bergabung menjadi mitra Go Food dan Grab
Food.
41
42
2. Visi dan Misi Yummy Cake 21
Visi : Mengembangkan Usaha tanpa Modal Riba
Misi : a) Berbisnis secara Syariah,
b) Menciptakan makanan yang enak dan sehat tanpa pengawet
dengan harga yang terjangkau.
3. Struktur Organisasi Yummy Cake 21
Gambar 4.1
Struktur Organisasi Yummy Cake 21
Tugas :
a. Pemilik Yummy Cake 21
1) Sebagai pemilik dalam usaha, harus memberikan pedoman kerja
kepada karyawannya dan bertanggung jawab penuh terhadap
kelangsungan hidup perusahaan.
2) Menentukan tujuan usaha untuk jangka pendek maupun jangka
panjang.
3) Mengembangkan rencana jangka panjang atau suatu
kebijaksanaan perusahaan dalam usahanya meningkatkan
penjualan dan laba usaha.
Pemilik
Kasir Produksi
43
4) Mengangkat atau memberhentikan karyawan.
5) Memberikan gaji karyawan.
6) Menentukan jumlah dari macam barang yang diproduksi.
b. Kasir
1) Menjalankan proses penjualan dan pembayaran
2) Melakukan pencatatan atas semua transaksi
3) Membantu pelanggan dalam memberikan informasi mengenai
suatu produk
4) Melakukan proses transaksi pelayanan jual beli serta melakukan
pembungkusan
c. Produksi
1.) Bertanggung jawab dalam pembuatan kue atas kualitas dan
kehigenisan.
2.) Bertanggung jawab atas menyediaan bahan baku dan bahan
penolong yang dibutuhkan dalam produksi kue.
4. Produk Perusahaan
Sebagai usaha rumahan yang bergerak di bidang kuliner, produk yang
dihasilkan Yummy Cake 21 adalah aneka kue-kue. Kue-kue yang
dihasilkan Yummy Cake 21 yaitu,
a. Pie Susu Original
b. Pie Susu Keju
c. Pie Coklat
d. Pie Brownis
e. Pie Fla
f. Bolen Pisang
44
g. Bolu Tape Original
h. Bolu Tape Keju
i. Bludder
j. Bolu Pisang
k. Brownies Tape
l. Kue Soes
B. Hasil Penelitian
1. Sistem Akuntansi Penjualan Produk Yummy Cake 21
Sistem informasi akuntansi penjualan adalah suatu sistem informasi
yang mengorganisasikan serangkaian prosedur dan metode yang
dirancang untuk menghasilkan, menganalisa, menyebarkan dan
memperoleh informasi guna mendukung pengambilan keputusan
mengenai penjualan. sistem akuntansi penjualan yang dapat meberikan
informasi yang tepat dan cepat terhadap penjualan sekarang maupun
penjualan yang akan datang merupakan sistem akuntansi penjualan yang
baik.
Dalam perusahaan manufaktur pendapatan diperoleh dari penjualan
produk dari hasil produksi perusahaan. Agar penjualan sesuai dengan
yang diinginkan perusahaan, maka penjualan harus di lakukan dengan
cara baik sesuai sistem yang tepat diterapkan pada perusahaan. Sistem
informasi penjualan terbagi menjadi 2 yaitu sistem penjualan tunai dan
sistem penjualan kredit. Dalam penelitian ini Sistem yang digunakan
Yummy cake 21 yaitu sistem penjualan tunai.
Sistem penjualan tunai adalah penjualan yang pembayarannya
diterima sekaligus pada saat terjadinya transaksi. Perusahaan
45
memproduksi beberapa produk untuk dijual dan konsumen yang telah
menetukan pilihannya pada produk selanjutnya melakukan transaksi jual
beli antara kasir dan konsumen dengan sistem penjualan tunai.
Konsumen dapat melakukan transaksi dengan cara langsung ke Yummy
Cake 21 dan bisa melalui jasa driver ojek online karena Yummy Cake 21
telah bergabung menjadi mitra Grab Food dan Go food.
2. Penentuan Biaya Produksi Produk Yummy Cake 21
a. Pemakaian Bahan Baku
Bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian
menyeluruh dari produk jadi. Bahan baku ini dapat diidentifikasi
dengan produk atau pesanan tertentu dengan nilainya yang relatif
besar. Misalnya dalam penelitian ini, bahan baku adalah terigu,
margarine, telur, gula, susu bubuk, dan kental manis. Biaya yang
timbul akibat pemakaian bahan baku disebut biaya bahan baku.
Biaya bahan baku adalah biaya yang digunakan untuk
memperoleh semua bahan baku yang akan digunakan untuk proses
produksi dan dapat dikalkulasikan secara langsung ke dalam biaya
produksi. Besarnya biaya bahan baku ditentukan oleh biaya
perolehannya yaitu dari pembelian sampai dengan biaya dapat
digunakan dalam proses produksi.
Biaya bahan baku adalah unsur utama dari biaya produksi,
berdasarkan tabel dibawah Jumlah pemakaian bahan baku pada
Yummy Cake 21 pada tahun 2018 adalah Rp 137.268.000 untuk
semuah produk penjualan. Adapun bahan baku yang digunakan
46
dalam produksi kue-kue pada Yummy Cake 21 tahun 2018 di sajikan
pada tabel berikut:
Tabel 4.1
Pemakaian Bahan Baku Yummy Cake 21 Tahun 2018
BAHANBAKU JUMLAH SATUAN HARGA @ TAHUN
Terigu 480 kg 10.000 4.800.000
Margarin 276 kg 48.000 13.248.000
Telur 360 rak 45.000 16.200.000
Gula 600 kg 13.000 7.800.000
Susu Bubuk 600 kg 120.000 72.000.000
Kental Manis 420 kaleng 10.000 4.200.000TapeSingkong 600 bks 5.000 3.000.000
Pisang Raja 360 sisir 8.000 2.880.000TepungCustard 300 kaleng 24.000 7.200.000
Keju 24 blok 95.000 2.280.000CoklatBubuk 12 kg 110.000 1.320.000CoklatBatang 60 kg 39.000 2.340.000
T O T A L 137.268.000Sumber Data Yummy Cake 21,2019
b. Pemakaian Bahan Penolong
Bahan penolong merupakan bahan yang dipakai dalam proses
produksi yang tidak dapat diindentifikasi dengan produk jadi dan
nilainya relative kecil. Biaya yang ditimbulkan karena pemakaian
bahan penolong disebut biaya bahan penolong. Biaya bahan
47
penolong merupakan bagian dari unsure biaya overhead pabrik (biaya
produksi tidak langsung)
Tabel 4.2
Data Bahan Penolong Yummy Cake 21 Tahun 2018
BAHANPENOLONG JUMLAH SATUAN HARGA
@ TAHUN
Ragi 480 bks 4.000 1.920.000SP 12 kaleng 36.000 432.000
Vanilla 24 kg 8.000 192.000Baking Powder 24 botol 10.000 240.000
T O T A L 2.784.000Sumber Yummy Cake 21,2019
Data bahan penolong untuk produksi kue Yummy Cake 21 pada
tahun 2018 adalah Rp 2.784.000 terdiri dari 4 bahan penolong yaitu
Ragi, SP, Vanili, dan Baking Powder.
c. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan sebagai akibat
pemanfaatan tenaga kerja dalam melakukan produksi. Biaya tenaga
kerja langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan
tenaga kerja langsung dalam pengolahan suatu produk dari bahan
baku menjadi barang jadi.
Biaya tenaga kerja langsung meliputi kompensasi atas seluruh
tenaga kerja yang dapat ditelusuri ke obyek biaya dengan cara yang
ekonomis. Contoh biaya tenaga kerja langsung adalah gaji atau
tunjangan yang dibayarkan kepada tenaga kerja bagian produksi yang
memproduksi bahan baku menjadi barang jadi.
48
Tabel 4.3
Biaya Tenaga Kerja Langsung Yummy cake 21
BIAYA JUMLAHKARYAWAN SATUAN HARGA
@ TAHUN
Gaji 1 Bulan 900.000 10.800.000
Total 10.800.000Sumber Yummy Cake 21,2019
Biaya Tenaga Kerja Langsung Yummy Cake 21 selama setahun
adalah Rp 10.800.000 dimana usaha rumahan ini masih
menggunakan 1 karyawan saja dalam produksinya.
d. Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik adalah seluruh biaya produksi yang tidak
dapat diklasifikasikan sebagai biaya bahan baku atau biaya tenaga
kerja langsung serta yang tidak dapat ditelusuri ke unit produksi
secara individual. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung
merupakan biaya utama dari suatu produk, namun biaya overhead
pabrik juga harus terjadi untuk membuat suatu produk.
Tabel 4.4
Biaya Overhead Pabrik Yummy Cake 21 Tahun 2018
BIAYA JUMLAH SATUAN HARGA @ TAHUN
Gas 336 Tabung 20.000 6.720.000Listrik 0 kWh 400.000 4.800.000Kemasan 7.200.000Pemasaran 2.350.000
Total 21.070.000Sumber Yummy Cake 21,2019
49
Biaya listrik dan tabung gas setahun adalah 18.720.000. dimana
tabung yang digunakan adalah Rp. 6.720.000, biaya listrik adalah Rp.
4.800.000, biaya kemasan adalah Rp. 7.200.000,dan biaya
pemasaran Rp. 2.350.000.
Berdasarkan data produksi Yummy Cake 21 yang telah diuraikan
beberapa tabel diatas yaitu data bahan baku, bahan penolong, tenaga
kerja langsung dan overhead pabrik. Maka pada Tabel 4.6 di bawah
diketahui biaya produksi Yummy Cake 21 Tahun 2018 adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.5
Biaya Produksi Yummy Cake 21 Tahun 2018
NO KETERANGAN JUMLAH (RP)
1. Biaya Bahan Baku Rp. 137.268.000
2. Biaya Bahan Penolong Rp. 2.784.000
3. Tenaga Kerja Langsung Rp. 10.800.000
4. Biaya Overhead Pabrik Rp. 21.070.000
JUMLAH BIAYA PRODUKSI RP. 171.922.000
Data Hasil Olahan,2019
Biaya Produksi adalah seluruh biaya yang digunakan dan dikeluarkan
untuk memproduksi produk. Biaya produksi Yummy Cake 21 Tahun 2018
yaitu Rp 171.922.000, termasuk didalamnya biaya bahan baku, biaya
bahan penolong, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik.
50
C. Analisis Data
Berdasarkan data-data produksi Yummy Cake 21 di atas maka peneliti
dapat menghitung Harga Pokok Penjualan sebagai berikut:
1. Perhitungan Harga Pokok Penjualan sebelum menggunakan metode
Activity Based Costing.
Salah satu cara yang biasa digunakan untuk membebankan biaya
overhead pabrik pada produk adalah dengan menghitung tarif tunggal
dengan menggunakan Cost Driver berdasar unit. Perhitungan biaya
Overhead pabrik dengan tarif tunggal terdiri dari dua tahap yaitu:
a. Tahap Pertama
Tahap Pertama yaitu Biaya Overhead pabrik yang dijumlahkan
menjadi satu kesatuan untuk seluruh biaya pabrik dengan cara
membebankan biaya pada unit produk. Perhitungan tarif tunggal
berdasarkan unit produk dapat disajikan sebagai berikut;
Tarif Tunggal berdasarkan unit produk
= Jumlah Biaya OverheadJumlah Produksi
= Rp. 23.854.0006804
=Rp. 3.506 Per Unit
b. Tahap kedua
Tahap kedua yaitu Biaya Overhead pabrik dibebankan ke produk
dengan cara mengalihkan tarif tunggal per unit dengan biaya yang
digunakan produk. Perhitungan Harga Pokok Penjualan sebelum
menggunakan metode Activity Based Costing disajikan pada tabel
berikut:
51
Tabel 4.6
Perhitungan Harga Pokok Penjualan Yummy Cake 21
Sebelum Menggunakan Metode Activity Based Costing
Tahun 2018
Uraian Jumlah
Biaya Bahan Baku Rp. 137.268.000
Biaya Tenaga Kerja Rp. 10.800.000
Biaya Overhead Pabrik( 3.506 × 6804 ) Rp. 23.854.824
Total Biaya Produksi Rp. 171.922.824
Jumlah Produk yang dijual 6.804
Harga Pokok Produksi Rp. 25.268
Laba yang diharapkan 50% Rp. 12.634
Harga Jual Rp. 38.000
Jumlah Produk yang dijual 6.804
Harga Pokok Penjualan Rp. 258.552.000
Data Hasil Olahan,2019
Harga Pokok Penjualan mencakup semua biaya produksi yang
terjadi untuk membuat produk yang terjual. Harga Pokok Penjualan
Yummy Cake 21 sebelum menggunakan metode activity based
costing yaitu Rp. 258.552.000 dengan perhitungan harga jual Rp.
38.000 per unit.
2. Perhitungan Harga Pokok Penjualan menggunakan Metode Activity
Based Costing.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam menghitung harga pokok
penjualan menggunakan metode ABC:
52
a. Mengidentifikasi Biaya dan Aktivitas yang terjadi
Mengidentifikasi biaya-biaya yang terjadi dalam produksi pada
Yummy Cake 21
Tabel 4.7
Daftar Biaya produksi Yummy Cake 21 Selama Tahun 2018
No Biaya Produksi Jumlah (Rp)1. Biaya Bahan Baku Rp. 137.268.000
2. Biaya Bahan Penolong Rp. 2.784.000
3. Biaya Tenaga Kerja Rp. 10.800.000
4. Biaya Listrik Rp. 4.800.000
5. Biaya Tabung Gas Rp. 6.720.000
6. Biaya Kemasan Rp. 7.200.000
7. Biaya Pemasaran Rp. 2.350.000Total Biaya Produksi Rp. 171.922.000
Sumber: Data Hasil Olahan,2019
Biaya Produksi adalah seluruh biaya yang digunakan dan
dikeluarkan untuk memproduksi produk Daftar biaya produksi yummy
cake 21 selama tahun 2018 yaitu Rp.171.922.000 .
b. Mengidentifikasi aktivitas biaya dan level aktivitasnya
Tabel 4.8
Identifikasi aktivitas biaya dan level aktivitasnya
No Aktivitas Level Aktivitas
1. Aktivitas Listrik Unit Level
2. Aktivitas Tabung Gas Unit Level3. Aktivitas Tenaga Kerja Batch level4. Aktivitas Pemasaran Product sustaining5. Aktivitas pengemasan Product sustaining
Sumber : Data Hasil Olahan,2019
53
Identifikasi aktivitas pada Yummy Cake 21, seperti yang dapat
dilihat yaitu aktivitas listrik dan aktivitas tabung gas level aktivitasnya
adalah unit level, dimana Unit level adalah biaya yang meningkat saat
satu diproduksi. Biaya ini adalah satu-satunya biaya yang selalu dapat
dibebankan secara akurat proporsional terhadap volume. aktivitas
Tenaga Kerja level aktivitasnya adalah Batch Level, dimana Batch
Level adalah biaya yang disebabkan oleh jumlah batch meliputi biaya
persiapan dan kebanyakan biaya penanganan bahan baku.. Aktivitas
Pengemasan dan Aktivitas Pemasaran level aktivitasnya adalah
product sustaining, dimana Product sustaining adalah biaya yang
terjadi untuk mendukung sejumlah produk berbeda yang dihasilkan.
c. Mengidentifikasi cost driver
Tabel 4.9
mengidentifkasi cost driver
Aktivitas Level Aktivitas Cost driver
Aktivitas Listrik Unit Level Jumlah KwhAktivitas Tabung Gas Unit Level Jumlah kg
Aktivitas Tenaga Kerja Batch level Jumlah jamkerja
Aktivitas Pemasaran Product sustaining Jumlah unit
Aktivitas pengemasan Product sustaining Jumlah unitSumber : data hasil olahan,2019
Tabel 4.9 menjelaskan cost driver dari berbagai level aktivitas
yaitu aktivitas pemakaian bahan baku cost driver adalah jumlah biaya
bahan baku, aktivitas listrik dan aktivitas tabung gas cost driver jumlah
unit, aktivitas pemakaian bahan baku tambahan cost driver jumlah
54
biaya bahan baku penolong, aktivitas pemasaran cost driver jumlah
unit, aktivitas tenaga kerja cost driver jumlah jam kerja, dan aktivitas
pengemasan cost driver jumlah unit
d. Menentukan tarif per unit cost Driver
Tabel 4.10
menentukan cost driver
Aktivitas Cost Driver Jumlah
Aktivitas Listrik Jumlah Kwh 3.350 Kwh
Aktivitas Tabung Gas Jumlah Tabung 1.008 Kg
Aktivitas Tenaga Kerja Jumlah Jam Kerja 2.504 Jam
Aktivitas Pemasaran Jumlah unit 6.804 Box
Aktivitas Pengemasan Jumlah Unit 6.804 BoxSumber data olahan, 2019
Aktivitas dengan jumlah cost driver yaitu aktivitas listrik jumlah
cost drivernya adalah 3.360 Kwh, aktivitas tabung gas cost drivernya
adalah 1.008 Kg, aktivitas tenaga kerja adalah 2.496 jam, aktivitas
pemasaran dan pengemasan dalam setahun adalah 6.804 Box,
Tabel 4.11
Menentukan Tarif per Unit Cost Driver
Aktivitas JumlahAktivitas
CostDriver
Tarif perUnit
Cost DriverAktivitas Listrik Rp.4.800.000 3.350 Kwh 1.432,83
Aktivitas Tabung Gas Rp.6.720.000 1. 008 Kg 6.666Aktivitas TenagaKerja Rp. 10.800.000 2.504 Jam 4.313,09
Aktivitas Pemasaran Rp. 2.350.000 6.804 Box 345.38AktivitasPengemasan Rp. 7.200.000 6.804 Box 1.058,20
Sumber data olahan, 2019
55
Menghitung tarif per unit cost driver dengan menggunakan rumus
sebagai berikut : Tarif per unit cost driver = Jumlah AktivitasCost Driver .
1.) Aktivitas Listrik
Jumlah Aktivitas Listrik = Rp. 4.800.000
Cost Driver = 3.350 Kwh
Tarif per Unit Cost Driver =4.800.000
3.350
= 1.432,83
Aktivitas listrik adalah aktivitas yang memperhitungkan biaya
listrik dengan cara biaya listrik dibagi dengan jumlah Kwh
pemakain listrik. Jadi tarif per unit cost driver pada aktivitas listrik
Yummy Cake 21 adalah 1432,83 Kwh.
2.) Aktivitas Tabung Gas
Jumlah Aktivitas Tabung Gas = Rp. 6.720.000
Cost Driver = 1008 Kg
Tarif per unit Cost Driver =6.720.000
1008
= 6.666
Aktivitas tabung gas adalah seluruh biaya pembelian gas dan
jumlah tabung gas yang digunakan selama produksi Jadi, tarif per
unit Cost driver pada aktivitas tabung gas adalah Rp. 6.666 .
3.) Aktivitas Tenaga Kerja
Jumlah Aktivitas Tenaga Kerja = Rp. 10.800.000
Cost Driver = 1 × 8 jam × 313 hari
= 2504
56
Tarif per unit Cost Driver =10.800.000
2504
= 4.313,09
Aktivitas tenaga kerja adalah seluruh biaya yang dikeluarkan
untuk upah karyawan sesuasi jam kerja. Jadi Tarif per unit Cost
Driver pada aktivitas tenaga kerja adalah 4.313,09.
4.) Aktivitas Pemasaran
Jumlah Aktivitas = Rp. 2.350.000
Cost Driver = 6804 Box
Tarif per Unit Cost Driver =2.350.000
6804
= 345,38
Aktivitas Pemasaran adalah seluruh biaya yang dikeluarkan
untuk mendukung kegiatan penjualan produk. Jadi tarif per unit
Cost Driver pada aktivitas penjualan adalah 345,38.
5.) Aktivitas pengemasan
Jumlah Aktivitas = Rp. 7.200.000
Cost Driver = 6804 Box
Tarif per Unit Cost Driver = 7.200.0006804
= 1.058,20
Aktivitas Pengemasan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan
untuk pembelian kemasan produk, kemasan yang menarik akan
mempengaruhi daya beli konsumen. Jadi tarif per Unit Cost Driver
pada aktivitas pengemasan adalah 1.058,20.
57
e. Membebankan biaya ke produk dengan menggunakan tarif cost driver
dan ukuran aktivitas.
Tabel 4.12
pembebanan biaya ke produk dengan menggunakan tarif cost
driver pada Yummy Cake 21
Aktivitas Tarif perUnit
Cost Driver
CostDriver
Total biaya
Aktivitas Listrik 1.432,83 3.350 Kwh Rp. 4.799.980,5Aktivitas TabungGas 6.666 1.008 Kg Rp. 6.719.328
Aktivitas TenagaKerja 4.313,09 2.504 Jam Rp. 10.799.977,36
AktivitasPemasaran 345,38 6.804 Box Rp. 2.349.965,52
AktivitasPengemasan 1.058,20 6.804 Box Rp. 7.199.992,8
Data Hasil Olahan
Pembebanan biaya dari beberapa aktivitas-aktivitas yang
dilakukan untuk produksi Yummy Cake 21 menggunakan cara tarif per
unit cost driver pada masing-masing aktivitas dikali dengan cost driver
masing-masing aktivitas.
f. Perhitungan Harga Pokok Penjualan Yummy Cake 21 Tahun 2018
Harga Pokok Penjualan mencakup semua biaya produksi yang
terjadi untuk membuat produk yang terjual. Perhitungan harga pokok
penjualan yang tepat dan akurat mempengaruhi pendapatan dan
kerugian yang ditanggung perusahaan. Berdasarkan pembebanan
biaya overhead yang telah dilakukan, maka perhitungan harga pokok
penjualan dengan menggunakan metode Activity Based Costing pada
Yummy Cake 21 tahun 2018 dapat disajikan pada tabel 4.13 berikut:
58
Tabel 4.13
Perhitungan Harga Pokok Penjualan dengan menggunakan
metode Activity Based Costing pada Yummy Cake 21 tahun 2018
Uraian Jumlah
Biaya Bahan Baku Rp. 137.268.000
Biaya Tenaga Kerja Rp. 10.799.977,36
Biaya Overhead Pabrik :
Biaya Bahan Baku Penolong Rp. 2.784.000
Biaya Listrik Rp. 4.799.980,5
Biaya Tabung Gas Rp. 6.719.328
Biaya Pemasaran Rp. 2.349.965,5
Biaya Kemasan Rp. 7.199.992,8
Total Biaya Produksi Rp. 171.921.244,2
Jumlah Produk yang dijual 6.804
Harga Pokok Produksi Rp. 25.267,67
Laba yang diharapkan 50% Rp. 12.633,83
Harga Jual Rp. 37.901,5
Jumlah Produk yang dijual 6.804
Harga Pokok Penjualan Rp. 257.881.806
Data Hasil Olahan
Harga pokok penjualan sesudah menggunakan metode Activity
Based Costing adalah Rp. 257.881.806 pada Yummy Cake 21 Tahun
2018.
59
Berdasarkan perhitungan Harga Pokok Penjualan sebelum dan
sesudah menggunakan metode Activity Based Costing pada Yummy
Cake 21 tahun 2018 dapat disajikan pada tebel berikut.
Tabel 4.14
Ringkasan Harga Pokok Penjualan sebelum dan sesudah
menggunakan metode Activity Based Costing
Keterangan Sebelum MetodeABC
Sesudah MetodeABC
HPP Rp. 258.552.000 Rp. 257.881.806
Harga Jual Rp. 38.000 Rp. 37.901,5
Selisih HPP Rp. 670.194
Selisih Harga Jual Rp. 100
Data Hasil Olahan
Harga Pokok penjualan sebelum menggunakan metode ABC
memperoleh hasil lebih rendah yaitu Rp. 257.881.806 dibanding
sesudah menggunakan metode ABC memperoleh hasil yang lebih
tinggi yaitu Rp. 258.552.000.
D. Pembahasan
Berdasarkan latar belakang penelitian, peneliti ingin meneliti adalah
bagaimana penerapan metode Activity Based Costing terhadap penentuan
harga pokok penjualan pada Yummy Cake 21.
Harga pokok penjualan pada dasarnya adalah segala cost yang timbul
dalam rangka membuat suatu produk menjadi siap untuk dijual. Terdapat
beberapa tahapan dalam perhitungan harga pokok penjualan metode Activity
Based Costing pada Yummy Cake 21 antara lain mengidentifikasi aktivitas
60
dan biaya yang terjadi, mengkalisifikasikan biaya berdasarkan aktivitas ke
dalam berbagai aktivitas, mengidentifikasi cost driver, menentukan tarif per
unit cost Driver, dan membebankan biaya ke produk dengan menggunakan
tarif cost driver dan ukuran aktivitas.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh suatu penjelasan
bahwa Yummy Cake 21 sebelum menggunakan sistem ABC dan sesudah
menggunkan sistem ABC terdapat perbedaan. Perhitungan harga pokok
penjualan setelah pembebanan biaya aktivitas pada produk. Seperti yang
telah dilihat pada hasil penelitian di atas bawha perhitungan harga pokok
penjualan setelah menggunakan metode ABC memperoleh hasil yang lebih
tinggi yaitu Rp. 258.552.000 sedangkan perhitungan sebelum menggunakan
metode ABC memperoleh hasil yang lebih rendah yaitu Rp. 257.881.806
yang menunjukan selisih HPP dengan mengunakan metode ABC
menguntungkan. Hal ini dikarenakan perhitungan dengan sistem tradisional
hanya menggunakan satu cost driver sehingga banyak terjadi distorsi-distorsi
biaya dan menghasilkan perhitungan HPP yang tidak akurat. Sedangkan
pada metode ABC, biaya overhead pabrik pada masing-masing produk
dibebankan pada beberapa cost driver.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Rebecca Kapojos, Jullie J.
Sondakh dan Stanley Kho Walandouw (2014), yang menyatakan bahwa
perhitungan harga pokok produksi pada perusahaan Lidya Manado
menggunakan metode ABC memberikan hasil yang lebih tinggi daripada
tradisional, di mana harga pokok produksi yang lebih rendah dibandingkan
dengan metode activity based costing dikarenakan perhitungan dengan
sistem tradisional hanya menggunakan satu cost driver sehingga banyak
61
terjadi distorsi biaya dan menghasilkan perhitungan HPP yang relavan.
Perusahaan seharusnya mengevaluasi kembali sistem pembebanan biaya
dalam penentuan HPP.
62
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut.
Diterapkannya Metode Activity Based Costing dalam perhitungan harga
pokok penjualan pada Yummy Cake 21 dapat dilihat adanya perbedaan
hasil. Hasil perhitungan harga pokok penjualan setelah menggunakan
metode ABC memperoleh hasil yang lebih rendah sedangkan perhitungan
sebelum menggunakan metode ABC memperoleh hasil yang lebih tinggi.
Hasil ini menunjukan bahwa produk Yummy Cake 21 tergolong
menguntungkan pada perolehan laba, hal ini disebabkan karena perbedaan
dasar pembebanan biaya overhead pabrik. Sistem yang digunakan
sebelumnya hanya menggunakan satu cost driver sedangkan metode ABC
menggunakan lebih dari satu cost driver sehingga pembebanannya lebih
tepat.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penulis mengajukan saran
penelitian sebagai berikut.
1. Bagi Yummy Cake 21 agar dapat mempertimbangkan menggunakan
perhitungan harga pokok penjualan dengan metode Activity Based
Costing. Metode ini dapat membantu dalam mengalokasikan biaya
overhead secara tetap. Selain itu dapat menelusuri biaya-biaya secara
62
63
lebih menyeluruh, tidak hanya ke unit produk, tetapi ke aktivitas yang
diperlukan untuk menghasilkan produk.
2. Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian sejenis. Khususnya yang
memproduksi lebih dari satu jenis produk diharapkan meneliti perusahaan
lain yang lebih besar dan penelitian untuk Metode Activity Based Costing
tidak hanya pada perusahaan manufaktur, tapi juga perusahaan jasa
misalnya rumah sakit atau hotel agar memperoleh informasi yang lebih
beragam.
64
DAFTAR PUSTAKA
A’isyah. S . F. 2013. Penerapatan Metode Activity Based Costing (ABC System)dalam Penentuan Harga Pokok Produksi (HPP) (Study Kasus padaPerusahaan Rokok Djagung Prima Malang 2011). Jurnal Administrasi Bisnis(JAB). Vol.2 No.1.
Ahmad, K. 2015. Akuntansi Manajemen : Dasar-dasar Konsep Biaya danPengambilan Keputusan. Edisi Revisi. Cet.10. Jakarta: Rajawali Pers.
Dewi, S,P., dan Kristanto, S,B. 2015. Akuntansi Biaya. Edisi 2. Bogor: In Media.
Horngren, C.T., Sundem, G,L., Burgstahler, D., and Schatzberg. 2016. PengantarAkuntansi Manajemen. Jilid I. Erlangga: Jakarta.
Kapojos. R, Sondakh. J. J, dan Walandouw. K. S. 2014. Penerapan MetodeActivity Based Costing dalam Penentuan Harga Pokok Produksi padaPerusahaan Roti Lidya Manado. Jurnal EMBA. Vol.2 No.2.
Leper. M. S, Morasa.J, dan Mawikere. L. 2014. Penetapan Harga Pokok Produksidengan Metode Activity Based Costing pada PT. Fortuna Inti Alam di ManadoSulawesi Utara. Jurnal EMBA. Vol. 2 No. 2.
Macpal. B., Morasa. J., dan Tirayoh. V., 2014. Analisis Perhitungan Harga PokokPenjualan Barang Produksi pada Jepara Meubel di Kota Bitung. JurnalEMBA. Vol.2 No.3.
Panakenan. I., dan Sabijono.H . 2014. Penerapan Metode Activity Based Costingdalam Menentukan Besarnya Tarif Jasa Inap pada Penginapan Vili CalacaManado. Jurnal EMBA. Vol.2 No.2.
Rahayu. S. 2012. Penerapan Metode Activity Based Costingi dalam MenentukanBesarnya Tarif Jasa Rawat Inap pada Rumah Sakit Bhayangkara PoldaKalbar. Jurnal Audit dan Akuntansi Fakultas Ekonomi UniversitasTanjungpura. Vol.1 No.1.
Rakhmadianty. L. R., Meitriana. M. A., dan Cipta. W. 2014. Pendekatan ActivityBased Costing dalam Menentukan Besarnya Tarif Kamar Rawat Inap padaRumah Sakit Kasih Ibu Denpasar. Vol.4 No.1.
Rotikan. G. S. 2013. Penerapan Metode Activity Based Costing dalam PenentuanHarga Pokok Produksi pada PT. Tropica Cocoprima. Jurnal EMBA. Vol.1No.3.
Samryn, L.M. 2015. Akuntansi Manajemen Informasi Biaya Untuk MengendalikanAktivitas Operasi dan Investasi. Edisi Revisi. Prenadamedia Group: Jakarta.
Sari. D. R. 2015. Analisis Penerapan Metode Activity Based Costing untukPenetapan Biaya Kamar Rawat Inap RSUD Kota Dumai. Jom FEKOM. Vol.2No.2.
64
65
Sumilat. Z. T. A. 2013. Penentuan Harga Pokok Penjualan Kamar MenggunakanActivity Based Costing pada RSU Pancaran Kasih GMIM. Jurnal EMBA. Vol.1No.3.
Universitas Muhammadiyah Makassar. 2017. Pedoman Penulisan Skripsi.Makassar.
Widilestariningtyas, O., Anggadini, S.D., dan Firdaus, D.W. 2012. AkuntansiBiaya. Graha Ilmu: Yogyakarta.
.
66
67
1. Dokumentasi Yummy Cake 21
Spanduk Yummy Cake 21
Ruang Produksi
68
Hasil Produksi
69
2. Data pemakaian Bahan Baku
BAHAN BAKU JUMLAH SATUAN HARGA @ TAHUN
Terigu 480 kg 10.000 4.800.000
Margarin 276 kg 48.000 13.248.000
Telur 360 rak 45.000 16.200.000
Gula 600 kg 13.000 7.800.000
Susu Bubuk 600 kg 120.000 72.000.000
Kental Manis 420 kaleng 10.000 4.200.000
Tape Singkong 600 bks 5.000 3.000.000
Pisang Raja 360 sisir 8.000 2.880.000
Tepung Custard 300 kaleng 24.000 7.200.000
Keju 24 blok 95.000 2.280.000
Coklat Bubuk 12 kg 110.000 1.320.000
Coklat Batang 60 kg 39.000 2.340.000
T O T A L 137.268.000
3. Data Bahan Baku Penolong
BAHANPENOLONG JUMLAH SATUAN HARGA
@ TAHUN
Ragi 480 bks 4.000 1.920.000
SP 12 kaleng 36.000 432.000
Vanilla 24 kg 8.000 192.000
Baking Powder 24 botol 10.000 240.000
T O T A L 2.784.000
70
4. Data Tenaga Kerja
BIAYA JUMLAHKARYAWAN SATUAN HARGA
@ TAHUN
Gaji 1 Bulan 900.000 10.800.000
Total 10.800.000
5. Data Biaya Overhead Pabrik
BIAYA JUMLAH SATUAN HARGA @ TAHUN
Gas 336 Tabung 20.000 6.720.000
Listrik 0 kWh 400.000 4.800.000
Kemasan 7.200.000
Pemasaran 2.350.000
Total 21.070.000
6. Data Biaya Produksi
NO KETERANGAN JUMLAH (RP)
1. Biaya Bahan Baku Rp. 137.268.000
2. Biaya Bahan Penolong Rp. 2.784.000
3. Tenaga Kerja Langsung Rp. 10.800.000
4. Biaya Overhead Pabrik Rp. 21.070.000
JUMLAH BIAYA PRODUKSI RP. 171.922.000
BIOGRAFI PENULIS
Marwah Liana lahir di Welala Kolaka Timur pada
tanggal 28 Maret 1996 dari pasangan suami istri
Bapak Muh Nur Alam dan Ibu Judda. Peneliti adalah
anak pertama dari 2 bersaudara. Peneliti sekarang
bertempat tinggal di Perumahan Inayah Mega blok E
Desa Kanjilo Kecamatan Barombong kota Gowa.
Pendidikan yang telah ditempuh oleh peneliti yaitu SD Negeri 1 Poli-Polia lulus
tahun 2008, SMP Negeri 1 Poli-Polia lulus tahun 2011, SMA Negeri 1 Ladongi
lulus tahun 2014, dan mulai tahun 2014 mengikuti Program S1 Akuntansi
Universitas Muhammadiyah Makassar sampai dengan sekarang. Sampai dengan
penulisan skripsi ini peneliti masih terdaftar sebagai mahasiswa Program S1
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.