Paper ABC Activity Based Costing

27
MAKALAH SEMINAR AKUNTANSI “ANALISIS HUBUNGAN ANTARA ACTIVITY-BASED COSTING DENGAN PENINGKATAN KINERJA KEUANGAN” Dosen Pengampu : Drs. Isharijadi M.pd Disusun oleh : Dimas Radito Yanuar Anggada Novian PRODGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL IKIP PGRI MADIUN

description

ABC Costing

Transcript of Paper ABC Activity Based Costing

Page 1: Paper ABC Activity Based Costing

MAKALAH SEMINAR AKUNTANSI

“ANALISIS HUBUNGAN ANTARA ACTIVITY-BASED COSTING DENGAN

PENINGKATAN KINERJA KEUANGAN”

Dosen Pengampu :

Drs. Isharijadi M.pd

Disusun oleh :

Dimas Radito Yanuar

Anggada

Novian

PRODGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

IKIP PGRI MADIUN

2013

Page 2: Paper ABC Activity Based Costing

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dalam era kompetisi global seperti sekarang ini telah terjadi pergolakan dalam setiap

aktivitas bisnis jasa, perdagangan, dan industri. Hal ini mungkin disebabkan oleh dampak

globalisasi, seperti pemberlakuan AFTA, NAFTA, Uni Eropa, dan WTO. Di samping itu,

adanya kecenderungan lingkungan yang semakin berubah, yaitu teknologi maju dengan pesat,

daur hidup produk semakin pendek, kerumitan produksi semakin meningkat, standar kualitas

yang dibutuhkan oleh konsumen semakin meningkat, banyaknya dan diversifikasi produk

meningkat.

Salah satu yang terpengaruh dengan adanya perubahan lingkungan tersebut adalah

proses produksi, yaitu otomatisasi pabrikasi. Dengan penerapan teknologi ini, maka proporsi

biaya overhead dalam elemen harga pokok produksi akan menempati porsi yang lebih besar

sehingga diperlukan kalkulasi dan pembebanannya kepada harga pokok produk sesuai dengan

proporsi aktivitas yang dikonsumsi. Dalam sistem kalkulasi biaya tradisional biaya overhead

dialokasikan secara arbitrer kepada harga pokok produk. Hal ini akan menghasilkan harga

pokok produk yang tidak akurat atau terjadinya distorsi penentuan harga pokok produk per

unit sehingga tidak bisa diandalkan dalam mengukur efisiensi dan produktivitas.

Penentuan harga pokok per unit yang lebih akurat penting bagi manajemen sebagai

dasar untuk pembuatan keputusan. Manajemen dapat dipermudah dalam membuat berbagai

keputusan, antara lain:

● menentukan harga jual

● mempertimbangkan menolak atau menerima suatu pesanan

● memantau realisasi biaya

● menghitung laba/rugi tiap pesanan

● menentukan harga pokok

persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang akan disajikan di neraca. Agar

tidak terjadi distorsi penentuan harga pokok per unit, banyak perusahaan yang mengadopsi

penggunaan sistem penentuan harga pokok (costing)

berbasis aktivitas (ABC) dengan harapan manajemen melakukan analisis profitabilitas,

mendorong perbaikan proses, mengembangkan ukuran kinerja yang lebih inovatif, dan dapat

berpartisipasi dalam perencanaan strategis.

Page 3: Paper ABC Activity Based Costing

Informasi manajemen biaya merupakan informasi yang dibutuhkan untuk mengelola

secara efektif perusahaan atau organisasi nonprofit, baik berupa informasi keuangan tentang

biaya dan pendapatan maupun informasi nonkeuangan yang relevan, yaitu produktivitas,

kualitas, dan faktor kunci sukses lainnya untuk perusahaan. Informasi ini sebagai salah satu

informasi penting bagi manajemen dalam melaksanakan fungsinya, yaitu pembuatan

keputusan yang bersifat strategis untuk pengembangan posisi kompetitif sehingga

keunggulan kompetitif dapat menyebabkan kesuksesan yang berkesinambungan. Fungsi

manajemen biaya adalah memberikan informasi yang berguna bagi manajer dalam

pembuatan keputusan strategis dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahaan.

2. Rumusan Masalah

● Bagaimanakah cara menghitung harga pokok produksi menggunakan metode Activity

Based Costing (ABC)

● Apakah perbedaan antara metode Activity Based Costing (ABC) dengan metode

sebelumnya yaitu metode Perhitungan Akuntansi Biaya Tradisional.

3. Tujuan Masalah

● Untuk mengetahui penerapan Activity-Based Costing System dalam kaitannya dengan

penentuan Harga Pokok Produksi (HPP).

● Untuk mengetahui perbandingan besarnya HPP, dengan menggunakan metode akuntansi

biaya tradisional dan Activity-Based Costing System.

Page 4: Paper ABC Activity Based Costing

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Activity Based Costing (ABC)

Activity-Based Costing (ABC) adalah suatu sistem informasi akuntansi yang

mengidentifikasi berbagai aktivitas yang dikerjakan dalam suatu organisasi dan

mengumpulkan biaya dengan dasar dan sifat yang ada dan perluasan dari aktivitasnya. ABC

memfokuskan pada biaya yang melekat pada produk berdasarkan aktivitas untuk

memproduksi, mendistribusikan atau menunjang produk yang bersangkutan.

Sistem ABC timbul sebagai akibat dari kebutuhan manajemen akan informasi

akuntansi yang mampu mencerminkan konsumsi sumber daya dalam berbagai aktivitas untuk

menghasilkan produk secara akurat. Hal ini didorong oleh:

● Persaingan global yang tajam yang memaksa perusahaan untuk cost effective

● Advanced manufacturing technology yang menyebabkan proporsi biaya overhead pabrik

dalam product cost menjadi lebih tinggi dari primary cost.

● Adanya strategi perusahaan yang menerapkan market driven strategy

Kelemahan sistem akuntansi biaya tradisional:

● Akuntansi biaya tradisional dirancang hanya menyajikan informasi biaya pada tahap

produksi.

● Alokasi biaya overhead pabrik hanya didasarkan pada jam tenaga kerja langsung atau

hanya dengan volume produksi.

● Ada diversitas produk, dimana masing-masing produk mengkonsumsi biaya overhead

yang berbeda beda.

Penerapan ABC sistem akan relevan bila biaya overhead pabrik merupakan biaya

yang paling dominan dan multiproduk. Dalam merancang ABC sistem, aktivitas untuk

membuat dan menjual produk digolonhkan dalam 4 kelompok, yaitu:

a. Facility sustaining activity cost ----- biaya yang berkaitan dengan aktivitas

mempertahankan kapasitas yang dimiliki perusahaan. Misal biaya depresiasi, biaya

asuransi, biaya gaji pegawai kunci

b. Product sustaining activity cost ----- biaya yang berkaitan dengan aktivitas penelitian

dan pengembangan produk dan biaya untuk mempertahankan produk untuk tetap dapat

dipasarkan. Misal biaya pengujian produk, biaya desain produk

c. Bacth activity cost ----- biaya yang berkaitan dengan jumlah bacth produk yang

diproduksi. Misal biaya setup mesin.

Page 5: Paper ABC Activity Based Costing

d. Unit level activity cost ---- biaya yang berkaitan dengan besar kecilnya jumlah unit

produk yang dihasilkan. Misal biaya bahan baku, biaya tenaga kerja

Langkah-langkah ABC sistem:

a. Tahap pertama pengelompokan biaya overhead ke dalam kelompok biaya yang homogen.

Kelompok biaya homogen merupakan kumpulan overhead yang variasinya dapat

dijelaskan oleh satu faktor penyebab (cost driver). Untuk menentukan mana kelompok

biaya yang homogen, dapat melihat biaya yang mempunyai rasio konsumsi sama untuk

seluruh produk.

b. Tahap kedua alokasi biaya overhead pabrik:

Alokasi biaya overhead = Tarif kelompok x Dasar pembebanan yang dikonsumsi

1. Konsep-Konsep Dasar Activity Based Costing

Activity Based Costing Sistem adalah suatu sistem akuntansi yang terfokus pada

aktivitas-aktifitas yang dilakukan untuk menghasilkan produk/jasa. Activity Based Costing

menyediakan informasi perihal aktivitas-aktivitas dan sumber daya yang dibutuhkan untuk

melaksanakan aktivitas-aktivitas tersebut. Aktivitas adalah setiap kejadian atau transaksi yang

merupakan pemicu biaya (cost driver) yakni, bertindak sebagai faktor penyebab dalam

pengeluaran biaya dalam organisasi. Aktivitas-aktivitas ini menjadi titik perhimpunan biaya.

Dalam sistem ABC, biaya ditelusur ke aktivitas dan kemudian ke produk. System ABC

mengasumsikan bahwa aktivitas aktivitaslah, yang mengkonsumsi sumber daya dan

bukannya produk.

Gambar 2.1

Konsep Dasar Activity Based Costing

Resources

Process View

Cost Driver Activities Performance

Cost Object

Page 6: Paper ABC Activity Based Costing

2. Perbandingan Biaya Produk Tradisional dan ABC

Metode ABC memandang bahwa biaya overhead dapat dilacak dengan secara

memadai pada berbagai produk secara individual. Biaya yang ditimbulkan oleh cost driver

berdasarkan unit adalah biaya yang dalam metode tradisional disebut sebagai biaya variabel.

Metode ABC memperbaiki keakuratan perhitungan harga pokok produk dengan

mengakui bahwa banyak dari biaya overhead tetap bervariasi dalam proporsi untuk berubah

selain berdasarkan volume produksi. Dengan memahami apa yang menyebabkan biaya-biaya

tersebut meningkat dan menurun, biaya tersebut dapat ditelusuri kemasing-masing produk.

Hubungan sebab akibat ini memungkinkan manajer untuk memperbaiki ketepatan kalkulasi

biaya produk yang dapat secara signifikan memperbaiki pengambilan keputusan (Hansen

dan Mowen, 2004: 157-158)1

Digambarkan dalam tabel, perbedaan antara penentuan harga pokok produk

tradisional dan sistem ABC, yaitu:

Tabel 2.1

Perbedaan penetapan harga pokok produk

Tradisional dengan Metode Activity Based Costing

Metode Penentuan Harga Pokok

Produk TradisionalMetode Activity Based Costing

TujuanInventory levelProduct Costing

LingkupTahap produksiTahap desain, produksi, Tahap

pengembangan

FokusBiaya bahan baku, tenaga kerja

langsungBiaya overhead

PeriodePeriode akuntansiDaur hidup produk

Teknologi yang

digunakanMetode manualKomputer telekomunikasi

1

Page 7: Paper ABC Activity Based Costing

Sumber: (Mulyadi, 1993)2

3. Struktur sistem ABC

Desain ABC difokuskan pada kegiatan, yaitu apa yang dilakukan oleh tenaga kerja

dan peralatan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Kegiatan adalah segala sesuatu yang

mengkonsumsi sumber daya perusahaan. Dengan memusatkan perhatian pada kegiatan dan

bukannya departemen atau fungsi, maka sistem ABC akan dapat menjadi media untuk

memahami, memanajemeni, dan memperbaiki suatu usaha.

Ada dua asumsi penting yang mendasari Metode Activity Based Costing, yaitu:

a. Aktivitas-aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya Metode Activity Based Costing

bahwa sumber daya pembantu atau sumber daya tidak langsung menyediakan

kemampuannya untuk melaksanakan kegiatan bukan hanya sekedar penyebab timbulnya

biaya.

b. Produk atau pelanggan jasa Produk menyebabkan timbulnya permintaan atas dasar

aktivitas untuk membuat produk atau jasa yang diperlukan berbagai kegiatan yang

menimbulkan sumber daya untuk melaksanakan aktivitas tersebut.

Asumsi tersebut diatas merupakan konsep dasar dari sitem ABC. Selanjutnya, karena

adanya aktivitas akan menimbulkanan biaya, maka untuk dapat menjalankan usahanya secara

efisien, perusahaan harus dapat mengelola aktivitasnya. Dalam hubungannya dengan biaya

produk, maka biaya yang dikonsumsi untuk menghasilkan produk adalah biaya-biaya untuk

aktivitas merancang, merekayasa, memproduksi, menjual dan memberikan pelayanan produk.

4. Syarat Penerapan Sistem Activity-Based Costing

Dalam penerapannya, penentuan harga pokok dengan menggunakan sistem ABC

menyaratkan tiga hal:

a. Perusahaan mempunyai tingkat diversitas yang tinggi

Sistem ABC mensyaratkan bahwa perusahaan memproduksi beberapa macam produk atau

lini produk yang diproses dengan menggunakan fasilitas yang sama. Kondisi yang

demikian tentunya akan menimbulkan masalah dalam membebankan biaya ke masing-

masing produk.

b. Tingkat persaingan industri yang tinggi

2

Page 8: Paper ABC Activity Based Costing

Yaitu terdapat beberapa perusahaan yang menghasilkan produk yang sama atau sejenis.

Dalam persaingan antar perusahaan yang sejenis tersebut maka perusahaan akan semakin

meningkatkan persaingan untuk memperbesar pasarnya. Semakin besar tingkat persaingan

maka semakin penting peran informasi tentang harga pokok dalam mendukung

pengambilan keputusan manajemen.

c. Biaya pengukuran yang rendah

Yaitu bahwa biaya yang digunakan system ABC untuk menghasilkan informasi biaya

yang akurat harus lebih rendah dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh.

Ada dua hal mendasar yang harus dipenuhi sebelum kemungkinan penerapan metode

ABC, yaitu:

a. Biaya berdasarkan non unit harus merupakan prosentase yang signifikan dari biaya

overhead. Jika hanya terdapat biaya overheadyang dipengaruhi hanya oleh volume

produksi dari keseluruhan overhead pabrik maka jika digunakan akuntansi biaya

tradisionalpun informasi biaya yang dihasilkan masih akurat sehingga penggunaan sisitem

ABC kehilangan relevansinya. Artinya Activity Based Costingakan lebih baik diterapkan

pada perusahaan yang biaya overheadnya tidak hanya dipengaruhi oleh volume produksi

saja.

b. Rasio konsumsi antara aktivitas berdasarkan unit dan berdasarkan non unit harus berbeda.

Jika rasio konsumsi antar aktivitas sama, itu artinya semua biaya overhead yang terjadi

bisa diterangkan dengan satu pemicu biaya. Pada kondisi ini penggunaan system ABC

justru tidak tepat karena sistem ABC hanya dibebankan ke produk dengan menggunakan

pemicu biaya baik unit maupun non unit (memakai banyak cost driver). Apabila berbagai

produk rasio konsumsinya sama, maka sistem akuntansi biaya tradisional atau sistem

ABCmembebankan biaya overhead dalam jumlah yang sama. Jadi perusahaan yang

produksinya homogen (diversifikasi paling rendah) mungkin masih dapat mengunakan

sistem tradisional tanpa ada masalah.

5. Pembebanan Biaya Overhead pada Activity-Based Costing

Pada Activity-Based Costing meskipun pembebanan biaya-biaya overhad pabrik dan

produk juga menggunakan dua tahap seperti pada akuntansi biaya tradisional, tetapi pusat

biaya yang dipakai untuk pengumpulan biaya-biaya pada tahap pertama dan dasar

pembebanan dari pusat biaya kepada produk pada tahap kedua sangat berbeda dengan

akuntansi biaya tradisional.

Page 9: Paper ABC Activity Based Costing

Activity-Based costing menggunakan lebih banyak cost driver bila dibandingkan

dengan sistem pembebanan biaya pada akuntansi biaya tradisional. Sebelum sampai pada

prosedure pembebanan dua tahap dalam Activity-Based Costing perlu dipahami hal-hal

sebagai berikut:

a. Cost Driver adalah suatu kejadian yang menimbulkan biaya. Cost Driver merupakan

faktor yang dapat menerangkan konsumsi biayabiaya overhead. Faktor ini menunjukkan

suatu penyebab utama tingkat aktivitas yang akan menyebabkan biaya dalam

aktivitasaktivitas selanjutnya.

b. Rasio Konsumsi adalah proporsi masing-masing aktivitas yang dikonsumsi oleh setiap

produk, dihitung dengan cara membagi jumlah aktivitas yang dikonsumsi oleh suatu

produk dengan jumlah keseluruhan aktivitas tersebut dari semua jenis produk.

c. Homogeneous Cost Pool merupakan kumpulan biaya dari overheadyang variasi biayanya

dapat dikaitkan dengan satu pemicu biaya saja. Atau untuk dapat disebut suatu kelompok

biaya yang homogen, aktivitas-aktivitas overhead secara logis harus berhubungan dan

mempunyai rasio konsumsi yang sama untuk semua produk.

6. Cost Driver

Landasan penting untuk menghitung biaya berdasarkan aktivitas adalah dengan

mengidentifikasi pemicu biaya atau cost driver untuk setiap aktivitas. Pemahaman yang tidak

tepat atas pemicu akan mengakibatkan ketidaktepatan pada pengklasifikasian biaya,

sehingga menimbulkan dampak bagi manajemen dalam mengambil keputusan.

Jika perusahaan memiliki beberapa jenis produk maka biaya overhead yang terjadi

ditimbulkan secara bersamaan oleh seluruh produk. Hal ini menyebabkan jumlah overhead

yang ditimbulkan oleh masingmasing jenis produk harus diidentifikasi melalui cost driver.

a. Pengertian Cost Driver

Cost driver merupakan faktor yang dapat menerangkan konsumsi biaya-biaya

overhead. Faktor ini menunjukkan suatu penyebab utama tingkat aktifitas yang akan

menyebabkan biaya dalam aktifitas.

Ada dua jenis cost driver, yaitu:

● Cost Driver berdasarkan unit

Cost Driver berdasarkan unit membebankan biaya overhead pada produk melalui

penggunaan tarif overhead tunggal oleh seluruh departemen.

● Cost Driver berdasarkan non unit

Page 10: Paper ABC Activity Based Costing

Cost Driver berdasarkan non unit merupakan factor-faktor penyebab selain unit yang

menjelaskn konsumsi overhead.Contoh cost driver berdasarkan unit pada perusahaan

jasa adalah luas lantai, jumlah pasien, jumlah kamar yang tersedia.

b. Penentuan Cost Driver Yang Tepat

Aktivitas yang ada dalam perusahaan sangat komplek dan banyak jumlahnya. Oleh

karena itu perlu pertimbangn yang matang dalam menentukan penimbul biayanya atau cost

driver.

● Penentuan jumlah cost driver yang dibutuhkan

penentuan banyaknya cost driver yang dibutuhkan berdasarkan pada keakuratan

laporan product cost yang diinginkan dan kompleksitas komposisi output perusahaan.

Semakin banyak cost driver yang digunakan, laporan biaya produksi semakin akurat.

Dengan kata lain semakin tinggi tingkat keakuratan yang diinginkan, semakin banyak

cost driveryang dibutuhkan.

● Pemilihan cost driver yang tepat.

Dalam pemilihan cost driver yang tepat ada tiga faktor yang harus dipertimbangkan:

● Kemudahan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam pemilihan cost

driver (cost of measurement). Cost driver yang membutuhkan biaya

pengukuran lebih rendah akan dipilih.

● Korelasi antara konsumsi aktivitas yang diterangkan oleh cost driver terpilih

dengan konsumsi aktivitas sesungguhnya 20(degree of correlation). Cost

driver yang memiliki korelasi tinggi akan dipilih.

● Perilaku yang disebabkan oleh cost driver terpilih (behavior effec). cost driver

yang menyebabkan perilaku yang diinginkan yang akan dipilih

7. Keunggulan Metode ABC

Amin (1994: 23)3 mengemukakan tentang keunggulan ABC adalah sebagai berikut:

a. Suatu pengkajian ABC dapat meyakinkan manajemen bahwa mereka harus mengambil

sejumlah langkah untuk menjadi lebih kompetitif. Sebagai hasilnya mereka dapat berusaha

untuk meningkatkan mutu sambil secara simultan memfokus pada mengurangi biaya.

3

Page 11: Paper ABC Activity Based Costing

Analisis biaya dapat menyoroti bagaimana benar-benar mahalnya proses manufakturing,

yang pada akhirnya dapat memicu aktivitas untuk mereorganisasi proses, memperbaiki

mutu dan mengurangi biaya.

b. ABC dapat membantu dalam pengambilan keputusan.

c. Manajemen akan berada dalam suatu posisi untuk melakukan penawaran kompetitif yang

lebih wajar.

d. Dengan analisis biaya yang diperbaiki, manajemen dapat melakukan analisis yang lebih

akurat mengenai volume, yang dilakukan untuk mencari break even atas produk yang

bervolume rendah.

e. Melalui analisis data biaya dan pola konsumsi sumber daya, manajemen dapat mulai

merekayasa kembali proses manufakturing untuk mencapai pola keluaran mutu yang lebih

efisien dan lebih tinggi.

8. Kelemahan Sistem akuntansi Biaya Tradisional

Hal-hal yang tidak diberitahukan oleh sistem akuntansi biaya tradisional kepada

manajemen banyak sekali. Akuntansi biaya tradisional memberi sedikit ide kepada

manajemen pada saat harus mengurangi pengeluaran pada waktu yang mendesak. Sistem

tersebut hanya memberikan laporan manajemen dengan menunjukkan dimana biaya

dikeluarkan dan tidak ada indikasi apa-apa yang menimbulkan biaya.

Sistem biaya tradisional memang memeperhatikan biaya total perusahaan, akan tetapi

mereka mengabaikan “below the line expenses”, seperti penjualan, distribusi, riset, dan

pengembangan serta biaya administrasi. Biaya-biaya ini tidak dibebankan kepasar,

pelanggan, saluran distribusi, atau bahkan produk yang berbeda. Banyak manajer yang

percaya bahwa biaya-biaya ini adalah tetap. Oleh sebab itu, biaya-biaya “below the line” ini

diperlakukan secara sama dengan mendistribusikannya kepada pelanggan. Padahal, sekarang

ini beberapa pelanggan jauh lebih mahal untuk dilayani dibandingkan dengan yang lain

dan sebenarnya beberapa biaya tersebut adalah biaya variabel. (Amin, 1992: 22)4.

dengan berkembangnya dunia teknologi, sistem biaya tradisional mulai dirasakan tidak

mampu menghasilkan produk yang akurat lagi. Hal ini disebabkan karena lingkungan global

menimbulkan banyak pertanyaan yang tidak dapat dijawab sistem akuntansi biaya tradisional,

antara lain:

4

Page 12: Paper ABC Activity Based Costing

a. Sistem akuntansi biaya tradisional terlalu menekankan pada tujuan penentuan harga pokok

produk yang dijual. Akibatnya sistem ini hanya menyediakan informasi yang relatif sangat

sedikit untuk mencapai keunggulan dalam persaingan global.

b. Sistem akuntansi biaya tradisional untuk biaya overhead terlalu memusatkan pada

distribusi dan alokasi biaya overhead daripada berusaha keras untuk mengurangi

pemborosan dengan menghilangkan aktivitas yang tidak bernilai tambah.

c. Sistem akuntansi biaya tradisional tidak mencerminkan sebab akibat biaya karena

seringkali beranggapan bahwa biaya ditimbulkan oleh faktor tunggal misalnya volume

produk atau jam kerja langsung.

d. Sistem akuntansi biaya tradisional menghasilkan informasi biaya yang terdistorsi sehingga

mengakibatkan pembuatan keputusan yang menimbulkan konflik dengan keunggulan

perusahaan.

e. Sistem akuntansi biaya tradisional menggolongkan biaya langsung dan tidak langsung

serta biaya tetap dan variabel hanya mendasarkan faktor penyebab tunggal misalnya

volume produk, padahal dalam lingkungan teknologi maju cara penggolongan tersebut

menjadi kabur karena biaya dipengaruhi oleh berbagai macam aktivitas.

f. Sistem akuntansi biayaa tradisional menggolongkan suatu perusahaan kedalam pusat-

pusat pertanggung jawaban yang kaku dan terlalu menekankan kinerja jangka pendek.

g. Sistem akuntansi biaya tradisional memusatkan perhatian kepada perhitungan selisih biaya

pusat-pusat pertanggngjawaban tertantu dengan menggunakan standar.

h. Sistem akuntansi biaya tradisional tidak banyak memerlukan alatalat dan teknik-teknik

yang canggih dalam sistem informasi dibandingkan pada lingkungan teknologi maju.

i. Sistem akuntansi biaya tradisional kurang menekankan pentingnya daur hidup produk. Hal

ini dibuktikan dengan perlakuan akuntansi biaya tradisional terhadap biaya aktivitas-

aktivitas perekayasaan, penelitian dan pengembangan. Biay-biaya tersebut diperlakukan

sebagai biaya periode sehingga menyebabkan terjadinya distorsi harga pokok daur hidup

produk.

Kinerja keuangan

Kinerja keuangan adalah gambaran setiap hasil ekonomi yang mampu di raih oleh

perusahaan perbankan pada periode tertentu melalui aktivitas-aktivitas perusahaan untuk

menghasilkan keuntungan secara efisien dan efektif, yang dapat diukur perkembangannya

dengan mengadakan analisis terhadap data-data keuangan yang tercermin dalam laporan

keuangan.

Page 13: Paper ABC Activity Based Costing

Kinerja (performance) dalam kamus istilah akuntansi adalah kuantifikasi dari keefektifan

dalam pengoperasian bisnis selama periode tertentu. Kinerja bank secara umum merupakan

gambaran prestasi yang dicapai oleh bank dalam operasionalnya. Kinerja keuangan bank

merupakan gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu baik mencakup

aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dananya. Kinerja menunjukkan sesuatu yang

berhubungan dengan kekuatan serta kelemahan suatu perusahaan.

Kinerja perusahaan dapat di ukur dengan menganalisa dan mengevaluasi laporan keuangan.

Informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan di masa lalu seringkali di gunakan sebagai

dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja di masa depan dan hal lain yang

langsung menarik perhatian pemakai seperti pembayaran dividen, upah, pergerakan harga

sekuritas dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo.

Informasi kinerja perusahaan terutama profitabilitas diperlukan untuk menilai perubahan

potensi sumber daya ekonomi yang mungkin di kendalikan di masa depan. Informasi

fluktuasi kinerja bermanfaat untuk memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan

arus kas dari sumber daya yang ada, disamping itu informasi tersebut juga dapat berguna

dalam perumusan pertimbangan tentang efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan

tambahan sumber daya.

Rasio merupakan alat ukur yang digunakan dalam perusahaan untuk menganalisis laporan

keuangan. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan antara suatu jumlah

tertentu dengan jumlah yang lain. Dengan menggunakan alat analisa yang berupa rasio

keuangan dapat menjelaskan dan memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik dan

buruknya keadaan atau posisi keuangan dari suatu periode ke periode berikutnya.

Menurut Peraturan Bank Indonesia No.9/1/PBI/2007 Tentang Sistem Penilaian Tingkat

Kesehatan Bank Umum Beradasarkan Prinsip Syariah, perhitungan kinerja keuangan bank

adalah sebagai berikut:

Rasio Likuiditas (liquidity)

Rasio likuiditas digunakan untuk menganalisis kemampuan bank dalam memenuhi

kewajiban-kewajibannya. Suatu bank dinyatakan likuid apabila bank tersebut dapat

memenuhi kewajiban hutangnya, dapat membayar kembali semua simpanan nasabah, serta

dapat memenuhi permintaan kredit yang digunakan tanpa terjadi penagguhan. Untuk

menghitung rasio likuiditas digunakan beberapa komponen sebagai berikut:

Page 14: Paper ABC Activity Based Costing

1. Besarnya aset jangka pendek dibandingkan dengan kewajiban jangka pendek, sebagai

rasio utama. Rasio ini bertujuan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi

likuiditas jangka pendek.

2. Kemampuan bank dalam memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendek dengan

menggunakan aset jangka pendek, kas dan secondary reserve (Short Term Mismatch/

STMP), sebagai rasio penunjang. Rasio ini brtujuan untuk mengukur kemampuan

bank dalam memenuhi likuiditas jangka pendek dengan menggunakan aktiva jangka

pendek, kas dan secondary reserve.

3. Ketergantungan bank terhadap deposan inti (Rasio Deposan Inti/ RDI), sebagai rasio

penunjang. Rasio ini bertujuan untuk mengukur besarnya ketergantungan bank

syariah terhadap dana dari deposan inti.

4. Pertumbuhan dana deposan inti dibandingkan dengan pertumbuhan total dana pihak

ketiga (Pertumbuhan Rasio Deposan Inti/ PRDI), sebagai rasio penunjang. Rasio ini

bertujuan untuk mengukur tingkat ketergantungan bank syariah terhadap deposan inti.

5. Kemampuan bank dalam memperoleh dana dari pihak lain apabila terjadi mismatch

(Ratio Contingency Plan/ RCP), sebagai rasio observed. Rasio ini bertujuan untuk

mengukur kecukupan sumber dana apabila terjadi short term mismatch dan penarikan

dana deposan inti.

6. Ketergantungan pada dana antar bank (Rasio Antar Bank Pasiva/ RAPB), sebagai

rasio observed. Rasio ini bertujuan untuk mengukur tingkat ketergantungan bank

terhadap dana antar bank.

Rasio Profitabilitas (Earning)

Rasio rentabilitas merupakan alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi

usaha dan kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Untuk menghitung rasio rentabilitas

digunakan beberapa komponen sebagai berikut:

1. Pendapatan Operasional Bersih (Net Oerating Marjin, NOM), sebagai rasio utama

untuk mengetahui kemampuan aktiva produktif dalam menghasilkan laba. 

2. Return On Asset, sebagai rasio penunjang untuk mengukur keberhasilan manajemen

dalam menghasilkan laba.

Page 15: Paper ABC Activity Based Costing

3. Rasio efisiensi kegiatan oerasional (REO), sebagai rasio penunjang untuk mengukur

efisiensi kegiatan operasional bank syariah.

4. Rasio aktiva yang dapat menghasilkan pendapatan (IGA), sebagai rasio penunjang

untuk mengukur besarnya aktiva bank syariah yang dapat menghasilkan pendapatan.

5. Diversivikasi Pendapatan, sebagai rasio penunjang untuk mengukur kemampuan bank

syariah dalam menghasilkan pendapatan dari jasa berbasis fee.

6. Proyeksi Pendapatan Bersih Operasional Utama (PPBO), sebagai rasio penunjang

untuk mengetahui kemampuan aktiva produktif dalam menghasilkan laba di masa

yang akan datang.

7. Rasio Net Marjin Operasional Utama, sebagai rasio observed untuk mengukur

pendapatan bersih dari operasi utama terhadap total penyaluran dana.

8. Return On Equity, sebagai rasio observed untuk mengukur kemampuan modal dalam

menghasilkan laba.

9. Komposisi penempatan dana pada surat berharga/ pasar keuangan, sebagai rasio

observed untuk mengukur besarnya penempatan dana bank syariah pada surat

berharga dan pasar keuangan.

10. Fungsi edukasi publik (CSR), sebagai rasio observed untuk mengukur besarnya fungsi

corperate social responsibility terhadap proses pembelajaran masyarakat.

11. Fungsi sosial, sebagai rasio observed untuk mengukur besarnya pelaksanaan fungsi

sosial bank syariah.

12. Korelasi antara tingkat bunga di pasar dengan return / bagi hasil yang diberikan oleh

bank syariah, sebagai rasio observed. Rasio ini bertujuan untuk mengetahui hubungan

antara tingkat bunga dengan return yang diberikan bank syariah kepada nasabah.

13. Besarnya bagi hasil dana investasi, sebagai rasio observed untuk mengetahui

kemampuan bank dalam mengelola dan investasi untuk menghasilkan pendapatan.

14. Penyaluran dana yang di write off dibandingkan dengan biaya operasional, sebagai

rasio observed. Rasio ini bertujuan untuk mengukur signifikasi pengaruh penghapus

bukuan terhadap efisiensi operasional bank.

Page 16: Paper ABC Activity Based Costing

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Activity-Based Costing (ABC) adalah suatu sistem informasi akuntansi yang

mengidentifikasi berbagai aktivitas yang dikerjakan dalam suatu organisasi dan

mengumpulkan biaya dengan dasar dan sifat yang ada dan perluasan dari aktivitasnya. ABC

memfokuskan pada biaya yang melekat pada produk berdasarkan aktivitas untuk

memproduksi, mendistribusikan atau menunjang produk yang bersangkutan.

Kelemahan Akuntansi Biaya Tradisional secara umum yaitu banyak hal-hal yang

tidak diberitahukan oleh sistem akuntansi biaya tradisional kepada manajemen. Akuntansi

biaya tradisional memberi sedikit ide kepada manajemen pada saat harus mengurangi

pengeluaran pada waktu yang mendesak. Sistem tersebut hanya memberikan laporan

manajemen dengan menunjukkan dimana biaya dikeluarkan dan tidak ada indikasi apa-apa

yang menimbulkan biaya.

Adapun Keunggulan ABC yaitu:

a. Suatu pengkajian ABC dapat meyakinkan manajemen bahwa mereka harus

mengambil sejumlah langkah untuk menjadi lebih kompetitif. Sebagai hasilnya mereka

dapat berusaha untuk meningkatkan mutu sambil secara simultan memfokus pada

mengurangi biaya. Analisis biaya dapat menyoroti bagaimana benar-benar mahalnya

proses manufakturing, yang pada akhirnya dapat memicu aktivitas untuk mereorganisasi

proses, memperbaiki mutu dan mengurangi biaya.

b. ABC dapat membantu dalam pengambilan keputusan.

c. Manajemen akan berada dalam suatu posisi untuk melakukan penawaran kompetitif

yang lebih wajar.

Page 17: Paper ABC Activity Based Costing

d. Dengan analisis biaya yang diperbaiki, manajemen dapat melakukan analisis yang

lebih akurat mengenai volume, yang 21dilakukan untuk mencari break even atas produk

yang bervolume rendah.

e. Melalui analisis data biaya dan pola konsumsi sumber daya, manajemen dapat mulai

merekayasa kembali proses manufakturing untuk mencapai pola keluaran mutu yang

lebih efisien dan lebih tinggi.

Kinerja keuangan adalah gambaran setiap hasil ekonomi yang mampu di raih oleh

perusahaan perbankan pada periode tertentu melalui aktivitas-aktivitas perusahaan untuk

menghasilkan keuntungan secara efisien dan efektif, yang dapat diukur perkembangannya

dengan mengadakan analisis terhadap data-data keuangan yang tercermin dalam laporan

keuangan.

Page 18: Paper ABC Activity Based Costing

DAFTAR PUSTAKA

Tunggal, Amin Widjaja, Activity Based Costing Suatu Pengantar, Rineka Cipta, Jakarta,

1992

Mulyadi, Akuntansi Manajemen, Konsep, Manfaat dan Rekayasa, Edisi 2,BP STIE YKPN,

YK, 1993

Hansen, Don R and Maryanne M Mowen, Akuntansi Manajemen, Edisi 7, Salemba Empat,

Jakarta, 2004

Website, http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/sujana.pdf

Website, http://rac.uii.ac.id/server/document/Private/2008042504115400312268.pdf

Website, http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/6207108120.pdf

Website, http://www.referensimakalah.com/2013/02/pengertian-kinerja-keuangan.html