SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain...
Transcript of SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain...
![Page 1: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/1.jpg)
P E N Y A L A H G U N A A N N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A M E N U R U T
UNDANG-UNDANG N O M O R 35 T A H U N 2009 D A R I
P E R S P E K T I F VICTIMOLOGI
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu lyarat untuk
tnencmpub qjiaa Sarjana Hukum
Okki
DIANA S A P U T R A
S 0 2 0 U 0 5 9
U N I V E R S I T A S M U H A M M A D I Y A H P A L E M B A N G
F A K U L T A S H U K U M
201S
P E R S E T t J UAN DAN P E N G E S A H A N
Judut Sknpsi P E N Y A L A H G U N A A N N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A M E N I I R U T UNDANG UNDANG N O M O R 35 T A H U N 2009 D A R I P E R S P E K T I F VICTIMOLOGI
t 0
Nama NM Program Studi
DIANA SAPUTRA 50 2011 059 ilmu Hukutn
Program Kekhususan Hukum Pidana
Pembimbing M Soleh Idrus SH MS (
PERSETUJUAN OLEH TIM PENGUJI
Palembang APRIL 2015
Ketua Hambati Yunif S R M Hun
Anggota I H Syairozi SH M Hum
2 R Saifullah Bash SH MH
(
(
DISAHKAN OLEH DEKAN FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Dr Hi SRI SUATMIATI S R MHum NBMNIDN 06036079i348 00060406009
M O T T O
KEBEBASAN BUKAN SEMATA - MATA MELEPASKAN
RANTAI DARI TANGAN SESEORANG KEBEBASAN ADALAH
HIDUP DENGAN CARA YANG SALING MENGHORMATl DAN
SALING MEMBANTU KEBEBASAN ORANG LAIN
(NELSON MANDELA)
K U P E K S E M B A H K A N K E P A D A
bull IBUKU TERCINTA DAN ALM
AVAHKU TERIMA KASIH ATAS
KASIU SAYANG YANG T E L A H
DIBERIKAN
ltraquo NENEK DAN K A K E K K U TERSAYANG
DAN KERABAT SERTA K E L U A R G A
TERIMA KASIH ATAS
DUKUNGANNYA-
bull UNTUK SESEORANG TERCINTA
TERIMA KASIH ATAS MOTIVASINYA
DAN SEMANGATNYA UNTUK
MENVELESAIKAN SKRIPSI INL
bull SAHABAT SAHABATKUDAN
bull ALMAMATERKU
iii
Judul Sknpsi PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI P E R S P E K T I F VICTIMOLOGI
Penulis Diana Saputra
Pembimbing M Soleh Idrus S H M H
A B S T R A K Korban kejahatan tindak pidana Narkotika dan Psikolropika memperoleh
perhatian utama karena korban merupakan bagian yang tidak dapal dipisahkan dari kejahalan oleh karena i lu korban memiliki peranan yang sangat penling secara viclimologi memudahkan dalam menemukan upaya penanggulangan kejahatan yang pada akhimya akan bermuara pada menurunnya kuantitas dan kualitas kejahatan Hal tersebut sejalan dengan semakin bcrkembangnya vicfimologi dalam pengaturan Narkotika dan Psikotropika menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
Permasalahan yang menjadi inti pembahasan dalam penelitian ini adalah apa faktor-faktor yang mcnyebabkan terjadinya penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika bagaimana perkembangan pengaturan tenting Iindak pidana Narkotika dan Psikotropika sebelum dan menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dan bagaimana pengaturan tindak pidana pwnyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dari perspektif victimohgi
Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normalif penelitian hukum normatif yang mengacu kepada norma-norma dan asas-asas hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan serta pemilihan terhadap pasalpasal yang relevan dengan permasalahan dimaksud yang terdapat dalam bahan hukum primer scperti Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkolika dan Keppres Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkotika Nasional
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah bahwa perlindungan terhadap korban narkotika berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika terdapat kescimbangan antara perlindungan terhadap pelaku kejahatan narkolika dengan korban Dimana bahwa berdasarkan sanksi baik pidana maupun denda yang terdapat dalam undang-undang narkotika tersebut sangatlah beral-berat dan tegas Ini berarti bahwa undang-undang narkotika yang baru tersebut lebih mementingkan korban dari pada pelaku kejahatan narkotika Jika dipjerhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-undang narkotika juga diatur mengenai rehabililasi terhadap korban baik korban yang diakibatkan oleh orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku itu sendiri
Disarankan bahwa sanksi pidana maupun denda yang digariskan dalam undang-undang narkotika dan psikotropika tersebut benar-benar dapat dilerapkan kcpada setiap pelaku penyalahgunaannya tanpa pandang bulu bagi siapa saja yang terlibat di dalamnya baik dilakukan sendiri-sendiri maupun kelompok atau korporasi seperti memiliki mengonsumsi menyimpan mengedarkan menjual membeii memproduksi dan Iain-Iain untuk keperluan illegal
iv
K A T A P E N G A N T A R
Assalamualaikum fVr Wb
Alhamamdulillah puji syukur kepada Allah SWT yang telah senantiasa
melimpahkan rahniat dan kaninia-Nya kepada penulis
Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada Baginda Nabi Besar
Muhammad SAW keluarga serta para sahabal beliau dan pengikul-pengikutnya
yang selalu istiqomah sampai akhir zaman
Dalam penulisan skripsi ini penulis melewati masa-masa yang sulit dan
berusaha sebaik-baiknya dcngan kemampuan yang penulis mi l ik i Dan berkat
rahmat Allah S W I pula penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan
judut P E N Y A L A H G U N A A N N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A
M E N U R U T UNDANG UNDANG N O M O R 35 T A H U N 2009 D A R I
P E R S P E K T I F VICTIMOLOGF
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempuma dan banyak
kekurangan Untuk i lu saran dan kritik sangat penulis harapkan demi tercapainya
kesempumaan skripsi ini
Pada kesempatan yang baik ini penulis mengucapkan tcrima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan khususnya kepada
1 Bapak Dr H M Idris SE MSi Seiaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Palembang
V
2 Ibu Dr Sri Suatmiati SH MHum Seiaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Palembang
3 Bapak dan Ibu Seiaku Wakil Dekan I I I I l l dan IV Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Palembang
4 Ibu Luil Maknun SH M H Seiaku Ketua Bagian Hukum Pidana di
Universitas Muhammadiyah Palembang
5 Bapak Nur Husni Emilson SH SpN M H Seiaku Penasehat Akademik
yang selalu membimbing Penulis
6 Bapak M Soleh Idrus SH M H Seiaku Pembimbing Skripsi
7 Seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta Karyawan Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Palembang
8 Sahabat-sahabatku tercinta
9 Serta seluruh leman-teman penulis angkatan 2011 yang tidak dapat disebutkan
satu persatu Semoga sukses
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita
semua dan semoga amal ibadah kita mendapat balasan dari Allah SWT
Palembang 2015
Penulis
Diana Saputra
vi
P E R N Y A T A A N K E A S L I A N K A R Y A I L M T A H
Dengan ini saya D I A N A SAPUTRA menyalakan bahwa Karya
llmiahSkripsi ini adalah asli hasil karya saya sendiri dan karya ilmiah ini belum
pemah diajukan sebagai pemenuhan persyaratan untuk memperoleh gelar
kesarjanaan Strata Satu (SI) dari Universitas Muhammadiyah Palembang maupun
Perguruan Tinggi lain
Semua informasi yang dimuat dalam karya ilmiah ini yang berasal dari
penulis lain baik yang dipublikasikan atau tidak tclah diberikan penghargaan
dengan mengutip nama sumber penulis secara benar dan semua isi dari Karya
Ilmiah ini sepeanuhnya menjadi tanggung jawab saya sebagai penulis
Palembang Maret 2015
Penulis
DIANA S A P U T R A N I M 50 2011 059
v i i
D A F T A R ISI
H A L A M A N J U D U L i
H A L A M A N P E R S E T U J U A N U N T U K U J I A N K O M P R E H E N S I F i i
M O T T O DAN P E R S E M B A H A N i i i
A B S T R A K iv
K A T A P E N G A N T A R v
P E R N Y A T A A N K E A S L I A N K A R Y A I L M I A H vi
D A F T A R ISI v i i i
B A B I P E N D A H U L U A N
A Latar Belakang
B Perumusan Masalah 5
C Ruang Lingkup dan Tujuan 5
D Metode Penelitian 6
F Sistematika Penulisan 7
B A B H T I N J A U A N P U S T A K A
A Pengertian Penyalahgunaan 9
B Pengertian Viclimohgi 10
C Ruang Lingkup Victimologi 11
D Jenis dan Penggolongan Niirkotika dan Psikotropika 12
a) Narkotika 12
b) Psikotropika 17
viii
B A B I I I P E M B A H A S A N
A Perkembiingan pengaturan tentang tindak pidana
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika sebelum iahimya
dan menurut undang-undang nomor 35 tahun 2009 22
B Pengaturan Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997
Tentang Psikotropika dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun
1997 Tentang Narkotika 40
C Pcnyalahgunaaan Narkotika dan Psikotropika Dalam
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari
Perlindungan Terhadap Korban 44
1 Self-victimizing victims narkotika dan psikotropika 44
2 Rehabilitasi terhadap self-victimizing victims 48
3 Tahapan-tahapan rehabilitasi terhadap self-victimizing
victims 57
B A B IV P E N U T U P
A Kesimpulan 65
B Saran 66
D A F T A R P U S T A K A
L A M P I R A N
ix
B A B l
PENDAHULUAN
Latar Belakang
PciTindiingan korban lindak pidana dalam sistein liukimi nasional
nampaknya belum memperoleh perhatian serius Hal ini terlihat dari masih
sedikitnya hak-hak korban tindak pidana memperoleh pengaturan dalam
perundang-undangan nasional Adanya ketldakseimbangan antara
perlindungan korban kejahatan dengan pelaku kejahatan pada dasarnya
merupakan salah satu pengingkaran dari asas setiap warga ncgara bersamaan
kedudukaiinya dalam hukum dan pemerintahan sebagaimana diamanatkan
oleh Undiing-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konslitusional
Niirkotika Psikotropika dan Bahan Aditif Lainnya adalah berbagai
macam obat yang semestinya dinianfaalkan sesuai dengan kcpentingan
tertentu niisalnya pada dunia mcdis untuk mcmbantu proses kerja dokter
dalam melakukan opcrasi bedah Akan tetapi saat ini obat-obat terlarang ini
telah dikonsumsi diedarkan dan diperdagangkan tanpa izin berwajib demi
memperoleh keuntungan dan nikmat sesaat saja Karena pengaruh Narkotika
dan Psikolropika tersebut dapat membuat pemakai menjadi ketergantungan
merusak sampai ke sel-sel saraf manusia seliingga melemalikaii daya pikir
dan lambat memberikan rekasi terhadap lawan bicara Untuk menganaiisa
materi pelajaran bagi pelajar dan mahasiswa yang terkena bahaya Narkotika
atau Psikotropika dapat mengakibatkan pada kelambatan berfikir sehingga
1
2
harapan dalam pencapaian pcmbangunan nasional dapal tcrganggu
Bahaya nicngedarkan Narkotika dan isikolropika dapat dibayangkan
berapa banyak sel syuraf otak mahusia yahg akan dlrusak borapa gencfasl
muda anik sekoiah dan mahasiswa terus diburu pengedar Narkotika dan
Psikotropika tersebul bahkan dapat mengakibatkan kematian^
Keterganl jngan lerhadap Narkotika dan Psikotropika pada mulanya ingin
coba-coba dulu karena Narkotika maupun Psikolropika tersebul dapat
membuat pemakaiiiyu bcrhalusinasi seolah lupu tchadiip masalah dan berada
pada dunia keindahaii Jika laktor kesempatan untuk mendapatkan Narkolika
dan Psikotropika sangat mudah dari pengedar maka dapal mengakibatkan
korban akan semakin bertambah Melihat besamya bahaya penyalahgunaan
Narkotika dan Psikotropika lerhadap individu dan mengganggu pencapaian
cita-cita NKRl maka lerhadap Narkotika maupun Psikolropika harus
dilakukan penanggulangannya sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku
Scjak awat mula Iahimya hukum pidana fokus subjek yang paling
banyak disoroti adalah si pelaku Padahal dari sualu kejahatan kerugian yang
paling besar didcrita adalah pada si korban kejahatan tcrsebut Akan tetapi
scdikit sekali ditemukun hukum-hukum atatipun peraturan perundang-
undangan yang mengatur tcnung korban serta perlindungan lerhadapnya
httpw^vbnn (ioidportalhiirup(irlalkoTilenphpnaTna=lrofilampopvisL _iTiisiampmn^l diakscs tcrukhir tanggal 29 December 2(M4 Iihal juja Kcpprcs Nti 17 Taliun 21X12 tentang Itadan Narkotika Nasional pada bagian konsidcran mcnimbang huruf (J) bcrbunyi Bahwa sehubungun dengan pertimbiingan hunifu huruf b huruf c dan sebagai pcluksunaan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkolika ficrlu niembcntuk Badan Narkotika Nusiona dcngan Keputusan Iresiden
^Funny Jonathans Poyk Suhiiah KusehiUan Narkoba Sayonara (Jakarta IT (Jelora AkHuru Iralama 2006) lial 9 Made Darma Weda Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korfwrasi dalam Bunga
3
Berbicara mengenai upaya penanggulangan kejahatan atau tindak
pidana Narkotika dan Psikotropika yang tepat maka cara pandang sebaiknya
tidak hanya terfokus pada berbagai hal berkaitan dengan penycbab timbuliiya
kejahatan atau metode apa yang efektif dipergunakan dalam penanggulangan
kejahatan tersebul Namun hal lain yang tidak kalah penlingnya untuk
dipahami adalah masalah korban kejahatan itu sendiri yang dalam keadaan-
keadaan lertentu dapal menjadi pemicu munculnya kejahatan dalam tindak
pidana Narkotika dan Psikotropika tersebul
Piida saat berbicara tentang korban kejahatan dalam tindak pidana
Narkotika dan Psikotropika maka cara pandang tidak dapat dilepaskan dari
victimologi Melalul victimologi dapal diketahui berbagai aspek yang
berkaitan dengan korban seperti faktor penyebab munculnya kejahatan
penyalahgunaan bagaimana seseorang dapat menjadi korban
penyalahgunaan dan upaya mengurangi terjadinya korban kejahatan
penyalahgunaan serta hak dan kewajiban korban kejahatan dalam tindak
pidana Narkolika dan Psikotropika tersebut Secara victimologi terhadap
korban kejahatan dalam tindak pidana Narkotika dan Psikotropika misalnya
korban yang ditemukan pada anak usia 7 tahun sudah ada sebagai pemakai
anak di usia 8 talum sudah ada yang memakai ganja dan lalu di usia 10 tahun
anak-anak sudah menggunakan Narkotika alaupun Psikotropika dari berbagai
jenis seperti ganja heroin morfni ekstasi dan sebagainya
Kraquogtrban dalam lingkup victimologi memiliki arti yang luas karena
Rampai Vihmisusi (Bandung Krcsco 1995) hal 200 TM Giri Prasln vo Rebahilium liagi Korban Narkoba ( Iangerang Visimudia 2006) hal v
4
tidak hanya terbatas pada individu yang secara nyata menderita kerugian
tetapijuga kelompok korporasi swasta maupun penierintali sedangkan yang
dimaksud dcngan akibat pcnimbulan korban adalah sikap atau tindakan
terhadap korban danatau pihak pelaku serta mereka yang secara langsung
atau tidak terlibat dalam terjadinya suatu kejahatan
Pentingnya korban kejahatan dalam tindak pidana Narkotika dan
Psikotropika ihempcroleh perhatian utama DIkarenakan korban merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kejahatan oleh karena ilu maka
korban memiliki peranan yang sangat penting dalam penelitian ini
Diperolchnya pemahaman yang luas dan mendaiam tentang korban kejahatan
dalam linJak pidana Narkotika dan Psikolropika dapat [nenuidahkan dalam
menemukan upaya penanggulangan kejahatan yang pada akhimya akan
bermuara pada menurunnya kuantitas dan kualitas kejahalan Sejalan dcngan
semakin bcrkembangnya victimologi sebagai cabang ilmu baru berkembang
pula berbagai runuisan tentang victimologi Kondisi iiii hendaknya tidak
dipandang sebagai pertanda tidak adanya pemahaman yang seragam
mengenai ruang lingkup victimologi tetapi harus dlpaiidang sebagai bukti
bahwa vU timologi akan selalu berkembang sejalan dengan perkembangan
yang terjadi dalam masyarakat
Berdasarkan uraian di atas yang menjadi obyek pengkajian dari
victimologi penyalahgunaan Narkolika dan Psikotropika di antaraiiya adalah
faktor terjadinya kejahatan dan bagaimanakali pengaturan Narkotika dan
Dikdik M Arir Mimsur dan Elistaris (lultoiii UrgensI Ierilndungan Korban Kejahalan Anlara Norma dan Realita (Bandung Agustus EakulUis Hukum Universitas Padj aj uran 2006) hal 29
5
Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Oleh sebab itu
maka judui yang dipilih unluk diteliti dalam penelitian adalah
Penyalahgunaan Narkotika dan Pstkolropka Menurut Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 Dari Perspektif Victimologi
B Perumusan Masalah
1 Apa yang menjadi faktor faktor yang menyebabkan terjadinya
2 Bagainiana pengaturan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika dan
Psikotropika daiam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dari perspektif
victimology
C Ruaug lingkup daii tujuan
Ruang lingkup
Secara umum ruang lingkup skripsi ini untuk mengetahui apa yang
menjadi faktor faktor terjadinya penyalahgunaan narkobadan
penyalahgunaan norkoba menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari
perspektil victimologi
Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan penulisan ini adaiah
sebagai bfrikut
1 Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
penyalahgunaan Narkoba
2 Untuk mengetahui pengaturan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika
dan Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Talum 2009 dari
penyakiligunaanTiarkotika dan psikotropika
6
perspektif viAimo(gtg[
E Metode rcncHtl
Untuk memperoleh data yang kongkril sebagai pcdoman dalam
penulisan skripsi ini maka penulis menggunaan metode sebagai berikul
1 Metode pclaksanaan penelitian
dalam pclaksanaan ini penulis menggunaan metode penelitian hukum
normatif yang bersifal diskriftif dengan menggunaan dala skunder
Penelitian nukum norkatif ini merupakan penelitian kcpustakaan yaitu
penelitian terhadap dala skunder yang iiiempuiiyai ruang lingkup meiipuli
surat sural fakta fakta sampai pada dokumen - dokuincn resmi yang
dikeluarkan oleh instansi lerkait
2 Metode pcngiimpulun data
Pengumpulan data meiiipunyai hubungan yang eral dengan sumber data
karena dcngan pengumpulan dala akan diperoleh data yang dipcrlukan
untuk selanjutnya dianalisis sesuai dengan yang diinginkan Dalam usuha
pengumuian dala dala yang relevan dengan judul ini penulis
menggunakan metode normatif diskriplif dengan menggunakan data
skunder yang berbentuk dokumcntasi
3 Tehnik pcngolahan data
Dilakukan dcngan cara nnalisis isi terhadap teksural untuk selanjutnya
dikoniruksikan dalam suatu kesimpulan
7
Sislemutika [cnulisiin
Penelitian ini dibuul berdasarkan sistematika penulisan di dalam
penelitian ini peneliti mcmbaginya dalam empat bagian yailu
BAB I PENDAHULUAN
Merupakan bab pendahuluan yang menguraikan mengenai hal-hal
berkaitan dengan Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan
dan Maniaat Penclilian Kcaslian Penelitian Tlnjaiian
Kcpustakaan Pengertian Penyalahgunaan Pengertian
Viclimologi Ruang Lingkup dan Manfaat Viclimologi Jenis dan
Penggolongan Narkotika dan Psikotropika Metode Penelitian
dan Sistematika Penulisan
BAB U TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bagian ini menguraikan yaitu mengenai pengertian tentang
penyalahgunaan pengertian tentang ruang lingkup viktimologi
pengertian tentang narkotika dan jcnis-jcnis narkolika
BAB Hi PEMBAHASAN
Merupakan bab yang membahas mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan Pengaturan Sanksi Pidana lerhadap Penyalahgunaan
Narkotika dan Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Ditinjau dari Perlindungan Terhadap Korban dan
Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Self
Victimizing Victims
8
BAB IV K E S I M P U L A N DAN SARAN
Bab ini memuat beberapa kesimpulan dan saran yang dibuat
peneliti sebagai hasil dari pembahasan dun penguraian di dalam
penelitian ini dari keseluruhan permasalahan yang ada
DAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A Pengertinn Pcnyalaliguiiaan
Penyalahgunaan dimaksudkan dalam penclilian ini adalah
penyalahgunaan terhadap narkotika dan psikolropika Dimana bahwa
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika ini diambil dan dipersainakan
dcngan pengertian penyalahgunaan narkoba seperti yang disebutkan Lutfi
Braja yakni memberikan pembatasan mengenai penyalaiiguiiaaii yaitu
Pemakaian narkoba di iuar indikasi medik tanpa petunjuk atau
resep dokter dan peinakaiannya bersifat patologik
(menimbulkan kelainan) dan menimbiilkan humbutan dalam
aktifitas di rumah di sekoiah atau di kampus tempat kerja dan
lingkungan sosial Ketergantungan narkoba adalah kondisi yang
kebanyakan diakibatkan oleh penyalahgunaan zat yang disertai
dengan adanya toleransi zat (dosis semakin tinggi) dan gejala
putus zal
Permasalahan penyalahgunaan mengakibatkan dampak yang sering
terjadi di tengah-tcngah masyarakat dari penyalahgunaan narkolika dan
psikotropika antara lain merusak hubungmt kekeluargaaii menurunkan
kemampuan belajar dan produktifitas kerja secara drastis sulit membedakan
mana perbuatan baik dan perbuatan buruk perubahan pcrilaku menjadi
Mardani Op 01 lial 2
9
10
pcrilaku anti sosial (pcrilaku maladaptil) gangguan kesehalan (fisik dun
mental) mempertinggi jumlah kecelakaan lalu lintas tindak kekerasan dan
kriniinuliLis lainnya
Dari kata penyalahgunaan menandakan bahwa Narkotika dan
Psikotropika tidak selalu bermakna negatif Dcngan begitu narkotika dan
psokitropika yang digunakan dengan baik dan benar oleh dokter untuk
mengobati pasiennya lidak tennasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang
disaiahgunakan Di dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA
(Narkotika Psikotropika dan Zat Adit i f Lainnya)
B Pengertian Victiimlogt
Pada dasarnya perkembangan ilmu pengetahuan tentang korban
kejahalan (viktimologi) lidak dapat dipisahkan dari iahimya peiiiikiraii-
pemikiran brilian dari Hans von Hentig seorang ahli kriminologi pada talum
1941 serta Mendelsohn pada tahun 1947 Pemikiran dari kedua ahli ini
sangat mcmpengaruhi setiap fase perkembangan viktimologi Perkembangan
viktimologi hingga sampai pada keadaan seperti sekarang tentunya tidak
terjadi dengan sendirinya namun telah meiigalami berbagai perkembangan
yang dapai dibagi dalam 3 (tiga) fase sebagai berikut
a iada tahap peitama viktimologi hanya meinpclajari korban kejahatan saja
pada fase ini dikatakan sebagai pehdl or special vtciimolo^
b Pada lase kedua viktimologi tidak hanya mengkaji masalah korban
Oadang Huwari Konsep Islam Memerungt AIDS dan NAA Cel XI (Ycgvakarta Ohaiiii iiakli Idaya 1997) hal 153 Made Danaa Wi da Op cil hal 200
kejahalan tetapi juga meiipuli korban kecelakaan Pada fase ini disebut
sebagai general victimology
c Fase ketiga Vikt imologi sudah berkembang lebih luas lagi yaitu mengkaji
permasalahan korban karena penyalahgunaan kckuasaan dan hak-hak asasi
manusia Fase ini dikatakan sebagai new viciimology
Berdasarkan pengertian di atas nampak je las bahwa yang menjadi
obyek pengkajian dari viktimologi diantaranyu pihak-pihak mana saja yang
terlibat atau mcmpengaruhi terjadinya suatu viktimisasi kriminal
bagaiinanakah respon terhadap suatu viktimisasi kriminal faktor penyebab
terjadinya viktimisasi kriminal bagaimanakah upaya penanggulangannya
dan sebagainya
C R u a i i g L i n g k u p Victimologi
Vikt imologi mencliti topik-topik teiilang korban scperti peranan
korban pada terjadinya kejahatan hubungan antara pelaku dengan korban
rentannya posisi korban dan peranan korban dalam sistem peradilan pidana
Selain itu menurut Muladi viktimologi merupakan suatu studi yang bertujuan
untuk
1 Menganaiisa berbagai aspek yang berkaitan dcngan korban
2 Berusaha untuk memberikan penjelasan sebab musabab terjadinya
vikt imisasi dan
3 Mengembangkan sistem tindakan guna mengurangi penderitaan manusia
^Suryono Ekolaina ST Harum Pudjianlo RS dan G Wiraiama Abortus Iruvocalus Ba^ Korban Perkosnan Persxkif Viktimologi Kriminologi Jan Hukum Pidana Edisi PcrUtma Culakari lurlunii (Jakiiria Univcrsilas AlmaJaya 2001) liul 174 ^ibidMl I7()
12
Menurut JE Sahetapy ruang lingkup Viktimologi meliputi bagaimana
sescorang (dapat) menjadi korban yang ditentukan oleh suatu victimity yang
lidak selaiu berhubuiigan dengan masalah kejahatan termasuk pula korban
kecelakaan dan bencana alam selain dari korban kejahatan dan penyalah
gunaait kekuasan^ Namun dalam perkembangannya di tahun 1985
dipeiopori oleh Separovic yang mempelopori pemikiran agar Viktimologi
khusus niengkaji korban karena adanya kejahatan dan penyalahgunaan
kckuasaan dan tidak mengkaji korban karena musibah alau bencana alam
karena korban bencana alam di iuar kemauan manusia out of mms will)
D Jenis dan Penggolungan Narkotika dan Psikotropilta
Dari kata penyalahgunaan narkoba menandakan bahwa narkoba tidak
selalu beimakna negatif Dengan begilu narkolika dan psokitropika yang
digunakan dengan balk dan benar oleh dokter unluk mengobati pasiennya
tidak termasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang disaialigLmakan Di
dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA (Narkotika Psikolropika
dun Zat ditir Lainnya) Dalam penelitian ini hanya dibahas tentang
narkotika dan psikolropika maka sebelumnya dipaparkan terlebih dahulu
berbagai jenis narkotika dan psikotropika sebagai berikut
a) Narkolika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari lanaman atau
TbUi Miiiadi HAM Halam Persepkiif Sislem Peradilan Pidana datam Muladi (cd) Hak Asas) Manusia Hakclal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspeklif llukum dan Masyarakat (Bandung Refikii Aditama 2005) hal lOX VfiWDial 109 Subagyo Partediharjo Op cil hal 11
13
bukan tanainan baik sintesis maupun bukan sintesis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa
Zat ini dapal mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat
meninibulkan ketergantungan Menurut Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika Narkolika adalah at atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun
semisimetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri
dan dapat nienimbulkati ketergantungan yang dibedakan kc dalam
golongan-goiongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang in i
Narkotika memiliki daya adikasi (ketagihan) yang sangat berat
Narkolika juga memiliki daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual
(kebiasaan) yang sangat tinggi Ketiga sifat narkolika ini yang
menyebabkan pemakai narkotika tidak dapat lepas dari cengkeramannya
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
Jenis jenis narkotika dibagi ke daiam 3 (tiga) kelompok yaitu narkotika
golongan I golongan I I dan golongan I I I
Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbaiiaya
karemi daya adilifnya sangat tinggi Golongan ini tidak boleh digunakan
untuk kcpentingan apapun kecuali unluk penelitian atau ilmu
pengetahuan Contohnya adalah ganja heroin kokain inorfin opium dan
lain-lain Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya
Ibid Posal 1 Ayal (I) Unilung-Undang Nomor 3 Tahun 2009 lenlang Narkotika
14
aditifkual tclapi bcrmaiilaal untuk pcngohatan dan penclilian tlonluhnya
adalah petidin dan turunannya benetldin belamctadol dan lain-iain
Sedanikaii narkulika golungaii Ml adalah narkotika yang niciniliki daya
aditif riiigan tetapi bermanfaat untuk penghatan dan penelitian Contohnya
adalali kudcin dun turunannya^
Berdasarkan cara pcmbuatannya narkotika dibedakan ke dalam 3
(tiga) golongatt juga yaitu narkolika atami narkotika semlsimesis dan
narkotika sintesis Dijelaskan sebagai berikut
1) Naikotika alami
Narkotika alami adalah narkotika yang zat aditithya diambil dari
(umbuhlumbuhan (atam) Contohnya
u tjaiija
Ganja adalah tanaman perdu dengan daun menyerupai daun
singkong yang tepinya bergerigi dan berbulu lialus Jumlah Jari
daunnya selalu ganjil yakni 5 7 9 Tumbuhan ini banyak lumbuh di
iieberapa daerah di Indonesia seperti Aceh Suinalera Ulara
Sumatera Selaian Pulau Jawa dan lain-lain Daun ganja ini sering
iligunakiin sebagai bumbu penyedap masakan Bila digunakan
ebagai bumbu iiuisak daya adilifnya rendah Namun lidak
ilemikian apabila dibakar dan asapnya dihirup Cara
|)cnyalahgunaunnya adalah dikcringkan dan dicampu dengan
icmbakiiii rokok atau dijadikan rokok lalu dibakar serta dihisap
Subagvo PurtoJiharjo Op cil hal 11-12
15
b Ilaisis
Hasis adaiah lanaman serupa ganja yang lumbuh di Amcrika
Latin dan Eiopa Daun ganja hasis dan mariyuana Juga dapat
disuling dan diambil sarinya Oatam bentuk cair harganya sangat
mahai Gunanya adalah unluk disaiahgunakan oleh pemadut-pemadal
kelas tinggi
c Koka
Koka adalah lanaman perdu mirip pohon kupi Huahnya yang
inatang bcrwama inerah seperti biji kopi Dalam komunitas
masyarakat Indian Kuno biji koka sering digunakan untuk
inenambah kekiiatan orang yang bcrperang atau bcrburu binalang
Koka kemudian bisa diolah menj adi kokain
d Opium
Opium adaiah bunga dengan bentuk dan wama yang indah
Dari getah bunga opium dihasilkan candu (opiat) Di Mesir dan
daratan Cina opium dahulu digunakan unluk mengobati beberapa
penyakit member kekuatan atau menghilangkan rasa sakil pada
lentara yang terluka sewaktu berperang atau berburu Opium banyak
lumbuh di segiliga emas antara Burma Komboja dan Thailand
atau di daratan Cina dan segitlga emas Asia Tengah yaitu daerah
antara Alganistan Iran dan Pakistan
Dalam kalangan perdagangaii liilernasional ada kebiasaan
ftW hal 14
16
(keliru) tncnamai daerah tempat peuanamuii opium sebagai daerah
emas Diberi nama demikian karena perdagaiigan opium sangat
mengimtiingkan Karena bahayanya yang besar daerah seperti ilu
keliru jika diberi nama predikat emas Daerah sumber produksl
opium sepantasnya disebut segitlga setan atau segitlga iblis
2) Narkotika semisintcsis
Narkotika semisintesis adalah narkotika alami yang diolah dan
diambil zat aktifnya (intisarinya) agar memiliki khasiat yang lebih kuat
schmgga dapat dimanfaatkan untuk kepcnlingan kedokteran
Contohnya
a Morfm dipakai dalam dunia kedokteran unluk menghilangkan rasa
sakit alau pembiusan pada operasi (pcmbcdahan)
b Kodein dipakai unluk obat penghilang baluk
c Heroin tidak dipakai dalam pengobatan karena daya adilifnya
sangat besar dan matifuatnya secara medis belum
ditemukan Dalam pcrdugangan gelup heroin diberi nama
pulaw atau pete atau pt Henlnknya seperti tepun terigu
yang halus pulih dan agak kotor
d Kokain liiisll olahati dari biji koka
3) Naikotika sintesis
Narkotika sintesis adalah narkotika palsu yang dibuat dari bahan
kimia Narkotika ini digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi
oraiig yang menderita kclcrgantungun Contohnya
17
a Ietidin unluk obat bius lokal operasi kccil sunal dan
sebagainya
b Melhadon unluk pengobatan pecandu narkoba dan
c Naltrexon untuk pengobatan pecandu narkoba
Selain unluk pembiusan narkolika sintesis biasanya diberikan
oleh dokter kcpada penyalahgiina narkoba untuk menghcntikan
kebiasaannya yang tidak kuat melawan sugesti (relaps) atau sakaw
Narkotika sintesis berfungsi sebagai pengganti senientara Bila sudah
bciiar-bcnar bcbas asupan narkoba sintesis in dikurangi sedikil demi
sedikit sampai akhimya berhenti total
b) Fsikotropika
Pengertian psikolropika menurut Pasal I Ayal ( I ) Undang-Undang
Nomor 5 Taliun 1997 tentang Psikotropika adalah Zat atau obat baik
alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif
melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusal yang menyebabkan
perubahan khas pada uktivitus mental dan perilaku
Pengertian Psikolropika di daUim Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika tidak ditemukan Hal tersebut sehubungan
dengan ketentuan di dalam Pasal 153 huruf b yaitu Lamplran mengenai
jenis Psikotropika Golongan 1 dan Golongan II scbagaimana tercantum
dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika (lcmbaran Ncgara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor
10 Tambahan Lcmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671) yang
18
telah (iipindahkan menj adi Narkotika Golongan I menurut UndangUndang
ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku Oleh karenanya dalam Undangshy
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tidak ada lagi di dalam pasal-pasal nya
yang mengatur mengenai Psikotropika karena sudah dlmasukkan ke dalam
golongan Narkotika
Sesuai dengan pembahasan dalam penelitian ini masih
berhuijutigar dengan Psikotropika maka Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1997 tentang Psikotropika masih perlu untuk dibahas dalam penelitian ini
Menui iil undangumlang tersebut Psikolropika adalah zal atau obal bukan
narkolika baik alamiah maupun sintesis yang memiliki khasiat psikoaktif
melaiui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas nonnal dan perilaku Psikotropika ini
merupakan obat yang digunakan oleh dokter untuk mngobali gangguan
jiwa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tenumg
Psikolropika psikotropika dikelompokkan ke dalam 4 (empat) golongan
Golongan I yaitu psikotropika dengan daya aditif yang sangat kuat
belum diketahui manfkilnya untuk pengobatan dan sedang diteliti
khasiiitnya saat ini Contohnya adalah MDMA ekstasi USD dan STP
Golongan U yakni psikolropika dengan daya aditif kuat serta berguna
untuk pengobatan dan penelitian Contohnya adalah amfelamin
metanifetamin metakualon dan sebagainya Golongan IH yakni
psikolropika dcngan daya adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan
dan penelitian Contohnya adalah lumibal buprenorsina flcenilrazepam
19
dan sebagainya Golongan IV yakni psikotropika yang memiliki daya
aditif ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian Contohnya
adalah netrazepam (BK Mogadon Duiiiolid) diazepam dan lain-lain^
Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika yang dimaksud dengan paslkotoplka adalah zat atau obat
baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif
melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang mcnyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku Psikotropika
dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut
1 Psikotropika golongan I yaitu psikolropika yang hanya dapat digunakan
unluk kcpentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi
sena mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan Contohnya ekstasi shabu LSD
2 Psikotropika golongan II yakni psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi danatau tujuan ilmu
pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan Contohnya amfetamin metilfenidat atau ritalin
3 Psikotropika golongan III yaitu psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi danatau unluk tujuan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan
sintlroma ketergantungan Contohnya pentobarbital Flunitrazepam dun
4 Psikotropika golongan IV yaitu psikotropika yang berkhasiat
Ibid ILil 15
20
pengobatan dan sangal luas digunakan dalam terapi danatau unluk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindrom ketergantungan Contohnya diazepam
bromazepam Fenobarbital klonazcpam klordiazepoxide nitrazepam
seperti pil BK pil Kopio Rohip Dum MG
Sedangkan kelompok dan jenLs psikotropika yang sering
disaiahgunakan antara lain
1 Psikostimulansia scperti amfetamin ekstasi dan shabu
2 Scdalif amp Hipnolika (obat penenang obat tidur) seperti MG BK
DUM Pil kopio dan lain-lain dan
3 Halusinogenika seperti lysergic acid dycthylamidc (USD) mushroom
Berdasarkan Ilmu farmukologi psikotropika dikelompokkan ke daiam 3
(tiga) golongan yakni dcpresan stinuilan dan halusinogen sebagai
berikut
1 Kelompok dcpresanpcnekan syaraf pusatpenenangobat tidur
Contohnya adalah valium BK rohipnol mogadon dan lain-lain
Jika diminurn obat ini dapat memberikan rasa tenang menganluk
rasa tcnteruni dan damai Obat ini Juga menghilangkan rasa takut
dan gelisah
2 Kelompok stimuiaiiperangsang syaraf pusaianti tidur Conlohnya
adalah amfetamin ekstasi dan shabu Ekstasi berbentuk tablet
berancka bentuk dun wama Amfetamin berbentuk tablet bcrwama
-Aid hal 16-17
21
pulih Bila diiriinuni obal ini mcndalangkan rasa gembira hilangnya
rasa pemiusuhiui hilangnya rasa marali ingin selalu aktif badan
terasa fit dan lidak merasa lapar Daya kerja otak menjadi scrba
cepat namun kurang lerkendali Shabu berbentuk tepung kristal
kasar berwarna pulili hersih seperti garani
3 Kelompok halusinogen Halusinogen adalah obat at tanaman
makanan yang dapat meninibulkan kiiayaian contohnya yailu LSD
Lysergic Acid Dicihyltamide) getah lanaman kaklus kecubung
jamur tertentu (misceiine) dan ganja Bila diminurn spikotropika
jenis in dapat menimbulkan kliayalan tentang peristiwa-peristiwa
yang mengerikan khayalan tentang kenikmatan scks dan
sebagainya Kenikmatan didapat oleh pemakai setelah pemakai sadar
bahwa perisfiwa mengerikan ilu bukan kenyataan atau karena
kenikmatankenikmatan yang dialami walaupun hanya khayalan
BAB III
PEMBAHASAN
A Faktor yang Mcnyebabkan Terjadinya Penyalahgunaan Narkotika dan
Psikotropilta
1 Faktor yang Bersunibcr Dari Individu
Menurut Luthfi Buraja terdapat 3 (liga) pcndekatan untuk
tcrjadinya penyalahgunaan dan ketergantungan terhadap narkotika dan
psikotropika yaitu peridekalan orgunobilogik psikodinamik dan
psikososial Ketiga pendekatan tersebut tidaklah berdiri sendiri melainkan
saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya Dari siidut pandang
organobiologik (sususan syaraf pusatotak) mekanismc terjadinya adiksi
(ketagihan) hingga deperidcnsi (ketergantungan) dikenal dengan dua istilah
yaitu gangguan mental oragnik atau sindrom otak organik seperti gaduh
gelisah dan kekacauan dalam fungsi kognilif (alam pikiran) efektif (alam
perasaanemosi) dan psikomotor (perilaku) yang disebabkan efek
langsung terhadap susunan syaraf pusat (otiik)^^
Sescorang akan mcnjadi ketergantungan terhadap narkotika dan
psikotropika apabila seseorang dengan tems-menenis diberikan zat
tersebut Hal ini berkaitan dengan teroi adaptasi sekuler mum
adaptaiUm) tubuh beradaptasi dengan menambah jumlah teseptor dan seishy
se syaraf bekcrja kcras Jika zat dihenlikan sel yang masih bekerja kcras
Luthll Uaraja Makalali Gangguan Mciilul dan icrilaku Akibut Nurkuba Disampalkim pada Seminar tentang Narkoba di SMK Iptck lakarla hal 2
22
23
tadi mengaiami kelmLisaii yang dari kiar tampak sebagai gejala-gejala
putus obal Gejala putus obat tersebut mcmaksa individu untuk
mengulangi pemakaian zal tersebul
Faktor predisposisi individu dengan gangguan kepribadian (anti
sosial) ditandai dengan pcrasaan lidak puas terhadap orang lain Selain itu
yang bersangkutan tidak inampu untuk berfungsi secara wajar dan efektif
dalam pergaulan di rumah di sekoiah atau di tempat kerja gangguan lain
sebagai penyerta berupa rasa cemas dan depresi Untuk mengatasi
ketidakniainpuan dan mcnghiiangkan kccemasan atau depresinya maka
individu tersebut cenderung untuk menggunakan narkoba Semestinya
individu itu dapat mengobati dirinya dengan datang ke dokterpsikiater
untuk mendapatkan terapi yang tepat sehingga dapat dicegah
keterlibatannya dalam penggunaan narkotika dan psikotropika
Secara umum mereka yang menyalahgunakan narkotika dan
psikotropika dapat di bagi ke dalam 3 (tiga) golongan besar yaitu
1 Ketergantungan primer ditandai dengan adanya kecemasan dan
depresi yang pada umumnya terdapat pada orahg detigah kepfibadlah
yang tidak stabil
2 Ketergantungan simtomatis yaitu penyalahgunaan narkotika dan
psikotropika sebagai salah satu gejala dari tipe kepribadian yang
mendasarinya pada umumnya terjadi pada orang yang kepribadian
psikopatik (anti sosial) kriminal dan pemakaian narkotika dan
Ai4hal K
24
psikotropika untuk kesenangaii sematu
3 Ketergantungan reaktif yaitu terdapat pada remaja karena dorongan
ingin tahii pengaruh tekanan dan lingkungan tenian atau kelompok
sebaya peer group pressure)
Ada beberapa faktor internal dan ekslernal yang mcnjadi penyebab
individu menyalahgunakan dan menjadi ketergantungan terhadap
narkotika dan psikotropika Menurut Sudarsono bahwa penyalahgunaan
narkolika dan psikotropika di latar belakangi oleh beberapa sebab yaitu
1 Untuk membuktikan kebcranian dalam melakukan tindakan-tindakan
yang berbaiiaya seperti ngebut dan bergaul dengan wanita
2 Meniinjukkan tindakan yang menenlung orang tua guru dan norma
sosial
3 Mempermudah penyaluran dan mempermudah perbuatan seks
4 Melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh peiigalamaii-
pengalainan einosional
5 Meneari dan menemukan aril hidup
6 Mengisi kekosnngan dan kesepian hidup
7 Menghilangkan kegelisahan frustasi dan kepepel hidup
8 Mengikuti kemauan kawan-kawan dahim rangka pembinaan solidaritas
dan
9 Iseng-iseng saja dan rasa ingin tahu
Menurut hasil penelitian Dadang Hawari bahwa di anlara faklor-
Sudujsono Kenakalan Remaja cel ii (Jakarta Rineka Cipta 1992) 1ml 67
25
faktor yang berpcran dalam penggunaan narkotika dan psikolropika
adalah
1 Faktor kepribadian anti sosial dan psikopatik
2 Kondisi kejiwaan yang mudah merasa keeewa atau depresi
3 Kondisi keluarga yang meliputi keutuhan keluarga kesibukan orang
tua hubungan orang tua dengan anak
4 Kelompok teiiian sebaya dan
5 Narkotika dan psikotropika itu sendiri mudah diperoleh dan tersedianya
pasaran yang resmi maupun lidak resmi
Menurut Siibagyo Partodiharjo secara individu terdapat beberapa
faktor yang mcmpengaruhi sescorang dapat menyalahgunakan narkotika
dan psikotropika Alasan ini merupakan alasan yang bersumber dari diri
sendin atau pemakai narkotika dan pasikotropika tersebut yakni sebagai
berikut
a Ingin tahii
Perasaun ingin tahu biasanya diniiliki oieh generasi muda pada
umur setara siswa SD SLTP dan SLTA Bila di hadapan sckelompok
anak muda ada seseorang yang inemperagakan uikmatnya
mengkonsumsi narkotika dan psikolropika maka didorong oleh naluri
alami anak muda yaitu keingintahuan maka salah seoariig dari
kelompok itu akan maju mencobanya Selain didorong oleh
keingintahuan keberaniannya juga karena didesak oleh gejolak dalam
Mardiini foc cil hai 102 ^ Subagyo RatoiJlliarjo ioc cil liiil 72-74
26
jiwanya yang ingin dianggap hebal pemberani dan pahlawan di antara
temanteinan sehayanya Maka jatuhlah satu orang anak dalam pelaku
setan
Dalam kondisi seperti itu reaksi kawan-kawan sebayanya
berbeda-bcda
1 Ada yang ingin menyaingi menunjukkan bahwa dirinya lebih hebat
lagi lalu memakai
2 Ada yang ingin tahu kemudian ikut memakai dan
3 Ada yang sella kawan lain ikut memakai juga
Sikap seperti inilah yang menyebabkan bandar atau pengedar
senang Mereka meiigincar generasi muda mahasiswa atau pclajar
karena 2 (dua) pertimbaiigan
1) Kalau salah satu anak muda kena maka anak muda yang lainnya
ikut kena sehingga konsumen cepat bertambah dan
2) Kalau anak muda kena maka anak muda tcrsebut akan mcnjadi
pemakai selia dalam waktii yang lama Berbeda dengan orang tua
yang cepat maii keuntungan komersial yang diperoleh dari
kelompok anak muda ini akan banyak
b Ingin dianggap hebal
Pcrasaan ingin dianggap hebat biasanya dimiiiki oleh generasi
muda Sepcrti ditcrangkan di atas salah satu sifat alami yang positif
dari generasi muda adalah daya saing Sayang sekali karena
kelidaktahuan sifat positif ini juga dapat dipakai untuk masalah negatif
27
Silat positif ini scharusiiya didorong unluk berlomba daluin preslasi
pada bidang pcndidikan kesenian olah raga dan lain-lain yang
bermanfaat bagi kehidupan
Bila sikap ingin berkonipctisi ini diarahkan untuk
mengkonsumsi narkolika dan psikolropika akibatiiya sungguli
mengerikan yailu kcgagalan hidup dan kesengsaraan Pemakai hanya
dapat dianggap hebat oleh lingkungan kecil pcniakai narkotika dan
psikotropika Di masyarakat luas pemakai hanya menuai cerca dan
nista
c Rasa setia kawan
Perasaan setia kawan sangat kuat dimiiiki oleh generasi muda
Jika lidak mendapatkan penyaluran yang posilif sifai positif tersebut
dapat berbahaya dan mcnjadi negatif Bila (cmannya memakai
narkotika dan psikotropika maka individu tersebul ikut juga memakai
Bila temannya dimarahi orang tuanya atau dimusuhi masyarakat maka
pemakai membela dan ikut bersimpatik
Sikap seperti itulah yang menyebabkan anak ikut-ikutan
Awalnya hiuiya satu orang yang merokok kemudian semuanya menjadi
perokok Setelah semuanya merokok sntu orang mulai memakai ganja
lalu yang lainnya ikut sehingga menjadi sekawanaii pemakai ganja
Selelah semua memakai ganja satu orang memakai ekstasi kemudian
semuanya ikut demikian selerusnya meningkat menjadi shabu dan pada
akhirnya menjadi pemakai putaw
28
d Rasa kccewa truslasi kcsai
Pcrasaan kesal kcccwa atau (rustasi biasanya terjadi karena
kegagalan pada generasi muda eksckutif mudu suami atau istri
Pcnggiiiiaan narkotika dan psikolropika pada kelompok ini bertujuan
untuk sesaat melupakan kekccewaan kckesaian dan fi-uslasi Kondisi
masyarakat yang carut martit tclah banyak melahirkan kekccewaan
kekesalan bahkan Iruslasi Narkolika dan psikotropika dapat
melupakannya sesaat tetapi tidak untuk mengatasi masalah yang
sesungguhiiya
Hubungan buruk yang disebabkan oleh kcgagalan
berkomuiiikasi antara orang tua dengan anaknya dapat menyebabkan
rasa kesal Hal ini mcnjadi faktor pemicu pemakaian narkotika dan
psikotropika oleh anak Intcraksi anlara orang tua dcngan anak tidak
cukup hanya berdasarkan niat baik Cora berkoniunikasi juga harus
baik Masing-masing pihak harus memiliki kcsabaran untuk
menjclaskan isi hatinya dengan cara yang tepat Banyak sekali konfllk
di dalam rumah tangga yang terjadi hanya karena salah paham atau
kekeliman berkoniunikasi Kekeliruan kecil itu dapal bcrakibat fatal
yaitu masuknya narkotika dan psikotropika ke dalam keluarga
Kekccewaan kekesalan dan frustasi dapal terjadi karena
kekeliruan dalam berkomunikasi terhadap beberapa faktor berikut i n i
I ) Komunikasi anak dengan orang tua
IbUI hiiJ 74
29
2) Komunikasi antar anak
3) Komunikasi di lingkungan eksekulifinuda dan
4) Komunikasi antara suami istri
e Ingin bebus dari rasa sakil atau pusing
Penderila pcnyakit beral yang kronis dan tidak kunjuiig sembuh
misalnya Ranker hati luka bakar uka tusuk wasir Ranker paruparii
migreii eneok pengapuran dan lain-lain sclalu merasakan sakit yang
iuar biasa karena penyakitnya Rasa sakit tersebut sering kali tidak
dapat dihilangkan dengan obat pengtiiiang rasa sakit biasa (anaigetik)
sehingga peiiderilanya mencoba narkotika atau psikotropika
Narkotika maupun psikolropika dapat menghilangkan rasa sakit
tersebut tetapi tidak menyembuhkan penyakitnya Ceiakaiiya pemakai
yang bersangkutan malah mendapat maslah baru yaitu ketergantungan
dengan segala komplikasinya yang justru menjadi lebih berbahaya
f Ingin menikmati rasa gembira tampii lincah energik dan mengusir
rasa sedih dan malas
Para eksekudf dan sciebritis biasanya memiliki gaya hidup yang
trendi Mereka merasa dituntut untuk selalu lampil lebih prima Dengan
mengkonsumsi naikotika atau psikolropika mereka dapat tampii prima
dan percaya diri karena kehilangan rasa malu walaupun sesungguhnya
tidak demikian
Perasaan hebat tersebut di atas seharusnya dicapai melaiui tekun
berolah raga hidup teratur meningkatkan kualitas fisik mental
30
inlclckUial dan mocaiiiyii Riikan ineiigamhit jalan piiitas dcngan tampii
seotah-olah prima niclalui manipulasi atau lipuan melaiui
mengkonsumsi narkotika atau psikolropika tersebut Pcnampilmi prima
yang semu atau atau tipuan itu lambat laun akan terungkap juga
sehingga [ania-keiamaan akan kelahuari juga jati dirinya yang
sesungguhnya itu
g ingin tampii iangsing
Narkolika dan psikotropika terscbut juga banyak digunakan oleh
artis dan ibu-ibu rumah tangga yang berbadan gemuk untuk
melangsingkan lubtihnya Narkotika alau psikotropika dengan jenis
tertentu ada juga yang dapat menghilangkan nafsu makan sekaligus
menambali aktivitas fisik sehingga dapat menurunkan beral badun
h Takut mengalami rasa sakit (sakaw)
Pengguna jenis narkotika atau psikolropika tersebut yang sudah
menjadi pemakai tetap (pemadat) akan mengalami rasa sakit (sakaw)
bila tidak memakainya Karena takut merasakan penderitaan maka
pemakai tersebut terus memakainya sehingga menjadi pemakai yang
sella junkies) Banyak pemakai narkotika dan psikotropika ini yang
setia adalah orang-orang yang merasa terpaksa memakai sebab kalau
lidak memakainya mereka akan mengalami sakaw
Kebanyakan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika
dimulai atau terdapat pada masa remaja sebab masa remaja yang
sedang mengalami perubahan biologik psikologik maupun sosial yang
31
pesat merupakan individu yang rentan untuk nienyaiahguriakan
narkotika maupun psikotropika terscbut Anak atau remaja dcngan ciri-
ciri tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi
penyalahgunanya Ciri-ciri tersebut anlara lain^
a Cenderung memberontak dan menolak otoritas
b Cenderung memiliki gangguan j iwa lain (komorbiditas) seperti
depresi cemas psikotik keperibadian dissosial
c Perilaku menyimpang dari aluran atau norma yang berlaku
d Rasa kurang percaya diri low selw-confulence) rendah diri dan
memiliki citra diri negatif (ow setf-esleem)
e Sifal mudah keeewa cenderung agresif dan destruktlf
f Mudah murung pemalu pendiam
g Mudah merasa bosan dan jenuh
h Keingintahuan yang besar untuk meneoba atau penasaran
i Keinginan untuk bersenang-senang [just for fun)
j Keinginan untuk mengikuti mode karena dianggap sebagai lambang
keperkasaan dan kehidupan modem
k Keinginan untuk diterima dalam pergaulan
1 Identitas diri yang kabur sehingga merasa diri kurang jantan
mTidak siap mental untuk menghadapl tekanan pergaulan sehingga
sulit mcngambil keputusan untuk menolak tawaran NAPZA dengan
tegas
Tom Kus dan Tedi Btihava NAPZA Bagi Pelajar (Bandung Yayasan Al-Ghilari Morgan im) hal 14
32
n Kemampuan komunikasi rendati
o Melarikan diri dari scsuatu (kebosaiian kcgagalan kekccewaan
kclidakmampuan kesepian dan kegcliran hidup dan lain-lain)
p Putus sekoiah dan
q Kurang menghayati iman atau kcpcrcayaaiinya
Menurut Tim Badan Narkotika Nasional hahwa terdapat
beberapa iaklor yang menyebabkan sescorang alau individu
menyalahgunakan narkolika dan psikotropika anlara lain
1) Keingintahuan yang besar untuk mcncoba tanpa sadar alau berlikir
panjang tentang akibatnya dikemudian hari
2) Keinginan unluk mencoba-coba karena penasaran
3) Keinginan untuk bersenang-senang
4) Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya hidup
5) Keinginan untuk dapat diterima daiam suatu kelompok
6) Lari dari masalah kebosanan atau kegetiran hidup
7) Pengertian yang salah bahwa mcncoba sckali-kali lidak akan
menimbulkan masalah
8) l idak mainpu alau tidak berani menghadapl tekanan dari lingkungan
alau kelompok pergaulan unluk menggunakan narkolika dan
psikotropika dan
9) Tidak Japal atau mampu mengatakan tidak pada narkotika dan
psikotropika
Tim INN Loc di
33
Berdasarkan peinaparaii Icrscbut di atas dengan demikian
bahwa individu didorong oleli beberapa faktor untuk menyalahgunakan
pemakaian narkotika dan psikotropika tersebut sehingga menjadi
individu yang mengalami ketergantungan berikut ini disebutkan
beberapa faktor adalah
1) Ingin tahu dan Ingin mencoba rasa memakai narkotika atau
psikotropika bagi kalangan anak muda)
2) Ingin dianggap lebih hebat dari orang Iain pada orang muda)
3) login membuktikan kesetiakawanan (pada orang muda)
4) Dianggap paling tepat untuk mengatasi perasaan keeewa j en gkel
dan frustasi (pada suami istri yang mengalami konllik rumah
tangga)
5) Dianggap cara yang paling mudah untuk menghalau rasa sakit pada
tubuh (pada penderita penyakit yang kronis)
6) Dianggap cara yang paling ampuh untuk mendapatkan perasaan
tenang damai atau gembira (pada suami istri yang mcnghadapi
konflik rumah tangga)
7) Dianggap cara yang paling mudah untuk melangsingkan lubuh (pada
ibuibii rumali tangga atau wanita yang bertubuh gemuk)
2 Faktor yang Bersumlicr dari Lingkungan
Faktor lingkungan tidak mampu mencegah atau mengurangi
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika bahkan membuka kesempatan
pemakaian narkotika dan psikotropika Yang dimaksud dcngan faktor
34
kesempatan di sini adalah tersedianya siluasi-situasi yang nieiiiungkinkan
untuk memakai narkolika atau psikolropika di waktu-vvaklu luarig di tempat
rekreasi atau hiburan diskotik pesia dan lain-lain Atau mungkin lingkungan
masyarakat yang tidak mampu mengendalikan bahkan membiarkan penjualan
alau pcrcdaran geiap narkotika dan psikotropika misalnya karena lemahnya
penegakan hukum penjualan narkolika dan psikotropika secara bcbas bisnis
narkotika dan psiktilropika yang terorganisir mudahnya memperoleh
narkotika dan psikotropika dan lain-lain
raklor yang bersumber dari lingkungan yang mcnyebabkan individu
dapat menyalahgunakan pemakaian narkotika dan psikotropika merupakan
laktor kontribusi masukaii dari Iuar individu) dimana sesttorang dengan
kondisi keluarga tidak baik akan merasa tertekan dan rasa lertekan inilah
sebagai faktor penyerta bagi dirinya untuk terlibat dalam penyalahgunaan
narkotika dan psikotropika tersebut Disfungsi keluarga yang dimaksud antara
lain adalah keluarga yang tidak utuh kedua orang tua yang tcrlalu sibuk dan
lingkungan interpersonal dengan orang tua yang tidak baik Di samping itu
faktor pencetus seperti pengaruh teman sebaya tersediu dan mudah
didapatkan mempunyai andil sebagai faktor pencetus sescorang atau individu
terlibat ke dalam penyalahgunaan yang mengakibatkan ketergantungan
terhadap narkotika dan psikotropika Dari sudut pandang psikososial
penyalahgunaan narkotika dun psikolropiku dapat terjadi sebagai akibat
negatif dari intcraksi tiga kiitub sosial yang tidak kondtisif yaitu kutub
Lulhli ilurnju Op cil
35
keluarga kutub sekolahkupus dan kulub masyarakat
Faktor lingkungan meliputi faktor kciuarga dan lingkungan pergaulan
balk dlsekltar rumah sekoiah teman sebaya maupun masyarakat Banyak
pengguna Narkotika dan Psikolropika yang berasal dari keluarga yang lidak
harmonis Keluarga seharusnya mcnjadi wadah untuk menikmati kebahagiaan
dan curalian kasih sayang wahana silih asih silih asah dan silih asuh
Namun pada kenyataannya keluarga sering sekali justru menjadi pemicu
sang anak mcnjadi pemakai hal tersebut disebabkan karena kciuarga tersebut
kacau balau Hubungan antara anggota keluarga dingin bahkan tegang atau
bermusuhan
Komunikasi antara ayah ibu dan ariak-anak sering sekali
menciptakan suasana konflik yang tidak berkesudahan dimana bahwa
penyebab konllik tersebut sangal beragam Solusi semua konflik adalah
komunikasi yang baik periuh pcngerlian saling menghargai dan menyayangi
serta ingin selalu membahagiakaii
Konflik di dalam keluarga dapat mendorong anggota keluarga merasa
frustasi sehingga lerjebak memilih narkotika dan psikolropika sebagai
solusinya Biasanya yang paling rentan terhadap stres adalah anak kemudian
suami dan istri sebagai benleng terakhir Beberapa faktor yang bersumber
dari lingkungan keluarga yang dapat mempengaruhi seseorang atau individu
tertentu icrjun kc dalam lingkungan penyalahgunaan narkotika dan
36
psikotropika tcrsebut antara lain adatuh
a Koniimikasi niang tua-aiiak kiii-ang baikcfektif
b Hubungan dalam keluarga kunmgharmonisdisfimgsi dalam keluarga
c Orang tua bercerai bcrscitngkub atau kawin lagi
d Orang lua tcrlalu sibuk aUiu tidak acuh
e Orang tua oloriter alau scrba melarang
f Orang tua yang serha nieinbolehkan (pcrmisil)
g Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teiadan
h Orang tua kurang peduli dun tidak tahu dengan masalah narkolika
i Tata terlib alau disiplin keluarga yang selalu bcrubah (kiiiaiig konsisten)
j Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam kciuarga
dan
k Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahguna narkotika
dan psikotropika
Sitimsi buruk dalam keluarga yang soring menyudiitkan anak ke arah
narkotika dan psikotropika adalah
1) Anak merasa kurang mendapatkan kasih sayang dalam keluarga merasa
kesal keeewa dan kesepian
2) Anak merasa kurang dihargai kurang mendapatkan kepcrcayaan dun
selalu dianggap salah
3) Anak mengalami konflik dengan orang tua dalam masalah pacaran
memilih pasangan hidup atau meneniukan pilihan profesi cila-elta dan
Mardani Loc cil lial 99 AW hal 100
37
sebagainya
4) Anak kesal dan keeewa karena ayah dan ibuiiya kurang lianiionis dan
sering bertcngkar (broken home)
5) Suami thtsirasi karena tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapinya
dengan islrinya
6) Istri fnistrasi akibat konllik dengan suami tentang masalali ekonomi atau
adanya wanita lain di samping suami
Banyak pengguna narkotika dan psikolropika yang pada awalnya
dimulai karena pengaruh dari orang lain Bentuk pengaruh dari orang lain itu
dapat bervariasi mulai dari bujuk rayu lipii daya sampai kepada paksaan
a) Tipu Daya
Banyak anak yang ditipu oleh kenalon teman sahabat atau pacar
Seperti mengajak meraka untuk memakai narkotika dan psikolropika
dengan bemacam-macain tipuan Dengan alasan yang digunakan bahwa
narkotika dan psikotropika adalah vitamin obat pil pintar pil sehat atau
food supplement Tipuan itu dapat juga berupa bujukan bahwa narkotika
dan psikotropika tidak tcrlalu berbahaya kalau tahu raliasianya Banyak
orang di dalam masyarakat yang dikira orang baik-baik namun lemyata
pengedar narkotika dan psikotropika Walaupun orang itu adalah kawan
sahabat saudara atau pacar sebagai pengedar penipu tersebul akan tcga
menipu maupun menjebak kita Pengedar narkotika dan psikotropika
sangat pandui mcmasarkan narkotika dan psikotropika tersebut Dengan
menawarkan narkotika dan psikotropika sebagai mmn food supplement
38
pil scliat pil pintar dan sebagainya Dengan lipuan ini korban dari
kalangan kciuarga hannonis akan terjcrumus ke dalamnya Saat ini banyak
pemakai narkolika dan psikotropika dari keluarga harmonis bukan hanya
bull dari keluarga berantakan Banyak pekerja mahasiswa atau pelajar yang
tampii ioyo tertipu ketika kepadanya ditawarkan pil sehat vitamin atau pil
pintar Banyak pemuka agama juru dakwah atau pengkhotbah yang
tertipu karena pil sehal yang dlbelinya adalah narkotika dan
psikotropika Reaksi pemakaian narkotika dan psikotropika mula-mula
terasa menyehatkan dan membuat si korban tipuan terscbut sukses dalam
berdakwah atau berkhotbah Ibu rumah tangga juga dapat tertipu karena
ditawari pil pelangsing oleh saudara atau teman dalam arlsan dan lain-
lain Mulanya karena tipu daya akhimya setelah lerjebak menjadi
biasa
b) Bujuk rayu
Waftiia camlk pengedaf ftaTkotlka dan psikotFoplka biasanya menjebak
mangsa melaiui bujuk rayu Untuk memasarkun narkotika dan
psikotropika pengedar tersebut memilih profesi sebagai wanita penghibur
atau Wanita Tuna Susiala (WTS) Banyak eksekutif muda pekerja atau
bos-bos yang mulai memakai narkotika dan psikotropika karena rayuan
pekerja seks komersial hostess dan sebagainya Dalam mcmasarkan
narkotika dan psikotropika wanita tersebut merayu akan mau melayani
kencati kalau bersama-sama mengkonsumsi narkotika dan psikotropika
Subagyo Purlodlhario Loc cil hal 78
39
lebih dulu Muta-mula kurban memakai narkotika dan psikotropika karena
tergoda namun akhimya menjadi terbiasa
c) Paksaan
Banyak anak muda yang mengawali pemakaian narkotika dan psikotropika
karena dipaksa oleh sekawanun alau seseorang yang mengancam akan
mencelakainya Banyak pclajar atau nialiasiswa mengawali kebiasaan
memakai narkotika dan psikotropika dari keadaan terpaksa diancam oleh
sekawanan preman yang menghadang di tengah jalan Dari kelompok ini
pula terjaring pemakai yang berasal dari keluarga hannonis
Lingkungan sekoiah bagi pelajar tingkat SD SMP dan SMA
merupakan tempat yang stratcgls bagi para pelajar untuk menunjukkan jati
dirinya sehingga mereka terjun kepada penyalahgunaan narkotika dan
psikotropika ini faktor sekoiah yang merupakan bagian tcrpcnting yang
mempengaruhi adalah
a Sekoiah yang kurang disiplin
b Sekoiah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjiial narkotika atau
penjual psikolropika
c Sekoiah yang kurang member] kesempatan pada siswa untuk
mengembangkan diri secara kreatif dan positif
d Adanya murid pengguna narkotika atau psikotropika
Kartini Kurtono op cil hivl 124
40
B Pengaturan Sanksi Pidana Terhadaj) Pcnyalahgunaaan Narkotika dan
Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau
dari Perlindungan Terhadap Korban
Dalam hukum pidana di Indonesia terdapat adanya
ketldakseimbangan antara perlindungan korban kejahatan dcngan pelaku
kejahatan pada dasarnya mempakan salah satu pengingkaran dari asas setiap
warga negara bersamaan kcdudukannya dalam hukum dan pcmerinlahan
sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 sebagai
landasan konstitusional Perlindungan korban memiliki hubungan cral dcngan
teori pemidanaan yang dikemukakan Wirjono Prodjudikoro tujuan
pemidanaan adalah untuk niemenuhi rasa keadilan^
Ada Juga yang mengemukakan bahwa tujuan pemidanaan dapat
dilihat melalul 2 (dua) leorl mengenai alasan-alaitan yang membenarkan
(justification) penjatuhan hukuman (sanksi) yaitu Teori Absolut
(Vergeldingslheorie) dan Teori Relatif atau Doeitheorie Menurut Teori
Absolut (Vergeldingslheorie) tujuan pemidanaan sebagai pembalasan
terhadap para pelaku karena telah melakukan kejahatan yang mengakibatkan
kesengsaraan lerhadap orang lain alau anggota masyarakat sedangkan
Roeslan Saleh mengatakan sebagai reaksi-reaksi atasdelik yang berwujud
suatu nestapa yang scngaja dilimpakan ncgara kcpada pembuat delik
Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana Cctakan Iuriania (Jakarta Sinar Gnitlka2(W5)hii4
lcduu Mdipaung Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cctakun IcrliirMii (Jukiirtu Sinur Gratika 2005) hal 4
kiwsUin Saleh Shdsel Pidana Indonesia (Jukarlu liinn Aksara 19K7) hal 5
41
Menurut Teori Relatif Doeltheurie) tujuan pemidanaan adalah
a Menjerakan agar si pelaku atau terpidana menjadi jera dan tidak
mengulangi lagi perbuatannya specials presenile) sena masyarakat umum
agar mengertahui jika melakukan perbuatan yang sama akan mengalami
hukuman yang serupa atau disebut pula generalpreventte
h Memperbaiki pribadi si terpidana berdasarkan perlakuan dan pcndidikan
selama menjalani hukuman terpidana merasa menyesal dan tidak akan
mengulangi perbuatannya dan kcmbali kepada masyarakat sebgai orang
baik dan berguna dan
c Mcmblnasakan (menjatulikan hukuman mat) atau mcmbuat terpidana tidak
berdaya dengan menjatuhkan hukuman seiimur hidup
Pandangan di atas sangatlah wajar apabila beranjak dari pandangan
bahwa hukum pidana adalah hukum sanksi (hifzonderesancUerechl) sebab
dengan bertumpu pada sanksi itulah hukum pidana difungsikan untuk
menjamin keamanan ketertiban dan keadilan Dalam perkembangannya
ternyata tidak semua sarjana menyclujui maksud diadakannya pidana scperti
itu (sebagai suatu nestapa) karena muncul pendapat bahwa di samping pidana
ditujukan untuk memberikan penderitaan kcpada pelanggar atau mcmbuat
jera pemidanaan juga bertujuan agar pelaku dapat kembali hidup
bermasyarakat sebagaimana mestinya
Alasan yang paling inenonjol lerhadap upaya perubahan tersebut
adalah dengan meniperhatikan sisi kemanusiaan yang mcmandang bahwa
Ucdcn Mirpaung Opcil hal 4
42
sekalipiin tcrsangka telah melakukan kcsalahaii ia telap berkcdmiiikan sebagai
manusia utuh yang harus tetap diperlakukan sama dengan manusia lainnya
dan dilindungi hak asasi manusionya Karena itu pidana penjara saat ini
sedang mengalami masakrisis karena termasuk jenis pidana yang kurang
disukai Banyak kritik tajam ditujukan terhadap jenis pidana perampasan
kemerdekaan ini baik dllihat dari sudut efektifitasnya maupun dilihat dari
akibat-akibat lainnya menyertai atau berhubungan dcngan dirampasnya
kemerdekaan seseorang
Banyaknyu kritik yang diarahkan pada bentuk pemidanaan berupa
perampasan kemerdekaan (yang ditujukan untuk membuat jera pelaku)
sehingga berkembanglah bentuk pemidanaan lain yang dianggap lebih
manusiawi yaitu penjatuhan pidana berupa denda atau pemberian ganti
kerugian kepada korban Pemberian ganti kerugian pada awalnya merupakan
konsep kcperdalaan seperti halnya dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata yang mewajibkan setiap orang yang menyebabkan orang lain
menderita kerugian untuk membayar ganli rugi Dalam perkembangannya
konsep ini diterupkan pula dalam hukum pidana mengingat akibat yang
ditimbulkan pada korban tindak pidana akan selalu disertai dengan kerugian
baik mental fisik maupun material sehingga sangat wajar apabila korban pun
menuntui ganti kerugian pada pelaku guna memulihkan derita yang
dialaminya
Dengan memperhatikan pada beberapa teori klasik tentang tujuan
Uurtla Nawuwi Ariel Sislem Pemidanaan Menunii Konsep KIHP llaiu dan Latar Helakang Pemlklrannya Hahan Ienalaran Hukum Pidana V Undanu Kupang uinjyful 11 Juli-12 Agustus 1989
43
pemidanaan dapat disiinpulkan bahwa penjatuhan pidana lebih banyak
ditujukan untuk kepeiitingan pelaku dengan kata lain tujuan pemidanaan
hanya dimaksudkan imtuk mengubah perilaku dari pelaku kejahatan agar
tidak mengulangi lag perbuatannya sedangkan kcpentingan korban sama
sekali diabalkan
Perlindungan terhadap korban narkotika jika dihubungkan dengan
beberapa teori pemidanaan yang telah dipaparkan di atas maka peneliti
mengkaji bahwa dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang baru ini terdapat kescimbangan antara perlindungan terhadap
pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana bahwa berdasarkan sanksi
baik pidana maupun denda yang terdapat dalam undang-undang ini sangatlah
berat-berat dan tegas ]ni berarti bahwa undang-undang ini lebih
mementingkan korban dari pada pelaku kejahatan narkotika Mengingat
bahwa dengan adanya pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan
korban semakin banyak yang berjatuhan schingga daripada korbnnnya anak
bangsa yang memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara
Indonesia maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-
beratnya lerhadap si pelaku tindak pidana narkotika bahkan pidana mati atau
seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-
undang yang bam ini juga diatur mengenai rehabilitasi terhadap korban baik
korban yang diakibatkan oleh orang Iain maupun karena self victimizing
victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku itu sendiri
44
C Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Seif-
Victimizing Victims
1 Self-victimizing victims uarkotika dau psikotropika
Suatu viktimisasi adalah sebagai suatu permasalahan manusia yang
merupakan kenyataan sosial hal ini disebabkan karena setiap warga negara
berhak mendapatkan rasa aman dan bcbas dari segala bentuk kekerasan
sesuai dengan falsafah Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 Contohnya adalah seseorang akibat perbuatannya memakai
narkotika dapat menimbulkan bahwa si pemakai tersebut menjadi tidak
berdaya upaya dengan kata lain bahwa si pelaku telah menjadi korban
akibat perbuatannya sendiri yang menimbulkan perbuatan kriminal
Penyalahgunaan narkolika atau psikolropika merupakan perbuatan
kriminal karena telah melanggar ketentuan di dalam undang-undang yang
ada yakni Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tetang Psikotropika dan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Terlibatnya si
pelaku kejahatan atau tindak pidana yang menimbulkan kerugian terhadap
dirinya sendiri daiam hal inilah yang disebut dengan istilah self victimizing
victims yang merupakan bagian dari viktimisasi Sehubungan dengan itu
maka Wolfgang menyatakan beberapa Jenis viktimisasi ialah
1 Unrelated victims yaitu korban yang tidak ada hubungannya sama
sekali dengan terjadinya korban misalnya pada kasus kecelakaan
pesawat Dalam hal In tanggungjawab sepenuhnya terletak pada
Utplietin3|il(igspqtcom2()OSIOl|ukum-viktinivl9gihlml diakscs terakhir langgul l2Januari 2015
45
pelaku
2 Provocative victims yaitu seseorang yang secara aktif mendorong
dirinya menjadi korban misalnya kasus selingkuli dimana korban juga
sebagai pelaku
3 Participating victims yailu seseorang yang tidak berbuul tetapi dengan
sikapnya justru mendorong dirinya menjadi korban
4 Biologically weak victims yaitu mereka yang secara tisik memiliki
keleinalian atau potensi untuk mcnjadi korban misalnya orang tua
renla anak-anak dan orang yang tidak mampu bcrbual apa-apa
5 Socially weak victims Yaitu mereka yang memiliki kedudukan social
yang lemah yang menyebabkan mereka mcnjadi korban misalnya
korban perdagangan perempuan dan sebagainya
6 Self victimizing victims yaitu mereka yang menjadi korban karena
kejahatan yang dilakukannya sendiri pengguna obat bius judi aborsi
dan prostitusi
Dalam hal ini kedudukan viktimologi sebagai sebuah ilmu yang
mempelajari tentang korban memiliki peranan yang sangat penting ruang
lingkup viktimologi ini meliputi
1 Semua macam sciiap macam perbuatan kriminal yang mengakibatkan
orang-orang mcnjadi korban
2 Setiap orang atau pihak yang dapat menjadi korban baik orang
perorangan maupun suatu korporasi atau organLsasi
3 Setiap orang atau pihak yang dapal menimbulkan korban artinya
46
dimana disatu sisi orang terscbut dapat merugikan orang iain sehingga
orang tidak merasa aman akibat tindakanya
4 Cara-cara viktimisasi atau penimbulan korban
5 Bentuk-bentuk viktimisasi yang terdiri dari primary viclimizalion
adalah korban individualperorangan bukan kelompok secondary
victimizalion korbannya adalali kelompok misalnya badan hukum
tertiary Victimizalion yang menjadi korban adalah masyarakat luas
nun viciimozaiion korbannya tidak dapat segera diketahui misalnya
konsumen yang tertipu dalam menggunakan hasil produksi
6 Akibat viktimisasi
7 Pengaruh viktimisasi
8 Reaksi atau respons terhadap viktimisasi
9 Penyelesaian viktimisasi dan
10 Pengaturan yang berkaitan dengan viktimisasi (yang menjadi
perhatian viktimologi)
Studi viktimologi akan memberikan pemahaman kepada setiap
individu mengenai hak dan kewajibannya dalam rangka mengantisipasi
berbagai bahaya yang mengancamnya Viktimologi memberikan
sumbangan pemikiran mengenai masalah viktimisasi tidak langsung
dampak sosial polusi industri viktimisasi ekonomi politik dan
penyalahgunaan kewenangan Viktimologi ini juga memberikan dasar
pemikiran dalam penyelesaian viktimisasi kriminal atau factor viclimogen
dalam sistem peradilan pidana
47
Dari perspektif ikalan Korban Napza (IKON) l ial i yang dimaksud
sebagai korban adalah orangperorangan yang menderita secara langsung
dari penyalahgunaan napza dan tennasuk pula keluarga alau tanggungan
langsung dari korban Namun karena hukum dl Indonesia memandang
pengguna napza adaiah kriminal maka terjadilah dampak-dampak negalif
yang dialami oleh pengguna napza yang merupakan korban scperti
diskriminasi kriminallsasi kesehatan dan stigmatisasi Maka sebagai
korban IKON Bali mendorong agar dihentikannyadiskriminasi lerhadap
korban napza mendorong vonis rehabilitasi untuk korban napza
mendorong agar dihentikannya penyiksaan terhadap korban napza dan
yang terakhir adalah mendorong terpenuhinya hak atas kesehatan bagi
korban dan orang terinfeksi HIV Dengan melihat kondisi permasalahan
penanggulangan napza yang semakin tidak menentu dan meningkatnya
jumlah korban napza secara terus-menerus Maka Ikon Bali meminta
1) Penerapan SEMA Nomor 7 Tahun 2009 sebagai pemenuhan hak atas
kesehatan terhadap korban Mpza
2) Meminta kepada Pengadilan Negeri Denpasar untuk menjadi insiator
dalam penyusunan langkah teknis penerapan SEMA Nomor 7 Tahun
2009
3) Meminta kepada selunih instansi tcrkait untuk mulai meiigambil
langkah nyata dalam penanggulangan napza
43 Ibid
48
4) Meminta agar korban napza diperlakukan secara manusiawi tanpa
penyiksaan sligma dan diskriminasi
5) Ikon Bali mendukung secara penuh program-program pemerintab
dalam penanggulangan napza
2 Rehabilitasi terhadap self-victimizing victims
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
merupakan undang-undang yang baru menggantikan Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika Adapun pasal-pasal di dalam
undang-undang in yang mengatur mengenai perlindungan korban adalah
berbagai pasal-pasal yangmencantumkan rehabilitas kepada korban
maupun pelaku tindak pidana narkolika Pasal 1 ayat (16) meneniukan
defenisi mengenai rehabilitasi dipandang dari sisi medis yakni
Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara
terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan Narkotika
Sementara Itu dalam Pasal 1 ayat (17) ditentukan defenisi rehabilitasi
dipandang dari sisi sosial yakni Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses
kegiatan pemulihan secara terpadu baik fisik mental maupun sosial agar
bekas pecandu Narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosia dalam
kehidupan masyarakat
Diimdangkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang merupakan undang-undang baru ini tentu mempunyai
maksud dan tujuannya Adapun tujuan yang terdapat dalam Pasal 4 yang
berbunyi
49
Undang-Undang tentang Narkotika bertujuan
a Menjamin kelersediaiin Narkotika untuk kcpentingan peiayanan
kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
b Mencegah mclindungi dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari
penyalahgunaan Narkotika
c Memberanlas pcredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika dan
d Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi Penyalah
Guna dan pecandu Narkotika
Bentuk perlindungan terhadap korban dan pelaku kejahatan tindak
pidana narkotika di dalajn Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
disebutkan ada 2 (dua) macam yakni pengobatan dan rehabilitasi lerhadap
korban maupun pelaku Pada Pasal 53 ayat (3) tersebul di atas bahwa yang
dimaksud dengan buktl yangsah antara lain surat kctcrangan dokter
salinan resep atau labeletiket Selcngkapnya mengenai pengobatan
ditentukan dalam Pasal 53 yang berbunyi sebagai berikut
(1) Untuk kcpentingan pengobatan dan berdasarkan indikasi medis
dokter dapal memberikan Narkotika Golongan II atau Golongan III
dalam jumlah terbatas dan sediaan tertentu kepada pasien sesuai
dengan ketcnluan peraturan perundang-undangan
(2) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat ( I ) dapal memiliki
menyimpan danatau incmbawa Narkolika untuk dirinya sendiri
(3) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mempunyai bukti
yang sali bahwa Narkotika yang dimiiiki disimpan danatau dibawa
50
untuk digunakan diperoleh secara sail sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
Mengenai rehabilitasi terhadap korban dan pelaku tindak pidana
kejahatan penyalahgunaan narkotika merupakan suatu kewajiban bagi
pemerintah dan instansi masyarakat Sebagaimana ketentuan dalam Pasal
54 bahwa Pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika
wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial Dalam Pasal 56
disebutkan juga bahwa
(1) Rehabilitasi mcdis Pecandu Narkotika dilakukan di rumah sakit yang
ditunjuk oleh Menteri
(2) Lembaga rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan oleh instansi
pemerintah atau masyarakat dapat melakukan rehabililasi medis
Pecandu Narkotika setelah mendapat persetujuan Menteri
Kemudian dipertegas kembali dalam Pasal 57 bahwa selain melaiui
pengobatan danatau rehabilitasi medis penyembuhan Pecandu Narkotika
dapat diselenggarakan oleh instansi pemerintah alau masyarakat melaiui
pendekatan keagamaan dan tradisional Salah satu tugas dan wewenang
Badan Narkotika Nasional adalah meningkatkan kemampuan lembaga
rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu Narkotika baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat
Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 ini terdapat
pengecualian dalam hal luniutan pidana terhadap anak yang masih berada
di bawah umur Misalnya terdapat di dalam salah satu pasalnya yakni pada
51
Pasal 128 ayal ( I ) yang bcrbunyi Orang tua atau wali dari pecandu yang
belum cukup umur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) yang
sengaja tidak mciapor dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6
(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp 100000000 satu juta
rupiah) Tetapi di datam ketentuan tain yakni pada Pasal 128 ayat (2) dan
ayal (3) ditentukan bahwa anak yang masih di bawah umur tidak dapat
dituntut pidami selcngkapnya pasal tersebul berbunyi Pecandu Narkotika
yang belum cukup umur dan telah dilaporkan oleh orang tua atau walinya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat ( I ) tidak dituntut pidana
(Pasal 128 ayat (2)) dan Pecandu Narkotika yang telah cukup umur
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) yang sedang menjalani
rehabilitasi mcdis 2 (dua) kali masa perawatan dokter di rumah sakit
danatau lembaga rehabilitasi medis yang ditunjuk oleh pemerintah tidak
dituntut pidana
Pada awalnya narkotika digunakan unluk kcpentingan umat
manusia khususnya untuk pengobatan dan peiayanan kesehatan Namun
dcngan semakin bcrkembangnya ilmu pcngclaliuan dan teknologi
peruntukan narkotika mengalami perluasan hingga kepada hal-hal yang
negatif
Di dunia kedokteran narkotika banyak digunakan khususnya
dalam proses pembiusan sebelum pasien diopcrasi mengingat di dalam
narkotika terkandung zat yang dapat mempengaruhi perasaan pikiran serta
kesadaran pusieti Oleh karena itu agar penggunaan narkotika dapal
52
memberikan manfaat bagi kehidupanurnat manusia maka pcredarannya
harus diawasi secara ketat sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 60 sampai
dengan Pasal 63 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang menyebutkan
Pasai 60 ditentukan bahwa
(1) Pemerintah melakukan pembinaan terhadap segala kegiatan yang
berhubungan dengan Narkolika
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meiipuli upaya
a Memenuhi ketcrsediaan Narkotika unluk kcpentingan peiayanan
kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
b Mencegah penyalahgunaan Narkotika
c Mencegah generasi muda dan anak usia sekoiah
dalampenyalahgunaan Narkotika termasuk dengan memasukkan
pendidikanyang berkaitan dengan Narkotika dalam kurikulum
sekoiah dasarsampai lanjutan atas
d Mendorong dan menunjang kegiatan penelitian danatau
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di brdang
narkolika unluk kcpentingan peiayanan kesehatan dan
e Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis bagi
Pecandu Narkotika baik yang diselenggarakan oleh pemerintah
maupun masyarakat
53
Pasal 61 ditentukan baiiwa
(1) Pemerintah melakukan pcngawasan terhadap segala kegiatan yang
berkaitan dengan Narkotika
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
1 Narkolika dan Prekursor Narkolika untuk kcpentingan peiayanan
kesehatan danatau pengembangan Hmu pengetahuan dan
teknologi
2 Alat-alat potensial yang dapat disaiahgunakan untuk melakukan
tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkolika
3 Evaluasi keamanan khasiat dan mutu produk sebelum diedarkan
4 Produksi
5 impor dan ekspor
6 Pcrcdaran
7 Pelabeian
8 Tnformasi dan
9 Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Pasal 62 berbunyi Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasai 60 dan pengawasan sebagaimana
dimaksiiddalam Pasal 61 diatur dengan Peraturan Pemerintah Dan dalam
Pasal 63 disebutkan bahwa Pemerintah mengupayakan kerja sama
dengan ncgara lain danatau badan intcmasional secara bilateral dan
multiialeral baik regional maupun internasional dalam rangka pembinaan
dan pengawasan Narkotika dan Prekursor Narkotika sesuai dengan
54
kcpentingan nasional
Berdasarkan biinyi beberapa pasa di atas mengenai pengawasan
terhadap pentingnya peredaran narkotika wajib diawasi secara ketat
dikarenakan saat ini pemanfaatannya banyak untuk hal-hal yang negatif
D i samping itu melaiui perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi penyebaran narkotika sudah menjangkau hampir ke semua
wilayah di Indonesia hingga ke pelosok-pelosok Daerah yang sebelumnya
tidak pcrriah tersentuh oleh peredaran narkotika lambat laun berubah
menjadi sentra peredaran narkotika Begitu pula anak-anak yang pada
mulanya awam terhadap barang haram ini telah berubah menjadi sosok
pecandu yang siikar untuk dilepaskan ketergantungannya
Sebelum Iahimya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
mengenai narkotika diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997
tentang Narkotika namun undang-undang ini tidak dapat dipertahankan
lagi keberadaannya karena adanya perkembangan kualitas kejahatan
narkotika yang sudali menjadi ancaman serius bagi kehidupan umat
manusia Pengguna narkotika sangat beragam dan menjangkau semua
lapisan masyarakat mulai dari anak-anak hingga orang dewasa orang
awam hingga artis bahkan hingga pejabat publik
Efek negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan narkotika secara
berlebihan dalam jangka waktu lama serta tidak diawasi oleh ahlinya
dapat
menimbulkan berbagai dampak negatif pada penggunanya baik secara
55
fisik maupun psikis Bahkan tidak janing penggunaan narkotika dapat
memicu terjadinya berbagai tindak pidana Karena itu untuk mencegah
semakin mcluasnya dampak negalif yang ditimbulkan dari penggunaan
narkotika maka pengawasan tidak hanya terbatas pada peredaran
narkotika tetapi juga pada mereka yang menjadi korban misalnya
sescorang yang menderita ketergantungan narkotika (pecandu) Apabila
seorang pecandu narkotika telah divonis bcrsalah oleh hakim atas tindak
pidana narkotika yang dilakukannya maka untuk memberikan kesempatan
pada yang bersangkutan agar tcrbebas dari kecanduaniiya maka hakim
dapat mcmutuskan untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani
pengobatan danatau perawatan
Pengobatan dan perawatan terhadap pecandu narkotika dilakukan
melaiui fasilitas rchabilitasi Rcliabilitasi medis dan sosial yang diberikan
kepada pecandu dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan
kemampuan fisik mental dan sosialnya Selain pengobatan dan perawatan
melaiui rehabililasi medis proses penyembuhan pecandu narkotika dapat
diiaksanakan oleh masyarakat melalul pendekatan keagamaan dan
tradisional
Sebagai conloh di Pakem Sleman Yogyakarta telah didirikan
sualu kliiiik alau Pusat Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkotika
Psikolropika dan Zal-zat Aditiflainnya (NAPZA) Terpadu yang didirikan
atas kerjasania Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dan
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang diresmikan pada tanggal 7
56
Desember 2005 Tujuan umum pendiriaii pusat rehabilitasi terpadu ini
adalah untuk memberikan jaminan penanganan paripurnakepada korban
penyalahgunaan Napza melaiui aspek hukum aspek medis aspek sosial
aspek spiritual serta pengembangan pcndidikan dan pelatihan dalam
bidang NAPZA secara terpadu sedangkan tujuan khususnya adalah
1 Terhindarnya korban dan instilusi dan penelrasi pengedar
2 Terhindarnya kerusakan mental dun masa depan para penyalah guna
Napza yang akan mcmbtinuh potensi pengembangan mereka
3 Terhindarnya korban-korban baru akibat penularan penyakil-penyakit
seperti Hepatitis HIVAIDS dan penyakit menular lainnya
4 Terwujudnya proses pengembangan penanganan korban NAPZA dan
aspek ilmiah serta keiimuan yang dinamis sesuai perkembangan zaman
sebagai pusat jaringan informasi terpadu dan mewujudkan teknis
penanganan penyalahgunaan narkotika dan obat-obalan terlarang bagi
daerah sekitamya maupun nasional
Pemberian perlindungan kepada korban narkotika lentil tidak dapat
dibebankan sepenuhnya kcpada pemeriiilah peran serta masyarakat pun
diharapkan ada salah salunya diterimanya kembali mantan pani pengguna
dalam lingkungannya tanpa melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya
diskriminatif bahkan dengan mcmposisikan mereka sebagai warga keias
dua yang harus dljauhi
Bentuk periindunganyang diberikan terhadap pelaku maupun
Dikdik M ArilMansur dan tUisUiris Guitom loa cil hal 90
57
korban penyalahgunaan narkolika dan psikotropika daiambentuk
rehabilitasi
Rehabilitasi adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang
dilujukan kepada pemakai narkolika dan psikotropika yang sudah
menjalani program kuratif Tujuannya agar pelaku tidak memakai lagi
dan bebas dari penyakit ikutan yang disebabkan oleh bekas pemakaian
narkotika dan psikotropika
3 Tahapan-tahapan rchabilitasi terhadap self-victimizing victims
Tahapan-tahapan rehabilitasi terhadap self-victimizing victims atas
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika yang ada di Indonesia tidak
sama Ada yang menekankan rehabilitasi hanya pada aspek medis ada
pula yang lebih menekankan pada aspek rohani Atau memadukan kedua
pendekatan tersebut dengan komposisi yang seimbang Yang ideal
rehabilitasi seorang korban narkotika dan psikotropika harus dilakukan
secara holisitik baik secara fisik psikis maupun kerohaiiiannya
1 Tahapan pengobatan (rehabilitasi)
Secara umum ada beberapa tahapan yang harus dilewati
Masing-masing tahapan tersebut memakan waktu bervariasi ada yang
seminggii sebulan dan bahkan berbu lan-bulan tcrgantung tingkat
ketergantungan tekad korban dan juga dukungan berbagai pihak
terutama keluarga dalam seluruh proses tersebut Setiap tahapan
Subagjo PiirloUiharjo Loc cU hal 105 ^ E M Giri Prastowo loc cil hal 28 -29
58
tersebut disusun dan dibuat untuk inenganlar pasien secara bertaiiap
melepaskan dari ketergantungan narkotika dan psikotropika Beberapa
tahapan rehabilitasi ini yang disajikan berikut sudah Icruji dapat
menyembuhkan atau memulihkan korban narkotika dan psikotropika
secara maksimal
a Tahapan transisi
Penekanaii dalam tahap ini lebih kepada informasi awal
tentang korbanseperti
1) Latar belakang korban
2) Lama ketergantungan
3) Jenis obat yang dipakai
4) Akibat-akibat ketergantungan dan
5) Berbagai inlbrniasi lainnya
Hal ini penling sehingga pada saatnya akan menjadi acuan
bagi pihak yang terlibat secara intensif dalam proses rehabilitasi
Ahl i yang berkompeten (dokter) akan menganaiisa tingkat
ketergantungan korban untuk kemudian meneniukan tingkat
pengobatan dan tingkat pembinaan bagi si korban schingga terapi
dan metode pengobatan bisa dilakukan secara terukur
Tahapan ini Juga dapat dijadikan rujukan untuk meneari
model rehabilitasi yang paling tepat bagi yang bersangkutan Pada
tahap ini tim rehabilitasi akan membantu korban agar menyadari
dirinya sedang menghadapl masalah ketergantungan narkotika dan
59
psikotropika Korban diajak untuk bersama-sama mengatasinya Hal
ini penting karena proses rchabilitasi tidak akan berhasil tanpa
adanya kesadaran korban tentang adanya bahaya yang dihadapinya
Dari situ akan dibangun tekad dan komitmennya untuk
meninggalkan narkotika dan psikotropika
Selain itu pada tahapan ini akan diteliti akibat fisik dari
penggunaan narkotika dan psikotropika Sejauh mana tingkat
kerusakan syaraf dan organ-organ tubuhnya yang rusak Unluk itu
diadakan pemeriksaaii laboratoriumiengkap dan tes penunjang untuk
mcndeteksi penyakit yang diderita korban A[)abia dalam
pemeriksaan ditemukan satu atau beberapa penyakit maka terlebih
dahulu diadakan pengobalan medis sebelum penderita mendapat
proses rehabilitasi lanjutan Langkah ini penting selain agar tubuh
yang bersangkutan bebas dari penyakit juga untuk mencegah
terjadinya penularan balk kepada korban narkotika dan psikotropika
ini diadakan pembersihan darah pada tubuh pecandu sehingga darah
menjadi bersih dan sistem metabolisme tubuh kembali normal
Proses ini dapat dilakukan melaiui cara-cara berikut
1) Cold Turkey abrupt withdrawal) yaitu proses penghentian
pemakaian narkotika dan psikolropika secara tiba-tiba tanpa
disertai dengan substitusi antidotum
2) Bertaliap atau substitusi bertahap misalnya dengan kodein
^Ibidhal 30
60
methadone CPZ atau clocard selama i -2 minggu
3) Rapid Detoxification dilakukan dengan anestesi umum (6-12
jam) dan
4) Simtomatik tergantung gejala yang dirasakan
2 Rehabilitasi intensif
Setelah melewati masa transisi (pengumpulan informasi tentang
keadaan korban dan latar belakangnya) baru masiik pada fase
berikutnya yakni proses penyembuhan secara psikis Motivasi dan
potensi dirinya dibangun daiam tahap ini Korban diajak untuk
menemukan dirinya dan segala potensinya sambil juga menyadari
berbagai keterbalasannya Bahwa untuk mengatasi masalah hidup yang
bersangkutan tidak perlu harus mengkonsumsi narkotika dan
psikotropika Narkotika dan psikotropika justru menciptakan masalah
baru yang jauh lebih besar dalam hidupnya Narkotika dan psikotropika
bukanlah solusi tetapi menjadisumber masalah Pada tahap ini berbagai
contoh dapat dipcrlihatkan kepada korban
Yang terlibat di dalam tahap ini yang utama adalah korban itu
sendiri sebagai pelaku self-victimizing victims) Korban harus punya
tekad untuk hidup tanpa narkotika dan psikotropika Korban harus bisa
menatap masa depan dengan penuh optimisme Selain yang
bersangkutan peranan keluarga (orang liia dan saudara-saudaranya
suami atau istri) juga sangal pcnling Anggota keluarga ini harus secara
intensifmendampingi dan jnenopang korban
61
Staf di paiiti rehabilitasi para konselor psikolog dan semua
pihak di panti rehabilitasi untuk bersama-sama mcmbangun
kepercayaan diri korban Seluruh proses ini membutuhkan waktu
berbulan-bulan bahkan selama bertahun-tahun tergantung tingkat
ketergantungan dan efeknya bagi korban Berbagai terapi yang
dilakukan selama dalam tahap ini baik yang dilakukan secara pribadi
maupun bersama-sama lewat berbagai aktivitas di panti rehabilitasi
tersebut bertujuan untuk memberdayakan kembali korban yang disekian
lama telah terpuruk oleh narkolika dan psikotropika Sebagai langkah
awal untuk sosialisasi diri dengan masyarakat korban juga secara
bertahap mulai mcmbangun komunikasi dengan orang lain di Iuar
komunitas rehabilitasi
Menurut Romo Lambertus Somar MSG dalam bukunya
Rehabilitasi Pecandu Narkotika dan Psikotropika pada tahap ini ada
tiga titik yang harus dilewati yang lebih dikenal dengan tahapan
stabilisasi pribadi yailu^
1 Secara sadar dan tekun melepaskan diri dari berbagai penyakit dan
akibatakibat lainnya (no to drugs) Tahap ini merupakan tahap
stabilisasi awai atau tahap konsolidasi (comolidation)
2 Menemukan jati diri menguasai kiat-kiat dan keterampilan-
keterampilan untuk menyehatkan serta mengisi hidup secara lebih
bermakna dan bermulu Latihan keterampilan vokasional (kerja) dan
E M Giri Praslowo Loc cil hal 32
62
peiigungkapan diri dari dimulai dibina sebiiigga disebul juga (afiap
pengukuan diri (jyerwtuil appraisal) Inilah lahap slabilisasi
niericiigah (inadya)
3 Dengan inisiatif pribadi orang secara sadar mulai berfikir dan
bertindak untuk mencapai prestasi-prestasi tertentu schingga disebut
juga tahap positive thinking and doing Tahap ini merupakan tahap
stabilisasi akhir
4 Tahap rekonsiliasi Tahapan berikut yang harus dilewati dan sangat
vital adalah tahap rekonsiliasi Tara korban tidak langsung
herinlcraksi secara bebas dcngan masyarakat akan tctiipi lerleblh
dahulu ditampung di sebuah lingkungan khusus selama beberapa
waktu sampai pasien benar-benar siap secara mental dan rohani
kembali kelingkungannya semula Yang paling ulama dalam fase ini
adalah pembinaan mental spiritual keimanan dan ketakwaan serta
kcsepiikatan sosial kemasyarakaian Proses ini bisa meliputi program
pembinaan jasmani dan rohani
Sampai ke tahap ini yang bersangkutan masih tcrikat dengan
rehabilitasi foimal namun sudah mulai membiasakan diri dengan
masyarakat Iuar sehingga merupakan proses resosialisasi (reentry) atau
penyesuaian (reconcilialion) Proses ini melewati tiga titik penting juga
yaitu
1 Tinggal lebih sering dan lebih lama di lingkungan keluarga sebagai
63
teiiipal tinggal tetap atau pun tempat tinggal transit unluk
resosialisasi sambil mclaiijiitkan kegiatan pilihan sebagai penunjang
masa selanjutnya Di sini terjadi perdamaian dan penycsuaian-
penyesuaian kembali dengan lingkungan
2 Rencana masa depan yang jelas dan siap direalisasikaii dengan
dukungan keluarga atau pihak-pihak lain Pada tahap ini korban
dapat memulai aktivitasnya lagi seperti sekolahkuliah mulai bekerja
atau merintis usaha sendiri
3 Kontak awal dengan kelompok-keiompok atau program-program
pemeliharaan lanjut aftercare) Di sini orang meiierima dirinya
seperti apa adanya merasa puas lalu mempercayakan dirinya ke
tangan orang lain
4 Pciiieliharaaii Lanjut Pada tahap ini walaupun secara fisik yang
bersangkutan sudah dinyatakan seliul dan secara psikis pun sudali
pulih namun masih ada kcmungkinan mereka akan tergclincir
kembali icbihlebih saat mereka sedang menghadapl masalah Pada
saat itu bisa Jadi mereka bemostagia dengan menikmati narkolika
dan psikotropika Saat ini juga niwaii Karena itu setiap korban yang
niemasuki tahap inidipersiapkaii sungguh-sungguh agar dapal
melewati dan mengatasi sUuasi rawan ini dengan melewati tiga titik
ini yakni
a Mengubah menghilangkan aUiu menjauhi hal-hal yang bersifat
bid hul 34
64
nostaigia kesenaiigan narkolika dan psikolropika
b Setiap mengikuti program-program dan aeara-acara aftercare
(pemeliharaan lanjut) dan
c Dapat juga mcUbatkan diri dalam gerakan atau kelompok bersih
narkoba dan peduli penanggulangannya
BAB IV
PENUTUP
A Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dipaparkan tersebut di atas peneliti
memberikan beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap
permasalahan di dalam penelitian ini sebagai berikut
Di antara berbagai faktor yang dapat mempengaruhi seseorang atau
individu menyalahgunakan narkotika atau psikotropika terdapat faktor
yang paling duininan yakni laktor yang bersumber dari keadaan keluarga
dan lingkungan bukan karcnn faktor individunya Karena faktor keluarga
yang buruk dan lingkungan yang juga buruk dan saling mendukung dapat
mempengaruhi individu menjadi pelaku lindak pidana penyalahgunaan
narkolika dan psikotropika tersebut dengan kata lain faktor keluarga dan
lingkungan yang buruk ini membuka kesempatan kcpada seseorang untuk
merasakan pergaulan dengan narkotika atau psikotropika sehingga dapal
menimbulkan ketergantungan terhadapnya
2 Perlindungan lerhadap korban narkotika- jika dihubungkan dengan
beberapa teori pemidanaan dalam perspektif Undang-Undatig Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika yang baru terdapai keseimbangan antara
perlindungan terhadap pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana
bahwa berdasarkan sanksi baik pidana maupun denda yang terdapat dalam
undang-undang ini sangatlah bcrat-bcnil dan tegas Ini berarti bahwa
65 bull
66
undang-undang narkotika yang baru tersebut lebih mementingkan korban
dari pada pelaku kejalialan narkotika Mengingat bahwa dcngan adanya
pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan ktgtrban semakin
banyak yang berjatuhan seliingga daripada korbannya anak bangsa yang
memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara Indonesia
maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-beratnya
terhadap si pelaku lindak pidana narkolika bahkan pidana mati atau
seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-
undang yang baru ini juga diatur mengenai rchabilitasi terhadap korban
baik korban yang diakibatkan oleh orang lain niaiipim karena self
victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku ilu
sendiri
Saran
Adapun yang menjadi saran peneliti di dalam penelitian ini yang
menjadi harapan untuk dipcrliatikan bersama adalah sebagai berikut
1 Diharapkan bagi setiap keluarga untuk menjaga keharmonisan melakukan
pengawasan dan mcnanainkan pcndidikan yang benar terutama dalam lial
menyeimbangkan antara emosi inteligensi dan spritual sejak dari din
terhadap anak sebagai benteng terhadap dirinya untuk dapat membentengi
dari pengaruh narkotika dan psikotropika yang semakin mengancam
keadaan lingkungan masyarakat
2 Diharapkan terhadap pemerintah untuk melakukan sosialisasi yang
teriiitegrasi dan menyeluruh terhadap semua lapisan masyarakat baik
67
masyarakat di pedesan (primitlf) maupun masyarakat kota betapa besamya
sanksi pidana dan denda yang digariskan di dalam undang-undang
narkotika dan psikotropika misalnya dcngan mcmpublikasikannya dalam
bentuk billboard di pcrsiinpangan jalan sehingga setiap orang yang lewat
dengan secara otomatis masyarakat akan inengelaliuinya dan
berkemuiigkiiian orang yang membacanya setidaknya tlmbul rasa takut
untuk terjun ke dalam penyalahgunaaan narkotika dan psikotropika
tersebut
D A F T A R PUSTAKA
A Bukii
Arrasjid Chainur Sualu Pemikiran Tentang Psikologi Kriminil Mcdan Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU 1999
Gerson Bawengan Penganlar Psichology Kriminil Jakarta Pradya Pramita 1973
Gosita Arif Masalah Korban Kejahatan Jakarta Akademika Pressindo 1993
Hakim M Ariel Narkoba Bahaya dan Penanggulangannya Bandung Jembar 2007
Hawari Dadang Konsep islam Memerangi AIDS dan NAZA Get X i Yogyakarta Dhana Baktl Priaya 1997
Kaligis OC dan Soedjono Dirdjosisworo Narkoba dan Peradilannya di Indonesia (Retbrmasi Hukum Pidana Melaiui Perundangan dan Peradilan) Bandung PT Alumni 2002
Kartono Kartini Psichology Abnormal Bandung Alumni 1972
Mansur Dikdik M Arif dan Elistaris Guitom Urgensi Perlindungan Korban Kejahalan Antara Norma dan Reaiita Bandung Agustus Fakultas Hukum Universitas Padjajaran 2006
Mardani Penyalahgunaan Narkoba Daiam Perspeklif Hukum islam dan hukum Pidana Nasional Jakarta IH RajuGrufindoPersado 2007
Marpaung Leden Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005
Moelyono Anton M Kumus Besar Bahasa Indonesia Get 11 Jakarta Balai Pustaka 1988
Muladi HAM Dalam Persepkiif Sistem Peradilan Pidana dalam Muladi (ed) Hak Asasi Manusia Hakekal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat Bandung Refika Aditama 2005
dan Barda Nawawi Arlef Bunga Rampai Hukum Pidana Bandung Alumni 1992
Partodiharjo Subagyo Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannyai Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2003
Ioyk Fanny Jonathans Sehiiah Kesehatan Narkoba Sayonara Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2006
Prastowo EM Giri Rehabilitasi Bagi Korban Narkoba Tangcrang Visimedia 2006
Prodjodikoro Wirjono Asas-asas Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005
Roeslan Saieh Stelsel Pidana Indonesia Jakarta Bina Aksara 1987
Soedjono D Segi Hukum Tentang Narkolika di Indonesia Bandung Karya Nusanlara 1977
Hukum Narkolika Indonesia Bandung PT Citra Adtya Baktl i 990
Soekanto Soerjono dan Sri Mumadjj Penelitian Hukum Normalif Suatu Tijnjauan Singkat Jakarta Rajagrafindo Persada 2001
Sudarsono Kenakalan Remaja cet Ii Jakarta Rineka Cipta 1992
Tom dkk Bahaya NAPZA Bagi Pelajar Bandung Yayasan Al-Ghifari Morgan 1999
Tim BNN Materi Advokad Pencegahan Narkoba Jakarta Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia 2005
Yustisia Himpunan Peraturan Pemndang-Undangan Anti Narkoba diterjenialikuii oleh Tim iustaka Yuslisia Yogyakarta iuslaka Yustisia 2006
Waluyo Bambang Penelitian Hukum dalam Prakiek Jakarta Sinar Grafika 1996
Wcda Made Darma Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korporasi dalam niingti Rampai Viktimisasi Bandung Eresco 1995
B Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Pasal 152
Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika22Tahun 1997 tentang Narkotika
Keppres Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkolika Nasional
CInternet
htlpwwwbnngoidportalbariiiiorlalkQnlenpltpniima^Prorilampop^visi niisiamp tnn=lamp diakses tcrakiiir tanggal 13 November 2014
httpthed03hlogspoteom2008l Ohukuiii-viktimolQgihtmk diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014
httpwwwikonbaliorg26062Q(19advokasipctisi-ikon-bali-segera-tcrapkan-semahtml Petisi Ikalan Korban Napza (IKON) dalam rangka menyambut Hari Anti Narkotika (HANI) dan Hari Anti Penyiksaan 2009 diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014
httpwwwsurnekscoidindexphp7pption=^om cpntentampview=articleampid=^1405 2010-kej ati-baru-terapkan-uu-no-3 52009ampcatid=44 ilir-barat-i-bukit-keciIampUemid=94 diakses lerakJiir tanggal 12 Desember 2014
httpidsbvoongcQmexact-sciencesl8Q8652-getielika-dan-keiahatan Faktor Genetik Penyebab Kejahalan diakses terakhir tanggal 10 jaiiuari 2014
httpwwwasiasecuritiescoidsys 12ximagesstories201QEqtiitv2Q Pdf diakses terakhir tanggal 10 Januari 2014
LAMPIRAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
F A K U L T A S HUKUM
K A R T U AKTIVITAS BIMBINGAN SKRIPSI
N A M A MAHASISWA DIANA SAPUTRA
N O M O R INDUK MAHASISWA 50 2011 059
P R O G R A M STUDI I L M U H U K U M
PROG K E K H U S U S A N H U K U M PIDANA
P E M B I M B I N G M S O L E H IDRUS SHMH
l U D U L SKRIPSI P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T U N D A N G U N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I
KONSULTASI
K F -
MATERI YANG
DIBIMBINGKAN
PARAF
PEMBIMBING K E T
luymdash
y^ ^ Tlt2 N ^
7 M e
fSUL
k ^
CATATAN MOHON DIBERI WAKTU MENYELESAIKAN SKRIlSl RUiAN SEJAK TANGGAL DIKELUARKAN DITETAIKAN
DIKELUARKAN DI PALEMBANG PADA TANGGAL KETUA BAGIAN
JUDUL P E N Y A L A H G U N A A N N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG UNDANG N O M O R 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I
P E R M A S A L A H A N 1 Apa yang menjadi faktor tcrjadinya penyalaJigunaan narkotika dan psikotropika
2 Bagaimana pengaturan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspektif victimologi
B A B l P H N D A I i U L U A N A Latar Belakang B Permasalahan C Ruang Lingkup dan Tujuan D Metode Penelitian E Sistematika Penulisan
B A B 11 T I N J A U A N PUSTAKA
A Pengertian penyalahgunaan B Pengertian victimologi C Ruang lingkup victimologi D Jents dan penggolongan narkotika dan psikotropika E Undang Undang yang mengatur tentang narkotika
dan psikotropika
BAB I I I PEMBAHASAN A Faktor yang menyebabkan terjadinya
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika
B Penyalahgunaan narkotika dan psikolropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspeklif victimologi
BAB IV PENUTUP A Kesimpulan
B Saran-saran
DAF1AR PUSTAKA
L A M P I R A N - L A M P I R A N
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM
Lampiran Perihal Kepada
Sistematika penulisan (Outline) Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi YUi NUR HUSNI LMILSON SHSpNMH
Pembimbing Akademik Fakultas Hukum UMP dl-Palembaniz
Assalamualaikum WrWb
Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama DIANA SAPU I RA
Program Kekhususan Flukum Pidana
fada semester Lianjil tatiun kuliati 2UI42UI5 sudah menyelesaikan betian studi yang meliputi MPKMKKMKBMPBMBB (139 sks)
Dengan ini mengajukan pcrmohonan untuk penelitian Hukum dan Penulis Skripsi dengan judul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG-UNDANG N O M O R 35 T A H U N 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I
Demikianlah atas perkenaan Ibu diucapkan terima kasih
Wassalamualaikum WrWb
NIM 50 2011 059 Ilmu Hukum Program Studi
Palembang September 2014 Pemohon ^^--^5
Rekomendasi PAYbs
Pembimbing Akademik
HUSNI EMHSON SH SpN MH
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM
REKOMENDASI DAN PEMBIMBING SKRIPSI
Nama Nim Program Study Program Kekhususan Judul skripsi
DIANA SAPUTRA 50 2011 059 Ilmu Hukum Hukum pidana PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI
I Rekomendasi Ketua Bagian a Rekomendasi
b Usulan Pembimbing
Hukum Pidana
raiemoang iepiemt)er zu 14 KetuaJBagu
LuuTiiiAKNurCsHrR^
I L Penatapan Pembimbing Skripsi Oleh Wakil Dekan I
1 2
Palembang September 2014 Wakil Dekan I
- i poundL Dr Hj SRI S U L A S T R I SH M H
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah i n i Nama Tempat Tanggal Lahir N I M Program Studi Program Kekhususan
DIANA SAPUTRA PetransJaya 15 Januari 1992 502011059 Ilmu Hukum Hukum Pidana
Menyatakan bahwa karya ilmiah skripsi saya yang berjudul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANGshyU N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F VICTIMOLOGI
Adalah bukan merupakan karya tulis orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali daiam bentuk kutipan yang telah kami sebutkan sumbemya
Demikianlah surat pemyataan ini kami buat dengan sebenar-benamya dan apabila pemyataan ini tidak benar kami bersedia mendapatkan sanksi akademis
Palembang September 2014
PERMOHONAN UNTUK MENGIKUTI SEMINAR PROPOSAL
Palembang Oktober2014 Perihal Mohon untuk diiaksanakan seminar
Proposal Penelitian Skripsi
Kepada Yth Ibu Luil Maknun SH MH Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang D i -
Palembang
Assalamualaikum Wr Wb Saya yang bertanda tangan dibawah Ini Nama DIANA SAPUTRA
NIM 50 2011 059
Program Kekhususan Hukum Pidana
Bahwa yang bersangkutan telah layak untuk mer^ikiuti Seminar Proposal rencana penelitian skripsi yang judul PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI
Mohon kiranya yang bersangkutan untuk dijadwalkan mengikuti Seminar Proposal usul Penelitian Skripsi
Demikianlah disampaikan untuk dipertimban^Lan Wassalamualaikum Wr Wb
Pembimbing Skripsi
M SOLEH IDRUS3HMS
H A L A M A N P E R S E T U J U A N U N T U K M E N G I K U T I S E M I N A R P R O P O S A L
Nama DIANA S A P U T R A
N I M 50 2011059
Program studi Ilmu Hukum
Program kekhususan Hukum Pidana
Judui Penelitian PENYALAHGUNAAN N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A
MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI P E R S P E K T I F VICTIMOUHH
Palembang Oktober2014 Disetujui Pembimbing
M S O L E H IDRUSSH MS
Ketua Bagian Hukum Pidana
LuU MaknunSH M H
![Page 2: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/2.jpg)
P E R S E T t J UAN DAN P E N G E S A H A N
Judut Sknpsi P E N Y A L A H G U N A A N N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A M E N I I R U T UNDANG UNDANG N O M O R 35 T A H U N 2009 D A R I P E R S P E K T I F VICTIMOLOGI
t 0
Nama NM Program Studi
DIANA SAPUTRA 50 2011 059 ilmu Hukutn
Program Kekhususan Hukum Pidana
Pembimbing M Soleh Idrus SH MS (
PERSETUJUAN OLEH TIM PENGUJI
Palembang APRIL 2015
Ketua Hambati Yunif S R M Hun
Anggota I H Syairozi SH M Hum
2 R Saifullah Bash SH MH
(
(
DISAHKAN OLEH DEKAN FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Dr Hi SRI SUATMIATI S R MHum NBMNIDN 06036079i348 00060406009
M O T T O
KEBEBASAN BUKAN SEMATA - MATA MELEPASKAN
RANTAI DARI TANGAN SESEORANG KEBEBASAN ADALAH
HIDUP DENGAN CARA YANG SALING MENGHORMATl DAN
SALING MEMBANTU KEBEBASAN ORANG LAIN
(NELSON MANDELA)
K U P E K S E M B A H K A N K E P A D A
bull IBUKU TERCINTA DAN ALM
AVAHKU TERIMA KASIH ATAS
KASIU SAYANG YANG T E L A H
DIBERIKAN
ltraquo NENEK DAN K A K E K K U TERSAYANG
DAN KERABAT SERTA K E L U A R G A
TERIMA KASIH ATAS
DUKUNGANNYA-
bull UNTUK SESEORANG TERCINTA
TERIMA KASIH ATAS MOTIVASINYA
DAN SEMANGATNYA UNTUK
MENVELESAIKAN SKRIPSI INL
bull SAHABAT SAHABATKUDAN
bull ALMAMATERKU
iii
Judul Sknpsi PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI P E R S P E K T I F VICTIMOLOGI
Penulis Diana Saputra
Pembimbing M Soleh Idrus S H M H
A B S T R A K Korban kejahatan tindak pidana Narkotika dan Psikolropika memperoleh
perhatian utama karena korban merupakan bagian yang tidak dapal dipisahkan dari kejahalan oleh karena i lu korban memiliki peranan yang sangat penling secara viclimologi memudahkan dalam menemukan upaya penanggulangan kejahatan yang pada akhimya akan bermuara pada menurunnya kuantitas dan kualitas kejahatan Hal tersebut sejalan dengan semakin bcrkembangnya vicfimologi dalam pengaturan Narkotika dan Psikotropika menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
Permasalahan yang menjadi inti pembahasan dalam penelitian ini adalah apa faktor-faktor yang mcnyebabkan terjadinya penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika bagaimana perkembangan pengaturan tenting Iindak pidana Narkotika dan Psikotropika sebelum dan menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dan bagaimana pengaturan tindak pidana pwnyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dari perspektif victimohgi
Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normalif penelitian hukum normatif yang mengacu kepada norma-norma dan asas-asas hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan serta pemilihan terhadap pasalpasal yang relevan dengan permasalahan dimaksud yang terdapat dalam bahan hukum primer scperti Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkolika dan Keppres Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkotika Nasional
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah bahwa perlindungan terhadap korban narkotika berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika terdapat kescimbangan antara perlindungan terhadap pelaku kejahatan narkolika dengan korban Dimana bahwa berdasarkan sanksi baik pidana maupun denda yang terdapat dalam undang-undang narkotika tersebut sangatlah beral-berat dan tegas Ini berarti bahwa undang-undang narkotika yang baru tersebut lebih mementingkan korban dari pada pelaku kejahatan narkotika Jika dipjerhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-undang narkotika juga diatur mengenai rehabililasi terhadap korban baik korban yang diakibatkan oleh orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku itu sendiri
Disarankan bahwa sanksi pidana maupun denda yang digariskan dalam undang-undang narkotika dan psikotropika tersebut benar-benar dapat dilerapkan kcpada setiap pelaku penyalahgunaannya tanpa pandang bulu bagi siapa saja yang terlibat di dalamnya baik dilakukan sendiri-sendiri maupun kelompok atau korporasi seperti memiliki mengonsumsi menyimpan mengedarkan menjual membeii memproduksi dan Iain-Iain untuk keperluan illegal
iv
K A T A P E N G A N T A R
Assalamualaikum fVr Wb
Alhamamdulillah puji syukur kepada Allah SWT yang telah senantiasa
melimpahkan rahniat dan kaninia-Nya kepada penulis
Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada Baginda Nabi Besar
Muhammad SAW keluarga serta para sahabal beliau dan pengikul-pengikutnya
yang selalu istiqomah sampai akhir zaman
Dalam penulisan skripsi ini penulis melewati masa-masa yang sulit dan
berusaha sebaik-baiknya dcngan kemampuan yang penulis mi l ik i Dan berkat
rahmat Allah S W I pula penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan
judut P E N Y A L A H G U N A A N N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A
M E N U R U T UNDANG UNDANG N O M O R 35 T A H U N 2009 D A R I
P E R S P E K T I F VICTIMOLOGF
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempuma dan banyak
kekurangan Untuk i lu saran dan kritik sangat penulis harapkan demi tercapainya
kesempumaan skripsi ini
Pada kesempatan yang baik ini penulis mengucapkan tcrima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan khususnya kepada
1 Bapak Dr H M Idris SE MSi Seiaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Palembang
V
2 Ibu Dr Sri Suatmiati SH MHum Seiaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Palembang
3 Bapak dan Ibu Seiaku Wakil Dekan I I I I l l dan IV Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Palembang
4 Ibu Luil Maknun SH M H Seiaku Ketua Bagian Hukum Pidana di
Universitas Muhammadiyah Palembang
5 Bapak Nur Husni Emilson SH SpN M H Seiaku Penasehat Akademik
yang selalu membimbing Penulis
6 Bapak M Soleh Idrus SH M H Seiaku Pembimbing Skripsi
7 Seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta Karyawan Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Palembang
8 Sahabat-sahabatku tercinta
9 Serta seluruh leman-teman penulis angkatan 2011 yang tidak dapat disebutkan
satu persatu Semoga sukses
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita
semua dan semoga amal ibadah kita mendapat balasan dari Allah SWT
Palembang 2015
Penulis
Diana Saputra
vi
P E R N Y A T A A N K E A S L I A N K A R Y A I L M T A H
Dengan ini saya D I A N A SAPUTRA menyalakan bahwa Karya
llmiahSkripsi ini adalah asli hasil karya saya sendiri dan karya ilmiah ini belum
pemah diajukan sebagai pemenuhan persyaratan untuk memperoleh gelar
kesarjanaan Strata Satu (SI) dari Universitas Muhammadiyah Palembang maupun
Perguruan Tinggi lain
Semua informasi yang dimuat dalam karya ilmiah ini yang berasal dari
penulis lain baik yang dipublikasikan atau tidak tclah diberikan penghargaan
dengan mengutip nama sumber penulis secara benar dan semua isi dari Karya
Ilmiah ini sepeanuhnya menjadi tanggung jawab saya sebagai penulis
Palembang Maret 2015
Penulis
DIANA S A P U T R A N I M 50 2011 059
v i i
D A F T A R ISI
H A L A M A N J U D U L i
H A L A M A N P E R S E T U J U A N U N T U K U J I A N K O M P R E H E N S I F i i
M O T T O DAN P E R S E M B A H A N i i i
A B S T R A K iv
K A T A P E N G A N T A R v
P E R N Y A T A A N K E A S L I A N K A R Y A I L M I A H vi
D A F T A R ISI v i i i
B A B I P E N D A H U L U A N
A Latar Belakang
B Perumusan Masalah 5
C Ruang Lingkup dan Tujuan 5
D Metode Penelitian 6
F Sistematika Penulisan 7
B A B H T I N J A U A N P U S T A K A
A Pengertian Penyalahgunaan 9
B Pengertian Viclimohgi 10
C Ruang Lingkup Victimologi 11
D Jenis dan Penggolongan Niirkotika dan Psikotropika 12
a) Narkotika 12
b) Psikotropika 17
viii
B A B I I I P E M B A H A S A N
A Perkembiingan pengaturan tentang tindak pidana
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika sebelum iahimya
dan menurut undang-undang nomor 35 tahun 2009 22
B Pengaturan Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997
Tentang Psikotropika dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun
1997 Tentang Narkotika 40
C Pcnyalahgunaaan Narkotika dan Psikotropika Dalam
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari
Perlindungan Terhadap Korban 44
1 Self-victimizing victims narkotika dan psikotropika 44
2 Rehabilitasi terhadap self-victimizing victims 48
3 Tahapan-tahapan rehabilitasi terhadap self-victimizing
victims 57
B A B IV P E N U T U P
A Kesimpulan 65
B Saran 66
D A F T A R P U S T A K A
L A M P I R A N
ix
B A B l
PENDAHULUAN
Latar Belakang
PciTindiingan korban lindak pidana dalam sistein liukimi nasional
nampaknya belum memperoleh perhatian serius Hal ini terlihat dari masih
sedikitnya hak-hak korban tindak pidana memperoleh pengaturan dalam
perundang-undangan nasional Adanya ketldakseimbangan antara
perlindungan korban kejahatan dengan pelaku kejahatan pada dasarnya
merupakan salah satu pengingkaran dari asas setiap warga ncgara bersamaan
kedudukaiinya dalam hukum dan pemerintahan sebagaimana diamanatkan
oleh Undiing-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konslitusional
Niirkotika Psikotropika dan Bahan Aditif Lainnya adalah berbagai
macam obat yang semestinya dinianfaalkan sesuai dengan kcpentingan
tertentu niisalnya pada dunia mcdis untuk mcmbantu proses kerja dokter
dalam melakukan opcrasi bedah Akan tetapi saat ini obat-obat terlarang ini
telah dikonsumsi diedarkan dan diperdagangkan tanpa izin berwajib demi
memperoleh keuntungan dan nikmat sesaat saja Karena pengaruh Narkotika
dan Psikolropika tersebut dapat membuat pemakai menjadi ketergantungan
merusak sampai ke sel-sel saraf manusia seliingga melemalikaii daya pikir
dan lambat memberikan rekasi terhadap lawan bicara Untuk menganaiisa
materi pelajaran bagi pelajar dan mahasiswa yang terkena bahaya Narkotika
atau Psikotropika dapat mengakibatkan pada kelambatan berfikir sehingga
1
2
harapan dalam pencapaian pcmbangunan nasional dapal tcrganggu
Bahaya nicngedarkan Narkotika dan isikolropika dapat dibayangkan
berapa banyak sel syuraf otak mahusia yahg akan dlrusak borapa gencfasl
muda anik sekoiah dan mahasiswa terus diburu pengedar Narkotika dan
Psikotropika tersebul bahkan dapat mengakibatkan kematian^
Keterganl jngan lerhadap Narkotika dan Psikotropika pada mulanya ingin
coba-coba dulu karena Narkotika maupun Psikolropika tersebul dapat
membuat pemakaiiiyu bcrhalusinasi seolah lupu tchadiip masalah dan berada
pada dunia keindahaii Jika laktor kesempatan untuk mendapatkan Narkolika
dan Psikotropika sangat mudah dari pengedar maka dapal mengakibatkan
korban akan semakin bertambah Melihat besamya bahaya penyalahgunaan
Narkotika dan Psikotropika lerhadap individu dan mengganggu pencapaian
cita-cita NKRl maka lerhadap Narkotika maupun Psikolropika harus
dilakukan penanggulangannya sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku
Scjak awat mula Iahimya hukum pidana fokus subjek yang paling
banyak disoroti adalah si pelaku Padahal dari sualu kejahatan kerugian yang
paling besar didcrita adalah pada si korban kejahatan tcrsebut Akan tetapi
scdikit sekali ditemukun hukum-hukum atatipun peraturan perundang-
undangan yang mengatur tcnung korban serta perlindungan lerhadapnya
httpw^vbnn (ioidportalhiirup(irlalkoTilenphpnaTna=lrofilampopvisL _iTiisiampmn^l diakscs tcrukhir tanggal 29 December 2(M4 Iihal juja Kcpprcs Nti 17 Taliun 21X12 tentang Itadan Narkotika Nasional pada bagian konsidcran mcnimbang huruf (J) bcrbunyi Bahwa sehubungun dengan pertimbiingan hunifu huruf b huruf c dan sebagai pcluksunaan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkolika ficrlu niembcntuk Badan Narkotika Nusiona dcngan Keputusan Iresiden
^Funny Jonathans Poyk Suhiiah KusehiUan Narkoba Sayonara (Jakarta IT (Jelora AkHuru Iralama 2006) lial 9 Made Darma Weda Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korfwrasi dalam Bunga
3
Berbicara mengenai upaya penanggulangan kejahatan atau tindak
pidana Narkotika dan Psikotropika yang tepat maka cara pandang sebaiknya
tidak hanya terfokus pada berbagai hal berkaitan dengan penycbab timbuliiya
kejahatan atau metode apa yang efektif dipergunakan dalam penanggulangan
kejahatan tersebul Namun hal lain yang tidak kalah penlingnya untuk
dipahami adalah masalah korban kejahatan itu sendiri yang dalam keadaan-
keadaan lertentu dapal menjadi pemicu munculnya kejahatan dalam tindak
pidana Narkotika dan Psikotropika tersebul
Piida saat berbicara tentang korban kejahatan dalam tindak pidana
Narkotika dan Psikotropika maka cara pandang tidak dapat dilepaskan dari
victimologi Melalul victimologi dapal diketahui berbagai aspek yang
berkaitan dengan korban seperti faktor penyebab munculnya kejahatan
penyalahgunaan bagaimana seseorang dapat menjadi korban
penyalahgunaan dan upaya mengurangi terjadinya korban kejahatan
penyalahgunaan serta hak dan kewajiban korban kejahatan dalam tindak
pidana Narkolika dan Psikotropika tersebut Secara victimologi terhadap
korban kejahatan dalam tindak pidana Narkotika dan Psikotropika misalnya
korban yang ditemukan pada anak usia 7 tahun sudah ada sebagai pemakai
anak di usia 8 talum sudah ada yang memakai ganja dan lalu di usia 10 tahun
anak-anak sudah menggunakan Narkotika alaupun Psikotropika dari berbagai
jenis seperti ganja heroin morfni ekstasi dan sebagainya
Kraquogtrban dalam lingkup victimologi memiliki arti yang luas karena
Rampai Vihmisusi (Bandung Krcsco 1995) hal 200 TM Giri Prasln vo Rebahilium liagi Korban Narkoba ( Iangerang Visimudia 2006) hal v
4
tidak hanya terbatas pada individu yang secara nyata menderita kerugian
tetapijuga kelompok korporasi swasta maupun penierintali sedangkan yang
dimaksud dcngan akibat pcnimbulan korban adalah sikap atau tindakan
terhadap korban danatau pihak pelaku serta mereka yang secara langsung
atau tidak terlibat dalam terjadinya suatu kejahatan
Pentingnya korban kejahatan dalam tindak pidana Narkotika dan
Psikotropika ihempcroleh perhatian utama DIkarenakan korban merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kejahatan oleh karena ilu maka
korban memiliki peranan yang sangat penting dalam penelitian ini
Diperolchnya pemahaman yang luas dan mendaiam tentang korban kejahatan
dalam linJak pidana Narkotika dan Psikolropika dapat [nenuidahkan dalam
menemukan upaya penanggulangan kejahatan yang pada akhimya akan
bermuara pada menurunnya kuantitas dan kualitas kejahalan Sejalan dcngan
semakin bcrkembangnya victimologi sebagai cabang ilmu baru berkembang
pula berbagai runuisan tentang victimologi Kondisi iiii hendaknya tidak
dipandang sebagai pertanda tidak adanya pemahaman yang seragam
mengenai ruang lingkup victimologi tetapi harus dlpaiidang sebagai bukti
bahwa vU timologi akan selalu berkembang sejalan dengan perkembangan
yang terjadi dalam masyarakat
Berdasarkan uraian di atas yang menjadi obyek pengkajian dari
victimologi penyalahgunaan Narkolika dan Psikotropika di antaraiiya adalah
faktor terjadinya kejahatan dan bagaimanakali pengaturan Narkotika dan
Dikdik M Arir Mimsur dan Elistaris (lultoiii UrgensI Ierilndungan Korban Kejahalan Anlara Norma dan Realita (Bandung Agustus EakulUis Hukum Universitas Padj aj uran 2006) hal 29
5
Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Oleh sebab itu
maka judui yang dipilih unluk diteliti dalam penelitian adalah
Penyalahgunaan Narkotika dan Pstkolropka Menurut Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 Dari Perspektif Victimologi
B Perumusan Masalah
1 Apa yang menjadi faktor faktor yang menyebabkan terjadinya
2 Bagainiana pengaturan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika dan
Psikotropika daiam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dari perspektif
victimology
C Ruaug lingkup daii tujuan
Ruang lingkup
Secara umum ruang lingkup skripsi ini untuk mengetahui apa yang
menjadi faktor faktor terjadinya penyalahgunaan narkobadan
penyalahgunaan norkoba menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari
perspektil victimologi
Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan penulisan ini adaiah
sebagai bfrikut
1 Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
penyalahgunaan Narkoba
2 Untuk mengetahui pengaturan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika
dan Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Talum 2009 dari
penyakiligunaanTiarkotika dan psikotropika
6
perspektif viAimo(gtg[
E Metode rcncHtl
Untuk memperoleh data yang kongkril sebagai pcdoman dalam
penulisan skripsi ini maka penulis menggunaan metode sebagai berikul
1 Metode pclaksanaan penelitian
dalam pclaksanaan ini penulis menggunaan metode penelitian hukum
normatif yang bersifal diskriftif dengan menggunaan dala skunder
Penelitian nukum norkatif ini merupakan penelitian kcpustakaan yaitu
penelitian terhadap dala skunder yang iiiempuiiyai ruang lingkup meiipuli
surat sural fakta fakta sampai pada dokumen - dokuincn resmi yang
dikeluarkan oleh instansi lerkait
2 Metode pcngiimpulun data
Pengumpulan data meiiipunyai hubungan yang eral dengan sumber data
karena dcngan pengumpulan dala akan diperoleh data yang dipcrlukan
untuk selanjutnya dianalisis sesuai dengan yang diinginkan Dalam usuha
pengumuian dala dala yang relevan dengan judul ini penulis
menggunakan metode normatif diskriplif dengan menggunakan data
skunder yang berbentuk dokumcntasi
3 Tehnik pcngolahan data
Dilakukan dcngan cara nnalisis isi terhadap teksural untuk selanjutnya
dikoniruksikan dalam suatu kesimpulan
7
Sislemutika [cnulisiin
Penelitian ini dibuul berdasarkan sistematika penulisan di dalam
penelitian ini peneliti mcmbaginya dalam empat bagian yailu
BAB I PENDAHULUAN
Merupakan bab pendahuluan yang menguraikan mengenai hal-hal
berkaitan dengan Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan
dan Maniaat Penclilian Kcaslian Penelitian Tlnjaiian
Kcpustakaan Pengertian Penyalahgunaan Pengertian
Viclimologi Ruang Lingkup dan Manfaat Viclimologi Jenis dan
Penggolongan Narkotika dan Psikotropika Metode Penelitian
dan Sistematika Penulisan
BAB U TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bagian ini menguraikan yaitu mengenai pengertian tentang
penyalahgunaan pengertian tentang ruang lingkup viktimologi
pengertian tentang narkotika dan jcnis-jcnis narkolika
BAB Hi PEMBAHASAN
Merupakan bab yang membahas mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan Pengaturan Sanksi Pidana lerhadap Penyalahgunaan
Narkotika dan Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Ditinjau dari Perlindungan Terhadap Korban dan
Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Self
Victimizing Victims
8
BAB IV K E S I M P U L A N DAN SARAN
Bab ini memuat beberapa kesimpulan dan saran yang dibuat
peneliti sebagai hasil dari pembahasan dun penguraian di dalam
penelitian ini dari keseluruhan permasalahan yang ada
DAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A Pengertinn Pcnyalaliguiiaan
Penyalahgunaan dimaksudkan dalam penclilian ini adalah
penyalahgunaan terhadap narkotika dan psikolropika Dimana bahwa
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika ini diambil dan dipersainakan
dcngan pengertian penyalahgunaan narkoba seperti yang disebutkan Lutfi
Braja yakni memberikan pembatasan mengenai penyalaiiguiiaaii yaitu
Pemakaian narkoba di iuar indikasi medik tanpa petunjuk atau
resep dokter dan peinakaiannya bersifat patologik
(menimbulkan kelainan) dan menimbiilkan humbutan dalam
aktifitas di rumah di sekoiah atau di kampus tempat kerja dan
lingkungan sosial Ketergantungan narkoba adalah kondisi yang
kebanyakan diakibatkan oleh penyalahgunaan zat yang disertai
dengan adanya toleransi zat (dosis semakin tinggi) dan gejala
putus zal
Permasalahan penyalahgunaan mengakibatkan dampak yang sering
terjadi di tengah-tcngah masyarakat dari penyalahgunaan narkolika dan
psikotropika antara lain merusak hubungmt kekeluargaaii menurunkan
kemampuan belajar dan produktifitas kerja secara drastis sulit membedakan
mana perbuatan baik dan perbuatan buruk perubahan pcrilaku menjadi
Mardani Op 01 lial 2
9
10
pcrilaku anti sosial (pcrilaku maladaptil) gangguan kesehalan (fisik dun
mental) mempertinggi jumlah kecelakaan lalu lintas tindak kekerasan dan
kriniinuliLis lainnya
Dari kata penyalahgunaan menandakan bahwa Narkotika dan
Psikotropika tidak selalu bermakna negatif Dcngan begitu narkotika dan
psokitropika yang digunakan dengan baik dan benar oleh dokter untuk
mengobati pasiennya lidak tennasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang
disaiahgunakan Di dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA
(Narkotika Psikotropika dan Zat Adit i f Lainnya)
B Pengertian Victiimlogt
Pada dasarnya perkembangan ilmu pengetahuan tentang korban
kejahalan (viktimologi) lidak dapat dipisahkan dari iahimya peiiiikiraii-
pemikiran brilian dari Hans von Hentig seorang ahli kriminologi pada talum
1941 serta Mendelsohn pada tahun 1947 Pemikiran dari kedua ahli ini
sangat mcmpengaruhi setiap fase perkembangan viktimologi Perkembangan
viktimologi hingga sampai pada keadaan seperti sekarang tentunya tidak
terjadi dengan sendirinya namun telah meiigalami berbagai perkembangan
yang dapai dibagi dalam 3 (tiga) fase sebagai berikut
a iada tahap peitama viktimologi hanya meinpclajari korban kejahatan saja
pada fase ini dikatakan sebagai pehdl or special vtciimolo^
b Pada lase kedua viktimologi tidak hanya mengkaji masalah korban
Oadang Huwari Konsep Islam Memerungt AIDS dan NAA Cel XI (Ycgvakarta Ohaiiii iiakli Idaya 1997) hal 153 Made Danaa Wi da Op cil hal 200
kejahalan tetapi juga meiipuli korban kecelakaan Pada fase ini disebut
sebagai general victimology
c Fase ketiga Vikt imologi sudah berkembang lebih luas lagi yaitu mengkaji
permasalahan korban karena penyalahgunaan kckuasaan dan hak-hak asasi
manusia Fase ini dikatakan sebagai new viciimology
Berdasarkan pengertian di atas nampak je las bahwa yang menjadi
obyek pengkajian dari viktimologi diantaranyu pihak-pihak mana saja yang
terlibat atau mcmpengaruhi terjadinya suatu viktimisasi kriminal
bagaiinanakah respon terhadap suatu viktimisasi kriminal faktor penyebab
terjadinya viktimisasi kriminal bagaimanakah upaya penanggulangannya
dan sebagainya
C R u a i i g L i n g k u p Victimologi
Vikt imologi mencliti topik-topik teiilang korban scperti peranan
korban pada terjadinya kejahatan hubungan antara pelaku dengan korban
rentannya posisi korban dan peranan korban dalam sistem peradilan pidana
Selain itu menurut Muladi viktimologi merupakan suatu studi yang bertujuan
untuk
1 Menganaiisa berbagai aspek yang berkaitan dcngan korban
2 Berusaha untuk memberikan penjelasan sebab musabab terjadinya
vikt imisasi dan
3 Mengembangkan sistem tindakan guna mengurangi penderitaan manusia
^Suryono Ekolaina ST Harum Pudjianlo RS dan G Wiraiama Abortus Iruvocalus Ba^ Korban Perkosnan Persxkif Viktimologi Kriminologi Jan Hukum Pidana Edisi PcrUtma Culakari lurlunii (Jakiiria Univcrsilas AlmaJaya 2001) liul 174 ^ibidMl I7()
12
Menurut JE Sahetapy ruang lingkup Viktimologi meliputi bagaimana
sescorang (dapat) menjadi korban yang ditentukan oleh suatu victimity yang
lidak selaiu berhubuiigan dengan masalah kejahatan termasuk pula korban
kecelakaan dan bencana alam selain dari korban kejahatan dan penyalah
gunaait kekuasan^ Namun dalam perkembangannya di tahun 1985
dipeiopori oleh Separovic yang mempelopori pemikiran agar Viktimologi
khusus niengkaji korban karena adanya kejahatan dan penyalahgunaan
kckuasaan dan tidak mengkaji korban karena musibah alau bencana alam
karena korban bencana alam di iuar kemauan manusia out of mms will)
D Jenis dan Penggolungan Narkotika dan Psikotropilta
Dari kata penyalahgunaan narkoba menandakan bahwa narkoba tidak
selalu beimakna negatif Dengan begilu narkolika dan psokitropika yang
digunakan dengan balk dan benar oleh dokter unluk mengobati pasiennya
tidak termasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang disaialigLmakan Di
dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA (Narkotika Psikolropika
dun Zat ditir Lainnya) Dalam penelitian ini hanya dibahas tentang
narkotika dan psikolropika maka sebelumnya dipaparkan terlebih dahulu
berbagai jenis narkotika dan psikotropika sebagai berikut
a) Narkolika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari lanaman atau
TbUi Miiiadi HAM Halam Persepkiif Sislem Peradilan Pidana datam Muladi (cd) Hak Asas) Manusia Hakclal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspeklif llukum dan Masyarakat (Bandung Refikii Aditama 2005) hal lOX VfiWDial 109 Subagyo Partediharjo Op cil hal 11
13
bukan tanainan baik sintesis maupun bukan sintesis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa
Zat ini dapal mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat
meninibulkan ketergantungan Menurut Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika Narkolika adalah at atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun
semisimetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri
dan dapat nienimbulkati ketergantungan yang dibedakan kc dalam
golongan-goiongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang in i
Narkotika memiliki daya adikasi (ketagihan) yang sangat berat
Narkolika juga memiliki daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual
(kebiasaan) yang sangat tinggi Ketiga sifat narkolika ini yang
menyebabkan pemakai narkotika tidak dapat lepas dari cengkeramannya
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
Jenis jenis narkotika dibagi ke daiam 3 (tiga) kelompok yaitu narkotika
golongan I golongan I I dan golongan I I I
Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbaiiaya
karemi daya adilifnya sangat tinggi Golongan ini tidak boleh digunakan
untuk kcpentingan apapun kecuali unluk penelitian atau ilmu
pengetahuan Contohnya adalah ganja heroin kokain inorfin opium dan
lain-lain Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya
Ibid Posal 1 Ayal (I) Unilung-Undang Nomor 3 Tahun 2009 lenlang Narkotika
14
aditifkual tclapi bcrmaiilaal untuk pcngohatan dan penclilian tlonluhnya
adalah petidin dan turunannya benetldin belamctadol dan lain-iain
Sedanikaii narkulika golungaii Ml adalah narkotika yang niciniliki daya
aditif riiigan tetapi bermanfaat untuk penghatan dan penelitian Contohnya
adalali kudcin dun turunannya^
Berdasarkan cara pcmbuatannya narkotika dibedakan ke dalam 3
(tiga) golongatt juga yaitu narkolika atami narkotika semlsimesis dan
narkotika sintesis Dijelaskan sebagai berikut
1) Naikotika alami
Narkotika alami adalah narkotika yang zat aditithya diambil dari
(umbuhlumbuhan (atam) Contohnya
u tjaiija
Ganja adalah tanaman perdu dengan daun menyerupai daun
singkong yang tepinya bergerigi dan berbulu lialus Jumlah Jari
daunnya selalu ganjil yakni 5 7 9 Tumbuhan ini banyak lumbuh di
iieberapa daerah di Indonesia seperti Aceh Suinalera Ulara
Sumatera Selaian Pulau Jawa dan lain-lain Daun ganja ini sering
iligunakiin sebagai bumbu penyedap masakan Bila digunakan
ebagai bumbu iiuisak daya adilifnya rendah Namun lidak
ilemikian apabila dibakar dan asapnya dihirup Cara
|)cnyalahgunaunnya adalah dikcringkan dan dicampu dengan
icmbakiiii rokok atau dijadikan rokok lalu dibakar serta dihisap
Subagvo PurtoJiharjo Op cil hal 11-12
15
b Ilaisis
Hasis adaiah lanaman serupa ganja yang lumbuh di Amcrika
Latin dan Eiopa Daun ganja hasis dan mariyuana Juga dapat
disuling dan diambil sarinya Oatam bentuk cair harganya sangat
mahai Gunanya adalah unluk disaiahgunakan oleh pemadut-pemadal
kelas tinggi
c Koka
Koka adalah lanaman perdu mirip pohon kupi Huahnya yang
inatang bcrwama inerah seperti biji kopi Dalam komunitas
masyarakat Indian Kuno biji koka sering digunakan untuk
inenambah kekiiatan orang yang bcrperang atau bcrburu binalang
Koka kemudian bisa diolah menj adi kokain
d Opium
Opium adaiah bunga dengan bentuk dan wama yang indah
Dari getah bunga opium dihasilkan candu (opiat) Di Mesir dan
daratan Cina opium dahulu digunakan unluk mengobati beberapa
penyakit member kekuatan atau menghilangkan rasa sakil pada
lentara yang terluka sewaktu berperang atau berburu Opium banyak
lumbuh di segiliga emas antara Burma Komboja dan Thailand
atau di daratan Cina dan segitlga emas Asia Tengah yaitu daerah
antara Alganistan Iran dan Pakistan
Dalam kalangan perdagangaii liilernasional ada kebiasaan
ftW hal 14
16
(keliru) tncnamai daerah tempat peuanamuii opium sebagai daerah
emas Diberi nama demikian karena perdagaiigan opium sangat
mengimtiingkan Karena bahayanya yang besar daerah seperti ilu
keliru jika diberi nama predikat emas Daerah sumber produksl
opium sepantasnya disebut segitlga setan atau segitlga iblis
2) Narkotika semisintcsis
Narkotika semisintesis adalah narkotika alami yang diolah dan
diambil zat aktifnya (intisarinya) agar memiliki khasiat yang lebih kuat
schmgga dapat dimanfaatkan untuk kepcnlingan kedokteran
Contohnya
a Morfm dipakai dalam dunia kedokteran unluk menghilangkan rasa
sakit alau pembiusan pada operasi (pcmbcdahan)
b Kodein dipakai unluk obat penghilang baluk
c Heroin tidak dipakai dalam pengobatan karena daya adilifnya
sangat besar dan matifuatnya secara medis belum
ditemukan Dalam pcrdugangan gelup heroin diberi nama
pulaw atau pete atau pt Henlnknya seperti tepun terigu
yang halus pulih dan agak kotor
d Kokain liiisll olahati dari biji koka
3) Naikotika sintesis
Narkotika sintesis adalah narkotika palsu yang dibuat dari bahan
kimia Narkotika ini digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi
oraiig yang menderita kclcrgantungun Contohnya
17
a Ietidin unluk obat bius lokal operasi kccil sunal dan
sebagainya
b Melhadon unluk pengobatan pecandu narkoba dan
c Naltrexon untuk pengobatan pecandu narkoba
Selain unluk pembiusan narkolika sintesis biasanya diberikan
oleh dokter kcpada penyalahgiina narkoba untuk menghcntikan
kebiasaannya yang tidak kuat melawan sugesti (relaps) atau sakaw
Narkotika sintesis berfungsi sebagai pengganti senientara Bila sudah
bciiar-bcnar bcbas asupan narkoba sintesis in dikurangi sedikil demi
sedikit sampai akhimya berhenti total
b) Fsikotropika
Pengertian psikolropika menurut Pasal I Ayal ( I ) Undang-Undang
Nomor 5 Taliun 1997 tentang Psikotropika adalah Zat atau obat baik
alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif
melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusal yang menyebabkan
perubahan khas pada uktivitus mental dan perilaku
Pengertian Psikolropika di daUim Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika tidak ditemukan Hal tersebut sehubungan
dengan ketentuan di dalam Pasal 153 huruf b yaitu Lamplran mengenai
jenis Psikotropika Golongan 1 dan Golongan II scbagaimana tercantum
dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika (lcmbaran Ncgara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor
10 Tambahan Lcmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671) yang
18
telah (iipindahkan menj adi Narkotika Golongan I menurut UndangUndang
ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku Oleh karenanya dalam Undangshy
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tidak ada lagi di dalam pasal-pasal nya
yang mengatur mengenai Psikotropika karena sudah dlmasukkan ke dalam
golongan Narkotika
Sesuai dengan pembahasan dalam penelitian ini masih
berhuijutigar dengan Psikotropika maka Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1997 tentang Psikotropika masih perlu untuk dibahas dalam penelitian ini
Menui iil undangumlang tersebut Psikolropika adalah zal atau obal bukan
narkolika baik alamiah maupun sintesis yang memiliki khasiat psikoaktif
melaiui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas nonnal dan perilaku Psikotropika ini
merupakan obat yang digunakan oleh dokter untuk mngobali gangguan
jiwa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tenumg
Psikolropika psikotropika dikelompokkan ke dalam 4 (empat) golongan
Golongan I yaitu psikotropika dengan daya aditif yang sangat kuat
belum diketahui manfkilnya untuk pengobatan dan sedang diteliti
khasiiitnya saat ini Contohnya adalah MDMA ekstasi USD dan STP
Golongan U yakni psikolropika dengan daya aditif kuat serta berguna
untuk pengobatan dan penelitian Contohnya adalah amfelamin
metanifetamin metakualon dan sebagainya Golongan IH yakni
psikolropika dcngan daya adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan
dan penelitian Contohnya adalah lumibal buprenorsina flcenilrazepam
19
dan sebagainya Golongan IV yakni psikotropika yang memiliki daya
aditif ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian Contohnya
adalah netrazepam (BK Mogadon Duiiiolid) diazepam dan lain-lain^
Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika yang dimaksud dengan paslkotoplka adalah zat atau obat
baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif
melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang mcnyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku Psikotropika
dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut
1 Psikotropika golongan I yaitu psikolropika yang hanya dapat digunakan
unluk kcpentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi
sena mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan Contohnya ekstasi shabu LSD
2 Psikotropika golongan II yakni psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi danatau tujuan ilmu
pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan Contohnya amfetamin metilfenidat atau ritalin
3 Psikotropika golongan III yaitu psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi danatau unluk tujuan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan
sintlroma ketergantungan Contohnya pentobarbital Flunitrazepam dun
4 Psikotropika golongan IV yaitu psikotropika yang berkhasiat
Ibid ILil 15
20
pengobatan dan sangal luas digunakan dalam terapi danatau unluk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindrom ketergantungan Contohnya diazepam
bromazepam Fenobarbital klonazcpam klordiazepoxide nitrazepam
seperti pil BK pil Kopio Rohip Dum MG
Sedangkan kelompok dan jenLs psikotropika yang sering
disaiahgunakan antara lain
1 Psikostimulansia scperti amfetamin ekstasi dan shabu
2 Scdalif amp Hipnolika (obat penenang obat tidur) seperti MG BK
DUM Pil kopio dan lain-lain dan
3 Halusinogenika seperti lysergic acid dycthylamidc (USD) mushroom
Berdasarkan Ilmu farmukologi psikotropika dikelompokkan ke daiam 3
(tiga) golongan yakni dcpresan stinuilan dan halusinogen sebagai
berikut
1 Kelompok dcpresanpcnekan syaraf pusatpenenangobat tidur
Contohnya adalah valium BK rohipnol mogadon dan lain-lain
Jika diminurn obat ini dapat memberikan rasa tenang menganluk
rasa tcnteruni dan damai Obat ini Juga menghilangkan rasa takut
dan gelisah
2 Kelompok stimuiaiiperangsang syaraf pusaianti tidur Conlohnya
adalah amfetamin ekstasi dan shabu Ekstasi berbentuk tablet
berancka bentuk dun wama Amfetamin berbentuk tablet bcrwama
-Aid hal 16-17
21
pulih Bila diiriinuni obal ini mcndalangkan rasa gembira hilangnya
rasa pemiusuhiui hilangnya rasa marali ingin selalu aktif badan
terasa fit dan lidak merasa lapar Daya kerja otak menjadi scrba
cepat namun kurang lerkendali Shabu berbentuk tepung kristal
kasar berwarna pulili hersih seperti garani
3 Kelompok halusinogen Halusinogen adalah obat at tanaman
makanan yang dapat meninibulkan kiiayaian contohnya yailu LSD
Lysergic Acid Dicihyltamide) getah lanaman kaklus kecubung
jamur tertentu (misceiine) dan ganja Bila diminurn spikotropika
jenis in dapat menimbulkan kliayalan tentang peristiwa-peristiwa
yang mengerikan khayalan tentang kenikmatan scks dan
sebagainya Kenikmatan didapat oleh pemakai setelah pemakai sadar
bahwa perisfiwa mengerikan ilu bukan kenyataan atau karena
kenikmatankenikmatan yang dialami walaupun hanya khayalan
BAB III
PEMBAHASAN
A Faktor yang Mcnyebabkan Terjadinya Penyalahgunaan Narkotika dan
Psikotropilta
1 Faktor yang Bersunibcr Dari Individu
Menurut Luthfi Buraja terdapat 3 (liga) pcndekatan untuk
tcrjadinya penyalahgunaan dan ketergantungan terhadap narkotika dan
psikotropika yaitu peridekalan orgunobilogik psikodinamik dan
psikososial Ketiga pendekatan tersebut tidaklah berdiri sendiri melainkan
saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya Dari siidut pandang
organobiologik (sususan syaraf pusatotak) mekanismc terjadinya adiksi
(ketagihan) hingga deperidcnsi (ketergantungan) dikenal dengan dua istilah
yaitu gangguan mental oragnik atau sindrom otak organik seperti gaduh
gelisah dan kekacauan dalam fungsi kognilif (alam pikiran) efektif (alam
perasaanemosi) dan psikomotor (perilaku) yang disebabkan efek
langsung terhadap susunan syaraf pusat (otiik)^^
Sescorang akan mcnjadi ketergantungan terhadap narkotika dan
psikotropika apabila seseorang dengan tems-menenis diberikan zat
tersebut Hal ini berkaitan dengan teroi adaptasi sekuler mum
adaptaiUm) tubuh beradaptasi dengan menambah jumlah teseptor dan seishy
se syaraf bekcrja kcras Jika zat dihenlikan sel yang masih bekerja kcras
Luthll Uaraja Makalali Gangguan Mciilul dan icrilaku Akibut Nurkuba Disampalkim pada Seminar tentang Narkoba di SMK Iptck lakarla hal 2
22
23
tadi mengaiami kelmLisaii yang dari kiar tampak sebagai gejala-gejala
putus obal Gejala putus obat tersebut mcmaksa individu untuk
mengulangi pemakaian zal tersebul
Faktor predisposisi individu dengan gangguan kepribadian (anti
sosial) ditandai dengan pcrasaan lidak puas terhadap orang lain Selain itu
yang bersangkutan tidak inampu untuk berfungsi secara wajar dan efektif
dalam pergaulan di rumah di sekoiah atau di tempat kerja gangguan lain
sebagai penyerta berupa rasa cemas dan depresi Untuk mengatasi
ketidakniainpuan dan mcnghiiangkan kccemasan atau depresinya maka
individu tersebut cenderung untuk menggunakan narkoba Semestinya
individu itu dapat mengobati dirinya dengan datang ke dokterpsikiater
untuk mendapatkan terapi yang tepat sehingga dapat dicegah
keterlibatannya dalam penggunaan narkotika dan psikotropika
Secara umum mereka yang menyalahgunakan narkotika dan
psikotropika dapat di bagi ke dalam 3 (tiga) golongan besar yaitu
1 Ketergantungan primer ditandai dengan adanya kecemasan dan
depresi yang pada umumnya terdapat pada orahg detigah kepfibadlah
yang tidak stabil
2 Ketergantungan simtomatis yaitu penyalahgunaan narkotika dan
psikotropika sebagai salah satu gejala dari tipe kepribadian yang
mendasarinya pada umumnya terjadi pada orang yang kepribadian
psikopatik (anti sosial) kriminal dan pemakaian narkotika dan
Ai4hal K
24
psikotropika untuk kesenangaii sematu
3 Ketergantungan reaktif yaitu terdapat pada remaja karena dorongan
ingin tahii pengaruh tekanan dan lingkungan tenian atau kelompok
sebaya peer group pressure)
Ada beberapa faktor internal dan ekslernal yang mcnjadi penyebab
individu menyalahgunakan dan menjadi ketergantungan terhadap
narkotika dan psikotropika Menurut Sudarsono bahwa penyalahgunaan
narkolika dan psikotropika di latar belakangi oleh beberapa sebab yaitu
1 Untuk membuktikan kebcranian dalam melakukan tindakan-tindakan
yang berbaiiaya seperti ngebut dan bergaul dengan wanita
2 Meniinjukkan tindakan yang menenlung orang tua guru dan norma
sosial
3 Mempermudah penyaluran dan mempermudah perbuatan seks
4 Melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh peiigalamaii-
pengalainan einosional
5 Meneari dan menemukan aril hidup
6 Mengisi kekosnngan dan kesepian hidup
7 Menghilangkan kegelisahan frustasi dan kepepel hidup
8 Mengikuti kemauan kawan-kawan dahim rangka pembinaan solidaritas
dan
9 Iseng-iseng saja dan rasa ingin tahu
Menurut hasil penelitian Dadang Hawari bahwa di anlara faklor-
Sudujsono Kenakalan Remaja cel ii (Jakarta Rineka Cipta 1992) 1ml 67
25
faktor yang berpcran dalam penggunaan narkotika dan psikolropika
adalah
1 Faktor kepribadian anti sosial dan psikopatik
2 Kondisi kejiwaan yang mudah merasa keeewa atau depresi
3 Kondisi keluarga yang meliputi keutuhan keluarga kesibukan orang
tua hubungan orang tua dengan anak
4 Kelompok teiiian sebaya dan
5 Narkotika dan psikotropika itu sendiri mudah diperoleh dan tersedianya
pasaran yang resmi maupun lidak resmi
Menurut Siibagyo Partodiharjo secara individu terdapat beberapa
faktor yang mcmpengaruhi sescorang dapat menyalahgunakan narkotika
dan psikotropika Alasan ini merupakan alasan yang bersumber dari diri
sendin atau pemakai narkotika dan pasikotropika tersebut yakni sebagai
berikut
a Ingin tahii
Perasaun ingin tahu biasanya diniiliki oieh generasi muda pada
umur setara siswa SD SLTP dan SLTA Bila di hadapan sckelompok
anak muda ada seseorang yang inemperagakan uikmatnya
mengkonsumsi narkotika dan psikolropika maka didorong oleh naluri
alami anak muda yaitu keingintahuan maka salah seoariig dari
kelompok itu akan maju mencobanya Selain didorong oleh
keingintahuan keberaniannya juga karena didesak oleh gejolak dalam
Mardiini foc cil hai 102 ^ Subagyo RatoiJlliarjo ioc cil liiil 72-74
26
jiwanya yang ingin dianggap hebal pemberani dan pahlawan di antara
temanteinan sehayanya Maka jatuhlah satu orang anak dalam pelaku
setan
Dalam kondisi seperti itu reaksi kawan-kawan sebayanya
berbeda-bcda
1 Ada yang ingin menyaingi menunjukkan bahwa dirinya lebih hebat
lagi lalu memakai
2 Ada yang ingin tahu kemudian ikut memakai dan
3 Ada yang sella kawan lain ikut memakai juga
Sikap seperti inilah yang menyebabkan bandar atau pengedar
senang Mereka meiigincar generasi muda mahasiswa atau pclajar
karena 2 (dua) pertimbaiigan
1) Kalau salah satu anak muda kena maka anak muda yang lainnya
ikut kena sehingga konsumen cepat bertambah dan
2) Kalau anak muda kena maka anak muda tcrsebut akan mcnjadi
pemakai selia dalam waktii yang lama Berbeda dengan orang tua
yang cepat maii keuntungan komersial yang diperoleh dari
kelompok anak muda ini akan banyak
b Ingin dianggap hebal
Pcrasaan ingin dianggap hebat biasanya dimiiiki oleh generasi
muda Sepcrti ditcrangkan di atas salah satu sifat alami yang positif
dari generasi muda adalah daya saing Sayang sekali karena
kelidaktahuan sifat positif ini juga dapat dipakai untuk masalah negatif
27
Silat positif ini scharusiiya didorong unluk berlomba daluin preslasi
pada bidang pcndidikan kesenian olah raga dan lain-lain yang
bermanfaat bagi kehidupan
Bila sikap ingin berkonipctisi ini diarahkan untuk
mengkonsumsi narkolika dan psikolropika akibatiiya sungguli
mengerikan yailu kcgagalan hidup dan kesengsaraan Pemakai hanya
dapat dianggap hebat oleh lingkungan kecil pcniakai narkotika dan
psikotropika Di masyarakat luas pemakai hanya menuai cerca dan
nista
c Rasa setia kawan
Perasaan setia kawan sangat kuat dimiiiki oleh generasi muda
Jika lidak mendapatkan penyaluran yang posilif sifai positif tersebut
dapat berbahaya dan mcnjadi negatif Bila (cmannya memakai
narkotika dan psikotropika maka individu tersebul ikut juga memakai
Bila temannya dimarahi orang tuanya atau dimusuhi masyarakat maka
pemakai membela dan ikut bersimpatik
Sikap seperti itulah yang menyebabkan anak ikut-ikutan
Awalnya hiuiya satu orang yang merokok kemudian semuanya menjadi
perokok Setelah semuanya merokok sntu orang mulai memakai ganja
lalu yang lainnya ikut sehingga menjadi sekawanaii pemakai ganja
Selelah semua memakai ganja satu orang memakai ekstasi kemudian
semuanya ikut demikian selerusnya meningkat menjadi shabu dan pada
akhirnya menjadi pemakai putaw
28
d Rasa kccewa truslasi kcsai
Pcrasaan kesal kcccwa atau (rustasi biasanya terjadi karena
kegagalan pada generasi muda eksckutif mudu suami atau istri
Pcnggiiiiaan narkotika dan psikolropika pada kelompok ini bertujuan
untuk sesaat melupakan kekccewaan kckesaian dan fi-uslasi Kondisi
masyarakat yang carut martit tclah banyak melahirkan kekccewaan
kekesalan bahkan Iruslasi Narkolika dan psikotropika dapat
melupakannya sesaat tetapi tidak untuk mengatasi masalah yang
sesungguhiiya
Hubungan buruk yang disebabkan oleh kcgagalan
berkomuiiikasi antara orang tua dengan anaknya dapat menyebabkan
rasa kesal Hal ini mcnjadi faktor pemicu pemakaian narkotika dan
psikotropika oleh anak Intcraksi anlara orang tua dcngan anak tidak
cukup hanya berdasarkan niat baik Cora berkoniunikasi juga harus
baik Masing-masing pihak harus memiliki kcsabaran untuk
menjclaskan isi hatinya dengan cara yang tepat Banyak sekali konfllk
di dalam rumah tangga yang terjadi hanya karena salah paham atau
kekeliman berkoniunikasi Kekeliruan kecil itu dapal bcrakibat fatal
yaitu masuknya narkotika dan psikotropika ke dalam keluarga
Kekccewaan kekesalan dan frustasi dapal terjadi karena
kekeliruan dalam berkomunikasi terhadap beberapa faktor berikut i n i
I ) Komunikasi anak dengan orang tua
IbUI hiiJ 74
29
2) Komunikasi antar anak
3) Komunikasi di lingkungan eksekulifinuda dan
4) Komunikasi antara suami istri
e Ingin bebus dari rasa sakil atau pusing
Penderila pcnyakit beral yang kronis dan tidak kunjuiig sembuh
misalnya Ranker hati luka bakar uka tusuk wasir Ranker paruparii
migreii eneok pengapuran dan lain-lain sclalu merasakan sakit yang
iuar biasa karena penyakitnya Rasa sakit tersebut sering kali tidak
dapat dihilangkan dengan obat pengtiiiang rasa sakit biasa (anaigetik)
sehingga peiiderilanya mencoba narkotika atau psikotropika
Narkotika maupun psikolropika dapat menghilangkan rasa sakit
tersebut tetapi tidak menyembuhkan penyakitnya Ceiakaiiya pemakai
yang bersangkutan malah mendapat maslah baru yaitu ketergantungan
dengan segala komplikasinya yang justru menjadi lebih berbahaya
f Ingin menikmati rasa gembira tampii lincah energik dan mengusir
rasa sedih dan malas
Para eksekudf dan sciebritis biasanya memiliki gaya hidup yang
trendi Mereka merasa dituntut untuk selalu lampil lebih prima Dengan
mengkonsumsi naikotika atau psikolropika mereka dapat tampii prima
dan percaya diri karena kehilangan rasa malu walaupun sesungguhnya
tidak demikian
Perasaan hebat tersebut di atas seharusnya dicapai melaiui tekun
berolah raga hidup teratur meningkatkan kualitas fisik mental
30
inlclckUial dan mocaiiiyii Riikan ineiigamhit jalan piiitas dcngan tampii
seotah-olah prima niclalui manipulasi atau lipuan melaiui
mengkonsumsi narkotika atau psikolropika tersebut Pcnampilmi prima
yang semu atau atau tipuan itu lambat laun akan terungkap juga
sehingga [ania-keiamaan akan kelahuari juga jati dirinya yang
sesungguhnya itu
g ingin tampii iangsing
Narkolika dan psikotropika terscbut juga banyak digunakan oleh
artis dan ibu-ibu rumah tangga yang berbadan gemuk untuk
melangsingkan lubtihnya Narkotika alau psikotropika dengan jenis
tertentu ada juga yang dapat menghilangkan nafsu makan sekaligus
menambali aktivitas fisik sehingga dapat menurunkan beral badun
h Takut mengalami rasa sakit (sakaw)
Pengguna jenis narkotika atau psikolropika tersebut yang sudah
menjadi pemakai tetap (pemadat) akan mengalami rasa sakit (sakaw)
bila tidak memakainya Karena takut merasakan penderitaan maka
pemakai tersebut terus memakainya sehingga menjadi pemakai yang
sella junkies) Banyak pemakai narkotika dan psikotropika ini yang
setia adalah orang-orang yang merasa terpaksa memakai sebab kalau
lidak memakainya mereka akan mengalami sakaw
Kebanyakan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika
dimulai atau terdapat pada masa remaja sebab masa remaja yang
sedang mengalami perubahan biologik psikologik maupun sosial yang
31
pesat merupakan individu yang rentan untuk nienyaiahguriakan
narkotika maupun psikotropika terscbut Anak atau remaja dcngan ciri-
ciri tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi
penyalahgunanya Ciri-ciri tersebut anlara lain^
a Cenderung memberontak dan menolak otoritas
b Cenderung memiliki gangguan j iwa lain (komorbiditas) seperti
depresi cemas psikotik keperibadian dissosial
c Perilaku menyimpang dari aluran atau norma yang berlaku
d Rasa kurang percaya diri low selw-confulence) rendah diri dan
memiliki citra diri negatif (ow setf-esleem)
e Sifal mudah keeewa cenderung agresif dan destruktlf
f Mudah murung pemalu pendiam
g Mudah merasa bosan dan jenuh
h Keingintahuan yang besar untuk meneoba atau penasaran
i Keinginan untuk bersenang-senang [just for fun)
j Keinginan untuk mengikuti mode karena dianggap sebagai lambang
keperkasaan dan kehidupan modem
k Keinginan untuk diterima dalam pergaulan
1 Identitas diri yang kabur sehingga merasa diri kurang jantan
mTidak siap mental untuk menghadapl tekanan pergaulan sehingga
sulit mcngambil keputusan untuk menolak tawaran NAPZA dengan
tegas
Tom Kus dan Tedi Btihava NAPZA Bagi Pelajar (Bandung Yayasan Al-Ghilari Morgan im) hal 14
32
n Kemampuan komunikasi rendati
o Melarikan diri dari scsuatu (kebosaiian kcgagalan kekccewaan
kclidakmampuan kesepian dan kegcliran hidup dan lain-lain)
p Putus sekoiah dan
q Kurang menghayati iman atau kcpcrcayaaiinya
Menurut Tim Badan Narkotika Nasional hahwa terdapat
beberapa iaklor yang menyebabkan sescorang alau individu
menyalahgunakan narkolika dan psikotropika anlara lain
1) Keingintahuan yang besar untuk mcncoba tanpa sadar alau berlikir
panjang tentang akibatnya dikemudian hari
2) Keinginan unluk mencoba-coba karena penasaran
3) Keinginan untuk bersenang-senang
4) Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya hidup
5) Keinginan untuk dapat diterima daiam suatu kelompok
6) Lari dari masalah kebosanan atau kegetiran hidup
7) Pengertian yang salah bahwa mcncoba sckali-kali lidak akan
menimbulkan masalah
8) l idak mainpu alau tidak berani menghadapl tekanan dari lingkungan
alau kelompok pergaulan unluk menggunakan narkolika dan
psikotropika dan
9) Tidak Japal atau mampu mengatakan tidak pada narkotika dan
psikotropika
Tim INN Loc di
33
Berdasarkan peinaparaii Icrscbut di atas dengan demikian
bahwa individu didorong oleli beberapa faktor untuk menyalahgunakan
pemakaian narkotika dan psikotropika tersebut sehingga menjadi
individu yang mengalami ketergantungan berikut ini disebutkan
beberapa faktor adalah
1) Ingin tahu dan Ingin mencoba rasa memakai narkotika atau
psikotropika bagi kalangan anak muda)
2) Ingin dianggap lebih hebat dari orang Iain pada orang muda)
3) login membuktikan kesetiakawanan (pada orang muda)
4) Dianggap paling tepat untuk mengatasi perasaan keeewa j en gkel
dan frustasi (pada suami istri yang mengalami konllik rumah
tangga)
5) Dianggap cara yang paling mudah untuk menghalau rasa sakit pada
tubuh (pada penderita penyakit yang kronis)
6) Dianggap cara yang paling ampuh untuk mendapatkan perasaan
tenang damai atau gembira (pada suami istri yang mcnghadapi
konflik rumah tangga)
7) Dianggap cara yang paling mudah untuk melangsingkan lubuh (pada
ibuibii rumali tangga atau wanita yang bertubuh gemuk)
2 Faktor yang Bersumlicr dari Lingkungan
Faktor lingkungan tidak mampu mencegah atau mengurangi
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika bahkan membuka kesempatan
pemakaian narkotika dan psikotropika Yang dimaksud dcngan faktor
34
kesempatan di sini adalah tersedianya siluasi-situasi yang nieiiiungkinkan
untuk memakai narkolika atau psikolropika di waktu-vvaklu luarig di tempat
rekreasi atau hiburan diskotik pesia dan lain-lain Atau mungkin lingkungan
masyarakat yang tidak mampu mengendalikan bahkan membiarkan penjualan
alau pcrcdaran geiap narkotika dan psikotropika misalnya karena lemahnya
penegakan hukum penjualan narkolika dan psikotropika secara bcbas bisnis
narkotika dan psiktilropika yang terorganisir mudahnya memperoleh
narkotika dan psikotropika dan lain-lain
raklor yang bersumber dari lingkungan yang mcnyebabkan individu
dapat menyalahgunakan pemakaian narkotika dan psikotropika merupakan
laktor kontribusi masukaii dari Iuar individu) dimana sesttorang dengan
kondisi keluarga tidak baik akan merasa tertekan dan rasa lertekan inilah
sebagai faktor penyerta bagi dirinya untuk terlibat dalam penyalahgunaan
narkotika dan psikotropika tersebut Disfungsi keluarga yang dimaksud antara
lain adalah keluarga yang tidak utuh kedua orang tua yang tcrlalu sibuk dan
lingkungan interpersonal dengan orang tua yang tidak baik Di samping itu
faktor pencetus seperti pengaruh teman sebaya tersediu dan mudah
didapatkan mempunyai andil sebagai faktor pencetus sescorang atau individu
terlibat ke dalam penyalahgunaan yang mengakibatkan ketergantungan
terhadap narkotika dan psikotropika Dari sudut pandang psikososial
penyalahgunaan narkotika dun psikolropiku dapat terjadi sebagai akibat
negatif dari intcraksi tiga kiitub sosial yang tidak kondtisif yaitu kutub
Lulhli ilurnju Op cil
35
keluarga kutub sekolahkupus dan kulub masyarakat
Faktor lingkungan meliputi faktor kciuarga dan lingkungan pergaulan
balk dlsekltar rumah sekoiah teman sebaya maupun masyarakat Banyak
pengguna Narkotika dan Psikolropika yang berasal dari keluarga yang lidak
harmonis Keluarga seharusnya mcnjadi wadah untuk menikmati kebahagiaan
dan curalian kasih sayang wahana silih asih silih asah dan silih asuh
Namun pada kenyataannya keluarga sering sekali justru menjadi pemicu
sang anak mcnjadi pemakai hal tersebut disebabkan karena kciuarga tersebut
kacau balau Hubungan antara anggota keluarga dingin bahkan tegang atau
bermusuhan
Komunikasi antara ayah ibu dan ariak-anak sering sekali
menciptakan suasana konflik yang tidak berkesudahan dimana bahwa
penyebab konllik tersebut sangal beragam Solusi semua konflik adalah
komunikasi yang baik periuh pcngerlian saling menghargai dan menyayangi
serta ingin selalu membahagiakaii
Konflik di dalam keluarga dapat mendorong anggota keluarga merasa
frustasi sehingga lerjebak memilih narkotika dan psikolropika sebagai
solusinya Biasanya yang paling rentan terhadap stres adalah anak kemudian
suami dan istri sebagai benleng terakhir Beberapa faktor yang bersumber
dari lingkungan keluarga yang dapat mempengaruhi seseorang atau individu
tertentu icrjun kc dalam lingkungan penyalahgunaan narkotika dan
36
psikotropika tcrsebut antara lain adatuh
a Koniimikasi niang tua-aiiak kiii-ang baikcfektif
b Hubungan dalam keluarga kunmgharmonisdisfimgsi dalam keluarga
c Orang tua bercerai bcrscitngkub atau kawin lagi
d Orang lua tcrlalu sibuk aUiu tidak acuh
e Orang tua oloriter alau scrba melarang
f Orang tua yang serha nieinbolehkan (pcrmisil)
g Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teiadan
h Orang tua kurang peduli dun tidak tahu dengan masalah narkolika
i Tata terlib alau disiplin keluarga yang selalu bcrubah (kiiiaiig konsisten)
j Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam kciuarga
dan
k Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahguna narkotika
dan psikotropika
Sitimsi buruk dalam keluarga yang soring menyudiitkan anak ke arah
narkotika dan psikotropika adalah
1) Anak merasa kurang mendapatkan kasih sayang dalam keluarga merasa
kesal keeewa dan kesepian
2) Anak merasa kurang dihargai kurang mendapatkan kepcrcayaan dun
selalu dianggap salah
3) Anak mengalami konflik dengan orang tua dalam masalah pacaran
memilih pasangan hidup atau meneniukan pilihan profesi cila-elta dan
Mardani Loc cil lial 99 AW hal 100
37
sebagainya
4) Anak kesal dan keeewa karena ayah dan ibuiiya kurang lianiionis dan
sering bertcngkar (broken home)
5) Suami thtsirasi karena tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapinya
dengan islrinya
6) Istri fnistrasi akibat konllik dengan suami tentang masalali ekonomi atau
adanya wanita lain di samping suami
Banyak pengguna narkotika dan psikolropika yang pada awalnya
dimulai karena pengaruh dari orang lain Bentuk pengaruh dari orang lain itu
dapat bervariasi mulai dari bujuk rayu lipii daya sampai kepada paksaan
a) Tipu Daya
Banyak anak yang ditipu oleh kenalon teman sahabat atau pacar
Seperti mengajak meraka untuk memakai narkotika dan psikolropika
dengan bemacam-macain tipuan Dengan alasan yang digunakan bahwa
narkotika dan psikotropika adalah vitamin obat pil pintar pil sehat atau
food supplement Tipuan itu dapat juga berupa bujukan bahwa narkotika
dan psikotropika tidak tcrlalu berbahaya kalau tahu raliasianya Banyak
orang di dalam masyarakat yang dikira orang baik-baik namun lemyata
pengedar narkotika dan psikotropika Walaupun orang itu adalah kawan
sahabat saudara atau pacar sebagai pengedar penipu tersebul akan tcga
menipu maupun menjebak kita Pengedar narkotika dan psikotropika
sangat pandui mcmasarkan narkotika dan psikotropika tersebut Dengan
menawarkan narkotika dan psikotropika sebagai mmn food supplement
38
pil scliat pil pintar dan sebagainya Dengan lipuan ini korban dari
kalangan kciuarga hannonis akan terjcrumus ke dalamnya Saat ini banyak
pemakai narkolika dan psikotropika dari keluarga harmonis bukan hanya
bull dari keluarga berantakan Banyak pekerja mahasiswa atau pelajar yang
tampii ioyo tertipu ketika kepadanya ditawarkan pil sehat vitamin atau pil
pintar Banyak pemuka agama juru dakwah atau pengkhotbah yang
tertipu karena pil sehal yang dlbelinya adalah narkotika dan
psikotropika Reaksi pemakaian narkotika dan psikotropika mula-mula
terasa menyehatkan dan membuat si korban tipuan terscbut sukses dalam
berdakwah atau berkhotbah Ibu rumah tangga juga dapat tertipu karena
ditawari pil pelangsing oleh saudara atau teman dalam arlsan dan lain-
lain Mulanya karena tipu daya akhimya setelah lerjebak menjadi
biasa
b) Bujuk rayu
Waftiia camlk pengedaf ftaTkotlka dan psikotFoplka biasanya menjebak
mangsa melaiui bujuk rayu Untuk memasarkun narkotika dan
psikotropika pengedar tersebut memilih profesi sebagai wanita penghibur
atau Wanita Tuna Susiala (WTS) Banyak eksekutif muda pekerja atau
bos-bos yang mulai memakai narkotika dan psikotropika karena rayuan
pekerja seks komersial hostess dan sebagainya Dalam mcmasarkan
narkotika dan psikotropika wanita tersebut merayu akan mau melayani
kencati kalau bersama-sama mengkonsumsi narkotika dan psikotropika
Subagyo Purlodlhario Loc cil hal 78
39
lebih dulu Muta-mula kurban memakai narkotika dan psikotropika karena
tergoda namun akhimya menjadi terbiasa
c) Paksaan
Banyak anak muda yang mengawali pemakaian narkotika dan psikotropika
karena dipaksa oleh sekawanun alau seseorang yang mengancam akan
mencelakainya Banyak pclajar atau nialiasiswa mengawali kebiasaan
memakai narkotika dan psikotropika dari keadaan terpaksa diancam oleh
sekawanan preman yang menghadang di tengah jalan Dari kelompok ini
pula terjaring pemakai yang berasal dari keluarga hannonis
Lingkungan sekoiah bagi pelajar tingkat SD SMP dan SMA
merupakan tempat yang stratcgls bagi para pelajar untuk menunjukkan jati
dirinya sehingga mereka terjun kepada penyalahgunaan narkotika dan
psikotropika ini faktor sekoiah yang merupakan bagian tcrpcnting yang
mempengaruhi adalah
a Sekoiah yang kurang disiplin
b Sekoiah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjiial narkotika atau
penjual psikolropika
c Sekoiah yang kurang member] kesempatan pada siswa untuk
mengembangkan diri secara kreatif dan positif
d Adanya murid pengguna narkotika atau psikotropika
Kartini Kurtono op cil hivl 124
40
B Pengaturan Sanksi Pidana Terhadaj) Pcnyalahgunaaan Narkotika dan
Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau
dari Perlindungan Terhadap Korban
Dalam hukum pidana di Indonesia terdapat adanya
ketldakseimbangan antara perlindungan korban kejahatan dcngan pelaku
kejahatan pada dasarnya mempakan salah satu pengingkaran dari asas setiap
warga negara bersamaan kcdudukannya dalam hukum dan pcmerinlahan
sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 sebagai
landasan konstitusional Perlindungan korban memiliki hubungan cral dcngan
teori pemidanaan yang dikemukakan Wirjono Prodjudikoro tujuan
pemidanaan adalah untuk niemenuhi rasa keadilan^
Ada Juga yang mengemukakan bahwa tujuan pemidanaan dapat
dilihat melalul 2 (dua) leorl mengenai alasan-alaitan yang membenarkan
(justification) penjatuhan hukuman (sanksi) yaitu Teori Absolut
(Vergeldingslheorie) dan Teori Relatif atau Doeitheorie Menurut Teori
Absolut (Vergeldingslheorie) tujuan pemidanaan sebagai pembalasan
terhadap para pelaku karena telah melakukan kejahatan yang mengakibatkan
kesengsaraan lerhadap orang lain alau anggota masyarakat sedangkan
Roeslan Saleh mengatakan sebagai reaksi-reaksi atasdelik yang berwujud
suatu nestapa yang scngaja dilimpakan ncgara kcpada pembuat delik
Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana Cctakan Iuriania (Jakarta Sinar Gnitlka2(W5)hii4
lcduu Mdipaung Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cctakun IcrliirMii (Jukiirtu Sinur Gratika 2005) hal 4
kiwsUin Saleh Shdsel Pidana Indonesia (Jukarlu liinn Aksara 19K7) hal 5
41
Menurut Teori Relatif Doeltheurie) tujuan pemidanaan adalah
a Menjerakan agar si pelaku atau terpidana menjadi jera dan tidak
mengulangi lagi perbuatannya specials presenile) sena masyarakat umum
agar mengertahui jika melakukan perbuatan yang sama akan mengalami
hukuman yang serupa atau disebut pula generalpreventte
h Memperbaiki pribadi si terpidana berdasarkan perlakuan dan pcndidikan
selama menjalani hukuman terpidana merasa menyesal dan tidak akan
mengulangi perbuatannya dan kcmbali kepada masyarakat sebgai orang
baik dan berguna dan
c Mcmblnasakan (menjatulikan hukuman mat) atau mcmbuat terpidana tidak
berdaya dengan menjatuhkan hukuman seiimur hidup
Pandangan di atas sangatlah wajar apabila beranjak dari pandangan
bahwa hukum pidana adalah hukum sanksi (hifzonderesancUerechl) sebab
dengan bertumpu pada sanksi itulah hukum pidana difungsikan untuk
menjamin keamanan ketertiban dan keadilan Dalam perkembangannya
ternyata tidak semua sarjana menyclujui maksud diadakannya pidana scperti
itu (sebagai suatu nestapa) karena muncul pendapat bahwa di samping pidana
ditujukan untuk memberikan penderitaan kcpada pelanggar atau mcmbuat
jera pemidanaan juga bertujuan agar pelaku dapat kembali hidup
bermasyarakat sebagaimana mestinya
Alasan yang paling inenonjol lerhadap upaya perubahan tersebut
adalah dengan meniperhatikan sisi kemanusiaan yang mcmandang bahwa
Ucdcn Mirpaung Opcil hal 4
42
sekalipiin tcrsangka telah melakukan kcsalahaii ia telap berkcdmiiikan sebagai
manusia utuh yang harus tetap diperlakukan sama dengan manusia lainnya
dan dilindungi hak asasi manusionya Karena itu pidana penjara saat ini
sedang mengalami masakrisis karena termasuk jenis pidana yang kurang
disukai Banyak kritik tajam ditujukan terhadap jenis pidana perampasan
kemerdekaan ini baik dllihat dari sudut efektifitasnya maupun dilihat dari
akibat-akibat lainnya menyertai atau berhubungan dcngan dirampasnya
kemerdekaan seseorang
Banyaknyu kritik yang diarahkan pada bentuk pemidanaan berupa
perampasan kemerdekaan (yang ditujukan untuk membuat jera pelaku)
sehingga berkembanglah bentuk pemidanaan lain yang dianggap lebih
manusiawi yaitu penjatuhan pidana berupa denda atau pemberian ganti
kerugian kepada korban Pemberian ganti kerugian pada awalnya merupakan
konsep kcperdalaan seperti halnya dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata yang mewajibkan setiap orang yang menyebabkan orang lain
menderita kerugian untuk membayar ganli rugi Dalam perkembangannya
konsep ini diterupkan pula dalam hukum pidana mengingat akibat yang
ditimbulkan pada korban tindak pidana akan selalu disertai dengan kerugian
baik mental fisik maupun material sehingga sangat wajar apabila korban pun
menuntui ganti kerugian pada pelaku guna memulihkan derita yang
dialaminya
Dengan memperhatikan pada beberapa teori klasik tentang tujuan
Uurtla Nawuwi Ariel Sislem Pemidanaan Menunii Konsep KIHP llaiu dan Latar Helakang Pemlklrannya Hahan Ienalaran Hukum Pidana V Undanu Kupang uinjyful 11 Juli-12 Agustus 1989
43
pemidanaan dapat disiinpulkan bahwa penjatuhan pidana lebih banyak
ditujukan untuk kepeiitingan pelaku dengan kata lain tujuan pemidanaan
hanya dimaksudkan imtuk mengubah perilaku dari pelaku kejahatan agar
tidak mengulangi lag perbuatannya sedangkan kcpentingan korban sama
sekali diabalkan
Perlindungan terhadap korban narkotika jika dihubungkan dengan
beberapa teori pemidanaan yang telah dipaparkan di atas maka peneliti
mengkaji bahwa dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang baru ini terdapat kescimbangan antara perlindungan terhadap
pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana bahwa berdasarkan sanksi
baik pidana maupun denda yang terdapat dalam undang-undang ini sangatlah
berat-berat dan tegas ]ni berarti bahwa undang-undang ini lebih
mementingkan korban dari pada pelaku kejahatan narkotika Mengingat
bahwa dengan adanya pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan
korban semakin banyak yang berjatuhan schingga daripada korbnnnya anak
bangsa yang memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara
Indonesia maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-
beratnya lerhadap si pelaku tindak pidana narkotika bahkan pidana mati atau
seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-
undang yang bam ini juga diatur mengenai rehabilitasi terhadap korban baik
korban yang diakibatkan oleh orang Iain maupun karena self victimizing
victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku itu sendiri
44
C Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Seif-
Victimizing Victims
1 Self-victimizing victims uarkotika dau psikotropika
Suatu viktimisasi adalah sebagai suatu permasalahan manusia yang
merupakan kenyataan sosial hal ini disebabkan karena setiap warga negara
berhak mendapatkan rasa aman dan bcbas dari segala bentuk kekerasan
sesuai dengan falsafah Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 Contohnya adalah seseorang akibat perbuatannya memakai
narkotika dapat menimbulkan bahwa si pemakai tersebut menjadi tidak
berdaya upaya dengan kata lain bahwa si pelaku telah menjadi korban
akibat perbuatannya sendiri yang menimbulkan perbuatan kriminal
Penyalahgunaan narkolika atau psikolropika merupakan perbuatan
kriminal karena telah melanggar ketentuan di dalam undang-undang yang
ada yakni Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tetang Psikotropika dan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Terlibatnya si
pelaku kejahatan atau tindak pidana yang menimbulkan kerugian terhadap
dirinya sendiri daiam hal inilah yang disebut dengan istilah self victimizing
victims yang merupakan bagian dari viktimisasi Sehubungan dengan itu
maka Wolfgang menyatakan beberapa Jenis viktimisasi ialah
1 Unrelated victims yaitu korban yang tidak ada hubungannya sama
sekali dengan terjadinya korban misalnya pada kasus kecelakaan
pesawat Dalam hal In tanggungjawab sepenuhnya terletak pada
Utplietin3|il(igspqtcom2()OSIOl|ukum-viktinivl9gihlml diakscs terakhir langgul l2Januari 2015
45
pelaku
2 Provocative victims yaitu seseorang yang secara aktif mendorong
dirinya menjadi korban misalnya kasus selingkuli dimana korban juga
sebagai pelaku
3 Participating victims yailu seseorang yang tidak berbuul tetapi dengan
sikapnya justru mendorong dirinya menjadi korban
4 Biologically weak victims yaitu mereka yang secara tisik memiliki
keleinalian atau potensi untuk mcnjadi korban misalnya orang tua
renla anak-anak dan orang yang tidak mampu bcrbual apa-apa
5 Socially weak victims Yaitu mereka yang memiliki kedudukan social
yang lemah yang menyebabkan mereka mcnjadi korban misalnya
korban perdagangan perempuan dan sebagainya
6 Self victimizing victims yaitu mereka yang menjadi korban karena
kejahatan yang dilakukannya sendiri pengguna obat bius judi aborsi
dan prostitusi
Dalam hal ini kedudukan viktimologi sebagai sebuah ilmu yang
mempelajari tentang korban memiliki peranan yang sangat penting ruang
lingkup viktimologi ini meliputi
1 Semua macam sciiap macam perbuatan kriminal yang mengakibatkan
orang-orang mcnjadi korban
2 Setiap orang atau pihak yang dapat menjadi korban baik orang
perorangan maupun suatu korporasi atau organLsasi
3 Setiap orang atau pihak yang dapal menimbulkan korban artinya
46
dimana disatu sisi orang terscbut dapat merugikan orang iain sehingga
orang tidak merasa aman akibat tindakanya
4 Cara-cara viktimisasi atau penimbulan korban
5 Bentuk-bentuk viktimisasi yang terdiri dari primary viclimizalion
adalah korban individualperorangan bukan kelompok secondary
victimizalion korbannya adalali kelompok misalnya badan hukum
tertiary Victimizalion yang menjadi korban adalah masyarakat luas
nun viciimozaiion korbannya tidak dapat segera diketahui misalnya
konsumen yang tertipu dalam menggunakan hasil produksi
6 Akibat viktimisasi
7 Pengaruh viktimisasi
8 Reaksi atau respons terhadap viktimisasi
9 Penyelesaian viktimisasi dan
10 Pengaturan yang berkaitan dengan viktimisasi (yang menjadi
perhatian viktimologi)
Studi viktimologi akan memberikan pemahaman kepada setiap
individu mengenai hak dan kewajibannya dalam rangka mengantisipasi
berbagai bahaya yang mengancamnya Viktimologi memberikan
sumbangan pemikiran mengenai masalah viktimisasi tidak langsung
dampak sosial polusi industri viktimisasi ekonomi politik dan
penyalahgunaan kewenangan Viktimologi ini juga memberikan dasar
pemikiran dalam penyelesaian viktimisasi kriminal atau factor viclimogen
dalam sistem peradilan pidana
47
Dari perspektif ikalan Korban Napza (IKON) l ial i yang dimaksud
sebagai korban adalah orangperorangan yang menderita secara langsung
dari penyalahgunaan napza dan tennasuk pula keluarga alau tanggungan
langsung dari korban Namun karena hukum dl Indonesia memandang
pengguna napza adaiah kriminal maka terjadilah dampak-dampak negalif
yang dialami oleh pengguna napza yang merupakan korban scperti
diskriminasi kriminallsasi kesehatan dan stigmatisasi Maka sebagai
korban IKON Bali mendorong agar dihentikannyadiskriminasi lerhadap
korban napza mendorong vonis rehabilitasi untuk korban napza
mendorong agar dihentikannya penyiksaan terhadap korban napza dan
yang terakhir adalah mendorong terpenuhinya hak atas kesehatan bagi
korban dan orang terinfeksi HIV Dengan melihat kondisi permasalahan
penanggulangan napza yang semakin tidak menentu dan meningkatnya
jumlah korban napza secara terus-menerus Maka Ikon Bali meminta
1) Penerapan SEMA Nomor 7 Tahun 2009 sebagai pemenuhan hak atas
kesehatan terhadap korban Mpza
2) Meminta kepada Pengadilan Negeri Denpasar untuk menjadi insiator
dalam penyusunan langkah teknis penerapan SEMA Nomor 7 Tahun
2009
3) Meminta kepada selunih instansi tcrkait untuk mulai meiigambil
langkah nyata dalam penanggulangan napza
43 Ibid
48
4) Meminta agar korban napza diperlakukan secara manusiawi tanpa
penyiksaan sligma dan diskriminasi
5) Ikon Bali mendukung secara penuh program-program pemerintab
dalam penanggulangan napza
2 Rehabilitasi terhadap self-victimizing victims
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
merupakan undang-undang yang baru menggantikan Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika Adapun pasal-pasal di dalam
undang-undang in yang mengatur mengenai perlindungan korban adalah
berbagai pasal-pasal yangmencantumkan rehabilitas kepada korban
maupun pelaku tindak pidana narkolika Pasal 1 ayat (16) meneniukan
defenisi mengenai rehabilitasi dipandang dari sisi medis yakni
Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara
terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan Narkotika
Sementara Itu dalam Pasal 1 ayat (17) ditentukan defenisi rehabilitasi
dipandang dari sisi sosial yakni Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses
kegiatan pemulihan secara terpadu baik fisik mental maupun sosial agar
bekas pecandu Narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosia dalam
kehidupan masyarakat
Diimdangkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang merupakan undang-undang baru ini tentu mempunyai
maksud dan tujuannya Adapun tujuan yang terdapat dalam Pasal 4 yang
berbunyi
49
Undang-Undang tentang Narkotika bertujuan
a Menjamin kelersediaiin Narkotika untuk kcpentingan peiayanan
kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
b Mencegah mclindungi dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari
penyalahgunaan Narkotika
c Memberanlas pcredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika dan
d Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi Penyalah
Guna dan pecandu Narkotika
Bentuk perlindungan terhadap korban dan pelaku kejahatan tindak
pidana narkotika di dalajn Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
disebutkan ada 2 (dua) macam yakni pengobatan dan rehabilitasi lerhadap
korban maupun pelaku Pada Pasal 53 ayat (3) tersebul di atas bahwa yang
dimaksud dengan buktl yangsah antara lain surat kctcrangan dokter
salinan resep atau labeletiket Selcngkapnya mengenai pengobatan
ditentukan dalam Pasal 53 yang berbunyi sebagai berikut
(1) Untuk kcpentingan pengobatan dan berdasarkan indikasi medis
dokter dapal memberikan Narkotika Golongan II atau Golongan III
dalam jumlah terbatas dan sediaan tertentu kepada pasien sesuai
dengan ketcnluan peraturan perundang-undangan
(2) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat ( I ) dapal memiliki
menyimpan danatau incmbawa Narkolika untuk dirinya sendiri
(3) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mempunyai bukti
yang sali bahwa Narkotika yang dimiiiki disimpan danatau dibawa
50
untuk digunakan diperoleh secara sail sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
Mengenai rehabilitasi terhadap korban dan pelaku tindak pidana
kejahatan penyalahgunaan narkotika merupakan suatu kewajiban bagi
pemerintah dan instansi masyarakat Sebagaimana ketentuan dalam Pasal
54 bahwa Pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika
wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial Dalam Pasal 56
disebutkan juga bahwa
(1) Rehabilitasi mcdis Pecandu Narkotika dilakukan di rumah sakit yang
ditunjuk oleh Menteri
(2) Lembaga rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan oleh instansi
pemerintah atau masyarakat dapat melakukan rehabililasi medis
Pecandu Narkotika setelah mendapat persetujuan Menteri
Kemudian dipertegas kembali dalam Pasal 57 bahwa selain melaiui
pengobatan danatau rehabilitasi medis penyembuhan Pecandu Narkotika
dapat diselenggarakan oleh instansi pemerintah alau masyarakat melaiui
pendekatan keagamaan dan tradisional Salah satu tugas dan wewenang
Badan Narkotika Nasional adalah meningkatkan kemampuan lembaga
rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu Narkotika baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat
Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 ini terdapat
pengecualian dalam hal luniutan pidana terhadap anak yang masih berada
di bawah umur Misalnya terdapat di dalam salah satu pasalnya yakni pada
51
Pasal 128 ayal ( I ) yang bcrbunyi Orang tua atau wali dari pecandu yang
belum cukup umur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) yang
sengaja tidak mciapor dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6
(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp 100000000 satu juta
rupiah) Tetapi di datam ketentuan tain yakni pada Pasal 128 ayat (2) dan
ayal (3) ditentukan bahwa anak yang masih di bawah umur tidak dapat
dituntut pidami selcngkapnya pasal tersebul berbunyi Pecandu Narkotika
yang belum cukup umur dan telah dilaporkan oleh orang tua atau walinya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat ( I ) tidak dituntut pidana
(Pasal 128 ayat (2)) dan Pecandu Narkotika yang telah cukup umur
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) yang sedang menjalani
rehabilitasi mcdis 2 (dua) kali masa perawatan dokter di rumah sakit
danatau lembaga rehabilitasi medis yang ditunjuk oleh pemerintah tidak
dituntut pidana
Pada awalnya narkotika digunakan unluk kcpentingan umat
manusia khususnya untuk pengobatan dan peiayanan kesehatan Namun
dcngan semakin bcrkembangnya ilmu pcngclaliuan dan teknologi
peruntukan narkotika mengalami perluasan hingga kepada hal-hal yang
negatif
Di dunia kedokteran narkotika banyak digunakan khususnya
dalam proses pembiusan sebelum pasien diopcrasi mengingat di dalam
narkotika terkandung zat yang dapat mempengaruhi perasaan pikiran serta
kesadaran pusieti Oleh karena itu agar penggunaan narkotika dapal
52
memberikan manfaat bagi kehidupanurnat manusia maka pcredarannya
harus diawasi secara ketat sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 60 sampai
dengan Pasal 63 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang menyebutkan
Pasai 60 ditentukan bahwa
(1) Pemerintah melakukan pembinaan terhadap segala kegiatan yang
berhubungan dengan Narkolika
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meiipuli upaya
a Memenuhi ketcrsediaan Narkotika unluk kcpentingan peiayanan
kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
b Mencegah penyalahgunaan Narkotika
c Mencegah generasi muda dan anak usia sekoiah
dalampenyalahgunaan Narkotika termasuk dengan memasukkan
pendidikanyang berkaitan dengan Narkotika dalam kurikulum
sekoiah dasarsampai lanjutan atas
d Mendorong dan menunjang kegiatan penelitian danatau
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di brdang
narkolika unluk kcpentingan peiayanan kesehatan dan
e Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis bagi
Pecandu Narkotika baik yang diselenggarakan oleh pemerintah
maupun masyarakat
53
Pasal 61 ditentukan baiiwa
(1) Pemerintah melakukan pcngawasan terhadap segala kegiatan yang
berkaitan dengan Narkotika
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
1 Narkolika dan Prekursor Narkolika untuk kcpentingan peiayanan
kesehatan danatau pengembangan Hmu pengetahuan dan
teknologi
2 Alat-alat potensial yang dapat disaiahgunakan untuk melakukan
tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkolika
3 Evaluasi keamanan khasiat dan mutu produk sebelum diedarkan
4 Produksi
5 impor dan ekspor
6 Pcrcdaran
7 Pelabeian
8 Tnformasi dan
9 Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Pasal 62 berbunyi Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasai 60 dan pengawasan sebagaimana
dimaksiiddalam Pasal 61 diatur dengan Peraturan Pemerintah Dan dalam
Pasal 63 disebutkan bahwa Pemerintah mengupayakan kerja sama
dengan ncgara lain danatau badan intcmasional secara bilateral dan
multiialeral baik regional maupun internasional dalam rangka pembinaan
dan pengawasan Narkotika dan Prekursor Narkotika sesuai dengan
54
kcpentingan nasional
Berdasarkan biinyi beberapa pasa di atas mengenai pengawasan
terhadap pentingnya peredaran narkotika wajib diawasi secara ketat
dikarenakan saat ini pemanfaatannya banyak untuk hal-hal yang negatif
D i samping itu melaiui perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi penyebaran narkotika sudah menjangkau hampir ke semua
wilayah di Indonesia hingga ke pelosok-pelosok Daerah yang sebelumnya
tidak pcrriah tersentuh oleh peredaran narkotika lambat laun berubah
menjadi sentra peredaran narkotika Begitu pula anak-anak yang pada
mulanya awam terhadap barang haram ini telah berubah menjadi sosok
pecandu yang siikar untuk dilepaskan ketergantungannya
Sebelum Iahimya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
mengenai narkotika diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997
tentang Narkotika namun undang-undang ini tidak dapat dipertahankan
lagi keberadaannya karena adanya perkembangan kualitas kejahatan
narkotika yang sudali menjadi ancaman serius bagi kehidupan umat
manusia Pengguna narkotika sangat beragam dan menjangkau semua
lapisan masyarakat mulai dari anak-anak hingga orang dewasa orang
awam hingga artis bahkan hingga pejabat publik
Efek negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan narkotika secara
berlebihan dalam jangka waktu lama serta tidak diawasi oleh ahlinya
dapat
menimbulkan berbagai dampak negatif pada penggunanya baik secara
55
fisik maupun psikis Bahkan tidak janing penggunaan narkotika dapat
memicu terjadinya berbagai tindak pidana Karena itu untuk mencegah
semakin mcluasnya dampak negalif yang ditimbulkan dari penggunaan
narkotika maka pengawasan tidak hanya terbatas pada peredaran
narkotika tetapi juga pada mereka yang menjadi korban misalnya
sescorang yang menderita ketergantungan narkotika (pecandu) Apabila
seorang pecandu narkotika telah divonis bcrsalah oleh hakim atas tindak
pidana narkotika yang dilakukannya maka untuk memberikan kesempatan
pada yang bersangkutan agar tcrbebas dari kecanduaniiya maka hakim
dapat mcmutuskan untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani
pengobatan danatau perawatan
Pengobatan dan perawatan terhadap pecandu narkotika dilakukan
melaiui fasilitas rchabilitasi Rcliabilitasi medis dan sosial yang diberikan
kepada pecandu dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan
kemampuan fisik mental dan sosialnya Selain pengobatan dan perawatan
melaiui rehabililasi medis proses penyembuhan pecandu narkotika dapat
diiaksanakan oleh masyarakat melalul pendekatan keagamaan dan
tradisional
Sebagai conloh di Pakem Sleman Yogyakarta telah didirikan
sualu kliiiik alau Pusat Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkotika
Psikolropika dan Zal-zat Aditiflainnya (NAPZA) Terpadu yang didirikan
atas kerjasania Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dan
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang diresmikan pada tanggal 7
56
Desember 2005 Tujuan umum pendiriaii pusat rehabilitasi terpadu ini
adalah untuk memberikan jaminan penanganan paripurnakepada korban
penyalahgunaan Napza melaiui aspek hukum aspek medis aspek sosial
aspek spiritual serta pengembangan pcndidikan dan pelatihan dalam
bidang NAPZA secara terpadu sedangkan tujuan khususnya adalah
1 Terhindarnya korban dan instilusi dan penelrasi pengedar
2 Terhindarnya kerusakan mental dun masa depan para penyalah guna
Napza yang akan mcmbtinuh potensi pengembangan mereka
3 Terhindarnya korban-korban baru akibat penularan penyakil-penyakit
seperti Hepatitis HIVAIDS dan penyakit menular lainnya
4 Terwujudnya proses pengembangan penanganan korban NAPZA dan
aspek ilmiah serta keiimuan yang dinamis sesuai perkembangan zaman
sebagai pusat jaringan informasi terpadu dan mewujudkan teknis
penanganan penyalahgunaan narkotika dan obat-obalan terlarang bagi
daerah sekitamya maupun nasional
Pemberian perlindungan kepada korban narkotika lentil tidak dapat
dibebankan sepenuhnya kcpada pemeriiilah peran serta masyarakat pun
diharapkan ada salah salunya diterimanya kembali mantan pani pengguna
dalam lingkungannya tanpa melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya
diskriminatif bahkan dengan mcmposisikan mereka sebagai warga keias
dua yang harus dljauhi
Bentuk periindunganyang diberikan terhadap pelaku maupun
Dikdik M ArilMansur dan tUisUiris Guitom loa cil hal 90
57
korban penyalahgunaan narkolika dan psikotropika daiambentuk
rehabilitasi
Rehabilitasi adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang
dilujukan kepada pemakai narkolika dan psikotropika yang sudah
menjalani program kuratif Tujuannya agar pelaku tidak memakai lagi
dan bebas dari penyakit ikutan yang disebabkan oleh bekas pemakaian
narkotika dan psikotropika
3 Tahapan-tahapan rchabilitasi terhadap self-victimizing victims
Tahapan-tahapan rehabilitasi terhadap self-victimizing victims atas
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika yang ada di Indonesia tidak
sama Ada yang menekankan rehabilitasi hanya pada aspek medis ada
pula yang lebih menekankan pada aspek rohani Atau memadukan kedua
pendekatan tersebut dengan komposisi yang seimbang Yang ideal
rehabilitasi seorang korban narkotika dan psikotropika harus dilakukan
secara holisitik baik secara fisik psikis maupun kerohaiiiannya
1 Tahapan pengobatan (rehabilitasi)
Secara umum ada beberapa tahapan yang harus dilewati
Masing-masing tahapan tersebut memakan waktu bervariasi ada yang
seminggii sebulan dan bahkan berbu lan-bulan tcrgantung tingkat
ketergantungan tekad korban dan juga dukungan berbagai pihak
terutama keluarga dalam seluruh proses tersebut Setiap tahapan
Subagjo PiirloUiharjo Loc cU hal 105 ^ E M Giri Prastowo loc cil hal 28 -29
58
tersebut disusun dan dibuat untuk inenganlar pasien secara bertaiiap
melepaskan dari ketergantungan narkotika dan psikotropika Beberapa
tahapan rehabilitasi ini yang disajikan berikut sudah Icruji dapat
menyembuhkan atau memulihkan korban narkotika dan psikotropika
secara maksimal
a Tahapan transisi
Penekanaii dalam tahap ini lebih kepada informasi awal
tentang korbanseperti
1) Latar belakang korban
2) Lama ketergantungan
3) Jenis obat yang dipakai
4) Akibat-akibat ketergantungan dan
5) Berbagai inlbrniasi lainnya
Hal ini penling sehingga pada saatnya akan menjadi acuan
bagi pihak yang terlibat secara intensif dalam proses rehabilitasi
Ahl i yang berkompeten (dokter) akan menganaiisa tingkat
ketergantungan korban untuk kemudian meneniukan tingkat
pengobatan dan tingkat pembinaan bagi si korban schingga terapi
dan metode pengobatan bisa dilakukan secara terukur
Tahapan ini Juga dapat dijadikan rujukan untuk meneari
model rehabilitasi yang paling tepat bagi yang bersangkutan Pada
tahap ini tim rehabilitasi akan membantu korban agar menyadari
dirinya sedang menghadapl masalah ketergantungan narkotika dan
59
psikotropika Korban diajak untuk bersama-sama mengatasinya Hal
ini penting karena proses rchabilitasi tidak akan berhasil tanpa
adanya kesadaran korban tentang adanya bahaya yang dihadapinya
Dari situ akan dibangun tekad dan komitmennya untuk
meninggalkan narkotika dan psikotropika
Selain itu pada tahapan ini akan diteliti akibat fisik dari
penggunaan narkotika dan psikotropika Sejauh mana tingkat
kerusakan syaraf dan organ-organ tubuhnya yang rusak Unluk itu
diadakan pemeriksaaii laboratoriumiengkap dan tes penunjang untuk
mcndeteksi penyakit yang diderita korban A[)abia dalam
pemeriksaan ditemukan satu atau beberapa penyakit maka terlebih
dahulu diadakan pengobalan medis sebelum penderita mendapat
proses rehabilitasi lanjutan Langkah ini penting selain agar tubuh
yang bersangkutan bebas dari penyakit juga untuk mencegah
terjadinya penularan balk kepada korban narkotika dan psikotropika
ini diadakan pembersihan darah pada tubuh pecandu sehingga darah
menjadi bersih dan sistem metabolisme tubuh kembali normal
Proses ini dapat dilakukan melaiui cara-cara berikut
1) Cold Turkey abrupt withdrawal) yaitu proses penghentian
pemakaian narkotika dan psikolropika secara tiba-tiba tanpa
disertai dengan substitusi antidotum
2) Bertaliap atau substitusi bertahap misalnya dengan kodein
^Ibidhal 30
60
methadone CPZ atau clocard selama i -2 minggu
3) Rapid Detoxification dilakukan dengan anestesi umum (6-12
jam) dan
4) Simtomatik tergantung gejala yang dirasakan
2 Rehabilitasi intensif
Setelah melewati masa transisi (pengumpulan informasi tentang
keadaan korban dan latar belakangnya) baru masiik pada fase
berikutnya yakni proses penyembuhan secara psikis Motivasi dan
potensi dirinya dibangun daiam tahap ini Korban diajak untuk
menemukan dirinya dan segala potensinya sambil juga menyadari
berbagai keterbalasannya Bahwa untuk mengatasi masalah hidup yang
bersangkutan tidak perlu harus mengkonsumsi narkotika dan
psikotropika Narkotika dan psikotropika justru menciptakan masalah
baru yang jauh lebih besar dalam hidupnya Narkotika dan psikotropika
bukanlah solusi tetapi menjadisumber masalah Pada tahap ini berbagai
contoh dapat dipcrlihatkan kepada korban
Yang terlibat di dalam tahap ini yang utama adalah korban itu
sendiri sebagai pelaku self-victimizing victims) Korban harus punya
tekad untuk hidup tanpa narkotika dan psikotropika Korban harus bisa
menatap masa depan dengan penuh optimisme Selain yang
bersangkutan peranan keluarga (orang liia dan saudara-saudaranya
suami atau istri) juga sangal pcnling Anggota keluarga ini harus secara
intensifmendampingi dan jnenopang korban
61
Staf di paiiti rehabilitasi para konselor psikolog dan semua
pihak di panti rehabilitasi untuk bersama-sama mcmbangun
kepercayaan diri korban Seluruh proses ini membutuhkan waktu
berbulan-bulan bahkan selama bertahun-tahun tergantung tingkat
ketergantungan dan efeknya bagi korban Berbagai terapi yang
dilakukan selama dalam tahap ini baik yang dilakukan secara pribadi
maupun bersama-sama lewat berbagai aktivitas di panti rehabilitasi
tersebut bertujuan untuk memberdayakan kembali korban yang disekian
lama telah terpuruk oleh narkolika dan psikotropika Sebagai langkah
awal untuk sosialisasi diri dengan masyarakat korban juga secara
bertahap mulai mcmbangun komunikasi dengan orang lain di Iuar
komunitas rehabilitasi
Menurut Romo Lambertus Somar MSG dalam bukunya
Rehabilitasi Pecandu Narkotika dan Psikotropika pada tahap ini ada
tiga titik yang harus dilewati yang lebih dikenal dengan tahapan
stabilisasi pribadi yailu^
1 Secara sadar dan tekun melepaskan diri dari berbagai penyakit dan
akibatakibat lainnya (no to drugs) Tahap ini merupakan tahap
stabilisasi awai atau tahap konsolidasi (comolidation)
2 Menemukan jati diri menguasai kiat-kiat dan keterampilan-
keterampilan untuk menyehatkan serta mengisi hidup secara lebih
bermakna dan bermulu Latihan keterampilan vokasional (kerja) dan
E M Giri Praslowo Loc cil hal 32
62
peiigungkapan diri dari dimulai dibina sebiiigga disebul juga (afiap
pengukuan diri (jyerwtuil appraisal) Inilah lahap slabilisasi
niericiigah (inadya)
3 Dengan inisiatif pribadi orang secara sadar mulai berfikir dan
bertindak untuk mencapai prestasi-prestasi tertentu schingga disebut
juga tahap positive thinking and doing Tahap ini merupakan tahap
stabilisasi akhir
4 Tahap rekonsiliasi Tahapan berikut yang harus dilewati dan sangat
vital adalah tahap rekonsiliasi Tara korban tidak langsung
herinlcraksi secara bebas dcngan masyarakat akan tctiipi lerleblh
dahulu ditampung di sebuah lingkungan khusus selama beberapa
waktu sampai pasien benar-benar siap secara mental dan rohani
kembali kelingkungannya semula Yang paling ulama dalam fase ini
adalah pembinaan mental spiritual keimanan dan ketakwaan serta
kcsepiikatan sosial kemasyarakaian Proses ini bisa meliputi program
pembinaan jasmani dan rohani
Sampai ke tahap ini yang bersangkutan masih tcrikat dengan
rehabilitasi foimal namun sudah mulai membiasakan diri dengan
masyarakat Iuar sehingga merupakan proses resosialisasi (reentry) atau
penyesuaian (reconcilialion) Proses ini melewati tiga titik penting juga
yaitu
1 Tinggal lebih sering dan lebih lama di lingkungan keluarga sebagai
63
teiiipal tinggal tetap atau pun tempat tinggal transit unluk
resosialisasi sambil mclaiijiitkan kegiatan pilihan sebagai penunjang
masa selanjutnya Di sini terjadi perdamaian dan penycsuaian-
penyesuaian kembali dengan lingkungan
2 Rencana masa depan yang jelas dan siap direalisasikaii dengan
dukungan keluarga atau pihak-pihak lain Pada tahap ini korban
dapat memulai aktivitasnya lagi seperti sekolahkuliah mulai bekerja
atau merintis usaha sendiri
3 Kontak awal dengan kelompok-keiompok atau program-program
pemeliharaan lanjut aftercare) Di sini orang meiierima dirinya
seperti apa adanya merasa puas lalu mempercayakan dirinya ke
tangan orang lain
4 Pciiieliharaaii Lanjut Pada tahap ini walaupun secara fisik yang
bersangkutan sudah dinyatakan seliul dan secara psikis pun sudali
pulih namun masih ada kcmungkinan mereka akan tergclincir
kembali icbihlebih saat mereka sedang menghadapl masalah Pada
saat itu bisa Jadi mereka bemostagia dengan menikmati narkolika
dan psikotropika Saat ini juga niwaii Karena itu setiap korban yang
niemasuki tahap inidipersiapkaii sungguh-sungguh agar dapal
melewati dan mengatasi sUuasi rawan ini dengan melewati tiga titik
ini yakni
a Mengubah menghilangkan aUiu menjauhi hal-hal yang bersifat
bid hul 34
64
nostaigia kesenaiigan narkolika dan psikolropika
b Setiap mengikuti program-program dan aeara-acara aftercare
(pemeliharaan lanjut) dan
c Dapat juga mcUbatkan diri dalam gerakan atau kelompok bersih
narkoba dan peduli penanggulangannya
BAB IV
PENUTUP
A Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dipaparkan tersebut di atas peneliti
memberikan beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap
permasalahan di dalam penelitian ini sebagai berikut
Di antara berbagai faktor yang dapat mempengaruhi seseorang atau
individu menyalahgunakan narkotika atau psikotropika terdapat faktor
yang paling duininan yakni laktor yang bersumber dari keadaan keluarga
dan lingkungan bukan karcnn faktor individunya Karena faktor keluarga
yang buruk dan lingkungan yang juga buruk dan saling mendukung dapat
mempengaruhi individu menjadi pelaku lindak pidana penyalahgunaan
narkolika dan psikotropika tersebut dengan kata lain faktor keluarga dan
lingkungan yang buruk ini membuka kesempatan kcpada seseorang untuk
merasakan pergaulan dengan narkotika atau psikotropika sehingga dapal
menimbulkan ketergantungan terhadapnya
2 Perlindungan lerhadap korban narkotika- jika dihubungkan dengan
beberapa teori pemidanaan dalam perspektif Undang-Undatig Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika yang baru terdapai keseimbangan antara
perlindungan terhadap pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana
bahwa berdasarkan sanksi baik pidana maupun denda yang terdapat dalam
undang-undang ini sangatlah bcrat-bcnil dan tegas Ini berarti bahwa
65 bull
66
undang-undang narkotika yang baru tersebut lebih mementingkan korban
dari pada pelaku kejalialan narkotika Mengingat bahwa dcngan adanya
pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan ktgtrban semakin
banyak yang berjatuhan seliingga daripada korbannya anak bangsa yang
memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara Indonesia
maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-beratnya
terhadap si pelaku lindak pidana narkolika bahkan pidana mati atau
seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-
undang yang baru ini juga diatur mengenai rchabilitasi terhadap korban
baik korban yang diakibatkan oleh orang lain niaiipim karena self
victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku ilu
sendiri
Saran
Adapun yang menjadi saran peneliti di dalam penelitian ini yang
menjadi harapan untuk dipcrliatikan bersama adalah sebagai berikut
1 Diharapkan bagi setiap keluarga untuk menjaga keharmonisan melakukan
pengawasan dan mcnanainkan pcndidikan yang benar terutama dalam lial
menyeimbangkan antara emosi inteligensi dan spritual sejak dari din
terhadap anak sebagai benteng terhadap dirinya untuk dapat membentengi
dari pengaruh narkotika dan psikotropika yang semakin mengancam
keadaan lingkungan masyarakat
2 Diharapkan terhadap pemerintah untuk melakukan sosialisasi yang
teriiitegrasi dan menyeluruh terhadap semua lapisan masyarakat baik
67
masyarakat di pedesan (primitlf) maupun masyarakat kota betapa besamya
sanksi pidana dan denda yang digariskan di dalam undang-undang
narkotika dan psikotropika misalnya dcngan mcmpublikasikannya dalam
bentuk billboard di pcrsiinpangan jalan sehingga setiap orang yang lewat
dengan secara otomatis masyarakat akan inengelaliuinya dan
berkemuiigkiiian orang yang membacanya setidaknya tlmbul rasa takut
untuk terjun ke dalam penyalahgunaaan narkotika dan psikotropika
tersebut
D A F T A R PUSTAKA
A Bukii
Arrasjid Chainur Sualu Pemikiran Tentang Psikologi Kriminil Mcdan Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU 1999
Gerson Bawengan Penganlar Psichology Kriminil Jakarta Pradya Pramita 1973
Gosita Arif Masalah Korban Kejahatan Jakarta Akademika Pressindo 1993
Hakim M Ariel Narkoba Bahaya dan Penanggulangannya Bandung Jembar 2007
Hawari Dadang Konsep islam Memerangi AIDS dan NAZA Get X i Yogyakarta Dhana Baktl Priaya 1997
Kaligis OC dan Soedjono Dirdjosisworo Narkoba dan Peradilannya di Indonesia (Retbrmasi Hukum Pidana Melaiui Perundangan dan Peradilan) Bandung PT Alumni 2002
Kartono Kartini Psichology Abnormal Bandung Alumni 1972
Mansur Dikdik M Arif dan Elistaris Guitom Urgensi Perlindungan Korban Kejahalan Antara Norma dan Reaiita Bandung Agustus Fakultas Hukum Universitas Padjajaran 2006
Mardani Penyalahgunaan Narkoba Daiam Perspeklif Hukum islam dan hukum Pidana Nasional Jakarta IH RajuGrufindoPersado 2007
Marpaung Leden Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005
Moelyono Anton M Kumus Besar Bahasa Indonesia Get 11 Jakarta Balai Pustaka 1988
Muladi HAM Dalam Persepkiif Sistem Peradilan Pidana dalam Muladi (ed) Hak Asasi Manusia Hakekal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat Bandung Refika Aditama 2005
dan Barda Nawawi Arlef Bunga Rampai Hukum Pidana Bandung Alumni 1992
Partodiharjo Subagyo Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannyai Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2003
Ioyk Fanny Jonathans Sehiiah Kesehatan Narkoba Sayonara Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2006
Prastowo EM Giri Rehabilitasi Bagi Korban Narkoba Tangcrang Visimedia 2006
Prodjodikoro Wirjono Asas-asas Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005
Roeslan Saieh Stelsel Pidana Indonesia Jakarta Bina Aksara 1987
Soedjono D Segi Hukum Tentang Narkolika di Indonesia Bandung Karya Nusanlara 1977
Hukum Narkolika Indonesia Bandung PT Citra Adtya Baktl i 990
Soekanto Soerjono dan Sri Mumadjj Penelitian Hukum Normalif Suatu Tijnjauan Singkat Jakarta Rajagrafindo Persada 2001
Sudarsono Kenakalan Remaja cet Ii Jakarta Rineka Cipta 1992
Tom dkk Bahaya NAPZA Bagi Pelajar Bandung Yayasan Al-Ghifari Morgan 1999
Tim BNN Materi Advokad Pencegahan Narkoba Jakarta Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia 2005
Yustisia Himpunan Peraturan Pemndang-Undangan Anti Narkoba diterjenialikuii oleh Tim iustaka Yuslisia Yogyakarta iuslaka Yustisia 2006
Waluyo Bambang Penelitian Hukum dalam Prakiek Jakarta Sinar Grafika 1996
Wcda Made Darma Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korporasi dalam niingti Rampai Viktimisasi Bandung Eresco 1995
B Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Pasal 152
Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika22Tahun 1997 tentang Narkotika
Keppres Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkolika Nasional
CInternet
htlpwwwbnngoidportalbariiiiorlalkQnlenpltpniima^Prorilampop^visi niisiamp tnn=lamp diakses tcrakiiir tanggal 13 November 2014
httpthed03hlogspoteom2008l Ohukuiii-viktimolQgihtmk diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014
httpwwwikonbaliorg26062Q(19advokasipctisi-ikon-bali-segera-tcrapkan-semahtml Petisi Ikalan Korban Napza (IKON) dalam rangka menyambut Hari Anti Narkotika (HANI) dan Hari Anti Penyiksaan 2009 diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014
httpwwwsurnekscoidindexphp7pption=^om cpntentampview=articleampid=^1405 2010-kej ati-baru-terapkan-uu-no-3 52009ampcatid=44 ilir-barat-i-bukit-keciIampUemid=94 diakses lerakJiir tanggal 12 Desember 2014
httpidsbvoongcQmexact-sciencesl8Q8652-getielika-dan-keiahatan Faktor Genetik Penyebab Kejahalan diakses terakhir tanggal 10 jaiiuari 2014
httpwwwasiasecuritiescoidsys 12ximagesstories201QEqtiitv2Q Pdf diakses terakhir tanggal 10 Januari 2014
LAMPIRAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
F A K U L T A S HUKUM
K A R T U AKTIVITAS BIMBINGAN SKRIPSI
N A M A MAHASISWA DIANA SAPUTRA
N O M O R INDUK MAHASISWA 50 2011 059
P R O G R A M STUDI I L M U H U K U M
PROG K E K H U S U S A N H U K U M PIDANA
P E M B I M B I N G M S O L E H IDRUS SHMH
l U D U L SKRIPSI P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T U N D A N G U N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I
KONSULTASI
K F -
MATERI YANG
DIBIMBINGKAN
PARAF
PEMBIMBING K E T
luymdash
y^ ^ Tlt2 N ^
7 M e
fSUL
k ^
CATATAN MOHON DIBERI WAKTU MENYELESAIKAN SKRIlSl RUiAN SEJAK TANGGAL DIKELUARKAN DITETAIKAN
DIKELUARKAN DI PALEMBANG PADA TANGGAL KETUA BAGIAN
JUDUL P E N Y A L A H G U N A A N N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG UNDANG N O M O R 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I
P E R M A S A L A H A N 1 Apa yang menjadi faktor tcrjadinya penyalaJigunaan narkotika dan psikotropika
2 Bagaimana pengaturan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspektif victimologi
B A B l P H N D A I i U L U A N A Latar Belakang B Permasalahan C Ruang Lingkup dan Tujuan D Metode Penelitian E Sistematika Penulisan
B A B 11 T I N J A U A N PUSTAKA
A Pengertian penyalahgunaan B Pengertian victimologi C Ruang lingkup victimologi D Jents dan penggolongan narkotika dan psikotropika E Undang Undang yang mengatur tentang narkotika
dan psikotropika
BAB I I I PEMBAHASAN A Faktor yang menyebabkan terjadinya
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika
B Penyalahgunaan narkotika dan psikolropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspeklif victimologi
BAB IV PENUTUP A Kesimpulan
B Saran-saran
DAF1AR PUSTAKA
L A M P I R A N - L A M P I R A N
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM
Lampiran Perihal Kepada
Sistematika penulisan (Outline) Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi YUi NUR HUSNI LMILSON SHSpNMH
Pembimbing Akademik Fakultas Hukum UMP dl-Palembaniz
Assalamualaikum WrWb
Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama DIANA SAPU I RA
Program Kekhususan Flukum Pidana
fada semester Lianjil tatiun kuliati 2UI42UI5 sudah menyelesaikan betian studi yang meliputi MPKMKKMKBMPBMBB (139 sks)
Dengan ini mengajukan pcrmohonan untuk penelitian Hukum dan Penulis Skripsi dengan judul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG-UNDANG N O M O R 35 T A H U N 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I
Demikianlah atas perkenaan Ibu diucapkan terima kasih
Wassalamualaikum WrWb
NIM 50 2011 059 Ilmu Hukum Program Studi
Palembang September 2014 Pemohon ^^--^5
Rekomendasi PAYbs
Pembimbing Akademik
HUSNI EMHSON SH SpN MH
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM
REKOMENDASI DAN PEMBIMBING SKRIPSI
Nama Nim Program Study Program Kekhususan Judul skripsi
DIANA SAPUTRA 50 2011 059 Ilmu Hukum Hukum pidana PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI
I Rekomendasi Ketua Bagian a Rekomendasi
b Usulan Pembimbing
Hukum Pidana
raiemoang iepiemt)er zu 14 KetuaJBagu
LuuTiiiAKNurCsHrR^
I L Penatapan Pembimbing Skripsi Oleh Wakil Dekan I
1 2
Palembang September 2014 Wakil Dekan I
- i poundL Dr Hj SRI S U L A S T R I SH M H
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah i n i Nama Tempat Tanggal Lahir N I M Program Studi Program Kekhususan
DIANA SAPUTRA PetransJaya 15 Januari 1992 502011059 Ilmu Hukum Hukum Pidana
Menyatakan bahwa karya ilmiah skripsi saya yang berjudul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANGshyU N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F VICTIMOLOGI
Adalah bukan merupakan karya tulis orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali daiam bentuk kutipan yang telah kami sebutkan sumbemya
Demikianlah surat pemyataan ini kami buat dengan sebenar-benamya dan apabila pemyataan ini tidak benar kami bersedia mendapatkan sanksi akademis
Palembang September 2014
PERMOHONAN UNTUK MENGIKUTI SEMINAR PROPOSAL
Palembang Oktober2014 Perihal Mohon untuk diiaksanakan seminar
Proposal Penelitian Skripsi
Kepada Yth Ibu Luil Maknun SH MH Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang D i -
Palembang
Assalamualaikum Wr Wb Saya yang bertanda tangan dibawah Ini Nama DIANA SAPUTRA
NIM 50 2011 059
Program Kekhususan Hukum Pidana
Bahwa yang bersangkutan telah layak untuk mer^ikiuti Seminar Proposal rencana penelitian skripsi yang judul PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI
Mohon kiranya yang bersangkutan untuk dijadwalkan mengikuti Seminar Proposal usul Penelitian Skripsi
Demikianlah disampaikan untuk dipertimban^Lan Wassalamualaikum Wr Wb
Pembimbing Skripsi
M SOLEH IDRUS3HMS
H A L A M A N P E R S E T U J U A N U N T U K M E N G I K U T I S E M I N A R P R O P O S A L
Nama DIANA S A P U T R A
N I M 50 2011059
Program studi Ilmu Hukum
Program kekhususan Hukum Pidana
Judui Penelitian PENYALAHGUNAAN N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A
MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI P E R S P E K T I F VICTIMOUHH
Palembang Oktober2014 Disetujui Pembimbing
M S O L E H IDRUSSH MS
Ketua Bagian Hukum Pidana
LuU MaknunSH M H
![Page 3: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/3.jpg)
M O T T O
KEBEBASAN BUKAN SEMATA - MATA MELEPASKAN
RANTAI DARI TANGAN SESEORANG KEBEBASAN ADALAH
HIDUP DENGAN CARA YANG SALING MENGHORMATl DAN
SALING MEMBANTU KEBEBASAN ORANG LAIN
(NELSON MANDELA)
K U P E K S E M B A H K A N K E P A D A
bull IBUKU TERCINTA DAN ALM
AVAHKU TERIMA KASIH ATAS
KASIU SAYANG YANG T E L A H
DIBERIKAN
ltraquo NENEK DAN K A K E K K U TERSAYANG
DAN KERABAT SERTA K E L U A R G A
TERIMA KASIH ATAS
DUKUNGANNYA-
bull UNTUK SESEORANG TERCINTA
TERIMA KASIH ATAS MOTIVASINYA
DAN SEMANGATNYA UNTUK
MENVELESAIKAN SKRIPSI INL
bull SAHABAT SAHABATKUDAN
bull ALMAMATERKU
iii
Judul Sknpsi PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI P E R S P E K T I F VICTIMOLOGI
Penulis Diana Saputra
Pembimbing M Soleh Idrus S H M H
A B S T R A K Korban kejahatan tindak pidana Narkotika dan Psikolropika memperoleh
perhatian utama karena korban merupakan bagian yang tidak dapal dipisahkan dari kejahalan oleh karena i lu korban memiliki peranan yang sangat penling secara viclimologi memudahkan dalam menemukan upaya penanggulangan kejahatan yang pada akhimya akan bermuara pada menurunnya kuantitas dan kualitas kejahatan Hal tersebut sejalan dengan semakin bcrkembangnya vicfimologi dalam pengaturan Narkotika dan Psikotropika menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
Permasalahan yang menjadi inti pembahasan dalam penelitian ini adalah apa faktor-faktor yang mcnyebabkan terjadinya penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika bagaimana perkembangan pengaturan tenting Iindak pidana Narkotika dan Psikotropika sebelum dan menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dan bagaimana pengaturan tindak pidana pwnyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dari perspektif victimohgi
Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normalif penelitian hukum normatif yang mengacu kepada norma-norma dan asas-asas hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan serta pemilihan terhadap pasalpasal yang relevan dengan permasalahan dimaksud yang terdapat dalam bahan hukum primer scperti Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkolika dan Keppres Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkotika Nasional
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah bahwa perlindungan terhadap korban narkotika berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika terdapat kescimbangan antara perlindungan terhadap pelaku kejahatan narkolika dengan korban Dimana bahwa berdasarkan sanksi baik pidana maupun denda yang terdapat dalam undang-undang narkotika tersebut sangatlah beral-berat dan tegas Ini berarti bahwa undang-undang narkotika yang baru tersebut lebih mementingkan korban dari pada pelaku kejahatan narkotika Jika dipjerhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-undang narkotika juga diatur mengenai rehabililasi terhadap korban baik korban yang diakibatkan oleh orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku itu sendiri
Disarankan bahwa sanksi pidana maupun denda yang digariskan dalam undang-undang narkotika dan psikotropika tersebut benar-benar dapat dilerapkan kcpada setiap pelaku penyalahgunaannya tanpa pandang bulu bagi siapa saja yang terlibat di dalamnya baik dilakukan sendiri-sendiri maupun kelompok atau korporasi seperti memiliki mengonsumsi menyimpan mengedarkan menjual membeii memproduksi dan Iain-Iain untuk keperluan illegal
iv
K A T A P E N G A N T A R
Assalamualaikum fVr Wb
Alhamamdulillah puji syukur kepada Allah SWT yang telah senantiasa
melimpahkan rahniat dan kaninia-Nya kepada penulis
Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada Baginda Nabi Besar
Muhammad SAW keluarga serta para sahabal beliau dan pengikul-pengikutnya
yang selalu istiqomah sampai akhir zaman
Dalam penulisan skripsi ini penulis melewati masa-masa yang sulit dan
berusaha sebaik-baiknya dcngan kemampuan yang penulis mi l ik i Dan berkat
rahmat Allah S W I pula penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan
judut P E N Y A L A H G U N A A N N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A
M E N U R U T UNDANG UNDANG N O M O R 35 T A H U N 2009 D A R I
P E R S P E K T I F VICTIMOLOGF
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempuma dan banyak
kekurangan Untuk i lu saran dan kritik sangat penulis harapkan demi tercapainya
kesempumaan skripsi ini
Pada kesempatan yang baik ini penulis mengucapkan tcrima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan khususnya kepada
1 Bapak Dr H M Idris SE MSi Seiaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Palembang
V
2 Ibu Dr Sri Suatmiati SH MHum Seiaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Palembang
3 Bapak dan Ibu Seiaku Wakil Dekan I I I I l l dan IV Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Palembang
4 Ibu Luil Maknun SH M H Seiaku Ketua Bagian Hukum Pidana di
Universitas Muhammadiyah Palembang
5 Bapak Nur Husni Emilson SH SpN M H Seiaku Penasehat Akademik
yang selalu membimbing Penulis
6 Bapak M Soleh Idrus SH M H Seiaku Pembimbing Skripsi
7 Seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta Karyawan Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Palembang
8 Sahabat-sahabatku tercinta
9 Serta seluruh leman-teman penulis angkatan 2011 yang tidak dapat disebutkan
satu persatu Semoga sukses
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita
semua dan semoga amal ibadah kita mendapat balasan dari Allah SWT
Palembang 2015
Penulis
Diana Saputra
vi
P E R N Y A T A A N K E A S L I A N K A R Y A I L M T A H
Dengan ini saya D I A N A SAPUTRA menyalakan bahwa Karya
llmiahSkripsi ini adalah asli hasil karya saya sendiri dan karya ilmiah ini belum
pemah diajukan sebagai pemenuhan persyaratan untuk memperoleh gelar
kesarjanaan Strata Satu (SI) dari Universitas Muhammadiyah Palembang maupun
Perguruan Tinggi lain
Semua informasi yang dimuat dalam karya ilmiah ini yang berasal dari
penulis lain baik yang dipublikasikan atau tidak tclah diberikan penghargaan
dengan mengutip nama sumber penulis secara benar dan semua isi dari Karya
Ilmiah ini sepeanuhnya menjadi tanggung jawab saya sebagai penulis
Palembang Maret 2015
Penulis
DIANA S A P U T R A N I M 50 2011 059
v i i
D A F T A R ISI
H A L A M A N J U D U L i
H A L A M A N P E R S E T U J U A N U N T U K U J I A N K O M P R E H E N S I F i i
M O T T O DAN P E R S E M B A H A N i i i
A B S T R A K iv
K A T A P E N G A N T A R v
P E R N Y A T A A N K E A S L I A N K A R Y A I L M I A H vi
D A F T A R ISI v i i i
B A B I P E N D A H U L U A N
A Latar Belakang
B Perumusan Masalah 5
C Ruang Lingkup dan Tujuan 5
D Metode Penelitian 6
F Sistematika Penulisan 7
B A B H T I N J A U A N P U S T A K A
A Pengertian Penyalahgunaan 9
B Pengertian Viclimohgi 10
C Ruang Lingkup Victimologi 11
D Jenis dan Penggolongan Niirkotika dan Psikotropika 12
a) Narkotika 12
b) Psikotropika 17
viii
B A B I I I P E M B A H A S A N
A Perkembiingan pengaturan tentang tindak pidana
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika sebelum iahimya
dan menurut undang-undang nomor 35 tahun 2009 22
B Pengaturan Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997
Tentang Psikotropika dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun
1997 Tentang Narkotika 40
C Pcnyalahgunaaan Narkotika dan Psikotropika Dalam
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari
Perlindungan Terhadap Korban 44
1 Self-victimizing victims narkotika dan psikotropika 44
2 Rehabilitasi terhadap self-victimizing victims 48
3 Tahapan-tahapan rehabilitasi terhadap self-victimizing
victims 57
B A B IV P E N U T U P
A Kesimpulan 65
B Saran 66
D A F T A R P U S T A K A
L A M P I R A N
ix
B A B l
PENDAHULUAN
Latar Belakang
PciTindiingan korban lindak pidana dalam sistein liukimi nasional
nampaknya belum memperoleh perhatian serius Hal ini terlihat dari masih
sedikitnya hak-hak korban tindak pidana memperoleh pengaturan dalam
perundang-undangan nasional Adanya ketldakseimbangan antara
perlindungan korban kejahatan dengan pelaku kejahatan pada dasarnya
merupakan salah satu pengingkaran dari asas setiap warga ncgara bersamaan
kedudukaiinya dalam hukum dan pemerintahan sebagaimana diamanatkan
oleh Undiing-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konslitusional
Niirkotika Psikotropika dan Bahan Aditif Lainnya adalah berbagai
macam obat yang semestinya dinianfaalkan sesuai dengan kcpentingan
tertentu niisalnya pada dunia mcdis untuk mcmbantu proses kerja dokter
dalam melakukan opcrasi bedah Akan tetapi saat ini obat-obat terlarang ini
telah dikonsumsi diedarkan dan diperdagangkan tanpa izin berwajib demi
memperoleh keuntungan dan nikmat sesaat saja Karena pengaruh Narkotika
dan Psikolropika tersebut dapat membuat pemakai menjadi ketergantungan
merusak sampai ke sel-sel saraf manusia seliingga melemalikaii daya pikir
dan lambat memberikan rekasi terhadap lawan bicara Untuk menganaiisa
materi pelajaran bagi pelajar dan mahasiswa yang terkena bahaya Narkotika
atau Psikotropika dapat mengakibatkan pada kelambatan berfikir sehingga
1
2
harapan dalam pencapaian pcmbangunan nasional dapal tcrganggu
Bahaya nicngedarkan Narkotika dan isikolropika dapat dibayangkan
berapa banyak sel syuraf otak mahusia yahg akan dlrusak borapa gencfasl
muda anik sekoiah dan mahasiswa terus diburu pengedar Narkotika dan
Psikotropika tersebul bahkan dapat mengakibatkan kematian^
Keterganl jngan lerhadap Narkotika dan Psikotropika pada mulanya ingin
coba-coba dulu karena Narkotika maupun Psikolropika tersebul dapat
membuat pemakaiiiyu bcrhalusinasi seolah lupu tchadiip masalah dan berada
pada dunia keindahaii Jika laktor kesempatan untuk mendapatkan Narkolika
dan Psikotropika sangat mudah dari pengedar maka dapal mengakibatkan
korban akan semakin bertambah Melihat besamya bahaya penyalahgunaan
Narkotika dan Psikotropika lerhadap individu dan mengganggu pencapaian
cita-cita NKRl maka lerhadap Narkotika maupun Psikolropika harus
dilakukan penanggulangannya sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku
Scjak awat mula Iahimya hukum pidana fokus subjek yang paling
banyak disoroti adalah si pelaku Padahal dari sualu kejahatan kerugian yang
paling besar didcrita adalah pada si korban kejahatan tcrsebut Akan tetapi
scdikit sekali ditemukun hukum-hukum atatipun peraturan perundang-
undangan yang mengatur tcnung korban serta perlindungan lerhadapnya
httpw^vbnn (ioidportalhiirup(irlalkoTilenphpnaTna=lrofilampopvisL _iTiisiampmn^l diakscs tcrukhir tanggal 29 December 2(M4 Iihal juja Kcpprcs Nti 17 Taliun 21X12 tentang Itadan Narkotika Nasional pada bagian konsidcran mcnimbang huruf (J) bcrbunyi Bahwa sehubungun dengan pertimbiingan hunifu huruf b huruf c dan sebagai pcluksunaan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkolika ficrlu niembcntuk Badan Narkotika Nusiona dcngan Keputusan Iresiden
^Funny Jonathans Poyk Suhiiah KusehiUan Narkoba Sayonara (Jakarta IT (Jelora AkHuru Iralama 2006) lial 9 Made Darma Weda Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korfwrasi dalam Bunga
3
Berbicara mengenai upaya penanggulangan kejahatan atau tindak
pidana Narkotika dan Psikotropika yang tepat maka cara pandang sebaiknya
tidak hanya terfokus pada berbagai hal berkaitan dengan penycbab timbuliiya
kejahatan atau metode apa yang efektif dipergunakan dalam penanggulangan
kejahatan tersebul Namun hal lain yang tidak kalah penlingnya untuk
dipahami adalah masalah korban kejahatan itu sendiri yang dalam keadaan-
keadaan lertentu dapal menjadi pemicu munculnya kejahatan dalam tindak
pidana Narkotika dan Psikotropika tersebul
Piida saat berbicara tentang korban kejahatan dalam tindak pidana
Narkotika dan Psikotropika maka cara pandang tidak dapat dilepaskan dari
victimologi Melalul victimologi dapal diketahui berbagai aspek yang
berkaitan dengan korban seperti faktor penyebab munculnya kejahatan
penyalahgunaan bagaimana seseorang dapat menjadi korban
penyalahgunaan dan upaya mengurangi terjadinya korban kejahatan
penyalahgunaan serta hak dan kewajiban korban kejahatan dalam tindak
pidana Narkolika dan Psikotropika tersebut Secara victimologi terhadap
korban kejahatan dalam tindak pidana Narkotika dan Psikotropika misalnya
korban yang ditemukan pada anak usia 7 tahun sudah ada sebagai pemakai
anak di usia 8 talum sudah ada yang memakai ganja dan lalu di usia 10 tahun
anak-anak sudah menggunakan Narkotika alaupun Psikotropika dari berbagai
jenis seperti ganja heroin morfni ekstasi dan sebagainya
Kraquogtrban dalam lingkup victimologi memiliki arti yang luas karena
Rampai Vihmisusi (Bandung Krcsco 1995) hal 200 TM Giri Prasln vo Rebahilium liagi Korban Narkoba ( Iangerang Visimudia 2006) hal v
4
tidak hanya terbatas pada individu yang secara nyata menderita kerugian
tetapijuga kelompok korporasi swasta maupun penierintali sedangkan yang
dimaksud dcngan akibat pcnimbulan korban adalah sikap atau tindakan
terhadap korban danatau pihak pelaku serta mereka yang secara langsung
atau tidak terlibat dalam terjadinya suatu kejahatan
Pentingnya korban kejahatan dalam tindak pidana Narkotika dan
Psikotropika ihempcroleh perhatian utama DIkarenakan korban merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kejahatan oleh karena ilu maka
korban memiliki peranan yang sangat penting dalam penelitian ini
Diperolchnya pemahaman yang luas dan mendaiam tentang korban kejahatan
dalam linJak pidana Narkotika dan Psikolropika dapat [nenuidahkan dalam
menemukan upaya penanggulangan kejahatan yang pada akhimya akan
bermuara pada menurunnya kuantitas dan kualitas kejahalan Sejalan dcngan
semakin bcrkembangnya victimologi sebagai cabang ilmu baru berkembang
pula berbagai runuisan tentang victimologi Kondisi iiii hendaknya tidak
dipandang sebagai pertanda tidak adanya pemahaman yang seragam
mengenai ruang lingkup victimologi tetapi harus dlpaiidang sebagai bukti
bahwa vU timologi akan selalu berkembang sejalan dengan perkembangan
yang terjadi dalam masyarakat
Berdasarkan uraian di atas yang menjadi obyek pengkajian dari
victimologi penyalahgunaan Narkolika dan Psikotropika di antaraiiya adalah
faktor terjadinya kejahatan dan bagaimanakali pengaturan Narkotika dan
Dikdik M Arir Mimsur dan Elistaris (lultoiii UrgensI Ierilndungan Korban Kejahalan Anlara Norma dan Realita (Bandung Agustus EakulUis Hukum Universitas Padj aj uran 2006) hal 29
5
Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Oleh sebab itu
maka judui yang dipilih unluk diteliti dalam penelitian adalah
Penyalahgunaan Narkotika dan Pstkolropka Menurut Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 Dari Perspektif Victimologi
B Perumusan Masalah
1 Apa yang menjadi faktor faktor yang menyebabkan terjadinya
2 Bagainiana pengaturan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika dan
Psikotropika daiam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dari perspektif
victimology
C Ruaug lingkup daii tujuan
Ruang lingkup
Secara umum ruang lingkup skripsi ini untuk mengetahui apa yang
menjadi faktor faktor terjadinya penyalahgunaan narkobadan
penyalahgunaan norkoba menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari
perspektil victimologi
Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan penulisan ini adaiah
sebagai bfrikut
1 Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
penyalahgunaan Narkoba
2 Untuk mengetahui pengaturan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika
dan Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Talum 2009 dari
penyakiligunaanTiarkotika dan psikotropika
6
perspektif viAimo(gtg[
E Metode rcncHtl
Untuk memperoleh data yang kongkril sebagai pcdoman dalam
penulisan skripsi ini maka penulis menggunaan metode sebagai berikul
1 Metode pclaksanaan penelitian
dalam pclaksanaan ini penulis menggunaan metode penelitian hukum
normatif yang bersifal diskriftif dengan menggunaan dala skunder
Penelitian nukum norkatif ini merupakan penelitian kcpustakaan yaitu
penelitian terhadap dala skunder yang iiiempuiiyai ruang lingkup meiipuli
surat sural fakta fakta sampai pada dokumen - dokuincn resmi yang
dikeluarkan oleh instansi lerkait
2 Metode pcngiimpulun data
Pengumpulan data meiiipunyai hubungan yang eral dengan sumber data
karena dcngan pengumpulan dala akan diperoleh data yang dipcrlukan
untuk selanjutnya dianalisis sesuai dengan yang diinginkan Dalam usuha
pengumuian dala dala yang relevan dengan judul ini penulis
menggunakan metode normatif diskriplif dengan menggunakan data
skunder yang berbentuk dokumcntasi
3 Tehnik pcngolahan data
Dilakukan dcngan cara nnalisis isi terhadap teksural untuk selanjutnya
dikoniruksikan dalam suatu kesimpulan
7
Sislemutika [cnulisiin
Penelitian ini dibuul berdasarkan sistematika penulisan di dalam
penelitian ini peneliti mcmbaginya dalam empat bagian yailu
BAB I PENDAHULUAN
Merupakan bab pendahuluan yang menguraikan mengenai hal-hal
berkaitan dengan Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan
dan Maniaat Penclilian Kcaslian Penelitian Tlnjaiian
Kcpustakaan Pengertian Penyalahgunaan Pengertian
Viclimologi Ruang Lingkup dan Manfaat Viclimologi Jenis dan
Penggolongan Narkotika dan Psikotropika Metode Penelitian
dan Sistematika Penulisan
BAB U TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bagian ini menguraikan yaitu mengenai pengertian tentang
penyalahgunaan pengertian tentang ruang lingkup viktimologi
pengertian tentang narkotika dan jcnis-jcnis narkolika
BAB Hi PEMBAHASAN
Merupakan bab yang membahas mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan Pengaturan Sanksi Pidana lerhadap Penyalahgunaan
Narkotika dan Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Ditinjau dari Perlindungan Terhadap Korban dan
Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Self
Victimizing Victims
8
BAB IV K E S I M P U L A N DAN SARAN
Bab ini memuat beberapa kesimpulan dan saran yang dibuat
peneliti sebagai hasil dari pembahasan dun penguraian di dalam
penelitian ini dari keseluruhan permasalahan yang ada
DAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A Pengertinn Pcnyalaliguiiaan
Penyalahgunaan dimaksudkan dalam penclilian ini adalah
penyalahgunaan terhadap narkotika dan psikolropika Dimana bahwa
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika ini diambil dan dipersainakan
dcngan pengertian penyalahgunaan narkoba seperti yang disebutkan Lutfi
Braja yakni memberikan pembatasan mengenai penyalaiiguiiaaii yaitu
Pemakaian narkoba di iuar indikasi medik tanpa petunjuk atau
resep dokter dan peinakaiannya bersifat patologik
(menimbulkan kelainan) dan menimbiilkan humbutan dalam
aktifitas di rumah di sekoiah atau di kampus tempat kerja dan
lingkungan sosial Ketergantungan narkoba adalah kondisi yang
kebanyakan diakibatkan oleh penyalahgunaan zat yang disertai
dengan adanya toleransi zat (dosis semakin tinggi) dan gejala
putus zal
Permasalahan penyalahgunaan mengakibatkan dampak yang sering
terjadi di tengah-tcngah masyarakat dari penyalahgunaan narkolika dan
psikotropika antara lain merusak hubungmt kekeluargaaii menurunkan
kemampuan belajar dan produktifitas kerja secara drastis sulit membedakan
mana perbuatan baik dan perbuatan buruk perubahan pcrilaku menjadi
Mardani Op 01 lial 2
9
10
pcrilaku anti sosial (pcrilaku maladaptil) gangguan kesehalan (fisik dun
mental) mempertinggi jumlah kecelakaan lalu lintas tindak kekerasan dan
kriniinuliLis lainnya
Dari kata penyalahgunaan menandakan bahwa Narkotika dan
Psikotropika tidak selalu bermakna negatif Dcngan begitu narkotika dan
psokitropika yang digunakan dengan baik dan benar oleh dokter untuk
mengobati pasiennya lidak tennasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang
disaiahgunakan Di dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA
(Narkotika Psikotropika dan Zat Adit i f Lainnya)
B Pengertian Victiimlogt
Pada dasarnya perkembangan ilmu pengetahuan tentang korban
kejahalan (viktimologi) lidak dapat dipisahkan dari iahimya peiiiikiraii-
pemikiran brilian dari Hans von Hentig seorang ahli kriminologi pada talum
1941 serta Mendelsohn pada tahun 1947 Pemikiran dari kedua ahli ini
sangat mcmpengaruhi setiap fase perkembangan viktimologi Perkembangan
viktimologi hingga sampai pada keadaan seperti sekarang tentunya tidak
terjadi dengan sendirinya namun telah meiigalami berbagai perkembangan
yang dapai dibagi dalam 3 (tiga) fase sebagai berikut
a iada tahap peitama viktimologi hanya meinpclajari korban kejahatan saja
pada fase ini dikatakan sebagai pehdl or special vtciimolo^
b Pada lase kedua viktimologi tidak hanya mengkaji masalah korban
Oadang Huwari Konsep Islam Memerungt AIDS dan NAA Cel XI (Ycgvakarta Ohaiiii iiakli Idaya 1997) hal 153 Made Danaa Wi da Op cil hal 200
kejahalan tetapi juga meiipuli korban kecelakaan Pada fase ini disebut
sebagai general victimology
c Fase ketiga Vikt imologi sudah berkembang lebih luas lagi yaitu mengkaji
permasalahan korban karena penyalahgunaan kckuasaan dan hak-hak asasi
manusia Fase ini dikatakan sebagai new viciimology
Berdasarkan pengertian di atas nampak je las bahwa yang menjadi
obyek pengkajian dari viktimologi diantaranyu pihak-pihak mana saja yang
terlibat atau mcmpengaruhi terjadinya suatu viktimisasi kriminal
bagaiinanakah respon terhadap suatu viktimisasi kriminal faktor penyebab
terjadinya viktimisasi kriminal bagaimanakah upaya penanggulangannya
dan sebagainya
C R u a i i g L i n g k u p Victimologi
Vikt imologi mencliti topik-topik teiilang korban scperti peranan
korban pada terjadinya kejahatan hubungan antara pelaku dengan korban
rentannya posisi korban dan peranan korban dalam sistem peradilan pidana
Selain itu menurut Muladi viktimologi merupakan suatu studi yang bertujuan
untuk
1 Menganaiisa berbagai aspek yang berkaitan dcngan korban
2 Berusaha untuk memberikan penjelasan sebab musabab terjadinya
vikt imisasi dan
3 Mengembangkan sistem tindakan guna mengurangi penderitaan manusia
^Suryono Ekolaina ST Harum Pudjianlo RS dan G Wiraiama Abortus Iruvocalus Ba^ Korban Perkosnan Persxkif Viktimologi Kriminologi Jan Hukum Pidana Edisi PcrUtma Culakari lurlunii (Jakiiria Univcrsilas AlmaJaya 2001) liul 174 ^ibidMl I7()
12
Menurut JE Sahetapy ruang lingkup Viktimologi meliputi bagaimana
sescorang (dapat) menjadi korban yang ditentukan oleh suatu victimity yang
lidak selaiu berhubuiigan dengan masalah kejahatan termasuk pula korban
kecelakaan dan bencana alam selain dari korban kejahatan dan penyalah
gunaait kekuasan^ Namun dalam perkembangannya di tahun 1985
dipeiopori oleh Separovic yang mempelopori pemikiran agar Viktimologi
khusus niengkaji korban karena adanya kejahatan dan penyalahgunaan
kckuasaan dan tidak mengkaji korban karena musibah alau bencana alam
karena korban bencana alam di iuar kemauan manusia out of mms will)
D Jenis dan Penggolungan Narkotika dan Psikotropilta
Dari kata penyalahgunaan narkoba menandakan bahwa narkoba tidak
selalu beimakna negatif Dengan begilu narkolika dan psokitropika yang
digunakan dengan balk dan benar oleh dokter unluk mengobati pasiennya
tidak termasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang disaialigLmakan Di
dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA (Narkotika Psikolropika
dun Zat ditir Lainnya) Dalam penelitian ini hanya dibahas tentang
narkotika dan psikolropika maka sebelumnya dipaparkan terlebih dahulu
berbagai jenis narkotika dan psikotropika sebagai berikut
a) Narkolika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari lanaman atau
TbUi Miiiadi HAM Halam Persepkiif Sislem Peradilan Pidana datam Muladi (cd) Hak Asas) Manusia Hakclal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspeklif llukum dan Masyarakat (Bandung Refikii Aditama 2005) hal lOX VfiWDial 109 Subagyo Partediharjo Op cil hal 11
13
bukan tanainan baik sintesis maupun bukan sintesis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa
Zat ini dapal mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat
meninibulkan ketergantungan Menurut Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika Narkolika adalah at atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun
semisimetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri
dan dapat nienimbulkati ketergantungan yang dibedakan kc dalam
golongan-goiongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang in i
Narkotika memiliki daya adikasi (ketagihan) yang sangat berat
Narkolika juga memiliki daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual
(kebiasaan) yang sangat tinggi Ketiga sifat narkolika ini yang
menyebabkan pemakai narkotika tidak dapat lepas dari cengkeramannya
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
Jenis jenis narkotika dibagi ke daiam 3 (tiga) kelompok yaitu narkotika
golongan I golongan I I dan golongan I I I
Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbaiiaya
karemi daya adilifnya sangat tinggi Golongan ini tidak boleh digunakan
untuk kcpentingan apapun kecuali unluk penelitian atau ilmu
pengetahuan Contohnya adalah ganja heroin kokain inorfin opium dan
lain-lain Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya
Ibid Posal 1 Ayal (I) Unilung-Undang Nomor 3 Tahun 2009 lenlang Narkotika
14
aditifkual tclapi bcrmaiilaal untuk pcngohatan dan penclilian tlonluhnya
adalah petidin dan turunannya benetldin belamctadol dan lain-iain
Sedanikaii narkulika golungaii Ml adalah narkotika yang niciniliki daya
aditif riiigan tetapi bermanfaat untuk penghatan dan penelitian Contohnya
adalali kudcin dun turunannya^
Berdasarkan cara pcmbuatannya narkotika dibedakan ke dalam 3
(tiga) golongatt juga yaitu narkolika atami narkotika semlsimesis dan
narkotika sintesis Dijelaskan sebagai berikut
1) Naikotika alami
Narkotika alami adalah narkotika yang zat aditithya diambil dari
(umbuhlumbuhan (atam) Contohnya
u tjaiija
Ganja adalah tanaman perdu dengan daun menyerupai daun
singkong yang tepinya bergerigi dan berbulu lialus Jumlah Jari
daunnya selalu ganjil yakni 5 7 9 Tumbuhan ini banyak lumbuh di
iieberapa daerah di Indonesia seperti Aceh Suinalera Ulara
Sumatera Selaian Pulau Jawa dan lain-lain Daun ganja ini sering
iligunakiin sebagai bumbu penyedap masakan Bila digunakan
ebagai bumbu iiuisak daya adilifnya rendah Namun lidak
ilemikian apabila dibakar dan asapnya dihirup Cara
|)cnyalahgunaunnya adalah dikcringkan dan dicampu dengan
icmbakiiii rokok atau dijadikan rokok lalu dibakar serta dihisap
Subagvo PurtoJiharjo Op cil hal 11-12
15
b Ilaisis
Hasis adaiah lanaman serupa ganja yang lumbuh di Amcrika
Latin dan Eiopa Daun ganja hasis dan mariyuana Juga dapat
disuling dan diambil sarinya Oatam bentuk cair harganya sangat
mahai Gunanya adalah unluk disaiahgunakan oleh pemadut-pemadal
kelas tinggi
c Koka
Koka adalah lanaman perdu mirip pohon kupi Huahnya yang
inatang bcrwama inerah seperti biji kopi Dalam komunitas
masyarakat Indian Kuno biji koka sering digunakan untuk
inenambah kekiiatan orang yang bcrperang atau bcrburu binalang
Koka kemudian bisa diolah menj adi kokain
d Opium
Opium adaiah bunga dengan bentuk dan wama yang indah
Dari getah bunga opium dihasilkan candu (opiat) Di Mesir dan
daratan Cina opium dahulu digunakan unluk mengobati beberapa
penyakit member kekuatan atau menghilangkan rasa sakil pada
lentara yang terluka sewaktu berperang atau berburu Opium banyak
lumbuh di segiliga emas antara Burma Komboja dan Thailand
atau di daratan Cina dan segitlga emas Asia Tengah yaitu daerah
antara Alganistan Iran dan Pakistan
Dalam kalangan perdagangaii liilernasional ada kebiasaan
ftW hal 14
16
(keliru) tncnamai daerah tempat peuanamuii opium sebagai daerah
emas Diberi nama demikian karena perdagaiigan opium sangat
mengimtiingkan Karena bahayanya yang besar daerah seperti ilu
keliru jika diberi nama predikat emas Daerah sumber produksl
opium sepantasnya disebut segitlga setan atau segitlga iblis
2) Narkotika semisintcsis
Narkotika semisintesis adalah narkotika alami yang diolah dan
diambil zat aktifnya (intisarinya) agar memiliki khasiat yang lebih kuat
schmgga dapat dimanfaatkan untuk kepcnlingan kedokteran
Contohnya
a Morfm dipakai dalam dunia kedokteran unluk menghilangkan rasa
sakit alau pembiusan pada operasi (pcmbcdahan)
b Kodein dipakai unluk obat penghilang baluk
c Heroin tidak dipakai dalam pengobatan karena daya adilifnya
sangat besar dan matifuatnya secara medis belum
ditemukan Dalam pcrdugangan gelup heroin diberi nama
pulaw atau pete atau pt Henlnknya seperti tepun terigu
yang halus pulih dan agak kotor
d Kokain liiisll olahati dari biji koka
3) Naikotika sintesis
Narkotika sintesis adalah narkotika palsu yang dibuat dari bahan
kimia Narkotika ini digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi
oraiig yang menderita kclcrgantungun Contohnya
17
a Ietidin unluk obat bius lokal operasi kccil sunal dan
sebagainya
b Melhadon unluk pengobatan pecandu narkoba dan
c Naltrexon untuk pengobatan pecandu narkoba
Selain unluk pembiusan narkolika sintesis biasanya diberikan
oleh dokter kcpada penyalahgiina narkoba untuk menghcntikan
kebiasaannya yang tidak kuat melawan sugesti (relaps) atau sakaw
Narkotika sintesis berfungsi sebagai pengganti senientara Bila sudah
bciiar-bcnar bcbas asupan narkoba sintesis in dikurangi sedikil demi
sedikit sampai akhimya berhenti total
b) Fsikotropika
Pengertian psikolropika menurut Pasal I Ayal ( I ) Undang-Undang
Nomor 5 Taliun 1997 tentang Psikotropika adalah Zat atau obat baik
alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif
melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusal yang menyebabkan
perubahan khas pada uktivitus mental dan perilaku
Pengertian Psikolropika di daUim Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika tidak ditemukan Hal tersebut sehubungan
dengan ketentuan di dalam Pasal 153 huruf b yaitu Lamplran mengenai
jenis Psikotropika Golongan 1 dan Golongan II scbagaimana tercantum
dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika (lcmbaran Ncgara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor
10 Tambahan Lcmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671) yang
18
telah (iipindahkan menj adi Narkotika Golongan I menurut UndangUndang
ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku Oleh karenanya dalam Undangshy
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tidak ada lagi di dalam pasal-pasal nya
yang mengatur mengenai Psikotropika karena sudah dlmasukkan ke dalam
golongan Narkotika
Sesuai dengan pembahasan dalam penelitian ini masih
berhuijutigar dengan Psikotropika maka Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1997 tentang Psikotropika masih perlu untuk dibahas dalam penelitian ini
Menui iil undangumlang tersebut Psikolropika adalah zal atau obal bukan
narkolika baik alamiah maupun sintesis yang memiliki khasiat psikoaktif
melaiui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas nonnal dan perilaku Psikotropika ini
merupakan obat yang digunakan oleh dokter untuk mngobali gangguan
jiwa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tenumg
Psikolropika psikotropika dikelompokkan ke dalam 4 (empat) golongan
Golongan I yaitu psikotropika dengan daya aditif yang sangat kuat
belum diketahui manfkilnya untuk pengobatan dan sedang diteliti
khasiiitnya saat ini Contohnya adalah MDMA ekstasi USD dan STP
Golongan U yakni psikolropika dengan daya aditif kuat serta berguna
untuk pengobatan dan penelitian Contohnya adalah amfelamin
metanifetamin metakualon dan sebagainya Golongan IH yakni
psikolropika dcngan daya adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan
dan penelitian Contohnya adalah lumibal buprenorsina flcenilrazepam
19
dan sebagainya Golongan IV yakni psikotropika yang memiliki daya
aditif ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian Contohnya
adalah netrazepam (BK Mogadon Duiiiolid) diazepam dan lain-lain^
Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika yang dimaksud dengan paslkotoplka adalah zat atau obat
baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif
melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang mcnyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku Psikotropika
dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut
1 Psikotropika golongan I yaitu psikolropika yang hanya dapat digunakan
unluk kcpentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi
sena mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan Contohnya ekstasi shabu LSD
2 Psikotropika golongan II yakni psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi danatau tujuan ilmu
pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan Contohnya amfetamin metilfenidat atau ritalin
3 Psikotropika golongan III yaitu psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi danatau unluk tujuan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan
sintlroma ketergantungan Contohnya pentobarbital Flunitrazepam dun
4 Psikotropika golongan IV yaitu psikotropika yang berkhasiat
Ibid ILil 15
20
pengobatan dan sangal luas digunakan dalam terapi danatau unluk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindrom ketergantungan Contohnya diazepam
bromazepam Fenobarbital klonazcpam klordiazepoxide nitrazepam
seperti pil BK pil Kopio Rohip Dum MG
Sedangkan kelompok dan jenLs psikotropika yang sering
disaiahgunakan antara lain
1 Psikostimulansia scperti amfetamin ekstasi dan shabu
2 Scdalif amp Hipnolika (obat penenang obat tidur) seperti MG BK
DUM Pil kopio dan lain-lain dan
3 Halusinogenika seperti lysergic acid dycthylamidc (USD) mushroom
Berdasarkan Ilmu farmukologi psikotropika dikelompokkan ke daiam 3
(tiga) golongan yakni dcpresan stinuilan dan halusinogen sebagai
berikut
1 Kelompok dcpresanpcnekan syaraf pusatpenenangobat tidur
Contohnya adalah valium BK rohipnol mogadon dan lain-lain
Jika diminurn obat ini dapat memberikan rasa tenang menganluk
rasa tcnteruni dan damai Obat ini Juga menghilangkan rasa takut
dan gelisah
2 Kelompok stimuiaiiperangsang syaraf pusaianti tidur Conlohnya
adalah amfetamin ekstasi dan shabu Ekstasi berbentuk tablet
berancka bentuk dun wama Amfetamin berbentuk tablet bcrwama
-Aid hal 16-17
21
pulih Bila diiriinuni obal ini mcndalangkan rasa gembira hilangnya
rasa pemiusuhiui hilangnya rasa marali ingin selalu aktif badan
terasa fit dan lidak merasa lapar Daya kerja otak menjadi scrba
cepat namun kurang lerkendali Shabu berbentuk tepung kristal
kasar berwarna pulili hersih seperti garani
3 Kelompok halusinogen Halusinogen adalah obat at tanaman
makanan yang dapat meninibulkan kiiayaian contohnya yailu LSD
Lysergic Acid Dicihyltamide) getah lanaman kaklus kecubung
jamur tertentu (misceiine) dan ganja Bila diminurn spikotropika
jenis in dapat menimbulkan kliayalan tentang peristiwa-peristiwa
yang mengerikan khayalan tentang kenikmatan scks dan
sebagainya Kenikmatan didapat oleh pemakai setelah pemakai sadar
bahwa perisfiwa mengerikan ilu bukan kenyataan atau karena
kenikmatankenikmatan yang dialami walaupun hanya khayalan
BAB III
PEMBAHASAN
A Faktor yang Mcnyebabkan Terjadinya Penyalahgunaan Narkotika dan
Psikotropilta
1 Faktor yang Bersunibcr Dari Individu
Menurut Luthfi Buraja terdapat 3 (liga) pcndekatan untuk
tcrjadinya penyalahgunaan dan ketergantungan terhadap narkotika dan
psikotropika yaitu peridekalan orgunobilogik psikodinamik dan
psikososial Ketiga pendekatan tersebut tidaklah berdiri sendiri melainkan
saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya Dari siidut pandang
organobiologik (sususan syaraf pusatotak) mekanismc terjadinya adiksi
(ketagihan) hingga deperidcnsi (ketergantungan) dikenal dengan dua istilah
yaitu gangguan mental oragnik atau sindrom otak organik seperti gaduh
gelisah dan kekacauan dalam fungsi kognilif (alam pikiran) efektif (alam
perasaanemosi) dan psikomotor (perilaku) yang disebabkan efek
langsung terhadap susunan syaraf pusat (otiik)^^
Sescorang akan mcnjadi ketergantungan terhadap narkotika dan
psikotropika apabila seseorang dengan tems-menenis diberikan zat
tersebut Hal ini berkaitan dengan teroi adaptasi sekuler mum
adaptaiUm) tubuh beradaptasi dengan menambah jumlah teseptor dan seishy
se syaraf bekcrja kcras Jika zat dihenlikan sel yang masih bekerja kcras
Luthll Uaraja Makalali Gangguan Mciilul dan icrilaku Akibut Nurkuba Disampalkim pada Seminar tentang Narkoba di SMK Iptck lakarla hal 2
22
23
tadi mengaiami kelmLisaii yang dari kiar tampak sebagai gejala-gejala
putus obal Gejala putus obat tersebut mcmaksa individu untuk
mengulangi pemakaian zal tersebul
Faktor predisposisi individu dengan gangguan kepribadian (anti
sosial) ditandai dengan pcrasaan lidak puas terhadap orang lain Selain itu
yang bersangkutan tidak inampu untuk berfungsi secara wajar dan efektif
dalam pergaulan di rumah di sekoiah atau di tempat kerja gangguan lain
sebagai penyerta berupa rasa cemas dan depresi Untuk mengatasi
ketidakniainpuan dan mcnghiiangkan kccemasan atau depresinya maka
individu tersebut cenderung untuk menggunakan narkoba Semestinya
individu itu dapat mengobati dirinya dengan datang ke dokterpsikiater
untuk mendapatkan terapi yang tepat sehingga dapat dicegah
keterlibatannya dalam penggunaan narkotika dan psikotropika
Secara umum mereka yang menyalahgunakan narkotika dan
psikotropika dapat di bagi ke dalam 3 (tiga) golongan besar yaitu
1 Ketergantungan primer ditandai dengan adanya kecemasan dan
depresi yang pada umumnya terdapat pada orahg detigah kepfibadlah
yang tidak stabil
2 Ketergantungan simtomatis yaitu penyalahgunaan narkotika dan
psikotropika sebagai salah satu gejala dari tipe kepribadian yang
mendasarinya pada umumnya terjadi pada orang yang kepribadian
psikopatik (anti sosial) kriminal dan pemakaian narkotika dan
Ai4hal K
24
psikotropika untuk kesenangaii sematu
3 Ketergantungan reaktif yaitu terdapat pada remaja karena dorongan
ingin tahii pengaruh tekanan dan lingkungan tenian atau kelompok
sebaya peer group pressure)
Ada beberapa faktor internal dan ekslernal yang mcnjadi penyebab
individu menyalahgunakan dan menjadi ketergantungan terhadap
narkotika dan psikotropika Menurut Sudarsono bahwa penyalahgunaan
narkolika dan psikotropika di latar belakangi oleh beberapa sebab yaitu
1 Untuk membuktikan kebcranian dalam melakukan tindakan-tindakan
yang berbaiiaya seperti ngebut dan bergaul dengan wanita
2 Meniinjukkan tindakan yang menenlung orang tua guru dan norma
sosial
3 Mempermudah penyaluran dan mempermudah perbuatan seks
4 Melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh peiigalamaii-
pengalainan einosional
5 Meneari dan menemukan aril hidup
6 Mengisi kekosnngan dan kesepian hidup
7 Menghilangkan kegelisahan frustasi dan kepepel hidup
8 Mengikuti kemauan kawan-kawan dahim rangka pembinaan solidaritas
dan
9 Iseng-iseng saja dan rasa ingin tahu
Menurut hasil penelitian Dadang Hawari bahwa di anlara faklor-
Sudujsono Kenakalan Remaja cel ii (Jakarta Rineka Cipta 1992) 1ml 67
25
faktor yang berpcran dalam penggunaan narkotika dan psikolropika
adalah
1 Faktor kepribadian anti sosial dan psikopatik
2 Kondisi kejiwaan yang mudah merasa keeewa atau depresi
3 Kondisi keluarga yang meliputi keutuhan keluarga kesibukan orang
tua hubungan orang tua dengan anak
4 Kelompok teiiian sebaya dan
5 Narkotika dan psikotropika itu sendiri mudah diperoleh dan tersedianya
pasaran yang resmi maupun lidak resmi
Menurut Siibagyo Partodiharjo secara individu terdapat beberapa
faktor yang mcmpengaruhi sescorang dapat menyalahgunakan narkotika
dan psikotropika Alasan ini merupakan alasan yang bersumber dari diri
sendin atau pemakai narkotika dan pasikotropika tersebut yakni sebagai
berikut
a Ingin tahii
Perasaun ingin tahu biasanya diniiliki oieh generasi muda pada
umur setara siswa SD SLTP dan SLTA Bila di hadapan sckelompok
anak muda ada seseorang yang inemperagakan uikmatnya
mengkonsumsi narkotika dan psikolropika maka didorong oleh naluri
alami anak muda yaitu keingintahuan maka salah seoariig dari
kelompok itu akan maju mencobanya Selain didorong oleh
keingintahuan keberaniannya juga karena didesak oleh gejolak dalam
Mardiini foc cil hai 102 ^ Subagyo RatoiJlliarjo ioc cil liiil 72-74
26
jiwanya yang ingin dianggap hebal pemberani dan pahlawan di antara
temanteinan sehayanya Maka jatuhlah satu orang anak dalam pelaku
setan
Dalam kondisi seperti itu reaksi kawan-kawan sebayanya
berbeda-bcda
1 Ada yang ingin menyaingi menunjukkan bahwa dirinya lebih hebat
lagi lalu memakai
2 Ada yang ingin tahu kemudian ikut memakai dan
3 Ada yang sella kawan lain ikut memakai juga
Sikap seperti inilah yang menyebabkan bandar atau pengedar
senang Mereka meiigincar generasi muda mahasiswa atau pclajar
karena 2 (dua) pertimbaiigan
1) Kalau salah satu anak muda kena maka anak muda yang lainnya
ikut kena sehingga konsumen cepat bertambah dan
2) Kalau anak muda kena maka anak muda tcrsebut akan mcnjadi
pemakai selia dalam waktii yang lama Berbeda dengan orang tua
yang cepat maii keuntungan komersial yang diperoleh dari
kelompok anak muda ini akan banyak
b Ingin dianggap hebal
Pcrasaan ingin dianggap hebat biasanya dimiiiki oleh generasi
muda Sepcrti ditcrangkan di atas salah satu sifat alami yang positif
dari generasi muda adalah daya saing Sayang sekali karena
kelidaktahuan sifat positif ini juga dapat dipakai untuk masalah negatif
27
Silat positif ini scharusiiya didorong unluk berlomba daluin preslasi
pada bidang pcndidikan kesenian olah raga dan lain-lain yang
bermanfaat bagi kehidupan
Bila sikap ingin berkonipctisi ini diarahkan untuk
mengkonsumsi narkolika dan psikolropika akibatiiya sungguli
mengerikan yailu kcgagalan hidup dan kesengsaraan Pemakai hanya
dapat dianggap hebat oleh lingkungan kecil pcniakai narkotika dan
psikotropika Di masyarakat luas pemakai hanya menuai cerca dan
nista
c Rasa setia kawan
Perasaan setia kawan sangat kuat dimiiiki oleh generasi muda
Jika lidak mendapatkan penyaluran yang posilif sifai positif tersebut
dapat berbahaya dan mcnjadi negatif Bila (cmannya memakai
narkotika dan psikotropika maka individu tersebul ikut juga memakai
Bila temannya dimarahi orang tuanya atau dimusuhi masyarakat maka
pemakai membela dan ikut bersimpatik
Sikap seperti itulah yang menyebabkan anak ikut-ikutan
Awalnya hiuiya satu orang yang merokok kemudian semuanya menjadi
perokok Setelah semuanya merokok sntu orang mulai memakai ganja
lalu yang lainnya ikut sehingga menjadi sekawanaii pemakai ganja
Selelah semua memakai ganja satu orang memakai ekstasi kemudian
semuanya ikut demikian selerusnya meningkat menjadi shabu dan pada
akhirnya menjadi pemakai putaw
28
d Rasa kccewa truslasi kcsai
Pcrasaan kesal kcccwa atau (rustasi biasanya terjadi karena
kegagalan pada generasi muda eksckutif mudu suami atau istri
Pcnggiiiiaan narkotika dan psikolropika pada kelompok ini bertujuan
untuk sesaat melupakan kekccewaan kckesaian dan fi-uslasi Kondisi
masyarakat yang carut martit tclah banyak melahirkan kekccewaan
kekesalan bahkan Iruslasi Narkolika dan psikotropika dapat
melupakannya sesaat tetapi tidak untuk mengatasi masalah yang
sesungguhiiya
Hubungan buruk yang disebabkan oleh kcgagalan
berkomuiiikasi antara orang tua dengan anaknya dapat menyebabkan
rasa kesal Hal ini mcnjadi faktor pemicu pemakaian narkotika dan
psikotropika oleh anak Intcraksi anlara orang tua dcngan anak tidak
cukup hanya berdasarkan niat baik Cora berkoniunikasi juga harus
baik Masing-masing pihak harus memiliki kcsabaran untuk
menjclaskan isi hatinya dengan cara yang tepat Banyak sekali konfllk
di dalam rumah tangga yang terjadi hanya karena salah paham atau
kekeliman berkoniunikasi Kekeliruan kecil itu dapal bcrakibat fatal
yaitu masuknya narkotika dan psikotropika ke dalam keluarga
Kekccewaan kekesalan dan frustasi dapal terjadi karena
kekeliruan dalam berkomunikasi terhadap beberapa faktor berikut i n i
I ) Komunikasi anak dengan orang tua
IbUI hiiJ 74
29
2) Komunikasi antar anak
3) Komunikasi di lingkungan eksekulifinuda dan
4) Komunikasi antara suami istri
e Ingin bebus dari rasa sakil atau pusing
Penderila pcnyakit beral yang kronis dan tidak kunjuiig sembuh
misalnya Ranker hati luka bakar uka tusuk wasir Ranker paruparii
migreii eneok pengapuran dan lain-lain sclalu merasakan sakit yang
iuar biasa karena penyakitnya Rasa sakit tersebut sering kali tidak
dapat dihilangkan dengan obat pengtiiiang rasa sakit biasa (anaigetik)
sehingga peiiderilanya mencoba narkotika atau psikotropika
Narkotika maupun psikolropika dapat menghilangkan rasa sakit
tersebut tetapi tidak menyembuhkan penyakitnya Ceiakaiiya pemakai
yang bersangkutan malah mendapat maslah baru yaitu ketergantungan
dengan segala komplikasinya yang justru menjadi lebih berbahaya
f Ingin menikmati rasa gembira tampii lincah energik dan mengusir
rasa sedih dan malas
Para eksekudf dan sciebritis biasanya memiliki gaya hidup yang
trendi Mereka merasa dituntut untuk selalu lampil lebih prima Dengan
mengkonsumsi naikotika atau psikolropika mereka dapat tampii prima
dan percaya diri karena kehilangan rasa malu walaupun sesungguhnya
tidak demikian
Perasaan hebat tersebut di atas seharusnya dicapai melaiui tekun
berolah raga hidup teratur meningkatkan kualitas fisik mental
30
inlclckUial dan mocaiiiyii Riikan ineiigamhit jalan piiitas dcngan tampii
seotah-olah prima niclalui manipulasi atau lipuan melaiui
mengkonsumsi narkotika atau psikolropika tersebut Pcnampilmi prima
yang semu atau atau tipuan itu lambat laun akan terungkap juga
sehingga [ania-keiamaan akan kelahuari juga jati dirinya yang
sesungguhnya itu
g ingin tampii iangsing
Narkolika dan psikotropika terscbut juga banyak digunakan oleh
artis dan ibu-ibu rumah tangga yang berbadan gemuk untuk
melangsingkan lubtihnya Narkotika alau psikotropika dengan jenis
tertentu ada juga yang dapat menghilangkan nafsu makan sekaligus
menambali aktivitas fisik sehingga dapat menurunkan beral badun
h Takut mengalami rasa sakit (sakaw)
Pengguna jenis narkotika atau psikolropika tersebut yang sudah
menjadi pemakai tetap (pemadat) akan mengalami rasa sakit (sakaw)
bila tidak memakainya Karena takut merasakan penderitaan maka
pemakai tersebut terus memakainya sehingga menjadi pemakai yang
sella junkies) Banyak pemakai narkotika dan psikotropika ini yang
setia adalah orang-orang yang merasa terpaksa memakai sebab kalau
lidak memakainya mereka akan mengalami sakaw
Kebanyakan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika
dimulai atau terdapat pada masa remaja sebab masa remaja yang
sedang mengalami perubahan biologik psikologik maupun sosial yang
31
pesat merupakan individu yang rentan untuk nienyaiahguriakan
narkotika maupun psikotropika terscbut Anak atau remaja dcngan ciri-
ciri tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi
penyalahgunanya Ciri-ciri tersebut anlara lain^
a Cenderung memberontak dan menolak otoritas
b Cenderung memiliki gangguan j iwa lain (komorbiditas) seperti
depresi cemas psikotik keperibadian dissosial
c Perilaku menyimpang dari aluran atau norma yang berlaku
d Rasa kurang percaya diri low selw-confulence) rendah diri dan
memiliki citra diri negatif (ow setf-esleem)
e Sifal mudah keeewa cenderung agresif dan destruktlf
f Mudah murung pemalu pendiam
g Mudah merasa bosan dan jenuh
h Keingintahuan yang besar untuk meneoba atau penasaran
i Keinginan untuk bersenang-senang [just for fun)
j Keinginan untuk mengikuti mode karena dianggap sebagai lambang
keperkasaan dan kehidupan modem
k Keinginan untuk diterima dalam pergaulan
1 Identitas diri yang kabur sehingga merasa diri kurang jantan
mTidak siap mental untuk menghadapl tekanan pergaulan sehingga
sulit mcngambil keputusan untuk menolak tawaran NAPZA dengan
tegas
Tom Kus dan Tedi Btihava NAPZA Bagi Pelajar (Bandung Yayasan Al-Ghilari Morgan im) hal 14
32
n Kemampuan komunikasi rendati
o Melarikan diri dari scsuatu (kebosaiian kcgagalan kekccewaan
kclidakmampuan kesepian dan kegcliran hidup dan lain-lain)
p Putus sekoiah dan
q Kurang menghayati iman atau kcpcrcayaaiinya
Menurut Tim Badan Narkotika Nasional hahwa terdapat
beberapa iaklor yang menyebabkan sescorang alau individu
menyalahgunakan narkolika dan psikotropika anlara lain
1) Keingintahuan yang besar untuk mcncoba tanpa sadar alau berlikir
panjang tentang akibatnya dikemudian hari
2) Keinginan unluk mencoba-coba karena penasaran
3) Keinginan untuk bersenang-senang
4) Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya hidup
5) Keinginan untuk dapat diterima daiam suatu kelompok
6) Lari dari masalah kebosanan atau kegetiran hidup
7) Pengertian yang salah bahwa mcncoba sckali-kali lidak akan
menimbulkan masalah
8) l idak mainpu alau tidak berani menghadapl tekanan dari lingkungan
alau kelompok pergaulan unluk menggunakan narkolika dan
psikotropika dan
9) Tidak Japal atau mampu mengatakan tidak pada narkotika dan
psikotropika
Tim INN Loc di
33
Berdasarkan peinaparaii Icrscbut di atas dengan demikian
bahwa individu didorong oleli beberapa faktor untuk menyalahgunakan
pemakaian narkotika dan psikotropika tersebut sehingga menjadi
individu yang mengalami ketergantungan berikut ini disebutkan
beberapa faktor adalah
1) Ingin tahu dan Ingin mencoba rasa memakai narkotika atau
psikotropika bagi kalangan anak muda)
2) Ingin dianggap lebih hebat dari orang Iain pada orang muda)
3) login membuktikan kesetiakawanan (pada orang muda)
4) Dianggap paling tepat untuk mengatasi perasaan keeewa j en gkel
dan frustasi (pada suami istri yang mengalami konllik rumah
tangga)
5) Dianggap cara yang paling mudah untuk menghalau rasa sakit pada
tubuh (pada penderita penyakit yang kronis)
6) Dianggap cara yang paling ampuh untuk mendapatkan perasaan
tenang damai atau gembira (pada suami istri yang mcnghadapi
konflik rumah tangga)
7) Dianggap cara yang paling mudah untuk melangsingkan lubuh (pada
ibuibii rumali tangga atau wanita yang bertubuh gemuk)
2 Faktor yang Bersumlicr dari Lingkungan
Faktor lingkungan tidak mampu mencegah atau mengurangi
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika bahkan membuka kesempatan
pemakaian narkotika dan psikotropika Yang dimaksud dcngan faktor
34
kesempatan di sini adalah tersedianya siluasi-situasi yang nieiiiungkinkan
untuk memakai narkolika atau psikolropika di waktu-vvaklu luarig di tempat
rekreasi atau hiburan diskotik pesia dan lain-lain Atau mungkin lingkungan
masyarakat yang tidak mampu mengendalikan bahkan membiarkan penjualan
alau pcrcdaran geiap narkotika dan psikotropika misalnya karena lemahnya
penegakan hukum penjualan narkolika dan psikotropika secara bcbas bisnis
narkotika dan psiktilropika yang terorganisir mudahnya memperoleh
narkotika dan psikotropika dan lain-lain
raklor yang bersumber dari lingkungan yang mcnyebabkan individu
dapat menyalahgunakan pemakaian narkotika dan psikotropika merupakan
laktor kontribusi masukaii dari Iuar individu) dimana sesttorang dengan
kondisi keluarga tidak baik akan merasa tertekan dan rasa lertekan inilah
sebagai faktor penyerta bagi dirinya untuk terlibat dalam penyalahgunaan
narkotika dan psikotropika tersebut Disfungsi keluarga yang dimaksud antara
lain adalah keluarga yang tidak utuh kedua orang tua yang tcrlalu sibuk dan
lingkungan interpersonal dengan orang tua yang tidak baik Di samping itu
faktor pencetus seperti pengaruh teman sebaya tersediu dan mudah
didapatkan mempunyai andil sebagai faktor pencetus sescorang atau individu
terlibat ke dalam penyalahgunaan yang mengakibatkan ketergantungan
terhadap narkotika dan psikotropika Dari sudut pandang psikososial
penyalahgunaan narkotika dun psikolropiku dapat terjadi sebagai akibat
negatif dari intcraksi tiga kiitub sosial yang tidak kondtisif yaitu kutub
Lulhli ilurnju Op cil
35
keluarga kutub sekolahkupus dan kulub masyarakat
Faktor lingkungan meliputi faktor kciuarga dan lingkungan pergaulan
balk dlsekltar rumah sekoiah teman sebaya maupun masyarakat Banyak
pengguna Narkotika dan Psikolropika yang berasal dari keluarga yang lidak
harmonis Keluarga seharusnya mcnjadi wadah untuk menikmati kebahagiaan
dan curalian kasih sayang wahana silih asih silih asah dan silih asuh
Namun pada kenyataannya keluarga sering sekali justru menjadi pemicu
sang anak mcnjadi pemakai hal tersebut disebabkan karena kciuarga tersebut
kacau balau Hubungan antara anggota keluarga dingin bahkan tegang atau
bermusuhan
Komunikasi antara ayah ibu dan ariak-anak sering sekali
menciptakan suasana konflik yang tidak berkesudahan dimana bahwa
penyebab konllik tersebut sangal beragam Solusi semua konflik adalah
komunikasi yang baik periuh pcngerlian saling menghargai dan menyayangi
serta ingin selalu membahagiakaii
Konflik di dalam keluarga dapat mendorong anggota keluarga merasa
frustasi sehingga lerjebak memilih narkotika dan psikolropika sebagai
solusinya Biasanya yang paling rentan terhadap stres adalah anak kemudian
suami dan istri sebagai benleng terakhir Beberapa faktor yang bersumber
dari lingkungan keluarga yang dapat mempengaruhi seseorang atau individu
tertentu icrjun kc dalam lingkungan penyalahgunaan narkotika dan
36
psikotropika tcrsebut antara lain adatuh
a Koniimikasi niang tua-aiiak kiii-ang baikcfektif
b Hubungan dalam keluarga kunmgharmonisdisfimgsi dalam keluarga
c Orang tua bercerai bcrscitngkub atau kawin lagi
d Orang lua tcrlalu sibuk aUiu tidak acuh
e Orang tua oloriter alau scrba melarang
f Orang tua yang serha nieinbolehkan (pcrmisil)
g Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teiadan
h Orang tua kurang peduli dun tidak tahu dengan masalah narkolika
i Tata terlib alau disiplin keluarga yang selalu bcrubah (kiiiaiig konsisten)
j Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam kciuarga
dan
k Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahguna narkotika
dan psikotropika
Sitimsi buruk dalam keluarga yang soring menyudiitkan anak ke arah
narkotika dan psikotropika adalah
1) Anak merasa kurang mendapatkan kasih sayang dalam keluarga merasa
kesal keeewa dan kesepian
2) Anak merasa kurang dihargai kurang mendapatkan kepcrcayaan dun
selalu dianggap salah
3) Anak mengalami konflik dengan orang tua dalam masalah pacaran
memilih pasangan hidup atau meneniukan pilihan profesi cila-elta dan
Mardani Loc cil lial 99 AW hal 100
37
sebagainya
4) Anak kesal dan keeewa karena ayah dan ibuiiya kurang lianiionis dan
sering bertcngkar (broken home)
5) Suami thtsirasi karena tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapinya
dengan islrinya
6) Istri fnistrasi akibat konllik dengan suami tentang masalali ekonomi atau
adanya wanita lain di samping suami
Banyak pengguna narkotika dan psikolropika yang pada awalnya
dimulai karena pengaruh dari orang lain Bentuk pengaruh dari orang lain itu
dapat bervariasi mulai dari bujuk rayu lipii daya sampai kepada paksaan
a) Tipu Daya
Banyak anak yang ditipu oleh kenalon teman sahabat atau pacar
Seperti mengajak meraka untuk memakai narkotika dan psikolropika
dengan bemacam-macain tipuan Dengan alasan yang digunakan bahwa
narkotika dan psikotropika adalah vitamin obat pil pintar pil sehat atau
food supplement Tipuan itu dapat juga berupa bujukan bahwa narkotika
dan psikotropika tidak tcrlalu berbahaya kalau tahu raliasianya Banyak
orang di dalam masyarakat yang dikira orang baik-baik namun lemyata
pengedar narkotika dan psikotropika Walaupun orang itu adalah kawan
sahabat saudara atau pacar sebagai pengedar penipu tersebul akan tcga
menipu maupun menjebak kita Pengedar narkotika dan psikotropika
sangat pandui mcmasarkan narkotika dan psikotropika tersebut Dengan
menawarkan narkotika dan psikotropika sebagai mmn food supplement
38
pil scliat pil pintar dan sebagainya Dengan lipuan ini korban dari
kalangan kciuarga hannonis akan terjcrumus ke dalamnya Saat ini banyak
pemakai narkolika dan psikotropika dari keluarga harmonis bukan hanya
bull dari keluarga berantakan Banyak pekerja mahasiswa atau pelajar yang
tampii ioyo tertipu ketika kepadanya ditawarkan pil sehat vitamin atau pil
pintar Banyak pemuka agama juru dakwah atau pengkhotbah yang
tertipu karena pil sehal yang dlbelinya adalah narkotika dan
psikotropika Reaksi pemakaian narkotika dan psikotropika mula-mula
terasa menyehatkan dan membuat si korban tipuan terscbut sukses dalam
berdakwah atau berkhotbah Ibu rumah tangga juga dapat tertipu karena
ditawari pil pelangsing oleh saudara atau teman dalam arlsan dan lain-
lain Mulanya karena tipu daya akhimya setelah lerjebak menjadi
biasa
b) Bujuk rayu
Waftiia camlk pengedaf ftaTkotlka dan psikotFoplka biasanya menjebak
mangsa melaiui bujuk rayu Untuk memasarkun narkotika dan
psikotropika pengedar tersebut memilih profesi sebagai wanita penghibur
atau Wanita Tuna Susiala (WTS) Banyak eksekutif muda pekerja atau
bos-bos yang mulai memakai narkotika dan psikotropika karena rayuan
pekerja seks komersial hostess dan sebagainya Dalam mcmasarkan
narkotika dan psikotropika wanita tersebut merayu akan mau melayani
kencati kalau bersama-sama mengkonsumsi narkotika dan psikotropika
Subagyo Purlodlhario Loc cil hal 78
39
lebih dulu Muta-mula kurban memakai narkotika dan psikotropika karena
tergoda namun akhimya menjadi terbiasa
c) Paksaan
Banyak anak muda yang mengawali pemakaian narkotika dan psikotropika
karena dipaksa oleh sekawanun alau seseorang yang mengancam akan
mencelakainya Banyak pclajar atau nialiasiswa mengawali kebiasaan
memakai narkotika dan psikotropika dari keadaan terpaksa diancam oleh
sekawanan preman yang menghadang di tengah jalan Dari kelompok ini
pula terjaring pemakai yang berasal dari keluarga hannonis
Lingkungan sekoiah bagi pelajar tingkat SD SMP dan SMA
merupakan tempat yang stratcgls bagi para pelajar untuk menunjukkan jati
dirinya sehingga mereka terjun kepada penyalahgunaan narkotika dan
psikotropika ini faktor sekoiah yang merupakan bagian tcrpcnting yang
mempengaruhi adalah
a Sekoiah yang kurang disiplin
b Sekoiah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjiial narkotika atau
penjual psikolropika
c Sekoiah yang kurang member] kesempatan pada siswa untuk
mengembangkan diri secara kreatif dan positif
d Adanya murid pengguna narkotika atau psikotropika
Kartini Kurtono op cil hivl 124
40
B Pengaturan Sanksi Pidana Terhadaj) Pcnyalahgunaaan Narkotika dan
Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau
dari Perlindungan Terhadap Korban
Dalam hukum pidana di Indonesia terdapat adanya
ketldakseimbangan antara perlindungan korban kejahatan dcngan pelaku
kejahatan pada dasarnya mempakan salah satu pengingkaran dari asas setiap
warga negara bersamaan kcdudukannya dalam hukum dan pcmerinlahan
sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 sebagai
landasan konstitusional Perlindungan korban memiliki hubungan cral dcngan
teori pemidanaan yang dikemukakan Wirjono Prodjudikoro tujuan
pemidanaan adalah untuk niemenuhi rasa keadilan^
Ada Juga yang mengemukakan bahwa tujuan pemidanaan dapat
dilihat melalul 2 (dua) leorl mengenai alasan-alaitan yang membenarkan
(justification) penjatuhan hukuman (sanksi) yaitu Teori Absolut
(Vergeldingslheorie) dan Teori Relatif atau Doeitheorie Menurut Teori
Absolut (Vergeldingslheorie) tujuan pemidanaan sebagai pembalasan
terhadap para pelaku karena telah melakukan kejahatan yang mengakibatkan
kesengsaraan lerhadap orang lain alau anggota masyarakat sedangkan
Roeslan Saleh mengatakan sebagai reaksi-reaksi atasdelik yang berwujud
suatu nestapa yang scngaja dilimpakan ncgara kcpada pembuat delik
Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana Cctakan Iuriania (Jakarta Sinar Gnitlka2(W5)hii4
lcduu Mdipaung Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cctakun IcrliirMii (Jukiirtu Sinur Gratika 2005) hal 4
kiwsUin Saleh Shdsel Pidana Indonesia (Jukarlu liinn Aksara 19K7) hal 5
41
Menurut Teori Relatif Doeltheurie) tujuan pemidanaan adalah
a Menjerakan agar si pelaku atau terpidana menjadi jera dan tidak
mengulangi lagi perbuatannya specials presenile) sena masyarakat umum
agar mengertahui jika melakukan perbuatan yang sama akan mengalami
hukuman yang serupa atau disebut pula generalpreventte
h Memperbaiki pribadi si terpidana berdasarkan perlakuan dan pcndidikan
selama menjalani hukuman terpidana merasa menyesal dan tidak akan
mengulangi perbuatannya dan kcmbali kepada masyarakat sebgai orang
baik dan berguna dan
c Mcmblnasakan (menjatulikan hukuman mat) atau mcmbuat terpidana tidak
berdaya dengan menjatuhkan hukuman seiimur hidup
Pandangan di atas sangatlah wajar apabila beranjak dari pandangan
bahwa hukum pidana adalah hukum sanksi (hifzonderesancUerechl) sebab
dengan bertumpu pada sanksi itulah hukum pidana difungsikan untuk
menjamin keamanan ketertiban dan keadilan Dalam perkembangannya
ternyata tidak semua sarjana menyclujui maksud diadakannya pidana scperti
itu (sebagai suatu nestapa) karena muncul pendapat bahwa di samping pidana
ditujukan untuk memberikan penderitaan kcpada pelanggar atau mcmbuat
jera pemidanaan juga bertujuan agar pelaku dapat kembali hidup
bermasyarakat sebagaimana mestinya
Alasan yang paling inenonjol lerhadap upaya perubahan tersebut
adalah dengan meniperhatikan sisi kemanusiaan yang mcmandang bahwa
Ucdcn Mirpaung Opcil hal 4
42
sekalipiin tcrsangka telah melakukan kcsalahaii ia telap berkcdmiiikan sebagai
manusia utuh yang harus tetap diperlakukan sama dengan manusia lainnya
dan dilindungi hak asasi manusionya Karena itu pidana penjara saat ini
sedang mengalami masakrisis karena termasuk jenis pidana yang kurang
disukai Banyak kritik tajam ditujukan terhadap jenis pidana perampasan
kemerdekaan ini baik dllihat dari sudut efektifitasnya maupun dilihat dari
akibat-akibat lainnya menyertai atau berhubungan dcngan dirampasnya
kemerdekaan seseorang
Banyaknyu kritik yang diarahkan pada bentuk pemidanaan berupa
perampasan kemerdekaan (yang ditujukan untuk membuat jera pelaku)
sehingga berkembanglah bentuk pemidanaan lain yang dianggap lebih
manusiawi yaitu penjatuhan pidana berupa denda atau pemberian ganti
kerugian kepada korban Pemberian ganti kerugian pada awalnya merupakan
konsep kcperdalaan seperti halnya dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata yang mewajibkan setiap orang yang menyebabkan orang lain
menderita kerugian untuk membayar ganli rugi Dalam perkembangannya
konsep ini diterupkan pula dalam hukum pidana mengingat akibat yang
ditimbulkan pada korban tindak pidana akan selalu disertai dengan kerugian
baik mental fisik maupun material sehingga sangat wajar apabila korban pun
menuntui ganti kerugian pada pelaku guna memulihkan derita yang
dialaminya
Dengan memperhatikan pada beberapa teori klasik tentang tujuan
Uurtla Nawuwi Ariel Sislem Pemidanaan Menunii Konsep KIHP llaiu dan Latar Helakang Pemlklrannya Hahan Ienalaran Hukum Pidana V Undanu Kupang uinjyful 11 Juli-12 Agustus 1989
43
pemidanaan dapat disiinpulkan bahwa penjatuhan pidana lebih banyak
ditujukan untuk kepeiitingan pelaku dengan kata lain tujuan pemidanaan
hanya dimaksudkan imtuk mengubah perilaku dari pelaku kejahatan agar
tidak mengulangi lag perbuatannya sedangkan kcpentingan korban sama
sekali diabalkan
Perlindungan terhadap korban narkotika jika dihubungkan dengan
beberapa teori pemidanaan yang telah dipaparkan di atas maka peneliti
mengkaji bahwa dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang baru ini terdapat kescimbangan antara perlindungan terhadap
pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana bahwa berdasarkan sanksi
baik pidana maupun denda yang terdapat dalam undang-undang ini sangatlah
berat-berat dan tegas ]ni berarti bahwa undang-undang ini lebih
mementingkan korban dari pada pelaku kejahatan narkotika Mengingat
bahwa dengan adanya pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan
korban semakin banyak yang berjatuhan schingga daripada korbnnnya anak
bangsa yang memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara
Indonesia maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-
beratnya lerhadap si pelaku tindak pidana narkotika bahkan pidana mati atau
seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-
undang yang bam ini juga diatur mengenai rehabilitasi terhadap korban baik
korban yang diakibatkan oleh orang Iain maupun karena self victimizing
victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku itu sendiri
44
C Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Seif-
Victimizing Victims
1 Self-victimizing victims uarkotika dau psikotropika
Suatu viktimisasi adalah sebagai suatu permasalahan manusia yang
merupakan kenyataan sosial hal ini disebabkan karena setiap warga negara
berhak mendapatkan rasa aman dan bcbas dari segala bentuk kekerasan
sesuai dengan falsafah Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 Contohnya adalah seseorang akibat perbuatannya memakai
narkotika dapat menimbulkan bahwa si pemakai tersebut menjadi tidak
berdaya upaya dengan kata lain bahwa si pelaku telah menjadi korban
akibat perbuatannya sendiri yang menimbulkan perbuatan kriminal
Penyalahgunaan narkolika atau psikolropika merupakan perbuatan
kriminal karena telah melanggar ketentuan di dalam undang-undang yang
ada yakni Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tetang Psikotropika dan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Terlibatnya si
pelaku kejahatan atau tindak pidana yang menimbulkan kerugian terhadap
dirinya sendiri daiam hal inilah yang disebut dengan istilah self victimizing
victims yang merupakan bagian dari viktimisasi Sehubungan dengan itu
maka Wolfgang menyatakan beberapa Jenis viktimisasi ialah
1 Unrelated victims yaitu korban yang tidak ada hubungannya sama
sekali dengan terjadinya korban misalnya pada kasus kecelakaan
pesawat Dalam hal In tanggungjawab sepenuhnya terletak pada
Utplietin3|il(igspqtcom2()OSIOl|ukum-viktinivl9gihlml diakscs terakhir langgul l2Januari 2015
45
pelaku
2 Provocative victims yaitu seseorang yang secara aktif mendorong
dirinya menjadi korban misalnya kasus selingkuli dimana korban juga
sebagai pelaku
3 Participating victims yailu seseorang yang tidak berbuul tetapi dengan
sikapnya justru mendorong dirinya menjadi korban
4 Biologically weak victims yaitu mereka yang secara tisik memiliki
keleinalian atau potensi untuk mcnjadi korban misalnya orang tua
renla anak-anak dan orang yang tidak mampu bcrbual apa-apa
5 Socially weak victims Yaitu mereka yang memiliki kedudukan social
yang lemah yang menyebabkan mereka mcnjadi korban misalnya
korban perdagangan perempuan dan sebagainya
6 Self victimizing victims yaitu mereka yang menjadi korban karena
kejahatan yang dilakukannya sendiri pengguna obat bius judi aborsi
dan prostitusi
Dalam hal ini kedudukan viktimologi sebagai sebuah ilmu yang
mempelajari tentang korban memiliki peranan yang sangat penting ruang
lingkup viktimologi ini meliputi
1 Semua macam sciiap macam perbuatan kriminal yang mengakibatkan
orang-orang mcnjadi korban
2 Setiap orang atau pihak yang dapat menjadi korban baik orang
perorangan maupun suatu korporasi atau organLsasi
3 Setiap orang atau pihak yang dapal menimbulkan korban artinya
46
dimana disatu sisi orang terscbut dapat merugikan orang iain sehingga
orang tidak merasa aman akibat tindakanya
4 Cara-cara viktimisasi atau penimbulan korban
5 Bentuk-bentuk viktimisasi yang terdiri dari primary viclimizalion
adalah korban individualperorangan bukan kelompok secondary
victimizalion korbannya adalali kelompok misalnya badan hukum
tertiary Victimizalion yang menjadi korban adalah masyarakat luas
nun viciimozaiion korbannya tidak dapat segera diketahui misalnya
konsumen yang tertipu dalam menggunakan hasil produksi
6 Akibat viktimisasi
7 Pengaruh viktimisasi
8 Reaksi atau respons terhadap viktimisasi
9 Penyelesaian viktimisasi dan
10 Pengaturan yang berkaitan dengan viktimisasi (yang menjadi
perhatian viktimologi)
Studi viktimologi akan memberikan pemahaman kepada setiap
individu mengenai hak dan kewajibannya dalam rangka mengantisipasi
berbagai bahaya yang mengancamnya Viktimologi memberikan
sumbangan pemikiran mengenai masalah viktimisasi tidak langsung
dampak sosial polusi industri viktimisasi ekonomi politik dan
penyalahgunaan kewenangan Viktimologi ini juga memberikan dasar
pemikiran dalam penyelesaian viktimisasi kriminal atau factor viclimogen
dalam sistem peradilan pidana
47
Dari perspektif ikalan Korban Napza (IKON) l ial i yang dimaksud
sebagai korban adalah orangperorangan yang menderita secara langsung
dari penyalahgunaan napza dan tennasuk pula keluarga alau tanggungan
langsung dari korban Namun karena hukum dl Indonesia memandang
pengguna napza adaiah kriminal maka terjadilah dampak-dampak negalif
yang dialami oleh pengguna napza yang merupakan korban scperti
diskriminasi kriminallsasi kesehatan dan stigmatisasi Maka sebagai
korban IKON Bali mendorong agar dihentikannyadiskriminasi lerhadap
korban napza mendorong vonis rehabilitasi untuk korban napza
mendorong agar dihentikannya penyiksaan terhadap korban napza dan
yang terakhir adalah mendorong terpenuhinya hak atas kesehatan bagi
korban dan orang terinfeksi HIV Dengan melihat kondisi permasalahan
penanggulangan napza yang semakin tidak menentu dan meningkatnya
jumlah korban napza secara terus-menerus Maka Ikon Bali meminta
1) Penerapan SEMA Nomor 7 Tahun 2009 sebagai pemenuhan hak atas
kesehatan terhadap korban Mpza
2) Meminta kepada Pengadilan Negeri Denpasar untuk menjadi insiator
dalam penyusunan langkah teknis penerapan SEMA Nomor 7 Tahun
2009
3) Meminta kepada selunih instansi tcrkait untuk mulai meiigambil
langkah nyata dalam penanggulangan napza
43 Ibid
48
4) Meminta agar korban napza diperlakukan secara manusiawi tanpa
penyiksaan sligma dan diskriminasi
5) Ikon Bali mendukung secara penuh program-program pemerintab
dalam penanggulangan napza
2 Rehabilitasi terhadap self-victimizing victims
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
merupakan undang-undang yang baru menggantikan Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika Adapun pasal-pasal di dalam
undang-undang in yang mengatur mengenai perlindungan korban adalah
berbagai pasal-pasal yangmencantumkan rehabilitas kepada korban
maupun pelaku tindak pidana narkolika Pasal 1 ayat (16) meneniukan
defenisi mengenai rehabilitasi dipandang dari sisi medis yakni
Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara
terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan Narkotika
Sementara Itu dalam Pasal 1 ayat (17) ditentukan defenisi rehabilitasi
dipandang dari sisi sosial yakni Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses
kegiatan pemulihan secara terpadu baik fisik mental maupun sosial agar
bekas pecandu Narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosia dalam
kehidupan masyarakat
Diimdangkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang merupakan undang-undang baru ini tentu mempunyai
maksud dan tujuannya Adapun tujuan yang terdapat dalam Pasal 4 yang
berbunyi
49
Undang-Undang tentang Narkotika bertujuan
a Menjamin kelersediaiin Narkotika untuk kcpentingan peiayanan
kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
b Mencegah mclindungi dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari
penyalahgunaan Narkotika
c Memberanlas pcredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika dan
d Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi Penyalah
Guna dan pecandu Narkotika
Bentuk perlindungan terhadap korban dan pelaku kejahatan tindak
pidana narkotika di dalajn Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
disebutkan ada 2 (dua) macam yakni pengobatan dan rehabilitasi lerhadap
korban maupun pelaku Pada Pasal 53 ayat (3) tersebul di atas bahwa yang
dimaksud dengan buktl yangsah antara lain surat kctcrangan dokter
salinan resep atau labeletiket Selcngkapnya mengenai pengobatan
ditentukan dalam Pasal 53 yang berbunyi sebagai berikut
(1) Untuk kcpentingan pengobatan dan berdasarkan indikasi medis
dokter dapal memberikan Narkotika Golongan II atau Golongan III
dalam jumlah terbatas dan sediaan tertentu kepada pasien sesuai
dengan ketcnluan peraturan perundang-undangan
(2) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat ( I ) dapal memiliki
menyimpan danatau incmbawa Narkolika untuk dirinya sendiri
(3) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mempunyai bukti
yang sali bahwa Narkotika yang dimiiiki disimpan danatau dibawa
50
untuk digunakan diperoleh secara sail sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
Mengenai rehabilitasi terhadap korban dan pelaku tindak pidana
kejahatan penyalahgunaan narkotika merupakan suatu kewajiban bagi
pemerintah dan instansi masyarakat Sebagaimana ketentuan dalam Pasal
54 bahwa Pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika
wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial Dalam Pasal 56
disebutkan juga bahwa
(1) Rehabilitasi mcdis Pecandu Narkotika dilakukan di rumah sakit yang
ditunjuk oleh Menteri
(2) Lembaga rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan oleh instansi
pemerintah atau masyarakat dapat melakukan rehabililasi medis
Pecandu Narkotika setelah mendapat persetujuan Menteri
Kemudian dipertegas kembali dalam Pasal 57 bahwa selain melaiui
pengobatan danatau rehabilitasi medis penyembuhan Pecandu Narkotika
dapat diselenggarakan oleh instansi pemerintah alau masyarakat melaiui
pendekatan keagamaan dan tradisional Salah satu tugas dan wewenang
Badan Narkotika Nasional adalah meningkatkan kemampuan lembaga
rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu Narkotika baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat
Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 ini terdapat
pengecualian dalam hal luniutan pidana terhadap anak yang masih berada
di bawah umur Misalnya terdapat di dalam salah satu pasalnya yakni pada
51
Pasal 128 ayal ( I ) yang bcrbunyi Orang tua atau wali dari pecandu yang
belum cukup umur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) yang
sengaja tidak mciapor dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6
(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp 100000000 satu juta
rupiah) Tetapi di datam ketentuan tain yakni pada Pasal 128 ayat (2) dan
ayal (3) ditentukan bahwa anak yang masih di bawah umur tidak dapat
dituntut pidami selcngkapnya pasal tersebul berbunyi Pecandu Narkotika
yang belum cukup umur dan telah dilaporkan oleh orang tua atau walinya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat ( I ) tidak dituntut pidana
(Pasal 128 ayat (2)) dan Pecandu Narkotika yang telah cukup umur
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) yang sedang menjalani
rehabilitasi mcdis 2 (dua) kali masa perawatan dokter di rumah sakit
danatau lembaga rehabilitasi medis yang ditunjuk oleh pemerintah tidak
dituntut pidana
Pada awalnya narkotika digunakan unluk kcpentingan umat
manusia khususnya untuk pengobatan dan peiayanan kesehatan Namun
dcngan semakin bcrkembangnya ilmu pcngclaliuan dan teknologi
peruntukan narkotika mengalami perluasan hingga kepada hal-hal yang
negatif
Di dunia kedokteran narkotika banyak digunakan khususnya
dalam proses pembiusan sebelum pasien diopcrasi mengingat di dalam
narkotika terkandung zat yang dapat mempengaruhi perasaan pikiran serta
kesadaran pusieti Oleh karena itu agar penggunaan narkotika dapal
52
memberikan manfaat bagi kehidupanurnat manusia maka pcredarannya
harus diawasi secara ketat sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 60 sampai
dengan Pasal 63 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang menyebutkan
Pasai 60 ditentukan bahwa
(1) Pemerintah melakukan pembinaan terhadap segala kegiatan yang
berhubungan dengan Narkolika
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meiipuli upaya
a Memenuhi ketcrsediaan Narkotika unluk kcpentingan peiayanan
kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
b Mencegah penyalahgunaan Narkotika
c Mencegah generasi muda dan anak usia sekoiah
dalampenyalahgunaan Narkotika termasuk dengan memasukkan
pendidikanyang berkaitan dengan Narkotika dalam kurikulum
sekoiah dasarsampai lanjutan atas
d Mendorong dan menunjang kegiatan penelitian danatau
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di brdang
narkolika unluk kcpentingan peiayanan kesehatan dan
e Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis bagi
Pecandu Narkotika baik yang diselenggarakan oleh pemerintah
maupun masyarakat
53
Pasal 61 ditentukan baiiwa
(1) Pemerintah melakukan pcngawasan terhadap segala kegiatan yang
berkaitan dengan Narkotika
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
1 Narkolika dan Prekursor Narkolika untuk kcpentingan peiayanan
kesehatan danatau pengembangan Hmu pengetahuan dan
teknologi
2 Alat-alat potensial yang dapat disaiahgunakan untuk melakukan
tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkolika
3 Evaluasi keamanan khasiat dan mutu produk sebelum diedarkan
4 Produksi
5 impor dan ekspor
6 Pcrcdaran
7 Pelabeian
8 Tnformasi dan
9 Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Pasal 62 berbunyi Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasai 60 dan pengawasan sebagaimana
dimaksiiddalam Pasal 61 diatur dengan Peraturan Pemerintah Dan dalam
Pasal 63 disebutkan bahwa Pemerintah mengupayakan kerja sama
dengan ncgara lain danatau badan intcmasional secara bilateral dan
multiialeral baik regional maupun internasional dalam rangka pembinaan
dan pengawasan Narkotika dan Prekursor Narkotika sesuai dengan
54
kcpentingan nasional
Berdasarkan biinyi beberapa pasa di atas mengenai pengawasan
terhadap pentingnya peredaran narkotika wajib diawasi secara ketat
dikarenakan saat ini pemanfaatannya banyak untuk hal-hal yang negatif
D i samping itu melaiui perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi penyebaran narkotika sudah menjangkau hampir ke semua
wilayah di Indonesia hingga ke pelosok-pelosok Daerah yang sebelumnya
tidak pcrriah tersentuh oleh peredaran narkotika lambat laun berubah
menjadi sentra peredaran narkotika Begitu pula anak-anak yang pada
mulanya awam terhadap barang haram ini telah berubah menjadi sosok
pecandu yang siikar untuk dilepaskan ketergantungannya
Sebelum Iahimya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
mengenai narkotika diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997
tentang Narkotika namun undang-undang ini tidak dapat dipertahankan
lagi keberadaannya karena adanya perkembangan kualitas kejahatan
narkotika yang sudali menjadi ancaman serius bagi kehidupan umat
manusia Pengguna narkotika sangat beragam dan menjangkau semua
lapisan masyarakat mulai dari anak-anak hingga orang dewasa orang
awam hingga artis bahkan hingga pejabat publik
Efek negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan narkotika secara
berlebihan dalam jangka waktu lama serta tidak diawasi oleh ahlinya
dapat
menimbulkan berbagai dampak negatif pada penggunanya baik secara
55
fisik maupun psikis Bahkan tidak janing penggunaan narkotika dapat
memicu terjadinya berbagai tindak pidana Karena itu untuk mencegah
semakin mcluasnya dampak negalif yang ditimbulkan dari penggunaan
narkotika maka pengawasan tidak hanya terbatas pada peredaran
narkotika tetapi juga pada mereka yang menjadi korban misalnya
sescorang yang menderita ketergantungan narkotika (pecandu) Apabila
seorang pecandu narkotika telah divonis bcrsalah oleh hakim atas tindak
pidana narkotika yang dilakukannya maka untuk memberikan kesempatan
pada yang bersangkutan agar tcrbebas dari kecanduaniiya maka hakim
dapat mcmutuskan untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani
pengobatan danatau perawatan
Pengobatan dan perawatan terhadap pecandu narkotika dilakukan
melaiui fasilitas rchabilitasi Rcliabilitasi medis dan sosial yang diberikan
kepada pecandu dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan
kemampuan fisik mental dan sosialnya Selain pengobatan dan perawatan
melaiui rehabililasi medis proses penyembuhan pecandu narkotika dapat
diiaksanakan oleh masyarakat melalul pendekatan keagamaan dan
tradisional
Sebagai conloh di Pakem Sleman Yogyakarta telah didirikan
sualu kliiiik alau Pusat Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkotika
Psikolropika dan Zal-zat Aditiflainnya (NAPZA) Terpadu yang didirikan
atas kerjasania Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dan
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang diresmikan pada tanggal 7
56
Desember 2005 Tujuan umum pendiriaii pusat rehabilitasi terpadu ini
adalah untuk memberikan jaminan penanganan paripurnakepada korban
penyalahgunaan Napza melaiui aspek hukum aspek medis aspek sosial
aspek spiritual serta pengembangan pcndidikan dan pelatihan dalam
bidang NAPZA secara terpadu sedangkan tujuan khususnya adalah
1 Terhindarnya korban dan instilusi dan penelrasi pengedar
2 Terhindarnya kerusakan mental dun masa depan para penyalah guna
Napza yang akan mcmbtinuh potensi pengembangan mereka
3 Terhindarnya korban-korban baru akibat penularan penyakil-penyakit
seperti Hepatitis HIVAIDS dan penyakit menular lainnya
4 Terwujudnya proses pengembangan penanganan korban NAPZA dan
aspek ilmiah serta keiimuan yang dinamis sesuai perkembangan zaman
sebagai pusat jaringan informasi terpadu dan mewujudkan teknis
penanganan penyalahgunaan narkotika dan obat-obalan terlarang bagi
daerah sekitamya maupun nasional
Pemberian perlindungan kepada korban narkotika lentil tidak dapat
dibebankan sepenuhnya kcpada pemeriiilah peran serta masyarakat pun
diharapkan ada salah salunya diterimanya kembali mantan pani pengguna
dalam lingkungannya tanpa melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya
diskriminatif bahkan dengan mcmposisikan mereka sebagai warga keias
dua yang harus dljauhi
Bentuk periindunganyang diberikan terhadap pelaku maupun
Dikdik M ArilMansur dan tUisUiris Guitom loa cil hal 90
57
korban penyalahgunaan narkolika dan psikotropika daiambentuk
rehabilitasi
Rehabilitasi adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang
dilujukan kepada pemakai narkolika dan psikotropika yang sudah
menjalani program kuratif Tujuannya agar pelaku tidak memakai lagi
dan bebas dari penyakit ikutan yang disebabkan oleh bekas pemakaian
narkotika dan psikotropika
3 Tahapan-tahapan rchabilitasi terhadap self-victimizing victims
Tahapan-tahapan rehabilitasi terhadap self-victimizing victims atas
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika yang ada di Indonesia tidak
sama Ada yang menekankan rehabilitasi hanya pada aspek medis ada
pula yang lebih menekankan pada aspek rohani Atau memadukan kedua
pendekatan tersebut dengan komposisi yang seimbang Yang ideal
rehabilitasi seorang korban narkotika dan psikotropika harus dilakukan
secara holisitik baik secara fisik psikis maupun kerohaiiiannya
1 Tahapan pengobatan (rehabilitasi)
Secara umum ada beberapa tahapan yang harus dilewati
Masing-masing tahapan tersebut memakan waktu bervariasi ada yang
seminggii sebulan dan bahkan berbu lan-bulan tcrgantung tingkat
ketergantungan tekad korban dan juga dukungan berbagai pihak
terutama keluarga dalam seluruh proses tersebut Setiap tahapan
Subagjo PiirloUiharjo Loc cU hal 105 ^ E M Giri Prastowo loc cil hal 28 -29
58
tersebut disusun dan dibuat untuk inenganlar pasien secara bertaiiap
melepaskan dari ketergantungan narkotika dan psikotropika Beberapa
tahapan rehabilitasi ini yang disajikan berikut sudah Icruji dapat
menyembuhkan atau memulihkan korban narkotika dan psikotropika
secara maksimal
a Tahapan transisi
Penekanaii dalam tahap ini lebih kepada informasi awal
tentang korbanseperti
1) Latar belakang korban
2) Lama ketergantungan
3) Jenis obat yang dipakai
4) Akibat-akibat ketergantungan dan
5) Berbagai inlbrniasi lainnya
Hal ini penling sehingga pada saatnya akan menjadi acuan
bagi pihak yang terlibat secara intensif dalam proses rehabilitasi
Ahl i yang berkompeten (dokter) akan menganaiisa tingkat
ketergantungan korban untuk kemudian meneniukan tingkat
pengobatan dan tingkat pembinaan bagi si korban schingga terapi
dan metode pengobatan bisa dilakukan secara terukur
Tahapan ini Juga dapat dijadikan rujukan untuk meneari
model rehabilitasi yang paling tepat bagi yang bersangkutan Pada
tahap ini tim rehabilitasi akan membantu korban agar menyadari
dirinya sedang menghadapl masalah ketergantungan narkotika dan
59
psikotropika Korban diajak untuk bersama-sama mengatasinya Hal
ini penting karena proses rchabilitasi tidak akan berhasil tanpa
adanya kesadaran korban tentang adanya bahaya yang dihadapinya
Dari situ akan dibangun tekad dan komitmennya untuk
meninggalkan narkotika dan psikotropika
Selain itu pada tahapan ini akan diteliti akibat fisik dari
penggunaan narkotika dan psikotropika Sejauh mana tingkat
kerusakan syaraf dan organ-organ tubuhnya yang rusak Unluk itu
diadakan pemeriksaaii laboratoriumiengkap dan tes penunjang untuk
mcndeteksi penyakit yang diderita korban A[)abia dalam
pemeriksaan ditemukan satu atau beberapa penyakit maka terlebih
dahulu diadakan pengobalan medis sebelum penderita mendapat
proses rehabilitasi lanjutan Langkah ini penting selain agar tubuh
yang bersangkutan bebas dari penyakit juga untuk mencegah
terjadinya penularan balk kepada korban narkotika dan psikotropika
ini diadakan pembersihan darah pada tubuh pecandu sehingga darah
menjadi bersih dan sistem metabolisme tubuh kembali normal
Proses ini dapat dilakukan melaiui cara-cara berikut
1) Cold Turkey abrupt withdrawal) yaitu proses penghentian
pemakaian narkotika dan psikolropika secara tiba-tiba tanpa
disertai dengan substitusi antidotum
2) Bertaliap atau substitusi bertahap misalnya dengan kodein
^Ibidhal 30
60
methadone CPZ atau clocard selama i -2 minggu
3) Rapid Detoxification dilakukan dengan anestesi umum (6-12
jam) dan
4) Simtomatik tergantung gejala yang dirasakan
2 Rehabilitasi intensif
Setelah melewati masa transisi (pengumpulan informasi tentang
keadaan korban dan latar belakangnya) baru masiik pada fase
berikutnya yakni proses penyembuhan secara psikis Motivasi dan
potensi dirinya dibangun daiam tahap ini Korban diajak untuk
menemukan dirinya dan segala potensinya sambil juga menyadari
berbagai keterbalasannya Bahwa untuk mengatasi masalah hidup yang
bersangkutan tidak perlu harus mengkonsumsi narkotika dan
psikotropika Narkotika dan psikotropika justru menciptakan masalah
baru yang jauh lebih besar dalam hidupnya Narkotika dan psikotropika
bukanlah solusi tetapi menjadisumber masalah Pada tahap ini berbagai
contoh dapat dipcrlihatkan kepada korban
Yang terlibat di dalam tahap ini yang utama adalah korban itu
sendiri sebagai pelaku self-victimizing victims) Korban harus punya
tekad untuk hidup tanpa narkotika dan psikotropika Korban harus bisa
menatap masa depan dengan penuh optimisme Selain yang
bersangkutan peranan keluarga (orang liia dan saudara-saudaranya
suami atau istri) juga sangal pcnling Anggota keluarga ini harus secara
intensifmendampingi dan jnenopang korban
61
Staf di paiiti rehabilitasi para konselor psikolog dan semua
pihak di panti rehabilitasi untuk bersama-sama mcmbangun
kepercayaan diri korban Seluruh proses ini membutuhkan waktu
berbulan-bulan bahkan selama bertahun-tahun tergantung tingkat
ketergantungan dan efeknya bagi korban Berbagai terapi yang
dilakukan selama dalam tahap ini baik yang dilakukan secara pribadi
maupun bersama-sama lewat berbagai aktivitas di panti rehabilitasi
tersebut bertujuan untuk memberdayakan kembali korban yang disekian
lama telah terpuruk oleh narkolika dan psikotropika Sebagai langkah
awal untuk sosialisasi diri dengan masyarakat korban juga secara
bertahap mulai mcmbangun komunikasi dengan orang lain di Iuar
komunitas rehabilitasi
Menurut Romo Lambertus Somar MSG dalam bukunya
Rehabilitasi Pecandu Narkotika dan Psikotropika pada tahap ini ada
tiga titik yang harus dilewati yang lebih dikenal dengan tahapan
stabilisasi pribadi yailu^
1 Secara sadar dan tekun melepaskan diri dari berbagai penyakit dan
akibatakibat lainnya (no to drugs) Tahap ini merupakan tahap
stabilisasi awai atau tahap konsolidasi (comolidation)
2 Menemukan jati diri menguasai kiat-kiat dan keterampilan-
keterampilan untuk menyehatkan serta mengisi hidup secara lebih
bermakna dan bermulu Latihan keterampilan vokasional (kerja) dan
E M Giri Praslowo Loc cil hal 32
62
peiigungkapan diri dari dimulai dibina sebiiigga disebul juga (afiap
pengukuan diri (jyerwtuil appraisal) Inilah lahap slabilisasi
niericiigah (inadya)
3 Dengan inisiatif pribadi orang secara sadar mulai berfikir dan
bertindak untuk mencapai prestasi-prestasi tertentu schingga disebut
juga tahap positive thinking and doing Tahap ini merupakan tahap
stabilisasi akhir
4 Tahap rekonsiliasi Tahapan berikut yang harus dilewati dan sangat
vital adalah tahap rekonsiliasi Tara korban tidak langsung
herinlcraksi secara bebas dcngan masyarakat akan tctiipi lerleblh
dahulu ditampung di sebuah lingkungan khusus selama beberapa
waktu sampai pasien benar-benar siap secara mental dan rohani
kembali kelingkungannya semula Yang paling ulama dalam fase ini
adalah pembinaan mental spiritual keimanan dan ketakwaan serta
kcsepiikatan sosial kemasyarakaian Proses ini bisa meliputi program
pembinaan jasmani dan rohani
Sampai ke tahap ini yang bersangkutan masih tcrikat dengan
rehabilitasi foimal namun sudah mulai membiasakan diri dengan
masyarakat Iuar sehingga merupakan proses resosialisasi (reentry) atau
penyesuaian (reconcilialion) Proses ini melewati tiga titik penting juga
yaitu
1 Tinggal lebih sering dan lebih lama di lingkungan keluarga sebagai
63
teiiipal tinggal tetap atau pun tempat tinggal transit unluk
resosialisasi sambil mclaiijiitkan kegiatan pilihan sebagai penunjang
masa selanjutnya Di sini terjadi perdamaian dan penycsuaian-
penyesuaian kembali dengan lingkungan
2 Rencana masa depan yang jelas dan siap direalisasikaii dengan
dukungan keluarga atau pihak-pihak lain Pada tahap ini korban
dapat memulai aktivitasnya lagi seperti sekolahkuliah mulai bekerja
atau merintis usaha sendiri
3 Kontak awal dengan kelompok-keiompok atau program-program
pemeliharaan lanjut aftercare) Di sini orang meiierima dirinya
seperti apa adanya merasa puas lalu mempercayakan dirinya ke
tangan orang lain
4 Pciiieliharaaii Lanjut Pada tahap ini walaupun secara fisik yang
bersangkutan sudah dinyatakan seliul dan secara psikis pun sudali
pulih namun masih ada kcmungkinan mereka akan tergclincir
kembali icbihlebih saat mereka sedang menghadapl masalah Pada
saat itu bisa Jadi mereka bemostagia dengan menikmati narkolika
dan psikotropika Saat ini juga niwaii Karena itu setiap korban yang
niemasuki tahap inidipersiapkaii sungguh-sungguh agar dapal
melewati dan mengatasi sUuasi rawan ini dengan melewati tiga titik
ini yakni
a Mengubah menghilangkan aUiu menjauhi hal-hal yang bersifat
bid hul 34
64
nostaigia kesenaiigan narkolika dan psikolropika
b Setiap mengikuti program-program dan aeara-acara aftercare
(pemeliharaan lanjut) dan
c Dapat juga mcUbatkan diri dalam gerakan atau kelompok bersih
narkoba dan peduli penanggulangannya
BAB IV
PENUTUP
A Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dipaparkan tersebut di atas peneliti
memberikan beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap
permasalahan di dalam penelitian ini sebagai berikut
Di antara berbagai faktor yang dapat mempengaruhi seseorang atau
individu menyalahgunakan narkotika atau psikotropika terdapat faktor
yang paling duininan yakni laktor yang bersumber dari keadaan keluarga
dan lingkungan bukan karcnn faktor individunya Karena faktor keluarga
yang buruk dan lingkungan yang juga buruk dan saling mendukung dapat
mempengaruhi individu menjadi pelaku lindak pidana penyalahgunaan
narkolika dan psikotropika tersebut dengan kata lain faktor keluarga dan
lingkungan yang buruk ini membuka kesempatan kcpada seseorang untuk
merasakan pergaulan dengan narkotika atau psikotropika sehingga dapal
menimbulkan ketergantungan terhadapnya
2 Perlindungan lerhadap korban narkotika- jika dihubungkan dengan
beberapa teori pemidanaan dalam perspektif Undang-Undatig Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika yang baru terdapai keseimbangan antara
perlindungan terhadap pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana
bahwa berdasarkan sanksi baik pidana maupun denda yang terdapat dalam
undang-undang ini sangatlah bcrat-bcnil dan tegas Ini berarti bahwa
65 bull
66
undang-undang narkotika yang baru tersebut lebih mementingkan korban
dari pada pelaku kejalialan narkotika Mengingat bahwa dcngan adanya
pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan ktgtrban semakin
banyak yang berjatuhan seliingga daripada korbannya anak bangsa yang
memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara Indonesia
maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-beratnya
terhadap si pelaku lindak pidana narkolika bahkan pidana mati atau
seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-
undang yang baru ini juga diatur mengenai rchabilitasi terhadap korban
baik korban yang diakibatkan oleh orang lain niaiipim karena self
victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku ilu
sendiri
Saran
Adapun yang menjadi saran peneliti di dalam penelitian ini yang
menjadi harapan untuk dipcrliatikan bersama adalah sebagai berikut
1 Diharapkan bagi setiap keluarga untuk menjaga keharmonisan melakukan
pengawasan dan mcnanainkan pcndidikan yang benar terutama dalam lial
menyeimbangkan antara emosi inteligensi dan spritual sejak dari din
terhadap anak sebagai benteng terhadap dirinya untuk dapat membentengi
dari pengaruh narkotika dan psikotropika yang semakin mengancam
keadaan lingkungan masyarakat
2 Diharapkan terhadap pemerintah untuk melakukan sosialisasi yang
teriiitegrasi dan menyeluruh terhadap semua lapisan masyarakat baik
67
masyarakat di pedesan (primitlf) maupun masyarakat kota betapa besamya
sanksi pidana dan denda yang digariskan di dalam undang-undang
narkotika dan psikotropika misalnya dcngan mcmpublikasikannya dalam
bentuk billboard di pcrsiinpangan jalan sehingga setiap orang yang lewat
dengan secara otomatis masyarakat akan inengelaliuinya dan
berkemuiigkiiian orang yang membacanya setidaknya tlmbul rasa takut
untuk terjun ke dalam penyalahgunaaan narkotika dan psikotropika
tersebut
D A F T A R PUSTAKA
A Bukii
Arrasjid Chainur Sualu Pemikiran Tentang Psikologi Kriminil Mcdan Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU 1999
Gerson Bawengan Penganlar Psichology Kriminil Jakarta Pradya Pramita 1973
Gosita Arif Masalah Korban Kejahatan Jakarta Akademika Pressindo 1993
Hakim M Ariel Narkoba Bahaya dan Penanggulangannya Bandung Jembar 2007
Hawari Dadang Konsep islam Memerangi AIDS dan NAZA Get X i Yogyakarta Dhana Baktl Priaya 1997
Kaligis OC dan Soedjono Dirdjosisworo Narkoba dan Peradilannya di Indonesia (Retbrmasi Hukum Pidana Melaiui Perundangan dan Peradilan) Bandung PT Alumni 2002
Kartono Kartini Psichology Abnormal Bandung Alumni 1972
Mansur Dikdik M Arif dan Elistaris Guitom Urgensi Perlindungan Korban Kejahalan Antara Norma dan Reaiita Bandung Agustus Fakultas Hukum Universitas Padjajaran 2006
Mardani Penyalahgunaan Narkoba Daiam Perspeklif Hukum islam dan hukum Pidana Nasional Jakarta IH RajuGrufindoPersado 2007
Marpaung Leden Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005
Moelyono Anton M Kumus Besar Bahasa Indonesia Get 11 Jakarta Balai Pustaka 1988
Muladi HAM Dalam Persepkiif Sistem Peradilan Pidana dalam Muladi (ed) Hak Asasi Manusia Hakekal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat Bandung Refika Aditama 2005
dan Barda Nawawi Arlef Bunga Rampai Hukum Pidana Bandung Alumni 1992
Partodiharjo Subagyo Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannyai Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2003
Ioyk Fanny Jonathans Sehiiah Kesehatan Narkoba Sayonara Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2006
Prastowo EM Giri Rehabilitasi Bagi Korban Narkoba Tangcrang Visimedia 2006
Prodjodikoro Wirjono Asas-asas Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005
Roeslan Saieh Stelsel Pidana Indonesia Jakarta Bina Aksara 1987
Soedjono D Segi Hukum Tentang Narkolika di Indonesia Bandung Karya Nusanlara 1977
Hukum Narkolika Indonesia Bandung PT Citra Adtya Baktl i 990
Soekanto Soerjono dan Sri Mumadjj Penelitian Hukum Normalif Suatu Tijnjauan Singkat Jakarta Rajagrafindo Persada 2001
Sudarsono Kenakalan Remaja cet Ii Jakarta Rineka Cipta 1992
Tom dkk Bahaya NAPZA Bagi Pelajar Bandung Yayasan Al-Ghifari Morgan 1999
Tim BNN Materi Advokad Pencegahan Narkoba Jakarta Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia 2005
Yustisia Himpunan Peraturan Pemndang-Undangan Anti Narkoba diterjenialikuii oleh Tim iustaka Yuslisia Yogyakarta iuslaka Yustisia 2006
Waluyo Bambang Penelitian Hukum dalam Prakiek Jakarta Sinar Grafika 1996
Wcda Made Darma Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korporasi dalam niingti Rampai Viktimisasi Bandung Eresco 1995
B Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Pasal 152
Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika22Tahun 1997 tentang Narkotika
Keppres Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkolika Nasional
CInternet
htlpwwwbnngoidportalbariiiiorlalkQnlenpltpniima^Prorilampop^visi niisiamp tnn=lamp diakses tcrakiiir tanggal 13 November 2014
httpthed03hlogspoteom2008l Ohukuiii-viktimolQgihtmk diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014
httpwwwikonbaliorg26062Q(19advokasipctisi-ikon-bali-segera-tcrapkan-semahtml Petisi Ikalan Korban Napza (IKON) dalam rangka menyambut Hari Anti Narkotika (HANI) dan Hari Anti Penyiksaan 2009 diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014
httpwwwsurnekscoidindexphp7pption=^om cpntentampview=articleampid=^1405 2010-kej ati-baru-terapkan-uu-no-3 52009ampcatid=44 ilir-barat-i-bukit-keciIampUemid=94 diakses lerakJiir tanggal 12 Desember 2014
httpidsbvoongcQmexact-sciencesl8Q8652-getielika-dan-keiahatan Faktor Genetik Penyebab Kejahalan diakses terakhir tanggal 10 jaiiuari 2014
httpwwwasiasecuritiescoidsys 12ximagesstories201QEqtiitv2Q Pdf diakses terakhir tanggal 10 Januari 2014
LAMPIRAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
F A K U L T A S HUKUM
K A R T U AKTIVITAS BIMBINGAN SKRIPSI
N A M A MAHASISWA DIANA SAPUTRA
N O M O R INDUK MAHASISWA 50 2011 059
P R O G R A M STUDI I L M U H U K U M
PROG K E K H U S U S A N H U K U M PIDANA
P E M B I M B I N G M S O L E H IDRUS SHMH
l U D U L SKRIPSI P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T U N D A N G U N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I
KONSULTASI
K F -
MATERI YANG
DIBIMBINGKAN
PARAF
PEMBIMBING K E T
luymdash
y^ ^ Tlt2 N ^
7 M e
fSUL
k ^
CATATAN MOHON DIBERI WAKTU MENYELESAIKAN SKRIlSl RUiAN SEJAK TANGGAL DIKELUARKAN DITETAIKAN
DIKELUARKAN DI PALEMBANG PADA TANGGAL KETUA BAGIAN
JUDUL P E N Y A L A H G U N A A N N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG UNDANG N O M O R 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I
P E R M A S A L A H A N 1 Apa yang menjadi faktor tcrjadinya penyalaJigunaan narkotika dan psikotropika
2 Bagaimana pengaturan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspektif victimologi
B A B l P H N D A I i U L U A N A Latar Belakang B Permasalahan C Ruang Lingkup dan Tujuan D Metode Penelitian E Sistematika Penulisan
B A B 11 T I N J A U A N PUSTAKA
A Pengertian penyalahgunaan B Pengertian victimologi C Ruang lingkup victimologi D Jents dan penggolongan narkotika dan psikotropika E Undang Undang yang mengatur tentang narkotika
dan psikotropika
BAB I I I PEMBAHASAN A Faktor yang menyebabkan terjadinya
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika
B Penyalahgunaan narkotika dan psikolropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspeklif victimologi
BAB IV PENUTUP A Kesimpulan
B Saran-saran
DAF1AR PUSTAKA
L A M P I R A N - L A M P I R A N
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM
Lampiran Perihal Kepada
Sistematika penulisan (Outline) Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi YUi NUR HUSNI LMILSON SHSpNMH
Pembimbing Akademik Fakultas Hukum UMP dl-Palembaniz
Assalamualaikum WrWb
Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama DIANA SAPU I RA
Program Kekhususan Flukum Pidana
fada semester Lianjil tatiun kuliati 2UI42UI5 sudah menyelesaikan betian studi yang meliputi MPKMKKMKBMPBMBB (139 sks)
Dengan ini mengajukan pcrmohonan untuk penelitian Hukum dan Penulis Skripsi dengan judul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG-UNDANG N O M O R 35 T A H U N 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I
Demikianlah atas perkenaan Ibu diucapkan terima kasih
Wassalamualaikum WrWb
NIM 50 2011 059 Ilmu Hukum Program Studi
Palembang September 2014 Pemohon ^^--^5
Rekomendasi PAYbs
Pembimbing Akademik
HUSNI EMHSON SH SpN MH
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM
REKOMENDASI DAN PEMBIMBING SKRIPSI
Nama Nim Program Study Program Kekhususan Judul skripsi
DIANA SAPUTRA 50 2011 059 Ilmu Hukum Hukum pidana PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI
I Rekomendasi Ketua Bagian a Rekomendasi
b Usulan Pembimbing
Hukum Pidana
raiemoang iepiemt)er zu 14 KetuaJBagu
LuuTiiiAKNurCsHrR^
I L Penatapan Pembimbing Skripsi Oleh Wakil Dekan I
1 2
Palembang September 2014 Wakil Dekan I
- i poundL Dr Hj SRI S U L A S T R I SH M H
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah i n i Nama Tempat Tanggal Lahir N I M Program Studi Program Kekhususan
DIANA SAPUTRA PetransJaya 15 Januari 1992 502011059 Ilmu Hukum Hukum Pidana
Menyatakan bahwa karya ilmiah skripsi saya yang berjudul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANGshyU N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F VICTIMOLOGI
Adalah bukan merupakan karya tulis orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali daiam bentuk kutipan yang telah kami sebutkan sumbemya
Demikianlah surat pemyataan ini kami buat dengan sebenar-benamya dan apabila pemyataan ini tidak benar kami bersedia mendapatkan sanksi akademis
Palembang September 2014
PERMOHONAN UNTUK MENGIKUTI SEMINAR PROPOSAL
Palembang Oktober2014 Perihal Mohon untuk diiaksanakan seminar
Proposal Penelitian Skripsi
Kepada Yth Ibu Luil Maknun SH MH Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang D i -
Palembang
Assalamualaikum Wr Wb Saya yang bertanda tangan dibawah Ini Nama DIANA SAPUTRA
NIM 50 2011 059
Program Kekhususan Hukum Pidana
Bahwa yang bersangkutan telah layak untuk mer^ikiuti Seminar Proposal rencana penelitian skripsi yang judul PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI
Mohon kiranya yang bersangkutan untuk dijadwalkan mengikuti Seminar Proposal usul Penelitian Skripsi
Demikianlah disampaikan untuk dipertimban^Lan Wassalamualaikum Wr Wb
Pembimbing Skripsi
M SOLEH IDRUS3HMS
H A L A M A N P E R S E T U J U A N U N T U K M E N G I K U T I S E M I N A R P R O P O S A L
Nama DIANA S A P U T R A
N I M 50 2011059
Program studi Ilmu Hukum
Program kekhususan Hukum Pidana
Judui Penelitian PENYALAHGUNAAN N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A
MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI P E R S P E K T I F VICTIMOUHH
Palembang Oktober2014 Disetujui Pembimbing
M S O L E H IDRUSSH MS
Ketua Bagian Hukum Pidana
LuU MaknunSH M H
![Page 4: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/4.jpg)
Judul Sknpsi PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI P E R S P E K T I F VICTIMOLOGI
Penulis Diana Saputra
Pembimbing M Soleh Idrus S H M H
A B S T R A K Korban kejahatan tindak pidana Narkotika dan Psikolropika memperoleh
perhatian utama karena korban merupakan bagian yang tidak dapal dipisahkan dari kejahalan oleh karena i lu korban memiliki peranan yang sangat penling secara viclimologi memudahkan dalam menemukan upaya penanggulangan kejahatan yang pada akhimya akan bermuara pada menurunnya kuantitas dan kualitas kejahatan Hal tersebut sejalan dengan semakin bcrkembangnya vicfimologi dalam pengaturan Narkotika dan Psikotropika menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
Permasalahan yang menjadi inti pembahasan dalam penelitian ini adalah apa faktor-faktor yang mcnyebabkan terjadinya penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika bagaimana perkembangan pengaturan tenting Iindak pidana Narkotika dan Psikotropika sebelum dan menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dan bagaimana pengaturan tindak pidana pwnyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dari perspektif victimohgi
Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normalif penelitian hukum normatif yang mengacu kepada norma-norma dan asas-asas hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan serta pemilihan terhadap pasalpasal yang relevan dengan permasalahan dimaksud yang terdapat dalam bahan hukum primer scperti Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkolika dan Keppres Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkotika Nasional
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah bahwa perlindungan terhadap korban narkotika berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika terdapat kescimbangan antara perlindungan terhadap pelaku kejahatan narkolika dengan korban Dimana bahwa berdasarkan sanksi baik pidana maupun denda yang terdapat dalam undang-undang narkotika tersebut sangatlah beral-berat dan tegas Ini berarti bahwa undang-undang narkotika yang baru tersebut lebih mementingkan korban dari pada pelaku kejahatan narkotika Jika dipjerhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-undang narkotika juga diatur mengenai rehabililasi terhadap korban baik korban yang diakibatkan oleh orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku itu sendiri
Disarankan bahwa sanksi pidana maupun denda yang digariskan dalam undang-undang narkotika dan psikotropika tersebut benar-benar dapat dilerapkan kcpada setiap pelaku penyalahgunaannya tanpa pandang bulu bagi siapa saja yang terlibat di dalamnya baik dilakukan sendiri-sendiri maupun kelompok atau korporasi seperti memiliki mengonsumsi menyimpan mengedarkan menjual membeii memproduksi dan Iain-Iain untuk keperluan illegal
iv
K A T A P E N G A N T A R
Assalamualaikum fVr Wb
Alhamamdulillah puji syukur kepada Allah SWT yang telah senantiasa
melimpahkan rahniat dan kaninia-Nya kepada penulis
Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada Baginda Nabi Besar
Muhammad SAW keluarga serta para sahabal beliau dan pengikul-pengikutnya
yang selalu istiqomah sampai akhir zaman
Dalam penulisan skripsi ini penulis melewati masa-masa yang sulit dan
berusaha sebaik-baiknya dcngan kemampuan yang penulis mi l ik i Dan berkat
rahmat Allah S W I pula penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan
judut P E N Y A L A H G U N A A N N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A
M E N U R U T UNDANG UNDANG N O M O R 35 T A H U N 2009 D A R I
P E R S P E K T I F VICTIMOLOGF
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempuma dan banyak
kekurangan Untuk i lu saran dan kritik sangat penulis harapkan demi tercapainya
kesempumaan skripsi ini
Pada kesempatan yang baik ini penulis mengucapkan tcrima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan khususnya kepada
1 Bapak Dr H M Idris SE MSi Seiaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Palembang
V
2 Ibu Dr Sri Suatmiati SH MHum Seiaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Palembang
3 Bapak dan Ibu Seiaku Wakil Dekan I I I I l l dan IV Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Palembang
4 Ibu Luil Maknun SH M H Seiaku Ketua Bagian Hukum Pidana di
Universitas Muhammadiyah Palembang
5 Bapak Nur Husni Emilson SH SpN M H Seiaku Penasehat Akademik
yang selalu membimbing Penulis
6 Bapak M Soleh Idrus SH M H Seiaku Pembimbing Skripsi
7 Seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta Karyawan Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Palembang
8 Sahabat-sahabatku tercinta
9 Serta seluruh leman-teman penulis angkatan 2011 yang tidak dapat disebutkan
satu persatu Semoga sukses
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita
semua dan semoga amal ibadah kita mendapat balasan dari Allah SWT
Palembang 2015
Penulis
Diana Saputra
vi
P E R N Y A T A A N K E A S L I A N K A R Y A I L M T A H
Dengan ini saya D I A N A SAPUTRA menyalakan bahwa Karya
llmiahSkripsi ini adalah asli hasil karya saya sendiri dan karya ilmiah ini belum
pemah diajukan sebagai pemenuhan persyaratan untuk memperoleh gelar
kesarjanaan Strata Satu (SI) dari Universitas Muhammadiyah Palembang maupun
Perguruan Tinggi lain
Semua informasi yang dimuat dalam karya ilmiah ini yang berasal dari
penulis lain baik yang dipublikasikan atau tidak tclah diberikan penghargaan
dengan mengutip nama sumber penulis secara benar dan semua isi dari Karya
Ilmiah ini sepeanuhnya menjadi tanggung jawab saya sebagai penulis
Palembang Maret 2015
Penulis
DIANA S A P U T R A N I M 50 2011 059
v i i
D A F T A R ISI
H A L A M A N J U D U L i
H A L A M A N P E R S E T U J U A N U N T U K U J I A N K O M P R E H E N S I F i i
M O T T O DAN P E R S E M B A H A N i i i
A B S T R A K iv
K A T A P E N G A N T A R v
P E R N Y A T A A N K E A S L I A N K A R Y A I L M I A H vi
D A F T A R ISI v i i i
B A B I P E N D A H U L U A N
A Latar Belakang
B Perumusan Masalah 5
C Ruang Lingkup dan Tujuan 5
D Metode Penelitian 6
F Sistematika Penulisan 7
B A B H T I N J A U A N P U S T A K A
A Pengertian Penyalahgunaan 9
B Pengertian Viclimohgi 10
C Ruang Lingkup Victimologi 11
D Jenis dan Penggolongan Niirkotika dan Psikotropika 12
a) Narkotika 12
b) Psikotropika 17
viii
B A B I I I P E M B A H A S A N
A Perkembiingan pengaturan tentang tindak pidana
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika sebelum iahimya
dan menurut undang-undang nomor 35 tahun 2009 22
B Pengaturan Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997
Tentang Psikotropika dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun
1997 Tentang Narkotika 40
C Pcnyalahgunaaan Narkotika dan Psikotropika Dalam
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari
Perlindungan Terhadap Korban 44
1 Self-victimizing victims narkotika dan psikotropika 44
2 Rehabilitasi terhadap self-victimizing victims 48
3 Tahapan-tahapan rehabilitasi terhadap self-victimizing
victims 57
B A B IV P E N U T U P
A Kesimpulan 65
B Saran 66
D A F T A R P U S T A K A
L A M P I R A N
ix
B A B l
PENDAHULUAN
Latar Belakang
PciTindiingan korban lindak pidana dalam sistein liukimi nasional
nampaknya belum memperoleh perhatian serius Hal ini terlihat dari masih
sedikitnya hak-hak korban tindak pidana memperoleh pengaturan dalam
perundang-undangan nasional Adanya ketldakseimbangan antara
perlindungan korban kejahatan dengan pelaku kejahatan pada dasarnya
merupakan salah satu pengingkaran dari asas setiap warga ncgara bersamaan
kedudukaiinya dalam hukum dan pemerintahan sebagaimana diamanatkan
oleh Undiing-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konslitusional
Niirkotika Psikotropika dan Bahan Aditif Lainnya adalah berbagai
macam obat yang semestinya dinianfaalkan sesuai dengan kcpentingan
tertentu niisalnya pada dunia mcdis untuk mcmbantu proses kerja dokter
dalam melakukan opcrasi bedah Akan tetapi saat ini obat-obat terlarang ini
telah dikonsumsi diedarkan dan diperdagangkan tanpa izin berwajib demi
memperoleh keuntungan dan nikmat sesaat saja Karena pengaruh Narkotika
dan Psikolropika tersebut dapat membuat pemakai menjadi ketergantungan
merusak sampai ke sel-sel saraf manusia seliingga melemalikaii daya pikir
dan lambat memberikan rekasi terhadap lawan bicara Untuk menganaiisa
materi pelajaran bagi pelajar dan mahasiswa yang terkena bahaya Narkotika
atau Psikotropika dapat mengakibatkan pada kelambatan berfikir sehingga
1
2
harapan dalam pencapaian pcmbangunan nasional dapal tcrganggu
Bahaya nicngedarkan Narkotika dan isikolropika dapat dibayangkan
berapa banyak sel syuraf otak mahusia yahg akan dlrusak borapa gencfasl
muda anik sekoiah dan mahasiswa terus diburu pengedar Narkotika dan
Psikotropika tersebul bahkan dapat mengakibatkan kematian^
Keterganl jngan lerhadap Narkotika dan Psikotropika pada mulanya ingin
coba-coba dulu karena Narkotika maupun Psikolropika tersebul dapat
membuat pemakaiiiyu bcrhalusinasi seolah lupu tchadiip masalah dan berada
pada dunia keindahaii Jika laktor kesempatan untuk mendapatkan Narkolika
dan Psikotropika sangat mudah dari pengedar maka dapal mengakibatkan
korban akan semakin bertambah Melihat besamya bahaya penyalahgunaan
Narkotika dan Psikotropika lerhadap individu dan mengganggu pencapaian
cita-cita NKRl maka lerhadap Narkotika maupun Psikolropika harus
dilakukan penanggulangannya sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku
Scjak awat mula Iahimya hukum pidana fokus subjek yang paling
banyak disoroti adalah si pelaku Padahal dari sualu kejahatan kerugian yang
paling besar didcrita adalah pada si korban kejahatan tcrsebut Akan tetapi
scdikit sekali ditemukun hukum-hukum atatipun peraturan perundang-
undangan yang mengatur tcnung korban serta perlindungan lerhadapnya
httpw^vbnn (ioidportalhiirup(irlalkoTilenphpnaTna=lrofilampopvisL _iTiisiampmn^l diakscs tcrukhir tanggal 29 December 2(M4 Iihal juja Kcpprcs Nti 17 Taliun 21X12 tentang Itadan Narkotika Nasional pada bagian konsidcran mcnimbang huruf (J) bcrbunyi Bahwa sehubungun dengan pertimbiingan hunifu huruf b huruf c dan sebagai pcluksunaan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkolika ficrlu niembcntuk Badan Narkotika Nusiona dcngan Keputusan Iresiden
^Funny Jonathans Poyk Suhiiah KusehiUan Narkoba Sayonara (Jakarta IT (Jelora AkHuru Iralama 2006) lial 9 Made Darma Weda Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korfwrasi dalam Bunga
3
Berbicara mengenai upaya penanggulangan kejahatan atau tindak
pidana Narkotika dan Psikotropika yang tepat maka cara pandang sebaiknya
tidak hanya terfokus pada berbagai hal berkaitan dengan penycbab timbuliiya
kejahatan atau metode apa yang efektif dipergunakan dalam penanggulangan
kejahatan tersebul Namun hal lain yang tidak kalah penlingnya untuk
dipahami adalah masalah korban kejahatan itu sendiri yang dalam keadaan-
keadaan lertentu dapal menjadi pemicu munculnya kejahatan dalam tindak
pidana Narkotika dan Psikotropika tersebul
Piida saat berbicara tentang korban kejahatan dalam tindak pidana
Narkotika dan Psikotropika maka cara pandang tidak dapat dilepaskan dari
victimologi Melalul victimologi dapal diketahui berbagai aspek yang
berkaitan dengan korban seperti faktor penyebab munculnya kejahatan
penyalahgunaan bagaimana seseorang dapat menjadi korban
penyalahgunaan dan upaya mengurangi terjadinya korban kejahatan
penyalahgunaan serta hak dan kewajiban korban kejahatan dalam tindak
pidana Narkolika dan Psikotropika tersebut Secara victimologi terhadap
korban kejahatan dalam tindak pidana Narkotika dan Psikotropika misalnya
korban yang ditemukan pada anak usia 7 tahun sudah ada sebagai pemakai
anak di usia 8 talum sudah ada yang memakai ganja dan lalu di usia 10 tahun
anak-anak sudah menggunakan Narkotika alaupun Psikotropika dari berbagai
jenis seperti ganja heroin morfni ekstasi dan sebagainya
Kraquogtrban dalam lingkup victimologi memiliki arti yang luas karena
Rampai Vihmisusi (Bandung Krcsco 1995) hal 200 TM Giri Prasln vo Rebahilium liagi Korban Narkoba ( Iangerang Visimudia 2006) hal v
4
tidak hanya terbatas pada individu yang secara nyata menderita kerugian
tetapijuga kelompok korporasi swasta maupun penierintali sedangkan yang
dimaksud dcngan akibat pcnimbulan korban adalah sikap atau tindakan
terhadap korban danatau pihak pelaku serta mereka yang secara langsung
atau tidak terlibat dalam terjadinya suatu kejahatan
Pentingnya korban kejahatan dalam tindak pidana Narkotika dan
Psikotropika ihempcroleh perhatian utama DIkarenakan korban merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kejahatan oleh karena ilu maka
korban memiliki peranan yang sangat penting dalam penelitian ini
Diperolchnya pemahaman yang luas dan mendaiam tentang korban kejahatan
dalam linJak pidana Narkotika dan Psikolropika dapat [nenuidahkan dalam
menemukan upaya penanggulangan kejahatan yang pada akhimya akan
bermuara pada menurunnya kuantitas dan kualitas kejahalan Sejalan dcngan
semakin bcrkembangnya victimologi sebagai cabang ilmu baru berkembang
pula berbagai runuisan tentang victimologi Kondisi iiii hendaknya tidak
dipandang sebagai pertanda tidak adanya pemahaman yang seragam
mengenai ruang lingkup victimologi tetapi harus dlpaiidang sebagai bukti
bahwa vU timologi akan selalu berkembang sejalan dengan perkembangan
yang terjadi dalam masyarakat
Berdasarkan uraian di atas yang menjadi obyek pengkajian dari
victimologi penyalahgunaan Narkolika dan Psikotropika di antaraiiya adalah
faktor terjadinya kejahatan dan bagaimanakali pengaturan Narkotika dan
Dikdik M Arir Mimsur dan Elistaris (lultoiii UrgensI Ierilndungan Korban Kejahalan Anlara Norma dan Realita (Bandung Agustus EakulUis Hukum Universitas Padj aj uran 2006) hal 29
5
Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Oleh sebab itu
maka judui yang dipilih unluk diteliti dalam penelitian adalah
Penyalahgunaan Narkotika dan Pstkolropka Menurut Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 Dari Perspektif Victimologi
B Perumusan Masalah
1 Apa yang menjadi faktor faktor yang menyebabkan terjadinya
2 Bagainiana pengaturan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika dan
Psikotropika daiam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dari perspektif
victimology
C Ruaug lingkup daii tujuan
Ruang lingkup
Secara umum ruang lingkup skripsi ini untuk mengetahui apa yang
menjadi faktor faktor terjadinya penyalahgunaan narkobadan
penyalahgunaan norkoba menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari
perspektil victimologi
Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan penulisan ini adaiah
sebagai bfrikut
1 Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
penyalahgunaan Narkoba
2 Untuk mengetahui pengaturan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika
dan Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Talum 2009 dari
penyakiligunaanTiarkotika dan psikotropika
6
perspektif viAimo(gtg[
E Metode rcncHtl
Untuk memperoleh data yang kongkril sebagai pcdoman dalam
penulisan skripsi ini maka penulis menggunaan metode sebagai berikul
1 Metode pclaksanaan penelitian
dalam pclaksanaan ini penulis menggunaan metode penelitian hukum
normatif yang bersifal diskriftif dengan menggunaan dala skunder
Penelitian nukum norkatif ini merupakan penelitian kcpustakaan yaitu
penelitian terhadap dala skunder yang iiiempuiiyai ruang lingkup meiipuli
surat sural fakta fakta sampai pada dokumen - dokuincn resmi yang
dikeluarkan oleh instansi lerkait
2 Metode pcngiimpulun data
Pengumpulan data meiiipunyai hubungan yang eral dengan sumber data
karena dcngan pengumpulan dala akan diperoleh data yang dipcrlukan
untuk selanjutnya dianalisis sesuai dengan yang diinginkan Dalam usuha
pengumuian dala dala yang relevan dengan judul ini penulis
menggunakan metode normatif diskriplif dengan menggunakan data
skunder yang berbentuk dokumcntasi
3 Tehnik pcngolahan data
Dilakukan dcngan cara nnalisis isi terhadap teksural untuk selanjutnya
dikoniruksikan dalam suatu kesimpulan
7
Sislemutika [cnulisiin
Penelitian ini dibuul berdasarkan sistematika penulisan di dalam
penelitian ini peneliti mcmbaginya dalam empat bagian yailu
BAB I PENDAHULUAN
Merupakan bab pendahuluan yang menguraikan mengenai hal-hal
berkaitan dengan Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan
dan Maniaat Penclilian Kcaslian Penelitian Tlnjaiian
Kcpustakaan Pengertian Penyalahgunaan Pengertian
Viclimologi Ruang Lingkup dan Manfaat Viclimologi Jenis dan
Penggolongan Narkotika dan Psikotropika Metode Penelitian
dan Sistematika Penulisan
BAB U TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bagian ini menguraikan yaitu mengenai pengertian tentang
penyalahgunaan pengertian tentang ruang lingkup viktimologi
pengertian tentang narkotika dan jcnis-jcnis narkolika
BAB Hi PEMBAHASAN
Merupakan bab yang membahas mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan Pengaturan Sanksi Pidana lerhadap Penyalahgunaan
Narkotika dan Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Ditinjau dari Perlindungan Terhadap Korban dan
Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Self
Victimizing Victims
8
BAB IV K E S I M P U L A N DAN SARAN
Bab ini memuat beberapa kesimpulan dan saran yang dibuat
peneliti sebagai hasil dari pembahasan dun penguraian di dalam
penelitian ini dari keseluruhan permasalahan yang ada
DAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A Pengertinn Pcnyalaliguiiaan
Penyalahgunaan dimaksudkan dalam penclilian ini adalah
penyalahgunaan terhadap narkotika dan psikolropika Dimana bahwa
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika ini diambil dan dipersainakan
dcngan pengertian penyalahgunaan narkoba seperti yang disebutkan Lutfi
Braja yakni memberikan pembatasan mengenai penyalaiiguiiaaii yaitu
Pemakaian narkoba di iuar indikasi medik tanpa petunjuk atau
resep dokter dan peinakaiannya bersifat patologik
(menimbulkan kelainan) dan menimbiilkan humbutan dalam
aktifitas di rumah di sekoiah atau di kampus tempat kerja dan
lingkungan sosial Ketergantungan narkoba adalah kondisi yang
kebanyakan diakibatkan oleh penyalahgunaan zat yang disertai
dengan adanya toleransi zat (dosis semakin tinggi) dan gejala
putus zal
Permasalahan penyalahgunaan mengakibatkan dampak yang sering
terjadi di tengah-tcngah masyarakat dari penyalahgunaan narkolika dan
psikotropika antara lain merusak hubungmt kekeluargaaii menurunkan
kemampuan belajar dan produktifitas kerja secara drastis sulit membedakan
mana perbuatan baik dan perbuatan buruk perubahan pcrilaku menjadi
Mardani Op 01 lial 2
9
10
pcrilaku anti sosial (pcrilaku maladaptil) gangguan kesehalan (fisik dun
mental) mempertinggi jumlah kecelakaan lalu lintas tindak kekerasan dan
kriniinuliLis lainnya
Dari kata penyalahgunaan menandakan bahwa Narkotika dan
Psikotropika tidak selalu bermakna negatif Dcngan begitu narkotika dan
psokitropika yang digunakan dengan baik dan benar oleh dokter untuk
mengobati pasiennya lidak tennasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang
disaiahgunakan Di dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA
(Narkotika Psikotropika dan Zat Adit i f Lainnya)
B Pengertian Victiimlogt
Pada dasarnya perkembangan ilmu pengetahuan tentang korban
kejahalan (viktimologi) lidak dapat dipisahkan dari iahimya peiiiikiraii-
pemikiran brilian dari Hans von Hentig seorang ahli kriminologi pada talum
1941 serta Mendelsohn pada tahun 1947 Pemikiran dari kedua ahli ini
sangat mcmpengaruhi setiap fase perkembangan viktimologi Perkembangan
viktimologi hingga sampai pada keadaan seperti sekarang tentunya tidak
terjadi dengan sendirinya namun telah meiigalami berbagai perkembangan
yang dapai dibagi dalam 3 (tiga) fase sebagai berikut
a iada tahap peitama viktimologi hanya meinpclajari korban kejahatan saja
pada fase ini dikatakan sebagai pehdl or special vtciimolo^
b Pada lase kedua viktimologi tidak hanya mengkaji masalah korban
Oadang Huwari Konsep Islam Memerungt AIDS dan NAA Cel XI (Ycgvakarta Ohaiiii iiakli Idaya 1997) hal 153 Made Danaa Wi da Op cil hal 200
kejahalan tetapi juga meiipuli korban kecelakaan Pada fase ini disebut
sebagai general victimology
c Fase ketiga Vikt imologi sudah berkembang lebih luas lagi yaitu mengkaji
permasalahan korban karena penyalahgunaan kckuasaan dan hak-hak asasi
manusia Fase ini dikatakan sebagai new viciimology
Berdasarkan pengertian di atas nampak je las bahwa yang menjadi
obyek pengkajian dari viktimologi diantaranyu pihak-pihak mana saja yang
terlibat atau mcmpengaruhi terjadinya suatu viktimisasi kriminal
bagaiinanakah respon terhadap suatu viktimisasi kriminal faktor penyebab
terjadinya viktimisasi kriminal bagaimanakah upaya penanggulangannya
dan sebagainya
C R u a i i g L i n g k u p Victimologi
Vikt imologi mencliti topik-topik teiilang korban scperti peranan
korban pada terjadinya kejahatan hubungan antara pelaku dengan korban
rentannya posisi korban dan peranan korban dalam sistem peradilan pidana
Selain itu menurut Muladi viktimologi merupakan suatu studi yang bertujuan
untuk
1 Menganaiisa berbagai aspek yang berkaitan dcngan korban
2 Berusaha untuk memberikan penjelasan sebab musabab terjadinya
vikt imisasi dan
3 Mengembangkan sistem tindakan guna mengurangi penderitaan manusia
^Suryono Ekolaina ST Harum Pudjianlo RS dan G Wiraiama Abortus Iruvocalus Ba^ Korban Perkosnan Persxkif Viktimologi Kriminologi Jan Hukum Pidana Edisi PcrUtma Culakari lurlunii (Jakiiria Univcrsilas AlmaJaya 2001) liul 174 ^ibidMl I7()
12
Menurut JE Sahetapy ruang lingkup Viktimologi meliputi bagaimana
sescorang (dapat) menjadi korban yang ditentukan oleh suatu victimity yang
lidak selaiu berhubuiigan dengan masalah kejahatan termasuk pula korban
kecelakaan dan bencana alam selain dari korban kejahatan dan penyalah
gunaait kekuasan^ Namun dalam perkembangannya di tahun 1985
dipeiopori oleh Separovic yang mempelopori pemikiran agar Viktimologi
khusus niengkaji korban karena adanya kejahatan dan penyalahgunaan
kckuasaan dan tidak mengkaji korban karena musibah alau bencana alam
karena korban bencana alam di iuar kemauan manusia out of mms will)
D Jenis dan Penggolungan Narkotika dan Psikotropilta
Dari kata penyalahgunaan narkoba menandakan bahwa narkoba tidak
selalu beimakna negatif Dengan begilu narkolika dan psokitropika yang
digunakan dengan balk dan benar oleh dokter unluk mengobati pasiennya
tidak termasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang disaialigLmakan Di
dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA (Narkotika Psikolropika
dun Zat ditir Lainnya) Dalam penelitian ini hanya dibahas tentang
narkotika dan psikolropika maka sebelumnya dipaparkan terlebih dahulu
berbagai jenis narkotika dan psikotropika sebagai berikut
a) Narkolika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari lanaman atau
TbUi Miiiadi HAM Halam Persepkiif Sislem Peradilan Pidana datam Muladi (cd) Hak Asas) Manusia Hakclal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspeklif llukum dan Masyarakat (Bandung Refikii Aditama 2005) hal lOX VfiWDial 109 Subagyo Partediharjo Op cil hal 11
13
bukan tanainan baik sintesis maupun bukan sintesis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa
Zat ini dapal mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat
meninibulkan ketergantungan Menurut Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika Narkolika adalah at atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun
semisimetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri
dan dapat nienimbulkati ketergantungan yang dibedakan kc dalam
golongan-goiongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang in i
Narkotika memiliki daya adikasi (ketagihan) yang sangat berat
Narkolika juga memiliki daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual
(kebiasaan) yang sangat tinggi Ketiga sifat narkolika ini yang
menyebabkan pemakai narkotika tidak dapat lepas dari cengkeramannya
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
Jenis jenis narkotika dibagi ke daiam 3 (tiga) kelompok yaitu narkotika
golongan I golongan I I dan golongan I I I
Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbaiiaya
karemi daya adilifnya sangat tinggi Golongan ini tidak boleh digunakan
untuk kcpentingan apapun kecuali unluk penelitian atau ilmu
pengetahuan Contohnya adalah ganja heroin kokain inorfin opium dan
lain-lain Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya
Ibid Posal 1 Ayal (I) Unilung-Undang Nomor 3 Tahun 2009 lenlang Narkotika
14
aditifkual tclapi bcrmaiilaal untuk pcngohatan dan penclilian tlonluhnya
adalah petidin dan turunannya benetldin belamctadol dan lain-iain
Sedanikaii narkulika golungaii Ml adalah narkotika yang niciniliki daya
aditif riiigan tetapi bermanfaat untuk penghatan dan penelitian Contohnya
adalali kudcin dun turunannya^
Berdasarkan cara pcmbuatannya narkotika dibedakan ke dalam 3
(tiga) golongatt juga yaitu narkolika atami narkotika semlsimesis dan
narkotika sintesis Dijelaskan sebagai berikut
1) Naikotika alami
Narkotika alami adalah narkotika yang zat aditithya diambil dari
(umbuhlumbuhan (atam) Contohnya
u tjaiija
Ganja adalah tanaman perdu dengan daun menyerupai daun
singkong yang tepinya bergerigi dan berbulu lialus Jumlah Jari
daunnya selalu ganjil yakni 5 7 9 Tumbuhan ini banyak lumbuh di
iieberapa daerah di Indonesia seperti Aceh Suinalera Ulara
Sumatera Selaian Pulau Jawa dan lain-lain Daun ganja ini sering
iligunakiin sebagai bumbu penyedap masakan Bila digunakan
ebagai bumbu iiuisak daya adilifnya rendah Namun lidak
ilemikian apabila dibakar dan asapnya dihirup Cara
|)cnyalahgunaunnya adalah dikcringkan dan dicampu dengan
icmbakiiii rokok atau dijadikan rokok lalu dibakar serta dihisap
Subagvo PurtoJiharjo Op cil hal 11-12
15
b Ilaisis
Hasis adaiah lanaman serupa ganja yang lumbuh di Amcrika
Latin dan Eiopa Daun ganja hasis dan mariyuana Juga dapat
disuling dan diambil sarinya Oatam bentuk cair harganya sangat
mahai Gunanya adalah unluk disaiahgunakan oleh pemadut-pemadal
kelas tinggi
c Koka
Koka adalah lanaman perdu mirip pohon kupi Huahnya yang
inatang bcrwama inerah seperti biji kopi Dalam komunitas
masyarakat Indian Kuno biji koka sering digunakan untuk
inenambah kekiiatan orang yang bcrperang atau bcrburu binalang
Koka kemudian bisa diolah menj adi kokain
d Opium
Opium adaiah bunga dengan bentuk dan wama yang indah
Dari getah bunga opium dihasilkan candu (opiat) Di Mesir dan
daratan Cina opium dahulu digunakan unluk mengobati beberapa
penyakit member kekuatan atau menghilangkan rasa sakil pada
lentara yang terluka sewaktu berperang atau berburu Opium banyak
lumbuh di segiliga emas antara Burma Komboja dan Thailand
atau di daratan Cina dan segitlga emas Asia Tengah yaitu daerah
antara Alganistan Iran dan Pakistan
Dalam kalangan perdagangaii liilernasional ada kebiasaan
ftW hal 14
16
(keliru) tncnamai daerah tempat peuanamuii opium sebagai daerah
emas Diberi nama demikian karena perdagaiigan opium sangat
mengimtiingkan Karena bahayanya yang besar daerah seperti ilu
keliru jika diberi nama predikat emas Daerah sumber produksl
opium sepantasnya disebut segitlga setan atau segitlga iblis
2) Narkotika semisintcsis
Narkotika semisintesis adalah narkotika alami yang diolah dan
diambil zat aktifnya (intisarinya) agar memiliki khasiat yang lebih kuat
schmgga dapat dimanfaatkan untuk kepcnlingan kedokteran
Contohnya
a Morfm dipakai dalam dunia kedokteran unluk menghilangkan rasa
sakit alau pembiusan pada operasi (pcmbcdahan)
b Kodein dipakai unluk obat penghilang baluk
c Heroin tidak dipakai dalam pengobatan karena daya adilifnya
sangat besar dan matifuatnya secara medis belum
ditemukan Dalam pcrdugangan gelup heroin diberi nama
pulaw atau pete atau pt Henlnknya seperti tepun terigu
yang halus pulih dan agak kotor
d Kokain liiisll olahati dari biji koka
3) Naikotika sintesis
Narkotika sintesis adalah narkotika palsu yang dibuat dari bahan
kimia Narkotika ini digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi
oraiig yang menderita kclcrgantungun Contohnya
17
a Ietidin unluk obat bius lokal operasi kccil sunal dan
sebagainya
b Melhadon unluk pengobatan pecandu narkoba dan
c Naltrexon untuk pengobatan pecandu narkoba
Selain unluk pembiusan narkolika sintesis biasanya diberikan
oleh dokter kcpada penyalahgiina narkoba untuk menghcntikan
kebiasaannya yang tidak kuat melawan sugesti (relaps) atau sakaw
Narkotika sintesis berfungsi sebagai pengganti senientara Bila sudah
bciiar-bcnar bcbas asupan narkoba sintesis in dikurangi sedikil demi
sedikit sampai akhimya berhenti total
b) Fsikotropika
Pengertian psikolropika menurut Pasal I Ayal ( I ) Undang-Undang
Nomor 5 Taliun 1997 tentang Psikotropika adalah Zat atau obat baik
alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif
melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusal yang menyebabkan
perubahan khas pada uktivitus mental dan perilaku
Pengertian Psikolropika di daUim Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika tidak ditemukan Hal tersebut sehubungan
dengan ketentuan di dalam Pasal 153 huruf b yaitu Lamplran mengenai
jenis Psikotropika Golongan 1 dan Golongan II scbagaimana tercantum
dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika (lcmbaran Ncgara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor
10 Tambahan Lcmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671) yang
18
telah (iipindahkan menj adi Narkotika Golongan I menurut UndangUndang
ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku Oleh karenanya dalam Undangshy
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tidak ada lagi di dalam pasal-pasal nya
yang mengatur mengenai Psikotropika karena sudah dlmasukkan ke dalam
golongan Narkotika
Sesuai dengan pembahasan dalam penelitian ini masih
berhuijutigar dengan Psikotropika maka Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1997 tentang Psikotropika masih perlu untuk dibahas dalam penelitian ini
Menui iil undangumlang tersebut Psikolropika adalah zal atau obal bukan
narkolika baik alamiah maupun sintesis yang memiliki khasiat psikoaktif
melaiui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas nonnal dan perilaku Psikotropika ini
merupakan obat yang digunakan oleh dokter untuk mngobali gangguan
jiwa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tenumg
Psikolropika psikotropika dikelompokkan ke dalam 4 (empat) golongan
Golongan I yaitu psikotropika dengan daya aditif yang sangat kuat
belum diketahui manfkilnya untuk pengobatan dan sedang diteliti
khasiiitnya saat ini Contohnya adalah MDMA ekstasi USD dan STP
Golongan U yakni psikolropika dengan daya aditif kuat serta berguna
untuk pengobatan dan penelitian Contohnya adalah amfelamin
metanifetamin metakualon dan sebagainya Golongan IH yakni
psikolropika dcngan daya adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan
dan penelitian Contohnya adalah lumibal buprenorsina flcenilrazepam
19
dan sebagainya Golongan IV yakni psikotropika yang memiliki daya
aditif ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian Contohnya
adalah netrazepam (BK Mogadon Duiiiolid) diazepam dan lain-lain^
Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika yang dimaksud dengan paslkotoplka adalah zat atau obat
baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif
melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang mcnyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku Psikotropika
dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut
1 Psikotropika golongan I yaitu psikolropika yang hanya dapat digunakan
unluk kcpentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi
sena mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan Contohnya ekstasi shabu LSD
2 Psikotropika golongan II yakni psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi danatau tujuan ilmu
pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan Contohnya amfetamin metilfenidat atau ritalin
3 Psikotropika golongan III yaitu psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi danatau unluk tujuan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan
sintlroma ketergantungan Contohnya pentobarbital Flunitrazepam dun
4 Psikotropika golongan IV yaitu psikotropika yang berkhasiat
Ibid ILil 15
20
pengobatan dan sangal luas digunakan dalam terapi danatau unluk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindrom ketergantungan Contohnya diazepam
bromazepam Fenobarbital klonazcpam klordiazepoxide nitrazepam
seperti pil BK pil Kopio Rohip Dum MG
Sedangkan kelompok dan jenLs psikotropika yang sering
disaiahgunakan antara lain
1 Psikostimulansia scperti amfetamin ekstasi dan shabu
2 Scdalif amp Hipnolika (obat penenang obat tidur) seperti MG BK
DUM Pil kopio dan lain-lain dan
3 Halusinogenika seperti lysergic acid dycthylamidc (USD) mushroom
Berdasarkan Ilmu farmukologi psikotropika dikelompokkan ke daiam 3
(tiga) golongan yakni dcpresan stinuilan dan halusinogen sebagai
berikut
1 Kelompok dcpresanpcnekan syaraf pusatpenenangobat tidur
Contohnya adalah valium BK rohipnol mogadon dan lain-lain
Jika diminurn obat ini dapat memberikan rasa tenang menganluk
rasa tcnteruni dan damai Obat ini Juga menghilangkan rasa takut
dan gelisah
2 Kelompok stimuiaiiperangsang syaraf pusaianti tidur Conlohnya
adalah amfetamin ekstasi dan shabu Ekstasi berbentuk tablet
berancka bentuk dun wama Amfetamin berbentuk tablet bcrwama
-Aid hal 16-17
21
pulih Bila diiriinuni obal ini mcndalangkan rasa gembira hilangnya
rasa pemiusuhiui hilangnya rasa marali ingin selalu aktif badan
terasa fit dan lidak merasa lapar Daya kerja otak menjadi scrba
cepat namun kurang lerkendali Shabu berbentuk tepung kristal
kasar berwarna pulili hersih seperti garani
3 Kelompok halusinogen Halusinogen adalah obat at tanaman
makanan yang dapat meninibulkan kiiayaian contohnya yailu LSD
Lysergic Acid Dicihyltamide) getah lanaman kaklus kecubung
jamur tertentu (misceiine) dan ganja Bila diminurn spikotropika
jenis in dapat menimbulkan kliayalan tentang peristiwa-peristiwa
yang mengerikan khayalan tentang kenikmatan scks dan
sebagainya Kenikmatan didapat oleh pemakai setelah pemakai sadar
bahwa perisfiwa mengerikan ilu bukan kenyataan atau karena
kenikmatankenikmatan yang dialami walaupun hanya khayalan
BAB III
PEMBAHASAN
A Faktor yang Mcnyebabkan Terjadinya Penyalahgunaan Narkotika dan
Psikotropilta
1 Faktor yang Bersunibcr Dari Individu
Menurut Luthfi Buraja terdapat 3 (liga) pcndekatan untuk
tcrjadinya penyalahgunaan dan ketergantungan terhadap narkotika dan
psikotropika yaitu peridekalan orgunobilogik psikodinamik dan
psikososial Ketiga pendekatan tersebut tidaklah berdiri sendiri melainkan
saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya Dari siidut pandang
organobiologik (sususan syaraf pusatotak) mekanismc terjadinya adiksi
(ketagihan) hingga deperidcnsi (ketergantungan) dikenal dengan dua istilah
yaitu gangguan mental oragnik atau sindrom otak organik seperti gaduh
gelisah dan kekacauan dalam fungsi kognilif (alam pikiran) efektif (alam
perasaanemosi) dan psikomotor (perilaku) yang disebabkan efek
langsung terhadap susunan syaraf pusat (otiik)^^
Sescorang akan mcnjadi ketergantungan terhadap narkotika dan
psikotropika apabila seseorang dengan tems-menenis diberikan zat
tersebut Hal ini berkaitan dengan teroi adaptasi sekuler mum
adaptaiUm) tubuh beradaptasi dengan menambah jumlah teseptor dan seishy
se syaraf bekcrja kcras Jika zat dihenlikan sel yang masih bekerja kcras
Luthll Uaraja Makalali Gangguan Mciilul dan icrilaku Akibut Nurkuba Disampalkim pada Seminar tentang Narkoba di SMK Iptck lakarla hal 2
22
23
tadi mengaiami kelmLisaii yang dari kiar tampak sebagai gejala-gejala
putus obal Gejala putus obat tersebut mcmaksa individu untuk
mengulangi pemakaian zal tersebul
Faktor predisposisi individu dengan gangguan kepribadian (anti
sosial) ditandai dengan pcrasaan lidak puas terhadap orang lain Selain itu
yang bersangkutan tidak inampu untuk berfungsi secara wajar dan efektif
dalam pergaulan di rumah di sekoiah atau di tempat kerja gangguan lain
sebagai penyerta berupa rasa cemas dan depresi Untuk mengatasi
ketidakniainpuan dan mcnghiiangkan kccemasan atau depresinya maka
individu tersebut cenderung untuk menggunakan narkoba Semestinya
individu itu dapat mengobati dirinya dengan datang ke dokterpsikiater
untuk mendapatkan terapi yang tepat sehingga dapat dicegah
keterlibatannya dalam penggunaan narkotika dan psikotropika
Secara umum mereka yang menyalahgunakan narkotika dan
psikotropika dapat di bagi ke dalam 3 (tiga) golongan besar yaitu
1 Ketergantungan primer ditandai dengan adanya kecemasan dan
depresi yang pada umumnya terdapat pada orahg detigah kepfibadlah
yang tidak stabil
2 Ketergantungan simtomatis yaitu penyalahgunaan narkotika dan
psikotropika sebagai salah satu gejala dari tipe kepribadian yang
mendasarinya pada umumnya terjadi pada orang yang kepribadian
psikopatik (anti sosial) kriminal dan pemakaian narkotika dan
Ai4hal K
24
psikotropika untuk kesenangaii sematu
3 Ketergantungan reaktif yaitu terdapat pada remaja karena dorongan
ingin tahii pengaruh tekanan dan lingkungan tenian atau kelompok
sebaya peer group pressure)
Ada beberapa faktor internal dan ekslernal yang mcnjadi penyebab
individu menyalahgunakan dan menjadi ketergantungan terhadap
narkotika dan psikotropika Menurut Sudarsono bahwa penyalahgunaan
narkolika dan psikotropika di latar belakangi oleh beberapa sebab yaitu
1 Untuk membuktikan kebcranian dalam melakukan tindakan-tindakan
yang berbaiiaya seperti ngebut dan bergaul dengan wanita
2 Meniinjukkan tindakan yang menenlung orang tua guru dan norma
sosial
3 Mempermudah penyaluran dan mempermudah perbuatan seks
4 Melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh peiigalamaii-
pengalainan einosional
5 Meneari dan menemukan aril hidup
6 Mengisi kekosnngan dan kesepian hidup
7 Menghilangkan kegelisahan frustasi dan kepepel hidup
8 Mengikuti kemauan kawan-kawan dahim rangka pembinaan solidaritas
dan
9 Iseng-iseng saja dan rasa ingin tahu
Menurut hasil penelitian Dadang Hawari bahwa di anlara faklor-
Sudujsono Kenakalan Remaja cel ii (Jakarta Rineka Cipta 1992) 1ml 67
25
faktor yang berpcran dalam penggunaan narkotika dan psikolropika
adalah
1 Faktor kepribadian anti sosial dan psikopatik
2 Kondisi kejiwaan yang mudah merasa keeewa atau depresi
3 Kondisi keluarga yang meliputi keutuhan keluarga kesibukan orang
tua hubungan orang tua dengan anak
4 Kelompok teiiian sebaya dan
5 Narkotika dan psikotropika itu sendiri mudah diperoleh dan tersedianya
pasaran yang resmi maupun lidak resmi
Menurut Siibagyo Partodiharjo secara individu terdapat beberapa
faktor yang mcmpengaruhi sescorang dapat menyalahgunakan narkotika
dan psikotropika Alasan ini merupakan alasan yang bersumber dari diri
sendin atau pemakai narkotika dan pasikotropika tersebut yakni sebagai
berikut
a Ingin tahii
Perasaun ingin tahu biasanya diniiliki oieh generasi muda pada
umur setara siswa SD SLTP dan SLTA Bila di hadapan sckelompok
anak muda ada seseorang yang inemperagakan uikmatnya
mengkonsumsi narkotika dan psikolropika maka didorong oleh naluri
alami anak muda yaitu keingintahuan maka salah seoariig dari
kelompok itu akan maju mencobanya Selain didorong oleh
keingintahuan keberaniannya juga karena didesak oleh gejolak dalam
Mardiini foc cil hai 102 ^ Subagyo RatoiJlliarjo ioc cil liiil 72-74
26
jiwanya yang ingin dianggap hebal pemberani dan pahlawan di antara
temanteinan sehayanya Maka jatuhlah satu orang anak dalam pelaku
setan
Dalam kondisi seperti itu reaksi kawan-kawan sebayanya
berbeda-bcda
1 Ada yang ingin menyaingi menunjukkan bahwa dirinya lebih hebat
lagi lalu memakai
2 Ada yang ingin tahu kemudian ikut memakai dan
3 Ada yang sella kawan lain ikut memakai juga
Sikap seperti inilah yang menyebabkan bandar atau pengedar
senang Mereka meiigincar generasi muda mahasiswa atau pclajar
karena 2 (dua) pertimbaiigan
1) Kalau salah satu anak muda kena maka anak muda yang lainnya
ikut kena sehingga konsumen cepat bertambah dan
2) Kalau anak muda kena maka anak muda tcrsebut akan mcnjadi
pemakai selia dalam waktii yang lama Berbeda dengan orang tua
yang cepat maii keuntungan komersial yang diperoleh dari
kelompok anak muda ini akan banyak
b Ingin dianggap hebal
Pcrasaan ingin dianggap hebat biasanya dimiiiki oleh generasi
muda Sepcrti ditcrangkan di atas salah satu sifat alami yang positif
dari generasi muda adalah daya saing Sayang sekali karena
kelidaktahuan sifat positif ini juga dapat dipakai untuk masalah negatif
27
Silat positif ini scharusiiya didorong unluk berlomba daluin preslasi
pada bidang pcndidikan kesenian olah raga dan lain-lain yang
bermanfaat bagi kehidupan
Bila sikap ingin berkonipctisi ini diarahkan untuk
mengkonsumsi narkolika dan psikolropika akibatiiya sungguli
mengerikan yailu kcgagalan hidup dan kesengsaraan Pemakai hanya
dapat dianggap hebat oleh lingkungan kecil pcniakai narkotika dan
psikotropika Di masyarakat luas pemakai hanya menuai cerca dan
nista
c Rasa setia kawan
Perasaan setia kawan sangat kuat dimiiiki oleh generasi muda
Jika lidak mendapatkan penyaluran yang posilif sifai positif tersebut
dapat berbahaya dan mcnjadi negatif Bila (cmannya memakai
narkotika dan psikotropika maka individu tersebul ikut juga memakai
Bila temannya dimarahi orang tuanya atau dimusuhi masyarakat maka
pemakai membela dan ikut bersimpatik
Sikap seperti itulah yang menyebabkan anak ikut-ikutan
Awalnya hiuiya satu orang yang merokok kemudian semuanya menjadi
perokok Setelah semuanya merokok sntu orang mulai memakai ganja
lalu yang lainnya ikut sehingga menjadi sekawanaii pemakai ganja
Selelah semua memakai ganja satu orang memakai ekstasi kemudian
semuanya ikut demikian selerusnya meningkat menjadi shabu dan pada
akhirnya menjadi pemakai putaw
28
d Rasa kccewa truslasi kcsai
Pcrasaan kesal kcccwa atau (rustasi biasanya terjadi karena
kegagalan pada generasi muda eksckutif mudu suami atau istri
Pcnggiiiiaan narkotika dan psikolropika pada kelompok ini bertujuan
untuk sesaat melupakan kekccewaan kckesaian dan fi-uslasi Kondisi
masyarakat yang carut martit tclah banyak melahirkan kekccewaan
kekesalan bahkan Iruslasi Narkolika dan psikotropika dapat
melupakannya sesaat tetapi tidak untuk mengatasi masalah yang
sesungguhiiya
Hubungan buruk yang disebabkan oleh kcgagalan
berkomuiiikasi antara orang tua dengan anaknya dapat menyebabkan
rasa kesal Hal ini mcnjadi faktor pemicu pemakaian narkotika dan
psikotropika oleh anak Intcraksi anlara orang tua dcngan anak tidak
cukup hanya berdasarkan niat baik Cora berkoniunikasi juga harus
baik Masing-masing pihak harus memiliki kcsabaran untuk
menjclaskan isi hatinya dengan cara yang tepat Banyak sekali konfllk
di dalam rumah tangga yang terjadi hanya karena salah paham atau
kekeliman berkoniunikasi Kekeliruan kecil itu dapal bcrakibat fatal
yaitu masuknya narkotika dan psikotropika ke dalam keluarga
Kekccewaan kekesalan dan frustasi dapal terjadi karena
kekeliruan dalam berkomunikasi terhadap beberapa faktor berikut i n i
I ) Komunikasi anak dengan orang tua
IbUI hiiJ 74
29
2) Komunikasi antar anak
3) Komunikasi di lingkungan eksekulifinuda dan
4) Komunikasi antara suami istri
e Ingin bebus dari rasa sakil atau pusing
Penderila pcnyakit beral yang kronis dan tidak kunjuiig sembuh
misalnya Ranker hati luka bakar uka tusuk wasir Ranker paruparii
migreii eneok pengapuran dan lain-lain sclalu merasakan sakit yang
iuar biasa karena penyakitnya Rasa sakit tersebut sering kali tidak
dapat dihilangkan dengan obat pengtiiiang rasa sakit biasa (anaigetik)
sehingga peiiderilanya mencoba narkotika atau psikotropika
Narkotika maupun psikolropika dapat menghilangkan rasa sakit
tersebut tetapi tidak menyembuhkan penyakitnya Ceiakaiiya pemakai
yang bersangkutan malah mendapat maslah baru yaitu ketergantungan
dengan segala komplikasinya yang justru menjadi lebih berbahaya
f Ingin menikmati rasa gembira tampii lincah energik dan mengusir
rasa sedih dan malas
Para eksekudf dan sciebritis biasanya memiliki gaya hidup yang
trendi Mereka merasa dituntut untuk selalu lampil lebih prima Dengan
mengkonsumsi naikotika atau psikolropika mereka dapat tampii prima
dan percaya diri karena kehilangan rasa malu walaupun sesungguhnya
tidak demikian
Perasaan hebat tersebut di atas seharusnya dicapai melaiui tekun
berolah raga hidup teratur meningkatkan kualitas fisik mental
30
inlclckUial dan mocaiiiyii Riikan ineiigamhit jalan piiitas dcngan tampii
seotah-olah prima niclalui manipulasi atau lipuan melaiui
mengkonsumsi narkotika atau psikolropika tersebut Pcnampilmi prima
yang semu atau atau tipuan itu lambat laun akan terungkap juga
sehingga [ania-keiamaan akan kelahuari juga jati dirinya yang
sesungguhnya itu
g ingin tampii iangsing
Narkolika dan psikotropika terscbut juga banyak digunakan oleh
artis dan ibu-ibu rumah tangga yang berbadan gemuk untuk
melangsingkan lubtihnya Narkotika alau psikotropika dengan jenis
tertentu ada juga yang dapat menghilangkan nafsu makan sekaligus
menambali aktivitas fisik sehingga dapat menurunkan beral badun
h Takut mengalami rasa sakit (sakaw)
Pengguna jenis narkotika atau psikolropika tersebut yang sudah
menjadi pemakai tetap (pemadat) akan mengalami rasa sakit (sakaw)
bila tidak memakainya Karena takut merasakan penderitaan maka
pemakai tersebut terus memakainya sehingga menjadi pemakai yang
sella junkies) Banyak pemakai narkotika dan psikotropika ini yang
setia adalah orang-orang yang merasa terpaksa memakai sebab kalau
lidak memakainya mereka akan mengalami sakaw
Kebanyakan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika
dimulai atau terdapat pada masa remaja sebab masa remaja yang
sedang mengalami perubahan biologik psikologik maupun sosial yang
31
pesat merupakan individu yang rentan untuk nienyaiahguriakan
narkotika maupun psikotropika terscbut Anak atau remaja dcngan ciri-
ciri tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi
penyalahgunanya Ciri-ciri tersebut anlara lain^
a Cenderung memberontak dan menolak otoritas
b Cenderung memiliki gangguan j iwa lain (komorbiditas) seperti
depresi cemas psikotik keperibadian dissosial
c Perilaku menyimpang dari aluran atau norma yang berlaku
d Rasa kurang percaya diri low selw-confulence) rendah diri dan
memiliki citra diri negatif (ow setf-esleem)
e Sifal mudah keeewa cenderung agresif dan destruktlf
f Mudah murung pemalu pendiam
g Mudah merasa bosan dan jenuh
h Keingintahuan yang besar untuk meneoba atau penasaran
i Keinginan untuk bersenang-senang [just for fun)
j Keinginan untuk mengikuti mode karena dianggap sebagai lambang
keperkasaan dan kehidupan modem
k Keinginan untuk diterima dalam pergaulan
1 Identitas diri yang kabur sehingga merasa diri kurang jantan
mTidak siap mental untuk menghadapl tekanan pergaulan sehingga
sulit mcngambil keputusan untuk menolak tawaran NAPZA dengan
tegas
Tom Kus dan Tedi Btihava NAPZA Bagi Pelajar (Bandung Yayasan Al-Ghilari Morgan im) hal 14
32
n Kemampuan komunikasi rendati
o Melarikan diri dari scsuatu (kebosaiian kcgagalan kekccewaan
kclidakmampuan kesepian dan kegcliran hidup dan lain-lain)
p Putus sekoiah dan
q Kurang menghayati iman atau kcpcrcayaaiinya
Menurut Tim Badan Narkotika Nasional hahwa terdapat
beberapa iaklor yang menyebabkan sescorang alau individu
menyalahgunakan narkolika dan psikotropika anlara lain
1) Keingintahuan yang besar untuk mcncoba tanpa sadar alau berlikir
panjang tentang akibatnya dikemudian hari
2) Keinginan unluk mencoba-coba karena penasaran
3) Keinginan untuk bersenang-senang
4) Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya hidup
5) Keinginan untuk dapat diterima daiam suatu kelompok
6) Lari dari masalah kebosanan atau kegetiran hidup
7) Pengertian yang salah bahwa mcncoba sckali-kali lidak akan
menimbulkan masalah
8) l idak mainpu alau tidak berani menghadapl tekanan dari lingkungan
alau kelompok pergaulan unluk menggunakan narkolika dan
psikotropika dan
9) Tidak Japal atau mampu mengatakan tidak pada narkotika dan
psikotropika
Tim INN Loc di
33
Berdasarkan peinaparaii Icrscbut di atas dengan demikian
bahwa individu didorong oleli beberapa faktor untuk menyalahgunakan
pemakaian narkotika dan psikotropika tersebut sehingga menjadi
individu yang mengalami ketergantungan berikut ini disebutkan
beberapa faktor adalah
1) Ingin tahu dan Ingin mencoba rasa memakai narkotika atau
psikotropika bagi kalangan anak muda)
2) Ingin dianggap lebih hebat dari orang Iain pada orang muda)
3) login membuktikan kesetiakawanan (pada orang muda)
4) Dianggap paling tepat untuk mengatasi perasaan keeewa j en gkel
dan frustasi (pada suami istri yang mengalami konllik rumah
tangga)
5) Dianggap cara yang paling mudah untuk menghalau rasa sakit pada
tubuh (pada penderita penyakit yang kronis)
6) Dianggap cara yang paling ampuh untuk mendapatkan perasaan
tenang damai atau gembira (pada suami istri yang mcnghadapi
konflik rumah tangga)
7) Dianggap cara yang paling mudah untuk melangsingkan lubuh (pada
ibuibii rumali tangga atau wanita yang bertubuh gemuk)
2 Faktor yang Bersumlicr dari Lingkungan
Faktor lingkungan tidak mampu mencegah atau mengurangi
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika bahkan membuka kesempatan
pemakaian narkotika dan psikotropika Yang dimaksud dcngan faktor
34
kesempatan di sini adalah tersedianya siluasi-situasi yang nieiiiungkinkan
untuk memakai narkolika atau psikolropika di waktu-vvaklu luarig di tempat
rekreasi atau hiburan diskotik pesia dan lain-lain Atau mungkin lingkungan
masyarakat yang tidak mampu mengendalikan bahkan membiarkan penjualan
alau pcrcdaran geiap narkotika dan psikotropika misalnya karena lemahnya
penegakan hukum penjualan narkolika dan psikotropika secara bcbas bisnis
narkotika dan psiktilropika yang terorganisir mudahnya memperoleh
narkotika dan psikotropika dan lain-lain
raklor yang bersumber dari lingkungan yang mcnyebabkan individu
dapat menyalahgunakan pemakaian narkotika dan psikotropika merupakan
laktor kontribusi masukaii dari Iuar individu) dimana sesttorang dengan
kondisi keluarga tidak baik akan merasa tertekan dan rasa lertekan inilah
sebagai faktor penyerta bagi dirinya untuk terlibat dalam penyalahgunaan
narkotika dan psikotropika tersebut Disfungsi keluarga yang dimaksud antara
lain adalah keluarga yang tidak utuh kedua orang tua yang tcrlalu sibuk dan
lingkungan interpersonal dengan orang tua yang tidak baik Di samping itu
faktor pencetus seperti pengaruh teman sebaya tersediu dan mudah
didapatkan mempunyai andil sebagai faktor pencetus sescorang atau individu
terlibat ke dalam penyalahgunaan yang mengakibatkan ketergantungan
terhadap narkotika dan psikotropika Dari sudut pandang psikososial
penyalahgunaan narkotika dun psikolropiku dapat terjadi sebagai akibat
negatif dari intcraksi tiga kiitub sosial yang tidak kondtisif yaitu kutub
Lulhli ilurnju Op cil
35
keluarga kutub sekolahkupus dan kulub masyarakat
Faktor lingkungan meliputi faktor kciuarga dan lingkungan pergaulan
balk dlsekltar rumah sekoiah teman sebaya maupun masyarakat Banyak
pengguna Narkotika dan Psikolropika yang berasal dari keluarga yang lidak
harmonis Keluarga seharusnya mcnjadi wadah untuk menikmati kebahagiaan
dan curalian kasih sayang wahana silih asih silih asah dan silih asuh
Namun pada kenyataannya keluarga sering sekali justru menjadi pemicu
sang anak mcnjadi pemakai hal tersebut disebabkan karena kciuarga tersebut
kacau balau Hubungan antara anggota keluarga dingin bahkan tegang atau
bermusuhan
Komunikasi antara ayah ibu dan ariak-anak sering sekali
menciptakan suasana konflik yang tidak berkesudahan dimana bahwa
penyebab konllik tersebut sangal beragam Solusi semua konflik adalah
komunikasi yang baik periuh pcngerlian saling menghargai dan menyayangi
serta ingin selalu membahagiakaii
Konflik di dalam keluarga dapat mendorong anggota keluarga merasa
frustasi sehingga lerjebak memilih narkotika dan psikolropika sebagai
solusinya Biasanya yang paling rentan terhadap stres adalah anak kemudian
suami dan istri sebagai benleng terakhir Beberapa faktor yang bersumber
dari lingkungan keluarga yang dapat mempengaruhi seseorang atau individu
tertentu icrjun kc dalam lingkungan penyalahgunaan narkotika dan
36
psikotropika tcrsebut antara lain adatuh
a Koniimikasi niang tua-aiiak kiii-ang baikcfektif
b Hubungan dalam keluarga kunmgharmonisdisfimgsi dalam keluarga
c Orang tua bercerai bcrscitngkub atau kawin lagi
d Orang lua tcrlalu sibuk aUiu tidak acuh
e Orang tua oloriter alau scrba melarang
f Orang tua yang serha nieinbolehkan (pcrmisil)
g Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teiadan
h Orang tua kurang peduli dun tidak tahu dengan masalah narkolika
i Tata terlib alau disiplin keluarga yang selalu bcrubah (kiiiaiig konsisten)
j Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam kciuarga
dan
k Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahguna narkotika
dan psikotropika
Sitimsi buruk dalam keluarga yang soring menyudiitkan anak ke arah
narkotika dan psikotropika adalah
1) Anak merasa kurang mendapatkan kasih sayang dalam keluarga merasa
kesal keeewa dan kesepian
2) Anak merasa kurang dihargai kurang mendapatkan kepcrcayaan dun
selalu dianggap salah
3) Anak mengalami konflik dengan orang tua dalam masalah pacaran
memilih pasangan hidup atau meneniukan pilihan profesi cila-elta dan
Mardani Loc cil lial 99 AW hal 100
37
sebagainya
4) Anak kesal dan keeewa karena ayah dan ibuiiya kurang lianiionis dan
sering bertcngkar (broken home)
5) Suami thtsirasi karena tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapinya
dengan islrinya
6) Istri fnistrasi akibat konllik dengan suami tentang masalali ekonomi atau
adanya wanita lain di samping suami
Banyak pengguna narkotika dan psikolropika yang pada awalnya
dimulai karena pengaruh dari orang lain Bentuk pengaruh dari orang lain itu
dapat bervariasi mulai dari bujuk rayu lipii daya sampai kepada paksaan
a) Tipu Daya
Banyak anak yang ditipu oleh kenalon teman sahabat atau pacar
Seperti mengajak meraka untuk memakai narkotika dan psikolropika
dengan bemacam-macain tipuan Dengan alasan yang digunakan bahwa
narkotika dan psikotropika adalah vitamin obat pil pintar pil sehat atau
food supplement Tipuan itu dapat juga berupa bujukan bahwa narkotika
dan psikotropika tidak tcrlalu berbahaya kalau tahu raliasianya Banyak
orang di dalam masyarakat yang dikira orang baik-baik namun lemyata
pengedar narkotika dan psikotropika Walaupun orang itu adalah kawan
sahabat saudara atau pacar sebagai pengedar penipu tersebul akan tcga
menipu maupun menjebak kita Pengedar narkotika dan psikotropika
sangat pandui mcmasarkan narkotika dan psikotropika tersebut Dengan
menawarkan narkotika dan psikotropika sebagai mmn food supplement
38
pil scliat pil pintar dan sebagainya Dengan lipuan ini korban dari
kalangan kciuarga hannonis akan terjcrumus ke dalamnya Saat ini banyak
pemakai narkolika dan psikotropika dari keluarga harmonis bukan hanya
bull dari keluarga berantakan Banyak pekerja mahasiswa atau pelajar yang
tampii ioyo tertipu ketika kepadanya ditawarkan pil sehat vitamin atau pil
pintar Banyak pemuka agama juru dakwah atau pengkhotbah yang
tertipu karena pil sehal yang dlbelinya adalah narkotika dan
psikotropika Reaksi pemakaian narkotika dan psikotropika mula-mula
terasa menyehatkan dan membuat si korban tipuan terscbut sukses dalam
berdakwah atau berkhotbah Ibu rumah tangga juga dapat tertipu karena
ditawari pil pelangsing oleh saudara atau teman dalam arlsan dan lain-
lain Mulanya karena tipu daya akhimya setelah lerjebak menjadi
biasa
b) Bujuk rayu
Waftiia camlk pengedaf ftaTkotlka dan psikotFoplka biasanya menjebak
mangsa melaiui bujuk rayu Untuk memasarkun narkotika dan
psikotropika pengedar tersebut memilih profesi sebagai wanita penghibur
atau Wanita Tuna Susiala (WTS) Banyak eksekutif muda pekerja atau
bos-bos yang mulai memakai narkotika dan psikotropika karena rayuan
pekerja seks komersial hostess dan sebagainya Dalam mcmasarkan
narkotika dan psikotropika wanita tersebut merayu akan mau melayani
kencati kalau bersama-sama mengkonsumsi narkotika dan psikotropika
Subagyo Purlodlhario Loc cil hal 78
39
lebih dulu Muta-mula kurban memakai narkotika dan psikotropika karena
tergoda namun akhimya menjadi terbiasa
c) Paksaan
Banyak anak muda yang mengawali pemakaian narkotika dan psikotropika
karena dipaksa oleh sekawanun alau seseorang yang mengancam akan
mencelakainya Banyak pclajar atau nialiasiswa mengawali kebiasaan
memakai narkotika dan psikotropika dari keadaan terpaksa diancam oleh
sekawanan preman yang menghadang di tengah jalan Dari kelompok ini
pula terjaring pemakai yang berasal dari keluarga hannonis
Lingkungan sekoiah bagi pelajar tingkat SD SMP dan SMA
merupakan tempat yang stratcgls bagi para pelajar untuk menunjukkan jati
dirinya sehingga mereka terjun kepada penyalahgunaan narkotika dan
psikotropika ini faktor sekoiah yang merupakan bagian tcrpcnting yang
mempengaruhi adalah
a Sekoiah yang kurang disiplin
b Sekoiah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjiial narkotika atau
penjual psikolropika
c Sekoiah yang kurang member] kesempatan pada siswa untuk
mengembangkan diri secara kreatif dan positif
d Adanya murid pengguna narkotika atau psikotropika
Kartini Kurtono op cil hivl 124
40
B Pengaturan Sanksi Pidana Terhadaj) Pcnyalahgunaaan Narkotika dan
Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau
dari Perlindungan Terhadap Korban
Dalam hukum pidana di Indonesia terdapat adanya
ketldakseimbangan antara perlindungan korban kejahatan dcngan pelaku
kejahatan pada dasarnya mempakan salah satu pengingkaran dari asas setiap
warga negara bersamaan kcdudukannya dalam hukum dan pcmerinlahan
sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 sebagai
landasan konstitusional Perlindungan korban memiliki hubungan cral dcngan
teori pemidanaan yang dikemukakan Wirjono Prodjudikoro tujuan
pemidanaan adalah untuk niemenuhi rasa keadilan^
Ada Juga yang mengemukakan bahwa tujuan pemidanaan dapat
dilihat melalul 2 (dua) leorl mengenai alasan-alaitan yang membenarkan
(justification) penjatuhan hukuman (sanksi) yaitu Teori Absolut
(Vergeldingslheorie) dan Teori Relatif atau Doeitheorie Menurut Teori
Absolut (Vergeldingslheorie) tujuan pemidanaan sebagai pembalasan
terhadap para pelaku karena telah melakukan kejahatan yang mengakibatkan
kesengsaraan lerhadap orang lain alau anggota masyarakat sedangkan
Roeslan Saleh mengatakan sebagai reaksi-reaksi atasdelik yang berwujud
suatu nestapa yang scngaja dilimpakan ncgara kcpada pembuat delik
Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana Cctakan Iuriania (Jakarta Sinar Gnitlka2(W5)hii4
lcduu Mdipaung Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cctakun IcrliirMii (Jukiirtu Sinur Gratika 2005) hal 4
kiwsUin Saleh Shdsel Pidana Indonesia (Jukarlu liinn Aksara 19K7) hal 5
41
Menurut Teori Relatif Doeltheurie) tujuan pemidanaan adalah
a Menjerakan agar si pelaku atau terpidana menjadi jera dan tidak
mengulangi lagi perbuatannya specials presenile) sena masyarakat umum
agar mengertahui jika melakukan perbuatan yang sama akan mengalami
hukuman yang serupa atau disebut pula generalpreventte
h Memperbaiki pribadi si terpidana berdasarkan perlakuan dan pcndidikan
selama menjalani hukuman terpidana merasa menyesal dan tidak akan
mengulangi perbuatannya dan kcmbali kepada masyarakat sebgai orang
baik dan berguna dan
c Mcmblnasakan (menjatulikan hukuman mat) atau mcmbuat terpidana tidak
berdaya dengan menjatuhkan hukuman seiimur hidup
Pandangan di atas sangatlah wajar apabila beranjak dari pandangan
bahwa hukum pidana adalah hukum sanksi (hifzonderesancUerechl) sebab
dengan bertumpu pada sanksi itulah hukum pidana difungsikan untuk
menjamin keamanan ketertiban dan keadilan Dalam perkembangannya
ternyata tidak semua sarjana menyclujui maksud diadakannya pidana scperti
itu (sebagai suatu nestapa) karena muncul pendapat bahwa di samping pidana
ditujukan untuk memberikan penderitaan kcpada pelanggar atau mcmbuat
jera pemidanaan juga bertujuan agar pelaku dapat kembali hidup
bermasyarakat sebagaimana mestinya
Alasan yang paling inenonjol lerhadap upaya perubahan tersebut
adalah dengan meniperhatikan sisi kemanusiaan yang mcmandang bahwa
Ucdcn Mirpaung Opcil hal 4
42
sekalipiin tcrsangka telah melakukan kcsalahaii ia telap berkcdmiiikan sebagai
manusia utuh yang harus tetap diperlakukan sama dengan manusia lainnya
dan dilindungi hak asasi manusionya Karena itu pidana penjara saat ini
sedang mengalami masakrisis karena termasuk jenis pidana yang kurang
disukai Banyak kritik tajam ditujukan terhadap jenis pidana perampasan
kemerdekaan ini baik dllihat dari sudut efektifitasnya maupun dilihat dari
akibat-akibat lainnya menyertai atau berhubungan dcngan dirampasnya
kemerdekaan seseorang
Banyaknyu kritik yang diarahkan pada bentuk pemidanaan berupa
perampasan kemerdekaan (yang ditujukan untuk membuat jera pelaku)
sehingga berkembanglah bentuk pemidanaan lain yang dianggap lebih
manusiawi yaitu penjatuhan pidana berupa denda atau pemberian ganti
kerugian kepada korban Pemberian ganti kerugian pada awalnya merupakan
konsep kcperdalaan seperti halnya dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata yang mewajibkan setiap orang yang menyebabkan orang lain
menderita kerugian untuk membayar ganli rugi Dalam perkembangannya
konsep ini diterupkan pula dalam hukum pidana mengingat akibat yang
ditimbulkan pada korban tindak pidana akan selalu disertai dengan kerugian
baik mental fisik maupun material sehingga sangat wajar apabila korban pun
menuntui ganti kerugian pada pelaku guna memulihkan derita yang
dialaminya
Dengan memperhatikan pada beberapa teori klasik tentang tujuan
Uurtla Nawuwi Ariel Sislem Pemidanaan Menunii Konsep KIHP llaiu dan Latar Helakang Pemlklrannya Hahan Ienalaran Hukum Pidana V Undanu Kupang uinjyful 11 Juli-12 Agustus 1989
43
pemidanaan dapat disiinpulkan bahwa penjatuhan pidana lebih banyak
ditujukan untuk kepeiitingan pelaku dengan kata lain tujuan pemidanaan
hanya dimaksudkan imtuk mengubah perilaku dari pelaku kejahatan agar
tidak mengulangi lag perbuatannya sedangkan kcpentingan korban sama
sekali diabalkan
Perlindungan terhadap korban narkotika jika dihubungkan dengan
beberapa teori pemidanaan yang telah dipaparkan di atas maka peneliti
mengkaji bahwa dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang baru ini terdapat kescimbangan antara perlindungan terhadap
pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana bahwa berdasarkan sanksi
baik pidana maupun denda yang terdapat dalam undang-undang ini sangatlah
berat-berat dan tegas ]ni berarti bahwa undang-undang ini lebih
mementingkan korban dari pada pelaku kejahatan narkotika Mengingat
bahwa dengan adanya pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan
korban semakin banyak yang berjatuhan schingga daripada korbnnnya anak
bangsa yang memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara
Indonesia maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-
beratnya lerhadap si pelaku tindak pidana narkotika bahkan pidana mati atau
seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-
undang yang bam ini juga diatur mengenai rehabilitasi terhadap korban baik
korban yang diakibatkan oleh orang Iain maupun karena self victimizing
victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku itu sendiri
44
C Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Seif-
Victimizing Victims
1 Self-victimizing victims uarkotika dau psikotropika
Suatu viktimisasi adalah sebagai suatu permasalahan manusia yang
merupakan kenyataan sosial hal ini disebabkan karena setiap warga negara
berhak mendapatkan rasa aman dan bcbas dari segala bentuk kekerasan
sesuai dengan falsafah Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 Contohnya adalah seseorang akibat perbuatannya memakai
narkotika dapat menimbulkan bahwa si pemakai tersebut menjadi tidak
berdaya upaya dengan kata lain bahwa si pelaku telah menjadi korban
akibat perbuatannya sendiri yang menimbulkan perbuatan kriminal
Penyalahgunaan narkolika atau psikolropika merupakan perbuatan
kriminal karena telah melanggar ketentuan di dalam undang-undang yang
ada yakni Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tetang Psikotropika dan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Terlibatnya si
pelaku kejahatan atau tindak pidana yang menimbulkan kerugian terhadap
dirinya sendiri daiam hal inilah yang disebut dengan istilah self victimizing
victims yang merupakan bagian dari viktimisasi Sehubungan dengan itu
maka Wolfgang menyatakan beberapa Jenis viktimisasi ialah
1 Unrelated victims yaitu korban yang tidak ada hubungannya sama
sekali dengan terjadinya korban misalnya pada kasus kecelakaan
pesawat Dalam hal In tanggungjawab sepenuhnya terletak pada
Utplietin3|il(igspqtcom2()OSIOl|ukum-viktinivl9gihlml diakscs terakhir langgul l2Januari 2015
45
pelaku
2 Provocative victims yaitu seseorang yang secara aktif mendorong
dirinya menjadi korban misalnya kasus selingkuli dimana korban juga
sebagai pelaku
3 Participating victims yailu seseorang yang tidak berbuul tetapi dengan
sikapnya justru mendorong dirinya menjadi korban
4 Biologically weak victims yaitu mereka yang secara tisik memiliki
keleinalian atau potensi untuk mcnjadi korban misalnya orang tua
renla anak-anak dan orang yang tidak mampu bcrbual apa-apa
5 Socially weak victims Yaitu mereka yang memiliki kedudukan social
yang lemah yang menyebabkan mereka mcnjadi korban misalnya
korban perdagangan perempuan dan sebagainya
6 Self victimizing victims yaitu mereka yang menjadi korban karena
kejahatan yang dilakukannya sendiri pengguna obat bius judi aborsi
dan prostitusi
Dalam hal ini kedudukan viktimologi sebagai sebuah ilmu yang
mempelajari tentang korban memiliki peranan yang sangat penting ruang
lingkup viktimologi ini meliputi
1 Semua macam sciiap macam perbuatan kriminal yang mengakibatkan
orang-orang mcnjadi korban
2 Setiap orang atau pihak yang dapat menjadi korban baik orang
perorangan maupun suatu korporasi atau organLsasi
3 Setiap orang atau pihak yang dapal menimbulkan korban artinya
46
dimana disatu sisi orang terscbut dapat merugikan orang iain sehingga
orang tidak merasa aman akibat tindakanya
4 Cara-cara viktimisasi atau penimbulan korban
5 Bentuk-bentuk viktimisasi yang terdiri dari primary viclimizalion
adalah korban individualperorangan bukan kelompok secondary
victimizalion korbannya adalali kelompok misalnya badan hukum
tertiary Victimizalion yang menjadi korban adalah masyarakat luas
nun viciimozaiion korbannya tidak dapat segera diketahui misalnya
konsumen yang tertipu dalam menggunakan hasil produksi
6 Akibat viktimisasi
7 Pengaruh viktimisasi
8 Reaksi atau respons terhadap viktimisasi
9 Penyelesaian viktimisasi dan
10 Pengaturan yang berkaitan dengan viktimisasi (yang menjadi
perhatian viktimologi)
Studi viktimologi akan memberikan pemahaman kepada setiap
individu mengenai hak dan kewajibannya dalam rangka mengantisipasi
berbagai bahaya yang mengancamnya Viktimologi memberikan
sumbangan pemikiran mengenai masalah viktimisasi tidak langsung
dampak sosial polusi industri viktimisasi ekonomi politik dan
penyalahgunaan kewenangan Viktimologi ini juga memberikan dasar
pemikiran dalam penyelesaian viktimisasi kriminal atau factor viclimogen
dalam sistem peradilan pidana
47
Dari perspektif ikalan Korban Napza (IKON) l ial i yang dimaksud
sebagai korban adalah orangperorangan yang menderita secara langsung
dari penyalahgunaan napza dan tennasuk pula keluarga alau tanggungan
langsung dari korban Namun karena hukum dl Indonesia memandang
pengguna napza adaiah kriminal maka terjadilah dampak-dampak negalif
yang dialami oleh pengguna napza yang merupakan korban scperti
diskriminasi kriminallsasi kesehatan dan stigmatisasi Maka sebagai
korban IKON Bali mendorong agar dihentikannyadiskriminasi lerhadap
korban napza mendorong vonis rehabilitasi untuk korban napza
mendorong agar dihentikannya penyiksaan terhadap korban napza dan
yang terakhir adalah mendorong terpenuhinya hak atas kesehatan bagi
korban dan orang terinfeksi HIV Dengan melihat kondisi permasalahan
penanggulangan napza yang semakin tidak menentu dan meningkatnya
jumlah korban napza secara terus-menerus Maka Ikon Bali meminta
1) Penerapan SEMA Nomor 7 Tahun 2009 sebagai pemenuhan hak atas
kesehatan terhadap korban Mpza
2) Meminta kepada Pengadilan Negeri Denpasar untuk menjadi insiator
dalam penyusunan langkah teknis penerapan SEMA Nomor 7 Tahun
2009
3) Meminta kepada selunih instansi tcrkait untuk mulai meiigambil
langkah nyata dalam penanggulangan napza
43 Ibid
48
4) Meminta agar korban napza diperlakukan secara manusiawi tanpa
penyiksaan sligma dan diskriminasi
5) Ikon Bali mendukung secara penuh program-program pemerintab
dalam penanggulangan napza
2 Rehabilitasi terhadap self-victimizing victims
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
merupakan undang-undang yang baru menggantikan Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika Adapun pasal-pasal di dalam
undang-undang in yang mengatur mengenai perlindungan korban adalah
berbagai pasal-pasal yangmencantumkan rehabilitas kepada korban
maupun pelaku tindak pidana narkolika Pasal 1 ayat (16) meneniukan
defenisi mengenai rehabilitasi dipandang dari sisi medis yakni
Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara
terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan Narkotika
Sementara Itu dalam Pasal 1 ayat (17) ditentukan defenisi rehabilitasi
dipandang dari sisi sosial yakni Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses
kegiatan pemulihan secara terpadu baik fisik mental maupun sosial agar
bekas pecandu Narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosia dalam
kehidupan masyarakat
Diimdangkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang merupakan undang-undang baru ini tentu mempunyai
maksud dan tujuannya Adapun tujuan yang terdapat dalam Pasal 4 yang
berbunyi
49
Undang-Undang tentang Narkotika bertujuan
a Menjamin kelersediaiin Narkotika untuk kcpentingan peiayanan
kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
b Mencegah mclindungi dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari
penyalahgunaan Narkotika
c Memberanlas pcredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika dan
d Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi Penyalah
Guna dan pecandu Narkotika
Bentuk perlindungan terhadap korban dan pelaku kejahatan tindak
pidana narkotika di dalajn Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
disebutkan ada 2 (dua) macam yakni pengobatan dan rehabilitasi lerhadap
korban maupun pelaku Pada Pasal 53 ayat (3) tersebul di atas bahwa yang
dimaksud dengan buktl yangsah antara lain surat kctcrangan dokter
salinan resep atau labeletiket Selcngkapnya mengenai pengobatan
ditentukan dalam Pasal 53 yang berbunyi sebagai berikut
(1) Untuk kcpentingan pengobatan dan berdasarkan indikasi medis
dokter dapal memberikan Narkotika Golongan II atau Golongan III
dalam jumlah terbatas dan sediaan tertentu kepada pasien sesuai
dengan ketcnluan peraturan perundang-undangan
(2) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat ( I ) dapal memiliki
menyimpan danatau incmbawa Narkolika untuk dirinya sendiri
(3) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mempunyai bukti
yang sali bahwa Narkotika yang dimiiiki disimpan danatau dibawa
50
untuk digunakan diperoleh secara sail sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
Mengenai rehabilitasi terhadap korban dan pelaku tindak pidana
kejahatan penyalahgunaan narkotika merupakan suatu kewajiban bagi
pemerintah dan instansi masyarakat Sebagaimana ketentuan dalam Pasal
54 bahwa Pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika
wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial Dalam Pasal 56
disebutkan juga bahwa
(1) Rehabilitasi mcdis Pecandu Narkotika dilakukan di rumah sakit yang
ditunjuk oleh Menteri
(2) Lembaga rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan oleh instansi
pemerintah atau masyarakat dapat melakukan rehabililasi medis
Pecandu Narkotika setelah mendapat persetujuan Menteri
Kemudian dipertegas kembali dalam Pasal 57 bahwa selain melaiui
pengobatan danatau rehabilitasi medis penyembuhan Pecandu Narkotika
dapat diselenggarakan oleh instansi pemerintah alau masyarakat melaiui
pendekatan keagamaan dan tradisional Salah satu tugas dan wewenang
Badan Narkotika Nasional adalah meningkatkan kemampuan lembaga
rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu Narkotika baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat
Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 ini terdapat
pengecualian dalam hal luniutan pidana terhadap anak yang masih berada
di bawah umur Misalnya terdapat di dalam salah satu pasalnya yakni pada
51
Pasal 128 ayal ( I ) yang bcrbunyi Orang tua atau wali dari pecandu yang
belum cukup umur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) yang
sengaja tidak mciapor dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6
(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp 100000000 satu juta
rupiah) Tetapi di datam ketentuan tain yakni pada Pasal 128 ayat (2) dan
ayal (3) ditentukan bahwa anak yang masih di bawah umur tidak dapat
dituntut pidami selcngkapnya pasal tersebul berbunyi Pecandu Narkotika
yang belum cukup umur dan telah dilaporkan oleh orang tua atau walinya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat ( I ) tidak dituntut pidana
(Pasal 128 ayat (2)) dan Pecandu Narkotika yang telah cukup umur
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) yang sedang menjalani
rehabilitasi mcdis 2 (dua) kali masa perawatan dokter di rumah sakit
danatau lembaga rehabilitasi medis yang ditunjuk oleh pemerintah tidak
dituntut pidana
Pada awalnya narkotika digunakan unluk kcpentingan umat
manusia khususnya untuk pengobatan dan peiayanan kesehatan Namun
dcngan semakin bcrkembangnya ilmu pcngclaliuan dan teknologi
peruntukan narkotika mengalami perluasan hingga kepada hal-hal yang
negatif
Di dunia kedokteran narkotika banyak digunakan khususnya
dalam proses pembiusan sebelum pasien diopcrasi mengingat di dalam
narkotika terkandung zat yang dapat mempengaruhi perasaan pikiran serta
kesadaran pusieti Oleh karena itu agar penggunaan narkotika dapal
52
memberikan manfaat bagi kehidupanurnat manusia maka pcredarannya
harus diawasi secara ketat sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 60 sampai
dengan Pasal 63 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang menyebutkan
Pasai 60 ditentukan bahwa
(1) Pemerintah melakukan pembinaan terhadap segala kegiatan yang
berhubungan dengan Narkolika
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meiipuli upaya
a Memenuhi ketcrsediaan Narkotika unluk kcpentingan peiayanan
kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
b Mencegah penyalahgunaan Narkotika
c Mencegah generasi muda dan anak usia sekoiah
dalampenyalahgunaan Narkotika termasuk dengan memasukkan
pendidikanyang berkaitan dengan Narkotika dalam kurikulum
sekoiah dasarsampai lanjutan atas
d Mendorong dan menunjang kegiatan penelitian danatau
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di brdang
narkolika unluk kcpentingan peiayanan kesehatan dan
e Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis bagi
Pecandu Narkotika baik yang diselenggarakan oleh pemerintah
maupun masyarakat
53
Pasal 61 ditentukan baiiwa
(1) Pemerintah melakukan pcngawasan terhadap segala kegiatan yang
berkaitan dengan Narkotika
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
1 Narkolika dan Prekursor Narkolika untuk kcpentingan peiayanan
kesehatan danatau pengembangan Hmu pengetahuan dan
teknologi
2 Alat-alat potensial yang dapat disaiahgunakan untuk melakukan
tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkolika
3 Evaluasi keamanan khasiat dan mutu produk sebelum diedarkan
4 Produksi
5 impor dan ekspor
6 Pcrcdaran
7 Pelabeian
8 Tnformasi dan
9 Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Pasal 62 berbunyi Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasai 60 dan pengawasan sebagaimana
dimaksiiddalam Pasal 61 diatur dengan Peraturan Pemerintah Dan dalam
Pasal 63 disebutkan bahwa Pemerintah mengupayakan kerja sama
dengan ncgara lain danatau badan intcmasional secara bilateral dan
multiialeral baik regional maupun internasional dalam rangka pembinaan
dan pengawasan Narkotika dan Prekursor Narkotika sesuai dengan
54
kcpentingan nasional
Berdasarkan biinyi beberapa pasa di atas mengenai pengawasan
terhadap pentingnya peredaran narkotika wajib diawasi secara ketat
dikarenakan saat ini pemanfaatannya banyak untuk hal-hal yang negatif
D i samping itu melaiui perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi penyebaran narkotika sudah menjangkau hampir ke semua
wilayah di Indonesia hingga ke pelosok-pelosok Daerah yang sebelumnya
tidak pcrriah tersentuh oleh peredaran narkotika lambat laun berubah
menjadi sentra peredaran narkotika Begitu pula anak-anak yang pada
mulanya awam terhadap barang haram ini telah berubah menjadi sosok
pecandu yang siikar untuk dilepaskan ketergantungannya
Sebelum Iahimya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
mengenai narkotika diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997
tentang Narkotika namun undang-undang ini tidak dapat dipertahankan
lagi keberadaannya karena adanya perkembangan kualitas kejahatan
narkotika yang sudali menjadi ancaman serius bagi kehidupan umat
manusia Pengguna narkotika sangat beragam dan menjangkau semua
lapisan masyarakat mulai dari anak-anak hingga orang dewasa orang
awam hingga artis bahkan hingga pejabat publik
Efek negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan narkotika secara
berlebihan dalam jangka waktu lama serta tidak diawasi oleh ahlinya
dapat
menimbulkan berbagai dampak negatif pada penggunanya baik secara
55
fisik maupun psikis Bahkan tidak janing penggunaan narkotika dapat
memicu terjadinya berbagai tindak pidana Karena itu untuk mencegah
semakin mcluasnya dampak negalif yang ditimbulkan dari penggunaan
narkotika maka pengawasan tidak hanya terbatas pada peredaran
narkotika tetapi juga pada mereka yang menjadi korban misalnya
sescorang yang menderita ketergantungan narkotika (pecandu) Apabila
seorang pecandu narkotika telah divonis bcrsalah oleh hakim atas tindak
pidana narkotika yang dilakukannya maka untuk memberikan kesempatan
pada yang bersangkutan agar tcrbebas dari kecanduaniiya maka hakim
dapat mcmutuskan untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani
pengobatan danatau perawatan
Pengobatan dan perawatan terhadap pecandu narkotika dilakukan
melaiui fasilitas rchabilitasi Rcliabilitasi medis dan sosial yang diberikan
kepada pecandu dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan
kemampuan fisik mental dan sosialnya Selain pengobatan dan perawatan
melaiui rehabililasi medis proses penyembuhan pecandu narkotika dapat
diiaksanakan oleh masyarakat melalul pendekatan keagamaan dan
tradisional
Sebagai conloh di Pakem Sleman Yogyakarta telah didirikan
sualu kliiiik alau Pusat Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkotika
Psikolropika dan Zal-zat Aditiflainnya (NAPZA) Terpadu yang didirikan
atas kerjasania Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dan
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang diresmikan pada tanggal 7
56
Desember 2005 Tujuan umum pendiriaii pusat rehabilitasi terpadu ini
adalah untuk memberikan jaminan penanganan paripurnakepada korban
penyalahgunaan Napza melaiui aspek hukum aspek medis aspek sosial
aspek spiritual serta pengembangan pcndidikan dan pelatihan dalam
bidang NAPZA secara terpadu sedangkan tujuan khususnya adalah
1 Terhindarnya korban dan instilusi dan penelrasi pengedar
2 Terhindarnya kerusakan mental dun masa depan para penyalah guna
Napza yang akan mcmbtinuh potensi pengembangan mereka
3 Terhindarnya korban-korban baru akibat penularan penyakil-penyakit
seperti Hepatitis HIVAIDS dan penyakit menular lainnya
4 Terwujudnya proses pengembangan penanganan korban NAPZA dan
aspek ilmiah serta keiimuan yang dinamis sesuai perkembangan zaman
sebagai pusat jaringan informasi terpadu dan mewujudkan teknis
penanganan penyalahgunaan narkotika dan obat-obalan terlarang bagi
daerah sekitamya maupun nasional
Pemberian perlindungan kepada korban narkotika lentil tidak dapat
dibebankan sepenuhnya kcpada pemeriiilah peran serta masyarakat pun
diharapkan ada salah salunya diterimanya kembali mantan pani pengguna
dalam lingkungannya tanpa melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya
diskriminatif bahkan dengan mcmposisikan mereka sebagai warga keias
dua yang harus dljauhi
Bentuk periindunganyang diberikan terhadap pelaku maupun
Dikdik M ArilMansur dan tUisUiris Guitom loa cil hal 90
57
korban penyalahgunaan narkolika dan psikotropika daiambentuk
rehabilitasi
Rehabilitasi adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang
dilujukan kepada pemakai narkolika dan psikotropika yang sudah
menjalani program kuratif Tujuannya agar pelaku tidak memakai lagi
dan bebas dari penyakit ikutan yang disebabkan oleh bekas pemakaian
narkotika dan psikotropika
3 Tahapan-tahapan rchabilitasi terhadap self-victimizing victims
Tahapan-tahapan rehabilitasi terhadap self-victimizing victims atas
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika yang ada di Indonesia tidak
sama Ada yang menekankan rehabilitasi hanya pada aspek medis ada
pula yang lebih menekankan pada aspek rohani Atau memadukan kedua
pendekatan tersebut dengan komposisi yang seimbang Yang ideal
rehabilitasi seorang korban narkotika dan psikotropika harus dilakukan
secara holisitik baik secara fisik psikis maupun kerohaiiiannya
1 Tahapan pengobatan (rehabilitasi)
Secara umum ada beberapa tahapan yang harus dilewati
Masing-masing tahapan tersebut memakan waktu bervariasi ada yang
seminggii sebulan dan bahkan berbu lan-bulan tcrgantung tingkat
ketergantungan tekad korban dan juga dukungan berbagai pihak
terutama keluarga dalam seluruh proses tersebut Setiap tahapan
Subagjo PiirloUiharjo Loc cU hal 105 ^ E M Giri Prastowo loc cil hal 28 -29
58
tersebut disusun dan dibuat untuk inenganlar pasien secara bertaiiap
melepaskan dari ketergantungan narkotika dan psikotropika Beberapa
tahapan rehabilitasi ini yang disajikan berikut sudah Icruji dapat
menyembuhkan atau memulihkan korban narkotika dan psikotropika
secara maksimal
a Tahapan transisi
Penekanaii dalam tahap ini lebih kepada informasi awal
tentang korbanseperti
1) Latar belakang korban
2) Lama ketergantungan
3) Jenis obat yang dipakai
4) Akibat-akibat ketergantungan dan
5) Berbagai inlbrniasi lainnya
Hal ini penling sehingga pada saatnya akan menjadi acuan
bagi pihak yang terlibat secara intensif dalam proses rehabilitasi
Ahl i yang berkompeten (dokter) akan menganaiisa tingkat
ketergantungan korban untuk kemudian meneniukan tingkat
pengobatan dan tingkat pembinaan bagi si korban schingga terapi
dan metode pengobatan bisa dilakukan secara terukur
Tahapan ini Juga dapat dijadikan rujukan untuk meneari
model rehabilitasi yang paling tepat bagi yang bersangkutan Pada
tahap ini tim rehabilitasi akan membantu korban agar menyadari
dirinya sedang menghadapl masalah ketergantungan narkotika dan
59
psikotropika Korban diajak untuk bersama-sama mengatasinya Hal
ini penting karena proses rchabilitasi tidak akan berhasil tanpa
adanya kesadaran korban tentang adanya bahaya yang dihadapinya
Dari situ akan dibangun tekad dan komitmennya untuk
meninggalkan narkotika dan psikotropika
Selain itu pada tahapan ini akan diteliti akibat fisik dari
penggunaan narkotika dan psikotropika Sejauh mana tingkat
kerusakan syaraf dan organ-organ tubuhnya yang rusak Unluk itu
diadakan pemeriksaaii laboratoriumiengkap dan tes penunjang untuk
mcndeteksi penyakit yang diderita korban A[)abia dalam
pemeriksaan ditemukan satu atau beberapa penyakit maka terlebih
dahulu diadakan pengobalan medis sebelum penderita mendapat
proses rehabilitasi lanjutan Langkah ini penting selain agar tubuh
yang bersangkutan bebas dari penyakit juga untuk mencegah
terjadinya penularan balk kepada korban narkotika dan psikotropika
ini diadakan pembersihan darah pada tubuh pecandu sehingga darah
menjadi bersih dan sistem metabolisme tubuh kembali normal
Proses ini dapat dilakukan melaiui cara-cara berikut
1) Cold Turkey abrupt withdrawal) yaitu proses penghentian
pemakaian narkotika dan psikolropika secara tiba-tiba tanpa
disertai dengan substitusi antidotum
2) Bertaliap atau substitusi bertahap misalnya dengan kodein
^Ibidhal 30
60
methadone CPZ atau clocard selama i -2 minggu
3) Rapid Detoxification dilakukan dengan anestesi umum (6-12
jam) dan
4) Simtomatik tergantung gejala yang dirasakan
2 Rehabilitasi intensif
Setelah melewati masa transisi (pengumpulan informasi tentang
keadaan korban dan latar belakangnya) baru masiik pada fase
berikutnya yakni proses penyembuhan secara psikis Motivasi dan
potensi dirinya dibangun daiam tahap ini Korban diajak untuk
menemukan dirinya dan segala potensinya sambil juga menyadari
berbagai keterbalasannya Bahwa untuk mengatasi masalah hidup yang
bersangkutan tidak perlu harus mengkonsumsi narkotika dan
psikotropika Narkotika dan psikotropika justru menciptakan masalah
baru yang jauh lebih besar dalam hidupnya Narkotika dan psikotropika
bukanlah solusi tetapi menjadisumber masalah Pada tahap ini berbagai
contoh dapat dipcrlihatkan kepada korban
Yang terlibat di dalam tahap ini yang utama adalah korban itu
sendiri sebagai pelaku self-victimizing victims) Korban harus punya
tekad untuk hidup tanpa narkotika dan psikotropika Korban harus bisa
menatap masa depan dengan penuh optimisme Selain yang
bersangkutan peranan keluarga (orang liia dan saudara-saudaranya
suami atau istri) juga sangal pcnling Anggota keluarga ini harus secara
intensifmendampingi dan jnenopang korban
61
Staf di paiiti rehabilitasi para konselor psikolog dan semua
pihak di panti rehabilitasi untuk bersama-sama mcmbangun
kepercayaan diri korban Seluruh proses ini membutuhkan waktu
berbulan-bulan bahkan selama bertahun-tahun tergantung tingkat
ketergantungan dan efeknya bagi korban Berbagai terapi yang
dilakukan selama dalam tahap ini baik yang dilakukan secara pribadi
maupun bersama-sama lewat berbagai aktivitas di panti rehabilitasi
tersebut bertujuan untuk memberdayakan kembali korban yang disekian
lama telah terpuruk oleh narkolika dan psikotropika Sebagai langkah
awal untuk sosialisasi diri dengan masyarakat korban juga secara
bertahap mulai mcmbangun komunikasi dengan orang lain di Iuar
komunitas rehabilitasi
Menurut Romo Lambertus Somar MSG dalam bukunya
Rehabilitasi Pecandu Narkotika dan Psikotropika pada tahap ini ada
tiga titik yang harus dilewati yang lebih dikenal dengan tahapan
stabilisasi pribadi yailu^
1 Secara sadar dan tekun melepaskan diri dari berbagai penyakit dan
akibatakibat lainnya (no to drugs) Tahap ini merupakan tahap
stabilisasi awai atau tahap konsolidasi (comolidation)
2 Menemukan jati diri menguasai kiat-kiat dan keterampilan-
keterampilan untuk menyehatkan serta mengisi hidup secara lebih
bermakna dan bermulu Latihan keterampilan vokasional (kerja) dan
E M Giri Praslowo Loc cil hal 32
62
peiigungkapan diri dari dimulai dibina sebiiigga disebul juga (afiap
pengukuan diri (jyerwtuil appraisal) Inilah lahap slabilisasi
niericiigah (inadya)
3 Dengan inisiatif pribadi orang secara sadar mulai berfikir dan
bertindak untuk mencapai prestasi-prestasi tertentu schingga disebut
juga tahap positive thinking and doing Tahap ini merupakan tahap
stabilisasi akhir
4 Tahap rekonsiliasi Tahapan berikut yang harus dilewati dan sangat
vital adalah tahap rekonsiliasi Tara korban tidak langsung
herinlcraksi secara bebas dcngan masyarakat akan tctiipi lerleblh
dahulu ditampung di sebuah lingkungan khusus selama beberapa
waktu sampai pasien benar-benar siap secara mental dan rohani
kembali kelingkungannya semula Yang paling ulama dalam fase ini
adalah pembinaan mental spiritual keimanan dan ketakwaan serta
kcsepiikatan sosial kemasyarakaian Proses ini bisa meliputi program
pembinaan jasmani dan rohani
Sampai ke tahap ini yang bersangkutan masih tcrikat dengan
rehabilitasi foimal namun sudah mulai membiasakan diri dengan
masyarakat Iuar sehingga merupakan proses resosialisasi (reentry) atau
penyesuaian (reconcilialion) Proses ini melewati tiga titik penting juga
yaitu
1 Tinggal lebih sering dan lebih lama di lingkungan keluarga sebagai
63
teiiipal tinggal tetap atau pun tempat tinggal transit unluk
resosialisasi sambil mclaiijiitkan kegiatan pilihan sebagai penunjang
masa selanjutnya Di sini terjadi perdamaian dan penycsuaian-
penyesuaian kembali dengan lingkungan
2 Rencana masa depan yang jelas dan siap direalisasikaii dengan
dukungan keluarga atau pihak-pihak lain Pada tahap ini korban
dapat memulai aktivitasnya lagi seperti sekolahkuliah mulai bekerja
atau merintis usaha sendiri
3 Kontak awal dengan kelompok-keiompok atau program-program
pemeliharaan lanjut aftercare) Di sini orang meiierima dirinya
seperti apa adanya merasa puas lalu mempercayakan dirinya ke
tangan orang lain
4 Pciiieliharaaii Lanjut Pada tahap ini walaupun secara fisik yang
bersangkutan sudah dinyatakan seliul dan secara psikis pun sudali
pulih namun masih ada kcmungkinan mereka akan tergclincir
kembali icbihlebih saat mereka sedang menghadapl masalah Pada
saat itu bisa Jadi mereka bemostagia dengan menikmati narkolika
dan psikotropika Saat ini juga niwaii Karena itu setiap korban yang
niemasuki tahap inidipersiapkaii sungguh-sungguh agar dapal
melewati dan mengatasi sUuasi rawan ini dengan melewati tiga titik
ini yakni
a Mengubah menghilangkan aUiu menjauhi hal-hal yang bersifat
bid hul 34
64
nostaigia kesenaiigan narkolika dan psikolropika
b Setiap mengikuti program-program dan aeara-acara aftercare
(pemeliharaan lanjut) dan
c Dapat juga mcUbatkan diri dalam gerakan atau kelompok bersih
narkoba dan peduli penanggulangannya
BAB IV
PENUTUP
A Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dipaparkan tersebut di atas peneliti
memberikan beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap
permasalahan di dalam penelitian ini sebagai berikut
Di antara berbagai faktor yang dapat mempengaruhi seseorang atau
individu menyalahgunakan narkotika atau psikotropika terdapat faktor
yang paling duininan yakni laktor yang bersumber dari keadaan keluarga
dan lingkungan bukan karcnn faktor individunya Karena faktor keluarga
yang buruk dan lingkungan yang juga buruk dan saling mendukung dapat
mempengaruhi individu menjadi pelaku lindak pidana penyalahgunaan
narkolika dan psikotropika tersebut dengan kata lain faktor keluarga dan
lingkungan yang buruk ini membuka kesempatan kcpada seseorang untuk
merasakan pergaulan dengan narkotika atau psikotropika sehingga dapal
menimbulkan ketergantungan terhadapnya
2 Perlindungan lerhadap korban narkotika- jika dihubungkan dengan
beberapa teori pemidanaan dalam perspektif Undang-Undatig Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika yang baru terdapai keseimbangan antara
perlindungan terhadap pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana
bahwa berdasarkan sanksi baik pidana maupun denda yang terdapat dalam
undang-undang ini sangatlah bcrat-bcnil dan tegas Ini berarti bahwa
65 bull
66
undang-undang narkotika yang baru tersebut lebih mementingkan korban
dari pada pelaku kejalialan narkotika Mengingat bahwa dcngan adanya
pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan ktgtrban semakin
banyak yang berjatuhan seliingga daripada korbannya anak bangsa yang
memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara Indonesia
maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-beratnya
terhadap si pelaku lindak pidana narkolika bahkan pidana mati atau
seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-
undang yang baru ini juga diatur mengenai rchabilitasi terhadap korban
baik korban yang diakibatkan oleh orang lain niaiipim karena self
victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku ilu
sendiri
Saran
Adapun yang menjadi saran peneliti di dalam penelitian ini yang
menjadi harapan untuk dipcrliatikan bersama adalah sebagai berikut
1 Diharapkan bagi setiap keluarga untuk menjaga keharmonisan melakukan
pengawasan dan mcnanainkan pcndidikan yang benar terutama dalam lial
menyeimbangkan antara emosi inteligensi dan spritual sejak dari din
terhadap anak sebagai benteng terhadap dirinya untuk dapat membentengi
dari pengaruh narkotika dan psikotropika yang semakin mengancam
keadaan lingkungan masyarakat
2 Diharapkan terhadap pemerintah untuk melakukan sosialisasi yang
teriiitegrasi dan menyeluruh terhadap semua lapisan masyarakat baik
67
masyarakat di pedesan (primitlf) maupun masyarakat kota betapa besamya
sanksi pidana dan denda yang digariskan di dalam undang-undang
narkotika dan psikotropika misalnya dcngan mcmpublikasikannya dalam
bentuk billboard di pcrsiinpangan jalan sehingga setiap orang yang lewat
dengan secara otomatis masyarakat akan inengelaliuinya dan
berkemuiigkiiian orang yang membacanya setidaknya tlmbul rasa takut
untuk terjun ke dalam penyalahgunaaan narkotika dan psikotropika
tersebut
D A F T A R PUSTAKA
A Bukii
Arrasjid Chainur Sualu Pemikiran Tentang Psikologi Kriminil Mcdan Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU 1999
Gerson Bawengan Penganlar Psichology Kriminil Jakarta Pradya Pramita 1973
Gosita Arif Masalah Korban Kejahatan Jakarta Akademika Pressindo 1993
Hakim M Ariel Narkoba Bahaya dan Penanggulangannya Bandung Jembar 2007
Hawari Dadang Konsep islam Memerangi AIDS dan NAZA Get X i Yogyakarta Dhana Baktl Priaya 1997
Kaligis OC dan Soedjono Dirdjosisworo Narkoba dan Peradilannya di Indonesia (Retbrmasi Hukum Pidana Melaiui Perundangan dan Peradilan) Bandung PT Alumni 2002
Kartono Kartini Psichology Abnormal Bandung Alumni 1972
Mansur Dikdik M Arif dan Elistaris Guitom Urgensi Perlindungan Korban Kejahalan Antara Norma dan Reaiita Bandung Agustus Fakultas Hukum Universitas Padjajaran 2006
Mardani Penyalahgunaan Narkoba Daiam Perspeklif Hukum islam dan hukum Pidana Nasional Jakarta IH RajuGrufindoPersado 2007
Marpaung Leden Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005
Moelyono Anton M Kumus Besar Bahasa Indonesia Get 11 Jakarta Balai Pustaka 1988
Muladi HAM Dalam Persepkiif Sistem Peradilan Pidana dalam Muladi (ed) Hak Asasi Manusia Hakekal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat Bandung Refika Aditama 2005
dan Barda Nawawi Arlef Bunga Rampai Hukum Pidana Bandung Alumni 1992
Partodiharjo Subagyo Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannyai Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2003
Ioyk Fanny Jonathans Sehiiah Kesehatan Narkoba Sayonara Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2006
Prastowo EM Giri Rehabilitasi Bagi Korban Narkoba Tangcrang Visimedia 2006
Prodjodikoro Wirjono Asas-asas Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005
Roeslan Saieh Stelsel Pidana Indonesia Jakarta Bina Aksara 1987
Soedjono D Segi Hukum Tentang Narkolika di Indonesia Bandung Karya Nusanlara 1977
Hukum Narkolika Indonesia Bandung PT Citra Adtya Baktl i 990
Soekanto Soerjono dan Sri Mumadjj Penelitian Hukum Normalif Suatu Tijnjauan Singkat Jakarta Rajagrafindo Persada 2001
Sudarsono Kenakalan Remaja cet Ii Jakarta Rineka Cipta 1992
Tom dkk Bahaya NAPZA Bagi Pelajar Bandung Yayasan Al-Ghifari Morgan 1999
Tim BNN Materi Advokad Pencegahan Narkoba Jakarta Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia 2005
Yustisia Himpunan Peraturan Pemndang-Undangan Anti Narkoba diterjenialikuii oleh Tim iustaka Yuslisia Yogyakarta iuslaka Yustisia 2006
Waluyo Bambang Penelitian Hukum dalam Prakiek Jakarta Sinar Grafika 1996
Wcda Made Darma Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korporasi dalam niingti Rampai Viktimisasi Bandung Eresco 1995
B Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Pasal 152
Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika22Tahun 1997 tentang Narkotika
Keppres Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkolika Nasional
CInternet
htlpwwwbnngoidportalbariiiiorlalkQnlenpltpniima^Prorilampop^visi niisiamp tnn=lamp diakses tcrakiiir tanggal 13 November 2014
httpthed03hlogspoteom2008l Ohukuiii-viktimolQgihtmk diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014
httpwwwikonbaliorg26062Q(19advokasipctisi-ikon-bali-segera-tcrapkan-semahtml Petisi Ikalan Korban Napza (IKON) dalam rangka menyambut Hari Anti Narkotika (HANI) dan Hari Anti Penyiksaan 2009 diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014
httpwwwsurnekscoidindexphp7pption=^om cpntentampview=articleampid=^1405 2010-kej ati-baru-terapkan-uu-no-3 52009ampcatid=44 ilir-barat-i-bukit-keciIampUemid=94 diakses lerakJiir tanggal 12 Desember 2014
httpidsbvoongcQmexact-sciencesl8Q8652-getielika-dan-keiahatan Faktor Genetik Penyebab Kejahalan diakses terakhir tanggal 10 jaiiuari 2014
httpwwwasiasecuritiescoidsys 12ximagesstories201QEqtiitv2Q Pdf diakses terakhir tanggal 10 Januari 2014
LAMPIRAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
F A K U L T A S HUKUM
K A R T U AKTIVITAS BIMBINGAN SKRIPSI
N A M A MAHASISWA DIANA SAPUTRA
N O M O R INDUK MAHASISWA 50 2011 059
P R O G R A M STUDI I L M U H U K U M
PROG K E K H U S U S A N H U K U M PIDANA
P E M B I M B I N G M S O L E H IDRUS SHMH
l U D U L SKRIPSI P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T U N D A N G U N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I
KONSULTASI
K F -
MATERI YANG
DIBIMBINGKAN
PARAF
PEMBIMBING K E T
luymdash
y^ ^ Tlt2 N ^
7 M e
fSUL
k ^
CATATAN MOHON DIBERI WAKTU MENYELESAIKAN SKRIlSl RUiAN SEJAK TANGGAL DIKELUARKAN DITETAIKAN
DIKELUARKAN DI PALEMBANG PADA TANGGAL KETUA BAGIAN
JUDUL P E N Y A L A H G U N A A N N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG UNDANG N O M O R 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I
P E R M A S A L A H A N 1 Apa yang menjadi faktor tcrjadinya penyalaJigunaan narkotika dan psikotropika
2 Bagaimana pengaturan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspektif victimologi
B A B l P H N D A I i U L U A N A Latar Belakang B Permasalahan C Ruang Lingkup dan Tujuan D Metode Penelitian E Sistematika Penulisan
B A B 11 T I N J A U A N PUSTAKA
A Pengertian penyalahgunaan B Pengertian victimologi C Ruang lingkup victimologi D Jents dan penggolongan narkotika dan psikotropika E Undang Undang yang mengatur tentang narkotika
dan psikotropika
BAB I I I PEMBAHASAN A Faktor yang menyebabkan terjadinya
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika
B Penyalahgunaan narkotika dan psikolropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspeklif victimologi
BAB IV PENUTUP A Kesimpulan
B Saran-saran
DAF1AR PUSTAKA
L A M P I R A N - L A M P I R A N
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM
Lampiran Perihal Kepada
Sistematika penulisan (Outline) Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi YUi NUR HUSNI LMILSON SHSpNMH
Pembimbing Akademik Fakultas Hukum UMP dl-Palembaniz
Assalamualaikum WrWb
Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama DIANA SAPU I RA
Program Kekhususan Flukum Pidana
fada semester Lianjil tatiun kuliati 2UI42UI5 sudah menyelesaikan betian studi yang meliputi MPKMKKMKBMPBMBB (139 sks)
Dengan ini mengajukan pcrmohonan untuk penelitian Hukum dan Penulis Skripsi dengan judul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG-UNDANG N O M O R 35 T A H U N 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I
Demikianlah atas perkenaan Ibu diucapkan terima kasih
Wassalamualaikum WrWb
NIM 50 2011 059 Ilmu Hukum Program Studi
Palembang September 2014 Pemohon ^^--^5
Rekomendasi PAYbs
Pembimbing Akademik
HUSNI EMHSON SH SpN MH
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM
REKOMENDASI DAN PEMBIMBING SKRIPSI
Nama Nim Program Study Program Kekhususan Judul skripsi
DIANA SAPUTRA 50 2011 059 Ilmu Hukum Hukum pidana PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI
I Rekomendasi Ketua Bagian a Rekomendasi
b Usulan Pembimbing
Hukum Pidana
raiemoang iepiemt)er zu 14 KetuaJBagu
LuuTiiiAKNurCsHrR^
I L Penatapan Pembimbing Skripsi Oleh Wakil Dekan I
1 2
Palembang September 2014 Wakil Dekan I
- i poundL Dr Hj SRI S U L A S T R I SH M H
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah i n i Nama Tempat Tanggal Lahir N I M Program Studi Program Kekhususan
DIANA SAPUTRA PetransJaya 15 Januari 1992 502011059 Ilmu Hukum Hukum Pidana
Menyatakan bahwa karya ilmiah skripsi saya yang berjudul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANGshyU N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F VICTIMOLOGI
Adalah bukan merupakan karya tulis orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali daiam bentuk kutipan yang telah kami sebutkan sumbemya
Demikianlah surat pemyataan ini kami buat dengan sebenar-benamya dan apabila pemyataan ini tidak benar kami bersedia mendapatkan sanksi akademis
Palembang September 2014
PERMOHONAN UNTUK MENGIKUTI SEMINAR PROPOSAL
Palembang Oktober2014 Perihal Mohon untuk diiaksanakan seminar
Proposal Penelitian Skripsi
Kepada Yth Ibu Luil Maknun SH MH Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang D i -
Palembang
Assalamualaikum Wr Wb Saya yang bertanda tangan dibawah Ini Nama DIANA SAPUTRA
NIM 50 2011 059
Program Kekhususan Hukum Pidana
Bahwa yang bersangkutan telah layak untuk mer^ikiuti Seminar Proposal rencana penelitian skripsi yang judul PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI
Mohon kiranya yang bersangkutan untuk dijadwalkan mengikuti Seminar Proposal usul Penelitian Skripsi
Demikianlah disampaikan untuk dipertimban^Lan Wassalamualaikum Wr Wb
Pembimbing Skripsi
M SOLEH IDRUS3HMS
H A L A M A N P E R S E T U J U A N U N T U K M E N G I K U T I S E M I N A R P R O P O S A L
Nama DIANA S A P U T R A
N I M 50 2011059
Program studi Ilmu Hukum
Program kekhususan Hukum Pidana
Judui Penelitian PENYALAHGUNAAN N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A
MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI P E R S P E K T I F VICTIMOUHH
Palembang Oktober2014 Disetujui Pembimbing
M S O L E H IDRUSSH MS
Ketua Bagian Hukum Pidana
LuU MaknunSH M H
![Page 5: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/5.jpg)
K A T A P E N G A N T A R
Assalamualaikum fVr Wb
Alhamamdulillah puji syukur kepada Allah SWT yang telah senantiasa
melimpahkan rahniat dan kaninia-Nya kepada penulis
Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada Baginda Nabi Besar
Muhammad SAW keluarga serta para sahabal beliau dan pengikul-pengikutnya
yang selalu istiqomah sampai akhir zaman
Dalam penulisan skripsi ini penulis melewati masa-masa yang sulit dan
berusaha sebaik-baiknya dcngan kemampuan yang penulis mi l ik i Dan berkat
rahmat Allah S W I pula penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan
judut P E N Y A L A H G U N A A N N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A
M E N U R U T UNDANG UNDANG N O M O R 35 T A H U N 2009 D A R I
P E R S P E K T I F VICTIMOLOGF
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempuma dan banyak
kekurangan Untuk i lu saran dan kritik sangat penulis harapkan demi tercapainya
kesempumaan skripsi ini
Pada kesempatan yang baik ini penulis mengucapkan tcrima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan khususnya kepada
1 Bapak Dr H M Idris SE MSi Seiaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Palembang
V
2 Ibu Dr Sri Suatmiati SH MHum Seiaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Palembang
3 Bapak dan Ibu Seiaku Wakil Dekan I I I I l l dan IV Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Palembang
4 Ibu Luil Maknun SH M H Seiaku Ketua Bagian Hukum Pidana di
Universitas Muhammadiyah Palembang
5 Bapak Nur Husni Emilson SH SpN M H Seiaku Penasehat Akademik
yang selalu membimbing Penulis
6 Bapak M Soleh Idrus SH M H Seiaku Pembimbing Skripsi
7 Seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta Karyawan Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Palembang
8 Sahabat-sahabatku tercinta
9 Serta seluruh leman-teman penulis angkatan 2011 yang tidak dapat disebutkan
satu persatu Semoga sukses
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita
semua dan semoga amal ibadah kita mendapat balasan dari Allah SWT
Palembang 2015
Penulis
Diana Saputra
vi
P E R N Y A T A A N K E A S L I A N K A R Y A I L M T A H
Dengan ini saya D I A N A SAPUTRA menyalakan bahwa Karya
llmiahSkripsi ini adalah asli hasil karya saya sendiri dan karya ilmiah ini belum
pemah diajukan sebagai pemenuhan persyaratan untuk memperoleh gelar
kesarjanaan Strata Satu (SI) dari Universitas Muhammadiyah Palembang maupun
Perguruan Tinggi lain
Semua informasi yang dimuat dalam karya ilmiah ini yang berasal dari
penulis lain baik yang dipublikasikan atau tidak tclah diberikan penghargaan
dengan mengutip nama sumber penulis secara benar dan semua isi dari Karya
Ilmiah ini sepeanuhnya menjadi tanggung jawab saya sebagai penulis
Palembang Maret 2015
Penulis
DIANA S A P U T R A N I M 50 2011 059
v i i
D A F T A R ISI
H A L A M A N J U D U L i
H A L A M A N P E R S E T U J U A N U N T U K U J I A N K O M P R E H E N S I F i i
M O T T O DAN P E R S E M B A H A N i i i
A B S T R A K iv
K A T A P E N G A N T A R v
P E R N Y A T A A N K E A S L I A N K A R Y A I L M I A H vi
D A F T A R ISI v i i i
B A B I P E N D A H U L U A N
A Latar Belakang
B Perumusan Masalah 5
C Ruang Lingkup dan Tujuan 5
D Metode Penelitian 6
F Sistematika Penulisan 7
B A B H T I N J A U A N P U S T A K A
A Pengertian Penyalahgunaan 9
B Pengertian Viclimohgi 10
C Ruang Lingkup Victimologi 11
D Jenis dan Penggolongan Niirkotika dan Psikotropika 12
a) Narkotika 12
b) Psikotropika 17
viii
B A B I I I P E M B A H A S A N
A Perkembiingan pengaturan tentang tindak pidana
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika sebelum iahimya
dan menurut undang-undang nomor 35 tahun 2009 22
B Pengaturan Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997
Tentang Psikotropika dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun
1997 Tentang Narkotika 40
C Pcnyalahgunaaan Narkotika dan Psikotropika Dalam
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari
Perlindungan Terhadap Korban 44
1 Self-victimizing victims narkotika dan psikotropika 44
2 Rehabilitasi terhadap self-victimizing victims 48
3 Tahapan-tahapan rehabilitasi terhadap self-victimizing
victims 57
B A B IV P E N U T U P
A Kesimpulan 65
B Saran 66
D A F T A R P U S T A K A
L A M P I R A N
ix
B A B l
PENDAHULUAN
Latar Belakang
PciTindiingan korban lindak pidana dalam sistein liukimi nasional
nampaknya belum memperoleh perhatian serius Hal ini terlihat dari masih
sedikitnya hak-hak korban tindak pidana memperoleh pengaturan dalam
perundang-undangan nasional Adanya ketldakseimbangan antara
perlindungan korban kejahatan dengan pelaku kejahatan pada dasarnya
merupakan salah satu pengingkaran dari asas setiap warga ncgara bersamaan
kedudukaiinya dalam hukum dan pemerintahan sebagaimana diamanatkan
oleh Undiing-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konslitusional
Niirkotika Psikotropika dan Bahan Aditif Lainnya adalah berbagai
macam obat yang semestinya dinianfaalkan sesuai dengan kcpentingan
tertentu niisalnya pada dunia mcdis untuk mcmbantu proses kerja dokter
dalam melakukan opcrasi bedah Akan tetapi saat ini obat-obat terlarang ini
telah dikonsumsi diedarkan dan diperdagangkan tanpa izin berwajib demi
memperoleh keuntungan dan nikmat sesaat saja Karena pengaruh Narkotika
dan Psikolropika tersebut dapat membuat pemakai menjadi ketergantungan
merusak sampai ke sel-sel saraf manusia seliingga melemalikaii daya pikir
dan lambat memberikan rekasi terhadap lawan bicara Untuk menganaiisa
materi pelajaran bagi pelajar dan mahasiswa yang terkena bahaya Narkotika
atau Psikotropika dapat mengakibatkan pada kelambatan berfikir sehingga
1
2
harapan dalam pencapaian pcmbangunan nasional dapal tcrganggu
Bahaya nicngedarkan Narkotika dan isikolropika dapat dibayangkan
berapa banyak sel syuraf otak mahusia yahg akan dlrusak borapa gencfasl
muda anik sekoiah dan mahasiswa terus diburu pengedar Narkotika dan
Psikotropika tersebul bahkan dapat mengakibatkan kematian^
Keterganl jngan lerhadap Narkotika dan Psikotropika pada mulanya ingin
coba-coba dulu karena Narkotika maupun Psikolropika tersebul dapat
membuat pemakaiiiyu bcrhalusinasi seolah lupu tchadiip masalah dan berada
pada dunia keindahaii Jika laktor kesempatan untuk mendapatkan Narkolika
dan Psikotropika sangat mudah dari pengedar maka dapal mengakibatkan
korban akan semakin bertambah Melihat besamya bahaya penyalahgunaan
Narkotika dan Psikotropika lerhadap individu dan mengganggu pencapaian
cita-cita NKRl maka lerhadap Narkotika maupun Psikolropika harus
dilakukan penanggulangannya sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku
Scjak awat mula Iahimya hukum pidana fokus subjek yang paling
banyak disoroti adalah si pelaku Padahal dari sualu kejahatan kerugian yang
paling besar didcrita adalah pada si korban kejahatan tcrsebut Akan tetapi
scdikit sekali ditemukun hukum-hukum atatipun peraturan perundang-
undangan yang mengatur tcnung korban serta perlindungan lerhadapnya
httpw^vbnn (ioidportalhiirup(irlalkoTilenphpnaTna=lrofilampopvisL _iTiisiampmn^l diakscs tcrukhir tanggal 29 December 2(M4 Iihal juja Kcpprcs Nti 17 Taliun 21X12 tentang Itadan Narkotika Nasional pada bagian konsidcran mcnimbang huruf (J) bcrbunyi Bahwa sehubungun dengan pertimbiingan hunifu huruf b huruf c dan sebagai pcluksunaan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkolika ficrlu niembcntuk Badan Narkotika Nusiona dcngan Keputusan Iresiden
^Funny Jonathans Poyk Suhiiah KusehiUan Narkoba Sayonara (Jakarta IT (Jelora AkHuru Iralama 2006) lial 9 Made Darma Weda Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korfwrasi dalam Bunga
3
Berbicara mengenai upaya penanggulangan kejahatan atau tindak
pidana Narkotika dan Psikotropika yang tepat maka cara pandang sebaiknya
tidak hanya terfokus pada berbagai hal berkaitan dengan penycbab timbuliiya
kejahatan atau metode apa yang efektif dipergunakan dalam penanggulangan
kejahatan tersebul Namun hal lain yang tidak kalah penlingnya untuk
dipahami adalah masalah korban kejahatan itu sendiri yang dalam keadaan-
keadaan lertentu dapal menjadi pemicu munculnya kejahatan dalam tindak
pidana Narkotika dan Psikotropika tersebul
Piida saat berbicara tentang korban kejahatan dalam tindak pidana
Narkotika dan Psikotropika maka cara pandang tidak dapat dilepaskan dari
victimologi Melalul victimologi dapal diketahui berbagai aspek yang
berkaitan dengan korban seperti faktor penyebab munculnya kejahatan
penyalahgunaan bagaimana seseorang dapat menjadi korban
penyalahgunaan dan upaya mengurangi terjadinya korban kejahatan
penyalahgunaan serta hak dan kewajiban korban kejahatan dalam tindak
pidana Narkolika dan Psikotropika tersebut Secara victimologi terhadap
korban kejahatan dalam tindak pidana Narkotika dan Psikotropika misalnya
korban yang ditemukan pada anak usia 7 tahun sudah ada sebagai pemakai
anak di usia 8 talum sudah ada yang memakai ganja dan lalu di usia 10 tahun
anak-anak sudah menggunakan Narkotika alaupun Psikotropika dari berbagai
jenis seperti ganja heroin morfni ekstasi dan sebagainya
Kraquogtrban dalam lingkup victimologi memiliki arti yang luas karena
Rampai Vihmisusi (Bandung Krcsco 1995) hal 200 TM Giri Prasln vo Rebahilium liagi Korban Narkoba ( Iangerang Visimudia 2006) hal v
4
tidak hanya terbatas pada individu yang secara nyata menderita kerugian
tetapijuga kelompok korporasi swasta maupun penierintali sedangkan yang
dimaksud dcngan akibat pcnimbulan korban adalah sikap atau tindakan
terhadap korban danatau pihak pelaku serta mereka yang secara langsung
atau tidak terlibat dalam terjadinya suatu kejahatan
Pentingnya korban kejahatan dalam tindak pidana Narkotika dan
Psikotropika ihempcroleh perhatian utama DIkarenakan korban merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kejahatan oleh karena ilu maka
korban memiliki peranan yang sangat penting dalam penelitian ini
Diperolchnya pemahaman yang luas dan mendaiam tentang korban kejahatan
dalam linJak pidana Narkotika dan Psikolropika dapat [nenuidahkan dalam
menemukan upaya penanggulangan kejahatan yang pada akhimya akan
bermuara pada menurunnya kuantitas dan kualitas kejahalan Sejalan dcngan
semakin bcrkembangnya victimologi sebagai cabang ilmu baru berkembang
pula berbagai runuisan tentang victimologi Kondisi iiii hendaknya tidak
dipandang sebagai pertanda tidak adanya pemahaman yang seragam
mengenai ruang lingkup victimologi tetapi harus dlpaiidang sebagai bukti
bahwa vU timologi akan selalu berkembang sejalan dengan perkembangan
yang terjadi dalam masyarakat
Berdasarkan uraian di atas yang menjadi obyek pengkajian dari
victimologi penyalahgunaan Narkolika dan Psikotropika di antaraiiya adalah
faktor terjadinya kejahatan dan bagaimanakali pengaturan Narkotika dan
Dikdik M Arir Mimsur dan Elistaris (lultoiii UrgensI Ierilndungan Korban Kejahalan Anlara Norma dan Realita (Bandung Agustus EakulUis Hukum Universitas Padj aj uran 2006) hal 29
5
Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Oleh sebab itu
maka judui yang dipilih unluk diteliti dalam penelitian adalah
Penyalahgunaan Narkotika dan Pstkolropka Menurut Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 Dari Perspektif Victimologi
B Perumusan Masalah
1 Apa yang menjadi faktor faktor yang menyebabkan terjadinya
2 Bagainiana pengaturan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika dan
Psikotropika daiam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dari perspektif
victimology
C Ruaug lingkup daii tujuan
Ruang lingkup
Secara umum ruang lingkup skripsi ini untuk mengetahui apa yang
menjadi faktor faktor terjadinya penyalahgunaan narkobadan
penyalahgunaan norkoba menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari
perspektil victimologi
Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan penulisan ini adaiah
sebagai bfrikut
1 Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
penyalahgunaan Narkoba
2 Untuk mengetahui pengaturan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika
dan Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Talum 2009 dari
penyakiligunaanTiarkotika dan psikotropika
6
perspektif viAimo(gtg[
E Metode rcncHtl
Untuk memperoleh data yang kongkril sebagai pcdoman dalam
penulisan skripsi ini maka penulis menggunaan metode sebagai berikul
1 Metode pclaksanaan penelitian
dalam pclaksanaan ini penulis menggunaan metode penelitian hukum
normatif yang bersifal diskriftif dengan menggunaan dala skunder
Penelitian nukum norkatif ini merupakan penelitian kcpustakaan yaitu
penelitian terhadap dala skunder yang iiiempuiiyai ruang lingkup meiipuli
surat sural fakta fakta sampai pada dokumen - dokuincn resmi yang
dikeluarkan oleh instansi lerkait
2 Metode pcngiimpulun data
Pengumpulan data meiiipunyai hubungan yang eral dengan sumber data
karena dcngan pengumpulan dala akan diperoleh data yang dipcrlukan
untuk selanjutnya dianalisis sesuai dengan yang diinginkan Dalam usuha
pengumuian dala dala yang relevan dengan judul ini penulis
menggunakan metode normatif diskriplif dengan menggunakan data
skunder yang berbentuk dokumcntasi
3 Tehnik pcngolahan data
Dilakukan dcngan cara nnalisis isi terhadap teksural untuk selanjutnya
dikoniruksikan dalam suatu kesimpulan
7
Sislemutika [cnulisiin
Penelitian ini dibuul berdasarkan sistematika penulisan di dalam
penelitian ini peneliti mcmbaginya dalam empat bagian yailu
BAB I PENDAHULUAN
Merupakan bab pendahuluan yang menguraikan mengenai hal-hal
berkaitan dengan Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan
dan Maniaat Penclilian Kcaslian Penelitian Tlnjaiian
Kcpustakaan Pengertian Penyalahgunaan Pengertian
Viclimologi Ruang Lingkup dan Manfaat Viclimologi Jenis dan
Penggolongan Narkotika dan Psikotropika Metode Penelitian
dan Sistematika Penulisan
BAB U TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bagian ini menguraikan yaitu mengenai pengertian tentang
penyalahgunaan pengertian tentang ruang lingkup viktimologi
pengertian tentang narkotika dan jcnis-jcnis narkolika
BAB Hi PEMBAHASAN
Merupakan bab yang membahas mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan Pengaturan Sanksi Pidana lerhadap Penyalahgunaan
Narkotika dan Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Ditinjau dari Perlindungan Terhadap Korban dan
Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Self
Victimizing Victims
8
BAB IV K E S I M P U L A N DAN SARAN
Bab ini memuat beberapa kesimpulan dan saran yang dibuat
peneliti sebagai hasil dari pembahasan dun penguraian di dalam
penelitian ini dari keseluruhan permasalahan yang ada
DAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A Pengertinn Pcnyalaliguiiaan
Penyalahgunaan dimaksudkan dalam penclilian ini adalah
penyalahgunaan terhadap narkotika dan psikolropika Dimana bahwa
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika ini diambil dan dipersainakan
dcngan pengertian penyalahgunaan narkoba seperti yang disebutkan Lutfi
Braja yakni memberikan pembatasan mengenai penyalaiiguiiaaii yaitu
Pemakaian narkoba di iuar indikasi medik tanpa petunjuk atau
resep dokter dan peinakaiannya bersifat patologik
(menimbulkan kelainan) dan menimbiilkan humbutan dalam
aktifitas di rumah di sekoiah atau di kampus tempat kerja dan
lingkungan sosial Ketergantungan narkoba adalah kondisi yang
kebanyakan diakibatkan oleh penyalahgunaan zat yang disertai
dengan adanya toleransi zat (dosis semakin tinggi) dan gejala
putus zal
Permasalahan penyalahgunaan mengakibatkan dampak yang sering
terjadi di tengah-tcngah masyarakat dari penyalahgunaan narkolika dan
psikotropika antara lain merusak hubungmt kekeluargaaii menurunkan
kemampuan belajar dan produktifitas kerja secara drastis sulit membedakan
mana perbuatan baik dan perbuatan buruk perubahan pcrilaku menjadi
Mardani Op 01 lial 2
9
10
pcrilaku anti sosial (pcrilaku maladaptil) gangguan kesehalan (fisik dun
mental) mempertinggi jumlah kecelakaan lalu lintas tindak kekerasan dan
kriniinuliLis lainnya
Dari kata penyalahgunaan menandakan bahwa Narkotika dan
Psikotropika tidak selalu bermakna negatif Dcngan begitu narkotika dan
psokitropika yang digunakan dengan baik dan benar oleh dokter untuk
mengobati pasiennya lidak tennasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang
disaiahgunakan Di dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA
(Narkotika Psikotropika dan Zat Adit i f Lainnya)
B Pengertian Victiimlogt
Pada dasarnya perkembangan ilmu pengetahuan tentang korban
kejahalan (viktimologi) lidak dapat dipisahkan dari iahimya peiiiikiraii-
pemikiran brilian dari Hans von Hentig seorang ahli kriminologi pada talum
1941 serta Mendelsohn pada tahun 1947 Pemikiran dari kedua ahli ini
sangat mcmpengaruhi setiap fase perkembangan viktimologi Perkembangan
viktimologi hingga sampai pada keadaan seperti sekarang tentunya tidak
terjadi dengan sendirinya namun telah meiigalami berbagai perkembangan
yang dapai dibagi dalam 3 (tiga) fase sebagai berikut
a iada tahap peitama viktimologi hanya meinpclajari korban kejahatan saja
pada fase ini dikatakan sebagai pehdl or special vtciimolo^
b Pada lase kedua viktimologi tidak hanya mengkaji masalah korban
Oadang Huwari Konsep Islam Memerungt AIDS dan NAA Cel XI (Ycgvakarta Ohaiiii iiakli Idaya 1997) hal 153 Made Danaa Wi da Op cil hal 200
kejahalan tetapi juga meiipuli korban kecelakaan Pada fase ini disebut
sebagai general victimology
c Fase ketiga Vikt imologi sudah berkembang lebih luas lagi yaitu mengkaji
permasalahan korban karena penyalahgunaan kckuasaan dan hak-hak asasi
manusia Fase ini dikatakan sebagai new viciimology
Berdasarkan pengertian di atas nampak je las bahwa yang menjadi
obyek pengkajian dari viktimologi diantaranyu pihak-pihak mana saja yang
terlibat atau mcmpengaruhi terjadinya suatu viktimisasi kriminal
bagaiinanakah respon terhadap suatu viktimisasi kriminal faktor penyebab
terjadinya viktimisasi kriminal bagaimanakah upaya penanggulangannya
dan sebagainya
C R u a i i g L i n g k u p Victimologi
Vikt imologi mencliti topik-topik teiilang korban scperti peranan
korban pada terjadinya kejahatan hubungan antara pelaku dengan korban
rentannya posisi korban dan peranan korban dalam sistem peradilan pidana
Selain itu menurut Muladi viktimologi merupakan suatu studi yang bertujuan
untuk
1 Menganaiisa berbagai aspek yang berkaitan dcngan korban
2 Berusaha untuk memberikan penjelasan sebab musabab terjadinya
vikt imisasi dan
3 Mengembangkan sistem tindakan guna mengurangi penderitaan manusia
^Suryono Ekolaina ST Harum Pudjianlo RS dan G Wiraiama Abortus Iruvocalus Ba^ Korban Perkosnan Persxkif Viktimologi Kriminologi Jan Hukum Pidana Edisi PcrUtma Culakari lurlunii (Jakiiria Univcrsilas AlmaJaya 2001) liul 174 ^ibidMl I7()
12
Menurut JE Sahetapy ruang lingkup Viktimologi meliputi bagaimana
sescorang (dapat) menjadi korban yang ditentukan oleh suatu victimity yang
lidak selaiu berhubuiigan dengan masalah kejahatan termasuk pula korban
kecelakaan dan bencana alam selain dari korban kejahatan dan penyalah
gunaait kekuasan^ Namun dalam perkembangannya di tahun 1985
dipeiopori oleh Separovic yang mempelopori pemikiran agar Viktimologi
khusus niengkaji korban karena adanya kejahatan dan penyalahgunaan
kckuasaan dan tidak mengkaji korban karena musibah alau bencana alam
karena korban bencana alam di iuar kemauan manusia out of mms will)
D Jenis dan Penggolungan Narkotika dan Psikotropilta
Dari kata penyalahgunaan narkoba menandakan bahwa narkoba tidak
selalu beimakna negatif Dengan begilu narkolika dan psokitropika yang
digunakan dengan balk dan benar oleh dokter unluk mengobati pasiennya
tidak termasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang disaialigLmakan Di
dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA (Narkotika Psikolropika
dun Zat ditir Lainnya) Dalam penelitian ini hanya dibahas tentang
narkotika dan psikolropika maka sebelumnya dipaparkan terlebih dahulu
berbagai jenis narkotika dan psikotropika sebagai berikut
a) Narkolika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari lanaman atau
TbUi Miiiadi HAM Halam Persepkiif Sislem Peradilan Pidana datam Muladi (cd) Hak Asas) Manusia Hakclal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspeklif llukum dan Masyarakat (Bandung Refikii Aditama 2005) hal lOX VfiWDial 109 Subagyo Partediharjo Op cil hal 11
13
bukan tanainan baik sintesis maupun bukan sintesis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa
Zat ini dapal mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat
meninibulkan ketergantungan Menurut Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika Narkolika adalah at atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun
semisimetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri
dan dapat nienimbulkati ketergantungan yang dibedakan kc dalam
golongan-goiongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang in i
Narkotika memiliki daya adikasi (ketagihan) yang sangat berat
Narkolika juga memiliki daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual
(kebiasaan) yang sangat tinggi Ketiga sifat narkolika ini yang
menyebabkan pemakai narkotika tidak dapat lepas dari cengkeramannya
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
Jenis jenis narkotika dibagi ke daiam 3 (tiga) kelompok yaitu narkotika
golongan I golongan I I dan golongan I I I
Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbaiiaya
karemi daya adilifnya sangat tinggi Golongan ini tidak boleh digunakan
untuk kcpentingan apapun kecuali unluk penelitian atau ilmu
pengetahuan Contohnya adalah ganja heroin kokain inorfin opium dan
lain-lain Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya
Ibid Posal 1 Ayal (I) Unilung-Undang Nomor 3 Tahun 2009 lenlang Narkotika
14
aditifkual tclapi bcrmaiilaal untuk pcngohatan dan penclilian tlonluhnya
adalah petidin dan turunannya benetldin belamctadol dan lain-iain
Sedanikaii narkulika golungaii Ml adalah narkotika yang niciniliki daya
aditif riiigan tetapi bermanfaat untuk penghatan dan penelitian Contohnya
adalali kudcin dun turunannya^
Berdasarkan cara pcmbuatannya narkotika dibedakan ke dalam 3
(tiga) golongatt juga yaitu narkolika atami narkotika semlsimesis dan
narkotika sintesis Dijelaskan sebagai berikut
1) Naikotika alami
Narkotika alami adalah narkotika yang zat aditithya diambil dari
(umbuhlumbuhan (atam) Contohnya
u tjaiija
Ganja adalah tanaman perdu dengan daun menyerupai daun
singkong yang tepinya bergerigi dan berbulu lialus Jumlah Jari
daunnya selalu ganjil yakni 5 7 9 Tumbuhan ini banyak lumbuh di
iieberapa daerah di Indonesia seperti Aceh Suinalera Ulara
Sumatera Selaian Pulau Jawa dan lain-lain Daun ganja ini sering
iligunakiin sebagai bumbu penyedap masakan Bila digunakan
ebagai bumbu iiuisak daya adilifnya rendah Namun lidak
ilemikian apabila dibakar dan asapnya dihirup Cara
|)cnyalahgunaunnya adalah dikcringkan dan dicampu dengan
icmbakiiii rokok atau dijadikan rokok lalu dibakar serta dihisap
Subagvo PurtoJiharjo Op cil hal 11-12
15
b Ilaisis
Hasis adaiah lanaman serupa ganja yang lumbuh di Amcrika
Latin dan Eiopa Daun ganja hasis dan mariyuana Juga dapat
disuling dan diambil sarinya Oatam bentuk cair harganya sangat
mahai Gunanya adalah unluk disaiahgunakan oleh pemadut-pemadal
kelas tinggi
c Koka
Koka adalah lanaman perdu mirip pohon kupi Huahnya yang
inatang bcrwama inerah seperti biji kopi Dalam komunitas
masyarakat Indian Kuno biji koka sering digunakan untuk
inenambah kekiiatan orang yang bcrperang atau bcrburu binalang
Koka kemudian bisa diolah menj adi kokain
d Opium
Opium adaiah bunga dengan bentuk dan wama yang indah
Dari getah bunga opium dihasilkan candu (opiat) Di Mesir dan
daratan Cina opium dahulu digunakan unluk mengobati beberapa
penyakit member kekuatan atau menghilangkan rasa sakil pada
lentara yang terluka sewaktu berperang atau berburu Opium banyak
lumbuh di segiliga emas antara Burma Komboja dan Thailand
atau di daratan Cina dan segitlga emas Asia Tengah yaitu daerah
antara Alganistan Iran dan Pakistan
Dalam kalangan perdagangaii liilernasional ada kebiasaan
ftW hal 14
16
(keliru) tncnamai daerah tempat peuanamuii opium sebagai daerah
emas Diberi nama demikian karena perdagaiigan opium sangat
mengimtiingkan Karena bahayanya yang besar daerah seperti ilu
keliru jika diberi nama predikat emas Daerah sumber produksl
opium sepantasnya disebut segitlga setan atau segitlga iblis
2) Narkotika semisintcsis
Narkotika semisintesis adalah narkotika alami yang diolah dan
diambil zat aktifnya (intisarinya) agar memiliki khasiat yang lebih kuat
schmgga dapat dimanfaatkan untuk kepcnlingan kedokteran
Contohnya
a Morfm dipakai dalam dunia kedokteran unluk menghilangkan rasa
sakit alau pembiusan pada operasi (pcmbcdahan)
b Kodein dipakai unluk obat penghilang baluk
c Heroin tidak dipakai dalam pengobatan karena daya adilifnya
sangat besar dan matifuatnya secara medis belum
ditemukan Dalam pcrdugangan gelup heroin diberi nama
pulaw atau pete atau pt Henlnknya seperti tepun terigu
yang halus pulih dan agak kotor
d Kokain liiisll olahati dari biji koka
3) Naikotika sintesis
Narkotika sintesis adalah narkotika palsu yang dibuat dari bahan
kimia Narkotika ini digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi
oraiig yang menderita kclcrgantungun Contohnya
17
a Ietidin unluk obat bius lokal operasi kccil sunal dan
sebagainya
b Melhadon unluk pengobatan pecandu narkoba dan
c Naltrexon untuk pengobatan pecandu narkoba
Selain unluk pembiusan narkolika sintesis biasanya diberikan
oleh dokter kcpada penyalahgiina narkoba untuk menghcntikan
kebiasaannya yang tidak kuat melawan sugesti (relaps) atau sakaw
Narkotika sintesis berfungsi sebagai pengganti senientara Bila sudah
bciiar-bcnar bcbas asupan narkoba sintesis in dikurangi sedikil demi
sedikit sampai akhimya berhenti total
b) Fsikotropika
Pengertian psikolropika menurut Pasal I Ayal ( I ) Undang-Undang
Nomor 5 Taliun 1997 tentang Psikotropika adalah Zat atau obat baik
alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif
melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusal yang menyebabkan
perubahan khas pada uktivitus mental dan perilaku
Pengertian Psikolropika di daUim Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika tidak ditemukan Hal tersebut sehubungan
dengan ketentuan di dalam Pasal 153 huruf b yaitu Lamplran mengenai
jenis Psikotropika Golongan 1 dan Golongan II scbagaimana tercantum
dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika (lcmbaran Ncgara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor
10 Tambahan Lcmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671) yang
18
telah (iipindahkan menj adi Narkotika Golongan I menurut UndangUndang
ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku Oleh karenanya dalam Undangshy
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tidak ada lagi di dalam pasal-pasal nya
yang mengatur mengenai Psikotropika karena sudah dlmasukkan ke dalam
golongan Narkotika
Sesuai dengan pembahasan dalam penelitian ini masih
berhuijutigar dengan Psikotropika maka Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1997 tentang Psikotropika masih perlu untuk dibahas dalam penelitian ini
Menui iil undangumlang tersebut Psikolropika adalah zal atau obal bukan
narkolika baik alamiah maupun sintesis yang memiliki khasiat psikoaktif
melaiui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas nonnal dan perilaku Psikotropika ini
merupakan obat yang digunakan oleh dokter untuk mngobali gangguan
jiwa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tenumg
Psikolropika psikotropika dikelompokkan ke dalam 4 (empat) golongan
Golongan I yaitu psikotropika dengan daya aditif yang sangat kuat
belum diketahui manfkilnya untuk pengobatan dan sedang diteliti
khasiiitnya saat ini Contohnya adalah MDMA ekstasi USD dan STP
Golongan U yakni psikolropika dengan daya aditif kuat serta berguna
untuk pengobatan dan penelitian Contohnya adalah amfelamin
metanifetamin metakualon dan sebagainya Golongan IH yakni
psikolropika dcngan daya adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan
dan penelitian Contohnya adalah lumibal buprenorsina flcenilrazepam
19
dan sebagainya Golongan IV yakni psikotropika yang memiliki daya
aditif ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian Contohnya
adalah netrazepam (BK Mogadon Duiiiolid) diazepam dan lain-lain^
Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika yang dimaksud dengan paslkotoplka adalah zat atau obat
baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif
melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang mcnyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku Psikotropika
dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut
1 Psikotropika golongan I yaitu psikolropika yang hanya dapat digunakan
unluk kcpentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi
sena mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan Contohnya ekstasi shabu LSD
2 Psikotropika golongan II yakni psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi danatau tujuan ilmu
pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan Contohnya amfetamin metilfenidat atau ritalin
3 Psikotropika golongan III yaitu psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi danatau unluk tujuan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan
sintlroma ketergantungan Contohnya pentobarbital Flunitrazepam dun
4 Psikotropika golongan IV yaitu psikotropika yang berkhasiat
Ibid ILil 15
20
pengobatan dan sangal luas digunakan dalam terapi danatau unluk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindrom ketergantungan Contohnya diazepam
bromazepam Fenobarbital klonazcpam klordiazepoxide nitrazepam
seperti pil BK pil Kopio Rohip Dum MG
Sedangkan kelompok dan jenLs psikotropika yang sering
disaiahgunakan antara lain
1 Psikostimulansia scperti amfetamin ekstasi dan shabu
2 Scdalif amp Hipnolika (obat penenang obat tidur) seperti MG BK
DUM Pil kopio dan lain-lain dan
3 Halusinogenika seperti lysergic acid dycthylamidc (USD) mushroom
Berdasarkan Ilmu farmukologi psikotropika dikelompokkan ke daiam 3
(tiga) golongan yakni dcpresan stinuilan dan halusinogen sebagai
berikut
1 Kelompok dcpresanpcnekan syaraf pusatpenenangobat tidur
Contohnya adalah valium BK rohipnol mogadon dan lain-lain
Jika diminurn obat ini dapat memberikan rasa tenang menganluk
rasa tcnteruni dan damai Obat ini Juga menghilangkan rasa takut
dan gelisah
2 Kelompok stimuiaiiperangsang syaraf pusaianti tidur Conlohnya
adalah amfetamin ekstasi dan shabu Ekstasi berbentuk tablet
berancka bentuk dun wama Amfetamin berbentuk tablet bcrwama
-Aid hal 16-17
21
pulih Bila diiriinuni obal ini mcndalangkan rasa gembira hilangnya
rasa pemiusuhiui hilangnya rasa marali ingin selalu aktif badan
terasa fit dan lidak merasa lapar Daya kerja otak menjadi scrba
cepat namun kurang lerkendali Shabu berbentuk tepung kristal
kasar berwarna pulili hersih seperti garani
3 Kelompok halusinogen Halusinogen adalah obat at tanaman
makanan yang dapat meninibulkan kiiayaian contohnya yailu LSD
Lysergic Acid Dicihyltamide) getah lanaman kaklus kecubung
jamur tertentu (misceiine) dan ganja Bila diminurn spikotropika
jenis in dapat menimbulkan kliayalan tentang peristiwa-peristiwa
yang mengerikan khayalan tentang kenikmatan scks dan
sebagainya Kenikmatan didapat oleh pemakai setelah pemakai sadar
bahwa perisfiwa mengerikan ilu bukan kenyataan atau karena
kenikmatankenikmatan yang dialami walaupun hanya khayalan
BAB III
PEMBAHASAN
A Faktor yang Mcnyebabkan Terjadinya Penyalahgunaan Narkotika dan
Psikotropilta
1 Faktor yang Bersunibcr Dari Individu
Menurut Luthfi Buraja terdapat 3 (liga) pcndekatan untuk
tcrjadinya penyalahgunaan dan ketergantungan terhadap narkotika dan
psikotropika yaitu peridekalan orgunobilogik psikodinamik dan
psikososial Ketiga pendekatan tersebut tidaklah berdiri sendiri melainkan
saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya Dari siidut pandang
organobiologik (sususan syaraf pusatotak) mekanismc terjadinya adiksi
(ketagihan) hingga deperidcnsi (ketergantungan) dikenal dengan dua istilah
yaitu gangguan mental oragnik atau sindrom otak organik seperti gaduh
gelisah dan kekacauan dalam fungsi kognilif (alam pikiran) efektif (alam
perasaanemosi) dan psikomotor (perilaku) yang disebabkan efek
langsung terhadap susunan syaraf pusat (otiik)^^
Sescorang akan mcnjadi ketergantungan terhadap narkotika dan
psikotropika apabila seseorang dengan tems-menenis diberikan zat
tersebut Hal ini berkaitan dengan teroi adaptasi sekuler mum
adaptaiUm) tubuh beradaptasi dengan menambah jumlah teseptor dan seishy
se syaraf bekcrja kcras Jika zat dihenlikan sel yang masih bekerja kcras
Luthll Uaraja Makalali Gangguan Mciilul dan icrilaku Akibut Nurkuba Disampalkim pada Seminar tentang Narkoba di SMK Iptck lakarla hal 2
22
23
tadi mengaiami kelmLisaii yang dari kiar tampak sebagai gejala-gejala
putus obal Gejala putus obat tersebut mcmaksa individu untuk
mengulangi pemakaian zal tersebul
Faktor predisposisi individu dengan gangguan kepribadian (anti
sosial) ditandai dengan pcrasaan lidak puas terhadap orang lain Selain itu
yang bersangkutan tidak inampu untuk berfungsi secara wajar dan efektif
dalam pergaulan di rumah di sekoiah atau di tempat kerja gangguan lain
sebagai penyerta berupa rasa cemas dan depresi Untuk mengatasi
ketidakniainpuan dan mcnghiiangkan kccemasan atau depresinya maka
individu tersebut cenderung untuk menggunakan narkoba Semestinya
individu itu dapat mengobati dirinya dengan datang ke dokterpsikiater
untuk mendapatkan terapi yang tepat sehingga dapat dicegah
keterlibatannya dalam penggunaan narkotika dan psikotropika
Secara umum mereka yang menyalahgunakan narkotika dan
psikotropika dapat di bagi ke dalam 3 (tiga) golongan besar yaitu
1 Ketergantungan primer ditandai dengan adanya kecemasan dan
depresi yang pada umumnya terdapat pada orahg detigah kepfibadlah
yang tidak stabil
2 Ketergantungan simtomatis yaitu penyalahgunaan narkotika dan
psikotropika sebagai salah satu gejala dari tipe kepribadian yang
mendasarinya pada umumnya terjadi pada orang yang kepribadian
psikopatik (anti sosial) kriminal dan pemakaian narkotika dan
Ai4hal K
24
psikotropika untuk kesenangaii sematu
3 Ketergantungan reaktif yaitu terdapat pada remaja karena dorongan
ingin tahii pengaruh tekanan dan lingkungan tenian atau kelompok
sebaya peer group pressure)
Ada beberapa faktor internal dan ekslernal yang mcnjadi penyebab
individu menyalahgunakan dan menjadi ketergantungan terhadap
narkotika dan psikotropika Menurut Sudarsono bahwa penyalahgunaan
narkolika dan psikotropika di latar belakangi oleh beberapa sebab yaitu
1 Untuk membuktikan kebcranian dalam melakukan tindakan-tindakan
yang berbaiiaya seperti ngebut dan bergaul dengan wanita
2 Meniinjukkan tindakan yang menenlung orang tua guru dan norma
sosial
3 Mempermudah penyaluran dan mempermudah perbuatan seks
4 Melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh peiigalamaii-
pengalainan einosional
5 Meneari dan menemukan aril hidup
6 Mengisi kekosnngan dan kesepian hidup
7 Menghilangkan kegelisahan frustasi dan kepepel hidup
8 Mengikuti kemauan kawan-kawan dahim rangka pembinaan solidaritas
dan
9 Iseng-iseng saja dan rasa ingin tahu
Menurut hasil penelitian Dadang Hawari bahwa di anlara faklor-
Sudujsono Kenakalan Remaja cel ii (Jakarta Rineka Cipta 1992) 1ml 67
25
faktor yang berpcran dalam penggunaan narkotika dan psikolropika
adalah
1 Faktor kepribadian anti sosial dan psikopatik
2 Kondisi kejiwaan yang mudah merasa keeewa atau depresi
3 Kondisi keluarga yang meliputi keutuhan keluarga kesibukan orang
tua hubungan orang tua dengan anak
4 Kelompok teiiian sebaya dan
5 Narkotika dan psikotropika itu sendiri mudah diperoleh dan tersedianya
pasaran yang resmi maupun lidak resmi
Menurut Siibagyo Partodiharjo secara individu terdapat beberapa
faktor yang mcmpengaruhi sescorang dapat menyalahgunakan narkotika
dan psikotropika Alasan ini merupakan alasan yang bersumber dari diri
sendin atau pemakai narkotika dan pasikotropika tersebut yakni sebagai
berikut
a Ingin tahii
Perasaun ingin tahu biasanya diniiliki oieh generasi muda pada
umur setara siswa SD SLTP dan SLTA Bila di hadapan sckelompok
anak muda ada seseorang yang inemperagakan uikmatnya
mengkonsumsi narkotika dan psikolropika maka didorong oleh naluri
alami anak muda yaitu keingintahuan maka salah seoariig dari
kelompok itu akan maju mencobanya Selain didorong oleh
keingintahuan keberaniannya juga karena didesak oleh gejolak dalam
Mardiini foc cil hai 102 ^ Subagyo RatoiJlliarjo ioc cil liiil 72-74
26
jiwanya yang ingin dianggap hebal pemberani dan pahlawan di antara
temanteinan sehayanya Maka jatuhlah satu orang anak dalam pelaku
setan
Dalam kondisi seperti itu reaksi kawan-kawan sebayanya
berbeda-bcda
1 Ada yang ingin menyaingi menunjukkan bahwa dirinya lebih hebat
lagi lalu memakai
2 Ada yang ingin tahu kemudian ikut memakai dan
3 Ada yang sella kawan lain ikut memakai juga
Sikap seperti inilah yang menyebabkan bandar atau pengedar
senang Mereka meiigincar generasi muda mahasiswa atau pclajar
karena 2 (dua) pertimbaiigan
1) Kalau salah satu anak muda kena maka anak muda yang lainnya
ikut kena sehingga konsumen cepat bertambah dan
2) Kalau anak muda kena maka anak muda tcrsebut akan mcnjadi
pemakai selia dalam waktii yang lama Berbeda dengan orang tua
yang cepat maii keuntungan komersial yang diperoleh dari
kelompok anak muda ini akan banyak
b Ingin dianggap hebal
Pcrasaan ingin dianggap hebat biasanya dimiiiki oleh generasi
muda Sepcrti ditcrangkan di atas salah satu sifat alami yang positif
dari generasi muda adalah daya saing Sayang sekali karena
kelidaktahuan sifat positif ini juga dapat dipakai untuk masalah negatif
27
Silat positif ini scharusiiya didorong unluk berlomba daluin preslasi
pada bidang pcndidikan kesenian olah raga dan lain-lain yang
bermanfaat bagi kehidupan
Bila sikap ingin berkonipctisi ini diarahkan untuk
mengkonsumsi narkolika dan psikolropika akibatiiya sungguli
mengerikan yailu kcgagalan hidup dan kesengsaraan Pemakai hanya
dapat dianggap hebat oleh lingkungan kecil pcniakai narkotika dan
psikotropika Di masyarakat luas pemakai hanya menuai cerca dan
nista
c Rasa setia kawan
Perasaan setia kawan sangat kuat dimiiiki oleh generasi muda
Jika lidak mendapatkan penyaluran yang posilif sifai positif tersebut
dapat berbahaya dan mcnjadi negatif Bila (cmannya memakai
narkotika dan psikotropika maka individu tersebul ikut juga memakai
Bila temannya dimarahi orang tuanya atau dimusuhi masyarakat maka
pemakai membela dan ikut bersimpatik
Sikap seperti itulah yang menyebabkan anak ikut-ikutan
Awalnya hiuiya satu orang yang merokok kemudian semuanya menjadi
perokok Setelah semuanya merokok sntu orang mulai memakai ganja
lalu yang lainnya ikut sehingga menjadi sekawanaii pemakai ganja
Selelah semua memakai ganja satu orang memakai ekstasi kemudian
semuanya ikut demikian selerusnya meningkat menjadi shabu dan pada
akhirnya menjadi pemakai putaw
28
d Rasa kccewa truslasi kcsai
Pcrasaan kesal kcccwa atau (rustasi biasanya terjadi karena
kegagalan pada generasi muda eksckutif mudu suami atau istri
Pcnggiiiiaan narkotika dan psikolropika pada kelompok ini bertujuan
untuk sesaat melupakan kekccewaan kckesaian dan fi-uslasi Kondisi
masyarakat yang carut martit tclah banyak melahirkan kekccewaan
kekesalan bahkan Iruslasi Narkolika dan psikotropika dapat
melupakannya sesaat tetapi tidak untuk mengatasi masalah yang
sesungguhiiya
Hubungan buruk yang disebabkan oleh kcgagalan
berkomuiiikasi antara orang tua dengan anaknya dapat menyebabkan
rasa kesal Hal ini mcnjadi faktor pemicu pemakaian narkotika dan
psikotropika oleh anak Intcraksi anlara orang tua dcngan anak tidak
cukup hanya berdasarkan niat baik Cora berkoniunikasi juga harus
baik Masing-masing pihak harus memiliki kcsabaran untuk
menjclaskan isi hatinya dengan cara yang tepat Banyak sekali konfllk
di dalam rumah tangga yang terjadi hanya karena salah paham atau
kekeliman berkoniunikasi Kekeliruan kecil itu dapal bcrakibat fatal
yaitu masuknya narkotika dan psikotropika ke dalam keluarga
Kekccewaan kekesalan dan frustasi dapal terjadi karena
kekeliruan dalam berkomunikasi terhadap beberapa faktor berikut i n i
I ) Komunikasi anak dengan orang tua
IbUI hiiJ 74
29
2) Komunikasi antar anak
3) Komunikasi di lingkungan eksekulifinuda dan
4) Komunikasi antara suami istri
e Ingin bebus dari rasa sakil atau pusing
Penderila pcnyakit beral yang kronis dan tidak kunjuiig sembuh
misalnya Ranker hati luka bakar uka tusuk wasir Ranker paruparii
migreii eneok pengapuran dan lain-lain sclalu merasakan sakit yang
iuar biasa karena penyakitnya Rasa sakit tersebut sering kali tidak
dapat dihilangkan dengan obat pengtiiiang rasa sakit biasa (anaigetik)
sehingga peiiderilanya mencoba narkotika atau psikotropika
Narkotika maupun psikolropika dapat menghilangkan rasa sakit
tersebut tetapi tidak menyembuhkan penyakitnya Ceiakaiiya pemakai
yang bersangkutan malah mendapat maslah baru yaitu ketergantungan
dengan segala komplikasinya yang justru menjadi lebih berbahaya
f Ingin menikmati rasa gembira tampii lincah energik dan mengusir
rasa sedih dan malas
Para eksekudf dan sciebritis biasanya memiliki gaya hidup yang
trendi Mereka merasa dituntut untuk selalu lampil lebih prima Dengan
mengkonsumsi naikotika atau psikolropika mereka dapat tampii prima
dan percaya diri karena kehilangan rasa malu walaupun sesungguhnya
tidak demikian
Perasaan hebat tersebut di atas seharusnya dicapai melaiui tekun
berolah raga hidup teratur meningkatkan kualitas fisik mental
30
inlclckUial dan mocaiiiyii Riikan ineiigamhit jalan piiitas dcngan tampii
seotah-olah prima niclalui manipulasi atau lipuan melaiui
mengkonsumsi narkotika atau psikolropika tersebut Pcnampilmi prima
yang semu atau atau tipuan itu lambat laun akan terungkap juga
sehingga [ania-keiamaan akan kelahuari juga jati dirinya yang
sesungguhnya itu
g ingin tampii iangsing
Narkolika dan psikotropika terscbut juga banyak digunakan oleh
artis dan ibu-ibu rumah tangga yang berbadan gemuk untuk
melangsingkan lubtihnya Narkotika alau psikotropika dengan jenis
tertentu ada juga yang dapat menghilangkan nafsu makan sekaligus
menambali aktivitas fisik sehingga dapat menurunkan beral badun
h Takut mengalami rasa sakit (sakaw)
Pengguna jenis narkotika atau psikolropika tersebut yang sudah
menjadi pemakai tetap (pemadat) akan mengalami rasa sakit (sakaw)
bila tidak memakainya Karena takut merasakan penderitaan maka
pemakai tersebut terus memakainya sehingga menjadi pemakai yang
sella junkies) Banyak pemakai narkotika dan psikotropika ini yang
setia adalah orang-orang yang merasa terpaksa memakai sebab kalau
lidak memakainya mereka akan mengalami sakaw
Kebanyakan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika
dimulai atau terdapat pada masa remaja sebab masa remaja yang
sedang mengalami perubahan biologik psikologik maupun sosial yang
31
pesat merupakan individu yang rentan untuk nienyaiahguriakan
narkotika maupun psikotropika terscbut Anak atau remaja dcngan ciri-
ciri tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi
penyalahgunanya Ciri-ciri tersebut anlara lain^
a Cenderung memberontak dan menolak otoritas
b Cenderung memiliki gangguan j iwa lain (komorbiditas) seperti
depresi cemas psikotik keperibadian dissosial
c Perilaku menyimpang dari aluran atau norma yang berlaku
d Rasa kurang percaya diri low selw-confulence) rendah diri dan
memiliki citra diri negatif (ow setf-esleem)
e Sifal mudah keeewa cenderung agresif dan destruktlf
f Mudah murung pemalu pendiam
g Mudah merasa bosan dan jenuh
h Keingintahuan yang besar untuk meneoba atau penasaran
i Keinginan untuk bersenang-senang [just for fun)
j Keinginan untuk mengikuti mode karena dianggap sebagai lambang
keperkasaan dan kehidupan modem
k Keinginan untuk diterima dalam pergaulan
1 Identitas diri yang kabur sehingga merasa diri kurang jantan
mTidak siap mental untuk menghadapl tekanan pergaulan sehingga
sulit mcngambil keputusan untuk menolak tawaran NAPZA dengan
tegas
Tom Kus dan Tedi Btihava NAPZA Bagi Pelajar (Bandung Yayasan Al-Ghilari Morgan im) hal 14
32
n Kemampuan komunikasi rendati
o Melarikan diri dari scsuatu (kebosaiian kcgagalan kekccewaan
kclidakmampuan kesepian dan kegcliran hidup dan lain-lain)
p Putus sekoiah dan
q Kurang menghayati iman atau kcpcrcayaaiinya
Menurut Tim Badan Narkotika Nasional hahwa terdapat
beberapa iaklor yang menyebabkan sescorang alau individu
menyalahgunakan narkolika dan psikotropika anlara lain
1) Keingintahuan yang besar untuk mcncoba tanpa sadar alau berlikir
panjang tentang akibatnya dikemudian hari
2) Keinginan unluk mencoba-coba karena penasaran
3) Keinginan untuk bersenang-senang
4) Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya hidup
5) Keinginan untuk dapat diterima daiam suatu kelompok
6) Lari dari masalah kebosanan atau kegetiran hidup
7) Pengertian yang salah bahwa mcncoba sckali-kali lidak akan
menimbulkan masalah
8) l idak mainpu alau tidak berani menghadapl tekanan dari lingkungan
alau kelompok pergaulan unluk menggunakan narkolika dan
psikotropika dan
9) Tidak Japal atau mampu mengatakan tidak pada narkotika dan
psikotropika
Tim INN Loc di
33
Berdasarkan peinaparaii Icrscbut di atas dengan demikian
bahwa individu didorong oleli beberapa faktor untuk menyalahgunakan
pemakaian narkotika dan psikotropika tersebut sehingga menjadi
individu yang mengalami ketergantungan berikut ini disebutkan
beberapa faktor adalah
1) Ingin tahu dan Ingin mencoba rasa memakai narkotika atau
psikotropika bagi kalangan anak muda)
2) Ingin dianggap lebih hebat dari orang Iain pada orang muda)
3) login membuktikan kesetiakawanan (pada orang muda)
4) Dianggap paling tepat untuk mengatasi perasaan keeewa j en gkel
dan frustasi (pada suami istri yang mengalami konllik rumah
tangga)
5) Dianggap cara yang paling mudah untuk menghalau rasa sakit pada
tubuh (pada penderita penyakit yang kronis)
6) Dianggap cara yang paling ampuh untuk mendapatkan perasaan
tenang damai atau gembira (pada suami istri yang mcnghadapi
konflik rumah tangga)
7) Dianggap cara yang paling mudah untuk melangsingkan lubuh (pada
ibuibii rumali tangga atau wanita yang bertubuh gemuk)
2 Faktor yang Bersumlicr dari Lingkungan
Faktor lingkungan tidak mampu mencegah atau mengurangi
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika bahkan membuka kesempatan
pemakaian narkotika dan psikotropika Yang dimaksud dcngan faktor
34
kesempatan di sini adalah tersedianya siluasi-situasi yang nieiiiungkinkan
untuk memakai narkolika atau psikolropika di waktu-vvaklu luarig di tempat
rekreasi atau hiburan diskotik pesia dan lain-lain Atau mungkin lingkungan
masyarakat yang tidak mampu mengendalikan bahkan membiarkan penjualan
alau pcrcdaran geiap narkotika dan psikotropika misalnya karena lemahnya
penegakan hukum penjualan narkolika dan psikotropika secara bcbas bisnis
narkotika dan psiktilropika yang terorganisir mudahnya memperoleh
narkotika dan psikotropika dan lain-lain
raklor yang bersumber dari lingkungan yang mcnyebabkan individu
dapat menyalahgunakan pemakaian narkotika dan psikotropika merupakan
laktor kontribusi masukaii dari Iuar individu) dimana sesttorang dengan
kondisi keluarga tidak baik akan merasa tertekan dan rasa lertekan inilah
sebagai faktor penyerta bagi dirinya untuk terlibat dalam penyalahgunaan
narkotika dan psikotropika tersebut Disfungsi keluarga yang dimaksud antara
lain adalah keluarga yang tidak utuh kedua orang tua yang tcrlalu sibuk dan
lingkungan interpersonal dengan orang tua yang tidak baik Di samping itu
faktor pencetus seperti pengaruh teman sebaya tersediu dan mudah
didapatkan mempunyai andil sebagai faktor pencetus sescorang atau individu
terlibat ke dalam penyalahgunaan yang mengakibatkan ketergantungan
terhadap narkotika dan psikotropika Dari sudut pandang psikososial
penyalahgunaan narkotika dun psikolropiku dapat terjadi sebagai akibat
negatif dari intcraksi tiga kiitub sosial yang tidak kondtisif yaitu kutub
Lulhli ilurnju Op cil
35
keluarga kutub sekolahkupus dan kulub masyarakat
Faktor lingkungan meliputi faktor kciuarga dan lingkungan pergaulan
balk dlsekltar rumah sekoiah teman sebaya maupun masyarakat Banyak
pengguna Narkotika dan Psikolropika yang berasal dari keluarga yang lidak
harmonis Keluarga seharusnya mcnjadi wadah untuk menikmati kebahagiaan
dan curalian kasih sayang wahana silih asih silih asah dan silih asuh
Namun pada kenyataannya keluarga sering sekali justru menjadi pemicu
sang anak mcnjadi pemakai hal tersebut disebabkan karena kciuarga tersebut
kacau balau Hubungan antara anggota keluarga dingin bahkan tegang atau
bermusuhan
Komunikasi antara ayah ibu dan ariak-anak sering sekali
menciptakan suasana konflik yang tidak berkesudahan dimana bahwa
penyebab konllik tersebut sangal beragam Solusi semua konflik adalah
komunikasi yang baik periuh pcngerlian saling menghargai dan menyayangi
serta ingin selalu membahagiakaii
Konflik di dalam keluarga dapat mendorong anggota keluarga merasa
frustasi sehingga lerjebak memilih narkotika dan psikolropika sebagai
solusinya Biasanya yang paling rentan terhadap stres adalah anak kemudian
suami dan istri sebagai benleng terakhir Beberapa faktor yang bersumber
dari lingkungan keluarga yang dapat mempengaruhi seseorang atau individu
tertentu icrjun kc dalam lingkungan penyalahgunaan narkotika dan
36
psikotropika tcrsebut antara lain adatuh
a Koniimikasi niang tua-aiiak kiii-ang baikcfektif
b Hubungan dalam keluarga kunmgharmonisdisfimgsi dalam keluarga
c Orang tua bercerai bcrscitngkub atau kawin lagi
d Orang lua tcrlalu sibuk aUiu tidak acuh
e Orang tua oloriter alau scrba melarang
f Orang tua yang serha nieinbolehkan (pcrmisil)
g Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teiadan
h Orang tua kurang peduli dun tidak tahu dengan masalah narkolika
i Tata terlib alau disiplin keluarga yang selalu bcrubah (kiiiaiig konsisten)
j Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam kciuarga
dan
k Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahguna narkotika
dan psikotropika
Sitimsi buruk dalam keluarga yang soring menyudiitkan anak ke arah
narkotika dan psikotropika adalah
1) Anak merasa kurang mendapatkan kasih sayang dalam keluarga merasa
kesal keeewa dan kesepian
2) Anak merasa kurang dihargai kurang mendapatkan kepcrcayaan dun
selalu dianggap salah
3) Anak mengalami konflik dengan orang tua dalam masalah pacaran
memilih pasangan hidup atau meneniukan pilihan profesi cila-elta dan
Mardani Loc cil lial 99 AW hal 100
37
sebagainya
4) Anak kesal dan keeewa karena ayah dan ibuiiya kurang lianiionis dan
sering bertcngkar (broken home)
5) Suami thtsirasi karena tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapinya
dengan islrinya
6) Istri fnistrasi akibat konllik dengan suami tentang masalali ekonomi atau
adanya wanita lain di samping suami
Banyak pengguna narkotika dan psikolropika yang pada awalnya
dimulai karena pengaruh dari orang lain Bentuk pengaruh dari orang lain itu
dapat bervariasi mulai dari bujuk rayu lipii daya sampai kepada paksaan
a) Tipu Daya
Banyak anak yang ditipu oleh kenalon teman sahabat atau pacar
Seperti mengajak meraka untuk memakai narkotika dan psikolropika
dengan bemacam-macain tipuan Dengan alasan yang digunakan bahwa
narkotika dan psikotropika adalah vitamin obat pil pintar pil sehat atau
food supplement Tipuan itu dapat juga berupa bujukan bahwa narkotika
dan psikotropika tidak tcrlalu berbahaya kalau tahu raliasianya Banyak
orang di dalam masyarakat yang dikira orang baik-baik namun lemyata
pengedar narkotika dan psikotropika Walaupun orang itu adalah kawan
sahabat saudara atau pacar sebagai pengedar penipu tersebul akan tcga
menipu maupun menjebak kita Pengedar narkotika dan psikotropika
sangat pandui mcmasarkan narkotika dan psikotropika tersebut Dengan
menawarkan narkotika dan psikotropika sebagai mmn food supplement
38
pil scliat pil pintar dan sebagainya Dengan lipuan ini korban dari
kalangan kciuarga hannonis akan terjcrumus ke dalamnya Saat ini banyak
pemakai narkolika dan psikotropika dari keluarga harmonis bukan hanya
bull dari keluarga berantakan Banyak pekerja mahasiswa atau pelajar yang
tampii ioyo tertipu ketika kepadanya ditawarkan pil sehat vitamin atau pil
pintar Banyak pemuka agama juru dakwah atau pengkhotbah yang
tertipu karena pil sehal yang dlbelinya adalah narkotika dan
psikotropika Reaksi pemakaian narkotika dan psikotropika mula-mula
terasa menyehatkan dan membuat si korban tipuan terscbut sukses dalam
berdakwah atau berkhotbah Ibu rumah tangga juga dapat tertipu karena
ditawari pil pelangsing oleh saudara atau teman dalam arlsan dan lain-
lain Mulanya karena tipu daya akhimya setelah lerjebak menjadi
biasa
b) Bujuk rayu
Waftiia camlk pengedaf ftaTkotlka dan psikotFoplka biasanya menjebak
mangsa melaiui bujuk rayu Untuk memasarkun narkotika dan
psikotropika pengedar tersebut memilih profesi sebagai wanita penghibur
atau Wanita Tuna Susiala (WTS) Banyak eksekutif muda pekerja atau
bos-bos yang mulai memakai narkotika dan psikotropika karena rayuan
pekerja seks komersial hostess dan sebagainya Dalam mcmasarkan
narkotika dan psikotropika wanita tersebut merayu akan mau melayani
kencati kalau bersama-sama mengkonsumsi narkotika dan psikotropika
Subagyo Purlodlhario Loc cil hal 78
39
lebih dulu Muta-mula kurban memakai narkotika dan psikotropika karena
tergoda namun akhimya menjadi terbiasa
c) Paksaan
Banyak anak muda yang mengawali pemakaian narkotika dan psikotropika
karena dipaksa oleh sekawanun alau seseorang yang mengancam akan
mencelakainya Banyak pclajar atau nialiasiswa mengawali kebiasaan
memakai narkotika dan psikotropika dari keadaan terpaksa diancam oleh
sekawanan preman yang menghadang di tengah jalan Dari kelompok ini
pula terjaring pemakai yang berasal dari keluarga hannonis
Lingkungan sekoiah bagi pelajar tingkat SD SMP dan SMA
merupakan tempat yang stratcgls bagi para pelajar untuk menunjukkan jati
dirinya sehingga mereka terjun kepada penyalahgunaan narkotika dan
psikotropika ini faktor sekoiah yang merupakan bagian tcrpcnting yang
mempengaruhi adalah
a Sekoiah yang kurang disiplin
b Sekoiah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjiial narkotika atau
penjual psikolropika
c Sekoiah yang kurang member] kesempatan pada siswa untuk
mengembangkan diri secara kreatif dan positif
d Adanya murid pengguna narkotika atau psikotropika
Kartini Kurtono op cil hivl 124
40
B Pengaturan Sanksi Pidana Terhadaj) Pcnyalahgunaaan Narkotika dan
Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau
dari Perlindungan Terhadap Korban
Dalam hukum pidana di Indonesia terdapat adanya
ketldakseimbangan antara perlindungan korban kejahatan dcngan pelaku
kejahatan pada dasarnya mempakan salah satu pengingkaran dari asas setiap
warga negara bersamaan kcdudukannya dalam hukum dan pcmerinlahan
sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 sebagai
landasan konstitusional Perlindungan korban memiliki hubungan cral dcngan
teori pemidanaan yang dikemukakan Wirjono Prodjudikoro tujuan
pemidanaan adalah untuk niemenuhi rasa keadilan^
Ada Juga yang mengemukakan bahwa tujuan pemidanaan dapat
dilihat melalul 2 (dua) leorl mengenai alasan-alaitan yang membenarkan
(justification) penjatuhan hukuman (sanksi) yaitu Teori Absolut
(Vergeldingslheorie) dan Teori Relatif atau Doeitheorie Menurut Teori
Absolut (Vergeldingslheorie) tujuan pemidanaan sebagai pembalasan
terhadap para pelaku karena telah melakukan kejahatan yang mengakibatkan
kesengsaraan lerhadap orang lain alau anggota masyarakat sedangkan
Roeslan Saleh mengatakan sebagai reaksi-reaksi atasdelik yang berwujud
suatu nestapa yang scngaja dilimpakan ncgara kcpada pembuat delik
Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana Cctakan Iuriania (Jakarta Sinar Gnitlka2(W5)hii4
lcduu Mdipaung Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cctakun IcrliirMii (Jukiirtu Sinur Gratika 2005) hal 4
kiwsUin Saleh Shdsel Pidana Indonesia (Jukarlu liinn Aksara 19K7) hal 5
41
Menurut Teori Relatif Doeltheurie) tujuan pemidanaan adalah
a Menjerakan agar si pelaku atau terpidana menjadi jera dan tidak
mengulangi lagi perbuatannya specials presenile) sena masyarakat umum
agar mengertahui jika melakukan perbuatan yang sama akan mengalami
hukuman yang serupa atau disebut pula generalpreventte
h Memperbaiki pribadi si terpidana berdasarkan perlakuan dan pcndidikan
selama menjalani hukuman terpidana merasa menyesal dan tidak akan
mengulangi perbuatannya dan kcmbali kepada masyarakat sebgai orang
baik dan berguna dan
c Mcmblnasakan (menjatulikan hukuman mat) atau mcmbuat terpidana tidak
berdaya dengan menjatuhkan hukuman seiimur hidup
Pandangan di atas sangatlah wajar apabila beranjak dari pandangan
bahwa hukum pidana adalah hukum sanksi (hifzonderesancUerechl) sebab
dengan bertumpu pada sanksi itulah hukum pidana difungsikan untuk
menjamin keamanan ketertiban dan keadilan Dalam perkembangannya
ternyata tidak semua sarjana menyclujui maksud diadakannya pidana scperti
itu (sebagai suatu nestapa) karena muncul pendapat bahwa di samping pidana
ditujukan untuk memberikan penderitaan kcpada pelanggar atau mcmbuat
jera pemidanaan juga bertujuan agar pelaku dapat kembali hidup
bermasyarakat sebagaimana mestinya
Alasan yang paling inenonjol lerhadap upaya perubahan tersebut
adalah dengan meniperhatikan sisi kemanusiaan yang mcmandang bahwa
Ucdcn Mirpaung Opcil hal 4
42
sekalipiin tcrsangka telah melakukan kcsalahaii ia telap berkcdmiiikan sebagai
manusia utuh yang harus tetap diperlakukan sama dengan manusia lainnya
dan dilindungi hak asasi manusionya Karena itu pidana penjara saat ini
sedang mengalami masakrisis karena termasuk jenis pidana yang kurang
disukai Banyak kritik tajam ditujukan terhadap jenis pidana perampasan
kemerdekaan ini baik dllihat dari sudut efektifitasnya maupun dilihat dari
akibat-akibat lainnya menyertai atau berhubungan dcngan dirampasnya
kemerdekaan seseorang
Banyaknyu kritik yang diarahkan pada bentuk pemidanaan berupa
perampasan kemerdekaan (yang ditujukan untuk membuat jera pelaku)
sehingga berkembanglah bentuk pemidanaan lain yang dianggap lebih
manusiawi yaitu penjatuhan pidana berupa denda atau pemberian ganti
kerugian kepada korban Pemberian ganti kerugian pada awalnya merupakan
konsep kcperdalaan seperti halnya dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata yang mewajibkan setiap orang yang menyebabkan orang lain
menderita kerugian untuk membayar ganli rugi Dalam perkembangannya
konsep ini diterupkan pula dalam hukum pidana mengingat akibat yang
ditimbulkan pada korban tindak pidana akan selalu disertai dengan kerugian
baik mental fisik maupun material sehingga sangat wajar apabila korban pun
menuntui ganti kerugian pada pelaku guna memulihkan derita yang
dialaminya
Dengan memperhatikan pada beberapa teori klasik tentang tujuan
Uurtla Nawuwi Ariel Sislem Pemidanaan Menunii Konsep KIHP llaiu dan Latar Helakang Pemlklrannya Hahan Ienalaran Hukum Pidana V Undanu Kupang uinjyful 11 Juli-12 Agustus 1989
43
pemidanaan dapat disiinpulkan bahwa penjatuhan pidana lebih banyak
ditujukan untuk kepeiitingan pelaku dengan kata lain tujuan pemidanaan
hanya dimaksudkan imtuk mengubah perilaku dari pelaku kejahatan agar
tidak mengulangi lag perbuatannya sedangkan kcpentingan korban sama
sekali diabalkan
Perlindungan terhadap korban narkotika jika dihubungkan dengan
beberapa teori pemidanaan yang telah dipaparkan di atas maka peneliti
mengkaji bahwa dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang baru ini terdapat kescimbangan antara perlindungan terhadap
pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana bahwa berdasarkan sanksi
baik pidana maupun denda yang terdapat dalam undang-undang ini sangatlah
berat-berat dan tegas ]ni berarti bahwa undang-undang ini lebih
mementingkan korban dari pada pelaku kejahatan narkotika Mengingat
bahwa dengan adanya pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan
korban semakin banyak yang berjatuhan schingga daripada korbnnnya anak
bangsa yang memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara
Indonesia maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-
beratnya lerhadap si pelaku tindak pidana narkotika bahkan pidana mati atau
seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-
undang yang bam ini juga diatur mengenai rehabilitasi terhadap korban baik
korban yang diakibatkan oleh orang Iain maupun karena self victimizing
victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku itu sendiri
44
C Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Seif-
Victimizing Victims
1 Self-victimizing victims uarkotika dau psikotropika
Suatu viktimisasi adalah sebagai suatu permasalahan manusia yang
merupakan kenyataan sosial hal ini disebabkan karena setiap warga negara
berhak mendapatkan rasa aman dan bcbas dari segala bentuk kekerasan
sesuai dengan falsafah Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 Contohnya adalah seseorang akibat perbuatannya memakai
narkotika dapat menimbulkan bahwa si pemakai tersebut menjadi tidak
berdaya upaya dengan kata lain bahwa si pelaku telah menjadi korban
akibat perbuatannya sendiri yang menimbulkan perbuatan kriminal
Penyalahgunaan narkolika atau psikolropika merupakan perbuatan
kriminal karena telah melanggar ketentuan di dalam undang-undang yang
ada yakni Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tetang Psikotropika dan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Terlibatnya si
pelaku kejahatan atau tindak pidana yang menimbulkan kerugian terhadap
dirinya sendiri daiam hal inilah yang disebut dengan istilah self victimizing
victims yang merupakan bagian dari viktimisasi Sehubungan dengan itu
maka Wolfgang menyatakan beberapa Jenis viktimisasi ialah
1 Unrelated victims yaitu korban yang tidak ada hubungannya sama
sekali dengan terjadinya korban misalnya pada kasus kecelakaan
pesawat Dalam hal In tanggungjawab sepenuhnya terletak pada
Utplietin3|il(igspqtcom2()OSIOl|ukum-viktinivl9gihlml diakscs terakhir langgul l2Januari 2015
45
pelaku
2 Provocative victims yaitu seseorang yang secara aktif mendorong
dirinya menjadi korban misalnya kasus selingkuli dimana korban juga
sebagai pelaku
3 Participating victims yailu seseorang yang tidak berbuul tetapi dengan
sikapnya justru mendorong dirinya menjadi korban
4 Biologically weak victims yaitu mereka yang secara tisik memiliki
keleinalian atau potensi untuk mcnjadi korban misalnya orang tua
renla anak-anak dan orang yang tidak mampu bcrbual apa-apa
5 Socially weak victims Yaitu mereka yang memiliki kedudukan social
yang lemah yang menyebabkan mereka mcnjadi korban misalnya
korban perdagangan perempuan dan sebagainya
6 Self victimizing victims yaitu mereka yang menjadi korban karena
kejahatan yang dilakukannya sendiri pengguna obat bius judi aborsi
dan prostitusi
Dalam hal ini kedudukan viktimologi sebagai sebuah ilmu yang
mempelajari tentang korban memiliki peranan yang sangat penting ruang
lingkup viktimologi ini meliputi
1 Semua macam sciiap macam perbuatan kriminal yang mengakibatkan
orang-orang mcnjadi korban
2 Setiap orang atau pihak yang dapat menjadi korban baik orang
perorangan maupun suatu korporasi atau organLsasi
3 Setiap orang atau pihak yang dapal menimbulkan korban artinya
46
dimana disatu sisi orang terscbut dapat merugikan orang iain sehingga
orang tidak merasa aman akibat tindakanya
4 Cara-cara viktimisasi atau penimbulan korban
5 Bentuk-bentuk viktimisasi yang terdiri dari primary viclimizalion
adalah korban individualperorangan bukan kelompok secondary
victimizalion korbannya adalali kelompok misalnya badan hukum
tertiary Victimizalion yang menjadi korban adalah masyarakat luas
nun viciimozaiion korbannya tidak dapat segera diketahui misalnya
konsumen yang tertipu dalam menggunakan hasil produksi
6 Akibat viktimisasi
7 Pengaruh viktimisasi
8 Reaksi atau respons terhadap viktimisasi
9 Penyelesaian viktimisasi dan
10 Pengaturan yang berkaitan dengan viktimisasi (yang menjadi
perhatian viktimologi)
Studi viktimologi akan memberikan pemahaman kepada setiap
individu mengenai hak dan kewajibannya dalam rangka mengantisipasi
berbagai bahaya yang mengancamnya Viktimologi memberikan
sumbangan pemikiran mengenai masalah viktimisasi tidak langsung
dampak sosial polusi industri viktimisasi ekonomi politik dan
penyalahgunaan kewenangan Viktimologi ini juga memberikan dasar
pemikiran dalam penyelesaian viktimisasi kriminal atau factor viclimogen
dalam sistem peradilan pidana
47
Dari perspektif ikalan Korban Napza (IKON) l ial i yang dimaksud
sebagai korban adalah orangperorangan yang menderita secara langsung
dari penyalahgunaan napza dan tennasuk pula keluarga alau tanggungan
langsung dari korban Namun karena hukum dl Indonesia memandang
pengguna napza adaiah kriminal maka terjadilah dampak-dampak negalif
yang dialami oleh pengguna napza yang merupakan korban scperti
diskriminasi kriminallsasi kesehatan dan stigmatisasi Maka sebagai
korban IKON Bali mendorong agar dihentikannyadiskriminasi lerhadap
korban napza mendorong vonis rehabilitasi untuk korban napza
mendorong agar dihentikannya penyiksaan terhadap korban napza dan
yang terakhir adalah mendorong terpenuhinya hak atas kesehatan bagi
korban dan orang terinfeksi HIV Dengan melihat kondisi permasalahan
penanggulangan napza yang semakin tidak menentu dan meningkatnya
jumlah korban napza secara terus-menerus Maka Ikon Bali meminta
1) Penerapan SEMA Nomor 7 Tahun 2009 sebagai pemenuhan hak atas
kesehatan terhadap korban Mpza
2) Meminta kepada Pengadilan Negeri Denpasar untuk menjadi insiator
dalam penyusunan langkah teknis penerapan SEMA Nomor 7 Tahun
2009
3) Meminta kepada selunih instansi tcrkait untuk mulai meiigambil
langkah nyata dalam penanggulangan napza
43 Ibid
48
4) Meminta agar korban napza diperlakukan secara manusiawi tanpa
penyiksaan sligma dan diskriminasi
5) Ikon Bali mendukung secara penuh program-program pemerintab
dalam penanggulangan napza
2 Rehabilitasi terhadap self-victimizing victims
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
merupakan undang-undang yang baru menggantikan Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika Adapun pasal-pasal di dalam
undang-undang in yang mengatur mengenai perlindungan korban adalah
berbagai pasal-pasal yangmencantumkan rehabilitas kepada korban
maupun pelaku tindak pidana narkolika Pasal 1 ayat (16) meneniukan
defenisi mengenai rehabilitasi dipandang dari sisi medis yakni
Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara
terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan Narkotika
Sementara Itu dalam Pasal 1 ayat (17) ditentukan defenisi rehabilitasi
dipandang dari sisi sosial yakni Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses
kegiatan pemulihan secara terpadu baik fisik mental maupun sosial agar
bekas pecandu Narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosia dalam
kehidupan masyarakat
Diimdangkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang merupakan undang-undang baru ini tentu mempunyai
maksud dan tujuannya Adapun tujuan yang terdapat dalam Pasal 4 yang
berbunyi
49
Undang-Undang tentang Narkotika bertujuan
a Menjamin kelersediaiin Narkotika untuk kcpentingan peiayanan
kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
b Mencegah mclindungi dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari
penyalahgunaan Narkotika
c Memberanlas pcredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika dan
d Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi Penyalah
Guna dan pecandu Narkotika
Bentuk perlindungan terhadap korban dan pelaku kejahatan tindak
pidana narkotika di dalajn Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
disebutkan ada 2 (dua) macam yakni pengobatan dan rehabilitasi lerhadap
korban maupun pelaku Pada Pasal 53 ayat (3) tersebul di atas bahwa yang
dimaksud dengan buktl yangsah antara lain surat kctcrangan dokter
salinan resep atau labeletiket Selcngkapnya mengenai pengobatan
ditentukan dalam Pasal 53 yang berbunyi sebagai berikut
(1) Untuk kcpentingan pengobatan dan berdasarkan indikasi medis
dokter dapal memberikan Narkotika Golongan II atau Golongan III
dalam jumlah terbatas dan sediaan tertentu kepada pasien sesuai
dengan ketcnluan peraturan perundang-undangan
(2) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat ( I ) dapal memiliki
menyimpan danatau incmbawa Narkolika untuk dirinya sendiri
(3) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mempunyai bukti
yang sali bahwa Narkotika yang dimiiiki disimpan danatau dibawa
50
untuk digunakan diperoleh secara sail sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
Mengenai rehabilitasi terhadap korban dan pelaku tindak pidana
kejahatan penyalahgunaan narkotika merupakan suatu kewajiban bagi
pemerintah dan instansi masyarakat Sebagaimana ketentuan dalam Pasal
54 bahwa Pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika
wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial Dalam Pasal 56
disebutkan juga bahwa
(1) Rehabilitasi mcdis Pecandu Narkotika dilakukan di rumah sakit yang
ditunjuk oleh Menteri
(2) Lembaga rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan oleh instansi
pemerintah atau masyarakat dapat melakukan rehabililasi medis
Pecandu Narkotika setelah mendapat persetujuan Menteri
Kemudian dipertegas kembali dalam Pasal 57 bahwa selain melaiui
pengobatan danatau rehabilitasi medis penyembuhan Pecandu Narkotika
dapat diselenggarakan oleh instansi pemerintah alau masyarakat melaiui
pendekatan keagamaan dan tradisional Salah satu tugas dan wewenang
Badan Narkotika Nasional adalah meningkatkan kemampuan lembaga
rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu Narkotika baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat
Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 ini terdapat
pengecualian dalam hal luniutan pidana terhadap anak yang masih berada
di bawah umur Misalnya terdapat di dalam salah satu pasalnya yakni pada
51
Pasal 128 ayal ( I ) yang bcrbunyi Orang tua atau wali dari pecandu yang
belum cukup umur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) yang
sengaja tidak mciapor dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6
(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp 100000000 satu juta
rupiah) Tetapi di datam ketentuan tain yakni pada Pasal 128 ayat (2) dan
ayal (3) ditentukan bahwa anak yang masih di bawah umur tidak dapat
dituntut pidami selcngkapnya pasal tersebul berbunyi Pecandu Narkotika
yang belum cukup umur dan telah dilaporkan oleh orang tua atau walinya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat ( I ) tidak dituntut pidana
(Pasal 128 ayat (2)) dan Pecandu Narkotika yang telah cukup umur
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) yang sedang menjalani
rehabilitasi mcdis 2 (dua) kali masa perawatan dokter di rumah sakit
danatau lembaga rehabilitasi medis yang ditunjuk oleh pemerintah tidak
dituntut pidana
Pada awalnya narkotika digunakan unluk kcpentingan umat
manusia khususnya untuk pengobatan dan peiayanan kesehatan Namun
dcngan semakin bcrkembangnya ilmu pcngclaliuan dan teknologi
peruntukan narkotika mengalami perluasan hingga kepada hal-hal yang
negatif
Di dunia kedokteran narkotika banyak digunakan khususnya
dalam proses pembiusan sebelum pasien diopcrasi mengingat di dalam
narkotika terkandung zat yang dapat mempengaruhi perasaan pikiran serta
kesadaran pusieti Oleh karena itu agar penggunaan narkotika dapal
52
memberikan manfaat bagi kehidupanurnat manusia maka pcredarannya
harus diawasi secara ketat sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 60 sampai
dengan Pasal 63 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang menyebutkan
Pasai 60 ditentukan bahwa
(1) Pemerintah melakukan pembinaan terhadap segala kegiatan yang
berhubungan dengan Narkolika
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meiipuli upaya
a Memenuhi ketcrsediaan Narkotika unluk kcpentingan peiayanan
kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
b Mencegah penyalahgunaan Narkotika
c Mencegah generasi muda dan anak usia sekoiah
dalampenyalahgunaan Narkotika termasuk dengan memasukkan
pendidikanyang berkaitan dengan Narkotika dalam kurikulum
sekoiah dasarsampai lanjutan atas
d Mendorong dan menunjang kegiatan penelitian danatau
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di brdang
narkolika unluk kcpentingan peiayanan kesehatan dan
e Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis bagi
Pecandu Narkotika baik yang diselenggarakan oleh pemerintah
maupun masyarakat
53
Pasal 61 ditentukan baiiwa
(1) Pemerintah melakukan pcngawasan terhadap segala kegiatan yang
berkaitan dengan Narkotika
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
1 Narkolika dan Prekursor Narkolika untuk kcpentingan peiayanan
kesehatan danatau pengembangan Hmu pengetahuan dan
teknologi
2 Alat-alat potensial yang dapat disaiahgunakan untuk melakukan
tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkolika
3 Evaluasi keamanan khasiat dan mutu produk sebelum diedarkan
4 Produksi
5 impor dan ekspor
6 Pcrcdaran
7 Pelabeian
8 Tnformasi dan
9 Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Pasal 62 berbunyi Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasai 60 dan pengawasan sebagaimana
dimaksiiddalam Pasal 61 diatur dengan Peraturan Pemerintah Dan dalam
Pasal 63 disebutkan bahwa Pemerintah mengupayakan kerja sama
dengan ncgara lain danatau badan intcmasional secara bilateral dan
multiialeral baik regional maupun internasional dalam rangka pembinaan
dan pengawasan Narkotika dan Prekursor Narkotika sesuai dengan
54
kcpentingan nasional
Berdasarkan biinyi beberapa pasa di atas mengenai pengawasan
terhadap pentingnya peredaran narkotika wajib diawasi secara ketat
dikarenakan saat ini pemanfaatannya banyak untuk hal-hal yang negatif
D i samping itu melaiui perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi penyebaran narkotika sudah menjangkau hampir ke semua
wilayah di Indonesia hingga ke pelosok-pelosok Daerah yang sebelumnya
tidak pcrriah tersentuh oleh peredaran narkotika lambat laun berubah
menjadi sentra peredaran narkotika Begitu pula anak-anak yang pada
mulanya awam terhadap barang haram ini telah berubah menjadi sosok
pecandu yang siikar untuk dilepaskan ketergantungannya
Sebelum Iahimya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
mengenai narkotika diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997
tentang Narkotika namun undang-undang ini tidak dapat dipertahankan
lagi keberadaannya karena adanya perkembangan kualitas kejahatan
narkotika yang sudali menjadi ancaman serius bagi kehidupan umat
manusia Pengguna narkotika sangat beragam dan menjangkau semua
lapisan masyarakat mulai dari anak-anak hingga orang dewasa orang
awam hingga artis bahkan hingga pejabat publik
Efek negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan narkotika secara
berlebihan dalam jangka waktu lama serta tidak diawasi oleh ahlinya
dapat
menimbulkan berbagai dampak negatif pada penggunanya baik secara
55
fisik maupun psikis Bahkan tidak janing penggunaan narkotika dapat
memicu terjadinya berbagai tindak pidana Karena itu untuk mencegah
semakin mcluasnya dampak negalif yang ditimbulkan dari penggunaan
narkotika maka pengawasan tidak hanya terbatas pada peredaran
narkotika tetapi juga pada mereka yang menjadi korban misalnya
sescorang yang menderita ketergantungan narkotika (pecandu) Apabila
seorang pecandu narkotika telah divonis bcrsalah oleh hakim atas tindak
pidana narkotika yang dilakukannya maka untuk memberikan kesempatan
pada yang bersangkutan agar tcrbebas dari kecanduaniiya maka hakim
dapat mcmutuskan untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani
pengobatan danatau perawatan
Pengobatan dan perawatan terhadap pecandu narkotika dilakukan
melaiui fasilitas rchabilitasi Rcliabilitasi medis dan sosial yang diberikan
kepada pecandu dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan
kemampuan fisik mental dan sosialnya Selain pengobatan dan perawatan
melaiui rehabililasi medis proses penyembuhan pecandu narkotika dapat
diiaksanakan oleh masyarakat melalul pendekatan keagamaan dan
tradisional
Sebagai conloh di Pakem Sleman Yogyakarta telah didirikan
sualu kliiiik alau Pusat Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkotika
Psikolropika dan Zal-zat Aditiflainnya (NAPZA) Terpadu yang didirikan
atas kerjasania Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dan
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang diresmikan pada tanggal 7
56
Desember 2005 Tujuan umum pendiriaii pusat rehabilitasi terpadu ini
adalah untuk memberikan jaminan penanganan paripurnakepada korban
penyalahgunaan Napza melaiui aspek hukum aspek medis aspek sosial
aspek spiritual serta pengembangan pcndidikan dan pelatihan dalam
bidang NAPZA secara terpadu sedangkan tujuan khususnya adalah
1 Terhindarnya korban dan instilusi dan penelrasi pengedar
2 Terhindarnya kerusakan mental dun masa depan para penyalah guna
Napza yang akan mcmbtinuh potensi pengembangan mereka
3 Terhindarnya korban-korban baru akibat penularan penyakil-penyakit
seperti Hepatitis HIVAIDS dan penyakit menular lainnya
4 Terwujudnya proses pengembangan penanganan korban NAPZA dan
aspek ilmiah serta keiimuan yang dinamis sesuai perkembangan zaman
sebagai pusat jaringan informasi terpadu dan mewujudkan teknis
penanganan penyalahgunaan narkotika dan obat-obalan terlarang bagi
daerah sekitamya maupun nasional
Pemberian perlindungan kepada korban narkotika lentil tidak dapat
dibebankan sepenuhnya kcpada pemeriiilah peran serta masyarakat pun
diharapkan ada salah salunya diterimanya kembali mantan pani pengguna
dalam lingkungannya tanpa melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya
diskriminatif bahkan dengan mcmposisikan mereka sebagai warga keias
dua yang harus dljauhi
Bentuk periindunganyang diberikan terhadap pelaku maupun
Dikdik M ArilMansur dan tUisUiris Guitom loa cil hal 90
57
korban penyalahgunaan narkolika dan psikotropika daiambentuk
rehabilitasi
Rehabilitasi adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang
dilujukan kepada pemakai narkolika dan psikotropika yang sudah
menjalani program kuratif Tujuannya agar pelaku tidak memakai lagi
dan bebas dari penyakit ikutan yang disebabkan oleh bekas pemakaian
narkotika dan psikotropika
3 Tahapan-tahapan rchabilitasi terhadap self-victimizing victims
Tahapan-tahapan rehabilitasi terhadap self-victimizing victims atas
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika yang ada di Indonesia tidak
sama Ada yang menekankan rehabilitasi hanya pada aspek medis ada
pula yang lebih menekankan pada aspek rohani Atau memadukan kedua
pendekatan tersebut dengan komposisi yang seimbang Yang ideal
rehabilitasi seorang korban narkotika dan psikotropika harus dilakukan
secara holisitik baik secara fisik psikis maupun kerohaiiiannya
1 Tahapan pengobatan (rehabilitasi)
Secara umum ada beberapa tahapan yang harus dilewati
Masing-masing tahapan tersebut memakan waktu bervariasi ada yang
seminggii sebulan dan bahkan berbu lan-bulan tcrgantung tingkat
ketergantungan tekad korban dan juga dukungan berbagai pihak
terutama keluarga dalam seluruh proses tersebut Setiap tahapan
Subagjo PiirloUiharjo Loc cU hal 105 ^ E M Giri Prastowo loc cil hal 28 -29
58
tersebut disusun dan dibuat untuk inenganlar pasien secara bertaiiap
melepaskan dari ketergantungan narkotika dan psikotropika Beberapa
tahapan rehabilitasi ini yang disajikan berikut sudah Icruji dapat
menyembuhkan atau memulihkan korban narkotika dan psikotropika
secara maksimal
a Tahapan transisi
Penekanaii dalam tahap ini lebih kepada informasi awal
tentang korbanseperti
1) Latar belakang korban
2) Lama ketergantungan
3) Jenis obat yang dipakai
4) Akibat-akibat ketergantungan dan
5) Berbagai inlbrniasi lainnya
Hal ini penling sehingga pada saatnya akan menjadi acuan
bagi pihak yang terlibat secara intensif dalam proses rehabilitasi
Ahl i yang berkompeten (dokter) akan menganaiisa tingkat
ketergantungan korban untuk kemudian meneniukan tingkat
pengobatan dan tingkat pembinaan bagi si korban schingga terapi
dan metode pengobatan bisa dilakukan secara terukur
Tahapan ini Juga dapat dijadikan rujukan untuk meneari
model rehabilitasi yang paling tepat bagi yang bersangkutan Pada
tahap ini tim rehabilitasi akan membantu korban agar menyadari
dirinya sedang menghadapl masalah ketergantungan narkotika dan
59
psikotropika Korban diajak untuk bersama-sama mengatasinya Hal
ini penting karena proses rchabilitasi tidak akan berhasil tanpa
adanya kesadaran korban tentang adanya bahaya yang dihadapinya
Dari situ akan dibangun tekad dan komitmennya untuk
meninggalkan narkotika dan psikotropika
Selain itu pada tahapan ini akan diteliti akibat fisik dari
penggunaan narkotika dan psikotropika Sejauh mana tingkat
kerusakan syaraf dan organ-organ tubuhnya yang rusak Unluk itu
diadakan pemeriksaaii laboratoriumiengkap dan tes penunjang untuk
mcndeteksi penyakit yang diderita korban A[)abia dalam
pemeriksaan ditemukan satu atau beberapa penyakit maka terlebih
dahulu diadakan pengobalan medis sebelum penderita mendapat
proses rehabilitasi lanjutan Langkah ini penting selain agar tubuh
yang bersangkutan bebas dari penyakit juga untuk mencegah
terjadinya penularan balk kepada korban narkotika dan psikotropika
ini diadakan pembersihan darah pada tubuh pecandu sehingga darah
menjadi bersih dan sistem metabolisme tubuh kembali normal
Proses ini dapat dilakukan melaiui cara-cara berikut
1) Cold Turkey abrupt withdrawal) yaitu proses penghentian
pemakaian narkotika dan psikolropika secara tiba-tiba tanpa
disertai dengan substitusi antidotum
2) Bertaliap atau substitusi bertahap misalnya dengan kodein
^Ibidhal 30
60
methadone CPZ atau clocard selama i -2 minggu
3) Rapid Detoxification dilakukan dengan anestesi umum (6-12
jam) dan
4) Simtomatik tergantung gejala yang dirasakan
2 Rehabilitasi intensif
Setelah melewati masa transisi (pengumpulan informasi tentang
keadaan korban dan latar belakangnya) baru masiik pada fase
berikutnya yakni proses penyembuhan secara psikis Motivasi dan
potensi dirinya dibangun daiam tahap ini Korban diajak untuk
menemukan dirinya dan segala potensinya sambil juga menyadari
berbagai keterbalasannya Bahwa untuk mengatasi masalah hidup yang
bersangkutan tidak perlu harus mengkonsumsi narkotika dan
psikotropika Narkotika dan psikotropika justru menciptakan masalah
baru yang jauh lebih besar dalam hidupnya Narkotika dan psikotropika
bukanlah solusi tetapi menjadisumber masalah Pada tahap ini berbagai
contoh dapat dipcrlihatkan kepada korban
Yang terlibat di dalam tahap ini yang utama adalah korban itu
sendiri sebagai pelaku self-victimizing victims) Korban harus punya
tekad untuk hidup tanpa narkotika dan psikotropika Korban harus bisa
menatap masa depan dengan penuh optimisme Selain yang
bersangkutan peranan keluarga (orang liia dan saudara-saudaranya
suami atau istri) juga sangal pcnling Anggota keluarga ini harus secara
intensifmendampingi dan jnenopang korban
61
Staf di paiiti rehabilitasi para konselor psikolog dan semua
pihak di panti rehabilitasi untuk bersama-sama mcmbangun
kepercayaan diri korban Seluruh proses ini membutuhkan waktu
berbulan-bulan bahkan selama bertahun-tahun tergantung tingkat
ketergantungan dan efeknya bagi korban Berbagai terapi yang
dilakukan selama dalam tahap ini baik yang dilakukan secara pribadi
maupun bersama-sama lewat berbagai aktivitas di panti rehabilitasi
tersebut bertujuan untuk memberdayakan kembali korban yang disekian
lama telah terpuruk oleh narkolika dan psikotropika Sebagai langkah
awal untuk sosialisasi diri dengan masyarakat korban juga secara
bertahap mulai mcmbangun komunikasi dengan orang lain di Iuar
komunitas rehabilitasi
Menurut Romo Lambertus Somar MSG dalam bukunya
Rehabilitasi Pecandu Narkotika dan Psikotropika pada tahap ini ada
tiga titik yang harus dilewati yang lebih dikenal dengan tahapan
stabilisasi pribadi yailu^
1 Secara sadar dan tekun melepaskan diri dari berbagai penyakit dan
akibatakibat lainnya (no to drugs) Tahap ini merupakan tahap
stabilisasi awai atau tahap konsolidasi (comolidation)
2 Menemukan jati diri menguasai kiat-kiat dan keterampilan-
keterampilan untuk menyehatkan serta mengisi hidup secara lebih
bermakna dan bermulu Latihan keterampilan vokasional (kerja) dan
E M Giri Praslowo Loc cil hal 32
62
peiigungkapan diri dari dimulai dibina sebiiigga disebul juga (afiap
pengukuan diri (jyerwtuil appraisal) Inilah lahap slabilisasi
niericiigah (inadya)
3 Dengan inisiatif pribadi orang secara sadar mulai berfikir dan
bertindak untuk mencapai prestasi-prestasi tertentu schingga disebut
juga tahap positive thinking and doing Tahap ini merupakan tahap
stabilisasi akhir
4 Tahap rekonsiliasi Tahapan berikut yang harus dilewati dan sangat
vital adalah tahap rekonsiliasi Tara korban tidak langsung
herinlcraksi secara bebas dcngan masyarakat akan tctiipi lerleblh
dahulu ditampung di sebuah lingkungan khusus selama beberapa
waktu sampai pasien benar-benar siap secara mental dan rohani
kembali kelingkungannya semula Yang paling ulama dalam fase ini
adalah pembinaan mental spiritual keimanan dan ketakwaan serta
kcsepiikatan sosial kemasyarakaian Proses ini bisa meliputi program
pembinaan jasmani dan rohani
Sampai ke tahap ini yang bersangkutan masih tcrikat dengan
rehabilitasi foimal namun sudah mulai membiasakan diri dengan
masyarakat Iuar sehingga merupakan proses resosialisasi (reentry) atau
penyesuaian (reconcilialion) Proses ini melewati tiga titik penting juga
yaitu
1 Tinggal lebih sering dan lebih lama di lingkungan keluarga sebagai
63
teiiipal tinggal tetap atau pun tempat tinggal transit unluk
resosialisasi sambil mclaiijiitkan kegiatan pilihan sebagai penunjang
masa selanjutnya Di sini terjadi perdamaian dan penycsuaian-
penyesuaian kembali dengan lingkungan
2 Rencana masa depan yang jelas dan siap direalisasikaii dengan
dukungan keluarga atau pihak-pihak lain Pada tahap ini korban
dapat memulai aktivitasnya lagi seperti sekolahkuliah mulai bekerja
atau merintis usaha sendiri
3 Kontak awal dengan kelompok-keiompok atau program-program
pemeliharaan lanjut aftercare) Di sini orang meiierima dirinya
seperti apa adanya merasa puas lalu mempercayakan dirinya ke
tangan orang lain
4 Pciiieliharaaii Lanjut Pada tahap ini walaupun secara fisik yang
bersangkutan sudah dinyatakan seliul dan secara psikis pun sudali
pulih namun masih ada kcmungkinan mereka akan tergclincir
kembali icbihlebih saat mereka sedang menghadapl masalah Pada
saat itu bisa Jadi mereka bemostagia dengan menikmati narkolika
dan psikotropika Saat ini juga niwaii Karena itu setiap korban yang
niemasuki tahap inidipersiapkaii sungguh-sungguh agar dapal
melewati dan mengatasi sUuasi rawan ini dengan melewati tiga titik
ini yakni
a Mengubah menghilangkan aUiu menjauhi hal-hal yang bersifat
bid hul 34
64
nostaigia kesenaiigan narkolika dan psikolropika
b Setiap mengikuti program-program dan aeara-acara aftercare
(pemeliharaan lanjut) dan
c Dapat juga mcUbatkan diri dalam gerakan atau kelompok bersih
narkoba dan peduli penanggulangannya
BAB IV
PENUTUP
A Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dipaparkan tersebut di atas peneliti
memberikan beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap
permasalahan di dalam penelitian ini sebagai berikut
Di antara berbagai faktor yang dapat mempengaruhi seseorang atau
individu menyalahgunakan narkotika atau psikotropika terdapat faktor
yang paling duininan yakni laktor yang bersumber dari keadaan keluarga
dan lingkungan bukan karcnn faktor individunya Karena faktor keluarga
yang buruk dan lingkungan yang juga buruk dan saling mendukung dapat
mempengaruhi individu menjadi pelaku lindak pidana penyalahgunaan
narkolika dan psikotropika tersebut dengan kata lain faktor keluarga dan
lingkungan yang buruk ini membuka kesempatan kcpada seseorang untuk
merasakan pergaulan dengan narkotika atau psikotropika sehingga dapal
menimbulkan ketergantungan terhadapnya
2 Perlindungan lerhadap korban narkotika- jika dihubungkan dengan
beberapa teori pemidanaan dalam perspektif Undang-Undatig Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika yang baru terdapai keseimbangan antara
perlindungan terhadap pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana
bahwa berdasarkan sanksi baik pidana maupun denda yang terdapat dalam
undang-undang ini sangatlah bcrat-bcnil dan tegas Ini berarti bahwa
65 bull
66
undang-undang narkotika yang baru tersebut lebih mementingkan korban
dari pada pelaku kejalialan narkotika Mengingat bahwa dcngan adanya
pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan ktgtrban semakin
banyak yang berjatuhan seliingga daripada korbannya anak bangsa yang
memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara Indonesia
maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-beratnya
terhadap si pelaku lindak pidana narkolika bahkan pidana mati atau
seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-
undang yang baru ini juga diatur mengenai rchabilitasi terhadap korban
baik korban yang diakibatkan oleh orang lain niaiipim karena self
victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku ilu
sendiri
Saran
Adapun yang menjadi saran peneliti di dalam penelitian ini yang
menjadi harapan untuk dipcrliatikan bersama adalah sebagai berikut
1 Diharapkan bagi setiap keluarga untuk menjaga keharmonisan melakukan
pengawasan dan mcnanainkan pcndidikan yang benar terutama dalam lial
menyeimbangkan antara emosi inteligensi dan spritual sejak dari din
terhadap anak sebagai benteng terhadap dirinya untuk dapat membentengi
dari pengaruh narkotika dan psikotropika yang semakin mengancam
keadaan lingkungan masyarakat
2 Diharapkan terhadap pemerintah untuk melakukan sosialisasi yang
teriiitegrasi dan menyeluruh terhadap semua lapisan masyarakat baik
67
masyarakat di pedesan (primitlf) maupun masyarakat kota betapa besamya
sanksi pidana dan denda yang digariskan di dalam undang-undang
narkotika dan psikotropika misalnya dcngan mcmpublikasikannya dalam
bentuk billboard di pcrsiinpangan jalan sehingga setiap orang yang lewat
dengan secara otomatis masyarakat akan inengelaliuinya dan
berkemuiigkiiian orang yang membacanya setidaknya tlmbul rasa takut
untuk terjun ke dalam penyalahgunaaan narkotika dan psikotropika
tersebut
D A F T A R PUSTAKA
A Bukii
Arrasjid Chainur Sualu Pemikiran Tentang Psikologi Kriminil Mcdan Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU 1999
Gerson Bawengan Penganlar Psichology Kriminil Jakarta Pradya Pramita 1973
Gosita Arif Masalah Korban Kejahatan Jakarta Akademika Pressindo 1993
Hakim M Ariel Narkoba Bahaya dan Penanggulangannya Bandung Jembar 2007
Hawari Dadang Konsep islam Memerangi AIDS dan NAZA Get X i Yogyakarta Dhana Baktl Priaya 1997
Kaligis OC dan Soedjono Dirdjosisworo Narkoba dan Peradilannya di Indonesia (Retbrmasi Hukum Pidana Melaiui Perundangan dan Peradilan) Bandung PT Alumni 2002
Kartono Kartini Psichology Abnormal Bandung Alumni 1972
Mansur Dikdik M Arif dan Elistaris Guitom Urgensi Perlindungan Korban Kejahalan Antara Norma dan Reaiita Bandung Agustus Fakultas Hukum Universitas Padjajaran 2006
Mardani Penyalahgunaan Narkoba Daiam Perspeklif Hukum islam dan hukum Pidana Nasional Jakarta IH RajuGrufindoPersado 2007
Marpaung Leden Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005
Moelyono Anton M Kumus Besar Bahasa Indonesia Get 11 Jakarta Balai Pustaka 1988
Muladi HAM Dalam Persepkiif Sistem Peradilan Pidana dalam Muladi (ed) Hak Asasi Manusia Hakekal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat Bandung Refika Aditama 2005
dan Barda Nawawi Arlef Bunga Rampai Hukum Pidana Bandung Alumni 1992
Partodiharjo Subagyo Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannyai Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2003
Ioyk Fanny Jonathans Sehiiah Kesehatan Narkoba Sayonara Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2006
Prastowo EM Giri Rehabilitasi Bagi Korban Narkoba Tangcrang Visimedia 2006
Prodjodikoro Wirjono Asas-asas Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005
Roeslan Saieh Stelsel Pidana Indonesia Jakarta Bina Aksara 1987
Soedjono D Segi Hukum Tentang Narkolika di Indonesia Bandung Karya Nusanlara 1977
Hukum Narkolika Indonesia Bandung PT Citra Adtya Baktl i 990
Soekanto Soerjono dan Sri Mumadjj Penelitian Hukum Normalif Suatu Tijnjauan Singkat Jakarta Rajagrafindo Persada 2001
Sudarsono Kenakalan Remaja cet Ii Jakarta Rineka Cipta 1992
Tom dkk Bahaya NAPZA Bagi Pelajar Bandung Yayasan Al-Ghifari Morgan 1999
Tim BNN Materi Advokad Pencegahan Narkoba Jakarta Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia 2005
Yustisia Himpunan Peraturan Pemndang-Undangan Anti Narkoba diterjenialikuii oleh Tim iustaka Yuslisia Yogyakarta iuslaka Yustisia 2006
Waluyo Bambang Penelitian Hukum dalam Prakiek Jakarta Sinar Grafika 1996
Wcda Made Darma Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korporasi dalam niingti Rampai Viktimisasi Bandung Eresco 1995
B Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Pasal 152
Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika22Tahun 1997 tentang Narkotika
Keppres Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkolika Nasional
CInternet
htlpwwwbnngoidportalbariiiiorlalkQnlenpltpniima^Prorilampop^visi niisiamp tnn=lamp diakses tcrakiiir tanggal 13 November 2014
httpthed03hlogspoteom2008l Ohukuiii-viktimolQgihtmk diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014
httpwwwikonbaliorg26062Q(19advokasipctisi-ikon-bali-segera-tcrapkan-semahtml Petisi Ikalan Korban Napza (IKON) dalam rangka menyambut Hari Anti Narkotika (HANI) dan Hari Anti Penyiksaan 2009 diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014
httpwwwsurnekscoidindexphp7pption=^om cpntentampview=articleampid=^1405 2010-kej ati-baru-terapkan-uu-no-3 52009ampcatid=44 ilir-barat-i-bukit-keciIampUemid=94 diakses lerakJiir tanggal 12 Desember 2014
httpidsbvoongcQmexact-sciencesl8Q8652-getielika-dan-keiahatan Faktor Genetik Penyebab Kejahalan diakses terakhir tanggal 10 jaiiuari 2014
httpwwwasiasecuritiescoidsys 12ximagesstories201QEqtiitv2Q Pdf diakses terakhir tanggal 10 Januari 2014
LAMPIRAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
F A K U L T A S HUKUM
K A R T U AKTIVITAS BIMBINGAN SKRIPSI
N A M A MAHASISWA DIANA SAPUTRA
N O M O R INDUK MAHASISWA 50 2011 059
P R O G R A M STUDI I L M U H U K U M
PROG K E K H U S U S A N H U K U M PIDANA
P E M B I M B I N G M S O L E H IDRUS SHMH
l U D U L SKRIPSI P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T U N D A N G U N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I
KONSULTASI
K F -
MATERI YANG
DIBIMBINGKAN
PARAF
PEMBIMBING K E T
luymdash
y^ ^ Tlt2 N ^
7 M e
fSUL
k ^
CATATAN MOHON DIBERI WAKTU MENYELESAIKAN SKRIlSl RUiAN SEJAK TANGGAL DIKELUARKAN DITETAIKAN
DIKELUARKAN DI PALEMBANG PADA TANGGAL KETUA BAGIAN
JUDUL P E N Y A L A H G U N A A N N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG UNDANG N O M O R 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I
P E R M A S A L A H A N 1 Apa yang menjadi faktor tcrjadinya penyalaJigunaan narkotika dan psikotropika
2 Bagaimana pengaturan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspektif victimologi
B A B l P H N D A I i U L U A N A Latar Belakang B Permasalahan C Ruang Lingkup dan Tujuan D Metode Penelitian E Sistematika Penulisan
B A B 11 T I N J A U A N PUSTAKA
A Pengertian penyalahgunaan B Pengertian victimologi C Ruang lingkup victimologi D Jents dan penggolongan narkotika dan psikotropika E Undang Undang yang mengatur tentang narkotika
dan psikotropika
BAB I I I PEMBAHASAN A Faktor yang menyebabkan terjadinya
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika
B Penyalahgunaan narkotika dan psikolropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspeklif victimologi
BAB IV PENUTUP A Kesimpulan
B Saran-saran
DAF1AR PUSTAKA
L A M P I R A N - L A M P I R A N
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM
Lampiran Perihal Kepada
Sistematika penulisan (Outline) Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi YUi NUR HUSNI LMILSON SHSpNMH
Pembimbing Akademik Fakultas Hukum UMP dl-Palembaniz
Assalamualaikum WrWb
Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama DIANA SAPU I RA
Program Kekhususan Flukum Pidana
fada semester Lianjil tatiun kuliati 2UI42UI5 sudah menyelesaikan betian studi yang meliputi MPKMKKMKBMPBMBB (139 sks)
Dengan ini mengajukan pcrmohonan untuk penelitian Hukum dan Penulis Skripsi dengan judul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG-UNDANG N O M O R 35 T A H U N 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I
Demikianlah atas perkenaan Ibu diucapkan terima kasih
Wassalamualaikum WrWb
NIM 50 2011 059 Ilmu Hukum Program Studi
Palembang September 2014 Pemohon ^^--^5
Rekomendasi PAYbs
Pembimbing Akademik
HUSNI EMHSON SH SpN MH
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM
REKOMENDASI DAN PEMBIMBING SKRIPSI
Nama Nim Program Study Program Kekhususan Judul skripsi
DIANA SAPUTRA 50 2011 059 Ilmu Hukum Hukum pidana PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI
I Rekomendasi Ketua Bagian a Rekomendasi
b Usulan Pembimbing
Hukum Pidana
raiemoang iepiemt)er zu 14 KetuaJBagu
LuuTiiiAKNurCsHrR^
I L Penatapan Pembimbing Skripsi Oleh Wakil Dekan I
1 2
Palembang September 2014 Wakil Dekan I
- i poundL Dr Hj SRI S U L A S T R I SH M H
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah i n i Nama Tempat Tanggal Lahir N I M Program Studi Program Kekhususan
DIANA SAPUTRA PetransJaya 15 Januari 1992 502011059 Ilmu Hukum Hukum Pidana
Menyatakan bahwa karya ilmiah skripsi saya yang berjudul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANGshyU N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F VICTIMOLOGI
Adalah bukan merupakan karya tulis orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali daiam bentuk kutipan yang telah kami sebutkan sumbemya
Demikianlah surat pemyataan ini kami buat dengan sebenar-benamya dan apabila pemyataan ini tidak benar kami bersedia mendapatkan sanksi akademis
Palembang September 2014
PERMOHONAN UNTUK MENGIKUTI SEMINAR PROPOSAL
Palembang Oktober2014 Perihal Mohon untuk diiaksanakan seminar
Proposal Penelitian Skripsi
Kepada Yth Ibu Luil Maknun SH MH Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang D i -
Palembang
Assalamualaikum Wr Wb Saya yang bertanda tangan dibawah Ini Nama DIANA SAPUTRA
NIM 50 2011 059
Program Kekhususan Hukum Pidana
Bahwa yang bersangkutan telah layak untuk mer^ikiuti Seminar Proposal rencana penelitian skripsi yang judul PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI
Mohon kiranya yang bersangkutan untuk dijadwalkan mengikuti Seminar Proposal usul Penelitian Skripsi
Demikianlah disampaikan untuk dipertimban^Lan Wassalamualaikum Wr Wb
Pembimbing Skripsi
M SOLEH IDRUS3HMS
H A L A M A N P E R S E T U J U A N U N T U K M E N G I K U T I S E M I N A R P R O P O S A L
Nama DIANA S A P U T R A
N I M 50 2011059
Program studi Ilmu Hukum
Program kekhususan Hukum Pidana
Judui Penelitian PENYALAHGUNAAN N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A
MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI P E R S P E K T I F VICTIMOUHH
Palembang Oktober2014 Disetujui Pembimbing
M S O L E H IDRUSSH MS
Ketua Bagian Hukum Pidana
LuU MaknunSH M H
![Page 6: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/6.jpg)
2 Ibu Dr Sri Suatmiati SH MHum Seiaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Palembang
3 Bapak dan Ibu Seiaku Wakil Dekan I I I I l l dan IV Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Palembang
4 Ibu Luil Maknun SH M H Seiaku Ketua Bagian Hukum Pidana di
Universitas Muhammadiyah Palembang
5 Bapak Nur Husni Emilson SH SpN M H Seiaku Penasehat Akademik
yang selalu membimbing Penulis
6 Bapak M Soleh Idrus SH M H Seiaku Pembimbing Skripsi
7 Seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta Karyawan Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Palembang
8 Sahabat-sahabatku tercinta
9 Serta seluruh leman-teman penulis angkatan 2011 yang tidak dapat disebutkan
satu persatu Semoga sukses
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita
semua dan semoga amal ibadah kita mendapat balasan dari Allah SWT
Palembang 2015
Penulis
Diana Saputra
vi
P E R N Y A T A A N K E A S L I A N K A R Y A I L M T A H
Dengan ini saya D I A N A SAPUTRA menyalakan bahwa Karya
llmiahSkripsi ini adalah asli hasil karya saya sendiri dan karya ilmiah ini belum
pemah diajukan sebagai pemenuhan persyaratan untuk memperoleh gelar
kesarjanaan Strata Satu (SI) dari Universitas Muhammadiyah Palembang maupun
Perguruan Tinggi lain
Semua informasi yang dimuat dalam karya ilmiah ini yang berasal dari
penulis lain baik yang dipublikasikan atau tidak tclah diberikan penghargaan
dengan mengutip nama sumber penulis secara benar dan semua isi dari Karya
Ilmiah ini sepeanuhnya menjadi tanggung jawab saya sebagai penulis
Palembang Maret 2015
Penulis
DIANA S A P U T R A N I M 50 2011 059
v i i
D A F T A R ISI
H A L A M A N J U D U L i
H A L A M A N P E R S E T U J U A N U N T U K U J I A N K O M P R E H E N S I F i i
M O T T O DAN P E R S E M B A H A N i i i
A B S T R A K iv
K A T A P E N G A N T A R v
P E R N Y A T A A N K E A S L I A N K A R Y A I L M I A H vi
D A F T A R ISI v i i i
B A B I P E N D A H U L U A N
A Latar Belakang
B Perumusan Masalah 5
C Ruang Lingkup dan Tujuan 5
D Metode Penelitian 6
F Sistematika Penulisan 7
B A B H T I N J A U A N P U S T A K A
A Pengertian Penyalahgunaan 9
B Pengertian Viclimohgi 10
C Ruang Lingkup Victimologi 11
D Jenis dan Penggolongan Niirkotika dan Psikotropika 12
a) Narkotika 12
b) Psikotropika 17
viii
B A B I I I P E M B A H A S A N
A Perkembiingan pengaturan tentang tindak pidana
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika sebelum iahimya
dan menurut undang-undang nomor 35 tahun 2009 22
B Pengaturan Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997
Tentang Psikotropika dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun
1997 Tentang Narkotika 40
C Pcnyalahgunaaan Narkotika dan Psikotropika Dalam
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari
Perlindungan Terhadap Korban 44
1 Self-victimizing victims narkotika dan psikotropika 44
2 Rehabilitasi terhadap self-victimizing victims 48
3 Tahapan-tahapan rehabilitasi terhadap self-victimizing
victims 57
B A B IV P E N U T U P
A Kesimpulan 65
B Saran 66
D A F T A R P U S T A K A
L A M P I R A N
ix
B A B l
PENDAHULUAN
Latar Belakang
PciTindiingan korban lindak pidana dalam sistein liukimi nasional
nampaknya belum memperoleh perhatian serius Hal ini terlihat dari masih
sedikitnya hak-hak korban tindak pidana memperoleh pengaturan dalam
perundang-undangan nasional Adanya ketldakseimbangan antara
perlindungan korban kejahatan dengan pelaku kejahatan pada dasarnya
merupakan salah satu pengingkaran dari asas setiap warga ncgara bersamaan
kedudukaiinya dalam hukum dan pemerintahan sebagaimana diamanatkan
oleh Undiing-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konslitusional
Niirkotika Psikotropika dan Bahan Aditif Lainnya adalah berbagai
macam obat yang semestinya dinianfaalkan sesuai dengan kcpentingan
tertentu niisalnya pada dunia mcdis untuk mcmbantu proses kerja dokter
dalam melakukan opcrasi bedah Akan tetapi saat ini obat-obat terlarang ini
telah dikonsumsi diedarkan dan diperdagangkan tanpa izin berwajib demi
memperoleh keuntungan dan nikmat sesaat saja Karena pengaruh Narkotika
dan Psikolropika tersebut dapat membuat pemakai menjadi ketergantungan
merusak sampai ke sel-sel saraf manusia seliingga melemalikaii daya pikir
dan lambat memberikan rekasi terhadap lawan bicara Untuk menganaiisa
materi pelajaran bagi pelajar dan mahasiswa yang terkena bahaya Narkotika
atau Psikotropika dapat mengakibatkan pada kelambatan berfikir sehingga
1
2
harapan dalam pencapaian pcmbangunan nasional dapal tcrganggu
Bahaya nicngedarkan Narkotika dan isikolropika dapat dibayangkan
berapa banyak sel syuraf otak mahusia yahg akan dlrusak borapa gencfasl
muda anik sekoiah dan mahasiswa terus diburu pengedar Narkotika dan
Psikotropika tersebul bahkan dapat mengakibatkan kematian^
Keterganl jngan lerhadap Narkotika dan Psikotropika pada mulanya ingin
coba-coba dulu karena Narkotika maupun Psikolropika tersebul dapat
membuat pemakaiiiyu bcrhalusinasi seolah lupu tchadiip masalah dan berada
pada dunia keindahaii Jika laktor kesempatan untuk mendapatkan Narkolika
dan Psikotropika sangat mudah dari pengedar maka dapal mengakibatkan
korban akan semakin bertambah Melihat besamya bahaya penyalahgunaan
Narkotika dan Psikotropika lerhadap individu dan mengganggu pencapaian
cita-cita NKRl maka lerhadap Narkotika maupun Psikolropika harus
dilakukan penanggulangannya sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku
Scjak awat mula Iahimya hukum pidana fokus subjek yang paling
banyak disoroti adalah si pelaku Padahal dari sualu kejahatan kerugian yang
paling besar didcrita adalah pada si korban kejahatan tcrsebut Akan tetapi
scdikit sekali ditemukun hukum-hukum atatipun peraturan perundang-
undangan yang mengatur tcnung korban serta perlindungan lerhadapnya
httpw^vbnn (ioidportalhiirup(irlalkoTilenphpnaTna=lrofilampopvisL _iTiisiampmn^l diakscs tcrukhir tanggal 29 December 2(M4 Iihal juja Kcpprcs Nti 17 Taliun 21X12 tentang Itadan Narkotika Nasional pada bagian konsidcran mcnimbang huruf (J) bcrbunyi Bahwa sehubungun dengan pertimbiingan hunifu huruf b huruf c dan sebagai pcluksunaan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkolika ficrlu niembcntuk Badan Narkotika Nusiona dcngan Keputusan Iresiden
^Funny Jonathans Poyk Suhiiah KusehiUan Narkoba Sayonara (Jakarta IT (Jelora AkHuru Iralama 2006) lial 9 Made Darma Weda Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korfwrasi dalam Bunga
3
Berbicara mengenai upaya penanggulangan kejahatan atau tindak
pidana Narkotika dan Psikotropika yang tepat maka cara pandang sebaiknya
tidak hanya terfokus pada berbagai hal berkaitan dengan penycbab timbuliiya
kejahatan atau metode apa yang efektif dipergunakan dalam penanggulangan
kejahatan tersebul Namun hal lain yang tidak kalah penlingnya untuk
dipahami adalah masalah korban kejahatan itu sendiri yang dalam keadaan-
keadaan lertentu dapal menjadi pemicu munculnya kejahatan dalam tindak
pidana Narkotika dan Psikotropika tersebul
Piida saat berbicara tentang korban kejahatan dalam tindak pidana
Narkotika dan Psikotropika maka cara pandang tidak dapat dilepaskan dari
victimologi Melalul victimologi dapal diketahui berbagai aspek yang
berkaitan dengan korban seperti faktor penyebab munculnya kejahatan
penyalahgunaan bagaimana seseorang dapat menjadi korban
penyalahgunaan dan upaya mengurangi terjadinya korban kejahatan
penyalahgunaan serta hak dan kewajiban korban kejahatan dalam tindak
pidana Narkolika dan Psikotropika tersebut Secara victimologi terhadap
korban kejahatan dalam tindak pidana Narkotika dan Psikotropika misalnya
korban yang ditemukan pada anak usia 7 tahun sudah ada sebagai pemakai
anak di usia 8 talum sudah ada yang memakai ganja dan lalu di usia 10 tahun
anak-anak sudah menggunakan Narkotika alaupun Psikotropika dari berbagai
jenis seperti ganja heroin morfni ekstasi dan sebagainya
Kraquogtrban dalam lingkup victimologi memiliki arti yang luas karena
Rampai Vihmisusi (Bandung Krcsco 1995) hal 200 TM Giri Prasln vo Rebahilium liagi Korban Narkoba ( Iangerang Visimudia 2006) hal v
4
tidak hanya terbatas pada individu yang secara nyata menderita kerugian
tetapijuga kelompok korporasi swasta maupun penierintali sedangkan yang
dimaksud dcngan akibat pcnimbulan korban adalah sikap atau tindakan
terhadap korban danatau pihak pelaku serta mereka yang secara langsung
atau tidak terlibat dalam terjadinya suatu kejahatan
Pentingnya korban kejahatan dalam tindak pidana Narkotika dan
Psikotropika ihempcroleh perhatian utama DIkarenakan korban merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kejahatan oleh karena ilu maka
korban memiliki peranan yang sangat penting dalam penelitian ini
Diperolchnya pemahaman yang luas dan mendaiam tentang korban kejahatan
dalam linJak pidana Narkotika dan Psikolropika dapat [nenuidahkan dalam
menemukan upaya penanggulangan kejahatan yang pada akhimya akan
bermuara pada menurunnya kuantitas dan kualitas kejahalan Sejalan dcngan
semakin bcrkembangnya victimologi sebagai cabang ilmu baru berkembang
pula berbagai runuisan tentang victimologi Kondisi iiii hendaknya tidak
dipandang sebagai pertanda tidak adanya pemahaman yang seragam
mengenai ruang lingkup victimologi tetapi harus dlpaiidang sebagai bukti
bahwa vU timologi akan selalu berkembang sejalan dengan perkembangan
yang terjadi dalam masyarakat
Berdasarkan uraian di atas yang menjadi obyek pengkajian dari
victimologi penyalahgunaan Narkolika dan Psikotropika di antaraiiya adalah
faktor terjadinya kejahatan dan bagaimanakali pengaturan Narkotika dan
Dikdik M Arir Mimsur dan Elistaris (lultoiii UrgensI Ierilndungan Korban Kejahalan Anlara Norma dan Realita (Bandung Agustus EakulUis Hukum Universitas Padj aj uran 2006) hal 29
5
Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Oleh sebab itu
maka judui yang dipilih unluk diteliti dalam penelitian adalah
Penyalahgunaan Narkotika dan Pstkolropka Menurut Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 Dari Perspektif Victimologi
B Perumusan Masalah
1 Apa yang menjadi faktor faktor yang menyebabkan terjadinya
2 Bagainiana pengaturan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika dan
Psikotropika daiam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dari perspektif
victimology
C Ruaug lingkup daii tujuan
Ruang lingkup
Secara umum ruang lingkup skripsi ini untuk mengetahui apa yang
menjadi faktor faktor terjadinya penyalahgunaan narkobadan
penyalahgunaan norkoba menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari
perspektil victimologi
Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan penulisan ini adaiah
sebagai bfrikut
1 Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
penyalahgunaan Narkoba
2 Untuk mengetahui pengaturan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika
dan Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Talum 2009 dari
penyakiligunaanTiarkotika dan psikotropika
6
perspektif viAimo(gtg[
E Metode rcncHtl
Untuk memperoleh data yang kongkril sebagai pcdoman dalam
penulisan skripsi ini maka penulis menggunaan metode sebagai berikul
1 Metode pclaksanaan penelitian
dalam pclaksanaan ini penulis menggunaan metode penelitian hukum
normatif yang bersifal diskriftif dengan menggunaan dala skunder
Penelitian nukum norkatif ini merupakan penelitian kcpustakaan yaitu
penelitian terhadap dala skunder yang iiiempuiiyai ruang lingkup meiipuli
surat sural fakta fakta sampai pada dokumen - dokuincn resmi yang
dikeluarkan oleh instansi lerkait
2 Metode pcngiimpulun data
Pengumpulan data meiiipunyai hubungan yang eral dengan sumber data
karena dcngan pengumpulan dala akan diperoleh data yang dipcrlukan
untuk selanjutnya dianalisis sesuai dengan yang diinginkan Dalam usuha
pengumuian dala dala yang relevan dengan judul ini penulis
menggunakan metode normatif diskriplif dengan menggunakan data
skunder yang berbentuk dokumcntasi
3 Tehnik pcngolahan data
Dilakukan dcngan cara nnalisis isi terhadap teksural untuk selanjutnya
dikoniruksikan dalam suatu kesimpulan
7
Sislemutika [cnulisiin
Penelitian ini dibuul berdasarkan sistematika penulisan di dalam
penelitian ini peneliti mcmbaginya dalam empat bagian yailu
BAB I PENDAHULUAN
Merupakan bab pendahuluan yang menguraikan mengenai hal-hal
berkaitan dengan Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan
dan Maniaat Penclilian Kcaslian Penelitian Tlnjaiian
Kcpustakaan Pengertian Penyalahgunaan Pengertian
Viclimologi Ruang Lingkup dan Manfaat Viclimologi Jenis dan
Penggolongan Narkotika dan Psikotropika Metode Penelitian
dan Sistematika Penulisan
BAB U TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bagian ini menguraikan yaitu mengenai pengertian tentang
penyalahgunaan pengertian tentang ruang lingkup viktimologi
pengertian tentang narkotika dan jcnis-jcnis narkolika
BAB Hi PEMBAHASAN
Merupakan bab yang membahas mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan Pengaturan Sanksi Pidana lerhadap Penyalahgunaan
Narkotika dan Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Ditinjau dari Perlindungan Terhadap Korban dan
Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Self
Victimizing Victims
8
BAB IV K E S I M P U L A N DAN SARAN
Bab ini memuat beberapa kesimpulan dan saran yang dibuat
peneliti sebagai hasil dari pembahasan dun penguraian di dalam
penelitian ini dari keseluruhan permasalahan yang ada
DAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A Pengertinn Pcnyalaliguiiaan
Penyalahgunaan dimaksudkan dalam penclilian ini adalah
penyalahgunaan terhadap narkotika dan psikolropika Dimana bahwa
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika ini diambil dan dipersainakan
dcngan pengertian penyalahgunaan narkoba seperti yang disebutkan Lutfi
Braja yakni memberikan pembatasan mengenai penyalaiiguiiaaii yaitu
Pemakaian narkoba di iuar indikasi medik tanpa petunjuk atau
resep dokter dan peinakaiannya bersifat patologik
(menimbulkan kelainan) dan menimbiilkan humbutan dalam
aktifitas di rumah di sekoiah atau di kampus tempat kerja dan
lingkungan sosial Ketergantungan narkoba adalah kondisi yang
kebanyakan diakibatkan oleh penyalahgunaan zat yang disertai
dengan adanya toleransi zat (dosis semakin tinggi) dan gejala
putus zal
Permasalahan penyalahgunaan mengakibatkan dampak yang sering
terjadi di tengah-tcngah masyarakat dari penyalahgunaan narkolika dan
psikotropika antara lain merusak hubungmt kekeluargaaii menurunkan
kemampuan belajar dan produktifitas kerja secara drastis sulit membedakan
mana perbuatan baik dan perbuatan buruk perubahan pcrilaku menjadi
Mardani Op 01 lial 2
9
10
pcrilaku anti sosial (pcrilaku maladaptil) gangguan kesehalan (fisik dun
mental) mempertinggi jumlah kecelakaan lalu lintas tindak kekerasan dan
kriniinuliLis lainnya
Dari kata penyalahgunaan menandakan bahwa Narkotika dan
Psikotropika tidak selalu bermakna negatif Dcngan begitu narkotika dan
psokitropika yang digunakan dengan baik dan benar oleh dokter untuk
mengobati pasiennya lidak tennasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang
disaiahgunakan Di dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA
(Narkotika Psikotropika dan Zat Adit i f Lainnya)
B Pengertian Victiimlogt
Pada dasarnya perkembangan ilmu pengetahuan tentang korban
kejahalan (viktimologi) lidak dapat dipisahkan dari iahimya peiiiikiraii-
pemikiran brilian dari Hans von Hentig seorang ahli kriminologi pada talum
1941 serta Mendelsohn pada tahun 1947 Pemikiran dari kedua ahli ini
sangat mcmpengaruhi setiap fase perkembangan viktimologi Perkembangan
viktimologi hingga sampai pada keadaan seperti sekarang tentunya tidak
terjadi dengan sendirinya namun telah meiigalami berbagai perkembangan
yang dapai dibagi dalam 3 (tiga) fase sebagai berikut
a iada tahap peitama viktimologi hanya meinpclajari korban kejahatan saja
pada fase ini dikatakan sebagai pehdl or special vtciimolo^
b Pada lase kedua viktimologi tidak hanya mengkaji masalah korban
Oadang Huwari Konsep Islam Memerungt AIDS dan NAA Cel XI (Ycgvakarta Ohaiiii iiakli Idaya 1997) hal 153 Made Danaa Wi da Op cil hal 200
kejahalan tetapi juga meiipuli korban kecelakaan Pada fase ini disebut
sebagai general victimology
c Fase ketiga Vikt imologi sudah berkembang lebih luas lagi yaitu mengkaji
permasalahan korban karena penyalahgunaan kckuasaan dan hak-hak asasi
manusia Fase ini dikatakan sebagai new viciimology
Berdasarkan pengertian di atas nampak je las bahwa yang menjadi
obyek pengkajian dari viktimologi diantaranyu pihak-pihak mana saja yang
terlibat atau mcmpengaruhi terjadinya suatu viktimisasi kriminal
bagaiinanakah respon terhadap suatu viktimisasi kriminal faktor penyebab
terjadinya viktimisasi kriminal bagaimanakah upaya penanggulangannya
dan sebagainya
C R u a i i g L i n g k u p Victimologi
Vikt imologi mencliti topik-topik teiilang korban scperti peranan
korban pada terjadinya kejahatan hubungan antara pelaku dengan korban
rentannya posisi korban dan peranan korban dalam sistem peradilan pidana
Selain itu menurut Muladi viktimologi merupakan suatu studi yang bertujuan
untuk
1 Menganaiisa berbagai aspek yang berkaitan dcngan korban
2 Berusaha untuk memberikan penjelasan sebab musabab terjadinya
vikt imisasi dan
3 Mengembangkan sistem tindakan guna mengurangi penderitaan manusia
^Suryono Ekolaina ST Harum Pudjianlo RS dan G Wiraiama Abortus Iruvocalus Ba^ Korban Perkosnan Persxkif Viktimologi Kriminologi Jan Hukum Pidana Edisi PcrUtma Culakari lurlunii (Jakiiria Univcrsilas AlmaJaya 2001) liul 174 ^ibidMl I7()
12
Menurut JE Sahetapy ruang lingkup Viktimologi meliputi bagaimana
sescorang (dapat) menjadi korban yang ditentukan oleh suatu victimity yang
lidak selaiu berhubuiigan dengan masalah kejahatan termasuk pula korban
kecelakaan dan bencana alam selain dari korban kejahatan dan penyalah
gunaait kekuasan^ Namun dalam perkembangannya di tahun 1985
dipeiopori oleh Separovic yang mempelopori pemikiran agar Viktimologi
khusus niengkaji korban karena adanya kejahatan dan penyalahgunaan
kckuasaan dan tidak mengkaji korban karena musibah alau bencana alam
karena korban bencana alam di iuar kemauan manusia out of mms will)
D Jenis dan Penggolungan Narkotika dan Psikotropilta
Dari kata penyalahgunaan narkoba menandakan bahwa narkoba tidak
selalu beimakna negatif Dengan begilu narkolika dan psokitropika yang
digunakan dengan balk dan benar oleh dokter unluk mengobati pasiennya
tidak termasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang disaialigLmakan Di
dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA (Narkotika Psikolropika
dun Zat ditir Lainnya) Dalam penelitian ini hanya dibahas tentang
narkotika dan psikolropika maka sebelumnya dipaparkan terlebih dahulu
berbagai jenis narkotika dan psikotropika sebagai berikut
a) Narkolika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari lanaman atau
TbUi Miiiadi HAM Halam Persepkiif Sislem Peradilan Pidana datam Muladi (cd) Hak Asas) Manusia Hakclal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspeklif llukum dan Masyarakat (Bandung Refikii Aditama 2005) hal lOX VfiWDial 109 Subagyo Partediharjo Op cil hal 11
13
bukan tanainan baik sintesis maupun bukan sintesis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa
Zat ini dapal mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat
meninibulkan ketergantungan Menurut Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika Narkolika adalah at atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun
semisimetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri
dan dapat nienimbulkati ketergantungan yang dibedakan kc dalam
golongan-goiongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang in i
Narkotika memiliki daya adikasi (ketagihan) yang sangat berat
Narkolika juga memiliki daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual
(kebiasaan) yang sangat tinggi Ketiga sifat narkolika ini yang
menyebabkan pemakai narkotika tidak dapat lepas dari cengkeramannya
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
Jenis jenis narkotika dibagi ke daiam 3 (tiga) kelompok yaitu narkotika
golongan I golongan I I dan golongan I I I
Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbaiiaya
karemi daya adilifnya sangat tinggi Golongan ini tidak boleh digunakan
untuk kcpentingan apapun kecuali unluk penelitian atau ilmu
pengetahuan Contohnya adalah ganja heroin kokain inorfin opium dan
lain-lain Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya
Ibid Posal 1 Ayal (I) Unilung-Undang Nomor 3 Tahun 2009 lenlang Narkotika
14
aditifkual tclapi bcrmaiilaal untuk pcngohatan dan penclilian tlonluhnya
adalah petidin dan turunannya benetldin belamctadol dan lain-iain
Sedanikaii narkulika golungaii Ml adalah narkotika yang niciniliki daya
aditif riiigan tetapi bermanfaat untuk penghatan dan penelitian Contohnya
adalali kudcin dun turunannya^
Berdasarkan cara pcmbuatannya narkotika dibedakan ke dalam 3
(tiga) golongatt juga yaitu narkolika atami narkotika semlsimesis dan
narkotika sintesis Dijelaskan sebagai berikut
1) Naikotika alami
Narkotika alami adalah narkotika yang zat aditithya diambil dari
(umbuhlumbuhan (atam) Contohnya
u tjaiija
Ganja adalah tanaman perdu dengan daun menyerupai daun
singkong yang tepinya bergerigi dan berbulu lialus Jumlah Jari
daunnya selalu ganjil yakni 5 7 9 Tumbuhan ini banyak lumbuh di
iieberapa daerah di Indonesia seperti Aceh Suinalera Ulara
Sumatera Selaian Pulau Jawa dan lain-lain Daun ganja ini sering
iligunakiin sebagai bumbu penyedap masakan Bila digunakan
ebagai bumbu iiuisak daya adilifnya rendah Namun lidak
ilemikian apabila dibakar dan asapnya dihirup Cara
|)cnyalahgunaunnya adalah dikcringkan dan dicampu dengan
icmbakiiii rokok atau dijadikan rokok lalu dibakar serta dihisap
Subagvo PurtoJiharjo Op cil hal 11-12
15
b Ilaisis
Hasis adaiah lanaman serupa ganja yang lumbuh di Amcrika
Latin dan Eiopa Daun ganja hasis dan mariyuana Juga dapat
disuling dan diambil sarinya Oatam bentuk cair harganya sangat
mahai Gunanya adalah unluk disaiahgunakan oleh pemadut-pemadal
kelas tinggi
c Koka
Koka adalah lanaman perdu mirip pohon kupi Huahnya yang
inatang bcrwama inerah seperti biji kopi Dalam komunitas
masyarakat Indian Kuno biji koka sering digunakan untuk
inenambah kekiiatan orang yang bcrperang atau bcrburu binalang
Koka kemudian bisa diolah menj adi kokain
d Opium
Opium adaiah bunga dengan bentuk dan wama yang indah
Dari getah bunga opium dihasilkan candu (opiat) Di Mesir dan
daratan Cina opium dahulu digunakan unluk mengobati beberapa
penyakit member kekuatan atau menghilangkan rasa sakil pada
lentara yang terluka sewaktu berperang atau berburu Opium banyak
lumbuh di segiliga emas antara Burma Komboja dan Thailand
atau di daratan Cina dan segitlga emas Asia Tengah yaitu daerah
antara Alganistan Iran dan Pakistan
Dalam kalangan perdagangaii liilernasional ada kebiasaan
ftW hal 14
16
(keliru) tncnamai daerah tempat peuanamuii opium sebagai daerah
emas Diberi nama demikian karena perdagaiigan opium sangat
mengimtiingkan Karena bahayanya yang besar daerah seperti ilu
keliru jika diberi nama predikat emas Daerah sumber produksl
opium sepantasnya disebut segitlga setan atau segitlga iblis
2) Narkotika semisintcsis
Narkotika semisintesis adalah narkotika alami yang diolah dan
diambil zat aktifnya (intisarinya) agar memiliki khasiat yang lebih kuat
schmgga dapat dimanfaatkan untuk kepcnlingan kedokteran
Contohnya
a Morfm dipakai dalam dunia kedokteran unluk menghilangkan rasa
sakit alau pembiusan pada operasi (pcmbcdahan)
b Kodein dipakai unluk obat penghilang baluk
c Heroin tidak dipakai dalam pengobatan karena daya adilifnya
sangat besar dan matifuatnya secara medis belum
ditemukan Dalam pcrdugangan gelup heroin diberi nama
pulaw atau pete atau pt Henlnknya seperti tepun terigu
yang halus pulih dan agak kotor
d Kokain liiisll olahati dari biji koka
3) Naikotika sintesis
Narkotika sintesis adalah narkotika palsu yang dibuat dari bahan
kimia Narkotika ini digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi
oraiig yang menderita kclcrgantungun Contohnya
17
a Ietidin unluk obat bius lokal operasi kccil sunal dan
sebagainya
b Melhadon unluk pengobatan pecandu narkoba dan
c Naltrexon untuk pengobatan pecandu narkoba
Selain unluk pembiusan narkolika sintesis biasanya diberikan
oleh dokter kcpada penyalahgiina narkoba untuk menghcntikan
kebiasaannya yang tidak kuat melawan sugesti (relaps) atau sakaw
Narkotika sintesis berfungsi sebagai pengganti senientara Bila sudah
bciiar-bcnar bcbas asupan narkoba sintesis in dikurangi sedikil demi
sedikit sampai akhimya berhenti total
b) Fsikotropika
Pengertian psikolropika menurut Pasal I Ayal ( I ) Undang-Undang
Nomor 5 Taliun 1997 tentang Psikotropika adalah Zat atau obat baik
alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif
melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusal yang menyebabkan
perubahan khas pada uktivitus mental dan perilaku
Pengertian Psikolropika di daUim Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika tidak ditemukan Hal tersebut sehubungan
dengan ketentuan di dalam Pasal 153 huruf b yaitu Lamplran mengenai
jenis Psikotropika Golongan 1 dan Golongan II scbagaimana tercantum
dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika (lcmbaran Ncgara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor
10 Tambahan Lcmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671) yang
18
telah (iipindahkan menj adi Narkotika Golongan I menurut UndangUndang
ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku Oleh karenanya dalam Undangshy
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tidak ada lagi di dalam pasal-pasal nya
yang mengatur mengenai Psikotropika karena sudah dlmasukkan ke dalam
golongan Narkotika
Sesuai dengan pembahasan dalam penelitian ini masih
berhuijutigar dengan Psikotropika maka Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1997 tentang Psikotropika masih perlu untuk dibahas dalam penelitian ini
Menui iil undangumlang tersebut Psikolropika adalah zal atau obal bukan
narkolika baik alamiah maupun sintesis yang memiliki khasiat psikoaktif
melaiui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas nonnal dan perilaku Psikotropika ini
merupakan obat yang digunakan oleh dokter untuk mngobali gangguan
jiwa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tenumg
Psikolropika psikotropika dikelompokkan ke dalam 4 (empat) golongan
Golongan I yaitu psikotropika dengan daya aditif yang sangat kuat
belum diketahui manfkilnya untuk pengobatan dan sedang diteliti
khasiiitnya saat ini Contohnya adalah MDMA ekstasi USD dan STP
Golongan U yakni psikolropika dengan daya aditif kuat serta berguna
untuk pengobatan dan penelitian Contohnya adalah amfelamin
metanifetamin metakualon dan sebagainya Golongan IH yakni
psikolropika dcngan daya adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan
dan penelitian Contohnya adalah lumibal buprenorsina flcenilrazepam
19
dan sebagainya Golongan IV yakni psikotropika yang memiliki daya
aditif ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian Contohnya
adalah netrazepam (BK Mogadon Duiiiolid) diazepam dan lain-lain^
Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika yang dimaksud dengan paslkotoplka adalah zat atau obat
baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif
melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang mcnyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku Psikotropika
dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut
1 Psikotropika golongan I yaitu psikolropika yang hanya dapat digunakan
unluk kcpentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi
sena mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan Contohnya ekstasi shabu LSD
2 Psikotropika golongan II yakni psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi danatau tujuan ilmu
pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan Contohnya amfetamin metilfenidat atau ritalin
3 Psikotropika golongan III yaitu psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi danatau unluk tujuan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan
sintlroma ketergantungan Contohnya pentobarbital Flunitrazepam dun
4 Psikotropika golongan IV yaitu psikotropika yang berkhasiat
Ibid ILil 15
20
pengobatan dan sangal luas digunakan dalam terapi danatau unluk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindrom ketergantungan Contohnya diazepam
bromazepam Fenobarbital klonazcpam klordiazepoxide nitrazepam
seperti pil BK pil Kopio Rohip Dum MG
Sedangkan kelompok dan jenLs psikotropika yang sering
disaiahgunakan antara lain
1 Psikostimulansia scperti amfetamin ekstasi dan shabu
2 Scdalif amp Hipnolika (obat penenang obat tidur) seperti MG BK
DUM Pil kopio dan lain-lain dan
3 Halusinogenika seperti lysergic acid dycthylamidc (USD) mushroom
Berdasarkan Ilmu farmukologi psikotropika dikelompokkan ke daiam 3
(tiga) golongan yakni dcpresan stinuilan dan halusinogen sebagai
berikut
1 Kelompok dcpresanpcnekan syaraf pusatpenenangobat tidur
Contohnya adalah valium BK rohipnol mogadon dan lain-lain
Jika diminurn obat ini dapat memberikan rasa tenang menganluk
rasa tcnteruni dan damai Obat ini Juga menghilangkan rasa takut
dan gelisah
2 Kelompok stimuiaiiperangsang syaraf pusaianti tidur Conlohnya
adalah amfetamin ekstasi dan shabu Ekstasi berbentuk tablet
berancka bentuk dun wama Amfetamin berbentuk tablet bcrwama
-Aid hal 16-17
21
pulih Bila diiriinuni obal ini mcndalangkan rasa gembira hilangnya
rasa pemiusuhiui hilangnya rasa marali ingin selalu aktif badan
terasa fit dan lidak merasa lapar Daya kerja otak menjadi scrba
cepat namun kurang lerkendali Shabu berbentuk tepung kristal
kasar berwarna pulili hersih seperti garani
3 Kelompok halusinogen Halusinogen adalah obat at tanaman
makanan yang dapat meninibulkan kiiayaian contohnya yailu LSD
Lysergic Acid Dicihyltamide) getah lanaman kaklus kecubung
jamur tertentu (misceiine) dan ganja Bila diminurn spikotropika
jenis in dapat menimbulkan kliayalan tentang peristiwa-peristiwa
yang mengerikan khayalan tentang kenikmatan scks dan
sebagainya Kenikmatan didapat oleh pemakai setelah pemakai sadar
bahwa perisfiwa mengerikan ilu bukan kenyataan atau karena
kenikmatankenikmatan yang dialami walaupun hanya khayalan
BAB III
PEMBAHASAN
A Faktor yang Mcnyebabkan Terjadinya Penyalahgunaan Narkotika dan
Psikotropilta
1 Faktor yang Bersunibcr Dari Individu
Menurut Luthfi Buraja terdapat 3 (liga) pcndekatan untuk
tcrjadinya penyalahgunaan dan ketergantungan terhadap narkotika dan
psikotropika yaitu peridekalan orgunobilogik psikodinamik dan
psikososial Ketiga pendekatan tersebut tidaklah berdiri sendiri melainkan
saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya Dari siidut pandang
organobiologik (sususan syaraf pusatotak) mekanismc terjadinya adiksi
(ketagihan) hingga deperidcnsi (ketergantungan) dikenal dengan dua istilah
yaitu gangguan mental oragnik atau sindrom otak organik seperti gaduh
gelisah dan kekacauan dalam fungsi kognilif (alam pikiran) efektif (alam
perasaanemosi) dan psikomotor (perilaku) yang disebabkan efek
langsung terhadap susunan syaraf pusat (otiik)^^
Sescorang akan mcnjadi ketergantungan terhadap narkotika dan
psikotropika apabila seseorang dengan tems-menenis diberikan zat
tersebut Hal ini berkaitan dengan teroi adaptasi sekuler mum
adaptaiUm) tubuh beradaptasi dengan menambah jumlah teseptor dan seishy
se syaraf bekcrja kcras Jika zat dihenlikan sel yang masih bekerja kcras
Luthll Uaraja Makalali Gangguan Mciilul dan icrilaku Akibut Nurkuba Disampalkim pada Seminar tentang Narkoba di SMK Iptck lakarla hal 2
22
23
tadi mengaiami kelmLisaii yang dari kiar tampak sebagai gejala-gejala
putus obal Gejala putus obat tersebut mcmaksa individu untuk
mengulangi pemakaian zal tersebul
Faktor predisposisi individu dengan gangguan kepribadian (anti
sosial) ditandai dengan pcrasaan lidak puas terhadap orang lain Selain itu
yang bersangkutan tidak inampu untuk berfungsi secara wajar dan efektif
dalam pergaulan di rumah di sekoiah atau di tempat kerja gangguan lain
sebagai penyerta berupa rasa cemas dan depresi Untuk mengatasi
ketidakniainpuan dan mcnghiiangkan kccemasan atau depresinya maka
individu tersebut cenderung untuk menggunakan narkoba Semestinya
individu itu dapat mengobati dirinya dengan datang ke dokterpsikiater
untuk mendapatkan terapi yang tepat sehingga dapat dicegah
keterlibatannya dalam penggunaan narkotika dan psikotropika
Secara umum mereka yang menyalahgunakan narkotika dan
psikotropika dapat di bagi ke dalam 3 (tiga) golongan besar yaitu
1 Ketergantungan primer ditandai dengan adanya kecemasan dan
depresi yang pada umumnya terdapat pada orahg detigah kepfibadlah
yang tidak stabil
2 Ketergantungan simtomatis yaitu penyalahgunaan narkotika dan
psikotropika sebagai salah satu gejala dari tipe kepribadian yang
mendasarinya pada umumnya terjadi pada orang yang kepribadian
psikopatik (anti sosial) kriminal dan pemakaian narkotika dan
Ai4hal K
24
psikotropika untuk kesenangaii sematu
3 Ketergantungan reaktif yaitu terdapat pada remaja karena dorongan
ingin tahii pengaruh tekanan dan lingkungan tenian atau kelompok
sebaya peer group pressure)
Ada beberapa faktor internal dan ekslernal yang mcnjadi penyebab
individu menyalahgunakan dan menjadi ketergantungan terhadap
narkotika dan psikotropika Menurut Sudarsono bahwa penyalahgunaan
narkolika dan psikotropika di latar belakangi oleh beberapa sebab yaitu
1 Untuk membuktikan kebcranian dalam melakukan tindakan-tindakan
yang berbaiiaya seperti ngebut dan bergaul dengan wanita
2 Meniinjukkan tindakan yang menenlung orang tua guru dan norma
sosial
3 Mempermudah penyaluran dan mempermudah perbuatan seks
4 Melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh peiigalamaii-
pengalainan einosional
5 Meneari dan menemukan aril hidup
6 Mengisi kekosnngan dan kesepian hidup
7 Menghilangkan kegelisahan frustasi dan kepepel hidup
8 Mengikuti kemauan kawan-kawan dahim rangka pembinaan solidaritas
dan
9 Iseng-iseng saja dan rasa ingin tahu
Menurut hasil penelitian Dadang Hawari bahwa di anlara faklor-
Sudujsono Kenakalan Remaja cel ii (Jakarta Rineka Cipta 1992) 1ml 67
25
faktor yang berpcran dalam penggunaan narkotika dan psikolropika
adalah
1 Faktor kepribadian anti sosial dan psikopatik
2 Kondisi kejiwaan yang mudah merasa keeewa atau depresi
3 Kondisi keluarga yang meliputi keutuhan keluarga kesibukan orang
tua hubungan orang tua dengan anak
4 Kelompok teiiian sebaya dan
5 Narkotika dan psikotropika itu sendiri mudah diperoleh dan tersedianya
pasaran yang resmi maupun lidak resmi
Menurut Siibagyo Partodiharjo secara individu terdapat beberapa
faktor yang mcmpengaruhi sescorang dapat menyalahgunakan narkotika
dan psikotropika Alasan ini merupakan alasan yang bersumber dari diri
sendin atau pemakai narkotika dan pasikotropika tersebut yakni sebagai
berikut
a Ingin tahii
Perasaun ingin tahu biasanya diniiliki oieh generasi muda pada
umur setara siswa SD SLTP dan SLTA Bila di hadapan sckelompok
anak muda ada seseorang yang inemperagakan uikmatnya
mengkonsumsi narkotika dan psikolropika maka didorong oleh naluri
alami anak muda yaitu keingintahuan maka salah seoariig dari
kelompok itu akan maju mencobanya Selain didorong oleh
keingintahuan keberaniannya juga karena didesak oleh gejolak dalam
Mardiini foc cil hai 102 ^ Subagyo RatoiJlliarjo ioc cil liiil 72-74
26
jiwanya yang ingin dianggap hebal pemberani dan pahlawan di antara
temanteinan sehayanya Maka jatuhlah satu orang anak dalam pelaku
setan
Dalam kondisi seperti itu reaksi kawan-kawan sebayanya
berbeda-bcda
1 Ada yang ingin menyaingi menunjukkan bahwa dirinya lebih hebat
lagi lalu memakai
2 Ada yang ingin tahu kemudian ikut memakai dan
3 Ada yang sella kawan lain ikut memakai juga
Sikap seperti inilah yang menyebabkan bandar atau pengedar
senang Mereka meiigincar generasi muda mahasiswa atau pclajar
karena 2 (dua) pertimbaiigan
1) Kalau salah satu anak muda kena maka anak muda yang lainnya
ikut kena sehingga konsumen cepat bertambah dan
2) Kalau anak muda kena maka anak muda tcrsebut akan mcnjadi
pemakai selia dalam waktii yang lama Berbeda dengan orang tua
yang cepat maii keuntungan komersial yang diperoleh dari
kelompok anak muda ini akan banyak
b Ingin dianggap hebal
Pcrasaan ingin dianggap hebat biasanya dimiiiki oleh generasi
muda Sepcrti ditcrangkan di atas salah satu sifat alami yang positif
dari generasi muda adalah daya saing Sayang sekali karena
kelidaktahuan sifat positif ini juga dapat dipakai untuk masalah negatif
27
Silat positif ini scharusiiya didorong unluk berlomba daluin preslasi
pada bidang pcndidikan kesenian olah raga dan lain-lain yang
bermanfaat bagi kehidupan
Bila sikap ingin berkonipctisi ini diarahkan untuk
mengkonsumsi narkolika dan psikolropika akibatiiya sungguli
mengerikan yailu kcgagalan hidup dan kesengsaraan Pemakai hanya
dapat dianggap hebat oleh lingkungan kecil pcniakai narkotika dan
psikotropika Di masyarakat luas pemakai hanya menuai cerca dan
nista
c Rasa setia kawan
Perasaan setia kawan sangat kuat dimiiiki oleh generasi muda
Jika lidak mendapatkan penyaluran yang posilif sifai positif tersebut
dapat berbahaya dan mcnjadi negatif Bila (cmannya memakai
narkotika dan psikotropika maka individu tersebul ikut juga memakai
Bila temannya dimarahi orang tuanya atau dimusuhi masyarakat maka
pemakai membela dan ikut bersimpatik
Sikap seperti itulah yang menyebabkan anak ikut-ikutan
Awalnya hiuiya satu orang yang merokok kemudian semuanya menjadi
perokok Setelah semuanya merokok sntu orang mulai memakai ganja
lalu yang lainnya ikut sehingga menjadi sekawanaii pemakai ganja
Selelah semua memakai ganja satu orang memakai ekstasi kemudian
semuanya ikut demikian selerusnya meningkat menjadi shabu dan pada
akhirnya menjadi pemakai putaw
28
d Rasa kccewa truslasi kcsai
Pcrasaan kesal kcccwa atau (rustasi biasanya terjadi karena
kegagalan pada generasi muda eksckutif mudu suami atau istri
Pcnggiiiiaan narkotika dan psikolropika pada kelompok ini bertujuan
untuk sesaat melupakan kekccewaan kckesaian dan fi-uslasi Kondisi
masyarakat yang carut martit tclah banyak melahirkan kekccewaan
kekesalan bahkan Iruslasi Narkolika dan psikotropika dapat
melupakannya sesaat tetapi tidak untuk mengatasi masalah yang
sesungguhiiya
Hubungan buruk yang disebabkan oleh kcgagalan
berkomuiiikasi antara orang tua dengan anaknya dapat menyebabkan
rasa kesal Hal ini mcnjadi faktor pemicu pemakaian narkotika dan
psikotropika oleh anak Intcraksi anlara orang tua dcngan anak tidak
cukup hanya berdasarkan niat baik Cora berkoniunikasi juga harus
baik Masing-masing pihak harus memiliki kcsabaran untuk
menjclaskan isi hatinya dengan cara yang tepat Banyak sekali konfllk
di dalam rumah tangga yang terjadi hanya karena salah paham atau
kekeliman berkoniunikasi Kekeliruan kecil itu dapal bcrakibat fatal
yaitu masuknya narkotika dan psikotropika ke dalam keluarga
Kekccewaan kekesalan dan frustasi dapal terjadi karena
kekeliruan dalam berkomunikasi terhadap beberapa faktor berikut i n i
I ) Komunikasi anak dengan orang tua
IbUI hiiJ 74
29
2) Komunikasi antar anak
3) Komunikasi di lingkungan eksekulifinuda dan
4) Komunikasi antara suami istri
e Ingin bebus dari rasa sakil atau pusing
Penderila pcnyakit beral yang kronis dan tidak kunjuiig sembuh
misalnya Ranker hati luka bakar uka tusuk wasir Ranker paruparii
migreii eneok pengapuran dan lain-lain sclalu merasakan sakit yang
iuar biasa karena penyakitnya Rasa sakit tersebut sering kali tidak
dapat dihilangkan dengan obat pengtiiiang rasa sakit biasa (anaigetik)
sehingga peiiderilanya mencoba narkotika atau psikotropika
Narkotika maupun psikolropika dapat menghilangkan rasa sakit
tersebut tetapi tidak menyembuhkan penyakitnya Ceiakaiiya pemakai
yang bersangkutan malah mendapat maslah baru yaitu ketergantungan
dengan segala komplikasinya yang justru menjadi lebih berbahaya
f Ingin menikmati rasa gembira tampii lincah energik dan mengusir
rasa sedih dan malas
Para eksekudf dan sciebritis biasanya memiliki gaya hidup yang
trendi Mereka merasa dituntut untuk selalu lampil lebih prima Dengan
mengkonsumsi naikotika atau psikolropika mereka dapat tampii prima
dan percaya diri karena kehilangan rasa malu walaupun sesungguhnya
tidak demikian
Perasaan hebat tersebut di atas seharusnya dicapai melaiui tekun
berolah raga hidup teratur meningkatkan kualitas fisik mental
30
inlclckUial dan mocaiiiyii Riikan ineiigamhit jalan piiitas dcngan tampii
seotah-olah prima niclalui manipulasi atau lipuan melaiui
mengkonsumsi narkotika atau psikolropika tersebut Pcnampilmi prima
yang semu atau atau tipuan itu lambat laun akan terungkap juga
sehingga [ania-keiamaan akan kelahuari juga jati dirinya yang
sesungguhnya itu
g ingin tampii iangsing
Narkolika dan psikotropika terscbut juga banyak digunakan oleh
artis dan ibu-ibu rumah tangga yang berbadan gemuk untuk
melangsingkan lubtihnya Narkotika alau psikotropika dengan jenis
tertentu ada juga yang dapat menghilangkan nafsu makan sekaligus
menambali aktivitas fisik sehingga dapat menurunkan beral badun
h Takut mengalami rasa sakit (sakaw)
Pengguna jenis narkotika atau psikolropika tersebut yang sudah
menjadi pemakai tetap (pemadat) akan mengalami rasa sakit (sakaw)
bila tidak memakainya Karena takut merasakan penderitaan maka
pemakai tersebut terus memakainya sehingga menjadi pemakai yang
sella junkies) Banyak pemakai narkotika dan psikotropika ini yang
setia adalah orang-orang yang merasa terpaksa memakai sebab kalau
lidak memakainya mereka akan mengalami sakaw
Kebanyakan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika
dimulai atau terdapat pada masa remaja sebab masa remaja yang
sedang mengalami perubahan biologik psikologik maupun sosial yang
31
pesat merupakan individu yang rentan untuk nienyaiahguriakan
narkotika maupun psikotropika terscbut Anak atau remaja dcngan ciri-
ciri tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi
penyalahgunanya Ciri-ciri tersebut anlara lain^
a Cenderung memberontak dan menolak otoritas
b Cenderung memiliki gangguan j iwa lain (komorbiditas) seperti
depresi cemas psikotik keperibadian dissosial
c Perilaku menyimpang dari aluran atau norma yang berlaku
d Rasa kurang percaya diri low selw-confulence) rendah diri dan
memiliki citra diri negatif (ow setf-esleem)
e Sifal mudah keeewa cenderung agresif dan destruktlf
f Mudah murung pemalu pendiam
g Mudah merasa bosan dan jenuh
h Keingintahuan yang besar untuk meneoba atau penasaran
i Keinginan untuk bersenang-senang [just for fun)
j Keinginan untuk mengikuti mode karena dianggap sebagai lambang
keperkasaan dan kehidupan modem
k Keinginan untuk diterima dalam pergaulan
1 Identitas diri yang kabur sehingga merasa diri kurang jantan
mTidak siap mental untuk menghadapl tekanan pergaulan sehingga
sulit mcngambil keputusan untuk menolak tawaran NAPZA dengan
tegas
Tom Kus dan Tedi Btihava NAPZA Bagi Pelajar (Bandung Yayasan Al-Ghilari Morgan im) hal 14
32
n Kemampuan komunikasi rendati
o Melarikan diri dari scsuatu (kebosaiian kcgagalan kekccewaan
kclidakmampuan kesepian dan kegcliran hidup dan lain-lain)
p Putus sekoiah dan
q Kurang menghayati iman atau kcpcrcayaaiinya
Menurut Tim Badan Narkotika Nasional hahwa terdapat
beberapa iaklor yang menyebabkan sescorang alau individu
menyalahgunakan narkolika dan psikotropika anlara lain
1) Keingintahuan yang besar untuk mcncoba tanpa sadar alau berlikir
panjang tentang akibatnya dikemudian hari
2) Keinginan unluk mencoba-coba karena penasaran
3) Keinginan untuk bersenang-senang
4) Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya hidup
5) Keinginan untuk dapat diterima daiam suatu kelompok
6) Lari dari masalah kebosanan atau kegetiran hidup
7) Pengertian yang salah bahwa mcncoba sckali-kali lidak akan
menimbulkan masalah
8) l idak mainpu alau tidak berani menghadapl tekanan dari lingkungan
alau kelompok pergaulan unluk menggunakan narkolika dan
psikotropika dan
9) Tidak Japal atau mampu mengatakan tidak pada narkotika dan
psikotropika
Tim INN Loc di
33
Berdasarkan peinaparaii Icrscbut di atas dengan demikian
bahwa individu didorong oleli beberapa faktor untuk menyalahgunakan
pemakaian narkotika dan psikotropika tersebut sehingga menjadi
individu yang mengalami ketergantungan berikut ini disebutkan
beberapa faktor adalah
1) Ingin tahu dan Ingin mencoba rasa memakai narkotika atau
psikotropika bagi kalangan anak muda)
2) Ingin dianggap lebih hebat dari orang Iain pada orang muda)
3) login membuktikan kesetiakawanan (pada orang muda)
4) Dianggap paling tepat untuk mengatasi perasaan keeewa j en gkel
dan frustasi (pada suami istri yang mengalami konllik rumah
tangga)
5) Dianggap cara yang paling mudah untuk menghalau rasa sakit pada
tubuh (pada penderita penyakit yang kronis)
6) Dianggap cara yang paling ampuh untuk mendapatkan perasaan
tenang damai atau gembira (pada suami istri yang mcnghadapi
konflik rumah tangga)
7) Dianggap cara yang paling mudah untuk melangsingkan lubuh (pada
ibuibii rumali tangga atau wanita yang bertubuh gemuk)
2 Faktor yang Bersumlicr dari Lingkungan
Faktor lingkungan tidak mampu mencegah atau mengurangi
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika bahkan membuka kesempatan
pemakaian narkotika dan psikotropika Yang dimaksud dcngan faktor
34
kesempatan di sini adalah tersedianya siluasi-situasi yang nieiiiungkinkan
untuk memakai narkolika atau psikolropika di waktu-vvaklu luarig di tempat
rekreasi atau hiburan diskotik pesia dan lain-lain Atau mungkin lingkungan
masyarakat yang tidak mampu mengendalikan bahkan membiarkan penjualan
alau pcrcdaran geiap narkotika dan psikotropika misalnya karena lemahnya
penegakan hukum penjualan narkolika dan psikotropika secara bcbas bisnis
narkotika dan psiktilropika yang terorganisir mudahnya memperoleh
narkotika dan psikotropika dan lain-lain
raklor yang bersumber dari lingkungan yang mcnyebabkan individu
dapat menyalahgunakan pemakaian narkotika dan psikotropika merupakan
laktor kontribusi masukaii dari Iuar individu) dimana sesttorang dengan
kondisi keluarga tidak baik akan merasa tertekan dan rasa lertekan inilah
sebagai faktor penyerta bagi dirinya untuk terlibat dalam penyalahgunaan
narkotika dan psikotropika tersebut Disfungsi keluarga yang dimaksud antara
lain adalah keluarga yang tidak utuh kedua orang tua yang tcrlalu sibuk dan
lingkungan interpersonal dengan orang tua yang tidak baik Di samping itu
faktor pencetus seperti pengaruh teman sebaya tersediu dan mudah
didapatkan mempunyai andil sebagai faktor pencetus sescorang atau individu
terlibat ke dalam penyalahgunaan yang mengakibatkan ketergantungan
terhadap narkotika dan psikotropika Dari sudut pandang psikososial
penyalahgunaan narkotika dun psikolropiku dapat terjadi sebagai akibat
negatif dari intcraksi tiga kiitub sosial yang tidak kondtisif yaitu kutub
Lulhli ilurnju Op cil
35
keluarga kutub sekolahkupus dan kulub masyarakat
Faktor lingkungan meliputi faktor kciuarga dan lingkungan pergaulan
balk dlsekltar rumah sekoiah teman sebaya maupun masyarakat Banyak
pengguna Narkotika dan Psikolropika yang berasal dari keluarga yang lidak
harmonis Keluarga seharusnya mcnjadi wadah untuk menikmati kebahagiaan
dan curalian kasih sayang wahana silih asih silih asah dan silih asuh
Namun pada kenyataannya keluarga sering sekali justru menjadi pemicu
sang anak mcnjadi pemakai hal tersebut disebabkan karena kciuarga tersebut
kacau balau Hubungan antara anggota keluarga dingin bahkan tegang atau
bermusuhan
Komunikasi antara ayah ibu dan ariak-anak sering sekali
menciptakan suasana konflik yang tidak berkesudahan dimana bahwa
penyebab konllik tersebut sangal beragam Solusi semua konflik adalah
komunikasi yang baik periuh pcngerlian saling menghargai dan menyayangi
serta ingin selalu membahagiakaii
Konflik di dalam keluarga dapat mendorong anggota keluarga merasa
frustasi sehingga lerjebak memilih narkotika dan psikolropika sebagai
solusinya Biasanya yang paling rentan terhadap stres adalah anak kemudian
suami dan istri sebagai benleng terakhir Beberapa faktor yang bersumber
dari lingkungan keluarga yang dapat mempengaruhi seseorang atau individu
tertentu icrjun kc dalam lingkungan penyalahgunaan narkotika dan
36
psikotropika tcrsebut antara lain adatuh
a Koniimikasi niang tua-aiiak kiii-ang baikcfektif
b Hubungan dalam keluarga kunmgharmonisdisfimgsi dalam keluarga
c Orang tua bercerai bcrscitngkub atau kawin lagi
d Orang lua tcrlalu sibuk aUiu tidak acuh
e Orang tua oloriter alau scrba melarang
f Orang tua yang serha nieinbolehkan (pcrmisil)
g Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teiadan
h Orang tua kurang peduli dun tidak tahu dengan masalah narkolika
i Tata terlib alau disiplin keluarga yang selalu bcrubah (kiiiaiig konsisten)
j Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam kciuarga
dan
k Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahguna narkotika
dan psikotropika
Sitimsi buruk dalam keluarga yang soring menyudiitkan anak ke arah
narkotika dan psikotropika adalah
1) Anak merasa kurang mendapatkan kasih sayang dalam keluarga merasa
kesal keeewa dan kesepian
2) Anak merasa kurang dihargai kurang mendapatkan kepcrcayaan dun
selalu dianggap salah
3) Anak mengalami konflik dengan orang tua dalam masalah pacaran
memilih pasangan hidup atau meneniukan pilihan profesi cila-elta dan
Mardani Loc cil lial 99 AW hal 100
37
sebagainya
4) Anak kesal dan keeewa karena ayah dan ibuiiya kurang lianiionis dan
sering bertcngkar (broken home)
5) Suami thtsirasi karena tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapinya
dengan islrinya
6) Istri fnistrasi akibat konllik dengan suami tentang masalali ekonomi atau
adanya wanita lain di samping suami
Banyak pengguna narkotika dan psikolropika yang pada awalnya
dimulai karena pengaruh dari orang lain Bentuk pengaruh dari orang lain itu
dapat bervariasi mulai dari bujuk rayu lipii daya sampai kepada paksaan
a) Tipu Daya
Banyak anak yang ditipu oleh kenalon teman sahabat atau pacar
Seperti mengajak meraka untuk memakai narkotika dan psikolropika
dengan bemacam-macain tipuan Dengan alasan yang digunakan bahwa
narkotika dan psikotropika adalah vitamin obat pil pintar pil sehat atau
food supplement Tipuan itu dapat juga berupa bujukan bahwa narkotika
dan psikotropika tidak tcrlalu berbahaya kalau tahu raliasianya Banyak
orang di dalam masyarakat yang dikira orang baik-baik namun lemyata
pengedar narkotika dan psikotropika Walaupun orang itu adalah kawan
sahabat saudara atau pacar sebagai pengedar penipu tersebul akan tcga
menipu maupun menjebak kita Pengedar narkotika dan psikotropika
sangat pandui mcmasarkan narkotika dan psikotropika tersebut Dengan
menawarkan narkotika dan psikotropika sebagai mmn food supplement
38
pil scliat pil pintar dan sebagainya Dengan lipuan ini korban dari
kalangan kciuarga hannonis akan terjcrumus ke dalamnya Saat ini banyak
pemakai narkolika dan psikotropika dari keluarga harmonis bukan hanya
bull dari keluarga berantakan Banyak pekerja mahasiswa atau pelajar yang
tampii ioyo tertipu ketika kepadanya ditawarkan pil sehat vitamin atau pil
pintar Banyak pemuka agama juru dakwah atau pengkhotbah yang
tertipu karena pil sehal yang dlbelinya adalah narkotika dan
psikotropika Reaksi pemakaian narkotika dan psikotropika mula-mula
terasa menyehatkan dan membuat si korban tipuan terscbut sukses dalam
berdakwah atau berkhotbah Ibu rumah tangga juga dapat tertipu karena
ditawari pil pelangsing oleh saudara atau teman dalam arlsan dan lain-
lain Mulanya karena tipu daya akhimya setelah lerjebak menjadi
biasa
b) Bujuk rayu
Waftiia camlk pengedaf ftaTkotlka dan psikotFoplka biasanya menjebak
mangsa melaiui bujuk rayu Untuk memasarkun narkotika dan
psikotropika pengedar tersebut memilih profesi sebagai wanita penghibur
atau Wanita Tuna Susiala (WTS) Banyak eksekutif muda pekerja atau
bos-bos yang mulai memakai narkotika dan psikotropika karena rayuan
pekerja seks komersial hostess dan sebagainya Dalam mcmasarkan
narkotika dan psikotropika wanita tersebut merayu akan mau melayani
kencati kalau bersama-sama mengkonsumsi narkotika dan psikotropika
Subagyo Purlodlhario Loc cil hal 78
39
lebih dulu Muta-mula kurban memakai narkotika dan psikotropika karena
tergoda namun akhimya menjadi terbiasa
c) Paksaan
Banyak anak muda yang mengawali pemakaian narkotika dan psikotropika
karena dipaksa oleh sekawanun alau seseorang yang mengancam akan
mencelakainya Banyak pclajar atau nialiasiswa mengawali kebiasaan
memakai narkotika dan psikotropika dari keadaan terpaksa diancam oleh
sekawanan preman yang menghadang di tengah jalan Dari kelompok ini
pula terjaring pemakai yang berasal dari keluarga hannonis
Lingkungan sekoiah bagi pelajar tingkat SD SMP dan SMA
merupakan tempat yang stratcgls bagi para pelajar untuk menunjukkan jati
dirinya sehingga mereka terjun kepada penyalahgunaan narkotika dan
psikotropika ini faktor sekoiah yang merupakan bagian tcrpcnting yang
mempengaruhi adalah
a Sekoiah yang kurang disiplin
b Sekoiah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjiial narkotika atau
penjual psikolropika
c Sekoiah yang kurang member] kesempatan pada siswa untuk
mengembangkan diri secara kreatif dan positif
d Adanya murid pengguna narkotika atau psikotropika
Kartini Kurtono op cil hivl 124
40
B Pengaturan Sanksi Pidana Terhadaj) Pcnyalahgunaaan Narkotika dan
Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau
dari Perlindungan Terhadap Korban
Dalam hukum pidana di Indonesia terdapat adanya
ketldakseimbangan antara perlindungan korban kejahatan dcngan pelaku
kejahatan pada dasarnya mempakan salah satu pengingkaran dari asas setiap
warga negara bersamaan kcdudukannya dalam hukum dan pcmerinlahan
sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 sebagai
landasan konstitusional Perlindungan korban memiliki hubungan cral dcngan
teori pemidanaan yang dikemukakan Wirjono Prodjudikoro tujuan
pemidanaan adalah untuk niemenuhi rasa keadilan^
Ada Juga yang mengemukakan bahwa tujuan pemidanaan dapat
dilihat melalul 2 (dua) leorl mengenai alasan-alaitan yang membenarkan
(justification) penjatuhan hukuman (sanksi) yaitu Teori Absolut
(Vergeldingslheorie) dan Teori Relatif atau Doeitheorie Menurut Teori
Absolut (Vergeldingslheorie) tujuan pemidanaan sebagai pembalasan
terhadap para pelaku karena telah melakukan kejahatan yang mengakibatkan
kesengsaraan lerhadap orang lain alau anggota masyarakat sedangkan
Roeslan Saleh mengatakan sebagai reaksi-reaksi atasdelik yang berwujud
suatu nestapa yang scngaja dilimpakan ncgara kcpada pembuat delik
Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana Cctakan Iuriania (Jakarta Sinar Gnitlka2(W5)hii4
lcduu Mdipaung Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cctakun IcrliirMii (Jukiirtu Sinur Gratika 2005) hal 4
kiwsUin Saleh Shdsel Pidana Indonesia (Jukarlu liinn Aksara 19K7) hal 5
41
Menurut Teori Relatif Doeltheurie) tujuan pemidanaan adalah
a Menjerakan agar si pelaku atau terpidana menjadi jera dan tidak
mengulangi lagi perbuatannya specials presenile) sena masyarakat umum
agar mengertahui jika melakukan perbuatan yang sama akan mengalami
hukuman yang serupa atau disebut pula generalpreventte
h Memperbaiki pribadi si terpidana berdasarkan perlakuan dan pcndidikan
selama menjalani hukuman terpidana merasa menyesal dan tidak akan
mengulangi perbuatannya dan kcmbali kepada masyarakat sebgai orang
baik dan berguna dan
c Mcmblnasakan (menjatulikan hukuman mat) atau mcmbuat terpidana tidak
berdaya dengan menjatuhkan hukuman seiimur hidup
Pandangan di atas sangatlah wajar apabila beranjak dari pandangan
bahwa hukum pidana adalah hukum sanksi (hifzonderesancUerechl) sebab
dengan bertumpu pada sanksi itulah hukum pidana difungsikan untuk
menjamin keamanan ketertiban dan keadilan Dalam perkembangannya
ternyata tidak semua sarjana menyclujui maksud diadakannya pidana scperti
itu (sebagai suatu nestapa) karena muncul pendapat bahwa di samping pidana
ditujukan untuk memberikan penderitaan kcpada pelanggar atau mcmbuat
jera pemidanaan juga bertujuan agar pelaku dapat kembali hidup
bermasyarakat sebagaimana mestinya
Alasan yang paling inenonjol lerhadap upaya perubahan tersebut
adalah dengan meniperhatikan sisi kemanusiaan yang mcmandang bahwa
Ucdcn Mirpaung Opcil hal 4
42
sekalipiin tcrsangka telah melakukan kcsalahaii ia telap berkcdmiiikan sebagai
manusia utuh yang harus tetap diperlakukan sama dengan manusia lainnya
dan dilindungi hak asasi manusionya Karena itu pidana penjara saat ini
sedang mengalami masakrisis karena termasuk jenis pidana yang kurang
disukai Banyak kritik tajam ditujukan terhadap jenis pidana perampasan
kemerdekaan ini baik dllihat dari sudut efektifitasnya maupun dilihat dari
akibat-akibat lainnya menyertai atau berhubungan dcngan dirampasnya
kemerdekaan seseorang
Banyaknyu kritik yang diarahkan pada bentuk pemidanaan berupa
perampasan kemerdekaan (yang ditujukan untuk membuat jera pelaku)
sehingga berkembanglah bentuk pemidanaan lain yang dianggap lebih
manusiawi yaitu penjatuhan pidana berupa denda atau pemberian ganti
kerugian kepada korban Pemberian ganti kerugian pada awalnya merupakan
konsep kcperdalaan seperti halnya dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata yang mewajibkan setiap orang yang menyebabkan orang lain
menderita kerugian untuk membayar ganli rugi Dalam perkembangannya
konsep ini diterupkan pula dalam hukum pidana mengingat akibat yang
ditimbulkan pada korban tindak pidana akan selalu disertai dengan kerugian
baik mental fisik maupun material sehingga sangat wajar apabila korban pun
menuntui ganti kerugian pada pelaku guna memulihkan derita yang
dialaminya
Dengan memperhatikan pada beberapa teori klasik tentang tujuan
Uurtla Nawuwi Ariel Sislem Pemidanaan Menunii Konsep KIHP llaiu dan Latar Helakang Pemlklrannya Hahan Ienalaran Hukum Pidana V Undanu Kupang uinjyful 11 Juli-12 Agustus 1989
43
pemidanaan dapat disiinpulkan bahwa penjatuhan pidana lebih banyak
ditujukan untuk kepeiitingan pelaku dengan kata lain tujuan pemidanaan
hanya dimaksudkan imtuk mengubah perilaku dari pelaku kejahatan agar
tidak mengulangi lag perbuatannya sedangkan kcpentingan korban sama
sekali diabalkan
Perlindungan terhadap korban narkotika jika dihubungkan dengan
beberapa teori pemidanaan yang telah dipaparkan di atas maka peneliti
mengkaji bahwa dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang baru ini terdapat kescimbangan antara perlindungan terhadap
pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana bahwa berdasarkan sanksi
baik pidana maupun denda yang terdapat dalam undang-undang ini sangatlah
berat-berat dan tegas ]ni berarti bahwa undang-undang ini lebih
mementingkan korban dari pada pelaku kejahatan narkotika Mengingat
bahwa dengan adanya pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan
korban semakin banyak yang berjatuhan schingga daripada korbnnnya anak
bangsa yang memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara
Indonesia maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-
beratnya lerhadap si pelaku tindak pidana narkotika bahkan pidana mati atau
seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-
undang yang bam ini juga diatur mengenai rehabilitasi terhadap korban baik
korban yang diakibatkan oleh orang Iain maupun karena self victimizing
victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku itu sendiri
44
C Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Seif-
Victimizing Victims
1 Self-victimizing victims uarkotika dau psikotropika
Suatu viktimisasi adalah sebagai suatu permasalahan manusia yang
merupakan kenyataan sosial hal ini disebabkan karena setiap warga negara
berhak mendapatkan rasa aman dan bcbas dari segala bentuk kekerasan
sesuai dengan falsafah Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 Contohnya adalah seseorang akibat perbuatannya memakai
narkotika dapat menimbulkan bahwa si pemakai tersebut menjadi tidak
berdaya upaya dengan kata lain bahwa si pelaku telah menjadi korban
akibat perbuatannya sendiri yang menimbulkan perbuatan kriminal
Penyalahgunaan narkolika atau psikolropika merupakan perbuatan
kriminal karena telah melanggar ketentuan di dalam undang-undang yang
ada yakni Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tetang Psikotropika dan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Terlibatnya si
pelaku kejahatan atau tindak pidana yang menimbulkan kerugian terhadap
dirinya sendiri daiam hal inilah yang disebut dengan istilah self victimizing
victims yang merupakan bagian dari viktimisasi Sehubungan dengan itu
maka Wolfgang menyatakan beberapa Jenis viktimisasi ialah
1 Unrelated victims yaitu korban yang tidak ada hubungannya sama
sekali dengan terjadinya korban misalnya pada kasus kecelakaan
pesawat Dalam hal In tanggungjawab sepenuhnya terletak pada
Utplietin3|il(igspqtcom2()OSIOl|ukum-viktinivl9gihlml diakscs terakhir langgul l2Januari 2015
45
pelaku
2 Provocative victims yaitu seseorang yang secara aktif mendorong
dirinya menjadi korban misalnya kasus selingkuli dimana korban juga
sebagai pelaku
3 Participating victims yailu seseorang yang tidak berbuul tetapi dengan
sikapnya justru mendorong dirinya menjadi korban
4 Biologically weak victims yaitu mereka yang secara tisik memiliki
keleinalian atau potensi untuk mcnjadi korban misalnya orang tua
renla anak-anak dan orang yang tidak mampu bcrbual apa-apa
5 Socially weak victims Yaitu mereka yang memiliki kedudukan social
yang lemah yang menyebabkan mereka mcnjadi korban misalnya
korban perdagangan perempuan dan sebagainya
6 Self victimizing victims yaitu mereka yang menjadi korban karena
kejahatan yang dilakukannya sendiri pengguna obat bius judi aborsi
dan prostitusi
Dalam hal ini kedudukan viktimologi sebagai sebuah ilmu yang
mempelajari tentang korban memiliki peranan yang sangat penting ruang
lingkup viktimologi ini meliputi
1 Semua macam sciiap macam perbuatan kriminal yang mengakibatkan
orang-orang mcnjadi korban
2 Setiap orang atau pihak yang dapat menjadi korban baik orang
perorangan maupun suatu korporasi atau organLsasi
3 Setiap orang atau pihak yang dapal menimbulkan korban artinya
46
dimana disatu sisi orang terscbut dapat merugikan orang iain sehingga
orang tidak merasa aman akibat tindakanya
4 Cara-cara viktimisasi atau penimbulan korban
5 Bentuk-bentuk viktimisasi yang terdiri dari primary viclimizalion
adalah korban individualperorangan bukan kelompok secondary
victimizalion korbannya adalali kelompok misalnya badan hukum
tertiary Victimizalion yang menjadi korban adalah masyarakat luas
nun viciimozaiion korbannya tidak dapat segera diketahui misalnya
konsumen yang tertipu dalam menggunakan hasil produksi
6 Akibat viktimisasi
7 Pengaruh viktimisasi
8 Reaksi atau respons terhadap viktimisasi
9 Penyelesaian viktimisasi dan
10 Pengaturan yang berkaitan dengan viktimisasi (yang menjadi
perhatian viktimologi)
Studi viktimologi akan memberikan pemahaman kepada setiap
individu mengenai hak dan kewajibannya dalam rangka mengantisipasi
berbagai bahaya yang mengancamnya Viktimologi memberikan
sumbangan pemikiran mengenai masalah viktimisasi tidak langsung
dampak sosial polusi industri viktimisasi ekonomi politik dan
penyalahgunaan kewenangan Viktimologi ini juga memberikan dasar
pemikiran dalam penyelesaian viktimisasi kriminal atau factor viclimogen
dalam sistem peradilan pidana
47
Dari perspektif ikalan Korban Napza (IKON) l ial i yang dimaksud
sebagai korban adalah orangperorangan yang menderita secara langsung
dari penyalahgunaan napza dan tennasuk pula keluarga alau tanggungan
langsung dari korban Namun karena hukum dl Indonesia memandang
pengguna napza adaiah kriminal maka terjadilah dampak-dampak negalif
yang dialami oleh pengguna napza yang merupakan korban scperti
diskriminasi kriminallsasi kesehatan dan stigmatisasi Maka sebagai
korban IKON Bali mendorong agar dihentikannyadiskriminasi lerhadap
korban napza mendorong vonis rehabilitasi untuk korban napza
mendorong agar dihentikannya penyiksaan terhadap korban napza dan
yang terakhir adalah mendorong terpenuhinya hak atas kesehatan bagi
korban dan orang terinfeksi HIV Dengan melihat kondisi permasalahan
penanggulangan napza yang semakin tidak menentu dan meningkatnya
jumlah korban napza secara terus-menerus Maka Ikon Bali meminta
1) Penerapan SEMA Nomor 7 Tahun 2009 sebagai pemenuhan hak atas
kesehatan terhadap korban Mpza
2) Meminta kepada Pengadilan Negeri Denpasar untuk menjadi insiator
dalam penyusunan langkah teknis penerapan SEMA Nomor 7 Tahun
2009
3) Meminta kepada selunih instansi tcrkait untuk mulai meiigambil
langkah nyata dalam penanggulangan napza
43 Ibid
48
4) Meminta agar korban napza diperlakukan secara manusiawi tanpa
penyiksaan sligma dan diskriminasi
5) Ikon Bali mendukung secara penuh program-program pemerintab
dalam penanggulangan napza
2 Rehabilitasi terhadap self-victimizing victims
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
merupakan undang-undang yang baru menggantikan Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika Adapun pasal-pasal di dalam
undang-undang in yang mengatur mengenai perlindungan korban adalah
berbagai pasal-pasal yangmencantumkan rehabilitas kepada korban
maupun pelaku tindak pidana narkolika Pasal 1 ayat (16) meneniukan
defenisi mengenai rehabilitasi dipandang dari sisi medis yakni
Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara
terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan Narkotika
Sementara Itu dalam Pasal 1 ayat (17) ditentukan defenisi rehabilitasi
dipandang dari sisi sosial yakni Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses
kegiatan pemulihan secara terpadu baik fisik mental maupun sosial agar
bekas pecandu Narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosia dalam
kehidupan masyarakat
Diimdangkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang merupakan undang-undang baru ini tentu mempunyai
maksud dan tujuannya Adapun tujuan yang terdapat dalam Pasal 4 yang
berbunyi
49
Undang-Undang tentang Narkotika bertujuan
a Menjamin kelersediaiin Narkotika untuk kcpentingan peiayanan
kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
b Mencegah mclindungi dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari
penyalahgunaan Narkotika
c Memberanlas pcredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika dan
d Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi Penyalah
Guna dan pecandu Narkotika
Bentuk perlindungan terhadap korban dan pelaku kejahatan tindak
pidana narkotika di dalajn Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
disebutkan ada 2 (dua) macam yakni pengobatan dan rehabilitasi lerhadap
korban maupun pelaku Pada Pasal 53 ayat (3) tersebul di atas bahwa yang
dimaksud dengan buktl yangsah antara lain surat kctcrangan dokter
salinan resep atau labeletiket Selcngkapnya mengenai pengobatan
ditentukan dalam Pasal 53 yang berbunyi sebagai berikut
(1) Untuk kcpentingan pengobatan dan berdasarkan indikasi medis
dokter dapal memberikan Narkotika Golongan II atau Golongan III
dalam jumlah terbatas dan sediaan tertentu kepada pasien sesuai
dengan ketcnluan peraturan perundang-undangan
(2) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat ( I ) dapal memiliki
menyimpan danatau incmbawa Narkolika untuk dirinya sendiri
(3) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mempunyai bukti
yang sali bahwa Narkotika yang dimiiiki disimpan danatau dibawa
50
untuk digunakan diperoleh secara sail sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
Mengenai rehabilitasi terhadap korban dan pelaku tindak pidana
kejahatan penyalahgunaan narkotika merupakan suatu kewajiban bagi
pemerintah dan instansi masyarakat Sebagaimana ketentuan dalam Pasal
54 bahwa Pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika
wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial Dalam Pasal 56
disebutkan juga bahwa
(1) Rehabilitasi mcdis Pecandu Narkotika dilakukan di rumah sakit yang
ditunjuk oleh Menteri
(2) Lembaga rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan oleh instansi
pemerintah atau masyarakat dapat melakukan rehabililasi medis
Pecandu Narkotika setelah mendapat persetujuan Menteri
Kemudian dipertegas kembali dalam Pasal 57 bahwa selain melaiui
pengobatan danatau rehabilitasi medis penyembuhan Pecandu Narkotika
dapat diselenggarakan oleh instansi pemerintah alau masyarakat melaiui
pendekatan keagamaan dan tradisional Salah satu tugas dan wewenang
Badan Narkotika Nasional adalah meningkatkan kemampuan lembaga
rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu Narkotika baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat
Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 ini terdapat
pengecualian dalam hal luniutan pidana terhadap anak yang masih berada
di bawah umur Misalnya terdapat di dalam salah satu pasalnya yakni pada
51
Pasal 128 ayal ( I ) yang bcrbunyi Orang tua atau wali dari pecandu yang
belum cukup umur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) yang
sengaja tidak mciapor dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6
(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp 100000000 satu juta
rupiah) Tetapi di datam ketentuan tain yakni pada Pasal 128 ayat (2) dan
ayal (3) ditentukan bahwa anak yang masih di bawah umur tidak dapat
dituntut pidami selcngkapnya pasal tersebul berbunyi Pecandu Narkotika
yang belum cukup umur dan telah dilaporkan oleh orang tua atau walinya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat ( I ) tidak dituntut pidana
(Pasal 128 ayat (2)) dan Pecandu Narkotika yang telah cukup umur
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) yang sedang menjalani
rehabilitasi mcdis 2 (dua) kali masa perawatan dokter di rumah sakit
danatau lembaga rehabilitasi medis yang ditunjuk oleh pemerintah tidak
dituntut pidana
Pada awalnya narkotika digunakan unluk kcpentingan umat
manusia khususnya untuk pengobatan dan peiayanan kesehatan Namun
dcngan semakin bcrkembangnya ilmu pcngclaliuan dan teknologi
peruntukan narkotika mengalami perluasan hingga kepada hal-hal yang
negatif
Di dunia kedokteran narkotika banyak digunakan khususnya
dalam proses pembiusan sebelum pasien diopcrasi mengingat di dalam
narkotika terkandung zat yang dapat mempengaruhi perasaan pikiran serta
kesadaran pusieti Oleh karena itu agar penggunaan narkotika dapal
52
memberikan manfaat bagi kehidupanurnat manusia maka pcredarannya
harus diawasi secara ketat sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 60 sampai
dengan Pasal 63 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang menyebutkan
Pasai 60 ditentukan bahwa
(1) Pemerintah melakukan pembinaan terhadap segala kegiatan yang
berhubungan dengan Narkolika
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meiipuli upaya
a Memenuhi ketcrsediaan Narkotika unluk kcpentingan peiayanan
kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
b Mencegah penyalahgunaan Narkotika
c Mencegah generasi muda dan anak usia sekoiah
dalampenyalahgunaan Narkotika termasuk dengan memasukkan
pendidikanyang berkaitan dengan Narkotika dalam kurikulum
sekoiah dasarsampai lanjutan atas
d Mendorong dan menunjang kegiatan penelitian danatau
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di brdang
narkolika unluk kcpentingan peiayanan kesehatan dan
e Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis bagi
Pecandu Narkotika baik yang diselenggarakan oleh pemerintah
maupun masyarakat
53
Pasal 61 ditentukan baiiwa
(1) Pemerintah melakukan pcngawasan terhadap segala kegiatan yang
berkaitan dengan Narkotika
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
1 Narkolika dan Prekursor Narkolika untuk kcpentingan peiayanan
kesehatan danatau pengembangan Hmu pengetahuan dan
teknologi
2 Alat-alat potensial yang dapat disaiahgunakan untuk melakukan
tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkolika
3 Evaluasi keamanan khasiat dan mutu produk sebelum diedarkan
4 Produksi
5 impor dan ekspor
6 Pcrcdaran
7 Pelabeian
8 Tnformasi dan
9 Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Pasal 62 berbunyi Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasai 60 dan pengawasan sebagaimana
dimaksiiddalam Pasal 61 diatur dengan Peraturan Pemerintah Dan dalam
Pasal 63 disebutkan bahwa Pemerintah mengupayakan kerja sama
dengan ncgara lain danatau badan intcmasional secara bilateral dan
multiialeral baik regional maupun internasional dalam rangka pembinaan
dan pengawasan Narkotika dan Prekursor Narkotika sesuai dengan
54
kcpentingan nasional
Berdasarkan biinyi beberapa pasa di atas mengenai pengawasan
terhadap pentingnya peredaran narkotika wajib diawasi secara ketat
dikarenakan saat ini pemanfaatannya banyak untuk hal-hal yang negatif
D i samping itu melaiui perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi penyebaran narkotika sudah menjangkau hampir ke semua
wilayah di Indonesia hingga ke pelosok-pelosok Daerah yang sebelumnya
tidak pcrriah tersentuh oleh peredaran narkotika lambat laun berubah
menjadi sentra peredaran narkotika Begitu pula anak-anak yang pada
mulanya awam terhadap barang haram ini telah berubah menjadi sosok
pecandu yang siikar untuk dilepaskan ketergantungannya
Sebelum Iahimya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
mengenai narkotika diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997
tentang Narkotika namun undang-undang ini tidak dapat dipertahankan
lagi keberadaannya karena adanya perkembangan kualitas kejahatan
narkotika yang sudali menjadi ancaman serius bagi kehidupan umat
manusia Pengguna narkotika sangat beragam dan menjangkau semua
lapisan masyarakat mulai dari anak-anak hingga orang dewasa orang
awam hingga artis bahkan hingga pejabat publik
Efek negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan narkotika secara
berlebihan dalam jangka waktu lama serta tidak diawasi oleh ahlinya
dapat
menimbulkan berbagai dampak negatif pada penggunanya baik secara
55
fisik maupun psikis Bahkan tidak janing penggunaan narkotika dapat
memicu terjadinya berbagai tindak pidana Karena itu untuk mencegah
semakin mcluasnya dampak negalif yang ditimbulkan dari penggunaan
narkotika maka pengawasan tidak hanya terbatas pada peredaran
narkotika tetapi juga pada mereka yang menjadi korban misalnya
sescorang yang menderita ketergantungan narkotika (pecandu) Apabila
seorang pecandu narkotika telah divonis bcrsalah oleh hakim atas tindak
pidana narkotika yang dilakukannya maka untuk memberikan kesempatan
pada yang bersangkutan agar tcrbebas dari kecanduaniiya maka hakim
dapat mcmutuskan untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani
pengobatan danatau perawatan
Pengobatan dan perawatan terhadap pecandu narkotika dilakukan
melaiui fasilitas rchabilitasi Rcliabilitasi medis dan sosial yang diberikan
kepada pecandu dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan
kemampuan fisik mental dan sosialnya Selain pengobatan dan perawatan
melaiui rehabililasi medis proses penyembuhan pecandu narkotika dapat
diiaksanakan oleh masyarakat melalul pendekatan keagamaan dan
tradisional
Sebagai conloh di Pakem Sleman Yogyakarta telah didirikan
sualu kliiiik alau Pusat Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkotika
Psikolropika dan Zal-zat Aditiflainnya (NAPZA) Terpadu yang didirikan
atas kerjasania Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dan
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang diresmikan pada tanggal 7
56
Desember 2005 Tujuan umum pendiriaii pusat rehabilitasi terpadu ini
adalah untuk memberikan jaminan penanganan paripurnakepada korban
penyalahgunaan Napza melaiui aspek hukum aspek medis aspek sosial
aspek spiritual serta pengembangan pcndidikan dan pelatihan dalam
bidang NAPZA secara terpadu sedangkan tujuan khususnya adalah
1 Terhindarnya korban dan instilusi dan penelrasi pengedar
2 Terhindarnya kerusakan mental dun masa depan para penyalah guna
Napza yang akan mcmbtinuh potensi pengembangan mereka
3 Terhindarnya korban-korban baru akibat penularan penyakil-penyakit
seperti Hepatitis HIVAIDS dan penyakit menular lainnya
4 Terwujudnya proses pengembangan penanganan korban NAPZA dan
aspek ilmiah serta keiimuan yang dinamis sesuai perkembangan zaman
sebagai pusat jaringan informasi terpadu dan mewujudkan teknis
penanganan penyalahgunaan narkotika dan obat-obalan terlarang bagi
daerah sekitamya maupun nasional
Pemberian perlindungan kepada korban narkotika lentil tidak dapat
dibebankan sepenuhnya kcpada pemeriiilah peran serta masyarakat pun
diharapkan ada salah salunya diterimanya kembali mantan pani pengguna
dalam lingkungannya tanpa melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya
diskriminatif bahkan dengan mcmposisikan mereka sebagai warga keias
dua yang harus dljauhi
Bentuk periindunganyang diberikan terhadap pelaku maupun
Dikdik M ArilMansur dan tUisUiris Guitom loa cil hal 90
57
korban penyalahgunaan narkolika dan psikotropika daiambentuk
rehabilitasi
Rehabilitasi adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang
dilujukan kepada pemakai narkolika dan psikotropika yang sudah
menjalani program kuratif Tujuannya agar pelaku tidak memakai lagi
dan bebas dari penyakit ikutan yang disebabkan oleh bekas pemakaian
narkotika dan psikotropika
3 Tahapan-tahapan rchabilitasi terhadap self-victimizing victims
Tahapan-tahapan rehabilitasi terhadap self-victimizing victims atas
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika yang ada di Indonesia tidak
sama Ada yang menekankan rehabilitasi hanya pada aspek medis ada
pula yang lebih menekankan pada aspek rohani Atau memadukan kedua
pendekatan tersebut dengan komposisi yang seimbang Yang ideal
rehabilitasi seorang korban narkotika dan psikotropika harus dilakukan
secara holisitik baik secara fisik psikis maupun kerohaiiiannya
1 Tahapan pengobatan (rehabilitasi)
Secara umum ada beberapa tahapan yang harus dilewati
Masing-masing tahapan tersebut memakan waktu bervariasi ada yang
seminggii sebulan dan bahkan berbu lan-bulan tcrgantung tingkat
ketergantungan tekad korban dan juga dukungan berbagai pihak
terutama keluarga dalam seluruh proses tersebut Setiap tahapan
Subagjo PiirloUiharjo Loc cU hal 105 ^ E M Giri Prastowo loc cil hal 28 -29
58
tersebut disusun dan dibuat untuk inenganlar pasien secara bertaiiap
melepaskan dari ketergantungan narkotika dan psikotropika Beberapa
tahapan rehabilitasi ini yang disajikan berikut sudah Icruji dapat
menyembuhkan atau memulihkan korban narkotika dan psikotropika
secara maksimal
a Tahapan transisi
Penekanaii dalam tahap ini lebih kepada informasi awal
tentang korbanseperti
1) Latar belakang korban
2) Lama ketergantungan
3) Jenis obat yang dipakai
4) Akibat-akibat ketergantungan dan
5) Berbagai inlbrniasi lainnya
Hal ini penling sehingga pada saatnya akan menjadi acuan
bagi pihak yang terlibat secara intensif dalam proses rehabilitasi
Ahl i yang berkompeten (dokter) akan menganaiisa tingkat
ketergantungan korban untuk kemudian meneniukan tingkat
pengobatan dan tingkat pembinaan bagi si korban schingga terapi
dan metode pengobatan bisa dilakukan secara terukur
Tahapan ini Juga dapat dijadikan rujukan untuk meneari
model rehabilitasi yang paling tepat bagi yang bersangkutan Pada
tahap ini tim rehabilitasi akan membantu korban agar menyadari
dirinya sedang menghadapl masalah ketergantungan narkotika dan
59
psikotropika Korban diajak untuk bersama-sama mengatasinya Hal
ini penting karena proses rchabilitasi tidak akan berhasil tanpa
adanya kesadaran korban tentang adanya bahaya yang dihadapinya
Dari situ akan dibangun tekad dan komitmennya untuk
meninggalkan narkotika dan psikotropika
Selain itu pada tahapan ini akan diteliti akibat fisik dari
penggunaan narkotika dan psikotropika Sejauh mana tingkat
kerusakan syaraf dan organ-organ tubuhnya yang rusak Unluk itu
diadakan pemeriksaaii laboratoriumiengkap dan tes penunjang untuk
mcndeteksi penyakit yang diderita korban A[)abia dalam
pemeriksaan ditemukan satu atau beberapa penyakit maka terlebih
dahulu diadakan pengobalan medis sebelum penderita mendapat
proses rehabilitasi lanjutan Langkah ini penting selain agar tubuh
yang bersangkutan bebas dari penyakit juga untuk mencegah
terjadinya penularan balk kepada korban narkotika dan psikotropika
ini diadakan pembersihan darah pada tubuh pecandu sehingga darah
menjadi bersih dan sistem metabolisme tubuh kembali normal
Proses ini dapat dilakukan melaiui cara-cara berikut
1) Cold Turkey abrupt withdrawal) yaitu proses penghentian
pemakaian narkotika dan psikolropika secara tiba-tiba tanpa
disertai dengan substitusi antidotum
2) Bertaliap atau substitusi bertahap misalnya dengan kodein
^Ibidhal 30
60
methadone CPZ atau clocard selama i -2 minggu
3) Rapid Detoxification dilakukan dengan anestesi umum (6-12
jam) dan
4) Simtomatik tergantung gejala yang dirasakan
2 Rehabilitasi intensif
Setelah melewati masa transisi (pengumpulan informasi tentang
keadaan korban dan latar belakangnya) baru masiik pada fase
berikutnya yakni proses penyembuhan secara psikis Motivasi dan
potensi dirinya dibangun daiam tahap ini Korban diajak untuk
menemukan dirinya dan segala potensinya sambil juga menyadari
berbagai keterbalasannya Bahwa untuk mengatasi masalah hidup yang
bersangkutan tidak perlu harus mengkonsumsi narkotika dan
psikotropika Narkotika dan psikotropika justru menciptakan masalah
baru yang jauh lebih besar dalam hidupnya Narkotika dan psikotropika
bukanlah solusi tetapi menjadisumber masalah Pada tahap ini berbagai
contoh dapat dipcrlihatkan kepada korban
Yang terlibat di dalam tahap ini yang utama adalah korban itu
sendiri sebagai pelaku self-victimizing victims) Korban harus punya
tekad untuk hidup tanpa narkotika dan psikotropika Korban harus bisa
menatap masa depan dengan penuh optimisme Selain yang
bersangkutan peranan keluarga (orang liia dan saudara-saudaranya
suami atau istri) juga sangal pcnling Anggota keluarga ini harus secara
intensifmendampingi dan jnenopang korban
61
Staf di paiiti rehabilitasi para konselor psikolog dan semua
pihak di panti rehabilitasi untuk bersama-sama mcmbangun
kepercayaan diri korban Seluruh proses ini membutuhkan waktu
berbulan-bulan bahkan selama bertahun-tahun tergantung tingkat
ketergantungan dan efeknya bagi korban Berbagai terapi yang
dilakukan selama dalam tahap ini baik yang dilakukan secara pribadi
maupun bersama-sama lewat berbagai aktivitas di panti rehabilitasi
tersebut bertujuan untuk memberdayakan kembali korban yang disekian
lama telah terpuruk oleh narkolika dan psikotropika Sebagai langkah
awal untuk sosialisasi diri dengan masyarakat korban juga secara
bertahap mulai mcmbangun komunikasi dengan orang lain di Iuar
komunitas rehabilitasi
Menurut Romo Lambertus Somar MSG dalam bukunya
Rehabilitasi Pecandu Narkotika dan Psikotropika pada tahap ini ada
tiga titik yang harus dilewati yang lebih dikenal dengan tahapan
stabilisasi pribadi yailu^
1 Secara sadar dan tekun melepaskan diri dari berbagai penyakit dan
akibatakibat lainnya (no to drugs) Tahap ini merupakan tahap
stabilisasi awai atau tahap konsolidasi (comolidation)
2 Menemukan jati diri menguasai kiat-kiat dan keterampilan-
keterampilan untuk menyehatkan serta mengisi hidup secara lebih
bermakna dan bermulu Latihan keterampilan vokasional (kerja) dan
E M Giri Praslowo Loc cil hal 32
62
peiigungkapan diri dari dimulai dibina sebiiigga disebul juga (afiap
pengukuan diri (jyerwtuil appraisal) Inilah lahap slabilisasi
niericiigah (inadya)
3 Dengan inisiatif pribadi orang secara sadar mulai berfikir dan
bertindak untuk mencapai prestasi-prestasi tertentu schingga disebut
juga tahap positive thinking and doing Tahap ini merupakan tahap
stabilisasi akhir
4 Tahap rekonsiliasi Tahapan berikut yang harus dilewati dan sangat
vital adalah tahap rekonsiliasi Tara korban tidak langsung
herinlcraksi secara bebas dcngan masyarakat akan tctiipi lerleblh
dahulu ditampung di sebuah lingkungan khusus selama beberapa
waktu sampai pasien benar-benar siap secara mental dan rohani
kembali kelingkungannya semula Yang paling ulama dalam fase ini
adalah pembinaan mental spiritual keimanan dan ketakwaan serta
kcsepiikatan sosial kemasyarakaian Proses ini bisa meliputi program
pembinaan jasmani dan rohani
Sampai ke tahap ini yang bersangkutan masih tcrikat dengan
rehabilitasi foimal namun sudah mulai membiasakan diri dengan
masyarakat Iuar sehingga merupakan proses resosialisasi (reentry) atau
penyesuaian (reconcilialion) Proses ini melewati tiga titik penting juga
yaitu
1 Tinggal lebih sering dan lebih lama di lingkungan keluarga sebagai
63
teiiipal tinggal tetap atau pun tempat tinggal transit unluk
resosialisasi sambil mclaiijiitkan kegiatan pilihan sebagai penunjang
masa selanjutnya Di sini terjadi perdamaian dan penycsuaian-
penyesuaian kembali dengan lingkungan
2 Rencana masa depan yang jelas dan siap direalisasikaii dengan
dukungan keluarga atau pihak-pihak lain Pada tahap ini korban
dapat memulai aktivitasnya lagi seperti sekolahkuliah mulai bekerja
atau merintis usaha sendiri
3 Kontak awal dengan kelompok-keiompok atau program-program
pemeliharaan lanjut aftercare) Di sini orang meiierima dirinya
seperti apa adanya merasa puas lalu mempercayakan dirinya ke
tangan orang lain
4 Pciiieliharaaii Lanjut Pada tahap ini walaupun secara fisik yang
bersangkutan sudah dinyatakan seliul dan secara psikis pun sudali
pulih namun masih ada kcmungkinan mereka akan tergclincir
kembali icbihlebih saat mereka sedang menghadapl masalah Pada
saat itu bisa Jadi mereka bemostagia dengan menikmati narkolika
dan psikotropika Saat ini juga niwaii Karena itu setiap korban yang
niemasuki tahap inidipersiapkaii sungguh-sungguh agar dapal
melewati dan mengatasi sUuasi rawan ini dengan melewati tiga titik
ini yakni
a Mengubah menghilangkan aUiu menjauhi hal-hal yang bersifat
bid hul 34
64
nostaigia kesenaiigan narkolika dan psikolropika
b Setiap mengikuti program-program dan aeara-acara aftercare
(pemeliharaan lanjut) dan
c Dapat juga mcUbatkan diri dalam gerakan atau kelompok bersih
narkoba dan peduli penanggulangannya
BAB IV
PENUTUP
A Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dipaparkan tersebut di atas peneliti
memberikan beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap
permasalahan di dalam penelitian ini sebagai berikut
Di antara berbagai faktor yang dapat mempengaruhi seseorang atau
individu menyalahgunakan narkotika atau psikotropika terdapat faktor
yang paling duininan yakni laktor yang bersumber dari keadaan keluarga
dan lingkungan bukan karcnn faktor individunya Karena faktor keluarga
yang buruk dan lingkungan yang juga buruk dan saling mendukung dapat
mempengaruhi individu menjadi pelaku lindak pidana penyalahgunaan
narkolika dan psikotropika tersebut dengan kata lain faktor keluarga dan
lingkungan yang buruk ini membuka kesempatan kcpada seseorang untuk
merasakan pergaulan dengan narkotika atau psikotropika sehingga dapal
menimbulkan ketergantungan terhadapnya
2 Perlindungan lerhadap korban narkotika- jika dihubungkan dengan
beberapa teori pemidanaan dalam perspektif Undang-Undatig Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika yang baru terdapai keseimbangan antara
perlindungan terhadap pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana
bahwa berdasarkan sanksi baik pidana maupun denda yang terdapat dalam
undang-undang ini sangatlah bcrat-bcnil dan tegas Ini berarti bahwa
65 bull
66
undang-undang narkotika yang baru tersebut lebih mementingkan korban
dari pada pelaku kejalialan narkotika Mengingat bahwa dcngan adanya
pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan ktgtrban semakin
banyak yang berjatuhan seliingga daripada korbannya anak bangsa yang
memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara Indonesia
maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-beratnya
terhadap si pelaku lindak pidana narkolika bahkan pidana mati atau
seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-
undang yang baru ini juga diatur mengenai rchabilitasi terhadap korban
baik korban yang diakibatkan oleh orang lain niaiipim karena self
victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku ilu
sendiri
Saran
Adapun yang menjadi saran peneliti di dalam penelitian ini yang
menjadi harapan untuk dipcrliatikan bersama adalah sebagai berikut
1 Diharapkan bagi setiap keluarga untuk menjaga keharmonisan melakukan
pengawasan dan mcnanainkan pcndidikan yang benar terutama dalam lial
menyeimbangkan antara emosi inteligensi dan spritual sejak dari din
terhadap anak sebagai benteng terhadap dirinya untuk dapat membentengi
dari pengaruh narkotika dan psikotropika yang semakin mengancam
keadaan lingkungan masyarakat
2 Diharapkan terhadap pemerintah untuk melakukan sosialisasi yang
teriiitegrasi dan menyeluruh terhadap semua lapisan masyarakat baik
67
masyarakat di pedesan (primitlf) maupun masyarakat kota betapa besamya
sanksi pidana dan denda yang digariskan di dalam undang-undang
narkotika dan psikotropika misalnya dcngan mcmpublikasikannya dalam
bentuk billboard di pcrsiinpangan jalan sehingga setiap orang yang lewat
dengan secara otomatis masyarakat akan inengelaliuinya dan
berkemuiigkiiian orang yang membacanya setidaknya tlmbul rasa takut
untuk terjun ke dalam penyalahgunaaan narkotika dan psikotropika
tersebut
D A F T A R PUSTAKA
A Bukii
Arrasjid Chainur Sualu Pemikiran Tentang Psikologi Kriminil Mcdan Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU 1999
Gerson Bawengan Penganlar Psichology Kriminil Jakarta Pradya Pramita 1973
Gosita Arif Masalah Korban Kejahatan Jakarta Akademika Pressindo 1993
Hakim M Ariel Narkoba Bahaya dan Penanggulangannya Bandung Jembar 2007
Hawari Dadang Konsep islam Memerangi AIDS dan NAZA Get X i Yogyakarta Dhana Baktl Priaya 1997
Kaligis OC dan Soedjono Dirdjosisworo Narkoba dan Peradilannya di Indonesia (Retbrmasi Hukum Pidana Melaiui Perundangan dan Peradilan) Bandung PT Alumni 2002
Kartono Kartini Psichology Abnormal Bandung Alumni 1972
Mansur Dikdik M Arif dan Elistaris Guitom Urgensi Perlindungan Korban Kejahalan Antara Norma dan Reaiita Bandung Agustus Fakultas Hukum Universitas Padjajaran 2006
Mardani Penyalahgunaan Narkoba Daiam Perspeklif Hukum islam dan hukum Pidana Nasional Jakarta IH RajuGrufindoPersado 2007
Marpaung Leden Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005
Moelyono Anton M Kumus Besar Bahasa Indonesia Get 11 Jakarta Balai Pustaka 1988
Muladi HAM Dalam Persepkiif Sistem Peradilan Pidana dalam Muladi (ed) Hak Asasi Manusia Hakekal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat Bandung Refika Aditama 2005
dan Barda Nawawi Arlef Bunga Rampai Hukum Pidana Bandung Alumni 1992
Partodiharjo Subagyo Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannyai Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2003
Ioyk Fanny Jonathans Sehiiah Kesehatan Narkoba Sayonara Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2006
Prastowo EM Giri Rehabilitasi Bagi Korban Narkoba Tangcrang Visimedia 2006
Prodjodikoro Wirjono Asas-asas Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005
Roeslan Saieh Stelsel Pidana Indonesia Jakarta Bina Aksara 1987
Soedjono D Segi Hukum Tentang Narkolika di Indonesia Bandung Karya Nusanlara 1977
Hukum Narkolika Indonesia Bandung PT Citra Adtya Baktl i 990
Soekanto Soerjono dan Sri Mumadjj Penelitian Hukum Normalif Suatu Tijnjauan Singkat Jakarta Rajagrafindo Persada 2001
Sudarsono Kenakalan Remaja cet Ii Jakarta Rineka Cipta 1992
Tom dkk Bahaya NAPZA Bagi Pelajar Bandung Yayasan Al-Ghifari Morgan 1999
Tim BNN Materi Advokad Pencegahan Narkoba Jakarta Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia 2005
Yustisia Himpunan Peraturan Pemndang-Undangan Anti Narkoba diterjenialikuii oleh Tim iustaka Yuslisia Yogyakarta iuslaka Yustisia 2006
Waluyo Bambang Penelitian Hukum dalam Prakiek Jakarta Sinar Grafika 1996
Wcda Made Darma Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korporasi dalam niingti Rampai Viktimisasi Bandung Eresco 1995
B Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Pasal 152
Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika22Tahun 1997 tentang Narkotika
Keppres Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkolika Nasional
CInternet
htlpwwwbnngoidportalbariiiiorlalkQnlenpltpniima^Prorilampop^visi niisiamp tnn=lamp diakses tcrakiiir tanggal 13 November 2014
httpthed03hlogspoteom2008l Ohukuiii-viktimolQgihtmk diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014
httpwwwikonbaliorg26062Q(19advokasipctisi-ikon-bali-segera-tcrapkan-semahtml Petisi Ikalan Korban Napza (IKON) dalam rangka menyambut Hari Anti Narkotika (HANI) dan Hari Anti Penyiksaan 2009 diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014
httpwwwsurnekscoidindexphp7pption=^om cpntentampview=articleampid=^1405 2010-kej ati-baru-terapkan-uu-no-3 52009ampcatid=44 ilir-barat-i-bukit-keciIampUemid=94 diakses lerakJiir tanggal 12 Desember 2014
httpidsbvoongcQmexact-sciencesl8Q8652-getielika-dan-keiahatan Faktor Genetik Penyebab Kejahalan diakses terakhir tanggal 10 jaiiuari 2014
httpwwwasiasecuritiescoidsys 12ximagesstories201QEqtiitv2Q Pdf diakses terakhir tanggal 10 Januari 2014
LAMPIRAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
F A K U L T A S HUKUM
K A R T U AKTIVITAS BIMBINGAN SKRIPSI
N A M A MAHASISWA DIANA SAPUTRA
N O M O R INDUK MAHASISWA 50 2011 059
P R O G R A M STUDI I L M U H U K U M
PROG K E K H U S U S A N H U K U M PIDANA
P E M B I M B I N G M S O L E H IDRUS SHMH
l U D U L SKRIPSI P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T U N D A N G U N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I
KONSULTASI
K F -
MATERI YANG
DIBIMBINGKAN
PARAF
PEMBIMBING K E T
luymdash
y^ ^ Tlt2 N ^
7 M e
fSUL
k ^
CATATAN MOHON DIBERI WAKTU MENYELESAIKAN SKRIlSl RUiAN SEJAK TANGGAL DIKELUARKAN DITETAIKAN
DIKELUARKAN DI PALEMBANG PADA TANGGAL KETUA BAGIAN
JUDUL P E N Y A L A H G U N A A N N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG UNDANG N O M O R 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I
P E R M A S A L A H A N 1 Apa yang menjadi faktor tcrjadinya penyalaJigunaan narkotika dan psikotropika
2 Bagaimana pengaturan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspektif victimologi
B A B l P H N D A I i U L U A N A Latar Belakang B Permasalahan C Ruang Lingkup dan Tujuan D Metode Penelitian E Sistematika Penulisan
B A B 11 T I N J A U A N PUSTAKA
A Pengertian penyalahgunaan B Pengertian victimologi C Ruang lingkup victimologi D Jents dan penggolongan narkotika dan psikotropika E Undang Undang yang mengatur tentang narkotika
dan psikotropika
BAB I I I PEMBAHASAN A Faktor yang menyebabkan terjadinya
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika
B Penyalahgunaan narkotika dan psikolropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspeklif victimologi
BAB IV PENUTUP A Kesimpulan
B Saran-saran
DAF1AR PUSTAKA
L A M P I R A N - L A M P I R A N
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM
Lampiran Perihal Kepada
Sistematika penulisan (Outline) Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi YUi NUR HUSNI LMILSON SHSpNMH
Pembimbing Akademik Fakultas Hukum UMP dl-Palembaniz
Assalamualaikum WrWb
Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama DIANA SAPU I RA
Program Kekhususan Flukum Pidana
fada semester Lianjil tatiun kuliati 2UI42UI5 sudah menyelesaikan betian studi yang meliputi MPKMKKMKBMPBMBB (139 sks)
Dengan ini mengajukan pcrmohonan untuk penelitian Hukum dan Penulis Skripsi dengan judul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG-UNDANG N O M O R 35 T A H U N 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I
Demikianlah atas perkenaan Ibu diucapkan terima kasih
Wassalamualaikum WrWb
NIM 50 2011 059 Ilmu Hukum Program Studi
Palembang September 2014 Pemohon ^^--^5
Rekomendasi PAYbs
Pembimbing Akademik
HUSNI EMHSON SH SpN MH
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM
REKOMENDASI DAN PEMBIMBING SKRIPSI
Nama Nim Program Study Program Kekhususan Judul skripsi
DIANA SAPUTRA 50 2011 059 Ilmu Hukum Hukum pidana PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI
I Rekomendasi Ketua Bagian a Rekomendasi
b Usulan Pembimbing
Hukum Pidana
raiemoang iepiemt)er zu 14 KetuaJBagu
LuuTiiiAKNurCsHrR^
I L Penatapan Pembimbing Skripsi Oleh Wakil Dekan I
1 2
Palembang September 2014 Wakil Dekan I
- i poundL Dr Hj SRI S U L A S T R I SH M H
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah i n i Nama Tempat Tanggal Lahir N I M Program Studi Program Kekhususan
DIANA SAPUTRA PetransJaya 15 Januari 1992 502011059 Ilmu Hukum Hukum Pidana
Menyatakan bahwa karya ilmiah skripsi saya yang berjudul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANGshyU N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F VICTIMOLOGI
Adalah bukan merupakan karya tulis orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali daiam bentuk kutipan yang telah kami sebutkan sumbemya
Demikianlah surat pemyataan ini kami buat dengan sebenar-benamya dan apabila pemyataan ini tidak benar kami bersedia mendapatkan sanksi akademis
Palembang September 2014
PERMOHONAN UNTUK MENGIKUTI SEMINAR PROPOSAL
Palembang Oktober2014 Perihal Mohon untuk diiaksanakan seminar
Proposal Penelitian Skripsi
Kepada Yth Ibu Luil Maknun SH MH Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang D i -
Palembang
Assalamualaikum Wr Wb Saya yang bertanda tangan dibawah Ini Nama DIANA SAPUTRA
NIM 50 2011 059
Program Kekhususan Hukum Pidana
Bahwa yang bersangkutan telah layak untuk mer^ikiuti Seminar Proposal rencana penelitian skripsi yang judul PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI
Mohon kiranya yang bersangkutan untuk dijadwalkan mengikuti Seminar Proposal usul Penelitian Skripsi
Demikianlah disampaikan untuk dipertimban^Lan Wassalamualaikum Wr Wb
Pembimbing Skripsi
M SOLEH IDRUS3HMS
H A L A M A N P E R S E T U J U A N U N T U K M E N G I K U T I S E M I N A R P R O P O S A L
Nama DIANA S A P U T R A
N I M 50 2011059
Program studi Ilmu Hukum
Program kekhususan Hukum Pidana
Judui Penelitian PENYALAHGUNAAN N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A
MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI P E R S P E K T I F VICTIMOUHH
Palembang Oktober2014 Disetujui Pembimbing
M S O L E H IDRUSSH MS
Ketua Bagian Hukum Pidana
LuU MaknunSH M H
![Page 7: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/7.jpg)
P E R N Y A T A A N K E A S L I A N K A R Y A I L M T A H
Dengan ini saya D I A N A SAPUTRA menyalakan bahwa Karya
llmiahSkripsi ini adalah asli hasil karya saya sendiri dan karya ilmiah ini belum
pemah diajukan sebagai pemenuhan persyaratan untuk memperoleh gelar
kesarjanaan Strata Satu (SI) dari Universitas Muhammadiyah Palembang maupun
Perguruan Tinggi lain
Semua informasi yang dimuat dalam karya ilmiah ini yang berasal dari
penulis lain baik yang dipublikasikan atau tidak tclah diberikan penghargaan
dengan mengutip nama sumber penulis secara benar dan semua isi dari Karya
Ilmiah ini sepeanuhnya menjadi tanggung jawab saya sebagai penulis
Palembang Maret 2015
Penulis
DIANA S A P U T R A N I M 50 2011 059
v i i
D A F T A R ISI
H A L A M A N J U D U L i
H A L A M A N P E R S E T U J U A N U N T U K U J I A N K O M P R E H E N S I F i i
M O T T O DAN P E R S E M B A H A N i i i
A B S T R A K iv
K A T A P E N G A N T A R v
P E R N Y A T A A N K E A S L I A N K A R Y A I L M I A H vi
D A F T A R ISI v i i i
B A B I P E N D A H U L U A N
A Latar Belakang
B Perumusan Masalah 5
C Ruang Lingkup dan Tujuan 5
D Metode Penelitian 6
F Sistematika Penulisan 7
B A B H T I N J A U A N P U S T A K A
A Pengertian Penyalahgunaan 9
B Pengertian Viclimohgi 10
C Ruang Lingkup Victimologi 11
D Jenis dan Penggolongan Niirkotika dan Psikotropika 12
a) Narkotika 12
b) Psikotropika 17
viii
B A B I I I P E M B A H A S A N
A Perkembiingan pengaturan tentang tindak pidana
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika sebelum iahimya
dan menurut undang-undang nomor 35 tahun 2009 22
B Pengaturan Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997
Tentang Psikotropika dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun
1997 Tentang Narkotika 40
C Pcnyalahgunaaan Narkotika dan Psikotropika Dalam
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari
Perlindungan Terhadap Korban 44
1 Self-victimizing victims narkotika dan psikotropika 44
2 Rehabilitasi terhadap self-victimizing victims 48
3 Tahapan-tahapan rehabilitasi terhadap self-victimizing
victims 57
B A B IV P E N U T U P
A Kesimpulan 65
B Saran 66
D A F T A R P U S T A K A
L A M P I R A N
ix
B A B l
PENDAHULUAN
Latar Belakang
PciTindiingan korban lindak pidana dalam sistein liukimi nasional
nampaknya belum memperoleh perhatian serius Hal ini terlihat dari masih
sedikitnya hak-hak korban tindak pidana memperoleh pengaturan dalam
perundang-undangan nasional Adanya ketldakseimbangan antara
perlindungan korban kejahatan dengan pelaku kejahatan pada dasarnya
merupakan salah satu pengingkaran dari asas setiap warga ncgara bersamaan
kedudukaiinya dalam hukum dan pemerintahan sebagaimana diamanatkan
oleh Undiing-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konslitusional
Niirkotika Psikotropika dan Bahan Aditif Lainnya adalah berbagai
macam obat yang semestinya dinianfaalkan sesuai dengan kcpentingan
tertentu niisalnya pada dunia mcdis untuk mcmbantu proses kerja dokter
dalam melakukan opcrasi bedah Akan tetapi saat ini obat-obat terlarang ini
telah dikonsumsi diedarkan dan diperdagangkan tanpa izin berwajib demi
memperoleh keuntungan dan nikmat sesaat saja Karena pengaruh Narkotika
dan Psikolropika tersebut dapat membuat pemakai menjadi ketergantungan
merusak sampai ke sel-sel saraf manusia seliingga melemalikaii daya pikir
dan lambat memberikan rekasi terhadap lawan bicara Untuk menganaiisa
materi pelajaran bagi pelajar dan mahasiswa yang terkena bahaya Narkotika
atau Psikotropika dapat mengakibatkan pada kelambatan berfikir sehingga
1
2
harapan dalam pencapaian pcmbangunan nasional dapal tcrganggu
Bahaya nicngedarkan Narkotika dan isikolropika dapat dibayangkan
berapa banyak sel syuraf otak mahusia yahg akan dlrusak borapa gencfasl
muda anik sekoiah dan mahasiswa terus diburu pengedar Narkotika dan
Psikotropika tersebul bahkan dapat mengakibatkan kematian^
Keterganl jngan lerhadap Narkotika dan Psikotropika pada mulanya ingin
coba-coba dulu karena Narkotika maupun Psikolropika tersebul dapat
membuat pemakaiiiyu bcrhalusinasi seolah lupu tchadiip masalah dan berada
pada dunia keindahaii Jika laktor kesempatan untuk mendapatkan Narkolika
dan Psikotropika sangat mudah dari pengedar maka dapal mengakibatkan
korban akan semakin bertambah Melihat besamya bahaya penyalahgunaan
Narkotika dan Psikotropika lerhadap individu dan mengganggu pencapaian
cita-cita NKRl maka lerhadap Narkotika maupun Psikolropika harus
dilakukan penanggulangannya sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku
Scjak awat mula Iahimya hukum pidana fokus subjek yang paling
banyak disoroti adalah si pelaku Padahal dari sualu kejahatan kerugian yang
paling besar didcrita adalah pada si korban kejahatan tcrsebut Akan tetapi
scdikit sekali ditemukun hukum-hukum atatipun peraturan perundang-
undangan yang mengatur tcnung korban serta perlindungan lerhadapnya
httpw^vbnn (ioidportalhiirup(irlalkoTilenphpnaTna=lrofilampopvisL _iTiisiampmn^l diakscs tcrukhir tanggal 29 December 2(M4 Iihal juja Kcpprcs Nti 17 Taliun 21X12 tentang Itadan Narkotika Nasional pada bagian konsidcran mcnimbang huruf (J) bcrbunyi Bahwa sehubungun dengan pertimbiingan hunifu huruf b huruf c dan sebagai pcluksunaan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkolika ficrlu niembcntuk Badan Narkotika Nusiona dcngan Keputusan Iresiden
^Funny Jonathans Poyk Suhiiah KusehiUan Narkoba Sayonara (Jakarta IT (Jelora AkHuru Iralama 2006) lial 9 Made Darma Weda Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korfwrasi dalam Bunga
3
Berbicara mengenai upaya penanggulangan kejahatan atau tindak
pidana Narkotika dan Psikotropika yang tepat maka cara pandang sebaiknya
tidak hanya terfokus pada berbagai hal berkaitan dengan penycbab timbuliiya
kejahatan atau metode apa yang efektif dipergunakan dalam penanggulangan
kejahatan tersebul Namun hal lain yang tidak kalah penlingnya untuk
dipahami adalah masalah korban kejahatan itu sendiri yang dalam keadaan-
keadaan lertentu dapal menjadi pemicu munculnya kejahatan dalam tindak
pidana Narkotika dan Psikotropika tersebul
Piida saat berbicara tentang korban kejahatan dalam tindak pidana
Narkotika dan Psikotropika maka cara pandang tidak dapat dilepaskan dari
victimologi Melalul victimologi dapal diketahui berbagai aspek yang
berkaitan dengan korban seperti faktor penyebab munculnya kejahatan
penyalahgunaan bagaimana seseorang dapat menjadi korban
penyalahgunaan dan upaya mengurangi terjadinya korban kejahatan
penyalahgunaan serta hak dan kewajiban korban kejahatan dalam tindak
pidana Narkolika dan Psikotropika tersebut Secara victimologi terhadap
korban kejahatan dalam tindak pidana Narkotika dan Psikotropika misalnya
korban yang ditemukan pada anak usia 7 tahun sudah ada sebagai pemakai
anak di usia 8 talum sudah ada yang memakai ganja dan lalu di usia 10 tahun
anak-anak sudah menggunakan Narkotika alaupun Psikotropika dari berbagai
jenis seperti ganja heroin morfni ekstasi dan sebagainya
Kraquogtrban dalam lingkup victimologi memiliki arti yang luas karena
Rampai Vihmisusi (Bandung Krcsco 1995) hal 200 TM Giri Prasln vo Rebahilium liagi Korban Narkoba ( Iangerang Visimudia 2006) hal v
4
tidak hanya terbatas pada individu yang secara nyata menderita kerugian
tetapijuga kelompok korporasi swasta maupun penierintali sedangkan yang
dimaksud dcngan akibat pcnimbulan korban adalah sikap atau tindakan
terhadap korban danatau pihak pelaku serta mereka yang secara langsung
atau tidak terlibat dalam terjadinya suatu kejahatan
Pentingnya korban kejahatan dalam tindak pidana Narkotika dan
Psikotropika ihempcroleh perhatian utama DIkarenakan korban merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kejahatan oleh karena ilu maka
korban memiliki peranan yang sangat penting dalam penelitian ini
Diperolchnya pemahaman yang luas dan mendaiam tentang korban kejahatan
dalam linJak pidana Narkotika dan Psikolropika dapat [nenuidahkan dalam
menemukan upaya penanggulangan kejahatan yang pada akhimya akan
bermuara pada menurunnya kuantitas dan kualitas kejahalan Sejalan dcngan
semakin bcrkembangnya victimologi sebagai cabang ilmu baru berkembang
pula berbagai runuisan tentang victimologi Kondisi iiii hendaknya tidak
dipandang sebagai pertanda tidak adanya pemahaman yang seragam
mengenai ruang lingkup victimologi tetapi harus dlpaiidang sebagai bukti
bahwa vU timologi akan selalu berkembang sejalan dengan perkembangan
yang terjadi dalam masyarakat
Berdasarkan uraian di atas yang menjadi obyek pengkajian dari
victimologi penyalahgunaan Narkolika dan Psikotropika di antaraiiya adalah
faktor terjadinya kejahatan dan bagaimanakali pengaturan Narkotika dan
Dikdik M Arir Mimsur dan Elistaris (lultoiii UrgensI Ierilndungan Korban Kejahalan Anlara Norma dan Realita (Bandung Agustus EakulUis Hukum Universitas Padj aj uran 2006) hal 29
5
Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Oleh sebab itu
maka judui yang dipilih unluk diteliti dalam penelitian adalah
Penyalahgunaan Narkotika dan Pstkolropka Menurut Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 Dari Perspektif Victimologi
B Perumusan Masalah
1 Apa yang menjadi faktor faktor yang menyebabkan terjadinya
2 Bagainiana pengaturan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika dan
Psikotropika daiam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dari perspektif
victimology
C Ruaug lingkup daii tujuan
Ruang lingkup
Secara umum ruang lingkup skripsi ini untuk mengetahui apa yang
menjadi faktor faktor terjadinya penyalahgunaan narkobadan
penyalahgunaan norkoba menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari
perspektil victimologi
Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan penulisan ini adaiah
sebagai bfrikut
1 Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
penyalahgunaan Narkoba
2 Untuk mengetahui pengaturan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika
dan Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Talum 2009 dari
penyakiligunaanTiarkotika dan psikotropika
6
perspektif viAimo(gtg[
E Metode rcncHtl
Untuk memperoleh data yang kongkril sebagai pcdoman dalam
penulisan skripsi ini maka penulis menggunaan metode sebagai berikul
1 Metode pclaksanaan penelitian
dalam pclaksanaan ini penulis menggunaan metode penelitian hukum
normatif yang bersifal diskriftif dengan menggunaan dala skunder
Penelitian nukum norkatif ini merupakan penelitian kcpustakaan yaitu
penelitian terhadap dala skunder yang iiiempuiiyai ruang lingkup meiipuli
surat sural fakta fakta sampai pada dokumen - dokuincn resmi yang
dikeluarkan oleh instansi lerkait
2 Metode pcngiimpulun data
Pengumpulan data meiiipunyai hubungan yang eral dengan sumber data
karena dcngan pengumpulan dala akan diperoleh data yang dipcrlukan
untuk selanjutnya dianalisis sesuai dengan yang diinginkan Dalam usuha
pengumuian dala dala yang relevan dengan judul ini penulis
menggunakan metode normatif diskriplif dengan menggunakan data
skunder yang berbentuk dokumcntasi
3 Tehnik pcngolahan data
Dilakukan dcngan cara nnalisis isi terhadap teksural untuk selanjutnya
dikoniruksikan dalam suatu kesimpulan
7
Sislemutika [cnulisiin
Penelitian ini dibuul berdasarkan sistematika penulisan di dalam
penelitian ini peneliti mcmbaginya dalam empat bagian yailu
BAB I PENDAHULUAN
Merupakan bab pendahuluan yang menguraikan mengenai hal-hal
berkaitan dengan Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan
dan Maniaat Penclilian Kcaslian Penelitian Tlnjaiian
Kcpustakaan Pengertian Penyalahgunaan Pengertian
Viclimologi Ruang Lingkup dan Manfaat Viclimologi Jenis dan
Penggolongan Narkotika dan Psikotropika Metode Penelitian
dan Sistematika Penulisan
BAB U TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bagian ini menguraikan yaitu mengenai pengertian tentang
penyalahgunaan pengertian tentang ruang lingkup viktimologi
pengertian tentang narkotika dan jcnis-jcnis narkolika
BAB Hi PEMBAHASAN
Merupakan bab yang membahas mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan Pengaturan Sanksi Pidana lerhadap Penyalahgunaan
Narkotika dan Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Ditinjau dari Perlindungan Terhadap Korban dan
Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Self
Victimizing Victims
8
BAB IV K E S I M P U L A N DAN SARAN
Bab ini memuat beberapa kesimpulan dan saran yang dibuat
peneliti sebagai hasil dari pembahasan dun penguraian di dalam
penelitian ini dari keseluruhan permasalahan yang ada
DAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A Pengertinn Pcnyalaliguiiaan
Penyalahgunaan dimaksudkan dalam penclilian ini adalah
penyalahgunaan terhadap narkotika dan psikolropika Dimana bahwa
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika ini diambil dan dipersainakan
dcngan pengertian penyalahgunaan narkoba seperti yang disebutkan Lutfi
Braja yakni memberikan pembatasan mengenai penyalaiiguiiaaii yaitu
Pemakaian narkoba di iuar indikasi medik tanpa petunjuk atau
resep dokter dan peinakaiannya bersifat patologik
(menimbulkan kelainan) dan menimbiilkan humbutan dalam
aktifitas di rumah di sekoiah atau di kampus tempat kerja dan
lingkungan sosial Ketergantungan narkoba adalah kondisi yang
kebanyakan diakibatkan oleh penyalahgunaan zat yang disertai
dengan adanya toleransi zat (dosis semakin tinggi) dan gejala
putus zal
Permasalahan penyalahgunaan mengakibatkan dampak yang sering
terjadi di tengah-tcngah masyarakat dari penyalahgunaan narkolika dan
psikotropika antara lain merusak hubungmt kekeluargaaii menurunkan
kemampuan belajar dan produktifitas kerja secara drastis sulit membedakan
mana perbuatan baik dan perbuatan buruk perubahan pcrilaku menjadi
Mardani Op 01 lial 2
9
10
pcrilaku anti sosial (pcrilaku maladaptil) gangguan kesehalan (fisik dun
mental) mempertinggi jumlah kecelakaan lalu lintas tindak kekerasan dan
kriniinuliLis lainnya
Dari kata penyalahgunaan menandakan bahwa Narkotika dan
Psikotropika tidak selalu bermakna negatif Dcngan begitu narkotika dan
psokitropika yang digunakan dengan baik dan benar oleh dokter untuk
mengobati pasiennya lidak tennasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang
disaiahgunakan Di dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA
(Narkotika Psikotropika dan Zat Adit i f Lainnya)
B Pengertian Victiimlogt
Pada dasarnya perkembangan ilmu pengetahuan tentang korban
kejahalan (viktimologi) lidak dapat dipisahkan dari iahimya peiiiikiraii-
pemikiran brilian dari Hans von Hentig seorang ahli kriminologi pada talum
1941 serta Mendelsohn pada tahun 1947 Pemikiran dari kedua ahli ini
sangat mcmpengaruhi setiap fase perkembangan viktimologi Perkembangan
viktimologi hingga sampai pada keadaan seperti sekarang tentunya tidak
terjadi dengan sendirinya namun telah meiigalami berbagai perkembangan
yang dapai dibagi dalam 3 (tiga) fase sebagai berikut
a iada tahap peitama viktimologi hanya meinpclajari korban kejahatan saja
pada fase ini dikatakan sebagai pehdl or special vtciimolo^
b Pada lase kedua viktimologi tidak hanya mengkaji masalah korban
Oadang Huwari Konsep Islam Memerungt AIDS dan NAA Cel XI (Ycgvakarta Ohaiiii iiakli Idaya 1997) hal 153 Made Danaa Wi da Op cil hal 200
kejahalan tetapi juga meiipuli korban kecelakaan Pada fase ini disebut
sebagai general victimology
c Fase ketiga Vikt imologi sudah berkembang lebih luas lagi yaitu mengkaji
permasalahan korban karena penyalahgunaan kckuasaan dan hak-hak asasi
manusia Fase ini dikatakan sebagai new viciimology
Berdasarkan pengertian di atas nampak je las bahwa yang menjadi
obyek pengkajian dari viktimologi diantaranyu pihak-pihak mana saja yang
terlibat atau mcmpengaruhi terjadinya suatu viktimisasi kriminal
bagaiinanakah respon terhadap suatu viktimisasi kriminal faktor penyebab
terjadinya viktimisasi kriminal bagaimanakah upaya penanggulangannya
dan sebagainya
C R u a i i g L i n g k u p Victimologi
Vikt imologi mencliti topik-topik teiilang korban scperti peranan
korban pada terjadinya kejahatan hubungan antara pelaku dengan korban
rentannya posisi korban dan peranan korban dalam sistem peradilan pidana
Selain itu menurut Muladi viktimologi merupakan suatu studi yang bertujuan
untuk
1 Menganaiisa berbagai aspek yang berkaitan dcngan korban
2 Berusaha untuk memberikan penjelasan sebab musabab terjadinya
vikt imisasi dan
3 Mengembangkan sistem tindakan guna mengurangi penderitaan manusia
^Suryono Ekolaina ST Harum Pudjianlo RS dan G Wiraiama Abortus Iruvocalus Ba^ Korban Perkosnan Persxkif Viktimologi Kriminologi Jan Hukum Pidana Edisi PcrUtma Culakari lurlunii (Jakiiria Univcrsilas AlmaJaya 2001) liul 174 ^ibidMl I7()
12
Menurut JE Sahetapy ruang lingkup Viktimologi meliputi bagaimana
sescorang (dapat) menjadi korban yang ditentukan oleh suatu victimity yang
lidak selaiu berhubuiigan dengan masalah kejahatan termasuk pula korban
kecelakaan dan bencana alam selain dari korban kejahatan dan penyalah
gunaait kekuasan^ Namun dalam perkembangannya di tahun 1985
dipeiopori oleh Separovic yang mempelopori pemikiran agar Viktimologi
khusus niengkaji korban karena adanya kejahatan dan penyalahgunaan
kckuasaan dan tidak mengkaji korban karena musibah alau bencana alam
karena korban bencana alam di iuar kemauan manusia out of mms will)
D Jenis dan Penggolungan Narkotika dan Psikotropilta
Dari kata penyalahgunaan narkoba menandakan bahwa narkoba tidak
selalu beimakna negatif Dengan begilu narkolika dan psokitropika yang
digunakan dengan balk dan benar oleh dokter unluk mengobati pasiennya
tidak termasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang disaialigLmakan Di
dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA (Narkotika Psikolropika
dun Zat ditir Lainnya) Dalam penelitian ini hanya dibahas tentang
narkotika dan psikolropika maka sebelumnya dipaparkan terlebih dahulu
berbagai jenis narkotika dan psikotropika sebagai berikut
a) Narkolika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari lanaman atau
TbUi Miiiadi HAM Halam Persepkiif Sislem Peradilan Pidana datam Muladi (cd) Hak Asas) Manusia Hakclal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspeklif llukum dan Masyarakat (Bandung Refikii Aditama 2005) hal lOX VfiWDial 109 Subagyo Partediharjo Op cil hal 11
13
bukan tanainan baik sintesis maupun bukan sintesis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa
Zat ini dapal mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat
meninibulkan ketergantungan Menurut Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika Narkolika adalah at atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun
semisimetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri
dan dapat nienimbulkati ketergantungan yang dibedakan kc dalam
golongan-goiongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang in i
Narkotika memiliki daya adikasi (ketagihan) yang sangat berat
Narkolika juga memiliki daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual
(kebiasaan) yang sangat tinggi Ketiga sifat narkolika ini yang
menyebabkan pemakai narkotika tidak dapat lepas dari cengkeramannya
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
Jenis jenis narkotika dibagi ke daiam 3 (tiga) kelompok yaitu narkotika
golongan I golongan I I dan golongan I I I
Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbaiiaya
karemi daya adilifnya sangat tinggi Golongan ini tidak boleh digunakan
untuk kcpentingan apapun kecuali unluk penelitian atau ilmu
pengetahuan Contohnya adalah ganja heroin kokain inorfin opium dan
lain-lain Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya
Ibid Posal 1 Ayal (I) Unilung-Undang Nomor 3 Tahun 2009 lenlang Narkotika
14
aditifkual tclapi bcrmaiilaal untuk pcngohatan dan penclilian tlonluhnya
adalah petidin dan turunannya benetldin belamctadol dan lain-iain
Sedanikaii narkulika golungaii Ml adalah narkotika yang niciniliki daya
aditif riiigan tetapi bermanfaat untuk penghatan dan penelitian Contohnya
adalali kudcin dun turunannya^
Berdasarkan cara pcmbuatannya narkotika dibedakan ke dalam 3
(tiga) golongatt juga yaitu narkolika atami narkotika semlsimesis dan
narkotika sintesis Dijelaskan sebagai berikut
1) Naikotika alami
Narkotika alami adalah narkotika yang zat aditithya diambil dari
(umbuhlumbuhan (atam) Contohnya
u tjaiija
Ganja adalah tanaman perdu dengan daun menyerupai daun
singkong yang tepinya bergerigi dan berbulu lialus Jumlah Jari
daunnya selalu ganjil yakni 5 7 9 Tumbuhan ini banyak lumbuh di
iieberapa daerah di Indonesia seperti Aceh Suinalera Ulara
Sumatera Selaian Pulau Jawa dan lain-lain Daun ganja ini sering
iligunakiin sebagai bumbu penyedap masakan Bila digunakan
ebagai bumbu iiuisak daya adilifnya rendah Namun lidak
ilemikian apabila dibakar dan asapnya dihirup Cara
|)cnyalahgunaunnya adalah dikcringkan dan dicampu dengan
icmbakiiii rokok atau dijadikan rokok lalu dibakar serta dihisap
Subagvo PurtoJiharjo Op cil hal 11-12
15
b Ilaisis
Hasis adaiah lanaman serupa ganja yang lumbuh di Amcrika
Latin dan Eiopa Daun ganja hasis dan mariyuana Juga dapat
disuling dan diambil sarinya Oatam bentuk cair harganya sangat
mahai Gunanya adalah unluk disaiahgunakan oleh pemadut-pemadal
kelas tinggi
c Koka
Koka adalah lanaman perdu mirip pohon kupi Huahnya yang
inatang bcrwama inerah seperti biji kopi Dalam komunitas
masyarakat Indian Kuno biji koka sering digunakan untuk
inenambah kekiiatan orang yang bcrperang atau bcrburu binalang
Koka kemudian bisa diolah menj adi kokain
d Opium
Opium adaiah bunga dengan bentuk dan wama yang indah
Dari getah bunga opium dihasilkan candu (opiat) Di Mesir dan
daratan Cina opium dahulu digunakan unluk mengobati beberapa
penyakit member kekuatan atau menghilangkan rasa sakil pada
lentara yang terluka sewaktu berperang atau berburu Opium banyak
lumbuh di segiliga emas antara Burma Komboja dan Thailand
atau di daratan Cina dan segitlga emas Asia Tengah yaitu daerah
antara Alganistan Iran dan Pakistan
Dalam kalangan perdagangaii liilernasional ada kebiasaan
ftW hal 14
16
(keliru) tncnamai daerah tempat peuanamuii opium sebagai daerah
emas Diberi nama demikian karena perdagaiigan opium sangat
mengimtiingkan Karena bahayanya yang besar daerah seperti ilu
keliru jika diberi nama predikat emas Daerah sumber produksl
opium sepantasnya disebut segitlga setan atau segitlga iblis
2) Narkotika semisintcsis
Narkotika semisintesis adalah narkotika alami yang diolah dan
diambil zat aktifnya (intisarinya) agar memiliki khasiat yang lebih kuat
schmgga dapat dimanfaatkan untuk kepcnlingan kedokteran
Contohnya
a Morfm dipakai dalam dunia kedokteran unluk menghilangkan rasa
sakit alau pembiusan pada operasi (pcmbcdahan)
b Kodein dipakai unluk obat penghilang baluk
c Heroin tidak dipakai dalam pengobatan karena daya adilifnya
sangat besar dan matifuatnya secara medis belum
ditemukan Dalam pcrdugangan gelup heroin diberi nama
pulaw atau pete atau pt Henlnknya seperti tepun terigu
yang halus pulih dan agak kotor
d Kokain liiisll olahati dari biji koka
3) Naikotika sintesis
Narkotika sintesis adalah narkotika palsu yang dibuat dari bahan
kimia Narkotika ini digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi
oraiig yang menderita kclcrgantungun Contohnya
17
a Ietidin unluk obat bius lokal operasi kccil sunal dan
sebagainya
b Melhadon unluk pengobatan pecandu narkoba dan
c Naltrexon untuk pengobatan pecandu narkoba
Selain unluk pembiusan narkolika sintesis biasanya diberikan
oleh dokter kcpada penyalahgiina narkoba untuk menghcntikan
kebiasaannya yang tidak kuat melawan sugesti (relaps) atau sakaw
Narkotika sintesis berfungsi sebagai pengganti senientara Bila sudah
bciiar-bcnar bcbas asupan narkoba sintesis in dikurangi sedikil demi
sedikit sampai akhimya berhenti total
b) Fsikotropika
Pengertian psikolropika menurut Pasal I Ayal ( I ) Undang-Undang
Nomor 5 Taliun 1997 tentang Psikotropika adalah Zat atau obat baik
alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif
melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusal yang menyebabkan
perubahan khas pada uktivitus mental dan perilaku
Pengertian Psikolropika di daUim Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika tidak ditemukan Hal tersebut sehubungan
dengan ketentuan di dalam Pasal 153 huruf b yaitu Lamplran mengenai
jenis Psikotropika Golongan 1 dan Golongan II scbagaimana tercantum
dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika (lcmbaran Ncgara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor
10 Tambahan Lcmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671) yang
18
telah (iipindahkan menj adi Narkotika Golongan I menurut UndangUndang
ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku Oleh karenanya dalam Undangshy
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tidak ada lagi di dalam pasal-pasal nya
yang mengatur mengenai Psikotropika karena sudah dlmasukkan ke dalam
golongan Narkotika
Sesuai dengan pembahasan dalam penelitian ini masih
berhuijutigar dengan Psikotropika maka Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1997 tentang Psikotropika masih perlu untuk dibahas dalam penelitian ini
Menui iil undangumlang tersebut Psikolropika adalah zal atau obal bukan
narkolika baik alamiah maupun sintesis yang memiliki khasiat psikoaktif
melaiui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas nonnal dan perilaku Psikotropika ini
merupakan obat yang digunakan oleh dokter untuk mngobali gangguan
jiwa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tenumg
Psikolropika psikotropika dikelompokkan ke dalam 4 (empat) golongan
Golongan I yaitu psikotropika dengan daya aditif yang sangat kuat
belum diketahui manfkilnya untuk pengobatan dan sedang diteliti
khasiiitnya saat ini Contohnya adalah MDMA ekstasi USD dan STP
Golongan U yakni psikolropika dengan daya aditif kuat serta berguna
untuk pengobatan dan penelitian Contohnya adalah amfelamin
metanifetamin metakualon dan sebagainya Golongan IH yakni
psikolropika dcngan daya adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan
dan penelitian Contohnya adalah lumibal buprenorsina flcenilrazepam
19
dan sebagainya Golongan IV yakni psikotropika yang memiliki daya
aditif ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian Contohnya
adalah netrazepam (BK Mogadon Duiiiolid) diazepam dan lain-lain^
Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika yang dimaksud dengan paslkotoplka adalah zat atau obat
baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif
melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang mcnyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku Psikotropika
dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut
1 Psikotropika golongan I yaitu psikolropika yang hanya dapat digunakan
unluk kcpentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi
sena mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan Contohnya ekstasi shabu LSD
2 Psikotropika golongan II yakni psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi danatau tujuan ilmu
pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan Contohnya amfetamin metilfenidat atau ritalin
3 Psikotropika golongan III yaitu psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi danatau unluk tujuan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan
sintlroma ketergantungan Contohnya pentobarbital Flunitrazepam dun
4 Psikotropika golongan IV yaitu psikotropika yang berkhasiat
Ibid ILil 15
20
pengobatan dan sangal luas digunakan dalam terapi danatau unluk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindrom ketergantungan Contohnya diazepam
bromazepam Fenobarbital klonazcpam klordiazepoxide nitrazepam
seperti pil BK pil Kopio Rohip Dum MG
Sedangkan kelompok dan jenLs psikotropika yang sering
disaiahgunakan antara lain
1 Psikostimulansia scperti amfetamin ekstasi dan shabu
2 Scdalif amp Hipnolika (obat penenang obat tidur) seperti MG BK
DUM Pil kopio dan lain-lain dan
3 Halusinogenika seperti lysergic acid dycthylamidc (USD) mushroom
Berdasarkan Ilmu farmukologi psikotropika dikelompokkan ke daiam 3
(tiga) golongan yakni dcpresan stinuilan dan halusinogen sebagai
berikut
1 Kelompok dcpresanpcnekan syaraf pusatpenenangobat tidur
Contohnya adalah valium BK rohipnol mogadon dan lain-lain
Jika diminurn obat ini dapat memberikan rasa tenang menganluk
rasa tcnteruni dan damai Obat ini Juga menghilangkan rasa takut
dan gelisah
2 Kelompok stimuiaiiperangsang syaraf pusaianti tidur Conlohnya
adalah amfetamin ekstasi dan shabu Ekstasi berbentuk tablet
berancka bentuk dun wama Amfetamin berbentuk tablet bcrwama
-Aid hal 16-17
21
pulih Bila diiriinuni obal ini mcndalangkan rasa gembira hilangnya
rasa pemiusuhiui hilangnya rasa marali ingin selalu aktif badan
terasa fit dan lidak merasa lapar Daya kerja otak menjadi scrba
cepat namun kurang lerkendali Shabu berbentuk tepung kristal
kasar berwarna pulili hersih seperti garani
3 Kelompok halusinogen Halusinogen adalah obat at tanaman
makanan yang dapat meninibulkan kiiayaian contohnya yailu LSD
Lysergic Acid Dicihyltamide) getah lanaman kaklus kecubung
jamur tertentu (misceiine) dan ganja Bila diminurn spikotropika
jenis in dapat menimbulkan kliayalan tentang peristiwa-peristiwa
yang mengerikan khayalan tentang kenikmatan scks dan
sebagainya Kenikmatan didapat oleh pemakai setelah pemakai sadar
bahwa perisfiwa mengerikan ilu bukan kenyataan atau karena
kenikmatankenikmatan yang dialami walaupun hanya khayalan
BAB III
PEMBAHASAN
A Faktor yang Mcnyebabkan Terjadinya Penyalahgunaan Narkotika dan
Psikotropilta
1 Faktor yang Bersunibcr Dari Individu
Menurut Luthfi Buraja terdapat 3 (liga) pcndekatan untuk
tcrjadinya penyalahgunaan dan ketergantungan terhadap narkotika dan
psikotropika yaitu peridekalan orgunobilogik psikodinamik dan
psikososial Ketiga pendekatan tersebut tidaklah berdiri sendiri melainkan
saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya Dari siidut pandang
organobiologik (sususan syaraf pusatotak) mekanismc terjadinya adiksi
(ketagihan) hingga deperidcnsi (ketergantungan) dikenal dengan dua istilah
yaitu gangguan mental oragnik atau sindrom otak organik seperti gaduh
gelisah dan kekacauan dalam fungsi kognilif (alam pikiran) efektif (alam
perasaanemosi) dan psikomotor (perilaku) yang disebabkan efek
langsung terhadap susunan syaraf pusat (otiik)^^
Sescorang akan mcnjadi ketergantungan terhadap narkotika dan
psikotropika apabila seseorang dengan tems-menenis diberikan zat
tersebut Hal ini berkaitan dengan teroi adaptasi sekuler mum
adaptaiUm) tubuh beradaptasi dengan menambah jumlah teseptor dan seishy
se syaraf bekcrja kcras Jika zat dihenlikan sel yang masih bekerja kcras
Luthll Uaraja Makalali Gangguan Mciilul dan icrilaku Akibut Nurkuba Disampalkim pada Seminar tentang Narkoba di SMK Iptck lakarla hal 2
22
23
tadi mengaiami kelmLisaii yang dari kiar tampak sebagai gejala-gejala
putus obal Gejala putus obat tersebut mcmaksa individu untuk
mengulangi pemakaian zal tersebul
Faktor predisposisi individu dengan gangguan kepribadian (anti
sosial) ditandai dengan pcrasaan lidak puas terhadap orang lain Selain itu
yang bersangkutan tidak inampu untuk berfungsi secara wajar dan efektif
dalam pergaulan di rumah di sekoiah atau di tempat kerja gangguan lain
sebagai penyerta berupa rasa cemas dan depresi Untuk mengatasi
ketidakniainpuan dan mcnghiiangkan kccemasan atau depresinya maka
individu tersebut cenderung untuk menggunakan narkoba Semestinya
individu itu dapat mengobati dirinya dengan datang ke dokterpsikiater
untuk mendapatkan terapi yang tepat sehingga dapat dicegah
keterlibatannya dalam penggunaan narkotika dan psikotropika
Secara umum mereka yang menyalahgunakan narkotika dan
psikotropika dapat di bagi ke dalam 3 (tiga) golongan besar yaitu
1 Ketergantungan primer ditandai dengan adanya kecemasan dan
depresi yang pada umumnya terdapat pada orahg detigah kepfibadlah
yang tidak stabil
2 Ketergantungan simtomatis yaitu penyalahgunaan narkotika dan
psikotropika sebagai salah satu gejala dari tipe kepribadian yang
mendasarinya pada umumnya terjadi pada orang yang kepribadian
psikopatik (anti sosial) kriminal dan pemakaian narkotika dan
Ai4hal K
24
psikotropika untuk kesenangaii sematu
3 Ketergantungan reaktif yaitu terdapat pada remaja karena dorongan
ingin tahii pengaruh tekanan dan lingkungan tenian atau kelompok
sebaya peer group pressure)
Ada beberapa faktor internal dan ekslernal yang mcnjadi penyebab
individu menyalahgunakan dan menjadi ketergantungan terhadap
narkotika dan psikotropika Menurut Sudarsono bahwa penyalahgunaan
narkolika dan psikotropika di latar belakangi oleh beberapa sebab yaitu
1 Untuk membuktikan kebcranian dalam melakukan tindakan-tindakan
yang berbaiiaya seperti ngebut dan bergaul dengan wanita
2 Meniinjukkan tindakan yang menenlung orang tua guru dan norma
sosial
3 Mempermudah penyaluran dan mempermudah perbuatan seks
4 Melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh peiigalamaii-
pengalainan einosional
5 Meneari dan menemukan aril hidup
6 Mengisi kekosnngan dan kesepian hidup
7 Menghilangkan kegelisahan frustasi dan kepepel hidup
8 Mengikuti kemauan kawan-kawan dahim rangka pembinaan solidaritas
dan
9 Iseng-iseng saja dan rasa ingin tahu
Menurut hasil penelitian Dadang Hawari bahwa di anlara faklor-
Sudujsono Kenakalan Remaja cel ii (Jakarta Rineka Cipta 1992) 1ml 67
25
faktor yang berpcran dalam penggunaan narkotika dan psikolropika
adalah
1 Faktor kepribadian anti sosial dan psikopatik
2 Kondisi kejiwaan yang mudah merasa keeewa atau depresi
3 Kondisi keluarga yang meliputi keutuhan keluarga kesibukan orang
tua hubungan orang tua dengan anak
4 Kelompok teiiian sebaya dan
5 Narkotika dan psikotropika itu sendiri mudah diperoleh dan tersedianya
pasaran yang resmi maupun lidak resmi
Menurut Siibagyo Partodiharjo secara individu terdapat beberapa
faktor yang mcmpengaruhi sescorang dapat menyalahgunakan narkotika
dan psikotropika Alasan ini merupakan alasan yang bersumber dari diri
sendin atau pemakai narkotika dan pasikotropika tersebut yakni sebagai
berikut
a Ingin tahii
Perasaun ingin tahu biasanya diniiliki oieh generasi muda pada
umur setara siswa SD SLTP dan SLTA Bila di hadapan sckelompok
anak muda ada seseorang yang inemperagakan uikmatnya
mengkonsumsi narkotika dan psikolropika maka didorong oleh naluri
alami anak muda yaitu keingintahuan maka salah seoariig dari
kelompok itu akan maju mencobanya Selain didorong oleh
keingintahuan keberaniannya juga karena didesak oleh gejolak dalam
Mardiini foc cil hai 102 ^ Subagyo RatoiJlliarjo ioc cil liiil 72-74
26
jiwanya yang ingin dianggap hebal pemberani dan pahlawan di antara
temanteinan sehayanya Maka jatuhlah satu orang anak dalam pelaku
setan
Dalam kondisi seperti itu reaksi kawan-kawan sebayanya
berbeda-bcda
1 Ada yang ingin menyaingi menunjukkan bahwa dirinya lebih hebat
lagi lalu memakai
2 Ada yang ingin tahu kemudian ikut memakai dan
3 Ada yang sella kawan lain ikut memakai juga
Sikap seperti inilah yang menyebabkan bandar atau pengedar
senang Mereka meiigincar generasi muda mahasiswa atau pclajar
karena 2 (dua) pertimbaiigan
1) Kalau salah satu anak muda kena maka anak muda yang lainnya
ikut kena sehingga konsumen cepat bertambah dan
2) Kalau anak muda kena maka anak muda tcrsebut akan mcnjadi
pemakai selia dalam waktii yang lama Berbeda dengan orang tua
yang cepat maii keuntungan komersial yang diperoleh dari
kelompok anak muda ini akan banyak
b Ingin dianggap hebal
Pcrasaan ingin dianggap hebat biasanya dimiiiki oleh generasi
muda Sepcrti ditcrangkan di atas salah satu sifat alami yang positif
dari generasi muda adalah daya saing Sayang sekali karena
kelidaktahuan sifat positif ini juga dapat dipakai untuk masalah negatif
27
Silat positif ini scharusiiya didorong unluk berlomba daluin preslasi
pada bidang pcndidikan kesenian olah raga dan lain-lain yang
bermanfaat bagi kehidupan
Bila sikap ingin berkonipctisi ini diarahkan untuk
mengkonsumsi narkolika dan psikolropika akibatiiya sungguli
mengerikan yailu kcgagalan hidup dan kesengsaraan Pemakai hanya
dapat dianggap hebat oleh lingkungan kecil pcniakai narkotika dan
psikotropika Di masyarakat luas pemakai hanya menuai cerca dan
nista
c Rasa setia kawan
Perasaan setia kawan sangat kuat dimiiiki oleh generasi muda
Jika lidak mendapatkan penyaluran yang posilif sifai positif tersebut
dapat berbahaya dan mcnjadi negatif Bila (cmannya memakai
narkotika dan psikotropika maka individu tersebul ikut juga memakai
Bila temannya dimarahi orang tuanya atau dimusuhi masyarakat maka
pemakai membela dan ikut bersimpatik
Sikap seperti itulah yang menyebabkan anak ikut-ikutan
Awalnya hiuiya satu orang yang merokok kemudian semuanya menjadi
perokok Setelah semuanya merokok sntu orang mulai memakai ganja
lalu yang lainnya ikut sehingga menjadi sekawanaii pemakai ganja
Selelah semua memakai ganja satu orang memakai ekstasi kemudian
semuanya ikut demikian selerusnya meningkat menjadi shabu dan pada
akhirnya menjadi pemakai putaw
28
d Rasa kccewa truslasi kcsai
Pcrasaan kesal kcccwa atau (rustasi biasanya terjadi karena
kegagalan pada generasi muda eksckutif mudu suami atau istri
Pcnggiiiiaan narkotika dan psikolropika pada kelompok ini bertujuan
untuk sesaat melupakan kekccewaan kckesaian dan fi-uslasi Kondisi
masyarakat yang carut martit tclah banyak melahirkan kekccewaan
kekesalan bahkan Iruslasi Narkolika dan psikotropika dapat
melupakannya sesaat tetapi tidak untuk mengatasi masalah yang
sesungguhiiya
Hubungan buruk yang disebabkan oleh kcgagalan
berkomuiiikasi antara orang tua dengan anaknya dapat menyebabkan
rasa kesal Hal ini mcnjadi faktor pemicu pemakaian narkotika dan
psikotropika oleh anak Intcraksi anlara orang tua dcngan anak tidak
cukup hanya berdasarkan niat baik Cora berkoniunikasi juga harus
baik Masing-masing pihak harus memiliki kcsabaran untuk
menjclaskan isi hatinya dengan cara yang tepat Banyak sekali konfllk
di dalam rumah tangga yang terjadi hanya karena salah paham atau
kekeliman berkoniunikasi Kekeliruan kecil itu dapal bcrakibat fatal
yaitu masuknya narkotika dan psikotropika ke dalam keluarga
Kekccewaan kekesalan dan frustasi dapal terjadi karena
kekeliruan dalam berkomunikasi terhadap beberapa faktor berikut i n i
I ) Komunikasi anak dengan orang tua
IbUI hiiJ 74
29
2) Komunikasi antar anak
3) Komunikasi di lingkungan eksekulifinuda dan
4) Komunikasi antara suami istri
e Ingin bebus dari rasa sakil atau pusing
Penderila pcnyakit beral yang kronis dan tidak kunjuiig sembuh
misalnya Ranker hati luka bakar uka tusuk wasir Ranker paruparii
migreii eneok pengapuran dan lain-lain sclalu merasakan sakit yang
iuar biasa karena penyakitnya Rasa sakit tersebut sering kali tidak
dapat dihilangkan dengan obat pengtiiiang rasa sakit biasa (anaigetik)
sehingga peiiderilanya mencoba narkotika atau psikotropika
Narkotika maupun psikolropika dapat menghilangkan rasa sakit
tersebut tetapi tidak menyembuhkan penyakitnya Ceiakaiiya pemakai
yang bersangkutan malah mendapat maslah baru yaitu ketergantungan
dengan segala komplikasinya yang justru menjadi lebih berbahaya
f Ingin menikmati rasa gembira tampii lincah energik dan mengusir
rasa sedih dan malas
Para eksekudf dan sciebritis biasanya memiliki gaya hidup yang
trendi Mereka merasa dituntut untuk selalu lampil lebih prima Dengan
mengkonsumsi naikotika atau psikolropika mereka dapat tampii prima
dan percaya diri karena kehilangan rasa malu walaupun sesungguhnya
tidak demikian
Perasaan hebat tersebut di atas seharusnya dicapai melaiui tekun
berolah raga hidup teratur meningkatkan kualitas fisik mental
30
inlclckUial dan mocaiiiyii Riikan ineiigamhit jalan piiitas dcngan tampii
seotah-olah prima niclalui manipulasi atau lipuan melaiui
mengkonsumsi narkotika atau psikolropika tersebut Pcnampilmi prima
yang semu atau atau tipuan itu lambat laun akan terungkap juga
sehingga [ania-keiamaan akan kelahuari juga jati dirinya yang
sesungguhnya itu
g ingin tampii iangsing
Narkolika dan psikotropika terscbut juga banyak digunakan oleh
artis dan ibu-ibu rumah tangga yang berbadan gemuk untuk
melangsingkan lubtihnya Narkotika alau psikotropika dengan jenis
tertentu ada juga yang dapat menghilangkan nafsu makan sekaligus
menambali aktivitas fisik sehingga dapat menurunkan beral badun
h Takut mengalami rasa sakit (sakaw)
Pengguna jenis narkotika atau psikolropika tersebut yang sudah
menjadi pemakai tetap (pemadat) akan mengalami rasa sakit (sakaw)
bila tidak memakainya Karena takut merasakan penderitaan maka
pemakai tersebut terus memakainya sehingga menjadi pemakai yang
sella junkies) Banyak pemakai narkotika dan psikotropika ini yang
setia adalah orang-orang yang merasa terpaksa memakai sebab kalau
lidak memakainya mereka akan mengalami sakaw
Kebanyakan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika
dimulai atau terdapat pada masa remaja sebab masa remaja yang
sedang mengalami perubahan biologik psikologik maupun sosial yang
31
pesat merupakan individu yang rentan untuk nienyaiahguriakan
narkotika maupun psikotropika terscbut Anak atau remaja dcngan ciri-
ciri tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi
penyalahgunanya Ciri-ciri tersebut anlara lain^
a Cenderung memberontak dan menolak otoritas
b Cenderung memiliki gangguan j iwa lain (komorbiditas) seperti
depresi cemas psikotik keperibadian dissosial
c Perilaku menyimpang dari aluran atau norma yang berlaku
d Rasa kurang percaya diri low selw-confulence) rendah diri dan
memiliki citra diri negatif (ow setf-esleem)
e Sifal mudah keeewa cenderung agresif dan destruktlf
f Mudah murung pemalu pendiam
g Mudah merasa bosan dan jenuh
h Keingintahuan yang besar untuk meneoba atau penasaran
i Keinginan untuk bersenang-senang [just for fun)
j Keinginan untuk mengikuti mode karena dianggap sebagai lambang
keperkasaan dan kehidupan modem
k Keinginan untuk diterima dalam pergaulan
1 Identitas diri yang kabur sehingga merasa diri kurang jantan
mTidak siap mental untuk menghadapl tekanan pergaulan sehingga
sulit mcngambil keputusan untuk menolak tawaran NAPZA dengan
tegas
Tom Kus dan Tedi Btihava NAPZA Bagi Pelajar (Bandung Yayasan Al-Ghilari Morgan im) hal 14
32
n Kemampuan komunikasi rendati
o Melarikan diri dari scsuatu (kebosaiian kcgagalan kekccewaan
kclidakmampuan kesepian dan kegcliran hidup dan lain-lain)
p Putus sekoiah dan
q Kurang menghayati iman atau kcpcrcayaaiinya
Menurut Tim Badan Narkotika Nasional hahwa terdapat
beberapa iaklor yang menyebabkan sescorang alau individu
menyalahgunakan narkolika dan psikotropika anlara lain
1) Keingintahuan yang besar untuk mcncoba tanpa sadar alau berlikir
panjang tentang akibatnya dikemudian hari
2) Keinginan unluk mencoba-coba karena penasaran
3) Keinginan untuk bersenang-senang
4) Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya hidup
5) Keinginan untuk dapat diterima daiam suatu kelompok
6) Lari dari masalah kebosanan atau kegetiran hidup
7) Pengertian yang salah bahwa mcncoba sckali-kali lidak akan
menimbulkan masalah
8) l idak mainpu alau tidak berani menghadapl tekanan dari lingkungan
alau kelompok pergaulan unluk menggunakan narkolika dan
psikotropika dan
9) Tidak Japal atau mampu mengatakan tidak pada narkotika dan
psikotropika
Tim INN Loc di
33
Berdasarkan peinaparaii Icrscbut di atas dengan demikian
bahwa individu didorong oleli beberapa faktor untuk menyalahgunakan
pemakaian narkotika dan psikotropika tersebut sehingga menjadi
individu yang mengalami ketergantungan berikut ini disebutkan
beberapa faktor adalah
1) Ingin tahu dan Ingin mencoba rasa memakai narkotika atau
psikotropika bagi kalangan anak muda)
2) Ingin dianggap lebih hebat dari orang Iain pada orang muda)
3) login membuktikan kesetiakawanan (pada orang muda)
4) Dianggap paling tepat untuk mengatasi perasaan keeewa j en gkel
dan frustasi (pada suami istri yang mengalami konllik rumah
tangga)
5) Dianggap cara yang paling mudah untuk menghalau rasa sakit pada
tubuh (pada penderita penyakit yang kronis)
6) Dianggap cara yang paling ampuh untuk mendapatkan perasaan
tenang damai atau gembira (pada suami istri yang mcnghadapi
konflik rumah tangga)
7) Dianggap cara yang paling mudah untuk melangsingkan lubuh (pada
ibuibii rumali tangga atau wanita yang bertubuh gemuk)
2 Faktor yang Bersumlicr dari Lingkungan
Faktor lingkungan tidak mampu mencegah atau mengurangi
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika bahkan membuka kesempatan
pemakaian narkotika dan psikotropika Yang dimaksud dcngan faktor
34
kesempatan di sini adalah tersedianya siluasi-situasi yang nieiiiungkinkan
untuk memakai narkolika atau psikolropika di waktu-vvaklu luarig di tempat
rekreasi atau hiburan diskotik pesia dan lain-lain Atau mungkin lingkungan
masyarakat yang tidak mampu mengendalikan bahkan membiarkan penjualan
alau pcrcdaran geiap narkotika dan psikotropika misalnya karena lemahnya
penegakan hukum penjualan narkolika dan psikotropika secara bcbas bisnis
narkotika dan psiktilropika yang terorganisir mudahnya memperoleh
narkotika dan psikotropika dan lain-lain
raklor yang bersumber dari lingkungan yang mcnyebabkan individu
dapat menyalahgunakan pemakaian narkotika dan psikotropika merupakan
laktor kontribusi masukaii dari Iuar individu) dimana sesttorang dengan
kondisi keluarga tidak baik akan merasa tertekan dan rasa lertekan inilah
sebagai faktor penyerta bagi dirinya untuk terlibat dalam penyalahgunaan
narkotika dan psikotropika tersebut Disfungsi keluarga yang dimaksud antara
lain adalah keluarga yang tidak utuh kedua orang tua yang tcrlalu sibuk dan
lingkungan interpersonal dengan orang tua yang tidak baik Di samping itu
faktor pencetus seperti pengaruh teman sebaya tersediu dan mudah
didapatkan mempunyai andil sebagai faktor pencetus sescorang atau individu
terlibat ke dalam penyalahgunaan yang mengakibatkan ketergantungan
terhadap narkotika dan psikotropika Dari sudut pandang psikososial
penyalahgunaan narkotika dun psikolropiku dapat terjadi sebagai akibat
negatif dari intcraksi tiga kiitub sosial yang tidak kondtisif yaitu kutub
Lulhli ilurnju Op cil
35
keluarga kutub sekolahkupus dan kulub masyarakat
Faktor lingkungan meliputi faktor kciuarga dan lingkungan pergaulan
balk dlsekltar rumah sekoiah teman sebaya maupun masyarakat Banyak
pengguna Narkotika dan Psikolropika yang berasal dari keluarga yang lidak
harmonis Keluarga seharusnya mcnjadi wadah untuk menikmati kebahagiaan
dan curalian kasih sayang wahana silih asih silih asah dan silih asuh
Namun pada kenyataannya keluarga sering sekali justru menjadi pemicu
sang anak mcnjadi pemakai hal tersebut disebabkan karena kciuarga tersebut
kacau balau Hubungan antara anggota keluarga dingin bahkan tegang atau
bermusuhan
Komunikasi antara ayah ibu dan ariak-anak sering sekali
menciptakan suasana konflik yang tidak berkesudahan dimana bahwa
penyebab konllik tersebut sangal beragam Solusi semua konflik adalah
komunikasi yang baik periuh pcngerlian saling menghargai dan menyayangi
serta ingin selalu membahagiakaii
Konflik di dalam keluarga dapat mendorong anggota keluarga merasa
frustasi sehingga lerjebak memilih narkotika dan psikolropika sebagai
solusinya Biasanya yang paling rentan terhadap stres adalah anak kemudian
suami dan istri sebagai benleng terakhir Beberapa faktor yang bersumber
dari lingkungan keluarga yang dapat mempengaruhi seseorang atau individu
tertentu icrjun kc dalam lingkungan penyalahgunaan narkotika dan
36
psikotropika tcrsebut antara lain adatuh
a Koniimikasi niang tua-aiiak kiii-ang baikcfektif
b Hubungan dalam keluarga kunmgharmonisdisfimgsi dalam keluarga
c Orang tua bercerai bcrscitngkub atau kawin lagi
d Orang lua tcrlalu sibuk aUiu tidak acuh
e Orang tua oloriter alau scrba melarang
f Orang tua yang serha nieinbolehkan (pcrmisil)
g Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teiadan
h Orang tua kurang peduli dun tidak tahu dengan masalah narkolika
i Tata terlib alau disiplin keluarga yang selalu bcrubah (kiiiaiig konsisten)
j Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam kciuarga
dan
k Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahguna narkotika
dan psikotropika
Sitimsi buruk dalam keluarga yang soring menyudiitkan anak ke arah
narkotika dan psikotropika adalah
1) Anak merasa kurang mendapatkan kasih sayang dalam keluarga merasa
kesal keeewa dan kesepian
2) Anak merasa kurang dihargai kurang mendapatkan kepcrcayaan dun
selalu dianggap salah
3) Anak mengalami konflik dengan orang tua dalam masalah pacaran
memilih pasangan hidup atau meneniukan pilihan profesi cila-elta dan
Mardani Loc cil lial 99 AW hal 100
37
sebagainya
4) Anak kesal dan keeewa karena ayah dan ibuiiya kurang lianiionis dan
sering bertcngkar (broken home)
5) Suami thtsirasi karena tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapinya
dengan islrinya
6) Istri fnistrasi akibat konllik dengan suami tentang masalali ekonomi atau
adanya wanita lain di samping suami
Banyak pengguna narkotika dan psikolropika yang pada awalnya
dimulai karena pengaruh dari orang lain Bentuk pengaruh dari orang lain itu
dapat bervariasi mulai dari bujuk rayu lipii daya sampai kepada paksaan
a) Tipu Daya
Banyak anak yang ditipu oleh kenalon teman sahabat atau pacar
Seperti mengajak meraka untuk memakai narkotika dan psikolropika
dengan bemacam-macain tipuan Dengan alasan yang digunakan bahwa
narkotika dan psikotropika adalah vitamin obat pil pintar pil sehat atau
food supplement Tipuan itu dapat juga berupa bujukan bahwa narkotika
dan psikotropika tidak tcrlalu berbahaya kalau tahu raliasianya Banyak
orang di dalam masyarakat yang dikira orang baik-baik namun lemyata
pengedar narkotika dan psikotropika Walaupun orang itu adalah kawan
sahabat saudara atau pacar sebagai pengedar penipu tersebul akan tcga
menipu maupun menjebak kita Pengedar narkotika dan psikotropika
sangat pandui mcmasarkan narkotika dan psikotropika tersebut Dengan
menawarkan narkotika dan psikotropika sebagai mmn food supplement
38
pil scliat pil pintar dan sebagainya Dengan lipuan ini korban dari
kalangan kciuarga hannonis akan terjcrumus ke dalamnya Saat ini banyak
pemakai narkolika dan psikotropika dari keluarga harmonis bukan hanya
bull dari keluarga berantakan Banyak pekerja mahasiswa atau pelajar yang
tampii ioyo tertipu ketika kepadanya ditawarkan pil sehat vitamin atau pil
pintar Banyak pemuka agama juru dakwah atau pengkhotbah yang
tertipu karena pil sehal yang dlbelinya adalah narkotika dan
psikotropika Reaksi pemakaian narkotika dan psikotropika mula-mula
terasa menyehatkan dan membuat si korban tipuan terscbut sukses dalam
berdakwah atau berkhotbah Ibu rumah tangga juga dapat tertipu karena
ditawari pil pelangsing oleh saudara atau teman dalam arlsan dan lain-
lain Mulanya karena tipu daya akhimya setelah lerjebak menjadi
biasa
b) Bujuk rayu
Waftiia camlk pengedaf ftaTkotlka dan psikotFoplka biasanya menjebak
mangsa melaiui bujuk rayu Untuk memasarkun narkotika dan
psikotropika pengedar tersebut memilih profesi sebagai wanita penghibur
atau Wanita Tuna Susiala (WTS) Banyak eksekutif muda pekerja atau
bos-bos yang mulai memakai narkotika dan psikotropika karena rayuan
pekerja seks komersial hostess dan sebagainya Dalam mcmasarkan
narkotika dan psikotropika wanita tersebut merayu akan mau melayani
kencati kalau bersama-sama mengkonsumsi narkotika dan psikotropika
Subagyo Purlodlhario Loc cil hal 78
39
lebih dulu Muta-mula kurban memakai narkotika dan psikotropika karena
tergoda namun akhimya menjadi terbiasa
c) Paksaan
Banyak anak muda yang mengawali pemakaian narkotika dan psikotropika
karena dipaksa oleh sekawanun alau seseorang yang mengancam akan
mencelakainya Banyak pclajar atau nialiasiswa mengawali kebiasaan
memakai narkotika dan psikotropika dari keadaan terpaksa diancam oleh
sekawanan preman yang menghadang di tengah jalan Dari kelompok ini
pula terjaring pemakai yang berasal dari keluarga hannonis
Lingkungan sekoiah bagi pelajar tingkat SD SMP dan SMA
merupakan tempat yang stratcgls bagi para pelajar untuk menunjukkan jati
dirinya sehingga mereka terjun kepada penyalahgunaan narkotika dan
psikotropika ini faktor sekoiah yang merupakan bagian tcrpcnting yang
mempengaruhi adalah
a Sekoiah yang kurang disiplin
b Sekoiah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjiial narkotika atau
penjual psikolropika
c Sekoiah yang kurang member] kesempatan pada siswa untuk
mengembangkan diri secara kreatif dan positif
d Adanya murid pengguna narkotika atau psikotropika
Kartini Kurtono op cil hivl 124
40
B Pengaturan Sanksi Pidana Terhadaj) Pcnyalahgunaaan Narkotika dan
Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau
dari Perlindungan Terhadap Korban
Dalam hukum pidana di Indonesia terdapat adanya
ketldakseimbangan antara perlindungan korban kejahatan dcngan pelaku
kejahatan pada dasarnya mempakan salah satu pengingkaran dari asas setiap
warga negara bersamaan kcdudukannya dalam hukum dan pcmerinlahan
sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 sebagai
landasan konstitusional Perlindungan korban memiliki hubungan cral dcngan
teori pemidanaan yang dikemukakan Wirjono Prodjudikoro tujuan
pemidanaan adalah untuk niemenuhi rasa keadilan^
Ada Juga yang mengemukakan bahwa tujuan pemidanaan dapat
dilihat melalul 2 (dua) leorl mengenai alasan-alaitan yang membenarkan
(justification) penjatuhan hukuman (sanksi) yaitu Teori Absolut
(Vergeldingslheorie) dan Teori Relatif atau Doeitheorie Menurut Teori
Absolut (Vergeldingslheorie) tujuan pemidanaan sebagai pembalasan
terhadap para pelaku karena telah melakukan kejahatan yang mengakibatkan
kesengsaraan lerhadap orang lain alau anggota masyarakat sedangkan
Roeslan Saleh mengatakan sebagai reaksi-reaksi atasdelik yang berwujud
suatu nestapa yang scngaja dilimpakan ncgara kcpada pembuat delik
Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana Cctakan Iuriania (Jakarta Sinar Gnitlka2(W5)hii4
lcduu Mdipaung Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cctakun IcrliirMii (Jukiirtu Sinur Gratika 2005) hal 4
kiwsUin Saleh Shdsel Pidana Indonesia (Jukarlu liinn Aksara 19K7) hal 5
41
Menurut Teori Relatif Doeltheurie) tujuan pemidanaan adalah
a Menjerakan agar si pelaku atau terpidana menjadi jera dan tidak
mengulangi lagi perbuatannya specials presenile) sena masyarakat umum
agar mengertahui jika melakukan perbuatan yang sama akan mengalami
hukuman yang serupa atau disebut pula generalpreventte
h Memperbaiki pribadi si terpidana berdasarkan perlakuan dan pcndidikan
selama menjalani hukuman terpidana merasa menyesal dan tidak akan
mengulangi perbuatannya dan kcmbali kepada masyarakat sebgai orang
baik dan berguna dan
c Mcmblnasakan (menjatulikan hukuman mat) atau mcmbuat terpidana tidak
berdaya dengan menjatuhkan hukuman seiimur hidup
Pandangan di atas sangatlah wajar apabila beranjak dari pandangan
bahwa hukum pidana adalah hukum sanksi (hifzonderesancUerechl) sebab
dengan bertumpu pada sanksi itulah hukum pidana difungsikan untuk
menjamin keamanan ketertiban dan keadilan Dalam perkembangannya
ternyata tidak semua sarjana menyclujui maksud diadakannya pidana scperti
itu (sebagai suatu nestapa) karena muncul pendapat bahwa di samping pidana
ditujukan untuk memberikan penderitaan kcpada pelanggar atau mcmbuat
jera pemidanaan juga bertujuan agar pelaku dapat kembali hidup
bermasyarakat sebagaimana mestinya
Alasan yang paling inenonjol lerhadap upaya perubahan tersebut
adalah dengan meniperhatikan sisi kemanusiaan yang mcmandang bahwa
Ucdcn Mirpaung Opcil hal 4
42
sekalipiin tcrsangka telah melakukan kcsalahaii ia telap berkcdmiiikan sebagai
manusia utuh yang harus tetap diperlakukan sama dengan manusia lainnya
dan dilindungi hak asasi manusionya Karena itu pidana penjara saat ini
sedang mengalami masakrisis karena termasuk jenis pidana yang kurang
disukai Banyak kritik tajam ditujukan terhadap jenis pidana perampasan
kemerdekaan ini baik dllihat dari sudut efektifitasnya maupun dilihat dari
akibat-akibat lainnya menyertai atau berhubungan dcngan dirampasnya
kemerdekaan seseorang
Banyaknyu kritik yang diarahkan pada bentuk pemidanaan berupa
perampasan kemerdekaan (yang ditujukan untuk membuat jera pelaku)
sehingga berkembanglah bentuk pemidanaan lain yang dianggap lebih
manusiawi yaitu penjatuhan pidana berupa denda atau pemberian ganti
kerugian kepada korban Pemberian ganti kerugian pada awalnya merupakan
konsep kcperdalaan seperti halnya dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata yang mewajibkan setiap orang yang menyebabkan orang lain
menderita kerugian untuk membayar ganli rugi Dalam perkembangannya
konsep ini diterupkan pula dalam hukum pidana mengingat akibat yang
ditimbulkan pada korban tindak pidana akan selalu disertai dengan kerugian
baik mental fisik maupun material sehingga sangat wajar apabila korban pun
menuntui ganti kerugian pada pelaku guna memulihkan derita yang
dialaminya
Dengan memperhatikan pada beberapa teori klasik tentang tujuan
Uurtla Nawuwi Ariel Sislem Pemidanaan Menunii Konsep KIHP llaiu dan Latar Helakang Pemlklrannya Hahan Ienalaran Hukum Pidana V Undanu Kupang uinjyful 11 Juli-12 Agustus 1989
43
pemidanaan dapat disiinpulkan bahwa penjatuhan pidana lebih banyak
ditujukan untuk kepeiitingan pelaku dengan kata lain tujuan pemidanaan
hanya dimaksudkan imtuk mengubah perilaku dari pelaku kejahatan agar
tidak mengulangi lag perbuatannya sedangkan kcpentingan korban sama
sekali diabalkan
Perlindungan terhadap korban narkotika jika dihubungkan dengan
beberapa teori pemidanaan yang telah dipaparkan di atas maka peneliti
mengkaji bahwa dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang baru ini terdapat kescimbangan antara perlindungan terhadap
pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana bahwa berdasarkan sanksi
baik pidana maupun denda yang terdapat dalam undang-undang ini sangatlah
berat-berat dan tegas ]ni berarti bahwa undang-undang ini lebih
mementingkan korban dari pada pelaku kejahatan narkotika Mengingat
bahwa dengan adanya pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan
korban semakin banyak yang berjatuhan schingga daripada korbnnnya anak
bangsa yang memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara
Indonesia maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-
beratnya lerhadap si pelaku tindak pidana narkotika bahkan pidana mati atau
seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-
undang yang bam ini juga diatur mengenai rehabilitasi terhadap korban baik
korban yang diakibatkan oleh orang Iain maupun karena self victimizing
victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku itu sendiri
44
C Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Seif-
Victimizing Victims
1 Self-victimizing victims uarkotika dau psikotropika
Suatu viktimisasi adalah sebagai suatu permasalahan manusia yang
merupakan kenyataan sosial hal ini disebabkan karena setiap warga negara
berhak mendapatkan rasa aman dan bcbas dari segala bentuk kekerasan
sesuai dengan falsafah Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 Contohnya adalah seseorang akibat perbuatannya memakai
narkotika dapat menimbulkan bahwa si pemakai tersebut menjadi tidak
berdaya upaya dengan kata lain bahwa si pelaku telah menjadi korban
akibat perbuatannya sendiri yang menimbulkan perbuatan kriminal
Penyalahgunaan narkolika atau psikolropika merupakan perbuatan
kriminal karena telah melanggar ketentuan di dalam undang-undang yang
ada yakni Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tetang Psikotropika dan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Terlibatnya si
pelaku kejahatan atau tindak pidana yang menimbulkan kerugian terhadap
dirinya sendiri daiam hal inilah yang disebut dengan istilah self victimizing
victims yang merupakan bagian dari viktimisasi Sehubungan dengan itu
maka Wolfgang menyatakan beberapa Jenis viktimisasi ialah
1 Unrelated victims yaitu korban yang tidak ada hubungannya sama
sekali dengan terjadinya korban misalnya pada kasus kecelakaan
pesawat Dalam hal In tanggungjawab sepenuhnya terletak pada
Utplietin3|il(igspqtcom2()OSIOl|ukum-viktinivl9gihlml diakscs terakhir langgul l2Januari 2015
45
pelaku
2 Provocative victims yaitu seseorang yang secara aktif mendorong
dirinya menjadi korban misalnya kasus selingkuli dimana korban juga
sebagai pelaku
3 Participating victims yailu seseorang yang tidak berbuul tetapi dengan
sikapnya justru mendorong dirinya menjadi korban
4 Biologically weak victims yaitu mereka yang secara tisik memiliki
keleinalian atau potensi untuk mcnjadi korban misalnya orang tua
renla anak-anak dan orang yang tidak mampu bcrbual apa-apa
5 Socially weak victims Yaitu mereka yang memiliki kedudukan social
yang lemah yang menyebabkan mereka mcnjadi korban misalnya
korban perdagangan perempuan dan sebagainya
6 Self victimizing victims yaitu mereka yang menjadi korban karena
kejahatan yang dilakukannya sendiri pengguna obat bius judi aborsi
dan prostitusi
Dalam hal ini kedudukan viktimologi sebagai sebuah ilmu yang
mempelajari tentang korban memiliki peranan yang sangat penting ruang
lingkup viktimologi ini meliputi
1 Semua macam sciiap macam perbuatan kriminal yang mengakibatkan
orang-orang mcnjadi korban
2 Setiap orang atau pihak yang dapat menjadi korban baik orang
perorangan maupun suatu korporasi atau organLsasi
3 Setiap orang atau pihak yang dapal menimbulkan korban artinya
46
dimana disatu sisi orang terscbut dapat merugikan orang iain sehingga
orang tidak merasa aman akibat tindakanya
4 Cara-cara viktimisasi atau penimbulan korban
5 Bentuk-bentuk viktimisasi yang terdiri dari primary viclimizalion
adalah korban individualperorangan bukan kelompok secondary
victimizalion korbannya adalali kelompok misalnya badan hukum
tertiary Victimizalion yang menjadi korban adalah masyarakat luas
nun viciimozaiion korbannya tidak dapat segera diketahui misalnya
konsumen yang tertipu dalam menggunakan hasil produksi
6 Akibat viktimisasi
7 Pengaruh viktimisasi
8 Reaksi atau respons terhadap viktimisasi
9 Penyelesaian viktimisasi dan
10 Pengaturan yang berkaitan dengan viktimisasi (yang menjadi
perhatian viktimologi)
Studi viktimologi akan memberikan pemahaman kepada setiap
individu mengenai hak dan kewajibannya dalam rangka mengantisipasi
berbagai bahaya yang mengancamnya Viktimologi memberikan
sumbangan pemikiran mengenai masalah viktimisasi tidak langsung
dampak sosial polusi industri viktimisasi ekonomi politik dan
penyalahgunaan kewenangan Viktimologi ini juga memberikan dasar
pemikiran dalam penyelesaian viktimisasi kriminal atau factor viclimogen
dalam sistem peradilan pidana
47
Dari perspektif ikalan Korban Napza (IKON) l ial i yang dimaksud
sebagai korban adalah orangperorangan yang menderita secara langsung
dari penyalahgunaan napza dan tennasuk pula keluarga alau tanggungan
langsung dari korban Namun karena hukum dl Indonesia memandang
pengguna napza adaiah kriminal maka terjadilah dampak-dampak negalif
yang dialami oleh pengguna napza yang merupakan korban scperti
diskriminasi kriminallsasi kesehatan dan stigmatisasi Maka sebagai
korban IKON Bali mendorong agar dihentikannyadiskriminasi lerhadap
korban napza mendorong vonis rehabilitasi untuk korban napza
mendorong agar dihentikannya penyiksaan terhadap korban napza dan
yang terakhir adalah mendorong terpenuhinya hak atas kesehatan bagi
korban dan orang terinfeksi HIV Dengan melihat kondisi permasalahan
penanggulangan napza yang semakin tidak menentu dan meningkatnya
jumlah korban napza secara terus-menerus Maka Ikon Bali meminta
1) Penerapan SEMA Nomor 7 Tahun 2009 sebagai pemenuhan hak atas
kesehatan terhadap korban Mpza
2) Meminta kepada Pengadilan Negeri Denpasar untuk menjadi insiator
dalam penyusunan langkah teknis penerapan SEMA Nomor 7 Tahun
2009
3) Meminta kepada selunih instansi tcrkait untuk mulai meiigambil
langkah nyata dalam penanggulangan napza
43 Ibid
48
4) Meminta agar korban napza diperlakukan secara manusiawi tanpa
penyiksaan sligma dan diskriminasi
5) Ikon Bali mendukung secara penuh program-program pemerintab
dalam penanggulangan napza
2 Rehabilitasi terhadap self-victimizing victims
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
merupakan undang-undang yang baru menggantikan Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika Adapun pasal-pasal di dalam
undang-undang in yang mengatur mengenai perlindungan korban adalah
berbagai pasal-pasal yangmencantumkan rehabilitas kepada korban
maupun pelaku tindak pidana narkolika Pasal 1 ayat (16) meneniukan
defenisi mengenai rehabilitasi dipandang dari sisi medis yakni
Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara
terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan Narkotika
Sementara Itu dalam Pasal 1 ayat (17) ditentukan defenisi rehabilitasi
dipandang dari sisi sosial yakni Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses
kegiatan pemulihan secara terpadu baik fisik mental maupun sosial agar
bekas pecandu Narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosia dalam
kehidupan masyarakat
Diimdangkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang merupakan undang-undang baru ini tentu mempunyai
maksud dan tujuannya Adapun tujuan yang terdapat dalam Pasal 4 yang
berbunyi
49
Undang-Undang tentang Narkotika bertujuan
a Menjamin kelersediaiin Narkotika untuk kcpentingan peiayanan
kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
b Mencegah mclindungi dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari
penyalahgunaan Narkotika
c Memberanlas pcredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika dan
d Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi Penyalah
Guna dan pecandu Narkotika
Bentuk perlindungan terhadap korban dan pelaku kejahatan tindak
pidana narkotika di dalajn Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
disebutkan ada 2 (dua) macam yakni pengobatan dan rehabilitasi lerhadap
korban maupun pelaku Pada Pasal 53 ayat (3) tersebul di atas bahwa yang
dimaksud dengan buktl yangsah antara lain surat kctcrangan dokter
salinan resep atau labeletiket Selcngkapnya mengenai pengobatan
ditentukan dalam Pasal 53 yang berbunyi sebagai berikut
(1) Untuk kcpentingan pengobatan dan berdasarkan indikasi medis
dokter dapal memberikan Narkotika Golongan II atau Golongan III
dalam jumlah terbatas dan sediaan tertentu kepada pasien sesuai
dengan ketcnluan peraturan perundang-undangan
(2) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat ( I ) dapal memiliki
menyimpan danatau incmbawa Narkolika untuk dirinya sendiri
(3) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mempunyai bukti
yang sali bahwa Narkotika yang dimiiiki disimpan danatau dibawa
50
untuk digunakan diperoleh secara sail sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
Mengenai rehabilitasi terhadap korban dan pelaku tindak pidana
kejahatan penyalahgunaan narkotika merupakan suatu kewajiban bagi
pemerintah dan instansi masyarakat Sebagaimana ketentuan dalam Pasal
54 bahwa Pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika
wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial Dalam Pasal 56
disebutkan juga bahwa
(1) Rehabilitasi mcdis Pecandu Narkotika dilakukan di rumah sakit yang
ditunjuk oleh Menteri
(2) Lembaga rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan oleh instansi
pemerintah atau masyarakat dapat melakukan rehabililasi medis
Pecandu Narkotika setelah mendapat persetujuan Menteri
Kemudian dipertegas kembali dalam Pasal 57 bahwa selain melaiui
pengobatan danatau rehabilitasi medis penyembuhan Pecandu Narkotika
dapat diselenggarakan oleh instansi pemerintah alau masyarakat melaiui
pendekatan keagamaan dan tradisional Salah satu tugas dan wewenang
Badan Narkotika Nasional adalah meningkatkan kemampuan lembaga
rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu Narkotika baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat
Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 ini terdapat
pengecualian dalam hal luniutan pidana terhadap anak yang masih berada
di bawah umur Misalnya terdapat di dalam salah satu pasalnya yakni pada
51
Pasal 128 ayal ( I ) yang bcrbunyi Orang tua atau wali dari pecandu yang
belum cukup umur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) yang
sengaja tidak mciapor dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6
(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp 100000000 satu juta
rupiah) Tetapi di datam ketentuan tain yakni pada Pasal 128 ayat (2) dan
ayal (3) ditentukan bahwa anak yang masih di bawah umur tidak dapat
dituntut pidami selcngkapnya pasal tersebul berbunyi Pecandu Narkotika
yang belum cukup umur dan telah dilaporkan oleh orang tua atau walinya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat ( I ) tidak dituntut pidana
(Pasal 128 ayat (2)) dan Pecandu Narkotika yang telah cukup umur
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) yang sedang menjalani
rehabilitasi mcdis 2 (dua) kali masa perawatan dokter di rumah sakit
danatau lembaga rehabilitasi medis yang ditunjuk oleh pemerintah tidak
dituntut pidana
Pada awalnya narkotika digunakan unluk kcpentingan umat
manusia khususnya untuk pengobatan dan peiayanan kesehatan Namun
dcngan semakin bcrkembangnya ilmu pcngclaliuan dan teknologi
peruntukan narkotika mengalami perluasan hingga kepada hal-hal yang
negatif
Di dunia kedokteran narkotika banyak digunakan khususnya
dalam proses pembiusan sebelum pasien diopcrasi mengingat di dalam
narkotika terkandung zat yang dapat mempengaruhi perasaan pikiran serta
kesadaran pusieti Oleh karena itu agar penggunaan narkotika dapal
52
memberikan manfaat bagi kehidupanurnat manusia maka pcredarannya
harus diawasi secara ketat sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 60 sampai
dengan Pasal 63 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang menyebutkan
Pasai 60 ditentukan bahwa
(1) Pemerintah melakukan pembinaan terhadap segala kegiatan yang
berhubungan dengan Narkolika
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meiipuli upaya
a Memenuhi ketcrsediaan Narkotika unluk kcpentingan peiayanan
kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
b Mencegah penyalahgunaan Narkotika
c Mencegah generasi muda dan anak usia sekoiah
dalampenyalahgunaan Narkotika termasuk dengan memasukkan
pendidikanyang berkaitan dengan Narkotika dalam kurikulum
sekoiah dasarsampai lanjutan atas
d Mendorong dan menunjang kegiatan penelitian danatau
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di brdang
narkolika unluk kcpentingan peiayanan kesehatan dan
e Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis bagi
Pecandu Narkotika baik yang diselenggarakan oleh pemerintah
maupun masyarakat
53
Pasal 61 ditentukan baiiwa
(1) Pemerintah melakukan pcngawasan terhadap segala kegiatan yang
berkaitan dengan Narkotika
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
1 Narkolika dan Prekursor Narkolika untuk kcpentingan peiayanan
kesehatan danatau pengembangan Hmu pengetahuan dan
teknologi
2 Alat-alat potensial yang dapat disaiahgunakan untuk melakukan
tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkolika
3 Evaluasi keamanan khasiat dan mutu produk sebelum diedarkan
4 Produksi
5 impor dan ekspor
6 Pcrcdaran
7 Pelabeian
8 Tnformasi dan
9 Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Pasal 62 berbunyi Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasai 60 dan pengawasan sebagaimana
dimaksiiddalam Pasal 61 diatur dengan Peraturan Pemerintah Dan dalam
Pasal 63 disebutkan bahwa Pemerintah mengupayakan kerja sama
dengan ncgara lain danatau badan intcmasional secara bilateral dan
multiialeral baik regional maupun internasional dalam rangka pembinaan
dan pengawasan Narkotika dan Prekursor Narkotika sesuai dengan
54
kcpentingan nasional
Berdasarkan biinyi beberapa pasa di atas mengenai pengawasan
terhadap pentingnya peredaran narkotika wajib diawasi secara ketat
dikarenakan saat ini pemanfaatannya banyak untuk hal-hal yang negatif
D i samping itu melaiui perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi penyebaran narkotika sudah menjangkau hampir ke semua
wilayah di Indonesia hingga ke pelosok-pelosok Daerah yang sebelumnya
tidak pcrriah tersentuh oleh peredaran narkotika lambat laun berubah
menjadi sentra peredaran narkotika Begitu pula anak-anak yang pada
mulanya awam terhadap barang haram ini telah berubah menjadi sosok
pecandu yang siikar untuk dilepaskan ketergantungannya
Sebelum Iahimya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
mengenai narkotika diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997
tentang Narkotika namun undang-undang ini tidak dapat dipertahankan
lagi keberadaannya karena adanya perkembangan kualitas kejahatan
narkotika yang sudali menjadi ancaman serius bagi kehidupan umat
manusia Pengguna narkotika sangat beragam dan menjangkau semua
lapisan masyarakat mulai dari anak-anak hingga orang dewasa orang
awam hingga artis bahkan hingga pejabat publik
Efek negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan narkotika secara
berlebihan dalam jangka waktu lama serta tidak diawasi oleh ahlinya
dapat
menimbulkan berbagai dampak negatif pada penggunanya baik secara
55
fisik maupun psikis Bahkan tidak janing penggunaan narkotika dapat
memicu terjadinya berbagai tindak pidana Karena itu untuk mencegah
semakin mcluasnya dampak negalif yang ditimbulkan dari penggunaan
narkotika maka pengawasan tidak hanya terbatas pada peredaran
narkotika tetapi juga pada mereka yang menjadi korban misalnya
sescorang yang menderita ketergantungan narkotika (pecandu) Apabila
seorang pecandu narkotika telah divonis bcrsalah oleh hakim atas tindak
pidana narkotika yang dilakukannya maka untuk memberikan kesempatan
pada yang bersangkutan agar tcrbebas dari kecanduaniiya maka hakim
dapat mcmutuskan untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani
pengobatan danatau perawatan
Pengobatan dan perawatan terhadap pecandu narkotika dilakukan
melaiui fasilitas rchabilitasi Rcliabilitasi medis dan sosial yang diberikan
kepada pecandu dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan
kemampuan fisik mental dan sosialnya Selain pengobatan dan perawatan
melaiui rehabililasi medis proses penyembuhan pecandu narkotika dapat
diiaksanakan oleh masyarakat melalul pendekatan keagamaan dan
tradisional
Sebagai conloh di Pakem Sleman Yogyakarta telah didirikan
sualu kliiiik alau Pusat Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkotika
Psikolropika dan Zal-zat Aditiflainnya (NAPZA) Terpadu yang didirikan
atas kerjasania Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dan
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang diresmikan pada tanggal 7
56
Desember 2005 Tujuan umum pendiriaii pusat rehabilitasi terpadu ini
adalah untuk memberikan jaminan penanganan paripurnakepada korban
penyalahgunaan Napza melaiui aspek hukum aspek medis aspek sosial
aspek spiritual serta pengembangan pcndidikan dan pelatihan dalam
bidang NAPZA secara terpadu sedangkan tujuan khususnya adalah
1 Terhindarnya korban dan instilusi dan penelrasi pengedar
2 Terhindarnya kerusakan mental dun masa depan para penyalah guna
Napza yang akan mcmbtinuh potensi pengembangan mereka
3 Terhindarnya korban-korban baru akibat penularan penyakil-penyakit
seperti Hepatitis HIVAIDS dan penyakit menular lainnya
4 Terwujudnya proses pengembangan penanganan korban NAPZA dan
aspek ilmiah serta keiimuan yang dinamis sesuai perkembangan zaman
sebagai pusat jaringan informasi terpadu dan mewujudkan teknis
penanganan penyalahgunaan narkotika dan obat-obalan terlarang bagi
daerah sekitamya maupun nasional
Pemberian perlindungan kepada korban narkotika lentil tidak dapat
dibebankan sepenuhnya kcpada pemeriiilah peran serta masyarakat pun
diharapkan ada salah salunya diterimanya kembali mantan pani pengguna
dalam lingkungannya tanpa melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya
diskriminatif bahkan dengan mcmposisikan mereka sebagai warga keias
dua yang harus dljauhi
Bentuk periindunganyang diberikan terhadap pelaku maupun
Dikdik M ArilMansur dan tUisUiris Guitom loa cil hal 90
57
korban penyalahgunaan narkolika dan psikotropika daiambentuk
rehabilitasi
Rehabilitasi adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang
dilujukan kepada pemakai narkolika dan psikotropika yang sudah
menjalani program kuratif Tujuannya agar pelaku tidak memakai lagi
dan bebas dari penyakit ikutan yang disebabkan oleh bekas pemakaian
narkotika dan psikotropika
3 Tahapan-tahapan rchabilitasi terhadap self-victimizing victims
Tahapan-tahapan rehabilitasi terhadap self-victimizing victims atas
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika yang ada di Indonesia tidak
sama Ada yang menekankan rehabilitasi hanya pada aspek medis ada
pula yang lebih menekankan pada aspek rohani Atau memadukan kedua
pendekatan tersebut dengan komposisi yang seimbang Yang ideal
rehabilitasi seorang korban narkotika dan psikotropika harus dilakukan
secara holisitik baik secara fisik psikis maupun kerohaiiiannya
1 Tahapan pengobatan (rehabilitasi)
Secara umum ada beberapa tahapan yang harus dilewati
Masing-masing tahapan tersebut memakan waktu bervariasi ada yang
seminggii sebulan dan bahkan berbu lan-bulan tcrgantung tingkat
ketergantungan tekad korban dan juga dukungan berbagai pihak
terutama keluarga dalam seluruh proses tersebut Setiap tahapan
Subagjo PiirloUiharjo Loc cU hal 105 ^ E M Giri Prastowo loc cil hal 28 -29
58
tersebut disusun dan dibuat untuk inenganlar pasien secara bertaiiap
melepaskan dari ketergantungan narkotika dan psikotropika Beberapa
tahapan rehabilitasi ini yang disajikan berikut sudah Icruji dapat
menyembuhkan atau memulihkan korban narkotika dan psikotropika
secara maksimal
a Tahapan transisi
Penekanaii dalam tahap ini lebih kepada informasi awal
tentang korbanseperti
1) Latar belakang korban
2) Lama ketergantungan
3) Jenis obat yang dipakai
4) Akibat-akibat ketergantungan dan
5) Berbagai inlbrniasi lainnya
Hal ini penling sehingga pada saatnya akan menjadi acuan
bagi pihak yang terlibat secara intensif dalam proses rehabilitasi
Ahl i yang berkompeten (dokter) akan menganaiisa tingkat
ketergantungan korban untuk kemudian meneniukan tingkat
pengobatan dan tingkat pembinaan bagi si korban schingga terapi
dan metode pengobatan bisa dilakukan secara terukur
Tahapan ini Juga dapat dijadikan rujukan untuk meneari
model rehabilitasi yang paling tepat bagi yang bersangkutan Pada
tahap ini tim rehabilitasi akan membantu korban agar menyadari
dirinya sedang menghadapl masalah ketergantungan narkotika dan
59
psikotropika Korban diajak untuk bersama-sama mengatasinya Hal
ini penting karena proses rchabilitasi tidak akan berhasil tanpa
adanya kesadaran korban tentang adanya bahaya yang dihadapinya
Dari situ akan dibangun tekad dan komitmennya untuk
meninggalkan narkotika dan psikotropika
Selain itu pada tahapan ini akan diteliti akibat fisik dari
penggunaan narkotika dan psikotropika Sejauh mana tingkat
kerusakan syaraf dan organ-organ tubuhnya yang rusak Unluk itu
diadakan pemeriksaaii laboratoriumiengkap dan tes penunjang untuk
mcndeteksi penyakit yang diderita korban A[)abia dalam
pemeriksaan ditemukan satu atau beberapa penyakit maka terlebih
dahulu diadakan pengobalan medis sebelum penderita mendapat
proses rehabilitasi lanjutan Langkah ini penting selain agar tubuh
yang bersangkutan bebas dari penyakit juga untuk mencegah
terjadinya penularan balk kepada korban narkotika dan psikotropika
ini diadakan pembersihan darah pada tubuh pecandu sehingga darah
menjadi bersih dan sistem metabolisme tubuh kembali normal
Proses ini dapat dilakukan melaiui cara-cara berikut
1) Cold Turkey abrupt withdrawal) yaitu proses penghentian
pemakaian narkotika dan psikolropika secara tiba-tiba tanpa
disertai dengan substitusi antidotum
2) Bertaliap atau substitusi bertahap misalnya dengan kodein
^Ibidhal 30
60
methadone CPZ atau clocard selama i -2 minggu
3) Rapid Detoxification dilakukan dengan anestesi umum (6-12
jam) dan
4) Simtomatik tergantung gejala yang dirasakan
2 Rehabilitasi intensif
Setelah melewati masa transisi (pengumpulan informasi tentang
keadaan korban dan latar belakangnya) baru masiik pada fase
berikutnya yakni proses penyembuhan secara psikis Motivasi dan
potensi dirinya dibangun daiam tahap ini Korban diajak untuk
menemukan dirinya dan segala potensinya sambil juga menyadari
berbagai keterbalasannya Bahwa untuk mengatasi masalah hidup yang
bersangkutan tidak perlu harus mengkonsumsi narkotika dan
psikotropika Narkotika dan psikotropika justru menciptakan masalah
baru yang jauh lebih besar dalam hidupnya Narkotika dan psikotropika
bukanlah solusi tetapi menjadisumber masalah Pada tahap ini berbagai
contoh dapat dipcrlihatkan kepada korban
Yang terlibat di dalam tahap ini yang utama adalah korban itu
sendiri sebagai pelaku self-victimizing victims) Korban harus punya
tekad untuk hidup tanpa narkotika dan psikotropika Korban harus bisa
menatap masa depan dengan penuh optimisme Selain yang
bersangkutan peranan keluarga (orang liia dan saudara-saudaranya
suami atau istri) juga sangal pcnling Anggota keluarga ini harus secara
intensifmendampingi dan jnenopang korban
61
Staf di paiiti rehabilitasi para konselor psikolog dan semua
pihak di panti rehabilitasi untuk bersama-sama mcmbangun
kepercayaan diri korban Seluruh proses ini membutuhkan waktu
berbulan-bulan bahkan selama bertahun-tahun tergantung tingkat
ketergantungan dan efeknya bagi korban Berbagai terapi yang
dilakukan selama dalam tahap ini baik yang dilakukan secara pribadi
maupun bersama-sama lewat berbagai aktivitas di panti rehabilitasi
tersebut bertujuan untuk memberdayakan kembali korban yang disekian
lama telah terpuruk oleh narkolika dan psikotropika Sebagai langkah
awal untuk sosialisasi diri dengan masyarakat korban juga secara
bertahap mulai mcmbangun komunikasi dengan orang lain di Iuar
komunitas rehabilitasi
Menurut Romo Lambertus Somar MSG dalam bukunya
Rehabilitasi Pecandu Narkotika dan Psikotropika pada tahap ini ada
tiga titik yang harus dilewati yang lebih dikenal dengan tahapan
stabilisasi pribadi yailu^
1 Secara sadar dan tekun melepaskan diri dari berbagai penyakit dan
akibatakibat lainnya (no to drugs) Tahap ini merupakan tahap
stabilisasi awai atau tahap konsolidasi (comolidation)
2 Menemukan jati diri menguasai kiat-kiat dan keterampilan-
keterampilan untuk menyehatkan serta mengisi hidup secara lebih
bermakna dan bermulu Latihan keterampilan vokasional (kerja) dan
E M Giri Praslowo Loc cil hal 32
62
peiigungkapan diri dari dimulai dibina sebiiigga disebul juga (afiap
pengukuan diri (jyerwtuil appraisal) Inilah lahap slabilisasi
niericiigah (inadya)
3 Dengan inisiatif pribadi orang secara sadar mulai berfikir dan
bertindak untuk mencapai prestasi-prestasi tertentu schingga disebut
juga tahap positive thinking and doing Tahap ini merupakan tahap
stabilisasi akhir
4 Tahap rekonsiliasi Tahapan berikut yang harus dilewati dan sangat
vital adalah tahap rekonsiliasi Tara korban tidak langsung
herinlcraksi secara bebas dcngan masyarakat akan tctiipi lerleblh
dahulu ditampung di sebuah lingkungan khusus selama beberapa
waktu sampai pasien benar-benar siap secara mental dan rohani
kembali kelingkungannya semula Yang paling ulama dalam fase ini
adalah pembinaan mental spiritual keimanan dan ketakwaan serta
kcsepiikatan sosial kemasyarakaian Proses ini bisa meliputi program
pembinaan jasmani dan rohani
Sampai ke tahap ini yang bersangkutan masih tcrikat dengan
rehabilitasi foimal namun sudah mulai membiasakan diri dengan
masyarakat Iuar sehingga merupakan proses resosialisasi (reentry) atau
penyesuaian (reconcilialion) Proses ini melewati tiga titik penting juga
yaitu
1 Tinggal lebih sering dan lebih lama di lingkungan keluarga sebagai
63
teiiipal tinggal tetap atau pun tempat tinggal transit unluk
resosialisasi sambil mclaiijiitkan kegiatan pilihan sebagai penunjang
masa selanjutnya Di sini terjadi perdamaian dan penycsuaian-
penyesuaian kembali dengan lingkungan
2 Rencana masa depan yang jelas dan siap direalisasikaii dengan
dukungan keluarga atau pihak-pihak lain Pada tahap ini korban
dapat memulai aktivitasnya lagi seperti sekolahkuliah mulai bekerja
atau merintis usaha sendiri
3 Kontak awal dengan kelompok-keiompok atau program-program
pemeliharaan lanjut aftercare) Di sini orang meiierima dirinya
seperti apa adanya merasa puas lalu mempercayakan dirinya ke
tangan orang lain
4 Pciiieliharaaii Lanjut Pada tahap ini walaupun secara fisik yang
bersangkutan sudah dinyatakan seliul dan secara psikis pun sudali
pulih namun masih ada kcmungkinan mereka akan tergclincir
kembali icbihlebih saat mereka sedang menghadapl masalah Pada
saat itu bisa Jadi mereka bemostagia dengan menikmati narkolika
dan psikotropika Saat ini juga niwaii Karena itu setiap korban yang
niemasuki tahap inidipersiapkaii sungguh-sungguh agar dapal
melewati dan mengatasi sUuasi rawan ini dengan melewati tiga titik
ini yakni
a Mengubah menghilangkan aUiu menjauhi hal-hal yang bersifat
bid hul 34
64
nostaigia kesenaiigan narkolika dan psikolropika
b Setiap mengikuti program-program dan aeara-acara aftercare
(pemeliharaan lanjut) dan
c Dapat juga mcUbatkan diri dalam gerakan atau kelompok bersih
narkoba dan peduli penanggulangannya
BAB IV
PENUTUP
A Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dipaparkan tersebut di atas peneliti
memberikan beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap
permasalahan di dalam penelitian ini sebagai berikut
Di antara berbagai faktor yang dapat mempengaruhi seseorang atau
individu menyalahgunakan narkotika atau psikotropika terdapat faktor
yang paling duininan yakni laktor yang bersumber dari keadaan keluarga
dan lingkungan bukan karcnn faktor individunya Karena faktor keluarga
yang buruk dan lingkungan yang juga buruk dan saling mendukung dapat
mempengaruhi individu menjadi pelaku lindak pidana penyalahgunaan
narkolika dan psikotropika tersebut dengan kata lain faktor keluarga dan
lingkungan yang buruk ini membuka kesempatan kcpada seseorang untuk
merasakan pergaulan dengan narkotika atau psikotropika sehingga dapal
menimbulkan ketergantungan terhadapnya
2 Perlindungan lerhadap korban narkotika- jika dihubungkan dengan
beberapa teori pemidanaan dalam perspektif Undang-Undatig Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika yang baru terdapai keseimbangan antara
perlindungan terhadap pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana
bahwa berdasarkan sanksi baik pidana maupun denda yang terdapat dalam
undang-undang ini sangatlah bcrat-bcnil dan tegas Ini berarti bahwa
65 bull
66
undang-undang narkotika yang baru tersebut lebih mementingkan korban
dari pada pelaku kejalialan narkotika Mengingat bahwa dcngan adanya
pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan ktgtrban semakin
banyak yang berjatuhan seliingga daripada korbannya anak bangsa yang
memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara Indonesia
maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-beratnya
terhadap si pelaku lindak pidana narkolika bahkan pidana mati atau
seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-
undang yang baru ini juga diatur mengenai rchabilitasi terhadap korban
baik korban yang diakibatkan oleh orang lain niaiipim karena self
victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku ilu
sendiri
Saran
Adapun yang menjadi saran peneliti di dalam penelitian ini yang
menjadi harapan untuk dipcrliatikan bersama adalah sebagai berikut
1 Diharapkan bagi setiap keluarga untuk menjaga keharmonisan melakukan
pengawasan dan mcnanainkan pcndidikan yang benar terutama dalam lial
menyeimbangkan antara emosi inteligensi dan spritual sejak dari din
terhadap anak sebagai benteng terhadap dirinya untuk dapat membentengi
dari pengaruh narkotika dan psikotropika yang semakin mengancam
keadaan lingkungan masyarakat
2 Diharapkan terhadap pemerintah untuk melakukan sosialisasi yang
teriiitegrasi dan menyeluruh terhadap semua lapisan masyarakat baik
67
masyarakat di pedesan (primitlf) maupun masyarakat kota betapa besamya
sanksi pidana dan denda yang digariskan di dalam undang-undang
narkotika dan psikotropika misalnya dcngan mcmpublikasikannya dalam
bentuk billboard di pcrsiinpangan jalan sehingga setiap orang yang lewat
dengan secara otomatis masyarakat akan inengelaliuinya dan
berkemuiigkiiian orang yang membacanya setidaknya tlmbul rasa takut
untuk terjun ke dalam penyalahgunaaan narkotika dan psikotropika
tersebut
D A F T A R PUSTAKA
A Bukii
Arrasjid Chainur Sualu Pemikiran Tentang Psikologi Kriminil Mcdan Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU 1999
Gerson Bawengan Penganlar Psichology Kriminil Jakarta Pradya Pramita 1973
Gosita Arif Masalah Korban Kejahatan Jakarta Akademika Pressindo 1993
Hakim M Ariel Narkoba Bahaya dan Penanggulangannya Bandung Jembar 2007
Hawari Dadang Konsep islam Memerangi AIDS dan NAZA Get X i Yogyakarta Dhana Baktl Priaya 1997
Kaligis OC dan Soedjono Dirdjosisworo Narkoba dan Peradilannya di Indonesia (Retbrmasi Hukum Pidana Melaiui Perundangan dan Peradilan) Bandung PT Alumni 2002
Kartono Kartini Psichology Abnormal Bandung Alumni 1972
Mansur Dikdik M Arif dan Elistaris Guitom Urgensi Perlindungan Korban Kejahalan Antara Norma dan Reaiita Bandung Agustus Fakultas Hukum Universitas Padjajaran 2006
Mardani Penyalahgunaan Narkoba Daiam Perspeklif Hukum islam dan hukum Pidana Nasional Jakarta IH RajuGrufindoPersado 2007
Marpaung Leden Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005
Moelyono Anton M Kumus Besar Bahasa Indonesia Get 11 Jakarta Balai Pustaka 1988
Muladi HAM Dalam Persepkiif Sistem Peradilan Pidana dalam Muladi (ed) Hak Asasi Manusia Hakekal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat Bandung Refika Aditama 2005
dan Barda Nawawi Arlef Bunga Rampai Hukum Pidana Bandung Alumni 1992
Partodiharjo Subagyo Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannyai Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2003
Ioyk Fanny Jonathans Sehiiah Kesehatan Narkoba Sayonara Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2006
Prastowo EM Giri Rehabilitasi Bagi Korban Narkoba Tangcrang Visimedia 2006
Prodjodikoro Wirjono Asas-asas Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005
Roeslan Saieh Stelsel Pidana Indonesia Jakarta Bina Aksara 1987
Soedjono D Segi Hukum Tentang Narkolika di Indonesia Bandung Karya Nusanlara 1977
Hukum Narkolika Indonesia Bandung PT Citra Adtya Baktl i 990
Soekanto Soerjono dan Sri Mumadjj Penelitian Hukum Normalif Suatu Tijnjauan Singkat Jakarta Rajagrafindo Persada 2001
Sudarsono Kenakalan Remaja cet Ii Jakarta Rineka Cipta 1992
Tom dkk Bahaya NAPZA Bagi Pelajar Bandung Yayasan Al-Ghifari Morgan 1999
Tim BNN Materi Advokad Pencegahan Narkoba Jakarta Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia 2005
Yustisia Himpunan Peraturan Pemndang-Undangan Anti Narkoba diterjenialikuii oleh Tim iustaka Yuslisia Yogyakarta iuslaka Yustisia 2006
Waluyo Bambang Penelitian Hukum dalam Prakiek Jakarta Sinar Grafika 1996
Wcda Made Darma Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korporasi dalam niingti Rampai Viktimisasi Bandung Eresco 1995
B Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Pasal 152
Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika22Tahun 1997 tentang Narkotika
Keppres Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkolika Nasional
CInternet
htlpwwwbnngoidportalbariiiiorlalkQnlenpltpniima^Prorilampop^visi niisiamp tnn=lamp diakses tcrakiiir tanggal 13 November 2014
httpthed03hlogspoteom2008l Ohukuiii-viktimolQgihtmk diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014
httpwwwikonbaliorg26062Q(19advokasipctisi-ikon-bali-segera-tcrapkan-semahtml Petisi Ikalan Korban Napza (IKON) dalam rangka menyambut Hari Anti Narkotika (HANI) dan Hari Anti Penyiksaan 2009 diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014
httpwwwsurnekscoidindexphp7pption=^om cpntentampview=articleampid=^1405 2010-kej ati-baru-terapkan-uu-no-3 52009ampcatid=44 ilir-barat-i-bukit-keciIampUemid=94 diakses lerakJiir tanggal 12 Desember 2014
httpidsbvoongcQmexact-sciencesl8Q8652-getielika-dan-keiahatan Faktor Genetik Penyebab Kejahalan diakses terakhir tanggal 10 jaiiuari 2014
httpwwwasiasecuritiescoidsys 12ximagesstories201QEqtiitv2Q Pdf diakses terakhir tanggal 10 Januari 2014
LAMPIRAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
F A K U L T A S HUKUM
K A R T U AKTIVITAS BIMBINGAN SKRIPSI
N A M A MAHASISWA DIANA SAPUTRA
N O M O R INDUK MAHASISWA 50 2011 059
P R O G R A M STUDI I L M U H U K U M
PROG K E K H U S U S A N H U K U M PIDANA
P E M B I M B I N G M S O L E H IDRUS SHMH
l U D U L SKRIPSI P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T U N D A N G U N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I
KONSULTASI
K F -
MATERI YANG
DIBIMBINGKAN
PARAF
PEMBIMBING K E T
luymdash
y^ ^ Tlt2 N ^
7 M e
fSUL
k ^
CATATAN MOHON DIBERI WAKTU MENYELESAIKAN SKRIlSl RUiAN SEJAK TANGGAL DIKELUARKAN DITETAIKAN
DIKELUARKAN DI PALEMBANG PADA TANGGAL KETUA BAGIAN
JUDUL P E N Y A L A H G U N A A N N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG UNDANG N O M O R 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I
P E R M A S A L A H A N 1 Apa yang menjadi faktor tcrjadinya penyalaJigunaan narkotika dan psikotropika
2 Bagaimana pengaturan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspektif victimologi
B A B l P H N D A I i U L U A N A Latar Belakang B Permasalahan C Ruang Lingkup dan Tujuan D Metode Penelitian E Sistematika Penulisan
B A B 11 T I N J A U A N PUSTAKA
A Pengertian penyalahgunaan B Pengertian victimologi C Ruang lingkup victimologi D Jents dan penggolongan narkotika dan psikotropika E Undang Undang yang mengatur tentang narkotika
dan psikotropika
BAB I I I PEMBAHASAN A Faktor yang menyebabkan terjadinya
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika
B Penyalahgunaan narkotika dan psikolropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspeklif victimologi
BAB IV PENUTUP A Kesimpulan
B Saran-saran
DAF1AR PUSTAKA
L A M P I R A N - L A M P I R A N
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM
Lampiran Perihal Kepada
Sistematika penulisan (Outline) Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi YUi NUR HUSNI LMILSON SHSpNMH
Pembimbing Akademik Fakultas Hukum UMP dl-Palembaniz
Assalamualaikum WrWb
Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama DIANA SAPU I RA
Program Kekhususan Flukum Pidana
fada semester Lianjil tatiun kuliati 2UI42UI5 sudah menyelesaikan betian studi yang meliputi MPKMKKMKBMPBMBB (139 sks)
Dengan ini mengajukan pcrmohonan untuk penelitian Hukum dan Penulis Skripsi dengan judul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG-UNDANG N O M O R 35 T A H U N 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I
Demikianlah atas perkenaan Ibu diucapkan terima kasih
Wassalamualaikum WrWb
NIM 50 2011 059 Ilmu Hukum Program Studi
Palembang September 2014 Pemohon ^^--^5
Rekomendasi PAYbs
Pembimbing Akademik
HUSNI EMHSON SH SpN MH
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM
REKOMENDASI DAN PEMBIMBING SKRIPSI
Nama Nim Program Study Program Kekhususan Judul skripsi
DIANA SAPUTRA 50 2011 059 Ilmu Hukum Hukum pidana PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI
I Rekomendasi Ketua Bagian a Rekomendasi
b Usulan Pembimbing
Hukum Pidana
raiemoang iepiemt)er zu 14 KetuaJBagu
LuuTiiiAKNurCsHrR^
I L Penatapan Pembimbing Skripsi Oleh Wakil Dekan I
1 2
Palembang September 2014 Wakil Dekan I
- i poundL Dr Hj SRI S U L A S T R I SH M H
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah i n i Nama Tempat Tanggal Lahir N I M Program Studi Program Kekhususan
DIANA SAPUTRA PetransJaya 15 Januari 1992 502011059 Ilmu Hukum Hukum Pidana
Menyatakan bahwa karya ilmiah skripsi saya yang berjudul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANGshyU N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F VICTIMOLOGI
Adalah bukan merupakan karya tulis orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali daiam bentuk kutipan yang telah kami sebutkan sumbemya
Demikianlah surat pemyataan ini kami buat dengan sebenar-benamya dan apabila pemyataan ini tidak benar kami bersedia mendapatkan sanksi akademis
Palembang September 2014
PERMOHONAN UNTUK MENGIKUTI SEMINAR PROPOSAL
Palembang Oktober2014 Perihal Mohon untuk diiaksanakan seminar
Proposal Penelitian Skripsi
Kepada Yth Ibu Luil Maknun SH MH Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang D i -
Palembang
Assalamualaikum Wr Wb Saya yang bertanda tangan dibawah Ini Nama DIANA SAPUTRA
NIM 50 2011 059
Program Kekhususan Hukum Pidana
Bahwa yang bersangkutan telah layak untuk mer^ikiuti Seminar Proposal rencana penelitian skripsi yang judul PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI
Mohon kiranya yang bersangkutan untuk dijadwalkan mengikuti Seminar Proposal usul Penelitian Skripsi
Demikianlah disampaikan untuk dipertimban^Lan Wassalamualaikum Wr Wb
Pembimbing Skripsi
M SOLEH IDRUS3HMS
H A L A M A N P E R S E T U J U A N U N T U K M E N G I K U T I S E M I N A R P R O P O S A L
Nama DIANA S A P U T R A
N I M 50 2011059
Program studi Ilmu Hukum
Program kekhususan Hukum Pidana
Judui Penelitian PENYALAHGUNAAN N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A
MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI P E R S P E K T I F VICTIMOUHH
Palembang Oktober2014 Disetujui Pembimbing
M S O L E H IDRUSSH MS
Ketua Bagian Hukum Pidana
LuU MaknunSH M H
![Page 8: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/8.jpg)
D A F T A R ISI
H A L A M A N J U D U L i
H A L A M A N P E R S E T U J U A N U N T U K U J I A N K O M P R E H E N S I F i i
M O T T O DAN P E R S E M B A H A N i i i
A B S T R A K iv
K A T A P E N G A N T A R v
P E R N Y A T A A N K E A S L I A N K A R Y A I L M I A H vi
D A F T A R ISI v i i i
B A B I P E N D A H U L U A N
A Latar Belakang
B Perumusan Masalah 5
C Ruang Lingkup dan Tujuan 5
D Metode Penelitian 6
F Sistematika Penulisan 7
B A B H T I N J A U A N P U S T A K A
A Pengertian Penyalahgunaan 9
B Pengertian Viclimohgi 10
C Ruang Lingkup Victimologi 11
D Jenis dan Penggolongan Niirkotika dan Psikotropika 12
a) Narkotika 12
b) Psikotropika 17
viii
B A B I I I P E M B A H A S A N
A Perkembiingan pengaturan tentang tindak pidana
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika sebelum iahimya
dan menurut undang-undang nomor 35 tahun 2009 22
B Pengaturan Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997
Tentang Psikotropika dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun
1997 Tentang Narkotika 40
C Pcnyalahgunaaan Narkotika dan Psikotropika Dalam
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari
Perlindungan Terhadap Korban 44
1 Self-victimizing victims narkotika dan psikotropika 44
2 Rehabilitasi terhadap self-victimizing victims 48
3 Tahapan-tahapan rehabilitasi terhadap self-victimizing
victims 57
B A B IV P E N U T U P
A Kesimpulan 65
B Saran 66
D A F T A R P U S T A K A
L A M P I R A N
ix
B A B l
PENDAHULUAN
Latar Belakang
PciTindiingan korban lindak pidana dalam sistein liukimi nasional
nampaknya belum memperoleh perhatian serius Hal ini terlihat dari masih
sedikitnya hak-hak korban tindak pidana memperoleh pengaturan dalam
perundang-undangan nasional Adanya ketldakseimbangan antara
perlindungan korban kejahatan dengan pelaku kejahatan pada dasarnya
merupakan salah satu pengingkaran dari asas setiap warga ncgara bersamaan
kedudukaiinya dalam hukum dan pemerintahan sebagaimana diamanatkan
oleh Undiing-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konslitusional
Niirkotika Psikotropika dan Bahan Aditif Lainnya adalah berbagai
macam obat yang semestinya dinianfaalkan sesuai dengan kcpentingan
tertentu niisalnya pada dunia mcdis untuk mcmbantu proses kerja dokter
dalam melakukan opcrasi bedah Akan tetapi saat ini obat-obat terlarang ini
telah dikonsumsi diedarkan dan diperdagangkan tanpa izin berwajib demi
memperoleh keuntungan dan nikmat sesaat saja Karena pengaruh Narkotika
dan Psikolropika tersebut dapat membuat pemakai menjadi ketergantungan
merusak sampai ke sel-sel saraf manusia seliingga melemalikaii daya pikir
dan lambat memberikan rekasi terhadap lawan bicara Untuk menganaiisa
materi pelajaran bagi pelajar dan mahasiswa yang terkena bahaya Narkotika
atau Psikotropika dapat mengakibatkan pada kelambatan berfikir sehingga
1
2
harapan dalam pencapaian pcmbangunan nasional dapal tcrganggu
Bahaya nicngedarkan Narkotika dan isikolropika dapat dibayangkan
berapa banyak sel syuraf otak mahusia yahg akan dlrusak borapa gencfasl
muda anik sekoiah dan mahasiswa terus diburu pengedar Narkotika dan
Psikotropika tersebul bahkan dapat mengakibatkan kematian^
Keterganl jngan lerhadap Narkotika dan Psikotropika pada mulanya ingin
coba-coba dulu karena Narkotika maupun Psikolropika tersebul dapat
membuat pemakaiiiyu bcrhalusinasi seolah lupu tchadiip masalah dan berada
pada dunia keindahaii Jika laktor kesempatan untuk mendapatkan Narkolika
dan Psikotropika sangat mudah dari pengedar maka dapal mengakibatkan
korban akan semakin bertambah Melihat besamya bahaya penyalahgunaan
Narkotika dan Psikotropika lerhadap individu dan mengganggu pencapaian
cita-cita NKRl maka lerhadap Narkotika maupun Psikolropika harus
dilakukan penanggulangannya sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku
Scjak awat mula Iahimya hukum pidana fokus subjek yang paling
banyak disoroti adalah si pelaku Padahal dari sualu kejahatan kerugian yang
paling besar didcrita adalah pada si korban kejahatan tcrsebut Akan tetapi
scdikit sekali ditemukun hukum-hukum atatipun peraturan perundang-
undangan yang mengatur tcnung korban serta perlindungan lerhadapnya
httpw^vbnn (ioidportalhiirup(irlalkoTilenphpnaTna=lrofilampopvisL _iTiisiampmn^l diakscs tcrukhir tanggal 29 December 2(M4 Iihal juja Kcpprcs Nti 17 Taliun 21X12 tentang Itadan Narkotika Nasional pada bagian konsidcran mcnimbang huruf (J) bcrbunyi Bahwa sehubungun dengan pertimbiingan hunifu huruf b huruf c dan sebagai pcluksunaan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkolika ficrlu niembcntuk Badan Narkotika Nusiona dcngan Keputusan Iresiden
^Funny Jonathans Poyk Suhiiah KusehiUan Narkoba Sayonara (Jakarta IT (Jelora AkHuru Iralama 2006) lial 9 Made Darma Weda Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korfwrasi dalam Bunga
3
Berbicara mengenai upaya penanggulangan kejahatan atau tindak
pidana Narkotika dan Psikotropika yang tepat maka cara pandang sebaiknya
tidak hanya terfokus pada berbagai hal berkaitan dengan penycbab timbuliiya
kejahatan atau metode apa yang efektif dipergunakan dalam penanggulangan
kejahatan tersebul Namun hal lain yang tidak kalah penlingnya untuk
dipahami adalah masalah korban kejahatan itu sendiri yang dalam keadaan-
keadaan lertentu dapal menjadi pemicu munculnya kejahatan dalam tindak
pidana Narkotika dan Psikotropika tersebul
Piida saat berbicara tentang korban kejahatan dalam tindak pidana
Narkotika dan Psikotropika maka cara pandang tidak dapat dilepaskan dari
victimologi Melalul victimologi dapal diketahui berbagai aspek yang
berkaitan dengan korban seperti faktor penyebab munculnya kejahatan
penyalahgunaan bagaimana seseorang dapat menjadi korban
penyalahgunaan dan upaya mengurangi terjadinya korban kejahatan
penyalahgunaan serta hak dan kewajiban korban kejahatan dalam tindak
pidana Narkolika dan Psikotropika tersebut Secara victimologi terhadap
korban kejahatan dalam tindak pidana Narkotika dan Psikotropika misalnya
korban yang ditemukan pada anak usia 7 tahun sudah ada sebagai pemakai
anak di usia 8 talum sudah ada yang memakai ganja dan lalu di usia 10 tahun
anak-anak sudah menggunakan Narkotika alaupun Psikotropika dari berbagai
jenis seperti ganja heroin morfni ekstasi dan sebagainya
Kraquogtrban dalam lingkup victimologi memiliki arti yang luas karena
Rampai Vihmisusi (Bandung Krcsco 1995) hal 200 TM Giri Prasln vo Rebahilium liagi Korban Narkoba ( Iangerang Visimudia 2006) hal v
4
tidak hanya terbatas pada individu yang secara nyata menderita kerugian
tetapijuga kelompok korporasi swasta maupun penierintali sedangkan yang
dimaksud dcngan akibat pcnimbulan korban adalah sikap atau tindakan
terhadap korban danatau pihak pelaku serta mereka yang secara langsung
atau tidak terlibat dalam terjadinya suatu kejahatan
Pentingnya korban kejahatan dalam tindak pidana Narkotika dan
Psikotropika ihempcroleh perhatian utama DIkarenakan korban merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kejahatan oleh karena ilu maka
korban memiliki peranan yang sangat penting dalam penelitian ini
Diperolchnya pemahaman yang luas dan mendaiam tentang korban kejahatan
dalam linJak pidana Narkotika dan Psikolropika dapat [nenuidahkan dalam
menemukan upaya penanggulangan kejahatan yang pada akhimya akan
bermuara pada menurunnya kuantitas dan kualitas kejahalan Sejalan dcngan
semakin bcrkembangnya victimologi sebagai cabang ilmu baru berkembang
pula berbagai runuisan tentang victimologi Kondisi iiii hendaknya tidak
dipandang sebagai pertanda tidak adanya pemahaman yang seragam
mengenai ruang lingkup victimologi tetapi harus dlpaiidang sebagai bukti
bahwa vU timologi akan selalu berkembang sejalan dengan perkembangan
yang terjadi dalam masyarakat
Berdasarkan uraian di atas yang menjadi obyek pengkajian dari
victimologi penyalahgunaan Narkolika dan Psikotropika di antaraiiya adalah
faktor terjadinya kejahatan dan bagaimanakali pengaturan Narkotika dan
Dikdik M Arir Mimsur dan Elistaris (lultoiii UrgensI Ierilndungan Korban Kejahalan Anlara Norma dan Realita (Bandung Agustus EakulUis Hukum Universitas Padj aj uran 2006) hal 29
5
Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Oleh sebab itu
maka judui yang dipilih unluk diteliti dalam penelitian adalah
Penyalahgunaan Narkotika dan Pstkolropka Menurut Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 Dari Perspektif Victimologi
B Perumusan Masalah
1 Apa yang menjadi faktor faktor yang menyebabkan terjadinya
2 Bagainiana pengaturan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika dan
Psikotropika daiam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dari perspektif
victimology
C Ruaug lingkup daii tujuan
Ruang lingkup
Secara umum ruang lingkup skripsi ini untuk mengetahui apa yang
menjadi faktor faktor terjadinya penyalahgunaan narkobadan
penyalahgunaan norkoba menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari
perspektil victimologi
Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan penulisan ini adaiah
sebagai bfrikut
1 Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
penyalahgunaan Narkoba
2 Untuk mengetahui pengaturan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika
dan Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Talum 2009 dari
penyakiligunaanTiarkotika dan psikotropika
6
perspektif viAimo(gtg[
E Metode rcncHtl
Untuk memperoleh data yang kongkril sebagai pcdoman dalam
penulisan skripsi ini maka penulis menggunaan metode sebagai berikul
1 Metode pclaksanaan penelitian
dalam pclaksanaan ini penulis menggunaan metode penelitian hukum
normatif yang bersifal diskriftif dengan menggunaan dala skunder
Penelitian nukum norkatif ini merupakan penelitian kcpustakaan yaitu
penelitian terhadap dala skunder yang iiiempuiiyai ruang lingkup meiipuli
surat sural fakta fakta sampai pada dokumen - dokuincn resmi yang
dikeluarkan oleh instansi lerkait
2 Metode pcngiimpulun data
Pengumpulan data meiiipunyai hubungan yang eral dengan sumber data
karena dcngan pengumpulan dala akan diperoleh data yang dipcrlukan
untuk selanjutnya dianalisis sesuai dengan yang diinginkan Dalam usuha
pengumuian dala dala yang relevan dengan judul ini penulis
menggunakan metode normatif diskriplif dengan menggunakan data
skunder yang berbentuk dokumcntasi
3 Tehnik pcngolahan data
Dilakukan dcngan cara nnalisis isi terhadap teksural untuk selanjutnya
dikoniruksikan dalam suatu kesimpulan
7
Sislemutika [cnulisiin
Penelitian ini dibuul berdasarkan sistematika penulisan di dalam
penelitian ini peneliti mcmbaginya dalam empat bagian yailu
BAB I PENDAHULUAN
Merupakan bab pendahuluan yang menguraikan mengenai hal-hal
berkaitan dengan Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan
dan Maniaat Penclilian Kcaslian Penelitian Tlnjaiian
Kcpustakaan Pengertian Penyalahgunaan Pengertian
Viclimologi Ruang Lingkup dan Manfaat Viclimologi Jenis dan
Penggolongan Narkotika dan Psikotropika Metode Penelitian
dan Sistematika Penulisan
BAB U TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bagian ini menguraikan yaitu mengenai pengertian tentang
penyalahgunaan pengertian tentang ruang lingkup viktimologi
pengertian tentang narkotika dan jcnis-jcnis narkolika
BAB Hi PEMBAHASAN
Merupakan bab yang membahas mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan Pengaturan Sanksi Pidana lerhadap Penyalahgunaan
Narkotika dan Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Ditinjau dari Perlindungan Terhadap Korban dan
Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Self
Victimizing Victims
8
BAB IV K E S I M P U L A N DAN SARAN
Bab ini memuat beberapa kesimpulan dan saran yang dibuat
peneliti sebagai hasil dari pembahasan dun penguraian di dalam
penelitian ini dari keseluruhan permasalahan yang ada
DAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A Pengertinn Pcnyalaliguiiaan
Penyalahgunaan dimaksudkan dalam penclilian ini adalah
penyalahgunaan terhadap narkotika dan psikolropika Dimana bahwa
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika ini diambil dan dipersainakan
dcngan pengertian penyalahgunaan narkoba seperti yang disebutkan Lutfi
Braja yakni memberikan pembatasan mengenai penyalaiiguiiaaii yaitu
Pemakaian narkoba di iuar indikasi medik tanpa petunjuk atau
resep dokter dan peinakaiannya bersifat patologik
(menimbulkan kelainan) dan menimbiilkan humbutan dalam
aktifitas di rumah di sekoiah atau di kampus tempat kerja dan
lingkungan sosial Ketergantungan narkoba adalah kondisi yang
kebanyakan diakibatkan oleh penyalahgunaan zat yang disertai
dengan adanya toleransi zat (dosis semakin tinggi) dan gejala
putus zal
Permasalahan penyalahgunaan mengakibatkan dampak yang sering
terjadi di tengah-tcngah masyarakat dari penyalahgunaan narkolika dan
psikotropika antara lain merusak hubungmt kekeluargaaii menurunkan
kemampuan belajar dan produktifitas kerja secara drastis sulit membedakan
mana perbuatan baik dan perbuatan buruk perubahan pcrilaku menjadi
Mardani Op 01 lial 2
9
10
pcrilaku anti sosial (pcrilaku maladaptil) gangguan kesehalan (fisik dun
mental) mempertinggi jumlah kecelakaan lalu lintas tindak kekerasan dan
kriniinuliLis lainnya
Dari kata penyalahgunaan menandakan bahwa Narkotika dan
Psikotropika tidak selalu bermakna negatif Dcngan begitu narkotika dan
psokitropika yang digunakan dengan baik dan benar oleh dokter untuk
mengobati pasiennya lidak tennasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang
disaiahgunakan Di dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA
(Narkotika Psikotropika dan Zat Adit i f Lainnya)
B Pengertian Victiimlogt
Pada dasarnya perkembangan ilmu pengetahuan tentang korban
kejahalan (viktimologi) lidak dapat dipisahkan dari iahimya peiiiikiraii-
pemikiran brilian dari Hans von Hentig seorang ahli kriminologi pada talum
1941 serta Mendelsohn pada tahun 1947 Pemikiran dari kedua ahli ini
sangat mcmpengaruhi setiap fase perkembangan viktimologi Perkembangan
viktimologi hingga sampai pada keadaan seperti sekarang tentunya tidak
terjadi dengan sendirinya namun telah meiigalami berbagai perkembangan
yang dapai dibagi dalam 3 (tiga) fase sebagai berikut
a iada tahap peitama viktimologi hanya meinpclajari korban kejahatan saja
pada fase ini dikatakan sebagai pehdl or special vtciimolo^
b Pada lase kedua viktimologi tidak hanya mengkaji masalah korban
Oadang Huwari Konsep Islam Memerungt AIDS dan NAA Cel XI (Ycgvakarta Ohaiiii iiakli Idaya 1997) hal 153 Made Danaa Wi da Op cil hal 200
kejahalan tetapi juga meiipuli korban kecelakaan Pada fase ini disebut
sebagai general victimology
c Fase ketiga Vikt imologi sudah berkembang lebih luas lagi yaitu mengkaji
permasalahan korban karena penyalahgunaan kckuasaan dan hak-hak asasi
manusia Fase ini dikatakan sebagai new viciimology
Berdasarkan pengertian di atas nampak je las bahwa yang menjadi
obyek pengkajian dari viktimologi diantaranyu pihak-pihak mana saja yang
terlibat atau mcmpengaruhi terjadinya suatu viktimisasi kriminal
bagaiinanakah respon terhadap suatu viktimisasi kriminal faktor penyebab
terjadinya viktimisasi kriminal bagaimanakah upaya penanggulangannya
dan sebagainya
C R u a i i g L i n g k u p Victimologi
Vikt imologi mencliti topik-topik teiilang korban scperti peranan
korban pada terjadinya kejahatan hubungan antara pelaku dengan korban
rentannya posisi korban dan peranan korban dalam sistem peradilan pidana
Selain itu menurut Muladi viktimologi merupakan suatu studi yang bertujuan
untuk
1 Menganaiisa berbagai aspek yang berkaitan dcngan korban
2 Berusaha untuk memberikan penjelasan sebab musabab terjadinya
vikt imisasi dan
3 Mengembangkan sistem tindakan guna mengurangi penderitaan manusia
^Suryono Ekolaina ST Harum Pudjianlo RS dan G Wiraiama Abortus Iruvocalus Ba^ Korban Perkosnan Persxkif Viktimologi Kriminologi Jan Hukum Pidana Edisi PcrUtma Culakari lurlunii (Jakiiria Univcrsilas AlmaJaya 2001) liul 174 ^ibidMl I7()
12
Menurut JE Sahetapy ruang lingkup Viktimologi meliputi bagaimana
sescorang (dapat) menjadi korban yang ditentukan oleh suatu victimity yang
lidak selaiu berhubuiigan dengan masalah kejahatan termasuk pula korban
kecelakaan dan bencana alam selain dari korban kejahatan dan penyalah
gunaait kekuasan^ Namun dalam perkembangannya di tahun 1985
dipeiopori oleh Separovic yang mempelopori pemikiran agar Viktimologi
khusus niengkaji korban karena adanya kejahatan dan penyalahgunaan
kckuasaan dan tidak mengkaji korban karena musibah alau bencana alam
karena korban bencana alam di iuar kemauan manusia out of mms will)
D Jenis dan Penggolungan Narkotika dan Psikotropilta
Dari kata penyalahgunaan narkoba menandakan bahwa narkoba tidak
selalu beimakna negatif Dengan begilu narkolika dan psokitropika yang
digunakan dengan balk dan benar oleh dokter unluk mengobati pasiennya
tidak termasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang disaialigLmakan Di
dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA (Narkotika Psikolropika
dun Zat ditir Lainnya) Dalam penelitian ini hanya dibahas tentang
narkotika dan psikolropika maka sebelumnya dipaparkan terlebih dahulu
berbagai jenis narkotika dan psikotropika sebagai berikut
a) Narkolika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari lanaman atau
TbUi Miiiadi HAM Halam Persepkiif Sislem Peradilan Pidana datam Muladi (cd) Hak Asas) Manusia Hakclal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspeklif llukum dan Masyarakat (Bandung Refikii Aditama 2005) hal lOX VfiWDial 109 Subagyo Partediharjo Op cil hal 11
13
bukan tanainan baik sintesis maupun bukan sintesis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa
Zat ini dapal mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat
meninibulkan ketergantungan Menurut Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika Narkolika adalah at atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun
semisimetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri
dan dapat nienimbulkati ketergantungan yang dibedakan kc dalam
golongan-goiongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang in i
Narkotika memiliki daya adikasi (ketagihan) yang sangat berat
Narkolika juga memiliki daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual
(kebiasaan) yang sangat tinggi Ketiga sifat narkolika ini yang
menyebabkan pemakai narkotika tidak dapat lepas dari cengkeramannya
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
Jenis jenis narkotika dibagi ke daiam 3 (tiga) kelompok yaitu narkotika
golongan I golongan I I dan golongan I I I
Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbaiiaya
karemi daya adilifnya sangat tinggi Golongan ini tidak boleh digunakan
untuk kcpentingan apapun kecuali unluk penelitian atau ilmu
pengetahuan Contohnya adalah ganja heroin kokain inorfin opium dan
lain-lain Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya
Ibid Posal 1 Ayal (I) Unilung-Undang Nomor 3 Tahun 2009 lenlang Narkotika
14
aditifkual tclapi bcrmaiilaal untuk pcngohatan dan penclilian tlonluhnya
adalah petidin dan turunannya benetldin belamctadol dan lain-iain
Sedanikaii narkulika golungaii Ml adalah narkotika yang niciniliki daya
aditif riiigan tetapi bermanfaat untuk penghatan dan penelitian Contohnya
adalali kudcin dun turunannya^
Berdasarkan cara pcmbuatannya narkotika dibedakan ke dalam 3
(tiga) golongatt juga yaitu narkolika atami narkotika semlsimesis dan
narkotika sintesis Dijelaskan sebagai berikut
1) Naikotika alami
Narkotika alami adalah narkotika yang zat aditithya diambil dari
(umbuhlumbuhan (atam) Contohnya
u tjaiija
Ganja adalah tanaman perdu dengan daun menyerupai daun
singkong yang tepinya bergerigi dan berbulu lialus Jumlah Jari
daunnya selalu ganjil yakni 5 7 9 Tumbuhan ini banyak lumbuh di
iieberapa daerah di Indonesia seperti Aceh Suinalera Ulara
Sumatera Selaian Pulau Jawa dan lain-lain Daun ganja ini sering
iligunakiin sebagai bumbu penyedap masakan Bila digunakan
ebagai bumbu iiuisak daya adilifnya rendah Namun lidak
ilemikian apabila dibakar dan asapnya dihirup Cara
|)cnyalahgunaunnya adalah dikcringkan dan dicampu dengan
icmbakiiii rokok atau dijadikan rokok lalu dibakar serta dihisap
Subagvo PurtoJiharjo Op cil hal 11-12
15
b Ilaisis
Hasis adaiah lanaman serupa ganja yang lumbuh di Amcrika
Latin dan Eiopa Daun ganja hasis dan mariyuana Juga dapat
disuling dan diambil sarinya Oatam bentuk cair harganya sangat
mahai Gunanya adalah unluk disaiahgunakan oleh pemadut-pemadal
kelas tinggi
c Koka
Koka adalah lanaman perdu mirip pohon kupi Huahnya yang
inatang bcrwama inerah seperti biji kopi Dalam komunitas
masyarakat Indian Kuno biji koka sering digunakan untuk
inenambah kekiiatan orang yang bcrperang atau bcrburu binalang
Koka kemudian bisa diolah menj adi kokain
d Opium
Opium adaiah bunga dengan bentuk dan wama yang indah
Dari getah bunga opium dihasilkan candu (opiat) Di Mesir dan
daratan Cina opium dahulu digunakan unluk mengobati beberapa
penyakit member kekuatan atau menghilangkan rasa sakil pada
lentara yang terluka sewaktu berperang atau berburu Opium banyak
lumbuh di segiliga emas antara Burma Komboja dan Thailand
atau di daratan Cina dan segitlga emas Asia Tengah yaitu daerah
antara Alganistan Iran dan Pakistan
Dalam kalangan perdagangaii liilernasional ada kebiasaan
ftW hal 14
16
(keliru) tncnamai daerah tempat peuanamuii opium sebagai daerah
emas Diberi nama demikian karena perdagaiigan opium sangat
mengimtiingkan Karena bahayanya yang besar daerah seperti ilu
keliru jika diberi nama predikat emas Daerah sumber produksl
opium sepantasnya disebut segitlga setan atau segitlga iblis
2) Narkotika semisintcsis
Narkotika semisintesis adalah narkotika alami yang diolah dan
diambil zat aktifnya (intisarinya) agar memiliki khasiat yang lebih kuat
schmgga dapat dimanfaatkan untuk kepcnlingan kedokteran
Contohnya
a Morfm dipakai dalam dunia kedokteran unluk menghilangkan rasa
sakit alau pembiusan pada operasi (pcmbcdahan)
b Kodein dipakai unluk obat penghilang baluk
c Heroin tidak dipakai dalam pengobatan karena daya adilifnya
sangat besar dan matifuatnya secara medis belum
ditemukan Dalam pcrdugangan gelup heroin diberi nama
pulaw atau pete atau pt Henlnknya seperti tepun terigu
yang halus pulih dan agak kotor
d Kokain liiisll olahati dari biji koka
3) Naikotika sintesis
Narkotika sintesis adalah narkotika palsu yang dibuat dari bahan
kimia Narkotika ini digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi
oraiig yang menderita kclcrgantungun Contohnya
17
a Ietidin unluk obat bius lokal operasi kccil sunal dan
sebagainya
b Melhadon unluk pengobatan pecandu narkoba dan
c Naltrexon untuk pengobatan pecandu narkoba
Selain unluk pembiusan narkolika sintesis biasanya diberikan
oleh dokter kcpada penyalahgiina narkoba untuk menghcntikan
kebiasaannya yang tidak kuat melawan sugesti (relaps) atau sakaw
Narkotika sintesis berfungsi sebagai pengganti senientara Bila sudah
bciiar-bcnar bcbas asupan narkoba sintesis in dikurangi sedikil demi
sedikit sampai akhimya berhenti total
b) Fsikotropika
Pengertian psikolropika menurut Pasal I Ayal ( I ) Undang-Undang
Nomor 5 Taliun 1997 tentang Psikotropika adalah Zat atau obat baik
alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif
melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusal yang menyebabkan
perubahan khas pada uktivitus mental dan perilaku
Pengertian Psikolropika di daUim Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika tidak ditemukan Hal tersebut sehubungan
dengan ketentuan di dalam Pasal 153 huruf b yaitu Lamplran mengenai
jenis Psikotropika Golongan 1 dan Golongan II scbagaimana tercantum
dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika (lcmbaran Ncgara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor
10 Tambahan Lcmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671) yang
18
telah (iipindahkan menj adi Narkotika Golongan I menurut UndangUndang
ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku Oleh karenanya dalam Undangshy
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tidak ada lagi di dalam pasal-pasal nya
yang mengatur mengenai Psikotropika karena sudah dlmasukkan ke dalam
golongan Narkotika
Sesuai dengan pembahasan dalam penelitian ini masih
berhuijutigar dengan Psikotropika maka Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1997 tentang Psikotropika masih perlu untuk dibahas dalam penelitian ini
Menui iil undangumlang tersebut Psikolropika adalah zal atau obal bukan
narkolika baik alamiah maupun sintesis yang memiliki khasiat psikoaktif
melaiui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas nonnal dan perilaku Psikotropika ini
merupakan obat yang digunakan oleh dokter untuk mngobali gangguan
jiwa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tenumg
Psikolropika psikotropika dikelompokkan ke dalam 4 (empat) golongan
Golongan I yaitu psikotropika dengan daya aditif yang sangat kuat
belum diketahui manfkilnya untuk pengobatan dan sedang diteliti
khasiiitnya saat ini Contohnya adalah MDMA ekstasi USD dan STP
Golongan U yakni psikolropika dengan daya aditif kuat serta berguna
untuk pengobatan dan penelitian Contohnya adalah amfelamin
metanifetamin metakualon dan sebagainya Golongan IH yakni
psikolropika dcngan daya adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan
dan penelitian Contohnya adalah lumibal buprenorsina flcenilrazepam
19
dan sebagainya Golongan IV yakni psikotropika yang memiliki daya
aditif ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian Contohnya
adalah netrazepam (BK Mogadon Duiiiolid) diazepam dan lain-lain^
Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika yang dimaksud dengan paslkotoplka adalah zat atau obat
baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif
melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang mcnyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku Psikotropika
dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut
1 Psikotropika golongan I yaitu psikolropika yang hanya dapat digunakan
unluk kcpentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi
sena mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan Contohnya ekstasi shabu LSD
2 Psikotropika golongan II yakni psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi danatau tujuan ilmu
pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan Contohnya amfetamin metilfenidat atau ritalin
3 Psikotropika golongan III yaitu psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi danatau unluk tujuan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan
sintlroma ketergantungan Contohnya pentobarbital Flunitrazepam dun
4 Psikotropika golongan IV yaitu psikotropika yang berkhasiat
Ibid ILil 15
20
pengobatan dan sangal luas digunakan dalam terapi danatau unluk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindrom ketergantungan Contohnya diazepam
bromazepam Fenobarbital klonazcpam klordiazepoxide nitrazepam
seperti pil BK pil Kopio Rohip Dum MG
Sedangkan kelompok dan jenLs psikotropika yang sering
disaiahgunakan antara lain
1 Psikostimulansia scperti amfetamin ekstasi dan shabu
2 Scdalif amp Hipnolika (obat penenang obat tidur) seperti MG BK
DUM Pil kopio dan lain-lain dan
3 Halusinogenika seperti lysergic acid dycthylamidc (USD) mushroom
Berdasarkan Ilmu farmukologi psikotropika dikelompokkan ke daiam 3
(tiga) golongan yakni dcpresan stinuilan dan halusinogen sebagai
berikut
1 Kelompok dcpresanpcnekan syaraf pusatpenenangobat tidur
Contohnya adalah valium BK rohipnol mogadon dan lain-lain
Jika diminurn obat ini dapat memberikan rasa tenang menganluk
rasa tcnteruni dan damai Obat ini Juga menghilangkan rasa takut
dan gelisah
2 Kelompok stimuiaiiperangsang syaraf pusaianti tidur Conlohnya
adalah amfetamin ekstasi dan shabu Ekstasi berbentuk tablet
berancka bentuk dun wama Amfetamin berbentuk tablet bcrwama
-Aid hal 16-17
21
pulih Bila diiriinuni obal ini mcndalangkan rasa gembira hilangnya
rasa pemiusuhiui hilangnya rasa marali ingin selalu aktif badan
terasa fit dan lidak merasa lapar Daya kerja otak menjadi scrba
cepat namun kurang lerkendali Shabu berbentuk tepung kristal
kasar berwarna pulili hersih seperti garani
3 Kelompok halusinogen Halusinogen adalah obat at tanaman
makanan yang dapat meninibulkan kiiayaian contohnya yailu LSD
Lysergic Acid Dicihyltamide) getah lanaman kaklus kecubung
jamur tertentu (misceiine) dan ganja Bila diminurn spikotropika
jenis in dapat menimbulkan kliayalan tentang peristiwa-peristiwa
yang mengerikan khayalan tentang kenikmatan scks dan
sebagainya Kenikmatan didapat oleh pemakai setelah pemakai sadar
bahwa perisfiwa mengerikan ilu bukan kenyataan atau karena
kenikmatankenikmatan yang dialami walaupun hanya khayalan
BAB III
PEMBAHASAN
A Faktor yang Mcnyebabkan Terjadinya Penyalahgunaan Narkotika dan
Psikotropilta
1 Faktor yang Bersunibcr Dari Individu
Menurut Luthfi Buraja terdapat 3 (liga) pcndekatan untuk
tcrjadinya penyalahgunaan dan ketergantungan terhadap narkotika dan
psikotropika yaitu peridekalan orgunobilogik psikodinamik dan
psikososial Ketiga pendekatan tersebut tidaklah berdiri sendiri melainkan
saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya Dari siidut pandang
organobiologik (sususan syaraf pusatotak) mekanismc terjadinya adiksi
(ketagihan) hingga deperidcnsi (ketergantungan) dikenal dengan dua istilah
yaitu gangguan mental oragnik atau sindrom otak organik seperti gaduh
gelisah dan kekacauan dalam fungsi kognilif (alam pikiran) efektif (alam
perasaanemosi) dan psikomotor (perilaku) yang disebabkan efek
langsung terhadap susunan syaraf pusat (otiik)^^
Sescorang akan mcnjadi ketergantungan terhadap narkotika dan
psikotropika apabila seseorang dengan tems-menenis diberikan zat
tersebut Hal ini berkaitan dengan teroi adaptasi sekuler mum
adaptaiUm) tubuh beradaptasi dengan menambah jumlah teseptor dan seishy
se syaraf bekcrja kcras Jika zat dihenlikan sel yang masih bekerja kcras
Luthll Uaraja Makalali Gangguan Mciilul dan icrilaku Akibut Nurkuba Disampalkim pada Seminar tentang Narkoba di SMK Iptck lakarla hal 2
22
23
tadi mengaiami kelmLisaii yang dari kiar tampak sebagai gejala-gejala
putus obal Gejala putus obat tersebut mcmaksa individu untuk
mengulangi pemakaian zal tersebul
Faktor predisposisi individu dengan gangguan kepribadian (anti
sosial) ditandai dengan pcrasaan lidak puas terhadap orang lain Selain itu
yang bersangkutan tidak inampu untuk berfungsi secara wajar dan efektif
dalam pergaulan di rumah di sekoiah atau di tempat kerja gangguan lain
sebagai penyerta berupa rasa cemas dan depresi Untuk mengatasi
ketidakniainpuan dan mcnghiiangkan kccemasan atau depresinya maka
individu tersebut cenderung untuk menggunakan narkoba Semestinya
individu itu dapat mengobati dirinya dengan datang ke dokterpsikiater
untuk mendapatkan terapi yang tepat sehingga dapat dicegah
keterlibatannya dalam penggunaan narkotika dan psikotropika
Secara umum mereka yang menyalahgunakan narkotika dan
psikotropika dapat di bagi ke dalam 3 (tiga) golongan besar yaitu
1 Ketergantungan primer ditandai dengan adanya kecemasan dan
depresi yang pada umumnya terdapat pada orahg detigah kepfibadlah
yang tidak stabil
2 Ketergantungan simtomatis yaitu penyalahgunaan narkotika dan
psikotropika sebagai salah satu gejala dari tipe kepribadian yang
mendasarinya pada umumnya terjadi pada orang yang kepribadian
psikopatik (anti sosial) kriminal dan pemakaian narkotika dan
Ai4hal K
24
psikotropika untuk kesenangaii sematu
3 Ketergantungan reaktif yaitu terdapat pada remaja karena dorongan
ingin tahii pengaruh tekanan dan lingkungan tenian atau kelompok
sebaya peer group pressure)
Ada beberapa faktor internal dan ekslernal yang mcnjadi penyebab
individu menyalahgunakan dan menjadi ketergantungan terhadap
narkotika dan psikotropika Menurut Sudarsono bahwa penyalahgunaan
narkolika dan psikotropika di latar belakangi oleh beberapa sebab yaitu
1 Untuk membuktikan kebcranian dalam melakukan tindakan-tindakan
yang berbaiiaya seperti ngebut dan bergaul dengan wanita
2 Meniinjukkan tindakan yang menenlung orang tua guru dan norma
sosial
3 Mempermudah penyaluran dan mempermudah perbuatan seks
4 Melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh peiigalamaii-
pengalainan einosional
5 Meneari dan menemukan aril hidup
6 Mengisi kekosnngan dan kesepian hidup
7 Menghilangkan kegelisahan frustasi dan kepepel hidup
8 Mengikuti kemauan kawan-kawan dahim rangka pembinaan solidaritas
dan
9 Iseng-iseng saja dan rasa ingin tahu
Menurut hasil penelitian Dadang Hawari bahwa di anlara faklor-
Sudujsono Kenakalan Remaja cel ii (Jakarta Rineka Cipta 1992) 1ml 67
25
faktor yang berpcran dalam penggunaan narkotika dan psikolropika
adalah
1 Faktor kepribadian anti sosial dan psikopatik
2 Kondisi kejiwaan yang mudah merasa keeewa atau depresi
3 Kondisi keluarga yang meliputi keutuhan keluarga kesibukan orang
tua hubungan orang tua dengan anak
4 Kelompok teiiian sebaya dan
5 Narkotika dan psikotropika itu sendiri mudah diperoleh dan tersedianya
pasaran yang resmi maupun lidak resmi
Menurut Siibagyo Partodiharjo secara individu terdapat beberapa
faktor yang mcmpengaruhi sescorang dapat menyalahgunakan narkotika
dan psikotropika Alasan ini merupakan alasan yang bersumber dari diri
sendin atau pemakai narkotika dan pasikotropika tersebut yakni sebagai
berikut
a Ingin tahii
Perasaun ingin tahu biasanya diniiliki oieh generasi muda pada
umur setara siswa SD SLTP dan SLTA Bila di hadapan sckelompok
anak muda ada seseorang yang inemperagakan uikmatnya
mengkonsumsi narkotika dan psikolropika maka didorong oleh naluri
alami anak muda yaitu keingintahuan maka salah seoariig dari
kelompok itu akan maju mencobanya Selain didorong oleh
keingintahuan keberaniannya juga karena didesak oleh gejolak dalam
Mardiini foc cil hai 102 ^ Subagyo RatoiJlliarjo ioc cil liiil 72-74
26
jiwanya yang ingin dianggap hebal pemberani dan pahlawan di antara
temanteinan sehayanya Maka jatuhlah satu orang anak dalam pelaku
setan
Dalam kondisi seperti itu reaksi kawan-kawan sebayanya
berbeda-bcda
1 Ada yang ingin menyaingi menunjukkan bahwa dirinya lebih hebat
lagi lalu memakai
2 Ada yang ingin tahu kemudian ikut memakai dan
3 Ada yang sella kawan lain ikut memakai juga
Sikap seperti inilah yang menyebabkan bandar atau pengedar
senang Mereka meiigincar generasi muda mahasiswa atau pclajar
karena 2 (dua) pertimbaiigan
1) Kalau salah satu anak muda kena maka anak muda yang lainnya
ikut kena sehingga konsumen cepat bertambah dan
2) Kalau anak muda kena maka anak muda tcrsebut akan mcnjadi
pemakai selia dalam waktii yang lama Berbeda dengan orang tua
yang cepat maii keuntungan komersial yang diperoleh dari
kelompok anak muda ini akan banyak
b Ingin dianggap hebal
Pcrasaan ingin dianggap hebat biasanya dimiiiki oleh generasi
muda Sepcrti ditcrangkan di atas salah satu sifat alami yang positif
dari generasi muda adalah daya saing Sayang sekali karena
kelidaktahuan sifat positif ini juga dapat dipakai untuk masalah negatif
27
Silat positif ini scharusiiya didorong unluk berlomba daluin preslasi
pada bidang pcndidikan kesenian olah raga dan lain-lain yang
bermanfaat bagi kehidupan
Bila sikap ingin berkonipctisi ini diarahkan untuk
mengkonsumsi narkolika dan psikolropika akibatiiya sungguli
mengerikan yailu kcgagalan hidup dan kesengsaraan Pemakai hanya
dapat dianggap hebat oleh lingkungan kecil pcniakai narkotika dan
psikotropika Di masyarakat luas pemakai hanya menuai cerca dan
nista
c Rasa setia kawan
Perasaan setia kawan sangat kuat dimiiiki oleh generasi muda
Jika lidak mendapatkan penyaluran yang posilif sifai positif tersebut
dapat berbahaya dan mcnjadi negatif Bila (cmannya memakai
narkotika dan psikotropika maka individu tersebul ikut juga memakai
Bila temannya dimarahi orang tuanya atau dimusuhi masyarakat maka
pemakai membela dan ikut bersimpatik
Sikap seperti itulah yang menyebabkan anak ikut-ikutan
Awalnya hiuiya satu orang yang merokok kemudian semuanya menjadi
perokok Setelah semuanya merokok sntu orang mulai memakai ganja
lalu yang lainnya ikut sehingga menjadi sekawanaii pemakai ganja
Selelah semua memakai ganja satu orang memakai ekstasi kemudian
semuanya ikut demikian selerusnya meningkat menjadi shabu dan pada
akhirnya menjadi pemakai putaw
28
d Rasa kccewa truslasi kcsai
Pcrasaan kesal kcccwa atau (rustasi biasanya terjadi karena
kegagalan pada generasi muda eksckutif mudu suami atau istri
Pcnggiiiiaan narkotika dan psikolropika pada kelompok ini bertujuan
untuk sesaat melupakan kekccewaan kckesaian dan fi-uslasi Kondisi
masyarakat yang carut martit tclah banyak melahirkan kekccewaan
kekesalan bahkan Iruslasi Narkolika dan psikotropika dapat
melupakannya sesaat tetapi tidak untuk mengatasi masalah yang
sesungguhiiya
Hubungan buruk yang disebabkan oleh kcgagalan
berkomuiiikasi antara orang tua dengan anaknya dapat menyebabkan
rasa kesal Hal ini mcnjadi faktor pemicu pemakaian narkotika dan
psikotropika oleh anak Intcraksi anlara orang tua dcngan anak tidak
cukup hanya berdasarkan niat baik Cora berkoniunikasi juga harus
baik Masing-masing pihak harus memiliki kcsabaran untuk
menjclaskan isi hatinya dengan cara yang tepat Banyak sekali konfllk
di dalam rumah tangga yang terjadi hanya karena salah paham atau
kekeliman berkoniunikasi Kekeliruan kecil itu dapal bcrakibat fatal
yaitu masuknya narkotika dan psikotropika ke dalam keluarga
Kekccewaan kekesalan dan frustasi dapal terjadi karena
kekeliruan dalam berkomunikasi terhadap beberapa faktor berikut i n i
I ) Komunikasi anak dengan orang tua
IbUI hiiJ 74
29
2) Komunikasi antar anak
3) Komunikasi di lingkungan eksekulifinuda dan
4) Komunikasi antara suami istri
e Ingin bebus dari rasa sakil atau pusing
Penderila pcnyakit beral yang kronis dan tidak kunjuiig sembuh
misalnya Ranker hati luka bakar uka tusuk wasir Ranker paruparii
migreii eneok pengapuran dan lain-lain sclalu merasakan sakit yang
iuar biasa karena penyakitnya Rasa sakit tersebut sering kali tidak
dapat dihilangkan dengan obat pengtiiiang rasa sakit biasa (anaigetik)
sehingga peiiderilanya mencoba narkotika atau psikotropika
Narkotika maupun psikolropika dapat menghilangkan rasa sakit
tersebut tetapi tidak menyembuhkan penyakitnya Ceiakaiiya pemakai
yang bersangkutan malah mendapat maslah baru yaitu ketergantungan
dengan segala komplikasinya yang justru menjadi lebih berbahaya
f Ingin menikmati rasa gembira tampii lincah energik dan mengusir
rasa sedih dan malas
Para eksekudf dan sciebritis biasanya memiliki gaya hidup yang
trendi Mereka merasa dituntut untuk selalu lampil lebih prima Dengan
mengkonsumsi naikotika atau psikolropika mereka dapat tampii prima
dan percaya diri karena kehilangan rasa malu walaupun sesungguhnya
tidak demikian
Perasaan hebat tersebut di atas seharusnya dicapai melaiui tekun
berolah raga hidup teratur meningkatkan kualitas fisik mental
30
inlclckUial dan mocaiiiyii Riikan ineiigamhit jalan piiitas dcngan tampii
seotah-olah prima niclalui manipulasi atau lipuan melaiui
mengkonsumsi narkotika atau psikolropika tersebut Pcnampilmi prima
yang semu atau atau tipuan itu lambat laun akan terungkap juga
sehingga [ania-keiamaan akan kelahuari juga jati dirinya yang
sesungguhnya itu
g ingin tampii iangsing
Narkolika dan psikotropika terscbut juga banyak digunakan oleh
artis dan ibu-ibu rumah tangga yang berbadan gemuk untuk
melangsingkan lubtihnya Narkotika alau psikotropika dengan jenis
tertentu ada juga yang dapat menghilangkan nafsu makan sekaligus
menambali aktivitas fisik sehingga dapat menurunkan beral badun
h Takut mengalami rasa sakit (sakaw)
Pengguna jenis narkotika atau psikolropika tersebut yang sudah
menjadi pemakai tetap (pemadat) akan mengalami rasa sakit (sakaw)
bila tidak memakainya Karena takut merasakan penderitaan maka
pemakai tersebut terus memakainya sehingga menjadi pemakai yang
sella junkies) Banyak pemakai narkotika dan psikotropika ini yang
setia adalah orang-orang yang merasa terpaksa memakai sebab kalau
lidak memakainya mereka akan mengalami sakaw
Kebanyakan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika
dimulai atau terdapat pada masa remaja sebab masa remaja yang
sedang mengalami perubahan biologik psikologik maupun sosial yang
31
pesat merupakan individu yang rentan untuk nienyaiahguriakan
narkotika maupun psikotropika terscbut Anak atau remaja dcngan ciri-
ciri tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi
penyalahgunanya Ciri-ciri tersebut anlara lain^
a Cenderung memberontak dan menolak otoritas
b Cenderung memiliki gangguan j iwa lain (komorbiditas) seperti
depresi cemas psikotik keperibadian dissosial
c Perilaku menyimpang dari aluran atau norma yang berlaku
d Rasa kurang percaya diri low selw-confulence) rendah diri dan
memiliki citra diri negatif (ow setf-esleem)
e Sifal mudah keeewa cenderung agresif dan destruktlf
f Mudah murung pemalu pendiam
g Mudah merasa bosan dan jenuh
h Keingintahuan yang besar untuk meneoba atau penasaran
i Keinginan untuk bersenang-senang [just for fun)
j Keinginan untuk mengikuti mode karena dianggap sebagai lambang
keperkasaan dan kehidupan modem
k Keinginan untuk diterima dalam pergaulan
1 Identitas diri yang kabur sehingga merasa diri kurang jantan
mTidak siap mental untuk menghadapl tekanan pergaulan sehingga
sulit mcngambil keputusan untuk menolak tawaran NAPZA dengan
tegas
Tom Kus dan Tedi Btihava NAPZA Bagi Pelajar (Bandung Yayasan Al-Ghilari Morgan im) hal 14
32
n Kemampuan komunikasi rendati
o Melarikan diri dari scsuatu (kebosaiian kcgagalan kekccewaan
kclidakmampuan kesepian dan kegcliran hidup dan lain-lain)
p Putus sekoiah dan
q Kurang menghayati iman atau kcpcrcayaaiinya
Menurut Tim Badan Narkotika Nasional hahwa terdapat
beberapa iaklor yang menyebabkan sescorang alau individu
menyalahgunakan narkolika dan psikotropika anlara lain
1) Keingintahuan yang besar untuk mcncoba tanpa sadar alau berlikir
panjang tentang akibatnya dikemudian hari
2) Keinginan unluk mencoba-coba karena penasaran
3) Keinginan untuk bersenang-senang
4) Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya hidup
5) Keinginan untuk dapat diterima daiam suatu kelompok
6) Lari dari masalah kebosanan atau kegetiran hidup
7) Pengertian yang salah bahwa mcncoba sckali-kali lidak akan
menimbulkan masalah
8) l idak mainpu alau tidak berani menghadapl tekanan dari lingkungan
alau kelompok pergaulan unluk menggunakan narkolika dan
psikotropika dan
9) Tidak Japal atau mampu mengatakan tidak pada narkotika dan
psikotropika
Tim INN Loc di
33
Berdasarkan peinaparaii Icrscbut di atas dengan demikian
bahwa individu didorong oleli beberapa faktor untuk menyalahgunakan
pemakaian narkotika dan psikotropika tersebut sehingga menjadi
individu yang mengalami ketergantungan berikut ini disebutkan
beberapa faktor adalah
1) Ingin tahu dan Ingin mencoba rasa memakai narkotika atau
psikotropika bagi kalangan anak muda)
2) Ingin dianggap lebih hebat dari orang Iain pada orang muda)
3) login membuktikan kesetiakawanan (pada orang muda)
4) Dianggap paling tepat untuk mengatasi perasaan keeewa j en gkel
dan frustasi (pada suami istri yang mengalami konllik rumah
tangga)
5) Dianggap cara yang paling mudah untuk menghalau rasa sakit pada
tubuh (pada penderita penyakit yang kronis)
6) Dianggap cara yang paling ampuh untuk mendapatkan perasaan
tenang damai atau gembira (pada suami istri yang mcnghadapi
konflik rumah tangga)
7) Dianggap cara yang paling mudah untuk melangsingkan lubuh (pada
ibuibii rumali tangga atau wanita yang bertubuh gemuk)
2 Faktor yang Bersumlicr dari Lingkungan
Faktor lingkungan tidak mampu mencegah atau mengurangi
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika bahkan membuka kesempatan
pemakaian narkotika dan psikotropika Yang dimaksud dcngan faktor
34
kesempatan di sini adalah tersedianya siluasi-situasi yang nieiiiungkinkan
untuk memakai narkolika atau psikolropika di waktu-vvaklu luarig di tempat
rekreasi atau hiburan diskotik pesia dan lain-lain Atau mungkin lingkungan
masyarakat yang tidak mampu mengendalikan bahkan membiarkan penjualan
alau pcrcdaran geiap narkotika dan psikotropika misalnya karena lemahnya
penegakan hukum penjualan narkolika dan psikotropika secara bcbas bisnis
narkotika dan psiktilropika yang terorganisir mudahnya memperoleh
narkotika dan psikotropika dan lain-lain
raklor yang bersumber dari lingkungan yang mcnyebabkan individu
dapat menyalahgunakan pemakaian narkotika dan psikotropika merupakan
laktor kontribusi masukaii dari Iuar individu) dimana sesttorang dengan
kondisi keluarga tidak baik akan merasa tertekan dan rasa lertekan inilah
sebagai faktor penyerta bagi dirinya untuk terlibat dalam penyalahgunaan
narkotika dan psikotropika tersebut Disfungsi keluarga yang dimaksud antara
lain adalah keluarga yang tidak utuh kedua orang tua yang tcrlalu sibuk dan
lingkungan interpersonal dengan orang tua yang tidak baik Di samping itu
faktor pencetus seperti pengaruh teman sebaya tersediu dan mudah
didapatkan mempunyai andil sebagai faktor pencetus sescorang atau individu
terlibat ke dalam penyalahgunaan yang mengakibatkan ketergantungan
terhadap narkotika dan psikotropika Dari sudut pandang psikososial
penyalahgunaan narkotika dun psikolropiku dapat terjadi sebagai akibat
negatif dari intcraksi tiga kiitub sosial yang tidak kondtisif yaitu kutub
Lulhli ilurnju Op cil
35
keluarga kutub sekolahkupus dan kulub masyarakat
Faktor lingkungan meliputi faktor kciuarga dan lingkungan pergaulan
balk dlsekltar rumah sekoiah teman sebaya maupun masyarakat Banyak
pengguna Narkotika dan Psikolropika yang berasal dari keluarga yang lidak
harmonis Keluarga seharusnya mcnjadi wadah untuk menikmati kebahagiaan
dan curalian kasih sayang wahana silih asih silih asah dan silih asuh
Namun pada kenyataannya keluarga sering sekali justru menjadi pemicu
sang anak mcnjadi pemakai hal tersebut disebabkan karena kciuarga tersebut
kacau balau Hubungan antara anggota keluarga dingin bahkan tegang atau
bermusuhan
Komunikasi antara ayah ibu dan ariak-anak sering sekali
menciptakan suasana konflik yang tidak berkesudahan dimana bahwa
penyebab konllik tersebut sangal beragam Solusi semua konflik adalah
komunikasi yang baik periuh pcngerlian saling menghargai dan menyayangi
serta ingin selalu membahagiakaii
Konflik di dalam keluarga dapat mendorong anggota keluarga merasa
frustasi sehingga lerjebak memilih narkotika dan psikolropika sebagai
solusinya Biasanya yang paling rentan terhadap stres adalah anak kemudian
suami dan istri sebagai benleng terakhir Beberapa faktor yang bersumber
dari lingkungan keluarga yang dapat mempengaruhi seseorang atau individu
tertentu icrjun kc dalam lingkungan penyalahgunaan narkotika dan
36
psikotropika tcrsebut antara lain adatuh
a Koniimikasi niang tua-aiiak kiii-ang baikcfektif
b Hubungan dalam keluarga kunmgharmonisdisfimgsi dalam keluarga
c Orang tua bercerai bcrscitngkub atau kawin lagi
d Orang lua tcrlalu sibuk aUiu tidak acuh
e Orang tua oloriter alau scrba melarang
f Orang tua yang serha nieinbolehkan (pcrmisil)
g Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teiadan
h Orang tua kurang peduli dun tidak tahu dengan masalah narkolika
i Tata terlib alau disiplin keluarga yang selalu bcrubah (kiiiaiig konsisten)
j Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam kciuarga
dan
k Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahguna narkotika
dan psikotropika
Sitimsi buruk dalam keluarga yang soring menyudiitkan anak ke arah
narkotika dan psikotropika adalah
1) Anak merasa kurang mendapatkan kasih sayang dalam keluarga merasa
kesal keeewa dan kesepian
2) Anak merasa kurang dihargai kurang mendapatkan kepcrcayaan dun
selalu dianggap salah
3) Anak mengalami konflik dengan orang tua dalam masalah pacaran
memilih pasangan hidup atau meneniukan pilihan profesi cila-elta dan
Mardani Loc cil lial 99 AW hal 100
37
sebagainya
4) Anak kesal dan keeewa karena ayah dan ibuiiya kurang lianiionis dan
sering bertcngkar (broken home)
5) Suami thtsirasi karena tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapinya
dengan islrinya
6) Istri fnistrasi akibat konllik dengan suami tentang masalali ekonomi atau
adanya wanita lain di samping suami
Banyak pengguna narkotika dan psikolropika yang pada awalnya
dimulai karena pengaruh dari orang lain Bentuk pengaruh dari orang lain itu
dapat bervariasi mulai dari bujuk rayu lipii daya sampai kepada paksaan
a) Tipu Daya
Banyak anak yang ditipu oleh kenalon teman sahabat atau pacar
Seperti mengajak meraka untuk memakai narkotika dan psikolropika
dengan bemacam-macain tipuan Dengan alasan yang digunakan bahwa
narkotika dan psikotropika adalah vitamin obat pil pintar pil sehat atau
food supplement Tipuan itu dapat juga berupa bujukan bahwa narkotika
dan psikotropika tidak tcrlalu berbahaya kalau tahu raliasianya Banyak
orang di dalam masyarakat yang dikira orang baik-baik namun lemyata
pengedar narkotika dan psikotropika Walaupun orang itu adalah kawan
sahabat saudara atau pacar sebagai pengedar penipu tersebul akan tcga
menipu maupun menjebak kita Pengedar narkotika dan psikotropika
sangat pandui mcmasarkan narkotika dan psikotropika tersebut Dengan
menawarkan narkotika dan psikotropika sebagai mmn food supplement
38
pil scliat pil pintar dan sebagainya Dengan lipuan ini korban dari
kalangan kciuarga hannonis akan terjcrumus ke dalamnya Saat ini banyak
pemakai narkolika dan psikotropika dari keluarga harmonis bukan hanya
bull dari keluarga berantakan Banyak pekerja mahasiswa atau pelajar yang
tampii ioyo tertipu ketika kepadanya ditawarkan pil sehat vitamin atau pil
pintar Banyak pemuka agama juru dakwah atau pengkhotbah yang
tertipu karena pil sehal yang dlbelinya adalah narkotika dan
psikotropika Reaksi pemakaian narkotika dan psikotropika mula-mula
terasa menyehatkan dan membuat si korban tipuan terscbut sukses dalam
berdakwah atau berkhotbah Ibu rumah tangga juga dapat tertipu karena
ditawari pil pelangsing oleh saudara atau teman dalam arlsan dan lain-
lain Mulanya karena tipu daya akhimya setelah lerjebak menjadi
biasa
b) Bujuk rayu
Waftiia camlk pengedaf ftaTkotlka dan psikotFoplka biasanya menjebak
mangsa melaiui bujuk rayu Untuk memasarkun narkotika dan
psikotropika pengedar tersebut memilih profesi sebagai wanita penghibur
atau Wanita Tuna Susiala (WTS) Banyak eksekutif muda pekerja atau
bos-bos yang mulai memakai narkotika dan psikotropika karena rayuan
pekerja seks komersial hostess dan sebagainya Dalam mcmasarkan
narkotika dan psikotropika wanita tersebut merayu akan mau melayani
kencati kalau bersama-sama mengkonsumsi narkotika dan psikotropika
Subagyo Purlodlhario Loc cil hal 78
39
lebih dulu Muta-mula kurban memakai narkotika dan psikotropika karena
tergoda namun akhimya menjadi terbiasa
c) Paksaan
Banyak anak muda yang mengawali pemakaian narkotika dan psikotropika
karena dipaksa oleh sekawanun alau seseorang yang mengancam akan
mencelakainya Banyak pclajar atau nialiasiswa mengawali kebiasaan
memakai narkotika dan psikotropika dari keadaan terpaksa diancam oleh
sekawanan preman yang menghadang di tengah jalan Dari kelompok ini
pula terjaring pemakai yang berasal dari keluarga hannonis
Lingkungan sekoiah bagi pelajar tingkat SD SMP dan SMA
merupakan tempat yang stratcgls bagi para pelajar untuk menunjukkan jati
dirinya sehingga mereka terjun kepada penyalahgunaan narkotika dan
psikotropika ini faktor sekoiah yang merupakan bagian tcrpcnting yang
mempengaruhi adalah
a Sekoiah yang kurang disiplin
b Sekoiah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjiial narkotika atau
penjual psikolropika
c Sekoiah yang kurang member] kesempatan pada siswa untuk
mengembangkan diri secara kreatif dan positif
d Adanya murid pengguna narkotika atau psikotropika
Kartini Kurtono op cil hivl 124
40
B Pengaturan Sanksi Pidana Terhadaj) Pcnyalahgunaaan Narkotika dan
Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau
dari Perlindungan Terhadap Korban
Dalam hukum pidana di Indonesia terdapat adanya
ketldakseimbangan antara perlindungan korban kejahatan dcngan pelaku
kejahatan pada dasarnya mempakan salah satu pengingkaran dari asas setiap
warga negara bersamaan kcdudukannya dalam hukum dan pcmerinlahan
sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 sebagai
landasan konstitusional Perlindungan korban memiliki hubungan cral dcngan
teori pemidanaan yang dikemukakan Wirjono Prodjudikoro tujuan
pemidanaan adalah untuk niemenuhi rasa keadilan^
Ada Juga yang mengemukakan bahwa tujuan pemidanaan dapat
dilihat melalul 2 (dua) leorl mengenai alasan-alaitan yang membenarkan
(justification) penjatuhan hukuman (sanksi) yaitu Teori Absolut
(Vergeldingslheorie) dan Teori Relatif atau Doeitheorie Menurut Teori
Absolut (Vergeldingslheorie) tujuan pemidanaan sebagai pembalasan
terhadap para pelaku karena telah melakukan kejahatan yang mengakibatkan
kesengsaraan lerhadap orang lain alau anggota masyarakat sedangkan
Roeslan Saleh mengatakan sebagai reaksi-reaksi atasdelik yang berwujud
suatu nestapa yang scngaja dilimpakan ncgara kcpada pembuat delik
Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana Cctakan Iuriania (Jakarta Sinar Gnitlka2(W5)hii4
lcduu Mdipaung Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cctakun IcrliirMii (Jukiirtu Sinur Gratika 2005) hal 4
kiwsUin Saleh Shdsel Pidana Indonesia (Jukarlu liinn Aksara 19K7) hal 5
41
Menurut Teori Relatif Doeltheurie) tujuan pemidanaan adalah
a Menjerakan agar si pelaku atau terpidana menjadi jera dan tidak
mengulangi lagi perbuatannya specials presenile) sena masyarakat umum
agar mengertahui jika melakukan perbuatan yang sama akan mengalami
hukuman yang serupa atau disebut pula generalpreventte
h Memperbaiki pribadi si terpidana berdasarkan perlakuan dan pcndidikan
selama menjalani hukuman terpidana merasa menyesal dan tidak akan
mengulangi perbuatannya dan kcmbali kepada masyarakat sebgai orang
baik dan berguna dan
c Mcmblnasakan (menjatulikan hukuman mat) atau mcmbuat terpidana tidak
berdaya dengan menjatuhkan hukuman seiimur hidup
Pandangan di atas sangatlah wajar apabila beranjak dari pandangan
bahwa hukum pidana adalah hukum sanksi (hifzonderesancUerechl) sebab
dengan bertumpu pada sanksi itulah hukum pidana difungsikan untuk
menjamin keamanan ketertiban dan keadilan Dalam perkembangannya
ternyata tidak semua sarjana menyclujui maksud diadakannya pidana scperti
itu (sebagai suatu nestapa) karena muncul pendapat bahwa di samping pidana
ditujukan untuk memberikan penderitaan kcpada pelanggar atau mcmbuat
jera pemidanaan juga bertujuan agar pelaku dapat kembali hidup
bermasyarakat sebagaimana mestinya
Alasan yang paling inenonjol lerhadap upaya perubahan tersebut
adalah dengan meniperhatikan sisi kemanusiaan yang mcmandang bahwa
Ucdcn Mirpaung Opcil hal 4
42
sekalipiin tcrsangka telah melakukan kcsalahaii ia telap berkcdmiiikan sebagai
manusia utuh yang harus tetap diperlakukan sama dengan manusia lainnya
dan dilindungi hak asasi manusionya Karena itu pidana penjara saat ini
sedang mengalami masakrisis karena termasuk jenis pidana yang kurang
disukai Banyak kritik tajam ditujukan terhadap jenis pidana perampasan
kemerdekaan ini baik dllihat dari sudut efektifitasnya maupun dilihat dari
akibat-akibat lainnya menyertai atau berhubungan dcngan dirampasnya
kemerdekaan seseorang
Banyaknyu kritik yang diarahkan pada bentuk pemidanaan berupa
perampasan kemerdekaan (yang ditujukan untuk membuat jera pelaku)
sehingga berkembanglah bentuk pemidanaan lain yang dianggap lebih
manusiawi yaitu penjatuhan pidana berupa denda atau pemberian ganti
kerugian kepada korban Pemberian ganti kerugian pada awalnya merupakan
konsep kcperdalaan seperti halnya dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata yang mewajibkan setiap orang yang menyebabkan orang lain
menderita kerugian untuk membayar ganli rugi Dalam perkembangannya
konsep ini diterupkan pula dalam hukum pidana mengingat akibat yang
ditimbulkan pada korban tindak pidana akan selalu disertai dengan kerugian
baik mental fisik maupun material sehingga sangat wajar apabila korban pun
menuntui ganti kerugian pada pelaku guna memulihkan derita yang
dialaminya
Dengan memperhatikan pada beberapa teori klasik tentang tujuan
Uurtla Nawuwi Ariel Sislem Pemidanaan Menunii Konsep KIHP llaiu dan Latar Helakang Pemlklrannya Hahan Ienalaran Hukum Pidana V Undanu Kupang uinjyful 11 Juli-12 Agustus 1989
43
pemidanaan dapat disiinpulkan bahwa penjatuhan pidana lebih banyak
ditujukan untuk kepeiitingan pelaku dengan kata lain tujuan pemidanaan
hanya dimaksudkan imtuk mengubah perilaku dari pelaku kejahatan agar
tidak mengulangi lag perbuatannya sedangkan kcpentingan korban sama
sekali diabalkan
Perlindungan terhadap korban narkotika jika dihubungkan dengan
beberapa teori pemidanaan yang telah dipaparkan di atas maka peneliti
mengkaji bahwa dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang baru ini terdapat kescimbangan antara perlindungan terhadap
pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana bahwa berdasarkan sanksi
baik pidana maupun denda yang terdapat dalam undang-undang ini sangatlah
berat-berat dan tegas ]ni berarti bahwa undang-undang ini lebih
mementingkan korban dari pada pelaku kejahatan narkotika Mengingat
bahwa dengan adanya pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan
korban semakin banyak yang berjatuhan schingga daripada korbnnnya anak
bangsa yang memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara
Indonesia maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-
beratnya lerhadap si pelaku tindak pidana narkotika bahkan pidana mati atau
seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-
undang yang bam ini juga diatur mengenai rehabilitasi terhadap korban baik
korban yang diakibatkan oleh orang Iain maupun karena self victimizing
victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku itu sendiri
44
C Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Seif-
Victimizing Victims
1 Self-victimizing victims uarkotika dau psikotropika
Suatu viktimisasi adalah sebagai suatu permasalahan manusia yang
merupakan kenyataan sosial hal ini disebabkan karena setiap warga negara
berhak mendapatkan rasa aman dan bcbas dari segala bentuk kekerasan
sesuai dengan falsafah Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 Contohnya adalah seseorang akibat perbuatannya memakai
narkotika dapat menimbulkan bahwa si pemakai tersebut menjadi tidak
berdaya upaya dengan kata lain bahwa si pelaku telah menjadi korban
akibat perbuatannya sendiri yang menimbulkan perbuatan kriminal
Penyalahgunaan narkolika atau psikolropika merupakan perbuatan
kriminal karena telah melanggar ketentuan di dalam undang-undang yang
ada yakni Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tetang Psikotropika dan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Terlibatnya si
pelaku kejahatan atau tindak pidana yang menimbulkan kerugian terhadap
dirinya sendiri daiam hal inilah yang disebut dengan istilah self victimizing
victims yang merupakan bagian dari viktimisasi Sehubungan dengan itu
maka Wolfgang menyatakan beberapa Jenis viktimisasi ialah
1 Unrelated victims yaitu korban yang tidak ada hubungannya sama
sekali dengan terjadinya korban misalnya pada kasus kecelakaan
pesawat Dalam hal In tanggungjawab sepenuhnya terletak pada
Utplietin3|il(igspqtcom2()OSIOl|ukum-viktinivl9gihlml diakscs terakhir langgul l2Januari 2015
45
pelaku
2 Provocative victims yaitu seseorang yang secara aktif mendorong
dirinya menjadi korban misalnya kasus selingkuli dimana korban juga
sebagai pelaku
3 Participating victims yailu seseorang yang tidak berbuul tetapi dengan
sikapnya justru mendorong dirinya menjadi korban
4 Biologically weak victims yaitu mereka yang secara tisik memiliki
keleinalian atau potensi untuk mcnjadi korban misalnya orang tua
renla anak-anak dan orang yang tidak mampu bcrbual apa-apa
5 Socially weak victims Yaitu mereka yang memiliki kedudukan social
yang lemah yang menyebabkan mereka mcnjadi korban misalnya
korban perdagangan perempuan dan sebagainya
6 Self victimizing victims yaitu mereka yang menjadi korban karena
kejahatan yang dilakukannya sendiri pengguna obat bius judi aborsi
dan prostitusi
Dalam hal ini kedudukan viktimologi sebagai sebuah ilmu yang
mempelajari tentang korban memiliki peranan yang sangat penting ruang
lingkup viktimologi ini meliputi
1 Semua macam sciiap macam perbuatan kriminal yang mengakibatkan
orang-orang mcnjadi korban
2 Setiap orang atau pihak yang dapat menjadi korban baik orang
perorangan maupun suatu korporasi atau organLsasi
3 Setiap orang atau pihak yang dapal menimbulkan korban artinya
46
dimana disatu sisi orang terscbut dapat merugikan orang iain sehingga
orang tidak merasa aman akibat tindakanya
4 Cara-cara viktimisasi atau penimbulan korban
5 Bentuk-bentuk viktimisasi yang terdiri dari primary viclimizalion
adalah korban individualperorangan bukan kelompok secondary
victimizalion korbannya adalali kelompok misalnya badan hukum
tertiary Victimizalion yang menjadi korban adalah masyarakat luas
nun viciimozaiion korbannya tidak dapat segera diketahui misalnya
konsumen yang tertipu dalam menggunakan hasil produksi
6 Akibat viktimisasi
7 Pengaruh viktimisasi
8 Reaksi atau respons terhadap viktimisasi
9 Penyelesaian viktimisasi dan
10 Pengaturan yang berkaitan dengan viktimisasi (yang menjadi
perhatian viktimologi)
Studi viktimologi akan memberikan pemahaman kepada setiap
individu mengenai hak dan kewajibannya dalam rangka mengantisipasi
berbagai bahaya yang mengancamnya Viktimologi memberikan
sumbangan pemikiran mengenai masalah viktimisasi tidak langsung
dampak sosial polusi industri viktimisasi ekonomi politik dan
penyalahgunaan kewenangan Viktimologi ini juga memberikan dasar
pemikiran dalam penyelesaian viktimisasi kriminal atau factor viclimogen
dalam sistem peradilan pidana
47
Dari perspektif ikalan Korban Napza (IKON) l ial i yang dimaksud
sebagai korban adalah orangperorangan yang menderita secara langsung
dari penyalahgunaan napza dan tennasuk pula keluarga alau tanggungan
langsung dari korban Namun karena hukum dl Indonesia memandang
pengguna napza adaiah kriminal maka terjadilah dampak-dampak negalif
yang dialami oleh pengguna napza yang merupakan korban scperti
diskriminasi kriminallsasi kesehatan dan stigmatisasi Maka sebagai
korban IKON Bali mendorong agar dihentikannyadiskriminasi lerhadap
korban napza mendorong vonis rehabilitasi untuk korban napza
mendorong agar dihentikannya penyiksaan terhadap korban napza dan
yang terakhir adalah mendorong terpenuhinya hak atas kesehatan bagi
korban dan orang terinfeksi HIV Dengan melihat kondisi permasalahan
penanggulangan napza yang semakin tidak menentu dan meningkatnya
jumlah korban napza secara terus-menerus Maka Ikon Bali meminta
1) Penerapan SEMA Nomor 7 Tahun 2009 sebagai pemenuhan hak atas
kesehatan terhadap korban Mpza
2) Meminta kepada Pengadilan Negeri Denpasar untuk menjadi insiator
dalam penyusunan langkah teknis penerapan SEMA Nomor 7 Tahun
2009
3) Meminta kepada selunih instansi tcrkait untuk mulai meiigambil
langkah nyata dalam penanggulangan napza
43 Ibid
48
4) Meminta agar korban napza diperlakukan secara manusiawi tanpa
penyiksaan sligma dan diskriminasi
5) Ikon Bali mendukung secara penuh program-program pemerintab
dalam penanggulangan napza
2 Rehabilitasi terhadap self-victimizing victims
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
merupakan undang-undang yang baru menggantikan Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika Adapun pasal-pasal di dalam
undang-undang in yang mengatur mengenai perlindungan korban adalah
berbagai pasal-pasal yangmencantumkan rehabilitas kepada korban
maupun pelaku tindak pidana narkolika Pasal 1 ayat (16) meneniukan
defenisi mengenai rehabilitasi dipandang dari sisi medis yakni
Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara
terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan Narkotika
Sementara Itu dalam Pasal 1 ayat (17) ditentukan defenisi rehabilitasi
dipandang dari sisi sosial yakni Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses
kegiatan pemulihan secara terpadu baik fisik mental maupun sosial agar
bekas pecandu Narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosia dalam
kehidupan masyarakat
Diimdangkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang merupakan undang-undang baru ini tentu mempunyai
maksud dan tujuannya Adapun tujuan yang terdapat dalam Pasal 4 yang
berbunyi
49
Undang-Undang tentang Narkotika bertujuan
a Menjamin kelersediaiin Narkotika untuk kcpentingan peiayanan
kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
b Mencegah mclindungi dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari
penyalahgunaan Narkotika
c Memberanlas pcredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika dan
d Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi Penyalah
Guna dan pecandu Narkotika
Bentuk perlindungan terhadap korban dan pelaku kejahatan tindak
pidana narkotika di dalajn Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
disebutkan ada 2 (dua) macam yakni pengobatan dan rehabilitasi lerhadap
korban maupun pelaku Pada Pasal 53 ayat (3) tersebul di atas bahwa yang
dimaksud dengan buktl yangsah antara lain surat kctcrangan dokter
salinan resep atau labeletiket Selcngkapnya mengenai pengobatan
ditentukan dalam Pasal 53 yang berbunyi sebagai berikut
(1) Untuk kcpentingan pengobatan dan berdasarkan indikasi medis
dokter dapal memberikan Narkotika Golongan II atau Golongan III
dalam jumlah terbatas dan sediaan tertentu kepada pasien sesuai
dengan ketcnluan peraturan perundang-undangan
(2) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat ( I ) dapal memiliki
menyimpan danatau incmbawa Narkolika untuk dirinya sendiri
(3) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mempunyai bukti
yang sali bahwa Narkotika yang dimiiiki disimpan danatau dibawa
50
untuk digunakan diperoleh secara sail sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
Mengenai rehabilitasi terhadap korban dan pelaku tindak pidana
kejahatan penyalahgunaan narkotika merupakan suatu kewajiban bagi
pemerintah dan instansi masyarakat Sebagaimana ketentuan dalam Pasal
54 bahwa Pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika
wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial Dalam Pasal 56
disebutkan juga bahwa
(1) Rehabilitasi mcdis Pecandu Narkotika dilakukan di rumah sakit yang
ditunjuk oleh Menteri
(2) Lembaga rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan oleh instansi
pemerintah atau masyarakat dapat melakukan rehabililasi medis
Pecandu Narkotika setelah mendapat persetujuan Menteri
Kemudian dipertegas kembali dalam Pasal 57 bahwa selain melaiui
pengobatan danatau rehabilitasi medis penyembuhan Pecandu Narkotika
dapat diselenggarakan oleh instansi pemerintah alau masyarakat melaiui
pendekatan keagamaan dan tradisional Salah satu tugas dan wewenang
Badan Narkotika Nasional adalah meningkatkan kemampuan lembaga
rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu Narkotika baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat
Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 ini terdapat
pengecualian dalam hal luniutan pidana terhadap anak yang masih berada
di bawah umur Misalnya terdapat di dalam salah satu pasalnya yakni pada
51
Pasal 128 ayal ( I ) yang bcrbunyi Orang tua atau wali dari pecandu yang
belum cukup umur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) yang
sengaja tidak mciapor dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6
(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp 100000000 satu juta
rupiah) Tetapi di datam ketentuan tain yakni pada Pasal 128 ayat (2) dan
ayal (3) ditentukan bahwa anak yang masih di bawah umur tidak dapat
dituntut pidami selcngkapnya pasal tersebul berbunyi Pecandu Narkotika
yang belum cukup umur dan telah dilaporkan oleh orang tua atau walinya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat ( I ) tidak dituntut pidana
(Pasal 128 ayat (2)) dan Pecandu Narkotika yang telah cukup umur
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) yang sedang menjalani
rehabilitasi mcdis 2 (dua) kali masa perawatan dokter di rumah sakit
danatau lembaga rehabilitasi medis yang ditunjuk oleh pemerintah tidak
dituntut pidana
Pada awalnya narkotika digunakan unluk kcpentingan umat
manusia khususnya untuk pengobatan dan peiayanan kesehatan Namun
dcngan semakin bcrkembangnya ilmu pcngclaliuan dan teknologi
peruntukan narkotika mengalami perluasan hingga kepada hal-hal yang
negatif
Di dunia kedokteran narkotika banyak digunakan khususnya
dalam proses pembiusan sebelum pasien diopcrasi mengingat di dalam
narkotika terkandung zat yang dapat mempengaruhi perasaan pikiran serta
kesadaran pusieti Oleh karena itu agar penggunaan narkotika dapal
52
memberikan manfaat bagi kehidupanurnat manusia maka pcredarannya
harus diawasi secara ketat sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 60 sampai
dengan Pasal 63 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang menyebutkan
Pasai 60 ditentukan bahwa
(1) Pemerintah melakukan pembinaan terhadap segala kegiatan yang
berhubungan dengan Narkolika
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meiipuli upaya
a Memenuhi ketcrsediaan Narkotika unluk kcpentingan peiayanan
kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
b Mencegah penyalahgunaan Narkotika
c Mencegah generasi muda dan anak usia sekoiah
dalampenyalahgunaan Narkotika termasuk dengan memasukkan
pendidikanyang berkaitan dengan Narkotika dalam kurikulum
sekoiah dasarsampai lanjutan atas
d Mendorong dan menunjang kegiatan penelitian danatau
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di brdang
narkolika unluk kcpentingan peiayanan kesehatan dan
e Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis bagi
Pecandu Narkotika baik yang diselenggarakan oleh pemerintah
maupun masyarakat
53
Pasal 61 ditentukan baiiwa
(1) Pemerintah melakukan pcngawasan terhadap segala kegiatan yang
berkaitan dengan Narkotika
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
1 Narkolika dan Prekursor Narkolika untuk kcpentingan peiayanan
kesehatan danatau pengembangan Hmu pengetahuan dan
teknologi
2 Alat-alat potensial yang dapat disaiahgunakan untuk melakukan
tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkolika
3 Evaluasi keamanan khasiat dan mutu produk sebelum diedarkan
4 Produksi
5 impor dan ekspor
6 Pcrcdaran
7 Pelabeian
8 Tnformasi dan
9 Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Pasal 62 berbunyi Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasai 60 dan pengawasan sebagaimana
dimaksiiddalam Pasal 61 diatur dengan Peraturan Pemerintah Dan dalam
Pasal 63 disebutkan bahwa Pemerintah mengupayakan kerja sama
dengan ncgara lain danatau badan intcmasional secara bilateral dan
multiialeral baik regional maupun internasional dalam rangka pembinaan
dan pengawasan Narkotika dan Prekursor Narkotika sesuai dengan
54
kcpentingan nasional
Berdasarkan biinyi beberapa pasa di atas mengenai pengawasan
terhadap pentingnya peredaran narkotika wajib diawasi secara ketat
dikarenakan saat ini pemanfaatannya banyak untuk hal-hal yang negatif
D i samping itu melaiui perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi penyebaran narkotika sudah menjangkau hampir ke semua
wilayah di Indonesia hingga ke pelosok-pelosok Daerah yang sebelumnya
tidak pcrriah tersentuh oleh peredaran narkotika lambat laun berubah
menjadi sentra peredaran narkotika Begitu pula anak-anak yang pada
mulanya awam terhadap barang haram ini telah berubah menjadi sosok
pecandu yang siikar untuk dilepaskan ketergantungannya
Sebelum Iahimya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
mengenai narkotika diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997
tentang Narkotika namun undang-undang ini tidak dapat dipertahankan
lagi keberadaannya karena adanya perkembangan kualitas kejahatan
narkotika yang sudali menjadi ancaman serius bagi kehidupan umat
manusia Pengguna narkotika sangat beragam dan menjangkau semua
lapisan masyarakat mulai dari anak-anak hingga orang dewasa orang
awam hingga artis bahkan hingga pejabat publik
Efek negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan narkotika secara
berlebihan dalam jangka waktu lama serta tidak diawasi oleh ahlinya
dapat
menimbulkan berbagai dampak negatif pada penggunanya baik secara
55
fisik maupun psikis Bahkan tidak janing penggunaan narkotika dapat
memicu terjadinya berbagai tindak pidana Karena itu untuk mencegah
semakin mcluasnya dampak negalif yang ditimbulkan dari penggunaan
narkotika maka pengawasan tidak hanya terbatas pada peredaran
narkotika tetapi juga pada mereka yang menjadi korban misalnya
sescorang yang menderita ketergantungan narkotika (pecandu) Apabila
seorang pecandu narkotika telah divonis bcrsalah oleh hakim atas tindak
pidana narkotika yang dilakukannya maka untuk memberikan kesempatan
pada yang bersangkutan agar tcrbebas dari kecanduaniiya maka hakim
dapat mcmutuskan untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani
pengobatan danatau perawatan
Pengobatan dan perawatan terhadap pecandu narkotika dilakukan
melaiui fasilitas rchabilitasi Rcliabilitasi medis dan sosial yang diberikan
kepada pecandu dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan
kemampuan fisik mental dan sosialnya Selain pengobatan dan perawatan
melaiui rehabililasi medis proses penyembuhan pecandu narkotika dapat
diiaksanakan oleh masyarakat melalul pendekatan keagamaan dan
tradisional
Sebagai conloh di Pakem Sleman Yogyakarta telah didirikan
sualu kliiiik alau Pusat Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkotika
Psikolropika dan Zal-zat Aditiflainnya (NAPZA) Terpadu yang didirikan
atas kerjasania Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dan
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang diresmikan pada tanggal 7
56
Desember 2005 Tujuan umum pendiriaii pusat rehabilitasi terpadu ini
adalah untuk memberikan jaminan penanganan paripurnakepada korban
penyalahgunaan Napza melaiui aspek hukum aspek medis aspek sosial
aspek spiritual serta pengembangan pcndidikan dan pelatihan dalam
bidang NAPZA secara terpadu sedangkan tujuan khususnya adalah
1 Terhindarnya korban dan instilusi dan penelrasi pengedar
2 Terhindarnya kerusakan mental dun masa depan para penyalah guna
Napza yang akan mcmbtinuh potensi pengembangan mereka
3 Terhindarnya korban-korban baru akibat penularan penyakil-penyakit
seperti Hepatitis HIVAIDS dan penyakit menular lainnya
4 Terwujudnya proses pengembangan penanganan korban NAPZA dan
aspek ilmiah serta keiimuan yang dinamis sesuai perkembangan zaman
sebagai pusat jaringan informasi terpadu dan mewujudkan teknis
penanganan penyalahgunaan narkotika dan obat-obalan terlarang bagi
daerah sekitamya maupun nasional
Pemberian perlindungan kepada korban narkotika lentil tidak dapat
dibebankan sepenuhnya kcpada pemeriiilah peran serta masyarakat pun
diharapkan ada salah salunya diterimanya kembali mantan pani pengguna
dalam lingkungannya tanpa melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya
diskriminatif bahkan dengan mcmposisikan mereka sebagai warga keias
dua yang harus dljauhi
Bentuk periindunganyang diberikan terhadap pelaku maupun
Dikdik M ArilMansur dan tUisUiris Guitom loa cil hal 90
57
korban penyalahgunaan narkolika dan psikotropika daiambentuk
rehabilitasi
Rehabilitasi adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang
dilujukan kepada pemakai narkolika dan psikotropika yang sudah
menjalani program kuratif Tujuannya agar pelaku tidak memakai lagi
dan bebas dari penyakit ikutan yang disebabkan oleh bekas pemakaian
narkotika dan psikotropika
3 Tahapan-tahapan rchabilitasi terhadap self-victimizing victims
Tahapan-tahapan rehabilitasi terhadap self-victimizing victims atas
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika yang ada di Indonesia tidak
sama Ada yang menekankan rehabilitasi hanya pada aspek medis ada
pula yang lebih menekankan pada aspek rohani Atau memadukan kedua
pendekatan tersebut dengan komposisi yang seimbang Yang ideal
rehabilitasi seorang korban narkotika dan psikotropika harus dilakukan
secara holisitik baik secara fisik psikis maupun kerohaiiiannya
1 Tahapan pengobatan (rehabilitasi)
Secara umum ada beberapa tahapan yang harus dilewati
Masing-masing tahapan tersebut memakan waktu bervariasi ada yang
seminggii sebulan dan bahkan berbu lan-bulan tcrgantung tingkat
ketergantungan tekad korban dan juga dukungan berbagai pihak
terutama keluarga dalam seluruh proses tersebut Setiap tahapan
Subagjo PiirloUiharjo Loc cU hal 105 ^ E M Giri Prastowo loc cil hal 28 -29
58
tersebut disusun dan dibuat untuk inenganlar pasien secara bertaiiap
melepaskan dari ketergantungan narkotika dan psikotropika Beberapa
tahapan rehabilitasi ini yang disajikan berikut sudah Icruji dapat
menyembuhkan atau memulihkan korban narkotika dan psikotropika
secara maksimal
a Tahapan transisi
Penekanaii dalam tahap ini lebih kepada informasi awal
tentang korbanseperti
1) Latar belakang korban
2) Lama ketergantungan
3) Jenis obat yang dipakai
4) Akibat-akibat ketergantungan dan
5) Berbagai inlbrniasi lainnya
Hal ini penling sehingga pada saatnya akan menjadi acuan
bagi pihak yang terlibat secara intensif dalam proses rehabilitasi
Ahl i yang berkompeten (dokter) akan menganaiisa tingkat
ketergantungan korban untuk kemudian meneniukan tingkat
pengobatan dan tingkat pembinaan bagi si korban schingga terapi
dan metode pengobatan bisa dilakukan secara terukur
Tahapan ini Juga dapat dijadikan rujukan untuk meneari
model rehabilitasi yang paling tepat bagi yang bersangkutan Pada
tahap ini tim rehabilitasi akan membantu korban agar menyadari
dirinya sedang menghadapl masalah ketergantungan narkotika dan
59
psikotropika Korban diajak untuk bersama-sama mengatasinya Hal
ini penting karena proses rchabilitasi tidak akan berhasil tanpa
adanya kesadaran korban tentang adanya bahaya yang dihadapinya
Dari situ akan dibangun tekad dan komitmennya untuk
meninggalkan narkotika dan psikotropika
Selain itu pada tahapan ini akan diteliti akibat fisik dari
penggunaan narkotika dan psikotropika Sejauh mana tingkat
kerusakan syaraf dan organ-organ tubuhnya yang rusak Unluk itu
diadakan pemeriksaaii laboratoriumiengkap dan tes penunjang untuk
mcndeteksi penyakit yang diderita korban A[)abia dalam
pemeriksaan ditemukan satu atau beberapa penyakit maka terlebih
dahulu diadakan pengobalan medis sebelum penderita mendapat
proses rehabilitasi lanjutan Langkah ini penting selain agar tubuh
yang bersangkutan bebas dari penyakit juga untuk mencegah
terjadinya penularan balk kepada korban narkotika dan psikotropika
ini diadakan pembersihan darah pada tubuh pecandu sehingga darah
menjadi bersih dan sistem metabolisme tubuh kembali normal
Proses ini dapat dilakukan melaiui cara-cara berikut
1) Cold Turkey abrupt withdrawal) yaitu proses penghentian
pemakaian narkotika dan psikolropika secara tiba-tiba tanpa
disertai dengan substitusi antidotum
2) Bertaliap atau substitusi bertahap misalnya dengan kodein
^Ibidhal 30
60
methadone CPZ atau clocard selama i -2 minggu
3) Rapid Detoxification dilakukan dengan anestesi umum (6-12
jam) dan
4) Simtomatik tergantung gejala yang dirasakan
2 Rehabilitasi intensif
Setelah melewati masa transisi (pengumpulan informasi tentang
keadaan korban dan latar belakangnya) baru masiik pada fase
berikutnya yakni proses penyembuhan secara psikis Motivasi dan
potensi dirinya dibangun daiam tahap ini Korban diajak untuk
menemukan dirinya dan segala potensinya sambil juga menyadari
berbagai keterbalasannya Bahwa untuk mengatasi masalah hidup yang
bersangkutan tidak perlu harus mengkonsumsi narkotika dan
psikotropika Narkotika dan psikotropika justru menciptakan masalah
baru yang jauh lebih besar dalam hidupnya Narkotika dan psikotropika
bukanlah solusi tetapi menjadisumber masalah Pada tahap ini berbagai
contoh dapat dipcrlihatkan kepada korban
Yang terlibat di dalam tahap ini yang utama adalah korban itu
sendiri sebagai pelaku self-victimizing victims) Korban harus punya
tekad untuk hidup tanpa narkotika dan psikotropika Korban harus bisa
menatap masa depan dengan penuh optimisme Selain yang
bersangkutan peranan keluarga (orang liia dan saudara-saudaranya
suami atau istri) juga sangal pcnling Anggota keluarga ini harus secara
intensifmendampingi dan jnenopang korban
61
Staf di paiiti rehabilitasi para konselor psikolog dan semua
pihak di panti rehabilitasi untuk bersama-sama mcmbangun
kepercayaan diri korban Seluruh proses ini membutuhkan waktu
berbulan-bulan bahkan selama bertahun-tahun tergantung tingkat
ketergantungan dan efeknya bagi korban Berbagai terapi yang
dilakukan selama dalam tahap ini baik yang dilakukan secara pribadi
maupun bersama-sama lewat berbagai aktivitas di panti rehabilitasi
tersebut bertujuan untuk memberdayakan kembali korban yang disekian
lama telah terpuruk oleh narkolika dan psikotropika Sebagai langkah
awal untuk sosialisasi diri dengan masyarakat korban juga secara
bertahap mulai mcmbangun komunikasi dengan orang lain di Iuar
komunitas rehabilitasi
Menurut Romo Lambertus Somar MSG dalam bukunya
Rehabilitasi Pecandu Narkotika dan Psikotropika pada tahap ini ada
tiga titik yang harus dilewati yang lebih dikenal dengan tahapan
stabilisasi pribadi yailu^
1 Secara sadar dan tekun melepaskan diri dari berbagai penyakit dan
akibatakibat lainnya (no to drugs) Tahap ini merupakan tahap
stabilisasi awai atau tahap konsolidasi (comolidation)
2 Menemukan jati diri menguasai kiat-kiat dan keterampilan-
keterampilan untuk menyehatkan serta mengisi hidup secara lebih
bermakna dan bermulu Latihan keterampilan vokasional (kerja) dan
E M Giri Praslowo Loc cil hal 32
62
peiigungkapan diri dari dimulai dibina sebiiigga disebul juga (afiap
pengukuan diri (jyerwtuil appraisal) Inilah lahap slabilisasi
niericiigah (inadya)
3 Dengan inisiatif pribadi orang secara sadar mulai berfikir dan
bertindak untuk mencapai prestasi-prestasi tertentu schingga disebut
juga tahap positive thinking and doing Tahap ini merupakan tahap
stabilisasi akhir
4 Tahap rekonsiliasi Tahapan berikut yang harus dilewati dan sangat
vital adalah tahap rekonsiliasi Tara korban tidak langsung
herinlcraksi secara bebas dcngan masyarakat akan tctiipi lerleblh
dahulu ditampung di sebuah lingkungan khusus selama beberapa
waktu sampai pasien benar-benar siap secara mental dan rohani
kembali kelingkungannya semula Yang paling ulama dalam fase ini
adalah pembinaan mental spiritual keimanan dan ketakwaan serta
kcsepiikatan sosial kemasyarakaian Proses ini bisa meliputi program
pembinaan jasmani dan rohani
Sampai ke tahap ini yang bersangkutan masih tcrikat dengan
rehabilitasi foimal namun sudah mulai membiasakan diri dengan
masyarakat Iuar sehingga merupakan proses resosialisasi (reentry) atau
penyesuaian (reconcilialion) Proses ini melewati tiga titik penting juga
yaitu
1 Tinggal lebih sering dan lebih lama di lingkungan keluarga sebagai
63
teiiipal tinggal tetap atau pun tempat tinggal transit unluk
resosialisasi sambil mclaiijiitkan kegiatan pilihan sebagai penunjang
masa selanjutnya Di sini terjadi perdamaian dan penycsuaian-
penyesuaian kembali dengan lingkungan
2 Rencana masa depan yang jelas dan siap direalisasikaii dengan
dukungan keluarga atau pihak-pihak lain Pada tahap ini korban
dapat memulai aktivitasnya lagi seperti sekolahkuliah mulai bekerja
atau merintis usaha sendiri
3 Kontak awal dengan kelompok-keiompok atau program-program
pemeliharaan lanjut aftercare) Di sini orang meiierima dirinya
seperti apa adanya merasa puas lalu mempercayakan dirinya ke
tangan orang lain
4 Pciiieliharaaii Lanjut Pada tahap ini walaupun secara fisik yang
bersangkutan sudah dinyatakan seliul dan secara psikis pun sudali
pulih namun masih ada kcmungkinan mereka akan tergclincir
kembali icbihlebih saat mereka sedang menghadapl masalah Pada
saat itu bisa Jadi mereka bemostagia dengan menikmati narkolika
dan psikotropika Saat ini juga niwaii Karena itu setiap korban yang
niemasuki tahap inidipersiapkaii sungguh-sungguh agar dapal
melewati dan mengatasi sUuasi rawan ini dengan melewati tiga titik
ini yakni
a Mengubah menghilangkan aUiu menjauhi hal-hal yang bersifat
bid hul 34
64
nostaigia kesenaiigan narkolika dan psikolropika
b Setiap mengikuti program-program dan aeara-acara aftercare
(pemeliharaan lanjut) dan
c Dapat juga mcUbatkan diri dalam gerakan atau kelompok bersih
narkoba dan peduli penanggulangannya
BAB IV
PENUTUP
A Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dipaparkan tersebut di atas peneliti
memberikan beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap
permasalahan di dalam penelitian ini sebagai berikut
Di antara berbagai faktor yang dapat mempengaruhi seseorang atau
individu menyalahgunakan narkotika atau psikotropika terdapat faktor
yang paling duininan yakni laktor yang bersumber dari keadaan keluarga
dan lingkungan bukan karcnn faktor individunya Karena faktor keluarga
yang buruk dan lingkungan yang juga buruk dan saling mendukung dapat
mempengaruhi individu menjadi pelaku lindak pidana penyalahgunaan
narkolika dan psikotropika tersebut dengan kata lain faktor keluarga dan
lingkungan yang buruk ini membuka kesempatan kcpada seseorang untuk
merasakan pergaulan dengan narkotika atau psikotropika sehingga dapal
menimbulkan ketergantungan terhadapnya
2 Perlindungan lerhadap korban narkotika- jika dihubungkan dengan
beberapa teori pemidanaan dalam perspektif Undang-Undatig Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika yang baru terdapai keseimbangan antara
perlindungan terhadap pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana
bahwa berdasarkan sanksi baik pidana maupun denda yang terdapat dalam
undang-undang ini sangatlah bcrat-bcnil dan tegas Ini berarti bahwa
65 bull
66
undang-undang narkotika yang baru tersebut lebih mementingkan korban
dari pada pelaku kejalialan narkotika Mengingat bahwa dcngan adanya
pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan ktgtrban semakin
banyak yang berjatuhan seliingga daripada korbannya anak bangsa yang
memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara Indonesia
maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-beratnya
terhadap si pelaku lindak pidana narkolika bahkan pidana mati atau
seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-
undang yang baru ini juga diatur mengenai rchabilitasi terhadap korban
baik korban yang diakibatkan oleh orang lain niaiipim karena self
victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku ilu
sendiri
Saran
Adapun yang menjadi saran peneliti di dalam penelitian ini yang
menjadi harapan untuk dipcrliatikan bersama adalah sebagai berikut
1 Diharapkan bagi setiap keluarga untuk menjaga keharmonisan melakukan
pengawasan dan mcnanainkan pcndidikan yang benar terutama dalam lial
menyeimbangkan antara emosi inteligensi dan spritual sejak dari din
terhadap anak sebagai benteng terhadap dirinya untuk dapat membentengi
dari pengaruh narkotika dan psikotropika yang semakin mengancam
keadaan lingkungan masyarakat
2 Diharapkan terhadap pemerintah untuk melakukan sosialisasi yang
teriiitegrasi dan menyeluruh terhadap semua lapisan masyarakat baik
67
masyarakat di pedesan (primitlf) maupun masyarakat kota betapa besamya
sanksi pidana dan denda yang digariskan di dalam undang-undang
narkotika dan psikotropika misalnya dcngan mcmpublikasikannya dalam
bentuk billboard di pcrsiinpangan jalan sehingga setiap orang yang lewat
dengan secara otomatis masyarakat akan inengelaliuinya dan
berkemuiigkiiian orang yang membacanya setidaknya tlmbul rasa takut
untuk terjun ke dalam penyalahgunaaan narkotika dan psikotropika
tersebut
D A F T A R PUSTAKA
A Bukii
Arrasjid Chainur Sualu Pemikiran Tentang Psikologi Kriminil Mcdan Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU 1999
Gerson Bawengan Penganlar Psichology Kriminil Jakarta Pradya Pramita 1973
Gosita Arif Masalah Korban Kejahatan Jakarta Akademika Pressindo 1993
Hakim M Ariel Narkoba Bahaya dan Penanggulangannya Bandung Jembar 2007
Hawari Dadang Konsep islam Memerangi AIDS dan NAZA Get X i Yogyakarta Dhana Baktl Priaya 1997
Kaligis OC dan Soedjono Dirdjosisworo Narkoba dan Peradilannya di Indonesia (Retbrmasi Hukum Pidana Melaiui Perundangan dan Peradilan) Bandung PT Alumni 2002
Kartono Kartini Psichology Abnormal Bandung Alumni 1972
Mansur Dikdik M Arif dan Elistaris Guitom Urgensi Perlindungan Korban Kejahalan Antara Norma dan Reaiita Bandung Agustus Fakultas Hukum Universitas Padjajaran 2006
Mardani Penyalahgunaan Narkoba Daiam Perspeklif Hukum islam dan hukum Pidana Nasional Jakarta IH RajuGrufindoPersado 2007
Marpaung Leden Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005
Moelyono Anton M Kumus Besar Bahasa Indonesia Get 11 Jakarta Balai Pustaka 1988
Muladi HAM Dalam Persepkiif Sistem Peradilan Pidana dalam Muladi (ed) Hak Asasi Manusia Hakekal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat Bandung Refika Aditama 2005
dan Barda Nawawi Arlef Bunga Rampai Hukum Pidana Bandung Alumni 1992
Partodiharjo Subagyo Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannyai Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2003
Ioyk Fanny Jonathans Sehiiah Kesehatan Narkoba Sayonara Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2006
Prastowo EM Giri Rehabilitasi Bagi Korban Narkoba Tangcrang Visimedia 2006
Prodjodikoro Wirjono Asas-asas Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005
Roeslan Saieh Stelsel Pidana Indonesia Jakarta Bina Aksara 1987
Soedjono D Segi Hukum Tentang Narkolika di Indonesia Bandung Karya Nusanlara 1977
Hukum Narkolika Indonesia Bandung PT Citra Adtya Baktl i 990
Soekanto Soerjono dan Sri Mumadjj Penelitian Hukum Normalif Suatu Tijnjauan Singkat Jakarta Rajagrafindo Persada 2001
Sudarsono Kenakalan Remaja cet Ii Jakarta Rineka Cipta 1992
Tom dkk Bahaya NAPZA Bagi Pelajar Bandung Yayasan Al-Ghifari Morgan 1999
Tim BNN Materi Advokad Pencegahan Narkoba Jakarta Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia 2005
Yustisia Himpunan Peraturan Pemndang-Undangan Anti Narkoba diterjenialikuii oleh Tim iustaka Yuslisia Yogyakarta iuslaka Yustisia 2006
Waluyo Bambang Penelitian Hukum dalam Prakiek Jakarta Sinar Grafika 1996
Wcda Made Darma Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korporasi dalam niingti Rampai Viktimisasi Bandung Eresco 1995
B Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Pasal 152
Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika22Tahun 1997 tentang Narkotika
Keppres Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkolika Nasional
CInternet
htlpwwwbnngoidportalbariiiiorlalkQnlenpltpniima^Prorilampop^visi niisiamp tnn=lamp diakses tcrakiiir tanggal 13 November 2014
httpthed03hlogspoteom2008l Ohukuiii-viktimolQgihtmk diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014
httpwwwikonbaliorg26062Q(19advokasipctisi-ikon-bali-segera-tcrapkan-semahtml Petisi Ikalan Korban Napza (IKON) dalam rangka menyambut Hari Anti Narkotika (HANI) dan Hari Anti Penyiksaan 2009 diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014
httpwwwsurnekscoidindexphp7pption=^om cpntentampview=articleampid=^1405 2010-kej ati-baru-terapkan-uu-no-3 52009ampcatid=44 ilir-barat-i-bukit-keciIampUemid=94 diakses lerakJiir tanggal 12 Desember 2014
httpidsbvoongcQmexact-sciencesl8Q8652-getielika-dan-keiahatan Faktor Genetik Penyebab Kejahalan diakses terakhir tanggal 10 jaiiuari 2014
httpwwwasiasecuritiescoidsys 12ximagesstories201QEqtiitv2Q Pdf diakses terakhir tanggal 10 Januari 2014
LAMPIRAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
F A K U L T A S HUKUM
K A R T U AKTIVITAS BIMBINGAN SKRIPSI
N A M A MAHASISWA DIANA SAPUTRA
N O M O R INDUK MAHASISWA 50 2011 059
P R O G R A M STUDI I L M U H U K U M
PROG K E K H U S U S A N H U K U M PIDANA
P E M B I M B I N G M S O L E H IDRUS SHMH
l U D U L SKRIPSI P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T U N D A N G U N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I
KONSULTASI
K F -
MATERI YANG
DIBIMBINGKAN
PARAF
PEMBIMBING K E T
luymdash
y^ ^ Tlt2 N ^
7 M e
fSUL
k ^
CATATAN MOHON DIBERI WAKTU MENYELESAIKAN SKRIlSl RUiAN SEJAK TANGGAL DIKELUARKAN DITETAIKAN
DIKELUARKAN DI PALEMBANG PADA TANGGAL KETUA BAGIAN
JUDUL P E N Y A L A H G U N A A N N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG UNDANG N O M O R 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I
P E R M A S A L A H A N 1 Apa yang menjadi faktor tcrjadinya penyalaJigunaan narkotika dan psikotropika
2 Bagaimana pengaturan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspektif victimologi
B A B l P H N D A I i U L U A N A Latar Belakang B Permasalahan C Ruang Lingkup dan Tujuan D Metode Penelitian E Sistematika Penulisan
B A B 11 T I N J A U A N PUSTAKA
A Pengertian penyalahgunaan B Pengertian victimologi C Ruang lingkup victimologi D Jents dan penggolongan narkotika dan psikotropika E Undang Undang yang mengatur tentang narkotika
dan psikotropika
BAB I I I PEMBAHASAN A Faktor yang menyebabkan terjadinya
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika
B Penyalahgunaan narkotika dan psikolropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspeklif victimologi
BAB IV PENUTUP A Kesimpulan
B Saran-saran
DAF1AR PUSTAKA
L A M P I R A N - L A M P I R A N
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM
Lampiran Perihal Kepada
Sistematika penulisan (Outline) Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi YUi NUR HUSNI LMILSON SHSpNMH
Pembimbing Akademik Fakultas Hukum UMP dl-Palembaniz
Assalamualaikum WrWb
Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama DIANA SAPU I RA
Program Kekhususan Flukum Pidana
fada semester Lianjil tatiun kuliati 2UI42UI5 sudah menyelesaikan betian studi yang meliputi MPKMKKMKBMPBMBB (139 sks)
Dengan ini mengajukan pcrmohonan untuk penelitian Hukum dan Penulis Skripsi dengan judul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG-UNDANG N O M O R 35 T A H U N 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I
Demikianlah atas perkenaan Ibu diucapkan terima kasih
Wassalamualaikum WrWb
NIM 50 2011 059 Ilmu Hukum Program Studi
Palembang September 2014 Pemohon ^^--^5
Rekomendasi PAYbs
Pembimbing Akademik
HUSNI EMHSON SH SpN MH
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM
REKOMENDASI DAN PEMBIMBING SKRIPSI
Nama Nim Program Study Program Kekhususan Judul skripsi
DIANA SAPUTRA 50 2011 059 Ilmu Hukum Hukum pidana PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI
I Rekomendasi Ketua Bagian a Rekomendasi
b Usulan Pembimbing
Hukum Pidana
raiemoang iepiemt)er zu 14 KetuaJBagu
LuuTiiiAKNurCsHrR^
I L Penatapan Pembimbing Skripsi Oleh Wakil Dekan I
1 2
Palembang September 2014 Wakil Dekan I
- i poundL Dr Hj SRI S U L A S T R I SH M H
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah i n i Nama Tempat Tanggal Lahir N I M Program Studi Program Kekhususan
DIANA SAPUTRA PetransJaya 15 Januari 1992 502011059 Ilmu Hukum Hukum Pidana
Menyatakan bahwa karya ilmiah skripsi saya yang berjudul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANGshyU N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F VICTIMOLOGI
Adalah bukan merupakan karya tulis orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali daiam bentuk kutipan yang telah kami sebutkan sumbemya
Demikianlah surat pemyataan ini kami buat dengan sebenar-benamya dan apabila pemyataan ini tidak benar kami bersedia mendapatkan sanksi akademis
Palembang September 2014
PERMOHONAN UNTUK MENGIKUTI SEMINAR PROPOSAL
Palembang Oktober2014 Perihal Mohon untuk diiaksanakan seminar
Proposal Penelitian Skripsi
Kepada Yth Ibu Luil Maknun SH MH Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang D i -
Palembang
Assalamualaikum Wr Wb Saya yang bertanda tangan dibawah Ini Nama DIANA SAPUTRA
NIM 50 2011 059
Program Kekhususan Hukum Pidana
Bahwa yang bersangkutan telah layak untuk mer^ikiuti Seminar Proposal rencana penelitian skripsi yang judul PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI
Mohon kiranya yang bersangkutan untuk dijadwalkan mengikuti Seminar Proposal usul Penelitian Skripsi
Demikianlah disampaikan untuk dipertimban^Lan Wassalamualaikum Wr Wb
Pembimbing Skripsi
M SOLEH IDRUS3HMS
H A L A M A N P E R S E T U J U A N U N T U K M E N G I K U T I S E M I N A R P R O P O S A L
Nama DIANA S A P U T R A
N I M 50 2011059
Program studi Ilmu Hukum
Program kekhususan Hukum Pidana
Judui Penelitian PENYALAHGUNAAN N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A
MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI P E R S P E K T I F VICTIMOUHH
Palembang Oktober2014 Disetujui Pembimbing
M S O L E H IDRUSSH MS
Ketua Bagian Hukum Pidana
LuU MaknunSH M H
![Page 9: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/9.jpg)
B A B I I I P E M B A H A S A N
A Perkembiingan pengaturan tentang tindak pidana
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika sebelum iahimya
dan menurut undang-undang nomor 35 tahun 2009 22
B Pengaturan Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997
Tentang Psikotropika dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun
1997 Tentang Narkotika 40
C Pcnyalahgunaaan Narkotika dan Psikotropika Dalam
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari
Perlindungan Terhadap Korban 44
1 Self-victimizing victims narkotika dan psikotropika 44
2 Rehabilitasi terhadap self-victimizing victims 48
3 Tahapan-tahapan rehabilitasi terhadap self-victimizing
victims 57
B A B IV P E N U T U P
A Kesimpulan 65
B Saran 66
D A F T A R P U S T A K A
L A M P I R A N
ix
B A B l
PENDAHULUAN
Latar Belakang
PciTindiingan korban lindak pidana dalam sistein liukimi nasional
nampaknya belum memperoleh perhatian serius Hal ini terlihat dari masih
sedikitnya hak-hak korban tindak pidana memperoleh pengaturan dalam
perundang-undangan nasional Adanya ketldakseimbangan antara
perlindungan korban kejahatan dengan pelaku kejahatan pada dasarnya
merupakan salah satu pengingkaran dari asas setiap warga ncgara bersamaan
kedudukaiinya dalam hukum dan pemerintahan sebagaimana diamanatkan
oleh Undiing-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konslitusional
Niirkotika Psikotropika dan Bahan Aditif Lainnya adalah berbagai
macam obat yang semestinya dinianfaalkan sesuai dengan kcpentingan
tertentu niisalnya pada dunia mcdis untuk mcmbantu proses kerja dokter
dalam melakukan opcrasi bedah Akan tetapi saat ini obat-obat terlarang ini
telah dikonsumsi diedarkan dan diperdagangkan tanpa izin berwajib demi
memperoleh keuntungan dan nikmat sesaat saja Karena pengaruh Narkotika
dan Psikolropika tersebut dapat membuat pemakai menjadi ketergantungan
merusak sampai ke sel-sel saraf manusia seliingga melemalikaii daya pikir
dan lambat memberikan rekasi terhadap lawan bicara Untuk menganaiisa
materi pelajaran bagi pelajar dan mahasiswa yang terkena bahaya Narkotika
atau Psikotropika dapat mengakibatkan pada kelambatan berfikir sehingga
1
2
harapan dalam pencapaian pcmbangunan nasional dapal tcrganggu
Bahaya nicngedarkan Narkotika dan isikolropika dapat dibayangkan
berapa banyak sel syuraf otak mahusia yahg akan dlrusak borapa gencfasl
muda anik sekoiah dan mahasiswa terus diburu pengedar Narkotika dan
Psikotropika tersebul bahkan dapat mengakibatkan kematian^
Keterganl jngan lerhadap Narkotika dan Psikotropika pada mulanya ingin
coba-coba dulu karena Narkotika maupun Psikolropika tersebul dapat
membuat pemakaiiiyu bcrhalusinasi seolah lupu tchadiip masalah dan berada
pada dunia keindahaii Jika laktor kesempatan untuk mendapatkan Narkolika
dan Psikotropika sangat mudah dari pengedar maka dapal mengakibatkan
korban akan semakin bertambah Melihat besamya bahaya penyalahgunaan
Narkotika dan Psikotropika lerhadap individu dan mengganggu pencapaian
cita-cita NKRl maka lerhadap Narkotika maupun Psikolropika harus
dilakukan penanggulangannya sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku
Scjak awat mula Iahimya hukum pidana fokus subjek yang paling
banyak disoroti adalah si pelaku Padahal dari sualu kejahatan kerugian yang
paling besar didcrita adalah pada si korban kejahatan tcrsebut Akan tetapi
scdikit sekali ditemukun hukum-hukum atatipun peraturan perundang-
undangan yang mengatur tcnung korban serta perlindungan lerhadapnya
httpw^vbnn (ioidportalhiirup(irlalkoTilenphpnaTna=lrofilampopvisL _iTiisiampmn^l diakscs tcrukhir tanggal 29 December 2(M4 Iihal juja Kcpprcs Nti 17 Taliun 21X12 tentang Itadan Narkotika Nasional pada bagian konsidcran mcnimbang huruf (J) bcrbunyi Bahwa sehubungun dengan pertimbiingan hunifu huruf b huruf c dan sebagai pcluksunaan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkolika ficrlu niembcntuk Badan Narkotika Nusiona dcngan Keputusan Iresiden
^Funny Jonathans Poyk Suhiiah KusehiUan Narkoba Sayonara (Jakarta IT (Jelora AkHuru Iralama 2006) lial 9 Made Darma Weda Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korfwrasi dalam Bunga
3
Berbicara mengenai upaya penanggulangan kejahatan atau tindak
pidana Narkotika dan Psikotropika yang tepat maka cara pandang sebaiknya
tidak hanya terfokus pada berbagai hal berkaitan dengan penycbab timbuliiya
kejahatan atau metode apa yang efektif dipergunakan dalam penanggulangan
kejahatan tersebul Namun hal lain yang tidak kalah penlingnya untuk
dipahami adalah masalah korban kejahatan itu sendiri yang dalam keadaan-
keadaan lertentu dapal menjadi pemicu munculnya kejahatan dalam tindak
pidana Narkotika dan Psikotropika tersebul
Piida saat berbicara tentang korban kejahatan dalam tindak pidana
Narkotika dan Psikotropika maka cara pandang tidak dapat dilepaskan dari
victimologi Melalul victimologi dapal diketahui berbagai aspek yang
berkaitan dengan korban seperti faktor penyebab munculnya kejahatan
penyalahgunaan bagaimana seseorang dapat menjadi korban
penyalahgunaan dan upaya mengurangi terjadinya korban kejahatan
penyalahgunaan serta hak dan kewajiban korban kejahatan dalam tindak
pidana Narkolika dan Psikotropika tersebut Secara victimologi terhadap
korban kejahatan dalam tindak pidana Narkotika dan Psikotropika misalnya
korban yang ditemukan pada anak usia 7 tahun sudah ada sebagai pemakai
anak di usia 8 talum sudah ada yang memakai ganja dan lalu di usia 10 tahun
anak-anak sudah menggunakan Narkotika alaupun Psikotropika dari berbagai
jenis seperti ganja heroin morfni ekstasi dan sebagainya
Kraquogtrban dalam lingkup victimologi memiliki arti yang luas karena
Rampai Vihmisusi (Bandung Krcsco 1995) hal 200 TM Giri Prasln vo Rebahilium liagi Korban Narkoba ( Iangerang Visimudia 2006) hal v
4
tidak hanya terbatas pada individu yang secara nyata menderita kerugian
tetapijuga kelompok korporasi swasta maupun penierintali sedangkan yang
dimaksud dcngan akibat pcnimbulan korban adalah sikap atau tindakan
terhadap korban danatau pihak pelaku serta mereka yang secara langsung
atau tidak terlibat dalam terjadinya suatu kejahatan
Pentingnya korban kejahatan dalam tindak pidana Narkotika dan
Psikotropika ihempcroleh perhatian utama DIkarenakan korban merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kejahatan oleh karena ilu maka
korban memiliki peranan yang sangat penting dalam penelitian ini
Diperolchnya pemahaman yang luas dan mendaiam tentang korban kejahatan
dalam linJak pidana Narkotika dan Psikolropika dapat [nenuidahkan dalam
menemukan upaya penanggulangan kejahatan yang pada akhimya akan
bermuara pada menurunnya kuantitas dan kualitas kejahalan Sejalan dcngan
semakin bcrkembangnya victimologi sebagai cabang ilmu baru berkembang
pula berbagai runuisan tentang victimologi Kondisi iiii hendaknya tidak
dipandang sebagai pertanda tidak adanya pemahaman yang seragam
mengenai ruang lingkup victimologi tetapi harus dlpaiidang sebagai bukti
bahwa vU timologi akan selalu berkembang sejalan dengan perkembangan
yang terjadi dalam masyarakat
Berdasarkan uraian di atas yang menjadi obyek pengkajian dari
victimologi penyalahgunaan Narkolika dan Psikotropika di antaraiiya adalah
faktor terjadinya kejahatan dan bagaimanakali pengaturan Narkotika dan
Dikdik M Arir Mimsur dan Elistaris (lultoiii UrgensI Ierilndungan Korban Kejahalan Anlara Norma dan Realita (Bandung Agustus EakulUis Hukum Universitas Padj aj uran 2006) hal 29
5
Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Oleh sebab itu
maka judui yang dipilih unluk diteliti dalam penelitian adalah
Penyalahgunaan Narkotika dan Pstkolropka Menurut Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 Dari Perspektif Victimologi
B Perumusan Masalah
1 Apa yang menjadi faktor faktor yang menyebabkan terjadinya
2 Bagainiana pengaturan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika dan
Psikotropika daiam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dari perspektif
victimology
C Ruaug lingkup daii tujuan
Ruang lingkup
Secara umum ruang lingkup skripsi ini untuk mengetahui apa yang
menjadi faktor faktor terjadinya penyalahgunaan narkobadan
penyalahgunaan norkoba menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari
perspektil victimologi
Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan penulisan ini adaiah
sebagai bfrikut
1 Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
penyalahgunaan Narkoba
2 Untuk mengetahui pengaturan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika
dan Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Talum 2009 dari
penyakiligunaanTiarkotika dan psikotropika
6
perspektif viAimo(gtg[
E Metode rcncHtl
Untuk memperoleh data yang kongkril sebagai pcdoman dalam
penulisan skripsi ini maka penulis menggunaan metode sebagai berikul
1 Metode pclaksanaan penelitian
dalam pclaksanaan ini penulis menggunaan metode penelitian hukum
normatif yang bersifal diskriftif dengan menggunaan dala skunder
Penelitian nukum norkatif ini merupakan penelitian kcpustakaan yaitu
penelitian terhadap dala skunder yang iiiempuiiyai ruang lingkup meiipuli
surat sural fakta fakta sampai pada dokumen - dokuincn resmi yang
dikeluarkan oleh instansi lerkait
2 Metode pcngiimpulun data
Pengumpulan data meiiipunyai hubungan yang eral dengan sumber data
karena dcngan pengumpulan dala akan diperoleh data yang dipcrlukan
untuk selanjutnya dianalisis sesuai dengan yang diinginkan Dalam usuha
pengumuian dala dala yang relevan dengan judul ini penulis
menggunakan metode normatif diskriplif dengan menggunakan data
skunder yang berbentuk dokumcntasi
3 Tehnik pcngolahan data
Dilakukan dcngan cara nnalisis isi terhadap teksural untuk selanjutnya
dikoniruksikan dalam suatu kesimpulan
7
Sislemutika [cnulisiin
Penelitian ini dibuul berdasarkan sistematika penulisan di dalam
penelitian ini peneliti mcmbaginya dalam empat bagian yailu
BAB I PENDAHULUAN
Merupakan bab pendahuluan yang menguraikan mengenai hal-hal
berkaitan dengan Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan
dan Maniaat Penclilian Kcaslian Penelitian Tlnjaiian
Kcpustakaan Pengertian Penyalahgunaan Pengertian
Viclimologi Ruang Lingkup dan Manfaat Viclimologi Jenis dan
Penggolongan Narkotika dan Psikotropika Metode Penelitian
dan Sistematika Penulisan
BAB U TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bagian ini menguraikan yaitu mengenai pengertian tentang
penyalahgunaan pengertian tentang ruang lingkup viktimologi
pengertian tentang narkotika dan jcnis-jcnis narkolika
BAB Hi PEMBAHASAN
Merupakan bab yang membahas mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan Pengaturan Sanksi Pidana lerhadap Penyalahgunaan
Narkotika dan Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Ditinjau dari Perlindungan Terhadap Korban dan
Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Self
Victimizing Victims
8
BAB IV K E S I M P U L A N DAN SARAN
Bab ini memuat beberapa kesimpulan dan saran yang dibuat
peneliti sebagai hasil dari pembahasan dun penguraian di dalam
penelitian ini dari keseluruhan permasalahan yang ada
DAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A Pengertinn Pcnyalaliguiiaan
Penyalahgunaan dimaksudkan dalam penclilian ini adalah
penyalahgunaan terhadap narkotika dan psikolropika Dimana bahwa
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika ini diambil dan dipersainakan
dcngan pengertian penyalahgunaan narkoba seperti yang disebutkan Lutfi
Braja yakni memberikan pembatasan mengenai penyalaiiguiiaaii yaitu
Pemakaian narkoba di iuar indikasi medik tanpa petunjuk atau
resep dokter dan peinakaiannya bersifat patologik
(menimbulkan kelainan) dan menimbiilkan humbutan dalam
aktifitas di rumah di sekoiah atau di kampus tempat kerja dan
lingkungan sosial Ketergantungan narkoba adalah kondisi yang
kebanyakan diakibatkan oleh penyalahgunaan zat yang disertai
dengan adanya toleransi zat (dosis semakin tinggi) dan gejala
putus zal
Permasalahan penyalahgunaan mengakibatkan dampak yang sering
terjadi di tengah-tcngah masyarakat dari penyalahgunaan narkolika dan
psikotropika antara lain merusak hubungmt kekeluargaaii menurunkan
kemampuan belajar dan produktifitas kerja secara drastis sulit membedakan
mana perbuatan baik dan perbuatan buruk perubahan pcrilaku menjadi
Mardani Op 01 lial 2
9
10
pcrilaku anti sosial (pcrilaku maladaptil) gangguan kesehalan (fisik dun
mental) mempertinggi jumlah kecelakaan lalu lintas tindak kekerasan dan
kriniinuliLis lainnya
Dari kata penyalahgunaan menandakan bahwa Narkotika dan
Psikotropika tidak selalu bermakna negatif Dcngan begitu narkotika dan
psokitropika yang digunakan dengan baik dan benar oleh dokter untuk
mengobati pasiennya lidak tennasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang
disaiahgunakan Di dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA
(Narkotika Psikotropika dan Zat Adit i f Lainnya)
B Pengertian Victiimlogt
Pada dasarnya perkembangan ilmu pengetahuan tentang korban
kejahalan (viktimologi) lidak dapat dipisahkan dari iahimya peiiiikiraii-
pemikiran brilian dari Hans von Hentig seorang ahli kriminologi pada talum
1941 serta Mendelsohn pada tahun 1947 Pemikiran dari kedua ahli ini
sangat mcmpengaruhi setiap fase perkembangan viktimologi Perkembangan
viktimologi hingga sampai pada keadaan seperti sekarang tentunya tidak
terjadi dengan sendirinya namun telah meiigalami berbagai perkembangan
yang dapai dibagi dalam 3 (tiga) fase sebagai berikut
a iada tahap peitama viktimologi hanya meinpclajari korban kejahatan saja
pada fase ini dikatakan sebagai pehdl or special vtciimolo^
b Pada lase kedua viktimologi tidak hanya mengkaji masalah korban
Oadang Huwari Konsep Islam Memerungt AIDS dan NAA Cel XI (Ycgvakarta Ohaiiii iiakli Idaya 1997) hal 153 Made Danaa Wi da Op cil hal 200
kejahalan tetapi juga meiipuli korban kecelakaan Pada fase ini disebut
sebagai general victimology
c Fase ketiga Vikt imologi sudah berkembang lebih luas lagi yaitu mengkaji
permasalahan korban karena penyalahgunaan kckuasaan dan hak-hak asasi
manusia Fase ini dikatakan sebagai new viciimology
Berdasarkan pengertian di atas nampak je las bahwa yang menjadi
obyek pengkajian dari viktimologi diantaranyu pihak-pihak mana saja yang
terlibat atau mcmpengaruhi terjadinya suatu viktimisasi kriminal
bagaiinanakah respon terhadap suatu viktimisasi kriminal faktor penyebab
terjadinya viktimisasi kriminal bagaimanakah upaya penanggulangannya
dan sebagainya
C R u a i i g L i n g k u p Victimologi
Vikt imologi mencliti topik-topik teiilang korban scperti peranan
korban pada terjadinya kejahatan hubungan antara pelaku dengan korban
rentannya posisi korban dan peranan korban dalam sistem peradilan pidana
Selain itu menurut Muladi viktimologi merupakan suatu studi yang bertujuan
untuk
1 Menganaiisa berbagai aspek yang berkaitan dcngan korban
2 Berusaha untuk memberikan penjelasan sebab musabab terjadinya
vikt imisasi dan
3 Mengembangkan sistem tindakan guna mengurangi penderitaan manusia
^Suryono Ekolaina ST Harum Pudjianlo RS dan G Wiraiama Abortus Iruvocalus Ba^ Korban Perkosnan Persxkif Viktimologi Kriminologi Jan Hukum Pidana Edisi PcrUtma Culakari lurlunii (Jakiiria Univcrsilas AlmaJaya 2001) liul 174 ^ibidMl I7()
12
Menurut JE Sahetapy ruang lingkup Viktimologi meliputi bagaimana
sescorang (dapat) menjadi korban yang ditentukan oleh suatu victimity yang
lidak selaiu berhubuiigan dengan masalah kejahatan termasuk pula korban
kecelakaan dan bencana alam selain dari korban kejahatan dan penyalah
gunaait kekuasan^ Namun dalam perkembangannya di tahun 1985
dipeiopori oleh Separovic yang mempelopori pemikiran agar Viktimologi
khusus niengkaji korban karena adanya kejahatan dan penyalahgunaan
kckuasaan dan tidak mengkaji korban karena musibah alau bencana alam
karena korban bencana alam di iuar kemauan manusia out of mms will)
D Jenis dan Penggolungan Narkotika dan Psikotropilta
Dari kata penyalahgunaan narkoba menandakan bahwa narkoba tidak
selalu beimakna negatif Dengan begilu narkolika dan psokitropika yang
digunakan dengan balk dan benar oleh dokter unluk mengobati pasiennya
tidak termasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang disaialigLmakan Di
dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA (Narkotika Psikolropika
dun Zat ditir Lainnya) Dalam penelitian ini hanya dibahas tentang
narkotika dan psikolropika maka sebelumnya dipaparkan terlebih dahulu
berbagai jenis narkotika dan psikotropika sebagai berikut
a) Narkolika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari lanaman atau
TbUi Miiiadi HAM Halam Persepkiif Sislem Peradilan Pidana datam Muladi (cd) Hak Asas) Manusia Hakclal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspeklif llukum dan Masyarakat (Bandung Refikii Aditama 2005) hal lOX VfiWDial 109 Subagyo Partediharjo Op cil hal 11
13
bukan tanainan baik sintesis maupun bukan sintesis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa
Zat ini dapal mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat
meninibulkan ketergantungan Menurut Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika Narkolika adalah at atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun
semisimetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri
dan dapat nienimbulkati ketergantungan yang dibedakan kc dalam
golongan-goiongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang in i
Narkotika memiliki daya adikasi (ketagihan) yang sangat berat
Narkolika juga memiliki daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual
(kebiasaan) yang sangat tinggi Ketiga sifat narkolika ini yang
menyebabkan pemakai narkotika tidak dapat lepas dari cengkeramannya
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
Jenis jenis narkotika dibagi ke daiam 3 (tiga) kelompok yaitu narkotika
golongan I golongan I I dan golongan I I I
Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbaiiaya
karemi daya adilifnya sangat tinggi Golongan ini tidak boleh digunakan
untuk kcpentingan apapun kecuali unluk penelitian atau ilmu
pengetahuan Contohnya adalah ganja heroin kokain inorfin opium dan
lain-lain Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya
Ibid Posal 1 Ayal (I) Unilung-Undang Nomor 3 Tahun 2009 lenlang Narkotika
14
aditifkual tclapi bcrmaiilaal untuk pcngohatan dan penclilian tlonluhnya
adalah petidin dan turunannya benetldin belamctadol dan lain-iain
Sedanikaii narkulika golungaii Ml adalah narkotika yang niciniliki daya
aditif riiigan tetapi bermanfaat untuk penghatan dan penelitian Contohnya
adalali kudcin dun turunannya^
Berdasarkan cara pcmbuatannya narkotika dibedakan ke dalam 3
(tiga) golongatt juga yaitu narkolika atami narkotika semlsimesis dan
narkotika sintesis Dijelaskan sebagai berikut
1) Naikotika alami
Narkotika alami adalah narkotika yang zat aditithya diambil dari
(umbuhlumbuhan (atam) Contohnya
u tjaiija
Ganja adalah tanaman perdu dengan daun menyerupai daun
singkong yang tepinya bergerigi dan berbulu lialus Jumlah Jari
daunnya selalu ganjil yakni 5 7 9 Tumbuhan ini banyak lumbuh di
iieberapa daerah di Indonesia seperti Aceh Suinalera Ulara
Sumatera Selaian Pulau Jawa dan lain-lain Daun ganja ini sering
iligunakiin sebagai bumbu penyedap masakan Bila digunakan
ebagai bumbu iiuisak daya adilifnya rendah Namun lidak
ilemikian apabila dibakar dan asapnya dihirup Cara
|)cnyalahgunaunnya adalah dikcringkan dan dicampu dengan
icmbakiiii rokok atau dijadikan rokok lalu dibakar serta dihisap
Subagvo PurtoJiharjo Op cil hal 11-12
15
b Ilaisis
Hasis adaiah lanaman serupa ganja yang lumbuh di Amcrika
Latin dan Eiopa Daun ganja hasis dan mariyuana Juga dapat
disuling dan diambil sarinya Oatam bentuk cair harganya sangat
mahai Gunanya adalah unluk disaiahgunakan oleh pemadut-pemadal
kelas tinggi
c Koka
Koka adalah lanaman perdu mirip pohon kupi Huahnya yang
inatang bcrwama inerah seperti biji kopi Dalam komunitas
masyarakat Indian Kuno biji koka sering digunakan untuk
inenambah kekiiatan orang yang bcrperang atau bcrburu binalang
Koka kemudian bisa diolah menj adi kokain
d Opium
Opium adaiah bunga dengan bentuk dan wama yang indah
Dari getah bunga opium dihasilkan candu (opiat) Di Mesir dan
daratan Cina opium dahulu digunakan unluk mengobati beberapa
penyakit member kekuatan atau menghilangkan rasa sakil pada
lentara yang terluka sewaktu berperang atau berburu Opium banyak
lumbuh di segiliga emas antara Burma Komboja dan Thailand
atau di daratan Cina dan segitlga emas Asia Tengah yaitu daerah
antara Alganistan Iran dan Pakistan
Dalam kalangan perdagangaii liilernasional ada kebiasaan
ftW hal 14
16
(keliru) tncnamai daerah tempat peuanamuii opium sebagai daerah
emas Diberi nama demikian karena perdagaiigan opium sangat
mengimtiingkan Karena bahayanya yang besar daerah seperti ilu
keliru jika diberi nama predikat emas Daerah sumber produksl
opium sepantasnya disebut segitlga setan atau segitlga iblis
2) Narkotika semisintcsis
Narkotika semisintesis adalah narkotika alami yang diolah dan
diambil zat aktifnya (intisarinya) agar memiliki khasiat yang lebih kuat
schmgga dapat dimanfaatkan untuk kepcnlingan kedokteran
Contohnya
a Morfm dipakai dalam dunia kedokteran unluk menghilangkan rasa
sakit alau pembiusan pada operasi (pcmbcdahan)
b Kodein dipakai unluk obat penghilang baluk
c Heroin tidak dipakai dalam pengobatan karena daya adilifnya
sangat besar dan matifuatnya secara medis belum
ditemukan Dalam pcrdugangan gelup heroin diberi nama
pulaw atau pete atau pt Henlnknya seperti tepun terigu
yang halus pulih dan agak kotor
d Kokain liiisll olahati dari biji koka
3) Naikotika sintesis
Narkotika sintesis adalah narkotika palsu yang dibuat dari bahan
kimia Narkotika ini digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi
oraiig yang menderita kclcrgantungun Contohnya
17
a Ietidin unluk obat bius lokal operasi kccil sunal dan
sebagainya
b Melhadon unluk pengobatan pecandu narkoba dan
c Naltrexon untuk pengobatan pecandu narkoba
Selain unluk pembiusan narkolika sintesis biasanya diberikan
oleh dokter kcpada penyalahgiina narkoba untuk menghcntikan
kebiasaannya yang tidak kuat melawan sugesti (relaps) atau sakaw
Narkotika sintesis berfungsi sebagai pengganti senientara Bila sudah
bciiar-bcnar bcbas asupan narkoba sintesis in dikurangi sedikil demi
sedikit sampai akhimya berhenti total
b) Fsikotropika
Pengertian psikolropika menurut Pasal I Ayal ( I ) Undang-Undang
Nomor 5 Taliun 1997 tentang Psikotropika adalah Zat atau obat baik
alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif
melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusal yang menyebabkan
perubahan khas pada uktivitus mental dan perilaku
Pengertian Psikolropika di daUim Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika tidak ditemukan Hal tersebut sehubungan
dengan ketentuan di dalam Pasal 153 huruf b yaitu Lamplran mengenai
jenis Psikotropika Golongan 1 dan Golongan II scbagaimana tercantum
dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika (lcmbaran Ncgara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor
10 Tambahan Lcmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671) yang
18
telah (iipindahkan menj adi Narkotika Golongan I menurut UndangUndang
ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku Oleh karenanya dalam Undangshy
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tidak ada lagi di dalam pasal-pasal nya
yang mengatur mengenai Psikotropika karena sudah dlmasukkan ke dalam
golongan Narkotika
Sesuai dengan pembahasan dalam penelitian ini masih
berhuijutigar dengan Psikotropika maka Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1997 tentang Psikotropika masih perlu untuk dibahas dalam penelitian ini
Menui iil undangumlang tersebut Psikolropika adalah zal atau obal bukan
narkolika baik alamiah maupun sintesis yang memiliki khasiat psikoaktif
melaiui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas nonnal dan perilaku Psikotropika ini
merupakan obat yang digunakan oleh dokter untuk mngobali gangguan
jiwa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tenumg
Psikolropika psikotropika dikelompokkan ke dalam 4 (empat) golongan
Golongan I yaitu psikotropika dengan daya aditif yang sangat kuat
belum diketahui manfkilnya untuk pengobatan dan sedang diteliti
khasiiitnya saat ini Contohnya adalah MDMA ekstasi USD dan STP
Golongan U yakni psikolropika dengan daya aditif kuat serta berguna
untuk pengobatan dan penelitian Contohnya adalah amfelamin
metanifetamin metakualon dan sebagainya Golongan IH yakni
psikolropika dcngan daya adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan
dan penelitian Contohnya adalah lumibal buprenorsina flcenilrazepam
19
dan sebagainya Golongan IV yakni psikotropika yang memiliki daya
aditif ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian Contohnya
adalah netrazepam (BK Mogadon Duiiiolid) diazepam dan lain-lain^
Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika yang dimaksud dengan paslkotoplka adalah zat atau obat
baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif
melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang mcnyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku Psikotropika
dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut
1 Psikotropika golongan I yaitu psikolropika yang hanya dapat digunakan
unluk kcpentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi
sena mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan Contohnya ekstasi shabu LSD
2 Psikotropika golongan II yakni psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi danatau tujuan ilmu
pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan Contohnya amfetamin metilfenidat atau ritalin
3 Psikotropika golongan III yaitu psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi danatau unluk tujuan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan
sintlroma ketergantungan Contohnya pentobarbital Flunitrazepam dun
4 Psikotropika golongan IV yaitu psikotropika yang berkhasiat
Ibid ILil 15
20
pengobatan dan sangal luas digunakan dalam terapi danatau unluk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindrom ketergantungan Contohnya diazepam
bromazepam Fenobarbital klonazcpam klordiazepoxide nitrazepam
seperti pil BK pil Kopio Rohip Dum MG
Sedangkan kelompok dan jenLs psikotropika yang sering
disaiahgunakan antara lain
1 Psikostimulansia scperti amfetamin ekstasi dan shabu
2 Scdalif amp Hipnolika (obat penenang obat tidur) seperti MG BK
DUM Pil kopio dan lain-lain dan
3 Halusinogenika seperti lysergic acid dycthylamidc (USD) mushroom
Berdasarkan Ilmu farmukologi psikotropika dikelompokkan ke daiam 3
(tiga) golongan yakni dcpresan stinuilan dan halusinogen sebagai
berikut
1 Kelompok dcpresanpcnekan syaraf pusatpenenangobat tidur
Contohnya adalah valium BK rohipnol mogadon dan lain-lain
Jika diminurn obat ini dapat memberikan rasa tenang menganluk
rasa tcnteruni dan damai Obat ini Juga menghilangkan rasa takut
dan gelisah
2 Kelompok stimuiaiiperangsang syaraf pusaianti tidur Conlohnya
adalah amfetamin ekstasi dan shabu Ekstasi berbentuk tablet
berancka bentuk dun wama Amfetamin berbentuk tablet bcrwama
-Aid hal 16-17
21
pulih Bila diiriinuni obal ini mcndalangkan rasa gembira hilangnya
rasa pemiusuhiui hilangnya rasa marali ingin selalu aktif badan
terasa fit dan lidak merasa lapar Daya kerja otak menjadi scrba
cepat namun kurang lerkendali Shabu berbentuk tepung kristal
kasar berwarna pulili hersih seperti garani
3 Kelompok halusinogen Halusinogen adalah obat at tanaman
makanan yang dapat meninibulkan kiiayaian contohnya yailu LSD
Lysergic Acid Dicihyltamide) getah lanaman kaklus kecubung
jamur tertentu (misceiine) dan ganja Bila diminurn spikotropika
jenis in dapat menimbulkan kliayalan tentang peristiwa-peristiwa
yang mengerikan khayalan tentang kenikmatan scks dan
sebagainya Kenikmatan didapat oleh pemakai setelah pemakai sadar
bahwa perisfiwa mengerikan ilu bukan kenyataan atau karena
kenikmatankenikmatan yang dialami walaupun hanya khayalan
BAB III
PEMBAHASAN
A Faktor yang Mcnyebabkan Terjadinya Penyalahgunaan Narkotika dan
Psikotropilta
1 Faktor yang Bersunibcr Dari Individu
Menurut Luthfi Buraja terdapat 3 (liga) pcndekatan untuk
tcrjadinya penyalahgunaan dan ketergantungan terhadap narkotika dan
psikotropika yaitu peridekalan orgunobilogik psikodinamik dan
psikososial Ketiga pendekatan tersebut tidaklah berdiri sendiri melainkan
saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya Dari siidut pandang
organobiologik (sususan syaraf pusatotak) mekanismc terjadinya adiksi
(ketagihan) hingga deperidcnsi (ketergantungan) dikenal dengan dua istilah
yaitu gangguan mental oragnik atau sindrom otak organik seperti gaduh
gelisah dan kekacauan dalam fungsi kognilif (alam pikiran) efektif (alam
perasaanemosi) dan psikomotor (perilaku) yang disebabkan efek
langsung terhadap susunan syaraf pusat (otiik)^^
Sescorang akan mcnjadi ketergantungan terhadap narkotika dan
psikotropika apabila seseorang dengan tems-menenis diberikan zat
tersebut Hal ini berkaitan dengan teroi adaptasi sekuler mum
adaptaiUm) tubuh beradaptasi dengan menambah jumlah teseptor dan seishy
se syaraf bekcrja kcras Jika zat dihenlikan sel yang masih bekerja kcras
Luthll Uaraja Makalali Gangguan Mciilul dan icrilaku Akibut Nurkuba Disampalkim pada Seminar tentang Narkoba di SMK Iptck lakarla hal 2
22
23
tadi mengaiami kelmLisaii yang dari kiar tampak sebagai gejala-gejala
putus obal Gejala putus obat tersebut mcmaksa individu untuk
mengulangi pemakaian zal tersebul
Faktor predisposisi individu dengan gangguan kepribadian (anti
sosial) ditandai dengan pcrasaan lidak puas terhadap orang lain Selain itu
yang bersangkutan tidak inampu untuk berfungsi secara wajar dan efektif
dalam pergaulan di rumah di sekoiah atau di tempat kerja gangguan lain
sebagai penyerta berupa rasa cemas dan depresi Untuk mengatasi
ketidakniainpuan dan mcnghiiangkan kccemasan atau depresinya maka
individu tersebut cenderung untuk menggunakan narkoba Semestinya
individu itu dapat mengobati dirinya dengan datang ke dokterpsikiater
untuk mendapatkan terapi yang tepat sehingga dapat dicegah
keterlibatannya dalam penggunaan narkotika dan psikotropika
Secara umum mereka yang menyalahgunakan narkotika dan
psikotropika dapat di bagi ke dalam 3 (tiga) golongan besar yaitu
1 Ketergantungan primer ditandai dengan adanya kecemasan dan
depresi yang pada umumnya terdapat pada orahg detigah kepfibadlah
yang tidak stabil
2 Ketergantungan simtomatis yaitu penyalahgunaan narkotika dan
psikotropika sebagai salah satu gejala dari tipe kepribadian yang
mendasarinya pada umumnya terjadi pada orang yang kepribadian
psikopatik (anti sosial) kriminal dan pemakaian narkotika dan
Ai4hal K
24
psikotropika untuk kesenangaii sematu
3 Ketergantungan reaktif yaitu terdapat pada remaja karena dorongan
ingin tahii pengaruh tekanan dan lingkungan tenian atau kelompok
sebaya peer group pressure)
Ada beberapa faktor internal dan ekslernal yang mcnjadi penyebab
individu menyalahgunakan dan menjadi ketergantungan terhadap
narkotika dan psikotropika Menurut Sudarsono bahwa penyalahgunaan
narkolika dan psikotropika di latar belakangi oleh beberapa sebab yaitu
1 Untuk membuktikan kebcranian dalam melakukan tindakan-tindakan
yang berbaiiaya seperti ngebut dan bergaul dengan wanita
2 Meniinjukkan tindakan yang menenlung orang tua guru dan norma
sosial
3 Mempermudah penyaluran dan mempermudah perbuatan seks
4 Melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh peiigalamaii-
pengalainan einosional
5 Meneari dan menemukan aril hidup
6 Mengisi kekosnngan dan kesepian hidup
7 Menghilangkan kegelisahan frustasi dan kepepel hidup
8 Mengikuti kemauan kawan-kawan dahim rangka pembinaan solidaritas
dan
9 Iseng-iseng saja dan rasa ingin tahu
Menurut hasil penelitian Dadang Hawari bahwa di anlara faklor-
Sudujsono Kenakalan Remaja cel ii (Jakarta Rineka Cipta 1992) 1ml 67
25
faktor yang berpcran dalam penggunaan narkotika dan psikolropika
adalah
1 Faktor kepribadian anti sosial dan psikopatik
2 Kondisi kejiwaan yang mudah merasa keeewa atau depresi
3 Kondisi keluarga yang meliputi keutuhan keluarga kesibukan orang
tua hubungan orang tua dengan anak
4 Kelompok teiiian sebaya dan
5 Narkotika dan psikotropika itu sendiri mudah diperoleh dan tersedianya
pasaran yang resmi maupun lidak resmi
Menurut Siibagyo Partodiharjo secara individu terdapat beberapa
faktor yang mcmpengaruhi sescorang dapat menyalahgunakan narkotika
dan psikotropika Alasan ini merupakan alasan yang bersumber dari diri
sendin atau pemakai narkotika dan pasikotropika tersebut yakni sebagai
berikut
a Ingin tahii
Perasaun ingin tahu biasanya diniiliki oieh generasi muda pada
umur setara siswa SD SLTP dan SLTA Bila di hadapan sckelompok
anak muda ada seseorang yang inemperagakan uikmatnya
mengkonsumsi narkotika dan psikolropika maka didorong oleh naluri
alami anak muda yaitu keingintahuan maka salah seoariig dari
kelompok itu akan maju mencobanya Selain didorong oleh
keingintahuan keberaniannya juga karena didesak oleh gejolak dalam
Mardiini foc cil hai 102 ^ Subagyo RatoiJlliarjo ioc cil liiil 72-74
26
jiwanya yang ingin dianggap hebal pemberani dan pahlawan di antara
temanteinan sehayanya Maka jatuhlah satu orang anak dalam pelaku
setan
Dalam kondisi seperti itu reaksi kawan-kawan sebayanya
berbeda-bcda
1 Ada yang ingin menyaingi menunjukkan bahwa dirinya lebih hebat
lagi lalu memakai
2 Ada yang ingin tahu kemudian ikut memakai dan
3 Ada yang sella kawan lain ikut memakai juga
Sikap seperti inilah yang menyebabkan bandar atau pengedar
senang Mereka meiigincar generasi muda mahasiswa atau pclajar
karena 2 (dua) pertimbaiigan
1) Kalau salah satu anak muda kena maka anak muda yang lainnya
ikut kena sehingga konsumen cepat bertambah dan
2) Kalau anak muda kena maka anak muda tcrsebut akan mcnjadi
pemakai selia dalam waktii yang lama Berbeda dengan orang tua
yang cepat maii keuntungan komersial yang diperoleh dari
kelompok anak muda ini akan banyak
b Ingin dianggap hebal
Pcrasaan ingin dianggap hebat biasanya dimiiiki oleh generasi
muda Sepcrti ditcrangkan di atas salah satu sifat alami yang positif
dari generasi muda adalah daya saing Sayang sekali karena
kelidaktahuan sifat positif ini juga dapat dipakai untuk masalah negatif
27
Silat positif ini scharusiiya didorong unluk berlomba daluin preslasi
pada bidang pcndidikan kesenian olah raga dan lain-lain yang
bermanfaat bagi kehidupan
Bila sikap ingin berkonipctisi ini diarahkan untuk
mengkonsumsi narkolika dan psikolropika akibatiiya sungguli
mengerikan yailu kcgagalan hidup dan kesengsaraan Pemakai hanya
dapat dianggap hebat oleh lingkungan kecil pcniakai narkotika dan
psikotropika Di masyarakat luas pemakai hanya menuai cerca dan
nista
c Rasa setia kawan
Perasaan setia kawan sangat kuat dimiiiki oleh generasi muda
Jika lidak mendapatkan penyaluran yang posilif sifai positif tersebut
dapat berbahaya dan mcnjadi negatif Bila (cmannya memakai
narkotika dan psikotropika maka individu tersebul ikut juga memakai
Bila temannya dimarahi orang tuanya atau dimusuhi masyarakat maka
pemakai membela dan ikut bersimpatik
Sikap seperti itulah yang menyebabkan anak ikut-ikutan
Awalnya hiuiya satu orang yang merokok kemudian semuanya menjadi
perokok Setelah semuanya merokok sntu orang mulai memakai ganja
lalu yang lainnya ikut sehingga menjadi sekawanaii pemakai ganja
Selelah semua memakai ganja satu orang memakai ekstasi kemudian
semuanya ikut demikian selerusnya meningkat menjadi shabu dan pada
akhirnya menjadi pemakai putaw
28
d Rasa kccewa truslasi kcsai
Pcrasaan kesal kcccwa atau (rustasi biasanya terjadi karena
kegagalan pada generasi muda eksckutif mudu suami atau istri
Pcnggiiiiaan narkotika dan psikolropika pada kelompok ini bertujuan
untuk sesaat melupakan kekccewaan kckesaian dan fi-uslasi Kondisi
masyarakat yang carut martit tclah banyak melahirkan kekccewaan
kekesalan bahkan Iruslasi Narkolika dan psikotropika dapat
melupakannya sesaat tetapi tidak untuk mengatasi masalah yang
sesungguhiiya
Hubungan buruk yang disebabkan oleh kcgagalan
berkomuiiikasi antara orang tua dengan anaknya dapat menyebabkan
rasa kesal Hal ini mcnjadi faktor pemicu pemakaian narkotika dan
psikotropika oleh anak Intcraksi anlara orang tua dcngan anak tidak
cukup hanya berdasarkan niat baik Cora berkoniunikasi juga harus
baik Masing-masing pihak harus memiliki kcsabaran untuk
menjclaskan isi hatinya dengan cara yang tepat Banyak sekali konfllk
di dalam rumah tangga yang terjadi hanya karena salah paham atau
kekeliman berkoniunikasi Kekeliruan kecil itu dapal bcrakibat fatal
yaitu masuknya narkotika dan psikotropika ke dalam keluarga
Kekccewaan kekesalan dan frustasi dapal terjadi karena
kekeliruan dalam berkomunikasi terhadap beberapa faktor berikut i n i
I ) Komunikasi anak dengan orang tua
IbUI hiiJ 74
29
2) Komunikasi antar anak
3) Komunikasi di lingkungan eksekulifinuda dan
4) Komunikasi antara suami istri
e Ingin bebus dari rasa sakil atau pusing
Penderila pcnyakit beral yang kronis dan tidak kunjuiig sembuh
misalnya Ranker hati luka bakar uka tusuk wasir Ranker paruparii
migreii eneok pengapuran dan lain-lain sclalu merasakan sakit yang
iuar biasa karena penyakitnya Rasa sakit tersebut sering kali tidak
dapat dihilangkan dengan obat pengtiiiang rasa sakit biasa (anaigetik)
sehingga peiiderilanya mencoba narkotika atau psikotropika
Narkotika maupun psikolropika dapat menghilangkan rasa sakit
tersebut tetapi tidak menyembuhkan penyakitnya Ceiakaiiya pemakai
yang bersangkutan malah mendapat maslah baru yaitu ketergantungan
dengan segala komplikasinya yang justru menjadi lebih berbahaya
f Ingin menikmati rasa gembira tampii lincah energik dan mengusir
rasa sedih dan malas
Para eksekudf dan sciebritis biasanya memiliki gaya hidup yang
trendi Mereka merasa dituntut untuk selalu lampil lebih prima Dengan
mengkonsumsi naikotika atau psikolropika mereka dapat tampii prima
dan percaya diri karena kehilangan rasa malu walaupun sesungguhnya
tidak demikian
Perasaan hebat tersebut di atas seharusnya dicapai melaiui tekun
berolah raga hidup teratur meningkatkan kualitas fisik mental
30
inlclckUial dan mocaiiiyii Riikan ineiigamhit jalan piiitas dcngan tampii
seotah-olah prima niclalui manipulasi atau lipuan melaiui
mengkonsumsi narkotika atau psikolropika tersebut Pcnampilmi prima
yang semu atau atau tipuan itu lambat laun akan terungkap juga
sehingga [ania-keiamaan akan kelahuari juga jati dirinya yang
sesungguhnya itu
g ingin tampii iangsing
Narkolika dan psikotropika terscbut juga banyak digunakan oleh
artis dan ibu-ibu rumah tangga yang berbadan gemuk untuk
melangsingkan lubtihnya Narkotika alau psikotropika dengan jenis
tertentu ada juga yang dapat menghilangkan nafsu makan sekaligus
menambali aktivitas fisik sehingga dapat menurunkan beral badun
h Takut mengalami rasa sakit (sakaw)
Pengguna jenis narkotika atau psikolropika tersebut yang sudah
menjadi pemakai tetap (pemadat) akan mengalami rasa sakit (sakaw)
bila tidak memakainya Karena takut merasakan penderitaan maka
pemakai tersebut terus memakainya sehingga menjadi pemakai yang
sella junkies) Banyak pemakai narkotika dan psikotropika ini yang
setia adalah orang-orang yang merasa terpaksa memakai sebab kalau
lidak memakainya mereka akan mengalami sakaw
Kebanyakan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika
dimulai atau terdapat pada masa remaja sebab masa remaja yang
sedang mengalami perubahan biologik psikologik maupun sosial yang
31
pesat merupakan individu yang rentan untuk nienyaiahguriakan
narkotika maupun psikotropika terscbut Anak atau remaja dcngan ciri-
ciri tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi
penyalahgunanya Ciri-ciri tersebut anlara lain^
a Cenderung memberontak dan menolak otoritas
b Cenderung memiliki gangguan j iwa lain (komorbiditas) seperti
depresi cemas psikotik keperibadian dissosial
c Perilaku menyimpang dari aluran atau norma yang berlaku
d Rasa kurang percaya diri low selw-confulence) rendah diri dan
memiliki citra diri negatif (ow setf-esleem)
e Sifal mudah keeewa cenderung agresif dan destruktlf
f Mudah murung pemalu pendiam
g Mudah merasa bosan dan jenuh
h Keingintahuan yang besar untuk meneoba atau penasaran
i Keinginan untuk bersenang-senang [just for fun)
j Keinginan untuk mengikuti mode karena dianggap sebagai lambang
keperkasaan dan kehidupan modem
k Keinginan untuk diterima dalam pergaulan
1 Identitas diri yang kabur sehingga merasa diri kurang jantan
mTidak siap mental untuk menghadapl tekanan pergaulan sehingga
sulit mcngambil keputusan untuk menolak tawaran NAPZA dengan
tegas
Tom Kus dan Tedi Btihava NAPZA Bagi Pelajar (Bandung Yayasan Al-Ghilari Morgan im) hal 14
32
n Kemampuan komunikasi rendati
o Melarikan diri dari scsuatu (kebosaiian kcgagalan kekccewaan
kclidakmampuan kesepian dan kegcliran hidup dan lain-lain)
p Putus sekoiah dan
q Kurang menghayati iman atau kcpcrcayaaiinya
Menurut Tim Badan Narkotika Nasional hahwa terdapat
beberapa iaklor yang menyebabkan sescorang alau individu
menyalahgunakan narkolika dan psikotropika anlara lain
1) Keingintahuan yang besar untuk mcncoba tanpa sadar alau berlikir
panjang tentang akibatnya dikemudian hari
2) Keinginan unluk mencoba-coba karena penasaran
3) Keinginan untuk bersenang-senang
4) Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya hidup
5) Keinginan untuk dapat diterima daiam suatu kelompok
6) Lari dari masalah kebosanan atau kegetiran hidup
7) Pengertian yang salah bahwa mcncoba sckali-kali lidak akan
menimbulkan masalah
8) l idak mainpu alau tidak berani menghadapl tekanan dari lingkungan
alau kelompok pergaulan unluk menggunakan narkolika dan
psikotropika dan
9) Tidak Japal atau mampu mengatakan tidak pada narkotika dan
psikotropika
Tim INN Loc di
33
Berdasarkan peinaparaii Icrscbut di atas dengan demikian
bahwa individu didorong oleli beberapa faktor untuk menyalahgunakan
pemakaian narkotika dan psikotropika tersebut sehingga menjadi
individu yang mengalami ketergantungan berikut ini disebutkan
beberapa faktor adalah
1) Ingin tahu dan Ingin mencoba rasa memakai narkotika atau
psikotropika bagi kalangan anak muda)
2) Ingin dianggap lebih hebat dari orang Iain pada orang muda)
3) login membuktikan kesetiakawanan (pada orang muda)
4) Dianggap paling tepat untuk mengatasi perasaan keeewa j en gkel
dan frustasi (pada suami istri yang mengalami konllik rumah
tangga)
5) Dianggap cara yang paling mudah untuk menghalau rasa sakit pada
tubuh (pada penderita penyakit yang kronis)
6) Dianggap cara yang paling ampuh untuk mendapatkan perasaan
tenang damai atau gembira (pada suami istri yang mcnghadapi
konflik rumah tangga)
7) Dianggap cara yang paling mudah untuk melangsingkan lubuh (pada
ibuibii rumali tangga atau wanita yang bertubuh gemuk)
2 Faktor yang Bersumlicr dari Lingkungan
Faktor lingkungan tidak mampu mencegah atau mengurangi
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika bahkan membuka kesempatan
pemakaian narkotika dan psikotropika Yang dimaksud dcngan faktor
34
kesempatan di sini adalah tersedianya siluasi-situasi yang nieiiiungkinkan
untuk memakai narkolika atau psikolropika di waktu-vvaklu luarig di tempat
rekreasi atau hiburan diskotik pesia dan lain-lain Atau mungkin lingkungan
masyarakat yang tidak mampu mengendalikan bahkan membiarkan penjualan
alau pcrcdaran geiap narkotika dan psikotropika misalnya karena lemahnya
penegakan hukum penjualan narkolika dan psikotropika secara bcbas bisnis
narkotika dan psiktilropika yang terorganisir mudahnya memperoleh
narkotika dan psikotropika dan lain-lain
raklor yang bersumber dari lingkungan yang mcnyebabkan individu
dapat menyalahgunakan pemakaian narkotika dan psikotropika merupakan
laktor kontribusi masukaii dari Iuar individu) dimana sesttorang dengan
kondisi keluarga tidak baik akan merasa tertekan dan rasa lertekan inilah
sebagai faktor penyerta bagi dirinya untuk terlibat dalam penyalahgunaan
narkotika dan psikotropika tersebut Disfungsi keluarga yang dimaksud antara
lain adalah keluarga yang tidak utuh kedua orang tua yang tcrlalu sibuk dan
lingkungan interpersonal dengan orang tua yang tidak baik Di samping itu
faktor pencetus seperti pengaruh teman sebaya tersediu dan mudah
didapatkan mempunyai andil sebagai faktor pencetus sescorang atau individu
terlibat ke dalam penyalahgunaan yang mengakibatkan ketergantungan
terhadap narkotika dan psikotropika Dari sudut pandang psikososial
penyalahgunaan narkotika dun psikolropiku dapat terjadi sebagai akibat
negatif dari intcraksi tiga kiitub sosial yang tidak kondtisif yaitu kutub
Lulhli ilurnju Op cil
35
keluarga kutub sekolahkupus dan kulub masyarakat
Faktor lingkungan meliputi faktor kciuarga dan lingkungan pergaulan
balk dlsekltar rumah sekoiah teman sebaya maupun masyarakat Banyak
pengguna Narkotika dan Psikolropika yang berasal dari keluarga yang lidak
harmonis Keluarga seharusnya mcnjadi wadah untuk menikmati kebahagiaan
dan curalian kasih sayang wahana silih asih silih asah dan silih asuh
Namun pada kenyataannya keluarga sering sekali justru menjadi pemicu
sang anak mcnjadi pemakai hal tersebut disebabkan karena kciuarga tersebut
kacau balau Hubungan antara anggota keluarga dingin bahkan tegang atau
bermusuhan
Komunikasi antara ayah ibu dan ariak-anak sering sekali
menciptakan suasana konflik yang tidak berkesudahan dimana bahwa
penyebab konllik tersebut sangal beragam Solusi semua konflik adalah
komunikasi yang baik periuh pcngerlian saling menghargai dan menyayangi
serta ingin selalu membahagiakaii
Konflik di dalam keluarga dapat mendorong anggota keluarga merasa
frustasi sehingga lerjebak memilih narkotika dan psikolropika sebagai
solusinya Biasanya yang paling rentan terhadap stres adalah anak kemudian
suami dan istri sebagai benleng terakhir Beberapa faktor yang bersumber
dari lingkungan keluarga yang dapat mempengaruhi seseorang atau individu
tertentu icrjun kc dalam lingkungan penyalahgunaan narkotika dan
36
psikotropika tcrsebut antara lain adatuh
a Koniimikasi niang tua-aiiak kiii-ang baikcfektif
b Hubungan dalam keluarga kunmgharmonisdisfimgsi dalam keluarga
c Orang tua bercerai bcrscitngkub atau kawin lagi
d Orang lua tcrlalu sibuk aUiu tidak acuh
e Orang tua oloriter alau scrba melarang
f Orang tua yang serha nieinbolehkan (pcrmisil)
g Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teiadan
h Orang tua kurang peduli dun tidak tahu dengan masalah narkolika
i Tata terlib alau disiplin keluarga yang selalu bcrubah (kiiiaiig konsisten)
j Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam kciuarga
dan
k Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahguna narkotika
dan psikotropika
Sitimsi buruk dalam keluarga yang soring menyudiitkan anak ke arah
narkotika dan psikotropika adalah
1) Anak merasa kurang mendapatkan kasih sayang dalam keluarga merasa
kesal keeewa dan kesepian
2) Anak merasa kurang dihargai kurang mendapatkan kepcrcayaan dun
selalu dianggap salah
3) Anak mengalami konflik dengan orang tua dalam masalah pacaran
memilih pasangan hidup atau meneniukan pilihan profesi cila-elta dan
Mardani Loc cil lial 99 AW hal 100
37
sebagainya
4) Anak kesal dan keeewa karena ayah dan ibuiiya kurang lianiionis dan
sering bertcngkar (broken home)
5) Suami thtsirasi karena tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapinya
dengan islrinya
6) Istri fnistrasi akibat konllik dengan suami tentang masalali ekonomi atau
adanya wanita lain di samping suami
Banyak pengguna narkotika dan psikolropika yang pada awalnya
dimulai karena pengaruh dari orang lain Bentuk pengaruh dari orang lain itu
dapat bervariasi mulai dari bujuk rayu lipii daya sampai kepada paksaan
a) Tipu Daya
Banyak anak yang ditipu oleh kenalon teman sahabat atau pacar
Seperti mengajak meraka untuk memakai narkotika dan psikolropika
dengan bemacam-macain tipuan Dengan alasan yang digunakan bahwa
narkotika dan psikotropika adalah vitamin obat pil pintar pil sehat atau
food supplement Tipuan itu dapat juga berupa bujukan bahwa narkotika
dan psikotropika tidak tcrlalu berbahaya kalau tahu raliasianya Banyak
orang di dalam masyarakat yang dikira orang baik-baik namun lemyata
pengedar narkotika dan psikotropika Walaupun orang itu adalah kawan
sahabat saudara atau pacar sebagai pengedar penipu tersebul akan tcga
menipu maupun menjebak kita Pengedar narkotika dan psikotropika
sangat pandui mcmasarkan narkotika dan psikotropika tersebut Dengan
menawarkan narkotika dan psikotropika sebagai mmn food supplement
38
pil scliat pil pintar dan sebagainya Dengan lipuan ini korban dari
kalangan kciuarga hannonis akan terjcrumus ke dalamnya Saat ini banyak
pemakai narkolika dan psikotropika dari keluarga harmonis bukan hanya
bull dari keluarga berantakan Banyak pekerja mahasiswa atau pelajar yang
tampii ioyo tertipu ketika kepadanya ditawarkan pil sehat vitamin atau pil
pintar Banyak pemuka agama juru dakwah atau pengkhotbah yang
tertipu karena pil sehal yang dlbelinya adalah narkotika dan
psikotropika Reaksi pemakaian narkotika dan psikotropika mula-mula
terasa menyehatkan dan membuat si korban tipuan terscbut sukses dalam
berdakwah atau berkhotbah Ibu rumah tangga juga dapat tertipu karena
ditawari pil pelangsing oleh saudara atau teman dalam arlsan dan lain-
lain Mulanya karena tipu daya akhimya setelah lerjebak menjadi
biasa
b) Bujuk rayu
Waftiia camlk pengedaf ftaTkotlka dan psikotFoplka biasanya menjebak
mangsa melaiui bujuk rayu Untuk memasarkun narkotika dan
psikotropika pengedar tersebut memilih profesi sebagai wanita penghibur
atau Wanita Tuna Susiala (WTS) Banyak eksekutif muda pekerja atau
bos-bos yang mulai memakai narkotika dan psikotropika karena rayuan
pekerja seks komersial hostess dan sebagainya Dalam mcmasarkan
narkotika dan psikotropika wanita tersebut merayu akan mau melayani
kencati kalau bersama-sama mengkonsumsi narkotika dan psikotropika
Subagyo Purlodlhario Loc cil hal 78
39
lebih dulu Muta-mula kurban memakai narkotika dan psikotropika karena
tergoda namun akhimya menjadi terbiasa
c) Paksaan
Banyak anak muda yang mengawali pemakaian narkotika dan psikotropika
karena dipaksa oleh sekawanun alau seseorang yang mengancam akan
mencelakainya Banyak pclajar atau nialiasiswa mengawali kebiasaan
memakai narkotika dan psikotropika dari keadaan terpaksa diancam oleh
sekawanan preman yang menghadang di tengah jalan Dari kelompok ini
pula terjaring pemakai yang berasal dari keluarga hannonis
Lingkungan sekoiah bagi pelajar tingkat SD SMP dan SMA
merupakan tempat yang stratcgls bagi para pelajar untuk menunjukkan jati
dirinya sehingga mereka terjun kepada penyalahgunaan narkotika dan
psikotropika ini faktor sekoiah yang merupakan bagian tcrpcnting yang
mempengaruhi adalah
a Sekoiah yang kurang disiplin
b Sekoiah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjiial narkotika atau
penjual psikolropika
c Sekoiah yang kurang member] kesempatan pada siswa untuk
mengembangkan diri secara kreatif dan positif
d Adanya murid pengguna narkotika atau psikotropika
Kartini Kurtono op cil hivl 124
40
B Pengaturan Sanksi Pidana Terhadaj) Pcnyalahgunaaan Narkotika dan
Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau
dari Perlindungan Terhadap Korban
Dalam hukum pidana di Indonesia terdapat adanya
ketldakseimbangan antara perlindungan korban kejahatan dcngan pelaku
kejahatan pada dasarnya mempakan salah satu pengingkaran dari asas setiap
warga negara bersamaan kcdudukannya dalam hukum dan pcmerinlahan
sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 sebagai
landasan konstitusional Perlindungan korban memiliki hubungan cral dcngan
teori pemidanaan yang dikemukakan Wirjono Prodjudikoro tujuan
pemidanaan adalah untuk niemenuhi rasa keadilan^
Ada Juga yang mengemukakan bahwa tujuan pemidanaan dapat
dilihat melalul 2 (dua) leorl mengenai alasan-alaitan yang membenarkan
(justification) penjatuhan hukuman (sanksi) yaitu Teori Absolut
(Vergeldingslheorie) dan Teori Relatif atau Doeitheorie Menurut Teori
Absolut (Vergeldingslheorie) tujuan pemidanaan sebagai pembalasan
terhadap para pelaku karena telah melakukan kejahatan yang mengakibatkan
kesengsaraan lerhadap orang lain alau anggota masyarakat sedangkan
Roeslan Saleh mengatakan sebagai reaksi-reaksi atasdelik yang berwujud
suatu nestapa yang scngaja dilimpakan ncgara kcpada pembuat delik
Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana Cctakan Iuriania (Jakarta Sinar Gnitlka2(W5)hii4
lcduu Mdipaung Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cctakun IcrliirMii (Jukiirtu Sinur Gratika 2005) hal 4
kiwsUin Saleh Shdsel Pidana Indonesia (Jukarlu liinn Aksara 19K7) hal 5
41
Menurut Teori Relatif Doeltheurie) tujuan pemidanaan adalah
a Menjerakan agar si pelaku atau terpidana menjadi jera dan tidak
mengulangi lagi perbuatannya specials presenile) sena masyarakat umum
agar mengertahui jika melakukan perbuatan yang sama akan mengalami
hukuman yang serupa atau disebut pula generalpreventte
h Memperbaiki pribadi si terpidana berdasarkan perlakuan dan pcndidikan
selama menjalani hukuman terpidana merasa menyesal dan tidak akan
mengulangi perbuatannya dan kcmbali kepada masyarakat sebgai orang
baik dan berguna dan
c Mcmblnasakan (menjatulikan hukuman mat) atau mcmbuat terpidana tidak
berdaya dengan menjatuhkan hukuman seiimur hidup
Pandangan di atas sangatlah wajar apabila beranjak dari pandangan
bahwa hukum pidana adalah hukum sanksi (hifzonderesancUerechl) sebab
dengan bertumpu pada sanksi itulah hukum pidana difungsikan untuk
menjamin keamanan ketertiban dan keadilan Dalam perkembangannya
ternyata tidak semua sarjana menyclujui maksud diadakannya pidana scperti
itu (sebagai suatu nestapa) karena muncul pendapat bahwa di samping pidana
ditujukan untuk memberikan penderitaan kcpada pelanggar atau mcmbuat
jera pemidanaan juga bertujuan agar pelaku dapat kembali hidup
bermasyarakat sebagaimana mestinya
Alasan yang paling inenonjol lerhadap upaya perubahan tersebut
adalah dengan meniperhatikan sisi kemanusiaan yang mcmandang bahwa
Ucdcn Mirpaung Opcil hal 4
42
sekalipiin tcrsangka telah melakukan kcsalahaii ia telap berkcdmiiikan sebagai
manusia utuh yang harus tetap diperlakukan sama dengan manusia lainnya
dan dilindungi hak asasi manusionya Karena itu pidana penjara saat ini
sedang mengalami masakrisis karena termasuk jenis pidana yang kurang
disukai Banyak kritik tajam ditujukan terhadap jenis pidana perampasan
kemerdekaan ini baik dllihat dari sudut efektifitasnya maupun dilihat dari
akibat-akibat lainnya menyertai atau berhubungan dcngan dirampasnya
kemerdekaan seseorang
Banyaknyu kritik yang diarahkan pada bentuk pemidanaan berupa
perampasan kemerdekaan (yang ditujukan untuk membuat jera pelaku)
sehingga berkembanglah bentuk pemidanaan lain yang dianggap lebih
manusiawi yaitu penjatuhan pidana berupa denda atau pemberian ganti
kerugian kepada korban Pemberian ganti kerugian pada awalnya merupakan
konsep kcperdalaan seperti halnya dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata yang mewajibkan setiap orang yang menyebabkan orang lain
menderita kerugian untuk membayar ganli rugi Dalam perkembangannya
konsep ini diterupkan pula dalam hukum pidana mengingat akibat yang
ditimbulkan pada korban tindak pidana akan selalu disertai dengan kerugian
baik mental fisik maupun material sehingga sangat wajar apabila korban pun
menuntui ganti kerugian pada pelaku guna memulihkan derita yang
dialaminya
Dengan memperhatikan pada beberapa teori klasik tentang tujuan
Uurtla Nawuwi Ariel Sislem Pemidanaan Menunii Konsep KIHP llaiu dan Latar Helakang Pemlklrannya Hahan Ienalaran Hukum Pidana V Undanu Kupang uinjyful 11 Juli-12 Agustus 1989
43
pemidanaan dapat disiinpulkan bahwa penjatuhan pidana lebih banyak
ditujukan untuk kepeiitingan pelaku dengan kata lain tujuan pemidanaan
hanya dimaksudkan imtuk mengubah perilaku dari pelaku kejahatan agar
tidak mengulangi lag perbuatannya sedangkan kcpentingan korban sama
sekali diabalkan
Perlindungan terhadap korban narkotika jika dihubungkan dengan
beberapa teori pemidanaan yang telah dipaparkan di atas maka peneliti
mengkaji bahwa dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang baru ini terdapat kescimbangan antara perlindungan terhadap
pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana bahwa berdasarkan sanksi
baik pidana maupun denda yang terdapat dalam undang-undang ini sangatlah
berat-berat dan tegas ]ni berarti bahwa undang-undang ini lebih
mementingkan korban dari pada pelaku kejahatan narkotika Mengingat
bahwa dengan adanya pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan
korban semakin banyak yang berjatuhan schingga daripada korbnnnya anak
bangsa yang memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara
Indonesia maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-
beratnya lerhadap si pelaku tindak pidana narkotika bahkan pidana mati atau
seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-
undang yang bam ini juga diatur mengenai rehabilitasi terhadap korban baik
korban yang diakibatkan oleh orang Iain maupun karena self victimizing
victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku itu sendiri
44
C Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Seif-
Victimizing Victims
1 Self-victimizing victims uarkotika dau psikotropika
Suatu viktimisasi adalah sebagai suatu permasalahan manusia yang
merupakan kenyataan sosial hal ini disebabkan karena setiap warga negara
berhak mendapatkan rasa aman dan bcbas dari segala bentuk kekerasan
sesuai dengan falsafah Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 Contohnya adalah seseorang akibat perbuatannya memakai
narkotika dapat menimbulkan bahwa si pemakai tersebut menjadi tidak
berdaya upaya dengan kata lain bahwa si pelaku telah menjadi korban
akibat perbuatannya sendiri yang menimbulkan perbuatan kriminal
Penyalahgunaan narkolika atau psikolropika merupakan perbuatan
kriminal karena telah melanggar ketentuan di dalam undang-undang yang
ada yakni Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tetang Psikotropika dan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Terlibatnya si
pelaku kejahatan atau tindak pidana yang menimbulkan kerugian terhadap
dirinya sendiri daiam hal inilah yang disebut dengan istilah self victimizing
victims yang merupakan bagian dari viktimisasi Sehubungan dengan itu
maka Wolfgang menyatakan beberapa Jenis viktimisasi ialah
1 Unrelated victims yaitu korban yang tidak ada hubungannya sama
sekali dengan terjadinya korban misalnya pada kasus kecelakaan
pesawat Dalam hal In tanggungjawab sepenuhnya terletak pada
Utplietin3|il(igspqtcom2()OSIOl|ukum-viktinivl9gihlml diakscs terakhir langgul l2Januari 2015
45
pelaku
2 Provocative victims yaitu seseorang yang secara aktif mendorong
dirinya menjadi korban misalnya kasus selingkuli dimana korban juga
sebagai pelaku
3 Participating victims yailu seseorang yang tidak berbuul tetapi dengan
sikapnya justru mendorong dirinya menjadi korban
4 Biologically weak victims yaitu mereka yang secara tisik memiliki
keleinalian atau potensi untuk mcnjadi korban misalnya orang tua
renla anak-anak dan orang yang tidak mampu bcrbual apa-apa
5 Socially weak victims Yaitu mereka yang memiliki kedudukan social
yang lemah yang menyebabkan mereka mcnjadi korban misalnya
korban perdagangan perempuan dan sebagainya
6 Self victimizing victims yaitu mereka yang menjadi korban karena
kejahatan yang dilakukannya sendiri pengguna obat bius judi aborsi
dan prostitusi
Dalam hal ini kedudukan viktimologi sebagai sebuah ilmu yang
mempelajari tentang korban memiliki peranan yang sangat penting ruang
lingkup viktimologi ini meliputi
1 Semua macam sciiap macam perbuatan kriminal yang mengakibatkan
orang-orang mcnjadi korban
2 Setiap orang atau pihak yang dapat menjadi korban baik orang
perorangan maupun suatu korporasi atau organLsasi
3 Setiap orang atau pihak yang dapal menimbulkan korban artinya
46
dimana disatu sisi orang terscbut dapat merugikan orang iain sehingga
orang tidak merasa aman akibat tindakanya
4 Cara-cara viktimisasi atau penimbulan korban
5 Bentuk-bentuk viktimisasi yang terdiri dari primary viclimizalion
adalah korban individualperorangan bukan kelompok secondary
victimizalion korbannya adalali kelompok misalnya badan hukum
tertiary Victimizalion yang menjadi korban adalah masyarakat luas
nun viciimozaiion korbannya tidak dapat segera diketahui misalnya
konsumen yang tertipu dalam menggunakan hasil produksi
6 Akibat viktimisasi
7 Pengaruh viktimisasi
8 Reaksi atau respons terhadap viktimisasi
9 Penyelesaian viktimisasi dan
10 Pengaturan yang berkaitan dengan viktimisasi (yang menjadi
perhatian viktimologi)
Studi viktimologi akan memberikan pemahaman kepada setiap
individu mengenai hak dan kewajibannya dalam rangka mengantisipasi
berbagai bahaya yang mengancamnya Viktimologi memberikan
sumbangan pemikiran mengenai masalah viktimisasi tidak langsung
dampak sosial polusi industri viktimisasi ekonomi politik dan
penyalahgunaan kewenangan Viktimologi ini juga memberikan dasar
pemikiran dalam penyelesaian viktimisasi kriminal atau factor viclimogen
dalam sistem peradilan pidana
47
Dari perspektif ikalan Korban Napza (IKON) l ial i yang dimaksud
sebagai korban adalah orangperorangan yang menderita secara langsung
dari penyalahgunaan napza dan tennasuk pula keluarga alau tanggungan
langsung dari korban Namun karena hukum dl Indonesia memandang
pengguna napza adaiah kriminal maka terjadilah dampak-dampak negalif
yang dialami oleh pengguna napza yang merupakan korban scperti
diskriminasi kriminallsasi kesehatan dan stigmatisasi Maka sebagai
korban IKON Bali mendorong agar dihentikannyadiskriminasi lerhadap
korban napza mendorong vonis rehabilitasi untuk korban napza
mendorong agar dihentikannya penyiksaan terhadap korban napza dan
yang terakhir adalah mendorong terpenuhinya hak atas kesehatan bagi
korban dan orang terinfeksi HIV Dengan melihat kondisi permasalahan
penanggulangan napza yang semakin tidak menentu dan meningkatnya
jumlah korban napza secara terus-menerus Maka Ikon Bali meminta
1) Penerapan SEMA Nomor 7 Tahun 2009 sebagai pemenuhan hak atas
kesehatan terhadap korban Mpza
2) Meminta kepada Pengadilan Negeri Denpasar untuk menjadi insiator
dalam penyusunan langkah teknis penerapan SEMA Nomor 7 Tahun
2009
3) Meminta kepada selunih instansi tcrkait untuk mulai meiigambil
langkah nyata dalam penanggulangan napza
43 Ibid
48
4) Meminta agar korban napza diperlakukan secara manusiawi tanpa
penyiksaan sligma dan diskriminasi
5) Ikon Bali mendukung secara penuh program-program pemerintab
dalam penanggulangan napza
2 Rehabilitasi terhadap self-victimizing victims
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
merupakan undang-undang yang baru menggantikan Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika Adapun pasal-pasal di dalam
undang-undang in yang mengatur mengenai perlindungan korban adalah
berbagai pasal-pasal yangmencantumkan rehabilitas kepada korban
maupun pelaku tindak pidana narkolika Pasal 1 ayat (16) meneniukan
defenisi mengenai rehabilitasi dipandang dari sisi medis yakni
Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara
terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan Narkotika
Sementara Itu dalam Pasal 1 ayat (17) ditentukan defenisi rehabilitasi
dipandang dari sisi sosial yakni Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses
kegiatan pemulihan secara terpadu baik fisik mental maupun sosial agar
bekas pecandu Narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosia dalam
kehidupan masyarakat
Diimdangkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang merupakan undang-undang baru ini tentu mempunyai
maksud dan tujuannya Adapun tujuan yang terdapat dalam Pasal 4 yang
berbunyi
49
Undang-Undang tentang Narkotika bertujuan
a Menjamin kelersediaiin Narkotika untuk kcpentingan peiayanan
kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
b Mencegah mclindungi dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari
penyalahgunaan Narkotika
c Memberanlas pcredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika dan
d Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi Penyalah
Guna dan pecandu Narkotika
Bentuk perlindungan terhadap korban dan pelaku kejahatan tindak
pidana narkotika di dalajn Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
disebutkan ada 2 (dua) macam yakni pengobatan dan rehabilitasi lerhadap
korban maupun pelaku Pada Pasal 53 ayat (3) tersebul di atas bahwa yang
dimaksud dengan buktl yangsah antara lain surat kctcrangan dokter
salinan resep atau labeletiket Selcngkapnya mengenai pengobatan
ditentukan dalam Pasal 53 yang berbunyi sebagai berikut
(1) Untuk kcpentingan pengobatan dan berdasarkan indikasi medis
dokter dapal memberikan Narkotika Golongan II atau Golongan III
dalam jumlah terbatas dan sediaan tertentu kepada pasien sesuai
dengan ketcnluan peraturan perundang-undangan
(2) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat ( I ) dapal memiliki
menyimpan danatau incmbawa Narkolika untuk dirinya sendiri
(3) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mempunyai bukti
yang sali bahwa Narkotika yang dimiiiki disimpan danatau dibawa
50
untuk digunakan diperoleh secara sail sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
Mengenai rehabilitasi terhadap korban dan pelaku tindak pidana
kejahatan penyalahgunaan narkotika merupakan suatu kewajiban bagi
pemerintah dan instansi masyarakat Sebagaimana ketentuan dalam Pasal
54 bahwa Pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika
wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial Dalam Pasal 56
disebutkan juga bahwa
(1) Rehabilitasi mcdis Pecandu Narkotika dilakukan di rumah sakit yang
ditunjuk oleh Menteri
(2) Lembaga rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan oleh instansi
pemerintah atau masyarakat dapat melakukan rehabililasi medis
Pecandu Narkotika setelah mendapat persetujuan Menteri
Kemudian dipertegas kembali dalam Pasal 57 bahwa selain melaiui
pengobatan danatau rehabilitasi medis penyembuhan Pecandu Narkotika
dapat diselenggarakan oleh instansi pemerintah alau masyarakat melaiui
pendekatan keagamaan dan tradisional Salah satu tugas dan wewenang
Badan Narkotika Nasional adalah meningkatkan kemampuan lembaga
rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu Narkotika baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat
Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 ini terdapat
pengecualian dalam hal luniutan pidana terhadap anak yang masih berada
di bawah umur Misalnya terdapat di dalam salah satu pasalnya yakni pada
51
Pasal 128 ayal ( I ) yang bcrbunyi Orang tua atau wali dari pecandu yang
belum cukup umur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) yang
sengaja tidak mciapor dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6
(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp 100000000 satu juta
rupiah) Tetapi di datam ketentuan tain yakni pada Pasal 128 ayat (2) dan
ayal (3) ditentukan bahwa anak yang masih di bawah umur tidak dapat
dituntut pidami selcngkapnya pasal tersebul berbunyi Pecandu Narkotika
yang belum cukup umur dan telah dilaporkan oleh orang tua atau walinya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat ( I ) tidak dituntut pidana
(Pasal 128 ayat (2)) dan Pecandu Narkotika yang telah cukup umur
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) yang sedang menjalani
rehabilitasi mcdis 2 (dua) kali masa perawatan dokter di rumah sakit
danatau lembaga rehabilitasi medis yang ditunjuk oleh pemerintah tidak
dituntut pidana
Pada awalnya narkotika digunakan unluk kcpentingan umat
manusia khususnya untuk pengobatan dan peiayanan kesehatan Namun
dcngan semakin bcrkembangnya ilmu pcngclaliuan dan teknologi
peruntukan narkotika mengalami perluasan hingga kepada hal-hal yang
negatif
Di dunia kedokteran narkotika banyak digunakan khususnya
dalam proses pembiusan sebelum pasien diopcrasi mengingat di dalam
narkotika terkandung zat yang dapat mempengaruhi perasaan pikiran serta
kesadaran pusieti Oleh karena itu agar penggunaan narkotika dapal
52
memberikan manfaat bagi kehidupanurnat manusia maka pcredarannya
harus diawasi secara ketat sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 60 sampai
dengan Pasal 63 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang menyebutkan
Pasai 60 ditentukan bahwa
(1) Pemerintah melakukan pembinaan terhadap segala kegiatan yang
berhubungan dengan Narkolika
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meiipuli upaya
a Memenuhi ketcrsediaan Narkotika unluk kcpentingan peiayanan
kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
b Mencegah penyalahgunaan Narkotika
c Mencegah generasi muda dan anak usia sekoiah
dalampenyalahgunaan Narkotika termasuk dengan memasukkan
pendidikanyang berkaitan dengan Narkotika dalam kurikulum
sekoiah dasarsampai lanjutan atas
d Mendorong dan menunjang kegiatan penelitian danatau
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di brdang
narkolika unluk kcpentingan peiayanan kesehatan dan
e Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis bagi
Pecandu Narkotika baik yang diselenggarakan oleh pemerintah
maupun masyarakat
53
Pasal 61 ditentukan baiiwa
(1) Pemerintah melakukan pcngawasan terhadap segala kegiatan yang
berkaitan dengan Narkotika
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
1 Narkolika dan Prekursor Narkolika untuk kcpentingan peiayanan
kesehatan danatau pengembangan Hmu pengetahuan dan
teknologi
2 Alat-alat potensial yang dapat disaiahgunakan untuk melakukan
tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkolika
3 Evaluasi keamanan khasiat dan mutu produk sebelum diedarkan
4 Produksi
5 impor dan ekspor
6 Pcrcdaran
7 Pelabeian
8 Tnformasi dan
9 Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Pasal 62 berbunyi Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasai 60 dan pengawasan sebagaimana
dimaksiiddalam Pasal 61 diatur dengan Peraturan Pemerintah Dan dalam
Pasal 63 disebutkan bahwa Pemerintah mengupayakan kerja sama
dengan ncgara lain danatau badan intcmasional secara bilateral dan
multiialeral baik regional maupun internasional dalam rangka pembinaan
dan pengawasan Narkotika dan Prekursor Narkotika sesuai dengan
54
kcpentingan nasional
Berdasarkan biinyi beberapa pasa di atas mengenai pengawasan
terhadap pentingnya peredaran narkotika wajib diawasi secara ketat
dikarenakan saat ini pemanfaatannya banyak untuk hal-hal yang negatif
D i samping itu melaiui perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi penyebaran narkotika sudah menjangkau hampir ke semua
wilayah di Indonesia hingga ke pelosok-pelosok Daerah yang sebelumnya
tidak pcrriah tersentuh oleh peredaran narkotika lambat laun berubah
menjadi sentra peredaran narkotika Begitu pula anak-anak yang pada
mulanya awam terhadap barang haram ini telah berubah menjadi sosok
pecandu yang siikar untuk dilepaskan ketergantungannya
Sebelum Iahimya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
mengenai narkotika diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997
tentang Narkotika namun undang-undang ini tidak dapat dipertahankan
lagi keberadaannya karena adanya perkembangan kualitas kejahatan
narkotika yang sudali menjadi ancaman serius bagi kehidupan umat
manusia Pengguna narkotika sangat beragam dan menjangkau semua
lapisan masyarakat mulai dari anak-anak hingga orang dewasa orang
awam hingga artis bahkan hingga pejabat publik
Efek negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan narkotika secara
berlebihan dalam jangka waktu lama serta tidak diawasi oleh ahlinya
dapat
menimbulkan berbagai dampak negatif pada penggunanya baik secara
55
fisik maupun psikis Bahkan tidak janing penggunaan narkotika dapat
memicu terjadinya berbagai tindak pidana Karena itu untuk mencegah
semakin mcluasnya dampak negalif yang ditimbulkan dari penggunaan
narkotika maka pengawasan tidak hanya terbatas pada peredaran
narkotika tetapi juga pada mereka yang menjadi korban misalnya
sescorang yang menderita ketergantungan narkotika (pecandu) Apabila
seorang pecandu narkotika telah divonis bcrsalah oleh hakim atas tindak
pidana narkotika yang dilakukannya maka untuk memberikan kesempatan
pada yang bersangkutan agar tcrbebas dari kecanduaniiya maka hakim
dapat mcmutuskan untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani
pengobatan danatau perawatan
Pengobatan dan perawatan terhadap pecandu narkotika dilakukan
melaiui fasilitas rchabilitasi Rcliabilitasi medis dan sosial yang diberikan
kepada pecandu dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan
kemampuan fisik mental dan sosialnya Selain pengobatan dan perawatan
melaiui rehabililasi medis proses penyembuhan pecandu narkotika dapat
diiaksanakan oleh masyarakat melalul pendekatan keagamaan dan
tradisional
Sebagai conloh di Pakem Sleman Yogyakarta telah didirikan
sualu kliiiik alau Pusat Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkotika
Psikolropika dan Zal-zat Aditiflainnya (NAPZA) Terpadu yang didirikan
atas kerjasania Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dan
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang diresmikan pada tanggal 7
56
Desember 2005 Tujuan umum pendiriaii pusat rehabilitasi terpadu ini
adalah untuk memberikan jaminan penanganan paripurnakepada korban
penyalahgunaan Napza melaiui aspek hukum aspek medis aspek sosial
aspek spiritual serta pengembangan pcndidikan dan pelatihan dalam
bidang NAPZA secara terpadu sedangkan tujuan khususnya adalah
1 Terhindarnya korban dan instilusi dan penelrasi pengedar
2 Terhindarnya kerusakan mental dun masa depan para penyalah guna
Napza yang akan mcmbtinuh potensi pengembangan mereka
3 Terhindarnya korban-korban baru akibat penularan penyakil-penyakit
seperti Hepatitis HIVAIDS dan penyakit menular lainnya
4 Terwujudnya proses pengembangan penanganan korban NAPZA dan
aspek ilmiah serta keiimuan yang dinamis sesuai perkembangan zaman
sebagai pusat jaringan informasi terpadu dan mewujudkan teknis
penanganan penyalahgunaan narkotika dan obat-obalan terlarang bagi
daerah sekitamya maupun nasional
Pemberian perlindungan kepada korban narkotika lentil tidak dapat
dibebankan sepenuhnya kcpada pemeriiilah peran serta masyarakat pun
diharapkan ada salah salunya diterimanya kembali mantan pani pengguna
dalam lingkungannya tanpa melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya
diskriminatif bahkan dengan mcmposisikan mereka sebagai warga keias
dua yang harus dljauhi
Bentuk periindunganyang diberikan terhadap pelaku maupun
Dikdik M ArilMansur dan tUisUiris Guitom loa cil hal 90
57
korban penyalahgunaan narkolika dan psikotropika daiambentuk
rehabilitasi
Rehabilitasi adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang
dilujukan kepada pemakai narkolika dan psikotropika yang sudah
menjalani program kuratif Tujuannya agar pelaku tidak memakai lagi
dan bebas dari penyakit ikutan yang disebabkan oleh bekas pemakaian
narkotika dan psikotropika
3 Tahapan-tahapan rchabilitasi terhadap self-victimizing victims
Tahapan-tahapan rehabilitasi terhadap self-victimizing victims atas
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika yang ada di Indonesia tidak
sama Ada yang menekankan rehabilitasi hanya pada aspek medis ada
pula yang lebih menekankan pada aspek rohani Atau memadukan kedua
pendekatan tersebut dengan komposisi yang seimbang Yang ideal
rehabilitasi seorang korban narkotika dan psikotropika harus dilakukan
secara holisitik baik secara fisik psikis maupun kerohaiiiannya
1 Tahapan pengobatan (rehabilitasi)
Secara umum ada beberapa tahapan yang harus dilewati
Masing-masing tahapan tersebut memakan waktu bervariasi ada yang
seminggii sebulan dan bahkan berbu lan-bulan tcrgantung tingkat
ketergantungan tekad korban dan juga dukungan berbagai pihak
terutama keluarga dalam seluruh proses tersebut Setiap tahapan
Subagjo PiirloUiharjo Loc cU hal 105 ^ E M Giri Prastowo loc cil hal 28 -29
58
tersebut disusun dan dibuat untuk inenganlar pasien secara bertaiiap
melepaskan dari ketergantungan narkotika dan psikotropika Beberapa
tahapan rehabilitasi ini yang disajikan berikut sudah Icruji dapat
menyembuhkan atau memulihkan korban narkotika dan psikotropika
secara maksimal
a Tahapan transisi
Penekanaii dalam tahap ini lebih kepada informasi awal
tentang korbanseperti
1) Latar belakang korban
2) Lama ketergantungan
3) Jenis obat yang dipakai
4) Akibat-akibat ketergantungan dan
5) Berbagai inlbrniasi lainnya
Hal ini penling sehingga pada saatnya akan menjadi acuan
bagi pihak yang terlibat secara intensif dalam proses rehabilitasi
Ahl i yang berkompeten (dokter) akan menganaiisa tingkat
ketergantungan korban untuk kemudian meneniukan tingkat
pengobatan dan tingkat pembinaan bagi si korban schingga terapi
dan metode pengobatan bisa dilakukan secara terukur
Tahapan ini Juga dapat dijadikan rujukan untuk meneari
model rehabilitasi yang paling tepat bagi yang bersangkutan Pada
tahap ini tim rehabilitasi akan membantu korban agar menyadari
dirinya sedang menghadapl masalah ketergantungan narkotika dan
59
psikotropika Korban diajak untuk bersama-sama mengatasinya Hal
ini penting karena proses rchabilitasi tidak akan berhasil tanpa
adanya kesadaran korban tentang adanya bahaya yang dihadapinya
Dari situ akan dibangun tekad dan komitmennya untuk
meninggalkan narkotika dan psikotropika
Selain itu pada tahapan ini akan diteliti akibat fisik dari
penggunaan narkotika dan psikotropika Sejauh mana tingkat
kerusakan syaraf dan organ-organ tubuhnya yang rusak Unluk itu
diadakan pemeriksaaii laboratoriumiengkap dan tes penunjang untuk
mcndeteksi penyakit yang diderita korban A[)abia dalam
pemeriksaan ditemukan satu atau beberapa penyakit maka terlebih
dahulu diadakan pengobalan medis sebelum penderita mendapat
proses rehabilitasi lanjutan Langkah ini penting selain agar tubuh
yang bersangkutan bebas dari penyakit juga untuk mencegah
terjadinya penularan balk kepada korban narkotika dan psikotropika
ini diadakan pembersihan darah pada tubuh pecandu sehingga darah
menjadi bersih dan sistem metabolisme tubuh kembali normal
Proses ini dapat dilakukan melaiui cara-cara berikut
1) Cold Turkey abrupt withdrawal) yaitu proses penghentian
pemakaian narkotika dan psikolropika secara tiba-tiba tanpa
disertai dengan substitusi antidotum
2) Bertaliap atau substitusi bertahap misalnya dengan kodein
^Ibidhal 30
60
methadone CPZ atau clocard selama i -2 minggu
3) Rapid Detoxification dilakukan dengan anestesi umum (6-12
jam) dan
4) Simtomatik tergantung gejala yang dirasakan
2 Rehabilitasi intensif
Setelah melewati masa transisi (pengumpulan informasi tentang
keadaan korban dan latar belakangnya) baru masiik pada fase
berikutnya yakni proses penyembuhan secara psikis Motivasi dan
potensi dirinya dibangun daiam tahap ini Korban diajak untuk
menemukan dirinya dan segala potensinya sambil juga menyadari
berbagai keterbalasannya Bahwa untuk mengatasi masalah hidup yang
bersangkutan tidak perlu harus mengkonsumsi narkotika dan
psikotropika Narkotika dan psikotropika justru menciptakan masalah
baru yang jauh lebih besar dalam hidupnya Narkotika dan psikotropika
bukanlah solusi tetapi menjadisumber masalah Pada tahap ini berbagai
contoh dapat dipcrlihatkan kepada korban
Yang terlibat di dalam tahap ini yang utama adalah korban itu
sendiri sebagai pelaku self-victimizing victims) Korban harus punya
tekad untuk hidup tanpa narkotika dan psikotropika Korban harus bisa
menatap masa depan dengan penuh optimisme Selain yang
bersangkutan peranan keluarga (orang liia dan saudara-saudaranya
suami atau istri) juga sangal pcnling Anggota keluarga ini harus secara
intensifmendampingi dan jnenopang korban
61
Staf di paiiti rehabilitasi para konselor psikolog dan semua
pihak di panti rehabilitasi untuk bersama-sama mcmbangun
kepercayaan diri korban Seluruh proses ini membutuhkan waktu
berbulan-bulan bahkan selama bertahun-tahun tergantung tingkat
ketergantungan dan efeknya bagi korban Berbagai terapi yang
dilakukan selama dalam tahap ini baik yang dilakukan secara pribadi
maupun bersama-sama lewat berbagai aktivitas di panti rehabilitasi
tersebut bertujuan untuk memberdayakan kembali korban yang disekian
lama telah terpuruk oleh narkolika dan psikotropika Sebagai langkah
awal untuk sosialisasi diri dengan masyarakat korban juga secara
bertahap mulai mcmbangun komunikasi dengan orang lain di Iuar
komunitas rehabilitasi
Menurut Romo Lambertus Somar MSG dalam bukunya
Rehabilitasi Pecandu Narkotika dan Psikotropika pada tahap ini ada
tiga titik yang harus dilewati yang lebih dikenal dengan tahapan
stabilisasi pribadi yailu^
1 Secara sadar dan tekun melepaskan diri dari berbagai penyakit dan
akibatakibat lainnya (no to drugs) Tahap ini merupakan tahap
stabilisasi awai atau tahap konsolidasi (comolidation)
2 Menemukan jati diri menguasai kiat-kiat dan keterampilan-
keterampilan untuk menyehatkan serta mengisi hidup secara lebih
bermakna dan bermulu Latihan keterampilan vokasional (kerja) dan
E M Giri Praslowo Loc cil hal 32
62
peiigungkapan diri dari dimulai dibina sebiiigga disebul juga (afiap
pengukuan diri (jyerwtuil appraisal) Inilah lahap slabilisasi
niericiigah (inadya)
3 Dengan inisiatif pribadi orang secara sadar mulai berfikir dan
bertindak untuk mencapai prestasi-prestasi tertentu schingga disebut
juga tahap positive thinking and doing Tahap ini merupakan tahap
stabilisasi akhir
4 Tahap rekonsiliasi Tahapan berikut yang harus dilewati dan sangat
vital adalah tahap rekonsiliasi Tara korban tidak langsung
herinlcraksi secara bebas dcngan masyarakat akan tctiipi lerleblh
dahulu ditampung di sebuah lingkungan khusus selama beberapa
waktu sampai pasien benar-benar siap secara mental dan rohani
kembali kelingkungannya semula Yang paling ulama dalam fase ini
adalah pembinaan mental spiritual keimanan dan ketakwaan serta
kcsepiikatan sosial kemasyarakaian Proses ini bisa meliputi program
pembinaan jasmani dan rohani
Sampai ke tahap ini yang bersangkutan masih tcrikat dengan
rehabilitasi foimal namun sudah mulai membiasakan diri dengan
masyarakat Iuar sehingga merupakan proses resosialisasi (reentry) atau
penyesuaian (reconcilialion) Proses ini melewati tiga titik penting juga
yaitu
1 Tinggal lebih sering dan lebih lama di lingkungan keluarga sebagai
63
teiiipal tinggal tetap atau pun tempat tinggal transit unluk
resosialisasi sambil mclaiijiitkan kegiatan pilihan sebagai penunjang
masa selanjutnya Di sini terjadi perdamaian dan penycsuaian-
penyesuaian kembali dengan lingkungan
2 Rencana masa depan yang jelas dan siap direalisasikaii dengan
dukungan keluarga atau pihak-pihak lain Pada tahap ini korban
dapat memulai aktivitasnya lagi seperti sekolahkuliah mulai bekerja
atau merintis usaha sendiri
3 Kontak awal dengan kelompok-keiompok atau program-program
pemeliharaan lanjut aftercare) Di sini orang meiierima dirinya
seperti apa adanya merasa puas lalu mempercayakan dirinya ke
tangan orang lain
4 Pciiieliharaaii Lanjut Pada tahap ini walaupun secara fisik yang
bersangkutan sudah dinyatakan seliul dan secara psikis pun sudali
pulih namun masih ada kcmungkinan mereka akan tergclincir
kembali icbihlebih saat mereka sedang menghadapl masalah Pada
saat itu bisa Jadi mereka bemostagia dengan menikmati narkolika
dan psikotropika Saat ini juga niwaii Karena itu setiap korban yang
niemasuki tahap inidipersiapkaii sungguh-sungguh agar dapal
melewati dan mengatasi sUuasi rawan ini dengan melewati tiga titik
ini yakni
a Mengubah menghilangkan aUiu menjauhi hal-hal yang bersifat
bid hul 34
64
nostaigia kesenaiigan narkolika dan psikolropika
b Setiap mengikuti program-program dan aeara-acara aftercare
(pemeliharaan lanjut) dan
c Dapat juga mcUbatkan diri dalam gerakan atau kelompok bersih
narkoba dan peduli penanggulangannya
BAB IV
PENUTUP
A Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dipaparkan tersebut di atas peneliti
memberikan beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap
permasalahan di dalam penelitian ini sebagai berikut
Di antara berbagai faktor yang dapat mempengaruhi seseorang atau
individu menyalahgunakan narkotika atau psikotropika terdapat faktor
yang paling duininan yakni laktor yang bersumber dari keadaan keluarga
dan lingkungan bukan karcnn faktor individunya Karena faktor keluarga
yang buruk dan lingkungan yang juga buruk dan saling mendukung dapat
mempengaruhi individu menjadi pelaku lindak pidana penyalahgunaan
narkolika dan psikotropika tersebut dengan kata lain faktor keluarga dan
lingkungan yang buruk ini membuka kesempatan kcpada seseorang untuk
merasakan pergaulan dengan narkotika atau psikotropika sehingga dapal
menimbulkan ketergantungan terhadapnya
2 Perlindungan lerhadap korban narkotika- jika dihubungkan dengan
beberapa teori pemidanaan dalam perspektif Undang-Undatig Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika yang baru terdapai keseimbangan antara
perlindungan terhadap pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana
bahwa berdasarkan sanksi baik pidana maupun denda yang terdapat dalam
undang-undang ini sangatlah bcrat-bcnil dan tegas Ini berarti bahwa
65 bull
66
undang-undang narkotika yang baru tersebut lebih mementingkan korban
dari pada pelaku kejalialan narkotika Mengingat bahwa dcngan adanya
pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan ktgtrban semakin
banyak yang berjatuhan seliingga daripada korbannya anak bangsa yang
memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara Indonesia
maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-beratnya
terhadap si pelaku lindak pidana narkolika bahkan pidana mati atau
seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-
undang yang baru ini juga diatur mengenai rchabilitasi terhadap korban
baik korban yang diakibatkan oleh orang lain niaiipim karena self
victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku ilu
sendiri
Saran
Adapun yang menjadi saran peneliti di dalam penelitian ini yang
menjadi harapan untuk dipcrliatikan bersama adalah sebagai berikut
1 Diharapkan bagi setiap keluarga untuk menjaga keharmonisan melakukan
pengawasan dan mcnanainkan pcndidikan yang benar terutama dalam lial
menyeimbangkan antara emosi inteligensi dan spritual sejak dari din
terhadap anak sebagai benteng terhadap dirinya untuk dapat membentengi
dari pengaruh narkotika dan psikotropika yang semakin mengancam
keadaan lingkungan masyarakat
2 Diharapkan terhadap pemerintah untuk melakukan sosialisasi yang
teriiitegrasi dan menyeluruh terhadap semua lapisan masyarakat baik
67
masyarakat di pedesan (primitlf) maupun masyarakat kota betapa besamya
sanksi pidana dan denda yang digariskan di dalam undang-undang
narkotika dan psikotropika misalnya dcngan mcmpublikasikannya dalam
bentuk billboard di pcrsiinpangan jalan sehingga setiap orang yang lewat
dengan secara otomatis masyarakat akan inengelaliuinya dan
berkemuiigkiiian orang yang membacanya setidaknya tlmbul rasa takut
untuk terjun ke dalam penyalahgunaaan narkotika dan psikotropika
tersebut
D A F T A R PUSTAKA
A Bukii
Arrasjid Chainur Sualu Pemikiran Tentang Psikologi Kriminil Mcdan Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU 1999
Gerson Bawengan Penganlar Psichology Kriminil Jakarta Pradya Pramita 1973
Gosita Arif Masalah Korban Kejahatan Jakarta Akademika Pressindo 1993
Hakim M Ariel Narkoba Bahaya dan Penanggulangannya Bandung Jembar 2007
Hawari Dadang Konsep islam Memerangi AIDS dan NAZA Get X i Yogyakarta Dhana Baktl Priaya 1997
Kaligis OC dan Soedjono Dirdjosisworo Narkoba dan Peradilannya di Indonesia (Retbrmasi Hukum Pidana Melaiui Perundangan dan Peradilan) Bandung PT Alumni 2002
Kartono Kartini Psichology Abnormal Bandung Alumni 1972
Mansur Dikdik M Arif dan Elistaris Guitom Urgensi Perlindungan Korban Kejahalan Antara Norma dan Reaiita Bandung Agustus Fakultas Hukum Universitas Padjajaran 2006
Mardani Penyalahgunaan Narkoba Daiam Perspeklif Hukum islam dan hukum Pidana Nasional Jakarta IH RajuGrufindoPersado 2007
Marpaung Leden Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005
Moelyono Anton M Kumus Besar Bahasa Indonesia Get 11 Jakarta Balai Pustaka 1988
Muladi HAM Dalam Persepkiif Sistem Peradilan Pidana dalam Muladi (ed) Hak Asasi Manusia Hakekal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat Bandung Refika Aditama 2005
dan Barda Nawawi Arlef Bunga Rampai Hukum Pidana Bandung Alumni 1992
Partodiharjo Subagyo Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannyai Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2003
Ioyk Fanny Jonathans Sehiiah Kesehatan Narkoba Sayonara Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2006
Prastowo EM Giri Rehabilitasi Bagi Korban Narkoba Tangcrang Visimedia 2006
Prodjodikoro Wirjono Asas-asas Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005
Roeslan Saieh Stelsel Pidana Indonesia Jakarta Bina Aksara 1987
Soedjono D Segi Hukum Tentang Narkolika di Indonesia Bandung Karya Nusanlara 1977
Hukum Narkolika Indonesia Bandung PT Citra Adtya Baktl i 990
Soekanto Soerjono dan Sri Mumadjj Penelitian Hukum Normalif Suatu Tijnjauan Singkat Jakarta Rajagrafindo Persada 2001
Sudarsono Kenakalan Remaja cet Ii Jakarta Rineka Cipta 1992
Tom dkk Bahaya NAPZA Bagi Pelajar Bandung Yayasan Al-Ghifari Morgan 1999
Tim BNN Materi Advokad Pencegahan Narkoba Jakarta Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia 2005
Yustisia Himpunan Peraturan Pemndang-Undangan Anti Narkoba diterjenialikuii oleh Tim iustaka Yuslisia Yogyakarta iuslaka Yustisia 2006
Waluyo Bambang Penelitian Hukum dalam Prakiek Jakarta Sinar Grafika 1996
Wcda Made Darma Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korporasi dalam niingti Rampai Viktimisasi Bandung Eresco 1995
B Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Pasal 152
Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika22Tahun 1997 tentang Narkotika
Keppres Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkolika Nasional
CInternet
htlpwwwbnngoidportalbariiiiorlalkQnlenpltpniima^Prorilampop^visi niisiamp tnn=lamp diakses tcrakiiir tanggal 13 November 2014
httpthed03hlogspoteom2008l Ohukuiii-viktimolQgihtmk diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014
httpwwwikonbaliorg26062Q(19advokasipctisi-ikon-bali-segera-tcrapkan-semahtml Petisi Ikalan Korban Napza (IKON) dalam rangka menyambut Hari Anti Narkotika (HANI) dan Hari Anti Penyiksaan 2009 diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014
httpwwwsurnekscoidindexphp7pption=^om cpntentampview=articleampid=^1405 2010-kej ati-baru-terapkan-uu-no-3 52009ampcatid=44 ilir-barat-i-bukit-keciIampUemid=94 diakses lerakJiir tanggal 12 Desember 2014
httpidsbvoongcQmexact-sciencesl8Q8652-getielika-dan-keiahatan Faktor Genetik Penyebab Kejahalan diakses terakhir tanggal 10 jaiiuari 2014
httpwwwasiasecuritiescoidsys 12ximagesstories201QEqtiitv2Q Pdf diakses terakhir tanggal 10 Januari 2014
LAMPIRAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
F A K U L T A S HUKUM
K A R T U AKTIVITAS BIMBINGAN SKRIPSI
N A M A MAHASISWA DIANA SAPUTRA
N O M O R INDUK MAHASISWA 50 2011 059
P R O G R A M STUDI I L M U H U K U M
PROG K E K H U S U S A N H U K U M PIDANA
P E M B I M B I N G M S O L E H IDRUS SHMH
l U D U L SKRIPSI P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T U N D A N G U N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I
KONSULTASI
K F -
MATERI YANG
DIBIMBINGKAN
PARAF
PEMBIMBING K E T
luymdash
y^ ^ Tlt2 N ^
7 M e
fSUL
k ^
CATATAN MOHON DIBERI WAKTU MENYELESAIKAN SKRIlSl RUiAN SEJAK TANGGAL DIKELUARKAN DITETAIKAN
DIKELUARKAN DI PALEMBANG PADA TANGGAL KETUA BAGIAN
JUDUL P E N Y A L A H G U N A A N N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG UNDANG N O M O R 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I
P E R M A S A L A H A N 1 Apa yang menjadi faktor tcrjadinya penyalaJigunaan narkotika dan psikotropika
2 Bagaimana pengaturan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspektif victimologi
B A B l P H N D A I i U L U A N A Latar Belakang B Permasalahan C Ruang Lingkup dan Tujuan D Metode Penelitian E Sistematika Penulisan
B A B 11 T I N J A U A N PUSTAKA
A Pengertian penyalahgunaan B Pengertian victimologi C Ruang lingkup victimologi D Jents dan penggolongan narkotika dan psikotropika E Undang Undang yang mengatur tentang narkotika
dan psikotropika
BAB I I I PEMBAHASAN A Faktor yang menyebabkan terjadinya
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika
B Penyalahgunaan narkotika dan psikolropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspeklif victimologi
BAB IV PENUTUP A Kesimpulan
B Saran-saran
DAF1AR PUSTAKA
L A M P I R A N - L A M P I R A N
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM
Lampiran Perihal Kepada
Sistematika penulisan (Outline) Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi YUi NUR HUSNI LMILSON SHSpNMH
Pembimbing Akademik Fakultas Hukum UMP dl-Palembaniz
Assalamualaikum WrWb
Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama DIANA SAPU I RA
Program Kekhususan Flukum Pidana
fada semester Lianjil tatiun kuliati 2UI42UI5 sudah menyelesaikan betian studi yang meliputi MPKMKKMKBMPBMBB (139 sks)
Dengan ini mengajukan pcrmohonan untuk penelitian Hukum dan Penulis Skripsi dengan judul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG-UNDANG N O M O R 35 T A H U N 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I
Demikianlah atas perkenaan Ibu diucapkan terima kasih
Wassalamualaikum WrWb
NIM 50 2011 059 Ilmu Hukum Program Studi
Palembang September 2014 Pemohon ^^--^5
Rekomendasi PAYbs
Pembimbing Akademik
HUSNI EMHSON SH SpN MH
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM
REKOMENDASI DAN PEMBIMBING SKRIPSI
Nama Nim Program Study Program Kekhususan Judul skripsi
DIANA SAPUTRA 50 2011 059 Ilmu Hukum Hukum pidana PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI
I Rekomendasi Ketua Bagian a Rekomendasi
b Usulan Pembimbing
Hukum Pidana
raiemoang iepiemt)er zu 14 KetuaJBagu
LuuTiiiAKNurCsHrR^
I L Penatapan Pembimbing Skripsi Oleh Wakil Dekan I
1 2
Palembang September 2014 Wakil Dekan I
- i poundL Dr Hj SRI S U L A S T R I SH M H
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah i n i Nama Tempat Tanggal Lahir N I M Program Studi Program Kekhususan
DIANA SAPUTRA PetransJaya 15 Januari 1992 502011059 Ilmu Hukum Hukum Pidana
Menyatakan bahwa karya ilmiah skripsi saya yang berjudul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANGshyU N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F VICTIMOLOGI
Adalah bukan merupakan karya tulis orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali daiam bentuk kutipan yang telah kami sebutkan sumbemya
Demikianlah surat pemyataan ini kami buat dengan sebenar-benamya dan apabila pemyataan ini tidak benar kami bersedia mendapatkan sanksi akademis
Palembang September 2014
PERMOHONAN UNTUK MENGIKUTI SEMINAR PROPOSAL
Palembang Oktober2014 Perihal Mohon untuk diiaksanakan seminar
Proposal Penelitian Skripsi
Kepada Yth Ibu Luil Maknun SH MH Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang D i -
Palembang
Assalamualaikum Wr Wb Saya yang bertanda tangan dibawah Ini Nama DIANA SAPUTRA
NIM 50 2011 059
Program Kekhususan Hukum Pidana
Bahwa yang bersangkutan telah layak untuk mer^ikiuti Seminar Proposal rencana penelitian skripsi yang judul PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI
Mohon kiranya yang bersangkutan untuk dijadwalkan mengikuti Seminar Proposal usul Penelitian Skripsi
Demikianlah disampaikan untuk dipertimban^Lan Wassalamualaikum Wr Wb
Pembimbing Skripsi
M SOLEH IDRUS3HMS
H A L A M A N P E R S E T U J U A N U N T U K M E N G I K U T I S E M I N A R P R O P O S A L
Nama DIANA S A P U T R A
N I M 50 2011059
Program studi Ilmu Hukum
Program kekhususan Hukum Pidana
Judui Penelitian PENYALAHGUNAAN N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A
MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI P E R S P E K T I F VICTIMOUHH
Palembang Oktober2014 Disetujui Pembimbing
M S O L E H IDRUSSH MS
Ketua Bagian Hukum Pidana
LuU MaknunSH M H
![Page 10: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/10.jpg)
B A B l
PENDAHULUAN
Latar Belakang
PciTindiingan korban lindak pidana dalam sistein liukimi nasional
nampaknya belum memperoleh perhatian serius Hal ini terlihat dari masih
sedikitnya hak-hak korban tindak pidana memperoleh pengaturan dalam
perundang-undangan nasional Adanya ketldakseimbangan antara
perlindungan korban kejahatan dengan pelaku kejahatan pada dasarnya
merupakan salah satu pengingkaran dari asas setiap warga ncgara bersamaan
kedudukaiinya dalam hukum dan pemerintahan sebagaimana diamanatkan
oleh Undiing-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konslitusional
Niirkotika Psikotropika dan Bahan Aditif Lainnya adalah berbagai
macam obat yang semestinya dinianfaalkan sesuai dengan kcpentingan
tertentu niisalnya pada dunia mcdis untuk mcmbantu proses kerja dokter
dalam melakukan opcrasi bedah Akan tetapi saat ini obat-obat terlarang ini
telah dikonsumsi diedarkan dan diperdagangkan tanpa izin berwajib demi
memperoleh keuntungan dan nikmat sesaat saja Karena pengaruh Narkotika
dan Psikolropika tersebut dapat membuat pemakai menjadi ketergantungan
merusak sampai ke sel-sel saraf manusia seliingga melemalikaii daya pikir
dan lambat memberikan rekasi terhadap lawan bicara Untuk menganaiisa
materi pelajaran bagi pelajar dan mahasiswa yang terkena bahaya Narkotika
atau Psikotropika dapat mengakibatkan pada kelambatan berfikir sehingga
1
2
harapan dalam pencapaian pcmbangunan nasional dapal tcrganggu
Bahaya nicngedarkan Narkotika dan isikolropika dapat dibayangkan
berapa banyak sel syuraf otak mahusia yahg akan dlrusak borapa gencfasl
muda anik sekoiah dan mahasiswa terus diburu pengedar Narkotika dan
Psikotropika tersebul bahkan dapat mengakibatkan kematian^
Keterganl jngan lerhadap Narkotika dan Psikotropika pada mulanya ingin
coba-coba dulu karena Narkotika maupun Psikolropika tersebul dapat
membuat pemakaiiiyu bcrhalusinasi seolah lupu tchadiip masalah dan berada
pada dunia keindahaii Jika laktor kesempatan untuk mendapatkan Narkolika
dan Psikotropika sangat mudah dari pengedar maka dapal mengakibatkan
korban akan semakin bertambah Melihat besamya bahaya penyalahgunaan
Narkotika dan Psikotropika lerhadap individu dan mengganggu pencapaian
cita-cita NKRl maka lerhadap Narkotika maupun Psikolropika harus
dilakukan penanggulangannya sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku
Scjak awat mula Iahimya hukum pidana fokus subjek yang paling
banyak disoroti adalah si pelaku Padahal dari sualu kejahatan kerugian yang
paling besar didcrita adalah pada si korban kejahatan tcrsebut Akan tetapi
scdikit sekali ditemukun hukum-hukum atatipun peraturan perundang-
undangan yang mengatur tcnung korban serta perlindungan lerhadapnya
httpw^vbnn (ioidportalhiirup(irlalkoTilenphpnaTna=lrofilampopvisL _iTiisiampmn^l diakscs tcrukhir tanggal 29 December 2(M4 Iihal juja Kcpprcs Nti 17 Taliun 21X12 tentang Itadan Narkotika Nasional pada bagian konsidcran mcnimbang huruf (J) bcrbunyi Bahwa sehubungun dengan pertimbiingan hunifu huruf b huruf c dan sebagai pcluksunaan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkolika ficrlu niembcntuk Badan Narkotika Nusiona dcngan Keputusan Iresiden
^Funny Jonathans Poyk Suhiiah KusehiUan Narkoba Sayonara (Jakarta IT (Jelora AkHuru Iralama 2006) lial 9 Made Darma Weda Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korfwrasi dalam Bunga
3
Berbicara mengenai upaya penanggulangan kejahatan atau tindak
pidana Narkotika dan Psikotropika yang tepat maka cara pandang sebaiknya
tidak hanya terfokus pada berbagai hal berkaitan dengan penycbab timbuliiya
kejahatan atau metode apa yang efektif dipergunakan dalam penanggulangan
kejahatan tersebul Namun hal lain yang tidak kalah penlingnya untuk
dipahami adalah masalah korban kejahatan itu sendiri yang dalam keadaan-
keadaan lertentu dapal menjadi pemicu munculnya kejahatan dalam tindak
pidana Narkotika dan Psikotropika tersebul
Piida saat berbicara tentang korban kejahatan dalam tindak pidana
Narkotika dan Psikotropika maka cara pandang tidak dapat dilepaskan dari
victimologi Melalul victimologi dapal diketahui berbagai aspek yang
berkaitan dengan korban seperti faktor penyebab munculnya kejahatan
penyalahgunaan bagaimana seseorang dapat menjadi korban
penyalahgunaan dan upaya mengurangi terjadinya korban kejahatan
penyalahgunaan serta hak dan kewajiban korban kejahatan dalam tindak
pidana Narkolika dan Psikotropika tersebut Secara victimologi terhadap
korban kejahatan dalam tindak pidana Narkotika dan Psikotropika misalnya
korban yang ditemukan pada anak usia 7 tahun sudah ada sebagai pemakai
anak di usia 8 talum sudah ada yang memakai ganja dan lalu di usia 10 tahun
anak-anak sudah menggunakan Narkotika alaupun Psikotropika dari berbagai
jenis seperti ganja heroin morfni ekstasi dan sebagainya
Kraquogtrban dalam lingkup victimologi memiliki arti yang luas karena
Rampai Vihmisusi (Bandung Krcsco 1995) hal 200 TM Giri Prasln vo Rebahilium liagi Korban Narkoba ( Iangerang Visimudia 2006) hal v
4
tidak hanya terbatas pada individu yang secara nyata menderita kerugian
tetapijuga kelompok korporasi swasta maupun penierintali sedangkan yang
dimaksud dcngan akibat pcnimbulan korban adalah sikap atau tindakan
terhadap korban danatau pihak pelaku serta mereka yang secara langsung
atau tidak terlibat dalam terjadinya suatu kejahatan
Pentingnya korban kejahatan dalam tindak pidana Narkotika dan
Psikotropika ihempcroleh perhatian utama DIkarenakan korban merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kejahatan oleh karena ilu maka
korban memiliki peranan yang sangat penting dalam penelitian ini
Diperolchnya pemahaman yang luas dan mendaiam tentang korban kejahatan
dalam linJak pidana Narkotika dan Psikolropika dapat [nenuidahkan dalam
menemukan upaya penanggulangan kejahatan yang pada akhimya akan
bermuara pada menurunnya kuantitas dan kualitas kejahalan Sejalan dcngan
semakin bcrkembangnya victimologi sebagai cabang ilmu baru berkembang
pula berbagai runuisan tentang victimologi Kondisi iiii hendaknya tidak
dipandang sebagai pertanda tidak adanya pemahaman yang seragam
mengenai ruang lingkup victimologi tetapi harus dlpaiidang sebagai bukti
bahwa vU timologi akan selalu berkembang sejalan dengan perkembangan
yang terjadi dalam masyarakat
Berdasarkan uraian di atas yang menjadi obyek pengkajian dari
victimologi penyalahgunaan Narkolika dan Psikotropika di antaraiiya adalah
faktor terjadinya kejahatan dan bagaimanakali pengaturan Narkotika dan
Dikdik M Arir Mimsur dan Elistaris (lultoiii UrgensI Ierilndungan Korban Kejahalan Anlara Norma dan Realita (Bandung Agustus EakulUis Hukum Universitas Padj aj uran 2006) hal 29
5
Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Oleh sebab itu
maka judui yang dipilih unluk diteliti dalam penelitian adalah
Penyalahgunaan Narkotika dan Pstkolropka Menurut Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 Dari Perspektif Victimologi
B Perumusan Masalah
1 Apa yang menjadi faktor faktor yang menyebabkan terjadinya
2 Bagainiana pengaturan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika dan
Psikotropika daiam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dari perspektif
victimology
C Ruaug lingkup daii tujuan
Ruang lingkup
Secara umum ruang lingkup skripsi ini untuk mengetahui apa yang
menjadi faktor faktor terjadinya penyalahgunaan narkobadan
penyalahgunaan norkoba menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari
perspektil victimologi
Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan penulisan ini adaiah
sebagai bfrikut
1 Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
penyalahgunaan Narkoba
2 Untuk mengetahui pengaturan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika
dan Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Talum 2009 dari
penyakiligunaanTiarkotika dan psikotropika
6
perspektif viAimo(gtg[
E Metode rcncHtl
Untuk memperoleh data yang kongkril sebagai pcdoman dalam
penulisan skripsi ini maka penulis menggunaan metode sebagai berikul
1 Metode pclaksanaan penelitian
dalam pclaksanaan ini penulis menggunaan metode penelitian hukum
normatif yang bersifal diskriftif dengan menggunaan dala skunder
Penelitian nukum norkatif ini merupakan penelitian kcpustakaan yaitu
penelitian terhadap dala skunder yang iiiempuiiyai ruang lingkup meiipuli
surat sural fakta fakta sampai pada dokumen - dokuincn resmi yang
dikeluarkan oleh instansi lerkait
2 Metode pcngiimpulun data
Pengumpulan data meiiipunyai hubungan yang eral dengan sumber data
karena dcngan pengumpulan dala akan diperoleh data yang dipcrlukan
untuk selanjutnya dianalisis sesuai dengan yang diinginkan Dalam usuha
pengumuian dala dala yang relevan dengan judul ini penulis
menggunakan metode normatif diskriplif dengan menggunakan data
skunder yang berbentuk dokumcntasi
3 Tehnik pcngolahan data
Dilakukan dcngan cara nnalisis isi terhadap teksural untuk selanjutnya
dikoniruksikan dalam suatu kesimpulan
7
Sislemutika [cnulisiin
Penelitian ini dibuul berdasarkan sistematika penulisan di dalam
penelitian ini peneliti mcmbaginya dalam empat bagian yailu
BAB I PENDAHULUAN
Merupakan bab pendahuluan yang menguraikan mengenai hal-hal
berkaitan dengan Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan
dan Maniaat Penclilian Kcaslian Penelitian Tlnjaiian
Kcpustakaan Pengertian Penyalahgunaan Pengertian
Viclimologi Ruang Lingkup dan Manfaat Viclimologi Jenis dan
Penggolongan Narkotika dan Psikotropika Metode Penelitian
dan Sistematika Penulisan
BAB U TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bagian ini menguraikan yaitu mengenai pengertian tentang
penyalahgunaan pengertian tentang ruang lingkup viktimologi
pengertian tentang narkotika dan jcnis-jcnis narkolika
BAB Hi PEMBAHASAN
Merupakan bab yang membahas mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan Pengaturan Sanksi Pidana lerhadap Penyalahgunaan
Narkotika dan Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Ditinjau dari Perlindungan Terhadap Korban dan
Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Self
Victimizing Victims
8
BAB IV K E S I M P U L A N DAN SARAN
Bab ini memuat beberapa kesimpulan dan saran yang dibuat
peneliti sebagai hasil dari pembahasan dun penguraian di dalam
penelitian ini dari keseluruhan permasalahan yang ada
DAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A Pengertinn Pcnyalaliguiiaan
Penyalahgunaan dimaksudkan dalam penclilian ini adalah
penyalahgunaan terhadap narkotika dan psikolropika Dimana bahwa
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika ini diambil dan dipersainakan
dcngan pengertian penyalahgunaan narkoba seperti yang disebutkan Lutfi
Braja yakni memberikan pembatasan mengenai penyalaiiguiiaaii yaitu
Pemakaian narkoba di iuar indikasi medik tanpa petunjuk atau
resep dokter dan peinakaiannya bersifat patologik
(menimbulkan kelainan) dan menimbiilkan humbutan dalam
aktifitas di rumah di sekoiah atau di kampus tempat kerja dan
lingkungan sosial Ketergantungan narkoba adalah kondisi yang
kebanyakan diakibatkan oleh penyalahgunaan zat yang disertai
dengan adanya toleransi zat (dosis semakin tinggi) dan gejala
putus zal
Permasalahan penyalahgunaan mengakibatkan dampak yang sering
terjadi di tengah-tcngah masyarakat dari penyalahgunaan narkolika dan
psikotropika antara lain merusak hubungmt kekeluargaaii menurunkan
kemampuan belajar dan produktifitas kerja secara drastis sulit membedakan
mana perbuatan baik dan perbuatan buruk perubahan pcrilaku menjadi
Mardani Op 01 lial 2
9
10
pcrilaku anti sosial (pcrilaku maladaptil) gangguan kesehalan (fisik dun
mental) mempertinggi jumlah kecelakaan lalu lintas tindak kekerasan dan
kriniinuliLis lainnya
Dari kata penyalahgunaan menandakan bahwa Narkotika dan
Psikotropika tidak selalu bermakna negatif Dcngan begitu narkotika dan
psokitropika yang digunakan dengan baik dan benar oleh dokter untuk
mengobati pasiennya lidak tennasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang
disaiahgunakan Di dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA
(Narkotika Psikotropika dan Zat Adit i f Lainnya)
B Pengertian Victiimlogt
Pada dasarnya perkembangan ilmu pengetahuan tentang korban
kejahalan (viktimologi) lidak dapat dipisahkan dari iahimya peiiiikiraii-
pemikiran brilian dari Hans von Hentig seorang ahli kriminologi pada talum
1941 serta Mendelsohn pada tahun 1947 Pemikiran dari kedua ahli ini
sangat mcmpengaruhi setiap fase perkembangan viktimologi Perkembangan
viktimologi hingga sampai pada keadaan seperti sekarang tentunya tidak
terjadi dengan sendirinya namun telah meiigalami berbagai perkembangan
yang dapai dibagi dalam 3 (tiga) fase sebagai berikut
a iada tahap peitama viktimologi hanya meinpclajari korban kejahatan saja
pada fase ini dikatakan sebagai pehdl or special vtciimolo^
b Pada lase kedua viktimologi tidak hanya mengkaji masalah korban
Oadang Huwari Konsep Islam Memerungt AIDS dan NAA Cel XI (Ycgvakarta Ohaiiii iiakli Idaya 1997) hal 153 Made Danaa Wi da Op cil hal 200
kejahalan tetapi juga meiipuli korban kecelakaan Pada fase ini disebut
sebagai general victimology
c Fase ketiga Vikt imologi sudah berkembang lebih luas lagi yaitu mengkaji
permasalahan korban karena penyalahgunaan kckuasaan dan hak-hak asasi
manusia Fase ini dikatakan sebagai new viciimology
Berdasarkan pengertian di atas nampak je las bahwa yang menjadi
obyek pengkajian dari viktimologi diantaranyu pihak-pihak mana saja yang
terlibat atau mcmpengaruhi terjadinya suatu viktimisasi kriminal
bagaiinanakah respon terhadap suatu viktimisasi kriminal faktor penyebab
terjadinya viktimisasi kriminal bagaimanakah upaya penanggulangannya
dan sebagainya
C R u a i i g L i n g k u p Victimologi
Vikt imologi mencliti topik-topik teiilang korban scperti peranan
korban pada terjadinya kejahatan hubungan antara pelaku dengan korban
rentannya posisi korban dan peranan korban dalam sistem peradilan pidana
Selain itu menurut Muladi viktimologi merupakan suatu studi yang bertujuan
untuk
1 Menganaiisa berbagai aspek yang berkaitan dcngan korban
2 Berusaha untuk memberikan penjelasan sebab musabab terjadinya
vikt imisasi dan
3 Mengembangkan sistem tindakan guna mengurangi penderitaan manusia
^Suryono Ekolaina ST Harum Pudjianlo RS dan G Wiraiama Abortus Iruvocalus Ba^ Korban Perkosnan Persxkif Viktimologi Kriminologi Jan Hukum Pidana Edisi PcrUtma Culakari lurlunii (Jakiiria Univcrsilas AlmaJaya 2001) liul 174 ^ibidMl I7()
12
Menurut JE Sahetapy ruang lingkup Viktimologi meliputi bagaimana
sescorang (dapat) menjadi korban yang ditentukan oleh suatu victimity yang
lidak selaiu berhubuiigan dengan masalah kejahatan termasuk pula korban
kecelakaan dan bencana alam selain dari korban kejahatan dan penyalah
gunaait kekuasan^ Namun dalam perkembangannya di tahun 1985
dipeiopori oleh Separovic yang mempelopori pemikiran agar Viktimologi
khusus niengkaji korban karena adanya kejahatan dan penyalahgunaan
kckuasaan dan tidak mengkaji korban karena musibah alau bencana alam
karena korban bencana alam di iuar kemauan manusia out of mms will)
D Jenis dan Penggolungan Narkotika dan Psikotropilta
Dari kata penyalahgunaan narkoba menandakan bahwa narkoba tidak
selalu beimakna negatif Dengan begilu narkolika dan psokitropika yang
digunakan dengan balk dan benar oleh dokter unluk mengobati pasiennya
tidak termasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang disaialigLmakan Di
dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA (Narkotika Psikolropika
dun Zat ditir Lainnya) Dalam penelitian ini hanya dibahas tentang
narkotika dan psikolropika maka sebelumnya dipaparkan terlebih dahulu
berbagai jenis narkotika dan psikotropika sebagai berikut
a) Narkolika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari lanaman atau
TbUi Miiiadi HAM Halam Persepkiif Sislem Peradilan Pidana datam Muladi (cd) Hak Asas) Manusia Hakclal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspeklif llukum dan Masyarakat (Bandung Refikii Aditama 2005) hal lOX VfiWDial 109 Subagyo Partediharjo Op cil hal 11
13
bukan tanainan baik sintesis maupun bukan sintesis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa
Zat ini dapal mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat
meninibulkan ketergantungan Menurut Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika Narkolika adalah at atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun
semisimetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri
dan dapat nienimbulkati ketergantungan yang dibedakan kc dalam
golongan-goiongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang in i
Narkotika memiliki daya adikasi (ketagihan) yang sangat berat
Narkolika juga memiliki daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual
(kebiasaan) yang sangat tinggi Ketiga sifat narkolika ini yang
menyebabkan pemakai narkotika tidak dapat lepas dari cengkeramannya
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
Jenis jenis narkotika dibagi ke daiam 3 (tiga) kelompok yaitu narkotika
golongan I golongan I I dan golongan I I I
Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbaiiaya
karemi daya adilifnya sangat tinggi Golongan ini tidak boleh digunakan
untuk kcpentingan apapun kecuali unluk penelitian atau ilmu
pengetahuan Contohnya adalah ganja heroin kokain inorfin opium dan
lain-lain Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya
Ibid Posal 1 Ayal (I) Unilung-Undang Nomor 3 Tahun 2009 lenlang Narkotika
14
aditifkual tclapi bcrmaiilaal untuk pcngohatan dan penclilian tlonluhnya
adalah petidin dan turunannya benetldin belamctadol dan lain-iain
Sedanikaii narkulika golungaii Ml adalah narkotika yang niciniliki daya
aditif riiigan tetapi bermanfaat untuk penghatan dan penelitian Contohnya
adalali kudcin dun turunannya^
Berdasarkan cara pcmbuatannya narkotika dibedakan ke dalam 3
(tiga) golongatt juga yaitu narkolika atami narkotika semlsimesis dan
narkotika sintesis Dijelaskan sebagai berikut
1) Naikotika alami
Narkotika alami adalah narkotika yang zat aditithya diambil dari
(umbuhlumbuhan (atam) Contohnya
u tjaiija
Ganja adalah tanaman perdu dengan daun menyerupai daun
singkong yang tepinya bergerigi dan berbulu lialus Jumlah Jari
daunnya selalu ganjil yakni 5 7 9 Tumbuhan ini banyak lumbuh di
iieberapa daerah di Indonesia seperti Aceh Suinalera Ulara
Sumatera Selaian Pulau Jawa dan lain-lain Daun ganja ini sering
iligunakiin sebagai bumbu penyedap masakan Bila digunakan
ebagai bumbu iiuisak daya adilifnya rendah Namun lidak
ilemikian apabila dibakar dan asapnya dihirup Cara
|)cnyalahgunaunnya adalah dikcringkan dan dicampu dengan
icmbakiiii rokok atau dijadikan rokok lalu dibakar serta dihisap
Subagvo PurtoJiharjo Op cil hal 11-12
15
b Ilaisis
Hasis adaiah lanaman serupa ganja yang lumbuh di Amcrika
Latin dan Eiopa Daun ganja hasis dan mariyuana Juga dapat
disuling dan diambil sarinya Oatam bentuk cair harganya sangat
mahai Gunanya adalah unluk disaiahgunakan oleh pemadut-pemadal
kelas tinggi
c Koka
Koka adalah lanaman perdu mirip pohon kupi Huahnya yang
inatang bcrwama inerah seperti biji kopi Dalam komunitas
masyarakat Indian Kuno biji koka sering digunakan untuk
inenambah kekiiatan orang yang bcrperang atau bcrburu binalang
Koka kemudian bisa diolah menj adi kokain
d Opium
Opium adaiah bunga dengan bentuk dan wama yang indah
Dari getah bunga opium dihasilkan candu (opiat) Di Mesir dan
daratan Cina opium dahulu digunakan unluk mengobati beberapa
penyakit member kekuatan atau menghilangkan rasa sakil pada
lentara yang terluka sewaktu berperang atau berburu Opium banyak
lumbuh di segiliga emas antara Burma Komboja dan Thailand
atau di daratan Cina dan segitlga emas Asia Tengah yaitu daerah
antara Alganistan Iran dan Pakistan
Dalam kalangan perdagangaii liilernasional ada kebiasaan
ftW hal 14
16
(keliru) tncnamai daerah tempat peuanamuii opium sebagai daerah
emas Diberi nama demikian karena perdagaiigan opium sangat
mengimtiingkan Karena bahayanya yang besar daerah seperti ilu
keliru jika diberi nama predikat emas Daerah sumber produksl
opium sepantasnya disebut segitlga setan atau segitlga iblis
2) Narkotika semisintcsis
Narkotika semisintesis adalah narkotika alami yang diolah dan
diambil zat aktifnya (intisarinya) agar memiliki khasiat yang lebih kuat
schmgga dapat dimanfaatkan untuk kepcnlingan kedokteran
Contohnya
a Morfm dipakai dalam dunia kedokteran unluk menghilangkan rasa
sakit alau pembiusan pada operasi (pcmbcdahan)
b Kodein dipakai unluk obat penghilang baluk
c Heroin tidak dipakai dalam pengobatan karena daya adilifnya
sangat besar dan matifuatnya secara medis belum
ditemukan Dalam pcrdugangan gelup heroin diberi nama
pulaw atau pete atau pt Henlnknya seperti tepun terigu
yang halus pulih dan agak kotor
d Kokain liiisll olahati dari biji koka
3) Naikotika sintesis
Narkotika sintesis adalah narkotika palsu yang dibuat dari bahan
kimia Narkotika ini digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi
oraiig yang menderita kclcrgantungun Contohnya
17
a Ietidin unluk obat bius lokal operasi kccil sunal dan
sebagainya
b Melhadon unluk pengobatan pecandu narkoba dan
c Naltrexon untuk pengobatan pecandu narkoba
Selain unluk pembiusan narkolika sintesis biasanya diberikan
oleh dokter kcpada penyalahgiina narkoba untuk menghcntikan
kebiasaannya yang tidak kuat melawan sugesti (relaps) atau sakaw
Narkotika sintesis berfungsi sebagai pengganti senientara Bila sudah
bciiar-bcnar bcbas asupan narkoba sintesis in dikurangi sedikil demi
sedikit sampai akhimya berhenti total
b) Fsikotropika
Pengertian psikolropika menurut Pasal I Ayal ( I ) Undang-Undang
Nomor 5 Taliun 1997 tentang Psikotropika adalah Zat atau obat baik
alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif
melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusal yang menyebabkan
perubahan khas pada uktivitus mental dan perilaku
Pengertian Psikolropika di daUim Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika tidak ditemukan Hal tersebut sehubungan
dengan ketentuan di dalam Pasal 153 huruf b yaitu Lamplran mengenai
jenis Psikotropika Golongan 1 dan Golongan II scbagaimana tercantum
dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika (lcmbaran Ncgara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor
10 Tambahan Lcmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671) yang
18
telah (iipindahkan menj adi Narkotika Golongan I menurut UndangUndang
ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku Oleh karenanya dalam Undangshy
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tidak ada lagi di dalam pasal-pasal nya
yang mengatur mengenai Psikotropika karena sudah dlmasukkan ke dalam
golongan Narkotika
Sesuai dengan pembahasan dalam penelitian ini masih
berhuijutigar dengan Psikotropika maka Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1997 tentang Psikotropika masih perlu untuk dibahas dalam penelitian ini
Menui iil undangumlang tersebut Psikolropika adalah zal atau obal bukan
narkolika baik alamiah maupun sintesis yang memiliki khasiat psikoaktif
melaiui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas nonnal dan perilaku Psikotropika ini
merupakan obat yang digunakan oleh dokter untuk mngobali gangguan
jiwa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tenumg
Psikolropika psikotropika dikelompokkan ke dalam 4 (empat) golongan
Golongan I yaitu psikotropika dengan daya aditif yang sangat kuat
belum diketahui manfkilnya untuk pengobatan dan sedang diteliti
khasiiitnya saat ini Contohnya adalah MDMA ekstasi USD dan STP
Golongan U yakni psikolropika dengan daya aditif kuat serta berguna
untuk pengobatan dan penelitian Contohnya adalah amfelamin
metanifetamin metakualon dan sebagainya Golongan IH yakni
psikolropika dcngan daya adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan
dan penelitian Contohnya adalah lumibal buprenorsina flcenilrazepam
19
dan sebagainya Golongan IV yakni psikotropika yang memiliki daya
aditif ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian Contohnya
adalah netrazepam (BK Mogadon Duiiiolid) diazepam dan lain-lain^
Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika yang dimaksud dengan paslkotoplka adalah zat atau obat
baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif
melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang mcnyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku Psikotropika
dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut
1 Psikotropika golongan I yaitu psikolropika yang hanya dapat digunakan
unluk kcpentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi
sena mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan Contohnya ekstasi shabu LSD
2 Psikotropika golongan II yakni psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi danatau tujuan ilmu
pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan Contohnya amfetamin metilfenidat atau ritalin
3 Psikotropika golongan III yaitu psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi danatau unluk tujuan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan
sintlroma ketergantungan Contohnya pentobarbital Flunitrazepam dun
4 Psikotropika golongan IV yaitu psikotropika yang berkhasiat
Ibid ILil 15
20
pengobatan dan sangal luas digunakan dalam terapi danatau unluk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindrom ketergantungan Contohnya diazepam
bromazepam Fenobarbital klonazcpam klordiazepoxide nitrazepam
seperti pil BK pil Kopio Rohip Dum MG
Sedangkan kelompok dan jenLs psikotropika yang sering
disaiahgunakan antara lain
1 Psikostimulansia scperti amfetamin ekstasi dan shabu
2 Scdalif amp Hipnolika (obat penenang obat tidur) seperti MG BK
DUM Pil kopio dan lain-lain dan
3 Halusinogenika seperti lysergic acid dycthylamidc (USD) mushroom
Berdasarkan Ilmu farmukologi psikotropika dikelompokkan ke daiam 3
(tiga) golongan yakni dcpresan stinuilan dan halusinogen sebagai
berikut
1 Kelompok dcpresanpcnekan syaraf pusatpenenangobat tidur
Contohnya adalah valium BK rohipnol mogadon dan lain-lain
Jika diminurn obat ini dapat memberikan rasa tenang menganluk
rasa tcnteruni dan damai Obat ini Juga menghilangkan rasa takut
dan gelisah
2 Kelompok stimuiaiiperangsang syaraf pusaianti tidur Conlohnya
adalah amfetamin ekstasi dan shabu Ekstasi berbentuk tablet
berancka bentuk dun wama Amfetamin berbentuk tablet bcrwama
-Aid hal 16-17
21
pulih Bila diiriinuni obal ini mcndalangkan rasa gembira hilangnya
rasa pemiusuhiui hilangnya rasa marali ingin selalu aktif badan
terasa fit dan lidak merasa lapar Daya kerja otak menjadi scrba
cepat namun kurang lerkendali Shabu berbentuk tepung kristal
kasar berwarna pulili hersih seperti garani
3 Kelompok halusinogen Halusinogen adalah obat at tanaman
makanan yang dapat meninibulkan kiiayaian contohnya yailu LSD
Lysergic Acid Dicihyltamide) getah lanaman kaklus kecubung
jamur tertentu (misceiine) dan ganja Bila diminurn spikotropika
jenis in dapat menimbulkan kliayalan tentang peristiwa-peristiwa
yang mengerikan khayalan tentang kenikmatan scks dan
sebagainya Kenikmatan didapat oleh pemakai setelah pemakai sadar
bahwa perisfiwa mengerikan ilu bukan kenyataan atau karena
kenikmatankenikmatan yang dialami walaupun hanya khayalan
BAB III
PEMBAHASAN
A Faktor yang Mcnyebabkan Terjadinya Penyalahgunaan Narkotika dan
Psikotropilta
1 Faktor yang Bersunibcr Dari Individu
Menurut Luthfi Buraja terdapat 3 (liga) pcndekatan untuk
tcrjadinya penyalahgunaan dan ketergantungan terhadap narkotika dan
psikotropika yaitu peridekalan orgunobilogik psikodinamik dan
psikososial Ketiga pendekatan tersebut tidaklah berdiri sendiri melainkan
saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya Dari siidut pandang
organobiologik (sususan syaraf pusatotak) mekanismc terjadinya adiksi
(ketagihan) hingga deperidcnsi (ketergantungan) dikenal dengan dua istilah
yaitu gangguan mental oragnik atau sindrom otak organik seperti gaduh
gelisah dan kekacauan dalam fungsi kognilif (alam pikiran) efektif (alam
perasaanemosi) dan psikomotor (perilaku) yang disebabkan efek
langsung terhadap susunan syaraf pusat (otiik)^^
Sescorang akan mcnjadi ketergantungan terhadap narkotika dan
psikotropika apabila seseorang dengan tems-menenis diberikan zat
tersebut Hal ini berkaitan dengan teroi adaptasi sekuler mum
adaptaiUm) tubuh beradaptasi dengan menambah jumlah teseptor dan seishy
se syaraf bekcrja kcras Jika zat dihenlikan sel yang masih bekerja kcras
Luthll Uaraja Makalali Gangguan Mciilul dan icrilaku Akibut Nurkuba Disampalkim pada Seminar tentang Narkoba di SMK Iptck lakarla hal 2
22
23
tadi mengaiami kelmLisaii yang dari kiar tampak sebagai gejala-gejala
putus obal Gejala putus obat tersebut mcmaksa individu untuk
mengulangi pemakaian zal tersebul
Faktor predisposisi individu dengan gangguan kepribadian (anti
sosial) ditandai dengan pcrasaan lidak puas terhadap orang lain Selain itu
yang bersangkutan tidak inampu untuk berfungsi secara wajar dan efektif
dalam pergaulan di rumah di sekoiah atau di tempat kerja gangguan lain
sebagai penyerta berupa rasa cemas dan depresi Untuk mengatasi
ketidakniainpuan dan mcnghiiangkan kccemasan atau depresinya maka
individu tersebut cenderung untuk menggunakan narkoba Semestinya
individu itu dapat mengobati dirinya dengan datang ke dokterpsikiater
untuk mendapatkan terapi yang tepat sehingga dapat dicegah
keterlibatannya dalam penggunaan narkotika dan psikotropika
Secara umum mereka yang menyalahgunakan narkotika dan
psikotropika dapat di bagi ke dalam 3 (tiga) golongan besar yaitu
1 Ketergantungan primer ditandai dengan adanya kecemasan dan
depresi yang pada umumnya terdapat pada orahg detigah kepfibadlah
yang tidak stabil
2 Ketergantungan simtomatis yaitu penyalahgunaan narkotika dan
psikotropika sebagai salah satu gejala dari tipe kepribadian yang
mendasarinya pada umumnya terjadi pada orang yang kepribadian
psikopatik (anti sosial) kriminal dan pemakaian narkotika dan
Ai4hal K
24
psikotropika untuk kesenangaii sematu
3 Ketergantungan reaktif yaitu terdapat pada remaja karena dorongan
ingin tahii pengaruh tekanan dan lingkungan tenian atau kelompok
sebaya peer group pressure)
Ada beberapa faktor internal dan ekslernal yang mcnjadi penyebab
individu menyalahgunakan dan menjadi ketergantungan terhadap
narkotika dan psikotropika Menurut Sudarsono bahwa penyalahgunaan
narkolika dan psikotropika di latar belakangi oleh beberapa sebab yaitu
1 Untuk membuktikan kebcranian dalam melakukan tindakan-tindakan
yang berbaiiaya seperti ngebut dan bergaul dengan wanita
2 Meniinjukkan tindakan yang menenlung orang tua guru dan norma
sosial
3 Mempermudah penyaluran dan mempermudah perbuatan seks
4 Melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh peiigalamaii-
pengalainan einosional
5 Meneari dan menemukan aril hidup
6 Mengisi kekosnngan dan kesepian hidup
7 Menghilangkan kegelisahan frustasi dan kepepel hidup
8 Mengikuti kemauan kawan-kawan dahim rangka pembinaan solidaritas
dan
9 Iseng-iseng saja dan rasa ingin tahu
Menurut hasil penelitian Dadang Hawari bahwa di anlara faklor-
Sudujsono Kenakalan Remaja cel ii (Jakarta Rineka Cipta 1992) 1ml 67
25
faktor yang berpcran dalam penggunaan narkotika dan psikolropika
adalah
1 Faktor kepribadian anti sosial dan psikopatik
2 Kondisi kejiwaan yang mudah merasa keeewa atau depresi
3 Kondisi keluarga yang meliputi keutuhan keluarga kesibukan orang
tua hubungan orang tua dengan anak
4 Kelompok teiiian sebaya dan
5 Narkotika dan psikotropika itu sendiri mudah diperoleh dan tersedianya
pasaran yang resmi maupun lidak resmi
Menurut Siibagyo Partodiharjo secara individu terdapat beberapa
faktor yang mcmpengaruhi sescorang dapat menyalahgunakan narkotika
dan psikotropika Alasan ini merupakan alasan yang bersumber dari diri
sendin atau pemakai narkotika dan pasikotropika tersebut yakni sebagai
berikut
a Ingin tahii
Perasaun ingin tahu biasanya diniiliki oieh generasi muda pada
umur setara siswa SD SLTP dan SLTA Bila di hadapan sckelompok
anak muda ada seseorang yang inemperagakan uikmatnya
mengkonsumsi narkotika dan psikolropika maka didorong oleh naluri
alami anak muda yaitu keingintahuan maka salah seoariig dari
kelompok itu akan maju mencobanya Selain didorong oleh
keingintahuan keberaniannya juga karena didesak oleh gejolak dalam
Mardiini foc cil hai 102 ^ Subagyo RatoiJlliarjo ioc cil liiil 72-74
26
jiwanya yang ingin dianggap hebal pemberani dan pahlawan di antara
temanteinan sehayanya Maka jatuhlah satu orang anak dalam pelaku
setan
Dalam kondisi seperti itu reaksi kawan-kawan sebayanya
berbeda-bcda
1 Ada yang ingin menyaingi menunjukkan bahwa dirinya lebih hebat
lagi lalu memakai
2 Ada yang ingin tahu kemudian ikut memakai dan
3 Ada yang sella kawan lain ikut memakai juga
Sikap seperti inilah yang menyebabkan bandar atau pengedar
senang Mereka meiigincar generasi muda mahasiswa atau pclajar
karena 2 (dua) pertimbaiigan
1) Kalau salah satu anak muda kena maka anak muda yang lainnya
ikut kena sehingga konsumen cepat bertambah dan
2) Kalau anak muda kena maka anak muda tcrsebut akan mcnjadi
pemakai selia dalam waktii yang lama Berbeda dengan orang tua
yang cepat maii keuntungan komersial yang diperoleh dari
kelompok anak muda ini akan banyak
b Ingin dianggap hebal
Pcrasaan ingin dianggap hebat biasanya dimiiiki oleh generasi
muda Sepcrti ditcrangkan di atas salah satu sifat alami yang positif
dari generasi muda adalah daya saing Sayang sekali karena
kelidaktahuan sifat positif ini juga dapat dipakai untuk masalah negatif
27
Silat positif ini scharusiiya didorong unluk berlomba daluin preslasi
pada bidang pcndidikan kesenian olah raga dan lain-lain yang
bermanfaat bagi kehidupan
Bila sikap ingin berkonipctisi ini diarahkan untuk
mengkonsumsi narkolika dan psikolropika akibatiiya sungguli
mengerikan yailu kcgagalan hidup dan kesengsaraan Pemakai hanya
dapat dianggap hebat oleh lingkungan kecil pcniakai narkotika dan
psikotropika Di masyarakat luas pemakai hanya menuai cerca dan
nista
c Rasa setia kawan
Perasaan setia kawan sangat kuat dimiiiki oleh generasi muda
Jika lidak mendapatkan penyaluran yang posilif sifai positif tersebut
dapat berbahaya dan mcnjadi negatif Bila (cmannya memakai
narkotika dan psikotropika maka individu tersebul ikut juga memakai
Bila temannya dimarahi orang tuanya atau dimusuhi masyarakat maka
pemakai membela dan ikut bersimpatik
Sikap seperti itulah yang menyebabkan anak ikut-ikutan
Awalnya hiuiya satu orang yang merokok kemudian semuanya menjadi
perokok Setelah semuanya merokok sntu orang mulai memakai ganja
lalu yang lainnya ikut sehingga menjadi sekawanaii pemakai ganja
Selelah semua memakai ganja satu orang memakai ekstasi kemudian
semuanya ikut demikian selerusnya meningkat menjadi shabu dan pada
akhirnya menjadi pemakai putaw
28
d Rasa kccewa truslasi kcsai
Pcrasaan kesal kcccwa atau (rustasi biasanya terjadi karena
kegagalan pada generasi muda eksckutif mudu suami atau istri
Pcnggiiiiaan narkotika dan psikolropika pada kelompok ini bertujuan
untuk sesaat melupakan kekccewaan kckesaian dan fi-uslasi Kondisi
masyarakat yang carut martit tclah banyak melahirkan kekccewaan
kekesalan bahkan Iruslasi Narkolika dan psikotropika dapat
melupakannya sesaat tetapi tidak untuk mengatasi masalah yang
sesungguhiiya
Hubungan buruk yang disebabkan oleh kcgagalan
berkomuiiikasi antara orang tua dengan anaknya dapat menyebabkan
rasa kesal Hal ini mcnjadi faktor pemicu pemakaian narkotika dan
psikotropika oleh anak Intcraksi anlara orang tua dcngan anak tidak
cukup hanya berdasarkan niat baik Cora berkoniunikasi juga harus
baik Masing-masing pihak harus memiliki kcsabaran untuk
menjclaskan isi hatinya dengan cara yang tepat Banyak sekali konfllk
di dalam rumah tangga yang terjadi hanya karena salah paham atau
kekeliman berkoniunikasi Kekeliruan kecil itu dapal bcrakibat fatal
yaitu masuknya narkotika dan psikotropika ke dalam keluarga
Kekccewaan kekesalan dan frustasi dapal terjadi karena
kekeliruan dalam berkomunikasi terhadap beberapa faktor berikut i n i
I ) Komunikasi anak dengan orang tua
IbUI hiiJ 74
29
2) Komunikasi antar anak
3) Komunikasi di lingkungan eksekulifinuda dan
4) Komunikasi antara suami istri
e Ingin bebus dari rasa sakil atau pusing
Penderila pcnyakit beral yang kronis dan tidak kunjuiig sembuh
misalnya Ranker hati luka bakar uka tusuk wasir Ranker paruparii
migreii eneok pengapuran dan lain-lain sclalu merasakan sakit yang
iuar biasa karena penyakitnya Rasa sakit tersebut sering kali tidak
dapat dihilangkan dengan obat pengtiiiang rasa sakit biasa (anaigetik)
sehingga peiiderilanya mencoba narkotika atau psikotropika
Narkotika maupun psikolropika dapat menghilangkan rasa sakit
tersebut tetapi tidak menyembuhkan penyakitnya Ceiakaiiya pemakai
yang bersangkutan malah mendapat maslah baru yaitu ketergantungan
dengan segala komplikasinya yang justru menjadi lebih berbahaya
f Ingin menikmati rasa gembira tampii lincah energik dan mengusir
rasa sedih dan malas
Para eksekudf dan sciebritis biasanya memiliki gaya hidup yang
trendi Mereka merasa dituntut untuk selalu lampil lebih prima Dengan
mengkonsumsi naikotika atau psikolropika mereka dapat tampii prima
dan percaya diri karena kehilangan rasa malu walaupun sesungguhnya
tidak demikian
Perasaan hebat tersebut di atas seharusnya dicapai melaiui tekun
berolah raga hidup teratur meningkatkan kualitas fisik mental
30
inlclckUial dan mocaiiiyii Riikan ineiigamhit jalan piiitas dcngan tampii
seotah-olah prima niclalui manipulasi atau lipuan melaiui
mengkonsumsi narkotika atau psikolropika tersebut Pcnampilmi prima
yang semu atau atau tipuan itu lambat laun akan terungkap juga
sehingga [ania-keiamaan akan kelahuari juga jati dirinya yang
sesungguhnya itu
g ingin tampii iangsing
Narkolika dan psikotropika terscbut juga banyak digunakan oleh
artis dan ibu-ibu rumah tangga yang berbadan gemuk untuk
melangsingkan lubtihnya Narkotika alau psikotropika dengan jenis
tertentu ada juga yang dapat menghilangkan nafsu makan sekaligus
menambali aktivitas fisik sehingga dapat menurunkan beral badun
h Takut mengalami rasa sakit (sakaw)
Pengguna jenis narkotika atau psikolropika tersebut yang sudah
menjadi pemakai tetap (pemadat) akan mengalami rasa sakit (sakaw)
bila tidak memakainya Karena takut merasakan penderitaan maka
pemakai tersebut terus memakainya sehingga menjadi pemakai yang
sella junkies) Banyak pemakai narkotika dan psikotropika ini yang
setia adalah orang-orang yang merasa terpaksa memakai sebab kalau
lidak memakainya mereka akan mengalami sakaw
Kebanyakan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika
dimulai atau terdapat pada masa remaja sebab masa remaja yang
sedang mengalami perubahan biologik psikologik maupun sosial yang
31
pesat merupakan individu yang rentan untuk nienyaiahguriakan
narkotika maupun psikotropika terscbut Anak atau remaja dcngan ciri-
ciri tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi
penyalahgunanya Ciri-ciri tersebut anlara lain^
a Cenderung memberontak dan menolak otoritas
b Cenderung memiliki gangguan j iwa lain (komorbiditas) seperti
depresi cemas psikotik keperibadian dissosial
c Perilaku menyimpang dari aluran atau norma yang berlaku
d Rasa kurang percaya diri low selw-confulence) rendah diri dan
memiliki citra diri negatif (ow setf-esleem)
e Sifal mudah keeewa cenderung agresif dan destruktlf
f Mudah murung pemalu pendiam
g Mudah merasa bosan dan jenuh
h Keingintahuan yang besar untuk meneoba atau penasaran
i Keinginan untuk bersenang-senang [just for fun)
j Keinginan untuk mengikuti mode karena dianggap sebagai lambang
keperkasaan dan kehidupan modem
k Keinginan untuk diterima dalam pergaulan
1 Identitas diri yang kabur sehingga merasa diri kurang jantan
mTidak siap mental untuk menghadapl tekanan pergaulan sehingga
sulit mcngambil keputusan untuk menolak tawaran NAPZA dengan
tegas
Tom Kus dan Tedi Btihava NAPZA Bagi Pelajar (Bandung Yayasan Al-Ghilari Morgan im) hal 14
32
n Kemampuan komunikasi rendati
o Melarikan diri dari scsuatu (kebosaiian kcgagalan kekccewaan
kclidakmampuan kesepian dan kegcliran hidup dan lain-lain)
p Putus sekoiah dan
q Kurang menghayati iman atau kcpcrcayaaiinya
Menurut Tim Badan Narkotika Nasional hahwa terdapat
beberapa iaklor yang menyebabkan sescorang alau individu
menyalahgunakan narkolika dan psikotropika anlara lain
1) Keingintahuan yang besar untuk mcncoba tanpa sadar alau berlikir
panjang tentang akibatnya dikemudian hari
2) Keinginan unluk mencoba-coba karena penasaran
3) Keinginan untuk bersenang-senang
4) Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya hidup
5) Keinginan untuk dapat diterima daiam suatu kelompok
6) Lari dari masalah kebosanan atau kegetiran hidup
7) Pengertian yang salah bahwa mcncoba sckali-kali lidak akan
menimbulkan masalah
8) l idak mainpu alau tidak berani menghadapl tekanan dari lingkungan
alau kelompok pergaulan unluk menggunakan narkolika dan
psikotropika dan
9) Tidak Japal atau mampu mengatakan tidak pada narkotika dan
psikotropika
Tim INN Loc di
33
Berdasarkan peinaparaii Icrscbut di atas dengan demikian
bahwa individu didorong oleli beberapa faktor untuk menyalahgunakan
pemakaian narkotika dan psikotropika tersebut sehingga menjadi
individu yang mengalami ketergantungan berikut ini disebutkan
beberapa faktor adalah
1) Ingin tahu dan Ingin mencoba rasa memakai narkotika atau
psikotropika bagi kalangan anak muda)
2) Ingin dianggap lebih hebat dari orang Iain pada orang muda)
3) login membuktikan kesetiakawanan (pada orang muda)
4) Dianggap paling tepat untuk mengatasi perasaan keeewa j en gkel
dan frustasi (pada suami istri yang mengalami konllik rumah
tangga)
5) Dianggap cara yang paling mudah untuk menghalau rasa sakit pada
tubuh (pada penderita penyakit yang kronis)
6) Dianggap cara yang paling ampuh untuk mendapatkan perasaan
tenang damai atau gembira (pada suami istri yang mcnghadapi
konflik rumah tangga)
7) Dianggap cara yang paling mudah untuk melangsingkan lubuh (pada
ibuibii rumali tangga atau wanita yang bertubuh gemuk)
2 Faktor yang Bersumlicr dari Lingkungan
Faktor lingkungan tidak mampu mencegah atau mengurangi
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika bahkan membuka kesempatan
pemakaian narkotika dan psikotropika Yang dimaksud dcngan faktor
34
kesempatan di sini adalah tersedianya siluasi-situasi yang nieiiiungkinkan
untuk memakai narkolika atau psikolropika di waktu-vvaklu luarig di tempat
rekreasi atau hiburan diskotik pesia dan lain-lain Atau mungkin lingkungan
masyarakat yang tidak mampu mengendalikan bahkan membiarkan penjualan
alau pcrcdaran geiap narkotika dan psikotropika misalnya karena lemahnya
penegakan hukum penjualan narkolika dan psikotropika secara bcbas bisnis
narkotika dan psiktilropika yang terorganisir mudahnya memperoleh
narkotika dan psikotropika dan lain-lain
raklor yang bersumber dari lingkungan yang mcnyebabkan individu
dapat menyalahgunakan pemakaian narkotika dan psikotropika merupakan
laktor kontribusi masukaii dari Iuar individu) dimana sesttorang dengan
kondisi keluarga tidak baik akan merasa tertekan dan rasa lertekan inilah
sebagai faktor penyerta bagi dirinya untuk terlibat dalam penyalahgunaan
narkotika dan psikotropika tersebut Disfungsi keluarga yang dimaksud antara
lain adalah keluarga yang tidak utuh kedua orang tua yang tcrlalu sibuk dan
lingkungan interpersonal dengan orang tua yang tidak baik Di samping itu
faktor pencetus seperti pengaruh teman sebaya tersediu dan mudah
didapatkan mempunyai andil sebagai faktor pencetus sescorang atau individu
terlibat ke dalam penyalahgunaan yang mengakibatkan ketergantungan
terhadap narkotika dan psikotropika Dari sudut pandang psikososial
penyalahgunaan narkotika dun psikolropiku dapat terjadi sebagai akibat
negatif dari intcraksi tiga kiitub sosial yang tidak kondtisif yaitu kutub
Lulhli ilurnju Op cil
35
keluarga kutub sekolahkupus dan kulub masyarakat
Faktor lingkungan meliputi faktor kciuarga dan lingkungan pergaulan
balk dlsekltar rumah sekoiah teman sebaya maupun masyarakat Banyak
pengguna Narkotika dan Psikolropika yang berasal dari keluarga yang lidak
harmonis Keluarga seharusnya mcnjadi wadah untuk menikmati kebahagiaan
dan curalian kasih sayang wahana silih asih silih asah dan silih asuh
Namun pada kenyataannya keluarga sering sekali justru menjadi pemicu
sang anak mcnjadi pemakai hal tersebut disebabkan karena kciuarga tersebut
kacau balau Hubungan antara anggota keluarga dingin bahkan tegang atau
bermusuhan
Komunikasi antara ayah ibu dan ariak-anak sering sekali
menciptakan suasana konflik yang tidak berkesudahan dimana bahwa
penyebab konllik tersebut sangal beragam Solusi semua konflik adalah
komunikasi yang baik periuh pcngerlian saling menghargai dan menyayangi
serta ingin selalu membahagiakaii
Konflik di dalam keluarga dapat mendorong anggota keluarga merasa
frustasi sehingga lerjebak memilih narkotika dan psikolropika sebagai
solusinya Biasanya yang paling rentan terhadap stres adalah anak kemudian
suami dan istri sebagai benleng terakhir Beberapa faktor yang bersumber
dari lingkungan keluarga yang dapat mempengaruhi seseorang atau individu
tertentu icrjun kc dalam lingkungan penyalahgunaan narkotika dan
36
psikotropika tcrsebut antara lain adatuh
a Koniimikasi niang tua-aiiak kiii-ang baikcfektif
b Hubungan dalam keluarga kunmgharmonisdisfimgsi dalam keluarga
c Orang tua bercerai bcrscitngkub atau kawin lagi
d Orang lua tcrlalu sibuk aUiu tidak acuh
e Orang tua oloriter alau scrba melarang
f Orang tua yang serha nieinbolehkan (pcrmisil)
g Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teiadan
h Orang tua kurang peduli dun tidak tahu dengan masalah narkolika
i Tata terlib alau disiplin keluarga yang selalu bcrubah (kiiiaiig konsisten)
j Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam kciuarga
dan
k Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahguna narkotika
dan psikotropika
Sitimsi buruk dalam keluarga yang soring menyudiitkan anak ke arah
narkotika dan psikotropika adalah
1) Anak merasa kurang mendapatkan kasih sayang dalam keluarga merasa
kesal keeewa dan kesepian
2) Anak merasa kurang dihargai kurang mendapatkan kepcrcayaan dun
selalu dianggap salah
3) Anak mengalami konflik dengan orang tua dalam masalah pacaran
memilih pasangan hidup atau meneniukan pilihan profesi cila-elta dan
Mardani Loc cil lial 99 AW hal 100
37
sebagainya
4) Anak kesal dan keeewa karena ayah dan ibuiiya kurang lianiionis dan
sering bertcngkar (broken home)
5) Suami thtsirasi karena tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapinya
dengan islrinya
6) Istri fnistrasi akibat konllik dengan suami tentang masalali ekonomi atau
adanya wanita lain di samping suami
Banyak pengguna narkotika dan psikolropika yang pada awalnya
dimulai karena pengaruh dari orang lain Bentuk pengaruh dari orang lain itu
dapat bervariasi mulai dari bujuk rayu lipii daya sampai kepada paksaan
a) Tipu Daya
Banyak anak yang ditipu oleh kenalon teman sahabat atau pacar
Seperti mengajak meraka untuk memakai narkotika dan psikolropika
dengan bemacam-macain tipuan Dengan alasan yang digunakan bahwa
narkotika dan psikotropika adalah vitamin obat pil pintar pil sehat atau
food supplement Tipuan itu dapat juga berupa bujukan bahwa narkotika
dan psikotropika tidak tcrlalu berbahaya kalau tahu raliasianya Banyak
orang di dalam masyarakat yang dikira orang baik-baik namun lemyata
pengedar narkotika dan psikotropika Walaupun orang itu adalah kawan
sahabat saudara atau pacar sebagai pengedar penipu tersebul akan tcga
menipu maupun menjebak kita Pengedar narkotika dan psikotropika
sangat pandui mcmasarkan narkotika dan psikotropika tersebut Dengan
menawarkan narkotika dan psikotropika sebagai mmn food supplement
38
pil scliat pil pintar dan sebagainya Dengan lipuan ini korban dari
kalangan kciuarga hannonis akan terjcrumus ke dalamnya Saat ini banyak
pemakai narkolika dan psikotropika dari keluarga harmonis bukan hanya
bull dari keluarga berantakan Banyak pekerja mahasiswa atau pelajar yang
tampii ioyo tertipu ketika kepadanya ditawarkan pil sehat vitamin atau pil
pintar Banyak pemuka agama juru dakwah atau pengkhotbah yang
tertipu karena pil sehal yang dlbelinya adalah narkotika dan
psikotropika Reaksi pemakaian narkotika dan psikotropika mula-mula
terasa menyehatkan dan membuat si korban tipuan terscbut sukses dalam
berdakwah atau berkhotbah Ibu rumah tangga juga dapat tertipu karena
ditawari pil pelangsing oleh saudara atau teman dalam arlsan dan lain-
lain Mulanya karena tipu daya akhimya setelah lerjebak menjadi
biasa
b) Bujuk rayu
Waftiia camlk pengedaf ftaTkotlka dan psikotFoplka biasanya menjebak
mangsa melaiui bujuk rayu Untuk memasarkun narkotika dan
psikotropika pengedar tersebut memilih profesi sebagai wanita penghibur
atau Wanita Tuna Susiala (WTS) Banyak eksekutif muda pekerja atau
bos-bos yang mulai memakai narkotika dan psikotropika karena rayuan
pekerja seks komersial hostess dan sebagainya Dalam mcmasarkan
narkotika dan psikotropika wanita tersebut merayu akan mau melayani
kencati kalau bersama-sama mengkonsumsi narkotika dan psikotropika
Subagyo Purlodlhario Loc cil hal 78
39
lebih dulu Muta-mula kurban memakai narkotika dan psikotropika karena
tergoda namun akhimya menjadi terbiasa
c) Paksaan
Banyak anak muda yang mengawali pemakaian narkotika dan psikotropika
karena dipaksa oleh sekawanun alau seseorang yang mengancam akan
mencelakainya Banyak pclajar atau nialiasiswa mengawali kebiasaan
memakai narkotika dan psikotropika dari keadaan terpaksa diancam oleh
sekawanan preman yang menghadang di tengah jalan Dari kelompok ini
pula terjaring pemakai yang berasal dari keluarga hannonis
Lingkungan sekoiah bagi pelajar tingkat SD SMP dan SMA
merupakan tempat yang stratcgls bagi para pelajar untuk menunjukkan jati
dirinya sehingga mereka terjun kepada penyalahgunaan narkotika dan
psikotropika ini faktor sekoiah yang merupakan bagian tcrpcnting yang
mempengaruhi adalah
a Sekoiah yang kurang disiplin
b Sekoiah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjiial narkotika atau
penjual psikolropika
c Sekoiah yang kurang member] kesempatan pada siswa untuk
mengembangkan diri secara kreatif dan positif
d Adanya murid pengguna narkotika atau psikotropika
Kartini Kurtono op cil hivl 124
40
B Pengaturan Sanksi Pidana Terhadaj) Pcnyalahgunaaan Narkotika dan
Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau
dari Perlindungan Terhadap Korban
Dalam hukum pidana di Indonesia terdapat adanya
ketldakseimbangan antara perlindungan korban kejahatan dcngan pelaku
kejahatan pada dasarnya mempakan salah satu pengingkaran dari asas setiap
warga negara bersamaan kcdudukannya dalam hukum dan pcmerinlahan
sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 sebagai
landasan konstitusional Perlindungan korban memiliki hubungan cral dcngan
teori pemidanaan yang dikemukakan Wirjono Prodjudikoro tujuan
pemidanaan adalah untuk niemenuhi rasa keadilan^
Ada Juga yang mengemukakan bahwa tujuan pemidanaan dapat
dilihat melalul 2 (dua) leorl mengenai alasan-alaitan yang membenarkan
(justification) penjatuhan hukuman (sanksi) yaitu Teori Absolut
(Vergeldingslheorie) dan Teori Relatif atau Doeitheorie Menurut Teori
Absolut (Vergeldingslheorie) tujuan pemidanaan sebagai pembalasan
terhadap para pelaku karena telah melakukan kejahatan yang mengakibatkan
kesengsaraan lerhadap orang lain alau anggota masyarakat sedangkan
Roeslan Saleh mengatakan sebagai reaksi-reaksi atasdelik yang berwujud
suatu nestapa yang scngaja dilimpakan ncgara kcpada pembuat delik
Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana Cctakan Iuriania (Jakarta Sinar Gnitlka2(W5)hii4
lcduu Mdipaung Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cctakun IcrliirMii (Jukiirtu Sinur Gratika 2005) hal 4
kiwsUin Saleh Shdsel Pidana Indonesia (Jukarlu liinn Aksara 19K7) hal 5
41
Menurut Teori Relatif Doeltheurie) tujuan pemidanaan adalah
a Menjerakan agar si pelaku atau terpidana menjadi jera dan tidak
mengulangi lagi perbuatannya specials presenile) sena masyarakat umum
agar mengertahui jika melakukan perbuatan yang sama akan mengalami
hukuman yang serupa atau disebut pula generalpreventte
h Memperbaiki pribadi si terpidana berdasarkan perlakuan dan pcndidikan
selama menjalani hukuman terpidana merasa menyesal dan tidak akan
mengulangi perbuatannya dan kcmbali kepada masyarakat sebgai orang
baik dan berguna dan
c Mcmblnasakan (menjatulikan hukuman mat) atau mcmbuat terpidana tidak
berdaya dengan menjatuhkan hukuman seiimur hidup
Pandangan di atas sangatlah wajar apabila beranjak dari pandangan
bahwa hukum pidana adalah hukum sanksi (hifzonderesancUerechl) sebab
dengan bertumpu pada sanksi itulah hukum pidana difungsikan untuk
menjamin keamanan ketertiban dan keadilan Dalam perkembangannya
ternyata tidak semua sarjana menyclujui maksud diadakannya pidana scperti
itu (sebagai suatu nestapa) karena muncul pendapat bahwa di samping pidana
ditujukan untuk memberikan penderitaan kcpada pelanggar atau mcmbuat
jera pemidanaan juga bertujuan agar pelaku dapat kembali hidup
bermasyarakat sebagaimana mestinya
Alasan yang paling inenonjol lerhadap upaya perubahan tersebut
adalah dengan meniperhatikan sisi kemanusiaan yang mcmandang bahwa
Ucdcn Mirpaung Opcil hal 4
42
sekalipiin tcrsangka telah melakukan kcsalahaii ia telap berkcdmiiikan sebagai
manusia utuh yang harus tetap diperlakukan sama dengan manusia lainnya
dan dilindungi hak asasi manusionya Karena itu pidana penjara saat ini
sedang mengalami masakrisis karena termasuk jenis pidana yang kurang
disukai Banyak kritik tajam ditujukan terhadap jenis pidana perampasan
kemerdekaan ini baik dllihat dari sudut efektifitasnya maupun dilihat dari
akibat-akibat lainnya menyertai atau berhubungan dcngan dirampasnya
kemerdekaan seseorang
Banyaknyu kritik yang diarahkan pada bentuk pemidanaan berupa
perampasan kemerdekaan (yang ditujukan untuk membuat jera pelaku)
sehingga berkembanglah bentuk pemidanaan lain yang dianggap lebih
manusiawi yaitu penjatuhan pidana berupa denda atau pemberian ganti
kerugian kepada korban Pemberian ganti kerugian pada awalnya merupakan
konsep kcperdalaan seperti halnya dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata yang mewajibkan setiap orang yang menyebabkan orang lain
menderita kerugian untuk membayar ganli rugi Dalam perkembangannya
konsep ini diterupkan pula dalam hukum pidana mengingat akibat yang
ditimbulkan pada korban tindak pidana akan selalu disertai dengan kerugian
baik mental fisik maupun material sehingga sangat wajar apabila korban pun
menuntui ganti kerugian pada pelaku guna memulihkan derita yang
dialaminya
Dengan memperhatikan pada beberapa teori klasik tentang tujuan
Uurtla Nawuwi Ariel Sislem Pemidanaan Menunii Konsep KIHP llaiu dan Latar Helakang Pemlklrannya Hahan Ienalaran Hukum Pidana V Undanu Kupang uinjyful 11 Juli-12 Agustus 1989
43
pemidanaan dapat disiinpulkan bahwa penjatuhan pidana lebih banyak
ditujukan untuk kepeiitingan pelaku dengan kata lain tujuan pemidanaan
hanya dimaksudkan imtuk mengubah perilaku dari pelaku kejahatan agar
tidak mengulangi lag perbuatannya sedangkan kcpentingan korban sama
sekali diabalkan
Perlindungan terhadap korban narkotika jika dihubungkan dengan
beberapa teori pemidanaan yang telah dipaparkan di atas maka peneliti
mengkaji bahwa dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang baru ini terdapat kescimbangan antara perlindungan terhadap
pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana bahwa berdasarkan sanksi
baik pidana maupun denda yang terdapat dalam undang-undang ini sangatlah
berat-berat dan tegas ]ni berarti bahwa undang-undang ini lebih
mementingkan korban dari pada pelaku kejahatan narkotika Mengingat
bahwa dengan adanya pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan
korban semakin banyak yang berjatuhan schingga daripada korbnnnya anak
bangsa yang memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara
Indonesia maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-
beratnya lerhadap si pelaku tindak pidana narkotika bahkan pidana mati atau
seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-
undang yang bam ini juga diatur mengenai rehabilitasi terhadap korban baik
korban yang diakibatkan oleh orang Iain maupun karena self victimizing
victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku itu sendiri
44
C Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Seif-
Victimizing Victims
1 Self-victimizing victims uarkotika dau psikotropika
Suatu viktimisasi adalah sebagai suatu permasalahan manusia yang
merupakan kenyataan sosial hal ini disebabkan karena setiap warga negara
berhak mendapatkan rasa aman dan bcbas dari segala bentuk kekerasan
sesuai dengan falsafah Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 Contohnya adalah seseorang akibat perbuatannya memakai
narkotika dapat menimbulkan bahwa si pemakai tersebut menjadi tidak
berdaya upaya dengan kata lain bahwa si pelaku telah menjadi korban
akibat perbuatannya sendiri yang menimbulkan perbuatan kriminal
Penyalahgunaan narkolika atau psikolropika merupakan perbuatan
kriminal karena telah melanggar ketentuan di dalam undang-undang yang
ada yakni Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tetang Psikotropika dan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Terlibatnya si
pelaku kejahatan atau tindak pidana yang menimbulkan kerugian terhadap
dirinya sendiri daiam hal inilah yang disebut dengan istilah self victimizing
victims yang merupakan bagian dari viktimisasi Sehubungan dengan itu
maka Wolfgang menyatakan beberapa Jenis viktimisasi ialah
1 Unrelated victims yaitu korban yang tidak ada hubungannya sama
sekali dengan terjadinya korban misalnya pada kasus kecelakaan
pesawat Dalam hal In tanggungjawab sepenuhnya terletak pada
Utplietin3|il(igspqtcom2()OSIOl|ukum-viktinivl9gihlml diakscs terakhir langgul l2Januari 2015
45
pelaku
2 Provocative victims yaitu seseorang yang secara aktif mendorong
dirinya menjadi korban misalnya kasus selingkuli dimana korban juga
sebagai pelaku
3 Participating victims yailu seseorang yang tidak berbuul tetapi dengan
sikapnya justru mendorong dirinya menjadi korban
4 Biologically weak victims yaitu mereka yang secara tisik memiliki
keleinalian atau potensi untuk mcnjadi korban misalnya orang tua
renla anak-anak dan orang yang tidak mampu bcrbual apa-apa
5 Socially weak victims Yaitu mereka yang memiliki kedudukan social
yang lemah yang menyebabkan mereka mcnjadi korban misalnya
korban perdagangan perempuan dan sebagainya
6 Self victimizing victims yaitu mereka yang menjadi korban karena
kejahatan yang dilakukannya sendiri pengguna obat bius judi aborsi
dan prostitusi
Dalam hal ini kedudukan viktimologi sebagai sebuah ilmu yang
mempelajari tentang korban memiliki peranan yang sangat penting ruang
lingkup viktimologi ini meliputi
1 Semua macam sciiap macam perbuatan kriminal yang mengakibatkan
orang-orang mcnjadi korban
2 Setiap orang atau pihak yang dapat menjadi korban baik orang
perorangan maupun suatu korporasi atau organLsasi
3 Setiap orang atau pihak yang dapal menimbulkan korban artinya
46
dimana disatu sisi orang terscbut dapat merugikan orang iain sehingga
orang tidak merasa aman akibat tindakanya
4 Cara-cara viktimisasi atau penimbulan korban
5 Bentuk-bentuk viktimisasi yang terdiri dari primary viclimizalion
adalah korban individualperorangan bukan kelompok secondary
victimizalion korbannya adalali kelompok misalnya badan hukum
tertiary Victimizalion yang menjadi korban adalah masyarakat luas
nun viciimozaiion korbannya tidak dapat segera diketahui misalnya
konsumen yang tertipu dalam menggunakan hasil produksi
6 Akibat viktimisasi
7 Pengaruh viktimisasi
8 Reaksi atau respons terhadap viktimisasi
9 Penyelesaian viktimisasi dan
10 Pengaturan yang berkaitan dengan viktimisasi (yang menjadi
perhatian viktimologi)
Studi viktimologi akan memberikan pemahaman kepada setiap
individu mengenai hak dan kewajibannya dalam rangka mengantisipasi
berbagai bahaya yang mengancamnya Viktimologi memberikan
sumbangan pemikiran mengenai masalah viktimisasi tidak langsung
dampak sosial polusi industri viktimisasi ekonomi politik dan
penyalahgunaan kewenangan Viktimologi ini juga memberikan dasar
pemikiran dalam penyelesaian viktimisasi kriminal atau factor viclimogen
dalam sistem peradilan pidana
47
Dari perspektif ikalan Korban Napza (IKON) l ial i yang dimaksud
sebagai korban adalah orangperorangan yang menderita secara langsung
dari penyalahgunaan napza dan tennasuk pula keluarga alau tanggungan
langsung dari korban Namun karena hukum dl Indonesia memandang
pengguna napza adaiah kriminal maka terjadilah dampak-dampak negalif
yang dialami oleh pengguna napza yang merupakan korban scperti
diskriminasi kriminallsasi kesehatan dan stigmatisasi Maka sebagai
korban IKON Bali mendorong agar dihentikannyadiskriminasi lerhadap
korban napza mendorong vonis rehabilitasi untuk korban napza
mendorong agar dihentikannya penyiksaan terhadap korban napza dan
yang terakhir adalah mendorong terpenuhinya hak atas kesehatan bagi
korban dan orang terinfeksi HIV Dengan melihat kondisi permasalahan
penanggulangan napza yang semakin tidak menentu dan meningkatnya
jumlah korban napza secara terus-menerus Maka Ikon Bali meminta
1) Penerapan SEMA Nomor 7 Tahun 2009 sebagai pemenuhan hak atas
kesehatan terhadap korban Mpza
2) Meminta kepada Pengadilan Negeri Denpasar untuk menjadi insiator
dalam penyusunan langkah teknis penerapan SEMA Nomor 7 Tahun
2009
3) Meminta kepada selunih instansi tcrkait untuk mulai meiigambil
langkah nyata dalam penanggulangan napza
43 Ibid
48
4) Meminta agar korban napza diperlakukan secara manusiawi tanpa
penyiksaan sligma dan diskriminasi
5) Ikon Bali mendukung secara penuh program-program pemerintab
dalam penanggulangan napza
2 Rehabilitasi terhadap self-victimizing victims
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
merupakan undang-undang yang baru menggantikan Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika Adapun pasal-pasal di dalam
undang-undang in yang mengatur mengenai perlindungan korban adalah
berbagai pasal-pasal yangmencantumkan rehabilitas kepada korban
maupun pelaku tindak pidana narkolika Pasal 1 ayat (16) meneniukan
defenisi mengenai rehabilitasi dipandang dari sisi medis yakni
Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara
terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan Narkotika
Sementara Itu dalam Pasal 1 ayat (17) ditentukan defenisi rehabilitasi
dipandang dari sisi sosial yakni Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses
kegiatan pemulihan secara terpadu baik fisik mental maupun sosial agar
bekas pecandu Narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosia dalam
kehidupan masyarakat
Diimdangkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang merupakan undang-undang baru ini tentu mempunyai
maksud dan tujuannya Adapun tujuan yang terdapat dalam Pasal 4 yang
berbunyi
49
Undang-Undang tentang Narkotika bertujuan
a Menjamin kelersediaiin Narkotika untuk kcpentingan peiayanan
kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
b Mencegah mclindungi dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari
penyalahgunaan Narkotika
c Memberanlas pcredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika dan
d Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi Penyalah
Guna dan pecandu Narkotika
Bentuk perlindungan terhadap korban dan pelaku kejahatan tindak
pidana narkotika di dalajn Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
disebutkan ada 2 (dua) macam yakni pengobatan dan rehabilitasi lerhadap
korban maupun pelaku Pada Pasal 53 ayat (3) tersebul di atas bahwa yang
dimaksud dengan buktl yangsah antara lain surat kctcrangan dokter
salinan resep atau labeletiket Selcngkapnya mengenai pengobatan
ditentukan dalam Pasal 53 yang berbunyi sebagai berikut
(1) Untuk kcpentingan pengobatan dan berdasarkan indikasi medis
dokter dapal memberikan Narkotika Golongan II atau Golongan III
dalam jumlah terbatas dan sediaan tertentu kepada pasien sesuai
dengan ketcnluan peraturan perundang-undangan
(2) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat ( I ) dapal memiliki
menyimpan danatau incmbawa Narkolika untuk dirinya sendiri
(3) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mempunyai bukti
yang sali bahwa Narkotika yang dimiiiki disimpan danatau dibawa
50
untuk digunakan diperoleh secara sail sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
Mengenai rehabilitasi terhadap korban dan pelaku tindak pidana
kejahatan penyalahgunaan narkotika merupakan suatu kewajiban bagi
pemerintah dan instansi masyarakat Sebagaimana ketentuan dalam Pasal
54 bahwa Pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika
wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial Dalam Pasal 56
disebutkan juga bahwa
(1) Rehabilitasi mcdis Pecandu Narkotika dilakukan di rumah sakit yang
ditunjuk oleh Menteri
(2) Lembaga rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan oleh instansi
pemerintah atau masyarakat dapat melakukan rehabililasi medis
Pecandu Narkotika setelah mendapat persetujuan Menteri
Kemudian dipertegas kembali dalam Pasal 57 bahwa selain melaiui
pengobatan danatau rehabilitasi medis penyembuhan Pecandu Narkotika
dapat diselenggarakan oleh instansi pemerintah alau masyarakat melaiui
pendekatan keagamaan dan tradisional Salah satu tugas dan wewenang
Badan Narkotika Nasional adalah meningkatkan kemampuan lembaga
rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu Narkotika baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat
Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 ini terdapat
pengecualian dalam hal luniutan pidana terhadap anak yang masih berada
di bawah umur Misalnya terdapat di dalam salah satu pasalnya yakni pada
51
Pasal 128 ayal ( I ) yang bcrbunyi Orang tua atau wali dari pecandu yang
belum cukup umur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) yang
sengaja tidak mciapor dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6
(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp 100000000 satu juta
rupiah) Tetapi di datam ketentuan tain yakni pada Pasal 128 ayat (2) dan
ayal (3) ditentukan bahwa anak yang masih di bawah umur tidak dapat
dituntut pidami selcngkapnya pasal tersebul berbunyi Pecandu Narkotika
yang belum cukup umur dan telah dilaporkan oleh orang tua atau walinya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat ( I ) tidak dituntut pidana
(Pasal 128 ayat (2)) dan Pecandu Narkotika yang telah cukup umur
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) yang sedang menjalani
rehabilitasi mcdis 2 (dua) kali masa perawatan dokter di rumah sakit
danatau lembaga rehabilitasi medis yang ditunjuk oleh pemerintah tidak
dituntut pidana
Pada awalnya narkotika digunakan unluk kcpentingan umat
manusia khususnya untuk pengobatan dan peiayanan kesehatan Namun
dcngan semakin bcrkembangnya ilmu pcngclaliuan dan teknologi
peruntukan narkotika mengalami perluasan hingga kepada hal-hal yang
negatif
Di dunia kedokteran narkotika banyak digunakan khususnya
dalam proses pembiusan sebelum pasien diopcrasi mengingat di dalam
narkotika terkandung zat yang dapat mempengaruhi perasaan pikiran serta
kesadaran pusieti Oleh karena itu agar penggunaan narkotika dapal
52
memberikan manfaat bagi kehidupanurnat manusia maka pcredarannya
harus diawasi secara ketat sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 60 sampai
dengan Pasal 63 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang menyebutkan
Pasai 60 ditentukan bahwa
(1) Pemerintah melakukan pembinaan terhadap segala kegiatan yang
berhubungan dengan Narkolika
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meiipuli upaya
a Memenuhi ketcrsediaan Narkotika unluk kcpentingan peiayanan
kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
b Mencegah penyalahgunaan Narkotika
c Mencegah generasi muda dan anak usia sekoiah
dalampenyalahgunaan Narkotika termasuk dengan memasukkan
pendidikanyang berkaitan dengan Narkotika dalam kurikulum
sekoiah dasarsampai lanjutan atas
d Mendorong dan menunjang kegiatan penelitian danatau
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di brdang
narkolika unluk kcpentingan peiayanan kesehatan dan
e Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis bagi
Pecandu Narkotika baik yang diselenggarakan oleh pemerintah
maupun masyarakat
53
Pasal 61 ditentukan baiiwa
(1) Pemerintah melakukan pcngawasan terhadap segala kegiatan yang
berkaitan dengan Narkotika
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
1 Narkolika dan Prekursor Narkolika untuk kcpentingan peiayanan
kesehatan danatau pengembangan Hmu pengetahuan dan
teknologi
2 Alat-alat potensial yang dapat disaiahgunakan untuk melakukan
tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkolika
3 Evaluasi keamanan khasiat dan mutu produk sebelum diedarkan
4 Produksi
5 impor dan ekspor
6 Pcrcdaran
7 Pelabeian
8 Tnformasi dan
9 Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Pasal 62 berbunyi Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasai 60 dan pengawasan sebagaimana
dimaksiiddalam Pasal 61 diatur dengan Peraturan Pemerintah Dan dalam
Pasal 63 disebutkan bahwa Pemerintah mengupayakan kerja sama
dengan ncgara lain danatau badan intcmasional secara bilateral dan
multiialeral baik regional maupun internasional dalam rangka pembinaan
dan pengawasan Narkotika dan Prekursor Narkotika sesuai dengan
54
kcpentingan nasional
Berdasarkan biinyi beberapa pasa di atas mengenai pengawasan
terhadap pentingnya peredaran narkotika wajib diawasi secara ketat
dikarenakan saat ini pemanfaatannya banyak untuk hal-hal yang negatif
D i samping itu melaiui perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi penyebaran narkotika sudah menjangkau hampir ke semua
wilayah di Indonesia hingga ke pelosok-pelosok Daerah yang sebelumnya
tidak pcrriah tersentuh oleh peredaran narkotika lambat laun berubah
menjadi sentra peredaran narkotika Begitu pula anak-anak yang pada
mulanya awam terhadap barang haram ini telah berubah menjadi sosok
pecandu yang siikar untuk dilepaskan ketergantungannya
Sebelum Iahimya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
mengenai narkotika diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997
tentang Narkotika namun undang-undang ini tidak dapat dipertahankan
lagi keberadaannya karena adanya perkembangan kualitas kejahatan
narkotika yang sudali menjadi ancaman serius bagi kehidupan umat
manusia Pengguna narkotika sangat beragam dan menjangkau semua
lapisan masyarakat mulai dari anak-anak hingga orang dewasa orang
awam hingga artis bahkan hingga pejabat publik
Efek negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan narkotika secara
berlebihan dalam jangka waktu lama serta tidak diawasi oleh ahlinya
dapat
menimbulkan berbagai dampak negatif pada penggunanya baik secara
55
fisik maupun psikis Bahkan tidak janing penggunaan narkotika dapat
memicu terjadinya berbagai tindak pidana Karena itu untuk mencegah
semakin mcluasnya dampak negalif yang ditimbulkan dari penggunaan
narkotika maka pengawasan tidak hanya terbatas pada peredaran
narkotika tetapi juga pada mereka yang menjadi korban misalnya
sescorang yang menderita ketergantungan narkotika (pecandu) Apabila
seorang pecandu narkotika telah divonis bcrsalah oleh hakim atas tindak
pidana narkotika yang dilakukannya maka untuk memberikan kesempatan
pada yang bersangkutan agar tcrbebas dari kecanduaniiya maka hakim
dapat mcmutuskan untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani
pengobatan danatau perawatan
Pengobatan dan perawatan terhadap pecandu narkotika dilakukan
melaiui fasilitas rchabilitasi Rcliabilitasi medis dan sosial yang diberikan
kepada pecandu dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan
kemampuan fisik mental dan sosialnya Selain pengobatan dan perawatan
melaiui rehabililasi medis proses penyembuhan pecandu narkotika dapat
diiaksanakan oleh masyarakat melalul pendekatan keagamaan dan
tradisional
Sebagai conloh di Pakem Sleman Yogyakarta telah didirikan
sualu kliiiik alau Pusat Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkotika
Psikolropika dan Zal-zat Aditiflainnya (NAPZA) Terpadu yang didirikan
atas kerjasania Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dan
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang diresmikan pada tanggal 7
56
Desember 2005 Tujuan umum pendiriaii pusat rehabilitasi terpadu ini
adalah untuk memberikan jaminan penanganan paripurnakepada korban
penyalahgunaan Napza melaiui aspek hukum aspek medis aspek sosial
aspek spiritual serta pengembangan pcndidikan dan pelatihan dalam
bidang NAPZA secara terpadu sedangkan tujuan khususnya adalah
1 Terhindarnya korban dan instilusi dan penelrasi pengedar
2 Terhindarnya kerusakan mental dun masa depan para penyalah guna
Napza yang akan mcmbtinuh potensi pengembangan mereka
3 Terhindarnya korban-korban baru akibat penularan penyakil-penyakit
seperti Hepatitis HIVAIDS dan penyakit menular lainnya
4 Terwujudnya proses pengembangan penanganan korban NAPZA dan
aspek ilmiah serta keiimuan yang dinamis sesuai perkembangan zaman
sebagai pusat jaringan informasi terpadu dan mewujudkan teknis
penanganan penyalahgunaan narkotika dan obat-obalan terlarang bagi
daerah sekitamya maupun nasional
Pemberian perlindungan kepada korban narkotika lentil tidak dapat
dibebankan sepenuhnya kcpada pemeriiilah peran serta masyarakat pun
diharapkan ada salah salunya diterimanya kembali mantan pani pengguna
dalam lingkungannya tanpa melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya
diskriminatif bahkan dengan mcmposisikan mereka sebagai warga keias
dua yang harus dljauhi
Bentuk periindunganyang diberikan terhadap pelaku maupun
Dikdik M ArilMansur dan tUisUiris Guitom loa cil hal 90
57
korban penyalahgunaan narkolika dan psikotropika daiambentuk
rehabilitasi
Rehabilitasi adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang
dilujukan kepada pemakai narkolika dan psikotropika yang sudah
menjalani program kuratif Tujuannya agar pelaku tidak memakai lagi
dan bebas dari penyakit ikutan yang disebabkan oleh bekas pemakaian
narkotika dan psikotropika
3 Tahapan-tahapan rchabilitasi terhadap self-victimizing victims
Tahapan-tahapan rehabilitasi terhadap self-victimizing victims atas
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika yang ada di Indonesia tidak
sama Ada yang menekankan rehabilitasi hanya pada aspek medis ada
pula yang lebih menekankan pada aspek rohani Atau memadukan kedua
pendekatan tersebut dengan komposisi yang seimbang Yang ideal
rehabilitasi seorang korban narkotika dan psikotropika harus dilakukan
secara holisitik baik secara fisik psikis maupun kerohaiiiannya
1 Tahapan pengobatan (rehabilitasi)
Secara umum ada beberapa tahapan yang harus dilewati
Masing-masing tahapan tersebut memakan waktu bervariasi ada yang
seminggii sebulan dan bahkan berbu lan-bulan tcrgantung tingkat
ketergantungan tekad korban dan juga dukungan berbagai pihak
terutama keluarga dalam seluruh proses tersebut Setiap tahapan
Subagjo PiirloUiharjo Loc cU hal 105 ^ E M Giri Prastowo loc cil hal 28 -29
58
tersebut disusun dan dibuat untuk inenganlar pasien secara bertaiiap
melepaskan dari ketergantungan narkotika dan psikotropika Beberapa
tahapan rehabilitasi ini yang disajikan berikut sudah Icruji dapat
menyembuhkan atau memulihkan korban narkotika dan psikotropika
secara maksimal
a Tahapan transisi
Penekanaii dalam tahap ini lebih kepada informasi awal
tentang korbanseperti
1) Latar belakang korban
2) Lama ketergantungan
3) Jenis obat yang dipakai
4) Akibat-akibat ketergantungan dan
5) Berbagai inlbrniasi lainnya
Hal ini penling sehingga pada saatnya akan menjadi acuan
bagi pihak yang terlibat secara intensif dalam proses rehabilitasi
Ahl i yang berkompeten (dokter) akan menganaiisa tingkat
ketergantungan korban untuk kemudian meneniukan tingkat
pengobatan dan tingkat pembinaan bagi si korban schingga terapi
dan metode pengobatan bisa dilakukan secara terukur
Tahapan ini Juga dapat dijadikan rujukan untuk meneari
model rehabilitasi yang paling tepat bagi yang bersangkutan Pada
tahap ini tim rehabilitasi akan membantu korban agar menyadari
dirinya sedang menghadapl masalah ketergantungan narkotika dan
59
psikotropika Korban diajak untuk bersama-sama mengatasinya Hal
ini penting karena proses rchabilitasi tidak akan berhasil tanpa
adanya kesadaran korban tentang adanya bahaya yang dihadapinya
Dari situ akan dibangun tekad dan komitmennya untuk
meninggalkan narkotika dan psikotropika
Selain itu pada tahapan ini akan diteliti akibat fisik dari
penggunaan narkotika dan psikotropika Sejauh mana tingkat
kerusakan syaraf dan organ-organ tubuhnya yang rusak Unluk itu
diadakan pemeriksaaii laboratoriumiengkap dan tes penunjang untuk
mcndeteksi penyakit yang diderita korban A[)abia dalam
pemeriksaan ditemukan satu atau beberapa penyakit maka terlebih
dahulu diadakan pengobalan medis sebelum penderita mendapat
proses rehabilitasi lanjutan Langkah ini penting selain agar tubuh
yang bersangkutan bebas dari penyakit juga untuk mencegah
terjadinya penularan balk kepada korban narkotika dan psikotropika
ini diadakan pembersihan darah pada tubuh pecandu sehingga darah
menjadi bersih dan sistem metabolisme tubuh kembali normal
Proses ini dapat dilakukan melaiui cara-cara berikut
1) Cold Turkey abrupt withdrawal) yaitu proses penghentian
pemakaian narkotika dan psikolropika secara tiba-tiba tanpa
disertai dengan substitusi antidotum
2) Bertaliap atau substitusi bertahap misalnya dengan kodein
^Ibidhal 30
60
methadone CPZ atau clocard selama i -2 minggu
3) Rapid Detoxification dilakukan dengan anestesi umum (6-12
jam) dan
4) Simtomatik tergantung gejala yang dirasakan
2 Rehabilitasi intensif
Setelah melewati masa transisi (pengumpulan informasi tentang
keadaan korban dan latar belakangnya) baru masiik pada fase
berikutnya yakni proses penyembuhan secara psikis Motivasi dan
potensi dirinya dibangun daiam tahap ini Korban diajak untuk
menemukan dirinya dan segala potensinya sambil juga menyadari
berbagai keterbalasannya Bahwa untuk mengatasi masalah hidup yang
bersangkutan tidak perlu harus mengkonsumsi narkotika dan
psikotropika Narkotika dan psikotropika justru menciptakan masalah
baru yang jauh lebih besar dalam hidupnya Narkotika dan psikotropika
bukanlah solusi tetapi menjadisumber masalah Pada tahap ini berbagai
contoh dapat dipcrlihatkan kepada korban
Yang terlibat di dalam tahap ini yang utama adalah korban itu
sendiri sebagai pelaku self-victimizing victims) Korban harus punya
tekad untuk hidup tanpa narkotika dan psikotropika Korban harus bisa
menatap masa depan dengan penuh optimisme Selain yang
bersangkutan peranan keluarga (orang liia dan saudara-saudaranya
suami atau istri) juga sangal pcnling Anggota keluarga ini harus secara
intensifmendampingi dan jnenopang korban
61
Staf di paiiti rehabilitasi para konselor psikolog dan semua
pihak di panti rehabilitasi untuk bersama-sama mcmbangun
kepercayaan diri korban Seluruh proses ini membutuhkan waktu
berbulan-bulan bahkan selama bertahun-tahun tergantung tingkat
ketergantungan dan efeknya bagi korban Berbagai terapi yang
dilakukan selama dalam tahap ini baik yang dilakukan secara pribadi
maupun bersama-sama lewat berbagai aktivitas di panti rehabilitasi
tersebut bertujuan untuk memberdayakan kembali korban yang disekian
lama telah terpuruk oleh narkolika dan psikotropika Sebagai langkah
awal untuk sosialisasi diri dengan masyarakat korban juga secara
bertahap mulai mcmbangun komunikasi dengan orang lain di Iuar
komunitas rehabilitasi
Menurut Romo Lambertus Somar MSG dalam bukunya
Rehabilitasi Pecandu Narkotika dan Psikotropika pada tahap ini ada
tiga titik yang harus dilewati yang lebih dikenal dengan tahapan
stabilisasi pribadi yailu^
1 Secara sadar dan tekun melepaskan diri dari berbagai penyakit dan
akibatakibat lainnya (no to drugs) Tahap ini merupakan tahap
stabilisasi awai atau tahap konsolidasi (comolidation)
2 Menemukan jati diri menguasai kiat-kiat dan keterampilan-
keterampilan untuk menyehatkan serta mengisi hidup secara lebih
bermakna dan bermulu Latihan keterampilan vokasional (kerja) dan
E M Giri Praslowo Loc cil hal 32
62
peiigungkapan diri dari dimulai dibina sebiiigga disebul juga (afiap
pengukuan diri (jyerwtuil appraisal) Inilah lahap slabilisasi
niericiigah (inadya)
3 Dengan inisiatif pribadi orang secara sadar mulai berfikir dan
bertindak untuk mencapai prestasi-prestasi tertentu schingga disebut
juga tahap positive thinking and doing Tahap ini merupakan tahap
stabilisasi akhir
4 Tahap rekonsiliasi Tahapan berikut yang harus dilewati dan sangat
vital adalah tahap rekonsiliasi Tara korban tidak langsung
herinlcraksi secara bebas dcngan masyarakat akan tctiipi lerleblh
dahulu ditampung di sebuah lingkungan khusus selama beberapa
waktu sampai pasien benar-benar siap secara mental dan rohani
kembali kelingkungannya semula Yang paling ulama dalam fase ini
adalah pembinaan mental spiritual keimanan dan ketakwaan serta
kcsepiikatan sosial kemasyarakaian Proses ini bisa meliputi program
pembinaan jasmani dan rohani
Sampai ke tahap ini yang bersangkutan masih tcrikat dengan
rehabilitasi foimal namun sudah mulai membiasakan diri dengan
masyarakat Iuar sehingga merupakan proses resosialisasi (reentry) atau
penyesuaian (reconcilialion) Proses ini melewati tiga titik penting juga
yaitu
1 Tinggal lebih sering dan lebih lama di lingkungan keluarga sebagai
63
teiiipal tinggal tetap atau pun tempat tinggal transit unluk
resosialisasi sambil mclaiijiitkan kegiatan pilihan sebagai penunjang
masa selanjutnya Di sini terjadi perdamaian dan penycsuaian-
penyesuaian kembali dengan lingkungan
2 Rencana masa depan yang jelas dan siap direalisasikaii dengan
dukungan keluarga atau pihak-pihak lain Pada tahap ini korban
dapat memulai aktivitasnya lagi seperti sekolahkuliah mulai bekerja
atau merintis usaha sendiri
3 Kontak awal dengan kelompok-keiompok atau program-program
pemeliharaan lanjut aftercare) Di sini orang meiierima dirinya
seperti apa adanya merasa puas lalu mempercayakan dirinya ke
tangan orang lain
4 Pciiieliharaaii Lanjut Pada tahap ini walaupun secara fisik yang
bersangkutan sudah dinyatakan seliul dan secara psikis pun sudali
pulih namun masih ada kcmungkinan mereka akan tergclincir
kembali icbihlebih saat mereka sedang menghadapl masalah Pada
saat itu bisa Jadi mereka bemostagia dengan menikmati narkolika
dan psikotropika Saat ini juga niwaii Karena itu setiap korban yang
niemasuki tahap inidipersiapkaii sungguh-sungguh agar dapal
melewati dan mengatasi sUuasi rawan ini dengan melewati tiga titik
ini yakni
a Mengubah menghilangkan aUiu menjauhi hal-hal yang bersifat
bid hul 34
64
nostaigia kesenaiigan narkolika dan psikolropika
b Setiap mengikuti program-program dan aeara-acara aftercare
(pemeliharaan lanjut) dan
c Dapat juga mcUbatkan diri dalam gerakan atau kelompok bersih
narkoba dan peduli penanggulangannya
BAB IV
PENUTUP
A Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dipaparkan tersebut di atas peneliti
memberikan beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap
permasalahan di dalam penelitian ini sebagai berikut
Di antara berbagai faktor yang dapat mempengaruhi seseorang atau
individu menyalahgunakan narkotika atau psikotropika terdapat faktor
yang paling duininan yakni laktor yang bersumber dari keadaan keluarga
dan lingkungan bukan karcnn faktor individunya Karena faktor keluarga
yang buruk dan lingkungan yang juga buruk dan saling mendukung dapat
mempengaruhi individu menjadi pelaku lindak pidana penyalahgunaan
narkolika dan psikotropika tersebut dengan kata lain faktor keluarga dan
lingkungan yang buruk ini membuka kesempatan kcpada seseorang untuk
merasakan pergaulan dengan narkotika atau psikotropika sehingga dapal
menimbulkan ketergantungan terhadapnya
2 Perlindungan lerhadap korban narkotika- jika dihubungkan dengan
beberapa teori pemidanaan dalam perspektif Undang-Undatig Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika yang baru terdapai keseimbangan antara
perlindungan terhadap pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana
bahwa berdasarkan sanksi baik pidana maupun denda yang terdapat dalam
undang-undang ini sangatlah bcrat-bcnil dan tegas Ini berarti bahwa
65 bull
66
undang-undang narkotika yang baru tersebut lebih mementingkan korban
dari pada pelaku kejalialan narkotika Mengingat bahwa dcngan adanya
pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan ktgtrban semakin
banyak yang berjatuhan seliingga daripada korbannya anak bangsa yang
memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara Indonesia
maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-beratnya
terhadap si pelaku lindak pidana narkolika bahkan pidana mati atau
seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-
undang yang baru ini juga diatur mengenai rchabilitasi terhadap korban
baik korban yang diakibatkan oleh orang lain niaiipim karena self
victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku ilu
sendiri
Saran
Adapun yang menjadi saran peneliti di dalam penelitian ini yang
menjadi harapan untuk dipcrliatikan bersama adalah sebagai berikut
1 Diharapkan bagi setiap keluarga untuk menjaga keharmonisan melakukan
pengawasan dan mcnanainkan pcndidikan yang benar terutama dalam lial
menyeimbangkan antara emosi inteligensi dan spritual sejak dari din
terhadap anak sebagai benteng terhadap dirinya untuk dapat membentengi
dari pengaruh narkotika dan psikotropika yang semakin mengancam
keadaan lingkungan masyarakat
2 Diharapkan terhadap pemerintah untuk melakukan sosialisasi yang
teriiitegrasi dan menyeluruh terhadap semua lapisan masyarakat baik
67
masyarakat di pedesan (primitlf) maupun masyarakat kota betapa besamya
sanksi pidana dan denda yang digariskan di dalam undang-undang
narkotika dan psikotropika misalnya dcngan mcmpublikasikannya dalam
bentuk billboard di pcrsiinpangan jalan sehingga setiap orang yang lewat
dengan secara otomatis masyarakat akan inengelaliuinya dan
berkemuiigkiiian orang yang membacanya setidaknya tlmbul rasa takut
untuk terjun ke dalam penyalahgunaaan narkotika dan psikotropika
tersebut
D A F T A R PUSTAKA
A Bukii
Arrasjid Chainur Sualu Pemikiran Tentang Psikologi Kriminil Mcdan Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU 1999
Gerson Bawengan Penganlar Psichology Kriminil Jakarta Pradya Pramita 1973
Gosita Arif Masalah Korban Kejahatan Jakarta Akademika Pressindo 1993
Hakim M Ariel Narkoba Bahaya dan Penanggulangannya Bandung Jembar 2007
Hawari Dadang Konsep islam Memerangi AIDS dan NAZA Get X i Yogyakarta Dhana Baktl Priaya 1997
Kaligis OC dan Soedjono Dirdjosisworo Narkoba dan Peradilannya di Indonesia (Retbrmasi Hukum Pidana Melaiui Perundangan dan Peradilan) Bandung PT Alumni 2002
Kartono Kartini Psichology Abnormal Bandung Alumni 1972
Mansur Dikdik M Arif dan Elistaris Guitom Urgensi Perlindungan Korban Kejahalan Antara Norma dan Reaiita Bandung Agustus Fakultas Hukum Universitas Padjajaran 2006
Mardani Penyalahgunaan Narkoba Daiam Perspeklif Hukum islam dan hukum Pidana Nasional Jakarta IH RajuGrufindoPersado 2007
Marpaung Leden Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005
Moelyono Anton M Kumus Besar Bahasa Indonesia Get 11 Jakarta Balai Pustaka 1988
Muladi HAM Dalam Persepkiif Sistem Peradilan Pidana dalam Muladi (ed) Hak Asasi Manusia Hakekal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat Bandung Refika Aditama 2005
dan Barda Nawawi Arlef Bunga Rampai Hukum Pidana Bandung Alumni 1992
Partodiharjo Subagyo Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannyai Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2003
Ioyk Fanny Jonathans Sehiiah Kesehatan Narkoba Sayonara Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2006
Prastowo EM Giri Rehabilitasi Bagi Korban Narkoba Tangcrang Visimedia 2006
Prodjodikoro Wirjono Asas-asas Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005
Roeslan Saieh Stelsel Pidana Indonesia Jakarta Bina Aksara 1987
Soedjono D Segi Hukum Tentang Narkolika di Indonesia Bandung Karya Nusanlara 1977
Hukum Narkolika Indonesia Bandung PT Citra Adtya Baktl i 990
Soekanto Soerjono dan Sri Mumadjj Penelitian Hukum Normalif Suatu Tijnjauan Singkat Jakarta Rajagrafindo Persada 2001
Sudarsono Kenakalan Remaja cet Ii Jakarta Rineka Cipta 1992
Tom dkk Bahaya NAPZA Bagi Pelajar Bandung Yayasan Al-Ghifari Morgan 1999
Tim BNN Materi Advokad Pencegahan Narkoba Jakarta Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia 2005
Yustisia Himpunan Peraturan Pemndang-Undangan Anti Narkoba diterjenialikuii oleh Tim iustaka Yuslisia Yogyakarta iuslaka Yustisia 2006
Waluyo Bambang Penelitian Hukum dalam Prakiek Jakarta Sinar Grafika 1996
Wcda Made Darma Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korporasi dalam niingti Rampai Viktimisasi Bandung Eresco 1995
B Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Pasal 152
Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika22Tahun 1997 tentang Narkotika
Keppres Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkolika Nasional
CInternet
htlpwwwbnngoidportalbariiiiorlalkQnlenpltpniima^Prorilampop^visi niisiamp tnn=lamp diakses tcrakiiir tanggal 13 November 2014
httpthed03hlogspoteom2008l Ohukuiii-viktimolQgihtmk diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014
httpwwwikonbaliorg26062Q(19advokasipctisi-ikon-bali-segera-tcrapkan-semahtml Petisi Ikalan Korban Napza (IKON) dalam rangka menyambut Hari Anti Narkotika (HANI) dan Hari Anti Penyiksaan 2009 diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014
httpwwwsurnekscoidindexphp7pption=^om cpntentampview=articleampid=^1405 2010-kej ati-baru-terapkan-uu-no-3 52009ampcatid=44 ilir-barat-i-bukit-keciIampUemid=94 diakses lerakJiir tanggal 12 Desember 2014
httpidsbvoongcQmexact-sciencesl8Q8652-getielika-dan-keiahatan Faktor Genetik Penyebab Kejahalan diakses terakhir tanggal 10 jaiiuari 2014
httpwwwasiasecuritiescoidsys 12ximagesstories201QEqtiitv2Q Pdf diakses terakhir tanggal 10 Januari 2014
LAMPIRAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
F A K U L T A S HUKUM
K A R T U AKTIVITAS BIMBINGAN SKRIPSI
N A M A MAHASISWA DIANA SAPUTRA
N O M O R INDUK MAHASISWA 50 2011 059
P R O G R A M STUDI I L M U H U K U M
PROG K E K H U S U S A N H U K U M PIDANA
P E M B I M B I N G M S O L E H IDRUS SHMH
l U D U L SKRIPSI P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T U N D A N G U N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I
KONSULTASI
K F -
MATERI YANG
DIBIMBINGKAN
PARAF
PEMBIMBING K E T
luymdash
y^ ^ Tlt2 N ^
7 M e
fSUL
k ^
CATATAN MOHON DIBERI WAKTU MENYELESAIKAN SKRIlSl RUiAN SEJAK TANGGAL DIKELUARKAN DITETAIKAN
DIKELUARKAN DI PALEMBANG PADA TANGGAL KETUA BAGIAN
JUDUL P E N Y A L A H G U N A A N N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG UNDANG N O M O R 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I
P E R M A S A L A H A N 1 Apa yang menjadi faktor tcrjadinya penyalaJigunaan narkotika dan psikotropika
2 Bagaimana pengaturan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspektif victimologi
B A B l P H N D A I i U L U A N A Latar Belakang B Permasalahan C Ruang Lingkup dan Tujuan D Metode Penelitian E Sistematika Penulisan
B A B 11 T I N J A U A N PUSTAKA
A Pengertian penyalahgunaan B Pengertian victimologi C Ruang lingkup victimologi D Jents dan penggolongan narkotika dan psikotropika E Undang Undang yang mengatur tentang narkotika
dan psikotropika
BAB I I I PEMBAHASAN A Faktor yang menyebabkan terjadinya
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika
B Penyalahgunaan narkotika dan psikolropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspeklif victimologi
BAB IV PENUTUP A Kesimpulan
B Saran-saran
DAF1AR PUSTAKA
L A M P I R A N - L A M P I R A N
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM
Lampiran Perihal Kepada
Sistematika penulisan (Outline) Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi YUi NUR HUSNI LMILSON SHSpNMH
Pembimbing Akademik Fakultas Hukum UMP dl-Palembaniz
Assalamualaikum WrWb
Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama DIANA SAPU I RA
Program Kekhususan Flukum Pidana
fada semester Lianjil tatiun kuliati 2UI42UI5 sudah menyelesaikan betian studi yang meliputi MPKMKKMKBMPBMBB (139 sks)
Dengan ini mengajukan pcrmohonan untuk penelitian Hukum dan Penulis Skripsi dengan judul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG-UNDANG N O M O R 35 T A H U N 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I
Demikianlah atas perkenaan Ibu diucapkan terima kasih
Wassalamualaikum WrWb
NIM 50 2011 059 Ilmu Hukum Program Studi
Palembang September 2014 Pemohon ^^--^5
Rekomendasi PAYbs
Pembimbing Akademik
HUSNI EMHSON SH SpN MH
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM
REKOMENDASI DAN PEMBIMBING SKRIPSI
Nama Nim Program Study Program Kekhususan Judul skripsi
DIANA SAPUTRA 50 2011 059 Ilmu Hukum Hukum pidana PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI
I Rekomendasi Ketua Bagian a Rekomendasi
b Usulan Pembimbing
Hukum Pidana
raiemoang iepiemt)er zu 14 KetuaJBagu
LuuTiiiAKNurCsHrR^
I L Penatapan Pembimbing Skripsi Oleh Wakil Dekan I
1 2
Palembang September 2014 Wakil Dekan I
- i poundL Dr Hj SRI S U L A S T R I SH M H
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah i n i Nama Tempat Tanggal Lahir N I M Program Studi Program Kekhususan
DIANA SAPUTRA PetransJaya 15 Januari 1992 502011059 Ilmu Hukum Hukum Pidana
Menyatakan bahwa karya ilmiah skripsi saya yang berjudul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANGshyU N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F VICTIMOLOGI
Adalah bukan merupakan karya tulis orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali daiam bentuk kutipan yang telah kami sebutkan sumbemya
Demikianlah surat pemyataan ini kami buat dengan sebenar-benamya dan apabila pemyataan ini tidak benar kami bersedia mendapatkan sanksi akademis
Palembang September 2014
PERMOHONAN UNTUK MENGIKUTI SEMINAR PROPOSAL
Palembang Oktober2014 Perihal Mohon untuk diiaksanakan seminar
Proposal Penelitian Skripsi
Kepada Yth Ibu Luil Maknun SH MH Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang D i -
Palembang
Assalamualaikum Wr Wb Saya yang bertanda tangan dibawah Ini Nama DIANA SAPUTRA
NIM 50 2011 059
Program Kekhususan Hukum Pidana
Bahwa yang bersangkutan telah layak untuk mer^ikiuti Seminar Proposal rencana penelitian skripsi yang judul PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI
Mohon kiranya yang bersangkutan untuk dijadwalkan mengikuti Seminar Proposal usul Penelitian Skripsi
Demikianlah disampaikan untuk dipertimban^Lan Wassalamualaikum Wr Wb
Pembimbing Skripsi
M SOLEH IDRUS3HMS
H A L A M A N P E R S E T U J U A N U N T U K M E N G I K U T I S E M I N A R P R O P O S A L
Nama DIANA S A P U T R A
N I M 50 2011059
Program studi Ilmu Hukum
Program kekhususan Hukum Pidana
Judui Penelitian PENYALAHGUNAAN N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A
MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI P E R S P E K T I F VICTIMOUHH
Palembang Oktober2014 Disetujui Pembimbing
M S O L E H IDRUSSH MS
Ketua Bagian Hukum Pidana
LuU MaknunSH M H
![Page 11: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/11.jpg)
2
harapan dalam pencapaian pcmbangunan nasional dapal tcrganggu
Bahaya nicngedarkan Narkotika dan isikolropika dapat dibayangkan
berapa banyak sel syuraf otak mahusia yahg akan dlrusak borapa gencfasl
muda anik sekoiah dan mahasiswa terus diburu pengedar Narkotika dan
Psikotropika tersebul bahkan dapat mengakibatkan kematian^
Keterganl jngan lerhadap Narkotika dan Psikotropika pada mulanya ingin
coba-coba dulu karena Narkotika maupun Psikolropika tersebul dapat
membuat pemakaiiiyu bcrhalusinasi seolah lupu tchadiip masalah dan berada
pada dunia keindahaii Jika laktor kesempatan untuk mendapatkan Narkolika
dan Psikotropika sangat mudah dari pengedar maka dapal mengakibatkan
korban akan semakin bertambah Melihat besamya bahaya penyalahgunaan
Narkotika dan Psikotropika lerhadap individu dan mengganggu pencapaian
cita-cita NKRl maka lerhadap Narkotika maupun Psikolropika harus
dilakukan penanggulangannya sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku
Scjak awat mula Iahimya hukum pidana fokus subjek yang paling
banyak disoroti adalah si pelaku Padahal dari sualu kejahatan kerugian yang
paling besar didcrita adalah pada si korban kejahatan tcrsebut Akan tetapi
scdikit sekali ditemukun hukum-hukum atatipun peraturan perundang-
undangan yang mengatur tcnung korban serta perlindungan lerhadapnya
httpw^vbnn (ioidportalhiirup(irlalkoTilenphpnaTna=lrofilampopvisL _iTiisiampmn^l diakscs tcrukhir tanggal 29 December 2(M4 Iihal juja Kcpprcs Nti 17 Taliun 21X12 tentang Itadan Narkotika Nasional pada bagian konsidcran mcnimbang huruf (J) bcrbunyi Bahwa sehubungun dengan pertimbiingan hunifu huruf b huruf c dan sebagai pcluksunaan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkolika ficrlu niembcntuk Badan Narkotika Nusiona dcngan Keputusan Iresiden
^Funny Jonathans Poyk Suhiiah KusehiUan Narkoba Sayonara (Jakarta IT (Jelora AkHuru Iralama 2006) lial 9 Made Darma Weda Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korfwrasi dalam Bunga
3
Berbicara mengenai upaya penanggulangan kejahatan atau tindak
pidana Narkotika dan Psikotropika yang tepat maka cara pandang sebaiknya
tidak hanya terfokus pada berbagai hal berkaitan dengan penycbab timbuliiya
kejahatan atau metode apa yang efektif dipergunakan dalam penanggulangan
kejahatan tersebul Namun hal lain yang tidak kalah penlingnya untuk
dipahami adalah masalah korban kejahatan itu sendiri yang dalam keadaan-
keadaan lertentu dapal menjadi pemicu munculnya kejahatan dalam tindak
pidana Narkotika dan Psikotropika tersebul
Piida saat berbicara tentang korban kejahatan dalam tindak pidana
Narkotika dan Psikotropika maka cara pandang tidak dapat dilepaskan dari
victimologi Melalul victimologi dapal diketahui berbagai aspek yang
berkaitan dengan korban seperti faktor penyebab munculnya kejahatan
penyalahgunaan bagaimana seseorang dapat menjadi korban
penyalahgunaan dan upaya mengurangi terjadinya korban kejahatan
penyalahgunaan serta hak dan kewajiban korban kejahatan dalam tindak
pidana Narkolika dan Psikotropika tersebut Secara victimologi terhadap
korban kejahatan dalam tindak pidana Narkotika dan Psikotropika misalnya
korban yang ditemukan pada anak usia 7 tahun sudah ada sebagai pemakai
anak di usia 8 talum sudah ada yang memakai ganja dan lalu di usia 10 tahun
anak-anak sudah menggunakan Narkotika alaupun Psikotropika dari berbagai
jenis seperti ganja heroin morfni ekstasi dan sebagainya
Kraquogtrban dalam lingkup victimologi memiliki arti yang luas karena
Rampai Vihmisusi (Bandung Krcsco 1995) hal 200 TM Giri Prasln vo Rebahilium liagi Korban Narkoba ( Iangerang Visimudia 2006) hal v
4
tidak hanya terbatas pada individu yang secara nyata menderita kerugian
tetapijuga kelompok korporasi swasta maupun penierintali sedangkan yang
dimaksud dcngan akibat pcnimbulan korban adalah sikap atau tindakan
terhadap korban danatau pihak pelaku serta mereka yang secara langsung
atau tidak terlibat dalam terjadinya suatu kejahatan
Pentingnya korban kejahatan dalam tindak pidana Narkotika dan
Psikotropika ihempcroleh perhatian utama DIkarenakan korban merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kejahatan oleh karena ilu maka
korban memiliki peranan yang sangat penting dalam penelitian ini
Diperolchnya pemahaman yang luas dan mendaiam tentang korban kejahatan
dalam linJak pidana Narkotika dan Psikolropika dapat [nenuidahkan dalam
menemukan upaya penanggulangan kejahatan yang pada akhimya akan
bermuara pada menurunnya kuantitas dan kualitas kejahalan Sejalan dcngan
semakin bcrkembangnya victimologi sebagai cabang ilmu baru berkembang
pula berbagai runuisan tentang victimologi Kondisi iiii hendaknya tidak
dipandang sebagai pertanda tidak adanya pemahaman yang seragam
mengenai ruang lingkup victimologi tetapi harus dlpaiidang sebagai bukti
bahwa vU timologi akan selalu berkembang sejalan dengan perkembangan
yang terjadi dalam masyarakat
Berdasarkan uraian di atas yang menjadi obyek pengkajian dari
victimologi penyalahgunaan Narkolika dan Psikotropika di antaraiiya adalah
faktor terjadinya kejahatan dan bagaimanakali pengaturan Narkotika dan
Dikdik M Arir Mimsur dan Elistaris (lultoiii UrgensI Ierilndungan Korban Kejahalan Anlara Norma dan Realita (Bandung Agustus EakulUis Hukum Universitas Padj aj uran 2006) hal 29
5
Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Oleh sebab itu
maka judui yang dipilih unluk diteliti dalam penelitian adalah
Penyalahgunaan Narkotika dan Pstkolropka Menurut Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 Dari Perspektif Victimologi
B Perumusan Masalah
1 Apa yang menjadi faktor faktor yang menyebabkan terjadinya
2 Bagainiana pengaturan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika dan
Psikotropika daiam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dari perspektif
victimology
C Ruaug lingkup daii tujuan
Ruang lingkup
Secara umum ruang lingkup skripsi ini untuk mengetahui apa yang
menjadi faktor faktor terjadinya penyalahgunaan narkobadan
penyalahgunaan norkoba menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari
perspektil victimologi
Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan penulisan ini adaiah
sebagai bfrikut
1 Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
penyalahgunaan Narkoba
2 Untuk mengetahui pengaturan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika
dan Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Talum 2009 dari
penyakiligunaanTiarkotika dan psikotropika
6
perspektif viAimo(gtg[
E Metode rcncHtl
Untuk memperoleh data yang kongkril sebagai pcdoman dalam
penulisan skripsi ini maka penulis menggunaan metode sebagai berikul
1 Metode pclaksanaan penelitian
dalam pclaksanaan ini penulis menggunaan metode penelitian hukum
normatif yang bersifal diskriftif dengan menggunaan dala skunder
Penelitian nukum norkatif ini merupakan penelitian kcpustakaan yaitu
penelitian terhadap dala skunder yang iiiempuiiyai ruang lingkup meiipuli
surat sural fakta fakta sampai pada dokumen - dokuincn resmi yang
dikeluarkan oleh instansi lerkait
2 Metode pcngiimpulun data
Pengumpulan data meiiipunyai hubungan yang eral dengan sumber data
karena dcngan pengumpulan dala akan diperoleh data yang dipcrlukan
untuk selanjutnya dianalisis sesuai dengan yang diinginkan Dalam usuha
pengumuian dala dala yang relevan dengan judul ini penulis
menggunakan metode normatif diskriplif dengan menggunakan data
skunder yang berbentuk dokumcntasi
3 Tehnik pcngolahan data
Dilakukan dcngan cara nnalisis isi terhadap teksural untuk selanjutnya
dikoniruksikan dalam suatu kesimpulan
7
Sislemutika [cnulisiin
Penelitian ini dibuul berdasarkan sistematika penulisan di dalam
penelitian ini peneliti mcmbaginya dalam empat bagian yailu
BAB I PENDAHULUAN
Merupakan bab pendahuluan yang menguraikan mengenai hal-hal
berkaitan dengan Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan
dan Maniaat Penclilian Kcaslian Penelitian Tlnjaiian
Kcpustakaan Pengertian Penyalahgunaan Pengertian
Viclimologi Ruang Lingkup dan Manfaat Viclimologi Jenis dan
Penggolongan Narkotika dan Psikotropika Metode Penelitian
dan Sistematika Penulisan
BAB U TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bagian ini menguraikan yaitu mengenai pengertian tentang
penyalahgunaan pengertian tentang ruang lingkup viktimologi
pengertian tentang narkotika dan jcnis-jcnis narkolika
BAB Hi PEMBAHASAN
Merupakan bab yang membahas mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan Pengaturan Sanksi Pidana lerhadap Penyalahgunaan
Narkotika dan Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Ditinjau dari Perlindungan Terhadap Korban dan
Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Self
Victimizing Victims
8
BAB IV K E S I M P U L A N DAN SARAN
Bab ini memuat beberapa kesimpulan dan saran yang dibuat
peneliti sebagai hasil dari pembahasan dun penguraian di dalam
penelitian ini dari keseluruhan permasalahan yang ada
DAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A Pengertinn Pcnyalaliguiiaan
Penyalahgunaan dimaksudkan dalam penclilian ini adalah
penyalahgunaan terhadap narkotika dan psikolropika Dimana bahwa
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika ini diambil dan dipersainakan
dcngan pengertian penyalahgunaan narkoba seperti yang disebutkan Lutfi
Braja yakni memberikan pembatasan mengenai penyalaiiguiiaaii yaitu
Pemakaian narkoba di iuar indikasi medik tanpa petunjuk atau
resep dokter dan peinakaiannya bersifat patologik
(menimbulkan kelainan) dan menimbiilkan humbutan dalam
aktifitas di rumah di sekoiah atau di kampus tempat kerja dan
lingkungan sosial Ketergantungan narkoba adalah kondisi yang
kebanyakan diakibatkan oleh penyalahgunaan zat yang disertai
dengan adanya toleransi zat (dosis semakin tinggi) dan gejala
putus zal
Permasalahan penyalahgunaan mengakibatkan dampak yang sering
terjadi di tengah-tcngah masyarakat dari penyalahgunaan narkolika dan
psikotropika antara lain merusak hubungmt kekeluargaaii menurunkan
kemampuan belajar dan produktifitas kerja secara drastis sulit membedakan
mana perbuatan baik dan perbuatan buruk perubahan pcrilaku menjadi
Mardani Op 01 lial 2
9
10
pcrilaku anti sosial (pcrilaku maladaptil) gangguan kesehalan (fisik dun
mental) mempertinggi jumlah kecelakaan lalu lintas tindak kekerasan dan
kriniinuliLis lainnya
Dari kata penyalahgunaan menandakan bahwa Narkotika dan
Psikotropika tidak selalu bermakna negatif Dcngan begitu narkotika dan
psokitropika yang digunakan dengan baik dan benar oleh dokter untuk
mengobati pasiennya lidak tennasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang
disaiahgunakan Di dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA
(Narkotika Psikotropika dan Zat Adit i f Lainnya)
B Pengertian Victiimlogt
Pada dasarnya perkembangan ilmu pengetahuan tentang korban
kejahalan (viktimologi) lidak dapat dipisahkan dari iahimya peiiiikiraii-
pemikiran brilian dari Hans von Hentig seorang ahli kriminologi pada talum
1941 serta Mendelsohn pada tahun 1947 Pemikiran dari kedua ahli ini
sangat mcmpengaruhi setiap fase perkembangan viktimologi Perkembangan
viktimologi hingga sampai pada keadaan seperti sekarang tentunya tidak
terjadi dengan sendirinya namun telah meiigalami berbagai perkembangan
yang dapai dibagi dalam 3 (tiga) fase sebagai berikut
a iada tahap peitama viktimologi hanya meinpclajari korban kejahatan saja
pada fase ini dikatakan sebagai pehdl or special vtciimolo^
b Pada lase kedua viktimologi tidak hanya mengkaji masalah korban
Oadang Huwari Konsep Islam Memerungt AIDS dan NAA Cel XI (Ycgvakarta Ohaiiii iiakli Idaya 1997) hal 153 Made Danaa Wi da Op cil hal 200
kejahalan tetapi juga meiipuli korban kecelakaan Pada fase ini disebut
sebagai general victimology
c Fase ketiga Vikt imologi sudah berkembang lebih luas lagi yaitu mengkaji
permasalahan korban karena penyalahgunaan kckuasaan dan hak-hak asasi
manusia Fase ini dikatakan sebagai new viciimology
Berdasarkan pengertian di atas nampak je las bahwa yang menjadi
obyek pengkajian dari viktimologi diantaranyu pihak-pihak mana saja yang
terlibat atau mcmpengaruhi terjadinya suatu viktimisasi kriminal
bagaiinanakah respon terhadap suatu viktimisasi kriminal faktor penyebab
terjadinya viktimisasi kriminal bagaimanakah upaya penanggulangannya
dan sebagainya
C R u a i i g L i n g k u p Victimologi
Vikt imologi mencliti topik-topik teiilang korban scperti peranan
korban pada terjadinya kejahatan hubungan antara pelaku dengan korban
rentannya posisi korban dan peranan korban dalam sistem peradilan pidana
Selain itu menurut Muladi viktimologi merupakan suatu studi yang bertujuan
untuk
1 Menganaiisa berbagai aspek yang berkaitan dcngan korban
2 Berusaha untuk memberikan penjelasan sebab musabab terjadinya
vikt imisasi dan
3 Mengembangkan sistem tindakan guna mengurangi penderitaan manusia
^Suryono Ekolaina ST Harum Pudjianlo RS dan G Wiraiama Abortus Iruvocalus Ba^ Korban Perkosnan Persxkif Viktimologi Kriminologi Jan Hukum Pidana Edisi PcrUtma Culakari lurlunii (Jakiiria Univcrsilas AlmaJaya 2001) liul 174 ^ibidMl I7()
12
Menurut JE Sahetapy ruang lingkup Viktimologi meliputi bagaimana
sescorang (dapat) menjadi korban yang ditentukan oleh suatu victimity yang
lidak selaiu berhubuiigan dengan masalah kejahatan termasuk pula korban
kecelakaan dan bencana alam selain dari korban kejahatan dan penyalah
gunaait kekuasan^ Namun dalam perkembangannya di tahun 1985
dipeiopori oleh Separovic yang mempelopori pemikiran agar Viktimologi
khusus niengkaji korban karena adanya kejahatan dan penyalahgunaan
kckuasaan dan tidak mengkaji korban karena musibah alau bencana alam
karena korban bencana alam di iuar kemauan manusia out of mms will)
D Jenis dan Penggolungan Narkotika dan Psikotropilta
Dari kata penyalahgunaan narkoba menandakan bahwa narkoba tidak
selalu beimakna negatif Dengan begilu narkolika dan psokitropika yang
digunakan dengan balk dan benar oleh dokter unluk mengobati pasiennya
tidak termasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang disaialigLmakan Di
dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA (Narkotika Psikolropika
dun Zat ditir Lainnya) Dalam penelitian ini hanya dibahas tentang
narkotika dan psikolropika maka sebelumnya dipaparkan terlebih dahulu
berbagai jenis narkotika dan psikotropika sebagai berikut
a) Narkolika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari lanaman atau
TbUi Miiiadi HAM Halam Persepkiif Sislem Peradilan Pidana datam Muladi (cd) Hak Asas) Manusia Hakclal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspeklif llukum dan Masyarakat (Bandung Refikii Aditama 2005) hal lOX VfiWDial 109 Subagyo Partediharjo Op cil hal 11
13
bukan tanainan baik sintesis maupun bukan sintesis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa
Zat ini dapal mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat
meninibulkan ketergantungan Menurut Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika Narkolika adalah at atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun
semisimetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri
dan dapat nienimbulkati ketergantungan yang dibedakan kc dalam
golongan-goiongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang in i
Narkotika memiliki daya adikasi (ketagihan) yang sangat berat
Narkolika juga memiliki daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual
(kebiasaan) yang sangat tinggi Ketiga sifat narkolika ini yang
menyebabkan pemakai narkotika tidak dapat lepas dari cengkeramannya
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
Jenis jenis narkotika dibagi ke daiam 3 (tiga) kelompok yaitu narkotika
golongan I golongan I I dan golongan I I I
Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbaiiaya
karemi daya adilifnya sangat tinggi Golongan ini tidak boleh digunakan
untuk kcpentingan apapun kecuali unluk penelitian atau ilmu
pengetahuan Contohnya adalah ganja heroin kokain inorfin opium dan
lain-lain Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya
Ibid Posal 1 Ayal (I) Unilung-Undang Nomor 3 Tahun 2009 lenlang Narkotika
14
aditifkual tclapi bcrmaiilaal untuk pcngohatan dan penclilian tlonluhnya
adalah petidin dan turunannya benetldin belamctadol dan lain-iain
Sedanikaii narkulika golungaii Ml adalah narkotika yang niciniliki daya
aditif riiigan tetapi bermanfaat untuk penghatan dan penelitian Contohnya
adalali kudcin dun turunannya^
Berdasarkan cara pcmbuatannya narkotika dibedakan ke dalam 3
(tiga) golongatt juga yaitu narkolika atami narkotika semlsimesis dan
narkotika sintesis Dijelaskan sebagai berikut
1) Naikotika alami
Narkotika alami adalah narkotika yang zat aditithya diambil dari
(umbuhlumbuhan (atam) Contohnya
u tjaiija
Ganja adalah tanaman perdu dengan daun menyerupai daun
singkong yang tepinya bergerigi dan berbulu lialus Jumlah Jari
daunnya selalu ganjil yakni 5 7 9 Tumbuhan ini banyak lumbuh di
iieberapa daerah di Indonesia seperti Aceh Suinalera Ulara
Sumatera Selaian Pulau Jawa dan lain-lain Daun ganja ini sering
iligunakiin sebagai bumbu penyedap masakan Bila digunakan
ebagai bumbu iiuisak daya adilifnya rendah Namun lidak
ilemikian apabila dibakar dan asapnya dihirup Cara
|)cnyalahgunaunnya adalah dikcringkan dan dicampu dengan
icmbakiiii rokok atau dijadikan rokok lalu dibakar serta dihisap
Subagvo PurtoJiharjo Op cil hal 11-12
15
b Ilaisis
Hasis adaiah lanaman serupa ganja yang lumbuh di Amcrika
Latin dan Eiopa Daun ganja hasis dan mariyuana Juga dapat
disuling dan diambil sarinya Oatam bentuk cair harganya sangat
mahai Gunanya adalah unluk disaiahgunakan oleh pemadut-pemadal
kelas tinggi
c Koka
Koka adalah lanaman perdu mirip pohon kupi Huahnya yang
inatang bcrwama inerah seperti biji kopi Dalam komunitas
masyarakat Indian Kuno biji koka sering digunakan untuk
inenambah kekiiatan orang yang bcrperang atau bcrburu binalang
Koka kemudian bisa diolah menj adi kokain
d Opium
Opium adaiah bunga dengan bentuk dan wama yang indah
Dari getah bunga opium dihasilkan candu (opiat) Di Mesir dan
daratan Cina opium dahulu digunakan unluk mengobati beberapa
penyakit member kekuatan atau menghilangkan rasa sakil pada
lentara yang terluka sewaktu berperang atau berburu Opium banyak
lumbuh di segiliga emas antara Burma Komboja dan Thailand
atau di daratan Cina dan segitlga emas Asia Tengah yaitu daerah
antara Alganistan Iran dan Pakistan
Dalam kalangan perdagangaii liilernasional ada kebiasaan
ftW hal 14
16
(keliru) tncnamai daerah tempat peuanamuii opium sebagai daerah
emas Diberi nama demikian karena perdagaiigan opium sangat
mengimtiingkan Karena bahayanya yang besar daerah seperti ilu
keliru jika diberi nama predikat emas Daerah sumber produksl
opium sepantasnya disebut segitlga setan atau segitlga iblis
2) Narkotika semisintcsis
Narkotika semisintesis adalah narkotika alami yang diolah dan
diambil zat aktifnya (intisarinya) agar memiliki khasiat yang lebih kuat
schmgga dapat dimanfaatkan untuk kepcnlingan kedokteran
Contohnya
a Morfm dipakai dalam dunia kedokteran unluk menghilangkan rasa
sakit alau pembiusan pada operasi (pcmbcdahan)
b Kodein dipakai unluk obat penghilang baluk
c Heroin tidak dipakai dalam pengobatan karena daya adilifnya
sangat besar dan matifuatnya secara medis belum
ditemukan Dalam pcrdugangan gelup heroin diberi nama
pulaw atau pete atau pt Henlnknya seperti tepun terigu
yang halus pulih dan agak kotor
d Kokain liiisll olahati dari biji koka
3) Naikotika sintesis
Narkotika sintesis adalah narkotika palsu yang dibuat dari bahan
kimia Narkotika ini digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi
oraiig yang menderita kclcrgantungun Contohnya
17
a Ietidin unluk obat bius lokal operasi kccil sunal dan
sebagainya
b Melhadon unluk pengobatan pecandu narkoba dan
c Naltrexon untuk pengobatan pecandu narkoba
Selain unluk pembiusan narkolika sintesis biasanya diberikan
oleh dokter kcpada penyalahgiina narkoba untuk menghcntikan
kebiasaannya yang tidak kuat melawan sugesti (relaps) atau sakaw
Narkotika sintesis berfungsi sebagai pengganti senientara Bila sudah
bciiar-bcnar bcbas asupan narkoba sintesis in dikurangi sedikil demi
sedikit sampai akhimya berhenti total
b) Fsikotropika
Pengertian psikolropika menurut Pasal I Ayal ( I ) Undang-Undang
Nomor 5 Taliun 1997 tentang Psikotropika adalah Zat atau obat baik
alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif
melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusal yang menyebabkan
perubahan khas pada uktivitus mental dan perilaku
Pengertian Psikolropika di daUim Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika tidak ditemukan Hal tersebut sehubungan
dengan ketentuan di dalam Pasal 153 huruf b yaitu Lamplran mengenai
jenis Psikotropika Golongan 1 dan Golongan II scbagaimana tercantum
dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika (lcmbaran Ncgara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor
10 Tambahan Lcmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671) yang
18
telah (iipindahkan menj adi Narkotika Golongan I menurut UndangUndang
ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku Oleh karenanya dalam Undangshy
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tidak ada lagi di dalam pasal-pasal nya
yang mengatur mengenai Psikotropika karena sudah dlmasukkan ke dalam
golongan Narkotika
Sesuai dengan pembahasan dalam penelitian ini masih
berhuijutigar dengan Psikotropika maka Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1997 tentang Psikotropika masih perlu untuk dibahas dalam penelitian ini
Menui iil undangumlang tersebut Psikolropika adalah zal atau obal bukan
narkolika baik alamiah maupun sintesis yang memiliki khasiat psikoaktif
melaiui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas nonnal dan perilaku Psikotropika ini
merupakan obat yang digunakan oleh dokter untuk mngobali gangguan
jiwa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tenumg
Psikolropika psikotropika dikelompokkan ke dalam 4 (empat) golongan
Golongan I yaitu psikotropika dengan daya aditif yang sangat kuat
belum diketahui manfkilnya untuk pengobatan dan sedang diteliti
khasiiitnya saat ini Contohnya adalah MDMA ekstasi USD dan STP
Golongan U yakni psikolropika dengan daya aditif kuat serta berguna
untuk pengobatan dan penelitian Contohnya adalah amfelamin
metanifetamin metakualon dan sebagainya Golongan IH yakni
psikolropika dcngan daya adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan
dan penelitian Contohnya adalah lumibal buprenorsina flcenilrazepam
19
dan sebagainya Golongan IV yakni psikotropika yang memiliki daya
aditif ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian Contohnya
adalah netrazepam (BK Mogadon Duiiiolid) diazepam dan lain-lain^
Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika yang dimaksud dengan paslkotoplka adalah zat atau obat
baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif
melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang mcnyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku Psikotropika
dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut
1 Psikotropika golongan I yaitu psikolropika yang hanya dapat digunakan
unluk kcpentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi
sena mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan Contohnya ekstasi shabu LSD
2 Psikotropika golongan II yakni psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi danatau tujuan ilmu
pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan Contohnya amfetamin metilfenidat atau ritalin
3 Psikotropika golongan III yaitu psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi danatau unluk tujuan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan
sintlroma ketergantungan Contohnya pentobarbital Flunitrazepam dun
4 Psikotropika golongan IV yaitu psikotropika yang berkhasiat
Ibid ILil 15
20
pengobatan dan sangal luas digunakan dalam terapi danatau unluk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindrom ketergantungan Contohnya diazepam
bromazepam Fenobarbital klonazcpam klordiazepoxide nitrazepam
seperti pil BK pil Kopio Rohip Dum MG
Sedangkan kelompok dan jenLs psikotropika yang sering
disaiahgunakan antara lain
1 Psikostimulansia scperti amfetamin ekstasi dan shabu
2 Scdalif amp Hipnolika (obat penenang obat tidur) seperti MG BK
DUM Pil kopio dan lain-lain dan
3 Halusinogenika seperti lysergic acid dycthylamidc (USD) mushroom
Berdasarkan Ilmu farmukologi psikotropika dikelompokkan ke daiam 3
(tiga) golongan yakni dcpresan stinuilan dan halusinogen sebagai
berikut
1 Kelompok dcpresanpcnekan syaraf pusatpenenangobat tidur
Contohnya adalah valium BK rohipnol mogadon dan lain-lain
Jika diminurn obat ini dapat memberikan rasa tenang menganluk
rasa tcnteruni dan damai Obat ini Juga menghilangkan rasa takut
dan gelisah
2 Kelompok stimuiaiiperangsang syaraf pusaianti tidur Conlohnya
adalah amfetamin ekstasi dan shabu Ekstasi berbentuk tablet
berancka bentuk dun wama Amfetamin berbentuk tablet bcrwama
-Aid hal 16-17
21
pulih Bila diiriinuni obal ini mcndalangkan rasa gembira hilangnya
rasa pemiusuhiui hilangnya rasa marali ingin selalu aktif badan
terasa fit dan lidak merasa lapar Daya kerja otak menjadi scrba
cepat namun kurang lerkendali Shabu berbentuk tepung kristal
kasar berwarna pulili hersih seperti garani
3 Kelompok halusinogen Halusinogen adalah obat at tanaman
makanan yang dapat meninibulkan kiiayaian contohnya yailu LSD
Lysergic Acid Dicihyltamide) getah lanaman kaklus kecubung
jamur tertentu (misceiine) dan ganja Bila diminurn spikotropika
jenis in dapat menimbulkan kliayalan tentang peristiwa-peristiwa
yang mengerikan khayalan tentang kenikmatan scks dan
sebagainya Kenikmatan didapat oleh pemakai setelah pemakai sadar
bahwa perisfiwa mengerikan ilu bukan kenyataan atau karena
kenikmatankenikmatan yang dialami walaupun hanya khayalan
BAB III
PEMBAHASAN
A Faktor yang Mcnyebabkan Terjadinya Penyalahgunaan Narkotika dan
Psikotropilta
1 Faktor yang Bersunibcr Dari Individu
Menurut Luthfi Buraja terdapat 3 (liga) pcndekatan untuk
tcrjadinya penyalahgunaan dan ketergantungan terhadap narkotika dan
psikotropika yaitu peridekalan orgunobilogik psikodinamik dan
psikososial Ketiga pendekatan tersebut tidaklah berdiri sendiri melainkan
saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya Dari siidut pandang
organobiologik (sususan syaraf pusatotak) mekanismc terjadinya adiksi
(ketagihan) hingga deperidcnsi (ketergantungan) dikenal dengan dua istilah
yaitu gangguan mental oragnik atau sindrom otak organik seperti gaduh
gelisah dan kekacauan dalam fungsi kognilif (alam pikiran) efektif (alam
perasaanemosi) dan psikomotor (perilaku) yang disebabkan efek
langsung terhadap susunan syaraf pusat (otiik)^^
Sescorang akan mcnjadi ketergantungan terhadap narkotika dan
psikotropika apabila seseorang dengan tems-menenis diberikan zat
tersebut Hal ini berkaitan dengan teroi adaptasi sekuler mum
adaptaiUm) tubuh beradaptasi dengan menambah jumlah teseptor dan seishy
se syaraf bekcrja kcras Jika zat dihenlikan sel yang masih bekerja kcras
Luthll Uaraja Makalali Gangguan Mciilul dan icrilaku Akibut Nurkuba Disampalkim pada Seminar tentang Narkoba di SMK Iptck lakarla hal 2
22
23
tadi mengaiami kelmLisaii yang dari kiar tampak sebagai gejala-gejala
putus obal Gejala putus obat tersebut mcmaksa individu untuk
mengulangi pemakaian zal tersebul
Faktor predisposisi individu dengan gangguan kepribadian (anti
sosial) ditandai dengan pcrasaan lidak puas terhadap orang lain Selain itu
yang bersangkutan tidak inampu untuk berfungsi secara wajar dan efektif
dalam pergaulan di rumah di sekoiah atau di tempat kerja gangguan lain
sebagai penyerta berupa rasa cemas dan depresi Untuk mengatasi
ketidakniainpuan dan mcnghiiangkan kccemasan atau depresinya maka
individu tersebut cenderung untuk menggunakan narkoba Semestinya
individu itu dapat mengobati dirinya dengan datang ke dokterpsikiater
untuk mendapatkan terapi yang tepat sehingga dapat dicegah
keterlibatannya dalam penggunaan narkotika dan psikotropika
Secara umum mereka yang menyalahgunakan narkotika dan
psikotropika dapat di bagi ke dalam 3 (tiga) golongan besar yaitu
1 Ketergantungan primer ditandai dengan adanya kecemasan dan
depresi yang pada umumnya terdapat pada orahg detigah kepfibadlah
yang tidak stabil
2 Ketergantungan simtomatis yaitu penyalahgunaan narkotika dan
psikotropika sebagai salah satu gejala dari tipe kepribadian yang
mendasarinya pada umumnya terjadi pada orang yang kepribadian
psikopatik (anti sosial) kriminal dan pemakaian narkotika dan
Ai4hal K
24
psikotropika untuk kesenangaii sematu
3 Ketergantungan reaktif yaitu terdapat pada remaja karena dorongan
ingin tahii pengaruh tekanan dan lingkungan tenian atau kelompok
sebaya peer group pressure)
Ada beberapa faktor internal dan ekslernal yang mcnjadi penyebab
individu menyalahgunakan dan menjadi ketergantungan terhadap
narkotika dan psikotropika Menurut Sudarsono bahwa penyalahgunaan
narkolika dan psikotropika di latar belakangi oleh beberapa sebab yaitu
1 Untuk membuktikan kebcranian dalam melakukan tindakan-tindakan
yang berbaiiaya seperti ngebut dan bergaul dengan wanita
2 Meniinjukkan tindakan yang menenlung orang tua guru dan norma
sosial
3 Mempermudah penyaluran dan mempermudah perbuatan seks
4 Melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh peiigalamaii-
pengalainan einosional
5 Meneari dan menemukan aril hidup
6 Mengisi kekosnngan dan kesepian hidup
7 Menghilangkan kegelisahan frustasi dan kepepel hidup
8 Mengikuti kemauan kawan-kawan dahim rangka pembinaan solidaritas
dan
9 Iseng-iseng saja dan rasa ingin tahu
Menurut hasil penelitian Dadang Hawari bahwa di anlara faklor-
Sudujsono Kenakalan Remaja cel ii (Jakarta Rineka Cipta 1992) 1ml 67
25
faktor yang berpcran dalam penggunaan narkotika dan psikolropika
adalah
1 Faktor kepribadian anti sosial dan psikopatik
2 Kondisi kejiwaan yang mudah merasa keeewa atau depresi
3 Kondisi keluarga yang meliputi keutuhan keluarga kesibukan orang
tua hubungan orang tua dengan anak
4 Kelompok teiiian sebaya dan
5 Narkotika dan psikotropika itu sendiri mudah diperoleh dan tersedianya
pasaran yang resmi maupun lidak resmi
Menurut Siibagyo Partodiharjo secara individu terdapat beberapa
faktor yang mcmpengaruhi sescorang dapat menyalahgunakan narkotika
dan psikotropika Alasan ini merupakan alasan yang bersumber dari diri
sendin atau pemakai narkotika dan pasikotropika tersebut yakni sebagai
berikut
a Ingin tahii
Perasaun ingin tahu biasanya diniiliki oieh generasi muda pada
umur setara siswa SD SLTP dan SLTA Bila di hadapan sckelompok
anak muda ada seseorang yang inemperagakan uikmatnya
mengkonsumsi narkotika dan psikolropika maka didorong oleh naluri
alami anak muda yaitu keingintahuan maka salah seoariig dari
kelompok itu akan maju mencobanya Selain didorong oleh
keingintahuan keberaniannya juga karena didesak oleh gejolak dalam
Mardiini foc cil hai 102 ^ Subagyo RatoiJlliarjo ioc cil liiil 72-74
26
jiwanya yang ingin dianggap hebal pemberani dan pahlawan di antara
temanteinan sehayanya Maka jatuhlah satu orang anak dalam pelaku
setan
Dalam kondisi seperti itu reaksi kawan-kawan sebayanya
berbeda-bcda
1 Ada yang ingin menyaingi menunjukkan bahwa dirinya lebih hebat
lagi lalu memakai
2 Ada yang ingin tahu kemudian ikut memakai dan
3 Ada yang sella kawan lain ikut memakai juga
Sikap seperti inilah yang menyebabkan bandar atau pengedar
senang Mereka meiigincar generasi muda mahasiswa atau pclajar
karena 2 (dua) pertimbaiigan
1) Kalau salah satu anak muda kena maka anak muda yang lainnya
ikut kena sehingga konsumen cepat bertambah dan
2) Kalau anak muda kena maka anak muda tcrsebut akan mcnjadi
pemakai selia dalam waktii yang lama Berbeda dengan orang tua
yang cepat maii keuntungan komersial yang diperoleh dari
kelompok anak muda ini akan banyak
b Ingin dianggap hebal
Pcrasaan ingin dianggap hebat biasanya dimiiiki oleh generasi
muda Sepcrti ditcrangkan di atas salah satu sifat alami yang positif
dari generasi muda adalah daya saing Sayang sekali karena
kelidaktahuan sifat positif ini juga dapat dipakai untuk masalah negatif
27
Silat positif ini scharusiiya didorong unluk berlomba daluin preslasi
pada bidang pcndidikan kesenian olah raga dan lain-lain yang
bermanfaat bagi kehidupan
Bila sikap ingin berkonipctisi ini diarahkan untuk
mengkonsumsi narkolika dan psikolropika akibatiiya sungguli
mengerikan yailu kcgagalan hidup dan kesengsaraan Pemakai hanya
dapat dianggap hebat oleh lingkungan kecil pcniakai narkotika dan
psikotropika Di masyarakat luas pemakai hanya menuai cerca dan
nista
c Rasa setia kawan
Perasaan setia kawan sangat kuat dimiiiki oleh generasi muda
Jika lidak mendapatkan penyaluran yang posilif sifai positif tersebut
dapat berbahaya dan mcnjadi negatif Bila (cmannya memakai
narkotika dan psikotropika maka individu tersebul ikut juga memakai
Bila temannya dimarahi orang tuanya atau dimusuhi masyarakat maka
pemakai membela dan ikut bersimpatik
Sikap seperti itulah yang menyebabkan anak ikut-ikutan
Awalnya hiuiya satu orang yang merokok kemudian semuanya menjadi
perokok Setelah semuanya merokok sntu orang mulai memakai ganja
lalu yang lainnya ikut sehingga menjadi sekawanaii pemakai ganja
Selelah semua memakai ganja satu orang memakai ekstasi kemudian
semuanya ikut demikian selerusnya meningkat menjadi shabu dan pada
akhirnya menjadi pemakai putaw
28
d Rasa kccewa truslasi kcsai
Pcrasaan kesal kcccwa atau (rustasi biasanya terjadi karena
kegagalan pada generasi muda eksckutif mudu suami atau istri
Pcnggiiiiaan narkotika dan psikolropika pada kelompok ini bertujuan
untuk sesaat melupakan kekccewaan kckesaian dan fi-uslasi Kondisi
masyarakat yang carut martit tclah banyak melahirkan kekccewaan
kekesalan bahkan Iruslasi Narkolika dan psikotropika dapat
melupakannya sesaat tetapi tidak untuk mengatasi masalah yang
sesungguhiiya
Hubungan buruk yang disebabkan oleh kcgagalan
berkomuiiikasi antara orang tua dengan anaknya dapat menyebabkan
rasa kesal Hal ini mcnjadi faktor pemicu pemakaian narkotika dan
psikotropika oleh anak Intcraksi anlara orang tua dcngan anak tidak
cukup hanya berdasarkan niat baik Cora berkoniunikasi juga harus
baik Masing-masing pihak harus memiliki kcsabaran untuk
menjclaskan isi hatinya dengan cara yang tepat Banyak sekali konfllk
di dalam rumah tangga yang terjadi hanya karena salah paham atau
kekeliman berkoniunikasi Kekeliruan kecil itu dapal bcrakibat fatal
yaitu masuknya narkotika dan psikotropika ke dalam keluarga
Kekccewaan kekesalan dan frustasi dapal terjadi karena
kekeliruan dalam berkomunikasi terhadap beberapa faktor berikut i n i
I ) Komunikasi anak dengan orang tua
IbUI hiiJ 74
29
2) Komunikasi antar anak
3) Komunikasi di lingkungan eksekulifinuda dan
4) Komunikasi antara suami istri
e Ingin bebus dari rasa sakil atau pusing
Penderila pcnyakit beral yang kronis dan tidak kunjuiig sembuh
misalnya Ranker hati luka bakar uka tusuk wasir Ranker paruparii
migreii eneok pengapuran dan lain-lain sclalu merasakan sakit yang
iuar biasa karena penyakitnya Rasa sakit tersebut sering kali tidak
dapat dihilangkan dengan obat pengtiiiang rasa sakit biasa (anaigetik)
sehingga peiiderilanya mencoba narkotika atau psikotropika
Narkotika maupun psikolropika dapat menghilangkan rasa sakit
tersebut tetapi tidak menyembuhkan penyakitnya Ceiakaiiya pemakai
yang bersangkutan malah mendapat maslah baru yaitu ketergantungan
dengan segala komplikasinya yang justru menjadi lebih berbahaya
f Ingin menikmati rasa gembira tampii lincah energik dan mengusir
rasa sedih dan malas
Para eksekudf dan sciebritis biasanya memiliki gaya hidup yang
trendi Mereka merasa dituntut untuk selalu lampil lebih prima Dengan
mengkonsumsi naikotika atau psikolropika mereka dapat tampii prima
dan percaya diri karena kehilangan rasa malu walaupun sesungguhnya
tidak demikian
Perasaan hebat tersebut di atas seharusnya dicapai melaiui tekun
berolah raga hidup teratur meningkatkan kualitas fisik mental
30
inlclckUial dan mocaiiiyii Riikan ineiigamhit jalan piiitas dcngan tampii
seotah-olah prima niclalui manipulasi atau lipuan melaiui
mengkonsumsi narkotika atau psikolropika tersebut Pcnampilmi prima
yang semu atau atau tipuan itu lambat laun akan terungkap juga
sehingga [ania-keiamaan akan kelahuari juga jati dirinya yang
sesungguhnya itu
g ingin tampii iangsing
Narkolika dan psikotropika terscbut juga banyak digunakan oleh
artis dan ibu-ibu rumah tangga yang berbadan gemuk untuk
melangsingkan lubtihnya Narkotika alau psikotropika dengan jenis
tertentu ada juga yang dapat menghilangkan nafsu makan sekaligus
menambali aktivitas fisik sehingga dapat menurunkan beral badun
h Takut mengalami rasa sakit (sakaw)
Pengguna jenis narkotika atau psikolropika tersebut yang sudah
menjadi pemakai tetap (pemadat) akan mengalami rasa sakit (sakaw)
bila tidak memakainya Karena takut merasakan penderitaan maka
pemakai tersebut terus memakainya sehingga menjadi pemakai yang
sella junkies) Banyak pemakai narkotika dan psikotropika ini yang
setia adalah orang-orang yang merasa terpaksa memakai sebab kalau
lidak memakainya mereka akan mengalami sakaw
Kebanyakan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika
dimulai atau terdapat pada masa remaja sebab masa remaja yang
sedang mengalami perubahan biologik psikologik maupun sosial yang
31
pesat merupakan individu yang rentan untuk nienyaiahguriakan
narkotika maupun psikotropika terscbut Anak atau remaja dcngan ciri-
ciri tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi
penyalahgunanya Ciri-ciri tersebut anlara lain^
a Cenderung memberontak dan menolak otoritas
b Cenderung memiliki gangguan j iwa lain (komorbiditas) seperti
depresi cemas psikotik keperibadian dissosial
c Perilaku menyimpang dari aluran atau norma yang berlaku
d Rasa kurang percaya diri low selw-confulence) rendah diri dan
memiliki citra diri negatif (ow setf-esleem)
e Sifal mudah keeewa cenderung agresif dan destruktlf
f Mudah murung pemalu pendiam
g Mudah merasa bosan dan jenuh
h Keingintahuan yang besar untuk meneoba atau penasaran
i Keinginan untuk bersenang-senang [just for fun)
j Keinginan untuk mengikuti mode karena dianggap sebagai lambang
keperkasaan dan kehidupan modem
k Keinginan untuk diterima dalam pergaulan
1 Identitas diri yang kabur sehingga merasa diri kurang jantan
mTidak siap mental untuk menghadapl tekanan pergaulan sehingga
sulit mcngambil keputusan untuk menolak tawaran NAPZA dengan
tegas
Tom Kus dan Tedi Btihava NAPZA Bagi Pelajar (Bandung Yayasan Al-Ghilari Morgan im) hal 14
32
n Kemampuan komunikasi rendati
o Melarikan diri dari scsuatu (kebosaiian kcgagalan kekccewaan
kclidakmampuan kesepian dan kegcliran hidup dan lain-lain)
p Putus sekoiah dan
q Kurang menghayati iman atau kcpcrcayaaiinya
Menurut Tim Badan Narkotika Nasional hahwa terdapat
beberapa iaklor yang menyebabkan sescorang alau individu
menyalahgunakan narkolika dan psikotropika anlara lain
1) Keingintahuan yang besar untuk mcncoba tanpa sadar alau berlikir
panjang tentang akibatnya dikemudian hari
2) Keinginan unluk mencoba-coba karena penasaran
3) Keinginan untuk bersenang-senang
4) Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya hidup
5) Keinginan untuk dapat diterima daiam suatu kelompok
6) Lari dari masalah kebosanan atau kegetiran hidup
7) Pengertian yang salah bahwa mcncoba sckali-kali lidak akan
menimbulkan masalah
8) l idak mainpu alau tidak berani menghadapl tekanan dari lingkungan
alau kelompok pergaulan unluk menggunakan narkolika dan
psikotropika dan
9) Tidak Japal atau mampu mengatakan tidak pada narkotika dan
psikotropika
Tim INN Loc di
33
Berdasarkan peinaparaii Icrscbut di atas dengan demikian
bahwa individu didorong oleli beberapa faktor untuk menyalahgunakan
pemakaian narkotika dan psikotropika tersebut sehingga menjadi
individu yang mengalami ketergantungan berikut ini disebutkan
beberapa faktor adalah
1) Ingin tahu dan Ingin mencoba rasa memakai narkotika atau
psikotropika bagi kalangan anak muda)
2) Ingin dianggap lebih hebat dari orang Iain pada orang muda)
3) login membuktikan kesetiakawanan (pada orang muda)
4) Dianggap paling tepat untuk mengatasi perasaan keeewa j en gkel
dan frustasi (pada suami istri yang mengalami konllik rumah
tangga)
5) Dianggap cara yang paling mudah untuk menghalau rasa sakit pada
tubuh (pada penderita penyakit yang kronis)
6) Dianggap cara yang paling ampuh untuk mendapatkan perasaan
tenang damai atau gembira (pada suami istri yang mcnghadapi
konflik rumah tangga)
7) Dianggap cara yang paling mudah untuk melangsingkan lubuh (pada
ibuibii rumali tangga atau wanita yang bertubuh gemuk)
2 Faktor yang Bersumlicr dari Lingkungan
Faktor lingkungan tidak mampu mencegah atau mengurangi
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika bahkan membuka kesempatan
pemakaian narkotika dan psikotropika Yang dimaksud dcngan faktor
34
kesempatan di sini adalah tersedianya siluasi-situasi yang nieiiiungkinkan
untuk memakai narkolika atau psikolropika di waktu-vvaklu luarig di tempat
rekreasi atau hiburan diskotik pesia dan lain-lain Atau mungkin lingkungan
masyarakat yang tidak mampu mengendalikan bahkan membiarkan penjualan
alau pcrcdaran geiap narkotika dan psikotropika misalnya karena lemahnya
penegakan hukum penjualan narkolika dan psikotropika secara bcbas bisnis
narkotika dan psiktilropika yang terorganisir mudahnya memperoleh
narkotika dan psikotropika dan lain-lain
raklor yang bersumber dari lingkungan yang mcnyebabkan individu
dapat menyalahgunakan pemakaian narkotika dan psikotropika merupakan
laktor kontribusi masukaii dari Iuar individu) dimana sesttorang dengan
kondisi keluarga tidak baik akan merasa tertekan dan rasa lertekan inilah
sebagai faktor penyerta bagi dirinya untuk terlibat dalam penyalahgunaan
narkotika dan psikotropika tersebut Disfungsi keluarga yang dimaksud antara
lain adalah keluarga yang tidak utuh kedua orang tua yang tcrlalu sibuk dan
lingkungan interpersonal dengan orang tua yang tidak baik Di samping itu
faktor pencetus seperti pengaruh teman sebaya tersediu dan mudah
didapatkan mempunyai andil sebagai faktor pencetus sescorang atau individu
terlibat ke dalam penyalahgunaan yang mengakibatkan ketergantungan
terhadap narkotika dan psikotropika Dari sudut pandang psikososial
penyalahgunaan narkotika dun psikolropiku dapat terjadi sebagai akibat
negatif dari intcraksi tiga kiitub sosial yang tidak kondtisif yaitu kutub
Lulhli ilurnju Op cil
35
keluarga kutub sekolahkupus dan kulub masyarakat
Faktor lingkungan meliputi faktor kciuarga dan lingkungan pergaulan
balk dlsekltar rumah sekoiah teman sebaya maupun masyarakat Banyak
pengguna Narkotika dan Psikolropika yang berasal dari keluarga yang lidak
harmonis Keluarga seharusnya mcnjadi wadah untuk menikmati kebahagiaan
dan curalian kasih sayang wahana silih asih silih asah dan silih asuh
Namun pada kenyataannya keluarga sering sekali justru menjadi pemicu
sang anak mcnjadi pemakai hal tersebut disebabkan karena kciuarga tersebut
kacau balau Hubungan antara anggota keluarga dingin bahkan tegang atau
bermusuhan
Komunikasi antara ayah ibu dan ariak-anak sering sekali
menciptakan suasana konflik yang tidak berkesudahan dimana bahwa
penyebab konllik tersebut sangal beragam Solusi semua konflik adalah
komunikasi yang baik periuh pcngerlian saling menghargai dan menyayangi
serta ingin selalu membahagiakaii
Konflik di dalam keluarga dapat mendorong anggota keluarga merasa
frustasi sehingga lerjebak memilih narkotika dan psikolropika sebagai
solusinya Biasanya yang paling rentan terhadap stres adalah anak kemudian
suami dan istri sebagai benleng terakhir Beberapa faktor yang bersumber
dari lingkungan keluarga yang dapat mempengaruhi seseorang atau individu
tertentu icrjun kc dalam lingkungan penyalahgunaan narkotika dan
36
psikotropika tcrsebut antara lain adatuh
a Koniimikasi niang tua-aiiak kiii-ang baikcfektif
b Hubungan dalam keluarga kunmgharmonisdisfimgsi dalam keluarga
c Orang tua bercerai bcrscitngkub atau kawin lagi
d Orang lua tcrlalu sibuk aUiu tidak acuh
e Orang tua oloriter alau scrba melarang
f Orang tua yang serha nieinbolehkan (pcrmisil)
g Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teiadan
h Orang tua kurang peduli dun tidak tahu dengan masalah narkolika
i Tata terlib alau disiplin keluarga yang selalu bcrubah (kiiiaiig konsisten)
j Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam kciuarga
dan
k Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahguna narkotika
dan psikotropika
Sitimsi buruk dalam keluarga yang soring menyudiitkan anak ke arah
narkotika dan psikotropika adalah
1) Anak merasa kurang mendapatkan kasih sayang dalam keluarga merasa
kesal keeewa dan kesepian
2) Anak merasa kurang dihargai kurang mendapatkan kepcrcayaan dun
selalu dianggap salah
3) Anak mengalami konflik dengan orang tua dalam masalah pacaran
memilih pasangan hidup atau meneniukan pilihan profesi cila-elta dan
Mardani Loc cil lial 99 AW hal 100
37
sebagainya
4) Anak kesal dan keeewa karena ayah dan ibuiiya kurang lianiionis dan
sering bertcngkar (broken home)
5) Suami thtsirasi karena tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapinya
dengan islrinya
6) Istri fnistrasi akibat konllik dengan suami tentang masalali ekonomi atau
adanya wanita lain di samping suami
Banyak pengguna narkotika dan psikolropika yang pada awalnya
dimulai karena pengaruh dari orang lain Bentuk pengaruh dari orang lain itu
dapat bervariasi mulai dari bujuk rayu lipii daya sampai kepada paksaan
a) Tipu Daya
Banyak anak yang ditipu oleh kenalon teman sahabat atau pacar
Seperti mengajak meraka untuk memakai narkotika dan psikolropika
dengan bemacam-macain tipuan Dengan alasan yang digunakan bahwa
narkotika dan psikotropika adalah vitamin obat pil pintar pil sehat atau
food supplement Tipuan itu dapat juga berupa bujukan bahwa narkotika
dan psikotropika tidak tcrlalu berbahaya kalau tahu raliasianya Banyak
orang di dalam masyarakat yang dikira orang baik-baik namun lemyata
pengedar narkotika dan psikotropika Walaupun orang itu adalah kawan
sahabat saudara atau pacar sebagai pengedar penipu tersebul akan tcga
menipu maupun menjebak kita Pengedar narkotika dan psikotropika
sangat pandui mcmasarkan narkotika dan psikotropika tersebut Dengan
menawarkan narkotika dan psikotropika sebagai mmn food supplement
38
pil scliat pil pintar dan sebagainya Dengan lipuan ini korban dari
kalangan kciuarga hannonis akan terjcrumus ke dalamnya Saat ini banyak
pemakai narkolika dan psikotropika dari keluarga harmonis bukan hanya
bull dari keluarga berantakan Banyak pekerja mahasiswa atau pelajar yang
tampii ioyo tertipu ketika kepadanya ditawarkan pil sehat vitamin atau pil
pintar Banyak pemuka agama juru dakwah atau pengkhotbah yang
tertipu karena pil sehal yang dlbelinya adalah narkotika dan
psikotropika Reaksi pemakaian narkotika dan psikotropika mula-mula
terasa menyehatkan dan membuat si korban tipuan terscbut sukses dalam
berdakwah atau berkhotbah Ibu rumah tangga juga dapat tertipu karena
ditawari pil pelangsing oleh saudara atau teman dalam arlsan dan lain-
lain Mulanya karena tipu daya akhimya setelah lerjebak menjadi
biasa
b) Bujuk rayu
Waftiia camlk pengedaf ftaTkotlka dan psikotFoplka biasanya menjebak
mangsa melaiui bujuk rayu Untuk memasarkun narkotika dan
psikotropika pengedar tersebut memilih profesi sebagai wanita penghibur
atau Wanita Tuna Susiala (WTS) Banyak eksekutif muda pekerja atau
bos-bos yang mulai memakai narkotika dan psikotropika karena rayuan
pekerja seks komersial hostess dan sebagainya Dalam mcmasarkan
narkotika dan psikotropika wanita tersebut merayu akan mau melayani
kencati kalau bersama-sama mengkonsumsi narkotika dan psikotropika
Subagyo Purlodlhario Loc cil hal 78
39
lebih dulu Muta-mula kurban memakai narkotika dan psikotropika karena
tergoda namun akhimya menjadi terbiasa
c) Paksaan
Banyak anak muda yang mengawali pemakaian narkotika dan psikotropika
karena dipaksa oleh sekawanun alau seseorang yang mengancam akan
mencelakainya Banyak pclajar atau nialiasiswa mengawali kebiasaan
memakai narkotika dan psikotropika dari keadaan terpaksa diancam oleh
sekawanan preman yang menghadang di tengah jalan Dari kelompok ini
pula terjaring pemakai yang berasal dari keluarga hannonis
Lingkungan sekoiah bagi pelajar tingkat SD SMP dan SMA
merupakan tempat yang stratcgls bagi para pelajar untuk menunjukkan jati
dirinya sehingga mereka terjun kepada penyalahgunaan narkotika dan
psikotropika ini faktor sekoiah yang merupakan bagian tcrpcnting yang
mempengaruhi adalah
a Sekoiah yang kurang disiplin
b Sekoiah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjiial narkotika atau
penjual psikolropika
c Sekoiah yang kurang member] kesempatan pada siswa untuk
mengembangkan diri secara kreatif dan positif
d Adanya murid pengguna narkotika atau psikotropika
Kartini Kurtono op cil hivl 124
40
B Pengaturan Sanksi Pidana Terhadaj) Pcnyalahgunaaan Narkotika dan
Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau
dari Perlindungan Terhadap Korban
Dalam hukum pidana di Indonesia terdapat adanya
ketldakseimbangan antara perlindungan korban kejahatan dcngan pelaku
kejahatan pada dasarnya mempakan salah satu pengingkaran dari asas setiap
warga negara bersamaan kcdudukannya dalam hukum dan pcmerinlahan
sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 sebagai
landasan konstitusional Perlindungan korban memiliki hubungan cral dcngan
teori pemidanaan yang dikemukakan Wirjono Prodjudikoro tujuan
pemidanaan adalah untuk niemenuhi rasa keadilan^
Ada Juga yang mengemukakan bahwa tujuan pemidanaan dapat
dilihat melalul 2 (dua) leorl mengenai alasan-alaitan yang membenarkan
(justification) penjatuhan hukuman (sanksi) yaitu Teori Absolut
(Vergeldingslheorie) dan Teori Relatif atau Doeitheorie Menurut Teori
Absolut (Vergeldingslheorie) tujuan pemidanaan sebagai pembalasan
terhadap para pelaku karena telah melakukan kejahatan yang mengakibatkan
kesengsaraan lerhadap orang lain alau anggota masyarakat sedangkan
Roeslan Saleh mengatakan sebagai reaksi-reaksi atasdelik yang berwujud
suatu nestapa yang scngaja dilimpakan ncgara kcpada pembuat delik
Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana Cctakan Iuriania (Jakarta Sinar Gnitlka2(W5)hii4
lcduu Mdipaung Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cctakun IcrliirMii (Jukiirtu Sinur Gratika 2005) hal 4
kiwsUin Saleh Shdsel Pidana Indonesia (Jukarlu liinn Aksara 19K7) hal 5
41
Menurut Teori Relatif Doeltheurie) tujuan pemidanaan adalah
a Menjerakan agar si pelaku atau terpidana menjadi jera dan tidak
mengulangi lagi perbuatannya specials presenile) sena masyarakat umum
agar mengertahui jika melakukan perbuatan yang sama akan mengalami
hukuman yang serupa atau disebut pula generalpreventte
h Memperbaiki pribadi si terpidana berdasarkan perlakuan dan pcndidikan
selama menjalani hukuman terpidana merasa menyesal dan tidak akan
mengulangi perbuatannya dan kcmbali kepada masyarakat sebgai orang
baik dan berguna dan
c Mcmblnasakan (menjatulikan hukuman mat) atau mcmbuat terpidana tidak
berdaya dengan menjatuhkan hukuman seiimur hidup
Pandangan di atas sangatlah wajar apabila beranjak dari pandangan
bahwa hukum pidana adalah hukum sanksi (hifzonderesancUerechl) sebab
dengan bertumpu pada sanksi itulah hukum pidana difungsikan untuk
menjamin keamanan ketertiban dan keadilan Dalam perkembangannya
ternyata tidak semua sarjana menyclujui maksud diadakannya pidana scperti
itu (sebagai suatu nestapa) karena muncul pendapat bahwa di samping pidana
ditujukan untuk memberikan penderitaan kcpada pelanggar atau mcmbuat
jera pemidanaan juga bertujuan agar pelaku dapat kembali hidup
bermasyarakat sebagaimana mestinya
Alasan yang paling inenonjol lerhadap upaya perubahan tersebut
adalah dengan meniperhatikan sisi kemanusiaan yang mcmandang bahwa
Ucdcn Mirpaung Opcil hal 4
42
sekalipiin tcrsangka telah melakukan kcsalahaii ia telap berkcdmiiikan sebagai
manusia utuh yang harus tetap diperlakukan sama dengan manusia lainnya
dan dilindungi hak asasi manusionya Karena itu pidana penjara saat ini
sedang mengalami masakrisis karena termasuk jenis pidana yang kurang
disukai Banyak kritik tajam ditujukan terhadap jenis pidana perampasan
kemerdekaan ini baik dllihat dari sudut efektifitasnya maupun dilihat dari
akibat-akibat lainnya menyertai atau berhubungan dcngan dirampasnya
kemerdekaan seseorang
Banyaknyu kritik yang diarahkan pada bentuk pemidanaan berupa
perampasan kemerdekaan (yang ditujukan untuk membuat jera pelaku)
sehingga berkembanglah bentuk pemidanaan lain yang dianggap lebih
manusiawi yaitu penjatuhan pidana berupa denda atau pemberian ganti
kerugian kepada korban Pemberian ganti kerugian pada awalnya merupakan
konsep kcperdalaan seperti halnya dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata yang mewajibkan setiap orang yang menyebabkan orang lain
menderita kerugian untuk membayar ganli rugi Dalam perkembangannya
konsep ini diterupkan pula dalam hukum pidana mengingat akibat yang
ditimbulkan pada korban tindak pidana akan selalu disertai dengan kerugian
baik mental fisik maupun material sehingga sangat wajar apabila korban pun
menuntui ganti kerugian pada pelaku guna memulihkan derita yang
dialaminya
Dengan memperhatikan pada beberapa teori klasik tentang tujuan
Uurtla Nawuwi Ariel Sislem Pemidanaan Menunii Konsep KIHP llaiu dan Latar Helakang Pemlklrannya Hahan Ienalaran Hukum Pidana V Undanu Kupang uinjyful 11 Juli-12 Agustus 1989
43
pemidanaan dapat disiinpulkan bahwa penjatuhan pidana lebih banyak
ditujukan untuk kepeiitingan pelaku dengan kata lain tujuan pemidanaan
hanya dimaksudkan imtuk mengubah perilaku dari pelaku kejahatan agar
tidak mengulangi lag perbuatannya sedangkan kcpentingan korban sama
sekali diabalkan
Perlindungan terhadap korban narkotika jika dihubungkan dengan
beberapa teori pemidanaan yang telah dipaparkan di atas maka peneliti
mengkaji bahwa dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang baru ini terdapat kescimbangan antara perlindungan terhadap
pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana bahwa berdasarkan sanksi
baik pidana maupun denda yang terdapat dalam undang-undang ini sangatlah
berat-berat dan tegas ]ni berarti bahwa undang-undang ini lebih
mementingkan korban dari pada pelaku kejahatan narkotika Mengingat
bahwa dengan adanya pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan
korban semakin banyak yang berjatuhan schingga daripada korbnnnya anak
bangsa yang memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara
Indonesia maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-
beratnya lerhadap si pelaku tindak pidana narkotika bahkan pidana mati atau
seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-
undang yang bam ini juga diatur mengenai rehabilitasi terhadap korban baik
korban yang diakibatkan oleh orang Iain maupun karena self victimizing
victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku itu sendiri
44
C Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Seif-
Victimizing Victims
1 Self-victimizing victims uarkotika dau psikotropika
Suatu viktimisasi adalah sebagai suatu permasalahan manusia yang
merupakan kenyataan sosial hal ini disebabkan karena setiap warga negara
berhak mendapatkan rasa aman dan bcbas dari segala bentuk kekerasan
sesuai dengan falsafah Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 Contohnya adalah seseorang akibat perbuatannya memakai
narkotika dapat menimbulkan bahwa si pemakai tersebut menjadi tidak
berdaya upaya dengan kata lain bahwa si pelaku telah menjadi korban
akibat perbuatannya sendiri yang menimbulkan perbuatan kriminal
Penyalahgunaan narkolika atau psikolropika merupakan perbuatan
kriminal karena telah melanggar ketentuan di dalam undang-undang yang
ada yakni Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tetang Psikotropika dan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Terlibatnya si
pelaku kejahatan atau tindak pidana yang menimbulkan kerugian terhadap
dirinya sendiri daiam hal inilah yang disebut dengan istilah self victimizing
victims yang merupakan bagian dari viktimisasi Sehubungan dengan itu
maka Wolfgang menyatakan beberapa Jenis viktimisasi ialah
1 Unrelated victims yaitu korban yang tidak ada hubungannya sama
sekali dengan terjadinya korban misalnya pada kasus kecelakaan
pesawat Dalam hal In tanggungjawab sepenuhnya terletak pada
Utplietin3|il(igspqtcom2()OSIOl|ukum-viktinivl9gihlml diakscs terakhir langgul l2Januari 2015
45
pelaku
2 Provocative victims yaitu seseorang yang secara aktif mendorong
dirinya menjadi korban misalnya kasus selingkuli dimana korban juga
sebagai pelaku
3 Participating victims yailu seseorang yang tidak berbuul tetapi dengan
sikapnya justru mendorong dirinya menjadi korban
4 Biologically weak victims yaitu mereka yang secara tisik memiliki
keleinalian atau potensi untuk mcnjadi korban misalnya orang tua
renla anak-anak dan orang yang tidak mampu bcrbual apa-apa
5 Socially weak victims Yaitu mereka yang memiliki kedudukan social
yang lemah yang menyebabkan mereka mcnjadi korban misalnya
korban perdagangan perempuan dan sebagainya
6 Self victimizing victims yaitu mereka yang menjadi korban karena
kejahatan yang dilakukannya sendiri pengguna obat bius judi aborsi
dan prostitusi
Dalam hal ini kedudukan viktimologi sebagai sebuah ilmu yang
mempelajari tentang korban memiliki peranan yang sangat penting ruang
lingkup viktimologi ini meliputi
1 Semua macam sciiap macam perbuatan kriminal yang mengakibatkan
orang-orang mcnjadi korban
2 Setiap orang atau pihak yang dapat menjadi korban baik orang
perorangan maupun suatu korporasi atau organLsasi
3 Setiap orang atau pihak yang dapal menimbulkan korban artinya
46
dimana disatu sisi orang terscbut dapat merugikan orang iain sehingga
orang tidak merasa aman akibat tindakanya
4 Cara-cara viktimisasi atau penimbulan korban
5 Bentuk-bentuk viktimisasi yang terdiri dari primary viclimizalion
adalah korban individualperorangan bukan kelompok secondary
victimizalion korbannya adalali kelompok misalnya badan hukum
tertiary Victimizalion yang menjadi korban adalah masyarakat luas
nun viciimozaiion korbannya tidak dapat segera diketahui misalnya
konsumen yang tertipu dalam menggunakan hasil produksi
6 Akibat viktimisasi
7 Pengaruh viktimisasi
8 Reaksi atau respons terhadap viktimisasi
9 Penyelesaian viktimisasi dan
10 Pengaturan yang berkaitan dengan viktimisasi (yang menjadi
perhatian viktimologi)
Studi viktimologi akan memberikan pemahaman kepada setiap
individu mengenai hak dan kewajibannya dalam rangka mengantisipasi
berbagai bahaya yang mengancamnya Viktimologi memberikan
sumbangan pemikiran mengenai masalah viktimisasi tidak langsung
dampak sosial polusi industri viktimisasi ekonomi politik dan
penyalahgunaan kewenangan Viktimologi ini juga memberikan dasar
pemikiran dalam penyelesaian viktimisasi kriminal atau factor viclimogen
dalam sistem peradilan pidana
47
Dari perspektif ikalan Korban Napza (IKON) l ial i yang dimaksud
sebagai korban adalah orangperorangan yang menderita secara langsung
dari penyalahgunaan napza dan tennasuk pula keluarga alau tanggungan
langsung dari korban Namun karena hukum dl Indonesia memandang
pengguna napza adaiah kriminal maka terjadilah dampak-dampak negalif
yang dialami oleh pengguna napza yang merupakan korban scperti
diskriminasi kriminallsasi kesehatan dan stigmatisasi Maka sebagai
korban IKON Bali mendorong agar dihentikannyadiskriminasi lerhadap
korban napza mendorong vonis rehabilitasi untuk korban napza
mendorong agar dihentikannya penyiksaan terhadap korban napza dan
yang terakhir adalah mendorong terpenuhinya hak atas kesehatan bagi
korban dan orang terinfeksi HIV Dengan melihat kondisi permasalahan
penanggulangan napza yang semakin tidak menentu dan meningkatnya
jumlah korban napza secara terus-menerus Maka Ikon Bali meminta
1) Penerapan SEMA Nomor 7 Tahun 2009 sebagai pemenuhan hak atas
kesehatan terhadap korban Mpza
2) Meminta kepada Pengadilan Negeri Denpasar untuk menjadi insiator
dalam penyusunan langkah teknis penerapan SEMA Nomor 7 Tahun
2009
3) Meminta kepada selunih instansi tcrkait untuk mulai meiigambil
langkah nyata dalam penanggulangan napza
43 Ibid
48
4) Meminta agar korban napza diperlakukan secara manusiawi tanpa
penyiksaan sligma dan diskriminasi
5) Ikon Bali mendukung secara penuh program-program pemerintab
dalam penanggulangan napza
2 Rehabilitasi terhadap self-victimizing victims
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
merupakan undang-undang yang baru menggantikan Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika Adapun pasal-pasal di dalam
undang-undang in yang mengatur mengenai perlindungan korban adalah
berbagai pasal-pasal yangmencantumkan rehabilitas kepada korban
maupun pelaku tindak pidana narkolika Pasal 1 ayat (16) meneniukan
defenisi mengenai rehabilitasi dipandang dari sisi medis yakni
Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara
terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan Narkotika
Sementara Itu dalam Pasal 1 ayat (17) ditentukan defenisi rehabilitasi
dipandang dari sisi sosial yakni Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses
kegiatan pemulihan secara terpadu baik fisik mental maupun sosial agar
bekas pecandu Narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosia dalam
kehidupan masyarakat
Diimdangkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang merupakan undang-undang baru ini tentu mempunyai
maksud dan tujuannya Adapun tujuan yang terdapat dalam Pasal 4 yang
berbunyi
49
Undang-Undang tentang Narkotika bertujuan
a Menjamin kelersediaiin Narkotika untuk kcpentingan peiayanan
kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
b Mencegah mclindungi dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari
penyalahgunaan Narkotika
c Memberanlas pcredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika dan
d Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi Penyalah
Guna dan pecandu Narkotika
Bentuk perlindungan terhadap korban dan pelaku kejahatan tindak
pidana narkotika di dalajn Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
disebutkan ada 2 (dua) macam yakni pengobatan dan rehabilitasi lerhadap
korban maupun pelaku Pada Pasal 53 ayat (3) tersebul di atas bahwa yang
dimaksud dengan buktl yangsah antara lain surat kctcrangan dokter
salinan resep atau labeletiket Selcngkapnya mengenai pengobatan
ditentukan dalam Pasal 53 yang berbunyi sebagai berikut
(1) Untuk kcpentingan pengobatan dan berdasarkan indikasi medis
dokter dapal memberikan Narkotika Golongan II atau Golongan III
dalam jumlah terbatas dan sediaan tertentu kepada pasien sesuai
dengan ketcnluan peraturan perundang-undangan
(2) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat ( I ) dapal memiliki
menyimpan danatau incmbawa Narkolika untuk dirinya sendiri
(3) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mempunyai bukti
yang sali bahwa Narkotika yang dimiiiki disimpan danatau dibawa
50
untuk digunakan diperoleh secara sail sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
Mengenai rehabilitasi terhadap korban dan pelaku tindak pidana
kejahatan penyalahgunaan narkotika merupakan suatu kewajiban bagi
pemerintah dan instansi masyarakat Sebagaimana ketentuan dalam Pasal
54 bahwa Pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika
wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial Dalam Pasal 56
disebutkan juga bahwa
(1) Rehabilitasi mcdis Pecandu Narkotika dilakukan di rumah sakit yang
ditunjuk oleh Menteri
(2) Lembaga rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan oleh instansi
pemerintah atau masyarakat dapat melakukan rehabililasi medis
Pecandu Narkotika setelah mendapat persetujuan Menteri
Kemudian dipertegas kembali dalam Pasal 57 bahwa selain melaiui
pengobatan danatau rehabilitasi medis penyembuhan Pecandu Narkotika
dapat diselenggarakan oleh instansi pemerintah alau masyarakat melaiui
pendekatan keagamaan dan tradisional Salah satu tugas dan wewenang
Badan Narkotika Nasional adalah meningkatkan kemampuan lembaga
rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu Narkotika baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat
Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 ini terdapat
pengecualian dalam hal luniutan pidana terhadap anak yang masih berada
di bawah umur Misalnya terdapat di dalam salah satu pasalnya yakni pada
51
Pasal 128 ayal ( I ) yang bcrbunyi Orang tua atau wali dari pecandu yang
belum cukup umur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) yang
sengaja tidak mciapor dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6
(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp 100000000 satu juta
rupiah) Tetapi di datam ketentuan tain yakni pada Pasal 128 ayat (2) dan
ayal (3) ditentukan bahwa anak yang masih di bawah umur tidak dapat
dituntut pidami selcngkapnya pasal tersebul berbunyi Pecandu Narkotika
yang belum cukup umur dan telah dilaporkan oleh orang tua atau walinya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat ( I ) tidak dituntut pidana
(Pasal 128 ayat (2)) dan Pecandu Narkotika yang telah cukup umur
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) yang sedang menjalani
rehabilitasi mcdis 2 (dua) kali masa perawatan dokter di rumah sakit
danatau lembaga rehabilitasi medis yang ditunjuk oleh pemerintah tidak
dituntut pidana
Pada awalnya narkotika digunakan unluk kcpentingan umat
manusia khususnya untuk pengobatan dan peiayanan kesehatan Namun
dcngan semakin bcrkembangnya ilmu pcngclaliuan dan teknologi
peruntukan narkotika mengalami perluasan hingga kepada hal-hal yang
negatif
Di dunia kedokteran narkotika banyak digunakan khususnya
dalam proses pembiusan sebelum pasien diopcrasi mengingat di dalam
narkotika terkandung zat yang dapat mempengaruhi perasaan pikiran serta
kesadaran pusieti Oleh karena itu agar penggunaan narkotika dapal
52
memberikan manfaat bagi kehidupanurnat manusia maka pcredarannya
harus diawasi secara ketat sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 60 sampai
dengan Pasal 63 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang menyebutkan
Pasai 60 ditentukan bahwa
(1) Pemerintah melakukan pembinaan terhadap segala kegiatan yang
berhubungan dengan Narkolika
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meiipuli upaya
a Memenuhi ketcrsediaan Narkotika unluk kcpentingan peiayanan
kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
b Mencegah penyalahgunaan Narkotika
c Mencegah generasi muda dan anak usia sekoiah
dalampenyalahgunaan Narkotika termasuk dengan memasukkan
pendidikanyang berkaitan dengan Narkotika dalam kurikulum
sekoiah dasarsampai lanjutan atas
d Mendorong dan menunjang kegiatan penelitian danatau
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di brdang
narkolika unluk kcpentingan peiayanan kesehatan dan
e Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis bagi
Pecandu Narkotika baik yang diselenggarakan oleh pemerintah
maupun masyarakat
53
Pasal 61 ditentukan baiiwa
(1) Pemerintah melakukan pcngawasan terhadap segala kegiatan yang
berkaitan dengan Narkotika
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
1 Narkolika dan Prekursor Narkolika untuk kcpentingan peiayanan
kesehatan danatau pengembangan Hmu pengetahuan dan
teknologi
2 Alat-alat potensial yang dapat disaiahgunakan untuk melakukan
tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkolika
3 Evaluasi keamanan khasiat dan mutu produk sebelum diedarkan
4 Produksi
5 impor dan ekspor
6 Pcrcdaran
7 Pelabeian
8 Tnformasi dan
9 Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Pasal 62 berbunyi Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasai 60 dan pengawasan sebagaimana
dimaksiiddalam Pasal 61 diatur dengan Peraturan Pemerintah Dan dalam
Pasal 63 disebutkan bahwa Pemerintah mengupayakan kerja sama
dengan ncgara lain danatau badan intcmasional secara bilateral dan
multiialeral baik regional maupun internasional dalam rangka pembinaan
dan pengawasan Narkotika dan Prekursor Narkotika sesuai dengan
54
kcpentingan nasional
Berdasarkan biinyi beberapa pasa di atas mengenai pengawasan
terhadap pentingnya peredaran narkotika wajib diawasi secara ketat
dikarenakan saat ini pemanfaatannya banyak untuk hal-hal yang negatif
D i samping itu melaiui perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi penyebaran narkotika sudah menjangkau hampir ke semua
wilayah di Indonesia hingga ke pelosok-pelosok Daerah yang sebelumnya
tidak pcrriah tersentuh oleh peredaran narkotika lambat laun berubah
menjadi sentra peredaran narkotika Begitu pula anak-anak yang pada
mulanya awam terhadap barang haram ini telah berubah menjadi sosok
pecandu yang siikar untuk dilepaskan ketergantungannya
Sebelum Iahimya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
mengenai narkotika diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997
tentang Narkotika namun undang-undang ini tidak dapat dipertahankan
lagi keberadaannya karena adanya perkembangan kualitas kejahatan
narkotika yang sudali menjadi ancaman serius bagi kehidupan umat
manusia Pengguna narkotika sangat beragam dan menjangkau semua
lapisan masyarakat mulai dari anak-anak hingga orang dewasa orang
awam hingga artis bahkan hingga pejabat publik
Efek negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan narkotika secara
berlebihan dalam jangka waktu lama serta tidak diawasi oleh ahlinya
dapat
menimbulkan berbagai dampak negatif pada penggunanya baik secara
55
fisik maupun psikis Bahkan tidak janing penggunaan narkotika dapat
memicu terjadinya berbagai tindak pidana Karena itu untuk mencegah
semakin mcluasnya dampak negalif yang ditimbulkan dari penggunaan
narkotika maka pengawasan tidak hanya terbatas pada peredaran
narkotika tetapi juga pada mereka yang menjadi korban misalnya
sescorang yang menderita ketergantungan narkotika (pecandu) Apabila
seorang pecandu narkotika telah divonis bcrsalah oleh hakim atas tindak
pidana narkotika yang dilakukannya maka untuk memberikan kesempatan
pada yang bersangkutan agar tcrbebas dari kecanduaniiya maka hakim
dapat mcmutuskan untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani
pengobatan danatau perawatan
Pengobatan dan perawatan terhadap pecandu narkotika dilakukan
melaiui fasilitas rchabilitasi Rcliabilitasi medis dan sosial yang diberikan
kepada pecandu dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan
kemampuan fisik mental dan sosialnya Selain pengobatan dan perawatan
melaiui rehabililasi medis proses penyembuhan pecandu narkotika dapat
diiaksanakan oleh masyarakat melalul pendekatan keagamaan dan
tradisional
Sebagai conloh di Pakem Sleman Yogyakarta telah didirikan
sualu kliiiik alau Pusat Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkotika
Psikolropika dan Zal-zat Aditiflainnya (NAPZA) Terpadu yang didirikan
atas kerjasania Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dan
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang diresmikan pada tanggal 7
56
Desember 2005 Tujuan umum pendiriaii pusat rehabilitasi terpadu ini
adalah untuk memberikan jaminan penanganan paripurnakepada korban
penyalahgunaan Napza melaiui aspek hukum aspek medis aspek sosial
aspek spiritual serta pengembangan pcndidikan dan pelatihan dalam
bidang NAPZA secara terpadu sedangkan tujuan khususnya adalah
1 Terhindarnya korban dan instilusi dan penelrasi pengedar
2 Terhindarnya kerusakan mental dun masa depan para penyalah guna
Napza yang akan mcmbtinuh potensi pengembangan mereka
3 Terhindarnya korban-korban baru akibat penularan penyakil-penyakit
seperti Hepatitis HIVAIDS dan penyakit menular lainnya
4 Terwujudnya proses pengembangan penanganan korban NAPZA dan
aspek ilmiah serta keiimuan yang dinamis sesuai perkembangan zaman
sebagai pusat jaringan informasi terpadu dan mewujudkan teknis
penanganan penyalahgunaan narkotika dan obat-obalan terlarang bagi
daerah sekitamya maupun nasional
Pemberian perlindungan kepada korban narkotika lentil tidak dapat
dibebankan sepenuhnya kcpada pemeriiilah peran serta masyarakat pun
diharapkan ada salah salunya diterimanya kembali mantan pani pengguna
dalam lingkungannya tanpa melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya
diskriminatif bahkan dengan mcmposisikan mereka sebagai warga keias
dua yang harus dljauhi
Bentuk periindunganyang diberikan terhadap pelaku maupun
Dikdik M ArilMansur dan tUisUiris Guitom loa cil hal 90
57
korban penyalahgunaan narkolika dan psikotropika daiambentuk
rehabilitasi
Rehabilitasi adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang
dilujukan kepada pemakai narkolika dan psikotropika yang sudah
menjalani program kuratif Tujuannya agar pelaku tidak memakai lagi
dan bebas dari penyakit ikutan yang disebabkan oleh bekas pemakaian
narkotika dan psikotropika
3 Tahapan-tahapan rchabilitasi terhadap self-victimizing victims
Tahapan-tahapan rehabilitasi terhadap self-victimizing victims atas
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika yang ada di Indonesia tidak
sama Ada yang menekankan rehabilitasi hanya pada aspek medis ada
pula yang lebih menekankan pada aspek rohani Atau memadukan kedua
pendekatan tersebut dengan komposisi yang seimbang Yang ideal
rehabilitasi seorang korban narkotika dan psikotropika harus dilakukan
secara holisitik baik secara fisik psikis maupun kerohaiiiannya
1 Tahapan pengobatan (rehabilitasi)
Secara umum ada beberapa tahapan yang harus dilewati
Masing-masing tahapan tersebut memakan waktu bervariasi ada yang
seminggii sebulan dan bahkan berbu lan-bulan tcrgantung tingkat
ketergantungan tekad korban dan juga dukungan berbagai pihak
terutama keluarga dalam seluruh proses tersebut Setiap tahapan
Subagjo PiirloUiharjo Loc cU hal 105 ^ E M Giri Prastowo loc cil hal 28 -29
58
tersebut disusun dan dibuat untuk inenganlar pasien secara bertaiiap
melepaskan dari ketergantungan narkotika dan psikotropika Beberapa
tahapan rehabilitasi ini yang disajikan berikut sudah Icruji dapat
menyembuhkan atau memulihkan korban narkotika dan psikotropika
secara maksimal
a Tahapan transisi
Penekanaii dalam tahap ini lebih kepada informasi awal
tentang korbanseperti
1) Latar belakang korban
2) Lama ketergantungan
3) Jenis obat yang dipakai
4) Akibat-akibat ketergantungan dan
5) Berbagai inlbrniasi lainnya
Hal ini penling sehingga pada saatnya akan menjadi acuan
bagi pihak yang terlibat secara intensif dalam proses rehabilitasi
Ahl i yang berkompeten (dokter) akan menganaiisa tingkat
ketergantungan korban untuk kemudian meneniukan tingkat
pengobatan dan tingkat pembinaan bagi si korban schingga terapi
dan metode pengobatan bisa dilakukan secara terukur
Tahapan ini Juga dapat dijadikan rujukan untuk meneari
model rehabilitasi yang paling tepat bagi yang bersangkutan Pada
tahap ini tim rehabilitasi akan membantu korban agar menyadari
dirinya sedang menghadapl masalah ketergantungan narkotika dan
59
psikotropika Korban diajak untuk bersama-sama mengatasinya Hal
ini penting karena proses rchabilitasi tidak akan berhasil tanpa
adanya kesadaran korban tentang adanya bahaya yang dihadapinya
Dari situ akan dibangun tekad dan komitmennya untuk
meninggalkan narkotika dan psikotropika
Selain itu pada tahapan ini akan diteliti akibat fisik dari
penggunaan narkotika dan psikotropika Sejauh mana tingkat
kerusakan syaraf dan organ-organ tubuhnya yang rusak Unluk itu
diadakan pemeriksaaii laboratoriumiengkap dan tes penunjang untuk
mcndeteksi penyakit yang diderita korban A[)abia dalam
pemeriksaan ditemukan satu atau beberapa penyakit maka terlebih
dahulu diadakan pengobalan medis sebelum penderita mendapat
proses rehabilitasi lanjutan Langkah ini penting selain agar tubuh
yang bersangkutan bebas dari penyakit juga untuk mencegah
terjadinya penularan balk kepada korban narkotika dan psikotropika
ini diadakan pembersihan darah pada tubuh pecandu sehingga darah
menjadi bersih dan sistem metabolisme tubuh kembali normal
Proses ini dapat dilakukan melaiui cara-cara berikut
1) Cold Turkey abrupt withdrawal) yaitu proses penghentian
pemakaian narkotika dan psikolropika secara tiba-tiba tanpa
disertai dengan substitusi antidotum
2) Bertaliap atau substitusi bertahap misalnya dengan kodein
^Ibidhal 30
60
methadone CPZ atau clocard selama i -2 minggu
3) Rapid Detoxification dilakukan dengan anestesi umum (6-12
jam) dan
4) Simtomatik tergantung gejala yang dirasakan
2 Rehabilitasi intensif
Setelah melewati masa transisi (pengumpulan informasi tentang
keadaan korban dan latar belakangnya) baru masiik pada fase
berikutnya yakni proses penyembuhan secara psikis Motivasi dan
potensi dirinya dibangun daiam tahap ini Korban diajak untuk
menemukan dirinya dan segala potensinya sambil juga menyadari
berbagai keterbalasannya Bahwa untuk mengatasi masalah hidup yang
bersangkutan tidak perlu harus mengkonsumsi narkotika dan
psikotropika Narkotika dan psikotropika justru menciptakan masalah
baru yang jauh lebih besar dalam hidupnya Narkotika dan psikotropika
bukanlah solusi tetapi menjadisumber masalah Pada tahap ini berbagai
contoh dapat dipcrlihatkan kepada korban
Yang terlibat di dalam tahap ini yang utama adalah korban itu
sendiri sebagai pelaku self-victimizing victims) Korban harus punya
tekad untuk hidup tanpa narkotika dan psikotropika Korban harus bisa
menatap masa depan dengan penuh optimisme Selain yang
bersangkutan peranan keluarga (orang liia dan saudara-saudaranya
suami atau istri) juga sangal pcnling Anggota keluarga ini harus secara
intensifmendampingi dan jnenopang korban
61
Staf di paiiti rehabilitasi para konselor psikolog dan semua
pihak di panti rehabilitasi untuk bersama-sama mcmbangun
kepercayaan diri korban Seluruh proses ini membutuhkan waktu
berbulan-bulan bahkan selama bertahun-tahun tergantung tingkat
ketergantungan dan efeknya bagi korban Berbagai terapi yang
dilakukan selama dalam tahap ini baik yang dilakukan secara pribadi
maupun bersama-sama lewat berbagai aktivitas di panti rehabilitasi
tersebut bertujuan untuk memberdayakan kembali korban yang disekian
lama telah terpuruk oleh narkolika dan psikotropika Sebagai langkah
awal untuk sosialisasi diri dengan masyarakat korban juga secara
bertahap mulai mcmbangun komunikasi dengan orang lain di Iuar
komunitas rehabilitasi
Menurut Romo Lambertus Somar MSG dalam bukunya
Rehabilitasi Pecandu Narkotika dan Psikotropika pada tahap ini ada
tiga titik yang harus dilewati yang lebih dikenal dengan tahapan
stabilisasi pribadi yailu^
1 Secara sadar dan tekun melepaskan diri dari berbagai penyakit dan
akibatakibat lainnya (no to drugs) Tahap ini merupakan tahap
stabilisasi awai atau tahap konsolidasi (comolidation)
2 Menemukan jati diri menguasai kiat-kiat dan keterampilan-
keterampilan untuk menyehatkan serta mengisi hidup secara lebih
bermakna dan bermulu Latihan keterampilan vokasional (kerja) dan
E M Giri Praslowo Loc cil hal 32
62
peiigungkapan diri dari dimulai dibina sebiiigga disebul juga (afiap
pengukuan diri (jyerwtuil appraisal) Inilah lahap slabilisasi
niericiigah (inadya)
3 Dengan inisiatif pribadi orang secara sadar mulai berfikir dan
bertindak untuk mencapai prestasi-prestasi tertentu schingga disebut
juga tahap positive thinking and doing Tahap ini merupakan tahap
stabilisasi akhir
4 Tahap rekonsiliasi Tahapan berikut yang harus dilewati dan sangat
vital adalah tahap rekonsiliasi Tara korban tidak langsung
herinlcraksi secara bebas dcngan masyarakat akan tctiipi lerleblh
dahulu ditampung di sebuah lingkungan khusus selama beberapa
waktu sampai pasien benar-benar siap secara mental dan rohani
kembali kelingkungannya semula Yang paling ulama dalam fase ini
adalah pembinaan mental spiritual keimanan dan ketakwaan serta
kcsepiikatan sosial kemasyarakaian Proses ini bisa meliputi program
pembinaan jasmani dan rohani
Sampai ke tahap ini yang bersangkutan masih tcrikat dengan
rehabilitasi foimal namun sudah mulai membiasakan diri dengan
masyarakat Iuar sehingga merupakan proses resosialisasi (reentry) atau
penyesuaian (reconcilialion) Proses ini melewati tiga titik penting juga
yaitu
1 Tinggal lebih sering dan lebih lama di lingkungan keluarga sebagai
63
teiiipal tinggal tetap atau pun tempat tinggal transit unluk
resosialisasi sambil mclaiijiitkan kegiatan pilihan sebagai penunjang
masa selanjutnya Di sini terjadi perdamaian dan penycsuaian-
penyesuaian kembali dengan lingkungan
2 Rencana masa depan yang jelas dan siap direalisasikaii dengan
dukungan keluarga atau pihak-pihak lain Pada tahap ini korban
dapat memulai aktivitasnya lagi seperti sekolahkuliah mulai bekerja
atau merintis usaha sendiri
3 Kontak awal dengan kelompok-keiompok atau program-program
pemeliharaan lanjut aftercare) Di sini orang meiierima dirinya
seperti apa adanya merasa puas lalu mempercayakan dirinya ke
tangan orang lain
4 Pciiieliharaaii Lanjut Pada tahap ini walaupun secara fisik yang
bersangkutan sudah dinyatakan seliul dan secara psikis pun sudali
pulih namun masih ada kcmungkinan mereka akan tergclincir
kembali icbihlebih saat mereka sedang menghadapl masalah Pada
saat itu bisa Jadi mereka bemostagia dengan menikmati narkolika
dan psikotropika Saat ini juga niwaii Karena itu setiap korban yang
niemasuki tahap inidipersiapkaii sungguh-sungguh agar dapal
melewati dan mengatasi sUuasi rawan ini dengan melewati tiga titik
ini yakni
a Mengubah menghilangkan aUiu menjauhi hal-hal yang bersifat
bid hul 34
64
nostaigia kesenaiigan narkolika dan psikolropika
b Setiap mengikuti program-program dan aeara-acara aftercare
(pemeliharaan lanjut) dan
c Dapat juga mcUbatkan diri dalam gerakan atau kelompok bersih
narkoba dan peduli penanggulangannya
BAB IV
PENUTUP
A Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dipaparkan tersebut di atas peneliti
memberikan beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap
permasalahan di dalam penelitian ini sebagai berikut
Di antara berbagai faktor yang dapat mempengaruhi seseorang atau
individu menyalahgunakan narkotika atau psikotropika terdapat faktor
yang paling duininan yakni laktor yang bersumber dari keadaan keluarga
dan lingkungan bukan karcnn faktor individunya Karena faktor keluarga
yang buruk dan lingkungan yang juga buruk dan saling mendukung dapat
mempengaruhi individu menjadi pelaku lindak pidana penyalahgunaan
narkolika dan psikotropika tersebut dengan kata lain faktor keluarga dan
lingkungan yang buruk ini membuka kesempatan kcpada seseorang untuk
merasakan pergaulan dengan narkotika atau psikotropika sehingga dapal
menimbulkan ketergantungan terhadapnya
2 Perlindungan lerhadap korban narkotika- jika dihubungkan dengan
beberapa teori pemidanaan dalam perspektif Undang-Undatig Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika yang baru terdapai keseimbangan antara
perlindungan terhadap pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana
bahwa berdasarkan sanksi baik pidana maupun denda yang terdapat dalam
undang-undang ini sangatlah bcrat-bcnil dan tegas Ini berarti bahwa
65 bull
66
undang-undang narkotika yang baru tersebut lebih mementingkan korban
dari pada pelaku kejalialan narkotika Mengingat bahwa dcngan adanya
pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan ktgtrban semakin
banyak yang berjatuhan seliingga daripada korbannya anak bangsa yang
memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara Indonesia
maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-beratnya
terhadap si pelaku lindak pidana narkolika bahkan pidana mati atau
seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-
undang yang baru ini juga diatur mengenai rchabilitasi terhadap korban
baik korban yang diakibatkan oleh orang lain niaiipim karena self
victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku ilu
sendiri
Saran
Adapun yang menjadi saran peneliti di dalam penelitian ini yang
menjadi harapan untuk dipcrliatikan bersama adalah sebagai berikut
1 Diharapkan bagi setiap keluarga untuk menjaga keharmonisan melakukan
pengawasan dan mcnanainkan pcndidikan yang benar terutama dalam lial
menyeimbangkan antara emosi inteligensi dan spritual sejak dari din
terhadap anak sebagai benteng terhadap dirinya untuk dapat membentengi
dari pengaruh narkotika dan psikotropika yang semakin mengancam
keadaan lingkungan masyarakat
2 Diharapkan terhadap pemerintah untuk melakukan sosialisasi yang
teriiitegrasi dan menyeluruh terhadap semua lapisan masyarakat baik
67
masyarakat di pedesan (primitlf) maupun masyarakat kota betapa besamya
sanksi pidana dan denda yang digariskan di dalam undang-undang
narkotika dan psikotropika misalnya dcngan mcmpublikasikannya dalam
bentuk billboard di pcrsiinpangan jalan sehingga setiap orang yang lewat
dengan secara otomatis masyarakat akan inengelaliuinya dan
berkemuiigkiiian orang yang membacanya setidaknya tlmbul rasa takut
untuk terjun ke dalam penyalahgunaaan narkotika dan psikotropika
tersebut
D A F T A R PUSTAKA
A Bukii
Arrasjid Chainur Sualu Pemikiran Tentang Psikologi Kriminil Mcdan Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU 1999
Gerson Bawengan Penganlar Psichology Kriminil Jakarta Pradya Pramita 1973
Gosita Arif Masalah Korban Kejahatan Jakarta Akademika Pressindo 1993
Hakim M Ariel Narkoba Bahaya dan Penanggulangannya Bandung Jembar 2007
Hawari Dadang Konsep islam Memerangi AIDS dan NAZA Get X i Yogyakarta Dhana Baktl Priaya 1997
Kaligis OC dan Soedjono Dirdjosisworo Narkoba dan Peradilannya di Indonesia (Retbrmasi Hukum Pidana Melaiui Perundangan dan Peradilan) Bandung PT Alumni 2002
Kartono Kartini Psichology Abnormal Bandung Alumni 1972
Mansur Dikdik M Arif dan Elistaris Guitom Urgensi Perlindungan Korban Kejahalan Antara Norma dan Reaiita Bandung Agustus Fakultas Hukum Universitas Padjajaran 2006
Mardani Penyalahgunaan Narkoba Daiam Perspeklif Hukum islam dan hukum Pidana Nasional Jakarta IH RajuGrufindoPersado 2007
Marpaung Leden Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005
Moelyono Anton M Kumus Besar Bahasa Indonesia Get 11 Jakarta Balai Pustaka 1988
Muladi HAM Dalam Persepkiif Sistem Peradilan Pidana dalam Muladi (ed) Hak Asasi Manusia Hakekal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat Bandung Refika Aditama 2005
dan Barda Nawawi Arlef Bunga Rampai Hukum Pidana Bandung Alumni 1992
Partodiharjo Subagyo Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannyai Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2003
Ioyk Fanny Jonathans Sehiiah Kesehatan Narkoba Sayonara Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2006
Prastowo EM Giri Rehabilitasi Bagi Korban Narkoba Tangcrang Visimedia 2006
Prodjodikoro Wirjono Asas-asas Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005
Roeslan Saieh Stelsel Pidana Indonesia Jakarta Bina Aksara 1987
Soedjono D Segi Hukum Tentang Narkolika di Indonesia Bandung Karya Nusanlara 1977
Hukum Narkolika Indonesia Bandung PT Citra Adtya Baktl i 990
Soekanto Soerjono dan Sri Mumadjj Penelitian Hukum Normalif Suatu Tijnjauan Singkat Jakarta Rajagrafindo Persada 2001
Sudarsono Kenakalan Remaja cet Ii Jakarta Rineka Cipta 1992
Tom dkk Bahaya NAPZA Bagi Pelajar Bandung Yayasan Al-Ghifari Morgan 1999
Tim BNN Materi Advokad Pencegahan Narkoba Jakarta Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia 2005
Yustisia Himpunan Peraturan Pemndang-Undangan Anti Narkoba diterjenialikuii oleh Tim iustaka Yuslisia Yogyakarta iuslaka Yustisia 2006
Waluyo Bambang Penelitian Hukum dalam Prakiek Jakarta Sinar Grafika 1996
Wcda Made Darma Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korporasi dalam niingti Rampai Viktimisasi Bandung Eresco 1995
B Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Pasal 152
Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika22Tahun 1997 tentang Narkotika
Keppres Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkolika Nasional
CInternet
htlpwwwbnngoidportalbariiiiorlalkQnlenpltpniima^Prorilampop^visi niisiamp tnn=lamp diakses tcrakiiir tanggal 13 November 2014
httpthed03hlogspoteom2008l Ohukuiii-viktimolQgihtmk diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014
httpwwwikonbaliorg26062Q(19advokasipctisi-ikon-bali-segera-tcrapkan-semahtml Petisi Ikalan Korban Napza (IKON) dalam rangka menyambut Hari Anti Narkotika (HANI) dan Hari Anti Penyiksaan 2009 diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014
httpwwwsurnekscoidindexphp7pption=^om cpntentampview=articleampid=^1405 2010-kej ati-baru-terapkan-uu-no-3 52009ampcatid=44 ilir-barat-i-bukit-keciIampUemid=94 diakses lerakJiir tanggal 12 Desember 2014
httpidsbvoongcQmexact-sciencesl8Q8652-getielika-dan-keiahatan Faktor Genetik Penyebab Kejahalan diakses terakhir tanggal 10 jaiiuari 2014
httpwwwasiasecuritiescoidsys 12ximagesstories201QEqtiitv2Q Pdf diakses terakhir tanggal 10 Januari 2014
LAMPIRAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
F A K U L T A S HUKUM
K A R T U AKTIVITAS BIMBINGAN SKRIPSI
N A M A MAHASISWA DIANA SAPUTRA
N O M O R INDUK MAHASISWA 50 2011 059
P R O G R A M STUDI I L M U H U K U M
PROG K E K H U S U S A N H U K U M PIDANA
P E M B I M B I N G M S O L E H IDRUS SHMH
l U D U L SKRIPSI P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T U N D A N G U N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I
KONSULTASI
K F -
MATERI YANG
DIBIMBINGKAN
PARAF
PEMBIMBING K E T
luymdash
y^ ^ Tlt2 N ^
7 M e
fSUL
k ^
CATATAN MOHON DIBERI WAKTU MENYELESAIKAN SKRIlSl RUiAN SEJAK TANGGAL DIKELUARKAN DITETAIKAN
DIKELUARKAN DI PALEMBANG PADA TANGGAL KETUA BAGIAN
JUDUL P E N Y A L A H G U N A A N N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG UNDANG N O M O R 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I
P E R M A S A L A H A N 1 Apa yang menjadi faktor tcrjadinya penyalaJigunaan narkotika dan psikotropika
2 Bagaimana pengaturan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspektif victimologi
B A B l P H N D A I i U L U A N A Latar Belakang B Permasalahan C Ruang Lingkup dan Tujuan D Metode Penelitian E Sistematika Penulisan
B A B 11 T I N J A U A N PUSTAKA
A Pengertian penyalahgunaan B Pengertian victimologi C Ruang lingkup victimologi D Jents dan penggolongan narkotika dan psikotropika E Undang Undang yang mengatur tentang narkotika
dan psikotropika
BAB I I I PEMBAHASAN A Faktor yang menyebabkan terjadinya
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika
B Penyalahgunaan narkotika dan psikolropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspeklif victimologi
BAB IV PENUTUP A Kesimpulan
B Saran-saran
DAF1AR PUSTAKA
L A M P I R A N - L A M P I R A N
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM
Lampiran Perihal Kepada
Sistematika penulisan (Outline) Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi YUi NUR HUSNI LMILSON SHSpNMH
Pembimbing Akademik Fakultas Hukum UMP dl-Palembaniz
Assalamualaikum WrWb
Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama DIANA SAPU I RA
Program Kekhususan Flukum Pidana
fada semester Lianjil tatiun kuliati 2UI42UI5 sudah menyelesaikan betian studi yang meliputi MPKMKKMKBMPBMBB (139 sks)
Dengan ini mengajukan pcrmohonan untuk penelitian Hukum dan Penulis Skripsi dengan judul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG-UNDANG N O M O R 35 T A H U N 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I
Demikianlah atas perkenaan Ibu diucapkan terima kasih
Wassalamualaikum WrWb
NIM 50 2011 059 Ilmu Hukum Program Studi
Palembang September 2014 Pemohon ^^--^5
Rekomendasi PAYbs
Pembimbing Akademik
HUSNI EMHSON SH SpN MH
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM
REKOMENDASI DAN PEMBIMBING SKRIPSI
Nama Nim Program Study Program Kekhususan Judul skripsi
DIANA SAPUTRA 50 2011 059 Ilmu Hukum Hukum pidana PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI
I Rekomendasi Ketua Bagian a Rekomendasi
b Usulan Pembimbing
Hukum Pidana
raiemoang iepiemt)er zu 14 KetuaJBagu
LuuTiiiAKNurCsHrR^
I L Penatapan Pembimbing Skripsi Oleh Wakil Dekan I
1 2
Palembang September 2014 Wakil Dekan I
- i poundL Dr Hj SRI S U L A S T R I SH M H
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah i n i Nama Tempat Tanggal Lahir N I M Program Studi Program Kekhususan
DIANA SAPUTRA PetransJaya 15 Januari 1992 502011059 Ilmu Hukum Hukum Pidana
Menyatakan bahwa karya ilmiah skripsi saya yang berjudul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANGshyU N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F VICTIMOLOGI
Adalah bukan merupakan karya tulis orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali daiam bentuk kutipan yang telah kami sebutkan sumbemya
Demikianlah surat pemyataan ini kami buat dengan sebenar-benamya dan apabila pemyataan ini tidak benar kami bersedia mendapatkan sanksi akademis
Palembang September 2014
PERMOHONAN UNTUK MENGIKUTI SEMINAR PROPOSAL
Palembang Oktober2014 Perihal Mohon untuk diiaksanakan seminar
Proposal Penelitian Skripsi
Kepada Yth Ibu Luil Maknun SH MH Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang D i -
Palembang
Assalamualaikum Wr Wb Saya yang bertanda tangan dibawah Ini Nama DIANA SAPUTRA
NIM 50 2011 059
Program Kekhususan Hukum Pidana
Bahwa yang bersangkutan telah layak untuk mer^ikiuti Seminar Proposal rencana penelitian skripsi yang judul PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI
Mohon kiranya yang bersangkutan untuk dijadwalkan mengikuti Seminar Proposal usul Penelitian Skripsi
Demikianlah disampaikan untuk dipertimban^Lan Wassalamualaikum Wr Wb
Pembimbing Skripsi
M SOLEH IDRUS3HMS
H A L A M A N P E R S E T U J U A N U N T U K M E N G I K U T I S E M I N A R P R O P O S A L
Nama DIANA S A P U T R A
N I M 50 2011059
Program studi Ilmu Hukum
Program kekhususan Hukum Pidana
Judui Penelitian PENYALAHGUNAAN N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A
MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI P E R S P E K T I F VICTIMOUHH
Palembang Oktober2014 Disetujui Pembimbing
M S O L E H IDRUSSH MS
Ketua Bagian Hukum Pidana
LuU MaknunSH M H
![Page 12: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/12.jpg)
3
Berbicara mengenai upaya penanggulangan kejahatan atau tindak
pidana Narkotika dan Psikotropika yang tepat maka cara pandang sebaiknya
tidak hanya terfokus pada berbagai hal berkaitan dengan penycbab timbuliiya
kejahatan atau metode apa yang efektif dipergunakan dalam penanggulangan
kejahatan tersebul Namun hal lain yang tidak kalah penlingnya untuk
dipahami adalah masalah korban kejahatan itu sendiri yang dalam keadaan-
keadaan lertentu dapal menjadi pemicu munculnya kejahatan dalam tindak
pidana Narkotika dan Psikotropika tersebul
Piida saat berbicara tentang korban kejahatan dalam tindak pidana
Narkotika dan Psikotropika maka cara pandang tidak dapat dilepaskan dari
victimologi Melalul victimologi dapal diketahui berbagai aspek yang
berkaitan dengan korban seperti faktor penyebab munculnya kejahatan
penyalahgunaan bagaimana seseorang dapat menjadi korban
penyalahgunaan dan upaya mengurangi terjadinya korban kejahatan
penyalahgunaan serta hak dan kewajiban korban kejahatan dalam tindak
pidana Narkolika dan Psikotropika tersebut Secara victimologi terhadap
korban kejahatan dalam tindak pidana Narkotika dan Psikotropika misalnya
korban yang ditemukan pada anak usia 7 tahun sudah ada sebagai pemakai
anak di usia 8 talum sudah ada yang memakai ganja dan lalu di usia 10 tahun
anak-anak sudah menggunakan Narkotika alaupun Psikotropika dari berbagai
jenis seperti ganja heroin morfni ekstasi dan sebagainya
Kraquogtrban dalam lingkup victimologi memiliki arti yang luas karena
Rampai Vihmisusi (Bandung Krcsco 1995) hal 200 TM Giri Prasln vo Rebahilium liagi Korban Narkoba ( Iangerang Visimudia 2006) hal v
4
tidak hanya terbatas pada individu yang secara nyata menderita kerugian
tetapijuga kelompok korporasi swasta maupun penierintali sedangkan yang
dimaksud dcngan akibat pcnimbulan korban adalah sikap atau tindakan
terhadap korban danatau pihak pelaku serta mereka yang secara langsung
atau tidak terlibat dalam terjadinya suatu kejahatan
Pentingnya korban kejahatan dalam tindak pidana Narkotika dan
Psikotropika ihempcroleh perhatian utama DIkarenakan korban merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kejahatan oleh karena ilu maka
korban memiliki peranan yang sangat penting dalam penelitian ini
Diperolchnya pemahaman yang luas dan mendaiam tentang korban kejahatan
dalam linJak pidana Narkotika dan Psikolropika dapat [nenuidahkan dalam
menemukan upaya penanggulangan kejahatan yang pada akhimya akan
bermuara pada menurunnya kuantitas dan kualitas kejahalan Sejalan dcngan
semakin bcrkembangnya victimologi sebagai cabang ilmu baru berkembang
pula berbagai runuisan tentang victimologi Kondisi iiii hendaknya tidak
dipandang sebagai pertanda tidak adanya pemahaman yang seragam
mengenai ruang lingkup victimologi tetapi harus dlpaiidang sebagai bukti
bahwa vU timologi akan selalu berkembang sejalan dengan perkembangan
yang terjadi dalam masyarakat
Berdasarkan uraian di atas yang menjadi obyek pengkajian dari
victimologi penyalahgunaan Narkolika dan Psikotropika di antaraiiya adalah
faktor terjadinya kejahatan dan bagaimanakali pengaturan Narkotika dan
Dikdik M Arir Mimsur dan Elistaris (lultoiii UrgensI Ierilndungan Korban Kejahalan Anlara Norma dan Realita (Bandung Agustus EakulUis Hukum Universitas Padj aj uran 2006) hal 29
5
Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Oleh sebab itu
maka judui yang dipilih unluk diteliti dalam penelitian adalah
Penyalahgunaan Narkotika dan Pstkolropka Menurut Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 Dari Perspektif Victimologi
B Perumusan Masalah
1 Apa yang menjadi faktor faktor yang menyebabkan terjadinya
2 Bagainiana pengaturan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika dan
Psikotropika daiam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dari perspektif
victimology
C Ruaug lingkup daii tujuan
Ruang lingkup
Secara umum ruang lingkup skripsi ini untuk mengetahui apa yang
menjadi faktor faktor terjadinya penyalahgunaan narkobadan
penyalahgunaan norkoba menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari
perspektil victimologi
Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan penulisan ini adaiah
sebagai bfrikut
1 Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
penyalahgunaan Narkoba
2 Untuk mengetahui pengaturan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika
dan Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Talum 2009 dari
penyakiligunaanTiarkotika dan psikotropika
6
perspektif viAimo(gtg[
E Metode rcncHtl
Untuk memperoleh data yang kongkril sebagai pcdoman dalam
penulisan skripsi ini maka penulis menggunaan metode sebagai berikul
1 Metode pclaksanaan penelitian
dalam pclaksanaan ini penulis menggunaan metode penelitian hukum
normatif yang bersifal diskriftif dengan menggunaan dala skunder
Penelitian nukum norkatif ini merupakan penelitian kcpustakaan yaitu
penelitian terhadap dala skunder yang iiiempuiiyai ruang lingkup meiipuli
surat sural fakta fakta sampai pada dokumen - dokuincn resmi yang
dikeluarkan oleh instansi lerkait
2 Metode pcngiimpulun data
Pengumpulan data meiiipunyai hubungan yang eral dengan sumber data
karena dcngan pengumpulan dala akan diperoleh data yang dipcrlukan
untuk selanjutnya dianalisis sesuai dengan yang diinginkan Dalam usuha
pengumuian dala dala yang relevan dengan judul ini penulis
menggunakan metode normatif diskriplif dengan menggunakan data
skunder yang berbentuk dokumcntasi
3 Tehnik pcngolahan data
Dilakukan dcngan cara nnalisis isi terhadap teksural untuk selanjutnya
dikoniruksikan dalam suatu kesimpulan
7
Sislemutika [cnulisiin
Penelitian ini dibuul berdasarkan sistematika penulisan di dalam
penelitian ini peneliti mcmbaginya dalam empat bagian yailu
BAB I PENDAHULUAN
Merupakan bab pendahuluan yang menguraikan mengenai hal-hal
berkaitan dengan Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan
dan Maniaat Penclilian Kcaslian Penelitian Tlnjaiian
Kcpustakaan Pengertian Penyalahgunaan Pengertian
Viclimologi Ruang Lingkup dan Manfaat Viclimologi Jenis dan
Penggolongan Narkotika dan Psikotropika Metode Penelitian
dan Sistematika Penulisan
BAB U TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bagian ini menguraikan yaitu mengenai pengertian tentang
penyalahgunaan pengertian tentang ruang lingkup viktimologi
pengertian tentang narkotika dan jcnis-jcnis narkolika
BAB Hi PEMBAHASAN
Merupakan bab yang membahas mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan Pengaturan Sanksi Pidana lerhadap Penyalahgunaan
Narkotika dan Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Ditinjau dari Perlindungan Terhadap Korban dan
Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Self
Victimizing Victims
8
BAB IV K E S I M P U L A N DAN SARAN
Bab ini memuat beberapa kesimpulan dan saran yang dibuat
peneliti sebagai hasil dari pembahasan dun penguraian di dalam
penelitian ini dari keseluruhan permasalahan yang ada
DAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A Pengertinn Pcnyalaliguiiaan
Penyalahgunaan dimaksudkan dalam penclilian ini adalah
penyalahgunaan terhadap narkotika dan psikolropika Dimana bahwa
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika ini diambil dan dipersainakan
dcngan pengertian penyalahgunaan narkoba seperti yang disebutkan Lutfi
Braja yakni memberikan pembatasan mengenai penyalaiiguiiaaii yaitu
Pemakaian narkoba di iuar indikasi medik tanpa petunjuk atau
resep dokter dan peinakaiannya bersifat patologik
(menimbulkan kelainan) dan menimbiilkan humbutan dalam
aktifitas di rumah di sekoiah atau di kampus tempat kerja dan
lingkungan sosial Ketergantungan narkoba adalah kondisi yang
kebanyakan diakibatkan oleh penyalahgunaan zat yang disertai
dengan adanya toleransi zat (dosis semakin tinggi) dan gejala
putus zal
Permasalahan penyalahgunaan mengakibatkan dampak yang sering
terjadi di tengah-tcngah masyarakat dari penyalahgunaan narkolika dan
psikotropika antara lain merusak hubungmt kekeluargaaii menurunkan
kemampuan belajar dan produktifitas kerja secara drastis sulit membedakan
mana perbuatan baik dan perbuatan buruk perubahan pcrilaku menjadi
Mardani Op 01 lial 2
9
10
pcrilaku anti sosial (pcrilaku maladaptil) gangguan kesehalan (fisik dun
mental) mempertinggi jumlah kecelakaan lalu lintas tindak kekerasan dan
kriniinuliLis lainnya
Dari kata penyalahgunaan menandakan bahwa Narkotika dan
Psikotropika tidak selalu bermakna negatif Dcngan begitu narkotika dan
psokitropika yang digunakan dengan baik dan benar oleh dokter untuk
mengobati pasiennya lidak tennasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang
disaiahgunakan Di dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA
(Narkotika Psikotropika dan Zat Adit i f Lainnya)
B Pengertian Victiimlogt
Pada dasarnya perkembangan ilmu pengetahuan tentang korban
kejahalan (viktimologi) lidak dapat dipisahkan dari iahimya peiiiikiraii-
pemikiran brilian dari Hans von Hentig seorang ahli kriminologi pada talum
1941 serta Mendelsohn pada tahun 1947 Pemikiran dari kedua ahli ini
sangat mcmpengaruhi setiap fase perkembangan viktimologi Perkembangan
viktimologi hingga sampai pada keadaan seperti sekarang tentunya tidak
terjadi dengan sendirinya namun telah meiigalami berbagai perkembangan
yang dapai dibagi dalam 3 (tiga) fase sebagai berikut
a iada tahap peitama viktimologi hanya meinpclajari korban kejahatan saja
pada fase ini dikatakan sebagai pehdl or special vtciimolo^
b Pada lase kedua viktimologi tidak hanya mengkaji masalah korban
Oadang Huwari Konsep Islam Memerungt AIDS dan NAA Cel XI (Ycgvakarta Ohaiiii iiakli Idaya 1997) hal 153 Made Danaa Wi da Op cil hal 200
kejahalan tetapi juga meiipuli korban kecelakaan Pada fase ini disebut
sebagai general victimology
c Fase ketiga Vikt imologi sudah berkembang lebih luas lagi yaitu mengkaji
permasalahan korban karena penyalahgunaan kckuasaan dan hak-hak asasi
manusia Fase ini dikatakan sebagai new viciimology
Berdasarkan pengertian di atas nampak je las bahwa yang menjadi
obyek pengkajian dari viktimologi diantaranyu pihak-pihak mana saja yang
terlibat atau mcmpengaruhi terjadinya suatu viktimisasi kriminal
bagaiinanakah respon terhadap suatu viktimisasi kriminal faktor penyebab
terjadinya viktimisasi kriminal bagaimanakah upaya penanggulangannya
dan sebagainya
C R u a i i g L i n g k u p Victimologi
Vikt imologi mencliti topik-topik teiilang korban scperti peranan
korban pada terjadinya kejahatan hubungan antara pelaku dengan korban
rentannya posisi korban dan peranan korban dalam sistem peradilan pidana
Selain itu menurut Muladi viktimologi merupakan suatu studi yang bertujuan
untuk
1 Menganaiisa berbagai aspek yang berkaitan dcngan korban
2 Berusaha untuk memberikan penjelasan sebab musabab terjadinya
vikt imisasi dan
3 Mengembangkan sistem tindakan guna mengurangi penderitaan manusia
^Suryono Ekolaina ST Harum Pudjianlo RS dan G Wiraiama Abortus Iruvocalus Ba^ Korban Perkosnan Persxkif Viktimologi Kriminologi Jan Hukum Pidana Edisi PcrUtma Culakari lurlunii (Jakiiria Univcrsilas AlmaJaya 2001) liul 174 ^ibidMl I7()
12
Menurut JE Sahetapy ruang lingkup Viktimologi meliputi bagaimana
sescorang (dapat) menjadi korban yang ditentukan oleh suatu victimity yang
lidak selaiu berhubuiigan dengan masalah kejahatan termasuk pula korban
kecelakaan dan bencana alam selain dari korban kejahatan dan penyalah
gunaait kekuasan^ Namun dalam perkembangannya di tahun 1985
dipeiopori oleh Separovic yang mempelopori pemikiran agar Viktimologi
khusus niengkaji korban karena adanya kejahatan dan penyalahgunaan
kckuasaan dan tidak mengkaji korban karena musibah alau bencana alam
karena korban bencana alam di iuar kemauan manusia out of mms will)
D Jenis dan Penggolungan Narkotika dan Psikotropilta
Dari kata penyalahgunaan narkoba menandakan bahwa narkoba tidak
selalu beimakna negatif Dengan begilu narkolika dan psokitropika yang
digunakan dengan balk dan benar oleh dokter unluk mengobati pasiennya
tidak termasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang disaialigLmakan Di
dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA (Narkotika Psikolropika
dun Zat ditir Lainnya) Dalam penelitian ini hanya dibahas tentang
narkotika dan psikolropika maka sebelumnya dipaparkan terlebih dahulu
berbagai jenis narkotika dan psikotropika sebagai berikut
a) Narkolika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari lanaman atau
TbUi Miiiadi HAM Halam Persepkiif Sislem Peradilan Pidana datam Muladi (cd) Hak Asas) Manusia Hakclal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspeklif llukum dan Masyarakat (Bandung Refikii Aditama 2005) hal lOX VfiWDial 109 Subagyo Partediharjo Op cil hal 11
13
bukan tanainan baik sintesis maupun bukan sintesis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa
Zat ini dapal mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat
meninibulkan ketergantungan Menurut Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika Narkolika adalah at atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun
semisimetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri
dan dapat nienimbulkati ketergantungan yang dibedakan kc dalam
golongan-goiongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang in i
Narkotika memiliki daya adikasi (ketagihan) yang sangat berat
Narkolika juga memiliki daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual
(kebiasaan) yang sangat tinggi Ketiga sifat narkolika ini yang
menyebabkan pemakai narkotika tidak dapat lepas dari cengkeramannya
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
Jenis jenis narkotika dibagi ke daiam 3 (tiga) kelompok yaitu narkotika
golongan I golongan I I dan golongan I I I
Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbaiiaya
karemi daya adilifnya sangat tinggi Golongan ini tidak boleh digunakan
untuk kcpentingan apapun kecuali unluk penelitian atau ilmu
pengetahuan Contohnya adalah ganja heroin kokain inorfin opium dan
lain-lain Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya
Ibid Posal 1 Ayal (I) Unilung-Undang Nomor 3 Tahun 2009 lenlang Narkotika
14
aditifkual tclapi bcrmaiilaal untuk pcngohatan dan penclilian tlonluhnya
adalah petidin dan turunannya benetldin belamctadol dan lain-iain
Sedanikaii narkulika golungaii Ml adalah narkotika yang niciniliki daya
aditif riiigan tetapi bermanfaat untuk penghatan dan penelitian Contohnya
adalali kudcin dun turunannya^
Berdasarkan cara pcmbuatannya narkotika dibedakan ke dalam 3
(tiga) golongatt juga yaitu narkolika atami narkotika semlsimesis dan
narkotika sintesis Dijelaskan sebagai berikut
1) Naikotika alami
Narkotika alami adalah narkotika yang zat aditithya diambil dari
(umbuhlumbuhan (atam) Contohnya
u tjaiija
Ganja adalah tanaman perdu dengan daun menyerupai daun
singkong yang tepinya bergerigi dan berbulu lialus Jumlah Jari
daunnya selalu ganjil yakni 5 7 9 Tumbuhan ini banyak lumbuh di
iieberapa daerah di Indonesia seperti Aceh Suinalera Ulara
Sumatera Selaian Pulau Jawa dan lain-lain Daun ganja ini sering
iligunakiin sebagai bumbu penyedap masakan Bila digunakan
ebagai bumbu iiuisak daya adilifnya rendah Namun lidak
ilemikian apabila dibakar dan asapnya dihirup Cara
|)cnyalahgunaunnya adalah dikcringkan dan dicampu dengan
icmbakiiii rokok atau dijadikan rokok lalu dibakar serta dihisap
Subagvo PurtoJiharjo Op cil hal 11-12
15
b Ilaisis
Hasis adaiah lanaman serupa ganja yang lumbuh di Amcrika
Latin dan Eiopa Daun ganja hasis dan mariyuana Juga dapat
disuling dan diambil sarinya Oatam bentuk cair harganya sangat
mahai Gunanya adalah unluk disaiahgunakan oleh pemadut-pemadal
kelas tinggi
c Koka
Koka adalah lanaman perdu mirip pohon kupi Huahnya yang
inatang bcrwama inerah seperti biji kopi Dalam komunitas
masyarakat Indian Kuno biji koka sering digunakan untuk
inenambah kekiiatan orang yang bcrperang atau bcrburu binalang
Koka kemudian bisa diolah menj adi kokain
d Opium
Opium adaiah bunga dengan bentuk dan wama yang indah
Dari getah bunga opium dihasilkan candu (opiat) Di Mesir dan
daratan Cina opium dahulu digunakan unluk mengobati beberapa
penyakit member kekuatan atau menghilangkan rasa sakil pada
lentara yang terluka sewaktu berperang atau berburu Opium banyak
lumbuh di segiliga emas antara Burma Komboja dan Thailand
atau di daratan Cina dan segitlga emas Asia Tengah yaitu daerah
antara Alganistan Iran dan Pakistan
Dalam kalangan perdagangaii liilernasional ada kebiasaan
ftW hal 14
16
(keliru) tncnamai daerah tempat peuanamuii opium sebagai daerah
emas Diberi nama demikian karena perdagaiigan opium sangat
mengimtiingkan Karena bahayanya yang besar daerah seperti ilu
keliru jika diberi nama predikat emas Daerah sumber produksl
opium sepantasnya disebut segitlga setan atau segitlga iblis
2) Narkotika semisintcsis
Narkotika semisintesis adalah narkotika alami yang diolah dan
diambil zat aktifnya (intisarinya) agar memiliki khasiat yang lebih kuat
schmgga dapat dimanfaatkan untuk kepcnlingan kedokteran
Contohnya
a Morfm dipakai dalam dunia kedokteran unluk menghilangkan rasa
sakit alau pembiusan pada operasi (pcmbcdahan)
b Kodein dipakai unluk obat penghilang baluk
c Heroin tidak dipakai dalam pengobatan karena daya adilifnya
sangat besar dan matifuatnya secara medis belum
ditemukan Dalam pcrdugangan gelup heroin diberi nama
pulaw atau pete atau pt Henlnknya seperti tepun terigu
yang halus pulih dan agak kotor
d Kokain liiisll olahati dari biji koka
3) Naikotika sintesis
Narkotika sintesis adalah narkotika palsu yang dibuat dari bahan
kimia Narkotika ini digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi
oraiig yang menderita kclcrgantungun Contohnya
17
a Ietidin unluk obat bius lokal operasi kccil sunal dan
sebagainya
b Melhadon unluk pengobatan pecandu narkoba dan
c Naltrexon untuk pengobatan pecandu narkoba
Selain unluk pembiusan narkolika sintesis biasanya diberikan
oleh dokter kcpada penyalahgiina narkoba untuk menghcntikan
kebiasaannya yang tidak kuat melawan sugesti (relaps) atau sakaw
Narkotika sintesis berfungsi sebagai pengganti senientara Bila sudah
bciiar-bcnar bcbas asupan narkoba sintesis in dikurangi sedikil demi
sedikit sampai akhimya berhenti total
b) Fsikotropika
Pengertian psikolropika menurut Pasal I Ayal ( I ) Undang-Undang
Nomor 5 Taliun 1997 tentang Psikotropika adalah Zat atau obat baik
alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif
melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusal yang menyebabkan
perubahan khas pada uktivitus mental dan perilaku
Pengertian Psikolropika di daUim Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika tidak ditemukan Hal tersebut sehubungan
dengan ketentuan di dalam Pasal 153 huruf b yaitu Lamplran mengenai
jenis Psikotropika Golongan 1 dan Golongan II scbagaimana tercantum
dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika (lcmbaran Ncgara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor
10 Tambahan Lcmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671) yang
18
telah (iipindahkan menj adi Narkotika Golongan I menurut UndangUndang
ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku Oleh karenanya dalam Undangshy
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tidak ada lagi di dalam pasal-pasal nya
yang mengatur mengenai Psikotropika karena sudah dlmasukkan ke dalam
golongan Narkotika
Sesuai dengan pembahasan dalam penelitian ini masih
berhuijutigar dengan Psikotropika maka Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1997 tentang Psikotropika masih perlu untuk dibahas dalam penelitian ini
Menui iil undangumlang tersebut Psikolropika adalah zal atau obal bukan
narkolika baik alamiah maupun sintesis yang memiliki khasiat psikoaktif
melaiui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas nonnal dan perilaku Psikotropika ini
merupakan obat yang digunakan oleh dokter untuk mngobali gangguan
jiwa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tenumg
Psikolropika psikotropika dikelompokkan ke dalam 4 (empat) golongan
Golongan I yaitu psikotropika dengan daya aditif yang sangat kuat
belum diketahui manfkilnya untuk pengobatan dan sedang diteliti
khasiiitnya saat ini Contohnya adalah MDMA ekstasi USD dan STP
Golongan U yakni psikolropika dengan daya aditif kuat serta berguna
untuk pengobatan dan penelitian Contohnya adalah amfelamin
metanifetamin metakualon dan sebagainya Golongan IH yakni
psikolropika dcngan daya adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan
dan penelitian Contohnya adalah lumibal buprenorsina flcenilrazepam
19
dan sebagainya Golongan IV yakni psikotropika yang memiliki daya
aditif ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian Contohnya
adalah netrazepam (BK Mogadon Duiiiolid) diazepam dan lain-lain^
Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika yang dimaksud dengan paslkotoplka adalah zat atau obat
baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif
melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang mcnyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku Psikotropika
dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut
1 Psikotropika golongan I yaitu psikolropika yang hanya dapat digunakan
unluk kcpentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi
sena mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan Contohnya ekstasi shabu LSD
2 Psikotropika golongan II yakni psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi danatau tujuan ilmu
pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan Contohnya amfetamin metilfenidat atau ritalin
3 Psikotropika golongan III yaitu psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi danatau unluk tujuan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan
sintlroma ketergantungan Contohnya pentobarbital Flunitrazepam dun
4 Psikotropika golongan IV yaitu psikotropika yang berkhasiat
Ibid ILil 15
20
pengobatan dan sangal luas digunakan dalam terapi danatau unluk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindrom ketergantungan Contohnya diazepam
bromazepam Fenobarbital klonazcpam klordiazepoxide nitrazepam
seperti pil BK pil Kopio Rohip Dum MG
Sedangkan kelompok dan jenLs psikotropika yang sering
disaiahgunakan antara lain
1 Psikostimulansia scperti amfetamin ekstasi dan shabu
2 Scdalif amp Hipnolika (obat penenang obat tidur) seperti MG BK
DUM Pil kopio dan lain-lain dan
3 Halusinogenika seperti lysergic acid dycthylamidc (USD) mushroom
Berdasarkan Ilmu farmukologi psikotropika dikelompokkan ke daiam 3
(tiga) golongan yakni dcpresan stinuilan dan halusinogen sebagai
berikut
1 Kelompok dcpresanpcnekan syaraf pusatpenenangobat tidur
Contohnya adalah valium BK rohipnol mogadon dan lain-lain
Jika diminurn obat ini dapat memberikan rasa tenang menganluk
rasa tcnteruni dan damai Obat ini Juga menghilangkan rasa takut
dan gelisah
2 Kelompok stimuiaiiperangsang syaraf pusaianti tidur Conlohnya
adalah amfetamin ekstasi dan shabu Ekstasi berbentuk tablet
berancka bentuk dun wama Amfetamin berbentuk tablet bcrwama
-Aid hal 16-17
21
pulih Bila diiriinuni obal ini mcndalangkan rasa gembira hilangnya
rasa pemiusuhiui hilangnya rasa marali ingin selalu aktif badan
terasa fit dan lidak merasa lapar Daya kerja otak menjadi scrba
cepat namun kurang lerkendali Shabu berbentuk tepung kristal
kasar berwarna pulili hersih seperti garani
3 Kelompok halusinogen Halusinogen adalah obat at tanaman
makanan yang dapat meninibulkan kiiayaian contohnya yailu LSD
Lysergic Acid Dicihyltamide) getah lanaman kaklus kecubung
jamur tertentu (misceiine) dan ganja Bila diminurn spikotropika
jenis in dapat menimbulkan kliayalan tentang peristiwa-peristiwa
yang mengerikan khayalan tentang kenikmatan scks dan
sebagainya Kenikmatan didapat oleh pemakai setelah pemakai sadar
bahwa perisfiwa mengerikan ilu bukan kenyataan atau karena
kenikmatankenikmatan yang dialami walaupun hanya khayalan
BAB III
PEMBAHASAN
A Faktor yang Mcnyebabkan Terjadinya Penyalahgunaan Narkotika dan
Psikotropilta
1 Faktor yang Bersunibcr Dari Individu
Menurut Luthfi Buraja terdapat 3 (liga) pcndekatan untuk
tcrjadinya penyalahgunaan dan ketergantungan terhadap narkotika dan
psikotropika yaitu peridekalan orgunobilogik psikodinamik dan
psikososial Ketiga pendekatan tersebut tidaklah berdiri sendiri melainkan
saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya Dari siidut pandang
organobiologik (sususan syaraf pusatotak) mekanismc terjadinya adiksi
(ketagihan) hingga deperidcnsi (ketergantungan) dikenal dengan dua istilah
yaitu gangguan mental oragnik atau sindrom otak organik seperti gaduh
gelisah dan kekacauan dalam fungsi kognilif (alam pikiran) efektif (alam
perasaanemosi) dan psikomotor (perilaku) yang disebabkan efek
langsung terhadap susunan syaraf pusat (otiik)^^
Sescorang akan mcnjadi ketergantungan terhadap narkotika dan
psikotropika apabila seseorang dengan tems-menenis diberikan zat
tersebut Hal ini berkaitan dengan teroi adaptasi sekuler mum
adaptaiUm) tubuh beradaptasi dengan menambah jumlah teseptor dan seishy
se syaraf bekcrja kcras Jika zat dihenlikan sel yang masih bekerja kcras
Luthll Uaraja Makalali Gangguan Mciilul dan icrilaku Akibut Nurkuba Disampalkim pada Seminar tentang Narkoba di SMK Iptck lakarla hal 2
22
23
tadi mengaiami kelmLisaii yang dari kiar tampak sebagai gejala-gejala
putus obal Gejala putus obat tersebut mcmaksa individu untuk
mengulangi pemakaian zal tersebul
Faktor predisposisi individu dengan gangguan kepribadian (anti
sosial) ditandai dengan pcrasaan lidak puas terhadap orang lain Selain itu
yang bersangkutan tidak inampu untuk berfungsi secara wajar dan efektif
dalam pergaulan di rumah di sekoiah atau di tempat kerja gangguan lain
sebagai penyerta berupa rasa cemas dan depresi Untuk mengatasi
ketidakniainpuan dan mcnghiiangkan kccemasan atau depresinya maka
individu tersebut cenderung untuk menggunakan narkoba Semestinya
individu itu dapat mengobati dirinya dengan datang ke dokterpsikiater
untuk mendapatkan terapi yang tepat sehingga dapat dicegah
keterlibatannya dalam penggunaan narkotika dan psikotropika
Secara umum mereka yang menyalahgunakan narkotika dan
psikotropika dapat di bagi ke dalam 3 (tiga) golongan besar yaitu
1 Ketergantungan primer ditandai dengan adanya kecemasan dan
depresi yang pada umumnya terdapat pada orahg detigah kepfibadlah
yang tidak stabil
2 Ketergantungan simtomatis yaitu penyalahgunaan narkotika dan
psikotropika sebagai salah satu gejala dari tipe kepribadian yang
mendasarinya pada umumnya terjadi pada orang yang kepribadian
psikopatik (anti sosial) kriminal dan pemakaian narkotika dan
Ai4hal K
24
psikotropika untuk kesenangaii sematu
3 Ketergantungan reaktif yaitu terdapat pada remaja karena dorongan
ingin tahii pengaruh tekanan dan lingkungan tenian atau kelompok
sebaya peer group pressure)
Ada beberapa faktor internal dan ekslernal yang mcnjadi penyebab
individu menyalahgunakan dan menjadi ketergantungan terhadap
narkotika dan psikotropika Menurut Sudarsono bahwa penyalahgunaan
narkolika dan psikotropika di latar belakangi oleh beberapa sebab yaitu
1 Untuk membuktikan kebcranian dalam melakukan tindakan-tindakan
yang berbaiiaya seperti ngebut dan bergaul dengan wanita
2 Meniinjukkan tindakan yang menenlung orang tua guru dan norma
sosial
3 Mempermudah penyaluran dan mempermudah perbuatan seks
4 Melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh peiigalamaii-
pengalainan einosional
5 Meneari dan menemukan aril hidup
6 Mengisi kekosnngan dan kesepian hidup
7 Menghilangkan kegelisahan frustasi dan kepepel hidup
8 Mengikuti kemauan kawan-kawan dahim rangka pembinaan solidaritas
dan
9 Iseng-iseng saja dan rasa ingin tahu
Menurut hasil penelitian Dadang Hawari bahwa di anlara faklor-
Sudujsono Kenakalan Remaja cel ii (Jakarta Rineka Cipta 1992) 1ml 67
25
faktor yang berpcran dalam penggunaan narkotika dan psikolropika
adalah
1 Faktor kepribadian anti sosial dan psikopatik
2 Kondisi kejiwaan yang mudah merasa keeewa atau depresi
3 Kondisi keluarga yang meliputi keutuhan keluarga kesibukan orang
tua hubungan orang tua dengan anak
4 Kelompok teiiian sebaya dan
5 Narkotika dan psikotropika itu sendiri mudah diperoleh dan tersedianya
pasaran yang resmi maupun lidak resmi
Menurut Siibagyo Partodiharjo secara individu terdapat beberapa
faktor yang mcmpengaruhi sescorang dapat menyalahgunakan narkotika
dan psikotropika Alasan ini merupakan alasan yang bersumber dari diri
sendin atau pemakai narkotika dan pasikotropika tersebut yakni sebagai
berikut
a Ingin tahii
Perasaun ingin tahu biasanya diniiliki oieh generasi muda pada
umur setara siswa SD SLTP dan SLTA Bila di hadapan sckelompok
anak muda ada seseorang yang inemperagakan uikmatnya
mengkonsumsi narkotika dan psikolropika maka didorong oleh naluri
alami anak muda yaitu keingintahuan maka salah seoariig dari
kelompok itu akan maju mencobanya Selain didorong oleh
keingintahuan keberaniannya juga karena didesak oleh gejolak dalam
Mardiini foc cil hai 102 ^ Subagyo RatoiJlliarjo ioc cil liiil 72-74
26
jiwanya yang ingin dianggap hebal pemberani dan pahlawan di antara
temanteinan sehayanya Maka jatuhlah satu orang anak dalam pelaku
setan
Dalam kondisi seperti itu reaksi kawan-kawan sebayanya
berbeda-bcda
1 Ada yang ingin menyaingi menunjukkan bahwa dirinya lebih hebat
lagi lalu memakai
2 Ada yang ingin tahu kemudian ikut memakai dan
3 Ada yang sella kawan lain ikut memakai juga
Sikap seperti inilah yang menyebabkan bandar atau pengedar
senang Mereka meiigincar generasi muda mahasiswa atau pclajar
karena 2 (dua) pertimbaiigan
1) Kalau salah satu anak muda kena maka anak muda yang lainnya
ikut kena sehingga konsumen cepat bertambah dan
2) Kalau anak muda kena maka anak muda tcrsebut akan mcnjadi
pemakai selia dalam waktii yang lama Berbeda dengan orang tua
yang cepat maii keuntungan komersial yang diperoleh dari
kelompok anak muda ini akan banyak
b Ingin dianggap hebal
Pcrasaan ingin dianggap hebat biasanya dimiiiki oleh generasi
muda Sepcrti ditcrangkan di atas salah satu sifat alami yang positif
dari generasi muda adalah daya saing Sayang sekali karena
kelidaktahuan sifat positif ini juga dapat dipakai untuk masalah negatif
27
Silat positif ini scharusiiya didorong unluk berlomba daluin preslasi
pada bidang pcndidikan kesenian olah raga dan lain-lain yang
bermanfaat bagi kehidupan
Bila sikap ingin berkonipctisi ini diarahkan untuk
mengkonsumsi narkolika dan psikolropika akibatiiya sungguli
mengerikan yailu kcgagalan hidup dan kesengsaraan Pemakai hanya
dapat dianggap hebat oleh lingkungan kecil pcniakai narkotika dan
psikotropika Di masyarakat luas pemakai hanya menuai cerca dan
nista
c Rasa setia kawan
Perasaan setia kawan sangat kuat dimiiiki oleh generasi muda
Jika lidak mendapatkan penyaluran yang posilif sifai positif tersebut
dapat berbahaya dan mcnjadi negatif Bila (cmannya memakai
narkotika dan psikotropika maka individu tersebul ikut juga memakai
Bila temannya dimarahi orang tuanya atau dimusuhi masyarakat maka
pemakai membela dan ikut bersimpatik
Sikap seperti itulah yang menyebabkan anak ikut-ikutan
Awalnya hiuiya satu orang yang merokok kemudian semuanya menjadi
perokok Setelah semuanya merokok sntu orang mulai memakai ganja
lalu yang lainnya ikut sehingga menjadi sekawanaii pemakai ganja
Selelah semua memakai ganja satu orang memakai ekstasi kemudian
semuanya ikut demikian selerusnya meningkat menjadi shabu dan pada
akhirnya menjadi pemakai putaw
28
d Rasa kccewa truslasi kcsai
Pcrasaan kesal kcccwa atau (rustasi biasanya terjadi karena
kegagalan pada generasi muda eksckutif mudu suami atau istri
Pcnggiiiiaan narkotika dan psikolropika pada kelompok ini bertujuan
untuk sesaat melupakan kekccewaan kckesaian dan fi-uslasi Kondisi
masyarakat yang carut martit tclah banyak melahirkan kekccewaan
kekesalan bahkan Iruslasi Narkolika dan psikotropika dapat
melupakannya sesaat tetapi tidak untuk mengatasi masalah yang
sesungguhiiya
Hubungan buruk yang disebabkan oleh kcgagalan
berkomuiiikasi antara orang tua dengan anaknya dapat menyebabkan
rasa kesal Hal ini mcnjadi faktor pemicu pemakaian narkotika dan
psikotropika oleh anak Intcraksi anlara orang tua dcngan anak tidak
cukup hanya berdasarkan niat baik Cora berkoniunikasi juga harus
baik Masing-masing pihak harus memiliki kcsabaran untuk
menjclaskan isi hatinya dengan cara yang tepat Banyak sekali konfllk
di dalam rumah tangga yang terjadi hanya karena salah paham atau
kekeliman berkoniunikasi Kekeliruan kecil itu dapal bcrakibat fatal
yaitu masuknya narkotika dan psikotropika ke dalam keluarga
Kekccewaan kekesalan dan frustasi dapal terjadi karena
kekeliruan dalam berkomunikasi terhadap beberapa faktor berikut i n i
I ) Komunikasi anak dengan orang tua
IbUI hiiJ 74
29
2) Komunikasi antar anak
3) Komunikasi di lingkungan eksekulifinuda dan
4) Komunikasi antara suami istri
e Ingin bebus dari rasa sakil atau pusing
Penderila pcnyakit beral yang kronis dan tidak kunjuiig sembuh
misalnya Ranker hati luka bakar uka tusuk wasir Ranker paruparii
migreii eneok pengapuran dan lain-lain sclalu merasakan sakit yang
iuar biasa karena penyakitnya Rasa sakit tersebut sering kali tidak
dapat dihilangkan dengan obat pengtiiiang rasa sakit biasa (anaigetik)
sehingga peiiderilanya mencoba narkotika atau psikotropika
Narkotika maupun psikolropika dapat menghilangkan rasa sakit
tersebut tetapi tidak menyembuhkan penyakitnya Ceiakaiiya pemakai
yang bersangkutan malah mendapat maslah baru yaitu ketergantungan
dengan segala komplikasinya yang justru menjadi lebih berbahaya
f Ingin menikmati rasa gembira tampii lincah energik dan mengusir
rasa sedih dan malas
Para eksekudf dan sciebritis biasanya memiliki gaya hidup yang
trendi Mereka merasa dituntut untuk selalu lampil lebih prima Dengan
mengkonsumsi naikotika atau psikolropika mereka dapat tampii prima
dan percaya diri karena kehilangan rasa malu walaupun sesungguhnya
tidak demikian
Perasaan hebat tersebut di atas seharusnya dicapai melaiui tekun
berolah raga hidup teratur meningkatkan kualitas fisik mental
30
inlclckUial dan mocaiiiyii Riikan ineiigamhit jalan piiitas dcngan tampii
seotah-olah prima niclalui manipulasi atau lipuan melaiui
mengkonsumsi narkotika atau psikolropika tersebut Pcnampilmi prima
yang semu atau atau tipuan itu lambat laun akan terungkap juga
sehingga [ania-keiamaan akan kelahuari juga jati dirinya yang
sesungguhnya itu
g ingin tampii iangsing
Narkolika dan psikotropika terscbut juga banyak digunakan oleh
artis dan ibu-ibu rumah tangga yang berbadan gemuk untuk
melangsingkan lubtihnya Narkotika alau psikotropika dengan jenis
tertentu ada juga yang dapat menghilangkan nafsu makan sekaligus
menambali aktivitas fisik sehingga dapat menurunkan beral badun
h Takut mengalami rasa sakit (sakaw)
Pengguna jenis narkotika atau psikolropika tersebut yang sudah
menjadi pemakai tetap (pemadat) akan mengalami rasa sakit (sakaw)
bila tidak memakainya Karena takut merasakan penderitaan maka
pemakai tersebut terus memakainya sehingga menjadi pemakai yang
sella junkies) Banyak pemakai narkotika dan psikotropika ini yang
setia adalah orang-orang yang merasa terpaksa memakai sebab kalau
lidak memakainya mereka akan mengalami sakaw
Kebanyakan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika
dimulai atau terdapat pada masa remaja sebab masa remaja yang
sedang mengalami perubahan biologik psikologik maupun sosial yang
31
pesat merupakan individu yang rentan untuk nienyaiahguriakan
narkotika maupun psikotropika terscbut Anak atau remaja dcngan ciri-
ciri tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi
penyalahgunanya Ciri-ciri tersebut anlara lain^
a Cenderung memberontak dan menolak otoritas
b Cenderung memiliki gangguan j iwa lain (komorbiditas) seperti
depresi cemas psikotik keperibadian dissosial
c Perilaku menyimpang dari aluran atau norma yang berlaku
d Rasa kurang percaya diri low selw-confulence) rendah diri dan
memiliki citra diri negatif (ow setf-esleem)
e Sifal mudah keeewa cenderung agresif dan destruktlf
f Mudah murung pemalu pendiam
g Mudah merasa bosan dan jenuh
h Keingintahuan yang besar untuk meneoba atau penasaran
i Keinginan untuk bersenang-senang [just for fun)
j Keinginan untuk mengikuti mode karena dianggap sebagai lambang
keperkasaan dan kehidupan modem
k Keinginan untuk diterima dalam pergaulan
1 Identitas diri yang kabur sehingga merasa diri kurang jantan
mTidak siap mental untuk menghadapl tekanan pergaulan sehingga
sulit mcngambil keputusan untuk menolak tawaran NAPZA dengan
tegas
Tom Kus dan Tedi Btihava NAPZA Bagi Pelajar (Bandung Yayasan Al-Ghilari Morgan im) hal 14
32
n Kemampuan komunikasi rendati
o Melarikan diri dari scsuatu (kebosaiian kcgagalan kekccewaan
kclidakmampuan kesepian dan kegcliran hidup dan lain-lain)
p Putus sekoiah dan
q Kurang menghayati iman atau kcpcrcayaaiinya
Menurut Tim Badan Narkotika Nasional hahwa terdapat
beberapa iaklor yang menyebabkan sescorang alau individu
menyalahgunakan narkolika dan psikotropika anlara lain
1) Keingintahuan yang besar untuk mcncoba tanpa sadar alau berlikir
panjang tentang akibatnya dikemudian hari
2) Keinginan unluk mencoba-coba karena penasaran
3) Keinginan untuk bersenang-senang
4) Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya hidup
5) Keinginan untuk dapat diterima daiam suatu kelompok
6) Lari dari masalah kebosanan atau kegetiran hidup
7) Pengertian yang salah bahwa mcncoba sckali-kali lidak akan
menimbulkan masalah
8) l idak mainpu alau tidak berani menghadapl tekanan dari lingkungan
alau kelompok pergaulan unluk menggunakan narkolika dan
psikotropika dan
9) Tidak Japal atau mampu mengatakan tidak pada narkotika dan
psikotropika
Tim INN Loc di
33
Berdasarkan peinaparaii Icrscbut di atas dengan demikian
bahwa individu didorong oleli beberapa faktor untuk menyalahgunakan
pemakaian narkotika dan psikotropika tersebut sehingga menjadi
individu yang mengalami ketergantungan berikut ini disebutkan
beberapa faktor adalah
1) Ingin tahu dan Ingin mencoba rasa memakai narkotika atau
psikotropika bagi kalangan anak muda)
2) Ingin dianggap lebih hebat dari orang Iain pada orang muda)
3) login membuktikan kesetiakawanan (pada orang muda)
4) Dianggap paling tepat untuk mengatasi perasaan keeewa j en gkel
dan frustasi (pada suami istri yang mengalami konllik rumah
tangga)
5) Dianggap cara yang paling mudah untuk menghalau rasa sakit pada
tubuh (pada penderita penyakit yang kronis)
6) Dianggap cara yang paling ampuh untuk mendapatkan perasaan
tenang damai atau gembira (pada suami istri yang mcnghadapi
konflik rumah tangga)
7) Dianggap cara yang paling mudah untuk melangsingkan lubuh (pada
ibuibii rumali tangga atau wanita yang bertubuh gemuk)
2 Faktor yang Bersumlicr dari Lingkungan
Faktor lingkungan tidak mampu mencegah atau mengurangi
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika bahkan membuka kesempatan
pemakaian narkotika dan psikotropika Yang dimaksud dcngan faktor
34
kesempatan di sini adalah tersedianya siluasi-situasi yang nieiiiungkinkan
untuk memakai narkolika atau psikolropika di waktu-vvaklu luarig di tempat
rekreasi atau hiburan diskotik pesia dan lain-lain Atau mungkin lingkungan
masyarakat yang tidak mampu mengendalikan bahkan membiarkan penjualan
alau pcrcdaran geiap narkotika dan psikotropika misalnya karena lemahnya
penegakan hukum penjualan narkolika dan psikotropika secara bcbas bisnis
narkotika dan psiktilropika yang terorganisir mudahnya memperoleh
narkotika dan psikotropika dan lain-lain
raklor yang bersumber dari lingkungan yang mcnyebabkan individu
dapat menyalahgunakan pemakaian narkotika dan psikotropika merupakan
laktor kontribusi masukaii dari Iuar individu) dimana sesttorang dengan
kondisi keluarga tidak baik akan merasa tertekan dan rasa lertekan inilah
sebagai faktor penyerta bagi dirinya untuk terlibat dalam penyalahgunaan
narkotika dan psikotropika tersebut Disfungsi keluarga yang dimaksud antara
lain adalah keluarga yang tidak utuh kedua orang tua yang tcrlalu sibuk dan
lingkungan interpersonal dengan orang tua yang tidak baik Di samping itu
faktor pencetus seperti pengaruh teman sebaya tersediu dan mudah
didapatkan mempunyai andil sebagai faktor pencetus sescorang atau individu
terlibat ke dalam penyalahgunaan yang mengakibatkan ketergantungan
terhadap narkotika dan psikotropika Dari sudut pandang psikososial
penyalahgunaan narkotika dun psikolropiku dapat terjadi sebagai akibat
negatif dari intcraksi tiga kiitub sosial yang tidak kondtisif yaitu kutub
Lulhli ilurnju Op cil
35
keluarga kutub sekolahkupus dan kulub masyarakat
Faktor lingkungan meliputi faktor kciuarga dan lingkungan pergaulan
balk dlsekltar rumah sekoiah teman sebaya maupun masyarakat Banyak
pengguna Narkotika dan Psikolropika yang berasal dari keluarga yang lidak
harmonis Keluarga seharusnya mcnjadi wadah untuk menikmati kebahagiaan
dan curalian kasih sayang wahana silih asih silih asah dan silih asuh
Namun pada kenyataannya keluarga sering sekali justru menjadi pemicu
sang anak mcnjadi pemakai hal tersebut disebabkan karena kciuarga tersebut
kacau balau Hubungan antara anggota keluarga dingin bahkan tegang atau
bermusuhan
Komunikasi antara ayah ibu dan ariak-anak sering sekali
menciptakan suasana konflik yang tidak berkesudahan dimana bahwa
penyebab konllik tersebut sangal beragam Solusi semua konflik adalah
komunikasi yang baik periuh pcngerlian saling menghargai dan menyayangi
serta ingin selalu membahagiakaii
Konflik di dalam keluarga dapat mendorong anggota keluarga merasa
frustasi sehingga lerjebak memilih narkotika dan psikolropika sebagai
solusinya Biasanya yang paling rentan terhadap stres adalah anak kemudian
suami dan istri sebagai benleng terakhir Beberapa faktor yang bersumber
dari lingkungan keluarga yang dapat mempengaruhi seseorang atau individu
tertentu icrjun kc dalam lingkungan penyalahgunaan narkotika dan
36
psikotropika tcrsebut antara lain adatuh
a Koniimikasi niang tua-aiiak kiii-ang baikcfektif
b Hubungan dalam keluarga kunmgharmonisdisfimgsi dalam keluarga
c Orang tua bercerai bcrscitngkub atau kawin lagi
d Orang lua tcrlalu sibuk aUiu tidak acuh
e Orang tua oloriter alau scrba melarang
f Orang tua yang serha nieinbolehkan (pcrmisil)
g Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teiadan
h Orang tua kurang peduli dun tidak tahu dengan masalah narkolika
i Tata terlib alau disiplin keluarga yang selalu bcrubah (kiiiaiig konsisten)
j Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam kciuarga
dan
k Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahguna narkotika
dan psikotropika
Sitimsi buruk dalam keluarga yang soring menyudiitkan anak ke arah
narkotika dan psikotropika adalah
1) Anak merasa kurang mendapatkan kasih sayang dalam keluarga merasa
kesal keeewa dan kesepian
2) Anak merasa kurang dihargai kurang mendapatkan kepcrcayaan dun
selalu dianggap salah
3) Anak mengalami konflik dengan orang tua dalam masalah pacaran
memilih pasangan hidup atau meneniukan pilihan profesi cila-elta dan
Mardani Loc cil lial 99 AW hal 100
37
sebagainya
4) Anak kesal dan keeewa karena ayah dan ibuiiya kurang lianiionis dan
sering bertcngkar (broken home)
5) Suami thtsirasi karena tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapinya
dengan islrinya
6) Istri fnistrasi akibat konllik dengan suami tentang masalali ekonomi atau
adanya wanita lain di samping suami
Banyak pengguna narkotika dan psikolropika yang pada awalnya
dimulai karena pengaruh dari orang lain Bentuk pengaruh dari orang lain itu
dapat bervariasi mulai dari bujuk rayu lipii daya sampai kepada paksaan
a) Tipu Daya
Banyak anak yang ditipu oleh kenalon teman sahabat atau pacar
Seperti mengajak meraka untuk memakai narkotika dan psikolropika
dengan bemacam-macain tipuan Dengan alasan yang digunakan bahwa
narkotika dan psikotropika adalah vitamin obat pil pintar pil sehat atau
food supplement Tipuan itu dapat juga berupa bujukan bahwa narkotika
dan psikotropika tidak tcrlalu berbahaya kalau tahu raliasianya Banyak
orang di dalam masyarakat yang dikira orang baik-baik namun lemyata
pengedar narkotika dan psikotropika Walaupun orang itu adalah kawan
sahabat saudara atau pacar sebagai pengedar penipu tersebul akan tcga
menipu maupun menjebak kita Pengedar narkotika dan psikotropika
sangat pandui mcmasarkan narkotika dan psikotropika tersebut Dengan
menawarkan narkotika dan psikotropika sebagai mmn food supplement
38
pil scliat pil pintar dan sebagainya Dengan lipuan ini korban dari
kalangan kciuarga hannonis akan terjcrumus ke dalamnya Saat ini banyak
pemakai narkolika dan psikotropika dari keluarga harmonis bukan hanya
bull dari keluarga berantakan Banyak pekerja mahasiswa atau pelajar yang
tampii ioyo tertipu ketika kepadanya ditawarkan pil sehat vitamin atau pil
pintar Banyak pemuka agama juru dakwah atau pengkhotbah yang
tertipu karena pil sehal yang dlbelinya adalah narkotika dan
psikotropika Reaksi pemakaian narkotika dan psikotropika mula-mula
terasa menyehatkan dan membuat si korban tipuan terscbut sukses dalam
berdakwah atau berkhotbah Ibu rumah tangga juga dapat tertipu karena
ditawari pil pelangsing oleh saudara atau teman dalam arlsan dan lain-
lain Mulanya karena tipu daya akhimya setelah lerjebak menjadi
biasa
b) Bujuk rayu
Waftiia camlk pengedaf ftaTkotlka dan psikotFoplka biasanya menjebak
mangsa melaiui bujuk rayu Untuk memasarkun narkotika dan
psikotropika pengedar tersebut memilih profesi sebagai wanita penghibur
atau Wanita Tuna Susiala (WTS) Banyak eksekutif muda pekerja atau
bos-bos yang mulai memakai narkotika dan psikotropika karena rayuan
pekerja seks komersial hostess dan sebagainya Dalam mcmasarkan
narkotika dan psikotropika wanita tersebut merayu akan mau melayani
kencati kalau bersama-sama mengkonsumsi narkotika dan psikotropika
Subagyo Purlodlhario Loc cil hal 78
39
lebih dulu Muta-mula kurban memakai narkotika dan psikotropika karena
tergoda namun akhimya menjadi terbiasa
c) Paksaan
Banyak anak muda yang mengawali pemakaian narkotika dan psikotropika
karena dipaksa oleh sekawanun alau seseorang yang mengancam akan
mencelakainya Banyak pclajar atau nialiasiswa mengawali kebiasaan
memakai narkotika dan psikotropika dari keadaan terpaksa diancam oleh
sekawanan preman yang menghadang di tengah jalan Dari kelompok ini
pula terjaring pemakai yang berasal dari keluarga hannonis
Lingkungan sekoiah bagi pelajar tingkat SD SMP dan SMA
merupakan tempat yang stratcgls bagi para pelajar untuk menunjukkan jati
dirinya sehingga mereka terjun kepada penyalahgunaan narkotika dan
psikotropika ini faktor sekoiah yang merupakan bagian tcrpcnting yang
mempengaruhi adalah
a Sekoiah yang kurang disiplin
b Sekoiah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjiial narkotika atau
penjual psikolropika
c Sekoiah yang kurang member] kesempatan pada siswa untuk
mengembangkan diri secara kreatif dan positif
d Adanya murid pengguna narkotika atau psikotropika
Kartini Kurtono op cil hivl 124
40
B Pengaturan Sanksi Pidana Terhadaj) Pcnyalahgunaaan Narkotika dan
Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau
dari Perlindungan Terhadap Korban
Dalam hukum pidana di Indonesia terdapat adanya
ketldakseimbangan antara perlindungan korban kejahatan dcngan pelaku
kejahatan pada dasarnya mempakan salah satu pengingkaran dari asas setiap
warga negara bersamaan kcdudukannya dalam hukum dan pcmerinlahan
sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 sebagai
landasan konstitusional Perlindungan korban memiliki hubungan cral dcngan
teori pemidanaan yang dikemukakan Wirjono Prodjudikoro tujuan
pemidanaan adalah untuk niemenuhi rasa keadilan^
Ada Juga yang mengemukakan bahwa tujuan pemidanaan dapat
dilihat melalul 2 (dua) leorl mengenai alasan-alaitan yang membenarkan
(justification) penjatuhan hukuman (sanksi) yaitu Teori Absolut
(Vergeldingslheorie) dan Teori Relatif atau Doeitheorie Menurut Teori
Absolut (Vergeldingslheorie) tujuan pemidanaan sebagai pembalasan
terhadap para pelaku karena telah melakukan kejahatan yang mengakibatkan
kesengsaraan lerhadap orang lain alau anggota masyarakat sedangkan
Roeslan Saleh mengatakan sebagai reaksi-reaksi atasdelik yang berwujud
suatu nestapa yang scngaja dilimpakan ncgara kcpada pembuat delik
Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana Cctakan Iuriania (Jakarta Sinar Gnitlka2(W5)hii4
lcduu Mdipaung Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cctakun IcrliirMii (Jukiirtu Sinur Gratika 2005) hal 4
kiwsUin Saleh Shdsel Pidana Indonesia (Jukarlu liinn Aksara 19K7) hal 5
41
Menurut Teori Relatif Doeltheurie) tujuan pemidanaan adalah
a Menjerakan agar si pelaku atau terpidana menjadi jera dan tidak
mengulangi lagi perbuatannya specials presenile) sena masyarakat umum
agar mengertahui jika melakukan perbuatan yang sama akan mengalami
hukuman yang serupa atau disebut pula generalpreventte
h Memperbaiki pribadi si terpidana berdasarkan perlakuan dan pcndidikan
selama menjalani hukuman terpidana merasa menyesal dan tidak akan
mengulangi perbuatannya dan kcmbali kepada masyarakat sebgai orang
baik dan berguna dan
c Mcmblnasakan (menjatulikan hukuman mat) atau mcmbuat terpidana tidak
berdaya dengan menjatuhkan hukuman seiimur hidup
Pandangan di atas sangatlah wajar apabila beranjak dari pandangan
bahwa hukum pidana adalah hukum sanksi (hifzonderesancUerechl) sebab
dengan bertumpu pada sanksi itulah hukum pidana difungsikan untuk
menjamin keamanan ketertiban dan keadilan Dalam perkembangannya
ternyata tidak semua sarjana menyclujui maksud diadakannya pidana scperti
itu (sebagai suatu nestapa) karena muncul pendapat bahwa di samping pidana
ditujukan untuk memberikan penderitaan kcpada pelanggar atau mcmbuat
jera pemidanaan juga bertujuan agar pelaku dapat kembali hidup
bermasyarakat sebagaimana mestinya
Alasan yang paling inenonjol lerhadap upaya perubahan tersebut
adalah dengan meniperhatikan sisi kemanusiaan yang mcmandang bahwa
Ucdcn Mirpaung Opcil hal 4
42
sekalipiin tcrsangka telah melakukan kcsalahaii ia telap berkcdmiiikan sebagai
manusia utuh yang harus tetap diperlakukan sama dengan manusia lainnya
dan dilindungi hak asasi manusionya Karena itu pidana penjara saat ini
sedang mengalami masakrisis karena termasuk jenis pidana yang kurang
disukai Banyak kritik tajam ditujukan terhadap jenis pidana perampasan
kemerdekaan ini baik dllihat dari sudut efektifitasnya maupun dilihat dari
akibat-akibat lainnya menyertai atau berhubungan dcngan dirampasnya
kemerdekaan seseorang
Banyaknyu kritik yang diarahkan pada bentuk pemidanaan berupa
perampasan kemerdekaan (yang ditujukan untuk membuat jera pelaku)
sehingga berkembanglah bentuk pemidanaan lain yang dianggap lebih
manusiawi yaitu penjatuhan pidana berupa denda atau pemberian ganti
kerugian kepada korban Pemberian ganti kerugian pada awalnya merupakan
konsep kcperdalaan seperti halnya dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata yang mewajibkan setiap orang yang menyebabkan orang lain
menderita kerugian untuk membayar ganli rugi Dalam perkembangannya
konsep ini diterupkan pula dalam hukum pidana mengingat akibat yang
ditimbulkan pada korban tindak pidana akan selalu disertai dengan kerugian
baik mental fisik maupun material sehingga sangat wajar apabila korban pun
menuntui ganti kerugian pada pelaku guna memulihkan derita yang
dialaminya
Dengan memperhatikan pada beberapa teori klasik tentang tujuan
Uurtla Nawuwi Ariel Sislem Pemidanaan Menunii Konsep KIHP llaiu dan Latar Helakang Pemlklrannya Hahan Ienalaran Hukum Pidana V Undanu Kupang uinjyful 11 Juli-12 Agustus 1989
43
pemidanaan dapat disiinpulkan bahwa penjatuhan pidana lebih banyak
ditujukan untuk kepeiitingan pelaku dengan kata lain tujuan pemidanaan
hanya dimaksudkan imtuk mengubah perilaku dari pelaku kejahatan agar
tidak mengulangi lag perbuatannya sedangkan kcpentingan korban sama
sekali diabalkan
Perlindungan terhadap korban narkotika jika dihubungkan dengan
beberapa teori pemidanaan yang telah dipaparkan di atas maka peneliti
mengkaji bahwa dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang baru ini terdapat kescimbangan antara perlindungan terhadap
pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana bahwa berdasarkan sanksi
baik pidana maupun denda yang terdapat dalam undang-undang ini sangatlah
berat-berat dan tegas ]ni berarti bahwa undang-undang ini lebih
mementingkan korban dari pada pelaku kejahatan narkotika Mengingat
bahwa dengan adanya pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan
korban semakin banyak yang berjatuhan schingga daripada korbnnnya anak
bangsa yang memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara
Indonesia maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-
beratnya lerhadap si pelaku tindak pidana narkotika bahkan pidana mati atau
seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-
undang yang bam ini juga diatur mengenai rehabilitasi terhadap korban baik
korban yang diakibatkan oleh orang Iain maupun karena self victimizing
victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku itu sendiri
44
C Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Seif-
Victimizing Victims
1 Self-victimizing victims uarkotika dau psikotropika
Suatu viktimisasi adalah sebagai suatu permasalahan manusia yang
merupakan kenyataan sosial hal ini disebabkan karena setiap warga negara
berhak mendapatkan rasa aman dan bcbas dari segala bentuk kekerasan
sesuai dengan falsafah Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 Contohnya adalah seseorang akibat perbuatannya memakai
narkotika dapat menimbulkan bahwa si pemakai tersebut menjadi tidak
berdaya upaya dengan kata lain bahwa si pelaku telah menjadi korban
akibat perbuatannya sendiri yang menimbulkan perbuatan kriminal
Penyalahgunaan narkolika atau psikolropika merupakan perbuatan
kriminal karena telah melanggar ketentuan di dalam undang-undang yang
ada yakni Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tetang Psikotropika dan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Terlibatnya si
pelaku kejahatan atau tindak pidana yang menimbulkan kerugian terhadap
dirinya sendiri daiam hal inilah yang disebut dengan istilah self victimizing
victims yang merupakan bagian dari viktimisasi Sehubungan dengan itu
maka Wolfgang menyatakan beberapa Jenis viktimisasi ialah
1 Unrelated victims yaitu korban yang tidak ada hubungannya sama
sekali dengan terjadinya korban misalnya pada kasus kecelakaan
pesawat Dalam hal In tanggungjawab sepenuhnya terletak pada
Utplietin3|il(igspqtcom2()OSIOl|ukum-viktinivl9gihlml diakscs terakhir langgul l2Januari 2015
45
pelaku
2 Provocative victims yaitu seseorang yang secara aktif mendorong
dirinya menjadi korban misalnya kasus selingkuli dimana korban juga
sebagai pelaku
3 Participating victims yailu seseorang yang tidak berbuul tetapi dengan
sikapnya justru mendorong dirinya menjadi korban
4 Biologically weak victims yaitu mereka yang secara tisik memiliki
keleinalian atau potensi untuk mcnjadi korban misalnya orang tua
renla anak-anak dan orang yang tidak mampu bcrbual apa-apa
5 Socially weak victims Yaitu mereka yang memiliki kedudukan social
yang lemah yang menyebabkan mereka mcnjadi korban misalnya
korban perdagangan perempuan dan sebagainya
6 Self victimizing victims yaitu mereka yang menjadi korban karena
kejahatan yang dilakukannya sendiri pengguna obat bius judi aborsi
dan prostitusi
Dalam hal ini kedudukan viktimologi sebagai sebuah ilmu yang
mempelajari tentang korban memiliki peranan yang sangat penting ruang
lingkup viktimologi ini meliputi
1 Semua macam sciiap macam perbuatan kriminal yang mengakibatkan
orang-orang mcnjadi korban
2 Setiap orang atau pihak yang dapat menjadi korban baik orang
perorangan maupun suatu korporasi atau organLsasi
3 Setiap orang atau pihak yang dapal menimbulkan korban artinya
46
dimana disatu sisi orang terscbut dapat merugikan orang iain sehingga
orang tidak merasa aman akibat tindakanya
4 Cara-cara viktimisasi atau penimbulan korban
5 Bentuk-bentuk viktimisasi yang terdiri dari primary viclimizalion
adalah korban individualperorangan bukan kelompok secondary
victimizalion korbannya adalali kelompok misalnya badan hukum
tertiary Victimizalion yang menjadi korban adalah masyarakat luas
nun viciimozaiion korbannya tidak dapat segera diketahui misalnya
konsumen yang tertipu dalam menggunakan hasil produksi
6 Akibat viktimisasi
7 Pengaruh viktimisasi
8 Reaksi atau respons terhadap viktimisasi
9 Penyelesaian viktimisasi dan
10 Pengaturan yang berkaitan dengan viktimisasi (yang menjadi
perhatian viktimologi)
Studi viktimologi akan memberikan pemahaman kepada setiap
individu mengenai hak dan kewajibannya dalam rangka mengantisipasi
berbagai bahaya yang mengancamnya Viktimologi memberikan
sumbangan pemikiran mengenai masalah viktimisasi tidak langsung
dampak sosial polusi industri viktimisasi ekonomi politik dan
penyalahgunaan kewenangan Viktimologi ini juga memberikan dasar
pemikiran dalam penyelesaian viktimisasi kriminal atau factor viclimogen
dalam sistem peradilan pidana
47
Dari perspektif ikalan Korban Napza (IKON) l ial i yang dimaksud
sebagai korban adalah orangperorangan yang menderita secara langsung
dari penyalahgunaan napza dan tennasuk pula keluarga alau tanggungan
langsung dari korban Namun karena hukum dl Indonesia memandang
pengguna napza adaiah kriminal maka terjadilah dampak-dampak negalif
yang dialami oleh pengguna napza yang merupakan korban scperti
diskriminasi kriminallsasi kesehatan dan stigmatisasi Maka sebagai
korban IKON Bali mendorong agar dihentikannyadiskriminasi lerhadap
korban napza mendorong vonis rehabilitasi untuk korban napza
mendorong agar dihentikannya penyiksaan terhadap korban napza dan
yang terakhir adalah mendorong terpenuhinya hak atas kesehatan bagi
korban dan orang terinfeksi HIV Dengan melihat kondisi permasalahan
penanggulangan napza yang semakin tidak menentu dan meningkatnya
jumlah korban napza secara terus-menerus Maka Ikon Bali meminta
1) Penerapan SEMA Nomor 7 Tahun 2009 sebagai pemenuhan hak atas
kesehatan terhadap korban Mpza
2) Meminta kepada Pengadilan Negeri Denpasar untuk menjadi insiator
dalam penyusunan langkah teknis penerapan SEMA Nomor 7 Tahun
2009
3) Meminta kepada selunih instansi tcrkait untuk mulai meiigambil
langkah nyata dalam penanggulangan napza
43 Ibid
48
4) Meminta agar korban napza diperlakukan secara manusiawi tanpa
penyiksaan sligma dan diskriminasi
5) Ikon Bali mendukung secara penuh program-program pemerintab
dalam penanggulangan napza
2 Rehabilitasi terhadap self-victimizing victims
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
merupakan undang-undang yang baru menggantikan Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika Adapun pasal-pasal di dalam
undang-undang in yang mengatur mengenai perlindungan korban adalah
berbagai pasal-pasal yangmencantumkan rehabilitas kepada korban
maupun pelaku tindak pidana narkolika Pasal 1 ayat (16) meneniukan
defenisi mengenai rehabilitasi dipandang dari sisi medis yakni
Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara
terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan Narkotika
Sementara Itu dalam Pasal 1 ayat (17) ditentukan defenisi rehabilitasi
dipandang dari sisi sosial yakni Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses
kegiatan pemulihan secara terpadu baik fisik mental maupun sosial agar
bekas pecandu Narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosia dalam
kehidupan masyarakat
Diimdangkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang merupakan undang-undang baru ini tentu mempunyai
maksud dan tujuannya Adapun tujuan yang terdapat dalam Pasal 4 yang
berbunyi
49
Undang-Undang tentang Narkotika bertujuan
a Menjamin kelersediaiin Narkotika untuk kcpentingan peiayanan
kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
b Mencegah mclindungi dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari
penyalahgunaan Narkotika
c Memberanlas pcredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika dan
d Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi Penyalah
Guna dan pecandu Narkotika
Bentuk perlindungan terhadap korban dan pelaku kejahatan tindak
pidana narkotika di dalajn Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
disebutkan ada 2 (dua) macam yakni pengobatan dan rehabilitasi lerhadap
korban maupun pelaku Pada Pasal 53 ayat (3) tersebul di atas bahwa yang
dimaksud dengan buktl yangsah antara lain surat kctcrangan dokter
salinan resep atau labeletiket Selcngkapnya mengenai pengobatan
ditentukan dalam Pasal 53 yang berbunyi sebagai berikut
(1) Untuk kcpentingan pengobatan dan berdasarkan indikasi medis
dokter dapal memberikan Narkotika Golongan II atau Golongan III
dalam jumlah terbatas dan sediaan tertentu kepada pasien sesuai
dengan ketcnluan peraturan perundang-undangan
(2) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat ( I ) dapal memiliki
menyimpan danatau incmbawa Narkolika untuk dirinya sendiri
(3) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mempunyai bukti
yang sali bahwa Narkotika yang dimiiiki disimpan danatau dibawa
50
untuk digunakan diperoleh secara sail sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
Mengenai rehabilitasi terhadap korban dan pelaku tindak pidana
kejahatan penyalahgunaan narkotika merupakan suatu kewajiban bagi
pemerintah dan instansi masyarakat Sebagaimana ketentuan dalam Pasal
54 bahwa Pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika
wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial Dalam Pasal 56
disebutkan juga bahwa
(1) Rehabilitasi mcdis Pecandu Narkotika dilakukan di rumah sakit yang
ditunjuk oleh Menteri
(2) Lembaga rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan oleh instansi
pemerintah atau masyarakat dapat melakukan rehabililasi medis
Pecandu Narkotika setelah mendapat persetujuan Menteri
Kemudian dipertegas kembali dalam Pasal 57 bahwa selain melaiui
pengobatan danatau rehabilitasi medis penyembuhan Pecandu Narkotika
dapat diselenggarakan oleh instansi pemerintah alau masyarakat melaiui
pendekatan keagamaan dan tradisional Salah satu tugas dan wewenang
Badan Narkotika Nasional adalah meningkatkan kemampuan lembaga
rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu Narkotika baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat
Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 ini terdapat
pengecualian dalam hal luniutan pidana terhadap anak yang masih berada
di bawah umur Misalnya terdapat di dalam salah satu pasalnya yakni pada
51
Pasal 128 ayal ( I ) yang bcrbunyi Orang tua atau wali dari pecandu yang
belum cukup umur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) yang
sengaja tidak mciapor dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6
(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp 100000000 satu juta
rupiah) Tetapi di datam ketentuan tain yakni pada Pasal 128 ayat (2) dan
ayal (3) ditentukan bahwa anak yang masih di bawah umur tidak dapat
dituntut pidami selcngkapnya pasal tersebul berbunyi Pecandu Narkotika
yang belum cukup umur dan telah dilaporkan oleh orang tua atau walinya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat ( I ) tidak dituntut pidana
(Pasal 128 ayat (2)) dan Pecandu Narkotika yang telah cukup umur
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) yang sedang menjalani
rehabilitasi mcdis 2 (dua) kali masa perawatan dokter di rumah sakit
danatau lembaga rehabilitasi medis yang ditunjuk oleh pemerintah tidak
dituntut pidana
Pada awalnya narkotika digunakan unluk kcpentingan umat
manusia khususnya untuk pengobatan dan peiayanan kesehatan Namun
dcngan semakin bcrkembangnya ilmu pcngclaliuan dan teknologi
peruntukan narkotika mengalami perluasan hingga kepada hal-hal yang
negatif
Di dunia kedokteran narkotika banyak digunakan khususnya
dalam proses pembiusan sebelum pasien diopcrasi mengingat di dalam
narkotika terkandung zat yang dapat mempengaruhi perasaan pikiran serta
kesadaran pusieti Oleh karena itu agar penggunaan narkotika dapal
52
memberikan manfaat bagi kehidupanurnat manusia maka pcredarannya
harus diawasi secara ketat sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 60 sampai
dengan Pasal 63 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang menyebutkan
Pasai 60 ditentukan bahwa
(1) Pemerintah melakukan pembinaan terhadap segala kegiatan yang
berhubungan dengan Narkolika
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meiipuli upaya
a Memenuhi ketcrsediaan Narkotika unluk kcpentingan peiayanan
kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
b Mencegah penyalahgunaan Narkotika
c Mencegah generasi muda dan anak usia sekoiah
dalampenyalahgunaan Narkotika termasuk dengan memasukkan
pendidikanyang berkaitan dengan Narkotika dalam kurikulum
sekoiah dasarsampai lanjutan atas
d Mendorong dan menunjang kegiatan penelitian danatau
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di brdang
narkolika unluk kcpentingan peiayanan kesehatan dan
e Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis bagi
Pecandu Narkotika baik yang diselenggarakan oleh pemerintah
maupun masyarakat
53
Pasal 61 ditentukan baiiwa
(1) Pemerintah melakukan pcngawasan terhadap segala kegiatan yang
berkaitan dengan Narkotika
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
1 Narkolika dan Prekursor Narkolika untuk kcpentingan peiayanan
kesehatan danatau pengembangan Hmu pengetahuan dan
teknologi
2 Alat-alat potensial yang dapat disaiahgunakan untuk melakukan
tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkolika
3 Evaluasi keamanan khasiat dan mutu produk sebelum diedarkan
4 Produksi
5 impor dan ekspor
6 Pcrcdaran
7 Pelabeian
8 Tnformasi dan
9 Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Pasal 62 berbunyi Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasai 60 dan pengawasan sebagaimana
dimaksiiddalam Pasal 61 diatur dengan Peraturan Pemerintah Dan dalam
Pasal 63 disebutkan bahwa Pemerintah mengupayakan kerja sama
dengan ncgara lain danatau badan intcmasional secara bilateral dan
multiialeral baik regional maupun internasional dalam rangka pembinaan
dan pengawasan Narkotika dan Prekursor Narkotika sesuai dengan
54
kcpentingan nasional
Berdasarkan biinyi beberapa pasa di atas mengenai pengawasan
terhadap pentingnya peredaran narkotika wajib diawasi secara ketat
dikarenakan saat ini pemanfaatannya banyak untuk hal-hal yang negatif
D i samping itu melaiui perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi penyebaran narkotika sudah menjangkau hampir ke semua
wilayah di Indonesia hingga ke pelosok-pelosok Daerah yang sebelumnya
tidak pcrriah tersentuh oleh peredaran narkotika lambat laun berubah
menjadi sentra peredaran narkotika Begitu pula anak-anak yang pada
mulanya awam terhadap barang haram ini telah berubah menjadi sosok
pecandu yang siikar untuk dilepaskan ketergantungannya
Sebelum Iahimya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
mengenai narkotika diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997
tentang Narkotika namun undang-undang ini tidak dapat dipertahankan
lagi keberadaannya karena adanya perkembangan kualitas kejahatan
narkotika yang sudali menjadi ancaman serius bagi kehidupan umat
manusia Pengguna narkotika sangat beragam dan menjangkau semua
lapisan masyarakat mulai dari anak-anak hingga orang dewasa orang
awam hingga artis bahkan hingga pejabat publik
Efek negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan narkotika secara
berlebihan dalam jangka waktu lama serta tidak diawasi oleh ahlinya
dapat
menimbulkan berbagai dampak negatif pada penggunanya baik secara
55
fisik maupun psikis Bahkan tidak janing penggunaan narkotika dapat
memicu terjadinya berbagai tindak pidana Karena itu untuk mencegah
semakin mcluasnya dampak negalif yang ditimbulkan dari penggunaan
narkotika maka pengawasan tidak hanya terbatas pada peredaran
narkotika tetapi juga pada mereka yang menjadi korban misalnya
sescorang yang menderita ketergantungan narkotika (pecandu) Apabila
seorang pecandu narkotika telah divonis bcrsalah oleh hakim atas tindak
pidana narkotika yang dilakukannya maka untuk memberikan kesempatan
pada yang bersangkutan agar tcrbebas dari kecanduaniiya maka hakim
dapat mcmutuskan untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani
pengobatan danatau perawatan
Pengobatan dan perawatan terhadap pecandu narkotika dilakukan
melaiui fasilitas rchabilitasi Rcliabilitasi medis dan sosial yang diberikan
kepada pecandu dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan
kemampuan fisik mental dan sosialnya Selain pengobatan dan perawatan
melaiui rehabililasi medis proses penyembuhan pecandu narkotika dapat
diiaksanakan oleh masyarakat melalul pendekatan keagamaan dan
tradisional
Sebagai conloh di Pakem Sleman Yogyakarta telah didirikan
sualu kliiiik alau Pusat Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkotika
Psikolropika dan Zal-zat Aditiflainnya (NAPZA) Terpadu yang didirikan
atas kerjasania Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dan
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang diresmikan pada tanggal 7
56
Desember 2005 Tujuan umum pendiriaii pusat rehabilitasi terpadu ini
adalah untuk memberikan jaminan penanganan paripurnakepada korban
penyalahgunaan Napza melaiui aspek hukum aspek medis aspek sosial
aspek spiritual serta pengembangan pcndidikan dan pelatihan dalam
bidang NAPZA secara terpadu sedangkan tujuan khususnya adalah
1 Terhindarnya korban dan instilusi dan penelrasi pengedar
2 Terhindarnya kerusakan mental dun masa depan para penyalah guna
Napza yang akan mcmbtinuh potensi pengembangan mereka
3 Terhindarnya korban-korban baru akibat penularan penyakil-penyakit
seperti Hepatitis HIVAIDS dan penyakit menular lainnya
4 Terwujudnya proses pengembangan penanganan korban NAPZA dan
aspek ilmiah serta keiimuan yang dinamis sesuai perkembangan zaman
sebagai pusat jaringan informasi terpadu dan mewujudkan teknis
penanganan penyalahgunaan narkotika dan obat-obalan terlarang bagi
daerah sekitamya maupun nasional
Pemberian perlindungan kepada korban narkotika lentil tidak dapat
dibebankan sepenuhnya kcpada pemeriiilah peran serta masyarakat pun
diharapkan ada salah salunya diterimanya kembali mantan pani pengguna
dalam lingkungannya tanpa melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya
diskriminatif bahkan dengan mcmposisikan mereka sebagai warga keias
dua yang harus dljauhi
Bentuk periindunganyang diberikan terhadap pelaku maupun
Dikdik M ArilMansur dan tUisUiris Guitom loa cil hal 90
57
korban penyalahgunaan narkolika dan psikotropika daiambentuk
rehabilitasi
Rehabilitasi adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang
dilujukan kepada pemakai narkolika dan psikotropika yang sudah
menjalani program kuratif Tujuannya agar pelaku tidak memakai lagi
dan bebas dari penyakit ikutan yang disebabkan oleh bekas pemakaian
narkotika dan psikotropika
3 Tahapan-tahapan rchabilitasi terhadap self-victimizing victims
Tahapan-tahapan rehabilitasi terhadap self-victimizing victims atas
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika yang ada di Indonesia tidak
sama Ada yang menekankan rehabilitasi hanya pada aspek medis ada
pula yang lebih menekankan pada aspek rohani Atau memadukan kedua
pendekatan tersebut dengan komposisi yang seimbang Yang ideal
rehabilitasi seorang korban narkotika dan psikotropika harus dilakukan
secara holisitik baik secara fisik psikis maupun kerohaiiiannya
1 Tahapan pengobatan (rehabilitasi)
Secara umum ada beberapa tahapan yang harus dilewati
Masing-masing tahapan tersebut memakan waktu bervariasi ada yang
seminggii sebulan dan bahkan berbu lan-bulan tcrgantung tingkat
ketergantungan tekad korban dan juga dukungan berbagai pihak
terutama keluarga dalam seluruh proses tersebut Setiap tahapan
Subagjo PiirloUiharjo Loc cU hal 105 ^ E M Giri Prastowo loc cil hal 28 -29
58
tersebut disusun dan dibuat untuk inenganlar pasien secara bertaiiap
melepaskan dari ketergantungan narkotika dan psikotropika Beberapa
tahapan rehabilitasi ini yang disajikan berikut sudah Icruji dapat
menyembuhkan atau memulihkan korban narkotika dan psikotropika
secara maksimal
a Tahapan transisi
Penekanaii dalam tahap ini lebih kepada informasi awal
tentang korbanseperti
1) Latar belakang korban
2) Lama ketergantungan
3) Jenis obat yang dipakai
4) Akibat-akibat ketergantungan dan
5) Berbagai inlbrniasi lainnya
Hal ini penling sehingga pada saatnya akan menjadi acuan
bagi pihak yang terlibat secara intensif dalam proses rehabilitasi
Ahl i yang berkompeten (dokter) akan menganaiisa tingkat
ketergantungan korban untuk kemudian meneniukan tingkat
pengobatan dan tingkat pembinaan bagi si korban schingga terapi
dan metode pengobatan bisa dilakukan secara terukur
Tahapan ini Juga dapat dijadikan rujukan untuk meneari
model rehabilitasi yang paling tepat bagi yang bersangkutan Pada
tahap ini tim rehabilitasi akan membantu korban agar menyadari
dirinya sedang menghadapl masalah ketergantungan narkotika dan
59
psikotropika Korban diajak untuk bersama-sama mengatasinya Hal
ini penting karena proses rchabilitasi tidak akan berhasil tanpa
adanya kesadaran korban tentang adanya bahaya yang dihadapinya
Dari situ akan dibangun tekad dan komitmennya untuk
meninggalkan narkotika dan psikotropika
Selain itu pada tahapan ini akan diteliti akibat fisik dari
penggunaan narkotika dan psikotropika Sejauh mana tingkat
kerusakan syaraf dan organ-organ tubuhnya yang rusak Unluk itu
diadakan pemeriksaaii laboratoriumiengkap dan tes penunjang untuk
mcndeteksi penyakit yang diderita korban A[)abia dalam
pemeriksaan ditemukan satu atau beberapa penyakit maka terlebih
dahulu diadakan pengobalan medis sebelum penderita mendapat
proses rehabilitasi lanjutan Langkah ini penting selain agar tubuh
yang bersangkutan bebas dari penyakit juga untuk mencegah
terjadinya penularan balk kepada korban narkotika dan psikotropika
ini diadakan pembersihan darah pada tubuh pecandu sehingga darah
menjadi bersih dan sistem metabolisme tubuh kembali normal
Proses ini dapat dilakukan melaiui cara-cara berikut
1) Cold Turkey abrupt withdrawal) yaitu proses penghentian
pemakaian narkotika dan psikolropika secara tiba-tiba tanpa
disertai dengan substitusi antidotum
2) Bertaliap atau substitusi bertahap misalnya dengan kodein
^Ibidhal 30
60
methadone CPZ atau clocard selama i -2 minggu
3) Rapid Detoxification dilakukan dengan anestesi umum (6-12
jam) dan
4) Simtomatik tergantung gejala yang dirasakan
2 Rehabilitasi intensif
Setelah melewati masa transisi (pengumpulan informasi tentang
keadaan korban dan latar belakangnya) baru masiik pada fase
berikutnya yakni proses penyembuhan secara psikis Motivasi dan
potensi dirinya dibangun daiam tahap ini Korban diajak untuk
menemukan dirinya dan segala potensinya sambil juga menyadari
berbagai keterbalasannya Bahwa untuk mengatasi masalah hidup yang
bersangkutan tidak perlu harus mengkonsumsi narkotika dan
psikotropika Narkotika dan psikotropika justru menciptakan masalah
baru yang jauh lebih besar dalam hidupnya Narkotika dan psikotropika
bukanlah solusi tetapi menjadisumber masalah Pada tahap ini berbagai
contoh dapat dipcrlihatkan kepada korban
Yang terlibat di dalam tahap ini yang utama adalah korban itu
sendiri sebagai pelaku self-victimizing victims) Korban harus punya
tekad untuk hidup tanpa narkotika dan psikotropika Korban harus bisa
menatap masa depan dengan penuh optimisme Selain yang
bersangkutan peranan keluarga (orang liia dan saudara-saudaranya
suami atau istri) juga sangal pcnling Anggota keluarga ini harus secara
intensifmendampingi dan jnenopang korban
61
Staf di paiiti rehabilitasi para konselor psikolog dan semua
pihak di panti rehabilitasi untuk bersama-sama mcmbangun
kepercayaan diri korban Seluruh proses ini membutuhkan waktu
berbulan-bulan bahkan selama bertahun-tahun tergantung tingkat
ketergantungan dan efeknya bagi korban Berbagai terapi yang
dilakukan selama dalam tahap ini baik yang dilakukan secara pribadi
maupun bersama-sama lewat berbagai aktivitas di panti rehabilitasi
tersebut bertujuan untuk memberdayakan kembali korban yang disekian
lama telah terpuruk oleh narkolika dan psikotropika Sebagai langkah
awal untuk sosialisasi diri dengan masyarakat korban juga secara
bertahap mulai mcmbangun komunikasi dengan orang lain di Iuar
komunitas rehabilitasi
Menurut Romo Lambertus Somar MSG dalam bukunya
Rehabilitasi Pecandu Narkotika dan Psikotropika pada tahap ini ada
tiga titik yang harus dilewati yang lebih dikenal dengan tahapan
stabilisasi pribadi yailu^
1 Secara sadar dan tekun melepaskan diri dari berbagai penyakit dan
akibatakibat lainnya (no to drugs) Tahap ini merupakan tahap
stabilisasi awai atau tahap konsolidasi (comolidation)
2 Menemukan jati diri menguasai kiat-kiat dan keterampilan-
keterampilan untuk menyehatkan serta mengisi hidup secara lebih
bermakna dan bermulu Latihan keterampilan vokasional (kerja) dan
E M Giri Praslowo Loc cil hal 32
62
peiigungkapan diri dari dimulai dibina sebiiigga disebul juga (afiap
pengukuan diri (jyerwtuil appraisal) Inilah lahap slabilisasi
niericiigah (inadya)
3 Dengan inisiatif pribadi orang secara sadar mulai berfikir dan
bertindak untuk mencapai prestasi-prestasi tertentu schingga disebut
juga tahap positive thinking and doing Tahap ini merupakan tahap
stabilisasi akhir
4 Tahap rekonsiliasi Tahapan berikut yang harus dilewati dan sangat
vital adalah tahap rekonsiliasi Tara korban tidak langsung
herinlcraksi secara bebas dcngan masyarakat akan tctiipi lerleblh
dahulu ditampung di sebuah lingkungan khusus selama beberapa
waktu sampai pasien benar-benar siap secara mental dan rohani
kembali kelingkungannya semula Yang paling ulama dalam fase ini
adalah pembinaan mental spiritual keimanan dan ketakwaan serta
kcsepiikatan sosial kemasyarakaian Proses ini bisa meliputi program
pembinaan jasmani dan rohani
Sampai ke tahap ini yang bersangkutan masih tcrikat dengan
rehabilitasi foimal namun sudah mulai membiasakan diri dengan
masyarakat Iuar sehingga merupakan proses resosialisasi (reentry) atau
penyesuaian (reconcilialion) Proses ini melewati tiga titik penting juga
yaitu
1 Tinggal lebih sering dan lebih lama di lingkungan keluarga sebagai
63
teiiipal tinggal tetap atau pun tempat tinggal transit unluk
resosialisasi sambil mclaiijiitkan kegiatan pilihan sebagai penunjang
masa selanjutnya Di sini terjadi perdamaian dan penycsuaian-
penyesuaian kembali dengan lingkungan
2 Rencana masa depan yang jelas dan siap direalisasikaii dengan
dukungan keluarga atau pihak-pihak lain Pada tahap ini korban
dapat memulai aktivitasnya lagi seperti sekolahkuliah mulai bekerja
atau merintis usaha sendiri
3 Kontak awal dengan kelompok-keiompok atau program-program
pemeliharaan lanjut aftercare) Di sini orang meiierima dirinya
seperti apa adanya merasa puas lalu mempercayakan dirinya ke
tangan orang lain
4 Pciiieliharaaii Lanjut Pada tahap ini walaupun secara fisik yang
bersangkutan sudah dinyatakan seliul dan secara psikis pun sudali
pulih namun masih ada kcmungkinan mereka akan tergclincir
kembali icbihlebih saat mereka sedang menghadapl masalah Pada
saat itu bisa Jadi mereka bemostagia dengan menikmati narkolika
dan psikotropika Saat ini juga niwaii Karena itu setiap korban yang
niemasuki tahap inidipersiapkaii sungguh-sungguh agar dapal
melewati dan mengatasi sUuasi rawan ini dengan melewati tiga titik
ini yakni
a Mengubah menghilangkan aUiu menjauhi hal-hal yang bersifat
bid hul 34
64
nostaigia kesenaiigan narkolika dan psikolropika
b Setiap mengikuti program-program dan aeara-acara aftercare
(pemeliharaan lanjut) dan
c Dapat juga mcUbatkan diri dalam gerakan atau kelompok bersih
narkoba dan peduli penanggulangannya
BAB IV
PENUTUP
A Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dipaparkan tersebut di atas peneliti
memberikan beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap
permasalahan di dalam penelitian ini sebagai berikut
Di antara berbagai faktor yang dapat mempengaruhi seseorang atau
individu menyalahgunakan narkotika atau psikotropika terdapat faktor
yang paling duininan yakni laktor yang bersumber dari keadaan keluarga
dan lingkungan bukan karcnn faktor individunya Karena faktor keluarga
yang buruk dan lingkungan yang juga buruk dan saling mendukung dapat
mempengaruhi individu menjadi pelaku lindak pidana penyalahgunaan
narkolika dan psikotropika tersebut dengan kata lain faktor keluarga dan
lingkungan yang buruk ini membuka kesempatan kcpada seseorang untuk
merasakan pergaulan dengan narkotika atau psikotropika sehingga dapal
menimbulkan ketergantungan terhadapnya
2 Perlindungan lerhadap korban narkotika- jika dihubungkan dengan
beberapa teori pemidanaan dalam perspektif Undang-Undatig Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika yang baru terdapai keseimbangan antara
perlindungan terhadap pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana
bahwa berdasarkan sanksi baik pidana maupun denda yang terdapat dalam
undang-undang ini sangatlah bcrat-bcnil dan tegas Ini berarti bahwa
65 bull
66
undang-undang narkotika yang baru tersebut lebih mementingkan korban
dari pada pelaku kejalialan narkotika Mengingat bahwa dcngan adanya
pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan ktgtrban semakin
banyak yang berjatuhan seliingga daripada korbannya anak bangsa yang
memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara Indonesia
maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-beratnya
terhadap si pelaku lindak pidana narkolika bahkan pidana mati atau
seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-
undang yang baru ini juga diatur mengenai rchabilitasi terhadap korban
baik korban yang diakibatkan oleh orang lain niaiipim karena self
victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku ilu
sendiri
Saran
Adapun yang menjadi saran peneliti di dalam penelitian ini yang
menjadi harapan untuk dipcrliatikan bersama adalah sebagai berikut
1 Diharapkan bagi setiap keluarga untuk menjaga keharmonisan melakukan
pengawasan dan mcnanainkan pcndidikan yang benar terutama dalam lial
menyeimbangkan antara emosi inteligensi dan spritual sejak dari din
terhadap anak sebagai benteng terhadap dirinya untuk dapat membentengi
dari pengaruh narkotika dan psikotropika yang semakin mengancam
keadaan lingkungan masyarakat
2 Diharapkan terhadap pemerintah untuk melakukan sosialisasi yang
teriiitegrasi dan menyeluruh terhadap semua lapisan masyarakat baik
67
masyarakat di pedesan (primitlf) maupun masyarakat kota betapa besamya
sanksi pidana dan denda yang digariskan di dalam undang-undang
narkotika dan psikotropika misalnya dcngan mcmpublikasikannya dalam
bentuk billboard di pcrsiinpangan jalan sehingga setiap orang yang lewat
dengan secara otomatis masyarakat akan inengelaliuinya dan
berkemuiigkiiian orang yang membacanya setidaknya tlmbul rasa takut
untuk terjun ke dalam penyalahgunaaan narkotika dan psikotropika
tersebut
D A F T A R PUSTAKA
A Bukii
Arrasjid Chainur Sualu Pemikiran Tentang Psikologi Kriminil Mcdan Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU 1999
Gerson Bawengan Penganlar Psichology Kriminil Jakarta Pradya Pramita 1973
Gosita Arif Masalah Korban Kejahatan Jakarta Akademika Pressindo 1993
Hakim M Ariel Narkoba Bahaya dan Penanggulangannya Bandung Jembar 2007
Hawari Dadang Konsep islam Memerangi AIDS dan NAZA Get X i Yogyakarta Dhana Baktl Priaya 1997
Kaligis OC dan Soedjono Dirdjosisworo Narkoba dan Peradilannya di Indonesia (Retbrmasi Hukum Pidana Melaiui Perundangan dan Peradilan) Bandung PT Alumni 2002
Kartono Kartini Psichology Abnormal Bandung Alumni 1972
Mansur Dikdik M Arif dan Elistaris Guitom Urgensi Perlindungan Korban Kejahalan Antara Norma dan Reaiita Bandung Agustus Fakultas Hukum Universitas Padjajaran 2006
Mardani Penyalahgunaan Narkoba Daiam Perspeklif Hukum islam dan hukum Pidana Nasional Jakarta IH RajuGrufindoPersado 2007
Marpaung Leden Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005
Moelyono Anton M Kumus Besar Bahasa Indonesia Get 11 Jakarta Balai Pustaka 1988
Muladi HAM Dalam Persepkiif Sistem Peradilan Pidana dalam Muladi (ed) Hak Asasi Manusia Hakekal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat Bandung Refika Aditama 2005
dan Barda Nawawi Arlef Bunga Rampai Hukum Pidana Bandung Alumni 1992
Partodiharjo Subagyo Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannyai Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2003
Ioyk Fanny Jonathans Sehiiah Kesehatan Narkoba Sayonara Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2006
Prastowo EM Giri Rehabilitasi Bagi Korban Narkoba Tangcrang Visimedia 2006
Prodjodikoro Wirjono Asas-asas Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005
Roeslan Saieh Stelsel Pidana Indonesia Jakarta Bina Aksara 1987
Soedjono D Segi Hukum Tentang Narkolika di Indonesia Bandung Karya Nusanlara 1977
Hukum Narkolika Indonesia Bandung PT Citra Adtya Baktl i 990
Soekanto Soerjono dan Sri Mumadjj Penelitian Hukum Normalif Suatu Tijnjauan Singkat Jakarta Rajagrafindo Persada 2001
Sudarsono Kenakalan Remaja cet Ii Jakarta Rineka Cipta 1992
Tom dkk Bahaya NAPZA Bagi Pelajar Bandung Yayasan Al-Ghifari Morgan 1999
Tim BNN Materi Advokad Pencegahan Narkoba Jakarta Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia 2005
Yustisia Himpunan Peraturan Pemndang-Undangan Anti Narkoba diterjenialikuii oleh Tim iustaka Yuslisia Yogyakarta iuslaka Yustisia 2006
Waluyo Bambang Penelitian Hukum dalam Prakiek Jakarta Sinar Grafika 1996
Wcda Made Darma Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korporasi dalam niingti Rampai Viktimisasi Bandung Eresco 1995
B Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Pasal 152
Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika22Tahun 1997 tentang Narkotika
Keppres Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkolika Nasional
CInternet
htlpwwwbnngoidportalbariiiiorlalkQnlenpltpniima^Prorilampop^visi niisiamp tnn=lamp diakses tcrakiiir tanggal 13 November 2014
httpthed03hlogspoteom2008l Ohukuiii-viktimolQgihtmk diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014
httpwwwikonbaliorg26062Q(19advokasipctisi-ikon-bali-segera-tcrapkan-semahtml Petisi Ikalan Korban Napza (IKON) dalam rangka menyambut Hari Anti Narkotika (HANI) dan Hari Anti Penyiksaan 2009 diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014
httpwwwsurnekscoidindexphp7pption=^om cpntentampview=articleampid=^1405 2010-kej ati-baru-terapkan-uu-no-3 52009ampcatid=44 ilir-barat-i-bukit-keciIampUemid=94 diakses lerakJiir tanggal 12 Desember 2014
httpidsbvoongcQmexact-sciencesl8Q8652-getielika-dan-keiahatan Faktor Genetik Penyebab Kejahalan diakses terakhir tanggal 10 jaiiuari 2014
httpwwwasiasecuritiescoidsys 12ximagesstories201QEqtiitv2Q Pdf diakses terakhir tanggal 10 Januari 2014
LAMPIRAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
F A K U L T A S HUKUM
K A R T U AKTIVITAS BIMBINGAN SKRIPSI
N A M A MAHASISWA DIANA SAPUTRA
N O M O R INDUK MAHASISWA 50 2011 059
P R O G R A M STUDI I L M U H U K U M
PROG K E K H U S U S A N H U K U M PIDANA
P E M B I M B I N G M S O L E H IDRUS SHMH
l U D U L SKRIPSI P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T U N D A N G U N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I
KONSULTASI
K F -
MATERI YANG
DIBIMBINGKAN
PARAF
PEMBIMBING K E T
luymdash
y^ ^ Tlt2 N ^
7 M e
fSUL
k ^
CATATAN MOHON DIBERI WAKTU MENYELESAIKAN SKRIlSl RUiAN SEJAK TANGGAL DIKELUARKAN DITETAIKAN
DIKELUARKAN DI PALEMBANG PADA TANGGAL KETUA BAGIAN
JUDUL P E N Y A L A H G U N A A N N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG UNDANG N O M O R 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I
P E R M A S A L A H A N 1 Apa yang menjadi faktor tcrjadinya penyalaJigunaan narkotika dan psikotropika
2 Bagaimana pengaturan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspektif victimologi
B A B l P H N D A I i U L U A N A Latar Belakang B Permasalahan C Ruang Lingkup dan Tujuan D Metode Penelitian E Sistematika Penulisan
B A B 11 T I N J A U A N PUSTAKA
A Pengertian penyalahgunaan B Pengertian victimologi C Ruang lingkup victimologi D Jents dan penggolongan narkotika dan psikotropika E Undang Undang yang mengatur tentang narkotika
dan psikotropika
BAB I I I PEMBAHASAN A Faktor yang menyebabkan terjadinya
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika
B Penyalahgunaan narkotika dan psikolropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspeklif victimologi
BAB IV PENUTUP A Kesimpulan
B Saran-saran
DAF1AR PUSTAKA
L A M P I R A N - L A M P I R A N
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM
Lampiran Perihal Kepada
Sistematika penulisan (Outline) Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi YUi NUR HUSNI LMILSON SHSpNMH
Pembimbing Akademik Fakultas Hukum UMP dl-Palembaniz
Assalamualaikum WrWb
Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama DIANA SAPU I RA
Program Kekhususan Flukum Pidana
fada semester Lianjil tatiun kuliati 2UI42UI5 sudah menyelesaikan betian studi yang meliputi MPKMKKMKBMPBMBB (139 sks)
Dengan ini mengajukan pcrmohonan untuk penelitian Hukum dan Penulis Skripsi dengan judul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG-UNDANG N O M O R 35 T A H U N 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I
Demikianlah atas perkenaan Ibu diucapkan terima kasih
Wassalamualaikum WrWb
NIM 50 2011 059 Ilmu Hukum Program Studi
Palembang September 2014 Pemohon ^^--^5
Rekomendasi PAYbs
Pembimbing Akademik
HUSNI EMHSON SH SpN MH
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM
REKOMENDASI DAN PEMBIMBING SKRIPSI
Nama Nim Program Study Program Kekhususan Judul skripsi
DIANA SAPUTRA 50 2011 059 Ilmu Hukum Hukum pidana PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI
I Rekomendasi Ketua Bagian a Rekomendasi
b Usulan Pembimbing
Hukum Pidana
raiemoang iepiemt)er zu 14 KetuaJBagu
LuuTiiiAKNurCsHrR^
I L Penatapan Pembimbing Skripsi Oleh Wakil Dekan I
1 2
Palembang September 2014 Wakil Dekan I
- i poundL Dr Hj SRI S U L A S T R I SH M H
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah i n i Nama Tempat Tanggal Lahir N I M Program Studi Program Kekhususan
DIANA SAPUTRA PetransJaya 15 Januari 1992 502011059 Ilmu Hukum Hukum Pidana
Menyatakan bahwa karya ilmiah skripsi saya yang berjudul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANGshyU N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F VICTIMOLOGI
Adalah bukan merupakan karya tulis orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali daiam bentuk kutipan yang telah kami sebutkan sumbemya
Demikianlah surat pemyataan ini kami buat dengan sebenar-benamya dan apabila pemyataan ini tidak benar kami bersedia mendapatkan sanksi akademis
Palembang September 2014
PERMOHONAN UNTUK MENGIKUTI SEMINAR PROPOSAL
Palembang Oktober2014 Perihal Mohon untuk diiaksanakan seminar
Proposal Penelitian Skripsi
Kepada Yth Ibu Luil Maknun SH MH Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang D i -
Palembang
Assalamualaikum Wr Wb Saya yang bertanda tangan dibawah Ini Nama DIANA SAPUTRA
NIM 50 2011 059
Program Kekhususan Hukum Pidana
Bahwa yang bersangkutan telah layak untuk mer^ikiuti Seminar Proposal rencana penelitian skripsi yang judul PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI
Mohon kiranya yang bersangkutan untuk dijadwalkan mengikuti Seminar Proposal usul Penelitian Skripsi
Demikianlah disampaikan untuk dipertimban^Lan Wassalamualaikum Wr Wb
Pembimbing Skripsi
M SOLEH IDRUS3HMS
H A L A M A N P E R S E T U J U A N U N T U K M E N G I K U T I S E M I N A R P R O P O S A L
Nama DIANA S A P U T R A
N I M 50 2011059
Program studi Ilmu Hukum
Program kekhususan Hukum Pidana
Judui Penelitian PENYALAHGUNAAN N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A
MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI P E R S P E K T I F VICTIMOUHH
Palembang Oktober2014 Disetujui Pembimbing
M S O L E H IDRUSSH MS
Ketua Bagian Hukum Pidana
LuU MaknunSH M H
![Page 13: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/13.jpg)
4
tidak hanya terbatas pada individu yang secara nyata menderita kerugian
tetapijuga kelompok korporasi swasta maupun penierintali sedangkan yang
dimaksud dcngan akibat pcnimbulan korban adalah sikap atau tindakan
terhadap korban danatau pihak pelaku serta mereka yang secara langsung
atau tidak terlibat dalam terjadinya suatu kejahatan
Pentingnya korban kejahatan dalam tindak pidana Narkotika dan
Psikotropika ihempcroleh perhatian utama DIkarenakan korban merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kejahatan oleh karena ilu maka
korban memiliki peranan yang sangat penting dalam penelitian ini
Diperolchnya pemahaman yang luas dan mendaiam tentang korban kejahatan
dalam linJak pidana Narkotika dan Psikolropika dapat [nenuidahkan dalam
menemukan upaya penanggulangan kejahatan yang pada akhimya akan
bermuara pada menurunnya kuantitas dan kualitas kejahalan Sejalan dcngan
semakin bcrkembangnya victimologi sebagai cabang ilmu baru berkembang
pula berbagai runuisan tentang victimologi Kondisi iiii hendaknya tidak
dipandang sebagai pertanda tidak adanya pemahaman yang seragam
mengenai ruang lingkup victimologi tetapi harus dlpaiidang sebagai bukti
bahwa vU timologi akan selalu berkembang sejalan dengan perkembangan
yang terjadi dalam masyarakat
Berdasarkan uraian di atas yang menjadi obyek pengkajian dari
victimologi penyalahgunaan Narkolika dan Psikotropika di antaraiiya adalah
faktor terjadinya kejahatan dan bagaimanakali pengaturan Narkotika dan
Dikdik M Arir Mimsur dan Elistaris (lultoiii UrgensI Ierilndungan Korban Kejahalan Anlara Norma dan Realita (Bandung Agustus EakulUis Hukum Universitas Padj aj uran 2006) hal 29
5
Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Oleh sebab itu
maka judui yang dipilih unluk diteliti dalam penelitian adalah
Penyalahgunaan Narkotika dan Pstkolropka Menurut Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 Dari Perspektif Victimologi
B Perumusan Masalah
1 Apa yang menjadi faktor faktor yang menyebabkan terjadinya
2 Bagainiana pengaturan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika dan
Psikotropika daiam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dari perspektif
victimology
C Ruaug lingkup daii tujuan
Ruang lingkup
Secara umum ruang lingkup skripsi ini untuk mengetahui apa yang
menjadi faktor faktor terjadinya penyalahgunaan narkobadan
penyalahgunaan norkoba menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari
perspektil victimologi
Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan penulisan ini adaiah
sebagai bfrikut
1 Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
penyalahgunaan Narkoba
2 Untuk mengetahui pengaturan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika
dan Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Talum 2009 dari
penyakiligunaanTiarkotika dan psikotropika
6
perspektif viAimo(gtg[
E Metode rcncHtl
Untuk memperoleh data yang kongkril sebagai pcdoman dalam
penulisan skripsi ini maka penulis menggunaan metode sebagai berikul
1 Metode pclaksanaan penelitian
dalam pclaksanaan ini penulis menggunaan metode penelitian hukum
normatif yang bersifal diskriftif dengan menggunaan dala skunder
Penelitian nukum norkatif ini merupakan penelitian kcpustakaan yaitu
penelitian terhadap dala skunder yang iiiempuiiyai ruang lingkup meiipuli
surat sural fakta fakta sampai pada dokumen - dokuincn resmi yang
dikeluarkan oleh instansi lerkait
2 Metode pcngiimpulun data
Pengumpulan data meiiipunyai hubungan yang eral dengan sumber data
karena dcngan pengumpulan dala akan diperoleh data yang dipcrlukan
untuk selanjutnya dianalisis sesuai dengan yang diinginkan Dalam usuha
pengumuian dala dala yang relevan dengan judul ini penulis
menggunakan metode normatif diskriplif dengan menggunakan data
skunder yang berbentuk dokumcntasi
3 Tehnik pcngolahan data
Dilakukan dcngan cara nnalisis isi terhadap teksural untuk selanjutnya
dikoniruksikan dalam suatu kesimpulan
7
Sislemutika [cnulisiin
Penelitian ini dibuul berdasarkan sistematika penulisan di dalam
penelitian ini peneliti mcmbaginya dalam empat bagian yailu
BAB I PENDAHULUAN
Merupakan bab pendahuluan yang menguraikan mengenai hal-hal
berkaitan dengan Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan
dan Maniaat Penclilian Kcaslian Penelitian Tlnjaiian
Kcpustakaan Pengertian Penyalahgunaan Pengertian
Viclimologi Ruang Lingkup dan Manfaat Viclimologi Jenis dan
Penggolongan Narkotika dan Psikotropika Metode Penelitian
dan Sistematika Penulisan
BAB U TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bagian ini menguraikan yaitu mengenai pengertian tentang
penyalahgunaan pengertian tentang ruang lingkup viktimologi
pengertian tentang narkotika dan jcnis-jcnis narkolika
BAB Hi PEMBAHASAN
Merupakan bab yang membahas mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan Pengaturan Sanksi Pidana lerhadap Penyalahgunaan
Narkotika dan Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Ditinjau dari Perlindungan Terhadap Korban dan
Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Self
Victimizing Victims
8
BAB IV K E S I M P U L A N DAN SARAN
Bab ini memuat beberapa kesimpulan dan saran yang dibuat
peneliti sebagai hasil dari pembahasan dun penguraian di dalam
penelitian ini dari keseluruhan permasalahan yang ada
DAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A Pengertinn Pcnyalaliguiiaan
Penyalahgunaan dimaksudkan dalam penclilian ini adalah
penyalahgunaan terhadap narkotika dan psikolropika Dimana bahwa
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika ini diambil dan dipersainakan
dcngan pengertian penyalahgunaan narkoba seperti yang disebutkan Lutfi
Braja yakni memberikan pembatasan mengenai penyalaiiguiiaaii yaitu
Pemakaian narkoba di iuar indikasi medik tanpa petunjuk atau
resep dokter dan peinakaiannya bersifat patologik
(menimbulkan kelainan) dan menimbiilkan humbutan dalam
aktifitas di rumah di sekoiah atau di kampus tempat kerja dan
lingkungan sosial Ketergantungan narkoba adalah kondisi yang
kebanyakan diakibatkan oleh penyalahgunaan zat yang disertai
dengan adanya toleransi zat (dosis semakin tinggi) dan gejala
putus zal
Permasalahan penyalahgunaan mengakibatkan dampak yang sering
terjadi di tengah-tcngah masyarakat dari penyalahgunaan narkolika dan
psikotropika antara lain merusak hubungmt kekeluargaaii menurunkan
kemampuan belajar dan produktifitas kerja secara drastis sulit membedakan
mana perbuatan baik dan perbuatan buruk perubahan pcrilaku menjadi
Mardani Op 01 lial 2
9
10
pcrilaku anti sosial (pcrilaku maladaptil) gangguan kesehalan (fisik dun
mental) mempertinggi jumlah kecelakaan lalu lintas tindak kekerasan dan
kriniinuliLis lainnya
Dari kata penyalahgunaan menandakan bahwa Narkotika dan
Psikotropika tidak selalu bermakna negatif Dcngan begitu narkotika dan
psokitropika yang digunakan dengan baik dan benar oleh dokter untuk
mengobati pasiennya lidak tennasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang
disaiahgunakan Di dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA
(Narkotika Psikotropika dan Zat Adit i f Lainnya)
B Pengertian Victiimlogt
Pada dasarnya perkembangan ilmu pengetahuan tentang korban
kejahalan (viktimologi) lidak dapat dipisahkan dari iahimya peiiiikiraii-
pemikiran brilian dari Hans von Hentig seorang ahli kriminologi pada talum
1941 serta Mendelsohn pada tahun 1947 Pemikiran dari kedua ahli ini
sangat mcmpengaruhi setiap fase perkembangan viktimologi Perkembangan
viktimologi hingga sampai pada keadaan seperti sekarang tentunya tidak
terjadi dengan sendirinya namun telah meiigalami berbagai perkembangan
yang dapai dibagi dalam 3 (tiga) fase sebagai berikut
a iada tahap peitama viktimologi hanya meinpclajari korban kejahatan saja
pada fase ini dikatakan sebagai pehdl or special vtciimolo^
b Pada lase kedua viktimologi tidak hanya mengkaji masalah korban
Oadang Huwari Konsep Islam Memerungt AIDS dan NAA Cel XI (Ycgvakarta Ohaiiii iiakli Idaya 1997) hal 153 Made Danaa Wi da Op cil hal 200
kejahalan tetapi juga meiipuli korban kecelakaan Pada fase ini disebut
sebagai general victimology
c Fase ketiga Vikt imologi sudah berkembang lebih luas lagi yaitu mengkaji
permasalahan korban karena penyalahgunaan kckuasaan dan hak-hak asasi
manusia Fase ini dikatakan sebagai new viciimology
Berdasarkan pengertian di atas nampak je las bahwa yang menjadi
obyek pengkajian dari viktimologi diantaranyu pihak-pihak mana saja yang
terlibat atau mcmpengaruhi terjadinya suatu viktimisasi kriminal
bagaiinanakah respon terhadap suatu viktimisasi kriminal faktor penyebab
terjadinya viktimisasi kriminal bagaimanakah upaya penanggulangannya
dan sebagainya
C R u a i i g L i n g k u p Victimologi
Vikt imologi mencliti topik-topik teiilang korban scperti peranan
korban pada terjadinya kejahatan hubungan antara pelaku dengan korban
rentannya posisi korban dan peranan korban dalam sistem peradilan pidana
Selain itu menurut Muladi viktimologi merupakan suatu studi yang bertujuan
untuk
1 Menganaiisa berbagai aspek yang berkaitan dcngan korban
2 Berusaha untuk memberikan penjelasan sebab musabab terjadinya
vikt imisasi dan
3 Mengembangkan sistem tindakan guna mengurangi penderitaan manusia
^Suryono Ekolaina ST Harum Pudjianlo RS dan G Wiraiama Abortus Iruvocalus Ba^ Korban Perkosnan Persxkif Viktimologi Kriminologi Jan Hukum Pidana Edisi PcrUtma Culakari lurlunii (Jakiiria Univcrsilas AlmaJaya 2001) liul 174 ^ibidMl I7()
12
Menurut JE Sahetapy ruang lingkup Viktimologi meliputi bagaimana
sescorang (dapat) menjadi korban yang ditentukan oleh suatu victimity yang
lidak selaiu berhubuiigan dengan masalah kejahatan termasuk pula korban
kecelakaan dan bencana alam selain dari korban kejahatan dan penyalah
gunaait kekuasan^ Namun dalam perkembangannya di tahun 1985
dipeiopori oleh Separovic yang mempelopori pemikiran agar Viktimologi
khusus niengkaji korban karena adanya kejahatan dan penyalahgunaan
kckuasaan dan tidak mengkaji korban karena musibah alau bencana alam
karena korban bencana alam di iuar kemauan manusia out of mms will)
D Jenis dan Penggolungan Narkotika dan Psikotropilta
Dari kata penyalahgunaan narkoba menandakan bahwa narkoba tidak
selalu beimakna negatif Dengan begilu narkolika dan psokitropika yang
digunakan dengan balk dan benar oleh dokter unluk mengobati pasiennya
tidak termasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang disaialigLmakan Di
dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA (Narkotika Psikolropika
dun Zat ditir Lainnya) Dalam penelitian ini hanya dibahas tentang
narkotika dan psikolropika maka sebelumnya dipaparkan terlebih dahulu
berbagai jenis narkotika dan psikotropika sebagai berikut
a) Narkolika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari lanaman atau
TbUi Miiiadi HAM Halam Persepkiif Sislem Peradilan Pidana datam Muladi (cd) Hak Asas) Manusia Hakclal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspeklif llukum dan Masyarakat (Bandung Refikii Aditama 2005) hal lOX VfiWDial 109 Subagyo Partediharjo Op cil hal 11
13
bukan tanainan baik sintesis maupun bukan sintesis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa
Zat ini dapal mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat
meninibulkan ketergantungan Menurut Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika Narkolika adalah at atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun
semisimetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri
dan dapat nienimbulkati ketergantungan yang dibedakan kc dalam
golongan-goiongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang in i
Narkotika memiliki daya adikasi (ketagihan) yang sangat berat
Narkolika juga memiliki daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual
(kebiasaan) yang sangat tinggi Ketiga sifat narkolika ini yang
menyebabkan pemakai narkotika tidak dapat lepas dari cengkeramannya
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
Jenis jenis narkotika dibagi ke daiam 3 (tiga) kelompok yaitu narkotika
golongan I golongan I I dan golongan I I I
Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbaiiaya
karemi daya adilifnya sangat tinggi Golongan ini tidak boleh digunakan
untuk kcpentingan apapun kecuali unluk penelitian atau ilmu
pengetahuan Contohnya adalah ganja heroin kokain inorfin opium dan
lain-lain Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya
Ibid Posal 1 Ayal (I) Unilung-Undang Nomor 3 Tahun 2009 lenlang Narkotika
14
aditifkual tclapi bcrmaiilaal untuk pcngohatan dan penclilian tlonluhnya
adalah petidin dan turunannya benetldin belamctadol dan lain-iain
Sedanikaii narkulika golungaii Ml adalah narkotika yang niciniliki daya
aditif riiigan tetapi bermanfaat untuk penghatan dan penelitian Contohnya
adalali kudcin dun turunannya^
Berdasarkan cara pcmbuatannya narkotika dibedakan ke dalam 3
(tiga) golongatt juga yaitu narkolika atami narkotika semlsimesis dan
narkotika sintesis Dijelaskan sebagai berikut
1) Naikotika alami
Narkotika alami adalah narkotika yang zat aditithya diambil dari
(umbuhlumbuhan (atam) Contohnya
u tjaiija
Ganja adalah tanaman perdu dengan daun menyerupai daun
singkong yang tepinya bergerigi dan berbulu lialus Jumlah Jari
daunnya selalu ganjil yakni 5 7 9 Tumbuhan ini banyak lumbuh di
iieberapa daerah di Indonesia seperti Aceh Suinalera Ulara
Sumatera Selaian Pulau Jawa dan lain-lain Daun ganja ini sering
iligunakiin sebagai bumbu penyedap masakan Bila digunakan
ebagai bumbu iiuisak daya adilifnya rendah Namun lidak
ilemikian apabila dibakar dan asapnya dihirup Cara
|)cnyalahgunaunnya adalah dikcringkan dan dicampu dengan
icmbakiiii rokok atau dijadikan rokok lalu dibakar serta dihisap
Subagvo PurtoJiharjo Op cil hal 11-12
15
b Ilaisis
Hasis adaiah lanaman serupa ganja yang lumbuh di Amcrika
Latin dan Eiopa Daun ganja hasis dan mariyuana Juga dapat
disuling dan diambil sarinya Oatam bentuk cair harganya sangat
mahai Gunanya adalah unluk disaiahgunakan oleh pemadut-pemadal
kelas tinggi
c Koka
Koka adalah lanaman perdu mirip pohon kupi Huahnya yang
inatang bcrwama inerah seperti biji kopi Dalam komunitas
masyarakat Indian Kuno biji koka sering digunakan untuk
inenambah kekiiatan orang yang bcrperang atau bcrburu binalang
Koka kemudian bisa diolah menj adi kokain
d Opium
Opium adaiah bunga dengan bentuk dan wama yang indah
Dari getah bunga opium dihasilkan candu (opiat) Di Mesir dan
daratan Cina opium dahulu digunakan unluk mengobati beberapa
penyakit member kekuatan atau menghilangkan rasa sakil pada
lentara yang terluka sewaktu berperang atau berburu Opium banyak
lumbuh di segiliga emas antara Burma Komboja dan Thailand
atau di daratan Cina dan segitlga emas Asia Tengah yaitu daerah
antara Alganistan Iran dan Pakistan
Dalam kalangan perdagangaii liilernasional ada kebiasaan
ftW hal 14
16
(keliru) tncnamai daerah tempat peuanamuii opium sebagai daerah
emas Diberi nama demikian karena perdagaiigan opium sangat
mengimtiingkan Karena bahayanya yang besar daerah seperti ilu
keliru jika diberi nama predikat emas Daerah sumber produksl
opium sepantasnya disebut segitlga setan atau segitlga iblis
2) Narkotika semisintcsis
Narkotika semisintesis adalah narkotika alami yang diolah dan
diambil zat aktifnya (intisarinya) agar memiliki khasiat yang lebih kuat
schmgga dapat dimanfaatkan untuk kepcnlingan kedokteran
Contohnya
a Morfm dipakai dalam dunia kedokteran unluk menghilangkan rasa
sakit alau pembiusan pada operasi (pcmbcdahan)
b Kodein dipakai unluk obat penghilang baluk
c Heroin tidak dipakai dalam pengobatan karena daya adilifnya
sangat besar dan matifuatnya secara medis belum
ditemukan Dalam pcrdugangan gelup heroin diberi nama
pulaw atau pete atau pt Henlnknya seperti tepun terigu
yang halus pulih dan agak kotor
d Kokain liiisll olahati dari biji koka
3) Naikotika sintesis
Narkotika sintesis adalah narkotika palsu yang dibuat dari bahan
kimia Narkotika ini digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi
oraiig yang menderita kclcrgantungun Contohnya
17
a Ietidin unluk obat bius lokal operasi kccil sunal dan
sebagainya
b Melhadon unluk pengobatan pecandu narkoba dan
c Naltrexon untuk pengobatan pecandu narkoba
Selain unluk pembiusan narkolika sintesis biasanya diberikan
oleh dokter kcpada penyalahgiina narkoba untuk menghcntikan
kebiasaannya yang tidak kuat melawan sugesti (relaps) atau sakaw
Narkotika sintesis berfungsi sebagai pengganti senientara Bila sudah
bciiar-bcnar bcbas asupan narkoba sintesis in dikurangi sedikil demi
sedikit sampai akhimya berhenti total
b) Fsikotropika
Pengertian psikolropika menurut Pasal I Ayal ( I ) Undang-Undang
Nomor 5 Taliun 1997 tentang Psikotropika adalah Zat atau obat baik
alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif
melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusal yang menyebabkan
perubahan khas pada uktivitus mental dan perilaku
Pengertian Psikolropika di daUim Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika tidak ditemukan Hal tersebut sehubungan
dengan ketentuan di dalam Pasal 153 huruf b yaitu Lamplran mengenai
jenis Psikotropika Golongan 1 dan Golongan II scbagaimana tercantum
dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika (lcmbaran Ncgara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor
10 Tambahan Lcmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671) yang
18
telah (iipindahkan menj adi Narkotika Golongan I menurut UndangUndang
ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku Oleh karenanya dalam Undangshy
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tidak ada lagi di dalam pasal-pasal nya
yang mengatur mengenai Psikotropika karena sudah dlmasukkan ke dalam
golongan Narkotika
Sesuai dengan pembahasan dalam penelitian ini masih
berhuijutigar dengan Psikotropika maka Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1997 tentang Psikotropika masih perlu untuk dibahas dalam penelitian ini
Menui iil undangumlang tersebut Psikolropika adalah zal atau obal bukan
narkolika baik alamiah maupun sintesis yang memiliki khasiat psikoaktif
melaiui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas nonnal dan perilaku Psikotropika ini
merupakan obat yang digunakan oleh dokter untuk mngobali gangguan
jiwa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tenumg
Psikolropika psikotropika dikelompokkan ke dalam 4 (empat) golongan
Golongan I yaitu psikotropika dengan daya aditif yang sangat kuat
belum diketahui manfkilnya untuk pengobatan dan sedang diteliti
khasiiitnya saat ini Contohnya adalah MDMA ekstasi USD dan STP
Golongan U yakni psikolropika dengan daya aditif kuat serta berguna
untuk pengobatan dan penelitian Contohnya adalah amfelamin
metanifetamin metakualon dan sebagainya Golongan IH yakni
psikolropika dcngan daya adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan
dan penelitian Contohnya adalah lumibal buprenorsina flcenilrazepam
19
dan sebagainya Golongan IV yakni psikotropika yang memiliki daya
aditif ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian Contohnya
adalah netrazepam (BK Mogadon Duiiiolid) diazepam dan lain-lain^
Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika yang dimaksud dengan paslkotoplka adalah zat atau obat
baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif
melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang mcnyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku Psikotropika
dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut
1 Psikotropika golongan I yaitu psikolropika yang hanya dapat digunakan
unluk kcpentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi
sena mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan Contohnya ekstasi shabu LSD
2 Psikotropika golongan II yakni psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi danatau tujuan ilmu
pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan Contohnya amfetamin metilfenidat atau ritalin
3 Psikotropika golongan III yaitu psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi danatau unluk tujuan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan
sintlroma ketergantungan Contohnya pentobarbital Flunitrazepam dun
4 Psikotropika golongan IV yaitu psikotropika yang berkhasiat
Ibid ILil 15
20
pengobatan dan sangal luas digunakan dalam terapi danatau unluk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindrom ketergantungan Contohnya diazepam
bromazepam Fenobarbital klonazcpam klordiazepoxide nitrazepam
seperti pil BK pil Kopio Rohip Dum MG
Sedangkan kelompok dan jenLs psikotropika yang sering
disaiahgunakan antara lain
1 Psikostimulansia scperti amfetamin ekstasi dan shabu
2 Scdalif amp Hipnolika (obat penenang obat tidur) seperti MG BK
DUM Pil kopio dan lain-lain dan
3 Halusinogenika seperti lysergic acid dycthylamidc (USD) mushroom
Berdasarkan Ilmu farmukologi psikotropika dikelompokkan ke daiam 3
(tiga) golongan yakni dcpresan stinuilan dan halusinogen sebagai
berikut
1 Kelompok dcpresanpcnekan syaraf pusatpenenangobat tidur
Contohnya adalah valium BK rohipnol mogadon dan lain-lain
Jika diminurn obat ini dapat memberikan rasa tenang menganluk
rasa tcnteruni dan damai Obat ini Juga menghilangkan rasa takut
dan gelisah
2 Kelompok stimuiaiiperangsang syaraf pusaianti tidur Conlohnya
adalah amfetamin ekstasi dan shabu Ekstasi berbentuk tablet
berancka bentuk dun wama Amfetamin berbentuk tablet bcrwama
-Aid hal 16-17
21
pulih Bila diiriinuni obal ini mcndalangkan rasa gembira hilangnya
rasa pemiusuhiui hilangnya rasa marali ingin selalu aktif badan
terasa fit dan lidak merasa lapar Daya kerja otak menjadi scrba
cepat namun kurang lerkendali Shabu berbentuk tepung kristal
kasar berwarna pulili hersih seperti garani
3 Kelompok halusinogen Halusinogen adalah obat at tanaman
makanan yang dapat meninibulkan kiiayaian contohnya yailu LSD
Lysergic Acid Dicihyltamide) getah lanaman kaklus kecubung
jamur tertentu (misceiine) dan ganja Bila diminurn spikotropika
jenis in dapat menimbulkan kliayalan tentang peristiwa-peristiwa
yang mengerikan khayalan tentang kenikmatan scks dan
sebagainya Kenikmatan didapat oleh pemakai setelah pemakai sadar
bahwa perisfiwa mengerikan ilu bukan kenyataan atau karena
kenikmatankenikmatan yang dialami walaupun hanya khayalan
BAB III
PEMBAHASAN
A Faktor yang Mcnyebabkan Terjadinya Penyalahgunaan Narkotika dan
Psikotropilta
1 Faktor yang Bersunibcr Dari Individu
Menurut Luthfi Buraja terdapat 3 (liga) pcndekatan untuk
tcrjadinya penyalahgunaan dan ketergantungan terhadap narkotika dan
psikotropika yaitu peridekalan orgunobilogik psikodinamik dan
psikososial Ketiga pendekatan tersebut tidaklah berdiri sendiri melainkan
saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya Dari siidut pandang
organobiologik (sususan syaraf pusatotak) mekanismc terjadinya adiksi
(ketagihan) hingga deperidcnsi (ketergantungan) dikenal dengan dua istilah
yaitu gangguan mental oragnik atau sindrom otak organik seperti gaduh
gelisah dan kekacauan dalam fungsi kognilif (alam pikiran) efektif (alam
perasaanemosi) dan psikomotor (perilaku) yang disebabkan efek
langsung terhadap susunan syaraf pusat (otiik)^^
Sescorang akan mcnjadi ketergantungan terhadap narkotika dan
psikotropika apabila seseorang dengan tems-menenis diberikan zat
tersebut Hal ini berkaitan dengan teroi adaptasi sekuler mum
adaptaiUm) tubuh beradaptasi dengan menambah jumlah teseptor dan seishy
se syaraf bekcrja kcras Jika zat dihenlikan sel yang masih bekerja kcras
Luthll Uaraja Makalali Gangguan Mciilul dan icrilaku Akibut Nurkuba Disampalkim pada Seminar tentang Narkoba di SMK Iptck lakarla hal 2
22
23
tadi mengaiami kelmLisaii yang dari kiar tampak sebagai gejala-gejala
putus obal Gejala putus obat tersebut mcmaksa individu untuk
mengulangi pemakaian zal tersebul
Faktor predisposisi individu dengan gangguan kepribadian (anti
sosial) ditandai dengan pcrasaan lidak puas terhadap orang lain Selain itu
yang bersangkutan tidak inampu untuk berfungsi secara wajar dan efektif
dalam pergaulan di rumah di sekoiah atau di tempat kerja gangguan lain
sebagai penyerta berupa rasa cemas dan depresi Untuk mengatasi
ketidakniainpuan dan mcnghiiangkan kccemasan atau depresinya maka
individu tersebut cenderung untuk menggunakan narkoba Semestinya
individu itu dapat mengobati dirinya dengan datang ke dokterpsikiater
untuk mendapatkan terapi yang tepat sehingga dapat dicegah
keterlibatannya dalam penggunaan narkotika dan psikotropika
Secara umum mereka yang menyalahgunakan narkotika dan
psikotropika dapat di bagi ke dalam 3 (tiga) golongan besar yaitu
1 Ketergantungan primer ditandai dengan adanya kecemasan dan
depresi yang pada umumnya terdapat pada orahg detigah kepfibadlah
yang tidak stabil
2 Ketergantungan simtomatis yaitu penyalahgunaan narkotika dan
psikotropika sebagai salah satu gejala dari tipe kepribadian yang
mendasarinya pada umumnya terjadi pada orang yang kepribadian
psikopatik (anti sosial) kriminal dan pemakaian narkotika dan
Ai4hal K
24
psikotropika untuk kesenangaii sematu
3 Ketergantungan reaktif yaitu terdapat pada remaja karena dorongan
ingin tahii pengaruh tekanan dan lingkungan tenian atau kelompok
sebaya peer group pressure)
Ada beberapa faktor internal dan ekslernal yang mcnjadi penyebab
individu menyalahgunakan dan menjadi ketergantungan terhadap
narkotika dan psikotropika Menurut Sudarsono bahwa penyalahgunaan
narkolika dan psikotropika di latar belakangi oleh beberapa sebab yaitu
1 Untuk membuktikan kebcranian dalam melakukan tindakan-tindakan
yang berbaiiaya seperti ngebut dan bergaul dengan wanita
2 Meniinjukkan tindakan yang menenlung orang tua guru dan norma
sosial
3 Mempermudah penyaluran dan mempermudah perbuatan seks
4 Melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh peiigalamaii-
pengalainan einosional
5 Meneari dan menemukan aril hidup
6 Mengisi kekosnngan dan kesepian hidup
7 Menghilangkan kegelisahan frustasi dan kepepel hidup
8 Mengikuti kemauan kawan-kawan dahim rangka pembinaan solidaritas
dan
9 Iseng-iseng saja dan rasa ingin tahu
Menurut hasil penelitian Dadang Hawari bahwa di anlara faklor-
Sudujsono Kenakalan Remaja cel ii (Jakarta Rineka Cipta 1992) 1ml 67
25
faktor yang berpcran dalam penggunaan narkotika dan psikolropika
adalah
1 Faktor kepribadian anti sosial dan psikopatik
2 Kondisi kejiwaan yang mudah merasa keeewa atau depresi
3 Kondisi keluarga yang meliputi keutuhan keluarga kesibukan orang
tua hubungan orang tua dengan anak
4 Kelompok teiiian sebaya dan
5 Narkotika dan psikotropika itu sendiri mudah diperoleh dan tersedianya
pasaran yang resmi maupun lidak resmi
Menurut Siibagyo Partodiharjo secara individu terdapat beberapa
faktor yang mcmpengaruhi sescorang dapat menyalahgunakan narkotika
dan psikotropika Alasan ini merupakan alasan yang bersumber dari diri
sendin atau pemakai narkotika dan pasikotropika tersebut yakni sebagai
berikut
a Ingin tahii
Perasaun ingin tahu biasanya diniiliki oieh generasi muda pada
umur setara siswa SD SLTP dan SLTA Bila di hadapan sckelompok
anak muda ada seseorang yang inemperagakan uikmatnya
mengkonsumsi narkotika dan psikolropika maka didorong oleh naluri
alami anak muda yaitu keingintahuan maka salah seoariig dari
kelompok itu akan maju mencobanya Selain didorong oleh
keingintahuan keberaniannya juga karena didesak oleh gejolak dalam
Mardiini foc cil hai 102 ^ Subagyo RatoiJlliarjo ioc cil liiil 72-74
26
jiwanya yang ingin dianggap hebal pemberani dan pahlawan di antara
temanteinan sehayanya Maka jatuhlah satu orang anak dalam pelaku
setan
Dalam kondisi seperti itu reaksi kawan-kawan sebayanya
berbeda-bcda
1 Ada yang ingin menyaingi menunjukkan bahwa dirinya lebih hebat
lagi lalu memakai
2 Ada yang ingin tahu kemudian ikut memakai dan
3 Ada yang sella kawan lain ikut memakai juga
Sikap seperti inilah yang menyebabkan bandar atau pengedar
senang Mereka meiigincar generasi muda mahasiswa atau pclajar
karena 2 (dua) pertimbaiigan
1) Kalau salah satu anak muda kena maka anak muda yang lainnya
ikut kena sehingga konsumen cepat bertambah dan
2) Kalau anak muda kena maka anak muda tcrsebut akan mcnjadi
pemakai selia dalam waktii yang lama Berbeda dengan orang tua
yang cepat maii keuntungan komersial yang diperoleh dari
kelompok anak muda ini akan banyak
b Ingin dianggap hebal
Pcrasaan ingin dianggap hebat biasanya dimiiiki oleh generasi
muda Sepcrti ditcrangkan di atas salah satu sifat alami yang positif
dari generasi muda adalah daya saing Sayang sekali karena
kelidaktahuan sifat positif ini juga dapat dipakai untuk masalah negatif
27
Silat positif ini scharusiiya didorong unluk berlomba daluin preslasi
pada bidang pcndidikan kesenian olah raga dan lain-lain yang
bermanfaat bagi kehidupan
Bila sikap ingin berkonipctisi ini diarahkan untuk
mengkonsumsi narkolika dan psikolropika akibatiiya sungguli
mengerikan yailu kcgagalan hidup dan kesengsaraan Pemakai hanya
dapat dianggap hebat oleh lingkungan kecil pcniakai narkotika dan
psikotropika Di masyarakat luas pemakai hanya menuai cerca dan
nista
c Rasa setia kawan
Perasaan setia kawan sangat kuat dimiiiki oleh generasi muda
Jika lidak mendapatkan penyaluran yang posilif sifai positif tersebut
dapat berbahaya dan mcnjadi negatif Bila (cmannya memakai
narkotika dan psikotropika maka individu tersebul ikut juga memakai
Bila temannya dimarahi orang tuanya atau dimusuhi masyarakat maka
pemakai membela dan ikut bersimpatik
Sikap seperti itulah yang menyebabkan anak ikut-ikutan
Awalnya hiuiya satu orang yang merokok kemudian semuanya menjadi
perokok Setelah semuanya merokok sntu orang mulai memakai ganja
lalu yang lainnya ikut sehingga menjadi sekawanaii pemakai ganja
Selelah semua memakai ganja satu orang memakai ekstasi kemudian
semuanya ikut demikian selerusnya meningkat menjadi shabu dan pada
akhirnya menjadi pemakai putaw
28
d Rasa kccewa truslasi kcsai
Pcrasaan kesal kcccwa atau (rustasi biasanya terjadi karena
kegagalan pada generasi muda eksckutif mudu suami atau istri
Pcnggiiiiaan narkotika dan psikolropika pada kelompok ini bertujuan
untuk sesaat melupakan kekccewaan kckesaian dan fi-uslasi Kondisi
masyarakat yang carut martit tclah banyak melahirkan kekccewaan
kekesalan bahkan Iruslasi Narkolika dan psikotropika dapat
melupakannya sesaat tetapi tidak untuk mengatasi masalah yang
sesungguhiiya
Hubungan buruk yang disebabkan oleh kcgagalan
berkomuiiikasi antara orang tua dengan anaknya dapat menyebabkan
rasa kesal Hal ini mcnjadi faktor pemicu pemakaian narkotika dan
psikotropika oleh anak Intcraksi anlara orang tua dcngan anak tidak
cukup hanya berdasarkan niat baik Cora berkoniunikasi juga harus
baik Masing-masing pihak harus memiliki kcsabaran untuk
menjclaskan isi hatinya dengan cara yang tepat Banyak sekali konfllk
di dalam rumah tangga yang terjadi hanya karena salah paham atau
kekeliman berkoniunikasi Kekeliruan kecil itu dapal bcrakibat fatal
yaitu masuknya narkotika dan psikotropika ke dalam keluarga
Kekccewaan kekesalan dan frustasi dapal terjadi karena
kekeliruan dalam berkomunikasi terhadap beberapa faktor berikut i n i
I ) Komunikasi anak dengan orang tua
IbUI hiiJ 74
29
2) Komunikasi antar anak
3) Komunikasi di lingkungan eksekulifinuda dan
4) Komunikasi antara suami istri
e Ingin bebus dari rasa sakil atau pusing
Penderila pcnyakit beral yang kronis dan tidak kunjuiig sembuh
misalnya Ranker hati luka bakar uka tusuk wasir Ranker paruparii
migreii eneok pengapuran dan lain-lain sclalu merasakan sakit yang
iuar biasa karena penyakitnya Rasa sakit tersebut sering kali tidak
dapat dihilangkan dengan obat pengtiiiang rasa sakit biasa (anaigetik)
sehingga peiiderilanya mencoba narkotika atau psikotropika
Narkotika maupun psikolropika dapat menghilangkan rasa sakit
tersebut tetapi tidak menyembuhkan penyakitnya Ceiakaiiya pemakai
yang bersangkutan malah mendapat maslah baru yaitu ketergantungan
dengan segala komplikasinya yang justru menjadi lebih berbahaya
f Ingin menikmati rasa gembira tampii lincah energik dan mengusir
rasa sedih dan malas
Para eksekudf dan sciebritis biasanya memiliki gaya hidup yang
trendi Mereka merasa dituntut untuk selalu lampil lebih prima Dengan
mengkonsumsi naikotika atau psikolropika mereka dapat tampii prima
dan percaya diri karena kehilangan rasa malu walaupun sesungguhnya
tidak demikian
Perasaan hebat tersebut di atas seharusnya dicapai melaiui tekun
berolah raga hidup teratur meningkatkan kualitas fisik mental
30
inlclckUial dan mocaiiiyii Riikan ineiigamhit jalan piiitas dcngan tampii
seotah-olah prima niclalui manipulasi atau lipuan melaiui
mengkonsumsi narkotika atau psikolropika tersebut Pcnampilmi prima
yang semu atau atau tipuan itu lambat laun akan terungkap juga
sehingga [ania-keiamaan akan kelahuari juga jati dirinya yang
sesungguhnya itu
g ingin tampii iangsing
Narkolika dan psikotropika terscbut juga banyak digunakan oleh
artis dan ibu-ibu rumah tangga yang berbadan gemuk untuk
melangsingkan lubtihnya Narkotika alau psikotropika dengan jenis
tertentu ada juga yang dapat menghilangkan nafsu makan sekaligus
menambali aktivitas fisik sehingga dapat menurunkan beral badun
h Takut mengalami rasa sakit (sakaw)
Pengguna jenis narkotika atau psikolropika tersebut yang sudah
menjadi pemakai tetap (pemadat) akan mengalami rasa sakit (sakaw)
bila tidak memakainya Karena takut merasakan penderitaan maka
pemakai tersebut terus memakainya sehingga menjadi pemakai yang
sella junkies) Banyak pemakai narkotika dan psikotropika ini yang
setia adalah orang-orang yang merasa terpaksa memakai sebab kalau
lidak memakainya mereka akan mengalami sakaw
Kebanyakan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika
dimulai atau terdapat pada masa remaja sebab masa remaja yang
sedang mengalami perubahan biologik psikologik maupun sosial yang
31
pesat merupakan individu yang rentan untuk nienyaiahguriakan
narkotika maupun psikotropika terscbut Anak atau remaja dcngan ciri-
ciri tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi
penyalahgunanya Ciri-ciri tersebut anlara lain^
a Cenderung memberontak dan menolak otoritas
b Cenderung memiliki gangguan j iwa lain (komorbiditas) seperti
depresi cemas psikotik keperibadian dissosial
c Perilaku menyimpang dari aluran atau norma yang berlaku
d Rasa kurang percaya diri low selw-confulence) rendah diri dan
memiliki citra diri negatif (ow setf-esleem)
e Sifal mudah keeewa cenderung agresif dan destruktlf
f Mudah murung pemalu pendiam
g Mudah merasa bosan dan jenuh
h Keingintahuan yang besar untuk meneoba atau penasaran
i Keinginan untuk bersenang-senang [just for fun)
j Keinginan untuk mengikuti mode karena dianggap sebagai lambang
keperkasaan dan kehidupan modem
k Keinginan untuk diterima dalam pergaulan
1 Identitas diri yang kabur sehingga merasa diri kurang jantan
mTidak siap mental untuk menghadapl tekanan pergaulan sehingga
sulit mcngambil keputusan untuk menolak tawaran NAPZA dengan
tegas
Tom Kus dan Tedi Btihava NAPZA Bagi Pelajar (Bandung Yayasan Al-Ghilari Morgan im) hal 14
32
n Kemampuan komunikasi rendati
o Melarikan diri dari scsuatu (kebosaiian kcgagalan kekccewaan
kclidakmampuan kesepian dan kegcliran hidup dan lain-lain)
p Putus sekoiah dan
q Kurang menghayati iman atau kcpcrcayaaiinya
Menurut Tim Badan Narkotika Nasional hahwa terdapat
beberapa iaklor yang menyebabkan sescorang alau individu
menyalahgunakan narkolika dan psikotropika anlara lain
1) Keingintahuan yang besar untuk mcncoba tanpa sadar alau berlikir
panjang tentang akibatnya dikemudian hari
2) Keinginan unluk mencoba-coba karena penasaran
3) Keinginan untuk bersenang-senang
4) Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya hidup
5) Keinginan untuk dapat diterima daiam suatu kelompok
6) Lari dari masalah kebosanan atau kegetiran hidup
7) Pengertian yang salah bahwa mcncoba sckali-kali lidak akan
menimbulkan masalah
8) l idak mainpu alau tidak berani menghadapl tekanan dari lingkungan
alau kelompok pergaulan unluk menggunakan narkolika dan
psikotropika dan
9) Tidak Japal atau mampu mengatakan tidak pada narkotika dan
psikotropika
Tim INN Loc di
33
Berdasarkan peinaparaii Icrscbut di atas dengan demikian
bahwa individu didorong oleli beberapa faktor untuk menyalahgunakan
pemakaian narkotika dan psikotropika tersebut sehingga menjadi
individu yang mengalami ketergantungan berikut ini disebutkan
beberapa faktor adalah
1) Ingin tahu dan Ingin mencoba rasa memakai narkotika atau
psikotropika bagi kalangan anak muda)
2) Ingin dianggap lebih hebat dari orang Iain pada orang muda)
3) login membuktikan kesetiakawanan (pada orang muda)
4) Dianggap paling tepat untuk mengatasi perasaan keeewa j en gkel
dan frustasi (pada suami istri yang mengalami konllik rumah
tangga)
5) Dianggap cara yang paling mudah untuk menghalau rasa sakit pada
tubuh (pada penderita penyakit yang kronis)
6) Dianggap cara yang paling ampuh untuk mendapatkan perasaan
tenang damai atau gembira (pada suami istri yang mcnghadapi
konflik rumah tangga)
7) Dianggap cara yang paling mudah untuk melangsingkan lubuh (pada
ibuibii rumali tangga atau wanita yang bertubuh gemuk)
2 Faktor yang Bersumlicr dari Lingkungan
Faktor lingkungan tidak mampu mencegah atau mengurangi
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika bahkan membuka kesempatan
pemakaian narkotika dan psikotropika Yang dimaksud dcngan faktor
34
kesempatan di sini adalah tersedianya siluasi-situasi yang nieiiiungkinkan
untuk memakai narkolika atau psikolropika di waktu-vvaklu luarig di tempat
rekreasi atau hiburan diskotik pesia dan lain-lain Atau mungkin lingkungan
masyarakat yang tidak mampu mengendalikan bahkan membiarkan penjualan
alau pcrcdaran geiap narkotika dan psikotropika misalnya karena lemahnya
penegakan hukum penjualan narkolika dan psikotropika secara bcbas bisnis
narkotika dan psiktilropika yang terorganisir mudahnya memperoleh
narkotika dan psikotropika dan lain-lain
raklor yang bersumber dari lingkungan yang mcnyebabkan individu
dapat menyalahgunakan pemakaian narkotika dan psikotropika merupakan
laktor kontribusi masukaii dari Iuar individu) dimana sesttorang dengan
kondisi keluarga tidak baik akan merasa tertekan dan rasa lertekan inilah
sebagai faktor penyerta bagi dirinya untuk terlibat dalam penyalahgunaan
narkotika dan psikotropika tersebut Disfungsi keluarga yang dimaksud antara
lain adalah keluarga yang tidak utuh kedua orang tua yang tcrlalu sibuk dan
lingkungan interpersonal dengan orang tua yang tidak baik Di samping itu
faktor pencetus seperti pengaruh teman sebaya tersediu dan mudah
didapatkan mempunyai andil sebagai faktor pencetus sescorang atau individu
terlibat ke dalam penyalahgunaan yang mengakibatkan ketergantungan
terhadap narkotika dan psikotropika Dari sudut pandang psikososial
penyalahgunaan narkotika dun psikolropiku dapat terjadi sebagai akibat
negatif dari intcraksi tiga kiitub sosial yang tidak kondtisif yaitu kutub
Lulhli ilurnju Op cil
35
keluarga kutub sekolahkupus dan kulub masyarakat
Faktor lingkungan meliputi faktor kciuarga dan lingkungan pergaulan
balk dlsekltar rumah sekoiah teman sebaya maupun masyarakat Banyak
pengguna Narkotika dan Psikolropika yang berasal dari keluarga yang lidak
harmonis Keluarga seharusnya mcnjadi wadah untuk menikmati kebahagiaan
dan curalian kasih sayang wahana silih asih silih asah dan silih asuh
Namun pada kenyataannya keluarga sering sekali justru menjadi pemicu
sang anak mcnjadi pemakai hal tersebut disebabkan karena kciuarga tersebut
kacau balau Hubungan antara anggota keluarga dingin bahkan tegang atau
bermusuhan
Komunikasi antara ayah ibu dan ariak-anak sering sekali
menciptakan suasana konflik yang tidak berkesudahan dimana bahwa
penyebab konllik tersebut sangal beragam Solusi semua konflik adalah
komunikasi yang baik periuh pcngerlian saling menghargai dan menyayangi
serta ingin selalu membahagiakaii
Konflik di dalam keluarga dapat mendorong anggota keluarga merasa
frustasi sehingga lerjebak memilih narkotika dan psikolropika sebagai
solusinya Biasanya yang paling rentan terhadap stres adalah anak kemudian
suami dan istri sebagai benleng terakhir Beberapa faktor yang bersumber
dari lingkungan keluarga yang dapat mempengaruhi seseorang atau individu
tertentu icrjun kc dalam lingkungan penyalahgunaan narkotika dan
36
psikotropika tcrsebut antara lain adatuh
a Koniimikasi niang tua-aiiak kiii-ang baikcfektif
b Hubungan dalam keluarga kunmgharmonisdisfimgsi dalam keluarga
c Orang tua bercerai bcrscitngkub atau kawin lagi
d Orang lua tcrlalu sibuk aUiu tidak acuh
e Orang tua oloriter alau scrba melarang
f Orang tua yang serha nieinbolehkan (pcrmisil)
g Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teiadan
h Orang tua kurang peduli dun tidak tahu dengan masalah narkolika
i Tata terlib alau disiplin keluarga yang selalu bcrubah (kiiiaiig konsisten)
j Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam kciuarga
dan
k Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahguna narkotika
dan psikotropika
Sitimsi buruk dalam keluarga yang soring menyudiitkan anak ke arah
narkotika dan psikotropika adalah
1) Anak merasa kurang mendapatkan kasih sayang dalam keluarga merasa
kesal keeewa dan kesepian
2) Anak merasa kurang dihargai kurang mendapatkan kepcrcayaan dun
selalu dianggap salah
3) Anak mengalami konflik dengan orang tua dalam masalah pacaran
memilih pasangan hidup atau meneniukan pilihan profesi cila-elta dan
Mardani Loc cil lial 99 AW hal 100
37
sebagainya
4) Anak kesal dan keeewa karena ayah dan ibuiiya kurang lianiionis dan
sering bertcngkar (broken home)
5) Suami thtsirasi karena tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapinya
dengan islrinya
6) Istri fnistrasi akibat konllik dengan suami tentang masalali ekonomi atau
adanya wanita lain di samping suami
Banyak pengguna narkotika dan psikolropika yang pada awalnya
dimulai karena pengaruh dari orang lain Bentuk pengaruh dari orang lain itu
dapat bervariasi mulai dari bujuk rayu lipii daya sampai kepada paksaan
a) Tipu Daya
Banyak anak yang ditipu oleh kenalon teman sahabat atau pacar
Seperti mengajak meraka untuk memakai narkotika dan psikolropika
dengan bemacam-macain tipuan Dengan alasan yang digunakan bahwa
narkotika dan psikotropika adalah vitamin obat pil pintar pil sehat atau
food supplement Tipuan itu dapat juga berupa bujukan bahwa narkotika
dan psikotropika tidak tcrlalu berbahaya kalau tahu raliasianya Banyak
orang di dalam masyarakat yang dikira orang baik-baik namun lemyata
pengedar narkotika dan psikotropika Walaupun orang itu adalah kawan
sahabat saudara atau pacar sebagai pengedar penipu tersebul akan tcga
menipu maupun menjebak kita Pengedar narkotika dan psikotropika
sangat pandui mcmasarkan narkotika dan psikotropika tersebut Dengan
menawarkan narkotika dan psikotropika sebagai mmn food supplement
38
pil scliat pil pintar dan sebagainya Dengan lipuan ini korban dari
kalangan kciuarga hannonis akan terjcrumus ke dalamnya Saat ini banyak
pemakai narkolika dan psikotropika dari keluarga harmonis bukan hanya
bull dari keluarga berantakan Banyak pekerja mahasiswa atau pelajar yang
tampii ioyo tertipu ketika kepadanya ditawarkan pil sehat vitamin atau pil
pintar Banyak pemuka agama juru dakwah atau pengkhotbah yang
tertipu karena pil sehal yang dlbelinya adalah narkotika dan
psikotropika Reaksi pemakaian narkotika dan psikotropika mula-mula
terasa menyehatkan dan membuat si korban tipuan terscbut sukses dalam
berdakwah atau berkhotbah Ibu rumah tangga juga dapat tertipu karena
ditawari pil pelangsing oleh saudara atau teman dalam arlsan dan lain-
lain Mulanya karena tipu daya akhimya setelah lerjebak menjadi
biasa
b) Bujuk rayu
Waftiia camlk pengedaf ftaTkotlka dan psikotFoplka biasanya menjebak
mangsa melaiui bujuk rayu Untuk memasarkun narkotika dan
psikotropika pengedar tersebut memilih profesi sebagai wanita penghibur
atau Wanita Tuna Susiala (WTS) Banyak eksekutif muda pekerja atau
bos-bos yang mulai memakai narkotika dan psikotropika karena rayuan
pekerja seks komersial hostess dan sebagainya Dalam mcmasarkan
narkotika dan psikotropika wanita tersebut merayu akan mau melayani
kencati kalau bersama-sama mengkonsumsi narkotika dan psikotropika
Subagyo Purlodlhario Loc cil hal 78
39
lebih dulu Muta-mula kurban memakai narkotika dan psikotropika karena
tergoda namun akhimya menjadi terbiasa
c) Paksaan
Banyak anak muda yang mengawali pemakaian narkotika dan psikotropika
karena dipaksa oleh sekawanun alau seseorang yang mengancam akan
mencelakainya Banyak pclajar atau nialiasiswa mengawali kebiasaan
memakai narkotika dan psikotropika dari keadaan terpaksa diancam oleh
sekawanan preman yang menghadang di tengah jalan Dari kelompok ini
pula terjaring pemakai yang berasal dari keluarga hannonis
Lingkungan sekoiah bagi pelajar tingkat SD SMP dan SMA
merupakan tempat yang stratcgls bagi para pelajar untuk menunjukkan jati
dirinya sehingga mereka terjun kepada penyalahgunaan narkotika dan
psikotropika ini faktor sekoiah yang merupakan bagian tcrpcnting yang
mempengaruhi adalah
a Sekoiah yang kurang disiplin
b Sekoiah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjiial narkotika atau
penjual psikolropika
c Sekoiah yang kurang member] kesempatan pada siswa untuk
mengembangkan diri secara kreatif dan positif
d Adanya murid pengguna narkotika atau psikotropika
Kartini Kurtono op cil hivl 124
40
B Pengaturan Sanksi Pidana Terhadaj) Pcnyalahgunaaan Narkotika dan
Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau
dari Perlindungan Terhadap Korban
Dalam hukum pidana di Indonesia terdapat adanya
ketldakseimbangan antara perlindungan korban kejahatan dcngan pelaku
kejahatan pada dasarnya mempakan salah satu pengingkaran dari asas setiap
warga negara bersamaan kcdudukannya dalam hukum dan pcmerinlahan
sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 sebagai
landasan konstitusional Perlindungan korban memiliki hubungan cral dcngan
teori pemidanaan yang dikemukakan Wirjono Prodjudikoro tujuan
pemidanaan adalah untuk niemenuhi rasa keadilan^
Ada Juga yang mengemukakan bahwa tujuan pemidanaan dapat
dilihat melalul 2 (dua) leorl mengenai alasan-alaitan yang membenarkan
(justification) penjatuhan hukuman (sanksi) yaitu Teori Absolut
(Vergeldingslheorie) dan Teori Relatif atau Doeitheorie Menurut Teori
Absolut (Vergeldingslheorie) tujuan pemidanaan sebagai pembalasan
terhadap para pelaku karena telah melakukan kejahatan yang mengakibatkan
kesengsaraan lerhadap orang lain alau anggota masyarakat sedangkan
Roeslan Saleh mengatakan sebagai reaksi-reaksi atasdelik yang berwujud
suatu nestapa yang scngaja dilimpakan ncgara kcpada pembuat delik
Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana Cctakan Iuriania (Jakarta Sinar Gnitlka2(W5)hii4
lcduu Mdipaung Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cctakun IcrliirMii (Jukiirtu Sinur Gratika 2005) hal 4
kiwsUin Saleh Shdsel Pidana Indonesia (Jukarlu liinn Aksara 19K7) hal 5
41
Menurut Teori Relatif Doeltheurie) tujuan pemidanaan adalah
a Menjerakan agar si pelaku atau terpidana menjadi jera dan tidak
mengulangi lagi perbuatannya specials presenile) sena masyarakat umum
agar mengertahui jika melakukan perbuatan yang sama akan mengalami
hukuman yang serupa atau disebut pula generalpreventte
h Memperbaiki pribadi si terpidana berdasarkan perlakuan dan pcndidikan
selama menjalani hukuman terpidana merasa menyesal dan tidak akan
mengulangi perbuatannya dan kcmbali kepada masyarakat sebgai orang
baik dan berguna dan
c Mcmblnasakan (menjatulikan hukuman mat) atau mcmbuat terpidana tidak
berdaya dengan menjatuhkan hukuman seiimur hidup
Pandangan di atas sangatlah wajar apabila beranjak dari pandangan
bahwa hukum pidana adalah hukum sanksi (hifzonderesancUerechl) sebab
dengan bertumpu pada sanksi itulah hukum pidana difungsikan untuk
menjamin keamanan ketertiban dan keadilan Dalam perkembangannya
ternyata tidak semua sarjana menyclujui maksud diadakannya pidana scperti
itu (sebagai suatu nestapa) karena muncul pendapat bahwa di samping pidana
ditujukan untuk memberikan penderitaan kcpada pelanggar atau mcmbuat
jera pemidanaan juga bertujuan agar pelaku dapat kembali hidup
bermasyarakat sebagaimana mestinya
Alasan yang paling inenonjol lerhadap upaya perubahan tersebut
adalah dengan meniperhatikan sisi kemanusiaan yang mcmandang bahwa
Ucdcn Mirpaung Opcil hal 4
42
sekalipiin tcrsangka telah melakukan kcsalahaii ia telap berkcdmiiikan sebagai
manusia utuh yang harus tetap diperlakukan sama dengan manusia lainnya
dan dilindungi hak asasi manusionya Karena itu pidana penjara saat ini
sedang mengalami masakrisis karena termasuk jenis pidana yang kurang
disukai Banyak kritik tajam ditujukan terhadap jenis pidana perampasan
kemerdekaan ini baik dllihat dari sudut efektifitasnya maupun dilihat dari
akibat-akibat lainnya menyertai atau berhubungan dcngan dirampasnya
kemerdekaan seseorang
Banyaknyu kritik yang diarahkan pada bentuk pemidanaan berupa
perampasan kemerdekaan (yang ditujukan untuk membuat jera pelaku)
sehingga berkembanglah bentuk pemidanaan lain yang dianggap lebih
manusiawi yaitu penjatuhan pidana berupa denda atau pemberian ganti
kerugian kepada korban Pemberian ganti kerugian pada awalnya merupakan
konsep kcperdalaan seperti halnya dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata yang mewajibkan setiap orang yang menyebabkan orang lain
menderita kerugian untuk membayar ganli rugi Dalam perkembangannya
konsep ini diterupkan pula dalam hukum pidana mengingat akibat yang
ditimbulkan pada korban tindak pidana akan selalu disertai dengan kerugian
baik mental fisik maupun material sehingga sangat wajar apabila korban pun
menuntui ganti kerugian pada pelaku guna memulihkan derita yang
dialaminya
Dengan memperhatikan pada beberapa teori klasik tentang tujuan
Uurtla Nawuwi Ariel Sislem Pemidanaan Menunii Konsep KIHP llaiu dan Latar Helakang Pemlklrannya Hahan Ienalaran Hukum Pidana V Undanu Kupang uinjyful 11 Juli-12 Agustus 1989
43
pemidanaan dapat disiinpulkan bahwa penjatuhan pidana lebih banyak
ditujukan untuk kepeiitingan pelaku dengan kata lain tujuan pemidanaan
hanya dimaksudkan imtuk mengubah perilaku dari pelaku kejahatan agar
tidak mengulangi lag perbuatannya sedangkan kcpentingan korban sama
sekali diabalkan
Perlindungan terhadap korban narkotika jika dihubungkan dengan
beberapa teori pemidanaan yang telah dipaparkan di atas maka peneliti
mengkaji bahwa dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang baru ini terdapat kescimbangan antara perlindungan terhadap
pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana bahwa berdasarkan sanksi
baik pidana maupun denda yang terdapat dalam undang-undang ini sangatlah
berat-berat dan tegas ]ni berarti bahwa undang-undang ini lebih
mementingkan korban dari pada pelaku kejahatan narkotika Mengingat
bahwa dengan adanya pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan
korban semakin banyak yang berjatuhan schingga daripada korbnnnya anak
bangsa yang memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara
Indonesia maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-
beratnya lerhadap si pelaku tindak pidana narkotika bahkan pidana mati atau
seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-
undang yang bam ini juga diatur mengenai rehabilitasi terhadap korban baik
korban yang diakibatkan oleh orang Iain maupun karena self victimizing
victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku itu sendiri
44
C Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Seif-
Victimizing Victims
1 Self-victimizing victims uarkotika dau psikotropika
Suatu viktimisasi adalah sebagai suatu permasalahan manusia yang
merupakan kenyataan sosial hal ini disebabkan karena setiap warga negara
berhak mendapatkan rasa aman dan bcbas dari segala bentuk kekerasan
sesuai dengan falsafah Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 Contohnya adalah seseorang akibat perbuatannya memakai
narkotika dapat menimbulkan bahwa si pemakai tersebut menjadi tidak
berdaya upaya dengan kata lain bahwa si pelaku telah menjadi korban
akibat perbuatannya sendiri yang menimbulkan perbuatan kriminal
Penyalahgunaan narkolika atau psikolropika merupakan perbuatan
kriminal karena telah melanggar ketentuan di dalam undang-undang yang
ada yakni Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tetang Psikotropika dan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Terlibatnya si
pelaku kejahatan atau tindak pidana yang menimbulkan kerugian terhadap
dirinya sendiri daiam hal inilah yang disebut dengan istilah self victimizing
victims yang merupakan bagian dari viktimisasi Sehubungan dengan itu
maka Wolfgang menyatakan beberapa Jenis viktimisasi ialah
1 Unrelated victims yaitu korban yang tidak ada hubungannya sama
sekali dengan terjadinya korban misalnya pada kasus kecelakaan
pesawat Dalam hal In tanggungjawab sepenuhnya terletak pada
Utplietin3|il(igspqtcom2()OSIOl|ukum-viktinivl9gihlml diakscs terakhir langgul l2Januari 2015
45
pelaku
2 Provocative victims yaitu seseorang yang secara aktif mendorong
dirinya menjadi korban misalnya kasus selingkuli dimana korban juga
sebagai pelaku
3 Participating victims yailu seseorang yang tidak berbuul tetapi dengan
sikapnya justru mendorong dirinya menjadi korban
4 Biologically weak victims yaitu mereka yang secara tisik memiliki
keleinalian atau potensi untuk mcnjadi korban misalnya orang tua
renla anak-anak dan orang yang tidak mampu bcrbual apa-apa
5 Socially weak victims Yaitu mereka yang memiliki kedudukan social
yang lemah yang menyebabkan mereka mcnjadi korban misalnya
korban perdagangan perempuan dan sebagainya
6 Self victimizing victims yaitu mereka yang menjadi korban karena
kejahatan yang dilakukannya sendiri pengguna obat bius judi aborsi
dan prostitusi
Dalam hal ini kedudukan viktimologi sebagai sebuah ilmu yang
mempelajari tentang korban memiliki peranan yang sangat penting ruang
lingkup viktimologi ini meliputi
1 Semua macam sciiap macam perbuatan kriminal yang mengakibatkan
orang-orang mcnjadi korban
2 Setiap orang atau pihak yang dapat menjadi korban baik orang
perorangan maupun suatu korporasi atau organLsasi
3 Setiap orang atau pihak yang dapal menimbulkan korban artinya
46
dimana disatu sisi orang terscbut dapat merugikan orang iain sehingga
orang tidak merasa aman akibat tindakanya
4 Cara-cara viktimisasi atau penimbulan korban
5 Bentuk-bentuk viktimisasi yang terdiri dari primary viclimizalion
adalah korban individualperorangan bukan kelompok secondary
victimizalion korbannya adalali kelompok misalnya badan hukum
tertiary Victimizalion yang menjadi korban adalah masyarakat luas
nun viciimozaiion korbannya tidak dapat segera diketahui misalnya
konsumen yang tertipu dalam menggunakan hasil produksi
6 Akibat viktimisasi
7 Pengaruh viktimisasi
8 Reaksi atau respons terhadap viktimisasi
9 Penyelesaian viktimisasi dan
10 Pengaturan yang berkaitan dengan viktimisasi (yang menjadi
perhatian viktimologi)
Studi viktimologi akan memberikan pemahaman kepada setiap
individu mengenai hak dan kewajibannya dalam rangka mengantisipasi
berbagai bahaya yang mengancamnya Viktimologi memberikan
sumbangan pemikiran mengenai masalah viktimisasi tidak langsung
dampak sosial polusi industri viktimisasi ekonomi politik dan
penyalahgunaan kewenangan Viktimologi ini juga memberikan dasar
pemikiran dalam penyelesaian viktimisasi kriminal atau factor viclimogen
dalam sistem peradilan pidana
47
Dari perspektif ikalan Korban Napza (IKON) l ial i yang dimaksud
sebagai korban adalah orangperorangan yang menderita secara langsung
dari penyalahgunaan napza dan tennasuk pula keluarga alau tanggungan
langsung dari korban Namun karena hukum dl Indonesia memandang
pengguna napza adaiah kriminal maka terjadilah dampak-dampak negalif
yang dialami oleh pengguna napza yang merupakan korban scperti
diskriminasi kriminallsasi kesehatan dan stigmatisasi Maka sebagai
korban IKON Bali mendorong agar dihentikannyadiskriminasi lerhadap
korban napza mendorong vonis rehabilitasi untuk korban napza
mendorong agar dihentikannya penyiksaan terhadap korban napza dan
yang terakhir adalah mendorong terpenuhinya hak atas kesehatan bagi
korban dan orang terinfeksi HIV Dengan melihat kondisi permasalahan
penanggulangan napza yang semakin tidak menentu dan meningkatnya
jumlah korban napza secara terus-menerus Maka Ikon Bali meminta
1) Penerapan SEMA Nomor 7 Tahun 2009 sebagai pemenuhan hak atas
kesehatan terhadap korban Mpza
2) Meminta kepada Pengadilan Negeri Denpasar untuk menjadi insiator
dalam penyusunan langkah teknis penerapan SEMA Nomor 7 Tahun
2009
3) Meminta kepada selunih instansi tcrkait untuk mulai meiigambil
langkah nyata dalam penanggulangan napza
43 Ibid
48
4) Meminta agar korban napza diperlakukan secara manusiawi tanpa
penyiksaan sligma dan diskriminasi
5) Ikon Bali mendukung secara penuh program-program pemerintab
dalam penanggulangan napza
2 Rehabilitasi terhadap self-victimizing victims
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
merupakan undang-undang yang baru menggantikan Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika Adapun pasal-pasal di dalam
undang-undang in yang mengatur mengenai perlindungan korban adalah
berbagai pasal-pasal yangmencantumkan rehabilitas kepada korban
maupun pelaku tindak pidana narkolika Pasal 1 ayat (16) meneniukan
defenisi mengenai rehabilitasi dipandang dari sisi medis yakni
Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara
terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan Narkotika
Sementara Itu dalam Pasal 1 ayat (17) ditentukan defenisi rehabilitasi
dipandang dari sisi sosial yakni Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses
kegiatan pemulihan secara terpadu baik fisik mental maupun sosial agar
bekas pecandu Narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosia dalam
kehidupan masyarakat
Diimdangkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang merupakan undang-undang baru ini tentu mempunyai
maksud dan tujuannya Adapun tujuan yang terdapat dalam Pasal 4 yang
berbunyi
49
Undang-Undang tentang Narkotika bertujuan
a Menjamin kelersediaiin Narkotika untuk kcpentingan peiayanan
kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
b Mencegah mclindungi dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari
penyalahgunaan Narkotika
c Memberanlas pcredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika dan
d Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi Penyalah
Guna dan pecandu Narkotika
Bentuk perlindungan terhadap korban dan pelaku kejahatan tindak
pidana narkotika di dalajn Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
disebutkan ada 2 (dua) macam yakni pengobatan dan rehabilitasi lerhadap
korban maupun pelaku Pada Pasal 53 ayat (3) tersebul di atas bahwa yang
dimaksud dengan buktl yangsah antara lain surat kctcrangan dokter
salinan resep atau labeletiket Selcngkapnya mengenai pengobatan
ditentukan dalam Pasal 53 yang berbunyi sebagai berikut
(1) Untuk kcpentingan pengobatan dan berdasarkan indikasi medis
dokter dapal memberikan Narkotika Golongan II atau Golongan III
dalam jumlah terbatas dan sediaan tertentu kepada pasien sesuai
dengan ketcnluan peraturan perundang-undangan
(2) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat ( I ) dapal memiliki
menyimpan danatau incmbawa Narkolika untuk dirinya sendiri
(3) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mempunyai bukti
yang sali bahwa Narkotika yang dimiiiki disimpan danatau dibawa
50
untuk digunakan diperoleh secara sail sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
Mengenai rehabilitasi terhadap korban dan pelaku tindak pidana
kejahatan penyalahgunaan narkotika merupakan suatu kewajiban bagi
pemerintah dan instansi masyarakat Sebagaimana ketentuan dalam Pasal
54 bahwa Pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika
wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial Dalam Pasal 56
disebutkan juga bahwa
(1) Rehabilitasi mcdis Pecandu Narkotika dilakukan di rumah sakit yang
ditunjuk oleh Menteri
(2) Lembaga rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan oleh instansi
pemerintah atau masyarakat dapat melakukan rehabililasi medis
Pecandu Narkotika setelah mendapat persetujuan Menteri
Kemudian dipertegas kembali dalam Pasal 57 bahwa selain melaiui
pengobatan danatau rehabilitasi medis penyembuhan Pecandu Narkotika
dapat diselenggarakan oleh instansi pemerintah alau masyarakat melaiui
pendekatan keagamaan dan tradisional Salah satu tugas dan wewenang
Badan Narkotika Nasional adalah meningkatkan kemampuan lembaga
rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu Narkotika baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat
Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 ini terdapat
pengecualian dalam hal luniutan pidana terhadap anak yang masih berada
di bawah umur Misalnya terdapat di dalam salah satu pasalnya yakni pada
51
Pasal 128 ayal ( I ) yang bcrbunyi Orang tua atau wali dari pecandu yang
belum cukup umur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) yang
sengaja tidak mciapor dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6
(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp 100000000 satu juta
rupiah) Tetapi di datam ketentuan tain yakni pada Pasal 128 ayat (2) dan
ayal (3) ditentukan bahwa anak yang masih di bawah umur tidak dapat
dituntut pidami selcngkapnya pasal tersebul berbunyi Pecandu Narkotika
yang belum cukup umur dan telah dilaporkan oleh orang tua atau walinya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat ( I ) tidak dituntut pidana
(Pasal 128 ayat (2)) dan Pecandu Narkotika yang telah cukup umur
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) yang sedang menjalani
rehabilitasi mcdis 2 (dua) kali masa perawatan dokter di rumah sakit
danatau lembaga rehabilitasi medis yang ditunjuk oleh pemerintah tidak
dituntut pidana
Pada awalnya narkotika digunakan unluk kcpentingan umat
manusia khususnya untuk pengobatan dan peiayanan kesehatan Namun
dcngan semakin bcrkembangnya ilmu pcngclaliuan dan teknologi
peruntukan narkotika mengalami perluasan hingga kepada hal-hal yang
negatif
Di dunia kedokteran narkotika banyak digunakan khususnya
dalam proses pembiusan sebelum pasien diopcrasi mengingat di dalam
narkotika terkandung zat yang dapat mempengaruhi perasaan pikiran serta
kesadaran pusieti Oleh karena itu agar penggunaan narkotika dapal
52
memberikan manfaat bagi kehidupanurnat manusia maka pcredarannya
harus diawasi secara ketat sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 60 sampai
dengan Pasal 63 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang menyebutkan
Pasai 60 ditentukan bahwa
(1) Pemerintah melakukan pembinaan terhadap segala kegiatan yang
berhubungan dengan Narkolika
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meiipuli upaya
a Memenuhi ketcrsediaan Narkotika unluk kcpentingan peiayanan
kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
b Mencegah penyalahgunaan Narkotika
c Mencegah generasi muda dan anak usia sekoiah
dalampenyalahgunaan Narkotika termasuk dengan memasukkan
pendidikanyang berkaitan dengan Narkotika dalam kurikulum
sekoiah dasarsampai lanjutan atas
d Mendorong dan menunjang kegiatan penelitian danatau
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di brdang
narkolika unluk kcpentingan peiayanan kesehatan dan
e Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis bagi
Pecandu Narkotika baik yang diselenggarakan oleh pemerintah
maupun masyarakat
53
Pasal 61 ditentukan baiiwa
(1) Pemerintah melakukan pcngawasan terhadap segala kegiatan yang
berkaitan dengan Narkotika
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
1 Narkolika dan Prekursor Narkolika untuk kcpentingan peiayanan
kesehatan danatau pengembangan Hmu pengetahuan dan
teknologi
2 Alat-alat potensial yang dapat disaiahgunakan untuk melakukan
tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkolika
3 Evaluasi keamanan khasiat dan mutu produk sebelum diedarkan
4 Produksi
5 impor dan ekspor
6 Pcrcdaran
7 Pelabeian
8 Tnformasi dan
9 Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Pasal 62 berbunyi Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasai 60 dan pengawasan sebagaimana
dimaksiiddalam Pasal 61 diatur dengan Peraturan Pemerintah Dan dalam
Pasal 63 disebutkan bahwa Pemerintah mengupayakan kerja sama
dengan ncgara lain danatau badan intcmasional secara bilateral dan
multiialeral baik regional maupun internasional dalam rangka pembinaan
dan pengawasan Narkotika dan Prekursor Narkotika sesuai dengan
54
kcpentingan nasional
Berdasarkan biinyi beberapa pasa di atas mengenai pengawasan
terhadap pentingnya peredaran narkotika wajib diawasi secara ketat
dikarenakan saat ini pemanfaatannya banyak untuk hal-hal yang negatif
D i samping itu melaiui perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi penyebaran narkotika sudah menjangkau hampir ke semua
wilayah di Indonesia hingga ke pelosok-pelosok Daerah yang sebelumnya
tidak pcrriah tersentuh oleh peredaran narkotika lambat laun berubah
menjadi sentra peredaran narkotika Begitu pula anak-anak yang pada
mulanya awam terhadap barang haram ini telah berubah menjadi sosok
pecandu yang siikar untuk dilepaskan ketergantungannya
Sebelum Iahimya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
mengenai narkotika diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997
tentang Narkotika namun undang-undang ini tidak dapat dipertahankan
lagi keberadaannya karena adanya perkembangan kualitas kejahatan
narkotika yang sudali menjadi ancaman serius bagi kehidupan umat
manusia Pengguna narkotika sangat beragam dan menjangkau semua
lapisan masyarakat mulai dari anak-anak hingga orang dewasa orang
awam hingga artis bahkan hingga pejabat publik
Efek negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan narkotika secara
berlebihan dalam jangka waktu lama serta tidak diawasi oleh ahlinya
dapat
menimbulkan berbagai dampak negatif pada penggunanya baik secara
55
fisik maupun psikis Bahkan tidak janing penggunaan narkotika dapat
memicu terjadinya berbagai tindak pidana Karena itu untuk mencegah
semakin mcluasnya dampak negalif yang ditimbulkan dari penggunaan
narkotika maka pengawasan tidak hanya terbatas pada peredaran
narkotika tetapi juga pada mereka yang menjadi korban misalnya
sescorang yang menderita ketergantungan narkotika (pecandu) Apabila
seorang pecandu narkotika telah divonis bcrsalah oleh hakim atas tindak
pidana narkotika yang dilakukannya maka untuk memberikan kesempatan
pada yang bersangkutan agar tcrbebas dari kecanduaniiya maka hakim
dapat mcmutuskan untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani
pengobatan danatau perawatan
Pengobatan dan perawatan terhadap pecandu narkotika dilakukan
melaiui fasilitas rchabilitasi Rcliabilitasi medis dan sosial yang diberikan
kepada pecandu dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan
kemampuan fisik mental dan sosialnya Selain pengobatan dan perawatan
melaiui rehabililasi medis proses penyembuhan pecandu narkotika dapat
diiaksanakan oleh masyarakat melalul pendekatan keagamaan dan
tradisional
Sebagai conloh di Pakem Sleman Yogyakarta telah didirikan
sualu kliiiik alau Pusat Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkotika
Psikolropika dan Zal-zat Aditiflainnya (NAPZA) Terpadu yang didirikan
atas kerjasania Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dan
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang diresmikan pada tanggal 7
56
Desember 2005 Tujuan umum pendiriaii pusat rehabilitasi terpadu ini
adalah untuk memberikan jaminan penanganan paripurnakepada korban
penyalahgunaan Napza melaiui aspek hukum aspek medis aspek sosial
aspek spiritual serta pengembangan pcndidikan dan pelatihan dalam
bidang NAPZA secara terpadu sedangkan tujuan khususnya adalah
1 Terhindarnya korban dan instilusi dan penelrasi pengedar
2 Terhindarnya kerusakan mental dun masa depan para penyalah guna
Napza yang akan mcmbtinuh potensi pengembangan mereka
3 Terhindarnya korban-korban baru akibat penularan penyakil-penyakit
seperti Hepatitis HIVAIDS dan penyakit menular lainnya
4 Terwujudnya proses pengembangan penanganan korban NAPZA dan
aspek ilmiah serta keiimuan yang dinamis sesuai perkembangan zaman
sebagai pusat jaringan informasi terpadu dan mewujudkan teknis
penanganan penyalahgunaan narkotika dan obat-obalan terlarang bagi
daerah sekitamya maupun nasional
Pemberian perlindungan kepada korban narkotika lentil tidak dapat
dibebankan sepenuhnya kcpada pemeriiilah peran serta masyarakat pun
diharapkan ada salah salunya diterimanya kembali mantan pani pengguna
dalam lingkungannya tanpa melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya
diskriminatif bahkan dengan mcmposisikan mereka sebagai warga keias
dua yang harus dljauhi
Bentuk periindunganyang diberikan terhadap pelaku maupun
Dikdik M ArilMansur dan tUisUiris Guitom loa cil hal 90
57
korban penyalahgunaan narkolika dan psikotropika daiambentuk
rehabilitasi
Rehabilitasi adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang
dilujukan kepada pemakai narkolika dan psikotropika yang sudah
menjalani program kuratif Tujuannya agar pelaku tidak memakai lagi
dan bebas dari penyakit ikutan yang disebabkan oleh bekas pemakaian
narkotika dan psikotropika
3 Tahapan-tahapan rchabilitasi terhadap self-victimizing victims
Tahapan-tahapan rehabilitasi terhadap self-victimizing victims atas
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika yang ada di Indonesia tidak
sama Ada yang menekankan rehabilitasi hanya pada aspek medis ada
pula yang lebih menekankan pada aspek rohani Atau memadukan kedua
pendekatan tersebut dengan komposisi yang seimbang Yang ideal
rehabilitasi seorang korban narkotika dan psikotropika harus dilakukan
secara holisitik baik secara fisik psikis maupun kerohaiiiannya
1 Tahapan pengobatan (rehabilitasi)
Secara umum ada beberapa tahapan yang harus dilewati
Masing-masing tahapan tersebut memakan waktu bervariasi ada yang
seminggii sebulan dan bahkan berbu lan-bulan tcrgantung tingkat
ketergantungan tekad korban dan juga dukungan berbagai pihak
terutama keluarga dalam seluruh proses tersebut Setiap tahapan
Subagjo PiirloUiharjo Loc cU hal 105 ^ E M Giri Prastowo loc cil hal 28 -29
58
tersebut disusun dan dibuat untuk inenganlar pasien secara bertaiiap
melepaskan dari ketergantungan narkotika dan psikotropika Beberapa
tahapan rehabilitasi ini yang disajikan berikut sudah Icruji dapat
menyembuhkan atau memulihkan korban narkotika dan psikotropika
secara maksimal
a Tahapan transisi
Penekanaii dalam tahap ini lebih kepada informasi awal
tentang korbanseperti
1) Latar belakang korban
2) Lama ketergantungan
3) Jenis obat yang dipakai
4) Akibat-akibat ketergantungan dan
5) Berbagai inlbrniasi lainnya
Hal ini penling sehingga pada saatnya akan menjadi acuan
bagi pihak yang terlibat secara intensif dalam proses rehabilitasi
Ahl i yang berkompeten (dokter) akan menganaiisa tingkat
ketergantungan korban untuk kemudian meneniukan tingkat
pengobatan dan tingkat pembinaan bagi si korban schingga terapi
dan metode pengobatan bisa dilakukan secara terukur
Tahapan ini Juga dapat dijadikan rujukan untuk meneari
model rehabilitasi yang paling tepat bagi yang bersangkutan Pada
tahap ini tim rehabilitasi akan membantu korban agar menyadari
dirinya sedang menghadapl masalah ketergantungan narkotika dan
59
psikotropika Korban diajak untuk bersama-sama mengatasinya Hal
ini penting karena proses rchabilitasi tidak akan berhasil tanpa
adanya kesadaran korban tentang adanya bahaya yang dihadapinya
Dari situ akan dibangun tekad dan komitmennya untuk
meninggalkan narkotika dan psikotropika
Selain itu pada tahapan ini akan diteliti akibat fisik dari
penggunaan narkotika dan psikotropika Sejauh mana tingkat
kerusakan syaraf dan organ-organ tubuhnya yang rusak Unluk itu
diadakan pemeriksaaii laboratoriumiengkap dan tes penunjang untuk
mcndeteksi penyakit yang diderita korban A[)abia dalam
pemeriksaan ditemukan satu atau beberapa penyakit maka terlebih
dahulu diadakan pengobalan medis sebelum penderita mendapat
proses rehabilitasi lanjutan Langkah ini penting selain agar tubuh
yang bersangkutan bebas dari penyakit juga untuk mencegah
terjadinya penularan balk kepada korban narkotika dan psikotropika
ini diadakan pembersihan darah pada tubuh pecandu sehingga darah
menjadi bersih dan sistem metabolisme tubuh kembali normal
Proses ini dapat dilakukan melaiui cara-cara berikut
1) Cold Turkey abrupt withdrawal) yaitu proses penghentian
pemakaian narkotika dan psikolropika secara tiba-tiba tanpa
disertai dengan substitusi antidotum
2) Bertaliap atau substitusi bertahap misalnya dengan kodein
^Ibidhal 30
60
methadone CPZ atau clocard selama i -2 minggu
3) Rapid Detoxification dilakukan dengan anestesi umum (6-12
jam) dan
4) Simtomatik tergantung gejala yang dirasakan
2 Rehabilitasi intensif
Setelah melewati masa transisi (pengumpulan informasi tentang
keadaan korban dan latar belakangnya) baru masiik pada fase
berikutnya yakni proses penyembuhan secara psikis Motivasi dan
potensi dirinya dibangun daiam tahap ini Korban diajak untuk
menemukan dirinya dan segala potensinya sambil juga menyadari
berbagai keterbalasannya Bahwa untuk mengatasi masalah hidup yang
bersangkutan tidak perlu harus mengkonsumsi narkotika dan
psikotropika Narkotika dan psikotropika justru menciptakan masalah
baru yang jauh lebih besar dalam hidupnya Narkotika dan psikotropika
bukanlah solusi tetapi menjadisumber masalah Pada tahap ini berbagai
contoh dapat dipcrlihatkan kepada korban
Yang terlibat di dalam tahap ini yang utama adalah korban itu
sendiri sebagai pelaku self-victimizing victims) Korban harus punya
tekad untuk hidup tanpa narkotika dan psikotropika Korban harus bisa
menatap masa depan dengan penuh optimisme Selain yang
bersangkutan peranan keluarga (orang liia dan saudara-saudaranya
suami atau istri) juga sangal pcnling Anggota keluarga ini harus secara
intensifmendampingi dan jnenopang korban
61
Staf di paiiti rehabilitasi para konselor psikolog dan semua
pihak di panti rehabilitasi untuk bersama-sama mcmbangun
kepercayaan diri korban Seluruh proses ini membutuhkan waktu
berbulan-bulan bahkan selama bertahun-tahun tergantung tingkat
ketergantungan dan efeknya bagi korban Berbagai terapi yang
dilakukan selama dalam tahap ini baik yang dilakukan secara pribadi
maupun bersama-sama lewat berbagai aktivitas di panti rehabilitasi
tersebut bertujuan untuk memberdayakan kembali korban yang disekian
lama telah terpuruk oleh narkolika dan psikotropika Sebagai langkah
awal untuk sosialisasi diri dengan masyarakat korban juga secara
bertahap mulai mcmbangun komunikasi dengan orang lain di Iuar
komunitas rehabilitasi
Menurut Romo Lambertus Somar MSG dalam bukunya
Rehabilitasi Pecandu Narkotika dan Psikotropika pada tahap ini ada
tiga titik yang harus dilewati yang lebih dikenal dengan tahapan
stabilisasi pribadi yailu^
1 Secara sadar dan tekun melepaskan diri dari berbagai penyakit dan
akibatakibat lainnya (no to drugs) Tahap ini merupakan tahap
stabilisasi awai atau tahap konsolidasi (comolidation)
2 Menemukan jati diri menguasai kiat-kiat dan keterampilan-
keterampilan untuk menyehatkan serta mengisi hidup secara lebih
bermakna dan bermulu Latihan keterampilan vokasional (kerja) dan
E M Giri Praslowo Loc cil hal 32
62
peiigungkapan diri dari dimulai dibina sebiiigga disebul juga (afiap
pengukuan diri (jyerwtuil appraisal) Inilah lahap slabilisasi
niericiigah (inadya)
3 Dengan inisiatif pribadi orang secara sadar mulai berfikir dan
bertindak untuk mencapai prestasi-prestasi tertentu schingga disebut
juga tahap positive thinking and doing Tahap ini merupakan tahap
stabilisasi akhir
4 Tahap rekonsiliasi Tahapan berikut yang harus dilewati dan sangat
vital adalah tahap rekonsiliasi Tara korban tidak langsung
herinlcraksi secara bebas dcngan masyarakat akan tctiipi lerleblh
dahulu ditampung di sebuah lingkungan khusus selama beberapa
waktu sampai pasien benar-benar siap secara mental dan rohani
kembali kelingkungannya semula Yang paling ulama dalam fase ini
adalah pembinaan mental spiritual keimanan dan ketakwaan serta
kcsepiikatan sosial kemasyarakaian Proses ini bisa meliputi program
pembinaan jasmani dan rohani
Sampai ke tahap ini yang bersangkutan masih tcrikat dengan
rehabilitasi foimal namun sudah mulai membiasakan diri dengan
masyarakat Iuar sehingga merupakan proses resosialisasi (reentry) atau
penyesuaian (reconcilialion) Proses ini melewati tiga titik penting juga
yaitu
1 Tinggal lebih sering dan lebih lama di lingkungan keluarga sebagai
63
teiiipal tinggal tetap atau pun tempat tinggal transit unluk
resosialisasi sambil mclaiijiitkan kegiatan pilihan sebagai penunjang
masa selanjutnya Di sini terjadi perdamaian dan penycsuaian-
penyesuaian kembali dengan lingkungan
2 Rencana masa depan yang jelas dan siap direalisasikaii dengan
dukungan keluarga atau pihak-pihak lain Pada tahap ini korban
dapat memulai aktivitasnya lagi seperti sekolahkuliah mulai bekerja
atau merintis usaha sendiri
3 Kontak awal dengan kelompok-keiompok atau program-program
pemeliharaan lanjut aftercare) Di sini orang meiierima dirinya
seperti apa adanya merasa puas lalu mempercayakan dirinya ke
tangan orang lain
4 Pciiieliharaaii Lanjut Pada tahap ini walaupun secara fisik yang
bersangkutan sudah dinyatakan seliul dan secara psikis pun sudali
pulih namun masih ada kcmungkinan mereka akan tergclincir
kembali icbihlebih saat mereka sedang menghadapl masalah Pada
saat itu bisa Jadi mereka bemostagia dengan menikmati narkolika
dan psikotropika Saat ini juga niwaii Karena itu setiap korban yang
niemasuki tahap inidipersiapkaii sungguh-sungguh agar dapal
melewati dan mengatasi sUuasi rawan ini dengan melewati tiga titik
ini yakni
a Mengubah menghilangkan aUiu menjauhi hal-hal yang bersifat
bid hul 34
64
nostaigia kesenaiigan narkolika dan psikolropika
b Setiap mengikuti program-program dan aeara-acara aftercare
(pemeliharaan lanjut) dan
c Dapat juga mcUbatkan diri dalam gerakan atau kelompok bersih
narkoba dan peduli penanggulangannya
BAB IV
PENUTUP
A Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dipaparkan tersebut di atas peneliti
memberikan beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap
permasalahan di dalam penelitian ini sebagai berikut
Di antara berbagai faktor yang dapat mempengaruhi seseorang atau
individu menyalahgunakan narkotika atau psikotropika terdapat faktor
yang paling duininan yakni laktor yang bersumber dari keadaan keluarga
dan lingkungan bukan karcnn faktor individunya Karena faktor keluarga
yang buruk dan lingkungan yang juga buruk dan saling mendukung dapat
mempengaruhi individu menjadi pelaku lindak pidana penyalahgunaan
narkolika dan psikotropika tersebut dengan kata lain faktor keluarga dan
lingkungan yang buruk ini membuka kesempatan kcpada seseorang untuk
merasakan pergaulan dengan narkotika atau psikotropika sehingga dapal
menimbulkan ketergantungan terhadapnya
2 Perlindungan lerhadap korban narkotika- jika dihubungkan dengan
beberapa teori pemidanaan dalam perspektif Undang-Undatig Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika yang baru terdapai keseimbangan antara
perlindungan terhadap pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana
bahwa berdasarkan sanksi baik pidana maupun denda yang terdapat dalam
undang-undang ini sangatlah bcrat-bcnil dan tegas Ini berarti bahwa
65 bull
66
undang-undang narkotika yang baru tersebut lebih mementingkan korban
dari pada pelaku kejalialan narkotika Mengingat bahwa dcngan adanya
pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan ktgtrban semakin
banyak yang berjatuhan seliingga daripada korbannya anak bangsa yang
memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara Indonesia
maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-beratnya
terhadap si pelaku lindak pidana narkolika bahkan pidana mati atau
seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-
undang yang baru ini juga diatur mengenai rchabilitasi terhadap korban
baik korban yang diakibatkan oleh orang lain niaiipim karena self
victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku ilu
sendiri
Saran
Adapun yang menjadi saran peneliti di dalam penelitian ini yang
menjadi harapan untuk dipcrliatikan bersama adalah sebagai berikut
1 Diharapkan bagi setiap keluarga untuk menjaga keharmonisan melakukan
pengawasan dan mcnanainkan pcndidikan yang benar terutama dalam lial
menyeimbangkan antara emosi inteligensi dan spritual sejak dari din
terhadap anak sebagai benteng terhadap dirinya untuk dapat membentengi
dari pengaruh narkotika dan psikotropika yang semakin mengancam
keadaan lingkungan masyarakat
2 Diharapkan terhadap pemerintah untuk melakukan sosialisasi yang
teriiitegrasi dan menyeluruh terhadap semua lapisan masyarakat baik
67
masyarakat di pedesan (primitlf) maupun masyarakat kota betapa besamya
sanksi pidana dan denda yang digariskan di dalam undang-undang
narkotika dan psikotropika misalnya dcngan mcmpublikasikannya dalam
bentuk billboard di pcrsiinpangan jalan sehingga setiap orang yang lewat
dengan secara otomatis masyarakat akan inengelaliuinya dan
berkemuiigkiiian orang yang membacanya setidaknya tlmbul rasa takut
untuk terjun ke dalam penyalahgunaaan narkotika dan psikotropika
tersebut
D A F T A R PUSTAKA
A Bukii
Arrasjid Chainur Sualu Pemikiran Tentang Psikologi Kriminil Mcdan Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU 1999
Gerson Bawengan Penganlar Psichology Kriminil Jakarta Pradya Pramita 1973
Gosita Arif Masalah Korban Kejahatan Jakarta Akademika Pressindo 1993
Hakim M Ariel Narkoba Bahaya dan Penanggulangannya Bandung Jembar 2007
Hawari Dadang Konsep islam Memerangi AIDS dan NAZA Get X i Yogyakarta Dhana Baktl Priaya 1997
Kaligis OC dan Soedjono Dirdjosisworo Narkoba dan Peradilannya di Indonesia (Retbrmasi Hukum Pidana Melaiui Perundangan dan Peradilan) Bandung PT Alumni 2002
Kartono Kartini Psichology Abnormal Bandung Alumni 1972
Mansur Dikdik M Arif dan Elistaris Guitom Urgensi Perlindungan Korban Kejahalan Antara Norma dan Reaiita Bandung Agustus Fakultas Hukum Universitas Padjajaran 2006
Mardani Penyalahgunaan Narkoba Daiam Perspeklif Hukum islam dan hukum Pidana Nasional Jakarta IH RajuGrufindoPersado 2007
Marpaung Leden Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005
Moelyono Anton M Kumus Besar Bahasa Indonesia Get 11 Jakarta Balai Pustaka 1988
Muladi HAM Dalam Persepkiif Sistem Peradilan Pidana dalam Muladi (ed) Hak Asasi Manusia Hakekal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat Bandung Refika Aditama 2005
dan Barda Nawawi Arlef Bunga Rampai Hukum Pidana Bandung Alumni 1992
Partodiharjo Subagyo Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannyai Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2003
Ioyk Fanny Jonathans Sehiiah Kesehatan Narkoba Sayonara Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2006
Prastowo EM Giri Rehabilitasi Bagi Korban Narkoba Tangcrang Visimedia 2006
Prodjodikoro Wirjono Asas-asas Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005
Roeslan Saieh Stelsel Pidana Indonesia Jakarta Bina Aksara 1987
Soedjono D Segi Hukum Tentang Narkolika di Indonesia Bandung Karya Nusanlara 1977
Hukum Narkolika Indonesia Bandung PT Citra Adtya Baktl i 990
Soekanto Soerjono dan Sri Mumadjj Penelitian Hukum Normalif Suatu Tijnjauan Singkat Jakarta Rajagrafindo Persada 2001
Sudarsono Kenakalan Remaja cet Ii Jakarta Rineka Cipta 1992
Tom dkk Bahaya NAPZA Bagi Pelajar Bandung Yayasan Al-Ghifari Morgan 1999
Tim BNN Materi Advokad Pencegahan Narkoba Jakarta Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia 2005
Yustisia Himpunan Peraturan Pemndang-Undangan Anti Narkoba diterjenialikuii oleh Tim iustaka Yuslisia Yogyakarta iuslaka Yustisia 2006
Waluyo Bambang Penelitian Hukum dalam Prakiek Jakarta Sinar Grafika 1996
Wcda Made Darma Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korporasi dalam niingti Rampai Viktimisasi Bandung Eresco 1995
B Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Pasal 152
Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika22Tahun 1997 tentang Narkotika
Keppres Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkolika Nasional
CInternet
htlpwwwbnngoidportalbariiiiorlalkQnlenpltpniima^Prorilampop^visi niisiamp tnn=lamp diakses tcrakiiir tanggal 13 November 2014
httpthed03hlogspoteom2008l Ohukuiii-viktimolQgihtmk diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014
httpwwwikonbaliorg26062Q(19advokasipctisi-ikon-bali-segera-tcrapkan-semahtml Petisi Ikalan Korban Napza (IKON) dalam rangka menyambut Hari Anti Narkotika (HANI) dan Hari Anti Penyiksaan 2009 diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014
httpwwwsurnekscoidindexphp7pption=^om cpntentampview=articleampid=^1405 2010-kej ati-baru-terapkan-uu-no-3 52009ampcatid=44 ilir-barat-i-bukit-keciIampUemid=94 diakses lerakJiir tanggal 12 Desember 2014
httpidsbvoongcQmexact-sciencesl8Q8652-getielika-dan-keiahatan Faktor Genetik Penyebab Kejahalan diakses terakhir tanggal 10 jaiiuari 2014
httpwwwasiasecuritiescoidsys 12ximagesstories201QEqtiitv2Q Pdf diakses terakhir tanggal 10 Januari 2014
LAMPIRAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
F A K U L T A S HUKUM
K A R T U AKTIVITAS BIMBINGAN SKRIPSI
N A M A MAHASISWA DIANA SAPUTRA
N O M O R INDUK MAHASISWA 50 2011 059
P R O G R A M STUDI I L M U H U K U M
PROG K E K H U S U S A N H U K U M PIDANA
P E M B I M B I N G M S O L E H IDRUS SHMH
l U D U L SKRIPSI P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T U N D A N G U N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I
KONSULTASI
K F -
MATERI YANG
DIBIMBINGKAN
PARAF
PEMBIMBING K E T
luymdash
y^ ^ Tlt2 N ^
7 M e
fSUL
k ^
CATATAN MOHON DIBERI WAKTU MENYELESAIKAN SKRIlSl RUiAN SEJAK TANGGAL DIKELUARKAN DITETAIKAN
DIKELUARKAN DI PALEMBANG PADA TANGGAL KETUA BAGIAN
JUDUL P E N Y A L A H G U N A A N N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG UNDANG N O M O R 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I
P E R M A S A L A H A N 1 Apa yang menjadi faktor tcrjadinya penyalaJigunaan narkotika dan psikotropika
2 Bagaimana pengaturan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspektif victimologi
B A B l P H N D A I i U L U A N A Latar Belakang B Permasalahan C Ruang Lingkup dan Tujuan D Metode Penelitian E Sistematika Penulisan
B A B 11 T I N J A U A N PUSTAKA
A Pengertian penyalahgunaan B Pengertian victimologi C Ruang lingkup victimologi D Jents dan penggolongan narkotika dan psikotropika E Undang Undang yang mengatur tentang narkotika
dan psikotropika
BAB I I I PEMBAHASAN A Faktor yang menyebabkan terjadinya
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika
B Penyalahgunaan narkotika dan psikolropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspeklif victimologi
BAB IV PENUTUP A Kesimpulan
B Saran-saran
DAF1AR PUSTAKA
L A M P I R A N - L A M P I R A N
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM
Lampiran Perihal Kepada
Sistematika penulisan (Outline) Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi YUi NUR HUSNI LMILSON SHSpNMH
Pembimbing Akademik Fakultas Hukum UMP dl-Palembaniz
Assalamualaikum WrWb
Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama DIANA SAPU I RA
Program Kekhususan Flukum Pidana
fada semester Lianjil tatiun kuliati 2UI42UI5 sudah menyelesaikan betian studi yang meliputi MPKMKKMKBMPBMBB (139 sks)
Dengan ini mengajukan pcrmohonan untuk penelitian Hukum dan Penulis Skripsi dengan judul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG-UNDANG N O M O R 35 T A H U N 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I
Demikianlah atas perkenaan Ibu diucapkan terima kasih
Wassalamualaikum WrWb
NIM 50 2011 059 Ilmu Hukum Program Studi
Palembang September 2014 Pemohon ^^--^5
Rekomendasi PAYbs
Pembimbing Akademik
HUSNI EMHSON SH SpN MH
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM
REKOMENDASI DAN PEMBIMBING SKRIPSI
Nama Nim Program Study Program Kekhususan Judul skripsi
DIANA SAPUTRA 50 2011 059 Ilmu Hukum Hukum pidana PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI
I Rekomendasi Ketua Bagian a Rekomendasi
b Usulan Pembimbing
Hukum Pidana
raiemoang iepiemt)er zu 14 KetuaJBagu
LuuTiiiAKNurCsHrR^
I L Penatapan Pembimbing Skripsi Oleh Wakil Dekan I
1 2
Palembang September 2014 Wakil Dekan I
- i poundL Dr Hj SRI S U L A S T R I SH M H
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah i n i Nama Tempat Tanggal Lahir N I M Program Studi Program Kekhususan
DIANA SAPUTRA PetransJaya 15 Januari 1992 502011059 Ilmu Hukum Hukum Pidana
Menyatakan bahwa karya ilmiah skripsi saya yang berjudul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANGshyU N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F VICTIMOLOGI
Adalah bukan merupakan karya tulis orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali daiam bentuk kutipan yang telah kami sebutkan sumbemya
Demikianlah surat pemyataan ini kami buat dengan sebenar-benamya dan apabila pemyataan ini tidak benar kami bersedia mendapatkan sanksi akademis
Palembang September 2014
PERMOHONAN UNTUK MENGIKUTI SEMINAR PROPOSAL
Palembang Oktober2014 Perihal Mohon untuk diiaksanakan seminar
Proposal Penelitian Skripsi
Kepada Yth Ibu Luil Maknun SH MH Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang D i -
Palembang
Assalamualaikum Wr Wb Saya yang bertanda tangan dibawah Ini Nama DIANA SAPUTRA
NIM 50 2011 059
Program Kekhususan Hukum Pidana
Bahwa yang bersangkutan telah layak untuk mer^ikiuti Seminar Proposal rencana penelitian skripsi yang judul PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI
Mohon kiranya yang bersangkutan untuk dijadwalkan mengikuti Seminar Proposal usul Penelitian Skripsi
Demikianlah disampaikan untuk dipertimban^Lan Wassalamualaikum Wr Wb
Pembimbing Skripsi
M SOLEH IDRUS3HMS
H A L A M A N P E R S E T U J U A N U N T U K M E N G I K U T I S E M I N A R P R O P O S A L
Nama DIANA S A P U T R A
N I M 50 2011059
Program studi Ilmu Hukum
Program kekhususan Hukum Pidana
Judui Penelitian PENYALAHGUNAAN N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A
MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI P E R S P E K T I F VICTIMOUHH
Palembang Oktober2014 Disetujui Pembimbing
M S O L E H IDRUSSH MS
Ketua Bagian Hukum Pidana
LuU MaknunSH M H
![Page 14: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/14.jpg)
5
Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Oleh sebab itu
maka judui yang dipilih unluk diteliti dalam penelitian adalah
Penyalahgunaan Narkotika dan Pstkolropka Menurut Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 Dari Perspektif Victimologi
B Perumusan Masalah
1 Apa yang menjadi faktor faktor yang menyebabkan terjadinya
2 Bagainiana pengaturan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika dan
Psikotropika daiam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dari perspektif
victimology
C Ruaug lingkup daii tujuan
Ruang lingkup
Secara umum ruang lingkup skripsi ini untuk mengetahui apa yang
menjadi faktor faktor terjadinya penyalahgunaan narkobadan
penyalahgunaan norkoba menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari
perspektil victimologi
Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan penulisan ini adaiah
sebagai bfrikut
1 Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
penyalahgunaan Narkoba
2 Untuk mengetahui pengaturan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika
dan Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Talum 2009 dari
penyakiligunaanTiarkotika dan psikotropika
6
perspektif viAimo(gtg[
E Metode rcncHtl
Untuk memperoleh data yang kongkril sebagai pcdoman dalam
penulisan skripsi ini maka penulis menggunaan metode sebagai berikul
1 Metode pclaksanaan penelitian
dalam pclaksanaan ini penulis menggunaan metode penelitian hukum
normatif yang bersifal diskriftif dengan menggunaan dala skunder
Penelitian nukum norkatif ini merupakan penelitian kcpustakaan yaitu
penelitian terhadap dala skunder yang iiiempuiiyai ruang lingkup meiipuli
surat sural fakta fakta sampai pada dokumen - dokuincn resmi yang
dikeluarkan oleh instansi lerkait
2 Metode pcngiimpulun data
Pengumpulan data meiiipunyai hubungan yang eral dengan sumber data
karena dcngan pengumpulan dala akan diperoleh data yang dipcrlukan
untuk selanjutnya dianalisis sesuai dengan yang diinginkan Dalam usuha
pengumuian dala dala yang relevan dengan judul ini penulis
menggunakan metode normatif diskriplif dengan menggunakan data
skunder yang berbentuk dokumcntasi
3 Tehnik pcngolahan data
Dilakukan dcngan cara nnalisis isi terhadap teksural untuk selanjutnya
dikoniruksikan dalam suatu kesimpulan
7
Sislemutika [cnulisiin
Penelitian ini dibuul berdasarkan sistematika penulisan di dalam
penelitian ini peneliti mcmbaginya dalam empat bagian yailu
BAB I PENDAHULUAN
Merupakan bab pendahuluan yang menguraikan mengenai hal-hal
berkaitan dengan Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan
dan Maniaat Penclilian Kcaslian Penelitian Tlnjaiian
Kcpustakaan Pengertian Penyalahgunaan Pengertian
Viclimologi Ruang Lingkup dan Manfaat Viclimologi Jenis dan
Penggolongan Narkotika dan Psikotropika Metode Penelitian
dan Sistematika Penulisan
BAB U TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bagian ini menguraikan yaitu mengenai pengertian tentang
penyalahgunaan pengertian tentang ruang lingkup viktimologi
pengertian tentang narkotika dan jcnis-jcnis narkolika
BAB Hi PEMBAHASAN
Merupakan bab yang membahas mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan Pengaturan Sanksi Pidana lerhadap Penyalahgunaan
Narkotika dan Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Ditinjau dari Perlindungan Terhadap Korban dan
Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Self
Victimizing Victims
8
BAB IV K E S I M P U L A N DAN SARAN
Bab ini memuat beberapa kesimpulan dan saran yang dibuat
peneliti sebagai hasil dari pembahasan dun penguraian di dalam
penelitian ini dari keseluruhan permasalahan yang ada
DAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A Pengertinn Pcnyalaliguiiaan
Penyalahgunaan dimaksudkan dalam penclilian ini adalah
penyalahgunaan terhadap narkotika dan psikolropika Dimana bahwa
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika ini diambil dan dipersainakan
dcngan pengertian penyalahgunaan narkoba seperti yang disebutkan Lutfi
Braja yakni memberikan pembatasan mengenai penyalaiiguiiaaii yaitu
Pemakaian narkoba di iuar indikasi medik tanpa petunjuk atau
resep dokter dan peinakaiannya bersifat patologik
(menimbulkan kelainan) dan menimbiilkan humbutan dalam
aktifitas di rumah di sekoiah atau di kampus tempat kerja dan
lingkungan sosial Ketergantungan narkoba adalah kondisi yang
kebanyakan diakibatkan oleh penyalahgunaan zat yang disertai
dengan adanya toleransi zat (dosis semakin tinggi) dan gejala
putus zal
Permasalahan penyalahgunaan mengakibatkan dampak yang sering
terjadi di tengah-tcngah masyarakat dari penyalahgunaan narkolika dan
psikotropika antara lain merusak hubungmt kekeluargaaii menurunkan
kemampuan belajar dan produktifitas kerja secara drastis sulit membedakan
mana perbuatan baik dan perbuatan buruk perubahan pcrilaku menjadi
Mardani Op 01 lial 2
9
10
pcrilaku anti sosial (pcrilaku maladaptil) gangguan kesehalan (fisik dun
mental) mempertinggi jumlah kecelakaan lalu lintas tindak kekerasan dan
kriniinuliLis lainnya
Dari kata penyalahgunaan menandakan bahwa Narkotika dan
Psikotropika tidak selalu bermakna negatif Dcngan begitu narkotika dan
psokitropika yang digunakan dengan baik dan benar oleh dokter untuk
mengobati pasiennya lidak tennasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang
disaiahgunakan Di dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA
(Narkotika Psikotropika dan Zat Adit i f Lainnya)
B Pengertian Victiimlogt
Pada dasarnya perkembangan ilmu pengetahuan tentang korban
kejahalan (viktimologi) lidak dapat dipisahkan dari iahimya peiiiikiraii-
pemikiran brilian dari Hans von Hentig seorang ahli kriminologi pada talum
1941 serta Mendelsohn pada tahun 1947 Pemikiran dari kedua ahli ini
sangat mcmpengaruhi setiap fase perkembangan viktimologi Perkembangan
viktimologi hingga sampai pada keadaan seperti sekarang tentunya tidak
terjadi dengan sendirinya namun telah meiigalami berbagai perkembangan
yang dapai dibagi dalam 3 (tiga) fase sebagai berikut
a iada tahap peitama viktimologi hanya meinpclajari korban kejahatan saja
pada fase ini dikatakan sebagai pehdl or special vtciimolo^
b Pada lase kedua viktimologi tidak hanya mengkaji masalah korban
Oadang Huwari Konsep Islam Memerungt AIDS dan NAA Cel XI (Ycgvakarta Ohaiiii iiakli Idaya 1997) hal 153 Made Danaa Wi da Op cil hal 200
kejahalan tetapi juga meiipuli korban kecelakaan Pada fase ini disebut
sebagai general victimology
c Fase ketiga Vikt imologi sudah berkembang lebih luas lagi yaitu mengkaji
permasalahan korban karena penyalahgunaan kckuasaan dan hak-hak asasi
manusia Fase ini dikatakan sebagai new viciimology
Berdasarkan pengertian di atas nampak je las bahwa yang menjadi
obyek pengkajian dari viktimologi diantaranyu pihak-pihak mana saja yang
terlibat atau mcmpengaruhi terjadinya suatu viktimisasi kriminal
bagaiinanakah respon terhadap suatu viktimisasi kriminal faktor penyebab
terjadinya viktimisasi kriminal bagaimanakah upaya penanggulangannya
dan sebagainya
C R u a i i g L i n g k u p Victimologi
Vikt imologi mencliti topik-topik teiilang korban scperti peranan
korban pada terjadinya kejahatan hubungan antara pelaku dengan korban
rentannya posisi korban dan peranan korban dalam sistem peradilan pidana
Selain itu menurut Muladi viktimologi merupakan suatu studi yang bertujuan
untuk
1 Menganaiisa berbagai aspek yang berkaitan dcngan korban
2 Berusaha untuk memberikan penjelasan sebab musabab terjadinya
vikt imisasi dan
3 Mengembangkan sistem tindakan guna mengurangi penderitaan manusia
^Suryono Ekolaina ST Harum Pudjianlo RS dan G Wiraiama Abortus Iruvocalus Ba^ Korban Perkosnan Persxkif Viktimologi Kriminologi Jan Hukum Pidana Edisi PcrUtma Culakari lurlunii (Jakiiria Univcrsilas AlmaJaya 2001) liul 174 ^ibidMl I7()
12
Menurut JE Sahetapy ruang lingkup Viktimologi meliputi bagaimana
sescorang (dapat) menjadi korban yang ditentukan oleh suatu victimity yang
lidak selaiu berhubuiigan dengan masalah kejahatan termasuk pula korban
kecelakaan dan bencana alam selain dari korban kejahatan dan penyalah
gunaait kekuasan^ Namun dalam perkembangannya di tahun 1985
dipeiopori oleh Separovic yang mempelopori pemikiran agar Viktimologi
khusus niengkaji korban karena adanya kejahatan dan penyalahgunaan
kckuasaan dan tidak mengkaji korban karena musibah alau bencana alam
karena korban bencana alam di iuar kemauan manusia out of mms will)
D Jenis dan Penggolungan Narkotika dan Psikotropilta
Dari kata penyalahgunaan narkoba menandakan bahwa narkoba tidak
selalu beimakna negatif Dengan begilu narkolika dan psokitropika yang
digunakan dengan balk dan benar oleh dokter unluk mengobati pasiennya
tidak termasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang disaialigLmakan Di
dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA (Narkotika Psikolropika
dun Zat ditir Lainnya) Dalam penelitian ini hanya dibahas tentang
narkotika dan psikolropika maka sebelumnya dipaparkan terlebih dahulu
berbagai jenis narkotika dan psikotropika sebagai berikut
a) Narkolika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari lanaman atau
TbUi Miiiadi HAM Halam Persepkiif Sislem Peradilan Pidana datam Muladi (cd) Hak Asas) Manusia Hakclal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspeklif llukum dan Masyarakat (Bandung Refikii Aditama 2005) hal lOX VfiWDial 109 Subagyo Partediharjo Op cil hal 11
13
bukan tanainan baik sintesis maupun bukan sintesis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa
Zat ini dapal mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat
meninibulkan ketergantungan Menurut Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika Narkolika adalah at atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun
semisimetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri
dan dapat nienimbulkati ketergantungan yang dibedakan kc dalam
golongan-goiongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang in i
Narkotika memiliki daya adikasi (ketagihan) yang sangat berat
Narkolika juga memiliki daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual
(kebiasaan) yang sangat tinggi Ketiga sifat narkolika ini yang
menyebabkan pemakai narkotika tidak dapat lepas dari cengkeramannya
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
Jenis jenis narkotika dibagi ke daiam 3 (tiga) kelompok yaitu narkotika
golongan I golongan I I dan golongan I I I
Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbaiiaya
karemi daya adilifnya sangat tinggi Golongan ini tidak boleh digunakan
untuk kcpentingan apapun kecuali unluk penelitian atau ilmu
pengetahuan Contohnya adalah ganja heroin kokain inorfin opium dan
lain-lain Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya
Ibid Posal 1 Ayal (I) Unilung-Undang Nomor 3 Tahun 2009 lenlang Narkotika
14
aditifkual tclapi bcrmaiilaal untuk pcngohatan dan penclilian tlonluhnya
adalah petidin dan turunannya benetldin belamctadol dan lain-iain
Sedanikaii narkulika golungaii Ml adalah narkotika yang niciniliki daya
aditif riiigan tetapi bermanfaat untuk penghatan dan penelitian Contohnya
adalali kudcin dun turunannya^
Berdasarkan cara pcmbuatannya narkotika dibedakan ke dalam 3
(tiga) golongatt juga yaitu narkolika atami narkotika semlsimesis dan
narkotika sintesis Dijelaskan sebagai berikut
1) Naikotika alami
Narkotika alami adalah narkotika yang zat aditithya diambil dari
(umbuhlumbuhan (atam) Contohnya
u tjaiija
Ganja adalah tanaman perdu dengan daun menyerupai daun
singkong yang tepinya bergerigi dan berbulu lialus Jumlah Jari
daunnya selalu ganjil yakni 5 7 9 Tumbuhan ini banyak lumbuh di
iieberapa daerah di Indonesia seperti Aceh Suinalera Ulara
Sumatera Selaian Pulau Jawa dan lain-lain Daun ganja ini sering
iligunakiin sebagai bumbu penyedap masakan Bila digunakan
ebagai bumbu iiuisak daya adilifnya rendah Namun lidak
ilemikian apabila dibakar dan asapnya dihirup Cara
|)cnyalahgunaunnya adalah dikcringkan dan dicampu dengan
icmbakiiii rokok atau dijadikan rokok lalu dibakar serta dihisap
Subagvo PurtoJiharjo Op cil hal 11-12
15
b Ilaisis
Hasis adaiah lanaman serupa ganja yang lumbuh di Amcrika
Latin dan Eiopa Daun ganja hasis dan mariyuana Juga dapat
disuling dan diambil sarinya Oatam bentuk cair harganya sangat
mahai Gunanya adalah unluk disaiahgunakan oleh pemadut-pemadal
kelas tinggi
c Koka
Koka adalah lanaman perdu mirip pohon kupi Huahnya yang
inatang bcrwama inerah seperti biji kopi Dalam komunitas
masyarakat Indian Kuno biji koka sering digunakan untuk
inenambah kekiiatan orang yang bcrperang atau bcrburu binalang
Koka kemudian bisa diolah menj adi kokain
d Opium
Opium adaiah bunga dengan bentuk dan wama yang indah
Dari getah bunga opium dihasilkan candu (opiat) Di Mesir dan
daratan Cina opium dahulu digunakan unluk mengobati beberapa
penyakit member kekuatan atau menghilangkan rasa sakil pada
lentara yang terluka sewaktu berperang atau berburu Opium banyak
lumbuh di segiliga emas antara Burma Komboja dan Thailand
atau di daratan Cina dan segitlga emas Asia Tengah yaitu daerah
antara Alganistan Iran dan Pakistan
Dalam kalangan perdagangaii liilernasional ada kebiasaan
ftW hal 14
16
(keliru) tncnamai daerah tempat peuanamuii opium sebagai daerah
emas Diberi nama demikian karena perdagaiigan opium sangat
mengimtiingkan Karena bahayanya yang besar daerah seperti ilu
keliru jika diberi nama predikat emas Daerah sumber produksl
opium sepantasnya disebut segitlga setan atau segitlga iblis
2) Narkotika semisintcsis
Narkotika semisintesis adalah narkotika alami yang diolah dan
diambil zat aktifnya (intisarinya) agar memiliki khasiat yang lebih kuat
schmgga dapat dimanfaatkan untuk kepcnlingan kedokteran
Contohnya
a Morfm dipakai dalam dunia kedokteran unluk menghilangkan rasa
sakit alau pembiusan pada operasi (pcmbcdahan)
b Kodein dipakai unluk obat penghilang baluk
c Heroin tidak dipakai dalam pengobatan karena daya adilifnya
sangat besar dan matifuatnya secara medis belum
ditemukan Dalam pcrdugangan gelup heroin diberi nama
pulaw atau pete atau pt Henlnknya seperti tepun terigu
yang halus pulih dan agak kotor
d Kokain liiisll olahati dari biji koka
3) Naikotika sintesis
Narkotika sintesis adalah narkotika palsu yang dibuat dari bahan
kimia Narkotika ini digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi
oraiig yang menderita kclcrgantungun Contohnya
17
a Ietidin unluk obat bius lokal operasi kccil sunal dan
sebagainya
b Melhadon unluk pengobatan pecandu narkoba dan
c Naltrexon untuk pengobatan pecandu narkoba
Selain unluk pembiusan narkolika sintesis biasanya diberikan
oleh dokter kcpada penyalahgiina narkoba untuk menghcntikan
kebiasaannya yang tidak kuat melawan sugesti (relaps) atau sakaw
Narkotika sintesis berfungsi sebagai pengganti senientara Bila sudah
bciiar-bcnar bcbas asupan narkoba sintesis in dikurangi sedikil demi
sedikit sampai akhimya berhenti total
b) Fsikotropika
Pengertian psikolropika menurut Pasal I Ayal ( I ) Undang-Undang
Nomor 5 Taliun 1997 tentang Psikotropika adalah Zat atau obat baik
alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif
melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusal yang menyebabkan
perubahan khas pada uktivitus mental dan perilaku
Pengertian Psikolropika di daUim Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika tidak ditemukan Hal tersebut sehubungan
dengan ketentuan di dalam Pasal 153 huruf b yaitu Lamplran mengenai
jenis Psikotropika Golongan 1 dan Golongan II scbagaimana tercantum
dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika (lcmbaran Ncgara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor
10 Tambahan Lcmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671) yang
18
telah (iipindahkan menj adi Narkotika Golongan I menurut UndangUndang
ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku Oleh karenanya dalam Undangshy
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tidak ada lagi di dalam pasal-pasal nya
yang mengatur mengenai Psikotropika karena sudah dlmasukkan ke dalam
golongan Narkotika
Sesuai dengan pembahasan dalam penelitian ini masih
berhuijutigar dengan Psikotropika maka Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1997 tentang Psikotropika masih perlu untuk dibahas dalam penelitian ini
Menui iil undangumlang tersebut Psikolropika adalah zal atau obal bukan
narkolika baik alamiah maupun sintesis yang memiliki khasiat psikoaktif
melaiui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas nonnal dan perilaku Psikotropika ini
merupakan obat yang digunakan oleh dokter untuk mngobali gangguan
jiwa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tenumg
Psikolropika psikotropika dikelompokkan ke dalam 4 (empat) golongan
Golongan I yaitu psikotropika dengan daya aditif yang sangat kuat
belum diketahui manfkilnya untuk pengobatan dan sedang diteliti
khasiiitnya saat ini Contohnya adalah MDMA ekstasi USD dan STP
Golongan U yakni psikolropika dengan daya aditif kuat serta berguna
untuk pengobatan dan penelitian Contohnya adalah amfelamin
metanifetamin metakualon dan sebagainya Golongan IH yakni
psikolropika dcngan daya adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan
dan penelitian Contohnya adalah lumibal buprenorsina flcenilrazepam
19
dan sebagainya Golongan IV yakni psikotropika yang memiliki daya
aditif ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian Contohnya
adalah netrazepam (BK Mogadon Duiiiolid) diazepam dan lain-lain^
Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika yang dimaksud dengan paslkotoplka adalah zat atau obat
baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif
melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang mcnyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku Psikotropika
dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut
1 Psikotropika golongan I yaitu psikolropika yang hanya dapat digunakan
unluk kcpentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi
sena mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan Contohnya ekstasi shabu LSD
2 Psikotropika golongan II yakni psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi danatau tujuan ilmu
pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan Contohnya amfetamin metilfenidat atau ritalin
3 Psikotropika golongan III yaitu psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi danatau unluk tujuan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan
sintlroma ketergantungan Contohnya pentobarbital Flunitrazepam dun
4 Psikotropika golongan IV yaitu psikotropika yang berkhasiat
Ibid ILil 15
20
pengobatan dan sangal luas digunakan dalam terapi danatau unluk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindrom ketergantungan Contohnya diazepam
bromazepam Fenobarbital klonazcpam klordiazepoxide nitrazepam
seperti pil BK pil Kopio Rohip Dum MG
Sedangkan kelompok dan jenLs psikotropika yang sering
disaiahgunakan antara lain
1 Psikostimulansia scperti amfetamin ekstasi dan shabu
2 Scdalif amp Hipnolika (obat penenang obat tidur) seperti MG BK
DUM Pil kopio dan lain-lain dan
3 Halusinogenika seperti lysergic acid dycthylamidc (USD) mushroom
Berdasarkan Ilmu farmukologi psikotropika dikelompokkan ke daiam 3
(tiga) golongan yakni dcpresan stinuilan dan halusinogen sebagai
berikut
1 Kelompok dcpresanpcnekan syaraf pusatpenenangobat tidur
Contohnya adalah valium BK rohipnol mogadon dan lain-lain
Jika diminurn obat ini dapat memberikan rasa tenang menganluk
rasa tcnteruni dan damai Obat ini Juga menghilangkan rasa takut
dan gelisah
2 Kelompok stimuiaiiperangsang syaraf pusaianti tidur Conlohnya
adalah amfetamin ekstasi dan shabu Ekstasi berbentuk tablet
berancka bentuk dun wama Amfetamin berbentuk tablet bcrwama
-Aid hal 16-17
21
pulih Bila diiriinuni obal ini mcndalangkan rasa gembira hilangnya
rasa pemiusuhiui hilangnya rasa marali ingin selalu aktif badan
terasa fit dan lidak merasa lapar Daya kerja otak menjadi scrba
cepat namun kurang lerkendali Shabu berbentuk tepung kristal
kasar berwarna pulili hersih seperti garani
3 Kelompok halusinogen Halusinogen adalah obat at tanaman
makanan yang dapat meninibulkan kiiayaian contohnya yailu LSD
Lysergic Acid Dicihyltamide) getah lanaman kaklus kecubung
jamur tertentu (misceiine) dan ganja Bila diminurn spikotropika
jenis in dapat menimbulkan kliayalan tentang peristiwa-peristiwa
yang mengerikan khayalan tentang kenikmatan scks dan
sebagainya Kenikmatan didapat oleh pemakai setelah pemakai sadar
bahwa perisfiwa mengerikan ilu bukan kenyataan atau karena
kenikmatankenikmatan yang dialami walaupun hanya khayalan
BAB III
PEMBAHASAN
A Faktor yang Mcnyebabkan Terjadinya Penyalahgunaan Narkotika dan
Psikotropilta
1 Faktor yang Bersunibcr Dari Individu
Menurut Luthfi Buraja terdapat 3 (liga) pcndekatan untuk
tcrjadinya penyalahgunaan dan ketergantungan terhadap narkotika dan
psikotropika yaitu peridekalan orgunobilogik psikodinamik dan
psikososial Ketiga pendekatan tersebut tidaklah berdiri sendiri melainkan
saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya Dari siidut pandang
organobiologik (sususan syaraf pusatotak) mekanismc terjadinya adiksi
(ketagihan) hingga deperidcnsi (ketergantungan) dikenal dengan dua istilah
yaitu gangguan mental oragnik atau sindrom otak organik seperti gaduh
gelisah dan kekacauan dalam fungsi kognilif (alam pikiran) efektif (alam
perasaanemosi) dan psikomotor (perilaku) yang disebabkan efek
langsung terhadap susunan syaraf pusat (otiik)^^
Sescorang akan mcnjadi ketergantungan terhadap narkotika dan
psikotropika apabila seseorang dengan tems-menenis diberikan zat
tersebut Hal ini berkaitan dengan teroi adaptasi sekuler mum
adaptaiUm) tubuh beradaptasi dengan menambah jumlah teseptor dan seishy
se syaraf bekcrja kcras Jika zat dihenlikan sel yang masih bekerja kcras
Luthll Uaraja Makalali Gangguan Mciilul dan icrilaku Akibut Nurkuba Disampalkim pada Seminar tentang Narkoba di SMK Iptck lakarla hal 2
22
23
tadi mengaiami kelmLisaii yang dari kiar tampak sebagai gejala-gejala
putus obal Gejala putus obat tersebut mcmaksa individu untuk
mengulangi pemakaian zal tersebul
Faktor predisposisi individu dengan gangguan kepribadian (anti
sosial) ditandai dengan pcrasaan lidak puas terhadap orang lain Selain itu
yang bersangkutan tidak inampu untuk berfungsi secara wajar dan efektif
dalam pergaulan di rumah di sekoiah atau di tempat kerja gangguan lain
sebagai penyerta berupa rasa cemas dan depresi Untuk mengatasi
ketidakniainpuan dan mcnghiiangkan kccemasan atau depresinya maka
individu tersebut cenderung untuk menggunakan narkoba Semestinya
individu itu dapat mengobati dirinya dengan datang ke dokterpsikiater
untuk mendapatkan terapi yang tepat sehingga dapat dicegah
keterlibatannya dalam penggunaan narkotika dan psikotropika
Secara umum mereka yang menyalahgunakan narkotika dan
psikotropika dapat di bagi ke dalam 3 (tiga) golongan besar yaitu
1 Ketergantungan primer ditandai dengan adanya kecemasan dan
depresi yang pada umumnya terdapat pada orahg detigah kepfibadlah
yang tidak stabil
2 Ketergantungan simtomatis yaitu penyalahgunaan narkotika dan
psikotropika sebagai salah satu gejala dari tipe kepribadian yang
mendasarinya pada umumnya terjadi pada orang yang kepribadian
psikopatik (anti sosial) kriminal dan pemakaian narkotika dan
Ai4hal K
24
psikotropika untuk kesenangaii sematu
3 Ketergantungan reaktif yaitu terdapat pada remaja karena dorongan
ingin tahii pengaruh tekanan dan lingkungan tenian atau kelompok
sebaya peer group pressure)
Ada beberapa faktor internal dan ekslernal yang mcnjadi penyebab
individu menyalahgunakan dan menjadi ketergantungan terhadap
narkotika dan psikotropika Menurut Sudarsono bahwa penyalahgunaan
narkolika dan psikotropika di latar belakangi oleh beberapa sebab yaitu
1 Untuk membuktikan kebcranian dalam melakukan tindakan-tindakan
yang berbaiiaya seperti ngebut dan bergaul dengan wanita
2 Meniinjukkan tindakan yang menenlung orang tua guru dan norma
sosial
3 Mempermudah penyaluran dan mempermudah perbuatan seks
4 Melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh peiigalamaii-
pengalainan einosional
5 Meneari dan menemukan aril hidup
6 Mengisi kekosnngan dan kesepian hidup
7 Menghilangkan kegelisahan frustasi dan kepepel hidup
8 Mengikuti kemauan kawan-kawan dahim rangka pembinaan solidaritas
dan
9 Iseng-iseng saja dan rasa ingin tahu
Menurut hasil penelitian Dadang Hawari bahwa di anlara faklor-
Sudujsono Kenakalan Remaja cel ii (Jakarta Rineka Cipta 1992) 1ml 67
25
faktor yang berpcran dalam penggunaan narkotika dan psikolropika
adalah
1 Faktor kepribadian anti sosial dan psikopatik
2 Kondisi kejiwaan yang mudah merasa keeewa atau depresi
3 Kondisi keluarga yang meliputi keutuhan keluarga kesibukan orang
tua hubungan orang tua dengan anak
4 Kelompok teiiian sebaya dan
5 Narkotika dan psikotropika itu sendiri mudah diperoleh dan tersedianya
pasaran yang resmi maupun lidak resmi
Menurut Siibagyo Partodiharjo secara individu terdapat beberapa
faktor yang mcmpengaruhi sescorang dapat menyalahgunakan narkotika
dan psikotropika Alasan ini merupakan alasan yang bersumber dari diri
sendin atau pemakai narkotika dan pasikotropika tersebut yakni sebagai
berikut
a Ingin tahii
Perasaun ingin tahu biasanya diniiliki oieh generasi muda pada
umur setara siswa SD SLTP dan SLTA Bila di hadapan sckelompok
anak muda ada seseorang yang inemperagakan uikmatnya
mengkonsumsi narkotika dan psikolropika maka didorong oleh naluri
alami anak muda yaitu keingintahuan maka salah seoariig dari
kelompok itu akan maju mencobanya Selain didorong oleh
keingintahuan keberaniannya juga karena didesak oleh gejolak dalam
Mardiini foc cil hai 102 ^ Subagyo RatoiJlliarjo ioc cil liiil 72-74
26
jiwanya yang ingin dianggap hebal pemberani dan pahlawan di antara
temanteinan sehayanya Maka jatuhlah satu orang anak dalam pelaku
setan
Dalam kondisi seperti itu reaksi kawan-kawan sebayanya
berbeda-bcda
1 Ada yang ingin menyaingi menunjukkan bahwa dirinya lebih hebat
lagi lalu memakai
2 Ada yang ingin tahu kemudian ikut memakai dan
3 Ada yang sella kawan lain ikut memakai juga
Sikap seperti inilah yang menyebabkan bandar atau pengedar
senang Mereka meiigincar generasi muda mahasiswa atau pclajar
karena 2 (dua) pertimbaiigan
1) Kalau salah satu anak muda kena maka anak muda yang lainnya
ikut kena sehingga konsumen cepat bertambah dan
2) Kalau anak muda kena maka anak muda tcrsebut akan mcnjadi
pemakai selia dalam waktii yang lama Berbeda dengan orang tua
yang cepat maii keuntungan komersial yang diperoleh dari
kelompok anak muda ini akan banyak
b Ingin dianggap hebal
Pcrasaan ingin dianggap hebat biasanya dimiiiki oleh generasi
muda Sepcrti ditcrangkan di atas salah satu sifat alami yang positif
dari generasi muda adalah daya saing Sayang sekali karena
kelidaktahuan sifat positif ini juga dapat dipakai untuk masalah negatif
27
Silat positif ini scharusiiya didorong unluk berlomba daluin preslasi
pada bidang pcndidikan kesenian olah raga dan lain-lain yang
bermanfaat bagi kehidupan
Bila sikap ingin berkonipctisi ini diarahkan untuk
mengkonsumsi narkolika dan psikolropika akibatiiya sungguli
mengerikan yailu kcgagalan hidup dan kesengsaraan Pemakai hanya
dapat dianggap hebat oleh lingkungan kecil pcniakai narkotika dan
psikotropika Di masyarakat luas pemakai hanya menuai cerca dan
nista
c Rasa setia kawan
Perasaan setia kawan sangat kuat dimiiiki oleh generasi muda
Jika lidak mendapatkan penyaluran yang posilif sifai positif tersebut
dapat berbahaya dan mcnjadi negatif Bila (cmannya memakai
narkotika dan psikotropika maka individu tersebul ikut juga memakai
Bila temannya dimarahi orang tuanya atau dimusuhi masyarakat maka
pemakai membela dan ikut bersimpatik
Sikap seperti itulah yang menyebabkan anak ikut-ikutan
Awalnya hiuiya satu orang yang merokok kemudian semuanya menjadi
perokok Setelah semuanya merokok sntu orang mulai memakai ganja
lalu yang lainnya ikut sehingga menjadi sekawanaii pemakai ganja
Selelah semua memakai ganja satu orang memakai ekstasi kemudian
semuanya ikut demikian selerusnya meningkat menjadi shabu dan pada
akhirnya menjadi pemakai putaw
28
d Rasa kccewa truslasi kcsai
Pcrasaan kesal kcccwa atau (rustasi biasanya terjadi karena
kegagalan pada generasi muda eksckutif mudu suami atau istri
Pcnggiiiiaan narkotika dan psikolropika pada kelompok ini bertujuan
untuk sesaat melupakan kekccewaan kckesaian dan fi-uslasi Kondisi
masyarakat yang carut martit tclah banyak melahirkan kekccewaan
kekesalan bahkan Iruslasi Narkolika dan psikotropika dapat
melupakannya sesaat tetapi tidak untuk mengatasi masalah yang
sesungguhiiya
Hubungan buruk yang disebabkan oleh kcgagalan
berkomuiiikasi antara orang tua dengan anaknya dapat menyebabkan
rasa kesal Hal ini mcnjadi faktor pemicu pemakaian narkotika dan
psikotropika oleh anak Intcraksi anlara orang tua dcngan anak tidak
cukup hanya berdasarkan niat baik Cora berkoniunikasi juga harus
baik Masing-masing pihak harus memiliki kcsabaran untuk
menjclaskan isi hatinya dengan cara yang tepat Banyak sekali konfllk
di dalam rumah tangga yang terjadi hanya karena salah paham atau
kekeliman berkoniunikasi Kekeliruan kecil itu dapal bcrakibat fatal
yaitu masuknya narkotika dan psikotropika ke dalam keluarga
Kekccewaan kekesalan dan frustasi dapal terjadi karena
kekeliruan dalam berkomunikasi terhadap beberapa faktor berikut i n i
I ) Komunikasi anak dengan orang tua
IbUI hiiJ 74
29
2) Komunikasi antar anak
3) Komunikasi di lingkungan eksekulifinuda dan
4) Komunikasi antara suami istri
e Ingin bebus dari rasa sakil atau pusing
Penderila pcnyakit beral yang kronis dan tidak kunjuiig sembuh
misalnya Ranker hati luka bakar uka tusuk wasir Ranker paruparii
migreii eneok pengapuran dan lain-lain sclalu merasakan sakit yang
iuar biasa karena penyakitnya Rasa sakit tersebut sering kali tidak
dapat dihilangkan dengan obat pengtiiiang rasa sakit biasa (anaigetik)
sehingga peiiderilanya mencoba narkotika atau psikotropika
Narkotika maupun psikolropika dapat menghilangkan rasa sakit
tersebut tetapi tidak menyembuhkan penyakitnya Ceiakaiiya pemakai
yang bersangkutan malah mendapat maslah baru yaitu ketergantungan
dengan segala komplikasinya yang justru menjadi lebih berbahaya
f Ingin menikmati rasa gembira tampii lincah energik dan mengusir
rasa sedih dan malas
Para eksekudf dan sciebritis biasanya memiliki gaya hidup yang
trendi Mereka merasa dituntut untuk selalu lampil lebih prima Dengan
mengkonsumsi naikotika atau psikolropika mereka dapat tampii prima
dan percaya diri karena kehilangan rasa malu walaupun sesungguhnya
tidak demikian
Perasaan hebat tersebut di atas seharusnya dicapai melaiui tekun
berolah raga hidup teratur meningkatkan kualitas fisik mental
30
inlclckUial dan mocaiiiyii Riikan ineiigamhit jalan piiitas dcngan tampii
seotah-olah prima niclalui manipulasi atau lipuan melaiui
mengkonsumsi narkotika atau psikolropika tersebut Pcnampilmi prima
yang semu atau atau tipuan itu lambat laun akan terungkap juga
sehingga [ania-keiamaan akan kelahuari juga jati dirinya yang
sesungguhnya itu
g ingin tampii iangsing
Narkolika dan psikotropika terscbut juga banyak digunakan oleh
artis dan ibu-ibu rumah tangga yang berbadan gemuk untuk
melangsingkan lubtihnya Narkotika alau psikotropika dengan jenis
tertentu ada juga yang dapat menghilangkan nafsu makan sekaligus
menambali aktivitas fisik sehingga dapat menurunkan beral badun
h Takut mengalami rasa sakit (sakaw)
Pengguna jenis narkotika atau psikolropika tersebut yang sudah
menjadi pemakai tetap (pemadat) akan mengalami rasa sakit (sakaw)
bila tidak memakainya Karena takut merasakan penderitaan maka
pemakai tersebut terus memakainya sehingga menjadi pemakai yang
sella junkies) Banyak pemakai narkotika dan psikotropika ini yang
setia adalah orang-orang yang merasa terpaksa memakai sebab kalau
lidak memakainya mereka akan mengalami sakaw
Kebanyakan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika
dimulai atau terdapat pada masa remaja sebab masa remaja yang
sedang mengalami perubahan biologik psikologik maupun sosial yang
31
pesat merupakan individu yang rentan untuk nienyaiahguriakan
narkotika maupun psikotropika terscbut Anak atau remaja dcngan ciri-
ciri tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi
penyalahgunanya Ciri-ciri tersebut anlara lain^
a Cenderung memberontak dan menolak otoritas
b Cenderung memiliki gangguan j iwa lain (komorbiditas) seperti
depresi cemas psikotik keperibadian dissosial
c Perilaku menyimpang dari aluran atau norma yang berlaku
d Rasa kurang percaya diri low selw-confulence) rendah diri dan
memiliki citra diri negatif (ow setf-esleem)
e Sifal mudah keeewa cenderung agresif dan destruktlf
f Mudah murung pemalu pendiam
g Mudah merasa bosan dan jenuh
h Keingintahuan yang besar untuk meneoba atau penasaran
i Keinginan untuk bersenang-senang [just for fun)
j Keinginan untuk mengikuti mode karena dianggap sebagai lambang
keperkasaan dan kehidupan modem
k Keinginan untuk diterima dalam pergaulan
1 Identitas diri yang kabur sehingga merasa diri kurang jantan
mTidak siap mental untuk menghadapl tekanan pergaulan sehingga
sulit mcngambil keputusan untuk menolak tawaran NAPZA dengan
tegas
Tom Kus dan Tedi Btihava NAPZA Bagi Pelajar (Bandung Yayasan Al-Ghilari Morgan im) hal 14
32
n Kemampuan komunikasi rendati
o Melarikan diri dari scsuatu (kebosaiian kcgagalan kekccewaan
kclidakmampuan kesepian dan kegcliran hidup dan lain-lain)
p Putus sekoiah dan
q Kurang menghayati iman atau kcpcrcayaaiinya
Menurut Tim Badan Narkotika Nasional hahwa terdapat
beberapa iaklor yang menyebabkan sescorang alau individu
menyalahgunakan narkolika dan psikotropika anlara lain
1) Keingintahuan yang besar untuk mcncoba tanpa sadar alau berlikir
panjang tentang akibatnya dikemudian hari
2) Keinginan unluk mencoba-coba karena penasaran
3) Keinginan untuk bersenang-senang
4) Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya hidup
5) Keinginan untuk dapat diterima daiam suatu kelompok
6) Lari dari masalah kebosanan atau kegetiran hidup
7) Pengertian yang salah bahwa mcncoba sckali-kali lidak akan
menimbulkan masalah
8) l idak mainpu alau tidak berani menghadapl tekanan dari lingkungan
alau kelompok pergaulan unluk menggunakan narkolika dan
psikotropika dan
9) Tidak Japal atau mampu mengatakan tidak pada narkotika dan
psikotropika
Tim INN Loc di
33
Berdasarkan peinaparaii Icrscbut di atas dengan demikian
bahwa individu didorong oleli beberapa faktor untuk menyalahgunakan
pemakaian narkotika dan psikotropika tersebut sehingga menjadi
individu yang mengalami ketergantungan berikut ini disebutkan
beberapa faktor adalah
1) Ingin tahu dan Ingin mencoba rasa memakai narkotika atau
psikotropika bagi kalangan anak muda)
2) Ingin dianggap lebih hebat dari orang Iain pada orang muda)
3) login membuktikan kesetiakawanan (pada orang muda)
4) Dianggap paling tepat untuk mengatasi perasaan keeewa j en gkel
dan frustasi (pada suami istri yang mengalami konllik rumah
tangga)
5) Dianggap cara yang paling mudah untuk menghalau rasa sakit pada
tubuh (pada penderita penyakit yang kronis)
6) Dianggap cara yang paling ampuh untuk mendapatkan perasaan
tenang damai atau gembira (pada suami istri yang mcnghadapi
konflik rumah tangga)
7) Dianggap cara yang paling mudah untuk melangsingkan lubuh (pada
ibuibii rumali tangga atau wanita yang bertubuh gemuk)
2 Faktor yang Bersumlicr dari Lingkungan
Faktor lingkungan tidak mampu mencegah atau mengurangi
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika bahkan membuka kesempatan
pemakaian narkotika dan psikotropika Yang dimaksud dcngan faktor
34
kesempatan di sini adalah tersedianya siluasi-situasi yang nieiiiungkinkan
untuk memakai narkolika atau psikolropika di waktu-vvaklu luarig di tempat
rekreasi atau hiburan diskotik pesia dan lain-lain Atau mungkin lingkungan
masyarakat yang tidak mampu mengendalikan bahkan membiarkan penjualan
alau pcrcdaran geiap narkotika dan psikotropika misalnya karena lemahnya
penegakan hukum penjualan narkolika dan psikotropika secara bcbas bisnis
narkotika dan psiktilropika yang terorganisir mudahnya memperoleh
narkotika dan psikotropika dan lain-lain
raklor yang bersumber dari lingkungan yang mcnyebabkan individu
dapat menyalahgunakan pemakaian narkotika dan psikotropika merupakan
laktor kontribusi masukaii dari Iuar individu) dimana sesttorang dengan
kondisi keluarga tidak baik akan merasa tertekan dan rasa lertekan inilah
sebagai faktor penyerta bagi dirinya untuk terlibat dalam penyalahgunaan
narkotika dan psikotropika tersebut Disfungsi keluarga yang dimaksud antara
lain adalah keluarga yang tidak utuh kedua orang tua yang tcrlalu sibuk dan
lingkungan interpersonal dengan orang tua yang tidak baik Di samping itu
faktor pencetus seperti pengaruh teman sebaya tersediu dan mudah
didapatkan mempunyai andil sebagai faktor pencetus sescorang atau individu
terlibat ke dalam penyalahgunaan yang mengakibatkan ketergantungan
terhadap narkotika dan psikotropika Dari sudut pandang psikososial
penyalahgunaan narkotika dun psikolropiku dapat terjadi sebagai akibat
negatif dari intcraksi tiga kiitub sosial yang tidak kondtisif yaitu kutub
Lulhli ilurnju Op cil
35
keluarga kutub sekolahkupus dan kulub masyarakat
Faktor lingkungan meliputi faktor kciuarga dan lingkungan pergaulan
balk dlsekltar rumah sekoiah teman sebaya maupun masyarakat Banyak
pengguna Narkotika dan Psikolropika yang berasal dari keluarga yang lidak
harmonis Keluarga seharusnya mcnjadi wadah untuk menikmati kebahagiaan
dan curalian kasih sayang wahana silih asih silih asah dan silih asuh
Namun pada kenyataannya keluarga sering sekali justru menjadi pemicu
sang anak mcnjadi pemakai hal tersebut disebabkan karena kciuarga tersebut
kacau balau Hubungan antara anggota keluarga dingin bahkan tegang atau
bermusuhan
Komunikasi antara ayah ibu dan ariak-anak sering sekali
menciptakan suasana konflik yang tidak berkesudahan dimana bahwa
penyebab konllik tersebut sangal beragam Solusi semua konflik adalah
komunikasi yang baik periuh pcngerlian saling menghargai dan menyayangi
serta ingin selalu membahagiakaii
Konflik di dalam keluarga dapat mendorong anggota keluarga merasa
frustasi sehingga lerjebak memilih narkotika dan psikolropika sebagai
solusinya Biasanya yang paling rentan terhadap stres adalah anak kemudian
suami dan istri sebagai benleng terakhir Beberapa faktor yang bersumber
dari lingkungan keluarga yang dapat mempengaruhi seseorang atau individu
tertentu icrjun kc dalam lingkungan penyalahgunaan narkotika dan
36
psikotropika tcrsebut antara lain adatuh
a Koniimikasi niang tua-aiiak kiii-ang baikcfektif
b Hubungan dalam keluarga kunmgharmonisdisfimgsi dalam keluarga
c Orang tua bercerai bcrscitngkub atau kawin lagi
d Orang lua tcrlalu sibuk aUiu tidak acuh
e Orang tua oloriter alau scrba melarang
f Orang tua yang serha nieinbolehkan (pcrmisil)
g Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teiadan
h Orang tua kurang peduli dun tidak tahu dengan masalah narkolika
i Tata terlib alau disiplin keluarga yang selalu bcrubah (kiiiaiig konsisten)
j Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam kciuarga
dan
k Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahguna narkotika
dan psikotropika
Sitimsi buruk dalam keluarga yang soring menyudiitkan anak ke arah
narkotika dan psikotropika adalah
1) Anak merasa kurang mendapatkan kasih sayang dalam keluarga merasa
kesal keeewa dan kesepian
2) Anak merasa kurang dihargai kurang mendapatkan kepcrcayaan dun
selalu dianggap salah
3) Anak mengalami konflik dengan orang tua dalam masalah pacaran
memilih pasangan hidup atau meneniukan pilihan profesi cila-elta dan
Mardani Loc cil lial 99 AW hal 100
37
sebagainya
4) Anak kesal dan keeewa karena ayah dan ibuiiya kurang lianiionis dan
sering bertcngkar (broken home)
5) Suami thtsirasi karena tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapinya
dengan islrinya
6) Istri fnistrasi akibat konllik dengan suami tentang masalali ekonomi atau
adanya wanita lain di samping suami
Banyak pengguna narkotika dan psikolropika yang pada awalnya
dimulai karena pengaruh dari orang lain Bentuk pengaruh dari orang lain itu
dapat bervariasi mulai dari bujuk rayu lipii daya sampai kepada paksaan
a) Tipu Daya
Banyak anak yang ditipu oleh kenalon teman sahabat atau pacar
Seperti mengajak meraka untuk memakai narkotika dan psikolropika
dengan bemacam-macain tipuan Dengan alasan yang digunakan bahwa
narkotika dan psikotropika adalah vitamin obat pil pintar pil sehat atau
food supplement Tipuan itu dapat juga berupa bujukan bahwa narkotika
dan psikotropika tidak tcrlalu berbahaya kalau tahu raliasianya Banyak
orang di dalam masyarakat yang dikira orang baik-baik namun lemyata
pengedar narkotika dan psikotropika Walaupun orang itu adalah kawan
sahabat saudara atau pacar sebagai pengedar penipu tersebul akan tcga
menipu maupun menjebak kita Pengedar narkotika dan psikotropika
sangat pandui mcmasarkan narkotika dan psikotropika tersebut Dengan
menawarkan narkotika dan psikotropika sebagai mmn food supplement
38
pil scliat pil pintar dan sebagainya Dengan lipuan ini korban dari
kalangan kciuarga hannonis akan terjcrumus ke dalamnya Saat ini banyak
pemakai narkolika dan psikotropika dari keluarga harmonis bukan hanya
bull dari keluarga berantakan Banyak pekerja mahasiswa atau pelajar yang
tampii ioyo tertipu ketika kepadanya ditawarkan pil sehat vitamin atau pil
pintar Banyak pemuka agama juru dakwah atau pengkhotbah yang
tertipu karena pil sehal yang dlbelinya adalah narkotika dan
psikotropika Reaksi pemakaian narkotika dan psikotropika mula-mula
terasa menyehatkan dan membuat si korban tipuan terscbut sukses dalam
berdakwah atau berkhotbah Ibu rumah tangga juga dapat tertipu karena
ditawari pil pelangsing oleh saudara atau teman dalam arlsan dan lain-
lain Mulanya karena tipu daya akhimya setelah lerjebak menjadi
biasa
b) Bujuk rayu
Waftiia camlk pengedaf ftaTkotlka dan psikotFoplka biasanya menjebak
mangsa melaiui bujuk rayu Untuk memasarkun narkotika dan
psikotropika pengedar tersebut memilih profesi sebagai wanita penghibur
atau Wanita Tuna Susiala (WTS) Banyak eksekutif muda pekerja atau
bos-bos yang mulai memakai narkotika dan psikotropika karena rayuan
pekerja seks komersial hostess dan sebagainya Dalam mcmasarkan
narkotika dan psikotropika wanita tersebut merayu akan mau melayani
kencati kalau bersama-sama mengkonsumsi narkotika dan psikotropika
Subagyo Purlodlhario Loc cil hal 78
39
lebih dulu Muta-mula kurban memakai narkotika dan psikotropika karena
tergoda namun akhimya menjadi terbiasa
c) Paksaan
Banyak anak muda yang mengawali pemakaian narkotika dan psikotropika
karena dipaksa oleh sekawanun alau seseorang yang mengancam akan
mencelakainya Banyak pclajar atau nialiasiswa mengawali kebiasaan
memakai narkotika dan psikotropika dari keadaan terpaksa diancam oleh
sekawanan preman yang menghadang di tengah jalan Dari kelompok ini
pula terjaring pemakai yang berasal dari keluarga hannonis
Lingkungan sekoiah bagi pelajar tingkat SD SMP dan SMA
merupakan tempat yang stratcgls bagi para pelajar untuk menunjukkan jati
dirinya sehingga mereka terjun kepada penyalahgunaan narkotika dan
psikotropika ini faktor sekoiah yang merupakan bagian tcrpcnting yang
mempengaruhi adalah
a Sekoiah yang kurang disiplin
b Sekoiah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjiial narkotika atau
penjual psikolropika
c Sekoiah yang kurang member] kesempatan pada siswa untuk
mengembangkan diri secara kreatif dan positif
d Adanya murid pengguna narkotika atau psikotropika
Kartini Kurtono op cil hivl 124
40
B Pengaturan Sanksi Pidana Terhadaj) Pcnyalahgunaaan Narkotika dan
Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau
dari Perlindungan Terhadap Korban
Dalam hukum pidana di Indonesia terdapat adanya
ketldakseimbangan antara perlindungan korban kejahatan dcngan pelaku
kejahatan pada dasarnya mempakan salah satu pengingkaran dari asas setiap
warga negara bersamaan kcdudukannya dalam hukum dan pcmerinlahan
sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 sebagai
landasan konstitusional Perlindungan korban memiliki hubungan cral dcngan
teori pemidanaan yang dikemukakan Wirjono Prodjudikoro tujuan
pemidanaan adalah untuk niemenuhi rasa keadilan^
Ada Juga yang mengemukakan bahwa tujuan pemidanaan dapat
dilihat melalul 2 (dua) leorl mengenai alasan-alaitan yang membenarkan
(justification) penjatuhan hukuman (sanksi) yaitu Teori Absolut
(Vergeldingslheorie) dan Teori Relatif atau Doeitheorie Menurut Teori
Absolut (Vergeldingslheorie) tujuan pemidanaan sebagai pembalasan
terhadap para pelaku karena telah melakukan kejahatan yang mengakibatkan
kesengsaraan lerhadap orang lain alau anggota masyarakat sedangkan
Roeslan Saleh mengatakan sebagai reaksi-reaksi atasdelik yang berwujud
suatu nestapa yang scngaja dilimpakan ncgara kcpada pembuat delik
Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana Cctakan Iuriania (Jakarta Sinar Gnitlka2(W5)hii4
lcduu Mdipaung Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cctakun IcrliirMii (Jukiirtu Sinur Gratika 2005) hal 4
kiwsUin Saleh Shdsel Pidana Indonesia (Jukarlu liinn Aksara 19K7) hal 5
41
Menurut Teori Relatif Doeltheurie) tujuan pemidanaan adalah
a Menjerakan agar si pelaku atau terpidana menjadi jera dan tidak
mengulangi lagi perbuatannya specials presenile) sena masyarakat umum
agar mengertahui jika melakukan perbuatan yang sama akan mengalami
hukuman yang serupa atau disebut pula generalpreventte
h Memperbaiki pribadi si terpidana berdasarkan perlakuan dan pcndidikan
selama menjalani hukuman terpidana merasa menyesal dan tidak akan
mengulangi perbuatannya dan kcmbali kepada masyarakat sebgai orang
baik dan berguna dan
c Mcmblnasakan (menjatulikan hukuman mat) atau mcmbuat terpidana tidak
berdaya dengan menjatuhkan hukuman seiimur hidup
Pandangan di atas sangatlah wajar apabila beranjak dari pandangan
bahwa hukum pidana adalah hukum sanksi (hifzonderesancUerechl) sebab
dengan bertumpu pada sanksi itulah hukum pidana difungsikan untuk
menjamin keamanan ketertiban dan keadilan Dalam perkembangannya
ternyata tidak semua sarjana menyclujui maksud diadakannya pidana scperti
itu (sebagai suatu nestapa) karena muncul pendapat bahwa di samping pidana
ditujukan untuk memberikan penderitaan kcpada pelanggar atau mcmbuat
jera pemidanaan juga bertujuan agar pelaku dapat kembali hidup
bermasyarakat sebagaimana mestinya
Alasan yang paling inenonjol lerhadap upaya perubahan tersebut
adalah dengan meniperhatikan sisi kemanusiaan yang mcmandang bahwa
Ucdcn Mirpaung Opcil hal 4
42
sekalipiin tcrsangka telah melakukan kcsalahaii ia telap berkcdmiiikan sebagai
manusia utuh yang harus tetap diperlakukan sama dengan manusia lainnya
dan dilindungi hak asasi manusionya Karena itu pidana penjara saat ini
sedang mengalami masakrisis karena termasuk jenis pidana yang kurang
disukai Banyak kritik tajam ditujukan terhadap jenis pidana perampasan
kemerdekaan ini baik dllihat dari sudut efektifitasnya maupun dilihat dari
akibat-akibat lainnya menyertai atau berhubungan dcngan dirampasnya
kemerdekaan seseorang
Banyaknyu kritik yang diarahkan pada bentuk pemidanaan berupa
perampasan kemerdekaan (yang ditujukan untuk membuat jera pelaku)
sehingga berkembanglah bentuk pemidanaan lain yang dianggap lebih
manusiawi yaitu penjatuhan pidana berupa denda atau pemberian ganti
kerugian kepada korban Pemberian ganti kerugian pada awalnya merupakan
konsep kcperdalaan seperti halnya dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata yang mewajibkan setiap orang yang menyebabkan orang lain
menderita kerugian untuk membayar ganli rugi Dalam perkembangannya
konsep ini diterupkan pula dalam hukum pidana mengingat akibat yang
ditimbulkan pada korban tindak pidana akan selalu disertai dengan kerugian
baik mental fisik maupun material sehingga sangat wajar apabila korban pun
menuntui ganti kerugian pada pelaku guna memulihkan derita yang
dialaminya
Dengan memperhatikan pada beberapa teori klasik tentang tujuan
Uurtla Nawuwi Ariel Sislem Pemidanaan Menunii Konsep KIHP llaiu dan Latar Helakang Pemlklrannya Hahan Ienalaran Hukum Pidana V Undanu Kupang uinjyful 11 Juli-12 Agustus 1989
43
pemidanaan dapat disiinpulkan bahwa penjatuhan pidana lebih banyak
ditujukan untuk kepeiitingan pelaku dengan kata lain tujuan pemidanaan
hanya dimaksudkan imtuk mengubah perilaku dari pelaku kejahatan agar
tidak mengulangi lag perbuatannya sedangkan kcpentingan korban sama
sekali diabalkan
Perlindungan terhadap korban narkotika jika dihubungkan dengan
beberapa teori pemidanaan yang telah dipaparkan di atas maka peneliti
mengkaji bahwa dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang baru ini terdapat kescimbangan antara perlindungan terhadap
pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana bahwa berdasarkan sanksi
baik pidana maupun denda yang terdapat dalam undang-undang ini sangatlah
berat-berat dan tegas ]ni berarti bahwa undang-undang ini lebih
mementingkan korban dari pada pelaku kejahatan narkotika Mengingat
bahwa dengan adanya pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan
korban semakin banyak yang berjatuhan schingga daripada korbnnnya anak
bangsa yang memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara
Indonesia maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-
beratnya lerhadap si pelaku tindak pidana narkotika bahkan pidana mati atau
seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-
undang yang bam ini juga diatur mengenai rehabilitasi terhadap korban baik
korban yang diakibatkan oleh orang Iain maupun karena self victimizing
victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku itu sendiri
44
C Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Seif-
Victimizing Victims
1 Self-victimizing victims uarkotika dau psikotropika
Suatu viktimisasi adalah sebagai suatu permasalahan manusia yang
merupakan kenyataan sosial hal ini disebabkan karena setiap warga negara
berhak mendapatkan rasa aman dan bcbas dari segala bentuk kekerasan
sesuai dengan falsafah Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 Contohnya adalah seseorang akibat perbuatannya memakai
narkotika dapat menimbulkan bahwa si pemakai tersebut menjadi tidak
berdaya upaya dengan kata lain bahwa si pelaku telah menjadi korban
akibat perbuatannya sendiri yang menimbulkan perbuatan kriminal
Penyalahgunaan narkolika atau psikolropika merupakan perbuatan
kriminal karena telah melanggar ketentuan di dalam undang-undang yang
ada yakni Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tetang Psikotropika dan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Terlibatnya si
pelaku kejahatan atau tindak pidana yang menimbulkan kerugian terhadap
dirinya sendiri daiam hal inilah yang disebut dengan istilah self victimizing
victims yang merupakan bagian dari viktimisasi Sehubungan dengan itu
maka Wolfgang menyatakan beberapa Jenis viktimisasi ialah
1 Unrelated victims yaitu korban yang tidak ada hubungannya sama
sekali dengan terjadinya korban misalnya pada kasus kecelakaan
pesawat Dalam hal In tanggungjawab sepenuhnya terletak pada
Utplietin3|il(igspqtcom2()OSIOl|ukum-viktinivl9gihlml diakscs terakhir langgul l2Januari 2015
45
pelaku
2 Provocative victims yaitu seseorang yang secara aktif mendorong
dirinya menjadi korban misalnya kasus selingkuli dimana korban juga
sebagai pelaku
3 Participating victims yailu seseorang yang tidak berbuul tetapi dengan
sikapnya justru mendorong dirinya menjadi korban
4 Biologically weak victims yaitu mereka yang secara tisik memiliki
keleinalian atau potensi untuk mcnjadi korban misalnya orang tua
renla anak-anak dan orang yang tidak mampu bcrbual apa-apa
5 Socially weak victims Yaitu mereka yang memiliki kedudukan social
yang lemah yang menyebabkan mereka mcnjadi korban misalnya
korban perdagangan perempuan dan sebagainya
6 Self victimizing victims yaitu mereka yang menjadi korban karena
kejahatan yang dilakukannya sendiri pengguna obat bius judi aborsi
dan prostitusi
Dalam hal ini kedudukan viktimologi sebagai sebuah ilmu yang
mempelajari tentang korban memiliki peranan yang sangat penting ruang
lingkup viktimologi ini meliputi
1 Semua macam sciiap macam perbuatan kriminal yang mengakibatkan
orang-orang mcnjadi korban
2 Setiap orang atau pihak yang dapat menjadi korban baik orang
perorangan maupun suatu korporasi atau organLsasi
3 Setiap orang atau pihak yang dapal menimbulkan korban artinya
46
dimana disatu sisi orang terscbut dapat merugikan orang iain sehingga
orang tidak merasa aman akibat tindakanya
4 Cara-cara viktimisasi atau penimbulan korban
5 Bentuk-bentuk viktimisasi yang terdiri dari primary viclimizalion
adalah korban individualperorangan bukan kelompok secondary
victimizalion korbannya adalali kelompok misalnya badan hukum
tertiary Victimizalion yang menjadi korban adalah masyarakat luas
nun viciimozaiion korbannya tidak dapat segera diketahui misalnya
konsumen yang tertipu dalam menggunakan hasil produksi
6 Akibat viktimisasi
7 Pengaruh viktimisasi
8 Reaksi atau respons terhadap viktimisasi
9 Penyelesaian viktimisasi dan
10 Pengaturan yang berkaitan dengan viktimisasi (yang menjadi
perhatian viktimologi)
Studi viktimologi akan memberikan pemahaman kepada setiap
individu mengenai hak dan kewajibannya dalam rangka mengantisipasi
berbagai bahaya yang mengancamnya Viktimologi memberikan
sumbangan pemikiran mengenai masalah viktimisasi tidak langsung
dampak sosial polusi industri viktimisasi ekonomi politik dan
penyalahgunaan kewenangan Viktimologi ini juga memberikan dasar
pemikiran dalam penyelesaian viktimisasi kriminal atau factor viclimogen
dalam sistem peradilan pidana
47
Dari perspektif ikalan Korban Napza (IKON) l ial i yang dimaksud
sebagai korban adalah orangperorangan yang menderita secara langsung
dari penyalahgunaan napza dan tennasuk pula keluarga alau tanggungan
langsung dari korban Namun karena hukum dl Indonesia memandang
pengguna napza adaiah kriminal maka terjadilah dampak-dampak negalif
yang dialami oleh pengguna napza yang merupakan korban scperti
diskriminasi kriminallsasi kesehatan dan stigmatisasi Maka sebagai
korban IKON Bali mendorong agar dihentikannyadiskriminasi lerhadap
korban napza mendorong vonis rehabilitasi untuk korban napza
mendorong agar dihentikannya penyiksaan terhadap korban napza dan
yang terakhir adalah mendorong terpenuhinya hak atas kesehatan bagi
korban dan orang terinfeksi HIV Dengan melihat kondisi permasalahan
penanggulangan napza yang semakin tidak menentu dan meningkatnya
jumlah korban napza secara terus-menerus Maka Ikon Bali meminta
1) Penerapan SEMA Nomor 7 Tahun 2009 sebagai pemenuhan hak atas
kesehatan terhadap korban Mpza
2) Meminta kepada Pengadilan Negeri Denpasar untuk menjadi insiator
dalam penyusunan langkah teknis penerapan SEMA Nomor 7 Tahun
2009
3) Meminta kepada selunih instansi tcrkait untuk mulai meiigambil
langkah nyata dalam penanggulangan napza
43 Ibid
48
4) Meminta agar korban napza diperlakukan secara manusiawi tanpa
penyiksaan sligma dan diskriminasi
5) Ikon Bali mendukung secara penuh program-program pemerintab
dalam penanggulangan napza
2 Rehabilitasi terhadap self-victimizing victims
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
merupakan undang-undang yang baru menggantikan Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika Adapun pasal-pasal di dalam
undang-undang in yang mengatur mengenai perlindungan korban adalah
berbagai pasal-pasal yangmencantumkan rehabilitas kepada korban
maupun pelaku tindak pidana narkolika Pasal 1 ayat (16) meneniukan
defenisi mengenai rehabilitasi dipandang dari sisi medis yakni
Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara
terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan Narkotika
Sementara Itu dalam Pasal 1 ayat (17) ditentukan defenisi rehabilitasi
dipandang dari sisi sosial yakni Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses
kegiatan pemulihan secara terpadu baik fisik mental maupun sosial agar
bekas pecandu Narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosia dalam
kehidupan masyarakat
Diimdangkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang merupakan undang-undang baru ini tentu mempunyai
maksud dan tujuannya Adapun tujuan yang terdapat dalam Pasal 4 yang
berbunyi
49
Undang-Undang tentang Narkotika bertujuan
a Menjamin kelersediaiin Narkotika untuk kcpentingan peiayanan
kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
b Mencegah mclindungi dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari
penyalahgunaan Narkotika
c Memberanlas pcredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika dan
d Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi Penyalah
Guna dan pecandu Narkotika
Bentuk perlindungan terhadap korban dan pelaku kejahatan tindak
pidana narkotika di dalajn Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
disebutkan ada 2 (dua) macam yakni pengobatan dan rehabilitasi lerhadap
korban maupun pelaku Pada Pasal 53 ayat (3) tersebul di atas bahwa yang
dimaksud dengan buktl yangsah antara lain surat kctcrangan dokter
salinan resep atau labeletiket Selcngkapnya mengenai pengobatan
ditentukan dalam Pasal 53 yang berbunyi sebagai berikut
(1) Untuk kcpentingan pengobatan dan berdasarkan indikasi medis
dokter dapal memberikan Narkotika Golongan II atau Golongan III
dalam jumlah terbatas dan sediaan tertentu kepada pasien sesuai
dengan ketcnluan peraturan perundang-undangan
(2) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat ( I ) dapal memiliki
menyimpan danatau incmbawa Narkolika untuk dirinya sendiri
(3) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mempunyai bukti
yang sali bahwa Narkotika yang dimiiiki disimpan danatau dibawa
50
untuk digunakan diperoleh secara sail sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
Mengenai rehabilitasi terhadap korban dan pelaku tindak pidana
kejahatan penyalahgunaan narkotika merupakan suatu kewajiban bagi
pemerintah dan instansi masyarakat Sebagaimana ketentuan dalam Pasal
54 bahwa Pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika
wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial Dalam Pasal 56
disebutkan juga bahwa
(1) Rehabilitasi mcdis Pecandu Narkotika dilakukan di rumah sakit yang
ditunjuk oleh Menteri
(2) Lembaga rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan oleh instansi
pemerintah atau masyarakat dapat melakukan rehabililasi medis
Pecandu Narkotika setelah mendapat persetujuan Menteri
Kemudian dipertegas kembali dalam Pasal 57 bahwa selain melaiui
pengobatan danatau rehabilitasi medis penyembuhan Pecandu Narkotika
dapat diselenggarakan oleh instansi pemerintah alau masyarakat melaiui
pendekatan keagamaan dan tradisional Salah satu tugas dan wewenang
Badan Narkotika Nasional adalah meningkatkan kemampuan lembaga
rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu Narkotika baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat
Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 ini terdapat
pengecualian dalam hal luniutan pidana terhadap anak yang masih berada
di bawah umur Misalnya terdapat di dalam salah satu pasalnya yakni pada
51
Pasal 128 ayal ( I ) yang bcrbunyi Orang tua atau wali dari pecandu yang
belum cukup umur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) yang
sengaja tidak mciapor dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6
(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp 100000000 satu juta
rupiah) Tetapi di datam ketentuan tain yakni pada Pasal 128 ayat (2) dan
ayal (3) ditentukan bahwa anak yang masih di bawah umur tidak dapat
dituntut pidami selcngkapnya pasal tersebul berbunyi Pecandu Narkotika
yang belum cukup umur dan telah dilaporkan oleh orang tua atau walinya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat ( I ) tidak dituntut pidana
(Pasal 128 ayat (2)) dan Pecandu Narkotika yang telah cukup umur
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) yang sedang menjalani
rehabilitasi mcdis 2 (dua) kali masa perawatan dokter di rumah sakit
danatau lembaga rehabilitasi medis yang ditunjuk oleh pemerintah tidak
dituntut pidana
Pada awalnya narkotika digunakan unluk kcpentingan umat
manusia khususnya untuk pengobatan dan peiayanan kesehatan Namun
dcngan semakin bcrkembangnya ilmu pcngclaliuan dan teknologi
peruntukan narkotika mengalami perluasan hingga kepada hal-hal yang
negatif
Di dunia kedokteran narkotika banyak digunakan khususnya
dalam proses pembiusan sebelum pasien diopcrasi mengingat di dalam
narkotika terkandung zat yang dapat mempengaruhi perasaan pikiran serta
kesadaran pusieti Oleh karena itu agar penggunaan narkotika dapal
52
memberikan manfaat bagi kehidupanurnat manusia maka pcredarannya
harus diawasi secara ketat sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 60 sampai
dengan Pasal 63 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang menyebutkan
Pasai 60 ditentukan bahwa
(1) Pemerintah melakukan pembinaan terhadap segala kegiatan yang
berhubungan dengan Narkolika
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meiipuli upaya
a Memenuhi ketcrsediaan Narkotika unluk kcpentingan peiayanan
kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
b Mencegah penyalahgunaan Narkotika
c Mencegah generasi muda dan anak usia sekoiah
dalampenyalahgunaan Narkotika termasuk dengan memasukkan
pendidikanyang berkaitan dengan Narkotika dalam kurikulum
sekoiah dasarsampai lanjutan atas
d Mendorong dan menunjang kegiatan penelitian danatau
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di brdang
narkolika unluk kcpentingan peiayanan kesehatan dan
e Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis bagi
Pecandu Narkotika baik yang diselenggarakan oleh pemerintah
maupun masyarakat
53
Pasal 61 ditentukan baiiwa
(1) Pemerintah melakukan pcngawasan terhadap segala kegiatan yang
berkaitan dengan Narkotika
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
1 Narkolika dan Prekursor Narkolika untuk kcpentingan peiayanan
kesehatan danatau pengembangan Hmu pengetahuan dan
teknologi
2 Alat-alat potensial yang dapat disaiahgunakan untuk melakukan
tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkolika
3 Evaluasi keamanan khasiat dan mutu produk sebelum diedarkan
4 Produksi
5 impor dan ekspor
6 Pcrcdaran
7 Pelabeian
8 Tnformasi dan
9 Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Pasal 62 berbunyi Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasai 60 dan pengawasan sebagaimana
dimaksiiddalam Pasal 61 diatur dengan Peraturan Pemerintah Dan dalam
Pasal 63 disebutkan bahwa Pemerintah mengupayakan kerja sama
dengan ncgara lain danatau badan intcmasional secara bilateral dan
multiialeral baik regional maupun internasional dalam rangka pembinaan
dan pengawasan Narkotika dan Prekursor Narkotika sesuai dengan
54
kcpentingan nasional
Berdasarkan biinyi beberapa pasa di atas mengenai pengawasan
terhadap pentingnya peredaran narkotika wajib diawasi secara ketat
dikarenakan saat ini pemanfaatannya banyak untuk hal-hal yang negatif
D i samping itu melaiui perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi penyebaran narkotika sudah menjangkau hampir ke semua
wilayah di Indonesia hingga ke pelosok-pelosok Daerah yang sebelumnya
tidak pcrriah tersentuh oleh peredaran narkotika lambat laun berubah
menjadi sentra peredaran narkotika Begitu pula anak-anak yang pada
mulanya awam terhadap barang haram ini telah berubah menjadi sosok
pecandu yang siikar untuk dilepaskan ketergantungannya
Sebelum Iahimya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
mengenai narkotika diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997
tentang Narkotika namun undang-undang ini tidak dapat dipertahankan
lagi keberadaannya karena adanya perkembangan kualitas kejahatan
narkotika yang sudali menjadi ancaman serius bagi kehidupan umat
manusia Pengguna narkotika sangat beragam dan menjangkau semua
lapisan masyarakat mulai dari anak-anak hingga orang dewasa orang
awam hingga artis bahkan hingga pejabat publik
Efek negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan narkotika secara
berlebihan dalam jangka waktu lama serta tidak diawasi oleh ahlinya
dapat
menimbulkan berbagai dampak negatif pada penggunanya baik secara
55
fisik maupun psikis Bahkan tidak janing penggunaan narkotika dapat
memicu terjadinya berbagai tindak pidana Karena itu untuk mencegah
semakin mcluasnya dampak negalif yang ditimbulkan dari penggunaan
narkotika maka pengawasan tidak hanya terbatas pada peredaran
narkotika tetapi juga pada mereka yang menjadi korban misalnya
sescorang yang menderita ketergantungan narkotika (pecandu) Apabila
seorang pecandu narkotika telah divonis bcrsalah oleh hakim atas tindak
pidana narkotika yang dilakukannya maka untuk memberikan kesempatan
pada yang bersangkutan agar tcrbebas dari kecanduaniiya maka hakim
dapat mcmutuskan untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani
pengobatan danatau perawatan
Pengobatan dan perawatan terhadap pecandu narkotika dilakukan
melaiui fasilitas rchabilitasi Rcliabilitasi medis dan sosial yang diberikan
kepada pecandu dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan
kemampuan fisik mental dan sosialnya Selain pengobatan dan perawatan
melaiui rehabililasi medis proses penyembuhan pecandu narkotika dapat
diiaksanakan oleh masyarakat melalul pendekatan keagamaan dan
tradisional
Sebagai conloh di Pakem Sleman Yogyakarta telah didirikan
sualu kliiiik alau Pusat Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkotika
Psikolropika dan Zal-zat Aditiflainnya (NAPZA) Terpadu yang didirikan
atas kerjasania Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dan
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang diresmikan pada tanggal 7
56
Desember 2005 Tujuan umum pendiriaii pusat rehabilitasi terpadu ini
adalah untuk memberikan jaminan penanganan paripurnakepada korban
penyalahgunaan Napza melaiui aspek hukum aspek medis aspek sosial
aspek spiritual serta pengembangan pcndidikan dan pelatihan dalam
bidang NAPZA secara terpadu sedangkan tujuan khususnya adalah
1 Terhindarnya korban dan instilusi dan penelrasi pengedar
2 Terhindarnya kerusakan mental dun masa depan para penyalah guna
Napza yang akan mcmbtinuh potensi pengembangan mereka
3 Terhindarnya korban-korban baru akibat penularan penyakil-penyakit
seperti Hepatitis HIVAIDS dan penyakit menular lainnya
4 Terwujudnya proses pengembangan penanganan korban NAPZA dan
aspek ilmiah serta keiimuan yang dinamis sesuai perkembangan zaman
sebagai pusat jaringan informasi terpadu dan mewujudkan teknis
penanganan penyalahgunaan narkotika dan obat-obalan terlarang bagi
daerah sekitamya maupun nasional
Pemberian perlindungan kepada korban narkotika lentil tidak dapat
dibebankan sepenuhnya kcpada pemeriiilah peran serta masyarakat pun
diharapkan ada salah salunya diterimanya kembali mantan pani pengguna
dalam lingkungannya tanpa melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya
diskriminatif bahkan dengan mcmposisikan mereka sebagai warga keias
dua yang harus dljauhi
Bentuk periindunganyang diberikan terhadap pelaku maupun
Dikdik M ArilMansur dan tUisUiris Guitom loa cil hal 90
57
korban penyalahgunaan narkolika dan psikotropika daiambentuk
rehabilitasi
Rehabilitasi adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang
dilujukan kepada pemakai narkolika dan psikotropika yang sudah
menjalani program kuratif Tujuannya agar pelaku tidak memakai lagi
dan bebas dari penyakit ikutan yang disebabkan oleh bekas pemakaian
narkotika dan psikotropika
3 Tahapan-tahapan rchabilitasi terhadap self-victimizing victims
Tahapan-tahapan rehabilitasi terhadap self-victimizing victims atas
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika yang ada di Indonesia tidak
sama Ada yang menekankan rehabilitasi hanya pada aspek medis ada
pula yang lebih menekankan pada aspek rohani Atau memadukan kedua
pendekatan tersebut dengan komposisi yang seimbang Yang ideal
rehabilitasi seorang korban narkotika dan psikotropika harus dilakukan
secara holisitik baik secara fisik psikis maupun kerohaiiiannya
1 Tahapan pengobatan (rehabilitasi)
Secara umum ada beberapa tahapan yang harus dilewati
Masing-masing tahapan tersebut memakan waktu bervariasi ada yang
seminggii sebulan dan bahkan berbu lan-bulan tcrgantung tingkat
ketergantungan tekad korban dan juga dukungan berbagai pihak
terutama keluarga dalam seluruh proses tersebut Setiap tahapan
Subagjo PiirloUiharjo Loc cU hal 105 ^ E M Giri Prastowo loc cil hal 28 -29
58
tersebut disusun dan dibuat untuk inenganlar pasien secara bertaiiap
melepaskan dari ketergantungan narkotika dan psikotropika Beberapa
tahapan rehabilitasi ini yang disajikan berikut sudah Icruji dapat
menyembuhkan atau memulihkan korban narkotika dan psikotropika
secara maksimal
a Tahapan transisi
Penekanaii dalam tahap ini lebih kepada informasi awal
tentang korbanseperti
1) Latar belakang korban
2) Lama ketergantungan
3) Jenis obat yang dipakai
4) Akibat-akibat ketergantungan dan
5) Berbagai inlbrniasi lainnya
Hal ini penling sehingga pada saatnya akan menjadi acuan
bagi pihak yang terlibat secara intensif dalam proses rehabilitasi
Ahl i yang berkompeten (dokter) akan menganaiisa tingkat
ketergantungan korban untuk kemudian meneniukan tingkat
pengobatan dan tingkat pembinaan bagi si korban schingga terapi
dan metode pengobatan bisa dilakukan secara terukur
Tahapan ini Juga dapat dijadikan rujukan untuk meneari
model rehabilitasi yang paling tepat bagi yang bersangkutan Pada
tahap ini tim rehabilitasi akan membantu korban agar menyadari
dirinya sedang menghadapl masalah ketergantungan narkotika dan
59
psikotropika Korban diajak untuk bersama-sama mengatasinya Hal
ini penting karena proses rchabilitasi tidak akan berhasil tanpa
adanya kesadaran korban tentang adanya bahaya yang dihadapinya
Dari situ akan dibangun tekad dan komitmennya untuk
meninggalkan narkotika dan psikotropika
Selain itu pada tahapan ini akan diteliti akibat fisik dari
penggunaan narkotika dan psikotropika Sejauh mana tingkat
kerusakan syaraf dan organ-organ tubuhnya yang rusak Unluk itu
diadakan pemeriksaaii laboratoriumiengkap dan tes penunjang untuk
mcndeteksi penyakit yang diderita korban A[)abia dalam
pemeriksaan ditemukan satu atau beberapa penyakit maka terlebih
dahulu diadakan pengobalan medis sebelum penderita mendapat
proses rehabilitasi lanjutan Langkah ini penting selain agar tubuh
yang bersangkutan bebas dari penyakit juga untuk mencegah
terjadinya penularan balk kepada korban narkotika dan psikotropika
ini diadakan pembersihan darah pada tubuh pecandu sehingga darah
menjadi bersih dan sistem metabolisme tubuh kembali normal
Proses ini dapat dilakukan melaiui cara-cara berikut
1) Cold Turkey abrupt withdrawal) yaitu proses penghentian
pemakaian narkotika dan psikolropika secara tiba-tiba tanpa
disertai dengan substitusi antidotum
2) Bertaliap atau substitusi bertahap misalnya dengan kodein
^Ibidhal 30
60
methadone CPZ atau clocard selama i -2 minggu
3) Rapid Detoxification dilakukan dengan anestesi umum (6-12
jam) dan
4) Simtomatik tergantung gejala yang dirasakan
2 Rehabilitasi intensif
Setelah melewati masa transisi (pengumpulan informasi tentang
keadaan korban dan latar belakangnya) baru masiik pada fase
berikutnya yakni proses penyembuhan secara psikis Motivasi dan
potensi dirinya dibangun daiam tahap ini Korban diajak untuk
menemukan dirinya dan segala potensinya sambil juga menyadari
berbagai keterbalasannya Bahwa untuk mengatasi masalah hidup yang
bersangkutan tidak perlu harus mengkonsumsi narkotika dan
psikotropika Narkotika dan psikotropika justru menciptakan masalah
baru yang jauh lebih besar dalam hidupnya Narkotika dan psikotropika
bukanlah solusi tetapi menjadisumber masalah Pada tahap ini berbagai
contoh dapat dipcrlihatkan kepada korban
Yang terlibat di dalam tahap ini yang utama adalah korban itu
sendiri sebagai pelaku self-victimizing victims) Korban harus punya
tekad untuk hidup tanpa narkotika dan psikotropika Korban harus bisa
menatap masa depan dengan penuh optimisme Selain yang
bersangkutan peranan keluarga (orang liia dan saudara-saudaranya
suami atau istri) juga sangal pcnling Anggota keluarga ini harus secara
intensifmendampingi dan jnenopang korban
61
Staf di paiiti rehabilitasi para konselor psikolog dan semua
pihak di panti rehabilitasi untuk bersama-sama mcmbangun
kepercayaan diri korban Seluruh proses ini membutuhkan waktu
berbulan-bulan bahkan selama bertahun-tahun tergantung tingkat
ketergantungan dan efeknya bagi korban Berbagai terapi yang
dilakukan selama dalam tahap ini baik yang dilakukan secara pribadi
maupun bersama-sama lewat berbagai aktivitas di panti rehabilitasi
tersebut bertujuan untuk memberdayakan kembali korban yang disekian
lama telah terpuruk oleh narkolika dan psikotropika Sebagai langkah
awal untuk sosialisasi diri dengan masyarakat korban juga secara
bertahap mulai mcmbangun komunikasi dengan orang lain di Iuar
komunitas rehabilitasi
Menurut Romo Lambertus Somar MSG dalam bukunya
Rehabilitasi Pecandu Narkotika dan Psikotropika pada tahap ini ada
tiga titik yang harus dilewati yang lebih dikenal dengan tahapan
stabilisasi pribadi yailu^
1 Secara sadar dan tekun melepaskan diri dari berbagai penyakit dan
akibatakibat lainnya (no to drugs) Tahap ini merupakan tahap
stabilisasi awai atau tahap konsolidasi (comolidation)
2 Menemukan jati diri menguasai kiat-kiat dan keterampilan-
keterampilan untuk menyehatkan serta mengisi hidup secara lebih
bermakna dan bermulu Latihan keterampilan vokasional (kerja) dan
E M Giri Praslowo Loc cil hal 32
62
peiigungkapan diri dari dimulai dibina sebiiigga disebul juga (afiap
pengukuan diri (jyerwtuil appraisal) Inilah lahap slabilisasi
niericiigah (inadya)
3 Dengan inisiatif pribadi orang secara sadar mulai berfikir dan
bertindak untuk mencapai prestasi-prestasi tertentu schingga disebut
juga tahap positive thinking and doing Tahap ini merupakan tahap
stabilisasi akhir
4 Tahap rekonsiliasi Tahapan berikut yang harus dilewati dan sangat
vital adalah tahap rekonsiliasi Tara korban tidak langsung
herinlcraksi secara bebas dcngan masyarakat akan tctiipi lerleblh
dahulu ditampung di sebuah lingkungan khusus selama beberapa
waktu sampai pasien benar-benar siap secara mental dan rohani
kembali kelingkungannya semula Yang paling ulama dalam fase ini
adalah pembinaan mental spiritual keimanan dan ketakwaan serta
kcsepiikatan sosial kemasyarakaian Proses ini bisa meliputi program
pembinaan jasmani dan rohani
Sampai ke tahap ini yang bersangkutan masih tcrikat dengan
rehabilitasi foimal namun sudah mulai membiasakan diri dengan
masyarakat Iuar sehingga merupakan proses resosialisasi (reentry) atau
penyesuaian (reconcilialion) Proses ini melewati tiga titik penting juga
yaitu
1 Tinggal lebih sering dan lebih lama di lingkungan keluarga sebagai
63
teiiipal tinggal tetap atau pun tempat tinggal transit unluk
resosialisasi sambil mclaiijiitkan kegiatan pilihan sebagai penunjang
masa selanjutnya Di sini terjadi perdamaian dan penycsuaian-
penyesuaian kembali dengan lingkungan
2 Rencana masa depan yang jelas dan siap direalisasikaii dengan
dukungan keluarga atau pihak-pihak lain Pada tahap ini korban
dapat memulai aktivitasnya lagi seperti sekolahkuliah mulai bekerja
atau merintis usaha sendiri
3 Kontak awal dengan kelompok-keiompok atau program-program
pemeliharaan lanjut aftercare) Di sini orang meiierima dirinya
seperti apa adanya merasa puas lalu mempercayakan dirinya ke
tangan orang lain
4 Pciiieliharaaii Lanjut Pada tahap ini walaupun secara fisik yang
bersangkutan sudah dinyatakan seliul dan secara psikis pun sudali
pulih namun masih ada kcmungkinan mereka akan tergclincir
kembali icbihlebih saat mereka sedang menghadapl masalah Pada
saat itu bisa Jadi mereka bemostagia dengan menikmati narkolika
dan psikotropika Saat ini juga niwaii Karena itu setiap korban yang
niemasuki tahap inidipersiapkaii sungguh-sungguh agar dapal
melewati dan mengatasi sUuasi rawan ini dengan melewati tiga titik
ini yakni
a Mengubah menghilangkan aUiu menjauhi hal-hal yang bersifat
bid hul 34
64
nostaigia kesenaiigan narkolika dan psikolropika
b Setiap mengikuti program-program dan aeara-acara aftercare
(pemeliharaan lanjut) dan
c Dapat juga mcUbatkan diri dalam gerakan atau kelompok bersih
narkoba dan peduli penanggulangannya
BAB IV
PENUTUP
A Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dipaparkan tersebut di atas peneliti
memberikan beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap
permasalahan di dalam penelitian ini sebagai berikut
Di antara berbagai faktor yang dapat mempengaruhi seseorang atau
individu menyalahgunakan narkotika atau psikotropika terdapat faktor
yang paling duininan yakni laktor yang bersumber dari keadaan keluarga
dan lingkungan bukan karcnn faktor individunya Karena faktor keluarga
yang buruk dan lingkungan yang juga buruk dan saling mendukung dapat
mempengaruhi individu menjadi pelaku lindak pidana penyalahgunaan
narkolika dan psikotropika tersebut dengan kata lain faktor keluarga dan
lingkungan yang buruk ini membuka kesempatan kcpada seseorang untuk
merasakan pergaulan dengan narkotika atau psikotropika sehingga dapal
menimbulkan ketergantungan terhadapnya
2 Perlindungan lerhadap korban narkotika- jika dihubungkan dengan
beberapa teori pemidanaan dalam perspektif Undang-Undatig Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika yang baru terdapai keseimbangan antara
perlindungan terhadap pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana
bahwa berdasarkan sanksi baik pidana maupun denda yang terdapat dalam
undang-undang ini sangatlah bcrat-bcnil dan tegas Ini berarti bahwa
65 bull
66
undang-undang narkotika yang baru tersebut lebih mementingkan korban
dari pada pelaku kejalialan narkotika Mengingat bahwa dcngan adanya
pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan ktgtrban semakin
banyak yang berjatuhan seliingga daripada korbannya anak bangsa yang
memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara Indonesia
maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-beratnya
terhadap si pelaku lindak pidana narkolika bahkan pidana mati atau
seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-
undang yang baru ini juga diatur mengenai rchabilitasi terhadap korban
baik korban yang diakibatkan oleh orang lain niaiipim karena self
victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku ilu
sendiri
Saran
Adapun yang menjadi saran peneliti di dalam penelitian ini yang
menjadi harapan untuk dipcrliatikan bersama adalah sebagai berikut
1 Diharapkan bagi setiap keluarga untuk menjaga keharmonisan melakukan
pengawasan dan mcnanainkan pcndidikan yang benar terutama dalam lial
menyeimbangkan antara emosi inteligensi dan spritual sejak dari din
terhadap anak sebagai benteng terhadap dirinya untuk dapat membentengi
dari pengaruh narkotika dan psikotropika yang semakin mengancam
keadaan lingkungan masyarakat
2 Diharapkan terhadap pemerintah untuk melakukan sosialisasi yang
teriiitegrasi dan menyeluruh terhadap semua lapisan masyarakat baik
67
masyarakat di pedesan (primitlf) maupun masyarakat kota betapa besamya
sanksi pidana dan denda yang digariskan di dalam undang-undang
narkotika dan psikotropika misalnya dcngan mcmpublikasikannya dalam
bentuk billboard di pcrsiinpangan jalan sehingga setiap orang yang lewat
dengan secara otomatis masyarakat akan inengelaliuinya dan
berkemuiigkiiian orang yang membacanya setidaknya tlmbul rasa takut
untuk terjun ke dalam penyalahgunaaan narkotika dan psikotropika
tersebut
D A F T A R PUSTAKA
A Bukii
Arrasjid Chainur Sualu Pemikiran Tentang Psikologi Kriminil Mcdan Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU 1999
Gerson Bawengan Penganlar Psichology Kriminil Jakarta Pradya Pramita 1973
Gosita Arif Masalah Korban Kejahatan Jakarta Akademika Pressindo 1993
Hakim M Ariel Narkoba Bahaya dan Penanggulangannya Bandung Jembar 2007
Hawari Dadang Konsep islam Memerangi AIDS dan NAZA Get X i Yogyakarta Dhana Baktl Priaya 1997
Kaligis OC dan Soedjono Dirdjosisworo Narkoba dan Peradilannya di Indonesia (Retbrmasi Hukum Pidana Melaiui Perundangan dan Peradilan) Bandung PT Alumni 2002
Kartono Kartini Psichology Abnormal Bandung Alumni 1972
Mansur Dikdik M Arif dan Elistaris Guitom Urgensi Perlindungan Korban Kejahalan Antara Norma dan Reaiita Bandung Agustus Fakultas Hukum Universitas Padjajaran 2006
Mardani Penyalahgunaan Narkoba Daiam Perspeklif Hukum islam dan hukum Pidana Nasional Jakarta IH RajuGrufindoPersado 2007
Marpaung Leden Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005
Moelyono Anton M Kumus Besar Bahasa Indonesia Get 11 Jakarta Balai Pustaka 1988
Muladi HAM Dalam Persepkiif Sistem Peradilan Pidana dalam Muladi (ed) Hak Asasi Manusia Hakekal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat Bandung Refika Aditama 2005
dan Barda Nawawi Arlef Bunga Rampai Hukum Pidana Bandung Alumni 1992
Partodiharjo Subagyo Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannyai Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2003
Ioyk Fanny Jonathans Sehiiah Kesehatan Narkoba Sayonara Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2006
Prastowo EM Giri Rehabilitasi Bagi Korban Narkoba Tangcrang Visimedia 2006
Prodjodikoro Wirjono Asas-asas Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005
Roeslan Saieh Stelsel Pidana Indonesia Jakarta Bina Aksara 1987
Soedjono D Segi Hukum Tentang Narkolika di Indonesia Bandung Karya Nusanlara 1977
Hukum Narkolika Indonesia Bandung PT Citra Adtya Baktl i 990
Soekanto Soerjono dan Sri Mumadjj Penelitian Hukum Normalif Suatu Tijnjauan Singkat Jakarta Rajagrafindo Persada 2001
Sudarsono Kenakalan Remaja cet Ii Jakarta Rineka Cipta 1992
Tom dkk Bahaya NAPZA Bagi Pelajar Bandung Yayasan Al-Ghifari Morgan 1999
Tim BNN Materi Advokad Pencegahan Narkoba Jakarta Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia 2005
Yustisia Himpunan Peraturan Pemndang-Undangan Anti Narkoba diterjenialikuii oleh Tim iustaka Yuslisia Yogyakarta iuslaka Yustisia 2006
Waluyo Bambang Penelitian Hukum dalam Prakiek Jakarta Sinar Grafika 1996
Wcda Made Darma Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korporasi dalam niingti Rampai Viktimisasi Bandung Eresco 1995
B Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Pasal 152
Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika22Tahun 1997 tentang Narkotika
Keppres Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkolika Nasional
CInternet
htlpwwwbnngoidportalbariiiiorlalkQnlenpltpniima^Prorilampop^visi niisiamp tnn=lamp diakses tcrakiiir tanggal 13 November 2014
httpthed03hlogspoteom2008l Ohukuiii-viktimolQgihtmk diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014
httpwwwikonbaliorg26062Q(19advokasipctisi-ikon-bali-segera-tcrapkan-semahtml Petisi Ikalan Korban Napza (IKON) dalam rangka menyambut Hari Anti Narkotika (HANI) dan Hari Anti Penyiksaan 2009 diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014
httpwwwsurnekscoidindexphp7pption=^om cpntentampview=articleampid=^1405 2010-kej ati-baru-terapkan-uu-no-3 52009ampcatid=44 ilir-barat-i-bukit-keciIampUemid=94 diakses lerakJiir tanggal 12 Desember 2014
httpidsbvoongcQmexact-sciencesl8Q8652-getielika-dan-keiahatan Faktor Genetik Penyebab Kejahalan diakses terakhir tanggal 10 jaiiuari 2014
httpwwwasiasecuritiescoidsys 12ximagesstories201QEqtiitv2Q Pdf diakses terakhir tanggal 10 Januari 2014
LAMPIRAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
F A K U L T A S HUKUM
K A R T U AKTIVITAS BIMBINGAN SKRIPSI
N A M A MAHASISWA DIANA SAPUTRA
N O M O R INDUK MAHASISWA 50 2011 059
P R O G R A M STUDI I L M U H U K U M
PROG K E K H U S U S A N H U K U M PIDANA
P E M B I M B I N G M S O L E H IDRUS SHMH
l U D U L SKRIPSI P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T U N D A N G U N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I
KONSULTASI
K F -
MATERI YANG
DIBIMBINGKAN
PARAF
PEMBIMBING K E T
luymdash
y^ ^ Tlt2 N ^
7 M e
fSUL
k ^
CATATAN MOHON DIBERI WAKTU MENYELESAIKAN SKRIlSl RUiAN SEJAK TANGGAL DIKELUARKAN DITETAIKAN
DIKELUARKAN DI PALEMBANG PADA TANGGAL KETUA BAGIAN
JUDUL P E N Y A L A H G U N A A N N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG UNDANG N O M O R 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I
P E R M A S A L A H A N 1 Apa yang menjadi faktor tcrjadinya penyalaJigunaan narkotika dan psikotropika
2 Bagaimana pengaturan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspektif victimologi
B A B l P H N D A I i U L U A N A Latar Belakang B Permasalahan C Ruang Lingkup dan Tujuan D Metode Penelitian E Sistematika Penulisan
B A B 11 T I N J A U A N PUSTAKA
A Pengertian penyalahgunaan B Pengertian victimologi C Ruang lingkup victimologi D Jents dan penggolongan narkotika dan psikotropika E Undang Undang yang mengatur tentang narkotika
dan psikotropika
BAB I I I PEMBAHASAN A Faktor yang menyebabkan terjadinya
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika
B Penyalahgunaan narkotika dan psikolropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspeklif victimologi
BAB IV PENUTUP A Kesimpulan
B Saran-saran
DAF1AR PUSTAKA
L A M P I R A N - L A M P I R A N
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM
Lampiran Perihal Kepada
Sistematika penulisan (Outline) Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi YUi NUR HUSNI LMILSON SHSpNMH
Pembimbing Akademik Fakultas Hukum UMP dl-Palembaniz
Assalamualaikum WrWb
Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama DIANA SAPU I RA
Program Kekhususan Flukum Pidana
fada semester Lianjil tatiun kuliati 2UI42UI5 sudah menyelesaikan betian studi yang meliputi MPKMKKMKBMPBMBB (139 sks)
Dengan ini mengajukan pcrmohonan untuk penelitian Hukum dan Penulis Skripsi dengan judul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG-UNDANG N O M O R 35 T A H U N 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I
Demikianlah atas perkenaan Ibu diucapkan terima kasih
Wassalamualaikum WrWb
NIM 50 2011 059 Ilmu Hukum Program Studi
Palembang September 2014 Pemohon ^^--^5
Rekomendasi PAYbs
Pembimbing Akademik
HUSNI EMHSON SH SpN MH
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM
REKOMENDASI DAN PEMBIMBING SKRIPSI
Nama Nim Program Study Program Kekhususan Judul skripsi
DIANA SAPUTRA 50 2011 059 Ilmu Hukum Hukum pidana PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI
I Rekomendasi Ketua Bagian a Rekomendasi
b Usulan Pembimbing
Hukum Pidana
raiemoang iepiemt)er zu 14 KetuaJBagu
LuuTiiiAKNurCsHrR^
I L Penatapan Pembimbing Skripsi Oleh Wakil Dekan I
1 2
Palembang September 2014 Wakil Dekan I
- i poundL Dr Hj SRI S U L A S T R I SH M H
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah i n i Nama Tempat Tanggal Lahir N I M Program Studi Program Kekhususan
DIANA SAPUTRA PetransJaya 15 Januari 1992 502011059 Ilmu Hukum Hukum Pidana
Menyatakan bahwa karya ilmiah skripsi saya yang berjudul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANGshyU N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F VICTIMOLOGI
Adalah bukan merupakan karya tulis orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali daiam bentuk kutipan yang telah kami sebutkan sumbemya
Demikianlah surat pemyataan ini kami buat dengan sebenar-benamya dan apabila pemyataan ini tidak benar kami bersedia mendapatkan sanksi akademis
Palembang September 2014
PERMOHONAN UNTUK MENGIKUTI SEMINAR PROPOSAL
Palembang Oktober2014 Perihal Mohon untuk diiaksanakan seminar
Proposal Penelitian Skripsi
Kepada Yth Ibu Luil Maknun SH MH Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang D i -
Palembang
Assalamualaikum Wr Wb Saya yang bertanda tangan dibawah Ini Nama DIANA SAPUTRA
NIM 50 2011 059
Program Kekhususan Hukum Pidana
Bahwa yang bersangkutan telah layak untuk mer^ikiuti Seminar Proposal rencana penelitian skripsi yang judul PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI
Mohon kiranya yang bersangkutan untuk dijadwalkan mengikuti Seminar Proposal usul Penelitian Skripsi
Demikianlah disampaikan untuk dipertimban^Lan Wassalamualaikum Wr Wb
Pembimbing Skripsi
M SOLEH IDRUS3HMS
H A L A M A N P E R S E T U J U A N U N T U K M E N G I K U T I S E M I N A R P R O P O S A L
Nama DIANA S A P U T R A
N I M 50 2011059
Program studi Ilmu Hukum
Program kekhususan Hukum Pidana
Judui Penelitian PENYALAHGUNAAN N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A
MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI P E R S P E K T I F VICTIMOUHH
Palembang Oktober2014 Disetujui Pembimbing
M S O L E H IDRUSSH MS
Ketua Bagian Hukum Pidana
LuU MaknunSH M H
![Page 15: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/15.jpg)
6
perspektif viAimo(gtg[
E Metode rcncHtl
Untuk memperoleh data yang kongkril sebagai pcdoman dalam
penulisan skripsi ini maka penulis menggunaan metode sebagai berikul
1 Metode pclaksanaan penelitian
dalam pclaksanaan ini penulis menggunaan metode penelitian hukum
normatif yang bersifal diskriftif dengan menggunaan dala skunder
Penelitian nukum norkatif ini merupakan penelitian kcpustakaan yaitu
penelitian terhadap dala skunder yang iiiempuiiyai ruang lingkup meiipuli
surat sural fakta fakta sampai pada dokumen - dokuincn resmi yang
dikeluarkan oleh instansi lerkait
2 Metode pcngiimpulun data
Pengumpulan data meiiipunyai hubungan yang eral dengan sumber data
karena dcngan pengumpulan dala akan diperoleh data yang dipcrlukan
untuk selanjutnya dianalisis sesuai dengan yang diinginkan Dalam usuha
pengumuian dala dala yang relevan dengan judul ini penulis
menggunakan metode normatif diskriplif dengan menggunakan data
skunder yang berbentuk dokumcntasi
3 Tehnik pcngolahan data
Dilakukan dcngan cara nnalisis isi terhadap teksural untuk selanjutnya
dikoniruksikan dalam suatu kesimpulan
7
Sislemutika [cnulisiin
Penelitian ini dibuul berdasarkan sistematika penulisan di dalam
penelitian ini peneliti mcmbaginya dalam empat bagian yailu
BAB I PENDAHULUAN
Merupakan bab pendahuluan yang menguraikan mengenai hal-hal
berkaitan dengan Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan
dan Maniaat Penclilian Kcaslian Penelitian Tlnjaiian
Kcpustakaan Pengertian Penyalahgunaan Pengertian
Viclimologi Ruang Lingkup dan Manfaat Viclimologi Jenis dan
Penggolongan Narkotika dan Psikotropika Metode Penelitian
dan Sistematika Penulisan
BAB U TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bagian ini menguraikan yaitu mengenai pengertian tentang
penyalahgunaan pengertian tentang ruang lingkup viktimologi
pengertian tentang narkotika dan jcnis-jcnis narkolika
BAB Hi PEMBAHASAN
Merupakan bab yang membahas mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan Pengaturan Sanksi Pidana lerhadap Penyalahgunaan
Narkotika dan Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Ditinjau dari Perlindungan Terhadap Korban dan
Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Self
Victimizing Victims
8
BAB IV K E S I M P U L A N DAN SARAN
Bab ini memuat beberapa kesimpulan dan saran yang dibuat
peneliti sebagai hasil dari pembahasan dun penguraian di dalam
penelitian ini dari keseluruhan permasalahan yang ada
DAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A Pengertinn Pcnyalaliguiiaan
Penyalahgunaan dimaksudkan dalam penclilian ini adalah
penyalahgunaan terhadap narkotika dan psikolropika Dimana bahwa
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika ini diambil dan dipersainakan
dcngan pengertian penyalahgunaan narkoba seperti yang disebutkan Lutfi
Braja yakni memberikan pembatasan mengenai penyalaiiguiiaaii yaitu
Pemakaian narkoba di iuar indikasi medik tanpa petunjuk atau
resep dokter dan peinakaiannya bersifat patologik
(menimbulkan kelainan) dan menimbiilkan humbutan dalam
aktifitas di rumah di sekoiah atau di kampus tempat kerja dan
lingkungan sosial Ketergantungan narkoba adalah kondisi yang
kebanyakan diakibatkan oleh penyalahgunaan zat yang disertai
dengan adanya toleransi zat (dosis semakin tinggi) dan gejala
putus zal
Permasalahan penyalahgunaan mengakibatkan dampak yang sering
terjadi di tengah-tcngah masyarakat dari penyalahgunaan narkolika dan
psikotropika antara lain merusak hubungmt kekeluargaaii menurunkan
kemampuan belajar dan produktifitas kerja secara drastis sulit membedakan
mana perbuatan baik dan perbuatan buruk perubahan pcrilaku menjadi
Mardani Op 01 lial 2
9
10
pcrilaku anti sosial (pcrilaku maladaptil) gangguan kesehalan (fisik dun
mental) mempertinggi jumlah kecelakaan lalu lintas tindak kekerasan dan
kriniinuliLis lainnya
Dari kata penyalahgunaan menandakan bahwa Narkotika dan
Psikotropika tidak selalu bermakna negatif Dcngan begitu narkotika dan
psokitropika yang digunakan dengan baik dan benar oleh dokter untuk
mengobati pasiennya lidak tennasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang
disaiahgunakan Di dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA
(Narkotika Psikotropika dan Zat Adit i f Lainnya)
B Pengertian Victiimlogt
Pada dasarnya perkembangan ilmu pengetahuan tentang korban
kejahalan (viktimologi) lidak dapat dipisahkan dari iahimya peiiiikiraii-
pemikiran brilian dari Hans von Hentig seorang ahli kriminologi pada talum
1941 serta Mendelsohn pada tahun 1947 Pemikiran dari kedua ahli ini
sangat mcmpengaruhi setiap fase perkembangan viktimologi Perkembangan
viktimologi hingga sampai pada keadaan seperti sekarang tentunya tidak
terjadi dengan sendirinya namun telah meiigalami berbagai perkembangan
yang dapai dibagi dalam 3 (tiga) fase sebagai berikut
a iada tahap peitama viktimologi hanya meinpclajari korban kejahatan saja
pada fase ini dikatakan sebagai pehdl or special vtciimolo^
b Pada lase kedua viktimologi tidak hanya mengkaji masalah korban
Oadang Huwari Konsep Islam Memerungt AIDS dan NAA Cel XI (Ycgvakarta Ohaiiii iiakli Idaya 1997) hal 153 Made Danaa Wi da Op cil hal 200
kejahalan tetapi juga meiipuli korban kecelakaan Pada fase ini disebut
sebagai general victimology
c Fase ketiga Vikt imologi sudah berkembang lebih luas lagi yaitu mengkaji
permasalahan korban karena penyalahgunaan kckuasaan dan hak-hak asasi
manusia Fase ini dikatakan sebagai new viciimology
Berdasarkan pengertian di atas nampak je las bahwa yang menjadi
obyek pengkajian dari viktimologi diantaranyu pihak-pihak mana saja yang
terlibat atau mcmpengaruhi terjadinya suatu viktimisasi kriminal
bagaiinanakah respon terhadap suatu viktimisasi kriminal faktor penyebab
terjadinya viktimisasi kriminal bagaimanakah upaya penanggulangannya
dan sebagainya
C R u a i i g L i n g k u p Victimologi
Vikt imologi mencliti topik-topik teiilang korban scperti peranan
korban pada terjadinya kejahatan hubungan antara pelaku dengan korban
rentannya posisi korban dan peranan korban dalam sistem peradilan pidana
Selain itu menurut Muladi viktimologi merupakan suatu studi yang bertujuan
untuk
1 Menganaiisa berbagai aspek yang berkaitan dcngan korban
2 Berusaha untuk memberikan penjelasan sebab musabab terjadinya
vikt imisasi dan
3 Mengembangkan sistem tindakan guna mengurangi penderitaan manusia
^Suryono Ekolaina ST Harum Pudjianlo RS dan G Wiraiama Abortus Iruvocalus Ba^ Korban Perkosnan Persxkif Viktimologi Kriminologi Jan Hukum Pidana Edisi PcrUtma Culakari lurlunii (Jakiiria Univcrsilas AlmaJaya 2001) liul 174 ^ibidMl I7()
12
Menurut JE Sahetapy ruang lingkup Viktimologi meliputi bagaimana
sescorang (dapat) menjadi korban yang ditentukan oleh suatu victimity yang
lidak selaiu berhubuiigan dengan masalah kejahatan termasuk pula korban
kecelakaan dan bencana alam selain dari korban kejahatan dan penyalah
gunaait kekuasan^ Namun dalam perkembangannya di tahun 1985
dipeiopori oleh Separovic yang mempelopori pemikiran agar Viktimologi
khusus niengkaji korban karena adanya kejahatan dan penyalahgunaan
kckuasaan dan tidak mengkaji korban karena musibah alau bencana alam
karena korban bencana alam di iuar kemauan manusia out of mms will)
D Jenis dan Penggolungan Narkotika dan Psikotropilta
Dari kata penyalahgunaan narkoba menandakan bahwa narkoba tidak
selalu beimakna negatif Dengan begilu narkolika dan psokitropika yang
digunakan dengan balk dan benar oleh dokter unluk mengobati pasiennya
tidak termasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang disaialigLmakan Di
dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA (Narkotika Psikolropika
dun Zat ditir Lainnya) Dalam penelitian ini hanya dibahas tentang
narkotika dan psikolropika maka sebelumnya dipaparkan terlebih dahulu
berbagai jenis narkotika dan psikotropika sebagai berikut
a) Narkolika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari lanaman atau
TbUi Miiiadi HAM Halam Persepkiif Sislem Peradilan Pidana datam Muladi (cd) Hak Asas) Manusia Hakclal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspeklif llukum dan Masyarakat (Bandung Refikii Aditama 2005) hal lOX VfiWDial 109 Subagyo Partediharjo Op cil hal 11
13
bukan tanainan baik sintesis maupun bukan sintesis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa
Zat ini dapal mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat
meninibulkan ketergantungan Menurut Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika Narkolika adalah at atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun
semisimetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri
dan dapat nienimbulkati ketergantungan yang dibedakan kc dalam
golongan-goiongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang in i
Narkotika memiliki daya adikasi (ketagihan) yang sangat berat
Narkolika juga memiliki daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual
(kebiasaan) yang sangat tinggi Ketiga sifat narkolika ini yang
menyebabkan pemakai narkotika tidak dapat lepas dari cengkeramannya
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
Jenis jenis narkotika dibagi ke daiam 3 (tiga) kelompok yaitu narkotika
golongan I golongan I I dan golongan I I I
Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbaiiaya
karemi daya adilifnya sangat tinggi Golongan ini tidak boleh digunakan
untuk kcpentingan apapun kecuali unluk penelitian atau ilmu
pengetahuan Contohnya adalah ganja heroin kokain inorfin opium dan
lain-lain Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya
Ibid Posal 1 Ayal (I) Unilung-Undang Nomor 3 Tahun 2009 lenlang Narkotika
14
aditifkual tclapi bcrmaiilaal untuk pcngohatan dan penclilian tlonluhnya
adalah petidin dan turunannya benetldin belamctadol dan lain-iain
Sedanikaii narkulika golungaii Ml adalah narkotika yang niciniliki daya
aditif riiigan tetapi bermanfaat untuk penghatan dan penelitian Contohnya
adalali kudcin dun turunannya^
Berdasarkan cara pcmbuatannya narkotika dibedakan ke dalam 3
(tiga) golongatt juga yaitu narkolika atami narkotika semlsimesis dan
narkotika sintesis Dijelaskan sebagai berikut
1) Naikotika alami
Narkotika alami adalah narkotika yang zat aditithya diambil dari
(umbuhlumbuhan (atam) Contohnya
u tjaiija
Ganja adalah tanaman perdu dengan daun menyerupai daun
singkong yang tepinya bergerigi dan berbulu lialus Jumlah Jari
daunnya selalu ganjil yakni 5 7 9 Tumbuhan ini banyak lumbuh di
iieberapa daerah di Indonesia seperti Aceh Suinalera Ulara
Sumatera Selaian Pulau Jawa dan lain-lain Daun ganja ini sering
iligunakiin sebagai bumbu penyedap masakan Bila digunakan
ebagai bumbu iiuisak daya adilifnya rendah Namun lidak
ilemikian apabila dibakar dan asapnya dihirup Cara
|)cnyalahgunaunnya adalah dikcringkan dan dicampu dengan
icmbakiiii rokok atau dijadikan rokok lalu dibakar serta dihisap
Subagvo PurtoJiharjo Op cil hal 11-12
15
b Ilaisis
Hasis adaiah lanaman serupa ganja yang lumbuh di Amcrika
Latin dan Eiopa Daun ganja hasis dan mariyuana Juga dapat
disuling dan diambil sarinya Oatam bentuk cair harganya sangat
mahai Gunanya adalah unluk disaiahgunakan oleh pemadut-pemadal
kelas tinggi
c Koka
Koka adalah lanaman perdu mirip pohon kupi Huahnya yang
inatang bcrwama inerah seperti biji kopi Dalam komunitas
masyarakat Indian Kuno biji koka sering digunakan untuk
inenambah kekiiatan orang yang bcrperang atau bcrburu binalang
Koka kemudian bisa diolah menj adi kokain
d Opium
Opium adaiah bunga dengan bentuk dan wama yang indah
Dari getah bunga opium dihasilkan candu (opiat) Di Mesir dan
daratan Cina opium dahulu digunakan unluk mengobati beberapa
penyakit member kekuatan atau menghilangkan rasa sakil pada
lentara yang terluka sewaktu berperang atau berburu Opium banyak
lumbuh di segiliga emas antara Burma Komboja dan Thailand
atau di daratan Cina dan segitlga emas Asia Tengah yaitu daerah
antara Alganistan Iran dan Pakistan
Dalam kalangan perdagangaii liilernasional ada kebiasaan
ftW hal 14
16
(keliru) tncnamai daerah tempat peuanamuii opium sebagai daerah
emas Diberi nama demikian karena perdagaiigan opium sangat
mengimtiingkan Karena bahayanya yang besar daerah seperti ilu
keliru jika diberi nama predikat emas Daerah sumber produksl
opium sepantasnya disebut segitlga setan atau segitlga iblis
2) Narkotika semisintcsis
Narkotika semisintesis adalah narkotika alami yang diolah dan
diambil zat aktifnya (intisarinya) agar memiliki khasiat yang lebih kuat
schmgga dapat dimanfaatkan untuk kepcnlingan kedokteran
Contohnya
a Morfm dipakai dalam dunia kedokteran unluk menghilangkan rasa
sakit alau pembiusan pada operasi (pcmbcdahan)
b Kodein dipakai unluk obat penghilang baluk
c Heroin tidak dipakai dalam pengobatan karena daya adilifnya
sangat besar dan matifuatnya secara medis belum
ditemukan Dalam pcrdugangan gelup heroin diberi nama
pulaw atau pete atau pt Henlnknya seperti tepun terigu
yang halus pulih dan agak kotor
d Kokain liiisll olahati dari biji koka
3) Naikotika sintesis
Narkotika sintesis adalah narkotika palsu yang dibuat dari bahan
kimia Narkotika ini digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi
oraiig yang menderita kclcrgantungun Contohnya
17
a Ietidin unluk obat bius lokal operasi kccil sunal dan
sebagainya
b Melhadon unluk pengobatan pecandu narkoba dan
c Naltrexon untuk pengobatan pecandu narkoba
Selain unluk pembiusan narkolika sintesis biasanya diberikan
oleh dokter kcpada penyalahgiina narkoba untuk menghcntikan
kebiasaannya yang tidak kuat melawan sugesti (relaps) atau sakaw
Narkotika sintesis berfungsi sebagai pengganti senientara Bila sudah
bciiar-bcnar bcbas asupan narkoba sintesis in dikurangi sedikil demi
sedikit sampai akhimya berhenti total
b) Fsikotropika
Pengertian psikolropika menurut Pasal I Ayal ( I ) Undang-Undang
Nomor 5 Taliun 1997 tentang Psikotropika adalah Zat atau obat baik
alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif
melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusal yang menyebabkan
perubahan khas pada uktivitus mental dan perilaku
Pengertian Psikolropika di daUim Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika tidak ditemukan Hal tersebut sehubungan
dengan ketentuan di dalam Pasal 153 huruf b yaitu Lamplran mengenai
jenis Psikotropika Golongan 1 dan Golongan II scbagaimana tercantum
dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika (lcmbaran Ncgara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor
10 Tambahan Lcmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671) yang
18
telah (iipindahkan menj adi Narkotika Golongan I menurut UndangUndang
ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku Oleh karenanya dalam Undangshy
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tidak ada lagi di dalam pasal-pasal nya
yang mengatur mengenai Psikotropika karena sudah dlmasukkan ke dalam
golongan Narkotika
Sesuai dengan pembahasan dalam penelitian ini masih
berhuijutigar dengan Psikotropika maka Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1997 tentang Psikotropika masih perlu untuk dibahas dalam penelitian ini
Menui iil undangumlang tersebut Psikolropika adalah zal atau obal bukan
narkolika baik alamiah maupun sintesis yang memiliki khasiat psikoaktif
melaiui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas nonnal dan perilaku Psikotropika ini
merupakan obat yang digunakan oleh dokter untuk mngobali gangguan
jiwa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tenumg
Psikolropika psikotropika dikelompokkan ke dalam 4 (empat) golongan
Golongan I yaitu psikotropika dengan daya aditif yang sangat kuat
belum diketahui manfkilnya untuk pengobatan dan sedang diteliti
khasiiitnya saat ini Contohnya adalah MDMA ekstasi USD dan STP
Golongan U yakni psikolropika dengan daya aditif kuat serta berguna
untuk pengobatan dan penelitian Contohnya adalah amfelamin
metanifetamin metakualon dan sebagainya Golongan IH yakni
psikolropika dcngan daya adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan
dan penelitian Contohnya adalah lumibal buprenorsina flcenilrazepam
19
dan sebagainya Golongan IV yakni psikotropika yang memiliki daya
aditif ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian Contohnya
adalah netrazepam (BK Mogadon Duiiiolid) diazepam dan lain-lain^
Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika yang dimaksud dengan paslkotoplka adalah zat atau obat
baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif
melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang mcnyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku Psikotropika
dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut
1 Psikotropika golongan I yaitu psikolropika yang hanya dapat digunakan
unluk kcpentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi
sena mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan Contohnya ekstasi shabu LSD
2 Psikotropika golongan II yakni psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi danatau tujuan ilmu
pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan Contohnya amfetamin metilfenidat atau ritalin
3 Psikotropika golongan III yaitu psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi danatau unluk tujuan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan
sintlroma ketergantungan Contohnya pentobarbital Flunitrazepam dun
4 Psikotropika golongan IV yaitu psikotropika yang berkhasiat
Ibid ILil 15
20
pengobatan dan sangal luas digunakan dalam terapi danatau unluk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindrom ketergantungan Contohnya diazepam
bromazepam Fenobarbital klonazcpam klordiazepoxide nitrazepam
seperti pil BK pil Kopio Rohip Dum MG
Sedangkan kelompok dan jenLs psikotropika yang sering
disaiahgunakan antara lain
1 Psikostimulansia scperti amfetamin ekstasi dan shabu
2 Scdalif amp Hipnolika (obat penenang obat tidur) seperti MG BK
DUM Pil kopio dan lain-lain dan
3 Halusinogenika seperti lysergic acid dycthylamidc (USD) mushroom
Berdasarkan Ilmu farmukologi psikotropika dikelompokkan ke daiam 3
(tiga) golongan yakni dcpresan stinuilan dan halusinogen sebagai
berikut
1 Kelompok dcpresanpcnekan syaraf pusatpenenangobat tidur
Contohnya adalah valium BK rohipnol mogadon dan lain-lain
Jika diminurn obat ini dapat memberikan rasa tenang menganluk
rasa tcnteruni dan damai Obat ini Juga menghilangkan rasa takut
dan gelisah
2 Kelompok stimuiaiiperangsang syaraf pusaianti tidur Conlohnya
adalah amfetamin ekstasi dan shabu Ekstasi berbentuk tablet
berancka bentuk dun wama Amfetamin berbentuk tablet bcrwama
-Aid hal 16-17
21
pulih Bila diiriinuni obal ini mcndalangkan rasa gembira hilangnya
rasa pemiusuhiui hilangnya rasa marali ingin selalu aktif badan
terasa fit dan lidak merasa lapar Daya kerja otak menjadi scrba
cepat namun kurang lerkendali Shabu berbentuk tepung kristal
kasar berwarna pulili hersih seperti garani
3 Kelompok halusinogen Halusinogen adalah obat at tanaman
makanan yang dapat meninibulkan kiiayaian contohnya yailu LSD
Lysergic Acid Dicihyltamide) getah lanaman kaklus kecubung
jamur tertentu (misceiine) dan ganja Bila diminurn spikotropika
jenis in dapat menimbulkan kliayalan tentang peristiwa-peristiwa
yang mengerikan khayalan tentang kenikmatan scks dan
sebagainya Kenikmatan didapat oleh pemakai setelah pemakai sadar
bahwa perisfiwa mengerikan ilu bukan kenyataan atau karena
kenikmatankenikmatan yang dialami walaupun hanya khayalan
BAB III
PEMBAHASAN
A Faktor yang Mcnyebabkan Terjadinya Penyalahgunaan Narkotika dan
Psikotropilta
1 Faktor yang Bersunibcr Dari Individu
Menurut Luthfi Buraja terdapat 3 (liga) pcndekatan untuk
tcrjadinya penyalahgunaan dan ketergantungan terhadap narkotika dan
psikotropika yaitu peridekalan orgunobilogik psikodinamik dan
psikososial Ketiga pendekatan tersebut tidaklah berdiri sendiri melainkan
saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya Dari siidut pandang
organobiologik (sususan syaraf pusatotak) mekanismc terjadinya adiksi
(ketagihan) hingga deperidcnsi (ketergantungan) dikenal dengan dua istilah
yaitu gangguan mental oragnik atau sindrom otak organik seperti gaduh
gelisah dan kekacauan dalam fungsi kognilif (alam pikiran) efektif (alam
perasaanemosi) dan psikomotor (perilaku) yang disebabkan efek
langsung terhadap susunan syaraf pusat (otiik)^^
Sescorang akan mcnjadi ketergantungan terhadap narkotika dan
psikotropika apabila seseorang dengan tems-menenis diberikan zat
tersebut Hal ini berkaitan dengan teroi adaptasi sekuler mum
adaptaiUm) tubuh beradaptasi dengan menambah jumlah teseptor dan seishy
se syaraf bekcrja kcras Jika zat dihenlikan sel yang masih bekerja kcras
Luthll Uaraja Makalali Gangguan Mciilul dan icrilaku Akibut Nurkuba Disampalkim pada Seminar tentang Narkoba di SMK Iptck lakarla hal 2
22
23
tadi mengaiami kelmLisaii yang dari kiar tampak sebagai gejala-gejala
putus obal Gejala putus obat tersebut mcmaksa individu untuk
mengulangi pemakaian zal tersebul
Faktor predisposisi individu dengan gangguan kepribadian (anti
sosial) ditandai dengan pcrasaan lidak puas terhadap orang lain Selain itu
yang bersangkutan tidak inampu untuk berfungsi secara wajar dan efektif
dalam pergaulan di rumah di sekoiah atau di tempat kerja gangguan lain
sebagai penyerta berupa rasa cemas dan depresi Untuk mengatasi
ketidakniainpuan dan mcnghiiangkan kccemasan atau depresinya maka
individu tersebut cenderung untuk menggunakan narkoba Semestinya
individu itu dapat mengobati dirinya dengan datang ke dokterpsikiater
untuk mendapatkan terapi yang tepat sehingga dapat dicegah
keterlibatannya dalam penggunaan narkotika dan psikotropika
Secara umum mereka yang menyalahgunakan narkotika dan
psikotropika dapat di bagi ke dalam 3 (tiga) golongan besar yaitu
1 Ketergantungan primer ditandai dengan adanya kecemasan dan
depresi yang pada umumnya terdapat pada orahg detigah kepfibadlah
yang tidak stabil
2 Ketergantungan simtomatis yaitu penyalahgunaan narkotika dan
psikotropika sebagai salah satu gejala dari tipe kepribadian yang
mendasarinya pada umumnya terjadi pada orang yang kepribadian
psikopatik (anti sosial) kriminal dan pemakaian narkotika dan
Ai4hal K
24
psikotropika untuk kesenangaii sematu
3 Ketergantungan reaktif yaitu terdapat pada remaja karena dorongan
ingin tahii pengaruh tekanan dan lingkungan tenian atau kelompok
sebaya peer group pressure)
Ada beberapa faktor internal dan ekslernal yang mcnjadi penyebab
individu menyalahgunakan dan menjadi ketergantungan terhadap
narkotika dan psikotropika Menurut Sudarsono bahwa penyalahgunaan
narkolika dan psikotropika di latar belakangi oleh beberapa sebab yaitu
1 Untuk membuktikan kebcranian dalam melakukan tindakan-tindakan
yang berbaiiaya seperti ngebut dan bergaul dengan wanita
2 Meniinjukkan tindakan yang menenlung orang tua guru dan norma
sosial
3 Mempermudah penyaluran dan mempermudah perbuatan seks
4 Melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh peiigalamaii-
pengalainan einosional
5 Meneari dan menemukan aril hidup
6 Mengisi kekosnngan dan kesepian hidup
7 Menghilangkan kegelisahan frustasi dan kepepel hidup
8 Mengikuti kemauan kawan-kawan dahim rangka pembinaan solidaritas
dan
9 Iseng-iseng saja dan rasa ingin tahu
Menurut hasil penelitian Dadang Hawari bahwa di anlara faklor-
Sudujsono Kenakalan Remaja cel ii (Jakarta Rineka Cipta 1992) 1ml 67
25
faktor yang berpcran dalam penggunaan narkotika dan psikolropika
adalah
1 Faktor kepribadian anti sosial dan psikopatik
2 Kondisi kejiwaan yang mudah merasa keeewa atau depresi
3 Kondisi keluarga yang meliputi keutuhan keluarga kesibukan orang
tua hubungan orang tua dengan anak
4 Kelompok teiiian sebaya dan
5 Narkotika dan psikotropika itu sendiri mudah diperoleh dan tersedianya
pasaran yang resmi maupun lidak resmi
Menurut Siibagyo Partodiharjo secara individu terdapat beberapa
faktor yang mcmpengaruhi sescorang dapat menyalahgunakan narkotika
dan psikotropika Alasan ini merupakan alasan yang bersumber dari diri
sendin atau pemakai narkotika dan pasikotropika tersebut yakni sebagai
berikut
a Ingin tahii
Perasaun ingin tahu biasanya diniiliki oieh generasi muda pada
umur setara siswa SD SLTP dan SLTA Bila di hadapan sckelompok
anak muda ada seseorang yang inemperagakan uikmatnya
mengkonsumsi narkotika dan psikolropika maka didorong oleh naluri
alami anak muda yaitu keingintahuan maka salah seoariig dari
kelompok itu akan maju mencobanya Selain didorong oleh
keingintahuan keberaniannya juga karena didesak oleh gejolak dalam
Mardiini foc cil hai 102 ^ Subagyo RatoiJlliarjo ioc cil liiil 72-74
26
jiwanya yang ingin dianggap hebal pemberani dan pahlawan di antara
temanteinan sehayanya Maka jatuhlah satu orang anak dalam pelaku
setan
Dalam kondisi seperti itu reaksi kawan-kawan sebayanya
berbeda-bcda
1 Ada yang ingin menyaingi menunjukkan bahwa dirinya lebih hebat
lagi lalu memakai
2 Ada yang ingin tahu kemudian ikut memakai dan
3 Ada yang sella kawan lain ikut memakai juga
Sikap seperti inilah yang menyebabkan bandar atau pengedar
senang Mereka meiigincar generasi muda mahasiswa atau pclajar
karena 2 (dua) pertimbaiigan
1) Kalau salah satu anak muda kena maka anak muda yang lainnya
ikut kena sehingga konsumen cepat bertambah dan
2) Kalau anak muda kena maka anak muda tcrsebut akan mcnjadi
pemakai selia dalam waktii yang lama Berbeda dengan orang tua
yang cepat maii keuntungan komersial yang diperoleh dari
kelompok anak muda ini akan banyak
b Ingin dianggap hebal
Pcrasaan ingin dianggap hebat biasanya dimiiiki oleh generasi
muda Sepcrti ditcrangkan di atas salah satu sifat alami yang positif
dari generasi muda adalah daya saing Sayang sekali karena
kelidaktahuan sifat positif ini juga dapat dipakai untuk masalah negatif
27
Silat positif ini scharusiiya didorong unluk berlomba daluin preslasi
pada bidang pcndidikan kesenian olah raga dan lain-lain yang
bermanfaat bagi kehidupan
Bila sikap ingin berkonipctisi ini diarahkan untuk
mengkonsumsi narkolika dan psikolropika akibatiiya sungguli
mengerikan yailu kcgagalan hidup dan kesengsaraan Pemakai hanya
dapat dianggap hebat oleh lingkungan kecil pcniakai narkotika dan
psikotropika Di masyarakat luas pemakai hanya menuai cerca dan
nista
c Rasa setia kawan
Perasaan setia kawan sangat kuat dimiiiki oleh generasi muda
Jika lidak mendapatkan penyaluran yang posilif sifai positif tersebut
dapat berbahaya dan mcnjadi negatif Bila (cmannya memakai
narkotika dan psikotropika maka individu tersebul ikut juga memakai
Bila temannya dimarahi orang tuanya atau dimusuhi masyarakat maka
pemakai membela dan ikut bersimpatik
Sikap seperti itulah yang menyebabkan anak ikut-ikutan
Awalnya hiuiya satu orang yang merokok kemudian semuanya menjadi
perokok Setelah semuanya merokok sntu orang mulai memakai ganja
lalu yang lainnya ikut sehingga menjadi sekawanaii pemakai ganja
Selelah semua memakai ganja satu orang memakai ekstasi kemudian
semuanya ikut demikian selerusnya meningkat menjadi shabu dan pada
akhirnya menjadi pemakai putaw
28
d Rasa kccewa truslasi kcsai
Pcrasaan kesal kcccwa atau (rustasi biasanya terjadi karena
kegagalan pada generasi muda eksckutif mudu suami atau istri
Pcnggiiiiaan narkotika dan psikolropika pada kelompok ini bertujuan
untuk sesaat melupakan kekccewaan kckesaian dan fi-uslasi Kondisi
masyarakat yang carut martit tclah banyak melahirkan kekccewaan
kekesalan bahkan Iruslasi Narkolika dan psikotropika dapat
melupakannya sesaat tetapi tidak untuk mengatasi masalah yang
sesungguhiiya
Hubungan buruk yang disebabkan oleh kcgagalan
berkomuiiikasi antara orang tua dengan anaknya dapat menyebabkan
rasa kesal Hal ini mcnjadi faktor pemicu pemakaian narkotika dan
psikotropika oleh anak Intcraksi anlara orang tua dcngan anak tidak
cukup hanya berdasarkan niat baik Cora berkoniunikasi juga harus
baik Masing-masing pihak harus memiliki kcsabaran untuk
menjclaskan isi hatinya dengan cara yang tepat Banyak sekali konfllk
di dalam rumah tangga yang terjadi hanya karena salah paham atau
kekeliman berkoniunikasi Kekeliruan kecil itu dapal bcrakibat fatal
yaitu masuknya narkotika dan psikotropika ke dalam keluarga
Kekccewaan kekesalan dan frustasi dapal terjadi karena
kekeliruan dalam berkomunikasi terhadap beberapa faktor berikut i n i
I ) Komunikasi anak dengan orang tua
IbUI hiiJ 74
29
2) Komunikasi antar anak
3) Komunikasi di lingkungan eksekulifinuda dan
4) Komunikasi antara suami istri
e Ingin bebus dari rasa sakil atau pusing
Penderila pcnyakit beral yang kronis dan tidak kunjuiig sembuh
misalnya Ranker hati luka bakar uka tusuk wasir Ranker paruparii
migreii eneok pengapuran dan lain-lain sclalu merasakan sakit yang
iuar biasa karena penyakitnya Rasa sakit tersebut sering kali tidak
dapat dihilangkan dengan obat pengtiiiang rasa sakit biasa (anaigetik)
sehingga peiiderilanya mencoba narkotika atau psikotropika
Narkotika maupun psikolropika dapat menghilangkan rasa sakit
tersebut tetapi tidak menyembuhkan penyakitnya Ceiakaiiya pemakai
yang bersangkutan malah mendapat maslah baru yaitu ketergantungan
dengan segala komplikasinya yang justru menjadi lebih berbahaya
f Ingin menikmati rasa gembira tampii lincah energik dan mengusir
rasa sedih dan malas
Para eksekudf dan sciebritis biasanya memiliki gaya hidup yang
trendi Mereka merasa dituntut untuk selalu lampil lebih prima Dengan
mengkonsumsi naikotika atau psikolropika mereka dapat tampii prima
dan percaya diri karena kehilangan rasa malu walaupun sesungguhnya
tidak demikian
Perasaan hebat tersebut di atas seharusnya dicapai melaiui tekun
berolah raga hidup teratur meningkatkan kualitas fisik mental
30
inlclckUial dan mocaiiiyii Riikan ineiigamhit jalan piiitas dcngan tampii
seotah-olah prima niclalui manipulasi atau lipuan melaiui
mengkonsumsi narkotika atau psikolropika tersebut Pcnampilmi prima
yang semu atau atau tipuan itu lambat laun akan terungkap juga
sehingga [ania-keiamaan akan kelahuari juga jati dirinya yang
sesungguhnya itu
g ingin tampii iangsing
Narkolika dan psikotropika terscbut juga banyak digunakan oleh
artis dan ibu-ibu rumah tangga yang berbadan gemuk untuk
melangsingkan lubtihnya Narkotika alau psikotropika dengan jenis
tertentu ada juga yang dapat menghilangkan nafsu makan sekaligus
menambali aktivitas fisik sehingga dapat menurunkan beral badun
h Takut mengalami rasa sakit (sakaw)
Pengguna jenis narkotika atau psikolropika tersebut yang sudah
menjadi pemakai tetap (pemadat) akan mengalami rasa sakit (sakaw)
bila tidak memakainya Karena takut merasakan penderitaan maka
pemakai tersebut terus memakainya sehingga menjadi pemakai yang
sella junkies) Banyak pemakai narkotika dan psikotropika ini yang
setia adalah orang-orang yang merasa terpaksa memakai sebab kalau
lidak memakainya mereka akan mengalami sakaw
Kebanyakan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika
dimulai atau terdapat pada masa remaja sebab masa remaja yang
sedang mengalami perubahan biologik psikologik maupun sosial yang
31
pesat merupakan individu yang rentan untuk nienyaiahguriakan
narkotika maupun psikotropika terscbut Anak atau remaja dcngan ciri-
ciri tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi
penyalahgunanya Ciri-ciri tersebut anlara lain^
a Cenderung memberontak dan menolak otoritas
b Cenderung memiliki gangguan j iwa lain (komorbiditas) seperti
depresi cemas psikotik keperibadian dissosial
c Perilaku menyimpang dari aluran atau norma yang berlaku
d Rasa kurang percaya diri low selw-confulence) rendah diri dan
memiliki citra diri negatif (ow setf-esleem)
e Sifal mudah keeewa cenderung agresif dan destruktlf
f Mudah murung pemalu pendiam
g Mudah merasa bosan dan jenuh
h Keingintahuan yang besar untuk meneoba atau penasaran
i Keinginan untuk bersenang-senang [just for fun)
j Keinginan untuk mengikuti mode karena dianggap sebagai lambang
keperkasaan dan kehidupan modem
k Keinginan untuk diterima dalam pergaulan
1 Identitas diri yang kabur sehingga merasa diri kurang jantan
mTidak siap mental untuk menghadapl tekanan pergaulan sehingga
sulit mcngambil keputusan untuk menolak tawaran NAPZA dengan
tegas
Tom Kus dan Tedi Btihava NAPZA Bagi Pelajar (Bandung Yayasan Al-Ghilari Morgan im) hal 14
32
n Kemampuan komunikasi rendati
o Melarikan diri dari scsuatu (kebosaiian kcgagalan kekccewaan
kclidakmampuan kesepian dan kegcliran hidup dan lain-lain)
p Putus sekoiah dan
q Kurang menghayati iman atau kcpcrcayaaiinya
Menurut Tim Badan Narkotika Nasional hahwa terdapat
beberapa iaklor yang menyebabkan sescorang alau individu
menyalahgunakan narkolika dan psikotropika anlara lain
1) Keingintahuan yang besar untuk mcncoba tanpa sadar alau berlikir
panjang tentang akibatnya dikemudian hari
2) Keinginan unluk mencoba-coba karena penasaran
3) Keinginan untuk bersenang-senang
4) Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya hidup
5) Keinginan untuk dapat diterima daiam suatu kelompok
6) Lari dari masalah kebosanan atau kegetiran hidup
7) Pengertian yang salah bahwa mcncoba sckali-kali lidak akan
menimbulkan masalah
8) l idak mainpu alau tidak berani menghadapl tekanan dari lingkungan
alau kelompok pergaulan unluk menggunakan narkolika dan
psikotropika dan
9) Tidak Japal atau mampu mengatakan tidak pada narkotika dan
psikotropika
Tim INN Loc di
33
Berdasarkan peinaparaii Icrscbut di atas dengan demikian
bahwa individu didorong oleli beberapa faktor untuk menyalahgunakan
pemakaian narkotika dan psikotropika tersebut sehingga menjadi
individu yang mengalami ketergantungan berikut ini disebutkan
beberapa faktor adalah
1) Ingin tahu dan Ingin mencoba rasa memakai narkotika atau
psikotropika bagi kalangan anak muda)
2) Ingin dianggap lebih hebat dari orang Iain pada orang muda)
3) login membuktikan kesetiakawanan (pada orang muda)
4) Dianggap paling tepat untuk mengatasi perasaan keeewa j en gkel
dan frustasi (pada suami istri yang mengalami konllik rumah
tangga)
5) Dianggap cara yang paling mudah untuk menghalau rasa sakit pada
tubuh (pada penderita penyakit yang kronis)
6) Dianggap cara yang paling ampuh untuk mendapatkan perasaan
tenang damai atau gembira (pada suami istri yang mcnghadapi
konflik rumah tangga)
7) Dianggap cara yang paling mudah untuk melangsingkan lubuh (pada
ibuibii rumali tangga atau wanita yang bertubuh gemuk)
2 Faktor yang Bersumlicr dari Lingkungan
Faktor lingkungan tidak mampu mencegah atau mengurangi
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika bahkan membuka kesempatan
pemakaian narkotika dan psikotropika Yang dimaksud dcngan faktor
34
kesempatan di sini adalah tersedianya siluasi-situasi yang nieiiiungkinkan
untuk memakai narkolika atau psikolropika di waktu-vvaklu luarig di tempat
rekreasi atau hiburan diskotik pesia dan lain-lain Atau mungkin lingkungan
masyarakat yang tidak mampu mengendalikan bahkan membiarkan penjualan
alau pcrcdaran geiap narkotika dan psikotropika misalnya karena lemahnya
penegakan hukum penjualan narkolika dan psikotropika secara bcbas bisnis
narkotika dan psiktilropika yang terorganisir mudahnya memperoleh
narkotika dan psikotropika dan lain-lain
raklor yang bersumber dari lingkungan yang mcnyebabkan individu
dapat menyalahgunakan pemakaian narkotika dan psikotropika merupakan
laktor kontribusi masukaii dari Iuar individu) dimana sesttorang dengan
kondisi keluarga tidak baik akan merasa tertekan dan rasa lertekan inilah
sebagai faktor penyerta bagi dirinya untuk terlibat dalam penyalahgunaan
narkotika dan psikotropika tersebut Disfungsi keluarga yang dimaksud antara
lain adalah keluarga yang tidak utuh kedua orang tua yang tcrlalu sibuk dan
lingkungan interpersonal dengan orang tua yang tidak baik Di samping itu
faktor pencetus seperti pengaruh teman sebaya tersediu dan mudah
didapatkan mempunyai andil sebagai faktor pencetus sescorang atau individu
terlibat ke dalam penyalahgunaan yang mengakibatkan ketergantungan
terhadap narkotika dan psikotropika Dari sudut pandang psikososial
penyalahgunaan narkotika dun psikolropiku dapat terjadi sebagai akibat
negatif dari intcraksi tiga kiitub sosial yang tidak kondtisif yaitu kutub
Lulhli ilurnju Op cil
35
keluarga kutub sekolahkupus dan kulub masyarakat
Faktor lingkungan meliputi faktor kciuarga dan lingkungan pergaulan
balk dlsekltar rumah sekoiah teman sebaya maupun masyarakat Banyak
pengguna Narkotika dan Psikolropika yang berasal dari keluarga yang lidak
harmonis Keluarga seharusnya mcnjadi wadah untuk menikmati kebahagiaan
dan curalian kasih sayang wahana silih asih silih asah dan silih asuh
Namun pada kenyataannya keluarga sering sekali justru menjadi pemicu
sang anak mcnjadi pemakai hal tersebut disebabkan karena kciuarga tersebut
kacau balau Hubungan antara anggota keluarga dingin bahkan tegang atau
bermusuhan
Komunikasi antara ayah ibu dan ariak-anak sering sekali
menciptakan suasana konflik yang tidak berkesudahan dimana bahwa
penyebab konllik tersebut sangal beragam Solusi semua konflik adalah
komunikasi yang baik periuh pcngerlian saling menghargai dan menyayangi
serta ingin selalu membahagiakaii
Konflik di dalam keluarga dapat mendorong anggota keluarga merasa
frustasi sehingga lerjebak memilih narkotika dan psikolropika sebagai
solusinya Biasanya yang paling rentan terhadap stres adalah anak kemudian
suami dan istri sebagai benleng terakhir Beberapa faktor yang bersumber
dari lingkungan keluarga yang dapat mempengaruhi seseorang atau individu
tertentu icrjun kc dalam lingkungan penyalahgunaan narkotika dan
36
psikotropika tcrsebut antara lain adatuh
a Koniimikasi niang tua-aiiak kiii-ang baikcfektif
b Hubungan dalam keluarga kunmgharmonisdisfimgsi dalam keluarga
c Orang tua bercerai bcrscitngkub atau kawin lagi
d Orang lua tcrlalu sibuk aUiu tidak acuh
e Orang tua oloriter alau scrba melarang
f Orang tua yang serha nieinbolehkan (pcrmisil)
g Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teiadan
h Orang tua kurang peduli dun tidak tahu dengan masalah narkolika
i Tata terlib alau disiplin keluarga yang selalu bcrubah (kiiiaiig konsisten)
j Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam kciuarga
dan
k Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahguna narkotika
dan psikotropika
Sitimsi buruk dalam keluarga yang soring menyudiitkan anak ke arah
narkotika dan psikotropika adalah
1) Anak merasa kurang mendapatkan kasih sayang dalam keluarga merasa
kesal keeewa dan kesepian
2) Anak merasa kurang dihargai kurang mendapatkan kepcrcayaan dun
selalu dianggap salah
3) Anak mengalami konflik dengan orang tua dalam masalah pacaran
memilih pasangan hidup atau meneniukan pilihan profesi cila-elta dan
Mardani Loc cil lial 99 AW hal 100
37
sebagainya
4) Anak kesal dan keeewa karena ayah dan ibuiiya kurang lianiionis dan
sering bertcngkar (broken home)
5) Suami thtsirasi karena tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapinya
dengan islrinya
6) Istri fnistrasi akibat konllik dengan suami tentang masalali ekonomi atau
adanya wanita lain di samping suami
Banyak pengguna narkotika dan psikolropika yang pada awalnya
dimulai karena pengaruh dari orang lain Bentuk pengaruh dari orang lain itu
dapat bervariasi mulai dari bujuk rayu lipii daya sampai kepada paksaan
a) Tipu Daya
Banyak anak yang ditipu oleh kenalon teman sahabat atau pacar
Seperti mengajak meraka untuk memakai narkotika dan psikolropika
dengan bemacam-macain tipuan Dengan alasan yang digunakan bahwa
narkotika dan psikotropika adalah vitamin obat pil pintar pil sehat atau
food supplement Tipuan itu dapat juga berupa bujukan bahwa narkotika
dan psikotropika tidak tcrlalu berbahaya kalau tahu raliasianya Banyak
orang di dalam masyarakat yang dikira orang baik-baik namun lemyata
pengedar narkotika dan psikotropika Walaupun orang itu adalah kawan
sahabat saudara atau pacar sebagai pengedar penipu tersebul akan tcga
menipu maupun menjebak kita Pengedar narkotika dan psikotropika
sangat pandui mcmasarkan narkotika dan psikotropika tersebut Dengan
menawarkan narkotika dan psikotropika sebagai mmn food supplement
38
pil scliat pil pintar dan sebagainya Dengan lipuan ini korban dari
kalangan kciuarga hannonis akan terjcrumus ke dalamnya Saat ini banyak
pemakai narkolika dan psikotropika dari keluarga harmonis bukan hanya
bull dari keluarga berantakan Banyak pekerja mahasiswa atau pelajar yang
tampii ioyo tertipu ketika kepadanya ditawarkan pil sehat vitamin atau pil
pintar Banyak pemuka agama juru dakwah atau pengkhotbah yang
tertipu karena pil sehal yang dlbelinya adalah narkotika dan
psikotropika Reaksi pemakaian narkotika dan psikotropika mula-mula
terasa menyehatkan dan membuat si korban tipuan terscbut sukses dalam
berdakwah atau berkhotbah Ibu rumah tangga juga dapat tertipu karena
ditawari pil pelangsing oleh saudara atau teman dalam arlsan dan lain-
lain Mulanya karena tipu daya akhimya setelah lerjebak menjadi
biasa
b) Bujuk rayu
Waftiia camlk pengedaf ftaTkotlka dan psikotFoplka biasanya menjebak
mangsa melaiui bujuk rayu Untuk memasarkun narkotika dan
psikotropika pengedar tersebut memilih profesi sebagai wanita penghibur
atau Wanita Tuna Susiala (WTS) Banyak eksekutif muda pekerja atau
bos-bos yang mulai memakai narkotika dan psikotropika karena rayuan
pekerja seks komersial hostess dan sebagainya Dalam mcmasarkan
narkotika dan psikotropika wanita tersebut merayu akan mau melayani
kencati kalau bersama-sama mengkonsumsi narkotika dan psikotropika
Subagyo Purlodlhario Loc cil hal 78
39
lebih dulu Muta-mula kurban memakai narkotika dan psikotropika karena
tergoda namun akhimya menjadi terbiasa
c) Paksaan
Banyak anak muda yang mengawali pemakaian narkotika dan psikotropika
karena dipaksa oleh sekawanun alau seseorang yang mengancam akan
mencelakainya Banyak pclajar atau nialiasiswa mengawali kebiasaan
memakai narkotika dan psikotropika dari keadaan terpaksa diancam oleh
sekawanan preman yang menghadang di tengah jalan Dari kelompok ini
pula terjaring pemakai yang berasal dari keluarga hannonis
Lingkungan sekoiah bagi pelajar tingkat SD SMP dan SMA
merupakan tempat yang stratcgls bagi para pelajar untuk menunjukkan jati
dirinya sehingga mereka terjun kepada penyalahgunaan narkotika dan
psikotropika ini faktor sekoiah yang merupakan bagian tcrpcnting yang
mempengaruhi adalah
a Sekoiah yang kurang disiplin
b Sekoiah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjiial narkotika atau
penjual psikolropika
c Sekoiah yang kurang member] kesempatan pada siswa untuk
mengembangkan diri secara kreatif dan positif
d Adanya murid pengguna narkotika atau psikotropika
Kartini Kurtono op cil hivl 124
40
B Pengaturan Sanksi Pidana Terhadaj) Pcnyalahgunaaan Narkotika dan
Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau
dari Perlindungan Terhadap Korban
Dalam hukum pidana di Indonesia terdapat adanya
ketldakseimbangan antara perlindungan korban kejahatan dcngan pelaku
kejahatan pada dasarnya mempakan salah satu pengingkaran dari asas setiap
warga negara bersamaan kcdudukannya dalam hukum dan pcmerinlahan
sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 sebagai
landasan konstitusional Perlindungan korban memiliki hubungan cral dcngan
teori pemidanaan yang dikemukakan Wirjono Prodjudikoro tujuan
pemidanaan adalah untuk niemenuhi rasa keadilan^
Ada Juga yang mengemukakan bahwa tujuan pemidanaan dapat
dilihat melalul 2 (dua) leorl mengenai alasan-alaitan yang membenarkan
(justification) penjatuhan hukuman (sanksi) yaitu Teori Absolut
(Vergeldingslheorie) dan Teori Relatif atau Doeitheorie Menurut Teori
Absolut (Vergeldingslheorie) tujuan pemidanaan sebagai pembalasan
terhadap para pelaku karena telah melakukan kejahatan yang mengakibatkan
kesengsaraan lerhadap orang lain alau anggota masyarakat sedangkan
Roeslan Saleh mengatakan sebagai reaksi-reaksi atasdelik yang berwujud
suatu nestapa yang scngaja dilimpakan ncgara kcpada pembuat delik
Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana Cctakan Iuriania (Jakarta Sinar Gnitlka2(W5)hii4
lcduu Mdipaung Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cctakun IcrliirMii (Jukiirtu Sinur Gratika 2005) hal 4
kiwsUin Saleh Shdsel Pidana Indonesia (Jukarlu liinn Aksara 19K7) hal 5
41
Menurut Teori Relatif Doeltheurie) tujuan pemidanaan adalah
a Menjerakan agar si pelaku atau terpidana menjadi jera dan tidak
mengulangi lagi perbuatannya specials presenile) sena masyarakat umum
agar mengertahui jika melakukan perbuatan yang sama akan mengalami
hukuman yang serupa atau disebut pula generalpreventte
h Memperbaiki pribadi si terpidana berdasarkan perlakuan dan pcndidikan
selama menjalani hukuman terpidana merasa menyesal dan tidak akan
mengulangi perbuatannya dan kcmbali kepada masyarakat sebgai orang
baik dan berguna dan
c Mcmblnasakan (menjatulikan hukuman mat) atau mcmbuat terpidana tidak
berdaya dengan menjatuhkan hukuman seiimur hidup
Pandangan di atas sangatlah wajar apabila beranjak dari pandangan
bahwa hukum pidana adalah hukum sanksi (hifzonderesancUerechl) sebab
dengan bertumpu pada sanksi itulah hukum pidana difungsikan untuk
menjamin keamanan ketertiban dan keadilan Dalam perkembangannya
ternyata tidak semua sarjana menyclujui maksud diadakannya pidana scperti
itu (sebagai suatu nestapa) karena muncul pendapat bahwa di samping pidana
ditujukan untuk memberikan penderitaan kcpada pelanggar atau mcmbuat
jera pemidanaan juga bertujuan agar pelaku dapat kembali hidup
bermasyarakat sebagaimana mestinya
Alasan yang paling inenonjol lerhadap upaya perubahan tersebut
adalah dengan meniperhatikan sisi kemanusiaan yang mcmandang bahwa
Ucdcn Mirpaung Opcil hal 4
42
sekalipiin tcrsangka telah melakukan kcsalahaii ia telap berkcdmiiikan sebagai
manusia utuh yang harus tetap diperlakukan sama dengan manusia lainnya
dan dilindungi hak asasi manusionya Karena itu pidana penjara saat ini
sedang mengalami masakrisis karena termasuk jenis pidana yang kurang
disukai Banyak kritik tajam ditujukan terhadap jenis pidana perampasan
kemerdekaan ini baik dllihat dari sudut efektifitasnya maupun dilihat dari
akibat-akibat lainnya menyertai atau berhubungan dcngan dirampasnya
kemerdekaan seseorang
Banyaknyu kritik yang diarahkan pada bentuk pemidanaan berupa
perampasan kemerdekaan (yang ditujukan untuk membuat jera pelaku)
sehingga berkembanglah bentuk pemidanaan lain yang dianggap lebih
manusiawi yaitu penjatuhan pidana berupa denda atau pemberian ganti
kerugian kepada korban Pemberian ganti kerugian pada awalnya merupakan
konsep kcperdalaan seperti halnya dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata yang mewajibkan setiap orang yang menyebabkan orang lain
menderita kerugian untuk membayar ganli rugi Dalam perkembangannya
konsep ini diterupkan pula dalam hukum pidana mengingat akibat yang
ditimbulkan pada korban tindak pidana akan selalu disertai dengan kerugian
baik mental fisik maupun material sehingga sangat wajar apabila korban pun
menuntui ganti kerugian pada pelaku guna memulihkan derita yang
dialaminya
Dengan memperhatikan pada beberapa teori klasik tentang tujuan
Uurtla Nawuwi Ariel Sislem Pemidanaan Menunii Konsep KIHP llaiu dan Latar Helakang Pemlklrannya Hahan Ienalaran Hukum Pidana V Undanu Kupang uinjyful 11 Juli-12 Agustus 1989
43
pemidanaan dapat disiinpulkan bahwa penjatuhan pidana lebih banyak
ditujukan untuk kepeiitingan pelaku dengan kata lain tujuan pemidanaan
hanya dimaksudkan imtuk mengubah perilaku dari pelaku kejahatan agar
tidak mengulangi lag perbuatannya sedangkan kcpentingan korban sama
sekali diabalkan
Perlindungan terhadap korban narkotika jika dihubungkan dengan
beberapa teori pemidanaan yang telah dipaparkan di atas maka peneliti
mengkaji bahwa dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang baru ini terdapat kescimbangan antara perlindungan terhadap
pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana bahwa berdasarkan sanksi
baik pidana maupun denda yang terdapat dalam undang-undang ini sangatlah
berat-berat dan tegas ]ni berarti bahwa undang-undang ini lebih
mementingkan korban dari pada pelaku kejahatan narkotika Mengingat
bahwa dengan adanya pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan
korban semakin banyak yang berjatuhan schingga daripada korbnnnya anak
bangsa yang memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara
Indonesia maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-
beratnya lerhadap si pelaku tindak pidana narkotika bahkan pidana mati atau
seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-
undang yang bam ini juga diatur mengenai rehabilitasi terhadap korban baik
korban yang diakibatkan oleh orang Iain maupun karena self victimizing
victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku itu sendiri
44
C Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Seif-
Victimizing Victims
1 Self-victimizing victims uarkotika dau psikotropika
Suatu viktimisasi adalah sebagai suatu permasalahan manusia yang
merupakan kenyataan sosial hal ini disebabkan karena setiap warga negara
berhak mendapatkan rasa aman dan bcbas dari segala bentuk kekerasan
sesuai dengan falsafah Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 Contohnya adalah seseorang akibat perbuatannya memakai
narkotika dapat menimbulkan bahwa si pemakai tersebut menjadi tidak
berdaya upaya dengan kata lain bahwa si pelaku telah menjadi korban
akibat perbuatannya sendiri yang menimbulkan perbuatan kriminal
Penyalahgunaan narkolika atau psikolropika merupakan perbuatan
kriminal karena telah melanggar ketentuan di dalam undang-undang yang
ada yakni Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tetang Psikotropika dan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Terlibatnya si
pelaku kejahatan atau tindak pidana yang menimbulkan kerugian terhadap
dirinya sendiri daiam hal inilah yang disebut dengan istilah self victimizing
victims yang merupakan bagian dari viktimisasi Sehubungan dengan itu
maka Wolfgang menyatakan beberapa Jenis viktimisasi ialah
1 Unrelated victims yaitu korban yang tidak ada hubungannya sama
sekali dengan terjadinya korban misalnya pada kasus kecelakaan
pesawat Dalam hal In tanggungjawab sepenuhnya terletak pada
Utplietin3|il(igspqtcom2()OSIOl|ukum-viktinivl9gihlml diakscs terakhir langgul l2Januari 2015
45
pelaku
2 Provocative victims yaitu seseorang yang secara aktif mendorong
dirinya menjadi korban misalnya kasus selingkuli dimana korban juga
sebagai pelaku
3 Participating victims yailu seseorang yang tidak berbuul tetapi dengan
sikapnya justru mendorong dirinya menjadi korban
4 Biologically weak victims yaitu mereka yang secara tisik memiliki
keleinalian atau potensi untuk mcnjadi korban misalnya orang tua
renla anak-anak dan orang yang tidak mampu bcrbual apa-apa
5 Socially weak victims Yaitu mereka yang memiliki kedudukan social
yang lemah yang menyebabkan mereka mcnjadi korban misalnya
korban perdagangan perempuan dan sebagainya
6 Self victimizing victims yaitu mereka yang menjadi korban karena
kejahatan yang dilakukannya sendiri pengguna obat bius judi aborsi
dan prostitusi
Dalam hal ini kedudukan viktimologi sebagai sebuah ilmu yang
mempelajari tentang korban memiliki peranan yang sangat penting ruang
lingkup viktimologi ini meliputi
1 Semua macam sciiap macam perbuatan kriminal yang mengakibatkan
orang-orang mcnjadi korban
2 Setiap orang atau pihak yang dapat menjadi korban baik orang
perorangan maupun suatu korporasi atau organLsasi
3 Setiap orang atau pihak yang dapal menimbulkan korban artinya
46
dimana disatu sisi orang terscbut dapat merugikan orang iain sehingga
orang tidak merasa aman akibat tindakanya
4 Cara-cara viktimisasi atau penimbulan korban
5 Bentuk-bentuk viktimisasi yang terdiri dari primary viclimizalion
adalah korban individualperorangan bukan kelompok secondary
victimizalion korbannya adalali kelompok misalnya badan hukum
tertiary Victimizalion yang menjadi korban adalah masyarakat luas
nun viciimozaiion korbannya tidak dapat segera diketahui misalnya
konsumen yang tertipu dalam menggunakan hasil produksi
6 Akibat viktimisasi
7 Pengaruh viktimisasi
8 Reaksi atau respons terhadap viktimisasi
9 Penyelesaian viktimisasi dan
10 Pengaturan yang berkaitan dengan viktimisasi (yang menjadi
perhatian viktimologi)
Studi viktimologi akan memberikan pemahaman kepada setiap
individu mengenai hak dan kewajibannya dalam rangka mengantisipasi
berbagai bahaya yang mengancamnya Viktimologi memberikan
sumbangan pemikiran mengenai masalah viktimisasi tidak langsung
dampak sosial polusi industri viktimisasi ekonomi politik dan
penyalahgunaan kewenangan Viktimologi ini juga memberikan dasar
pemikiran dalam penyelesaian viktimisasi kriminal atau factor viclimogen
dalam sistem peradilan pidana
47
Dari perspektif ikalan Korban Napza (IKON) l ial i yang dimaksud
sebagai korban adalah orangperorangan yang menderita secara langsung
dari penyalahgunaan napza dan tennasuk pula keluarga alau tanggungan
langsung dari korban Namun karena hukum dl Indonesia memandang
pengguna napza adaiah kriminal maka terjadilah dampak-dampak negalif
yang dialami oleh pengguna napza yang merupakan korban scperti
diskriminasi kriminallsasi kesehatan dan stigmatisasi Maka sebagai
korban IKON Bali mendorong agar dihentikannyadiskriminasi lerhadap
korban napza mendorong vonis rehabilitasi untuk korban napza
mendorong agar dihentikannya penyiksaan terhadap korban napza dan
yang terakhir adalah mendorong terpenuhinya hak atas kesehatan bagi
korban dan orang terinfeksi HIV Dengan melihat kondisi permasalahan
penanggulangan napza yang semakin tidak menentu dan meningkatnya
jumlah korban napza secara terus-menerus Maka Ikon Bali meminta
1) Penerapan SEMA Nomor 7 Tahun 2009 sebagai pemenuhan hak atas
kesehatan terhadap korban Mpza
2) Meminta kepada Pengadilan Negeri Denpasar untuk menjadi insiator
dalam penyusunan langkah teknis penerapan SEMA Nomor 7 Tahun
2009
3) Meminta kepada selunih instansi tcrkait untuk mulai meiigambil
langkah nyata dalam penanggulangan napza
43 Ibid
48
4) Meminta agar korban napza diperlakukan secara manusiawi tanpa
penyiksaan sligma dan diskriminasi
5) Ikon Bali mendukung secara penuh program-program pemerintab
dalam penanggulangan napza
2 Rehabilitasi terhadap self-victimizing victims
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
merupakan undang-undang yang baru menggantikan Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika Adapun pasal-pasal di dalam
undang-undang in yang mengatur mengenai perlindungan korban adalah
berbagai pasal-pasal yangmencantumkan rehabilitas kepada korban
maupun pelaku tindak pidana narkolika Pasal 1 ayat (16) meneniukan
defenisi mengenai rehabilitasi dipandang dari sisi medis yakni
Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara
terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan Narkotika
Sementara Itu dalam Pasal 1 ayat (17) ditentukan defenisi rehabilitasi
dipandang dari sisi sosial yakni Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses
kegiatan pemulihan secara terpadu baik fisik mental maupun sosial agar
bekas pecandu Narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosia dalam
kehidupan masyarakat
Diimdangkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang merupakan undang-undang baru ini tentu mempunyai
maksud dan tujuannya Adapun tujuan yang terdapat dalam Pasal 4 yang
berbunyi
49
Undang-Undang tentang Narkotika bertujuan
a Menjamin kelersediaiin Narkotika untuk kcpentingan peiayanan
kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
b Mencegah mclindungi dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari
penyalahgunaan Narkotika
c Memberanlas pcredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika dan
d Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi Penyalah
Guna dan pecandu Narkotika
Bentuk perlindungan terhadap korban dan pelaku kejahatan tindak
pidana narkotika di dalajn Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
disebutkan ada 2 (dua) macam yakni pengobatan dan rehabilitasi lerhadap
korban maupun pelaku Pada Pasal 53 ayat (3) tersebul di atas bahwa yang
dimaksud dengan buktl yangsah antara lain surat kctcrangan dokter
salinan resep atau labeletiket Selcngkapnya mengenai pengobatan
ditentukan dalam Pasal 53 yang berbunyi sebagai berikut
(1) Untuk kcpentingan pengobatan dan berdasarkan indikasi medis
dokter dapal memberikan Narkotika Golongan II atau Golongan III
dalam jumlah terbatas dan sediaan tertentu kepada pasien sesuai
dengan ketcnluan peraturan perundang-undangan
(2) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat ( I ) dapal memiliki
menyimpan danatau incmbawa Narkolika untuk dirinya sendiri
(3) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mempunyai bukti
yang sali bahwa Narkotika yang dimiiiki disimpan danatau dibawa
50
untuk digunakan diperoleh secara sail sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
Mengenai rehabilitasi terhadap korban dan pelaku tindak pidana
kejahatan penyalahgunaan narkotika merupakan suatu kewajiban bagi
pemerintah dan instansi masyarakat Sebagaimana ketentuan dalam Pasal
54 bahwa Pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika
wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial Dalam Pasal 56
disebutkan juga bahwa
(1) Rehabilitasi mcdis Pecandu Narkotika dilakukan di rumah sakit yang
ditunjuk oleh Menteri
(2) Lembaga rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan oleh instansi
pemerintah atau masyarakat dapat melakukan rehabililasi medis
Pecandu Narkotika setelah mendapat persetujuan Menteri
Kemudian dipertegas kembali dalam Pasal 57 bahwa selain melaiui
pengobatan danatau rehabilitasi medis penyembuhan Pecandu Narkotika
dapat diselenggarakan oleh instansi pemerintah alau masyarakat melaiui
pendekatan keagamaan dan tradisional Salah satu tugas dan wewenang
Badan Narkotika Nasional adalah meningkatkan kemampuan lembaga
rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu Narkotika baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat
Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 ini terdapat
pengecualian dalam hal luniutan pidana terhadap anak yang masih berada
di bawah umur Misalnya terdapat di dalam salah satu pasalnya yakni pada
51
Pasal 128 ayal ( I ) yang bcrbunyi Orang tua atau wali dari pecandu yang
belum cukup umur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) yang
sengaja tidak mciapor dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6
(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp 100000000 satu juta
rupiah) Tetapi di datam ketentuan tain yakni pada Pasal 128 ayat (2) dan
ayal (3) ditentukan bahwa anak yang masih di bawah umur tidak dapat
dituntut pidami selcngkapnya pasal tersebul berbunyi Pecandu Narkotika
yang belum cukup umur dan telah dilaporkan oleh orang tua atau walinya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat ( I ) tidak dituntut pidana
(Pasal 128 ayat (2)) dan Pecandu Narkotika yang telah cukup umur
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) yang sedang menjalani
rehabilitasi mcdis 2 (dua) kali masa perawatan dokter di rumah sakit
danatau lembaga rehabilitasi medis yang ditunjuk oleh pemerintah tidak
dituntut pidana
Pada awalnya narkotika digunakan unluk kcpentingan umat
manusia khususnya untuk pengobatan dan peiayanan kesehatan Namun
dcngan semakin bcrkembangnya ilmu pcngclaliuan dan teknologi
peruntukan narkotika mengalami perluasan hingga kepada hal-hal yang
negatif
Di dunia kedokteran narkotika banyak digunakan khususnya
dalam proses pembiusan sebelum pasien diopcrasi mengingat di dalam
narkotika terkandung zat yang dapat mempengaruhi perasaan pikiran serta
kesadaran pusieti Oleh karena itu agar penggunaan narkotika dapal
52
memberikan manfaat bagi kehidupanurnat manusia maka pcredarannya
harus diawasi secara ketat sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 60 sampai
dengan Pasal 63 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang menyebutkan
Pasai 60 ditentukan bahwa
(1) Pemerintah melakukan pembinaan terhadap segala kegiatan yang
berhubungan dengan Narkolika
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meiipuli upaya
a Memenuhi ketcrsediaan Narkotika unluk kcpentingan peiayanan
kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
b Mencegah penyalahgunaan Narkotika
c Mencegah generasi muda dan anak usia sekoiah
dalampenyalahgunaan Narkotika termasuk dengan memasukkan
pendidikanyang berkaitan dengan Narkotika dalam kurikulum
sekoiah dasarsampai lanjutan atas
d Mendorong dan menunjang kegiatan penelitian danatau
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di brdang
narkolika unluk kcpentingan peiayanan kesehatan dan
e Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis bagi
Pecandu Narkotika baik yang diselenggarakan oleh pemerintah
maupun masyarakat
53
Pasal 61 ditentukan baiiwa
(1) Pemerintah melakukan pcngawasan terhadap segala kegiatan yang
berkaitan dengan Narkotika
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
1 Narkolika dan Prekursor Narkolika untuk kcpentingan peiayanan
kesehatan danatau pengembangan Hmu pengetahuan dan
teknologi
2 Alat-alat potensial yang dapat disaiahgunakan untuk melakukan
tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkolika
3 Evaluasi keamanan khasiat dan mutu produk sebelum diedarkan
4 Produksi
5 impor dan ekspor
6 Pcrcdaran
7 Pelabeian
8 Tnformasi dan
9 Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Pasal 62 berbunyi Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasai 60 dan pengawasan sebagaimana
dimaksiiddalam Pasal 61 diatur dengan Peraturan Pemerintah Dan dalam
Pasal 63 disebutkan bahwa Pemerintah mengupayakan kerja sama
dengan ncgara lain danatau badan intcmasional secara bilateral dan
multiialeral baik regional maupun internasional dalam rangka pembinaan
dan pengawasan Narkotika dan Prekursor Narkotika sesuai dengan
54
kcpentingan nasional
Berdasarkan biinyi beberapa pasa di atas mengenai pengawasan
terhadap pentingnya peredaran narkotika wajib diawasi secara ketat
dikarenakan saat ini pemanfaatannya banyak untuk hal-hal yang negatif
D i samping itu melaiui perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi penyebaran narkotika sudah menjangkau hampir ke semua
wilayah di Indonesia hingga ke pelosok-pelosok Daerah yang sebelumnya
tidak pcrriah tersentuh oleh peredaran narkotika lambat laun berubah
menjadi sentra peredaran narkotika Begitu pula anak-anak yang pada
mulanya awam terhadap barang haram ini telah berubah menjadi sosok
pecandu yang siikar untuk dilepaskan ketergantungannya
Sebelum Iahimya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
mengenai narkotika diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997
tentang Narkotika namun undang-undang ini tidak dapat dipertahankan
lagi keberadaannya karena adanya perkembangan kualitas kejahatan
narkotika yang sudali menjadi ancaman serius bagi kehidupan umat
manusia Pengguna narkotika sangat beragam dan menjangkau semua
lapisan masyarakat mulai dari anak-anak hingga orang dewasa orang
awam hingga artis bahkan hingga pejabat publik
Efek negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan narkotika secara
berlebihan dalam jangka waktu lama serta tidak diawasi oleh ahlinya
dapat
menimbulkan berbagai dampak negatif pada penggunanya baik secara
55
fisik maupun psikis Bahkan tidak janing penggunaan narkotika dapat
memicu terjadinya berbagai tindak pidana Karena itu untuk mencegah
semakin mcluasnya dampak negalif yang ditimbulkan dari penggunaan
narkotika maka pengawasan tidak hanya terbatas pada peredaran
narkotika tetapi juga pada mereka yang menjadi korban misalnya
sescorang yang menderita ketergantungan narkotika (pecandu) Apabila
seorang pecandu narkotika telah divonis bcrsalah oleh hakim atas tindak
pidana narkotika yang dilakukannya maka untuk memberikan kesempatan
pada yang bersangkutan agar tcrbebas dari kecanduaniiya maka hakim
dapat mcmutuskan untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani
pengobatan danatau perawatan
Pengobatan dan perawatan terhadap pecandu narkotika dilakukan
melaiui fasilitas rchabilitasi Rcliabilitasi medis dan sosial yang diberikan
kepada pecandu dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan
kemampuan fisik mental dan sosialnya Selain pengobatan dan perawatan
melaiui rehabililasi medis proses penyembuhan pecandu narkotika dapat
diiaksanakan oleh masyarakat melalul pendekatan keagamaan dan
tradisional
Sebagai conloh di Pakem Sleman Yogyakarta telah didirikan
sualu kliiiik alau Pusat Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkotika
Psikolropika dan Zal-zat Aditiflainnya (NAPZA) Terpadu yang didirikan
atas kerjasania Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dan
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang diresmikan pada tanggal 7
56
Desember 2005 Tujuan umum pendiriaii pusat rehabilitasi terpadu ini
adalah untuk memberikan jaminan penanganan paripurnakepada korban
penyalahgunaan Napza melaiui aspek hukum aspek medis aspek sosial
aspek spiritual serta pengembangan pcndidikan dan pelatihan dalam
bidang NAPZA secara terpadu sedangkan tujuan khususnya adalah
1 Terhindarnya korban dan instilusi dan penelrasi pengedar
2 Terhindarnya kerusakan mental dun masa depan para penyalah guna
Napza yang akan mcmbtinuh potensi pengembangan mereka
3 Terhindarnya korban-korban baru akibat penularan penyakil-penyakit
seperti Hepatitis HIVAIDS dan penyakit menular lainnya
4 Terwujudnya proses pengembangan penanganan korban NAPZA dan
aspek ilmiah serta keiimuan yang dinamis sesuai perkembangan zaman
sebagai pusat jaringan informasi terpadu dan mewujudkan teknis
penanganan penyalahgunaan narkotika dan obat-obalan terlarang bagi
daerah sekitamya maupun nasional
Pemberian perlindungan kepada korban narkotika lentil tidak dapat
dibebankan sepenuhnya kcpada pemeriiilah peran serta masyarakat pun
diharapkan ada salah salunya diterimanya kembali mantan pani pengguna
dalam lingkungannya tanpa melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya
diskriminatif bahkan dengan mcmposisikan mereka sebagai warga keias
dua yang harus dljauhi
Bentuk periindunganyang diberikan terhadap pelaku maupun
Dikdik M ArilMansur dan tUisUiris Guitom loa cil hal 90
57
korban penyalahgunaan narkolika dan psikotropika daiambentuk
rehabilitasi
Rehabilitasi adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang
dilujukan kepada pemakai narkolika dan psikotropika yang sudah
menjalani program kuratif Tujuannya agar pelaku tidak memakai lagi
dan bebas dari penyakit ikutan yang disebabkan oleh bekas pemakaian
narkotika dan psikotropika
3 Tahapan-tahapan rchabilitasi terhadap self-victimizing victims
Tahapan-tahapan rehabilitasi terhadap self-victimizing victims atas
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika yang ada di Indonesia tidak
sama Ada yang menekankan rehabilitasi hanya pada aspek medis ada
pula yang lebih menekankan pada aspek rohani Atau memadukan kedua
pendekatan tersebut dengan komposisi yang seimbang Yang ideal
rehabilitasi seorang korban narkotika dan psikotropika harus dilakukan
secara holisitik baik secara fisik psikis maupun kerohaiiiannya
1 Tahapan pengobatan (rehabilitasi)
Secara umum ada beberapa tahapan yang harus dilewati
Masing-masing tahapan tersebut memakan waktu bervariasi ada yang
seminggii sebulan dan bahkan berbu lan-bulan tcrgantung tingkat
ketergantungan tekad korban dan juga dukungan berbagai pihak
terutama keluarga dalam seluruh proses tersebut Setiap tahapan
Subagjo PiirloUiharjo Loc cU hal 105 ^ E M Giri Prastowo loc cil hal 28 -29
58
tersebut disusun dan dibuat untuk inenganlar pasien secara bertaiiap
melepaskan dari ketergantungan narkotika dan psikotropika Beberapa
tahapan rehabilitasi ini yang disajikan berikut sudah Icruji dapat
menyembuhkan atau memulihkan korban narkotika dan psikotropika
secara maksimal
a Tahapan transisi
Penekanaii dalam tahap ini lebih kepada informasi awal
tentang korbanseperti
1) Latar belakang korban
2) Lama ketergantungan
3) Jenis obat yang dipakai
4) Akibat-akibat ketergantungan dan
5) Berbagai inlbrniasi lainnya
Hal ini penling sehingga pada saatnya akan menjadi acuan
bagi pihak yang terlibat secara intensif dalam proses rehabilitasi
Ahl i yang berkompeten (dokter) akan menganaiisa tingkat
ketergantungan korban untuk kemudian meneniukan tingkat
pengobatan dan tingkat pembinaan bagi si korban schingga terapi
dan metode pengobatan bisa dilakukan secara terukur
Tahapan ini Juga dapat dijadikan rujukan untuk meneari
model rehabilitasi yang paling tepat bagi yang bersangkutan Pada
tahap ini tim rehabilitasi akan membantu korban agar menyadari
dirinya sedang menghadapl masalah ketergantungan narkotika dan
59
psikotropika Korban diajak untuk bersama-sama mengatasinya Hal
ini penting karena proses rchabilitasi tidak akan berhasil tanpa
adanya kesadaran korban tentang adanya bahaya yang dihadapinya
Dari situ akan dibangun tekad dan komitmennya untuk
meninggalkan narkotika dan psikotropika
Selain itu pada tahapan ini akan diteliti akibat fisik dari
penggunaan narkotika dan psikotropika Sejauh mana tingkat
kerusakan syaraf dan organ-organ tubuhnya yang rusak Unluk itu
diadakan pemeriksaaii laboratoriumiengkap dan tes penunjang untuk
mcndeteksi penyakit yang diderita korban A[)abia dalam
pemeriksaan ditemukan satu atau beberapa penyakit maka terlebih
dahulu diadakan pengobalan medis sebelum penderita mendapat
proses rehabilitasi lanjutan Langkah ini penting selain agar tubuh
yang bersangkutan bebas dari penyakit juga untuk mencegah
terjadinya penularan balk kepada korban narkotika dan psikotropika
ini diadakan pembersihan darah pada tubuh pecandu sehingga darah
menjadi bersih dan sistem metabolisme tubuh kembali normal
Proses ini dapat dilakukan melaiui cara-cara berikut
1) Cold Turkey abrupt withdrawal) yaitu proses penghentian
pemakaian narkotika dan psikolropika secara tiba-tiba tanpa
disertai dengan substitusi antidotum
2) Bertaliap atau substitusi bertahap misalnya dengan kodein
^Ibidhal 30
60
methadone CPZ atau clocard selama i -2 minggu
3) Rapid Detoxification dilakukan dengan anestesi umum (6-12
jam) dan
4) Simtomatik tergantung gejala yang dirasakan
2 Rehabilitasi intensif
Setelah melewati masa transisi (pengumpulan informasi tentang
keadaan korban dan latar belakangnya) baru masiik pada fase
berikutnya yakni proses penyembuhan secara psikis Motivasi dan
potensi dirinya dibangun daiam tahap ini Korban diajak untuk
menemukan dirinya dan segala potensinya sambil juga menyadari
berbagai keterbalasannya Bahwa untuk mengatasi masalah hidup yang
bersangkutan tidak perlu harus mengkonsumsi narkotika dan
psikotropika Narkotika dan psikotropika justru menciptakan masalah
baru yang jauh lebih besar dalam hidupnya Narkotika dan psikotropika
bukanlah solusi tetapi menjadisumber masalah Pada tahap ini berbagai
contoh dapat dipcrlihatkan kepada korban
Yang terlibat di dalam tahap ini yang utama adalah korban itu
sendiri sebagai pelaku self-victimizing victims) Korban harus punya
tekad untuk hidup tanpa narkotika dan psikotropika Korban harus bisa
menatap masa depan dengan penuh optimisme Selain yang
bersangkutan peranan keluarga (orang liia dan saudara-saudaranya
suami atau istri) juga sangal pcnling Anggota keluarga ini harus secara
intensifmendampingi dan jnenopang korban
61
Staf di paiiti rehabilitasi para konselor psikolog dan semua
pihak di panti rehabilitasi untuk bersama-sama mcmbangun
kepercayaan diri korban Seluruh proses ini membutuhkan waktu
berbulan-bulan bahkan selama bertahun-tahun tergantung tingkat
ketergantungan dan efeknya bagi korban Berbagai terapi yang
dilakukan selama dalam tahap ini baik yang dilakukan secara pribadi
maupun bersama-sama lewat berbagai aktivitas di panti rehabilitasi
tersebut bertujuan untuk memberdayakan kembali korban yang disekian
lama telah terpuruk oleh narkolika dan psikotropika Sebagai langkah
awal untuk sosialisasi diri dengan masyarakat korban juga secara
bertahap mulai mcmbangun komunikasi dengan orang lain di Iuar
komunitas rehabilitasi
Menurut Romo Lambertus Somar MSG dalam bukunya
Rehabilitasi Pecandu Narkotika dan Psikotropika pada tahap ini ada
tiga titik yang harus dilewati yang lebih dikenal dengan tahapan
stabilisasi pribadi yailu^
1 Secara sadar dan tekun melepaskan diri dari berbagai penyakit dan
akibatakibat lainnya (no to drugs) Tahap ini merupakan tahap
stabilisasi awai atau tahap konsolidasi (comolidation)
2 Menemukan jati diri menguasai kiat-kiat dan keterampilan-
keterampilan untuk menyehatkan serta mengisi hidup secara lebih
bermakna dan bermulu Latihan keterampilan vokasional (kerja) dan
E M Giri Praslowo Loc cil hal 32
62
peiigungkapan diri dari dimulai dibina sebiiigga disebul juga (afiap
pengukuan diri (jyerwtuil appraisal) Inilah lahap slabilisasi
niericiigah (inadya)
3 Dengan inisiatif pribadi orang secara sadar mulai berfikir dan
bertindak untuk mencapai prestasi-prestasi tertentu schingga disebut
juga tahap positive thinking and doing Tahap ini merupakan tahap
stabilisasi akhir
4 Tahap rekonsiliasi Tahapan berikut yang harus dilewati dan sangat
vital adalah tahap rekonsiliasi Tara korban tidak langsung
herinlcraksi secara bebas dcngan masyarakat akan tctiipi lerleblh
dahulu ditampung di sebuah lingkungan khusus selama beberapa
waktu sampai pasien benar-benar siap secara mental dan rohani
kembali kelingkungannya semula Yang paling ulama dalam fase ini
adalah pembinaan mental spiritual keimanan dan ketakwaan serta
kcsepiikatan sosial kemasyarakaian Proses ini bisa meliputi program
pembinaan jasmani dan rohani
Sampai ke tahap ini yang bersangkutan masih tcrikat dengan
rehabilitasi foimal namun sudah mulai membiasakan diri dengan
masyarakat Iuar sehingga merupakan proses resosialisasi (reentry) atau
penyesuaian (reconcilialion) Proses ini melewati tiga titik penting juga
yaitu
1 Tinggal lebih sering dan lebih lama di lingkungan keluarga sebagai
63
teiiipal tinggal tetap atau pun tempat tinggal transit unluk
resosialisasi sambil mclaiijiitkan kegiatan pilihan sebagai penunjang
masa selanjutnya Di sini terjadi perdamaian dan penycsuaian-
penyesuaian kembali dengan lingkungan
2 Rencana masa depan yang jelas dan siap direalisasikaii dengan
dukungan keluarga atau pihak-pihak lain Pada tahap ini korban
dapat memulai aktivitasnya lagi seperti sekolahkuliah mulai bekerja
atau merintis usaha sendiri
3 Kontak awal dengan kelompok-keiompok atau program-program
pemeliharaan lanjut aftercare) Di sini orang meiierima dirinya
seperti apa adanya merasa puas lalu mempercayakan dirinya ke
tangan orang lain
4 Pciiieliharaaii Lanjut Pada tahap ini walaupun secara fisik yang
bersangkutan sudah dinyatakan seliul dan secara psikis pun sudali
pulih namun masih ada kcmungkinan mereka akan tergclincir
kembali icbihlebih saat mereka sedang menghadapl masalah Pada
saat itu bisa Jadi mereka bemostagia dengan menikmati narkolika
dan psikotropika Saat ini juga niwaii Karena itu setiap korban yang
niemasuki tahap inidipersiapkaii sungguh-sungguh agar dapal
melewati dan mengatasi sUuasi rawan ini dengan melewati tiga titik
ini yakni
a Mengubah menghilangkan aUiu menjauhi hal-hal yang bersifat
bid hul 34
64
nostaigia kesenaiigan narkolika dan psikolropika
b Setiap mengikuti program-program dan aeara-acara aftercare
(pemeliharaan lanjut) dan
c Dapat juga mcUbatkan diri dalam gerakan atau kelompok bersih
narkoba dan peduli penanggulangannya
BAB IV
PENUTUP
A Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dipaparkan tersebut di atas peneliti
memberikan beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap
permasalahan di dalam penelitian ini sebagai berikut
Di antara berbagai faktor yang dapat mempengaruhi seseorang atau
individu menyalahgunakan narkotika atau psikotropika terdapat faktor
yang paling duininan yakni laktor yang bersumber dari keadaan keluarga
dan lingkungan bukan karcnn faktor individunya Karena faktor keluarga
yang buruk dan lingkungan yang juga buruk dan saling mendukung dapat
mempengaruhi individu menjadi pelaku lindak pidana penyalahgunaan
narkolika dan psikotropika tersebut dengan kata lain faktor keluarga dan
lingkungan yang buruk ini membuka kesempatan kcpada seseorang untuk
merasakan pergaulan dengan narkotika atau psikotropika sehingga dapal
menimbulkan ketergantungan terhadapnya
2 Perlindungan lerhadap korban narkotika- jika dihubungkan dengan
beberapa teori pemidanaan dalam perspektif Undang-Undatig Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika yang baru terdapai keseimbangan antara
perlindungan terhadap pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana
bahwa berdasarkan sanksi baik pidana maupun denda yang terdapat dalam
undang-undang ini sangatlah bcrat-bcnil dan tegas Ini berarti bahwa
65 bull
66
undang-undang narkotika yang baru tersebut lebih mementingkan korban
dari pada pelaku kejalialan narkotika Mengingat bahwa dcngan adanya
pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan ktgtrban semakin
banyak yang berjatuhan seliingga daripada korbannya anak bangsa yang
memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara Indonesia
maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-beratnya
terhadap si pelaku lindak pidana narkolika bahkan pidana mati atau
seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-
undang yang baru ini juga diatur mengenai rchabilitasi terhadap korban
baik korban yang diakibatkan oleh orang lain niaiipim karena self
victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku ilu
sendiri
Saran
Adapun yang menjadi saran peneliti di dalam penelitian ini yang
menjadi harapan untuk dipcrliatikan bersama adalah sebagai berikut
1 Diharapkan bagi setiap keluarga untuk menjaga keharmonisan melakukan
pengawasan dan mcnanainkan pcndidikan yang benar terutama dalam lial
menyeimbangkan antara emosi inteligensi dan spritual sejak dari din
terhadap anak sebagai benteng terhadap dirinya untuk dapat membentengi
dari pengaruh narkotika dan psikotropika yang semakin mengancam
keadaan lingkungan masyarakat
2 Diharapkan terhadap pemerintah untuk melakukan sosialisasi yang
teriiitegrasi dan menyeluruh terhadap semua lapisan masyarakat baik
67
masyarakat di pedesan (primitlf) maupun masyarakat kota betapa besamya
sanksi pidana dan denda yang digariskan di dalam undang-undang
narkotika dan psikotropika misalnya dcngan mcmpublikasikannya dalam
bentuk billboard di pcrsiinpangan jalan sehingga setiap orang yang lewat
dengan secara otomatis masyarakat akan inengelaliuinya dan
berkemuiigkiiian orang yang membacanya setidaknya tlmbul rasa takut
untuk terjun ke dalam penyalahgunaaan narkotika dan psikotropika
tersebut
D A F T A R PUSTAKA
A Bukii
Arrasjid Chainur Sualu Pemikiran Tentang Psikologi Kriminil Mcdan Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU 1999
Gerson Bawengan Penganlar Psichology Kriminil Jakarta Pradya Pramita 1973
Gosita Arif Masalah Korban Kejahatan Jakarta Akademika Pressindo 1993
Hakim M Ariel Narkoba Bahaya dan Penanggulangannya Bandung Jembar 2007
Hawari Dadang Konsep islam Memerangi AIDS dan NAZA Get X i Yogyakarta Dhana Baktl Priaya 1997
Kaligis OC dan Soedjono Dirdjosisworo Narkoba dan Peradilannya di Indonesia (Retbrmasi Hukum Pidana Melaiui Perundangan dan Peradilan) Bandung PT Alumni 2002
Kartono Kartini Psichology Abnormal Bandung Alumni 1972
Mansur Dikdik M Arif dan Elistaris Guitom Urgensi Perlindungan Korban Kejahalan Antara Norma dan Reaiita Bandung Agustus Fakultas Hukum Universitas Padjajaran 2006
Mardani Penyalahgunaan Narkoba Daiam Perspeklif Hukum islam dan hukum Pidana Nasional Jakarta IH RajuGrufindoPersado 2007
Marpaung Leden Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005
Moelyono Anton M Kumus Besar Bahasa Indonesia Get 11 Jakarta Balai Pustaka 1988
Muladi HAM Dalam Persepkiif Sistem Peradilan Pidana dalam Muladi (ed) Hak Asasi Manusia Hakekal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat Bandung Refika Aditama 2005
dan Barda Nawawi Arlef Bunga Rampai Hukum Pidana Bandung Alumni 1992
Partodiharjo Subagyo Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannyai Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2003
Ioyk Fanny Jonathans Sehiiah Kesehatan Narkoba Sayonara Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2006
Prastowo EM Giri Rehabilitasi Bagi Korban Narkoba Tangcrang Visimedia 2006
Prodjodikoro Wirjono Asas-asas Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005
Roeslan Saieh Stelsel Pidana Indonesia Jakarta Bina Aksara 1987
Soedjono D Segi Hukum Tentang Narkolika di Indonesia Bandung Karya Nusanlara 1977
Hukum Narkolika Indonesia Bandung PT Citra Adtya Baktl i 990
Soekanto Soerjono dan Sri Mumadjj Penelitian Hukum Normalif Suatu Tijnjauan Singkat Jakarta Rajagrafindo Persada 2001
Sudarsono Kenakalan Remaja cet Ii Jakarta Rineka Cipta 1992
Tom dkk Bahaya NAPZA Bagi Pelajar Bandung Yayasan Al-Ghifari Morgan 1999
Tim BNN Materi Advokad Pencegahan Narkoba Jakarta Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia 2005
Yustisia Himpunan Peraturan Pemndang-Undangan Anti Narkoba diterjenialikuii oleh Tim iustaka Yuslisia Yogyakarta iuslaka Yustisia 2006
Waluyo Bambang Penelitian Hukum dalam Prakiek Jakarta Sinar Grafika 1996
Wcda Made Darma Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korporasi dalam niingti Rampai Viktimisasi Bandung Eresco 1995
B Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Pasal 152
Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika22Tahun 1997 tentang Narkotika
Keppres Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkolika Nasional
CInternet
htlpwwwbnngoidportalbariiiiorlalkQnlenpltpniima^Prorilampop^visi niisiamp tnn=lamp diakses tcrakiiir tanggal 13 November 2014
httpthed03hlogspoteom2008l Ohukuiii-viktimolQgihtmk diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014
httpwwwikonbaliorg26062Q(19advokasipctisi-ikon-bali-segera-tcrapkan-semahtml Petisi Ikalan Korban Napza (IKON) dalam rangka menyambut Hari Anti Narkotika (HANI) dan Hari Anti Penyiksaan 2009 diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014
httpwwwsurnekscoidindexphp7pption=^om cpntentampview=articleampid=^1405 2010-kej ati-baru-terapkan-uu-no-3 52009ampcatid=44 ilir-barat-i-bukit-keciIampUemid=94 diakses lerakJiir tanggal 12 Desember 2014
httpidsbvoongcQmexact-sciencesl8Q8652-getielika-dan-keiahatan Faktor Genetik Penyebab Kejahalan diakses terakhir tanggal 10 jaiiuari 2014
httpwwwasiasecuritiescoidsys 12ximagesstories201QEqtiitv2Q Pdf diakses terakhir tanggal 10 Januari 2014
LAMPIRAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
F A K U L T A S HUKUM
K A R T U AKTIVITAS BIMBINGAN SKRIPSI
N A M A MAHASISWA DIANA SAPUTRA
N O M O R INDUK MAHASISWA 50 2011 059
P R O G R A M STUDI I L M U H U K U M
PROG K E K H U S U S A N H U K U M PIDANA
P E M B I M B I N G M S O L E H IDRUS SHMH
l U D U L SKRIPSI P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T U N D A N G U N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I
KONSULTASI
K F -
MATERI YANG
DIBIMBINGKAN
PARAF
PEMBIMBING K E T
luymdash
y^ ^ Tlt2 N ^
7 M e
fSUL
k ^
CATATAN MOHON DIBERI WAKTU MENYELESAIKAN SKRIlSl RUiAN SEJAK TANGGAL DIKELUARKAN DITETAIKAN
DIKELUARKAN DI PALEMBANG PADA TANGGAL KETUA BAGIAN
JUDUL P E N Y A L A H G U N A A N N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG UNDANG N O M O R 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I
P E R M A S A L A H A N 1 Apa yang menjadi faktor tcrjadinya penyalaJigunaan narkotika dan psikotropika
2 Bagaimana pengaturan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspektif victimologi
B A B l P H N D A I i U L U A N A Latar Belakang B Permasalahan C Ruang Lingkup dan Tujuan D Metode Penelitian E Sistematika Penulisan
B A B 11 T I N J A U A N PUSTAKA
A Pengertian penyalahgunaan B Pengertian victimologi C Ruang lingkup victimologi D Jents dan penggolongan narkotika dan psikotropika E Undang Undang yang mengatur tentang narkotika
dan psikotropika
BAB I I I PEMBAHASAN A Faktor yang menyebabkan terjadinya
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika
B Penyalahgunaan narkotika dan psikolropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspeklif victimologi
BAB IV PENUTUP A Kesimpulan
B Saran-saran
DAF1AR PUSTAKA
L A M P I R A N - L A M P I R A N
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM
Lampiran Perihal Kepada
Sistematika penulisan (Outline) Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi YUi NUR HUSNI LMILSON SHSpNMH
Pembimbing Akademik Fakultas Hukum UMP dl-Palembaniz
Assalamualaikum WrWb
Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama DIANA SAPU I RA
Program Kekhususan Flukum Pidana
fada semester Lianjil tatiun kuliati 2UI42UI5 sudah menyelesaikan betian studi yang meliputi MPKMKKMKBMPBMBB (139 sks)
Dengan ini mengajukan pcrmohonan untuk penelitian Hukum dan Penulis Skripsi dengan judul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG-UNDANG N O M O R 35 T A H U N 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I
Demikianlah atas perkenaan Ibu diucapkan terima kasih
Wassalamualaikum WrWb
NIM 50 2011 059 Ilmu Hukum Program Studi
Palembang September 2014 Pemohon ^^--^5
Rekomendasi PAYbs
Pembimbing Akademik
HUSNI EMHSON SH SpN MH
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM
REKOMENDASI DAN PEMBIMBING SKRIPSI
Nama Nim Program Study Program Kekhususan Judul skripsi
DIANA SAPUTRA 50 2011 059 Ilmu Hukum Hukum pidana PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI
I Rekomendasi Ketua Bagian a Rekomendasi
b Usulan Pembimbing
Hukum Pidana
raiemoang iepiemt)er zu 14 KetuaJBagu
LuuTiiiAKNurCsHrR^
I L Penatapan Pembimbing Skripsi Oleh Wakil Dekan I
1 2
Palembang September 2014 Wakil Dekan I
- i poundL Dr Hj SRI S U L A S T R I SH M H
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah i n i Nama Tempat Tanggal Lahir N I M Program Studi Program Kekhususan
DIANA SAPUTRA PetransJaya 15 Januari 1992 502011059 Ilmu Hukum Hukum Pidana
Menyatakan bahwa karya ilmiah skripsi saya yang berjudul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANGshyU N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F VICTIMOLOGI
Adalah bukan merupakan karya tulis orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali daiam bentuk kutipan yang telah kami sebutkan sumbemya
Demikianlah surat pemyataan ini kami buat dengan sebenar-benamya dan apabila pemyataan ini tidak benar kami bersedia mendapatkan sanksi akademis
Palembang September 2014
PERMOHONAN UNTUK MENGIKUTI SEMINAR PROPOSAL
Palembang Oktober2014 Perihal Mohon untuk diiaksanakan seminar
Proposal Penelitian Skripsi
Kepada Yth Ibu Luil Maknun SH MH Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang D i -
Palembang
Assalamualaikum Wr Wb Saya yang bertanda tangan dibawah Ini Nama DIANA SAPUTRA
NIM 50 2011 059
Program Kekhususan Hukum Pidana
Bahwa yang bersangkutan telah layak untuk mer^ikiuti Seminar Proposal rencana penelitian skripsi yang judul PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI
Mohon kiranya yang bersangkutan untuk dijadwalkan mengikuti Seminar Proposal usul Penelitian Skripsi
Demikianlah disampaikan untuk dipertimban^Lan Wassalamualaikum Wr Wb
Pembimbing Skripsi
M SOLEH IDRUS3HMS
H A L A M A N P E R S E T U J U A N U N T U K M E N G I K U T I S E M I N A R P R O P O S A L
Nama DIANA S A P U T R A
N I M 50 2011059
Program studi Ilmu Hukum
Program kekhususan Hukum Pidana
Judui Penelitian PENYALAHGUNAAN N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A
MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI P E R S P E K T I F VICTIMOUHH
Palembang Oktober2014 Disetujui Pembimbing
M S O L E H IDRUSSH MS
Ketua Bagian Hukum Pidana
LuU MaknunSH M H
![Page 16: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/16.jpg)
7
Sislemutika [cnulisiin
Penelitian ini dibuul berdasarkan sistematika penulisan di dalam
penelitian ini peneliti mcmbaginya dalam empat bagian yailu
BAB I PENDAHULUAN
Merupakan bab pendahuluan yang menguraikan mengenai hal-hal
berkaitan dengan Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan
dan Maniaat Penclilian Kcaslian Penelitian Tlnjaiian
Kcpustakaan Pengertian Penyalahgunaan Pengertian
Viclimologi Ruang Lingkup dan Manfaat Viclimologi Jenis dan
Penggolongan Narkotika dan Psikotropika Metode Penelitian
dan Sistematika Penulisan
BAB U TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bagian ini menguraikan yaitu mengenai pengertian tentang
penyalahgunaan pengertian tentang ruang lingkup viktimologi
pengertian tentang narkotika dan jcnis-jcnis narkolika
BAB Hi PEMBAHASAN
Merupakan bab yang membahas mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan Pengaturan Sanksi Pidana lerhadap Penyalahgunaan
Narkotika dan Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Ditinjau dari Perlindungan Terhadap Korban dan
Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Self
Victimizing Victims
8
BAB IV K E S I M P U L A N DAN SARAN
Bab ini memuat beberapa kesimpulan dan saran yang dibuat
peneliti sebagai hasil dari pembahasan dun penguraian di dalam
penelitian ini dari keseluruhan permasalahan yang ada
DAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A Pengertinn Pcnyalaliguiiaan
Penyalahgunaan dimaksudkan dalam penclilian ini adalah
penyalahgunaan terhadap narkotika dan psikolropika Dimana bahwa
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika ini diambil dan dipersainakan
dcngan pengertian penyalahgunaan narkoba seperti yang disebutkan Lutfi
Braja yakni memberikan pembatasan mengenai penyalaiiguiiaaii yaitu
Pemakaian narkoba di iuar indikasi medik tanpa petunjuk atau
resep dokter dan peinakaiannya bersifat patologik
(menimbulkan kelainan) dan menimbiilkan humbutan dalam
aktifitas di rumah di sekoiah atau di kampus tempat kerja dan
lingkungan sosial Ketergantungan narkoba adalah kondisi yang
kebanyakan diakibatkan oleh penyalahgunaan zat yang disertai
dengan adanya toleransi zat (dosis semakin tinggi) dan gejala
putus zal
Permasalahan penyalahgunaan mengakibatkan dampak yang sering
terjadi di tengah-tcngah masyarakat dari penyalahgunaan narkolika dan
psikotropika antara lain merusak hubungmt kekeluargaaii menurunkan
kemampuan belajar dan produktifitas kerja secara drastis sulit membedakan
mana perbuatan baik dan perbuatan buruk perubahan pcrilaku menjadi
Mardani Op 01 lial 2
9
10
pcrilaku anti sosial (pcrilaku maladaptil) gangguan kesehalan (fisik dun
mental) mempertinggi jumlah kecelakaan lalu lintas tindak kekerasan dan
kriniinuliLis lainnya
Dari kata penyalahgunaan menandakan bahwa Narkotika dan
Psikotropika tidak selalu bermakna negatif Dcngan begitu narkotika dan
psokitropika yang digunakan dengan baik dan benar oleh dokter untuk
mengobati pasiennya lidak tennasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang
disaiahgunakan Di dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA
(Narkotika Psikotropika dan Zat Adit i f Lainnya)
B Pengertian Victiimlogt
Pada dasarnya perkembangan ilmu pengetahuan tentang korban
kejahalan (viktimologi) lidak dapat dipisahkan dari iahimya peiiiikiraii-
pemikiran brilian dari Hans von Hentig seorang ahli kriminologi pada talum
1941 serta Mendelsohn pada tahun 1947 Pemikiran dari kedua ahli ini
sangat mcmpengaruhi setiap fase perkembangan viktimologi Perkembangan
viktimologi hingga sampai pada keadaan seperti sekarang tentunya tidak
terjadi dengan sendirinya namun telah meiigalami berbagai perkembangan
yang dapai dibagi dalam 3 (tiga) fase sebagai berikut
a iada tahap peitama viktimologi hanya meinpclajari korban kejahatan saja
pada fase ini dikatakan sebagai pehdl or special vtciimolo^
b Pada lase kedua viktimologi tidak hanya mengkaji masalah korban
Oadang Huwari Konsep Islam Memerungt AIDS dan NAA Cel XI (Ycgvakarta Ohaiiii iiakli Idaya 1997) hal 153 Made Danaa Wi da Op cil hal 200
kejahalan tetapi juga meiipuli korban kecelakaan Pada fase ini disebut
sebagai general victimology
c Fase ketiga Vikt imologi sudah berkembang lebih luas lagi yaitu mengkaji
permasalahan korban karena penyalahgunaan kckuasaan dan hak-hak asasi
manusia Fase ini dikatakan sebagai new viciimology
Berdasarkan pengertian di atas nampak je las bahwa yang menjadi
obyek pengkajian dari viktimologi diantaranyu pihak-pihak mana saja yang
terlibat atau mcmpengaruhi terjadinya suatu viktimisasi kriminal
bagaiinanakah respon terhadap suatu viktimisasi kriminal faktor penyebab
terjadinya viktimisasi kriminal bagaimanakah upaya penanggulangannya
dan sebagainya
C R u a i i g L i n g k u p Victimologi
Vikt imologi mencliti topik-topik teiilang korban scperti peranan
korban pada terjadinya kejahatan hubungan antara pelaku dengan korban
rentannya posisi korban dan peranan korban dalam sistem peradilan pidana
Selain itu menurut Muladi viktimologi merupakan suatu studi yang bertujuan
untuk
1 Menganaiisa berbagai aspek yang berkaitan dcngan korban
2 Berusaha untuk memberikan penjelasan sebab musabab terjadinya
vikt imisasi dan
3 Mengembangkan sistem tindakan guna mengurangi penderitaan manusia
^Suryono Ekolaina ST Harum Pudjianlo RS dan G Wiraiama Abortus Iruvocalus Ba^ Korban Perkosnan Persxkif Viktimologi Kriminologi Jan Hukum Pidana Edisi PcrUtma Culakari lurlunii (Jakiiria Univcrsilas AlmaJaya 2001) liul 174 ^ibidMl I7()
12
Menurut JE Sahetapy ruang lingkup Viktimologi meliputi bagaimana
sescorang (dapat) menjadi korban yang ditentukan oleh suatu victimity yang
lidak selaiu berhubuiigan dengan masalah kejahatan termasuk pula korban
kecelakaan dan bencana alam selain dari korban kejahatan dan penyalah
gunaait kekuasan^ Namun dalam perkembangannya di tahun 1985
dipeiopori oleh Separovic yang mempelopori pemikiran agar Viktimologi
khusus niengkaji korban karena adanya kejahatan dan penyalahgunaan
kckuasaan dan tidak mengkaji korban karena musibah alau bencana alam
karena korban bencana alam di iuar kemauan manusia out of mms will)
D Jenis dan Penggolungan Narkotika dan Psikotropilta
Dari kata penyalahgunaan narkoba menandakan bahwa narkoba tidak
selalu beimakna negatif Dengan begilu narkolika dan psokitropika yang
digunakan dengan balk dan benar oleh dokter unluk mengobati pasiennya
tidak termasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang disaialigLmakan Di
dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA (Narkotika Psikolropika
dun Zat ditir Lainnya) Dalam penelitian ini hanya dibahas tentang
narkotika dan psikolropika maka sebelumnya dipaparkan terlebih dahulu
berbagai jenis narkotika dan psikotropika sebagai berikut
a) Narkolika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari lanaman atau
TbUi Miiiadi HAM Halam Persepkiif Sislem Peradilan Pidana datam Muladi (cd) Hak Asas) Manusia Hakclal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspeklif llukum dan Masyarakat (Bandung Refikii Aditama 2005) hal lOX VfiWDial 109 Subagyo Partediharjo Op cil hal 11
13
bukan tanainan baik sintesis maupun bukan sintesis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa
Zat ini dapal mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat
meninibulkan ketergantungan Menurut Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika Narkolika adalah at atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun
semisimetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri
dan dapat nienimbulkati ketergantungan yang dibedakan kc dalam
golongan-goiongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang in i
Narkotika memiliki daya adikasi (ketagihan) yang sangat berat
Narkolika juga memiliki daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual
(kebiasaan) yang sangat tinggi Ketiga sifat narkolika ini yang
menyebabkan pemakai narkotika tidak dapat lepas dari cengkeramannya
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
Jenis jenis narkotika dibagi ke daiam 3 (tiga) kelompok yaitu narkotika
golongan I golongan I I dan golongan I I I
Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbaiiaya
karemi daya adilifnya sangat tinggi Golongan ini tidak boleh digunakan
untuk kcpentingan apapun kecuali unluk penelitian atau ilmu
pengetahuan Contohnya adalah ganja heroin kokain inorfin opium dan
lain-lain Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya
Ibid Posal 1 Ayal (I) Unilung-Undang Nomor 3 Tahun 2009 lenlang Narkotika
14
aditifkual tclapi bcrmaiilaal untuk pcngohatan dan penclilian tlonluhnya
adalah petidin dan turunannya benetldin belamctadol dan lain-iain
Sedanikaii narkulika golungaii Ml adalah narkotika yang niciniliki daya
aditif riiigan tetapi bermanfaat untuk penghatan dan penelitian Contohnya
adalali kudcin dun turunannya^
Berdasarkan cara pcmbuatannya narkotika dibedakan ke dalam 3
(tiga) golongatt juga yaitu narkolika atami narkotika semlsimesis dan
narkotika sintesis Dijelaskan sebagai berikut
1) Naikotika alami
Narkotika alami adalah narkotika yang zat aditithya diambil dari
(umbuhlumbuhan (atam) Contohnya
u tjaiija
Ganja adalah tanaman perdu dengan daun menyerupai daun
singkong yang tepinya bergerigi dan berbulu lialus Jumlah Jari
daunnya selalu ganjil yakni 5 7 9 Tumbuhan ini banyak lumbuh di
iieberapa daerah di Indonesia seperti Aceh Suinalera Ulara
Sumatera Selaian Pulau Jawa dan lain-lain Daun ganja ini sering
iligunakiin sebagai bumbu penyedap masakan Bila digunakan
ebagai bumbu iiuisak daya adilifnya rendah Namun lidak
ilemikian apabila dibakar dan asapnya dihirup Cara
|)cnyalahgunaunnya adalah dikcringkan dan dicampu dengan
icmbakiiii rokok atau dijadikan rokok lalu dibakar serta dihisap
Subagvo PurtoJiharjo Op cil hal 11-12
15
b Ilaisis
Hasis adaiah lanaman serupa ganja yang lumbuh di Amcrika
Latin dan Eiopa Daun ganja hasis dan mariyuana Juga dapat
disuling dan diambil sarinya Oatam bentuk cair harganya sangat
mahai Gunanya adalah unluk disaiahgunakan oleh pemadut-pemadal
kelas tinggi
c Koka
Koka adalah lanaman perdu mirip pohon kupi Huahnya yang
inatang bcrwama inerah seperti biji kopi Dalam komunitas
masyarakat Indian Kuno biji koka sering digunakan untuk
inenambah kekiiatan orang yang bcrperang atau bcrburu binalang
Koka kemudian bisa diolah menj adi kokain
d Opium
Opium adaiah bunga dengan bentuk dan wama yang indah
Dari getah bunga opium dihasilkan candu (opiat) Di Mesir dan
daratan Cina opium dahulu digunakan unluk mengobati beberapa
penyakit member kekuatan atau menghilangkan rasa sakil pada
lentara yang terluka sewaktu berperang atau berburu Opium banyak
lumbuh di segiliga emas antara Burma Komboja dan Thailand
atau di daratan Cina dan segitlga emas Asia Tengah yaitu daerah
antara Alganistan Iran dan Pakistan
Dalam kalangan perdagangaii liilernasional ada kebiasaan
ftW hal 14
16
(keliru) tncnamai daerah tempat peuanamuii opium sebagai daerah
emas Diberi nama demikian karena perdagaiigan opium sangat
mengimtiingkan Karena bahayanya yang besar daerah seperti ilu
keliru jika diberi nama predikat emas Daerah sumber produksl
opium sepantasnya disebut segitlga setan atau segitlga iblis
2) Narkotika semisintcsis
Narkotika semisintesis adalah narkotika alami yang diolah dan
diambil zat aktifnya (intisarinya) agar memiliki khasiat yang lebih kuat
schmgga dapat dimanfaatkan untuk kepcnlingan kedokteran
Contohnya
a Morfm dipakai dalam dunia kedokteran unluk menghilangkan rasa
sakit alau pembiusan pada operasi (pcmbcdahan)
b Kodein dipakai unluk obat penghilang baluk
c Heroin tidak dipakai dalam pengobatan karena daya adilifnya
sangat besar dan matifuatnya secara medis belum
ditemukan Dalam pcrdugangan gelup heroin diberi nama
pulaw atau pete atau pt Henlnknya seperti tepun terigu
yang halus pulih dan agak kotor
d Kokain liiisll olahati dari biji koka
3) Naikotika sintesis
Narkotika sintesis adalah narkotika palsu yang dibuat dari bahan
kimia Narkotika ini digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi
oraiig yang menderita kclcrgantungun Contohnya
17
a Ietidin unluk obat bius lokal operasi kccil sunal dan
sebagainya
b Melhadon unluk pengobatan pecandu narkoba dan
c Naltrexon untuk pengobatan pecandu narkoba
Selain unluk pembiusan narkolika sintesis biasanya diberikan
oleh dokter kcpada penyalahgiina narkoba untuk menghcntikan
kebiasaannya yang tidak kuat melawan sugesti (relaps) atau sakaw
Narkotika sintesis berfungsi sebagai pengganti senientara Bila sudah
bciiar-bcnar bcbas asupan narkoba sintesis in dikurangi sedikil demi
sedikit sampai akhimya berhenti total
b) Fsikotropika
Pengertian psikolropika menurut Pasal I Ayal ( I ) Undang-Undang
Nomor 5 Taliun 1997 tentang Psikotropika adalah Zat atau obat baik
alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif
melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusal yang menyebabkan
perubahan khas pada uktivitus mental dan perilaku
Pengertian Psikolropika di daUim Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika tidak ditemukan Hal tersebut sehubungan
dengan ketentuan di dalam Pasal 153 huruf b yaitu Lamplran mengenai
jenis Psikotropika Golongan 1 dan Golongan II scbagaimana tercantum
dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika (lcmbaran Ncgara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor
10 Tambahan Lcmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671) yang
18
telah (iipindahkan menj adi Narkotika Golongan I menurut UndangUndang
ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku Oleh karenanya dalam Undangshy
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tidak ada lagi di dalam pasal-pasal nya
yang mengatur mengenai Psikotropika karena sudah dlmasukkan ke dalam
golongan Narkotika
Sesuai dengan pembahasan dalam penelitian ini masih
berhuijutigar dengan Psikotropika maka Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1997 tentang Psikotropika masih perlu untuk dibahas dalam penelitian ini
Menui iil undangumlang tersebut Psikolropika adalah zal atau obal bukan
narkolika baik alamiah maupun sintesis yang memiliki khasiat psikoaktif
melaiui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas nonnal dan perilaku Psikotropika ini
merupakan obat yang digunakan oleh dokter untuk mngobali gangguan
jiwa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tenumg
Psikolropika psikotropika dikelompokkan ke dalam 4 (empat) golongan
Golongan I yaitu psikotropika dengan daya aditif yang sangat kuat
belum diketahui manfkilnya untuk pengobatan dan sedang diteliti
khasiiitnya saat ini Contohnya adalah MDMA ekstasi USD dan STP
Golongan U yakni psikolropika dengan daya aditif kuat serta berguna
untuk pengobatan dan penelitian Contohnya adalah amfelamin
metanifetamin metakualon dan sebagainya Golongan IH yakni
psikolropika dcngan daya adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan
dan penelitian Contohnya adalah lumibal buprenorsina flcenilrazepam
19
dan sebagainya Golongan IV yakni psikotropika yang memiliki daya
aditif ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian Contohnya
adalah netrazepam (BK Mogadon Duiiiolid) diazepam dan lain-lain^
Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika yang dimaksud dengan paslkotoplka adalah zat atau obat
baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif
melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang mcnyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku Psikotropika
dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut
1 Psikotropika golongan I yaitu psikolropika yang hanya dapat digunakan
unluk kcpentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi
sena mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan Contohnya ekstasi shabu LSD
2 Psikotropika golongan II yakni psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi danatau tujuan ilmu
pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan Contohnya amfetamin metilfenidat atau ritalin
3 Psikotropika golongan III yaitu psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi danatau unluk tujuan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan
sintlroma ketergantungan Contohnya pentobarbital Flunitrazepam dun
4 Psikotropika golongan IV yaitu psikotropika yang berkhasiat
Ibid ILil 15
20
pengobatan dan sangal luas digunakan dalam terapi danatau unluk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindrom ketergantungan Contohnya diazepam
bromazepam Fenobarbital klonazcpam klordiazepoxide nitrazepam
seperti pil BK pil Kopio Rohip Dum MG
Sedangkan kelompok dan jenLs psikotropika yang sering
disaiahgunakan antara lain
1 Psikostimulansia scperti amfetamin ekstasi dan shabu
2 Scdalif amp Hipnolika (obat penenang obat tidur) seperti MG BK
DUM Pil kopio dan lain-lain dan
3 Halusinogenika seperti lysergic acid dycthylamidc (USD) mushroom
Berdasarkan Ilmu farmukologi psikotropika dikelompokkan ke daiam 3
(tiga) golongan yakni dcpresan stinuilan dan halusinogen sebagai
berikut
1 Kelompok dcpresanpcnekan syaraf pusatpenenangobat tidur
Contohnya adalah valium BK rohipnol mogadon dan lain-lain
Jika diminurn obat ini dapat memberikan rasa tenang menganluk
rasa tcnteruni dan damai Obat ini Juga menghilangkan rasa takut
dan gelisah
2 Kelompok stimuiaiiperangsang syaraf pusaianti tidur Conlohnya
adalah amfetamin ekstasi dan shabu Ekstasi berbentuk tablet
berancka bentuk dun wama Amfetamin berbentuk tablet bcrwama
-Aid hal 16-17
21
pulih Bila diiriinuni obal ini mcndalangkan rasa gembira hilangnya
rasa pemiusuhiui hilangnya rasa marali ingin selalu aktif badan
terasa fit dan lidak merasa lapar Daya kerja otak menjadi scrba
cepat namun kurang lerkendali Shabu berbentuk tepung kristal
kasar berwarna pulili hersih seperti garani
3 Kelompok halusinogen Halusinogen adalah obat at tanaman
makanan yang dapat meninibulkan kiiayaian contohnya yailu LSD
Lysergic Acid Dicihyltamide) getah lanaman kaklus kecubung
jamur tertentu (misceiine) dan ganja Bila diminurn spikotropika
jenis in dapat menimbulkan kliayalan tentang peristiwa-peristiwa
yang mengerikan khayalan tentang kenikmatan scks dan
sebagainya Kenikmatan didapat oleh pemakai setelah pemakai sadar
bahwa perisfiwa mengerikan ilu bukan kenyataan atau karena
kenikmatankenikmatan yang dialami walaupun hanya khayalan
BAB III
PEMBAHASAN
A Faktor yang Mcnyebabkan Terjadinya Penyalahgunaan Narkotika dan
Psikotropilta
1 Faktor yang Bersunibcr Dari Individu
Menurut Luthfi Buraja terdapat 3 (liga) pcndekatan untuk
tcrjadinya penyalahgunaan dan ketergantungan terhadap narkotika dan
psikotropika yaitu peridekalan orgunobilogik psikodinamik dan
psikososial Ketiga pendekatan tersebut tidaklah berdiri sendiri melainkan
saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya Dari siidut pandang
organobiologik (sususan syaraf pusatotak) mekanismc terjadinya adiksi
(ketagihan) hingga deperidcnsi (ketergantungan) dikenal dengan dua istilah
yaitu gangguan mental oragnik atau sindrom otak organik seperti gaduh
gelisah dan kekacauan dalam fungsi kognilif (alam pikiran) efektif (alam
perasaanemosi) dan psikomotor (perilaku) yang disebabkan efek
langsung terhadap susunan syaraf pusat (otiik)^^
Sescorang akan mcnjadi ketergantungan terhadap narkotika dan
psikotropika apabila seseorang dengan tems-menenis diberikan zat
tersebut Hal ini berkaitan dengan teroi adaptasi sekuler mum
adaptaiUm) tubuh beradaptasi dengan menambah jumlah teseptor dan seishy
se syaraf bekcrja kcras Jika zat dihenlikan sel yang masih bekerja kcras
Luthll Uaraja Makalali Gangguan Mciilul dan icrilaku Akibut Nurkuba Disampalkim pada Seminar tentang Narkoba di SMK Iptck lakarla hal 2
22
23
tadi mengaiami kelmLisaii yang dari kiar tampak sebagai gejala-gejala
putus obal Gejala putus obat tersebut mcmaksa individu untuk
mengulangi pemakaian zal tersebul
Faktor predisposisi individu dengan gangguan kepribadian (anti
sosial) ditandai dengan pcrasaan lidak puas terhadap orang lain Selain itu
yang bersangkutan tidak inampu untuk berfungsi secara wajar dan efektif
dalam pergaulan di rumah di sekoiah atau di tempat kerja gangguan lain
sebagai penyerta berupa rasa cemas dan depresi Untuk mengatasi
ketidakniainpuan dan mcnghiiangkan kccemasan atau depresinya maka
individu tersebut cenderung untuk menggunakan narkoba Semestinya
individu itu dapat mengobati dirinya dengan datang ke dokterpsikiater
untuk mendapatkan terapi yang tepat sehingga dapat dicegah
keterlibatannya dalam penggunaan narkotika dan psikotropika
Secara umum mereka yang menyalahgunakan narkotika dan
psikotropika dapat di bagi ke dalam 3 (tiga) golongan besar yaitu
1 Ketergantungan primer ditandai dengan adanya kecemasan dan
depresi yang pada umumnya terdapat pada orahg detigah kepfibadlah
yang tidak stabil
2 Ketergantungan simtomatis yaitu penyalahgunaan narkotika dan
psikotropika sebagai salah satu gejala dari tipe kepribadian yang
mendasarinya pada umumnya terjadi pada orang yang kepribadian
psikopatik (anti sosial) kriminal dan pemakaian narkotika dan
Ai4hal K
24
psikotropika untuk kesenangaii sematu
3 Ketergantungan reaktif yaitu terdapat pada remaja karena dorongan
ingin tahii pengaruh tekanan dan lingkungan tenian atau kelompok
sebaya peer group pressure)
Ada beberapa faktor internal dan ekslernal yang mcnjadi penyebab
individu menyalahgunakan dan menjadi ketergantungan terhadap
narkotika dan psikotropika Menurut Sudarsono bahwa penyalahgunaan
narkolika dan psikotropika di latar belakangi oleh beberapa sebab yaitu
1 Untuk membuktikan kebcranian dalam melakukan tindakan-tindakan
yang berbaiiaya seperti ngebut dan bergaul dengan wanita
2 Meniinjukkan tindakan yang menenlung orang tua guru dan norma
sosial
3 Mempermudah penyaluran dan mempermudah perbuatan seks
4 Melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh peiigalamaii-
pengalainan einosional
5 Meneari dan menemukan aril hidup
6 Mengisi kekosnngan dan kesepian hidup
7 Menghilangkan kegelisahan frustasi dan kepepel hidup
8 Mengikuti kemauan kawan-kawan dahim rangka pembinaan solidaritas
dan
9 Iseng-iseng saja dan rasa ingin tahu
Menurut hasil penelitian Dadang Hawari bahwa di anlara faklor-
Sudujsono Kenakalan Remaja cel ii (Jakarta Rineka Cipta 1992) 1ml 67
25
faktor yang berpcran dalam penggunaan narkotika dan psikolropika
adalah
1 Faktor kepribadian anti sosial dan psikopatik
2 Kondisi kejiwaan yang mudah merasa keeewa atau depresi
3 Kondisi keluarga yang meliputi keutuhan keluarga kesibukan orang
tua hubungan orang tua dengan anak
4 Kelompok teiiian sebaya dan
5 Narkotika dan psikotropika itu sendiri mudah diperoleh dan tersedianya
pasaran yang resmi maupun lidak resmi
Menurut Siibagyo Partodiharjo secara individu terdapat beberapa
faktor yang mcmpengaruhi sescorang dapat menyalahgunakan narkotika
dan psikotropika Alasan ini merupakan alasan yang bersumber dari diri
sendin atau pemakai narkotika dan pasikotropika tersebut yakni sebagai
berikut
a Ingin tahii
Perasaun ingin tahu biasanya diniiliki oieh generasi muda pada
umur setara siswa SD SLTP dan SLTA Bila di hadapan sckelompok
anak muda ada seseorang yang inemperagakan uikmatnya
mengkonsumsi narkotika dan psikolropika maka didorong oleh naluri
alami anak muda yaitu keingintahuan maka salah seoariig dari
kelompok itu akan maju mencobanya Selain didorong oleh
keingintahuan keberaniannya juga karena didesak oleh gejolak dalam
Mardiini foc cil hai 102 ^ Subagyo RatoiJlliarjo ioc cil liiil 72-74
26
jiwanya yang ingin dianggap hebal pemberani dan pahlawan di antara
temanteinan sehayanya Maka jatuhlah satu orang anak dalam pelaku
setan
Dalam kondisi seperti itu reaksi kawan-kawan sebayanya
berbeda-bcda
1 Ada yang ingin menyaingi menunjukkan bahwa dirinya lebih hebat
lagi lalu memakai
2 Ada yang ingin tahu kemudian ikut memakai dan
3 Ada yang sella kawan lain ikut memakai juga
Sikap seperti inilah yang menyebabkan bandar atau pengedar
senang Mereka meiigincar generasi muda mahasiswa atau pclajar
karena 2 (dua) pertimbaiigan
1) Kalau salah satu anak muda kena maka anak muda yang lainnya
ikut kena sehingga konsumen cepat bertambah dan
2) Kalau anak muda kena maka anak muda tcrsebut akan mcnjadi
pemakai selia dalam waktii yang lama Berbeda dengan orang tua
yang cepat maii keuntungan komersial yang diperoleh dari
kelompok anak muda ini akan banyak
b Ingin dianggap hebal
Pcrasaan ingin dianggap hebat biasanya dimiiiki oleh generasi
muda Sepcrti ditcrangkan di atas salah satu sifat alami yang positif
dari generasi muda adalah daya saing Sayang sekali karena
kelidaktahuan sifat positif ini juga dapat dipakai untuk masalah negatif
27
Silat positif ini scharusiiya didorong unluk berlomba daluin preslasi
pada bidang pcndidikan kesenian olah raga dan lain-lain yang
bermanfaat bagi kehidupan
Bila sikap ingin berkonipctisi ini diarahkan untuk
mengkonsumsi narkolika dan psikolropika akibatiiya sungguli
mengerikan yailu kcgagalan hidup dan kesengsaraan Pemakai hanya
dapat dianggap hebat oleh lingkungan kecil pcniakai narkotika dan
psikotropika Di masyarakat luas pemakai hanya menuai cerca dan
nista
c Rasa setia kawan
Perasaan setia kawan sangat kuat dimiiiki oleh generasi muda
Jika lidak mendapatkan penyaluran yang posilif sifai positif tersebut
dapat berbahaya dan mcnjadi negatif Bila (cmannya memakai
narkotika dan psikotropika maka individu tersebul ikut juga memakai
Bila temannya dimarahi orang tuanya atau dimusuhi masyarakat maka
pemakai membela dan ikut bersimpatik
Sikap seperti itulah yang menyebabkan anak ikut-ikutan
Awalnya hiuiya satu orang yang merokok kemudian semuanya menjadi
perokok Setelah semuanya merokok sntu orang mulai memakai ganja
lalu yang lainnya ikut sehingga menjadi sekawanaii pemakai ganja
Selelah semua memakai ganja satu orang memakai ekstasi kemudian
semuanya ikut demikian selerusnya meningkat menjadi shabu dan pada
akhirnya menjadi pemakai putaw
28
d Rasa kccewa truslasi kcsai
Pcrasaan kesal kcccwa atau (rustasi biasanya terjadi karena
kegagalan pada generasi muda eksckutif mudu suami atau istri
Pcnggiiiiaan narkotika dan psikolropika pada kelompok ini bertujuan
untuk sesaat melupakan kekccewaan kckesaian dan fi-uslasi Kondisi
masyarakat yang carut martit tclah banyak melahirkan kekccewaan
kekesalan bahkan Iruslasi Narkolika dan psikotropika dapat
melupakannya sesaat tetapi tidak untuk mengatasi masalah yang
sesungguhiiya
Hubungan buruk yang disebabkan oleh kcgagalan
berkomuiiikasi antara orang tua dengan anaknya dapat menyebabkan
rasa kesal Hal ini mcnjadi faktor pemicu pemakaian narkotika dan
psikotropika oleh anak Intcraksi anlara orang tua dcngan anak tidak
cukup hanya berdasarkan niat baik Cora berkoniunikasi juga harus
baik Masing-masing pihak harus memiliki kcsabaran untuk
menjclaskan isi hatinya dengan cara yang tepat Banyak sekali konfllk
di dalam rumah tangga yang terjadi hanya karena salah paham atau
kekeliman berkoniunikasi Kekeliruan kecil itu dapal bcrakibat fatal
yaitu masuknya narkotika dan psikotropika ke dalam keluarga
Kekccewaan kekesalan dan frustasi dapal terjadi karena
kekeliruan dalam berkomunikasi terhadap beberapa faktor berikut i n i
I ) Komunikasi anak dengan orang tua
IbUI hiiJ 74
29
2) Komunikasi antar anak
3) Komunikasi di lingkungan eksekulifinuda dan
4) Komunikasi antara suami istri
e Ingin bebus dari rasa sakil atau pusing
Penderila pcnyakit beral yang kronis dan tidak kunjuiig sembuh
misalnya Ranker hati luka bakar uka tusuk wasir Ranker paruparii
migreii eneok pengapuran dan lain-lain sclalu merasakan sakit yang
iuar biasa karena penyakitnya Rasa sakit tersebut sering kali tidak
dapat dihilangkan dengan obat pengtiiiang rasa sakit biasa (anaigetik)
sehingga peiiderilanya mencoba narkotika atau psikotropika
Narkotika maupun psikolropika dapat menghilangkan rasa sakit
tersebut tetapi tidak menyembuhkan penyakitnya Ceiakaiiya pemakai
yang bersangkutan malah mendapat maslah baru yaitu ketergantungan
dengan segala komplikasinya yang justru menjadi lebih berbahaya
f Ingin menikmati rasa gembira tampii lincah energik dan mengusir
rasa sedih dan malas
Para eksekudf dan sciebritis biasanya memiliki gaya hidup yang
trendi Mereka merasa dituntut untuk selalu lampil lebih prima Dengan
mengkonsumsi naikotika atau psikolropika mereka dapat tampii prima
dan percaya diri karena kehilangan rasa malu walaupun sesungguhnya
tidak demikian
Perasaan hebat tersebut di atas seharusnya dicapai melaiui tekun
berolah raga hidup teratur meningkatkan kualitas fisik mental
30
inlclckUial dan mocaiiiyii Riikan ineiigamhit jalan piiitas dcngan tampii
seotah-olah prima niclalui manipulasi atau lipuan melaiui
mengkonsumsi narkotika atau psikolropika tersebut Pcnampilmi prima
yang semu atau atau tipuan itu lambat laun akan terungkap juga
sehingga [ania-keiamaan akan kelahuari juga jati dirinya yang
sesungguhnya itu
g ingin tampii iangsing
Narkolika dan psikotropika terscbut juga banyak digunakan oleh
artis dan ibu-ibu rumah tangga yang berbadan gemuk untuk
melangsingkan lubtihnya Narkotika alau psikotropika dengan jenis
tertentu ada juga yang dapat menghilangkan nafsu makan sekaligus
menambali aktivitas fisik sehingga dapat menurunkan beral badun
h Takut mengalami rasa sakit (sakaw)
Pengguna jenis narkotika atau psikolropika tersebut yang sudah
menjadi pemakai tetap (pemadat) akan mengalami rasa sakit (sakaw)
bila tidak memakainya Karena takut merasakan penderitaan maka
pemakai tersebut terus memakainya sehingga menjadi pemakai yang
sella junkies) Banyak pemakai narkotika dan psikotropika ini yang
setia adalah orang-orang yang merasa terpaksa memakai sebab kalau
lidak memakainya mereka akan mengalami sakaw
Kebanyakan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika
dimulai atau terdapat pada masa remaja sebab masa remaja yang
sedang mengalami perubahan biologik psikologik maupun sosial yang
31
pesat merupakan individu yang rentan untuk nienyaiahguriakan
narkotika maupun psikotropika terscbut Anak atau remaja dcngan ciri-
ciri tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi
penyalahgunanya Ciri-ciri tersebut anlara lain^
a Cenderung memberontak dan menolak otoritas
b Cenderung memiliki gangguan j iwa lain (komorbiditas) seperti
depresi cemas psikotik keperibadian dissosial
c Perilaku menyimpang dari aluran atau norma yang berlaku
d Rasa kurang percaya diri low selw-confulence) rendah diri dan
memiliki citra diri negatif (ow setf-esleem)
e Sifal mudah keeewa cenderung agresif dan destruktlf
f Mudah murung pemalu pendiam
g Mudah merasa bosan dan jenuh
h Keingintahuan yang besar untuk meneoba atau penasaran
i Keinginan untuk bersenang-senang [just for fun)
j Keinginan untuk mengikuti mode karena dianggap sebagai lambang
keperkasaan dan kehidupan modem
k Keinginan untuk diterima dalam pergaulan
1 Identitas diri yang kabur sehingga merasa diri kurang jantan
mTidak siap mental untuk menghadapl tekanan pergaulan sehingga
sulit mcngambil keputusan untuk menolak tawaran NAPZA dengan
tegas
Tom Kus dan Tedi Btihava NAPZA Bagi Pelajar (Bandung Yayasan Al-Ghilari Morgan im) hal 14
32
n Kemampuan komunikasi rendati
o Melarikan diri dari scsuatu (kebosaiian kcgagalan kekccewaan
kclidakmampuan kesepian dan kegcliran hidup dan lain-lain)
p Putus sekoiah dan
q Kurang menghayati iman atau kcpcrcayaaiinya
Menurut Tim Badan Narkotika Nasional hahwa terdapat
beberapa iaklor yang menyebabkan sescorang alau individu
menyalahgunakan narkolika dan psikotropika anlara lain
1) Keingintahuan yang besar untuk mcncoba tanpa sadar alau berlikir
panjang tentang akibatnya dikemudian hari
2) Keinginan unluk mencoba-coba karena penasaran
3) Keinginan untuk bersenang-senang
4) Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya hidup
5) Keinginan untuk dapat diterima daiam suatu kelompok
6) Lari dari masalah kebosanan atau kegetiran hidup
7) Pengertian yang salah bahwa mcncoba sckali-kali lidak akan
menimbulkan masalah
8) l idak mainpu alau tidak berani menghadapl tekanan dari lingkungan
alau kelompok pergaulan unluk menggunakan narkolika dan
psikotropika dan
9) Tidak Japal atau mampu mengatakan tidak pada narkotika dan
psikotropika
Tim INN Loc di
33
Berdasarkan peinaparaii Icrscbut di atas dengan demikian
bahwa individu didorong oleli beberapa faktor untuk menyalahgunakan
pemakaian narkotika dan psikotropika tersebut sehingga menjadi
individu yang mengalami ketergantungan berikut ini disebutkan
beberapa faktor adalah
1) Ingin tahu dan Ingin mencoba rasa memakai narkotika atau
psikotropika bagi kalangan anak muda)
2) Ingin dianggap lebih hebat dari orang Iain pada orang muda)
3) login membuktikan kesetiakawanan (pada orang muda)
4) Dianggap paling tepat untuk mengatasi perasaan keeewa j en gkel
dan frustasi (pada suami istri yang mengalami konllik rumah
tangga)
5) Dianggap cara yang paling mudah untuk menghalau rasa sakit pada
tubuh (pada penderita penyakit yang kronis)
6) Dianggap cara yang paling ampuh untuk mendapatkan perasaan
tenang damai atau gembira (pada suami istri yang mcnghadapi
konflik rumah tangga)
7) Dianggap cara yang paling mudah untuk melangsingkan lubuh (pada
ibuibii rumali tangga atau wanita yang bertubuh gemuk)
2 Faktor yang Bersumlicr dari Lingkungan
Faktor lingkungan tidak mampu mencegah atau mengurangi
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika bahkan membuka kesempatan
pemakaian narkotika dan psikotropika Yang dimaksud dcngan faktor
34
kesempatan di sini adalah tersedianya siluasi-situasi yang nieiiiungkinkan
untuk memakai narkolika atau psikolropika di waktu-vvaklu luarig di tempat
rekreasi atau hiburan diskotik pesia dan lain-lain Atau mungkin lingkungan
masyarakat yang tidak mampu mengendalikan bahkan membiarkan penjualan
alau pcrcdaran geiap narkotika dan psikotropika misalnya karena lemahnya
penegakan hukum penjualan narkolika dan psikotropika secara bcbas bisnis
narkotika dan psiktilropika yang terorganisir mudahnya memperoleh
narkotika dan psikotropika dan lain-lain
raklor yang bersumber dari lingkungan yang mcnyebabkan individu
dapat menyalahgunakan pemakaian narkotika dan psikotropika merupakan
laktor kontribusi masukaii dari Iuar individu) dimana sesttorang dengan
kondisi keluarga tidak baik akan merasa tertekan dan rasa lertekan inilah
sebagai faktor penyerta bagi dirinya untuk terlibat dalam penyalahgunaan
narkotika dan psikotropika tersebut Disfungsi keluarga yang dimaksud antara
lain adalah keluarga yang tidak utuh kedua orang tua yang tcrlalu sibuk dan
lingkungan interpersonal dengan orang tua yang tidak baik Di samping itu
faktor pencetus seperti pengaruh teman sebaya tersediu dan mudah
didapatkan mempunyai andil sebagai faktor pencetus sescorang atau individu
terlibat ke dalam penyalahgunaan yang mengakibatkan ketergantungan
terhadap narkotika dan psikotropika Dari sudut pandang psikososial
penyalahgunaan narkotika dun psikolropiku dapat terjadi sebagai akibat
negatif dari intcraksi tiga kiitub sosial yang tidak kondtisif yaitu kutub
Lulhli ilurnju Op cil
35
keluarga kutub sekolahkupus dan kulub masyarakat
Faktor lingkungan meliputi faktor kciuarga dan lingkungan pergaulan
balk dlsekltar rumah sekoiah teman sebaya maupun masyarakat Banyak
pengguna Narkotika dan Psikolropika yang berasal dari keluarga yang lidak
harmonis Keluarga seharusnya mcnjadi wadah untuk menikmati kebahagiaan
dan curalian kasih sayang wahana silih asih silih asah dan silih asuh
Namun pada kenyataannya keluarga sering sekali justru menjadi pemicu
sang anak mcnjadi pemakai hal tersebut disebabkan karena kciuarga tersebut
kacau balau Hubungan antara anggota keluarga dingin bahkan tegang atau
bermusuhan
Komunikasi antara ayah ibu dan ariak-anak sering sekali
menciptakan suasana konflik yang tidak berkesudahan dimana bahwa
penyebab konllik tersebut sangal beragam Solusi semua konflik adalah
komunikasi yang baik periuh pcngerlian saling menghargai dan menyayangi
serta ingin selalu membahagiakaii
Konflik di dalam keluarga dapat mendorong anggota keluarga merasa
frustasi sehingga lerjebak memilih narkotika dan psikolropika sebagai
solusinya Biasanya yang paling rentan terhadap stres adalah anak kemudian
suami dan istri sebagai benleng terakhir Beberapa faktor yang bersumber
dari lingkungan keluarga yang dapat mempengaruhi seseorang atau individu
tertentu icrjun kc dalam lingkungan penyalahgunaan narkotika dan
36
psikotropika tcrsebut antara lain adatuh
a Koniimikasi niang tua-aiiak kiii-ang baikcfektif
b Hubungan dalam keluarga kunmgharmonisdisfimgsi dalam keluarga
c Orang tua bercerai bcrscitngkub atau kawin lagi
d Orang lua tcrlalu sibuk aUiu tidak acuh
e Orang tua oloriter alau scrba melarang
f Orang tua yang serha nieinbolehkan (pcrmisil)
g Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teiadan
h Orang tua kurang peduli dun tidak tahu dengan masalah narkolika
i Tata terlib alau disiplin keluarga yang selalu bcrubah (kiiiaiig konsisten)
j Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam kciuarga
dan
k Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahguna narkotika
dan psikotropika
Sitimsi buruk dalam keluarga yang soring menyudiitkan anak ke arah
narkotika dan psikotropika adalah
1) Anak merasa kurang mendapatkan kasih sayang dalam keluarga merasa
kesal keeewa dan kesepian
2) Anak merasa kurang dihargai kurang mendapatkan kepcrcayaan dun
selalu dianggap salah
3) Anak mengalami konflik dengan orang tua dalam masalah pacaran
memilih pasangan hidup atau meneniukan pilihan profesi cila-elta dan
Mardani Loc cil lial 99 AW hal 100
37
sebagainya
4) Anak kesal dan keeewa karena ayah dan ibuiiya kurang lianiionis dan
sering bertcngkar (broken home)
5) Suami thtsirasi karena tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapinya
dengan islrinya
6) Istri fnistrasi akibat konllik dengan suami tentang masalali ekonomi atau
adanya wanita lain di samping suami
Banyak pengguna narkotika dan psikolropika yang pada awalnya
dimulai karena pengaruh dari orang lain Bentuk pengaruh dari orang lain itu
dapat bervariasi mulai dari bujuk rayu lipii daya sampai kepada paksaan
a) Tipu Daya
Banyak anak yang ditipu oleh kenalon teman sahabat atau pacar
Seperti mengajak meraka untuk memakai narkotika dan psikolropika
dengan bemacam-macain tipuan Dengan alasan yang digunakan bahwa
narkotika dan psikotropika adalah vitamin obat pil pintar pil sehat atau
food supplement Tipuan itu dapat juga berupa bujukan bahwa narkotika
dan psikotropika tidak tcrlalu berbahaya kalau tahu raliasianya Banyak
orang di dalam masyarakat yang dikira orang baik-baik namun lemyata
pengedar narkotika dan psikotropika Walaupun orang itu adalah kawan
sahabat saudara atau pacar sebagai pengedar penipu tersebul akan tcga
menipu maupun menjebak kita Pengedar narkotika dan psikotropika
sangat pandui mcmasarkan narkotika dan psikotropika tersebut Dengan
menawarkan narkotika dan psikotropika sebagai mmn food supplement
38
pil scliat pil pintar dan sebagainya Dengan lipuan ini korban dari
kalangan kciuarga hannonis akan terjcrumus ke dalamnya Saat ini banyak
pemakai narkolika dan psikotropika dari keluarga harmonis bukan hanya
bull dari keluarga berantakan Banyak pekerja mahasiswa atau pelajar yang
tampii ioyo tertipu ketika kepadanya ditawarkan pil sehat vitamin atau pil
pintar Banyak pemuka agama juru dakwah atau pengkhotbah yang
tertipu karena pil sehal yang dlbelinya adalah narkotika dan
psikotropika Reaksi pemakaian narkotika dan psikotropika mula-mula
terasa menyehatkan dan membuat si korban tipuan terscbut sukses dalam
berdakwah atau berkhotbah Ibu rumah tangga juga dapat tertipu karena
ditawari pil pelangsing oleh saudara atau teman dalam arlsan dan lain-
lain Mulanya karena tipu daya akhimya setelah lerjebak menjadi
biasa
b) Bujuk rayu
Waftiia camlk pengedaf ftaTkotlka dan psikotFoplka biasanya menjebak
mangsa melaiui bujuk rayu Untuk memasarkun narkotika dan
psikotropika pengedar tersebut memilih profesi sebagai wanita penghibur
atau Wanita Tuna Susiala (WTS) Banyak eksekutif muda pekerja atau
bos-bos yang mulai memakai narkotika dan psikotropika karena rayuan
pekerja seks komersial hostess dan sebagainya Dalam mcmasarkan
narkotika dan psikotropika wanita tersebut merayu akan mau melayani
kencati kalau bersama-sama mengkonsumsi narkotika dan psikotropika
Subagyo Purlodlhario Loc cil hal 78
39
lebih dulu Muta-mula kurban memakai narkotika dan psikotropika karena
tergoda namun akhimya menjadi terbiasa
c) Paksaan
Banyak anak muda yang mengawali pemakaian narkotika dan psikotropika
karena dipaksa oleh sekawanun alau seseorang yang mengancam akan
mencelakainya Banyak pclajar atau nialiasiswa mengawali kebiasaan
memakai narkotika dan psikotropika dari keadaan terpaksa diancam oleh
sekawanan preman yang menghadang di tengah jalan Dari kelompok ini
pula terjaring pemakai yang berasal dari keluarga hannonis
Lingkungan sekoiah bagi pelajar tingkat SD SMP dan SMA
merupakan tempat yang stratcgls bagi para pelajar untuk menunjukkan jati
dirinya sehingga mereka terjun kepada penyalahgunaan narkotika dan
psikotropika ini faktor sekoiah yang merupakan bagian tcrpcnting yang
mempengaruhi adalah
a Sekoiah yang kurang disiplin
b Sekoiah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjiial narkotika atau
penjual psikolropika
c Sekoiah yang kurang member] kesempatan pada siswa untuk
mengembangkan diri secara kreatif dan positif
d Adanya murid pengguna narkotika atau psikotropika
Kartini Kurtono op cil hivl 124
40
B Pengaturan Sanksi Pidana Terhadaj) Pcnyalahgunaaan Narkotika dan
Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau
dari Perlindungan Terhadap Korban
Dalam hukum pidana di Indonesia terdapat adanya
ketldakseimbangan antara perlindungan korban kejahatan dcngan pelaku
kejahatan pada dasarnya mempakan salah satu pengingkaran dari asas setiap
warga negara bersamaan kcdudukannya dalam hukum dan pcmerinlahan
sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 sebagai
landasan konstitusional Perlindungan korban memiliki hubungan cral dcngan
teori pemidanaan yang dikemukakan Wirjono Prodjudikoro tujuan
pemidanaan adalah untuk niemenuhi rasa keadilan^
Ada Juga yang mengemukakan bahwa tujuan pemidanaan dapat
dilihat melalul 2 (dua) leorl mengenai alasan-alaitan yang membenarkan
(justification) penjatuhan hukuman (sanksi) yaitu Teori Absolut
(Vergeldingslheorie) dan Teori Relatif atau Doeitheorie Menurut Teori
Absolut (Vergeldingslheorie) tujuan pemidanaan sebagai pembalasan
terhadap para pelaku karena telah melakukan kejahatan yang mengakibatkan
kesengsaraan lerhadap orang lain alau anggota masyarakat sedangkan
Roeslan Saleh mengatakan sebagai reaksi-reaksi atasdelik yang berwujud
suatu nestapa yang scngaja dilimpakan ncgara kcpada pembuat delik
Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana Cctakan Iuriania (Jakarta Sinar Gnitlka2(W5)hii4
lcduu Mdipaung Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cctakun IcrliirMii (Jukiirtu Sinur Gratika 2005) hal 4
kiwsUin Saleh Shdsel Pidana Indonesia (Jukarlu liinn Aksara 19K7) hal 5
41
Menurut Teori Relatif Doeltheurie) tujuan pemidanaan adalah
a Menjerakan agar si pelaku atau terpidana menjadi jera dan tidak
mengulangi lagi perbuatannya specials presenile) sena masyarakat umum
agar mengertahui jika melakukan perbuatan yang sama akan mengalami
hukuman yang serupa atau disebut pula generalpreventte
h Memperbaiki pribadi si terpidana berdasarkan perlakuan dan pcndidikan
selama menjalani hukuman terpidana merasa menyesal dan tidak akan
mengulangi perbuatannya dan kcmbali kepada masyarakat sebgai orang
baik dan berguna dan
c Mcmblnasakan (menjatulikan hukuman mat) atau mcmbuat terpidana tidak
berdaya dengan menjatuhkan hukuman seiimur hidup
Pandangan di atas sangatlah wajar apabila beranjak dari pandangan
bahwa hukum pidana adalah hukum sanksi (hifzonderesancUerechl) sebab
dengan bertumpu pada sanksi itulah hukum pidana difungsikan untuk
menjamin keamanan ketertiban dan keadilan Dalam perkembangannya
ternyata tidak semua sarjana menyclujui maksud diadakannya pidana scperti
itu (sebagai suatu nestapa) karena muncul pendapat bahwa di samping pidana
ditujukan untuk memberikan penderitaan kcpada pelanggar atau mcmbuat
jera pemidanaan juga bertujuan agar pelaku dapat kembali hidup
bermasyarakat sebagaimana mestinya
Alasan yang paling inenonjol lerhadap upaya perubahan tersebut
adalah dengan meniperhatikan sisi kemanusiaan yang mcmandang bahwa
Ucdcn Mirpaung Opcil hal 4
42
sekalipiin tcrsangka telah melakukan kcsalahaii ia telap berkcdmiiikan sebagai
manusia utuh yang harus tetap diperlakukan sama dengan manusia lainnya
dan dilindungi hak asasi manusionya Karena itu pidana penjara saat ini
sedang mengalami masakrisis karena termasuk jenis pidana yang kurang
disukai Banyak kritik tajam ditujukan terhadap jenis pidana perampasan
kemerdekaan ini baik dllihat dari sudut efektifitasnya maupun dilihat dari
akibat-akibat lainnya menyertai atau berhubungan dcngan dirampasnya
kemerdekaan seseorang
Banyaknyu kritik yang diarahkan pada bentuk pemidanaan berupa
perampasan kemerdekaan (yang ditujukan untuk membuat jera pelaku)
sehingga berkembanglah bentuk pemidanaan lain yang dianggap lebih
manusiawi yaitu penjatuhan pidana berupa denda atau pemberian ganti
kerugian kepada korban Pemberian ganti kerugian pada awalnya merupakan
konsep kcperdalaan seperti halnya dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata yang mewajibkan setiap orang yang menyebabkan orang lain
menderita kerugian untuk membayar ganli rugi Dalam perkembangannya
konsep ini diterupkan pula dalam hukum pidana mengingat akibat yang
ditimbulkan pada korban tindak pidana akan selalu disertai dengan kerugian
baik mental fisik maupun material sehingga sangat wajar apabila korban pun
menuntui ganti kerugian pada pelaku guna memulihkan derita yang
dialaminya
Dengan memperhatikan pada beberapa teori klasik tentang tujuan
Uurtla Nawuwi Ariel Sislem Pemidanaan Menunii Konsep KIHP llaiu dan Latar Helakang Pemlklrannya Hahan Ienalaran Hukum Pidana V Undanu Kupang uinjyful 11 Juli-12 Agustus 1989
43
pemidanaan dapat disiinpulkan bahwa penjatuhan pidana lebih banyak
ditujukan untuk kepeiitingan pelaku dengan kata lain tujuan pemidanaan
hanya dimaksudkan imtuk mengubah perilaku dari pelaku kejahatan agar
tidak mengulangi lag perbuatannya sedangkan kcpentingan korban sama
sekali diabalkan
Perlindungan terhadap korban narkotika jika dihubungkan dengan
beberapa teori pemidanaan yang telah dipaparkan di atas maka peneliti
mengkaji bahwa dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang baru ini terdapat kescimbangan antara perlindungan terhadap
pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana bahwa berdasarkan sanksi
baik pidana maupun denda yang terdapat dalam undang-undang ini sangatlah
berat-berat dan tegas ]ni berarti bahwa undang-undang ini lebih
mementingkan korban dari pada pelaku kejahatan narkotika Mengingat
bahwa dengan adanya pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan
korban semakin banyak yang berjatuhan schingga daripada korbnnnya anak
bangsa yang memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara
Indonesia maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-
beratnya lerhadap si pelaku tindak pidana narkotika bahkan pidana mati atau
seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-
undang yang bam ini juga diatur mengenai rehabilitasi terhadap korban baik
korban yang diakibatkan oleh orang Iain maupun karena self victimizing
victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku itu sendiri
44
C Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Seif-
Victimizing Victims
1 Self-victimizing victims uarkotika dau psikotropika
Suatu viktimisasi adalah sebagai suatu permasalahan manusia yang
merupakan kenyataan sosial hal ini disebabkan karena setiap warga negara
berhak mendapatkan rasa aman dan bcbas dari segala bentuk kekerasan
sesuai dengan falsafah Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 Contohnya adalah seseorang akibat perbuatannya memakai
narkotika dapat menimbulkan bahwa si pemakai tersebut menjadi tidak
berdaya upaya dengan kata lain bahwa si pelaku telah menjadi korban
akibat perbuatannya sendiri yang menimbulkan perbuatan kriminal
Penyalahgunaan narkolika atau psikolropika merupakan perbuatan
kriminal karena telah melanggar ketentuan di dalam undang-undang yang
ada yakni Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tetang Psikotropika dan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Terlibatnya si
pelaku kejahatan atau tindak pidana yang menimbulkan kerugian terhadap
dirinya sendiri daiam hal inilah yang disebut dengan istilah self victimizing
victims yang merupakan bagian dari viktimisasi Sehubungan dengan itu
maka Wolfgang menyatakan beberapa Jenis viktimisasi ialah
1 Unrelated victims yaitu korban yang tidak ada hubungannya sama
sekali dengan terjadinya korban misalnya pada kasus kecelakaan
pesawat Dalam hal In tanggungjawab sepenuhnya terletak pada
Utplietin3|il(igspqtcom2()OSIOl|ukum-viktinivl9gihlml diakscs terakhir langgul l2Januari 2015
45
pelaku
2 Provocative victims yaitu seseorang yang secara aktif mendorong
dirinya menjadi korban misalnya kasus selingkuli dimana korban juga
sebagai pelaku
3 Participating victims yailu seseorang yang tidak berbuul tetapi dengan
sikapnya justru mendorong dirinya menjadi korban
4 Biologically weak victims yaitu mereka yang secara tisik memiliki
keleinalian atau potensi untuk mcnjadi korban misalnya orang tua
renla anak-anak dan orang yang tidak mampu bcrbual apa-apa
5 Socially weak victims Yaitu mereka yang memiliki kedudukan social
yang lemah yang menyebabkan mereka mcnjadi korban misalnya
korban perdagangan perempuan dan sebagainya
6 Self victimizing victims yaitu mereka yang menjadi korban karena
kejahatan yang dilakukannya sendiri pengguna obat bius judi aborsi
dan prostitusi
Dalam hal ini kedudukan viktimologi sebagai sebuah ilmu yang
mempelajari tentang korban memiliki peranan yang sangat penting ruang
lingkup viktimologi ini meliputi
1 Semua macam sciiap macam perbuatan kriminal yang mengakibatkan
orang-orang mcnjadi korban
2 Setiap orang atau pihak yang dapat menjadi korban baik orang
perorangan maupun suatu korporasi atau organLsasi
3 Setiap orang atau pihak yang dapal menimbulkan korban artinya
46
dimana disatu sisi orang terscbut dapat merugikan orang iain sehingga
orang tidak merasa aman akibat tindakanya
4 Cara-cara viktimisasi atau penimbulan korban
5 Bentuk-bentuk viktimisasi yang terdiri dari primary viclimizalion
adalah korban individualperorangan bukan kelompok secondary
victimizalion korbannya adalali kelompok misalnya badan hukum
tertiary Victimizalion yang menjadi korban adalah masyarakat luas
nun viciimozaiion korbannya tidak dapat segera diketahui misalnya
konsumen yang tertipu dalam menggunakan hasil produksi
6 Akibat viktimisasi
7 Pengaruh viktimisasi
8 Reaksi atau respons terhadap viktimisasi
9 Penyelesaian viktimisasi dan
10 Pengaturan yang berkaitan dengan viktimisasi (yang menjadi
perhatian viktimologi)
Studi viktimologi akan memberikan pemahaman kepada setiap
individu mengenai hak dan kewajibannya dalam rangka mengantisipasi
berbagai bahaya yang mengancamnya Viktimologi memberikan
sumbangan pemikiran mengenai masalah viktimisasi tidak langsung
dampak sosial polusi industri viktimisasi ekonomi politik dan
penyalahgunaan kewenangan Viktimologi ini juga memberikan dasar
pemikiran dalam penyelesaian viktimisasi kriminal atau factor viclimogen
dalam sistem peradilan pidana
47
Dari perspektif ikalan Korban Napza (IKON) l ial i yang dimaksud
sebagai korban adalah orangperorangan yang menderita secara langsung
dari penyalahgunaan napza dan tennasuk pula keluarga alau tanggungan
langsung dari korban Namun karena hukum dl Indonesia memandang
pengguna napza adaiah kriminal maka terjadilah dampak-dampak negalif
yang dialami oleh pengguna napza yang merupakan korban scperti
diskriminasi kriminallsasi kesehatan dan stigmatisasi Maka sebagai
korban IKON Bali mendorong agar dihentikannyadiskriminasi lerhadap
korban napza mendorong vonis rehabilitasi untuk korban napza
mendorong agar dihentikannya penyiksaan terhadap korban napza dan
yang terakhir adalah mendorong terpenuhinya hak atas kesehatan bagi
korban dan orang terinfeksi HIV Dengan melihat kondisi permasalahan
penanggulangan napza yang semakin tidak menentu dan meningkatnya
jumlah korban napza secara terus-menerus Maka Ikon Bali meminta
1) Penerapan SEMA Nomor 7 Tahun 2009 sebagai pemenuhan hak atas
kesehatan terhadap korban Mpza
2) Meminta kepada Pengadilan Negeri Denpasar untuk menjadi insiator
dalam penyusunan langkah teknis penerapan SEMA Nomor 7 Tahun
2009
3) Meminta kepada selunih instansi tcrkait untuk mulai meiigambil
langkah nyata dalam penanggulangan napza
43 Ibid
48
4) Meminta agar korban napza diperlakukan secara manusiawi tanpa
penyiksaan sligma dan diskriminasi
5) Ikon Bali mendukung secara penuh program-program pemerintab
dalam penanggulangan napza
2 Rehabilitasi terhadap self-victimizing victims
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
merupakan undang-undang yang baru menggantikan Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika Adapun pasal-pasal di dalam
undang-undang in yang mengatur mengenai perlindungan korban adalah
berbagai pasal-pasal yangmencantumkan rehabilitas kepada korban
maupun pelaku tindak pidana narkolika Pasal 1 ayat (16) meneniukan
defenisi mengenai rehabilitasi dipandang dari sisi medis yakni
Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara
terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan Narkotika
Sementara Itu dalam Pasal 1 ayat (17) ditentukan defenisi rehabilitasi
dipandang dari sisi sosial yakni Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses
kegiatan pemulihan secara terpadu baik fisik mental maupun sosial agar
bekas pecandu Narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosia dalam
kehidupan masyarakat
Diimdangkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang merupakan undang-undang baru ini tentu mempunyai
maksud dan tujuannya Adapun tujuan yang terdapat dalam Pasal 4 yang
berbunyi
49
Undang-Undang tentang Narkotika bertujuan
a Menjamin kelersediaiin Narkotika untuk kcpentingan peiayanan
kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
b Mencegah mclindungi dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari
penyalahgunaan Narkotika
c Memberanlas pcredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika dan
d Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi Penyalah
Guna dan pecandu Narkotika
Bentuk perlindungan terhadap korban dan pelaku kejahatan tindak
pidana narkotika di dalajn Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
disebutkan ada 2 (dua) macam yakni pengobatan dan rehabilitasi lerhadap
korban maupun pelaku Pada Pasal 53 ayat (3) tersebul di atas bahwa yang
dimaksud dengan buktl yangsah antara lain surat kctcrangan dokter
salinan resep atau labeletiket Selcngkapnya mengenai pengobatan
ditentukan dalam Pasal 53 yang berbunyi sebagai berikut
(1) Untuk kcpentingan pengobatan dan berdasarkan indikasi medis
dokter dapal memberikan Narkotika Golongan II atau Golongan III
dalam jumlah terbatas dan sediaan tertentu kepada pasien sesuai
dengan ketcnluan peraturan perundang-undangan
(2) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat ( I ) dapal memiliki
menyimpan danatau incmbawa Narkolika untuk dirinya sendiri
(3) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mempunyai bukti
yang sali bahwa Narkotika yang dimiiiki disimpan danatau dibawa
50
untuk digunakan diperoleh secara sail sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
Mengenai rehabilitasi terhadap korban dan pelaku tindak pidana
kejahatan penyalahgunaan narkotika merupakan suatu kewajiban bagi
pemerintah dan instansi masyarakat Sebagaimana ketentuan dalam Pasal
54 bahwa Pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika
wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial Dalam Pasal 56
disebutkan juga bahwa
(1) Rehabilitasi mcdis Pecandu Narkotika dilakukan di rumah sakit yang
ditunjuk oleh Menteri
(2) Lembaga rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan oleh instansi
pemerintah atau masyarakat dapat melakukan rehabililasi medis
Pecandu Narkotika setelah mendapat persetujuan Menteri
Kemudian dipertegas kembali dalam Pasal 57 bahwa selain melaiui
pengobatan danatau rehabilitasi medis penyembuhan Pecandu Narkotika
dapat diselenggarakan oleh instansi pemerintah alau masyarakat melaiui
pendekatan keagamaan dan tradisional Salah satu tugas dan wewenang
Badan Narkotika Nasional adalah meningkatkan kemampuan lembaga
rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu Narkotika baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat
Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 ini terdapat
pengecualian dalam hal luniutan pidana terhadap anak yang masih berada
di bawah umur Misalnya terdapat di dalam salah satu pasalnya yakni pada
51
Pasal 128 ayal ( I ) yang bcrbunyi Orang tua atau wali dari pecandu yang
belum cukup umur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) yang
sengaja tidak mciapor dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6
(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp 100000000 satu juta
rupiah) Tetapi di datam ketentuan tain yakni pada Pasal 128 ayat (2) dan
ayal (3) ditentukan bahwa anak yang masih di bawah umur tidak dapat
dituntut pidami selcngkapnya pasal tersebul berbunyi Pecandu Narkotika
yang belum cukup umur dan telah dilaporkan oleh orang tua atau walinya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat ( I ) tidak dituntut pidana
(Pasal 128 ayat (2)) dan Pecandu Narkotika yang telah cukup umur
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) yang sedang menjalani
rehabilitasi mcdis 2 (dua) kali masa perawatan dokter di rumah sakit
danatau lembaga rehabilitasi medis yang ditunjuk oleh pemerintah tidak
dituntut pidana
Pada awalnya narkotika digunakan unluk kcpentingan umat
manusia khususnya untuk pengobatan dan peiayanan kesehatan Namun
dcngan semakin bcrkembangnya ilmu pcngclaliuan dan teknologi
peruntukan narkotika mengalami perluasan hingga kepada hal-hal yang
negatif
Di dunia kedokteran narkotika banyak digunakan khususnya
dalam proses pembiusan sebelum pasien diopcrasi mengingat di dalam
narkotika terkandung zat yang dapat mempengaruhi perasaan pikiran serta
kesadaran pusieti Oleh karena itu agar penggunaan narkotika dapal
52
memberikan manfaat bagi kehidupanurnat manusia maka pcredarannya
harus diawasi secara ketat sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 60 sampai
dengan Pasal 63 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang menyebutkan
Pasai 60 ditentukan bahwa
(1) Pemerintah melakukan pembinaan terhadap segala kegiatan yang
berhubungan dengan Narkolika
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meiipuli upaya
a Memenuhi ketcrsediaan Narkotika unluk kcpentingan peiayanan
kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
b Mencegah penyalahgunaan Narkotika
c Mencegah generasi muda dan anak usia sekoiah
dalampenyalahgunaan Narkotika termasuk dengan memasukkan
pendidikanyang berkaitan dengan Narkotika dalam kurikulum
sekoiah dasarsampai lanjutan atas
d Mendorong dan menunjang kegiatan penelitian danatau
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di brdang
narkolika unluk kcpentingan peiayanan kesehatan dan
e Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis bagi
Pecandu Narkotika baik yang diselenggarakan oleh pemerintah
maupun masyarakat
53
Pasal 61 ditentukan baiiwa
(1) Pemerintah melakukan pcngawasan terhadap segala kegiatan yang
berkaitan dengan Narkotika
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
1 Narkolika dan Prekursor Narkolika untuk kcpentingan peiayanan
kesehatan danatau pengembangan Hmu pengetahuan dan
teknologi
2 Alat-alat potensial yang dapat disaiahgunakan untuk melakukan
tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkolika
3 Evaluasi keamanan khasiat dan mutu produk sebelum diedarkan
4 Produksi
5 impor dan ekspor
6 Pcrcdaran
7 Pelabeian
8 Tnformasi dan
9 Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Pasal 62 berbunyi Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasai 60 dan pengawasan sebagaimana
dimaksiiddalam Pasal 61 diatur dengan Peraturan Pemerintah Dan dalam
Pasal 63 disebutkan bahwa Pemerintah mengupayakan kerja sama
dengan ncgara lain danatau badan intcmasional secara bilateral dan
multiialeral baik regional maupun internasional dalam rangka pembinaan
dan pengawasan Narkotika dan Prekursor Narkotika sesuai dengan
54
kcpentingan nasional
Berdasarkan biinyi beberapa pasa di atas mengenai pengawasan
terhadap pentingnya peredaran narkotika wajib diawasi secara ketat
dikarenakan saat ini pemanfaatannya banyak untuk hal-hal yang negatif
D i samping itu melaiui perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi penyebaran narkotika sudah menjangkau hampir ke semua
wilayah di Indonesia hingga ke pelosok-pelosok Daerah yang sebelumnya
tidak pcrriah tersentuh oleh peredaran narkotika lambat laun berubah
menjadi sentra peredaran narkotika Begitu pula anak-anak yang pada
mulanya awam terhadap barang haram ini telah berubah menjadi sosok
pecandu yang siikar untuk dilepaskan ketergantungannya
Sebelum Iahimya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
mengenai narkotika diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997
tentang Narkotika namun undang-undang ini tidak dapat dipertahankan
lagi keberadaannya karena adanya perkembangan kualitas kejahatan
narkotika yang sudali menjadi ancaman serius bagi kehidupan umat
manusia Pengguna narkotika sangat beragam dan menjangkau semua
lapisan masyarakat mulai dari anak-anak hingga orang dewasa orang
awam hingga artis bahkan hingga pejabat publik
Efek negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan narkotika secara
berlebihan dalam jangka waktu lama serta tidak diawasi oleh ahlinya
dapat
menimbulkan berbagai dampak negatif pada penggunanya baik secara
55
fisik maupun psikis Bahkan tidak janing penggunaan narkotika dapat
memicu terjadinya berbagai tindak pidana Karena itu untuk mencegah
semakin mcluasnya dampak negalif yang ditimbulkan dari penggunaan
narkotika maka pengawasan tidak hanya terbatas pada peredaran
narkotika tetapi juga pada mereka yang menjadi korban misalnya
sescorang yang menderita ketergantungan narkotika (pecandu) Apabila
seorang pecandu narkotika telah divonis bcrsalah oleh hakim atas tindak
pidana narkotika yang dilakukannya maka untuk memberikan kesempatan
pada yang bersangkutan agar tcrbebas dari kecanduaniiya maka hakim
dapat mcmutuskan untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani
pengobatan danatau perawatan
Pengobatan dan perawatan terhadap pecandu narkotika dilakukan
melaiui fasilitas rchabilitasi Rcliabilitasi medis dan sosial yang diberikan
kepada pecandu dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan
kemampuan fisik mental dan sosialnya Selain pengobatan dan perawatan
melaiui rehabililasi medis proses penyembuhan pecandu narkotika dapat
diiaksanakan oleh masyarakat melalul pendekatan keagamaan dan
tradisional
Sebagai conloh di Pakem Sleman Yogyakarta telah didirikan
sualu kliiiik alau Pusat Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkotika
Psikolropika dan Zal-zat Aditiflainnya (NAPZA) Terpadu yang didirikan
atas kerjasania Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dan
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang diresmikan pada tanggal 7
56
Desember 2005 Tujuan umum pendiriaii pusat rehabilitasi terpadu ini
adalah untuk memberikan jaminan penanganan paripurnakepada korban
penyalahgunaan Napza melaiui aspek hukum aspek medis aspek sosial
aspek spiritual serta pengembangan pcndidikan dan pelatihan dalam
bidang NAPZA secara terpadu sedangkan tujuan khususnya adalah
1 Terhindarnya korban dan instilusi dan penelrasi pengedar
2 Terhindarnya kerusakan mental dun masa depan para penyalah guna
Napza yang akan mcmbtinuh potensi pengembangan mereka
3 Terhindarnya korban-korban baru akibat penularan penyakil-penyakit
seperti Hepatitis HIVAIDS dan penyakit menular lainnya
4 Terwujudnya proses pengembangan penanganan korban NAPZA dan
aspek ilmiah serta keiimuan yang dinamis sesuai perkembangan zaman
sebagai pusat jaringan informasi terpadu dan mewujudkan teknis
penanganan penyalahgunaan narkotika dan obat-obalan terlarang bagi
daerah sekitamya maupun nasional
Pemberian perlindungan kepada korban narkotika lentil tidak dapat
dibebankan sepenuhnya kcpada pemeriiilah peran serta masyarakat pun
diharapkan ada salah salunya diterimanya kembali mantan pani pengguna
dalam lingkungannya tanpa melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya
diskriminatif bahkan dengan mcmposisikan mereka sebagai warga keias
dua yang harus dljauhi
Bentuk periindunganyang diberikan terhadap pelaku maupun
Dikdik M ArilMansur dan tUisUiris Guitom loa cil hal 90
57
korban penyalahgunaan narkolika dan psikotropika daiambentuk
rehabilitasi
Rehabilitasi adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang
dilujukan kepada pemakai narkolika dan psikotropika yang sudah
menjalani program kuratif Tujuannya agar pelaku tidak memakai lagi
dan bebas dari penyakit ikutan yang disebabkan oleh bekas pemakaian
narkotika dan psikotropika
3 Tahapan-tahapan rchabilitasi terhadap self-victimizing victims
Tahapan-tahapan rehabilitasi terhadap self-victimizing victims atas
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika yang ada di Indonesia tidak
sama Ada yang menekankan rehabilitasi hanya pada aspek medis ada
pula yang lebih menekankan pada aspek rohani Atau memadukan kedua
pendekatan tersebut dengan komposisi yang seimbang Yang ideal
rehabilitasi seorang korban narkotika dan psikotropika harus dilakukan
secara holisitik baik secara fisik psikis maupun kerohaiiiannya
1 Tahapan pengobatan (rehabilitasi)
Secara umum ada beberapa tahapan yang harus dilewati
Masing-masing tahapan tersebut memakan waktu bervariasi ada yang
seminggii sebulan dan bahkan berbu lan-bulan tcrgantung tingkat
ketergantungan tekad korban dan juga dukungan berbagai pihak
terutama keluarga dalam seluruh proses tersebut Setiap tahapan
Subagjo PiirloUiharjo Loc cU hal 105 ^ E M Giri Prastowo loc cil hal 28 -29
58
tersebut disusun dan dibuat untuk inenganlar pasien secara bertaiiap
melepaskan dari ketergantungan narkotika dan psikotropika Beberapa
tahapan rehabilitasi ini yang disajikan berikut sudah Icruji dapat
menyembuhkan atau memulihkan korban narkotika dan psikotropika
secara maksimal
a Tahapan transisi
Penekanaii dalam tahap ini lebih kepada informasi awal
tentang korbanseperti
1) Latar belakang korban
2) Lama ketergantungan
3) Jenis obat yang dipakai
4) Akibat-akibat ketergantungan dan
5) Berbagai inlbrniasi lainnya
Hal ini penling sehingga pada saatnya akan menjadi acuan
bagi pihak yang terlibat secara intensif dalam proses rehabilitasi
Ahl i yang berkompeten (dokter) akan menganaiisa tingkat
ketergantungan korban untuk kemudian meneniukan tingkat
pengobatan dan tingkat pembinaan bagi si korban schingga terapi
dan metode pengobatan bisa dilakukan secara terukur
Tahapan ini Juga dapat dijadikan rujukan untuk meneari
model rehabilitasi yang paling tepat bagi yang bersangkutan Pada
tahap ini tim rehabilitasi akan membantu korban agar menyadari
dirinya sedang menghadapl masalah ketergantungan narkotika dan
59
psikotropika Korban diajak untuk bersama-sama mengatasinya Hal
ini penting karena proses rchabilitasi tidak akan berhasil tanpa
adanya kesadaran korban tentang adanya bahaya yang dihadapinya
Dari situ akan dibangun tekad dan komitmennya untuk
meninggalkan narkotika dan psikotropika
Selain itu pada tahapan ini akan diteliti akibat fisik dari
penggunaan narkotika dan psikotropika Sejauh mana tingkat
kerusakan syaraf dan organ-organ tubuhnya yang rusak Unluk itu
diadakan pemeriksaaii laboratoriumiengkap dan tes penunjang untuk
mcndeteksi penyakit yang diderita korban A[)abia dalam
pemeriksaan ditemukan satu atau beberapa penyakit maka terlebih
dahulu diadakan pengobalan medis sebelum penderita mendapat
proses rehabilitasi lanjutan Langkah ini penting selain agar tubuh
yang bersangkutan bebas dari penyakit juga untuk mencegah
terjadinya penularan balk kepada korban narkotika dan psikotropika
ini diadakan pembersihan darah pada tubuh pecandu sehingga darah
menjadi bersih dan sistem metabolisme tubuh kembali normal
Proses ini dapat dilakukan melaiui cara-cara berikut
1) Cold Turkey abrupt withdrawal) yaitu proses penghentian
pemakaian narkotika dan psikolropika secara tiba-tiba tanpa
disertai dengan substitusi antidotum
2) Bertaliap atau substitusi bertahap misalnya dengan kodein
^Ibidhal 30
60
methadone CPZ atau clocard selama i -2 minggu
3) Rapid Detoxification dilakukan dengan anestesi umum (6-12
jam) dan
4) Simtomatik tergantung gejala yang dirasakan
2 Rehabilitasi intensif
Setelah melewati masa transisi (pengumpulan informasi tentang
keadaan korban dan latar belakangnya) baru masiik pada fase
berikutnya yakni proses penyembuhan secara psikis Motivasi dan
potensi dirinya dibangun daiam tahap ini Korban diajak untuk
menemukan dirinya dan segala potensinya sambil juga menyadari
berbagai keterbalasannya Bahwa untuk mengatasi masalah hidup yang
bersangkutan tidak perlu harus mengkonsumsi narkotika dan
psikotropika Narkotika dan psikotropika justru menciptakan masalah
baru yang jauh lebih besar dalam hidupnya Narkotika dan psikotropika
bukanlah solusi tetapi menjadisumber masalah Pada tahap ini berbagai
contoh dapat dipcrlihatkan kepada korban
Yang terlibat di dalam tahap ini yang utama adalah korban itu
sendiri sebagai pelaku self-victimizing victims) Korban harus punya
tekad untuk hidup tanpa narkotika dan psikotropika Korban harus bisa
menatap masa depan dengan penuh optimisme Selain yang
bersangkutan peranan keluarga (orang liia dan saudara-saudaranya
suami atau istri) juga sangal pcnling Anggota keluarga ini harus secara
intensifmendampingi dan jnenopang korban
61
Staf di paiiti rehabilitasi para konselor psikolog dan semua
pihak di panti rehabilitasi untuk bersama-sama mcmbangun
kepercayaan diri korban Seluruh proses ini membutuhkan waktu
berbulan-bulan bahkan selama bertahun-tahun tergantung tingkat
ketergantungan dan efeknya bagi korban Berbagai terapi yang
dilakukan selama dalam tahap ini baik yang dilakukan secara pribadi
maupun bersama-sama lewat berbagai aktivitas di panti rehabilitasi
tersebut bertujuan untuk memberdayakan kembali korban yang disekian
lama telah terpuruk oleh narkolika dan psikotropika Sebagai langkah
awal untuk sosialisasi diri dengan masyarakat korban juga secara
bertahap mulai mcmbangun komunikasi dengan orang lain di Iuar
komunitas rehabilitasi
Menurut Romo Lambertus Somar MSG dalam bukunya
Rehabilitasi Pecandu Narkotika dan Psikotropika pada tahap ini ada
tiga titik yang harus dilewati yang lebih dikenal dengan tahapan
stabilisasi pribadi yailu^
1 Secara sadar dan tekun melepaskan diri dari berbagai penyakit dan
akibatakibat lainnya (no to drugs) Tahap ini merupakan tahap
stabilisasi awai atau tahap konsolidasi (comolidation)
2 Menemukan jati diri menguasai kiat-kiat dan keterampilan-
keterampilan untuk menyehatkan serta mengisi hidup secara lebih
bermakna dan bermulu Latihan keterampilan vokasional (kerja) dan
E M Giri Praslowo Loc cil hal 32
62
peiigungkapan diri dari dimulai dibina sebiiigga disebul juga (afiap
pengukuan diri (jyerwtuil appraisal) Inilah lahap slabilisasi
niericiigah (inadya)
3 Dengan inisiatif pribadi orang secara sadar mulai berfikir dan
bertindak untuk mencapai prestasi-prestasi tertentu schingga disebut
juga tahap positive thinking and doing Tahap ini merupakan tahap
stabilisasi akhir
4 Tahap rekonsiliasi Tahapan berikut yang harus dilewati dan sangat
vital adalah tahap rekonsiliasi Tara korban tidak langsung
herinlcraksi secara bebas dcngan masyarakat akan tctiipi lerleblh
dahulu ditampung di sebuah lingkungan khusus selama beberapa
waktu sampai pasien benar-benar siap secara mental dan rohani
kembali kelingkungannya semula Yang paling ulama dalam fase ini
adalah pembinaan mental spiritual keimanan dan ketakwaan serta
kcsepiikatan sosial kemasyarakaian Proses ini bisa meliputi program
pembinaan jasmani dan rohani
Sampai ke tahap ini yang bersangkutan masih tcrikat dengan
rehabilitasi foimal namun sudah mulai membiasakan diri dengan
masyarakat Iuar sehingga merupakan proses resosialisasi (reentry) atau
penyesuaian (reconcilialion) Proses ini melewati tiga titik penting juga
yaitu
1 Tinggal lebih sering dan lebih lama di lingkungan keluarga sebagai
63
teiiipal tinggal tetap atau pun tempat tinggal transit unluk
resosialisasi sambil mclaiijiitkan kegiatan pilihan sebagai penunjang
masa selanjutnya Di sini terjadi perdamaian dan penycsuaian-
penyesuaian kembali dengan lingkungan
2 Rencana masa depan yang jelas dan siap direalisasikaii dengan
dukungan keluarga atau pihak-pihak lain Pada tahap ini korban
dapat memulai aktivitasnya lagi seperti sekolahkuliah mulai bekerja
atau merintis usaha sendiri
3 Kontak awal dengan kelompok-keiompok atau program-program
pemeliharaan lanjut aftercare) Di sini orang meiierima dirinya
seperti apa adanya merasa puas lalu mempercayakan dirinya ke
tangan orang lain
4 Pciiieliharaaii Lanjut Pada tahap ini walaupun secara fisik yang
bersangkutan sudah dinyatakan seliul dan secara psikis pun sudali
pulih namun masih ada kcmungkinan mereka akan tergclincir
kembali icbihlebih saat mereka sedang menghadapl masalah Pada
saat itu bisa Jadi mereka bemostagia dengan menikmati narkolika
dan psikotropika Saat ini juga niwaii Karena itu setiap korban yang
niemasuki tahap inidipersiapkaii sungguh-sungguh agar dapal
melewati dan mengatasi sUuasi rawan ini dengan melewati tiga titik
ini yakni
a Mengubah menghilangkan aUiu menjauhi hal-hal yang bersifat
bid hul 34
64
nostaigia kesenaiigan narkolika dan psikolropika
b Setiap mengikuti program-program dan aeara-acara aftercare
(pemeliharaan lanjut) dan
c Dapat juga mcUbatkan diri dalam gerakan atau kelompok bersih
narkoba dan peduli penanggulangannya
BAB IV
PENUTUP
A Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dipaparkan tersebut di atas peneliti
memberikan beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap
permasalahan di dalam penelitian ini sebagai berikut
Di antara berbagai faktor yang dapat mempengaruhi seseorang atau
individu menyalahgunakan narkotika atau psikotropika terdapat faktor
yang paling duininan yakni laktor yang bersumber dari keadaan keluarga
dan lingkungan bukan karcnn faktor individunya Karena faktor keluarga
yang buruk dan lingkungan yang juga buruk dan saling mendukung dapat
mempengaruhi individu menjadi pelaku lindak pidana penyalahgunaan
narkolika dan psikotropika tersebut dengan kata lain faktor keluarga dan
lingkungan yang buruk ini membuka kesempatan kcpada seseorang untuk
merasakan pergaulan dengan narkotika atau psikotropika sehingga dapal
menimbulkan ketergantungan terhadapnya
2 Perlindungan lerhadap korban narkotika- jika dihubungkan dengan
beberapa teori pemidanaan dalam perspektif Undang-Undatig Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika yang baru terdapai keseimbangan antara
perlindungan terhadap pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana
bahwa berdasarkan sanksi baik pidana maupun denda yang terdapat dalam
undang-undang ini sangatlah bcrat-bcnil dan tegas Ini berarti bahwa
65 bull
66
undang-undang narkotika yang baru tersebut lebih mementingkan korban
dari pada pelaku kejalialan narkotika Mengingat bahwa dcngan adanya
pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan ktgtrban semakin
banyak yang berjatuhan seliingga daripada korbannya anak bangsa yang
memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara Indonesia
maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-beratnya
terhadap si pelaku lindak pidana narkolika bahkan pidana mati atau
seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-
undang yang baru ini juga diatur mengenai rchabilitasi terhadap korban
baik korban yang diakibatkan oleh orang lain niaiipim karena self
victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku ilu
sendiri
Saran
Adapun yang menjadi saran peneliti di dalam penelitian ini yang
menjadi harapan untuk dipcrliatikan bersama adalah sebagai berikut
1 Diharapkan bagi setiap keluarga untuk menjaga keharmonisan melakukan
pengawasan dan mcnanainkan pcndidikan yang benar terutama dalam lial
menyeimbangkan antara emosi inteligensi dan spritual sejak dari din
terhadap anak sebagai benteng terhadap dirinya untuk dapat membentengi
dari pengaruh narkotika dan psikotropika yang semakin mengancam
keadaan lingkungan masyarakat
2 Diharapkan terhadap pemerintah untuk melakukan sosialisasi yang
teriiitegrasi dan menyeluruh terhadap semua lapisan masyarakat baik
67
masyarakat di pedesan (primitlf) maupun masyarakat kota betapa besamya
sanksi pidana dan denda yang digariskan di dalam undang-undang
narkotika dan psikotropika misalnya dcngan mcmpublikasikannya dalam
bentuk billboard di pcrsiinpangan jalan sehingga setiap orang yang lewat
dengan secara otomatis masyarakat akan inengelaliuinya dan
berkemuiigkiiian orang yang membacanya setidaknya tlmbul rasa takut
untuk terjun ke dalam penyalahgunaaan narkotika dan psikotropika
tersebut
D A F T A R PUSTAKA
A Bukii
Arrasjid Chainur Sualu Pemikiran Tentang Psikologi Kriminil Mcdan Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU 1999
Gerson Bawengan Penganlar Psichology Kriminil Jakarta Pradya Pramita 1973
Gosita Arif Masalah Korban Kejahatan Jakarta Akademika Pressindo 1993
Hakim M Ariel Narkoba Bahaya dan Penanggulangannya Bandung Jembar 2007
Hawari Dadang Konsep islam Memerangi AIDS dan NAZA Get X i Yogyakarta Dhana Baktl Priaya 1997
Kaligis OC dan Soedjono Dirdjosisworo Narkoba dan Peradilannya di Indonesia (Retbrmasi Hukum Pidana Melaiui Perundangan dan Peradilan) Bandung PT Alumni 2002
Kartono Kartini Psichology Abnormal Bandung Alumni 1972
Mansur Dikdik M Arif dan Elistaris Guitom Urgensi Perlindungan Korban Kejahalan Antara Norma dan Reaiita Bandung Agustus Fakultas Hukum Universitas Padjajaran 2006
Mardani Penyalahgunaan Narkoba Daiam Perspeklif Hukum islam dan hukum Pidana Nasional Jakarta IH RajuGrufindoPersado 2007
Marpaung Leden Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005
Moelyono Anton M Kumus Besar Bahasa Indonesia Get 11 Jakarta Balai Pustaka 1988
Muladi HAM Dalam Persepkiif Sistem Peradilan Pidana dalam Muladi (ed) Hak Asasi Manusia Hakekal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat Bandung Refika Aditama 2005
dan Barda Nawawi Arlef Bunga Rampai Hukum Pidana Bandung Alumni 1992
Partodiharjo Subagyo Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannyai Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2003
Ioyk Fanny Jonathans Sehiiah Kesehatan Narkoba Sayonara Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2006
Prastowo EM Giri Rehabilitasi Bagi Korban Narkoba Tangcrang Visimedia 2006
Prodjodikoro Wirjono Asas-asas Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005
Roeslan Saieh Stelsel Pidana Indonesia Jakarta Bina Aksara 1987
Soedjono D Segi Hukum Tentang Narkolika di Indonesia Bandung Karya Nusanlara 1977
Hukum Narkolika Indonesia Bandung PT Citra Adtya Baktl i 990
Soekanto Soerjono dan Sri Mumadjj Penelitian Hukum Normalif Suatu Tijnjauan Singkat Jakarta Rajagrafindo Persada 2001
Sudarsono Kenakalan Remaja cet Ii Jakarta Rineka Cipta 1992
Tom dkk Bahaya NAPZA Bagi Pelajar Bandung Yayasan Al-Ghifari Morgan 1999
Tim BNN Materi Advokad Pencegahan Narkoba Jakarta Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia 2005
Yustisia Himpunan Peraturan Pemndang-Undangan Anti Narkoba diterjenialikuii oleh Tim iustaka Yuslisia Yogyakarta iuslaka Yustisia 2006
Waluyo Bambang Penelitian Hukum dalam Prakiek Jakarta Sinar Grafika 1996
Wcda Made Darma Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korporasi dalam niingti Rampai Viktimisasi Bandung Eresco 1995
B Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Pasal 152
Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika22Tahun 1997 tentang Narkotika
Keppres Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkolika Nasional
CInternet
htlpwwwbnngoidportalbariiiiorlalkQnlenpltpniima^Prorilampop^visi niisiamp tnn=lamp diakses tcrakiiir tanggal 13 November 2014
httpthed03hlogspoteom2008l Ohukuiii-viktimolQgihtmk diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014
httpwwwikonbaliorg26062Q(19advokasipctisi-ikon-bali-segera-tcrapkan-semahtml Petisi Ikalan Korban Napza (IKON) dalam rangka menyambut Hari Anti Narkotika (HANI) dan Hari Anti Penyiksaan 2009 diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014
httpwwwsurnekscoidindexphp7pption=^om cpntentampview=articleampid=^1405 2010-kej ati-baru-terapkan-uu-no-3 52009ampcatid=44 ilir-barat-i-bukit-keciIampUemid=94 diakses lerakJiir tanggal 12 Desember 2014
httpidsbvoongcQmexact-sciencesl8Q8652-getielika-dan-keiahatan Faktor Genetik Penyebab Kejahalan diakses terakhir tanggal 10 jaiiuari 2014
httpwwwasiasecuritiescoidsys 12ximagesstories201QEqtiitv2Q Pdf diakses terakhir tanggal 10 Januari 2014
LAMPIRAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
F A K U L T A S HUKUM
K A R T U AKTIVITAS BIMBINGAN SKRIPSI
N A M A MAHASISWA DIANA SAPUTRA
N O M O R INDUK MAHASISWA 50 2011 059
P R O G R A M STUDI I L M U H U K U M
PROG K E K H U S U S A N H U K U M PIDANA
P E M B I M B I N G M S O L E H IDRUS SHMH
l U D U L SKRIPSI P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T U N D A N G U N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I
KONSULTASI
K F -
MATERI YANG
DIBIMBINGKAN
PARAF
PEMBIMBING K E T
luymdash
y^ ^ Tlt2 N ^
7 M e
fSUL
k ^
CATATAN MOHON DIBERI WAKTU MENYELESAIKAN SKRIlSl RUiAN SEJAK TANGGAL DIKELUARKAN DITETAIKAN
DIKELUARKAN DI PALEMBANG PADA TANGGAL KETUA BAGIAN
JUDUL P E N Y A L A H G U N A A N N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG UNDANG N O M O R 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I
P E R M A S A L A H A N 1 Apa yang menjadi faktor tcrjadinya penyalaJigunaan narkotika dan psikotropika
2 Bagaimana pengaturan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspektif victimologi
B A B l P H N D A I i U L U A N A Latar Belakang B Permasalahan C Ruang Lingkup dan Tujuan D Metode Penelitian E Sistematika Penulisan
B A B 11 T I N J A U A N PUSTAKA
A Pengertian penyalahgunaan B Pengertian victimologi C Ruang lingkup victimologi D Jents dan penggolongan narkotika dan psikotropika E Undang Undang yang mengatur tentang narkotika
dan psikotropika
BAB I I I PEMBAHASAN A Faktor yang menyebabkan terjadinya
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika
B Penyalahgunaan narkotika dan psikolropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspeklif victimologi
BAB IV PENUTUP A Kesimpulan
B Saran-saran
DAF1AR PUSTAKA
L A M P I R A N - L A M P I R A N
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM
Lampiran Perihal Kepada
Sistematika penulisan (Outline) Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi YUi NUR HUSNI LMILSON SHSpNMH
Pembimbing Akademik Fakultas Hukum UMP dl-Palembaniz
Assalamualaikum WrWb
Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama DIANA SAPU I RA
Program Kekhususan Flukum Pidana
fada semester Lianjil tatiun kuliati 2UI42UI5 sudah menyelesaikan betian studi yang meliputi MPKMKKMKBMPBMBB (139 sks)
Dengan ini mengajukan pcrmohonan untuk penelitian Hukum dan Penulis Skripsi dengan judul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG-UNDANG N O M O R 35 T A H U N 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I
Demikianlah atas perkenaan Ibu diucapkan terima kasih
Wassalamualaikum WrWb
NIM 50 2011 059 Ilmu Hukum Program Studi
Palembang September 2014 Pemohon ^^--^5
Rekomendasi PAYbs
Pembimbing Akademik
HUSNI EMHSON SH SpN MH
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM
REKOMENDASI DAN PEMBIMBING SKRIPSI
Nama Nim Program Study Program Kekhususan Judul skripsi
DIANA SAPUTRA 50 2011 059 Ilmu Hukum Hukum pidana PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI
I Rekomendasi Ketua Bagian a Rekomendasi
b Usulan Pembimbing
Hukum Pidana
raiemoang iepiemt)er zu 14 KetuaJBagu
LuuTiiiAKNurCsHrR^
I L Penatapan Pembimbing Skripsi Oleh Wakil Dekan I
1 2
Palembang September 2014 Wakil Dekan I
- i poundL Dr Hj SRI S U L A S T R I SH M H
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah i n i Nama Tempat Tanggal Lahir N I M Program Studi Program Kekhususan
DIANA SAPUTRA PetransJaya 15 Januari 1992 502011059 Ilmu Hukum Hukum Pidana
Menyatakan bahwa karya ilmiah skripsi saya yang berjudul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANGshyU N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F VICTIMOLOGI
Adalah bukan merupakan karya tulis orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali daiam bentuk kutipan yang telah kami sebutkan sumbemya
Demikianlah surat pemyataan ini kami buat dengan sebenar-benamya dan apabila pemyataan ini tidak benar kami bersedia mendapatkan sanksi akademis
Palembang September 2014
PERMOHONAN UNTUK MENGIKUTI SEMINAR PROPOSAL
Palembang Oktober2014 Perihal Mohon untuk diiaksanakan seminar
Proposal Penelitian Skripsi
Kepada Yth Ibu Luil Maknun SH MH Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang D i -
Palembang
Assalamualaikum Wr Wb Saya yang bertanda tangan dibawah Ini Nama DIANA SAPUTRA
NIM 50 2011 059
Program Kekhususan Hukum Pidana
Bahwa yang bersangkutan telah layak untuk mer^ikiuti Seminar Proposal rencana penelitian skripsi yang judul PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI
Mohon kiranya yang bersangkutan untuk dijadwalkan mengikuti Seminar Proposal usul Penelitian Skripsi
Demikianlah disampaikan untuk dipertimban^Lan Wassalamualaikum Wr Wb
Pembimbing Skripsi
M SOLEH IDRUS3HMS
H A L A M A N P E R S E T U J U A N U N T U K M E N G I K U T I S E M I N A R P R O P O S A L
Nama DIANA S A P U T R A
N I M 50 2011059
Program studi Ilmu Hukum
Program kekhususan Hukum Pidana
Judui Penelitian PENYALAHGUNAAN N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A
MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI P E R S P E K T I F VICTIMOUHH
Palembang Oktober2014 Disetujui Pembimbing
M S O L E H IDRUSSH MS
Ketua Bagian Hukum Pidana
LuU MaknunSH M H
![Page 17: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/17.jpg)
8
BAB IV K E S I M P U L A N DAN SARAN
Bab ini memuat beberapa kesimpulan dan saran yang dibuat
peneliti sebagai hasil dari pembahasan dun penguraian di dalam
penelitian ini dari keseluruhan permasalahan yang ada
DAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A Pengertinn Pcnyalaliguiiaan
Penyalahgunaan dimaksudkan dalam penclilian ini adalah
penyalahgunaan terhadap narkotika dan psikolropika Dimana bahwa
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika ini diambil dan dipersainakan
dcngan pengertian penyalahgunaan narkoba seperti yang disebutkan Lutfi
Braja yakni memberikan pembatasan mengenai penyalaiiguiiaaii yaitu
Pemakaian narkoba di iuar indikasi medik tanpa petunjuk atau
resep dokter dan peinakaiannya bersifat patologik
(menimbulkan kelainan) dan menimbiilkan humbutan dalam
aktifitas di rumah di sekoiah atau di kampus tempat kerja dan
lingkungan sosial Ketergantungan narkoba adalah kondisi yang
kebanyakan diakibatkan oleh penyalahgunaan zat yang disertai
dengan adanya toleransi zat (dosis semakin tinggi) dan gejala
putus zal
Permasalahan penyalahgunaan mengakibatkan dampak yang sering
terjadi di tengah-tcngah masyarakat dari penyalahgunaan narkolika dan
psikotropika antara lain merusak hubungmt kekeluargaaii menurunkan
kemampuan belajar dan produktifitas kerja secara drastis sulit membedakan
mana perbuatan baik dan perbuatan buruk perubahan pcrilaku menjadi
Mardani Op 01 lial 2
9
10
pcrilaku anti sosial (pcrilaku maladaptil) gangguan kesehalan (fisik dun
mental) mempertinggi jumlah kecelakaan lalu lintas tindak kekerasan dan
kriniinuliLis lainnya
Dari kata penyalahgunaan menandakan bahwa Narkotika dan
Psikotropika tidak selalu bermakna negatif Dcngan begitu narkotika dan
psokitropika yang digunakan dengan baik dan benar oleh dokter untuk
mengobati pasiennya lidak tennasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang
disaiahgunakan Di dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA
(Narkotika Psikotropika dan Zat Adit i f Lainnya)
B Pengertian Victiimlogt
Pada dasarnya perkembangan ilmu pengetahuan tentang korban
kejahalan (viktimologi) lidak dapat dipisahkan dari iahimya peiiiikiraii-
pemikiran brilian dari Hans von Hentig seorang ahli kriminologi pada talum
1941 serta Mendelsohn pada tahun 1947 Pemikiran dari kedua ahli ini
sangat mcmpengaruhi setiap fase perkembangan viktimologi Perkembangan
viktimologi hingga sampai pada keadaan seperti sekarang tentunya tidak
terjadi dengan sendirinya namun telah meiigalami berbagai perkembangan
yang dapai dibagi dalam 3 (tiga) fase sebagai berikut
a iada tahap peitama viktimologi hanya meinpclajari korban kejahatan saja
pada fase ini dikatakan sebagai pehdl or special vtciimolo^
b Pada lase kedua viktimologi tidak hanya mengkaji masalah korban
Oadang Huwari Konsep Islam Memerungt AIDS dan NAA Cel XI (Ycgvakarta Ohaiiii iiakli Idaya 1997) hal 153 Made Danaa Wi da Op cil hal 200
kejahalan tetapi juga meiipuli korban kecelakaan Pada fase ini disebut
sebagai general victimology
c Fase ketiga Vikt imologi sudah berkembang lebih luas lagi yaitu mengkaji
permasalahan korban karena penyalahgunaan kckuasaan dan hak-hak asasi
manusia Fase ini dikatakan sebagai new viciimology
Berdasarkan pengertian di atas nampak je las bahwa yang menjadi
obyek pengkajian dari viktimologi diantaranyu pihak-pihak mana saja yang
terlibat atau mcmpengaruhi terjadinya suatu viktimisasi kriminal
bagaiinanakah respon terhadap suatu viktimisasi kriminal faktor penyebab
terjadinya viktimisasi kriminal bagaimanakah upaya penanggulangannya
dan sebagainya
C R u a i i g L i n g k u p Victimologi
Vikt imologi mencliti topik-topik teiilang korban scperti peranan
korban pada terjadinya kejahatan hubungan antara pelaku dengan korban
rentannya posisi korban dan peranan korban dalam sistem peradilan pidana
Selain itu menurut Muladi viktimologi merupakan suatu studi yang bertujuan
untuk
1 Menganaiisa berbagai aspek yang berkaitan dcngan korban
2 Berusaha untuk memberikan penjelasan sebab musabab terjadinya
vikt imisasi dan
3 Mengembangkan sistem tindakan guna mengurangi penderitaan manusia
^Suryono Ekolaina ST Harum Pudjianlo RS dan G Wiraiama Abortus Iruvocalus Ba^ Korban Perkosnan Persxkif Viktimologi Kriminologi Jan Hukum Pidana Edisi PcrUtma Culakari lurlunii (Jakiiria Univcrsilas AlmaJaya 2001) liul 174 ^ibidMl I7()
12
Menurut JE Sahetapy ruang lingkup Viktimologi meliputi bagaimana
sescorang (dapat) menjadi korban yang ditentukan oleh suatu victimity yang
lidak selaiu berhubuiigan dengan masalah kejahatan termasuk pula korban
kecelakaan dan bencana alam selain dari korban kejahatan dan penyalah
gunaait kekuasan^ Namun dalam perkembangannya di tahun 1985
dipeiopori oleh Separovic yang mempelopori pemikiran agar Viktimologi
khusus niengkaji korban karena adanya kejahatan dan penyalahgunaan
kckuasaan dan tidak mengkaji korban karena musibah alau bencana alam
karena korban bencana alam di iuar kemauan manusia out of mms will)
D Jenis dan Penggolungan Narkotika dan Psikotropilta
Dari kata penyalahgunaan narkoba menandakan bahwa narkoba tidak
selalu beimakna negatif Dengan begilu narkolika dan psokitropika yang
digunakan dengan balk dan benar oleh dokter unluk mengobati pasiennya
tidak termasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang disaialigLmakan Di
dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA (Narkotika Psikolropika
dun Zat ditir Lainnya) Dalam penelitian ini hanya dibahas tentang
narkotika dan psikolropika maka sebelumnya dipaparkan terlebih dahulu
berbagai jenis narkotika dan psikotropika sebagai berikut
a) Narkolika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari lanaman atau
TbUi Miiiadi HAM Halam Persepkiif Sislem Peradilan Pidana datam Muladi (cd) Hak Asas) Manusia Hakclal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspeklif llukum dan Masyarakat (Bandung Refikii Aditama 2005) hal lOX VfiWDial 109 Subagyo Partediharjo Op cil hal 11
13
bukan tanainan baik sintesis maupun bukan sintesis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa
Zat ini dapal mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat
meninibulkan ketergantungan Menurut Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika Narkolika adalah at atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun
semisimetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri
dan dapat nienimbulkati ketergantungan yang dibedakan kc dalam
golongan-goiongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang in i
Narkotika memiliki daya adikasi (ketagihan) yang sangat berat
Narkolika juga memiliki daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual
(kebiasaan) yang sangat tinggi Ketiga sifat narkolika ini yang
menyebabkan pemakai narkotika tidak dapat lepas dari cengkeramannya
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
Jenis jenis narkotika dibagi ke daiam 3 (tiga) kelompok yaitu narkotika
golongan I golongan I I dan golongan I I I
Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbaiiaya
karemi daya adilifnya sangat tinggi Golongan ini tidak boleh digunakan
untuk kcpentingan apapun kecuali unluk penelitian atau ilmu
pengetahuan Contohnya adalah ganja heroin kokain inorfin opium dan
lain-lain Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya
Ibid Posal 1 Ayal (I) Unilung-Undang Nomor 3 Tahun 2009 lenlang Narkotika
14
aditifkual tclapi bcrmaiilaal untuk pcngohatan dan penclilian tlonluhnya
adalah petidin dan turunannya benetldin belamctadol dan lain-iain
Sedanikaii narkulika golungaii Ml adalah narkotika yang niciniliki daya
aditif riiigan tetapi bermanfaat untuk penghatan dan penelitian Contohnya
adalali kudcin dun turunannya^
Berdasarkan cara pcmbuatannya narkotika dibedakan ke dalam 3
(tiga) golongatt juga yaitu narkolika atami narkotika semlsimesis dan
narkotika sintesis Dijelaskan sebagai berikut
1) Naikotika alami
Narkotika alami adalah narkotika yang zat aditithya diambil dari
(umbuhlumbuhan (atam) Contohnya
u tjaiija
Ganja adalah tanaman perdu dengan daun menyerupai daun
singkong yang tepinya bergerigi dan berbulu lialus Jumlah Jari
daunnya selalu ganjil yakni 5 7 9 Tumbuhan ini banyak lumbuh di
iieberapa daerah di Indonesia seperti Aceh Suinalera Ulara
Sumatera Selaian Pulau Jawa dan lain-lain Daun ganja ini sering
iligunakiin sebagai bumbu penyedap masakan Bila digunakan
ebagai bumbu iiuisak daya adilifnya rendah Namun lidak
ilemikian apabila dibakar dan asapnya dihirup Cara
|)cnyalahgunaunnya adalah dikcringkan dan dicampu dengan
icmbakiiii rokok atau dijadikan rokok lalu dibakar serta dihisap
Subagvo PurtoJiharjo Op cil hal 11-12
15
b Ilaisis
Hasis adaiah lanaman serupa ganja yang lumbuh di Amcrika
Latin dan Eiopa Daun ganja hasis dan mariyuana Juga dapat
disuling dan diambil sarinya Oatam bentuk cair harganya sangat
mahai Gunanya adalah unluk disaiahgunakan oleh pemadut-pemadal
kelas tinggi
c Koka
Koka adalah lanaman perdu mirip pohon kupi Huahnya yang
inatang bcrwama inerah seperti biji kopi Dalam komunitas
masyarakat Indian Kuno biji koka sering digunakan untuk
inenambah kekiiatan orang yang bcrperang atau bcrburu binalang
Koka kemudian bisa diolah menj adi kokain
d Opium
Opium adaiah bunga dengan bentuk dan wama yang indah
Dari getah bunga opium dihasilkan candu (opiat) Di Mesir dan
daratan Cina opium dahulu digunakan unluk mengobati beberapa
penyakit member kekuatan atau menghilangkan rasa sakil pada
lentara yang terluka sewaktu berperang atau berburu Opium banyak
lumbuh di segiliga emas antara Burma Komboja dan Thailand
atau di daratan Cina dan segitlga emas Asia Tengah yaitu daerah
antara Alganistan Iran dan Pakistan
Dalam kalangan perdagangaii liilernasional ada kebiasaan
ftW hal 14
16
(keliru) tncnamai daerah tempat peuanamuii opium sebagai daerah
emas Diberi nama demikian karena perdagaiigan opium sangat
mengimtiingkan Karena bahayanya yang besar daerah seperti ilu
keliru jika diberi nama predikat emas Daerah sumber produksl
opium sepantasnya disebut segitlga setan atau segitlga iblis
2) Narkotika semisintcsis
Narkotika semisintesis adalah narkotika alami yang diolah dan
diambil zat aktifnya (intisarinya) agar memiliki khasiat yang lebih kuat
schmgga dapat dimanfaatkan untuk kepcnlingan kedokteran
Contohnya
a Morfm dipakai dalam dunia kedokteran unluk menghilangkan rasa
sakit alau pembiusan pada operasi (pcmbcdahan)
b Kodein dipakai unluk obat penghilang baluk
c Heroin tidak dipakai dalam pengobatan karena daya adilifnya
sangat besar dan matifuatnya secara medis belum
ditemukan Dalam pcrdugangan gelup heroin diberi nama
pulaw atau pete atau pt Henlnknya seperti tepun terigu
yang halus pulih dan agak kotor
d Kokain liiisll olahati dari biji koka
3) Naikotika sintesis
Narkotika sintesis adalah narkotika palsu yang dibuat dari bahan
kimia Narkotika ini digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi
oraiig yang menderita kclcrgantungun Contohnya
17
a Ietidin unluk obat bius lokal operasi kccil sunal dan
sebagainya
b Melhadon unluk pengobatan pecandu narkoba dan
c Naltrexon untuk pengobatan pecandu narkoba
Selain unluk pembiusan narkolika sintesis biasanya diberikan
oleh dokter kcpada penyalahgiina narkoba untuk menghcntikan
kebiasaannya yang tidak kuat melawan sugesti (relaps) atau sakaw
Narkotika sintesis berfungsi sebagai pengganti senientara Bila sudah
bciiar-bcnar bcbas asupan narkoba sintesis in dikurangi sedikil demi
sedikit sampai akhimya berhenti total
b) Fsikotropika
Pengertian psikolropika menurut Pasal I Ayal ( I ) Undang-Undang
Nomor 5 Taliun 1997 tentang Psikotropika adalah Zat atau obat baik
alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif
melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusal yang menyebabkan
perubahan khas pada uktivitus mental dan perilaku
Pengertian Psikolropika di daUim Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika tidak ditemukan Hal tersebut sehubungan
dengan ketentuan di dalam Pasal 153 huruf b yaitu Lamplran mengenai
jenis Psikotropika Golongan 1 dan Golongan II scbagaimana tercantum
dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika (lcmbaran Ncgara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor
10 Tambahan Lcmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671) yang
18
telah (iipindahkan menj adi Narkotika Golongan I menurut UndangUndang
ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku Oleh karenanya dalam Undangshy
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tidak ada lagi di dalam pasal-pasal nya
yang mengatur mengenai Psikotropika karena sudah dlmasukkan ke dalam
golongan Narkotika
Sesuai dengan pembahasan dalam penelitian ini masih
berhuijutigar dengan Psikotropika maka Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1997 tentang Psikotropika masih perlu untuk dibahas dalam penelitian ini
Menui iil undangumlang tersebut Psikolropika adalah zal atau obal bukan
narkolika baik alamiah maupun sintesis yang memiliki khasiat psikoaktif
melaiui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas nonnal dan perilaku Psikotropika ini
merupakan obat yang digunakan oleh dokter untuk mngobali gangguan
jiwa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tenumg
Psikolropika psikotropika dikelompokkan ke dalam 4 (empat) golongan
Golongan I yaitu psikotropika dengan daya aditif yang sangat kuat
belum diketahui manfkilnya untuk pengobatan dan sedang diteliti
khasiiitnya saat ini Contohnya adalah MDMA ekstasi USD dan STP
Golongan U yakni psikolropika dengan daya aditif kuat serta berguna
untuk pengobatan dan penelitian Contohnya adalah amfelamin
metanifetamin metakualon dan sebagainya Golongan IH yakni
psikolropika dcngan daya adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan
dan penelitian Contohnya adalah lumibal buprenorsina flcenilrazepam
19
dan sebagainya Golongan IV yakni psikotropika yang memiliki daya
aditif ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian Contohnya
adalah netrazepam (BK Mogadon Duiiiolid) diazepam dan lain-lain^
Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika yang dimaksud dengan paslkotoplka adalah zat atau obat
baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif
melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang mcnyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku Psikotropika
dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut
1 Psikotropika golongan I yaitu psikolropika yang hanya dapat digunakan
unluk kcpentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi
sena mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan Contohnya ekstasi shabu LSD
2 Psikotropika golongan II yakni psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi danatau tujuan ilmu
pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan Contohnya amfetamin metilfenidat atau ritalin
3 Psikotropika golongan III yaitu psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi danatau unluk tujuan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan
sintlroma ketergantungan Contohnya pentobarbital Flunitrazepam dun
4 Psikotropika golongan IV yaitu psikotropika yang berkhasiat
Ibid ILil 15
20
pengobatan dan sangal luas digunakan dalam terapi danatau unluk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindrom ketergantungan Contohnya diazepam
bromazepam Fenobarbital klonazcpam klordiazepoxide nitrazepam
seperti pil BK pil Kopio Rohip Dum MG
Sedangkan kelompok dan jenLs psikotropika yang sering
disaiahgunakan antara lain
1 Psikostimulansia scperti amfetamin ekstasi dan shabu
2 Scdalif amp Hipnolika (obat penenang obat tidur) seperti MG BK
DUM Pil kopio dan lain-lain dan
3 Halusinogenika seperti lysergic acid dycthylamidc (USD) mushroom
Berdasarkan Ilmu farmukologi psikotropika dikelompokkan ke daiam 3
(tiga) golongan yakni dcpresan stinuilan dan halusinogen sebagai
berikut
1 Kelompok dcpresanpcnekan syaraf pusatpenenangobat tidur
Contohnya adalah valium BK rohipnol mogadon dan lain-lain
Jika diminurn obat ini dapat memberikan rasa tenang menganluk
rasa tcnteruni dan damai Obat ini Juga menghilangkan rasa takut
dan gelisah
2 Kelompok stimuiaiiperangsang syaraf pusaianti tidur Conlohnya
adalah amfetamin ekstasi dan shabu Ekstasi berbentuk tablet
berancka bentuk dun wama Amfetamin berbentuk tablet bcrwama
-Aid hal 16-17
21
pulih Bila diiriinuni obal ini mcndalangkan rasa gembira hilangnya
rasa pemiusuhiui hilangnya rasa marali ingin selalu aktif badan
terasa fit dan lidak merasa lapar Daya kerja otak menjadi scrba
cepat namun kurang lerkendali Shabu berbentuk tepung kristal
kasar berwarna pulili hersih seperti garani
3 Kelompok halusinogen Halusinogen adalah obat at tanaman
makanan yang dapat meninibulkan kiiayaian contohnya yailu LSD
Lysergic Acid Dicihyltamide) getah lanaman kaklus kecubung
jamur tertentu (misceiine) dan ganja Bila diminurn spikotropika
jenis in dapat menimbulkan kliayalan tentang peristiwa-peristiwa
yang mengerikan khayalan tentang kenikmatan scks dan
sebagainya Kenikmatan didapat oleh pemakai setelah pemakai sadar
bahwa perisfiwa mengerikan ilu bukan kenyataan atau karena
kenikmatankenikmatan yang dialami walaupun hanya khayalan
BAB III
PEMBAHASAN
A Faktor yang Mcnyebabkan Terjadinya Penyalahgunaan Narkotika dan
Psikotropilta
1 Faktor yang Bersunibcr Dari Individu
Menurut Luthfi Buraja terdapat 3 (liga) pcndekatan untuk
tcrjadinya penyalahgunaan dan ketergantungan terhadap narkotika dan
psikotropika yaitu peridekalan orgunobilogik psikodinamik dan
psikososial Ketiga pendekatan tersebut tidaklah berdiri sendiri melainkan
saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya Dari siidut pandang
organobiologik (sususan syaraf pusatotak) mekanismc terjadinya adiksi
(ketagihan) hingga deperidcnsi (ketergantungan) dikenal dengan dua istilah
yaitu gangguan mental oragnik atau sindrom otak organik seperti gaduh
gelisah dan kekacauan dalam fungsi kognilif (alam pikiran) efektif (alam
perasaanemosi) dan psikomotor (perilaku) yang disebabkan efek
langsung terhadap susunan syaraf pusat (otiik)^^
Sescorang akan mcnjadi ketergantungan terhadap narkotika dan
psikotropika apabila seseorang dengan tems-menenis diberikan zat
tersebut Hal ini berkaitan dengan teroi adaptasi sekuler mum
adaptaiUm) tubuh beradaptasi dengan menambah jumlah teseptor dan seishy
se syaraf bekcrja kcras Jika zat dihenlikan sel yang masih bekerja kcras
Luthll Uaraja Makalali Gangguan Mciilul dan icrilaku Akibut Nurkuba Disampalkim pada Seminar tentang Narkoba di SMK Iptck lakarla hal 2
22
23
tadi mengaiami kelmLisaii yang dari kiar tampak sebagai gejala-gejala
putus obal Gejala putus obat tersebut mcmaksa individu untuk
mengulangi pemakaian zal tersebul
Faktor predisposisi individu dengan gangguan kepribadian (anti
sosial) ditandai dengan pcrasaan lidak puas terhadap orang lain Selain itu
yang bersangkutan tidak inampu untuk berfungsi secara wajar dan efektif
dalam pergaulan di rumah di sekoiah atau di tempat kerja gangguan lain
sebagai penyerta berupa rasa cemas dan depresi Untuk mengatasi
ketidakniainpuan dan mcnghiiangkan kccemasan atau depresinya maka
individu tersebut cenderung untuk menggunakan narkoba Semestinya
individu itu dapat mengobati dirinya dengan datang ke dokterpsikiater
untuk mendapatkan terapi yang tepat sehingga dapat dicegah
keterlibatannya dalam penggunaan narkotika dan psikotropika
Secara umum mereka yang menyalahgunakan narkotika dan
psikotropika dapat di bagi ke dalam 3 (tiga) golongan besar yaitu
1 Ketergantungan primer ditandai dengan adanya kecemasan dan
depresi yang pada umumnya terdapat pada orahg detigah kepfibadlah
yang tidak stabil
2 Ketergantungan simtomatis yaitu penyalahgunaan narkotika dan
psikotropika sebagai salah satu gejala dari tipe kepribadian yang
mendasarinya pada umumnya terjadi pada orang yang kepribadian
psikopatik (anti sosial) kriminal dan pemakaian narkotika dan
Ai4hal K
24
psikotropika untuk kesenangaii sematu
3 Ketergantungan reaktif yaitu terdapat pada remaja karena dorongan
ingin tahii pengaruh tekanan dan lingkungan tenian atau kelompok
sebaya peer group pressure)
Ada beberapa faktor internal dan ekslernal yang mcnjadi penyebab
individu menyalahgunakan dan menjadi ketergantungan terhadap
narkotika dan psikotropika Menurut Sudarsono bahwa penyalahgunaan
narkolika dan psikotropika di latar belakangi oleh beberapa sebab yaitu
1 Untuk membuktikan kebcranian dalam melakukan tindakan-tindakan
yang berbaiiaya seperti ngebut dan bergaul dengan wanita
2 Meniinjukkan tindakan yang menenlung orang tua guru dan norma
sosial
3 Mempermudah penyaluran dan mempermudah perbuatan seks
4 Melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh peiigalamaii-
pengalainan einosional
5 Meneari dan menemukan aril hidup
6 Mengisi kekosnngan dan kesepian hidup
7 Menghilangkan kegelisahan frustasi dan kepepel hidup
8 Mengikuti kemauan kawan-kawan dahim rangka pembinaan solidaritas
dan
9 Iseng-iseng saja dan rasa ingin tahu
Menurut hasil penelitian Dadang Hawari bahwa di anlara faklor-
Sudujsono Kenakalan Remaja cel ii (Jakarta Rineka Cipta 1992) 1ml 67
25
faktor yang berpcran dalam penggunaan narkotika dan psikolropika
adalah
1 Faktor kepribadian anti sosial dan psikopatik
2 Kondisi kejiwaan yang mudah merasa keeewa atau depresi
3 Kondisi keluarga yang meliputi keutuhan keluarga kesibukan orang
tua hubungan orang tua dengan anak
4 Kelompok teiiian sebaya dan
5 Narkotika dan psikotropika itu sendiri mudah diperoleh dan tersedianya
pasaran yang resmi maupun lidak resmi
Menurut Siibagyo Partodiharjo secara individu terdapat beberapa
faktor yang mcmpengaruhi sescorang dapat menyalahgunakan narkotika
dan psikotropika Alasan ini merupakan alasan yang bersumber dari diri
sendin atau pemakai narkotika dan pasikotropika tersebut yakni sebagai
berikut
a Ingin tahii
Perasaun ingin tahu biasanya diniiliki oieh generasi muda pada
umur setara siswa SD SLTP dan SLTA Bila di hadapan sckelompok
anak muda ada seseorang yang inemperagakan uikmatnya
mengkonsumsi narkotika dan psikolropika maka didorong oleh naluri
alami anak muda yaitu keingintahuan maka salah seoariig dari
kelompok itu akan maju mencobanya Selain didorong oleh
keingintahuan keberaniannya juga karena didesak oleh gejolak dalam
Mardiini foc cil hai 102 ^ Subagyo RatoiJlliarjo ioc cil liiil 72-74
26
jiwanya yang ingin dianggap hebal pemberani dan pahlawan di antara
temanteinan sehayanya Maka jatuhlah satu orang anak dalam pelaku
setan
Dalam kondisi seperti itu reaksi kawan-kawan sebayanya
berbeda-bcda
1 Ada yang ingin menyaingi menunjukkan bahwa dirinya lebih hebat
lagi lalu memakai
2 Ada yang ingin tahu kemudian ikut memakai dan
3 Ada yang sella kawan lain ikut memakai juga
Sikap seperti inilah yang menyebabkan bandar atau pengedar
senang Mereka meiigincar generasi muda mahasiswa atau pclajar
karena 2 (dua) pertimbaiigan
1) Kalau salah satu anak muda kena maka anak muda yang lainnya
ikut kena sehingga konsumen cepat bertambah dan
2) Kalau anak muda kena maka anak muda tcrsebut akan mcnjadi
pemakai selia dalam waktii yang lama Berbeda dengan orang tua
yang cepat maii keuntungan komersial yang diperoleh dari
kelompok anak muda ini akan banyak
b Ingin dianggap hebal
Pcrasaan ingin dianggap hebat biasanya dimiiiki oleh generasi
muda Sepcrti ditcrangkan di atas salah satu sifat alami yang positif
dari generasi muda adalah daya saing Sayang sekali karena
kelidaktahuan sifat positif ini juga dapat dipakai untuk masalah negatif
27
Silat positif ini scharusiiya didorong unluk berlomba daluin preslasi
pada bidang pcndidikan kesenian olah raga dan lain-lain yang
bermanfaat bagi kehidupan
Bila sikap ingin berkonipctisi ini diarahkan untuk
mengkonsumsi narkolika dan psikolropika akibatiiya sungguli
mengerikan yailu kcgagalan hidup dan kesengsaraan Pemakai hanya
dapat dianggap hebat oleh lingkungan kecil pcniakai narkotika dan
psikotropika Di masyarakat luas pemakai hanya menuai cerca dan
nista
c Rasa setia kawan
Perasaan setia kawan sangat kuat dimiiiki oleh generasi muda
Jika lidak mendapatkan penyaluran yang posilif sifai positif tersebut
dapat berbahaya dan mcnjadi negatif Bila (cmannya memakai
narkotika dan psikotropika maka individu tersebul ikut juga memakai
Bila temannya dimarahi orang tuanya atau dimusuhi masyarakat maka
pemakai membela dan ikut bersimpatik
Sikap seperti itulah yang menyebabkan anak ikut-ikutan
Awalnya hiuiya satu orang yang merokok kemudian semuanya menjadi
perokok Setelah semuanya merokok sntu orang mulai memakai ganja
lalu yang lainnya ikut sehingga menjadi sekawanaii pemakai ganja
Selelah semua memakai ganja satu orang memakai ekstasi kemudian
semuanya ikut demikian selerusnya meningkat menjadi shabu dan pada
akhirnya menjadi pemakai putaw
28
d Rasa kccewa truslasi kcsai
Pcrasaan kesal kcccwa atau (rustasi biasanya terjadi karena
kegagalan pada generasi muda eksckutif mudu suami atau istri
Pcnggiiiiaan narkotika dan psikolropika pada kelompok ini bertujuan
untuk sesaat melupakan kekccewaan kckesaian dan fi-uslasi Kondisi
masyarakat yang carut martit tclah banyak melahirkan kekccewaan
kekesalan bahkan Iruslasi Narkolika dan psikotropika dapat
melupakannya sesaat tetapi tidak untuk mengatasi masalah yang
sesungguhiiya
Hubungan buruk yang disebabkan oleh kcgagalan
berkomuiiikasi antara orang tua dengan anaknya dapat menyebabkan
rasa kesal Hal ini mcnjadi faktor pemicu pemakaian narkotika dan
psikotropika oleh anak Intcraksi anlara orang tua dcngan anak tidak
cukup hanya berdasarkan niat baik Cora berkoniunikasi juga harus
baik Masing-masing pihak harus memiliki kcsabaran untuk
menjclaskan isi hatinya dengan cara yang tepat Banyak sekali konfllk
di dalam rumah tangga yang terjadi hanya karena salah paham atau
kekeliman berkoniunikasi Kekeliruan kecil itu dapal bcrakibat fatal
yaitu masuknya narkotika dan psikotropika ke dalam keluarga
Kekccewaan kekesalan dan frustasi dapal terjadi karena
kekeliruan dalam berkomunikasi terhadap beberapa faktor berikut i n i
I ) Komunikasi anak dengan orang tua
IbUI hiiJ 74
29
2) Komunikasi antar anak
3) Komunikasi di lingkungan eksekulifinuda dan
4) Komunikasi antara suami istri
e Ingin bebus dari rasa sakil atau pusing
Penderila pcnyakit beral yang kronis dan tidak kunjuiig sembuh
misalnya Ranker hati luka bakar uka tusuk wasir Ranker paruparii
migreii eneok pengapuran dan lain-lain sclalu merasakan sakit yang
iuar biasa karena penyakitnya Rasa sakit tersebut sering kali tidak
dapat dihilangkan dengan obat pengtiiiang rasa sakit biasa (anaigetik)
sehingga peiiderilanya mencoba narkotika atau psikotropika
Narkotika maupun psikolropika dapat menghilangkan rasa sakit
tersebut tetapi tidak menyembuhkan penyakitnya Ceiakaiiya pemakai
yang bersangkutan malah mendapat maslah baru yaitu ketergantungan
dengan segala komplikasinya yang justru menjadi lebih berbahaya
f Ingin menikmati rasa gembira tampii lincah energik dan mengusir
rasa sedih dan malas
Para eksekudf dan sciebritis biasanya memiliki gaya hidup yang
trendi Mereka merasa dituntut untuk selalu lampil lebih prima Dengan
mengkonsumsi naikotika atau psikolropika mereka dapat tampii prima
dan percaya diri karena kehilangan rasa malu walaupun sesungguhnya
tidak demikian
Perasaan hebat tersebut di atas seharusnya dicapai melaiui tekun
berolah raga hidup teratur meningkatkan kualitas fisik mental
30
inlclckUial dan mocaiiiyii Riikan ineiigamhit jalan piiitas dcngan tampii
seotah-olah prima niclalui manipulasi atau lipuan melaiui
mengkonsumsi narkotika atau psikolropika tersebut Pcnampilmi prima
yang semu atau atau tipuan itu lambat laun akan terungkap juga
sehingga [ania-keiamaan akan kelahuari juga jati dirinya yang
sesungguhnya itu
g ingin tampii iangsing
Narkolika dan psikotropika terscbut juga banyak digunakan oleh
artis dan ibu-ibu rumah tangga yang berbadan gemuk untuk
melangsingkan lubtihnya Narkotika alau psikotropika dengan jenis
tertentu ada juga yang dapat menghilangkan nafsu makan sekaligus
menambali aktivitas fisik sehingga dapat menurunkan beral badun
h Takut mengalami rasa sakit (sakaw)
Pengguna jenis narkotika atau psikolropika tersebut yang sudah
menjadi pemakai tetap (pemadat) akan mengalami rasa sakit (sakaw)
bila tidak memakainya Karena takut merasakan penderitaan maka
pemakai tersebut terus memakainya sehingga menjadi pemakai yang
sella junkies) Banyak pemakai narkotika dan psikotropika ini yang
setia adalah orang-orang yang merasa terpaksa memakai sebab kalau
lidak memakainya mereka akan mengalami sakaw
Kebanyakan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika
dimulai atau terdapat pada masa remaja sebab masa remaja yang
sedang mengalami perubahan biologik psikologik maupun sosial yang
31
pesat merupakan individu yang rentan untuk nienyaiahguriakan
narkotika maupun psikotropika terscbut Anak atau remaja dcngan ciri-
ciri tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi
penyalahgunanya Ciri-ciri tersebut anlara lain^
a Cenderung memberontak dan menolak otoritas
b Cenderung memiliki gangguan j iwa lain (komorbiditas) seperti
depresi cemas psikotik keperibadian dissosial
c Perilaku menyimpang dari aluran atau norma yang berlaku
d Rasa kurang percaya diri low selw-confulence) rendah diri dan
memiliki citra diri negatif (ow setf-esleem)
e Sifal mudah keeewa cenderung agresif dan destruktlf
f Mudah murung pemalu pendiam
g Mudah merasa bosan dan jenuh
h Keingintahuan yang besar untuk meneoba atau penasaran
i Keinginan untuk bersenang-senang [just for fun)
j Keinginan untuk mengikuti mode karena dianggap sebagai lambang
keperkasaan dan kehidupan modem
k Keinginan untuk diterima dalam pergaulan
1 Identitas diri yang kabur sehingga merasa diri kurang jantan
mTidak siap mental untuk menghadapl tekanan pergaulan sehingga
sulit mcngambil keputusan untuk menolak tawaran NAPZA dengan
tegas
Tom Kus dan Tedi Btihava NAPZA Bagi Pelajar (Bandung Yayasan Al-Ghilari Morgan im) hal 14
32
n Kemampuan komunikasi rendati
o Melarikan diri dari scsuatu (kebosaiian kcgagalan kekccewaan
kclidakmampuan kesepian dan kegcliran hidup dan lain-lain)
p Putus sekoiah dan
q Kurang menghayati iman atau kcpcrcayaaiinya
Menurut Tim Badan Narkotika Nasional hahwa terdapat
beberapa iaklor yang menyebabkan sescorang alau individu
menyalahgunakan narkolika dan psikotropika anlara lain
1) Keingintahuan yang besar untuk mcncoba tanpa sadar alau berlikir
panjang tentang akibatnya dikemudian hari
2) Keinginan unluk mencoba-coba karena penasaran
3) Keinginan untuk bersenang-senang
4) Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya hidup
5) Keinginan untuk dapat diterima daiam suatu kelompok
6) Lari dari masalah kebosanan atau kegetiran hidup
7) Pengertian yang salah bahwa mcncoba sckali-kali lidak akan
menimbulkan masalah
8) l idak mainpu alau tidak berani menghadapl tekanan dari lingkungan
alau kelompok pergaulan unluk menggunakan narkolika dan
psikotropika dan
9) Tidak Japal atau mampu mengatakan tidak pada narkotika dan
psikotropika
Tim INN Loc di
33
Berdasarkan peinaparaii Icrscbut di atas dengan demikian
bahwa individu didorong oleli beberapa faktor untuk menyalahgunakan
pemakaian narkotika dan psikotropika tersebut sehingga menjadi
individu yang mengalami ketergantungan berikut ini disebutkan
beberapa faktor adalah
1) Ingin tahu dan Ingin mencoba rasa memakai narkotika atau
psikotropika bagi kalangan anak muda)
2) Ingin dianggap lebih hebat dari orang Iain pada orang muda)
3) login membuktikan kesetiakawanan (pada orang muda)
4) Dianggap paling tepat untuk mengatasi perasaan keeewa j en gkel
dan frustasi (pada suami istri yang mengalami konllik rumah
tangga)
5) Dianggap cara yang paling mudah untuk menghalau rasa sakit pada
tubuh (pada penderita penyakit yang kronis)
6) Dianggap cara yang paling ampuh untuk mendapatkan perasaan
tenang damai atau gembira (pada suami istri yang mcnghadapi
konflik rumah tangga)
7) Dianggap cara yang paling mudah untuk melangsingkan lubuh (pada
ibuibii rumali tangga atau wanita yang bertubuh gemuk)
2 Faktor yang Bersumlicr dari Lingkungan
Faktor lingkungan tidak mampu mencegah atau mengurangi
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika bahkan membuka kesempatan
pemakaian narkotika dan psikotropika Yang dimaksud dcngan faktor
34
kesempatan di sini adalah tersedianya siluasi-situasi yang nieiiiungkinkan
untuk memakai narkolika atau psikolropika di waktu-vvaklu luarig di tempat
rekreasi atau hiburan diskotik pesia dan lain-lain Atau mungkin lingkungan
masyarakat yang tidak mampu mengendalikan bahkan membiarkan penjualan
alau pcrcdaran geiap narkotika dan psikotropika misalnya karena lemahnya
penegakan hukum penjualan narkolika dan psikotropika secara bcbas bisnis
narkotika dan psiktilropika yang terorganisir mudahnya memperoleh
narkotika dan psikotropika dan lain-lain
raklor yang bersumber dari lingkungan yang mcnyebabkan individu
dapat menyalahgunakan pemakaian narkotika dan psikotropika merupakan
laktor kontribusi masukaii dari Iuar individu) dimana sesttorang dengan
kondisi keluarga tidak baik akan merasa tertekan dan rasa lertekan inilah
sebagai faktor penyerta bagi dirinya untuk terlibat dalam penyalahgunaan
narkotika dan psikotropika tersebut Disfungsi keluarga yang dimaksud antara
lain adalah keluarga yang tidak utuh kedua orang tua yang tcrlalu sibuk dan
lingkungan interpersonal dengan orang tua yang tidak baik Di samping itu
faktor pencetus seperti pengaruh teman sebaya tersediu dan mudah
didapatkan mempunyai andil sebagai faktor pencetus sescorang atau individu
terlibat ke dalam penyalahgunaan yang mengakibatkan ketergantungan
terhadap narkotika dan psikotropika Dari sudut pandang psikososial
penyalahgunaan narkotika dun psikolropiku dapat terjadi sebagai akibat
negatif dari intcraksi tiga kiitub sosial yang tidak kondtisif yaitu kutub
Lulhli ilurnju Op cil
35
keluarga kutub sekolahkupus dan kulub masyarakat
Faktor lingkungan meliputi faktor kciuarga dan lingkungan pergaulan
balk dlsekltar rumah sekoiah teman sebaya maupun masyarakat Banyak
pengguna Narkotika dan Psikolropika yang berasal dari keluarga yang lidak
harmonis Keluarga seharusnya mcnjadi wadah untuk menikmati kebahagiaan
dan curalian kasih sayang wahana silih asih silih asah dan silih asuh
Namun pada kenyataannya keluarga sering sekali justru menjadi pemicu
sang anak mcnjadi pemakai hal tersebut disebabkan karena kciuarga tersebut
kacau balau Hubungan antara anggota keluarga dingin bahkan tegang atau
bermusuhan
Komunikasi antara ayah ibu dan ariak-anak sering sekali
menciptakan suasana konflik yang tidak berkesudahan dimana bahwa
penyebab konllik tersebut sangal beragam Solusi semua konflik adalah
komunikasi yang baik periuh pcngerlian saling menghargai dan menyayangi
serta ingin selalu membahagiakaii
Konflik di dalam keluarga dapat mendorong anggota keluarga merasa
frustasi sehingga lerjebak memilih narkotika dan psikolropika sebagai
solusinya Biasanya yang paling rentan terhadap stres adalah anak kemudian
suami dan istri sebagai benleng terakhir Beberapa faktor yang bersumber
dari lingkungan keluarga yang dapat mempengaruhi seseorang atau individu
tertentu icrjun kc dalam lingkungan penyalahgunaan narkotika dan
36
psikotropika tcrsebut antara lain adatuh
a Koniimikasi niang tua-aiiak kiii-ang baikcfektif
b Hubungan dalam keluarga kunmgharmonisdisfimgsi dalam keluarga
c Orang tua bercerai bcrscitngkub atau kawin lagi
d Orang lua tcrlalu sibuk aUiu tidak acuh
e Orang tua oloriter alau scrba melarang
f Orang tua yang serha nieinbolehkan (pcrmisil)
g Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teiadan
h Orang tua kurang peduli dun tidak tahu dengan masalah narkolika
i Tata terlib alau disiplin keluarga yang selalu bcrubah (kiiiaiig konsisten)
j Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam kciuarga
dan
k Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahguna narkotika
dan psikotropika
Sitimsi buruk dalam keluarga yang soring menyudiitkan anak ke arah
narkotika dan psikotropika adalah
1) Anak merasa kurang mendapatkan kasih sayang dalam keluarga merasa
kesal keeewa dan kesepian
2) Anak merasa kurang dihargai kurang mendapatkan kepcrcayaan dun
selalu dianggap salah
3) Anak mengalami konflik dengan orang tua dalam masalah pacaran
memilih pasangan hidup atau meneniukan pilihan profesi cila-elta dan
Mardani Loc cil lial 99 AW hal 100
37
sebagainya
4) Anak kesal dan keeewa karena ayah dan ibuiiya kurang lianiionis dan
sering bertcngkar (broken home)
5) Suami thtsirasi karena tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapinya
dengan islrinya
6) Istri fnistrasi akibat konllik dengan suami tentang masalali ekonomi atau
adanya wanita lain di samping suami
Banyak pengguna narkotika dan psikolropika yang pada awalnya
dimulai karena pengaruh dari orang lain Bentuk pengaruh dari orang lain itu
dapat bervariasi mulai dari bujuk rayu lipii daya sampai kepada paksaan
a) Tipu Daya
Banyak anak yang ditipu oleh kenalon teman sahabat atau pacar
Seperti mengajak meraka untuk memakai narkotika dan psikolropika
dengan bemacam-macain tipuan Dengan alasan yang digunakan bahwa
narkotika dan psikotropika adalah vitamin obat pil pintar pil sehat atau
food supplement Tipuan itu dapat juga berupa bujukan bahwa narkotika
dan psikotropika tidak tcrlalu berbahaya kalau tahu raliasianya Banyak
orang di dalam masyarakat yang dikira orang baik-baik namun lemyata
pengedar narkotika dan psikotropika Walaupun orang itu adalah kawan
sahabat saudara atau pacar sebagai pengedar penipu tersebul akan tcga
menipu maupun menjebak kita Pengedar narkotika dan psikotropika
sangat pandui mcmasarkan narkotika dan psikotropika tersebut Dengan
menawarkan narkotika dan psikotropika sebagai mmn food supplement
38
pil scliat pil pintar dan sebagainya Dengan lipuan ini korban dari
kalangan kciuarga hannonis akan terjcrumus ke dalamnya Saat ini banyak
pemakai narkolika dan psikotropika dari keluarga harmonis bukan hanya
bull dari keluarga berantakan Banyak pekerja mahasiswa atau pelajar yang
tampii ioyo tertipu ketika kepadanya ditawarkan pil sehat vitamin atau pil
pintar Banyak pemuka agama juru dakwah atau pengkhotbah yang
tertipu karena pil sehal yang dlbelinya adalah narkotika dan
psikotropika Reaksi pemakaian narkotika dan psikotropika mula-mula
terasa menyehatkan dan membuat si korban tipuan terscbut sukses dalam
berdakwah atau berkhotbah Ibu rumah tangga juga dapat tertipu karena
ditawari pil pelangsing oleh saudara atau teman dalam arlsan dan lain-
lain Mulanya karena tipu daya akhimya setelah lerjebak menjadi
biasa
b) Bujuk rayu
Waftiia camlk pengedaf ftaTkotlka dan psikotFoplka biasanya menjebak
mangsa melaiui bujuk rayu Untuk memasarkun narkotika dan
psikotropika pengedar tersebut memilih profesi sebagai wanita penghibur
atau Wanita Tuna Susiala (WTS) Banyak eksekutif muda pekerja atau
bos-bos yang mulai memakai narkotika dan psikotropika karena rayuan
pekerja seks komersial hostess dan sebagainya Dalam mcmasarkan
narkotika dan psikotropika wanita tersebut merayu akan mau melayani
kencati kalau bersama-sama mengkonsumsi narkotika dan psikotropika
Subagyo Purlodlhario Loc cil hal 78
39
lebih dulu Muta-mula kurban memakai narkotika dan psikotropika karena
tergoda namun akhimya menjadi terbiasa
c) Paksaan
Banyak anak muda yang mengawali pemakaian narkotika dan psikotropika
karena dipaksa oleh sekawanun alau seseorang yang mengancam akan
mencelakainya Banyak pclajar atau nialiasiswa mengawali kebiasaan
memakai narkotika dan psikotropika dari keadaan terpaksa diancam oleh
sekawanan preman yang menghadang di tengah jalan Dari kelompok ini
pula terjaring pemakai yang berasal dari keluarga hannonis
Lingkungan sekoiah bagi pelajar tingkat SD SMP dan SMA
merupakan tempat yang stratcgls bagi para pelajar untuk menunjukkan jati
dirinya sehingga mereka terjun kepada penyalahgunaan narkotika dan
psikotropika ini faktor sekoiah yang merupakan bagian tcrpcnting yang
mempengaruhi adalah
a Sekoiah yang kurang disiplin
b Sekoiah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjiial narkotika atau
penjual psikolropika
c Sekoiah yang kurang member] kesempatan pada siswa untuk
mengembangkan diri secara kreatif dan positif
d Adanya murid pengguna narkotika atau psikotropika
Kartini Kurtono op cil hivl 124
40
B Pengaturan Sanksi Pidana Terhadaj) Pcnyalahgunaaan Narkotika dan
Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau
dari Perlindungan Terhadap Korban
Dalam hukum pidana di Indonesia terdapat adanya
ketldakseimbangan antara perlindungan korban kejahatan dcngan pelaku
kejahatan pada dasarnya mempakan salah satu pengingkaran dari asas setiap
warga negara bersamaan kcdudukannya dalam hukum dan pcmerinlahan
sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 sebagai
landasan konstitusional Perlindungan korban memiliki hubungan cral dcngan
teori pemidanaan yang dikemukakan Wirjono Prodjudikoro tujuan
pemidanaan adalah untuk niemenuhi rasa keadilan^
Ada Juga yang mengemukakan bahwa tujuan pemidanaan dapat
dilihat melalul 2 (dua) leorl mengenai alasan-alaitan yang membenarkan
(justification) penjatuhan hukuman (sanksi) yaitu Teori Absolut
(Vergeldingslheorie) dan Teori Relatif atau Doeitheorie Menurut Teori
Absolut (Vergeldingslheorie) tujuan pemidanaan sebagai pembalasan
terhadap para pelaku karena telah melakukan kejahatan yang mengakibatkan
kesengsaraan lerhadap orang lain alau anggota masyarakat sedangkan
Roeslan Saleh mengatakan sebagai reaksi-reaksi atasdelik yang berwujud
suatu nestapa yang scngaja dilimpakan ncgara kcpada pembuat delik
Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana Cctakan Iuriania (Jakarta Sinar Gnitlka2(W5)hii4
lcduu Mdipaung Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cctakun IcrliirMii (Jukiirtu Sinur Gratika 2005) hal 4
kiwsUin Saleh Shdsel Pidana Indonesia (Jukarlu liinn Aksara 19K7) hal 5
41
Menurut Teori Relatif Doeltheurie) tujuan pemidanaan adalah
a Menjerakan agar si pelaku atau terpidana menjadi jera dan tidak
mengulangi lagi perbuatannya specials presenile) sena masyarakat umum
agar mengertahui jika melakukan perbuatan yang sama akan mengalami
hukuman yang serupa atau disebut pula generalpreventte
h Memperbaiki pribadi si terpidana berdasarkan perlakuan dan pcndidikan
selama menjalani hukuman terpidana merasa menyesal dan tidak akan
mengulangi perbuatannya dan kcmbali kepada masyarakat sebgai orang
baik dan berguna dan
c Mcmblnasakan (menjatulikan hukuman mat) atau mcmbuat terpidana tidak
berdaya dengan menjatuhkan hukuman seiimur hidup
Pandangan di atas sangatlah wajar apabila beranjak dari pandangan
bahwa hukum pidana adalah hukum sanksi (hifzonderesancUerechl) sebab
dengan bertumpu pada sanksi itulah hukum pidana difungsikan untuk
menjamin keamanan ketertiban dan keadilan Dalam perkembangannya
ternyata tidak semua sarjana menyclujui maksud diadakannya pidana scperti
itu (sebagai suatu nestapa) karena muncul pendapat bahwa di samping pidana
ditujukan untuk memberikan penderitaan kcpada pelanggar atau mcmbuat
jera pemidanaan juga bertujuan agar pelaku dapat kembali hidup
bermasyarakat sebagaimana mestinya
Alasan yang paling inenonjol lerhadap upaya perubahan tersebut
adalah dengan meniperhatikan sisi kemanusiaan yang mcmandang bahwa
Ucdcn Mirpaung Opcil hal 4
42
sekalipiin tcrsangka telah melakukan kcsalahaii ia telap berkcdmiiikan sebagai
manusia utuh yang harus tetap diperlakukan sama dengan manusia lainnya
dan dilindungi hak asasi manusionya Karena itu pidana penjara saat ini
sedang mengalami masakrisis karena termasuk jenis pidana yang kurang
disukai Banyak kritik tajam ditujukan terhadap jenis pidana perampasan
kemerdekaan ini baik dllihat dari sudut efektifitasnya maupun dilihat dari
akibat-akibat lainnya menyertai atau berhubungan dcngan dirampasnya
kemerdekaan seseorang
Banyaknyu kritik yang diarahkan pada bentuk pemidanaan berupa
perampasan kemerdekaan (yang ditujukan untuk membuat jera pelaku)
sehingga berkembanglah bentuk pemidanaan lain yang dianggap lebih
manusiawi yaitu penjatuhan pidana berupa denda atau pemberian ganti
kerugian kepada korban Pemberian ganti kerugian pada awalnya merupakan
konsep kcperdalaan seperti halnya dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata yang mewajibkan setiap orang yang menyebabkan orang lain
menderita kerugian untuk membayar ganli rugi Dalam perkembangannya
konsep ini diterupkan pula dalam hukum pidana mengingat akibat yang
ditimbulkan pada korban tindak pidana akan selalu disertai dengan kerugian
baik mental fisik maupun material sehingga sangat wajar apabila korban pun
menuntui ganti kerugian pada pelaku guna memulihkan derita yang
dialaminya
Dengan memperhatikan pada beberapa teori klasik tentang tujuan
Uurtla Nawuwi Ariel Sislem Pemidanaan Menunii Konsep KIHP llaiu dan Latar Helakang Pemlklrannya Hahan Ienalaran Hukum Pidana V Undanu Kupang uinjyful 11 Juli-12 Agustus 1989
43
pemidanaan dapat disiinpulkan bahwa penjatuhan pidana lebih banyak
ditujukan untuk kepeiitingan pelaku dengan kata lain tujuan pemidanaan
hanya dimaksudkan imtuk mengubah perilaku dari pelaku kejahatan agar
tidak mengulangi lag perbuatannya sedangkan kcpentingan korban sama
sekali diabalkan
Perlindungan terhadap korban narkotika jika dihubungkan dengan
beberapa teori pemidanaan yang telah dipaparkan di atas maka peneliti
mengkaji bahwa dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang baru ini terdapat kescimbangan antara perlindungan terhadap
pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana bahwa berdasarkan sanksi
baik pidana maupun denda yang terdapat dalam undang-undang ini sangatlah
berat-berat dan tegas ]ni berarti bahwa undang-undang ini lebih
mementingkan korban dari pada pelaku kejahatan narkotika Mengingat
bahwa dengan adanya pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan
korban semakin banyak yang berjatuhan schingga daripada korbnnnya anak
bangsa yang memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara
Indonesia maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-
beratnya lerhadap si pelaku tindak pidana narkotika bahkan pidana mati atau
seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-
undang yang bam ini juga diatur mengenai rehabilitasi terhadap korban baik
korban yang diakibatkan oleh orang Iain maupun karena self victimizing
victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku itu sendiri
44
C Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Seif-
Victimizing Victims
1 Self-victimizing victims uarkotika dau psikotropika
Suatu viktimisasi adalah sebagai suatu permasalahan manusia yang
merupakan kenyataan sosial hal ini disebabkan karena setiap warga negara
berhak mendapatkan rasa aman dan bcbas dari segala bentuk kekerasan
sesuai dengan falsafah Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 Contohnya adalah seseorang akibat perbuatannya memakai
narkotika dapat menimbulkan bahwa si pemakai tersebut menjadi tidak
berdaya upaya dengan kata lain bahwa si pelaku telah menjadi korban
akibat perbuatannya sendiri yang menimbulkan perbuatan kriminal
Penyalahgunaan narkolika atau psikolropika merupakan perbuatan
kriminal karena telah melanggar ketentuan di dalam undang-undang yang
ada yakni Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tetang Psikotropika dan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Terlibatnya si
pelaku kejahatan atau tindak pidana yang menimbulkan kerugian terhadap
dirinya sendiri daiam hal inilah yang disebut dengan istilah self victimizing
victims yang merupakan bagian dari viktimisasi Sehubungan dengan itu
maka Wolfgang menyatakan beberapa Jenis viktimisasi ialah
1 Unrelated victims yaitu korban yang tidak ada hubungannya sama
sekali dengan terjadinya korban misalnya pada kasus kecelakaan
pesawat Dalam hal In tanggungjawab sepenuhnya terletak pada
Utplietin3|il(igspqtcom2()OSIOl|ukum-viktinivl9gihlml diakscs terakhir langgul l2Januari 2015
45
pelaku
2 Provocative victims yaitu seseorang yang secara aktif mendorong
dirinya menjadi korban misalnya kasus selingkuli dimana korban juga
sebagai pelaku
3 Participating victims yailu seseorang yang tidak berbuul tetapi dengan
sikapnya justru mendorong dirinya menjadi korban
4 Biologically weak victims yaitu mereka yang secara tisik memiliki
keleinalian atau potensi untuk mcnjadi korban misalnya orang tua
renla anak-anak dan orang yang tidak mampu bcrbual apa-apa
5 Socially weak victims Yaitu mereka yang memiliki kedudukan social
yang lemah yang menyebabkan mereka mcnjadi korban misalnya
korban perdagangan perempuan dan sebagainya
6 Self victimizing victims yaitu mereka yang menjadi korban karena
kejahatan yang dilakukannya sendiri pengguna obat bius judi aborsi
dan prostitusi
Dalam hal ini kedudukan viktimologi sebagai sebuah ilmu yang
mempelajari tentang korban memiliki peranan yang sangat penting ruang
lingkup viktimologi ini meliputi
1 Semua macam sciiap macam perbuatan kriminal yang mengakibatkan
orang-orang mcnjadi korban
2 Setiap orang atau pihak yang dapat menjadi korban baik orang
perorangan maupun suatu korporasi atau organLsasi
3 Setiap orang atau pihak yang dapal menimbulkan korban artinya
46
dimana disatu sisi orang terscbut dapat merugikan orang iain sehingga
orang tidak merasa aman akibat tindakanya
4 Cara-cara viktimisasi atau penimbulan korban
5 Bentuk-bentuk viktimisasi yang terdiri dari primary viclimizalion
adalah korban individualperorangan bukan kelompok secondary
victimizalion korbannya adalali kelompok misalnya badan hukum
tertiary Victimizalion yang menjadi korban adalah masyarakat luas
nun viciimozaiion korbannya tidak dapat segera diketahui misalnya
konsumen yang tertipu dalam menggunakan hasil produksi
6 Akibat viktimisasi
7 Pengaruh viktimisasi
8 Reaksi atau respons terhadap viktimisasi
9 Penyelesaian viktimisasi dan
10 Pengaturan yang berkaitan dengan viktimisasi (yang menjadi
perhatian viktimologi)
Studi viktimologi akan memberikan pemahaman kepada setiap
individu mengenai hak dan kewajibannya dalam rangka mengantisipasi
berbagai bahaya yang mengancamnya Viktimologi memberikan
sumbangan pemikiran mengenai masalah viktimisasi tidak langsung
dampak sosial polusi industri viktimisasi ekonomi politik dan
penyalahgunaan kewenangan Viktimologi ini juga memberikan dasar
pemikiran dalam penyelesaian viktimisasi kriminal atau factor viclimogen
dalam sistem peradilan pidana
47
Dari perspektif ikalan Korban Napza (IKON) l ial i yang dimaksud
sebagai korban adalah orangperorangan yang menderita secara langsung
dari penyalahgunaan napza dan tennasuk pula keluarga alau tanggungan
langsung dari korban Namun karena hukum dl Indonesia memandang
pengguna napza adaiah kriminal maka terjadilah dampak-dampak negalif
yang dialami oleh pengguna napza yang merupakan korban scperti
diskriminasi kriminallsasi kesehatan dan stigmatisasi Maka sebagai
korban IKON Bali mendorong agar dihentikannyadiskriminasi lerhadap
korban napza mendorong vonis rehabilitasi untuk korban napza
mendorong agar dihentikannya penyiksaan terhadap korban napza dan
yang terakhir adalah mendorong terpenuhinya hak atas kesehatan bagi
korban dan orang terinfeksi HIV Dengan melihat kondisi permasalahan
penanggulangan napza yang semakin tidak menentu dan meningkatnya
jumlah korban napza secara terus-menerus Maka Ikon Bali meminta
1) Penerapan SEMA Nomor 7 Tahun 2009 sebagai pemenuhan hak atas
kesehatan terhadap korban Mpza
2) Meminta kepada Pengadilan Negeri Denpasar untuk menjadi insiator
dalam penyusunan langkah teknis penerapan SEMA Nomor 7 Tahun
2009
3) Meminta kepada selunih instansi tcrkait untuk mulai meiigambil
langkah nyata dalam penanggulangan napza
43 Ibid
48
4) Meminta agar korban napza diperlakukan secara manusiawi tanpa
penyiksaan sligma dan diskriminasi
5) Ikon Bali mendukung secara penuh program-program pemerintab
dalam penanggulangan napza
2 Rehabilitasi terhadap self-victimizing victims
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
merupakan undang-undang yang baru menggantikan Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika Adapun pasal-pasal di dalam
undang-undang in yang mengatur mengenai perlindungan korban adalah
berbagai pasal-pasal yangmencantumkan rehabilitas kepada korban
maupun pelaku tindak pidana narkolika Pasal 1 ayat (16) meneniukan
defenisi mengenai rehabilitasi dipandang dari sisi medis yakni
Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara
terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan Narkotika
Sementara Itu dalam Pasal 1 ayat (17) ditentukan defenisi rehabilitasi
dipandang dari sisi sosial yakni Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses
kegiatan pemulihan secara terpadu baik fisik mental maupun sosial agar
bekas pecandu Narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosia dalam
kehidupan masyarakat
Diimdangkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang merupakan undang-undang baru ini tentu mempunyai
maksud dan tujuannya Adapun tujuan yang terdapat dalam Pasal 4 yang
berbunyi
49
Undang-Undang tentang Narkotika bertujuan
a Menjamin kelersediaiin Narkotika untuk kcpentingan peiayanan
kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
b Mencegah mclindungi dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari
penyalahgunaan Narkotika
c Memberanlas pcredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika dan
d Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi Penyalah
Guna dan pecandu Narkotika
Bentuk perlindungan terhadap korban dan pelaku kejahatan tindak
pidana narkotika di dalajn Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
disebutkan ada 2 (dua) macam yakni pengobatan dan rehabilitasi lerhadap
korban maupun pelaku Pada Pasal 53 ayat (3) tersebul di atas bahwa yang
dimaksud dengan buktl yangsah antara lain surat kctcrangan dokter
salinan resep atau labeletiket Selcngkapnya mengenai pengobatan
ditentukan dalam Pasal 53 yang berbunyi sebagai berikut
(1) Untuk kcpentingan pengobatan dan berdasarkan indikasi medis
dokter dapal memberikan Narkotika Golongan II atau Golongan III
dalam jumlah terbatas dan sediaan tertentu kepada pasien sesuai
dengan ketcnluan peraturan perundang-undangan
(2) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat ( I ) dapal memiliki
menyimpan danatau incmbawa Narkolika untuk dirinya sendiri
(3) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mempunyai bukti
yang sali bahwa Narkotika yang dimiiiki disimpan danatau dibawa
50
untuk digunakan diperoleh secara sail sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
Mengenai rehabilitasi terhadap korban dan pelaku tindak pidana
kejahatan penyalahgunaan narkotika merupakan suatu kewajiban bagi
pemerintah dan instansi masyarakat Sebagaimana ketentuan dalam Pasal
54 bahwa Pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika
wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial Dalam Pasal 56
disebutkan juga bahwa
(1) Rehabilitasi mcdis Pecandu Narkotika dilakukan di rumah sakit yang
ditunjuk oleh Menteri
(2) Lembaga rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan oleh instansi
pemerintah atau masyarakat dapat melakukan rehabililasi medis
Pecandu Narkotika setelah mendapat persetujuan Menteri
Kemudian dipertegas kembali dalam Pasal 57 bahwa selain melaiui
pengobatan danatau rehabilitasi medis penyembuhan Pecandu Narkotika
dapat diselenggarakan oleh instansi pemerintah alau masyarakat melaiui
pendekatan keagamaan dan tradisional Salah satu tugas dan wewenang
Badan Narkotika Nasional adalah meningkatkan kemampuan lembaga
rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu Narkotika baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat
Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 ini terdapat
pengecualian dalam hal luniutan pidana terhadap anak yang masih berada
di bawah umur Misalnya terdapat di dalam salah satu pasalnya yakni pada
51
Pasal 128 ayal ( I ) yang bcrbunyi Orang tua atau wali dari pecandu yang
belum cukup umur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) yang
sengaja tidak mciapor dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6
(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp 100000000 satu juta
rupiah) Tetapi di datam ketentuan tain yakni pada Pasal 128 ayat (2) dan
ayal (3) ditentukan bahwa anak yang masih di bawah umur tidak dapat
dituntut pidami selcngkapnya pasal tersebul berbunyi Pecandu Narkotika
yang belum cukup umur dan telah dilaporkan oleh orang tua atau walinya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat ( I ) tidak dituntut pidana
(Pasal 128 ayat (2)) dan Pecandu Narkotika yang telah cukup umur
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) yang sedang menjalani
rehabilitasi mcdis 2 (dua) kali masa perawatan dokter di rumah sakit
danatau lembaga rehabilitasi medis yang ditunjuk oleh pemerintah tidak
dituntut pidana
Pada awalnya narkotika digunakan unluk kcpentingan umat
manusia khususnya untuk pengobatan dan peiayanan kesehatan Namun
dcngan semakin bcrkembangnya ilmu pcngclaliuan dan teknologi
peruntukan narkotika mengalami perluasan hingga kepada hal-hal yang
negatif
Di dunia kedokteran narkotika banyak digunakan khususnya
dalam proses pembiusan sebelum pasien diopcrasi mengingat di dalam
narkotika terkandung zat yang dapat mempengaruhi perasaan pikiran serta
kesadaran pusieti Oleh karena itu agar penggunaan narkotika dapal
52
memberikan manfaat bagi kehidupanurnat manusia maka pcredarannya
harus diawasi secara ketat sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 60 sampai
dengan Pasal 63 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang menyebutkan
Pasai 60 ditentukan bahwa
(1) Pemerintah melakukan pembinaan terhadap segala kegiatan yang
berhubungan dengan Narkolika
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meiipuli upaya
a Memenuhi ketcrsediaan Narkotika unluk kcpentingan peiayanan
kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
b Mencegah penyalahgunaan Narkotika
c Mencegah generasi muda dan anak usia sekoiah
dalampenyalahgunaan Narkotika termasuk dengan memasukkan
pendidikanyang berkaitan dengan Narkotika dalam kurikulum
sekoiah dasarsampai lanjutan atas
d Mendorong dan menunjang kegiatan penelitian danatau
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di brdang
narkolika unluk kcpentingan peiayanan kesehatan dan
e Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis bagi
Pecandu Narkotika baik yang diselenggarakan oleh pemerintah
maupun masyarakat
53
Pasal 61 ditentukan baiiwa
(1) Pemerintah melakukan pcngawasan terhadap segala kegiatan yang
berkaitan dengan Narkotika
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
1 Narkolika dan Prekursor Narkolika untuk kcpentingan peiayanan
kesehatan danatau pengembangan Hmu pengetahuan dan
teknologi
2 Alat-alat potensial yang dapat disaiahgunakan untuk melakukan
tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkolika
3 Evaluasi keamanan khasiat dan mutu produk sebelum diedarkan
4 Produksi
5 impor dan ekspor
6 Pcrcdaran
7 Pelabeian
8 Tnformasi dan
9 Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Pasal 62 berbunyi Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasai 60 dan pengawasan sebagaimana
dimaksiiddalam Pasal 61 diatur dengan Peraturan Pemerintah Dan dalam
Pasal 63 disebutkan bahwa Pemerintah mengupayakan kerja sama
dengan ncgara lain danatau badan intcmasional secara bilateral dan
multiialeral baik regional maupun internasional dalam rangka pembinaan
dan pengawasan Narkotika dan Prekursor Narkotika sesuai dengan
54
kcpentingan nasional
Berdasarkan biinyi beberapa pasa di atas mengenai pengawasan
terhadap pentingnya peredaran narkotika wajib diawasi secara ketat
dikarenakan saat ini pemanfaatannya banyak untuk hal-hal yang negatif
D i samping itu melaiui perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi penyebaran narkotika sudah menjangkau hampir ke semua
wilayah di Indonesia hingga ke pelosok-pelosok Daerah yang sebelumnya
tidak pcrriah tersentuh oleh peredaran narkotika lambat laun berubah
menjadi sentra peredaran narkotika Begitu pula anak-anak yang pada
mulanya awam terhadap barang haram ini telah berubah menjadi sosok
pecandu yang siikar untuk dilepaskan ketergantungannya
Sebelum Iahimya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
mengenai narkotika diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997
tentang Narkotika namun undang-undang ini tidak dapat dipertahankan
lagi keberadaannya karena adanya perkembangan kualitas kejahatan
narkotika yang sudali menjadi ancaman serius bagi kehidupan umat
manusia Pengguna narkotika sangat beragam dan menjangkau semua
lapisan masyarakat mulai dari anak-anak hingga orang dewasa orang
awam hingga artis bahkan hingga pejabat publik
Efek negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan narkotika secara
berlebihan dalam jangka waktu lama serta tidak diawasi oleh ahlinya
dapat
menimbulkan berbagai dampak negatif pada penggunanya baik secara
55
fisik maupun psikis Bahkan tidak janing penggunaan narkotika dapat
memicu terjadinya berbagai tindak pidana Karena itu untuk mencegah
semakin mcluasnya dampak negalif yang ditimbulkan dari penggunaan
narkotika maka pengawasan tidak hanya terbatas pada peredaran
narkotika tetapi juga pada mereka yang menjadi korban misalnya
sescorang yang menderita ketergantungan narkotika (pecandu) Apabila
seorang pecandu narkotika telah divonis bcrsalah oleh hakim atas tindak
pidana narkotika yang dilakukannya maka untuk memberikan kesempatan
pada yang bersangkutan agar tcrbebas dari kecanduaniiya maka hakim
dapat mcmutuskan untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani
pengobatan danatau perawatan
Pengobatan dan perawatan terhadap pecandu narkotika dilakukan
melaiui fasilitas rchabilitasi Rcliabilitasi medis dan sosial yang diberikan
kepada pecandu dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan
kemampuan fisik mental dan sosialnya Selain pengobatan dan perawatan
melaiui rehabililasi medis proses penyembuhan pecandu narkotika dapat
diiaksanakan oleh masyarakat melalul pendekatan keagamaan dan
tradisional
Sebagai conloh di Pakem Sleman Yogyakarta telah didirikan
sualu kliiiik alau Pusat Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkotika
Psikolropika dan Zal-zat Aditiflainnya (NAPZA) Terpadu yang didirikan
atas kerjasania Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dan
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang diresmikan pada tanggal 7
56
Desember 2005 Tujuan umum pendiriaii pusat rehabilitasi terpadu ini
adalah untuk memberikan jaminan penanganan paripurnakepada korban
penyalahgunaan Napza melaiui aspek hukum aspek medis aspek sosial
aspek spiritual serta pengembangan pcndidikan dan pelatihan dalam
bidang NAPZA secara terpadu sedangkan tujuan khususnya adalah
1 Terhindarnya korban dan instilusi dan penelrasi pengedar
2 Terhindarnya kerusakan mental dun masa depan para penyalah guna
Napza yang akan mcmbtinuh potensi pengembangan mereka
3 Terhindarnya korban-korban baru akibat penularan penyakil-penyakit
seperti Hepatitis HIVAIDS dan penyakit menular lainnya
4 Terwujudnya proses pengembangan penanganan korban NAPZA dan
aspek ilmiah serta keiimuan yang dinamis sesuai perkembangan zaman
sebagai pusat jaringan informasi terpadu dan mewujudkan teknis
penanganan penyalahgunaan narkotika dan obat-obalan terlarang bagi
daerah sekitamya maupun nasional
Pemberian perlindungan kepada korban narkotika lentil tidak dapat
dibebankan sepenuhnya kcpada pemeriiilah peran serta masyarakat pun
diharapkan ada salah salunya diterimanya kembali mantan pani pengguna
dalam lingkungannya tanpa melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya
diskriminatif bahkan dengan mcmposisikan mereka sebagai warga keias
dua yang harus dljauhi
Bentuk periindunganyang diberikan terhadap pelaku maupun
Dikdik M ArilMansur dan tUisUiris Guitom loa cil hal 90
57
korban penyalahgunaan narkolika dan psikotropika daiambentuk
rehabilitasi
Rehabilitasi adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang
dilujukan kepada pemakai narkolika dan psikotropika yang sudah
menjalani program kuratif Tujuannya agar pelaku tidak memakai lagi
dan bebas dari penyakit ikutan yang disebabkan oleh bekas pemakaian
narkotika dan psikotropika
3 Tahapan-tahapan rchabilitasi terhadap self-victimizing victims
Tahapan-tahapan rehabilitasi terhadap self-victimizing victims atas
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika yang ada di Indonesia tidak
sama Ada yang menekankan rehabilitasi hanya pada aspek medis ada
pula yang lebih menekankan pada aspek rohani Atau memadukan kedua
pendekatan tersebut dengan komposisi yang seimbang Yang ideal
rehabilitasi seorang korban narkotika dan psikotropika harus dilakukan
secara holisitik baik secara fisik psikis maupun kerohaiiiannya
1 Tahapan pengobatan (rehabilitasi)
Secara umum ada beberapa tahapan yang harus dilewati
Masing-masing tahapan tersebut memakan waktu bervariasi ada yang
seminggii sebulan dan bahkan berbu lan-bulan tcrgantung tingkat
ketergantungan tekad korban dan juga dukungan berbagai pihak
terutama keluarga dalam seluruh proses tersebut Setiap tahapan
Subagjo PiirloUiharjo Loc cU hal 105 ^ E M Giri Prastowo loc cil hal 28 -29
58
tersebut disusun dan dibuat untuk inenganlar pasien secara bertaiiap
melepaskan dari ketergantungan narkotika dan psikotropika Beberapa
tahapan rehabilitasi ini yang disajikan berikut sudah Icruji dapat
menyembuhkan atau memulihkan korban narkotika dan psikotropika
secara maksimal
a Tahapan transisi
Penekanaii dalam tahap ini lebih kepada informasi awal
tentang korbanseperti
1) Latar belakang korban
2) Lama ketergantungan
3) Jenis obat yang dipakai
4) Akibat-akibat ketergantungan dan
5) Berbagai inlbrniasi lainnya
Hal ini penling sehingga pada saatnya akan menjadi acuan
bagi pihak yang terlibat secara intensif dalam proses rehabilitasi
Ahl i yang berkompeten (dokter) akan menganaiisa tingkat
ketergantungan korban untuk kemudian meneniukan tingkat
pengobatan dan tingkat pembinaan bagi si korban schingga terapi
dan metode pengobatan bisa dilakukan secara terukur
Tahapan ini Juga dapat dijadikan rujukan untuk meneari
model rehabilitasi yang paling tepat bagi yang bersangkutan Pada
tahap ini tim rehabilitasi akan membantu korban agar menyadari
dirinya sedang menghadapl masalah ketergantungan narkotika dan
59
psikotropika Korban diajak untuk bersama-sama mengatasinya Hal
ini penting karena proses rchabilitasi tidak akan berhasil tanpa
adanya kesadaran korban tentang adanya bahaya yang dihadapinya
Dari situ akan dibangun tekad dan komitmennya untuk
meninggalkan narkotika dan psikotropika
Selain itu pada tahapan ini akan diteliti akibat fisik dari
penggunaan narkotika dan psikotropika Sejauh mana tingkat
kerusakan syaraf dan organ-organ tubuhnya yang rusak Unluk itu
diadakan pemeriksaaii laboratoriumiengkap dan tes penunjang untuk
mcndeteksi penyakit yang diderita korban A[)abia dalam
pemeriksaan ditemukan satu atau beberapa penyakit maka terlebih
dahulu diadakan pengobalan medis sebelum penderita mendapat
proses rehabilitasi lanjutan Langkah ini penting selain agar tubuh
yang bersangkutan bebas dari penyakit juga untuk mencegah
terjadinya penularan balk kepada korban narkotika dan psikotropika
ini diadakan pembersihan darah pada tubuh pecandu sehingga darah
menjadi bersih dan sistem metabolisme tubuh kembali normal
Proses ini dapat dilakukan melaiui cara-cara berikut
1) Cold Turkey abrupt withdrawal) yaitu proses penghentian
pemakaian narkotika dan psikolropika secara tiba-tiba tanpa
disertai dengan substitusi antidotum
2) Bertaliap atau substitusi bertahap misalnya dengan kodein
^Ibidhal 30
60
methadone CPZ atau clocard selama i -2 minggu
3) Rapid Detoxification dilakukan dengan anestesi umum (6-12
jam) dan
4) Simtomatik tergantung gejala yang dirasakan
2 Rehabilitasi intensif
Setelah melewati masa transisi (pengumpulan informasi tentang
keadaan korban dan latar belakangnya) baru masiik pada fase
berikutnya yakni proses penyembuhan secara psikis Motivasi dan
potensi dirinya dibangun daiam tahap ini Korban diajak untuk
menemukan dirinya dan segala potensinya sambil juga menyadari
berbagai keterbalasannya Bahwa untuk mengatasi masalah hidup yang
bersangkutan tidak perlu harus mengkonsumsi narkotika dan
psikotropika Narkotika dan psikotropika justru menciptakan masalah
baru yang jauh lebih besar dalam hidupnya Narkotika dan psikotropika
bukanlah solusi tetapi menjadisumber masalah Pada tahap ini berbagai
contoh dapat dipcrlihatkan kepada korban
Yang terlibat di dalam tahap ini yang utama adalah korban itu
sendiri sebagai pelaku self-victimizing victims) Korban harus punya
tekad untuk hidup tanpa narkotika dan psikotropika Korban harus bisa
menatap masa depan dengan penuh optimisme Selain yang
bersangkutan peranan keluarga (orang liia dan saudara-saudaranya
suami atau istri) juga sangal pcnling Anggota keluarga ini harus secara
intensifmendampingi dan jnenopang korban
61
Staf di paiiti rehabilitasi para konselor psikolog dan semua
pihak di panti rehabilitasi untuk bersama-sama mcmbangun
kepercayaan diri korban Seluruh proses ini membutuhkan waktu
berbulan-bulan bahkan selama bertahun-tahun tergantung tingkat
ketergantungan dan efeknya bagi korban Berbagai terapi yang
dilakukan selama dalam tahap ini baik yang dilakukan secara pribadi
maupun bersama-sama lewat berbagai aktivitas di panti rehabilitasi
tersebut bertujuan untuk memberdayakan kembali korban yang disekian
lama telah terpuruk oleh narkolika dan psikotropika Sebagai langkah
awal untuk sosialisasi diri dengan masyarakat korban juga secara
bertahap mulai mcmbangun komunikasi dengan orang lain di Iuar
komunitas rehabilitasi
Menurut Romo Lambertus Somar MSG dalam bukunya
Rehabilitasi Pecandu Narkotika dan Psikotropika pada tahap ini ada
tiga titik yang harus dilewati yang lebih dikenal dengan tahapan
stabilisasi pribadi yailu^
1 Secara sadar dan tekun melepaskan diri dari berbagai penyakit dan
akibatakibat lainnya (no to drugs) Tahap ini merupakan tahap
stabilisasi awai atau tahap konsolidasi (comolidation)
2 Menemukan jati diri menguasai kiat-kiat dan keterampilan-
keterampilan untuk menyehatkan serta mengisi hidup secara lebih
bermakna dan bermulu Latihan keterampilan vokasional (kerja) dan
E M Giri Praslowo Loc cil hal 32
62
peiigungkapan diri dari dimulai dibina sebiiigga disebul juga (afiap
pengukuan diri (jyerwtuil appraisal) Inilah lahap slabilisasi
niericiigah (inadya)
3 Dengan inisiatif pribadi orang secara sadar mulai berfikir dan
bertindak untuk mencapai prestasi-prestasi tertentu schingga disebut
juga tahap positive thinking and doing Tahap ini merupakan tahap
stabilisasi akhir
4 Tahap rekonsiliasi Tahapan berikut yang harus dilewati dan sangat
vital adalah tahap rekonsiliasi Tara korban tidak langsung
herinlcraksi secara bebas dcngan masyarakat akan tctiipi lerleblh
dahulu ditampung di sebuah lingkungan khusus selama beberapa
waktu sampai pasien benar-benar siap secara mental dan rohani
kembali kelingkungannya semula Yang paling ulama dalam fase ini
adalah pembinaan mental spiritual keimanan dan ketakwaan serta
kcsepiikatan sosial kemasyarakaian Proses ini bisa meliputi program
pembinaan jasmani dan rohani
Sampai ke tahap ini yang bersangkutan masih tcrikat dengan
rehabilitasi foimal namun sudah mulai membiasakan diri dengan
masyarakat Iuar sehingga merupakan proses resosialisasi (reentry) atau
penyesuaian (reconcilialion) Proses ini melewati tiga titik penting juga
yaitu
1 Tinggal lebih sering dan lebih lama di lingkungan keluarga sebagai
63
teiiipal tinggal tetap atau pun tempat tinggal transit unluk
resosialisasi sambil mclaiijiitkan kegiatan pilihan sebagai penunjang
masa selanjutnya Di sini terjadi perdamaian dan penycsuaian-
penyesuaian kembali dengan lingkungan
2 Rencana masa depan yang jelas dan siap direalisasikaii dengan
dukungan keluarga atau pihak-pihak lain Pada tahap ini korban
dapat memulai aktivitasnya lagi seperti sekolahkuliah mulai bekerja
atau merintis usaha sendiri
3 Kontak awal dengan kelompok-keiompok atau program-program
pemeliharaan lanjut aftercare) Di sini orang meiierima dirinya
seperti apa adanya merasa puas lalu mempercayakan dirinya ke
tangan orang lain
4 Pciiieliharaaii Lanjut Pada tahap ini walaupun secara fisik yang
bersangkutan sudah dinyatakan seliul dan secara psikis pun sudali
pulih namun masih ada kcmungkinan mereka akan tergclincir
kembali icbihlebih saat mereka sedang menghadapl masalah Pada
saat itu bisa Jadi mereka bemostagia dengan menikmati narkolika
dan psikotropika Saat ini juga niwaii Karena itu setiap korban yang
niemasuki tahap inidipersiapkaii sungguh-sungguh agar dapal
melewati dan mengatasi sUuasi rawan ini dengan melewati tiga titik
ini yakni
a Mengubah menghilangkan aUiu menjauhi hal-hal yang bersifat
bid hul 34
64
nostaigia kesenaiigan narkolika dan psikolropika
b Setiap mengikuti program-program dan aeara-acara aftercare
(pemeliharaan lanjut) dan
c Dapat juga mcUbatkan diri dalam gerakan atau kelompok bersih
narkoba dan peduli penanggulangannya
BAB IV
PENUTUP
A Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dipaparkan tersebut di atas peneliti
memberikan beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap
permasalahan di dalam penelitian ini sebagai berikut
Di antara berbagai faktor yang dapat mempengaruhi seseorang atau
individu menyalahgunakan narkotika atau psikotropika terdapat faktor
yang paling duininan yakni laktor yang bersumber dari keadaan keluarga
dan lingkungan bukan karcnn faktor individunya Karena faktor keluarga
yang buruk dan lingkungan yang juga buruk dan saling mendukung dapat
mempengaruhi individu menjadi pelaku lindak pidana penyalahgunaan
narkolika dan psikotropika tersebut dengan kata lain faktor keluarga dan
lingkungan yang buruk ini membuka kesempatan kcpada seseorang untuk
merasakan pergaulan dengan narkotika atau psikotropika sehingga dapal
menimbulkan ketergantungan terhadapnya
2 Perlindungan lerhadap korban narkotika- jika dihubungkan dengan
beberapa teori pemidanaan dalam perspektif Undang-Undatig Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika yang baru terdapai keseimbangan antara
perlindungan terhadap pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana
bahwa berdasarkan sanksi baik pidana maupun denda yang terdapat dalam
undang-undang ini sangatlah bcrat-bcnil dan tegas Ini berarti bahwa
65 bull
66
undang-undang narkotika yang baru tersebut lebih mementingkan korban
dari pada pelaku kejalialan narkotika Mengingat bahwa dcngan adanya
pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan ktgtrban semakin
banyak yang berjatuhan seliingga daripada korbannya anak bangsa yang
memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara Indonesia
maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-beratnya
terhadap si pelaku lindak pidana narkolika bahkan pidana mati atau
seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-
undang yang baru ini juga diatur mengenai rchabilitasi terhadap korban
baik korban yang diakibatkan oleh orang lain niaiipim karena self
victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku ilu
sendiri
Saran
Adapun yang menjadi saran peneliti di dalam penelitian ini yang
menjadi harapan untuk dipcrliatikan bersama adalah sebagai berikut
1 Diharapkan bagi setiap keluarga untuk menjaga keharmonisan melakukan
pengawasan dan mcnanainkan pcndidikan yang benar terutama dalam lial
menyeimbangkan antara emosi inteligensi dan spritual sejak dari din
terhadap anak sebagai benteng terhadap dirinya untuk dapat membentengi
dari pengaruh narkotika dan psikotropika yang semakin mengancam
keadaan lingkungan masyarakat
2 Diharapkan terhadap pemerintah untuk melakukan sosialisasi yang
teriiitegrasi dan menyeluruh terhadap semua lapisan masyarakat baik
67
masyarakat di pedesan (primitlf) maupun masyarakat kota betapa besamya
sanksi pidana dan denda yang digariskan di dalam undang-undang
narkotika dan psikotropika misalnya dcngan mcmpublikasikannya dalam
bentuk billboard di pcrsiinpangan jalan sehingga setiap orang yang lewat
dengan secara otomatis masyarakat akan inengelaliuinya dan
berkemuiigkiiian orang yang membacanya setidaknya tlmbul rasa takut
untuk terjun ke dalam penyalahgunaaan narkotika dan psikotropika
tersebut
D A F T A R PUSTAKA
A Bukii
Arrasjid Chainur Sualu Pemikiran Tentang Psikologi Kriminil Mcdan Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU 1999
Gerson Bawengan Penganlar Psichology Kriminil Jakarta Pradya Pramita 1973
Gosita Arif Masalah Korban Kejahatan Jakarta Akademika Pressindo 1993
Hakim M Ariel Narkoba Bahaya dan Penanggulangannya Bandung Jembar 2007
Hawari Dadang Konsep islam Memerangi AIDS dan NAZA Get X i Yogyakarta Dhana Baktl Priaya 1997
Kaligis OC dan Soedjono Dirdjosisworo Narkoba dan Peradilannya di Indonesia (Retbrmasi Hukum Pidana Melaiui Perundangan dan Peradilan) Bandung PT Alumni 2002
Kartono Kartini Psichology Abnormal Bandung Alumni 1972
Mansur Dikdik M Arif dan Elistaris Guitom Urgensi Perlindungan Korban Kejahalan Antara Norma dan Reaiita Bandung Agustus Fakultas Hukum Universitas Padjajaran 2006
Mardani Penyalahgunaan Narkoba Daiam Perspeklif Hukum islam dan hukum Pidana Nasional Jakarta IH RajuGrufindoPersado 2007
Marpaung Leden Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005
Moelyono Anton M Kumus Besar Bahasa Indonesia Get 11 Jakarta Balai Pustaka 1988
Muladi HAM Dalam Persepkiif Sistem Peradilan Pidana dalam Muladi (ed) Hak Asasi Manusia Hakekal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat Bandung Refika Aditama 2005
dan Barda Nawawi Arlef Bunga Rampai Hukum Pidana Bandung Alumni 1992
Partodiharjo Subagyo Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannyai Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2003
Ioyk Fanny Jonathans Sehiiah Kesehatan Narkoba Sayonara Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2006
Prastowo EM Giri Rehabilitasi Bagi Korban Narkoba Tangcrang Visimedia 2006
Prodjodikoro Wirjono Asas-asas Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005
Roeslan Saieh Stelsel Pidana Indonesia Jakarta Bina Aksara 1987
Soedjono D Segi Hukum Tentang Narkolika di Indonesia Bandung Karya Nusanlara 1977
Hukum Narkolika Indonesia Bandung PT Citra Adtya Baktl i 990
Soekanto Soerjono dan Sri Mumadjj Penelitian Hukum Normalif Suatu Tijnjauan Singkat Jakarta Rajagrafindo Persada 2001
Sudarsono Kenakalan Remaja cet Ii Jakarta Rineka Cipta 1992
Tom dkk Bahaya NAPZA Bagi Pelajar Bandung Yayasan Al-Ghifari Morgan 1999
Tim BNN Materi Advokad Pencegahan Narkoba Jakarta Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia 2005
Yustisia Himpunan Peraturan Pemndang-Undangan Anti Narkoba diterjenialikuii oleh Tim iustaka Yuslisia Yogyakarta iuslaka Yustisia 2006
Waluyo Bambang Penelitian Hukum dalam Prakiek Jakarta Sinar Grafika 1996
Wcda Made Darma Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korporasi dalam niingti Rampai Viktimisasi Bandung Eresco 1995
B Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Pasal 152
Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika22Tahun 1997 tentang Narkotika
Keppres Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkolika Nasional
CInternet
htlpwwwbnngoidportalbariiiiorlalkQnlenpltpniima^Prorilampop^visi niisiamp tnn=lamp diakses tcrakiiir tanggal 13 November 2014
httpthed03hlogspoteom2008l Ohukuiii-viktimolQgihtmk diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014
httpwwwikonbaliorg26062Q(19advokasipctisi-ikon-bali-segera-tcrapkan-semahtml Petisi Ikalan Korban Napza (IKON) dalam rangka menyambut Hari Anti Narkotika (HANI) dan Hari Anti Penyiksaan 2009 diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014
httpwwwsurnekscoidindexphp7pption=^om cpntentampview=articleampid=^1405 2010-kej ati-baru-terapkan-uu-no-3 52009ampcatid=44 ilir-barat-i-bukit-keciIampUemid=94 diakses lerakJiir tanggal 12 Desember 2014
httpidsbvoongcQmexact-sciencesl8Q8652-getielika-dan-keiahatan Faktor Genetik Penyebab Kejahalan diakses terakhir tanggal 10 jaiiuari 2014
httpwwwasiasecuritiescoidsys 12ximagesstories201QEqtiitv2Q Pdf diakses terakhir tanggal 10 Januari 2014
LAMPIRAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
F A K U L T A S HUKUM
K A R T U AKTIVITAS BIMBINGAN SKRIPSI
N A M A MAHASISWA DIANA SAPUTRA
N O M O R INDUK MAHASISWA 50 2011 059
P R O G R A M STUDI I L M U H U K U M
PROG K E K H U S U S A N H U K U M PIDANA
P E M B I M B I N G M S O L E H IDRUS SHMH
l U D U L SKRIPSI P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T U N D A N G U N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I
KONSULTASI
K F -
MATERI YANG
DIBIMBINGKAN
PARAF
PEMBIMBING K E T
luymdash
y^ ^ Tlt2 N ^
7 M e
fSUL
k ^
CATATAN MOHON DIBERI WAKTU MENYELESAIKAN SKRIlSl RUiAN SEJAK TANGGAL DIKELUARKAN DITETAIKAN
DIKELUARKAN DI PALEMBANG PADA TANGGAL KETUA BAGIAN
JUDUL P E N Y A L A H G U N A A N N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG UNDANG N O M O R 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I
P E R M A S A L A H A N 1 Apa yang menjadi faktor tcrjadinya penyalaJigunaan narkotika dan psikotropika
2 Bagaimana pengaturan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspektif victimologi
B A B l P H N D A I i U L U A N A Latar Belakang B Permasalahan C Ruang Lingkup dan Tujuan D Metode Penelitian E Sistematika Penulisan
B A B 11 T I N J A U A N PUSTAKA
A Pengertian penyalahgunaan B Pengertian victimologi C Ruang lingkup victimologi D Jents dan penggolongan narkotika dan psikotropika E Undang Undang yang mengatur tentang narkotika
dan psikotropika
BAB I I I PEMBAHASAN A Faktor yang menyebabkan terjadinya
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika
B Penyalahgunaan narkotika dan psikolropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspeklif victimologi
BAB IV PENUTUP A Kesimpulan
B Saran-saran
DAF1AR PUSTAKA
L A M P I R A N - L A M P I R A N
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM
Lampiran Perihal Kepada
Sistematika penulisan (Outline) Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi YUi NUR HUSNI LMILSON SHSpNMH
Pembimbing Akademik Fakultas Hukum UMP dl-Palembaniz
Assalamualaikum WrWb
Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama DIANA SAPU I RA
Program Kekhususan Flukum Pidana
fada semester Lianjil tatiun kuliati 2UI42UI5 sudah menyelesaikan betian studi yang meliputi MPKMKKMKBMPBMBB (139 sks)
Dengan ini mengajukan pcrmohonan untuk penelitian Hukum dan Penulis Skripsi dengan judul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG-UNDANG N O M O R 35 T A H U N 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I
Demikianlah atas perkenaan Ibu diucapkan terima kasih
Wassalamualaikum WrWb
NIM 50 2011 059 Ilmu Hukum Program Studi
Palembang September 2014 Pemohon ^^--^5
Rekomendasi PAYbs
Pembimbing Akademik
HUSNI EMHSON SH SpN MH
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM
REKOMENDASI DAN PEMBIMBING SKRIPSI
Nama Nim Program Study Program Kekhususan Judul skripsi
DIANA SAPUTRA 50 2011 059 Ilmu Hukum Hukum pidana PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI
I Rekomendasi Ketua Bagian a Rekomendasi
b Usulan Pembimbing
Hukum Pidana
raiemoang iepiemt)er zu 14 KetuaJBagu
LuuTiiiAKNurCsHrR^
I L Penatapan Pembimbing Skripsi Oleh Wakil Dekan I
1 2
Palembang September 2014 Wakil Dekan I
- i poundL Dr Hj SRI S U L A S T R I SH M H
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah i n i Nama Tempat Tanggal Lahir N I M Program Studi Program Kekhususan
DIANA SAPUTRA PetransJaya 15 Januari 1992 502011059 Ilmu Hukum Hukum Pidana
Menyatakan bahwa karya ilmiah skripsi saya yang berjudul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANGshyU N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F VICTIMOLOGI
Adalah bukan merupakan karya tulis orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali daiam bentuk kutipan yang telah kami sebutkan sumbemya
Demikianlah surat pemyataan ini kami buat dengan sebenar-benamya dan apabila pemyataan ini tidak benar kami bersedia mendapatkan sanksi akademis
Palembang September 2014
PERMOHONAN UNTUK MENGIKUTI SEMINAR PROPOSAL
Palembang Oktober2014 Perihal Mohon untuk diiaksanakan seminar
Proposal Penelitian Skripsi
Kepada Yth Ibu Luil Maknun SH MH Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang D i -
Palembang
Assalamualaikum Wr Wb Saya yang bertanda tangan dibawah Ini Nama DIANA SAPUTRA
NIM 50 2011 059
Program Kekhususan Hukum Pidana
Bahwa yang bersangkutan telah layak untuk mer^ikiuti Seminar Proposal rencana penelitian skripsi yang judul PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI
Mohon kiranya yang bersangkutan untuk dijadwalkan mengikuti Seminar Proposal usul Penelitian Skripsi
Demikianlah disampaikan untuk dipertimban^Lan Wassalamualaikum Wr Wb
Pembimbing Skripsi
M SOLEH IDRUS3HMS
H A L A M A N P E R S E T U J U A N U N T U K M E N G I K U T I S E M I N A R P R O P O S A L
Nama DIANA S A P U T R A
N I M 50 2011059
Program studi Ilmu Hukum
Program kekhususan Hukum Pidana
Judui Penelitian PENYALAHGUNAAN N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A
MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI P E R S P E K T I F VICTIMOUHH
Palembang Oktober2014 Disetujui Pembimbing
M S O L E H IDRUSSH MS
Ketua Bagian Hukum Pidana
LuU MaknunSH M H
![Page 18: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/18.jpg)
DAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A Pengertinn Pcnyalaliguiiaan
Penyalahgunaan dimaksudkan dalam penclilian ini adalah
penyalahgunaan terhadap narkotika dan psikolropika Dimana bahwa
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika ini diambil dan dipersainakan
dcngan pengertian penyalahgunaan narkoba seperti yang disebutkan Lutfi
Braja yakni memberikan pembatasan mengenai penyalaiiguiiaaii yaitu
Pemakaian narkoba di iuar indikasi medik tanpa petunjuk atau
resep dokter dan peinakaiannya bersifat patologik
(menimbulkan kelainan) dan menimbiilkan humbutan dalam
aktifitas di rumah di sekoiah atau di kampus tempat kerja dan
lingkungan sosial Ketergantungan narkoba adalah kondisi yang
kebanyakan diakibatkan oleh penyalahgunaan zat yang disertai
dengan adanya toleransi zat (dosis semakin tinggi) dan gejala
putus zal
Permasalahan penyalahgunaan mengakibatkan dampak yang sering
terjadi di tengah-tcngah masyarakat dari penyalahgunaan narkolika dan
psikotropika antara lain merusak hubungmt kekeluargaaii menurunkan
kemampuan belajar dan produktifitas kerja secara drastis sulit membedakan
mana perbuatan baik dan perbuatan buruk perubahan pcrilaku menjadi
Mardani Op 01 lial 2
9
10
pcrilaku anti sosial (pcrilaku maladaptil) gangguan kesehalan (fisik dun
mental) mempertinggi jumlah kecelakaan lalu lintas tindak kekerasan dan
kriniinuliLis lainnya
Dari kata penyalahgunaan menandakan bahwa Narkotika dan
Psikotropika tidak selalu bermakna negatif Dcngan begitu narkotika dan
psokitropika yang digunakan dengan baik dan benar oleh dokter untuk
mengobati pasiennya lidak tennasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang
disaiahgunakan Di dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA
(Narkotika Psikotropika dan Zat Adit i f Lainnya)
B Pengertian Victiimlogt
Pada dasarnya perkembangan ilmu pengetahuan tentang korban
kejahalan (viktimologi) lidak dapat dipisahkan dari iahimya peiiiikiraii-
pemikiran brilian dari Hans von Hentig seorang ahli kriminologi pada talum
1941 serta Mendelsohn pada tahun 1947 Pemikiran dari kedua ahli ini
sangat mcmpengaruhi setiap fase perkembangan viktimologi Perkembangan
viktimologi hingga sampai pada keadaan seperti sekarang tentunya tidak
terjadi dengan sendirinya namun telah meiigalami berbagai perkembangan
yang dapai dibagi dalam 3 (tiga) fase sebagai berikut
a iada tahap peitama viktimologi hanya meinpclajari korban kejahatan saja
pada fase ini dikatakan sebagai pehdl or special vtciimolo^
b Pada lase kedua viktimologi tidak hanya mengkaji masalah korban
Oadang Huwari Konsep Islam Memerungt AIDS dan NAA Cel XI (Ycgvakarta Ohaiiii iiakli Idaya 1997) hal 153 Made Danaa Wi da Op cil hal 200
kejahalan tetapi juga meiipuli korban kecelakaan Pada fase ini disebut
sebagai general victimology
c Fase ketiga Vikt imologi sudah berkembang lebih luas lagi yaitu mengkaji
permasalahan korban karena penyalahgunaan kckuasaan dan hak-hak asasi
manusia Fase ini dikatakan sebagai new viciimology
Berdasarkan pengertian di atas nampak je las bahwa yang menjadi
obyek pengkajian dari viktimologi diantaranyu pihak-pihak mana saja yang
terlibat atau mcmpengaruhi terjadinya suatu viktimisasi kriminal
bagaiinanakah respon terhadap suatu viktimisasi kriminal faktor penyebab
terjadinya viktimisasi kriminal bagaimanakah upaya penanggulangannya
dan sebagainya
C R u a i i g L i n g k u p Victimologi
Vikt imologi mencliti topik-topik teiilang korban scperti peranan
korban pada terjadinya kejahatan hubungan antara pelaku dengan korban
rentannya posisi korban dan peranan korban dalam sistem peradilan pidana
Selain itu menurut Muladi viktimologi merupakan suatu studi yang bertujuan
untuk
1 Menganaiisa berbagai aspek yang berkaitan dcngan korban
2 Berusaha untuk memberikan penjelasan sebab musabab terjadinya
vikt imisasi dan
3 Mengembangkan sistem tindakan guna mengurangi penderitaan manusia
^Suryono Ekolaina ST Harum Pudjianlo RS dan G Wiraiama Abortus Iruvocalus Ba^ Korban Perkosnan Persxkif Viktimologi Kriminologi Jan Hukum Pidana Edisi PcrUtma Culakari lurlunii (Jakiiria Univcrsilas AlmaJaya 2001) liul 174 ^ibidMl I7()
12
Menurut JE Sahetapy ruang lingkup Viktimologi meliputi bagaimana
sescorang (dapat) menjadi korban yang ditentukan oleh suatu victimity yang
lidak selaiu berhubuiigan dengan masalah kejahatan termasuk pula korban
kecelakaan dan bencana alam selain dari korban kejahatan dan penyalah
gunaait kekuasan^ Namun dalam perkembangannya di tahun 1985
dipeiopori oleh Separovic yang mempelopori pemikiran agar Viktimologi
khusus niengkaji korban karena adanya kejahatan dan penyalahgunaan
kckuasaan dan tidak mengkaji korban karena musibah alau bencana alam
karena korban bencana alam di iuar kemauan manusia out of mms will)
D Jenis dan Penggolungan Narkotika dan Psikotropilta
Dari kata penyalahgunaan narkoba menandakan bahwa narkoba tidak
selalu beimakna negatif Dengan begilu narkolika dan psokitropika yang
digunakan dengan balk dan benar oleh dokter unluk mengobati pasiennya
tidak termasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang disaialigLmakan Di
dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA (Narkotika Psikolropika
dun Zat ditir Lainnya) Dalam penelitian ini hanya dibahas tentang
narkotika dan psikolropika maka sebelumnya dipaparkan terlebih dahulu
berbagai jenis narkotika dan psikotropika sebagai berikut
a) Narkolika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari lanaman atau
TbUi Miiiadi HAM Halam Persepkiif Sislem Peradilan Pidana datam Muladi (cd) Hak Asas) Manusia Hakclal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspeklif llukum dan Masyarakat (Bandung Refikii Aditama 2005) hal lOX VfiWDial 109 Subagyo Partediharjo Op cil hal 11
13
bukan tanainan baik sintesis maupun bukan sintesis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa
Zat ini dapal mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat
meninibulkan ketergantungan Menurut Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika Narkolika adalah at atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun
semisimetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri
dan dapat nienimbulkati ketergantungan yang dibedakan kc dalam
golongan-goiongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang in i
Narkotika memiliki daya adikasi (ketagihan) yang sangat berat
Narkolika juga memiliki daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual
(kebiasaan) yang sangat tinggi Ketiga sifat narkolika ini yang
menyebabkan pemakai narkotika tidak dapat lepas dari cengkeramannya
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
Jenis jenis narkotika dibagi ke daiam 3 (tiga) kelompok yaitu narkotika
golongan I golongan I I dan golongan I I I
Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbaiiaya
karemi daya adilifnya sangat tinggi Golongan ini tidak boleh digunakan
untuk kcpentingan apapun kecuali unluk penelitian atau ilmu
pengetahuan Contohnya adalah ganja heroin kokain inorfin opium dan
lain-lain Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya
Ibid Posal 1 Ayal (I) Unilung-Undang Nomor 3 Tahun 2009 lenlang Narkotika
14
aditifkual tclapi bcrmaiilaal untuk pcngohatan dan penclilian tlonluhnya
adalah petidin dan turunannya benetldin belamctadol dan lain-iain
Sedanikaii narkulika golungaii Ml adalah narkotika yang niciniliki daya
aditif riiigan tetapi bermanfaat untuk penghatan dan penelitian Contohnya
adalali kudcin dun turunannya^
Berdasarkan cara pcmbuatannya narkotika dibedakan ke dalam 3
(tiga) golongatt juga yaitu narkolika atami narkotika semlsimesis dan
narkotika sintesis Dijelaskan sebagai berikut
1) Naikotika alami
Narkotika alami adalah narkotika yang zat aditithya diambil dari
(umbuhlumbuhan (atam) Contohnya
u tjaiija
Ganja adalah tanaman perdu dengan daun menyerupai daun
singkong yang tepinya bergerigi dan berbulu lialus Jumlah Jari
daunnya selalu ganjil yakni 5 7 9 Tumbuhan ini banyak lumbuh di
iieberapa daerah di Indonesia seperti Aceh Suinalera Ulara
Sumatera Selaian Pulau Jawa dan lain-lain Daun ganja ini sering
iligunakiin sebagai bumbu penyedap masakan Bila digunakan
ebagai bumbu iiuisak daya adilifnya rendah Namun lidak
ilemikian apabila dibakar dan asapnya dihirup Cara
|)cnyalahgunaunnya adalah dikcringkan dan dicampu dengan
icmbakiiii rokok atau dijadikan rokok lalu dibakar serta dihisap
Subagvo PurtoJiharjo Op cil hal 11-12
15
b Ilaisis
Hasis adaiah lanaman serupa ganja yang lumbuh di Amcrika
Latin dan Eiopa Daun ganja hasis dan mariyuana Juga dapat
disuling dan diambil sarinya Oatam bentuk cair harganya sangat
mahai Gunanya adalah unluk disaiahgunakan oleh pemadut-pemadal
kelas tinggi
c Koka
Koka adalah lanaman perdu mirip pohon kupi Huahnya yang
inatang bcrwama inerah seperti biji kopi Dalam komunitas
masyarakat Indian Kuno biji koka sering digunakan untuk
inenambah kekiiatan orang yang bcrperang atau bcrburu binalang
Koka kemudian bisa diolah menj adi kokain
d Opium
Opium adaiah bunga dengan bentuk dan wama yang indah
Dari getah bunga opium dihasilkan candu (opiat) Di Mesir dan
daratan Cina opium dahulu digunakan unluk mengobati beberapa
penyakit member kekuatan atau menghilangkan rasa sakil pada
lentara yang terluka sewaktu berperang atau berburu Opium banyak
lumbuh di segiliga emas antara Burma Komboja dan Thailand
atau di daratan Cina dan segitlga emas Asia Tengah yaitu daerah
antara Alganistan Iran dan Pakistan
Dalam kalangan perdagangaii liilernasional ada kebiasaan
ftW hal 14
16
(keliru) tncnamai daerah tempat peuanamuii opium sebagai daerah
emas Diberi nama demikian karena perdagaiigan opium sangat
mengimtiingkan Karena bahayanya yang besar daerah seperti ilu
keliru jika diberi nama predikat emas Daerah sumber produksl
opium sepantasnya disebut segitlga setan atau segitlga iblis
2) Narkotika semisintcsis
Narkotika semisintesis adalah narkotika alami yang diolah dan
diambil zat aktifnya (intisarinya) agar memiliki khasiat yang lebih kuat
schmgga dapat dimanfaatkan untuk kepcnlingan kedokteran
Contohnya
a Morfm dipakai dalam dunia kedokteran unluk menghilangkan rasa
sakit alau pembiusan pada operasi (pcmbcdahan)
b Kodein dipakai unluk obat penghilang baluk
c Heroin tidak dipakai dalam pengobatan karena daya adilifnya
sangat besar dan matifuatnya secara medis belum
ditemukan Dalam pcrdugangan gelup heroin diberi nama
pulaw atau pete atau pt Henlnknya seperti tepun terigu
yang halus pulih dan agak kotor
d Kokain liiisll olahati dari biji koka
3) Naikotika sintesis
Narkotika sintesis adalah narkotika palsu yang dibuat dari bahan
kimia Narkotika ini digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi
oraiig yang menderita kclcrgantungun Contohnya
17
a Ietidin unluk obat bius lokal operasi kccil sunal dan
sebagainya
b Melhadon unluk pengobatan pecandu narkoba dan
c Naltrexon untuk pengobatan pecandu narkoba
Selain unluk pembiusan narkolika sintesis biasanya diberikan
oleh dokter kcpada penyalahgiina narkoba untuk menghcntikan
kebiasaannya yang tidak kuat melawan sugesti (relaps) atau sakaw
Narkotika sintesis berfungsi sebagai pengganti senientara Bila sudah
bciiar-bcnar bcbas asupan narkoba sintesis in dikurangi sedikil demi
sedikit sampai akhimya berhenti total
b) Fsikotropika
Pengertian psikolropika menurut Pasal I Ayal ( I ) Undang-Undang
Nomor 5 Taliun 1997 tentang Psikotropika adalah Zat atau obat baik
alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif
melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusal yang menyebabkan
perubahan khas pada uktivitus mental dan perilaku
Pengertian Psikolropika di daUim Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika tidak ditemukan Hal tersebut sehubungan
dengan ketentuan di dalam Pasal 153 huruf b yaitu Lamplran mengenai
jenis Psikotropika Golongan 1 dan Golongan II scbagaimana tercantum
dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika (lcmbaran Ncgara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor
10 Tambahan Lcmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671) yang
18
telah (iipindahkan menj adi Narkotika Golongan I menurut UndangUndang
ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku Oleh karenanya dalam Undangshy
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tidak ada lagi di dalam pasal-pasal nya
yang mengatur mengenai Psikotropika karena sudah dlmasukkan ke dalam
golongan Narkotika
Sesuai dengan pembahasan dalam penelitian ini masih
berhuijutigar dengan Psikotropika maka Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1997 tentang Psikotropika masih perlu untuk dibahas dalam penelitian ini
Menui iil undangumlang tersebut Psikolropika adalah zal atau obal bukan
narkolika baik alamiah maupun sintesis yang memiliki khasiat psikoaktif
melaiui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas nonnal dan perilaku Psikotropika ini
merupakan obat yang digunakan oleh dokter untuk mngobali gangguan
jiwa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tenumg
Psikolropika psikotropika dikelompokkan ke dalam 4 (empat) golongan
Golongan I yaitu psikotropika dengan daya aditif yang sangat kuat
belum diketahui manfkilnya untuk pengobatan dan sedang diteliti
khasiiitnya saat ini Contohnya adalah MDMA ekstasi USD dan STP
Golongan U yakni psikolropika dengan daya aditif kuat serta berguna
untuk pengobatan dan penelitian Contohnya adalah amfelamin
metanifetamin metakualon dan sebagainya Golongan IH yakni
psikolropika dcngan daya adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan
dan penelitian Contohnya adalah lumibal buprenorsina flcenilrazepam
19
dan sebagainya Golongan IV yakni psikotropika yang memiliki daya
aditif ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian Contohnya
adalah netrazepam (BK Mogadon Duiiiolid) diazepam dan lain-lain^
Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika yang dimaksud dengan paslkotoplka adalah zat atau obat
baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif
melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang mcnyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku Psikotropika
dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut
1 Psikotropika golongan I yaitu psikolropika yang hanya dapat digunakan
unluk kcpentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi
sena mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan Contohnya ekstasi shabu LSD
2 Psikotropika golongan II yakni psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi danatau tujuan ilmu
pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan Contohnya amfetamin metilfenidat atau ritalin
3 Psikotropika golongan III yaitu psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi danatau unluk tujuan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan
sintlroma ketergantungan Contohnya pentobarbital Flunitrazepam dun
4 Psikotropika golongan IV yaitu psikotropika yang berkhasiat
Ibid ILil 15
20
pengobatan dan sangal luas digunakan dalam terapi danatau unluk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindrom ketergantungan Contohnya diazepam
bromazepam Fenobarbital klonazcpam klordiazepoxide nitrazepam
seperti pil BK pil Kopio Rohip Dum MG
Sedangkan kelompok dan jenLs psikotropika yang sering
disaiahgunakan antara lain
1 Psikostimulansia scperti amfetamin ekstasi dan shabu
2 Scdalif amp Hipnolika (obat penenang obat tidur) seperti MG BK
DUM Pil kopio dan lain-lain dan
3 Halusinogenika seperti lysergic acid dycthylamidc (USD) mushroom
Berdasarkan Ilmu farmukologi psikotropika dikelompokkan ke daiam 3
(tiga) golongan yakni dcpresan stinuilan dan halusinogen sebagai
berikut
1 Kelompok dcpresanpcnekan syaraf pusatpenenangobat tidur
Contohnya adalah valium BK rohipnol mogadon dan lain-lain
Jika diminurn obat ini dapat memberikan rasa tenang menganluk
rasa tcnteruni dan damai Obat ini Juga menghilangkan rasa takut
dan gelisah
2 Kelompok stimuiaiiperangsang syaraf pusaianti tidur Conlohnya
adalah amfetamin ekstasi dan shabu Ekstasi berbentuk tablet
berancka bentuk dun wama Amfetamin berbentuk tablet bcrwama
-Aid hal 16-17
21
pulih Bila diiriinuni obal ini mcndalangkan rasa gembira hilangnya
rasa pemiusuhiui hilangnya rasa marali ingin selalu aktif badan
terasa fit dan lidak merasa lapar Daya kerja otak menjadi scrba
cepat namun kurang lerkendali Shabu berbentuk tepung kristal
kasar berwarna pulili hersih seperti garani
3 Kelompok halusinogen Halusinogen adalah obat at tanaman
makanan yang dapat meninibulkan kiiayaian contohnya yailu LSD
Lysergic Acid Dicihyltamide) getah lanaman kaklus kecubung
jamur tertentu (misceiine) dan ganja Bila diminurn spikotropika
jenis in dapat menimbulkan kliayalan tentang peristiwa-peristiwa
yang mengerikan khayalan tentang kenikmatan scks dan
sebagainya Kenikmatan didapat oleh pemakai setelah pemakai sadar
bahwa perisfiwa mengerikan ilu bukan kenyataan atau karena
kenikmatankenikmatan yang dialami walaupun hanya khayalan
BAB III
PEMBAHASAN
A Faktor yang Mcnyebabkan Terjadinya Penyalahgunaan Narkotika dan
Psikotropilta
1 Faktor yang Bersunibcr Dari Individu
Menurut Luthfi Buraja terdapat 3 (liga) pcndekatan untuk
tcrjadinya penyalahgunaan dan ketergantungan terhadap narkotika dan
psikotropika yaitu peridekalan orgunobilogik psikodinamik dan
psikososial Ketiga pendekatan tersebut tidaklah berdiri sendiri melainkan
saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya Dari siidut pandang
organobiologik (sususan syaraf pusatotak) mekanismc terjadinya adiksi
(ketagihan) hingga deperidcnsi (ketergantungan) dikenal dengan dua istilah
yaitu gangguan mental oragnik atau sindrom otak organik seperti gaduh
gelisah dan kekacauan dalam fungsi kognilif (alam pikiran) efektif (alam
perasaanemosi) dan psikomotor (perilaku) yang disebabkan efek
langsung terhadap susunan syaraf pusat (otiik)^^
Sescorang akan mcnjadi ketergantungan terhadap narkotika dan
psikotropika apabila seseorang dengan tems-menenis diberikan zat
tersebut Hal ini berkaitan dengan teroi adaptasi sekuler mum
adaptaiUm) tubuh beradaptasi dengan menambah jumlah teseptor dan seishy
se syaraf bekcrja kcras Jika zat dihenlikan sel yang masih bekerja kcras
Luthll Uaraja Makalali Gangguan Mciilul dan icrilaku Akibut Nurkuba Disampalkim pada Seminar tentang Narkoba di SMK Iptck lakarla hal 2
22
23
tadi mengaiami kelmLisaii yang dari kiar tampak sebagai gejala-gejala
putus obal Gejala putus obat tersebut mcmaksa individu untuk
mengulangi pemakaian zal tersebul
Faktor predisposisi individu dengan gangguan kepribadian (anti
sosial) ditandai dengan pcrasaan lidak puas terhadap orang lain Selain itu
yang bersangkutan tidak inampu untuk berfungsi secara wajar dan efektif
dalam pergaulan di rumah di sekoiah atau di tempat kerja gangguan lain
sebagai penyerta berupa rasa cemas dan depresi Untuk mengatasi
ketidakniainpuan dan mcnghiiangkan kccemasan atau depresinya maka
individu tersebut cenderung untuk menggunakan narkoba Semestinya
individu itu dapat mengobati dirinya dengan datang ke dokterpsikiater
untuk mendapatkan terapi yang tepat sehingga dapat dicegah
keterlibatannya dalam penggunaan narkotika dan psikotropika
Secara umum mereka yang menyalahgunakan narkotika dan
psikotropika dapat di bagi ke dalam 3 (tiga) golongan besar yaitu
1 Ketergantungan primer ditandai dengan adanya kecemasan dan
depresi yang pada umumnya terdapat pada orahg detigah kepfibadlah
yang tidak stabil
2 Ketergantungan simtomatis yaitu penyalahgunaan narkotika dan
psikotropika sebagai salah satu gejala dari tipe kepribadian yang
mendasarinya pada umumnya terjadi pada orang yang kepribadian
psikopatik (anti sosial) kriminal dan pemakaian narkotika dan
Ai4hal K
24
psikotropika untuk kesenangaii sematu
3 Ketergantungan reaktif yaitu terdapat pada remaja karena dorongan
ingin tahii pengaruh tekanan dan lingkungan tenian atau kelompok
sebaya peer group pressure)
Ada beberapa faktor internal dan ekslernal yang mcnjadi penyebab
individu menyalahgunakan dan menjadi ketergantungan terhadap
narkotika dan psikotropika Menurut Sudarsono bahwa penyalahgunaan
narkolika dan psikotropika di latar belakangi oleh beberapa sebab yaitu
1 Untuk membuktikan kebcranian dalam melakukan tindakan-tindakan
yang berbaiiaya seperti ngebut dan bergaul dengan wanita
2 Meniinjukkan tindakan yang menenlung orang tua guru dan norma
sosial
3 Mempermudah penyaluran dan mempermudah perbuatan seks
4 Melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh peiigalamaii-
pengalainan einosional
5 Meneari dan menemukan aril hidup
6 Mengisi kekosnngan dan kesepian hidup
7 Menghilangkan kegelisahan frustasi dan kepepel hidup
8 Mengikuti kemauan kawan-kawan dahim rangka pembinaan solidaritas
dan
9 Iseng-iseng saja dan rasa ingin tahu
Menurut hasil penelitian Dadang Hawari bahwa di anlara faklor-
Sudujsono Kenakalan Remaja cel ii (Jakarta Rineka Cipta 1992) 1ml 67
25
faktor yang berpcran dalam penggunaan narkotika dan psikolropika
adalah
1 Faktor kepribadian anti sosial dan psikopatik
2 Kondisi kejiwaan yang mudah merasa keeewa atau depresi
3 Kondisi keluarga yang meliputi keutuhan keluarga kesibukan orang
tua hubungan orang tua dengan anak
4 Kelompok teiiian sebaya dan
5 Narkotika dan psikotropika itu sendiri mudah diperoleh dan tersedianya
pasaran yang resmi maupun lidak resmi
Menurut Siibagyo Partodiharjo secara individu terdapat beberapa
faktor yang mcmpengaruhi sescorang dapat menyalahgunakan narkotika
dan psikotropika Alasan ini merupakan alasan yang bersumber dari diri
sendin atau pemakai narkotika dan pasikotropika tersebut yakni sebagai
berikut
a Ingin tahii
Perasaun ingin tahu biasanya diniiliki oieh generasi muda pada
umur setara siswa SD SLTP dan SLTA Bila di hadapan sckelompok
anak muda ada seseorang yang inemperagakan uikmatnya
mengkonsumsi narkotika dan psikolropika maka didorong oleh naluri
alami anak muda yaitu keingintahuan maka salah seoariig dari
kelompok itu akan maju mencobanya Selain didorong oleh
keingintahuan keberaniannya juga karena didesak oleh gejolak dalam
Mardiini foc cil hai 102 ^ Subagyo RatoiJlliarjo ioc cil liiil 72-74
26
jiwanya yang ingin dianggap hebal pemberani dan pahlawan di antara
temanteinan sehayanya Maka jatuhlah satu orang anak dalam pelaku
setan
Dalam kondisi seperti itu reaksi kawan-kawan sebayanya
berbeda-bcda
1 Ada yang ingin menyaingi menunjukkan bahwa dirinya lebih hebat
lagi lalu memakai
2 Ada yang ingin tahu kemudian ikut memakai dan
3 Ada yang sella kawan lain ikut memakai juga
Sikap seperti inilah yang menyebabkan bandar atau pengedar
senang Mereka meiigincar generasi muda mahasiswa atau pclajar
karena 2 (dua) pertimbaiigan
1) Kalau salah satu anak muda kena maka anak muda yang lainnya
ikut kena sehingga konsumen cepat bertambah dan
2) Kalau anak muda kena maka anak muda tcrsebut akan mcnjadi
pemakai selia dalam waktii yang lama Berbeda dengan orang tua
yang cepat maii keuntungan komersial yang diperoleh dari
kelompok anak muda ini akan banyak
b Ingin dianggap hebal
Pcrasaan ingin dianggap hebat biasanya dimiiiki oleh generasi
muda Sepcrti ditcrangkan di atas salah satu sifat alami yang positif
dari generasi muda adalah daya saing Sayang sekali karena
kelidaktahuan sifat positif ini juga dapat dipakai untuk masalah negatif
27
Silat positif ini scharusiiya didorong unluk berlomba daluin preslasi
pada bidang pcndidikan kesenian olah raga dan lain-lain yang
bermanfaat bagi kehidupan
Bila sikap ingin berkonipctisi ini diarahkan untuk
mengkonsumsi narkolika dan psikolropika akibatiiya sungguli
mengerikan yailu kcgagalan hidup dan kesengsaraan Pemakai hanya
dapat dianggap hebat oleh lingkungan kecil pcniakai narkotika dan
psikotropika Di masyarakat luas pemakai hanya menuai cerca dan
nista
c Rasa setia kawan
Perasaan setia kawan sangat kuat dimiiiki oleh generasi muda
Jika lidak mendapatkan penyaluran yang posilif sifai positif tersebut
dapat berbahaya dan mcnjadi negatif Bila (cmannya memakai
narkotika dan psikotropika maka individu tersebul ikut juga memakai
Bila temannya dimarahi orang tuanya atau dimusuhi masyarakat maka
pemakai membela dan ikut bersimpatik
Sikap seperti itulah yang menyebabkan anak ikut-ikutan
Awalnya hiuiya satu orang yang merokok kemudian semuanya menjadi
perokok Setelah semuanya merokok sntu orang mulai memakai ganja
lalu yang lainnya ikut sehingga menjadi sekawanaii pemakai ganja
Selelah semua memakai ganja satu orang memakai ekstasi kemudian
semuanya ikut demikian selerusnya meningkat menjadi shabu dan pada
akhirnya menjadi pemakai putaw
28
d Rasa kccewa truslasi kcsai
Pcrasaan kesal kcccwa atau (rustasi biasanya terjadi karena
kegagalan pada generasi muda eksckutif mudu suami atau istri
Pcnggiiiiaan narkotika dan psikolropika pada kelompok ini bertujuan
untuk sesaat melupakan kekccewaan kckesaian dan fi-uslasi Kondisi
masyarakat yang carut martit tclah banyak melahirkan kekccewaan
kekesalan bahkan Iruslasi Narkolika dan psikotropika dapat
melupakannya sesaat tetapi tidak untuk mengatasi masalah yang
sesungguhiiya
Hubungan buruk yang disebabkan oleh kcgagalan
berkomuiiikasi antara orang tua dengan anaknya dapat menyebabkan
rasa kesal Hal ini mcnjadi faktor pemicu pemakaian narkotika dan
psikotropika oleh anak Intcraksi anlara orang tua dcngan anak tidak
cukup hanya berdasarkan niat baik Cora berkoniunikasi juga harus
baik Masing-masing pihak harus memiliki kcsabaran untuk
menjclaskan isi hatinya dengan cara yang tepat Banyak sekali konfllk
di dalam rumah tangga yang terjadi hanya karena salah paham atau
kekeliman berkoniunikasi Kekeliruan kecil itu dapal bcrakibat fatal
yaitu masuknya narkotika dan psikotropika ke dalam keluarga
Kekccewaan kekesalan dan frustasi dapal terjadi karena
kekeliruan dalam berkomunikasi terhadap beberapa faktor berikut i n i
I ) Komunikasi anak dengan orang tua
IbUI hiiJ 74
29
2) Komunikasi antar anak
3) Komunikasi di lingkungan eksekulifinuda dan
4) Komunikasi antara suami istri
e Ingin bebus dari rasa sakil atau pusing
Penderila pcnyakit beral yang kronis dan tidak kunjuiig sembuh
misalnya Ranker hati luka bakar uka tusuk wasir Ranker paruparii
migreii eneok pengapuran dan lain-lain sclalu merasakan sakit yang
iuar biasa karena penyakitnya Rasa sakit tersebut sering kali tidak
dapat dihilangkan dengan obat pengtiiiang rasa sakit biasa (anaigetik)
sehingga peiiderilanya mencoba narkotika atau psikotropika
Narkotika maupun psikolropika dapat menghilangkan rasa sakit
tersebut tetapi tidak menyembuhkan penyakitnya Ceiakaiiya pemakai
yang bersangkutan malah mendapat maslah baru yaitu ketergantungan
dengan segala komplikasinya yang justru menjadi lebih berbahaya
f Ingin menikmati rasa gembira tampii lincah energik dan mengusir
rasa sedih dan malas
Para eksekudf dan sciebritis biasanya memiliki gaya hidup yang
trendi Mereka merasa dituntut untuk selalu lampil lebih prima Dengan
mengkonsumsi naikotika atau psikolropika mereka dapat tampii prima
dan percaya diri karena kehilangan rasa malu walaupun sesungguhnya
tidak demikian
Perasaan hebat tersebut di atas seharusnya dicapai melaiui tekun
berolah raga hidup teratur meningkatkan kualitas fisik mental
30
inlclckUial dan mocaiiiyii Riikan ineiigamhit jalan piiitas dcngan tampii
seotah-olah prima niclalui manipulasi atau lipuan melaiui
mengkonsumsi narkotika atau psikolropika tersebut Pcnampilmi prima
yang semu atau atau tipuan itu lambat laun akan terungkap juga
sehingga [ania-keiamaan akan kelahuari juga jati dirinya yang
sesungguhnya itu
g ingin tampii iangsing
Narkolika dan psikotropika terscbut juga banyak digunakan oleh
artis dan ibu-ibu rumah tangga yang berbadan gemuk untuk
melangsingkan lubtihnya Narkotika alau psikotropika dengan jenis
tertentu ada juga yang dapat menghilangkan nafsu makan sekaligus
menambali aktivitas fisik sehingga dapat menurunkan beral badun
h Takut mengalami rasa sakit (sakaw)
Pengguna jenis narkotika atau psikolropika tersebut yang sudah
menjadi pemakai tetap (pemadat) akan mengalami rasa sakit (sakaw)
bila tidak memakainya Karena takut merasakan penderitaan maka
pemakai tersebut terus memakainya sehingga menjadi pemakai yang
sella junkies) Banyak pemakai narkotika dan psikotropika ini yang
setia adalah orang-orang yang merasa terpaksa memakai sebab kalau
lidak memakainya mereka akan mengalami sakaw
Kebanyakan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika
dimulai atau terdapat pada masa remaja sebab masa remaja yang
sedang mengalami perubahan biologik psikologik maupun sosial yang
31
pesat merupakan individu yang rentan untuk nienyaiahguriakan
narkotika maupun psikotropika terscbut Anak atau remaja dcngan ciri-
ciri tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi
penyalahgunanya Ciri-ciri tersebut anlara lain^
a Cenderung memberontak dan menolak otoritas
b Cenderung memiliki gangguan j iwa lain (komorbiditas) seperti
depresi cemas psikotik keperibadian dissosial
c Perilaku menyimpang dari aluran atau norma yang berlaku
d Rasa kurang percaya diri low selw-confulence) rendah diri dan
memiliki citra diri negatif (ow setf-esleem)
e Sifal mudah keeewa cenderung agresif dan destruktlf
f Mudah murung pemalu pendiam
g Mudah merasa bosan dan jenuh
h Keingintahuan yang besar untuk meneoba atau penasaran
i Keinginan untuk bersenang-senang [just for fun)
j Keinginan untuk mengikuti mode karena dianggap sebagai lambang
keperkasaan dan kehidupan modem
k Keinginan untuk diterima dalam pergaulan
1 Identitas diri yang kabur sehingga merasa diri kurang jantan
mTidak siap mental untuk menghadapl tekanan pergaulan sehingga
sulit mcngambil keputusan untuk menolak tawaran NAPZA dengan
tegas
Tom Kus dan Tedi Btihava NAPZA Bagi Pelajar (Bandung Yayasan Al-Ghilari Morgan im) hal 14
32
n Kemampuan komunikasi rendati
o Melarikan diri dari scsuatu (kebosaiian kcgagalan kekccewaan
kclidakmampuan kesepian dan kegcliran hidup dan lain-lain)
p Putus sekoiah dan
q Kurang menghayati iman atau kcpcrcayaaiinya
Menurut Tim Badan Narkotika Nasional hahwa terdapat
beberapa iaklor yang menyebabkan sescorang alau individu
menyalahgunakan narkolika dan psikotropika anlara lain
1) Keingintahuan yang besar untuk mcncoba tanpa sadar alau berlikir
panjang tentang akibatnya dikemudian hari
2) Keinginan unluk mencoba-coba karena penasaran
3) Keinginan untuk bersenang-senang
4) Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya hidup
5) Keinginan untuk dapat diterima daiam suatu kelompok
6) Lari dari masalah kebosanan atau kegetiran hidup
7) Pengertian yang salah bahwa mcncoba sckali-kali lidak akan
menimbulkan masalah
8) l idak mainpu alau tidak berani menghadapl tekanan dari lingkungan
alau kelompok pergaulan unluk menggunakan narkolika dan
psikotropika dan
9) Tidak Japal atau mampu mengatakan tidak pada narkotika dan
psikotropika
Tim INN Loc di
33
Berdasarkan peinaparaii Icrscbut di atas dengan demikian
bahwa individu didorong oleli beberapa faktor untuk menyalahgunakan
pemakaian narkotika dan psikotropika tersebut sehingga menjadi
individu yang mengalami ketergantungan berikut ini disebutkan
beberapa faktor adalah
1) Ingin tahu dan Ingin mencoba rasa memakai narkotika atau
psikotropika bagi kalangan anak muda)
2) Ingin dianggap lebih hebat dari orang Iain pada orang muda)
3) login membuktikan kesetiakawanan (pada orang muda)
4) Dianggap paling tepat untuk mengatasi perasaan keeewa j en gkel
dan frustasi (pada suami istri yang mengalami konllik rumah
tangga)
5) Dianggap cara yang paling mudah untuk menghalau rasa sakit pada
tubuh (pada penderita penyakit yang kronis)
6) Dianggap cara yang paling ampuh untuk mendapatkan perasaan
tenang damai atau gembira (pada suami istri yang mcnghadapi
konflik rumah tangga)
7) Dianggap cara yang paling mudah untuk melangsingkan lubuh (pada
ibuibii rumali tangga atau wanita yang bertubuh gemuk)
2 Faktor yang Bersumlicr dari Lingkungan
Faktor lingkungan tidak mampu mencegah atau mengurangi
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika bahkan membuka kesempatan
pemakaian narkotika dan psikotropika Yang dimaksud dcngan faktor
34
kesempatan di sini adalah tersedianya siluasi-situasi yang nieiiiungkinkan
untuk memakai narkolika atau psikolropika di waktu-vvaklu luarig di tempat
rekreasi atau hiburan diskotik pesia dan lain-lain Atau mungkin lingkungan
masyarakat yang tidak mampu mengendalikan bahkan membiarkan penjualan
alau pcrcdaran geiap narkotika dan psikotropika misalnya karena lemahnya
penegakan hukum penjualan narkolika dan psikotropika secara bcbas bisnis
narkotika dan psiktilropika yang terorganisir mudahnya memperoleh
narkotika dan psikotropika dan lain-lain
raklor yang bersumber dari lingkungan yang mcnyebabkan individu
dapat menyalahgunakan pemakaian narkotika dan psikotropika merupakan
laktor kontribusi masukaii dari Iuar individu) dimana sesttorang dengan
kondisi keluarga tidak baik akan merasa tertekan dan rasa lertekan inilah
sebagai faktor penyerta bagi dirinya untuk terlibat dalam penyalahgunaan
narkotika dan psikotropika tersebut Disfungsi keluarga yang dimaksud antara
lain adalah keluarga yang tidak utuh kedua orang tua yang tcrlalu sibuk dan
lingkungan interpersonal dengan orang tua yang tidak baik Di samping itu
faktor pencetus seperti pengaruh teman sebaya tersediu dan mudah
didapatkan mempunyai andil sebagai faktor pencetus sescorang atau individu
terlibat ke dalam penyalahgunaan yang mengakibatkan ketergantungan
terhadap narkotika dan psikotropika Dari sudut pandang psikososial
penyalahgunaan narkotika dun psikolropiku dapat terjadi sebagai akibat
negatif dari intcraksi tiga kiitub sosial yang tidak kondtisif yaitu kutub
Lulhli ilurnju Op cil
35
keluarga kutub sekolahkupus dan kulub masyarakat
Faktor lingkungan meliputi faktor kciuarga dan lingkungan pergaulan
balk dlsekltar rumah sekoiah teman sebaya maupun masyarakat Banyak
pengguna Narkotika dan Psikolropika yang berasal dari keluarga yang lidak
harmonis Keluarga seharusnya mcnjadi wadah untuk menikmati kebahagiaan
dan curalian kasih sayang wahana silih asih silih asah dan silih asuh
Namun pada kenyataannya keluarga sering sekali justru menjadi pemicu
sang anak mcnjadi pemakai hal tersebut disebabkan karena kciuarga tersebut
kacau balau Hubungan antara anggota keluarga dingin bahkan tegang atau
bermusuhan
Komunikasi antara ayah ibu dan ariak-anak sering sekali
menciptakan suasana konflik yang tidak berkesudahan dimana bahwa
penyebab konllik tersebut sangal beragam Solusi semua konflik adalah
komunikasi yang baik periuh pcngerlian saling menghargai dan menyayangi
serta ingin selalu membahagiakaii
Konflik di dalam keluarga dapat mendorong anggota keluarga merasa
frustasi sehingga lerjebak memilih narkotika dan psikolropika sebagai
solusinya Biasanya yang paling rentan terhadap stres adalah anak kemudian
suami dan istri sebagai benleng terakhir Beberapa faktor yang bersumber
dari lingkungan keluarga yang dapat mempengaruhi seseorang atau individu
tertentu icrjun kc dalam lingkungan penyalahgunaan narkotika dan
36
psikotropika tcrsebut antara lain adatuh
a Koniimikasi niang tua-aiiak kiii-ang baikcfektif
b Hubungan dalam keluarga kunmgharmonisdisfimgsi dalam keluarga
c Orang tua bercerai bcrscitngkub atau kawin lagi
d Orang lua tcrlalu sibuk aUiu tidak acuh
e Orang tua oloriter alau scrba melarang
f Orang tua yang serha nieinbolehkan (pcrmisil)
g Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teiadan
h Orang tua kurang peduli dun tidak tahu dengan masalah narkolika
i Tata terlib alau disiplin keluarga yang selalu bcrubah (kiiiaiig konsisten)
j Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam kciuarga
dan
k Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahguna narkotika
dan psikotropika
Sitimsi buruk dalam keluarga yang soring menyudiitkan anak ke arah
narkotika dan psikotropika adalah
1) Anak merasa kurang mendapatkan kasih sayang dalam keluarga merasa
kesal keeewa dan kesepian
2) Anak merasa kurang dihargai kurang mendapatkan kepcrcayaan dun
selalu dianggap salah
3) Anak mengalami konflik dengan orang tua dalam masalah pacaran
memilih pasangan hidup atau meneniukan pilihan profesi cila-elta dan
Mardani Loc cil lial 99 AW hal 100
37
sebagainya
4) Anak kesal dan keeewa karena ayah dan ibuiiya kurang lianiionis dan
sering bertcngkar (broken home)
5) Suami thtsirasi karena tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapinya
dengan islrinya
6) Istri fnistrasi akibat konllik dengan suami tentang masalali ekonomi atau
adanya wanita lain di samping suami
Banyak pengguna narkotika dan psikolropika yang pada awalnya
dimulai karena pengaruh dari orang lain Bentuk pengaruh dari orang lain itu
dapat bervariasi mulai dari bujuk rayu lipii daya sampai kepada paksaan
a) Tipu Daya
Banyak anak yang ditipu oleh kenalon teman sahabat atau pacar
Seperti mengajak meraka untuk memakai narkotika dan psikolropika
dengan bemacam-macain tipuan Dengan alasan yang digunakan bahwa
narkotika dan psikotropika adalah vitamin obat pil pintar pil sehat atau
food supplement Tipuan itu dapat juga berupa bujukan bahwa narkotika
dan psikotropika tidak tcrlalu berbahaya kalau tahu raliasianya Banyak
orang di dalam masyarakat yang dikira orang baik-baik namun lemyata
pengedar narkotika dan psikotropika Walaupun orang itu adalah kawan
sahabat saudara atau pacar sebagai pengedar penipu tersebul akan tcga
menipu maupun menjebak kita Pengedar narkotika dan psikotropika
sangat pandui mcmasarkan narkotika dan psikotropika tersebut Dengan
menawarkan narkotika dan psikotropika sebagai mmn food supplement
38
pil scliat pil pintar dan sebagainya Dengan lipuan ini korban dari
kalangan kciuarga hannonis akan terjcrumus ke dalamnya Saat ini banyak
pemakai narkolika dan psikotropika dari keluarga harmonis bukan hanya
bull dari keluarga berantakan Banyak pekerja mahasiswa atau pelajar yang
tampii ioyo tertipu ketika kepadanya ditawarkan pil sehat vitamin atau pil
pintar Banyak pemuka agama juru dakwah atau pengkhotbah yang
tertipu karena pil sehal yang dlbelinya adalah narkotika dan
psikotropika Reaksi pemakaian narkotika dan psikotropika mula-mula
terasa menyehatkan dan membuat si korban tipuan terscbut sukses dalam
berdakwah atau berkhotbah Ibu rumah tangga juga dapat tertipu karena
ditawari pil pelangsing oleh saudara atau teman dalam arlsan dan lain-
lain Mulanya karena tipu daya akhimya setelah lerjebak menjadi
biasa
b) Bujuk rayu
Waftiia camlk pengedaf ftaTkotlka dan psikotFoplka biasanya menjebak
mangsa melaiui bujuk rayu Untuk memasarkun narkotika dan
psikotropika pengedar tersebut memilih profesi sebagai wanita penghibur
atau Wanita Tuna Susiala (WTS) Banyak eksekutif muda pekerja atau
bos-bos yang mulai memakai narkotika dan psikotropika karena rayuan
pekerja seks komersial hostess dan sebagainya Dalam mcmasarkan
narkotika dan psikotropika wanita tersebut merayu akan mau melayani
kencati kalau bersama-sama mengkonsumsi narkotika dan psikotropika
Subagyo Purlodlhario Loc cil hal 78
39
lebih dulu Muta-mula kurban memakai narkotika dan psikotropika karena
tergoda namun akhimya menjadi terbiasa
c) Paksaan
Banyak anak muda yang mengawali pemakaian narkotika dan psikotropika
karena dipaksa oleh sekawanun alau seseorang yang mengancam akan
mencelakainya Banyak pclajar atau nialiasiswa mengawali kebiasaan
memakai narkotika dan psikotropika dari keadaan terpaksa diancam oleh
sekawanan preman yang menghadang di tengah jalan Dari kelompok ini
pula terjaring pemakai yang berasal dari keluarga hannonis
Lingkungan sekoiah bagi pelajar tingkat SD SMP dan SMA
merupakan tempat yang stratcgls bagi para pelajar untuk menunjukkan jati
dirinya sehingga mereka terjun kepada penyalahgunaan narkotika dan
psikotropika ini faktor sekoiah yang merupakan bagian tcrpcnting yang
mempengaruhi adalah
a Sekoiah yang kurang disiplin
b Sekoiah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjiial narkotika atau
penjual psikolropika
c Sekoiah yang kurang member] kesempatan pada siswa untuk
mengembangkan diri secara kreatif dan positif
d Adanya murid pengguna narkotika atau psikotropika
Kartini Kurtono op cil hivl 124
40
B Pengaturan Sanksi Pidana Terhadaj) Pcnyalahgunaaan Narkotika dan
Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau
dari Perlindungan Terhadap Korban
Dalam hukum pidana di Indonesia terdapat adanya
ketldakseimbangan antara perlindungan korban kejahatan dcngan pelaku
kejahatan pada dasarnya mempakan salah satu pengingkaran dari asas setiap
warga negara bersamaan kcdudukannya dalam hukum dan pcmerinlahan
sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 sebagai
landasan konstitusional Perlindungan korban memiliki hubungan cral dcngan
teori pemidanaan yang dikemukakan Wirjono Prodjudikoro tujuan
pemidanaan adalah untuk niemenuhi rasa keadilan^
Ada Juga yang mengemukakan bahwa tujuan pemidanaan dapat
dilihat melalul 2 (dua) leorl mengenai alasan-alaitan yang membenarkan
(justification) penjatuhan hukuman (sanksi) yaitu Teori Absolut
(Vergeldingslheorie) dan Teori Relatif atau Doeitheorie Menurut Teori
Absolut (Vergeldingslheorie) tujuan pemidanaan sebagai pembalasan
terhadap para pelaku karena telah melakukan kejahatan yang mengakibatkan
kesengsaraan lerhadap orang lain alau anggota masyarakat sedangkan
Roeslan Saleh mengatakan sebagai reaksi-reaksi atasdelik yang berwujud
suatu nestapa yang scngaja dilimpakan ncgara kcpada pembuat delik
Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana Cctakan Iuriania (Jakarta Sinar Gnitlka2(W5)hii4
lcduu Mdipaung Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cctakun IcrliirMii (Jukiirtu Sinur Gratika 2005) hal 4
kiwsUin Saleh Shdsel Pidana Indonesia (Jukarlu liinn Aksara 19K7) hal 5
41
Menurut Teori Relatif Doeltheurie) tujuan pemidanaan adalah
a Menjerakan agar si pelaku atau terpidana menjadi jera dan tidak
mengulangi lagi perbuatannya specials presenile) sena masyarakat umum
agar mengertahui jika melakukan perbuatan yang sama akan mengalami
hukuman yang serupa atau disebut pula generalpreventte
h Memperbaiki pribadi si terpidana berdasarkan perlakuan dan pcndidikan
selama menjalani hukuman terpidana merasa menyesal dan tidak akan
mengulangi perbuatannya dan kcmbali kepada masyarakat sebgai orang
baik dan berguna dan
c Mcmblnasakan (menjatulikan hukuman mat) atau mcmbuat terpidana tidak
berdaya dengan menjatuhkan hukuman seiimur hidup
Pandangan di atas sangatlah wajar apabila beranjak dari pandangan
bahwa hukum pidana adalah hukum sanksi (hifzonderesancUerechl) sebab
dengan bertumpu pada sanksi itulah hukum pidana difungsikan untuk
menjamin keamanan ketertiban dan keadilan Dalam perkembangannya
ternyata tidak semua sarjana menyclujui maksud diadakannya pidana scperti
itu (sebagai suatu nestapa) karena muncul pendapat bahwa di samping pidana
ditujukan untuk memberikan penderitaan kcpada pelanggar atau mcmbuat
jera pemidanaan juga bertujuan agar pelaku dapat kembali hidup
bermasyarakat sebagaimana mestinya
Alasan yang paling inenonjol lerhadap upaya perubahan tersebut
adalah dengan meniperhatikan sisi kemanusiaan yang mcmandang bahwa
Ucdcn Mirpaung Opcil hal 4
42
sekalipiin tcrsangka telah melakukan kcsalahaii ia telap berkcdmiiikan sebagai
manusia utuh yang harus tetap diperlakukan sama dengan manusia lainnya
dan dilindungi hak asasi manusionya Karena itu pidana penjara saat ini
sedang mengalami masakrisis karena termasuk jenis pidana yang kurang
disukai Banyak kritik tajam ditujukan terhadap jenis pidana perampasan
kemerdekaan ini baik dllihat dari sudut efektifitasnya maupun dilihat dari
akibat-akibat lainnya menyertai atau berhubungan dcngan dirampasnya
kemerdekaan seseorang
Banyaknyu kritik yang diarahkan pada bentuk pemidanaan berupa
perampasan kemerdekaan (yang ditujukan untuk membuat jera pelaku)
sehingga berkembanglah bentuk pemidanaan lain yang dianggap lebih
manusiawi yaitu penjatuhan pidana berupa denda atau pemberian ganti
kerugian kepada korban Pemberian ganti kerugian pada awalnya merupakan
konsep kcperdalaan seperti halnya dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata yang mewajibkan setiap orang yang menyebabkan orang lain
menderita kerugian untuk membayar ganli rugi Dalam perkembangannya
konsep ini diterupkan pula dalam hukum pidana mengingat akibat yang
ditimbulkan pada korban tindak pidana akan selalu disertai dengan kerugian
baik mental fisik maupun material sehingga sangat wajar apabila korban pun
menuntui ganti kerugian pada pelaku guna memulihkan derita yang
dialaminya
Dengan memperhatikan pada beberapa teori klasik tentang tujuan
Uurtla Nawuwi Ariel Sislem Pemidanaan Menunii Konsep KIHP llaiu dan Latar Helakang Pemlklrannya Hahan Ienalaran Hukum Pidana V Undanu Kupang uinjyful 11 Juli-12 Agustus 1989
43
pemidanaan dapat disiinpulkan bahwa penjatuhan pidana lebih banyak
ditujukan untuk kepeiitingan pelaku dengan kata lain tujuan pemidanaan
hanya dimaksudkan imtuk mengubah perilaku dari pelaku kejahatan agar
tidak mengulangi lag perbuatannya sedangkan kcpentingan korban sama
sekali diabalkan
Perlindungan terhadap korban narkotika jika dihubungkan dengan
beberapa teori pemidanaan yang telah dipaparkan di atas maka peneliti
mengkaji bahwa dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang baru ini terdapat kescimbangan antara perlindungan terhadap
pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana bahwa berdasarkan sanksi
baik pidana maupun denda yang terdapat dalam undang-undang ini sangatlah
berat-berat dan tegas ]ni berarti bahwa undang-undang ini lebih
mementingkan korban dari pada pelaku kejahatan narkotika Mengingat
bahwa dengan adanya pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan
korban semakin banyak yang berjatuhan schingga daripada korbnnnya anak
bangsa yang memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara
Indonesia maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-
beratnya lerhadap si pelaku tindak pidana narkotika bahkan pidana mati atau
seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-
undang yang bam ini juga diatur mengenai rehabilitasi terhadap korban baik
korban yang diakibatkan oleh orang Iain maupun karena self victimizing
victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku itu sendiri
44
C Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Seif-
Victimizing Victims
1 Self-victimizing victims uarkotika dau psikotropika
Suatu viktimisasi adalah sebagai suatu permasalahan manusia yang
merupakan kenyataan sosial hal ini disebabkan karena setiap warga negara
berhak mendapatkan rasa aman dan bcbas dari segala bentuk kekerasan
sesuai dengan falsafah Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 Contohnya adalah seseorang akibat perbuatannya memakai
narkotika dapat menimbulkan bahwa si pemakai tersebut menjadi tidak
berdaya upaya dengan kata lain bahwa si pelaku telah menjadi korban
akibat perbuatannya sendiri yang menimbulkan perbuatan kriminal
Penyalahgunaan narkolika atau psikolropika merupakan perbuatan
kriminal karena telah melanggar ketentuan di dalam undang-undang yang
ada yakni Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tetang Psikotropika dan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Terlibatnya si
pelaku kejahatan atau tindak pidana yang menimbulkan kerugian terhadap
dirinya sendiri daiam hal inilah yang disebut dengan istilah self victimizing
victims yang merupakan bagian dari viktimisasi Sehubungan dengan itu
maka Wolfgang menyatakan beberapa Jenis viktimisasi ialah
1 Unrelated victims yaitu korban yang tidak ada hubungannya sama
sekali dengan terjadinya korban misalnya pada kasus kecelakaan
pesawat Dalam hal In tanggungjawab sepenuhnya terletak pada
Utplietin3|il(igspqtcom2()OSIOl|ukum-viktinivl9gihlml diakscs terakhir langgul l2Januari 2015
45
pelaku
2 Provocative victims yaitu seseorang yang secara aktif mendorong
dirinya menjadi korban misalnya kasus selingkuli dimana korban juga
sebagai pelaku
3 Participating victims yailu seseorang yang tidak berbuul tetapi dengan
sikapnya justru mendorong dirinya menjadi korban
4 Biologically weak victims yaitu mereka yang secara tisik memiliki
keleinalian atau potensi untuk mcnjadi korban misalnya orang tua
renla anak-anak dan orang yang tidak mampu bcrbual apa-apa
5 Socially weak victims Yaitu mereka yang memiliki kedudukan social
yang lemah yang menyebabkan mereka mcnjadi korban misalnya
korban perdagangan perempuan dan sebagainya
6 Self victimizing victims yaitu mereka yang menjadi korban karena
kejahatan yang dilakukannya sendiri pengguna obat bius judi aborsi
dan prostitusi
Dalam hal ini kedudukan viktimologi sebagai sebuah ilmu yang
mempelajari tentang korban memiliki peranan yang sangat penting ruang
lingkup viktimologi ini meliputi
1 Semua macam sciiap macam perbuatan kriminal yang mengakibatkan
orang-orang mcnjadi korban
2 Setiap orang atau pihak yang dapat menjadi korban baik orang
perorangan maupun suatu korporasi atau organLsasi
3 Setiap orang atau pihak yang dapal menimbulkan korban artinya
46
dimana disatu sisi orang terscbut dapat merugikan orang iain sehingga
orang tidak merasa aman akibat tindakanya
4 Cara-cara viktimisasi atau penimbulan korban
5 Bentuk-bentuk viktimisasi yang terdiri dari primary viclimizalion
adalah korban individualperorangan bukan kelompok secondary
victimizalion korbannya adalali kelompok misalnya badan hukum
tertiary Victimizalion yang menjadi korban adalah masyarakat luas
nun viciimozaiion korbannya tidak dapat segera diketahui misalnya
konsumen yang tertipu dalam menggunakan hasil produksi
6 Akibat viktimisasi
7 Pengaruh viktimisasi
8 Reaksi atau respons terhadap viktimisasi
9 Penyelesaian viktimisasi dan
10 Pengaturan yang berkaitan dengan viktimisasi (yang menjadi
perhatian viktimologi)
Studi viktimologi akan memberikan pemahaman kepada setiap
individu mengenai hak dan kewajibannya dalam rangka mengantisipasi
berbagai bahaya yang mengancamnya Viktimologi memberikan
sumbangan pemikiran mengenai masalah viktimisasi tidak langsung
dampak sosial polusi industri viktimisasi ekonomi politik dan
penyalahgunaan kewenangan Viktimologi ini juga memberikan dasar
pemikiran dalam penyelesaian viktimisasi kriminal atau factor viclimogen
dalam sistem peradilan pidana
47
Dari perspektif ikalan Korban Napza (IKON) l ial i yang dimaksud
sebagai korban adalah orangperorangan yang menderita secara langsung
dari penyalahgunaan napza dan tennasuk pula keluarga alau tanggungan
langsung dari korban Namun karena hukum dl Indonesia memandang
pengguna napza adaiah kriminal maka terjadilah dampak-dampak negalif
yang dialami oleh pengguna napza yang merupakan korban scperti
diskriminasi kriminallsasi kesehatan dan stigmatisasi Maka sebagai
korban IKON Bali mendorong agar dihentikannyadiskriminasi lerhadap
korban napza mendorong vonis rehabilitasi untuk korban napza
mendorong agar dihentikannya penyiksaan terhadap korban napza dan
yang terakhir adalah mendorong terpenuhinya hak atas kesehatan bagi
korban dan orang terinfeksi HIV Dengan melihat kondisi permasalahan
penanggulangan napza yang semakin tidak menentu dan meningkatnya
jumlah korban napza secara terus-menerus Maka Ikon Bali meminta
1) Penerapan SEMA Nomor 7 Tahun 2009 sebagai pemenuhan hak atas
kesehatan terhadap korban Mpza
2) Meminta kepada Pengadilan Negeri Denpasar untuk menjadi insiator
dalam penyusunan langkah teknis penerapan SEMA Nomor 7 Tahun
2009
3) Meminta kepada selunih instansi tcrkait untuk mulai meiigambil
langkah nyata dalam penanggulangan napza
43 Ibid
48
4) Meminta agar korban napza diperlakukan secara manusiawi tanpa
penyiksaan sligma dan diskriminasi
5) Ikon Bali mendukung secara penuh program-program pemerintab
dalam penanggulangan napza
2 Rehabilitasi terhadap self-victimizing victims
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
merupakan undang-undang yang baru menggantikan Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika Adapun pasal-pasal di dalam
undang-undang in yang mengatur mengenai perlindungan korban adalah
berbagai pasal-pasal yangmencantumkan rehabilitas kepada korban
maupun pelaku tindak pidana narkolika Pasal 1 ayat (16) meneniukan
defenisi mengenai rehabilitasi dipandang dari sisi medis yakni
Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara
terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan Narkotika
Sementara Itu dalam Pasal 1 ayat (17) ditentukan defenisi rehabilitasi
dipandang dari sisi sosial yakni Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses
kegiatan pemulihan secara terpadu baik fisik mental maupun sosial agar
bekas pecandu Narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosia dalam
kehidupan masyarakat
Diimdangkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang merupakan undang-undang baru ini tentu mempunyai
maksud dan tujuannya Adapun tujuan yang terdapat dalam Pasal 4 yang
berbunyi
49
Undang-Undang tentang Narkotika bertujuan
a Menjamin kelersediaiin Narkotika untuk kcpentingan peiayanan
kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
b Mencegah mclindungi dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari
penyalahgunaan Narkotika
c Memberanlas pcredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika dan
d Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi Penyalah
Guna dan pecandu Narkotika
Bentuk perlindungan terhadap korban dan pelaku kejahatan tindak
pidana narkotika di dalajn Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
disebutkan ada 2 (dua) macam yakni pengobatan dan rehabilitasi lerhadap
korban maupun pelaku Pada Pasal 53 ayat (3) tersebul di atas bahwa yang
dimaksud dengan buktl yangsah antara lain surat kctcrangan dokter
salinan resep atau labeletiket Selcngkapnya mengenai pengobatan
ditentukan dalam Pasal 53 yang berbunyi sebagai berikut
(1) Untuk kcpentingan pengobatan dan berdasarkan indikasi medis
dokter dapal memberikan Narkotika Golongan II atau Golongan III
dalam jumlah terbatas dan sediaan tertentu kepada pasien sesuai
dengan ketcnluan peraturan perundang-undangan
(2) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat ( I ) dapal memiliki
menyimpan danatau incmbawa Narkolika untuk dirinya sendiri
(3) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mempunyai bukti
yang sali bahwa Narkotika yang dimiiiki disimpan danatau dibawa
50
untuk digunakan diperoleh secara sail sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
Mengenai rehabilitasi terhadap korban dan pelaku tindak pidana
kejahatan penyalahgunaan narkotika merupakan suatu kewajiban bagi
pemerintah dan instansi masyarakat Sebagaimana ketentuan dalam Pasal
54 bahwa Pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika
wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial Dalam Pasal 56
disebutkan juga bahwa
(1) Rehabilitasi mcdis Pecandu Narkotika dilakukan di rumah sakit yang
ditunjuk oleh Menteri
(2) Lembaga rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan oleh instansi
pemerintah atau masyarakat dapat melakukan rehabililasi medis
Pecandu Narkotika setelah mendapat persetujuan Menteri
Kemudian dipertegas kembali dalam Pasal 57 bahwa selain melaiui
pengobatan danatau rehabilitasi medis penyembuhan Pecandu Narkotika
dapat diselenggarakan oleh instansi pemerintah alau masyarakat melaiui
pendekatan keagamaan dan tradisional Salah satu tugas dan wewenang
Badan Narkotika Nasional adalah meningkatkan kemampuan lembaga
rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu Narkotika baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat
Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 ini terdapat
pengecualian dalam hal luniutan pidana terhadap anak yang masih berada
di bawah umur Misalnya terdapat di dalam salah satu pasalnya yakni pada
51
Pasal 128 ayal ( I ) yang bcrbunyi Orang tua atau wali dari pecandu yang
belum cukup umur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) yang
sengaja tidak mciapor dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6
(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp 100000000 satu juta
rupiah) Tetapi di datam ketentuan tain yakni pada Pasal 128 ayat (2) dan
ayal (3) ditentukan bahwa anak yang masih di bawah umur tidak dapat
dituntut pidami selcngkapnya pasal tersebul berbunyi Pecandu Narkotika
yang belum cukup umur dan telah dilaporkan oleh orang tua atau walinya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat ( I ) tidak dituntut pidana
(Pasal 128 ayat (2)) dan Pecandu Narkotika yang telah cukup umur
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) yang sedang menjalani
rehabilitasi mcdis 2 (dua) kali masa perawatan dokter di rumah sakit
danatau lembaga rehabilitasi medis yang ditunjuk oleh pemerintah tidak
dituntut pidana
Pada awalnya narkotika digunakan unluk kcpentingan umat
manusia khususnya untuk pengobatan dan peiayanan kesehatan Namun
dcngan semakin bcrkembangnya ilmu pcngclaliuan dan teknologi
peruntukan narkotika mengalami perluasan hingga kepada hal-hal yang
negatif
Di dunia kedokteran narkotika banyak digunakan khususnya
dalam proses pembiusan sebelum pasien diopcrasi mengingat di dalam
narkotika terkandung zat yang dapat mempengaruhi perasaan pikiran serta
kesadaran pusieti Oleh karena itu agar penggunaan narkotika dapal
52
memberikan manfaat bagi kehidupanurnat manusia maka pcredarannya
harus diawasi secara ketat sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 60 sampai
dengan Pasal 63 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang menyebutkan
Pasai 60 ditentukan bahwa
(1) Pemerintah melakukan pembinaan terhadap segala kegiatan yang
berhubungan dengan Narkolika
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meiipuli upaya
a Memenuhi ketcrsediaan Narkotika unluk kcpentingan peiayanan
kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
b Mencegah penyalahgunaan Narkotika
c Mencegah generasi muda dan anak usia sekoiah
dalampenyalahgunaan Narkotika termasuk dengan memasukkan
pendidikanyang berkaitan dengan Narkotika dalam kurikulum
sekoiah dasarsampai lanjutan atas
d Mendorong dan menunjang kegiatan penelitian danatau
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di brdang
narkolika unluk kcpentingan peiayanan kesehatan dan
e Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis bagi
Pecandu Narkotika baik yang diselenggarakan oleh pemerintah
maupun masyarakat
53
Pasal 61 ditentukan baiiwa
(1) Pemerintah melakukan pcngawasan terhadap segala kegiatan yang
berkaitan dengan Narkotika
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
1 Narkolika dan Prekursor Narkolika untuk kcpentingan peiayanan
kesehatan danatau pengembangan Hmu pengetahuan dan
teknologi
2 Alat-alat potensial yang dapat disaiahgunakan untuk melakukan
tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkolika
3 Evaluasi keamanan khasiat dan mutu produk sebelum diedarkan
4 Produksi
5 impor dan ekspor
6 Pcrcdaran
7 Pelabeian
8 Tnformasi dan
9 Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Pasal 62 berbunyi Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasai 60 dan pengawasan sebagaimana
dimaksiiddalam Pasal 61 diatur dengan Peraturan Pemerintah Dan dalam
Pasal 63 disebutkan bahwa Pemerintah mengupayakan kerja sama
dengan ncgara lain danatau badan intcmasional secara bilateral dan
multiialeral baik regional maupun internasional dalam rangka pembinaan
dan pengawasan Narkotika dan Prekursor Narkotika sesuai dengan
54
kcpentingan nasional
Berdasarkan biinyi beberapa pasa di atas mengenai pengawasan
terhadap pentingnya peredaran narkotika wajib diawasi secara ketat
dikarenakan saat ini pemanfaatannya banyak untuk hal-hal yang negatif
D i samping itu melaiui perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi penyebaran narkotika sudah menjangkau hampir ke semua
wilayah di Indonesia hingga ke pelosok-pelosok Daerah yang sebelumnya
tidak pcrriah tersentuh oleh peredaran narkotika lambat laun berubah
menjadi sentra peredaran narkotika Begitu pula anak-anak yang pada
mulanya awam terhadap barang haram ini telah berubah menjadi sosok
pecandu yang siikar untuk dilepaskan ketergantungannya
Sebelum Iahimya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
mengenai narkotika diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997
tentang Narkotika namun undang-undang ini tidak dapat dipertahankan
lagi keberadaannya karena adanya perkembangan kualitas kejahatan
narkotika yang sudali menjadi ancaman serius bagi kehidupan umat
manusia Pengguna narkotika sangat beragam dan menjangkau semua
lapisan masyarakat mulai dari anak-anak hingga orang dewasa orang
awam hingga artis bahkan hingga pejabat publik
Efek negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan narkotika secara
berlebihan dalam jangka waktu lama serta tidak diawasi oleh ahlinya
dapat
menimbulkan berbagai dampak negatif pada penggunanya baik secara
55
fisik maupun psikis Bahkan tidak janing penggunaan narkotika dapat
memicu terjadinya berbagai tindak pidana Karena itu untuk mencegah
semakin mcluasnya dampak negalif yang ditimbulkan dari penggunaan
narkotika maka pengawasan tidak hanya terbatas pada peredaran
narkotika tetapi juga pada mereka yang menjadi korban misalnya
sescorang yang menderita ketergantungan narkotika (pecandu) Apabila
seorang pecandu narkotika telah divonis bcrsalah oleh hakim atas tindak
pidana narkotika yang dilakukannya maka untuk memberikan kesempatan
pada yang bersangkutan agar tcrbebas dari kecanduaniiya maka hakim
dapat mcmutuskan untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani
pengobatan danatau perawatan
Pengobatan dan perawatan terhadap pecandu narkotika dilakukan
melaiui fasilitas rchabilitasi Rcliabilitasi medis dan sosial yang diberikan
kepada pecandu dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan
kemampuan fisik mental dan sosialnya Selain pengobatan dan perawatan
melaiui rehabililasi medis proses penyembuhan pecandu narkotika dapat
diiaksanakan oleh masyarakat melalul pendekatan keagamaan dan
tradisional
Sebagai conloh di Pakem Sleman Yogyakarta telah didirikan
sualu kliiiik alau Pusat Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkotika
Psikolropika dan Zal-zat Aditiflainnya (NAPZA) Terpadu yang didirikan
atas kerjasania Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dan
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang diresmikan pada tanggal 7
56
Desember 2005 Tujuan umum pendiriaii pusat rehabilitasi terpadu ini
adalah untuk memberikan jaminan penanganan paripurnakepada korban
penyalahgunaan Napza melaiui aspek hukum aspek medis aspek sosial
aspek spiritual serta pengembangan pcndidikan dan pelatihan dalam
bidang NAPZA secara terpadu sedangkan tujuan khususnya adalah
1 Terhindarnya korban dan instilusi dan penelrasi pengedar
2 Terhindarnya kerusakan mental dun masa depan para penyalah guna
Napza yang akan mcmbtinuh potensi pengembangan mereka
3 Terhindarnya korban-korban baru akibat penularan penyakil-penyakit
seperti Hepatitis HIVAIDS dan penyakit menular lainnya
4 Terwujudnya proses pengembangan penanganan korban NAPZA dan
aspek ilmiah serta keiimuan yang dinamis sesuai perkembangan zaman
sebagai pusat jaringan informasi terpadu dan mewujudkan teknis
penanganan penyalahgunaan narkotika dan obat-obalan terlarang bagi
daerah sekitamya maupun nasional
Pemberian perlindungan kepada korban narkotika lentil tidak dapat
dibebankan sepenuhnya kcpada pemeriiilah peran serta masyarakat pun
diharapkan ada salah salunya diterimanya kembali mantan pani pengguna
dalam lingkungannya tanpa melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya
diskriminatif bahkan dengan mcmposisikan mereka sebagai warga keias
dua yang harus dljauhi
Bentuk periindunganyang diberikan terhadap pelaku maupun
Dikdik M ArilMansur dan tUisUiris Guitom loa cil hal 90
57
korban penyalahgunaan narkolika dan psikotropika daiambentuk
rehabilitasi
Rehabilitasi adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang
dilujukan kepada pemakai narkolika dan psikotropika yang sudah
menjalani program kuratif Tujuannya agar pelaku tidak memakai lagi
dan bebas dari penyakit ikutan yang disebabkan oleh bekas pemakaian
narkotika dan psikotropika
3 Tahapan-tahapan rchabilitasi terhadap self-victimizing victims
Tahapan-tahapan rehabilitasi terhadap self-victimizing victims atas
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika yang ada di Indonesia tidak
sama Ada yang menekankan rehabilitasi hanya pada aspek medis ada
pula yang lebih menekankan pada aspek rohani Atau memadukan kedua
pendekatan tersebut dengan komposisi yang seimbang Yang ideal
rehabilitasi seorang korban narkotika dan psikotropika harus dilakukan
secara holisitik baik secara fisik psikis maupun kerohaiiiannya
1 Tahapan pengobatan (rehabilitasi)
Secara umum ada beberapa tahapan yang harus dilewati
Masing-masing tahapan tersebut memakan waktu bervariasi ada yang
seminggii sebulan dan bahkan berbu lan-bulan tcrgantung tingkat
ketergantungan tekad korban dan juga dukungan berbagai pihak
terutama keluarga dalam seluruh proses tersebut Setiap tahapan
Subagjo PiirloUiharjo Loc cU hal 105 ^ E M Giri Prastowo loc cil hal 28 -29
58
tersebut disusun dan dibuat untuk inenganlar pasien secara bertaiiap
melepaskan dari ketergantungan narkotika dan psikotropika Beberapa
tahapan rehabilitasi ini yang disajikan berikut sudah Icruji dapat
menyembuhkan atau memulihkan korban narkotika dan psikotropika
secara maksimal
a Tahapan transisi
Penekanaii dalam tahap ini lebih kepada informasi awal
tentang korbanseperti
1) Latar belakang korban
2) Lama ketergantungan
3) Jenis obat yang dipakai
4) Akibat-akibat ketergantungan dan
5) Berbagai inlbrniasi lainnya
Hal ini penling sehingga pada saatnya akan menjadi acuan
bagi pihak yang terlibat secara intensif dalam proses rehabilitasi
Ahl i yang berkompeten (dokter) akan menganaiisa tingkat
ketergantungan korban untuk kemudian meneniukan tingkat
pengobatan dan tingkat pembinaan bagi si korban schingga terapi
dan metode pengobatan bisa dilakukan secara terukur
Tahapan ini Juga dapat dijadikan rujukan untuk meneari
model rehabilitasi yang paling tepat bagi yang bersangkutan Pada
tahap ini tim rehabilitasi akan membantu korban agar menyadari
dirinya sedang menghadapl masalah ketergantungan narkotika dan
59
psikotropika Korban diajak untuk bersama-sama mengatasinya Hal
ini penting karena proses rchabilitasi tidak akan berhasil tanpa
adanya kesadaran korban tentang adanya bahaya yang dihadapinya
Dari situ akan dibangun tekad dan komitmennya untuk
meninggalkan narkotika dan psikotropika
Selain itu pada tahapan ini akan diteliti akibat fisik dari
penggunaan narkotika dan psikotropika Sejauh mana tingkat
kerusakan syaraf dan organ-organ tubuhnya yang rusak Unluk itu
diadakan pemeriksaaii laboratoriumiengkap dan tes penunjang untuk
mcndeteksi penyakit yang diderita korban A[)abia dalam
pemeriksaan ditemukan satu atau beberapa penyakit maka terlebih
dahulu diadakan pengobalan medis sebelum penderita mendapat
proses rehabilitasi lanjutan Langkah ini penting selain agar tubuh
yang bersangkutan bebas dari penyakit juga untuk mencegah
terjadinya penularan balk kepada korban narkotika dan psikotropika
ini diadakan pembersihan darah pada tubuh pecandu sehingga darah
menjadi bersih dan sistem metabolisme tubuh kembali normal
Proses ini dapat dilakukan melaiui cara-cara berikut
1) Cold Turkey abrupt withdrawal) yaitu proses penghentian
pemakaian narkotika dan psikolropika secara tiba-tiba tanpa
disertai dengan substitusi antidotum
2) Bertaliap atau substitusi bertahap misalnya dengan kodein
^Ibidhal 30
60
methadone CPZ atau clocard selama i -2 minggu
3) Rapid Detoxification dilakukan dengan anestesi umum (6-12
jam) dan
4) Simtomatik tergantung gejala yang dirasakan
2 Rehabilitasi intensif
Setelah melewati masa transisi (pengumpulan informasi tentang
keadaan korban dan latar belakangnya) baru masiik pada fase
berikutnya yakni proses penyembuhan secara psikis Motivasi dan
potensi dirinya dibangun daiam tahap ini Korban diajak untuk
menemukan dirinya dan segala potensinya sambil juga menyadari
berbagai keterbalasannya Bahwa untuk mengatasi masalah hidup yang
bersangkutan tidak perlu harus mengkonsumsi narkotika dan
psikotropika Narkotika dan psikotropika justru menciptakan masalah
baru yang jauh lebih besar dalam hidupnya Narkotika dan psikotropika
bukanlah solusi tetapi menjadisumber masalah Pada tahap ini berbagai
contoh dapat dipcrlihatkan kepada korban
Yang terlibat di dalam tahap ini yang utama adalah korban itu
sendiri sebagai pelaku self-victimizing victims) Korban harus punya
tekad untuk hidup tanpa narkotika dan psikotropika Korban harus bisa
menatap masa depan dengan penuh optimisme Selain yang
bersangkutan peranan keluarga (orang liia dan saudara-saudaranya
suami atau istri) juga sangal pcnling Anggota keluarga ini harus secara
intensifmendampingi dan jnenopang korban
61
Staf di paiiti rehabilitasi para konselor psikolog dan semua
pihak di panti rehabilitasi untuk bersama-sama mcmbangun
kepercayaan diri korban Seluruh proses ini membutuhkan waktu
berbulan-bulan bahkan selama bertahun-tahun tergantung tingkat
ketergantungan dan efeknya bagi korban Berbagai terapi yang
dilakukan selama dalam tahap ini baik yang dilakukan secara pribadi
maupun bersama-sama lewat berbagai aktivitas di panti rehabilitasi
tersebut bertujuan untuk memberdayakan kembali korban yang disekian
lama telah terpuruk oleh narkolika dan psikotropika Sebagai langkah
awal untuk sosialisasi diri dengan masyarakat korban juga secara
bertahap mulai mcmbangun komunikasi dengan orang lain di Iuar
komunitas rehabilitasi
Menurut Romo Lambertus Somar MSG dalam bukunya
Rehabilitasi Pecandu Narkotika dan Psikotropika pada tahap ini ada
tiga titik yang harus dilewati yang lebih dikenal dengan tahapan
stabilisasi pribadi yailu^
1 Secara sadar dan tekun melepaskan diri dari berbagai penyakit dan
akibatakibat lainnya (no to drugs) Tahap ini merupakan tahap
stabilisasi awai atau tahap konsolidasi (comolidation)
2 Menemukan jati diri menguasai kiat-kiat dan keterampilan-
keterampilan untuk menyehatkan serta mengisi hidup secara lebih
bermakna dan bermulu Latihan keterampilan vokasional (kerja) dan
E M Giri Praslowo Loc cil hal 32
62
peiigungkapan diri dari dimulai dibina sebiiigga disebul juga (afiap
pengukuan diri (jyerwtuil appraisal) Inilah lahap slabilisasi
niericiigah (inadya)
3 Dengan inisiatif pribadi orang secara sadar mulai berfikir dan
bertindak untuk mencapai prestasi-prestasi tertentu schingga disebut
juga tahap positive thinking and doing Tahap ini merupakan tahap
stabilisasi akhir
4 Tahap rekonsiliasi Tahapan berikut yang harus dilewati dan sangat
vital adalah tahap rekonsiliasi Tara korban tidak langsung
herinlcraksi secara bebas dcngan masyarakat akan tctiipi lerleblh
dahulu ditampung di sebuah lingkungan khusus selama beberapa
waktu sampai pasien benar-benar siap secara mental dan rohani
kembali kelingkungannya semula Yang paling ulama dalam fase ini
adalah pembinaan mental spiritual keimanan dan ketakwaan serta
kcsepiikatan sosial kemasyarakaian Proses ini bisa meliputi program
pembinaan jasmani dan rohani
Sampai ke tahap ini yang bersangkutan masih tcrikat dengan
rehabilitasi foimal namun sudah mulai membiasakan diri dengan
masyarakat Iuar sehingga merupakan proses resosialisasi (reentry) atau
penyesuaian (reconcilialion) Proses ini melewati tiga titik penting juga
yaitu
1 Tinggal lebih sering dan lebih lama di lingkungan keluarga sebagai
63
teiiipal tinggal tetap atau pun tempat tinggal transit unluk
resosialisasi sambil mclaiijiitkan kegiatan pilihan sebagai penunjang
masa selanjutnya Di sini terjadi perdamaian dan penycsuaian-
penyesuaian kembali dengan lingkungan
2 Rencana masa depan yang jelas dan siap direalisasikaii dengan
dukungan keluarga atau pihak-pihak lain Pada tahap ini korban
dapat memulai aktivitasnya lagi seperti sekolahkuliah mulai bekerja
atau merintis usaha sendiri
3 Kontak awal dengan kelompok-keiompok atau program-program
pemeliharaan lanjut aftercare) Di sini orang meiierima dirinya
seperti apa adanya merasa puas lalu mempercayakan dirinya ke
tangan orang lain
4 Pciiieliharaaii Lanjut Pada tahap ini walaupun secara fisik yang
bersangkutan sudah dinyatakan seliul dan secara psikis pun sudali
pulih namun masih ada kcmungkinan mereka akan tergclincir
kembali icbihlebih saat mereka sedang menghadapl masalah Pada
saat itu bisa Jadi mereka bemostagia dengan menikmati narkolika
dan psikotropika Saat ini juga niwaii Karena itu setiap korban yang
niemasuki tahap inidipersiapkaii sungguh-sungguh agar dapal
melewati dan mengatasi sUuasi rawan ini dengan melewati tiga titik
ini yakni
a Mengubah menghilangkan aUiu menjauhi hal-hal yang bersifat
bid hul 34
64
nostaigia kesenaiigan narkolika dan psikolropika
b Setiap mengikuti program-program dan aeara-acara aftercare
(pemeliharaan lanjut) dan
c Dapat juga mcUbatkan diri dalam gerakan atau kelompok bersih
narkoba dan peduli penanggulangannya
BAB IV
PENUTUP
A Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dipaparkan tersebut di atas peneliti
memberikan beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap
permasalahan di dalam penelitian ini sebagai berikut
Di antara berbagai faktor yang dapat mempengaruhi seseorang atau
individu menyalahgunakan narkotika atau psikotropika terdapat faktor
yang paling duininan yakni laktor yang bersumber dari keadaan keluarga
dan lingkungan bukan karcnn faktor individunya Karena faktor keluarga
yang buruk dan lingkungan yang juga buruk dan saling mendukung dapat
mempengaruhi individu menjadi pelaku lindak pidana penyalahgunaan
narkolika dan psikotropika tersebut dengan kata lain faktor keluarga dan
lingkungan yang buruk ini membuka kesempatan kcpada seseorang untuk
merasakan pergaulan dengan narkotika atau psikotropika sehingga dapal
menimbulkan ketergantungan terhadapnya
2 Perlindungan lerhadap korban narkotika- jika dihubungkan dengan
beberapa teori pemidanaan dalam perspektif Undang-Undatig Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika yang baru terdapai keseimbangan antara
perlindungan terhadap pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana
bahwa berdasarkan sanksi baik pidana maupun denda yang terdapat dalam
undang-undang ini sangatlah bcrat-bcnil dan tegas Ini berarti bahwa
65 bull
66
undang-undang narkotika yang baru tersebut lebih mementingkan korban
dari pada pelaku kejalialan narkotika Mengingat bahwa dcngan adanya
pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan ktgtrban semakin
banyak yang berjatuhan seliingga daripada korbannya anak bangsa yang
memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara Indonesia
maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-beratnya
terhadap si pelaku lindak pidana narkolika bahkan pidana mati atau
seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-
undang yang baru ini juga diatur mengenai rchabilitasi terhadap korban
baik korban yang diakibatkan oleh orang lain niaiipim karena self
victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku ilu
sendiri
Saran
Adapun yang menjadi saran peneliti di dalam penelitian ini yang
menjadi harapan untuk dipcrliatikan bersama adalah sebagai berikut
1 Diharapkan bagi setiap keluarga untuk menjaga keharmonisan melakukan
pengawasan dan mcnanainkan pcndidikan yang benar terutama dalam lial
menyeimbangkan antara emosi inteligensi dan spritual sejak dari din
terhadap anak sebagai benteng terhadap dirinya untuk dapat membentengi
dari pengaruh narkotika dan psikotropika yang semakin mengancam
keadaan lingkungan masyarakat
2 Diharapkan terhadap pemerintah untuk melakukan sosialisasi yang
teriiitegrasi dan menyeluruh terhadap semua lapisan masyarakat baik
67
masyarakat di pedesan (primitlf) maupun masyarakat kota betapa besamya
sanksi pidana dan denda yang digariskan di dalam undang-undang
narkotika dan psikotropika misalnya dcngan mcmpublikasikannya dalam
bentuk billboard di pcrsiinpangan jalan sehingga setiap orang yang lewat
dengan secara otomatis masyarakat akan inengelaliuinya dan
berkemuiigkiiian orang yang membacanya setidaknya tlmbul rasa takut
untuk terjun ke dalam penyalahgunaaan narkotika dan psikotropika
tersebut
D A F T A R PUSTAKA
A Bukii
Arrasjid Chainur Sualu Pemikiran Tentang Psikologi Kriminil Mcdan Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU 1999
Gerson Bawengan Penganlar Psichology Kriminil Jakarta Pradya Pramita 1973
Gosita Arif Masalah Korban Kejahatan Jakarta Akademika Pressindo 1993
Hakim M Ariel Narkoba Bahaya dan Penanggulangannya Bandung Jembar 2007
Hawari Dadang Konsep islam Memerangi AIDS dan NAZA Get X i Yogyakarta Dhana Baktl Priaya 1997
Kaligis OC dan Soedjono Dirdjosisworo Narkoba dan Peradilannya di Indonesia (Retbrmasi Hukum Pidana Melaiui Perundangan dan Peradilan) Bandung PT Alumni 2002
Kartono Kartini Psichology Abnormal Bandung Alumni 1972
Mansur Dikdik M Arif dan Elistaris Guitom Urgensi Perlindungan Korban Kejahalan Antara Norma dan Reaiita Bandung Agustus Fakultas Hukum Universitas Padjajaran 2006
Mardani Penyalahgunaan Narkoba Daiam Perspeklif Hukum islam dan hukum Pidana Nasional Jakarta IH RajuGrufindoPersado 2007
Marpaung Leden Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005
Moelyono Anton M Kumus Besar Bahasa Indonesia Get 11 Jakarta Balai Pustaka 1988
Muladi HAM Dalam Persepkiif Sistem Peradilan Pidana dalam Muladi (ed) Hak Asasi Manusia Hakekal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat Bandung Refika Aditama 2005
dan Barda Nawawi Arlef Bunga Rampai Hukum Pidana Bandung Alumni 1992
Partodiharjo Subagyo Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannyai Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2003
Ioyk Fanny Jonathans Sehiiah Kesehatan Narkoba Sayonara Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2006
Prastowo EM Giri Rehabilitasi Bagi Korban Narkoba Tangcrang Visimedia 2006
Prodjodikoro Wirjono Asas-asas Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005
Roeslan Saieh Stelsel Pidana Indonesia Jakarta Bina Aksara 1987
Soedjono D Segi Hukum Tentang Narkolika di Indonesia Bandung Karya Nusanlara 1977
Hukum Narkolika Indonesia Bandung PT Citra Adtya Baktl i 990
Soekanto Soerjono dan Sri Mumadjj Penelitian Hukum Normalif Suatu Tijnjauan Singkat Jakarta Rajagrafindo Persada 2001
Sudarsono Kenakalan Remaja cet Ii Jakarta Rineka Cipta 1992
Tom dkk Bahaya NAPZA Bagi Pelajar Bandung Yayasan Al-Ghifari Morgan 1999
Tim BNN Materi Advokad Pencegahan Narkoba Jakarta Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia 2005
Yustisia Himpunan Peraturan Pemndang-Undangan Anti Narkoba diterjenialikuii oleh Tim iustaka Yuslisia Yogyakarta iuslaka Yustisia 2006
Waluyo Bambang Penelitian Hukum dalam Prakiek Jakarta Sinar Grafika 1996
Wcda Made Darma Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korporasi dalam niingti Rampai Viktimisasi Bandung Eresco 1995
B Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Pasal 152
Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika22Tahun 1997 tentang Narkotika
Keppres Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkolika Nasional
CInternet
htlpwwwbnngoidportalbariiiiorlalkQnlenpltpniima^Prorilampop^visi niisiamp tnn=lamp diakses tcrakiiir tanggal 13 November 2014
httpthed03hlogspoteom2008l Ohukuiii-viktimolQgihtmk diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014
httpwwwikonbaliorg26062Q(19advokasipctisi-ikon-bali-segera-tcrapkan-semahtml Petisi Ikalan Korban Napza (IKON) dalam rangka menyambut Hari Anti Narkotika (HANI) dan Hari Anti Penyiksaan 2009 diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014
httpwwwsurnekscoidindexphp7pption=^om cpntentampview=articleampid=^1405 2010-kej ati-baru-terapkan-uu-no-3 52009ampcatid=44 ilir-barat-i-bukit-keciIampUemid=94 diakses lerakJiir tanggal 12 Desember 2014
httpidsbvoongcQmexact-sciencesl8Q8652-getielika-dan-keiahatan Faktor Genetik Penyebab Kejahalan diakses terakhir tanggal 10 jaiiuari 2014
httpwwwasiasecuritiescoidsys 12ximagesstories201QEqtiitv2Q Pdf diakses terakhir tanggal 10 Januari 2014
LAMPIRAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
F A K U L T A S HUKUM
K A R T U AKTIVITAS BIMBINGAN SKRIPSI
N A M A MAHASISWA DIANA SAPUTRA
N O M O R INDUK MAHASISWA 50 2011 059
P R O G R A M STUDI I L M U H U K U M
PROG K E K H U S U S A N H U K U M PIDANA
P E M B I M B I N G M S O L E H IDRUS SHMH
l U D U L SKRIPSI P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T U N D A N G U N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I
KONSULTASI
K F -
MATERI YANG
DIBIMBINGKAN
PARAF
PEMBIMBING K E T
luymdash
y^ ^ Tlt2 N ^
7 M e
fSUL
k ^
CATATAN MOHON DIBERI WAKTU MENYELESAIKAN SKRIlSl RUiAN SEJAK TANGGAL DIKELUARKAN DITETAIKAN
DIKELUARKAN DI PALEMBANG PADA TANGGAL KETUA BAGIAN
JUDUL P E N Y A L A H G U N A A N N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG UNDANG N O M O R 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I
P E R M A S A L A H A N 1 Apa yang menjadi faktor tcrjadinya penyalaJigunaan narkotika dan psikotropika
2 Bagaimana pengaturan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspektif victimologi
B A B l P H N D A I i U L U A N A Latar Belakang B Permasalahan C Ruang Lingkup dan Tujuan D Metode Penelitian E Sistematika Penulisan
B A B 11 T I N J A U A N PUSTAKA
A Pengertian penyalahgunaan B Pengertian victimologi C Ruang lingkup victimologi D Jents dan penggolongan narkotika dan psikotropika E Undang Undang yang mengatur tentang narkotika
dan psikotropika
BAB I I I PEMBAHASAN A Faktor yang menyebabkan terjadinya
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika
B Penyalahgunaan narkotika dan psikolropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspeklif victimologi
BAB IV PENUTUP A Kesimpulan
B Saran-saran
DAF1AR PUSTAKA
L A M P I R A N - L A M P I R A N
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM
Lampiran Perihal Kepada
Sistematika penulisan (Outline) Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi YUi NUR HUSNI LMILSON SHSpNMH
Pembimbing Akademik Fakultas Hukum UMP dl-Palembaniz
Assalamualaikum WrWb
Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama DIANA SAPU I RA
Program Kekhususan Flukum Pidana
fada semester Lianjil tatiun kuliati 2UI42UI5 sudah menyelesaikan betian studi yang meliputi MPKMKKMKBMPBMBB (139 sks)
Dengan ini mengajukan pcrmohonan untuk penelitian Hukum dan Penulis Skripsi dengan judul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG-UNDANG N O M O R 35 T A H U N 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I
Demikianlah atas perkenaan Ibu diucapkan terima kasih
Wassalamualaikum WrWb
NIM 50 2011 059 Ilmu Hukum Program Studi
Palembang September 2014 Pemohon ^^--^5
Rekomendasi PAYbs
Pembimbing Akademik
HUSNI EMHSON SH SpN MH
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM
REKOMENDASI DAN PEMBIMBING SKRIPSI
Nama Nim Program Study Program Kekhususan Judul skripsi
DIANA SAPUTRA 50 2011 059 Ilmu Hukum Hukum pidana PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI
I Rekomendasi Ketua Bagian a Rekomendasi
b Usulan Pembimbing
Hukum Pidana
raiemoang iepiemt)er zu 14 KetuaJBagu
LuuTiiiAKNurCsHrR^
I L Penatapan Pembimbing Skripsi Oleh Wakil Dekan I
1 2
Palembang September 2014 Wakil Dekan I
- i poundL Dr Hj SRI S U L A S T R I SH M H
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah i n i Nama Tempat Tanggal Lahir N I M Program Studi Program Kekhususan
DIANA SAPUTRA PetransJaya 15 Januari 1992 502011059 Ilmu Hukum Hukum Pidana
Menyatakan bahwa karya ilmiah skripsi saya yang berjudul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANGshyU N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F VICTIMOLOGI
Adalah bukan merupakan karya tulis orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali daiam bentuk kutipan yang telah kami sebutkan sumbemya
Demikianlah surat pemyataan ini kami buat dengan sebenar-benamya dan apabila pemyataan ini tidak benar kami bersedia mendapatkan sanksi akademis
Palembang September 2014
PERMOHONAN UNTUK MENGIKUTI SEMINAR PROPOSAL
Palembang Oktober2014 Perihal Mohon untuk diiaksanakan seminar
Proposal Penelitian Skripsi
Kepada Yth Ibu Luil Maknun SH MH Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang D i -
Palembang
Assalamualaikum Wr Wb Saya yang bertanda tangan dibawah Ini Nama DIANA SAPUTRA
NIM 50 2011 059
Program Kekhususan Hukum Pidana
Bahwa yang bersangkutan telah layak untuk mer^ikiuti Seminar Proposal rencana penelitian skripsi yang judul PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI
Mohon kiranya yang bersangkutan untuk dijadwalkan mengikuti Seminar Proposal usul Penelitian Skripsi
Demikianlah disampaikan untuk dipertimban^Lan Wassalamualaikum Wr Wb
Pembimbing Skripsi
M SOLEH IDRUS3HMS
H A L A M A N P E R S E T U J U A N U N T U K M E N G I K U T I S E M I N A R P R O P O S A L
Nama DIANA S A P U T R A
N I M 50 2011059
Program studi Ilmu Hukum
Program kekhususan Hukum Pidana
Judui Penelitian PENYALAHGUNAAN N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A
MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI P E R S P E K T I F VICTIMOUHH
Palembang Oktober2014 Disetujui Pembimbing
M S O L E H IDRUSSH MS
Ketua Bagian Hukum Pidana
LuU MaknunSH M H
![Page 19: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/19.jpg)
10
pcrilaku anti sosial (pcrilaku maladaptil) gangguan kesehalan (fisik dun
mental) mempertinggi jumlah kecelakaan lalu lintas tindak kekerasan dan
kriniinuliLis lainnya
Dari kata penyalahgunaan menandakan bahwa Narkotika dan
Psikotropika tidak selalu bermakna negatif Dcngan begitu narkotika dan
psokitropika yang digunakan dengan baik dan benar oleh dokter untuk
mengobati pasiennya lidak tennasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang
disaiahgunakan Di dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA
(Narkotika Psikotropika dan Zat Adit i f Lainnya)
B Pengertian Victiimlogt
Pada dasarnya perkembangan ilmu pengetahuan tentang korban
kejahalan (viktimologi) lidak dapat dipisahkan dari iahimya peiiiikiraii-
pemikiran brilian dari Hans von Hentig seorang ahli kriminologi pada talum
1941 serta Mendelsohn pada tahun 1947 Pemikiran dari kedua ahli ini
sangat mcmpengaruhi setiap fase perkembangan viktimologi Perkembangan
viktimologi hingga sampai pada keadaan seperti sekarang tentunya tidak
terjadi dengan sendirinya namun telah meiigalami berbagai perkembangan
yang dapai dibagi dalam 3 (tiga) fase sebagai berikut
a iada tahap peitama viktimologi hanya meinpclajari korban kejahatan saja
pada fase ini dikatakan sebagai pehdl or special vtciimolo^
b Pada lase kedua viktimologi tidak hanya mengkaji masalah korban
Oadang Huwari Konsep Islam Memerungt AIDS dan NAA Cel XI (Ycgvakarta Ohaiiii iiakli Idaya 1997) hal 153 Made Danaa Wi da Op cil hal 200
kejahalan tetapi juga meiipuli korban kecelakaan Pada fase ini disebut
sebagai general victimology
c Fase ketiga Vikt imologi sudah berkembang lebih luas lagi yaitu mengkaji
permasalahan korban karena penyalahgunaan kckuasaan dan hak-hak asasi
manusia Fase ini dikatakan sebagai new viciimology
Berdasarkan pengertian di atas nampak je las bahwa yang menjadi
obyek pengkajian dari viktimologi diantaranyu pihak-pihak mana saja yang
terlibat atau mcmpengaruhi terjadinya suatu viktimisasi kriminal
bagaiinanakah respon terhadap suatu viktimisasi kriminal faktor penyebab
terjadinya viktimisasi kriminal bagaimanakah upaya penanggulangannya
dan sebagainya
C R u a i i g L i n g k u p Victimologi
Vikt imologi mencliti topik-topik teiilang korban scperti peranan
korban pada terjadinya kejahatan hubungan antara pelaku dengan korban
rentannya posisi korban dan peranan korban dalam sistem peradilan pidana
Selain itu menurut Muladi viktimologi merupakan suatu studi yang bertujuan
untuk
1 Menganaiisa berbagai aspek yang berkaitan dcngan korban
2 Berusaha untuk memberikan penjelasan sebab musabab terjadinya
vikt imisasi dan
3 Mengembangkan sistem tindakan guna mengurangi penderitaan manusia
^Suryono Ekolaina ST Harum Pudjianlo RS dan G Wiraiama Abortus Iruvocalus Ba^ Korban Perkosnan Persxkif Viktimologi Kriminologi Jan Hukum Pidana Edisi PcrUtma Culakari lurlunii (Jakiiria Univcrsilas AlmaJaya 2001) liul 174 ^ibidMl I7()
12
Menurut JE Sahetapy ruang lingkup Viktimologi meliputi bagaimana
sescorang (dapat) menjadi korban yang ditentukan oleh suatu victimity yang
lidak selaiu berhubuiigan dengan masalah kejahatan termasuk pula korban
kecelakaan dan bencana alam selain dari korban kejahatan dan penyalah
gunaait kekuasan^ Namun dalam perkembangannya di tahun 1985
dipeiopori oleh Separovic yang mempelopori pemikiran agar Viktimologi
khusus niengkaji korban karena adanya kejahatan dan penyalahgunaan
kckuasaan dan tidak mengkaji korban karena musibah alau bencana alam
karena korban bencana alam di iuar kemauan manusia out of mms will)
D Jenis dan Penggolungan Narkotika dan Psikotropilta
Dari kata penyalahgunaan narkoba menandakan bahwa narkoba tidak
selalu beimakna negatif Dengan begilu narkolika dan psokitropika yang
digunakan dengan balk dan benar oleh dokter unluk mengobati pasiennya
tidak termasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang disaialigLmakan Di
dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA (Narkotika Psikolropika
dun Zat ditir Lainnya) Dalam penelitian ini hanya dibahas tentang
narkotika dan psikolropika maka sebelumnya dipaparkan terlebih dahulu
berbagai jenis narkotika dan psikotropika sebagai berikut
a) Narkolika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari lanaman atau
TbUi Miiiadi HAM Halam Persepkiif Sislem Peradilan Pidana datam Muladi (cd) Hak Asas) Manusia Hakclal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspeklif llukum dan Masyarakat (Bandung Refikii Aditama 2005) hal lOX VfiWDial 109 Subagyo Partediharjo Op cil hal 11
13
bukan tanainan baik sintesis maupun bukan sintesis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa
Zat ini dapal mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat
meninibulkan ketergantungan Menurut Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika Narkolika adalah at atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun
semisimetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri
dan dapat nienimbulkati ketergantungan yang dibedakan kc dalam
golongan-goiongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang in i
Narkotika memiliki daya adikasi (ketagihan) yang sangat berat
Narkolika juga memiliki daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual
(kebiasaan) yang sangat tinggi Ketiga sifat narkolika ini yang
menyebabkan pemakai narkotika tidak dapat lepas dari cengkeramannya
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
Jenis jenis narkotika dibagi ke daiam 3 (tiga) kelompok yaitu narkotika
golongan I golongan I I dan golongan I I I
Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbaiiaya
karemi daya adilifnya sangat tinggi Golongan ini tidak boleh digunakan
untuk kcpentingan apapun kecuali unluk penelitian atau ilmu
pengetahuan Contohnya adalah ganja heroin kokain inorfin opium dan
lain-lain Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya
Ibid Posal 1 Ayal (I) Unilung-Undang Nomor 3 Tahun 2009 lenlang Narkotika
14
aditifkual tclapi bcrmaiilaal untuk pcngohatan dan penclilian tlonluhnya
adalah petidin dan turunannya benetldin belamctadol dan lain-iain
Sedanikaii narkulika golungaii Ml adalah narkotika yang niciniliki daya
aditif riiigan tetapi bermanfaat untuk penghatan dan penelitian Contohnya
adalali kudcin dun turunannya^
Berdasarkan cara pcmbuatannya narkotika dibedakan ke dalam 3
(tiga) golongatt juga yaitu narkolika atami narkotika semlsimesis dan
narkotika sintesis Dijelaskan sebagai berikut
1) Naikotika alami
Narkotika alami adalah narkotika yang zat aditithya diambil dari
(umbuhlumbuhan (atam) Contohnya
u tjaiija
Ganja adalah tanaman perdu dengan daun menyerupai daun
singkong yang tepinya bergerigi dan berbulu lialus Jumlah Jari
daunnya selalu ganjil yakni 5 7 9 Tumbuhan ini banyak lumbuh di
iieberapa daerah di Indonesia seperti Aceh Suinalera Ulara
Sumatera Selaian Pulau Jawa dan lain-lain Daun ganja ini sering
iligunakiin sebagai bumbu penyedap masakan Bila digunakan
ebagai bumbu iiuisak daya adilifnya rendah Namun lidak
ilemikian apabila dibakar dan asapnya dihirup Cara
|)cnyalahgunaunnya adalah dikcringkan dan dicampu dengan
icmbakiiii rokok atau dijadikan rokok lalu dibakar serta dihisap
Subagvo PurtoJiharjo Op cil hal 11-12
15
b Ilaisis
Hasis adaiah lanaman serupa ganja yang lumbuh di Amcrika
Latin dan Eiopa Daun ganja hasis dan mariyuana Juga dapat
disuling dan diambil sarinya Oatam bentuk cair harganya sangat
mahai Gunanya adalah unluk disaiahgunakan oleh pemadut-pemadal
kelas tinggi
c Koka
Koka adalah lanaman perdu mirip pohon kupi Huahnya yang
inatang bcrwama inerah seperti biji kopi Dalam komunitas
masyarakat Indian Kuno biji koka sering digunakan untuk
inenambah kekiiatan orang yang bcrperang atau bcrburu binalang
Koka kemudian bisa diolah menj adi kokain
d Opium
Opium adaiah bunga dengan bentuk dan wama yang indah
Dari getah bunga opium dihasilkan candu (opiat) Di Mesir dan
daratan Cina opium dahulu digunakan unluk mengobati beberapa
penyakit member kekuatan atau menghilangkan rasa sakil pada
lentara yang terluka sewaktu berperang atau berburu Opium banyak
lumbuh di segiliga emas antara Burma Komboja dan Thailand
atau di daratan Cina dan segitlga emas Asia Tengah yaitu daerah
antara Alganistan Iran dan Pakistan
Dalam kalangan perdagangaii liilernasional ada kebiasaan
ftW hal 14
16
(keliru) tncnamai daerah tempat peuanamuii opium sebagai daerah
emas Diberi nama demikian karena perdagaiigan opium sangat
mengimtiingkan Karena bahayanya yang besar daerah seperti ilu
keliru jika diberi nama predikat emas Daerah sumber produksl
opium sepantasnya disebut segitlga setan atau segitlga iblis
2) Narkotika semisintcsis
Narkotika semisintesis adalah narkotika alami yang diolah dan
diambil zat aktifnya (intisarinya) agar memiliki khasiat yang lebih kuat
schmgga dapat dimanfaatkan untuk kepcnlingan kedokteran
Contohnya
a Morfm dipakai dalam dunia kedokteran unluk menghilangkan rasa
sakit alau pembiusan pada operasi (pcmbcdahan)
b Kodein dipakai unluk obat penghilang baluk
c Heroin tidak dipakai dalam pengobatan karena daya adilifnya
sangat besar dan matifuatnya secara medis belum
ditemukan Dalam pcrdugangan gelup heroin diberi nama
pulaw atau pete atau pt Henlnknya seperti tepun terigu
yang halus pulih dan agak kotor
d Kokain liiisll olahati dari biji koka
3) Naikotika sintesis
Narkotika sintesis adalah narkotika palsu yang dibuat dari bahan
kimia Narkotika ini digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi
oraiig yang menderita kclcrgantungun Contohnya
17
a Ietidin unluk obat bius lokal operasi kccil sunal dan
sebagainya
b Melhadon unluk pengobatan pecandu narkoba dan
c Naltrexon untuk pengobatan pecandu narkoba
Selain unluk pembiusan narkolika sintesis biasanya diberikan
oleh dokter kcpada penyalahgiina narkoba untuk menghcntikan
kebiasaannya yang tidak kuat melawan sugesti (relaps) atau sakaw
Narkotika sintesis berfungsi sebagai pengganti senientara Bila sudah
bciiar-bcnar bcbas asupan narkoba sintesis in dikurangi sedikil demi
sedikit sampai akhimya berhenti total
b) Fsikotropika
Pengertian psikolropika menurut Pasal I Ayal ( I ) Undang-Undang
Nomor 5 Taliun 1997 tentang Psikotropika adalah Zat atau obat baik
alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif
melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusal yang menyebabkan
perubahan khas pada uktivitus mental dan perilaku
Pengertian Psikolropika di daUim Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika tidak ditemukan Hal tersebut sehubungan
dengan ketentuan di dalam Pasal 153 huruf b yaitu Lamplran mengenai
jenis Psikotropika Golongan 1 dan Golongan II scbagaimana tercantum
dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika (lcmbaran Ncgara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor
10 Tambahan Lcmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671) yang
18
telah (iipindahkan menj adi Narkotika Golongan I menurut UndangUndang
ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku Oleh karenanya dalam Undangshy
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tidak ada lagi di dalam pasal-pasal nya
yang mengatur mengenai Psikotropika karena sudah dlmasukkan ke dalam
golongan Narkotika
Sesuai dengan pembahasan dalam penelitian ini masih
berhuijutigar dengan Psikotropika maka Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1997 tentang Psikotropika masih perlu untuk dibahas dalam penelitian ini
Menui iil undangumlang tersebut Psikolropika adalah zal atau obal bukan
narkolika baik alamiah maupun sintesis yang memiliki khasiat psikoaktif
melaiui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas nonnal dan perilaku Psikotropika ini
merupakan obat yang digunakan oleh dokter untuk mngobali gangguan
jiwa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tenumg
Psikolropika psikotropika dikelompokkan ke dalam 4 (empat) golongan
Golongan I yaitu psikotropika dengan daya aditif yang sangat kuat
belum diketahui manfkilnya untuk pengobatan dan sedang diteliti
khasiiitnya saat ini Contohnya adalah MDMA ekstasi USD dan STP
Golongan U yakni psikolropika dengan daya aditif kuat serta berguna
untuk pengobatan dan penelitian Contohnya adalah amfelamin
metanifetamin metakualon dan sebagainya Golongan IH yakni
psikolropika dcngan daya adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan
dan penelitian Contohnya adalah lumibal buprenorsina flcenilrazepam
19
dan sebagainya Golongan IV yakni psikotropika yang memiliki daya
aditif ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian Contohnya
adalah netrazepam (BK Mogadon Duiiiolid) diazepam dan lain-lain^
Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika yang dimaksud dengan paslkotoplka adalah zat atau obat
baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif
melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang mcnyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku Psikotropika
dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut
1 Psikotropika golongan I yaitu psikolropika yang hanya dapat digunakan
unluk kcpentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi
sena mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan Contohnya ekstasi shabu LSD
2 Psikotropika golongan II yakni psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi danatau tujuan ilmu
pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan Contohnya amfetamin metilfenidat atau ritalin
3 Psikotropika golongan III yaitu psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi danatau unluk tujuan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan
sintlroma ketergantungan Contohnya pentobarbital Flunitrazepam dun
4 Psikotropika golongan IV yaitu psikotropika yang berkhasiat
Ibid ILil 15
20
pengobatan dan sangal luas digunakan dalam terapi danatau unluk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindrom ketergantungan Contohnya diazepam
bromazepam Fenobarbital klonazcpam klordiazepoxide nitrazepam
seperti pil BK pil Kopio Rohip Dum MG
Sedangkan kelompok dan jenLs psikotropika yang sering
disaiahgunakan antara lain
1 Psikostimulansia scperti amfetamin ekstasi dan shabu
2 Scdalif amp Hipnolika (obat penenang obat tidur) seperti MG BK
DUM Pil kopio dan lain-lain dan
3 Halusinogenika seperti lysergic acid dycthylamidc (USD) mushroom
Berdasarkan Ilmu farmukologi psikotropika dikelompokkan ke daiam 3
(tiga) golongan yakni dcpresan stinuilan dan halusinogen sebagai
berikut
1 Kelompok dcpresanpcnekan syaraf pusatpenenangobat tidur
Contohnya adalah valium BK rohipnol mogadon dan lain-lain
Jika diminurn obat ini dapat memberikan rasa tenang menganluk
rasa tcnteruni dan damai Obat ini Juga menghilangkan rasa takut
dan gelisah
2 Kelompok stimuiaiiperangsang syaraf pusaianti tidur Conlohnya
adalah amfetamin ekstasi dan shabu Ekstasi berbentuk tablet
berancka bentuk dun wama Amfetamin berbentuk tablet bcrwama
-Aid hal 16-17
21
pulih Bila diiriinuni obal ini mcndalangkan rasa gembira hilangnya
rasa pemiusuhiui hilangnya rasa marali ingin selalu aktif badan
terasa fit dan lidak merasa lapar Daya kerja otak menjadi scrba
cepat namun kurang lerkendali Shabu berbentuk tepung kristal
kasar berwarna pulili hersih seperti garani
3 Kelompok halusinogen Halusinogen adalah obat at tanaman
makanan yang dapat meninibulkan kiiayaian contohnya yailu LSD
Lysergic Acid Dicihyltamide) getah lanaman kaklus kecubung
jamur tertentu (misceiine) dan ganja Bila diminurn spikotropika
jenis in dapat menimbulkan kliayalan tentang peristiwa-peristiwa
yang mengerikan khayalan tentang kenikmatan scks dan
sebagainya Kenikmatan didapat oleh pemakai setelah pemakai sadar
bahwa perisfiwa mengerikan ilu bukan kenyataan atau karena
kenikmatankenikmatan yang dialami walaupun hanya khayalan
BAB III
PEMBAHASAN
A Faktor yang Mcnyebabkan Terjadinya Penyalahgunaan Narkotika dan
Psikotropilta
1 Faktor yang Bersunibcr Dari Individu
Menurut Luthfi Buraja terdapat 3 (liga) pcndekatan untuk
tcrjadinya penyalahgunaan dan ketergantungan terhadap narkotika dan
psikotropika yaitu peridekalan orgunobilogik psikodinamik dan
psikososial Ketiga pendekatan tersebut tidaklah berdiri sendiri melainkan
saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya Dari siidut pandang
organobiologik (sususan syaraf pusatotak) mekanismc terjadinya adiksi
(ketagihan) hingga deperidcnsi (ketergantungan) dikenal dengan dua istilah
yaitu gangguan mental oragnik atau sindrom otak organik seperti gaduh
gelisah dan kekacauan dalam fungsi kognilif (alam pikiran) efektif (alam
perasaanemosi) dan psikomotor (perilaku) yang disebabkan efek
langsung terhadap susunan syaraf pusat (otiik)^^
Sescorang akan mcnjadi ketergantungan terhadap narkotika dan
psikotropika apabila seseorang dengan tems-menenis diberikan zat
tersebut Hal ini berkaitan dengan teroi adaptasi sekuler mum
adaptaiUm) tubuh beradaptasi dengan menambah jumlah teseptor dan seishy
se syaraf bekcrja kcras Jika zat dihenlikan sel yang masih bekerja kcras
Luthll Uaraja Makalali Gangguan Mciilul dan icrilaku Akibut Nurkuba Disampalkim pada Seminar tentang Narkoba di SMK Iptck lakarla hal 2
22
23
tadi mengaiami kelmLisaii yang dari kiar tampak sebagai gejala-gejala
putus obal Gejala putus obat tersebut mcmaksa individu untuk
mengulangi pemakaian zal tersebul
Faktor predisposisi individu dengan gangguan kepribadian (anti
sosial) ditandai dengan pcrasaan lidak puas terhadap orang lain Selain itu
yang bersangkutan tidak inampu untuk berfungsi secara wajar dan efektif
dalam pergaulan di rumah di sekoiah atau di tempat kerja gangguan lain
sebagai penyerta berupa rasa cemas dan depresi Untuk mengatasi
ketidakniainpuan dan mcnghiiangkan kccemasan atau depresinya maka
individu tersebut cenderung untuk menggunakan narkoba Semestinya
individu itu dapat mengobati dirinya dengan datang ke dokterpsikiater
untuk mendapatkan terapi yang tepat sehingga dapat dicegah
keterlibatannya dalam penggunaan narkotika dan psikotropika
Secara umum mereka yang menyalahgunakan narkotika dan
psikotropika dapat di bagi ke dalam 3 (tiga) golongan besar yaitu
1 Ketergantungan primer ditandai dengan adanya kecemasan dan
depresi yang pada umumnya terdapat pada orahg detigah kepfibadlah
yang tidak stabil
2 Ketergantungan simtomatis yaitu penyalahgunaan narkotika dan
psikotropika sebagai salah satu gejala dari tipe kepribadian yang
mendasarinya pada umumnya terjadi pada orang yang kepribadian
psikopatik (anti sosial) kriminal dan pemakaian narkotika dan
Ai4hal K
24
psikotropika untuk kesenangaii sematu
3 Ketergantungan reaktif yaitu terdapat pada remaja karena dorongan
ingin tahii pengaruh tekanan dan lingkungan tenian atau kelompok
sebaya peer group pressure)
Ada beberapa faktor internal dan ekslernal yang mcnjadi penyebab
individu menyalahgunakan dan menjadi ketergantungan terhadap
narkotika dan psikotropika Menurut Sudarsono bahwa penyalahgunaan
narkolika dan psikotropika di latar belakangi oleh beberapa sebab yaitu
1 Untuk membuktikan kebcranian dalam melakukan tindakan-tindakan
yang berbaiiaya seperti ngebut dan bergaul dengan wanita
2 Meniinjukkan tindakan yang menenlung orang tua guru dan norma
sosial
3 Mempermudah penyaluran dan mempermudah perbuatan seks
4 Melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh peiigalamaii-
pengalainan einosional
5 Meneari dan menemukan aril hidup
6 Mengisi kekosnngan dan kesepian hidup
7 Menghilangkan kegelisahan frustasi dan kepepel hidup
8 Mengikuti kemauan kawan-kawan dahim rangka pembinaan solidaritas
dan
9 Iseng-iseng saja dan rasa ingin tahu
Menurut hasil penelitian Dadang Hawari bahwa di anlara faklor-
Sudujsono Kenakalan Remaja cel ii (Jakarta Rineka Cipta 1992) 1ml 67
25
faktor yang berpcran dalam penggunaan narkotika dan psikolropika
adalah
1 Faktor kepribadian anti sosial dan psikopatik
2 Kondisi kejiwaan yang mudah merasa keeewa atau depresi
3 Kondisi keluarga yang meliputi keutuhan keluarga kesibukan orang
tua hubungan orang tua dengan anak
4 Kelompok teiiian sebaya dan
5 Narkotika dan psikotropika itu sendiri mudah diperoleh dan tersedianya
pasaran yang resmi maupun lidak resmi
Menurut Siibagyo Partodiharjo secara individu terdapat beberapa
faktor yang mcmpengaruhi sescorang dapat menyalahgunakan narkotika
dan psikotropika Alasan ini merupakan alasan yang bersumber dari diri
sendin atau pemakai narkotika dan pasikotropika tersebut yakni sebagai
berikut
a Ingin tahii
Perasaun ingin tahu biasanya diniiliki oieh generasi muda pada
umur setara siswa SD SLTP dan SLTA Bila di hadapan sckelompok
anak muda ada seseorang yang inemperagakan uikmatnya
mengkonsumsi narkotika dan psikolropika maka didorong oleh naluri
alami anak muda yaitu keingintahuan maka salah seoariig dari
kelompok itu akan maju mencobanya Selain didorong oleh
keingintahuan keberaniannya juga karena didesak oleh gejolak dalam
Mardiini foc cil hai 102 ^ Subagyo RatoiJlliarjo ioc cil liiil 72-74
26
jiwanya yang ingin dianggap hebal pemberani dan pahlawan di antara
temanteinan sehayanya Maka jatuhlah satu orang anak dalam pelaku
setan
Dalam kondisi seperti itu reaksi kawan-kawan sebayanya
berbeda-bcda
1 Ada yang ingin menyaingi menunjukkan bahwa dirinya lebih hebat
lagi lalu memakai
2 Ada yang ingin tahu kemudian ikut memakai dan
3 Ada yang sella kawan lain ikut memakai juga
Sikap seperti inilah yang menyebabkan bandar atau pengedar
senang Mereka meiigincar generasi muda mahasiswa atau pclajar
karena 2 (dua) pertimbaiigan
1) Kalau salah satu anak muda kena maka anak muda yang lainnya
ikut kena sehingga konsumen cepat bertambah dan
2) Kalau anak muda kena maka anak muda tcrsebut akan mcnjadi
pemakai selia dalam waktii yang lama Berbeda dengan orang tua
yang cepat maii keuntungan komersial yang diperoleh dari
kelompok anak muda ini akan banyak
b Ingin dianggap hebal
Pcrasaan ingin dianggap hebat biasanya dimiiiki oleh generasi
muda Sepcrti ditcrangkan di atas salah satu sifat alami yang positif
dari generasi muda adalah daya saing Sayang sekali karena
kelidaktahuan sifat positif ini juga dapat dipakai untuk masalah negatif
27
Silat positif ini scharusiiya didorong unluk berlomba daluin preslasi
pada bidang pcndidikan kesenian olah raga dan lain-lain yang
bermanfaat bagi kehidupan
Bila sikap ingin berkonipctisi ini diarahkan untuk
mengkonsumsi narkolika dan psikolropika akibatiiya sungguli
mengerikan yailu kcgagalan hidup dan kesengsaraan Pemakai hanya
dapat dianggap hebat oleh lingkungan kecil pcniakai narkotika dan
psikotropika Di masyarakat luas pemakai hanya menuai cerca dan
nista
c Rasa setia kawan
Perasaan setia kawan sangat kuat dimiiiki oleh generasi muda
Jika lidak mendapatkan penyaluran yang posilif sifai positif tersebut
dapat berbahaya dan mcnjadi negatif Bila (cmannya memakai
narkotika dan psikotropika maka individu tersebul ikut juga memakai
Bila temannya dimarahi orang tuanya atau dimusuhi masyarakat maka
pemakai membela dan ikut bersimpatik
Sikap seperti itulah yang menyebabkan anak ikut-ikutan
Awalnya hiuiya satu orang yang merokok kemudian semuanya menjadi
perokok Setelah semuanya merokok sntu orang mulai memakai ganja
lalu yang lainnya ikut sehingga menjadi sekawanaii pemakai ganja
Selelah semua memakai ganja satu orang memakai ekstasi kemudian
semuanya ikut demikian selerusnya meningkat menjadi shabu dan pada
akhirnya menjadi pemakai putaw
28
d Rasa kccewa truslasi kcsai
Pcrasaan kesal kcccwa atau (rustasi biasanya terjadi karena
kegagalan pada generasi muda eksckutif mudu suami atau istri
Pcnggiiiiaan narkotika dan psikolropika pada kelompok ini bertujuan
untuk sesaat melupakan kekccewaan kckesaian dan fi-uslasi Kondisi
masyarakat yang carut martit tclah banyak melahirkan kekccewaan
kekesalan bahkan Iruslasi Narkolika dan psikotropika dapat
melupakannya sesaat tetapi tidak untuk mengatasi masalah yang
sesungguhiiya
Hubungan buruk yang disebabkan oleh kcgagalan
berkomuiiikasi antara orang tua dengan anaknya dapat menyebabkan
rasa kesal Hal ini mcnjadi faktor pemicu pemakaian narkotika dan
psikotropika oleh anak Intcraksi anlara orang tua dcngan anak tidak
cukup hanya berdasarkan niat baik Cora berkoniunikasi juga harus
baik Masing-masing pihak harus memiliki kcsabaran untuk
menjclaskan isi hatinya dengan cara yang tepat Banyak sekali konfllk
di dalam rumah tangga yang terjadi hanya karena salah paham atau
kekeliman berkoniunikasi Kekeliruan kecil itu dapal bcrakibat fatal
yaitu masuknya narkotika dan psikotropika ke dalam keluarga
Kekccewaan kekesalan dan frustasi dapal terjadi karena
kekeliruan dalam berkomunikasi terhadap beberapa faktor berikut i n i
I ) Komunikasi anak dengan orang tua
IbUI hiiJ 74
29
2) Komunikasi antar anak
3) Komunikasi di lingkungan eksekulifinuda dan
4) Komunikasi antara suami istri
e Ingin bebus dari rasa sakil atau pusing
Penderila pcnyakit beral yang kronis dan tidak kunjuiig sembuh
misalnya Ranker hati luka bakar uka tusuk wasir Ranker paruparii
migreii eneok pengapuran dan lain-lain sclalu merasakan sakit yang
iuar biasa karena penyakitnya Rasa sakit tersebut sering kali tidak
dapat dihilangkan dengan obat pengtiiiang rasa sakit biasa (anaigetik)
sehingga peiiderilanya mencoba narkotika atau psikotropika
Narkotika maupun psikolropika dapat menghilangkan rasa sakit
tersebut tetapi tidak menyembuhkan penyakitnya Ceiakaiiya pemakai
yang bersangkutan malah mendapat maslah baru yaitu ketergantungan
dengan segala komplikasinya yang justru menjadi lebih berbahaya
f Ingin menikmati rasa gembira tampii lincah energik dan mengusir
rasa sedih dan malas
Para eksekudf dan sciebritis biasanya memiliki gaya hidup yang
trendi Mereka merasa dituntut untuk selalu lampil lebih prima Dengan
mengkonsumsi naikotika atau psikolropika mereka dapat tampii prima
dan percaya diri karena kehilangan rasa malu walaupun sesungguhnya
tidak demikian
Perasaan hebat tersebut di atas seharusnya dicapai melaiui tekun
berolah raga hidup teratur meningkatkan kualitas fisik mental
30
inlclckUial dan mocaiiiyii Riikan ineiigamhit jalan piiitas dcngan tampii
seotah-olah prima niclalui manipulasi atau lipuan melaiui
mengkonsumsi narkotika atau psikolropika tersebut Pcnampilmi prima
yang semu atau atau tipuan itu lambat laun akan terungkap juga
sehingga [ania-keiamaan akan kelahuari juga jati dirinya yang
sesungguhnya itu
g ingin tampii iangsing
Narkolika dan psikotropika terscbut juga banyak digunakan oleh
artis dan ibu-ibu rumah tangga yang berbadan gemuk untuk
melangsingkan lubtihnya Narkotika alau psikotropika dengan jenis
tertentu ada juga yang dapat menghilangkan nafsu makan sekaligus
menambali aktivitas fisik sehingga dapat menurunkan beral badun
h Takut mengalami rasa sakit (sakaw)
Pengguna jenis narkotika atau psikolropika tersebut yang sudah
menjadi pemakai tetap (pemadat) akan mengalami rasa sakit (sakaw)
bila tidak memakainya Karena takut merasakan penderitaan maka
pemakai tersebut terus memakainya sehingga menjadi pemakai yang
sella junkies) Banyak pemakai narkotika dan psikotropika ini yang
setia adalah orang-orang yang merasa terpaksa memakai sebab kalau
lidak memakainya mereka akan mengalami sakaw
Kebanyakan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika
dimulai atau terdapat pada masa remaja sebab masa remaja yang
sedang mengalami perubahan biologik psikologik maupun sosial yang
31
pesat merupakan individu yang rentan untuk nienyaiahguriakan
narkotika maupun psikotropika terscbut Anak atau remaja dcngan ciri-
ciri tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi
penyalahgunanya Ciri-ciri tersebut anlara lain^
a Cenderung memberontak dan menolak otoritas
b Cenderung memiliki gangguan j iwa lain (komorbiditas) seperti
depresi cemas psikotik keperibadian dissosial
c Perilaku menyimpang dari aluran atau norma yang berlaku
d Rasa kurang percaya diri low selw-confulence) rendah diri dan
memiliki citra diri negatif (ow setf-esleem)
e Sifal mudah keeewa cenderung agresif dan destruktlf
f Mudah murung pemalu pendiam
g Mudah merasa bosan dan jenuh
h Keingintahuan yang besar untuk meneoba atau penasaran
i Keinginan untuk bersenang-senang [just for fun)
j Keinginan untuk mengikuti mode karena dianggap sebagai lambang
keperkasaan dan kehidupan modem
k Keinginan untuk diterima dalam pergaulan
1 Identitas diri yang kabur sehingga merasa diri kurang jantan
mTidak siap mental untuk menghadapl tekanan pergaulan sehingga
sulit mcngambil keputusan untuk menolak tawaran NAPZA dengan
tegas
Tom Kus dan Tedi Btihava NAPZA Bagi Pelajar (Bandung Yayasan Al-Ghilari Morgan im) hal 14
32
n Kemampuan komunikasi rendati
o Melarikan diri dari scsuatu (kebosaiian kcgagalan kekccewaan
kclidakmampuan kesepian dan kegcliran hidup dan lain-lain)
p Putus sekoiah dan
q Kurang menghayati iman atau kcpcrcayaaiinya
Menurut Tim Badan Narkotika Nasional hahwa terdapat
beberapa iaklor yang menyebabkan sescorang alau individu
menyalahgunakan narkolika dan psikotropika anlara lain
1) Keingintahuan yang besar untuk mcncoba tanpa sadar alau berlikir
panjang tentang akibatnya dikemudian hari
2) Keinginan unluk mencoba-coba karena penasaran
3) Keinginan untuk bersenang-senang
4) Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya hidup
5) Keinginan untuk dapat diterima daiam suatu kelompok
6) Lari dari masalah kebosanan atau kegetiran hidup
7) Pengertian yang salah bahwa mcncoba sckali-kali lidak akan
menimbulkan masalah
8) l idak mainpu alau tidak berani menghadapl tekanan dari lingkungan
alau kelompok pergaulan unluk menggunakan narkolika dan
psikotropika dan
9) Tidak Japal atau mampu mengatakan tidak pada narkotika dan
psikotropika
Tim INN Loc di
33
Berdasarkan peinaparaii Icrscbut di atas dengan demikian
bahwa individu didorong oleli beberapa faktor untuk menyalahgunakan
pemakaian narkotika dan psikotropika tersebut sehingga menjadi
individu yang mengalami ketergantungan berikut ini disebutkan
beberapa faktor adalah
1) Ingin tahu dan Ingin mencoba rasa memakai narkotika atau
psikotropika bagi kalangan anak muda)
2) Ingin dianggap lebih hebat dari orang Iain pada orang muda)
3) login membuktikan kesetiakawanan (pada orang muda)
4) Dianggap paling tepat untuk mengatasi perasaan keeewa j en gkel
dan frustasi (pada suami istri yang mengalami konllik rumah
tangga)
5) Dianggap cara yang paling mudah untuk menghalau rasa sakit pada
tubuh (pada penderita penyakit yang kronis)
6) Dianggap cara yang paling ampuh untuk mendapatkan perasaan
tenang damai atau gembira (pada suami istri yang mcnghadapi
konflik rumah tangga)
7) Dianggap cara yang paling mudah untuk melangsingkan lubuh (pada
ibuibii rumali tangga atau wanita yang bertubuh gemuk)
2 Faktor yang Bersumlicr dari Lingkungan
Faktor lingkungan tidak mampu mencegah atau mengurangi
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika bahkan membuka kesempatan
pemakaian narkotika dan psikotropika Yang dimaksud dcngan faktor
34
kesempatan di sini adalah tersedianya siluasi-situasi yang nieiiiungkinkan
untuk memakai narkolika atau psikolropika di waktu-vvaklu luarig di tempat
rekreasi atau hiburan diskotik pesia dan lain-lain Atau mungkin lingkungan
masyarakat yang tidak mampu mengendalikan bahkan membiarkan penjualan
alau pcrcdaran geiap narkotika dan psikotropika misalnya karena lemahnya
penegakan hukum penjualan narkolika dan psikotropika secara bcbas bisnis
narkotika dan psiktilropika yang terorganisir mudahnya memperoleh
narkotika dan psikotropika dan lain-lain
raklor yang bersumber dari lingkungan yang mcnyebabkan individu
dapat menyalahgunakan pemakaian narkotika dan psikotropika merupakan
laktor kontribusi masukaii dari Iuar individu) dimana sesttorang dengan
kondisi keluarga tidak baik akan merasa tertekan dan rasa lertekan inilah
sebagai faktor penyerta bagi dirinya untuk terlibat dalam penyalahgunaan
narkotika dan psikotropika tersebut Disfungsi keluarga yang dimaksud antara
lain adalah keluarga yang tidak utuh kedua orang tua yang tcrlalu sibuk dan
lingkungan interpersonal dengan orang tua yang tidak baik Di samping itu
faktor pencetus seperti pengaruh teman sebaya tersediu dan mudah
didapatkan mempunyai andil sebagai faktor pencetus sescorang atau individu
terlibat ke dalam penyalahgunaan yang mengakibatkan ketergantungan
terhadap narkotika dan psikotropika Dari sudut pandang psikososial
penyalahgunaan narkotika dun psikolropiku dapat terjadi sebagai akibat
negatif dari intcraksi tiga kiitub sosial yang tidak kondtisif yaitu kutub
Lulhli ilurnju Op cil
35
keluarga kutub sekolahkupus dan kulub masyarakat
Faktor lingkungan meliputi faktor kciuarga dan lingkungan pergaulan
balk dlsekltar rumah sekoiah teman sebaya maupun masyarakat Banyak
pengguna Narkotika dan Psikolropika yang berasal dari keluarga yang lidak
harmonis Keluarga seharusnya mcnjadi wadah untuk menikmati kebahagiaan
dan curalian kasih sayang wahana silih asih silih asah dan silih asuh
Namun pada kenyataannya keluarga sering sekali justru menjadi pemicu
sang anak mcnjadi pemakai hal tersebut disebabkan karena kciuarga tersebut
kacau balau Hubungan antara anggota keluarga dingin bahkan tegang atau
bermusuhan
Komunikasi antara ayah ibu dan ariak-anak sering sekali
menciptakan suasana konflik yang tidak berkesudahan dimana bahwa
penyebab konllik tersebut sangal beragam Solusi semua konflik adalah
komunikasi yang baik periuh pcngerlian saling menghargai dan menyayangi
serta ingin selalu membahagiakaii
Konflik di dalam keluarga dapat mendorong anggota keluarga merasa
frustasi sehingga lerjebak memilih narkotika dan psikolropika sebagai
solusinya Biasanya yang paling rentan terhadap stres adalah anak kemudian
suami dan istri sebagai benleng terakhir Beberapa faktor yang bersumber
dari lingkungan keluarga yang dapat mempengaruhi seseorang atau individu
tertentu icrjun kc dalam lingkungan penyalahgunaan narkotika dan
36
psikotropika tcrsebut antara lain adatuh
a Koniimikasi niang tua-aiiak kiii-ang baikcfektif
b Hubungan dalam keluarga kunmgharmonisdisfimgsi dalam keluarga
c Orang tua bercerai bcrscitngkub atau kawin lagi
d Orang lua tcrlalu sibuk aUiu tidak acuh
e Orang tua oloriter alau scrba melarang
f Orang tua yang serha nieinbolehkan (pcrmisil)
g Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teiadan
h Orang tua kurang peduli dun tidak tahu dengan masalah narkolika
i Tata terlib alau disiplin keluarga yang selalu bcrubah (kiiiaiig konsisten)
j Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam kciuarga
dan
k Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahguna narkotika
dan psikotropika
Sitimsi buruk dalam keluarga yang soring menyudiitkan anak ke arah
narkotika dan psikotropika adalah
1) Anak merasa kurang mendapatkan kasih sayang dalam keluarga merasa
kesal keeewa dan kesepian
2) Anak merasa kurang dihargai kurang mendapatkan kepcrcayaan dun
selalu dianggap salah
3) Anak mengalami konflik dengan orang tua dalam masalah pacaran
memilih pasangan hidup atau meneniukan pilihan profesi cila-elta dan
Mardani Loc cil lial 99 AW hal 100
37
sebagainya
4) Anak kesal dan keeewa karena ayah dan ibuiiya kurang lianiionis dan
sering bertcngkar (broken home)
5) Suami thtsirasi karena tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapinya
dengan islrinya
6) Istri fnistrasi akibat konllik dengan suami tentang masalali ekonomi atau
adanya wanita lain di samping suami
Banyak pengguna narkotika dan psikolropika yang pada awalnya
dimulai karena pengaruh dari orang lain Bentuk pengaruh dari orang lain itu
dapat bervariasi mulai dari bujuk rayu lipii daya sampai kepada paksaan
a) Tipu Daya
Banyak anak yang ditipu oleh kenalon teman sahabat atau pacar
Seperti mengajak meraka untuk memakai narkotika dan psikolropika
dengan bemacam-macain tipuan Dengan alasan yang digunakan bahwa
narkotika dan psikotropika adalah vitamin obat pil pintar pil sehat atau
food supplement Tipuan itu dapat juga berupa bujukan bahwa narkotika
dan psikotropika tidak tcrlalu berbahaya kalau tahu raliasianya Banyak
orang di dalam masyarakat yang dikira orang baik-baik namun lemyata
pengedar narkotika dan psikotropika Walaupun orang itu adalah kawan
sahabat saudara atau pacar sebagai pengedar penipu tersebul akan tcga
menipu maupun menjebak kita Pengedar narkotika dan psikotropika
sangat pandui mcmasarkan narkotika dan psikotropika tersebut Dengan
menawarkan narkotika dan psikotropika sebagai mmn food supplement
38
pil scliat pil pintar dan sebagainya Dengan lipuan ini korban dari
kalangan kciuarga hannonis akan terjcrumus ke dalamnya Saat ini banyak
pemakai narkolika dan psikotropika dari keluarga harmonis bukan hanya
bull dari keluarga berantakan Banyak pekerja mahasiswa atau pelajar yang
tampii ioyo tertipu ketika kepadanya ditawarkan pil sehat vitamin atau pil
pintar Banyak pemuka agama juru dakwah atau pengkhotbah yang
tertipu karena pil sehal yang dlbelinya adalah narkotika dan
psikotropika Reaksi pemakaian narkotika dan psikotropika mula-mula
terasa menyehatkan dan membuat si korban tipuan terscbut sukses dalam
berdakwah atau berkhotbah Ibu rumah tangga juga dapat tertipu karena
ditawari pil pelangsing oleh saudara atau teman dalam arlsan dan lain-
lain Mulanya karena tipu daya akhimya setelah lerjebak menjadi
biasa
b) Bujuk rayu
Waftiia camlk pengedaf ftaTkotlka dan psikotFoplka biasanya menjebak
mangsa melaiui bujuk rayu Untuk memasarkun narkotika dan
psikotropika pengedar tersebut memilih profesi sebagai wanita penghibur
atau Wanita Tuna Susiala (WTS) Banyak eksekutif muda pekerja atau
bos-bos yang mulai memakai narkotika dan psikotropika karena rayuan
pekerja seks komersial hostess dan sebagainya Dalam mcmasarkan
narkotika dan psikotropika wanita tersebut merayu akan mau melayani
kencati kalau bersama-sama mengkonsumsi narkotika dan psikotropika
Subagyo Purlodlhario Loc cil hal 78
39
lebih dulu Muta-mula kurban memakai narkotika dan psikotropika karena
tergoda namun akhimya menjadi terbiasa
c) Paksaan
Banyak anak muda yang mengawali pemakaian narkotika dan psikotropika
karena dipaksa oleh sekawanun alau seseorang yang mengancam akan
mencelakainya Banyak pclajar atau nialiasiswa mengawali kebiasaan
memakai narkotika dan psikotropika dari keadaan terpaksa diancam oleh
sekawanan preman yang menghadang di tengah jalan Dari kelompok ini
pula terjaring pemakai yang berasal dari keluarga hannonis
Lingkungan sekoiah bagi pelajar tingkat SD SMP dan SMA
merupakan tempat yang stratcgls bagi para pelajar untuk menunjukkan jati
dirinya sehingga mereka terjun kepada penyalahgunaan narkotika dan
psikotropika ini faktor sekoiah yang merupakan bagian tcrpcnting yang
mempengaruhi adalah
a Sekoiah yang kurang disiplin
b Sekoiah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjiial narkotika atau
penjual psikolropika
c Sekoiah yang kurang member] kesempatan pada siswa untuk
mengembangkan diri secara kreatif dan positif
d Adanya murid pengguna narkotika atau psikotropika
Kartini Kurtono op cil hivl 124
40
B Pengaturan Sanksi Pidana Terhadaj) Pcnyalahgunaaan Narkotika dan
Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau
dari Perlindungan Terhadap Korban
Dalam hukum pidana di Indonesia terdapat adanya
ketldakseimbangan antara perlindungan korban kejahatan dcngan pelaku
kejahatan pada dasarnya mempakan salah satu pengingkaran dari asas setiap
warga negara bersamaan kcdudukannya dalam hukum dan pcmerinlahan
sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 sebagai
landasan konstitusional Perlindungan korban memiliki hubungan cral dcngan
teori pemidanaan yang dikemukakan Wirjono Prodjudikoro tujuan
pemidanaan adalah untuk niemenuhi rasa keadilan^
Ada Juga yang mengemukakan bahwa tujuan pemidanaan dapat
dilihat melalul 2 (dua) leorl mengenai alasan-alaitan yang membenarkan
(justification) penjatuhan hukuman (sanksi) yaitu Teori Absolut
(Vergeldingslheorie) dan Teori Relatif atau Doeitheorie Menurut Teori
Absolut (Vergeldingslheorie) tujuan pemidanaan sebagai pembalasan
terhadap para pelaku karena telah melakukan kejahatan yang mengakibatkan
kesengsaraan lerhadap orang lain alau anggota masyarakat sedangkan
Roeslan Saleh mengatakan sebagai reaksi-reaksi atasdelik yang berwujud
suatu nestapa yang scngaja dilimpakan ncgara kcpada pembuat delik
Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana Cctakan Iuriania (Jakarta Sinar Gnitlka2(W5)hii4
lcduu Mdipaung Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cctakun IcrliirMii (Jukiirtu Sinur Gratika 2005) hal 4
kiwsUin Saleh Shdsel Pidana Indonesia (Jukarlu liinn Aksara 19K7) hal 5
41
Menurut Teori Relatif Doeltheurie) tujuan pemidanaan adalah
a Menjerakan agar si pelaku atau terpidana menjadi jera dan tidak
mengulangi lagi perbuatannya specials presenile) sena masyarakat umum
agar mengertahui jika melakukan perbuatan yang sama akan mengalami
hukuman yang serupa atau disebut pula generalpreventte
h Memperbaiki pribadi si terpidana berdasarkan perlakuan dan pcndidikan
selama menjalani hukuman terpidana merasa menyesal dan tidak akan
mengulangi perbuatannya dan kcmbali kepada masyarakat sebgai orang
baik dan berguna dan
c Mcmblnasakan (menjatulikan hukuman mat) atau mcmbuat terpidana tidak
berdaya dengan menjatuhkan hukuman seiimur hidup
Pandangan di atas sangatlah wajar apabila beranjak dari pandangan
bahwa hukum pidana adalah hukum sanksi (hifzonderesancUerechl) sebab
dengan bertumpu pada sanksi itulah hukum pidana difungsikan untuk
menjamin keamanan ketertiban dan keadilan Dalam perkembangannya
ternyata tidak semua sarjana menyclujui maksud diadakannya pidana scperti
itu (sebagai suatu nestapa) karena muncul pendapat bahwa di samping pidana
ditujukan untuk memberikan penderitaan kcpada pelanggar atau mcmbuat
jera pemidanaan juga bertujuan agar pelaku dapat kembali hidup
bermasyarakat sebagaimana mestinya
Alasan yang paling inenonjol lerhadap upaya perubahan tersebut
adalah dengan meniperhatikan sisi kemanusiaan yang mcmandang bahwa
Ucdcn Mirpaung Opcil hal 4
42
sekalipiin tcrsangka telah melakukan kcsalahaii ia telap berkcdmiiikan sebagai
manusia utuh yang harus tetap diperlakukan sama dengan manusia lainnya
dan dilindungi hak asasi manusionya Karena itu pidana penjara saat ini
sedang mengalami masakrisis karena termasuk jenis pidana yang kurang
disukai Banyak kritik tajam ditujukan terhadap jenis pidana perampasan
kemerdekaan ini baik dllihat dari sudut efektifitasnya maupun dilihat dari
akibat-akibat lainnya menyertai atau berhubungan dcngan dirampasnya
kemerdekaan seseorang
Banyaknyu kritik yang diarahkan pada bentuk pemidanaan berupa
perampasan kemerdekaan (yang ditujukan untuk membuat jera pelaku)
sehingga berkembanglah bentuk pemidanaan lain yang dianggap lebih
manusiawi yaitu penjatuhan pidana berupa denda atau pemberian ganti
kerugian kepada korban Pemberian ganti kerugian pada awalnya merupakan
konsep kcperdalaan seperti halnya dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata yang mewajibkan setiap orang yang menyebabkan orang lain
menderita kerugian untuk membayar ganli rugi Dalam perkembangannya
konsep ini diterupkan pula dalam hukum pidana mengingat akibat yang
ditimbulkan pada korban tindak pidana akan selalu disertai dengan kerugian
baik mental fisik maupun material sehingga sangat wajar apabila korban pun
menuntui ganti kerugian pada pelaku guna memulihkan derita yang
dialaminya
Dengan memperhatikan pada beberapa teori klasik tentang tujuan
Uurtla Nawuwi Ariel Sislem Pemidanaan Menunii Konsep KIHP llaiu dan Latar Helakang Pemlklrannya Hahan Ienalaran Hukum Pidana V Undanu Kupang uinjyful 11 Juli-12 Agustus 1989
43
pemidanaan dapat disiinpulkan bahwa penjatuhan pidana lebih banyak
ditujukan untuk kepeiitingan pelaku dengan kata lain tujuan pemidanaan
hanya dimaksudkan imtuk mengubah perilaku dari pelaku kejahatan agar
tidak mengulangi lag perbuatannya sedangkan kcpentingan korban sama
sekali diabalkan
Perlindungan terhadap korban narkotika jika dihubungkan dengan
beberapa teori pemidanaan yang telah dipaparkan di atas maka peneliti
mengkaji bahwa dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang baru ini terdapat kescimbangan antara perlindungan terhadap
pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana bahwa berdasarkan sanksi
baik pidana maupun denda yang terdapat dalam undang-undang ini sangatlah
berat-berat dan tegas ]ni berarti bahwa undang-undang ini lebih
mementingkan korban dari pada pelaku kejahatan narkotika Mengingat
bahwa dengan adanya pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan
korban semakin banyak yang berjatuhan schingga daripada korbnnnya anak
bangsa yang memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara
Indonesia maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-
beratnya lerhadap si pelaku tindak pidana narkotika bahkan pidana mati atau
seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-
undang yang bam ini juga diatur mengenai rehabilitasi terhadap korban baik
korban yang diakibatkan oleh orang Iain maupun karena self victimizing
victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku itu sendiri
44
C Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Seif-
Victimizing Victims
1 Self-victimizing victims uarkotika dau psikotropika
Suatu viktimisasi adalah sebagai suatu permasalahan manusia yang
merupakan kenyataan sosial hal ini disebabkan karena setiap warga negara
berhak mendapatkan rasa aman dan bcbas dari segala bentuk kekerasan
sesuai dengan falsafah Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 Contohnya adalah seseorang akibat perbuatannya memakai
narkotika dapat menimbulkan bahwa si pemakai tersebut menjadi tidak
berdaya upaya dengan kata lain bahwa si pelaku telah menjadi korban
akibat perbuatannya sendiri yang menimbulkan perbuatan kriminal
Penyalahgunaan narkolika atau psikolropika merupakan perbuatan
kriminal karena telah melanggar ketentuan di dalam undang-undang yang
ada yakni Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tetang Psikotropika dan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Terlibatnya si
pelaku kejahatan atau tindak pidana yang menimbulkan kerugian terhadap
dirinya sendiri daiam hal inilah yang disebut dengan istilah self victimizing
victims yang merupakan bagian dari viktimisasi Sehubungan dengan itu
maka Wolfgang menyatakan beberapa Jenis viktimisasi ialah
1 Unrelated victims yaitu korban yang tidak ada hubungannya sama
sekali dengan terjadinya korban misalnya pada kasus kecelakaan
pesawat Dalam hal In tanggungjawab sepenuhnya terletak pada
Utplietin3|il(igspqtcom2()OSIOl|ukum-viktinivl9gihlml diakscs terakhir langgul l2Januari 2015
45
pelaku
2 Provocative victims yaitu seseorang yang secara aktif mendorong
dirinya menjadi korban misalnya kasus selingkuli dimana korban juga
sebagai pelaku
3 Participating victims yailu seseorang yang tidak berbuul tetapi dengan
sikapnya justru mendorong dirinya menjadi korban
4 Biologically weak victims yaitu mereka yang secara tisik memiliki
keleinalian atau potensi untuk mcnjadi korban misalnya orang tua
renla anak-anak dan orang yang tidak mampu bcrbual apa-apa
5 Socially weak victims Yaitu mereka yang memiliki kedudukan social
yang lemah yang menyebabkan mereka mcnjadi korban misalnya
korban perdagangan perempuan dan sebagainya
6 Self victimizing victims yaitu mereka yang menjadi korban karena
kejahatan yang dilakukannya sendiri pengguna obat bius judi aborsi
dan prostitusi
Dalam hal ini kedudukan viktimologi sebagai sebuah ilmu yang
mempelajari tentang korban memiliki peranan yang sangat penting ruang
lingkup viktimologi ini meliputi
1 Semua macam sciiap macam perbuatan kriminal yang mengakibatkan
orang-orang mcnjadi korban
2 Setiap orang atau pihak yang dapat menjadi korban baik orang
perorangan maupun suatu korporasi atau organLsasi
3 Setiap orang atau pihak yang dapal menimbulkan korban artinya
46
dimana disatu sisi orang terscbut dapat merugikan orang iain sehingga
orang tidak merasa aman akibat tindakanya
4 Cara-cara viktimisasi atau penimbulan korban
5 Bentuk-bentuk viktimisasi yang terdiri dari primary viclimizalion
adalah korban individualperorangan bukan kelompok secondary
victimizalion korbannya adalali kelompok misalnya badan hukum
tertiary Victimizalion yang menjadi korban adalah masyarakat luas
nun viciimozaiion korbannya tidak dapat segera diketahui misalnya
konsumen yang tertipu dalam menggunakan hasil produksi
6 Akibat viktimisasi
7 Pengaruh viktimisasi
8 Reaksi atau respons terhadap viktimisasi
9 Penyelesaian viktimisasi dan
10 Pengaturan yang berkaitan dengan viktimisasi (yang menjadi
perhatian viktimologi)
Studi viktimologi akan memberikan pemahaman kepada setiap
individu mengenai hak dan kewajibannya dalam rangka mengantisipasi
berbagai bahaya yang mengancamnya Viktimologi memberikan
sumbangan pemikiran mengenai masalah viktimisasi tidak langsung
dampak sosial polusi industri viktimisasi ekonomi politik dan
penyalahgunaan kewenangan Viktimologi ini juga memberikan dasar
pemikiran dalam penyelesaian viktimisasi kriminal atau factor viclimogen
dalam sistem peradilan pidana
47
Dari perspektif ikalan Korban Napza (IKON) l ial i yang dimaksud
sebagai korban adalah orangperorangan yang menderita secara langsung
dari penyalahgunaan napza dan tennasuk pula keluarga alau tanggungan
langsung dari korban Namun karena hukum dl Indonesia memandang
pengguna napza adaiah kriminal maka terjadilah dampak-dampak negalif
yang dialami oleh pengguna napza yang merupakan korban scperti
diskriminasi kriminallsasi kesehatan dan stigmatisasi Maka sebagai
korban IKON Bali mendorong agar dihentikannyadiskriminasi lerhadap
korban napza mendorong vonis rehabilitasi untuk korban napza
mendorong agar dihentikannya penyiksaan terhadap korban napza dan
yang terakhir adalah mendorong terpenuhinya hak atas kesehatan bagi
korban dan orang terinfeksi HIV Dengan melihat kondisi permasalahan
penanggulangan napza yang semakin tidak menentu dan meningkatnya
jumlah korban napza secara terus-menerus Maka Ikon Bali meminta
1) Penerapan SEMA Nomor 7 Tahun 2009 sebagai pemenuhan hak atas
kesehatan terhadap korban Mpza
2) Meminta kepada Pengadilan Negeri Denpasar untuk menjadi insiator
dalam penyusunan langkah teknis penerapan SEMA Nomor 7 Tahun
2009
3) Meminta kepada selunih instansi tcrkait untuk mulai meiigambil
langkah nyata dalam penanggulangan napza
43 Ibid
48
4) Meminta agar korban napza diperlakukan secara manusiawi tanpa
penyiksaan sligma dan diskriminasi
5) Ikon Bali mendukung secara penuh program-program pemerintab
dalam penanggulangan napza
2 Rehabilitasi terhadap self-victimizing victims
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
merupakan undang-undang yang baru menggantikan Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika Adapun pasal-pasal di dalam
undang-undang in yang mengatur mengenai perlindungan korban adalah
berbagai pasal-pasal yangmencantumkan rehabilitas kepada korban
maupun pelaku tindak pidana narkolika Pasal 1 ayat (16) meneniukan
defenisi mengenai rehabilitasi dipandang dari sisi medis yakni
Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara
terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan Narkotika
Sementara Itu dalam Pasal 1 ayat (17) ditentukan defenisi rehabilitasi
dipandang dari sisi sosial yakni Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses
kegiatan pemulihan secara terpadu baik fisik mental maupun sosial agar
bekas pecandu Narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosia dalam
kehidupan masyarakat
Diimdangkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang merupakan undang-undang baru ini tentu mempunyai
maksud dan tujuannya Adapun tujuan yang terdapat dalam Pasal 4 yang
berbunyi
49
Undang-Undang tentang Narkotika bertujuan
a Menjamin kelersediaiin Narkotika untuk kcpentingan peiayanan
kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
b Mencegah mclindungi dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari
penyalahgunaan Narkotika
c Memberanlas pcredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika dan
d Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi Penyalah
Guna dan pecandu Narkotika
Bentuk perlindungan terhadap korban dan pelaku kejahatan tindak
pidana narkotika di dalajn Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
disebutkan ada 2 (dua) macam yakni pengobatan dan rehabilitasi lerhadap
korban maupun pelaku Pada Pasal 53 ayat (3) tersebul di atas bahwa yang
dimaksud dengan buktl yangsah antara lain surat kctcrangan dokter
salinan resep atau labeletiket Selcngkapnya mengenai pengobatan
ditentukan dalam Pasal 53 yang berbunyi sebagai berikut
(1) Untuk kcpentingan pengobatan dan berdasarkan indikasi medis
dokter dapal memberikan Narkotika Golongan II atau Golongan III
dalam jumlah terbatas dan sediaan tertentu kepada pasien sesuai
dengan ketcnluan peraturan perundang-undangan
(2) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat ( I ) dapal memiliki
menyimpan danatau incmbawa Narkolika untuk dirinya sendiri
(3) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mempunyai bukti
yang sali bahwa Narkotika yang dimiiiki disimpan danatau dibawa
50
untuk digunakan diperoleh secara sail sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
Mengenai rehabilitasi terhadap korban dan pelaku tindak pidana
kejahatan penyalahgunaan narkotika merupakan suatu kewajiban bagi
pemerintah dan instansi masyarakat Sebagaimana ketentuan dalam Pasal
54 bahwa Pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika
wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial Dalam Pasal 56
disebutkan juga bahwa
(1) Rehabilitasi mcdis Pecandu Narkotika dilakukan di rumah sakit yang
ditunjuk oleh Menteri
(2) Lembaga rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan oleh instansi
pemerintah atau masyarakat dapat melakukan rehabililasi medis
Pecandu Narkotika setelah mendapat persetujuan Menteri
Kemudian dipertegas kembali dalam Pasal 57 bahwa selain melaiui
pengobatan danatau rehabilitasi medis penyembuhan Pecandu Narkotika
dapat diselenggarakan oleh instansi pemerintah alau masyarakat melaiui
pendekatan keagamaan dan tradisional Salah satu tugas dan wewenang
Badan Narkotika Nasional adalah meningkatkan kemampuan lembaga
rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu Narkotika baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat
Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 ini terdapat
pengecualian dalam hal luniutan pidana terhadap anak yang masih berada
di bawah umur Misalnya terdapat di dalam salah satu pasalnya yakni pada
51
Pasal 128 ayal ( I ) yang bcrbunyi Orang tua atau wali dari pecandu yang
belum cukup umur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) yang
sengaja tidak mciapor dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6
(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp 100000000 satu juta
rupiah) Tetapi di datam ketentuan tain yakni pada Pasal 128 ayat (2) dan
ayal (3) ditentukan bahwa anak yang masih di bawah umur tidak dapat
dituntut pidami selcngkapnya pasal tersebul berbunyi Pecandu Narkotika
yang belum cukup umur dan telah dilaporkan oleh orang tua atau walinya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat ( I ) tidak dituntut pidana
(Pasal 128 ayat (2)) dan Pecandu Narkotika yang telah cukup umur
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) yang sedang menjalani
rehabilitasi mcdis 2 (dua) kali masa perawatan dokter di rumah sakit
danatau lembaga rehabilitasi medis yang ditunjuk oleh pemerintah tidak
dituntut pidana
Pada awalnya narkotika digunakan unluk kcpentingan umat
manusia khususnya untuk pengobatan dan peiayanan kesehatan Namun
dcngan semakin bcrkembangnya ilmu pcngclaliuan dan teknologi
peruntukan narkotika mengalami perluasan hingga kepada hal-hal yang
negatif
Di dunia kedokteran narkotika banyak digunakan khususnya
dalam proses pembiusan sebelum pasien diopcrasi mengingat di dalam
narkotika terkandung zat yang dapat mempengaruhi perasaan pikiran serta
kesadaran pusieti Oleh karena itu agar penggunaan narkotika dapal
52
memberikan manfaat bagi kehidupanurnat manusia maka pcredarannya
harus diawasi secara ketat sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 60 sampai
dengan Pasal 63 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang menyebutkan
Pasai 60 ditentukan bahwa
(1) Pemerintah melakukan pembinaan terhadap segala kegiatan yang
berhubungan dengan Narkolika
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meiipuli upaya
a Memenuhi ketcrsediaan Narkotika unluk kcpentingan peiayanan
kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
b Mencegah penyalahgunaan Narkotika
c Mencegah generasi muda dan anak usia sekoiah
dalampenyalahgunaan Narkotika termasuk dengan memasukkan
pendidikanyang berkaitan dengan Narkotika dalam kurikulum
sekoiah dasarsampai lanjutan atas
d Mendorong dan menunjang kegiatan penelitian danatau
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di brdang
narkolika unluk kcpentingan peiayanan kesehatan dan
e Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis bagi
Pecandu Narkotika baik yang diselenggarakan oleh pemerintah
maupun masyarakat
53
Pasal 61 ditentukan baiiwa
(1) Pemerintah melakukan pcngawasan terhadap segala kegiatan yang
berkaitan dengan Narkotika
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
1 Narkolika dan Prekursor Narkolika untuk kcpentingan peiayanan
kesehatan danatau pengembangan Hmu pengetahuan dan
teknologi
2 Alat-alat potensial yang dapat disaiahgunakan untuk melakukan
tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkolika
3 Evaluasi keamanan khasiat dan mutu produk sebelum diedarkan
4 Produksi
5 impor dan ekspor
6 Pcrcdaran
7 Pelabeian
8 Tnformasi dan
9 Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Pasal 62 berbunyi Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasai 60 dan pengawasan sebagaimana
dimaksiiddalam Pasal 61 diatur dengan Peraturan Pemerintah Dan dalam
Pasal 63 disebutkan bahwa Pemerintah mengupayakan kerja sama
dengan ncgara lain danatau badan intcmasional secara bilateral dan
multiialeral baik regional maupun internasional dalam rangka pembinaan
dan pengawasan Narkotika dan Prekursor Narkotika sesuai dengan
54
kcpentingan nasional
Berdasarkan biinyi beberapa pasa di atas mengenai pengawasan
terhadap pentingnya peredaran narkotika wajib diawasi secara ketat
dikarenakan saat ini pemanfaatannya banyak untuk hal-hal yang negatif
D i samping itu melaiui perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi penyebaran narkotika sudah menjangkau hampir ke semua
wilayah di Indonesia hingga ke pelosok-pelosok Daerah yang sebelumnya
tidak pcrriah tersentuh oleh peredaran narkotika lambat laun berubah
menjadi sentra peredaran narkotika Begitu pula anak-anak yang pada
mulanya awam terhadap barang haram ini telah berubah menjadi sosok
pecandu yang siikar untuk dilepaskan ketergantungannya
Sebelum Iahimya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
mengenai narkotika diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997
tentang Narkotika namun undang-undang ini tidak dapat dipertahankan
lagi keberadaannya karena adanya perkembangan kualitas kejahatan
narkotika yang sudali menjadi ancaman serius bagi kehidupan umat
manusia Pengguna narkotika sangat beragam dan menjangkau semua
lapisan masyarakat mulai dari anak-anak hingga orang dewasa orang
awam hingga artis bahkan hingga pejabat publik
Efek negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan narkotika secara
berlebihan dalam jangka waktu lama serta tidak diawasi oleh ahlinya
dapat
menimbulkan berbagai dampak negatif pada penggunanya baik secara
55
fisik maupun psikis Bahkan tidak janing penggunaan narkotika dapat
memicu terjadinya berbagai tindak pidana Karena itu untuk mencegah
semakin mcluasnya dampak negalif yang ditimbulkan dari penggunaan
narkotika maka pengawasan tidak hanya terbatas pada peredaran
narkotika tetapi juga pada mereka yang menjadi korban misalnya
sescorang yang menderita ketergantungan narkotika (pecandu) Apabila
seorang pecandu narkotika telah divonis bcrsalah oleh hakim atas tindak
pidana narkotika yang dilakukannya maka untuk memberikan kesempatan
pada yang bersangkutan agar tcrbebas dari kecanduaniiya maka hakim
dapat mcmutuskan untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani
pengobatan danatau perawatan
Pengobatan dan perawatan terhadap pecandu narkotika dilakukan
melaiui fasilitas rchabilitasi Rcliabilitasi medis dan sosial yang diberikan
kepada pecandu dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan
kemampuan fisik mental dan sosialnya Selain pengobatan dan perawatan
melaiui rehabililasi medis proses penyembuhan pecandu narkotika dapat
diiaksanakan oleh masyarakat melalul pendekatan keagamaan dan
tradisional
Sebagai conloh di Pakem Sleman Yogyakarta telah didirikan
sualu kliiiik alau Pusat Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkotika
Psikolropika dan Zal-zat Aditiflainnya (NAPZA) Terpadu yang didirikan
atas kerjasania Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dan
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang diresmikan pada tanggal 7
56
Desember 2005 Tujuan umum pendiriaii pusat rehabilitasi terpadu ini
adalah untuk memberikan jaminan penanganan paripurnakepada korban
penyalahgunaan Napza melaiui aspek hukum aspek medis aspek sosial
aspek spiritual serta pengembangan pcndidikan dan pelatihan dalam
bidang NAPZA secara terpadu sedangkan tujuan khususnya adalah
1 Terhindarnya korban dan instilusi dan penelrasi pengedar
2 Terhindarnya kerusakan mental dun masa depan para penyalah guna
Napza yang akan mcmbtinuh potensi pengembangan mereka
3 Terhindarnya korban-korban baru akibat penularan penyakil-penyakit
seperti Hepatitis HIVAIDS dan penyakit menular lainnya
4 Terwujudnya proses pengembangan penanganan korban NAPZA dan
aspek ilmiah serta keiimuan yang dinamis sesuai perkembangan zaman
sebagai pusat jaringan informasi terpadu dan mewujudkan teknis
penanganan penyalahgunaan narkotika dan obat-obalan terlarang bagi
daerah sekitamya maupun nasional
Pemberian perlindungan kepada korban narkotika lentil tidak dapat
dibebankan sepenuhnya kcpada pemeriiilah peran serta masyarakat pun
diharapkan ada salah salunya diterimanya kembali mantan pani pengguna
dalam lingkungannya tanpa melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya
diskriminatif bahkan dengan mcmposisikan mereka sebagai warga keias
dua yang harus dljauhi
Bentuk periindunganyang diberikan terhadap pelaku maupun
Dikdik M ArilMansur dan tUisUiris Guitom loa cil hal 90
57
korban penyalahgunaan narkolika dan psikotropika daiambentuk
rehabilitasi
Rehabilitasi adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang
dilujukan kepada pemakai narkolika dan psikotropika yang sudah
menjalani program kuratif Tujuannya agar pelaku tidak memakai lagi
dan bebas dari penyakit ikutan yang disebabkan oleh bekas pemakaian
narkotika dan psikotropika
3 Tahapan-tahapan rchabilitasi terhadap self-victimizing victims
Tahapan-tahapan rehabilitasi terhadap self-victimizing victims atas
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika yang ada di Indonesia tidak
sama Ada yang menekankan rehabilitasi hanya pada aspek medis ada
pula yang lebih menekankan pada aspek rohani Atau memadukan kedua
pendekatan tersebut dengan komposisi yang seimbang Yang ideal
rehabilitasi seorang korban narkotika dan psikotropika harus dilakukan
secara holisitik baik secara fisik psikis maupun kerohaiiiannya
1 Tahapan pengobatan (rehabilitasi)
Secara umum ada beberapa tahapan yang harus dilewati
Masing-masing tahapan tersebut memakan waktu bervariasi ada yang
seminggii sebulan dan bahkan berbu lan-bulan tcrgantung tingkat
ketergantungan tekad korban dan juga dukungan berbagai pihak
terutama keluarga dalam seluruh proses tersebut Setiap tahapan
Subagjo PiirloUiharjo Loc cU hal 105 ^ E M Giri Prastowo loc cil hal 28 -29
58
tersebut disusun dan dibuat untuk inenganlar pasien secara bertaiiap
melepaskan dari ketergantungan narkotika dan psikotropika Beberapa
tahapan rehabilitasi ini yang disajikan berikut sudah Icruji dapat
menyembuhkan atau memulihkan korban narkotika dan psikotropika
secara maksimal
a Tahapan transisi
Penekanaii dalam tahap ini lebih kepada informasi awal
tentang korbanseperti
1) Latar belakang korban
2) Lama ketergantungan
3) Jenis obat yang dipakai
4) Akibat-akibat ketergantungan dan
5) Berbagai inlbrniasi lainnya
Hal ini penling sehingga pada saatnya akan menjadi acuan
bagi pihak yang terlibat secara intensif dalam proses rehabilitasi
Ahl i yang berkompeten (dokter) akan menganaiisa tingkat
ketergantungan korban untuk kemudian meneniukan tingkat
pengobatan dan tingkat pembinaan bagi si korban schingga terapi
dan metode pengobatan bisa dilakukan secara terukur
Tahapan ini Juga dapat dijadikan rujukan untuk meneari
model rehabilitasi yang paling tepat bagi yang bersangkutan Pada
tahap ini tim rehabilitasi akan membantu korban agar menyadari
dirinya sedang menghadapl masalah ketergantungan narkotika dan
59
psikotropika Korban diajak untuk bersama-sama mengatasinya Hal
ini penting karena proses rchabilitasi tidak akan berhasil tanpa
adanya kesadaran korban tentang adanya bahaya yang dihadapinya
Dari situ akan dibangun tekad dan komitmennya untuk
meninggalkan narkotika dan psikotropika
Selain itu pada tahapan ini akan diteliti akibat fisik dari
penggunaan narkotika dan psikotropika Sejauh mana tingkat
kerusakan syaraf dan organ-organ tubuhnya yang rusak Unluk itu
diadakan pemeriksaaii laboratoriumiengkap dan tes penunjang untuk
mcndeteksi penyakit yang diderita korban A[)abia dalam
pemeriksaan ditemukan satu atau beberapa penyakit maka terlebih
dahulu diadakan pengobalan medis sebelum penderita mendapat
proses rehabilitasi lanjutan Langkah ini penting selain agar tubuh
yang bersangkutan bebas dari penyakit juga untuk mencegah
terjadinya penularan balk kepada korban narkotika dan psikotropika
ini diadakan pembersihan darah pada tubuh pecandu sehingga darah
menjadi bersih dan sistem metabolisme tubuh kembali normal
Proses ini dapat dilakukan melaiui cara-cara berikut
1) Cold Turkey abrupt withdrawal) yaitu proses penghentian
pemakaian narkotika dan psikolropika secara tiba-tiba tanpa
disertai dengan substitusi antidotum
2) Bertaliap atau substitusi bertahap misalnya dengan kodein
^Ibidhal 30
60
methadone CPZ atau clocard selama i -2 minggu
3) Rapid Detoxification dilakukan dengan anestesi umum (6-12
jam) dan
4) Simtomatik tergantung gejala yang dirasakan
2 Rehabilitasi intensif
Setelah melewati masa transisi (pengumpulan informasi tentang
keadaan korban dan latar belakangnya) baru masiik pada fase
berikutnya yakni proses penyembuhan secara psikis Motivasi dan
potensi dirinya dibangun daiam tahap ini Korban diajak untuk
menemukan dirinya dan segala potensinya sambil juga menyadari
berbagai keterbalasannya Bahwa untuk mengatasi masalah hidup yang
bersangkutan tidak perlu harus mengkonsumsi narkotika dan
psikotropika Narkotika dan psikotropika justru menciptakan masalah
baru yang jauh lebih besar dalam hidupnya Narkotika dan psikotropika
bukanlah solusi tetapi menjadisumber masalah Pada tahap ini berbagai
contoh dapat dipcrlihatkan kepada korban
Yang terlibat di dalam tahap ini yang utama adalah korban itu
sendiri sebagai pelaku self-victimizing victims) Korban harus punya
tekad untuk hidup tanpa narkotika dan psikotropika Korban harus bisa
menatap masa depan dengan penuh optimisme Selain yang
bersangkutan peranan keluarga (orang liia dan saudara-saudaranya
suami atau istri) juga sangal pcnling Anggota keluarga ini harus secara
intensifmendampingi dan jnenopang korban
61
Staf di paiiti rehabilitasi para konselor psikolog dan semua
pihak di panti rehabilitasi untuk bersama-sama mcmbangun
kepercayaan diri korban Seluruh proses ini membutuhkan waktu
berbulan-bulan bahkan selama bertahun-tahun tergantung tingkat
ketergantungan dan efeknya bagi korban Berbagai terapi yang
dilakukan selama dalam tahap ini baik yang dilakukan secara pribadi
maupun bersama-sama lewat berbagai aktivitas di panti rehabilitasi
tersebut bertujuan untuk memberdayakan kembali korban yang disekian
lama telah terpuruk oleh narkolika dan psikotropika Sebagai langkah
awal untuk sosialisasi diri dengan masyarakat korban juga secara
bertahap mulai mcmbangun komunikasi dengan orang lain di Iuar
komunitas rehabilitasi
Menurut Romo Lambertus Somar MSG dalam bukunya
Rehabilitasi Pecandu Narkotika dan Psikotropika pada tahap ini ada
tiga titik yang harus dilewati yang lebih dikenal dengan tahapan
stabilisasi pribadi yailu^
1 Secara sadar dan tekun melepaskan diri dari berbagai penyakit dan
akibatakibat lainnya (no to drugs) Tahap ini merupakan tahap
stabilisasi awai atau tahap konsolidasi (comolidation)
2 Menemukan jati diri menguasai kiat-kiat dan keterampilan-
keterampilan untuk menyehatkan serta mengisi hidup secara lebih
bermakna dan bermulu Latihan keterampilan vokasional (kerja) dan
E M Giri Praslowo Loc cil hal 32
62
peiigungkapan diri dari dimulai dibina sebiiigga disebul juga (afiap
pengukuan diri (jyerwtuil appraisal) Inilah lahap slabilisasi
niericiigah (inadya)
3 Dengan inisiatif pribadi orang secara sadar mulai berfikir dan
bertindak untuk mencapai prestasi-prestasi tertentu schingga disebut
juga tahap positive thinking and doing Tahap ini merupakan tahap
stabilisasi akhir
4 Tahap rekonsiliasi Tahapan berikut yang harus dilewati dan sangat
vital adalah tahap rekonsiliasi Tara korban tidak langsung
herinlcraksi secara bebas dcngan masyarakat akan tctiipi lerleblh
dahulu ditampung di sebuah lingkungan khusus selama beberapa
waktu sampai pasien benar-benar siap secara mental dan rohani
kembali kelingkungannya semula Yang paling ulama dalam fase ini
adalah pembinaan mental spiritual keimanan dan ketakwaan serta
kcsepiikatan sosial kemasyarakaian Proses ini bisa meliputi program
pembinaan jasmani dan rohani
Sampai ke tahap ini yang bersangkutan masih tcrikat dengan
rehabilitasi foimal namun sudah mulai membiasakan diri dengan
masyarakat Iuar sehingga merupakan proses resosialisasi (reentry) atau
penyesuaian (reconcilialion) Proses ini melewati tiga titik penting juga
yaitu
1 Tinggal lebih sering dan lebih lama di lingkungan keluarga sebagai
63
teiiipal tinggal tetap atau pun tempat tinggal transit unluk
resosialisasi sambil mclaiijiitkan kegiatan pilihan sebagai penunjang
masa selanjutnya Di sini terjadi perdamaian dan penycsuaian-
penyesuaian kembali dengan lingkungan
2 Rencana masa depan yang jelas dan siap direalisasikaii dengan
dukungan keluarga atau pihak-pihak lain Pada tahap ini korban
dapat memulai aktivitasnya lagi seperti sekolahkuliah mulai bekerja
atau merintis usaha sendiri
3 Kontak awal dengan kelompok-keiompok atau program-program
pemeliharaan lanjut aftercare) Di sini orang meiierima dirinya
seperti apa adanya merasa puas lalu mempercayakan dirinya ke
tangan orang lain
4 Pciiieliharaaii Lanjut Pada tahap ini walaupun secara fisik yang
bersangkutan sudah dinyatakan seliul dan secara psikis pun sudali
pulih namun masih ada kcmungkinan mereka akan tergclincir
kembali icbihlebih saat mereka sedang menghadapl masalah Pada
saat itu bisa Jadi mereka bemostagia dengan menikmati narkolika
dan psikotropika Saat ini juga niwaii Karena itu setiap korban yang
niemasuki tahap inidipersiapkaii sungguh-sungguh agar dapal
melewati dan mengatasi sUuasi rawan ini dengan melewati tiga titik
ini yakni
a Mengubah menghilangkan aUiu menjauhi hal-hal yang bersifat
bid hul 34
64
nostaigia kesenaiigan narkolika dan psikolropika
b Setiap mengikuti program-program dan aeara-acara aftercare
(pemeliharaan lanjut) dan
c Dapat juga mcUbatkan diri dalam gerakan atau kelompok bersih
narkoba dan peduli penanggulangannya
BAB IV
PENUTUP
A Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dipaparkan tersebut di atas peneliti
memberikan beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap
permasalahan di dalam penelitian ini sebagai berikut
Di antara berbagai faktor yang dapat mempengaruhi seseorang atau
individu menyalahgunakan narkotika atau psikotropika terdapat faktor
yang paling duininan yakni laktor yang bersumber dari keadaan keluarga
dan lingkungan bukan karcnn faktor individunya Karena faktor keluarga
yang buruk dan lingkungan yang juga buruk dan saling mendukung dapat
mempengaruhi individu menjadi pelaku lindak pidana penyalahgunaan
narkolika dan psikotropika tersebut dengan kata lain faktor keluarga dan
lingkungan yang buruk ini membuka kesempatan kcpada seseorang untuk
merasakan pergaulan dengan narkotika atau psikotropika sehingga dapal
menimbulkan ketergantungan terhadapnya
2 Perlindungan lerhadap korban narkotika- jika dihubungkan dengan
beberapa teori pemidanaan dalam perspektif Undang-Undatig Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika yang baru terdapai keseimbangan antara
perlindungan terhadap pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana
bahwa berdasarkan sanksi baik pidana maupun denda yang terdapat dalam
undang-undang ini sangatlah bcrat-bcnil dan tegas Ini berarti bahwa
65 bull
66
undang-undang narkotika yang baru tersebut lebih mementingkan korban
dari pada pelaku kejalialan narkotika Mengingat bahwa dcngan adanya
pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan ktgtrban semakin
banyak yang berjatuhan seliingga daripada korbannya anak bangsa yang
memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara Indonesia
maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-beratnya
terhadap si pelaku lindak pidana narkolika bahkan pidana mati atau
seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-
undang yang baru ini juga diatur mengenai rchabilitasi terhadap korban
baik korban yang diakibatkan oleh orang lain niaiipim karena self
victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku ilu
sendiri
Saran
Adapun yang menjadi saran peneliti di dalam penelitian ini yang
menjadi harapan untuk dipcrliatikan bersama adalah sebagai berikut
1 Diharapkan bagi setiap keluarga untuk menjaga keharmonisan melakukan
pengawasan dan mcnanainkan pcndidikan yang benar terutama dalam lial
menyeimbangkan antara emosi inteligensi dan spritual sejak dari din
terhadap anak sebagai benteng terhadap dirinya untuk dapat membentengi
dari pengaruh narkotika dan psikotropika yang semakin mengancam
keadaan lingkungan masyarakat
2 Diharapkan terhadap pemerintah untuk melakukan sosialisasi yang
teriiitegrasi dan menyeluruh terhadap semua lapisan masyarakat baik
67
masyarakat di pedesan (primitlf) maupun masyarakat kota betapa besamya
sanksi pidana dan denda yang digariskan di dalam undang-undang
narkotika dan psikotropika misalnya dcngan mcmpublikasikannya dalam
bentuk billboard di pcrsiinpangan jalan sehingga setiap orang yang lewat
dengan secara otomatis masyarakat akan inengelaliuinya dan
berkemuiigkiiian orang yang membacanya setidaknya tlmbul rasa takut
untuk terjun ke dalam penyalahgunaaan narkotika dan psikotropika
tersebut
D A F T A R PUSTAKA
A Bukii
Arrasjid Chainur Sualu Pemikiran Tentang Psikologi Kriminil Mcdan Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU 1999
Gerson Bawengan Penganlar Psichology Kriminil Jakarta Pradya Pramita 1973
Gosita Arif Masalah Korban Kejahatan Jakarta Akademika Pressindo 1993
Hakim M Ariel Narkoba Bahaya dan Penanggulangannya Bandung Jembar 2007
Hawari Dadang Konsep islam Memerangi AIDS dan NAZA Get X i Yogyakarta Dhana Baktl Priaya 1997
Kaligis OC dan Soedjono Dirdjosisworo Narkoba dan Peradilannya di Indonesia (Retbrmasi Hukum Pidana Melaiui Perundangan dan Peradilan) Bandung PT Alumni 2002
Kartono Kartini Psichology Abnormal Bandung Alumni 1972
Mansur Dikdik M Arif dan Elistaris Guitom Urgensi Perlindungan Korban Kejahalan Antara Norma dan Reaiita Bandung Agustus Fakultas Hukum Universitas Padjajaran 2006
Mardani Penyalahgunaan Narkoba Daiam Perspeklif Hukum islam dan hukum Pidana Nasional Jakarta IH RajuGrufindoPersado 2007
Marpaung Leden Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005
Moelyono Anton M Kumus Besar Bahasa Indonesia Get 11 Jakarta Balai Pustaka 1988
Muladi HAM Dalam Persepkiif Sistem Peradilan Pidana dalam Muladi (ed) Hak Asasi Manusia Hakekal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat Bandung Refika Aditama 2005
dan Barda Nawawi Arlef Bunga Rampai Hukum Pidana Bandung Alumni 1992
Partodiharjo Subagyo Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannyai Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2003
Ioyk Fanny Jonathans Sehiiah Kesehatan Narkoba Sayonara Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2006
Prastowo EM Giri Rehabilitasi Bagi Korban Narkoba Tangcrang Visimedia 2006
Prodjodikoro Wirjono Asas-asas Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005
Roeslan Saieh Stelsel Pidana Indonesia Jakarta Bina Aksara 1987
Soedjono D Segi Hukum Tentang Narkolika di Indonesia Bandung Karya Nusanlara 1977
Hukum Narkolika Indonesia Bandung PT Citra Adtya Baktl i 990
Soekanto Soerjono dan Sri Mumadjj Penelitian Hukum Normalif Suatu Tijnjauan Singkat Jakarta Rajagrafindo Persada 2001
Sudarsono Kenakalan Remaja cet Ii Jakarta Rineka Cipta 1992
Tom dkk Bahaya NAPZA Bagi Pelajar Bandung Yayasan Al-Ghifari Morgan 1999
Tim BNN Materi Advokad Pencegahan Narkoba Jakarta Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia 2005
Yustisia Himpunan Peraturan Pemndang-Undangan Anti Narkoba diterjenialikuii oleh Tim iustaka Yuslisia Yogyakarta iuslaka Yustisia 2006
Waluyo Bambang Penelitian Hukum dalam Prakiek Jakarta Sinar Grafika 1996
Wcda Made Darma Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korporasi dalam niingti Rampai Viktimisasi Bandung Eresco 1995
B Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Pasal 152
Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika22Tahun 1997 tentang Narkotika
Keppres Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkolika Nasional
CInternet
htlpwwwbnngoidportalbariiiiorlalkQnlenpltpniima^Prorilampop^visi niisiamp tnn=lamp diakses tcrakiiir tanggal 13 November 2014
httpthed03hlogspoteom2008l Ohukuiii-viktimolQgihtmk diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014
httpwwwikonbaliorg26062Q(19advokasipctisi-ikon-bali-segera-tcrapkan-semahtml Petisi Ikalan Korban Napza (IKON) dalam rangka menyambut Hari Anti Narkotika (HANI) dan Hari Anti Penyiksaan 2009 diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014
httpwwwsurnekscoidindexphp7pption=^om cpntentampview=articleampid=^1405 2010-kej ati-baru-terapkan-uu-no-3 52009ampcatid=44 ilir-barat-i-bukit-keciIampUemid=94 diakses lerakJiir tanggal 12 Desember 2014
httpidsbvoongcQmexact-sciencesl8Q8652-getielika-dan-keiahatan Faktor Genetik Penyebab Kejahalan diakses terakhir tanggal 10 jaiiuari 2014
httpwwwasiasecuritiescoidsys 12ximagesstories201QEqtiitv2Q Pdf diakses terakhir tanggal 10 Januari 2014
LAMPIRAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
F A K U L T A S HUKUM
K A R T U AKTIVITAS BIMBINGAN SKRIPSI
N A M A MAHASISWA DIANA SAPUTRA
N O M O R INDUK MAHASISWA 50 2011 059
P R O G R A M STUDI I L M U H U K U M
PROG K E K H U S U S A N H U K U M PIDANA
P E M B I M B I N G M S O L E H IDRUS SHMH
l U D U L SKRIPSI P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T U N D A N G U N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I
KONSULTASI
K F -
MATERI YANG
DIBIMBINGKAN
PARAF
PEMBIMBING K E T
luymdash
y^ ^ Tlt2 N ^
7 M e
fSUL
k ^
CATATAN MOHON DIBERI WAKTU MENYELESAIKAN SKRIlSl RUiAN SEJAK TANGGAL DIKELUARKAN DITETAIKAN
DIKELUARKAN DI PALEMBANG PADA TANGGAL KETUA BAGIAN
JUDUL P E N Y A L A H G U N A A N N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG UNDANG N O M O R 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I
P E R M A S A L A H A N 1 Apa yang menjadi faktor tcrjadinya penyalaJigunaan narkotika dan psikotropika
2 Bagaimana pengaturan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspektif victimologi
B A B l P H N D A I i U L U A N A Latar Belakang B Permasalahan C Ruang Lingkup dan Tujuan D Metode Penelitian E Sistematika Penulisan
B A B 11 T I N J A U A N PUSTAKA
A Pengertian penyalahgunaan B Pengertian victimologi C Ruang lingkup victimologi D Jents dan penggolongan narkotika dan psikotropika E Undang Undang yang mengatur tentang narkotika
dan psikotropika
BAB I I I PEMBAHASAN A Faktor yang menyebabkan terjadinya
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika
B Penyalahgunaan narkotika dan psikolropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspeklif victimologi
BAB IV PENUTUP A Kesimpulan
B Saran-saran
DAF1AR PUSTAKA
L A M P I R A N - L A M P I R A N
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM
Lampiran Perihal Kepada
Sistematika penulisan (Outline) Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi YUi NUR HUSNI LMILSON SHSpNMH
Pembimbing Akademik Fakultas Hukum UMP dl-Palembaniz
Assalamualaikum WrWb
Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama DIANA SAPU I RA
Program Kekhususan Flukum Pidana
fada semester Lianjil tatiun kuliati 2UI42UI5 sudah menyelesaikan betian studi yang meliputi MPKMKKMKBMPBMBB (139 sks)
Dengan ini mengajukan pcrmohonan untuk penelitian Hukum dan Penulis Skripsi dengan judul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG-UNDANG N O M O R 35 T A H U N 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I
Demikianlah atas perkenaan Ibu diucapkan terima kasih
Wassalamualaikum WrWb
NIM 50 2011 059 Ilmu Hukum Program Studi
Palembang September 2014 Pemohon ^^--^5
Rekomendasi PAYbs
Pembimbing Akademik
HUSNI EMHSON SH SpN MH
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM
REKOMENDASI DAN PEMBIMBING SKRIPSI
Nama Nim Program Study Program Kekhususan Judul skripsi
DIANA SAPUTRA 50 2011 059 Ilmu Hukum Hukum pidana PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI
I Rekomendasi Ketua Bagian a Rekomendasi
b Usulan Pembimbing
Hukum Pidana
raiemoang iepiemt)er zu 14 KetuaJBagu
LuuTiiiAKNurCsHrR^
I L Penatapan Pembimbing Skripsi Oleh Wakil Dekan I
1 2
Palembang September 2014 Wakil Dekan I
- i poundL Dr Hj SRI S U L A S T R I SH M H
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah i n i Nama Tempat Tanggal Lahir N I M Program Studi Program Kekhususan
DIANA SAPUTRA PetransJaya 15 Januari 1992 502011059 Ilmu Hukum Hukum Pidana
Menyatakan bahwa karya ilmiah skripsi saya yang berjudul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANGshyU N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F VICTIMOLOGI
Adalah bukan merupakan karya tulis orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali daiam bentuk kutipan yang telah kami sebutkan sumbemya
Demikianlah surat pemyataan ini kami buat dengan sebenar-benamya dan apabila pemyataan ini tidak benar kami bersedia mendapatkan sanksi akademis
Palembang September 2014
PERMOHONAN UNTUK MENGIKUTI SEMINAR PROPOSAL
Palembang Oktober2014 Perihal Mohon untuk diiaksanakan seminar
Proposal Penelitian Skripsi
Kepada Yth Ibu Luil Maknun SH MH Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang D i -
Palembang
Assalamualaikum Wr Wb Saya yang bertanda tangan dibawah Ini Nama DIANA SAPUTRA
NIM 50 2011 059
Program Kekhususan Hukum Pidana
Bahwa yang bersangkutan telah layak untuk mer^ikiuti Seminar Proposal rencana penelitian skripsi yang judul PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI
Mohon kiranya yang bersangkutan untuk dijadwalkan mengikuti Seminar Proposal usul Penelitian Skripsi
Demikianlah disampaikan untuk dipertimban^Lan Wassalamualaikum Wr Wb
Pembimbing Skripsi
M SOLEH IDRUS3HMS
H A L A M A N P E R S E T U J U A N U N T U K M E N G I K U T I S E M I N A R P R O P O S A L
Nama DIANA S A P U T R A
N I M 50 2011059
Program studi Ilmu Hukum
Program kekhususan Hukum Pidana
Judui Penelitian PENYALAHGUNAAN N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A
MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI P E R S P E K T I F VICTIMOUHH
Palembang Oktober2014 Disetujui Pembimbing
M S O L E H IDRUSSH MS
Ketua Bagian Hukum Pidana
LuU MaknunSH M H
![Page 20: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/20.jpg)
![Page 21: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/21.jpg)
![Page 22: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/22.jpg)
![Page 23: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/23.jpg)
![Page 24: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/24.jpg)
![Page 25: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/25.jpg)
![Page 26: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/26.jpg)
![Page 27: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/27.jpg)
![Page 28: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/28.jpg)
![Page 29: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/29.jpg)
![Page 30: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/30.jpg)
![Page 31: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/31.jpg)
![Page 32: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/32.jpg)
![Page 33: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/33.jpg)
![Page 34: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/34.jpg)
![Page 35: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/35.jpg)
![Page 36: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/36.jpg)
![Page 37: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/37.jpg)
![Page 38: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/38.jpg)
![Page 39: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/39.jpg)
![Page 40: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/40.jpg)
![Page 41: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/41.jpg)
![Page 42: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/42.jpg)
![Page 43: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/43.jpg)
![Page 44: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/44.jpg)
![Page 45: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/45.jpg)
![Page 46: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/46.jpg)
![Page 47: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/47.jpg)
![Page 48: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/48.jpg)
![Page 49: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/49.jpg)
![Page 50: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/50.jpg)
![Page 51: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/51.jpg)
![Page 52: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/52.jpg)
![Page 53: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/53.jpg)
![Page 54: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/54.jpg)
![Page 55: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/55.jpg)
![Page 56: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/56.jpg)
![Page 57: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/57.jpg)
![Page 58: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/58.jpg)
![Page 59: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/59.jpg)
![Page 60: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/60.jpg)
![Page 61: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/61.jpg)
![Page 62: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/62.jpg)
![Page 63: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/63.jpg)
![Page 64: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/64.jpg)
![Page 65: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/65.jpg)
![Page 66: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/66.jpg)
![Page 67: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/67.jpg)
![Page 68: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/68.jpg)
![Page 69: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/69.jpg)
![Page 70: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/70.jpg)
![Page 71: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/71.jpg)
![Page 72: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/72.jpg)
![Page 73: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/73.jpg)
![Page 74: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/74.jpg)
![Page 75: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/75.jpg)
![Page 76: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/76.jpg)
![Page 77: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/77.jpg)
![Page 78: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/78.jpg)
![Page 79: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/79.jpg)
![Page 80: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/80.jpg)
![Page 81: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/81.jpg)
![Page 82: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/82.jpg)
![Page 83: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/83.jpg)
![Page 84: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/84.jpg)
![Page 85: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/85.jpg)
![Page 86: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/86.jpg)
![Page 87: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/87.jpg)
![Page 88: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062508/6080b4c0ee7f206f2d726e4c/html5/thumbnails/88.jpg)