SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain...

92
PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu lyarat untuk tnencmpub qjiaa Sarjana Hukum Okki DIANA SAPUTRA S020U059 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM 201S

Transcript of SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain...

Page 1: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si

P E N Y A L A H G U N A A N N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A M E N U R U T

UNDANG-UNDANG N O M O R 35 T A H U N 2009 D A R I

P E R S P E K T I F VICTIMOLOGI

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu lyarat untuk

tnencmpub qjiaa Sarjana Hukum

Okki

DIANA S A P U T R A

S 0 2 0 U 0 5 9

U N I V E R S I T A S M U H A M M A D I Y A H P A L E M B A N G

F A K U L T A S H U K U M

201S

P E R S E T t J UAN DAN P E N G E S A H A N

Judut Sknpsi P E N Y A L A H G U N A A N N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A M E N I I R U T UNDANG UNDANG N O M O R 35 T A H U N 2009 D A R I P E R S P E K T I F VICTIMOLOGI

t 0

Nama NM Program Studi

DIANA SAPUTRA 50 2011 059 ilmu Hukutn

Program Kekhususan Hukum Pidana

Pembimbing M Soleh Idrus SH MS (

PERSETUJUAN OLEH TIM PENGUJI

Palembang APRIL 2015

Ketua Hambati Yunif S R M Hun

Anggota I H Syairozi SH M Hum

2 R Saifullah Bash SH MH

(

(

DISAHKAN OLEH DEKAN FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

Dr Hi SRI SUATMIATI S R MHum NBMNIDN 06036079i348 00060406009

M O T T O

KEBEBASAN BUKAN SEMATA - MATA MELEPASKAN

RANTAI DARI TANGAN SESEORANG KEBEBASAN ADALAH

HIDUP DENGAN CARA YANG SALING MENGHORMATl DAN

SALING MEMBANTU KEBEBASAN ORANG LAIN

(NELSON MANDELA)

K U P E K S E M B A H K A N K E P A D A

bull IBUKU TERCINTA DAN ALM

AVAHKU TERIMA KASIH ATAS

KASIU SAYANG YANG T E L A H

DIBERIKAN

ltraquo NENEK DAN K A K E K K U TERSAYANG

DAN KERABAT SERTA K E L U A R G A

TERIMA KASIH ATAS

DUKUNGANNYA-

bull UNTUK SESEORANG TERCINTA

TERIMA KASIH ATAS MOTIVASINYA

DAN SEMANGATNYA UNTUK

MENVELESAIKAN SKRIPSI INL

bull SAHABAT SAHABATKUDAN

bull ALMAMATERKU

iii

Judul Sknpsi PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI P E R S P E K T I F VICTIMOLOGI

Penulis Diana Saputra

Pembimbing M Soleh Idrus S H M H

A B S T R A K Korban kejahatan tindak pidana Narkotika dan Psikolropika memperoleh

perhatian utama karena korban merupakan bagian yang tidak dapal dipisahkan dari kejahalan oleh karena i lu korban memiliki peranan yang sangat penling secara viclimologi memudahkan dalam menemukan upaya penanggulangan kejahatan yang pada akhimya akan bermuara pada menurunnya kuantitas dan kualitas kejahatan Hal tersebut sejalan dengan semakin bcrkembangnya vicfimologi dalam pengaturan Narkotika dan Psikotropika menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

Permasalahan yang menjadi inti pembahasan dalam penelitian ini adalah apa faktor-faktor yang mcnyebabkan terjadinya penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika bagaimana perkembangan pengaturan tenting Iindak pidana Narkotika dan Psikotropika sebelum dan menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dan bagaimana pengaturan tindak pidana pwnyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dari perspektif victimohgi

Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normalif penelitian hukum normatif yang mengacu kepada norma-norma dan asas-asas hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan serta pemilihan terhadap pasalpasal yang relevan dengan permasalahan dimaksud yang terdapat dalam bahan hukum primer scperti Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkolika dan Keppres Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkotika Nasional

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah bahwa perlindungan terhadap korban narkotika berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika terdapat kescimbangan antara perlindungan terhadap pelaku kejahatan narkolika dengan korban Dimana bahwa berdasarkan sanksi baik pidana maupun denda yang terdapat dalam undang-undang narkotika tersebut sangatlah beral-berat dan tegas Ini berarti bahwa undang-undang narkotika yang baru tersebut lebih mementingkan korban dari pada pelaku kejahatan narkotika Jika dipjerhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-undang narkotika juga diatur mengenai rehabililasi terhadap korban baik korban yang diakibatkan oleh orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku itu sendiri

Disarankan bahwa sanksi pidana maupun denda yang digariskan dalam undang-undang narkotika dan psikotropika tersebut benar-benar dapat dilerapkan kcpada setiap pelaku penyalahgunaannya tanpa pandang bulu bagi siapa saja yang terlibat di dalamnya baik dilakukan sendiri-sendiri maupun kelompok atau korporasi seperti memiliki mengonsumsi menyimpan mengedarkan menjual membeii memproduksi dan Iain-Iain untuk keperluan illegal

iv

K A T A P E N G A N T A R

Assalamualaikum fVr Wb

Alhamamdulillah puji syukur kepada Allah SWT yang telah senantiasa

melimpahkan rahniat dan kaninia-Nya kepada penulis

Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada Baginda Nabi Besar

Muhammad SAW keluarga serta para sahabal beliau dan pengikul-pengikutnya

yang selalu istiqomah sampai akhir zaman

Dalam penulisan skripsi ini penulis melewati masa-masa yang sulit dan

berusaha sebaik-baiknya dcngan kemampuan yang penulis mi l ik i Dan berkat

rahmat Allah S W I pula penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan

judut P E N Y A L A H G U N A A N N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A

M E N U R U T UNDANG UNDANG N O M O R 35 T A H U N 2009 D A R I

P E R S P E K T I F VICTIMOLOGF

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempuma dan banyak

kekurangan Untuk i lu saran dan kritik sangat penulis harapkan demi tercapainya

kesempumaan skripsi ini

Pada kesempatan yang baik ini penulis mengucapkan tcrima kasih kepada

semua pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan khususnya kepada

1 Bapak Dr H M Idris SE MSi Seiaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Palembang

V

2 Ibu Dr Sri Suatmiati SH MHum Seiaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Palembang

3 Bapak dan Ibu Seiaku Wakil Dekan I I I I l l dan IV Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Palembang

4 Ibu Luil Maknun SH M H Seiaku Ketua Bagian Hukum Pidana di

Universitas Muhammadiyah Palembang

5 Bapak Nur Husni Emilson SH SpN M H Seiaku Penasehat Akademik

yang selalu membimbing Penulis

6 Bapak M Soleh Idrus SH M H Seiaku Pembimbing Skripsi

7 Seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta Karyawan Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Palembang

8 Sahabat-sahabatku tercinta

9 Serta seluruh leman-teman penulis angkatan 2011 yang tidak dapat disebutkan

satu persatu Semoga sukses

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita

semua dan semoga amal ibadah kita mendapat balasan dari Allah SWT

Palembang 2015

Penulis

Diana Saputra

vi

P E R N Y A T A A N K E A S L I A N K A R Y A I L M T A H

Dengan ini saya D I A N A SAPUTRA menyalakan bahwa Karya

llmiahSkripsi ini adalah asli hasil karya saya sendiri dan karya ilmiah ini belum

pemah diajukan sebagai pemenuhan persyaratan untuk memperoleh gelar

kesarjanaan Strata Satu (SI) dari Universitas Muhammadiyah Palembang maupun

Perguruan Tinggi lain

Semua informasi yang dimuat dalam karya ilmiah ini yang berasal dari

penulis lain baik yang dipublikasikan atau tidak tclah diberikan penghargaan

dengan mengutip nama sumber penulis secara benar dan semua isi dari Karya

Ilmiah ini sepeanuhnya menjadi tanggung jawab saya sebagai penulis

Palembang Maret 2015

Penulis

DIANA S A P U T R A N I M 50 2011 059

v i i

D A F T A R ISI

H A L A M A N J U D U L i

H A L A M A N P E R S E T U J U A N U N T U K U J I A N K O M P R E H E N S I F i i

M O T T O DAN P E R S E M B A H A N i i i

A B S T R A K iv

K A T A P E N G A N T A R v

P E R N Y A T A A N K E A S L I A N K A R Y A I L M I A H vi

D A F T A R ISI v i i i

B A B I P E N D A H U L U A N

A Latar Belakang

B Perumusan Masalah 5

C Ruang Lingkup dan Tujuan 5

D Metode Penelitian 6

F Sistematika Penulisan 7

B A B H T I N J A U A N P U S T A K A

A Pengertian Penyalahgunaan 9

B Pengertian Viclimohgi 10

C Ruang Lingkup Victimologi 11

D Jenis dan Penggolongan Niirkotika dan Psikotropika 12

a) Narkotika 12

b) Psikotropika 17

viii

B A B I I I P E M B A H A S A N

A Perkembiingan pengaturan tentang tindak pidana

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika sebelum iahimya

dan menurut undang-undang nomor 35 tahun 2009 22

B Pengaturan Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997

Tentang Psikotropika dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun

1997 Tentang Narkotika 40

C Pcnyalahgunaaan Narkotika dan Psikotropika Dalam

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari

Perlindungan Terhadap Korban 44

1 Self-victimizing victims narkotika dan psikotropika 44

2 Rehabilitasi terhadap self-victimizing victims 48

3 Tahapan-tahapan rehabilitasi terhadap self-victimizing

victims 57

B A B IV P E N U T U P

A Kesimpulan 65

B Saran 66

D A F T A R P U S T A K A

L A M P I R A N

ix

B A B l

PENDAHULUAN

Latar Belakang

PciTindiingan korban lindak pidana dalam sistein liukimi nasional

nampaknya belum memperoleh perhatian serius Hal ini terlihat dari masih

sedikitnya hak-hak korban tindak pidana memperoleh pengaturan dalam

perundang-undangan nasional Adanya ketldakseimbangan antara

perlindungan korban kejahatan dengan pelaku kejahatan pada dasarnya

merupakan salah satu pengingkaran dari asas setiap warga ncgara bersamaan

kedudukaiinya dalam hukum dan pemerintahan sebagaimana diamanatkan

oleh Undiing-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konslitusional

Niirkotika Psikotropika dan Bahan Aditif Lainnya adalah berbagai

macam obat yang semestinya dinianfaalkan sesuai dengan kcpentingan

tertentu niisalnya pada dunia mcdis untuk mcmbantu proses kerja dokter

dalam melakukan opcrasi bedah Akan tetapi saat ini obat-obat terlarang ini

telah dikonsumsi diedarkan dan diperdagangkan tanpa izin berwajib demi

memperoleh keuntungan dan nikmat sesaat saja Karena pengaruh Narkotika

dan Psikolropika tersebut dapat membuat pemakai menjadi ketergantungan

merusak sampai ke sel-sel saraf manusia seliingga melemalikaii daya pikir

dan lambat memberikan rekasi terhadap lawan bicara Untuk menganaiisa

materi pelajaran bagi pelajar dan mahasiswa yang terkena bahaya Narkotika

atau Psikotropika dapat mengakibatkan pada kelambatan berfikir sehingga

1

2

harapan dalam pencapaian pcmbangunan nasional dapal tcrganggu

Bahaya nicngedarkan Narkotika dan isikolropika dapat dibayangkan

berapa banyak sel syuraf otak mahusia yahg akan dlrusak borapa gencfasl

muda anik sekoiah dan mahasiswa terus diburu pengedar Narkotika dan

Psikotropika tersebul bahkan dapat mengakibatkan kematian^

Keterganl jngan lerhadap Narkotika dan Psikotropika pada mulanya ingin

coba-coba dulu karena Narkotika maupun Psikolropika tersebul dapat

membuat pemakaiiiyu bcrhalusinasi seolah lupu tchadiip masalah dan berada

pada dunia keindahaii Jika laktor kesempatan untuk mendapatkan Narkolika

dan Psikotropika sangat mudah dari pengedar maka dapal mengakibatkan

korban akan semakin bertambah Melihat besamya bahaya penyalahgunaan

Narkotika dan Psikotropika lerhadap individu dan mengganggu pencapaian

cita-cita NKRl maka lerhadap Narkotika maupun Psikolropika harus

dilakukan penanggulangannya sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku

Scjak awat mula Iahimya hukum pidana fokus subjek yang paling

banyak disoroti adalah si pelaku Padahal dari sualu kejahatan kerugian yang

paling besar didcrita adalah pada si korban kejahatan tcrsebut Akan tetapi

scdikit sekali ditemukun hukum-hukum atatipun peraturan perundang-

undangan yang mengatur tcnung korban serta perlindungan lerhadapnya

httpw^vbnn (ioidportalhiirup(irlalkoTilenphpnaTna=lrofilampopvisL _iTiisiampmn^l diakscs tcrukhir tanggal 29 December 2(M4 Iihal juja Kcpprcs Nti 17 Taliun 21X12 tentang Itadan Narkotika Nasional pada bagian konsidcran mcnimbang huruf (J) bcrbunyi Bahwa sehubungun dengan pertimbiingan hunifu huruf b huruf c dan sebagai pcluksunaan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkolika ficrlu niembcntuk Badan Narkotika Nusiona dcngan Keputusan Iresiden

^Funny Jonathans Poyk Suhiiah KusehiUan Narkoba Sayonara (Jakarta IT (Jelora AkHuru Iralama 2006) lial 9 Made Darma Weda Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korfwrasi dalam Bunga

3

Berbicara mengenai upaya penanggulangan kejahatan atau tindak

pidana Narkotika dan Psikotropika yang tepat maka cara pandang sebaiknya

tidak hanya terfokus pada berbagai hal berkaitan dengan penycbab timbuliiya

kejahatan atau metode apa yang efektif dipergunakan dalam penanggulangan

kejahatan tersebul Namun hal lain yang tidak kalah penlingnya untuk

dipahami adalah masalah korban kejahatan itu sendiri yang dalam keadaan-

keadaan lertentu dapal menjadi pemicu munculnya kejahatan dalam tindak

pidana Narkotika dan Psikotropika tersebul

Piida saat berbicara tentang korban kejahatan dalam tindak pidana

Narkotika dan Psikotropika maka cara pandang tidak dapat dilepaskan dari

victimologi Melalul victimologi dapal diketahui berbagai aspek yang

berkaitan dengan korban seperti faktor penyebab munculnya kejahatan

penyalahgunaan bagaimana seseorang dapat menjadi korban

penyalahgunaan dan upaya mengurangi terjadinya korban kejahatan

penyalahgunaan serta hak dan kewajiban korban kejahatan dalam tindak

pidana Narkolika dan Psikotropika tersebut Secara victimologi terhadap

korban kejahatan dalam tindak pidana Narkotika dan Psikotropika misalnya

korban yang ditemukan pada anak usia 7 tahun sudah ada sebagai pemakai

anak di usia 8 talum sudah ada yang memakai ganja dan lalu di usia 10 tahun

anak-anak sudah menggunakan Narkotika alaupun Psikotropika dari berbagai

jenis seperti ganja heroin morfni ekstasi dan sebagainya

Kraquogtrban dalam lingkup victimologi memiliki arti yang luas karena

Rampai Vihmisusi (Bandung Krcsco 1995) hal 200 TM Giri Prasln vo Rebahilium liagi Korban Narkoba ( Iangerang Visimudia 2006) hal v

4

tidak hanya terbatas pada individu yang secara nyata menderita kerugian

tetapijuga kelompok korporasi swasta maupun penierintali sedangkan yang

dimaksud dcngan akibat pcnimbulan korban adalah sikap atau tindakan

terhadap korban danatau pihak pelaku serta mereka yang secara langsung

atau tidak terlibat dalam terjadinya suatu kejahatan

Pentingnya korban kejahatan dalam tindak pidana Narkotika dan

Psikotropika ihempcroleh perhatian utama DIkarenakan korban merupakan

bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kejahatan oleh karena ilu maka

korban memiliki peranan yang sangat penting dalam penelitian ini

Diperolchnya pemahaman yang luas dan mendaiam tentang korban kejahatan

dalam linJak pidana Narkotika dan Psikolropika dapat [nenuidahkan dalam

menemukan upaya penanggulangan kejahatan yang pada akhimya akan

bermuara pada menurunnya kuantitas dan kualitas kejahalan Sejalan dcngan

semakin bcrkembangnya victimologi sebagai cabang ilmu baru berkembang

pula berbagai runuisan tentang victimologi Kondisi iiii hendaknya tidak

dipandang sebagai pertanda tidak adanya pemahaman yang seragam

mengenai ruang lingkup victimologi tetapi harus dlpaiidang sebagai bukti

bahwa vU timologi akan selalu berkembang sejalan dengan perkembangan

yang terjadi dalam masyarakat

Berdasarkan uraian di atas yang menjadi obyek pengkajian dari

victimologi penyalahgunaan Narkolika dan Psikotropika di antaraiiya adalah

faktor terjadinya kejahatan dan bagaimanakali pengaturan Narkotika dan

Dikdik M Arir Mimsur dan Elistaris (lultoiii UrgensI Ierilndungan Korban Kejahalan Anlara Norma dan Realita (Bandung Agustus EakulUis Hukum Universitas Padj aj uran 2006) hal 29

5

Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Oleh sebab itu

maka judui yang dipilih unluk diteliti dalam penelitian adalah

Penyalahgunaan Narkotika dan Pstkolropka Menurut Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 Dari Perspektif Victimologi

B Perumusan Masalah

1 Apa yang menjadi faktor faktor yang menyebabkan terjadinya

2 Bagainiana pengaturan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika dan

Psikotropika daiam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dari perspektif

victimology

C Ruaug lingkup daii tujuan

Ruang lingkup

Secara umum ruang lingkup skripsi ini untuk mengetahui apa yang

menjadi faktor faktor terjadinya penyalahgunaan narkobadan

penyalahgunaan norkoba menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari

perspektil victimologi

Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan penulisan ini adaiah

sebagai bfrikut

1 Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya

penyalahgunaan Narkoba

2 Untuk mengetahui pengaturan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika

dan Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Talum 2009 dari

penyakiligunaanTiarkotika dan psikotropika

6

perspektif viAimo(gtg[

E Metode rcncHtl

Untuk memperoleh data yang kongkril sebagai pcdoman dalam

penulisan skripsi ini maka penulis menggunaan metode sebagai berikul

1 Metode pclaksanaan penelitian

dalam pclaksanaan ini penulis menggunaan metode penelitian hukum

normatif yang bersifal diskriftif dengan menggunaan dala skunder

Penelitian nukum norkatif ini merupakan penelitian kcpustakaan yaitu

penelitian terhadap dala skunder yang iiiempuiiyai ruang lingkup meiipuli

surat sural fakta fakta sampai pada dokumen - dokuincn resmi yang

dikeluarkan oleh instansi lerkait

2 Metode pcngiimpulun data

Pengumpulan data meiiipunyai hubungan yang eral dengan sumber data

karena dcngan pengumpulan dala akan diperoleh data yang dipcrlukan

untuk selanjutnya dianalisis sesuai dengan yang diinginkan Dalam usuha

pengumuian dala dala yang relevan dengan judul ini penulis

menggunakan metode normatif diskriplif dengan menggunakan data

skunder yang berbentuk dokumcntasi

3 Tehnik pcngolahan data

Dilakukan dcngan cara nnalisis isi terhadap teksural untuk selanjutnya

dikoniruksikan dalam suatu kesimpulan

7

Sislemutika [cnulisiin

Penelitian ini dibuul berdasarkan sistematika penulisan di dalam

penelitian ini peneliti mcmbaginya dalam empat bagian yailu

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan bab pendahuluan yang menguraikan mengenai hal-hal

berkaitan dengan Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan

dan Maniaat Penclilian Kcaslian Penelitian Tlnjaiian

Kcpustakaan Pengertian Penyalahgunaan Pengertian

Viclimologi Ruang Lingkup dan Manfaat Viclimologi Jenis dan

Penggolongan Narkotika dan Psikotropika Metode Penelitian

dan Sistematika Penulisan

BAB U TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bagian ini menguraikan yaitu mengenai pengertian tentang

penyalahgunaan pengertian tentang ruang lingkup viktimologi

pengertian tentang narkotika dan jcnis-jcnis narkolika

BAB Hi PEMBAHASAN

Merupakan bab yang membahas mengenai hal-hal yang berkaitan

dengan Pengaturan Sanksi Pidana lerhadap Penyalahgunaan

Narkotika dan Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Ditinjau dari Perlindungan Terhadap Korban dan

Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Self

Victimizing Victims

8

BAB IV K E S I M P U L A N DAN SARAN

Bab ini memuat beberapa kesimpulan dan saran yang dibuat

peneliti sebagai hasil dari pembahasan dun penguraian di dalam

penelitian ini dari keseluruhan permasalahan yang ada

DAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A Pengertinn Pcnyalaliguiiaan

Penyalahgunaan dimaksudkan dalam penclilian ini adalah

penyalahgunaan terhadap narkotika dan psikolropika Dimana bahwa

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika ini diambil dan dipersainakan

dcngan pengertian penyalahgunaan narkoba seperti yang disebutkan Lutfi

Braja yakni memberikan pembatasan mengenai penyalaiiguiiaaii yaitu

Pemakaian narkoba di iuar indikasi medik tanpa petunjuk atau

resep dokter dan peinakaiannya bersifat patologik

(menimbulkan kelainan) dan menimbiilkan humbutan dalam

aktifitas di rumah di sekoiah atau di kampus tempat kerja dan

lingkungan sosial Ketergantungan narkoba adalah kondisi yang

kebanyakan diakibatkan oleh penyalahgunaan zat yang disertai

dengan adanya toleransi zat (dosis semakin tinggi) dan gejala

putus zal

Permasalahan penyalahgunaan mengakibatkan dampak yang sering

terjadi di tengah-tcngah masyarakat dari penyalahgunaan narkolika dan

psikotropika antara lain merusak hubungmt kekeluargaaii menurunkan

kemampuan belajar dan produktifitas kerja secara drastis sulit membedakan

mana perbuatan baik dan perbuatan buruk perubahan pcrilaku menjadi

Mardani Op 01 lial 2

9

10

pcrilaku anti sosial (pcrilaku maladaptil) gangguan kesehalan (fisik dun

mental) mempertinggi jumlah kecelakaan lalu lintas tindak kekerasan dan

kriniinuliLis lainnya

Dari kata penyalahgunaan menandakan bahwa Narkotika dan

Psikotropika tidak selalu bermakna negatif Dcngan begitu narkotika dan

psokitropika yang digunakan dengan baik dan benar oleh dokter untuk

mengobati pasiennya lidak tennasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang

disaiahgunakan Di dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA

(Narkotika Psikotropika dan Zat Adit i f Lainnya)

B Pengertian Victiimlogt

Pada dasarnya perkembangan ilmu pengetahuan tentang korban

kejahalan (viktimologi) lidak dapat dipisahkan dari iahimya peiiiikiraii-

pemikiran brilian dari Hans von Hentig seorang ahli kriminologi pada talum

1941 serta Mendelsohn pada tahun 1947 Pemikiran dari kedua ahli ini

sangat mcmpengaruhi setiap fase perkembangan viktimologi Perkembangan

viktimologi hingga sampai pada keadaan seperti sekarang tentunya tidak

terjadi dengan sendirinya namun telah meiigalami berbagai perkembangan

yang dapai dibagi dalam 3 (tiga) fase sebagai berikut

a iada tahap peitama viktimologi hanya meinpclajari korban kejahatan saja

pada fase ini dikatakan sebagai pehdl or special vtciimolo^

b Pada lase kedua viktimologi tidak hanya mengkaji masalah korban

Oadang Huwari Konsep Islam Memerungt AIDS dan NAA Cel XI (Ycgvakarta Ohaiiii iiakli Idaya 1997) hal 153 Made Danaa Wi da Op cil hal 200

kejahalan tetapi juga meiipuli korban kecelakaan Pada fase ini disebut

sebagai general victimology

c Fase ketiga Vikt imologi sudah berkembang lebih luas lagi yaitu mengkaji

permasalahan korban karena penyalahgunaan kckuasaan dan hak-hak asasi

manusia Fase ini dikatakan sebagai new viciimology

Berdasarkan pengertian di atas nampak je las bahwa yang menjadi

obyek pengkajian dari viktimologi diantaranyu pihak-pihak mana saja yang

terlibat atau mcmpengaruhi terjadinya suatu viktimisasi kriminal

bagaiinanakah respon terhadap suatu viktimisasi kriminal faktor penyebab

terjadinya viktimisasi kriminal bagaimanakah upaya penanggulangannya

dan sebagainya

C R u a i i g L i n g k u p Victimologi

Vikt imologi mencliti topik-topik teiilang korban scperti peranan

korban pada terjadinya kejahatan hubungan antara pelaku dengan korban

rentannya posisi korban dan peranan korban dalam sistem peradilan pidana

Selain itu menurut Muladi viktimologi merupakan suatu studi yang bertujuan

untuk

1 Menganaiisa berbagai aspek yang berkaitan dcngan korban

2 Berusaha untuk memberikan penjelasan sebab musabab terjadinya

vikt imisasi dan

3 Mengembangkan sistem tindakan guna mengurangi penderitaan manusia

^Suryono Ekolaina ST Harum Pudjianlo RS dan G Wiraiama Abortus Iruvocalus Ba^ Korban Perkosnan Persxkif Viktimologi Kriminologi Jan Hukum Pidana Edisi PcrUtma Culakari lurlunii (Jakiiria Univcrsilas AlmaJaya 2001) liul 174 ^ibidMl I7()

12

Menurut JE Sahetapy ruang lingkup Viktimologi meliputi bagaimana

sescorang (dapat) menjadi korban yang ditentukan oleh suatu victimity yang

lidak selaiu berhubuiigan dengan masalah kejahatan termasuk pula korban

kecelakaan dan bencana alam selain dari korban kejahatan dan penyalah

gunaait kekuasan^ Namun dalam perkembangannya di tahun 1985

dipeiopori oleh Separovic yang mempelopori pemikiran agar Viktimologi

khusus niengkaji korban karena adanya kejahatan dan penyalahgunaan

kckuasaan dan tidak mengkaji korban karena musibah alau bencana alam

karena korban bencana alam di iuar kemauan manusia out of mms will)

D Jenis dan Penggolungan Narkotika dan Psikotropilta

Dari kata penyalahgunaan narkoba menandakan bahwa narkoba tidak

selalu beimakna negatif Dengan begilu narkolika dan psokitropika yang

digunakan dengan balk dan benar oleh dokter unluk mengobati pasiennya

tidak termasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang disaialigLmakan Di

dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA (Narkotika Psikolropika

dun Zat ditir Lainnya) Dalam penelitian ini hanya dibahas tentang

narkotika dan psikolropika maka sebelumnya dipaparkan terlebih dahulu

berbagai jenis narkotika dan psikotropika sebagai berikut

a) Narkolika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari lanaman atau

TbUi Miiiadi HAM Halam Persepkiif Sislem Peradilan Pidana datam Muladi (cd) Hak Asas) Manusia Hakclal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspeklif llukum dan Masyarakat (Bandung Refikii Aditama 2005) hal lOX VfiWDial 109 Subagyo Partediharjo Op cil hal 11

13

bukan tanainan baik sintesis maupun bukan sintesis yang dapat

menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa

Zat ini dapal mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat

meninibulkan ketergantungan Menurut Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika Narkolika adalah at atau obat yang

berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun

semisimetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri

dan dapat nienimbulkati ketergantungan yang dibedakan kc dalam

golongan-goiongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang in i

Narkotika memiliki daya adikasi (ketagihan) yang sangat berat

Narkolika juga memiliki daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual

(kebiasaan) yang sangat tinggi Ketiga sifat narkolika ini yang

menyebabkan pemakai narkotika tidak dapat lepas dari cengkeramannya

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

Jenis jenis narkotika dibagi ke daiam 3 (tiga) kelompok yaitu narkotika

golongan I golongan I I dan golongan I I I

Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbaiiaya

karemi daya adilifnya sangat tinggi Golongan ini tidak boleh digunakan

untuk kcpentingan apapun kecuali unluk penelitian atau ilmu

pengetahuan Contohnya adalah ganja heroin kokain inorfin opium dan

lain-lain Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya

Ibid Posal 1 Ayal (I) Unilung-Undang Nomor 3 Tahun 2009 lenlang Narkotika

14

aditifkual tclapi bcrmaiilaal untuk pcngohatan dan penclilian tlonluhnya

adalah petidin dan turunannya benetldin belamctadol dan lain-iain

Sedanikaii narkulika golungaii Ml adalah narkotika yang niciniliki daya

aditif riiigan tetapi bermanfaat untuk penghatan dan penelitian Contohnya

adalali kudcin dun turunannya^

Berdasarkan cara pcmbuatannya narkotika dibedakan ke dalam 3

(tiga) golongatt juga yaitu narkolika atami narkotika semlsimesis dan

narkotika sintesis Dijelaskan sebagai berikut

1) Naikotika alami

Narkotika alami adalah narkotika yang zat aditithya diambil dari

(umbuhlumbuhan (atam) Contohnya

u tjaiija

Ganja adalah tanaman perdu dengan daun menyerupai daun

singkong yang tepinya bergerigi dan berbulu lialus Jumlah Jari

daunnya selalu ganjil yakni 5 7 9 Tumbuhan ini banyak lumbuh di

iieberapa daerah di Indonesia seperti Aceh Suinalera Ulara

Sumatera Selaian Pulau Jawa dan lain-lain Daun ganja ini sering

iligunakiin sebagai bumbu penyedap masakan Bila digunakan

ebagai bumbu iiuisak daya adilifnya rendah Namun lidak

ilemikian apabila dibakar dan asapnya dihirup Cara

|)cnyalahgunaunnya adalah dikcringkan dan dicampu dengan

icmbakiiii rokok atau dijadikan rokok lalu dibakar serta dihisap

Subagvo PurtoJiharjo Op cil hal 11-12

15

b Ilaisis

Hasis adaiah lanaman serupa ganja yang lumbuh di Amcrika

Latin dan Eiopa Daun ganja hasis dan mariyuana Juga dapat

disuling dan diambil sarinya Oatam bentuk cair harganya sangat

mahai Gunanya adalah unluk disaiahgunakan oleh pemadut-pemadal

kelas tinggi

c Koka

Koka adalah lanaman perdu mirip pohon kupi Huahnya yang

inatang bcrwama inerah seperti biji kopi Dalam komunitas

masyarakat Indian Kuno biji koka sering digunakan untuk

inenambah kekiiatan orang yang bcrperang atau bcrburu binalang

Koka kemudian bisa diolah menj adi kokain

d Opium

Opium adaiah bunga dengan bentuk dan wama yang indah

Dari getah bunga opium dihasilkan candu (opiat) Di Mesir dan

daratan Cina opium dahulu digunakan unluk mengobati beberapa

penyakit member kekuatan atau menghilangkan rasa sakil pada

lentara yang terluka sewaktu berperang atau berburu Opium banyak

lumbuh di segiliga emas antara Burma Komboja dan Thailand

atau di daratan Cina dan segitlga emas Asia Tengah yaitu daerah

antara Alganistan Iran dan Pakistan

Dalam kalangan perdagangaii liilernasional ada kebiasaan

ftW hal 14

16

(keliru) tncnamai daerah tempat peuanamuii opium sebagai daerah

emas Diberi nama demikian karena perdagaiigan opium sangat

mengimtiingkan Karena bahayanya yang besar daerah seperti ilu

keliru jika diberi nama predikat emas Daerah sumber produksl

opium sepantasnya disebut segitlga setan atau segitlga iblis

2) Narkotika semisintcsis

Narkotika semisintesis adalah narkotika alami yang diolah dan

diambil zat aktifnya (intisarinya) agar memiliki khasiat yang lebih kuat

schmgga dapat dimanfaatkan untuk kepcnlingan kedokteran

Contohnya

a Morfm dipakai dalam dunia kedokteran unluk menghilangkan rasa

sakit alau pembiusan pada operasi (pcmbcdahan)

b Kodein dipakai unluk obat penghilang baluk

c Heroin tidak dipakai dalam pengobatan karena daya adilifnya

sangat besar dan matifuatnya secara medis belum

ditemukan Dalam pcrdugangan gelup heroin diberi nama

pulaw atau pete atau pt Henlnknya seperti tepun terigu

yang halus pulih dan agak kotor

d Kokain liiisll olahati dari biji koka

3) Naikotika sintesis

Narkotika sintesis adalah narkotika palsu yang dibuat dari bahan

kimia Narkotika ini digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi

oraiig yang menderita kclcrgantungun Contohnya

17

a Ietidin unluk obat bius lokal operasi kccil sunal dan

sebagainya

b Melhadon unluk pengobatan pecandu narkoba dan

c Naltrexon untuk pengobatan pecandu narkoba

Selain unluk pembiusan narkolika sintesis biasanya diberikan

oleh dokter kcpada penyalahgiina narkoba untuk menghcntikan

kebiasaannya yang tidak kuat melawan sugesti (relaps) atau sakaw

Narkotika sintesis berfungsi sebagai pengganti senientara Bila sudah

bciiar-bcnar bcbas asupan narkoba sintesis in dikurangi sedikil demi

sedikit sampai akhimya berhenti total

b) Fsikotropika

Pengertian psikolropika menurut Pasal I Ayal ( I ) Undang-Undang

Nomor 5 Taliun 1997 tentang Psikotropika adalah Zat atau obat baik

alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif

melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusal yang menyebabkan

perubahan khas pada uktivitus mental dan perilaku

Pengertian Psikolropika di daUim Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika tidak ditemukan Hal tersebut sehubungan

dengan ketentuan di dalam Pasal 153 huruf b yaitu Lamplran mengenai

jenis Psikotropika Golongan 1 dan Golongan II scbagaimana tercantum

dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang

Psikotropika (lcmbaran Ncgara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor

10 Tambahan Lcmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671) yang

18

telah (iipindahkan menj adi Narkotika Golongan I menurut UndangUndang

ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku Oleh karenanya dalam Undangshy

Undang Nomor 35 Tahun 2009 tidak ada lagi di dalam pasal-pasal nya

yang mengatur mengenai Psikotropika karena sudah dlmasukkan ke dalam

golongan Narkotika

Sesuai dengan pembahasan dalam penelitian ini masih

berhuijutigar dengan Psikotropika maka Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1997 tentang Psikotropika masih perlu untuk dibahas dalam penelitian ini

Menui iil undangumlang tersebut Psikolropika adalah zal atau obal bukan

narkolika baik alamiah maupun sintesis yang memiliki khasiat psikoaktif

melaiui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan

perubahan khas pada aktivitas nonnal dan perilaku Psikotropika ini

merupakan obat yang digunakan oleh dokter untuk mngobali gangguan

jiwa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tenumg

Psikolropika psikotropika dikelompokkan ke dalam 4 (empat) golongan

Golongan I yaitu psikotropika dengan daya aditif yang sangat kuat

belum diketahui manfkilnya untuk pengobatan dan sedang diteliti

khasiiitnya saat ini Contohnya adalah MDMA ekstasi USD dan STP

Golongan U yakni psikolropika dengan daya aditif kuat serta berguna

untuk pengobatan dan penelitian Contohnya adalah amfelamin

metanifetamin metakualon dan sebagainya Golongan IH yakni

psikolropika dcngan daya adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan

dan penelitian Contohnya adalah lumibal buprenorsina flcenilrazepam

19

dan sebagainya Golongan IV yakni psikotropika yang memiliki daya

aditif ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian Contohnya

adalah netrazepam (BK Mogadon Duiiiolid) diazepam dan lain-lain^

Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang

Psikotropika yang dimaksud dengan paslkotoplka adalah zat atau obat

baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif

melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang mcnyebabkan

perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku Psikotropika

dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut

1 Psikotropika golongan I yaitu psikolropika yang hanya dapat digunakan

unluk kcpentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi

sena mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma

ketergantungan Contohnya ekstasi shabu LSD

2 Psikotropika golongan II yakni psikotropika yang berkhasiat

pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi danatau tujuan ilmu

pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma

ketergantungan Contohnya amfetamin metilfenidat atau ritalin

3 Psikotropika golongan III yaitu psikotropika yang berkhasiat

pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi danatau unluk tujuan

ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan

sintlroma ketergantungan Contohnya pentobarbital Flunitrazepam dun

4 Psikotropika golongan IV yaitu psikotropika yang berkhasiat

Ibid ILil 15

20

pengobatan dan sangal luas digunakan dalam terapi danatau unluk

tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan

mengakibatkan sindrom ketergantungan Contohnya diazepam

bromazepam Fenobarbital klonazcpam klordiazepoxide nitrazepam

seperti pil BK pil Kopio Rohip Dum MG

Sedangkan kelompok dan jenLs psikotropika yang sering

disaiahgunakan antara lain

1 Psikostimulansia scperti amfetamin ekstasi dan shabu

2 Scdalif amp Hipnolika (obat penenang obat tidur) seperti MG BK

DUM Pil kopio dan lain-lain dan

3 Halusinogenika seperti lysergic acid dycthylamidc (USD) mushroom

Berdasarkan Ilmu farmukologi psikotropika dikelompokkan ke daiam 3

(tiga) golongan yakni dcpresan stinuilan dan halusinogen sebagai

berikut

1 Kelompok dcpresanpcnekan syaraf pusatpenenangobat tidur

Contohnya adalah valium BK rohipnol mogadon dan lain-lain

Jika diminurn obat ini dapat memberikan rasa tenang menganluk

rasa tcnteruni dan damai Obat ini Juga menghilangkan rasa takut

dan gelisah

2 Kelompok stimuiaiiperangsang syaraf pusaianti tidur Conlohnya

adalah amfetamin ekstasi dan shabu Ekstasi berbentuk tablet

berancka bentuk dun wama Amfetamin berbentuk tablet bcrwama

-Aid hal 16-17

21

pulih Bila diiriinuni obal ini mcndalangkan rasa gembira hilangnya

rasa pemiusuhiui hilangnya rasa marali ingin selalu aktif badan

terasa fit dan lidak merasa lapar Daya kerja otak menjadi scrba

cepat namun kurang lerkendali Shabu berbentuk tepung kristal

kasar berwarna pulili hersih seperti garani

3 Kelompok halusinogen Halusinogen adalah obat at tanaman

makanan yang dapat meninibulkan kiiayaian contohnya yailu LSD

Lysergic Acid Dicihyltamide) getah lanaman kaklus kecubung

jamur tertentu (misceiine) dan ganja Bila diminurn spikotropika

jenis in dapat menimbulkan kliayalan tentang peristiwa-peristiwa

yang mengerikan khayalan tentang kenikmatan scks dan

sebagainya Kenikmatan didapat oleh pemakai setelah pemakai sadar

bahwa perisfiwa mengerikan ilu bukan kenyataan atau karena

kenikmatankenikmatan yang dialami walaupun hanya khayalan

BAB III

PEMBAHASAN

A Faktor yang Mcnyebabkan Terjadinya Penyalahgunaan Narkotika dan

Psikotropilta

1 Faktor yang Bersunibcr Dari Individu

Menurut Luthfi Buraja terdapat 3 (liga) pcndekatan untuk

tcrjadinya penyalahgunaan dan ketergantungan terhadap narkotika dan

psikotropika yaitu peridekalan orgunobilogik psikodinamik dan

psikososial Ketiga pendekatan tersebut tidaklah berdiri sendiri melainkan

saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya Dari siidut pandang

organobiologik (sususan syaraf pusatotak) mekanismc terjadinya adiksi

(ketagihan) hingga deperidcnsi (ketergantungan) dikenal dengan dua istilah

yaitu gangguan mental oragnik atau sindrom otak organik seperti gaduh

gelisah dan kekacauan dalam fungsi kognilif (alam pikiran) efektif (alam

perasaanemosi) dan psikomotor (perilaku) yang disebabkan efek

langsung terhadap susunan syaraf pusat (otiik)^^

Sescorang akan mcnjadi ketergantungan terhadap narkotika dan

psikotropika apabila seseorang dengan tems-menenis diberikan zat

tersebut Hal ini berkaitan dengan teroi adaptasi sekuler mum

adaptaiUm) tubuh beradaptasi dengan menambah jumlah teseptor dan seishy

se syaraf bekcrja kcras Jika zat dihenlikan sel yang masih bekerja kcras

Luthll Uaraja Makalali Gangguan Mciilul dan icrilaku Akibut Nurkuba Disampalkim pada Seminar tentang Narkoba di SMK Iptck lakarla hal 2

22

23

tadi mengaiami kelmLisaii yang dari kiar tampak sebagai gejala-gejala

putus obal Gejala putus obat tersebut mcmaksa individu untuk

mengulangi pemakaian zal tersebul

Faktor predisposisi individu dengan gangguan kepribadian (anti

sosial) ditandai dengan pcrasaan lidak puas terhadap orang lain Selain itu

yang bersangkutan tidak inampu untuk berfungsi secara wajar dan efektif

dalam pergaulan di rumah di sekoiah atau di tempat kerja gangguan lain

sebagai penyerta berupa rasa cemas dan depresi Untuk mengatasi

ketidakniainpuan dan mcnghiiangkan kccemasan atau depresinya maka

individu tersebut cenderung untuk menggunakan narkoba Semestinya

individu itu dapat mengobati dirinya dengan datang ke dokterpsikiater

untuk mendapatkan terapi yang tepat sehingga dapat dicegah

keterlibatannya dalam penggunaan narkotika dan psikotropika

Secara umum mereka yang menyalahgunakan narkotika dan

psikotropika dapat di bagi ke dalam 3 (tiga) golongan besar yaitu

1 Ketergantungan primer ditandai dengan adanya kecemasan dan

depresi yang pada umumnya terdapat pada orahg detigah kepfibadlah

yang tidak stabil

2 Ketergantungan simtomatis yaitu penyalahgunaan narkotika dan

psikotropika sebagai salah satu gejala dari tipe kepribadian yang

mendasarinya pada umumnya terjadi pada orang yang kepribadian

psikopatik (anti sosial) kriminal dan pemakaian narkotika dan

Ai4hal K

24

psikotropika untuk kesenangaii sematu

3 Ketergantungan reaktif yaitu terdapat pada remaja karena dorongan

ingin tahii pengaruh tekanan dan lingkungan tenian atau kelompok

sebaya peer group pressure)

Ada beberapa faktor internal dan ekslernal yang mcnjadi penyebab

individu menyalahgunakan dan menjadi ketergantungan terhadap

narkotika dan psikotropika Menurut Sudarsono bahwa penyalahgunaan

narkolika dan psikotropika di latar belakangi oleh beberapa sebab yaitu

1 Untuk membuktikan kebcranian dalam melakukan tindakan-tindakan

yang berbaiiaya seperti ngebut dan bergaul dengan wanita

2 Meniinjukkan tindakan yang menenlung orang tua guru dan norma

sosial

3 Mempermudah penyaluran dan mempermudah perbuatan seks

4 Melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh peiigalamaii-

pengalainan einosional

5 Meneari dan menemukan aril hidup

6 Mengisi kekosnngan dan kesepian hidup

7 Menghilangkan kegelisahan frustasi dan kepepel hidup

8 Mengikuti kemauan kawan-kawan dahim rangka pembinaan solidaritas

dan

9 Iseng-iseng saja dan rasa ingin tahu

Menurut hasil penelitian Dadang Hawari bahwa di anlara faklor-

Sudujsono Kenakalan Remaja cel ii (Jakarta Rineka Cipta 1992) 1ml 67

25

faktor yang berpcran dalam penggunaan narkotika dan psikolropika

adalah

1 Faktor kepribadian anti sosial dan psikopatik

2 Kondisi kejiwaan yang mudah merasa keeewa atau depresi

3 Kondisi keluarga yang meliputi keutuhan keluarga kesibukan orang

tua hubungan orang tua dengan anak

4 Kelompok teiiian sebaya dan

5 Narkotika dan psikotropika itu sendiri mudah diperoleh dan tersedianya

pasaran yang resmi maupun lidak resmi

Menurut Siibagyo Partodiharjo secara individu terdapat beberapa

faktor yang mcmpengaruhi sescorang dapat menyalahgunakan narkotika

dan psikotropika Alasan ini merupakan alasan yang bersumber dari diri

sendin atau pemakai narkotika dan pasikotropika tersebut yakni sebagai

berikut

a Ingin tahii

Perasaun ingin tahu biasanya diniiliki oieh generasi muda pada

umur setara siswa SD SLTP dan SLTA Bila di hadapan sckelompok

anak muda ada seseorang yang inemperagakan uikmatnya

mengkonsumsi narkotika dan psikolropika maka didorong oleh naluri

alami anak muda yaitu keingintahuan maka salah seoariig dari

kelompok itu akan maju mencobanya Selain didorong oleh

keingintahuan keberaniannya juga karena didesak oleh gejolak dalam

Mardiini foc cil hai 102 ^ Subagyo RatoiJlliarjo ioc cil liiil 72-74

26

jiwanya yang ingin dianggap hebal pemberani dan pahlawan di antara

temanteinan sehayanya Maka jatuhlah satu orang anak dalam pelaku

setan

Dalam kondisi seperti itu reaksi kawan-kawan sebayanya

berbeda-bcda

1 Ada yang ingin menyaingi menunjukkan bahwa dirinya lebih hebat

lagi lalu memakai

2 Ada yang ingin tahu kemudian ikut memakai dan

3 Ada yang sella kawan lain ikut memakai juga

Sikap seperti inilah yang menyebabkan bandar atau pengedar

senang Mereka meiigincar generasi muda mahasiswa atau pclajar

karena 2 (dua) pertimbaiigan

1) Kalau salah satu anak muda kena maka anak muda yang lainnya

ikut kena sehingga konsumen cepat bertambah dan

2) Kalau anak muda kena maka anak muda tcrsebut akan mcnjadi

pemakai selia dalam waktii yang lama Berbeda dengan orang tua

yang cepat maii keuntungan komersial yang diperoleh dari

kelompok anak muda ini akan banyak

b Ingin dianggap hebal

Pcrasaan ingin dianggap hebat biasanya dimiiiki oleh generasi

muda Sepcrti ditcrangkan di atas salah satu sifat alami yang positif

dari generasi muda adalah daya saing Sayang sekali karena

kelidaktahuan sifat positif ini juga dapat dipakai untuk masalah negatif

27

Silat positif ini scharusiiya didorong unluk berlomba daluin preslasi

pada bidang pcndidikan kesenian olah raga dan lain-lain yang

bermanfaat bagi kehidupan

Bila sikap ingin berkonipctisi ini diarahkan untuk

mengkonsumsi narkolika dan psikolropika akibatiiya sungguli

mengerikan yailu kcgagalan hidup dan kesengsaraan Pemakai hanya

dapat dianggap hebat oleh lingkungan kecil pcniakai narkotika dan

psikotropika Di masyarakat luas pemakai hanya menuai cerca dan

nista

c Rasa setia kawan

Perasaan setia kawan sangat kuat dimiiiki oleh generasi muda

Jika lidak mendapatkan penyaluran yang posilif sifai positif tersebut

dapat berbahaya dan mcnjadi negatif Bila (cmannya memakai

narkotika dan psikotropika maka individu tersebul ikut juga memakai

Bila temannya dimarahi orang tuanya atau dimusuhi masyarakat maka

pemakai membela dan ikut bersimpatik

Sikap seperti itulah yang menyebabkan anak ikut-ikutan

Awalnya hiuiya satu orang yang merokok kemudian semuanya menjadi

perokok Setelah semuanya merokok sntu orang mulai memakai ganja

lalu yang lainnya ikut sehingga menjadi sekawanaii pemakai ganja

Selelah semua memakai ganja satu orang memakai ekstasi kemudian

semuanya ikut demikian selerusnya meningkat menjadi shabu dan pada

akhirnya menjadi pemakai putaw

28

d Rasa kccewa truslasi kcsai

Pcrasaan kesal kcccwa atau (rustasi biasanya terjadi karena

kegagalan pada generasi muda eksckutif mudu suami atau istri

Pcnggiiiiaan narkotika dan psikolropika pada kelompok ini bertujuan

untuk sesaat melupakan kekccewaan kckesaian dan fi-uslasi Kondisi

masyarakat yang carut martit tclah banyak melahirkan kekccewaan

kekesalan bahkan Iruslasi Narkolika dan psikotropika dapat

melupakannya sesaat tetapi tidak untuk mengatasi masalah yang

sesungguhiiya

Hubungan buruk yang disebabkan oleh kcgagalan

berkomuiiikasi antara orang tua dengan anaknya dapat menyebabkan

rasa kesal Hal ini mcnjadi faktor pemicu pemakaian narkotika dan

psikotropika oleh anak Intcraksi anlara orang tua dcngan anak tidak

cukup hanya berdasarkan niat baik Cora berkoniunikasi juga harus

baik Masing-masing pihak harus memiliki kcsabaran untuk

menjclaskan isi hatinya dengan cara yang tepat Banyak sekali konfllk

di dalam rumah tangga yang terjadi hanya karena salah paham atau

kekeliman berkoniunikasi Kekeliruan kecil itu dapal bcrakibat fatal

yaitu masuknya narkotika dan psikotropika ke dalam keluarga

Kekccewaan kekesalan dan frustasi dapal terjadi karena

kekeliruan dalam berkomunikasi terhadap beberapa faktor berikut i n i

I ) Komunikasi anak dengan orang tua

IbUI hiiJ 74

29

2) Komunikasi antar anak

3) Komunikasi di lingkungan eksekulifinuda dan

4) Komunikasi antara suami istri

e Ingin bebus dari rasa sakil atau pusing

Penderila pcnyakit beral yang kronis dan tidak kunjuiig sembuh

misalnya Ranker hati luka bakar uka tusuk wasir Ranker paruparii

migreii eneok pengapuran dan lain-lain sclalu merasakan sakit yang

iuar biasa karena penyakitnya Rasa sakit tersebut sering kali tidak

dapat dihilangkan dengan obat pengtiiiang rasa sakit biasa (anaigetik)

sehingga peiiderilanya mencoba narkotika atau psikotropika

Narkotika maupun psikolropika dapat menghilangkan rasa sakit

tersebut tetapi tidak menyembuhkan penyakitnya Ceiakaiiya pemakai

yang bersangkutan malah mendapat maslah baru yaitu ketergantungan

dengan segala komplikasinya yang justru menjadi lebih berbahaya

f Ingin menikmati rasa gembira tampii lincah energik dan mengusir

rasa sedih dan malas

Para eksekudf dan sciebritis biasanya memiliki gaya hidup yang

trendi Mereka merasa dituntut untuk selalu lampil lebih prima Dengan

mengkonsumsi naikotika atau psikolropika mereka dapat tampii prima

dan percaya diri karena kehilangan rasa malu walaupun sesungguhnya

tidak demikian

Perasaan hebat tersebut di atas seharusnya dicapai melaiui tekun

berolah raga hidup teratur meningkatkan kualitas fisik mental

30

inlclckUial dan mocaiiiyii Riikan ineiigamhit jalan piiitas dcngan tampii

seotah-olah prima niclalui manipulasi atau lipuan melaiui

mengkonsumsi narkotika atau psikolropika tersebut Pcnampilmi prima

yang semu atau atau tipuan itu lambat laun akan terungkap juga

sehingga [ania-keiamaan akan kelahuari juga jati dirinya yang

sesungguhnya itu

g ingin tampii iangsing

Narkolika dan psikotropika terscbut juga banyak digunakan oleh

artis dan ibu-ibu rumah tangga yang berbadan gemuk untuk

melangsingkan lubtihnya Narkotika alau psikotropika dengan jenis

tertentu ada juga yang dapat menghilangkan nafsu makan sekaligus

menambali aktivitas fisik sehingga dapat menurunkan beral badun

h Takut mengalami rasa sakit (sakaw)

Pengguna jenis narkotika atau psikolropika tersebut yang sudah

menjadi pemakai tetap (pemadat) akan mengalami rasa sakit (sakaw)

bila tidak memakainya Karena takut merasakan penderitaan maka

pemakai tersebut terus memakainya sehingga menjadi pemakai yang

sella junkies) Banyak pemakai narkotika dan psikotropika ini yang

setia adalah orang-orang yang merasa terpaksa memakai sebab kalau

lidak memakainya mereka akan mengalami sakaw

Kebanyakan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika

dimulai atau terdapat pada masa remaja sebab masa remaja yang

sedang mengalami perubahan biologik psikologik maupun sosial yang

31

pesat merupakan individu yang rentan untuk nienyaiahguriakan

narkotika maupun psikotropika terscbut Anak atau remaja dcngan ciri-

ciri tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi

penyalahgunanya Ciri-ciri tersebut anlara lain^

a Cenderung memberontak dan menolak otoritas

b Cenderung memiliki gangguan j iwa lain (komorbiditas) seperti

depresi cemas psikotik keperibadian dissosial

c Perilaku menyimpang dari aluran atau norma yang berlaku

d Rasa kurang percaya diri low selw-confulence) rendah diri dan

memiliki citra diri negatif (ow setf-esleem)

e Sifal mudah keeewa cenderung agresif dan destruktlf

f Mudah murung pemalu pendiam

g Mudah merasa bosan dan jenuh

h Keingintahuan yang besar untuk meneoba atau penasaran

i Keinginan untuk bersenang-senang [just for fun)

j Keinginan untuk mengikuti mode karena dianggap sebagai lambang

keperkasaan dan kehidupan modem

k Keinginan untuk diterima dalam pergaulan

1 Identitas diri yang kabur sehingga merasa diri kurang jantan

mTidak siap mental untuk menghadapl tekanan pergaulan sehingga

sulit mcngambil keputusan untuk menolak tawaran NAPZA dengan

tegas

Tom Kus dan Tedi Btihava NAPZA Bagi Pelajar (Bandung Yayasan Al-Ghilari Morgan im) hal 14

32

n Kemampuan komunikasi rendati

o Melarikan diri dari scsuatu (kebosaiian kcgagalan kekccewaan

kclidakmampuan kesepian dan kegcliran hidup dan lain-lain)

p Putus sekoiah dan

q Kurang menghayati iman atau kcpcrcayaaiinya

Menurut Tim Badan Narkotika Nasional hahwa terdapat

beberapa iaklor yang menyebabkan sescorang alau individu

menyalahgunakan narkolika dan psikotropika anlara lain

1) Keingintahuan yang besar untuk mcncoba tanpa sadar alau berlikir

panjang tentang akibatnya dikemudian hari

2) Keinginan unluk mencoba-coba karena penasaran

3) Keinginan untuk bersenang-senang

4) Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya hidup

5) Keinginan untuk dapat diterima daiam suatu kelompok

6) Lari dari masalah kebosanan atau kegetiran hidup

7) Pengertian yang salah bahwa mcncoba sckali-kali lidak akan

menimbulkan masalah

8) l idak mainpu alau tidak berani menghadapl tekanan dari lingkungan

alau kelompok pergaulan unluk menggunakan narkolika dan

psikotropika dan

9) Tidak Japal atau mampu mengatakan tidak pada narkotika dan

psikotropika

Tim INN Loc di

33

Berdasarkan peinaparaii Icrscbut di atas dengan demikian

bahwa individu didorong oleli beberapa faktor untuk menyalahgunakan

pemakaian narkotika dan psikotropika tersebut sehingga menjadi

individu yang mengalami ketergantungan berikut ini disebutkan

beberapa faktor adalah

1) Ingin tahu dan Ingin mencoba rasa memakai narkotika atau

psikotropika bagi kalangan anak muda)

2) Ingin dianggap lebih hebat dari orang Iain pada orang muda)

3) login membuktikan kesetiakawanan (pada orang muda)

4) Dianggap paling tepat untuk mengatasi perasaan keeewa j en gkel

dan frustasi (pada suami istri yang mengalami konllik rumah

tangga)

5) Dianggap cara yang paling mudah untuk menghalau rasa sakit pada

tubuh (pada penderita penyakit yang kronis)

6) Dianggap cara yang paling ampuh untuk mendapatkan perasaan

tenang damai atau gembira (pada suami istri yang mcnghadapi

konflik rumah tangga)

7) Dianggap cara yang paling mudah untuk melangsingkan lubuh (pada

ibuibii rumali tangga atau wanita yang bertubuh gemuk)

2 Faktor yang Bersumlicr dari Lingkungan

Faktor lingkungan tidak mampu mencegah atau mengurangi

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika bahkan membuka kesempatan

pemakaian narkotika dan psikotropika Yang dimaksud dcngan faktor

34

kesempatan di sini adalah tersedianya siluasi-situasi yang nieiiiungkinkan

untuk memakai narkolika atau psikolropika di waktu-vvaklu luarig di tempat

rekreasi atau hiburan diskotik pesia dan lain-lain Atau mungkin lingkungan

masyarakat yang tidak mampu mengendalikan bahkan membiarkan penjualan

alau pcrcdaran geiap narkotika dan psikotropika misalnya karena lemahnya

penegakan hukum penjualan narkolika dan psikotropika secara bcbas bisnis

narkotika dan psiktilropika yang terorganisir mudahnya memperoleh

narkotika dan psikotropika dan lain-lain

raklor yang bersumber dari lingkungan yang mcnyebabkan individu

dapat menyalahgunakan pemakaian narkotika dan psikotropika merupakan

laktor kontribusi masukaii dari Iuar individu) dimana sesttorang dengan

kondisi keluarga tidak baik akan merasa tertekan dan rasa lertekan inilah

sebagai faktor penyerta bagi dirinya untuk terlibat dalam penyalahgunaan

narkotika dan psikotropika tersebut Disfungsi keluarga yang dimaksud antara

lain adalah keluarga yang tidak utuh kedua orang tua yang tcrlalu sibuk dan

lingkungan interpersonal dengan orang tua yang tidak baik Di samping itu

faktor pencetus seperti pengaruh teman sebaya tersediu dan mudah

didapatkan mempunyai andil sebagai faktor pencetus sescorang atau individu

terlibat ke dalam penyalahgunaan yang mengakibatkan ketergantungan

terhadap narkotika dan psikotropika Dari sudut pandang psikososial

penyalahgunaan narkotika dun psikolropiku dapat terjadi sebagai akibat

negatif dari intcraksi tiga kiitub sosial yang tidak kondtisif yaitu kutub

Lulhli ilurnju Op cil

35

keluarga kutub sekolahkupus dan kulub masyarakat

Faktor lingkungan meliputi faktor kciuarga dan lingkungan pergaulan

balk dlsekltar rumah sekoiah teman sebaya maupun masyarakat Banyak

pengguna Narkotika dan Psikolropika yang berasal dari keluarga yang lidak

harmonis Keluarga seharusnya mcnjadi wadah untuk menikmati kebahagiaan

dan curalian kasih sayang wahana silih asih silih asah dan silih asuh

Namun pada kenyataannya keluarga sering sekali justru menjadi pemicu

sang anak mcnjadi pemakai hal tersebut disebabkan karena kciuarga tersebut

kacau balau Hubungan antara anggota keluarga dingin bahkan tegang atau

bermusuhan

Komunikasi antara ayah ibu dan ariak-anak sering sekali

menciptakan suasana konflik yang tidak berkesudahan dimana bahwa

penyebab konllik tersebut sangal beragam Solusi semua konflik adalah

komunikasi yang baik periuh pcngerlian saling menghargai dan menyayangi

serta ingin selalu membahagiakaii

Konflik di dalam keluarga dapat mendorong anggota keluarga merasa

frustasi sehingga lerjebak memilih narkotika dan psikolropika sebagai

solusinya Biasanya yang paling rentan terhadap stres adalah anak kemudian

suami dan istri sebagai benleng terakhir Beberapa faktor yang bersumber

dari lingkungan keluarga yang dapat mempengaruhi seseorang atau individu

tertentu icrjun kc dalam lingkungan penyalahgunaan narkotika dan

36

psikotropika tcrsebut antara lain adatuh

a Koniimikasi niang tua-aiiak kiii-ang baikcfektif

b Hubungan dalam keluarga kunmgharmonisdisfimgsi dalam keluarga

c Orang tua bercerai bcrscitngkub atau kawin lagi

d Orang lua tcrlalu sibuk aUiu tidak acuh

e Orang tua oloriter alau scrba melarang

f Orang tua yang serha nieinbolehkan (pcrmisil)

g Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teiadan

h Orang tua kurang peduli dun tidak tahu dengan masalah narkolika

i Tata terlib alau disiplin keluarga yang selalu bcrubah (kiiiaiig konsisten)

j Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam kciuarga

dan

k Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahguna narkotika

dan psikotropika

Sitimsi buruk dalam keluarga yang soring menyudiitkan anak ke arah

narkotika dan psikotropika adalah

1) Anak merasa kurang mendapatkan kasih sayang dalam keluarga merasa

kesal keeewa dan kesepian

2) Anak merasa kurang dihargai kurang mendapatkan kepcrcayaan dun

selalu dianggap salah

3) Anak mengalami konflik dengan orang tua dalam masalah pacaran

memilih pasangan hidup atau meneniukan pilihan profesi cila-elta dan

Mardani Loc cil lial 99 AW hal 100

37

sebagainya

4) Anak kesal dan keeewa karena ayah dan ibuiiya kurang lianiionis dan

sering bertcngkar (broken home)

5) Suami thtsirasi karena tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapinya

dengan islrinya

6) Istri fnistrasi akibat konllik dengan suami tentang masalali ekonomi atau

adanya wanita lain di samping suami

Banyak pengguna narkotika dan psikolropika yang pada awalnya

dimulai karena pengaruh dari orang lain Bentuk pengaruh dari orang lain itu

dapat bervariasi mulai dari bujuk rayu lipii daya sampai kepada paksaan

a) Tipu Daya

Banyak anak yang ditipu oleh kenalon teman sahabat atau pacar

Seperti mengajak meraka untuk memakai narkotika dan psikolropika

dengan bemacam-macain tipuan Dengan alasan yang digunakan bahwa

narkotika dan psikotropika adalah vitamin obat pil pintar pil sehat atau

food supplement Tipuan itu dapat juga berupa bujukan bahwa narkotika

dan psikotropika tidak tcrlalu berbahaya kalau tahu raliasianya Banyak

orang di dalam masyarakat yang dikira orang baik-baik namun lemyata

pengedar narkotika dan psikotropika Walaupun orang itu adalah kawan

sahabat saudara atau pacar sebagai pengedar penipu tersebul akan tcga

menipu maupun menjebak kita Pengedar narkotika dan psikotropika

sangat pandui mcmasarkan narkotika dan psikotropika tersebut Dengan

menawarkan narkotika dan psikotropika sebagai mmn food supplement

38

pil scliat pil pintar dan sebagainya Dengan lipuan ini korban dari

kalangan kciuarga hannonis akan terjcrumus ke dalamnya Saat ini banyak

pemakai narkolika dan psikotropika dari keluarga harmonis bukan hanya

bull dari keluarga berantakan Banyak pekerja mahasiswa atau pelajar yang

tampii ioyo tertipu ketika kepadanya ditawarkan pil sehat vitamin atau pil

pintar Banyak pemuka agama juru dakwah atau pengkhotbah yang

tertipu karena pil sehal yang dlbelinya adalah narkotika dan

psikotropika Reaksi pemakaian narkotika dan psikotropika mula-mula

terasa menyehatkan dan membuat si korban tipuan terscbut sukses dalam

berdakwah atau berkhotbah Ibu rumah tangga juga dapat tertipu karena

ditawari pil pelangsing oleh saudara atau teman dalam arlsan dan lain-

lain Mulanya karena tipu daya akhimya setelah lerjebak menjadi

biasa

b) Bujuk rayu

Waftiia camlk pengedaf ftaTkotlka dan psikotFoplka biasanya menjebak

mangsa melaiui bujuk rayu Untuk memasarkun narkotika dan

psikotropika pengedar tersebut memilih profesi sebagai wanita penghibur

atau Wanita Tuna Susiala (WTS) Banyak eksekutif muda pekerja atau

bos-bos yang mulai memakai narkotika dan psikotropika karena rayuan

pekerja seks komersial hostess dan sebagainya Dalam mcmasarkan

narkotika dan psikotropika wanita tersebut merayu akan mau melayani

kencati kalau bersama-sama mengkonsumsi narkotika dan psikotropika

Subagyo Purlodlhario Loc cil hal 78

39

lebih dulu Muta-mula kurban memakai narkotika dan psikotropika karena

tergoda namun akhimya menjadi terbiasa

c) Paksaan

Banyak anak muda yang mengawali pemakaian narkotika dan psikotropika

karena dipaksa oleh sekawanun alau seseorang yang mengancam akan

mencelakainya Banyak pclajar atau nialiasiswa mengawali kebiasaan

memakai narkotika dan psikotropika dari keadaan terpaksa diancam oleh

sekawanan preman yang menghadang di tengah jalan Dari kelompok ini

pula terjaring pemakai yang berasal dari keluarga hannonis

Lingkungan sekoiah bagi pelajar tingkat SD SMP dan SMA

merupakan tempat yang stratcgls bagi para pelajar untuk menunjukkan jati

dirinya sehingga mereka terjun kepada penyalahgunaan narkotika dan

psikotropika ini faktor sekoiah yang merupakan bagian tcrpcnting yang

mempengaruhi adalah

a Sekoiah yang kurang disiplin

b Sekoiah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjiial narkotika atau

penjual psikolropika

c Sekoiah yang kurang member] kesempatan pada siswa untuk

mengembangkan diri secara kreatif dan positif

d Adanya murid pengguna narkotika atau psikotropika

Kartini Kurtono op cil hivl 124

40

B Pengaturan Sanksi Pidana Terhadaj) Pcnyalahgunaaan Narkotika dan

Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau

dari Perlindungan Terhadap Korban

Dalam hukum pidana di Indonesia terdapat adanya

ketldakseimbangan antara perlindungan korban kejahatan dcngan pelaku

kejahatan pada dasarnya mempakan salah satu pengingkaran dari asas setiap

warga negara bersamaan kcdudukannya dalam hukum dan pcmerinlahan

sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 sebagai

landasan konstitusional Perlindungan korban memiliki hubungan cral dcngan

teori pemidanaan yang dikemukakan Wirjono Prodjudikoro tujuan

pemidanaan adalah untuk niemenuhi rasa keadilan^

Ada Juga yang mengemukakan bahwa tujuan pemidanaan dapat

dilihat melalul 2 (dua) leorl mengenai alasan-alaitan yang membenarkan

(justification) penjatuhan hukuman (sanksi) yaitu Teori Absolut

(Vergeldingslheorie) dan Teori Relatif atau Doeitheorie Menurut Teori

Absolut (Vergeldingslheorie) tujuan pemidanaan sebagai pembalasan

terhadap para pelaku karena telah melakukan kejahatan yang mengakibatkan

kesengsaraan lerhadap orang lain alau anggota masyarakat sedangkan

Roeslan Saleh mengatakan sebagai reaksi-reaksi atasdelik yang berwujud

suatu nestapa yang scngaja dilimpakan ncgara kcpada pembuat delik

Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana Cctakan Iuriania (Jakarta Sinar Gnitlka2(W5)hii4

lcduu Mdipaung Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cctakun IcrliirMii (Jukiirtu Sinur Gratika 2005) hal 4

kiwsUin Saleh Shdsel Pidana Indonesia (Jukarlu liinn Aksara 19K7) hal 5

41

Menurut Teori Relatif Doeltheurie) tujuan pemidanaan adalah

a Menjerakan agar si pelaku atau terpidana menjadi jera dan tidak

mengulangi lagi perbuatannya specials presenile) sena masyarakat umum

agar mengertahui jika melakukan perbuatan yang sama akan mengalami

hukuman yang serupa atau disebut pula generalpreventte

h Memperbaiki pribadi si terpidana berdasarkan perlakuan dan pcndidikan

selama menjalani hukuman terpidana merasa menyesal dan tidak akan

mengulangi perbuatannya dan kcmbali kepada masyarakat sebgai orang

baik dan berguna dan

c Mcmblnasakan (menjatulikan hukuman mat) atau mcmbuat terpidana tidak

berdaya dengan menjatuhkan hukuman seiimur hidup

Pandangan di atas sangatlah wajar apabila beranjak dari pandangan

bahwa hukum pidana adalah hukum sanksi (hifzonderesancUerechl) sebab

dengan bertumpu pada sanksi itulah hukum pidana difungsikan untuk

menjamin keamanan ketertiban dan keadilan Dalam perkembangannya

ternyata tidak semua sarjana menyclujui maksud diadakannya pidana scperti

itu (sebagai suatu nestapa) karena muncul pendapat bahwa di samping pidana

ditujukan untuk memberikan penderitaan kcpada pelanggar atau mcmbuat

jera pemidanaan juga bertujuan agar pelaku dapat kembali hidup

bermasyarakat sebagaimana mestinya

Alasan yang paling inenonjol lerhadap upaya perubahan tersebut

adalah dengan meniperhatikan sisi kemanusiaan yang mcmandang bahwa

Ucdcn Mirpaung Opcil hal 4

42

sekalipiin tcrsangka telah melakukan kcsalahaii ia telap berkcdmiiikan sebagai

manusia utuh yang harus tetap diperlakukan sama dengan manusia lainnya

dan dilindungi hak asasi manusionya Karena itu pidana penjara saat ini

sedang mengalami masakrisis karena termasuk jenis pidana yang kurang

disukai Banyak kritik tajam ditujukan terhadap jenis pidana perampasan

kemerdekaan ini baik dllihat dari sudut efektifitasnya maupun dilihat dari

akibat-akibat lainnya menyertai atau berhubungan dcngan dirampasnya

kemerdekaan seseorang

Banyaknyu kritik yang diarahkan pada bentuk pemidanaan berupa

perampasan kemerdekaan (yang ditujukan untuk membuat jera pelaku)

sehingga berkembanglah bentuk pemidanaan lain yang dianggap lebih

manusiawi yaitu penjatuhan pidana berupa denda atau pemberian ganti

kerugian kepada korban Pemberian ganti kerugian pada awalnya merupakan

konsep kcperdalaan seperti halnya dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata yang mewajibkan setiap orang yang menyebabkan orang lain

menderita kerugian untuk membayar ganli rugi Dalam perkembangannya

konsep ini diterupkan pula dalam hukum pidana mengingat akibat yang

ditimbulkan pada korban tindak pidana akan selalu disertai dengan kerugian

baik mental fisik maupun material sehingga sangat wajar apabila korban pun

menuntui ganti kerugian pada pelaku guna memulihkan derita yang

dialaminya

Dengan memperhatikan pada beberapa teori klasik tentang tujuan

Uurtla Nawuwi Ariel Sislem Pemidanaan Menunii Konsep KIHP llaiu dan Latar Helakang Pemlklrannya Hahan Ienalaran Hukum Pidana V Undanu Kupang uinjyful 11 Juli-12 Agustus 1989

43

pemidanaan dapat disiinpulkan bahwa penjatuhan pidana lebih banyak

ditujukan untuk kepeiitingan pelaku dengan kata lain tujuan pemidanaan

hanya dimaksudkan imtuk mengubah perilaku dari pelaku kejahatan agar

tidak mengulangi lag perbuatannya sedangkan kcpentingan korban sama

sekali diabalkan

Perlindungan terhadap korban narkotika jika dihubungkan dengan

beberapa teori pemidanaan yang telah dipaparkan di atas maka peneliti

mengkaji bahwa dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang baru ini terdapat kescimbangan antara perlindungan terhadap

pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana bahwa berdasarkan sanksi

baik pidana maupun denda yang terdapat dalam undang-undang ini sangatlah

berat-berat dan tegas ]ni berarti bahwa undang-undang ini lebih

mementingkan korban dari pada pelaku kejahatan narkotika Mengingat

bahwa dengan adanya pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan

korban semakin banyak yang berjatuhan schingga daripada korbnnnya anak

bangsa yang memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara

Indonesia maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-

beratnya lerhadap si pelaku tindak pidana narkotika bahkan pidana mati atau

seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-

undang yang bam ini juga diatur mengenai rehabilitasi terhadap korban baik

korban yang diakibatkan oleh orang Iain maupun karena self victimizing

victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku itu sendiri

44

C Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Seif-

Victimizing Victims

1 Self-victimizing victims uarkotika dau psikotropika

Suatu viktimisasi adalah sebagai suatu permasalahan manusia yang

merupakan kenyataan sosial hal ini disebabkan karena setiap warga negara

berhak mendapatkan rasa aman dan bcbas dari segala bentuk kekerasan

sesuai dengan falsafah Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 Contohnya adalah seseorang akibat perbuatannya memakai

narkotika dapat menimbulkan bahwa si pemakai tersebut menjadi tidak

berdaya upaya dengan kata lain bahwa si pelaku telah menjadi korban

akibat perbuatannya sendiri yang menimbulkan perbuatan kriminal

Penyalahgunaan narkolika atau psikolropika merupakan perbuatan

kriminal karena telah melanggar ketentuan di dalam undang-undang yang

ada yakni Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tetang Psikotropika dan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Terlibatnya si

pelaku kejahatan atau tindak pidana yang menimbulkan kerugian terhadap

dirinya sendiri daiam hal inilah yang disebut dengan istilah self victimizing

victims yang merupakan bagian dari viktimisasi Sehubungan dengan itu

maka Wolfgang menyatakan beberapa Jenis viktimisasi ialah

1 Unrelated victims yaitu korban yang tidak ada hubungannya sama

sekali dengan terjadinya korban misalnya pada kasus kecelakaan

pesawat Dalam hal In tanggungjawab sepenuhnya terletak pada

Utplietin3|il(igspqtcom2()OSIOl|ukum-viktinivl9gihlml diakscs terakhir langgul l2Januari 2015

45

pelaku

2 Provocative victims yaitu seseorang yang secara aktif mendorong

dirinya menjadi korban misalnya kasus selingkuli dimana korban juga

sebagai pelaku

3 Participating victims yailu seseorang yang tidak berbuul tetapi dengan

sikapnya justru mendorong dirinya menjadi korban

4 Biologically weak victims yaitu mereka yang secara tisik memiliki

keleinalian atau potensi untuk mcnjadi korban misalnya orang tua

renla anak-anak dan orang yang tidak mampu bcrbual apa-apa

5 Socially weak victims Yaitu mereka yang memiliki kedudukan social

yang lemah yang menyebabkan mereka mcnjadi korban misalnya

korban perdagangan perempuan dan sebagainya

6 Self victimizing victims yaitu mereka yang menjadi korban karena

kejahatan yang dilakukannya sendiri pengguna obat bius judi aborsi

dan prostitusi

Dalam hal ini kedudukan viktimologi sebagai sebuah ilmu yang

mempelajari tentang korban memiliki peranan yang sangat penting ruang

lingkup viktimologi ini meliputi

1 Semua macam sciiap macam perbuatan kriminal yang mengakibatkan

orang-orang mcnjadi korban

2 Setiap orang atau pihak yang dapat menjadi korban baik orang

perorangan maupun suatu korporasi atau organLsasi

3 Setiap orang atau pihak yang dapal menimbulkan korban artinya

46

dimana disatu sisi orang terscbut dapat merugikan orang iain sehingga

orang tidak merasa aman akibat tindakanya

4 Cara-cara viktimisasi atau penimbulan korban

5 Bentuk-bentuk viktimisasi yang terdiri dari primary viclimizalion

adalah korban individualperorangan bukan kelompok secondary

victimizalion korbannya adalali kelompok misalnya badan hukum

tertiary Victimizalion yang menjadi korban adalah masyarakat luas

nun viciimozaiion korbannya tidak dapat segera diketahui misalnya

konsumen yang tertipu dalam menggunakan hasil produksi

6 Akibat viktimisasi

7 Pengaruh viktimisasi

8 Reaksi atau respons terhadap viktimisasi

9 Penyelesaian viktimisasi dan

10 Pengaturan yang berkaitan dengan viktimisasi (yang menjadi

perhatian viktimologi)

Studi viktimologi akan memberikan pemahaman kepada setiap

individu mengenai hak dan kewajibannya dalam rangka mengantisipasi

berbagai bahaya yang mengancamnya Viktimologi memberikan

sumbangan pemikiran mengenai masalah viktimisasi tidak langsung

dampak sosial polusi industri viktimisasi ekonomi politik dan

penyalahgunaan kewenangan Viktimologi ini juga memberikan dasar

pemikiran dalam penyelesaian viktimisasi kriminal atau factor viclimogen

dalam sistem peradilan pidana

47

Dari perspektif ikalan Korban Napza (IKON) l ial i yang dimaksud

sebagai korban adalah orangperorangan yang menderita secara langsung

dari penyalahgunaan napza dan tennasuk pula keluarga alau tanggungan

langsung dari korban Namun karena hukum dl Indonesia memandang

pengguna napza adaiah kriminal maka terjadilah dampak-dampak negalif

yang dialami oleh pengguna napza yang merupakan korban scperti

diskriminasi kriminallsasi kesehatan dan stigmatisasi Maka sebagai

korban IKON Bali mendorong agar dihentikannyadiskriminasi lerhadap

korban napza mendorong vonis rehabilitasi untuk korban napza

mendorong agar dihentikannya penyiksaan terhadap korban napza dan

yang terakhir adalah mendorong terpenuhinya hak atas kesehatan bagi

korban dan orang terinfeksi HIV Dengan melihat kondisi permasalahan

penanggulangan napza yang semakin tidak menentu dan meningkatnya

jumlah korban napza secara terus-menerus Maka Ikon Bali meminta

1) Penerapan SEMA Nomor 7 Tahun 2009 sebagai pemenuhan hak atas

kesehatan terhadap korban Mpza

2) Meminta kepada Pengadilan Negeri Denpasar untuk menjadi insiator

dalam penyusunan langkah teknis penerapan SEMA Nomor 7 Tahun

2009

3) Meminta kepada selunih instansi tcrkait untuk mulai meiigambil

langkah nyata dalam penanggulangan napza

43 Ibid

48

4) Meminta agar korban napza diperlakukan secara manusiawi tanpa

penyiksaan sligma dan diskriminasi

5) Ikon Bali mendukung secara penuh program-program pemerintab

dalam penanggulangan napza

2 Rehabilitasi terhadap self-victimizing victims

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

merupakan undang-undang yang baru menggantikan Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika Adapun pasal-pasal di dalam

undang-undang in yang mengatur mengenai perlindungan korban adalah

berbagai pasal-pasal yangmencantumkan rehabilitas kepada korban

maupun pelaku tindak pidana narkolika Pasal 1 ayat (16) meneniukan

defenisi mengenai rehabilitasi dipandang dari sisi medis yakni

Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara

terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan Narkotika

Sementara Itu dalam Pasal 1 ayat (17) ditentukan defenisi rehabilitasi

dipandang dari sisi sosial yakni Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses

kegiatan pemulihan secara terpadu baik fisik mental maupun sosial agar

bekas pecandu Narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosia dalam

kehidupan masyarakat

Diimdangkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang merupakan undang-undang baru ini tentu mempunyai

maksud dan tujuannya Adapun tujuan yang terdapat dalam Pasal 4 yang

berbunyi

49

Undang-Undang tentang Narkotika bertujuan

a Menjamin kelersediaiin Narkotika untuk kcpentingan peiayanan

kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

b Mencegah mclindungi dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari

penyalahgunaan Narkotika

c Memberanlas pcredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika dan

d Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi Penyalah

Guna dan pecandu Narkotika

Bentuk perlindungan terhadap korban dan pelaku kejahatan tindak

pidana narkotika di dalajn Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

disebutkan ada 2 (dua) macam yakni pengobatan dan rehabilitasi lerhadap

korban maupun pelaku Pada Pasal 53 ayat (3) tersebul di atas bahwa yang

dimaksud dengan buktl yangsah antara lain surat kctcrangan dokter

salinan resep atau labeletiket Selcngkapnya mengenai pengobatan

ditentukan dalam Pasal 53 yang berbunyi sebagai berikut

(1) Untuk kcpentingan pengobatan dan berdasarkan indikasi medis

dokter dapal memberikan Narkotika Golongan II atau Golongan III

dalam jumlah terbatas dan sediaan tertentu kepada pasien sesuai

dengan ketcnluan peraturan perundang-undangan

(2) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat ( I ) dapal memiliki

menyimpan danatau incmbawa Narkolika untuk dirinya sendiri

(3) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mempunyai bukti

yang sali bahwa Narkotika yang dimiiiki disimpan danatau dibawa

50

untuk digunakan diperoleh secara sail sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan

Mengenai rehabilitasi terhadap korban dan pelaku tindak pidana

kejahatan penyalahgunaan narkotika merupakan suatu kewajiban bagi

pemerintah dan instansi masyarakat Sebagaimana ketentuan dalam Pasal

54 bahwa Pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika

wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial Dalam Pasal 56

disebutkan juga bahwa

(1) Rehabilitasi mcdis Pecandu Narkotika dilakukan di rumah sakit yang

ditunjuk oleh Menteri

(2) Lembaga rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan oleh instansi

pemerintah atau masyarakat dapat melakukan rehabililasi medis

Pecandu Narkotika setelah mendapat persetujuan Menteri

Kemudian dipertegas kembali dalam Pasal 57 bahwa selain melaiui

pengobatan danatau rehabilitasi medis penyembuhan Pecandu Narkotika

dapat diselenggarakan oleh instansi pemerintah alau masyarakat melaiui

pendekatan keagamaan dan tradisional Salah satu tugas dan wewenang

Badan Narkotika Nasional adalah meningkatkan kemampuan lembaga

rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu Narkotika baik yang

diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat

Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 ini terdapat

pengecualian dalam hal luniutan pidana terhadap anak yang masih berada

di bawah umur Misalnya terdapat di dalam salah satu pasalnya yakni pada

51

Pasal 128 ayal ( I ) yang bcrbunyi Orang tua atau wali dari pecandu yang

belum cukup umur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) yang

sengaja tidak mciapor dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6

(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp 100000000 satu juta

rupiah) Tetapi di datam ketentuan tain yakni pada Pasal 128 ayat (2) dan

ayal (3) ditentukan bahwa anak yang masih di bawah umur tidak dapat

dituntut pidami selcngkapnya pasal tersebul berbunyi Pecandu Narkotika

yang belum cukup umur dan telah dilaporkan oleh orang tua atau walinya

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat ( I ) tidak dituntut pidana

(Pasal 128 ayat (2)) dan Pecandu Narkotika yang telah cukup umur

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) yang sedang menjalani

rehabilitasi mcdis 2 (dua) kali masa perawatan dokter di rumah sakit

danatau lembaga rehabilitasi medis yang ditunjuk oleh pemerintah tidak

dituntut pidana

Pada awalnya narkotika digunakan unluk kcpentingan umat

manusia khususnya untuk pengobatan dan peiayanan kesehatan Namun

dcngan semakin bcrkembangnya ilmu pcngclaliuan dan teknologi

peruntukan narkotika mengalami perluasan hingga kepada hal-hal yang

negatif

Di dunia kedokteran narkotika banyak digunakan khususnya

dalam proses pembiusan sebelum pasien diopcrasi mengingat di dalam

narkotika terkandung zat yang dapat mempengaruhi perasaan pikiran serta

kesadaran pusieti Oleh karena itu agar penggunaan narkotika dapal

52

memberikan manfaat bagi kehidupanurnat manusia maka pcredarannya

harus diawasi secara ketat sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 60 sampai

dengan Pasal 63 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang menyebutkan

Pasai 60 ditentukan bahwa

(1) Pemerintah melakukan pembinaan terhadap segala kegiatan yang

berhubungan dengan Narkolika

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meiipuli upaya

a Memenuhi ketcrsediaan Narkotika unluk kcpentingan peiayanan

kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi

b Mencegah penyalahgunaan Narkotika

c Mencegah generasi muda dan anak usia sekoiah

dalampenyalahgunaan Narkotika termasuk dengan memasukkan

pendidikanyang berkaitan dengan Narkotika dalam kurikulum

sekoiah dasarsampai lanjutan atas

d Mendorong dan menunjang kegiatan penelitian danatau

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di brdang

narkolika unluk kcpentingan peiayanan kesehatan dan

e Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis bagi

Pecandu Narkotika baik yang diselenggarakan oleh pemerintah

maupun masyarakat

53

Pasal 61 ditentukan baiiwa

(1) Pemerintah melakukan pcngawasan terhadap segala kegiatan yang

berkaitan dengan Narkotika

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi

1 Narkolika dan Prekursor Narkolika untuk kcpentingan peiayanan

kesehatan danatau pengembangan Hmu pengetahuan dan

teknologi

2 Alat-alat potensial yang dapat disaiahgunakan untuk melakukan

tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkolika

3 Evaluasi keamanan khasiat dan mutu produk sebelum diedarkan

4 Produksi

5 impor dan ekspor

6 Pcrcdaran

7 Pelabeian

8 Tnformasi dan

9 Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Pasal 62 berbunyi Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan

sebagaimana dimaksud dalam Pasai 60 dan pengawasan sebagaimana

dimaksiiddalam Pasal 61 diatur dengan Peraturan Pemerintah Dan dalam

Pasal 63 disebutkan bahwa Pemerintah mengupayakan kerja sama

dengan ncgara lain danatau badan intcmasional secara bilateral dan

multiialeral baik regional maupun internasional dalam rangka pembinaan

dan pengawasan Narkotika dan Prekursor Narkotika sesuai dengan

54

kcpentingan nasional

Berdasarkan biinyi beberapa pasa di atas mengenai pengawasan

terhadap pentingnya peredaran narkotika wajib diawasi secara ketat

dikarenakan saat ini pemanfaatannya banyak untuk hal-hal yang negatif

D i samping itu melaiui perkembangan teknologi informasi dan

komunikasi penyebaran narkotika sudah menjangkau hampir ke semua

wilayah di Indonesia hingga ke pelosok-pelosok Daerah yang sebelumnya

tidak pcrriah tersentuh oleh peredaran narkotika lambat laun berubah

menjadi sentra peredaran narkotika Begitu pula anak-anak yang pada

mulanya awam terhadap barang haram ini telah berubah menjadi sosok

pecandu yang siikar untuk dilepaskan ketergantungannya

Sebelum Iahimya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

mengenai narkotika diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997

tentang Narkotika namun undang-undang ini tidak dapat dipertahankan

lagi keberadaannya karena adanya perkembangan kualitas kejahatan

narkotika yang sudali menjadi ancaman serius bagi kehidupan umat

manusia Pengguna narkotika sangat beragam dan menjangkau semua

lapisan masyarakat mulai dari anak-anak hingga orang dewasa orang

awam hingga artis bahkan hingga pejabat publik

Efek negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan narkotika secara

berlebihan dalam jangka waktu lama serta tidak diawasi oleh ahlinya

dapat

menimbulkan berbagai dampak negatif pada penggunanya baik secara

55

fisik maupun psikis Bahkan tidak janing penggunaan narkotika dapat

memicu terjadinya berbagai tindak pidana Karena itu untuk mencegah

semakin mcluasnya dampak negalif yang ditimbulkan dari penggunaan

narkotika maka pengawasan tidak hanya terbatas pada peredaran

narkotika tetapi juga pada mereka yang menjadi korban misalnya

sescorang yang menderita ketergantungan narkotika (pecandu) Apabila

seorang pecandu narkotika telah divonis bcrsalah oleh hakim atas tindak

pidana narkotika yang dilakukannya maka untuk memberikan kesempatan

pada yang bersangkutan agar tcrbebas dari kecanduaniiya maka hakim

dapat mcmutuskan untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani

pengobatan danatau perawatan

Pengobatan dan perawatan terhadap pecandu narkotika dilakukan

melaiui fasilitas rchabilitasi Rcliabilitasi medis dan sosial yang diberikan

kepada pecandu dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan

kemampuan fisik mental dan sosialnya Selain pengobatan dan perawatan

melaiui rehabililasi medis proses penyembuhan pecandu narkotika dapat

diiaksanakan oleh masyarakat melalul pendekatan keagamaan dan

tradisional

Sebagai conloh di Pakem Sleman Yogyakarta telah didirikan

sualu kliiiik alau Pusat Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkotika

Psikolropika dan Zal-zat Aditiflainnya (NAPZA) Terpadu yang didirikan

atas kerjasania Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dan

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang diresmikan pada tanggal 7

56

Desember 2005 Tujuan umum pendiriaii pusat rehabilitasi terpadu ini

adalah untuk memberikan jaminan penanganan paripurnakepada korban

penyalahgunaan Napza melaiui aspek hukum aspek medis aspek sosial

aspek spiritual serta pengembangan pcndidikan dan pelatihan dalam

bidang NAPZA secara terpadu sedangkan tujuan khususnya adalah

1 Terhindarnya korban dan instilusi dan penelrasi pengedar

2 Terhindarnya kerusakan mental dun masa depan para penyalah guna

Napza yang akan mcmbtinuh potensi pengembangan mereka

3 Terhindarnya korban-korban baru akibat penularan penyakil-penyakit

seperti Hepatitis HIVAIDS dan penyakit menular lainnya

4 Terwujudnya proses pengembangan penanganan korban NAPZA dan

aspek ilmiah serta keiimuan yang dinamis sesuai perkembangan zaman

sebagai pusat jaringan informasi terpadu dan mewujudkan teknis

penanganan penyalahgunaan narkotika dan obat-obalan terlarang bagi

daerah sekitamya maupun nasional

Pemberian perlindungan kepada korban narkotika lentil tidak dapat

dibebankan sepenuhnya kcpada pemeriiilah peran serta masyarakat pun

diharapkan ada salah salunya diterimanya kembali mantan pani pengguna

dalam lingkungannya tanpa melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya

diskriminatif bahkan dengan mcmposisikan mereka sebagai warga keias

dua yang harus dljauhi

Bentuk periindunganyang diberikan terhadap pelaku maupun

Dikdik M ArilMansur dan tUisUiris Guitom loa cil hal 90

57

korban penyalahgunaan narkolika dan psikotropika daiambentuk

rehabilitasi

Rehabilitasi adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang

dilujukan kepada pemakai narkolika dan psikotropika yang sudah

menjalani program kuratif Tujuannya agar pelaku tidak memakai lagi

dan bebas dari penyakit ikutan yang disebabkan oleh bekas pemakaian

narkotika dan psikotropika

3 Tahapan-tahapan rchabilitasi terhadap self-victimizing victims

Tahapan-tahapan rehabilitasi terhadap self-victimizing victims atas

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika yang ada di Indonesia tidak

sama Ada yang menekankan rehabilitasi hanya pada aspek medis ada

pula yang lebih menekankan pada aspek rohani Atau memadukan kedua

pendekatan tersebut dengan komposisi yang seimbang Yang ideal

rehabilitasi seorang korban narkotika dan psikotropika harus dilakukan

secara holisitik baik secara fisik psikis maupun kerohaiiiannya

1 Tahapan pengobatan (rehabilitasi)

Secara umum ada beberapa tahapan yang harus dilewati

Masing-masing tahapan tersebut memakan waktu bervariasi ada yang

seminggii sebulan dan bahkan berbu lan-bulan tcrgantung tingkat

ketergantungan tekad korban dan juga dukungan berbagai pihak

terutama keluarga dalam seluruh proses tersebut Setiap tahapan

Subagjo PiirloUiharjo Loc cU hal 105 ^ E M Giri Prastowo loc cil hal 28 -29

58

tersebut disusun dan dibuat untuk inenganlar pasien secara bertaiiap

melepaskan dari ketergantungan narkotika dan psikotropika Beberapa

tahapan rehabilitasi ini yang disajikan berikut sudah Icruji dapat

menyembuhkan atau memulihkan korban narkotika dan psikotropika

secara maksimal

a Tahapan transisi

Penekanaii dalam tahap ini lebih kepada informasi awal

tentang korbanseperti

1) Latar belakang korban

2) Lama ketergantungan

3) Jenis obat yang dipakai

4) Akibat-akibat ketergantungan dan

5) Berbagai inlbrniasi lainnya

Hal ini penling sehingga pada saatnya akan menjadi acuan

bagi pihak yang terlibat secara intensif dalam proses rehabilitasi

Ahl i yang berkompeten (dokter) akan menganaiisa tingkat

ketergantungan korban untuk kemudian meneniukan tingkat

pengobatan dan tingkat pembinaan bagi si korban schingga terapi

dan metode pengobatan bisa dilakukan secara terukur

Tahapan ini Juga dapat dijadikan rujukan untuk meneari

model rehabilitasi yang paling tepat bagi yang bersangkutan Pada

tahap ini tim rehabilitasi akan membantu korban agar menyadari

dirinya sedang menghadapl masalah ketergantungan narkotika dan

59

psikotropika Korban diajak untuk bersama-sama mengatasinya Hal

ini penting karena proses rchabilitasi tidak akan berhasil tanpa

adanya kesadaran korban tentang adanya bahaya yang dihadapinya

Dari situ akan dibangun tekad dan komitmennya untuk

meninggalkan narkotika dan psikotropika

Selain itu pada tahapan ini akan diteliti akibat fisik dari

penggunaan narkotika dan psikotropika Sejauh mana tingkat

kerusakan syaraf dan organ-organ tubuhnya yang rusak Unluk itu

diadakan pemeriksaaii laboratoriumiengkap dan tes penunjang untuk

mcndeteksi penyakit yang diderita korban A[)abia dalam

pemeriksaan ditemukan satu atau beberapa penyakit maka terlebih

dahulu diadakan pengobalan medis sebelum penderita mendapat

proses rehabilitasi lanjutan Langkah ini penting selain agar tubuh

yang bersangkutan bebas dari penyakit juga untuk mencegah

terjadinya penularan balk kepada korban narkotika dan psikotropika

ini diadakan pembersihan darah pada tubuh pecandu sehingga darah

menjadi bersih dan sistem metabolisme tubuh kembali normal

Proses ini dapat dilakukan melaiui cara-cara berikut

1) Cold Turkey abrupt withdrawal) yaitu proses penghentian

pemakaian narkotika dan psikolropika secara tiba-tiba tanpa

disertai dengan substitusi antidotum

2) Bertaliap atau substitusi bertahap misalnya dengan kodein

^Ibidhal 30

60

methadone CPZ atau clocard selama i -2 minggu

3) Rapid Detoxification dilakukan dengan anestesi umum (6-12

jam) dan

4) Simtomatik tergantung gejala yang dirasakan

2 Rehabilitasi intensif

Setelah melewati masa transisi (pengumpulan informasi tentang

keadaan korban dan latar belakangnya) baru masiik pada fase

berikutnya yakni proses penyembuhan secara psikis Motivasi dan

potensi dirinya dibangun daiam tahap ini Korban diajak untuk

menemukan dirinya dan segala potensinya sambil juga menyadari

berbagai keterbalasannya Bahwa untuk mengatasi masalah hidup yang

bersangkutan tidak perlu harus mengkonsumsi narkotika dan

psikotropika Narkotika dan psikotropika justru menciptakan masalah

baru yang jauh lebih besar dalam hidupnya Narkotika dan psikotropika

bukanlah solusi tetapi menjadisumber masalah Pada tahap ini berbagai

contoh dapat dipcrlihatkan kepada korban

Yang terlibat di dalam tahap ini yang utama adalah korban itu

sendiri sebagai pelaku self-victimizing victims) Korban harus punya

tekad untuk hidup tanpa narkotika dan psikotropika Korban harus bisa

menatap masa depan dengan penuh optimisme Selain yang

bersangkutan peranan keluarga (orang liia dan saudara-saudaranya

suami atau istri) juga sangal pcnling Anggota keluarga ini harus secara

intensifmendampingi dan jnenopang korban

61

Staf di paiiti rehabilitasi para konselor psikolog dan semua

pihak di panti rehabilitasi untuk bersama-sama mcmbangun

kepercayaan diri korban Seluruh proses ini membutuhkan waktu

berbulan-bulan bahkan selama bertahun-tahun tergantung tingkat

ketergantungan dan efeknya bagi korban Berbagai terapi yang

dilakukan selama dalam tahap ini baik yang dilakukan secara pribadi

maupun bersama-sama lewat berbagai aktivitas di panti rehabilitasi

tersebut bertujuan untuk memberdayakan kembali korban yang disekian

lama telah terpuruk oleh narkolika dan psikotropika Sebagai langkah

awal untuk sosialisasi diri dengan masyarakat korban juga secara

bertahap mulai mcmbangun komunikasi dengan orang lain di Iuar

komunitas rehabilitasi

Menurut Romo Lambertus Somar MSG dalam bukunya

Rehabilitasi Pecandu Narkotika dan Psikotropika pada tahap ini ada

tiga titik yang harus dilewati yang lebih dikenal dengan tahapan

stabilisasi pribadi yailu^

1 Secara sadar dan tekun melepaskan diri dari berbagai penyakit dan

akibatakibat lainnya (no to drugs) Tahap ini merupakan tahap

stabilisasi awai atau tahap konsolidasi (comolidation)

2 Menemukan jati diri menguasai kiat-kiat dan keterampilan-

keterampilan untuk menyehatkan serta mengisi hidup secara lebih

bermakna dan bermulu Latihan keterampilan vokasional (kerja) dan

E M Giri Praslowo Loc cil hal 32

62

peiigungkapan diri dari dimulai dibina sebiiigga disebul juga (afiap

pengukuan diri (jyerwtuil appraisal) Inilah lahap slabilisasi

niericiigah (inadya)

3 Dengan inisiatif pribadi orang secara sadar mulai berfikir dan

bertindak untuk mencapai prestasi-prestasi tertentu schingga disebut

juga tahap positive thinking and doing Tahap ini merupakan tahap

stabilisasi akhir

4 Tahap rekonsiliasi Tahapan berikut yang harus dilewati dan sangat

vital adalah tahap rekonsiliasi Tara korban tidak langsung

herinlcraksi secara bebas dcngan masyarakat akan tctiipi lerleblh

dahulu ditampung di sebuah lingkungan khusus selama beberapa

waktu sampai pasien benar-benar siap secara mental dan rohani

kembali kelingkungannya semula Yang paling ulama dalam fase ini

adalah pembinaan mental spiritual keimanan dan ketakwaan serta

kcsepiikatan sosial kemasyarakaian Proses ini bisa meliputi program

pembinaan jasmani dan rohani

Sampai ke tahap ini yang bersangkutan masih tcrikat dengan

rehabilitasi foimal namun sudah mulai membiasakan diri dengan

masyarakat Iuar sehingga merupakan proses resosialisasi (reentry) atau

penyesuaian (reconcilialion) Proses ini melewati tiga titik penting juga

yaitu

1 Tinggal lebih sering dan lebih lama di lingkungan keluarga sebagai

63

teiiipal tinggal tetap atau pun tempat tinggal transit unluk

resosialisasi sambil mclaiijiitkan kegiatan pilihan sebagai penunjang

masa selanjutnya Di sini terjadi perdamaian dan penycsuaian-

penyesuaian kembali dengan lingkungan

2 Rencana masa depan yang jelas dan siap direalisasikaii dengan

dukungan keluarga atau pihak-pihak lain Pada tahap ini korban

dapat memulai aktivitasnya lagi seperti sekolahkuliah mulai bekerja

atau merintis usaha sendiri

3 Kontak awal dengan kelompok-keiompok atau program-program

pemeliharaan lanjut aftercare) Di sini orang meiierima dirinya

seperti apa adanya merasa puas lalu mempercayakan dirinya ke

tangan orang lain

4 Pciiieliharaaii Lanjut Pada tahap ini walaupun secara fisik yang

bersangkutan sudah dinyatakan seliul dan secara psikis pun sudali

pulih namun masih ada kcmungkinan mereka akan tergclincir

kembali icbihlebih saat mereka sedang menghadapl masalah Pada

saat itu bisa Jadi mereka bemostagia dengan menikmati narkolika

dan psikotropika Saat ini juga niwaii Karena itu setiap korban yang

niemasuki tahap inidipersiapkaii sungguh-sungguh agar dapal

melewati dan mengatasi sUuasi rawan ini dengan melewati tiga titik

ini yakni

a Mengubah menghilangkan aUiu menjauhi hal-hal yang bersifat

bid hul 34

64

nostaigia kesenaiigan narkolika dan psikolropika

b Setiap mengikuti program-program dan aeara-acara aftercare

(pemeliharaan lanjut) dan

c Dapat juga mcUbatkan diri dalam gerakan atau kelompok bersih

narkoba dan peduli penanggulangannya

BAB IV

PENUTUP

A Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dipaparkan tersebut di atas peneliti

memberikan beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap

permasalahan di dalam penelitian ini sebagai berikut

Di antara berbagai faktor yang dapat mempengaruhi seseorang atau

individu menyalahgunakan narkotika atau psikotropika terdapat faktor

yang paling duininan yakni laktor yang bersumber dari keadaan keluarga

dan lingkungan bukan karcnn faktor individunya Karena faktor keluarga

yang buruk dan lingkungan yang juga buruk dan saling mendukung dapat

mempengaruhi individu menjadi pelaku lindak pidana penyalahgunaan

narkolika dan psikotropika tersebut dengan kata lain faktor keluarga dan

lingkungan yang buruk ini membuka kesempatan kcpada seseorang untuk

merasakan pergaulan dengan narkotika atau psikotropika sehingga dapal

menimbulkan ketergantungan terhadapnya

2 Perlindungan lerhadap korban narkotika- jika dihubungkan dengan

beberapa teori pemidanaan dalam perspektif Undang-Undatig Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika yang baru terdapai keseimbangan antara

perlindungan terhadap pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana

bahwa berdasarkan sanksi baik pidana maupun denda yang terdapat dalam

undang-undang ini sangatlah bcrat-bcnil dan tegas Ini berarti bahwa

65 bull

66

undang-undang narkotika yang baru tersebut lebih mementingkan korban

dari pada pelaku kejalialan narkotika Mengingat bahwa dcngan adanya

pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan ktgtrban semakin

banyak yang berjatuhan seliingga daripada korbannya anak bangsa yang

memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara Indonesia

maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-beratnya

terhadap si pelaku lindak pidana narkolika bahkan pidana mati atau

seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-

undang yang baru ini juga diatur mengenai rchabilitasi terhadap korban

baik korban yang diakibatkan oleh orang lain niaiipim karena self

victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku ilu

sendiri

Saran

Adapun yang menjadi saran peneliti di dalam penelitian ini yang

menjadi harapan untuk dipcrliatikan bersama adalah sebagai berikut

1 Diharapkan bagi setiap keluarga untuk menjaga keharmonisan melakukan

pengawasan dan mcnanainkan pcndidikan yang benar terutama dalam lial

menyeimbangkan antara emosi inteligensi dan spritual sejak dari din

terhadap anak sebagai benteng terhadap dirinya untuk dapat membentengi

dari pengaruh narkotika dan psikotropika yang semakin mengancam

keadaan lingkungan masyarakat

2 Diharapkan terhadap pemerintah untuk melakukan sosialisasi yang

teriiitegrasi dan menyeluruh terhadap semua lapisan masyarakat baik

67

masyarakat di pedesan (primitlf) maupun masyarakat kota betapa besamya

sanksi pidana dan denda yang digariskan di dalam undang-undang

narkotika dan psikotropika misalnya dcngan mcmpublikasikannya dalam

bentuk billboard di pcrsiinpangan jalan sehingga setiap orang yang lewat

dengan secara otomatis masyarakat akan inengelaliuinya dan

berkemuiigkiiian orang yang membacanya setidaknya tlmbul rasa takut

untuk terjun ke dalam penyalahgunaaan narkotika dan psikotropika

tersebut

D A F T A R PUSTAKA

A Bukii

Arrasjid Chainur Sualu Pemikiran Tentang Psikologi Kriminil Mcdan Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU 1999

Gerson Bawengan Penganlar Psichology Kriminil Jakarta Pradya Pramita 1973

Gosita Arif Masalah Korban Kejahatan Jakarta Akademika Pressindo 1993

Hakim M Ariel Narkoba Bahaya dan Penanggulangannya Bandung Jembar 2007

Hawari Dadang Konsep islam Memerangi AIDS dan NAZA Get X i Yogyakarta Dhana Baktl Priaya 1997

Kaligis OC dan Soedjono Dirdjosisworo Narkoba dan Peradilannya di Indonesia (Retbrmasi Hukum Pidana Melaiui Perundangan dan Peradilan) Bandung PT Alumni 2002

Kartono Kartini Psichology Abnormal Bandung Alumni 1972

Mansur Dikdik M Arif dan Elistaris Guitom Urgensi Perlindungan Korban Kejahalan Antara Norma dan Reaiita Bandung Agustus Fakultas Hukum Universitas Padjajaran 2006

Mardani Penyalahgunaan Narkoba Daiam Perspeklif Hukum islam dan hukum Pidana Nasional Jakarta IH RajuGrufindoPersado 2007

Marpaung Leden Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005

Moelyono Anton M Kumus Besar Bahasa Indonesia Get 11 Jakarta Balai Pustaka 1988

Muladi HAM Dalam Persepkiif Sistem Peradilan Pidana dalam Muladi (ed) Hak Asasi Manusia Hakekal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat Bandung Refika Aditama 2005

dan Barda Nawawi Arlef Bunga Rampai Hukum Pidana Bandung Alumni 1992

Partodiharjo Subagyo Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannyai Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2003

Ioyk Fanny Jonathans Sehiiah Kesehatan Narkoba Sayonara Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2006

Prastowo EM Giri Rehabilitasi Bagi Korban Narkoba Tangcrang Visimedia 2006

Prodjodikoro Wirjono Asas-asas Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005

Roeslan Saieh Stelsel Pidana Indonesia Jakarta Bina Aksara 1987

Soedjono D Segi Hukum Tentang Narkolika di Indonesia Bandung Karya Nusanlara 1977

Hukum Narkolika Indonesia Bandung PT Citra Adtya Baktl i 990

Soekanto Soerjono dan Sri Mumadjj Penelitian Hukum Normalif Suatu Tijnjauan Singkat Jakarta Rajagrafindo Persada 2001

Sudarsono Kenakalan Remaja cet Ii Jakarta Rineka Cipta 1992

Tom dkk Bahaya NAPZA Bagi Pelajar Bandung Yayasan Al-Ghifari Morgan 1999

Tim BNN Materi Advokad Pencegahan Narkoba Jakarta Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia 2005

Yustisia Himpunan Peraturan Pemndang-Undangan Anti Narkoba diterjenialikuii oleh Tim iustaka Yuslisia Yogyakarta iuslaka Yustisia 2006

Waluyo Bambang Penelitian Hukum dalam Prakiek Jakarta Sinar Grafika 1996

Wcda Made Darma Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korporasi dalam niingti Rampai Viktimisasi Bandung Eresco 1995

B Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Pasal 152

Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika22Tahun 1997 tentang Narkotika

Keppres Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkolika Nasional

CInternet

htlpwwwbnngoidportalbariiiiorlalkQnlenpltpniima^Prorilampop^visi niisiamp tnn=lamp diakses tcrakiiir tanggal 13 November 2014

httpthed03hlogspoteom2008l Ohukuiii-viktimolQgihtmk diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014

httpwwwikonbaliorg26062Q(19advokasipctisi-ikon-bali-segera-tcrapkan-semahtml Petisi Ikalan Korban Napza (IKON) dalam rangka menyambut Hari Anti Narkotika (HANI) dan Hari Anti Penyiksaan 2009 diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014

httpwwwsurnekscoidindexphp7pption=^om cpntentampview=articleampid=^1405 2010-kej ati-baru-terapkan-uu-no-3 52009ampcatid=44 ilir-barat-i-bukit-keciIampUemid=94 diakses lerakJiir tanggal 12 Desember 2014

httpidsbvoongcQmexact-sciencesl8Q8652-getielika-dan-keiahatan Faktor Genetik Penyebab Kejahalan diakses terakhir tanggal 10 jaiiuari 2014

httpwwwasiasecuritiescoidsys 12ximagesstories201QEqtiitv2Q Pdf diakses terakhir tanggal 10 Januari 2014

LAMPIRAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

F A K U L T A S HUKUM

K A R T U AKTIVITAS BIMBINGAN SKRIPSI

N A M A MAHASISWA DIANA SAPUTRA

N O M O R INDUK MAHASISWA 50 2011 059

P R O G R A M STUDI I L M U H U K U M

PROG K E K H U S U S A N H U K U M PIDANA

P E M B I M B I N G M S O L E H IDRUS SHMH

l U D U L SKRIPSI P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T U N D A N G U N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I

KONSULTASI

K F -

MATERI YANG

DIBIMBINGKAN

PARAF

PEMBIMBING K E T

luymdash

y^ ^ Tlt2 N ^

7 M e

fSUL

k ^

CATATAN MOHON DIBERI WAKTU MENYELESAIKAN SKRIlSl RUiAN SEJAK TANGGAL DIKELUARKAN DITETAIKAN

DIKELUARKAN DI PALEMBANG PADA TANGGAL KETUA BAGIAN

JUDUL P E N Y A L A H G U N A A N N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG UNDANG N O M O R 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I

P E R M A S A L A H A N 1 Apa yang menjadi faktor tcrjadinya penyalaJigunaan narkotika dan psikotropika

2 Bagaimana pengaturan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspektif victimologi

B A B l P H N D A I i U L U A N A Latar Belakang B Permasalahan C Ruang Lingkup dan Tujuan D Metode Penelitian E Sistematika Penulisan

B A B 11 T I N J A U A N PUSTAKA

A Pengertian penyalahgunaan B Pengertian victimologi C Ruang lingkup victimologi D Jents dan penggolongan narkotika dan psikotropika E Undang Undang yang mengatur tentang narkotika

dan psikotropika

BAB I I I PEMBAHASAN A Faktor yang menyebabkan terjadinya

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika

B Penyalahgunaan narkotika dan psikolropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspeklif victimologi

BAB IV PENUTUP A Kesimpulan

B Saran-saran

DAF1AR PUSTAKA

L A M P I R A N - L A M P I R A N

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM

Lampiran Perihal Kepada

Sistematika penulisan (Outline) Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi YUi NUR HUSNI LMILSON SHSpNMH

Pembimbing Akademik Fakultas Hukum UMP dl-Palembaniz

Assalamualaikum WrWb

Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama DIANA SAPU I RA

Program Kekhususan Flukum Pidana

fada semester Lianjil tatiun kuliati 2UI42UI5 sudah menyelesaikan betian studi yang meliputi MPKMKKMKBMPBMBB (139 sks)

Dengan ini mengajukan pcrmohonan untuk penelitian Hukum dan Penulis Skripsi dengan judul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG-UNDANG N O M O R 35 T A H U N 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I

Demikianlah atas perkenaan Ibu diucapkan terima kasih

Wassalamualaikum WrWb

NIM 50 2011 059 Ilmu Hukum Program Studi

Palembang September 2014 Pemohon ^^--^5

Rekomendasi PAYbs

Pembimbing Akademik

HUSNI EMHSON SH SpN MH

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM

REKOMENDASI DAN PEMBIMBING SKRIPSI

Nama Nim Program Study Program Kekhususan Judul skripsi

DIANA SAPUTRA 50 2011 059 Ilmu Hukum Hukum pidana PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI

I Rekomendasi Ketua Bagian a Rekomendasi

b Usulan Pembimbing

Hukum Pidana

raiemoang iepiemt)er zu 14 KetuaJBagu

LuuTiiiAKNurCsHrR^

I L Penatapan Pembimbing Skripsi Oleh Wakil Dekan I

1 2

Palembang September 2014 Wakil Dekan I

- i poundL Dr Hj SRI S U L A S T R I SH M H

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah i n i Nama Tempat Tanggal Lahir N I M Program Studi Program Kekhususan

DIANA SAPUTRA PetransJaya 15 Januari 1992 502011059 Ilmu Hukum Hukum Pidana

Menyatakan bahwa karya ilmiah skripsi saya yang berjudul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANGshyU N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F VICTIMOLOGI

Adalah bukan merupakan karya tulis orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali daiam bentuk kutipan yang telah kami sebutkan sumbemya

Demikianlah surat pemyataan ini kami buat dengan sebenar-benamya dan apabila pemyataan ini tidak benar kami bersedia mendapatkan sanksi akademis

Palembang September 2014

PERMOHONAN UNTUK MENGIKUTI SEMINAR PROPOSAL

Palembang Oktober2014 Perihal Mohon untuk diiaksanakan seminar

Proposal Penelitian Skripsi

Kepada Yth Ibu Luil Maknun SH MH Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang D i -

Palembang

Assalamualaikum Wr Wb Saya yang bertanda tangan dibawah Ini Nama DIANA SAPUTRA

NIM 50 2011 059

Program Kekhususan Hukum Pidana

Bahwa yang bersangkutan telah layak untuk mer^ikiuti Seminar Proposal rencana penelitian skripsi yang judul PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI

Mohon kiranya yang bersangkutan untuk dijadwalkan mengikuti Seminar Proposal usul Penelitian Skripsi

Demikianlah disampaikan untuk dipertimban^Lan Wassalamualaikum Wr Wb

Pembimbing Skripsi

M SOLEH IDRUS3HMS

H A L A M A N P E R S E T U J U A N U N T U K M E N G I K U T I S E M I N A R P R O P O S A L

Nama DIANA S A P U T R A

N I M 50 2011059

Program studi Ilmu Hukum

Program kekhususan Hukum Pidana

Judui Penelitian PENYALAHGUNAAN N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A

MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI P E R S P E K T I F VICTIMOUHH

Palembang Oktober2014 Disetujui Pembimbing

M S O L E H IDRUSSH MS

Ketua Bagian Hukum Pidana

LuU MaknunSH M H

Page 2: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si

P E R S E T t J UAN DAN P E N G E S A H A N

Judut Sknpsi P E N Y A L A H G U N A A N N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A M E N I I R U T UNDANG UNDANG N O M O R 35 T A H U N 2009 D A R I P E R S P E K T I F VICTIMOLOGI

t 0

Nama NM Program Studi

DIANA SAPUTRA 50 2011 059 ilmu Hukutn

Program Kekhususan Hukum Pidana

Pembimbing M Soleh Idrus SH MS (

PERSETUJUAN OLEH TIM PENGUJI

Palembang APRIL 2015

Ketua Hambati Yunif S R M Hun

Anggota I H Syairozi SH M Hum

2 R Saifullah Bash SH MH

(

(

DISAHKAN OLEH DEKAN FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

Dr Hi SRI SUATMIATI S R MHum NBMNIDN 06036079i348 00060406009

M O T T O

KEBEBASAN BUKAN SEMATA - MATA MELEPASKAN

RANTAI DARI TANGAN SESEORANG KEBEBASAN ADALAH

HIDUP DENGAN CARA YANG SALING MENGHORMATl DAN

SALING MEMBANTU KEBEBASAN ORANG LAIN

(NELSON MANDELA)

K U P E K S E M B A H K A N K E P A D A

bull IBUKU TERCINTA DAN ALM

AVAHKU TERIMA KASIH ATAS

KASIU SAYANG YANG T E L A H

DIBERIKAN

ltraquo NENEK DAN K A K E K K U TERSAYANG

DAN KERABAT SERTA K E L U A R G A

TERIMA KASIH ATAS

DUKUNGANNYA-

bull UNTUK SESEORANG TERCINTA

TERIMA KASIH ATAS MOTIVASINYA

DAN SEMANGATNYA UNTUK

MENVELESAIKAN SKRIPSI INL

bull SAHABAT SAHABATKUDAN

bull ALMAMATERKU

iii

Judul Sknpsi PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI P E R S P E K T I F VICTIMOLOGI

Penulis Diana Saputra

Pembimbing M Soleh Idrus S H M H

A B S T R A K Korban kejahatan tindak pidana Narkotika dan Psikolropika memperoleh

perhatian utama karena korban merupakan bagian yang tidak dapal dipisahkan dari kejahalan oleh karena i lu korban memiliki peranan yang sangat penling secara viclimologi memudahkan dalam menemukan upaya penanggulangan kejahatan yang pada akhimya akan bermuara pada menurunnya kuantitas dan kualitas kejahatan Hal tersebut sejalan dengan semakin bcrkembangnya vicfimologi dalam pengaturan Narkotika dan Psikotropika menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

Permasalahan yang menjadi inti pembahasan dalam penelitian ini adalah apa faktor-faktor yang mcnyebabkan terjadinya penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika bagaimana perkembangan pengaturan tenting Iindak pidana Narkotika dan Psikotropika sebelum dan menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dan bagaimana pengaturan tindak pidana pwnyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dari perspektif victimohgi

Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normalif penelitian hukum normatif yang mengacu kepada norma-norma dan asas-asas hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan serta pemilihan terhadap pasalpasal yang relevan dengan permasalahan dimaksud yang terdapat dalam bahan hukum primer scperti Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkolika dan Keppres Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkotika Nasional

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah bahwa perlindungan terhadap korban narkotika berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika terdapat kescimbangan antara perlindungan terhadap pelaku kejahatan narkolika dengan korban Dimana bahwa berdasarkan sanksi baik pidana maupun denda yang terdapat dalam undang-undang narkotika tersebut sangatlah beral-berat dan tegas Ini berarti bahwa undang-undang narkotika yang baru tersebut lebih mementingkan korban dari pada pelaku kejahatan narkotika Jika dipjerhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-undang narkotika juga diatur mengenai rehabililasi terhadap korban baik korban yang diakibatkan oleh orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku itu sendiri

Disarankan bahwa sanksi pidana maupun denda yang digariskan dalam undang-undang narkotika dan psikotropika tersebut benar-benar dapat dilerapkan kcpada setiap pelaku penyalahgunaannya tanpa pandang bulu bagi siapa saja yang terlibat di dalamnya baik dilakukan sendiri-sendiri maupun kelompok atau korporasi seperti memiliki mengonsumsi menyimpan mengedarkan menjual membeii memproduksi dan Iain-Iain untuk keperluan illegal

iv

K A T A P E N G A N T A R

Assalamualaikum fVr Wb

Alhamamdulillah puji syukur kepada Allah SWT yang telah senantiasa

melimpahkan rahniat dan kaninia-Nya kepada penulis

Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada Baginda Nabi Besar

Muhammad SAW keluarga serta para sahabal beliau dan pengikul-pengikutnya

yang selalu istiqomah sampai akhir zaman

Dalam penulisan skripsi ini penulis melewati masa-masa yang sulit dan

berusaha sebaik-baiknya dcngan kemampuan yang penulis mi l ik i Dan berkat

rahmat Allah S W I pula penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan

judut P E N Y A L A H G U N A A N N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A

M E N U R U T UNDANG UNDANG N O M O R 35 T A H U N 2009 D A R I

P E R S P E K T I F VICTIMOLOGF

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempuma dan banyak

kekurangan Untuk i lu saran dan kritik sangat penulis harapkan demi tercapainya

kesempumaan skripsi ini

Pada kesempatan yang baik ini penulis mengucapkan tcrima kasih kepada

semua pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan khususnya kepada

1 Bapak Dr H M Idris SE MSi Seiaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Palembang

V

2 Ibu Dr Sri Suatmiati SH MHum Seiaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Palembang

3 Bapak dan Ibu Seiaku Wakil Dekan I I I I l l dan IV Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Palembang

4 Ibu Luil Maknun SH M H Seiaku Ketua Bagian Hukum Pidana di

Universitas Muhammadiyah Palembang

5 Bapak Nur Husni Emilson SH SpN M H Seiaku Penasehat Akademik

yang selalu membimbing Penulis

6 Bapak M Soleh Idrus SH M H Seiaku Pembimbing Skripsi

7 Seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta Karyawan Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Palembang

8 Sahabat-sahabatku tercinta

9 Serta seluruh leman-teman penulis angkatan 2011 yang tidak dapat disebutkan

satu persatu Semoga sukses

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita

semua dan semoga amal ibadah kita mendapat balasan dari Allah SWT

Palembang 2015

Penulis

Diana Saputra

vi

P E R N Y A T A A N K E A S L I A N K A R Y A I L M T A H

Dengan ini saya D I A N A SAPUTRA menyalakan bahwa Karya

llmiahSkripsi ini adalah asli hasil karya saya sendiri dan karya ilmiah ini belum

pemah diajukan sebagai pemenuhan persyaratan untuk memperoleh gelar

kesarjanaan Strata Satu (SI) dari Universitas Muhammadiyah Palembang maupun

Perguruan Tinggi lain

Semua informasi yang dimuat dalam karya ilmiah ini yang berasal dari

penulis lain baik yang dipublikasikan atau tidak tclah diberikan penghargaan

dengan mengutip nama sumber penulis secara benar dan semua isi dari Karya

Ilmiah ini sepeanuhnya menjadi tanggung jawab saya sebagai penulis

Palembang Maret 2015

Penulis

DIANA S A P U T R A N I M 50 2011 059

v i i

D A F T A R ISI

H A L A M A N J U D U L i

H A L A M A N P E R S E T U J U A N U N T U K U J I A N K O M P R E H E N S I F i i

M O T T O DAN P E R S E M B A H A N i i i

A B S T R A K iv

K A T A P E N G A N T A R v

P E R N Y A T A A N K E A S L I A N K A R Y A I L M I A H vi

D A F T A R ISI v i i i

B A B I P E N D A H U L U A N

A Latar Belakang

B Perumusan Masalah 5

C Ruang Lingkup dan Tujuan 5

D Metode Penelitian 6

F Sistematika Penulisan 7

B A B H T I N J A U A N P U S T A K A

A Pengertian Penyalahgunaan 9

B Pengertian Viclimohgi 10

C Ruang Lingkup Victimologi 11

D Jenis dan Penggolongan Niirkotika dan Psikotropika 12

a) Narkotika 12

b) Psikotropika 17

viii

B A B I I I P E M B A H A S A N

A Perkembiingan pengaturan tentang tindak pidana

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika sebelum iahimya

dan menurut undang-undang nomor 35 tahun 2009 22

B Pengaturan Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997

Tentang Psikotropika dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun

1997 Tentang Narkotika 40

C Pcnyalahgunaaan Narkotika dan Psikotropika Dalam

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari

Perlindungan Terhadap Korban 44

1 Self-victimizing victims narkotika dan psikotropika 44

2 Rehabilitasi terhadap self-victimizing victims 48

3 Tahapan-tahapan rehabilitasi terhadap self-victimizing

victims 57

B A B IV P E N U T U P

A Kesimpulan 65

B Saran 66

D A F T A R P U S T A K A

L A M P I R A N

ix

B A B l

PENDAHULUAN

Latar Belakang

PciTindiingan korban lindak pidana dalam sistein liukimi nasional

nampaknya belum memperoleh perhatian serius Hal ini terlihat dari masih

sedikitnya hak-hak korban tindak pidana memperoleh pengaturan dalam

perundang-undangan nasional Adanya ketldakseimbangan antara

perlindungan korban kejahatan dengan pelaku kejahatan pada dasarnya

merupakan salah satu pengingkaran dari asas setiap warga ncgara bersamaan

kedudukaiinya dalam hukum dan pemerintahan sebagaimana diamanatkan

oleh Undiing-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konslitusional

Niirkotika Psikotropika dan Bahan Aditif Lainnya adalah berbagai

macam obat yang semestinya dinianfaalkan sesuai dengan kcpentingan

tertentu niisalnya pada dunia mcdis untuk mcmbantu proses kerja dokter

dalam melakukan opcrasi bedah Akan tetapi saat ini obat-obat terlarang ini

telah dikonsumsi diedarkan dan diperdagangkan tanpa izin berwajib demi

memperoleh keuntungan dan nikmat sesaat saja Karena pengaruh Narkotika

dan Psikolropika tersebut dapat membuat pemakai menjadi ketergantungan

merusak sampai ke sel-sel saraf manusia seliingga melemalikaii daya pikir

dan lambat memberikan rekasi terhadap lawan bicara Untuk menganaiisa

materi pelajaran bagi pelajar dan mahasiswa yang terkena bahaya Narkotika

atau Psikotropika dapat mengakibatkan pada kelambatan berfikir sehingga

1

2

harapan dalam pencapaian pcmbangunan nasional dapal tcrganggu

Bahaya nicngedarkan Narkotika dan isikolropika dapat dibayangkan

berapa banyak sel syuraf otak mahusia yahg akan dlrusak borapa gencfasl

muda anik sekoiah dan mahasiswa terus diburu pengedar Narkotika dan

Psikotropika tersebul bahkan dapat mengakibatkan kematian^

Keterganl jngan lerhadap Narkotika dan Psikotropika pada mulanya ingin

coba-coba dulu karena Narkotika maupun Psikolropika tersebul dapat

membuat pemakaiiiyu bcrhalusinasi seolah lupu tchadiip masalah dan berada

pada dunia keindahaii Jika laktor kesempatan untuk mendapatkan Narkolika

dan Psikotropika sangat mudah dari pengedar maka dapal mengakibatkan

korban akan semakin bertambah Melihat besamya bahaya penyalahgunaan

Narkotika dan Psikotropika lerhadap individu dan mengganggu pencapaian

cita-cita NKRl maka lerhadap Narkotika maupun Psikolropika harus

dilakukan penanggulangannya sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku

Scjak awat mula Iahimya hukum pidana fokus subjek yang paling

banyak disoroti adalah si pelaku Padahal dari sualu kejahatan kerugian yang

paling besar didcrita adalah pada si korban kejahatan tcrsebut Akan tetapi

scdikit sekali ditemukun hukum-hukum atatipun peraturan perundang-

undangan yang mengatur tcnung korban serta perlindungan lerhadapnya

httpw^vbnn (ioidportalhiirup(irlalkoTilenphpnaTna=lrofilampopvisL _iTiisiampmn^l diakscs tcrukhir tanggal 29 December 2(M4 Iihal juja Kcpprcs Nti 17 Taliun 21X12 tentang Itadan Narkotika Nasional pada bagian konsidcran mcnimbang huruf (J) bcrbunyi Bahwa sehubungun dengan pertimbiingan hunifu huruf b huruf c dan sebagai pcluksunaan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkolika ficrlu niembcntuk Badan Narkotika Nusiona dcngan Keputusan Iresiden

^Funny Jonathans Poyk Suhiiah KusehiUan Narkoba Sayonara (Jakarta IT (Jelora AkHuru Iralama 2006) lial 9 Made Darma Weda Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korfwrasi dalam Bunga

3

Berbicara mengenai upaya penanggulangan kejahatan atau tindak

pidana Narkotika dan Psikotropika yang tepat maka cara pandang sebaiknya

tidak hanya terfokus pada berbagai hal berkaitan dengan penycbab timbuliiya

kejahatan atau metode apa yang efektif dipergunakan dalam penanggulangan

kejahatan tersebul Namun hal lain yang tidak kalah penlingnya untuk

dipahami adalah masalah korban kejahatan itu sendiri yang dalam keadaan-

keadaan lertentu dapal menjadi pemicu munculnya kejahatan dalam tindak

pidana Narkotika dan Psikotropika tersebul

Piida saat berbicara tentang korban kejahatan dalam tindak pidana

Narkotika dan Psikotropika maka cara pandang tidak dapat dilepaskan dari

victimologi Melalul victimologi dapal diketahui berbagai aspek yang

berkaitan dengan korban seperti faktor penyebab munculnya kejahatan

penyalahgunaan bagaimana seseorang dapat menjadi korban

penyalahgunaan dan upaya mengurangi terjadinya korban kejahatan

penyalahgunaan serta hak dan kewajiban korban kejahatan dalam tindak

pidana Narkolika dan Psikotropika tersebut Secara victimologi terhadap

korban kejahatan dalam tindak pidana Narkotika dan Psikotropika misalnya

korban yang ditemukan pada anak usia 7 tahun sudah ada sebagai pemakai

anak di usia 8 talum sudah ada yang memakai ganja dan lalu di usia 10 tahun

anak-anak sudah menggunakan Narkotika alaupun Psikotropika dari berbagai

jenis seperti ganja heroin morfni ekstasi dan sebagainya

Kraquogtrban dalam lingkup victimologi memiliki arti yang luas karena

Rampai Vihmisusi (Bandung Krcsco 1995) hal 200 TM Giri Prasln vo Rebahilium liagi Korban Narkoba ( Iangerang Visimudia 2006) hal v

4

tidak hanya terbatas pada individu yang secara nyata menderita kerugian

tetapijuga kelompok korporasi swasta maupun penierintali sedangkan yang

dimaksud dcngan akibat pcnimbulan korban adalah sikap atau tindakan

terhadap korban danatau pihak pelaku serta mereka yang secara langsung

atau tidak terlibat dalam terjadinya suatu kejahatan

Pentingnya korban kejahatan dalam tindak pidana Narkotika dan

Psikotropika ihempcroleh perhatian utama DIkarenakan korban merupakan

bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kejahatan oleh karena ilu maka

korban memiliki peranan yang sangat penting dalam penelitian ini

Diperolchnya pemahaman yang luas dan mendaiam tentang korban kejahatan

dalam linJak pidana Narkotika dan Psikolropika dapat [nenuidahkan dalam

menemukan upaya penanggulangan kejahatan yang pada akhimya akan

bermuara pada menurunnya kuantitas dan kualitas kejahalan Sejalan dcngan

semakin bcrkembangnya victimologi sebagai cabang ilmu baru berkembang

pula berbagai runuisan tentang victimologi Kondisi iiii hendaknya tidak

dipandang sebagai pertanda tidak adanya pemahaman yang seragam

mengenai ruang lingkup victimologi tetapi harus dlpaiidang sebagai bukti

bahwa vU timologi akan selalu berkembang sejalan dengan perkembangan

yang terjadi dalam masyarakat

Berdasarkan uraian di atas yang menjadi obyek pengkajian dari

victimologi penyalahgunaan Narkolika dan Psikotropika di antaraiiya adalah

faktor terjadinya kejahatan dan bagaimanakali pengaturan Narkotika dan

Dikdik M Arir Mimsur dan Elistaris (lultoiii UrgensI Ierilndungan Korban Kejahalan Anlara Norma dan Realita (Bandung Agustus EakulUis Hukum Universitas Padj aj uran 2006) hal 29

5

Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Oleh sebab itu

maka judui yang dipilih unluk diteliti dalam penelitian adalah

Penyalahgunaan Narkotika dan Pstkolropka Menurut Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 Dari Perspektif Victimologi

B Perumusan Masalah

1 Apa yang menjadi faktor faktor yang menyebabkan terjadinya

2 Bagainiana pengaturan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika dan

Psikotropika daiam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dari perspektif

victimology

C Ruaug lingkup daii tujuan

Ruang lingkup

Secara umum ruang lingkup skripsi ini untuk mengetahui apa yang

menjadi faktor faktor terjadinya penyalahgunaan narkobadan

penyalahgunaan norkoba menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari

perspektil victimologi

Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan penulisan ini adaiah

sebagai bfrikut

1 Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya

penyalahgunaan Narkoba

2 Untuk mengetahui pengaturan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika

dan Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Talum 2009 dari

penyakiligunaanTiarkotika dan psikotropika

6

perspektif viAimo(gtg[

E Metode rcncHtl

Untuk memperoleh data yang kongkril sebagai pcdoman dalam

penulisan skripsi ini maka penulis menggunaan metode sebagai berikul

1 Metode pclaksanaan penelitian

dalam pclaksanaan ini penulis menggunaan metode penelitian hukum

normatif yang bersifal diskriftif dengan menggunaan dala skunder

Penelitian nukum norkatif ini merupakan penelitian kcpustakaan yaitu

penelitian terhadap dala skunder yang iiiempuiiyai ruang lingkup meiipuli

surat sural fakta fakta sampai pada dokumen - dokuincn resmi yang

dikeluarkan oleh instansi lerkait

2 Metode pcngiimpulun data

Pengumpulan data meiiipunyai hubungan yang eral dengan sumber data

karena dcngan pengumpulan dala akan diperoleh data yang dipcrlukan

untuk selanjutnya dianalisis sesuai dengan yang diinginkan Dalam usuha

pengumuian dala dala yang relevan dengan judul ini penulis

menggunakan metode normatif diskriplif dengan menggunakan data

skunder yang berbentuk dokumcntasi

3 Tehnik pcngolahan data

Dilakukan dcngan cara nnalisis isi terhadap teksural untuk selanjutnya

dikoniruksikan dalam suatu kesimpulan

7

Sislemutika [cnulisiin

Penelitian ini dibuul berdasarkan sistematika penulisan di dalam

penelitian ini peneliti mcmbaginya dalam empat bagian yailu

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan bab pendahuluan yang menguraikan mengenai hal-hal

berkaitan dengan Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan

dan Maniaat Penclilian Kcaslian Penelitian Tlnjaiian

Kcpustakaan Pengertian Penyalahgunaan Pengertian

Viclimologi Ruang Lingkup dan Manfaat Viclimologi Jenis dan

Penggolongan Narkotika dan Psikotropika Metode Penelitian

dan Sistematika Penulisan

BAB U TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bagian ini menguraikan yaitu mengenai pengertian tentang

penyalahgunaan pengertian tentang ruang lingkup viktimologi

pengertian tentang narkotika dan jcnis-jcnis narkolika

BAB Hi PEMBAHASAN

Merupakan bab yang membahas mengenai hal-hal yang berkaitan

dengan Pengaturan Sanksi Pidana lerhadap Penyalahgunaan

Narkotika dan Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Ditinjau dari Perlindungan Terhadap Korban dan

Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Self

Victimizing Victims

8

BAB IV K E S I M P U L A N DAN SARAN

Bab ini memuat beberapa kesimpulan dan saran yang dibuat

peneliti sebagai hasil dari pembahasan dun penguraian di dalam

penelitian ini dari keseluruhan permasalahan yang ada

DAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A Pengertinn Pcnyalaliguiiaan

Penyalahgunaan dimaksudkan dalam penclilian ini adalah

penyalahgunaan terhadap narkotika dan psikolropika Dimana bahwa

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika ini diambil dan dipersainakan

dcngan pengertian penyalahgunaan narkoba seperti yang disebutkan Lutfi

Braja yakni memberikan pembatasan mengenai penyalaiiguiiaaii yaitu

Pemakaian narkoba di iuar indikasi medik tanpa petunjuk atau

resep dokter dan peinakaiannya bersifat patologik

(menimbulkan kelainan) dan menimbiilkan humbutan dalam

aktifitas di rumah di sekoiah atau di kampus tempat kerja dan

lingkungan sosial Ketergantungan narkoba adalah kondisi yang

kebanyakan diakibatkan oleh penyalahgunaan zat yang disertai

dengan adanya toleransi zat (dosis semakin tinggi) dan gejala

putus zal

Permasalahan penyalahgunaan mengakibatkan dampak yang sering

terjadi di tengah-tcngah masyarakat dari penyalahgunaan narkolika dan

psikotropika antara lain merusak hubungmt kekeluargaaii menurunkan

kemampuan belajar dan produktifitas kerja secara drastis sulit membedakan

mana perbuatan baik dan perbuatan buruk perubahan pcrilaku menjadi

Mardani Op 01 lial 2

9

10

pcrilaku anti sosial (pcrilaku maladaptil) gangguan kesehalan (fisik dun

mental) mempertinggi jumlah kecelakaan lalu lintas tindak kekerasan dan

kriniinuliLis lainnya

Dari kata penyalahgunaan menandakan bahwa Narkotika dan

Psikotropika tidak selalu bermakna negatif Dcngan begitu narkotika dan

psokitropika yang digunakan dengan baik dan benar oleh dokter untuk

mengobati pasiennya lidak tennasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang

disaiahgunakan Di dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA

(Narkotika Psikotropika dan Zat Adit i f Lainnya)

B Pengertian Victiimlogt

Pada dasarnya perkembangan ilmu pengetahuan tentang korban

kejahalan (viktimologi) lidak dapat dipisahkan dari iahimya peiiiikiraii-

pemikiran brilian dari Hans von Hentig seorang ahli kriminologi pada talum

1941 serta Mendelsohn pada tahun 1947 Pemikiran dari kedua ahli ini

sangat mcmpengaruhi setiap fase perkembangan viktimologi Perkembangan

viktimologi hingga sampai pada keadaan seperti sekarang tentunya tidak

terjadi dengan sendirinya namun telah meiigalami berbagai perkembangan

yang dapai dibagi dalam 3 (tiga) fase sebagai berikut

a iada tahap peitama viktimologi hanya meinpclajari korban kejahatan saja

pada fase ini dikatakan sebagai pehdl or special vtciimolo^

b Pada lase kedua viktimologi tidak hanya mengkaji masalah korban

Oadang Huwari Konsep Islam Memerungt AIDS dan NAA Cel XI (Ycgvakarta Ohaiiii iiakli Idaya 1997) hal 153 Made Danaa Wi da Op cil hal 200

kejahalan tetapi juga meiipuli korban kecelakaan Pada fase ini disebut

sebagai general victimology

c Fase ketiga Vikt imologi sudah berkembang lebih luas lagi yaitu mengkaji

permasalahan korban karena penyalahgunaan kckuasaan dan hak-hak asasi

manusia Fase ini dikatakan sebagai new viciimology

Berdasarkan pengertian di atas nampak je las bahwa yang menjadi

obyek pengkajian dari viktimologi diantaranyu pihak-pihak mana saja yang

terlibat atau mcmpengaruhi terjadinya suatu viktimisasi kriminal

bagaiinanakah respon terhadap suatu viktimisasi kriminal faktor penyebab

terjadinya viktimisasi kriminal bagaimanakah upaya penanggulangannya

dan sebagainya

C R u a i i g L i n g k u p Victimologi

Vikt imologi mencliti topik-topik teiilang korban scperti peranan

korban pada terjadinya kejahatan hubungan antara pelaku dengan korban

rentannya posisi korban dan peranan korban dalam sistem peradilan pidana

Selain itu menurut Muladi viktimologi merupakan suatu studi yang bertujuan

untuk

1 Menganaiisa berbagai aspek yang berkaitan dcngan korban

2 Berusaha untuk memberikan penjelasan sebab musabab terjadinya

vikt imisasi dan

3 Mengembangkan sistem tindakan guna mengurangi penderitaan manusia

^Suryono Ekolaina ST Harum Pudjianlo RS dan G Wiraiama Abortus Iruvocalus Ba^ Korban Perkosnan Persxkif Viktimologi Kriminologi Jan Hukum Pidana Edisi PcrUtma Culakari lurlunii (Jakiiria Univcrsilas AlmaJaya 2001) liul 174 ^ibidMl I7()

12

Menurut JE Sahetapy ruang lingkup Viktimologi meliputi bagaimana

sescorang (dapat) menjadi korban yang ditentukan oleh suatu victimity yang

lidak selaiu berhubuiigan dengan masalah kejahatan termasuk pula korban

kecelakaan dan bencana alam selain dari korban kejahatan dan penyalah

gunaait kekuasan^ Namun dalam perkembangannya di tahun 1985

dipeiopori oleh Separovic yang mempelopori pemikiran agar Viktimologi

khusus niengkaji korban karena adanya kejahatan dan penyalahgunaan

kckuasaan dan tidak mengkaji korban karena musibah alau bencana alam

karena korban bencana alam di iuar kemauan manusia out of mms will)

D Jenis dan Penggolungan Narkotika dan Psikotropilta

Dari kata penyalahgunaan narkoba menandakan bahwa narkoba tidak

selalu beimakna negatif Dengan begilu narkolika dan psokitropika yang

digunakan dengan balk dan benar oleh dokter unluk mengobati pasiennya

tidak termasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang disaialigLmakan Di

dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA (Narkotika Psikolropika

dun Zat ditir Lainnya) Dalam penelitian ini hanya dibahas tentang

narkotika dan psikolropika maka sebelumnya dipaparkan terlebih dahulu

berbagai jenis narkotika dan psikotropika sebagai berikut

a) Narkolika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari lanaman atau

TbUi Miiiadi HAM Halam Persepkiif Sislem Peradilan Pidana datam Muladi (cd) Hak Asas) Manusia Hakclal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspeklif llukum dan Masyarakat (Bandung Refikii Aditama 2005) hal lOX VfiWDial 109 Subagyo Partediharjo Op cil hal 11

13

bukan tanainan baik sintesis maupun bukan sintesis yang dapat

menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa

Zat ini dapal mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat

meninibulkan ketergantungan Menurut Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika Narkolika adalah at atau obat yang

berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun

semisimetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri

dan dapat nienimbulkati ketergantungan yang dibedakan kc dalam

golongan-goiongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang in i

Narkotika memiliki daya adikasi (ketagihan) yang sangat berat

Narkolika juga memiliki daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual

(kebiasaan) yang sangat tinggi Ketiga sifat narkolika ini yang

menyebabkan pemakai narkotika tidak dapat lepas dari cengkeramannya

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

Jenis jenis narkotika dibagi ke daiam 3 (tiga) kelompok yaitu narkotika

golongan I golongan I I dan golongan I I I

Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbaiiaya

karemi daya adilifnya sangat tinggi Golongan ini tidak boleh digunakan

untuk kcpentingan apapun kecuali unluk penelitian atau ilmu

pengetahuan Contohnya adalah ganja heroin kokain inorfin opium dan

lain-lain Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya

Ibid Posal 1 Ayal (I) Unilung-Undang Nomor 3 Tahun 2009 lenlang Narkotika

14

aditifkual tclapi bcrmaiilaal untuk pcngohatan dan penclilian tlonluhnya

adalah petidin dan turunannya benetldin belamctadol dan lain-iain

Sedanikaii narkulika golungaii Ml adalah narkotika yang niciniliki daya

aditif riiigan tetapi bermanfaat untuk penghatan dan penelitian Contohnya

adalali kudcin dun turunannya^

Berdasarkan cara pcmbuatannya narkotika dibedakan ke dalam 3

(tiga) golongatt juga yaitu narkolika atami narkotika semlsimesis dan

narkotika sintesis Dijelaskan sebagai berikut

1) Naikotika alami

Narkotika alami adalah narkotika yang zat aditithya diambil dari

(umbuhlumbuhan (atam) Contohnya

u tjaiija

Ganja adalah tanaman perdu dengan daun menyerupai daun

singkong yang tepinya bergerigi dan berbulu lialus Jumlah Jari

daunnya selalu ganjil yakni 5 7 9 Tumbuhan ini banyak lumbuh di

iieberapa daerah di Indonesia seperti Aceh Suinalera Ulara

Sumatera Selaian Pulau Jawa dan lain-lain Daun ganja ini sering

iligunakiin sebagai bumbu penyedap masakan Bila digunakan

ebagai bumbu iiuisak daya adilifnya rendah Namun lidak

ilemikian apabila dibakar dan asapnya dihirup Cara

|)cnyalahgunaunnya adalah dikcringkan dan dicampu dengan

icmbakiiii rokok atau dijadikan rokok lalu dibakar serta dihisap

Subagvo PurtoJiharjo Op cil hal 11-12

15

b Ilaisis

Hasis adaiah lanaman serupa ganja yang lumbuh di Amcrika

Latin dan Eiopa Daun ganja hasis dan mariyuana Juga dapat

disuling dan diambil sarinya Oatam bentuk cair harganya sangat

mahai Gunanya adalah unluk disaiahgunakan oleh pemadut-pemadal

kelas tinggi

c Koka

Koka adalah lanaman perdu mirip pohon kupi Huahnya yang

inatang bcrwama inerah seperti biji kopi Dalam komunitas

masyarakat Indian Kuno biji koka sering digunakan untuk

inenambah kekiiatan orang yang bcrperang atau bcrburu binalang

Koka kemudian bisa diolah menj adi kokain

d Opium

Opium adaiah bunga dengan bentuk dan wama yang indah

Dari getah bunga opium dihasilkan candu (opiat) Di Mesir dan

daratan Cina opium dahulu digunakan unluk mengobati beberapa

penyakit member kekuatan atau menghilangkan rasa sakil pada

lentara yang terluka sewaktu berperang atau berburu Opium banyak

lumbuh di segiliga emas antara Burma Komboja dan Thailand

atau di daratan Cina dan segitlga emas Asia Tengah yaitu daerah

antara Alganistan Iran dan Pakistan

Dalam kalangan perdagangaii liilernasional ada kebiasaan

ftW hal 14

16

(keliru) tncnamai daerah tempat peuanamuii opium sebagai daerah

emas Diberi nama demikian karena perdagaiigan opium sangat

mengimtiingkan Karena bahayanya yang besar daerah seperti ilu

keliru jika diberi nama predikat emas Daerah sumber produksl

opium sepantasnya disebut segitlga setan atau segitlga iblis

2) Narkotika semisintcsis

Narkotika semisintesis adalah narkotika alami yang diolah dan

diambil zat aktifnya (intisarinya) agar memiliki khasiat yang lebih kuat

schmgga dapat dimanfaatkan untuk kepcnlingan kedokteran

Contohnya

a Morfm dipakai dalam dunia kedokteran unluk menghilangkan rasa

sakit alau pembiusan pada operasi (pcmbcdahan)

b Kodein dipakai unluk obat penghilang baluk

c Heroin tidak dipakai dalam pengobatan karena daya adilifnya

sangat besar dan matifuatnya secara medis belum

ditemukan Dalam pcrdugangan gelup heroin diberi nama

pulaw atau pete atau pt Henlnknya seperti tepun terigu

yang halus pulih dan agak kotor

d Kokain liiisll olahati dari biji koka

3) Naikotika sintesis

Narkotika sintesis adalah narkotika palsu yang dibuat dari bahan

kimia Narkotika ini digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi

oraiig yang menderita kclcrgantungun Contohnya

17

a Ietidin unluk obat bius lokal operasi kccil sunal dan

sebagainya

b Melhadon unluk pengobatan pecandu narkoba dan

c Naltrexon untuk pengobatan pecandu narkoba

Selain unluk pembiusan narkolika sintesis biasanya diberikan

oleh dokter kcpada penyalahgiina narkoba untuk menghcntikan

kebiasaannya yang tidak kuat melawan sugesti (relaps) atau sakaw

Narkotika sintesis berfungsi sebagai pengganti senientara Bila sudah

bciiar-bcnar bcbas asupan narkoba sintesis in dikurangi sedikil demi

sedikit sampai akhimya berhenti total

b) Fsikotropika

Pengertian psikolropika menurut Pasal I Ayal ( I ) Undang-Undang

Nomor 5 Taliun 1997 tentang Psikotropika adalah Zat atau obat baik

alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif

melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusal yang menyebabkan

perubahan khas pada uktivitus mental dan perilaku

Pengertian Psikolropika di daUim Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika tidak ditemukan Hal tersebut sehubungan

dengan ketentuan di dalam Pasal 153 huruf b yaitu Lamplran mengenai

jenis Psikotropika Golongan 1 dan Golongan II scbagaimana tercantum

dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang

Psikotropika (lcmbaran Ncgara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor

10 Tambahan Lcmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671) yang

18

telah (iipindahkan menj adi Narkotika Golongan I menurut UndangUndang

ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku Oleh karenanya dalam Undangshy

Undang Nomor 35 Tahun 2009 tidak ada lagi di dalam pasal-pasal nya

yang mengatur mengenai Psikotropika karena sudah dlmasukkan ke dalam

golongan Narkotika

Sesuai dengan pembahasan dalam penelitian ini masih

berhuijutigar dengan Psikotropika maka Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1997 tentang Psikotropika masih perlu untuk dibahas dalam penelitian ini

Menui iil undangumlang tersebut Psikolropika adalah zal atau obal bukan

narkolika baik alamiah maupun sintesis yang memiliki khasiat psikoaktif

melaiui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan

perubahan khas pada aktivitas nonnal dan perilaku Psikotropika ini

merupakan obat yang digunakan oleh dokter untuk mngobali gangguan

jiwa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tenumg

Psikolropika psikotropika dikelompokkan ke dalam 4 (empat) golongan

Golongan I yaitu psikotropika dengan daya aditif yang sangat kuat

belum diketahui manfkilnya untuk pengobatan dan sedang diteliti

khasiiitnya saat ini Contohnya adalah MDMA ekstasi USD dan STP

Golongan U yakni psikolropika dengan daya aditif kuat serta berguna

untuk pengobatan dan penelitian Contohnya adalah amfelamin

metanifetamin metakualon dan sebagainya Golongan IH yakni

psikolropika dcngan daya adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan

dan penelitian Contohnya adalah lumibal buprenorsina flcenilrazepam

19

dan sebagainya Golongan IV yakni psikotropika yang memiliki daya

aditif ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian Contohnya

adalah netrazepam (BK Mogadon Duiiiolid) diazepam dan lain-lain^

Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang

Psikotropika yang dimaksud dengan paslkotoplka adalah zat atau obat

baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif

melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang mcnyebabkan

perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku Psikotropika

dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut

1 Psikotropika golongan I yaitu psikolropika yang hanya dapat digunakan

unluk kcpentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi

sena mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma

ketergantungan Contohnya ekstasi shabu LSD

2 Psikotropika golongan II yakni psikotropika yang berkhasiat

pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi danatau tujuan ilmu

pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma

ketergantungan Contohnya amfetamin metilfenidat atau ritalin

3 Psikotropika golongan III yaitu psikotropika yang berkhasiat

pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi danatau unluk tujuan

ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan

sintlroma ketergantungan Contohnya pentobarbital Flunitrazepam dun

4 Psikotropika golongan IV yaitu psikotropika yang berkhasiat

Ibid ILil 15

20

pengobatan dan sangal luas digunakan dalam terapi danatau unluk

tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan

mengakibatkan sindrom ketergantungan Contohnya diazepam

bromazepam Fenobarbital klonazcpam klordiazepoxide nitrazepam

seperti pil BK pil Kopio Rohip Dum MG

Sedangkan kelompok dan jenLs psikotropika yang sering

disaiahgunakan antara lain

1 Psikostimulansia scperti amfetamin ekstasi dan shabu

2 Scdalif amp Hipnolika (obat penenang obat tidur) seperti MG BK

DUM Pil kopio dan lain-lain dan

3 Halusinogenika seperti lysergic acid dycthylamidc (USD) mushroom

Berdasarkan Ilmu farmukologi psikotropika dikelompokkan ke daiam 3

(tiga) golongan yakni dcpresan stinuilan dan halusinogen sebagai

berikut

1 Kelompok dcpresanpcnekan syaraf pusatpenenangobat tidur

Contohnya adalah valium BK rohipnol mogadon dan lain-lain

Jika diminurn obat ini dapat memberikan rasa tenang menganluk

rasa tcnteruni dan damai Obat ini Juga menghilangkan rasa takut

dan gelisah

2 Kelompok stimuiaiiperangsang syaraf pusaianti tidur Conlohnya

adalah amfetamin ekstasi dan shabu Ekstasi berbentuk tablet

berancka bentuk dun wama Amfetamin berbentuk tablet bcrwama

-Aid hal 16-17

21

pulih Bila diiriinuni obal ini mcndalangkan rasa gembira hilangnya

rasa pemiusuhiui hilangnya rasa marali ingin selalu aktif badan

terasa fit dan lidak merasa lapar Daya kerja otak menjadi scrba

cepat namun kurang lerkendali Shabu berbentuk tepung kristal

kasar berwarna pulili hersih seperti garani

3 Kelompok halusinogen Halusinogen adalah obat at tanaman

makanan yang dapat meninibulkan kiiayaian contohnya yailu LSD

Lysergic Acid Dicihyltamide) getah lanaman kaklus kecubung

jamur tertentu (misceiine) dan ganja Bila diminurn spikotropika

jenis in dapat menimbulkan kliayalan tentang peristiwa-peristiwa

yang mengerikan khayalan tentang kenikmatan scks dan

sebagainya Kenikmatan didapat oleh pemakai setelah pemakai sadar

bahwa perisfiwa mengerikan ilu bukan kenyataan atau karena

kenikmatankenikmatan yang dialami walaupun hanya khayalan

BAB III

PEMBAHASAN

A Faktor yang Mcnyebabkan Terjadinya Penyalahgunaan Narkotika dan

Psikotropilta

1 Faktor yang Bersunibcr Dari Individu

Menurut Luthfi Buraja terdapat 3 (liga) pcndekatan untuk

tcrjadinya penyalahgunaan dan ketergantungan terhadap narkotika dan

psikotropika yaitu peridekalan orgunobilogik psikodinamik dan

psikososial Ketiga pendekatan tersebut tidaklah berdiri sendiri melainkan

saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya Dari siidut pandang

organobiologik (sususan syaraf pusatotak) mekanismc terjadinya adiksi

(ketagihan) hingga deperidcnsi (ketergantungan) dikenal dengan dua istilah

yaitu gangguan mental oragnik atau sindrom otak organik seperti gaduh

gelisah dan kekacauan dalam fungsi kognilif (alam pikiran) efektif (alam

perasaanemosi) dan psikomotor (perilaku) yang disebabkan efek

langsung terhadap susunan syaraf pusat (otiik)^^

Sescorang akan mcnjadi ketergantungan terhadap narkotika dan

psikotropika apabila seseorang dengan tems-menenis diberikan zat

tersebut Hal ini berkaitan dengan teroi adaptasi sekuler mum

adaptaiUm) tubuh beradaptasi dengan menambah jumlah teseptor dan seishy

se syaraf bekcrja kcras Jika zat dihenlikan sel yang masih bekerja kcras

Luthll Uaraja Makalali Gangguan Mciilul dan icrilaku Akibut Nurkuba Disampalkim pada Seminar tentang Narkoba di SMK Iptck lakarla hal 2

22

23

tadi mengaiami kelmLisaii yang dari kiar tampak sebagai gejala-gejala

putus obal Gejala putus obat tersebut mcmaksa individu untuk

mengulangi pemakaian zal tersebul

Faktor predisposisi individu dengan gangguan kepribadian (anti

sosial) ditandai dengan pcrasaan lidak puas terhadap orang lain Selain itu

yang bersangkutan tidak inampu untuk berfungsi secara wajar dan efektif

dalam pergaulan di rumah di sekoiah atau di tempat kerja gangguan lain

sebagai penyerta berupa rasa cemas dan depresi Untuk mengatasi

ketidakniainpuan dan mcnghiiangkan kccemasan atau depresinya maka

individu tersebut cenderung untuk menggunakan narkoba Semestinya

individu itu dapat mengobati dirinya dengan datang ke dokterpsikiater

untuk mendapatkan terapi yang tepat sehingga dapat dicegah

keterlibatannya dalam penggunaan narkotika dan psikotropika

Secara umum mereka yang menyalahgunakan narkotika dan

psikotropika dapat di bagi ke dalam 3 (tiga) golongan besar yaitu

1 Ketergantungan primer ditandai dengan adanya kecemasan dan

depresi yang pada umumnya terdapat pada orahg detigah kepfibadlah

yang tidak stabil

2 Ketergantungan simtomatis yaitu penyalahgunaan narkotika dan

psikotropika sebagai salah satu gejala dari tipe kepribadian yang

mendasarinya pada umumnya terjadi pada orang yang kepribadian

psikopatik (anti sosial) kriminal dan pemakaian narkotika dan

Ai4hal K

24

psikotropika untuk kesenangaii sematu

3 Ketergantungan reaktif yaitu terdapat pada remaja karena dorongan

ingin tahii pengaruh tekanan dan lingkungan tenian atau kelompok

sebaya peer group pressure)

Ada beberapa faktor internal dan ekslernal yang mcnjadi penyebab

individu menyalahgunakan dan menjadi ketergantungan terhadap

narkotika dan psikotropika Menurut Sudarsono bahwa penyalahgunaan

narkolika dan psikotropika di latar belakangi oleh beberapa sebab yaitu

1 Untuk membuktikan kebcranian dalam melakukan tindakan-tindakan

yang berbaiiaya seperti ngebut dan bergaul dengan wanita

2 Meniinjukkan tindakan yang menenlung orang tua guru dan norma

sosial

3 Mempermudah penyaluran dan mempermudah perbuatan seks

4 Melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh peiigalamaii-

pengalainan einosional

5 Meneari dan menemukan aril hidup

6 Mengisi kekosnngan dan kesepian hidup

7 Menghilangkan kegelisahan frustasi dan kepepel hidup

8 Mengikuti kemauan kawan-kawan dahim rangka pembinaan solidaritas

dan

9 Iseng-iseng saja dan rasa ingin tahu

Menurut hasil penelitian Dadang Hawari bahwa di anlara faklor-

Sudujsono Kenakalan Remaja cel ii (Jakarta Rineka Cipta 1992) 1ml 67

25

faktor yang berpcran dalam penggunaan narkotika dan psikolropika

adalah

1 Faktor kepribadian anti sosial dan psikopatik

2 Kondisi kejiwaan yang mudah merasa keeewa atau depresi

3 Kondisi keluarga yang meliputi keutuhan keluarga kesibukan orang

tua hubungan orang tua dengan anak

4 Kelompok teiiian sebaya dan

5 Narkotika dan psikotropika itu sendiri mudah diperoleh dan tersedianya

pasaran yang resmi maupun lidak resmi

Menurut Siibagyo Partodiharjo secara individu terdapat beberapa

faktor yang mcmpengaruhi sescorang dapat menyalahgunakan narkotika

dan psikotropika Alasan ini merupakan alasan yang bersumber dari diri

sendin atau pemakai narkotika dan pasikotropika tersebut yakni sebagai

berikut

a Ingin tahii

Perasaun ingin tahu biasanya diniiliki oieh generasi muda pada

umur setara siswa SD SLTP dan SLTA Bila di hadapan sckelompok

anak muda ada seseorang yang inemperagakan uikmatnya

mengkonsumsi narkotika dan psikolropika maka didorong oleh naluri

alami anak muda yaitu keingintahuan maka salah seoariig dari

kelompok itu akan maju mencobanya Selain didorong oleh

keingintahuan keberaniannya juga karena didesak oleh gejolak dalam

Mardiini foc cil hai 102 ^ Subagyo RatoiJlliarjo ioc cil liiil 72-74

26

jiwanya yang ingin dianggap hebal pemberani dan pahlawan di antara

temanteinan sehayanya Maka jatuhlah satu orang anak dalam pelaku

setan

Dalam kondisi seperti itu reaksi kawan-kawan sebayanya

berbeda-bcda

1 Ada yang ingin menyaingi menunjukkan bahwa dirinya lebih hebat

lagi lalu memakai

2 Ada yang ingin tahu kemudian ikut memakai dan

3 Ada yang sella kawan lain ikut memakai juga

Sikap seperti inilah yang menyebabkan bandar atau pengedar

senang Mereka meiigincar generasi muda mahasiswa atau pclajar

karena 2 (dua) pertimbaiigan

1) Kalau salah satu anak muda kena maka anak muda yang lainnya

ikut kena sehingga konsumen cepat bertambah dan

2) Kalau anak muda kena maka anak muda tcrsebut akan mcnjadi

pemakai selia dalam waktii yang lama Berbeda dengan orang tua

yang cepat maii keuntungan komersial yang diperoleh dari

kelompok anak muda ini akan banyak

b Ingin dianggap hebal

Pcrasaan ingin dianggap hebat biasanya dimiiiki oleh generasi

muda Sepcrti ditcrangkan di atas salah satu sifat alami yang positif

dari generasi muda adalah daya saing Sayang sekali karena

kelidaktahuan sifat positif ini juga dapat dipakai untuk masalah negatif

27

Silat positif ini scharusiiya didorong unluk berlomba daluin preslasi

pada bidang pcndidikan kesenian olah raga dan lain-lain yang

bermanfaat bagi kehidupan

Bila sikap ingin berkonipctisi ini diarahkan untuk

mengkonsumsi narkolika dan psikolropika akibatiiya sungguli

mengerikan yailu kcgagalan hidup dan kesengsaraan Pemakai hanya

dapat dianggap hebat oleh lingkungan kecil pcniakai narkotika dan

psikotropika Di masyarakat luas pemakai hanya menuai cerca dan

nista

c Rasa setia kawan

Perasaan setia kawan sangat kuat dimiiiki oleh generasi muda

Jika lidak mendapatkan penyaluran yang posilif sifai positif tersebut

dapat berbahaya dan mcnjadi negatif Bila (cmannya memakai

narkotika dan psikotropika maka individu tersebul ikut juga memakai

Bila temannya dimarahi orang tuanya atau dimusuhi masyarakat maka

pemakai membela dan ikut bersimpatik

Sikap seperti itulah yang menyebabkan anak ikut-ikutan

Awalnya hiuiya satu orang yang merokok kemudian semuanya menjadi

perokok Setelah semuanya merokok sntu orang mulai memakai ganja

lalu yang lainnya ikut sehingga menjadi sekawanaii pemakai ganja

Selelah semua memakai ganja satu orang memakai ekstasi kemudian

semuanya ikut demikian selerusnya meningkat menjadi shabu dan pada

akhirnya menjadi pemakai putaw

28

d Rasa kccewa truslasi kcsai

Pcrasaan kesal kcccwa atau (rustasi biasanya terjadi karena

kegagalan pada generasi muda eksckutif mudu suami atau istri

Pcnggiiiiaan narkotika dan psikolropika pada kelompok ini bertujuan

untuk sesaat melupakan kekccewaan kckesaian dan fi-uslasi Kondisi

masyarakat yang carut martit tclah banyak melahirkan kekccewaan

kekesalan bahkan Iruslasi Narkolika dan psikotropika dapat

melupakannya sesaat tetapi tidak untuk mengatasi masalah yang

sesungguhiiya

Hubungan buruk yang disebabkan oleh kcgagalan

berkomuiiikasi antara orang tua dengan anaknya dapat menyebabkan

rasa kesal Hal ini mcnjadi faktor pemicu pemakaian narkotika dan

psikotropika oleh anak Intcraksi anlara orang tua dcngan anak tidak

cukup hanya berdasarkan niat baik Cora berkoniunikasi juga harus

baik Masing-masing pihak harus memiliki kcsabaran untuk

menjclaskan isi hatinya dengan cara yang tepat Banyak sekali konfllk

di dalam rumah tangga yang terjadi hanya karena salah paham atau

kekeliman berkoniunikasi Kekeliruan kecil itu dapal bcrakibat fatal

yaitu masuknya narkotika dan psikotropika ke dalam keluarga

Kekccewaan kekesalan dan frustasi dapal terjadi karena

kekeliruan dalam berkomunikasi terhadap beberapa faktor berikut i n i

I ) Komunikasi anak dengan orang tua

IbUI hiiJ 74

29

2) Komunikasi antar anak

3) Komunikasi di lingkungan eksekulifinuda dan

4) Komunikasi antara suami istri

e Ingin bebus dari rasa sakil atau pusing

Penderila pcnyakit beral yang kronis dan tidak kunjuiig sembuh

misalnya Ranker hati luka bakar uka tusuk wasir Ranker paruparii

migreii eneok pengapuran dan lain-lain sclalu merasakan sakit yang

iuar biasa karena penyakitnya Rasa sakit tersebut sering kali tidak

dapat dihilangkan dengan obat pengtiiiang rasa sakit biasa (anaigetik)

sehingga peiiderilanya mencoba narkotika atau psikotropika

Narkotika maupun psikolropika dapat menghilangkan rasa sakit

tersebut tetapi tidak menyembuhkan penyakitnya Ceiakaiiya pemakai

yang bersangkutan malah mendapat maslah baru yaitu ketergantungan

dengan segala komplikasinya yang justru menjadi lebih berbahaya

f Ingin menikmati rasa gembira tampii lincah energik dan mengusir

rasa sedih dan malas

Para eksekudf dan sciebritis biasanya memiliki gaya hidup yang

trendi Mereka merasa dituntut untuk selalu lampil lebih prima Dengan

mengkonsumsi naikotika atau psikolropika mereka dapat tampii prima

dan percaya diri karena kehilangan rasa malu walaupun sesungguhnya

tidak demikian

Perasaan hebat tersebut di atas seharusnya dicapai melaiui tekun

berolah raga hidup teratur meningkatkan kualitas fisik mental

30

inlclckUial dan mocaiiiyii Riikan ineiigamhit jalan piiitas dcngan tampii

seotah-olah prima niclalui manipulasi atau lipuan melaiui

mengkonsumsi narkotika atau psikolropika tersebut Pcnampilmi prima

yang semu atau atau tipuan itu lambat laun akan terungkap juga

sehingga [ania-keiamaan akan kelahuari juga jati dirinya yang

sesungguhnya itu

g ingin tampii iangsing

Narkolika dan psikotropika terscbut juga banyak digunakan oleh

artis dan ibu-ibu rumah tangga yang berbadan gemuk untuk

melangsingkan lubtihnya Narkotika alau psikotropika dengan jenis

tertentu ada juga yang dapat menghilangkan nafsu makan sekaligus

menambali aktivitas fisik sehingga dapat menurunkan beral badun

h Takut mengalami rasa sakit (sakaw)

Pengguna jenis narkotika atau psikolropika tersebut yang sudah

menjadi pemakai tetap (pemadat) akan mengalami rasa sakit (sakaw)

bila tidak memakainya Karena takut merasakan penderitaan maka

pemakai tersebut terus memakainya sehingga menjadi pemakai yang

sella junkies) Banyak pemakai narkotika dan psikotropika ini yang

setia adalah orang-orang yang merasa terpaksa memakai sebab kalau

lidak memakainya mereka akan mengalami sakaw

Kebanyakan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika

dimulai atau terdapat pada masa remaja sebab masa remaja yang

sedang mengalami perubahan biologik psikologik maupun sosial yang

31

pesat merupakan individu yang rentan untuk nienyaiahguriakan

narkotika maupun psikotropika terscbut Anak atau remaja dcngan ciri-

ciri tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi

penyalahgunanya Ciri-ciri tersebut anlara lain^

a Cenderung memberontak dan menolak otoritas

b Cenderung memiliki gangguan j iwa lain (komorbiditas) seperti

depresi cemas psikotik keperibadian dissosial

c Perilaku menyimpang dari aluran atau norma yang berlaku

d Rasa kurang percaya diri low selw-confulence) rendah diri dan

memiliki citra diri negatif (ow setf-esleem)

e Sifal mudah keeewa cenderung agresif dan destruktlf

f Mudah murung pemalu pendiam

g Mudah merasa bosan dan jenuh

h Keingintahuan yang besar untuk meneoba atau penasaran

i Keinginan untuk bersenang-senang [just for fun)

j Keinginan untuk mengikuti mode karena dianggap sebagai lambang

keperkasaan dan kehidupan modem

k Keinginan untuk diterima dalam pergaulan

1 Identitas diri yang kabur sehingga merasa diri kurang jantan

mTidak siap mental untuk menghadapl tekanan pergaulan sehingga

sulit mcngambil keputusan untuk menolak tawaran NAPZA dengan

tegas

Tom Kus dan Tedi Btihava NAPZA Bagi Pelajar (Bandung Yayasan Al-Ghilari Morgan im) hal 14

32

n Kemampuan komunikasi rendati

o Melarikan diri dari scsuatu (kebosaiian kcgagalan kekccewaan

kclidakmampuan kesepian dan kegcliran hidup dan lain-lain)

p Putus sekoiah dan

q Kurang menghayati iman atau kcpcrcayaaiinya

Menurut Tim Badan Narkotika Nasional hahwa terdapat

beberapa iaklor yang menyebabkan sescorang alau individu

menyalahgunakan narkolika dan psikotropika anlara lain

1) Keingintahuan yang besar untuk mcncoba tanpa sadar alau berlikir

panjang tentang akibatnya dikemudian hari

2) Keinginan unluk mencoba-coba karena penasaran

3) Keinginan untuk bersenang-senang

4) Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya hidup

5) Keinginan untuk dapat diterima daiam suatu kelompok

6) Lari dari masalah kebosanan atau kegetiran hidup

7) Pengertian yang salah bahwa mcncoba sckali-kali lidak akan

menimbulkan masalah

8) l idak mainpu alau tidak berani menghadapl tekanan dari lingkungan

alau kelompok pergaulan unluk menggunakan narkolika dan

psikotropika dan

9) Tidak Japal atau mampu mengatakan tidak pada narkotika dan

psikotropika

Tim INN Loc di

33

Berdasarkan peinaparaii Icrscbut di atas dengan demikian

bahwa individu didorong oleli beberapa faktor untuk menyalahgunakan

pemakaian narkotika dan psikotropika tersebut sehingga menjadi

individu yang mengalami ketergantungan berikut ini disebutkan

beberapa faktor adalah

1) Ingin tahu dan Ingin mencoba rasa memakai narkotika atau

psikotropika bagi kalangan anak muda)

2) Ingin dianggap lebih hebat dari orang Iain pada orang muda)

3) login membuktikan kesetiakawanan (pada orang muda)

4) Dianggap paling tepat untuk mengatasi perasaan keeewa j en gkel

dan frustasi (pada suami istri yang mengalami konllik rumah

tangga)

5) Dianggap cara yang paling mudah untuk menghalau rasa sakit pada

tubuh (pada penderita penyakit yang kronis)

6) Dianggap cara yang paling ampuh untuk mendapatkan perasaan

tenang damai atau gembira (pada suami istri yang mcnghadapi

konflik rumah tangga)

7) Dianggap cara yang paling mudah untuk melangsingkan lubuh (pada

ibuibii rumali tangga atau wanita yang bertubuh gemuk)

2 Faktor yang Bersumlicr dari Lingkungan

Faktor lingkungan tidak mampu mencegah atau mengurangi

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika bahkan membuka kesempatan

pemakaian narkotika dan psikotropika Yang dimaksud dcngan faktor

34

kesempatan di sini adalah tersedianya siluasi-situasi yang nieiiiungkinkan

untuk memakai narkolika atau psikolropika di waktu-vvaklu luarig di tempat

rekreasi atau hiburan diskotik pesia dan lain-lain Atau mungkin lingkungan

masyarakat yang tidak mampu mengendalikan bahkan membiarkan penjualan

alau pcrcdaran geiap narkotika dan psikotropika misalnya karena lemahnya

penegakan hukum penjualan narkolika dan psikotropika secara bcbas bisnis

narkotika dan psiktilropika yang terorganisir mudahnya memperoleh

narkotika dan psikotropika dan lain-lain

raklor yang bersumber dari lingkungan yang mcnyebabkan individu

dapat menyalahgunakan pemakaian narkotika dan psikotropika merupakan

laktor kontribusi masukaii dari Iuar individu) dimana sesttorang dengan

kondisi keluarga tidak baik akan merasa tertekan dan rasa lertekan inilah

sebagai faktor penyerta bagi dirinya untuk terlibat dalam penyalahgunaan

narkotika dan psikotropika tersebut Disfungsi keluarga yang dimaksud antara

lain adalah keluarga yang tidak utuh kedua orang tua yang tcrlalu sibuk dan

lingkungan interpersonal dengan orang tua yang tidak baik Di samping itu

faktor pencetus seperti pengaruh teman sebaya tersediu dan mudah

didapatkan mempunyai andil sebagai faktor pencetus sescorang atau individu

terlibat ke dalam penyalahgunaan yang mengakibatkan ketergantungan

terhadap narkotika dan psikotropika Dari sudut pandang psikososial

penyalahgunaan narkotika dun psikolropiku dapat terjadi sebagai akibat

negatif dari intcraksi tiga kiitub sosial yang tidak kondtisif yaitu kutub

Lulhli ilurnju Op cil

35

keluarga kutub sekolahkupus dan kulub masyarakat

Faktor lingkungan meliputi faktor kciuarga dan lingkungan pergaulan

balk dlsekltar rumah sekoiah teman sebaya maupun masyarakat Banyak

pengguna Narkotika dan Psikolropika yang berasal dari keluarga yang lidak

harmonis Keluarga seharusnya mcnjadi wadah untuk menikmati kebahagiaan

dan curalian kasih sayang wahana silih asih silih asah dan silih asuh

Namun pada kenyataannya keluarga sering sekali justru menjadi pemicu

sang anak mcnjadi pemakai hal tersebut disebabkan karena kciuarga tersebut

kacau balau Hubungan antara anggota keluarga dingin bahkan tegang atau

bermusuhan

Komunikasi antara ayah ibu dan ariak-anak sering sekali

menciptakan suasana konflik yang tidak berkesudahan dimana bahwa

penyebab konllik tersebut sangal beragam Solusi semua konflik adalah

komunikasi yang baik periuh pcngerlian saling menghargai dan menyayangi

serta ingin selalu membahagiakaii

Konflik di dalam keluarga dapat mendorong anggota keluarga merasa

frustasi sehingga lerjebak memilih narkotika dan psikolropika sebagai

solusinya Biasanya yang paling rentan terhadap stres adalah anak kemudian

suami dan istri sebagai benleng terakhir Beberapa faktor yang bersumber

dari lingkungan keluarga yang dapat mempengaruhi seseorang atau individu

tertentu icrjun kc dalam lingkungan penyalahgunaan narkotika dan

36

psikotropika tcrsebut antara lain adatuh

a Koniimikasi niang tua-aiiak kiii-ang baikcfektif

b Hubungan dalam keluarga kunmgharmonisdisfimgsi dalam keluarga

c Orang tua bercerai bcrscitngkub atau kawin lagi

d Orang lua tcrlalu sibuk aUiu tidak acuh

e Orang tua oloriter alau scrba melarang

f Orang tua yang serha nieinbolehkan (pcrmisil)

g Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teiadan

h Orang tua kurang peduli dun tidak tahu dengan masalah narkolika

i Tata terlib alau disiplin keluarga yang selalu bcrubah (kiiiaiig konsisten)

j Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam kciuarga

dan

k Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahguna narkotika

dan psikotropika

Sitimsi buruk dalam keluarga yang soring menyudiitkan anak ke arah

narkotika dan psikotropika adalah

1) Anak merasa kurang mendapatkan kasih sayang dalam keluarga merasa

kesal keeewa dan kesepian

2) Anak merasa kurang dihargai kurang mendapatkan kepcrcayaan dun

selalu dianggap salah

3) Anak mengalami konflik dengan orang tua dalam masalah pacaran

memilih pasangan hidup atau meneniukan pilihan profesi cila-elta dan

Mardani Loc cil lial 99 AW hal 100

37

sebagainya

4) Anak kesal dan keeewa karena ayah dan ibuiiya kurang lianiionis dan

sering bertcngkar (broken home)

5) Suami thtsirasi karena tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapinya

dengan islrinya

6) Istri fnistrasi akibat konllik dengan suami tentang masalali ekonomi atau

adanya wanita lain di samping suami

Banyak pengguna narkotika dan psikolropika yang pada awalnya

dimulai karena pengaruh dari orang lain Bentuk pengaruh dari orang lain itu

dapat bervariasi mulai dari bujuk rayu lipii daya sampai kepada paksaan

a) Tipu Daya

Banyak anak yang ditipu oleh kenalon teman sahabat atau pacar

Seperti mengajak meraka untuk memakai narkotika dan psikolropika

dengan bemacam-macain tipuan Dengan alasan yang digunakan bahwa

narkotika dan psikotropika adalah vitamin obat pil pintar pil sehat atau

food supplement Tipuan itu dapat juga berupa bujukan bahwa narkotika

dan psikotropika tidak tcrlalu berbahaya kalau tahu raliasianya Banyak

orang di dalam masyarakat yang dikira orang baik-baik namun lemyata

pengedar narkotika dan psikotropika Walaupun orang itu adalah kawan

sahabat saudara atau pacar sebagai pengedar penipu tersebul akan tcga

menipu maupun menjebak kita Pengedar narkotika dan psikotropika

sangat pandui mcmasarkan narkotika dan psikotropika tersebut Dengan

menawarkan narkotika dan psikotropika sebagai mmn food supplement

38

pil scliat pil pintar dan sebagainya Dengan lipuan ini korban dari

kalangan kciuarga hannonis akan terjcrumus ke dalamnya Saat ini banyak

pemakai narkolika dan psikotropika dari keluarga harmonis bukan hanya

bull dari keluarga berantakan Banyak pekerja mahasiswa atau pelajar yang

tampii ioyo tertipu ketika kepadanya ditawarkan pil sehat vitamin atau pil

pintar Banyak pemuka agama juru dakwah atau pengkhotbah yang

tertipu karena pil sehal yang dlbelinya adalah narkotika dan

psikotropika Reaksi pemakaian narkotika dan psikotropika mula-mula

terasa menyehatkan dan membuat si korban tipuan terscbut sukses dalam

berdakwah atau berkhotbah Ibu rumah tangga juga dapat tertipu karena

ditawari pil pelangsing oleh saudara atau teman dalam arlsan dan lain-

lain Mulanya karena tipu daya akhimya setelah lerjebak menjadi

biasa

b) Bujuk rayu

Waftiia camlk pengedaf ftaTkotlka dan psikotFoplka biasanya menjebak

mangsa melaiui bujuk rayu Untuk memasarkun narkotika dan

psikotropika pengedar tersebut memilih profesi sebagai wanita penghibur

atau Wanita Tuna Susiala (WTS) Banyak eksekutif muda pekerja atau

bos-bos yang mulai memakai narkotika dan psikotropika karena rayuan

pekerja seks komersial hostess dan sebagainya Dalam mcmasarkan

narkotika dan psikotropika wanita tersebut merayu akan mau melayani

kencati kalau bersama-sama mengkonsumsi narkotika dan psikotropika

Subagyo Purlodlhario Loc cil hal 78

39

lebih dulu Muta-mula kurban memakai narkotika dan psikotropika karena

tergoda namun akhimya menjadi terbiasa

c) Paksaan

Banyak anak muda yang mengawali pemakaian narkotika dan psikotropika

karena dipaksa oleh sekawanun alau seseorang yang mengancam akan

mencelakainya Banyak pclajar atau nialiasiswa mengawali kebiasaan

memakai narkotika dan psikotropika dari keadaan terpaksa diancam oleh

sekawanan preman yang menghadang di tengah jalan Dari kelompok ini

pula terjaring pemakai yang berasal dari keluarga hannonis

Lingkungan sekoiah bagi pelajar tingkat SD SMP dan SMA

merupakan tempat yang stratcgls bagi para pelajar untuk menunjukkan jati

dirinya sehingga mereka terjun kepada penyalahgunaan narkotika dan

psikotropika ini faktor sekoiah yang merupakan bagian tcrpcnting yang

mempengaruhi adalah

a Sekoiah yang kurang disiplin

b Sekoiah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjiial narkotika atau

penjual psikolropika

c Sekoiah yang kurang member] kesempatan pada siswa untuk

mengembangkan diri secara kreatif dan positif

d Adanya murid pengguna narkotika atau psikotropika

Kartini Kurtono op cil hivl 124

40

B Pengaturan Sanksi Pidana Terhadaj) Pcnyalahgunaaan Narkotika dan

Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau

dari Perlindungan Terhadap Korban

Dalam hukum pidana di Indonesia terdapat adanya

ketldakseimbangan antara perlindungan korban kejahatan dcngan pelaku

kejahatan pada dasarnya mempakan salah satu pengingkaran dari asas setiap

warga negara bersamaan kcdudukannya dalam hukum dan pcmerinlahan

sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 sebagai

landasan konstitusional Perlindungan korban memiliki hubungan cral dcngan

teori pemidanaan yang dikemukakan Wirjono Prodjudikoro tujuan

pemidanaan adalah untuk niemenuhi rasa keadilan^

Ada Juga yang mengemukakan bahwa tujuan pemidanaan dapat

dilihat melalul 2 (dua) leorl mengenai alasan-alaitan yang membenarkan

(justification) penjatuhan hukuman (sanksi) yaitu Teori Absolut

(Vergeldingslheorie) dan Teori Relatif atau Doeitheorie Menurut Teori

Absolut (Vergeldingslheorie) tujuan pemidanaan sebagai pembalasan

terhadap para pelaku karena telah melakukan kejahatan yang mengakibatkan

kesengsaraan lerhadap orang lain alau anggota masyarakat sedangkan

Roeslan Saleh mengatakan sebagai reaksi-reaksi atasdelik yang berwujud

suatu nestapa yang scngaja dilimpakan ncgara kcpada pembuat delik

Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana Cctakan Iuriania (Jakarta Sinar Gnitlka2(W5)hii4

lcduu Mdipaung Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cctakun IcrliirMii (Jukiirtu Sinur Gratika 2005) hal 4

kiwsUin Saleh Shdsel Pidana Indonesia (Jukarlu liinn Aksara 19K7) hal 5

41

Menurut Teori Relatif Doeltheurie) tujuan pemidanaan adalah

a Menjerakan agar si pelaku atau terpidana menjadi jera dan tidak

mengulangi lagi perbuatannya specials presenile) sena masyarakat umum

agar mengertahui jika melakukan perbuatan yang sama akan mengalami

hukuman yang serupa atau disebut pula generalpreventte

h Memperbaiki pribadi si terpidana berdasarkan perlakuan dan pcndidikan

selama menjalani hukuman terpidana merasa menyesal dan tidak akan

mengulangi perbuatannya dan kcmbali kepada masyarakat sebgai orang

baik dan berguna dan

c Mcmblnasakan (menjatulikan hukuman mat) atau mcmbuat terpidana tidak

berdaya dengan menjatuhkan hukuman seiimur hidup

Pandangan di atas sangatlah wajar apabila beranjak dari pandangan

bahwa hukum pidana adalah hukum sanksi (hifzonderesancUerechl) sebab

dengan bertumpu pada sanksi itulah hukum pidana difungsikan untuk

menjamin keamanan ketertiban dan keadilan Dalam perkembangannya

ternyata tidak semua sarjana menyclujui maksud diadakannya pidana scperti

itu (sebagai suatu nestapa) karena muncul pendapat bahwa di samping pidana

ditujukan untuk memberikan penderitaan kcpada pelanggar atau mcmbuat

jera pemidanaan juga bertujuan agar pelaku dapat kembali hidup

bermasyarakat sebagaimana mestinya

Alasan yang paling inenonjol lerhadap upaya perubahan tersebut

adalah dengan meniperhatikan sisi kemanusiaan yang mcmandang bahwa

Ucdcn Mirpaung Opcil hal 4

42

sekalipiin tcrsangka telah melakukan kcsalahaii ia telap berkcdmiiikan sebagai

manusia utuh yang harus tetap diperlakukan sama dengan manusia lainnya

dan dilindungi hak asasi manusionya Karena itu pidana penjara saat ini

sedang mengalami masakrisis karena termasuk jenis pidana yang kurang

disukai Banyak kritik tajam ditujukan terhadap jenis pidana perampasan

kemerdekaan ini baik dllihat dari sudut efektifitasnya maupun dilihat dari

akibat-akibat lainnya menyertai atau berhubungan dcngan dirampasnya

kemerdekaan seseorang

Banyaknyu kritik yang diarahkan pada bentuk pemidanaan berupa

perampasan kemerdekaan (yang ditujukan untuk membuat jera pelaku)

sehingga berkembanglah bentuk pemidanaan lain yang dianggap lebih

manusiawi yaitu penjatuhan pidana berupa denda atau pemberian ganti

kerugian kepada korban Pemberian ganti kerugian pada awalnya merupakan

konsep kcperdalaan seperti halnya dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata yang mewajibkan setiap orang yang menyebabkan orang lain

menderita kerugian untuk membayar ganli rugi Dalam perkembangannya

konsep ini diterupkan pula dalam hukum pidana mengingat akibat yang

ditimbulkan pada korban tindak pidana akan selalu disertai dengan kerugian

baik mental fisik maupun material sehingga sangat wajar apabila korban pun

menuntui ganti kerugian pada pelaku guna memulihkan derita yang

dialaminya

Dengan memperhatikan pada beberapa teori klasik tentang tujuan

Uurtla Nawuwi Ariel Sislem Pemidanaan Menunii Konsep KIHP llaiu dan Latar Helakang Pemlklrannya Hahan Ienalaran Hukum Pidana V Undanu Kupang uinjyful 11 Juli-12 Agustus 1989

43

pemidanaan dapat disiinpulkan bahwa penjatuhan pidana lebih banyak

ditujukan untuk kepeiitingan pelaku dengan kata lain tujuan pemidanaan

hanya dimaksudkan imtuk mengubah perilaku dari pelaku kejahatan agar

tidak mengulangi lag perbuatannya sedangkan kcpentingan korban sama

sekali diabalkan

Perlindungan terhadap korban narkotika jika dihubungkan dengan

beberapa teori pemidanaan yang telah dipaparkan di atas maka peneliti

mengkaji bahwa dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang baru ini terdapat kescimbangan antara perlindungan terhadap

pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana bahwa berdasarkan sanksi

baik pidana maupun denda yang terdapat dalam undang-undang ini sangatlah

berat-berat dan tegas ]ni berarti bahwa undang-undang ini lebih

mementingkan korban dari pada pelaku kejahatan narkotika Mengingat

bahwa dengan adanya pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan

korban semakin banyak yang berjatuhan schingga daripada korbnnnya anak

bangsa yang memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara

Indonesia maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-

beratnya lerhadap si pelaku tindak pidana narkotika bahkan pidana mati atau

seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-

undang yang bam ini juga diatur mengenai rehabilitasi terhadap korban baik

korban yang diakibatkan oleh orang Iain maupun karena self victimizing

victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku itu sendiri

44

C Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Seif-

Victimizing Victims

1 Self-victimizing victims uarkotika dau psikotropika

Suatu viktimisasi adalah sebagai suatu permasalahan manusia yang

merupakan kenyataan sosial hal ini disebabkan karena setiap warga negara

berhak mendapatkan rasa aman dan bcbas dari segala bentuk kekerasan

sesuai dengan falsafah Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 Contohnya adalah seseorang akibat perbuatannya memakai

narkotika dapat menimbulkan bahwa si pemakai tersebut menjadi tidak

berdaya upaya dengan kata lain bahwa si pelaku telah menjadi korban

akibat perbuatannya sendiri yang menimbulkan perbuatan kriminal

Penyalahgunaan narkolika atau psikolropika merupakan perbuatan

kriminal karena telah melanggar ketentuan di dalam undang-undang yang

ada yakni Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tetang Psikotropika dan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Terlibatnya si

pelaku kejahatan atau tindak pidana yang menimbulkan kerugian terhadap

dirinya sendiri daiam hal inilah yang disebut dengan istilah self victimizing

victims yang merupakan bagian dari viktimisasi Sehubungan dengan itu

maka Wolfgang menyatakan beberapa Jenis viktimisasi ialah

1 Unrelated victims yaitu korban yang tidak ada hubungannya sama

sekali dengan terjadinya korban misalnya pada kasus kecelakaan

pesawat Dalam hal In tanggungjawab sepenuhnya terletak pada

Utplietin3|il(igspqtcom2()OSIOl|ukum-viktinivl9gihlml diakscs terakhir langgul l2Januari 2015

45

pelaku

2 Provocative victims yaitu seseorang yang secara aktif mendorong

dirinya menjadi korban misalnya kasus selingkuli dimana korban juga

sebagai pelaku

3 Participating victims yailu seseorang yang tidak berbuul tetapi dengan

sikapnya justru mendorong dirinya menjadi korban

4 Biologically weak victims yaitu mereka yang secara tisik memiliki

keleinalian atau potensi untuk mcnjadi korban misalnya orang tua

renla anak-anak dan orang yang tidak mampu bcrbual apa-apa

5 Socially weak victims Yaitu mereka yang memiliki kedudukan social

yang lemah yang menyebabkan mereka mcnjadi korban misalnya

korban perdagangan perempuan dan sebagainya

6 Self victimizing victims yaitu mereka yang menjadi korban karena

kejahatan yang dilakukannya sendiri pengguna obat bius judi aborsi

dan prostitusi

Dalam hal ini kedudukan viktimologi sebagai sebuah ilmu yang

mempelajari tentang korban memiliki peranan yang sangat penting ruang

lingkup viktimologi ini meliputi

1 Semua macam sciiap macam perbuatan kriminal yang mengakibatkan

orang-orang mcnjadi korban

2 Setiap orang atau pihak yang dapat menjadi korban baik orang

perorangan maupun suatu korporasi atau organLsasi

3 Setiap orang atau pihak yang dapal menimbulkan korban artinya

46

dimana disatu sisi orang terscbut dapat merugikan orang iain sehingga

orang tidak merasa aman akibat tindakanya

4 Cara-cara viktimisasi atau penimbulan korban

5 Bentuk-bentuk viktimisasi yang terdiri dari primary viclimizalion

adalah korban individualperorangan bukan kelompok secondary

victimizalion korbannya adalali kelompok misalnya badan hukum

tertiary Victimizalion yang menjadi korban adalah masyarakat luas

nun viciimozaiion korbannya tidak dapat segera diketahui misalnya

konsumen yang tertipu dalam menggunakan hasil produksi

6 Akibat viktimisasi

7 Pengaruh viktimisasi

8 Reaksi atau respons terhadap viktimisasi

9 Penyelesaian viktimisasi dan

10 Pengaturan yang berkaitan dengan viktimisasi (yang menjadi

perhatian viktimologi)

Studi viktimologi akan memberikan pemahaman kepada setiap

individu mengenai hak dan kewajibannya dalam rangka mengantisipasi

berbagai bahaya yang mengancamnya Viktimologi memberikan

sumbangan pemikiran mengenai masalah viktimisasi tidak langsung

dampak sosial polusi industri viktimisasi ekonomi politik dan

penyalahgunaan kewenangan Viktimologi ini juga memberikan dasar

pemikiran dalam penyelesaian viktimisasi kriminal atau factor viclimogen

dalam sistem peradilan pidana

47

Dari perspektif ikalan Korban Napza (IKON) l ial i yang dimaksud

sebagai korban adalah orangperorangan yang menderita secara langsung

dari penyalahgunaan napza dan tennasuk pula keluarga alau tanggungan

langsung dari korban Namun karena hukum dl Indonesia memandang

pengguna napza adaiah kriminal maka terjadilah dampak-dampak negalif

yang dialami oleh pengguna napza yang merupakan korban scperti

diskriminasi kriminallsasi kesehatan dan stigmatisasi Maka sebagai

korban IKON Bali mendorong agar dihentikannyadiskriminasi lerhadap

korban napza mendorong vonis rehabilitasi untuk korban napza

mendorong agar dihentikannya penyiksaan terhadap korban napza dan

yang terakhir adalah mendorong terpenuhinya hak atas kesehatan bagi

korban dan orang terinfeksi HIV Dengan melihat kondisi permasalahan

penanggulangan napza yang semakin tidak menentu dan meningkatnya

jumlah korban napza secara terus-menerus Maka Ikon Bali meminta

1) Penerapan SEMA Nomor 7 Tahun 2009 sebagai pemenuhan hak atas

kesehatan terhadap korban Mpza

2) Meminta kepada Pengadilan Negeri Denpasar untuk menjadi insiator

dalam penyusunan langkah teknis penerapan SEMA Nomor 7 Tahun

2009

3) Meminta kepada selunih instansi tcrkait untuk mulai meiigambil

langkah nyata dalam penanggulangan napza

43 Ibid

48

4) Meminta agar korban napza diperlakukan secara manusiawi tanpa

penyiksaan sligma dan diskriminasi

5) Ikon Bali mendukung secara penuh program-program pemerintab

dalam penanggulangan napza

2 Rehabilitasi terhadap self-victimizing victims

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

merupakan undang-undang yang baru menggantikan Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika Adapun pasal-pasal di dalam

undang-undang in yang mengatur mengenai perlindungan korban adalah

berbagai pasal-pasal yangmencantumkan rehabilitas kepada korban

maupun pelaku tindak pidana narkolika Pasal 1 ayat (16) meneniukan

defenisi mengenai rehabilitasi dipandang dari sisi medis yakni

Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara

terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan Narkotika

Sementara Itu dalam Pasal 1 ayat (17) ditentukan defenisi rehabilitasi

dipandang dari sisi sosial yakni Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses

kegiatan pemulihan secara terpadu baik fisik mental maupun sosial agar

bekas pecandu Narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosia dalam

kehidupan masyarakat

Diimdangkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang merupakan undang-undang baru ini tentu mempunyai

maksud dan tujuannya Adapun tujuan yang terdapat dalam Pasal 4 yang

berbunyi

49

Undang-Undang tentang Narkotika bertujuan

a Menjamin kelersediaiin Narkotika untuk kcpentingan peiayanan

kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

b Mencegah mclindungi dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari

penyalahgunaan Narkotika

c Memberanlas pcredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika dan

d Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi Penyalah

Guna dan pecandu Narkotika

Bentuk perlindungan terhadap korban dan pelaku kejahatan tindak

pidana narkotika di dalajn Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

disebutkan ada 2 (dua) macam yakni pengobatan dan rehabilitasi lerhadap

korban maupun pelaku Pada Pasal 53 ayat (3) tersebul di atas bahwa yang

dimaksud dengan buktl yangsah antara lain surat kctcrangan dokter

salinan resep atau labeletiket Selcngkapnya mengenai pengobatan

ditentukan dalam Pasal 53 yang berbunyi sebagai berikut

(1) Untuk kcpentingan pengobatan dan berdasarkan indikasi medis

dokter dapal memberikan Narkotika Golongan II atau Golongan III

dalam jumlah terbatas dan sediaan tertentu kepada pasien sesuai

dengan ketcnluan peraturan perundang-undangan

(2) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat ( I ) dapal memiliki

menyimpan danatau incmbawa Narkolika untuk dirinya sendiri

(3) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mempunyai bukti

yang sali bahwa Narkotika yang dimiiiki disimpan danatau dibawa

50

untuk digunakan diperoleh secara sail sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan

Mengenai rehabilitasi terhadap korban dan pelaku tindak pidana

kejahatan penyalahgunaan narkotika merupakan suatu kewajiban bagi

pemerintah dan instansi masyarakat Sebagaimana ketentuan dalam Pasal

54 bahwa Pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika

wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial Dalam Pasal 56

disebutkan juga bahwa

(1) Rehabilitasi mcdis Pecandu Narkotika dilakukan di rumah sakit yang

ditunjuk oleh Menteri

(2) Lembaga rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan oleh instansi

pemerintah atau masyarakat dapat melakukan rehabililasi medis

Pecandu Narkotika setelah mendapat persetujuan Menteri

Kemudian dipertegas kembali dalam Pasal 57 bahwa selain melaiui

pengobatan danatau rehabilitasi medis penyembuhan Pecandu Narkotika

dapat diselenggarakan oleh instansi pemerintah alau masyarakat melaiui

pendekatan keagamaan dan tradisional Salah satu tugas dan wewenang

Badan Narkotika Nasional adalah meningkatkan kemampuan lembaga

rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu Narkotika baik yang

diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat

Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 ini terdapat

pengecualian dalam hal luniutan pidana terhadap anak yang masih berada

di bawah umur Misalnya terdapat di dalam salah satu pasalnya yakni pada

51

Pasal 128 ayal ( I ) yang bcrbunyi Orang tua atau wali dari pecandu yang

belum cukup umur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) yang

sengaja tidak mciapor dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6

(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp 100000000 satu juta

rupiah) Tetapi di datam ketentuan tain yakni pada Pasal 128 ayat (2) dan

ayal (3) ditentukan bahwa anak yang masih di bawah umur tidak dapat

dituntut pidami selcngkapnya pasal tersebul berbunyi Pecandu Narkotika

yang belum cukup umur dan telah dilaporkan oleh orang tua atau walinya

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat ( I ) tidak dituntut pidana

(Pasal 128 ayat (2)) dan Pecandu Narkotika yang telah cukup umur

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) yang sedang menjalani

rehabilitasi mcdis 2 (dua) kali masa perawatan dokter di rumah sakit

danatau lembaga rehabilitasi medis yang ditunjuk oleh pemerintah tidak

dituntut pidana

Pada awalnya narkotika digunakan unluk kcpentingan umat

manusia khususnya untuk pengobatan dan peiayanan kesehatan Namun

dcngan semakin bcrkembangnya ilmu pcngclaliuan dan teknologi

peruntukan narkotika mengalami perluasan hingga kepada hal-hal yang

negatif

Di dunia kedokteran narkotika banyak digunakan khususnya

dalam proses pembiusan sebelum pasien diopcrasi mengingat di dalam

narkotika terkandung zat yang dapat mempengaruhi perasaan pikiran serta

kesadaran pusieti Oleh karena itu agar penggunaan narkotika dapal

52

memberikan manfaat bagi kehidupanurnat manusia maka pcredarannya

harus diawasi secara ketat sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 60 sampai

dengan Pasal 63 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang menyebutkan

Pasai 60 ditentukan bahwa

(1) Pemerintah melakukan pembinaan terhadap segala kegiatan yang

berhubungan dengan Narkolika

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meiipuli upaya

a Memenuhi ketcrsediaan Narkotika unluk kcpentingan peiayanan

kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi

b Mencegah penyalahgunaan Narkotika

c Mencegah generasi muda dan anak usia sekoiah

dalampenyalahgunaan Narkotika termasuk dengan memasukkan

pendidikanyang berkaitan dengan Narkotika dalam kurikulum

sekoiah dasarsampai lanjutan atas

d Mendorong dan menunjang kegiatan penelitian danatau

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di brdang

narkolika unluk kcpentingan peiayanan kesehatan dan

e Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis bagi

Pecandu Narkotika baik yang diselenggarakan oleh pemerintah

maupun masyarakat

53

Pasal 61 ditentukan baiiwa

(1) Pemerintah melakukan pcngawasan terhadap segala kegiatan yang

berkaitan dengan Narkotika

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi

1 Narkolika dan Prekursor Narkolika untuk kcpentingan peiayanan

kesehatan danatau pengembangan Hmu pengetahuan dan

teknologi

2 Alat-alat potensial yang dapat disaiahgunakan untuk melakukan

tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkolika

3 Evaluasi keamanan khasiat dan mutu produk sebelum diedarkan

4 Produksi

5 impor dan ekspor

6 Pcrcdaran

7 Pelabeian

8 Tnformasi dan

9 Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Pasal 62 berbunyi Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan

sebagaimana dimaksud dalam Pasai 60 dan pengawasan sebagaimana

dimaksiiddalam Pasal 61 diatur dengan Peraturan Pemerintah Dan dalam

Pasal 63 disebutkan bahwa Pemerintah mengupayakan kerja sama

dengan ncgara lain danatau badan intcmasional secara bilateral dan

multiialeral baik regional maupun internasional dalam rangka pembinaan

dan pengawasan Narkotika dan Prekursor Narkotika sesuai dengan

54

kcpentingan nasional

Berdasarkan biinyi beberapa pasa di atas mengenai pengawasan

terhadap pentingnya peredaran narkotika wajib diawasi secara ketat

dikarenakan saat ini pemanfaatannya banyak untuk hal-hal yang negatif

D i samping itu melaiui perkembangan teknologi informasi dan

komunikasi penyebaran narkotika sudah menjangkau hampir ke semua

wilayah di Indonesia hingga ke pelosok-pelosok Daerah yang sebelumnya

tidak pcrriah tersentuh oleh peredaran narkotika lambat laun berubah

menjadi sentra peredaran narkotika Begitu pula anak-anak yang pada

mulanya awam terhadap barang haram ini telah berubah menjadi sosok

pecandu yang siikar untuk dilepaskan ketergantungannya

Sebelum Iahimya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

mengenai narkotika diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997

tentang Narkotika namun undang-undang ini tidak dapat dipertahankan

lagi keberadaannya karena adanya perkembangan kualitas kejahatan

narkotika yang sudali menjadi ancaman serius bagi kehidupan umat

manusia Pengguna narkotika sangat beragam dan menjangkau semua

lapisan masyarakat mulai dari anak-anak hingga orang dewasa orang

awam hingga artis bahkan hingga pejabat publik

Efek negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan narkotika secara

berlebihan dalam jangka waktu lama serta tidak diawasi oleh ahlinya

dapat

menimbulkan berbagai dampak negatif pada penggunanya baik secara

55

fisik maupun psikis Bahkan tidak janing penggunaan narkotika dapat

memicu terjadinya berbagai tindak pidana Karena itu untuk mencegah

semakin mcluasnya dampak negalif yang ditimbulkan dari penggunaan

narkotika maka pengawasan tidak hanya terbatas pada peredaran

narkotika tetapi juga pada mereka yang menjadi korban misalnya

sescorang yang menderita ketergantungan narkotika (pecandu) Apabila

seorang pecandu narkotika telah divonis bcrsalah oleh hakim atas tindak

pidana narkotika yang dilakukannya maka untuk memberikan kesempatan

pada yang bersangkutan agar tcrbebas dari kecanduaniiya maka hakim

dapat mcmutuskan untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani

pengobatan danatau perawatan

Pengobatan dan perawatan terhadap pecandu narkotika dilakukan

melaiui fasilitas rchabilitasi Rcliabilitasi medis dan sosial yang diberikan

kepada pecandu dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan

kemampuan fisik mental dan sosialnya Selain pengobatan dan perawatan

melaiui rehabililasi medis proses penyembuhan pecandu narkotika dapat

diiaksanakan oleh masyarakat melalul pendekatan keagamaan dan

tradisional

Sebagai conloh di Pakem Sleman Yogyakarta telah didirikan

sualu kliiiik alau Pusat Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkotika

Psikolropika dan Zal-zat Aditiflainnya (NAPZA) Terpadu yang didirikan

atas kerjasania Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dan

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang diresmikan pada tanggal 7

56

Desember 2005 Tujuan umum pendiriaii pusat rehabilitasi terpadu ini

adalah untuk memberikan jaminan penanganan paripurnakepada korban

penyalahgunaan Napza melaiui aspek hukum aspek medis aspek sosial

aspek spiritual serta pengembangan pcndidikan dan pelatihan dalam

bidang NAPZA secara terpadu sedangkan tujuan khususnya adalah

1 Terhindarnya korban dan instilusi dan penelrasi pengedar

2 Terhindarnya kerusakan mental dun masa depan para penyalah guna

Napza yang akan mcmbtinuh potensi pengembangan mereka

3 Terhindarnya korban-korban baru akibat penularan penyakil-penyakit

seperti Hepatitis HIVAIDS dan penyakit menular lainnya

4 Terwujudnya proses pengembangan penanganan korban NAPZA dan

aspek ilmiah serta keiimuan yang dinamis sesuai perkembangan zaman

sebagai pusat jaringan informasi terpadu dan mewujudkan teknis

penanganan penyalahgunaan narkotika dan obat-obalan terlarang bagi

daerah sekitamya maupun nasional

Pemberian perlindungan kepada korban narkotika lentil tidak dapat

dibebankan sepenuhnya kcpada pemeriiilah peran serta masyarakat pun

diharapkan ada salah salunya diterimanya kembali mantan pani pengguna

dalam lingkungannya tanpa melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya

diskriminatif bahkan dengan mcmposisikan mereka sebagai warga keias

dua yang harus dljauhi

Bentuk periindunganyang diberikan terhadap pelaku maupun

Dikdik M ArilMansur dan tUisUiris Guitom loa cil hal 90

57

korban penyalahgunaan narkolika dan psikotropika daiambentuk

rehabilitasi

Rehabilitasi adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang

dilujukan kepada pemakai narkolika dan psikotropika yang sudah

menjalani program kuratif Tujuannya agar pelaku tidak memakai lagi

dan bebas dari penyakit ikutan yang disebabkan oleh bekas pemakaian

narkotika dan psikotropika

3 Tahapan-tahapan rchabilitasi terhadap self-victimizing victims

Tahapan-tahapan rehabilitasi terhadap self-victimizing victims atas

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika yang ada di Indonesia tidak

sama Ada yang menekankan rehabilitasi hanya pada aspek medis ada

pula yang lebih menekankan pada aspek rohani Atau memadukan kedua

pendekatan tersebut dengan komposisi yang seimbang Yang ideal

rehabilitasi seorang korban narkotika dan psikotropika harus dilakukan

secara holisitik baik secara fisik psikis maupun kerohaiiiannya

1 Tahapan pengobatan (rehabilitasi)

Secara umum ada beberapa tahapan yang harus dilewati

Masing-masing tahapan tersebut memakan waktu bervariasi ada yang

seminggii sebulan dan bahkan berbu lan-bulan tcrgantung tingkat

ketergantungan tekad korban dan juga dukungan berbagai pihak

terutama keluarga dalam seluruh proses tersebut Setiap tahapan

Subagjo PiirloUiharjo Loc cU hal 105 ^ E M Giri Prastowo loc cil hal 28 -29

58

tersebut disusun dan dibuat untuk inenganlar pasien secara bertaiiap

melepaskan dari ketergantungan narkotika dan psikotropika Beberapa

tahapan rehabilitasi ini yang disajikan berikut sudah Icruji dapat

menyembuhkan atau memulihkan korban narkotika dan psikotropika

secara maksimal

a Tahapan transisi

Penekanaii dalam tahap ini lebih kepada informasi awal

tentang korbanseperti

1) Latar belakang korban

2) Lama ketergantungan

3) Jenis obat yang dipakai

4) Akibat-akibat ketergantungan dan

5) Berbagai inlbrniasi lainnya

Hal ini penling sehingga pada saatnya akan menjadi acuan

bagi pihak yang terlibat secara intensif dalam proses rehabilitasi

Ahl i yang berkompeten (dokter) akan menganaiisa tingkat

ketergantungan korban untuk kemudian meneniukan tingkat

pengobatan dan tingkat pembinaan bagi si korban schingga terapi

dan metode pengobatan bisa dilakukan secara terukur

Tahapan ini Juga dapat dijadikan rujukan untuk meneari

model rehabilitasi yang paling tepat bagi yang bersangkutan Pada

tahap ini tim rehabilitasi akan membantu korban agar menyadari

dirinya sedang menghadapl masalah ketergantungan narkotika dan

59

psikotropika Korban diajak untuk bersama-sama mengatasinya Hal

ini penting karena proses rchabilitasi tidak akan berhasil tanpa

adanya kesadaran korban tentang adanya bahaya yang dihadapinya

Dari situ akan dibangun tekad dan komitmennya untuk

meninggalkan narkotika dan psikotropika

Selain itu pada tahapan ini akan diteliti akibat fisik dari

penggunaan narkotika dan psikotropika Sejauh mana tingkat

kerusakan syaraf dan organ-organ tubuhnya yang rusak Unluk itu

diadakan pemeriksaaii laboratoriumiengkap dan tes penunjang untuk

mcndeteksi penyakit yang diderita korban A[)abia dalam

pemeriksaan ditemukan satu atau beberapa penyakit maka terlebih

dahulu diadakan pengobalan medis sebelum penderita mendapat

proses rehabilitasi lanjutan Langkah ini penting selain agar tubuh

yang bersangkutan bebas dari penyakit juga untuk mencegah

terjadinya penularan balk kepada korban narkotika dan psikotropika

ini diadakan pembersihan darah pada tubuh pecandu sehingga darah

menjadi bersih dan sistem metabolisme tubuh kembali normal

Proses ini dapat dilakukan melaiui cara-cara berikut

1) Cold Turkey abrupt withdrawal) yaitu proses penghentian

pemakaian narkotika dan psikolropika secara tiba-tiba tanpa

disertai dengan substitusi antidotum

2) Bertaliap atau substitusi bertahap misalnya dengan kodein

^Ibidhal 30

60

methadone CPZ atau clocard selama i -2 minggu

3) Rapid Detoxification dilakukan dengan anestesi umum (6-12

jam) dan

4) Simtomatik tergantung gejala yang dirasakan

2 Rehabilitasi intensif

Setelah melewati masa transisi (pengumpulan informasi tentang

keadaan korban dan latar belakangnya) baru masiik pada fase

berikutnya yakni proses penyembuhan secara psikis Motivasi dan

potensi dirinya dibangun daiam tahap ini Korban diajak untuk

menemukan dirinya dan segala potensinya sambil juga menyadari

berbagai keterbalasannya Bahwa untuk mengatasi masalah hidup yang

bersangkutan tidak perlu harus mengkonsumsi narkotika dan

psikotropika Narkotika dan psikotropika justru menciptakan masalah

baru yang jauh lebih besar dalam hidupnya Narkotika dan psikotropika

bukanlah solusi tetapi menjadisumber masalah Pada tahap ini berbagai

contoh dapat dipcrlihatkan kepada korban

Yang terlibat di dalam tahap ini yang utama adalah korban itu

sendiri sebagai pelaku self-victimizing victims) Korban harus punya

tekad untuk hidup tanpa narkotika dan psikotropika Korban harus bisa

menatap masa depan dengan penuh optimisme Selain yang

bersangkutan peranan keluarga (orang liia dan saudara-saudaranya

suami atau istri) juga sangal pcnling Anggota keluarga ini harus secara

intensifmendampingi dan jnenopang korban

61

Staf di paiiti rehabilitasi para konselor psikolog dan semua

pihak di panti rehabilitasi untuk bersama-sama mcmbangun

kepercayaan diri korban Seluruh proses ini membutuhkan waktu

berbulan-bulan bahkan selama bertahun-tahun tergantung tingkat

ketergantungan dan efeknya bagi korban Berbagai terapi yang

dilakukan selama dalam tahap ini baik yang dilakukan secara pribadi

maupun bersama-sama lewat berbagai aktivitas di panti rehabilitasi

tersebut bertujuan untuk memberdayakan kembali korban yang disekian

lama telah terpuruk oleh narkolika dan psikotropika Sebagai langkah

awal untuk sosialisasi diri dengan masyarakat korban juga secara

bertahap mulai mcmbangun komunikasi dengan orang lain di Iuar

komunitas rehabilitasi

Menurut Romo Lambertus Somar MSG dalam bukunya

Rehabilitasi Pecandu Narkotika dan Psikotropika pada tahap ini ada

tiga titik yang harus dilewati yang lebih dikenal dengan tahapan

stabilisasi pribadi yailu^

1 Secara sadar dan tekun melepaskan diri dari berbagai penyakit dan

akibatakibat lainnya (no to drugs) Tahap ini merupakan tahap

stabilisasi awai atau tahap konsolidasi (comolidation)

2 Menemukan jati diri menguasai kiat-kiat dan keterampilan-

keterampilan untuk menyehatkan serta mengisi hidup secara lebih

bermakna dan bermulu Latihan keterampilan vokasional (kerja) dan

E M Giri Praslowo Loc cil hal 32

62

peiigungkapan diri dari dimulai dibina sebiiigga disebul juga (afiap

pengukuan diri (jyerwtuil appraisal) Inilah lahap slabilisasi

niericiigah (inadya)

3 Dengan inisiatif pribadi orang secara sadar mulai berfikir dan

bertindak untuk mencapai prestasi-prestasi tertentu schingga disebut

juga tahap positive thinking and doing Tahap ini merupakan tahap

stabilisasi akhir

4 Tahap rekonsiliasi Tahapan berikut yang harus dilewati dan sangat

vital adalah tahap rekonsiliasi Tara korban tidak langsung

herinlcraksi secara bebas dcngan masyarakat akan tctiipi lerleblh

dahulu ditampung di sebuah lingkungan khusus selama beberapa

waktu sampai pasien benar-benar siap secara mental dan rohani

kembali kelingkungannya semula Yang paling ulama dalam fase ini

adalah pembinaan mental spiritual keimanan dan ketakwaan serta

kcsepiikatan sosial kemasyarakaian Proses ini bisa meliputi program

pembinaan jasmani dan rohani

Sampai ke tahap ini yang bersangkutan masih tcrikat dengan

rehabilitasi foimal namun sudah mulai membiasakan diri dengan

masyarakat Iuar sehingga merupakan proses resosialisasi (reentry) atau

penyesuaian (reconcilialion) Proses ini melewati tiga titik penting juga

yaitu

1 Tinggal lebih sering dan lebih lama di lingkungan keluarga sebagai

63

teiiipal tinggal tetap atau pun tempat tinggal transit unluk

resosialisasi sambil mclaiijiitkan kegiatan pilihan sebagai penunjang

masa selanjutnya Di sini terjadi perdamaian dan penycsuaian-

penyesuaian kembali dengan lingkungan

2 Rencana masa depan yang jelas dan siap direalisasikaii dengan

dukungan keluarga atau pihak-pihak lain Pada tahap ini korban

dapat memulai aktivitasnya lagi seperti sekolahkuliah mulai bekerja

atau merintis usaha sendiri

3 Kontak awal dengan kelompok-keiompok atau program-program

pemeliharaan lanjut aftercare) Di sini orang meiierima dirinya

seperti apa adanya merasa puas lalu mempercayakan dirinya ke

tangan orang lain

4 Pciiieliharaaii Lanjut Pada tahap ini walaupun secara fisik yang

bersangkutan sudah dinyatakan seliul dan secara psikis pun sudali

pulih namun masih ada kcmungkinan mereka akan tergclincir

kembali icbihlebih saat mereka sedang menghadapl masalah Pada

saat itu bisa Jadi mereka bemostagia dengan menikmati narkolika

dan psikotropika Saat ini juga niwaii Karena itu setiap korban yang

niemasuki tahap inidipersiapkaii sungguh-sungguh agar dapal

melewati dan mengatasi sUuasi rawan ini dengan melewati tiga titik

ini yakni

a Mengubah menghilangkan aUiu menjauhi hal-hal yang bersifat

bid hul 34

64

nostaigia kesenaiigan narkolika dan psikolropika

b Setiap mengikuti program-program dan aeara-acara aftercare

(pemeliharaan lanjut) dan

c Dapat juga mcUbatkan diri dalam gerakan atau kelompok bersih

narkoba dan peduli penanggulangannya

BAB IV

PENUTUP

A Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dipaparkan tersebut di atas peneliti

memberikan beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap

permasalahan di dalam penelitian ini sebagai berikut

Di antara berbagai faktor yang dapat mempengaruhi seseorang atau

individu menyalahgunakan narkotika atau psikotropika terdapat faktor

yang paling duininan yakni laktor yang bersumber dari keadaan keluarga

dan lingkungan bukan karcnn faktor individunya Karena faktor keluarga

yang buruk dan lingkungan yang juga buruk dan saling mendukung dapat

mempengaruhi individu menjadi pelaku lindak pidana penyalahgunaan

narkolika dan psikotropika tersebut dengan kata lain faktor keluarga dan

lingkungan yang buruk ini membuka kesempatan kcpada seseorang untuk

merasakan pergaulan dengan narkotika atau psikotropika sehingga dapal

menimbulkan ketergantungan terhadapnya

2 Perlindungan lerhadap korban narkotika- jika dihubungkan dengan

beberapa teori pemidanaan dalam perspektif Undang-Undatig Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika yang baru terdapai keseimbangan antara

perlindungan terhadap pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana

bahwa berdasarkan sanksi baik pidana maupun denda yang terdapat dalam

undang-undang ini sangatlah bcrat-bcnil dan tegas Ini berarti bahwa

65 bull

66

undang-undang narkotika yang baru tersebut lebih mementingkan korban

dari pada pelaku kejalialan narkotika Mengingat bahwa dcngan adanya

pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan ktgtrban semakin

banyak yang berjatuhan seliingga daripada korbannya anak bangsa yang

memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara Indonesia

maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-beratnya

terhadap si pelaku lindak pidana narkolika bahkan pidana mati atau

seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-

undang yang baru ini juga diatur mengenai rchabilitasi terhadap korban

baik korban yang diakibatkan oleh orang lain niaiipim karena self

victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku ilu

sendiri

Saran

Adapun yang menjadi saran peneliti di dalam penelitian ini yang

menjadi harapan untuk dipcrliatikan bersama adalah sebagai berikut

1 Diharapkan bagi setiap keluarga untuk menjaga keharmonisan melakukan

pengawasan dan mcnanainkan pcndidikan yang benar terutama dalam lial

menyeimbangkan antara emosi inteligensi dan spritual sejak dari din

terhadap anak sebagai benteng terhadap dirinya untuk dapat membentengi

dari pengaruh narkotika dan psikotropika yang semakin mengancam

keadaan lingkungan masyarakat

2 Diharapkan terhadap pemerintah untuk melakukan sosialisasi yang

teriiitegrasi dan menyeluruh terhadap semua lapisan masyarakat baik

67

masyarakat di pedesan (primitlf) maupun masyarakat kota betapa besamya

sanksi pidana dan denda yang digariskan di dalam undang-undang

narkotika dan psikotropika misalnya dcngan mcmpublikasikannya dalam

bentuk billboard di pcrsiinpangan jalan sehingga setiap orang yang lewat

dengan secara otomatis masyarakat akan inengelaliuinya dan

berkemuiigkiiian orang yang membacanya setidaknya tlmbul rasa takut

untuk terjun ke dalam penyalahgunaaan narkotika dan psikotropika

tersebut

D A F T A R PUSTAKA

A Bukii

Arrasjid Chainur Sualu Pemikiran Tentang Psikologi Kriminil Mcdan Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU 1999

Gerson Bawengan Penganlar Psichology Kriminil Jakarta Pradya Pramita 1973

Gosita Arif Masalah Korban Kejahatan Jakarta Akademika Pressindo 1993

Hakim M Ariel Narkoba Bahaya dan Penanggulangannya Bandung Jembar 2007

Hawari Dadang Konsep islam Memerangi AIDS dan NAZA Get X i Yogyakarta Dhana Baktl Priaya 1997

Kaligis OC dan Soedjono Dirdjosisworo Narkoba dan Peradilannya di Indonesia (Retbrmasi Hukum Pidana Melaiui Perundangan dan Peradilan) Bandung PT Alumni 2002

Kartono Kartini Psichology Abnormal Bandung Alumni 1972

Mansur Dikdik M Arif dan Elistaris Guitom Urgensi Perlindungan Korban Kejahalan Antara Norma dan Reaiita Bandung Agustus Fakultas Hukum Universitas Padjajaran 2006

Mardani Penyalahgunaan Narkoba Daiam Perspeklif Hukum islam dan hukum Pidana Nasional Jakarta IH RajuGrufindoPersado 2007

Marpaung Leden Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005

Moelyono Anton M Kumus Besar Bahasa Indonesia Get 11 Jakarta Balai Pustaka 1988

Muladi HAM Dalam Persepkiif Sistem Peradilan Pidana dalam Muladi (ed) Hak Asasi Manusia Hakekal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat Bandung Refika Aditama 2005

dan Barda Nawawi Arlef Bunga Rampai Hukum Pidana Bandung Alumni 1992

Partodiharjo Subagyo Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannyai Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2003

Ioyk Fanny Jonathans Sehiiah Kesehatan Narkoba Sayonara Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2006

Prastowo EM Giri Rehabilitasi Bagi Korban Narkoba Tangcrang Visimedia 2006

Prodjodikoro Wirjono Asas-asas Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005

Roeslan Saieh Stelsel Pidana Indonesia Jakarta Bina Aksara 1987

Soedjono D Segi Hukum Tentang Narkolika di Indonesia Bandung Karya Nusanlara 1977

Hukum Narkolika Indonesia Bandung PT Citra Adtya Baktl i 990

Soekanto Soerjono dan Sri Mumadjj Penelitian Hukum Normalif Suatu Tijnjauan Singkat Jakarta Rajagrafindo Persada 2001

Sudarsono Kenakalan Remaja cet Ii Jakarta Rineka Cipta 1992

Tom dkk Bahaya NAPZA Bagi Pelajar Bandung Yayasan Al-Ghifari Morgan 1999

Tim BNN Materi Advokad Pencegahan Narkoba Jakarta Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia 2005

Yustisia Himpunan Peraturan Pemndang-Undangan Anti Narkoba diterjenialikuii oleh Tim iustaka Yuslisia Yogyakarta iuslaka Yustisia 2006

Waluyo Bambang Penelitian Hukum dalam Prakiek Jakarta Sinar Grafika 1996

Wcda Made Darma Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korporasi dalam niingti Rampai Viktimisasi Bandung Eresco 1995

B Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Pasal 152

Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika22Tahun 1997 tentang Narkotika

Keppres Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkolika Nasional

CInternet

htlpwwwbnngoidportalbariiiiorlalkQnlenpltpniima^Prorilampop^visi niisiamp tnn=lamp diakses tcrakiiir tanggal 13 November 2014

httpthed03hlogspoteom2008l Ohukuiii-viktimolQgihtmk diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014

httpwwwikonbaliorg26062Q(19advokasipctisi-ikon-bali-segera-tcrapkan-semahtml Petisi Ikalan Korban Napza (IKON) dalam rangka menyambut Hari Anti Narkotika (HANI) dan Hari Anti Penyiksaan 2009 diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014

httpwwwsurnekscoidindexphp7pption=^om cpntentampview=articleampid=^1405 2010-kej ati-baru-terapkan-uu-no-3 52009ampcatid=44 ilir-barat-i-bukit-keciIampUemid=94 diakses lerakJiir tanggal 12 Desember 2014

httpidsbvoongcQmexact-sciencesl8Q8652-getielika-dan-keiahatan Faktor Genetik Penyebab Kejahalan diakses terakhir tanggal 10 jaiiuari 2014

httpwwwasiasecuritiescoidsys 12ximagesstories201QEqtiitv2Q Pdf diakses terakhir tanggal 10 Januari 2014

LAMPIRAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

F A K U L T A S HUKUM

K A R T U AKTIVITAS BIMBINGAN SKRIPSI

N A M A MAHASISWA DIANA SAPUTRA

N O M O R INDUK MAHASISWA 50 2011 059

P R O G R A M STUDI I L M U H U K U M

PROG K E K H U S U S A N H U K U M PIDANA

P E M B I M B I N G M S O L E H IDRUS SHMH

l U D U L SKRIPSI P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T U N D A N G U N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I

KONSULTASI

K F -

MATERI YANG

DIBIMBINGKAN

PARAF

PEMBIMBING K E T

luymdash

y^ ^ Tlt2 N ^

7 M e

fSUL

k ^

CATATAN MOHON DIBERI WAKTU MENYELESAIKAN SKRIlSl RUiAN SEJAK TANGGAL DIKELUARKAN DITETAIKAN

DIKELUARKAN DI PALEMBANG PADA TANGGAL KETUA BAGIAN

JUDUL P E N Y A L A H G U N A A N N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG UNDANG N O M O R 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I

P E R M A S A L A H A N 1 Apa yang menjadi faktor tcrjadinya penyalaJigunaan narkotika dan psikotropika

2 Bagaimana pengaturan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspektif victimologi

B A B l P H N D A I i U L U A N A Latar Belakang B Permasalahan C Ruang Lingkup dan Tujuan D Metode Penelitian E Sistematika Penulisan

B A B 11 T I N J A U A N PUSTAKA

A Pengertian penyalahgunaan B Pengertian victimologi C Ruang lingkup victimologi D Jents dan penggolongan narkotika dan psikotropika E Undang Undang yang mengatur tentang narkotika

dan psikotropika

BAB I I I PEMBAHASAN A Faktor yang menyebabkan terjadinya

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika

B Penyalahgunaan narkotika dan psikolropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspeklif victimologi

BAB IV PENUTUP A Kesimpulan

B Saran-saran

DAF1AR PUSTAKA

L A M P I R A N - L A M P I R A N

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM

Lampiran Perihal Kepada

Sistematika penulisan (Outline) Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi YUi NUR HUSNI LMILSON SHSpNMH

Pembimbing Akademik Fakultas Hukum UMP dl-Palembaniz

Assalamualaikum WrWb

Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama DIANA SAPU I RA

Program Kekhususan Flukum Pidana

fada semester Lianjil tatiun kuliati 2UI42UI5 sudah menyelesaikan betian studi yang meliputi MPKMKKMKBMPBMBB (139 sks)

Dengan ini mengajukan pcrmohonan untuk penelitian Hukum dan Penulis Skripsi dengan judul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG-UNDANG N O M O R 35 T A H U N 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I

Demikianlah atas perkenaan Ibu diucapkan terima kasih

Wassalamualaikum WrWb

NIM 50 2011 059 Ilmu Hukum Program Studi

Palembang September 2014 Pemohon ^^--^5

Rekomendasi PAYbs

Pembimbing Akademik

HUSNI EMHSON SH SpN MH

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM

REKOMENDASI DAN PEMBIMBING SKRIPSI

Nama Nim Program Study Program Kekhususan Judul skripsi

DIANA SAPUTRA 50 2011 059 Ilmu Hukum Hukum pidana PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI

I Rekomendasi Ketua Bagian a Rekomendasi

b Usulan Pembimbing

Hukum Pidana

raiemoang iepiemt)er zu 14 KetuaJBagu

LuuTiiiAKNurCsHrR^

I L Penatapan Pembimbing Skripsi Oleh Wakil Dekan I

1 2

Palembang September 2014 Wakil Dekan I

- i poundL Dr Hj SRI S U L A S T R I SH M H

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah i n i Nama Tempat Tanggal Lahir N I M Program Studi Program Kekhususan

DIANA SAPUTRA PetransJaya 15 Januari 1992 502011059 Ilmu Hukum Hukum Pidana

Menyatakan bahwa karya ilmiah skripsi saya yang berjudul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANGshyU N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F VICTIMOLOGI

Adalah bukan merupakan karya tulis orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali daiam bentuk kutipan yang telah kami sebutkan sumbemya

Demikianlah surat pemyataan ini kami buat dengan sebenar-benamya dan apabila pemyataan ini tidak benar kami bersedia mendapatkan sanksi akademis

Palembang September 2014

PERMOHONAN UNTUK MENGIKUTI SEMINAR PROPOSAL

Palembang Oktober2014 Perihal Mohon untuk diiaksanakan seminar

Proposal Penelitian Skripsi

Kepada Yth Ibu Luil Maknun SH MH Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang D i -

Palembang

Assalamualaikum Wr Wb Saya yang bertanda tangan dibawah Ini Nama DIANA SAPUTRA

NIM 50 2011 059

Program Kekhususan Hukum Pidana

Bahwa yang bersangkutan telah layak untuk mer^ikiuti Seminar Proposal rencana penelitian skripsi yang judul PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI

Mohon kiranya yang bersangkutan untuk dijadwalkan mengikuti Seminar Proposal usul Penelitian Skripsi

Demikianlah disampaikan untuk dipertimban^Lan Wassalamualaikum Wr Wb

Pembimbing Skripsi

M SOLEH IDRUS3HMS

H A L A M A N P E R S E T U J U A N U N T U K M E N G I K U T I S E M I N A R P R O P O S A L

Nama DIANA S A P U T R A

N I M 50 2011059

Program studi Ilmu Hukum

Program kekhususan Hukum Pidana

Judui Penelitian PENYALAHGUNAAN N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A

MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI P E R S P E K T I F VICTIMOUHH

Palembang Oktober2014 Disetujui Pembimbing

M S O L E H IDRUSSH MS

Ketua Bagian Hukum Pidana

LuU MaknunSH M H

Page 3: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si

M O T T O

KEBEBASAN BUKAN SEMATA - MATA MELEPASKAN

RANTAI DARI TANGAN SESEORANG KEBEBASAN ADALAH

HIDUP DENGAN CARA YANG SALING MENGHORMATl DAN

SALING MEMBANTU KEBEBASAN ORANG LAIN

(NELSON MANDELA)

K U P E K S E M B A H K A N K E P A D A

bull IBUKU TERCINTA DAN ALM

AVAHKU TERIMA KASIH ATAS

KASIU SAYANG YANG T E L A H

DIBERIKAN

ltraquo NENEK DAN K A K E K K U TERSAYANG

DAN KERABAT SERTA K E L U A R G A

TERIMA KASIH ATAS

DUKUNGANNYA-

bull UNTUK SESEORANG TERCINTA

TERIMA KASIH ATAS MOTIVASINYA

DAN SEMANGATNYA UNTUK

MENVELESAIKAN SKRIPSI INL

bull SAHABAT SAHABATKUDAN

bull ALMAMATERKU

iii

Judul Sknpsi PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI P E R S P E K T I F VICTIMOLOGI

Penulis Diana Saputra

Pembimbing M Soleh Idrus S H M H

A B S T R A K Korban kejahatan tindak pidana Narkotika dan Psikolropika memperoleh

perhatian utama karena korban merupakan bagian yang tidak dapal dipisahkan dari kejahalan oleh karena i lu korban memiliki peranan yang sangat penling secara viclimologi memudahkan dalam menemukan upaya penanggulangan kejahatan yang pada akhimya akan bermuara pada menurunnya kuantitas dan kualitas kejahatan Hal tersebut sejalan dengan semakin bcrkembangnya vicfimologi dalam pengaturan Narkotika dan Psikotropika menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

Permasalahan yang menjadi inti pembahasan dalam penelitian ini adalah apa faktor-faktor yang mcnyebabkan terjadinya penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika bagaimana perkembangan pengaturan tenting Iindak pidana Narkotika dan Psikotropika sebelum dan menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dan bagaimana pengaturan tindak pidana pwnyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dari perspektif victimohgi

Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normalif penelitian hukum normatif yang mengacu kepada norma-norma dan asas-asas hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan serta pemilihan terhadap pasalpasal yang relevan dengan permasalahan dimaksud yang terdapat dalam bahan hukum primer scperti Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkolika dan Keppres Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkotika Nasional

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah bahwa perlindungan terhadap korban narkotika berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika terdapat kescimbangan antara perlindungan terhadap pelaku kejahatan narkolika dengan korban Dimana bahwa berdasarkan sanksi baik pidana maupun denda yang terdapat dalam undang-undang narkotika tersebut sangatlah beral-berat dan tegas Ini berarti bahwa undang-undang narkotika yang baru tersebut lebih mementingkan korban dari pada pelaku kejahatan narkotika Jika dipjerhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-undang narkotika juga diatur mengenai rehabililasi terhadap korban baik korban yang diakibatkan oleh orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku itu sendiri

Disarankan bahwa sanksi pidana maupun denda yang digariskan dalam undang-undang narkotika dan psikotropika tersebut benar-benar dapat dilerapkan kcpada setiap pelaku penyalahgunaannya tanpa pandang bulu bagi siapa saja yang terlibat di dalamnya baik dilakukan sendiri-sendiri maupun kelompok atau korporasi seperti memiliki mengonsumsi menyimpan mengedarkan menjual membeii memproduksi dan Iain-Iain untuk keperluan illegal

iv

K A T A P E N G A N T A R

Assalamualaikum fVr Wb

Alhamamdulillah puji syukur kepada Allah SWT yang telah senantiasa

melimpahkan rahniat dan kaninia-Nya kepada penulis

Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada Baginda Nabi Besar

Muhammad SAW keluarga serta para sahabal beliau dan pengikul-pengikutnya

yang selalu istiqomah sampai akhir zaman

Dalam penulisan skripsi ini penulis melewati masa-masa yang sulit dan

berusaha sebaik-baiknya dcngan kemampuan yang penulis mi l ik i Dan berkat

rahmat Allah S W I pula penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan

judut P E N Y A L A H G U N A A N N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A

M E N U R U T UNDANG UNDANG N O M O R 35 T A H U N 2009 D A R I

P E R S P E K T I F VICTIMOLOGF

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempuma dan banyak

kekurangan Untuk i lu saran dan kritik sangat penulis harapkan demi tercapainya

kesempumaan skripsi ini

Pada kesempatan yang baik ini penulis mengucapkan tcrima kasih kepada

semua pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan khususnya kepada

1 Bapak Dr H M Idris SE MSi Seiaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Palembang

V

2 Ibu Dr Sri Suatmiati SH MHum Seiaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Palembang

3 Bapak dan Ibu Seiaku Wakil Dekan I I I I l l dan IV Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Palembang

4 Ibu Luil Maknun SH M H Seiaku Ketua Bagian Hukum Pidana di

Universitas Muhammadiyah Palembang

5 Bapak Nur Husni Emilson SH SpN M H Seiaku Penasehat Akademik

yang selalu membimbing Penulis

6 Bapak M Soleh Idrus SH M H Seiaku Pembimbing Skripsi

7 Seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta Karyawan Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Palembang

8 Sahabat-sahabatku tercinta

9 Serta seluruh leman-teman penulis angkatan 2011 yang tidak dapat disebutkan

satu persatu Semoga sukses

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita

semua dan semoga amal ibadah kita mendapat balasan dari Allah SWT

Palembang 2015

Penulis

Diana Saputra

vi

P E R N Y A T A A N K E A S L I A N K A R Y A I L M T A H

Dengan ini saya D I A N A SAPUTRA menyalakan bahwa Karya

llmiahSkripsi ini adalah asli hasil karya saya sendiri dan karya ilmiah ini belum

pemah diajukan sebagai pemenuhan persyaratan untuk memperoleh gelar

kesarjanaan Strata Satu (SI) dari Universitas Muhammadiyah Palembang maupun

Perguruan Tinggi lain

Semua informasi yang dimuat dalam karya ilmiah ini yang berasal dari

penulis lain baik yang dipublikasikan atau tidak tclah diberikan penghargaan

dengan mengutip nama sumber penulis secara benar dan semua isi dari Karya

Ilmiah ini sepeanuhnya menjadi tanggung jawab saya sebagai penulis

Palembang Maret 2015

Penulis

DIANA S A P U T R A N I M 50 2011 059

v i i

D A F T A R ISI

H A L A M A N J U D U L i

H A L A M A N P E R S E T U J U A N U N T U K U J I A N K O M P R E H E N S I F i i

M O T T O DAN P E R S E M B A H A N i i i

A B S T R A K iv

K A T A P E N G A N T A R v

P E R N Y A T A A N K E A S L I A N K A R Y A I L M I A H vi

D A F T A R ISI v i i i

B A B I P E N D A H U L U A N

A Latar Belakang

B Perumusan Masalah 5

C Ruang Lingkup dan Tujuan 5

D Metode Penelitian 6

F Sistematika Penulisan 7

B A B H T I N J A U A N P U S T A K A

A Pengertian Penyalahgunaan 9

B Pengertian Viclimohgi 10

C Ruang Lingkup Victimologi 11

D Jenis dan Penggolongan Niirkotika dan Psikotropika 12

a) Narkotika 12

b) Psikotropika 17

viii

B A B I I I P E M B A H A S A N

A Perkembiingan pengaturan tentang tindak pidana

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika sebelum iahimya

dan menurut undang-undang nomor 35 tahun 2009 22

B Pengaturan Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997

Tentang Psikotropika dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun

1997 Tentang Narkotika 40

C Pcnyalahgunaaan Narkotika dan Psikotropika Dalam

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari

Perlindungan Terhadap Korban 44

1 Self-victimizing victims narkotika dan psikotropika 44

2 Rehabilitasi terhadap self-victimizing victims 48

3 Tahapan-tahapan rehabilitasi terhadap self-victimizing

victims 57

B A B IV P E N U T U P

A Kesimpulan 65

B Saran 66

D A F T A R P U S T A K A

L A M P I R A N

ix

B A B l

PENDAHULUAN

Latar Belakang

PciTindiingan korban lindak pidana dalam sistein liukimi nasional

nampaknya belum memperoleh perhatian serius Hal ini terlihat dari masih

sedikitnya hak-hak korban tindak pidana memperoleh pengaturan dalam

perundang-undangan nasional Adanya ketldakseimbangan antara

perlindungan korban kejahatan dengan pelaku kejahatan pada dasarnya

merupakan salah satu pengingkaran dari asas setiap warga ncgara bersamaan

kedudukaiinya dalam hukum dan pemerintahan sebagaimana diamanatkan

oleh Undiing-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konslitusional

Niirkotika Psikotropika dan Bahan Aditif Lainnya adalah berbagai

macam obat yang semestinya dinianfaalkan sesuai dengan kcpentingan

tertentu niisalnya pada dunia mcdis untuk mcmbantu proses kerja dokter

dalam melakukan opcrasi bedah Akan tetapi saat ini obat-obat terlarang ini

telah dikonsumsi diedarkan dan diperdagangkan tanpa izin berwajib demi

memperoleh keuntungan dan nikmat sesaat saja Karena pengaruh Narkotika

dan Psikolropika tersebut dapat membuat pemakai menjadi ketergantungan

merusak sampai ke sel-sel saraf manusia seliingga melemalikaii daya pikir

dan lambat memberikan rekasi terhadap lawan bicara Untuk menganaiisa

materi pelajaran bagi pelajar dan mahasiswa yang terkena bahaya Narkotika

atau Psikotropika dapat mengakibatkan pada kelambatan berfikir sehingga

1

2

harapan dalam pencapaian pcmbangunan nasional dapal tcrganggu

Bahaya nicngedarkan Narkotika dan isikolropika dapat dibayangkan

berapa banyak sel syuraf otak mahusia yahg akan dlrusak borapa gencfasl

muda anik sekoiah dan mahasiswa terus diburu pengedar Narkotika dan

Psikotropika tersebul bahkan dapat mengakibatkan kematian^

Keterganl jngan lerhadap Narkotika dan Psikotropika pada mulanya ingin

coba-coba dulu karena Narkotika maupun Psikolropika tersebul dapat

membuat pemakaiiiyu bcrhalusinasi seolah lupu tchadiip masalah dan berada

pada dunia keindahaii Jika laktor kesempatan untuk mendapatkan Narkolika

dan Psikotropika sangat mudah dari pengedar maka dapal mengakibatkan

korban akan semakin bertambah Melihat besamya bahaya penyalahgunaan

Narkotika dan Psikotropika lerhadap individu dan mengganggu pencapaian

cita-cita NKRl maka lerhadap Narkotika maupun Psikolropika harus

dilakukan penanggulangannya sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku

Scjak awat mula Iahimya hukum pidana fokus subjek yang paling

banyak disoroti adalah si pelaku Padahal dari sualu kejahatan kerugian yang

paling besar didcrita adalah pada si korban kejahatan tcrsebut Akan tetapi

scdikit sekali ditemukun hukum-hukum atatipun peraturan perundang-

undangan yang mengatur tcnung korban serta perlindungan lerhadapnya

httpw^vbnn (ioidportalhiirup(irlalkoTilenphpnaTna=lrofilampopvisL _iTiisiampmn^l diakscs tcrukhir tanggal 29 December 2(M4 Iihal juja Kcpprcs Nti 17 Taliun 21X12 tentang Itadan Narkotika Nasional pada bagian konsidcran mcnimbang huruf (J) bcrbunyi Bahwa sehubungun dengan pertimbiingan hunifu huruf b huruf c dan sebagai pcluksunaan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkolika ficrlu niembcntuk Badan Narkotika Nusiona dcngan Keputusan Iresiden

^Funny Jonathans Poyk Suhiiah KusehiUan Narkoba Sayonara (Jakarta IT (Jelora AkHuru Iralama 2006) lial 9 Made Darma Weda Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korfwrasi dalam Bunga

3

Berbicara mengenai upaya penanggulangan kejahatan atau tindak

pidana Narkotika dan Psikotropika yang tepat maka cara pandang sebaiknya

tidak hanya terfokus pada berbagai hal berkaitan dengan penycbab timbuliiya

kejahatan atau metode apa yang efektif dipergunakan dalam penanggulangan

kejahatan tersebul Namun hal lain yang tidak kalah penlingnya untuk

dipahami adalah masalah korban kejahatan itu sendiri yang dalam keadaan-

keadaan lertentu dapal menjadi pemicu munculnya kejahatan dalam tindak

pidana Narkotika dan Psikotropika tersebul

Piida saat berbicara tentang korban kejahatan dalam tindak pidana

Narkotika dan Psikotropika maka cara pandang tidak dapat dilepaskan dari

victimologi Melalul victimologi dapal diketahui berbagai aspek yang

berkaitan dengan korban seperti faktor penyebab munculnya kejahatan

penyalahgunaan bagaimana seseorang dapat menjadi korban

penyalahgunaan dan upaya mengurangi terjadinya korban kejahatan

penyalahgunaan serta hak dan kewajiban korban kejahatan dalam tindak

pidana Narkolika dan Psikotropika tersebut Secara victimologi terhadap

korban kejahatan dalam tindak pidana Narkotika dan Psikotropika misalnya

korban yang ditemukan pada anak usia 7 tahun sudah ada sebagai pemakai

anak di usia 8 talum sudah ada yang memakai ganja dan lalu di usia 10 tahun

anak-anak sudah menggunakan Narkotika alaupun Psikotropika dari berbagai

jenis seperti ganja heroin morfni ekstasi dan sebagainya

Kraquogtrban dalam lingkup victimologi memiliki arti yang luas karena

Rampai Vihmisusi (Bandung Krcsco 1995) hal 200 TM Giri Prasln vo Rebahilium liagi Korban Narkoba ( Iangerang Visimudia 2006) hal v

4

tidak hanya terbatas pada individu yang secara nyata menderita kerugian

tetapijuga kelompok korporasi swasta maupun penierintali sedangkan yang

dimaksud dcngan akibat pcnimbulan korban adalah sikap atau tindakan

terhadap korban danatau pihak pelaku serta mereka yang secara langsung

atau tidak terlibat dalam terjadinya suatu kejahatan

Pentingnya korban kejahatan dalam tindak pidana Narkotika dan

Psikotropika ihempcroleh perhatian utama DIkarenakan korban merupakan

bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kejahatan oleh karena ilu maka

korban memiliki peranan yang sangat penting dalam penelitian ini

Diperolchnya pemahaman yang luas dan mendaiam tentang korban kejahatan

dalam linJak pidana Narkotika dan Psikolropika dapat [nenuidahkan dalam

menemukan upaya penanggulangan kejahatan yang pada akhimya akan

bermuara pada menurunnya kuantitas dan kualitas kejahalan Sejalan dcngan

semakin bcrkembangnya victimologi sebagai cabang ilmu baru berkembang

pula berbagai runuisan tentang victimologi Kondisi iiii hendaknya tidak

dipandang sebagai pertanda tidak adanya pemahaman yang seragam

mengenai ruang lingkup victimologi tetapi harus dlpaiidang sebagai bukti

bahwa vU timologi akan selalu berkembang sejalan dengan perkembangan

yang terjadi dalam masyarakat

Berdasarkan uraian di atas yang menjadi obyek pengkajian dari

victimologi penyalahgunaan Narkolika dan Psikotropika di antaraiiya adalah

faktor terjadinya kejahatan dan bagaimanakali pengaturan Narkotika dan

Dikdik M Arir Mimsur dan Elistaris (lultoiii UrgensI Ierilndungan Korban Kejahalan Anlara Norma dan Realita (Bandung Agustus EakulUis Hukum Universitas Padj aj uran 2006) hal 29

5

Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Oleh sebab itu

maka judui yang dipilih unluk diteliti dalam penelitian adalah

Penyalahgunaan Narkotika dan Pstkolropka Menurut Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 Dari Perspektif Victimologi

B Perumusan Masalah

1 Apa yang menjadi faktor faktor yang menyebabkan terjadinya

2 Bagainiana pengaturan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika dan

Psikotropika daiam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dari perspektif

victimology

C Ruaug lingkup daii tujuan

Ruang lingkup

Secara umum ruang lingkup skripsi ini untuk mengetahui apa yang

menjadi faktor faktor terjadinya penyalahgunaan narkobadan

penyalahgunaan norkoba menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari

perspektil victimologi

Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan penulisan ini adaiah

sebagai bfrikut

1 Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya

penyalahgunaan Narkoba

2 Untuk mengetahui pengaturan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika

dan Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Talum 2009 dari

penyakiligunaanTiarkotika dan psikotropika

6

perspektif viAimo(gtg[

E Metode rcncHtl

Untuk memperoleh data yang kongkril sebagai pcdoman dalam

penulisan skripsi ini maka penulis menggunaan metode sebagai berikul

1 Metode pclaksanaan penelitian

dalam pclaksanaan ini penulis menggunaan metode penelitian hukum

normatif yang bersifal diskriftif dengan menggunaan dala skunder

Penelitian nukum norkatif ini merupakan penelitian kcpustakaan yaitu

penelitian terhadap dala skunder yang iiiempuiiyai ruang lingkup meiipuli

surat sural fakta fakta sampai pada dokumen - dokuincn resmi yang

dikeluarkan oleh instansi lerkait

2 Metode pcngiimpulun data

Pengumpulan data meiiipunyai hubungan yang eral dengan sumber data

karena dcngan pengumpulan dala akan diperoleh data yang dipcrlukan

untuk selanjutnya dianalisis sesuai dengan yang diinginkan Dalam usuha

pengumuian dala dala yang relevan dengan judul ini penulis

menggunakan metode normatif diskriplif dengan menggunakan data

skunder yang berbentuk dokumcntasi

3 Tehnik pcngolahan data

Dilakukan dcngan cara nnalisis isi terhadap teksural untuk selanjutnya

dikoniruksikan dalam suatu kesimpulan

7

Sislemutika [cnulisiin

Penelitian ini dibuul berdasarkan sistematika penulisan di dalam

penelitian ini peneliti mcmbaginya dalam empat bagian yailu

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan bab pendahuluan yang menguraikan mengenai hal-hal

berkaitan dengan Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan

dan Maniaat Penclilian Kcaslian Penelitian Tlnjaiian

Kcpustakaan Pengertian Penyalahgunaan Pengertian

Viclimologi Ruang Lingkup dan Manfaat Viclimologi Jenis dan

Penggolongan Narkotika dan Psikotropika Metode Penelitian

dan Sistematika Penulisan

BAB U TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bagian ini menguraikan yaitu mengenai pengertian tentang

penyalahgunaan pengertian tentang ruang lingkup viktimologi

pengertian tentang narkotika dan jcnis-jcnis narkolika

BAB Hi PEMBAHASAN

Merupakan bab yang membahas mengenai hal-hal yang berkaitan

dengan Pengaturan Sanksi Pidana lerhadap Penyalahgunaan

Narkotika dan Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Ditinjau dari Perlindungan Terhadap Korban dan

Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Self

Victimizing Victims

8

BAB IV K E S I M P U L A N DAN SARAN

Bab ini memuat beberapa kesimpulan dan saran yang dibuat

peneliti sebagai hasil dari pembahasan dun penguraian di dalam

penelitian ini dari keseluruhan permasalahan yang ada

DAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A Pengertinn Pcnyalaliguiiaan

Penyalahgunaan dimaksudkan dalam penclilian ini adalah

penyalahgunaan terhadap narkotika dan psikolropika Dimana bahwa

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika ini diambil dan dipersainakan

dcngan pengertian penyalahgunaan narkoba seperti yang disebutkan Lutfi

Braja yakni memberikan pembatasan mengenai penyalaiiguiiaaii yaitu

Pemakaian narkoba di iuar indikasi medik tanpa petunjuk atau

resep dokter dan peinakaiannya bersifat patologik

(menimbulkan kelainan) dan menimbiilkan humbutan dalam

aktifitas di rumah di sekoiah atau di kampus tempat kerja dan

lingkungan sosial Ketergantungan narkoba adalah kondisi yang

kebanyakan diakibatkan oleh penyalahgunaan zat yang disertai

dengan adanya toleransi zat (dosis semakin tinggi) dan gejala

putus zal

Permasalahan penyalahgunaan mengakibatkan dampak yang sering

terjadi di tengah-tcngah masyarakat dari penyalahgunaan narkolika dan

psikotropika antara lain merusak hubungmt kekeluargaaii menurunkan

kemampuan belajar dan produktifitas kerja secara drastis sulit membedakan

mana perbuatan baik dan perbuatan buruk perubahan pcrilaku menjadi

Mardani Op 01 lial 2

9

10

pcrilaku anti sosial (pcrilaku maladaptil) gangguan kesehalan (fisik dun

mental) mempertinggi jumlah kecelakaan lalu lintas tindak kekerasan dan

kriniinuliLis lainnya

Dari kata penyalahgunaan menandakan bahwa Narkotika dan

Psikotropika tidak selalu bermakna negatif Dcngan begitu narkotika dan

psokitropika yang digunakan dengan baik dan benar oleh dokter untuk

mengobati pasiennya lidak tennasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang

disaiahgunakan Di dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA

(Narkotika Psikotropika dan Zat Adit i f Lainnya)

B Pengertian Victiimlogt

Pada dasarnya perkembangan ilmu pengetahuan tentang korban

kejahalan (viktimologi) lidak dapat dipisahkan dari iahimya peiiiikiraii-

pemikiran brilian dari Hans von Hentig seorang ahli kriminologi pada talum

1941 serta Mendelsohn pada tahun 1947 Pemikiran dari kedua ahli ini

sangat mcmpengaruhi setiap fase perkembangan viktimologi Perkembangan

viktimologi hingga sampai pada keadaan seperti sekarang tentunya tidak

terjadi dengan sendirinya namun telah meiigalami berbagai perkembangan

yang dapai dibagi dalam 3 (tiga) fase sebagai berikut

a iada tahap peitama viktimologi hanya meinpclajari korban kejahatan saja

pada fase ini dikatakan sebagai pehdl or special vtciimolo^

b Pada lase kedua viktimologi tidak hanya mengkaji masalah korban

Oadang Huwari Konsep Islam Memerungt AIDS dan NAA Cel XI (Ycgvakarta Ohaiiii iiakli Idaya 1997) hal 153 Made Danaa Wi da Op cil hal 200

kejahalan tetapi juga meiipuli korban kecelakaan Pada fase ini disebut

sebagai general victimology

c Fase ketiga Vikt imologi sudah berkembang lebih luas lagi yaitu mengkaji

permasalahan korban karena penyalahgunaan kckuasaan dan hak-hak asasi

manusia Fase ini dikatakan sebagai new viciimology

Berdasarkan pengertian di atas nampak je las bahwa yang menjadi

obyek pengkajian dari viktimologi diantaranyu pihak-pihak mana saja yang

terlibat atau mcmpengaruhi terjadinya suatu viktimisasi kriminal

bagaiinanakah respon terhadap suatu viktimisasi kriminal faktor penyebab

terjadinya viktimisasi kriminal bagaimanakah upaya penanggulangannya

dan sebagainya

C R u a i i g L i n g k u p Victimologi

Vikt imologi mencliti topik-topik teiilang korban scperti peranan

korban pada terjadinya kejahatan hubungan antara pelaku dengan korban

rentannya posisi korban dan peranan korban dalam sistem peradilan pidana

Selain itu menurut Muladi viktimologi merupakan suatu studi yang bertujuan

untuk

1 Menganaiisa berbagai aspek yang berkaitan dcngan korban

2 Berusaha untuk memberikan penjelasan sebab musabab terjadinya

vikt imisasi dan

3 Mengembangkan sistem tindakan guna mengurangi penderitaan manusia

^Suryono Ekolaina ST Harum Pudjianlo RS dan G Wiraiama Abortus Iruvocalus Ba^ Korban Perkosnan Persxkif Viktimologi Kriminologi Jan Hukum Pidana Edisi PcrUtma Culakari lurlunii (Jakiiria Univcrsilas AlmaJaya 2001) liul 174 ^ibidMl I7()

12

Menurut JE Sahetapy ruang lingkup Viktimologi meliputi bagaimana

sescorang (dapat) menjadi korban yang ditentukan oleh suatu victimity yang

lidak selaiu berhubuiigan dengan masalah kejahatan termasuk pula korban

kecelakaan dan bencana alam selain dari korban kejahatan dan penyalah

gunaait kekuasan^ Namun dalam perkembangannya di tahun 1985

dipeiopori oleh Separovic yang mempelopori pemikiran agar Viktimologi

khusus niengkaji korban karena adanya kejahatan dan penyalahgunaan

kckuasaan dan tidak mengkaji korban karena musibah alau bencana alam

karena korban bencana alam di iuar kemauan manusia out of mms will)

D Jenis dan Penggolungan Narkotika dan Psikotropilta

Dari kata penyalahgunaan narkoba menandakan bahwa narkoba tidak

selalu beimakna negatif Dengan begilu narkolika dan psokitropika yang

digunakan dengan balk dan benar oleh dokter unluk mengobati pasiennya

tidak termasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang disaialigLmakan Di

dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA (Narkotika Psikolropika

dun Zat ditir Lainnya) Dalam penelitian ini hanya dibahas tentang

narkotika dan psikolropika maka sebelumnya dipaparkan terlebih dahulu

berbagai jenis narkotika dan psikotropika sebagai berikut

a) Narkolika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari lanaman atau

TbUi Miiiadi HAM Halam Persepkiif Sislem Peradilan Pidana datam Muladi (cd) Hak Asas) Manusia Hakclal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspeklif llukum dan Masyarakat (Bandung Refikii Aditama 2005) hal lOX VfiWDial 109 Subagyo Partediharjo Op cil hal 11

13

bukan tanainan baik sintesis maupun bukan sintesis yang dapat

menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa

Zat ini dapal mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat

meninibulkan ketergantungan Menurut Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika Narkolika adalah at atau obat yang

berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun

semisimetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri

dan dapat nienimbulkati ketergantungan yang dibedakan kc dalam

golongan-goiongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang in i

Narkotika memiliki daya adikasi (ketagihan) yang sangat berat

Narkolika juga memiliki daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual

(kebiasaan) yang sangat tinggi Ketiga sifat narkolika ini yang

menyebabkan pemakai narkotika tidak dapat lepas dari cengkeramannya

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

Jenis jenis narkotika dibagi ke daiam 3 (tiga) kelompok yaitu narkotika

golongan I golongan I I dan golongan I I I

Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbaiiaya

karemi daya adilifnya sangat tinggi Golongan ini tidak boleh digunakan

untuk kcpentingan apapun kecuali unluk penelitian atau ilmu

pengetahuan Contohnya adalah ganja heroin kokain inorfin opium dan

lain-lain Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya

Ibid Posal 1 Ayal (I) Unilung-Undang Nomor 3 Tahun 2009 lenlang Narkotika

14

aditifkual tclapi bcrmaiilaal untuk pcngohatan dan penclilian tlonluhnya

adalah petidin dan turunannya benetldin belamctadol dan lain-iain

Sedanikaii narkulika golungaii Ml adalah narkotika yang niciniliki daya

aditif riiigan tetapi bermanfaat untuk penghatan dan penelitian Contohnya

adalali kudcin dun turunannya^

Berdasarkan cara pcmbuatannya narkotika dibedakan ke dalam 3

(tiga) golongatt juga yaitu narkolika atami narkotika semlsimesis dan

narkotika sintesis Dijelaskan sebagai berikut

1) Naikotika alami

Narkotika alami adalah narkotika yang zat aditithya diambil dari

(umbuhlumbuhan (atam) Contohnya

u tjaiija

Ganja adalah tanaman perdu dengan daun menyerupai daun

singkong yang tepinya bergerigi dan berbulu lialus Jumlah Jari

daunnya selalu ganjil yakni 5 7 9 Tumbuhan ini banyak lumbuh di

iieberapa daerah di Indonesia seperti Aceh Suinalera Ulara

Sumatera Selaian Pulau Jawa dan lain-lain Daun ganja ini sering

iligunakiin sebagai bumbu penyedap masakan Bila digunakan

ebagai bumbu iiuisak daya adilifnya rendah Namun lidak

ilemikian apabila dibakar dan asapnya dihirup Cara

|)cnyalahgunaunnya adalah dikcringkan dan dicampu dengan

icmbakiiii rokok atau dijadikan rokok lalu dibakar serta dihisap

Subagvo PurtoJiharjo Op cil hal 11-12

15

b Ilaisis

Hasis adaiah lanaman serupa ganja yang lumbuh di Amcrika

Latin dan Eiopa Daun ganja hasis dan mariyuana Juga dapat

disuling dan diambil sarinya Oatam bentuk cair harganya sangat

mahai Gunanya adalah unluk disaiahgunakan oleh pemadut-pemadal

kelas tinggi

c Koka

Koka adalah lanaman perdu mirip pohon kupi Huahnya yang

inatang bcrwama inerah seperti biji kopi Dalam komunitas

masyarakat Indian Kuno biji koka sering digunakan untuk

inenambah kekiiatan orang yang bcrperang atau bcrburu binalang

Koka kemudian bisa diolah menj adi kokain

d Opium

Opium adaiah bunga dengan bentuk dan wama yang indah

Dari getah bunga opium dihasilkan candu (opiat) Di Mesir dan

daratan Cina opium dahulu digunakan unluk mengobati beberapa

penyakit member kekuatan atau menghilangkan rasa sakil pada

lentara yang terluka sewaktu berperang atau berburu Opium banyak

lumbuh di segiliga emas antara Burma Komboja dan Thailand

atau di daratan Cina dan segitlga emas Asia Tengah yaitu daerah

antara Alganistan Iran dan Pakistan

Dalam kalangan perdagangaii liilernasional ada kebiasaan

ftW hal 14

16

(keliru) tncnamai daerah tempat peuanamuii opium sebagai daerah

emas Diberi nama demikian karena perdagaiigan opium sangat

mengimtiingkan Karena bahayanya yang besar daerah seperti ilu

keliru jika diberi nama predikat emas Daerah sumber produksl

opium sepantasnya disebut segitlga setan atau segitlga iblis

2) Narkotika semisintcsis

Narkotika semisintesis adalah narkotika alami yang diolah dan

diambil zat aktifnya (intisarinya) agar memiliki khasiat yang lebih kuat

schmgga dapat dimanfaatkan untuk kepcnlingan kedokteran

Contohnya

a Morfm dipakai dalam dunia kedokteran unluk menghilangkan rasa

sakit alau pembiusan pada operasi (pcmbcdahan)

b Kodein dipakai unluk obat penghilang baluk

c Heroin tidak dipakai dalam pengobatan karena daya adilifnya

sangat besar dan matifuatnya secara medis belum

ditemukan Dalam pcrdugangan gelup heroin diberi nama

pulaw atau pete atau pt Henlnknya seperti tepun terigu

yang halus pulih dan agak kotor

d Kokain liiisll olahati dari biji koka

3) Naikotika sintesis

Narkotika sintesis adalah narkotika palsu yang dibuat dari bahan

kimia Narkotika ini digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi

oraiig yang menderita kclcrgantungun Contohnya

17

a Ietidin unluk obat bius lokal operasi kccil sunal dan

sebagainya

b Melhadon unluk pengobatan pecandu narkoba dan

c Naltrexon untuk pengobatan pecandu narkoba

Selain unluk pembiusan narkolika sintesis biasanya diberikan

oleh dokter kcpada penyalahgiina narkoba untuk menghcntikan

kebiasaannya yang tidak kuat melawan sugesti (relaps) atau sakaw

Narkotika sintesis berfungsi sebagai pengganti senientara Bila sudah

bciiar-bcnar bcbas asupan narkoba sintesis in dikurangi sedikil demi

sedikit sampai akhimya berhenti total

b) Fsikotropika

Pengertian psikolropika menurut Pasal I Ayal ( I ) Undang-Undang

Nomor 5 Taliun 1997 tentang Psikotropika adalah Zat atau obat baik

alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif

melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusal yang menyebabkan

perubahan khas pada uktivitus mental dan perilaku

Pengertian Psikolropika di daUim Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika tidak ditemukan Hal tersebut sehubungan

dengan ketentuan di dalam Pasal 153 huruf b yaitu Lamplran mengenai

jenis Psikotropika Golongan 1 dan Golongan II scbagaimana tercantum

dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang

Psikotropika (lcmbaran Ncgara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor

10 Tambahan Lcmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671) yang

18

telah (iipindahkan menj adi Narkotika Golongan I menurut UndangUndang

ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku Oleh karenanya dalam Undangshy

Undang Nomor 35 Tahun 2009 tidak ada lagi di dalam pasal-pasal nya

yang mengatur mengenai Psikotropika karena sudah dlmasukkan ke dalam

golongan Narkotika

Sesuai dengan pembahasan dalam penelitian ini masih

berhuijutigar dengan Psikotropika maka Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1997 tentang Psikotropika masih perlu untuk dibahas dalam penelitian ini

Menui iil undangumlang tersebut Psikolropika adalah zal atau obal bukan

narkolika baik alamiah maupun sintesis yang memiliki khasiat psikoaktif

melaiui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan

perubahan khas pada aktivitas nonnal dan perilaku Psikotropika ini

merupakan obat yang digunakan oleh dokter untuk mngobali gangguan

jiwa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tenumg

Psikolropika psikotropika dikelompokkan ke dalam 4 (empat) golongan

Golongan I yaitu psikotropika dengan daya aditif yang sangat kuat

belum diketahui manfkilnya untuk pengobatan dan sedang diteliti

khasiiitnya saat ini Contohnya adalah MDMA ekstasi USD dan STP

Golongan U yakni psikolropika dengan daya aditif kuat serta berguna

untuk pengobatan dan penelitian Contohnya adalah amfelamin

metanifetamin metakualon dan sebagainya Golongan IH yakni

psikolropika dcngan daya adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan

dan penelitian Contohnya adalah lumibal buprenorsina flcenilrazepam

19

dan sebagainya Golongan IV yakni psikotropika yang memiliki daya

aditif ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian Contohnya

adalah netrazepam (BK Mogadon Duiiiolid) diazepam dan lain-lain^

Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang

Psikotropika yang dimaksud dengan paslkotoplka adalah zat atau obat

baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif

melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang mcnyebabkan

perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku Psikotropika

dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut

1 Psikotropika golongan I yaitu psikolropika yang hanya dapat digunakan

unluk kcpentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi

sena mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma

ketergantungan Contohnya ekstasi shabu LSD

2 Psikotropika golongan II yakni psikotropika yang berkhasiat

pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi danatau tujuan ilmu

pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma

ketergantungan Contohnya amfetamin metilfenidat atau ritalin

3 Psikotropika golongan III yaitu psikotropika yang berkhasiat

pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi danatau unluk tujuan

ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan

sintlroma ketergantungan Contohnya pentobarbital Flunitrazepam dun

4 Psikotropika golongan IV yaitu psikotropika yang berkhasiat

Ibid ILil 15

20

pengobatan dan sangal luas digunakan dalam terapi danatau unluk

tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan

mengakibatkan sindrom ketergantungan Contohnya diazepam

bromazepam Fenobarbital klonazcpam klordiazepoxide nitrazepam

seperti pil BK pil Kopio Rohip Dum MG

Sedangkan kelompok dan jenLs psikotropika yang sering

disaiahgunakan antara lain

1 Psikostimulansia scperti amfetamin ekstasi dan shabu

2 Scdalif amp Hipnolika (obat penenang obat tidur) seperti MG BK

DUM Pil kopio dan lain-lain dan

3 Halusinogenika seperti lysergic acid dycthylamidc (USD) mushroom

Berdasarkan Ilmu farmukologi psikotropika dikelompokkan ke daiam 3

(tiga) golongan yakni dcpresan stinuilan dan halusinogen sebagai

berikut

1 Kelompok dcpresanpcnekan syaraf pusatpenenangobat tidur

Contohnya adalah valium BK rohipnol mogadon dan lain-lain

Jika diminurn obat ini dapat memberikan rasa tenang menganluk

rasa tcnteruni dan damai Obat ini Juga menghilangkan rasa takut

dan gelisah

2 Kelompok stimuiaiiperangsang syaraf pusaianti tidur Conlohnya

adalah amfetamin ekstasi dan shabu Ekstasi berbentuk tablet

berancka bentuk dun wama Amfetamin berbentuk tablet bcrwama

-Aid hal 16-17

21

pulih Bila diiriinuni obal ini mcndalangkan rasa gembira hilangnya

rasa pemiusuhiui hilangnya rasa marali ingin selalu aktif badan

terasa fit dan lidak merasa lapar Daya kerja otak menjadi scrba

cepat namun kurang lerkendali Shabu berbentuk tepung kristal

kasar berwarna pulili hersih seperti garani

3 Kelompok halusinogen Halusinogen adalah obat at tanaman

makanan yang dapat meninibulkan kiiayaian contohnya yailu LSD

Lysergic Acid Dicihyltamide) getah lanaman kaklus kecubung

jamur tertentu (misceiine) dan ganja Bila diminurn spikotropika

jenis in dapat menimbulkan kliayalan tentang peristiwa-peristiwa

yang mengerikan khayalan tentang kenikmatan scks dan

sebagainya Kenikmatan didapat oleh pemakai setelah pemakai sadar

bahwa perisfiwa mengerikan ilu bukan kenyataan atau karena

kenikmatankenikmatan yang dialami walaupun hanya khayalan

BAB III

PEMBAHASAN

A Faktor yang Mcnyebabkan Terjadinya Penyalahgunaan Narkotika dan

Psikotropilta

1 Faktor yang Bersunibcr Dari Individu

Menurut Luthfi Buraja terdapat 3 (liga) pcndekatan untuk

tcrjadinya penyalahgunaan dan ketergantungan terhadap narkotika dan

psikotropika yaitu peridekalan orgunobilogik psikodinamik dan

psikososial Ketiga pendekatan tersebut tidaklah berdiri sendiri melainkan

saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya Dari siidut pandang

organobiologik (sususan syaraf pusatotak) mekanismc terjadinya adiksi

(ketagihan) hingga deperidcnsi (ketergantungan) dikenal dengan dua istilah

yaitu gangguan mental oragnik atau sindrom otak organik seperti gaduh

gelisah dan kekacauan dalam fungsi kognilif (alam pikiran) efektif (alam

perasaanemosi) dan psikomotor (perilaku) yang disebabkan efek

langsung terhadap susunan syaraf pusat (otiik)^^

Sescorang akan mcnjadi ketergantungan terhadap narkotika dan

psikotropika apabila seseorang dengan tems-menenis diberikan zat

tersebut Hal ini berkaitan dengan teroi adaptasi sekuler mum

adaptaiUm) tubuh beradaptasi dengan menambah jumlah teseptor dan seishy

se syaraf bekcrja kcras Jika zat dihenlikan sel yang masih bekerja kcras

Luthll Uaraja Makalali Gangguan Mciilul dan icrilaku Akibut Nurkuba Disampalkim pada Seminar tentang Narkoba di SMK Iptck lakarla hal 2

22

23

tadi mengaiami kelmLisaii yang dari kiar tampak sebagai gejala-gejala

putus obal Gejala putus obat tersebut mcmaksa individu untuk

mengulangi pemakaian zal tersebul

Faktor predisposisi individu dengan gangguan kepribadian (anti

sosial) ditandai dengan pcrasaan lidak puas terhadap orang lain Selain itu

yang bersangkutan tidak inampu untuk berfungsi secara wajar dan efektif

dalam pergaulan di rumah di sekoiah atau di tempat kerja gangguan lain

sebagai penyerta berupa rasa cemas dan depresi Untuk mengatasi

ketidakniainpuan dan mcnghiiangkan kccemasan atau depresinya maka

individu tersebut cenderung untuk menggunakan narkoba Semestinya

individu itu dapat mengobati dirinya dengan datang ke dokterpsikiater

untuk mendapatkan terapi yang tepat sehingga dapat dicegah

keterlibatannya dalam penggunaan narkotika dan psikotropika

Secara umum mereka yang menyalahgunakan narkotika dan

psikotropika dapat di bagi ke dalam 3 (tiga) golongan besar yaitu

1 Ketergantungan primer ditandai dengan adanya kecemasan dan

depresi yang pada umumnya terdapat pada orahg detigah kepfibadlah

yang tidak stabil

2 Ketergantungan simtomatis yaitu penyalahgunaan narkotika dan

psikotropika sebagai salah satu gejala dari tipe kepribadian yang

mendasarinya pada umumnya terjadi pada orang yang kepribadian

psikopatik (anti sosial) kriminal dan pemakaian narkotika dan

Ai4hal K

24

psikotropika untuk kesenangaii sematu

3 Ketergantungan reaktif yaitu terdapat pada remaja karena dorongan

ingin tahii pengaruh tekanan dan lingkungan tenian atau kelompok

sebaya peer group pressure)

Ada beberapa faktor internal dan ekslernal yang mcnjadi penyebab

individu menyalahgunakan dan menjadi ketergantungan terhadap

narkotika dan psikotropika Menurut Sudarsono bahwa penyalahgunaan

narkolika dan psikotropika di latar belakangi oleh beberapa sebab yaitu

1 Untuk membuktikan kebcranian dalam melakukan tindakan-tindakan

yang berbaiiaya seperti ngebut dan bergaul dengan wanita

2 Meniinjukkan tindakan yang menenlung orang tua guru dan norma

sosial

3 Mempermudah penyaluran dan mempermudah perbuatan seks

4 Melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh peiigalamaii-

pengalainan einosional

5 Meneari dan menemukan aril hidup

6 Mengisi kekosnngan dan kesepian hidup

7 Menghilangkan kegelisahan frustasi dan kepepel hidup

8 Mengikuti kemauan kawan-kawan dahim rangka pembinaan solidaritas

dan

9 Iseng-iseng saja dan rasa ingin tahu

Menurut hasil penelitian Dadang Hawari bahwa di anlara faklor-

Sudujsono Kenakalan Remaja cel ii (Jakarta Rineka Cipta 1992) 1ml 67

25

faktor yang berpcran dalam penggunaan narkotika dan psikolropika

adalah

1 Faktor kepribadian anti sosial dan psikopatik

2 Kondisi kejiwaan yang mudah merasa keeewa atau depresi

3 Kondisi keluarga yang meliputi keutuhan keluarga kesibukan orang

tua hubungan orang tua dengan anak

4 Kelompok teiiian sebaya dan

5 Narkotika dan psikotropika itu sendiri mudah diperoleh dan tersedianya

pasaran yang resmi maupun lidak resmi

Menurut Siibagyo Partodiharjo secara individu terdapat beberapa

faktor yang mcmpengaruhi sescorang dapat menyalahgunakan narkotika

dan psikotropika Alasan ini merupakan alasan yang bersumber dari diri

sendin atau pemakai narkotika dan pasikotropika tersebut yakni sebagai

berikut

a Ingin tahii

Perasaun ingin tahu biasanya diniiliki oieh generasi muda pada

umur setara siswa SD SLTP dan SLTA Bila di hadapan sckelompok

anak muda ada seseorang yang inemperagakan uikmatnya

mengkonsumsi narkotika dan psikolropika maka didorong oleh naluri

alami anak muda yaitu keingintahuan maka salah seoariig dari

kelompok itu akan maju mencobanya Selain didorong oleh

keingintahuan keberaniannya juga karena didesak oleh gejolak dalam

Mardiini foc cil hai 102 ^ Subagyo RatoiJlliarjo ioc cil liiil 72-74

26

jiwanya yang ingin dianggap hebal pemberani dan pahlawan di antara

temanteinan sehayanya Maka jatuhlah satu orang anak dalam pelaku

setan

Dalam kondisi seperti itu reaksi kawan-kawan sebayanya

berbeda-bcda

1 Ada yang ingin menyaingi menunjukkan bahwa dirinya lebih hebat

lagi lalu memakai

2 Ada yang ingin tahu kemudian ikut memakai dan

3 Ada yang sella kawan lain ikut memakai juga

Sikap seperti inilah yang menyebabkan bandar atau pengedar

senang Mereka meiigincar generasi muda mahasiswa atau pclajar

karena 2 (dua) pertimbaiigan

1) Kalau salah satu anak muda kena maka anak muda yang lainnya

ikut kena sehingga konsumen cepat bertambah dan

2) Kalau anak muda kena maka anak muda tcrsebut akan mcnjadi

pemakai selia dalam waktii yang lama Berbeda dengan orang tua

yang cepat maii keuntungan komersial yang diperoleh dari

kelompok anak muda ini akan banyak

b Ingin dianggap hebal

Pcrasaan ingin dianggap hebat biasanya dimiiiki oleh generasi

muda Sepcrti ditcrangkan di atas salah satu sifat alami yang positif

dari generasi muda adalah daya saing Sayang sekali karena

kelidaktahuan sifat positif ini juga dapat dipakai untuk masalah negatif

27

Silat positif ini scharusiiya didorong unluk berlomba daluin preslasi

pada bidang pcndidikan kesenian olah raga dan lain-lain yang

bermanfaat bagi kehidupan

Bila sikap ingin berkonipctisi ini diarahkan untuk

mengkonsumsi narkolika dan psikolropika akibatiiya sungguli

mengerikan yailu kcgagalan hidup dan kesengsaraan Pemakai hanya

dapat dianggap hebat oleh lingkungan kecil pcniakai narkotika dan

psikotropika Di masyarakat luas pemakai hanya menuai cerca dan

nista

c Rasa setia kawan

Perasaan setia kawan sangat kuat dimiiiki oleh generasi muda

Jika lidak mendapatkan penyaluran yang posilif sifai positif tersebut

dapat berbahaya dan mcnjadi negatif Bila (cmannya memakai

narkotika dan psikotropika maka individu tersebul ikut juga memakai

Bila temannya dimarahi orang tuanya atau dimusuhi masyarakat maka

pemakai membela dan ikut bersimpatik

Sikap seperti itulah yang menyebabkan anak ikut-ikutan

Awalnya hiuiya satu orang yang merokok kemudian semuanya menjadi

perokok Setelah semuanya merokok sntu orang mulai memakai ganja

lalu yang lainnya ikut sehingga menjadi sekawanaii pemakai ganja

Selelah semua memakai ganja satu orang memakai ekstasi kemudian

semuanya ikut demikian selerusnya meningkat menjadi shabu dan pada

akhirnya menjadi pemakai putaw

28

d Rasa kccewa truslasi kcsai

Pcrasaan kesal kcccwa atau (rustasi biasanya terjadi karena

kegagalan pada generasi muda eksckutif mudu suami atau istri

Pcnggiiiiaan narkotika dan psikolropika pada kelompok ini bertujuan

untuk sesaat melupakan kekccewaan kckesaian dan fi-uslasi Kondisi

masyarakat yang carut martit tclah banyak melahirkan kekccewaan

kekesalan bahkan Iruslasi Narkolika dan psikotropika dapat

melupakannya sesaat tetapi tidak untuk mengatasi masalah yang

sesungguhiiya

Hubungan buruk yang disebabkan oleh kcgagalan

berkomuiiikasi antara orang tua dengan anaknya dapat menyebabkan

rasa kesal Hal ini mcnjadi faktor pemicu pemakaian narkotika dan

psikotropika oleh anak Intcraksi anlara orang tua dcngan anak tidak

cukup hanya berdasarkan niat baik Cora berkoniunikasi juga harus

baik Masing-masing pihak harus memiliki kcsabaran untuk

menjclaskan isi hatinya dengan cara yang tepat Banyak sekali konfllk

di dalam rumah tangga yang terjadi hanya karena salah paham atau

kekeliman berkoniunikasi Kekeliruan kecil itu dapal bcrakibat fatal

yaitu masuknya narkotika dan psikotropika ke dalam keluarga

Kekccewaan kekesalan dan frustasi dapal terjadi karena

kekeliruan dalam berkomunikasi terhadap beberapa faktor berikut i n i

I ) Komunikasi anak dengan orang tua

IbUI hiiJ 74

29

2) Komunikasi antar anak

3) Komunikasi di lingkungan eksekulifinuda dan

4) Komunikasi antara suami istri

e Ingin bebus dari rasa sakil atau pusing

Penderila pcnyakit beral yang kronis dan tidak kunjuiig sembuh

misalnya Ranker hati luka bakar uka tusuk wasir Ranker paruparii

migreii eneok pengapuran dan lain-lain sclalu merasakan sakit yang

iuar biasa karena penyakitnya Rasa sakit tersebut sering kali tidak

dapat dihilangkan dengan obat pengtiiiang rasa sakit biasa (anaigetik)

sehingga peiiderilanya mencoba narkotika atau psikotropika

Narkotika maupun psikolropika dapat menghilangkan rasa sakit

tersebut tetapi tidak menyembuhkan penyakitnya Ceiakaiiya pemakai

yang bersangkutan malah mendapat maslah baru yaitu ketergantungan

dengan segala komplikasinya yang justru menjadi lebih berbahaya

f Ingin menikmati rasa gembira tampii lincah energik dan mengusir

rasa sedih dan malas

Para eksekudf dan sciebritis biasanya memiliki gaya hidup yang

trendi Mereka merasa dituntut untuk selalu lampil lebih prima Dengan

mengkonsumsi naikotika atau psikolropika mereka dapat tampii prima

dan percaya diri karena kehilangan rasa malu walaupun sesungguhnya

tidak demikian

Perasaan hebat tersebut di atas seharusnya dicapai melaiui tekun

berolah raga hidup teratur meningkatkan kualitas fisik mental

30

inlclckUial dan mocaiiiyii Riikan ineiigamhit jalan piiitas dcngan tampii

seotah-olah prima niclalui manipulasi atau lipuan melaiui

mengkonsumsi narkotika atau psikolropika tersebut Pcnampilmi prima

yang semu atau atau tipuan itu lambat laun akan terungkap juga

sehingga [ania-keiamaan akan kelahuari juga jati dirinya yang

sesungguhnya itu

g ingin tampii iangsing

Narkolika dan psikotropika terscbut juga banyak digunakan oleh

artis dan ibu-ibu rumah tangga yang berbadan gemuk untuk

melangsingkan lubtihnya Narkotika alau psikotropika dengan jenis

tertentu ada juga yang dapat menghilangkan nafsu makan sekaligus

menambali aktivitas fisik sehingga dapat menurunkan beral badun

h Takut mengalami rasa sakit (sakaw)

Pengguna jenis narkotika atau psikolropika tersebut yang sudah

menjadi pemakai tetap (pemadat) akan mengalami rasa sakit (sakaw)

bila tidak memakainya Karena takut merasakan penderitaan maka

pemakai tersebut terus memakainya sehingga menjadi pemakai yang

sella junkies) Banyak pemakai narkotika dan psikotropika ini yang

setia adalah orang-orang yang merasa terpaksa memakai sebab kalau

lidak memakainya mereka akan mengalami sakaw

Kebanyakan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika

dimulai atau terdapat pada masa remaja sebab masa remaja yang

sedang mengalami perubahan biologik psikologik maupun sosial yang

31

pesat merupakan individu yang rentan untuk nienyaiahguriakan

narkotika maupun psikotropika terscbut Anak atau remaja dcngan ciri-

ciri tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi

penyalahgunanya Ciri-ciri tersebut anlara lain^

a Cenderung memberontak dan menolak otoritas

b Cenderung memiliki gangguan j iwa lain (komorbiditas) seperti

depresi cemas psikotik keperibadian dissosial

c Perilaku menyimpang dari aluran atau norma yang berlaku

d Rasa kurang percaya diri low selw-confulence) rendah diri dan

memiliki citra diri negatif (ow setf-esleem)

e Sifal mudah keeewa cenderung agresif dan destruktlf

f Mudah murung pemalu pendiam

g Mudah merasa bosan dan jenuh

h Keingintahuan yang besar untuk meneoba atau penasaran

i Keinginan untuk bersenang-senang [just for fun)

j Keinginan untuk mengikuti mode karena dianggap sebagai lambang

keperkasaan dan kehidupan modem

k Keinginan untuk diterima dalam pergaulan

1 Identitas diri yang kabur sehingga merasa diri kurang jantan

mTidak siap mental untuk menghadapl tekanan pergaulan sehingga

sulit mcngambil keputusan untuk menolak tawaran NAPZA dengan

tegas

Tom Kus dan Tedi Btihava NAPZA Bagi Pelajar (Bandung Yayasan Al-Ghilari Morgan im) hal 14

32

n Kemampuan komunikasi rendati

o Melarikan diri dari scsuatu (kebosaiian kcgagalan kekccewaan

kclidakmampuan kesepian dan kegcliran hidup dan lain-lain)

p Putus sekoiah dan

q Kurang menghayati iman atau kcpcrcayaaiinya

Menurut Tim Badan Narkotika Nasional hahwa terdapat

beberapa iaklor yang menyebabkan sescorang alau individu

menyalahgunakan narkolika dan psikotropika anlara lain

1) Keingintahuan yang besar untuk mcncoba tanpa sadar alau berlikir

panjang tentang akibatnya dikemudian hari

2) Keinginan unluk mencoba-coba karena penasaran

3) Keinginan untuk bersenang-senang

4) Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya hidup

5) Keinginan untuk dapat diterima daiam suatu kelompok

6) Lari dari masalah kebosanan atau kegetiran hidup

7) Pengertian yang salah bahwa mcncoba sckali-kali lidak akan

menimbulkan masalah

8) l idak mainpu alau tidak berani menghadapl tekanan dari lingkungan

alau kelompok pergaulan unluk menggunakan narkolika dan

psikotropika dan

9) Tidak Japal atau mampu mengatakan tidak pada narkotika dan

psikotropika

Tim INN Loc di

33

Berdasarkan peinaparaii Icrscbut di atas dengan demikian

bahwa individu didorong oleli beberapa faktor untuk menyalahgunakan

pemakaian narkotika dan psikotropika tersebut sehingga menjadi

individu yang mengalami ketergantungan berikut ini disebutkan

beberapa faktor adalah

1) Ingin tahu dan Ingin mencoba rasa memakai narkotika atau

psikotropika bagi kalangan anak muda)

2) Ingin dianggap lebih hebat dari orang Iain pada orang muda)

3) login membuktikan kesetiakawanan (pada orang muda)

4) Dianggap paling tepat untuk mengatasi perasaan keeewa j en gkel

dan frustasi (pada suami istri yang mengalami konllik rumah

tangga)

5) Dianggap cara yang paling mudah untuk menghalau rasa sakit pada

tubuh (pada penderita penyakit yang kronis)

6) Dianggap cara yang paling ampuh untuk mendapatkan perasaan

tenang damai atau gembira (pada suami istri yang mcnghadapi

konflik rumah tangga)

7) Dianggap cara yang paling mudah untuk melangsingkan lubuh (pada

ibuibii rumali tangga atau wanita yang bertubuh gemuk)

2 Faktor yang Bersumlicr dari Lingkungan

Faktor lingkungan tidak mampu mencegah atau mengurangi

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika bahkan membuka kesempatan

pemakaian narkotika dan psikotropika Yang dimaksud dcngan faktor

34

kesempatan di sini adalah tersedianya siluasi-situasi yang nieiiiungkinkan

untuk memakai narkolika atau psikolropika di waktu-vvaklu luarig di tempat

rekreasi atau hiburan diskotik pesia dan lain-lain Atau mungkin lingkungan

masyarakat yang tidak mampu mengendalikan bahkan membiarkan penjualan

alau pcrcdaran geiap narkotika dan psikotropika misalnya karena lemahnya

penegakan hukum penjualan narkolika dan psikotropika secara bcbas bisnis

narkotika dan psiktilropika yang terorganisir mudahnya memperoleh

narkotika dan psikotropika dan lain-lain

raklor yang bersumber dari lingkungan yang mcnyebabkan individu

dapat menyalahgunakan pemakaian narkotika dan psikotropika merupakan

laktor kontribusi masukaii dari Iuar individu) dimana sesttorang dengan

kondisi keluarga tidak baik akan merasa tertekan dan rasa lertekan inilah

sebagai faktor penyerta bagi dirinya untuk terlibat dalam penyalahgunaan

narkotika dan psikotropika tersebut Disfungsi keluarga yang dimaksud antara

lain adalah keluarga yang tidak utuh kedua orang tua yang tcrlalu sibuk dan

lingkungan interpersonal dengan orang tua yang tidak baik Di samping itu

faktor pencetus seperti pengaruh teman sebaya tersediu dan mudah

didapatkan mempunyai andil sebagai faktor pencetus sescorang atau individu

terlibat ke dalam penyalahgunaan yang mengakibatkan ketergantungan

terhadap narkotika dan psikotropika Dari sudut pandang psikososial

penyalahgunaan narkotika dun psikolropiku dapat terjadi sebagai akibat

negatif dari intcraksi tiga kiitub sosial yang tidak kondtisif yaitu kutub

Lulhli ilurnju Op cil

35

keluarga kutub sekolahkupus dan kulub masyarakat

Faktor lingkungan meliputi faktor kciuarga dan lingkungan pergaulan

balk dlsekltar rumah sekoiah teman sebaya maupun masyarakat Banyak

pengguna Narkotika dan Psikolropika yang berasal dari keluarga yang lidak

harmonis Keluarga seharusnya mcnjadi wadah untuk menikmati kebahagiaan

dan curalian kasih sayang wahana silih asih silih asah dan silih asuh

Namun pada kenyataannya keluarga sering sekali justru menjadi pemicu

sang anak mcnjadi pemakai hal tersebut disebabkan karena kciuarga tersebut

kacau balau Hubungan antara anggota keluarga dingin bahkan tegang atau

bermusuhan

Komunikasi antara ayah ibu dan ariak-anak sering sekali

menciptakan suasana konflik yang tidak berkesudahan dimana bahwa

penyebab konllik tersebut sangal beragam Solusi semua konflik adalah

komunikasi yang baik periuh pcngerlian saling menghargai dan menyayangi

serta ingin selalu membahagiakaii

Konflik di dalam keluarga dapat mendorong anggota keluarga merasa

frustasi sehingga lerjebak memilih narkotika dan psikolropika sebagai

solusinya Biasanya yang paling rentan terhadap stres adalah anak kemudian

suami dan istri sebagai benleng terakhir Beberapa faktor yang bersumber

dari lingkungan keluarga yang dapat mempengaruhi seseorang atau individu

tertentu icrjun kc dalam lingkungan penyalahgunaan narkotika dan

36

psikotropika tcrsebut antara lain adatuh

a Koniimikasi niang tua-aiiak kiii-ang baikcfektif

b Hubungan dalam keluarga kunmgharmonisdisfimgsi dalam keluarga

c Orang tua bercerai bcrscitngkub atau kawin lagi

d Orang lua tcrlalu sibuk aUiu tidak acuh

e Orang tua oloriter alau scrba melarang

f Orang tua yang serha nieinbolehkan (pcrmisil)

g Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teiadan

h Orang tua kurang peduli dun tidak tahu dengan masalah narkolika

i Tata terlib alau disiplin keluarga yang selalu bcrubah (kiiiaiig konsisten)

j Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam kciuarga

dan

k Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahguna narkotika

dan psikotropika

Sitimsi buruk dalam keluarga yang soring menyudiitkan anak ke arah

narkotika dan psikotropika adalah

1) Anak merasa kurang mendapatkan kasih sayang dalam keluarga merasa

kesal keeewa dan kesepian

2) Anak merasa kurang dihargai kurang mendapatkan kepcrcayaan dun

selalu dianggap salah

3) Anak mengalami konflik dengan orang tua dalam masalah pacaran

memilih pasangan hidup atau meneniukan pilihan profesi cila-elta dan

Mardani Loc cil lial 99 AW hal 100

37

sebagainya

4) Anak kesal dan keeewa karena ayah dan ibuiiya kurang lianiionis dan

sering bertcngkar (broken home)

5) Suami thtsirasi karena tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapinya

dengan islrinya

6) Istri fnistrasi akibat konllik dengan suami tentang masalali ekonomi atau

adanya wanita lain di samping suami

Banyak pengguna narkotika dan psikolropika yang pada awalnya

dimulai karena pengaruh dari orang lain Bentuk pengaruh dari orang lain itu

dapat bervariasi mulai dari bujuk rayu lipii daya sampai kepada paksaan

a) Tipu Daya

Banyak anak yang ditipu oleh kenalon teman sahabat atau pacar

Seperti mengajak meraka untuk memakai narkotika dan psikolropika

dengan bemacam-macain tipuan Dengan alasan yang digunakan bahwa

narkotika dan psikotropika adalah vitamin obat pil pintar pil sehat atau

food supplement Tipuan itu dapat juga berupa bujukan bahwa narkotika

dan psikotropika tidak tcrlalu berbahaya kalau tahu raliasianya Banyak

orang di dalam masyarakat yang dikira orang baik-baik namun lemyata

pengedar narkotika dan psikotropika Walaupun orang itu adalah kawan

sahabat saudara atau pacar sebagai pengedar penipu tersebul akan tcga

menipu maupun menjebak kita Pengedar narkotika dan psikotropika

sangat pandui mcmasarkan narkotika dan psikotropika tersebut Dengan

menawarkan narkotika dan psikotropika sebagai mmn food supplement

38

pil scliat pil pintar dan sebagainya Dengan lipuan ini korban dari

kalangan kciuarga hannonis akan terjcrumus ke dalamnya Saat ini banyak

pemakai narkolika dan psikotropika dari keluarga harmonis bukan hanya

bull dari keluarga berantakan Banyak pekerja mahasiswa atau pelajar yang

tampii ioyo tertipu ketika kepadanya ditawarkan pil sehat vitamin atau pil

pintar Banyak pemuka agama juru dakwah atau pengkhotbah yang

tertipu karena pil sehal yang dlbelinya adalah narkotika dan

psikotropika Reaksi pemakaian narkotika dan psikotropika mula-mula

terasa menyehatkan dan membuat si korban tipuan terscbut sukses dalam

berdakwah atau berkhotbah Ibu rumah tangga juga dapat tertipu karena

ditawari pil pelangsing oleh saudara atau teman dalam arlsan dan lain-

lain Mulanya karena tipu daya akhimya setelah lerjebak menjadi

biasa

b) Bujuk rayu

Waftiia camlk pengedaf ftaTkotlka dan psikotFoplka biasanya menjebak

mangsa melaiui bujuk rayu Untuk memasarkun narkotika dan

psikotropika pengedar tersebut memilih profesi sebagai wanita penghibur

atau Wanita Tuna Susiala (WTS) Banyak eksekutif muda pekerja atau

bos-bos yang mulai memakai narkotika dan psikotropika karena rayuan

pekerja seks komersial hostess dan sebagainya Dalam mcmasarkan

narkotika dan psikotropika wanita tersebut merayu akan mau melayani

kencati kalau bersama-sama mengkonsumsi narkotika dan psikotropika

Subagyo Purlodlhario Loc cil hal 78

39

lebih dulu Muta-mula kurban memakai narkotika dan psikotropika karena

tergoda namun akhimya menjadi terbiasa

c) Paksaan

Banyak anak muda yang mengawali pemakaian narkotika dan psikotropika

karena dipaksa oleh sekawanun alau seseorang yang mengancam akan

mencelakainya Banyak pclajar atau nialiasiswa mengawali kebiasaan

memakai narkotika dan psikotropika dari keadaan terpaksa diancam oleh

sekawanan preman yang menghadang di tengah jalan Dari kelompok ini

pula terjaring pemakai yang berasal dari keluarga hannonis

Lingkungan sekoiah bagi pelajar tingkat SD SMP dan SMA

merupakan tempat yang stratcgls bagi para pelajar untuk menunjukkan jati

dirinya sehingga mereka terjun kepada penyalahgunaan narkotika dan

psikotropika ini faktor sekoiah yang merupakan bagian tcrpcnting yang

mempengaruhi adalah

a Sekoiah yang kurang disiplin

b Sekoiah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjiial narkotika atau

penjual psikolropika

c Sekoiah yang kurang member] kesempatan pada siswa untuk

mengembangkan diri secara kreatif dan positif

d Adanya murid pengguna narkotika atau psikotropika

Kartini Kurtono op cil hivl 124

40

B Pengaturan Sanksi Pidana Terhadaj) Pcnyalahgunaaan Narkotika dan

Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau

dari Perlindungan Terhadap Korban

Dalam hukum pidana di Indonesia terdapat adanya

ketldakseimbangan antara perlindungan korban kejahatan dcngan pelaku

kejahatan pada dasarnya mempakan salah satu pengingkaran dari asas setiap

warga negara bersamaan kcdudukannya dalam hukum dan pcmerinlahan

sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 sebagai

landasan konstitusional Perlindungan korban memiliki hubungan cral dcngan

teori pemidanaan yang dikemukakan Wirjono Prodjudikoro tujuan

pemidanaan adalah untuk niemenuhi rasa keadilan^

Ada Juga yang mengemukakan bahwa tujuan pemidanaan dapat

dilihat melalul 2 (dua) leorl mengenai alasan-alaitan yang membenarkan

(justification) penjatuhan hukuman (sanksi) yaitu Teori Absolut

(Vergeldingslheorie) dan Teori Relatif atau Doeitheorie Menurut Teori

Absolut (Vergeldingslheorie) tujuan pemidanaan sebagai pembalasan

terhadap para pelaku karena telah melakukan kejahatan yang mengakibatkan

kesengsaraan lerhadap orang lain alau anggota masyarakat sedangkan

Roeslan Saleh mengatakan sebagai reaksi-reaksi atasdelik yang berwujud

suatu nestapa yang scngaja dilimpakan ncgara kcpada pembuat delik

Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana Cctakan Iuriania (Jakarta Sinar Gnitlka2(W5)hii4

lcduu Mdipaung Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cctakun IcrliirMii (Jukiirtu Sinur Gratika 2005) hal 4

kiwsUin Saleh Shdsel Pidana Indonesia (Jukarlu liinn Aksara 19K7) hal 5

41

Menurut Teori Relatif Doeltheurie) tujuan pemidanaan adalah

a Menjerakan agar si pelaku atau terpidana menjadi jera dan tidak

mengulangi lagi perbuatannya specials presenile) sena masyarakat umum

agar mengertahui jika melakukan perbuatan yang sama akan mengalami

hukuman yang serupa atau disebut pula generalpreventte

h Memperbaiki pribadi si terpidana berdasarkan perlakuan dan pcndidikan

selama menjalani hukuman terpidana merasa menyesal dan tidak akan

mengulangi perbuatannya dan kcmbali kepada masyarakat sebgai orang

baik dan berguna dan

c Mcmblnasakan (menjatulikan hukuman mat) atau mcmbuat terpidana tidak

berdaya dengan menjatuhkan hukuman seiimur hidup

Pandangan di atas sangatlah wajar apabila beranjak dari pandangan

bahwa hukum pidana adalah hukum sanksi (hifzonderesancUerechl) sebab

dengan bertumpu pada sanksi itulah hukum pidana difungsikan untuk

menjamin keamanan ketertiban dan keadilan Dalam perkembangannya

ternyata tidak semua sarjana menyclujui maksud diadakannya pidana scperti

itu (sebagai suatu nestapa) karena muncul pendapat bahwa di samping pidana

ditujukan untuk memberikan penderitaan kcpada pelanggar atau mcmbuat

jera pemidanaan juga bertujuan agar pelaku dapat kembali hidup

bermasyarakat sebagaimana mestinya

Alasan yang paling inenonjol lerhadap upaya perubahan tersebut

adalah dengan meniperhatikan sisi kemanusiaan yang mcmandang bahwa

Ucdcn Mirpaung Opcil hal 4

42

sekalipiin tcrsangka telah melakukan kcsalahaii ia telap berkcdmiiikan sebagai

manusia utuh yang harus tetap diperlakukan sama dengan manusia lainnya

dan dilindungi hak asasi manusionya Karena itu pidana penjara saat ini

sedang mengalami masakrisis karena termasuk jenis pidana yang kurang

disukai Banyak kritik tajam ditujukan terhadap jenis pidana perampasan

kemerdekaan ini baik dllihat dari sudut efektifitasnya maupun dilihat dari

akibat-akibat lainnya menyertai atau berhubungan dcngan dirampasnya

kemerdekaan seseorang

Banyaknyu kritik yang diarahkan pada bentuk pemidanaan berupa

perampasan kemerdekaan (yang ditujukan untuk membuat jera pelaku)

sehingga berkembanglah bentuk pemidanaan lain yang dianggap lebih

manusiawi yaitu penjatuhan pidana berupa denda atau pemberian ganti

kerugian kepada korban Pemberian ganti kerugian pada awalnya merupakan

konsep kcperdalaan seperti halnya dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata yang mewajibkan setiap orang yang menyebabkan orang lain

menderita kerugian untuk membayar ganli rugi Dalam perkembangannya

konsep ini diterupkan pula dalam hukum pidana mengingat akibat yang

ditimbulkan pada korban tindak pidana akan selalu disertai dengan kerugian

baik mental fisik maupun material sehingga sangat wajar apabila korban pun

menuntui ganti kerugian pada pelaku guna memulihkan derita yang

dialaminya

Dengan memperhatikan pada beberapa teori klasik tentang tujuan

Uurtla Nawuwi Ariel Sislem Pemidanaan Menunii Konsep KIHP llaiu dan Latar Helakang Pemlklrannya Hahan Ienalaran Hukum Pidana V Undanu Kupang uinjyful 11 Juli-12 Agustus 1989

43

pemidanaan dapat disiinpulkan bahwa penjatuhan pidana lebih banyak

ditujukan untuk kepeiitingan pelaku dengan kata lain tujuan pemidanaan

hanya dimaksudkan imtuk mengubah perilaku dari pelaku kejahatan agar

tidak mengulangi lag perbuatannya sedangkan kcpentingan korban sama

sekali diabalkan

Perlindungan terhadap korban narkotika jika dihubungkan dengan

beberapa teori pemidanaan yang telah dipaparkan di atas maka peneliti

mengkaji bahwa dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang baru ini terdapat kescimbangan antara perlindungan terhadap

pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana bahwa berdasarkan sanksi

baik pidana maupun denda yang terdapat dalam undang-undang ini sangatlah

berat-berat dan tegas ]ni berarti bahwa undang-undang ini lebih

mementingkan korban dari pada pelaku kejahatan narkotika Mengingat

bahwa dengan adanya pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan

korban semakin banyak yang berjatuhan schingga daripada korbnnnya anak

bangsa yang memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara

Indonesia maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-

beratnya lerhadap si pelaku tindak pidana narkotika bahkan pidana mati atau

seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-

undang yang bam ini juga diatur mengenai rehabilitasi terhadap korban baik

korban yang diakibatkan oleh orang Iain maupun karena self victimizing

victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku itu sendiri

44

C Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Seif-

Victimizing Victims

1 Self-victimizing victims uarkotika dau psikotropika

Suatu viktimisasi adalah sebagai suatu permasalahan manusia yang

merupakan kenyataan sosial hal ini disebabkan karena setiap warga negara

berhak mendapatkan rasa aman dan bcbas dari segala bentuk kekerasan

sesuai dengan falsafah Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 Contohnya adalah seseorang akibat perbuatannya memakai

narkotika dapat menimbulkan bahwa si pemakai tersebut menjadi tidak

berdaya upaya dengan kata lain bahwa si pelaku telah menjadi korban

akibat perbuatannya sendiri yang menimbulkan perbuatan kriminal

Penyalahgunaan narkolika atau psikolropika merupakan perbuatan

kriminal karena telah melanggar ketentuan di dalam undang-undang yang

ada yakni Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tetang Psikotropika dan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Terlibatnya si

pelaku kejahatan atau tindak pidana yang menimbulkan kerugian terhadap

dirinya sendiri daiam hal inilah yang disebut dengan istilah self victimizing

victims yang merupakan bagian dari viktimisasi Sehubungan dengan itu

maka Wolfgang menyatakan beberapa Jenis viktimisasi ialah

1 Unrelated victims yaitu korban yang tidak ada hubungannya sama

sekali dengan terjadinya korban misalnya pada kasus kecelakaan

pesawat Dalam hal In tanggungjawab sepenuhnya terletak pada

Utplietin3|il(igspqtcom2()OSIOl|ukum-viktinivl9gihlml diakscs terakhir langgul l2Januari 2015

45

pelaku

2 Provocative victims yaitu seseorang yang secara aktif mendorong

dirinya menjadi korban misalnya kasus selingkuli dimana korban juga

sebagai pelaku

3 Participating victims yailu seseorang yang tidak berbuul tetapi dengan

sikapnya justru mendorong dirinya menjadi korban

4 Biologically weak victims yaitu mereka yang secara tisik memiliki

keleinalian atau potensi untuk mcnjadi korban misalnya orang tua

renla anak-anak dan orang yang tidak mampu bcrbual apa-apa

5 Socially weak victims Yaitu mereka yang memiliki kedudukan social

yang lemah yang menyebabkan mereka mcnjadi korban misalnya

korban perdagangan perempuan dan sebagainya

6 Self victimizing victims yaitu mereka yang menjadi korban karena

kejahatan yang dilakukannya sendiri pengguna obat bius judi aborsi

dan prostitusi

Dalam hal ini kedudukan viktimologi sebagai sebuah ilmu yang

mempelajari tentang korban memiliki peranan yang sangat penting ruang

lingkup viktimologi ini meliputi

1 Semua macam sciiap macam perbuatan kriminal yang mengakibatkan

orang-orang mcnjadi korban

2 Setiap orang atau pihak yang dapat menjadi korban baik orang

perorangan maupun suatu korporasi atau organLsasi

3 Setiap orang atau pihak yang dapal menimbulkan korban artinya

46

dimana disatu sisi orang terscbut dapat merugikan orang iain sehingga

orang tidak merasa aman akibat tindakanya

4 Cara-cara viktimisasi atau penimbulan korban

5 Bentuk-bentuk viktimisasi yang terdiri dari primary viclimizalion

adalah korban individualperorangan bukan kelompok secondary

victimizalion korbannya adalali kelompok misalnya badan hukum

tertiary Victimizalion yang menjadi korban adalah masyarakat luas

nun viciimozaiion korbannya tidak dapat segera diketahui misalnya

konsumen yang tertipu dalam menggunakan hasil produksi

6 Akibat viktimisasi

7 Pengaruh viktimisasi

8 Reaksi atau respons terhadap viktimisasi

9 Penyelesaian viktimisasi dan

10 Pengaturan yang berkaitan dengan viktimisasi (yang menjadi

perhatian viktimologi)

Studi viktimologi akan memberikan pemahaman kepada setiap

individu mengenai hak dan kewajibannya dalam rangka mengantisipasi

berbagai bahaya yang mengancamnya Viktimologi memberikan

sumbangan pemikiran mengenai masalah viktimisasi tidak langsung

dampak sosial polusi industri viktimisasi ekonomi politik dan

penyalahgunaan kewenangan Viktimologi ini juga memberikan dasar

pemikiran dalam penyelesaian viktimisasi kriminal atau factor viclimogen

dalam sistem peradilan pidana

47

Dari perspektif ikalan Korban Napza (IKON) l ial i yang dimaksud

sebagai korban adalah orangperorangan yang menderita secara langsung

dari penyalahgunaan napza dan tennasuk pula keluarga alau tanggungan

langsung dari korban Namun karena hukum dl Indonesia memandang

pengguna napza adaiah kriminal maka terjadilah dampak-dampak negalif

yang dialami oleh pengguna napza yang merupakan korban scperti

diskriminasi kriminallsasi kesehatan dan stigmatisasi Maka sebagai

korban IKON Bali mendorong agar dihentikannyadiskriminasi lerhadap

korban napza mendorong vonis rehabilitasi untuk korban napza

mendorong agar dihentikannya penyiksaan terhadap korban napza dan

yang terakhir adalah mendorong terpenuhinya hak atas kesehatan bagi

korban dan orang terinfeksi HIV Dengan melihat kondisi permasalahan

penanggulangan napza yang semakin tidak menentu dan meningkatnya

jumlah korban napza secara terus-menerus Maka Ikon Bali meminta

1) Penerapan SEMA Nomor 7 Tahun 2009 sebagai pemenuhan hak atas

kesehatan terhadap korban Mpza

2) Meminta kepada Pengadilan Negeri Denpasar untuk menjadi insiator

dalam penyusunan langkah teknis penerapan SEMA Nomor 7 Tahun

2009

3) Meminta kepada selunih instansi tcrkait untuk mulai meiigambil

langkah nyata dalam penanggulangan napza

43 Ibid

48

4) Meminta agar korban napza diperlakukan secara manusiawi tanpa

penyiksaan sligma dan diskriminasi

5) Ikon Bali mendukung secara penuh program-program pemerintab

dalam penanggulangan napza

2 Rehabilitasi terhadap self-victimizing victims

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

merupakan undang-undang yang baru menggantikan Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika Adapun pasal-pasal di dalam

undang-undang in yang mengatur mengenai perlindungan korban adalah

berbagai pasal-pasal yangmencantumkan rehabilitas kepada korban

maupun pelaku tindak pidana narkolika Pasal 1 ayat (16) meneniukan

defenisi mengenai rehabilitasi dipandang dari sisi medis yakni

Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara

terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan Narkotika

Sementara Itu dalam Pasal 1 ayat (17) ditentukan defenisi rehabilitasi

dipandang dari sisi sosial yakni Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses

kegiatan pemulihan secara terpadu baik fisik mental maupun sosial agar

bekas pecandu Narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosia dalam

kehidupan masyarakat

Diimdangkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang merupakan undang-undang baru ini tentu mempunyai

maksud dan tujuannya Adapun tujuan yang terdapat dalam Pasal 4 yang

berbunyi

49

Undang-Undang tentang Narkotika bertujuan

a Menjamin kelersediaiin Narkotika untuk kcpentingan peiayanan

kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

b Mencegah mclindungi dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari

penyalahgunaan Narkotika

c Memberanlas pcredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika dan

d Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi Penyalah

Guna dan pecandu Narkotika

Bentuk perlindungan terhadap korban dan pelaku kejahatan tindak

pidana narkotika di dalajn Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

disebutkan ada 2 (dua) macam yakni pengobatan dan rehabilitasi lerhadap

korban maupun pelaku Pada Pasal 53 ayat (3) tersebul di atas bahwa yang

dimaksud dengan buktl yangsah antara lain surat kctcrangan dokter

salinan resep atau labeletiket Selcngkapnya mengenai pengobatan

ditentukan dalam Pasal 53 yang berbunyi sebagai berikut

(1) Untuk kcpentingan pengobatan dan berdasarkan indikasi medis

dokter dapal memberikan Narkotika Golongan II atau Golongan III

dalam jumlah terbatas dan sediaan tertentu kepada pasien sesuai

dengan ketcnluan peraturan perundang-undangan

(2) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat ( I ) dapal memiliki

menyimpan danatau incmbawa Narkolika untuk dirinya sendiri

(3) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mempunyai bukti

yang sali bahwa Narkotika yang dimiiiki disimpan danatau dibawa

50

untuk digunakan diperoleh secara sail sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan

Mengenai rehabilitasi terhadap korban dan pelaku tindak pidana

kejahatan penyalahgunaan narkotika merupakan suatu kewajiban bagi

pemerintah dan instansi masyarakat Sebagaimana ketentuan dalam Pasal

54 bahwa Pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika

wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial Dalam Pasal 56

disebutkan juga bahwa

(1) Rehabilitasi mcdis Pecandu Narkotika dilakukan di rumah sakit yang

ditunjuk oleh Menteri

(2) Lembaga rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan oleh instansi

pemerintah atau masyarakat dapat melakukan rehabililasi medis

Pecandu Narkotika setelah mendapat persetujuan Menteri

Kemudian dipertegas kembali dalam Pasal 57 bahwa selain melaiui

pengobatan danatau rehabilitasi medis penyembuhan Pecandu Narkotika

dapat diselenggarakan oleh instansi pemerintah alau masyarakat melaiui

pendekatan keagamaan dan tradisional Salah satu tugas dan wewenang

Badan Narkotika Nasional adalah meningkatkan kemampuan lembaga

rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu Narkotika baik yang

diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat

Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 ini terdapat

pengecualian dalam hal luniutan pidana terhadap anak yang masih berada

di bawah umur Misalnya terdapat di dalam salah satu pasalnya yakni pada

51

Pasal 128 ayal ( I ) yang bcrbunyi Orang tua atau wali dari pecandu yang

belum cukup umur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) yang

sengaja tidak mciapor dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6

(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp 100000000 satu juta

rupiah) Tetapi di datam ketentuan tain yakni pada Pasal 128 ayat (2) dan

ayal (3) ditentukan bahwa anak yang masih di bawah umur tidak dapat

dituntut pidami selcngkapnya pasal tersebul berbunyi Pecandu Narkotika

yang belum cukup umur dan telah dilaporkan oleh orang tua atau walinya

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat ( I ) tidak dituntut pidana

(Pasal 128 ayat (2)) dan Pecandu Narkotika yang telah cukup umur

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) yang sedang menjalani

rehabilitasi mcdis 2 (dua) kali masa perawatan dokter di rumah sakit

danatau lembaga rehabilitasi medis yang ditunjuk oleh pemerintah tidak

dituntut pidana

Pada awalnya narkotika digunakan unluk kcpentingan umat

manusia khususnya untuk pengobatan dan peiayanan kesehatan Namun

dcngan semakin bcrkembangnya ilmu pcngclaliuan dan teknologi

peruntukan narkotika mengalami perluasan hingga kepada hal-hal yang

negatif

Di dunia kedokteran narkotika banyak digunakan khususnya

dalam proses pembiusan sebelum pasien diopcrasi mengingat di dalam

narkotika terkandung zat yang dapat mempengaruhi perasaan pikiran serta

kesadaran pusieti Oleh karena itu agar penggunaan narkotika dapal

52

memberikan manfaat bagi kehidupanurnat manusia maka pcredarannya

harus diawasi secara ketat sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 60 sampai

dengan Pasal 63 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang menyebutkan

Pasai 60 ditentukan bahwa

(1) Pemerintah melakukan pembinaan terhadap segala kegiatan yang

berhubungan dengan Narkolika

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meiipuli upaya

a Memenuhi ketcrsediaan Narkotika unluk kcpentingan peiayanan

kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi

b Mencegah penyalahgunaan Narkotika

c Mencegah generasi muda dan anak usia sekoiah

dalampenyalahgunaan Narkotika termasuk dengan memasukkan

pendidikanyang berkaitan dengan Narkotika dalam kurikulum

sekoiah dasarsampai lanjutan atas

d Mendorong dan menunjang kegiatan penelitian danatau

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di brdang

narkolika unluk kcpentingan peiayanan kesehatan dan

e Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis bagi

Pecandu Narkotika baik yang diselenggarakan oleh pemerintah

maupun masyarakat

53

Pasal 61 ditentukan baiiwa

(1) Pemerintah melakukan pcngawasan terhadap segala kegiatan yang

berkaitan dengan Narkotika

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi

1 Narkolika dan Prekursor Narkolika untuk kcpentingan peiayanan

kesehatan danatau pengembangan Hmu pengetahuan dan

teknologi

2 Alat-alat potensial yang dapat disaiahgunakan untuk melakukan

tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkolika

3 Evaluasi keamanan khasiat dan mutu produk sebelum diedarkan

4 Produksi

5 impor dan ekspor

6 Pcrcdaran

7 Pelabeian

8 Tnformasi dan

9 Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Pasal 62 berbunyi Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan

sebagaimana dimaksud dalam Pasai 60 dan pengawasan sebagaimana

dimaksiiddalam Pasal 61 diatur dengan Peraturan Pemerintah Dan dalam

Pasal 63 disebutkan bahwa Pemerintah mengupayakan kerja sama

dengan ncgara lain danatau badan intcmasional secara bilateral dan

multiialeral baik regional maupun internasional dalam rangka pembinaan

dan pengawasan Narkotika dan Prekursor Narkotika sesuai dengan

54

kcpentingan nasional

Berdasarkan biinyi beberapa pasa di atas mengenai pengawasan

terhadap pentingnya peredaran narkotika wajib diawasi secara ketat

dikarenakan saat ini pemanfaatannya banyak untuk hal-hal yang negatif

D i samping itu melaiui perkembangan teknologi informasi dan

komunikasi penyebaran narkotika sudah menjangkau hampir ke semua

wilayah di Indonesia hingga ke pelosok-pelosok Daerah yang sebelumnya

tidak pcrriah tersentuh oleh peredaran narkotika lambat laun berubah

menjadi sentra peredaran narkotika Begitu pula anak-anak yang pada

mulanya awam terhadap barang haram ini telah berubah menjadi sosok

pecandu yang siikar untuk dilepaskan ketergantungannya

Sebelum Iahimya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

mengenai narkotika diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997

tentang Narkotika namun undang-undang ini tidak dapat dipertahankan

lagi keberadaannya karena adanya perkembangan kualitas kejahatan

narkotika yang sudali menjadi ancaman serius bagi kehidupan umat

manusia Pengguna narkotika sangat beragam dan menjangkau semua

lapisan masyarakat mulai dari anak-anak hingga orang dewasa orang

awam hingga artis bahkan hingga pejabat publik

Efek negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan narkotika secara

berlebihan dalam jangka waktu lama serta tidak diawasi oleh ahlinya

dapat

menimbulkan berbagai dampak negatif pada penggunanya baik secara

55

fisik maupun psikis Bahkan tidak janing penggunaan narkotika dapat

memicu terjadinya berbagai tindak pidana Karena itu untuk mencegah

semakin mcluasnya dampak negalif yang ditimbulkan dari penggunaan

narkotika maka pengawasan tidak hanya terbatas pada peredaran

narkotika tetapi juga pada mereka yang menjadi korban misalnya

sescorang yang menderita ketergantungan narkotika (pecandu) Apabila

seorang pecandu narkotika telah divonis bcrsalah oleh hakim atas tindak

pidana narkotika yang dilakukannya maka untuk memberikan kesempatan

pada yang bersangkutan agar tcrbebas dari kecanduaniiya maka hakim

dapat mcmutuskan untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani

pengobatan danatau perawatan

Pengobatan dan perawatan terhadap pecandu narkotika dilakukan

melaiui fasilitas rchabilitasi Rcliabilitasi medis dan sosial yang diberikan

kepada pecandu dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan

kemampuan fisik mental dan sosialnya Selain pengobatan dan perawatan

melaiui rehabililasi medis proses penyembuhan pecandu narkotika dapat

diiaksanakan oleh masyarakat melalul pendekatan keagamaan dan

tradisional

Sebagai conloh di Pakem Sleman Yogyakarta telah didirikan

sualu kliiiik alau Pusat Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkotika

Psikolropika dan Zal-zat Aditiflainnya (NAPZA) Terpadu yang didirikan

atas kerjasania Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dan

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang diresmikan pada tanggal 7

56

Desember 2005 Tujuan umum pendiriaii pusat rehabilitasi terpadu ini

adalah untuk memberikan jaminan penanganan paripurnakepada korban

penyalahgunaan Napza melaiui aspek hukum aspek medis aspek sosial

aspek spiritual serta pengembangan pcndidikan dan pelatihan dalam

bidang NAPZA secara terpadu sedangkan tujuan khususnya adalah

1 Terhindarnya korban dan instilusi dan penelrasi pengedar

2 Terhindarnya kerusakan mental dun masa depan para penyalah guna

Napza yang akan mcmbtinuh potensi pengembangan mereka

3 Terhindarnya korban-korban baru akibat penularan penyakil-penyakit

seperti Hepatitis HIVAIDS dan penyakit menular lainnya

4 Terwujudnya proses pengembangan penanganan korban NAPZA dan

aspek ilmiah serta keiimuan yang dinamis sesuai perkembangan zaman

sebagai pusat jaringan informasi terpadu dan mewujudkan teknis

penanganan penyalahgunaan narkotika dan obat-obalan terlarang bagi

daerah sekitamya maupun nasional

Pemberian perlindungan kepada korban narkotika lentil tidak dapat

dibebankan sepenuhnya kcpada pemeriiilah peran serta masyarakat pun

diharapkan ada salah salunya diterimanya kembali mantan pani pengguna

dalam lingkungannya tanpa melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya

diskriminatif bahkan dengan mcmposisikan mereka sebagai warga keias

dua yang harus dljauhi

Bentuk periindunganyang diberikan terhadap pelaku maupun

Dikdik M ArilMansur dan tUisUiris Guitom loa cil hal 90

57

korban penyalahgunaan narkolika dan psikotropika daiambentuk

rehabilitasi

Rehabilitasi adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang

dilujukan kepada pemakai narkolika dan psikotropika yang sudah

menjalani program kuratif Tujuannya agar pelaku tidak memakai lagi

dan bebas dari penyakit ikutan yang disebabkan oleh bekas pemakaian

narkotika dan psikotropika

3 Tahapan-tahapan rchabilitasi terhadap self-victimizing victims

Tahapan-tahapan rehabilitasi terhadap self-victimizing victims atas

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika yang ada di Indonesia tidak

sama Ada yang menekankan rehabilitasi hanya pada aspek medis ada

pula yang lebih menekankan pada aspek rohani Atau memadukan kedua

pendekatan tersebut dengan komposisi yang seimbang Yang ideal

rehabilitasi seorang korban narkotika dan psikotropika harus dilakukan

secara holisitik baik secara fisik psikis maupun kerohaiiiannya

1 Tahapan pengobatan (rehabilitasi)

Secara umum ada beberapa tahapan yang harus dilewati

Masing-masing tahapan tersebut memakan waktu bervariasi ada yang

seminggii sebulan dan bahkan berbu lan-bulan tcrgantung tingkat

ketergantungan tekad korban dan juga dukungan berbagai pihak

terutama keluarga dalam seluruh proses tersebut Setiap tahapan

Subagjo PiirloUiharjo Loc cU hal 105 ^ E M Giri Prastowo loc cil hal 28 -29

58

tersebut disusun dan dibuat untuk inenganlar pasien secara bertaiiap

melepaskan dari ketergantungan narkotika dan psikotropika Beberapa

tahapan rehabilitasi ini yang disajikan berikut sudah Icruji dapat

menyembuhkan atau memulihkan korban narkotika dan psikotropika

secara maksimal

a Tahapan transisi

Penekanaii dalam tahap ini lebih kepada informasi awal

tentang korbanseperti

1) Latar belakang korban

2) Lama ketergantungan

3) Jenis obat yang dipakai

4) Akibat-akibat ketergantungan dan

5) Berbagai inlbrniasi lainnya

Hal ini penling sehingga pada saatnya akan menjadi acuan

bagi pihak yang terlibat secara intensif dalam proses rehabilitasi

Ahl i yang berkompeten (dokter) akan menganaiisa tingkat

ketergantungan korban untuk kemudian meneniukan tingkat

pengobatan dan tingkat pembinaan bagi si korban schingga terapi

dan metode pengobatan bisa dilakukan secara terukur

Tahapan ini Juga dapat dijadikan rujukan untuk meneari

model rehabilitasi yang paling tepat bagi yang bersangkutan Pada

tahap ini tim rehabilitasi akan membantu korban agar menyadari

dirinya sedang menghadapl masalah ketergantungan narkotika dan

59

psikotropika Korban diajak untuk bersama-sama mengatasinya Hal

ini penting karena proses rchabilitasi tidak akan berhasil tanpa

adanya kesadaran korban tentang adanya bahaya yang dihadapinya

Dari situ akan dibangun tekad dan komitmennya untuk

meninggalkan narkotika dan psikotropika

Selain itu pada tahapan ini akan diteliti akibat fisik dari

penggunaan narkotika dan psikotropika Sejauh mana tingkat

kerusakan syaraf dan organ-organ tubuhnya yang rusak Unluk itu

diadakan pemeriksaaii laboratoriumiengkap dan tes penunjang untuk

mcndeteksi penyakit yang diderita korban A[)abia dalam

pemeriksaan ditemukan satu atau beberapa penyakit maka terlebih

dahulu diadakan pengobalan medis sebelum penderita mendapat

proses rehabilitasi lanjutan Langkah ini penting selain agar tubuh

yang bersangkutan bebas dari penyakit juga untuk mencegah

terjadinya penularan balk kepada korban narkotika dan psikotropika

ini diadakan pembersihan darah pada tubuh pecandu sehingga darah

menjadi bersih dan sistem metabolisme tubuh kembali normal

Proses ini dapat dilakukan melaiui cara-cara berikut

1) Cold Turkey abrupt withdrawal) yaitu proses penghentian

pemakaian narkotika dan psikolropika secara tiba-tiba tanpa

disertai dengan substitusi antidotum

2) Bertaliap atau substitusi bertahap misalnya dengan kodein

^Ibidhal 30

60

methadone CPZ atau clocard selama i -2 minggu

3) Rapid Detoxification dilakukan dengan anestesi umum (6-12

jam) dan

4) Simtomatik tergantung gejala yang dirasakan

2 Rehabilitasi intensif

Setelah melewati masa transisi (pengumpulan informasi tentang

keadaan korban dan latar belakangnya) baru masiik pada fase

berikutnya yakni proses penyembuhan secara psikis Motivasi dan

potensi dirinya dibangun daiam tahap ini Korban diajak untuk

menemukan dirinya dan segala potensinya sambil juga menyadari

berbagai keterbalasannya Bahwa untuk mengatasi masalah hidup yang

bersangkutan tidak perlu harus mengkonsumsi narkotika dan

psikotropika Narkotika dan psikotropika justru menciptakan masalah

baru yang jauh lebih besar dalam hidupnya Narkotika dan psikotropika

bukanlah solusi tetapi menjadisumber masalah Pada tahap ini berbagai

contoh dapat dipcrlihatkan kepada korban

Yang terlibat di dalam tahap ini yang utama adalah korban itu

sendiri sebagai pelaku self-victimizing victims) Korban harus punya

tekad untuk hidup tanpa narkotika dan psikotropika Korban harus bisa

menatap masa depan dengan penuh optimisme Selain yang

bersangkutan peranan keluarga (orang liia dan saudara-saudaranya

suami atau istri) juga sangal pcnling Anggota keluarga ini harus secara

intensifmendampingi dan jnenopang korban

61

Staf di paiiti rehabilitasi para konselor psikolog dan semua

pihak di panti rehabilitasi untuk bersama-sama mcmbangun

kepercayaan diri korban Seluruh proses ini membutuhkan waktu

berbulan-bulan bahkan selama bertahun-tahun tergantung tingkat

ketergantungan dan efeknya bagi korban Berbagai terapi yang

dilakukan selama dalam tahap ini baik yang dilakukan secara pribadi

maupun bersama-sama lewat berbagai aktivitas di panti rehabilitasi

tersebut bertujuan untuk memberdayakan kembali korban yang disekian

lama telah terpuruk oleh narkolika dan psikotropika Sebagai langkah

awal untuk sosialisasi diri dengan masyarakat korban juga secara

bertahap mulai mcmbangun komunikasi dengan orang lain di Iuar

komunitas rehabilitasi

Menurut Romo Lambertus Somar MSG dalam bukunya

Rehabilitasi Pecandu Narkotika dan Psikotropika pada tahap ini ada

tiga titik yang harus dilewati yang lebih dikenal dengan tahapan

stabilisasi pribadi yailu^

1 Secara sadar dan tekun melepaskan diri dari berbagai penyakit dan

akibatakibat lainnya (no to drugs) Tahap ini merupakan tahap

stabilisasi awai atau tahap konsolidasi (comolidation)

2 Menemukan jati diri menguasai kiat-kiat dan keterampilan-

keterampilan untuk menyehatkan serta mengisi hidup secara lebih

bermakna dan bermulu Latihan keterampilan vokasional (kerja) dan

E M Giri Praslowo Loc cil hal 32

62

peiigungkapan diri dari dimulai dibina sebiiigga disebul juga (afiap

pengukuan diri (jyerwtuil appraisal) Inilah lahap slabilisasi

niericiigah (inadya)

3 Dengan inisiatif pribadi orang secara sadar mulai berfikir dan

bertindak untuk mencapai prestasi-prestasi tertentu schingga disebut

juga tahap positive thinking and doing Tahap ini merupakan tahap

stabilisasi akhir

4 Tahap rekonsiliasi Tahapan berikut yang harus dilewati dan sangat

vital adalah tahap rekonsiliasi Tara korban tidak langsung

herinlcraksi secara bebas dcngan masyarakat akan tctiipi lerleblh

dahulu ditampung di sebuah lingkungan khusus selama beberapa

waktu sampai pasien benar-benar siap secara mental dan rohani

kembali kelingkungannya semula Yang paling ulama dalam fase ini

adalah pembinaan mental spiritual keimanan dan ketakwaan serta

kcsepiikatan sosial kemasyarakaian Proses ini bisa meliputi program

pembinaan jasmani dan rohani

Sampai ke tahap ini yang bersangkutan masih tcrikat dengan

rehabilitasi foimal namun sudah mulai membiasakan diri dengan

masyarakat Iuar sehingga merupakan proses resosialisasi (reentry) atau

penyesuaian (reconcilialion) Proses ini melewati tiga titik penting juga

yaitu

1 Tinggal lebih sering dan lebih lama di lingkungan keluarga sebagai

63

teiiipal tinggal tetap atau pun tempat tinggal transit unluk

resosialisasi sambil mclaiijiitkan kegiatan pilihan sebagai penunjang

masa selanjutnya Di sini terjadi perdamaian dan penycsuaian-

penyesuaian kembali dengan lingkungan

2 Rencana masa depan yang jelas dan siap direalisasikaii dengan

dukungan keluarga atau pihak-pihak lain Pada tahap ini korban

dapat memulai aktivitasnya lagi seperti sekolahkuliah mulai bekerja

atau merintis usaha sendiri

3 Kontak awal dengan kelompok-keiompok atau program-program

pemeliharaan lanjut aftercare) Di sini orang meiierima dirinya

seperti apa adanya merasa puas lalu mempercayakan dirinya ke

tangan orang lain

4 Pciiieliharaaii Lanjut Pada tahap ini walaupun secara fisik yang

bersangkutan sudah dinyatakan seliul dan secara psikis pun sudali

pulih namun masih ada kcmungkinan mereka akan tergclincir

kembali icbihlebih saat mereka sedang menghadapl masalah Pada

saat itu bisa Jadi mereka bemostagia dengan menikmati narkolika

dan psikotropika Saat ini juga niwaii Karena itu setiap korban yang

niemasuki tahap inidipersiapkaii sungguh-sungguh agar dapal

melewati dan mengatasi sUuasi rawan ini dengan melewati tiga titik

ini yakni

a Mengubah menghilangkan aUiu menjauhi hal-hal yang bersifat

bid hul 34

64

nostaigia kesenaiigan narkolika dan psikolropika

b Setiap mengikuti program-program dan aeara-acara aftercare

(pemeliharaan lanjut) dan

c Dapat juga mcUbatkan diri dalam gerakan atau kelompok bersih

narkoba dan peduli penanggulangannya

BAB IV

PENUTUP

A Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dipaparkan tersebut di atas peneliti

memberikan beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap

permasalahan di dalam penelitian ini sebagai berikut

Di antara berbagai faktor yang dapat mempengaruhi seseorang atau

individu menyalahgunakan narkotika atau psikotropika terdapat faktor

yang paling duininan yakni laktor yang bersumber dari keadaan keluarga

dan lingkungan bukan karcnn faktor individunya Karena faktor keluarga

yang buruk dan lingkungan yang juga buruk dan saling mendukung dapat

mempengaruhi individu menjadi pelaku lindak pidana penyalahgunaan

narkolika dan psikotropika tersebut dengan kata lain faktor keluarga dan

lingkungan yang buruk ini membuka kesempatan kcpada seseorang untuk

merasakan pergaulan dengan narkotika atau psikotropika sehingga dapal

menimbulkan ketergantungan terhadapnya

2 Perlindungan lerhadap korban narkotika- jika dihubungkan dengan

beberapa teori pemidanaan dalam perspektif Undang-Undatig Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika yang baru terdapai keseimbangan antara

perlindungan terhadap pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana

bahwa berdasarkan sanksi baik pidana maupun denda yang terdapat dalam

undang-undang ini sangatlah bcrat-bcnil dan tegas Ini berarti bahwa

65 bull

66

undang-undang narkotika yang baru tersebut lebih mementingkan korban

dari pada pelaku kejalialan narkotika Mengingat bahwa dcngan adanya

pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan ktgtrban semakin

banyak yang berjatuhan seliingga daripada korbannya anak bangsa yang

memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara Indonesia

maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-beratnya

terhadap si pelaku lindak pidana narkolika bahkan pidana mati atau

seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-

undang yang baru ini juga diatur mengenai rchabilitasi terhadap korban

baik korban yang diakibatkan oleh orang lain niaiipim karena self

victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku ilu

sendiri

Saran

Adapun yang menjadi saran peneliti di dalam penelitian ini yang

menjadi harapan untuk dipcrliatikan bersama adalah sebagai berikut

1 Diharapkan bagi setiap keluarga untuk menjaga keharmonisan melakukan

pengawasan dan mcnanainkan pcndidikan yang benar terutama dalam lial

menyeimbangkan antara emosi inteligensi dan spritual sejak dari din

terhadap anak sebagai benteng terhadap dirinya untuk dapat membentengi

dari pengaruh narkotika dan psikotropika yang semakin mengancam

keadaan lingkungan masyarakat

2 Diharapkan terhadap pemerintah untuk melakukan sosialisasi yang

teriiitegrasi dan menyeluruh terhadap semua lapisan masyarakat baik

67

masyarakat di pedesan (primitlf) maupun masyarakat kota betapa besamya

sanksi pidana dan denda yang digariskan di dalam undang-undang

narkotika dan psikotropika misalnya dcngan mcmpublikasikannya dalam

bentuk billboard di pcrsiinpangan jalan sehingga setiap orang yang lewat

dengan secara otomatis masyarakat akan inengelaliuinya dan

berkemuiigkiiian orang yang membacanya setidaknya tlmbul rasa takut

untuk terjun ke dalam penyalahgunaaan narkotika dan psikotropika

tersebut

D A F T A R PUSTAKA

A Bukii

Arrasjid Chainur Sualu Pemikiran Tentang Psikologi Kriminil Mcdan Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU 1999

Gerson Bawengan Penganlar Psichology Kriminil Jakarta Pradya Pramita 1973

Gosita Arif Masalah Korban Kejahatan Jakarta Akademika Pressindo 1993

Hakim M Ariel Narkoba Bahaya dan Penanggulangannya Bandung Jembar 2007

Hawari Dadang Konsep islam Memerangi AIDS dan NAZA Get X i Yogyakarta Dhana Baktl Priaya 1997

Kaligis OC dan Soedjono Dirdjosisworo Narkoba dan Peradilannya di Indonesia (Retbrmasi Hukum Pidana Melaiui Perundangan dan Peradilan) Bandung PT Alumni 2002

Kartono Kartini Psichology Abnormal Bandung Alumni 1972

Mansur Dikdik M Arif dan Elistaris Guitom Urgensi Perlindungan Korban Kejahalan Antara Norma dan Reaiita Bandung Agustus Fakultas Hukum Universitas Padjajaran 2006

Mardani Penyalahgunaan Narkoba Daiam Perspeklif Hukum islam dan hukum Pidana Nasional Jakarta IH RajuGrufindoPersado 2007

Marpaung Leden Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005

Moelyono Anton M Kumus Besar Bahasa Indonesia Get 11 Jakarta Balai Pustaka 1988

Muladi HAM Dalam Persepkiif Sistem Peradilan Pidana dalam Muladi (ed) Hak Asasi Manusia Hakekal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat Bandung Refika Aditama 2005

dan Barda Nawawi Arlef Bunga Rampai Hukum Pidana Bandung Alumni 1992

Partodiharjo Subagyo Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannyai Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2003

Ioyk Fanny Jonathans Sehiiah Kesehatan Narkoba Sayonara Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2006

Prastowo EM Giri Rehabilitasi Bagi Korban Narkoba Tangcrang Visimedia 2006

Prodjodikoro Wirjono Asas-asas Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005

Roeslan Saieh Stelsel Pidana Indonesia Jakarta Bina Aksara 1987

Soedjono D Segi Hukum Tentang Narkolika di Indonesia Bandung Karya Nusanlara 1977

Hukum Narkolika Indonesia Bandung PT Citra Adtya Baktl i 990

Soekanto Soerjono dan Sri Mumadjj Penelitian Hukum Normalif Suatu Tijnjauan Singkat Jakarta Rajagrafindo Persada 2001

Sudarsono Kenakalan Remaja cet Ii Jakarta Rineka Cipta 1992

Tom dkk Bahaya NAPZA Bagi Pelajar Bandung Yayasan Al-Ghifari Morgan 1999

Tim BNN Materi Advokad Pencegahan Narkoba Jakarta Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia 2005

Yustisia Himpunan Peraturan Pemndang-Undangan Anti Narkoba diterjenialikuii oleh Tim iustaka Yuslisia Yogyakarta iuslaka Yustisia 2006

Waluyo Bambang Penelitian Hukum dalam Prakiek Jakarta Sinar Grafika 1996

Wcda Made Darma Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korporasi dalam niingti Rampai Viktimisasi Bandung Eresco 1995

B Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Pasal 152

Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika22Tahun 1997 tentang Narkotika

Keppres Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkolika Nasional

CInternet

htlpwwwbnngoidportalbariiiiorlalkQnlenpltpniima^Prorilampop^visi niisiamp tnn=lamp diakses tcrakiiir tanggal 13 November 2014

httpthed03hlogspoteom2008l Ohukuiii-viktimolQgihtmk diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014

httpwwwikonbaliorg26062Q(19advokasipctisi-ikon-bali-segera-tcrapkan-semahtml Petisi Ikalan Korban Napza (IKON) dalam rangka menyambut Hari Anti Narkotika (HANI) dan Hari Anti Penyiksaan 2009 diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014

httpwwwsurnekscoidindexphp7pption=^om cpntentampview=articleampid=^1405 2010-kej ati-baru-terapkan-uu-no-3 52009ampcatid=44 ilir-barat-i-bukit-keciIampUemid=94 diakses lerakJiir tanggal 12 Desember 2014

httpidsbvoongcQmexact-sciencesl8Q8652-getielika-dan-keiahatan Faktor Genetik Penyebab Kejahalan diakses terakhir tanggal 10 jaiiuari 2014

httpwwwasiasecuritiescoidsys 12ximagesstories201QEqtiitv2Q Pdf diakses terakhir tanggal 10 Januari 2014

LAMPIRAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

F A K U L T A S HUKUM

K A R T U AKTIVITAS BIMBINGAN SKRIPSI

N A M A MAHASISWA DIANA SAPUTRA

N O M O R INDUK MAHASISWA 50 2011 059

P R O G R A M STUDI I L M U H U K U M

PROG K E K H U S U S A N H U K U M PIDANA

P E M B I M B I N G M S O L E H IDRUS SHMH

l U D U L SKRIPSI P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T U N D A N G U N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I

KONSULTASI

K F -

MATERI YANG

DIBIMBINGKAN

PARAF

PEMBIMBING K E T

luymdash

y^ ^ Tlt2 N ^

7 M e

fSUL

k ^

CATATAN MOHON DIBERI WAKTU MENYELESAIKAN SKRIlSl RUiAN SEJAK TANGGAL DIKELUARKAN DITETAIKAN

DIKELUARKAN DI PALEMBANG PADA TANGGAL KETUA BAGIAN

JUDUL P E N Y A L A H G U N A A N N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG UNDANG N O M O R 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I

P E R M A S A L A H A N 1 Apa yang menjadi faktor tcrjadinya penyalaJigunaan narkotika dan psikotropika

2 Bagaimana pengaturan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspektif victimologi

B A B l P H N D A I i U L U A N A Latar Belakang B Permasalahan C Ruang Lingkup dan Tujuan D Metode Penelitian E Sistematika Penulisan

B A B 11 T I N J A U A N PUSTAKA

A Pengertian penyalahgunaan B Pengertian victimologi C Ruang lingkup victimologi D Jents dan penggolongan narkotika dan psikotropika E Undang Undang yang mengatur tentang narkotika

dan psikotropika

BAB I I I PEMBAHASAN A Faktor yang menyebabkan terjadinya

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika

B Penyalahgunaan narkotika dan psikolropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspeklif victimologi

BAB IV PENUTUP A Kesimpulan

B Saran-saran

DAF1AR PUSTAKA

L A M P I R A N - L A M P I R A N

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM

Lampiran Perihal Kepada

Sistematika penulisan (Outline) Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi YUi NUR HUSNI LMILSON SHSpNMH

Pembimbing Akademik Fakultas Hukum UMP dl-Palembaniz

Assalamualaikum WrWb

Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama DIANA SAPU I RA

Program Kekhususan Flukum Pidana

fada semester Lianjil tatiun kuliati 2UI42UI5 sudah menyelesaikan betian studi yang meliputi MPKMKKMKBMPBMBB (139 sks)

Dengan ini mengajukan pcrmohonan untuk penelitian Hukum dan Penulis Skripsi dengan judul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG-UNDANG N O M O R 35 T A H U N 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I

Demikianlah atas perkenaan Ibu diucapkan terima kasih

Wassalamualaikum WrWb

NIM 50 2011 059 Ilmu Hukum Program Studi

Palembang September 2014 Pemohon ^^--^5

Rekomendasi PAYbs

Pembimbing Akademik

HUSNI EMHSON SH SpN MH

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM

REKOMENDASI DAN PEMBIMBING SKRIPSI

Nama Nim Program Study Program Kekhususan Judul skripsi

DIANA SAPUTRA 50 2011 059 Ilmu Hukum Hukum pidana PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI

I Rekomendasi Ketua Bagian a Rekomendasi

b Usulan Pembimbing

Hukum Pidana

raiemoang iepiemt)er zu 14 KetuaJBagu

LuuTiiiAKNurCsHrR^

I L Penatapan Pembimbing Skripsi Oleh Wakil Dekan I

1 2

Palembang September 2014 Wakil Dekan I

- i poundL Dr Hj SRI S U L A S T R I SH M H

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah i n i Nama Tempat Tanggal Lahir N I M Program Studi Program Kekhususan

DIANA SAPUTRA PetransJaya 15 Januari 1992 502011059 Ilmu Hukum Hukum Pidana

Menyatakan bahwa karya ilmiah skripsi saya yang berjudul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANGshyU N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F VICTIMOLOGI

Adalah bukan merupakan karya tulis orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali daiam bentuk kutipan yang telah kami sebutkan sumbemya

Demikianlah surat pemyataan ini kami buat dengan sebenar-benamya dan apabila pemyataan ini tidak benar kami bersedia mendapatkan sanksi akademis

Palembang September 2014

PERMOHONAN UNTUK MENGIKUTI SEMINAR PROPOSAL

Palembang Oktober2014 Perihal Mohon untuk diiaksanakan seminar

Proposal Penelitian Skripsi

Kepada Yth Ibu Luil Maknun SH MH Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang D i -

Palembang

Assalamualaikum Wr Wb Saya yang bertanda tangan dibawah Ini Nama DIANA SAPUTRA

NIM 50 2011 059

Program Kekhususan Hukum Pidana

Bahwa yang bersangkutan telah layak untuk mer^ikiuti Seminar Proposal rencana penelitian skripsi yang judul PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI

Mohon kiranya yang bersangkutan untuk dijadwalkan mengikuti Seminar Proposal usul Penelitian Skripsi

Demikianlah disampaikan untuk dipertimban^Lan Wassalamualaikum Wr Wb

Pembimbing Skripsi

M SOLEH IDRUS3HMS

H A L A M A N P E R S E T U J U A N U N T U K M E N G I K U T I S E M I N A R P R O P O S A L

Nama DIANA S A P U T R A

N I M 50 2011059

Program studi Ilmu Hukum

Program kekhususan Hukum Pidana

Judui Penelitian PENYALAHGUNAAN N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A

MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI P E R S P E K T I F VICTIMOUHH

Palembang Oktober2014 Disetujui Pembimbing

M S O L E H IDRUSSH MS

Ketua Bagian Hukum Pidana

LuU MaknunSH M H

Page 4: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si

Judul Sknpsi PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI P E R S P E K T I F VICTIMOLOGI

Penulis Diana Saputra

Pembimbing M Soleh Idrus S H M H

A B S T R A K Korban kejahatan tindak pidana Narkotika dan Psikolropika memperoleh

perhatian utama karena korban merupakan bagian yang tidak dapal dipisahkan dari kejahalan oleh karena i lu korban memiliki peranan yang sangat penling secara viclimologi memudahkan dalam menemukan upaya penanggulangan kejahatan yang pada akhimya akan bermuara pada menurunnya kuantitas dan kualitas kejahatan Hal tersebut sejalan dengan semakin bcrkembangnya vicfimologi dalam pengaturan Narkotika dan Psikotropika menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

Permasalahan yang menjadi inti pembahasan dalam penelitian ini adalah apa faktor-faktor yang mcnyebabkan terjadinya penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika bagaimana perkembangan pengaturan tenting Iindak pidana Narkotika dan Psikotropika sebelum dan menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dan bagaimana pengaturan tindak pidana pwnyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dari perspektif victimohgi

Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normalif penelitian hukum normatif yang mengacu kepada norma-norma dan asas-asas hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan serta pemilihan terhadap pasalpasal yang relevan dengan permasalahan dimaksud yang terdapat dalam bahan hukum primer scperti Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkolika dan Keppres Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkotika Nasional

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah bahwa perlindungan terhadap korban narkotika berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika terdapat kescimbangan antara perlindungan terhadap pelaku kejahatan narkolika dengan korban Dimana bahwa berdasarkan sanksi baik pidana maupun denda yang terdapat dalam undang-undang narkotika tersebut sangatlah beral-berat dan tegas Ini berarti bahwa undang-undang narkotika yang baru tersebut lebih mementingkan korban dari pada pelaku kejahatan narkotika Jika dipjerhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-undang narkotika juga diatur mengenai rehabililasi terhadap korban baik korban yang diakibatkan oleh orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku itu sendiri

Disarankan bahwa sanksi pidana maupun denda yang digariskan dalam undang-undang narkotika dan psikotropika tersebut benar-benar dapat dilerapkan kcpada setiap pelaku penyalahgunaannya tanpa pandang bulu bagi siapa saja yang terlibat di dalamnya baik dilakukan sendiri-sendiri maupun kelompok atau korporasi seperti memiliki mengonsumsi menyimpan mengedarkan menjual membeii memproduksi dan Iain-Iain untuk keperluan illegal

iv

K A T A P E N G A N T A R

Assalamualaikum fVr Wb

Alhamamdulillah puji syukur kepada Allah SWT yang telah senantiasa

melimpahkan rahniat dan kaninia-Nya kepada penulis

Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada Baginda Nabi Besar

Muhammad SAW keluarga serta para sahabal beliau dan pengikul-pengikutnya

yang selalu istiqomah sampai akhir zaman

Dalam penulisan skripsi ini penulis melewati masa-masa yang sulit dan

berusaha sebaik-baiknya dcngan kemampuan yang penulis mi l ik i Dan berkat

rahmat Allah S W I pula penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan

judut P E N Y A L A H G U N A A N N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A

M E N U R U T UNDANG UNDANG N O M O R 35 T A H U N 2009 D A R I

P E R S P E K T I F VICTIMOLOGF

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempuma dan banyak

kekurangan Untuk i lu saran dan kritik sangat penulis harapkan demi tercapainya

kesempumaan skripsi ini

Pada kesempatan yang baik ini penulis mengucapkan tcrima kasih kepada

semua pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan khususnya kepada

1 Bapak Dr H M Idris SE MSi Seiaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Palembang

V

2 Ibu Dr Sri Suatmiati SH MHum Seiaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Palembang

3 Bapak dan Ibu Seiaku Wakil Dekan I I I I l l dan IV Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Palembang

4 Ibu Luil Maknun SH M H Seiaku Ketua Bagian Hukum Pidana di

Universitas Muhammadiyah Palembang

5 Bapak Nur Husni Emilson SH SpN M H Seiaku Penasehat Akademik

yang selalu membimbing Penulis

6 Bapak M Soleh Idrus SH M H Seiaku Pembimbing Skripsi

7 Seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta Karyawan Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Palembang

8 Sahabat-sahabatku tercinta

9 Serta seluruh leman-teman penulis angkatan 2011 yang tidak dapat disebutkan

satu persatu Semoga sukses

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita

semua dan semoga amal ibadah kita mendapat balasan dari Allah SWT

Palembang 2015

Penulis

Diana Saputra

vi

P E R N Y A T A A N K E A S L I A N K A R Y A I L M T A H

Dengan ini saya D I A N A SAPUTRA menyalakan bahwa Karya

llmiahSkripsi ini adalah asli hasil karya saya sendiri dan karya ilmiah ini belum

pemah diajukan sebagai pemenuhan persyaratan untuk memperoleh gelar

kesarjanaan Strata Satu (SI) dari Universitas Muhammadiyah Palembang maupun

Perguruan Tinggi lain

Semua informasi yang dimuat dalam karya ilmiah ini yang berasal dari

penulis lain baik yang dipublikasikan atau tidak tclah diberikan penghargaan

dengan mengutip nama sumber penulis secara benar dan semua isi dari Karya

Ilmiah ini sepeanuhnya menjadi tanggung jawab saya sebagai penulis

Palembang Maret 2015

Penulis

DIANA S A P U T R A N I M 50 2011 059

v i i

D A F T A R ISI

H A L A M A N J U D U L i

H A L A M A N P E R S E T U J U A N U N T U K U J I A N K O M P R E H E N S I F i i

M O T T O DAN P E R S E M B A H A N i i i

A B S T R A K iv

K A T A P E N G A N T A R v

P E R N Y A T A A N K E A S L I A N K A R Y A I L M I A H vi

D A F T A R ISI v i i i

B A B I P E N D A H U L U A N

A Latar Belakang

B Perumusan Masalah 5

C Ruang Lingkup dan Tujuan 5

D Metode Penelitian 6

F Sistematika Penulisan 7

B A B H T I N J A U A N P U S T A K A

A Pengertian Penyalahgunaan 9

B Pengertian Viclimohgi 10

C Ruang Lingkup Victimologi 11

D Jenis dan Penggolongan Niirkotika dan Psikotropika 12

a) Narkotika 12

b) Psikotropika 17

viii

B A B I I I P E M B A H A S A N

A Perkembiingan pengaturan tentang tindak pidana

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika sebelum iahimya

dan menurut undang-undang nomor 35 tahun 2009 22

B Pengaturan Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997

Tentang Psikotropika dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun

1997 Tentang Narkotika 40

C Pcnyalahgunaaan Narkotika dan Psikotropika Dalam

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari

Perlindungan Terhadap Korban 44

1 Self-victimizing victims narkotika dan psikotropika 44

2 Rehabilitasi terhadap self-victimizing victims 48

3 Tahapan-tahapan rehabilitasi terhadap self-victimizing

victims 57

B A B IV P E N U T U P

A Kesimpulan 65

B Saran 66

D A F T A R P U S T A K A

L A M P I R A N

ix

B A B l

PENDAHULUAN

Latar Belakang

PciTindiingan korban lindak pidana dalam sistein liukimi nasional

nampaknya belum memperoleh perhatian serius Hal ini terlihat dari masih

sedikitnya hak-hak korban tindak pidana memperoleh pengaturan dalam

perundang-undangan nasional Adanya ketldakseimbangan antara

perlindungan korban kejahatan dengan pelaku kejahatan pada dasarnya

merupakan salah satu pengingkaran dari asas setiap warga ncgara bersamaan

kedudukaiinya dalam hukum dan pemerintahan sebagaimana diamanatkan

oleh Undiing-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konslitusional

Niirkotika Psikotropika dan Bahan Aditif Lainnya adalah berbagai

macam obat yang semestinya dinianfaalkan sesuai dengan kcpentingan

tertentu niisalnya pada dunia mcdis untuk mcmbantu proses kerja dokter

dalam melakukan opcrasi bedah Akan tetapi saat ini obat-obat terlarang ini

telah dikonsumsi diedarkan dan diperdagangkan tanpa izin berwajib demi

memperoleh keuntungan dan nikmat sesaat saja Karena pengaruh Narkotika

dan Psikolropika tersebut dapat membuat pemakai menjadi ketergantungan

merusak sampai ke sel-sel saraf manusia seliingga melemalikaii daya pikir

dan lambat memberikan rekasi terhadap lawan bicara Untuk menganaiisa

materi pelajaran bagi pelajar dan mahasiswa yang terkena bahaya Narkotika

atau Psikotropika dapat mengakibatkan pada kelambatan berfikir sehingga

1

2

harapan dalam pencapaian pcmbangunan nasional dapal tcrganggu

Bahaya nicngedarkan Narkotika dan isikolropika dapat dibayangkan

berapa banyak sel syuraf otak mahusia yahg akan dlrusak borapa gencfasl

muda anik sekoiah dan mahasiswa terus diburu pengedar Narkotika dan

Psikotropika tersebul bahkan dapat mengakibatkan kematian^

Keterganl jngan lerhadap Narkotika dan Psikotropika pada mulanya ingin

coba-coba dulu karena Narkotika maupun Psikolropika tersebul dapat

membuat pemakaiiiyu bcrhalusinasi seolah lupu tchadiip masalah dan berada

pada dunia keindahaii Jika laktor kesempatan untuk mendapatkan Narkolika

dan Psikotropika sangat mudah dari pengedar maka dapal mengakibatkan

korban akan semakin bertambah Melihat besamya bahaya penyalahgunaan

Narkotika dan Psikotropika lerhadap individu dan mengganggu pencapaian

cita-cita NKRl maka lerhadap Narkotika maupun Psikolropika harus

dilakukan penanggulangannya sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku

Scjak awat mula Iahimya hukum pidana fokus subjek yang paling

banyak disoroti adalah si pelaku Padahal dari sualu kejahatan kerugian yang

paling besar didcrita adalah pada si korban kejahatan tcrsebut Akan tetapi

scdikit sekali ditemukun hukum-hukum atatipun peraturan perundang-

undangan yang mengatur tcnung korban serta perlindungan lerhadapnya

httpw^vbnn (ioidportalhiirup(irlalkoTilenphpnaTna=lrofilampopvisL _iTiisiampmn^l diakscs tcrukhir tanggal 29 December 2(M4 Iihal juja Kcpprcs Nti 17 Taliun 21X12 tentang Itadan Narkotika Nasional pada bagian konsidcran mcnimbang huruf (J) bcrbunyi Bahwa sehubungun dengan pertimbiingan hunifu huruf b huruf c dan sebagai pcluksunaan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkolika ficrlu niembcntuk Badan Narkotika Nusiona dcngan Keputusan Iresiden

^Funny Jonathans Poyk Suhiiah KusehiUan Narkoba Sayonara (Jakarta IT (Jelora AkHuru Iralama 2006) lial 9 Made Darma Weda Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korfwrasi dalam Bunga

3

Berbicara mengenai upaya penanggulangan kejahatan atau tindak

pidana Narkotika dan Psikotropika yang tepat maka cara pandang sebaiknya

tidak hanya terfokus pada berbagai hal berkaitan dengan penycbab timbuliiya

kejahatan atau metode apa yang efektif dipergunakan dalam penanggulangan

kejahatan tersebul Namun hal lain yang tidak kalah penlingnya untuk

dipahami adalah masalah korban kejahatan itu sendiri yang dalam keadaan-

keadaan lertentu dapal menjadi pemicu munculnya kejahatan dalam tindak

pidana Narkotika dan Psikotropika tersebul

Piida saat berbicara tentang korban kejahatan dalam tindak pidana

Narkotika dan Psikotropika maka cara pandang tidak dapat dilepaskan dari

victimologi Melalul victimologi dapal diketahui berbagai aspek yang

berkaitan dengan korban seperti faktor penyebab munculnya kejahatan

penyalahgunaan bagaimana seseorang dapat menjadi korban

penyalahgunaan dan upaya mengurangi terjadinya korban kejahatan

penyalahgunaan serta hak dan kewajiban korban kejahatan dalam tindak

pidana Narkolika dan Psikotropika tersebut Secara victimologi terhadap

korban kejahatan dalam tindak pidana Narkotika dan Psikotropika misalnya

korban yang ditemukan pada anak usia 7 tahun sudah ada sebagai pemakai

anak di usia 8 talum sudah ada yang memakai ganja dan lalu di usia 10 tahun

anak-anak sudah menggunakan Narkotika alaupun Psikotropika dari berbagai

jenis seperti ganja heroin morfni ekstasi dan sebagainya

Kraquogtrban dalam lingkup victimologi memiliki arti yang luas karena

Rampai Vihmisusi (Bandung Krcsco 1995) hal 200 TM Giri Prasln vo Rebahilium liagi Korban Narkoba ( Iangerang Visimudia 2006) hal v

4

tidak hanya terbatas pada individu yang secara nyata menderita kerugian

tetapijuga kelompok korporasi swasta maupun penierintali sedangkan yang

dimaksud dcngan akibat pcnimbulan korban adalah sikap atau tindakan

terhadap korban danatau pihak pelaku serta mereka yang secara langsung

atau tidak terlibat dalam terjadinya suatu kejahatan

Pentingnya korban kejahatan dalam tindak pidana Narkotika dan

Psikotropika ihempcroleh perhatian utama DIkarenakan korban merupakan

bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kejahatan oleh karena ilu maka

korban memiliki peranan yang sangat penting dalam penelitian ini

Diperolchnya pemahaman yang luas dan mendaiam tentang korban kejahatan

dalam linJak pidana Narkotika dan Psikolropika dapat [nenuidahkan dalam

menemukan upaya penanggulangan kejahatan yang pada akhimya akan

bermuara pada menurunnya kuantitas dan kualitas kejahalan Sejalan dcngan

semakin bcrkembangnya victimologi sebagai cabang ilmu baru berkembang

pula berbagai runuisan tentang victimologi Kondisi iiii hendaknya tidak

dipandang sebagai pertanda tidak adanya pemahaman yang seragam

mengenai ruang lingkup victimologi tetapi harus dlpaiidang sebagai bukti

bahwa vU timologi akan selalu berkembang sejalan dengan perkembangan

yang terjadi dalam masyarakat

Berdasarkan uraian di atas yang menjadi obyek pengkajian dari

victimologi penyalahgunaan Narkolika dan Psikotropika di antaraiiya adalah

faktor terjadinya kejahatan dan bagaimanakali pengaturan Narkotika dan

Dikdik M Arir Mimsur dan Elistaris (lultoiii UrgensI Ierilndungan Korban Kejahalan Anlara Norma dan Realita (Bandung Agustus EakulUis Hukum Universitas Padj aj uran 2006) hal 29

5

Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Oleh sebab itu

maka judui yang dipilih unluk diteliti dalam penelitian adalah

Penyalahgunaan Narkotika dan Pstkolropka Menurut Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 Dari Perspektif Victimologi

B Perumusan Masalah

1 Apa yang menjadi faktor faktor yang menyebabkan terjadinya

2 Bagainiana pengaturan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika dan

Psikotropika daiam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dari perspektif

victimology

C Ruaug lingkup daii tujuan

Ruang lingkup

Secara umum ruang lingkup skripsi ini untuk mengetahui apa yang

menjadi faktor faktor terjadinya penyalahgunaan narkobadan

penyalahgunaan norkoba menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari

perspektil victimologi

Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan penulisan ini adaiah

sebagai bfrikut

1 Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya

penyalahgunaan Narkoba

2 Untuk mengetahui pengaturan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika

dan Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Talum 2009 dari

penyakiligunaanTiarkotika dan psikotropika

6

perspektif viAimo(gtg[

E Metode rcncHtl

Untuk memperoleh data yang kongkril sebagai pcdoman dalam

penulisan skripsi ini maka penulis menggunaan metode sebagai berikul

1 Metode pclaksanaan penelitian

dalam pclaksanaan ini penulis menggunaan metode penelitian hukum

normatif yang bersifal diskriftif dengan menggunaan dala skunder

Penelitian nukum norkatif ini merupakan penelitian kcpustakaan yaitu

penelitian terhadap dala skunder yang iiiempuiiyai ruang lingkup meiipuli

surat sural fakta fakta sampai pada dokumen - dokuincn resmi yang

dikeluarkan oleh instansi lerkait

2 Metode pcngiimpulun data

Pengumpulan data meiiipunyai hubungan yang eral dengan sumber data

karena dcngan pengumpulan dala akan diperoleh data yang dipcrlukan

untuk selanjutnya dianalisis sesuai dengan yang diinginkan Dalam usuha

pengumuian dala dala yang relevan dengan judul ini penulis

menggunakan metode normatif diskriplif dengan menggunakan data

skunder yang berbentuk dokumcntasi

3 Tehnik pcngolahan data

Dilakukan dcngan cara nnalisis isi terhadap teksural untuk selanjutnya

dikoniruksikan dalam suatu kesimpulan

7

Sislemutika [cnulisiin

Penelitian ini dibuul berdasarkan sistematika penulisan di dalam

penelitian ini peneliti mcmbaginya dalam empat bagian yailu

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan bab pendahuluan yang menguraikan mengenai hal-hal

berkaitan dengan Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan

dan Maniaat Penclilian Kcaslian Penelitian Tlnjaiian

Kcpustakaan Pengertian Penyalahgunaan Pengertian

Viclimologi Ruang Lingkup dan Manfaat Viclimologi Jenis dan

Penggolongan Narkotika dan Psikotropika Metode Penelitian

dan Sistematika Penulisan

BAB U TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bagian ini menguraikan yaitu mengenai pengertian tentang

penyalahgunaan pengertian tentang ruang lingkup viktimologi

pengertian tentang narkotika dan jcnis-jcnis narkolika

BAB Hi PEMBAHASAN

Merupakan bab yang membahas mengenai hal-hal yang berkaitan

dengan Pengaturan Sanksi Pidana lerhadap Penyalahgunaan

Narkotika dan Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Ditinjau dari Perlindungan Terhadap Korban dan

Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Self

Victimizing Victims

8

BAB IV K E S I M P U L A N DAN SARAN

Bab ini memuat beberapa kesimpulan dan saran yang dibuat

peneliti sebagai hasil dari pembahasan dun penguraian di dalam

penelitian ini dari keseluruhan permasalahan yang ada

DAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A Pengertinn Pcnyalaliguiiaan

Penyalahgunaan dimaksudkan dalam penclilian ini adalah

penyalahgunaan terhadap narkotika dan psikolropika Dimana bahwa

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika ini diambil dan dipersainakan

dcngan pengertian penyalahgunaan narkoba seperti yang disebutkan Lutfi

Braja yakni memberikan pembatasan mengenai penyalaiiguiiaaii yaitu

Pemakaian narkoba di iuar indikasi medik tanpa petunjuk atau

resep dokter dan peinakaiannya bersifat patologik

(menimbulkan kelainan) dan menimbiilkan humbutan dalam

aktifitas di rumah di sekoiah atau di kampus tempat kerja dan

lingkungan sosial Ketergantungan narkoba adalah kondisi yang

kebanyakan diakibatkan oleh penyalahgunaan zat yang disertai

dengan adanya toleransi zat (dosis semakin tinggi) dan gejala

putus zal

Permasalahan penyalahgunaan mengakibatkan dampak yang sering

terjadi di tengah-tcngah masyarakat dari penyalahgunaan narkolika dan

psikotropika antara lain merusak hubungmt kekeluargaaii menurunkan

kemampuan belajar dan produktifitas kerja secara drastis sulit membedakan

mana perbuatan baik dan perbuatan buruk perubahan pcrilaku menjadi

Mardani Op 01 lial 2

9

10

pcrilaku anti sosial (pcrilaku maladaptil) gangguan kesehalan (fisik dun

mental) mempertinggi jumlah kecelakaan lalu lintas tindak kekerasan dan

kriniinuliLis lainnya

Dari kata penyalahgunaan menandakan bahwa Narkotika dan

Psikotropika tidak selalu bermakna negatif Dcngan begitu narkotika dan

psokitropika yang digunakan dengan baik dan benar oleh dokter untuk

mengobati pasiennya lidak tennasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang

disaiahgunakan Di dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA

(Narkotika Psikotropika dan Zat Adit i f Lainnya)

B Pengertian Victiimlogt

Pada dasarnya perkembangan ilmu pengetahuan tentang korban

kejahalan (viktimologi) lidak dapat dipisahkan dari iahimya peiiiikiraii-

pemikiran brilian dari Hans von Hentig seorang ahli kriminologi pada talum

1941 serta Mendelsohn pada tahun 1947 Pemikiran dari kedua ahli ini

sangat mcmpengaruhi setiap fase perkembangan viktimologi Perkembangan

viktimologi hingga sampai pada keadaan seperti sekarang tentunya tidak

terjadi dengan sendirinya namun telah meiigalami berbagai perkembangan

yang dapai dibagi dalam 3 (tiga) fase sebagai berikut

a iada tahap peitama viktimologi hanya meinpclajari korban kejahatan saja

pada fase ini dikatakan sebagai pehdl or special vtciimolo^

b Pada lase kedua viktimologi tidak hanya mengkaji masalah korban

Oadang Huwari Konsep Islam Memerungt AIDS dan NAA Cel XI (Ycgvakarta Ohaiiii iiakli Idaya 1997) hal 153 Made Danaa Wi da Op cil hal 200

kejahalan tetapi juga meiipuli korban kecelakaan Pada fase ini disebut

sebagai general victimology

c Fase ketiga Vikt imologi sudah berkembang lebih luas lagi yaitu mengkaji

permasalahan korban karena penyalahgunaan kckuasaan dan hak-hak asasi

manusia Fase ini dikatakan sebagai new viciimology

Berdasarkan pengertian di atas nampak je las bahwa yang menjadi

obyek pengkajian dari viktimologi diantaranyu pihak-pihak mana saja yang

terlibat atau mcmpengaruhi terjadinya suatu viktimisasi kriminal

bagaiinanakah respon terhadap suatu viktimisasi kriminal faktor penyebab

terjadinya viktimisasi kriminal bagaimanakah upaya penanggulangannya

dan sebagainya

C R u a i i g L i n g k u p Victimologi

Vikt imologi mencliti topik-topik teiilang korban scperti peranan

korban pada terjadinya kejahatan hubungan antara pelaku dengan korban

rentannya posisi korban dan peranan korban dalam sistem peradilan pidana

Selain itu menurut Muladi viktimologi merupakan suatu studi yang bertujuan

untuk

1 Menganaiisa berbagai aspek yang berkaitan dcngan korban

2 Berusaha untuk memberikan penjelasan sebab musabab terjadinya

vikt imisasi dan

3 Mengembangkan sistem tindakan guna mengurangi penderitaan manusia

^Suryono Ekolaina ST Harum Pudjianlo RS dan G Wiraiama Abortus Iruvocalus Ba^ Korban Perkosnan Persxkif Viktimologi Kriminologi Jan Hukum Pidana Edisi PcrUtma Culakari lurlunii (Jakiiria Univcrsilas AlmaJaya 2001) liul 174 ^ibidMl I7()

12

Menurut JE Sahetapy ruang lingkup Viktimologi meliputi bagaimana

sescorang (dapat) menjadi korban yang ditentukan oleh suatu victimity yang

lidak selaiu berhubuiigan dengan masalah kejahatan termasuk pula korban

kecelakaan dan bencana alam selain dari korban kejahatan dan penyalah

gunaait kekuasan^ Namun dalam perkembangannya di tahun 1985

dipeiopori oleh Separovic yang mempelopori pemikiran agar Viktimologi

khusus niengkaji korban karena adanya kejahatan dan penyalahgunaan

kckuasaan dan tidak mengkaji korban karena musibah alau bencana alam

karena korban bencana alam di iuar kemauan manusia out of mms will)

D Jenis dan Penggolungan Narkotika dan Psikotropilta

Dari kata penyalahgunaan narkoba menandakan bahwa narkoba tidak

selalu beimakna negatif Dengan begilu narkolika dan psokitropika yang

digunakan dengan balk dan benar oleh dokter unluk mengobati pasiennya

tidak termasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang disaialigLmakan Di

dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA (Narkotika Psikolropika

dun Zat ditir Lainnya) Dalam penelitian ini hanya dibahas tentang

narkotika dan psikolropika maka sebelumnya dipaparkan terlebih dahulu

berbagai jenis narkotika dan psikotropika sebagai berikut

a) Narkolika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari lanaman atau

TbUi Miiiadi HAM Halam Persepkiif Sislem Peradilan Pidana datam Muladi (cd) Hak Asas) Manusia Hakclal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspeklif llukum dan Masyarakat (Bandung Refikii Aditama 2005) hal lOX VfiWDial 109 Subagyo Partediharjo Op cil hal 11

13

bukan tanainan baik sintesis maupun bukan sintesis yang dapat

menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa

Zat ini dapal mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat

meninibulkan ketergantungan Menurut Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika Narkolika adalah at atau obat yang

berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun

semisimetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri

dan dapat nienimbulkati ketergantungan yang dibedakan kc dalam

golongan-goiongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang in i

Narkotika memiliki daya adikasi (ketagihan) yang sangat berat

Narkolika juga memiliki daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual

(kebiasaan) yang sangat tinggi Ketiga sifat narkolika ini yang

menyebabkan pemakai narkotika tidak dapat lepas dari cengkeramannya

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

Jenis jenis narkotika dibagi ke daiam 3 (tiga) kelompok yaitu narkotika

golongan I golongan I I dan golongan I I I

Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbaiiaya

karemi daya adilifnya sangat tinggi Golongan ini tidak boleh digunakan

untuk kcpentingan apapun kecuali unluk penelitian atau ilmu

pengetahuan Contohnya adalah ganja heroin kokain inorfin opium dan

lain-lain Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya

Ibid Posal 1 Ayal (I) Unilung-Undang Nomor 3 Tahun 2009 lenlang Narkotika

14

aditifkual tclapi bcrmaiilaal untuk pcngohatan dan penclilian tlonluhnya

adalah petidin dan turunannya benetldin belamctadol dan lain-iain

Sedanikaii narkulika golungaii Ml adalah narkotika yang niciniliki daya

aditif riiigan tetapi bermanfaat untuk penghatan dan penelitian Contohnya

adalali kudcin dun turunannya^

Berdasarkan cara pcmbuatannya narkotika dibedakan ke dalam 3

(tiga) golongatt juga yaitu narkolika atami narkotika semlsimesis dan

narkotika sintesis Dijelaskan sebagai berikut

1) Naikotika alami

Narkotika alami adalah narkotika yang zat aditithya diambil dari

(umbuhlumbuhan (atam) Contohnya

u tjaiija

Ganja adalah tanaman perdu dengan daun menyerupai daun

singkong yang tepinya bergerigi dan berbulu lialus Jumlah Jari

daunnya selalu ganjil yakni 5 7 9 Tumbuhan ini banyak lumbuh di

iieberapa daerah di Indonesia seperti Aceh Suinalera Ulara

Sumatera Selaian Pulau Jawa dan lain-lain Daun ganja ini sering

iligunakiin sebagai bumbu penyedap masakan Bila digunakan

ebagai bumbu iiuisak daya adilifnya rendah Namun lidak

ilemikian apabila dibakar dan asapnya dihirup Cara

|)cnyalahgunaunnya adalah dikcringkan dan dicampu dengan

icmbakiiii rokok atau dijadikan rokok lalu dibakar serta dihisap

Subagvo PurtoJiharjo Op cil hal 11-12

15

b Ilaisis

Hasis adaiah lanaman serupa ganja yang lumbuh di Amcrika

Latin dan Eiopa Daun ganja hasis dan mariyuana Juga dapat

disuling dan diambil sarinya Oatam bentuk cair harganya sangat

mahai Gunanya adalah unluk disaiahgunakan oleh pemadut-pemadal

kelas tinggi

c Koka

Koka adalah lanaman perdu mirip pohon kupi Huahnya yang

inatang bcrwama inerah seperti biji kopi Dalam komunitas

masyarakat Indian Kuno biji koka sering digunakan untuk

inenambah kekiiatan orang yang bcrperang atau bcrburu binalang

Koka kemudian bisa diolah menj adi kokain

d Opium

Opium adaiah bunga dengan bentuk dan wama yang indah

Dari getah bunga opium dihasilkan candu (opiat) Di Mesir dan

daratan Cina opium dahulu digunakan unluk mengobati beberapa

penyakit member kekuatan atau menghilangkan rasa sakil pada

lentara yang terluka sewaktu berperang atau berburu Opium banyak

lumbuh di segiliga emas antara Burma Komboja dan Thailand

atau di daratan Cina dan segitlga emas Asia Tengah yaitu daerah

antara Alganistan Iran dan Pakistan

Dalam kalangan perdagangaii liilernasional ada kebiasaan

ftW hal 14

16

(keliru) tncnamai daerah tempat peuanamuii opium sebagai daerah

emas Diberi nama demikian karena perdagaiigan opium sangat

mengimtiingkan Karena bahayanya yang besar daerah seperti ilu

keliru jika diberi nama predikat emas Daerah sumber produksl

opium sepantasnya disebut segitlga setan atau segitlga iblis

2) Narkotika semisintcsis

Narkotika semisintesis adalah narkotika alami yang diolah dan

diambil zat aktifnya (intisarinya) agar memiliki khasiat yang lebih kuat

schmgga dapat dimanfaatkan untuk kepcnlingan kedokteran

Contohnya

a Morfm dipakai dalam dunia kedokteran unluk menghilangkan rasa

sakit alau pembiusan pada operasi (pcmbcdahan)

b Kodein dipakai unluk obat penghilang baluk

c Heroin tidak dipakai dalam pengobatan karena daya adilifnya

sangat besar dan matifuatnya secara medis belum

ditemukan Dalam pcrdugangan gelup heroin diberi nama

pulaw atau pete atau pt Henlnknya seperti tepun terigu

yang halus pulih dan agak kotor

d Kokain liiisll olahati dari biji koka

3) Naikotika sintesis

Narkotika sintesis adalah narkotika palsu yang dibuat dari bahan

kimia Narkotika ini digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi

oraiig yang menderita kclcrgantungun Contohnya

17

a Ietidin unluk obat bius lokal operasi kccil sunal dan

sebagainya

b Melhadon unluk pengobatan pecandu narkoba dan

c Naltrexon untuk pengobatan pecandu narkoba

Selain unluk pembiusan narkolika sintesis biasanya diberikan

oleh dokter kcpada penyalahgiina narkoba untuk menghcntikan

kebiasaannya yang tidak kuat melawan sugesti (relaps) atau sakaw

Narkotika sintesis berfungsi sebagai pengganti senientara Bila sudah

bciiar-bcnar bcbas asupan narkoba sintesis in dikurangi sedikil demi

sedikit sampai akhimya berhenti total

b) Fsikotropika

Pengertian psikolropika menurut Pasal I Ayal ( I ) Undang-Undang

Nomor 5 Taliun 1997 tentang Psikotropika adalah Zat atau obat baik

alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif

melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusal yang menyebabkan

perubahan khas pada uktivitus mental dan perilaku

Pengertian Psikolropika di daUim Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika tidak ditemukan Hal tersebut sehubungan

dengan ketentuan di dalam Pasal 153 huruf b yaitu Lamplran mengenai

jenis Psikotropika Golongan 1 dan Golongan II scbagaimana tercantum

dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang

Psikotropika (lcmbaran Ncgara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor

10 Tambahan Lcmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671) yang

18

telah (iipindahkan menj adi Narkotika Golongan I menurut UndangUndang

ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku Oleh karenanya dalam Undangshy

Undang Nomor 35 Tahun 2009 tidak ada lagi di dalam pasal-pasal nya

yang mengatur mengenai Psikotropika karena sudah dlmasukkan ke dalam

golongan Narkotika

Sesuai dengan pembahasan dalam penelitian ini masih

berhuijutigar dengan Psikotropika maka Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1997 tentang Psikotropika masih perlu untuk dibahas dalam penelitian ini

Menui iil undangumlang tersebut Psikolropika adalah zal atau obal bukan

narkolika baik alamiah maupun sintesis yang memiliki khasiat psikoaktif

melaiui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan

perubahan khas pada aktivitas nonnal dan perilaku Psikotropika ini

merupakan obat yang digunakan oleh dokter untuk mngobali gangguan

jiwa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tenumg

Psikolropika psikotropika dikelompokkan ke dalam 4 (empat) golongan

Golongan I yaitu psikotropika dengan daya aditif yang sangat kuat

belum diketahui manfkilnya untuk pengobatan dan sedang diteliti

khasiiitnya saat ini Contohnya adalah MDMA ekstasi USD dan STP

Golongan U yakni psikolropika dengan daya aditif kuat serta berguna

untuk pengobatan dan penelitian Contohnya adalah amfelamin

metanifetamin metakualon dan sebagainya Golongan IH yakni

psikolropika dcngan daya adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan

dan penelitian Contohnya adalah lumibal buprenorsina flcenilrazepam

19

dan sebagainya Golongan IV yakni psikotropika yang memiliki daya

aditif ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian Contohnya

adalah netrazepam (BK Mogadon Duiiiolid) diazepam dan lain-lain^

Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang

Psikotropika yang dimaksud dengan paslkotoplka adalah zat atau obat

baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif

melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang mcnyebabkan

perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku Psikotropika

dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut

1 Psikotropika golongan I yaitu psikolropika yang hanya dapat digunakan

unluk kcpentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi

sena mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma

ketergantungan Contohnya ekstasi shabu LSD

2 Psikotropika golongan II yakni psikotropika yang berkhasiat

pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi danatau tujuan ilmu

pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma

ketergantungan Contohnya amfetamin metilfenidat atau ritalin

3 Psikotropika golongan III yaitu psikotropika yang berkhasiat

pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi danatau unluk tujuan

ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan

sintlroma ketergantungan Contohnya pentobarbital Flunitrazepam dun

4 Psikotropika golongan IV yaitu psikotropika yang berkhasiat

Ibid ILil 15

20

pengobatan dan sangal luas digunakan dalam terapi danatau unluk

tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan

mengakibatkan sindrom ketergantungan Contohnya diazepam

bromazepam Fenobarbital klonazcpam klordiazepoxide nitrazepam

seperti pil BK pil Kopio Rohip Dum MG

Sedangkan kelompok dan jenLs psikotropika yang sering

disaiahgunakan antara lain

1 Psikostimulansia scperti amfetamin ekstasi dan shabu

2 Scdalif amp Hipnolika (obat penenang obat tidur) seperti MG BK

DUM Pil kopio dan lain-lain dan

3 Halusinogenika seperti lysergic acid dycthylamidc (USD) mushroom

Berdasarkan Ilmu farmukologi psikotropika dikelompokkan ke daiam 3

(tiga) golongan yakni dcpresan stinuilan dan halusinogen sebagai

berikut

1 Kelompok dcpresanpcnekan syaraf pusatpenenangobat tidur

Contohnya adalah valium BK rohipnol mogadon dan lain-lain

Jika diminurn obat ini dapat memberikan rasa tenang menganluk

rasa tcnteruni dan damai Obat ini Juga menghilangkan rasa takut

dan gelisah

2 Kelompok stimuiaiiperangsang syaraf pusaianti tidur Conlohnya

adalah amfetamin ekstasi dan shabu Ekstasi berbentuk tablet

berancka bentuk dun wama Amfetamin berbentuk tablet bcrwama

-Aid hal 16-17

21

pulih Bila diiriinuni obal ini mcndalangkan rasa gembira hilangnya

rasa pemiusuhiui hilangnya rasa marali ingin selalu aktif badan

terasa fit dan lidak merasa lapar Daya kerja otak menjadi scrba

cepat namun kurang lerkendali Shabu berbentuk tepung kristal

kasar berwarna pulili hersih seperti garani

3 Kelompok halusinogen Halusinogen adalah obat at tanaman

makanan yang dapat meninibulkan kiiayaian contohnya yailu LSD

Lysergic Acid Dicihyltamide) getah lanaman kaklus kecubung

jamur tertentu (misceiine) dan ganja Bila diminurn spikotropika

jenis in dapat menimbulkan kliayalan tentang peristiwa-peristiwa

yang mengerikan khayalan tentang kenikmatan scks dan

sebagainya Kenikmatan didapat oleh pemakai setelah pemakai sadar

bahwa perisfiwa mengerikan ilu bukan kenyataan atau karena

kenikmatankenikmatan yang dialami walaupun hanya khayalan

BAB III

PEMBAHASAN

A Faktor yang Mcnyebabkan Terjadinya Penyalahgunaan Narkotika dan

Psikotropilta

1 Faktor yang Bersunibcr Dari Individu

Menurut Luthfi Buraja terdapat 3 (liga) pcndekatan untuk

tcrjadinya penyalahgunaan dan ketergantungan terhadap narkotika dan

psikotropika yaitu peridekalan orgunobilogik psikodinamik dan

psikososial Ketiga pendekatan tersebut tidaklah berdiri sendiri melainkan

saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya Dari siidut pandang

organobiologik (sususan syaraf pusatotak) mekanismc terjadinya adiksi

(ketagihan) hingga deperidcnsi (ketergantungan) dikenal dengan dua istilah

yaitu gangguan mental oragnik atau sindrom otak organik seperti gaduh

gelisah dan kekacauan dalam fungsi kognilif (alam pikiran) efektif (alam

perasaanemosi) dan psikomotor (perilaku) yang disebabkan efek

langsung terhadap susunan syaraf pusat (otiik)^^

Sescorang akan mcnjadi ketergantungan terhadap narkotika dan

psikotropika apabila seseorang dengan tems-menenis diberikan zat

tersebut Hal ini berkaitan dengan teroi adaptasi sekuler mum

adaptaiUm) tubuh beradaptasi dengan menambah jumlah teseptor dan seishy

se syaraf bekcrja kcras Jika zat dihenlikan sel yang masih bekerja kcras

Luthll Uaraja Makalali Gangguan Mciilul dan icrilaku Akibut Nurkuba Disampalkim pada Seminar tentang Narkoba di SMK Iptck lakarla hal 2

22

23

tadi mengaiami kelmLisaii yang dari kiar tampak sebagai gejala-gejala

putus obal Gejala putus obat tersebut mcmaksa individu untuk

mengulangi pemakaian zal tersebul

Faktor predisposisi individu dengan gangguan kepribadian (anti

sosial) ditandai dengan pcrasaan lidak puas terhadap orang lain Selain itu

yang bersangkutan tidak inampu untuk berfungsi secara wajar dan efektif

dalam pergaulan di rumah di sekoiah atau di tempat kerja gangguan lain

sebagai penyerta berupa rasa cemas dan depresi Untuk mengatasi

ketidakniainpuan dan mcnghiiangkan kccemasan atau depresinya maka

individu tersebut cenderung untuk menggunakan narkoba Semestinya

individu itu dapat mengobati dirinya dengan datang ke dokterpsikiater

untuk mendapatkan terapi yang tepat sehingga dapat dicegah

keterlibatannya dalam penggunaan narkotika dan psikotropika

Secara umum mereka yang menyalahgunakan narkotika dan

psikotropika dapat di bagi ke dalam 3 (tiga) golongan besar yaitu

1 Ketergantungan primer ditandai dengan adanya kecemasan dan

depresi yang pada umumnya terdapat pada orahg detigah kepfibadlah

yang tidak stabil

2 Ketergantungan simtomatis yaitu penyalahgunaan narkotika dan

psikotropika sebagai salah satu gejala dari tipe kepribadian yang

mendasarinya pada umumnya terjadi pada orang yang kepribadian

psikopatik (anti sosial) kriminal dan pemakaian narkotika dan

Ai4hal K

24

psikotropika untuk kesenangaii sematu

3 Ketergantungan reaktif yaitu terdapat pada remaja karena dorongan

ingin tahii pengaruh tekanan dan lingkungan tenian atau kelompok

sebaya peer group pressure)

Ada beberapa faktor internal dan ekslernal yang mcnjadi penyebab

individu menyalahgunakan dan menjadi ketergantungan terhadap

narkotika dan psikotropika Menurut Sudarsono bahwa penyalahgunaan

narkolika dan psikotropika di latar belakangi oleh beberapa sebab yaitu

1 Untuk membuktikan kebcranian dalam melakukan tindakan-tindakan

yang berbaiiaya seperti ngebut dan bergaul dengan wanita

2 Meniinjukkan tindakan yang menenlung orang tua guru dan norma

sosial

3 Mempermudah penyaluran dan mempermudah perbuatan seks

4 Melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh peiigalamaii-

pengalainan einosional

5 Meneari dan menemukan aril hidup

6 Mengisi kekosnngan dan kesepian hidup

7 Menghilangkan kegelisahan frustasi dan kepepel hidup

8 Mengikuti kemauan kawan-kawan dahim rangka pembinaan solidaritas

dan

9 Iseng-iseng saja dan rasa ingin tahu

Menurut hasil penelitian Dadang Hawari bahwa di anlara faklor-

Sudujsono Kenakalan Remaja cel ii (Jakarta Rineka Cipta 1992) 1ml 67

25

faktor yang berpcran dalam penggunaan narkotika dan psikolropika

adalah

1 Faktor kepribadian anti sosial dan psikopatik

2 Kondisi kejiwaan yang mudah merasa keeewa atau depresi

3 Kondisi keluarga yang meliputi keutuhan keluarga kesibukan orang

tua hubungan orang tua dengan anak

4 Kelompok teiiian sebaya dan

5 Narkotika dan psikotropika itu sendiri mudah diperoleh dan tersedianya

pasaran yang resmi maupun lidak resmi

Menurut Siibagyo Partodiharjo secara individu terdapat beberapa

faktor yang mcmpengaruhi sescorang dapat menyalahgunakan narkotika

dan psikotropika Alasan ini merupakan alasan yang bersumber dari diri

sendin atau pemakai narkotika dan pasikotropika tersebut yakni sebagai

berikut

a Ingin tahii

Perasaun ingin tahu biasanya diniiliki oieh generasi muda pada

umur setara siswa SD SLTP dan SLTA Bila di hadapan sckelompok

anak muda ada seseorang yang inemperagakan uikmatnya

mengkonsumsi narkotika dan psikolropika maka didorong oleh naluri

alami anak muda yaitu keingintahuan maka salah seoariig dari

kelompok itu akan maju mencobanya Selain didorong oleh

keingintahuan keberaniannya juga karena didesak oleh gejolak dalam

Mardiini foc cil hai 102 ^ Subagyo RatoiJlliarjo ioc cil liiil 72-74

26

jiwanya yang ingin dianggap hebal pemberani dan pahlawan di antara

temanteinan sehayanya Maka jatuhlah satu orang anak dalam pelaku

setan

Dalam kondisi seperti itu reaksi kawan-kawan sebayanya

berbeda-bcda

1 Ada yang ingin menyaingi menunjukkan bahwa dirinya lebih hebat

lagi lalu memakai

2 Ada yang ingin tahu kemudian ikut memakai dan

3 Ada yang sella kawan lain ikut memakai juga

Sikap seperti inilah yang menyebabkan bandar atau pengedar

senang Mereka meiigincar generasi muda mahasiswa atau pclajar

karena 2 (dua) pertimbaiigan

1) Kalau salah satu anak muda kena maka anak muda yang lainnya

ikut kena sehingga konsumen cepat bertambah dan

2) Kalau anak muda kena maka anak muda tcrsebut akan mcnjadi

pemakai selia dalam waktii yang lama Berbeda dengan orang tua

yang cepat maii keuntungan komersial yang diperoleh dari

kelompok anak muda ini akan banyak

b Ingin dianggap hebal

Pcrasaan ingin dianggap hebat biasanya dimiiiki oleh generasi

muda Sepcrti ditcrangkan di atas salah satu sifat alami yang positif

dari generasi muda adalah daya saing Sayang sekali karena

kelidaktahuan sifat positif ini juga dapat dipakai untuk masalah negatif

27

Silat positif ini scharusiiya didorong unluk berlomba daluin preslasi

pada bidang pcndidikan kesenian olah raga dan lain-lain yang

bermanfaat bagi kehidupan

Bila sikap ingin berkonipctisi ini diarahkan untuk

mengkonsumsi narkolika dan psikolropika akibatiiya sungguli

mengerikan yailu kcgagalan hidup dan kesengsaraan Pemakai hanya

dapat dianggap hebat oleh lingkungan kecil pcniakai narkotika dan

psikotropika Di masyarakat luas pemakai hanya menuai cerca dan

nista

c Rasa setia kawan

Perasaan setia kawan sangat kuat dimiiiki oleh generasi muda

Jika lidak mendapatkan penyaluran yang posilif sifai positif tersebut

dapat berbahaya dan mcnjadi negatif Bila (cmannya memakai

narkotika dan psikotropika maka individu tersebul ikut juga memakai

Bila temannya dimarahi orang tuanya atau dimusuhi masyarakat maka

pemakai membela dan ikut bersimpatik

Sikap seperti itulah yang menyebabkan anak ikut-ikutan

Awalnya hiuiya satu orang yang merokok kemudian semuanya menjadi

perokok Setelah semuanya merokok sntu orang mulai memakai ganja

lalu yang lainnya ikut sehingga menjadi sekawanaii pemakai ganja

Selelah semua memakai ganja satu orang memakai ekstasi kemudian

semuanya ikut demikian selerusnya meningkat menjadi shabu dan pada

akhirnya menjadi pemakai putaw

28

d Rasa kccewa truslasi kcsai

Pcrasaan kesal kcccwa atau (rustasi biasanya terjadi karena

kegagalan pada generasi muda eksckutif mudu suami atau istri

Pcnggiiiiaan narkotika dan psikolropika pada kelompok ini bertujuan

untuk sesaat melupakan kekccewaan kckesaian dan fi-uslasi Kondisi

masyarakat yang carut martit tclah banyak melahirkan kekccewaan

kekesalan bahkan Iruslasi Narkolika dan psikotropika dapat

melupakannya sesaat tetapi tidak untuk mengatasi masalah yang

sesungguhiiya

Hubungan buruk yang disebabkan oleh kcgagalan

berkomuiiikasi antara orang tua dengan anaknya dapat menyebabkan

rasa kesal Hal ini mcnjadi faktor pemicu pemakaian narkotika dan

psikotropika oleh anak Intcraksi anlara orang tua dcngan anak tidak

cukup hanya berdasarkan niat baik Cora berkoniunikasi juga harus

baik Masing-masing pihak harus memiliki kcsabaran untuk

menjclaskan isi hatinya dengan cara yang tepat Banyak sekali konfllk

di dalam rumah tangga yang terjadi hanya karena salah paham atau

kekeliman berkoniunikasi Kekeliruan kecil itu dapal bcrakibat fatal

yaitu masuknya narkotika dan psikotropika ke dalam keluarga

Kekccewaan kekesalan dan frustasi dapal terjadi karena

kekeliruan dalam berkomunikasi terhadap beberapa faktor berikut i n i

I ) Komunikasi anak dengan orang tua

IbUI hiiJ 74

29

2) Komunikasi antar anak

3) Komunikasi di lingkungan eksekulifinuda dan

4) Komunikasi antara suami istri

e Ingin bebus dari rasa sakil atau pusing

Penderila pcnyakit beral yang kronis dan tidak kunjuiig sembuh

misalnya Ranker hati luka bakar uka tusuk wasir Ranker paruparii

migreii eneok pengapuran dan lain-lain sclalu merasakan sakit yang

iuar biasa karena penyakitnya Rasa sakit tersebut sering kali tidak

dapat dihilangkan dengan obat pengtiiiang rasa sakit biasa (anaigetik)

sehingga peiiderilanya mencoba narkotika atau psikotropika

Narkotika maupun psikolropika dapat menghilangkan rasa sakit

tersebut tetapi tidak menyembuhkan penyakitnya Ceiakaiiya pemakai

yang bersangkutan malah mendapat maslah baru yaitu ketergantungan

dengan segala komplikasinya yang justru menjadi lebih berbahaya

f Ingin menikmati rasa gembira tampii lincah energik dan mengusir

rasa sedih dan malas

Para eksekudf dan sciebritis biasanya memiliki gaya hidup yang

trendi Mereka merasa dituntut untuk selalu lampil lebih prima Dengan

mengkonsumsi naikotika atau psikolropika mereka dapat tampii prima

dan percaya diri karena kehilangan rasa malu walaupun sesungguhnya

tidak demikian

Perasaan hebat tersebut di atas seharusnya dicapai melaiui tekun

berolah raga hidup teratur meningkatkan kualitas fisik mental

30

inlclckUial dan mocaiiiyii Riikan ineiigamhit jalan piiitas dcngan tampii

seotah-olah prima niclalui manipulasi atau lipuan melaiui

mengkonsumsi narkotika atau psikolropika tersebut Pcnampilmi prima

yang semu atau atau tipuan itu lambat laun akan terungkap juga

sehingga [ania-keiamaan akan kelahuari juga jati dirinya yang

sesungguhnya itu

g ingin tampii iangsing

Narkolika dan psikotropika terscbut juga banyak digunakan oleh

artis dan ibu-ibu rumah tangga yang berbadan gemuk untuk

melangsingkan lubtihnya Narkotika alau psikotropika dengan jenis

tertentu ada juga yang dapat menghilangkan nafsu makan sekaligus

menambali aktivitas fisik sehingga dapat menurunkan beral badun

h Takut mengalami rasa sakit (sakaw)

Pengguna jenis narkotika atau psikolropika tersebut yang sudah

menjadi pemakai tetap (pemadat) akan mengalami rasa sakit (sakaw)

bila tidak memakainya Karena takut merasakan penderitaan maka

pemakai tersebut terus memakainya sehingga menjadi pemakai yang

sella junkies) Banyak pemakai narkotika dan psikotropika ini yang

setia adalah orang-orang yang merasa terpaksa memakai sebab kalau

lidak memakainya mereka akan mengalami sakaw

Kebanyakan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika

dimulai atau terdapat pada masa remaja sebab masa remaja yang

sedang mengalami perubahan biologik psikologik maupun sosial yang

31

pesat merupakan individu yang rentan untuk nienyaiahguriakan

narkotika maupun psikotropika terscbut Anak atau remaja dcngan ciri-

ciri tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi

penyalahgunanya Ciri-ciri tersebut anlara lain^

a Cenderung memberontak dan menolak otoritas

b Cenderung memiliki gangguan j iwa lain (komorbiditas) seperti

depresi cemas psikotik keperibadian dissosial

c Perilaku menyimpang dari aluran atau norma yang berlaku

d Rasa kurang percaya diri low selw-confulence) rendah diri dan

memiliki citra diri negatif (ow setf-esleem)

e Sifal mudah keeewa cenderung agresif dan destruktlf

f Mudah murung pemalu pendiam

g Mudah merasa bosan dan jenuh

h Keingintahuan yang besar untuk meneoba atau penasaran

i Keinginan untuk bersenang-senang [just for fun)

j Keinginan untuk mengikuti mode karena dianggap sebagai lambang

keperkasaan dan kehidupan modem

k Keinginan untuk diterima dalam pergaulan

1 Identitas diri yang kabur sehingga merasa diri kurang jantan

mTidak siap mental untuk menghadapl tekanan pergaulan sehingga

sulit mcngambil keputusan untuk menolak tawaran NAPZA dengan

tegas

Tom Kus dan Tedi Btihava NAPZA Bagi Pelajar (Bandung Yayasan Al-Ghilari Morgan im) hal 14

32

n Kemampuan komunikasi rendati

o Melarikan diri dari scsuatu (kebosaiian kcgagalan kekccewaan

kclidakmampuan kesepian dan kegcliran hidup dan lain-lain)

p Putus sekoiah dan

q Kurang menghayati iman atau kcpcrcayaaiinya

Menurut Tim Badan Narkotika Nasional hahwa terdapat

beberapa iaklor yang menyebabkan sescorang alau individu

menyalahgunakan narkolika dan psikotropika anlara lain

1) Keingintahuan yang besar untuk mcncoba tanpa sadar alau berlikir

panjang tentang akibatnya dikemudian hari

2) Keinginan unluk mencoba-coba karena penasaran

3) Keinginan untuk bersenang-senang

4) Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya hidup

5) Keinginan untuk dapat diterima daiam suatu kelompok

6) Lari dari masalah kebosanan atau kegetiran hidup

7) Pengertian yang salah bahwa mcncoba sckali-kali lidak akan

menimbulkan masalah

8) l idak mainpu alau tidak berani menghadapl tekanan dari lingkungan

alau kelompok pergaulan unluk menggunakan narkolika dan

psikotropika dan

9) Tidak Japal atau mampu mengatakan tidak pada narkotika dan

psikotropika

Tim INN Loc di

33

Berdasarkan peinaparaii Icrscbut di atas dengan demikian

bahwa individu didorong oleli beberapa faktor untuk menyalahgunakan

pemakaian narkotika dan psikotropika tersebut sehingga menjadi

individu yang mengalami ketergantungan berikut ini disebutkan

beberapa faktor adalah

1) Ingin tahu dan Ingin mencoba rasa memakai narkotika atau

psikotropika bagi kalangan anak muda)

2) Ingin dianggap lebih hebat dari orang Iain pada orang muda)

3) login membuktikan kesetiakawanan (pada orang muda)

4) Dianggap paling tepat untuk mengatasi perasaan keeewa j en gkel

dan frustasi (pada suami istri yang mengalami konllik rumah

tangga)

5) Dianggap cara yang paling mudah untuk menghalau rasa sakit pada

tubuh (pada penderita penyakit yang kronis)

6) Dianggap cara yang paling ampuh untuk mendapatkan perasaan

tenang damai atau gembira (pada suami istri yang mcnghadapi

konflik rumah tangga)

7) Dianggap cara yang paling mudah untuk melangsingkan lubuh (pada

ibuibii rumali tangga atau wanita yang bertubuh gemuk)

2 Faktor yang Bersumlicr dari Lingkungan

Faktor lingkungan tidak mampu mencegah atau mengurangi

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika bahkan membuka kesempatan

pemakaian narkotika dan psikotropika Yang dimaksud dcngan faktor

34

kesempatan di sini adalah tersedianya siluasi-situasi yang nieiiiungkinkan

untuk memakai narkolika atau psikolropika di waktu-vvaklu luarig di tempat

rekreasi atau hiburan diskotik pesia dan lain-lain Atau mungkin lingkungan

masyarakat yang tidak mampu mengendalikan bahkan membiarkan penjualan

alau pcrcdaran geiap narkotika dan psikotropika misalnya karena lemahnya

penegakan hukum penjualan narkolika dan psikotropika secara bcbas bisnis

narkotika dan psiktilropika yang terorganisir mudahnya memperoleh

narkotika dan psikotropika dan lain-lain

raklor yang bersumber dari lingkungan yang mcnyebabkan individu

dapat menyalahgunakan pemakaian narkotika dan psikotropika merupakan

laktor kontribusi masukaii dari Iuar individu) dimana sesttorang dengan

kondisi keluarga tidak baik akan merasa tertekan dan rasa lertekan inilah

sebagai faktor penyerta bagi dirinya untuk terlibat dalam penyalahgunaan

narkotika dan psikotropika tersebut Disfungsi keluarga yang dimaksud antara

lain adalah keluarga yang tidak utuh kedua orang tua yang tcrlalu sibuk dan

lingkungan interpersonal dengan orang tua yang tidak baik Di samping itu

faktor pencetus seperti pengaruh teman sebaya tersediu dan mudah

didapatkan mempunyai andil sebagai faktor pencetus sescorang atau individu

terlibat ke dalam penyalahgunaan yang mengakibatkan ketergantungan

terhadap narkotika dan psikotropika Dari sudut pandang psikososial

penyalahgunaan narkotika dun psikolropiku dapat terjadi sebagai akibat

negatif dari intcraksi tiga kiitub sosial yang tidak kondtisif yaitu kutub

Lulhli ilurnju Op cil

35

keluarga kutub sekolahkupus dan kulub masyarakat

Faktor lingkungan meliputi faktor kciuarga dan lingkungan pergaulan

balk dlsekltar rumah sekoiah teman sebaya maupun masyarakat Banyak

pengguna Narkotika dan Psikolropika yang berasal dari keluarga yang lidak

harmonis Keluarga seharusnya mcnjadi wadah untuk menikmati kebahagiaan

dan curalian kasih sayang wahana silih asih silih asah dan silih asuh

Namun pada kenyataannya keluarga sering sekali justru menjadi pemicu

sang anak mcnjadi pemakai hal tersebut disebabkan karena kciuarga tersebut

kacau balau Hubungan antara anggota keluarga dingin bahkan tegang atau

bermusuhan

Komunikasi antara ayah ibu dan ariak-anak sering sekali

menciptakan suasana konflik yang tidak berkesudahan dimana bahwa

penyebab konllik tersebut sangal beragam Solusi semua konflik adalah

komunikasi yang baik periuh pcngerlian saling menghargai dan menyayangi

serta ingin selalu membahagiakaii

Konflik di dalam keluarga dapat mendorong anggota keluarga merasa

frustasi sehingga lerjebak memilih narkotika dan psikolropika sebagai

solusinya Biasanya yang paling rentan terhadap stres adalah anak kemudian

suami dan istri sebagai benleng terakhir Beberapa faktor yang bersumber

dari lingkungan keluarga yang dapat mempengaruhi seseorang atau individu

tertentu icrjun kc dalam lingkungan penyalahgunaan narkotika dan

36

psikotropika tcrsebut antara lain adatuh

a Koniimikasi niang tua-aiiak kiii-ang baikcfektif

b Hubungan dalam keluarga kunmgharmonisdisfimgsi dalam keluarga

c Orang tua bercerai bcrscitngkub atau kawin lagi

d Orang lua tcrlalu sibuk aUiu tidak acuh

e Orang tua oloriter alau scrba melarang

f Orang tua yang serha nieinbolehkan (pcrmisil)

g Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teiadan

h Orang tua kurang peduli dun tidak tahu dengan masalah narkolika

i Tata terlib alau disiplin keluarga yang selalu bcrubah (kiiiaiig konsisten)

j Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam kciuarga

dan

k Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahguna narkotika

dan psikotropika

Sitimsi buruk dalam keluarga yang soring menyudiitkan anak ke arah

narkotika dan psikotropika adalah

1) Anak merasa kurang mendapatkan kasih sayang dalam keluarga merasa

kesal keeewa dan kesepian

2) Anak merasa kurang dihargai kurang mendapatkan kepcrcayaan dun

selalu dianggap salah

3) Anak mengalami konflik dengan orang tua dalam masalah pacaran

memilih pasangan hidup atau meneniukan pilihan profesi cila-elta dan

Mardani Loc cil lial 99 AW hal 100

37

sebagainya

4) Anak kesal dan keeewa karena ayah dan ibuiiya kurang lianiionis dan

sering bertcngkar (broken home)

5) Suami thtsirasi karena tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapinya

dengan islrinya

6) Istri fnistrasi akibat konllik dengan suami tentang masalali ekonomi atau

adanya wanita lain di samping suami

Banyak pengguna narkotika dan psikolropika yang pada awalnya

dimulai karena pengaruh dari orang lain Bentuk pengaruh dari orang lain itu

dapat bervariasi mulai dari bujuk rayu lipii daya sampai kepada paksaan

a) Tipu Daya

Banyak anak yang ditipu oleh kenalon teman sahabat atau pacar

Seperti mengajak meraka untuk memakai narkotika dan psikolropika

dengan bemacam-macain tipuan Dengan alasan yang digunakan bahwa

narkotika dan psikotropika adalah vitamin obat pil pintar pil sehat atau

food supplement Tipuan itu dapat juga berupa bujukan bahwa narkotika

dan psikotropika tidak tcrlalu berbahaya kalau tahu raliasianya Banyak

orang di dalam masyarakat yang dikira orang baik-baik namun lemyata

pengedar narkotika dan psikotropika Walaupun orang itu adalah kawan

sahabat saudara atau pacar sebagai pengedar penipu tersebul akan tcga

menipu maupun menjebak kita Pengedar narkotika dan psikotropika

sangat pandui mcmasarkan narkotika dan psikotropika tersebut Dengan

menawarkan narkotika dan psikotropika sebagai mmn food supplement

38

pil scliat pil pintar dan sebagainya Dengan lipuan ini korban dari

kalangan kciuarga hannonis akan terjcrumus ke dalamnya Saat ini banyak

pemakai narkolika dan psikotropika dari keluarga harmonis bukan hanya

bull dari keluarga berantakan Banyak pekerja mahasiswa atau pelajar yang

tampii ioyo tertipu ketika kepadanya ditawarkan pil sehat vitamin atau pil

pintar Banyak pemuka agama juru dakwah atau pengkhotbah yang

tertipu karena pil sehal yang dlbelinya adalah narkotika dan

psikotropika Reaksi pemakaian narkotika dan psikotropika mula-mula

terasa menyehatkan dan membuat si korban tipuan terscbut sukses dalam

berdakwah atau berkhotbah Ibu rumah tangga juga dapat tertipu karena

ditawari pil pelangsing oleh saudara atau teman dalam arlsan dan lain-

lain Mulanya karena tipu daya akhimya setelah lerjebak menjadi

biasa

b) Bujuk rayu

Waftiia camlk pengedaf ftaTkotlka dan psikotFoplka biasanya menjebak

mangsa melaiui bujuk rayu Untuk memasarkun narkotika dan

psikotropika pengedar tersebut memilih profesi sebagai wanita penghibur

atau Wanita Tuna Susiala (WTS) Banyak eksekutif muda pekerja atau

bos-bos yang mulai memakai narkotika dan psikotropika karena rayuan

pekerja seks komersial hostess dan sebagainya Dalam mcmasarkan

narkotika dan psikotropika wanita tersebut merayu akan mau melayani

kencati kalau bersama-sama mengkonsumsi narkotika dan psikotropika

Subagyo Purlodlhario Loc cil hal 78

39

lebih dulu Muta-mula kurban memakai narkotika dan psikotropika karena

tergoda namun akhimya menjadi terbiasa

c) Paksaan

Banyak anak muda yang mengawali pemakaian narkotika dan psikotropika

karena dipaksa oleh sekawanun alau seseorang yang mengancam akan

mencelakainya Banyak pclajar atau nialiasiswa mengawali kebiasaan

memakai narkotika dan psikotropika dari keadaan terpaksa diancam oleh

sekawanan preman yang menghadang di tengah jalan Dari kelompok ini

pula terjaring pemakai yang berasal dari keluarga hannonis

Lingkungan sekoiah bagi pelajar tingkat SD SMP dan SMA

merupakan tempat yang stratcgls bagi para pelajar untuk menunjukkan jati

dirinya sehingga mereka terjun kepada penyalahgunaan narkotika dan

psikotropika ini faktor sekoiah yang merupakan bagian tcrpcnting yang

mempengaruhi adalah

a Sekoiah yang kurang disiplin

b Sekoiah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjiial narkotika atau

penjual psikolropika

c Sekoiah yang kurang member] kesempatan pada siswa untuk

mengembangkan diri secara kreatif dan positif

d Adanya murid pengguna narkotika atau psikotropika

Kartini Kurtono op cil hivl 124

40

B Pengaturan Sanksi Pidana Terhadaj) Pcnyalahgunaaan Narkotika dan

Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau

dari Perlindungan Terhadap Korban

Dalam hukum pidana di Indonesia terdapat adanya

ketldakseimbangan antara perlindungan korban kejahatan dcngan pelaku

kejahatan pada dasarnya mempakan salah satu pengingkaran dari asas setiap

warga negara bersamaan kcdudukannya dalam hukum dan pcmerinlahan

sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 sebagai

landasan konstitusional Perlindungan korban memiliki hubungan cral dcngan

teori pemidanaan yang dikemukakan Wirjono Prodjudikoro tujuan

pemidanaan adalah untuk niemenuhi rasa keadilan^

Ada Juga yang mengemukakan bahwa tujuan pemidanaan dapat

dilihat melalul 2 (dua) leorl mengenai alasan-alaitan yang membenarkan

(justification) penjatuhan hukuman (sanksi) yaitu Teori Absolut

(Vergeldingslheorie) dan Teori Relatif atau Doeitheorie Menurut Teori

Absolut (Vergeldingslheorie) tujuan pemidanaan sebagai pembalasan

terhadap para pelaku karena telah melakukan kejahatan yang mengakibatkan

kesengsaraan lerhadap orang lain alau anggota masyarakat sedangkan

Roeslan Saleh mengatakan sebagai reaksi-reaksi atasdelik yang berwujud

suatu nestapa yang scngaja dilimpakan ncgara kcpada pembuat delik

Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana Cctakan Iuriania (Jakarta Sinar Gnitlka2(W5)hii4

lcduu Mdipaung Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cctakun IcrliirMii (Jukiirtu Sinur Gratika 2005) hal 4

kiwsUin Saleh Shdsel Pidana Indonesia (Jukarlu liinn Aksara 19K7) hal 5

41

Menurut Teori Relatif Doeltheurie) tujuan pemidanaan adalah

a Menjerakan agar si pelaku atau terpidana menjadi jera dan tidak

mengulangi lagi perbuatannya specials presenile) sena masyarakat umum

agar mengertahui jika melakukan perbuatan yang sama akan mengalami

hukuman yang serupa atau disebut pula generalpreventte

h Memperbaiki pribadi si terpidana berdasarkan perlakuan dan pcndidikan

selama menjalani hukuman terpidana merasa menyesal dan tidak akan

mengulangi perbuatannya dan kcmbali kepada masyarakat sebgai orang

baik dan berguna dan

c Mcmblnasakan (menjatulikan hukuman mat) atau mcmbuat terpidana tidak

berdaya dengan menjatuhkan hukuman seiimur hidup

Pandangan di atas sangatlah wajar apabila beranjak dari pandangan

bahwa hukum pidana adalah hukum sanksi (hifzonderesancUerechl) sebab

dengan bertumpu pada sanksi itulah hukum pidana difungsikan untuk

menjamin keamanan ketertiban dan keadilan Dalam perkembangannya

ternyata tidak semua sarjana menyclujui maksud diadakannya pidana scperti

itu (sebagai suatu nestapa) karena muncul pendapat bahwa di samping pidana

ditujukan untuk memberikan penderitaan kcpada pelanggar atau mcmbuat

jera pemidanaan juga bertujuan agar pelaku dapat kembali hidup

bermasyarakat sebagaimana mestinya

Alasan yang paling inenonjol lerhadap upaya perubahan tersebut

adalah dengan meniperhatikan sisi kemanusiaan yang mcmandang bahwa

Ucdcn Mirpaung Opcil hal 4

42

sekalipiin tcrsangka telah melakukan kcsalahaii ia telap berkcdmiiikan sebagai

manusia utuh yang harus tetap diperlakukan sama dengan manusia lainnya

dan dilindungi hak asasi manusionya Karena itu pidana penjara saat ini

sedang mengalami masakrisis karena termasuk jenis pidana yang kurang

disukai Banyak kritik tajam ditujukan terhadap jenis pidana perampasan

kemerdekaan ini baik dllihat dari sudut efektifitasnya maupun dilihat dari

akibat-akibat lainnya menyertai atau berhubungan dcngan dirampasnya

kemerdekaan seseorang

Banyaknyu kritik yang diarahkan pada bentuk pemidanaan berupa

perampasan kemerdekaan (yang ditujukan untuk membuat jera pelaku)

sehingga berkembanglah bentuk pemidanaan lain yang dianggap lebih

manusiawi yaitu penjatuhan pidana berupa denda atau pemberian ganti

kerugian kepada korban Pemberian ganti kerugian pada awalnya merupakan

konsep kcperdalaan seperti halnya dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata yang mewajibkan setiap orang yang menyebabkan orang lain

menderita kerugian untuk membayar ganli rugi Dalam perkembangannya

konsep ini diterupkan pula dalam hukum pidana mengingat akibat yang

ditimbulkan pada korban tindak pidana akan selalu disertai dengan kerugian

baik mental fisik maupun material sehingga sangat wajar apabila korban pun

menuntui ganti kerugian pada pelaku guna memulihkan derita yang

dialaminya

Dengan memperhatikan pada beberapa teori klasik tentang tujuan

Uurtla Nawuwi Ariel Sislem Pemidanaan Menunii Konsep KIHP llaiu dan Latar Helakang Pemlklrannya Hahan Ienalaran Hukum Pidana V Undanu Kupang uinjyful 11 Juli-12 Agustus 1989

43

pemidanaan dapat disiinpulkan bahwa penjatuhan pidana lebih banyak

ditujukan untuk kepeiitingan pelaku dengan kata lain tujuan pemidanaan

hanya dimaksudkan imtuk mengubah perilaku dari pelaku kejahatan agar

tidak mengulangi lag perbuatannya sedangkan kcpentingan korban sama

sekali diabalkan

Perlindungan terhadap korban narkotika jika dihubungkan dengan

beberapa teori pemidanaan yang telah dipaparkan di atas maka peneliti

mengkaji bahwa dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang baru ini terdapat kescimbangan antara perlindungan terhadap

pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana bahwa berdasarkan sanksi

baik pidana maupun denda yang terdapat dalam undang-undang ini sangatlah

berat-berat dan tegas ]ni berarti bahwa undang-undang ini lebih

mementingkan korban dari pada pelaku kejahatan narkotika Mengingat

bahwa dengan adanya pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan

korban semakin banyak yang berjatuhan schingga daripada korbnnnya anak

bangsa yang memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara

Indonesia maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-

beratnya lerhadap si pelaku tindak pidana narkotika bahkan pidana mati atau

seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-

undang yang bam ini juga diatur mengenai rehabilitasi terhadap korban baik

korban yang diakibatkan oleh orang Iain maupun karena self victimizing

victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku itu sendiri

44

C Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Seif-

Victimizing Victims

1 Self-victimizing victims uarkotika dau psikotropika

Suatu viktimisasi adalah sebagai suatu permasalahan manusia yang

merupakan kenyataan sosial hal ini disebabkan karena setiap warga negara

berhak mendapatkan rasa aman dan bcbas dari segala bentuk kekerasan

sesuai dengan falsafah Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 Contohnya adalah seseorang akibat perbuatannya memakai

narkotika dapat menimbulkan bahwa si pemakai tersebut menjadi tidak

berdaya upaya dengan kata lain bahwa si pelaku telah menjadi korban

akibat perbuatannya sendiri yang menimbulkan perbuatan kriminal

Penyalahgunaan narkolika atau psikolropika merupakan perbuatan

kriminal karena telah melanggar ketentuan di dalam undang-undang yang

ada yakni Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tetang Psikotropika dan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Terlibatnya si

pelaku kejahatan atau tindak pidana yang menimbulkan kerugian terhadap

dirinya sendiri daiam hal inilah yang disebut dengan istilah self victimizing

victims yang merupakan bagian dari viktimisasi Sehubungan dengan itu

maka Wolfgang menyatakan beberapa Jenis viktimisasi ialah

1 Unrelated victims yaitu korban yang tidak ada hubungannya sama

sekali dengan terjadinya korban misalnya pada kasus kecelakaan

pesawat Dalam hal In tanggungjawab sepenuhnya terletak pada

Utplietin3|il(igspqtcom2()OSIOl|ukum-viktinivl9gihlml diakscs terakhir langgul l2Januari 2015

45

pelaku

2 Provocative victims yaitu seseorang yang secara aktif mendorong

dirinya menjadi korban misalnya kasus selingkuli dimana korban juga

sebagai pelaku

3 Participating victims yailu seseorang yang tidak berbuul tetapi dengan

sikapnya justru mendorong dirinya menjadi korban

4 Biologically weak victims yaitu mereka yang secara tisik memiliki

keleinalian atau potensi untuk mcnjadi korban misalnya orang tua

renla anak-anak dan orang yang tidak mampu bcrbual apa-apa

5 Socially weak victims Yaitu mereka yang memiliki kedudukan social

yang lemah yang menyebabkan mereka mcnjadi korban misalnya

korban perdagangan perempuan dan sebagainya

6 Self victimizing victims yaitu mereka yang menjadi korban karena

kejahatan yang dilakukannya sendiri pengguna obat bius judi aborsi

dan prostitusi

Dalam hal ini kedudukan viktimologi sebagai sebuah ilmu yang

mempelajari tentang korban memiliki peranan yang sangat penting ruang

lingkup viktimologi ini meliputi

1 Semua macam sciiap macam perbuatan kriminal yang mengakibatkan

orang-orang mcnjadi korban

2 Setiap orang atau pihak yang dapat menjadi korban baik orang

perorangan maupun suatu korporasi atau organLsasi

3 Setiap orang atau pihak yang dapal menimbulkan korban artinya

46

dimana disatu sisi orang terscbut dapat merugikan orang iain sehingga

orang tidak merasa aman akibat tindakanya

4 Cara-cara viktimisasi atau penimbulan korban

5 Bentuk-bentuk viktimisasi yang terdiri dari primary viclimizalion

adalah korban individualperorangan bukan kelompok secondary

victimizalion korbannya adalali kelompok misalnya badan hukum

tertiary Victimizalion yang menjadi korban adalah masyarakat luas

nun viciimozaiion korbannya tidak dapat segera diketahui misalnya

konsumen yang tertipu dalam menggunakan hasil produksi

6 Akibat viktimisasi

7 Pengaruh viktimisasi

8 Reaksi atau respons terhadap viktimisasi

9 Penyelesaian viktimisasi dan

10 Pengaturan yang berkaitan dengan viktimisasi (yang menjadi

perhatian viktimologi)

Studi viktimologi akan memberikan pemahaman kepada setiap

individu mengenai hak dan kewajibannya dalam rangka mengantisipasi

berbagai bahaya yang mengancamnya Viktimologi memberikan

sumbangan pemikiran mengenai masalah viktimisasi tidak langsung

dampak sosial polusi industri viktimisasi ekonomi politik dan

penyalahgunaan kewenangan Viktimologi ini juga memberikan dasar

pemikiran dalam penyelesaian viktimisasi kriminal atau factor viclimogen

dalam sistem peradilan pidana

47

Dari perspektif ikalan Korban Napza (IKON) l ial i yang dimaksud

sebagai korban adalah orangperorangan yang menderita secara langsung

dari penyalahgunaan napza dan tennasuk pula keluarga alau tanggungan

langsung dari korban Namun karena hukum dl Indonesia memandang

pengguna napza adaiah kriminal maka terjadilah dampak-dampak negalif

yang dialami oleh pengguna napza yang merupakan korban scperti

diskriminasi kriminallsasi kesehatan dan stigmatisasi Maka sebagai

korban IKON Bali mendorong agar dihentikannyadiskriminasi lerhadap

korban napza mendorong vonis rehabilitasi untuk korban napza

mendorong agar dihentikannya penyiksaan terhadap korban napza dan

yang terakhir adalah mendorong terpenuhinya hak atas kesehatan bagi

korban dan orang terinfeksi HIV Dengan melihat kondisi permasalahan

penanggulangan napza yang semakin tidak menentu dan meningkatnya

jumlah korban napza secara terus-menerus Maka Ikon Bali meminta

1) Penerapan SEMA Nomor 7 Tahun 2009 sebagai pemenuhan hak atas

kesehatan terhadap korban Mpza

2) Meminta kepada Pengadilan Negeri Denpasar untuk menjadi insiator

dalam penyusunan langkah teknis penerapan SEMA Nomor 7 Tahun

2009

3) Meminta kepada selunih instansi tcrkait untuk mulai meiigambil

langkah nyata dalam penanggulangan napza

43 Ibid

48

4) Meminta agar korban napza diperlakukan secara manusiawi tanpa

penyiksaan sligma dan diskriminasi

5) Ikon Bali mendukung secara penuh program-program pemerintab

dalam penanggulangan napza

2 Rehabilitasi terhadap self-victimizing victims

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

merupakan undang-undang yang baru menggantikan Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika Adapun pasal-pasal di dalam

undang-undang in yang mengatur mengenai perlindungan korban adalah

berbagai pasal-pasal yangmencantumkan rehabilitas kepada korban

maupun pelaku tindak pidana narkolika Pasal 1 ayat (16) meneniukan

defenisi mengenai rehabilitasi dipandang dari sisi medis yakni

Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara

terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan Narkotika

Sementara Itu dalam Pasal 1 ayat (17) ditentukan defenisi rehabilitasi

dipandang dari sisi sosial yakni Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses

kegiatan pemulihan secara terpadu baik fisik mental maupun sosial agar

bekas pecandu Narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosia dalam

kehidupan masyarakat

Diimdangkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang merupakan undang-undang baru ini tentu mempunyai

maksud dan tujuannya Adapun tujuan yang terdapat dalam Pasal 4 yang

berbunyi

49

Undang-Undang tentang Narkotika bertujuan

a Menjamin kelersediaiin Narkotika untuk kcpentingan peiayanan

kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

b Mencegah mclindungi dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari

penyalahgunaan Narkotika

c Memberanlas pcredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika dan

d Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi Penyalah

Guna dan pecandu Narkotika

Bentuk perlindungan terhadap korban dan pelaku kejahatan tindak

pidana narkotika di dalajn Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

disebutkan ada 2 (dua) macam yakni pengobatan dan rehabilitasi lerhadap

korban maupun pelaku Pada Pasal 53 ayat (3) tersebul di atas bahwa yang

dimaksud dengan buktl yangsah antara lain surat kctcrangan dokter

salinan resep atau labeletiket Selcngkapnya mengenai pengobatan

ditentukan dalam Pasal 53 yang berbunyi sebagai berikut

(1) Untuk kcpentingan pengobatan dan berdasarkan indikasi medis

dokter dapal memberikan Narkotika Golongan II atau Golongan III

dalam jumlah terbatas dan sediaan tertentu kepada pasien sesuai

dengan ketcnluan peraturan perundang-undangan

(2) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat ( I ) dapal memiliki

menyimpan danatau incmbawa Narkolika untuk dirinya sendiri

(3) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mempunyai bukti

yang sali bahwa Narkotika yang dimiiiki disimpan danatau dibawa

50

untuk digunakan diperoleh secara sail sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan

Mengenai rehabilitasi terhadap korban dan pelaku tindak pidana

kejahatan penyalahgunaan narkotika merupakan suatu kewajiban bagi

pemerintah dan instansi masyarakat Sebagaimana ketentuan dalam Pasal

54 bahwa Pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika

wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial Dalam Pasal 56

disebutkan juga bahwa

(1) Rehabilitasi mcdis Pecandu Narkotika dilakukan di rumah sakit yang

ditunjuk oleh Menteri

(2) Lembaga rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan oleh instansi

pemerintah atau masyarakat dapat melakukan rehabililasi medis

Pecandu Narkotika setelah mendapat persetujuan Menteri

Kemudian dipertegas kembali dalam Pasal 57 bahwa selain melaiui

pengobatan danatau rehabilitasi medis penyembuhan Pecandu Narkotika

dapat diselenggarakan oleh instansi pemerintah alau masyarakat melaiui

pendekatan keagamaan dan tradisional Salah satu tugas dan wewenang

Badan Narkotika Nasional adalah meningkatkan kemampuan lembaga

rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu Narkotika baik yang

diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat

Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 ini terdapat

pengecualian dalam hal luniutan pidana terhadap anak yang masih berada

di bawah umur Misalnya terdapat di dalam salah satu pasalnya yakni pada

51

Pasal 128 ayal ( I ) yang bcrbunyi Orang tua atau wali dari pecandu yang

belum cukup umur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) yang

sengaja tidak mciapor dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6

(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp 100000000 satu juta

rupiah) Tetapi di datam ketentuan tain yakni pada Pasal 128 ayat (2) dan

ayal (3) ditentukan bahwa anak yang masih di bawah umur tidak dapat

dituntut pidami selcngkapnya pasal tersebul berbunyi Pecandu Narkotika

yang belum cukup umur dan telah dilaporkan oleh orang tua atau walinya

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat ( I ) tidak dituntut pidana

(Pasal 128 ayat (2)) dan Pecandu Narkotika yang telah cukup umur

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) yang sedang menjalani

rehabilitasi mcdis 2 (dua) kali masa perawatan dokter di rumah sakit

danatau lembaga rehabilitasi medis yang ditunjuk oleh pemerintah tidak

dituntut pidana

Pada awalnya narkotika digunakan unluk kcpentingan umat

manusia khususnya untuk pengobatan dan peiayanan kesehatan Namun

dcngan semakin bcrkembangnya ilmu pcngclaliuan dan teknologi

peruntukan narkotika mengalami perluasan hingga kepada hal-hal yang

negatif

Di dunia kedokteran narkotika banyak digunakan khususnya

dalam proses pembiusan sebelum pasien diopcrasi mengingat di dalam

narkotika terkandung zat yang dapat mempengaruhi perasaan pikiran serta

kesadaran pusieti Oleh karena itu agar penggunaan narkotika dapal

52

memberikan manfaat bagi kehidupanurnat manusia maka pcredarannya

harus diawasi secara ketat sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 60 sampai

dengan Pasal 63 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang menyebutkan

Pasai 60 ditentukan bahwa

(1) Pemerintah melakukan pembinaan terhadap segala kegiatan yang

berhubungan dengan Narkolika

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meiipuli upaya

a Memenuhi ketcrsediaan Narkotika unluk kcpentingan peiayanan

kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi

b Mencegah penyalahgunaan Narkotika

c Mencegah generasi muda dan anak usia sekoiah

dalampenyalahgunaan Narkotika termasuk dengan memasukkan

pendidikanyang berkaitan dengan Narkotika dalam kurikulum

sekoiah dasarsampai lanjutan atas

d Mendorong dan menunjang kegiatan penelitian danatau

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di brdang

narkolika unluk kcpentingan peiayanan kesehatan dan

e Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis bagi

Pecandu Narkotika baik yang diselenggarakan oleh pemerintah

maupun masyarakat

53

Pasal 61 ditentukan baiiwa

(1) Pemerintah melakukan pcngawasan terhadap segala kegiatan yang

berkaitan dengan Narkotika

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi

1 Narkolika dan Prekursor Narkolika untuk kcpentingan peiayanan

kesehatan danatau pengembangan Hmu pengetahuan dan

teknologi

2 Alat-alat potensial yang dapat disaiahgunakan untuk melakukan

tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkolika

3 Evaluasi keamanan khasiat dan mutu produk sebelum diedarkan

4 Produksi

5 impor dan ekspor

6 Pcrcdaran

7 Pelabeian

8 Tnformasi dan

9 Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Pasal 62 berbunyi Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan

sebagaimana dimaksud dalam Pasai 60 dan pengawasan sebagaimana

dimaksiiddalam Pasal 61 diatur dengan Peraturan Pemerintah Dan dalam

Pasal 63 disebutkan bahwa Pemerintah mengupayakan kerja sama

dengan ncgara lain danatau badan intcmasional secara bilateral dan

multiialeral baik regional maupun internasional dalam rangka pembinaan

dan pengawasan Narkotika dan Prekursor Narkotika sesuai dengan

54

kcpentingan nasional

Berdasarkan biinyi beberapa pasa di atas mengenai pengawasan

terhadap pentingnya peredaran narkotika wajib diawasi secara ketat

dikarenakan saat ini pemanfaatannya banyak untuk hal-hal yang negatif

D i samping itu melaiui perkembangan teknologi informasi dan

komunikasi penyebaran narkotika sudah menjangkau hampir ke semua

wilayah di Indonesia hingga ke pelosok-pelosok Daerah yang sebelumnya

tidak pcrriah tersentuh oleh peredaran narkotika lambat laun berubah

menjadi sentra peredaran narkotika Begitu pula anak-anak yang pada

mulanya awam terhadap barang haram ini telah berubah menjadi sosok

pecandu yang siikar untuk dilepaskan ketergantungannya

Sebelum Iahimya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

mengenai narkotika diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997

tentang Narkotika namun undang-undang ini tidak dapat dipertahankan

lagi keberadaannya karena adanya perkembangan kualitas kejahatan

narkotika yang sudali menjadi ancaman serius bagi kehidupan umat

manusia Pengguna narkotika sangat beragam dan menjangkau semua

lapisan masyarakat mulai dari anak-anak hingga orang dewasa orang

awam hingga artis bahkan hingga pejabat publik

Efek negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan narkotika secara

berlebihan dalam jangka waktu lama serta tidak diawasi oleh ahlinya

dapat

menimbulkan berbagai dampak negatif pada penggunanya baik secara

55

fisik maupun psikis Bahkan tidak janing penggunaan narkotika dapat

memicu terjadinya berbagai tindak pidana Karena itu untuk mencegah

semakin mcluasnya dampak negalif yang ditimbulkan dari penggunaan

narkotika maka pengawasan tidak hanya terbatas pada peredaran

narkotika tetapi juga pada mereka yang menjadi korban misalnya

sescorang yang menderita ketergantungan narkotika (pecandu) Apabila

seorang pecandu narkotika telah divonis bcrsalah oleh hakim atas tindak

pidana narkotika yang dilakukannya maka untuk memberikan kesempatan

pada yang bersangkutan agar tcrbebas dari kecanduaniiya maka hakim

dapat mcmutuskan untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani

pengobatan danatau perawatan

Pengobatan dan perawatan terhadap pecandu narkotika dilakukan

melaiui fasilitas rchabilitasi Rcliabilitasi medis dan sosial yang diberikan

kepada pecandu dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan

kemampuan fisik mental dan sosialnya Selain pengobatan dan perawatan

melaiui rehabililasi medis proses penyembuhan pecandu narkotika dapat

diiaksanakan oleh masyarakat melalul pendekatan keagamaan dan

tradisional

Sebagai conloh di Pakem Sleman Yogyakarta telah didirikan

sualu kliiiik alau Pusat Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkotika

Psikolropika dan Zal-zat Aditiflainnya (NAPZA) Terpadu yang didirikan

atas kerjasania Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dan

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang diresmikan pada tanggal 7

56

Desember 2005 Tujuan umum pendiriaii pusat rehabilitasi terpadu ini

adalah untuk memberikan jaminan penanganan paripurnakepada korban

penyalahgunaan Napza melaiui aspek hukum aspek medis aspek sosial

aspek spiritual serta pengembangan pcndidikan dan pelatihan dalam

bidang NAPZA secara terpadu sedangkan tujuan khususnya adalah

1 Terhindarnya korban dan instilusi dan penelrasi pengedar

2 Terhindarnya kerusakan mental dun masa depan para penyalah guna

Napza yang akan mcmbtinuh potensi pengembangan mereka

3 Terhindarnya korban-korban baru akibat penularan penyakil-penyakit

seperti Hepatitis HIVAIDS dan penyakit menular lainnya

4 Terwujudnya proses pengembangan penanganan korban NAPZA dan

aspek ilmiah serta keiimuan yang dinamis sesuai perkembangan zaman

sebagai pusat jaringan informasi terpadu dan mewujudkan teknis

penanganan penyalahgunaan narkotika dan obat-obalan terlarang bagi

daerah sekitamya maupun nasional

Pemberian perlindungan kepada korban narkotika lentil tidak dapat

dibebankan sepenuhnya kcpada pemeriiilah peran serta masyarakat pun

diharapkan ada salah salunya diterimanya kembali mantan pani pengguna

dalam lingkungannya tanpa melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya

diskriminatif bahkan dengan mcmposisikan mereka sebagai warga keias

dua yang harus dljauhi

Bentuk periindunganyang diberikan terhadap pelaku maupun

Dikdik M ArilMansur dan tUisUiris Guitom loa cil hal 90

57

korban penyalahgunaan narkolika dan psikotropika daiambentuk

rehabilitasi

Rehabilitasi adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang

dilujukan kepada pemakai narkolika dan psikotropika yang sudah

menjalani program kuratif Tujuannya agar pelaku tidak memakai lagi

dan bebas dari penyakit ikutan yang disebabkan oleh bekas pemakaian

narkotika dan psikotropika

3 Tahapan-tahapan rchabilitasi terhadap self-victimizing victims

Tahapan-tahapan rehabilitasi terhadap self-victimizing victims atas

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika yang ada di Indonesia tidak

sama Ada yang menekankan rehabilitasi hanya pada aspek medis ada

pula yang lebih menekankan pada aspek rohani Atau memadukan kedua

pendekatan tersebut dengan komposisi yang seimbang Yang ideal

rehabilitasi seorang korban narkotika dan psikotropika harus dilakukan

secara holisitik baik secara fisik psikis maupun kerohaiiiannya

1 Tahapan pengobatan (rehabilitasi)

Secara umum ada beberapa tahapan yang harus dilewati

Masing-masing tahapan tersebut memakan waktu bervariasi ada yang

seminggii sebulan dan bahkan berbu lan-bulan tcrgantung tingkat

ketergantungan tekad korban dan juga dukungan berbagai pihak

terutama keluarga dalam seluruh proses tersebut Setiap tahapan

Subagjo PiirloUiharjo Loc cU hal 105 ^ E M Giri Prastowo loc cil hal 28 -29

58

tersebut disusun dan dibuat untuk inenganlar pasien secara bertaiiap

melepaskan dari ketergantungan narkotika dan psikotropika Beberapa

tahapan rehabilitasi ini yang disajikan berikut sudah Icruji dapat

menyembuhkan atau memulihkan korban narkotika dan psikotropika

secara maksimal

a Tahapan transisi

Penekanaii dalam tahap ini lebih kepada informasi awal

tentang korbanseperti

1) Latar belakang korban

2) Lama ketergantungan

3) Jenis obat yang dipakai

4) Akibat-akibat ketergantungan dan

5) Berbagai inlbrniasi lainnya

Hal ini penling sehingga pada saatnya akan menjadi acuan

bagi pihak yang terlibat secara intensif dalam proses rehabilitasi

Ahl i yang berkompeten (dokter) akan menganaiisa tingkat

ketergantungan korban untuk kemudian meneniukan tingkat

pengobatan dan tingkat pembinaan bagi si korban schingga terapi

dan metode pengobatan bisa dilakukan secara terukur

Tahapan ini Juga dapat dijadikan rujukan untuk meneari

model rehabilitasi yang paling tepat bagi yang bersangkutan Pada

tahap ini tim rehabilitasi akan membantu korban agar menyadari

dirinya sedang menghadapl masalah ketergantungan narkotika dan

59

psikotropika Korban diajak untuk bersama-sama mengatasinya Hal

ini penting karena proses rchabilitasi tidak akan berhasil tanpa

adanya kesadaran korban tentang adanya bahaya yang dihadapinya

Dari situ akan dibangun tekad dan komitmennya untuk

meninggalkan narkotika dan psikotropika

Selain itu pada tahapan ini akan diteliti akibat fisik dari

penggunaan narkotika dan psikotropika Sejauh mana tingkat

kerusakan syaraf dan organ-organ tubuhnya yang rusak Unluk itu

diadakan pemeriksaaii laboratoriumiengkap dan tes penunjang untuk

mcndeteksi penyakit yang diderita korban A[)abia dalam

pemeriksaan ditemukan satu atau beberapa penyakit maka terlebih

dahulu diadakan pengobalan medis sebelum penderita mendapat

proses rehabilitasi lanjutan Langkah ini penting selain agar tubuh

yang bersangkutan bebas dari penyakit juga untuk mencegah

terjadinya penularan balk kepada korban narkotika dan psikotropika

ini diadakan pembersihan darah pada tubuh pecandu sehingga darah

menjadi bersih dan sistem metabolisme tubuh kembali normal

Proses ini dapat dilakukan melaiui cara-cara berikut

1) Cold Turkey abrupt withdrawal) yaitu proses penghentian

pemakaian narkotika dan psikolropika secara tiba-tiba tanpa

disertai dengan substitusi antidotum

2) Bertaliap atau substitusi bertahap misalnya dengan kodein

^Ibidhal 30

60

methadone CPZ atau clocard selama i -2 minggu

3) Rapid Detoxification dilakukan dengan anestesi umum (6-12

jam) dan

4) Simtomatik tergantung gejala yang dirasakan

2 Rehabilitasi intensif

Setelah melewati masa transisi (pengumpulan informasi tentang

keadaan korban dan latar belakangnya) baru masiik pada fase

berikutnya yakni proses penyembuhan secara psikis Motivasi dan

potensi dirinya dibangun daiam tahap ini Korban diajak untuk

menemukan dirinya dan segala potensinya sambil juga menyadari

berbagai keterbalasannya Bahwa untuk mengatasi masalah hidup yang

bersangkutan tidak perlu harus mengkonsumsi narkotika dan

psikotropika Narkotika dan psikotropika justru menciptakan masalah

baru yang jauh lebih besar dalam hidupnya Narkotika dan psikotropika

bukanlah solusi tetapi menjadisumber masalah Pada tahap ini berbagai

contoh dapat dipcrlihatkan kepada korban

Yang terlibat di dalam tahap ini yang utama adalah korban itu

sendiri sebagai pelaku self-victimizing victims) Korban harus punya

tekad untuk hidup tanpa narkotika dan psikotropika Korban harus bisa

menatap masa depan dengan penuh optimisme Selain yang

bersangkutan peranan keluarga (orang liia dan saudara-saudaranya

suami atau istri) juga sangal pcnling Anggota keluarga ini harus secara

intensifmendampingi dan jnenopang korban

61

Staf di paiiti rehabilitasi para konselor psikolog dan semua

pihak di panti rehabilitasi untuk bersama-sama mcmbangun

kepercayaan diri korban Seluruh proses ini membutuhkan waktu

berbulan-bulan bahkan selama bertahun-tahun tergantung tingkat

ketergantungan dan efeknya bagi korban Berbagai terapi yang

dilakukan selama dalam tahap ini baik yang dilakukan secara pribadi

maupun bersama-sama lewat berbagai aktivitas di panti rehabilitasi

tersebut bertujuan untuk memberdayakan kembali korban yang disekian

lama telah terpuruk oleh narkolika dan psikotropika Sebagai langkah

awal untuk sosialisasi diri dengan masyarakat korban juga secara

bertahap mulai mcmbangun komunikasi dengan orang lain di Iuar

komunitas rehabilitasi

Menurut Romo Lambertus Somar MSG dalam bukunya

Rehabilitasi Pecandu Narkotika dan Psikotropika pada tahap ini ada

tiga titik yang harus dilewati yang lebih dikenal dengan tahapan

stabilisasi pribadi yailu^

1 Secara sadar dan tekun melepaskan diri dari berbagai penyakit dan

akibatakibat lainnya (no to drugs) Tahap ini merupakan tahap

stabilisasi awai atau tahap konsolidasi (comolidation)

2 Menemukan jati diri menguasai kiat-kiat dan keterampilan-

keterampilan untuk menyehatkan serta mengisi hidup secara lebih

bermakna dan bermulu Latihan keterampilan vokasional (kerja) dan

E M Giri Praslowo Loc cil hal 32

62

peiigungkapan diri dari dimulai dibina sebiiigga disebul juga (afiap

pengukuan diri (jyerwtuil appraisal) Inilah lahap slabilisasi

niericiigah (inadya)

3 Dengan inisiatif pribadi orang secara sadar mulai berfikir dan

bertindak untuk mencapai prestasi-prestasi tertentu schingga disebut

juga tahap positive thinking and doing Tahap ini merupakan tahap

stabilisasi akhir

4 Tahap rekonsiliasi Tahapan berikut yang harus dilewati dan sangat

vital adalah tahap rekonsiliasi Tara korban tidak langsung

herinlcraksi secara bebas dcngan masyarakat akan tctiipi lerleblh

dahulu ditampung di sebuah lingkungan khusus selama beberapa

waktu sampai pasien benar-benar siap secara mental dan rohani

kembali kelingkungannya semula Yang paling ulama dalam fase ini

adalah pembinaan mental spiritual keimanan dan ketakwaan serta

kcsepiikatan sosial kemasyarakaian Proses ini bisa meliputi program

pembinaan jasmani dan rohani

Sampai ke tahap ini yang bersangkutan masih tcrikat dengan

rehabilitasi foimal namun sudah mulai membiasakan diri dengan

masyarakat Iuar sehingga merupakan proses resosialisasi (reentry) atau

penyesuaian (reconcilialion) Proses ini melewati tiga titik penting juga

yaitu

1 Tinggal lebih sering dan lebih lama di lingkungan keluarga sebagai

63

teiiipal tinggal tetap atau pun tempat tinggal transit unluk

resosialisasi sambil mclaiijiitkan kegiatan pilihan sebagai penunjang

masa selanjutnya Di sini terjadi perdamaian dan penycsuaian-

penyesuaian kembali dengan lingkungan

2 Rencana masa depan yang jelas dan siap direalisasikaii dengan

dukungan keluarga atau pihak-pihak lain Pada tahap ini korban

dapat memulai aktivitasnya lagi seperti sekolahkuliah mulai bekerja

atau merintis usaha sendiri

3 Kontak awal dengan kelompok-keiompok atau program-program

pemeliharaan lanjut aftercare) Di sini orang meiierima dirinya

seperti apa adanya merasa puas lalu mempercayakan dirinya ke

tangan orang lain

4 Pciiieliharaaii Lanjut Pada tahap ini walaupun secara fisik yang

bersangkutan sudah dinyatakan seliul dan secara psikis pun sudali

pulih namun masih ada kcmungkinan mereka akan tergclincir

kembali icbihlebih saat mereka sedang menghadapl masalah Pada

saat itu bisa Jadi mereka bemostagia dengan menikmati narkolika

dan psikotropika Saat ini juga niwaii Karena itu setiap korban yang

niemasuki tahap inidipersiapkaii sungguh-sungguh agar dapal

melewati dan mengatasi sUuasi rawan ini dengan melewati tiga titik

ini yakni

a Mengubah menghilangkan aUiu menjauhi hal-hal yang bersifat

bid hul 34

64

nostaigia kesenaiigan narkolika dan psikolropika

b Setiap mengikuti program-program dan aeara-acara aftercare

(pemeliharaan lanjut) dan

c Dapat juga mcUbatkan diri dalam gerakan atau kelompok bersih

narkoba dan peduli penanggulangannya

BAB IV

PENUTUP

A Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dipaparkan tersebut di atas peneliti

memberikan beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap

permasalahan di dalam penelitian ini sebagai berikut

Di antara berbagai faktor yang dapat mempengaruhi seseorang atau

individu menyalahgunakan narkotika atau psikotropika terdapat faktor

yang paling duininan yakni laktor yang bersumber dari keadaan keluarga

dan lingkungan bukan karcnn faktor individunya Karena faktor keluarga

yang buruk dan lingkungan yang juga buruk dan saling mendukung dapat

mempengaruhi individu menjadi pelaku lindak pidana penyalahgunaan

narkolika dan psikotropika tersebut dengan kata lain faktor keluarga dan

lingkungan yang buruk ini membuka kesempatan kcpada seseorang untuk

merasakan pergaulan dengan narkotika atau psikotropika sehingga dapal

menimbulkan ketergantungan terhadapnya

2 Perlindungan lerhadap korban narkotika- jika dihubungkan dengan

beberapa teori pemidanaan dalam perspektif Undang-Undatig Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika yang baru terdapai keseimbangan antara

perlindungan terhadap pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana

bahwa berdasarkan sanksi baik pidana maupun denda yang terdapat dalam

undang-undang ini sangatlah bcrat-bcnil dan tegas Ini berarti bahwa

65 bull

66

undang-undang narkotika yang baru tersebut lebih mementingkan korban

dari pada pelaku kejalialan narkotika Mengingat bahwa dcngan adanya

pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan ktgtrban semakin

banyak yang berjatuhan seliingga daripada korbannya anak bangsa yang

memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara Indonesia

maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-beratnya

terhadap si pelaku lindak pidana narkolika bahkan pidana mati atau

seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-

undang yang baru ini juga diatur mengenai rchabilitasi terhadap korban

baik korban yang diakibatkan oleh orang lain niaiipim karena self

victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku ilu

sendiri

Saran

Adapun yang menjadi saran peneliti di dalam penelitian ini yang

menjadi harapan untuk dipcrliatikan bersama adalah sebagai berikut

1 Diharapkan bagi setiap keluarga untuk menjaga keharmonisan melakukan

pengawasan dan mcnanainkan pcndidikan yang benar terutama dalam lial

menyeimbangkan antara emosi inteligensi dan spritual sejak dari din

terhadap anak sebagai benteng terhadap dirinya untuk dapat membentengi

dari pengaruh narkotika dan psikotropika yang semakin mengancam

keadaan lingkungan masyarakat

2 Diharapkan terhadap pemerintah untuk melakukan sosialisasi yang

teriiitegrasi dan menyeluruh terhadap semua lapisan masyarakat baik

67

masyarakat di pedesan (primitlf) maupun masyarakat kota betapa besamya

sanksi pidana dan denda yang digariskan di dalam undang-undang

narkotika dan psikotropika misalnya dcngan mcmpublikasikannya dalam

bentuk billboard di pcrsiinpangan jalan sehingga setiap orang yang lewat

dengan secara otomatis masyarakat akan inengelaliuinya dan

berkemuiigkiiian orang yang membacanya setidaknya tlmbul rasa takut

untuk terjun ke dalam penyalahgunaaan narkotika dan psikotropika

tersebut

D A F T A R PUSTAKA

A Bukii

Arrasjid Chainur Sualu Pemikiran Tentang Psikologi Kriminil Mcdan Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU 1999

Gerson Bawengan Penganlar Psichology Kriminil Jakarta Pradya Pramita 1973

Gosita Arif Masalah Korban Kejahatan Jakarta Akademika Pressindo 1993

Hakim M Ariel Narkoba Bahaya dan Penanggulangannya Bandung Jembar 2007

Hawari Dadang Konsep islam Memerangi AIDS dan NAZA Get X i Yogyakarta Dhana Baktl Priaya 1997

Kaligis OC dan Soedjono Dirdjosisworo Narkoba dan Peradilannya di Indonesia (Retbrmasi Hukum Pidana Melaiui Perundangan dan Peradilan) Bandung PT Alumni 2002

Kartono Kartini Psichology Abnormal Bandung Alumni 1972

Mansur Dikdik M Arif dan Elistaris Guitom Urgensi Perlindungan Korban Kejahalan Antara Norma dan Reaiita Bandung Agustus Fakultas Hukum Universitas Padjajaran 2006

Mardani Penyalahgunaan Narkoba Daiam Perspeklif Hukum islam dan hukum Pidana Nasional Jakarta IH RajuGrufindoPersado 2007

Marpaung Leden Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005

Moelyono Anton M Kumus Besar Bahasa Indonesia Get 11 Jakarta Balai Pustaka 1988

Muladi HAM Dalam Persepkiif Sistem Peradilan Pidana dalam Muladi (ed) Hak Asasi Manusia Hakekal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat Bandung Refika Aditama 2005

dan Barda Nawawi Arlef Bunga Rampai Hukum Pidana Bandung Alumni 1992

Partodiharjo Subagyo Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannyai Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2003

Ioyk Fanny Jonathans Sehiiah Kesehatan Narkoba Sayonara Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2006

Prastowo EM Giri Rehabilitasi Bagi Korban Narkoba Tangcrang Visimedia 2006

Prodjodikoro Wirjono Asas-asas Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005

Roeslan Saieh Stelsel Pidana Indonesia Jakarta Bina Aksara 1987

Soedjono D Segi Hukum Tentang Narkolika di Indonesia Bandung Karya Nusanlara 1977

Hukum Narkolika Indonesia Bandung PT Citra Adtya Baktl i 990

Soekanto Soerjono dan Sri Mumadjj Penelitian Hukum Normalif Suatu Tijnjauan Singkat Jakarta Rajagrafindo Persada 2001

Sudarsono Kenakalan Remaja cet Ii Jakarta Rineka Cipta 1992

Tom dkk Bahaya NAPZA Bagi Pelajar Bandung Yayasan Al-Ghifari Morgan 1999

Tim BNN Materi Advokad Pencegahan Narkoba Jakarta Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia 2005

Yustisia Himpunan Peraturan Pemndang-Undangan Anti Narkoba diterjenialikuii oleh Tim iustaka Yuslisia Yogyakarta iuslaka Yustisia 2006

Waluyo Bambang Penelitian Hukum dalam Prakiek Jakarta Sinar Grafika 1996

Wcda Made Darma Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korporasi dalam niingti Rampai Viktimisasi Bandung Eresco 1995

B Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Pasal 152

Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika22Tahun 1997 tentang Narkotika

Keppres Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkolika Nasional

CInternet

htlpwwwbnngoidportalbariiiiorlalkQnlenpltpniima^Prorilampop^visi niisiamp tnn=lamp diakses tcrakiiir tanggal 13 November 2014

httpthed03hlogspoteom2008l Ohukuiii-viktimolQgihtmk diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014

httpwwwikonbaliorg26062Q(19advokasipctisi-ikon-bali-segera-tcrapkan-semahtml Petisi Ikalan Korban Napza (IKON) dalam rangka menyambut Hari Anti Narkotika (HANI) dan Hari Anti Penyiksaan 2009 diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014

httpwwwsurnekscoidindexphp7pption=^om cpntentampview=articleampid=^1405 2010-kej ati-baru-terapkan-uu-no-3 52009ampcatid=44 ilir-barat-i-bukit-keciIampUemid=94 diakses lerakJiir tanggal 12 Desember 2014

httpidsbvoongcQmexact-sciencesl8Q8652-getielika-dan-keiahatan Faktor Genetik Penyebab Kejahalan diakses terakhir tanggal 10 jaiiuari 2014

httpwwwasiasecuritiescoidsys 12ximagesstories201QEqtiitv2Q Pdf diakses terakhir tanggal 10 Januari 2014

LAMPIRAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

F A K U L T A S HUKUM

K A R T U AKTIVITAS BIMBINGAN SKRIPSI

N A M A MAHASISWA DIANA SAPUTRA

N O M O R INDUK MAHASISWA 50 2011 059

P R O G R A M STUDI I L M U H U K U M

PROG K E K H U S U S A N H U K U M PIDANA

P E M B I M B I N G M S O L E H IDRUS SHMH

l U D U L SKRIPSI P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T U N D A N G U N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I

KONSULTASI

K F -

MATERI YANG

DIBIMBINGKAN

PARAF

PEMBIMBING K E T

luymdash

y^ ^ Tlt2 N ^

7 M e

fSUL

k ^

CATATAN MOHON DIBERI WAKTU MENYELESAIKAN SKRIlSl RUiAN SEJAK TANGGAL DIKELUARKAN DITETAIKAN

DIKELUARKAN DI PALEMBANG PADA TANGGAL KETUA BAGIAN

JUDUL P E N Y A L A H G U N A A N N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG UNDANG N O M O R 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I

P E R M A S A L A H A N 1 Apa yang menjadi faktor tcrjadinya penyalaJigunaan narkotika dan psikotropika

2 Bagaimana pengaturan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspektif victimologi

B A B l P H N D A I i U L U A N A Latar Belakang B Permasalahan C Ruang Lingkup dan Tujuan D Metode Penelitian E Sistematika Penulisan

B A B 11 T I N J A U A N PUSTAKA

A Pengertian penyalahgunaan B Pengertian victimologi C Ruang lingkup victimologi D Jents dan penggolongan narkotika dan psikotropika E Undang Undang yang mengatur tentang narkotika

dan psikotropika

BAB I I I PEMBAHASAN A Faktor yang menyebabkan terjadinya

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika

B Penyalahgunaan narkotika dan psikolropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspeklif victimologi

BAB IV PENUTUP A Kesimpulan

B Saran-saran

DAF1AR PUSTAKA

L A M P I R A N - L A M P I R A N

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM

Lampiran Perihal Kepada

Sistematika penulisan (Outline) Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi YUi NUR HUSNI LMILSON SHSpNMH

Pembimbing Akademik Fakultas Hukum UMP dl-Palembaniz

Assalamualaikum WrWb

Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama DIANA SAPU I RA

Program Kekhususan Flukum Pidana

fada semester Lianjil tatiun kuliati 2UI42UI5 sudah menyelesaikan betian studi yang meliputi MPKMKKMKBMPBMBB (139 sks)

Dengan ini mengajukan pcrmohonan untuk penelitian Hukum dan Penulis Skripsi dengan judul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG-UNDANG N O M O R 35 T A H U N 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I

Demikianlah atas perkenaan Ibu diucapkan terima kasih

Wassalamualaikum WrWb

NIM 50 2011 059 Ilmu Hukum Program Studi

Palembang September 2014 Pemohon ^^--^5

Rekomendasi PAYbs

Pembimbing Akademik

HUSNI EMHSON SH SpN MH

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM

REKOMENDASI DAN PEMBIMBING SKRIPSI

Nama Nim Program Study Program Kekhususan Judul skripsi

DIANA SAPUTRA 50 2011 059 Ilmu Hukum Hukum pidana PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI

I Rekomendasi Ketua Bagian a Rekomendasi

b Usulan Pembimbing

Hukum Pidana

raiemoang iepiemt)er zu 14 KetuaJBagu

LuuTiiiAKNurCsHrR^

I L Penatapan Pembimbing Skripsi Oleh Wakil Dekan I

1 2

Palembang September 2014 Wakil Dekan I

- i poundL Dr Hj SRI S U L A S T R I SH M H

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah i n i Nama Tempat Tanggal Lahir N I M Program Studi Program Kekhususan

DIANA SAPUTRA PetransJaya 15 Januari 1992 502011059 Ilmu Hukum Hukum Pidana

Menyatakan bahwa karya ilmiah skripsi saya yang berjudul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANGshyU N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F VICTIMOLOGI

Adalah bukan merupakan karya tulis orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali daiam bentuk kutipan yang telah kami sebutkan sumbemya

Demikianlah surat pemyataan ini kami buat dengan sebenar-benamya dan apabila pemyataan ini tidak benar kami bersedia mendapatkan sanksi akademis

Palembang September 2014

PERMOHONAN UNTUK MENGIKUTI SEMINAR PROPOSAL

Palembang Oktober2014 Perihal Mohon untuk diiaksanakan seminar

Proposal Penelitian Skripsi

Kepada Yth Ibu Luil Maknun SH MH Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang D i -

Palembang

Assalamualaikum Wr Wb Saya yang bertanda tangan dibawah Ini Nama DIANA SAPUTRA

NIM 50 2011 059

Program Kekhususan Hukum Pidana

Bahwa yang bersangkutan telah layak untuk mer^ikiuti Seminar Proposal rencana penelitian skripsi yang judul PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI

Mohon kiranya yang bersangkutan untuk dijadwalkan mengikuti Seminar Proposal usul Penelitian Skripsi

Demikianlah disampaikan untuk dipertimban^Lan Wassalamualaikum Wr Wb

Pembimbing Skripsi

M SOLEH IDRUS3HMS

H A L A M A N P E R S E T U J U A N U N T U K M E N G I K U T I S E M I N A R P R O P O S A L

Nama DIANA S A P U T R A

N I M 50 2011059

Program studi Ilmu Hukum

Program kekhususan Hukum Pidana

Judui Penelitian PENYALAHGUNAAN N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A

MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI P E R S P E K T I F VICTIMOUHH

Palembang Oktober2014 Disetujui Pembimbing

M S O L E H IDRUSSH MS

Ketua Bagian Hukum Pidana

LuU MaknunSH M H

Page 5: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si

K A T A P E N G A N T A R

Assalamualaikum fVr Wb

Alhamamdulillah puji syukur kepada Allah SWT yang telah senantiasa

melimpahkan rahniat dan kaninia-Nya kepada penulis

Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada Baginda Nabi Besar

Muhammad SAW keluarga serta para sahabal beliau dan pengikul-pengikutnya

yang selalu istiqomah sampai akhir zaman

Dalam penulisan skripsi ini penulis melewati masa-masa yang sulit dan

berusaha sebaik-baiknya dcngan kemampuan yang penulis mi l ik i Dan berkat

rahmat Allah S W I pula penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan

judut P E N Y A L A H G U N A A N N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A

M E N U R U T UNDANG UNDANG N O M O R 35 T A H U N 2009 D A R I

P E R S P E K T I F VICTIMOLOGF

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempuma dan banyak

kekurangan Untuk i lu saran dan kritik sangat penulis harapkan demi tercapainya

kesempumaan skripsi ini

Pada kesempatan yang baik ini penulis mengucapkan tcrima kasih kepada

semua pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan khususnya kepada

1 Bapak Dr H M Idris SE MSi Seiaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Palembang

V

2 Ibu Dr Sri Suatmiati SH MHum Seiaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Palembang

3 Bapak dan Ibu Seiaku Wakil Dekan I I I I l l dan IV Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Palembang

4 Ibu Luil Maknun SH M H Seiaku Ketua Bagian Hukum Pidana di

Universitas Muhammadiyah Palembang

5 Bapak Nur Husni Emilson SH SpN M H Seiaku Penasehat Akademik

yang selalu membimbing Penulis

6 Bapak M Soleh Idrus SH M H Seiaku Pembimbing Skripsi

7 Seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta Karyawan Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Palembang

8 Sahabat-sahabatku tercinta

9 Serta seluruh leman-teman penulis angkatan 2011 yang tidak dapat disebutkan

satu persatu Semoga sukses

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita

semua dan semoga amal ibadah kita mendapat balasan dari Allah SWT

Palembang 2015

Penulis

Diana Saputra

vi

P E R N Y A T A A N K E A S L I A N K A R Y A I L M T A H

Dengan ini saya D I A N A SAPUTRA menyalakan bahwa Karya

llmiahSkripsi ini adalah asli hasil karya saya sendiri dan karya ilmiah ini belum

pemah diajukan sebagai pemenuhan persyaratan untuk memperoleh gelar

kesarjanaan Strata Satu (SI) dari Universitas Muhammadiyah Palembang maupun

Perguruan Tinggi lain

Semua informasi yang dimuat dalam karya ilmiah ini yang berasal dari

penulis lain baik yang dipublikasikan atau tidak tclah diberikan penghargaan

dengan mengutip nama sumber penulis secara benar dan semua isi dari Karya

Ilmiah ini sepeanuhnya menjadi tanggung jawab saya sebagai penulis

Palembang Maret 2015

Penulis

DIANA S A P U T R A N I M 50 2011 059

v i i

D A F T A R ISI

H A L A M A N J U D U L i

H A L A M A N P E R S E T U J U A N U N T U K U J I A N K O M P R E H E N S I F i i

M O T T O DAN P E R S E M B A H A N i i i

A B S T R A K iv

K A T A P E N G A N T A R v

P E R N Y A T A A N K E A S L I A N K A R Y A I L M I A H vi

D A F T A R ISI v i i i

B A B I P E N D A H U L U A N

A Latar Belakang

B Perumusan Masalah 5

C Ruang Lingkup dan Tujuan 5

D Metode Penelitian 6

F Sistematika Penulisan 7

B A B H T I N J A U A N P U S T A K A

A Pengertian Penyalahgunaan 9

B Pengertian Viclimohgi 10

C Ruang Lingkup Victimologi 11

D Jenis dan Penggolongan Niirkotika dan Psikotropika 12

a) Narkotika 12

b) Psikotropika 17

viii

B A B I I I P E M B A H A S A N

A Perkembiingan pengaturan tentang tindak pidana

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika sebelum iahimya

dan menurut undang-undang nomor 35 tahun 2009 22

B Pengaturan Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997

Tentang Psikotropika dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun

1997 Tentang Narkotika 40

C Pcnyalahgunaaan Narkotika dan Psikotropika Dalam

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari

Perlindungan Terhadap Korban 44

1 Self-victimizing victims narkotika dan psikotropika 44

2 Rehabilitasi terhadap self-victimizing victims 48

3 Tahapan-tahapan rehabilitasi terhadap self-victimizing

victims 57

B A B IV P E N U T U P

A Kesimpulan 65

B Saran 66

D A F T A R P U S T A K A

L A M P I R A N

ix

B A B l

PENDAHULUAN

Latar Belakang

PciTindiingan korban lindak pidana dalam sistein liukimi nasional

nampaknya belum memperoleh perhatian serius Hal ini terlihat dari masih

sedikitnya hak-hak korban tindak pidana memperoleh pengaturan dalam

perundang-undangan nasional Adanya ketldakseimbangan antara

perlindungan korban kejahatan dengan pelaku kejahatan pada dasarnya

merupakan salah satu pengingkaran dari asas setiap warga ncgara bersamaan

kedudukaiinya dalam hukum dan pemerintahan sebagaimana diamanatkan

oleh Undiing-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konslitusional

Niirkotika Psikotropika dan Bahan Aditif Lainnya adalah berbagai

macam obat yang semestinya dinianfaalkan sesuai dengan kcpentingan

tertentu niisalnya pada dunia mcdis untuk mcmbantu proses kerja dokter

dalam melakukan opcrasi bedah Akan tetapi saat ini obat-obat terlarang ini

telah dikonsumsi diedarkan dan diperdagangkan tanpa izin berwajib demi

memperoleh keuntungan dan nikmat sesaat saja Karena pengaruh Narkotika

dan Psikolropika tersebut dapat membuat pemakai menjadi ketergantungan

merusak sampai ke sel-sel saraf manusia seliingga melemalikaii daya pikir

dan lambat memberikan rekasi terhadap lawan bicara Untuk menganaiisa

materi pelajaran bagi pelajar dan mahasiswa yang terkena bahaya Narkotika

atau Psikotropika dapat mengakibatkan pada kelambatan berfikir sehingga

1

2

harapan dalam pencapaian pcmbangunan nasional dapal tcrganggu

Bahaya nicngedarkan Narkotika dan isikolropika dapat dibayangkan

berapa banyak sel syuraf otak mahusia yahg akan dlrusak borapa gencfasl

muda anik sekoiah dan mahasiswa terus diburu pengedar Narkotika dan

Psikotropika tersebul bahkan dapat mengakibatkan kematian^

Keterganl jngan lerhadap Narkotika dan Psikotropika pada mulanya ingin

coba-coba dulu karena Narkotika maupun Psikolropika tersebul dapat

membuat pemakaiiiyu bcrhalusinasi seolah lupu tchadiip masalah dan berada

pada dunia keindahaii Jika laktor kesempatan untuk mendapatkan Narkolika

dan Psikotropika sangat mudah dari pengedar maka dapal mengakibatkan

korban akan semakin bertambah Melihat besamya bahaya penyalahgunaan

Narkotika dan Psikotropika lerhadap individu dan mengganggu pencapaian

cita-cita NKRl maka lerhadap Narkotika maupun Psikolropika harus

dilakukan penanggulangannya sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku

Scjak awat mula Iahimya hukum pidana fokus subjek yang paling

banyak disoroti adalah si pelaku Padahal dari sualu kejahatan kerugian yang

paling besar didcrita adalah pada si korban kejahatan tcrsebut Akan tetapi

scdikit sekali ditemukun hukum-hukum atatipun peraturan perundang-

undangan yang mengatur tcnung korban serta perlindungan lerhadapnya

httpw^vbnn (ioidportalhiirup(irlalkoTilenphpnaTna=lrofilampopvisL _iTiisiampmn^l diakscs tcrukhir tanggal 29 December 2(M4 Iihal juja Kcpprcs Nti 17 Taliun 21X12 tentang Itadan Narkotika Nasional pada bagian konsidcran mcnimbang huruf (J) bcrbunyi Bahwa sehubungun dengan pertimbiingan hunifu huruf b huruf c dan sebagai pcluksunaan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkolika ficrlu niembcntuk Badan Narkotika Nusiona dcngan Keputusan Iresiden

^Funny Jonathans Poyk Suhiiah KusehiUan Narkoba Sayonara (Jakarta IT (Jelora AkHuru Iralama 2006) lial 9 Made Darma Weda Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korfwrasi dalam Bunga

3

Berbicara mengenai upaya penanggulangan kejahatan atau tindak

pidana Narkotika dan Psikotropika yang tepat maka cara pandang sebaiknya

tidak hanya terfokus pada berbagai hal berkaitan dengan penycbab timbuliiya

kejahatan atau metode apa yang efektif dipergunakan dalam penanggulangan

kejahatan tersebul Namun hal lain yang tidak kalah penlingnya untuk

dipahami adalah masalah korban kejahatan itu sendiri yang dalam keadaan-

keadaan lertentu dapal menjadi pemicu munculnya kejahatan dalam tindak

pidana Narkotika dan Psikotropika tersebul

Piida saat berbicara tentang korban kejahatan dalam tindak pidana

Narkotika dan Psikotropika maka cara pandang tidak dapat dilepaskan dari

victimologi Melalul victimologi dapal diketahui berbagai aspek yang

berkaitan dengan korban seperti faktor penyebab munculnya kejahatan

penyalahgunaan bagaimana seseorang dapat menjadi korban

penyalahgunaan dan upaya mengurangi terjadinya korban kejahatan

penyalahgunaan serta hak dan kewajiban korban kejahatan dalam tindak

pidana Narkolika dan Psikotropika tersebut Secara victimologi terhadap

korban kejahatan dalam tindak pidana Narkotika dan Psikotropika misalnya

korban yang ditemukan pada anak usia 7 tahun sudah ada sebagai pemakai

anak di usia 8 talum sudah ada yang memakai ganja dan lalu di usia 10 tahun

anak-anak sudah menggunakan Narkotika alaupun Psikotropika dari berbagai

jenis seperti ganja heroin morfni ekstasi dan sebagainya

Kraquogtrban dalam lingkup victimologi memiliki arti yang luas karena

Rampai Vihmisusi (Bandung Krcsco 1995) hal 200 TM Giri Prasln vo Rebahilium liagi Korban Narkoba ( Iangerang Visimudia 2006) hal v

4

tidak hanya terbatas pada individu yang secara nyata menderita kerugian

tetapijuga kelompok korporasi swasta maupun penierintali sedangkan yang

dimaksud dcngan akibat pcnimbulan korban adalah sikap atau tindakan

terhadap korban danatau pihak pelaku serta mereka yang secara langsung

atau tidak terlibat dalam terjadinya suatu kejahatan

Pentingnya korban kejahatan dalam tindak pidana Narkotika dan

Psikotropika ihempcroleh perhatian utama DIkarenakan korban merupakan

bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kejahatan oleh karena ilu maka

korban memiliki peranan yang sangat penting dalam penelitian ini

Diperolchnya pemahaman yang luas dan mendaiam tentang korban kejahatan

dalam linJak pidana Narkotika dan Psikolropika dapat [nenuidahkan dalam

menemukan upaya penanggulangan kejahatan yang pada akhimya akan

bermuara pada menurunnya kuantitas dan kualitas kejahalan Sejalan dcngan

semakin bcrkembangnya victimologi sebagai cabang ilmu baru berkembang

pula berbagai runuisan tentang victimologi Kondisi iiii hendaknya tidak

dipandang sebagai pertanda tidak adanya pemahaman yang seragam

mengenai ruang lingkup victimologi tetapi harus dlpaiidang sebagai bukti

bahwa vU timologi akan selalu berkembang sejalan dengan perkembangan

yang terjadi dalam masyarakat

Berdasarkan uraian di atas yang menjadi obyek pengkajian dari

victimologi penyalahgunaan Narkolika dan Psikotropika di antaraiiya adalah

faktor terjadinya kejahatan dan bagaimanakali pengaturan Narkotika dan

Dikdik M Arir Mimsur dan Elistaris (lultoiii UrgensI Ierilndungan Korban Kejahalan Anlara Norma dan Realita (Bandung Agustus EakulUis Hukum Universitas Padj aj uran 2006) hal 29

5

Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Oleh sebab itu

maka judui yang dipilih unluk diteliti dalam penelitian adalah

Penyalahgunaan Narkotika dan Pstkolropka Menurut Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 Dari Perspektif Victimologi

B Perumusan Masalah

1 Apa yang menjadi faktor faktor yang menyebabkan terjadinya

2 Bagainiana pengaturan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika dan

Psikotropika daiam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dari perspektif

victimology

C Ruaug lingkup daii tujuan

Ruang lingkup

Secara umum ruang lingkup skripsi ini untuk mengetahui apa yang

menjadi faktor faktor terjadinya penyalahgunaan narkobadan

penyalahgunaan norkoba menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari

perspektil victimologi

Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan penulisan ini adaiah

sebagai bfrikut

1 Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya

penyalahgunaan Narkoba

2 Untuk mengetahui pengaturan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika

dan Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Talum 2009 dari

penyakiligunaanTiarkotika dan psikotropika

6

perspektif viAimo(gtg[

E Metode rcncHtl

Untuk memperoleh data yang kongkril sebagai pcdoman dalam

penulisan skripsi ini maka penulis menggunaan metode sebagai berikul

1 Metode pclaksanaan penelitian

dalam pclaksanaan ini penulis menggunaan metode penelitian hukum

normatif yang bersifal diskriftif dengan menggunaan dala skunder

Penelitian nukum norkatif ini merupakan penelitian kcpustakaan yaitu

penelitian terhadap dala skunder yang iiiempuiiyai ruang lingkup meiipuli

surat sural fakta fakta sampai pada dokumen - dokuincn resmi yang

dikeluarkan oleh instansi lerkait

2 Metode pcngiimpulun data

Pengumpulan data meiiipunyai hubungan yang eral dengan sumber data

karena dcngan pengumpulan dala akan diperoleh data yang dipcrlukan

untuk selanjutnya dianalisis sesuai dengan yang diinginkan Dalam usuha

pengumuian dala dala yang relevan dengan judul ini penulis

menggunakan metode normatif diskriplif dengan menggunakan data

skunder yang berbentuk dokumcntasi

3 Tehnik pcngolahan data

Dilakukan dcngan cara nnalisis isi terhadap teksural untuk selanjutnya

dikoniruksikan dalam suatu kesimpulan

7

Sislemutika [cnulisiin

Penelitian ini dibuul berdasarkan sistematika penulisan di dalam

penelitian ini peneliti mcmbaginya dalam empat bagian yailu

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan bab pendahuluan yang menguraikan mengenai hal-hal

berkaitan dengan Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan

dan Maniaat Penclilian Kcaslian Penelitian Tlnjaiian

Kcpustakaan Pengertian Penyalahgunaan Pengertian

Viclimologi Ruang Lingkup dan Manfaat Viclimologi Jenis dan

Penggolongan Narkotika dan Psikotropika Metode Penelitian

dan Sistematika Penulisan

BAB U TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bagian ini menguraikan yaitu mengenai pengertian tentang

penyalahgunaan pengertian tentang ruang lingkup viktimologi

pengertian tentang narkotika dan jcnis-jcnis narkolika

BAB Hi PEMBAHASAN

Merupakan bab yang membahas mengenai hal-hal yang berkaitan

dengan Pengaturan Sanksi Pidana lerhadap Penyalahgunaan

Narkotika dan Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Ditinjau dari Perlindungan Terhadap Korban dan

Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Self

Victimizing Victims

8

BAB IV K E S I M P U L A N DAN SARAN

Bab ini memuat beberapa kesimpulan dan saran yang dibuat

peneliti sebagai hasil dari pembahasan dun penguraian di dalam

penelitian ini dari keseluruhan permasalahan yang ada

DAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A Pengertinn Pcnyalaliguiiaan

Penyalahgunaan dimaksudkan dalam penclilian ini adalah

penyalahgunaan terhadap narkotika dan psikolropika Dimana bahwa

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika ini diambil dan dipersainakan

dcngan pengertian penyalahgunaan narkoba seperti yang disebutkan Lutfi

Braja yakni memberikan pembatasan mengenai penyalaiiguiiaaii yaitu

Pemakaian narkoba di iuar indikasi medik tanpa petunjuk atau

resep dokter dan peinakaiannya bersifat patologik

(menimbulkan kelainan) dan menimbiilkan humbutan dalam

aktifitas di rumah di sekoiah atau di kampus tempat kerja dan

lingkungan sosial Ketergantungan narkoba adalah kondisi yang

kebanyakan diakibatkan oleh penyalahgunaan zat yang disertai

dengan adanya toleransi zat (dosis semakin tinggi) dan gejala

putus zal

Permasalahan penyalahgunaan mengakibatkan dampak yang sering

terjadi di tengah-tcngah masyarakat dari penyalahgunaan narkolika dan

psikotropika antara lain merusak hubungmt kekeluargaaii menurunkan

kemampuan belajar dan produktifitas kerja secara drastis sulit membedakan

mana perbuatan baik dan perbuatan buruk perubahan pcrilaku menjadi

Mardani Op 01 lial 2

9

10

pcrilaku anti sosial (pcrilaku maladaptil) gangguan kesehalan (fisik dun

mental) mempertinggi jumlah kecelakaan lalu lintas tindak kekerasan dan

kriniinuliLis lainnya

Dari kata penyalahgunaan menandakan bahwa Narkotika dan

Psikotropika tidak selalu bermakna negatif Dcngan begitu narkotika dan

psokitropika yang digunakan dengan baik dan benar oleh dokter untuk

mengobati pasiennya lidak tennasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang

disaiahgunakan Di dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA

(Narkotika Psikotropika dan Zat Adit i f Lainnya)

B Pengertian Victiimlogt

Pada dasarnya perkembangan ilmu pengetahuan tentang korban

kejahalan (viktimologi) lidak dapat dipisahkan dari iahimya peiiiikiraii-

pemikiran brilian dari Hans von Hentig seorang ahli kriminologi pada talum

1941 serta Mendelsohn pada tahun 1947 Pemikiran dari kedua ahli ini

sangat mcmpengaruhi setiap fase perkembangan viktimologi Perkembangan

viktimologi hingga sampai pada keadaan seperti sekarang tentunya tidak

terjadi dengan sendirinya namun telah meiigalami berbagai perkembangan

yang dapai dibagi dalam 3 (tiga) fase sebagai berikut

a iada tahap peitama viktimologi hanya meinpclajari korban kejahatan saja

pada fase ini dikatakan sebagai pehdl or special vtciimolo^

b Pada lase kedua viktimologi tidak hanya mengkaji masalah korban

Oadang Huwari Konsep Islam Memerungt AIDS dan NAA Cel XI (Ycgvakarta Ohaiiii iiakli Idaya 1997) hal 153 Made Danaa Wi da Op cil hal 200

kejahalan tetapi juga meiipuli korban kecelakaan Pada fase ini disebut

sebagai general victimology

c Fase ketiga Vikt imologi sudah berkembang lebih luas lagi yaitu mengkaji

permasalahan korban karena penyalahgunaan kckuasaan dan hak-hak asasi

manusia Fase ini dikatakan sebagai new viciimology

Berdasarkan pengertian di atas nampak je las bahwa yang menjadi

obyek pengkajian dari viktimologi diantaranyu pihak-pihak mana saja yang

terlibat atau mcmpengaruhi terjadinya suatu viktimisasi kriminal

bagaiinanakah respon terhadap suatu viktimisasi kriminal faktor penyebab

terjadinya viktimisasi kriminal bagaimanakah upaya penanggulangannya

dan sebagainya

C R u a i i g L i n g k u p Victimologi

Vikt imologi mencliti topik-topik teiilang korban scperti peranan

korban pada terjadinya kejahatan hubungan antara pelaku dengan korban

rentannya posisi korban dan peranan korban dalam sistem peradilan pidana

Selain itu menurut Muladi viktimologi merupakan suatu studi yang bertujuan

untuk

1 Menganaiisa berbagai aspek yang berkaitan dcngan korban

2 Berusaha untuk memberikan penjelasan sebab musabab terjadinya

vikt imisasi dan

3 Mengembangkan sistem tindakan guna mengurangi penderitaan manusia

^Suryono Ekolaina ST Harum Pudjianlo RS dan G Wiraiama Abortus Iruvocalus Ba^ Korban Perkosnan Persxkif Viktimologi Kriminologi Jan Hukum Pidana Edisi PcrUtma Culakari lurlunii (Jakiiria Univcrsilas AlmaJaya 2001) liul 174 ^ibidMl I7()

12

Menurut JE Sahetapy ruang lingkup Viktimologi meliputi bagaimana

sescorang (dapat) menjadi korban yang ditentukan oleh suatu victimity yang

lidak selaiu berhubuiigan dengan masalah kejahatan termasuk pula korban

kecelakaan dan bencana alam selain dari korban kejahatan dan penyalah

gunaait kekuasan^ Namun dalam perkembangannya di tahun 1985

dipeiopori oleh Separovic yang mempelopori pemikiran agar Viktimologi

khusus niengkaji korban karena adanya kejahatan dan penyalahgunaan

kckuasaan dan tidak mengkaji korban karena musibah alau bencana alam

karena korban bencana alam di iuar kemauan manusia out of mms will)

D Jenis dan Penggolungan Narkotika dan Psikotropilta

Dari kata penyalahgunaan narkoba menandakan bahwa narkoba tidak

selalu beimakna negatif Dengan begilu narkolika dan psokitropika yang

digunakan dengan balk dan benar oleh dokter unluk mengobati pasiennya

tidak termasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang disaialigLmakan Di

dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA (Narkotika Psikolropika

dun Zat ditir Lainnya) Dalam penelitian ini hanya dibahas tentang

narkotika dan psikolropika maka sebelumnya dipaparkan terlebih dahulu

berbagai jenis narkotika dan psikotropika sebagai berikut

a) Narkolika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari lanaman atau

TbUi Miiiadi HAM Halam Persepkiif Sislem Peradilan Pidana datam Muladi (cd) Hak Asas) Manusia Hakclal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspeklif llukum dan Masyarakat (Bandung Refikii Aditama 2005) hal lOX VfiWDial 109 Subagyo Partediharjo Op cil hal 11

13

bukan tanainan baik sintesis maupun bukan sintesis yang dapat

menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa

Zat ini dapal mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat

meninibulkan ketergantungan Menurut Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika Narkolika adalah at atau obat yang

berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun

semisimetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri

dan dapat nienimbulkati ketergantungan yang dibedakan kc dalam

golongan-goiongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang in i

Narkotika memiliki daya adikasi (ketagihan) yang sangat berat

Narkolika juga memiliki daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual

(kebiasaan) yang sangat tinggi Ketiga sifat narkolika ini yang

menyebabkan pemakai narkotika tidak dapat lepas dari cengkeramannya

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

Jenis jenis narkotika dibagi ke daiam 3 (tiga) kelompok yaitu narkotika

golongan I golongan I I dan golongan I I I

Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbaiiaya

karemi daya adilifnya sangat tinggi Golongan ini tidak boleh digunakan

untuk kcpentingan apapun kecuali unluk penelitian atau ilmu

pengetahuan Contohnya adalah ganja heroin kokain inorfin opium dan

lain-lain Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya

Ibid Posal 1 Ayal (I) Unilung-Undang Nomor 3 Tahun 2009 lenlang Narkotika

14

aditifkual tclapi bcrmaiilaal untuk pcngohatan dan penclilian tlonluhnya

adalah petidin dan turunannya benetldin belamctadol dan lain-iain

Sedanikaii narkulika golungaii Ml adalah narkotika yang niciniliki daya

aditif riiigan tetapi bermanfaat untuk penghatan dan penelitian Contohnya

adalali kudcin dun turunannya^

Berdasarkan cara pcmbuatannya narkotika dibedakan ke dalam 3

(tiga) golongatt juga yaitu narkolika atami narkotika semlsimesis dan

narkotika sintesis Dijelaskan sebagai berikut

1) Naikotika alami

Narkotika alami adalah narkotika yang zat aditithya diambil dari

(umbuhlumbuhan (atam) Contohnya

u tjaiija

Ganja adalah tanaman perdu dengan daun menyerupai daun

singkong yang tepinya bergerigi dan berbulu lialus Jumlah Jari

daunnya selalu ganjil yakni 5 7 9 Tumbuhan ini banyak lumbuh di

iieberapa daerah di Indonesia seperti Aceh Suinalera Ulara

Sumatera Selaian Pulau Jawa dan lain-lain Daun ganja ini sering

iligunakiin sebagai bumbu penyedap masakan Bila digunakan

ebagai bumbu iiuisak daya adilifnya rendah Namun lidak

ilemikian apabila dibakar dan asapnya dihirup Cara

|)cnyalahgunaunnya adalah dikcringkan dan dicampu dengan

icmbakiiii rokok atau dijadikan rokok lalu dibakar serta dihisap

Subagvo PurtoJiharjo Op cil hal 11-12

15

b Ilaisis

Hasis adaiah lanaman serupa ganja yang lumbuh di Amcrika

Latin dan Eiopa Daun ganja hasis dan mariyuana Juga dapat

disuling dan diambil sarinya Oatam bentuk cair harganya sangat

mahai Gunanya adalah unluk disaiahgunakan oleh pemadut-pemadal

kelas tinggi

c Koka

Koka adalah lanaman perdu mirip pohon kupi Huahnya yang

inatang bcrwama inerah seperti biji kopi Dalam komunitas

masyarakat Indian Kuno biji koka sering digunakan untuk

inenambah kekiiatan orang yang bcrperang atau bcrburu binalang

Koka kemudian bisa diolah menj adi kokain

d Opium

Opium adaiah bunga dengan bentuk dan wama yang indah

Dari getah bunga opium dihasilkan candu (opiat) Di Mesir dan

daratan Cina opium dahulu digunakan unluk mengobati beberapa

penyakit member kekuatan atau menghilangkan rasa sakil pada

lentara yang terluka sewaktu berperang atau berburu Opium banyak

lumbuh di segiliga emas antara Burma Komboja dan Thailand

atau di daratan Cina dan segitlga emas Asia Tengah yaitu daerah

antara Alganistan Iran dan Pakistan

Dalam kalangan perdagangaii liilernasional ada kebiasaan

ftW hal 14

16

(keliru) tncnamai daerah tempat peuanamuii opium sebagai daerah

emas Diberi nama demikian karena perdagaiigan opium sangat

mengimtiingkan Karena bahayanya yang besar daerah seperti ilu

keliru jika diberi nama predikat emas Daerah sumber produksl

opium sepantasnya disebut segitlga setan atau segitlga iblis

2) Narkotika semisintcsis

Narkotika semisintesis adalah narkotika alami yang diolah dan

diambil zat aktifnya (intisarinya) agar memiliki khasiat yang lebih kuat

schmgga dapat dimanfaatkan untuk kepcnlingan kedokteran

Contohnya

a Morfm dipakai dalam dunia kedokteran unluk menghilangkan rasa

sakit alau pembiusan pada operasi (pcmbcdahan)

b Kodein dipakai unluk obat penghilang baluk

c Heroin tidak dipakai dalam pengobatan karena daya adilifnya

sangat besar dan matifuatnya secara medis belum

ditemukan Dalam pcrdugangan gelup heroin diberi nama

pulaw atau pete atau pt Henlnknya seperti tepun terigu

yang halus pulih dan agak kotor

d Kokain liiisll olahati dari biji koka

3) Naikotika sintesis

Narkotika sintesis adalah narkotika palsu yang dibuat dari bahan

kimia Narkotika ini digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi

oraiig yang menderita kclcrgantungun Contohnya

17

a Ietidin unluk obat bius lokal operasi kccil sunal dan

sebagainya

b Melhadon unluk pengobatan pecandu narkoba dan

c Naltrexon untuk pengobatan pecandu narkoba

Selain unluk pembiusan narkolika sintesis biasanya diberikan

oleh dokter kcpada penyalahgiina narkoba untuk menghcntikan

kebiasaannya yang tidak kuat melawan sugesti (relaps) atau sakaw

Narkotika sintesis berfungsi sebagai pengganti senientara Bila sudah

bciiar-bcnar bcbas asupan narkoba sintesis in dikurangi sedikil demi

sedikit sampai akhimya berhenti total

b) Fsikotropika

Pengertian psikolropika menurut Pasal I Ayal ( I ) Undang-Undang

Nomor 5 Taliun 1997 tentang Psikotropika adalah Zat atau obat baik

alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif

melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusal yang menyebabkan

perubahan khas pada uktivitus mental dan perilaku

Pengertian Psikolropika di daUim Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika tidak ditemukan Hal tersebut sehubungan

dengan ketentuan di dalam Pasal 153 huruf b yaitu Lamplran mengenai

jenis Psikotropika Golongan 1 dan Golongan II scbagaimana tercantum

dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang

Psikotropika (lcmbaran Ncgara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor

10 Tambahan Lcmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671) yang

18

telah (iipindahkan menj adi Narkotika Golongan I menurut UndangUndang

ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku Oleh karenanya dalam Undangshy

Undang Nomor 35 Tahun 2009 tidak ada lagi di dalam pasal-pasal nya

yang mengatur mengenai Psikotropika karena sudah dlmasukkan ke dalam

golongan Narkotika

Sesuai dengan pembahasan dalam penelitian ini masih

berhuijutigar dengan Psikotropika maka Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1997 tentang Psikotropika masih perlu untuk dibahas dalam penelitian ini

Menui iil undangumlang tersebut Psikolropika adalah zal atau obal bukan

narkolika baik alamiah maupun sintesis yang memiliki khasiat psikoaktif

melaiui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan

perubahan khas pada aktivitas nonnal dan perilaku Psikotropika ini

merupakan obat yang digunakan oleh dokter untuk mngobali gangguan

jiwa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tenumg

Psikolropika psikotropika dikelompokkan ke dalam 4 (empat) golongan

Golongan I yaitu psikotropika dengan daya aditif yang sangat kuat

belum diketahui manfkilnya untuk pengobatan dan sedang diteliti

khasiiitnya saat ini Contohnya adalah MDMA ekstasi USD dan STP

Golongan U yakni psikolropika dengan daya aditif kuat serta berguna

untuk pengobatan dan penelitian Contohnya adalah amfelamin

metanifetamin metakualon dan sebagainya Golongan IH yakni

psikolropika dcngan daya adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan

dan penelitian Contohnya adalah lumibal buprenorsina flcenilrazepam

19

dan sebagainya Golongan IV yakni psikotropika yang memiliki daya

aditif ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian Contohnya

adalah netrazepam (BK Mogadon Duiiiolid) diazepam dan lain-lain^

Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang

Psikotropika yang dimaksud dengan paslkotoplka adalah zat atau obat

baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif

melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang mcnyebabkan

perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku Psikotropika

dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut

1 Psikotropika golongan I yaitu psikolropika yang hanya dapat digunakan

unluk kcpentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi

sena mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma

ketergantungan Contohnya ekstasi shabu LSD

2 Psikotropika golongan II yakni psikotropika yang berkhasiat

pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi danatau tujuan ilmu

pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma

ketergantungan Contohnya amfetamin metilfenidat atau ritalin

3 Psikotropika golongan III yaitu psikotropika yang berkhasiat

pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi danatau unluk tujuan

ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan

sintlroma ketergantungan Contohnya pentobarbital Flunitrazepam dun

4 Psikotropika golongan IV yaitu psikotropika yang berkhasiat

Ibid ILil 15

20

pengobatan dan sangal luas digunakan dalam terapi danatau unluk

tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan

mengakibatkan sindrom ketergantungan Contohnya diazepam

bromazepam Fenobarbital klonazcpam klordiazepoxide nitrazepam

seperti pil BK pil Kopio Rohip Dum MG

Sedangkan kelompok dan jenLs psikotropika yang sering

disaiahgunakan antara lain

1 Psikostimulansia scperti amfetamin ekstasi dan shabu

2 Scdalif amp Hipnolika (obat penenang obat tidur) seperti MG BK

DUM Pil kopio dan lain-lain dan

3 Halusinogenika seperti lysergic acid dycthylamidc (USD) mushroom

Berdasarkan Ilmu farmukologi psikotropika dikelompokkan ke daiam 3

(tiga) golongan yakni dcpresan stinuilan dan halusinogen sebagai

berikut

1 Kelompok dcpresanpcnekan syaraf pusatpenenangobat tidur

Contohnya adalah valium BK rohipnol mogadon dan lain-lain

Jika diminurn obat ini dapat memberikan rasa tenang menganluk

rasa tcnteruni dan damai Obat ini Juga menghilangkan rasa takut

dan gelisah

2 Kelompok stimuiaiiperangsang syaraf pusaianti tidur Conlohnya

adalah amfetamin ekstasi dan shabu Ekstasi berbentuk tablet

berancka bentuk dun wama Amfetamin berbentuk tablet bcrwama

-Aid hal 16-17

21

pulih Bila diiriinuni obal ini mcndalangkan rasa gembira hilangnya

rasa pemiusuhiui hilangnya rasa marali ingin selalu aktif badan

terasa fit dan lidak merasa lapar Daya kerja otak menjadi scrba

cepat namun kurang lerkendali Shabu berbentuk tepung kristal

kasar berwarna pulili hersih seperti garani

3 Kelompok halusinogen Halusinogen adalah obat at tanaman

makanan yang dapat meninibulkan kiiayaian contohnya yailu LSD

Lysergic Acid Dicihyltamide) getah lanaman kaklus kecubung

jamur tertentu (misceiine) dan ganja Bila diminurn spikotropika

jenis in dapat menimbulkan kliayalan tentang peristiwa-peristiwa

yang mengerikan khayalan tentang kenikmatan scks dan

sebagainya Kenikmatan didapat oleh pemakai setelah pemakai sadar

bahwa perisfiwa mengerikan ilu bukan kenyataan atau karena

kenikmatankenikmatan yang dialami walaupun hanya khayalan

BAB III

PEMBAHASAN

A Faktor yang Mcnyebabkan Terjadinya Penyalahgunaan Narkotika dan

Psikotropilta

1 Faktor yang Bersunibcr Dari Individu

Menurut Luthfi Buraja terdapat 3 (liga) pcndekatan untuk

tcrjadinya penyalahgunaan dan ketergantungan terhadap narkotika dan

psikotropika yaitu peridekalan orgunobilogik psikodinamik dan

psikososial Ketiga pendekatan tersebut tidaklah berdiri sendiri melainkan

saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya Dari siidut pandang

organobiologik (sususan syaraf pusatotak) mekanismc terjadinya adiksi

(ketagihan) hingga deperidcnsi (ketergantungan) dikenal dengan dua istilah

yaitu gangguan mental oragnik atau sindrom otak organik seperti gaduh

gelisah dan kekacauan dalam fungsi kognilif (alam pikiran) efektif (alam

perasaanemosi) dan psikomotor (perilaku) yang disebabkan efek

langsung terhadap susunan syaraf pusat (otiik)^^

Sescorang akan mcnjadi ketergantungan terhadap narkotika dan

psikotropika apabila seseorang dengan tems-menenis diberikan zat

tersebut Hal ini berkaitan dengan teroi adaptasi sekuler mum

adaptaiUm) tubuh beradaptasi dengan menambah jumlah teseptor dan seishy

se syaraf bekcrja kcras Jika zat dihenlikan sel yang masih bekerja kcras

Luthll Uaraja Makalali Gangguan Mciilul dan icrilaku Akibut Nurkuba Disampalkim pada Seminar tentang Narkoba di SMK Iptck lakarla hal 2

22

23

tadi mengaiami kelmLisaii yang dari kiar tampak sebagai gejala-gejala

putus obal Gejala putus obat tersebut mcmaksa individu untuk

mengulangi pemakaian zal tersebul

Faktor predisposisi individu dengan gangguan kepribadian (anti

sosial) ditandai dengan pcrasaan lidak puas terhadap orang lain Selain itu

yang bersangkutan tidak inampu untuk berfungsi secara wajar dan efektif

dalam pergaulan di rumah di sekoiah atau di tempat kerja gangguan lain

sebagai penyerta berupa rasa cemas dan depresi Untuk mengatasi

ketidakniainpuan dan mcnghiiangkan kccemasan atau depresinya maka

individu tersebut cenderung untuk menggunakan narkoba Semestinya

individu itu dapat mengobati dirinya dengan datang ke dokterpsikiater

untuk mendapatkan terapi yang tepat sehingga dapat dicegah

keterlibatannya dalam penggunaan narkotika dan psikotropika

Secara umum mereka yang menyalahgunakan narkotika dan

psikotropika dapat di bagi ke dalam 3 (tiga) golongan besar yaitu

1 Ketergantungan primer ditandai dengan adanya kecemasan dan

depresi yang pada umumnya terdapat pada orahg detigah kepfibadlah

yang tidak stabil

2 Ketergantungan simtomatis yaitu penyalahgunaan narkotika dan

psikotropika sebagai salah satu gejala dari tipe kepribadian yang

mendasarinya pada umumnya terjadi pada orang yang kepribadian

psikopatik (anti sosial) kriminal dan pemakaian narkotika dan

Ai4hal K

24

psikotropika untuk kesenangaii sematu

3 Ketergantungan reaktif yaitu terdapat pada remaja karena dorongan

ingin tahii pengaruh tekanan dan lingkungan tenian atau kelompok

sebaya peer group pressure)

Ada beberapa faktor internal dan ekslernal yang mcnjadi penyebab

individu menyalahgunakan dan menjadi ketergantungan terhadap

narkotika dan psikotropika Menurut Sudarsono bahwa penyalahgunaan

narkolika dan psikotropika di latar belakangi oleh beberapa sebab yaitu

1 Untuk membuktikan kebcranian dalam melakukan tindakan-tindakan

yang berbaiiaya seperti ngebut dan bergaul dengan wanita

2 Meniinjukkan tindakan yang menenlung orang tua guru dan norma

sosial

3 Mempermudah penyaluran dan mempermudah perbuatan seks

4 Melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh peiigalamaii-

pengalainan einosional

5 Meneari dan menemukan aril hidup

6 Mengisi kekosnngan dan kesepian hidup

7 Menghilangkan kegelisahan frustasi dan kepepel hidup

8 Mengikuti kemauan kawan-kawan dahim rangka pembinaan solidaritas

dan

9 Iseng-iseng saja dan rasa ingin tahu

Menurut hasil penelitian Dadang Hawari bahwa di anlara faklor-

Sudujsono Kenakalan Remaja cel ii (Jakarta Rineka Cipta 1992) 1ml 67

25

faktor yang berpcran dalam penggunaan narkotika dan psikolropika

adalah

1 Faktor kepribadian anti sosial dan psikopatik

2 Kondisi kejiwaan yang mudah merasa keeewa atau depresi

3 Kondisi keluarga yang meliputi keutuhan keluarga kesibukan orang

tua hubungan orang tua dengan anak

4 Kelompok teiiian sebaya dan

5 Narkotika dan psikotropika itu sendiri mudah diperoleh dan tersedianya

pasaran yang resmi maupun lidak resmi

Menurut Siibagyo Partodiharjo secara individu terdapat beberapa

faktor yang mcmpengaruhi sescorang dapat menyalahgunakan narkotika

dan psikotropika Alasan ini merupakan alasan yang bersumber dari diri

sendin atau pemakai narkotika dan pasikotropika tersebut yakni sebagai

berikut

a Ingin tahii

Perasaun ingin tahu biasanya diniiliki oieh generasi muda pada

umur setara siswa SD SLTP dan SLTA Bila di hadapan sckelompok

anak muda ada seseorang yang inemperagakan uikmatnya

mengkonsumsi narkotika dan psikolropika maka didorong oleh naluri

alami anak muda yaitu keingintahuan maka salah seoariig dari

kelompok itu akan maju mencobanya Selain didorong oleh

keingintahuan keberaniannya juga karena didesak oleh gejolak dalam

Mardiini foc cil hai 102 ^ Subagyo RatoiJlliarjo ioc cil liiil 72-74

26

jiwanya yang ingin dianggap hebal pemberani dan pahlawan di antara

temanteinan sehayanya Maka jatuhlah satu orang anak dalam pelaku

setan

Dalam kondisi seperti itu reaksi kawan-kawan sebayanya

berbeda-bcda

1 Ada yang ingin menyaingi menunjukkan bahwa dirinya lebih hebat

lagi lalu memakai

2 Ada yang ingin tahu kemudian ikut memakai dan

3 Ada yang sella kawan lain ikut memakai juga

Sikap seperti inilah yang menyebabkan bandar atau pengedar

senang Mereka meiigincar generasi muda mahasiswa atau pclajar

karena 2 (dua) pertimbaiigan

1) Kalau salah satu anak muda kena maka anak muda yang lainnya

ikut kena sehingga konsumen cepat bertambah dan

2) Kalau anak muda kena maka anak muda tcrsebut akan mcnjadi

pemakai selia dalam waktii yang lama Berbeda dengan orang tua

yang cepat maii keuntungan komersial yang diperoleh dari

kelompok anak muda ini akan banyak

b Ingin dianggap hebal

Pcrasaan ingin dianggap hebat biasanya dimiiiki oleh generasi

muda Sepcrti ditcrangkan di atas salah satu sifat alami yang positif

dari generasi muda adalah daya saing Sayang sekali karena

kelidaktahuan sifat positif ini juga dapat dipakai untuk masalah negatif

27

Silat positif ini scharusiiya didorong unluk berlomba daluin preslasi

pada bidang pcndidikan kesenian olah raga dan lain-lain yang

bermanfaat bagi kehidupan

Bila sikap ingin berkonipctisi ini diarahkan untuk

mengkonsumsi narkolika dan psikolropika akibatiiya sungguli

mengerikan yailu kcgagalan hidup dan kesengsaraan Pemakai hanya

dapat dianggap hebat oleh lingkungan kecil pcniakai narkotika dan

psikotropika Di masyarakat luas pemakai hanya menuai cerca dan

nista

c Rasa setia kawan

Perasaan setia kawan sangat kuat dimiiiki oleh generasi muda

Jika lidak mendapatkan penyaluran yang posilif sifai positif tersebut

dapat berbahaya dan mcnjadi negatif Bila (cmannya memakai

narkotika dan psikotropika maka individu tersebul ikut juga memakai

Bila temannya dimarahi orang tuanya atau dimusuhi masyarakat maka

pemakai membela dan ikut bersimpatik

Sikap seperti itulah yang menyebabkan anak ikut-ikutan

Awalnya hiuiya satu orang yang merokok kemudian semuanya menjadi

perokok Setelah semuanya merokok sntu orang mulai memakai ganja

lalu yang lainnya ikut sehingga menjadi sekawanaii pemakai ganja

Selelah semua memakai ganja satu orang memakai ekstasi kemudian

semuanya ikut demikian selerusnya meningkat menjadi shabu dan pada

akhirnya menjadi pemakai putaw

28

d Rasa kccewa truslasi kcsai

Pcrasaan kesal kcccwa atau (rustasi biasanya terjadi karena

kegagalan pada generasi muda eksckutif mudu suami atau istri

Pcnggiiiiaan narkotika dan psikolropika pada kelompok ini bertujuan

untuk sesaat melupakan kekccewaan kckesaian dan fi-uslasi Kondisi

masyarakat yang carut martit tclah banyak melahirkan kekccewaan

kekesalan bahkan Iruslasi Narkolika dan psikotropika dapat

melupakannya sesaat tetapi tidak untuk mengatasi masalah yang

sesungguhiiya

Hubungan buruk yang disebabkan oleh kcgagalan

berkomuiiikasi antara orang tua dengan anaknya dapat menyebabkan

rasa kesal Hal ini mcnjadi faktor pemicu pemakaian narkotika dan

psikotropika oleh anak Intcraksi anlara orang tua dcngan anak tidak

cukup hanya berdasarkan niat baik Cora berkoniunikasi juga harus

baik Masing-masing pihak harus memiliki kcsabaran untuk

menjclaskan isi hatinya dengan cara yang tepat Banyak sekali konfllk

di dalam rumah tangga yang terjadi hanya karena salah paham atau

kekeliman berkoniunikasi Kekeliruan kecil itu dapal bcrakibat fatal

yaitu masuknya narkotika dan psikotropika ke dalam keluarga

Kekccewaan kekesalan dan frustasi dapal terjadi karena

kekeliruan dalam berkomunikasi terhadap beberapa faktor berikut i n i

I ) Komunikasi anak dengan orang tua

IbUI hiiJ 74

29

2) Komunikasi antar anak

3) Komunikasi di lingkungan eksekulifinuda dan

4) Komunikasi antara suami istri

e Ingin bebus dari rasa sakil atau pusing

Penderila pcnyakit beral yang kronis dan tidak kunjuiig sembuh

misalnya Ranker hati luka bakar uka tusuk wasir Ranker paruparii

migreii eneok pengapuran dan lain-lain sclalu merasakan sakit yang

iuar biasa karena penyakitnya Rasa sakit tersebut sering kali tidak

dapat dihilangkan dengan obat pengtiiiang rasa sakit biasa (anaigetik)

sehingga peiiderilanya mencoba narkotika atau psikotropika

Narkotika maupun psikolropika dapat menghilangkan rasa sakit

tersebut tetapi tidak menyembuhkan penyakitnya Ceiakaiiya pemakai

yang bersangkutan malah mendapat maslah baru yaitu ketergantungan

dengan segala komplikasinya yang justru menjadi lebih berbahaya

f Ingin menikmati rasa gembira tampii lincah energik dan mengusir

rasa sedih dan malas

Para eksekudf dan sciebritis biasanya memiliki gaya hidup yang

trendi Mereka merasa dituntut untuk selalu lampil lebih prima Dengan

mengkonsumsi naikotika atau psikolropika mereka dapat tampii prima

dan percaya diri karena kehilangan rasa malu walaupun sesungguhnya

tidak demikian

Perasaan hebat tersebut di atas seharusnya dicapai melaiui tekun

berolah raga hidup teratur meningkatkan kualitas fisik mental

30

inlclckUial dan mocaiiiyii Riikan ineiigamhit jalan piiitas dcngan tampii

seotah-olah prima niclalui manipulasi atau lipuan melaiui

mengkonsumsi narkotika atau psikolropika tersebut Pcnampilmi prima

yang semu atau atau tipuan itu lambat laun akan terungkap juga

sehingga [ania-keiamaan akan kelahuari juga jati dirinya yang

sesungguhnya itu

g ingin tampii iangsing

Narkolika dan psikotropika terscbut juga banyak digunakan oleh

artis dan ibu-ibu rumah tangga yang berbadan gemuk untuk

melangsingkan lubtihnya Narkotika alau psikotropika dengan jenis

tertentu ada juga yang dapat menghilangkan nafsu makan sekaligus

menambali aktivitas fisik sehingga dapat menurunkan beral badun

h Takut mengalami rasa sakit (sakaw)

Pengguna jenis narkotika atau psikolropika tersebut yang sudah

menjadi pemakai tetap (pemadat) akan mengalami rasa sakit (sakaw)

bila tidak memakainya Karena takut merasakan penderitaan maka

pemakai tersebut terus memakainya sehingga menjadi pemakai yang

sella junkies) Banyak pemakai narkotika dan psikotropika ini yang

setia adalah orang-orang yang merasa terpaksa memakai sebab kalau

lidak memakainya mereka akan mengalami sakaw

Kebanyakan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika

dimulai atau terdapat pada masa remaja sebab masa remaja yang

sedang mengalami perubahan biologik psikologik maupun sosial yang

31

pesat merupakan individu yang rentan untuk nienyaiahguriakan

narkotika maupun psikotropika terscbut Anak atau remaja dcngan ciri-

ciri tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi

penyalahgunanya Ciri-ciri tersebut anlara lain^

a Cenderung memberontak dan menolak otoritas

b Cenderung memiliki gangguan j iwa lain (komorbiditas) seperti

depresi cemas psikotik keperibadian dissosial

c Perilaku menyimpang dari aluran atau norma yang berlaku

d Rasa kurang percaya diri low selw-confulence) rendah diri dan

memiliki citra diri negatif (ow setf-esleem)

e Sifal mudah keeewa cenderung agresif dan destruktlf

f Mudah murung pemalu pendiam

g Mudah merasa bosan dan jenuh

h Keingintahuan yang besar untuk meneoba atau penasaran

i Keinginan untuk bersenang-senang [just for fun)

j Keinginan untuk mengikuti mode karena dianggap sebagai lambang

keperkasaan dan kehidupan modem

k Keinginan untuk diterima dalam pergaulan

1 Identitas diri yang kabur sehingga merasa diri kurang jantan

mTidak siap mental untuk menghadapl tekanan pergaulan sehingga

sulit mcngambil keputusan untuk menolak tawaran NAPZA dengan

tegas

Tom Kus dan Tedi Btihava NAPZA Bagi Pelajar (Bandung Yayasan Al-Ghilari Morgan im) hal 14

32

n Kemampuan komunikasi rendati

o Melarikan diri dari scsuatu (kebosaiian kcgagalan kekccewaan

kclidakmampuan kesepian dan kegcliran hidup dan lain-lain)

p Putus sekoiah dan

q Kurang menghayati iman atau kcpcrcayaaiinya

Menurut Tim Badan Narkotika Nasional hahwa terdapat

beberapa iaklor yang menyebabkan sescorang alau individu

menyalahgunakan narkolika dan psikotropika anlara lain

1) Keingintahuan yang besar untuk mcncoba tanpa sadar alau berlikir

panjang tentang akibatnya dikemudian hari

2) Keinginan unluk mencoba-coba karena penasaran

3) Keinginan untuk bersenang-senang

4) Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya hidup

5) Keinginan untuk dapat diterima daiam suatu kelompok

6) Lari dari masalah kebosanan atau kegetiran hidup

7) Pengertian yang salah bahwa mcncoba sckali-kali lidak akan

menimbulkan masalah

8) l idak mainpu alau tidak berani menghadapl tekanan dari lingkungan

alau kelompok pergaulan unluk menggunakan narkolika dan

psikotropika dan

9) Tidak Japal atau mampu mengatakan tidak pada narkotika dan

psikotropika

Tim INN Loc di

33

Berdasarkan peinaparaii Icrscbut di atas dengan demikian

bahwa individu didorong oleli beberapa faktor untuk menyalahgunakan

pemakaian narkotika dan psikotropika tersebut sehingga menjadi

individu yang mengalami ketergantungan berikut ini disebutkan

beberapa faktor adalah

1) Ingin tahu dan Ingin mencoba rasa memakai narkotika atau

psikotropika bagi kalangan anak muda)

2) Ingin dianggap lebih hebat dari orang Iain pada orang muda)

3) login membuktikan kesetiakawanan (pada orang muda)

4) Dianggap paling tepat untuk mengatasi perasaan keeewa j en gkel

dan frustasi (pada suami istri yang mengalami konllik rumah

tangga)

5) Dianggap cara yang paling mudah untuk menghalau rasa sakit pada

tubuh (pada penderita penyakit yang kronis)

6) Dianggap cara yang paling ampuh untuk mendapatkan perasaan

tenang damai atau gembira (pada suami istri yang mcnghadapi

konflik rumah tangga)

7) Dianggap cara yang paling mudah untuk melangsingkan lubuh (pada

ibuibii rumali tangga atau wanita yang bertubuh gemuk)

2 Faktor yang Bersumlicr dari Lingkungan

Faktor lingkungan tidak mampu mencegah atau mengurangi

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika bahkan membuka kesempatan

pemakaian narkotika dan psikotropika Yang dimaksud dcngan faktor

34

kesempatan di sini adalah tersedianya siluasi-situasi yang nieiiiungkinkan

untuk memakai narkolika atau psikolropika di waktu-vvaklu luarig di tempat

rekreasi atau hiburan diskotik pesia dan lain-lain Atau mungkin lingkungan

masyarakat yang tidak mampu mengendalikan bahkan membiarkan penjualan

alau pcrcdaran geiap narkotika dan psikotropika misalnya karena lemahnya

penegakan hukum penjualan narkolika dan psikotropika secara bcbas bisnis

narkotika dan psiktilropika yang terorganisir mudahnya memperoleh

narkotika dan psikotropika dan lain-lain

raklor yang bersumber dari lingkungan yang mcnyebabkan individu

dapat menyalahgunakan pemakaian narkotika dan psikotropika merupakan

laktor kontribusi masukaii dari Iuar individu) dimana sesttorang dengan

kondisi keluarga tidak baik akan merasa tertekan dan rasa lertekan inilah

sebagai faktor penyerta bagi dirinya untuk terlibat dalam penyalahgunaan

narkotika dan psikotropika tersebut Disfungsi keluarga yang dimaksud antara

lain adalah keluarga yang tidak utuh kedua orang tua yang tcrlalu sibuk dan

lingkungan interpersonal dengan orang tua yang tidak baik Di samping itu

faktor pencetus seperti pengaruh teman sebaya tersediu dan mudah

didapatkan mempunyai andil sebagai faktor pencetus sescorang atau individu

terlibat ke dalam penyalahgunaan yang mengakibatkan ketergantungan

terhadap narkotika dan psikotropika Dari sudut pandang psikososial

penyalahgunaan narkotika dun psikolropiku dapat terjadi sebagai akibat

negatif dari intcraksi tiga kiitub sosial yang tidak kondtisif yaitu kutub

Lulhli ilurnju Op cil

35

keluarga kutub sekolahkupus dan kulub masyarakat

Faktor lingkungan meliputi faktor kciuarga dan lingkungan pergaulan

balk dlsekltar rumah sekoiah teman sebaya maupun masyarakat Banyak

pengguna Narkotika dan Psikolropika yang berasal dari keluarga yang lidak

harmonis Keluarga seharusnya mcnjadi wadah untuk menikmati kebahagiaan

dan curalian kasih sayang wahana silih asih silih asah dan silih asuh

Namun pada kenyataannya keluarga sering sekali justru menjadi pemicu

sang anak mcnjadi pemakai hal tersebut disebabkan karena kciuarga tersebut

kacau balau Hubungan antara anggota keluarga dingin bahkan tegang atau

bermusuhan

Komunikasi antara ayah ibu dan ariak-anak sering sekali

menciptakan suasana konflik yang tidak berkesudahan dimana bahwa

penyebab konllik tersebut sangal beragam Solusi semua konflik adalah

komunikasi yang baik periuh pcngerlian saling menghargai dan menyayangi

serta ingin selalu membahagiakaii

Konflik di dalam keluarga dapat mendorong anggota keluarga merasa

frustasi sehingga lerjebak memilih narkotika dan psikolropika sebagai

solusinya Biasanya yang paling rentan terhadap stres adalah anak kemudian

suami dan istri sebagai benleng terakhir Beberapa faktor yang bersumber

dari lingkungan keluarga yang dapat mempengaruhi seseorang atau individu

tertentu icrjun kc dalam lingkungan penyalahgunaan narkotika dan

36

psikotropika tcrsebut antara lain adatuh

a Koniimikasi niang tua-aiiak kiii-ang baikcfektif

b Hubungan dalam keluarga kunmgharmonisdisfimgsi dalam keluarga

c Orang tua bercerai bcrscitngkub atau kawin lagi

d Orang lua tcrlalu sibuk aUiu tidak acuh

e Orang tua oloriter alau scrba melarang

f Orang tua yang serha nieinbolehkan (pcrmisil)

g Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teiadan

h Orang tua kurang peduli dun tidak tahu dengan masalah narkolika

i Tata terlib alau disiplin keluarga yang selalu bcrubah (kiiiaiig konsisten)

j Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam kciuarga

dan

k Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahguna narkotika

dan psikotropika

Sitimsi buruk dalam keluarga yang soring menyudiitkan anak ke arah

narkotika dan psikotropika adalah

1) Anak merasa kurang mendapatkan kasih sayang dalam keluarga merasa

kesal keeewa dan kesepian

2) Anak merasa kurang dihargai kurang mendapatkan kepcrcayaan dun

selalu dianggap salah

3) Anak mengalami konflik dengan orang tua dalam masalah pacaran

memilih pasangan hidup atau meneniukan pilihan profesi cila-elta dan

Mardani Loc cil lial 99 AW hal 100

37

sebagainya

4) Anak kesal dan keeewa karena ayah dan ibuiiya kurang lianiionis dan

sering bertcngkar (broken home)

5) Suami thtsirasi karena tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapinya

dengan islrinya

6) Istri fnistrasi akibat konllik dengan suami tentang masalali ekonomi atau

adanya wanita lain di samping suami

Banyak pengguna narkotika dan psikolropika yang pada awalnya

dimulai karena pengaruh dari orang lain Bentuk pengaruh dari orang lain itu

dapat bervariasi mulai dari bujuk rayu lipii daya sampai kepada paksaan

a) Tipu Daya

Banyak anak yang ditipu oleh kenalon teman sahabat atau pacar

Seperti mengajak meraka untuk memakai narkotika dan psikolropika

dengan bemacam-macain tipuan Dengan alasan yang digunakan bahwa

narkotika dan psikotropika adalah vitamin obat pil pintar pil sehat atau

food supplement Tipuan itu dapat juga berupa bujukan bahwa narkotika

dan psikotropika tidak tcrlalu berbahaya kalau tahu raliasianya Banyak

orang di dalam masyarakat yang dikira orang baik-baik namun lemyata

pengedar narkotika dan psikotropika Walaupun orang itu adalah kawan

sahabat saudara atau pacar sebagai pengedar penipu tersebul akan tcga

menipu maupun menjebak kita Pengedar narkotika dan psikotropika

sangat pandui mcmasarkan narkotika dan psikotropika tersebut Dengan

menawarkan narkotika dan psikotropika sebagai mmn food supplement

38

pil scliat pil pintar dan sebagainya Dengan lipuan ini korban dari

kalangan kciuarga hannonis akan terjcrumus ke dalamnya Saat ini banyak

pemakai narkolika dan psikotropika dari keluarga harmonis bukan hanya

bull dari keluarga berantakan Banyak pekerja mahasiswa atau pelajar yang

tampii ioyo tertipu ketika kepadanya ditawarkan pil sehat vitamin atau pil

pintar Banyak pemuka agama juru dakwah atau pengkhotbah yang

tertipu karena pil sehal yang dlbelinya adalah narkotika dan

psikotropika Reaksi pemakaian narkotika dan psikotropika mula-mula

terasa menyehatkan dan membuat si korban tipuan terscbut sukses dalam

berdakwah atau berkhotbah Ibu rumah tangga juga dapat tertipu karena

ditawari pil pelangsing oleh saudara atau teman dalam arlsan dan lain-

lain Mulanya karena tipu daya akhimya setelah lerjebak menjadi

biasa

b) Bujuk rayu

Waftiia camlk pengedaf ftaTkotlka dan psikotFoplka biasanya menjebak

mangsa melaiui bujuk rayu Untuk memasarkun narkotika dan

psikotropika pengedar tersebut memilih profesi sebagai wanita penghibur

atau Wanita Tuna Susiala (WTS) Banyak eksekutif muda pekerja atau

bos-bos yang mulai memakai narkotika dan psikotropika karena rayuan

pekerja seks komersial hostess dan sebagainya Dalam mcmasarkan

narkotika dan psikotropika wanita tersebut merayu akan mau melayani

kencati kalau bersama-sama mengkonsumsi narkotika dan psikotropika

Subagyo Purlodlhario Loc cil hal 78

39

lebih dulu Muta-mula kurban memakai narkotika dan psikotropika karena

tergoda namun akhimya menjadi terbiasa

c) Paksaan

Banyak anak muda yang mengawali pemakaian narkotika dan psikotropika

karena dipaksa oleh sekawanun alau seseorang yang mengancam akan

mencelakainya Banyak pclajar atau nialiasiswa mengawali kebiasaan

memakai narkotika dan psikotropika dari keadaan terpaksa diancam oleh

sekawanan preman yang menghadang di tengah jalan Dari kelompok ini

pula terjaring pemakai yang berasal dari keluarga hannonis

Lingkungan sekoiah bagi pelajar tingkat SD SMP dan SMA

merupakan tempat yang stratcgls bagi para pelajar untuk menunjukkan jati

dirinya sehingga mereka terjun kepada penyalahgunaan narkotika dan

psikotropika ini faktor sekoiah yang merupakan bagian tcrpcnting yang

mempengaruhi adalah

a Sekoiah yang kurang disiplin

b Sekoiah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjiial narkotika atau

penjual psikolropika

c Sekoiah yang kurang member] kesempatan pada siswa untuk

mengembangkan diri secara kreatif dan positif

d Adanya murid pengguna narkotika atau psikotropika

Kartini Kurtono op cil hivl 124

40

B Pengaturan Sanksi Pidana Terhadaj) Pcnyalahgunaaan Narkotika dan

Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau

dari Perlindungan Terhadap Korban

Dalam hukum pidana di Indonesia terdapat adanya

ketldakseimbangan antara perlindungan korban kejahatan dcngan pelaku

kejahatan pada dasarnya mempakan salah satu pengingkaran dari asas setiap

warga negara bersamaan kcdudukannya dalam hukum dan pcmerinlahan

sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 sebagai

landasan konstitusional Perlindungan korban memiliki hubungan cral dcngan

teori pemidanaan yang dikemukakan Wirjono Prodjudikoro tujuan

pemidanaan adalah untuk niemenuhi rasa keadilan^

Ada Juga yang mengemukakan bahwa tujuan pemidanaan dapat

dilihat melalul 2 (dua) leorl mengenai alasan-alaitan yang membenarkan

(justification) penjatuhan hukuman (sanksi) yaitu Teori Absolut

(Vergeldingslheorie) dan Teori Relatif atau Doeitheorie Menurut Teori

Absolut (Vergeldingslheorie) tujuan pemidanaan sebagai pembalasan

terhadap para pelaku karena telah melakukan kejahatan yang mengakibatkan

kesengsaraan lerhadap orang lain alau anggota masyarakat sedangkan

Roeslan Saleh mengatakan sebagai reaksi-reaksi atasdelik yang berwujud

suatu nestapa yang scngaja dilimpakan ncgara kcpada pembuat delik

Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana Cctakan Iuriania (Jakarta Sinar Gnitlka2(W5)hii4

lcduu Mdipaung Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cctakun IcrliirMii (Jukiirtu Sinur Gratika 2005) hal 4

kiwsUin Saleh Shdsel Pidana Indonesia (Jukarlu liinn Aksara 19K7) hal 5

41

Menurut Teori Relatif Doeltheurie) tujuan pemidanaan adalah

a Menjerakan agar si pelaku atau terpidana menjadi jera dan tidak

mengulangi lagi perbuatannya specials presenile) sena masyarakat umum

agar mengertahui jika melakukan perbuatan yang sama akan mengalami

hukuman yang serupa atau disebut pula generalpreventte

h Memperbaiki pribadi si terpidana berdasarkan perlakuan dan pcndidikan

selama menjalani hukuman terpidana merasa menyesal dan tidak akan

mengulangi perbuatannya dan kcmbali kepada masyarakat sebgai orang

baik dan berguna dan

c Mcmblnasakan (menjatulikan hukuman mat) atau mcmbuat terpidana tidak

berdaya dengan menjatuhkan hukuman seiimur hidup

Pandangan di atas sangatlah wajar apabila beranjak dari pandangan

bahwa hukum pidana adalah hukum sanksi (hifzonderesancUerechl) sebab

dengan bertumpu pada sanksi itulah hukum pidana difungsikan untuk

menjamin keamanan ketertiban dan keadilan Dalam perkembangannya

ternyata tidak semua sarjana menyclujui maksud diadakannya pidana scperti

itu (sebagai suatu nestapa) karena muncul pendapat bahwa di samping pidana

ditujukan untuk memberikan penderitaan kcpada pelanggar atau mcmbuat

jera pemidanaan juga bertujuan agar pelaku dapat kembali hidup

bermasyarakat sebagaimana mestinya

Alasan yang paling inenonjol lerhadap upaya perubahan tersebut

adalah dengan meniperhatikan sisi kemanusiaan yang mcmandang bahwa

Ucdcn Mirpaung Opcil hal 4

42

sekalipiin tcrsangka telah melakukan kcsalahaii ia telap berkcdmiiikan sebagai

manusia utuh yang harus tetap diperlakukan sama dengan manusia lainnya

dan dilindungi hak asasi manusionya Karena itu pidana penjara saat ini

sedang mengalami masakrisis karena termasuk jenis pidana yang kurang

disukai Banyak kritik tajam ditujukan terhadap jenis pidana perampasan

kemerdekaan ini baik dllihat dari sudut efektifitasnya maupun dilihat dari

akibat-akibat lainnya menyertai atau berhubungan dcngan dirampasnya

kemerdekaan seseorang

Banyaknyu kritik yang diarahkan pada bentuk pemidanaan berupa

perampasan kemerdekaan (yang ditujukan untuk membuat jera pelaku)

sehingga berkembanglah bentuk pemidanaan lain yang dianggap lebih

manusiawi yaitu penjatuhan pidana berupa denda atau pemberian ganti

kerugian kepada korban Pemberian ganti kerugian pada awalnya merupakan

konsep kcperdalaan seperti halnya dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata yang mewajibkan setiap orang yang menyebabkan orang lain

menderita kerugian untuk membayar ganli rugi Dalam perkembangannya

konsep ini diterupkan pula dalam hukum pidana mengingat akibat yang

ditimbulkan pada korban tindak pidana akan selalu disertai dengan kerugian

baik mental fisik maupun material sehingga sangat wajar apabila korban pun

menuntui ganti kerugian pada pelaku guna memulihkan derita yang

dialaminya

Dengan memperhatikan pada beberapa teori klasik tentang tujuan

Uurtla Nawuwi Ariel Sislem Pemidanaan Menunii Konsep KIHP llaiu dan Latar Helakang Pemlklrannya Hahan Ienalaran Hukum Pidana V Undanu Kupang uinjyful 11 Juli-12 Agustus 1989

43

pemidanaan dapat disiinpulkan bahwa penjatuhan pidana lebih banyak

ditujukan untuk kepeiitingan pelaku dengan kata lain tujuan pemidanaan

hanya dimaksudkan imtuk mengubah perilaku dari pelaku kejahatan agar

tidak mengulangi lag perbuatannya sedangkan kcpentingan korban sama

sekali diabalkan

Perlindungan terhadap korban narkotika jika dihubungkan dengan

beberapa teori pemidanaan yang telah dipaparkan di atas maka peneliti

mengkaji bahwa dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang baru ini terdapat kescimbangan antara perlindungan terhadap

pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana bahwa berdasarkan sanksi

baik pidana maupun denda yang terdapat dalam undang-undang ini sangatlah

berat-berat dan tegas ]ni berarti bahwa undang-undang ini lebih

mementingkan korban dari pada pelaku kejahatan narkotika Mengingat

bahwa dengan adanya pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan

korban semakin banyak yang berjatuhan schingga daripada korbnnnya anak

bangsa yang memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara

Indonesia maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-

beratnya lerhadap si pelaku tindak pidana narkotika bahkan pidana mati atau

seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-

undang yang bam ini juga diatur mengenai rehabilitasi terhadap korban baik

korban yang diakibatkan oleh orang Iain maupun karena self victimizing

victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku itu sendiri

44

C Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Seif-

Victimizing Victims

1 Self-victimizing victims uarkotika dau psikotropika

Suatu viktimisasi adalah sebagai suatu permasalahan manusia yang

merupakan kenyataan sosial hal ini disebabkan karena setiap warga negara

berhak mendapatkan rasa aman dan bcbas dari segala bentuk kekerasan

sesuai dengan falsafah Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 Contohnya adalah seseorang akibat perbuatannya memakai

narkotika dapat menimbulkan bahwa si pemakai tersebut menjadi tidak

berdaya upaya dengan kata lain bahwa si pelaku telah menjadi korban

akibat perbuatannya sendiri yang menimbulkan perbuatan kriminal

Penyalahgunaan narkolika atau psikolropika merupakan perbuatan

kriminal karena telah melanggar ketentuan di dalam undang-undang yang

ada yakni Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tetang Psikotropika dan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Terlibatnya si

pelaku kejahatan atau tindak pidana yang menimbulkan kerugian terhadap

dirinya sendiri daiam hal inilah yang disebut dengan istilah self victimizing

victims yang merupakan bagian dari viktimisasi Sehubungan dengan itu

maka Wolfgang menyatakan beberapa Jenis viktimisasi ialah

1 Unrelated victims yaitu korban yang tidak ada hubungannya sama

sekali dengan terjadinya korban misalnya pada kasus kecelakaan

pesawat Dalam hal In tanggungjawab sepenuhnya terletak pada

Utplietin3|il(igspqtcom2()OSIOl|ukum-viktinivl9gihlml diakscs terakhir langgul l2Januari 2015

45

pelaku

2 Provocative victims yaitu seseorang yang secara aktif mendorong

dirinya menjadi korban misalnya kasus selingkuli dimana korban juga

sebagai pelaku

3 Participating victims yailu seseorang yang tidak berbuul tetapi dengan

sikapnya justru mendorong dirinya menjadi korban

4 Biologically weak victims yaitu mereka yang secara tisik memiliki

keleinalian atau potensi untuk mcnjadi korban misalnya orang tua

renla anak-anak dan orang yang tidak mampu bcrbual apa-apa

5 Socially weak victims Yaitu mereka yang memiliki kedudukan social

yang lemah yang menyebabkan mereka mcnjadi korban misalnya

korban perdagangan perempuan dan sebagainya

6 Self victimizing victims yaitu mereka yang menjadi korban karena

kejahatan yang dilakukannya sendiri pengguna obat bius judi aborsi

dan prostitusi

Dalam hal ini kedudukan viktimologi sebagai sebuah ilmu yang

mempelajari tentang korban memiliki peranan yang sangat penting ruang

lingkup viktimologi ini meliputi

1 Semua macam sciiap macam perbuatan kriminal yang mengakibatkan

orang-orang mcnjadi korban

2 Setiap orang atau pihak yang dapat menjadi korban baik orang

perorangan maupun suatu korporasi atau organLsasi

3 Setiap orang atau pihak yang dapal menimbulkan korban artinya

46

dimana disatu sisi orang terscbut dapat merugikan orang iain sehingga

orang tidak merasa aman akibat tindakanya

4 Cara-cara viktimisasi atau penimbulan korban

5 Bentuk-bentuk viktimisasi yang terdiri dari primary viclimizalion

adalah korban individualperorangan bukan kelompok secondary

victimizalion korbannya adalali kelompok misalnya badan hukum

tertiary Victimizalion yang menjadi korban adalah masyarakat luas

nun viciimozaiion korbannya tidak dapat segera diketahui misalnya

konsumen yang tertipu dalam menggunakan hasil produksi

6 Akibat viktimisasi

7 Pengaruh viktimisasi

8 Reaksi atau respons terhadap viktimisasi

9 Penyelesaian viktimisasi dan

10 Pengaturan yang berkaitan dengan viktimisasi (yang menjadi

perhatian viktimologi)

Studi viktimologi akan memberikan pemahaman kepada setiap

individu mengenai hak dan kewajibannya dalam rangka mengantisipasi

berbagai bahaya yang mengancamnya Viktimologi memberikan

sumbangan pemikiran mengenai masalah viktimisasi tidak langsung

dampak sosial polusi industri viktimisasi ekonomi politik dan

penyalahgunaan kewenangan Viktimologi ini juga memberikan dasar

pemikiran dalam penyelesaian viktimisasi kriminal atau factor viclimogen

dalam sistem peradilan pidana

47

Dari perspektif ikalan Korban Napza (IKON) l ial i yang dimaksud

sebagai korban adalah orangperorangan yang menderita secara langsung

dari penyalahgunaan napza dan tennasuk pula keluarga alau tanggungan

langsung dari korban Namun karena hukum dl Indonesia memandang

pengguna napza adaiah kriminal maka terjadilah dampak-dampak negalif

yang dialami oleh pengguna napza yang merupakan korban scperti

diskriminasi kriminallsasi kesehatan dan stigmatisasi Maka sebagai

korban IKON Bali mendorong agar dihentikannyadiskriminasi lerhadap

korban napza mendorong vonis rehabilitasi untuk korban napza

mendorong agar dihentikannya penyiksaan terhadap korban napza dan

yang terakhir adalah mendorong terpenuhinya hak atas kesehatan bagi

korban dan orang terinfeksi HIV Dengan melihat kondisi permasalahan

penanggulangan napza yang semakin tidak menentu dan meningkatnya

jumlah korban napza secara terus-menerus Maka Ikon Bali meminta

1) Penerapan SEMA Nomor 7 Tahun 2009 sebagai pemenuhan hak atas

kesehatan terhadap korban Mpza

2) Meminta kepada Pengadilan Negeri Denpasar untuk menjadi insiator

dalam penyusunan langkah teknis penerapan SEMA Nomor 7 Tahun

2009

3) Meminta kepada selunih instansi tcrkait untuk mulai meiigambil

langkah nyata dalam penanggulangan napza

43 Ibid

48

4) Meminta agar korban napza diperlakukan secara manusiawi tanpa

penyiksaan sligma dan diskriminasi

5) Ikon Bali mendukung secara penuh program-program pemerintab

dalam penanggulangan napza

2 Rehabilitasi terhadap self-victimizing victims

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

merupakan undang-undang yang baru menggantikan Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika Adapun pasal-pasal di dalam

undang-undang in yang mengatur mengenai perlindungan korban adalah

berbagai pasal-pasal yangmencantumkan rehabilitas kepada korban

maupun pelaku tindak pidana narkolika Pasal 1 ayat (16) meneniukan

defenisi mengenai rehabilitasi dipandang dari sisi medis yakni

Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara

terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan Narkotika

Sementara Itu dalam Pasal 1 ayat (17) ditentukan defenisi rehabilitasi

dipandang dari sisi sosial yakni Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses

kegiatan pemulihan secara terpadu baik fisik mental maupun sosial agar

bekas pecandu Narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosia dalam

kehidupan masyarakat

Diimdangkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang merupakan undang-undang baru ini tentu mempunyai

maksud dan tujuannya Adapun tujuan yang terdapat dalam Pasal 4 yang

berbunyi

49

Undang-Undang tentang Narkotika bertujuan

a Menjamin kelersediaiin Narkotika untuk kcpentingan peiayanan

kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

b Mencegah mclindungi dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari

penyalahgunaan Narkotika

c Memberanlas pcredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika dan

d Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi Penyalah

Guna dan pecandu Narkotika

Bentuk perlindungan terhadap korban dan pelaku kejahatan tindak

pidana narkotika di dalajn Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

disebutkan ada 2 (dua) macam yakni pengobatan dan rehabilitasi lerhadap

korban maupun pelaku Pada Pasal 53 ayat (3) tersebul di atas bahwa yang

dimaksud dengan buktl yangsah antara lain surat kctcrangan dokter

salinan resep atau labeletiket Selcngkapnya mengenai pengobatan

ditentukan dalam Pasal 53 yang berbunyi sebagai berikut

(1) Untuk kcpentingan pengobatan dan berdasarkan indikasi medis

dokter dapal memberikan Narkotika Golongan II atau Golongan III

dalam jumlah terbatas dan sediaan tertentu kepada pasien sesuai

dengan ketcnluan peraturan perundang-undangan

(2) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat ( I ) dapal memiliki

menyimpan danatau incmbawa Narkolika untuk dirinya sendiri

(3) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mempunyai bukti

yang sali bahwa Narkotika yang dimiiiki disimpan danatau dibawa

50

untuk digunakan diperoleh secara sail sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan

Mengenai rehabilitasi terhadap korban dan pelaku tindak pidana

kejahatan penyalahgunaan narkotika merupakan suatu kewajiban bagi

pemerintah dan instansi masyarakat Sebagaimana ketentuan dalam Pasal

54 bahwa Pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika

wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial Dalam Pasal 56

disebutkan juga bahwa

(1) Rehabilitasi mcdis Pecandu Narkotika dilakukan di rumah sakit yang

ditunjuk oleh Menteri

(2) Lembaga rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan oleh instansi

pemerintah atau masyarakat dapat melakukan rehabililasi medis

Pecandu Narkotika setelah mendapat persetujuan Menteri

Kemudian dipertegas kembali dalam Pasal 57 bahwa selain melaiui

pengobatan danatau rehabilitasi medis penyembuhan Pecandu Narkotika

dapat diselenggarakan oleh instansi pemerintah alau masyarakat melaiui

pendekatan keagamaan dan tradisional Salah satu tugas dan wewenang

Badan Narkotika Nasional adalah meningkatkan kemampuan lembaga

rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu Narkotika baik yang

diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat

Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 ini terdapat

pengecualian dalam hal luniutan pidana terhadap anak yang masih berada

di bawah umur Misalnya terdapat di dalam salah satu pasalnya yakni pada

51

Pasal 128 ayal ( I ) yang bcrbunyi Orang tua atau wali dari pecandu yang

belum cukup umur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) yang

sengaja tidak mciapor dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6

(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp 100000000 satu juta

rupiah) Tetapi di datam ketentuan tain yakni pada Pasal 128 ayat (2) dan

ayal (3) ditentukan bahwa anak yang masih di bawah umur tidak dapat

dituntut pidami selcngkapnya pasal tersebul berbunyi Pecandu Narkotika

yang belum cukup umur dan telah dilaporkan oleh orang tua atau walinya

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat ( I ) tidak dituntut pidana

(Pasal 128 ayat (2)) dan Pecandu Narkotika yang telah cukup umur

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) yang sedang menjalani

rehabilitasi mcdis 2 (dua) kali masa perawatan dokter di rumah sakit

danatau lembaga rehabilitasi medis yang ditunjuk oleh pemerintah tidak

dituntut pidana

Pada awalnya narkotika digunakan unluk kcpentingan umat

manusia khususnya untuk pengobatan dan peiayanan kesehatan Namun

dcngan semakin bcrkembangnya ilmu pcngclaliuan dan teknologi

peruntukan narkotika mengalami perluasan hingga kepada hal-hal yang

negatif

Di dunia kedokteran narkotika banyak digunakan khususnya

dalam proses pembiusan sebelum pasien diopcrasi mengingat di dalam

narkotika terkandung zat yang dapat mempengaruhi perasaan pikiran serta

kesadaran pusieti Oleh karena itu agar penggunaan narkotika dapal

52

memberikan manfaat bagi kehidupanurnat manusia maka pcredarannya

harus diawasi secara ketat sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 60 sampai

dengan Pasal 63 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang menyebutkan

Pasai 60 ditentukan bahwa

(1) Pemerintah melakukan pembinaan terhadap segala kegiatan yang

berhubungan dengan Narkolika

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meiipuli upaya

a Memenuhi ketcrsediaan Narkotika unluk kcpentingan peiayanan

kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi

b Mencegah penyalahgunaan Narkotika

c Mencegah generasi muda dan anak usia sekoiah

dalampenyalahgunaan Narkotika termasuk dengan memasukkan

pendidikanyang berkaitan dengan Narkotika dalam kurikulum

sekoiah dasarsampai lanjutan atas

d Mendorong dan menunjang kegiatan penelitian danatau

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di brdang

narkolika unluk kcpentingan peiayanan kesehatan dan

e Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis bagi

Pecandu Narkotika baik yang diselenggarakan oleh pemerintah

maupun masyarakat

53

Pasal 61 ditentukan baiiwa

(1) Pemerintah melakukan pcngawasan terhadap segala kegiatan yang

berkaitan dengan Narkotika

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi

1 Narkolika dan Prekursor Narkolika untuk kcpentingan peiayanan

kesehatan danatau pengembangan Hmu pengetahuan dan

teknologi

2 Alat-alat potensial yang dapat disaiahgunakan untuk melakukan

tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkolika

3 Evaluasi keamanan khasiat dan mutu produk sebelum diedarkan

4 Produksi

5 impor dan ekspor

6 Pcrcdaran

7 Pelabeian

8 Tnformasi dan

9 Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Pasal 62 berbunyi Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan

sebagaimana dimaksud dalam Pasai 60 dan pengawasan sebagaimana

dimaksiiddalam Pasal 61 diatur dengan Peraturan Pemerintah Dan dalam

Pasal 63 disebutkan bahwa Pemerintah mengupayakan kerja sama

dengan ncgara lain danatau badan intcmasional secara bilateral dan

multiialeral baik regional maupun internasional dalam rangka pembinaan

dan pengawasan Narkotika dan Prekursor Narkotika sesuai dengan

54

kcpentingan nasional

Berdasarkan biinyi beberapa pasa di atas mengenai pengawasan

terhadap pentingnya peredaran narkotika wajib diawasi secara ketat

dikarenakan saat ini pemanfaatannya banyak untuk hal-hal yang negatif

D i samping itu melaiui perkembangan teknologi informasi dan

komunikasi penyebaran narkotika sudah menjangkau hampir ke semua

wilayah di Indonesia hingga ke pelosok-pelosok Daerah yang sebelumnya

tidak pcrriah tersentuh oleh peredaran narkotika lambat laun berubah

menjadi sentra peredaran narkotika Begitu pula anak-anak yang pada

mulanya awam terhadap barang haram ini telah berubah menjadi sosok

pecandu yang siikar untuk dilepaskan ketergantungannya

Sebelum Iahimya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

mengenai narkotika diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997

tentang Narkotika namun undang-undang ini tidak dapat dipertahankan

lagi keberadaannya karena adanya perkembangan kualitas kejahatan

narkotika yang sudali menjadi ancaman serius bagi kehidupan umat

manusia Pengguna narkotika sangat beragam dan menjangkau semua

lapisan masyarakat mulai dari anak-anak hingga orang dewasa orang

awam hingga artis bahkan hingga pejabat publik

Efek negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan narkotika secara

berlebihan dalam jangka waktu lama serta tidak diawasi oleh ahlinya

dapat

menimbulkan berbagai dampak negatif pada penggunanya baik secara

55

fisik maupun psikis Bahkan tidak janing penggunaan narkotika dapat

memicu terjadinya berbagai tindak pidana Karena itu untuk mencegah

semakin mcluasnya dampak negalif yang ditimbulkan dari penggunaan

narkotika maka pengawasan tidak hanya terbatas pada peredaran

narkotika tetapi juga pada mereka yang menjadi korban misalnya

sescorang yang menderita ketergantungan narkotika (pecandu) Apabila

seorang pecandu narkotika telah divonis bcrsalah oleh hakim atas tindak

pidana narkotika yang dilakukannya maka untuk memberikan kesempatan

pada yang bersangkutan agar tcrbebas dari kecanduaniiya maka hakim

dapat mcmutuskan untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani

pengobatan danatau perawatan

Pengobatan dan perawatan terhadap pecandu narkotika dilakukan

melaiui fasilitas rchabilitasi Rcliabilitasi medis dan sosial yang diberikan

kepada pecandu dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan

kemampuan fisik mental dan sosialnya Selain pengobatan dan perawatan

melaiui rehabililasi medis proses penyembuhan pecandu narkotika dapat

diiaksanakan oleh masyarakat melalul pendekatan keagamaan dan

tradisional

Sebagai conloh di Pakem Sleman Yogyakarta telah didirikan

sualu kliiiik alau Pusat Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkotika

Psikolropika dan Zal-zat Aditiflainnya (NAPZA) Terpadu yang didirikan

atas kerjasania Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dan

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang diresmikan pada tanggal 7

56

Desember 2005 Tujuan umum pendiriaii pusat rehabilitasi terpadu ini

adalah untuk memberikan jaminan penanganan paripurnakepada korban

penyalahgunaan Napza melaiui aspek hukum aspek medis aspek sosial

aspek spiritual serta pengembangan pcndidikan dan pelatihan dalam

bidang NAPZA secara terpadu sedangkan tujuan khususnya adalah

1 Terhindarnya korban dan instilusi dan penelrasi pengedar

2 Terhindarnya kerusakan mental dun masa depan para penyalah guna

Napza yang akan mcmbtinuh potensi pengembangan mereka

3 Terhindarnya korban-korban baru akibat penularan penyakil-penyakit

seperti Hepatitis HIVAIDS dan penyakit menular lainnya

4 Terwujudnya proses pengembangan penanganan korban NAPZA dan

aspek ilmiah serta keiimuan yang dinamis sesuai perkembangan zaman

sebagai pusat jaringan informasi terpadu dan mewujudkan teknis

penanganan penyalahgunaan narkotika dan obat-obalan terlarang bagi

daerah sekitamya maupun nasional

Pemberian perlindungan kepada korban narkotika lentil tidak dapat

dibebankan sepenuhnya kcpada pemeriiilah peran serta masyarakat pun

diharapkan ada salah salunya diterimanya kembali mantan pani pengguna

dalam lingkungannya tanpa melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya

diskriminatif bahkan dengan mcmposisikan mereka sebagai warga keias

dua yang harus dljauhi

Bentuk periindunganyang diberikan terhadap pelaku maupun

Dikdik M ArilMansur dan tUisUiris Guitom loa cil hal 90

57

korban penyalahgunaan narkolika dan psikotropika daiambentuk

rehabilitasi

Rehabilitasi adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang

dilujukan kepada pemakai narkolika dan psikotropika yang sudah

menjalani program kuratif Tujuannya agar pelaku tidak memakai lagi

dan bebas dari penyakit ikutan yang disebabkan oleh bekas pemakaian

narkotika dan psikotropika

3 Tahapan-tahapan rchabilitasi terhadap self-victimizing victims

Tahapan-tahapan rehabilitasi terhadap self-victimizing victims atas

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika yang ada di Indonesia tidak

sama Ada yang menekankan rehabilitasi hanya pada aspek medis ada

pula yang lebih menekankan pada aspek rohani Atau memadukan kedua

pendekatan tersebut dengan komposisi yang seimbang Yang ideal

rehabilitasi seorang korban narkotika dan psikotropika harus dilakukan

secara holisitik baik secara fisik psikis maupun kerohaiiiannya

1 Tahapan pengobatan (rehabilitasi)

Secara umum ada beberapa tahapan yang harus dilewati

Masing-masing tahapan tersebut memakan waktu bervariasi ada yang

seminggii sebulan dan bahkan berbu lan-bulan tcrgantung tingkat

ketergantungan tekad korban dan juga dukungan berbagai pihak

terutama keluarga dalam seluruh proses tersebut Setiap tahapan

Subagjo PiirloUiharjo Loc cU hal 105 ^ E M Giri Prastowo loc cil hal 28 -29

58

tersebut disusun dan dibuat untuk inenganlar pasien secara bertaiiap

melepaskan dari ketergantungan narkotika dan psikotropika Beberapa

tahapan rehabilitasi ini yang disajikan berikut sudah Icruji dapat

menyembuhkan atau memulihkan korban narkotika dan psikotropika

secara maksimal

a Tahapan transisi

Penekanaii dalam tahap ini lebih kepada informasi awal

tentang korbanseperti

1) Latar belakang korban

2) Lama ketergantungan

3) Jenis obat yang dipakai

4) Akibat-akibat ketergantungan dan

5) Berbagai inlbrniasi lainnya

Hal ini penling sehingga pada saatnya akan menjadi acuan

bagi pihak yang terlibat secara intensif dalam proses rehabilitasi

Ahl i yang berkompeten (dokter) akan menganaiisa tingkat

ketergantungan korban untuk kemudian meneniukan tingkat

pengobatan dan tingkat pembinaan bagi si korban schingga terapi

dan metode pengobatan bisa dilakukan secara terukur

Tahapan ini Juga dapat dijadikan rujukan untuk meneari

model rehabilitasi yang paling tepat bagi yang bersangkutan Pada

tahap ini tim rehabilitasi akan membantu korban agar menyadari

dirinya sedang menghadapl masalah ketergantungan narkotika dan

59

psikotropika Korban diajak untuk bersama-sama mengatasinya Hal

ini penting karena proses rchabilitasi tidak akan berhasil tanpa

adanya kesadaran korban tentang adanya bahaya yang dihadapinya

Dari situ akan dibangun tekad dan komitmennya untuk

meninggalkan narkotika dan psikotropika

Selain itu pada tahapan ini akan diteliti akibat fisik dari

penggunaan narkotika dan psikotropika Sejauh mana tingkat

kerusakan syaraf dan organ-organ tubuhnya yang rusak Unluk itu

diadakan pemeriksaaii laboratoriumiengkap dan tes penunjang untuk

mcndeteksi penyakit yang diderita korban A[)abia dalam

pemeriksaan ditemukan satu atau beberapa penyakit maka terlebih

dahulu diadakan pengobalan medis sebelum penderita mendapat

proses rehabilitasi lanjutan Langkah ini penting selain agar tubuh

yang bersangkutan bebas dari penyakit juga untuk mencegah

terjadinya penularan balk kepada korban narkotika dan psikotropika

ini diadakan pembersihan darah pada tubuh pecandu sehingga darah

menjadi bersih dan sistem metabolisme tubuh kembali normal

Proses ini dapat dilakukan melaiui cara-cara berikut

1) Cold Turkey abrupt withdrawal) yaitu proses penghentian

pemakaian narkotika dan psikolropika secara tiba-tiba tanpa

disertai dengan substitusi antidotum

2) Bertaliap atau substitusi bertahap misalnya dengan kodein

^Ibidhal 30

60

methadone CPZ atau clocard selama i -2 minggu

3) Rapid Detoxification dilakukan dengan anestesi umum (6-12

jam) dan

4) Simtomatik tergantung gejala yang dirasakan

2 Rehabilitasi intensif

Setelah melewati masa transisi (pengumpulan informasi tentang

keadaan korban dan latar belakangnya) baru masiik pada fase

berikutnya yakni proses penyembuhan secara psikis Motivasi dan

potensi dirinya dibangun daiam tahap ini Korban diajak untuk

menemukan dirinya dan segala potensinya sambil juga menyadari

berbagai keterbalasannya Bahwa untuk mengatasi masalah hidup yang

bersangkutan tidak perlu harus mengkonsumsi narkotika dan

psikotropika Narkotika dan psikotropika justru menciptakan masalah

baru yang jauh lebih besar dalam hidupnya Narkotika dan psikotropika

bukanlah solusi tetapi menjadisumber masalah Pada tahap ini berbagai

contoh dapat dipcrlihatkan kepada korban

Yang terlibat di dalam tahap ini yang utama adalah korban itu

sendiri sebagai pelaku self-victimizing victims) Korban harus punya

tekad untuk hidup tanpa narkotika dan psikotropika Korban harus bisa

menatap masa depan dengan penuh optimisme Selain yang

bersangkutan peranan keluarga (orang liia dan saudara-saudaranya

suami atau istri) juga sangal pcnling Anggota keluarga ini harus secara

intensifmendampingi dan jnenopang korban

61

Staf di paiiti rehabilitasi para konselor psikolog dan semua

pihak di panti rehabilitasi untuk bersama-sama mcmbangun

kepercayaan diri korban Seluruh proses ini membutuhkan waktu

berbulan-bulan bahkan selama bertahun-tahun tergantung tingkat

ketergantungan dan efeknya bagi korban Berbagai terapi yang

dilakukan selama dalam tahap ini baik yang dilakukan secara pribadi

maupun bersama-sama lewat berbagai aktivitas di panti rehabilitasi

tersebut bertujuan untuk memberdayakan kembali korban yang disekian

lama telah terpuruk oleh narkolika dan psikotropika Sebagai langkah

awal untuk sosialisasi diri dengan masyarakat korban juga secara

bertahap mulai mcmbangun komunikasi dengan orang lain di Iuar

komunitas rehabilitasi

Menurut Romo Lambertus Somar MSG dalam bukunya

Rehabilitasi Pecandu Narkotika dan Psikotropika pada tahap ini ada

tiga titik yang harus dilewati yang lebih dikenal dengan tahapan

stabilisasi pribadi yailu^

1 Secara sadar dan tekun melepaskan diri dari berbagai penyakit dan

akibatakibat lainnya (no to drugs) Tahap ini merupakan tahap

stabilisasi awai atau tahap konsolidasi (comolidation)

2 Menemukan jati diri menguasai kiat-kiat dan keterampilan-

keterampilan untuk menyehatkan serta mengisi hidup secara lebih

bermakna dan bermulu Latihan keterampilan vokasional (kerja) dan

E M Giri Praslowo Loc cil hal 32

62

peiigungkapan diri dari dimulai dibina sebiiigga disebul juga (afiap

pengukuan diri (jyerwtuil appraisal) Inilah lahap slabilisasi

niericiigah (inadya)

3 Dengan inisiatif pribadi orang secara sadar mulai berfikir dan

bertindak untuk mencapai prestasi-prestasi tertentu schingga disebut

juga tahap positive thinking and doing Tahap ini merupakan tahap

stabilisasi akhir

4 Tahap rekonsiliasi Tahapan berikut yang harus dilewati dan sangat

vital adalah tahap rekonsiliasi Tara korban tidak langsung

herinlcraksi secara bebas dcngan masyarakat akan tctiipi lerleblh

dahulu ditampung di sebuah lingkungan khusus selama beberapa

waktu sampai pasien benar-benar siap secara mental dan rohani

kembali kelingkungannya semula Yang paling ulama dalam fase ini

adalah pembinaan mental spiritual keimanan dan ketakwaan serta

kcsepiikatan sosial kemasyarakaian Proses ini bisa meliputi program

pembinaan jasmani dan rohani

Sampai ke tahap ini yang bersangkutan masih tcrikat dengan

rehabilitasi foimal namun sudah mulai membiasakan diri dengan

masyarakat Iuar sehingga merupakan proses resosialisasi (reentry) atau

penyesuaian (reconcilialion) Proses ini melewati tiga titik penting juga

yaitu

1 Tinggal lebih sering dan lebih lama di lingkungan keluarga sebagai

63

teiiipal tinggal tetap atau pun tempat tinggal transit unluk

resosialisasi sambil mclaiijiitkan kegiatan pilihan sebagai penunjang

masa selanjutnya Di sini terjadi perdamaian dan penycsuaian-

penyesuaian kembali dengan lingkungan

2 Rencana masa depan yang jelas dan siap direalisasikaii dengan

dukungan keluarga atau pihak-pihak lain Pada tahap ini korban

dapat memulai aktivitasnya lagi seperti sekolahkuliah mulai bekerja

atau merintis usaha sendiri

3 Kontak awal dengan kelompok-keiompok atau program-program

pemeliharaan lanjut aftercare) Di sini orang meiierima dirinya

seperti apa adanya merasa puas lalu mempercayakan dirinya ke

tangan orang lain

4 Pciiieliharaaii Lanjut Pada tahap ini walaupun secara fisik yang

bersangkutan sudah dinyatakan seliul dan secara psikis pun sudali

pulih namun masih ada kcmungkinan mereka akan tergclincir

kembali icbihlebih saat mereka sedang menghadapl masalah Pada

saat itu bisa Jadi mereka bemostagia dengan menikmati narkolika

dan psikotropika Saat ini juga niwaii Karena itu setiap korban yang

niemasuki tahap inidipersiapkaii sungguh-sungguh agar dapal

melewati dan mengatasi sUuasi rawan ini dengan melewati tiga titik

ini yakni

a Mengubah menghilangkan aUiu menjauhi hal-hal yang bersifat

bid hul 34

64

nostaigia kesenaiigan narkolika dan psikolropika

b Setiap mengikuti program-program dan aeara-acara aftercare

(pemeliharaan lanjut) dan

c Dapat juga mcUbatkan diri dalam gerakan atau kelompok bersih

narkoba dan peduli penanggulangannya

BAB IV

PENUTUP

A Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dipaparkan tersebut di atas peneliti

memberikan beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap

permasalahan di dalam penelitian ini sebagai berikut

Di antara berbagai faktor yang dapat mempengaruhi seseorang atau

individu menyalahgunakan narkotika atau psikotropika terdapat faktor

yang paling duininan yakni laktor yang bersumber dari keadaan keluarga

dan lingkungan bukan karcnn faktor individunya Karena faktor keluarga

yang buruk dan lingkungan yang juga buruk dan saling mendukung dapat

mempengaruhi individu menjadi pelaku lindak pidana penyalahgunaan

narkolika dan psikotropika tersebut dengan kata lain faktor keluarga dan

lingkungan yang buruk ini membuka kesempatan kcpada seseorang untuk

merasakan pergaulan dengan narkotika atau psikotropika sehingga dapal

menimbulkan ketergantungan terhadapnya

2 Perlindungan lerhadap korban narkotika- jika dihubungkan dengan

beberapa teori pemidanaan dalam perspektif Undang-Undatig Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika yang baru terdapai keseimbangan antara

perlindungan terhadap pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana

bahwa berdasarkan sanksi baik pidana maupun denda yang terdapat dalam

undang-undang ini sangatlah bcrat-bcnil dan tegas Ini berarti bahwa

65 bull

66

undang-undang narkotika yang baru tersebut lebih mementingkan korban

dari pada pelaku kejalialan narkotika Mengingat bahwa dcngan adanya

pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan ktgtrban semakin

banyak yang berjatuhan seliingga daripada korbannya anak bangsa yang

memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara Indonesia

maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-beratnya

terhadap si pelaku lindak pidana narkolika bahkan pidana mati atau

seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-

undang yang baru ini juga diatur mengenai rchabilitasi terhadap korban

baik korban yang diakibatkan oleh orang lain niaiipim karena self

victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku ilu

sendiri

Saran

Adapun yang menjadi saran peneliti di dalam penelitian ini yang

menjadi harapan untuk dipcrliatikan bersama adalah sebagai berikut

1 Diharapkan bagi setiap keluarga untuk menjaga keharmonisan melakukan

pengawasan dan mcnanainkan pcndidikan yang benar terutama dalam lial

menyeimbangkan antara emosi inteligensi dan spritual sejak dari din

terhadap anak sebagai benteng terhadap dirinya untuk dapat membentengi

dari pengaruh narkotika dan psikotropika yang semakin mengancam

keadaan lingkungan masyarakat

2 Diharapkan terhadap pemerintah untuk melakukan sosialisasi yang

teriiitegrasi dan menyeluruh terhadap semua lapisan masyarakat baik

67

masyarakat di pedesan (primitlf) maupun masyarakat kota betapa besamya

sanksi pidana dan denda yang digariskan di dalam undang-undang

narkotika dan psikotropika misalnya dcngan mcmpublikasikannya dalam

bentuk billboard di pcrsiinpangan jalan sehingga setiap orang yang lewat

dengan secara otomatis masyarakat akan inengelaliuinya dan

berkemuiigkiiian orang yang membacanya setidaknya tlmbul rasa takut

untuk terjun ke dalam penyalahgunaaan narkotika dan psikotropika

tersebut

D A F T A R PUSTAKA

A Bukii

Arrasjid Chainur Sualu Pemikiran Tentang Psikologi Kriminil Mcdan Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU 1999

Gerson Bawengan Penganlar Psichology Kriminil Jakarta Pradya Pramita 1973

Gosita Arif Masalah Korban Kejahatan Jakarta Akademika Pressindo 1993

Hakim M Ariel Narkoba Bahaya dan Penanggulangannya Bandung Jembar 2007

Hawari Dadang Konsep islam Memerangi AIDS dan NAZA Get X i Yogyakarta Dhana Baktl Priaya 1997

Kaligis OC dan Soedjono Dirdjosisworo Narkoba dan Peradilannya di Indonesia (Retbrmasi Hukum Pidana Melaiui Perundangan dan Peradilan) Bandung PT Alumni 2002

Kartono Kartini Psichology Abnormal Bandung Alumni 1972

Mansur Dikdik M Arif dan Elistaris Guitom Urgensi Perlindungan Korban Kejahalan Antara Norma dan Reaiita Bandung Agustus Fakultas Hukum Universitas Padjajaran 2006

Mardani Penyalahgunaan Narkoba Daiam Perspeklif Hukum islam dan hukum Pidana Nasional Jakarta IH RajuGrufindoPersado 2007

Marpaung Leden Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005

Moelyono Anton M Kumus Besar Bahasa Indonesia Get 11 Jakarta Balai Pustaka 1988

Muladi HAM Dalam Persepkiif Sistem Peradilan Pidana dalam Muladi (ed) Hak Asasi Manusia Hakekal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat Bandung Refika Aditama 2005

dan Barda Nawawi Arlef Bunga Rampai Hukum Pidana Bandung Alumni 1992

Partodiharjo Subagyo Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannyai Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2003

Ioyk Fanny Jonathans Sehiiah Kesehatan Narkoba Sayonara Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2006

Prastowo EM Giri Rehabilitasi Bagi Korban Narkoba Tangcrang Visimedia 2006

Prodjodikoro Wirjono Asas-asas Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005

Roeslan Saieh Stelsel Pidana Indonesia Jakarta Bina Aksara 1987

Soedjono D Segi Hukum Tentang Narkolika di Indonesia Bandung Karya Nusanlara 1977

Hukum Narkolika Indonesia Bandung PT Citra Adtya Baktl i 990

Soekanto Soerjono dan Sri Mumadjj Penelitian Hukum Normalif Suatu Tijnjauan Singkat Jakarta Rajagrafindo Persada 2001

Sudarsono Kenakalan Remaja cet Ii Jakarta Rineka Cipta 1992

Tom dkk Bahaya NAPZA Bagi Pelajar Bandung Yayasan Al-Ghifari Morgan 1999

Tim BNN Materi Advokad Pencegahan Narkoba Jakarta Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia 2005

Yustisia Himpunan Peraturan Pemndang-Undangan Anti Narkoba diterjenialikuii oleh Tim iustaka Yuslisia Yogyakarta iuslaka Yustisia 2006

Waluyo Bambang Penelitian Hukum dalam Prakiek Jakarta Sinar Grafika 1996

Wcda Made Darma Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korporasi dalam niingti Rampai Viktimisasi Bandung Eresco 1995

B Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Pasal 152

Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika22Tahun 1997 tentang Narkotika

Keppres Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkolika Nasional

CInternet

htlpwwwbnngoidportalbariiiiorlalkQnlenpltpniima^Prorilampop^visi niisiamp tnn=lamp diakses tcrakiiir tanggal 13 November 2014

httpthed03hlogspoteom2008l Ohukuiii-viktimolQgihtmk diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014

httpwwwikonbaliorg26062Q(19advokasipctisi-ikon-bali-segera-tcrapkan-semahtml Petisi Ikalan Korban Napza (IKON) dalam rangka menyambut Hari Anti Narkotika (HANI) dan Hari Anti Penyiksaan 2009 diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014

httpwwwsurnekscoidindexphp7pption=^om cpntentampview=articleampid=^1405 2010-kej ati-baru-terapkan-uu-no-3 52009ampcatid=44 ilir-barat-i-bukit-keciIampUemid=94 diakses lerakJiir tanggal 12 Desember 2014

httpidsbvoongcQmexact-sciencesl8Q8652-getielika-dan-keiahatan Faktor Genetik Penyebab Kejahalan diakses terakhir tanggal 10 jaiiuari 2014

httpwwwasiasecuritiescoidsys 12ximagesstories201QEqtiitv2Q Pdf diakses terakhir tanggal 10 Januari 2014

LAMPIRAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

F A K U L T A S HUKUM

K A R T U AKTIVITAS BIMBINGAN SKRIPSI

N A M A MAHASISWA DIANA SAPUTRA

N O M O R INDUK MAHASISWA 50 2011 059

P R O G R A M STUDI I L M U H U K U M

PROG K E K H U S U S A N H U K U M PIDANA

P E M B I M B I N G M S O L E H IDRUS SHMH

l U D U L SKRIPSI P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T U N D A N G U N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I

KONSULTASI

K F -

MATERI YANG

DIBIMBINGKAN

PARAF

PEMBIMBING K E T

luymdash

y^ ^ Tlt2 N ^

7 M e

fSUL

k ^

CATATAN MOHON DIBERI WAKTU MENYELESAIKAN SKRIlSl RUiAN SEJAK TANGGAL DIKELUARKAN DITETAIKAN

DIKELUARKAN DI PALEMBANG PADA TANGGAL KETUA BAGIAN

JUDUL P E N Y A L A H G U N A A N N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG UNDANG N O M O R 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I

P E R M A S A L A H A N 1 Apa yang menjadi faktor tcrjadinya penyalaJigunaan narkotika dan psikotropika

2 Bagaimana pengaturan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspektif victimologi

B A B l P H N D A I i U L U A N A Latar Belakang B Permasalahan C Ruang Lingkup dan Tujuan D Metode Penelitian E Sistematika Penulisan

B A B 11 T I N J A U A N PUSTAKA

A Pengertian penyalahgunaan B Pengertian victimologi C Ruang lingkup victimologi D Jents dan penggolongan narkotika dan psikotropika E Undang Undang yang mengatur tentang narkotika

dan psikotropika

BAB I I I PEMBAHASAN A Faktor yang menyebabkan terjadinya

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika

B Penyalahgunaan narkotika dan psikolropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspeklif victimologi

BAB IV PENUTUP A Kesimpulan

B Saran-saran

DAF1AR PUSTAKA

L A M P I R A N - L A M P I R A N

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM

Lampiran Perihal Kepada

Sistematika penulisan (Outline) Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi YUi NUR HUSNI LMILSON SHSpNMH

Pembimbing Akademik Fakultas Hukum UMP dl-Palembaniz

Assalamualaikum WrWb

Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama DIANA SAPU I RA

Program Kekhususan Flukum Pidana

fada semester Lianjil tatiun kuliati 2UI42UI5 sudah menyelesaikan betian studi yang meliputi MPKMKKMKBMPBMBB (139 sks)

Dengan ini mengajukan pcrmohonan untuk penelitian Hukum dan Penulis Skripsi dengan judul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG-UNDANG N O M O R 35 T A H U N 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I

Demikianlah atas perkenaan Ibu diucapkan terima kasih

Wassalamualaikum WrWb

NIM 50 2011 059 Ilmu Hukum Program Studi

Palembang September 2014 Pemohon ^^--^5

Rekomendasi PAYbs

Pembimbing Akademik

HUSNI EMHSON SH SpN MH

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM

REKOMENDASI DAN PEMBIMBING SKRIPSI

Nama Nim Program Study Program Kekhususan Judul skripsi

DIANA SAPUTRA 50 2011 059 Ilmu Hukum Hukum pidana PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI

I Rekomendasi Ketua Bagian a Rekomendasi

b Usulan Pembimbing

Hukum Pidana

raiemoang iepiemt)er zu 14 KetuaJBagu

LuuTiiiAKNurCsHrR^

I L Penatapan Pembimbing Skripsi Oleh Wakil Dekan I

1 2

Palembang September 2014 Wakil Dekan I

- i poundL Dr Hj SRI S U L A S T R I SH M H

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah i n i Nama Tempat Tanggal Lahir N I M Program Studi Program Kekhususan

DIANA SAPUTRA PetransJaya 15 Januari 1992 502011059 Ilmu Hukum Hukum Pidana

Menyatakan bahwa karya ilmiah skripsi saya yang berjudul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANGshyU N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F VICTIMOLOGI

Adalah bukan merupakan karya tulis orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali daiam bentuk kutipan yang telah kami sebutkan sumbemya

Demikianlah surat pemyataan ini kami buat dengan sebenar-benamya dan apabila pemyataan ini tidak benar kami bersedia mendapatkan sanksi akademis

Palembang September 2014

PERMOHONAN UNTUK MENGIKUTI SEMINAR PROPOSAL

Palembang Oktober2014 Perihal Mohon untuk diiaksanakan seminar

Proposal Penelitian Skripsi

Kepada Yth Ibu Luil Maknun SH MH Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang D i -

Palembang

Assalamualaikum Wr Wb Saya yang bertanda tangan dibawah Ini Nama DIANA SAPUTRA

NIM 50 2011 059

Program Kekhususan Hukum Pidana

Bahwa yang bersangkutan telah layak untuk mer^ikiuti Seminar Proposal rencana penelitian skripsi yang judul PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI

Mohon kiranya yang bersangkutan untuk dijadwalkan mengikuti Seminar Proposal usul Penelitian Skripsi

Demikianlah disampaikan untuk dipertimban^Lan Wassalamualaikum Wr Wb

Pembimbing Skripsi

M SOLEH IDRUS3HMS

H A L A M A N P E R S E T U J U A N U N T U K M E N G I K U T I S E M I N A R P R O P O S A L

Nama DIANA S A P U T R A

N I M 50 2011059

Program studi Ilmu Hukum

Program kekhususan Hukum Pidana

Judui Penelitian PENYALAHGUNAAN N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A

MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI P E R S P E K T I F VICTIMOUHH

Palembang Oktober2014 Disetujui Pembimbing

M S O L E H IDRUSSH MS

Ketua Bagian Hukum Pidana

LuU MaknunSH M H

Page 6: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si

2 Ibu Dr Sri Suatmiati SH MHum Seiaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Palembang

3 Bapak dan Ibu Seiaku Wakil Dekan I I I I l l dan IV Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Palembang

4 Ibu Luil Maknun SH M H Seiaku Ketua Bagian Hukum Pidana di

Universitas Muhammadiyah Palembang

5 Bapak Nur Husni Emilson SH SpN M H Seiaku Penasehat Akademik

yang selalu membimbing Penulis

6 Bapak M Soleh Idrus SH M H Seiaku Pembimbing Skripsi

7 Seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta Karyawan Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Palembang

8 Sahabat-sahabatku tercinta

9 Serta seluruh leman-teman penulis angkatan 2011 yang tidak dapat disebutkan

satu persatu Semoga sukses

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita

semua dan semoga amal ibadah kita mendapat balasan dari Allah SWT

Palembang 2015

Penulis

Diana Saputra

vi

P E R N Y A T A A N K E A S L I A N K A R Y A I L M T A H

Dengan ini saya D I A N A SAPUTRA menyalakan bahwa Karya

llmiahSkripsi ini adalah asli hasil karya saya sendiri dan karya ilmiah ini belum

pemah diajukan sebagai pemenuhan persyaratan untuk memperoleh gelar

kesarjanaan Strata Satu (SI) dari Universitas Muhammadiyah Palembang maupun

Perguruan Tinggi lain

Semua informasi yang dimuat dalam karya ilmiah ini yang berasal dari

penulis lain baik yang dipublikasikan atau tidak tclah diberikan penghargaan

dengan mengutip nama sumber penulis secara benar dan semua isi dari Karya

Ilmiah ini sepeanuhnya menjadi tanggung jawab saya sebagai penulis

Palembang Maret 2015

Penulis

DIANA S A P U T R A N I M 50 2011 059

v i i

D A F T A R ISI

H A L A M A N J U D U L i

H A L A M A N P E R S E T U J U A N U N T U K U J I A N K O M P R E H E N S I F i i

M O T T O DAN P E R S E M B A H A N i i i

A B S T R A K iv

K A T A P E N G A N T A R v

P E R N Y A T A A N K E A S L I A N K A R Y A I L M I A H vi

D A F T A R ISI v i i i

B A B I P E N D A H U L U A N

A Latar Belakang

B Perumusan Masalah 5

C Ruang Lingkup dan Tujuan 5

D Metode Penelitian 6

F Sistematika Penulisan 7

B A B H T I N J A U A N P U S T A K A

A Pengertian Penyalahgunaan 9

B Pengertian Viclimohgi 10

C Ruang Lingkup Victimologi 11

D Jenis dan Penggolongan Niirkotika dan Psikotropika 12

a) Narkotika 12

b) Psikotropika 17

viii

B A B I I I P E M B A H A S A N

A Perkembiingan pengaturan tentang tindak pidana

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika sebelum iahimya

dan menurut undang-undang nomor 35 tahun 2009 22

B Pengaturan Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997

Tentang Psikotropika dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun

1997 Tentang Narkotika 40

C Pcnyalahgunaaan Narkotika dan Psikotropika Dalam

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari

Perlindungan Terhadap Korban 44

1 Self-victimizing victims narkotika dan psikotropika 44

2 Rehabilitasi terhadap self-victimizing victims 48

3 Tahapan-tahapan rehabilitasi terhadap self-victimizing

victims 57

B A B IV P E N U T U P

A Kesimpulan 65

B Saran 66

D A F T A R P U S T A K A

L A M P I R A N

ix

B A B l

PENDAHULUAN

Latar Belakang

PciTindiingan korban lindak pidana dalam sistein liukimi nasional

nampaknya belum memperoleh perhatian serius Hal ini terlihat dari masih

sedikitnya hak-hak korban tindak pidana memperoleh pengaturan dalam

perundang-undangan nasional Adanya ketldakseimbangan antara

perlindungan korban kejahatan dengan pelaku kejahatan pada dasarnya

merupakan salah satu pengingkaran dari asas setiap warga ncgara bersamaan

kedudukaiinya dalam hukum dan pemerintahan sebagaimana diamanatkan

oleh Undiing-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konslitusional

Niirkotika Psikotropika dan Bahan Aditif Lainnya adalah berbagai

macam obat yang semestinya dinianfaalkan sesuai dengan kcpentingan

tertentu niisalnya pada dunia mcdis untuk mcmbantu proses kerja dokter

dalam melakukan opcrasi bedah Akan tetapi saat ini obat-obat terlarang ini

telah dikonsumsi diedarkan dan diperdagangkan tanpa izin berwajib demi

memperoleh keuntungan dan nikmat sesaat saja Karena pengaruh Narkotika

dan Psikolropika tersebut dapat membuat pemakai menjadi ketergantungan

merusak sampai ke sel-sel saraf manusia seliingga melemalikaii daya pikir

dan lambat memberikan rekasi terhadap lawan bicara Untuk menganaiisa

materi pelajaran bagi pelajar dan mahasiswa yang terkena bahaya Narkotika

atau Psikotropika dapat mengakibatkan pada kelambatan berfikir sehingga

1

2

harapan dalam pencapaian pcmbangunan nasional dapal tcrganggu

Bahaya nicngedarkan Narkotika dan isikolropika dapat dibayangkan

berapa banyak sel syuraf otak mahusia yahg akan dlrusak borapa gencfasl

muda anik sekoiah dan mahasiswa terus diburu pengedar Narkotika dan

Psikotropika tersebul bahkan dapat mengakibatkan kematian^

Keterganl jngan lerhadap Narkotika dan Psikotropika pada mulanya ingin

coba-coba dulu karena Narkotika maupun Psikolropika tersebul dapat

membuat pemakaiiiyu bcrhalusinasi seolah lupu tchadiip masalah dan berada

pada dunia keindahaii Jika laktor kesempatan untuk mendapatkan Narkolika

dan Psikotropika sangat mudah dari pengedar maka dapal mengakibatkan

korban akan semakin bertambah Melihat besamya bahaya penyalahgunaan

Narkotika dan Psikotropika lerhadap individu dan mengganggu pencapaian

cita-cita NKRl maka lerhadap Narkotika maupun Psikolropika harus

dilakukan penanggulangannya sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku

Scjak awat mula Iahimya hukum pidana fokus subjek yang paling

banyak disoroti adalah si pelaku Padahal dari sualu kejahatan kerugian yang

paling besar didcrita adalah pada si korban kejahatan tcrsebut Akan tetapi

scdikit sekali ditemukun hukum-hukum atatipun peraturan perundang-

undangan yang mengatur tcnung korban serta perlindungan lerhadapnya

httpw^vbnn (ioidportalhiirup(irlalkoTilenphpnaTna=lrofilampopvisL _iTiisiampmn^l diakscs tcrukhir tanggal 29 December 2(M4 Iihal juja Kcpprcs Nti 17 Taliun 21X12 tentang Itadan Narkotika Nasional pada bagian konsidcran mcnimbang huruf (J) bcrbunyi Bahwa sehubungun dengan pertimbiingan hunifu huruf b huruf c dan sebagai pcluksunaan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkolika ficrlu niembcntuk Badan Narkotika Nusiona dcngan Keputusan Iresiden

^Funny Jonathans Poyk Suhiiah KusehiUan Narkoba Sayonara (Jakarta IT (Jelora AkHuru Iralama 2006) lial 9 Made Darma Weda Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korfwrasi dalam Bunga

3

Berbicara mengenai upaya penanggulangan kejahatan atau tindak

pidana Narkotika dan Psikotropika yang tepat maka cara pandang sebaiknya

tidak hanya terfokus pada berbagai hal berkaitan dengan penycbab timbuliiya

kejahatan atau metode apa yang efektif dipergunakan dalam penanggulangan

kejahatan tersebul Namun hal lain yang tidak kalah penlingnya untuk

dipahami adalah masalah korban kejahatan itu sendiri yang dalam keadaan-

keadaan lertentu dapal menjadi pemicu munculnya kejahatan dalam tindak

pidana Narkotika dan Psikotropika tersebul

Piida saat berbicara tentang korban kejahatan dalam tindak pidana

Narkotika dan Psikotropika maka cara pandang tidak dapat dilepaskan dari

victimologi Melalul victimologi dapal diketahui berbagai aspek yang

berkaitan dengan korban seperti faktor penyebab munculnya kejahatan

penyalahgunaan bagaimana seseorang dapat menjadi korban

penyalahgunaan dan upaya mengurangi terjadinya korban kejahatan

penyalahgunaan serta hak dan kewajiban korban kejahatan dalam tindak

pidana Narkolika dan Psikotropika tersebut Secara victimologi terhadap

korban kejahatan dalam tindak pidana Narkotika dan Psikotropika misalnya

korban yang ditemukan pada anak usia 7 tahun sudah ada sebagai pemakai

anak di usia 8 talum sudah ada yang memakai ganja dan lalu di usia 10 tahun

anak-anak sudah menggunakan Narkotika alaupun Psikotropika dari berbagai

jenis seperti ganja heroin morfni ekstasi dan sebagainya

Kraquogtrban dalam lingkup victimologi memiliki arti yang luas karena

Rampai Vihmisusi (Bandung Krcsco 1995) hal 200 TM Giri Prasln vo Rebahilium liagi Korban Narkoba ( Iangerang Visimudia 2006) hal v

4

tidak hanya terbatas pada individu yang secara nyata menderita kerugian

tetapijuga kelompok korporasi swasta maupun penierintali sedangkan yang

dimaksud dcngan akibat pcnimbulan korban adalah sikap atau tindakan

terhadap korban danatau pihak pelaku serta mereka yang secara langsung

atau tidak terlibat dalam terjadinya suatu kejahatan

Pentingnya korban kejahatan dalam tindak pidana Narkotika dan

Psikotropika ihempcroleh perhatian utama DIkarenakan korban merupakan

bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kejahatan oleh karena ilu maka

korban memiliki peranan yang sangat penting dalam penelitian ini

Diperolchnya pemahaman yang luas dan mendaiam tentang korban kejahatan

dalam linJak pidana Narkotika dan Psikolropika dapat [nenuidahkan dalam

menemukan upaya penanggulangan kejahatan yang pada akhimya akan

bermuara pada menurunnya kuantitas dan kualitas kejahalan Sejalan dcngan

semakin bcrkembangnya victimologi sebagai cabang ilmu baru berkembang

pula berbagai runuisan tentang victimologi Kondisi iiii hendaknya tidak

dipandang sebagai pertanda tidak adanya pemahaman yang seragam

mengenai ruang lingkup victimologi tetapi harus dlpaiidang sebagai bukti

bahwa vU timologi akan selalu berkembang sejalan dengan perkembangan

yang terjadi dalam masyarakat

Berdasarkan uraian di atas yang menjadi obyek pengkajian dari

victimologi penyalahgunaan Narkolika dan Psikotropika di antaraiiya adalah

faktor terjadinya kejahatan dan bagaimanakali pengaturan Narkotika dan

Dikdik M Arir Mimsur dan Elistaris (lultoiii UrgensI Ierilndungan Korban Kejahalan Anlara Norma dan Realita (Bandung Agustus EakulUis Hukum Universitas Padj aj uran 2006) hal 29

5

Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Oleh sebab itu

maka judui yang dipilih unluk diteliti dalam penelitian adalah

Penyalahgunaan Narkotika dan Pstkolropka Menurut Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 Dari Perspektif Victimologi

B Perumusan Masalah

1 Apa yang menjadi faktor faktor yang menyebabkan terjadinya

2 Bagainiana pengaturan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika dan

Psikotropika daiam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dari perspektif

victimology

C Ruaug lingkup daii tujuan

Ruang lingkup

Secara umum ruang lingkup skripsi ini untuk mengetahui apa yang

menjadi faktor faktor terjadinya penyalahgunaan narkobadan

penyalahgunaan norkoba menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari

perspektil victimologi

Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan penulisan ini adaiah

sebagai bfrikut

1 Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya

penyalahgunaan Narkoba

2 Untuk mengetahui pengaturan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika

dan Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Talum 2009 dari

penyakiligunaanTiarkotika dan psikotropika

6

perspektif viAimo(gtg[

E Metode rcncHtl

Untuk memperoleh data yang kongkril sebagai pcdoman dalam

penulisan skripsi ini maka penulis menggunaan metode sebagai berikul

1 Metode pclaksanaan penelitian

dalam pclaksanaan ini penulis menggunaan metode penelitian hukum

normatif yang bersifal diskriftif dengan menggunaan dala skunder

Penelitian nukum norkatif ini merupakan penelitian kcpustakaan yaitu

penelitian terhadap dala skunder yang iiiempuiiyai ruang lingkup meiipuli

surat sural fakta fakta sampai pada dokumen - dokuincn resmi yang

dikeluarkan oleh instansi lerkait

2 Metode pcngiimpulun data

Pengumpulan data meiiipunyai hubungan yang eral dengan sumber data

karena dcngan pengumpulan dala akan diperoleh data yang dipcrlukan

untuk selanjutnya dianalisis sesuai dengan yang diinginkan Dalam usuha

pengumuian dala dala yang relevan dengan judul ini penulis

menggunakan metode normatif diskriplif dengan menggunakan data

skunder yang berbentuk dokumcntasi

3 Tehnik pcngolahan data

Dilakukan dcngan cara nnalisis isi terhadap teksural untuk selanjutnya

dikoniruksikan dalam suatu kesimpulan

7

Sislemutika [cnulisiin

Penelitian ini dibuul berdasarkan sistematika penulisan di dalam

penelitian ini peneliti mcmbaginya dalam empat bagian yailu

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan bab pendahuluan yang menguraikan mengenai hal-hal

berkaitan dengan Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan

dan Maniaat Penclilian Kcaslian Penelitian Tlnjaiian

Kcpustakaan Pengertian Penyalahgunaan Pengertian

Viclimologi Ruang Lingkup dan Manfaat Viclimologi Jenis dan

Penggolongan Narkotika dan Psikotropika Metode Penelitian

dan Sistematika Penulisan

BAB U TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bagian ini menguraikan yaitu mengenai pengertian tentang

penyalahgunaan pengertian tentang ruang lingkup viktimologi

pengertian tentang narkotika dan jcnis-jcnis narkolika

BAB Hi PEMBAHASAN

Merupakan bab yang membahas mengenai hal-hal yang berkaitan

dengan Pengaturan Sanksi Pidana lerhadap Penyalahgunaan

Narkotika dan Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Ditinjau dari Perlindungan Terhadap Korban dan

Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Self

Victimizing Victims

8

BAB IV K E S I M P U L A N DAN SARAN

Bab ini memuat beberapa kesimpulan dan saran yang dibuat

peneliti sebagai hasil dari pembahasan dun penguraian di dalam

penelitian ini dari keseluruhan permasalahan yang ada

DAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A Pengertinn Pcnyalaliguiiaan

Penyalahgunaan dimaksudkan dalam penclilian ini adalah

penyalahgunaan terhadap narkotika dan psikolropika Dimana bahwa

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika ini diambil dan dipersainakan

dcngan pengertian penyalahgunaan narkoba seperti yang disebutkan Lutfi

Braja yakni memberikan pembatasan mengenai penyalaiiguiiaaii yaitu

Pemakaian narkoba di iuar indikasi medik tanpa petunjuk atau

resep dokter dan peinakaiannya bersifat patologik

(menimbulkan kelainan) dan menimbiilkan humbutan dalam

aktifitas di rumah di sekoiah atau di kampus tempat kerja dan

lingkungan sosial Ketergantungan narkoba adalah kondisi yang

kebanyakan diakibatkan oleh penyalahgunaan zat yang disertai

dengan adanya toleransi zat (dosis semakin tinggi) dan gejala

putus zal

Permasalahan penyalahgunaan mengakibatkan dampak yang sering

terjadi di tengah-tcngah masyarakat dari penyalahgunaan narkolika dan

psikotropika antara lain merusak hubungmt kekeluargaaii menurunkan

kemampuan belajar dan produktifitas kerja secara drastis sulit membedakan

mana perbuatan baik dan perbuatan buruk perubahan pcrilaku menjadi

Mardani Op 01 lial 2

9

10

pcrilaku anti sosial (pcrilaku maladaptil) gangguan kesehalan (fisik dun

mental) mempertinggi jumlah kecelakaan lalu lintas tindak kekerasan dan

kriniinuliLis lainnya

Dari kata penyalahgunaan menandakan bahwa Narkotika dan

Psikotropika tidak selalu bermakna negatif Dcngan begitu narkotika dan

psokitropika yang digunakan dengan baik dan benar oleh dokter untuk

mengobati pasiennya lidak tennasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang

disaiahgunakan Di dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA

(Narkotika Psikotropika dan Zat Adit i f Lainnya)

B Pengertian Victiimlogt

Pada dasarnya perkembangan ilmu pengetahuan tentang korban

kejahalan (viktimologi) lidak dapat dipisahkan dari iahimya peiiiikiraii-

pemikiran brilian dari Hans von Hentig seorang ahli kriminologi pada talum

1941 serta Mendelsohn pada tahun 1947 Pemikiran dari kedua ahli ini

sangat mcmpengaruhi setiap fase perkembangan viktimologi Perkembangan

viktimologi hingga sampai pada keadaan seperti sekarang tentunya tidak

terjadi dengan sendirinya namun telah meiigalami berbagai perkembangan

yang dapai dibagi dalam 3 (tiga) fase sebagai berikut

a iada tahap peitama viktimologi hanya meinpclajari korban kejahatan saja

pada fase ini dikatakan sebagai pehdl or special vtciimolo^

b Pada lase kedua viktimologi tidak hanya mengkaji masalah korban

Oadang Huwari Konsep Islam Memerungt AIDS dan NAA Cel XI (Ycgvakarta Ohaiiii iiakli Idaya 1997) hal 153 Made Danaa Wi da Op cil hal 200

kejahalan tetapi juga meiipuli korban kecelakaan Pada fase ini disebut

sebagai general victimology

c Fase ketiga Vikt imologi sudah berkembang lebih luas lagi yaitu mengkaji

permasalahan korban karena penyalahgunaan kckuasaan dan hak-hak asasi

manusia Fase ini dikatakan sebagai new viciimology

Berdasarkan pengertian di atas nampak je las bahwa yang menjadi

obyek pengkajian dari viktimologi diantaranyu pihak-pihak mana saja yang

terlibat atau mcmpengaruhi terjadinya suatu viktimisasi kriminal

bagaiinanakah respon terhadap suatu viktimisasi kriminal faktor penyebab

terjadinya viktimisasi kriminal bagaimanakah upaya penanggulangannya

dan sebagainya

C R u a i i g L i n g k u p Victimologi

Vikt imologi mencliti topik-topik teiilang korban scperti peranan

korban pada terjadinya kejahatan hubungan antara pelaku dengan korban

rentannya posisi korban dan peranan korban dalam sistem peradilan pidana

Selain itu menurut Muladi viktimologi merupakan suatu studi yang bertujuan

untuk

1 Menganaiisa berbagai aspek yang berkaitan dcngan korban

2 Berusaha untuk memberikan penjelasan sebab musabab terjadinya

vikt imisasi dan

3 Mengembangkan sistem tindakan guna mengurangi penderitaan manusia

^Suryono Ekolaina ST Harum Pudjianlo RS dan G Wiraiama Abortus Iruvocalus Ba^ Korban Perkosnan Persxkif Viktimologi Kriminologi Jan Hukum Pidana Edisi PcrUtma Culakari lurlunii (Jakiiria Univcrsilas AlmaJaya 2001) liul 174 ^ibidMl I7()

12

Menurut JE Sahetapy ruang lingkup Viktimologi meliputi bagaimana

sescorang (dapat) menjadi korban yang ditentukan oleh suatu victimity yang

lidak selaiu berhubuiigan dengan masalah kejahatan termasuk pula korban

kecelakaan dan bencana alam selain dari korban kejahatan dan penyalah

gunaait kekuasan^ Namun dalam perkembangannya di tahun 1985

dipeiopori oleh Separovic yang mempelopori pemikiran agar Viktimologi

khusus niengkaji korban karena adanya kejahatan dan penyalahgunaan

kckuasaan dan tidak mengkaji korban karena musibah alau bencana alam

karena korban bencana alam di iuar kemauan manusia out of mms will)

D Jenis dan Penggolungan Narkotika dan Psikotropilta

Dari kata penyalahgunaan narkoba menandakan bahwa narkoba tidak

selalu beimakna negatif Dengan begilu narkolika dan psokitropika yang

digunakan dengan balk dan benar oleh dokter unluk mengobati pasiennya

tidak termasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang disaialigLmakan Di

dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA (Narkotika Psikolropika

dun Zat ditir Lainnya) Dalam penelitian ini hanya dibahas tentang

narkotika dan psikolropika maka sebelumnya dipaparkan terlebih dahulu

berbagai jenis narkotika dan psikotropika sebagai berikut

a) Narkolika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari lanaman atau

TbUi Miiiadi HAM Halam Persepkiif Sislem Peradilan Pidana datam Muladi (cd) Hak Asas) Manusia Hakclal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspeklif llukum dan Masyarakat (Bandung Refikii Aditama 2005) hal lOX VfiWDial 109 Subagyo Partediharjo Op cil hal 11

13

bukan tanainan baik sintesis maupun bukan sintesis yang dapat

menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa

Zat ini dapal mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat

meninibulkan ketergantungan Menurut Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika Narkolika adalah at atau obat yang

berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun

semisimetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri

dan dapat nienimbulkati ketergantungan yang dibedakan kc dalam

golongan-goiongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang in i

Narkotika memiliki daya adikasi (ketagihan) yang sangat berat

Narkolika juga memiliki daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual

(kebiasaan) yang sangat tinggi Ketiga sifat narkolika ini yang

menyebabkan pemakai narkotika tidak dapat lepas dari cengkeramannya

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

Jenis jenis narkotika dibagi ke daiam 3 (tiga) kelompok yaitu narkotika

golongan I golongan I I dan golongan I I I

Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbaiiaya

karemi daya adilifnya sangat tinggi Golongan ini tidak boleh digunakan

untuk kcpentingan apapun kecuali unluk penelitian atau ilmu

pengetahuan Contohnya adalah ganja heroin kokain inorfin opium dan

lain-lain Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya

Ibid Posal 1 Ayal (I) Unilung-Undang Nomor 3 Tahun 2009 lenlang Narkotika

14

aditifkual tclapi bcrmaiilaal untuk pcngohatan dan penclilian tlonluhnya

adalah petidin dan turunannya benetldin belamctadol dan lain-iain

Sedanikaii narkulika golungaii Ml adalah narkotika yang niciniliki daya

aditif riiigan tetapi bermanfaat untuk penghatan dan penelitian Contohnya

adalali kudcin dun turunannya^

Berdasarkan cara pcmbuatannya narkotika dibedakan ke dalam 3

(tiga) golongatt juga yaitu narkolika atami narkotika semlsimesis dan

narkotika sintesis Dijelaskan sebagai berikut

1) Naikotika alami

Narkotika alami adalah narkotika yang zat aditithya diambil dari

(umbuhlumbuhan (atam) Contohnya

u tjaiija

Ganja adalah tanaman perdu dengan daun menyerupai daun

singkong yang tepinya bergerigi dan berbulu lialus Jumlah Jari

daunnya selalu ganjil yakni 5 7 9 Tumbuhan ini banyak lumbuh di

iieberapa daerah di Indonesia seperti Aceh Suinalera Ulara

Sumatera Selaian Pulau Jawa dan lain-lain Daun ganja ini sering

iligunakiin sebagai bumbu penyedap masakan Bila digunakan

ebagai bumbu iiuisak daya adilifnya rendah Namun lidak

ilemikian apabila dibakar dan asapnya dihirup Cara

|)cnyalahgunaunnya adalah dikcringkan dan dicampu dengan

icmbakiiii rokok atau dijadikan rokok lalu dibakar serta dihisap

Subagvo PurtoJiharjo Op cil hal 11-12

15

b Ilaisis

Hasis adaiah lanaman serupa ganja yang lumbuh di Amcrika

Latin dan Eiopa Daun ganja hasis dan mariyuana Juga dapat

disuling dan diambil sarinya Oatam bentuk cair harganya sangat

mahai Gunanya adalah unluk disaiahgunakan oleh pemadut-pemadal

kelas tinggi

c Koka

Koka adalah lanaman perdu mirip pohon kupi Huahnya yang

inatang bcrwama inerah seperti biji kopi Dalam komunitas

masyarakat Indian Kuno biji koka sering digunakan untuk

inenambah kekiiatan orang yang bcrperang atau bcrburu binalang

Koka kemudian bisa diolah menj adi kokain

d Opium

Opium adaiah bunga dengan bentuk dan wama yang indah

Dari getah bunga opium dihasilkan candu (opiat) Di Mesir dan

daratan Cina opium dahulu digunakan unluk mengobati beberapa

penyakit member kekuatan atau menghilangkan rasa sakil pada

lentara yang terluka sewaktu berperang atau berburu Opium banyak

lumbuh di segiliga emas antara Burma Komboja dan Thailand

atau di daratan Cina dan segitlga emas Asia Tengah yaitu daerah

antara Alganistan Iran dan Pakistan

Dalam kalangan perdagangaii liilernasional ada kebiasaan

ftW hal 14

16

(keliru) tncnamai daerah tempat peuanamuii opium sebagai daerah

emas Diberi nama demikian karena perdagaiigan opium sangat

mengimtiingkan Karena bahayanya yang besar daerah seperti ilu

keliru jika diberi nama predikat emas Daerah sumber produksl

opium sepantasnya disebut segitlga setan atau segitlga iblis

2) Narkotika semisintcsis

Narkotika semisintesis adalah narkotika alami yang diolah dan

diambil zat aktifnya (intisarinya) agar memiliki khasiat yang lebih kuat

schmgga dapat dimanfaatkan untuk kepcnlingan kedokteran

Contohnya

a Morfm dipakai dalam dunia kedokteran unluk menghilangkan rasa

sakit alau pembiusan pada operasi (pcmbcdahan)

b Kodein dipakai unluk obat penghilang baluk

c Heroin tidak dipakai dalam pengobatan karena daya adilifnya

sangat besar dan matifuatnya secara medis belum

ditemukan Dalam pcrdugangan gelup heroin diberi nama

pulaw atau pete atau pt Henlnknya seperti tepun terigu

yang halus pulih dan agak kotor

d Kokain liiisll olahati dari biji koka

3) Naikotika sintesis

Narkotika sintesis adalah narkotika palsu yang dibuat dari bahan

kimia Narkotika ini digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi

oraiig yang menderita kclcrgantungun Contohnya

17

a Ietidin unluk obat bius lokal operasi kccil sunal dan

sebagainya

b Melhadon unluk pengobatan pecandu narkoba dan

c Naltrexon untuk pengobatan pecandu narkoba

Selain unluk pembiusan narkolika sintesis biasanya diberikan

oleh dokter kcpada penyalahgiina narkoba untuk menghcntikan

kebiasaannya yang tidak kuat melawan sugesti (relaps) atau sakaw

Narkotika sintesis berfungsi sebagai pengganti senientara Bila sudah

bciiar-bcnar bcbas asupan narkoba sintesis in dikurangi sedikil demi

sedikit sampai akhimya berhenti total

b) Fsikotropika

Pengertian psikolropika menurut Pasal I Ayal ( I ) Undang-Undang

Nomor 5 Taliun 1997 tentang Psikotropika adalah Zat atau obat baik

alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif

melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusal yang menyebabkan

perubahan khas pada uktivitus mental dan perilaku

Pengertian Psikolropika di daUim Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika tidak ditemukan Hal tersebut sehubungan

dengan ketentuan di dalam Pasal 153 huruf b yaitu Lamplran mengenai

jenis Psikotropika Golongan 1 dan Golongan II scbagaimana tercantum

dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang

Psikotropika (lcmbaran Ncgara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor

10 Tambahan Lcmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671) yang

18

telah (iipindahkan menj adi Narkotika Golongan I menurut UndangUndang

ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku Oleh karenanya dalam Undangshy

Undang Nomor 35 Tahun 2009 tidak ada lagi di dalam pasal-pasal nya

yang mengatur mengenai Psikotropika karena sudah dlmasukkan ke dalam

golongan Narkotika

Sesuai dengan pembahasan dalam penelitian ini masih

berhuijutigar dengan Psikotropika maka Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1997 tentang Psikotropika masih perlu untuk dibahas dalam penelitian ini

Menui iil undangumlang tersebut Psikolropika adalah zal atau obal bukan

narkolika baik alamiah maupun sintesis yang memiliki khasiat psikoaktif

melaiui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan

perubahan khas pada aktivitas nonnal dan perilaku Psikotropika ini

merupakan obat yang digunakan oleh dokter untuk mngobali gangguan

jiwa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tenumg

Psikolropika psikotropika dikelompokkan ke dalam 4 (empat) golongan

Golongan I yaitu psikotropika dengan daya aditif yang sangat kuat

belum diketahui manfkilnya untuk pengobatan dan sedang diteliti

khasiiitnya saat ini Contohnya adalah MDMA ekstasi USD dan STP

Golongan U yakni psikolropika dengan daya aditif kuat serta berguna

untuk pengobatan dan penelitian Contohnya adalah amfelamin

metanifetamin metakualon dan sebagainya Golongan IH yakni

psikolropika dcngan daya adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan

dan penelitian Contohnya adalah lumibal buprenorsina flcenilrazepam

19

dan sebagainya Golongan IV yakni psikotropika yang memiliki daya

aditif ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian Contohnya

adalah netrazepam (BK Mogadon Duiiiolid) diazepam dan lain-lain^

Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang

Psikotropika yang dimaksud dengan paslkotoplka adalah zat atau obat

baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif

melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang mcnyebabkan

perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku Psikotropika

dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut

1 Psikotropika golongan I yaitu psikolropika yang hanya dapat digunakan

unluk kcpentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi

sena mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma

ketergantungan Contohnya ekstasi shabu LSD

2 Psikotropika golongan II yakni psikotropika yang berkhasiat

pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi danatau tujuan ilmu

pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma

ketergantungan Contohnya amfetamin metilfenidat atau ritalin

3 Psikotropika golongan III yaitu psikotropika yang berkhasiat

pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi danatau unluk tujuan

ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan

sintlroma ketergantungan Contohnya pentobarbital Flunitrazepam dun

4 Psikotropika golongan IV yaitu psikotropika yang berkhasiat

Ibid ILil 15

20

pengobatan dan sangal luas digunakan dalam terapi danatau unluk

tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan

mengakibatkan sindrom ketergantungan Contohnya diazepam

bromazepam Fenobarbital klonazcpam klordiazepoxide nitrazepam

seperti pil BK pil Kopio Rohip Dum MG

Sedangkan kelompok dan jenLs psikotropika yang sering

disaiahgunakan antara lain

1 Psikostimulansia scperti amfetamin ekstasi dan shabu

2 Scdalif amp Hipnolika (obat penenang obat tidur) seperti MG BK

DUM Pil kopio dan lain-lain dan

3 Halusinogenika seperti lysergic acid dycthylamidc (USD) mushroom

Berdasarkan Ilmu farmukologi psikotropika dikelompokkan ke daiam 3

(tiga) golongan yakni dcpresan stinuilan dan halusinogen sebagai

berikut

1 Kelompok dcpresanpcnekan syaraf pusatpenenangobat tidur

Contohnya adalah valium BK rohipnol mogadon dan lain-lain

Jika diminurn obat ini dapat memberikan rasa tenang menganluk

rasa tcnteruni dan damai Obat ini Juga menghilangkan rasa takut

dan gelisah

2 Kelompok stimuiaiiperangsang syaraf pusaianti tidur Conlohnya

adalah amfetamin ekstasi dan shabu Ekstasi berbentuk tablet

berancka bentuk dun wama Amfetamin berbentuk tablet bcrwama

-Aid hal 16-17

21

pulih Bila diiriinuni obal ini mcndalangkan rasa gembira hilangnya

rasa pemiusuhiui hilangnya rasa marali ingin selalu aktif badan

terasa fit dan lidak merasa lapar Daya kerja otak menjadi scrba

cepat namun kurang lerkendali Shabu berbentuk tepung kristal

kasar berwarna pulili hersih seperti garani

3 Kelompok halusinogen Halusinogen adalah obat at tanaman

makanan yang dapat meninibulkan kiiayaian contohnya yailu LSD

Lysergic Acid Dicihyltamide) getah lanaman kaklus kecubung

jamur tertentu (misceiine) dan ganja Bila diminurn spikotropika

jenis in dapat menimbulkan kliayalan tentang peristiwa-peristiwa

yang mengerikan khayalan tentang kenikmatan scks dan

sebagainya Kenikmatan didapat oleh pemakai setelah pemakai sadar

bahwa perisfiwa mengerikan ilu bukan kenyataan atau karena

kenikmatankenikmatan yang dialami walaupun hanya khayalan

BAB III

PEMBAHASAN

A Faktor yang Mcnyebabkan Terjadinya Penyalahgunaan Narkotika dan

Psikotropilta

1 Faktor yang Bersunibcr Dari Individu

Menurut Luthfi Buraja terdapat 3 (liga) pcndekatan untuk

tcrjadinya penyalahgunaan dan ketergantungan terhadap narkotika dan

psikotropika yaitu peridekalan orgunobilogik psikodinamik dan

psikososial Ketiga pendekatan tersebut tidaklah berdiri sendiri melainkan

saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya Dari siidut pandang

organobiologik (sususan syaraf pusatotak) mekanismc terjadinya adiksi

(ketagihan) hingga deperidcnsi (ketergantungan) dikenal dengan dua istilah

yaitu gangguan mental oragnik atau sindrom otak organik seperti gaduh

gelisah dan kekacauan dalam fungsi kognilif (alam pikiran) efektif (alam

perasaanemosi) dan psikomotor (perilaku) yang disebabkan efek

langsung terhadap susunan syaraf pusat (otiik)^^

Sescorang akan mcnjadi ketergantungan terhadap narkotika dan

psikotropika apabila seseorang dengan tems-menenis diberikan zat

tersebut Hal ini berkaitan dengan teroi adaptasi sekuler mum

adaptaiUm) tubuh beradaptasi dengan menambah jumlah teseptor dan seishy

se syaraf bekcrja kcras Jika zat dihenlikan sel yang masih bekerja kcras

Luthll Uaraja Makalali Gangguan Mciilul dan icrilaku Akibut Nurkuba Disampalkim pada Seminar tentang Narkoba di SMK Iptck lakarla hal 2

22

23

tadi mengaiami kelmLisaii yang dari kiar tampak sebagai gejala-gejala

putus obal Gejala putus obat tersebut mcmaksa individu untuk

mengulangi pemakaian zal tersebul

Faktor predisposisi individu dengan gangguan kepribadian (anti

sosial) ditandai dengan pcrasaan lidak puas terhadap orang lain Selain itu

yang bersangkutan tidak inampu untuk berfungsi secara wajar dan efektif

dalam pergaulan di rumah di sekoiah atau di tempat kerja gangguan lain

sebagai penyerta berupa rasa cemas dan depresi Untuk mengatasi

ketidakniainpuan dan mcnghiiangkan kccemasan atau depresinya maka

individu tersebut cenderung untuk menggunakan narkoba Semestinya

individu itu dapat mengobati dirinya dengan datang ke dokterpsikiater

untuk mendapatkan terapi yang tepat sehingga dapat dicegah

keterlibatannya dalam penggunaan narkotika dan psikotropika

Secara umum mereka yang menyalahgunakan narkotika dan

psikotropika dapat di bagi ke dalam 3 (tiga) golongan besar yaitu

1 Ketergantungan primer ditandai dengan adanya kecemasan dan

depresi yang pada umumnya terdapat pada orahg detigah kepfibadlah

yang tidak stabil

2 Ketergantungan simtomatis yaitu penyalahgunaan narkotika dan

psikotropika sebagai salah satu gejala dari tipe kepribadian yang

mendasarinya pada umumnya terjadi pada orang yang kepribadian

psikopatik (anti sosial) kriminal dan pemakaian narkotika dan

Ai4hal K

24

psikotropika untuk kesenangaii sematu

3 Ketergantungan reaktif yaitu terdapat pada remaja karena dorongan

ingin tahii pengaruh tekanan dan lingkungan tenian atau kelompok

sebaya peer group pressure)

Ada beberapa faktor internal dan ekslernal yang mcnjadi penyebab

individu menyalahgunakan dan menjadi ketergantungan terhadap

narkotika dan psikotropika Menurut Sudarsono bahwa penyalahgunaan

narkolika dan psikotropika di latar belakangi oleh beberapa sebab yaitu

1 Untuk membuktikan kebcranian dalam melakukan tindakan-tindakan

yang berbaiiaya seperti ngebut dan bergaul dengan wanita

2 Meniinjukkan tindakan yang menenlung orang tua guru dan norma

sosial

3 Mempermudah penyaluran dan mempermudah perbuatan seks

4 Melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh peiigalamaii-

pengalainan einosional

5 Meneari dan menemukan aril hidup

6 Mengisi kekosnngan dan kesepian hidup

7 Menghilangkan kegelisahan frustasi dan kepepel hidup

8 Mengikuti kemauan kawan-kawan dahim rangka pembinaan solidaritas

dan

9 Iseng-iseng saja dan rasa ingin tahu

Menurut hasil penelitian Dadang Hawari bahwa di anlara faklor-

Sudujsono Kenakalan Remaja cel ii (Jakarta Rineka Cipta 1992) 1ml 67

25

faktor yang berpcran dalam penggunaan narkotika dan psikolropika

adalah

1 Faktor kepribadian anti sosial dan psikopatik

2 Kondisi kejiwaan yang mudah merasa keeewa atau depresi

3 Kondisi keluarga yang meliputi keutuhan keluarga kesibukan orang

tua hubungan orang tua dengan anak

4 Kelompok teiiian sebaya dan

5 Narkotika dan psikotropika itu sendiri mudah diperoleh dan tersedianya

pasaran yang resmi maupun lidak resmi

Menurut Siibagyo Partodiharjo secara individu terdapat beberapa

faktor yang mcmpengaruhi sescorang dapat menyalahgunakan narkotika

dan psikotropika Alasan ini merupakan alasan yang bersumber dari diri

sendin atau pemakai narkotika dan pasikotropika tersebut yakni sebagai

berikut

a Ingin tahii

Perasaun ingin tahu biasanya diniiliki oieh generasi muda pada

umur setara siswa SD SLTP dan SLTA Bila di hadapan sckelompok

anak muda ada seseorang yang inemperagakan uikmatnya

mengkonsumsi narkotika dan psikolropika maka didorong oleh naluri

alami anak muda yaitu keingintahuan maka salah seoariig dari

kelompok itu akan maju mencobanya Selain didorong oleh

keingintahuan keberaniannya juga karena didesak oleh gejolak dalam

Mardiini foc cil hai 102 ^ Subagyo RatoiJlliarjo ioc cil liiil 72-74

26

jiwanya yang ingin dianggap hebal pemberani dan pahlawan di antara

temanteinan sehayanya Maka jatuhlah satu orang anak dalam pelaku

setan

Dalam kondisi seperti itu reaksi kawan-kawan sebayanya

berbeda-bcda

1 Ada yang ingin menyaingi menunjukkan bahwa dirinya lebih hebat

lagi lalu memakai

2 Ada yang ingin tahu kemudian ikut memakai dan

3 Ada yang sella kawan lain ikut memakai juga

Sikap seperti inilah yang menyebabkan bandar atau pengedar

senang Mereka meiigincar generasi muda mahasiswa atau pclajar

karena 2 (dua) pertimbaiigan

1) Kalau salah satu anak muda kena maka anak muda yang lainnya

ikut kena sehingga konsumen cepat bertambah dan

2) Kalau anak muda kena maka anak muda tcrsebut akan mcnjadi

pemakai selia dalam waktii yang lama Berbeda dengan orang tua

yang cepat maii keuntungan komersial yang diperoleh dari

kelompok anak muda ini akan banyak

b Ingin dianggap hebal

Pcrasaan ingin dianggap hebat biasanya dimiiiki oleh generasi

muda Sepcrti ditcrangkan di atas salah satu sifat alami yang positif

dari generasi muda adalah daya saing Sayang sekali karena

kelidaktahuan sifat positif ini juga dapat dipakai untuk masalah negatif

27

Silat positif ini scharusiiya didorong unluk berlomba daluin preslasi

pada bidang pcndidikan kesenian olah raga dan lain-lain yang

bermanfaat bagi kehidupan

Bila sikap ingin berkonipctisi ini diarahkan untuk

mengkonsumsi narkolika dan psikolropika akibatiiya sungguli

mengerikan yailu kcgagalan hidup dan kesengsaraan Pemakai hanya

dapat dianggap hebat oleh lingkungan kecil pcniakai narkotika dan

psikotropika Di masyarakat luas pemakai hanya menuai cerca dan

nista

c Rasa setia kawan

Perasaan setia kawan sangat kuat dimiiiki oleh generasi muda

Jika lidak mendapatkan penyaluran yang posilif sifai positif tersebut

dapat berbahaya dan mcnjadi negatif Bila (cmannya memakai

narkotika dan psikotropika maka individu tersebul ikut juga memakai

Bila temannya dimarahi orang tuanya atau dimusuhi masyarakat maka

pemakai membela dan ikut bersimpatik

Sikap seperti itulah yang menyebabkan anak ikut-ikutan

Awalnya hiuiya satu orang yang merokok kemudian semuanya menjadi

perokok Setelah semuanya merokok sntu orang mulai memakai ganja

lalu yang lainnya ikut sehingga menjadi sekawanaii pemakai ganja

Selelah semua memakai ganja satu orang memakai ekstasi kemudian

semuanya ikut demikian selerusnya meningkat menjadi shabu dan pada

akhirnya menjadi pemakai putaw

28

d Rasa kccewa truslasi kcsai

Pcrasaan kesal kcccwa atau (rustasi biasanya terjadi karena

kegagalan pada generasi muda eksckutif mudu suami atau istri

Pcnggiiiiaan narkotika dan psikolropika pada kelompok ini bertujuan

untuk sesaat melupakan kekccewaan kckesaian dan fi-uslasi Kondisi

masyarakat yang carut martit tclah banyak melahirkan kekccewaan

kekesalan bahkan Iruslasi Narkolika dan psikotropika dapat

melupakannya sesaat tetapi tidak untuk mengatasi masalah yang

sesungguhiiya

Hubungan buruk yang disebabkan oleh kcgagalan

berkomuiiikasi antara orang tua dengan anaknya dapat menyebabkan

rasa kesal Hal ini mcnjadi faktor pemicu pemakaian narkotika dan

psikotropika oleh anak Intcraksi anlara orang tua dcngan anak tidak

cukup hanya berdasarkan niat baik Cora berkoniunikasi juga harus

baik Masing-masing pihak harus memiliki kcsabaran untuk

menjclaskan isi hatinya dengan cara yang tepat Banyak sekali konfllk

di dalam rumah tangga yang terjadi hanya karena salah paham atau

kekeliman berkoniunikasi Kekeliruan kecil itu dapal bcrakibat fatal

yaitu masuknya narkotika dan psikotropika ke dalam keluarga

Kekccewaan kekesalan dan frustasi dapal terjadi karena

kekeliruan dalam berkomunikasi terhadap beberapa faktor berikut i n i

I ) Komunikasi anak dengan orang tua

IbUI hiiJ 74

29

2) Komunikasi antar anak

3) Komunikasi di lingkungan eksekulifinuda dan

4) Komunikasi antara suami istri

e Ingin bebus dari rasa sakil atau pusing

Penderila pcnyakit beral yang kronis dan tidak kunjuiig sembuh

misalnya Ranker hati luka bakar uka tusuk wasir Ranker paruparii

migreii eneok pengapuran dan lain-lain sclalu merasakan sakit yang

iuar biasa karena penyakitnya Rasa sakit tersebut sering kali tidak

dapat dihilangkan dengan obat pengtiiiang rasa sakit biasa (anaigetik)

sehingga peiiderilanya mencoba narkotika atau psikotropika

Narkotika maupun psikolropika dapat menghilangkan rasa sakit

tersebut tetapi tidak menyembuhkan penyakitnya Ceiakaiiya pemakai

yang bersangkutan malah mendapat maslah baru yaitu ketergantungan

dengan segala komplikasinya yang justru menjadi lebih berbahaya

f Ingin menikmati rasa gembira tampii lincah energik dan mengusir

rasa sedih dan malas

Para eksekudf dan sciebritis biasanya memiliki gaya hidup yang

trendi Mereka merasa dituntut untuk selalu lampil lebih prima Dengan

mengkonsumsi naikotika atau psikolropika mereka dapat tampii prima

dan percaya diri karena kehilangan rasa malu walaupun sesungguhnya

tidak demikian

Perasaan hebat tersebut di atas seharusnya dicapai melaiui tekun

berolah raga hidup teratur meningkatkan kualitas fisik mental

30

inlclckUial dan mocaiiiyii Riikan ineiigamhit jalan piiitas dcngan tampii

seotah-olah prima niclalui manipulasi atau lipuan melaiui

mengkonsumsi narkotika atau psikolropika tersebut Pcnampilmi prima

yang semu atau atau tipuan itu lambat laun akan terungkap juga

sehingga [ania-keiamaan akan kelahuari juga jati dirinya yang

sesungguhnya itu

g ingin tampii iangsing

Narkolika dan psikotropika terscbut juga banyak digunakan oleh

artis dan ibu-ibu rumah tangga yang berbadan gemuk untuk

melangsingkan lubtihnya Narkotika alau psikotropika dengan jenis

tertentu ada juga yang dapat menghilangkan nafsu makan sekaligus

menambali aktivitas fisik sehingga dapat menurunkan beral badun

h Takut mengalami rasa sakit (sakaw)

Pengguna jenis narkotika atau psikolropika tersebut yang sudah

menjadi pemakai tetap (pemadat) akan mengalami rasa sakit (sakaw)

bila tidak memakainya Karena takut merasakan penderitaan maka

pemakai tersebut terus memakainya sehingga menjadi pemakai yang

sella junkies) Banyak pemakai narkotika dan psikotropika ini yang

setia adalah orang-orang yang merasa terpaksa memakai sebab kalau

lidak memakainya mereka akan mengalami sakaw

Kebanyakan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika

dimulai atau terdapat pada masa remaja sebab masa remaja yang

sedang mengalami perubahan biologik psikologik maupun sosial yang

31

pesat merupakan individu yang rentan untuk nienyaiahguriakan

narkotika maupun psikotropika terscbut Anak atau remaja dcngan ciri-

ciri tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi

penyalahgunanya Ciri-ciri tersebut anlara lain^

a Cenderung memberontak dan menolak otoritas

b Cenderung memiliki gangguan j iwa lain (komorbiditas) seperti

depresi cemas psikotik keperibadian dissosial

c Perilaku menyimpang dari aluran atau norma yang berlaku

d Rasa kurang percaya diri low selw-confulence) rendah diri dan

memiliki citra diri negatif (ow setf-esleem)

e Sifal mudah keeewa cenderung agresif dan destruktlf

f Mudah murung pemalu pendiam

g Mudah merasa bosan dan jenuh

h Keingintahuan yang besar untuk meneoba atau penasaran

i Keinginan untuk bersenang-senang [just for fun)

j Keinginan untuk mengikuti mode karena dianggap sebagai lambang

keperkasaan dan kehidupan modem

k Keinginan untuk diterima dalam pergaulan

1 Identitas diri yang kabur sehingga merasa diri kurang jantan

mTidak siap mental untuk menghadapl tekanan pergaulan sehingga

sulit mcngambil keputusan untuk menolak tawaran NAPZA dengan

tegas

Tom Kus dan Tedi Btihava NAPZA Bagi Pelajar (Bandung Yayasan Al-Ghilari Morgan im) hal 14

32

n Kemampuan komunikasi rendati

o Melarikan diri dari scsuatu (kebosaiian kcgagalan kekccewaan

kclidakmampuan kesepian dan kegcliran hidup dan lain-lain)

p Putus sekoiah dan

q Kurang menghayati iman atau kcpcrcayaaiinya

Menurut Tim Badan Narkotika Nasional hahwa terdapat

beberapa iaklor yang menyebabkan sescorang alau individu

menyalahgunakan narkolika dan psikotropika anlara lain

1) Keingintahuan yang besar untuk mcncoba tanpa sadar alau berlikir

panjang tentang akibatnya dikemudian hari

2) Keinginan unluk mencoba-coba karena penasaran

3) Keinginan untuk bersenang-senang

4) Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya hidup

5) Keinginan untuk dapat diterima daiam suatu kelompok

6) Lari dari masalah kebosanan atau kegetiran hidup

7) Pengertian yang salah bahwa mcncoba sckali-kali lidak akan

menimbulkan masalah

8) l idak mainpu alau tidak berani menghadapl tekanan dari lingkungan

alau kelompok pergaulan unluk menggunakan narkolika dan

psikotropika dan

9) Tidak Japal atau mampu mengatakan tidak pada narkotika dan

psikotropika

Tim INN Loc di

33

Berdasarkan peinaparaii Icrscbut di atas dengan demikian

bahwa individu didorong oleli beberapa faktor untuk menyalahgunakan

pemakaian narkotika dan psikotropika tersebut sehingga menjadi

individu yang mengalami ketergantungan berikut ini disebutkan

beberapa faktor adalah

1) Ingin tahu dan Ingin mencoba rasa memakai narkotika atau

psikotropika bagi kalangan anak muda)

2) Ingin dianggap lebih hebat dari orang Iain pada orang muda)

3) login membuktikan kesetiakawanan (pada orang muda)

4) Dianggap paling tepat untuk mengatasi perasaan keeewa j en gkel

dan frustasi (pada suami istri yang mengalami konllik rumah

tangga)

5) Dianggap cara yang paling mudah untuk menghalau rasa sakit pada

tubuh (pada penderita penyakit yang kronis)

6) Dianggap cara yang paling ampuh untuk mendapatkan perasaan

tenang damai atau gembira (pada suami istri yang mcnghadapi

konflik rumah tangga)

7) Dianggap cara yang paling mudah untuk melangsingkan lubuh (pada

ibuibii rumali tangga atau wanita yang bertubuh gemuk)

2 Faktor yang Bersumlicr dari Lingkungan

Faktor lingkungan tidak mampu mencegah atau mengurangi

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika bahkan membuka kesempatan

pemakaian narkotika dan psikotropika Yang dimaksud dcngan faktor

34

kesempatan di sini adalah tersedianya siluasi-situasi yang nieiiiungkinkan

untuk memakai narkolika atau psikolropika di waktu-vvaklu luarig di tempat

rekreasi atau hiburan diskotik pesia dan lain-lain Atau mungkin lingkungan

masyarakat yang tidak mampu mengendalikan bahkan membiarkan penjualan

alau pcrcdaran geiap narkotika dan psikotropika misalnya karena lemahnya

penegakan hukum penjualan narkolika dan psikotropika secara bcbas bisnis

narkotika dan psiktilropika yang terorganisir mudahnya memperoleh

narkotika dan psikotropika dan lain-lain

raklor yang bersumber dari lingkungan yang mcnyebabkan individu

dapat menyalahgunakan pemakaian narkotika dan psikotropika merupakan

laktor kontribusi masukaii dari Iuar individu) dimana sesttorang dengan

kondisi keluarga tidak baik akan merasa tertekan dan rasa lertekan inilah

sebagai faktor penyerta bagi dirinya untuk terlibat dalam penyalahgunaan

narkotika dan psikotropika tersebut Disfungsi keluarga yang dimaksud antara

lain adalah keluarga yang tidak utuh kedua orang tua yang tcrlalu sibuk dan

lingkungan interpersonal dengan orang tua yang tidak baik Di samping itu

faktor pencetus seperti pengaruh teman sebaya tersediu dan mudah

didapatkan mempunyai andil sebagai faktor pencetus sescorang atau individu

terlibat ke dalam penyalahgunaan yang mengakibatkan ketergantungan

terhadap narkotika dan psikotropika Dari sudut pandang psikososial

penyalahgunaan narkotika dun psikolropiku dapat terjadi sebagai akibat

negatif dari intcraksi tiga kiitub sosial yang tidak kondtisif yaitu kutub

Lulhli ilurnju Op cil

35

keluarga kutub sekolahkupus dan kulub masyarakat

Faktor lingkungan meliputi faktor kciuarga dan lingkungan pergaulan

balk dlsekltar rumah sekoiah teman sebaya maupun masyarakat Banyak

pengguna Narkotika dan Psikolropika yang berasal dari keluarga yang lidak

harmonis Keluarga seharusnya mcnjadi wadah untuk menikmati kebahagiaan

dan curalian kasih sayang wahana silih asih silih asah dan silih asuh

Namun pada kenyataannya keluarga sering sekali justru menjadi pemicu

sang anak mcnjadi pemakai hal tersebut disebabkan karena kciuarga tersebut

kacau balau Hubungan antara anggota keluarga dingin bahkan tegang atau

bermusuhan

Komunikasi antara ayah ibu dan ariak-anak sering sekali

menciptakan suasana konflik yang tidak berkesudahan dimana bahwa

penyebab konllik tersebut sangal beragam Solusi semua konflik adalah

komunikasi yang baik periuh pcngerlian saling menghargai dan menyayangi

serta ingin selalu membahagiakaii

Konflik di dalam keluarga dapat mendorong anggota keluarga merasa

frustasi sehingga lerjebak memilih narkotika dan psikolropika sebagai

solusinya Biasanya yang paling rentan terhadap stres adalah anak kemudian

suami dan istri sebagai benleng terakhir Beberapa faktor yang bersumber

dari lingkungan keluarga yang dapat mempengaruhi seseorang atau individu

tertentu icrjun kc dalam lingkungan penyalahgunaan narkotika dan

36

psikotropika tcrsebut antara lain adatuh

a Koniimikasi niang tua-aiiak kiii-ang baikcfektif

b Hubungan dalam keluarga kunmgharmonisdisfimgsi dalam keluarga

c Orang tua bercerai bcrscitngkub atau kawin lagi

d Orang lua tcrlalu sibuk aUiu tidak acuh

e Orang tua oloriter alau scrba melarang

f Orang tua yang serha nieinbolehkan (pcrmisil)

g Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teiadan

h Orang tua kurang peduli dun tidak tahu dengan masalah narkolika

i Tata terlib alau disiplin keluarga yang selalu bcrubah (kiiiaiig konsisten)

j Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam kciuarga

dan

k Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahguna narkotika

dan psikotropika

Sitimsi buruk dalam keluarga yang soring menyudiitkan anak ke arah

narkotika dan psikotropika adalah

1) Anak merasa kurang mendapatkan kasih sayang dalam keluarga merasa

kesal keeewa dan kesepian

2) Anak merasa kurang dihargai kurang mendapatkan kepcrcayaan dun

selalu dianggap salah

3) Anak mengalami konflik dengan orang tua dalam masalah pacaran

memilih pasangan hidup atau meneniukan pilihan profesi cila-elta dan

Mardani Loc cil lial 99 AW hal 100

37

sebagainya

4) Anak kesal dan keeewa karena ayah dan ibuiiya kurang lianiionis dan

sering bertcngkar (broken home)

5) Suami thtsirasi karena tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapinya

dengan islrinya

6) Istri fnistrasi akibat konllik dengan suami tentang masalali ekonomi atau

adanya wanita lain di samping suami

Banyak pengguna narkotika dan psikolropika yang pada awalnya

dimulai karena pengaruh dari orang lain Bentuk pengaruh dari orang lain itu

dapat bervariasi mulai dari bujuk rayu lipii daya sampai kepada paksaan

a) Tipu Daya

Banyak anak yang ditipu oleh kenalon teman sahabat atau pacar

Seperti mengajak meraka untuk memakai narkotika dan psikolropika

dengan bemacam-macain tipuan Dengan alasan yang digunakan bahwa

narkotika dan psikotropika adalah vitamin obat pil pintar pil sehat atau

food supplement Tipuan itu dapat juga berupa bujukan bahwa narkotika

dan psikotropika tidak tcrlalu berbahaya kalau tahu raliasianya Banyak

orang di dalam masyarakat yang dikira orang baik-baik namun lemyata

pengedar narkotika dan psikotropika Walaupun orang itu adalah kawan

sahabat saudara atau pacar sebagai pengedar penipu tersebul akan tcga

menipu maupun menjebak kita Pengedar narkotika dan psikotropika

sangat pandui mcmasarkan narkotika dan psikotropika tersebut Dengan

menawarkan narkotika dan psikotropika sebagai mmn food supplement

38

pil scliat pil pintar dan sebagainya Dengan lipuan ini korban dari

kalangan kciuarga hannonis akan terjcrumus ke dalamnya Saat ini banyak

pemakai narkolika dan psikotropika dari keluarga harmonis bukan hanya

bull dari keluarga berantakan Banyak pekerja mahasiswa atau pelajar yang

tampii ioyo tertipu ketika kepadanya ditawarkan pil sehat vitamin atau pil

pintar Banyak pemuka agama juru dakwah atau pengkhotbah yang

tertipu karena pil sehal yang dlbelinya adalah narkotika dan

psikotropika Reaksi pemakaian narkotika dan psikotropika mula-mula

terasa menyehatkan dan membuat si korban tipuan terscbut sukses dalam

berdakwah atau berkhotbah Ibu rumah tangga juga dapat tertipu karena

ditawari pil pelangsing oleh saudara atau teman dalam arlsan dan lain-

lain Mulanya karena tipu daya akhimya setelah lerjebak menjadi

biasa

b) Bujuk rayu

Waftiia camlk pengedaf ftaTkotlka dan psikotFoplka biasanya menjebak

mangsa melaiui bujuk rayu Untuk memasarkun narkotika dan

psikotropika pengedar tersebut memilih profesi sebagai wanita penghibur

atau Wanita Tuna Susiala (WTS) Banyak eksekutif muda pekerja atau

bos-bos yang mulai memakai narkotika dan psikotropika karena rayuan

pekerja seks komersial hostess dan sebagainya Dalam mcmasarkan

narkotika dan psikotropika wanita tersebut merayu akan mau melayani

kencati kalau bersama-sama mengkonsumsi narkotika dan psikotropika

Subagyo Purlodlhario Loc cil hal 78

39

lebih dulu Muta-mula kurban memakai narkotika dan psikotropika karena

tergoda namun akhimya menjadi terbiasa

c) Paksaan

Banyak anak muda yang mengawali pemakaian narkotika dan psikotropika

karena dipaksa oleh sekawanun alau seseorang yang mengancam akan

mencelakainya Banyak pclajar atau nialiasiswa mengawali kebiasaan

memakai narkotika dan psikotropika dari keadaan terpaksa diancam oleh

sekawanan preman yang menghadang di tengah jalan Dari kelompok ini

pula terjaring pemakai yang berasal dari keluarga hannonis

Lingkungan sekoiah bagi pelajar tingkat SD SMP dan SMA

merupakan tempat yang stratcgls bagi para pelajar untuk menunjukkan jati

dirinya sehingga mereka terjun kepada penyalahgunaan narkotika dan

psikotropika ini faktor sekoiah yang merupakan bagian tcrpcnting yang

mempengaruhi adalah

a Sekoiah yang kurang disiplin

b Sekoiah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjiial narkotika atau

penjual psikolropika

c Sekoiah yang kurang member] kesempatan pada siswa untuk

mengembangkan diri secara kreatif dan positif

d Adanya murid pengguna narkotika atau psikotropika

Kartini Kurtono op cil hivl 124

40

B Pengaturan Sanksi Pidana Terhadaj) Pcnyalahgunaaan Narkotika dan

Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau

dari Perlindungan Terhadap Korban

Dalam hukum pidana di Indonesia terdapat adanya

ketldakseimbangan antara perlindungan korban kejahatan dcngan pelaku

kejahatan pada dasarnya mempakan salah satu pengingkaran dari asas setiap

warga negara bersamaan kcdudukannya dalam hukum dan pcmerinlahan

sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 sebagai

landasan konstitusional Perlindungan korban memiliki hubungan cral dcngan

teori pemidanaan yang dikemukakan Wirjono Prodjudikoro tujuan

pemidanaan adalah untuk niemenuhi rasa keadilan^

Ada Juga yang mengemukakan bahwa tujuan pemidanaan dapat

dilihat melalul 2 (dua) leorl mengenai alasan-alaitan yang membenarkan

(justification) penjatuhan hukuman (sanksi) yaitu Teori Absolut

(Vergeldingslheorie) dan Teori Relatif atau Doeitheorie Menurut Teori

Absolut (Vergeldingslheorie) tujuan pemidanaan sebagai pembalasan

terhadap para pelaku karena telah melakukan kejahatan yang mengakibatkan

kesengsaraan lerhadap orang lain alau anggota masyarakat sedangkan

Roeslan Saleh mengatakan sebagai reaksi-reaksi atasdelik yang berwujud

suatu nestapa yang scngaja dilimpakan ncgara kcpada pembuat delik

Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana Cctakan Iuriania (Jakarta Sinar Gnitlka2(W5)hii4

lcduu Mdipaung Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cctakun IcrliirMii (Jukiirtu Sinur Gratika 2005) hal 4

kiwsUin Saleh Shdsel Pidana Indonesia (Jukarlu liinn Aksara 19K7) hal 5

41

Menurut Teori Relatif Doeltheurie) tujuan pemidanaan adalah

a Menjerakan agar si pelaku atau terpidana menjadi jera dan tidak

mengulangi lagi perbuatannya specials presenile) sena masyarakat umum

agar mengertahui jika melakukan perbuatan yang sama akan mengalami

hukuman yang serupa atau disebut pula generalpreventte

h Memperbaiki pribadi si terpidana berdasarkan perlakuan dan pcndidikan

selama menjalani hukuman terpidana merasa menyesal dan tidak akan

mengulangi perbuatannya dan kcmbali kepada masyarakat sebgai orang

baik dan berguna dan

c Mcmblnasakan (menjatulikan hukuman mat) atau mcmbuat terpidana tidak

berdaya dengan menjatuhkan hukuman seiimur hidup

Pandangan di atas sangatlah wajar apabila beranjak dari pandangan

bahwa hukum pidana adalah hukum sanksi (hifzonderesancUerechl) sebab

dengan bertumpu pada sanksi itulah hukum pidana difungsikan untuk

menjamin keamanan ketertiban dan keadilan Dalam perkembangannya

ternyata tidak semua sarjana menyclujui maksud diadakannya pidana scperti

itu (sebagai suatu nestapa) karena muncul pendapat bahwa di samping pidana

ditujukan untuk memberikan penderitaan kcpada pelanggar atau mcmbuat

jera pemidanaan juga bertujuan agar pelaku dapat kembali hidup

bermasyarakat sebagaimana mestinya

Alasan yang paling inenonjol lerhadap upaya perubahan tersebut

adalah dengan meniperhatikan sisi kemanusiaan yang mcmandang bahwa

Ucdcn Mirpaung Opcil hal 4

42

sekalipiin tcrsangka telah melakukan kcsalahaii ia telap berkcdmiiikan sebagai

manusia utuh yang harus tetap diperlakukan sama dengan manusia lainnya

dan dilindungi hak asasi manusionya Karena itu pidana penjara saat ini

sedang mengalami masakrisis karena termasuk jenis pidana yang kurang

disukai Banyak kritik tajam ditujukan terhadap jenis pidana perampasan

kemerdekaan ini baik dllihat dari sudut efektifitasnya maupun dilihat dari

akibat-akibat lainnya menyertai atau berhubungan dcngan dirampasnya

kemerdekaan seseorang

Banyaknyu kritik yang diarahkan pada bentuk pemidanaan berupa

perampasan kemerdekaan (yang ditujukan untuk membuat jera pelaku)

sehingga berkembanglah bentuk pemidanaan lain yang dianggap lebih

manusiawi yaitu penjatuhan pidana berupa denda atau pemberian ganti

kerugian kepada korban Pemberian ganti kerugian pada awalnya merupakan

konsep kcperdalaan seperti halnya dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata yang mewajibkan setiap orang yang menyebabkan orang lain

menderita kerugian untuk membayar ganli rugi Dalam perkembangannya

konsep ini diterupkan pula dalam hukum pidana mengingat akibat yang

ditimbulkan pada korban tindak pidana akan selalu disertai dengan kerugian

baik mental fisik maupun material sehingga sangat wajar apabila korban pun

menuntui ganti kerugian pada pelaku guna memulihkan derita yang

dialaminya

Dengan memperhatikan pada beberapa teori klasik tentang tujuan

Uurtla Nawuwi Ariel Sislem Pemidanaan Menunii Konsep KIHP llaiu dan Latar Helakang Pemlklrannya Hahan Ienalaran Hukum Pidana V Undanu Kupang uinjyful 11 Juli-12 Agustus 1989

43

pemidanaan dapat disiinpulkan bahwa penjatuhan pidana lebih banyak

ditujukan untuk kepeiitingan pelaku dengan kata lain tujuan pemidanaan

hanya dimaksudkan imtuk mengubah perilaku dari pelaku kejahatan agar

tidak mengulangi lag perbuatannya sedangkan kcpentingan korban sama

sekali diabalkan

Perlindungan terhadap korban narkotika jika dihubungkan dengan

beberapa teori pemidanaan yang telah dipaparkan di atas maka peneliti

mengkaji bahwa dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang baru ini terdapat kescimbangan antara perlindungan terhadap

pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana bahwa berdasarkan sanksi

baik pidana maupun denda yang terdapat dalam undang-undang ini sangatlah

berat-berat dan tegas ]ni berarti bahwa undang-undang ini lebih

mementingkan korban dari pada pelaku kejahatan narkotika Mengingat

bahwa dengan adanya pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan

korban semakin banyak yang berjatuhan schingga daripada korbnnnya anak

bangsa yang memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara

Indonesia maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-

beratnya lerhadap si pelaku tindak pidana narkotika bahkan pidana mati atau

seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-

undang yang bam ini juga diatur mengenai rehabilitasi terhadap korban baik

korban yang diakibatkan oleh orang Iain maupun karena self victimizing

victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku itu sendiri

44

C Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Seif-

Victimizing Victims

1 Self-victimizing victims uarkotika dau psikotropika

Suatu viktimisasi adalah sebagai suatu permasalahan manusia yang

merupakan kenyataan sosial hal ini disebabkan karena setiap warga negara

berhak mendapatkan rasa aman dan bcbas dari segala bentuk kekerasan

sesuai dengan falsafah Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 Contohnya adalah seseorang akibat perbuatannya memakai

narkotika dapat menimbulkan bahwa si pemakai tersebut menjadi tidak

berdaya upaya dengan kata lain bahwa si pelaku telah menjadi korban

akibat perbuatannya sendiri yang menimbulkan perbuatan kriminal

Penyalahgunaan narkolika atau psikolropika merupakan perbuatan

kriminal karena telah melanggar ketentuan di dalam undang-undang yang

ada yakni Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tetang Psikotropika dan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Terlibatnya si

pelaku kejahatan atau tindak pidana yang menimbulkan kerugian terhadap

dirinya sendiri daiam hal inilah yang disebut dengan istilah self victimizing

victims yang merupakan bagian dari viktimisasi Sehubungan dengan itu

maka Wolfgang menyatakan beberapa Jenis viktimisasi ialah

1 Unrelated victims yaitu korban yang tidak ada hubungannya sama

sekali dengan terjadinya korban misalnya pada kasus kecelakaan

pesawat Dalam hal In tanggungjawab sepenuhnya terletak pada

Utplietin3|il(igspqtcom2()OSIOl|ukum-viktinivl9gihlml diakscs terakhir langgul l2Januari 2015

45

pelaku

2 Provocative victims yaitu seseorang yang secara aktif mendorong

dirinya menjadi korban misalnya kasus selingkuli dimana korban juga

sebagai pelaku

3 Participating victims yailu seseorang yang tidak berbuul tetapi dengan

sikapnya justru mendorong dirinya menjadi korban

4 Biologically weak victims yaitu mereka yang secara tisik memiliki

keleinalian atau potensi untuk mcnjadi korban misalnya orang tua

renla anak-anak dan orang yang tidak mampu bcrbual apa-apa

5 Socially weak victims Yaitu mereka yang memiliki kedudukan social

yang lemah yang menyebabkan mereka mcnjadi korban misalnya

korban perdagangan perempuan dan sebagainya

6 Self victimizing victims yaitu mereka yang menjadi korban karena

kejahatan yang dilakukannya sendiri pengguna obat bius judi aborsi

dan prostitusi

Dalam hal ini kedudukan viktimologi sebagai sebuah ilmu yang

mempelajari tentang korban memiliki peranan yang sangat penting ruang

lingkup viktimologi ini meliputi

1 Semua macam sciiap macam perbuatan kriminal yang mengakibatkan

orang-orang mcnjadi korban

2 Setiap orang atau pihak yang dapat menjadi korban baik orang

perorangan maupun suatu korporasi atau organLsasi

3 Setiap orang atau pihak yang dapal menimbulkan korban artinya

46

dimana disatu sisi orang terscbut dapat merugikan orang iain sehingga

orang tidak merasa aman akibat tindakanya

4 Cara-cara viktimisasi atau penimbulan korban

5 Bentuk-bentuk viktimisasi yang terdiri dari primary viclimizalion

adalah korban individualperorangan bukan kelompok secondary

victimizalion korbannya adalali kelompok misalnya badan hukum

tertiary Victimizalion yang menjadi korban adalah masyarakat luas

nun viciimozaiion korbannya tidak dapat segera diketahui misalnya

konsumen yang tertipu dalam menggunakan hasil produksi

6 Akibat viktimisasi

7 Pengaruh viktimisasi

8 Reaksi atau respons terhadap viktimisasi

9 Penyelesaian viktimisasi dan

10 Pengaturan yang berkaitan dengan viktimisasi (yang menjadi

perhatian viktimologi)

Studi viktimologi akan memberikan pemahaman kepada setiap

individu mengenai hak dan kewajibannya dalam rangka mengantisipasi

berbagai bahaya yang mengancamnya Viktimologi memberikan

sumbangan pemikiran mengenai masalah viktimisasi tidak langsung

dampak sosial polusi industri viktimisasi ekonomi politik dan

penyalahgunaan kewenangan Viktimologi ini juga memberikan dasar

pemikiran dalam penyelesaian viktimisasi kriminal atau factor viclimogen

dalam sistem peradilan pidana

47

Dari perspektif ikalan Korban Napza (IKON) l ial i yang dimaksud

sebagai korban adalah orangperorangan yang menderita secara langsung

dari penyalahgunaan napza dan tennasuk pula keluarga alau tanggungan

langsung dari korban Namun karena hukum dl Indonesia memandang

pengguna napza adaiah kriminal maka terjadilah dampak-dampak negalif

yang dialami oleh pengguna napza yang merupakan korban scperti

diskriminasi kriminallsasi kesehatan dan stigmatisasi Maka sebagai

korban IKON Bali mendorong agar dihentikannyadiskriminasi lerhadap

korban napza mendorong vonis rehabilitasi untuk korban napza

mendorong agar dihentikannya penyiksaan terhadap korban napza dan

yang terakhir adalah mendorong terpenuhinya hak atas kesehatan bagi

korban dan orang terinfeksi HIV Dengan melihat kondisi permasalahan

penanggulangan napza yang semakin tidak menentu dan meningkatnya

jumlah korban napza secara terus-menerus Maka Ikon Bali meminta

1) Penerapan SEMA Nomor 7 Tahun 2009 sebagai pemenuhan hak atas

kesehatan terhadap korban Mpza

2) Meminta kepada Pengadilan Negeri Denpasar untuk menjadi insiator

dalam penyusunan langkah teknis penerapan SEMA Nomor 7 Tahun

2009

3) Meminta kepada selunih instansi tcrkait untuk mulai meiigambil

langkah nyata dalam penanggulangan napza

43 Ibid

48

4) Meminta agar korban napza diperlakukan secara manusiawi tanpa

penyiksaan sligma dan diskriminasi

5) Ikon Bali mendukung secara penuh program-program pemerintab

dalam penanggulangan napza

2 Rehabilitasi terhadap self-victimizing victims

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

merupakan undang-undang yang baru menggantikan Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika Adapun pasal-pasal di dalam

undang-undang in yang mengatur mengenai perlindungan korban adalah

berbagai pasal-pasal yangmencantumkan rehabilitas kepada korban

maupun pelaku tindak pidana narkolika Pasal 1 ayat (16) meneniukan

defenisi mengenai rehabilitasi dipandang dari sisi medis yakni

Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara

terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan Narkotika

Sementara Itu dalam Pasal 1 ayat (17) ditentukan defenisi rehabilitasi

dipandang dari sisi sosial yakni Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses

kegiatan pemulihan secara terpadu baik fisik mental maupun sosial agar

bekas pecandu Narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosia dalam

kehidupan masyarakat

Diimdangkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang merupakan undang-undang baru ini tentu mempunyai

maksud dan tujuannya Adapun tujuan yang terdapat dalam Pasal 4 yang

berbunyi

49

Undang-Undang tentang Narkotika bertujuan

a Menjamin kelersediaiin Narkotika untuk kcpentingan peiayanan

kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

b Mencegah mclindungi dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari

penyalahgunaan Narkotika

c Memberanlas pcredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika dan

d Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi Penyalah

Guna dan pecandu Narkotika

Bentuk perlindungan terhadap korban dan pelaku kejahatan tindak

pidana narkotika di dalajn Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

disebutkan ada 2 (dua) macam yakni pengobatan dan rehabilitasi lerhadap

korban maupun pelaku Pada Pasal 53 ayat (3) tersebul di atas bahwa yang

dimaksud dengan buktl yangsah antara lain surat kctcrangan dokter

salinan resep atau labeletiket Selcngkapnya mengenai pengobatan

ditentukan dalam Pasal 53 yang berbunyi sebagai berikut

(1) Untuk kcpentingan pengobatan dan berdasarkan indikasi medis

dokter dapal memberikan Narkotika Golongan II atau Golongan III

dalam jumlah terbatas dan sediaan tertentu kepada pasien sesuai

dengan ketcnluan peraturan perundang-undangan

(2) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat ( I ) dapal memiliki

menyimpan danatau incmbawa Narkolika untuk dirinya sendiri

(3) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mempunyai bukti

yang sali bahwa Narkotika yang dimiiiki disimpan danatau dibawa

50

untuk digunakan diperoleh secara sail sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan

Mengenai rehabilitasi terhadap korban dan pelaku tindak pidana

kejahatan penyalahgunaan narkotika merupakan suatu kewajiban bagi

pemerintah dan instansi masyarakat Sebagaimana ketentuan dalam Pasal

54 bahwa Pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika

wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial Dalam Pasal 56

disebutkan juga bahwa

(1) Rehabilitasi mcdis Pecandu Narkotika dilakukan di rumah sakit yang

ditunjuk oleh Menteri

(2) Lembaga rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan oleh instansi

pemerintah atau masyarakat dapat melakukan rehabililasi medis

Pecandu Narkotika setelah mendapat persetujuan Menteri

Kemudian dipertegas kembali dalam Pasal 57 bahwa selain melaiui

pengobatan danatau rehabilitasi medis penyembuhan Pecandu Narkotika

dapat diselenggarakan oleh instansi pemerintah alau masyarakat melaiui

pendekatan keagamaan dan tradisional Salah satu tugas dan wewenang

Badan Narkotika Nasional adalah meningkatkan kemampuan lembaga

rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu Narkotika baik yang

diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat

Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 ini terdapat

pengecualian dalam hal luniutan pidana terhadap anak yang masih berada

di bawah umur Misalnya terdapat di dalam salah satu pasalnya yakni pada

51

Pasal 128 ayal ( I ) yang bcrbunyi Orang tua atau wali dari pecandu yang

belum cukup umur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) yang

sengaja tidak mciapor dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6

(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp 100000000 satu juta

rupiah) Tetapi di datam ketentuan tain yakni pada Pasal 128 ayat (2) dan

ayal (3) ditentukan bahwa anak yang masih di bawah umur tidak dapat

dituntut pidami selcngkapnya pasal tersebul berbunyi Pecandu Narkotika

yang belum cukup umur dan telah dilaporkan oleh orang tua atau walinya

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat ( I ) tidak dituntut pidana

(Pasal 128 ayat (2)) dan Pecandu Narkotika yang telah cukup umur

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) yang sedang menjalani

rehabilitasi mcdis 2 (dua) kali masa perawatan dokter di rumah sakit

danatau lembaga rehabilitasi medis yang ditunjuk oleh pemerintah tidak

dituntut pidana

Pada awalnya narkotika digunakan unluk kcpentingan umat

manusia khususnya untuk pengobatan dan peiayanan kesehatan Namun

dcngan semakin bcrkembangnya ilmu pcngclaliuan dan teknologi

peruntukan narkotika mengalami perluasan hingga kepada hal-hal yang

negatif

Di dunia kedokteran narkotika banyak digunakan khususnya

dalam proses pembiusan sebelum pasien diopcrasi mengingat di dalam

narkotika terkandung zat yang dapat mempengaruhi perasaan pikiran serta

kesadaran pusieti Oleh karena itu agar penggunaan narkotika dapal

52

memberikan manfaat bagi kehidupanurnat manusia maka pcredarannya

harus diawasi secara ketat sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 60 sampai

dengan Pasal 63 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang menyebutkan

Pasai 60 ditentukan bahwa

(1) Pemerintah melakukan pembinaan terhadap segala kegiatan yang

berhubungan dengan Narkolika

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meiipuli upaya

a Memenuhi ketcrsediaan Narkotika unluk kcpentingan peiayanan

kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi

b Mencegah penyalahgunaan Narkotika

c Mencegah generasi muda dan anak usia sekoiah

dalampenyalahgunaan Narkotika termasuk dengan memasukkan

pendidikanyang berkaitan dengan Narkotika dalam kurikulum

sekoiah dasarsampai lanjutan atas

d Mendorong dan menunjang kegiatan penelitian danatau

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di brdang

narkolika unluk kcpentingan peiayanan kesehatan dan

e Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis bagi

Pecandu Narkotika baik yang diselenggarakan oleh pemerintah

maupun masyarakat

53

Pasal 61 ditentukan baiiwa

(1) Pemerintah melakukan pcngawasan terhadap segala kegiatan yang

berkaitan dengan Narkotika

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi

1 Narkolika dan Prekursor Narkolika untuk kcpentingan peiayanan

kesehatan danatau pengembangan Hmu pengetahuan dan

teknologi

2 Alat-alat potensial yang dapat disaiahgunakan untuk melakukan

tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkolika

3 Evaluasi keamanan khasiat dan mutu produk sebelum diedarkan

4 Produksi

5 impor dan ekspor

6 Pcrcdaran

7 Pelabeian

8 Tnformasi dan

9 Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Pasal 62 berbunyi Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan

sebagaimana dimaksud dalam Pasai 60 dan pengawasan sebagaimana

dimaksiiddalam Pasal 61 diatur dengan Peraturan Pemerintah Dan dalam

Pasal 63 disebutkan bahwa Pemerintah mengupayakan kerja sama

dengan ncgara lain danatau badan intcmasional secara bilateral dan

multiialeral baik regional maupun internasional dalam rangka pembinaan

dan pengawasan Narkotika dan Prekursor Narkotika sesuai dengan

54

kcpentingan nasional

Berdasarkan biinyi beberapa pasa di atas mengenai pengawasan

terhadap pentingnya peredaran narkotika wajib diawasi secara ketat

dikarenakan saat ini pemanfaatannya banyak untuk hal-hal yang negatif

D i samping itu melaiui perkembangan teknologi informasi dan

komunikasi penyebaran narkotika sudah menjangkau hampir ke semua

wilayah di Indonesia hingga ke pelosok-pelosok Daerah yang sebelumnya

tidak pcrriah tersentuh oleh peredaran narkotika lambat laun berubah

menjadi sentra peredaran narkotika Begitu pula anak-anak yang pada

mulanya awam terhadap barang haram ini telah berubah menjadi sosok

pecandu yang siikar untuk dilepaskan ketergantungannya

Sebelum Iahimya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

mengenai narkotika diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997

tentang Narkotika namun undang-undang ini tidak dapat dipertahankan

lagi keberadaannya karena adanya perkembangan kualitas kejahatan

narkotika yang sudali menjadi ancaman serius bagi kehidupan umat

manusia Pengguna narkotika sangat beragam dan menjangkau semua

lapisan masyarakat mulai dari anak-anak hingga orang dewasa orang

awam hingga artis bahkan hingga pejabat publik

Efek negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan narkotika secara

berlebihan dalam jangka waktu lama serta tidak diawasi oleh ahlinya

dapat

menimbulkan berbagai dampak negatif pada penggunanya baik secara

55

fisik maupun psikis Bahkan tidak janing penggunaan narkotika dapat

memicu terjadinya berbagai tindak pidana Karena itu untuk mencegah

semakin mcluasnya dampak negalif yang ditimbulkan dari penggunaan

narkotika maka pengawasan tidak hanya terbatas pada peredaran

narkotika tetapi juga pada mereka yang menjadi korban misalnya

sescorang yang menderita ketergantungan narkotika (pecandu) Apabila

seorang pecandu narkotika telah divonis bcrsalah oleh hakim atas tindak

pidana narkotika yang dilakukannya maka untuk memberikan kesempatan

pada yang bersangkutan agar tcrbebas dari kecanduaniiya maka hakim

dapat mcmutuskan untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani

pengobatan danatau perawatan

Pengobatan dan perawatan terhadap pecandu narkotika dilakukan

melaiui fasilitas rchabilitasi Rcliabilitasi medis dan sosial yang diberikan

kepada pecandu dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan

kemampuan fisik mental dan sosialnya Selain pengobatan dan perawatan

melaiui rehabililasi medis proses penyembuhan pecandu narkotika dapat

diiaksanakan oleh masyarakat melalul pendekatan keagamaan dan

tradisional

Sebagai conloh di Pakem Sleman Yogyakarta telah didirikan

sualu kliiiik alau Pusat Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkotika

Psikolropika dan Zal-zat Aditiflainnya (NAPZA) Terpadu yang didirikan

atas kerjasania Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dan

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang diresmikan pada tanggal 7

56

Desember 2005 Tujuan umum pendiriaii pusat rehabilitasi terpadu ini

adalah untuk memberikan jaminan penanganan paripurnakepada korban

penyalahgunaan Napza melaiui aspek hukum aspek medis aspek sosial

aspek spiritual serta pengembangan pcndidikan dan pelatihan dalam

bidang NAPZA secara terpadu sedangkan tujuan khususnya adalah

1 Terhindarnya korban dan instilusi dan penelrasi pengedar

2 Terhindarnya kerusakan mental dun masa depan para penyalah guna

Napza yang akan mcmbtinuh potensi pengembangan mereka

3 Terhindarnya korban-korban baru akibat penularan penyakil-penyakit

seperti Hepatitis HIVAIDS dan penyakit menular lainnya

4 Terwujudnya proses pengembangan penanganan korban NAPZA dan

aspek ilmiah serta keiimuan yang dinamis sesuai perkembangan zaman

sebagai pusat jaringan informasi terpadu dan mewujudkan teknis

penanganan penyalahgunaan narkotika dan obat-obalan terlarang bagi

daerah sekitamya maupun nasional

Pemberian perlindungan kepada korban narkotika lentil tidak dapat

dibebankan sepenuhnya kcpada pemeriiilah peran serta masyarakat pun

diharapkan ada salah salunya diterimanya kembali mantan pani pengguna

dalam lingkungannya tanpa melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya

diskriminatif bahkan dengan mcmposisikan mereka sebagai warga keias

dua yang harus dljauhi

Bentuk periindunganyang diberikan terhadap pelaku maupun

Dikdik M ArilMansur dan tUisUiris Guitom loa cil hal 90

57

korban penyalahgunaan narkolika dan psikotropika daiambentuk

rehabilitasi

Rehabilitasi adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang

dilujukan kepada pemakai narkolika dan psikotropika yang sudah

menjalani program kuratif Tujuannya agar pelaku tidak memakai lagi

dan bebas dari penyakit ikutan yang disebabkan oleh bekas pemakaian

narkotika dan psikotropika

3 Tahapan-tahapan rchabilitasi terhadap self-victimizing victims

Tahapan-tahapan rehabilitasi terhadap self-victimizing victims atas

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika yang ada di Indonesia tidak

sama Ada yang menekankan rehabilitasi hanya pada aspek medis ada

pula yang lebih menekankan pada aspek rohani Atau memadukan kedua

pendekatan tersebut dengan komposisi yang seimbang Yang ideal

rehabilitasi seorang korban narkotika dan psikotropika harus dilakukan

secara holisitik baik secara fisik psikis maupun kerohaiiiannya

1 Tahapan pengobatan (rehabilitasi)

Secara umum ada beberapa tahapan yang harus dilewati

Masing-masing tahapan tersebut memakan waktu bervariasi ada yang

seminggii sebulan dan bahkan berbu lan-bulan tcrgantung tingkat

ketergantungan tekad korban dan juga dukungan berbagai pihak

terutama keluarga dalam seluruh proses tersebut Setiap tahapan

Subagjo PiirloUiharjo Loc cU hal 105 ^ E M Giri Prastowo loc cil hal 28 -29

58

tersebut disusun dan dibuat untuk inenganlar pasien secara bertaiiap

melepaskan dari ketergantungan narkotika dan psikotropika Beberapa

tahapan rehabilitasi ini yang disajikan berikut sudah Icruji dapat

menyembuhkan atau memulihkan korban narkotika dan psikotropika

secara maksimal

a Tahapan transisi

Penekanaii dalam tahap ini lebih kepada informasi awal

tentang korbanseperti

1) Latar belakang korban

2) Lama ketergantungan

3) Jenis obat yang dipakai

4) Akibat-akibat ketergantungan dan

5) Berbagai inlbrniasi lainnya

Hal ini penling sehingga pada saatnya akan menjadi acuan

bagi pihak yang terlibat secara intensif dalam proses rehabilitasi

Ahl i yang berkompeten (dokter) akan menganaiisa tingkat

ketergantungan korban untuk kemudian meneniukan tingkat

pengobatan dan tingkat pembinaan bagi si korban schingga terapi

dan metode pengobatan bisa dilakukan secara terukur

Tahapan ini Juga dapat dijadikan rujukan untuk meneari

model rehabilitasi yang paling tepat bagi yang bersangkutan Pada

tahap ini tim rehabilitasi akan membantu korban agar menyadari

dirinya sedang menghadapl masalah ketergantungan narkotika dan

59

psikotropika Korban diajak untuk bersama-sama mengatasinya Hal

ini penting karena proses rchabilitasi tidak akan berhasil tanpa

adanya kesadaran korban tentang adanya bahaya yang dihadapinya

Dari situ akan dibangun tekad dan komitmennya untuk

meninggalkan narkotika dan psikotropika

Selain itu pada tahapan ini akan diteliti akibat fisik dari

penggunaan narkotika dan psikotropika Sejauh mana tingkat

kerusakan syaraf dan organ-organ tubuhnya yang rusak Unluk itu

diadakan pemeriksaaii laboratoriumiengkap dan tes penunjang untuk

mcndeteksi penyakit yang diderita korban A[)abia dalam

pemeriksaan ditemukan satu atau beberapa penyakit maka terlebih

dahulu diadakan pengobalan medis sebelum penderita mendapat

proses rehabilitasi lanjutan Langkah ini penting selain agar tubuh

yang bersangkutan bebas dari penyakit juga untuk mencegah

terjadinya penularan balk kepada korban narkotika dan psikotropika

ini diadakan pembersihan darah pada tubuh pecandu sehingga darah

menjadi bersih dan sistem metabolisme tubuh kembali normal

Proses ini dapat dilakukan melaiui cara-cara berikut

1) Cold Turkey abrupt withdrawal) yaitu proses penghentian

pemakaian narkotika dan psikolropika secara tiba-tiba tanpa

disertai dengan substitusi antidotum

2) Bertaliap atau substitusi bertahap misalnya dengan kodein

^Ibidhal 30

60

methadone CPZ atau clocard selama i -2 minggu

3) Rapid Detoxification dilakukan dengan anestesi umum (6-12

jam) dan

4) Simtomatik tergantung gejala yang dirasakan

2 Rehabilitasi intensif

Setelah melewati masa transisi (pengumpulan informasi tentang

keadaan korban dan latar belakangnya) baru masiik pada fase

berikutnya yakni proses penyembuhan secara psikis Motivasi dan

potensi dirinya dibangun daiam tahap ini Korban diajak untuk

menemukan dirinya dan segala potensinya sambil juga menyadari

berbagai keterbalasannya Bahwa untuk mengatasi masalah hidup yang

bersangkutan tidak perlu harus mengkonsumsi narkotika dan

psikotropika Narkotika dan psikotropika justru menciptakan masalah

baru yang jauh lebih besar dalam hidupnya Narkotika dan psikotropika

bukanlah solusi tetapi menjadisumber masalah Pada tahap ini berbagai

contoh dapat dipcrlihatkan kepada korban

Yang terlibat di dalam tahap ini yang utama adalah korban itu

sendiri sebagai pelaku self-victimizing victims) Korban harus punya

tekad untuk hidup tanpa narkotika dan psikotropika Korban harus bisa

menatap masa depan dengan penuh optimisme Selain yang

bersangkutan peranan keluarga (orang liia dan saudara-saudaranya

suami atau istri) juga sangal pcnling Anggota keluarga ini harus secara

intensifmendampingi dan jnenopang korban

61

Staf di paiiti rehabilitasi para konselor psikolog dan semua

pihak di panti rehabilitasi untuk bersama-sama mcmbangun

kepercayaan diri korban Seluruh proses ini membutuhkan waktu

berbulan-bulan bahkan selama bertahun-tahun tergantung tingkat

ketergantungan dan efeknya bagi korban Berbagai terapi yang

dilakukan selama dalam tahap ini baik yang dilakukan secara pribadi

maupun bersama-sama lewat berbagai aktivitas di panti rehabilitasi

tersebut bertujuan untuk memberdayakan kembali korban yang disekian

lama telah terpuruk oleh narkolika dan psikotropika Sebagai langkah

awal untuk sosialisasi diri dengan masyarakat korban juga secara

bertahap mulai mcmbangun komunikasi dengan orang lain di Iuar

komunitas rehabilitasi

Menurut Romo Lambertus Somar MSG dalam bukunya

Rehabilitasi Pecandu Narkotika dan Psikotropika pada tahap ini ada

tiga titik yang harus dilewati yang lebih dikenal dengan tahapan

stabilisasi pribadi yailu^

1 Secara sadar dan tekun melepaskan diri dari berbagai penyakit dan

akibatakibat lainnya (no to drugs) Tahap ini merupakan tahap

stabilisasi awai atau tahap konsolidasi (comolidation)

2 Menemukan jati diri menguasai kiat-kiat dan keterampilan-

keterampilan untuk menyehatkan serta mengisi hidup secara lebih

bermakna dan bermulu Latihan keterampilan vokasional (kerja) dan

E M Giri Praslowo Loc cil hal 32

62

peiigungkapan diri dari dimulai dibina sebiiigga disebul juga (afiap

pengukuan diri (jyerwtuil appraisal) Inilah lahap slabilisasi

niericiigah (inadya)

3 Dengan inisiatif pribadi orang secara sadar mulai berfikir dan

bertindak untuk mencapai prestasi-prestasi tertentu schingga disebut

juga tahap positive thinking and doing Tahap ini merupakan tahap

stabilisasi akhir

4 Tahap rekonsiliasi Tahapan berikut yang harus dilewati dan sangat

vital adalah tahap rekonsiliasi Tara korban tidak langsung

herinlcraksi secara bebas dcngan masyarakat akan tctiipi lerleblh

dahulu ditampung di sebuah lingkungan khusus selama beberapa

waktu sampai pasien benar-benar siap secara mental dan rohani

kembali kelingkungannya semula Yang paling ulama dalam fase ini

adalah pembinaan mental spiritual keimanan dan ketakwaan serta

kcsepiikatan sosial kemasyarakaian Proses ini bisa meliputi program

pembinaan jasmani dan rohani

Sampai ke tahap ini yang bersangkutan masih tcrikat dengan

rehabilitasi foimal namun sudah mulai membiasakan diri dengan

masyarakat Iuar sehingga merupakan proses resosialisasi (reentry) atau

penyesuaian (reconcilialion) Proses ini melewati tiga titik penting juga

yaitu

1 Tinggal lebih sering dan lebih lama di lingkungan keluarga sebagai

63

teiiipal tinggal tetap atau pun tempat tinggal transit unluk

resosialisasi sambil mclaiijiitkan kegiatan pilihan sebagai penunjang

masa selanjutnya Di sini terjadi perdamaian dan penycsuaian-

penyesuaian kembali dengan lingkungan

2 Rencana masa depan yang jelas dan siap direalisasikaii dengan

dukungan keluarga atau pihak-pihak lain Pada tahap ini korban

dapat memulai aktivitasnya lagi seperti sekolahkuliah mulai bekerja

atau merintis usaha sendiri

3 Kontak awal dengan kelompok-keiompok atau program-program

pemeliharaan lanjut aftercare) Di sini orang meiierima dirinya

seperti apa adanya merasa puas lalu mempercayakan dirinya ke

tangan orang lain

4 Pciiieliharaaii Lanjut Pada tahap ini walaupun secara fisik yang

bersangkutan sudah dinyatakan seliul dan secara psikis pun sudali

pulih namun masih ada kcmungkinan mereka akan tergclincir

kembali icbihlebih saat mereka sedang menghadapl masalah Pada

saat itu bisa Jadi mereka bemostagia dengan menikmati narkolika

dan psikotropika Saat ini juga niwaii Karena itu setiap korban yang

niemasuki tahap inidipersiapkaii sungguh-sungguh agar dapal

melewati dan mengatasi sUuasi rawan ini dengan melewati tiga titik

ini yakni

a Mengubah menghilangkan aUiu menjauhi hal-hal yang bersifat

bid hul 34

64

nostaigia kesenaiigan narkolika dan psikolropika

b Setiap mengikuti program-program dan aeara-acara aftercare

(pemeliharaan lanjut) dan

c Dapat juga mcUbatkan diri dalam gerakan atau kelompok bersih

narkoba dan peduli penanggulangannya

BAB IV

PENUTUP

A Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dipaparkan tersebut di atas peneliti

memberikan beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap

permasalahan di dalam penelitian ini sebagai berikut

Di antara berbagai faktor yang dapat mempengaruhi seseorang atau

individu menyalahgunakan narkotika atau psikotropika terdapat faktor

yang paling duininan yakni laktor yang bersumber dari keadaan keluarga

dan lingkungan bukan karcnn faktor individunya Karena faktor keluarga

yang buruk dan lingkungan yang juga buruk dan saling mendukung dapat

mempengaruhi individu menjadi pelaku lindak pidana penyalahgunaan

narkolika dan psikotropika tersebut dengan kata lain faktor keluarga dan

lingkungan yang buruk ini membuka kesempatan kcpada seseorang untuk

merasakan pergaulan dengan narkotika atau psikotropika sehingga dapal

menimbulkan ketergantungan terhadapnya

2 Perlindungan lerhadap korban narkotika- jika dihubungkan dengan

beberapa teori pemidanaan dalam perspektif Undang-Undatig Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika yang baru terdapai keseimbangan antara

perlindungan terhadap pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana

bahwa berdasarkan sanksi baik pidana maupun denda yang terdapat dalam

undang-undang ini sangatlah bcrat-bcnil dan tegas Ini berarti bahwa

65 bull

66

undang-undang narkotika yang baru tersebut lebih mementingkan korban

dari pada pelaku kejalialan narkotika Mengingat bahwa dcngan adanya

pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan ktgtrban semakin

banyak yang berjatuhan seliingga daripada korbannya anak bangsa yang

memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara Indonesia

maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-beratnya

terhadap si pelaku lindak pidana narkolika bahkan pidana mati atau

seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-

undang yang baru ini juga diatur mengenai rchabilitasi terhadap korban

baik korban yang diakibatkan oleh orang lain niaiipim karena self

victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku ilu

sendiri

Saran

Adapun yang menjadi saran peneliti di dalam penelitian ini yang

menjadi harapan untuk dipcrliatikan bersama adalah sebagai berikut

1 Diharapkan bagi setiap keluarga untuk menjaga keharmonisan melakukan

pengawasan dan mcnanainkan pcndidikan yang benar terutama dalam lial

menyeimbangkan antara emosi inteligensi dan spritual sejak dari din

terhadap anak sebagai benteng terhadap dirinya untuk dapat membentengi

dari pengaruh narkotika dan psikotropika yang semakin mengancam

keadaan lingkungan masyarakat

2 Diharapkan terhadap pemerintah untuk melakukan sosialisasi yang

teriiitegrasi dan menyeluruh terhadap semua lapisan masyarakat baik

67

masyarakat di pedesan (primitlf) maupun masyarakat kota betapa besamya

sanksi pidana dan denda yang digariskan di dalam undang-undang

narkotika dan psikotropika misalnya dcngan mcmpublikasikannya dalam

bentuk billboard di pcrsiinpangan jalan sehingga setiap orang yang lewat

dengan secara otomatis masyarakat akan inengelaliuinya dan

berkemuiigkiiian orang yang membacanya setidaknya tlmbul rasa takut

untuk terjun ke dalam penyalahgunaaan narkotika dan psikotropika

tersebut

D A F T A R PUSTAKA

A Bukii

Arrasjid Chainur Sualu Pemikiran Tentang Psikologi Kriminil Mcdan Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU 1999

Gerson Bawengan Penganlar Psichology Kriminil Jakarta Pradya Pramita 1973

Gosita Arif Masalah Korban Kejahatan Jakarta Akademika Pressindo 1993

Hakim M Ariel Narkoba Bahaya dan Penanggulangannya Bandung Jembar 2007

Hawari Dadang Konsep islam Memerangi AIDS dan NAZA Get X i Yogyakarta Dhana Baktl Priaya 1997

Kaligis OC dan Soedjono Dirdjosisworo Narkoba dan Peradilannya di Indonesia (Retbrmasi Hukum Pidana Melaiui Perundangan dan Peradilan) Bandung PT Alumni 2002

Kartono Kartini Psichology Abnormal Bandung Alumni 1972

Mansur Dikdik M Arif dan Elistaris Guitom Urgensi Perlindungan Korban Kejahalan Antara Norma dan Reaiita Bandung Agustus Fakultas Hukum Universitas Padjajaran 2006

Mardani Penyalahgunaan Narkoba Daiam Perspeklif Hukum islam dan hukum Pidana Nasional Jakarta IH RajuGrufindoPersado 2007

Marpaung Leden Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005

Moelyono Anton M Kumus Besar Bahasa Indonesia Get 11 Jakarta Balai Pustaka 1988

Muladi HAM Dalam Persepkiif Sistem Peradilan Pidana dalam Muladi (ed) Hak Asasi Manusia Hakekal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat Bandung Refika Aditama 2005

dan Barda Nawawi Arlef Bunga Rampai Hukum Pidana Bandung Alumni 1992

Partodiharjo Subagyo Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannyai Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2003

Ioyk Fanny Jonathans Sehiiah Kesehatan Narkoba Sayonara Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2006

Prastowo EM Giri Rehabilitasi Bagi Korban Narkoba Tangcrang Visimedia 2006

Prodjodikoro Wirjono Asas-asas Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005

Roeslan Saieh Stelsel Pidana Indonesia Jakarta Bina Aksara 1987

Soedjono D Segi Hukum Tentang Narkolika di Indonesia Bandung Karya Nusanlara 1977

Hukum Narkolika Indonesia Bandung PT Citra Adtya Baktl i 990

Soekanto Soerjono dan Sri Mumadjj Penelitian Hukum Normalif Suatu Tijnjauan Singkat Jakarta Rajagrafindo Persada 2001

Sudarsono Kenakalan Remaja cet Ii Jakarta Rineka Cipta 1992

Tom dkk Bahaya NAPZA Bagi Pelajar Bandung Yayasan Al-Ghifari Morgan 1999

Tim BNN Materi Advokad Pencegahan Narkoba Jakarta Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia 2005

Yustisia Himpunan Peraturan Pemndang-Undangan Anti Narkoba diterjenialikuii oleh Tim iustaka Yuslisia Yogyakarta iuslaka Yustisia 2006

Waluyo Bambang Penelitian Hukum dalam Prakiek Jakarta Sinar Grafika 1996

Wcda Made Darma Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korporasi dalam niingti Rampai Viktimisasi Bandung Eresco 1995

B Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Pasal 152

Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika22Tahun 1997 tentang Narkotika

Keppres Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkolika Nasional

CInternet

htlpwwwbnngoidportalbariiiiorlalkQnlenpltpniima^Prorilampop^visi niisiamp tnn=lamp diakses tcrakiiir tanggal 13 November 2014

httpthed03hlogspoteom2008l Ohukuiii-viktimolQgihtmk diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014

httpwwwikonbaliorg26062Q(19advokasipctisi-ikon-bali-segera-tcrapkan-semahtml Petisi Ikalan Korban Napza (IKON) dalam rangka menyambut Hari Anti Narkotika (HANI) dan Hari Anti Penyiksaan 2009 diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014

httpwwwsurnekscoidindexphp7pption=^om cpntentampview=articleampid=^1405 2010-kej ati-baru-terapkan-uu-no-3 52009ampcatid=44 ilir-barat-i-bukit-keciIampUemid=94 diakses lerakJiir tanggal 12 Desember 2014

httpidsbvoongcQmexact-sciencesl8Q8652-getielika-dan-keiahatan Faktor Genetik Penyebab Kejahalan diakses terakhir tanggal 10 jaiiuari 2014

httpwwwasiasecuritiescoidsys 12ximagesstories201QEqtiitv2Q Pdf diakses terakhir tanggal 10 Januari 2014

LAMPIRAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

F A K U L T A S HUKUM

K A R T U AKTIVITAS BIMBINGAN SKRIPSI

N A M A MAHASISWA DIANA SAPUTRA

N O M O R INDUK MAHASISWA 50 2011 059

P R O G R A M STUDI I L M U H U K U M

PROG K E K H U S U S A N H U K U M PIDANA

P E M B I M B I N G M S O L E H IDRUS SHMH

l U D U L SKRIPSI P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T U N D A N G U N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I

KONSULTASI

K F -

MATERI YANG

DIBIMBINGKAN

PARAF

PEMBIMBING K E T

luymdash

y^ ^ Tlt2 N ^

7 M e

fSUL

k ^

CATATAN MOHON DIBERI WAKTU MENYELESAIKAN SKRIlSl RUiAN SEJAK TANGGAL DIKELUARKAN DITETAIKAN

DIKELUARKAN DI PALEMBANG PADA TANGGAL KETUA BAGIAN

JUDUL P E N Y A L A H G U N A A N N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG UNDANG N O M O R 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I

P E R M A S A L A H A N 1 Apa yang menjadi faktor tcrjadinya penyalaJigunaan narkotika dan psikotropika

2 Bagaimana pengaturan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspektif victimologi

B A B l P H N D A I i U L U A N A Latar Belakang B Permasalahan C Ruang Lingkup dan Tujuan D Metode Penelitian E Sistematika Penulisan

B A B 11 T I N J A U A N PUSTAKA

A Pengertian penyalahgunaan B Pengertian victimologi C Ruang lingkup victimologi D Jents dan penggolongan narkotika dan psikotropika E Undang Undang yang mengatur tentang narkotika

dan psikotropika

BAB I I I PEMBAHASAN A Faktor yang menyebabkan terjadinya

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika

B Penyalahgunaan narkotika dan psikolropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspeklif victimologi

BAB IV PENUTUP A Kesimpulan

B Saran-saran

DAF1AR PUSTAKA

L A M P I R A N - L A M P I R A N

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM

Lampiran Perihal Kepada

Sistematika penulisan (Outline) Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi YUi NUR HUSNI LMILSON SHSpNMH

Pembimbing Akademik Fakultas Hukum UMP dl-Palembaniz

Assalamualaikum WrWb

Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama DIANA SAPU I RA

Program Kekhususan Flukum Pidana

fada semester Lianjil tatiun kuliati 2UI42UI5 sudah menyelesaikan betian studi yang meliputi MPKMKKMKBMPBMBB (139 sks)

Dengan ini mengajukan pcrmohonan untuk penelitian Hukum dan Penulis Skripsi dengan judul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG-UNDANG N O M O R 35 T A H U N 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I

Demikianlah atas perkenaan Ibu diucapkan terima kasih

Wassalamualaikum WrWb

NIM 50 2011 059 Ilmu Hukum Program Studi

Palembang September 2014 Pemohon ^^--^5

Rekomendasi PAYbs

Pembimbing Akademik

HUSNI EMHSON SH SpN MH

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM

REKOMENDASI DAN PEMBIMBING SKRIPSI

Nama Nim Program Study Program Kekhususan Judul skripsi

DIANA SAPUTRA 50 2011 059 Ilmu Hukum Hukum pidana PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI

I Rekomendasi Ketua Bagian a Rekomendasi

b Usulan Pembimbing

Hukum Pidana

raiemoang iepiemt)er zu 14 KetuaJBagu

LuuTiiiAKNurCsHrR^

I L Penatapan Pembimbing Skripsi Oleh Wakil Dekan I

1 2

Palembang September 2014 Wakil Dekan I

- i poundL Dr Hj SRI S U L A S T R I SH M H

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah i n i Nama Tempat Tanggal Lahir N I M Program Studi Program Kekhususan

DIANA SAPUTRA PetransJaya 15 Januari 1992 502011059 Ilmu Hukum Hukum Pidana

Menyatakan bahwa karya ilmiah skripsi saya yang berjudul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANGshyU N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F VICTIMOLOGI

Adalah bukan merupakan karya tulis orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali daiam bentuk kutipan yang telah kami sebutkan sumbemya

Demikianlah surat pemyataan ini kami buat dengan sebenar-benamya dan apabila pemyataan ini tidak benar kami bersedia mendapatkan sanksi akademis

Palembang September 2014

PERMOHONAN UNTUK MENGIKUTI SEMINAR PROPOSAL

Palembang Oktober2014 Perihal Mohon untuk diiaksanakan seminar

Proposal Penelitian Skripsi

Kepada Yth Ibu Luil Maknun SH MH Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang D i -

Palembang

Assalamualaikum Wr Wb Saya yang bertanda tangan dibawah Ini Nama DIANA SAPUTRA

NIM 50 2011 059

Program Kekhususan Hukum Pidana

Bahwa yang bersangkutan telah layak untuk mer^ikiuti Seminar Proposal rencana penelitian skripsi yang judul PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI

Mohon kiranya yang bersangkutan untuk dijadwalkan mengikuti Seminar Proposal usul Penelitian Skripsi

Demikianlah disampaikan untuk dipertimban^Lan Wassalamualaikum Wr Wb

Pembimbing Skripsi

M SOLEH IDRUS3HMS

H A L A M A N P E R S E T U J U A N U N T U K M E N G I K U T I S E M I N A R P R O P O S A L

Nama DIANA S A P U T R A

N I M 50 2011059

Program studi Ilmu Hukum

Program kekhususan Hukum Pidana

Judui Penelitian PENYALAHGUNAAN N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A

MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI P E R S P E K T I F VICTIMOUHH

Palembang Oktober2014 Disetujui Pembimbing

M S O L E H IDRUSSH MS

Ketua Bagian Hukum Pidana

LuU MaknunSH M H

Page 7: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si

P E R N Y A T A A N K E A S L I A N K A R Y A I L M T A H

Dengan ini saya D I A N A SAPUTRA menyalakan bahwa Karya

llmiahSkripsi ini adalah asli hasil karya saya sendiri dan karya ilmiah ini belum

pemah diajukan sebagai pemenuhan persyaratan untuk memperoleh gelar

kesarjanaan Strata Satu (SI) dari Universitas Muhammadiyah Palembang maupun

Perguruan Tinggi lain

Semua informasi yang dimuat dalam karya ilmiah ini yang berasal dari

penulis lain baik yang dipublikasikan atau tidak tclah diberikan penghargaan

dengan mengutip nama sumber penulis secara benar dan semua isi dari Karya

Ilmiah ini sepeanuhnya menjadi tanggung jawab saya sebagai penulis

Palembang Maret 2015

Penulis

DIANA S A P U T R A N I M 50 2011 059

v i i

D A F T A R ISI

H A L A M A N J U D U L i

H A L A M A N P E R S E T U J U A N U N T U K U J I A N K O M P R E H E N S I F i i

M O T T O DAN P E R S E M B A H A N i i i

A B S T R A K iv

K A T A P E N G A N T A R v

P E R N Y A T A A N K E A S L I A N K A R Y A I L M I A H vi

D A F T A R ISI v i i i

B A B I P E N D A H U L U A N

A Latar Belakang

B Perumusan Masalah 5

C Ruang Lingkup dan Tujuan 5

D Metode Penelitian 6

F Sistematika Penulisan 7

B A B H T I N J A U A N P U S T A K A

A Pengertian Penyalahgunaan 9

B Pengertian Viclimohgi 10

C Ruang Lingkup Victimologi 11

D Jenis dan Penggolongan Niirkotika dan Psikotropika 12

a) Narkotika 12

b) Psikotropika 17

viii

B A B I I I P E M B A H A S A N

A Perkembiingan pengaturan tentang tindak pidana

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika sebelum iahimya

dan menurut undang-undang nomor 35 tahun 2009 22

B Pengaturan Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997

Tentang Psikotropika dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun

1997 Tentang Narkotika 40

C Pcnyalahgunaaan Narkotika dan Psikotropika Dalam

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari

Perlindungan Terhadap Korban 44

1 Self-victimizing victims narkotika dan psikotropika 44

2 Rehabilitasi terhadap self-victimizing victims 48

3 Tahapan-tahapan rehabilitasi terhadap self-victimizing

victims 57

B A B IV P E N U T U P

A Kesimpulan 65

B Saran 66

D A F T A R P U S T A K A

L A M P I R A N

ix

B A B l

PENDAHULUAN

Latar Belakang

PciTindiingan korban lindak pidana dalam sistein liukimi nasional

nampaknya belum memperoleh perhatian serius Hal ini terlihat dari masih

sedikitnya hak-hak korban tindak pidana memperoleh pengaturan dalam

perundang-undangan nasional Adanya ketldakseimbangan antara

perlindungan korban kejahatan dengan pelaku kejahatan pada dasarnya

merupakan salah satu pengingkaran dari asas setiap warga ncgara bersamaan

kedudukaiinya dalam hukum dan pemerintahan sebagaimana diamanatkan

oleh Undiing-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konslitusional

Niirkotika Psikotropika dan Bahan Aditif Lainnya adalah berbagai

macam obat yang semestinya dinianfaalkan sesuai dengan kcpentingan

tertentu niisalnya pada dunia mcdis untuk mcmbantu proses kerja dokter

dalam melakukan opcrasi bedah Akan tetapi saat ini obat-obat terlarang ini

telah dikonsumsi diedarkan dan diperdagangkan tanpa izin berwajib demi

memperoleh keuntungan dan nikmat sesaat saja Karena pengaruh Narkotika

dan Psikolropika tersebut dapat membuat pemakai menjadi ketergantungan

merusak sampai ke sel-sel saraf manusia seliingga melemalikaii daya pikir

dan lambat memberikan rekasi terhadap lawan bicara Untuk menganaiisa

materi pelajaran bagi pelajar dan mahasiswa yang terkena bahaya Narkotika

atau Psikotropika dapat mengakibatkan pada kelambatan berfikir sehingga

1

2

harapan dalam pencapaian pcmbangunan nasional dapal tcrganggu

Bahaya nicngedarkan Narkotika dan isikolropika dapat dibayangkan

berapa banyak sel syuraf otak mahusia yahg akan dlrusak borapa gencfasl

muda anik sekoiah dan mahasiswa terus diburu pengedar Narkotika dan

Psikotropika tersebul bahkan dapat mengakibatkan kematian^

Keterganl jngan lerhadap Narkotika dan Psikotropika pada mulanya ingin

coba-coba dulu karena Narkotika maupun Psikolropika tersebul dapat

membuat pemakaiiiyu bcrhalusinasi seolah lupu tchadiip masalah dan berada

pada dunia keindahaii Jika laktor kesempatan untuk mendapatkan Narkolika

dan Psikotropika sangat mudah dari pengedar maka dapal mengakibatkan

korban akan semakin bertambah Melihat besamya bahaya penyalahgunaan

Narkotika dan Psikotropika lerhadap individu dan mengganggu pencapaian

cita-cita NKRl maka lerhadap Narkotika maupun Psikolropika harus

dilakukan penanggulangannya sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku

Scjak awat mula Iahimya hukum pidana fokus subjek yang paling

banyak disoroti adalah si pelaku Padahal dari sualu kejahatan kerugian yang

paling besar didcrita adalah pada si korban kejahatan tcrsebut Akan tetapi

scdikit sekali ditemukun hukum-hukum atatipun peraturan perundang-

undangan yang mengatur tcnung korban serta perlindungan lerhadapnya

httpw^vbnn (ioidportalhiirup(irlalkoTilenphpnaTna=lrofilampopvisL _iTiisiampmn^l diakscs tcrukhir tanggal 29 December 2(M4 Iihal juja Kcpprcs Nti 17 Taliun 21X12 tentang Itadan Narkotika Nasional pada bagian konsidcran mcnimbang huruf (J) bcrbunyi Bahwa sehubungun dengan pertimbiingan hunifu huruf b huruf c dan sebagai pcluksunaan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkolika ficrlu niembcntuk Badan Narkotika Nusiona dcngan Keputusan Iresiden

^Funny Jonathans Poyk Suhiiah KusehiUan Narkoba Sayonara (Jakarta IT (Jelora AkHuru Iralama 2006) lial 9 Made Darma Weda Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korfwrasi dalam Bunga

3

Berbicara mengenai upaya penanggulangan kejahatan atau tindak

pidana Narkotika dan Psikotropika yang tepat maka cara pandang sebaiknya

tidak hanya terfokus pada berbagai hal berkaitan dengan penycbab timbuliiya

kejahatan atau metode apa yang efektif dipergunakan dalam penanggulangan

kejahatan tersebul Namun hal lain yang tidak kalah penlingnya untuk

dipahami adalah masalah korban kejahatan itu sendiri yang dalam keadaan-

keadaan lertentu dapal menjadi pemicu munculnya kejahatan dalam tindak

pidana Narkotika dan Psikotropika tersebul

Piida saat berbicara tentang korban kejahatan dalam tindak pidana

Narkotika dan Psikotropika maka cara pandang tidak dapat dilepaskan dari

victimologi Melalul victimologi dapal diketahui berbagai aspek yang

berkaitan dengan korban seperti faktor penyebab munculnya kejahatan

penyalahgunaan bagaimana seseorang dapat menjadi korban

penyalahgunaan dan upaya mengurangi terjadinya korban kejahatan

penyalahgunaan serta hak dan kewajiban korban kejahatan dalam tindak

pidana Narkolika dan Psikotropika tersebut Secara victimologi terhadap

korban kejahatan dalam tindak pidana Narkotika dan Psikotropika misalnya

korban yang ditemukan pada anak usia 7 tahun sudah ada sebagai pemakai

anak di usia 8 talum sudah ada yang memakai ganja dan lalu di usia 10 tahun

anak-anak sudah menggunakan Narkotika alaupun Psikotropika dari berbagai

jenis seperti ganja heroin morfni ekstasi dan sebagainya

Kraquogtrban dalam lingkup victimologi memiliki arti yang luas karena

Rampai Vihmisusi (Bandung Krcsco 1995) hal 200 TM Giri Prasln vo Rebahilium liagi Korban Narkoba ( Iangerang Visimudia 2006) hal v

4

tidak hanya terbatas pada individu yang secara nyata menderita kerugian

tetapijuga kelompok korporasi swasta maupun penierintali sedangkan yang

dimaksud dcngan akibat pcnimbulan korban adalah sikap atau tindakan

terhadap korban danatau pihak pelaku serta mereka yang secara langsung

atau tidak terlibat dalam terjadinya suatu kejahatan

Pentingnya korban kejahatan dalam tindak pidana Narkotika dan

Psikotropika ihempcroleh perhatian utama DIkarenakan korban merupakan

bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kejahatan oleh karena ilu maka

korban memiliki peranan yang sangat penting dalam penelitian ini

Diperolchnya pemahaman yang luas dan mendaiam tentang korban kejahatan

dalam linJak pidana Narkotika dan Psikolropika dapat [nenuidahkan dalam

menemukan upaya penanggulangan kejahatan yang pada akhimya akan

bermuara pada menurunnya kuantitas dan kualitas kejahalan Sejalan dcngan

semakin bcrkembangnya victimologi sebagai cabang ilmu baru berkembang

pula berbagai runuisan tentang victimologi Kondisi iiii hendaknya tidak

dipandang sebagai pertanda tidak adanya pemahaman yang seragam

mengenai ruang lingkup victimologi tetapi harus dlpaiidang sebagai bukti

bahwa vU timologi akan selalu berkembang sejalan dengan perkembangan

yang terjadi dalam masyarakat

Berdasarkan uraian di atas yang menjadi obyek pengkajian dari

victimologi penyalahgunaan Narkolika dan Psikotropika di antaraiiya adalah

faktor terjadinya kejahatan dan bagaimanakali pengaturan Narkotika dan

Dikdik M Arir Mimsur dan Elistaris (lultoiii UrgensI Ierilndungan Korban Kejahalan Anlara Norma dan Realita (Bandung Agustus EakulUis Hukum Universitas Padj aj uran 2006) hal 29

5

Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Oleh sebab itu

maka judui yang dipilih unluk diteliti dalam penelitian adalah

Penyalahgunaan Narkotika dan Pstkolropka Menurut Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 Dari Perspektif Victimologi

B Perumusan Masalah

1 Apa yang menjadi faktor faktor yang menyebabkan terjadinya

2 Bagainiana pengaturan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika dan

Psikotropika daiam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dari perspektif

victimology

C Ruaug lingkup daii tujuan

Ruang lingkup

Secara umum ruang lingkup skripsi ini untuk mengetahui apa yang

menjadi faktor faktor terjadinya penyalahgunaan narkobadan

penyalahgunaan norkoba menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari

perspektil victimologi

Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan penulisan ini adaiah

sebagai bfrikut

1 Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya

penyalahgunaan Narkoba

2 Untuk mengetahui pengaturan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika

dan Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Talum 2009 dari

penyakiligunaanTiarkotika dan psikotropika

6

perspektif viAimo(gtg[

E Metode rcncHtl

Untuk memperoleh data yang kongkril sebagai pcdoman dalam

penulisan skripsi ini maka penulis menggunaan metode sebagai berikul

1 Metode pclaksanaan penelitian

dalam pclaksanaan ini penulis menggunaan metode penelitian hukum

normatif yang bersifal diskriftif dengan menggunaan dala skunder

Penelitian nukum norkatif ini merupakan penelitian kcpustakaan yaitu

penelitian terhadap dala skunder yang iiiempuiiyai ruang lingkup meiipuli

surat sural fakta fakta sampai pada dokumen - dokuincn resmi yang

dikeluarkan oleh instansi lerkait

2 Metode pcngiimpulun data

Pengumpulan data meiiipunyai hubungan yang eral dengan sumber data

karena dcngan pengumpulan dala akan diperoleh data yang dipcrlukan

untuk selanjutnya dianalisis sesuai dengan yang diinginkan Dalam usuha

pengumuian dala dala yang relevan dengan judul ini penulis

menggunakan metode normatif diskriplif dengan menggunakan data

skunder yang berbentuk dokumcntasi

3 Tehnik pcngolahan data

Dilakukan dcngan cara nnalisis isi terhadap teksural untuk selanjutnya

dikoniruksikan dalam suatu kesimpulan

7

Sislemutika [cnulisiin

Penelitian ini dibuul berdasarkan sistematika penulisan di dalam

penelitian ini peneliti mcmbaginya dalam empat bagian yailu

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan bab pendahuluan yang menguraikan mengenai hal-hal

berkaitan dengan Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan

dan Maniaat Penclilian Kcaslian Penelitian Tlnjaiian

Kcpustakaan Pengertian Penyalahgunaan Pengertian

Viclimologi Ruang Lingkup dan Manfaat Viclimologi Jenis dan

Penggolongan Narkotika dan Psikotropika Metode Penelitian

dan Sistematika Penulisan

BAB U TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bagian ini menguraikan yaitu mengenai pengertian tentang

penyalahgunaan pengertian tentang ruang lingkup viktimologi

pengertian tentang narkotika dan jcnis-jcnis narkolika

BAB Hi PEMBAHASAN

Merupakan bab yang membahas mengenai hal-hal yang berkaitan

dengan Pengaturan Sanksi Pidana lerhadap Penyalahgunaan

Narkotika dan Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Ditinjau dari Perlindungan Terhadap Korban dan

Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Self

Victimizing Victims

8

BAB IV K E S I M P U L A N DAN SARAN

Bab ini memuat beberapa kesimpulan dan saran yang dibuat

peneliti sebagai hasil dari pembahasan dun penguraian di dalam

penelitian ini dari keseluruhan permasalahan yang ada

DAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A Pengertinn Pcnyalaliguiiaan

Penyalahgunaan dimaksudkan dalam penclilian ini adalah

penyalahgunaan terhadap narkotika dan psikolropika Dimana bahwa

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika ini diambil dan dipersainakan

dcngan pengertian penyalahgunaan narkoba seperti yang disebutkan Lutfi

Braja yakni memberikan pembatasan mengenai penyalaiiguiiaaii yaitu

Pemakaian narkoba di iuar indikasi medik tanpa petunjuk atau

resep dokter dan peinakaiannya bersifat patologik

(menimbulkan kelainan) dan menimbiilkan humbutan dalam

aktifitas di rumah di sekoiah atau di kampus tempat kerja dan

lingkungan sosial Ketergantungan narkoba adalah kondisi yang

kebanyakan diakibatkan oleh penyalahgunaan zat yang disertai

dengan adanya toleransi zat (dosis semakin tinggi) dan gejala

putus zal

Permasalahan penyalahgunaan mengakibatkan dampak yang sering

terjadi di tengah-tcngah masyarakat dari penyalahgunaan narkolika dan

psikotropika antara lain merusak hubungmt kekeluargaaii menurunkan

kemampuan belajar dan produktifitas kerja secara drastis sulit membedakan

mana perbuatan baik dan perbuatan buruk perubahan pcrilaku menjadi

Mardani Op 01 lial 2

9

10

pcrilaku anti sosial (pcrilaku maladaptil) gangguan kesehalan (fisik dun

mental) mempertinggi jumlah kecelakaan lalu lintas tindak kekerasan dan

kriniinuliLis lainnya

Dari kata penyalahgunaan menandakan bahwa Narkotika dan

Psikotropika tidak selalu bermakna negatif Dcngan begitu narkotika dan

psokitropika yang digunakan dengan baik dan benar oleh dokter untuk

mengobati pasiennya lidak tennasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang

disaiahgunakan Di dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA

(Narkotika Psikotropika dan Zat Adit i f Lainnya)

B Pengertian Victiimlogt

Pada dasarnya perkembangan ilmu pengetahuan tentang korban

kejahalan (viktimologi) lidak dapat dipisahkan dari iahimya peiiiikiraii-

pemikiran brilian dari Hans von Hentig seorang ahli kriminologi pada talum

1941 serta Mendelsohn pada tahun 1947 Pemikiran dari kedua ahli ini

sangat mcmpengaruhi setiap fase perkembangan viktimologi Perkembangan

viktimologi hingga sampai pada keadaan seperti sekarang tentunya tidak

terjadi dengan sendirinya namun telah meiigalami berbagai perkembangan

yang dapai dibagi dalam 3 (tiga) fase sebagai berikut

a iada tahap peitama viktimologi hanya meinpclajari korban kejahatan saja

pada fase ini dikatakan sebagai pehdl or special vtciimolo^

b Pada lase kedua viktimologi tidak hanya mengkaji masalah korban

Oadang Huwari Konsep Islam Memerungt AIDS dan NAA Cel XI (Ycgvakarta Ohaiiii iiakli Idaya 1997) hal 153 Made Danaa Wi da Op cil hal 200

kejahalan tetapi juga meiipuli korban kecelakaan Pada fase ini disebut

sebagai general victimology

c Fase ketiga Vikt imologi sudah berkembang lebih luas lagi yaitu mengkaji

permasalahan korban karena penyalahgunaan kckuasaan dan hak-hak asasi

manusia Fase ini dikatakan sebagai new viciimology

Berdasarkan pengertian di atas nampak je las bahwa yang menjadi

obyek pengkajian dari viktimologi diantaranyu pihak-pihak mana saja yang

terlibat atau mcmpengaruhi terjadinya suatu viktimisasi kriminal

bagaiinanakah respon terhadap suatu viktimisasi kriminal faktor penyebab

terjadinya viktimisasi kriminal bagaimanakah upaya penanggulangannya

dan sebagainya

C R u a i i g L i n g k u p Victimologi

Vikt imologi mencliti topik-topik teiilang korban scperti peranan

korban pada terjadinya kejahatan hubungan antara pelaku dengan korban

rentannya posisi korban dan peranan korban dalam sistem peradilan pidana

Selain itu menurut Muladi viktimologi merupakan suatu studi yang bertujuan

untuk

1 Menganaiisa berbagai aspek yang berkaitan dcngan korban

2 Berusaha untuk memberikan penjelasan sebab musabab terjadinya

vikt imisasi dan

3 Mengembangkan sistem tindakan guna mengurangi penderitaan manusia

^Suryono Ekolaina ST Harum Pudjianlo RS dan G Wiraiama Abortus Iruvocalus Ba^ Korban Perkosnan Persxkif Viktimologi Kriminologi Jan Hukum Pidana Edisi PcrUtma Culakari lurlunii (Jakiiria Univcrsilas AlmaJaya 2001) liul 174 ^ibidMl I7()

12

Menurut JE Sahetapy ruang lingkup Viktimologi meliputi bagaimana

sescorang (dapat) menjadi korban yang ditentukan oleh suatu victimity yang

lidak selaiu berhubuiigan dengan masalah kejahatan termasuk pula korban

kecelakaan dan bencana alam selain dari korban kejahatan dan penyalah

gunaait kekuasan^ Namun dalam perkembangannya di tahun 1985

dipeiopori oleh Separovic yang mempelopori pemikiran agar Viktimologi

khusus niengkaji korban karena adanya kejahatan dan penyalahgunaan

kckuasaan dan tidak mengkaji korban karena musibah alau bencana alam

karena korban bencana alam di iuar kemauan manusia out of mms will)

D Jenis dan Penggolungan Narkotika dan Psikotropilta

Dari kata penyalahgunaan narkoba menandakan bahwa narkoba tidak

selalu beimakna negatif Dengan begilu narkolika dan psokitropika yang

digunakan dengan balk dan benar oleh dokter unluk mengobati pasiennya

tidak termasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang disaialigLmakan Di

dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA (Narkotika Psikolropika

dun Zat ditir Lainnya) Dalam penelitian ini hanya dibahas tentang

narkotika dan psikolropika maka sebelumnya dipaparkan terlebih dahulu

berbagai jenis narkotika dan psikotropika sebagai berikut

a) Narkolika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari lanaman atau

TbUi Miiiadi HAM Halam Persepkiif Sislem Peradilan Pidana datam Muladi (cd) Hak Asas) Manusia Hakclal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspeklif llukum dan Masyarakat (Bandung Refikii Aditama 2005) hal lOX VfiWDial 109 Subagyo Partediharjo Op cil hal 11

13

bukan tanainan baik sintesis maupun bukan sintesis yang dapat

menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa

Zat ini dapal mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat

meninibulkan ketergantungan Menurut Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika Narkolika adalah at atau obat yang

berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun

semisimetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri

dan dapat nienimbulkati ketergantungan yang dibedakan kc dalam

golongan-goiongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang in i

Narkotika memiliki daya adikasi (ketagihan) yang sangat berat

Narkolika juga memiliki daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual

(kebiasaan) yang sangat tinggi Ketiga sifat narkolika ini yang

menyebabkan pemakai narkotika tidak dapat lepas dari cengkeramannya

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

Jenis jenis narkotika dibagi ke daiam 3 (tiga) kelompok yaitu narkotika

golongan I golongan I I dan golongan I I I

Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbaiiaya

karemi daya adilifnya sangat tinggi Golongan ini tidak boleh digunakan

untuk kcpentingan apapun kecuali unluk penelitian atau ilmu

pengetahuan Contohnya adalah ganja heroin kokain inorfin opium dan

lain-lain Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya

Ibid Posal 1 Ayal (I) Unilung-Undang Nomor 3 Tahun 2009 lenlang Narkotika

14

aditifkual tclapi bcrmaiilaal untuk pcngohatan dan penclilian tlonluhnya

adalah petidin dan turunannya benetldin belamctadol dan lain-iain

Sedanikaii narkulika golungaii Ml adalah narkotika yang niciniliki daya

aditif riiigan tetapi bermanfaat untuk penghatan dan penelitian Contohnya

adalali kudcin dun turunannya^

Berdasarkan cara pcmbuatannya narkotika dibedakan ke dalam 3

(tiga) golongatt juga yaitu narkolika atami narkotika semlsimesis dan

narkotika sintesis Dijelaskan sebagai berikut

1) Naikotika alami

Narkotika alami adalah narkotika yang zat aditithya diambil dari

(umbuhlumbuhan (atam) Contohnya

u tjaiija

Ganja adalah tanaman perdu dengan daun menyerupai daun

singkong yang tepinya bergerigi dan berbulu lialus Jumlah Jari

daunnya selalu ganjil yakni 5 7 9 Tumbuhan ini banyak lumbuh di

iieberapa daerah di Indonesia seperti Aceh Suinalera Ulara

Sumatera Selaian Pulau Jawa dan lain-lain Daun ganja ini sering

iligunakiin sebagai bumbu penyedap masakan Bila digunakan

ebagai bumbu iiuisak daya adilifnya rendah Namun lidak

ilemikian apabila dibakar dan asapnya dihirup Cara

|)cnyalahgunaunnya adalah dikcringkan dan dicampu dengan

icmbakiiii rokok atau dijadikan rokok lalu dibakar serta dihisap

Subagvo PurtoJiharjo Op cil hal 11-12

15

b Ilaisis

Hasis adaiah lanaman serupa ganja yang lumbuh di Amcrika

Latin dan Eiopa Daun ganja hasis dan mariyuana Juga dapat

disuling dan diambil sarinya Oatam bentuk cair harganya sangat

mahai Gunanya adalah unluk disaiahgunakan oleh pemadut-pemadal

kelas tinggi

c Koka

Koka adalah lanaman perdu mirip pohon kupi Huahnya yang

inatang bcrwama inerah seperti biji kopi Dalam komunitas

masyarakat Indian Kuno biji koka sering digunakan untuk

inenambah kekiiatan orang yang bcrperang atau bcrburu binalang

Koka kemudian bisa diolah menj adi kokain

d Opium

Opium adaiah bunga dengan bentuk dan wama yang indah

Dari getah bunga opium dihasilkan candu (opiat) Di Mesir dan

daratan Cina opium dahulu digunakan unluk mengobati beberapa

penyakit member kekuatan atau menghilangkan rasa sakil pada

lentara yang terluka sewaktu berperang atau berburu Opium banyak

lumbuh di segiliga emas antara Burma Komboja dan Thailand

atau di daratan Cina dan segitlga emas Asia Tengah yaitu daerah

antara Alganistan Iran dan Pakistan

Dalam kalangan perdagangaii liilernasional ada kebiasaan

ftW hal 14

16

(keliru) tncnamai daerah tempat peuanamuii opium sebagai daerah

emas Diberi nama demikian karena perdagaiigan opium sangat

mengimtiingkan Karena bahayanya yang besar daerah seperti ilu

keliru jika diberi nama predikat emas Daerah sumber produksl

opium sepantasnya disebut segitlga setan atau segitlga iblis

2) Narkotika semisintcsis

Narkotika semisintesis adalah narkotika alami yang diolah dan

diambil zat aktifnya (intisarinya) agar memiliki khasiat yang lebih kuat

schmgga dapat dimanfaatkan untuk kepcnlingan kedokteran

Contohnya

a Morfm dipakai dalam dunia kedokteran unluk menghilangkan rasa

sakit alau pembiusan pada operasi (pcmbcdahan)

b Kodein dipakai unluk obat penghilang baluk

c Heroin tidak dipakai dalam pengobatan karena daya adilifnya

sangat besar dan matifuatnya secara medis belum

ditemukan Dalam pcrdugangan gelup heroin diberi nama

pulaw atau pete atau pt Henlnknya seperti tepun terigu

yang halus pulih dan agak kotor

d Kokain liiisll olahati dari biji koka

3) Naikotika sintesis

Narkotika sintesis adalah narkotika palsu yang dibuat dari bahan

kimia Narkotika ini digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi

oraiig yang menderita kclcrgantungun Contohnya

17

a Ietidin unluk obat bius lokal operasi kccil sunal dan

sebagainya

b Melhadon unluk pengobatan pecandu narkoba dan

c Naltrexon untuk pengobatan pecandu narkoba

Selain unluk pembiusan narkolika sintesis biasanya diberikan

oleh dokter kcpada penyalahgiina narkoba untuk menghcntikan

kebiasaannya yang tidak kuat melawan sugesti (relaps) atau sakaw

Narkotika sintesis berfungsi sebagai pengganti senientara Bila sudah

bciiar-bcnar bcbas asupan narkoba sintesis in dikurangi sedikil demi

sedikit sampai akhimya berhenti total

b) Fsikotropika

Pengertian psikolropika menurut Pasal I Ayal ( I ) Undang-Undang

Nomor 5 Taliun 1997 tentang Psikotropika adalah Zat atau obat baik

alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif

melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusal yang menyebabkan

perubahan khas pada uktivitus mental dan perilaku

Pengertian Psikolropika di daUim Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika tidak ditemukan Hal tersebut sehubungan

dengan ketentuan di dalam Pasal 153 huruf b yaitu Lamplran mengenai

jenis Psikotropika Golongan 1 dan Golongan II scbagaimana tercantum

dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang

Psikotropika (lcmbaran Ncgara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor

10 Tambahan Lcmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671) yang

18

telah (iipindahkan menj adi Narkotika Golongan I menurut UndangUndang

ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku Oleh karenanya dalam Undangshy

Undang Nomor 35 Tahun 2009 tidak ada lagi di dalam pasal-pasal nya

yang mengatur mengenai Psikotropika karena sudah dlmasukkan ke dalam

golongan Narkotika

Sesuai dengan pembahasan dalam penelitian ini masih

berhuijutigar dengan Psikotropika maka Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1997 tentang Psikotropika masih perlu untuk dibahas dalam penelitian ini

Menui iil undangumlang tersebut Psikolropika adalah zal atau obal bukan

narkolika baik alamiah maupun sintesis yang memiliki khasiat psikoaktif

melaiui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan

perubahan khas pada aktivitas nonnal dan perilaku Psikotropika ini

merupakan obat yang digunakan oleh dokter untuk mngobali gangguan

jiwa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tenumg

Psikolropika psikotropika dikelompokkan ke dalam 4 (empat) golongan

Golongan I yaitu psikotropika dengan daya aditif yang sangat kuat

belum diketahui manfkilnya untuk pengobatan dan sedang diteliti

khasiiitnya saat ini Contohnya adalah MDMA ekstasi USD dan STP

Golongan U yakni psikolropika dengan daya aditif kuat serta berguna

untuk pengobatan dan penelitian Contohnya adalah amfelamin

metanifetamin metakualon dan sebagainya Golongan IH yakni

psikolropika dcngan daya adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan

dan penelitian Contohnya adalah lumibal buprenorsina flcenilrazepam

19

dan sebagainya Golongan IV yakni psikotropika yang memiliki daya

aditif ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian Contohnya

adalah netrazepam (BK Mogadon Duiiiolid) diazepam dan lain-lain^

Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang

Psikotropika yang dimaksud dengan paslkotoplka adalah zat atau obat

baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif

melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang mcnyebabkan

perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku Psikotropika

dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut

1 Psikotropika golongan I yaitu psikolropika yang hanya dapat digunakan

unluk kcpentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi

sena mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma

ketergantungan Contohnya ekstasi shabu LSD

2 Psikotropika golongan II yakni psikotropika yang berkhasiat

pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi danatau tujuan ilmu

pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma

ketergantungan Contohnya amfetamin metilfenidat atau ritalin

3 Psikotropika golongan III yaitu psikotropika yang berkhasiat

pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi danatau unluk tujuan

ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan

sintlroma ketergantungan Contohnya pentobarbital Flunitrazepam dun

4 Psikotropika golongan IV yaitu psikotropika yang berkhasiat

Ibid ILil 15

20

pengobatan dan sangal luas digunakan dalam terapi danatau unluk

tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan

mengakibatkan sindrom ketergantungan Contohnya diazepam

bromazepam Fenobarbital klonazcpam klordiazepoxide nitrazepam

seperti pil BK pil Kopio Rohip Dum MG

Sedangkan kelompok dan jenLs psikotropika yang sering

disaiahgunakan antara lain

1 Psikostimulansia scperti amfetamin ekstasi dan shabu

2 Scdalif amp Hipnolika (obat penenang obat tidur) seperti MG BK

DUM Pil kopio dan lain-lain dan

3 Halusinogenika seperti lysergic acid dycthylamidc (USD) mushroom

Berdasarkan Ilmu farmukologi psikotropika dikelompokkan ke daiam 3

(tiga) golongan yakni dcpresan stinuilan dan halusinogen sebagai

berikut

1 Kelompok dcpresanpcnekan syaraf pusatpenenangobat tidur

Contohnya adalah valium BK rohipnol mogadon dan lain-lain

Jika diminurn obat ini dapat memberikan rasa tenang menganluk

rasa tcnteruni dan damai Obat ini Juga menghilangkan rasa takut

dan gelisah

2 Kelompok stimuiaiiperangsang syaraf pusaianti tidur Conlohnya

adalah amfetamin ekstasi dan shabu Ekstasi berbentuk tablet

berancka bentuk dun wama Amfetamin berbentuk tablet bcrwama

-Aid hal 16-17

21

pulih Bila diiriinuni obal ini mcndalangkan rasa gembira hilangnya

rasa pemiusuhiui hilangnya rasa marali ingin selalu aktif badan

terasa fit dan lidak merasa lapar Daya kerja otak menjadi scrba

cepat namun kurang lerkendali Shabu berbentuk tepung kristal

kasar berwarna pulili hersih seperti garani

3 Kelompok halusinogen Halusinogen adalah obat at tanaman

makanan yang dapat meninibulkan kiiayaian contohnya yailu LSD

Lysergic Acid Dicihyltamide) getah lanaman kaklus kecubung

jamur tertentu (misceiine) dan ganja Bila diminurn spikotropika

jenis in dapat menimbulkan kliayalan tentang peristiwa-peristiwa

yang mengerikan khayalan tentang kenikmatan scks dan

sebagainya Kenikmatan didapat oleh pemakai setelah pemakai sadar

bahwa perisfiwa mengerikan ilu bukan kenyataan atau karena

kenikmatankenikmatan yang dialami walaupun hanya khayalan

BAB III

PEMBAHASAN

A Faktor yang Mcnyebabkan Terjadinya Penyalahgunaan Narkotika dan

Psikotropilta

1 Faktor yang Bersunibcr Dari Individu

Menurut Luthfi Buraja terdapat 3 (liga) pcndekatan untuk

tcrjadinya penyalahgunaan dan ketergantungan terhadap narkotika dan

psikotropika yaitu peridekalan orgunobilogik psikodinamik dan

psikososial Ketiga pendekatan tersebut tidaklah berdiri sendiri melainkan

saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya Dari siidut pandang

organobiologik (sususan syaraf pusatotak) mekanismc terjadinya adiksi

(ketagihan) hingga deperidcnsi (ketergantungan) dikenal dengan dua istilah

yaitu gangguan mental oragnik atau sindrom otak organik seperti gaduh

gelisah dan kekacauan dalam fungsi kognilif (alam pikiran) efektif (alam

perasaanemosi) dan psikomotor (perilaku) yang disebabkan efek

langsung terhadap susunan syaraf pusat (otiik)^^

Sescorang akan mcnjadi ketergantungan terhadap narkotika dan

psikotropika apabila seseorang dengan tems-menenis diberikan zat

tersebut Hal ini berkaitan dengan teroi adaptasi sekuler mum

adaptaiUm) tubuh beradaptasi dengan menambah jumlah teseptor dan seishy

se syaraf bekcrja kcras Jika zat dihenlikan sel yang masih bekerja kcras

Luthll Uaraja Makalali Gangguan Mciilul dan icrilaku Akibut Nurkuba Disampalkim pada Seminar tentang Narkoba di SMK Iptck lakarla hal 2

22

23

tadi mengaiami kelmLisaii yang dari kiar tampak sebagai gejala-gejala

putus obal Gejala putus obat tersebut mcmaksa individu untuk

mengulangi pemakaian zal tersebul

Faktor predisposisi individu dengan gangguan kepribadian (anti

sosial) ditandai dengan pcrasaan lidak puas terhadap orang lain Selain itu

yang bersangkutan tidak inampu untuk berfungsi secara wajar dan efektif

dalam pergaulan di rumah di sekoiah atau di tempat kerja gangguan lain

sebagai penyerta berupa rasa cemas dan depresi Untuk mengatasi

ketidakniainpuan dan mcnghiiangkan kccemasan atau depresinya maka

individu tersebut cenderung untuk menggunakan narkoba Semestinya

individu itu dapat mengobati dirinya dengan datang ke dokterpsikiater

untuk mendapatkan terapi yang tepat sehingga dapat dicegah

keterlibatannya dalam penggunaan narkotika dan psikotropika

Secara umum mereka yang menyalahgunakan narkotika dan

psikotropika dapat di bagi ke dalam 3 (tiga) golongan besar yaitu

1 Ketergantungan primer ditandai dengan adanya kecemasan dan

depresi yang pada umumnya terdapat pada orahg detigah kepfibadlah

yang tidak stabil

2 Ketergantungan simtomatis yaitu penyalahgunaan narkotika dan

psikotropika sebagai salah satu gejala dari tipe kepribadian yang

mendasarinya pada umumnya terjadi pada orang yang kepribadian

psikopatik (anti sosial) kriminal dan pemakaian narkotika dan

Ai4hal K

24

psikotropika untuk kesenangaii sematu

3 Ketergantungan reaktif yaitu terdapat pada remaja karena dorongan

ingin tahii pengaruh tekanan dan lingkungan tenian atau kelompok

sebaya peer group pressure)

Ada beberapa faktor internal dan ekslernal yang mcnjadi penyebab

individu menyalahgunakan dan menjadi ketergantungan terhadap

narkotika dan psikotropika Menurut Sudarsono bahwa penyalahgunaan

narkolika dan psikotropika di latar belakangi oleh beberapa sebab yaitu

1 Untuk membuktikan kebcranian dalam melakukan tindakan-tindakan

yang berbaiiaya seperti ngebut dan bergaul dengan wanita

2 Meniinjukkan tindakan yang menenlung orang tua guru dan norma

sosial

3 Mempermudah penyaluran dan mempermudah perbuatan seks

4 Melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh peiigalamaii-

pengalainan einosional

5 Meneari dan menemukan aril hidup

6 Mengisi kekosnngan dan kesepian hidup

7 Menghilangkan kegelisahan frustasi dan kepepel hidup

8 Mengikuti kemauan kawan-kawan dahim rangka pembinaan solidaritas

dan

9 Iseng-iseng saja dan rasa ingin tahu

Menurut hasil penelitian Dadang Hawari bahwa di anlara faklor-

Sudujsono Kenakalan Remaja cel ii (Jakarta Rineka Cipta 1992) 1ml 67

25

faktor yang berpcran dalam penggunaan narkotika dan psikolropika

adalah

1 Faktor kepribadian anti sosial dan psikopatik

2 Kondisi kejiwaan yang mudah merasa keeewa atau depresi

3 Kondisi keluarga yang meliputi keutuhan keluarga kesibukan orang

tua hubungan orang tua dengan anak

4 Kelompok teiiian sebaya dan

5 Narkotika dan psikotropika itu sendiri mudah diperoleh dan tersedianya

pasaran yang resmi maupun lidak resmi

Menurut Siibagyo Partodiharjo secara individu terdapat beberapa

faktor yang mcmpengaruhi sescorang dapat menyalahgunakan narkotika

dan psikotropika Alasan ini merupakan alasan yang bersumber dari diri

sendin atau pemakai narkotika dan pasikotropika tersebut yakni sebagai

berikut

a Ingin tahii

Perasaun ingin tahu biasanya diniiliki oieh generasi muda pada

umur setara siswa SD SLTP dan SLTA Bila di hadapan sckelompok

anak muda ada seseorang yang inemperagakan uikmatnya

mengkonsumsi narkotika dan psikolropika maka didorong oleh naluri

alami anak muda yaitu keingintahuan maka salah seoariig dari

kelompok itu akan maju mencobanya Selain didorong oleh

keingintahuan keberaniannya juga karena didesak oleh gejolak dalam

Mardiini foc cil hai 102 ^ Subagyo RatoiJlliarjo ioc cil liiil 72-74

26

jiwanya yang ingin dianggap hebal pemberani dan pahlawan di antara

temanteinan sehayanya Maka jatuhlah satu orang anak dalam pelaku

setan

Dalam kondisi seperti itu reaksi kawan-kawan sebayanya

berbeda-bcda

1 Ada yang ingin menyaingi menunjukkan bahwa dirinya lebih hebat

lagi lalu memakai

2 Ada yang ingin tahu kemudian ikut memakai dan

3 Ada yang sella kawan lain ikut memakai juga

Sikap seperti inilah yang menyebabkan bandar atau pengedar

senang Mereka meiigincar generasi muda mahasiswa atau pclajar

karena 2 (dua) pertimbaiigan

1) Kalau salah satu anak muda kena maka anak muda yang lainnya

ikut kena sehingga konsumen cepat bertambah dan

2) Kalau anak muda kena maka anak muda tcrsebut akan mcnjadi

pemakai selia dalam waktii yang lama Berbeda dengan orang tua

yang cepat maii keuntungan komersial yang diperoleh dari

kelompok anak muda ini akan banyak

b Ingin dianggap hebal

Pcrasaan ingin dianggap hebat biasanya dimiiiki oleh generasi

muda Sepcrti ditcrangkan di atas salah satu sifat alami yang positif

dari generasi muda adalah daya saing Sayang sekali karena

kelidaktahuan sifat positif ini juga dapat dipakai untuk masalah negatif

27

Silat positif ini scharusiiya didorong unluk berlomba daluin preslasi

pada bidang pcndidikan kesenian olah raga dan lain-lain yang

bermanfaat bagi kehidupan

Bila sikap ingin berkonipctisi ini diarahkan untuk

mengkonsumsi narkolika dan psikolropika akibatiiya sungguli

mengerikan yailu kcgagalan hidup dan kesengsaraan Pemakai hanya

dapat dianggap hebat oleh lingkungan kecil pcniakai narkotika dan

psikotropika Di masyarakat luas pemakai hanya menuai cerca dan

nista

c Rasa setia kawan

Perasaan setia kawan sangat kuat dimiiiki oleh generasi muda

Jika lidak mendapatkan penyaluran yang posilif sifai positif tersebut

dapat berbahaya dan mcnjadi negatif Bila (cmannya memakai

narkotika dan psikotropika maka individu tersebul ikut juga memakai

Bila temannya dimarahi orang tuanya atau dimusuhi masyarakat maka

pemakai membela dan ikut bersimpatik

Sikap seperti itulah yang menyebabkan anak ikut-ikutan

Awalnya hiuiya satu orang yang merokok kemudian semuanya menjadi

perokok Setelah semuanya merokok sntu orang mulai memakai ganja

lalu yang lainnya ikut sehingga menjadi sekawanaii pemakai ganja

Selelah semua memakai ganja satu orang memakai ekstasi kemudian

semuanya ikut demikian selerusnya meningkat menjadi shabu dan pada

akhirnya menjadi pemakai putaw

28

d Rasa kccewa truslasi kcsai

Pcrasaan kesal kcccwa atau (rustasi biasanya terjadi karena

kegagalan pada generasi muda eksckutif mudu suami atau istri

Pcnggiiiiaan narkotika dan psikolropika pada kelompok ini bertujuan

untuk sesaat melupakan kekccewaan kckesaian dan fi-uslasi Kondisi

masyarakat yang carut martit tclah banyak melahirkan kekccewaan

kekesalan bahkan Iruslasi Narkolika dan psikotropika dapat

melupakannya sesaat tetapi tidak untuk mengatasi masalah yang

sesungguhiiya

Hubungan buruk yang disebabkan oleh kcgagalan

berkomuiiikasi antara orang tua dengan anaknya dapat menyebabkan

rasa kesal Hal ini mcnjadi faktor pemicu pemakaian narkotika dan

psikotropika oleh anak Intcraksi anlara orang tua dcngan anak tidak

cukup hanya berdasarkan niat baik Cora berkoniunikasi juga harus

baik Masing-masing pihak harus memiliki kcsabaran untuk

menjclaskan isi hatinya dengan cara yang tepat Banyak sekali konfllk

di dalam rumah tangga yang terjadi hanya karena salah paham atau

kekeliman berkoniunikasi Kekeliruan kecil itu dapal bcrakibat fatal

yaitu masuknya narkotika dan psikotropika ke dalam keluarga

Kekccewaan kekesalan dan frustasi dapal terjadi karena

kekeliruan dalam berkomunikasi terhadap beberapa faktor berikut i n i

I ) Komunikasi anak dengan orang tua

IbUI hiiJ 74

29

2) Komunikasi antar anak

3) Komunikasi di lingkungan eksekulifinuda dan

4) Komunikasi antara suami istri

e Ingin bebus dari rasa sakil atau pusing

Penderila pcnyakit beral yang kronis dan tidak kunjuiig sembuh

misalnya Ranker hati luka bakar uka tusuk wasir Ranker paruparii

migreii eneok pengapuran dan lain-lain sclalu merasakan sakit yang

iuar biasa karena penyakitnya Rasa sakit tersebut sering kali tidak

dapat dihilangkan dengan obat pengtiiiang rasa sakit biasa (anaigetik)

sehingga peiiderilanya mencoba narkotika atau psikotropika

Narkotika maupun psikolropika dapat menghilangkan rasa sakit

tersebut tetapi tidak menyembuhkan penyakitnya Ceiakaiiya pemakai

yang bersangkutan malah mendapat maslah baru yaitu ketergantungan

dengan segala komplikasinya yang justru menjadi lebih berbahaya

f Ingin menikmati rasa gembira tampii lincah energik dan mengusir

rasa sedih dan malas

Para eksekudf dan sciebritis biasanya memiliki gaya hidup yang

trendi Mereka merasa dituntut untuk selalu lampil lebih prima Dengan

mengkonsumsi naikotika atau psikolropika mereka dapat tampii prima

dan percaya diri karena kehilangan rasa malu walaupun sesungguhnya

tidak demikian

Perasaan hebat tersebut di atas seharusnya dicapai melaiui tekun

berolah raga hidup teratur meningkatkan kualitas fisik mental

30

inlclckUial dan mocaiiiyii Riikan ineiigamhit jalan piiitas dcngan tampii

seotah-olah prima niclalui manipulasi atau lipuan melaiui

mengkonsumsi narkotika atau psikolropika tersebut Pcnampilmi prima

yang semu atau atau tipuan itu lambat laun akan terungkap juga

sehingga [ania-keiamaan akan kelahuari juga jati dirinya yang

sesungguhnya itu

g ingin tampii iangsing

Narkolika dan psikotropika terscbut juga banyak digunakan oleh

artis dan ibu-ibu rumah tangga yang berbadan gemuk untuk

melangsingkan lubtihnya Narkotika alau psikotropika dengan jenis

tertentu ada juga yang dapat menghilangkan nafsu makan sekaligus

menambali aktivitas fisik sehingga dapat menurunkan beral badun

h Takut mengalami rasa sakit (sakaw)

Pengguna jenis narkotika atau psikolropika tersebut yang sudah

menjadi pemakai tetap (pemadat) akan mengalami rasa sakit (sakaw)

bila tidak memakainya Karena takut merasakan penderitaan maka

pemakai tersebut terus memakainya sehingga menjadi pemakai yang

sella junkies) Banyak pemakai narkotika dan psikotropika ini yang

setia adalah orang-orang yang merasa terpaksa memakai sebab kalau

lidak memakainya mereka akan mengalami sakaw

Kebanyakan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika

dimulai atau terdapat pada masa remaja sebab masa remaja yang

sedang mengalami perubahan biologik psikologik maupun sosial yang

31

pesat merupakan individu yang rentan untuk nienyaiahguriakan

narkotika maupun psikotropika terscbut Anak atau remaja dcngan ciri-

ciri tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi

penyalahgunanya Ciri-ciri tersebut anlara lain^

a Cenderung memberontak dan menolak otoritas

b Cenderung memiliki gangguan j iwa lain (komorbiditas) seperti

depresi cemas psikotik keperibadian dissosial

c Perilaku menyimpang dari aluran atau norma yang berlaku

d Rasa kurang percaya diri low selw-confulence) rendah diri dan

memiliki citra diri negatif (ow setf-esleem)

e Sifal mudah keeewa cenderung agresif dan destruktlf

f Mudah murung pemalu pendiam

g Mudah merasa bosan dan jenuh

h Keingintahuan yang besar untuk meneoba atau penasaran

i Keinginan untuk bersenang-senang [just for fun)

j Keinginan untuk mengikuti mode karena dianggap sebagai lambang

keperkasaan dan kehidupan modem

k Keinginan untuk diterima dalam pergaulan

1 Identitas diri yang kabur sehingga merasa diri kurang jantan

mTidak siap mental untuk menghadapl tekanan pergaulan sehingga

sulit mcngambil keputusan untuk menolak tawaran NAPZA dengan

tegas

Tom Kus dan Tedi Btihava NAPZA Bagi Pelajar (Bandung Yayasan Al-Ghilari Morgan im) hal 14

32

n Kemampuan komunikasi rendati

o Melarikan diri dari scsuatu (kebosaiian kcgagalan kekccewaan

kclidakmampuan kesepian dan kegcliran hidup dan lain-lain)

p Putus sekoiah dan

q Kurang menghayati iman atau kcpcrcayaaiinya

Menurut Tim Badan Narkotika Nasional hahwa terdapat

beberapa iaklor yang menyebabkan sescorang alau individu

menyalahgunakan narkolika dan psikotropika anlara lain

1) Keingintahuan yang besar untuk mcncoba tanpa sadar alau berlikir

panjang tentang akibatnya dikemudian hari

2) Keinginan unluk mencoba-coba karena penasaran

3) Keinginan untuk bersenang-senang

4) Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya hidup

5) Keinginan untuk dapat diterima daiam suatu kelompok

6) Lari dari masalah kebosanan atau kegetiran hidup

7) Pengertian yang salah bahwa mcncoba sckali-kali lidak akan

menimbulkan masalah

8) l idak mainpu alau tidak berani menghadapl tekanan dari lingkungan

alau kelompok pergaulan unluk menggunakan narkolika dan

psikotropika dan

9) Tidak Japal atau mampu mengatakan tidak pada narkotika dan

psikotropika

Tim INN Loc di

33

Berdasarkan peinaparaii Icrscbut di atas dengan demikian

bahwa individu didorong oleli beberapa faktor untuk menyalahgunakan

pemakaian narkotika dan psikotropika tersebut sehingga menjadi

individu yang mengalami ketergantungan berikut ini disebutkan

beberapa faktor adalah

1) Ingin tahu dan Ingin mencoba rasa memakai narkotika atau

psikotropika bagi kalangan anak muda)

2) Ingin dianggap lebih hebat dari orang Iain pada orang muda)

3) login membuktikan kesetiakawanan (pada orang muda)

4) Dianggap paling tepat untuk mengatasi perasaan keeewa j en gkel

dan frustasi (pada suami istri yang mengalami konllik rumah

tangga)

5) Dianggap cara yang paling mudah untuk menghalau rasa sakit pada

tubuh (pada penderita penyakit yang kronis)

6) Dianggap cara yang paling ampuh untuk mendapatkan perasaan

tenang damai atau gembira (pada suami istri yang mcnghadapi

konflik rumah tangga)

7) Dianggap cara yang paling mudah untuk melangsingkan lubuh (pada

ibuibii rumali tangga atau wanita yang bertubuh gemuk)

2 Faktor yang Bersumlicr dari Lingkungan

Faktor lingkungan tidak mampu mencegah atau mengurangi

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika bahkan membuka kesempatan

pemakaian narkotika dan psikotropika Yang dimaksud dcngan faktor

34

kesempatan di sini adalah tersedianya siluasi-situasi yang nieiiiungkinkan

untuk memakai narkolika atau psikolropika di waktu-vvaklu luarig di tempat

rekreasi atau hiburan diskotik pesia dan lain-lain Atau mungkin lingkungan

masyarakat yang tidak mampu mengendalikan bahkan membiarkan penjualan

alau pcrcdaran geiap narkotika dan psikotropika misalnya karena lemahnya

penegakan hukum penjualan narkolika dan psikotropika secara bcbas bisnis

narkotika dan psiktilropika yang terorganisir mudahnya memperoleh

narkotika dan psikotropika dan lain-lain

raklor yang bersumber dari lingkungan yang mcnyebabkan individu

dapat menyalahgunakan pemakaian narkotika dan psikotropika merupakan

laktor kontribusi masukaii dari Iuar individu) dimana sesttorang dengan

kondisi keluarga tidak baik akan merasa tertekan dan rasa lertekan inilah

sebagai faktor penyerta bagi dirinya untuk terlibat dalam penyalahgunaan

narkotika dan psikotropika tersebut Disfungsi keluarga yang dimaksud antara

lain adalah keluarga yang tidak utuh kedua orang tua yang tcrlalu sibuk dan

lingkungan interpersonal dengan orang tua yang tidak baik Di samping itu

faktor pencetus seperti pengaruh teman sebaya tersediu dan mudah

didapatkan mempunyai andil sebagai faktor pencetus sescorang atau individu

terlibat ke dalam penyalahgunaan yang mengakibatkan ketergantungan

terhadap narkotika dan psikotropika Dari sudut pandang psikososial

penyalahgunaan narkotika dun psikolropiku dapat terjadi sebagai akibat

negatif dari intcraksi tiga kiitub sosial yang tidak kondtisif yaitu kutub

Lulhli ilurnju Op cil

35

keluarga kutub sekolahkupus dan kulub masyarakat

Faktor lingkungan meliputi faktor kciuarga dan lingkungan pergaulan

balk dlsekltar rumah sekoiah teman sebaya maupun masyarakat Banyak

pengguna Narkotika dan Psikolropika yang berasal dari keluarga yang lidak

harmonis Keluarga seharusnya mcnjadi wadah untuk menikmati kebahagiaan

dan curalian kasih sayang wahana silih asih silih asah dan silih asuh

Namun pada kenyataannya keluarga sering sekali justru menjadi pemicu

sang anak mcnjadi pemakai hal tersebut disebabkan karena kciuarga tersebut

kacau balau Hubungan antara anggota keluarga dingin bahkan tegang atau

bermusuhan

Komunikasi antara ayah ibu dan ariak-anak sering sekali

menciptakan suasana konflik yang tidak berkesudahan dimana bahwa

penyebab konllik tersebut sangal beragam Solusi semua konflik adalah

komunikasi yang baik periuh pcngerlian saling menghargai dan menyayangi

serta ingin selalu membahagiakaii

Konflik di dalam keluarga dapat mendorong anggota keluarga merasa

frustasi sehingga lerjebak memilih narkotika dan psikolropika sebagai

solusinya Biasanya yang paling rentan terhadap stres adalah anak kemudian

suami dan istri sebagai benleng terakhir Beberapa faktor yang bersumber

dari lingkungan keluarga yang dapat mempengaruhi seseorang atau individu

tertentu icrjun kc dalam lingkungan penyalahgunaan narkotika dan

36

psikotropika tcrsebut antara lain adatuh

a Koniimikasi niang tua-aiiak kiii-ang baikcfektif

b Hubungan dalam keluarga kunmgharmonisdisfimgsi dalam keluarga

c Orang tua bercerai bcrscitngkub atau kawin lagi

d Orang lua tcrlalu sibuk aUiu tidak acuh

e Orang tua oloriter alau scrba melarang

f Orang tua yang serha nieinbolehkan (pcrmisil)

g Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teiadan

h Orang tua kurang peduli dun tidak tahu dengan masalah narkolika

i Tata terlib alau disiplin keluarga yang selalu bcrubah (kiiiaiig konsisten)

j Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam kciuarga

dan

k Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahguna narkotika

dan psikotropika

Sitimsi buruk dalam keluarga yang soring menyudiitkan anak ke arah

narkotika dan psikotropika adalah

1) Anak merasa kurang mendapatkan kasih sayang dalam keluarga merasa

kesal keeewa dan kesepian

2) Anak merasa kurang dihargai kurang mendapatkan kepcrcayaan dun

selalu dianggap salah

3) Anak mengalami konflik dengan orang tua dalam masalah pacaran

memilih pasangan hidup atau meneniukan pilihan profesi cila-elta dan

Mardani Loc cil lial 99 AW hal 100

37

sebagainya

4) Anak kesal dan keeewa karena ayah dan ibuiiya kurang lianiionis dan

sering bertcngkar (broken home)

5) Suami thtsirasi karena tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapinya

dengan islrinya

6) Istri fnistrasi akibat konllik dengan suami tentang masalali ekonomi atau

adanya wanita lain di samping suami

Banyak pengguna narkotika dan psikolropika yang pada awalnya

dimulai karena pengaruh dari orang lain Bentuk pengaruh dari orang lain itu

dapat bervariasi mulai dari bujuk rayu lipii daya sampai kepada paksaan

a) Tipu Daya

Banyak anak yang ditipu oleh kenalon teman sahabat atau pacar

Seperti mengajak meraka untuk memakai narkotika dan psikolropika

dengan bemacam-macain tipuan Dengan alasan yang digunakan bahwa

narkotika dan psikotropika adalah vitamin obat pil pintar pil sehat atau

food supplement Tipuan itu dapat juga berupa bujukan bahwa narkotika

dan psikotropika tidak tcrlalu berbahaya kalau tahu raliasianya Banyak

orang di dalam masyarakat yang dikira orang baik-baik namun lemyata

pengedar narkotika dan psikotropika Walaupun orang itu adalah kawan

sahabat saudara atau pacar sebagai pengedar penipu tersebul akan tcga

menipu maupun menjebak kita Pengedar narkotika dan psikotropika

sangat pandui mcmasarkan narkotika dan psikotropika tersebut Dengan

menawarkan narkotika dan psikotropika sebagai mmn food supplement

38

pil scliat pil pintar dan sebagainya Dengan lipuan ini korban dari

kalangan kciuarga hannonis akan terjcrumus ke dalamnya Saat ini banyak

pemakai narkolika dan psikotropika dari keluarga harmonis bukan hanya

bull dari keluarga berantakan Banyak pekerja mahasiswa atau pelajar yang

tampii ioyo tertipu ketika kepadanya ditawarkan pil sehat vitamin atau pil

pintar Banyak pemuka agama juru dakwah atau pengkhotbah yang

tertipu karena pil sehal yang dlbelinya adalah narkotika dan

psikotropika Reaksi pemakaian narkotika dan psikotropika mula-mula

terasa menyehatkan dan membuat si korban tipuan terscbut sukses dalam

berdakwah atau berkhotbah Ibu rumah tangga juga dapat tertipu karena

ditawari pil pelangsing oleh saudara atau teman dalam arlsan dan lain-

lain Mulanya karena tipu daya akhimya setelah lerjebak menjadi

biasa

b) Bujuk rayu

Waftiia camlk pengedaf ftaTkotlka dan psikotFoplka biasanya menjebak

mangsa melaiui bujuk rayu Untuk memasarkun narkotika dan

psikotropika pengedar tersebut memilih profesi sebagai wanita penghibur

atau Wanita Tuna Susiala (WTS) Banyak eksekutif muda pekerja atau

bos-bos yang mulai memakai narkotika dan psikotropika karena rayuan

pekerja seks komersial hostess dan sebagainya Dalam mcmasarkan

narkotika dan psikotropika wanita tersebut merayu akan mau melayani

kencati kalau bersama-sama mengkonsumsi narkotika dan psikotropika

Subagyo Purlodlhario Loc cil hal 78

39

lebih dulu Muta-mula kurban memakai narkotika dan psikotropika karena

tergoda namun akhimya menjadi terbiasa

c) Paksaan

Banyak anak muda yang mengawali pemakaian narkotika dan psikotropika

karena dipaksa oleh sekawanun alau seseorang yang mengancam akan

mencelakainya Banyak pclajar atau nialiasiswa mengawali kebiasaan

memakai narkotika dan psikotropika dari keadaan terpaksa diancam oleh

sekawanan preman yang menghadang di tengah jalan Dari kelompok ini

pula terjaring pemakai yang berasal dari keluarga hannonis

Lingkungan sekoiah bagi pelajar tingkat SD SMP dan SMA

merupakan tempat yang stratcgls bagi para pelajar untuk menunjukkan jati

dirinya sehingga mereka terjun kepada penyalahgunaan narkotika dan

psikotropika ini faktor sekoiah yang merupakan bagian tcrpcnting yang

mempengaruhi adalah

a Sekoiah yang kurang disiplin

b Sekoiah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjiial narkotika atau

penjual psikolropika

c Sekoiah yang kurang member] kesempatan pada siswa untuk

mengembangkan diri secara kreatif dan positif

d Adanya murid pengguna narkotika atau psikotropika

Kartini Kurtono op cil hivl 124

40

B Pengaturan Sanksi Pidana Terhadaj) Pcnyalahgunaaan Narkotika dan

Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau

dari Perlindungan Terhadap Korban

Dalam hukum pidana di Indonesia terdapat adanya

ketldakseimbangan antara perlindungan korban kejahatan dcngan pelaku

kejahatan pada dasarnya mempakan salah satu pengingkaran dari asas setiap

warga negara bersamaan kcdudukannya dalam hukum dan pcmerinlahan

sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 sebagai

landasan konstitusional Perlindungan korban memiliki hubungan cral dcngan

teori pemidanaan yang dikemukakan Wirjono Prodjudikoro tujuan

pemidanaan adalah untuk niemenuhi rasa keadilan^

Ada Juga yang mengemukakan bahwa tujuan pemidanaan dapat

dilihat melalul 2 (dua) leorl mengenai alasan-alaitan yang membenarkan

(justification) penjatuhan hukuman (sanksi) yaitu Teori Absolut

(Vergeldingslheorie) dan Teori Relatif atau Doeitheorie Menurut Teori

Absolut (Vergeldingslheorie) tujuan pemidanaan sebagai pembalasan

terhadap para pelaku karena telah melakukan kejahatan yang mengakibatkan

kesengsaraan lerhadap orang lain alau anggota masyarakat sedangkan

Roeslan Saleh mengatakan sebagai reaksi-reaksi atasdelik yang berwujud

suatu nestapa yang scngaja dilimpakan ncgara kcpada pembuat delik

Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana Cctakan Iuriania (Jakarta Sinar Gnitlka2(W5)hii4

lcduu Mdipaung Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cctakun IcrliirMii (Jukiirtu Sinur Gratika 2005) hal 4

kiwsUin Saleh Shdsel Pidana Indonesia (Jukarlu liinn Aksara 19K7) hal 5

41

Menurut Teori Relatif Doeltheurie) tujuan pemidanaan adalah

a Menjerakan agar si pelaku atau terpidana menjadi jera dan tidak

mengulangi lagi perbuatannya specials presenile) sena masyarakat umum

agar mengertahui jika melakukan perbuatan yang sama akan mengalami

hukuman yang serupa atau disebut pula generalpreventte

h Memperbaiki pribadi si terpidana berdasarkan perlakuan dan pcndidikan

selama menjalani hukuman terpidana merasa menyesal dan tidak akan

mengulangi perbuatannya dan kcmbali kepada masyarakat sebgai orang

baik dan berguna dan

c Mcmblnasakan (menjatulikan hukuman mat) atau mcmbuat terpidana tidak

berdaya dengan menjatuhkan hukuman seiimur hidup

Pandangan di atas sangatlah wajar apabila beranjak dari pandangan

bahwa hukum pidana adalah hukum sanksi (hifzonderesancUerechl) sebab

dengan bertumpu pada sanksi itulah hukum pidana difungsikan untuk

menjamin keamanan ketertiban dan keadilan Dalam perkembangannya

ternyata tidak semua sarjana menyclujui maksud diadakannya pidana scperti

itu (sebagai suatu nestapa) karena muncul pendapat bahwa di samping pidana

ditujukan untuk memberikan penderitaan kcpada pelanggar atau mcmbuat

jera pemidanaan juga bertujuan agar pelaku dapat kembali hidup

bermasyarakat sebagaimana mestinya

Alasan yang paling inenonjol lerhadap upaya perubahan tersebut

adalah dengan meniperhatikan sisi kemanusiaan yang mcmandang bahwa

Ucdcn Mirpaung Opcil hal 4

42

sekalipiin tcrsangka telah melakukan kcsalahaii ia telap berkcdmiiikan sebagai

manusia utuh yang harus tetap diperlakukan sama dengan manusia lainnya

dan dilindungi hak asasi manusionya Karena itu pidana penjara saat ini

sedang mengalami masakrisis karena termasuk jenis pidana yang kurang

disukai Banyak kritik tajam ditujukan terhadap jenis pidana perampasan

kemerdekaan ini baik dllihat dari sudut efektifitasnya maupun dilihat dari

akibat-akibat lainnya menyertai atau berhubungan dcngan dirampasnya

kemerdekaan seseorang

Banyaknyu kritik yang diarahkan pada bentuk pemidanaan berupa

perampasan kemerdekaan (yang ditujukan untuk membuat jera pelaku)

sehingga berkembanglah bentuk pemidanaan lain yang dianggap lebih

manusiawi yaitu penjatuhan pidana berupa denda atau pemberian ganti

kerugian kepada korban Pemberian ganti kerugian pada awalnya merupakan

konsep kcperdalaan seperti halnya dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata yang mewajibkan setiap orang yang menyebabkan orang lain

menderita kerugian untuk membayar ganli rugi Dalam perkembangannya

konsep ini diterupkan pula dalam hukum pidana mengingat akibat yang

ditimbulkan pada korban tindak pidana akan selalu disertai dengan kerugian

baik mental fisik maupun material sehingga sangat wajar apabila korban pun

menuntui ganti kerugian pada pelaku guna memulihkan derita yang

dialaminya

Dengan memperhatikan pada beberapa teori klasik tentang tujuan

Uurtla Nawuwi Ariel Sislem Pemidanaan Menunii Konsep KIHP llaiu dan Latar Helakang Pemlklrannya Hahan Ienalaran Hukum Pidana V Undanu Kupang uinjyful 11 Juli-12 Agustus 1989

43

pemidanaan dapat disiinpulkan bahwa penjatuhan pidana lebih banyak

ditujukan untuk kepeiitingan pelaku dengan kata lain tujuan pemidanaan

hanya dimaksudkan imtuk mengubah perilaku dari pelaku kejahatan agar

tidak mengulangi lag perbuatannya sedangkan kcpentingan korban sama

sekali diabalkan

Perlindungan terhadap korban narkotika jika dihubungkan dengan

beberapa teori pemidanaan yang telah dipaparkan di atas maka peneliti

mengkaji bahwa dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang baru ini terdapat kescimbangan antara perlindungan terhadap

pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana bahwa berdasarkan sanksi

baik pidana maupun denda yang terdapat dalam undang-undang ini sangatlah

berat-berat dan tegas ]ni berarti bahwa undang-undang ini lebih

mementingkan korban dari pada pelaku kejahatan narkotika Mengingat

bahwa dengan adanya pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan

korban semakin banyak yang berjatuhan schingga daripada korbnnnya anak

bangsa yang memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara

Indonesia maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-

beratnya lerhadap si pelaku tindak pidana narkotika bahkan pidana mati atau

seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-

undang yang bam ini juga diatur mengenai rehabilitasi terhadap korban baik

korban yang diakibatkan oleh orang Iain maupun karena self victimizing

victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku itu sendiri

44

C Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Seif-

Victimizing Victims

1 Self-victimizing victims uarkotika dau psikotropika

Suatu viktimisasi adalah sebagai suatu permasalahan manusia yang

merupakan kenyataan sosial hal ini disebabkan karena setiap warga negara

berhak mendapatkan rasa aman dan bcbas dari segala bentuk kekerasan

sesuai dengan falsafah Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 Contohnya adalah seseorang akibat perbuatannya memakai

narkotika dapat menimbulkan bahwa si pemakai tersebut menjadi tidak

berdaya upaya dengan kata lain bahwa si pelaku telah menjadi korban

akibat perbuatannya sendiri yang menimbulkan perbuatan kriminal

Penyalahgunaan narkolika atau psikolropika merupakan perbuatan

kriminal karena telah melanggar ketentuan di dalam undang-undang yang

ada yakni Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tetang Psikotropika dan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Terlibatnya si

pelaku kejahatan atau tindak pidana yang menimbulkan kerugian terhadap

dirinya sendiri daiam hal inilah yang disebut dengan istilah self victimizing

victims yang merupakan bagian dari viktimisasi Sehubungan dengan itu

maka Wolfgang menyatakan beberapa Jenis viktimisasi ialah

1 Unrelated victims yaitu korban yang tidak ada hubungannya sama

sekali dengan terjadinya korban misalnya pada kasus kecelakaan

pesawat Dalam hal In tanggungjawab sepenuhnya terletak pada

Utplietin3|il(igspqtcom2()OSIOl|ukum-viktinivl9gihlml diakscs terakhir langgul l2Januari 2015

45

pelaku

2 Provocative victims yaitu seseorang yang secara aktif mendorong

dirinya menjadi korban misalnya kasus selingkuli dimana korban juga

sebagai pelaku

3 Participating victims yailu seseorang yang tidak berbuul tetapi dengan

sikapnya justru mendorong dirinya menjadi korban

4 Biologically weak victims yaitu mereka yang secara tisik memiliki

keleinalian atau potensi untuk mcnjadi korban misalnya orang tua

renla anak-anak dan orang yang tidak mampu bcrbual apa-apa

5 Socially weak victims Yaitu mereka yang memiliki kedudukan social

yang lemah yang menyebabkan mereka mcnjadi korban misalnya

korban perdagangan perempuan dan sebagainya

6 Self victimizing victims yaitu mereka yang menjadi korban karena

kejahatan yang dilakukannya sendiri pengguna obat bius judi aborsi

dan prostitusi

Dalam hal ini kedudukan viktimologi sebagai sebuah ilmu yang

mempelajari tentang korban memiliki peranan yang sangat penting ruang

lingkup viktimologi ini meliputi

1 Semua macam sciiap macam perbuatan kriminal yang mengakibatkan

orang-orang mcnjadi korban

2 Setiap orang atau pihak yang dapat menjadi korban baik orang

perorangan maupun suatu korporasi atau organLsasi

3 Setiap orang atau pihak yang dapal menimbulkan korban artinya

46

dimana disatu sisi orang terscbut dapat merugikan orang iain sehingga

orang tidak merasa aman akibat tindakanya

4 Cara-cara viktimisasi atau penimbulan korban

5 Bentuk-bentuk viktimisasi yang terdiri dari primary viclimizalion

adalah korban individualperorangan bukan kelompok secondary

victimizalion korbannya adalali kelompok misalnya badan hukum

tertiary Victimizalion yang menjadi korban adalah masyarakat luas

nun viciimozaiion korbannya tidak dapat segera diketahui misalnya

konsumen yang tertipu dalam menggunakan hasil produksi

6 Akibat viktimisasi

7 Pengaruh viktimisasi

8 Reaksi atau respons terhadap viktimisasi

9 Penyelesaian viktimisasi dan

10 Pengaturan yang berkaitan dengan viktimisasi (yang menjadi

perhatian viktimologi)

Studi viktimologi akan memberikan pemahaman kepada setiap

individu mengenai hak dan kewajibannya dalam rangka mengantisipasi

berbagai bahaya yang mengancamnya Viktimologi memberikan

sumbangan pemikiran mengenai masalah viktimisasi tidak langsung

dampak sosial polusi industri viktimisasi ekonomi politik dan

penyalahgunaan kewenangan Viktimologi ini juga memberikan dasar

pemikiran dalam penyelesaian viktimisasi kriminal atau factor viclimogen

dalam sistem peradilan pidana

47

Dari perspektif ikalan Korban Napza (IKON) l ial i yang dimaksud

sebagai korban adalah orangperorangan yang menderita secara langsung

dari penyalahgunaan napza dan tennasuk pula keluarga alau tanggungan

langsung dari korban Namun karena hukum dl Indonesia memandang

pengguna napza adaiah kriminal maka terjadilah dampak-dampak negalif

yang dialami oleh pengguna napza yang merupakan korban scperti

diskriminasi kriminallsasi kesehatan dan stigmatisasi Maka sebagai

korban IKON Bali mendorong agar dihentikannyadiskriminasi lerhadap

korban napza mendorong vonis rehabilitasi untuk korban napza

mendorong agar dihentikannya penyiksaan terhadap korban napza dan

yang terakhir adalah mendorong terpenuhinya hak atas kesehatan bagi

korban dan orang terinfeksi HIV Dengan melihat kondisi permasalahan

penanggulangan napza yang semakin tidak menentu dan meningkatnya

jumlah korban napza secara terus-menerus Maka Ikon Bali meminta

1) Penerapan SEMA Nomor 7 Tahun 2009 sebagai pemenuhan hak atas

kesehatan terhadap korban Mpza

2) Meminta kepada Pengadilan Negeri Denpasar untuk menjadi insiator

dalam penyusunan langkah teknis penerapan SEMA Nomor 7 Tahun

2009

3) Meminta kepada selunih instansi tcrkait untuk mulai meiigambil

langkah nyata dalam penanggulangan napza

43 Ibid

48

4) Meminta agar korban napza diperlakukan secara manusiawi tanpa

penyiksaan sligma dan diskriminasi

5) Ikon Bali mendukung secara penuh program-program pemerintab

dalam penanggulangan napza

2 Rehabilitasi terhadap self-victimizing victims

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

merupakan undang-undang yang baru menggantikan Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika Adapun pasal-pasal di dalam

undang-undang in yang mengatur mengenai perlindungan korban adalah

berbagai pasal-pasal yangmencantumkan rehabilitas kepada korban

maupun pelaku tindak pidana narkolika Pasal 1 ayat (16) meneniukan

defenisi mengenai rehabilitasi dipandang dari sisi medis yakni

Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara

terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan Narkotika

Sementara Itu dalam Pasal 1 ayat (17) ditentukan defenisi rehabilitasi

dipandang dari sisi sosial yakni Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses

kegiatan pemulihan secara terpadu baik fisik mental maupun sosial agar

bekas pecandu Narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosia dalam

kehidupan masyarakat

Diimdangkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang merupakan undang-undang baru ini tentu mempunyai

maksud dan tujuannya Adapun tujuan yang terdapat dalam Pasal 4 yang

berbunyi

49

Undang-Undang tentang Narkotika bertujuan

a Menjamin kelersediaiin Narkotika untuk kcpentingan peiayanan

kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

b Mencegah mclindungi dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari

penyalahgunaan Narkotika

c Memberanlas pcredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika dan

d Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi Penyalah

Guna dan pecandu Narkotika

Bentuk perlindungan terhadap korban dan pelaku kejahatan tindak

pidana narkotika di dalajn Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

disebutkan ada 2 (dua) macam yakni pengobatan dan rehabilitasi lerhadap

korban maupun pelaku Pada Pasal 53 ayat (3) tersebul di atas bahwa yang

dimaksud dengan buktl yangsah antara lain surat kctcrangan dokter

salinan resep atau labeletiket Selcngkapnya mengenai pengobatan

ditentukan dalam Pasal 53 yang berbunyi sebagai berikut

(1) Untuk kcpentingan pengobatan dan berdasarkan indikasi medis

dokter dapal memberikan Narkotika Golongan II atau Golongan III

dalam jumlah terbatas dan sediaan tertentu kepada pasien sesuai

dengan ketcnluan peraturan perundang-undangan

(2) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat ( I ) dapal memiliki

menyimpan danatau incmbawa Narkolika untuk dirinya sendiri

(3) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mempunyai bukti

yang sali bahwa Narkotika yang dimiiiki disimpan danatau dibawa

50

untuk digunakan diperoleh secara sail sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan

Mengenai rehabilitasi terhadap korban dan pelaku tindak pidana

kejahatan penyalahgunaan narkotika merupakan suatu kewajiban bagi

pemerintah dan instansi masyarakat Sebagaimana ketentuan dalam Pasal

54 bahwa Pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika

wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial Dalam Pasal 56

disebutkan juga bahwa

(1) Rehabilitasi mcdis Pecandu Narkotika dilakukan di rumah sakit yang

ditunjuk oleh Menteri

(2) Lembaga rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan oleh instansi

pemerintah atau masyarakat dapat melakukan rehabililasi medis

Pecandu Narkotika setelah mendapat persetujuan Menteri

Kemudian dipertegas kembali dalam Pasal 57 bahwa selain melaiui

pengobatan danatau rehabilitasi medis penyembuhan Pecandu Narkotika

dapat diselenggarakan oleh instansi pemerintah alau masyarakat melaiui

pendekatan keagamaan dan tradisional Salah satu tugas dan wewenang

Badan Narkotika Nasional adalah meningkatkan kemampuan lembaga

rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu Narkotika baik yang

diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat

Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 ini terdapat

pengecualian dalam hal luniutan pidana terhadap anak yang masih berada

di bawah umur Misalnya terdapat di dalam salah satu pasalnya yakni pada

51

Pasal 128 ayal ( I ) yang bcrbunyi Orang tua atau wali dari pecandu yang

belum cukup umur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) yang

sengaja tidak mciapor dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6

(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp 100000000 satu juta

rupiah) Tetapi di datam ketentuan tain yakni pada Pasal 128 ayat (2) dan

ayal (3) ditentukan bahwa anak yang masih di bawah umur tidak dapat

dituntut pidami selcngkapnya pasal tersebul berbunyi Pecandu Narkotika

yang belum cukup umur dan telah dilaporkan oleh orang tua atau walinya

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat ( I ) tidak dituntut pidana

(Pasal 128 ayat (2)) dan Pecandu Narkotika yang telah cukup umur

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) yang sedang menjalani

rehabilitasi mcdis 2 (dua) kali masa perawatan dokter di rumah sakit

danatau lembaga rehabilitasi medis yang ditunjuk oleh pemerintah tidak

dituntut pidana

Pada awalnya narkotika digunakan unluk kcpentingan umat

manusia khususnya untuk pengobatan dan peiayanan kesehatan Namun

dcngan semakin bcrkembangnya ilmu pcngclaliuan dan teknologi

peruntukan narkotika mengalami perluasan hingga kepada hal-hal yang

negatif

Di dunia kedokteran narkotika banyak digunakan khususnya

dalam proses pembiusan sebelum pasien diopcrasi mengingat di dalam

narkotika terkandung zat yang dapat mempengaruhi perasaan pikiran serta

kesadaran pusieti Oleh karena itu agar penggunaan narkotika dapal

52

memberikan manfaat bagi kehidupanurnat manusia maka pcredarannya

harus diawasi secara ketat sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 60 sampai

dengan Pasal 63 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang menyebutkan

Pasai 60 ditentukan bahwa

(1) Pemerintah melakukan pembinaan terhadap segala kegiatan yang

berhubungan dengan Narkolika

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meiipuli upaya

a Memenuhi ketcrsediaan Narkotika unluk kcpentingan peiayanan

kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi

b Mencegah penyalahgunaan Narkotika

c Mencegah generasi muda dan anak usia sekoiah

dalampenyalahgunaan Narkotika termasuk dengan memasukkan

pendidikanyang berkaitan dengan Narkotika dalam kurikulum

sekoiah dasarsampai lanjutan atas

d Mendorong dan menunjang kegiatan penelitian danatau

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di brdang

narkolika unluk kcpentingan peiayanan kesehatan dan

e Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis bagi

Pecandu Narkotika baik yang diselenggarakan oleh pemerintah

maupun masyarakat

53

Pasal 61 ditentukan baiiwa

(1) Pemerintah melakukan pcngawasan terhadap segala kegiatan yang

berkaitan dengan Narkotika

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi

1 Narkolika dan Prekursor Narkolika untuk kcpentingan peiayanan

kesehatan danatau pengembangan Hmu pengetahuan dan

teknologi

2 Alat-alat potensial yang dapat disaiahgunakan untuk melakukan

tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkolika

3 Evaluasi keamanan khasiat dan mutu produk sebelum diedarkan

4 Produksi

5 impor dan ekspor

6 Pcrcdaran

7 Pelabeian

8 Tnformasi dan

9 Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Pasal 62 berbunyi Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan

sebagaimana dimaksud dalam Pasai 60 dan pengawasan sebagaimana

dimaksiiddalam Pasal 61 diatur dengan Peraturan Pemerintah Dan dalam

Pasal 63 disebutkan bahwa Pemerintah mengupayakan kerja sama

dengan ncgara lain danatau badan intcmasional secara bilateral dan

multiialeral baik regional maupun internasional dalam rangka pembinaan

dan pengawasan Narkotika dan Prekursor Narkotika sesuai dengan

54

kcpentingan nasional

Berdasarkan biinyi beberapa pasa di atas mengenai pengawasan

terhadap pentingnya peredaran narkotika wajib diawasi secara ketat

dikarenakan saat ini pemanfaatannya banyak untuk hal-hal yang negatif

D i samping itu melaiui perkembangan teknologi informasi dan

komunikasi penyebaran narkotika sudah menjangkau hampir ke semua

wilayah di Indonesia hingga ke pelosok-pelosok Daerah yang sebelumnya

tidak pcrriah tersentuh oleh peredaran narkotika lambat laun berubah

menjadi sentra peredaran narkotika Begitu pula anak-anak yang pada

mulanya awam terhadap barang haram ini telah berubah menjadi sosok

pecandu yang siikar untuk dilepaskan ketergantungannya

Sebelum Iahimya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

mengenai narkotika diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997

tentang Narkotika namun undang-undang ini tidak dapat dipertahankan

lagi keberadaannya karena adanya perkembangan kualitas kejahatan

narkotika yang sudali menjadi ancaman serius bagi kehidupan umat

manusia Pengguna narkotika sangat beragam dan menjangkau semua

lapisan masyarakat mulai dari anak-anak hingga orang dewasa orang

awam hingga artis bahkan hingga pejabat publik

Efek negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan narkotika secara

berlebihan dalam jangka waktu lama serta tidak diawasi oleh ahlinya

dapat

menimbulkan berbagai dampak negatif pada penggunanya baik secara

55

fisik maupun psikis Bahkan tidak janing penggunaan narkotika dapat

memicu terjadinya berbagai tindak pidana Karena itu untuk mencegah

semakin mcluasnya dampak negalif yang ditimbulkan dari penggunaan

narkotika maka pengawasan tidak hanya terbatas pada peredaran

narkotika tetapi juga pada mereka yang menjadi korban misalnya

sescorang yang menderita ketergantungan narkotika (pecandu) Apabila

seorang pecandu narkotika telah divonis bcrsalah oleh hakim atas tindak

pidana narkotika yang dilakukannya maka untuk memberikan kesempatan

pada yang bersangkutan agar tcrbebas dari kecanduaniiya maka hakim

dapat mcmutuskan untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani

pengobatan danatau perawatan

Pengobatan dan perawatan terhadap pecandu narkotika dilakukan

melaiui fasilitas rchabilitasi Rcliabilitasi medis dan sosial yang diberikan

kepada pecandu dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan

kemampuan fisik mental dan sosialnya Selain pengobatan dan perawatan

melaiui rehabililasi medis proses penyembuhan pecandu narkotika dapat

diiaksanakan oleh masyarakat melalul pendekatan keagamaan dan

tradisional

Sebagai conloh di Pakem Sleman Yogyakarta telah didirikan

sualu kliiiik alau Pusat Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkotika

Psikolropika dan Zal-zat Aditiflainnya (NAPZA) Terpadu yang didirikan

atas kerjasania Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dan

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang diresmikan pada tanggal 7

56

Desember 2005 Tujuan umum pendiriaii pusat rehabilitasi terpadu ini

adalah untuk memberikan jaminan penanganan paripurnakepada korban

penyalahgunaan Napza melaiui aspek hukum aspek medis aspek sosial

aspek spiritual serta pengembangan pcndidikan dan pelatihan dalam

bidang NAPZA secara terpadu sedangkan tujuan khususnya adalah

1 Terhindarnya korban dan instilusi dan penelrasi pengedar

2 Terhindarnya kerusakan mental dun masa depan para penyalah guna

Napza yang akan mcmbtinuh potensi pengembangan mereka

3 Terhindarnya korban-korban baru akibat penularan penyakil-penyakit

seperti Hepatitis HIVAIDS dan penyakit menular lainnya

4 Terwujudnya proses pengembangan penanganan korban NAPZA dan

aspek ilmiah serta keiimuan yang dinamis sesuai perkembangan zaman

sebagai pusat jaringan informasi terpadu dan mewujudkan teknis

penanganan penyalahgunaan narkotika dan obat-obalan terlarang bagi

daerah sekitamya maupun nasional

Pemberian perlindungan kepada korban narkotika lentil tidak dapat

dibebankan sepenuhnya kcpada pemeriiilah peran serta masyarakat pun

diharapkan ada salah salunya diterimanya kembali mantan pani pengguna

dalam lingkungannya tanpa melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya

diskriminatif bahkan dengan mcmposisikan mereka sebagai warga keias

dua yang harus dljauhi

Bentuk periindunganyang diberikan terhadap pelaku maupun

Dikdik M ArilMansur dan tUisUiris Guitom loa cil hal 90

57

korban penyalahgunaan narkolika dan psikotropika daiambentuk

rehabilitasi

Rehabilitasi adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang

dilujukan kepada pemakai narkolika dan psikotropika yang sudah

menjalani program kuratif Tujuannya agar pelaku tidak memakai lagi

dan bebas dari penyakit ikutan yang disebabkan oleh bekas pemakaian

narkotika dan psikotropika

3 Tahapan-tahapan rchabilitasi terhadap self-victimizing victims

Tahapan-tahapan rehabilitasi terhadap self-victimizing victims atas

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika yang ada di Indonesia tidak

sama Ada yang menekankan rehabilitasi hanya pada aspek medis ada

pula yang lebih menekankan pada aspek rohani Atau memadukan kedua

pendekatan tersebut dengan komposisi yang seimbang Yang ideal

rehabilitasi seorang korban narkotika dan psikotropika harus dilakukan

secara holisitik baik secara fisik psikis maupun kerohaiiiannya

1 Tahapan pengobatan (rehabilitasi)

Secara umum ada beberapa tahapan yang harus dilewati

Masing-masing tahapan tersebut memakan waktu bervariasi ada yang

seminggii sebulan dan bahkan berbu lan-bulan tcrgantung tingkat

ketergantungan tekad korban dan juga dukungan berbagai pihak

terutama keluarga dalam seluruh proses tersebut Setiap tahapan

Subagjo PiirloUiharjo Loc cU hal 105 ^ E M Giri Prastowo loc cil hal 28 -29

58

tersebut disusun dan dibuat untuk inenganlar pasien secara bertaiiap

melepaskan dari ketergantungan narkotika dan psikotropika Beberapa

tahapan rehabilitasi ini yang disajikan berikut sudah Icruji dapat

menyembuhkan atau memulihkan korban narkotika dan psikotropika

secara maksimal

a Tahapan transisi

Penekanaii dalam tahap ini lebih kepada informasi awal

tentang korbanseperti

1) Latar belakang korban

2) Lama ketergantungan

3) Jenis obat yang dipakai

4) Akibat-akibat ketergantungan dan

5) Berbagai inlbrniasi lainnya

Hal ini penling sehingga pada saatnya akan menjadi acuan

bagi pihak yang terlibat secara intensif dalam proses rehabilitasi

Ahl i yang berkompeten (dokter) akan menganaiisa tingkat

ketergantungan korban untuk kemudian meneniukan tingkat

pengobatan dan tingkat pembinaan bagi si korban schingga terapi

dan metode pengobatan bisa dilakukan secara terukur

Tahapan ini Juga dapat dijadikan rujukan untuk meneari

model rehabilitasi yang paling tepat bagi yang bersangkutan Pada

tahap ini tim rehabilitasi akan membantu korban agar menyadari

dirinya sedang menghadapl masalah ketergantungan narkotika dan

59

psikotropika Korban diajak untuk bersama-sama mengatasinya Hal

ini penting karena proses rchabilitasi tidak akan berhasil tanpa

adanya kesadaran korban tentang adanya bahaya yang dihadapinya

Dari situ akan dibangun tekad dan komitmennya untuk

meninggalkan narkotika dan psikotropika

Selain itu pada tahapan ini akan diteliti akibat fisik dari

penggunaan narkotika dan psikotropika Sejauh mana tingkat

kerusakan syaraf dan organ-organ tubuhnya yang rusak Unluk itu

diadakan pemeriksaaii laboratoriumiengkap dan tes penunjang untuk

mcndeteksi penyakit yang diderita korban A[)abia dalam

pemeriksaan ditemukan satu atau beberapa penyakit maka terlebih

dahulu diadakan pengobalan medis sebelum penderita mendapat

proses rehabilitasi lanjutan Langkah ini penting selain agar tubuh

yang bersangkutan bebas dari penyakit juga untuk mencegah

terjadinya penularan balk kepada korban narkotika dan psikotropika

ini diadakan pembersihan darah pada tubuh pecandu sehingga darah

menjadi bersih dan sistem metabolisme tubuh kembali normal

Proses ini dapat dilakukan melaiui cara-cara berikut

1) Cold Turkey abrupt withdrawal) yaitu proses penghentian

pemakaian narkotika dan psikolropika secara tiba-tiba tanpa

disertai dengan substitusi antidotum

2) Bertaliap atau substitusi bertahap misalnya dengan kodein

^Ibidhal 30

60

methadone CPZ atau clocard selama i -2 minggu

3) Rapid Detoxification dilakukan dengan anestesi umum (6-12

jam) dan

4) Simtomatik tergantung gejala yang dirasakan

2 Rehabilitasi intensif

Setelah melewati masa transisi (pengumpulan informasi tentang

keadaan korban dan latar belakangnya) baru masiik pada fase

berikutnya yakni proses penyembuhan secara psikis Motivasi dan

potensi dirinya dibangun daiam tahap ini Korban diajak untuk

menemukan dirinya dan segala potensinya sambil juga menyadari

berbagai keterbalasannya Bahwa untuk mengatasi masalah hidup yang

bersangkutan tidak perlu harus mengkonsumsi narkotika dan

psikotropika Narkotika dan psikotropika justru menciptakan masalah

baru yang jauh lebih besar dalam hidupnya Narkotika dan psikotropika

bukanlah solusi tetapi menjadisumber masalah Pada tahap ini berbagai

contoh dapat dipcrlihatkan kepada korban

Yang terlibat di dalam tahap ini yang utama adalah korban itu

sendiri sebagai pelaku self-victimizing victims) Korban harus punya

tekad untuk hidup tanpa narkotika dan psikotropika Korban harus bisa

menatap masa depan dengan penuh optimisme Selain yang

bersangkutan peranan keluarga (orang liia dan saudara-saudaranya

suami atau istri) juga sangal pcnling Anggota keluarga ini harus secara

intensifmendampingi dan jnenopang korban

61

Staf di paiiti rehabilitasi para konselor psikolog dan semua

pihak di panti rehabilitasi untuk bersama-sama mcmbangun

kepercayaan diri korban Seluruh proses ini membutuhkan waktu

berbulan-bulan bahkan selama bertahun-tahun tergantung tingkat

ketergantungan dan efeknya bagi korban Berbagai terapi yang

dilakukan selama dalam tahap ini baik yang dilakukan secara pribadi

maupun bersama-sama lewat berbagai aktivitas di panti rehabilitasi

tersebut bertujuan untuk memberdayakan kembali korban yang disekian

lama telah terpuruk oleh narkolika dan psikotropika Sebagai langkah

awal untuk sosialisasi diri dengan masyarakat korban juga secara

bertahap mulai mcmbangun komunikasi dengan orang lain di Iuar

komunitas rehabilitasi

Menurut Romo Lambertus Somar MSG dalam bukunya

Rehabilitasi Pecandu Narkotika dan Psikotropika pada tahap ini ada

tiga titik yang harus dilewati yang lebih dikenal dengan tahapan

stabilisasi pribadi yailu^

1 Secara sadar dan tekun melepaskan diri dari berbagai penyakit dan

akibatakibat lainnya (no to drugs) Tahap ini merupakan tahap

stabilisasi awai atau tahap konsolidasi (comolidation)

2 Menemukan jati diri menguasai kiat-kiat dan keterampilan-

keterampilan untuk menyehatkan serta mengisi hidup secara lebih

bermakna dan bermulu Latihan keterampilan vokasional (kerja) dan

E M Giri Praslowo Loc cil hal 32

62

peiigungkapan diri dari dimulai dibina sebiiigga disebul juga (afiap

pengukuan diri (jyerwtuil appraisal) Inilah lahap slabilisasi

niericiigah (inadya)

3 Dengan inisiatif pribadi orang secara sadar mulai berfikir dan

bertindak untuk mencapai prestasi-prestasi tertentu schingga disebut

juga tahap positive thinking and doing Tahap ini merupakan tahap

stabilisasi akhir

4 Tahap rekonsiliasi Tahapan berikut yang harus dilewati dan sangat

vital adalah tahap rekonsiliasi Tara korban tidak langsung

herinlcraksi secara bebas dcngan masyarakat akan tctiipi lerleblh

dahulu ditampung di sebuah lingkungan khusus selama beberapa

waktu sampai pasien benar-benar siap secara mental dan rohani

kembali kelingkungannya semula Yang paling ulama dalam fase ini

adalah pembinaan mental spiritual keimanan dan ketakwaan serta

kcsepiikatan sosial kemasyarakaian Proses ini bisa meliputi program

pembinaan jasmani dan rohani

Sampai ke tahap ini yang bersangkutan masih tcrikat dengan

rehabilitasi foimal namun sudah mulai membiasakan diri dengan

masyarakat Iuar sehingga merupakan proses resosialisasi (reentry) atau

penyesuaian (reconcilialion) Proses ini melewati tiga titik penting juga

yaitu

1 Tinggal lebih sering dan lebih lama di lingkungan keluarga sebagai

63

teiiipal tinggal tetap atau pun tempat tinggal transit unluk

resosialisasi sambil mclaiijiitkan kegiatan pilihan sebagai penunjang

masa selanjutnya Di sini terjadi perdamaian dan penycsuaian-

penyesuaian kembali dengan lingkungan

2 Rencana masa depan yang jelas dan siap direalisasikaii dengan

dukungan keluarga atau pihak-pihak lain Pada tahap ini korban

dapat memulai aktivitasnya lagi seperti sekolahkuliah mulai bekerja

atau merintis usaha sendiri

3 Kontak awal dengan kelompok-keiompok atau program-program

pemeliharaan lanjut aftercare) Di sini orang meiierima dirinya

seperti apa adanya merasa puas lalu mempercayakan dirinya ke

tangan orang lain

4 Pciiieliharaaii Lanjut Pada tahap ini walaupun secara fisik yang

bersangkutan sudah dinyatakan seliul dan secara psikis pun sudali

pulih namun masih ada kcmungkinan mereka akan tergclincir

kembali icbihlebih saat mereka sedang menghadapl masalah Pada

saat itu bisa Jadi mereka bemostagia dengan menikmati narkolika

dan psikotropika Saat ini juga niwaii Karena itu setiap korban yang

niemasuki tahap inidipersiapkaii sungguh-sungguh agar dapal

melewati dan mengatasi sUuasi rawan ini dengan melewati tiga titik

ini yakni

a Mengubah menghilangkan aUiu menjauhi hal-hal yang bersifat

bid hul 34

64

nostaigia kesenaiigan narkolika dan psikolropika

b Setiap mengikuti program-program dan aeara-acara aftercare

(pemeliharaan lanjut) dan

c Dapat juga mcUbatkan diri dalam gerakan atau kelompok bersih

narkoba dan peduli penanggulangannya

BAB IV

PENUTUP

A Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dipaparkan tersebut di atas peneliti

memberikan beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap

permasalahan di dalam penelitian ini sebagai berikut

Di antara berbagai faktor yang dapat mempengaruhi seseorang atau

individu menyalahgunakan narkotika atau psikotropika terdapat faktor

yang paling duininan yakni laktor yang bersumber dari keadaan keluarga

dan lingkungan bukan karcnn faktor individunya Karena faktor keluarga

yang buruk dan lingkungan yang juga buruk dan saling mendukung dapat

mempengaruhi individu menjadi pelaku lindak pidana penyalahgunaan

narkolika dan psikotropika tersebut dengan kata lain faktor keluarga dan

lingkungan yang buruk ini membuka kesempatan kcpada seseorang untuk

merasakan pergaulan dengan narkotika atau psikotropika sehingga dapal

menimbulkan ketergantungan terhadapnya

2 Perlindungan lerhadap korban narkotika- jika dihubungkan dengan

beberapa teori pemidanaan dalam perspektif Undang-Undatig Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika yang baru terdapai keseimbangan antara

perlindungan terhadap pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana

bahwa berdasarkan sanksi baik pidana maupun denda yang terdapat dalam

undang-undang ini sangatlah bcrat-bcnil dan tegas Ini berarti bahwa

65 bull

66

undang-undang narkotika yang baru tersebut lebih mementingkan korban

dari pada pelaku kejalialan narkotika Mengingat bahwa dcngan adanya

pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan ktgtrban semakin

banyak yang berjatuhan seliingga daripada korbannya anak bangsa yang

memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara Indonesia

maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-beratnya

terhadap si pelaku lindak pidana narkolika bahkan pidana mati atau

seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-

undang yang baru ini juga diatur mengenai rchabilitasi terhadap korban

baik korban yang diakibatkan oleh orang lain niaiipim karena self

victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku ilu

sendiri

Saran

Adapun yang menjadi saran peneliti di dalam penelitian ini yang

menjadi harapan untuk dipcrliatikan bersama adalah sebagai berikut

1 Diharapkan bagi setiap keluarga untuk menjaga keharmonisan melakukan

pengawasan dan mcnanainkan pcndidikan yang benar terutama dalam lial

menyeimbangkan antara emosi inteligensi dan spritual sejak dari din

terhadap anak sebagai benteng terhadap dirinya untuk dapat membentengi

dari pengaruh narkotika dan psikotropika yang semakin mengancam

keadaan lingkungan masyarakat

2 Diharapkan terhadap pemerintah untuk melakukan sosialisasi yang

teriiitegrasi dan menyeluruh terhadap semua lapisan masyarakat baik

67

masyarakat di pedesan (primitlf) maupun masyarakat kota betapa besamya

sanksi pidana dan denda yang digariskan di dalam undang-undang

narkotika dan psikotropika misalnya dcngan mcmpublikasikannya dalam

bentuk billboard di pcrsiinpangan jalan sehingga setiap orang yang lewat

dengan secara otomatis masyarakat akan inengelaliuinya dan

berkemuiigkiiian orang yang membacanya setidaknya tlmbul rasa takut

untuk terjun ke dalam penyalahgunaaan narkotika dan psikotropika

tersebut

D A F T A R PUSTAKA

A Bukii

Arrasjid Chainur Sualu Pemikiran Tentang Psikologi Kriminil Mcdan Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU 1999

Gerson Bawengan Penganlar Psichology Kriminil Jakarta Pradya Pramita 1973

Gosita Arif Masalah Korban Kejahatan Jakarta Akademika Pressindo 1993

Hakim M Ariel Narkoba Bahaya dan Penanggulangannya Bandung Jembar 2007

Hawari Dadang Konsep islam Memerangi AIDS dan NAZA Get X i Yogyakarta Dhana Baktl Priaya 1997

Kaligis OC dan Soedjono Dirdjosisworo Narkoba dan Peradilannya di Indonesia (Retbrmasi Hukum Pidana Melaiui Perundangan dan Peradilan) Bandung PT Alumni 2002

Kartono Kartini Psichology Abnormal Bandung Alumni 1972

Mansur Dikdik M Arif dan Elistaris Guitom Urgensi Perlindungan Korban Kejahalan Antara Norma dan Reaiita Bandung Agustus Fakultas Hukum Universitas Padjajaran 2006

Mardani Penyalahgunaan Narkoba Daiam Perspeklif Hukum islam dan hukum Pidana Nasional Jakarta IH RajuGrufindoPersado 2007

Marpaung Leden Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005

Moelyono Anton M Kumus Besar Bahasa Indonesia Get 11 Jakarta Balai Pustaka 1988

Muladi HAM Dalam Persepkiif Sistem Peradilan Pidana dalam Muladi (ed) Hak Asasi Manusia Hakekal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat Bandung Refika Aditama 2005

dan Barda Nawawi Arlef Bunga Rampai Hukum Pidana Bandung Alumni 1992

Partodiharjo Subagyo Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannyai Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2003

Ioyk Fanny Jonathans Sehiiah Kesehatan Narkoba Sayonara Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2006

Prastowo EM Giri Rehabilitasi Bagi Korban Narkoba Tangcrang Visimedia 2006

Prodjodikoro Wirjono Asas-asas Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005

Roeslan Saieh Stelsel Pidana Indonesia Jakarta Bina Aksara 1987

Soedjono D Segi Hukum Tentang Narkolika di Indonesia Bandung Karya Nusanlara 1977

Hukum Narkolika Indonesia Bandung PT Citra Adtya Baktl i 990

Soekanto Soerjono dan Sri Mumadjj Penelitian Hukum Normalif Suatu Tijnjauan Singkat Jakarta Rajagrafindo Persada 2001

Sudarsono Kenakalan Remaja cet Ii Jakarta Rineka Cipta 1992

Tom dkk Bahaya NAPZA Bagi Pelajar Bandung Yayasan Al-Ghifari Morgan 1999

Tim BNN Materi Advokad Pencegahan Narkoba Jakarta Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia 2005

Yustisia Himpunan Peraturan Pemndang-Undangan Anti Narkoba diterjenialikuii oleh Tim iustaka Yuslisia Yogyakarta iuslaka Yustisia 2006

Waluyo Bambang Penelitian Hukum dalam Prakiek Jakarta Sinar Grafika 1996

Wcda Made Darma Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korporasi dalam niingti Rampai Viktimisasi Bandung Eresco 1995

B Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Pasal 152

Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika22Tahun 1997 tentang Narkotika

Keppres Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkolika Nasional

CInternet

htlpwwwbnngoidportalbariiiiorlalkQnlenpltpniima^Prorilampop^visi niisiamp tnn=lamp diakses tcrakiiir tanggal 13 November 2014

httpthed03hlogspoteom2008l Ohukuiii-viktimolQgihtmk diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014

httpwwwikonbaliorg26062Q(19advokasipctisi-ikon-bali-segera-tcrapkan-semahtml Petisi Ikalan Korban Napza (IKON) dalam rangka menyambut Hari Anti Narkotika (HANI) dan Hari Anti Penyiksaan 2009 diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014

httpwwwsurnekscoidindexphp7pption=^om cpntentampview=articleampid=^1405 2010-kej ati-baru-terapkan-uu-no-3 52009ampcatid=44 ilir-barat-i-bukit-keciIampUemid=94 diakses lerakJiir tanggal 12 Desember 2014

httpidsbvoongcQmexact-sciencesl8Q8652-getielika-dan-keiahatan Faktor Genetik Penyebab Kejahalan diakses terakhir tanggal 10 jaiiuari 2014

httpwwwasiasecuritiescoidsys 12ximagesstories201QEqtiitv2Q Pdf diakses terakhir tanggal 10 Januari 2014

LAMPIRAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

F A K U L T A S HUKUM

K A R T U AKTIVITAS BIMBINGAN SKRIPSI

N A M A MAHASISWA DIANA SAPUTRA

N O M O R INDUK MAHASISWA 50 2011 059

P R O G R A M STUDI I L M U H U K U M

PROG K E K H U S U S A N H U K U M PIDANA

P E M B I M B I N G M S O L E H IDRUS SHMH

l U D U L SKRIPSI P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T U N D A N G U N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I

KONSULTASI

K F -

MATERI YANG

DIBIMBINGKAN

PARAF

PEMBIMBING K E T

luymdash

y^ ^ Tlt2 N ^

7 M e

fSUL

k ^

CATATAN MOHON DIBERI WAKTU MENYELESAIKAN SKRIlSl RUiAN SEJAK TANGGAL DIKELUARKAN DITETAIKAN

DIKELUARKAN DI PALEMBANG PADA TANGGAL KETUA BAGIAN

JUDUL P E N Y A L A H G U N A A N N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG UNDANG N O M O R 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I

P E R M A S A L A H A N 1 Apa yang menjadi faktor tcrjadinya penyalaJigunaan narkotika dan psikotropika

2 Bagaimana pengaturan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspektif victimologi

B A B l P H N D A I i U L U A N A Latar Belakang B Permasalahan C Ruang Lingkup dan Tujuan D Metode Penelitian E Sistematika Penulisan

B A B 11 T I N J A U A N PUSTAKA

A Pengertian penyalahgunaan B Pengertian victimologi C Ruang lingkup victimologi D Jents dan penggolongan narkotika dan psikotropika E Undang Undang yang mengatur tentang narkotika

dan psikotropika

BAB I I I PEMBAHASAN A Faktor yang menyebabkan terjadinya

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika

B Penyalahgunaan narkotika dan psikolropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspeklif victimologi

BAB IV PENUTUP A Kesimpulan

B Saran-saran

DAF1AR PUSTAKA

L A M P I R A N - L A M P I R A N

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM

Lampiran Perihal Kepada

Sistematika penulisan (Outline) Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi YUi NUR HUSNI LMILSON SHSpNMH

Pembimbing Akademik Fakultas Hukum UMP dl-Palembaniz

Assalamualaikum WrWb

Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama DIANA SAPU I RA

Program Kekhususan Flukum Pidana

fada semester Lianjil tatiun kuliati 2UI42UI5 sudah menyelesaikan betian studi yang meliputi MPKMKKMKBMPBMBB (139 sks)

Dengan ini mengajukan pcrmohonan untuk penelitian Hukum dan Penulis Skripsi dengan judul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG-UNDANG N O M O R 35 T A H U N 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I

Demikianlah atas perkenaan Ibu diucapkan terima kasih

Wassalamualaikum WrWb

NIM 50 2011 059 Ilmu Hukum Program Studi

Palembang September 2014 Pemohon ^^--^5

Rekomendasi PAYbs

Pembimbing Akademik

HUSNI EMHSON SH SpN MH

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM

REKOMENDASI DAN PEMBIMBING SKRIPSI

Nama Nim Program Study Program Kekhususan Judul skripsi

DIANA SAPUTRA 50 2011 059 Ilmu Hukum Hukum pidana PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI

I Rekomendasi Ketua Bagian a Rekomendasi

b Usulan Pembimbing

Hukum Pidana

raiemoang iepiemt)er zu 14 KetuaJBagu

LuuTiiiAKNurCsHrR^

I L Penatapan Pembimbing Skripsi Oleh Wakil Dekan I

1 2

Palembang September 2014 Wakil Dekan I

- i poundL Dr Hj SRI S U L A S T R I SH M H

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah i n i Nama Tempat Tanggal Lahir N I M Program Studi Program Kekhususan

DIANA SAPUTRA PetransJaya 15 Januari 1992 502011059 Ilmu Hukum Hukum Pidana

Menyatakan bahwa karya ilmiah skripsi saya yang berjudul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANGshyU N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F VICTIMOLOGI

Adalah bukan merupakan karya tulis orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali daiam bentuk kutipan yang telah kami sebutkan sumbemya

Demikianlah surat pemyataan ini kami buat dengan sebenar-benamya dan apabila pemyataan ini tidak benar kami bersedia mendapatkan sanksi akademis

Palembang September 2014

PERMOHONAN UNTUK MENGIKUTI SEMINAR PROPOSAL

Palembang Oktober2014 Perihal Mohon untuk diiaksanakan seminar

Proposal Penelitian Skripsi

Kepada Yth Ibu Luil Maknun SH MH Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang D i -

Palembang

Assalamualaikum Wr Wb Saya yang bertanda tangan dibawah Ini Nama DIANA SAPUTRA

NIM 50 2011 059

Program Kekhususan Hukum Pidana

Bahwa yang bersangkutan telah layak untuk mer^ikiuti Seminar Proposal rencana penelitian skripsi yang judul PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI

Mohon kiranya yang bersangkutan untuk dijadwalkan mengikuti Seminar Proposal usul Penelitian Skripsi

Demikianlah disampaikan untuk dipertimban^Lan Wassalamualaikum Wr Wb

Pembimbing Skripsi

M SOLEH IDRUS3HMS

H A L A M A N P E R S E T U J U A N U N T U K M E N G I K U T I S E M I N A R P R O P O S A L

Nama DIANA S A P U T R A

N I M 50 2011059

Program studi Ilmu Hukum

Program kekhususan Hukum Pidana

Judui Penelitian PENYALAHGUNAAN N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A

MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI P E R S P E K T I F VICTIMOUHH

Palembang Oktober2014 Disetujui Pembimbing

M S O L E H IDRUSSH MS

Ketua Bagian Hukum Pidana

LuU MaknunSH M H

Page 8: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si

D A F T A R ISI

H A L A M A N J U D U L i

H A L A M A N P E R S E T U J U A N U N T U K U J I A N K O M P R E H E N S I F i i

M O T T O DAN P E R S E M B A H A N i i i

A B S T R A K iv

K A T A P E N G A N T A R v

P E R N Y A T A A N K E A S L I A N K A R Y A I L M I A H vi

D A F T A R ISI v i i i

B A B I P E N D A H U L U A N

A Latar Belakang

B Perumusan Masalah 5

C Ruang Lingkup dan Tujuan 5

D Metode Penelitian 6

F Sistematika Penulisan 7

B A B H T I N J A U A N P U S T A K A

A Pengertian Penyalahgunaan 9

B Pengertian Viclimohgi 10

C Ruang Lingkup Victimologi 11

D Jenis dan Penggolongan Niirkotika dan Psikotropika 12

a) Narkotika 12

b) Psikotropika 17

viii

B A B I I I P E M B A H A S A N

A Perkembiingan pengaturan tentang tindak pidana

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika sebelum iahimya

dan menurut undang-undang nomor 35 tahun 2009 22

B Pengaturan Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997

Tentang Psikotropika dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun

1997 Tentang Narkotika 40

C Pcnyalahgunaaan Narkotika dan Psikotropika Dalam

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari

Perlindungan Terhadap Korban 44

1 Self-victimizing victims narkotika dan psikotropika 44

2 Rehabilitasi terhadap self-victimizing victims 48

3 Tahapan-tahapan rehabilitasi terhadap self-victimizing

victims 57

B A B IV P E N U T U P

A Kesimpulan 65

B Saran 66

D A F T A R P U S T A K A

L A M P I R A N

ix

B A B l

PENDAHULUAN

Latar Belakang

PciTindiingan korban lindak pidana dalam sistein liukimi nasional

nampaknya belum memperoleh perhatian serius Hal ini terlihat dari masih

sedikitnya hak-hak korban tindak pidana memperoleh pengaturan dalam

perundang-undangan nasional Adanya ketldakseimbangan antara

perlindungan korban kejahatan dengan pelaku kejahatan pada dasarnya

merupakan salah satu pengingkaran dari asas setiap warga ncgara bersamaan

kedudukaiinya dalam hukum dan pemerintahan sebagaimana diamanatkan

oleh Undiing-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konslitusional

Niirkotika Psikotropika dan Bahan Aditif Lainnya adalah berbagai

macam obat yang semestinya dinianfaalkan sesuai dengan kcpentingan

tertentu niisalnya pada dunia mcdis untuk mcmbantu proses kerja dokter

dalam melakukan opcrasi bedah Akan tetapi saat ini obat-obat terlarang ini

telah dikonsumsi diedarkan dan diperdagangkan tanpa izin berwajib demi

memperoleh keuntungan dan nikmat sesaat saja Karena pengaruh Narkotika

dan Psikolropika tersebut dapat membuat pemakai menjadi ketergantungan

merusak sampai ke sel-sel saraf manusia seliingga melemalikaii daya pikir

dan lambat memberikan rekasi terhadap lawan bicara Untuk menganaiisa

materi pelajaran bagi pelajar dan mahasiswa yang terkena bahaya Narkotika

atau Psikotropika dapat mengakibatkan pada kelambatan berfikir sehingga

1

2

harapan dalam pencapaian pcmbangunan nasional dapal tcrganggu

Bahaya nicngedarkan Narkotika dan isikolropika dapat dibayangkan

berapa banyak sel syuraf otak mahusia yahg akan dlrusak borapa gencfasl

muda anik sekoiah dan mahasiswa terus diburu pengedar Narkotika dan

Psikotropika tersebul bahkan dapat mengakibatkan kematian^

Keterganl jngan lerhadap Narkotika dan Psikotropika pada mulanya ingin

coba-coba dulu karena Narkotika maupun Psikolropika tersebul dapat

membuat pemakaiiiyu bcrhalusinasi seolah lupu tchadiip masalah dan berada

pada dunia keindahaii Jika laktor kesempatan untuk mendapatkan Narkolika

dan Psikotropika sangat mudah dari pengedar maka dapal mengakibatkan

korban akan semakin bertambah Melihat besamya bahaya penyalahgunaan

Narkotika dan Psikotropika lerhadap individu dan mengganggu pencapaian

cita-cita NKRl maka lerhadap Narkotika maupun Psikolropika harus

dilakukan penanggulangannya sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku

Scjak awat mula Iahimya hukum pidana fokus subjek yang paling

banyak disoroti adalah si pelaku Padahal dari sualu kejahatan kerugian yang

paling besar didcrita adalah pada si korban kejahatan tcrsebut Akan tetapi

scdikit sekali ditemukun hukum-hukum atatipun peraturan perundang-

undangan yang mengatur tcnung korban serta perlindungan lerhadapnya

httpw^vbnn (ioidportalhiirup(irlalkoTilenphpnaTna=lrofilampopvisL _iTiisiampmn^l diakscs tcrukhir tanggal 29 December 2(M4 Iihal juja Kcpprcs Nti 17 Taliun 21X12 tentang Itadan Narkotika Nasional pada bagian konsidcran mcnimbang huruf (J) bcrbunyi Bahwa sehubungun dengan pertimbiingan hunifu huruf b huruf c dan sebagai pcluksunaan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkolika ficrlu niembcntuk Badan Narkotika Nusiona dcngan Keputusan Iresiden

^Funny Jonathans Poyk Suhiiah KusehiUan Narkoba Sayonara (Jakarta IT (Jelora AkHuru Iralama 2006) lial 9 Made Darma Weda Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korfwrasi dalam Bunga

3

Berbicara mengenai upaya penanggulangan kejahatan atau tindak

pidana Narkotika dan Psikotropika yang tepat maka cara pandang sebaiknya

tidak hanya terfokus pada berbagai hal berkaitan dengan penycbab timbuliiya

kejahatan atau metode apa yang efektif dipergunakan dalam penanggulangan

kejahatan tersebul Namun hal lain yang tidak kalah penlingnya untuk

dipahami adalah masalah korban kejahatan itu sendiri yang dalam keadaan-

keadaan lertentu dapal menjadi pemicu munculnya kejahatan dalam tindak

pidana Narkotika dan Psikotropika tersebul

Piida saat berbicara tentang korban kejahatan dalam tindak pidana

Narkotika dan Psikotropika maka cara pandang tidak dapat dilepaskan dari

victimologi Melalul victimologi dapal diketahui berbagai aspek yang

berkaitan dengan korban seperti faktor penyebab munculnya kejahatan

penyalahgunaan bagaimana seseorang dapat menjadi korban

penyalahgunaan dan upaya mengurangi terjadinya korban kejahatan

penyalahgunaan serta hak dan kewajiban korban kejahatan dalam tindak

pidana Narkolika dan Psikotropika tersebut Secara victimologi terhadap

korban kejahatan dalam tindak pidana Narkotika dan Psikotropika misalnya

korban yang ditemukan pada anak usia 7 tahun sudah ada sebagai pemakai

anak di usia 8 talum sudah ada yang memakai ganja dan lalu di usia 10 tahun

anak-anak sudah menggunakan Narkotika alaupun Psikotropika dari berbagai

jenis seperti ganja heroin morfni ekstasi dan sebagainya

Kraquogtrban dalam lingkup victimologi memiliki arti yang luas karena

Rampai Vihmisusi (Bandung Krcsco 1995) hal 200 TM Giri Prasln vo Rebahilium liagi Korban Narkoba ( Iangerang Visimudia 2006) hal v

4

tidak hanya terbatas pada individu yang secara nyata menderita kerugian

tetapijuga kelompok korporasi swasta maupun penierintali sedangkan yang

dimaksud dcngan akibat pcnimbulan korban adalah sikap atau tindakan

terhadap korban danatau pihak pelaku serta mereka yang secara langsung

atau tidak terlibat dalam terjadinya suatu kejahatan

Pentingnya korban kejahatan dalam tindak pidana Narkotika dan

Psikotropika ihempcroleh perhatian utama DIkarenakan korban merupakan

bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kejahatan oleh karena ilu maka

korban memiliki peranan yang sangat penting dalam penelitian ini

Diperolchnya pemahaman yang luas dan mendaiam tentang korban kejahatan

dalam linJak pidana Narkotika dan Psikolropika dapat [nenuidahkan dalam

menemukan upaya penanggulangan kejahatan yang pada akhimya akan

bermuara pada menurunnya kuantitas dan kualitas kejahalan Sejalan dcngan

semakin bcrkembangnya victimologi sebagai cabang ilmu baru berkembang

pula berbagai runuisan tentang victimologi Kondisi iiii hendaknya tidak

dipandang sebagai pertanda tidak adanya pemahaman yang seragam

mengenai ruang lingkup victimologi tetapi harus dlpaiidang sebagai bukti

bahwa vU timologi akan selalu berkembang sejalan dengan perkembangan

yang terjadi dalam masyarakat

Berdasarkan uraian di atas yang menjadi obyek pengkajian dari

victimologi penyalahgunaan Narkolika dan Psikotropika di antaraiiya adalah

faktor terjadinya kejahatan dan bagaimanakali pengaturan Narkotika dan

Dikdik M Arir Mimsur dan Elistaris (lultoiii UrgensI Ierilndungan Korban Kejahalan Anlara Norma dan Realita (Bandung Agustus EakulUis Hukum Universitas Padj aj uran 2006) hal 29

5

Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Oleh sebab itu

maka judui yang dipilih unluk diteliti dalam penelitian adalah

Penyalahgunaan Narkotika dan Pstkolropka Menurut Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 Dari Perspektif Victimologi

B Perumusan Masalah

1 Apa yang menjadi faktor faktor yang menyebabkan terjadinya

2 Bagainiana pengaturan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika dan

Psikotropika daiam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dari perspektif

victimology

C Ruaug lingkup daii tujuan

Ruang lingkup

Secara umum ruang lingkup skripsi ini untuk mengetahui apa yang

menjadi faktor faktor terjadinya penyalahgunaan narkobadan

penyalahgunaan norkoba menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari

perspektil victimologi

Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan penulisan ini adaiah

sebagai bfrikut

1 Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya

penyalahgunaan Narkoba

2 Untuk mengetahui pengaturan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika

dan Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Talum 2009 dari

penyakiligunaanTiarkotika dan psikotropika

6

perspektif viAimo(gtg[

E Metode rcncHtl

Untuk memperoleh data yang kongkril sebagai pcdoman dalam

penulisan skripsi ini maka penulis menggunaan metode sebagai berikul

1 Metode pclaksanaan penelitian

dalam pclaksanaan ini penulis menggunaan metode penelitian hukum

normatif yang bersifal diskriftif dengan menggunaan dala skunder

Penelitian nukum norkatif ini merupakan penelitian kcpustakaan yaitu

penelitian terhadap dala skunder yang iiiempuiiyai ruang lingkup meiipuli

surat sural fakta fakta sampai pada dokumen - dokuincn resmi yang

dikeluarkan oleh instansi lerkait

2 Metode pcngiimpulun data

Pengumpulan data meiiipunyai hubungan yang eral dengan sumber data

karena dcngan pengumpulan dala akan diperoleh data yang dipcrlukan

untuk selanjutnya dianalisis sesuai dengan yang diinginkan Dalam usuha

pengumuian dala dala yang relevan dengan judul ini penulis

menggunakan metode normatif diskriplif dengan menggunakan data

skunder yang berbentuk dokumcntasi

3 Tehnik pcngolahan data

Dilakukan dcngan cara nnalisis isi terhadap teksural untuk selanjutnya

dikoniruksikan dalam suatu kesimpulan

7

Sislemutika [cnulisiin

Penelitian ini dibuul berdasarkan sistematika penulisan di dalam

penelitian ini peneliti mcmbaginya dalam empat bagian yailu

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan bab pendahuluan yang menguraikan mengenai hal-hal

berkaitan dengan Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan

dan Maniaat Penclilian Kcaslian Penelitian Tlnjaiian

Kcpustakaan Pengertian Penyalahgunaan Pengertian

Viclimologi Ruang Lingkup dan Manfaat Viclimologi Jenis dan

Penggolongan Narkotika dan Psikotropika Metode Penelitian

dan Sistematika Penulisan

BAB U TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bagian ini menguraikan yaitu mengenai pengertian tentang

penyalahgunaan pengertian tentang ruang lingkup viktimologi

pengertian tentang narkotika dan jcnis-jcnis narkolika

BAB Hi PEMBAHASAN

Merupakan bab yang membahas mengenai hal-hal yang berkaitan

dengan Pengaturan Sanksi Pidana lerhadap Penyalahgunaan

Narkotika dan Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Ditinjau dari Perlindungan Terhadap Korban dan

Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Self

Victimizing Victims

8

BAB IV K E S I M P U L A N DAN SARAN

Bab ini memuat beberapa kesimpulan dan saran yang dibuat

peneliti sebagai hasil dari pembahasan dun penguraian di dalam

penelitian ini dari keseluruhan permasalahan yang ada

DAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A Pengertinn Pcnyalaliguiiaan

Penyalahgunaan dimaksudkan dalam penclilian ini adalah

penyalahgunaan terhadap narkotika dan psikolropika Dimana bahwa

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika ini diambil dan dipersainakan

dcngan pengertian penyalahgunaan narkoba seperti yang disebutkan Lutfi

Braja yakni memberikan pembatasan mengenai penyalaiiguiiaaii yaitu

Pemakaian narkoba di iuar indikasi medik tanpa petunjuk atau

resep dokter dan peinakaiannya bersifat patologik

(menimbulkan kelainan) dan menimbiilkan humbutan dalam

aktifitas di rumah di sekoiah atau di kampus tempat kerja dan

lingkungan sosial Ketergantungan narkoba adalah kondisi yang

kebanyakan diakibatkan oleh penyalahgunaan zat yang disertai

dengan adanya toleransi zat (dosis semakin tinggi) dan gejala

putus zal

Permasalahan penyalahgunaan mengakibatkan dampak yang sering

terjadi di tengah-tcngah masyarakat dari penyalahgunaan narkolika dan

psikotropika antara lain merusak hubungmt kekeluargaaii menurunkan

kemampuan belajar dan produktifitas kerja secara drastis sulit membedakan

mana perbuatan baik dan perbuatan buruk perubahan pcrilaku menjadi

Mardani Op 01 lial 2

9

10

pcrilaku anti sosial (pcrilaku maladaptil) gangguan kesehalan (fisik dun

mental) mempertinggi jumlah kecelakaan lalu lintas tindak kekerasan dan

kriniinuliLis lainnya

Dari kata penyalahgunaan menandakan bahwa Narkotika dan

Psikotropika tidak selalu bermakna negatif Dcngan begitu narkotika dan

psokitropika yang digunakan dengan baik dan benar oleh dokter untuk

mengobati pasiennya lidak tennasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang

disaiahgunakan Di dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA

(Narkotika Psikotropika dan Zat Adit i f Lainnya)

B Pengertian Victiimlogt

Pada dasarnya perkembangan ilmu pengetahuan tentang korban

kejahalan (viktimologi) lidak dapat dipisahkan dari iahimya peiiiikiraii-

pemikiran brilian dari Hans von Hentig seorang ahli kriminologi pada talum

1941 serta Mendelsohn pada tahun 1947 Pemikiran dari kedua ahli ini

sangat mcmpengaruhi setiap fase perkembangan viktimologi Perkembangan

viktimologi hingga sampai pada keadaan seperti sekarang tentunya tidak

terjadi dengan sendirinya namun telah meiigalami berbagai perkembangan

yang dapai dibagi dalam 3 (tiga) fase sebagai berikut

a iada tahap peitama viktimologi hanya meinpclajari korban kejahatan saja

pada fase ini dikatakan sebagai pehdl or special vtciimolo^

b Pada lase kedua viktimologi tidak hanya mengkaji masalah korban

Oadang Huwari Konsep Islam Memerungt AIDS dan NAA Cel XI (Ycgvakarta Ohaiiii iiakli Idaya 1997) hal 153 Made Danaa Wi da Op cil hal 200

kejahalan tetapi juga meiipuli korban kecelakaan Pada fase ini disebut

sebagai general victimology

c Fase ketiga Vikt imologi sudah berkembang lebih luas lagi yaitu mengkaji

permasalahan korban karena penyalahgunaan kckuasaan dan hak-hak asasi

manusia Fase ini dikatakan sebagai new viciimology

Berdasarkan pengertian di atas nampak je las bahwa yang menjadi

obyek pengkajian dari viktimologi diantaranyu pihak-pihak mana saja yang

terlibat atau mcmpengaruhi terjadinya suatu viktimisasi kriminal

bagaiinanakah respon terhadap suatu viktimisasi kriminal faktor penyebab

terjadinya viktimisasi kriminal bagaimanakah upaya penanggulangannya

dan sebagainya

C R u a i i g L i n g k u p Victimologi

Vikt imologi mencliti topik-topik teiilang korban scperti peranan

korban pada terjadinya kejahatan hubungan antara pelaku dengan korban

rentannya posisi korban dan peranan korban dalam sistem peradilan pidana

Selain itu menurut Muladi viktimologi merupakan suatu studi yang bertujuan

untuk

1 Menganaiisa berbagai aspek yang berkaitan dcngan korban

2 Berusaha untuk memberikan penjelasan sebab musabab terjadinya

vikt imisasi dan

3 Mengembangkan sistem tindakan guna mengurangi penderitaan manusia

^Suryono Ekolaina ST Harum Pudjianlo RS dan G Wiraiama Abortus Iruvocalus Ba^ Korban Perkosnan Persxkif Viktimologi Kriminologi Jan Hukum Pidana Edisi PcrUtma Culakari lurlunii (Jakiiria Univcrsilas AlmaJaya 2001) liul 174 ^ibidMl I7()

12

Menurut JE Sahetapy ruang lingkup Viktimologi meliputi bagaimana

sescorang (dapat) menjadi korban yang ditentukan oleh suatu victimity yang

lidak selaiu berhubuiigan dengan masalah kejahatan termasuk pula korban

kecelakaan dan bencana alam selain dari korban kejahatan dan penyalah

gunaait kekuasan^ Namun dalam perkembangannya di tahun 1985

dipeiopori oleh Separovic yang mempelopori pemikiran agar Viktimologi

khusus niengkaji korban karena adanya kejahatan dan penyalahgunaan

kckuasaan dan tidak mengkaji korban karena musibah alau bencana alam

karena korban bencana alam di iuar kemauan manusia out of mms will)

D Jenis dan Penggolungan Narkotika dan Psikotropilta

Dari kata penyalahgunaan narkoba menandakan bahwa narkoba tidak

selalu beimakna negatif Dengan begilu narkolika dan psokitropika yang

digunakan dengan balk dan benar oleh dokter unluk mengobati pasiennya

tidak termasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang disaialigLmakan Di

dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA (Narkotika Psikolropika

dun Zat ditir Lainnya) Dalam penelitian ini hanya dibahas tentang

narkotika dan psikolropika maka sebelumnya dipaparkan terlebih dahulu

berbagai jenis narkotika dan psikotropika sebagai berikut

a) Narkolika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari lanaman atau

TbUi Miiiadi HAM Halam Persepkiif Sislem Peradilan Pidana datam Muladi (cd) Hak Asas) Manusia Hakclal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspeklif llukum dan Masyarakat (Bandung Refikii Aditama 2005) hal lOX VfiWDial 109 Subagyo Partediharjo Op cil hal 11

13

bukan tanainan baik sintesis maupun bukan sintesis yang dapat

menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa

Zat ini dapal mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat

meninibulkan ketergantungan Menurut Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika Narkolika adalah at atau obat yang

berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun

semisimetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri

dan dapat nienimbulkati ketergantungan yang dibedakan kc dalam

golongan-goiongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang in i

Narkotika memiliki daya adikasi (ketagihan) yang sangat berat

Narkolika juga memiliki daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual

(kebiasaan) yang sangat tinggi Ketiga sifat narkolika ini yang

menyebabkan pemakai narkotika tidak dapat lepas dari cengkeramannya

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

Jenis jenis narkotika dibagi ke daiam 3 (tiga) kelompok yaitu narkotika

golongan I golongan I I dan golongan I I I

Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbaiiaya

karemi daya adilifnya sangat tinggi Golongan ini tidak boleh digunakan

untuk kcpentingan apapun kecuali unluk penelitian atau ilmu

pengetahuan Contohnya adalah ganja heroin kokain inorfin opium dan

lain-lain Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya

Ibid Posal 1 Ayal (I) Unilung-Undang Nomor 3 Tahun 2009 lenlang Narkotika

14

aditifkual tclapi bcrmaiilaal untuk pcngohatan dan penclilian tlonluhnya

adalah petidin dan turunannya benetldin belamctadol dan lain-iain

Sedanikaii narkulika golungaii Ml adalah narkotika yang niciniliki daya

aditif riiigan tetapi bermanfaat untuk penghatan dan penelitian Contohnya

adalali kudcin dun turunannya^

Berdasarkan cara pcmbuatannya narkotika dibedakan ke dalam 3

(tiga) golongatt juga yaitu narkolika atami narkotika semlsimesis dan

narkotika sintesis Dijelaskan sebagai berikut

1) Naikotika alami

Narkotika alami adalah narkotika yang zat aditithya diambil dari

(umbuhlumbuhan (atam) Contohnya

u tjaiija

Ganja adalah tanaman perdu dengan daun menyerupai daun

singkong yang tepinya bergerigi dan berbulu lialus Jumlah Jari

daunnya selalu ganjil yakni 5 7 9 Tumbuhan ini banyak lumbuh di

iieberapa daerah di Indonesia seperti Aceh Suinalera Ulara

Sumatera Selaian Pulau Jawa dan lain-lain Daun ganja ini sering

iligunakiin sebagai bumbu penyedap masakan Bila digunakan

ebagai bumbu iiuisak daya adilifnya rendah Namun lidak

ilemikian apabila dibakar dan asapnya dihirup Cara

|)cnyalahgunaunnya adalah dikcringkan dan dicampu dengan

icmbakiiii rokok atau dijadikan rokok lalu dibakar serta dihisap

Subagvo PurtoJiharjo Op cil hal 11-12

15

b Ilaisis

Hasis adaiah lanaman serupa ganja yang lumbuh di Amcrika

Latin dan Eiopa Daun ganja hasis dan mariyuana Juga dapat

disuling dan diambil sarinya Oatam bentuk cair harganya sangat

mahai Gunanya adalah unluk disaiahgunakan oleh pemadut-pemadal

kelas tinggi

c Koka

Koka adalah lanaman perdu mirip pohon kupi Huahnya yang

inatang bcrwama inerah seperti biji kopi Dalam komunitas

masyarakat Indian Kuno biji koka sering digunakan untuk

inenambah kekiiatan orang yang bcrperang atau bcrburu binalang

Koka kemudian bisa diolah menj adi kokain

d Opium

Opium adaiah bunga dengan bentuk dan wama yang indah

Dari getah bunga opium dihasilkan candu (opiat) Di Mesir dan

daratan Cina opium dahulu digunakan unluk mengobati beberapa

penyakit member kekuatan atau menghilangkan rasa sakil pada

lentara yang terluka sewaktu berperang atau berburu Opium banyak

lumbuh di segiliga emas antara Burma Komboja dan Thailand

atau di daratan Cina dan segitlga emas Asia Tengah yaitu daerah

antara Alganistan Iran dan Pakistan

Dalam kalangan perdagangaii liilernasional ada kebiasaan

ftW hal 14

16

(keliru) tncnamai daerah tempat peuanamuii opium sebagai daerah

emas Diberi nama demikian karena perdagaiigan opium sangat

mengimtiingkan Karena bahayanya yang besar daerah seperti ilu

keliru jika diberi nama predikat emas Daerah sumber produksl

opium sepantasnya disebut segitlga setan atau segitlga iblis

2) Narkotika semisintcsis

Narkotika semisintesis adalah narkotika alami yang diolah dan

diambil zat aktifnya (intisarinya) agar memiliki khasiat yang lebih kuat

schmgga dapat dimanfaatkan untuk kepcnlingan kedokteran

Contohnya

a Morfm dipakai dalam dunia kedokteran unluk menghilangkan rasa

sakit alau pembiusan pada operasi (pcmbcdahan)

b Kodein dipakai unluk obat penghilang baluk

c Heroin tidak dipakai dalam pengobatan karena daya adilifnya

sangat besar dan matifuatnya secara medis belum

ditemukan Dalam pcrdugangan gelup heroin diberi nama

pulaw atau pete atau pt Henlnknya seperti tepun terigu

yang halus pulih dan agak kotor

d Kokain liiisll olahati dari biji koka

3) Naikotika sintesis

Narkotika sintesis adalah narkotika palsu yang dibuat dari bahan

kimia Narkotika ini digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi

oraiig yang menderita kclcrgantungun Contohnya

17

a Ietidin unluk obat bius lokal operasi kccil sunal dan

sebagainya

b Melhadon unluk pengobatan pecandu narkoba dan

c Naltrexon untuk pengobatan pecandu narkoba

Selain unluk pembiusan narkolika sintesis biasanya diberikan

oleh dokter kcpada penyalahgiina narkoba untuk menghcntikan

kebiasaannya yang tidak kuat melawan sugesti (relaps) atau sakaw

Narkotika sintesis berfungsi sebagai pengganti senientara Bila sudah

bciiar-bcnar bcbas asupan narkoba sintesis in dikurangi sedikil demi

sedikit sampai akhimya berhenti total

b) Fsikotropika

Pengertian psikolropika menurut Pasal I Ayal ( I ) Undang-Undang

Nomor 5 Taliun 1997 tentang Psikotropika adalah Zat atau obat baik

alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif

melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusal yang menyebabkan

perubahan khas pada uktivitus mental dan perilaku

Pengertian Psikolropika di daUim Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika tidak ditemukan Hal tersebut sehubungan

dengan ketentuan di dalam Pasal 153 huruf b yaitu Lamplran mengenai

jenis Psikotropika Golongan 1 dan Golongan II scbagaimana tercantum

dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang

Psikotropika (lcmbaran Ncgara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor

10 Tambahan Lcmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671) yang

18

telah (iipindahkan menj adi Narkotika Golongan I menurut UndangUndang

ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku Oleh karenanya dalam Undangshy

Undang Nomor 35 Tahun 2009 tidak ada lagi di dalam pasal-pasal nya

yang mengatur mengenai Psikotropika karena sudah dlmasukkan ke dalam

golongan Narkotika

Sesuai dengan pembahasan dalam penelitian ini masih

berhuijutigar dengan Psikotropika maka Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1997 tentang Psikotropika masih perlu untuk dibahas dalam penelitian ini

Menui iil undangumlang tersebut Psikolropika adalah zal atau obal bukan

narkolika baik alamiah maupun sintesis yang memiliki khasiat psikoaktif

melaiui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan

perubahan khas pada aktivitas nonnal dan perilaku Psikotropika ini

merupakan obat yang digunakan oleh dokter untuk mngobali gangguan

jiwa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tenumg

Psikolropika psikotropika dikelompokkan ke dalam 4 (empat) golongan

Golongan I yaitu psikotropika dengan daya aditif yang sangat kuat

belum diketahui manfkilnya untuk pengobatan dan sedang diteliti

khasiiitnya saat ini Contohnya adalah MDMA ekstasi USD dan STP

Golongan U yakni psikolropika dengan daya aditif kuat serta berguna

untuk pengobatan dan penelitian Contohnya adalah amfelamin

metanifetamin metakualon dan sebagainya Golongan IH yakni

psikolropika dcngan daya adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan

dan penelitian Contohnya adalah lumibal buprenorsina flcenilrazepam

19

dan sebagainya Golongan IV yakni psikotropika yang memiliki daya

aditif ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian Contohnya

adalah netrazepam (BK Mogadon Duiiiolid) diazepam dan lain-lain^

Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang

Psikotropika yang dimaksud dengan paslkotoplka adalah zat atau obat

baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif

melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang mcnyebabkan

perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku Psikotropika

dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut

1 Psikotropika golongan I yaitu psikolropika yang hanya dapat digunakan

unluk kcpentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi

sena mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma

ketergantungan Contohnya ekstasi shabu LSD

2 Psikotropika golongan II yakni psikotropika yang berkhasiat

pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi danatau tujuan ilmu

pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma

ketergantungan Contohnya amfetamin metilfenidat atau ritalin

3 Psikotropika golongan III yaitu psikotropika yang berkhasiat

pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi danatau unluk tujuan

ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan

sintlroma ketergantungan Contohnya pentobarbital Flunitrazepam dun

4 Psikotropika golongan IV yaitu psikotropika yang berkhasiat

Ibid ILil 15

20

pengobatan dan sangal luas digunakan dalam terapi danatau unluk

tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan

mengakibatkan sindrom ketergantungan Contohnya diazepam

bromazepam Fenobarbital klonazcpam klordiazepoxide nitrazepam

seperti pil BK pil Kopio Rohip Dum MG

Sedangkan kelompok dan jenLs psikotropika yang sering

disaiahgunakan antara lain

1 Psikostimulansia scperti amfetamin ekstasi dan shabu

2 Scdalif amp Hipnolika (obat penenang obat tidur) seperti MG BK

DUM Pil kopio dan lain-lain dan

3 Halusinogenika seperti lysergic acid dycthylamidc (USD) mushroom

Berdasarkan Ilmu farmukologi psikotropika dikelompokkan ke daiam 3

(tiga) golongan yakni dcpresan stinuilan dan halusinogen sebagai

berikut

1 Kelompok dcpresanpcnekan syaraf pusatpenenangobat tidur

Contohnya adalah valium BK rohipnol mogadon dan lain-lain

Jika diminurn obat ini dapat memberikan rasa tenang menganluk

rasa tcnteruni dan damai Obat ini Juga menghilangkan rasa takut

dan gelisah

2 Kelompok stimuiaiiperangsang syaraf pusaianti tidur Conlohnya

adalah amfetamin ekstasi dan shabu Ekstasi berbentuk tablet

berancka bentuk dun wama Amfetamin berbentuk tablet bcrwama

-Aid hal 16-17

21

pulih Bila diiriinuni obal ini mcndalangkan rasa gembira hilangnya

rasa pemiusuhiui hilangnya rasa marali ingin selalu aktif badan

terasa fit dan lidak merasa lapar Daya kerja otak menjadi scrba

cepat namun kurang lerkendali Shabu berbentuk tepung kristal

kasar berwarna pulili hersih seperti garani

3 Kelompok halusinogen Halusinogen adalah obat at tanaman

makanan yang dapat meninibulkan kiiayaian contohnya yailu LSD

Lysergic Acid Dicihyltamide) getah lanaman kaklus kecubung

jamur tertentu (misceiine) dan ganja Bila diminurn spikotropika

jenis in dapat menimbulkan kliayalan tentang peristiwa-peristiwa

yang mengerikan khayalan tentang kenikmatan scks dan

sebagainya Kenikmatan didapat oleh pemakai setelah pemakai sadar

bahwa perisfiwa mengerikan ilu bukan kenyataan atau karena

kenikmatankenikmatan yang dialami walaupun hanya khayalan

BAB III

PEMBAHASAN

A Faktor yang Mcnyebabkan Terjadinya Penyalahgunaan Narkotika dan

Psikotropilta

1 Faktor yang Bersunibcr Dari Individu

Menurut Luthfi Buraja terdapat 3 (liga) pcndekatan untuk

tcrjadinya penyalahgunaan dan ketergantungan terhadap narkotika dan

psikotropika yaitu peridekalan orgunobilogik psikodinamik dan

psikososial Ketiga pendekatan tersebut tidaklah berdiri sendiri melainkan

saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya Dari siidut pandang

organobiologik (sususan syaraf pusatotak) mekanismc terjadinya adiksi

(ketagihan) hingga deperidcnsi (ketergantungan) dikenal dengan dua istilah

yaitu gangguan mental oragnik atau sindrom otak organik seperti gaduh

gelisah dan kekacauan dalam fungsi kognilif (alam pikiran) efektif (alam

perasaanemosi) dan psikomotor (perilaku) yang disebabkan efek

langsung terhadap susunan syaraf pusat (otiik)^^

Sescorang akan mcnjadi ketergantungan terhadap narkotika dan

psikotropika apabila seseorang dengan tems-menenis diberikan zat

tersebut Hal ini berkaitan dengan teroi adaptasi sekuler mum

adaptaiUm) tubuh beradaptasi dengan menambah jumlah teseptor dan seishy

se syaraf bekcrja kcras Jika zat dihenlikan sel yang masih bekerja kcras

Luthll Uaraja Makalali Gangguan Mciilul dan icrilaku Akibut Nurkuba Disampalkim pada Seminar tentang Narkoba di SMK Iptck lakarla hal 2

22

23

tadi mengaiami kelmLisaii yang dari kiar tampak sebagai gejala-gejala

putus obal Gejala putus obat tersebut mcmaksa individu untuk

mengulangi pemakaian zal tersebul

Faktor predisposisi individu dengan gangguan kepribadian (anti

sosial) ditandai dengan pcrasaan lidak puas terhadap orang lain Selain itu

yang bersangkutan tidak inampu untuk berfungsi secara wajar dan efektif

dalam pergaulan di rumah di sekoiah atau di tempat kerja gangguan lain

sebagai penyerta berupa rasa cemas dan depresi Untuk mengatasi

ketidakniainpuan dan mcnghiiangkan kccemasan atau depresinya maka

individu tersebut cenderung untuk menggunakan narkoba Semestinya

individu itu dapat mengobati dirinya dengan datang ke dokterpsikiater

untuk mendapatkan terapi yang tepat sehingga dapat dicegah

keterlibatannya dalam penggunaan narkotika dan psikotropika

Secara umum mereka yang menyalahgunakan narkotika dan

psikotropika dapat di bagi ke dalam 3 (tiga) golongan besar yaitu

1 Ketergantungan primer ditandai dengan adanya kecemasan dan

depresi yang pada umumnya terdapat pada orahg detigah kepfibadlah

yang tidak stabil

2 Ketergantungan simtomatis yaitu penyalahgunaan narkotika dan

psikotropika sebagai salah satu gejala dari tipe kepribadian yang

mendasarinya pada umumnya terjadi pada orang yang kepribadian

psikopatik (anti sosial) kriminal dan pemakaian narkotika dan

Ai4hal K

24

psikotropika untuk kesenangaii sematu

3 Ketergantungan reaktif yaitu terdapat pada remaja karena dorongan

ingin tahii pengaruh tekanan dan lingkungan tenian atau kelompok

sebaya peer group pressure)

Ada beberapa faktor internal dan ekslernal yang mcnjadi penyebab

individu menyalahgunakan dan menjadi ketergantungan terhadap

narkotika dan psikotropika Menurut Sudarsono bahwa penyalahgunaan

narkolika dan psikotropika di latar belakangi oleh beberapa sebab yaitu

1 Untuk membuktikan kebcranian dalam melakukan tindakan-tindakan

yang berbaiiaya seperti ngebut dan bergaul dengan wanita

2 Meniinjukkan tindakan yang menenlung orang tua guru dan norma

sosial

3 Mempermudah penyaluran dan mempermudah perbuatan seks

4 Melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh peiigalamaii-

pengalainan einosional

5 Meneari dan menemukan aril hidup

6 Mengisi kekosnngan dan kesepian hidup

7 Menghilangkan kegelisahan frustasi dan kepepel hidup

8 Mengikuti kemauan kawan-kawan dahim rangka pembinaan solidaritas

dan

9 Iseng-iseng saja dan rasa ingin tahu

Menurut hasil penelitian Dadang Hawari bahwa di anlara faklor-

Sudujsono Kenakalan Remaja cel ii (Jakarta Rineka Cipta 1992) 1ml 67

25

faktor yang berpcran dalam penggunaan narkotika dan psikolropika

adalah

1 Faktor kepribadian anti sosial dan psikopatik

2 Kondisi kejiwaan yang mudah merasa keeewa atau depresi

3 Kondisi keluarga yang meliputi keutuhan keluarga kesibukan orang

tua hubungan orang tua dengan anak

4 Kelompok teiiian sebaya dan

5 Narkotika dan psikotropika itu sendiri mudah diperoleh dan tersedianya

pasaran yang resmi maupun lidak resmi

Menurut Siibagyo Partodiharjo secara individu terdapat beberapa

faktor yang mcmpengaruhi sescorang dapat menyalahgunakan narkotika

dan psikotropika Alasan ini merupakan alasan yang bersumber dari diri

sendin atau pemakai narkotika dan pasikotropika tersebut yakni sebagai

berikut

a Ingin tahii

Perasaun ingin tahu biasanya diniiliki oieh generasi muda pada

umur setara siswa SD SLTP dan SLTA Bila di hadapan sckelompok

anak muda ada seseorang yang inemperagakan uikmatnya

mengkonsumsi narkotika dan psikolropika maka didorong oleh naluri

alami anak muda yaitu keingintahuan maka salah seoariig dari

kelompok itu akan maju mencobanya Selain didorong oleh

keingintahuan keberaniannya juga karena didesak oleh gejolak dalam

Mardiini foc cil hai 102 ^ Subagyo RatoiJlliarjo ioc cil liiil 72-74

26

jiwanya yang ingin dianggap hebal pemberani dan pahlawan di antara

temanteinan sehayanya Maka jatuhlah satu orang anak dalam pelaku

setan

Dalam kondisi seperti itu reaksi kawan-kawan sebayanya

berbeda-bcda

1 Ada yang ingin menyaingi menunjukkan bahwa dirinya lebih hebat

lagi lalu memakai

2 Ada yang ingin tahu kemudian ikut memakai dan

3 Ada yang sella kawan lain ikut memakai juga

Sikap seperti inilah yang menyebabkan bandar atau pengedar

senang Mereka meiigincar generasi muda mahasiswa atau pclajar

karena 2 (dua) pertimbaiigan

1) Kalau salah satu anak muda kena maka anak muda yang lainnya

ikut kena sehingga konsumen cepat bertambah dan

2) Kalau anak muda kena maka anak muda tcrsebut akan mcnjadi

pemakai selia dalam waktii yang lama Berbeda dengan orang tua

yang cepat maii keuntungan komersial yang diperoleh dari

kelompok anak muda ini akan banyak

b Ingin dianggap hebal

Pcrasaan ingin dianggap hebat biasanya dimiiiki oleh generasi

muda Sepcrti ditcrangkan di atas salah satu sifat alami yang positif

dari generasi muda adalah daya saing Sayang sekali karena

kelidaktahuan sifat positif ini juga dapat dipakai untuk masalah negatif

27

Silat positif ini scharusiiya didorong unluk berlomba daluin preslasi

pada bidang pcndidikan kesenian olah raga dan lain-lain yang

bermanfaat bagi kehidupan

Bila sikap ingin berkonipctisi ini diarahkan untuk

mengkonsumsi narkolika dan psikolropika akibatiiya sungguli

mengerikan yailu kcgagalan hidup dan kesengsaraan Pemakai hanya

dapat dianggap hebat oleh lingkungan kecil pcniakai narkotika dan

psikotropika Di masyarakat luas pemakai hanya menuai cerca dan

nista

c Rasa setia kawan

Perasaan setia kawan sangat kuat dimiiiki oleh generasi muda

Jika lidak mendapatkan penyaluran yang posilif sifai positif tersebut

dapat berbahaya dan mcnjadi negatif Bila (cmannya memakai

narkotika dan psikotropika maka individu tersebul ikut juga memakai

Bila temannya dimarahi orang tuanya atau dimusuhi masyarakat maka

pemakai membela dan ikut bersimpatik

Sikap seperti itulah yang menyebabkan anak ikut-ikutan

Awalnya hiuiya satu orang yang merokok kemudian semuanya menjadi

perokok Setelah semuanya merokok sntu orang mulai memakai ganja

lalu yang lainnya ikut sehingga menjadi sekawanaii pemakai ganja

Selelah semua memakai ganja satu orang memakai ekstasi kemudian

semuanya ikut demikian selerusnya meningkat menjadi shabu dan pada

akhirnya menjadi pemakai putaw

28

d Rasa kccewa truslasi kcsai

Pcrasaan kesal kcccwa atau (rustasi biasanya terjadi karena

kegagalan pada generasi muda eksckutif mudu suami atau istri

Pcnggiiiiaan narkotika dan psikolropika pada kelompok ini bertujuan

untuk sesaat melupakan kekccewaan kckesaian dan fi-uslasi Kondisi

masyarakat yang carut martit tclah banyak melahirkan kekccewaan

kekesalan bahkan Iruslasi Narkolika dan psikotropika dapat

melupakannya sesaat tetapi tidak untuk mengatasi masalah yang

sesungguhiiya

Hubungan buruk yang disebabkan oleh kcgagalan

berkomuiiikasi antara orang tua dengan anaknya dapat menyebabkan

rasa kesal Hal ini mcnjadi faktor pemicu pemakaian narkotika dan

psikotropika oleh anak Intcraksi anlara orang tua dcngan anak tidak

cukup hanya berdasarkan niat baik Cora berkoniunikasi juga harus

baik Masing-masing pihak harus memiliki kcsabaran untuk

menjclaskan isi hatinya dengan cara yang tepat Banyak sekali konfllk

di dalam rumah tangga yang terjadi hanya karena salah paham atau

kekeliman berkoniunikasi Kekeliruan kecil itu dapal bcrakibat fatal

yaitu masuknya narkotika dan psikotropika ke dalam keluarga

Kekccewaan kekesalan dan frustasi dapal terjadi karena

kekeliruan dalam berkomunikasi terhadap beberapa faktor berikut i n i

I ) Komunikasi anak dengan orang tua

IbUI hiiJ 74

29

2) Komunikasi antar anak

3) Komunikasi di lingkungan eksekulifinuda dan

4) Komunikasi antara suami istri

e Ingin bebus dari rasa sakil atau pusing

Penderila pcnyakit beral yang kronis dan tidak kunjuiig sembuh

misalnya Ranker hati luka bakar uka tusuk wasir Ranker paruparii

migreii eneok pengapuran dan lain-lain sclalu merasakan sakit yang

iuar biasa karena penyakitnya Rasa sakit tersebut sering kali tidak

dapat dihilangkan dengan obat pengtiiiang rasa sakit biasa (anaigetik)

sehingga peiiderilanya mencoba narkotika atau psikotropika

Narkotika maupun psikolropika dapat menghilangkan rasa sakit

tersebut tetapi tidak menyembuhkan penyakitnya Ceiakaiiya pemakai

yang bersangkutan malah mendapat maslah baru yaitu ketergantungan

dengan segala komplikasinya yang justru menjadi lebih berbahaya

f Ingin menikmati rasa gembira tampii lincah energik dan mengusir

rasa sedih dan malas

Para eksekudf dan sciebritis biasanya memiliki gaya hidup yang

trendi Mereka merasa dituntut untuk selalu lampil lebih prima Dengan

mengkonsumsi naikotika atau psikolropika mereka dapat tampii prima

dan percaya diri karena kehilangan rasa malu walaupun sesungguhnya

tidak demikian

Perasaan hebat tersebut di atas seharusnya dicapai melaiui tekun

berolah raga hidup teratur meningkatkan kualitas fisik mental

30

inlclckUial dan mocaiiiyii Riikan ineiigamhit jalan piiitas dcngan tampii

seotah-olah prima niclalui manipulasi atau lipuan melaiui

mengkonsumsi narkotika atau psikolropika tersebut Pcnampilmi prima

yang semu atau atau tipuan itu lambat laun akan terungkap juga

sehingga [ania-keiamaan akan kelahuari juga jati dirinya yang

sesungguhnya itu

g ingin tampii iangsing

Narkolika dan psikotropika terscbut juga banyak digunakan oleh

artis dan ibu-ibu rumah tangga yang berbadan gemuk untuk

melangsingkan lubtihnya Narkotika alau psikotropika dengan jenis

tertentu ada juga yang dapat menghilangkan nafsu makan sekaligus

menambali aktivitas fisik sehingga dapat menurunkan beral badun

h Takut mengalami rasa sakit (sakaw)

Pengguna jenis narkotika atau psikolropika tersebut yang sudah

menjadi pemakai tetap (pemadat) akan mengalami rasa sakit (sakaw)

bila tidak memakainya Karena takut merasakan penderitaan maka

pemakai tersebut terus memakainya sehingga menjadi pemakai yang

sella junkies) Banyak pemakai narkotika dan psikotropika ini yang

setia adalah orang-orang yang merasa terpaksa memakai sebab kalau

lidak memakainya mereka akan mengalami sakaw

Kebanyakan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika

dimulai atau terdapat pada masa remaja sebab masa remaja yang

sedang mengalami perubahan biologik psikologik maupun sosial yang

31

pesat merupakan individu yang rentan untuk nienyaiahguriakan

narkotika maupun psikotropika terscbut Anak atau remaja dcngan ciri-

ciri tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi

penyalahgunanya Ciri-ciri tersebut anlara lain^

a Cenderung memberontak dan menolak otoritas

b Cenderung memiliki gangguan j iwa lain (komorbiditas) seperti

depresi cemas psikotik keperibadian dissosial

c Perilaku menyimpang dari aluran atau norma yang berlaku

d Rasa kurang percaya diri low selw-confulence) rendah diri dan

memiliki citra diri negatif (ow setf-esleem)

e Sifal mudah keeewa cenderung agresif dan destruktlf

f Mudah murung pemalu pendiam

g Mudah merasa bosan dan jenuh

h Keingintahuan yang besar untuk meneoba atau penasaran

i Keinginan untuk bersenang-senang [just for fun)

j Keinginan untuk mengikuti mode karena dianggap sebagai lambang

keperkasaan dan kehidupan modem

k Keinginan untuk diterima dalam pergaulan

1 Identitas diri yang kabur sehingga merasa diri kurang jantan

mTidak siap mental untuk menghadapl tekanan pergaulan sehingga

sulit mcngambil keputusan untuk menolak tawaran NAPZA dengan

tegas

Tom Kus dan Tedi Btihava NAPZA Bagi Pelajar (Bandung Yayasan Al-Ghilari Morgan im) hal 14

32

n Kemampuan komunikasi rendati

o Melarikan diri dari scsuatu (kebosaiian kcgagalan kekccewaan

kclidakmampuan kesepian dan kegcliran hidup dan lain-lain)

p Putus sekoiah dan

q Kurang menghayati iman atau kcpcrcayaaiinya

Menurut Tim Badan Narkotika Nasional hahwa terdapat

beberapa iaklor yang menyebabkan sescorang alau individu

menyalahgunakan narkolika dan psikotropika anlara lain

1) Keingintahuan yang besar untuk mcncoba tanpa sadar alau berlikir

panjang tentang akibatnya dikemudian hari

2) Keinginan unluk mencoba-coba karena penasaran

3) Keinginan untuk bersenang-senang

4) Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya hidup

5) Keinginan untuk dapat diterima daiam suatu kelompok

6) Lari dari masalah kebosanan atau kegetiran hidup

7) Pengertian yang salah bahwa mcncoba sckali-kali lidak akan

menimbulkan masalah

8) l idak mainpu alau tidak berani menghadapl tekanan dari lingkungan

alau kelompok pergaulan unluk menggunakan narkolika dan

psikotropika dan

9) Tidak Japal atau mampu mengatakan tidak pada narkotika dan

psikotropika

Tim INN Loc di

33

Berdasarkan peinaparaii Icrscbut di atas dengan demikian

bahwa individu didorong oleli beberapa faktor untuk menyalahgunakan

pemakaian narkotika dan psikotropika tersebut sehingga menjadi

individu yang mengalami ketergantungan berikut ini disebutkan

beberapa faktor adalah

1) Ingin tahu dan Ingin mencoba rasa memakai narkotika atau

psikotropika bagi kalangan anak muda)

2) Ingin dianggap lebih hebat dari orang Iain pada orang muda)

3) login membuktikan kesetiakawanan (pada orang muda)

4) Dianggap paling tepat untuk mengatasi perasaan keeewa j en gkel

dan frustasi (pada suami istri yang mengalami konllik rumah

tangga)

5) Dianggap cara yang paling mudah untuk menghalau rasa sakit pada

tubuh (pada penderita penyakit yang kronis)

6) Dianggap cara yang paling ampuh untuk mendapatkan perasaan

tenang damai atau gembira (pada suami istri yang mcnghadapi

konflik rumah tangga)

7) Dianggap cara yang paling mudah untuk melangsingkan lubuh (pada

ibuibii rumali tangga atau wanita yang bertubuh gemuk)

2 Faktor yang Bersumlicr dari Lingkungan

Faktor lingkungan tidak mampu mencegah atau mengurangi

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika bahkan membuka kesempatan

pemakaian narkotika dan psikotropika Yang dimaksud dcngan faktor

34

kesempatan di sini adalah tersedianya siluasi-situasi yang nieiiiungkinkan

untuk memakai narkolika atau psikolropika di waktu-vvaklu luarig di tempat

rekreasi atau hiburan diskotik pesia dan lain-lain Atau mungkin lingkungan

masyarakat yang tidak mampu mengendalikan bahkan membiarkan penjualan

alau pcrcdaran geiap narkotika dan psikotropika misalnya karena lemahnya

penegakan hukum penjualan narkolika dan psikotropika secara bcbas bisnis

narkotika dan psiktilropika yang terorganisir mudahnya memperoleh

narkotika dan psikotropika dan lain-lain

raklor yang bersumber dari lingkungan yang mcnyebabkan individu

dapat menyalahgunakan pemakaian narkotika dan psikotropika merupakan

laktor kontribusi masukaii dari Iuar individu) dimana sesttorang dengan

kondisi keluarga tidak baik akan merasa tertekan dan rasa lertekan inilah

sebagai faktor penyerta bagi dirinya untuk terlibat dalam penyalahgunaan

narkotika dan psikotropika tersebut Disfungsi keluarga yang dimaksud antara

lain adalah keluarga yang tidak utuh kedua orang tua yang tcrlalu sibuk dan

lingkungan interpersonal dengan orang tua yang tidak baik Di samping itu

faktor pencetus seperti pengaruh teman sebaya tersediu dan mudah

didapatkan mempunyai andil sebagai faktor pencetus sescorang atau individu

terlibat ke dalam penyalahgunaan yang mengakibatkan ketergantungan

terhadap narkotika dan psikotropika Dari sudut pandang psikososial

penyalahgunaan narkotika dun psikolropiku dapat terjadi sebagai akibat

negatif dari intcraksi tiga kiitub sosial yang tidak kondtisif yaitu kutub

Lulhli ilurnju Op cil

35

keluarga kutub sekolahkupus dan kulub masyarakat

Faktor lingkungan meliputi faktor kciuarga dan lingkungan pergaulan

balk dlsekltar rumah sekoiah teman sebaya maupun masyarakat Banyak

pengguna Narkotika dan Psikolropika yang berasal dari keluarga yang lidak

harmonis Keluarga seharusnya mcnjadi wadah untuk menikmati kebahagiaan

dan curalian kasih sayang wahana silih asih silih asah dan silih asuh

Namun pada kenyataannya keluarga sering sekali justru menjadi pemicu

sang anak mcnjadi pemakai hal tersebut disebabkan karena kciuarga tersebut

kacau balau Hubungan antara anggota keluarga dingin bahkan tegang atau

bermusuhan

Komunikasi antara ayah ibu dan ariak-anak sering sekali

menciptakan suasana konflik yang tidak berkesudahan dimana bahwa

penyebab konllik tersebut sangal beragam Solusi semua konflik adalah

komunikasi yang baik periuh pcngerlian saling menghargai dan menyayangi

serta ingin selalu membahagiakaii

Konflik di dalam keluarga dapat mendorong anggota keluarga merasa

frustasi sehingga lerjebak memilih narkotika dan psikolropika sebagai

solusinya Biasanya yang paling rentan terhadap stres adalah anak kemudian

suami dan istri sebagai benleng terakhir Beberapa faktor yang bersumber

dari lingkungan keluarga yang dapat mempengaruhi seseorang atau individu

tertentu icrjun kc dalam lingkungan penyalahgunaan narkotika dan

36

psikotropika tcrsebut antara lain adatuh

a Koniimikasi niang tua-aiiak kiii-ang baikcfektif

b Hubungan dalam keluarga kunmgharmonisdisfimgsi dalam keluarga

c Orang tua bercerai bcrscitngkub atau kawin lagi

d Orang lua tcrlalu sibuk aUiu tidak acuh

e Orang tua oloriter alau scrba melarang

f Orang tua yang serha nieinbolehkan (pcrmisil)

g Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teiadan

h Orang tua kurang peduli dun tidak tahu dengan masalah narkolika

i Tata terlib alau disiplin keluarga yang selalu bcrubah (kiiiaiig konsisten)

j Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam kciuarga

dan

k Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahguna narkotika

dan psikotropika

Sitimsi buruk dalam keluarga yang soring menyudiitkan anak ke arah

narkotika dan psikotropika adalah

1) Anak merasa kurang mendapatkan kasih sayang dalam keluarga merasa

kesal keeewa dan kesepian

2) Anak merasa kurang dihargai kurang mendapatkan kepcrcayaan dun

selalu dianggap salah

3) Anak mengalami konflik dengan orang tua dalam masalah pacaran

memilih pasangan hidup atau meneniukan pilihan profesi cila-elta dan

Mardani Loc cil lial 99 AW hal 100

37

sebagainya

4) Anak kesal dan keeewa karena ayah dan ibuiiya kurang lianiionis dan

sering bertcngkar (broken home)

5) Suami thtsirasi karena tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapinya

dengan islrinya

6) Istri fnistrasi akibat konllik dengan suami tentang masalali ekonomi atau

adanya wanita lain di samping suami

Banyak pengguna narkotika dan psikolropika yang pada awalnya

dimulai karena pengaruh dari orang lain Bentuk pengaruh dari orang lain itu

dapat bervariasi mulai dari bujuk rayu lipii daya sampai kepada paksaan

a) Tipu Daya

Banyak anak yang ditipu oleh kenalon teman sahabat atau pacar

Seperti mengajak meraka untuk memakai narkotika dan psikolropika

dengan bemacam-macain tipuan Dengan alasan yang digunakan bahwa

narkotika dan psikotropika adalah vitamin obat pil pintar pil sehat atau

food supplement Tipuan itu dapat juga berupa bujukan bahwa narkotika

dan psikotropika tidak tcrlalu berbahaya kalau tahu raliasianya Banyak

orang di dalam masyarakat yang dikira orang baik-baik namun lemyata

pengedar narkotika dan psikotropika Walaupun orang itu adalah kawan

sahabat saudara atau pacar sebagai pengedar penipu tersebul akan tcga

menipu maupun menjebak kita Pengedar narkotika dan psikotropika

sangat pandui mcmasarkan narkotika dan psikotropika tersebut Dengan

menawarkan narkotika dan psikotropika sebagai mmn food supplement

38

pil scliat pil pintar dan sebagainya Dengan lipuan ini korban dari

kalangan kciuarga hannonis akan terjcrumus ke dalamnya Saat ini banyak

pemakai narkolika dan psikotropika dari keluarga harmonis bukan hanya

bull dari keluarga berantakan Banyak pekerja mahasiswa atau pelajar yang

tampii ioyo tertipu ketika kepadanya ditawarkan pil sehat vitamin atau pil

pintar Banyak pemuka agama juru dakwah atau pengkhotbah yang

tertipu karena pil sehal yang dlbelinya adalah narkotika dan

psikotropika Reaksi pemakaian narkotika dan psikotropika mula-mula

terasa menyehatkan dan membuat si korban tipuan terscbut sukses dalam

berdakwah atau berkhotbah Ibu rumah tangga juga dapat tertipu karena

ditawari pil pelangsing oleh saudara atau teman dalam arlsan dan lain-

lain Mulanya karena tipu daya akhimya setelah lerjebak menjadi

biasa

b) Bujuk rayu

Waftiia camlk pengedaf ftaTkotlka dan psikotFoplka biasanya menjebak

mangsa melaiui bujuk rayu Untuk memasarkun narkotika dan

psikotropika pengedar tersebut memilih profesi sebagai wanita penghibur

atau Wanita Tuna Susiala (WTS) Banyak eksekutif muda pekerja atau

bos-bos yang mulai memakai narkotika dan psikotropika karena rayuan

pekerja seks komersial hostess dan sebagainya Dalam mcmasarkan

narkotika dan psikotropika wanita tersebut merayu akan mau melayani

kencati kalau bersama-sama mengkonsumsi narkotika dan psikotropika

Subagyo Purlodlhario Loc cil hal 78

39

lebih dulu Muta-mula kurban memakai narkotika dan psikotropika karena

tergoda namun akhimya menjadi terbiasa

c) Paksaan

Banyak anak muda yang mengawali pemakaian narkotika dan psikotropika

karena dipaksa oleh sekawanun alau seseorang yang mengancam akan

mencelakainya Banyak pclajar atau nialiasiswa mengawali kebiasaan

memakai narkotika dan psikotropika dari keadaan terpaksa diancam oleh

sekawanan preman yang menghadang di tengah jalan Dari kelompok ini

pula terjaring pemakai yang berasal dari keluarga hannonis

Lingkungan sekoiah bagi pelajar tingkat SD SMP dan SMA

merupakan tempat yang stratcgls bagi para pelajar untuk menunjukkan jati

dirinya sehingga mereka terjun kepada penyalahgunaan narkotika dan

psikotropika ini faktor sekoiah yang merupakan bagian tcrpcnting yang

mempengaruhi adalah

a Sekoiah yang kurang disiplin

b Sekoiah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjiial narkotika atau

penjual psikolropika

c Sekoiah yang kurang member] kesempatan pada siswa untuk

mengembangkan diri secara kreatif dan positif

d Adanya murid pengguna narkotika atau psikotropika

Kartini Kurtono op cil hivl 124

40

B Pengaturan Sanksi Pidana Terhadaj) Pcnyalahgunaaan Narkotika dan

Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau

dari Perlindungan Terhadap Korban

Dalam hukum pidana di Indonesia terdapat adanya

ketldakseimbangan antara perlindungan korban kejahatan dcngan pelaku

kejahatan pada dasarnya mempakan salah satu pengingkaran dari asas setiap

warga negara bersamaan kcdudukannya dalam hukum dan pcmerinlahan

sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 sebagai

landasan konstitusional Perlindungan korban memiliki hubungan cral dcngan

teori pemidanaan yang dikemukakan Wirjono Prodjudikoro tujuan

pemidanaan adalah untuk niemenuhi rasa keadilan^

Ada Juga yang mengemukakan bahwa tujuan pemidanaan dapat

dilihat melalul 2 (dua) leorl mengenai alasan-alaitan yang membenarkan

(justification) penjatuhan hukuman (sanksi) yaitu Teori Absolut

(Vergeldingslheorie) dan Teori Relatif atau Doeitheorie Menurut Teori

Absolut (Vergeldingslheorie) tujuan pemidanaan sebagai pembalasan

terhadap para pelaku karena telah melakukan kejahatan yang mengakibatkan

kesengsaraan lerhadap orang lain alau anggota masyarakat sedangkan

Roeslan Saleh mengatakan sebagai reaksi-reaksi atasdelik yang berwujud

suatu nestapa yang scngaja dilimpakan ncgara kcpada pembuat delik

Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana Cctakan Iuriania (Jakarta Sinar Gnitlka2(W5)hii4

lcduu Mdipaung Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cctakun IcrliirMii (Jukiirtu Sinur Gratika 2005) hal 4

kiwsUin Saleh Shdsel Pidana Indonesia (Jukarlu liinn Aksara 19K7) hal 5

41

Menurut Teori Relatif Doeltheurie) tujuan pemidanaan adalah

a Menjerakan agar si pelaku atau terpidana menjadi jera dan tidak

mengulangi lagi perbuatannya specials presenile) sena masyarakat umum

agar mengertahui jika melakukan perbuatan yang sama akan mengalami

hukuman yang serupa atau disebut pula generalpreventte

h Memperbaiki pribadi si terpidana berdasarkan perlakuan dan pcndidikan

selama menjalani hukuman terpidana merasa menyesal dan tidak akan

mengulangi perbuatannya dan kcmbali kepada masyarakat sebgai orang

baik dan berguna dan

c Mcmblnasakan (menjatulikan hukuman mat) atau mcmbuat terpidana tidak

berdaya dengan menjatuhkan hukuman seiimur hidup

Pandangan di atas sangatlah wajar apabila beranjak dari pandangan

bahwa hukum pidana adalah hukum sanksi (hifzonderesancUerechl) sebab

dengan bertumpu pada sanksi itulah hukum pidana difungsikan untuk

menjamin keamanan ketertiban dan keadilan Dalam perkembangannya

ternyata tidak semua sarjana menyclujui maksud diadakannya pidana scperti

itu (sebagai suatu nestapa) karena muncul pendapat bahwa di samping pidana

ditujukan untuk memberikan penderitaan kcpada pelanggar atau mcmbuat

jera pemidanaan juga bertujuan agar pelaku dapat kembali hidup

bermasyarakat sebagaimana mestinya

Alasan yang paling inenonjol lerhadap upaya perubahan tersebut

adalah dengan meniperhatikan sisi kemanusiaan yang mcmandang bahwa

Ucdcn Mirpaung Opcil hal 4

42

sekalipiin tcrsangka telah melakukan kcsalahaii ia telap berkcdmiiikan sebagai

manusia utuh yang harus tetap diperlakukan sama dengan manusia lainnya

dan dilindungi hak asasi manusionya Karena itu pidana penjara saat ini

sedang mengalami masakrisis karena termasuk jenis pidana yang kurang

disukai Banyak kritik tajam ditujukan terhadap jenis pidana perampasan

kemerdekaan ini baik dllihat dari sudut efektifitasnya maupun dilihat dari

akibat-akibat lainnya menyertai atau berhubungan dcngan dirampasnya

kemerdekaan seseorang

Banyaknyu kritik yang diarahkan pada bentuk pemidanaan berupa

perampasan kemerdekaan (yang ditujukan untuk membuat jera pelaku)

sehingga berkembanglah bentuk pemidanaan lain yang dianggap lebih

manusiawi yaitu penjatuhan pidana berupa denda atau pemberian ganti

kerugian kepada korban Pemberian ganti kerugian pada awalnya merupakan

konsep kcperdalaan seperti halnya dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata yang mewajibkan setiap orang yang menyebabkan orang lain

menderita kerugian untuk membayar ganli rugi Dalam perkembangannya

konsep ini diterupkan pula dalam hukum pidana mengingat akibat yang

ditimbulkan pada korban tindak pidana akan selalu disertai dengan kerugian

baik mental fisik maupun material sehingga sangat wajar apabila korban pun

menuntui ganti kerugian pada pelaku guna memulihkan derita yang

dialaminya

Dengan memperhatikan pada beberapa teori klasik tentang tujuan

Uurtla Nawuwi Ariel Sislem Pemidanaan Menunii Konsep KIHP llaiu dan Latar Helakang Pemlklrannya Hahan Ienalaran Hukum Pidana V Undanu Kupang uinjyful 11 Juli-12 Agustus 1989

43

pemidanaan dapat disiinpulkan bahwa penjatuhan pidana lebih banyak

ditujukan untuk kepeiitingan pelaku dengan kata lain tujuan pemidanaan

hanya dimaksudkan imtuk mengubah perilaku dari pelaku kejahatan agar

tidak mengulangi lag perbuatannya sedangkan kcpentingan korban sama

sekali diabalkan

Perlindungan terhadap korban narkotika jika dihubungkan dengan

beberapa teori pemidanaan yang telah dipaparkan di atas maka peneliti

mengkaji bahwa dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang baru ini terdapat kescimbangan antara perlindungan terhadap

pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana bahwa berdasarkan sanksi

baik pidana maupun denda yang terdapat dalam undang-undang ini sangatlah

berat-berat dan tegas ]ni berarti bahwa undang-undang ini lebih

mementingkan korban dari pada pelaku kejahatan narkotika Mengingat

bahwa dengan adanya pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan

korban semakin banyak yang berjatuhan schingga daripada korbnnnya anak

bangsa yang memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara

Indonesia maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-

beratnya lerhadap si pelaku tindak pidana narkotika bahkan pidana mati atau

seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-

undang yang bam ini juga diatur mengenai rehabilitasi terhadap korban baik

korban yang diakibatkan oleh orang Iain maupun karena self victimizing

victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku itu sendiri

44

C Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Seif-

Victimizing Victims

1 Self-victimizing victims uarkotika dau psikotropika

Suatu viktimisasi adalah sebagai suatu permasalahan manusia yang

merupakan kenyataan sosial hal ini disebabkan karena setiap warga negara

berhak mendapatkan rasa aman dan bcbas dari segala bentuk kekerasan

sesuai dengan falsafah Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 Contohnya adalah seseorang akibat perbuatannya memakai

narkotika dapat menimbulkan bahwa si pemakai tersebut menjadi tidak

berdaya upaya dengan kata lain bahwa si pelaku telah menjadi korban

akibat perbuatannya sendiri yang menimbulkan perbuatan kriminal

Penyalahgunaan narkolika atau psikolropika merupakan perbuatan

kriminal karena telah melanggar ketentuan di dalam undang-undang yang

ada yakni Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tetang Psikotropika dan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Terlibatnya si

pelaku kejahatan atau tindak pidana yang menimbulkan kerugian terhadap

dirinya sendiri daiam hal inilah yang disebut dengan istilah self victimizing

victims yang merupakan bagian dari viktimisasi Sehubungan dengan itu

maka Wolfgang menyatakan beberapa Jenis viktimisasi ialah

1 Unrelated victims yaitu korban yang tidak ada hubungannya sama

sekali dengan terjadinya korban misalnya pada kasus kecelakaan

pesawat Dalam hal In tanggungjawab sepenuhnya terletak pada

Utplietin3|il(igspqtcom2()OSIOl|ukum-viktinivl9gihlml diakscs terakhir langgul l2Januari 2015

45

pelaku

2 Provocative victims yaitu seseorang yang secara aktif mendorong

dirinya menjadi korban misalnya kasus selingkuli dimana korban juga

sebagai pelaku

3 Participating victims yailu seseorang yang tidak berbuul tetapi dengan

sikapnya justru mendorong dirinya menjadi korban

4 Biologically weak victims yaitu mereka yang secara tisik memiliki

keleinalian atau potensi untuk mcnjadi korban misalnya orang tua

renla anak-anak dan orang yang tidak mampu bcrbual apa-apa

5 Socially weak victims Yaitu mereka yang memiliki kedudukan social

yang lemah yang menyebabkan mereka mcnjadi korban misalnya

korban perdagangan perempuan dan sebagainya

6 Self victimizing victims yaitu mereka yang menjadi korban karena

kejahatan yang dilakukannya sendiri pengguna obat bius judi aborsi

dan prostitusi

Dalam hal ini kedudukan viktimologi sebagai sebuah ilmu yang

mempelajari tentang korban memiliki peranan yang sangat penting ruang

lingkup viktimologi ini meliputi

1 Semua macam sciiap macam perbuatan kriminal yang mengakibatkan

orang-orang mcnjadi korban

2 Setiap orang atau pihak yang dapat menjadi korban baik orang

perorangan maupun suatu korporasi atau organLsasi

3 Setiap orang atau pihak yang dapal menimbulkan korban artinya

46

dimana disatu sisi orang terscbut dapat merugikan orang iain sehingga

orang tidak merasa aman akibat tindakanya

4 Cara-cara viktimisasi atau penimbulan korban

5 Bentuk-bentuk viktimisasi yang terdiri dari primary viclimizalion

adalah korban individualperorangan bukan kelompok secondary

victimizalion korbannya adalali kelompok misalnya badan hukum

tertiary Victimizalion yang menjadi korban adalah masyarakat luas

nun viciimozaiion korbannya tidak dapat segera diketahui misalnya

konsumen yang tertipu dalam menggunakan hasil produksi

6 Akibat viktimisasi

7 Pengaruh viktimisasi

8 Reaksi atau respons terhadap viktimisasi

9 Penyelesaian viktimisasi dan

10 Pengaturan yang berkaitan dengan viktimisasi (yang menjadi

perhatian viktimologi)

Studi viktimologi akan memberikan pemahaman kepada setiap

individu mengenai hak dan kewajibannya dalam rangka mengantisipasi

berbagai bahaya yang mengancamnya Viktimologi memberikan

sumbangan pemikiran mengenai masalah viktimisasi tidak langsung

dampak sosial polusi industri viktimisasi ekonomi politik dan

penyalahgunaan kewenangan Viktimologi ini juga memberikan dasar

pemikiran dalam penyelesaian viktimisasi kriminal atau factor viclimogen

dalam sistem peradilan pidana

47

Dari perspektif ikalan Korban Napza (IKON) l ial i yang dimaksud

sebagai korban adalah orangperorangan yang menderita secara langsung

dari penyalahgunaan napza dan tennasuk pula keluarga alau tanggungan

langsung dari korban Namun karena hukum dl Indonesia memandang

pengguna napza adaiah kriminal maka terjadilah dampak-dampak negalif

yang dialami oleh pengguna napza yang merupakan korban scperti

diskriminasi kriminallsasi kesehatan dan stigmatisasi Maka sebagai

korban IKON Bali mendorong agar dihentikannyadiskriminasi lerhadap

korban napza mendorong vonis rehabilitasi untuk korban napza

mendorong agar dihentikannya penyiksaan terhadap korban napza dan

yang terakhir adalah mendorong terpenuhinya hak atas kesehatan bagi

korban dan orang terinfeksi HIV Dengan melihat kondisi permasalahan

penanggulangan napza yang semakin tidak menentu dan meningkatnya

jumlah korban napza secara terus-menerus Maka Ikon Bali meminta

1) Penerapan SEMA Nomor 7 Tahun 2009 sebagai pemenuhan hak atas

kesehatan terhadap korban Mpza

2) Meminta kepada Pengadilan Negeri Denpasar untuk menjadi insiator

dalam penyusunan langkah teknis penerapan SEMA Nomor 7 Tahun

2009

3) Meminta kepada selunih instansi tcrkait untuk mulai meiigambil

langkah nyata dalam penanggulangan napza

43 Ibid

48

4) Meminta agar korban napza diperlakukan secara manusiawi tanpa

penyiksaan sligma dan diskriminasi

5) Ikon Bali mendukung secara penuh program-program pemerintab

dalam penanggulangan napza

2 Rehabilitasi terhadap self-victimizing victims

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

merupakan undang-undang yang baru menggantikan Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika Adapun pasal-pasal di dalam

undang-undang in yang mengatur mengenai perlindungan korban adalah

berbagai pasal-pasal yangmencantumkan rehabilitas kepada korban

maupun pelaku tindak pidana narkolika Pasal 1 ayat (16) meneniukan

defenisi mengenai rehabilitasi dipandang dari sisi medis yakni

Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara

terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan Narkotika

Sementara Itu dalam Pasal 1 ayat (17) ditentukan defenisi rehabilitasi

dipandang dari sisi sosial yakni Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses

kegiatan pemulihan secara terpadu baik fisik mental maupun sosial agar

bekas pecandu Narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosia dalam

kehidupan masyarakat

Diimdangkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang merupakan undang-undang baru ini tentu mempunyai

maksud dan tujuannya Adapun tujuan yang terdapat dalam Pasal 4 yang

berbunyi

49

Undang-Undang tentang Narkotika bertujuan

a Menjamin kelersediaiin Narkotika untuk kcpentingan peiayanan

kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

b Mencegah mclindungi dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari

penyalahgunaan Narkotika

c Memberanlas pcredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika dan

d Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi Penyalah

Guna dan pecandu Narkotika

Bentuk perlindungan terhadap korban dan pelaku kejahatan tindak

pidana narkotika di dalajn Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

disebutkan ada 2 (dua) macam yakni pengobatan dan rehabilitasi lerhadap

korban maupun pelaku Pada Pasal 53 ayat (3) tersebul di atas bahwa yang

dimaksud dengan buktl yangsah antara lain surat kctcrangan dokter

salinan resep atau labeletiket Selcngkapnya mengenai pengobatan

ditentukan dalam Pasal 53 yang berbunyi sebagai berikut

(1) Untuk kcpentingan pengobatan dan berdasarkan indikasi medis

dokter dapal memberikan Narkotika Golongan II atau Golongan III

dalam jumlah terbatas dan sediaan tertentu kepada pasien sesuai

dengan ketcnluan peraturan perundang-undangan

(2) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat ( I ) dapal memiliki

menyimpan danatau incmbawa Narkolika untuk dirinya sendiri

(3) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mempunyai bukti

yang sali bahwa Narkotika yang dimiiiki disimpan danatau dibawa

50

untuk digunakan diperoleh secara sail sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan

Mengenai rehabilitasi terhadap korban dan pelaku tindak pidana

kejahatan penyalahgunaan narkotika merupakan suatu kewajiban bagi

pemerintah dan instansi masyarakat Sebagaimana ketentuan dalam Pasal

54 bahwa Pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika

wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial Dalam Pasal 56

disebutkan juga bahwa

(1) Rehabilitasi mcdis Pecandu Narkotika dilakukan di rumah sakit yang

ditunjuk oleh Menteri

(2) Lembaga rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan oleh instansi

pemerintah atau masyarakat dapat melakukan rehabililasi medis

Pecandu Narkotika setelah mendapat persetujuan Menteri

Kemudian dipertegas kembali dalam Pasal 57 bahwa selain melaiui

pengobatan danatau rehabilitasi medis penyembuhan Pecandu Narkotika

dapat diselenggarakan oleh instansi pemerintah alau masyarakat melaiui

pendekatan keagamaan dan tradisional Salah satu tugas dan wewenang

Badan Narkotika Nasional adalah meningkatkan kemampuan lembaga

rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu Narkotika baik yang

diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat

Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 ini terdapat

pengecualian dalam hal luniutan pidana terhadap anak yang masih berada

di bawah umur Misalnya terdapat di dalam salah satu pasalnya yakni pada

51

Pasal 128 ayal ( I ) yang bcrbunyi Orang tua atau wali dari pecandu yang

belum cukup umur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) yang

sengaja tidak mciapor dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6

(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp 100000000 satu juta

rupiah) Tetapi di datam ketentuan tain yakni pada Pasal 128 ayat (2) dan

ayal (3) ditentukan bahwa anak yang masih di bawah umur tidak dapat

dituntut pidami selcngkapnya pasal tersebul berbunyi Pecandu Narkotika

yang belum cukup umur dan telah dilaporkan oleh orang tua atau walinya

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat ( I ) tidak dituntut pidana

(Pasal 128 ayat (2)) dan Pecandu Narkotika yang telah cukup umur

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) yang sedang menjalani

rehabilitasi mcdis 2 (dua) kali masa perawatan dokter di rumah sakit

danatau lembaga rehabilitasi medis yang ditunjuk oleh pemerintah tidak

dituntut pidana

Pada awalnya narkotika digunakan unluk kcpentingan umat

manusia khususnya untuk pengobatan dan peiayanan kesehatan Namun

dcngan semakin bcrkembangnya ilmu pcngclaliuan dan teknologi

peruntukan narkotika mengalami perluasan hingga kepada hal-hal yang

negatif

Di dunia kedokteran narkotika banyak digunakan khususnya

dalam proses pembiusan sebelum pasien diopcrasi mengingat di dalam

narkotika terkandung zat yang dapat mempengaruhi perasaan pikiran serta

kesadaran pusieti Oleh karena itu agar penggunaan narkotika dapal

52

memberikan manfaat bagi kehidupanurnat manusia maka pcredarannya

harus diawasi secara ketat sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 60 sampai

dengan Pasal 63 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang menyebutkan

Pasai 60 ditentukan bahwa

(1) Pemerintah melakukan pembinaan terhadap segala kegiatan yang

berhubungan dengan Narkolika

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meiipuli upaya

a Memenuhi ketcrsediaan Narkotika unluk kcpentingan peiayanan

kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi

b Mencegah penyalahgunaan Narkotika

c Mencegah generasi muda dan anak usia sekoiah

dalampenyalahgunaan Narkotika termasuk dengan memasukkan

pendidikanyang berkaitan dengan Narkotika dalam kurikulum

sekoiah dasarsampai lanjutan atas

d Mendorong dan menunjang kegiatan penelitian danatau

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di brdang

narkolika unluk kcpentingan peiayanan kesehatan dan

e Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis bagi

Pecandu Narkotika baik yang diselenggarakan oleh pemerintah

maupun masyarakat

53

Pasal 61 ditentukan baiiwa

(1) Pemerintah melakukan pcngawasan terhadap segala kegiatan yang

berkaitan dengan Narkotika

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi

1 Narkolika dan Prekursor Narkolika untuk kcpentingan peiayanan

kesehatan danatau pengembangan Hmu pengetahuan dan

teknologi

2 Alat-alat potensial yang dapat disaiahgunakan untuk melakukan

tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkolika

3 Evaluasi keamanan khasiat dan mutu produk sebelum diedarkan

4 Produksi

5 impor dan ekspor

6 Pcrcdaran

7 Pelabeian

8 Tnformasi dan

9 Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Pasal 62 berbunyi Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan

sebagaimana dimaksud dalam Pasai 60 dan pengawasan sebagaimana

dimaksiiddalam Pasal 61 diatur dengan Peraturan Pemerintah Dan dalam

Pasal 63 disebutkan bahwa Pemerintah mengupayakan kerja sama

dengan ncgara lain danatau badan intcmasional secara bilateral dan

multiialeral baik regional maupun internasional dalam rangka pembinaan

dan pengawasan Narkotika dan Prekursor Narkotika sesuai dengan

54

kcpentingan nasional

Berdasarkan biinyi beberapa pasa di atas mengenai pengawasan

terhadap pentingnya peredaran narkotika wajib diawasi secara ketat

dikarenakan saat ini pemanfaatannya banyak untuk hal-hal yang negatif

D i samping itu melaiui perkembangan teknologi informasi dan

komunikasi penyebaran narkotika sudah menjangkau hampir ke semua

wilayah di Indonesia hingga ke pelosok-pelosok Daerah yang sebelumnya

tidak pcrriah tersentuh oleh peredaran narkotika lambat laun berubah

menjadi sentra peredaran narkotika Begitu pula anak-anak yang pada

mulanya awam terhadap barang haram ini telah berubah menjadi sosok

pecandu yang siikar untuk dilepaskan ketergantungannya

Sebelum Iahimya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

mengenai narkotika diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997

tentang Narkotika namun undang-undang ini tidak dapat dipertahankan

lagi keberadaannya karena adanya perkembangan kualitas kejahatan

narkotika yang sudali menjadi ancaman serius bagi kehidupan umat

manusia Pengguna narkotika sangat beragam dan menjangkau semua

lapisan masyarakat mulai dari anak-anak hingga orang dewasa orang

awam hingga artis bahkan hingga pejabat publik

Efek negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan narkotika secara

berlebihan dalam jangka waktu lama serta tidak diawasi oleh ahlinya

dapat

menimbulkan berbagai dampak negatif pada penggunanya baik secara

55

fisik maupun psikis Bahkan tidak janing penggunaan narkotika dapat

memicu terjadinya berbagai tindak pidana Karena itu untuk mencegah

semakin mcluasnya dampak negalif yang ditimbulkan dari penggunaan

narkotika maka pengawasan tidak hanya terbatas pada peredaran

narkotika tetapi juga pada mereka yang menjadi korban misalnya

sescorang yang menderita ketergantungan narkotika (pecandu) Apabila

seorang pecandu narkotika telah divonis bcrsalah oleh hakim atas tindak

pidana narkotika yang dilakukannya maka untuk memberikan kesempatan

pada yang bersangkutan agar tcrbebas dari kecanduaniiya maka hakim

dapat mcmutuskan untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani

pengobatan danatau perawatan

Pengobatan dan perawatan terhadap pecandu narkotika dilakukan

melaiui fasilitas rchabilitasi Rcliabilitasi medis dan sosial yang diberikan

kepada pecandu dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan

kemampuan fisik mental dan sosialnya Selain pengobatan dan perawatan

melaiui rehabililasi medis proses penyembuhan pecandu narkotika dapat

diiaksanakan oleh masyarakat melalul pendekatan keagamaan dan

tradisional

Sebagai conloh di Pakem Sleman Yogyakarta telah didirikan

sualu kliiiik alau Pusat Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkotika

Psikolropika dan Zal-zat Aditiflainnya (NAPZA) Terpadu yang didirikan

atas kerjasania Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dan

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang diresmikan pada tanggal 7

56

Desember 2005 Tujuan umum pendiriaii pusat rehabilitasi terpadu ini

adalah untuk memberikan jaminan penanganan paripurnakepada korban

penyalahgunaan Napza melaiui aspek hukum aspek medis aspek sosial

aspek spiritual serta pengembangan pcndidikan dan pelatihan dalam

bidang NAPZA secara terpadu sedangkan tujuan khususnya adalah

1 Terhindarnya korban dan instilusi dan penelrasi pengedar

2 Terhindarnya kerusakan mental dun masa depan para penyalah guna

Napza yang akan mcmbtinuh potensi pengembangan mereka

3 Terhindarnya korban-korban baru akibat penularan penyakil-penyakit

seperti Hepatitis HIVAIDS dan penyakit menular lainnya

4 Terwujudnya proses pengembangan penanganan korban NAPZA dan

aspek ilmiah serta keiimuan yang dinamis sesuai perkembangan zaman

sebagai pusat jaringan informasi terpadu dan mewujudkan teknis

penanganan penyalahgunaan narkotika dan obat-obalan terlarang bagi

daerah sekitamya maupun nasional

Pemberian perlindungan kepada korban narkotika lentil tidak dapat

dibebankan sepenuhnya kcpada pemeriiilah peran serta masyarakat pun

diharapkan ada salah salunya diterimanya kembali mantan pani pengguna

dalam lingkungannya tanpa melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya

diskriminatif bahkan dengan mcmposisikan mereka sebagai warga keias

dua yang harus dljauhi

Bentuk periindunganyang diberikan terhadap pelaku maupun

Dikdik M ArilMansur dan tUisUiris Guitom loa cil hal 90

57

korban penyalahgunaan narkolika dan psikotropika daiambentuk

rehabilitasi

Rehabilitasi adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang

dilujukan kepada pemakai narkolika dan psikotropika yang sudah

menjalani program kuratif Tujuannya agar pelaku tidak memakai lagi

dan bebas dari penyakit ikutan yang disebabkan oleh bekas pemakaian

narkotika dan psikotropika

3 Tahapan-tahapan rchabilitasi terhadap self-victimizing victims

Tahapan-tahapan rehabilitasi terhadap self-victimizing victims atas

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika yang ada di Indonesia tidak

sama Ada yang menekankan rehabilitasi hanya pada aspek medis ada

pula yang lebih menekankan pada aspek rohani Atau memadukan kedua

pendekatan tersebut dengan komposisi yang seimbang Yang ideal

rehabilitasi seorang korban narkotika dan psikotropika harus dilakukan

secara holisitik baik secara fisik psikis maupun kerohaiiiannya

1 Tahapan pengobatan (rehabilitasi)

Secara umum ada beberapa tahapan yang harus dilewati

Masing-masing tahapan tersebut memakan waktu bervariasi ada yang

seminggii sebulan dan bahkan berbu lan-bulan tcrgantung tingkat

ketergantungan tekad korban dan juga dukungan berbagai pihak

terutama keluarga dalam seluruh proses tersebut Setiap tahapan

Subagjo PiirloUiharjo Loc cU hal 105 ^ E M Giri Prastowo loc cil hal 28 -29

58

tersebut disusun dan dibuat untuk inenganlar pasien secara bertaiiap

melepaskan dari ketergantungan narkotika dan psikotropika Beberapa

tahapan rehabilitasi ini yang disajikan berikut sudah Icruji dapat

menyembuhkan atau memulihkan korban narkotika dan psikotropika

secara maksimal

a Tahapan transisi

Penekanaii dalam tahap ini lebih kepada informasi awal

tentang korbanseperti

1) Latar belakang korban

2) Lama ketergantungan

3) Jenis obat yang dipakai

4) Akibat-akibat ketergantungan dan

5) Berbagai inlbrniasi lainnya

Hal ini penling sehingga pada saatnya akan menjadi acuan

bagi pihak yang terlibat secara intensif dalam proses rehabilitasi

Ahl i yang berkompeten (dokter) akan menganaiisa tingkat

ketergantungan korban untuk kemudian meneniukan tingkat

pengobatan dan tingkat pembinaan bagi si korban schingga terapi

dan metode pengobatan bisa dilakukan secara terukur

Tahapan ini Juga dapat dijadikan rujukan untuk meneari

model rehabilitasi yang paling tepat bagi yang bersangkutan Pada

tahap ini tim rehabilitasi akan membantu korban agar menyadari

dirinya sedang menghadapl masalah ketergantungan narkotika dan

59

psikotropika Korban diajak untuk bersama-sama mengatasinya Hal

ini penting karena proses rchabilitasi tidak akan berhasil tanpa

adanya kesadaran korban tentang adanya bahaya yang dihadapinya

Dari situ akan dibangun tekad dan komitmennya untuk

meninggalkan narkotika dan psikotropika

Selain itu pada tahapan ini akan diteliti akibat fisik dari

penggunaan narkotika dan psikotropika Sejauh mana tingkat

kerusakan syaraf dan organ-organ tubuhnya yang rusak Unluk itu

diadakan pemeriksaaii laboratoriumiengkap dan tes penunjang untuk

mcndeteksi penyakit yang diderita korban A[)abia dalam

pemeriksaan ditemukan satu atau beberapa penyakit maka terlebih

dahulu diadakan pengobalan medis sebelum penderita mendapat

proses rehabilitasi lanjutan Langkah ini penting selain agar tubuh

yang bersangkutan bebas dari penyakit juga untuk mencegah

terjadinya penularan balk kepada korban narkotika dan psikotropika

ini diadakan pembersihan darah pada tubuh pecandu sehingga darah

menjadi bersih dan sistem metabolisme tubuh kembali normal

Proses ini dapat dilakukan melaiui cara-cara berikut

1) Cold Turkey abrupt withdrawal) yaitu proses penghentian

pemakaian narkotika dan psikolropika secara tiba-tiba tanpa

disertai dengan substitusi antidotum

2) Bertaliap atau substitusi bertahap misalnya dengan kodein

^Ibidhal 30

60

methadone CPZ atau clocard selama i -2 minggu

3) Rapid Detoxification dilakukan dengan anestesi umum (6-12

jam) dan

4) Simtomatik tergantung gejala yang dirasakan

2 Rehabilitasi intensif

Setelah melewati masa transisi (pengumpulan informasi tentang

keadaan korban dan latar belakangnya) baru masiik pada fase

berikutnya yakni proses penyembuhan secara psikis Motivasi dan

potensi dirinya dibangun daiam tahap ini Korban diajak untuk

menemukan dirinya dan segala potensinya sambil juga menyadari

berbagai keterbalasannya Bahwa untuk mengatasi masalah hidup yang

bersangkutan tidak perlu harus mengkonsumsi narkotika dan

psikotropika Narkotika dan psikotropika justru menciptakan masalah

baru yang jauh lebih besar dalam hidupnya Narkotika dan psikotropika

bukanlah solusi tetapi menjadisumber masalah Pada tahap ini berbagai

contoh dapat dipcrlihatkan kepada korban

Yang terlibat di dalam tahap ini yang utama adalah korban itu

sendiri sebagai pelaku self-victimizing victims) Korban harus punya

tekad untuk hidup tanpa narkotika dan psikotropika Korban harus bisa

menatap masa depan dengan penuh optimisme Selain yang

bersangkutan peranan keluarga (orang liia dan saudara-saudaranya

suami atau istri) juga sangal pcnling Anggota keluarga ini harus secara

intensifmendampingi dan jnenopang korban

61

Staf di paiiti rehabilitasi para konselor psikolog dan semua

pihak di panti rehabilitasi untuk bersama-sama mcmbangun

kepercayaan diri korban Seluruh proses ini membutuhkan waktu

berbulan-bulan bahkan selama bertahun-tahun tergantung tingkat

ketergantungan dan efeknya bagi korban Berbagai terapi yang

dilakukan selama dalam tahap ini baik yang dilakukan secara pribadi

maupun bersama-sama lewat berbagai aktivitas di panti rehabilitasi

tersebut bertujuan untuk memberdayakan kembali korban yang disekian

lama telah terpuruk oleh narkolika dan psikotropika Sebagai langkah

awal untuk sosialisasi diri dengan masyarakat korban juga secara

bertahap mulai mcmbangun komunikasi dengan orang lain di Iuar

komunitas rehabilitasi

Menurut Romo Lambertus Somar MSG dalam bukunya

Rehabilitasi Pecandu Narkotika dan Psikotropika pada tahap ini ada

tiga titik yang harus dilewati yang lebih dikenal dengan tahapan

stabilisasi pribadi yailu^

1 Secara sadar dan tekun melepaskan diri dari berbagai penyakit dan

akibatakibat lainnya (no to drugs) Tahap ini merupakan tahap

stabilisasi awai atau tahap konsolidasi (comolidation)

2 Menemukan jati diri menguasai kiat-kiat dan keterampilan-

keterampilan untuk menyehatkan serta mengisi hidup secara lebih

bermakna dan bermulu Latihan keterampilan vokasional (kerja) dan

E M Giri Praslowo Loc cil hal 32

62

peiigungkapan diri dari dimulai dibina sebiiigga disebul juga (afiap

pengukuan diri (jyerwtuil appraisal) Inilah lahap slabilisasi

niericiigah (inadya)

3 Dengan inisiatif pribadi orang secara sadar mulai berfikir dan

bertindak untuk mencapai prestasi-prestasi tertentu schingga disebut

juga tahap positive thinking and doing Tahap ini merupakan tahap

stabilisasi akhir

4 Tahap rekonsiliasi Tahapan berikut yang harus dilewati dan sangat

vital adalah tahap rekonsiliasi Tara korban tidak langsung

herinlcraksi secara bebas dcngan masyarakat akan tctiipi lerleblh

dahulu ditampung di sebuah lingkungan khusus selama beberapa

waktu sampai pasien benar-benar siap secara mental dan rohani

kembali kelingkungannya semula Yang paling ulama dalam fase ini

adalah pembinaan mental spiritual keimanan dan ketakwaan serta

kcsepiikatan sosial kemasyarakaian Proses ini bisa meliputi program

pembinaan jasmani dan rohani

Sampai ke tahap ini yang bersangkutan masih tcrikat dengan

rehabilitasi foimal namun sudah mulai membiasakan diri dengan

masyarakat Iuar sehingga merupakan proses resosialisasi (reentry) atau

penyesuaian (reconcilialion) Proses ini melewati tiga titik penting juga

yaitu

1 Tinggal lebih sering dan lebih lama di lingkungan keluarga sebagai

63

teiiipal tinggal tetap atau pun tempat tinggal transit unluk

resosialisasi sambil mclaiijiitkan kegiatan pilihan sebagai penunjang

masa selanjutnya Di sini terjadi perdamaian dan penycsuaian-

penyesuaian kembali dengan lingkungan

2 Rencana masa depan yang jelas dan siap direalisasikaii dengan

dukungan keluarga atau pihak-pihak lain Pada tahap ini korban

dapat memulai aktivitasnya lagi seperti sekolahkuliah mulai bekerja

atau merintis usaha sendiri

3 Kontak awal dengan kelompok-keiompok atau program-program

pemeliharaan lanjut aftercare) Di sini orang meiierima dirinya

seperti apa adanya merasa puas lalu mempercayakan dirinya ke

tangan orang lain

4 Pciiieliharaaii Lanjut Pada tahap ini walaupun secara fisik yang

bersangkutan sudah dinyatakan seliul dan secara psikis pun sudali

pulih namun masih ada kcmungkinan mereka akan tergclincir

kembali icbihlebih saat mereka sedang menghadapl masalah Pada

saat itu bisa Jadi mereka bemostagia dengan menikmati narkolika

dan psikotropika Saat ini juga niwaii Karena itu setiap korban yang

niemasuki tahap inidipersiapkaii sungguh-sungguh agar dapal

melewati dan mengatasi sUuasi rawan ini dengan melewati tiga titik

ini yakni

a Mengubah menghilangkan aUiu menjauhi hal-hal yang bersifat

bid hul 34

64

nostaigia kesenaiigan narkolika dan psikolropika

b Setiap mengikuti program-program dan aeara-acara aftercare

(pemeliharaan lanjut) dan

c Dapat juga mcUbatkan diri dalam gerakan atau kelompok bersih

narkoba dan peduli penanggulangannya

BAB IV

PENUTUP

A Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dipaparkan tersebut di atas peneliti

memberikan beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap

permasalahan di dalam penelitian ini sebagai berikut

Di antara berbagai faktor yang dapat mempengaruhi seseorang atau

individu menyalahgunakan narkotika atau psikotropika terdapat faktor

yang paling duininan yakni laktor yang bersumber dari keadaan keluarga

dan lingkungan bukan karcnn faktor individunya Karena faktor keluarga

yang buruk dan lingkungan yang juga buruk dan saling mendukung dapat

mempengaruhi individu menjadi pelaku lindak pidana penyalahgunaan

narkolika dan psikotropika tersebut dengan kata lain faktor keluarga dan

lingkungan yang buruk ini membuka kesempatan kcpada seseorang untuk

merasakan pergaulan dengan narkotika atau psikotropika sehingga dapal

menimbulkan ketergantungan terhadapnya

2 Perlindungan lerhadap korban narkotika- jika dihubungkan dengan

beberapa teori pemidanaan dalam perspektif Undang-Undatig Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika yang baru terdapai keseimbangan antara

perlindungan terhadap pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana

bahwa berdasarkan sanksi baik pidana maupun denda yang terdapat dalam

undang-undang ini sangatlah bcrat-bcnil dan tegas Ini berarti bahwa

65 bull

66

undang-undang narkotika yang baru tersebut lebih mementingkan korban

dari pada pelaku kejalialan narkotika Mengingat bahwa dcngan adanya

pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan ktgtrban semakin

banyak yang berjatuhan seliingga daripada korbannya anak bangsa yang

memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara Indonesia

maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-beratnya

terhadap si pelaku lindak pidana narkolika bahkan pidana mati atau

seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-

undang yang baru ini juga diatur mengenai rchabilitasi terhadap korban

baik korban yang diakibatkan oleh orang lain niaiipim karena self

victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku ilu

sendiri

Saran

Adapun yang menjadi saran peneliti di dalam penelitian ini yang

menjadi harapan untuk dipcrliatikan bersama adalah sebagai berikut

1 Diharapkan bagi setiap keluarga untuk menjaga keharmonisan melakukan

pengawasan dan mcnanainkan pcndidikan yang benar terutama dalam lial

menyeimbangkan antara emosi inteligensi dan spritual sejak dari din

terhadap anak sebagai benteng terhadap dirinya untuk dapat membentengi

dari pengaruh narkotika dan psikotropika yang semakin mengancam

keadaan lingkungan masyarakat

2 Diharapkan terhadap pemerintah untuk melakukan sosialisasi yang

teriiitegrasi dan menyeluruh terhadap semua lapisan masyarakat baik

67

masyarakat di pedesan (primitlf) maupun masyarakat kota betapa besamya

sanksi pidana dan denda yang digariskan di dalam undang-undang

narkotika dan psikotropika misalnya dcngan mcmpublikasikannya dalam

bentuk billboard di pcrsiinpangan jalan sehingga setiap orang yang lewat

dengan secara otomatis masyarakat akan inengelaliuinya dan

berkemuiigkiiian orang yang membacanya setidaknya tlmbul rasa takut

untuk terjun ke dalam penyalahgunaaan narkotika dan psikotropika

tersebut

D A F T A R PUSTAKA

A Bukii

Arrasjid Chainur Sualu Pemikiran Tentang Psikologi Kriminil Mcdan Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU 1999

Gerson Bawengan Penganlar Psichology Kriminil Jakarta Pradya Pramita 1973

Gosita Arif Masalah Korban Kejahatan Jakarta Akademika Pressindo 1993

Hakim M Ariel Narkoba Bahaya dan Penanggulangannya Bandung Jembar 2007

Hawari Dadang Konsep islam Memerangi AIDS dan NAZA Get X i Yogyakarta Dhana Baktl Priaya 1997

Kaligis OC dan Soedjono Dirdjosisworo Narkoba dan Peradilannya di Indonesia (Retbrmasi Hukum Pidana Melaiui Perundangan dan Peradilan) Bandung PT Alumni 2002

Kartono Kartini Psichology Abnormal Bandung Alumni 1972

Mansur Dikdik M Arif dan Elistaris Guitom Urgensi Perlindungan Korban Kejahalan Antara Norma dan Reaiita Bandung Agustus Fakultas Hukum Universitas Padjajaran 2006

Mardani Penyalahgunaan Narkoba Daiam Perspeklif Hukum islam dan hukum Pidana Nasional Jakarta IH RajuGrufindoPersado 2007

Marpaung Leden Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005

Moelyono Anton M Kumus Besar Bahasa Indonesia Get 11 Jakarta Balai Pustaka 1988

Muladi HAM Dalam Persepkiif Sistem Peradilan Pidana dalam Muladi (ed) Hak Asasi Manusia Hakekal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat Bandung Refika Aditama 2005

dan Barda Nawawi Arlef Bunga Rampai Hukum Pidana Bandung Alumni 1992

Partodiharjo Subagyo Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannyai Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2003

Ioyk Fanny Jonathans Sehiiah Kesehatan Narkoba Sayonara Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2006

Prastowo EM Giri Rehabilitasi Bagi Korban Narkoba Tangcrang Visimedia 2006

Prodjodikoro Wirjono Asas-asas Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005

Roeslan Saieh Stelsel Pidana Indonesia Jakarta Bina Aksara 1987

Soedjono D Segi Hukum Tentang Narkolika di Indonesia Bandung Karya Nusanlara 1977

Hukum Narkolika Indonesia Bandung PT Citra Adtya Baktl i 990

Soekanto Soerjono dan Sri Mumadjj Penelitian Hukum Normalif Suatu Tijnjauan Singkat Jakarta Rajagrafindo Persada 2001

Sudarsono Kenakalan Remaja cet Ii Jakarta Rineka Cipta 1992

Tom dkk Bahaya NAPZA Bagi Pelajar Bandung Yayasan Al-Ghifari Morgan 1999

Tim BNN Materi Advokad Pencegahan Narkoba Jakarta Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia 2005

Yustisia Himpunan Peraturan Pemndang-Undangan Anti Narkoba diterjenialikuii oleh Tim iustaka Yuslisia Yogyakarta iuslaka Yustisia 2006

Waluyo Bambang Penelitian Hukum dalam Prakiek Jakarta Sinar Grafika 1996

Wcda Made Darma Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korporasi dalam niingti Rampai Viktimisasi Bandung Eresco 1995

B Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Pasal 152

Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika22Tahun 1997 tentang Narkotika

Keppres Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkolika Nasional

CInternet

htlpwwwbnngoidportalbariiiiorlalkQnlenpltpniima^Prorilampop^visi niisiamp tnn=lamp diakses tcrakiiir tanggal 13 November 2014

httpthed03hlogspoteom2008l Ohukuiii-viktimolQgihtmk diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014

httpwwwikonbaliorg26062Q(19advokasipctisi-ikon-bali-segera-tcrapkan-semahtml Petisi Ikalan Korban Napza (IKON) dalam rangka menyambut Hari Anti Narkotika (HANI) dan Hari Anti Penyiksaan 2009 diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014

httpwwwsurnekscoidindexphp7pption=^om cpntentampview=articleampid=^1405 2010-kej ati-baru-terapkan-uu-no-3 52009ampcatid=44 ilir-barat-i-bukit-keciIampUemid=94 diakses lerakJiir tanggal 12 Desember 2014

httpidsbvoongcQmexact-sciencesl8Q8652-getielika-dan-keiahatan Faktor Genetik Penyebab Kejahalan diakses terakhir tanggal 10 jaiiuari 2014

httpwwwasiasecuritiescoidsys 12ximagesstories201QEqtiitv2Q Pdf diakses terakhir tanggal 10 Januari 2014

LAMPIRAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

F A K U L T A S HUKUM

K A R T U AKTIVITAS BIMBINGAN SKRIPSI

N A M A MAHASISWA DIANA SAPUTRA

N O M O R INDUK MAHASISWA 50 2011 059

P R O G R A M STUDI I L M U H U K U M

PROG K E K H U S U S A N H U K U M PIDANA

P E M B I M B I N G M S O L E H IDRUS SHMH

l U D U L SKRIPSI P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T U N D A N G U N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I

KONSULTASI

K F -

MATERI YANG

DIBIMBINGKAN

PARAF

PEMBIMBING K E T

luymdash

y^ ^ Tlt2 N ^

7 M e

fSUL

k ^

CATATAN MOHON DIBERI WAKTU MENYELESAIKAN SKRIlSl RUiAN SEJAK TANGGAL DIKELUARKAN DITETAIKAN

DIKELUARKAN DI PALEMBANG PADA TANGGAL KETUA BAGIAN

JUDUL P E N Y A L A H G U N A A N N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG UNDANG N O M O R 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I

P E R M A S A L A H A N 1 Apa yang menjadi faktor tcrjadinya penyalaJigunaan narkotika dan psikotropika

2 Bagaimana pengaturan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspektif victimologi

B A B l P H N D A I i U L U A N A Latar Belakang B Permasalahan C Ruang Lingkup dan Tujuan D Metode Penelitian E Sistematika Penulisan

B A B 11 T I N J A U A N PUSTAKA

A Pengertian penyalahgunaan B Pengertian victimologi C Ruang lingkup victimologi D Jents dan penggolongan narkotika dan psikotropika E Undang Undang yang mengatur tentang narkotika

dan psikotropika

BAB I I I PEMBAHASAN A Faktor yang menyebabkan terjadinya

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika

B Penyalahgunaan narkotika dan psikolropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspeklif victimologi

BAB IV PENUTUP A Kesimpulan

B Saran-saran

DAF1AR PUSTAKA

L A M P I R A N - L A M P I R A N

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM

Lampiran Perihal Kepada

Sistematika penulisan (Outline) Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi YUi NUR HUSNI LMILSON SHSpNMH

Pembimbing Akademik Fakultas Hukum UMP dl-Palembaniz

Assalamualaikum WrWb

Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama DIANA SAPU I RA

Program Kekhususan Flukum Pidana

fada semester Lianjil tatiun kuliati 2UI42UI5 sudah menyelesaikan betian studi yang meliputi MPKMKKMKBMPBMBB (139 sks)

Dengan ini mengajukan pcrmohonan untuk penelitian Hukum dan Penulis Skripsi dengan judul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG-UNDANG N O M O R 35 T A H U N 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I

Demikianlah atas perkenaan Ibu diucapkan terima kasih

Wassalamualaikum WrWb

NIM 50 2011 059 Ilmu Hukum Program Studi

Palembang September 2014 Pemohon ^^--^5

Rekomendasi PAYbs

Pembimbing Akademik

HUSNI EMHSON SH SpN MH

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM

REKOMENDASI DAN PEMBIMBING SKRIPSI

Nama Nim Program Study Program Kekhususan Judul skripsi

DIANA SAPUTRA 50 2011 059 Ilmu Hukum Hukum pidana PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI

I Rekomendasi Ketua Bagian a Rekomendasi

b Usulan Pembimbing

Hukum Pidana

raiemoang iepiemt)er zu 14 KetuaJBagu

LuuTiiiAKNurCsHrR^

I L Penatapan Pembimbing Skripsi Oleh Wakil Dekan I

1 2

Palembang September 2014 Wakil Dekan I

- i poundL Dr Hj SRI S U L A S T R I SH M H

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah i n i Nama Tempat Tanggal Lahir N I M Program Studi Program Kekhususan

DIANA SAPUTRA PetransJaya 15 Januari 1992 502011059 Ilmu Hukum Hukum Pidana

Menyatakan bahwa karya ilmiah skripsi saya yang berjudul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANGshyU N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F VICTIMOLOGI

Adalah bukan merupakan karya tulis orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali daiam bentuk kutipan yang telah kami sebutkan sumbemya

Demikianlah surat pemyataan ini kami buat dengan sebenar-benamya dan apabila pemyataan ini tidak benar kami bersedia mendapatkan sanksi akademis

Palembang September 2014

PERMOHONAN UNTUK MENGIKUTI SEMINAR PROPOSAL

Palembang Oktober2014 Perihal Mohon untuk diiaksanakan seminar

Proposal Penelitian Skripsi

Kepada Yth Ibu Luil Maknun SH MH Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang D i -

Palembang

Assalamualaikum Wr Wb Saya yang bertanda tangan dibawah Ini Nama DIANA SAPUTRA

NIM 50 2011 059

Program Kekhususan Hukum Pidana

Bahwa yang bersangkutan telah layak untuk mer^ikiuti Seminar Proposal rencana penelitian skripsi yang judul PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI

Mohon kiranya yang bersangkutan untuk dijadwalkan mengikuti Seminar Proposal usul Penelitian Skripsi

Demikianlah disampaikan untuk dipertimban^Lan Wassalamualaikum Wr Wb

Pembimbing Skripsi

M SOLEH IDRUS3HMS

H A L A M A N P E R S E T U J U A N U N T U K M E N G I K U T I S E M I N A R P R O P O S A L

Nama DIANA S A P U T R A

N I M 50 2011059

Program studi Ilmu Hukum

Program kekhususan Hukum Pidana

Judui Penelitian PENYALAHGUNAAN N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A

MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI P E R S P E K T I F VICTIMOUHH

Palembang Oktober2014 Disetujui Pembimbing

M S O L E H IDRUSSH MS

Ketua Bagian Hukum Pidana

LuU MaknunSH M H

Page 9: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si

B A B I I I P E M B A H A S A N

A Perkembiingan pengaturan tentang tindak pidana

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika sebelum iahimya

dan menurut undang-undang nomor 35 tahun 2009 22

B Pengaturan Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997

Tentang Psikotropika dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun

1997 Tentang Narkotika 40

C Pcnyalahgunaaan Narkotika dan Psikotropika Dalam

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari

Perlindungan Terhadap Korban 44

1 Self-victimizing victims narkotika dan psikotropika 44

2 Rehabilitasi terhadap self-victimizing victims 48

3 Tahapan-tahapan rehabilitasi terhadap self-victimizing

victims 57

B A B IV P E N U T U P

A Kesimpulan 65

B Saran 66

D A F T A R P U S T A K A

L A M P I R A N

ix

B A B l

PENDAHULUAN

Latar Belakang

PciTindiingan korban lindak pidana dalam sistein liukimi nasional

nampaknya belum memperoleh perhatian serius Hal ini terlihat dari masih

sedikitnya hak-hak korban tindak pidana memperoleh pengaturan dalam

perundang-undangan nasional Adanya ketldakseimbangan antara

perlindungan korban kejahatan dengan pelaku kejahatan pada dasarnya

merupakan salah satu pengingkaran dari asas setiap warga ncgara bersamaan

kedudukaiinya dalam hukum dan pemerintahan sebagaimana diamanatkan

oleh Undiing-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konslitusional

Niirkotika Psikotropika dan Bahan Aditif Lainnya adalah berbagai

macam obat yang semestinya dinianfaalkan sesuai dengan kcpentingan

tertentu niisalnya pada dunia mcdis untuk mcmbantu proses kerja dokter

dalam melakukan opcrasi bedah Akan tetapi saat ini obat-obat terlarang ini

telah dikonsumsi diedarkan dan diperdagangkan tanpa izin berwajib demi

memperoleh keuntungan dan nikmat sesaat saja Karena pengaruh Narkotika

dan Psikolropika tersebut dapat membuat pemakai menjadi ketergantungan

merusak sampai ke sel-sel saraf manusia seliingga melemalikaii daya pikir

dan lambat memberikan rekasi terhadap lawan bicara Untuk menganaiisa

materi pelajaran bagi pelajar dan mahasiswa yang terkena bahaya Narkotika

atau Psikotropika dapat mengakibatkan pada kelambatan berfikir sehingga

1

2

harapan dalam pencapaian pcmbangunan nasional dapal tcrganggu

Bahaya nicngedarkan Narkotika dan isikolropika dapat dibayangkan

berapa banyak sel syuraf otak mahusia yahg akan dlrusak borapa gencfasl

muda anik sekoiah dan mahasiswa terus diburu pengedar Narkotika dan

Psikotropika tersebul bahkan dapat mengakibatkan kematian^

Keterganl jngan lerhadap Narkotika dan Psikotropika pada mulanya ingin

coba-coba dulu karena Narkotika maupun Psikolropika tersebul dapat

membuat pemakaiiiyu bcrhalusinasi seolah lupu tchadiip masalah dan berada

pada dunia keindahaii Jika laktor kesempatan untuk mendapatkan Narkolika

dan Psikotropika sangat mudah dari pengedar maka dapal mengakibatkan

korban akan semakin bertambah Melihat besamya bahaya penyalahgunaan

Narkotika dan Psikotropika lerhadap individu dan mengganggu pencapaian

cita-cita NKRl maka lerhadap Narkotika maupun Psikolropika harus

dilakukan penanggulangannya sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku

Scjak awat mula Iahimya hukum pidana fokus subjek yang paling

banyak disoroti adalah si pelaku Padahal dari sualu kejahatan kerugian yang

paling besar didcrita adalah pada si korban kejahatan tcrsebut Akan tetapi

scdikit sekali ditemukun hukum-hukum atatipun peraturan perundang-

undangan yang mengatur tcnung korban serta perlindungan lerhadapnya

httpw^vbnn (ioidportalhiirup(irlalkoTilenphpnaTna=lrofilampopvisL _iTiisiampmn^l diakscs tcrukhir tanggal 29 December 2(M4 Iihal juja Kcpprcs Nti 17 Taliun 21X12 tentang Itadan Narkotika Nasional pada bagian konsidcran mcnimbang huruf (J) bcrbunyi Bahwa sehubungun dengan pertimbiingan hunifu huruf b huruf c dan sebagai pcluksunaan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkolika ficrlu niembcntuk Badan Narkotika Nusiona dcngan Keputusan Iresiden

^Funny Jonathans Poyk Suhiiah KusehiUan Narkoba Sayonara (Jakarta IT (Jelora AkHuru Iralama 2006) lial 9 Made Darma Weda Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korfwrasi dalam Bunga

3

Berbicara mengenai upaya penanggulangan kejahatan atau tindak

pidana Narkotika dan Psikotropika yang tepat maka cara pandang sebaiknya

tidak hanya terfokus pada berbagai hal berkaitan dengan penycbab timbuliiya

kejahatan atau metode apa yang efektif dipergunakan dalam penanggulangan

kejahatan tersebul Namun hal lain yang tidak kalah penlingnya untuk

dipahami adalah masalah korban kejahatan itu sendiri yang dalam keadaan-

keadaan lertentu dapal menjadi pemicu munculnya kejahatan dalam tindak

pidana Narkotika dan Psikotropika tersebul

Piida saat berbicara tentang korban kejahatan dalam tindak pidana

Narkotika dan Psikotropika maka cara pandang tidak dapat dilepaskan dari

victimologi Melalul victimologi dapal diketahui berbagai aspek yang

berkaitan dengan korban seperti faktor penyebab munculnya kejahatan

penyalahgunaan bagaimana seseorang dapat menjadi korban

penyalahgunaan dan upaya mengurangi terjadinya korban kejahatan

penyalahgunaan serta hak dan kewajiban korban kejahatan dalam tindak

pidana Narkolika dan Psikotropika tersebut Secara victimologi terhadap

korban kejahatan dalam tindak pidana Narkotika dan Psikotropika misalnya

korban yang ditemukan pada anak usia 7 tahun sudah ada sebagai pemakai

anak di usia 8 talum sudah ada yang memakai ganja dan lalu di usia 10 tahun

anak-anak sudah menggunakan Narkotika alaupun Psikotropika dari berbagai

jenis seperti ganja heroin morfni ekstasi dan sebagainya

Kraquogtrban dalam lingkup victimologi memiliki arti yang luas karena

Rampai Vihmisusi (Bandung Krcsco 1995) hal 200 TM Giri Prasln vo Rebahilium liagi Korban Narkoba ( Iangerang Visimudia 2006) hal v

4

tidak hanya terbatas pada individu yang secara nyata menderita kerugian

tetapijuga kelompok korporasi swasta maupun penierintali sedangkan yang

dimaksud dcngan akibat pcnimbulan korban adalah sikap atau tindakan

terhadap korban danatau pihak pelaku serta mereka yang secara langsung

atau tidak terlibat dalam terjadinya suatu kejahatan

Pentingnya korban kejahatan dalam tindak pidana Narkotika dan

Psikotropika ihempcroleh perhatian utama DIkarenakan korban merupakan

bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kejahatan oleh karena ilu maka

korban memiliki peranan yang sangat penting dalam penelitian ini

Diperolchnya pemahaman yang luas dan mendaiam tentang korban kejahatan

dalam linJak pidana Narkotika dan Psikolropika dapat [nenuidahkan dalam

menemukan upaya penanggulangan kejahatan yang pada akhimya akan

bermuara pada menurunnya kuantitas dan kualitas kejahalan Sejalan dcngan

semakin bcrkembangnya victimologi sebagai cabang ilmu baru berkembang

pula berbagai runuisan tentang victimologi Kondisi iiii hendaknya tidak

dipandang sebagai pertanda tidak adanya pemahaman yang seragam

mengenai ruang lingkup victimologi tetapi harus dlpaiidang sebagai bukti

bahwa vU timologi akan selalu berkembang sejalan dengan perkembangan

yang terjadi dalam masyarakat

Berdasarkan uraian di atas yang menjadi obyek pengkajian dari

victimologi penyalahgunaan Narkolika dan Psikotropika di antaraiiya adalah

faktor terjadinya kejahatan dan bagaimanakali pengaturan Narkotika dan

Dikdik M Arir Mimsur dan Elistaris (lultoiii UrgensI Ierilndungan Korban Kejahalan Anlara Norma dan Realita (Bandung Agustus EakulUis Hukum Universitas Padj aj uran 2006) hal 29

5

Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Oleh sebab itu

maka judui yang dipilih unluk diteliti dalam penelitian adalah

Penyalahgunaan Narkotika dan Pstkolropka Menurut Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 Dari Perspektif Victimologi

B Perumusan Masalah

1 Apa yang menjadi faktor faktor yang menyebabkan terjadinya

2 Bagainiana pengaturan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika dan

Psikotropika daiam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dari perspektif

victimology

C Ruaug lingkup daii tujuan

Ruang lingkup

Secara umum ruang lingkup skripsi ini untuk mengetahui apa yang

menjadi faktor faktor terjadinya penyalahgunaan narkobadan

penyalahgunaan norkoba menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari

perspektil victimologi

Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan penulisan ini adaiah

sebagai bfrikut

1 Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya

penyalahgunaan Narkoba

2 Untuk mengetahui pengaturan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika

dan Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Talum 2009 dari

penyakiligunaanTiarkotika dan psikotropika

6

perspektif viAimo(gtg[

E Metode rcncHtl

Untuk memperoleh data yang kongkril sebagai pcdoman dalam

penulisan skripsi ini maka penulis menggunaan metode sebagai berikul

1 Metode pclaksanaan penelitian

dalam pclaksanaan ini penulis menggunaan metode penelitian hukum

normatif yang bersifal diskriftif dengan menggunaan dala skunder

Penelitian nukum norkatif ini merupakan penelitian kcpustakaan yaitu

penelitian terhadap dala skunder yang iiiempuiiyai ruang lingkup meiipuli

surat sural fakta fakta sampai pada dokumen - dokuincn resmi yang

dikeluarkan oleh instansi lerkait

2 Metode pcngiimpulun data

Pengumpulan data meiiipunyai hubungan yang eral dengan sumber data

karena dcngan pengumpulan dala akan diperoleh data yang dipcrlukan

untuk selanjutnya dianalisis sesuai dengan yang diinginkan Dalam usuha

pengumuian dala dala yang relevan dengan judul ini penulis

menggunakan metode normatif diskriplif dengan menggunakan data

skunder yang berbentuk dokumcntasi

3 Tehnik pcngolahan data

Dilakukan dcngan cara nnalisis isi terhadap teksural untuk selanjutnya

dikoniruksikan dalam suatu kesimpulan

7

Sislemutika [cnulisiin

Penelitian ini dibuul berdasarkan sistematika penulisan di dalam

penelitian ini peneliti mcmbaginya dalam empat bagian yailu

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan bab pendahuluan yang menguraikan mengenai hal-hal

berkaitan dengan Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan

dan Maniaat Penclilian Kcaslian Penelitian Tlnjaiian

Kcpustakaan Pengertian Penyalahgunaan Pengertian

Viclimologi Ruang Lingkup dan Manfaat Viclimologi Jenis dan

Penggolongan Narkotika dan Psikotropika Metode Penelitian

dan Sistematika Penulisan

BAB U TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bagian ini menguraikan yaitu mengenai pengertian tentang

penyalahgunaan pengertian tentang ruang lingkup viktimologi

pengertian tentang narkotika dan jcnis-jcnis narkolika

BAB Hi PEMBAHASAN

Merupakan bab yang membahas mengenai hal-hal yang berkaitan

dengan Pengaturan Sanksi Pidana lerhadap Penyalahgunaan

Narkotika dan Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Ditinjau dari Perlindungan Terhadap Korban dan

Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Self

Victimizing Victims

8

BAB IV K E S I M P U L A N DAN SARAN

Bab ini memuat beberapa kesimpulan dan saran yang dibuat

peneliti sebagai hasil dari pembahasan dun penguraian di dalam

penelitian ini dari keseluruhan permasalahan yang ada

DAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A Pengertinn Pcnyalaliguiiaan

Penyalahgunaan dimaksudkan dalam penclilian ini adalah

penyalahgunaan terhadap narkotika dan psikolropika Dimana bahwa

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika ini diambil dan dipersainakan

dcngan pengertian penyalahgunaan narkoba seperti yang disebutkan Lutfi

Braja yakni memberikan pembatasan mengenai penyalaiiguiiaaii yaitu

Pemakaian narkoba di iuar indikasi medik tanpa petunjuk atau

resep dokter dan peinakaiannya bersifat patologik

(menimbulkan kelainan) dan menimbiilkan humbutan dalam

aktifitas di rumah di sekoiah atau di kampus tempat kerja dan

lingkungan sosial Ketergantungan narkoba adalah kondisi yang

kebanyakan diakibatkan oleh penyalahgunaan zat yang disertai

dengan adanya toleransi zat (dosis semakin tinggi) dan gejala

putus zal

Permasalahan penyalahgunaan mengakibatkan dampak yang sering

terjadi di tengah-tcngah masyarakat dari penyalahgunaan narkolika dan

psikotropika antara lain merusak hubungmt kekeluargaaii menurunkan

kemampuan belajar dan produktifitas kerja secara drastis sulit membedakan

mana perbuatan baik dan perbuatan buruk perubahan pcrilaku menjadi

Mardani Op 01 lial 2

9

10

pcrilaku anti sosial (pcrilaku maladaptil) gangguan kesehalan (fisik dun

mental) mempertinggi jumlah kecelakaan lalu lintas tindak kekerasan dan

kriniinuliLis lainnya

Dari kata penyalahgunaan menandakan bahwa Narkotika dan

Psikotropika tidak selalu bermakna negatif Dcngan begitu narkotika dan

psokitropika yang digunakan dengan baik dan benar oleh dokter untuk

mengobati pasiennya lidak tennasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang

disaiahgunakan Di dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA

(Narkotika Psikotropika dan Zat Adit i f Lainnya)

B Pengertian Victiimlogt

Pada dasarnya perkembangan ilmu pengetahuan tentang korban

kejahalan (viktimologi) lidak dapat dipisahkan dari iahimya peiiiikiraii-

pemikiran brilian dari Hans von Hentig seorang ahli kriminologi pada talum

1941 serta Mendelsohn pada tahun 1947 Pemikiran dari kedua ahli ini

sangat mcmpengaruhi setiap fase perkembangan viktimologi Perkembangan

viktimologi hingga sampai pada keadaan seperti sekarang tentunya tidak

terjadi dengan sendirinya namun telah meiigalami berbagai perkembangan

yang dapai dibagi dalam 3 (tiga) fase sebagai berikut

a iada tahap peitama viktimologi hanya meinpclajari korban kejahatan saja

pada fase ini dikatakan sebagai pehdl or special vtciimolo^

b Pada lase kedua viktimologi tidak hanya mengkaji masalah korban

Oadang Huwari Konsep Islam Memerungt AIDS dan NAA Cel XI (Ycgvakarta Ohaiiii iiakli Idaya 1997) hal 153 Made Danaa Wi da Op cil hal 200

kejahalan tetapi juga meiipuli korban kecelakaan Pada fase ini disebut

sebagai general victimology

c Fase ketiga Vikt imologi sudah berkembang lebih luas lagi yaitu mengkaji

permasalahan korban karena penyalahgunaan kckuasaan dan hak-hak asasi

manusia Fase ini dikatakan sebagai new viciimology

Berdasarkan pengertian di atas nampak je las bahwa yang menjadi

obyek pengkajian dari viktimologi diantaranyu pihak-pihak mana saja yang

terlibat atau mcmpengaruhi terjadinya suatu viktimisasi kriminal

bagaiinanakah respon terhadap suatu viktimisasi kriminal faktor penyebab

terjadinya viktimisasi kriminal bagaimanakah upaya penanggulangannya

dan sebagainya

C R u a i i g L i n g k u p Victimologi

Vikt imologi mencliti topik-topik teiilang korban scperti peranan

korban pada terjadinya kejahatan hubungan antara pelaku dengan korban

rentannya posisi korban dan peranan korban dalam sistem peradilan pidana

Selain itu menurut Muladi viktimologi merupakan suatu studi yang bertujuan

untuk

1 Menganaiisa berbagai aspek yang berkaitan dcngan korban

2 Berusaha untuk memberikan penjelasan sebab musabab terjadinya

vikt imisasi dan

3 Mengembangkan sistem tindakan guna mengurangi penderitaan manusia

^Suryono Ekolaina ST Harum Pudjianlo RS dan G Wiraiama Abortus Iruvocalus Ba^ Korban Perkosnan Persxkif Viktimologi Kriminologi Jan Hukum Pidana Edisi PcrUtma Culakari lurlunii (Jakiiria Univcrsilas AlmaJaya 2001) liul 174 ^ibidMl I7()

12

Menurut JE Sahetapy ruang lingkup Viktimologi meliputi bagaimana

sescorang (dapat) menjadi korban yang ditentukan oleh suatu victimity yang

lidak selaiu berhubuiigan dengan masalah kejahatan termasuk pula korban

kecelakaan dan bencana alam selain dari korban kejahatan dan penyalah

gunaait kekuasan^ Namun dalam perkembangannya di tahun 1985

dipeiopori oleh Separovic yang mempelopori pemikiran agar Viktimologi

khusus niengkaji korban karena adanya kejahatan dan penyalahgunaan

kckuasaan dan tidak mengkaji korban karena musibah alau bencana alam

karena korban bencana alam di iuar kemauan manusia out of mms will)

D Jenis dan Penggolungan Narkotika dan Psikotropilta

Dari kata penyalahgunaan narkoba menandakan bahwa narkoba tidak

selalu beimakna negatif Dengan begilu narkolika dan psokitropika yang

digunakan dengan balk dan benar oleh dokter unluk mengobati pasiennya

tidak termasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang disaialigLmakan Di

dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA (Narkotika Psikolropika

dun Zat ditir Lainnya) Dalam penelitian ini hanya dibahas tentang

narkotika dan psikolropika maka sebelumnya dipaparkan terlebih dahulu

berbagai jenis narkotika dan psikotropika sebagai berikut

a) Narkolika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari lanaman atau

TbUi Miiiadi HAM Halam Persepkiif Sislem Peradilan Pidana datam Muladi (cd) Hak Asas) Manusia Hakclal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspeklif llukum dan Masyarakat (Bandung Refikii Aditama 2005) hal lOX VfiWDial 109 Subagyo Partediharjo Op cil hal 11

13

bukan tanainan baik sintesis maupun bukan sintesis yang dapat

menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa

Zat ini dapal mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat

meninibulkan ketergantungan Menurut Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika Narkolika adalah at atau obat yang

berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun

semisimetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri

dan dapat nienimbulkati ketergantungan yang dibedakan kc dalam

golongan-goiongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang in i

Narkotika memiliki daya adikasi (ketagihan) yang sangat berat

Narkolika juga memiliki daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual

(kebiasaan) yang sangat tinggi Ketiga sifat narkolika ini yang

menyebabkan pemakai narkotika tidak dapat lepas dari cengkeramannya

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

Jenis jenis narkotika dibagi ke daiam 3 (tiga) kelompok yaitu narkotika

golongan I golongan I I dan golongan I I I

Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbaiiaya

karemi daya adilifnya sangat tinggi Golongan ini tidak boleh digunakan

untuk kcpentingan apapun kecuali unluk penelitian atau ilmu

pengetahuan Contohnya adalah ganja heroin kokain inorfin opium dan

lain-lain Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya

Ibid Posal 1 Ayal (I) Unilung-Undang Nomor 3 Tahun 2009 lenlang Narkotika

14

aditifkual tclapi bcrmaiilaal untuk pcngohatan dan penclilian tlonluhnya

adalah petidin dan turunannya benetldin belamctadol dan lain-iain

Sedanikaii narkulika golungaii Ml adalah narkotika yang niciniliki daya

aditif riiigan tetapi bermanfaat untuk penghatan dan penelitian Contohnya

adalali kudcin dun turunannya^

Berdasarkan cara pcmbuatannya narkotika dibedakan ke dalam 3

(tiga) golongatt juga yaitu narkolika atami narkotika semlsimesis dan

narkotika sintesis Dijelaskan sebagai berikut

1) Naikotika alami

Narkotika alami adalah narkotika yang zat aditithya diambil dari

(umbuhlumbuhan (atam) Contohnya

u tjaiija

Ganja adalah tanaman perdu dengan daun menyerupai daun

singkong yang tepinya bergerigi dan berbulu lialus Jumlah Jari

daunnya selalu ganjil yakni 5 7 9 Tumbuhan ini banyak lumbuh di

iieberapa daerah di Indonesia seperti Aceh Suinalera Ulara

Sumatera Selaian Pulau Jawa dan lain-lain Daun ganja ini sering

iligunakiin sebagai bumbu penyedap masakan Bila digunakan

ebagai bumbu iiuisak daya adilifnya rendah Namun lidak

ilemikian apabila dibakar dan asapnya dihirup Cara

|)cnyalahgunaunnya adalah dikcringkan dan dicampu dengan

icmbakiiii rokok atau dijadikan rokok lalu dibakar serta dihisap

Subagvo PurtoJiharjo Op cil hal 11-12

15

b Ilaisis

Hasis adaiah lanaman serupa ganja yang lumbuh di Amcrika

Latin dan Eiopa Daun ganja hasis dan mariyuana Juga dapat

disuling dan diambil sarinya Oatam bentuk cair harganya sangat

mahai Gunanya adalah unluk disaiahgunakan oleh pemadut-pemadal

kelas tinggi

c Koka

Koka adalah lanaman perdu mirip pohon kupi Huahnya yang

inatang bcrwama inerah seperti biji kopi Dalam komunitas

masyarakat Indian Kuno biji koka sering digunakan untuk

inenambah kekiiatan orang yang bcrperang atau bcrburu binalang

Koka kemudian bisa diolah menj adi kokain

d Opium

Opium adaiah bunga dengan bentuk dan wama yang indah

Dari getah bunga opium dihasilkan candu (opiat) Di Mesir dan

daratan Cina opium dahulu digunakan unluk mengobati beberapa

penyakit member kekuatan atau menghilangkan rasa sakil pada

lentara yang terluka sewaktu berperang atau berburu Opium banyak

lumbuh di segiliga emas antara Burma Komboja dan Thailand

atau di daratan Cina dan segitlga emas Asia Tengah yaitu daerah

antara Alganistan Iran dan Pakistan

Dalam kalangan perdagangaii liilernasional ada kebiasaan

ftW hal 14

16

(keliru) tncnamai daerah tempat peuanamuii opium sebagai daerah

emas Diberi nama demikian karena perdagaiigan opium sangat

mengimtiingkan Karena bahayanya yang besar daerah seperti ilu

keliru jika diberi nama predikat emas Daerah sumber produksl

opium sepantasnya disebut segitlga setan atau segitlga iblis

2) Narkotika semisintcsis

Narkotika semisintesis adalah narkotika alami yang diolah dan

diambil zat aktifnya (intisarinya) agar memiliki khasiat yang lebih kuat

schmgga dapat dimanfaatkan untuk kepcnlingan kedokteran

Contohnya

a Morfm dipakai dalam dunia kedokteran unluk menghilangkan rasa

sakit alau pembiusan pada operasi (pcmbcdahan)

b Kodein dipakai unluk obat penghilang baluk

c Heroin tidak dipakai dalam pengobatan karena daya adilifnya

sangat besar dan matifuatnya secara medis belum

ditemukan Dalam pcrdugangan gelup heroin diberi nama

pulaw atau pete atau pt Henlnknya seperti tepun terigu

yang halus pulih dan agak kotor

d Kokain liiisll olahati dari biji koka

3) Naikotika sintesis

Narkotika sintesis adalah narkotika palsu yang dibuat dari bahan

kimia Narkotika ini digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi

oraiig yang menderita kclcrgantungun Contohnya

17

a Ietidin unluk obat bius lokal operasi kccil sunal dan

sebagainya

b Melhadon unluk pengobatan pecandu narkoba dan

c Naltrexon untuk pengobatan pecandu narkoba

Selain unluk pembiusan narkolika sintesis biasanya diberikan

oleh dokter kcpada penyalahgiina narkoba untuk menghcntikan

kebiasaannya yang tidak kuat melawan sugesti (relaps) atau sakaw

Narkotika sintesis berfungsi sebagai pengganti senientara Bila sudah

bciiar-bcnar bcbas asupan narkoba sintesis in dikurangi sedikil demi

sedikit sampai akhimya berhenti total

b) Fsikotropika

Pengertian psikolropika menurut Pasal I Ayal ( I ) Undang-Undang

Nomor 5 Taliun 1997 tentang Psikotropika adalah Zat atau obat baik

alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif

melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusal yang menyebabkan

perubahan khas pada uktivitus mental dan perilaku

Pengertian Psikolropika di daUim Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika tidak ditemukan Hal tersebut sehubungan

dengan ketentuan di dalam Pasal 153 huruf b yaitu Lamplran mengenai

jenis Psikotropika Golongan 1 dan Golongan II scbagaimana tercantum

dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang

Psikotropika (lcmbaran Ncgara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor

10 Tambahan Lcmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671) yang

18

telah (iipindahkan menj adi Narkotika Golongan I menurut UndangUndang

ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku Oleh karenanya dalam Undangshy

Undang Nomor 35 Tahun 2009 tidak ada lagi di dalam pasal-pasal nya

yang mengatur mengenai Psikotropika karena sudah dlmasukkan ke dalam

golongan Narkotika

Sesuai dengan pembahasan dalam penelitian ini masih

berhuijutigar dengan Psikotropika maka Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1997 tentang Psikotropika masih perlu untuk dibahas dalam penelitian ini

Menui iil undangumlang tersebut Psikolropika adalah zal atau obal bukan

narkolika baik alamiah maupun sintesis yang memiliki khasiat psikoaktif

melaiui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan

perubahan khas pada aktivitas nonnal dan perilaku Psikotropika ini

merupakan obat yang digunakan oleh dokter untuk mngobali gangguan

jiwa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tenumg

Psikolropika psikotropika dikelompokkan ke dalam 4 (empat) golongan

Golongan I yaitu psikotropika dengan daya aditif yang sangat kuat

belum diketahui manfkilnya untuk pengobatan dan sedang diteliti

khasiiitnya saat ini Contohnya adalah MDMA ekstasi USD dan STP

Golongan U yakni psikolropika dengan daya aditif kuat serta berguna

untuk pengobatan dan penelitian Contohnya adalah amfelamin

metanifetamin metakualon dan sebagainya Golongan IH yakni

psikolropika dcngan daya adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan

dan penelitian Contohnya adalah lumibal buprenorsina flcenilrazepam

19

dan sebagainya Golongan IV yakni psikotropika yang memiliki daya

aditif ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian Contohnya

adalah netrazepam (BK Mogadon Duiiiolid) diazepam dan lain-lain^

Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang

Psikotropika yang dimaksud dengan paslkotoplka adalah zat atau obat

baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif

melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang mcnyebabkan

perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku Psikotropika

dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut

1 Psikotropika golongan I yaitu psikolropika yang hanya dapat digunakan

unluk kcpentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi

sena mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma

ketergantungan Contohnya ekstasi shabu LSD

2 Psikotropika golongan II yakni psikotropika yang berkhasiat

pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi danatau tujuan ilmu

pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma

ketergantungan Contohnya amfetamin metilfenidat atau ritalin

3 Psikotropika golongan III yaitu psikotropika yang berkhasiat

pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi danatau unluk tujuan

ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan

sintlroma ketergantungan Contohnya pentobarbital Flunitrazepam dun

4 Psikotropika golongan IV yaitu psikotropika yang berkhasiat

Ibid ILil 15

20

pengobatan dan sangal luas digunakan dalam terapi danatau unluk

tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan

mengakibatkan sindrom ketergantungan Contohnya diazepam

bromazepam Fenobarbital klonazcpam klordiazepoxide nitrazepam

seperti pil BK pil Kopio Rohip Dum MG

Sedangkan kelompok dan jenLs psikotropika yang sering

disaiahgunakan antara lain

1 Psikostimulansia scperti amfetamin ekstasi dan shabu

2 Scdalif amp Hipnolika (obat penenang obat tidur) seperti MG BK

DUM Pil kopio dan lain-lain dan

3 Halusinogenika seperti lysergic acid dycthylamidc (USD) mushroom

Berdasarkan Ilmu farmukologi psikotropika dikelompokkan ke daiam 3

(tiga) golongan yakni dcpresan stinuilan dan halusinogen sebagai

berikut

1 Kelompok dcpresanpcnekan syaraf pusatpenenangobat tidur

Contohnya adalah valium BK rohipnol mogadon dan lain-lain

Jika diminurn obat ini dapat memberikan rasa tenang menganluk

rasa tcnteruni dan damai Obat ini Juga menghilangkan rasa takut

dan gelisah

2 Kelompok stimuiaiiperangsang syaraf pusaianti tidur Conlohnya

adalah amfetamin ekstasi dan shabu Ekstasi berbentuk tablet

berancka bentuk dun wama Amfetamin berbentuk tablet bcrwama

-Aid hal 16-17

21

pulih Bila diiriinuni obal ini mcndalangkan rasa gembira hilangnya

rasa pemiusuhiui hilangnya rasa marali ingin selalu aktif badan

terasa fit dan lidak merasa lapar Daya kerja otak menjadi scrba

cepat namun kurang lerkendali Shabu berbentuk tepung kristal

kasar berwarna pulili hersih seperti garani

3 Kelompok halusinogen Halusinogen adalah obat at tanaman

makanan yang dapat meninibulkan kiiayaian contohnya yailu LSD

Lysergic Acid Dicihyltamide) getah lanaman kaklus kecubung

jamur tertentu (misceiine) dan ganja Bila diminurn spikotropika

jenis in dapat menimbulkan kliayalan tentang peristiwa-peristiwa

yang mengerikan khayalan tentang kenikmatan scks dan

sebagainya Kenikmatan didapat oleh pemakai setelah pemakai sadar

bahwa perisfiwa mengerikan ilu bukan kenyataan atau karena

kenikmatankenikmatan yang dialami walaupun hanya khayalan

BAB III

PEMBAHASAN

A Faktor yang Mcnyebabkan Terjadinya Penyalahgunaan Narkotika dan

Psikotropilta

1 Faktor yang Bersunibcr Dari Individu

Menurut Luthfi Buraja terdapat 3 (liga) pcndekatan untuk

tcrjadinya penyalahgunaan dan ketergantungan terhadap narkotika dan

psikotropika yaitu peridekalan orgunobilogik psikodinamik dan

psikososial Ketiga pendekatan tersebut tidaklah berdiri sendiri melainkan

saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya Dari siidut pandang

organobiologik (sususan syaraf pusatotak) mekanismc terjadinya adiksi

(ketagihan) hingga deperidcnsi (ketergantungan) dikenal dengan dua istilah

yaitu gangguan mental oragnik atau sindrom otak organik seperti gaduh

gelisah dan kekacauan dalam fungsi kognilif (alam pikiran) efektif (alam

perasaanemosi) dan psikomotor (perilaku) yang disebabkan efek

langsung terhadap susunan syaraf pusat (otiik)^^

Sescorang akan mcnjadi ketergantungan terhadap narkotika dan

psikotropika apabila seseorang dengan tems-menenis diberikan zat

tersebut Hal ini berkaitan dengan teroi adaptasi sekuler mum

adaptaiUm) tubuh beradaptasi dengan menambah jumlah teseptor dan seishy

se syaraf bekcrja kcras Jika zat dihenlikan sel yang masih bekerja kcras

Luthll Uaraja Makalali Gangguan Mciilul dan icrilaku Akibut Nurkuba Disampalkim pada Seminar tentang Narkoba di SMK Iptck lakarla hal 2

22

23

tadi mengaiami kelmLisaii yang dari kiar tampak sebagai gejala-gejala

putus obal Gejala putus obat tersebut mcmaksa individu untuk

mengulangi pemakaian zal tersebul

Faktor predisposisi individu dengan gangguan kepribadian (anti

sosial) ditandai dengan pcrasaan lidak puas terhadap orang lain Selain itu

yang bersangkutan tidak inampu untuk berfungsi secara wajar dan efektif

dalam pergaulan di rumah di sekoiah atau di tempat kerja gangguan lain

sebagai penyerta berupa rasa cemas dan depresi Untuk mengatasi

ketidakniainpuan dan mcnghiiangkan kccemasan atau depresinya maka

individu tersebut cenderung untuk menggunakan narkoba Semestinya

individu itu dapat mengobati dirinya dengan datang ke dokterpsikiater

untuk mendapatkan terapi yang tepat sehingga dapat dicegah

keterlibatannya dalam penggunaan narkotika dan psikotropika

Secara umum mereka yang menyalahgunakan narkotika dan

psikotropika dapat di bagi ke dalam 3 (tiga) golongan besar yaitu

1 Ketergantungan primer ditandai dengan adanya kecemasan dan

depresi yang pada umumnya terdapat pada orahg detigah kepfibadlah

yang tidak stabil

2 Ketergantungan simtomatis yaitu penyalahgunaan narkotika dan

psikotropika sebagai salah satu gejala dari tipe kepribadian yang

mendasarinya pada umumnya terjadi pada orang yang kepribadian

psikopatik (anti sosial) kriminal dan pemakaian narkotika dan

Ai4hal K

24

psikotropika untuk kesenangaii sematu

3 Ketergantungan reaktif yaitu terdapat pada remaja karena dorongan

ingin tahii pengaruh tekanan dan lingkungan tenian atau kelompok

sebaya peer group pressure)

Ada beberapa faktor internal dan ekslernal yang mcnjadi penyebab

individu menyalahgunakan dan menjadi ketergantungan terhadap

narkotika dan psikotropika Menurut Sudarsono bahwa penyalahgunaan

narkolika dan psikotropika di latar belakangi oleh beberapa sebab yaitu

1 Untuk membuktikan kebcranian dalam melakukan tindakan-tindakan

yang berbaiiaya seperti ngebut dan bergaul dengan wanita

2 Meniinjukkan tindakan yang menenlung orang tua guru dan norma

sosial

3 Mempermudah penyaluran dan mempermudah perbuatan seks

4 Melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh peiigalamaii-

pengalainan einosional

5 Meneari dan menemukan aril hidup

6 Mengisi kekosnngan dan kesepian hidup

7 Menghilangkan kegelisahan frustasi dan kepepel hidup

8 Mengikuti kemauan kawan-kawan dahim rangka pembinaan solidaritas

dan

9 Iseng-iseng saja dan rasa ingin tahu

Menurut hasil penelitian Dadang Hawari bahwa di anlara faklor-

Sudujsono Kenakalan Remaja cel ii (Jakarta Rineka Cipta 1992) 1ml 67

25

faktor yang berpcran dalam penggunaan narkotika dan psikolropika

adalah

1 Faktor kepribadian anti sosial dan psikopatik

2 Kondisi kejiwaan yang mudah merasa keeewa atau depresi

3 Kondisi keluarga yang meliputi keutuhan keluarga kesibukan orang

tua hubungan orang tua dengan anak

4 Kelompok teiiian sebaya dan

5 Narkotika dan psikotropika itu sendiri mudah diperoleh dan tersedianya

pasaran yang resmi maupun lidak resmi

Menurut Siibagyo Partodiharjo secara individu terdapat beberapa

faktor yang mcmpengaruhi sescorang dapat menyalahgunakan narkotika

dan psikotropika Alasan ini merupakan alasan yang bersumber dari diri

sendin atau pemakai narkotika dan pasikotropika tersebut yakni sebagai

berikut

a Ingin tahii

Perasaun ingin tahu biasanya diniiliki oieh generasi muda pada

umur setara siswa SD SLTP dan SLTA Bila di hadapan sckelompok

anak muda ada seseorang yang inemperagakan uikmatnya

mengkonsumsi narkotika dan psikolropika maka didorong oleh naluri

alami anak muda yaitu keingintahuan maka salah seoariig dari

kelompok itu akan maju mencobanya Selain didorong oleh

keingintahuan keberaniannya juga karena didesak oleh gejolak dalam

Mardiini foc cil hai 102 ^ Subagyo RatoiJlliarjo ioc cil liiil 72-74

26

jiwanya yang ingin dianggap hebal pemberani dan pahlawan di antara

temanteinan sehayanya Maka jatuhlah satu orang anak dalam pelaku

setan

Dalam kondisi seperti itu reaksi kawan-kawan sebayanya

berbeda-bcda

1 Ada yang ingin menyaingi menunjukkan bahwa dirinya lebih hebat

lagi lalu memakai

2 Ada yang ingin tahu kemudian ikut memakai dan

3 Ada yang sella kawan lain ikut memakai juga

Sikap seperti inilah yang menyebabkan bandar atau pengedar

senang Mereka meiigincar generasi muda mahasiswa atau pclajar

karena 2 (dua) pertimbaiigan

1) Kalau salah satu anak muda kena maka anak muda yang lainnya

ikut kena sehingga konsumen cepat bertambah dan

2) Kalau anak muda kena maka anak muda tcrsebut akan mcnjadi

pemakai selia dalam waktii yang lama Berbeda dengan orang tua

yang cepat maii keuntungan komersial yang diperoleh dari

kelompok anak muda ini akan banyak

b Ingin dianggap hebal

Pcrasaan ingin dianggap hebat biasanya dimiiiki oleh generasi

muda Sepcrti ditcrangkan di atas salah satu sifat alami yang positif

dari generasi muda adalah daya saing Sayang sekali karena

kelidaktahuan sifat positif ini juga dapat dipakai untuk masalah negatif

27

Silat positif ini scharusiiya didorong unluk berlomba daluin preslasi

pada bidang pcndidikan kesenian olah raga dan lain-lain yang

bermanfaat bagi kehidupan

Bila sikap ingin berkonipctisi ini diarahkan untuk

mengkonsumsi narkolika dan psikolropika akibatiiya sungguli

mengerikan yailu kcgagalan hidup dan kesengsaraan Pemakai hanya

dapat dianggap hebat oleh lingkungan kecil pcniakai narkotika dan

psikotropika Di masyarakat luas pemakai hanya menuai cerca dan

nista

c Rasa setia kawan

Perasaan setia kawan sangat kuat dimiiiki oleh generasi muda

Jika lidak mendapatkan penyaluran yang posilif sifai positif tersebut

dapat berbahaya dan mcnjadi negatif Bila (cmannya memakai

narkotika dan psikotropika maka individu tersebul ikut juga memakai

Bila temannya dimarahi orang tuanya atau dimusuhi masyarakat maka

pemakai membela dan ikut bersimpatik

Sikap seperti itulah yang menyebabkan anak ikut-ikutan

Awalnya hiuiya satu orang yang merokok kemudian semuanya menjadi

perokok Setelah semuanya merokok sntu orang mulai memakai ganja

lalu yang lainnya ikut sehingga menjadi sekawanaii pemakai ganja

Selelah semua memakai ganja satu orang memakai ekstasi kemudian

semuanya ikut demikian selerusnya meningkat menjadi shabu dan pada

akhirnya menjadi pemakai putaw

28

d Rasa kccewa truslasi kcsai

Pcrasaan kesal kcccwa atau (rustasi biasanya terjadi karena

kegagalan pada generasi muda eksckutif mudu suami atau istri

Pcnggiiiiaan narkotika dan psikolropika pada kelompok ini bertujuan

untuk sesaat melupakan kekccewaan kckesaian dan fi-uslasi Kondisi

masyarakat yang carut martit tclah banyak melahirkan kekccewaan

kekesalan bahkan Iruslasi Narkolika dan psikotropika dapat

melupakannya sesaat tetapi tidak untuk mengatasi masalah yang

sesungguhiiya

Hubungan buruk yang disebabkan oleh kcgagalan

berkomuiiikasi antara orang tua dengan anaknya dapat menyebabkan

rasa kesal Hal ini mcnjadi faktor pemicu pemakaian narkotika dan

psikotropika oleh anak Intcraksi anlara orang tua dcngan anak tidak

cukup hanya berdasarkan niat baik Cora berkoniunikasi juga harus

baik Masing-masing pihak harus memiliki kcsabaran untuk

menjclaskan isi hatinya dengan cara yang tepat Banyak sekali konfllk

di dalam rumah tangga yang terjadi hanya karena salah paham atau

kekeliman berkoniunikasi Kekeliruan kecil itu dapal bcrakibat fatal

yaitu masuknya narkotika dan psikotropika ke dalam keluarga

Kekccewaan kekesalan dan frustasi dapal terjadi karena

kekeliruan dalam berkomunikasi terhadap beberapa faktor berikut i n i

I ) Komunikasi anak dengan orang tua

IbUI hiiJ 74

29

2) Komunikasi antar anak

3) Komunikasi di lingkungan eksekulifinuda dan

4) Komunikasi antara suami istri

e Ingin bebus dari rasa sakil atau pusing

Penderila pcnyakit beral yang kronis dan tidak kunjuiig sembuh

misalnya Ranker hati luka bakar uka tusuk wasir Ranker paruparii

migreii eneok pengapuran dan lain-lain sclalu merasakan sakit yang

iuar biasa karena penyakitnya Rasa sakit tersebut sering kali tidak

dapat dihilangkan dengan obat pengtiiiang rasa sakit biasa (anaigetik)

sehingga peiiderilanya mencoba narkotika atau psikotropika

Narkotika maupun psikolropika dapat menghilangkan rasa sakit

tersebut tetapi tidak menyembuhkan penyakitnya Ceiakaiiya pemakai

yang bersangkutan malah mendapat maslah baru yaitu ketergantungan

dengan segala komplikasinya yang justru menjadi lebih berbahaya

f Ingin menikmati rasa gembira tampii lincah energik dan mengusir

rasa sedih dan malas

Para eksekudf dan sciebritis biasanya memiliki gaya hidup yang

trendi Mereka merasa dituntut untuk selalu lampil lebih prima Dengan

mengkonsumsi naikotika atau psikolropika mereka dapat tampii prima

dan percaya diri karena kehilangan rasa malu walaupun sesungguhnya

tidak demikian

Perasaan hebat tersebut di atas seharusnya dicapai melaiui tekun

berolah raga hidup teratur meningkatkan kualitas fisik mental

30

inlclckUial dan mocaiiiyii Riikan ineiigamhit jalan piiitas dcngan tampii

seotah-olah prima niclalui manipulasi atau lipuan melaiui

mengkonsumsi narkotika atau psikolropika tersebut Pcnampilmi prima

yang semu atau atau tipuan itu lambat laun akan terungkap juga

sehingga [ania-keiamaan akan kelahuari juga jati dirinya yang

sesungguhnya itu

g ingin tampii iangsing

Narkolika dan psikotropika terscbut juga banyak digunakan oleh

artis dan ibu-ibu rumah tangga yang berbadan gemuk untuk

melangsingkan lubtihnya Narkotika alau psikotropika dengan jenis

tertentu ada juga yang dapat menghilangkan nafsu makan sekaligus

menambali aktivitas fisik sehingga dapat menurunkan beral badun

h Takut mengalami rasa sakit (sakaw)

Pengguna jenis narkotika atau psikolropika tersebut yang sudah

menjadi pemakai tetap (pemadat) akan mengalami rasa sakit (sakaw)

bila tidak memakainya Karena takut merasakan penderitaan maka

pemakai tersebut terus memakainya sehingga menjadi pemakai yang

sella junkies) Banyak pemakai narkotika dan psikotropika ini yang

setia adalah orang-orang yang merasa terpaksa memakai sebab kalau

lidak memakainya mereka akan mengalami sakaw

Kebanyakan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika

dimulai atau terdapat pada masa remaja sebab masa remaja yang

sedang mengalami perubahan biologik psikologik maupun sosial yang

31

pesat merupakan individu yang rentan untuk nienyaiahguriakan

narkotika maupun psikotropika terscbut Anak atau remaja dcngan ciri-

ciri tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi

penyalahgunanya Ciri-ciri tersebut anlara lain^

a Cenderung memberontak dan menolak otoritas

b Cenderung memiliki gangguan j iwa lain (komorbiditas) seperti

depresi cemas psikotik keperibadian dissosial

c Perilaku menyimpang dari aluran atau norma yang berlaku

d Rasa kurang percaya diri low selw-confulence) rendah diri dan

memiliki citra diri negatif (ow setf-esleem)

e Sifal mudah keeewa cenderung agresif dan destruktlf

f Mudah murung pemalu pendiam

g Mudah merasa bosan dan jenuh

h Keingintahuan yang besar untuk meneoba atau penasaran

i Keinginan untuk bersenang-senang [just for fun)

j Keinginan untuk mengikuti mode karena dianggap sebagai lambang

keperkasaan dan kehidupan modem

k Keinginan untuk diterima dalam pergaulan

1 Identitas diri yang kabur sehingga merasa diri kurang jantan

mTidak siap mental untuk menghadapl tekanan pergaulan sehingga

sulit mcngambil keputusan untuk menolak tawaran NAPZA dengan

tegas

Tom Kus dan Tedi Btihava NAPZA Bagi Pelajar (Bandung Yayasan Al-Ghilari Morgan im) hal 14

32

n Kemampuan komunikasi rendati

o Melarikan diri dari scsuatu (kebosaiian kcgagalan kekccewaan

kclidakmampuan kesepian dan kegcliran hidup dan lain-lain)

p Putus sekoiah dan

q Kurang menghayati iman atau kcpcrcayaaiinya

Menurut Tim Badan Narkotika Nasional hahwa terdapat

beberapa iaklor yang menyebabkan sescorang alau individu

menyalahgunakan narkolika dan psikotropika anlara lain

1) Keingintahuan yang besar untuk mcncoba tanpa sadar alau berlikir

panjang tentang akibatnya dikemudian hari

2) Keinginan unluk mencoba-coba karena penasaran

3) Keinginan untuk bersenang-senang

4) Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya hidup

5) Keinginan untuk dapat diterima daiam suatu kelompok

6) Lari dari masalah kebosanan atau kegetiran hidup

7) Pengertian yang salah bahwa mcncoba sckali-kali lidak akan

menimbulkan masalah

8) l idak mainpu alau tidak berani menghadapl tekanan dari lingkungan

alau kelompok pergaulan unluk menggunakan narkolika dan

psikotropika dan

9) Tidak Japal atau mampu mengatakan tidak pada narkotika dan

psikotropika

Tim INN Loc di

33

Berdasarkan peinaparaii Icrscbut di atas dengan demikian

bahwa individu didorong oleli beberapa faktor untuk menyalahgunakan

pemakaian narkotika dan psikotropika tersebut sehingga menjadi

individu yang mengalami ketergantungan berikut ini disebutkan

beberapa faktor adalah

1) Ingin tahu dan Ingin mencoba rasa memakai narkotika atau

psikotropika bagi kalangan anak muda)

2) Ingin dianggap lebih hebat dari orang Iain pada orang muda)

3) login membuktikan kesetiakawanan (pada orang muda)

4) Dianggap paling tepat untuk mengatasi perasaan keeewa j en gkel

dan frustasi (pada suami istri yang mengalami konllik rumah

tangga)

5) Dianggap cara yang paling mudah untuk menghalau rasa sakit pada

tubuh (pada penderita penyakit yang kronis)

6) Dianggap cara yang paling ampuh untuk mendapatkan perasaan

tenang damai atau gembira (pada suami istri yang mcnghadapi

konflik rumah tangga)

7) Dianggap cara yang paling mudah untuk melangsingkan lubuh (pada

ibuibii rumali tangga atau wanita yang bertubuh gemuk)

2 Faktor yang Bersumlicr dari Lingkungan

Faktor lingkungan tidak mampu mencegah atau mengurangi

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika bahkan membuka kesempatan

pemakaian narkotika dan psikotropika Yang dimaksud dcngan faktor

34

kesempatan di sini adalah tersedianya siluasi-situasi yang nieiiiungkinkan

untuk memakai narkolika atau psikolropika di waktu-vvaklu luarig di tempat

rekreasi atau hiburan diskotik pesia dan lain-lain Atau mungkin lingkungan

masyarakat yang tidak mampu mengendalikan bahkan membiarkan penjualan

alau pcrcdaran geiap narkotika dan psikotropika misalnya karena lemahnya

penegakan hukum penjualan narkolika dan psikotropika secara bcbas bisnis

narkotika dan psiktilropika yang terorganisir mudahnya memperoleh

narkotika dan psikotropika dan lain-lain

raklor yang bersumber dari lingkungan yang mcnyebabkan individu

dapat menyalahgunakan pemakaian narkotika dan psikotropika merupakan

laktor kontribusi masukaii dari Iuar individu) dimana sesttorang dengan

kondisi keluarga tidak baik akan merasa tertekan dan rasa lertekan inilah

sebagai faktor penyerta bagi dirinya untuk terlibat dalam penyalahgunaan

narkotika dan psikotropika tersebut Disfungsi keluarga yang dimaksud antara

lain adalah keluarga yang tidak utuh kedua orang tua yang tcrlalu sibuk dan

lingkungan interpersonal dengan orang tua yang tidak baik Di samping itu

faktor pencetus seperti pengaruh teman sebaya tersediu dan mudah

didapatkan mempunyai andil sebagai faktor pencetus sescorang atau individu

terlibat ke dalam penyalahgunaan yang mengakibatkan ketergantungan

terhadap narkotika dan psikotropika Dari sudut pandang psikososial

penyalahgunaan narkotika dun psikolropiku dapat terjadi sebagai akibat

negatif dari intcraksi tiga kiitub sosial yang tidak kondtisif yaitu kutub

Lulhli ilurnju Op cil

35

keluarga kutub sekolahkupus dan kulub masyarakat

Faktor lingkungan meliputi faktor kciuarga dan lingkungan pergaulan

balk dlsekltar rumah sekoiah teman sebaya maupun masyarakat Banyak

pengguna Narkotika dan Psikolropika yang berasal dari keluarga yang lidak

harmonis Keluarga seharusnya mcnjadi wadah untuk menikmati kebahagiaan

dan curalian kasih sayang wahana silih asih silih asah dan silih asuh

Namun pada kenyataannya keluarga sering sekali justru menjadi pemicu

sang anak mcnjadi pemakai hal tersebut disebabkan karena kciuarga tersebut

kacau balau Hubungan antara anggota keluarga dingin bahkan tegang atau

bermusuhan

Komunikasi antara ayah ibu dan ariak-anak sering sekali

menciptakan suasana konflik yang tidak berkesudahan dimana bahwa

penyebab konllik tersebut sangal beragam Solusi semua konflik adalah

komunikasi yang baik periuh pcngerlian saling menghargai dan menyayangi

serta ingin selalu membahagiakaii

Konflik di dalam keluarga dapat mendorong anggota keluarga merasa

frustasi sehingga lerjebak memilih narkotika dan psikolropika sebagai

solusinya Biasanya yang paling rentan terhadap stres adalah anak kemudian

suami dan istri sebagai benleng terakhir Beberapa faktor yang bersumber

dari lingkungan keluarga yang dapat mempengaruhi seseorang atau individu

tertentu icrjun kc dalam lingkungan penyalahgunaan narkotika dan

36

psikotropika tcrsebut antara lain adatuh

a Koniimikasi niang tua-aiiak kiii-ang baikcfektif

b Hubungan dalam keluarga kunmgharmonisdisfimgsi dalam keluarga

c Orang tua bercerai bcrscitngkub atau kawin lagi

d Orang lua tcrlalu sibuk aUiu tidak acuh

e Orang tua oloriter alau scrba melarang

f Orang tua yang serha nieinbolehkan (pcrmisil)

g Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teiadan

h Orang tua kurang peduli dun tidak tahu dengan masalah narkolika

i Tata terlib alau disiplin keluarga yang selalu bcrubah (kiiiaiig konsisten)

j Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam kciuarga

dan

k Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahguna narkotika

dan psikotropika

Sitimsi buruk dalam keluarga yang soring menyudiitkan anak ke arah

narkotika dan psikotropika adalah

1) Anak merasa kurang mendapatkan kasih sayang dalam keluarga merasa

kesal keeewa dan kesepian

2) Anak merasa kurang dihargai kurang mendapatkan kepcrcayaan dun

selalu dianggap salah

3) Anak mengalami konflik dengan orang tua dalam masalah pacaran

memilih pasangan hidup atau meneniukan pilihan profesi cila-elta dan

Mardani Loc cil lial 99 AW hal 100

37

sebagainya

4) Anak kesal dan keeewa karena ayah dan ibuiiya kurang lianiionis dan

sering bertcngkar (broken home)

5) Suami thtsirasi karena tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapinya

dengan islrinya

6) Istri fnistrasi akibat konllik dengan suami tentang masalali ekonomi atau

adanya wanita lain di samping suami

Banyak pengguna narkotika dan psikolropika yang pada awalnya

dimulai karena pengaruh dari orang lain Bentuk pengaruh dari orang lain itu

dapat bervariasi mulai dari bujuk rayu lipii daya sampai kepada paksaan

a) Tipu Daya

Banyak anak yang ditipu oleh kenalon teman sahabat atau pacar

Seperti mengajak meraka untuk memakai narkotika dan psikolropika

dengan bemacam-macain tipuan Dengan alasan yang digunakan bahwa

narkotika dan psikotropika adalah vitamin obat pil pintar pil sehat atau

food supplement Tipuan itu dapat juga berupa bujukan bahwa narkotika

dan psikotropika tidak tcrlalu berbahaya kalau tahu raliasianya Banyak

orang di dalam masyarakat yang dikira orang baik-baik namun lemyata

pengedar narkotika dan psikotropika Walaupun orang itu adalah kawan

sahabat saudara atau pacar sebagai pengedar penipu tersebul akan tcga

menipu maupun menjebak kita Pengedar narkotika dan psikotropika

sangat pandui mcmasarkan narkotika dan psikotropika tersebut Dengan

menawarkan narkotika dan psikotropika sebagai mmn food supplement

38

pil scliat pil pintar dan sebagainya Dengan lipuan ini korban dari

kalangan kciuarga hannonis akan terjcrumus ke dalamnya Saat ini banyak

pemakai narkolika dan psikotropika dari keluarga harmonis bukan hanya

bull dari keluarga berantakan Banyak pekerja mahasiswa atau pelajar yang

tampii ioyo tertipu ketika kepadanya ditawarkan pil sehat vitamin atau pil

pintar Banyak pemuka agama juru dakwah atau pengkhotbah yang

tertipu karena pil sehal yang dlbelinya adalah narkotika dan

psikotropika Reaksi pemakaian narkotika dan psikotropika mula-mula

terasa menyehatkan dan membuat si korban tipuan terscbut sukses dalam

berdakwah atau berkhotbah Ibu rumah tangga juga dapat tertipu karena

ditawari pil pelangsing oleh saudara atau teman dalam arlsan dan lain-

lain Mulanya karena tipu daya akhimya setelah lerjebak menjadi

biasa

b) Bujuk rayu

Waftiia camlk pengedaf ftaTkotlka dan psikotFoplka biasanya menjebak

mangsa melaiui bujuk rayu Untuk memasarkun narkotika dan

psikotropika pengedar tersebut memilih profesi sebagai wanita penghibur

atau Wanita Tuna Susiala (WTS) Banyak eksekutif muda pekerja atau

bos-bos yang mulai memakai narkotika dan psikotropika karena rayuan

pekerja seks komersial hostess dan sebagainya Dalam mcmasarkan

narkotika dan psikotropika wanita tersebut merayu akan mau melayani

kencati kalau bersama-sama mengkonsumsi narkotika dan psikotropika

Subagyo Purlodlhario Loc cil hal 78

39

lebih dulu Muta-mula kurban memakai narkotika dan psikotropika karena

tergoda namun akhimya menjadi terbiasa

c) Paksaan

Banyak anak muda yang mengawali pemakaian narkotika dan psikotropika

karena dipaksa oleh sekawanun alau seseorang yang mengancam akan

mencelakainya Banyak pclajar atau nialiasiswa mengawali kebiasaan

memakai narkotika dan psikotropika dari keadaan terpaksa diancam oleh

sekawanan preman yang menghadang di tengah jalan Dari kelompok ini

pula terjaring pemakai yang berasal dari keluarga hannonis

Lingkungan sekoiah bagi pelajar tingkat SD SMP dan SMA

merupakan tempat yang stratcgls bagi para pelajar untuk menunjukkan jati

dirinya sehingga mereka terjun kepada penyalahgunaan narkotika dan

psikotropika ini faktor sekoiah yang merupakan bagian tcrpcnting yang

mempengaruhi adalah

a Sekoiah yang kurang disiplin

b Sekoiah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjiial narkotika atau

penjual psikolropika

c Sekoiah yang kurang member] kesempatan pada siswa untuk

mengembangkan diri secara kreatif dan positif

d Adanya murid pengguna narkotika atau psikotropika

Kartini Kurtono op cil hivl 124

40

B Pengaturan Sanksi Pidana Terhadaj) Pcnyalahgunaaan Narkotika dan

Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau

dari Perlindungan Terhadap Korban

Dalam hukum pidana di Indonesia terdapat adanya

ketldakseimbangan antara perlindungan korban kejahatan dcngan pelaku

kejahatan pada dasarnya mempakan salah satu pengingkaran dari asas setiap

warga negara bersamaan kcdudukannya dalam hukum dan pcmerinlahan

sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 sebagai

landasan konstitusional Perlindungan korban memiliki hubungan cral dcngan

teori pemidanaan yang dikemukakan Wirjono Prodjudikoro tujuan

pemidanaan adalah untuk niemenuhi rasa keadilan^

Ada Juga yang mengemukakan bahwa tujuan pemidanaan dapat

dilihat melalul 2 (dua) leorl mengenai alasan-alaitan yang membenarkan

(justification) penjatuhan hukuman (sanksi) yaitu Teori Absolut

(Vergeldingslheorie) dan Teori Relatif atau Doeitheorie Menurut Teori

Absolut (Vergeldingslheorie) tujuan pemidanaan sebagai pembalasan

terhadap para pelaku karena telah melakukan kejahatan yang mengakibatkan

kesengsaraan lerhadap orang lain alau anggota masyarakat sedangkan

Roeslan Saleh mengatakan sebagai reaksi-reaksi atasdelik yang berwujud

suatu nestapa yang scngaja dilimpakan ncgara kcpada pembuat delik

Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana Cctakan Iuriania (Jakarta Sinar Gnitlka2(W5)hii4

lcduu Mdipaung Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cctakun IcrliirMii (Jukiirtu Sinur Gratika 2005) hal 4

kiwsUin Saleh Shdsel Pidana Indonesia (Jukarlu liinn Aksara 19K7) hal 5

41

Menurut Teori Relatif Doeltheurie) tujuan pemidanaan adalah

a Menjerakan agar si pelaku atau terpidana menjadi jera dan tidak

mengulangi lagi perbuatannya specials presenile) sena masyarakat umum

agar mengertahui jika melakukan perbuatan yang sama akan mengalami

hukuman yang serupa atau disebut pula generalpreventte

h Memperbaiki pribadi si terpidana berdasarkan perlakuan dan pcndidikan

selama menjalani hukuman terpidana merasa menyesal dan tidak akan

mengulangi perbuatannya dan kcmbali kepada masyarakat sebgai orang

baik dan berguna dan

c Mcmblnasakan (menjatulikan hukuman mat) atau mcmbuat terpidana tidak

berdaya dengan menjatuhkan hukuman seiimur hidup

Pandangan di atas sangatlah wajar apabila beranjak dari pandangan

bahwa hukum pidana adalah hukum sanksi (hifzonderesancUerechl) sebab

dengan bertumpu pada sanksi itulah hukum pidana difungsikan untuk

menjamin keamanan ketertiban dan keadilan Dalam perkembangannya

ternyata tidak semua sarjana menyclujui maksud diadakannya pidana scperti

itu (sebagai suatu nestapa) karena muncul pendapat bahwa di samping pidana

ditujukan untuk memberikan penderitaan kcpada pelanggar atau mcmbuat

jera pemidanaan juga bertujuan agar pelaku dapat kembali hidup

bermasyarakat sebagaimana mestinya

Alasan yang paling inenonjol lerhadap upaya perubahan tersebut

adalah dengan meniperhatikan sisi kemanusiaan yang mcmandang bahwa

Ucdcn Mirpaung Opcil hal 4

42

sekalipiin tcrsangka telah melakukan kcsalahaii ia telap berkcdmiiikan sebagai

manusia utuh yang harus tetap diperlakukan sama dengan manusia lainnya

dan dilindungi hak asasi manusionya Karena itu pidana penjara saat ini

sedang mengalami masakrisis karena termasuk jenis pidana yang kurang

disukai Banyak kritik tajam ditujukan terhadap jenis pidana perampasan

kemerdekaan ini baik dllihat dari sudut efektifitasnya maupun dilihat dari

akibat-akibat lainnya menyertai atau berhubungan dcngan dirampasnya

kemerdekaan seseorang

Banyaknyu kritik yang diarahkan pada bentuk pemidanaan berupa

perampasan kemerdekaan (yang ditujukan untuk membuat jera pelaku)

sehingga berkembanglah bentuk pemidanaan lain yang dianggap lebih

manusiawi yaitu penjatuhan pidana berupa denda atau pemberian ganti

kerugian kepada korban Pemberian ganti kerugian pada awalnya merupakan

konsep kcperdalaan seperti halnya dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata yang mewajibkan setiap orang yang menyebabkan orang lain

menderita kerugian untuk membayar ganli rugi Dalam perkembangannya

konsep ini diterupkan pula dalam hukum pidana mengingat akibat yang

ditimbulkan pada korban tindak pidana akan selalu disertai dengan kerugian

baik mental fisik maupun material sehingga sangat wajar apabila korban pun

menuntui ganti kerugian pada pelaku guna memulihkan derita yang

dialaminya

Dengan memperhatikan pada beberapa teori klasik tentang tujuan

Uurtla Nawuwi Ariel Sislem Pemidanaan Menunii Konsep KIHP llaiu dan Latar Helakang Pemlklrannya Hahan Ienalaran Hukum Pidana V Undanu Kupang uinjyful 11 Juli-12 Agustus 1989

43

pemidanaan dapat disiinpulkan bahwa penjatuhan pidana lebih banyak

ditujukan untuk kepeiitingan pelaku dengan kata lain tujuan pemidanaan

hanya dimaksudkan imtuk mengubah perilaku dari pelaku kejahatan agar

tidak mengulangi lag perbuatannya sedangkan kcpentingan korban sama

sekali diabalkan

Perlindungan terhadap korban narkotika jika dihubungkan dengan

beberapa teori pemidanaan yang telah dipaparkan di atas maka peneliti

mengkaji bahwa dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang baru ini terdapat kescimbangan antara perlindungan terhadap

pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana bahwa berdasarkan sanksi

baik pidana maupun denda yang terdapat dalam undang-undang ini sangatlah

berat-berat dan tegas ]ni berarti bahwa undang-undang ini lebih

mementingkan korban dari pada pelaku kejahatan narkotika Mengingat

bahwa dengan adanya pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan

korban semakin banyak yang berjatuhan schingga daripada korbnnnya anak

bangsa yang memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara

Indonesia maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-

beratnya lerhadap si pelaku tindak pidana narkotika bahkan pidana mati atau

seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-

undang yang bam ini juga diatur mengenai rehabilitasi terhadap korban baik

korban yang diakibatkan oleh orang Iain maupun karena self victimizing

victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku itu sendiri

44

C Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Seif-

Victimizing Victims

1 Self-victimizing victims uarkotika dau psikotropika

Suatu viktimisasi adalah sebagai suatu permasalahan manusia yang

merupakan kenyataan sosial hal ini disebabkan karena setiap warga negara

berhak mendapatkan rasa aman dan bcbas dari segala bentuk kekerasan

sesuai dengan falsafah Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 Contohnya adalah seseorang akibat perbuatannya memakai

narkotika dapat menimbulkan bahwa si pemakai tersebut menjadi tidak

berdaya upaya dengan kata lain bahwa si pelaku telah menjadi korban

akibat perbuatannya sendiri yang menimbulkan perbuatan kriminal

Penyalahgunaan narkolika atau psikolropika merupakan perbuatan

kriminal karena telah melanggar ketentuan di dalam undang-undang yang

ada yakni Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tetang Psikotropika dan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Terlibatnya si

pelaku kejahatan atau tindak pidana yang menimbulkan kerugian terhadap

dirinya sendiri daiam hal inilah yang disebut dengan istilah self victimizing

victims yang merupakan bagian dari viktimisasi Sehubungan dengan itu

maka Wolfgang menyatakan beberapa Jenis viktimisasi ialah

1 Unrelated victims yaitu korban yang tidak ada hubungannya sama

sekali dengan terjadinya korban misalnya pada kasus kecelakaan

pesawat Dalam hal In tanggungjawab sepenuhnya terletak pada

Utplietin3|il(igspqtcom2()OSIOl|ukum-viktinivl9gihlml diakscs terakhir langgul l2Januari 2015

45

pelaku

2 Provocative victims yaitu seseorang yang secara aktif mendorong

dirinya menjadi korban misalnya kasus selingkuli dimana korban juga

sebagai pelaku

3 Participating victims yailu seseorang yang tidak berbuul tetapi dengan

sikapnya justru mendorong dirinya menjadi korban

4 Biologically weak victims yaitu mereka yang secara tisik memiliki

keleinalian atau potensi untuk mcnjadi korban misalnya orang tua

renla anak-anak dan orang yang tidak mampu bcrbual apa-apa

5 Socially weak victims Yaitu mereka yang memiliki kedudukan social

yang lemah yang menyebabkan mereka mcnjadi korban misalnya

korban perdagangan perempuan dan sebagainya

6 Self victimizing victims yaitu mereka yang menjadi korban karena

kejahatan yang dilakukannya sendiri pengguna obat bius judi aborsi

dan prostitusi

Dalam hal ini kedudukan viktimologi sebagai sebuah ilmu yang

mempelajari tentang korban memiliki peranan yang sangat penting ruang

lingkup viktimologi ini meliputi

1 Semua macam sciiap macam perbuatan kriminal yang mengakibatkan

orang-orang mcnjadi korban

2 Setiap orang atau pihak yang dapat menjadi korban baik orang

perorangan maupun suatu korporasi atau organLsasi

3 Setiap orang atau pihak yang dapal menimbulkan korban artinya

46

dimana disatu sisi orang terscbut dapat merugikan orang iain sehingga

orang tidak merasa aman akibat tindakanya

4 Cara-cara viktimisasi atau penimbulan korban

5 Bentuk-bentuk viktimisasi yang terdiri dari primary viclimizalion

adalah korban individualperorangan bukan kelompok secondary

victimizalion korbannya adalali kelompok misalnya badan hukum

tertiary Victimizalion yang menjadi korban adalah masyarakat luas

nun viciimozaiion korbannya tidak dapat segera diketahui misalnya

konsumen yang tertipu dalam menggunakan hasil produksi

6 Akibat viktimisasi

7 Pengaruh viktimisasi

8 Reaksi atau respons terhadap viktimisasi

9 Penyelesaian viktimisasi dan

10 Pengaturan yang berkaitan dengan viktimisasi (yang menjadi

perhatian viktimologi)

Studi viktimologi akan memberikan pemahaman kepada setiap

individu mengenai hak dan kewajibannya dalam rangka mengantisipasi

berbagai bahaya yang mengancamnya Viktimologi memberikan

sumbangan pemikiran mengenai masalah viktimisasi tidak langsung

dampak sosial polusi industri viktimisasi ekonomi politik dan

penyalahgunaan kewenangan Viktimologi ini juga memberikan dasar

pemikiran dalam penyelesaian viktimisasi kriminal atau factor viclimogen

dalam sistem peradilan pidana

47

Dari perspektif ikalan Korban Napza (IKON) l ial i yang dimaksud

sebagai korban adalah orangperorangan yang menderita secara langsung

dari penyalahgunaan napza dan tennasuk pula keluarga alau tanggungan

langsung dari korban Namun karena hukum dl Indonesia memandang

pengguna napza adaiah kriminal maka terjadilah dampak-dampak negalif

yang dialami oleh pengguna napza yang merupakan korban scperti

diskriminasi kriminallsasi kesehatan dan stigmatisasi Maka sebagai

korban IKON Bali mendorong agar dihentikannyadiskriminasi lerhadap

korban napza mendorong vonis rehabilitasi untuk korban napza

mendorong agar dihentikannya penyiksaan terhadap korban napza dan

yang terakhir adalah mendorong terpenuhinya hak atas kesehatan bagi

korban dan orang terinfeksi HIV Dengan melihat kondisi permasalahan

penanggulangan napza yang semakin tidak menentu dan meningkatnya

jumlah korban napza secara terus-menerus Maka Ikon Bali meminta

1) Penerapan SEMA Nomor 7 Tahun 2009 sebagai pemenuhan hak atas

kesehatan terhadap korban Mpza

2) Meminta kepada Pengadilan Negeri Denpasar untuk menjadi insiator

dalam penyusunan langkah teknis penerapan SEMA Nomor 7 Tahun

2009

3) Meminta kepada selunih instansi tcrkait untuk mulai meiigambil

langkah nyata dalam penanggulangan napza

43 Ibid

48

4) Meminta agar korban napza diperlakukan secara manusiawi tanpa

penyiksaan sligma dan diskriminasi

5) Ikon Bali mendukung secara penuh program-program pemerintab

dalam penanggulangan napza

2 Rehabilitasi terhadap self-victimizing victims

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

merupakan undang-undang yang baru menggantikan Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika Adapun pasal-pasal di dalam

undang-undang in yang mengatur mengenai perlindungan korban adalah

berbagai pasal-pasal yangmencantumkan rehabilitas kepada korban

maupun pelaku tindak pidana narkolika Pasal 1 ayat (16) meneniukan

defenisi mengenai rehabilitasi dipandang dari sisi medis yakni

Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara

terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan Narkotika

Sementara Itu dalam Pasal 1 ayat (17) ditentukan defenisi rehabilitasi

dipandang dari sisi sosial yakni Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses

kegiatan pemulihan secara terpadu baik fisik mental maupun sosial agar

bekas pecandu Narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosia dalam

kehidupan masyarakat

Diimdangkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang merupakan undang-undang baru ini tentu mempunyai

maksud dan tujuannya Adapun tujuan yang terdapat dalam Pasal 4 yang

berbunyi

49

Undang-Undang tentang Narkotika bertujuan

a Menjamin kelersediaiin Narkotika untuk kcpentingan peiayanan

kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

b Mencegah mclindungi dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari

penyalahgunaan Narkotika

c Memberanlas pcredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika dan

d Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi Penyalah

Guna dan pecandu Narkotika

Bentuk perlindungan terhadap korban dan pelaku kejahatan tindak

pidana narkotika di dalajn Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

disebutkan ada 2 (dua) macam yakni pengobatan dan rehabilitasi lerhadap

korban maupun pelaku Pada Pasal 53 ayat (3) tersebul di atas bahwa yang

dimaksud dengan buktl yangsah antara lain surat kctcrangan dokter

salinan resep atau labeletiket Selcngkapnya mengenai pengobatan

ditentukan dalam Pasal 53 yang berbunyi sebagai berikut

(1) Untuk kcpentingan pengobatan dan berdasarkan indikasi medis

dokter dapal memberikan Narkotika Golongan II atau Golongan III

dalam jumlah terbatas dan sediaan tertentu kepada pasien sesuai

dengan ketcnluan peraturan perundang-undangan

(2) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat ( I ) dapal memiliki

menyimpan danatau incmbawa Narkolika untuk dirinya sendiri

(3) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mempunyai bukti

yang sali bahwa Narkotika yang dimiiiki disimpan danatau dibawa

50

untuk digunakan diperoleh secara sail sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan

Mengenai rehabilitasi terhadap korban dan pelaku tindak pidana

kejahatan penyalahgunaan narkotika merupakan suatu kewajiban bagi

pemerintah dan instansi masyarakat Sebagaimana ketentuan dalam Pasal

54 bahwa Pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika

wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial Dalam Pasal 56

disebutkan juga bahwa

(1) Rehabilitasi mcdis Pecandu Narkotika dilakukan di rumah sakit yang

ditunjuk oleh Menteri

(2) Lembaga rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan oleh instansi

pemerintah atau masyarakat dapat melakukan rehabililasi medis

Pecandu Narkotika setelah mendapat persetujuan Menteri

Kemudian dipertegas kembali dalam Pasal 57 bahwa selain melaiui

pengobatan danatau rehabilitasi medis penyembuhan Pecandu Narkotika

dapat diselenggarakan oleh instansi pemerintah alau masyarakat melaiui

pendekatan keagamaan dan tradisional Salah satu tugas dan wewenang

Badan Narkotika Nasional adalah meningkatkan kemampuan lembaga

rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu Narkotika baik yang

diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat

Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 ini terdapat

pengecualian dalam hal luniutan pidana terhadap anak yang masih berada

di bawah umur Misalnya terdapat di dalam salah satu pasalnya yakni pada

51

Pasal 128 ayal ( I ) yang bcrbunyi Orang tua atau wali dari pecandu yang

belum cukup umur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) yang

sengaja tidak mciapor dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6

(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp 100000000 satu juta

rupiah) Tetapi di datam ketentuan tain yakni pada Pasal 128 ayat (2) dan

ayal (3) ditentukan bahwa anak yang masih di bawah umur tidak dapat

dituntut pidami selcngkapnya pasal tersebul berbunyi Pecandu Narkotika

yang belum cukup umur dan telah dilaporkan oleh orang tua atau walinya

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat ( I ) tidak dituntut pidana

(Pasal 128 ayat (2)) dan Pecandu Narkotika yang telah cukup umur

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) yang sedang menjalani

rehabilitasi mcdis 2 (dua) kali masa perawatan dokter di rumah sakit

danatau lembaga rehabilitasi medis yang ditunjuk oleh pemerintah tidak

dituntut pidana

Pada awalnya narkotika digunakan unluk kcpentingan umat

manusia khususnya untuk pengobatan dan peiayanan kesehatan Namun

dcngan semakin bcrkembangnya ilmu pcngclaliuan dan teknologi

peruntukan narkotika mengalami perluasan hingga kepada hal-hal yang

negatif

Di dunia kedokteran narkotika banyak digunakan khususnya

dalam proses pembiusan sebelum pasien diopcrasi mengingat di dalam

narkotika terkandung zat yang dapat mempengaruhi perasaan pikiran serta

kesadaran pusieti Oleh karena itu agar penggunaan narkotika dapal

52

memberikan manfaat bagi kehidupanurnat manusia maka pcredarannya

harus diawasi secara ketat sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 60 sampai

dengan Pasal 63 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang menyebutkan

Pasai 60 ditentukan bahwa

(1) Pemerintah melakukan pembinaan terhadap segala kegiatan yang

berhubungan dengan Narkolika

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meiipuli upaya

a Memenuhi ketcrsediaan Narkotika unluk kcpentingan peiayanan

kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi

b Mencegah penyalahgunaan Narkotika

c Mencegah generasi muda dan anak usia sekoiah

dalampenyalahgunaan Narkotika termasuk dengan memasukkan

pendidikanyang berkaitan dengan Narkotika dalam kurikulum

sekoiah dasarsampai lanjutan atas

d Mendorong dan menunjang kegiatan penelitian danatau

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di brdang

narkolika unluk kcpentingan peiayanan kesehatan dan

e Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis bagi

Pecandu Narkotika baik yang diselenggarakan oleh pemerintah

maupun masyarakat

53

Pasal 61 ditentukan baiiwa

(1) Pemerintah melakukan pcngawasan terhadap segala kegiatan yang

berkaitan dengan Narkotika

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi

1 Narkolika dan Prekursor Narkolika untuk kcpentingan peiayanan

kesehatan danatau pengembangan Hmu pengetahuan dan

teknologi

2 Alat-alat potensial yang dapat disaiahgunakan untuk melakukan

tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkolika

3 Evaluasi keamanan khasiat dan mutu produk sebelum diedarkan

4 Produksi

5 impor dan ekspor

6 Pcrcdaran

7 Pelabeian

8 Tnformasi dan

9 Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Pasal 62 berbunyi Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan

sebagaimana dimaksud dalam Pasai 60 dan pengawasan sebagaimana

dimaksiiddalam Pasal 61 diatur dengan Peraturan Pemerintah Dan dalam

Pasal 63 disebutkan bahwa Pemerintah mengupayakan kerja sama

dengan ncgara lain danatau badan intcmasional secara bilateral dan

multiialeral baik regional maupun internasional dalam rangka pembinaan

dan pengawasan Narkotika dan Prekursor Narkotika sesuai dengan

54

kcpentingan nasional

Berdasarkan biinyi beberapa pasa di atas mengenai pengawasan

terhadap pentingnya peredaran narkotika wajib diawasi secara ketat

dikarenakan saat ini pemanfaatannya banyak untuk hal-hal yang negatif

D i samping itu melaiui perkembangan teknologi informasi dan

komunikasi penyebaran narkotika sudah menjangkau hampir ke semua

wilayah di Indonesia hingga ke pelosok-pelosok Daerah yang sebelumnya

tidak pcrriah tersentuh oleh peredaran narkotika lambat laun berubah

menjadi sentra peredaran narkotika Begitu pula anak-anak yang pada

mulanya awam terhadap barang haram ini telah berubah menjadi sosok

pecandu yang siikar untuk dilepaskan ketergantungannya

Sebelum Iahimya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

mengenai narkotika diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997

tentang Narkotika namun undang-undang ini tidak dapat dipertahankan

lagi keberadaannya karena adanya perkembangan kualitas kejahatan

narkotika yang sudali menjadi ancaman serius bagi kehidupan umat

manusia Pengguna narkotika sangat beragam dan menjangkau semua

lapisan masyarakat mulai dari anak-anak hingga orang dewasa orang

awam hingga artis bahkan hingga pejabat publik

Efek negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan narkotika secara

berlebihan dalam jangka waktu lama serta tidak diawasi oleh ahlinya

dapat

menimbulkan berbagai dampak negatif pada penggunanya baik secara

55

fisik maupun psikis Bahkan tidak janing penggunaan narkotika dapat

memicu terjadinya berbagai tindak pidana Karena itu untuk mencegah

semakin mcluasnya dampak negalif yang ditimbulkan dari penggunaan

narkotika maka pengawasan tidak hanya terbatas pada peredaran

narkotika tetapi juga pada mereka yang menjadi korban misalnya

sescorang yang menderita ketergantungan narkotika (pecandu) Apabila

seorang pecandu narkotika telah divonis bcrsalah oleh hakim atas tindak

pidana narkotika yang dilakukannya maka untuk memberikan kesempatan

pada yang bersangkutan agar tcrbebas dari kecanduaniiya maka hakim

dapat mcmutuskan untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani

pengobatan danatau perawatan

Pengobatan dan perawatan terhadap pecandu narkotika dilakukan

melaiui fasilitas rchabilitasi Rcliabilitasi medis dan sosial yang diberikan

kepada pecandu dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan

kemampuan fisik mental dan sosialnya Selain pengobatan dan perawatan

melaiui rehabililasi medis proses penyembuhan pecandu narkotika dapat

diiaksanakan oleh masyarakat melalul pendekatan keagamaan dan

tradisional

Sebagai conloh di Pakem Sleman Yogyakarta telah didirikan

sualu kliiiik alau Pusat Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkotika

Psikolropika dan Zal-zat Aditiflainnya (NAPZA) Terpadu yang didirikan

atas kerjasania Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dan

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang diresmikan pada tanggal 7

56

Desember 2005 Tujuan umum pendiriaii pusat rehabilitasi terpadu ini

adalah untuk memberikan jaminan penanganan paripurnakepada korban

penyalahgunaan Napza melaiui aspek hukum aspek medis aspek sosial

aspek spiritual serta pengembangan pcndidikan dan pelatihan dalam

bidang NAPZA secara terpadu sedangkan tujuan khususnya adalah

1 Terhindarnya korban dan instilusi dan penelrasi pengedar

2 Terhindarnya kerusakan mental dun masa depan para penyalah guna

Napza yang akan mcmbtinuh potensi pengembangan mereka

3 Terhindarnya korban-korban baru akibat penularan penyakil-penyakit

seperti Hepatitis HIVAIDS dan penyakit menular lainnya

4 Terwujudnya proses pengembangan penanganan korban NAPZA dan

aspek ilmiah serta keiimuan yang dinamis sesuai perkembangan zaman

sebagai pusat jaringan informasi terpadu dan mewujudkan teknis

penanganan penyalahgunaan narkotika dan obat-obalan terlarang bagi

daerah sekitamya maupun nasional

Pemberian perlindungan kepada korban narkotika lentil tidak dapat

dibebankan sepenuhnya kcpada pemeriiilah peran serta masyarakat pun

diharapkan ada salah salunya diterimanya kembali mantan pani pengguna

dalam lingkungannya tanpa melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya

diskriminatif bahkan dengan mcmposisikan mereka sebagai warga keias

dua yang harus dljauhi

Bentuk periindunganyang diberikan terhadap pelaku maupun

Dikdik M ArilMansur dan tUisUiris Guitom loa cil hal 90

57

korban penyalahgunaan narkolika dan psikotropika daiambentuk

rehabilitasi

Rehabilitasi adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang

dilujukan kepada pemakai narkolika dan psikotropika yang sudah

menjalani program kuratif Tujuannya agar pelaku tidak memakai lagi

dan bebas dari penyakit ikutan yang disebabkan oleh bekas pemakaian

narkotika dan psikotropika

3 Tahapan-tahapan rchabilitasi terhadap self-victimizing victims

Tahapan-tahapan rehabilitasi terhadap self-victimizing victims atas

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika yang ada di Indonesia tidak

sama Ada yang menekankan rehabilitasi hanya pada aspek medis ada

pula yang lebih menekankan pada aspek rohani Atau memadukan kedua

pendekatan tersebut dengan komposisi yang seimbang Yang ideal

rehabilitasi seorang korban narkotika dan psikotropika harus dilakukan

secara holisitik baik secara fisik psikis maupun kerohaiiiannya

1 Tahapan pengobatan (rehabilitasi)

Secara umum ada beberapa tahapan yang harus dilewati

Masing-masing tahapan tersebut memakan waktu bervariasi ada yang

seminggii sebulan dan bahkan berbu lan-bulan tcrgantung tingkat

ketergantungan tekad korban dan juga dukungan berbagai pihak

terutama keluarga dalam seluruh proses tersebut Setiap tahapan

Subagjo PiirloUiharjo Loc cU hal 105 ^ E M Giri Prastowo loc cil hal 28 -29

58

tersebut disusun dan dibuat untuk inenganlar pasien secara bertaiiap

melepaskan dari ketergantungan narkotika dan psikotropika Beberapa

tahapan rehabilitasi ini yang disajikan berikut sudah Icruji dapat

menyembuhkan atau memulihkan korban narkotika dan psikotropika

secara maksimal

a Tahapan transisi

Penekanaii dalam tahap ini lebih kepada informasi awal

tentang korbanseperti

1) Latar belakang korban

2) Lama ketergantungan

3) Jenis obat yang dipakai

4) Akibat-akibat ketergantungan dan

5) Berbagai inlbrniasi lainnya

Hal ini penling sehingga pada saatnya akan menjadi acuan

bagi pihak yang terlibat secara intensif dalam proses rehabilitasi

Ahl i yang berkompeten (dokter) akan menganaiisa tingkat

ketergantungan korban untuk kemudian meneniukan tingkat

pengobatan dan tingkat pembinaan bagi si korban schingga terapi

dan metode pengobatan bisa dilakukan secara terukur

Tahapan ini Juga dapat dijadikan rujukan untuk meneari

model rehabilitasi yang paling tepat bagi yang bersangkutan Pada

tahap ini tim rehabilitasi akan membantu korban agar menyadari

dirinya sedang menghadapl masalah ketergantungan narkotika dan

59

psikotropika Korban diajak untuk bersama-sama mengatasinya Hal

ini penting karena proses rchabilitasi tidak akan berhasil tanpa

adanya kesadaran korban tentang adanya bahaya yang dihadapinya

Dari situ akan dibangun tekad dan komitmennya untuk

meninggalkan narkotika dan psikotropika

Selain itu pada tahapan ini akan diteliti akibat fisik dari

penggunaan narkotika dan psikotropika Sejauh mana tingkat

kerusakan syaraf dan organ-organ tubuhnya yang rusak Unluk itu

diadakan pemeriksaaii laboratoriumiengkap dan tes penunjang untuk

mcndeteksi penyakit yang diderita korban A[)abia dalam

pemeriksaan ditemukan satu atau beberapa penyakit maka terlebih

dahulu diadakan pengobalan medis sebelum penderita mendapat

proses rehabilitasi lanjutan Langkah ini penting selain agar tubuh

yang bersangkutan bebas dari penyakit juga untuk mencegah

terjadinya penularan balk kepada korban narkotika dan psikotropika

ini diadakan pembersihan darah pada tubuh pecandu sehingga darah

menjadi bersih dan sistem metabolisme tubuh kembali normal

Proses ini dapat dilakukan melaiui cara-cara berikut

1) Cold Turkey abrupt withdrawal) yaitu proses penghentian

pemakaian narkotika dan psikolropika secara tiba-tiba tanpa

disertai dengan substitusi antidotum

2) Bertaliap atau substitusi bertahap misalnya dengan kodein

^Ibidhal 30

60

methadone CPZ atau clocard selama i -2 minggu

3) Rapid Detoxification dilakukan dengan anestesi umum (6-12

jam) dan

4) Simtomatik tergantung gejala yang dirasakan

2 Rehabilitasi intensif

Setelah melewati masa transisi (pengumpulan informasi tentang

keadaan korban dan latar belakangnya) baru masiik pada fase

berikutnya yakni proses penyembuhan secara psikis Motivasi dan

potensi dirinya dibangun daiam tahap ini Korban diajak untuk

menemukan dirinya dan segala potensinya sambil juga menyadari

berbagai keterbalasannya Bahwa untuk mengatasi masalah hidup yang

bersangkutan tidak perlu harus mengkonsumsi narkotika dan

psikotropika Narkotika dan psikotropika justru menciptakan masalah

baru yang jauh lebih besar dalam hidupnya Narkotika dan psikotropika

bukanlah solusi tetapi menjadisumber masalah Pada tahap ini berbagai

contoh dapat dipcrlihatkan kepada korban

Yang terlibat di dalam tahap ini yang utama adalah korban itu

sendiri sebagai pelaku self-victimizing victims) Korban harus punya

tekad untuk hidup tanpa narkotika dan psikotropika Korban harus bisa

menatap masa depan dengan penuh optimisme Selain yang

bersangkutan peranan keluarga (orang liia dan saudara-saudaranya

suami atau istri) juga sangal pcnling Anggota keluarga ini harus secara

intensifmendampingi dan jnenopang korban

61

Staf di paiiti rehabilitasi para konselor psikolog dan semua

pihak di panti rehabilitasi untuk bersama-sama mcmbangun

kepercayaan diri korban Seluruh proses ini membutuhkan waktu

berbulan-bulan bahkan selama bertahun-tahun tergantung tingkat

ketergantungan dan efeknya bagi korban Berbagai terapi yang

dilakukan selama dalam tahap ini baik yang dilakukan secara pribadi

maupun bersama-sama lewat berbagai aktivitas di panti rehabilitasi

tersebut bertujuan untuk memberdayakan kembali korban yang disekian

lama telah terpuruk oleh narkolika dan psikotropika Sebagai langkah

awal untuk sosialisasi diri dengan masyarakat korban juga secara

bertahap mulai mcmbangun komunikasi dengan orang lain di Iuar

komunitas rehabilitasi

Menurut Romo Lambertus Somar MSG dalam bukunya

Rehabilitasi Pecandu Narkotika dan Psikotropika pada tahap ini ada

tiga titik yang harus dilewati yang lebih dikenal dengan tahapan

stabilisasi pribadi yailu^

1 Secara sadar dan tekun melepaskan diri dari berbagai penyakit dan

akibatakibat lainnya (no to drugs) Tahap ini merupakan tahap

stabilisasi awai atau tahap konsolidasi (comolidation)

2 Menemukan jati diri menguasai kiat-kiat dan keterampilan-

keterampilan untuk menyehatkan serta mengisi hidup secara lebih

bermakna dan bermulu Latihan keterampilan vokasional (kerja) dan

E M Giri Praslowo Loc cil hal 32

62

peiigungkapan diri dari dimulai dibina sebiiigga disebul juga (afiap

pengukuan diri (jyerwtuil appraisal) Inilah lahap slabilisasi

niericiigah (inadya)

3 Dengan inisiatif pribadi orang secara sadar mulai berfikir dan

bertindak untuk mencapai prestasi-prestasi tertentu schingga disebut

juga tahap positive thinking and doing Tahap ini merupakan tahap

stabilisasi akhir

4 Tahap rekonsiliasi Tahapan berikut yang harus dilewati dan sangat

vital adalah tahap rekonsiliasi Tara korban tidak langsung

herinlcraksi secara bebas dcngan masyarakat akan tctiipi lerleblh

dahulu ditampung di sebuah lingkungan khusus selama beberapa

waktu sampai pasien benar-benar siap secara mental dan rohani

kembali kelingkungannya semula Yang paling ulama dalam fase ini

adalah pembinaan mental spiritual keimanan dan ketakwaan serta

kcsepiikatan sosial kemasyarakaian Proses ini bisa meliputi program

pembinaan jasmani dan rohani

Sampai ke tahap ini yang bersangkutan masih tcrikat dengan

rehabilitasi foimal namun sudah mulai membiasakan diri dengan

masyarakat Iuar sehingga merupakan proses resosialisasi (reentry) atau

penyesuaian (reconcilialion) Proses ini melewati tiga titik penting juga

yaitu

1 Tinggal lebih sering dan lebih lama di lingkungan keluarga sebagai

63

teiiipal tinggal tetap atau pun tempat tinggal transit unluk

resosialisasi sambil mclaiijiitkan kegiatan pilihan sebagai penunjang

masa selanjutnya Di sini terjadi perdamaian dan penycsuaian-

penyesuaian kembali dengan lingkungan

2 Rencana masa depan yang jelas dan siap direalisasikaii dengan

dukungan keluarga atau pihak-pihak lain Pada tahap ini korban

dapat memulai aktivitasnya lagi seperti sekolahkuliah mulai bekerja

atau merintis usaha sendiri

3 Kontak awal dengan kelompok-keiompok atau program-program

pemeliharaan lanjut aftercare) Di sini orang meiierima dirinya

seperti apa adanya merasa puas lalu mempercayakan dirinya ke

tangan orang lain

4 Pciiieliharaaii Lanjut Pada tahap ini walaupun secara fisik yang

bersangkutan sudah dinyatakan seliul dan secara psikis pun sudali

pulih namun masih ada kcmungkinan mereka akan tergclincir

kembali icbihlebih saat mereka sedang menghadapl masalah Pada

saat itu bisa Jadi mereka bemostagia dengan menikmati narkolika

dan psikotropika Saat ini juga niwaii Karena itu setiap korban yang

niemasuki tahap inidipersiapkaii sungguh-sungguh agar dapal

melewati dan mengatasi sUuasi rawan ini dengan melewati tiga titik

ini yakni

a Mengubah menghilangkan aUiu menjauhi hal-hal yang bersifat

bid hul 34

64

nostaigia kesenaiigan narkolika dan psikolropika

b Setiap mengikuti program-program dan aeara-acara aftercare

(pemeliharaan lanjut) dan

c Dapat juga mcUbatkan diri dalam gerakan atau kelompok bersih

narkoba dan peduli penanggulangannya

BAB IV

PENUTUP

A Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dipaparkan tersebut di atas peneliti

memberikan beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap

permasalahan di dalam penelitian ini sebagai berikut

Di antara berbagai faktor yang dapat mempengaruhi seseorang atau

individu menyalahgunakan narkotika atau psikotropika terdapat faktor

yang paling duininan yakni laktor yang bersumber dari keadaan keluarga

dan lingkungan bukan karcnn faktor individunya Karena faktor keluarga

yang buruk dan lingkungan yang juga buruk dan saling mendukung dapat

mempengaruhi individu menjadi pelaku lindak pidana penyalahgunaan

narkolika dan psikotropika tersebut dengan kata lain faktor keluarga dan

lingkungan yang buruk ini membuka kesempatan kcpada seseorang untuk

merasakan pergaulan dengan narkotika atau psikotropika sehingga dapal

menimbulkan ketergantungan terhadapnya

2 Perlindungan lerhadap korban narkotika- jika dihubungkan dengan

beberapa teori pemidanaan dalam perspektif Undang-Undatig Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika yang baru terdapai keseimbangan antara

perlindungan terhadap pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana

bahwa berdasarkan sanksi baik pidana maupun denda yang terdapat dalam

undang-undang ini sangatlah bcrat-bcnil dan tegas Ini berarti bahwa

65 bull

66

undang-undang narkotika yang baru tersebut lebih mementingkan korban

dari pada pelaku kejalialan narkotika Mengingat bahwa dcngan adanya

pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan ktgtrban semakin

banyak yang berjatuhan seliingga daripada korbannya anak bangsa yang

memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara Indonesia

maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-beratnya

terhadap si pelaku lindak pidana narkolika bahkan pidana mati atau

seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-

undang yang baru ini juga diatur mengenai rchabilitasi terhadap korban

baik korban yang diakibatkan oleh orang lain niaiipim karena self

victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku ilu

sendiri

Saran

Adapun yang menjadi saran peneliti di dalam penelitian ini yang

menjadi harapan untuk dipcrliatikan bersama adalah sebagai berikut

1 Diharapkan bagi setiap keluarga untuk menjaga keharmonisan melakukan

pengawasan dan mcnanainkan pcndidikan yang benar terutama dalam lial

menyeimbangkan antara emosi inteligensi dan spritual sejak dari din

terhadap anak sebagai benteng terhadap dirinya untuk dapat membentengi

dari pengaruh narkotika dan psikotropika yang semakin mengancam

keadaan lingkungan masyarakat

2 Diharapkan terhadap pemerintah untuk melakukan sosialisasi yang

teriiitegrasi dan menyeluruh terhadap semua lapisan masyarakat baik

67

masyarakat di pedesan (primitlf) maupun masyarakat kota betapa besamya

sanksi pidana dan denda yang digariskan di dalam undang-undang

narkotika dan psikotropika misalnya dcngan mcmpublikasikannya dalam

bentuk billboard di pcrsiinpangan jalan sehingga setiap orang yang lewat

dengan secara otomatis masyarakat akan inengelaliuinya dan

berkemuiigkiiian orang yang membacanya setidaknya tlmbul rasa takut

untuk terjun ke dalam penyalahgunaaan narkotika dan psikotropika

tersebut

D A F T A R PUSTAKA

A Bukii

Arrasjid Chainur Sualu Pemikiran Tentang Psikologi Kriminil Mcdan Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU 1999

Gerson Bawengan Penganlar Psichology Kriminil Jakarta Pradya Pramita 1973

Gosita Arif Masalah Korban Kejahatan Jakarta Akademika Pressindo 1993

Hakim M Ariel Narkoba Bahaya dan Penanggulangannya Bandung Jembar 2007

Hawari Dadang Konsep islam Memerangi AIDS dan NAZA Get X i Yogyakarta Dhana Baktl Priaya 1997

Kaligis OC dan Soedjono Dirdjosisworo Narkoba dan Peradilannya di Indonesia (Retbrmasi Hukum Pidana Melaiui Perundangan dan Peradilan) Bandung PT Alumni 2002

Kartono Kartini Psichology Abnormal Bandung Alumni 1972

Mansur Dikdik M Arif dan Elistaris Guitom Urgensi Perlindungan Korban Kejahalan Antara Norma dan Reaiita Bandung Agustus Fakultas Hukum Universitas Padjajaran 2006

Mardani Penyalahgunaan Narkoba Daiam Perspeklif Hukum islam dan hukum Pidana Nasional Jakarta IH RajuGrufindoPersado 2007

Marpaung Leden Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005

Moelyono Anton M Kumus Besar Bahasa Indonesia Get 11 Jakarta Balai Pustaka 1988

Muladi HAM Dalam Persepkiif Sistem Peradilan Pidana dalam Muladi (ed) Hak Asasi Manusia Hakekal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat Bandung Refika Aditama 2005

dan Barda Nawawi Arlef Bunga Rampai Hukum Pidana Bandung Alumni 1992

Partodiharjo Subagyo Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannyai Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2003

Ioyk Fanny Jonathans Sehiiah Kesehatan Narkoba Sayonara Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2006

Prastowo EM Giri Rehabilitasi Bagi Korban Narkoba Tangcrang Visimedia 2006

Prodjodikoro Wirjono Asas-asas Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005

Roeslan Saieh Stelsel Pidana Indonesia Jakarta Bina Aksara 1987

Soedjono D Segi Hukum Tentang Narkolika di Indonesia Bandung Karya Nusanlara 1977

Hukum Narkolika Indonesia Bandung PT Citra Adtya Baktl i 990

Soekanto Soerjono dan Sri Mumadjj Penelitian Hukum Normalif Suatu Tijnjauan Singkat Jakarta Rajagrafindo Persada 2001

Sudarsono Kenakalan Remaja cet Ii Jakarta Rineka Cipta 1992

Tom dkk Bahaya NAPZA Bagi Pelajar Bandung Yayasan Al-Ghifari Morgan 1999

Tim BNN Materi Advokad Pencegahan Narkoba Jakarta Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia 2005

Yustisia Himpunan Peraturan Pemndang-Undangan Anti Narkoba diterjenialikuii oleh Tim iustaka Yuslisia Yogyakarta iuslaka Yustisia 2006

Waluyo Bambang Penelitian Hukum dalam Prakiek Jakarta Sinar Grafika 1996

Wcda Made Darma Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korporasi dalam niingti Rampai Viktimisasi Bandung Eresco 1995

B Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Pasal 152

Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika22Tahun 1997 tentang Narkotika

Keppres Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkolika Nasional

CInternet

htlpwwwbnngoidportalbariiiiorlalkQnlenpltpniima^Prorilampop^visi niisiamp tnn=lamp diakses tcrakiiir tanggal 13 November 2014

httpthed03hlogspoteom2008l Ohukuiii-viktimolQgihtmk diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014

httpwwwikonbaliorg26062Q(19advokasipctisi-ikon-bali-segera-tcrapkan-semahtml Petisi Ikalan Korban Napza (IKON) dalam rangka menyambut Hari Anti Narkotika (HANI) dan Hari Anti Penyiksaan 2009 diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014

httpwwwsurnekscoidindexphp7pption=^om cpntentampview=articleampid=^1405 2010-kej ati-baru-terapkan-uu-no-3 52009ampcatid=44 ilir-barat-i-bukit-keciIampUemid=94 diakses lerakJiir tanggal 12 Desember 2014

httpidsbvoongcQmexact-sciencesl8Q8652-getielika-dan-keiahatan Faktor Genetik Penyebab Kejahalan diakses terakhir tanggal 10 jaiiuari 2014

httpwwwasiasecuritiescoidsys 12ximagesstories201QEqtiitv2Q Pdf diakses terakhir tanggal 10 Januari 2014

LAMPIRAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

F A K U L T A S HUKUM

K A R T U AKTIVITAS BIMBINGAN SKRIPSI

N A M A MAHASISWA DIANA SAPUTRA

N O M O R INDUK MAHASISWA 50 2011 059

P R O G R A M STUDI I L M U H U K U M

PROG K E K H U S U S A N H U K U M PIDANA

P E M B I M B I N G M S O L E H IDRUS SHMH

l U D U L SKRIPSI P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T U N D A N G U N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I

KONSULTASI

K F -

MATERI YANG

DIBIMBINGKAN

PARAF

PEMBIMBING K E T

luymdash

y^ ^ Tlt2 N ^

7 M e

fSUL

k ^

CATATAN MOHON DIBERI WAKTU MENYELESAIKAN SKRIlSl RUiAN SEJAK TANGGAL DIKELUARKAN DITETAIKAN

DIKELUARKAN DI PALEMBANG PADA TANGGAL KETUA BAGIAN

JUDUL P E N Y A L A H G U N A A N N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG UNDANG N O M O R 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I

P E R M A S A L A H A N 1 Apa yang menjadi faktor tcrjadinya penyalaJigunaan narkotika dan psikotropika

2 Bagaimana pengaturan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspektif victimologi

B A B l P H N D A I i U L U A N A Latar Belakang B Permasalahan C Ruang Lingkup dan Tujuan D Metode Penelitian E Sistematika Penulisan

B A B 11 T I N J A U A N PUSTAKA

A Pengertian penyalahgunaan B Pengertian victimologi C Ruang lingkup victimologi D Jents dan penggolongan narkotika dan psikotropika E Undang Undang yang mengatur tentang narkotika

dan psikotropika

BAB I I I PEMBAHASAN A Faktor yang menyebabkan terjadinya

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika

B Penyalahgunaan narkotika dan psikolropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspeklif victimologi

BAB IV PENUTUP A Kesimpulan

B Saran-saran

DAF1AR PUSTAKA

L A M P I R A N - L A M P I R A N

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM

Lampiran Perihal Kepada

Sistematika penulisan (Outline) Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi YUi NUR HUSNI LMILSON SHSpNMH

Pembimbing Akademik Fakultas Hukum UMP dl-Palembaniz

Assalamualaikum WrWb

Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama DIANA SAPU I RA

Program Kekhususan Flukum Pidana

fada semester Lianjil tatiun kuliati 2UI42UI5 sudah menyelesaikan betian studi yang meliputi MPKMKKMKBMPBMBB (139 sks)

Dengan ini mengajukan pcrmohonan untuk penelitian Hukum dan Penulis Skripsi dengan judul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG-UNDANG N O M O R 35 T A H U N 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I

Demikianlah atas perkenaan Ibu diucapkan terima kasih

Wassalamualaikum WrWb

NIM 50 2011 059 Ilmu Hukum Program Studi

Palembang September 2014 Pemohon ^^--^5

Rekomendasi PAYbs

Pembimbing Akademik

HUSNI EMHSON SH SpN MH

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM

REKOMENDASI DAN PEMBIMBING SKRIPSI

Nama Nim Program Study Program Kekhususan Judul skripsi

DIANA SAPUTRA 50 2011 059 Ilmu Hukum Hukum pidana PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI

I Rekomendasi Ketua Bagian a Rekomendasi

b Usulan Pembimbing

Hukum Pidana

raiemoang iepiemt)er zu 14 KetuaJBagu

LuuTiiiAKNurCsHrR^

I L Penatapan Pembimbing Skripsi Oleh Wakil Dekan I

1 2

Palembang September 2014 Wakil Dekan I

- i poundL Dr Hj SRI S U L A S T R I SH M H

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah i n i Nama Tempat Tanggal Lahir N I M Program Studi Program Kekhususan

DIANA SAPUTRA PetransJaya 15 Januari 1992 502011059 Ilmu Hukum Hukum Pidana

Menyatakan bahwa karya ilmiah skripsi saya yang berjudul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANGshyU N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F VICTIMOLOGI

Adalah bukan merupakan karya tulis orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali daiam bentuk kutipan yang telah kami sebutkan sumbemya

Demikianlah surat pemyataan ini kami buat dengan sebenar-benamya dan apabila pemyataan ini tidak benar kami bersedia mendapatkan sanksi akademis

Palembang September 2014

PERMOHONAN UNTUK MENGIKUTI SEMINAR PROPOSAL

Palembang Oktober2014 Perihal Mohon untuk diiaksanakan seminar

Proposal Penelitian Skripsi

Kepada Yth Ibu Luil Maknun SH MH Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang D i -

Palembang

Assalamualaikum Wr Wb Saya yang bertanda tangan dibawah Ini Nama DIANA SAPUTRA

NIM 50 2011 059

Program Kekhususan Hukum Pidana

Bahwa yang bersangkutan telah layak untuk mer^ikiuti Seminar Proposal rencana penelitian skripsi yang judul PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI

Mohon kiranya yang bersangkutan untuk dijadwalkan mengikuti Seminar Proposal usul Penelitian Skripsi

Demikianlah disampaikan untuk dipertimban^Lan Wassalamualaikum Wr Wb

Pembimbing Skripsi

M SOLEH IDRUS3HMS

H A L A M A N P E R S E T U J U A N U N T U K M E N G I K U T I S E M I N A R P R O P O S A L

Nama DIANA S A P U T R A

N I M 50 2011059

Program studi Ilmu Hukum

Program kekhususan Hukum Pidana

Judui Penelitian PENYALAHGUNAAN N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A

MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI P E R S P E K T I F VICTIMOUHH

Palembang Oktober2014 Disetujui Pembimbing

M S O L E H IDRUSSH MS

Ketua Bagian Hukum Pidana

LuU MaknunSH M H

Page 10: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si

B A B l

PENDAHULUAN

Latar Belakang

PciTindiingan korban lindak pidana dalam sistein liukimi nasional

nampaknya belum memperoleh perhatian serius Hal ini terlihat dari masih

sedikitnya hak-hak korban tindak pidana memperoleh pengaturan dalam

perundang-undangan nasional Adanya ketldakseimbangan antara

perlindungan korban kejahatan dengan pelaku kejahatan pada dasarnya

merupakan salah satu pengingkaran dari asas setiap warga ncgara bersamaan

kedudukaiinya dalam hukum dan pemerintahan sebagaimana diamanatkan

oleh Undiing-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konslitusional

Niirkotika Psikotropika dan Bahan Aditif Lainnya adalah berbagai

macam obat yang semestinya dinianfaalkan sesuai dengan kcpentingan

tertentu niisalnya pada dunia mcdis untuk mcmbantu proses kerja dokter

dalam melakukan opcrasi bedah Akan tetapi saat ini obat-obat terlarang ini

telah dikonsumsi diedarkan dan diperdagangkan tanpa izin berwajib demi

memperoleh keuntungan dan nikmat sesaat saja Karena pengaruh Narkotika

dan Psikolropika tersebut dapat membuat pemakai menjadi ketergantungan

merusak sampai ke sel-sel saraf manusia seliingga melemalikaii daya pikir

dan lambat memberikan rekasi terhadap lawan bicara Untuk menganaiisa

materi pelajaran bagi pelajar dan mahasiswa yang terkena bahaya Narkotika

atau Psikotropika dapat mengakibatkan pada kelambatan berfikir sehingga

1

2

harapan dalam pencapaian pcmbangunan nasional dapal tcrganggu

Bahaya nicngedarkan Narkotika dan isikolropika dapat dibayangkan

berapa banyak sel syuraf otak mahusia yahg akan dlrusak borapa gencfasl

muda anik sekoiah dan mahasiswa terus diburu pengedar Narkotika dan

Psikotropika tersebul bahkan dapat mengakibatkan kematian^

Keterganl jngan lerhadap Narkotika dan Psikotropika pada mulanya ingin

coba-coba dulu karena Narkotika maupun Psikolropika tersebul dapat

membuat pemakaiiiyu bcrhalusinasi seolah lupu tchadiip masalah dan berada

pada dunia keindahaii Jika laktor kesempatan untuk mendapatkan Narkolika

dan Psikotropika sangat mudah dari pengedar maka dapal mengakibatkan

korban akan semakin bertambah Melihat besamya bahaya penyalahgunaan

Narkotika dan Psikotropika lerhadap individu dan mengganggu pencapaian

cita-cita NKRl maka lerhadap Narkotika maupun Psikolropika harus

dilakukan penanggulangannya sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku

Scjak awat mula Iahimya hukum pidana fokus subjek yang paling

banyak disoroti adalah si pelaku Padahal dari sualu kejahatan kerugian yang

paling besar didcrita adalah pada si korban kejahatan tcrsebut Akan tetapi

scdikit sekali ditemukun hukum-hukum atatipun peraturan perundang-

undangan yang mengatur tcnung korban serta perlindungan lerhadapnya

httpw^vbnn (ioidportalhiirup(irlalkoTilenphpnaTna=lrofilampopvisL _iTiisiampmn^l diakscs tcrukhir tanggal 29 December 2(M4 Iihal juja Kcpprcs Nti 17 Taliun 21X12 tentang Itadan Narkotika Nasional pada bagian konsidcran mcnimbang huruf (J) bcrbunyi Bahwa sehubungun dengan pertimbiingan hunifu huruf b huruf c dan sebagai pcluksunaan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkolika ficrlu niembcntuk Badan Narkotika Nusiona dcngan Keputusan Iresiden

^Funny Jonathans Poyk Suhiiah KusehiUan Narkoba Sayonara (Jakarta IT (Jelora AkHuru Iralama 2006) lial 9 Made Darma Weda Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korfwrasi dalam Bunga

3

Berbicara mengenai upaya penanggulangan kejahatan atau tindak

pidana Narkotika dan Psikotropika yang tepat maka cara pandang sebaiknya

tidak hanya terfokus pada berbagai hal berkaitan dengan penycbab timbuliiya

kejahatan atau metode apa yang efektif dipergunakan dalam penanggulangan

kejahatan tersebul Namun hal lain yang tidak kalah penlingnya untuk

dipahami adalah masalah korban kejahatan itu sendiri yang dalam keadaan-

keadaan lertentu dapal menjadi pemicu munculnya kejahatan dalam tindak

pidana Narkotika dan Psikotropika tersebul

Piida saat berbicara tentang korban kejahatan dalam tindak pidana

Narkotika dan Psikotropika maka cara pandang tidak dapat dilepaskan dari

victimologi Melalul victimologi dapal diketahui berbagai aspek yang

berkaitan dengan korban seperti faktor penyebab munculnya kejahatan

penyalahgunaan bagaimana seseorang dapat menjadi korban

penyalahgunaan dan upaya mengurangi terjadinya korban kejahatan

penyalahgunaan serta hak dan kewajiban korban kejahatan dalam tindak

pidana Narkolika dan Psikotropika tersebut Secara victimologi terhadap

korban kejahatan dalam tindak pidana Narkotika dan Psikotropika misalnya

korban yang ditemukan pada anak usia 7 tahun sudah ada sebagai pemakai

anak di usia 8 talum sudah ada yang memakai ganja dan lalu di usia 10 tahun

anak-anak sudah menggunakan Narkotika alaupun Psikotropika dari berbagai

jenis seperti ganja heroin morfni ekstasi dan sebagainya

Kraquogtrban dalam lingkup victimologi memiliki arti yang luas karena

Rampai Vihmisusi (Bandung Krcsco 1995) hal 200 TM Giri Prasln vo Rebahilium liagi Korban Narkoba ( Iangerang Visimudia 2006) hal v

4

tidak hanya terbatas pada individu yang secara nyata menderita kerugian

tetapijuga kelompok korporasi swasta maupun penierintali sedangkan yang

dimaksud dcngan akibat pcnimbulan korban adalah sikap atau tindakan

terhadap korban danatau pihak pelaku serta mereka yang secara langsung

atau tidak terlibat dalam terjadinya suatu kejahatan

Pentingnya korban kejahatan dalam tindak pidana Narkotika dan

Psikotropika ihempcroleh perhatian utama DIkarenakan korban merupakan

bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kejahatan oleh karena ilu maka

korban memiliki peranan yang sangat penting dalam penelitian ini

Diperolchnya pemahaman yang luas dan mendaiam tentang korban kejahatan

dalam linJak pidana Narkotika dan Psikolropika dapat [nenuidahkan dalam

menemukan upaya penanggulangan kejahatan yang pada akhimya akan

bermuara pada menurunnya kuantitas dan kualitas kejahalan Sejalan dcngan

semakin bcrkembangnya victimologi sebagai cabang ilmu baru berkembang

pula berbagai runuisan tentang victimologi Kondisi iiii hendaknya tidak

dipandang sebagai pertanda tidak adanya pemahaman yang seragam

mengenai ruang lingkup victimologi tetapi harus dlpaiidang sebagai bukti

bahwa vU timologi akan selalu berkembang sejalan dengan perkembangan

yang terjadi dalam masyarakat

Berdasarkan uraian di atas yang menjadi obyek pengkajian dari

victimologi penyalahgunaan Narkolika dan Psikotropika di antaraiiya adalah

faktor terjadinya kejahatan dan bagaimanakali pengaturan Narkotika dan

Dikdik M Arir Mimsur dan Elistaris (lultoiii UrgensI Ierilndungan Korban Kejahalan Anlara Norma dan Realita (Bandung Agustus EakulUis Hukum Universitas Padj aj uran 2006) hal 29

5

Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Oleh sebab itu

maka judui yang dipilih unluk diteliti dalam penelitian adalah

Penyalahgunaan Narkotika dan Pstkolropka Menurut Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 Dari Perspektif Victimologi

B Perumusan Masalah

1 Apa yang menjadi faktor faktor yang menyebabkan terjadinya

2 Bagainiana pengaturan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika dan

Psikotropika daiam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dari perspektif

victimology

C Ruaug lingkup daii tujuan

Ruang lingkup

Secara umum ruang lingkup skripsi ini untuk mengetahui apa yang

menjadi faktor faktor terjadinya penyalahgunaan narkobadan

penyalahgunaan norkoba menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari

perspektil victimologi

Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan penulisan ini adaiah

sebagai bfrikut

1 Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya

penyalahgunaan Narkoba

2 Untuk mengetahui pengaturan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika

dan Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Talum 2009 dari

penyakiligunaanTiarkotika dan psikotropika

6

perspektif viAimo(gtg[

E Metode rcncHtl

Untuk memperoleh data yang kongkril sebagai pcdoman dalam

penulisan skripsi ini maka penulis menggunaan metode sebagai berikul

1 Metode pclaksanaan penelitian

dalam pclaksanaan ini penulis menggunaan metode penelitian hukum

normatif yang bersifal diskriftif dengan menggunaan dala skunder

Penelitian nukum norkatif ini merupakan penelitian kcpustakaan yaitu

penelitian terhadap dala skunder yang iiiempuiiyai ruang lingkup meiipuli

surat sural fakta fakta sampai pada dokumen - dokuincn resmi yang

dikeluarkan oleh instansi lerkait

2 Metode pcngiimpulun data

Pengumpulan data meiiipunyai hubungan yang eral dengan sumber data

karena dcngan pengumpulan dala akan diperoleh data yang dipcrlukan

untuk selanjutnya dianalisis sesuai dengan yang diinginkan Dalam usuha

pengumuian dala dala yang relevan dengan judul ini penulis

menggunakan metode normatif diskriplif dengan menggunakan data

skunder yang berbentuk dokumcntasi

3 Tehnik pcngolahan data

Dilakukan dcngan cara nnalisis isi terhadap teksural untuk selanjutnya

dikoniruksikan dalam suatu kesimpulan

7

Sislemutika [cnulisiin

Penelitian ini dibuul berdasarkan sistematika penulisan di dalam

penelitian ini peneliti mcmbaginya dalam empat bagian yailu

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan bab pendahuluan yang menguraikan mengenai hal-hal

berkaitan dengan Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan

dan Maniaat Penclilian Kcaslian Penelitian Tlnjaiian

Kcpustakaan Pengertian Penyalahgunaan Pengertian

Viclimologi Ruang Lingkup dan Manfaat Viclimologi Jenis dan

Penggolongan Narkotika dan Psikotropika Metode Penelitian

dan Sistematika Penulisan

BAB U TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bagian ini menguraikan yaitu mengenai pengertian tentang

penyalahgunaan pengertian tentang ruang lingkup viktimologi

pengertian tentang narkotika dan jcnis-jcnis narkolika

BAB Hi PEMBAHASAN

Merupakan bab yang membahas mengenai hal-hal yang berkaitan

dengan Pengaturan Sanksi Pidana lerhadap Penyalahgunaan

Narkotika dan Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Ditinjau dari Perlindungan Terhadap Korban dan

Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Self

Victimizing Victims

8

BAB IV K E S I M P U L A N DAN SARAN

Bab ini memuat beberapa kesimpulan dan saran yang dibuat

peneliti sebagai hasil dari pembahasan dun penguraian di dalam

penelitian ini dari keseluruhan permasalahan yang ada

DAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A Pengertinn Pcnyalaliguiiaan

Penyalahgunaan dimaksudkan dalam penclilian ini adalah

penyalahgunaan terhadap narkotika dan psikolropika Dimana bahwa

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika ini diambil dan dipersainakan

dcngan pengertian penyalahgunaan narkoba seperti yang disebutkan Lutfi

Braja yakni memberikan pembatasan mengenai penyalaiiguiiaaii yaitu

Pemakaian narkoba di iuar indikasi medik tanpa petunjuk atau

resep dokter dan peinakaiannya bersifat patologik

(menimbulkan kelainan) dan menimbiilkan humbutan dalam

aktifitas di rumah di sekoiah atau di kampus tempat kerja dan

lingkungan sosial Ketergantungan narkoba adalah kondisi yang

kebanyakan diakibatkan oleh penyalahgunaan zat yang disertai

dengan adanya toleransi zat (dosis semakin tinggi) dan gejala

putus zal

Permasalahan penyalahgunaan mengakibatkan dampak yang sering

terjadi di tengah-tcngah masyarakat dari penyalahgunaan narkolika dan

psikotropika antara lain merusak hubungmt kekeluargaaii menurunkan

kemampuan belajar dan produktifitas kerja secara drastis sulit membedakan

mana perbuatan baik dan perbuatan buruk perubahan pcrilaku menjadi

Mardani Op 01 lial 2

9

10

pcrilaku anti sosial (pcrilaku maladaptil) gangguan kesehalan (fisik dun

mental) mempertinggi jumlah kecelakaan lalu lintas tindak kekerasan dan

kriniinuliLis lainnya

Dari kata penyalahgunaan menandakan bahwa Narkotika dan

Psikotropika tidak selalu bermakna negatif Dcngan begitu narkotika dan

psokitropika yang digunakan dengan baik dan benar oleh dokter untuk

mengobati pasiennya lidak tennasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang

disaiahgunakan Di dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA

(Narkotika Psikotropika dan Zat Adit i f Lainnya)

B Pengertian Victiimlogt

Pada dasarnya perkembangan ilmu pengetahuan tentang korban

kejahalan (viktimologi) lidak dapat dipisahkan dari iahimya peiiiikiraii-

pemikiran brilian dari Hans von Hentig seorang ahli kriminologi pada talum

1941 serta Mendelsohn pada tahun 1947 Pemikiran dari kedua ahli ini

sangat mcmpengaruhi setiap fase perkembangan viktimologi Perkembangan

viktimologi hingga sampai pada keadaan seperti sekarang tentunya tidak

terjadi dengan sendirinya namun telah meiigalami berbagai perkembangan

yang dapai dibagi dalam 3 (tiga) fase sebagai berikut

a iada tahap peitama viktimologi hanya meinpclajari korban kejahatan saja

pada fase ini dikatakan sebagai pehdl or special vtciimolo^

b Pada lase kedua viktimologi tidak hanya mengkaji masalah korban

Oadang Huwari Konsep Islam Memerungt AIDS dan NAA Cel XI (Ycgvakarta Ohaiiii iiakli Idaya 1997) hal 153 Made Danaa Wi da Op cil hal 200

kejahalan tetapi juga meiipuli korban kecelakaan Pada fase ini disebut

sebagai general victimology

c Fase ketiga Vikt imologi sudah berkembang lebih luas lagi yaitu mengkaji

permasalahan korban karena penyalahgunaan kckuasaan dan hak-hak asasi

manusia Fase ini dikatakan sebagai new viciimology

Berdasarkan pengertian di atas nampak je las bahwa yang menjadi

obyek pengkajian dari viktimologi diantaranyu pihak-pihak mana saja yang

terlibat atau mcmpengaruhi terjadinya suatu viktimisasi kriminal

bagaiinanakah respon terhadap suatu viktimisasi kriminal faktor penyebab

terjadinya viktimisasi kriminal bagaimanakah upaya penanggulangannya

dan sebagainya

C R u a i i g L i n g k u p Victimologi

Vikt imologi mencliti topik-topik teiilang korban scperti peranan

korban pada terjadinya kejahatan hubungan antara pelaku dengan korban

rentannya posisi korban dan peranan korban dalam sistem peradilan pidana

Selain itu menurut Muladi viktimologi merupakan suatu studi yang bertujuan

untuk

1 Menganaiisa berbagai aspek yang berkaitan dcngan korban

2 Berusaha untuk memberikan penjelasan sebab musabab terjadinya

vikt imisasi dan

3 Mengembangkan sistem tindakan guna mengurangi penderitaan manusia

^Suryono Ekolaina ST Harum Pudjianlo RS dan G Wiraiama Abortus Iruvocalus Ba^ Korban Perkosnan Persxkif Viktimologi Kriminologi Jan Hukum Pidana Edisi PcrUtma Culakari lurlunii (Jakiiria Univcrsilas AlmaJaya 2001) liul 174 ^ibidMl I7()

12

Menurut JE Sahetapy ruang lingkup Viktimologi meliputi bagaimana

sescorang (dapat) menjadi korban yang ditentukan oleh suatu victimity yang

lidak selaiu berhubuiigan dengan masalah kejahatan termasuk pula korban

kecelakaan dan bencana alam selain dari korban kejahatan dan penyalah

gunaait kekuasan^ Namun dalam perkembangannya di tahun 1985

dipeiopori oleh Separovic yang mempelopori pemikiran agar Viktimologi

khusus niengkaji korban karena adanya kejahatan dan penyalahgunaan

kckuasaan dan tidak mengkaji korban karena musibah alau bencana alam

karena korban bencana alam di iuar kemauan manusia out of mms will)

D Jenis dan Penggolungan Narkotika dan Psikotropilta

Dari kata penyalahgunaan narkoba menandakan bahwa narkoba tidak

selalu beimakna negatif Dengan begilu narkolika dan psokitropika yang

digunakan dengan balk dan benar oleh dokter unluk mengobati pasiennya

tidak termasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang disaialigLmakan Di

dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA (Narkotika Psikolropika

dun Zat ditir Lainnya) Dalam penelitian ini hanya dibahas tentang

narkotika dan psikolropika maka sebelumnya dipaparkan terlebih dahulu

berbagai jenis narkotika dan psikotropika sebagai berikut

a) Narkolika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari lanaman atau

TbUi Miiiadi HAM Halam Persepkiif Sislem Peradilan Pidana datam Muladi (cd) Hak Asas) Manusia Hakclal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspeklif llukum dan Masyarakat (Bandung Refikii Aditama 2005) hal lOX VfiWDial 109 Subagyo Partediharjo Op cil hal 11

13

bukan tanainan baik sintesis maupun bukan sintesis yang dapat

menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa

Zat ini dapal mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat

meninibulkan ketergantungan Menurut Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika Narkolika adalah at atau obat yang

berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun

semisimetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri

dan dapat nienimbulkati ketergantungan yang dibedakan kc dalam

golongan-goiongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang in i

Narkotika memiliki daya adikasi (ketagihan) yang sangat berat

Narkolika juga memiliki daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual

(kebiasaan) yang sangat tinggi Ketiga sifat narkolika ini yang

menyebabkan pemakai narkotika tidak dapat lepas dari cengkeramannya

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

Jenis jenis narkotika dibagi ke daiam 3 (tiga) kelompok yaitu narkotika

golongan I golongan I I dan golongan I I I

Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbaiiaya

karemi daya adilifnya sangat tinggi Golongan ini tidak boleh digunakan

untuk kcpentingan apapun kecuali unluk penelitian atau ilmu

pengetahuan Contohnya adalah ganja heroin kokain inorfin opium dan

lain-lain Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya

Ibid Posal 1 Ayal (I) Unilung-Undang Nomor 3 Tahun 2009 lenlang Narkotika

14

aditifkual tclapi bcrmaiilaal untuk pcngohatan dan penclilian tlonluhnya

adalah petidin dan turunannya benetldin belamctadol dan lain-iain

Sedanikaii narkulika golungaii Ml adalah narkotika yang niciniliki daya

aditif riiigan tetapi bermanfaat untuk penghatan dan penelitian Contohnya

adalali kudcin dun turunannya^

Berdasarkan cara pcmbuatannya narkotika dibedakan ke dalam 3

(tiga) golongatt juga yaitu narkolika atami narkotika semlsimesis dan

narkotika sintesis Dijelaskan sebagai berikut

1) Naikotika alami

Narkotika alami adalah narkotika yang zat aditithya diambil dari

(umbuhlumbuhan (atam) Contohnya

u tjaiija

Ganja adalah tanaman perdu dengan daun menyerupai daun

singkong yang tepinya bergerigi dan berbulu lialus Jumlah Jari

daunnya selalu ganjil yakni 5 7 9 Tumbuhan ini banyak lumbuh di

iieberapa daerah di Indonesia seperti Aceh Suinalera Ulara

Sumatera Selaian Pulau Jawa dan lain-lain Daun ganja ini sering

iligunakiin sebagai bumbu penyedap masakan Bila digunakan

ebagai bumbu iiuisak daya adilifnya rendah Namun lidak

ilemikian apabila dibakar dan asapnya dihirup Cara

|)cnyalahgunaunnya adalah dikcringkan dan dicampu dengan

icmbakiiii rokok atau dijadikan rokok lalu dibakar serta dihisap

Subagvo PurtoJiharjo Op cil hal 11-12

15

b Ilaisis

Hasis adaiah lanaman serupa ganja yang lumbuh di Amcrika

Latin dan Eiopa Daun ganja hasis dan mariyuana Juga dapat

disuling dan diambil sarinya Oatam bentuk cair harganya sangat

mahai Gunanya adalah unluk disaiahgunakan oleh pemadut-pemadal

kelas tinggi

c Koka

Koka adalah lanaman perdu mirip pohon kupi Huahnya yang

inatang bcrwama inerah seperti biji kopi Dalam komunitas

masyarakat Indian Kuno biji koka sering digunakan untuk

inenambah kekiiatan orang yang bcrperang atau bcrburu binalang

Koka kemudian bisa diolah menj adi kokain

d Opium

Opium adaiah bunga dengan bentuk dan wama yang indah

Dari getah bunga opium dihasilkan candu (opiat) Di Mesir dan

daratan Cina opium dahulu digunakan unluk mengobati beberapa

penyakit member kekuatan atau menghilangkan rasa sakil pada

lentara yang terluka sewaktu berperang atau berburu Opium banyak

lumbuh di segiliga emas antara Burma Komboja dan Thailand

atau di daratan Cina dan segitlga emas Asia Tengah yaitu daerah

antara Alganistan Iran dan Pakistan

Dalam kalangan perdagangaii liilernasional ada kebiasaan

ftW hal 14

16

(keliru) tncnamai daerah tempat peuanamuii opium sebagai daerah

emas Diberi nama demikian karena perdagaiigan opium sangat

mengimtiingkan Karena bahayanya yang besar daerah seperti ilu

keliru jika diberi nama predikat emas Daerah sumber produksl

opium sepantasnya disebut segitlga setan atau segitlga iblis

2) Narkotika semisintcsis

Narkotika semisintesis adalah narkotika alami yang diolah dan

diambil zat aktifnya (intisarinya) agar memiliki khasiat yang lebih kuat

schmgga dapat dimanfaatkan untuk kepcnlingan kedokteran

Contohnya

a Morfm dipakai dalam dunia kedokteran unluk menghilangkan rasa

sakit alau pembiusan pada operasi (pcmbcdahan)

b Kodein dipakai unluk obat penghilang baluk

c Heroin tidak dipakai dalam pengobatan karena daya adilifnya

sangat besar dan matifuatnya secara medis belum

ditemukan Dalam pcrdugangan gelup heroin diberi nama

pulaw atau pete atau pt Henlnknya seperti tepun terigu

yang halus pulih dan agak kotor

d Kokain liiisll olahati dari biji koka

3) Naikotika sintesis

Narkotika sintesis adalah narkotika palsu yang dibuat dari bahan

kimia Narkotika ini digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi

oraiig yang menderita kclcrgantungun Contohnya

17

a Ietidin unluk obat bius lokal operasi kccil sunal dan

sebagainya

b Melhadon unluk pengobatan pecandu narkoba dan

c Naltrexon untuk pengobatan pecandu narkoba

Selain unluk pembiusan narkolika sintesis biasanya diberikan

oleh dokter kcpada penyalahgiina narkoba untuk menghcntikan

kebiasaannya yang tidak kuat melawan sugesti (relaps) atau sakaw

Narkotika sintesis berfungsi sebagai pengganti senientara Bila sudah

bciiar-bcnar bcbas asupan narkoba sintesis in dikurangi sedikil demi

sedikit sampai akhimya berhenti total

b) Fsikotropika

Pengertian psikolropika menurut Pasal I Ayal ( I ) Undang-Undang

Nomor 5 Taliun 1997 tentang Psikotropika adalah Zat atau obat baik

alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif

melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusal yang menyebabkan

perubahan khas pada uktivitus mental dan perilaku

Pengertian Psikolropika di daUim Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika tidak ditemukan Hal tersebut sehubungan

dengan ketentuan di dalam Pasal 153 huruf b yaitu Lamplran mengenai

jenis Psikotropika Golongan 1 dan Golongan II scbagaimana tercantum

dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang

Psikotropika (lcmbaran Ncgara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor

10 Tambahan Lcmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671) yang

18

telah (iipindahkan menj adi Narkotika Golongan I menurut UndangUndang

ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku Oleh karenanya dalam Undangshy

Undang Nomor 35 Tahun 2009 tidak ada lagi di dalam pasal-pasal nya

yang mengatur mengenai Psikotropika karena sudah dlmasukkan ke dalam

golongan Narkotika

Sesuai dengan pembahasan dalam penelitian ini masih

berhuijutigar dengan Psikotropika maka Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1997 tentang Psikotropika masih perlu untuk dibahas dalam penelitian ini

Menui iil undangumlang tersebut Psikolropika adalah zal atau obal bukan

narkolika baik alamiah maupun sintesis yang memiliki khasiat psikoaktif

melaiui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan

perubahan khas pada aktivitas nonnal dan perilaku Psikotropika ini

merupakan obat yang digunakan oleh dokter untuk mngobali gangguan

jiwa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tenumg

Psikolropika psikotropika dikelompokkan ke dalam 4 (empat) golongan

Golongan I yaitu psikotropika dengan daya aditif yang sangat kuat

belum diketahui manfkilnya untuk pengobatan dan sedang diteliti

khasiiitnya saat ini Contohnya adalah MDMA ekstasi USD dan STP

Golongan U yakni psikolropika dengan daya aditif kuat serta berguna

untuk pengobatan dan penelitian Contohnya adalah amfelamin

metanifetamin metakualon dan sebagainya Golongan IH yakni

psikolropika dcngan daya adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan

dan penelitian Contohnya adalah lumibal buprenorsina flcenilrazepam

19

dan sebagainya Golongan IV yakni psikotropika yang memiliki daya

aditif ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian Contohnya

adalah netrazepam (BK Mogadon Duiiiolid) diazepam dan lain-lain^

Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang

Psikotropika yang dimaksud dengan paslkotoplka adalah zat atau obat

baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif

melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang mcnyebabkan

perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku Psikotropika

dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut

1 Psikotropika golongan I yaitu psikolropika yang hanya dapat digunakan

unluk kcpentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi

sena mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma

ketergantungan Contohnya ekstasi shabu LSD

2 Psikotropika golongan II yakni psikotropika yang berkhasiat

pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi danatau tujuan ilmu

pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma

ketergantungan Contohnya amfetamin metilfenidat atau ritalin

3 Psikotropika golongan III yaitu psikotropika yang berkhasiat

pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi danatau unluk tujuan

ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan

sintlroma ketergantungan Contohnya pentobarbital Flunitrazepam dun

4 Psikotropika golongan IV yaitu psikotropika yang berkhasiat

Ibid ILil 15

20

pengobatan dan sangal luas digunakan dalam terapi danatau unluk

tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan

mengakibatkan sindrom ketergantungan Contohnya diazepam

bromazepam Fenobarbital klonazcpam klordiazepoxide nitrazepam

seperti pil BK pil Kopio Rohip Dum MG

Sedangkan kelompok dan jenLs psikotropika yang sering

disaiahgunakan antara lain

1 Psikostimulansia scperti amfetamin ekstasi dan shabu

2 Scdalif amp Hipnolika (obat penenang obat tidur) seperti MG BK

DUM Pil kopio dan lain-lain dan

3 Halusinogenika seperti lysergic acid dycthylamidc (USD) mushroom

Berdasarkan Ilmu farmukologi psikotropika dikelompokkan ke daiam 3

(tiga) golongan yakni dcpresan stinuilan dan halusinogen sebagai

berikut

1 Kelompok dcpresanpcnekan syaraf pusatpenenangobat tidur

Contohnya adalah valium BK rohipnol mogadon dan lain-lain

Jika diminurn obat ini dapat memberikan rasa tenang menganluk

rasa tcnteruni dan damai Obat ini Juga menghilangkan rasa takut

dan gelisah

2 Kelompok stimuiaiiperangsang syaraf pusaianti tidur Conlohnya

adalah amfetamin ekstasi dan shabu Ekstasi berbentuk tablet

berancka bentuk dun wama Amfetamin berbentuk tablet bcrwama

-Aid hal 16-17

21

pulih Bila diiriinuni obal ini mcndalangkan rasa gembira hilangnya

rasa pemiusuhiui hilangnya rasa marali ingin selalu aktif badan

terasa fit dan lidak merasa lapar Daya kerja otak menjadi scrba

cepat namun kurang lerkendali Shabu berbentuk tepung kristal

kasar berwarna pulili hersih seperti garani

3 Kelompok halusinogen Halusinogen adalah obat at tanaman

makanan yang dapat meninibulkan kiiayaian contohnya yailu LSD

Lysergic Acid Dicihyltamide) getah lanaman kaklus kecubung

jamur tertentu (misceiine) dan ganja Bila diminurn spikotropika

jenis in dapat menimbulkan kliayalan tentang peristiwa-peristiwa

yang mengerikan khayalan tentang kenikmatan scks dan

sebagainya Kenikmatan didapat oleh pemakai setelah pemakai sadar

bahwa perisfiwa mengerikan ilu bukan kenyataan atau karena

kenikmatankenikmatan yang dialami walaupun hanya khayalan

BAB III

PEMBAHASAN

A Faktor yang Mcnyebabkan Terjadinya Penyalahgunaan Narkotika dan

Psikotropilta

1 Faktor yang Bersunibcr Dari Individu

Menurut Luthfi Buraja terdapat 3 (liga) pcndekatan untuk

tcrjadinya penyalahgunaan dan ketergantungan terhadap narkotika dan

psikotropika yaitu peridekalan orgunobilogik psikodinamik dan

psikososial Ketiga pendekatan tersebut tidaklah berdiri sendiri melainkan

saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya Dari siidut pandang

organobiologik (sususan syaraf pusatotak) mekanismc terjadinya adiksi

(ketagihan) hingga deperidcnsi (ketergantungan) dikenal dengan dua istilah

yaitu gangguan mental oragnik atau sindrom otak organik seperti gaduh

gelisah dan kekacauan dalam fungsi kognilif (alam pikiran) efektif (alam

perasaanemosi) dan psikomotor (perilaku) yang disebabkan efek

langsung terhadap susunan syaraf pusat (otiik)^^

Sescorang akan mcnjadi ketergantungan terhadap narkotika dan

psikotropika apabila seseorang dengan tems-menenis diberikan zat

tersebut Hal ini berkaitan dengan teroi adaptasi sekuler mum

adaptaiUm) tubuh beradaptasi dengan menambah jumlah teseptor dan seishy

se syaraf bekcrja kcras Jika zat dihenlikan sel yang masih bekerja kcras

Luthll Uaraja Makalali Gangguan Mciilul dan icrilaku Akibut Nurkuba Disampalkim pada Seminar tentang Narkoba di SMK Iptck lakarla hal 2

22

23

tadi mengaiami kelmLisaii yang dari kiar tampak sebagai gejala-gejala

putus obal Gejala putus obat tersebut mcmaksa individu untuk

mengulangi pemakaian zal tersebul

Faktor predisposisi individu dengan gangguan kepribadian (anti

sosial) ditandai dengan pcrasaan lidak puas terhadap orang lain Selain itu

yang bersangkutan tidak inampu untuk berfungsi secara wajar dan efektif

dalam pergaulan di rumah di sekoiah atau di tempat kerja gangguan lain

sebagai penyerta berupa rasa cemas dan depresi Untuk mengatasi

ketidakniainpuan dan mcnghiiangkan kccemasan atau depresinya maka

individu tersebut cenderung untuk menggunakan narkoba Semestinya

individu itu dapat mengobati dirinya dengan datang ke dokterpsikiater

untuk mendapatkan terapi yang tepat sehingga dapat dicegah

keterlibatannya dalam penggunaan narkotika dan psikotropika

Secara umum mereka yang menyalahgunakan narkotika dan

psikotropika dapat di bagi ke dalam 3 (tiga) golongan besar yaitu

1 Ketergantungan primer ditandai dengan adanya kecemasan dan

depresi yang pada umumnya terdapat pada orahg detigah kepfibadlah

yang tidak stabil

2 Ketergantungan simtomatis yaitu penyalahgunaan narkotika dan

psikotropika sebagai salah satu gejala dari tipe kepribadian yang

mendasarinya pada umumnya terjadi pada orang yang kepribadian

psikopatik (anti sosial) kriminal dan pemakaian narkotika dan

Ai4hal K

24

psikotropika untuk kesenangaii sematu

3 Ketergantungan reaktif yaitu terdapat pada remaja karena dorongan

ingin tahii pengaruh tekanan dan lingkungan tenian atau kelompok

sebaya peer group pressure)

Ada beberapa faktor internal dan ekslernal yang mcnjadi penyebab

individu menyalahgunakan dan menjadi ketergantungan terhadap

narkotika dan psikotropika Menurut Sudarsono bahwa penyalahgunaan

narkolika dan psikotropika di latar belakangi oleh beberapa sebab yaitu

1 Untuk membuktikan kebcranian dalam melakukan tindakan-tindakan

yang berbaiiaya seperti ngebut dan bergaul dengan wanita

2 Meniinjukkan tindakan yang menenlung orang tua guru dan norma

sosial

3 Mempermudah penyaluran dan mempermudah perbuatan seks

4 Melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh peiigalamaii-

pengalainan einosional

5 Meneari dan menemukan aril hidup

6 Mengisi kekosnngan dan kesepian hidup

7 Menghilangkan kegelisahan frustasi dan kepepel hidup

8 Mengikuti kemauan kawan-kawan dahim rangka pembinaan solidaritas

dan

9 Iseng-iseng saja dan rasa ingin tahu

Menurut hasil penelitian Dadang Hawari bahwa di anlara faklor-

Sudujsono Kenakalan Remaja cel ii (Jakarta Rineka Cipta 1992) 1ml 67

25

faktor yang berpcran dalam penggunaan narkotika dan psikolropika

adalah

1 Faktor kepribadian anti sosial dan psikopatik

2 Kondisi kejiwaan yang mudah merasa keeewa atau depresi

3 Kondisi keluarga yang meliputi keutuhan keluarga kesibukan orang

tua hubungan orang tua dengan anak

4 Kelompok teiiian sebaya dan

5 Narkotika dan psikotropika itu sendiri mudah diperoleh dan tersedianya

pasaran yang resmi maupun lidak resmi

Menurut Siibagyo Partodiharjo secara individu terdapat beberapa

faktor yang mcmpengaruhi sescorang dapat menyalahgunakan narkotika

dan psikotropika Alasan ini merupakan alasan yang bersumber dari diri

sendin atau pemakai narkotika dan pasikotropika tersebut yakni sebagai

berikut

a Ingin tahii

Perasaun ingin tahu biasanya diniiliki oieh generasi muda pada

umur setara siswa SD SLTP dan SLTA Bila di hadapan sckelompok

anak muda ada seseorang yang inemperagakan uikmatnya

mengkonsumsi narkotika dan psikolropika maka didorong oleh naluri

alami anak muda yaitu keingintahuan maka salah seoariig dari

kelompok itu akan maju mencobanya Selain didorong oleh

keingintahuan keberaniannya juga karena didesak oleh gejolak dalam

Mardiini foc cil hai 102 ^ Subagyo RatoiJlliarjo ioc cil liiil 72-74

26

jiwanya yang ingin dianggap hebal pemberani dan pahlawan di antara

temanteinan sehayanya Maka jatuhlah satu orang anak dalam pelaku

setan

Dalam kondisi seperti itu reaksi kawan-kawan sebayanya

berbeda-bcda

1 Ada yang ingin menyaingi menunjukkan bahwa dirinya lebih hebat

lagi lalu memakai

2 Ada yang ingin tahu kemudian ikut memakai dan

3 Ada yang sella kawan lain ikut memakai juga

Sikap seperti inilah yang menyebabkan bandar atau pengedar

senang Mereka meiigincar generasi muda mahasiswa atau pclajar

karena 2 (dua) pertimbaiigan

1) Kalau salah satu anak muda kena maka anak muda yang lainnya

ikut kena sehingga konsumen cepat bertambah dan

2) Kalau anak muda kena maka anak muda tcrsebut akan mcnjadi

pemakai selia dalam waktii yang lama Berbeda dengan orang tua

yang cepat maii keuntungan komersial yang diperoleh dari

kelompok anak muda ini akan banyak

b Ingin dianggap hebal

Pcrasaan ingin dianggap hebat biasanya dimiiiki oleh generasi

muda Sepcrti ditcrangkan di atas salah satu sifat alami yang positif

dari generasi muda adalah daya saing Sayang sekali karena

kelidaktahuan sifat positif ini juga dapat dipakai untuk masalah negatif

27

Silat positif ini scharusiiya didorong unluk berlomba daluin preslasi

pada bidang pcndidikan kesenian olah raga dan lain-lain yang

bermanfaat bagi kehidupan

Bila sikap ingin berkonipctisi ini diarahkan untuk

mengkonsumsi narkolika dan psikolropika akibatiiya sungguli

mengerikan yailu kcgagalan hidup dan kesengsaraan Pemakai hanya

dapat dianggap hebat oleh lingkungan kecil pcniakai narkotika dan

psikotropika Di masyarakat luas pemakai hanya menuai cerca dan

nista

c Rasa setia kawan

Perasaan setia kawan sangat kuat dimiiiki oleh generasi muda

Jika lidak mendapatkan penyaluran yang posilif sifai positif tersebut

dapat berbahaya dan mcnjadi negatif Bila (cmannya memakai

narkotika dan psikotropika maka individu tersebul ikut juga memakai

Bila temannya dimarahi orang tuanya atau dimusuhi masyarakat maka

pemakai membela dan ikut bersimpatik

Sikap seperti itulah yang menyebabkan anak ikut-ikutan

Awalnya hiuiya satu orang yang merokok kemudian semuanya menjadi

perokok Setelah semuanya merokok sntu orang mulai memakai ganja

lalu yang lainnya ikut sehingga menjadi sekawanaii pemakai ganja

Selelah semua memakai ganja satu orang memakai ekstasi kemudian

semuanya ikut demikian selerusnya meningkat menjadi shabu dan pada

akhirnya menjadi pemakai putaw

28

d Rasa kccewa truslasi kcsai

Pcrasaan kesal kcccwa atau (rustasi biasanya terjadi karena

kegagalan pada generasi muda eksckutif mudu suami atau istri

Pcnggiiiiaan narkotika dan psikolropika pada kelompok ini bertujuan

untuk sesaat melupakan kekccewaan kckesaian dan fi-uslasi Kondisi

masyarakat yang carut martit tclah banyak melahirkan kekccewaan

kekesalan bahkan Iruslasi Narkolika dan psikotropika dapat

melupakannya sesaat tetapi tidak untuk mengatasi masalah yang

sesungguhiiya

Hubungan buruk yang disebabkan oleh kcgagalan

berkomuiiikasi antara orang tua dengan anaknya dapat menyebabkan

rasa kesal Hal ini mcnjadi faktor pemicu pemakaian narkotika dan

psikotropika oleh anak Intcraksi anlara orang tua dcngan anak tidak

cukup hanya berdasarkan niat baik Cora berkoniunikasi juga harus

baik Masing-masing pihak harus memiliki kcsabaran untuk

menjclaskan isi hatinya dengan cara yang tepat Banyak sekali konfllk

di dalam rumah tangga yang terjadi hanya karena salah paham atau

kekeliman berkoniunikasi Kekeliruan kecil itu dapal bcrakibat fatal

yaitu masuknya narkotika dan psikotropika ke dalam keluarga

Kekccewaan kekesalan dan frustasi dapal terjadi karena

kekeliruan dalam berkomunikasi terhadap beberapa faktor berikut i n i

I ) Komunikasi anak dengan orang tua

IbUI hiiJ 74

29

2) Komunikasi antar anak

3) Komunikasi di lingkungan eksekulifinuda dan

4) Komunikasi antara suami istri

e Ingin bebus dari rasa sakil atau pusing

Penderila pcnyakit beral yang kronis dan tidak kunjuiig sembuh

misalnya Ranker hati luka bakar uka tusuk wasir Ranker paruparii

migreii eneok pengapuran dan lain-lain sclalu merasakan sakit yang

iuar biasa karena penyakitnya Rasa sakit tersebut sering kali tidak

dapat dihilangkan dengan obat pengtiiiang rasa sakit biasa (anaigetik)

sehingga peiiderilanya mencoba narkotika atau psikotropika

Narkotika maupun psikolropika dapat menghilangkan rasa sakit

tersebut tetapi tidak menyembuhkan penyakitnya Ceiakaiiya pemakai

yang bersangkutan malah mendapat maslah baru yaitu ketergantungan

dengan segala komplikasinya yang justru menjadi lebih berbahaya

f Ingin menikmati rasa gembira tampii lincah energik dan mengusir

rasa sedih dan malas

Para eksekudf dan sciebritis biasanya memiliki gaya hidup yang

trendi Mereka merasa dituntut untuk selalu lampil lebih prima Dengan

mengkonsumsi naikotika atau psikolropika mereka dapat tampii prima

dan percaya diri karena kehilangan rasa malu walaupun sesungguhnya

tidak demikian

Perasaan hebat tersebut di atas seharusnya dicapai melaiui tekun

berolah raga hidup teratur meningkatkan kualitas fisik mental

30

inlclckUial dan mocaiiiyii Riikan ineiigamhit jalan piiitas dcngan tampii

seotah-olah prima niclalui manipulasi atau lipuan melaiui

mengkonsumsi narkotika atau psikolropika tersebut Pcnampilmi prima

yang semu atau atau tipuan itu lambat laun akan terungkap juga

sehingga [ania-keiamaan akan kelahuari juga jati dirinya yang

sesungguhnya itu

g ingin tampii iangsing

Narkolika dan psikotropika terscbut juga banyak digunakan oleh

artis dan ibu-ibu rumah tangga yang berbadan gemuk untuk

melangsingkan lubtihnya Narkotika alau psikotropika dengan jenis

tertentu ada juga yang dapat menghilangkan nafsu makan sekaligus

menambali aktivitas fisik sehingga dapat menurunkan beral badun

h Takut mengalami rasa sakit (sakaw)

Pengguna jenis narkotika atau psikolropika tersebut yang sudah

menjadi pemakai tetap (pemadat) akan mengalami rasa sakit (sakaw)

bila tidak memakainya Karena takut merasakan penderitaan maka

pemakai tersebut terus memakainya sehingga menjadi pemakai yang

sella junkies) Banyak pemakai narkotika dan psikotropika ini yang

setia adalah orang-orang yang merasa terpaksa memakai sebab kalau

lidak memakainya mereka akan mengalami sakaw

Kebanyakan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika

dimulai atau terdapat pada masa remaja sebab masa remaja yang

sedang mengalami perubahan biologik psikologik maupun sosial yang

31

pesat merupakan individu yang rentan untuk nienyaiahguriakan

narkotika maupun psikotropika terscbut Anak atau remaja dcngan ciri-

ciri tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi

penyalahgunanya Ciri-ciri tersebut anlara lain^

a Cenderung memberontak dan menolak otoritas

b Cenderung memiliki gangguan j iwa lain (komorbiditas) seperti

depresi cemas psikotik keperibadian dissosial

c Perilaku menyimpang dari aluran atau norma yang berlaku

d Rasa kurang percaya diri low selw-confulence) rendah diri dan

memiliki citra diri negatif (ow setf-esleem)

e Sifal mudah keeewa cenderung agresif dan destruktlf

f Mudah murung pemalu pendiam

g Mudah merasa bosan dan jenuh

h Keingintahuan yang besar untuk meneoba atau penasaran

i Keinginan untuk bersenang-senang [just for fun)

j Keinginan untuk mengikuti mode karena dianggap sebagai lambang

keperkasaan dan kehidupan modem

k Keinginan untuk diterima dalam pergaulan

1 Identitas diri yang kabur sehingga merasa diri kurang jantan

mTidak siap mental untuk menghadapl tekanan pergaulan sehingga

sulit mcngambil keputusan untuk menolak tawaran NAPZA dengan

tegas

Tom Kus dan Tedi Btihava NAPZA Bagi Pelajar (Bandung Yayasan Al-Ghilari Morgan im) hal 14

32

n Kemampuan komunikasi rendati

o Melarikan diri dari scsuatu (kebosaiian kcgagalan kekccewaan

kclidakmampuan kesepian dan kegcliran hidup dan lain-lain)

p Putus sekoiah dan

q Kurang menghayati iman atau kcpcrcayaaiinya

Menurut Tim Badan Narkotika Nasional hahwa terdapat

beberapa iaklor yang menyebabkan sescorang alau individu

menyalahgunakan narkolika dan psikotropika anlara lain

1) Keingintahuan yang besar untuk mcncoba tanpa sadar alau berlikir

panjang tentang akibatnya dikemudian hari

2) Keinginan unluk mencoba-coba karena penasaran

3) Keinginan untuk bersenang-senang

4) Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya hidup

5) Keinginan untuk dapat diterima daiam suatu kelompok

6) Lari dari masalah kebosanan atau kegetiran hidup

7) Pengertian yang salah bahwa mcncoba sckali-kali lidak akan

menimbulkan masalah

8) l idak mainpu alau tidak berani menghadapl tekanan dari lingkungan

alau kelompok pergaulan unluk menggunakan narkolika dan

psikotropika dan

9) Tidak Japal atau mampu mengatakan tidak pada narkotika dan

psikotropika

Tim INN Loc di

33

Berdasarkan peinaparaii Icrscbut di atas dengan demikian

bahwa individu didorong oleli beberapa faktor untuk menyalahgunakan

pemakaian narkotika dan psikotropika tersebut sehingga menjadi

individu yang mengalami ketergantungan berikut ini disebutkan

beberapa faktor adalah

1) Ingin tahu dan Ingin mencoba rasa memakai narkotika atau

psikotropika bagi kalangan anak muda)

2) Ingin dianggap lebih hebat dari orang Iain pada orang muda)

3) login membuktikan kesetiakawanan (pada orang muda)

4) Dianggap paling tepat untuk mengatasi perasaan keeewa j en gkel

dan frustasi (pada suami istri yang mengalami konllik rumah

tangga)

5) Dianggap cara yang paling mudah untuk menghalau rasa sakit pada

tubuh (pada penderita penyakit yang kronis)

6) Dianggap cara yang paling ampuh untuk mendapatkan perasaan

tenang damai atau gembira (pada suami istri yang mcnghadapi

konflik rumah tangga)

7) Dianggap cara yang paling mudah untuk melangsingkan lubuh (pada

ibuibii rumali tangga atau wanita yang bertubuh gemuk)

2 Faktor yang Bersumlicr dari Lingkungan

Faktor lingkungan tidak mampu mencegah atau mengurangi

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika bahkan membuka kesempatan

pemakaian narkotika dan psikotropika Yang dimaksud dcngan faktor

34

kesempatan di sini adalah tersedianya siluasi-situasi yang nieiiiungkinkan

untuk memakai narkolika atau psikolropika di waktu-vvaklu luarig di tempat

rekreasi atau hiburan diskotik pesia dan lain-lain Atau mungkin lingkungan

masyarakat yang tidak mampu mengendalikan bahkan membiarkan penjualan

alau pcrcdaran geiap narkotika dan psikotropika misalnya karena lemahnya

penegakan hukum penjualan narkolika dan psikotropika secara bcbas bisnis

narkotika dan psiktilropika yang terorganisir mudahnya memperoleh

narkotika dan psikotropika dan lain-lain

raklor yang bersumber dari lingkungan yang mcnyebabkan individu

dapat menyalahgunakan pemakaian narkotika dan psikotropika merupakan

laktor kontribusi masukaii dari Iuar individu) dimana sesttorang dengan

kondisi keluarga tidak baik akan merasa tertekan dan rasa lertekan inilah

sebagai faktor penyerta bagi dirinya untuk terlibat dalam penyalahgunaan

narkotika dan psikotropika tersebut Disfungsi keluarga yang dimaksud antara

lain adalah keluarga yang tidak utuh kedua orang tua yang tcrlalu sibuk dan

lingkungan interpersonal dengan orang tua yang tidak baik Di samping itu

faktor pencetus seperti pengaruh teman sebaya tersediu dan mudah

didapatkan mempunyai andil sebagai faktor pencetus sescorang atau individu

terlibat ke dalam penyalahgunaan yang mengakibatkan ketergantungan

terhadap narkotika dan psikotropika Dari sudut pandang psikososial

penyalahgunaan narkotika dun psikolropiku dapat terjadi sebagai akibat

negatif dari intcraksi tiga kiitub sosial yang tidak kondtisif yaitu kutub

Lulhli ilurnju Op cil

35

keluarga kutub sekolahkupus dan kulub masyarakat

Faktor lingkungan meliputi faktor kciuarga dan lingkungan pergaulan

balk dlsekltar rumah sekoiah teman sebaya maupun masyarakat Banyak

pengguna Narkotika dan Psikolropika yang berasal dari keluarga yang lidak

harmonis Keluarga seharusnya mcnjadi wadah untuk menikmati kebahagiaan

dan curalian kasih sayang wahana silih asih silih asah dan silih asuh

Namun pada kenyataannya keluarga sering sekali justru menjadi pemicu

sang anak mcnjadi pemakai hal tersebut disebabkan karena kciuarga tersebut

kacau balau Hubungan antara anggota keluarga dingin bahkan tegang atau

bermusuhan

Komunikasi antara ayah ibu dan ariak-anak sering sekali

menciptakan suasana konflik yang tidak berkesudahan dimana bahwa

penyebab konllik tersebut sangal beragam Solusi semua konflik adalah

komunikasi yang baik periuh pcngerlian saling menghargai dan menyayangi

serta ingin selalu membahagiakaii

Konflik di dalam keluarga dapat mendorong anggota keluarga merasa

frustasi sehingga lerjebak memilih narkotika dan psikolropika sebagai

solusinya Biasanya yang paling rentan terhadap stres adalah anak kemudian

suami dan istri sebagai benleng terakhir Beberapa faktor yang bersumber

dari lingkungan keluarga yang dapat mempengaruhi seseorang atau individu

tertentu icrjun kc dalam lingkungan penyalahgunaan narkotika dan

36

psikotropika tcrsebut antara lain adatuh

a Koniimikasi niang tua-aiiak kiii-ang baikcfektif

b Hubungan dalam keluarga kunmgharmonisdisfimgsi dalam keluarga

c Orang tua bercerai bcrscitngkub atau kawin lagi

d Orang lua tcrlalu sibuk aUiu tidak acuh

e Orang tua oloriter alau scrba melarang

f Orang tua yang serha nieinbolehkan (pcrmisil)

g Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teiadan

h Orang tua kurang peduli dun tidak tahu dengan masalah narkolika

i Tata terlib alau disiplin keluarga yang selalu bcrubah (kiiiaiig konsisten)

j Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam kciuarga

dan

k Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahguna narkotika

dan psikotropika

Sitimsi buruk dalam keluarga yang soring menyudiitkan anak ke arah

narkotika dan psikotropika adalah

1) Anak merasa kurang mendapatkan kasih sayang dalam keluarga merasa

kesal keeewa dan kesepian

2) Anak merasa kurang dihargai kurang mendapatkan kepcrcayaan dun

selalu dianggap salah

3) Anak mengalami konflik dengan orang tua dalam masalah pacaran

memilih pasangan hidup atau meneniukan pilihan profesi cila-elta dan

Mardani Loc cil lial 99 AW hal 100

37

sebagainya

4) Anak kesal dan keeewa karena ayah dan ibuiiya kurang lianiionis dan

sering bertcngkar (broken home)

5) Suami thtsirasi karena tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapinya

dengan islrinya

6) Istri fnistrasi akibat konllik dengan suami tentang masalali ekonomi atau

adanya wanita lain di samping suami

Banyak pengguna narkotika dan psikolropika yang pada awalnya

dimulai karena pengaruh dari orang lain Bentuk pengaruh dari orang lain itu

dapat bervariasi mulai dari bujuk rayu lipii daya sampai kepada paksaan

a) Tipu Daya

Banyak anak yang ditipu oleh kenalon teman sahabat atau pacar

Seperti mengajak meraka untuk memakai narkotika dan psikolropika

dengan bemacam-macain tipuan Dengan alasan yang digunakan bahwa

narkotika dan psikotropika adalah vitamin obat pil pintar pil sehat atau

food supplement Tipuan itu dapat juga berupa bujukan bahwa narkotika

dan psikotropika tidak tcrlalu berbahaya kalau tahu raliasianya Banyak

orang di dalam masyarakat yang dikira orang baik-baik namun lemyata

pengedar narkotika dan psikotropika Walaupun orang itu adalah kawan

sahabat saudara atau pacar sebagai pengedar penipu tersebul akan tcga

menipu maupun menjebak kita Pengedar narkotika dan psikotropika

sangat pandui mcmasarkan narkotika dan psikotropika tersebut Dengan

menawarkan narkotika dan psikotropika sebagai mmn food supplement

38

pil scliat pil pintar dan sebagainya Dengan lipuan ini korban dari

kalangan kciuarga hannonis akan terjcrumus ke dalamnya Saat ini banyak

pemakai narkolika dan psikotropika dari keluarga harmonis bukan hanya

bull dari keluarga berantakan Banyak pekerja mahasiswa atau pelajar yang

tampii ioyo tertipu ketika kepadanya ditawarkan pil sehat vitamin atau pil

pintar Banyak pemuka agama juru dakwah atau pengkhotbah yang

tertipu karena pil sehal yang dlbelinya adalah narkotika dan

psikotropika Reaksi pemakaian narkotika dan psikotropika mula-mula

terasa menyehatkan dan membuat si korban tipuan terscbut sukses dalam

berdakwah atau berkhotbah Ibu rumah tangga juga dapat tertipu karena

ditawari pil pelangsing oleh saudara atau teman dalam arlsan dan lain-

lain Mulanya karena tipu daya akhimya setelah lerjebak menjadi

biasa

b) Bujuk rayu

Waftiia camlk pengedaf ftaTkotlka dan psikotFoplka biasanya menjebak

mangsa melaiui bujuk rayu Untuk memasarkun narkotika dan

psikotropika pengedar tersebut memilih profesi sebagai wanita penghibur

atau Wanita Tuna Susiala (WTS) Banyak eksekutif muda pekerja atau

bos-bos yang mulai memakai narkotika dan psikotropika karena rayuan

pekerja seks komersial hostess dan sebagainya Dalam mcmasarkan

narkotika dan psikotropika wanita tersebut merayu akan mau melayani

kencati kalau bersama-sama mengkonsumsi narkotika dan psikotropika

Subagyo Purlodlhario Loc cil hal 78

39

lebih dulu Muta-mula kurban memakai narkotika dan psikotropika karena

tergoda namun akhimya menjadi terbiasa

c) Paksaan

Banyak anak muda yang mengawali pemakaian narkotika dan psikotropika

karena dipaksa oleh sekawanun alau seseorang yang mengancam akan

mencelakainya Banyak pclajar atau nialiasiswa mengawali kebiasaan

memakai narkotika dan psikotropika dari keadaan terpaksa diancam oleh

sekawanan preman yang menghadang di tengah jalan Dari kelompok ini

pula terjaring pemakai yang berasal dari keluarga hannonis

Lingkungan sekoiah bagi pelajar tingkat SD SMP dan SMA

merupakan tempat yang stratcgls bagi para pelajar untuk menunjukkan jati

dirinya sehingga mereka terjun kepada penyalahgunaan narkotika dan

psikotropika ini faktor sekoiah yang merupakan bagian tcrpcnting yang

mempengaruhi adalah

a Sekoiah yang kurang disiplin

b Sekoiah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjiial narkotika atau

penjual psikolropika

c Sekoiah yang kurang member] kesempatan pada siswa untuk

mengembangkan diri secara kreatif dan positif

d Adanya murid pengguna narkotika atau psikotropika

Kartini Kurtono op cil hivl 124

40

B Pengaturan Sanksi Pidana Terhadaj) Pcnyalahgunaaan Narkotika dan

Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau

dari Perlindungan Terhadap Korban

Dalam hukum pidana di Indonesia terdapat adanya

ketldakseimbangan antara perlindungan korban kejahatan dcngan pelaku

kejahatan pada dasarnya mempakan salah satu pengingkaran dari asas setiap

warga negara bersamaan kcdudukannya dalam hukum dan pcmerinlahan

sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 sebagai

landasan konstitusional Perlindungan korban memiliki hubungan cral dcngan

teori pemidanaan yang dikemukakan Wirjono Prodjudikoro tujuan

pemidanaan adalah untuk niemenuhi rasa keadilan^

Ada Juga yang mengemukakan bahwa tujuan pemidanaan dapat

dilihat melalul 2 (dua) leorl mengenai alasan-alaitan yang membenarkan

(justification) penjatuhan hukuman (sanksi) yaitu Teori Absolut

(Vergeldingslheorie) dan Teori Relatif atau Doeitheorie Menurut Teori

Absolut (Vergeldingslheorie) tujuan pemidanaan sebagai pembalasan

terhadap para pelaku karena telah melakukan kejahatan yang mengakibatkan

kesengsaraan lerhadap orang lain alau anggota masyarakat sedangkan

Roeslan Saleh mengatakan sebagai reaksi-reaksi atasdelik yang berwujud

suatu nestapa yang scngaja dilimpakan ncgara kcpada pembuat delik

Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana Cctakan Iuriania (Jakarta Sinar Gnitlka2(W5)hii4

lcduu Mdipaung Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cctakun IcrliirMii (Jukiirtu Sinur Gratika 2005) hal 4

kiwsUin Saleh Shdsel Pidana Indonesia (Jukarlu liinn Aksara 19K7) hal 5

41

Menurut Teori Relatif Doeltheurie) tujuan pemidanaan adalah

a Menjerakan agar si pelaku atau terpidana menjadi jera dan tidak

mengulangi lagi perbuatannya specials presenile) sena masyarakat umum

agar mengertahui jika melakukan perbuatan yang sama akan mengalami

hukuman yang serupa atau disebut pula generalpreventte

h Memperbaiki pribadi si terpidana berdasarkan perlakuan dan pcndidikan

selama menjalani hukuman terpidana merasa menyesal dan tidak akan

mengulangi perbuatannya dan kcmbali kepada masyarakat sebgai orang

baik dan berguna dan

c Mcmblnasakan (menjatulikan hukuman mat) atau mcmbuat terpidana tidak

berdaya dengan menjatuhkan hukuman seiimur hidup

Pandangan di atas sangatlah wajar apabila beranjak dari pandangan

bahwa hukum pidana adalah hukum sanksi (hifzonderesancUerechl) sebab

dengan bertumpu pada sanksi itulah hukum pidana difungsikan untuk

menjamin keamanan ketertiban dan keadilan Dalam perkembangannya

ternyata tidak semua sarjana menyclujui maksud diadakannya pidana scperti

itu (sebagai suatu nestapa) karena muncul pendapat bahwa di samping pidana

ditujukan untuk memberikan penderitaan kcpada pelanggar atau mcmbuat

jera pemidanaan juga bertujuan agar pelaku dapat kembali hidup

bermasyarakat sebagaimana mestinya

Alasan yang paling inenonjol lerhadap upaya perubahan tersebut

adalah dengan meniperhatikan sisi kemanusiaan yang mcmandang bahwa

Ucdcn Mirpaung Opcil hal 4

42

sekalipiin tcrsangka telah melakukan kcsalahaii ia telap berkcdmiiikan sebagai

manusia utuh yang harus tetap diperlakukan sama dengan manusia lainnya

dan dilindungi hak asasi manusionya Karena itu pidana penjara saat ini

sedang mengalami masakrisis karena termasuk jenis pidana yang kurang

disukai Banyak kritik tajam ditujukan terhadap jenis pidana perampasan

kemerdekaan ini baik dllihat dari sudut efektifitasnya maupun dilihat dari

akibat-akibat lainnya menyertai atau berhubungan dcngan dirampasnya

kemerdekaan seseorang

Banyaknyu kritik yang diarahkan pada bentuk pemidanaan berupa

perampasan kemerdekaan (yang ditujukan untuk membuat jera pelaku)

sehingga berkembanglah bentuk pemidanaan lain yang dianggap lebih

manusiawi yaitu penjatuhan pidana berupa denda atau pemberian ganti

kerugian kepada korban Pemberian ganti kerugian pada awalnya merupakan

konsep kcperdalaan seperti halnya dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata yang mewajibkan setiap orang yang menyebabkan orang lain

menderita kerugian untuk membayar ganli rugi Dalam perkembangannya

konsep ini diterupkan pula dalam hukum pidana mengingat akibat yang

ditimbulkan pada korban tindak pidana akan selalu disertai dengan kerugian

baik mental fisik maupun material sehingga sangat wajar apabila korban pun

menuntui ganti kerugian pada pelaku guna memulihkan derita yang

dialaminya

Dengan memperhatikan pada beberapa teori klasik tentang tujuan

Uurtla Nawuwi Ariel Sislem Pemidanaan Menunii Konsep KIHP llaiu dan Latar Helakang Pemlklrannya Hahan Ienalaran Hukum Pidana V Undanu Kupang uinjyful 11 Juli-12 Agustus 1989

43

pemidanaan dapat disiinpulkan bahwa penjatuhan pidana lebih banyak

ditujukan untuk kepeiitingan pelaku dengan kata lain tujuan pemidanaan

hanya dimaksudkan imtuk mengubah perilaku dari pelaku kejahatan agar

tidak mengulangi lag perbuatannya sedangkan kcpentingan korban sama

sekali diabalkan

Perlindungan terhadap korban narkotika jika dihubungkan dengan

beberapa teori pemidanaan yang telah dipaparkan di atas maka peneliti

mengkaji bahwa dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang baru ini terdapat kescimbangan antara perlindungan terhadap

pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana bahwa berdasarkan sanksi

baik pidana maupun denda yang terdapat dalam undang-undang ini sangatlah

berat-berat dan tegas ]ni berarti bahwa undang-undang ini lebih

mementingkan korban dari pada pelaku kejahatan narkotika Mengingat

bahwa dengan adanya pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan

korban semakin banyak yang berjatuhan schingga daripada korbnnnya anak

bangsa yang memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara

Indonesia maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-

beratnya lerhadap si pelaku tindak pidana narkotika bahkan pidana mati atau

seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-

undang yang bam ini juga diatur mengenai rehabilitasi terhadap korban baik

korban yang diakibatkan oleh orang Iain maupun karena self victimizing

victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku itu sendiri

44

C Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Seif-

Victimizing Victims

1 Self-victimizing victims uarkotika dau psikotropika

Suatu viktimisasi adalah sebagai suatu permasalahan manusia yang

merupakan kenyataan sosial hal ini disebabkan karena setiap warga negara

berhak mendapatkan rasa aman dan bcbas dari segala bentuk kekerasan

sesuai dengan falsafah Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 Contohnya adalah seseorang akibat perbuatannya memakai

narkotika dapat menimbulkan bahwa si pemakai tersebut menjadi tidak

berdaya upaya dengan kata lain bahwa si pelaku telah menjadi korban

akibat perbuatannya sendiri yang menimbulkan perbuatan kriminal

Penyalahgunaan narkolika atau psikolropika merupakan perbuatan

kriminal karena telah melanggar ketentuan di dalam undang-undang yang

ada yakni Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tetang Psikotropika dan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Terlibatnya si

pelaku kejahatan atau tindak pidana yang menimbulkan kerugian terhadap

dirinya sendiri daiam hal inilah yang disebut dengan istilah self victimizing

victims yang merupakan bagian dari viktimisasi Sehubungan dengan itu

maka Wolfgang menyatakan beberapa Jenis viktimisasi ialah

1 Unrelated victims yaitu korban yang tidak ada hubungannya sama

sekali dengan terjadinya korban misalnya pada kasus kecelakaan

pesawat Dalam hal In tanggungjawab sepenuhnya terletak pada

Utplietin3|il(igspqtcom2()OSIOl|ukum-viktinivl9gihlml diakscs terakhir langgul l2Januari 2015

45

pelaku

2 Provocative victims yaitu seseorang yang secara aktif mendorong

dirinya menjadi korban misalnya kasus selingkuli dimana korban juga

sebagai pelaku

3 Participating victims yailu seseorang yang tidak berbuul tetapi dengan

sikapnya justru mendorong dirinya menjadi korban

4 Biologically weak victims yaitu mereka yang secara tisik memiliki

keleinalian atau potensi untuk mcnjadi korban misalnya orang tua

renla anak-anak dan orang yang tidak mampu bcrbual apa-apa

5 Socially weak victims Yaitu mereka yang memiliki kedudukan social

yang lemah yang menyebabkan mereka mcnjadi korban misalnya

korban perdagangan perempuan dan sebagainya

6 Self victimizing victims yaitu mereka yang menjadi korban karena

kejahatan yang dilakukannya sendiri pengguna obat bius judi aborsi

dan prostitusi

Dalam hal ini kedudukan viktimologi sebagai sebuah ilmu yang

mempelajari tentang korban memiliki peranan yang sangat penting ruang

lingkup viktimologi ini meliputi

1 Semua macam sciiap macam perbuatan kriminal yang mengakibatkan

orang-orang mcnjadi korban

2 Setiap orang atau pihak yang dapat menjadi korban baik orang

perorangan maupun suatu korporasi atau organLsasi

3 Setiap orang atau pihak yang dapal menimbulkan korban artinya

46

dimana disatu sisi orang terscbut dapat merugikan orang iain sehingga

orang tidak merasa aman akibat tindakanya

4 Cara-cara viktimisasi atau penimbulan korban

5 Bentuk-bentuk viktimisasi yang terdiri dari primary viclimizalion

adalah korban individualperorangan bukan kelompok secondary

victimizalion korbannya adalali kelompok misalnya badan hukum

tertiary Victimizalion yang menjadi korban adalah masyarakat luas

nun viciimozaiion korbannya tidak dapat segera diketahui misalnya

konsumen yang tertipu dalam menggunakan hasil produksi

6 Akibat viktimisasi

7 Pengaruh viktimisasi

8 Reaksi atau respons terhadap viktimisasi

9 Penyelesaian viktimisasi dan

10 Pengaturan yang berkaitan dengan viktimisasi (yang menjadi

perhatian viktimologi)

Studi viktimologi akan memberikan pemahaman kepada setiap

individu mengenai hak dan kewajibannya dalam rangka mengantisipasi

berbagai bahaya yang mengancamnya Viktimologi memberikan

sumbangan pemikiran mengenai masalah viktimisasi tidak langsung

dampak sosial polusi industri viktimisasi ekonomi politik dan

penyalahgunaan kewenangan Viktimologi ini juga memberikan dasar

pemikiran dalam penyelesaian viktimisasi kriminal atau factor viclimogen

dalam sistem peradilan pidana

47

Dari perspektif ikalan Korban Napza (IKON) l ial i yang dimaksud

sebagai korban adalah orangperorangan yang menderita secara langsung

dari penyalahgunaan napza dan tennasuk pula keluarga alau tanggungan

langsung dari korban Namun karena hukum dl Indonesia memandang

pengguna napza adaiah kriminal maka terjadilah dampak-dampak negalif

yang dialami oleh pengguna napza yang merupakan korban scperti

diskriminasi kriminallsasi kesehatan dan stigmatisasi Maka sebagai

korban IKON Bali mendorong agar dihentikannyadiskriminasi lerhadap

korban napza mendorong vonis rehabilitasi untuk korban napza

mendorong agar dihentikannya penyiksaan terhadap korban napza dan

yang terakhir adalah mendorong terpenuhinya hak atas kesehatan bagi

korban dan orang terinfeksi HIV Dengan melihat kondisi permasalahan

penanggulangan napza yang semakin tidak menentu dan meningkatnya

jumlah korban napza secara terus-menerus Maka Ikon Bali meminta

1) Penerapan SEMA Nomor 7 Tahun 2009 sebagai pemenuhan hak atas

kesehatan terhadap korban Mpza

2) Meminta kepada Pengadilan Negeri Denpasar untuk menjadi insiator

dalam penyusunan langkah teknis penerapan SEMA Nomor 7 Tahun

2009

3) Meminta kepada selunih instansi tcrkait untuk mulai meiigambil

langkah nyata dalam penanggulangan napza

43 Ibid

48

4) Meminta agar korban napza diperlakukan secara manusiawi tanpa

penyiksaan sligma dan diskriminasi

5) Ikon Bali mendukung secara penuh program-program pemerintab

dalam penanggulangan napza

2 Rehabilitasi terhadap self-victimizing victims

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

merupakan undang-undang yang baru menggantikan Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika Adapun pasal-pasal di dalam

undang-undang in yang mengatur mengenai perlindungan korban adalah

berbagai pasal-pasal yangmencantumkan rehabilitas kepada korban

maupun pelaku tindak pidana narkolika Pasal 1 ayat (16) meneniukan

defenisi mengenai rehabilitasi dipandang dari sisi medis yakni

Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara

terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan Narkotika

Sementara Itu dalam Pasal 1 ayat (17) ditentukan defenisi rehabilitasi

dipandang dari sisi sosial yakni Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses

kegiatan pemulihan secara terpadu baik fisik mental maupun sosial agar

bekas pecandu Narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosia dalam

kehidupan masyarakat

Diimdangkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang merupakan undang-undang baru ini tentu mempunyai

maksud dan tujuannya Adapun tujuan yang terdapat dalam Pasal 4 yang

berbunyi

49

Undang-Undang tentang Narkotika bertujuan

a Menjamin kelersediaiin Narkotika untuk kcpentingan peiayanan

kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

b Mencegah mclindungi dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari

penyalahgunaan Narkotika

c Memberanlas pcredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika dan

d Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi Penyalah

Guna dan pecandu Narkotika

Bentuk perlindungan terhadap korban dan pelaku kejahatan tindak

pidana narkotika di dalajn Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

disebutkan ada 2 (dua) macam yakni pengobatan dan rehabilitasi lerhadap

korban maupun pelaku Pada Pasal 53 ayat (3) tersebul di atas bahwa yang

dimaksud dengan buktl yangsah antara lain surat kctcrangan dokter

salinan resep atau labeletiket Selcngkapnya mengenai pengobatan

ditentukan dalam Pasal 53 yang berbunyi sebagai berikut

(1) Untuk kcpentingan pengobatan dan berdasarkan indikasi medis

dokter dapal memberikan Narkotika Golongan II atau Golongan III

dalam jumlah terbatas dan sediaan tertentu kepada pasien sesuai

dengan ketcnluan peraturan perundang-undangan

(2) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat ( I ) dapal memiliki

menyimpan danatau incmbawa Narkolika untuk dirinya sendiri

(3) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mempunyai bukti

yang sali bahwa Narkotika yang dimiiiki disimpan danatau dibawa

50

untuk digunakan diperoleh secara sail sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan

Mengenai rehabilitasi terhadap korban dan pelaku tindak pidana

kejahatan penyalahgunaan narkotika merupakan suatu kewajiban bagi

pemerintah dan instansi masyarakat Sebagaimana ketentuan dalam Pasal

54 bahwa Pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika

wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial Dalam Pasal 56

disebutkan juga bahwa

(1) Rehabilitasi mcdis Pecandu Narkotika dilakukan di rumah sakit yang

ditunjuk oleh Menteri

(2) Lembaga rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan oleh instansi

pemerintah atau masyarakat dapat melakukan rehabililasi medis

Pecandu Narkotika setelah mendapat persetujuan Menteri

Kemudian dipertegas kembali dalam Pasal 57 bahwa selain melaiui

pengobatan danatau rehabilitasi medis penyembuhan Pecandu Narkotika

dapat diselenggarakan oleh instansi pemerintah alau masyarakat melaiui

pendekatan keagamaan dan tradisional Salah satu tugas dan wewenang

Badan Narkotika Nasional adalah meningkatkan kemampuan lembaga

rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu Narkotika baik yang

diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat

Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 ini terdapat

pengecualian dalam hal luniutan pidana terhadap anak yang masih berada

di bawah umur Misalnya terdapat di dalam salah satu pasalnya yakni pada

51

Pasal 128 ayal ( I ) yang bcrbunyi Orang tua atau wali dari pecandu yang

belum cukup umur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) yang

sengaja tidak mciapor dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6

(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp 100000000 satu juta

rupiah) Tetapi di datam ketentuan tain yakni pada Pasal 128 ayat (2) dan

ayal (3) ditentukan bahwa anak yang masih di bawah umur tidak dapat

dituntut pidami selcngkapnya pasal tersebul berbunyi Pecandu Narkotika

yang belum cukup umur dan telah dilaporkan oleh orang tua atau walinya

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat ( I ) tidak dituntut pidana

(Pasal 128 ayat (2)) dan Pecandu Narkotika yang telah cukup umur

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) yang sedang menjalani

rehabilitasi mcdis 2 (dua) kali masa perawatan dokter di rumah sakit

danatau lembaga rehabilitasi medis yang ditunjuk oleh pemerintah tidak

dituntut pidana

Pada awalnya narkotika digunakan unluk kcpentingan umat

manusia khususnya untuk pengobatan dan peiayanan kesehatan Namun

dcngan semakin bcrkembangnya ilmu pcngclaliuan dan teknologi

peruntukan narkotika mengalami perluasan hingga kepada hal-hal yang

negatif

Di dunia kedokteran narkotika banyak digunakan khususnya

dalam proses pembiusan sebelum pasien diopcrasi mengingat di dalam

narkotika terkandung zat yang dapat mempengaruhi perasaan pikiran serta

kesadaran pusieti Oleh karena itu agar penggunaan narkotika dapal

52

memberikan manfaat bagi kehidupanurnat manusia maka pcredarannya

harus diawasi secara ketat sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 60 sampai

dengan Pasal 63 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang menyebutkan

Pasai 60 ditentukan bahwa

(1) Pemerintah melakukan pembinaan terhadap segala kegiatan yang

berhubungan dengan Narkolika

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meiipuli upaya

a Memenuhi ketcrsediaan Narkotika unluk kcpentingan peiayanan

kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi

b Mencegah penyalahgunaan Narkotika

c Mencegah generasi muda dan anak usia sekoiah

dalampenyalahgunaan Narkotika termasuk dengan memasukkan

pendidikanyang berkaitan dengan Narkotika dalam kurikulum

sekoiah dasarsampai lanjutan atas

d Mendorong dan menunjang kegiatan penelitian danatau

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di brdang

narkolika unluk kcpentingan peiayanan kesehatan dan

e Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis bagi

Pecandu Narkotika baik yang diselenggarakan oleh pemerintah

maupun masyarakat

53

Pasal 61 ditentukan baiiwa

(1) Pemerintah melakukan pcngawasan terhadap segala kegiatan yang

berkaitan dengan Narkotika

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi

1 Narkolika dan Prekursor Narkolika untuk kcpentingan peiayanan

kesehatan danatau pengembangan Hmu pengetahuan dan

teknologi

2 Alat-alat potensial yang dapat disaiahgunakan untuk melakukan

tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkolika

3 Evaluasi keamanan khasiat dan mutu produk sebelum diedarkan

4 Produksi

5 impor dan ekspor

6 Pcrcdaran

7 Pelabeian

8 Tnformasi dan

9 Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Pasal 62 berbunyi Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan

sebagaimana dimaksud dalam Pasai 60 dan pengawasan sebagaimana

dimaksiiddalam Pasal 61 diatur dengan Peraturan Pemerintah Dan dalam

Pasal 63 disebutkan bahwa Pemerintah mengupayakan kerja sama

dengan ncgara lain danatau badan intcmasional secara bilateral dan

multiialeral baik regional maupun internasional dalam rangka pembinaan

dan pengawasan Narkotika dan Prekursor Narkotika sesuai dengan

54

kcpentingan nasional

Berdasarkan biinyi beberapa pasa di atas mengenai pengawasan

terhadap pentingnya peredaran narkotika wajib diawasi secara ketat

dikarenakan saat ini pemanfaatannya banyak untuk hal-hal yang negatif

D i samping itu melaiui perkembangan teknologi informasi dan

komunikasi penyebaran narkotika sudah menjangkau hampir ke semua

wilayah di Indonesia hingga ke pelosok-pelosok Daerah yang sebelumnya

tidak pcrriah tersentuh oleh peredaran narkotika lambat laun berubah

menjadi sentra peredaran narkotika Begitu pula anak-anak yang pada

mulanya awam terhadap barang haram ini telah berubah menjadi sosok

pecandu yang siikar untuk dilepaskan ketergantungannya

Sebelum Iahimya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

mengenai narkotika diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997

tentang Narkotika namun undang-undang ini tidak dapat dipertahankan

lagi keberadaannya karena adanya perkembangan kualitas kejahatan

narkotika yang sudali menjadi ancaman serius bagi kehidupan umat

manusia Pengguna narkotika sangat beragam dan menjangkau semua

lapisan masyarakat mulai dari anak-anak hingga orang dewasa orang

awam hingga artis bahkan hingga pejabat publik

Efek negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan narkotika secara

berlebihan dalam jangka waktu lama serta tidak diawasi oleh ahlinya

dapat

menimbulkan berbagai dampak negatif pada penggunanya baik secara

55

fisik maupun psikis Bahkan tidak janing penggunaan narkotika dapat

memicu terjadinya berbagai tindak pidana Karena itu untuk mencegah

semakin mcluasnya dampak negalif yang ditimbulkan dari penggunaan

narkotika maka pengawasan tidak hanya terbatas pada peredaran

narkotika tetapi juga pada mereka yang menjadi korban misalnya

sescorang yang menderita ketergantungan narkotika (pecandu) Apabila

seorang pecandu narkotika telah divonis bcrsalah oleh hakim atas tindak

pidana narkotika yang dilakukannya maka untuk memberikan kesempatan

pada yang bersangkutan agar tcrbebas dari kecanduaniiya maka hakim

dapat mcmutuskan untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani

pengobatan danatau perawatan

Pengobatan dan perawatan terhadap pecandu narkotika dilakukan

melaiui fasilitas rchabilitasi Rcliabilitasi medis dan sosial yang diberikan

kepada pecandu dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan

kemampuan fisik mental dan sosialnya Selain pengobatan dan perawatan

melaiui rehabililasi medis proses penyembuhan pecandu narkotika dapat

diiaksanakan oleh masyarakat melalul pendekatan keagamaan dan

tradisional

Sebagai conloh di Pakem Sleman Yogyakarta telah didirikan

sualu kliiiik alau Pusat Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkotika

Psikolropika dan Zal-zat Aditiflainnya (NAPZA) Terpadu yang didirikan

atas kerjasania Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dan

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang diresmikan pada tanggal 7

56

Desember 2005 Tujuan umum pendiriaii pusat rehabilitasi terpadu ini

adalah untuk memberikan jaminan penanganan paripurnakepada korban

penyalahgunaan Napza melaiui aspek hukum aspek medis aspek sosial

aspek spiritual serta pengembangan pcndidikan dan pelatihan dalam

bidang NAPZA secara terpadu sedangkan tujuan khususnya adalah

1 Terhindarnya korban dan instilusi dan penelrasi pengedar

2 Terhindarnya kerusakan mental dun masa depan para penyalah guna

Napza yang akan mcmbtinuh potensi pengembangan mereka

3 Terhindarnya korban-korban baru akibat penularan penyakil-penyakit

seperti Hepatitis HIVAIDS dan penyakit menular lainnya

4 Terwujudnya proses pengembangan penanganan korban NAPZA dan

aspek ilmiah serta keiimuan yang dinamis sesuai perkembangan zaman

sebagai pusat jaringan informasi terpadu dan mewujudkan teknis

penanganan penyalahgunaan narkotika dan obat-obalan terlarang bagi

daerah sekitamya maupun nasional

Pemberian perlindungan kepada korban narkotika lentil tidak dapat

dibebankan sepenuhnya kcpada pemeriiilah peran serta masyarakat pun

diharapkan ada salah salunya diterimanya kembali mantan pani pengguna

dalam lingkungannya tanpa melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya

diskriminatif bahkan dengan mcmposisikan mereka sebagai warga keias

dua yang harus dljauhi

Bentuk periindunganyang diberikan terhadap pelaku maupun

Dikdik M ArilMansur dan tUisUiris Guitom loa cil hal 90

57

korban penyalahgunaan narkolika dan psikotropika daiambentuk

rehabilitasi

Rehabilitasi adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang

dilujukan kepada pemakai narkolika dan psikotropika yang sudah

menjalani program kuratif Tujuannya agar pelaku tidak memakai lagi

dan bebas dari penyakit ikutan yang disebabkan oleh bekas pemakaian

narkotika dan psikotropika

3 Tahapan-tahapan rchabilitasi terhadap self-victimizing victims

Tahapan-tahapan rehabilitasi terhadap self-victimizing victims atas

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika yang ada di Indonesia tidak

sama Ada yang menekankan rehabilitasi hanya pada aspek medis ada

pula yang lebih menekankan pada aspek rohani Atau memadukan kedua

pendekatan tersebut dengan komposisi yang seimbang Yang ideal

rehabilitasi seorang korban narkotika dan psikotropika harus dilakukan

secara holisitik baik secara fisik psikis maupun kerohaiiiannya

1 Tahapan pengobatan (rehabilitasi)

Secara umum ada beberapa tahapan yang harus dilewati

Masing-masing tahapan tersebut memakan waktu bervariasi ada yang

seminggii sebulan dan bahkan berbu lan-bulan tcrgantung tingkat

ketergantungan tekad korban dan juga dukungan berbagai pihak

terutama keluarga dalam seluruh proses tersebut Setiap tahapan

Subagjo PiirloUiharjo Loc cU hal 105 ^ E M Giri Prastowo loc cil hal 28 -29

58

tersebut disusun dan dibuat untuk inenganlar pasien secara bertaiiap

melepaskan dari ketergantungan narkotika dan psikotropika Beberapa

tahapan rehabilitasi ini yang disajikan berikut sudah Icruji dapat

menyembuhkan atau memulihkan korban narkotika dan psikotropika

secara maksimal

a Tahapan transisi

Penekanaii dalam tahap ini lebih kepada informasi awal

tentang korbanseperti

1) Latar belakang korban

2) Lama ketergantungan

3) Jenis obat yang dipakai

4) Akibat-akibat ketergantungan dan

5) Berbagai inlbrniasi lainnya

Hal ini penling sehingga pada saatnya akan menjadi acuan

bagi pihak yang terlibat secara intensif dalam proses rehabilitasi

Ahl i yang berkompeten (dokter) akan menganaiisa tingkat

ketergantungan korban untuk kemudian meneniukan tingkat

pengobatan dan tingkat pembinaan bagi si korban schingga terapi

dan metode pengobatan bisa dilakukan secara terukur

Tahapan ini Juga dapat dijadikan rujukan untuk meneari

model rehabilitasi yang paling tepat bagi yang bersangkutan Pada

tahap ini tim rehabilitasi akan membantu korban agar menyadari

dirinya sedang menghadapl masalah ketergantungan narkotika dan

59

psikotropika Korban diajak untuk bersama-sama mengatasinya Hal

ini penting karena proses rchabilitasi tidak akan berhasil tanpa

adanya kesadaran korban tentang adanya bahaya yang dihadapinya

Dari situ akan dibangun tekad dan komitmennya untuk

meninggalkan narkotika dan psikotropika

Selain itu pada tahapan ini akan diteliti akibat fisik dari

penggunaan narkotika dan psikotropika Sejauh mana tingkat

kerusakan syaraf dan organ-organ tubuhnya yang rusak Unluk itu

diadakan pemeriksaaii laboratoriumiengkap dan tes penunjang untuk

mcndeteksi penyakit yang diderita korban A[)abia dalam

pemeriksaan ditemukan satu atau beberapa penyakit maka terlebih

dahulu diadakan pengobalan medis sebelum penderita mendapat

proses rehabilitasi lanjutan Langkah ini penting selain agar tubuh

yang bersangkutan bebas dari penyakit juga untuk mencegah

terjadinya penularan balk kepada korban narkotika dan psikotropika

ini diadakan pembersihan darah pada tubuh pecandu sehingga darah

menjadi bersih dan sistem metabolisme tubuh kembali normal

Proses ini dapat dilakukan melaiui cara-cara berikut

1) Cold Turkey abrupt withdrawal) yaitu proses penghentian

pemakaian narkotika dan psikolropika secara tiba-tiba tanpa

disertai dengan substitusi antidotum

2) Bertaliap atau substitusi bertahap misalnya dengan kodein

^Ibidhal 30

60

methadone CPZ atau clocard selama i -2 minggu

3) Rapid Detoxification dilakukan dengan anestesi umum (6-12

jam) dan

4) Simtomatik tergantung gejala yang dirasakan

2 Rehabilitasi intensif

Setelah melewati masa transisi (pengumpulan informasi tentang

keadaan korban dan latar belakangnya) baru masiik pada fase

berikutnya yakni proses penyembuhan secara psikis Motivasi dan

potensi dirinya dibangun daiam tahap ini Korban diajak untuk

menemukan dirinya dan segala potensinya sambil juga menyadari

berbagai keterbalasannya Bahwa untuk mengatasi masalah hidup yang

bersangkutan tidak perlu harus mengkonsumsi narkotika dan

psikotropika Narkotika dan psikotropika justru menciptakan masalah

baru yang jauh lebih besar dalam hidupnya Narkotika dan psikotropika

bukanlah solusi tetapi menjadisumber masalah Pada tahap ini berbagai

contoh dapat dipcrlihatkan kepada korban

Yang terlibat di dalam tahap ini yang utama adalah korban itu

sendiri sebagai pelaku self-victimizing victims) Korban harus punya

tekad untuk hidup tanpa narkotika dan psikotropika Korban harus bisa

menatap masa depan dengan penuh optimisme Selain yang

bersangkutan peranan keluarga (orang liia dan saudara-saudaranya

suami atau istri) juga sangal pcnling Anggota keluarga ini harus secara

intensifmendampingi dan jnenopang korban

61

Staf di paiiti rehabilitasi para konselor psikolog dan semua

pihak di panti rehabilitasi untuk bersama-sama mcmbangun

kepercayaan diri korban Seluruh proses ini membutuhkan waktu

berbulan-bulan bahkan selama bertahun-tahun tergantung tingkat

ketergantungan dan efeknya bagi korban Berbagai terapi yang

dilakukan selama dalam tahap ini baik yang dilakukan secara pribadi

maupun bersama-sama lewat berbagai aktivitas di panti rehabilitasi

tersebut bertujuan untuk memberdayakan kembali korban yang disekian

lama telah terpuruk oleh narkolika dan psikotropika Sebagai langkah

awal untuk sosialisasi diri dengan masyarakat korban juga secara

bertahap mulai mcmbangun komunikasi dengan orang lain di Iuar

komunitas rehabilitasi

Menurut Romo Lambertus Somar MSG dalam bukunya

Rehabilitasi Pecandu Narkotika dan Psikotropika pada tahap ini ada

tiga titik yang harus dilewati yang lebih dikenal dengan tahapan

stabilisasi pribadi yailu^

1 Secara sadar dan tekun melepaskan diri dari berbagai penyakit dan

akibatakibat lainnya (no to drugs) Tahap ini merupakan tahap

stabilisasi awai atau tahap konsolidasi (comolidation)

2 Menemukan jati diri menguasai kiat-kiat dan keterampilan-

keterampilan untuk menyehatkan serta mengisi hidup secara lebih

bermakna dan bermulu Latihan keterampilan vokasional (kerja) dan

E M Giri Praslowo Loc cil hal 32

62

peiigungkapan diri dari dimulai dibina sebiiigga disebul juga (afiap

pengukuan diri (jyerwtuil appraisal) Inilah lahap slabilisasi

niericiigah (inadya)

3 Dengan inisiatif pribadi orang secara sadar mulai berfikir dan

bertindak untuk mencapai prestasi-prestasi tertentu schingga disebut

juga tahap positive thinking and doing Tahap ini merupakan tahap

stabilisasi akhir

4 Tahap rekonsiliasi Tahapan berikut yang harus dilewati dan sangat

vital adalah tahap rekonsiliasi Tara korban tidak langsung

herinlcraksi secara bebas dcngan masyarakat akan tctiipi lerleblh

dahulu ditampung di sebuah lingkungan khusus selama beberapa

waktu sampai pasien benar-benar siap secara mental dan rohani

kembali kelingkungannya semula Yang paling ulama dalam fase ini

adalah pembinaan mental spiritual keimanan dan ketakwaan serta

kcsepiikatan sosial kemasyarakaian Proses ini bisa meliputi program

pembinaan jasmani dan rohani

Sampai ke tahap ini yang bersangkutan masih tcrikat dengan

rehabilitasi foimal namun sudah mulai membiasakan diri dengan

masyarakat Iuar sehingga merupakan proses resosialisasi (reentry) atau

penyesuaian (reconcilialion) Proses ini melewati tiga titik penting juga

yaitu

1 Tinggal lebih sering dan lebih lama di lingkungan keluarga sebagai

63

teiiipal tinggal tetap atau pun tempat tinggal transit unluk

resosialisasi sambil mclaiijiitkan kegiatan pilihan sebagai penunjang

masa selanjutnya Di sini terjadi perdamaian dan penycsuaian-

penyesuaian kembali dengan lingkungan

2 Rencana masa depan yang jelas dan siap direalisasikaii dengan

dukungan keluarga atau pihak-pihak lain Pada tahap ini korban

dapat memulai aktivitasnya lagi seperti sekolahkuliah mulai bekerja

atau merintis usaha sendiri

3 Kontak awal dengan kelompok-keiompok atau program-program

pemeliharaan lanjut aftercare) Di sini orang meiierima dirinya

seperti apa adanya merasa puas lalu mempercayakan dirinya ke

tangan orang lain

4 Pciiieliharaaii Lanjut Pada tahap ini walaupun secara fisik yang

bersangkutan sudah dinyatakan seliul dan secara psikis pun sudali

pulih namun masih ada kcmungkinan mereka akan tergclincir

kembali icbihlebih saat mereka sedang menghadapl masalah Pada

saat itu bisa Jadi mereka bemostagia dengan menikmati narkolika

dan psikotropika Saat ini juga niwaii Karena itu setiap korban yang

niemasuki tahap inidipersiapkaii sungguh-sungguh agar dapal

melewati dan mengatasi sUuasi rawan ini dengan melewati tiga titik

ini yakni

a Mengubah menghilangkan aUiu menjauhi hal-hal yang bersifat

bid hul 34

64

nostaigia kesenaiigan narkolika dan psikolropika

b Setiap mengikuti program-program dan aeara-acara aftercare

(pemeliharaan lanjut) dan

c Dapat juga mcUbatkan diri dalam gerakan atau kelompok bersih

narkoba dan peduli penanggulangannya

BAB IV

PENUTUP

A Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dipaparkan tersebut di atas peneliti

memberikan beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap

permasalahan di dalam penelitian ini sebagai berikut

Di antara berbagai faktor yang dapat mempengaruhi seseorang atau

individu menyalahgunakan narkotika atau psikotropika terdapat faktor

yang paling duininan yakni laktor yang bersumber dari keadaan keluarga

dan lingkungan bukan karcnn faktor individunya Karena faktor keluarga

yang buruk dan lingkungan yang juga buruk dan saling mendukung dapat

mempengaruhi individu menjadi pelaku lindak pidana penyalahgunaan

narkolika dan psikotropika tersebut dengan kata lain faktor keluarga dan

lingkungan yang buruk ini membuka kesempatan kcpada seseorang untuk

merasakan pergaulan dengan narkotika atau psikotropika sehingga dapal

menimbulkan ketergantungan terhadapnya

2 Perlindungan lerhadap korban narkotika- jika dihubungkan dengan

beberapa teori pemidanaan dalam perspektif Undang-Undatig Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika yang baru terdapai keseimbangan antara

perlindungan terhadap pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana

bahwa berdasarkan sanksi baik pidana maupun denda yang terdapat dalam

undang-undang ini sangatlah bcrat-bcnil dan tegas Ini berarti bahwa

65 bull

66

undang-undang narkotika yang baru tersebut lebih mementingkan korban

dari pada pelaku kejalialan narkotika Mengingat bahwa dcngan adanya

pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan ktgtrban semakin

banyak yang berjatuhan seliingga daripada korbannya anak bangsa yang

memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara Indonesia

maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-beratnya

terhadap si pelaku lindak pidana narkolika bahkan pidana mati atau

seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-

undang yang baru ini juga diatur mengenai rchabilitasi terhadap korban

baik korban yang diakibatkan oleh orang lain niaiipim karena self

victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku ilu

sendiri

Saran

Adapun yang menjadi saran peneliti di dalam penelitian ini yang

menjadi harapan untuk dipcrliatikan bersama adalah sebagai berikut

1 Diharapkan bagi setiap keluarga untuk menjaga keharmonisan melakukan

pengawasan dan mcnanainkan pcndidikan yang benar terutama dalam lial

menyeimbangkan antara emosi inteligensi dan spritual sejak dari din

terhadap anak sebagai benteng terhadap dirinya untuk dapat membentengi

dari pengaruh narkotika dan psikotropika yang semakin mengancam

keadaan lingkungan masyarakat

2 Diharapkan terhadap pemerintah untuk melakukan sosialisasi yang

teriiitegrasi dan menyeluruh terhadap semua lapisan masyarakat baik

67

masyarakat di pedesan (primitlf) maupun masyarakat kota betapa besamya

sanksi pidana dan denda yang digariskan di dalam undang-undang

narkotika dan psikotropika misalnya dcngan mcmpublikasikannya dalam

bentuk billboard di pcrsiinpangan jalan sehingga setiap orang yang lewat

dengan secara otomatis masyarakat akan inengelaliuinya dan

berkemuiigkiiian orang yang membacanya setidaknya tlmbul rasa takut

untuk terjun ke dalam penyalahgunaaan narkotika dan psikotropika

tersebut

D A F T A R PUSTAKA

A Bukii

Arrasjid Chainur Sualu Pemikiran Tentang Psikologi Kriminil Mcdan Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU 1999

Gerson Bawengan Penganlar Psichology Kriminil Jakarta Pradya Pramita 1973

Gosita Arif Masalah Korban Kejahatan Jakarta Akademika Pressindo 1993

Hakim M Ariel Narkoba Bahaya dan Penanggulangannya Bandung Jembar 2007

Hawari Dadang Konsep islam Memerangi AIDS dan NAZA Get X i Yogyakarta Dhana Baktl Priaya 1997

Kaligis OC dan Soedjono Dirdjosisworo Narkoba dan Peradilannya di Indonesia (Retbrmasi Hukum Pidana Melaiui Perundangan dan Peradilan) Bandung PT Alumni 2002

Kartono Kartini Psichology Abnormal Bandung Alumni 1972

Mansur Dikdik M Arif dan Elistaris Guitom Urgensi Perlindungan Korban Kejahalan Antara Norma dan Reaiita Bandung Agustus Fakultas Hukum Universitas Padjajaran 2006

Mardani Penyalahgunaan Narkoba Daiam Perspeklif Hukum islam dan hukum Pidana Nasional Jakarta IH RajuGrufindoPersado 2007

Marpaung Leden Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005

Moelyono Anton M Kumus Besar Bahasa Indonesia Get 11 Jakarta Balai Pustaka 1988

Muladi HAM Dalam Persepkiif Sistem Peradilan Pidana dalam Muladi (ed) Hak Asasi Manusia Hakekal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat Bandung Refika Aditama 2005

dan Barda Nawawi Arlef Bunga Rampai Hukum Pidana Bandung Alumni 1992

Partodiharjo Subagyo Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannyai Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2003

Ioyk Fanny Jonathans Sehiiah Kesehatan Narkoba Sayonara Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2006

Prastowo EM Giri Rehabilitasi Bagi Korban Narkoba Tangcrang Visimedia 2006

Prodjodikoro Wirjono Asas-asas Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005

Roeslan Saieh Stelsel Pidana Indonesia Jakarta Bina Aksara 1987

Soedjono D Segi Hukum Tentang Narkolika di Indonesia Bandung Karya Nusanlara 1977

Hukum Narkolika Indonesia Bandung PT Citra Adtya Baktl i 990

Soekanto Soerjono dan Sri Mumadjj Penelitian Hukum Normalif Suatu Tijnjauan Singkat Jakarta Rajagrafindo Persada 2001

Sudarsono Kenakalan Remaja cet Ii Jakarta Rineka Cipta 1992

Tom dkk Bahaya NAPZA Bagi Pelajar Bandung Yayasan Al-Ghifari Morgan 1999

Tim BNN Materi Advokad Pencegahan Narkoba Jakarta Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia 2005

Yustisia Himpunan Peraturan Pemndang-Undangan Anti Narkoba diterjenialikuii oleh Tim iustaka Yuslisia Yogyakarta iuslaka Yustisia 2006

Waluyo Bambang Penelitian Hukum dalam Prakiek Jakarta Sinar Grafika 1996

Wcda Made Darma Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korporasi dalam niingti Rampai Viktimisasi Bandung Eresco 1995

B Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Pasal 152

Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika22Tahun 1997 tentang Narkotika

Keppres Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkolika Nasional

CInternet

htlpwwwbnngoidportalbariiiiorlalkQnlenpltpniima^Prorilampop^visi niisiamp tnn=lamp diakses tcrakiiir tanggal 13 November 2014

httpthed03hlogspoteom2008l Ohukuiii-viktimolQgihtmk diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014

httpwwwikonbaliorg26062Q(19advokasipctisi-ikon-bali-segera-tcrapkan-semahtml Petisi Ikalan Korban Napza (IKON) dalam rangka menyambut Hari Anti Narkotika (HANI) dan Hari Anti Penyiksaan 2009 diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014

httpwwwsurnekscoidindexphp7pption=^om cpntentampview=articleampid=^1405 2010-kej ati-baru-terapkan-uu-no-3 52009ampcatid=44 ilir-barat-i-bukit-keciIampUemid=94 diakses lerakJiir tanggal 12 Desember 2014

httpidsbvoongcQmexact-sciencesl8Q8652-getielika-dan-keiahatan Faktor Genetik Penyebab Kejahalan diakses terakhir tanggal 10 jaiiuari 2014

httpwwwasiasecuritiescoidsys 12ximagesstories201QEqtiitv2Q Pdf diakses terakhir tanggal 10 Januari 2014

LAMPIRAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

F A K U L T A S HUKUM

K A R T U AKTIVITAS BIMBINGAN SKRIPSI

N A M A MAHASISWA DIANA SAPUTRA

N O M O R INDUK MAHASISWA 50 2011 059

P R O G R A M STUDI I L M U H U K U M

PROG K E K H U S U S A N H U K U M PIDANA

P E M B I M B I N G M S O L E H IDRUS SHMH

l U D U L SKRIPSI P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T U N D A N G U N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I

KONSULTASI

K F -

MATERI YANG

DIBIMBINGKAN

PARAF

PEMBIMBING K E T

luymdash

y^ ^ Tlt2 N ^

7 M e

fSUL

k ^

CATATAN MOHON DIBERI WAKTU MENYELESAIKAN SKRIlSl RUiAN SEJAK TANGGAL DIKELUARKAN DITETAIKAN

DIKELUARKAN DI PALEMBANG PADA TANGGAL KETUA BAGIAN

JUDUL P E N Y A L A H G U N A A N N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG UNDANG N O M O R 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I

P E R M A S A L A H A N 1 Apa yang menjadi faktor tcrjadinya penyalaJigunaan narkotika dan psikotropika

2 Bagaimana pengaturan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspektif victimologi

B A B l P H N D A I i U L U A N A Latar Belakang B Permasalahan C Ruang Lingkup dan Tujuan D Metode Penelitian E Sistematika Penulisan

B A B 11 T I N J A U A N PUSTAKA

A Pengertian penyalahgunaan B Pengertian victimologi C Ruang lingkup victimologi D Jents dan penggolongan narkotika dan psikotropika E Undang Undang yang mengatur tentang narkotika

dan psikotropika

BAB I I I PEMBAHASAN A Faktor yang menyebabkan terjadinya

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika

B Penyalahgunaan narkotika dan psikolropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspeklif victimologi

BAB IV PENUTUP A Kesimpulan

B Saran-saran

DAF1AR PUSTAKA

L A M P I R A N - L A M P I R A N

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM

Lampiran Perihal Kepada

Sistematika penulisan (Outline) Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi YUi NUR HUSNI LMILSON SHSpNMH

Pembimbing Akademik Fakultas Hukum UMP dl-Palembaniz

Assalamualaikum WrWb

Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama DIANA SAPU I RA

Program Kekhususan Flukum Pidana

fada semester Lianjil tatiun kuliati 2UI42UI5 sudah menyelesaikan betian studi yang meliputi MPKMKKMKBMPBMBB (139 sks)

Dengan ini mengajukan pcrmohonan untuk penelitian Hukum dan Penulis Skripsi dengan judul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG-UNDANG N O M O R 35 T A H U N 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I

Demikianlah atas perkenaan Ibu diucapkan terima kasih

Wassalamualaikum WrWb

NIM 50 2011 059 Ilmu Hukum Program Studi

Palembang September 2014 Pemohon ^^--^5

Rekomendasi PAYbs

Pembimbing Akademik

HUSNI EMHSON SH SpN MH

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM

REKOMENDASI DAN PEMBIMBING SKRIPSI

Nama Nim Program Study Program Kekhususan Judul skripsi

DIANA SAPUTRA 50 2011 059 Ilmu Hukum Hukum pidana PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI

I Rekomendasi Ketua Bagian a Rekomendasi

b Usulan Pembimbing

Hukum Pidana

raiemoang iepiemt)er zu 14 KetuaJBagu

LuuTiiiAKNurCsHrR^

I L Penatapan Pembimbing Skripsi Oleh Wakil Dekan I

1 2

Palembang September 2014 Wakil Dekan I

- i poundL Dr Hj SRI S U L A S T R I SH M H

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah i n i Nama Tempat Tanggal Lahir N I M Program Studi Program Kekhususan

DIANA SAPUTRA PetransJaya 15 Januari 1992 502011059 Ilmu Hukum Hukum Pidana

Menyatakan bahwa karya ilmiah skripsi saya yang berjudul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANGshyU N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F VICTIMOLOGI

Adalah bukan merupakan karya tulis orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali daiam bentuk kutipan yang telah kami sebutkan sumbemya

Demikianlah surat pemyataan ini kami buat dengan sebenar-benamya dan apabila pemyataan ini tidak benar kami bersedia mendapatkan sanksi akademis

Palembang September 2014

PERMOHONAN UNTUK MENGIKUTI SEMINAR PROPOSAL

Palembang Oktober2014 Perihal Mohon untuk diiaksanakan seminar

Proposal Penelitian Skripsi

Kepada Yth Ibu Luil Maknun SH MH Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang D i -

Palembang

Assalamualaikum Wr Wb Saya yang bertanda tangan dibawah Ini Nama DIANA SAPUTRA

NIM 50 2011 059

Program Kekhususan Hukum Pidana

Bahwa yang bersangkutan telah layak untuk mer^ikiuti Seminar Proposal rencana penelitian skripsi yang judul PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI

Mohon kiranya yang bersangkutan untuk dijadwalkan mengikuti Seminar Proposal usul Penelitian Skripsi

Demikianlah disampaikan untuk dipertimban^Lan Wassalamualaikum Wr Wb

Pembimbing Skripsi

M SOLEH IDRUS3HMS

H A L A M A N P E R S E T U J U A N U N T U K M E N G I K U T I S E M I N A R P R O P O S A L

Nama DIANA S A P U T R A

N I M 50 2011059

Program studi Ilmu Hukum

Program kekhususan Hukum Pidana

Judui Penelitian PENYALAHGUNAAN N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A

MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI P E R S P E K T I F VICTIMOUHH

Palembang Oktober2014 Disetujui Pembimbing

M S O L E H IDRUSSH MS

Ketua Bagian Hukum Pidana

LuU MaknunSH M H

Page 11: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si

2

harapan dalam pencapaian pcmbangunan nasional dapal tcrganggu

Bahaya nicngedarkan Narkotika dan isikolropika dapat dibayangkan

berapa banyak sel syuraf otak mahusia yahg akan dlrusak borapa gencfasl

muda anik sekoiah dan mahasiswa terus diburu pengedar Narkotika dan

Psikotropika tersebul bahkan dapat mengakibatkan kematian^

Keterganl jngan lerhadap Narkotika dan Psikotropika pada mulanya ingin

coba-coba dulu karena Narkotika maupun Psikolropika tersebul dapat

membuat pemakaiiiyu bcrhalusinasi seolah lupu tchadiip masalah dan berada

pada dunia keindahaii Jika laktor kesempatan untuk mendapatkan Narkolika

dan Psikotropika sangat mudah dari pengedar maka dapal mengakibatkan

korban akan semakin bertambah Melihat besamya bahaya penyalahgunaan

Narkotika dan Psikotropika lerhadap individu dan mengganggu pencapaian

cita-cita NKRl maka lerhadap Narkotika maupun Psikolropika harus

dilakukan penanggulangannya sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku

Scjak awat mula Iahimya hukum pidana fokus subjek yang paling

banyak disoroti adalah si pelaku Padahal dari sualu kejahatan kerugian yang

paling besar didcrita adalah pada si korban kejahatan tcrsebut Akan tetapi

scdikit sekali ditemukun hukum-hukum atatipun peraturan perundang-

undangan yang mengatur tcnung korban serta perlindungan lerhadapnya

httpw^vbnn (ioidportalhiirup(irlalkoTilenphpnaTna=lrofilampopvisL _iTiisiampmn^l diakscs tcrukhir tanggal 29 December 2(M4 Iihal juja Kcpprcs Nti 17 Taliun 21X12 tentang Itadan Narkotika Nasional pada bagian konsidcran mcnimbang huruf (J) bcrbunyi Bahwa sehubungun dengan pertimbiingan hunifu huruf b huruf c dan sebagai pcluksunaan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkolika ficrlu niembcntuk Badan Narkotika Nusiona dcngan Keputusan Iresiden

^Funny Jonathans Poyk Suhiiah KusehiUan Narkoba Sayonara (Jakarta IT (Jelora AkHuru Iralama 2006) lial 9 Made Darma Weda Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korfwrasi dalam Bunga

3

Berbicara mengenai upaya penanggulangan kejahatan atau tindak

pidana Narkotika dan Psikotropika yang tepat maka cara pandang sebaiknya

tidak hanya terfokus pada berbagai hal berkaitan dengan penycbab timbuliiya

kejahatan atau metode apa yang efektif dipergunakan dalam penanggulangan

kejahatan tersebul Namun hal lain yang tidak kalah penlingnya untuk

dipahami adalah masalah korban kejahatan itu sendiri yang dalam keadaan-

keadaan lertentu dapal menjadi pemicu munculnya kejahatan dalam tindak

pidana Narkotika dan Psikotropika tersebul

Piida saat berbicara tentang korban kejahatan dalam tindak pidana

Narkotika dan Psikotropika maka cara pandang tidak dapat dilepaskan dari

victimologi Melalul victimologi dapal diketahui berbagai aspek yang

berkaitan dengan korban seperti faktor penyebab munculnya kejahatan

penyalahgunaan bagaimana seseorang dapat menjadi korban

penyalahgunaan dan upaya mengurangi terjadinya korban kejahatan

penyalahgunaan serta hak dan kewajiban korban kejahatan dalam tindak

pidana Narkolika dan Psikotropika tersebut Secara victimologi terhadap

korban kejahatan dalam tindak pidana Narkotika dan Psikotropika misalnya

korban yang ditemukan pada anak usia 7 tahun sudah ada sebagai pemakai

anak di usia 8 talum sudah ada yang memakai ganja dan lalu di usia 10 tahun

anak-anak sudah menggunakan Narkotika alaupun Psikotropika dari berbagai

jenis seperti ganja heroin morfni ekstasi dan sebagainya

Kraquogtrban dalam lingkup victimologi memiliki arti yang luas karena

Rampai Vihmisusi (Bandung Krcsco 1995) hal 200 TM Giri Prasln vo Rebahilium liagi Korban Narkoba ( Iangerang Visimudia 2006) hal v

4

tidak hanya terbatas pada individu yang secara nyata menderita kerugian

tetapijuga kelompok korporasi swasta maupun penierintali sedangkan yang

dimaksud dcngan akibat pcnimbulan korban adalah sikap atau tindakan

terhadap korban danatau pihak pelaku serta mereka yang secara langsung

atau tidak terlibat dalam terjadinya suatu kejahatan

Pentingnya korban kejahatan dalam tindak pidana Narkotika dan

Psikotropika ihempcroleh perhatian utama DIkarenakan korban merupakan

bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kejahatan oleh karena ilu maka

korban memiliki peranan yang sangat penting dalam penelitian ini

Diperolchnya pemahaman yang luas dan mendaiam tentang korban kejahatan

dalam linJak pidana Narkotika dan Psikolropika dapat [nenuidahkan dalam

menemukan upaya penanggulangan kejahatan yang pada akhimya akan

bermuara pada menurunnya kuantitas dan kualitas kejahalan Sejalan dcngan

semakin bcrkembangnya victimologi sebagai cabang ilmu baru berkembang

pula berbagai runuisan tentang victimologi Kondisi iiii hendaknya tidak

dipandang sebagai pertanda tidak adanya pemahaman yang seragam

mengenai ruang lingkup victimologi tetapi harus dlpaiidang sebagai bukti

bahwa vU timologi akan selalu berkembang sejalan dengan perkembangan

yang terjadi dalam masyarakat

Berdasarkan uraian di atas yang menjadi obyek pengkajian dari

victimologi penyalahgunaan Narkolika dan Psikotropika di antaraiiya adalah

faktor terjadinya kejahatan dan bagaimanakali pengaturan Narkotika dan

Dikdik M Arir Mimsur dan Elistaris (lultoiii UrgensI Ierilndungan Korban Kejahalan Anlara Norma dan Realita (Bandung Agustus EakulUis Hukum Universitas Padj aj uran 2006) hal 29

5

Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Oleh sebab itu

maka judui yang dipilih unluk diteliti dalam penelitian adalah

Penyalahgunaan Narkotika dan Pstkolropka Menurut Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 Dari Perspektif Victimologi

B Perumusan Masalah

1 Apa yang menjadi faktor faktor yang menyebabkan terjadinya

2 Bagainiana pengaturan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika dan

Psikotropika daiam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dari perspektif

victimology

C Ruaug lingkup daii tujuan

Ruang lingkup

Secara umum ruang lingkup skripsi ini untuk mengetahui apa yang

menjadi faktor faktor terjadinya penyalahgunaan narkobadan

penyalahgunaan norkoba menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari

perspektil victimologi

Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan penulisan ini adaiah

sebagai bfrikut

1 Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya

penyalahgunaan Narkoba

2 Untuk mengetahui pengaturan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika

dan Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Talum 2009 dari

penyakiligunaanTiarkotika dan psikotropika

6

perspektif viAimo(gtg[

E Metode rcncHtl

Untuk memperoleh data yang kongkril sebagai pcdoman dalam

penulisan skripsi ini maka penulis menggunaan metode sebagai berikul

1 Metode pclaksanaan penelitian

dalam pclaksanaan ini penulis menggunaan metode penelitian hukum

normatif yang bersifal diskriftif dengan menggunaan dala skunder

Penelitian nukum norkatif ini merupakan penelitian kcpustakaan yaitu

penelitian terhadap dala skunder yang iiiempuiiyai ruang lingkup meiipuli

surat sural fakta fakta sampai pada dokumen - dokuincn resmi yang

dikeluarkan oleh instansi lerkait

2 Metode pcngiimpulun data

Pengumpulan data meiiipunyai hubungan yang eral dengan sumber data

karena dcngan pengumpulan dala akan diperoleh data yang dipcrlukan

untuk selanjutnya dianalisis sesuai dengan yang diinginkan Dalam usuha

pengumuian dala dala yang relevan dengan judul ini penulis

menggunakan metode normatif diskriplif dengan menggunakan data

skunder yang berbentuk dokumcntasi

3 Tehnik pcngolahan data

Dilakukan dcngan cara nnalisis isi terhadap teksural untuk selanjutnya

dikoniruksikan dalam suatu kesimpulan

7

Sislemutika [cnulisiin

Penelitian ini dibuul berdasarkan sistematika penulisan di dalam

penelitian ini peneliti mcmbaginya dalam empat bagian yailu

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan bab pendahuluan yang menguraikan mengenai hal-hal

berkaitan dengan Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan

dan Maniaat Penclilian Kcaslian Penelitian Tlnjaiian

Kcpustakaan Pengertian Penyalahgunaan Pengertian

Viclimologi Ruang Lingkup dan Manfaat Viclimologi Jenis dan

Penggolongan Narkotika dan Psikotropika Metode Penelitian

dan Sistematika Penulisan

BAB U TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bagian ini menguraikan yaitu mengenai pengertian tentang

penyalahgunaan pengertian tentang ruang lingkup viktimologi

pengertian tentang narkotika dan jcnis-jcnis narkolika

BAB Hi PEMBAHASAN

Merupakan bab yang membahas mengenai hal-hal yang berkaitan

dengan Pengaturan Sanksi Pidana lerhadap Penyalahgunaan

Narkotika dan Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Ditinjau dari Perlindungan Terhadap Korban dan

Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Self

Victimizing Victims

8

BAB IV K E S I M P U L A N DAN SARAN

Bab ini memuat beberapa kesimpulan dan saran yang dibuat

peneliti sebagai hasil dari pembahasan dun penguraian di dalam

penelitian ini dari keseluruhan permasalahan yang ada

DAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A Pengertinn Pcnyalaliguiiaan

Penyalahgunaan dimaksudkan dalam penclilian ini adalah

penyalahgunaan terhadap narkotika dan psikolropika Dimana bahwa

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika ini diambil dan dipersainakan

dcngan pengertian penyalahgunaan narkoba seperti yang disebutkan Lutfi

Braja yakni memberikan pembatasan mengenai penyalaiiguiiaaii yaitu

Pemakaian narkoba di iuar indikasi medik tanpa petunjuk atau

resep dokter dan peinakaiannya bersifat patologik

(menimbulkan kelainan) dan menimbiilkan humbutan dalam

aktifitas di rumah di sekoiah atau di kampus tempat kerja dan

lingkungan sosial Ketergantungan narkoba adalah kondisi yang

kebanyakan diakibatkan oleh penyalahgunaan zat yang disertai

dengan adanya toleransi zat (dosis semakin tinggi) dan gejala

putus zal

Permasalahan penyalahgunaan mengakibatkan dampak yang sering

terjadi di tengah-tcngah masyarakat dari penyalahgunaan narkolika dan

psikotropika antara lain merusak hubungmt kekeluargaaii menurunkan

kemampuan belajar dan produktifitas kerja secara drastis sulit membedakan

mana perbuatan baik dan perbuatan buruk perubahan pcrilaku menjadi

Mardani Op 01 lial 2

9

10

pcrilaku anti sosial (pcrilaku maladaptil) gangguan kesehalan (fisik dun

mental) mempertinggi jumlah kecelakaan lalu lintas tindak kekerasan dan

kriniinuliLis lainnya

Dari kata penyalahgunaan menandakan bahwa Narkotika dan

Psikotropika tidak selalu bermakna negatif Dcngan begitu narkotika dan

psokitropika yang digunakan dengan baik dan benar oleh dokter untuk

mengobati pasiennya lidak tennasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang

disaiahgunakan Di dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA

(Narkotika Psikotropika dan Zat Adit i f Lainnya)

B Pengertian Victiimlogt

Pada dasarnya perkembangan ilmu pengetahuan tentang korban

kejahalan (viktimologi) lidak dapat dipisahkan dari iahimya peiiiikiraii-

pemikiran brilian dari Hans von Hentig seorang ahli kriminologi pada talum

1941 serta Mendelsohn pada tahun 1947 Pemikiran dari kedua ahli ini

sangat mcmpengaruhi setiap fase perkembangan viktimologi Perkembangan

viktimologi hingga sampai pada keadaan seperti sekarang tentunya tidak

terjadi dengan sendirinya namun telah meiigalami berbagai perkembangan

yang dapai dibagi dalam 3 (tiga) fase sebagai berikut

a iada tahap peitama viktimologi hanya meinpclajari korban kejahatan saja

pada fase ini dikatakan sebagai pehdl or special vtciimolo^

b Pada lase kedua viktimologi tidak hanya mengkaji masalah korban

Oadang Huwari Konsep Islam Memerungt AIDS dan NAA Cel XI (Ycgvakarta Ohaiiii iiakli Idaya 1997) hal 153 Made Danaa Wi da Op cil hal 200

kejahalan tetapi juga meiipuli korban kecelakaan Pada fase ini disebut

sebagai general victimology

c Fase ketiga Vikt imologi sudah berkembang lebih luas lagi yaitu mengkaji

permasalahan korban karena penyalahgunaan kckuasaan dan hak-hak asasi

manusia Fase ini dikatakan sebagai new viciimology

Berdasarkan pengertian di atas nampak je las bahwa yang menjadi

obyek pengkajian dari viktimologi diantaranyu pihak-pihak mana saja yang

terlibat atau mcmpengaruhi terjadinya suatu viktimisasi kriminal

bagaiinanakah respon terhadap suatu viktimisasi kriminal faktor penyebab

terjadinya viktimisasi kriminal bagaimanakah upaya penanggulangannya

dan sebagainya

C R u a i i g L i n g k u p Victimologi

Vikt imologi mencliti topik-topik teiilang korban scperti peranan

korban pada terjadinya kejahatan hubungan antara pelaku dengan korban

rentannya posisi korban dan peranan korban dalam sistem peradilan pidana

Selain itu menurut Muladi viktimologi merupakan suatu studi yang bertujuan

untuk

1 Menganaiisa berbagai aspek yang berkaitan dcngan korban

2 Berusaha untuk memberikan penjelasan sebab musabab terjadinya

vikt imisasi dan

3 Mengembangkan sistem tindakan guna mengurangi penderitaan manusia

^Suryono Ekolaina ST Harum Pudjianlo RS dan G Wiraiama Abortus Iruvocalus Ba^ Korban Perkosnan Persxkif Viktimologi Kriminologi Jan Hukum Pidana Edisi PcrUtma Culakari lurlunii (Jakiiria Univcrsilas AlmaJaya 2001) liul 174 ^ibidMl I7()

12

Menurut JE Sahetapy ruang lingkup Viktimologi meliputi bagaimana

sescorang (dapat) menjadi korban yang ditentukan oleh suatu victimity yang

lidak selaiu berhubuiigan dengan masalah kejahatan termasuk pula korban

kecelakaan dan bencana alam selain dari korban kejahatan dan penyalah

gunaait kekuasan^ Namun dalam perkembangannya di tahun 1985

dipeiopori oleh Separovic yang mempelopori pemikiran agar Viktimologi

khusus niengkaji korban karena adanya kejahatan dan penyalahgunaan

kckuasaan dan tidak mengkaji korban karena musibah alau bencana alam

karena korban bencana alam di iuar kemauan manusia out of mms will)

D Jenis dan Penggolungan Narkotika dan Psikotropilta

Dari kata penyalahgunaan narkoba menandakan bahwa narkoba tidak

selalu beimakna negatif Dengan begilu narkolika dan psokitropika yang

digunakan dengan balk dan benar oleh dokter unluk mengobati pasiennya

tidak termasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang disaialigLmakan Di

dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA (Narkotika Psikolropika

dun Zat ditir Lainnya) Dalam penelitian ini hanya dibahas tentang

narkotika dan psikolropika maka sebelumnya dipaparkan terlebih dahulu

berbagai jenis narkotika dan psikotropika sebagai berikut

a) Narkolika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari lanaman atau

TbUi Miiiadi HAM Halam Persepkiif Sislem Peradilan Pidana datam Muladi (cd) Hak Asas) Manusia Hakclal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspeklif llukum dan Masyarakat (Bandung Refikii Aditama 2005) hal lOX VfiWDial 109 Subagyo Partediharjo Op cil hal 11

13

bukan tanainan baik sintesis maupun bukan sintesis yang dapat

menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa

Zat ini dapal mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat

meninibulkan ketergantungan Menurut Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika Narkolika adalah at atau obat yang

berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun

semisimetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri

dan dapat nienimbulkati ketergantungan yang dibedakan kc dalam

golongan-goiongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang in i

Narkotika memiliki daya adikasi (ketagihan) yang sangat berat

Narkolika juga memiliki daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual

(kebiasaan) yang sangat tinggi Ketiga sifat narkolika ini yang

menyebabkan pemakai narkotika tidak dapat lepas dari cengkeramannya

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

Jenis jenis narkotika dibagi ke daiam 3 (tiga) kelompok yaitu narkotika

golongan I golongan I I dan golongan I I I

Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbaiiaya

karemi daya adilifnya sangat tinggi Golongan ini tidak boleh digunakan

untuk kcpentingan apapun kecuali unluk penelitian atau ilmu

pengetahuan Contohnya adalah ganja heroin kokain inorfin opium dan

lain-lain Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya

Ibid Posal 1 Ayal (I) Unilung-Undang Nomor 3 Tahun 2009 lenlang Narkotika

14

aditifkual tclapi bcrmaiilaal untuk pcngohatan dan penclilian tlonluhnya

adalah petidin dan turunannya benetldin belamctadol dan lain-iain

Sedanikaii narkulika golungaii Ml adalah narkotika yang niciniliki daya

aditif riiigan tetapi bermanfaat untuk penghatan dan penelitian Contohnya

adalali kudcin dun turunannya^

Berdasarkan cara pcmbuatannya narkotika dibedakan ke dalam 3

(tiga) golongatt juga yaitu narkolika atami narkotika semlsimesis dan

narkotika sintesis Dijelaskan sebagai berikut

1) Naikotika alami

Narkotika alami adalah narkotika yang zat aditithya diambil dari

(umbuhlumbuhan (atam) Contohnya

u tjaiija

Ganja adalah tanaman perdu dengan daun menyerupai daun

singkong yang tepinya bergerigi dan berbulu lialus Jumlah Jari

daunnya selalu ganjil yakni 5 7 9 Tumbuhan ini banyak lumbuh di

iieberapa daerah di Indonesia seperti Aceh Suinalera Ulara

Sumatera Selaian Pulau Jawa dan lain-lain Daun ganja ini sering

iligunakiin sebagai bumbu penyedap masakan Bila digunakan

ebagai bumbu iiuisak daya adilifnya rendah Namun lidak

ilemikian apabila dibakar dan asapnya dihirup Cara

|)cnyalahgunaunnya adalah dikcringkan dan dicampu dengan

icmbakiiii rokok atau dijadikan rokok lalu dibakar serta dihisap

Subagvo PurtoJiharjo Op cil hal 11-12

15

b Ilaisis

Hasis adaiah lanaman serupa ganja yang lumbuh di Amcrika

Latin dan Eiopa Daun ganja hasis dan mariyuana Juga dapat

disuling dan diambil sarinya Oatam bentuk cair harganya sangat

mahai Gunanya adalah unluk disaiahgunakan oleh pemadut-pemadal

kelas tinggi

c Koka

Koka adalah lanaman perdu mirip pohon kupi Huahnya yang

inatang bcrwama inerah seperti biji kopi Dalam komunitas

masyarakat Indian Kuno biji koka sering digunakan untuk

inenambah kekiiatan orang yang bcrperang atau bcrburu binalang

Koka kemudian bisa diolah menj adi kokain

d Opium

Opium adaiah bunga dengan bentuk dan wama yang indah

Dari getah bunga opium dihasilkan candu (opiat) Di Mesir dan

daratan Cina opium dahulu digunakan unluk mengobati beberapa

penyakit member kekuatan atau menghilangkan rasa sakil pada

lentara yang terluka sewaktu berperang atau berburu Opium banyak

lumbuh di segiliga emas antara Burma Komboja dan Thailand

atau di daratan Cina dan segitlga emas Asia Tengah yaitu daerah

antara Alganistan Iran dan Pakistan

Dalam kalangan perdagangaii liilernasional ada kebiasaan

ftW hal 14

16

(keliru) tncnamai daerah tempat peuanamuii opium sebagai daerah

emas Diberi nama demikian karena perdagaiigan opium sangat

mengimtiingkan Karena bahayanya yang besar daerah seperti ilu

keliru jika diberi nama predikat emas Daerah sumber produksl

opium sepantasnya disebut segitlga setan atau segitlga iblis

2) Narkotika semisintcsis

Narkotika semisintesis adalah narkotika alami yang diolah dan

diambil zat aktifnya (intisarinya) agar memiliki khasiat yang lebih kuat

schmgga dapat dimanfaatkan untuk kepcnlingan kedokteran

Contohnya

a Morfm dipakai dalam dunia kedokteran unluk menghilangkan rasa

sakit alau pembiusan pada operasi (pcmbcdahan)

b Kodein dipakai unluk obat penghilang baluk

c Heroin tidak dipakai dalam pengobatan karena daya adilifnya

sangat besar dan matifuatnya secara medis belum

ditemukan Dalam pcrdugangan gelup heroin diberi nama

pulaw atau pete atau pt Henlnknya seperti tepun terigu

yang halus pulih dan agak kotor

d Kokain liiisll olahati dari biji koka

3) Naikotika sintesis

Narkotika sintesis adalah narkotika palsu yang dibuat dari bahan

kimia Narkotika ini digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi

oraiig yang menderita kclcrgantungun Contohnya

17

a Ietidin unluk obat bius lokal operasi kccil sunal dan

sebagainya

b Melhadon unluk pengobatan pecandu narkoba dan

c Naltrexon untuk pengobatan pecandu narkoba

Selain unluk pembiusan narkolika sintesis biasanya diberikan

oleh dokter kcpada penyalahgiina narkoba untuk menghcntikan

kebiasaannya yang tidak kuat melawan sugesti (relaps) atau sakaw

Narkotika sintesis berfungsi sebagai pengganti senientara Bila sudah

bciiar-bcnar bcbas asupan narkoba sintesis in dikurangi sedikil demi

sedikit sampai akhimya berhenti total

b) Fsikotropika

Pengertian psikolropika menurut Pasal I Ayal ( I ) Undang-Undang

Nomor 5 Taliun 1997 tentang Psikotropika adalah Zat atau obat baik

alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif

melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusal yang menyebabkan

perubahan khas pada uktivitus mental dan perilaku

Pengertian Psikolropika di daUim Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika tidak ditemukan Hal tersebut sehubungan

dengan ketentuan di dalam Pasal 153 huruf b yaitu Lamplran mengenai

jenis Psikotropika Golongan 1 dan Golongan II scbagaimana tercantum

dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang

Psikotropika (lcmbaran Ncgara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor

10 Tambahan Lcmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671) yang

18

telah (iipindahkan menj adi Narkotika Golongan I menurut UndangUndang

ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku Oleh karenanya dalam Undangshy

Undang Nomor 35 Tahun 2009 tidak ada lagi di dalam pasal-pasal nya

yang mengatur mengenai Psikotropika karena sudah dlmasukkan ke dalam

golongan Narkotika

Sesuai dengan pembahasan dalam penelitian ini masih

berhuijutigar dengan Psikotropika maka Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1997 tentang Psikotropika masih perlu untuk dibahas dalam penelitian ini

Menui iil undangumlang tersebut Psikolropika adalah zal atau obal bukan

narkolika baik alamiah maupun sintesis yang memiliki khasiat psikoaktif

melaiui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan

perubahan khas pada aktivitas nonnal dan perilaku Psikotropika ini

merupakan obat yang digunakan oleh dokter untuk mngobali gangguan

jiwa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tenumg

Psikolropika psikotropika dikelompokkan ke dalam 4 (empat) golongan

Golongan I yaitu psikotropika dengan daya aditif yang sangat kuat

belum diketahui manfkilnya untuk pengobatan dan sedang diteliti

khasiiitnya saat ini Contohnya adalah MDMA ekstasi USD dan STP

Golongan U yakni psikolropika dengan daya aditif kuat serta berguna

untuk pengobatan dan penelitian Contohnya adalah amfelamin

metanifetamin metakualon dan sebagainya Golongan IH yakni

psikolropika dcngan daya adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan

dan penelitian Contohnya adalah lumibal buprenorsina flcenilrazepam

19

dan sebagainya Golongan IV yakni psikotropika yang memiliki daya

aditif ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian Contohnya

adalah netrazepam (BK Mogadon Duiiiolid) diazepam dan lain-lain^

Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang

Psikotropika yang dimaksud dengan paslkotoplka adalah zat atau obat

baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif

melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang mcnyebabkan

perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku Psikotropika

dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut

1 Psikotropika golongan I yaitu psikolropika yang hanya dapat digunakan

unluk kcpentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi

sena mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma

ketergantungan Contohnya ekstasi shabu LSD

2 Psikotropika golongan II yakni psikotropika yang berkhasiat

pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi danatau tujuan ilmu

pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma

ketergantungan Contohnya amfetamin metilfenidat atau ritalin

3 Psikotropika golongan III yaitu psikotropika yang berkhasiat

pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi danatau unluk tujuan

ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan

sintlroma ketergantungan Contohnya pentobarbital Flunitrazepam dun

4 Psikotropika golongan IV yaitu psikotropika yang berkhasiat

Ibid ILil 15

20

pengobatan dan sangal luas digunakan dalam terapi danatau unluk

tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan

mengakibatkan sindrom ketergantungan Contohnya diazepam

bromazepam Fenobarbital klonazcpam klordiazepoxide nitrazepam

seperti pil BK pil Kopio Rohip Dum MG

Sedangkan kelompok dan jenLs psikotropika yang sering

disaiahgunakan antara lain

1 Psikostimulansia scperti amfetamin ekstasi dan shabu

2 Scdalif amp Hipnolika (obat penenang obat tidur) seperti MG BK

DUM Pil kopio dan lain-lain dan

3 Halusinogenika seperti lysergic acid dycthylamidc (USD) mushroom

Berdasarkan Ilmu farmukologi psikotropika dikelompokkan ke daiam 3

(tiga) golongan yakni dcpresan stinuilan dan halusinogen sebagai

berikut

1 Kelompok dcpresanpcnekan syaraf pusatpenenangobat tidur

Contohnya adalah valium BK rohipnol mogadon dan lain-lain

Jika diminurn obat ini dapat memberikan rasa tenang menganluk

rasa tcnteruni dan damai Obat ini Juga menghilangkan rasa takut

dan gelisah

2 Kelompok stimuiaiiperangsang syaraf pusaianti tidur Conlohnya

adalah amfetamin ekstasi dan shabu Ekstasi berbentuk tablet

berancka bentuk dun wama Amfetamin berbentuk tablet bcrwama

-Aid hal 16-17

21

pulih Bila diiriinuni obal ini mcndalangkan rasa gembira hilangnya

rasa pemiusuhiui hilangnya rasa marali ingin selalu aktif badan

terasa fit dan lidak merasa lapar Daya kerja otak menjadi scrba

cepat namun kurang lerkendali Shabu berbentuk tepung kristal

kasar berwarna pulili hersih seperti garani

3 Kelompok halusinogen Halusinogen adalah obat at tanaman

makanan yang dapat meninibulkan kiiayaian contohnya yailu LSD

Lysergic Acid Dicihyltamide) getah lanaman kaklus kecubung

jamur tertentu (misceiine) dan ganja Bila diminurn spikotropika

jenis in dapat menimbulkan kliayalan tentang peristiwa-peristiwa

yang mengerikan khayalan tentang kenikmatan scks dan

sebagainya Kenikmatan didapat oleh pemakai setelah pemakai sadar

bahwa perisfiwa mengerikan ilu bukan kenyataan atau karena

kenikmatankenikmatan yang dialami walaupun hanya khayalan

BAB III

PEMBAHASAN

A Faktor yang Mcnyebabkan Terjadinya Penyalahgunaan Narkotika dan

Psikotropilta

1 Faktor yang Bersunibcr Dari Individu

Menurut Luthfi Buraja terdapat 3 (liga) pcndekatan untuk

tcrjadinya penyalahgunaan dan ketergantungan terhadap narkotika dan

psikotropika yaitu peridekalan orgunobilogik psikodinamik dan

psikososial Ketiga pendekatan tersebut tidaklah berdiri sendiri melainkan

saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya Dari siidut pandang

organobiologik (sususan syaraf pusatotak) mekanismc terjadinya adiksi

(ketagihan) hingga deperidcnsi (ketergantungan) dikenal dengan dua istilah

yaitu gangguan mental oragnik atau sindrom otak organik seperti gaduh

gelisah dan kekacauan dalam fungsi kognilif (alam pikiran) efektif (alam

perasaanemosi) dan psikomotor (perilaku) yang disebabkan efek

langsung terhadap susunan syaraf pusat (otiik)^^

Sescorang akan mcnjadi ketergantungan terhadap narkotika dan

psikotropika apabila seseorang dengan tems-menenis diberikan zat

tersebut Hal ini berkaitan dengan teroi adaptasi sekuler mum

adaptaiUm) tubuh beradaptasi dengan menambah jumlah teseptor dan seishy

se syaraf bekcrja kcras Jika zat dihenlikan sel yang masih bekerja kcras

Luthll Uaraja Makalali Gangguan Mciilul dan icrilaku Akibut Nurkuba Disampalkim pada Seminar tentang Narkoba di SMK Iptck lakarla hal 2

22

23

tadi mengaiami kelmLisaii yang dari kiar tampak sebagai gejala-gejala

putus obal Gejala putus obat tersebut mcmaksa individu untuk

mengulangi pemakaian zal tersebul

Faktor predisposisi individu dengan gangguan kepribadian (anti

sosial) ditandai dengan pcrasaan lidak puas terhadap orang lain Selain itu

yang bersangkutan tidak inampu untuk berfungsi secara wajar dan efektif

dalam pergaulan di rumah di sekoiah atau di tempat kerja gangguan lain

sebagai penyerta berupa rasa cemas dan depresi Untuk mengatasi

ketidakniainpuan dan mcnghiiangkan kccemasan atau depresinya maka

individu tersebut cenderung untuk menggunakan narkoba Semestinya

individu itu dapat mengobati dirinya dengan datang ke dokterpsikiater

untuk mendapatkan terapi yang tepat sehingga dapat dicegah

keterlibatannya dalam penggunaan narkotika dan psikotropika

Secara umum mereka yang menyalahgunakan narkotika dan

psikotropika dapat di bagi ke dalam 3 (tiga) golongan besar yaitu

1 Ketergantungan primer ditandai dengan adanya kecemasan dan

depresi yang pada umumnya terdapat pada orahg detigah kepfibadlah

yang tidak stabil

2 Ketergantungan simtomatis yaitu penyalahgunaan narkotika dan

psikotropika sebagai salah satu gejala dari tipe kepribadian yang

mendasarinya pada umumnya terjadi pada orang yang kepribadian

psikopatik (anti sosial) kriminal dan pemakaian narkotika dan

Ai4hal K

24

psikotropika untuk kesenangaii sematu

3 Ketergantungan reaktif yaitu terdapat pada remaja karena dorongan

ingin tahii pengaruh tekanan dan lingkungan tenian atau kelompok

sebaya peer group pressure)

Ada beberapa faktor internal dan ekslernal yang mcnjadi penyebab

individu menyalahgunakan dan menjadi ketergantungan terhadap

narkotika dan psikotropika Menurut Sudarsono bahwa penyalahgunaan

narkolika dan psikotropika di latar belakangi oleh beberapa sebab yaitu

1 Untuk membuktikan kebcranian dalam melakukan tindakan-tindakan

yang berbaiiaya seperti ngebut dan bergaul dengan wanita

2 Meniinjukkan tindakan yang menenlung orang tua guru dan norma

sosial

3 Mempermudah penyaluran dan mempermudah perbuatan seks

4 Melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh peiigalamaii-

pengalainan einosional

5 Meneari dan menemukan aril hidup

6 Mengisi kekosnngan dan kesepian hidup

7 Menghilangkan kegelisahan frustasi dan kepepel hidup

8 Mengikuti kemauan kawan-kawan dahim rangka pembinaan solidaritas

dan

9 Iseng-iseng saja dan rasa ingin tahu

Menurut hasil penelitian Dadang Hawari bahwa di anlara faklor-

Sudujsono Kenakalan Remaja cel ii (Jakarta Rineka Cipta 1992) 1ml 67

25

faktor yang berpcran dalam penggunaan narkotika dan psikolropika

adalah

1 Faktor kepribadian anti sosial dan psikopatik

2 Kondisi kejiwaan yang mudah merasa keeewa atau depresi

3 Kondisi keluarga yang meliputi keutuhan keluarga kesibukan orang

tua hubungan orang tua dengan anak

4 Kelompok teiiian sebaya dan

5 Narkotika dan psikotropika itu sendiri mudah diperoleh dan tersedianya

pasaran yang resmi maupun lidak resmi

Menurut Siibagyo Partodiharjo secara individu terdapat beberapa

faktor yang mcmpengaruhi sescorang dapat menyalahgunakan narkotika

dan psikotropika Alasan ini merupakan alasan yang bersumber dari diri

sendin atau pemakai narkotika dan pasikotropika tersebut yakni sebagai

berikut

a Ingin tahii

Perasaun ingin tahu biasanya diniiliki oieh generasi muda pada

umur setara siswa SD SLTP dan SLTA Bila di hadapan sckelompok

anak muda ada seseorang yang inemperagakan uikmatnya

mengkonsumsi narkotika dan psikolropika maka didorong oleh naluri

alami anak muda yaitu keingintahuan maka salah seoariig dari

kelompok itu akan maju mencobanya Selain didorong oleh

keingintahuan keberaniannya juga karena didesak oleh gejolak dalam

Mardiini foc cil hai 102 ^ Subagyo RatoiJlliarjo ioc cil liiil 72-74

26

jiwanya yang ingin dianggap hebal pemberani dan pahlawan di antara

temanteinan sehayanya Maka jatuhlah satu orang anak dalam pelaku

setan

Dalam kondisi seperti itu reaksi kawan-kawan sebayanya

berbeda-bcda

1 Ada yang ingin menyaingi menunjukkan bahwa dirinya lebih hebat

lagi lalu memakai

2 Ada yang ingin tahu kemudian ikut memakai dan

3 Ada yang sella kawan lain ikut memakai juga

Sikap seperti inilah yang menyebabkan bandar atau pengedar

senang Mereka meiigincar generasi muda mahasiswa atau pclajar

karena 2 (dua) pertimbaiigan

1) Kalau salah satu anak muda kena maka anak muda yang lainnya

ikut kena sehingga konsumen cepat bertambah dan

2) Kalau anak muda kena maka anak muda tcrsebut akan mcnjadi

pemakai selia dalam waktii yang lama Berbeda dengan orang tua

yang cepat maii keuntungan komersial yang diperoleh dari

kelompok anak muda ini akan banyak

b Ingin dianggap hebal

Pcrasaan ingin dianggap hebat biasanya dimiiiki oleh generasi

muda Sepcrti ditcrangkan di atas salah satu sifat alami yang positif

dari generasi muda adalah daya saing Sayang sekali karena

kelidaktahuan sifat positif ini juga dapat dipakai untuk masalah negatif

27

Silat positif ini scharusiiya didorong unluk berlomba daluin preslasi

pada bidang pcndidikan kesenian olah raga dan lain-lain yang

bermanfaat bagi kehidupan

Bila sikap ingin berkonipctisi ini diarahkan untuk

mengkonsumsi narkolika dan psikolropika akibatiiya sungguli

mengerikan yailu kcgagalan hidup dan kesengsaraan Pemakai hanya

dapat dianggap hebat oleh lingkungan kecil pcniakai narkotika dan

psikotropika Di masyarakat luas pemakai hanya menuai cerca dan

nista

c Rasa setia kawan

Perasaan setia kawan sangat kuat dimiiiki oleh generasi muda

Jika lidak mendapatkan penyaluran yang posilif sifai positif tersebut

dapat berbahaya dan mcnjadi negatif Bila (cmannya memakai

narkotika dan psikotropika maka individu tersebul ikut juga memakai

Bila temannya dimarahi orang tuanya atau dimusuhi masyarakat maka

pemakai membela dan ikut bersimpatik

Sikap seperti itulah yang menyebabkan anak ikut-ikutan

Awalnya hiuiya satu orang yang merokok kemudian semuanya menjadi

perokok Setelah semuanya merokok sntu orang mulai memakai ganja

lalu yang lainnya ikut sehingga menjadi sekawanaii pemakai ganja

Selelah semua memakai ganja satu orang memakai ekstasi kemudian

semuanya ikut demikian selerusnya meningkat menjadi shabu dan pada

akhirnya menjadi pemakai putaw

28

d Rasa kccewa truslasi kcsai

Pcrasaan kesal kcccwa atau (rustasi biasanya terjadi karena

kegagalan pada generasi muda eksckutif mudu suami atau istri

Pcnggiiiiaan narkotika dan psikolropika pada kelompok ini bertujuan

untuk sesaat melupakan kekccewaan kckesaian dan fi-uslasi Kondisi

masyarakat yang carut martit tclah banyak melahirkan kekccewaan

kekesalan bahkan Iruslasi Narkolika dan psikotropika dapat

melupakannya sesaat tetapi tidak untuk mengatasi masalah yang

sesungguhiiya

Hubungan buruk yang disebabkan oleh kcgagalan

berkomuiiikasi antara orang tua dengan anaknya dapat menyebabkan

rasa kesal Hal ini mcnjadi faktor pemicu pemakaian narkotika dan

psikotropika oleh anak Intcraksi anlara orang tua dcngan anak tidak

cukup hanya berdasarkan niat baik Cora berkoniunikasi juga harus

baik Masing-masing pihak harus memiliki kcsabaran untuk

menjclaskan isi hatinya dengan cara yang tepat Banyak sekali konfllk

di dalam rumah tangga yang terjadi hanya karena salah paham atau

kekeliman berkoniunikasi Kekeliruan kecil itu dapal bcrakibat fatal

yaitu masuknya narkotika dan psikotropika ke dalam keluarga

Kekccewaan kekesalan dan frustasi dapal terjadi karena

kekeliruan dalam berkomunikasi terhadap beberapa faktor berikut i n i

I ) Komunikasi anak dengan orang tua

IbUI hiiJ 74

29

2) Komunikasi antar anak

3) Komunikasi di lingkungan eksekulifinuda dan

4) Komunikasi antara suami istri

e Ingin bebus dari rasa sakil atau pusing

Penderila pcnyakit beral yang kronis dan tidak kunjuiig sembuh

misalnya Ranker hati luka bakar uka tusuk wasir Ranker paruparii

migreii eneok pengapuran dan lain-lain sclalu merasakan sakit yang

iuar biasa karena penyakitnya Rasa sakit tersebut sering kali tidak

dapat dihilangkan dengan obat pengtiiiang rasa sakit biasa (anaigetik)

sehingga peiiderilanya mencoba narkotika atau psikotropika

Narkotika maupun psikolropika dapat menghilangkan rasa sakit

tersebut tetapi tidak menyembuhkan penyakitnya Ceiakaiiya pemakai

yang bersangkutan malah mendapat maslah baru yaitu ketergantungan

dengan segala komplikasinya yang justru menjadi lebih berbahaya

f Ingin menikmati rasa gembira tampii lincah energik dan mengusir

rasa sedih dan malas

Para eksekudf dan sciebritis biasanya memiliki gaya hidup yang

trendi Mereka merasa dituntut untuk selalu lampil lebih prima Dengan

mengkonsumsi naikotika atau psikolropika mereka dapat tampii prima

dan percaya diri karena kehilangan rasa malu walaupun sesungguhnya

tidak demikian

Perasaan hebat tersebut di atas seharusnya dicapai melaiui tekun

berolah raga hidup teratur meningkatkan kualitas fisik mental

30

inlclckUial dan mocaiiiyii Riikan ineiigamhit jalan piiitas dcngan tampii

seotah-olah prima niclalui manipulasi atau lipuan melaiui

mengkonsumsi narkotika atau psikolropika tersebut Pcnampilmi prima

yang semu atau atau tipuan itu lambat laun akan terungkap juga

sehingga [ania-keiamaan akan kelahuari juga jati dirinya yang

sesungguhnya itu

g ingin tampii iangsing

Narkolika dan psikotropika terscbut juga banyak digunakan oleh

artis dan ibu-ibu rumah tangga yang berbadan gemuk untuk

melangsingkan lubtihnya Narkotika alau psikotropika dengan jenis

tertentu ada juga yang dapat menghilangkan nafsu makan sekaligus

menambali aktivitas fisik sehingga dapat menurunkan beral badun

h Takut mengalami rasa sakit (sakaw)

Pengguna jenis narkotika atau psikolropika tersebut yang sudah

menjadi pemakai tetap (pemadat) akan mengalami rasa sakit (sakaw)

bila tidak memakainya Karena takut merasakan penderitaan maka

pemakai tersebut terus memakainya sehingga menjadi pemakai yang

sella junkies) Banyak pemakai narkotika dan psikotropika ini yang

setia adalah orang-orang yang merasa terpaksa memakai sebab kalau

lidak memakainya mereka akan mengalami sakaw

Kebanyakan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika

dimulai atau terdapat pada masa remaja sebab masa remaja yang

sedang mengalami perubahan biologik psikologik maupun sosial yang

31

pesat merupakan individu yang rentan untuk nienyaiahguriakan

narkotika maupun psikotropika terscbut Anak atau remaja dcngan ciri-

ciri tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi

penyalahgunanya Ciri-ciri tersebut anlara lain^

a Cenderung memberontak dan menolak otoritas

b Cenderung memiliki gangguan j iwa lain (komorbiditas) seperti

depresi cemas psikotik keperibadian dissosial

c Perilaku menyimpang dari aluran atau norma yang berlaku

d Rasa kurang percaya diri low selw-confulence) rendah diri dan

memiliki citra diri negatif (ow setf-esleem)

e Sifal mudah keeewa cenderung agresif dan destruktlf

f Mudah murung pemalu pendiam

g Mudah merasa bosan dan jenuh

h Keingintahuan yang besar untuk meneoba atau penasaran

i Keinginan untuk bersenang-senang [just for fun)

j Keinginan untuk mengikuti mode karena dianggap sebagai lambang

keperkasaan dan kehidupan modem

k Keinginan untuk diterima dalam pergaulan

1 Identitas diri yang kabur sehingga merasa diri kurang jantan

mTidak siap mental untuk menghadapl tekanan pergaulan sehingga

sulit mcngambil keputusan untuk menolak tawaran NAPZA dengan

tegas

Tom Kus dan Tedi Btihava NAPZA Bagi Pelajar (Bandung Yayasan Al-Ghilari Morgan im) hal 14

32

n Kemampuan komunikasi rendati

o Melarikan diri dari scsuatu (kebosaiian kcgagalan kekccewaan

kclidakmampuan kesepian dan kegcliran hidup dan lain-lain)

p Putus sekoiah dan

q Kurang menghayati iman atau kcpcrcayaaiinya

Menurut Tim Badan Narkotika Nasional hahwa terdapat

beberapa iaklor yang menyebabkan sescorang alau individu

menyalahgunakan narkolika dan psikotropika anlara lain

1) Keingintahuan yang besar untuk mcncoba tanpa sadar alau berlikir

panjang tentang akibatnya dikemudian hari

2) Keinginan unluk mencoba-coba karena penasaran

3) Keinginan untuk bersenang-senang

4) Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya hidup

5) Keinginan untuk dapat diterima daiam suatu kelompok

6) Lari dari masalah kebosanan atau kegetiran hidup

7) Pengertian yang salah bahwa mcncoba sckali-kali lidak akan

menimbulkan masalah

8) l idak mainpu alau tidak berani menghadapl tekanan dari lingkungan

alau kelompok pergaulan unluk menggunakan narkolika dan

psikotropika dan

9) Tidak Japal atau mampu mengatakan tidak pada narkotika dan

psikotropika

Tim INN Loc di

33

Berdasarkan peinaparaii Icrscbut di atas dengan demikian

bahwa individu didorong oleli beberapa faktor untuk menyalahgunakan

pemakaian narkotika dan psikotropika tersebut sehingga menjadi

individu yang mengalami ketergantungan berikut ini disebutkan

beberapa faktor adalah

1) Ingin tahu dan Ingin mencoba rasa memakai narkotika atau

psikotropika bagi kalangan anak muda)

2) Ingin dianggap lebih hebat dari orang Iain pada orang muda)

3) login membuktikan kesetiakawanan (pada orang muda)

4) Dianggap paling tepat untuk mengatasi perasaan keeewa j en gkel

dan frustasi (pada suami istri yang mengalami konllik rumah

tangga)

5) Dianggap cara yang paling mudah untuk menghalau rasa sakit pada

tubuh (pada penderita penyakit yang kronis)

6) Dianggap cara yang paling ampuh untuk mendapatkan perasaan

tenang damai atau gembira (pada suami istri yang mcnghadapi

konflik rumah tangga)

7) Dianggap cara yang paling mudah untuk melangsingkan lubuh (pada

ibuibii rumali tangga atau wanita yang bertubuh gemuk)

2 Faktor yang Bersumlicr dari Lingkungan

Faktor lingkungan tidak mampu mencegah atau mengurangi

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika bahkan membuka kesempatan

pemakaian narkotika dan psikotropika Yang dimaksud dcngan faktor

34

kesempatan di sini adalah tersedianya siluasi-situasi yang nieiiiungkinkan

untuk memakai narkolika atau psikolropika di waktu-vvaklu luarig di tempat

rekreasi atau hiburan diskotik pesia dan lain-lain Atau mungkin lingkungan

masyarakat yang tidak mampu mengendalikan bahkan membiarkan penjualan

alau pcrcdaran geiap narkotika dan psikotropika misalnya karena lemahnya

penegakan hukum penjualan narkolika dan psikotropika secara bcbas bisnis

narkotika dan psiktilropika yang terorganisir mudahnya memperoleh

narkotika dan psikotropika dan lain-lain

raklor yang bersumber dari lingkungan yang mcnyebabkan individu

dapat menyalahgunakan pemakaian narkotika dan psikotropika merupakan

laktor kontribusi masukaii dari Iuar individu) dimana sesttorang dengan

kondisi keluarga tidak baik akan merasa tertekan dan rasa lertekan inilah

sebagai faktor penyerta bagi dirinya untuk terlibat dalam penyalahgunaan

narkotika dan psikotropika tersebut Disfungsi keluarga yang dimaksud antara

lain adalah keluarga yang tidak utuh kedua orang tua yang tcrlalu sibuk dan

lingkungan interpersonal dengan orang tua yang tidak baik Di samping itu

faktor pencetus seperti pengaruh teman sebaya tersediu dan mudah

didapatkan mempunyai andil sebagai faktor pencetus sescorang atau individu

terlibat ke dalam penyalahgunaan yang mengakibatkan ketergantungan

terhadap narkotika dan psikotropika Dari sudut pandang psikososial

penyalahgunaan narkotika dun psikolropiku dapat terjadi sebagai akibat

negatif dari intcraksi tiga kiitub sosial yang tidak kondtisif yaitu kutub

Lulhli ilurnju Op cil

35

keluarga kutub sekolahkupus dan kulub masyarakat

Faktor lingkungan meliputi faktor kciuarga dan lingkungan pergaulan

balk dlsekltar rumah sekoiah teman sebaya maupun masyarakat Banyak

pengguna Narkotika dan Psikolropika yang berasal dari keluarga yang lidak

harmonis Keluarga seharusnya mcnjadi wadah untuk menikmati kebahagiaan

dan curalian kasih sayang wahana silih asih silih asah dan silih asuh

Namun pada kenyataannya keluarga sering sekali justru menjadi pemicu

sang anak mcnjadi pemakai hal tersebut disebabkan karena kciuarga tersebut

kacau balau Hubungan antara anggota keluarga dingin bahkan tegang atau

bermusuhan

Komunikasi antara ayah ibu dan ariak-anak sering sekali

menciptakan suasana konflik yang tidak berkesudahan dimana bahwa

penyebab konllik tersebut sangal beragam Solusi semua konflik adalah

komunikasi yang baik periuh pcngerlian saling menghargai dan menyayangi

serta ingin selalu membahagiakaii

Konflik di dalam keluarga dapat mendorong anggota keluarga merasa

frustasi sehingga lerjebak memilih narkotika dan psikolropika sebagai

solusinya Biasanya yang paling rentan terhadap stres adalah anak kemudian

suami dan istri sebagai benleng terakhir Beberapa faktor yang bersumber

dari lingkungan keluarga yang dapat mempengaruhi seseorang atau individu

tertentu icrjun kc dalam lingkungan penyalahgunaan narkotika dan

36

psikotropika tcrsebut antara lain adatuh

a Koniimikasi niang tua-aiiak kiii-ang baikcfektif

b Hubungan dalam keluarga kunmgharmonisdisfimgsi dalam keluarga

c Orang tua bercerai bcrscitngkub atau kawin lagi

d Orang lua tcrlalu sibuk aUiu tidak acuh

e Orang tua oloriter alau scrba melarang

f Orang tua yang serha nieinbolehkan (pcrmisil)

g Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teiadan

h Orang tua kurang peduli dun tidak tahu dengan masalah narkolika

i Tata terlib alau disiplin keluarga yang selalu bcrubah (kiiiaiig konsisten)

j Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam kciuarga

dan

k Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahguna narkotika

dan psikotropika

Sitimsi buruk dalam keluarga yang soring menyudiitkan anak ke arah

narkotika dan psikotropika adalah

1) Anak merasa kurang mendapatkan kasih sayang dalam keluarga merasa

kesal keeewa dan kesepian

2) Anak merasa kurang dihargai kurang mendapatkan kepcrcayaan dun

selalu dianggap salah

3) Anak mengalami konflik dengan orang tua dalam masalah pacaran

memilih pasangan hidup atau meneniukan pilihan profesi cila-elta dan

Mardani Loc cil lial 99 AW hal 100

37

sebagainya

4) Anak kesal dan keeewa karena ayah dan ibuiiya kurang lianiionis dan

sering bertcngkar (broken home)

5) Suami thtsirasi karena tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapinya

dengan islrinya

6) Istri fnistrasi akibat konllik dengan suami tentang masalali ekonomi atau

adanya wanita lain di samping suami

Banyak pengguna narkotika dan psikolropika yang pada awalnya

dimulai karena pengaruh dari orang lain Bentuk pengaruh dari orang lain itu

dapat bervariasi mulai dari bujuk rayu lipii daya sampai kepada paksaan

a) Tipu Daya

Banyak anak yang ditipu oleh kenalon teman sahabat atau pacar

Seperti mengajak meraka untuk memakai narkotika dan psikolropika

dengan bemacam-macain tipuan Dengan alasan yang digunakan bahwa

narkotika dan psikotropika adalah vitamin obat pil pintar pil sehat atau

food supplement Tipuan itu dapat juga berupa bujukan bahwa narkotika

dan psikotropika tidak tcrlalu berbahaya kalau tahu raliasianya Banyak

orang di dalam masyarakat yang dikira orang baik-baik namun lemyata

pengedar narkotika dan psikotropika Walaupun orang itu adalah kawan

sahabat saudara atau pacar sebagai pengedar penipu tersebul akan tcga

menipu maupun menjebak kita Pengedar narkotika dan psikotropika

sangat pandui mcmasarkan narkotika dan psikotropika tersebut Dengan

menawarkan narkotika dan psikotropika sebagai mmn food supplement

38

pil scliat pil pintar dan sebagainya Dengan lipuan ini korban dari

kalangan kciuarga hannonis akan terjcrumus ke dalamnya Saat ini banyak

pemakai narkolika dan psikotropika dari keluarga harmonis bukan hanya

bull dari keluarga berantakan Banyak pekerja mahasiswa atau pelajar yang

tampii ioyo tertipu ketika kepadanya ditawarkan pil sehat vitamin atau pil

pintar Banyak pemuka agama juru dakwah atau pengkhotbah yang

tertipu karena pil sehal yang dlbelinya adalah narkotika dan

psikotropika Reaksi pemakaian narkotika dan psikotropika mula-mula

terasa menyehatkan dan membuat si korban tipuan terscbut sukses dalam

berdakwah atau berkhotbah Ibu rumah tangga juga dapat tertipu karena

ditawari pil pelangsing oleh saudara atau teman dalam arlsan dan lain-

lain Mulanya karena tipu daya akhimya setelah lerjebak menjadi

biasa

b) Bujuk rayu

Waftiia camlk pengedaf ftaTkotlka dan psikotFoplka biasanya menjebak

mangsa melaiui bujuk rayu Untuk memasarkun narkotika dan

psikotropika pengedar tersebut memilih profesi sebagai wanita penghibur

atau Wanita Tuna Susiala (WTS) Banyak eksekutif muda pekerja atau

bos-bos yang mulai memakai narkotika dan psikotropika karena rayuan

pekerja seks komersial hostess dan sebagainya Dalam mcmasarkan

narkotika dan psikotropika wanita tersebut merayu akan mau melayani

kencati kalau bersama-sama mengkonsumsi narkotika dan psikotropika

Subagyo Purlodlhario Loc cil hal 78

39

lebih dulu Muta-mula kurban memakai narkotika dan psikotropika karena

tergoda namun akhimya menjadi terbiasa

c) Paksaan

Banyak anak muda yang mengawali pemakaian narkotika dan psikotropika

karena dipaksa oleh sekawanun alau seseorang yang mengancam akan

mencelakainya Banyak pclajar atau nialiasiswa mengawali kebiasaan

memakai narkotika dan psikotropika dari keadaan terpaksa diancam oleh

sekawanan preman yang menghadang di tengah jalan Dari kelompok ini

pula terjaring pemakai yang berasal dari keluarga hannonis

Lingkungan sekoiah bagi pelajar tingkat SD SMP dan SMA

merupakan tempat yang stratcgls bagi para pelajar untuk menunjukkan jati

dirinya sehingga mereka terjun kepada penyalahgunaan narkotika dan

psikotropika ini faktor sekoiah yang merupakan bagian tcrpcnting yang

mempengaruhi adalah

a Sekoiah yang kurang disiplin

b Sekoiah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjiial narkotika atau

penjual psikolropika

c Sekoiah yang kurang member] kesempatan pada siswa untuk

mengembangkan diri secara kreatif dan positif

d Adanya murid pengguna narkotika atau psikotropika

Kartini Kurtono op cil hivl 124

40

B Pengaturan Sanksi Pidana Terhadaj) Pcnyalahgunaaan Narkotika dan

Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau

dari Perlindungan Terhadap Korban

Dalam hukum pidana di Indonesia terdapat adanya

ketldakseimbangan antara perlindungan korban kejahatan dcngan pelaku

kejahatan pada dasarnya mempakan salah satu pengingkaran dari asas setiap

warga negara bersamaan kcdudukannya dalam hukum dan pcmerinlahan

sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 sebagai

landasan konstitusional Perlindungan korban memiliki hubungan cral dcngan

teori pemidanaan yang dikemukakan Wirjono Prodjudikoro tujuan

pemidanaan adalah untuk niemenuhi rasa keadilan^

Ada Juga yang mengemukakan bahwa tujuan pemidanaan dapat

dilihat melalul 2 (dua) leorl mengenai alasan-alaitan yang membenarkan

(justification) penjatuhan hukuman (sanksi) yaitu Teori Absolut

(Vergeldingslheorie) dan Teori Relatif atau Doeitheorie Menurut Teori

Absolut (Vergeldingslheorie) tujuan pemidanaan sebagai pembalasan

terhadap para pelaku karena telah melakukan kejahatan yang mengakibatkan

kesengsaraan lerhadap orang lain alau anggota masyarakat sedangkan

Roeslan Saleh mengatakan sebagai reaksi-reaksi atasdelik yang berwujud

suatu nestapa yang scngaja dilimpakan ncgara kcpada pembuat delik

Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana Cctakan Iuriania (Jakarta Sinar Gnitlka2(W5)hii4

lcduu Mdipaung Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cctakun IcrliirMii (Jukiirtu Sinur Gratika 2005) hal 4

kiwsUin Saleh Shdsel Pidana Indonesia (Jukarlu liinn Aksara 19K7) hal 5

41

Menurut Teori Relatif Doeltheurie) tujuan pemidanaan adalah

a Menjerakan agar si pelaku atau terpidana menjadi jera dan tidak

mengulangi lagi perbuatannya specials presenile) sena masyarakat umum

agar mengertahui jika melakukan perbuatan yang sama akan mengalami

hukuman yang serupa atau disebut pula generalpreventte

h Memperbaiki pribadi si terpidana berdasarkan perlakuan dan pcndidikan

selama menjalani hukuman terpidana merasa menyesal dan tidak akan

mengulangi perbuatannya dan kcmbali kepada masyarakat sebgai orang

baik dan berguna dan

c Mcmblnasakan (menjatulikan hukuman mat) atau mcmbuat terpidana tidak

berdaya dengan menjatuhkan hukuman seiimur hidup

Pandangan di atas sangatlah wajar apabila beranjak dari pandangan

bahwa hukum pidana adalah hukum sanksi (hifzonderesancUerechl) sebab

dengan bertumpu pada sanksi itulah hukum pidana difungsikan untuk

menjamin keamanan ketertiban dan keadilan Dalam perkembangannya

ternyata tidak semua sarjana menyclujui maksud diadakannya pidana scperti

itu (sebagai suatu nestapa) karena muncul pendapat bahwa di samping pidana

ditujukan untuk memberikan penderitaan kcpada pelanggar atau mcmbuat

jera pemidanaan juga bertujuan agar pelaku dapat kembali hidup

bermasyarakat sebagaimana mestinya

Alasan yang paling inenonjol lerhadap upaya perubahan tersebut

adalah dengan meniperhatikan sisi kemanusiaan yang mcmandang bahwa

Ucdcn Mirpaung Opcil hal 4

42

sekalipiin tcrsangka telah melakukan kcsalahaii ia telap berkcdmiiikan sebagai

manusia utuh yang harus tetap diperlakukan sama dengan manusia lainnya

dan dilindungi hak asasi manusionya Karena itu pidana penjara saat ini

sedang mengalami masakrisis karena termasuk jenis pidana yang kurang

disukai Banyak kritik tajam ditujukan terhadap jenis pidana perampasan

kemerdekaan ini baik dllihat dari sudut efektifitasnya maupun dilihat dari

akibat-akibat lainnya menyertai atau berhubungan dcngan dirampasnya

kemerdekaan seseorang

Banyaknyu kritik yang diarahkan pada bentuk pemidanaan berupa

perampasan kemerdekaan (yang ditujukan untuk membuat jera pelaku)

sehingga berkembanglah bentuk pemidanaan lain yang dianggap lebih

manusiawi yaitu penjatuhan pidana berupa denda atau pemberian ganti

kerugian kepada korban Pemberian ganti kerugian pada awalnya merupakan

konsep kcperdalaan seperti halnya dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata yang mewajibkan setiap orang yang menyebabkan orang lain

menderita kerugian untuk membayar ganli rugi Dalam perkembangannya

konsep ini diterupkan pula dalam hukum pidana mengingat akibat yang

ditimbulkan pada korban tindak pidana akan selalu disertai dengan kerugian

baik mental fisik maupun material sehingga sangat wajar apabila korban pun

menuntui ganti kerugian pada pelaku guna memulihkan derita yang

dialaminya

Dengan memperhatikan pada beberapa teori klasik tentang tujuan

Uurtla Nawuwi Ariel Sislem Pemidanaan Menunii Konsep KIHP llaiu dan Latar Helakang Pemlklrannya Hahan Ienalaran Hukum Pidana V Undanu Kupang uinjyful 11 Juli-12 Agustus 1989

43

pemidanaan dapat disiinpulkan bahwa penjatuhan pidana lebih banyak

ditujukan untuk kepeiitingan pelaku dengan kata lain tujuan pemidanaan

hanya dimaksudkan imtuk mengubah perilaku dari pelaku kejahatan agar

tidak mengulangi lag perbuatannya sedangkan kcpentingan korban sama

sekali diabalkan

Perlindungan terhadap korban narkotika jika dihubungkan dengan

beberapa teori pemidanaan yang telah dipaparkan di atas maka peneliti

mengkaji bahwa dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang baru ini terdapat kescimbangan antara perlindungan terhadap

pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana bahwa berdasarkan sanksi

baik pidana maupun denda yang terdapat dalam undang-undang ini sangatlah

berat-berat dan tegas ]ni berarti bahwa undang-undang ini lebih

mementingkan korban dari pada pelaku kejahatan narkotika Mengingat

bahwa dengan adanya pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan

korban semakin banyak yang berjatuhan schingga daripada korbnnnya anak

bangsa yang memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara

Indonesia maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-

beratnya lerhadap si pelaku tindak pidana narkotika bahkan pidana mati atau

seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-

undang yang bam ini juga diatur mengenai rehabilitasi terhadap korban baik

korban yang diakibatkan oleh orang Iain maupun karena self victimizing

victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku itu sendiri

44

C Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Seif-

Victimizing Victims

1 Self-victimizing victims uarkotika dau psikotropika

Suatu viktimisasi adalah sebagai suatu permasalahan manusia yang

merupakan kenyataan sosial hal ini disebabkan karena setiap warga negara

berhak mendapatkan rasa aman dan bcbas dari segala bentuk kekerasan

sesuai dengan falsafah Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 Contohnya adalah seseorang akibat perbuatannya memakai

narkotika dapat menimbulkan bahwa si pemakai tersebut menjadi tidak

berdaya upaya dengan kata lain bahwa si pelaku telah menjadi korban

akibat perbuatannya sendiri yang menimbulkan perbuatan kriminal

Penyalahgunaan narkolika atau psikolropika merupakan perbuatan

kriminal karena telah melanggar ketentuan di dalam undang-undang yang

ada yakni Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tetang Psikotropika dan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Terlibatnya si

pelaku kejahatan atau tindak pidana yang menimbulkan kerugian terhadap

dirinya sendiri daiam hal inilah yang disebut dengan istilah self victimizing

victims yang merupakan bagian dari viktimisasi Sehubungan dengan itu

maka Wolfgang menyatakan beberapa Jenis viktimisasi ialah

1 Unrelated victims yaitu korban yang tidak ada hubungannya sama

sekali dengan terjadinya korban misalnya pada kasus kecelakaan

pesawat Dalam hal In tanggungjawab sepenuhnya terletak pada

Utplietin3|il(igspqtcom2()OSIOl|ukum-viktinivl9gihlml diakscs terakhir langgul l2Januari 2015

45

pelaku

2 Provocative victims yaitu seseorang yang secara aktif mendorong

dirinya menjadi korban misalnya kasus selingkuli dimana korban juga

sebagai pelaku

3 Participating victims yailu seseorang yang tidak berbuul tetapi dengan

sikapnya justru mendorong dirinya menjadi korban

4 Biologically weak victims yaitu mereka yang secara tisik memiliki

keleinalian atau potensi untuk mcnjadi korban misalnya orang tua

renla anak-anak dan orang yang tidak mampu bcrbual apa-apa

5 Socially weak victims Yaitu mereka yang memiliki kedudukan social

yang lemah yang menyebabkan mereka mcnjadi korban misalnya

korban perdagangan perempuan dan sebagainya

6 Self victimizing victims yaitu mereka yang menjadi korban karena

kejahatan yang dilakukannya sendiri pengguna obat bius judi aborsi

dan prostitusi

Dalam hal ini kedudukan viktimologi sebagai sebuah ilmu yang

mempelajari tentang korban memiliki peranan yang sangat penting ruang

lingkup viktimologi ini meliputi

1 Semua macam sciiap macam perbuatan kriminal yang mengakibatkan

orang-orang mcnjadi korban

2 Setiap orang atau pihak yang dapat menjadi korban baik orang

perorangan maupun suatu korporasi atau organLsasi

3 Setiap orang atau pihak yang dapal menimbulkan korban artinya

46

dimana disatu sisi orang terscbut dapat merugikan orang iain sehingga

orang tidak merasa aman akibat tindakanya

4 Cara-cara viktimisasi atau penimbulan korban

5 Bentuk-bentuk viktimisasi yang terdiri dari primary viclimizalion

adalah korban individualperorangan bukan kelompok secondary

victimizalion korbannya adalali kelompok misalnya badan hukum

tertiary Victimizalion yang menjadi korban adalah masyarakat luas

nun viciimozaiion korbannya tidak dapat segera diketahui misalnya

konsumen yang tertipu dalam menggunakan hasil produksi

6 Akibat viktimisasi

7 Pengaruh viktimisasi

8 Reaksi atau respons terhadap viktimisasi

9 Penyelesaian viktimisasi dan

10 Pengaturan yang berkaitan dengan viktimisasi (yang menjadi

perhatian viktimologi)

Studi viktimologi akan memberikan pemahaman kepada setiap

individu mengenai hak dan kewajibannya dalam rangka mengantisipasi

berbagai bahaya yang mengancamnya Viktimologi memberikan

sumbangan pemikiran mengenai masalah viktimisasi tidak langsung

dampak sosial polusi industri viktimisasi ekonomi politik dan

penyalahgunaan kewenangan Viktimologi ini juga memberikan dasar

pemikiran dalam penyelesaian viktimisasi kriminal atau factor viclimogen

dalam sistem peradilan pidana

47

Dari perspektif ikalan Korban Napza (IKON) l ial i yang dimaksud

sebagai korban adalah orangperorangan yang menderita secara langsung

dari penyalahgunaan napza dan tennasuk pula keluarga alau tanggungan

langsung dari korban Namun karena hukum dl Indonesia memandang

pengguna napza adaiah kriminal maka terjadilah dampak-dampak negalif

yang dialami oleh pengguna napza yang merupakan korban scperti

diskriminasi kriminallsasi kesehatan dan stigmatisasi Maka sebagai

korban IKON Bali mendorong agar dihentikannyadiskriminasi lerhadap

korban napza mendorong vonis rehabilitasi untuk korban napza

mendorong agar dihentikannya penyiksaan terhadap korban napza dan

yang terakhir adalah mendorong terpenuhinya hak atas kesehatan bagi

korban dan orang terinfeksi HIV Dengan melihat kondisi permasalahan

penanggulangan napza yang semakin tidak menentu dan meningkatnya

jumlah korban napza secara terus-menerus Maka Ikon Bali meminta

1) Penerapan SEMA Nomor 7 Tahun 2009 sebagai pemenuhan hak atas

kesehatan terhadap korban Mpza

2) Meminta kepada Pengadilan Negeri Denpasar untuk menjadi insiator

dalam penyusunan langkah teknis penerapan SEMA Nomor 7 Tahun

2009

3) Meminta kepada selunih instansi tcrkait untuk mulai meiigambil

langkah nyata dalam penanggulangan napza

43 Ibid

48

4) Meminta agar korban napza diperlakukan secara manusiawi tanpa

penyiksaan sligma dan diskriminasi

5) Ikon Bali mendukung secara penuh program-program pemerintab

dalam penanggulangan napza

2 Rehabilitasi terhadap self-victimizing victims

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

merupakan undang-undang yang baru menggantikan Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika Adapun pasal-pasal di dalam

undang-undang in yang mengatur mengenai perlindungan korban adalah

berbagai pasal-pasal yangmencantumkan rehabilitas kepada korban

maupun pelaku tindak pidana narkolika Pasal 1 ayat (16) meneniukan

defenisi mengenai rehabilitasi dipandang dari sisi medis yakni

Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara

terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan Narkotika

Sementara Itu dalam Pasal 1 ayat (17) ditentukan defenisi rehabilitasi

dipandang dari sisi sosial yakni Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses

kegiatan pemulihan secara terpadu baik fisik mental maupun sosial agar

bekas pecandu Narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosia dalam

kehidupan masyarakat

Diimdangkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang merupakan undang-undang baru ini tentu mempunyai

maksud dan tujuannya Adapun tujuan yang terdapat dalam Pasal 4 yang

berbunyi

49

Undang-Undang tentang Narkotika bertujuan

a Menjamin kelersediaiin Narkotika untuk kcpentingan peiayanan

kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

b Mencegah mclindungi dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari

penyalahgunaan Narkotika

c Memberanlas pcredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika dan

d Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi Penyalah

Guna dan pecandu Narkotika

Bentuk perlindungan terhadap korban dan pelaku kejahatan tindak

pidana narkotika di dalajn Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

disebutkan ada 2 (dua) macam yakni pengobatan dan rehabilitasi lerhadap

korban maupun pelaku Pada Pasal 53 ayat (3) tersebul di atas bahwa yang

dimaksud dengan buktl yangsah antara lain surat kctcrangan dokter

salinan resep atau labeletiket Selcngkapnya mengenai pengobatan

ditentukan dalam Pasal 53 yang berbunyi sebagai berikut

(1) Untuk kcpentingan pengobatan dan berdasarkan indikasi medis

dokter dapal memberikan Narkotika Golongan II atau Golongan III

dalam jumlah terbatas dan sediaan tertentu kepada pasien sesuai

dengan ketcnluan peraturan perundang-undangan

(2) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat ( I ) dapal memiliki

menyimpan danatau incmbawa Narkolika untuk dirinya sendiri

(3) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mempunyai bukti

yang sali bahwa Narkotika yang dimiiiki disimpan danatau dibawa

50

untuk digunakan diperoleh secara sail sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan

Mengenai rehabilitasi terhadap korban dan pelaku tindak pidana

kejahatan penyalahgunaan narkotika merupakan suatu kewajiban bagi

pemerintah dan instansi masyarakat Sebagaimana ketentuan dalam Pasal

54 bahwa Pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika

wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial Dalam Pasal 56

disebutkan juga bahwa

(1) Rehabilitasi mcdis Pecandu Narkotika dilakukan di rumah sakit yang

ditunjuk oleh Menteri

(2) Lembaga rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan oleh instansi

pemerintah atau masyarakat dapat melakukan rehabililasi medis

Pecandu Narkotika setelah mendapat persetujuan Menteri

Kemudian dipertegas kembali dalam Pasal 57 bahwa selain melaiui

pengobatan danatau rehabilitasi medis penyembuhan Pecandu Narkotika

dapat diselenggarakan oleh instansi pemerintah alau masyarakat melaiui

pendekatan keagamaan dan tradisional Salah satu tugas dan wewenang

Badan Narkotika Nasional adalah meningkatkan kemampuan lembaga

rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu Narkotika baik yang

diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat

Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 ini terdapat

pengecualian dalam hal luniutan pidana terhadap anak yang masih berada

di bawah umur Misalnya terdapat di dalam salah satu pasalnya yakni pada

51

Pasal 128 ayal ( I ) yang bcrbunyi Orang tua atau wali dari pecandu yang

belum cukup umur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) yang

sengaja tidak mciapor dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6

(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp 100000000 satu juta

rupiah) Tetapi di datam ketentuan tain yakni pada Pasal 128 ayat (2) dan

ayal (3) ditentukan bahwa anak yang masih di bawah umur tidak dapat

dituntut pidami selcngkapnya pasal tersebul berbunyi Pecandu Narkotika

yang belum cukup umur dan telah dilaporkan oleh orang tua atau walinya

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat ( I ) tidak dituntut pidana

(Pasal 128 ayat (2)) dan Pecandu Narkotika yang telah cukup umur

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) yang sedang menjalani

rehabilitasi mcdis 2 (dua) kali masa perawatan dokter di rumah sakit

danatau lembaga rehabilitasi medis yang ditunjuk oleh pemerintah tidak

dituntut pidana

Pada awalnya narkotika digunakan unluk kcpentingan umat

manusia khususnya untuk pengobatan dan peiayanan kesehatan Namun

dcngan semakin bcrkembangnya ilmu pcngclaliuan dan teknologi

peruntukan narkotika mengalami perluasan hingga kepada hal-hal yang

negatif

Di dunia kedokteran narkotika banyak digunakan khususnya

dalam proses pembiusan sebelum pasien diopcrasi mengingat di dalam

narkotika terkandung zat yang dapat mempengaruhi perasaan pikiran serta

kesadaran pusieti Oleh karena itu agar penggunaan narkotika dapal

52

memberikan manfaat bagi kehidupanurnat manusia maka pcredarannya

harus diawasi secara ketat sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 60 sampai

dengan Pasal 63 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang menyebutkan

Pasai 60 ditentukan bahwa

(1) Pemerintah melakukan pembinaan terhadap segala kegiatan yang

berhubungan dengan Narkolika

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meiipuli upaya

a Memenuhi ketcrsediaan Narkotika unluk kcpentingan peiayanan

kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi

b Mencegah penyalahgunaan Narkotika

c Mencegah generasi muda dan anak usia sekoiah

dalampenyalahgunaan Narkotika termasuk dengan memasukkan

pendidikanyang berkaitan dengan Narkotika dalam kurikulum

sekoiah dasarsampai lanjutan atas

d Mendorong dan menunjang kegiatan penelitian danatau

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di brdang

narkolika unluk kcpentingan peiayanan kesehatan dan

e Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis bagi

Pecandu Narkotika baik yang diselenggarakan oleh pemerintah

maupun masyarakat

53

Pasal 61 ditentukan baiiwa

(1) Pemerintah melakukan pcngawasan terhadap segala kegiatan yang

berkaitan dengan Narkotika

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi

1 Narkolika dan Prekursor Narkolika untuk kcpentingan peiayanan

kesehatan danatau pengembangan Hmu pengetahuan dan

teknologi

2 Alat-alat potensial yang dapat disaiahgunakan untuk melakukan

tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkolika

3 Evaluasi keamanan khasiat dan mutu produk sebelum diedarkan

4 Produksi

5 impor dan ekspor

6 Pcrcdaran

7 Pelabeian

8 Tnformasi dan

9 Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Pasal 62 berbunyi Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan

sebagaimana dimaksud dalam Pasai 60 dan pengawasan sebagaimana

dimaksiiddalam Pasal 61 diatur dengan Peraturan Pemerintah Dan dalam

Pasal 63 disebutkan bahwa Pemerintah mengupayakan kerja sama

dengan ncgara lain danatau badan intcmasional secara bilateral dan

multiialeral baik regional maupun internasional dalam rangka pembinaan

dan pengawasan Narkotika dan Prekursor Narkotika sesuai dengan

54

kcpentingan nasional

Berdasarkan biinyi beberapa pasa di atas mengenai pengawasan

terhadap pentingnya peredaran narkotika wajib diawasi secara ketat

dikarenakan saat ini pemanfaatannya banyak untuk hal-hal yang negatif

D i samping itu melaiui perkembangan teknologi informasi dan

komunikasi penyebaran narkotika sudah menjangkau hampir ke semua

wilayah di Indonesia hingga ke pelosok-pelosok Daerah yang sebelumnya

tidak pcrriah tersentuh oleh peredaran narkotika lambat laun berubah

menjadi sentra peredaran narkotika Begitu pula anak-anak yang pada

mulanya awam terhadap barang haram ini telah berubah menjadi sosok

pecandu yang siikar untuk dilepaskan ketergantungannya

Sebelum Iahimya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

mengenai narkotika diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997

tentang Narkotika namun undang-undang ini tidak dapat dipertahankan

lagi keberadaannya karena adanya perkembangan kualitas kejahatan

narkotika yang sudali menjadi ancaman serius bagi kehidupan umat

manusia Pengguna narkotika sangat beragam dan menjangkau semua

lapisan masyarakat mulai dari anak-anak hingga orang dewasa orang

awam hingga artis bahkan hingga pejabat publik

Efek negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan narkotika secara

berlebihan dalam jangka waktu lama serta tidak diawasi oleh ahlinya

dapat

menimbulkan berbagai dampak negatif pada penggunanya baik secara

55

fisik maupun psikis Bahkan tidak janing penggunaan narkotika dapat

memicu terjadinya berbagai tindak pidana Karena itu untuk mencegah

semakin mcluasnya dampak negalif yang ditimbulkan dari penggunaan

narkotika maka pengawasan tidak hanya terbatas pada peredaran

narkotika tetapi juga pada mereka yang menjadi korban misalnya

sescorang yang menderita ketergantungan narkotika (pecandu) Apabila

seorang pecandu narkotika telah divonis bcrsalah oleh hakim atas tindak

pidana narkotika yang dilakukannya maka untuk memberikan kesempatan

pada yang bersangkutan agar tcrbebas dari kecanduaniiya maka hakim

dapat mcmutuskan untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani

pengobatan danatau perawatan

Pengobatan dan perawatan terhadap pecandu narkotika dilakukan

melaiui fasilitas rchabilitasi Rcliabilitasi medis dan sosial yang diberikan

kepada pecandu dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan

kemampuan fisik mental dan sosialnya Selain pengobatan dan perawatan

melaiui rehabililasi medis proses penyembuhan pecandu narkotika dapat

diiaksanakan oleh masyarakat melalul pendekatan keagamaan dan

tradisional

Sebagai conloh di Pakem Sleman Yogyakarta telah didirikan

sualu kliiiik alau Pusat Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkotika

Psikolropika dan Zal-zat Aditiflainnya (NAPZA) Terpadu yang didirikan

atas kerjasania Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dan

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang diresmikan pada tanggal 7

56

Desember 2005 Tujuan umum pendiriaii pusat rehabilitasi terpadu ini

adalah untuk memberikan jaminan penanganan paripurnakepada korban

penyalahgunaan Napza melaiui aspek hukum aspek medis aspek sosial

aspek spiritual serta pengembangan pcndidikan dan pelatihan dalam

bidang NAPZA secara terpadu sedangkan tujuan khususnya adalah

1 Terhindarnya korban dan instilusi dan penelrasi pengedar

2 Terhindarnya kerusakan mental dun masa depan para penyalah guna

Napza yang akan mcmbtinuh potensi pengembangan mereka

3 Terhindarnya korban-korban baru akibat penularan penyakil-penyakit

seperti Hepatitis HIVAIDS dan penyakit menular lainnya

4 Terwujudnya proses pengembangan penanganan korban NAPZA dan

aspek ilmiah serta keiimuan yang dinamis sesuai perkembangan zaman

sebagai pusat jaringan informasi terpadu dan mewujudkan teknis

penanganan penyalahgunaan narkotika dan obat-obalan terlarang bagi

daerah sekitamya maupun nasional

Pemberian perlindungan kepada korban narkotika lentil tidak dapat

dibebankan sepenuhnya kcpada pemeriiilah peran serta masyarakat pun

diharapkan ada salah salunya diterimanya kembali mantan pani pengguna

dalam lingkungannya tanpa melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya

diskriminatif bahkan dengan mcmposisikan mereka sebagai warga keias

dua yang harus dljauhi

Bentuk periindunganyang diberikan terhadap pelaku maupun

Dikdik M ArilMansur dan tUisUiris Guitom loa cil hal 90

57

korban penyalahgunaan narkolika dan psikotropika daiambentuk

rehabilitasi

Rehabilitasi adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang

dilujukan kepada pemakai narkolika dan psikotropika yang sudah

menjalani program kuratif Tujuannya agar pelaku tidak memakai lagi

dan bebas dari penyakit ikutan yang disebabkan oleh bekas pemakaian

narkotika dan psikotropika

3 Tahapan-tahapan rchabilitasi terhadap self-victimizing victims

Tahapan-tahapan rehabilitasi terhadap self-victimizing victims atas

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika yang ada di Indonesia tidak

sama Ada yang menekankan rehabilitasi hanya pada aspek medis ada

pula yang lebih menekankan pada aspek rohani Atau memadukan kedua

pendekatan tersebut dengan komposisi yang seimbang Yang ideal

rehabilitasi seorang korban narkotika dan psikotropika harus dilakukan

secara holisitik baik secara fisik psikis maupun kerohaiiiannya

1 Tahapan pengobatan (rehabilitasi)

Secara umum ada beberapa tahapan yang harus dilewati

Masing-masing tahapan tersebut memakan waktu bervariasi ada yang

seminggii sebulan dan bahkan berbu lan-bulan tcrgantung tingkat

ketergantungan tekad korban dan juga dukungan berbagai pihak

terutama keluarga dalam seluruh proses tersebut Setiap tahapan

Subagjo PiirloUiharjo Loc cU hal 105 ^ E M Giri Prastowo loc cil hal 28 -29

58

tersebut disusun dan dibuat untuk inenganlar pasien secara bertaiiap

melepaskan dari ketergantungan narkotika dan psikotropika Beberapa

tahapan rehabilitasi ini yang disajikan berikut sudah Icruji dapat

menyembuhkan atau memulihkan korban narkotika dan psikotropika

secara maksimal

a Tahapan transisi

Penekanaii dalam tahap ini lebih kepada informasi awal

tentang korbanseperti

1) Latar belakang korban

2) Lama ketergantungan

3) Jenis obat yang dipakai

4) Akibat-akibat ketergantungan dan

5) Berbagai inlbrniasi lainnya

Hal ini penling sehingga pada saatnya akan menjadi acuan

bagi pihak yang terlibat secara intensif dalam proses rehabilitasi

Ahl i yang berkompeten (dokter) akan menganaiisa tingkat

ketergantungan korban untuk kemudian meneniukan tingkat

pengobatan dan tingkat pembinaan bagi si korban schingga terapi

dan metode pengobatan bisa dilakukan secara terukur

Tahapan ini Juga dapat dijadikan rujukan untuk meneari

model rehabilitasi yang paling tepat bagi yang bersangkutan Pada

tahap ini tim rehabilitasi akan membantu korban agar menyadari

dirinya sedang menghadapl masalah ketergantungan narkotika dan

59

psikotropika Korban diajak untuk bersama-sama mengatasinya Hal

ini penting karena proses rchabilitasi tidak akan berhasil tanpa

adanya kesadaran korban tentang adanya bahaya yang dihadapinya

Dari situ akan dibangun tekad dan komitmennya untuk

meninggalkan narkotika dan psikotropika

Selain itu pada tahapan ini akan diteliti akibat fisik dari

penggunaan narkotika dan psikotropika Sejauh mana tingkat

kerusakan syaraf dan organ-organ tubuhnya yang rusak Unluk itu

diadakan pemeriksaaii laboratoriumiengkap dan tes penunjang untuk

mcndeteksi penyakit yang diderita korban A[)abia dalam

pemeriksaan ditemukan satu atau beberapa penyakit maka terlebih

dahulu diadakan pengobalan medis sebelum penderita mendapat

proses rehabilitasi lanjutan Langkah ini penting selain agar tubuh

yang bersangkutan bebas dari penyakit juga untuk mencegah

terjadinya penularan balk kepada korban narkotika dan psikotropika

ini diadakan pembersihan darah pada tubuh pecandu sehingga darah

menjadi bersih dan sistem metabolisme tubuh kembali normal

Proses ini dapat dilakukan melaiui cara-cara berikut

1) Cold Turkey abrupt withdrawal) yaitu proses penghentian

pemakaian narkotika dan psikolropika secara tiba-tiba tanpa

disertai dengan substitusi antidotum

2) Bertaliap atau substitusi bertahap misalnya dengan kodein

^Ibidhal 30

60

methadone CPZ atau clocard selama i -2 minggu

3) Rapid Detoxification dilakukan dengan anestesi umum (6-12

jam) dan

4) Simtomatik tergantung gejala yang dirasakan

2 Rehabilitasi intensif

Setelah melewati masa transisi (pengumpulan informasi tentang

keadaan korban dan latar belakangnya) baru masiik pada fase

berikutnya yakni proses penyembuhan secara psikis Motivasi dan

potensi dirinya dibangun daiam tahap ini Korban diajak untuk

menemukan dirinya dan segala potensinya sambil juga menyadari

berbagai keterbalasannya Bahwa untuk mengatasi masalah hidup yang

bersangkutan tidak perlu harus mengkonsumsi narkotika dan

psikotropika Narkotika dan psikotropika justru menciptakan masalah

baru yang jauh lebih besar dalam hidupnya Narkotika dan psikotropika

bukanlah solusi tetapi menjadisumber masalah Pada tahap ini berbagai

contoh dapat dipcrlihatkan kepada korban

Yang terlibat di dalam tahap ini yang utama adalah korban itu

sendiri sebagai pelaku self-victimizing victims) Korban harus punya

tekad untuk hidup tanpa narkotika dan psikotropika Korban harus bisa

menatap masa depan dengan penuh optimisme Selain yang

bersangkutan peranan keluarga (orang liia dan saudara-saudaranya

suami atau istri) juga sangal pcnling Anggota keluarga ini harus secara

intensifmendampingi dan jnenopang korban

61

Staf di paiiti rehabilitasi para konselor psikolog dan semua

pihak di panti rehabilitasi untuk bersama-sama mcmbangun

kepercayaan diri korban Seluruh proses ini membutuhkan waktu

berbulan-bulan bahkan selama bertahun-tahun tergantung tingkat

ketergantungan dan efeknya bagi korban Berbagai terapi yang

dilakukan selama dalam tahap ini baik yang dilakukan secara pribadi

maupun bersama-sama lewat berbagai aktivitas di panti rehabilitasi

tersebut bertujuan untuk memberdayakan kembali korban yang disekian

lama telah terpuruk oleh narkolika dan psikotropika Sebagai langkah

awal untuk sosialisasi diri dengan masyarakat korban juga secara

bertahap mulai mcmbangun komunikasi dengan orang lain di Iuar

komunitas rehabilitasi

Menurut Romo Lambertus Somar MSG dalam bukunya

Rehabilitasi Pecandu Narkotika dan Psikotropika pada tahap ini ada

tiga titik yang harus dilewati yang lebih dikenal dengan tahapan

stabilisasi pribadi yailu^

1 Secara sadar dan tekun melepaskan diri dari berbagai penyakit dan

akibatakibat lainnya (no to drugs) Tahap ini merupakan tahap

stabilisasi awai atau tahap konsolidasi (comolidation)

2 Menemukan jati diri menguasai kiat-kiat dan keterampilan-

keterampilan untuk menyehatkan serta mengisi hidup secara lebih

bermakna dan bermulu Latihan keterampilan vokasional (kerja) dan

E M Giri Praslowo Loc cil hal 32

62

peiigungkapan diri dari dimulai dibina sebiiigga disebul juga (afiap

pengukuan diri (jyerwtuil appraisal) Inilah lahap slabilisasi

niericiigah (inadya)

3 Dengan inisiatif pribadi orang secara sadar mulai berfikir dan

bertindak untuk mencapai prestasi-prestasi tertentu schingga disebut

juga tahap positive thinking and doing Tahap ini merupakan tahap

stabilisasi akhir

4 Tahap rekonsiliasi Tahapan berikut yang harus dilewati dan sangat

vital adalah tahap rekonsiliasi Tara korban tidak langsung

herinlcraksi secara bebas dcngan masyarakat akan tctiipi lerleblh

dahulu ditampung di sebuah lingkungan khusus selama beberapa

waktu sampai pasien benar-benar siap secara mental dan rohani

kembali kelingkungannya semula Yang paling ulama dalam fase ini

adalah pembinaan mental spiritual keimanan dan ketakwaan serta

kcsepiikatan sosial kemasyarakaian Proses ini bisa meliputi program

pembinaan jasmani dan rohani

Sampai ke tahap ini yang bersangkutan masih tcrikat dengan

rehabilitasi foimal namun sudah mulai membiasakan diri dengan

masyarakat Iuar sehingga merupakan proses resosialisasi (reentry) atau

penyesuaian (reconcilialion) Proses ini melewati tiga titik penting juga

yaitu

1 Tinggal lebih sering dan lebih lama di lingkungan keluarga sebagai

63

teiiipal tinggal tetap atau pun tempat tinggal transit unluk

resosialisasi sambil mclaiijiitkan kegiatan pilihan sebagai penunjang

masa selanjutnya Di sini terjadi perdamaian dan penycsuaian-

penyesuaian kembali dengan lingkungan

2 Rencana masa depan yang jelas dan siap direalisasikaii dengan

dukungan keluarga atau pihak-pihak lain Pada tahap ini korban

dapat memulai aktivitasnya lagi seperti sekolahkuliah mulai bekerja

atau merintis usaha sendiri

3 Kontak awal dengan kelompok-keiompok atau program-program

pemeliharaan lanjut aftercare) Di sini orang meiierima dirinya

seperti apa adanya merasa puas lalu mempercayakan dirinya ke

tangan orang lain

4 Pciiieliharaaii Lanjut Pada tahap ini walaupun secara fisik yang

bersangkutan sudah dinyatakan seliul dan secara psikis pun sudali

pulih namun masih ada kcmungkinan mereka akan tergclincir

kembali icbihlebih saat mereka sedang menghadapl masalah Pada

saat itu bisa Jadi mereka bemostagia dengan menikmati narkolika

dan psikotropika Saat ini juga niwaii Karena itu setiap korban yang

niemasuki tahap inidipersiapkaii sungguh-sungguh agar dapal

melewati dan mengatasi sUuasi rawan ini dengan melewati tiga titik

ini yakni

a Mengubah menghilangkan aUiu menjauhi hal-hal yang bersifat

bid hul 34

64

nostaigia kesenaiigan narkolika dan psikolropika

b Setiap mengikuti program-program dan aeara-acara aftercare

(pemeliharaan lanjut) dan

c Dapat juga mcUbatkan diri dalam gerakan atau kelompok bersih

narkoba dan peduli penanggulangannya

BAB IV

PENUTUP

A Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dipaparkan tersebut di atas peneliti

memberikan beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap

permasalahan di dalam penelitian ini sebagai berikut

Di antara berbagai faktor yang dapat mempengaruhi seseorang atau

individu menyalahgunakan narkotika atau psikotropika terdapat faktor

yang paling duininan yakni laktor yang bersumber dari keadaan keluarga

dan lingkungan bukan karcnn faktor individunya Karena faktor keluarga

yang buruk dan lingkungan yang juga buruk dan saling mendukung dapat

mempengaruhi individu menjadi pelaku lindak pidana penyalahgunaan

narkolika dan psikotropika tersebut dengan kata lain faktor keluarga dan

lingkungan yang buruk ini membuka kesempatan kcpada seseorang untuk

merasakan pergaulan dengan narkotika atau psikotropika sehingga dapal

menimbulkan ketergantungan terhadapnya

2 Perlindungan lerhadap korban narkotika- jika dihubungkan dengan

beberapa teori pemidanaan dalam perspektif Undang-Undatig Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika yang baru terdapai keseimbangan antara

perlindungan terhadap pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana

bahwa berdasarkan sanksi baik pidana maupun denda yang terdapat dalam

undang-undang ini sangatlah bcrat-bcnil dan tegas Ini berarti bahwa

65 bull

66

undang-undang narkotika yang baru tersebut lebih mementingkan korban

dari pada pelaku kejalialan narkotika Mengingat bahwa dcngan adanya

pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan ktgtrban semakin

banyak yang berjatuhan seliingga daripada korbannya anak bangsa yang

memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara Indonesia

maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-beratnya

terhadap si pelaku lindak pidana narkolika bahkan pidana mati atau

seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-

undang yang baru ini juga diatur mengenai rchabilitasi terhadap korban

baik korban yang diakibatkan oleh orang lain niaiipim karena self

victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku ilu

sendiri

Saran

Adapun yang menjadi saran peneliti di dalam penelitian ini yang

menjadi harapan untuk dipcrliatikan bersama adalah sebagai berikut

1 Diharapkan bagi setiap keluarga untuk menjaga keharmonisan melakukan

pengawasan dan mcnanainkan pcndidikan yang benar terutama dalam lial

menyeimbangkan antara emosi inteligensi dan spritual sejak dari din

terhadap anak sebagai benteng terhadap dirinya untuk dapat membentengi

dari pengaruh narkotika dan psikotropika yang semakin mengancam

keadaan lingkungan masyarakat

2 Diharapkan terhadap pemerintah untuk melakukan sosialisasi yang

teriiitegrasi dan menyeluruh terhadap semua lapisan masyarakat baik

67

masyarakat di pedesan (primitlf) maupun masyarakat kota betapa besamya

sanksi pidana dan denda yang digariskan di dalam undang-undang

narkotika dan psikotropika misalnya dcngan mcmpublikasikannya dalam

bentuk billboard di pcrsiinpangan jalan sehingga setiap orang yang lewat

dengan secara otomatis masyarakat akan inengelaliuinya dan

berkemuiigkiiian orang yang membacanya setidaknya tlmbul rasa takut

untuk terjun ke dalam penyalahgunaaan narkotika dan psikotropika

tersebut

D A F T A R PUSTAKA

A Bukii

Arrasjid Chainur Sualu Pemikiran Tentang Psikologi Kriminil Mcdan Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU 1999

Gerson Bawengan Penganlar Psichology Kriminil Jakarta Pradya Pramita 1973

Gosita Arif Masalah Korban Kejahatan Jakarta Akademika Pressindo 1993

Hakim M Ariel Narkoba Bahaya dan Penanggulangannya Bandung Jembar 2007

Hawari Dadang Konsep islam Memerangi AIDS dan NAZA Get X i Yogyakarta Dhana Baktl Priaya 1997

Kaligis OC dan Soedjono Dirdjosisworo Narkoba dan Peradilannya di Indonesia (Retbrmasi Hukum Pidana Melaiui Perundangan dan Peradilan) Bandung PT Alumni 2002

Kartono Kartini Psichology Abnormal Bandung Alumni 1972

Mansur Dikdik M Arif dan Elistaris Guitom Urgensi Perlindungan Korban Kejahalan Antara Norma dan Reaiita Bandung Agustus Fakultas Hukum Universitas Padjajaran 2006

Mardani Penyalahgunaan Narkoba Daiam Perspeklif Hukum islam dan hukum Pidana Nasional Jakarta IH RajuGrufindoPersado 2007

Marpaung Leden Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005

Moelyono Anton M Kumus Besar Bahasa Indonesia Get 11 Jakarta Balai Pustaka 1988

Muladi HAM Dalam Persepkiif Sistem Peradilan Pidana dalam Muladi (ed) Hak Asasi Manusia Hakekal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat Bandung Refika Aditama 2005

dan Barda Nawawi Arlef Bunga Rampai Hukum Pidana Bandung Alumni 1992

Partodiharjo Subagyo Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannyai Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2003

Ioyk Fanny Jonathans Sehiiah Kesehatan Narkoba Sayonara Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2006

Prastowo EM Giri Rehabilitasi Bagi Korban Narkoba Tangcrang Visimedia 2006

Prodjodikoro Wirjono Asas-asas Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005

Roeslan Saieh Stelsel Pidana Indonesia Jakarta Bina Aksara 1987

Soedjono D Segi Hukum Tentang Narkolika di Indonesia Bandung Karya Nusanlara 1977

Hukum Narkolika Indonesia Bandung PT Citra Adtya Baktl i 990

Soekanto Soerjono dan Sri Mumadjj Penelitian Hukum Normalif Suatu Tijnjauan Singkat Jakarta Rajagrafindo Persada 2001

Sudarsono Kenakalan Remaja cet Ii Jakarta Rineka Cipta 1992

Tom dkk Bahaya NAPZA Bagi Pelajar Bandung Yayasan Al-Ghifari Morgan 1999

Tim BNN Materi Advokad Pencegahan Narkoba Jakarta Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia 2005

Yustisia Himpunan Peraturan Pemndang-Undangan Anti Narkoba diterjenialikuii oleh Tim iustaka Yuslisia Yogyakarta iuslaka Yustisia 2006

Waluyo Bambang Penelitian Hukum dalam Prakiek Jakarta Sinar Grafika 1996

Wcda Made Darma Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korporasi dalam niingti Rampai Viktimisasi Bandung Eresco 1995

B Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Pasal 152

Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika22Tahun 1997 tentang Narkotika

Keppres Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkolika Nasional

CInternet

htlpwwwbnngoidportalbariiiiorlalkQnlenpltpniima^Prorilampop^visi niisiamp tnn=lamp diakses tcrakiiir tanggal 13 November 2014

httpthed03hlogspoteom2008l Ohukuiii-viktimolQgihtmk diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014

httpwwwikonbaliorg26062Q(19advokasipctisi-ikon-bali-segera-tcrapkan-semahtml Petisi Ikalan Korban Napza (IKON) dalam rangka menyambut Hari Anti Narkotika (HANI) dan Hari Anti Penyiksaan 2009 diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014

httpwwwsurnekscoidindexphp7pption=^om cpntentampview=articleampid=^1405 2010-kej ati-baru-terapkan-uu-no-3 52009ampcatid=44 ilir-barat-i-bukit-keciIampUemid=94 diakses lerakJiir tanggal 12 Desember 2014

httpidsbvoongcQmexact-sciencesl8Q8652-getielika-dan-keiahatan Faktor Genetik Penyebab Kejahalan diakses terakhir tanggal 10 jaiiuari 2014

httpwwwasiasecuritiescoidsys 12ximagesstories201QEqtiitv2Q Pdf diakses terakhir tanggal 10 Januari 2014

LAMPIRAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

F A K U L T A S HUKUM

K A R T U AKTIVITAS BIMBINGAN SKRIPSI

N A M A MAHASISWA DIANA SAPUTRA

N O M O R INDUK MAHASISWA 50 2011 059

P R O G R A M STUDI I L M U H U K U M

PROG K E K H U S U S A N H U K U M PIDANA

P E M B I M B I N G M S O L E H IDRUS SHMH

l U D U L SKRIPSI P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T U N D A N G U N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I

KONSULTASI

K F -

MATERI YANG

DIBIMBINGKAN

PARAF

PEMBIMBING K E T

luymdash

y^ ^ Tlt2 N ^

7 M e

fSUL

k ^

CATATAN MOHON DIBERI WAKTU MENYELESAIKAN SKRIlSl RUiAN SEJAK TANGGAL DIKELUARKAN DITETAIKAN

DIKELUARKAN DI PALEMBANG PADA TANGGAL KETUA BAGIAN

JUDUL P E N Y A L A H G U N A A N N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG UNDANG N O M O R 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I

P E R M A S A L A H A N 1 Apa yang menjadi faktor tcrjadinya penyalaJigunaan narkotika dan psikotropika

2 Bagaimana pengaturan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspektif victimologi

B A B l P H N D A I i U L U A N A Latar Belakang B Permasalahan C Ruang Lingkup dan Tujuan D Metode Penelitian E Sistematika Penulisan

B A B 11 T I N J A U A N PUSTAKA

A Pengertian penyalahgunaan B Pengertian victimologi C Ruang lingkup victimologi D Jents dan penggolongan narkotika dan psikotropika E Undang Undang yang mengatur tentang narkotika

dan psikotropika

BAB I I I PEMBAHASAN A Faktor yang menyebabkan terjadinya

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika

B Penyalahgunaan narkotika dan psikolropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspeklif victimologi

BAB IV PENUTUP A Kesimpulan

B Saran-saran

DAF1AR PUSTAKA

L A M P I R A N - L A M P I R A N

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM

Lampiran Perihal Kepada

Sistematika penulisan (Outline) Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi YUi NUR HUSNI LMILSON SHSpNMH

Pembimbing Akademik Fakultas Hukum UMP dl-Palembaniz

Assalamualaikum WrWb

Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama DIANA SAPU I RA

Program Kekhususan Flukum Pidana

fada semester Lianjil tatiun kuliati 2UI42UI5 sudah menyelesaikan betian studi yang meliputi MPKMKKMKBMPBMBB (139 sks)

Dengan ini mengajukan pcrmohonan untuk penelitian Hukum dan Penulis Skripsi dengan judul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG-UNDANG N O M O R 35 T A H U N 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I

Demikianlah atas perkenaan Ibu diucapkan terima kasih

Wassalamualaikum WrWb

NIM 50 2011 059 Ilmu Hukum Program Studi

Palembang September 2014 Pemohon ^^--^5

Rekomendasi PAYbs

Pembimbing Akademik

HUSNI EMHSON SH SpN MH

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM

REKOMENDASI DAN PEMBIMBING SKRIPSI

Nama Nim Program Study Program Kekhususan Judul skripsi

DIANA SAPUTRA 50 2011 059 Ilmu Hukum Hukum pidana PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI

I Rekomendasi Ketua Bagian a Rekomendasi

b Usulan Pembimbing

Hukum Pidana

raiemoang iepiemt)er zu 14 KetuaJBagu

LuuTiiiAKNurCsHrR^

I L Penatapan Pembimbing Skripsi Oleh Wakil Dekan I

1 2

Palembang September 2014 Wakil Dekan I

- i poundL Dr Hj SRI S U L A S T R I SH M H

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah i n i Nama Tempat Tanggal Lahir N I M Program Studi Program Kekhususan

DIANA SAPUTRA PetransJaya 15 Januari 1992 502011059 Ilmu Hukum Hukum Pidana

Menyatakan bahwa karya ilmiah skripsi saya yang berjudul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANGshyU N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F VICTIMOLOGI

Adalah bukan merupakan karya tulis orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali daiam bentuk kutipan yang telah kami sebutkan sumbemya

Demikianlah surat pemyataan ini kami buat dengan sebenar-benamya dan apabila pemyataan ini tidak benar kami bersedia mendapatkan sanksi akademis

Palembang September 2014

PERMOHONAN UNTUK MENGIKUTI SEMINAR PROPOSAL

Palembang Oktober2014 Perihal Mohon untuk diiaksanakan seminar

Proposal Penelitian Skripsi

Kepada Yth Ibu Luil Maknun SH MH Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang D i -

Palembang

Assalamualaikum Wr Wb Saya yang bertanda tangan dibawah Ini Nama DIANA SAPUTRA

NIM 50 2011 059

Program Kekhususan Hukum Pidana

Bahwa yang bersangkutan telah layak untuk mer^ikiuti Seminar Proposal rencana penelitian skripsi yang judul PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI

Mohon kiranya yang bersangkutan untuk dijadwalkan mengikuti Seminar Proposal usul Penelitian Skripsi

Demikianlah disampaikan untuk dipertimban^Lan Wassalamualaikum Wr Wb

Pembimbing Skripsi

M SOLEH IDRUS3HMS

H A L A M A N P E R S E T U J U A N U N T U K M E N G I K U T I S E M I N A R P R O P O S A L

Nama DIANA S A P U T R A

N I M 50 2011059

Program studi Ilmu Hukum

Program kekhususan Hukum Pidana

Judui Penelitian PENYALAHGUNAAN N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A

MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI P E R S P E K T I F VICTIMOUHH

Palembang Oktober2014 Disetujui Pembimbing

M S O L E H IDRUSSH MS

Ketua Bagian Hukum Pidana

LuU MaknunSH M H

Page 12: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si

3

Berbicara mengenai upaya penanggulangan kejahatan atau tindak

pidana Narkotika dan Psikotropika yang tepat maka cara pandang sebaiknya

tidak hanya terfokus pada berbagai hal berkaitan dengan penycbab timbuliiya

kejahatan atau metode apa yang efektif dipergunakan dalam penanggulangan

kejahatan tersebul Namun hal lain yang tidak kalah penlingnya untuk

dipahami adalah masalah korban kejahatan itu sendiri yang dalam keadaan-

keadaan lertentu dapal menjadi pemicu munculnya kejahatan dalam tindak

pidana Narkotika dan Psikotropika tersebul

Piida saat berbicara tentang korban kejahatan dalam tindak pidana

Narkotika dan Psikotropika maka cara pandang tidak dapat dilepaskan dari

victimologi Melalul victimologi dapal diketahui berbagai aspek yang

berkaitan dengan korban seperti faktor penyebab munculnya kejahatan

penyalahgunaan bagaimana seseorang dapat menjadi korban

penyalahgunaan dan upaya mengurangi terjadinya korban kejahatan

penyalahgunaan serta hak dan kewajiban korban kejahatan dalam tindak

pidana Narkolika dan Psikotropika tersebut Secara victimologi terhadap

korban kejahatan dalam tindak pidana Narkotika dan Psikotropika misalnya

korban yang ditemukan pada anak usia 7 tahun sudah ada sebagai pemakai

anak di usia 8 talum sudah ada yang memakai ganja dan lalu di usia 10 tahun

anak-anak sudah menggunakan Narkotika alaupun Psikotropika dari berbagai

jenis seperti ganja heroin morfni ekstasi dan sebagainya

Kraquogtrban dalam lingkup victimologi memiliki arti yang luas karena

Rampai Vihmisusi (Bandung Krcsco 1995) hal 200 TM Giri Prasln vo Rebahilium liagi Korban Narkoba ( Iangerang Visimudia 2006) hal v

4

tidak hanya terbatas pada individu yang secara nyata menderita kerugian

tetapijuga kelompok korporasi swasta maupun penierintali sedangkan yang

dimaksud dcngan akibat pcnimbulan korban adalah sikap atau tindakan

terhadap korban danatau pihak pelaku serta mereka yang secara langsung

atau tidak terlibat dalam terjadinya suatu kejahatan

Pentingnya korban kejahatan dalam tindak pidana Narkotika dan

Psikotropika ihempcroleh perhatian utama DIkarenakan korban merupakan

bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kejahatan oleh karena ilu maka

korban memiliki peranan yang sangat penting dalam penelitian ini

Diperolchnya pemahaman yang luas dan mendaiam tentang korban kejahatan

dalam linJak pidana Narkotika dan Psikolropika dapat [nenuidahkan dalam

menemukan upaya penanggulangan kejahatan yang pada akhimya akan

bermuara pada menurunnya kuantitas dan kualitas kejahalan Sejalan dcngan

semakin bcrkembangnya victimologi sebagai cabang ilmu baru berkembang

pula berbagai runuisan tentang victimologi Kondisi iiii hendaknya tidak

dipandang sebagai pertanda tidak adanya pemahaman yang seragam

mengenai ruang lingkup victimologi tetapi harus dlpaiidang sebagai bukti

bahwa vU timologi akan selalu berkembang sejalan dengan perkembangan

yang terjadi dalam masyarakat

Berdasarkan uraian di atas yang menjadi obyek pengkajian dari

victimologi penyalahgunaan Narkolika dan Psikotropika di antaraiiya adalah

faktor terjadinya kejahatan dan bagaimanakali pengaturan Narkotika dan

Dikdik M Arir Mimsur dan Elistaris (lultoiii UrgensI Ierilndungan Korban Kejahalan Anlara Norma dan Realita (Bandung Agustus EakulUis Hukum Universitas Padj aj uran 2006) hal 29

5

Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Oleh sebab itu

maka judui yang dipilih unluk diteliti dalam penelitian adalah

Penyalahgunaan Narkotika dan Pstkolropka Menurut Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 Dari Perspektif Victimologi

B Perumusan Masalah

1 Apa yang menjadi faktor faktor yang menyebabkan terjadinya

2 Bagainiana pengaturan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika dan

Psikotropika daiam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dari perspektif

victimology

C Ruaug lingkup daii tujuan

Ruang lingkup

Secara umum ruang lingkup skripsi ini untuk mengetahui apa yang

menjadi faktor faktor terjadinya penyalahgunaan narkobadan

penyalahgunaan norkoba menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari

perspektil victimologi

Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan penulisan ini adaiah

sebagai bfrikut

1 Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya

penyalahgunaan Narkoba

2 Untuk mengetahui pengaturan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika

dan Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Talum 2009 dari

penyakiligunaanTiarkotika dan psikotropika

6

perspektif viAimo(gtg[

E Metode rcncHtl

Untuk memperoleh data yang kongkril sebagai pcdoman dalam

penulisan skripsi ini maka penulis menggunaan metode sebagai berikul

1 Metode pclaksanaan penelitian

dalam pclaksanaan ini penulis menggunaan metode penelitian hukum

normatif yang bersifal diskriftif dengan menggunaan dala skunder

Penelitian nukum norkatif ini merupakan penelitian kcpustakaan yaitu

penelitian terhadap dala skunder yang iiiempuiiyai ruang lingkup meiipuli

surat sural fakta fakta sampai pada dokumen - dokuincn resmi yang

dikeluarkan oleh instansi lerkait

2 Metode pcngiimpulun data

Pengumpulan data meiiipunyai hubungan yang eral dengan sumber data

karena dcngan pengumpulan dala akan diperoleh data yang dipcrlukan

untuk selanjutnya dianalisis sesuai dengan yang diinginkan Dalam usuha

pengumuian dala dala yang relevan dengan judul ini penulis

menggunakan metode normatif diskriplif dengan menggunakan data

skunder yang berbentuk dokumcntasi

3 Tehnik pcngolahan data

Dilakukan dcngan cara nnalisis isi terhadap teksural untuk selanjutnya

dikoniruksikan dalam suatu kesimpulan

7

Sislemutika [cnulisiin

Penelitian ini dibuul berdasarkan sistematika penulisan di dalam

penelitian ini peneliti mcmbaginya dalam empat bagian yailu

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan bab pendahuluan yang menguraikan mengenai hal-hal

berkaitan dengan Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan

dan Maniaat Penclilian Kcaslian Penelitian Tlnjaiian

Kcpustakaan Pengertian Penyalahgunaan Pengertian

Viclimologi Ruang Lingkup dan Manfaat Viclimologi Jenis dan

Penggolongan Narkotika dan Psikotropika Metode Penelitian

dan Sistematika Penulisan

BAB U TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bagian ini menguraikan yaitu mengenai pengertian tentang

penyalahgunaan pengertian tentang ruang lingkup viktimologi

pengertian tentang narkotika dan jcnis-jcnis narkolika

BAB Hi PEMBAHASAN

Merupakan bab yang membahas mengenai hal-hal yang berkaitan

dengan Pengaturan Sanksi Pidana lerhadap Penyalahgunaan

Narkotika dan Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Ditinjau dari Perlindungan Terhadap Korban dan

Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Self

Victimizing Victims

8

BAB IV K E S I M P U L A N DAN SARAN

Bab ini memuat beberapa kesimpulan dan saran yang dibuat

peneliti sebagai hasil dari pembahasan dun penguraian di dalam

penelitian ini dari keseluruhan permasalahan yang ada

DAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A Pengertinn Pcnyalaliguiiaan

Penyalahgunaan dimaksudkan dalam penclilian ini adalah

penyalahgunaan terhadap narkotika dan psikolropika Dimana bahwa

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika ini diambil dan dipersainakan

dcngan pengertian penyalahgunaan narkoba seperti yang disebutkan Lutfi

Braja yakni memberikan pembatasan mengenai penyalaiiguiiaaii yaitu

Pemakaian narkoba di iuar indikasi medik tanpa petunjuk atau

resep dokter dan peinakaiannya bersifat patologik

(menimbulkan kelainan) dan menimbiilkan humbutan dalam

aktifitas di rumah di sekoiah atau di kampus tempat kerja dan

lingkungan sosial Ketergantungan narkoba adalah kondisi yang

kebanyakan diakibatkan oleh penyalahgunaan zat yang disertai

dengan adanya toleransi zat (dosis semakin tinggi) dan gejala

putus zal

Permasalahan penyalahgunaan mengakibatkan dampak yang sering

terjadi di tengah-tcngah masyarakat dari penyalahgunaan narkolika dan

psikotropika antara lain merusak hubungmt kekeluargaaii menurunkan

kemampuan belajar dan produktifitas kerja secara drastis sulit membedakan

mana perbuatan baik dan perbuatan buruk perubahan pcrilaku menjadi

Mardani Op 01 lial 2

9

10

pcrilaku anti sosial (pcrilaku maladaptil) gangguan kesehalan (fisik dun

mental) mempertinggi jumlah kecelakaan lalu lintas tindak kekerasan dan

kriniinuliLis lainnya

Dari kata penyalahgunaan menandakan bahwa Narkotika dan

Psikotropika tidak selalu bermakna negatif Dcngan begitu narkotika dan

psokitropika yang digunakan dengan baik dan benar oleh dokter untuk

mengobati pasiennya lidak tennasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang

disaiahgunakan Di dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA

(Narkotika Psikotropika dan Zat Adit i f Lainnya)

B Pengertian Victiimlogt

Pada dasarnya perkembangan ilmu pengetahuan tentang korban

kejahalan (viktimologi) lidak dapat dipisahkan dari iahimya peiiiikiraii-

pemikiran brilian dari Hans von Hentig seorang ahli kriminologi pada talum

1941 serta Mendelsohn pada tahun 1947 Pemikiran dari kedua ahli ini

sangat mcmpengaruhi setiap fase perkembangan viktimologi Perkembangan

viktimologi hingga sampai pada keadaan seperti sekarang tentunya tidak

terjadi dengan sendirinya namun telah meiigalami berbagai perkembangan

yang dapai dibagi dalam 3 (tiga) fase sebagai berikut

a iada tahap peitama viktimologi hanya meinpclajari korban kejahatan saja

pada fase ini dikatakan sebagai pehdl or special vtciimolo^

b Pada lase kedua viktimologi tidak hanya mengkaji masalah korban

Oadang Huwari Konsep Islam Memerungt AIDS dan NAA Cel XI (Ycgvakarta Ohaiiii iiakli Idaya 1997) hal 153 Made Danaa Wi da Op cil hal 200

kejahalan tetapi juga meiipuli korban kecelakaan Pada fase ini disebut

sebagai general victimology

c Fase ketiga Vikt imologi sudah berkembang lebih luas lagi yaitu mengkaji

permasalahan korban karena penyalahgunaan kckuasaan dan hak-hak asasi

manusia Fase ini dikatakan sebagai new viciimology

Berdasarkan pengertian di atas nampak je las bahwa yang menjadi

obyek pengkajian dari viktimologi diantaranyu pihak-pihak mana saja yang

terlibat atau mcmpengaruhi terjadinya suatu viktimisasi kriminal

bagaiinanakah respon terhadap suatu viktimisasi kriminal faktor penyebab

terjadinya viktimisasi kriminal bagaimanakah upaya penanggulangannya

dan sebagainya

C R u a i i g L i n g k u p Victimologi

Vikt imologi mencliti topik-topik teiilang korban scperti peranan

korban pada terjadinya kejahatan hubungan antara pelaku dengan korban

rentannya posisi korban dan peranan korban dalam sistem peradilan pidana

Selain itu menurut Muladi viktimologi merupakan suatu studi yang bertujuan

untuk

1 Menganaiisa berbagai aspek yang berkaitan dcngan korban

2 Berusaha untuk memberikan penjelasan sebab musabab terjadinya

vikt imisasi dan

3 Mengembangkan sistem tindakan guna mengurangi penderitaan manusia

^Suryono Ekolaina ST Harum Pudjianlo RS dan G Wiraiama Abortus Iruvocalus Ba^ Korban Perkosnan Persxkif Viktimologi Kriminologi Jan Hukum Pidana Edisi PcrUtma Culakari lurlunii (Jakiiria Univcrsilas AlmaJaya 2001) liul 174 ^ibidMl I7()

12

Menurut JE Sahetapy ruang lingkup Viktimologi meliputi bagaimana

sescorang (dapat) menjadi korban yang ditentukan oleh suatu victimity yang

lidak selaiu berhubuiigan dengan masalah kejahatan termasuk pula korban

kecelakaan dan bencana alam selain dari korban kejahatan dan penyalah

gunaait kekuasan^ Namun dalam perkembangannya di tahun 1985

dipeiopori oleh Separovic yang mempelopori pemikiran agar Viktimologi

khusus niengkaji korban karena adanya kejahatan dan penyalahgunaan

kckuasaan dan tidak mengkaji korban karena musibah alau bencana alam

karena korban bencana alam di iuar kemauan manusia out of mms will)

D Jenis dan Penggolungan Narkotika dan Psikotropilta

Dari kata penyalahgunaan narkoba menandakan bahwa narkoba tidak

selalu beimakna negatif Dengan begilu narkolika dan psokitropika yang

digunakan dengan balk dan benar oleh dokter unluk mengobati pasiennya

tidak termasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang disaialigLmakan Di

dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA (Narkotika Psikolropika

dun Zat ditir Lainnya) Dalam penelitian ini hanya dibahas tentang

narkotika dan psikolropika maka sebelumnya dipaparkan terlebih dahulu

berbagai jenis narkotika dan psikotropika sebagai berikut

a) Narkolika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari lanaman atau

TbUi Miiiadi HAM Halam Persepkiif Sislem Peradilan Pidana datam Muladi (cd) Hak Asas) Manusia Hakclal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspeklif llukum dan Masyarakat (Bandung Refikii Aditama 2005) hal lOX VfiWDial 109 Subagyo Partediharjo Op cil hal 11

13

bukan tanainan baik sintesis maupun bukan sintesis yang dapat

menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa

Zat ini dapal mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat

meninibulkan ketergantungan Menurut Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika Narkolika adalah at atau obat yang

berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun

semisimetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri

dan dapat nienimbulkati ketergantungan yang dibedakan kc dalam

golongan-goiongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang in i

Narkotika memiliki daya adikasi (ketagihan) yang sangat berat

Narkolika juga memiliki daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual

(kebiasaan) yang sangat tinggi Ketiga sifat narkolika ini yang

menyebabkan pemakai narkotika tidak dapat lepas dari cengkeramannya

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

Jenis jenis narkotika dibagi ke daiam 3 (tiga) kelompok yaitu narkotika

golongan I golongan I I dan golongan I I I

Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbaiiaya

karemi daya adilifnya sangat tinggi Golongan ini tidak boleh digunakan

untuk kcpentingan apapun kecuali unluk penelitian atau ilmu

pengetahuan Contohnya adalah ganja heroin kokain inorfin opium dan

lain-lain Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya

Ibid Posal 1 Ayal (I) Unilung-Undang Nomor 3 Tahun 2009 lenlang Narkotika

14

aditifkual tclapi bcrmaiilaal untuk pcngohatan dan penclilian tlonluhnya

adalah petidin dan turunannya benetldin belamctadol dan lain-iain

Sedanikaii narkulika golungaii Ml adalah narkotika yang niciniliki daya

aditif riiigan tetapi bermanfaat untuk penghatan dan penelitian Contohnya

adalali kudcin dun turunannya^

Berdasarkan cara pcmbuatannya narkotika dibedakan ke dalam 3

(tiga) golongatt juga yaitu narkolika atami narkotika semlsimesis dan

narkotika sintesis Dijelaskan sebagai berikut

1) Naikotika alami

Narkotika alami adalah narkotika yang zat aditithya diambil dari

(umbuhlumbuhan (atam) Contohnya

u tjaiija

Ganja adalah tanaman perdu dengan daun menyerupai daun

singkong yang tepinya bergerigi dan berbulu lialus Jumlah Jari

daunnya selalu ganjil yakni 5 7 9 Tumbuhan ini banyak lumbuh di

iieberapa daerah di Indonesia seperti Aceh Suinalera Ulara

Sumatera Selaian Pulau Jawa dan lain-lain Daun ganja ini sering

iligunakiin sebagai bumbu penyedap masakan Bila digunakan

ebagai bumbu iiuisak daya adilifnya rendah Namun lidak

ilemikian apabila dibakar dan asapnya dihirup Cara

|)cnyalahgunaunnya adalah dikcringkan dan dicampu dengan

icmbakiiii rokok atau dijadikan rokok lalu dibakar serta dihisap

Subagvo PurtoJiharjo Op cil hal 11-12

15

b Ilaisis

Hasis adaiah lanaman serupa ganja yang lumbuh di Amcrika

Latin dan Eiopa Daun ganja hasis dan mariyuana Juga dapat

disuling dan diambil sarinya Oatam bentuk cair harganya sangat

mahai Gunanya adalah unluk disaiahgunakan oleh pemadut-pemadal

kelas tinggi

c Koka

Koka adalah lanaman perdu mirip pohon kupi Huahnya yang

inatang bcrwama inerah seperti biji kopi Dalam komunitas

masyarakat Indian Kuno biji koka sering digunakan untuk

inenambah kekiiatan orang yang bcrperang atau bcrburu binalang

Koka kemudian bisa diolah menj adi kokain

d Opium

Opium adaiah bunga dengan bentuk dan wama yang indah

Dari getah bunga opium dihasilkan candu (opiat) Di Mesir dan

daratan Cina opium dahulu digunakan unluk mengobati beberapa

penyakit member kekuatan atau menghilangkan rasa sakil pada

lentara yang terluka sewaktu berperang atau berburu Opium banyak

lumbuh di segiliga emas antara Burma Komboja dan Thailand

atau di daratan Cina dan segitlga emas Asia Tengah yaitu daerah

antara Alganistan Iran dan Pakistan

Dalam kalangan perdagangaii liilernasional ada kebiasaan

ftW hal 14

16

(keliru) tncnamai daerah tempat peuanamuii opium sebagai daerah

emas Diberi nama demikian karena perdagaiigan opium sangat

mengimtiingkan Karena bahayanya yang besar daerah seperti ilu

keliru jika diberi nama predikat emas Daerah sumber produksl

opium sepantasnya disebut segitlga setan atau segitlga iblis

2) Narkotika semisintcsis

Narkotika semisintesis adalah narkotika alami yang diolah dan

diambil zat aktifnya (intisarinya) agar memiliki khasiat yang lebih kuat

schmgga dapat dimanfaatkan untuk kepcnlingan kedokteran

Contohnya

a Morfm dipakai dalam dunia kedokteran unluk menghilangkan rasa

sakit alau pembiusan pada operasi (pcmbcdahan)

b Kodein dipakai unluk obat penghilang baluk

c Heroin tidak dipakai dalam pengobatan karena daya adilifnya

sangat besar dan matifuatnya secara medis belum

ditemukan Dalam pcrdugangan gelup heroin diberi nama

pulaw atau pete atau pt Henlnknya seperti tepun terigu

yang halus pulih dan agak kotor

d Kokain liiisll olahati dari biji koka

3) Naikotika sintesis

Narkotika sintesis adalah narkotika palsu yang dibuat dari bahan

kimia Narkotika ini digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi

oraiig yang menderita kclcrgantungun Contohnya

17

a Ietidin unluk obat bius lokal operasi kccil sunal dan

sebagainya

b Melhadon unluk pengobatan pecandu narkoba dan

c Naltrexon untuk pengobatan pecandu narkoba

Selain unluk pembiusan narkolika sintesis biasanya diberikan

oleh dokter kcpada penyalahgiina narkoba untuk menghcntikan

kebiasaannya yang tidak kuat melawan sugesti (relaps) atau sakaw

Narkotika sintesis berfungsi sebagai pengganti senientara Bila sudah

bciiar-bcnar bcbas asupan narkoba sintesis in dikurangi sedikil demi

sedikit sampai akhimya berhenti total

b) Fsikotropika

Pengertian psikolropika menurut Pasal I Ayal ( I ) Undang-Undang

Nomor 5 Taliun 1997 tentang Psikotropika adalah Zat atau obat baik

alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif

melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusal yang menyebabkan

perubahan khas pada uktivitus mental dan perilaku

Pengertian Psikolropika di daUim Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika tidak ditemukan Hal tersebut sehubungan

dengan ketentuan di dalam Pasal 153 huruf b yaitu Lamplran mengenai

jenis Psikotropika Golongan 1 dan Golongan II scbagaimana tercantum

dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang

Psikotropika (lcmbaran Ncgara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor

10 Tambahan Lcmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671) yang

18

telah (iipindahkan menj adi Narkotika Golongan I menurut UndangUndang

ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku Oleh karenanya dalam Undangshy

Undang Nomor 35 Tahun 2009 tidak ada lagi di dalam pasal-pasal nya

yang mengatur mengenai Psikotropika karena sudah dlmasukkan ke dalam

golongan Narkotika

Sesuai dengan pembahasan dalam penelitian ini masih

berhuijutigar dengan Psikotropika maka Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1997 tentang Psikotropika masih perlu untuk dibahas dalam penelitian ini

Menui iil undangumlang tersebut Psikolropika adalah zal atau obal bukan

narkolika baik alamiah maupun sintesis yang memiliki khasiat psikoaktif

melaiui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan

perubahan khas pada aktivitas nonnal dan perilaku Psikotropika ini

merupakan obat yang digunakan oleh dokter untuk mngobali gangguan

jiwa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tenumg

Psikolropika psikotropika dikelompokkan ke dalam 4 (empat) golongan

Golongan I yaitu psikotropika dengan daya aditif yang sangat kuat

belum diketahui manfkilnya untuk pengobatan dan sedang diteliti

khasiiitnya saat ini Contohnya adalah MDMA ekstasi USD dan STP

Golongan U yakni psikolropika dengan daya aditif kuat serta berguna

untuk pengobatan dan penelitian Contohnya adalah amfelamin

metanifetamin metakualon dan sebagainya Golongan IH yakni

psikolropika dcngan daya adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan

dan penelitian Contohnya adalah lumibal buprenorsina flcenilrazepam

19

dan sebagainya Golongan IV yakni psikotropika yang memiliki daya

aditif ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian Contohnya

adalah netrazepam (BK Mogadon Duiiiolid) diazepam dan lain-lain^

Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang

Psikotropika yang dimaksud dengan paslkotoplka adalah zat atau obat

baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif

melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang mcnyebabkan

perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku Psikotropika

dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut

1 Psikotropika golongan I yaitu psikolropika yang hanya dapat digunakan

unluk kcpentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi

sena mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma

ketergantungan Contohnya ekstasi shabu LSD

2 Psikotropika golongan II yakni psikotropika yang berkhasiat

pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi danatau tujuan ilmu

pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma

ketergantungan Contohnya amfetamin metilfenidat atau ritalin

3 Psikotropika golongan III yaitu psikotropika yang berkhasiat

pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi danatau unluk tujuan

ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan

sintlroma ketergantungan Contohnya pentobarbital Flunitrazepam dun

4 Psikotropika golongan IV yaitu psikotropika yang berkhasiat

Ibid ILil 15

20

pengobatan dan sangal luas digunakan dalam terapi danatau unluk

tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan

mengakibatkan sindrom ketergantungan Contohnya diazepam

bromazepam Fenobarbital klonazcpam klordiazepoxide nitrazepam

seperti pil BK pil Kopio Rohip Dum MG

Sedangkan kelompok dan jenLs psikotropika yang sering

disaiahgunakan antara lain

1 Psikostimulansia scperti amfetamin ekstasi dan shabu

2 Scdalif amp Hipnolika (obat penenang obat tidur) seperti MG BK

DUM Pil kopio dan lain-lain dan

3 Halusinogenika seperti lysergic acid dycthylamidc (USD) mushroom

Berdasarkan Ilmu farmukologi psikotropika dikelompokkan ke daiam 3

(tiga) golongan yakni dcpresan stinuilan dan halusinogen sebagai

berikut

1 Kelompok dcpresanpcnekan syaraf pusatpenenangobat tidur

Contohnya adalah valium BK rohipnol mogadon dan lain-lain

Jika diminurn obat ini dapat memberikan rasa tenang menganluk

rasa tcnteruni dan damai Obat ini Juga menghilangkan rasa takut

dan gelisah

2 Kelompok stimuiaiiperangsang syaraf pusaianti tidur Conlohnya

adalah amfetamin ekstasi dan shabu Ekstasi berbentuk tablet

berancka bentuk dun wama Amfetamin berbentuk tablet bcrwama

-Aid hal 16-17

21

pulih Bila diiriinuni obal ini mcndalangkan rasa gembira hilangnya

rasa pemiusuhiui hilangnya rasa marali ingin selalu aktif badan

terasa fit dan lidak merasa lapar Daya kerja otak menjadi scrba

cepat namun kurang lerkendali Shabu berbentuk tepung kristal

kasar berwarna pulili hersih seperti garani

3 Kelompok halusinogen Halusinogen adalah obat at tanaman

makanan yang dapat meninibulkan kiiayaian contohnya yailu LSD

Lysergic Acid Dicihyltamide) getah lanaman kaklus kecubung

jamur tertentu (misceiine) dan ganja Bila diminurn spikotropika

jenis in dapat menimbulkan kliayalan tentang peristiwa-peristiwa

yang mengerikan khayalan tentang kenikmatan scks dan

sebagainya Kenikmatan didapat oleh pemakai setelah pemakai sadar

bahwa perisfiwa mengerikan ilu bukan kenyataan atau karena

kenikmatankenikmatan yang dialami walaupun hanya khayalan

BAB III

PEMBAHASAN

A Faktor yang Mcnyebabkan Terjadinya Penyalahgunaan Narkotika dan

Psikotropilta

1 Faktor yang Bersunibcr Dari Individu

Menurut Luthfi Buraja terdapat 3 (liga) pcndekatan untuk

tcrjadinya penyalahgunaan dan ketergantungan terhadap narkotika dan

psikotropika yaitu peridekalan orgunobilogik psikodinamik dan

psikososial Ketiga pendekatan tersebut tidaklah berdiri sendiri melainkan

saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya Dari siidut pandang

organobiologik (sususan syaraf pusatotak) mekanismc terjadinya adiksi

(ketagihan) hingga deperidcnsi (ketergantungan) dikenal dengan dua istilah

yaitu gangguan mental oragnik atau sindrom otak organik seperti gaduh

gelisah dan kekacauan dalam fungsi kognilif (alam pikiran) efektif (alam

perasaanemosi) dan psikomotor (perilaku) yang disebabkan efek

langsung terhadap susunan syaraf pusat (otiik)^^

Sescorang akan mcnjadi ketergantungan terhadap narkotika dan

psikotropika apabila seseorang dengan tems-menenis diberikan zat

tersebut Hal ini berkaitan dengan teroi adaptasi sekuler mum

adaptaiUm) tubuh beradaptasi dengan menambah jumlah teseptor dan seishy

se syaraf bekcrja kcras Jika zat dihenlikan sel yang masih bekerja kcras

Luthll Uaraja Makalali Gangguan Mciilul dan icrilaku Akibut Nurkuba Disampalkim pada Seminar tentang Narkoba di SMK Iptck lakarla hal 2

22

23

tadi mengaiami kelmLisaii yang dari kiar tampak sebagai gejala-gejala

putus obal Gejala putus obat tersebut mcmaksa individu untuk

mengulangi pemakaian zal tersebul

Faktor predisposisi individu dengan gangguan kepribadian (anti

sosial) ditandai dengan pcrasaan lidak puas terhadap orang lain Selain itu

yang bersangkutan tidak inampu untuk berfungsi secara wajar dan efektif

dalam pergaulan di rumah di sekoiah atau di tempat kerja gangguan lain

sebagai penyerta berupa rasa cemas dan depresi Untuk mengatasi

ketidakniainpuan dan mcnghiiangkan kccemasan atau depresinya maka

individu tersebut cenderung untuk menggunakan narkoba Semestinya

individu itu dapat mengobati dirinya dengan datang ke dokterpsikiater

untuk mendapatkan terapi yang tepat sehingga dapat dicegah

keterlibatannya dalam penggunaan narkotika dan psikotropika

Secara umum mereka yang menyalahgunakan narkotika dan

psikotropika dapat di bagi ke dalam 3 (tiga) golongan besar yaitu

1 Ketergantungan primer ditandai dengan adanya kecemasan dan

depresi yang pada umumnya terdapat pada orahg detigah kepfibadlah

yang tidak stabil

2 Ketergantungan simtomatis yaitu penyalahgunaan narkotika dan

psikotropika sebagai salah satu gejala dari tipe kepribadian yang

mendasarinya pada umumnya terjadi pada orang yang kepribadian

psikopatik (anti sosial) kriminal dan pemakaian narkotika dan

Ai4hal K

24

psikotropika untuk kesenangaii sematu

3 Ketergantungan reaktif yaitu terdapat pada remaja karena dorongan

ingin tahii pengaruh tekanan dan lingkungan tenian atau kelompok

sebaya peer group pressure)

Ada beberapa faktor internal dan ekslernal yang mcnjadi penyebab

individu menyalahgunakan dan menjadi ketergantungan terhadap

narkotika dan psikotropika Menurut Sudarsono bahwa penyalahgunaan

narkolika dan psikotropika di latar belakangi oleh beberapa sebab yaitu

1 Untuk membuktikan kebcranian dalam melakukan tindakan-tindakan

yang berbaiiaya seperti ngebut dan bergaul dengan wanita

2 Meniinjukkan tindakan yang menenlung orang tua guru dan norma

sosial

3 Mempermudah penyaluran dan mempermudah perbuatan seks

4 Melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh peiigalamaii-

pengalainan einosional

5 Meneari dan menemukan aril hidup

6 Mengisi kekosnngan dan kesepian hidup

7 Menghilangkan kegelisahan frustasi dan kepepel hidup

8 Mengikuti kemauan kawan-kawan dahim rangka pembinaan solidaritas

dan

9 Iseng-iseng saja dan rasa ingin tahu

Menurut hasil penelitian Dadang Hawari bahwa di anlara faklor-

Sudujsono Kenakalan Remaja cel ii (Jakarta Rineka Cipta 1992) 1ml 67

25

faktor yang berpcran dalam penggunaan narkotika dan psikolropika

adalah

1 Faktor kepribadian anti sosial dan psikopatik

2 Kondisi kejiwaan yang mudah merasa keeewa atau depresi

3 Kondisi keluarga yang meliputi keutuhan keluarga kesibukan orang

tua hubungan orang tua dengan anak

4 Kelompok teiiian sebaya dan

5 Narkotika dan psikotropika itu sendiri mudah diperoleh dan tersedianya

pasaran yang resmi maupun lidak resmi

Menurut Siibagyo Partodiharjo secara individu terdapat beberapa

faktor yang mcmpengaruhi sescorang dapat menyalahgunakan narkotika

dan psikotropika Alasan ini merupakan alasan yang bersumber dari diri

sendin atau pemakai narkotika dan pasikotropika tersebut yakni sebagai

berikut

a Ingin tahii

Perasaun ingin tahu biasanya diniiliki oieh generasi muda pada

umur setara siswa SD SLTP dan SLTA Bila di hadapan sckelompok

anak muda ada seseorang yang inemperagakan uikmatnya

mengkonsumsi narkotika dan psikolropika maka didorong oleh naluri

alami anak muda yaitu keingintahuan maka salah seoariig dari

kelompok itu akan maju mencobanya Selain didorong oleh

keingintahuan keberaniannya juga karena didesak oleh gejolak dalam

Mardiini foc cil hai 102 ^ Subagyo RatoiJlliarjo ioc cil liiil 72-74

26

jiwanya yang ingin dianggap hebal pemberani dan pahlawan di antara

temanteinan sehayanya Maka jatuhlah satu orang anak dalam pelaku

setan

Dalam kondisi seperti itu reaksi kawan-kawan sebayanya

berbeda-bcda

1 Ada yang ingin menyaingi menunjukkan bahwa dirinya lebih hebat

lagi lalu memakai

2 Ada yang ingin tahu kemudian ikut memakai dan

3 Ada yang sella kawan lain ikut memakai juga

Sikap seperti inilah yang menyebabkan bandar atau pengedar

senang Mereka meiigincar generasi muda mahasiswa atau pclajar

karena 2 (dua) pertimbaiigan

1) Kalau salah satu anak muda kena maka anak muda yang lainnya

ikut kena sehingga konsumen cepat bertambah dan

2) Kalau anak muda kena maka anak muda tcrsebut akan mcnjadi

pemakai selia dalam waktii yang lama Berbeda dengan orang tua

yang cepat maii keuntungan komersial yang diperoleh dari

kelompok anak muda ini akan banyak

b Ingin dianggap hebal

Pcrasaan ingin dianggap hebat biasanya dimiiiki oleh generasi

muda Sepcrti ditcrangkan di atas salah satu sifat alami yang positif

dari generasi muda adalah daya saing Sayang sekali karena

kelidaktahuan sifat positif ini juga dapat dipakai untuk masalah negatif

27

Silat positif ini scharusiiya didorong unluk berlomba daluin preslasi

pada bidang pcndidikan kesenian olah raga dan lain-lain yang

bermanfaat bagi kehidupan

Bila sikap ingin berkonipctisi ini diarahkan untuk

mengkonsumsi narkolika dan psikolropika akibatiiya sungguli

mengerikan yailu kcgagalan hidup dan kesengsaraan Pemakai hanya

dapat dianggap hebat oleh lingkungan kecil pcniakai narkotika dan

psikotropika Di masyarakat luas pemakai hanya menuai cerca dan

nista

c Rasa setia kawan

Perasaan setia kawan sangat kuat dimiiiki oleh generasi muda

Jika lidak mendapatkan penyaluran yang posilif sifai positif tersebut

dapat berbahaya dan mcnjadi negatif Bila (cmannya memakai

narkotika dan psikotropika maka individu tersebul ikut juga memakai

Bila temannya dimarahi orang tuanya atau dimusuhi masyarakat maka

pemakai membela dan ikut bersimpatik

Sikap seperti itulah yang menyebabkan anak ikut-ikutan

Awalnya hiuiya satu orang yang merokok kemudian semuanya menjadi

perokok Setelah semuanya merokok sntu orang mulai memakai ganja

lalu yang lainnya ikut sehingga menjadi sekawanaii pemakai ganja

Selelah semua memakai ganja satu orang memakai ekstasi kemudian

semuanya ikut demikian selerusnya meningkat menjadi shabu dan pada

akhirnya menjadi pemakai putaw

28

d Rasa kccewa truslasi kcsai

Pcrasaan kesal kcccwa atau (rustasi biasanya terjadi karena

kegagalan pada generasi muda eksckutif mudu suami atau istri

Pcnggiiiiaan narkotika dan psikolropika pada kelompok ini bertujuan

untuk sesaat melupakan kekccewaan kckesaian dan fi-uslasi Kondisi

masyarakat yang carut martit tclah banyak melahirkan kekccewaan

kekesalan bahkan Iruslasi Narkolika dan psikotropika dapat

melupakannya sesaat tetapi tidak untuk mengatasi masalah yang

sesungguhiiya

Hubungan buruk yang disebabkan oleh kcgagalan

berkomuiiikasi antara orang tua dengan anaknya dapat menyebabkan

rasa kesal Hal ini mcnjadi faktor pemicu pemakaian narkotika dan

psikotropika oleh anak Intcraksi anlara orang tua dcngan anak tidak

cukup hanya berdasarkan niat baik Cora berkoniunikasi juga harus

baik Masing-masing pihak harus memiliki kcsabaran untuk

menjclaskan isi hatinya dengan cara yang tepat Banyak sekali konfllk

di dalam rumah tangga yang terjadi hanya karena salah paham atau

kekeliman berkoniunikasi Kekeliruan kecil itu dapal bcrakibat fatal

yaitu masuknya narkotika dan psikotropika ke dalam keluarga

Kekccewaan kekesalan dan frustasi dapal terjadi karena

kekeliruan dalam berkomunikasi terhadap beberapa faktor berikut i n i

I ) Komunikasi anak dengan orang tua

IbUI hiiJ 74

29

2) Komunikasi antar anak

3) Komunikasi di lingkungan eksekulifinuda dan

4) Komunikasi antara suami istri

e Ingin bebus dari rasa sakil atau pusing

Penderila pcnyakit beral yang kronis dan tidak kunjuiig sembuh

misalnya Ranker hati luka bakar uka tusuk wasir Ranker paruparii

migreii eneok pengapuran dan lain-lain sclalu merasakan sakit yang

iuar biasa karena penyakitnya Rasa sakit tersebut sering kali tidak

dapat dihilangkan dengan obat pengtiiiang rasa sakit biasa (anaigetik)

sehingga peiiderilanya mencoba narkotika atau psikotropika

Narkotika maupun psikolropika dapat menghilangkan rasa sakit

tersebut tetapi tidak menyembuhkan penyakitnya Ceiakaiiya pemakai

yang bersangkutan malah mendapat maslah baru yaitu ketergantungan

dengan segala komplikasinya yang justru menjadi lebih berbahaya

f Ingin menikmati rasa gembira tampii lincah energik dan mengusir

rasa sedih dan malas

Para eksekudf dan sciebritis biasanya memiliki gaya hidup yang

trendi Mereka merasa dituntut untuk selalu lampil lebih prima Dengan

mengkonsumsi naikotika atau psikolropika mereka dapat tampii prima

dan percaya diri karena kehilangan rasa malu walaupun sesungguhnya

tidak demikian

Perasaan hebat tersebut di atas seharusnya dicapai melaiui tekun

berolah raga hidup teratur meningkatkan kualitas fisik mental

30

inlclckUial dan mocaiiiyii Riikan ineiigamhit jalan piiitas dcngan tampii

seotah-olah prima niclalui manipulasi atau lipuan melaiui

mengkonsumsi narkotika atau psikolropika tersebut Pcnampilmi prima

yang semu atau atau tipuan itu lambat laun akan terungkap juga

sehingga [ania-keiamaan akan kelahuari juga jati dirinya yang

sesungguhnya itu

g ingin tampii iangsing

Narkolika dan psikotropika terscbut juga banyak digunakan oleh

artis dan ibu-ibu rumah tangga yang berbadan gemuk untuk

melangsingkan lubtihnya Narkotika alau psikotropika dengan jenis

tertentu ada juga yang dapat menghilangkan nafsu makan sekaligus

menambali aktivitas fisik sehingga dapat menurunkan beral badun

h Takut mengalami rasa sakit (sakaw)

Pengguna jenis narkotika atau psikolropika tersebut yang sudah

menjadi pemakai tetap (pemadat) akan mengalami rasa sakit (sakaw)

bila tidak memakainya Karena takut merasakan penderitaan maka

pemakai tersebut terus memakainya sehingga menjadi pemakai yang

sella junkies) Banyak pemakai narkotika dan psikotropika ini yang

setia adalah orang-orang yang merasa terpaksa memakai sebab kalau

lidak memakainya mereka akan mengalami sakaw

Kebanyakan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika

dimulai atau terdapat pada masa remaja sebab masa remaja yang

sedang mengalami perubahan biologik psikologik maupun sosial yang

31

pesat merupakan individu yang rentan untuk nienyaiahguriakan

narkotika maupun psikotropika terscbut Anak atau remaja dcngan ciri-

ciri tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi

penyalahgunanya Ciri-ciri tersebut anlara lain^

a Cenderung memberontak dan menolak otoritas

b Cenderung memiliki gangguan j iwa lain (komorbiditas) seperti

depresi cemas psikotik keperibadian dissosial

c Perilaku menyimpang dari aluran atau norma yang berlaku

d Rasa kurang percaya diri low selw-confulence) rendah diri dan

memiliki citra diri negatif (ow setf-esleem)

e Sifal mudah keeewa cenderung agresif dan destruktlf

f Mudah murung pemalu pendiam

g Mudah merasa bosan dan jenuh

h Keingintahuan yang besar untuk meneoba atau penasaran

i Keinginan untuk bersenang-senang [just for fun)

j Keinginan untuk mengikuti mode karena dianggap sebagai lambang

keperkasaan dan kehidupan modem

k Keinginan untuk diterima dalam pergaulan

1 Identitas diri yang kabur sehingga merasa diri kurang jantan

mTidak siap mental untuk menghadapl tekanan pergaulan sehingga

sulit mcngambil keputusan untuk menolak tawaran NAPZA dengan

tegas

Tom Kus dan Tedi Btihava NAPZA Bagi Pelajar (Bandung Yayasan Al-Ghilari Morgan im) hal 14

32

n Kemampuan komunikasi rendati

o Melarikan diri dari scsuatu (kebosaiian kcgagalan kekccewaan

kclidakmampuan kesepian dan kegcliran hidup dan lain-lain)

p Putus sekoiah dan

q Kurang menghayati iman atau kcpcrcayaaiinya

Menurut Tim Badan Narkotika Nasional hahwa terdapat

beberapa iaklor yang menyebabkan sescorang alau individu

menyalahgunakan narkolika dan psikotropika anlara lain

1) Keingintahuan yang besar untuk mcncoba tanpa sadar alau berlikir

panjang tentang akibatnya dikemudian hari

2) Keinginan unluk mencoba-coba karena penasaran

3) Keinginan untuk bersenang-senang

4) Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya hidup

5) Keinginan untuk dapat diterima daiam suatu kelompok

6) Lari dari masalah kebosanan atau kegetiran hidup

7) Pengertian yang salah bahwa mcncoba sckali-kali lidak akan

menimbulkan masalah

8) l idak mainpu alau tidak berani menghadapl tekanan dari lingkungan

alau kelompok pergaulan unluk menggunakan narkolika dan

psikotropika dan

9) Tidak Japal atau mampu mengatakan tidak pada narkotika dan

psikotropika

Tim INN Loc di

33

Berdasarkan peinaparaii Icrscbut di atas dengan demikian

bahwa individu didorong oleli beberapa faktor untuk menyalahgunakan

pemakaian narkotika dan psikotropika tersebut sehingga menjadi

individu yang mengalami ketergantungan berikut ini disebutkan

beberapa faktor adalah

1) Ingin tahu dan Ingin mencoba rasa memakai narkotika atau

psikotropika bagi kalangan anak muda)

2) Ingin dianggap lebih hebat dari orang Iain pada orang muda)

3) login membuktikan kesetiakawanan (pada orang muda)

4) Dianggap paling tepat untuk mengatasi perasaan keeewa j en gkel

dan frustasi (pada suami istri yang mengalami konllik rumah

tangga)

5) Dianggap cara yang paling mudah untuk menghalau rasa sakit pada

tubuh (pada penderita penyakit yang kronis)

6) Dianggap cara yang paling ampuh untuk mendapatkan perasaan

tenang damai atau gembira (pada suami istri yang mcnghadapi

konflik rumah tangga)

7) Dianggap cara yang paling mudah untuk melangsingkan lubuh (pada

ibuibii rumali tangga atau wanita yang bertubuh gemuk)

2 Faktor yang Bersumlicr dari Lingkungan

Faktor lingkungan tidak mampu mencegah atau mengurangi

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika bahkan membuka kesempatan

pemakaian narkotika dan psikotropika Yang dimaksud dcngan faktor

34

kesempatan di sini adalah tersedianya siluasi-situasi yang nieiiiungkinkan

untuk memakai narkolika atau psikolropika di waktu-vvaklu luarig di tempat

rekreasi atau hiburan diskotik pesia dan lain-lain Atau mungkin lingkungan

masyarakat yang tidak mampu mengendalikan bahkan membiarkan penjualan

alau pcrcdaran geiap narkotika dan psikotropika misalnya karena lemahnya

penegakan hukum penjualan narkolika dan psikotropika secara bcbas bisnis

narkotika dan psiktilropika yang terorganisir mudahnya memperoleh

narkotika dan psikotropika dan lain-lain

raklor yang bersumber dari lingkungan yang mcnyebabkan individu

dapat menyalahgunakan pemakaian narkotika dan psikotropika merupakan

laktor kontribusi masukaii dari Iuar individu) dimana sesttorang dengan

kondisi keluarga tidak baik akan merasa tertekan dan rasa lertekan inilah

sebagai faktor penyerta bagi dirinya untuk terlibat dalam penyalahgunaan

narkotika dan psikotropika tersebut Disfungsi keluarga yang dimaksud antara

lain adalah keluarga yang tidak utuh kedua orang tua yang tcrlalu sibuk dan

lingkungan interpersonal dengan orang tua yang tidak baik Di samping itu

faktor pencetus seperti pengaruh teman sebaya tersediu dan mudah

didapatkan mempunyai andil sebagai faktor pencetus sescorang atau individu

terlibat ke dalam penyalahgunaan yang mengakibatkan ketergantungan

terhadap narkotika dan psikotropika Dari sudut pandang psikososial

penyalahgunaan narkotika dun psikolropiku dapat terjadi sebagai akibat

negatif dari intcraksi tiga kiitub sosial yang tidak kondtisif yaitu kutub

Lulhli ilurnju Op cil

35

keluarga kutub sekolahkupus dan kulub masyarakat

Faktor lingkungan meliputi faktor kciuarga dan lingkungan pergaulan

balk dlsekltar rumah sekoiah teman sebaya maupun masyarakat Banyak

pengguna Narkotika dan Psikolropika yang berasal dari keluarga yang lidak

harmonis Keluarga seharusnya mcnjadi wadah untuk menikmati kebahagiaan

dan curalian kasih sayang wahana silih asih silih asah dan silih asuh

Namun pada kenyataannya keluarga sering sekali justru menjadi pemicu

sang anak mcnjadi pemakai hal tersebut disebabkan karena kciuarga tersebut

kacau balau Hubungan antara anggota keluarga dingin bahkan tegang atau

bermusuhan

Komunikasi antara ayah ibu dan ariak-anak sering sekali

menciptakan suasana konflik yang tidak berkesudahan dimana bahwa

penyebab konllik tersebut sangal beragam Solusi semua konflik adalah

komunikasi yang baik periuh pcngerlian saling menghargai dan menyayangi

serta ingin selalu membahagiakaii

Konflik di dalam keluarga dapat mendorong anggota keluarga merasa

frustasi sehingga lerjebak memilih narkotika dan psikolropika sebagai

solusinya Biasanya yang paling rentan terhadap stres adalah anak kemudian

suami dan istri sebagai benleng terakhir Beberapa faktor yang bersumber

dari lingkungan keluarga yang dapat mempengaruhi seseorang atau individu

tertentu icrjun kc dalam lingkungan penyalahgunaan narkotika dan

36

psikotropika tcrsebut antara lain adatuh

a Koniimikasi niang tua-aiiak kiii-ang baikcfektif

b Hubungan dalam keluarga kunmgharmonisdisfimgsi dalam keluarga

c Orang tua bercerai bcrscitngkub atau kawin lagi

d Orang lua tcrlalu sibuk aUiu tidak acuh

e Orang tua oloriter alau scrba melarang

f Orang tua yang serha nieinbolehkan (pcrmisil)

g Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teiadan

h Orang tua kurang peduli dun tidak tahu dengan masalah narkolika

i Tata terlib alau disiplin keluarga yang selalu bcrubah (kiiiaiig konsisten)

j Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam kciuarga

dan

k Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahguna narkotika

dan psikotropika

Sitimsi buruk dalam keluarga yang soring menyudiitkan anak ke arah

narkotika dan psikotropika adalah

1) Anak merasa kurang mendapatkan kasih sayang dalam keluarga merasa

kesal keeewa dan kesepian

2) Anak merasa kurang dihargai kurang mendapatkan kepcrcayaan dun

selalu dianggap salah

3) Anak mengalami konflik dengan orang tua dalam masalah pacaran

memilih pasangan hidup atau meneniukan pilihan profesi cila-elta dan

Mardani Loc cil lial 99 AW hal 100

37

sebagainya

4) Anak kesal dan keeewa karena ayah dan ibuiiya kurang lianiionis dan

sering bertcngkar (broken home)

5) Suami thtsirasi karena tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapinya

dengan islrinya

6) Istri fnistrasi akibat konllik dengan suami tentang masalali ekonomi atau

adanya wanita lain di samping suami

Banyak pengguna narkotika dan psikolropika yang pada awalnya

dimulai karena pengaruh dari orang lain Bentuk pengaruh dari orang lain itu

dapat bervariasi mulai dari bujuk rayu lipii daya sampai kepada paksaan

a) Tipu Daya

Banyak anak yang ditipu oleh kenalon teman sahabat atau pacar

Seperti mengajak meraka untuk memakai narkotika dan psikolropika

dengan bemacam-macain tipuan Dengan alasan yang digunakan bahwa

narkotika dan psikotropika adalah vitamin obat pil pintar pil sehat atau

food supplement Tipuan itu dapat juga berupa bujukan bahwa narkotika

dan psikotropika tidak tcrlalu berbahaya kalau tahu raliasianya Banyak

orang di dalam masyarakat yang dikira orang baik-baik namun lemyata

pengedar narkotika dan psikotropika Walaupun orang itu adalah kawan

sahabat saudara atau pacar sebagai pengedar penipu tersebul akan tcga

menipu maupun menjebak kita Pengedar narkotika dan psikotropika

sangat pandui mcmasarkan narkotika dan psikotropika tersebut Dengan

menawarkan narkotika dan psikotropika sebagai mmn food supplement

38

pil scliat pil pintar dan sebagainya Dengan lipuan ini korban dari

kalangan kciuarga hannonis akan terjcrumus ke dalamnya Saat ini banyak

pemakai narkolika dan psikotropika dari keluarga harmonis bukan hanya

bull dari keluarga berantakan Banyak pekerja mahasiswa atau pelajar yang

tampii ioyo tertipu ketika kepadanya ditawarkan pil sehat vitamin atau pil

pintar Banyak pemuka agama juru dakwah atau pengkhotbah yang

tertipu karena pil sehal yang dlbelinya adalah narkotika dan

psikotropika Reaksi pemakaian narkotika dan psikotropika mula-mula

terasa menyehatkan dan membuat si korban tipuan terscbut sukses dalam

berdakwah atau berkhotbah Ibu rumah tangga juga dapat tertipu karena

ditawari pil pelangsing oleh saudara atau teman dalam arlsan dan lain-

lain Mulanya karena tipu daya akhimya setelah lerjebak menjadi

biasa

b) Bujuk rayu

Waftiia camlk pengedaf ftaTkotlka dan psikotFoplka biasanya menjebak

mangsa melaiui bujuk rayu Untuk memasarkun narkotika dan

psikotropika pengedar tersebut memilih profesi sebagai wanita penghibur

atau Wanita Tuna Susiala (WTS) Banyak eksekutif muda pekerja atau

bos-bos yang mulai memakai narkotika dan psikotropika karena rayuan

pekerja seks komersial hostess dan sebagainya Dalam mcmasarkan

narkotika dan psikotropika wanita tersebut merayu akan mau melayani

kencati kalau bersama-sama mengkonsumsi narkotika dan psikotropika

Subagyo Purlodlhario Loc cil hal 78

39

lebih dulu Muta-mula kurban memakai narkotika dan psikotropika karena

tergoda namun akhimya menjadi terbiasa

c) Paksaan

Banyak anak muda yang mengawali pemakaian narkotika dan psikotropika

karena dipaksa oleh sekawanun alau seseorang yang mengancam akan

mencelakainya Banyak pclajar atau nialiasiswa mengawali kebiasaan

memakai narkotika dan psikotropika dari keadaan terpaksa diancam oleh

sekawanan preman yang menghadang di tengah jalan Dari kelompok ini

pula terjaring pemakai yang berasal dari keluarga hannonis

Lingkungan sekoiah bagi pelajar tingkat SD SMP dan SMA

merupakan tempat yang stratcgls bagi para pelajar untuk menunjukkan jati

dirinya sehingga mereka terjun kepada penyalahgunaan narkotika dan

psikotropika ini faktor sekoiah yang merupakan bagian tcrpcnting yang

mempengaruhi adalah

a Sekoiah yang kurang disiplin

b Sekoiah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjiial narkotika atau

penjual psikolropika

c Sekoiah yang kurang member] kesempatan pada siswa untuk

mengembangkan diri secara kreatif dan positif

d Adanya murid pengguna narkotika atau psikotropika

Kartini Kurtono op cil hivl 124

40

B Pengaturan Sanksi Pidana Terhadaj) Pcnyalahgunaaan Narkotika dan

Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau

dari Perlindungan Terhadap Korban

Dalam hukum pidana di Indonesia terdapat adanya

ketldakseimbangan antara perlindungan korban kejahatan dcngan pelaku

kejahatan pada dasarnya mempakan salah satu pengingkaran dari asas setiap

warga negara bersamaan kcdudukannya dalam hukum dan pcmerinlahan

sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 sebagai

landasan konstitusional Perlindungan korban memiliki hubungan cral dcngan

teori pemidanaan yang dikemukakan Wirjono Prodjudikoro tujuan

pemidanaan adalah untuk niemenuhi rasa keadilan^

Ada Juga yang mengemukakan bahwa tujuan pemidanaan dapat

dilihat melalul 2 (dua) leorl mengenai alasan-alaitan yang membenarkan

(justification) penjatuhan hukuman (sanksi) yaitu Teori Absolut

(Vergeldingslheorie) dan Teori Relatif atau Doeitheorie Menurut Teori

Absolut (Vergeldingslheorie) tujuan pemidanaan sebagai pembalasan

terhadap para pelaku karena telah melakukan kejahatan yang mengakibatkan

kesengsaraan lerhadap orang lain alau anggota masyarakat sedangkan

Roeslan Saleh mengatakan sebagai reaksi-reaksi atasdelik yang berwujud

suatu nestapa yang scngaja dilimpakan ncgara kcpada pembuat delik

Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana Cctakan Iuriania (Jakarta Sinar Gnitlka2(W5)hii4

lcduu Mdipaung Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cctakun IcrliirMii (Jukiirtu Sinur Gratika 2005) hal 4

kiwsUin Saleh Shdsel Pidana Indonesia (Jukarlu liinn Aksara 19K7) hal 5

41

Menurut Teori Relatif Doeltheurie) tujuan pemidanaan adalah

a Menjerakan agar si pelaku atau terpidana menjadi jera dan tidak

mengulangi lagi perbuatannya specials presenile) sena masyarakat umum

agar mengertahui jika melakukan perbuatan yang sama akan mengalami

hukuman yang serupa atau disebut pula generalpreventte

h Memperbaiki pribadi si terpidana berdasarkan perlakuan dan pcndidikan

selama menjalani hukuman terpidana merasa menyesal dan tidak akan

mengulangi perbuatannya dan kcmbali kepada masyarakat sebgai orang

baik dan berguna dan

c Mcmblnasakan (menjatulikan hukuman mat) atau mcmbuat terpidana tidak

berdaya dengan menjatuhkan hukuman seiimur hidup

Pandangan di atas sangatlah wajar apabila beranjak dari pandangan

bahwa hukum pidana adalah hukum sanksi (hifzonderesancUerechl) sebab

dengan bertumpu pada sanksi itulah hukum pidana difungsikan untuk

menjamin keamanan ketertiban dan keadilan Dalam perkembangannya

ternyata tidak semua sarjana menyclujui maksud diadakannya pidana scperti

itu (sebagai suatu nestapa) karena muncul pendapat bahwa di samping pidana

ditujukan untuk memberikan penderitaan kcpada pelanggar atau mcmbuat

jera pemidanaan juga bertujuan agar pelaku dapat kembali hidup

bermasyarakat sebagaimana mestinya

Alasan yang paling inenonjol lerhadap upaya perubahan tersebut

adalah dengan meniperhatikan sisi kemanusiaan yang mcmandang bahwa

Ucdcn Mirpaung Opcil hal 4

42

sekalipiin tcrsangka telah melakukan kcsalahaii ia telap berkcdmiiikan sebagai

manusia utuh yang harus tetap diperlakukan sama dengan manusia lainnya

dan dilindungi hak asasi manusionya Karena itu pidana penjara saat ini

sedang mengalami masakrisis karena termasuk jenis pidana yang kurang

disukai Banyak kritik tajam ditujukan terhadap jenis pidana perampasan

kemerdekaan ini baik dllihat dari sudut efektifitasnya maupun dilihat dari

akibat-akibat lainnya menyertai atau berhubungan dcngan dirampasnya

kemerdekaan seseorang

Banyaknyu kritik yang diarahkan pada bentuk pemidanaan berupa

perampasan kemerdekaan (yang ditujukan untuk membuat jera pelaku)

sehingga berkembanglah bentuk pemidanaan lain yang dianggap lebih

manusiawi yaitu penjatuhan pidana berupa denda atau pemberian ganti

kerugian kepada korban Pemberian ganti kerugian pada awalnya merupakan

konsep kcperdalaan seperti halnya dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata yang mewajibkan setiap orang yang menyebabkan orang lain

menderita kerugian untuk membayar ganli rugi Dalam perkembangannya

konsep ini diterupkan pula dalam hukum pidana mengingat akibat yang

ditimbulkan pada korban tindak pidana akan selalu disertai dengan kerugian

baik mental fisik maupun material sehingga sangat wajar apabila korban pun

menuntui ganti kerugian pada pelaku guna memulihkan derita yang

dialaminya

Dengan memperhatikan pada beberapa teori klasik tentang tujuan

Uurtla Nawuwi Ariel Sislem Pemidanaan Menunii Konsep KIHP llaiu dan Latar Helakang Pemlklrannya Hahan Ienalaran Hukum Pidana V Undanu Kupang uinjyful 11 Juli-12 Agustus 1989

43

pemidanaan dapat disiinpulkan bahwa penjatuhan pidana lebih banyak

ditujukan untuk kepeiitingan pelaku dengan kata lain tujuan pemidanaan

hanya dimaksudkan imtuk mengubah perilaku dari pelaku kejahatan agar

tidak mengulangi lag perbuatannya sedangkan kcpentingan korban sama

sekali diabalkan

Perlindungan terhadap korban narkotika jika dihubungkan dengan

beberapa teori pemidanaan yang telah dipaparkan di atas maka peneliti

mengkaji bahwa dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang baru ini terdapat kescimbangan antara perlindungan terhadap

pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana bahwa berdasarkan sanksi

baik pidana maupun denda yang terdapat dalam undang-undang ini sangatlah

berat-berat dan tegas ]ni berarti bahwa undang-undang ini lebih

mementingkan korban dari pada pelaku kejahatan narkotika Mengingat

bahwa dengan adanya pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan

korban semakin banyak yang berjatuhan schingga daripada korbnnnya anak

bangsa yang memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara

Indonesia maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-

beratnya lerhadap si pelaku tindak pidana narkotika bahkan pidana mati atau

seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-

undang yang bam ini juga diatur mengenai rehabilitasi terhadap korban baik

korban yang diakibatkan oleh orang Iain maupun karena self victimizing

victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku itu sendiri

44

C Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Seif-

Victimizing Victims

1 Self-victimizing victims uarkotika dau psikotropika

Suatu viktimisasi adalah sebagai suatu permasalahan manusia yang

merupakan kenyataan sosial hal ini disebabkan karena setiap warga negara

berhak mendapatkan rasa aman dan bcbas dari segala bentuk kekerasan

sesuai dengan falsafah Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 Contohnya adalah seseorang akibat perbuatannya memakai

narkotika dapat menimbulkan bahwa si pemakai tersebut menjadi tidak

berdaya upaya dengan kata lain bahwa si pelaku telah menjadi korban

akibat perbuatannya sendiri yang menimbulkan perbuatan kriminal

Penyalahgunaan narkolika atau psikolropika merupakan perbuatan

kriminal karena telah melanggar ketentuan di dalam undang-undang yang

ada yakni Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tetang Psikotropika dan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Terlibatnya si

pelaku kejahatan atau tindak pidana yang menimbulkan kerugian terhadap

dirinya sendiri daiam hal inilah yang disebut dengan istilah self victimizing

victims yang merupakan bagian dari viktimisasi Sehubungan dengan itu

maka Wolfgang menyatakan beberapa Jenis viktimisasi ialah

1 Unrelated victims yaitu korban yang tidak ada hubungannya sama

sekali dengan terjadinya korban misalnya pada kasus kecelakaan

pesawat Dalam hal In tanggungjawab sepenuhnya terletak pada

Utplietin3|il(igspqtcom2()OSIOl|ukum-viktinivl9gihlml diakscs terakhir langgul l2Januari 2015

45

pelaku

2 Provocative victims yaitu seseorang yang secara aktif mendorong

dirinya menjadi korban misalnya kasus selingkuli dimana korban juga

sebagai pelaku

3 Participating victims yailu seseorang yang tidak berbuul tetapi dengan

sikapnya justru mendorong dirinya menjadi korban

4 Biologically weak victims yaitu mereka yang secara tisik memiliki

keleinalian atau potensi untuk mcnjadi korban misalnya orang tua

renla anak-anak dan orang yang tidak mampu bcrbual apa-apa

5 Socially weak victims Yaitu mereka yang memiliki kedudukan social

yang lemah yang menyebabkan mereka mcnjadi korban misalnya

korban perdagangan perempuan dan sebagainya

6 Self victimizing victims yaitu mereka yang menjadi korban karena

kejahatan yang dilakukannya sendiri pengguna obat bius judi aborsi

dan prostitusi

Dalam hal ini kedudukan viktimologi sebagai sebuah ilmu yang

mempelajari tentang korban memiliki peranan yang sangat penting ruang

lingkup viktimologi ini meliputi

1 Semua macam sciiap macam perbuatan kriminal yang mengakibatkan

orang-orang mcnjadi korban

2 Setiap orang atau pihak yang dapat menjadi korban baik orang

perorangan maupun suatu korporasi atau organLsasi

3 Setiap orang atau pihak yang dapal menimbulkan korban artinya

46

dimana disatu sisi orang terscbut dapat merugikan orang iain sehingga

orang tidak merasa aman akibat tindakanya

4 Cara-cara viktimisasi atau penimbulan korban

5 Bentuk-bentuk viktimisasi yang terdiri dari primary viclimizalion

adalah korban individualperorangan bukan kelompok secondary

victimizalion korbannya adalali kelompok misalnya badan hukum

tertiary Victimizalion yang menjadi korban adalah masyarakat luas

nun viciimozaiion korbannya tidak dapat segera diketahui misalnya

konsumen yang tertipu dalam menggunakan hasil produksi

6 Akibat viktimisasi

7 Pengaruh viktimisasi

8 Reaksi atau respons terhadap viktimisasi

9 Penyelesaian viktimisasi dan

10 Pengaturan yang berkaitan dengan viktimisasi (yang menjadi

perhatian viktimologi)

Studi viktimologi akan memberikan pemahaman kepada setiap

individu mengenai hak dan kewajibannya dalam rangka mengantisipasi

berbagai bahaya yang mengancamnya Viktimologi memberikan

sumbangan pemikiran mengenai masalah viktimisasi tidak langsung

dampak sosial polusi industri viktimisasi ekonomi politik dan

penyalahgunaan kewenangan Viktimologi ini juga memberikan dasar

pemikiran dalam penyelesaian viktimisasi kriminal atau factor viclimogen

dalam sistem peradilan pidana

47

Dari perspektif ikalan Korban Napza (IKON) l ial i yang dimaksud

sebagai korban adalah orangperorangan yang menderita secara langsung

dari penyalahgunaan napza dan tennasuk pula keluarga alau tanggungan

langsung dari korban Namun karena hukum dl Indonesia memandang

pengguna napza adaiah kriminal maka terjadilah dampak-dampak negalif

yang dialami oleh pengguna napza yang merupakan korban scperti

diskriminasi kriminallsasi kesehatan dan stigmatisasi Maka sebagai

korban IKON Bali mendorong agar dihentikannyadiskriminasi lerhadap

korban napza mendorong vonis rehabilitasi untuk korban napza

mendorong agar dihentikannya penyiksaan terhadap korban napza dan

yang terakhir adalah mendorong terpenuhinya hak atas kesehatan bagi

korban dan orang terinfeksi HIV Dengan melihat kondisi permasalahan

penanggulangan napza yang semakin tidak menentu dan meningkatnya

jumlah korban napza secara terus-menerus Maka Ikon Bali meminta

1) Penerapan SEMA Nomor 7 Tahun 2009 sebagai pemenuhan hak atas

kesehatan terhadap korban Mpza

2) Meminta kepada Pengadilan Negeri Denpasar untuk menjadi insiator

dalam penyusunan langkah teknis penerapan SEMA Nomor 7 Tahun

2009

3) Meminta kepada selunih instansi tcrkait untuk mulai meiigambil

langkah nyata dalam penanggulangan napza

43 Ibid

48

4) Meminta agar korban napza diperlakukan secara manusiawi tanpa

penyiksaan sligma dan diskriminasi

5) Ikon Bali mendukung secara penuh program-program pemerintab

dalam penanggulangan napza

2 Rehabilitasi terhadap self-victimizing victims

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

merupakan undang-undang yang baru menggantikan Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika Adapun pasal-pasal di dalam

undang-undang in yang mengatur mengenai perlindungan korban adalah

berbagai pasal-pasal yangmencantumkan rehabilitas kepada korban

maupun pelaku tindak pidana narkolika Pasal 1 ayat (16) meneniukan

defenisi mengenai rehabilitasi dipandang dari sisi medis yakni

Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara

terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan Narkotika

Sementara Itu dalam Pasal 1 ayat (17) ditentukan defenisi rehabilitasi

dipandang dari sisi sosial yakni Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses

kegiatan pemulihan secara terpadu baik fisik mental maupun sosial agar

bekas pecandu Narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosia dalam

kehidupan masyarakat

Diimdangkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang merupakan undang-undang baru ini tentu mempunyai

maksud dan tujuannya Adapun tujuan yang terdapat dalam Pasal 4 yang

berbunyi

49

Undang-Undang tentang Narkotika bertujuan

a Menjamin kelersediaiin Narkotika untuk kcpentingan peiayanan

kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

b Mencegah mclindungi dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari

penyalahgunaan Narkotika

c Memberanlas pcredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika dan

d Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi Penyalah

Guna dan pecandu Narkotika

Bentuk perlindungan terhadap korban dan pelaku kejahatan tindak

pidana narkotika di dalajn Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

disebutkan ada 2 (dua) macam yakni pengobatan dan rehabilitasi lerhadap

korban maupun pelaku Pada Pasal 53 ayat (3) tersebul di atas bahwa yang

dimaksud dengan buktl yangsah antara lain surat kctcrangan dokter

salinan resep atau labeletiket Selcngkapnya mengenai pengobatan

ditentukan dalam Pasal 53 yang berbunyi sebagai berikut

(1) Untuk kcpentingan pengobatan dan berdasarkan indikasi medis

dokter dapal memberikan Narkotika Golongan II atau Golongan III

dalam jumlah terbatas dan sediaan tertentu kepada pasien sesuai

dengan ketcnluan peraturan perundang-undangan

(2) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat ( I ) dapal memiliki

menyimpan danatau incmbawa Narkolika untuk dirinya sendiri

(3) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mempunyai bukti

yang sali bahwa Narkotika yang dimiiiki disimpan danatau dibawa

50

untuk digunakan diperoleh secara sail sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan

Mengenai rehabilitasi terhadap korban dan pelaku tindak pidana

kejahatan penyalahgunaan narkotika merupakan suatu kewajiban bagi

pemerintah dan instansi masyarakat Sebagaimana ketentuan dalam Pasal

54 bahwa Pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika

wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial Dalam Pasal 56

disebutkan juga bahwa

(1) Rehabilitasi mcdis Pecandu Narkotika dilakukan di rumah sakit yang

ditunjuk oleh Menteri

(2) Lembaga rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan oleh instansi

pemerintah atau masyarakat dapat melakukan rehabililasi medis

Pecandu Narkotika setelah mendapat persetujuan Menteri

Kemudian dipertegas kembali dalam Pasal 57 bahwa selain melaiui

pengobatan danatau rehabilitasi medis penyembuhan Pecandu Narkotika

dapat diselenggarakan oleh instansi pemerintah alau masyarakat melaiui

pendekatan keagamaan dan tradisional Salah satu tugas dan wewenang

Badan Narkotika Nasional adalah meningkatkan kemampuan lembaga

rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu Narkotika baik yang

diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat

Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 ini terdapat

pengecualian dalam hal luniutan pidana terhadap anak yang masih berada

di bawah umur Misalnya terdapat di dalam salah satu pasalnya yakni pada

51

Pasal 128 ayal ( I ) yang bcrbunyi Orang tua atau wali dari pecandu yang

belum cukup umur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) yang

sengaja tidak mciapor dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6

(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp 100000000 satu juta

rupiah) Tetapi di datam ketentuan tain yakni pada Pasal 128 ayat (2) dan

ayal (3) ditentukan bahwa anak yang masih di bawah umur tidak dapat

dituntut pidami selcngkapnya pasal tersebul berbunyi Pecandu Narkotika

yang belum cukup umur dan telah dilaporkan oleh orang tua atau walinya

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat ( I ) tidak dituntut pidana

(Pasal 128 ayat (2)) dan Pecandu Narkotika yang telah cukup umur

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) yang sedang menjalani

rehabilitasi mcdis 2 (dua) kali masa perawatan dokter di rumah sakit

danatau lembaga rehabilitasi medis yang ditunjuk oleh pemerintah tidak

dituntut pidana

Pada awalnya narkotika digunakan unluk kcpentingan umat

manusia khususnya untuk pengobatan dan peiayanan kesehatan Namun

dcngan semakin bcrkembangnya ilmu pcngclaliuan dan teknologi

peruntukan narkotika mengalami perluasan hingga kepada hal-hal yang

negatif

Di dunia kedokteran narkotika banyak digunakan khususnya

dalam proses pembiusan sebelum pasien diopcrasi mengingat di dalam

narkotika terkandung zat yang dapat mempengaruhi perasaan pikiran serta

kesadaran pusieti Oleh karena itu agar penggunaan narkotika dapal

52

memberikan manfaat bagi kehidupanurnat manusia maka pcredarannya

harus diawasi secara ketat sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 60 sampai

dengan Pasal 63 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang menyebutkan

Pasai 60 ditentukan bahwa

(1) Pemerintah melakukan pembinaan terhadap segala kegiatan yang

berhubungan dengan Narkolika

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meiipuli upaya

a Memenuhi ketcrsediaan Narkotika unluk kcpentingan peiayanan

kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi

b Mencegah penyalahgunaan Narkotika

c Mencegah generasi muda dan anak usia sekoiah

dalampenyalahgunaan Narkotika termasuk dengan memasukkan

pendidikanyang berkaitan dengan Narkotika dalam kurikulum

sekoiah dasarsampai lanjutan atas

d Mendorong dan menunjang kegiatan penelitian danatau

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di brdang

narkolika unluk kcpentingan peiayanan kesehatan dan

e Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis bagi

Pecandu Narkotika baik yang diselenggarakan oleh pemerintah

maupun masyarakat

53

Pasal 61 ditentukan baiiwa

(1) Pemerintah melakukan pcngawasan terhadap segala kegiatan yang

berkaitan dengan Narkotika

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi

1 Narkolika dan Prekursor Narkolika untuk kcpentingan peiayanan

kesehatan danatau pengembangan Hmu pengetahuan dan

teknologi

2 Alat-alat potensial yang dapat disaiahgunakan untuk melakukan

tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkolika

3 Evaluasi keamanan khasiat dan mutu produk sebelum diedarkan

4 Produksi

5 impor dan ekspor

6 Pcrcdaran

7 Pelabeian

8 Tnformasi dan

9 Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Pasal 62 berbunyi Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan

sebagaimana dimaksud dalam Pasai 60 dan pengawasan sebagaimana

dimaksiiddalam Pasal 61 diatur dengan Peraturan Pemerintah Dan dalam

Pasal 63 disebutkan bahwa Pemerintah mengupayakan kerja sama

dengan ncgara lain danatau badan intcmasional secara bilateral dan

multiialeral baik regional maupun internasional dalam rangka pembinaan

dan pengawasan Narkotika dan Prekursor Narkotika sesuai dengan

54

kcpentingan nasional

Berdasarkan biinyi beberapa pasa di atas mengenai pengawasan

terhadap pentingnya peredaran narkotika wajib diawasi secara ketat

dikarenakan saat ini pemanfaatannya banyak untuk hal-hal yang negatif

D i samping itu melaiui perkembangan teknologi informasi dan

komunikasi penyebaran narkotika sudah menjangkau hampir ke semua

wilayah di Indonesia hingga ke pelosok-pelosok Daerah yang sebelumnya

tidak pcrriah tersentuh oleh peredaran narkotika lambat laun berubah

menjadi sentra peredaran narkotika Begitu pula anak-anak yang pada

mulanya awam terhadap barang haram ini telah berubah menjadi sosok

pecandu yang siikar untuk dilepaskan ketergantungannya

Sebelum Iahimya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

mengenai narkotika diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997

tentang Narkotika namun undang-undang ini tidak dapat dipertahankan

lagi keberadaannya karena adanya perkembangan kualitas kejahatan

narkotika yang sudali menjadi ancaman serius bagi kehidupan umat

manusia Pengguna narkotika sangat beragam dan menjangkau semua

lapisan masyarakat mulai dari anak-anak hingga orang dewasa orang

awam hingga artis bahkan hingga pejabat publik

Efek negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan narkotika secara

berlebihan dalam jangka waktu lama serta tidak diawasi oleh ahlinya

dapat

menimbulkan berbagai dampak negatif pada penggunanya baik secara

55

fisik maupun psikis Bahkan tidak janing penggunaan narkotika dapat

memicu terjadinya berbagai tindak pidana Karena itu untuk mencegah

semakin mcluasnya dampak negalif yang ditimbulkan dari penggunaan

narkotika maka pengawasan tidak hanya terbatas pada peredaran

narkotika tetapi juga pada mereka yang menjadi korban misalnya

sescorang yang menderita ketergantungan narkotika (pecandu) Apabila

seorang pecandu narkotika telah divonis bcrsalah oleh hakim atas tindak

pidana narkotika yang dilakukannya maka untuk memberikan kesempatan

pada yang bersangkutan agar tcrbebas dari kecanduaniiya maka hakim

dapat mcmutuskan untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani

pengobatan danatau perawatan

Pengobatan dan perawatan terhadap pecandu narkotika dilakukan

melaiui fasilitas rchabilitasi Rcliabilitasi medis dan sosial yang diberikan

kepada pecandu dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan

kemampuan fisik mental dan sosialnya Selain pengobatan dan perawatan

melaiui rehabililasi medis proses penyembuhan pecandu narkotika dapat

diiaksanakan oleh masyarakat melalul pendekatan keagamaan dan

tradisional

Sebagai conloh di Pakem Sleman Yogyakarta telah didirikan

sualu kliiiik alau Pusat Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkotika

Psikolropika dan Zal-zat Aditiflainnya (NAPZA) Terpadu yang didirikan

atas kerjasania Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dan

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang diresmikan pada tanggal 7

56

Desember 2005 Tujuan umum pendiriaii pusat rehabilitasi terpadu ini

adalah untuk memberikan jaminan penanganan paripurnakepada korban

penyalahgunaan Napza melaiui aspek hukum aspek medis aspek sosial

aspek spiritual serta pengembangan pcndidikan dan pelatihan dalam

bidang NAPZA secara terpadu sedangkan tujuan khususnya adalah

1 Terhindarnya korban dan instilusi dan penelrasi pengedar

2 Terhindarnya kerusakan mental dun masa depan para penyalah guna

Napza yang akan mcmbtinuh potensi pengembangan mereka

3 Terhindarnya korban-korban baru akibat penularan penyakil-penyakit

seperti Hepatitis HIVAIDS dan penyakit menular lainnya

4 Terwujudnya proses pengembangan penanganan korban NAPZA dan

aspek ilmiah serta keiimuan yang dinamis sesuai perkembangan zaman

sebagai pusat jaringan informasi terpadu dan mewujudkan teknis

penanganan penyalahgunaan narkotika dan obat-obalan terlarang bagi

daerah sekitamya maupun nasional

Pemberian perlindungan kepada korban narkotika lentil tidak dapat

dibebankan sepenuhnya kcpada pemeriiilah peran serta masyarakat pun

diharapkan ada salah salunya diterimanya kembali mantan pani pengguna

dalam lingkungannya tanpa melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya

diskriminatif bahkan dengan mcmposisikan mereka sebagai warga keias

dua yang harus dljauhi

Bentuk periindunganyang diberikan terhadap pelaku maupun

Dikdik M ArilMansur dan tUisUiris Guitom loa cil hal 90

57

korban penyalahgunaan narkolika dan psikotropika daiambentuk

rehabilitasi

Rehabilitasi adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang

dilujukan kepada pemakai narkolika dan psikotropika yang sudah

menjalani program kuratif Tujuannya agar pelaku tidak memakai lagi

dan bebas dari penyakit ikutan yang disebabkan oleh bekas pemakaian

narkotika dan psikotropika

3 Tahapan-tahapan rchabilitasi terhadap self-victimizing victims

Tahapan-tahapan rehabilitasi terhadap self-victimizing victims atas

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika yang ada di Indonesia tidak

sama Ada yang menekankan rehabilitasi hanya pada aspek medis ada

pula yang lebih menekankan pada aspek rohani Atau memadukan kedua

pendekatan tersebut dengan komposisi yang seimbang Yang ideal

rehabilitasi seorang korban narkotika dan psikotropika harus dilakukan

secara holisitik baik secara fisik psikis maupun kerohaiiiannya

1 Tahapan pengobatan (rehabilitasi)

Secara umum ada beberapa tahapan yang harus dilewati

Masing-masing tahapan tersebut memakan waktu bervariasi ada yang

seminggii sebulan dan bahkan berbu lan-bulan tcrgantung tingkat

ketergantungan tekad korban dan juga dukungan berbagai pihak

terutama keluarga dalam seluruh proses tersebut Setiap tahapan

Subagjo PiirloUiharjo Loc cU hal 105 ^ E M Giri Prastowo loc cil hal 28 -29

58

tersebut disusun dan dibuat untuk inenganlar pasien secara bertaiiap

melepaskan dari ketergantungan narkotika dan psikotropika Beberapa

tahapan rehabilitasi ini yang disajikan berikut sudah Icruji dapat

menyembuhkan atau memulihkan korban narkotika dan psikotropika

secara maksimal

a Tahapan transisi

Penekanaii dalam tahap ini lebih kepada informasi awal

tentang korbanseperti

1) Latar belakang korban

2) Lama ketergantungan

3) Jenis obat yang dipakai

4) Akibat-akibat ketergantungan dan

5) Berbagai inlbrniasi lainnya

Hal ini penling sehingga pada saatnya akan menjadi acuan

bagi pihak yang terlibat secara intensif dalam proses rehabilitasi

Ahl i yang berkompeten (dokter) akan menganaiisa tingkat

ketergantungan korban untuk kemudian meneniukan tingkat

pengobatan dan tingkat pembinaan bagi si korban schingga terapi

dan metode pengobatan bisa dilakukan secara terukur

Tahapan ini Juga dapat dijadikan rujukan untuk meneari

model rehabilitasi yang paling tepat bagi yang bersangkutan Pada

tahap ini tim rehabilitasi akan membantu korban agar menyadari

dirinya sedang menghadapl masalah ketergantungan narkotika dan

59

psikotropika Korban diajak untuk bersama-sama mengatasinya Hal

ini penting karena proses rchabilitasi tidak akan berhasil tanpa

adanya kesadaran korban tentang adanya bahaya yang dihadapinya

Dari situ akan dibangun tekad dan komitmennya untuk

meninggalkan narkotika dan psikotropika

Selain itu pada tahapan ini akan diteliti akibat fisik dari

penggunaan narkotika dan psikotropika Sejauh mana tingkat

kerusakan syaraf dan organ-organ tubuhnya yang rusak Unluk itu

diadakan pemeriksaaii laboratoriumiengkap dan tes penunjang untuk

mcndeteksi penyakit yang diderita korban A[)abia dalam

pemeriksaan ditemukan satu atau beberapa penyakit maka terlebih

dahulu diadakan pengobalan medis sebelum penderita mendapat

proses rehabilitasi lanjutan Langkah ini penting selain agar tubuh

yang bersangkutan bebas dari penyakit juga untuk mencegah

terjadinya penularan balk kepada korban narkotika dan psikotropika

ini diadakan pembersihan darah pada tubuh pecandu sehingga darah

menjadi bersih dan sistem metabolisme tubuh kembali normal

Proses ini dapat dilakukan melaiui cara-cara berikut

1) Cold Turkey abrupt withdrawal) yaitu proses penghentian

pemakaian narkotika dan psikolropika secara tiba-tiba tanpa

disertai dengan substitusi antidotum

2) Bertaliap atau substitusi bertahap misalnya dengan kodein

^Ibidhal 30

60

methadone CPZ atau clocard selama i -2 minggu

3) Rapid Detoxification dilakukan dengan anestesi umum (6-12

jam) dan

4) Simtomatik tergantung gejala yang dirasakan

2 Rehabilitasi intensif

Setelah melewati masa transisi (pengumpulan informasi tentang

keadaan korban dan latar belakangnya) baru masiik pada fase

berikutnya yakni proses penyembuhan secara psikis Motivasi dan

potensi dirinya dibangun daiam tahap ini Korban diajak untuk

menemukan dirinya dan segala potensinya sambil juga menyadari

berbagai keterbalasannya Bahwa untuk mengatasi masalah hidup yang

bersangkutan tidak perlu harus mengkonsumsi narkotika dan

psikotropika Narkotika dan psikotropika justru menciptakan masalah

baru yang jauh lebih besar dalam hidupnya Narkotika dan psikotropika

bukanlah solusi tetapi menjadisumber masalah Pada tahap ini berbagai

contoh dapat dipcrlihatkan kepada korban

Yang terlibat di dalam tahap ini yang utama adalah korban itu

sendiri sebagai pelaku self-victimizing victims) Korban harus punya

tekad untuk hidup tanpa narkotika dan psikotropika Korban harus bisa

menatap masa depan dengan penuh optimisme Selain yang

bersangkutan peranan keluarga (orang liia dan saudara-saudaranya

suami atau istri) juga sangal pcnling Anggota keluarga ini harus secara

intensifmendampingi dan jnenopang korban

61

Staf di paiiti rehabilitasi para konselor psikolog dan semua

pihak di panti rehabilitasi untuk bersama-sama mcmbangun

kepercayaan diri korban Seluruh proses ini membutuhkan waktu

berbulan-bulan bahkan selama bertahun-tahun tergantung tingkat

ketergantungan dan efeknya bagi korban Berbagai terapi yang

dilakukan selama dalam tahap ini baik yang dilakukan secara pribadi

maupun bersama-sama lewat berbagai aktivitas di panti rehabilitasi

tersebut bertujuan untuk memberdayakan kembali korban yang disekian

lama telah terpuruk oleh narkolika dan psikotropika Sebagai langkah

awal untuk sosialisasi diri dengan masyarakat korban juga secara

bertahap mulai mcmbangun komunikasi dengan orang lain di Iuar

komunitas rehabilitasi

Menurut Romo Lambertus Somar MSG dalam bukunya

Rehabilitasi Pecandu Narkotika dan Psikotropika pada tahap ini ada

tiga titik yang harus dilewati yang lebih dikenal dengan tahapan

stabilisasi pribadi yailu^

1 Secara sadar dan tekun melepaskan diri dari berbagai penyakit dan

akibatakibat lainnya (no to drugs) Tahap ini merupakan tahap

stabilisasi awai atau tahap konsolidasi (comolidation)

2 Menemukan jati diri menguasai kiat-kiat dan keterampilan-

keterampilan untuk menyehatkan serta mengisi hidup secara lebih

bermakna dan bermulu Latihan keterampilan vokasional (kerja) dan

E M Giri Praslowo Loc cil hal 32

62

peiigungkapan diri dari dimulai dibina sebiiigga disebul juga (afiap

pengukuan diri (jyerwtuil appraisal) Inilah lahap slabilisasi

niericiigah (inadya)

3 Dengan inisiatif pribadi orang secara sadar mulai berfikir dan

bertindak untuk mencapai prestasi-prestasi tertentu schingga disebut

juga tahap positive thinking and doing Tahap ini merupakan tahap

stabilisasi akhir

4 Tahap rekonsiliasi Tahapan berikut yang harus dilewati dan sangat

vital adalah tahap rekonsiliasi Tara korban tidak langsung

herinlcraksi secara bebas dcngan masyarakat akan tctiipi lerleblh

dahulu ditampung di sebuah lingkungan khusus selama beberapa

waktu sampai pasien benar-benar siap secara mental dan rohani

kembali kelingkungannya semula Yang paling ulama dalam fase ini

adalah pembinaan mental spiritual keimanan dan ketakwaan serta

kcsepiikatan sosial kemasyarakaian Proses ini bisa meliputi program

pembinaan jasmani dan rohani

Sampai ke tahap ini yang bersangkutan masih tcrikat dengan

rehabilitasi foimal namun sudah mulai membiasakan diri dengan

masyarakat Iuar sehingga merupakan proses resosialisasi (reentry) atau

penyesuaian (reconcilialion) Proses ini melewati tiga titik penting juga

yaitu

1 Tinggal lebih sering dan lebih lama di lingkungan keluarga sebagai

63

teiiipal tinggal tetap atau pun tempat tinggal transit unluk

resosialisasi sambil mclaiijiitkan kegiatan pilihan sebagai penunjang

masa selanjutnya Di sini terjadi perdamaian dan penycsuaian-

penyesuaian kembali dengan lingkungan

2 Rencana masa depan yang jelas dan siap direalisasikaii dengan

dukungan keluarga atau pihak-pihak lain Pada tahap ini korban

dapat memulai aktivitasnya lagi seperti sekolahkuliah mulai bekerja

atau merintis usaha sendiri

3 Kontak awal dengan kelompok-keiompok atau program-program

pemeliharaan lanjut aftercare) Di sini orang meiierima dirinya

seperti apa adanya merasa puas lalu mempercayakan dirinya ke

tangan orang lain

4 Pciiieliharaaii Lanjut Pada tahap ini walaupun secara fisik yang

bersangkutan sudah dinyatakan seliul dan secara psikis pun sudali

pulih namun masih ada kcmungkinan mereka akan tergclincir

kembali icbihlebih saat mereka sedang menghadapl masalah Pada

saat itu bisa Jadi mereka bemostagia dengan menikmati narkolika

dan psikotropika Saat ini juga niwaii Karena itu setiap korban yang

niemasuki tahap inidipersiapkaii sungguh-sungguh agar dapal

melewati dan mengatasi sUuasi rawan ini dengan melewati tiga titik

ini yakni

a Mengubah menghilangkan aUiu menjauhi hal-hal yang bersifat

bid hul 34

64

nostaigia kesenaiigan narkolika dan psikolropika

b Setiap mengikuti program-program dan aeara-acara aftercare

(pemeliharaan lanjut) dan

c Dapat juga mcUbatkan diri dalam gerakan atau kelompok bersih

narkoba dan peduli penanggulangannya

BAB IV

PENUTUP

A Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dipaparkan tersebut di atas peneliti

memberikan beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap

permasalahan di dalam penelitian ini sebagai berikut

Di antara berbagai faktor yang dapat mempengaruhi seseorang atau

individu menyalahgunakan narkotika atau psikotropika terdapat faktor

yang paling duininan yakni laktor yang bersumber dari keadaan keluarga

dan lingkungan bukan karcnn faktor individunya Karena faktor keluarga

yang buruk dan lingkungan yang juga buruk dan saling mendukung dapat

mempengaruhi individu menjadi pelaku lindak pidana penyalahgunaan

narkolika dan psikotropika tersebut dengan kata lain faktor keluarga dan

lingkungan yang buruk ini membuka kesempatan kcpada seseorang untuk

merasakan pergaulan dengan narkotika atau psikotropika sehingga dapal

menimbulkan ketergantungan terhadapnya

2 Perlindungan lerhadap korban narkotika- jika dihubungkan dengan

beberapa teori pemidanaan dalam perspektif Undang-Undatig Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika yang baru terdapai keseimbangan antara

perlindungan terhadap pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana

bahwa berdasarkan sanksi baik pidana maupun denda yang terdapat dalam

undang-undang ini sangatlah bcrat-bcnil dan tegas Ini berarti bahwa

65 bull

66

undang-undang narkotika yang baru tersebut lebih mementingkan korban

dari pada pelaku kejalialan narkotika Mengingat bahwa dcngan adanya

pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan ktgtrban semakin

banyak yang berjatuhan seliingga daripada korbannya anak bangsa yang

memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara Indonesia

maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-beratnya

terhadap si pelaku lindak pidana narkolika bahkan pidana mati atau

seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-

undang yang baru ini juga diatur mengenai rchabilitasi terhadap korban

baik korban yang diakibatkan oleh orang lain niaiipim karena self

victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku ilu

sendiri

Saran

Adapun yang menjadi saran peneliti di dalam penelitian ini yang

menjadi harapan untuk dipcrliatikan bersama adalah sebagai berikut

1 Diharapkan bagi setiap keluarga untuk menjaga keharmonisan melakukan

pengawasan dan mcnanainkan pcndidikan yang benar terutama dalam lial

menyeimbangkan antara emosi inteligensi dan spritual sejak dari din

terhadap anak sebagai benteng terhadap dirinya untuk dapat membentengi

dari pengaruh narkotika dan psikotropika yang semakin mengancam

keadaan lingkungan masyarakat

2 Diharapkan terhadap pemerintah untuk melakukan sosialisasi yang

teriiitegrasi dan menyeluruh terhadap semua lapisan masyarakat baik

67

masyarakat di pedesan (primitlf) maupun masyarakat kota betapa besamya

sanksi pidana dan denda yang digariskan di dalam undang-undang

narkotika dan psikotropika misalnya dcngan mcmpublikasikannya dalam

bentuk billboard di pcrsiinpangan jalan sehingga setiap orang yang lewat

dengan secara otomatis masyarakat akan inengelaliuinya dan

berkemuiigkiiian orang yang membacanya setidaknya tlmbul rasa takut

untuk terjun ke dalam penyalahgunaaan narkotika dan psikotropika

tersebut

D A F T A R PUSTAKA

A Bukii

Arrasjid Chainur Sualu Pemikiran Tentang Psikologi Kriminil Mcdan Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU 1999

Gerson Bawengan Penganlar Psichology Kriminil Jakarta Pradya Pramita 1973

Gosita Arif Masalah Korban Kejahatan Jakarta Akademika Pressindo 1993

Hakim M Ariel Narkoba Bahaya dan Penanggulangannya Bandung Jembar 2007

Hawari Dadang Konsep islam Memerangi AIDS dan NAZA Get X i Yogyakarta Dhana Baktl Priaya 1997

Kaligis OC dan Soedjono Dirdjosisworo Narkoba dan Peradilannya di Indonesia (Retbrmasi Hukum Pidana Melaiui Perundangan dan Peradilan) Bandung PT Alumni 2002

Kartono Kartini Psichology Abnormal Bandung Alumni 1972

Mansur Dikdik M Arif dan Elistaris Guitom Urgensi Perlindungan Korban Kejahalan Antara Norma dan Reaiita Bandung Agustus Fakultas Hukum Universitas Padjajaran 2006

Mardani Penyalahgunaan Narkoba Daiam Perspeklif Hukum islam dan hukum Pidana Nasional Jakarta IH RajuGrufindoPersado 2007

Marpaung Leden Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005

Moelyono Anton M Kumus Besar Bahasa Indonesia Get 11 Jakarta Balai Pustaka 1988

Muladi HAM Dalam Persepkiif Sistem Peradilan Pidana dalam Muladi (ed) Hak Asasi Manusia Hakekal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat Bandung Refika Aditama 2005

dan Barda Nawawi Arlef Bunga Rampai Hukum Pidana Bandung Alumni 1992

Partodiharjo Subagyo Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannyai Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2003

Ioyk Fanny Jonathans Sehiiah Kesehatan Narkoba Sayonara Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2006

Prastowo EM Giri Rehabilitasi Bagi Korban Narkoba Tangcrang Visimedia 2006

Prodjodikoro Wirjono Asas-asas Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005

Roeslan Saieh Stelsel Pidana Indonesia Jakarta Bina Aksara 1987

Soedjono D Segi Hukum Tentang Narkolika di Indonesia Bandung Karya Nusanlara 1977

Hukum Narkolika Indonesia Bandung PT Citra Adtya Baktl i 990

Soekanto Soerjono dan Sri Mumadjj Penelitian Hukum Normalif Suatu Tijnjauan Singkat Jakarta Rajagrafindo Persada 2001

Sudarsono Kenakalan Remaja cet Ii Jakarta Rineka Cipta 1992

Tom dkk Bahaya NAPZA Bagi Pelajar Bandung Yayasan Al-Ghifari Morgan 1999

Tim BNN Materi Advokad Pencegahan Narkoba Jakarta Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia 2005

Yustisia Himpunan Peraturan Pemndang-Undangan Anti Narkoba diterjenialikuii oleh Tim iustaka Yuslisia Yogyakarta iuslaka Yustisia 2006

Waluyo Bambang Penelitian Hukum dalam Prakiek Jakarta Sinar Grafika 1996

Wcda Made Darma Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korporasi dalam niingti Rampai Viktimisasi Bandung Eresco 1995

B Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Pasal 152

Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika22Tahun 1997 tentang Narkotika

Keppres Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkolika Nasional

CInternet

htlpwwwbnngoidportalbariiiiorlalkQnlenpltpniima^Prorilampop^visi niisiamp tnn=lamp diakses tcrakiiir tanggal 13 November 2014

httpthed03hlogspoteom2008l Ohukuiii-viktimolQgihtmk diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014

httpwwwikonbaliorg26062Q(19advokasipctisi-ikon-bali-segera-tcrapkan-semahtml Petisi Ikalan Korban Napza (IKON) dalam rangka menyambut Hari Anti Narkotika (HANI) dan Hari Anti Penyiksaan 2009 diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014

httpwwwsurnekscoidindexphp7pption=^om cpntentampview=articleampid=^1405 2010-kej ati-baru-terapkan-uu-no-3 52009ampcatid=44 ilir-barat-i-bukit-keciIampUemid=94 diakses lerakJiir tanggal 12 Desember 2014

httpidsbvoongcQmexact-sciencesl8Q8652-getielika-dan-keiahatan Faktor Genetik Penyebab Kejahalan diakses terakhir tanggal 10 jaiiuari 2014

httpwwwasiasecuritiescoidsys 12ximagesstories201QEqtiitv2Q Pdf diakses terakhir tanggal 10 Januari 2014

LAMPIRAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

F A K U L T A S HUKUM

K A R T U AKTIVITAS BIMBINGAN SKRIPSI

N A M A MAHASISWA DIANA SAPUTRA

N O M O R INDUK MAHASISWA 50 2011 059

P R O G R A M STUDI I L M U H U K U M

PROG K E K H U S U S A N H U K U M PIDANA

P E M B I M B I N G M S O L E H IDRUS SHMH

l U D U L SKRIPSI P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T U N D A N G U N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I

KONSULTASI

K F -

MATERI YANG

DIBIMBINGKAN

PARAF

PEMBIMBING K E T

luymdash

y^ ^ Tlt2 N ^

7 M e

fSUL

k ^

CATATAN MOHON DIBERI WAKTU MENYELESAIKAN SKRIlSl RUiAN SEJAK TANGGAL DIKELUARKAN DITETAIKAN

DIKELUARKAN DI PALEMBANG PADA TANGGAL KETUA BAGIAN

JUDUL P E N Y A L A H G U N A A N N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG UNDANG N O M O R 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I

P E R M A S A L A H A N 1 Apa yang menjadi faktor tcrjadinya penyalaJigunaan narkotika dan psikotropika

2 Bagaimana pengaturan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspektif victimologi

B A B l P H N D A I i U L U A N A Latar Belakang B Permasalahan C Ruang Lingkup dan Tujuan D Metode Penelitian E Sistematika Penulisan

B A B 11 T I N J A U A N PUSTAKA

A Pengertian penyalahgunaan B Pengertian victimologi C Ruang lingkup victimologi D Jents dan penggolongan narkotika dan psikotropika E Undang Undang yang mengatur tentang narkotika

dan psikotropika

BAB I I I PEMBAHASAN A Faktor yang menyebabkan terjadinya

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika

B Penyalahgunaan narkotika dan psikolropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspeklif victimologi

BAB IV PENUTUP A Kesimpulan

B Saran-saran

DAF1AR PUSTAKA

L A M P I R A N - L A M P I R A N

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM

Lampiran Perihal Kepada

Sistematika penulisan (Outline) Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi YUi NUR HUSNI LMILSON SHSpNMH

Pembimbing Akademik Fakultas Hukum UMP dl-Palembaniz

Assalamualaikum WrWb

Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama DIANA SAPU I RA

Program Kekhususan Flukum Pidana

fada semester Lianjil tatiun kuliati 2UI42UI5 sudah menyelesaikan betian studi yang meliputi MPKMKKMKBMPBMBB (139 sks)

Dengan ini mengajukan pcrmohonan untuk penelitian Hukum dan Penulis Skripsi dengan judul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG-UNDANG N O M O R 35 T A H U N 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I

Demikianlah atas perkenaan Ibu diucapkan terima kasih

Wassalamualaikum WrWb

NIM 50 2011 059 Ilmu Hukum Program Studi

Palembang September 2014 Pemohon ^^--^5

Rekomendasi PAYbs

Pembimbing Akademik

HUSNI EMHSON SH SpN MH

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM

REKOMENDASI DAN PEMBIMBING SKRIPSI

Nama Nim Program Study Program Kekhususan Judul skripsi

DIANA SAPUTRA 50 2011 059 Ilmu Hukum Hukum pidana PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI

I Rekomendasi Ketua Bagian a Rekomendasi

b Usulan Pembimbing

Hukum Pidana

raiemoang iepiemt)er zu 14 KetuaJBagu

LuuTiiiAKNurCsHrR^

I L Penatapan Pembimbing Skripsi Oleh Wakil Dekan I

1 2

Palembang September 2014 Wakil Dekan I

- i poundL Dr Hj SRI S U L A S T R I SH M H

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah i n i Nama Tempat Tanggal Lahir N I M Program Studi Program Kekhususan

DIANA SAPUTRA PetransJaya 15 Januari 1992 502011059 Ilmu Hukum Hukum Pidana

Menyatakan bahwa karya ilmiah skripsi saya yang berjudul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANGshyU N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F VICTIMOLOGI

Adalah bukan merupakan karya tulis orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali daiam bentuk kutipan yang telah kami sebutkan sumbemya

Demikianlah surat pemyataan ini kami buat dengan sebenar-benamya dan apabila pemyataan ini tidak benar kami bersedia mendapatkan sanksi akademis

Palembang September 2014

PERMOHONAN UNTUK MENGIKUTI SEMINAR PROPOSAL

Palembang Oktober2014 Perihal Mohon untuk diiaksanakan seminar

Proposal Penelitian Skripsi

Kepada Yth Ibu Luil Maknun SH MH Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang D i -

Palembang

Assalamualaikum Wr Wb Saya yang bertanda tangan dibawah Ini Nama DIANA SAPUTRA

NIM 50 2011 059

Program Kekhususan Hukum Pidana

Bahwa yang bersangkutan telah layak untuk mer^ikiuti Seminar Proposal rencana penelitian skripsi yang judul PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI

Mohon kiranya yang bersangkutan untuk dijadwalkan mengikuti Seminar Proposal usul Penelitian Skripsi

Demikianlah disampaikan untuk dipertimban^Lan Wassalamualaikum Wr Wb

Pembimbing Skripsi

M SOLEH IDRUS3HMS

H A L A M A N P E R S E T U J U A N U N T U K M E N G I K U T I S E M I N A R P R O P O S A L

Nama DIANA S A P U T R A

N I M 50 2011059

Program studi Ilmu Hukum

Program kekhususan Hukum Pidana

Judui Penelitian PENYALAHGUNAAN N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A

MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI P E R S P E K T I F VICTIMOUHH

Palembang Oktober2014 Disetujui Pembimbing

M S O L E H IDRUSSH MS

Ketua Bagian Hukum Pidana

LuU MaknunSH M H

Page 13: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si

4

tidak hanya terbatas pada individu yang secara nyata menderita kerugian

tetapijuga kelompok korporasi swasta maupun penierintali sedangkan yang

dimaksud dcngan akibat pcnimbulan korban adalah sikap atau tindakan

terhadap korban danatau pihak pelaku serta mereka yang secara langsung

atau tidak terlibat dalam terjadinya suatu kejahatan

Pentingnya korban kejahatan dalam tindak pidana Narkotika dan

Psikotropika ihempcroleh perhatian utama DIkarenakan korban merupakan

bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kejahatan oleh karena ilu maka

korban memiliki peranan yang sangat penting dalam penelitian ini

Diperolchnya pemahaman yang luas dan mendaiam tentang korban kejahatan

dalam linJak pidana Narkotika dan Psikolropika dapat [nenuidahkan dalam

menemukan upaya penanggulangan kejahatan yang pada akhimya akan

bermuara pada menurunnya kuantitas dan kualitas kejahalan Sejalan dcngan

semakin bcrkembangnya victimologi sebagai cabang ilmu baru berkembang

pula berbagai runuisan tentang victimologi Kondisi iiii hendaknya tidak

dipandang sebagai pertanda tidak adanya pemahaman yang seragam

mengenai ruang lingkup victimologi tetapi harus dlpaiidang sebagai bukti

bahwa vU timologi akan selalu berkembang sejalan dengan perkembangan

yang terjadi dalam masyarakat

Berdasarkan uraian di atas yang menjadi obyek pengkajian dari

victimologi penyalahgunaan Narkolika dan Psikotropika di antaraiiya adalah

faktor terjadinya kejahatan dan bagaimanakali pengaturan Narkotika dan

Dikdik M Arir Mimsur dan Elistaris (lultoiii UrgensI Ierilndungan Korban Kejahalan Anlara Norma dan Realita (Bandung Agustus EakulUis Hukum Universitas Padj aj uran 2006) hal 29

5

Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Oleh sebab itu

maka judui yang dipilih unluk diteliti dalam penelitian adalah

Penyalahgunaan Narkotika dan Pstkolropka Menurut Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 Dari Perspektif Victimologi

B Perumusan Masalah

1 Apa yang menjadi faktor faktor yang menyebabkan terjadinya

2 Bagainiana pengaturan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika dan

Psikotropika daiam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dari perspektif

victimology

C Ruaug lingkup daii tujuan

Ruang lingkup

Secara umum ruang lingkup skripsi ini untuk mengetahui apa yang

menjadi faktor faktor terjadinya penyalahgunaan narkobadan

penyalahgunaan norkoba menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari

perspektil victimologi

Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan penulisan ini adaiah

sebagai bfrikut

1 Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya

penyalahgunaan Narkoba

2 Untuk mengetahui pengaturan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika

dan Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Talum 2009 dari

penyakiligunaanTiarkotika dan psikotropika

6

perspektif viAimo(gtg[

E Metode rcncHtl

Untuk memperoleh data yang kongkril sebagai pcdoman dalam

penulisan skripsi ini maka penulis menggunaan metode sebagai berikul

1 Metode pclaksanaan penelitian

dalam pclaksanaan ini penulis menggunaan metode penelitian hukum

normatif yang bersifal diskriftif dengan menggunaan dala skunder

Penelitian nukum norkatif ini merupakan penelitian kcpustakaan yaitu

penelitian terhadap dala skunder yang iiiempuiiyai ruang lingkup meiipuli

surat sural fakta fakta sampai pada dokumen - dokuincn resmi yang

dikeluarkan oleh instansi lerkait

2 Metode pcngiimpulun data

Pengumpulan data meiiipunyai hubungan yang eral dengan sumber data

karena dcngan pengumpulan dala akan diperoleh data yang dipcrlukan

untuk selanjutnya dianalisis sesuai dengan yang diinginkan Dalam usuha

pengumuian dala dala yang relevan dengan judul ini penulis

menggunakan metode normatif diskriplif dengan menggunakan data

skunder yang berbentuk dokumcntasi

3 Tehnik pcngolahan data

Dilakukan dcngan cara nnalisis isi terhadap teksural untuk selanjutnya

dikoniruksikan dalam suatu kesimpulan

7

Sislemutika [cnulisiin

Penelitian ini dibuul berdasarkan sistematika penulisan di dalam

penelitian ini peneliti mcmbaginya dalam empat bagian yailu

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan bab pendahuluan yang menguraikan mengenai hal-hal

berkaitan dengan Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan

dan Maniaat Penclilian Kcaslian Penelitian Tlnjaiian

Kcpustakaan Pengertian Penyalahgunaan Pengertian

Viclimologi Ruang Lingkup dan Manfaat Viclimologi Jenis dan

Penggolongan Narkotika dan Psikotropika Metode Penelitian

dan Sistematika Penulisan

BAB U TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bagian ini menguraikan yaitu mengenai pengertian tentang

penyalahgunaan pengertian tentang ruang lingkup viktimologi

pengertian tentang narkotika dan jcnis-jcnis narkolika

BAB Hi PEMBAHASAN

Merupakan bab yang membahas mengenai hal-hal yang berkaitan

dengan Pengaturan Sanksi Pidana lerhadap Penyalahgunaan

Narkotika dan Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Ditinjau dari Perlindungan Terhadap Korban dan

Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Self

Victimizing Victims

8

BAB IV K E S I M P U L A N DAN SARAN

Bab ini memuat beberapa kesimpulan dan saran yang dibuat

peneliti sebagai hasil dari pembahasan dun penguraian di dalam

penelitian ini dari keseluruhan permasalahan yang ada

DAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A Pengertinn Pcnyalaliguiiaan

Penyalahgunaan dimaksudkan dalam penclilian ini adalah

penyalahgunaan terhadap narkotika dan psikolropika Dimana bahwa

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika ini diambil dan dipersainakan

dcngan pengertian penyalahgunaan narkoba seperti yang disebutkan Lutfi

Braja yakni memberikan pembatasan mengenai penyalaiiguiiaaii yaitu

Pemakaian narkoba di iuar indikasi medik tanpa petunjuk atau

resep dokter dan peinakaiannya bersifat patologik

(menimbulkan kelainan) dan menimbiilkan humbutan dalam

aktifitas di rumah di sekoiah atau di kampus tempat kerja dan

lingkungan sosial Ketergantungan narkoba adalah kondisi yang

kebanyakan diakibatkan oleh penyalahgunaan zat yang disertai

dengan adanya toleransi zat (dosis semakin tinggi) dan gejala

putus zal

Permasalahan penyalahgunaan mengakibatkan dampak yang sering

terjadi di tengah-tcngah masyarakat dari penyalahgunaan narkolika dan

psikotropika antara lain merusak hubungmt kekeluargaaii menurunkan

kemampuan belajar dan produktifitas kerja secara drastis sulit membedakan

mana perbuatan baik dan perbuatan buruk perubahan pcrilaku menjadi

Mardani Op 01 lial 2

9

10

pcrilaku anti sosial (pcrilaku maladaptil) gangguan kesehalan (fisik dun

mental) mempertinggi jumlah kecelakaan lalu lintas tindak kekerasan dan

kriniinuliLis lainnya

Dari kata penyalahgunaan menandakan bahwa Narkotika dan

Psikotropika tidak selalu bermakna negatif Dcngan begitu narkotika dan

psokitropika yang digunakan dengan baik dan benar oleh dokter untuk

mengobati pasiennya lidak tennasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang

disaiahgunakan Di dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA

(Narkotika Psikotropika dan Zat Adit i f Lainnya)

B Pengertian Victiimlogt

Pada dasarnya perkembangan ilmu pengetahuan tentang korban

kejahalan (viktimologi) lidak dapat dipisahkan dari iahimya peiiiikiraii-

pemikiran brilian dari Hans von Hentig seorang ahli kriminologi pada talum

1941 serta Mendelsohn pada tahun 1947 Pemikiran dari kedua ahli ini

sangat mcmpengaruhi setiap fase perkembangan viktimologi Perkembangan

viktimologi hingga sampai pada keadaan seperti sekarang tentunya tidak

terjadi dengan sendirinya namun telah meiigalami berbagai perkembangan

yang dapai dibagi dalam 3 (tiga) fase sebagai berikut

a iada tahap peitama viktimologi hanya meinpclajari korban kejahatan saja

pada fase ini dikatakan sebagai pehdl or special vtciimolo^

b Pada lase kedua viktimologi tidak hanya mengkaji masalah korban

Oadang Huwari Konsep Islam Memerungt AIDS dan NAA Cel XI (Ycgvakarta Ohaiiii iiakli Idaya 1997) hal 153 Made Danaa Wi da Op cil hal 200

kejahalan tetapi juga meiipuli korban kecelakaan Pada fase ini disebut

sebagai general victimology

c Fase ketiga Vikt imologi sudah berkembang lebih luas lagi yaitu mengkaji

permasalahan korban karena penyalahgunaan kckuasaan dan hak-hak asasi

manusia Fase ini dikatakan sebagai new viciimology

Berdasarkan pengertian di atas nampak je las bahwa yang menjadi

obyek pengkajian dari viktimologi diantaranyu pihak-pihak mana saja yang

terlibat atau mcmpengaruhi terjadinya suatu viktimisasi kriminal

bagaiinanakah respon terhadap suatu viktimisasi kriminal faktor penyebab

terjadinya viktimisasi kriminal bagaimanakah upaya penanggulangannya

dan sebagainya

C R u a i i g L i n g k u p Victimologi

Vikt imologi mencliti topik-topik teiilang korban scperti peranan

korban pada terjadinya kejahatan hubungan antara pelaku dengan korban

rentannya posisi korban dan peranan korban dalam sistem peradilan pidana

Selain itu menurut Muladi viktimologi merupakan suatu studi yang bertujuan

untuk

1 Menganaiisa berbagai aspek yang berkaitan dcngan korban

2 Berusaha untuk memberikan penjelasan sebab musabab terjadinya

vikt imisasi dan

3 Mengembangkan sistem tindakan guna mengurangi penderitaan manusia

^Suryono Ekolaina ST Harum Pudjianlo RS dan G Wiraiama Abortus Iruvocalus Ba^ Korban Perkosnan Persxkif Viktimologi Kriminologi Jan Hukum Pidana Edisi PcrUtma Culakari lurlunii (Jakiiria Univcrsilas AlmaJaya 2001) liul 174 ^ibidMl I7()

12

Menurut JE Sahetapy ruang lingkup Viktimologi meliputi bagaimana

sescorang (dapat) menjadi korban yang ditentukan oleh suatu victimity yang

lidak selaiu berhubuiigan dengan masalah kejahatan termasuk pula korban

kecelakaan dan bencana alam selain dari korban kejahatan dan penyalah

gunaait kekuasan^ Namun dalam perkembangannya di tahun 1985

dipeiopori oleh Separovic yang mempelopori pemikiran agar Viktimologi

khusus niengkaji korban karena adanya kejahatan dan penyalahgunaan

kckuasaan dan tidak mengkaji korban karena musibah alau bencana alam

karena korban bencana alam di iuar kemauan manusia out of mms will)

D Jenis dan Penggolungan Narkotika dan Psikotropilta

Dari kata penyalahgunaan narkoba menandakan bahwa narkoba tidak

selalu beimakna negatif Dengan begilu narkolika dan psokitropika yang

digunakan dengan balk dan benar oleh dokter unluk mengobati pasiennya

tidak termasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang disaialigLmakan Di

dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA (Narkotika Psikolropika

dun Zat ditir Lainnya) Dalam penelitian ini hanya dibahas tentang

narkotika dan psikolropika maka sebelumnya dipaparkan terlebih dahulu

berbagai jenis narkotika dan psikotropika sebagai berikut

a) Narkolika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari lanaman atau

TbUi Miiiadi HAM Halam Persepkiif Sislem Peradilan Pidana datam Muladi (cd) Hak Asas) Manusia Hakclal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspeklif llukum dan Masyarakat (Bandung Refikii Aditama 2005) hal lOX VfiWDial 109 Subagyo Partediharjo Op cil hal 11

13

bukan tanainan baik sintesis maupun bukan sintesis yang dapat

menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa

Zat ini dapal mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat

meninibulkan ketergantungan Menurut Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika Narkolika adalah at atau obat yang

berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun

semisimetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri

dan dapat nienimbulkati ketergantungan yang dibedakan kc dalam

golongan-goiongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang in i

Narkotika memiliki daya adikasi (ketagihan) yang sangat berat

Narkolika juga memiliki daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual

(kebiasaan) yang sangat tinggi Ketiga sifat narkolika ini yang

menyebabkan pemakai narkotika tidak dapat lepas dari cengkeramannya

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

Jenis jenis narkotika dibagi ke daiam 3 (tiga) kelompok yaitu narkotika

golongan I golongan I I dan golongan I I I

Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbaiiaya

karemi daya adilifnya sangat tinggi Golongan ini tidak boleh digunakan

untuk kcpentingan apapun kecuali unluk penelitian atau ilmu

pengetahuan Contohnya adalah ganja heroin kokain inorfin opium dan

lain-lain Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya

Ibid Posal 1 Ayal (I) Unilung-Undang Nomor 3 Tahun 2009 lenlang Narkotika

14

aditifkual tclapi bcrmaiilaal untuk pcngohatan dan penclilian tlonluhnya

adalah petidin dan turunannya benetldin belamctadol dan lain-iain

Sedanikaii narkulika golungaii Ml adalah narkotika yang niciniliki daya

aditif riiigan tetapi bermanfaat untuk penghatan dan penelitian Contohnya

adalali kudcin dun turunannya^

Berdasarkan cara pcmbuatannya narkotika dibedakan ke dalam 3

(tiga) golongatt juga yaitu narkolika atami narkotika semlsimesis dan

narkotika sintesis Dijelaskan sebagai berikut

1) Naikotika alami

Narkotika alami adalah narkotika yang zat aditithya diambil dari

(umbuhlumbuhan (atam) Contohnya

u tjaiija

Ganja adalah tanaman perdu dengan daun menyerupai daun

singkong yang tepinya bergerigi dan berbulu lialus Jumlah Jari

daunnya selalu ganjil yakni 5 7 9 Tumbuhan ini banyak lumbuh di

iieberapa daerah di Indonesia seperti Aceh Suinalera Ulara

Sumatera Selaian Pulau Jawa dan lain-lain Daun ganja ini sering

iligunakiin sebagai bumbu penyedap masakan Bila digunakan

ebagai bumbu iiuisak daya adilifnya rendah Namun lidak

ilemikian apabila dibakar dan asapnya dihirup Cara

|)cnyalahgunaunnya adalah dikcringkan dan dicampu dengan

icmbakiiii rokok atau dijadikan rokok lalu dibakar serta dihisap

Subagvo PurtoJiharjo Op cil hal 11-12

15

b Ilaisis

Hasis adaiah lanaman serupa ganja yang lumbuh di Amcrika

Latin dan Eiopa Daun ganja hasis dan mariyuana Juga dapat

disuling dan diambil sarinya Oatam bentuk cair harganya sangat

mahai Gunanya adalah unluk disaiahgunakan oleh pemadut-pemadal

kelas tinggi

c Koka

Koka adalah lanaman perdu mirip pohon kupi Huahnya yang

inatang bcrwama inerah seperti biji kopi Dalam komunitas

masyarakat Indian Kuno biji koka sering digunakan untuk

inenambah kekiiatan orang yang bcrperang atau bcrburu binalang

Koka kemudian bisa diolah menj adi kokain

d Opium

Opium adaiah bunga dengan bentuk dan wama yang indah

Dari getah bunga opium dihasilkan candu (opiat) Di Mesir dan

daratan Cina opium dahulu digunakan unluk mengobati beberapa

penyakit member kekuatan atau menghilangkan rasa sakil pada

lentara yang terluka sewaktu berperang atau berburu Opium banyak

lumbuh di segiliga emas antara Burma Komboja dan Thailand

atau di daratan Cina dan segitlga emas Asia Tengah yaitu daerah

antara Alganistan Iran dan Pakistan

Dalam kalangan perdagangaii liilernasional ada kebiasaan

ftW hal 14

16

(keliru) tncnamai daerah tempat peuanamuii opium sebagai daerah

emas Diberi nama demikian karena perdagaiigan opium sangat

mengimtiingkan Karena bahayanya yang besar daerah seperti ilu

keliru jika diberi nama predikat emas Daerah sumber produksl

opium sepantasnya disebut segitlga setan atau segitlga iblis

2) Narkotika semisintcsis

Narkotika semisintesis adalah narkotika alami yang diolah dan

diambil zat aktifnya (intisarinya) agar memiliki khasiat yang lebih kuat

schmgga dapat dimanfaatkan untuk kepcnlingan kedokteran

Contohnya

a Morfm dipakai dalam dunia kedokteran unluk menghilangkan rasa

sakit alau pembiusan pada operasi (pcmbcdahan)

b Kodein dipakai unluk obat penghilang baluk

c Heroin tidak dipakai dalam pengobatan karena daya adilifnya

sangat besar dan matifuatnya secara medis belum

ditemukan Dalam pcrdugangan gelup heroin diberi nama

pulaw atau pete atau pt Henlnknya seperti tepun terigu

yang halus pulih dan agak kotor

d Kokain liiisll olahati dari biji koka

3) Naikotika sintesis

Narkotika sintesis adalah narkotika palsu yang dibuat dari bahan

kimia Narkotika ini digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi

oraiig yang menderita kclcrgantungun Contohnya

17

a Ietidin unluk obat bius lokal operasi kccil sunal dan

sebagainya

b Melhadon unluk pengobatan pecandu narkoba dan

c Naltrexon untuk pengobatan pecandu narkoba

Selain unluk pembiusan narkolika sintesis biasanya diberikan

oleh dokter kcpada penyalahgiina narkoba untuk menghcntikan

kebiasaannya yang tidak kuat melawan sugesti (relaps) atau sakaw

Narkotika sintesis berfungsi sebagai pengganti senientara Bila sudah

bciiar-bcnar bcbas asupan narkoba sintesis in dikurangi sedikil demi

sedikit sampai akhimya berhenti total

b) Fsikotropika

Pengertian psikolropika menurut Pasal I Ayal ( I ) Undang-Undang

Nomor 5 Taliun 1997 tentang Psikotropika adalah Zat atau obat baik

alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif

melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusal yang menyebabkan

perubahan khas pada uktivitus mental dan perilaku

Pengertian Psikolropika di daUim Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika tidak ditemukan Hal tersebut sehubungan

dengan ketentuan di dalam Pasal 153 huruf b yaitu Lamplran mengenai

jenis Psikotropika Golongan 1 dan Golongan II scbagaimana tercantum

dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang

Psikotropika (lcmbaran Ncgara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor

10 Tambahan Lcmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671) yang

18

telah (iipindahkan menj adi Narkotika Golongan I menurut UndangUndang

ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku Oleh karenanya dalam Undangshy

Undang Nomor 35 Tahun 2009 tidak ada lagi di dalam pasal-pasal nya

yang mengatur mengenai Psikotropika karena sudah dlmasukkan ke dalam

golongan Narkotika

Sesuai dengan pembahasan dalam penelitian ini masih

berhuijutigar dengan Psikotropika maka Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1997 tentang Psikotropika masih perlu untuk dibahas dalam penelitian ini

Menui iil undangumlang tersebut Psikolropika adalah zal atau obal bukan

narkolika baik alamiah maupun sintesis yang memiliki khasiat psikoaktif

melaiui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan

perubahan khas pada aktivitas nonnal dan perilaku Psikotropika ini

merupakan obat yang digunakan oleh dokter untuk mngobali gangguan

jiwa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tenumg

Psikolropika psikotropika dikelompokkan ke dalam 4 (empat) golongan

Golongan I yaitu psikotropika dengan daya aditif yang sangat kuat

belum diketahui manfkilnya untuk pengobatan dan sedang diteliti

khasiiitnya saat ini Contohnya adalah MDMA ekstasi USD dan STP

Golongan U yakni psikolropika dengan daya aditif kuat serta berguna

untuk pengobatan dan penelitian Contohnya adalah amfelamin

metanifetamin metakualon dan sebagainya Golongan IH yakni

psikolropika dcngan daya adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan

dan penelitian Contohnya adalah lumibal buprenorsina flcenilrazepam

19

dan sebagainya Golongan IV yakni psikotropika yang memiliki daya

aditif ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian Contohnya

adalah netrazepam (BK Mogadon Duiiiolid) diazepam dan lain-lain^

Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang

Psikotropika yang dimaksud dengan paslkotoplka adalah zat atau obat

baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif

melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang mcnyebabkan

perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku Psikotropika

dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut

1 Psikotropika golongan I yaitu psikolropika yang hanya dapat digunakan

unluk kcpentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi

sena mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma

ketergantungan Contohnya ekstasi shabu LSD

2 Psikotropika golongan II yakni psikotropika yang berkhasiat

pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi danatau tujuan ilmu

pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma

ketergantungan Contohnya amfetamin metilfenidat atau ritalin

3 Psikotropika golongan III yaitu psikotropika yang berkhasiat

pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi danatau unluk tujuan

ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan

sintlroma ketergantungan Contohnya pentobarbital Flunitrazepam dun

4 Psikotropika golongan IV yaitu psikotropika yang berkhasiat

Ibid ILil 15

20

pengobatan dan sangal luas digunakan dalam terapi danatau unluk

tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan

mengakibatkan sindrom ketergantungan Contohnya diazepam

bromazepam Fenobarbital klonazcpam klordiazepoxide nitrazepam

seperti pil BK pil Kopio Rohip Dum MG

Sedangkan kelompok dan jenLs psikotropika yang sering

disaiahgunakan antara lain

1 Psikostimulansia scperti amfetamin ekstasi dan shabu

2 Scdalif amp Hipnolika (obat penenang obat tidur) seperti MG BK

DUM Pil kopio dan lain-lain dan

3 Halusinogenika seperti lysergic acid dycthylamidc (USD) mushroom

Berdasarkan Ilmu farmukologi psikotropika dikelompokkan ke daiam 3

(tiga) golongan yakni dcpresan stinuilan dan halusinogen sebagai

berikut

1 Kelompok dcpresanpcnekan syaraf pusatpenenangobat tidur

Contohnya adalah valium BK rohipnol mogadon dan lain-lain

Jika diminurn obat ini dapat memberikan rasa tenang menganluk

rasa tcnteruni dan damai Obat ini Juga menghilangkan rasa takut

dan gelisah

2 Kelompok stimuiaiiperangsang syaraf pusaianti tidur Conlohnya

adalah amfetamin ekstasi dan shabu Ekstasi berbentuk tablet

berancka bentuk dun wama Amfetamin berbentuk tablet bcrwama

-Aid hal 16-17

21

pulih Bila diiriinuni obal ini mcndalangkan rasa gembira hilangnya

rasa pemiusuhiui hilangnya rasa marali ingin selalu aktif badan

terasa fit dan lidak merasa lapar Daya kerja otak menjadi scrba

cepat namun kurang lerkendali Shabu berbentuk tepung kristal

kasar berwarna pulili hersih seperti garani

3 Kelompok halusinogen Halusinogen adalah obat at tanaman

makanan yang dapat meninibulkan kiiayaian contohnya yailu LSD

Lysergic Acid Dicihyltamide) getah lanaman kaklus kecubung

jamur tertentu (misceiine) dan ganja Bila diminurn spikotropika

jenis in dapat menimbulkan kliayalan tentang peristiwa-peristiwa

yang mengerikan khayalan tentang kenikmatan scks dan

sebagainya Kenikmatan didapat oleh pemakai setelah pemakai sadar

bahwa perisfiwa mengerikan ilu bukan kenyataan atau karena

kenikmatankenikmatan yang dialami walaupun hanya khayalan

BAB III

PEMBAHASAN

A Faktor yang Mcnyebabkan Terjadinya Penyalahgunaan Narkotika dan

Psikotropilta

1 Faktor yang Bersunibcr Dari Individu

Menurut Luthfi Buraja terdapat 3 (liga) pcndekatan untuk

tcrjadinya penyalahgunaan dan ketergantungan terhadap narkotika dan

psikotropika yaitu peridekalan orgunobilogik psikodinamik dan

psikososial Ketiga pendekatan tersebut tidaklah berdiri sendiri melainkan

saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya Dari siidut pandang

organobiologik (sususan syaraf pusatotak) mekanismc terjadinya adiksi

(ketagihan) hingga deperidcnsi (ketergantungan) dikenal dengan dua istilah

yaitu gangguan mental oragnik atau sindrom otak organik seperti gaduh

gelisah dan kekacauan dalam fungsi kognilif (alam pikiran) efektif (alam

perasaanemosi) dan psikomotor (perilaku) yang disebabkan efek

langsung terhadap susunan syaraf pusat (otiik)^^

Sescorang akan mcnjadi ketergantungan terhadap narkotika dan

psikotropika apabila seseorang dengan tems-menenis diberikan zat

tersebut Hal ini berkaitan dengan teroi adaptasi sekuler mum

adaptaiUm) tubuh beradaptasi dengan menambah jumlah teseptor dan seishy

se syaraf bekcrja kcras Jika zat dihenlikan sel yang masih bekerja kcras

Luthll Uaraja Makalali Gangguan Mciilul dan icrilaku Akibut Nurkuba Disampalkim pada Seminar tentang Narkoba di SMK Iptck lakarla hal 2

22

23

tadi mengaiami kelmLisaii yang dari kiar tampak sebagai gejala-gejala

putus obal Gejala putus obat tersebut mcmaksa individu untuk

mengulangi pemakaian zal tersebul

Faktor predisposisi individu dengan gangguan kepribadian (anti

sosial) ditandai dengan pcrasaan lidak puas terhadap orang lain Selain itu

yang bersangkutan tidak inampu untuk berfungsi secara wajar dan efektif

dalam pergaulan di rumah di sekoiah atau di tempat kerja gangguan lain

sebagai penyerta berupa rasa cemas dan depresi Untuk mengatasi

ketidakniainpuan dan mcnghiiangkan kccemasan atau depresinya maka

individu tersebut cenderung untuk menggunakan narkoba Semestinya

individu itu dapat mengobati dirinya dengan datang ke dokterpsikiater

untuk mendapatkan terapi yang tepat sehingga dapat dicegah

keterlibatannya dalam penggunaan narkotika dan psikotropika

Secara umum mereka yang menyalahgunakan narkotika dan

psikotropika dapat di bagi ke dalam 3 (tiga) golongan besar yaitu

1 Ketergantungan primer ditandai dengan adanya kecemasan dan

depresi yang pada umumnya terdapat pada orahg detigah kepfibadlah

yang tidak stabil

2 Ketergantungan simtomatis yaitu penyalahgunaan narkotika dan

psikotropika sebagai salah satu gejala dari tipe kepribadian yang

mendasarinya pada umumnya terjadi pada orang yang kepribadian

psikopatik (anti sosial) kriminal dan pemakaian narkotika dan

Ai4hal K

24

psikotropika untuk kesenangaii sematu

3 Ketergantungan reaktif yaitu terdapat pada remaja karena dorongan

ingin tahii pengaruh tekanan dan lingkungan tenian atau kelompok

sebaya peer group pressure)

Ada beberapa faktor internal dan ekslernal yang mcnjadi penyebab

individu menyalahgunakan dan menjadi ketergantungan terhadap

narkotika dan psikotropika Menurut Sudarsono bahwa penyalahgunaan

narkolika dan psikotropika di latar belakangi oleh beberapa sebab yaitu

1 Untuk membuktikan kebcranian dalam melakukan tindakan-tindakan

yang berbaiiaya seperti ngebut dan bergaul dengan wanita

2 Meniinjukkan tindakan yang menenlung orang tua guru dan norma

sosial

3 Mempermudah penyaluran dan mempermudah perbuatan seks

4 Melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh peiigalamaii-

pengalainan einosional

5 Meneari dan menemukan aril hidup

6 Mengisi kekosnngan dan kesepian hidup

7 Menghilangkan kegelisahan frustasi dan kepepel hidup

8 Mengikuti kemauan kawan-kawan dahim rangka pembinaan solidaritas

dan

9 Iseng-iseng saja dan rasa ingin tahu

Menurut hasil penelitian Dadang Hawari bahwa di anlara faklor-

Sudujsono Kenakalan Remaja cel ii (Jakarta Rineka Cipta 1992) 1ml 67

25

faktor yang berpcran dalam penggunaan narkotika dan psikolropika

adalah

1 Faktor kepribadian anti sosial dan psikopatik

2 Kondisi kejiwaan yang mudah merasa keeewa atau depresi

3 Kondisi keluarga yang meliputi keutuhan keluarga kesibukan orang

tua hubungan orang tua dengan anak

4 Kelompok teiiian sebaya dan

5 Narkotika dan psikotropika itu sendiri mudah diperoleh dan tersedianya

pasaran yang resmi maupun lidak resmi

Menurut Siibagyo Partodiharjo secara individu terdapat beberapa

faktor yang mcmpengaruhi sescorang dapat menyalahgunakan narkotika

dan psikotropika Alasan ini merupakan alasan yang bersumber dari diri

sendin atau pemakai narkotika dan pasikotropika tersebut yakni sebagai

berikut

a Ingin tahii

Perasaun ingin tahu biasanya diniiliki oieh generasi muda pada

umur setara siswa SD SLTP dan SLTA Bila di hadapan sckelompok

anak muda ada seseorang yang inemperagakan uikmatnya

mengkonsumsi narkotika dan psikolropika maka didorong oleh naluri

alami anak muda yaitu keingintahuan maka salah seoariig dari

kelompok itu akan maju mencobanya Selain didorong oleh

keingintahuan keberaniannya juga karena didesak oleh gejolak dalam

Mardiini foc cil hai 102 ^ Subagyo RatoiJlliarjo ioc cil liiil 72-74

26

jiwanya yang ingin dianggap hebal pemberani dan pahlawan di antara

temanteinan sehayanya Maka jatuhlah satu orang anak dalam pelaku

setan

Dalam kondisi seperti itu reaksi kawan-kawan sebayanya

berbeda-bcda

1 Ada yang ingin menyaingi menunjukkan bahwa dirinya lebih hebat

lagi lalu memakai

2 Ada yang ingin tahu kemudian ikut memakai dan

3 Ada yang sella kawan lain ikut memakai juga

Sikap seperti inilah yang menyebabkan bandar atau pengedar

senang Mereka meiigincar generasi muda mahasiswa atau pclajar

karena 2 (dua) pertimbaiigan

1) Kalau salah satu anak muda kena maka anak muda yang lainnya

ikut kena sehingga konsumen cepat bertambah dan

2) Kalau anak muda kena maka anak muda tcrsebut akan mcnjadi

pemakai selia dalam waktii yang lama Berbeda dengan orang tua

yang cepat maii keuntungan komersial yang diperoleh dari

kelompok anak muda ini akan banyak

b Ingin dianggap hebal

Pcrasaan ingin dianggap hebat biasanya dimiiiki oleh generasi

muda Sepcrti ditcrangkan di atas salah satu sifat alami yang positif

dari generasi muda adalah daya saing Sayang sekali karena

kelidaktahuan sifat positif ini juga dapat dipakai untuk masalah negatif

27

Silat positif ini scharusiiya didorong unluk berlomba daluin preslasi

pada bidang pcndidikan kesenian olah raga dan lain-lain yang

bermanfaat bagi kehidupan

Bila sikap ingin berkonipctisi ini diarahkan untuk

mengkonsumsi narkolika dan psikolropika akibatiiya sungguli

mengerikan yailu kcgagalan hidup dan kesengsaraan Pemakai hanya

dapat dianggap hebat oleh lingkungan kecil pcniakai narkotika dan

psikotropika Di masyarakat luas pemakai hanya menuai cerca dan

nista

c Rasa setia kawan

Perasaan setia kawan sangat kuat dimiiiki oleh generasi muda

Jika lidak mendapatkan penyaluran yang posilif sifai positif tersebut

dapat berbahaya dan mcnjadi negatif Bila (cmannya memakai

narkotika dan psikotropika maka individu tersebul ikut juga memakai

Bila temannya dimarahi orang tuanya atau dimusuhi masyarakat maka

pemakai membela dan ikut bersimpatik

Sikap seperti itulah yang menyebabkan anak ikut-ikutan

Awalnya hiuiya satu orang yang merokok kemudian semuanya menjadi

perokok Setelah semuanya merokok sntu orang mulai memakai ganja

lalu yang lainnya ikut sehingga menjadi sekawanaii pemakai ganja

Selelah semua memakai ganja satu orang memakai ekstasi kemudian

semuanya ikut demikian selerusnya meningkat menjadi shabu dan pada

akhirnya menjadi pemakai putaw

28

d Rasa kccewa truslasi kcsai

Pcrasaan kesal kcccwa atau (rustasi biasanya terjadi karena

kegagalan pada generasi muda eksckutif mudu suami atau istri

Pcnggiiiiaan narkotika dan psikolropika pada kelompok ini bertujuan

untuk sesaat melupakan kekccewaan kckesaian dan fi-uslasi Kondisi

masyarakat yang carut martit tclah banyak melahirkan kekccewaan

kekesalan bahkan Iruslasi Narkolika dan psikotropika dapat

melupakannya sesaat tetapi tidak untuk mengatasi masalah yang

sesungguhiiya

Hubungan buruk yang disebabkan oleh kcgagalan

berkomuiiikasi antara orang tua dengan anaknya dapat menyebabkan

rasa kesal Hal ini mcnjadi faktor pemicu pemakaian narkotika dan

psikotropika oleh anak Intcraksi anlara orang tua dcngan anak tidak

cukup hanya berdasarkan niat baik Cora berkoniunikasi juga harus

baik Masing-masing pihak harus memiliki kcsabaran untuk

menjclaskan isi hatinya dengan cara yang tepat Banyak sekali konfllk

di dalam rumah tangga yang terjadi hanya karena salah paham atau

kekeliman berkoniunikasi Kekeliruan kecil itu dapal bcrakibat fatal

yaitu masuknya narkotika dan psikotropika ke dalam keluarga

Kekccewaan kekesalan dan frustasi dapal terjadi karena

kekeliruan dalam berkomunikasi terhadap beberapa faktor berikut i n i

I ) Komunikasi anak dengan orang tua

IbUI hiiJ 74

29

2) Komunikasi antar anak

3) Komunikasi di lingkungan eksekulifinuda dan

4) Komunikasi antara suami istri

e Ingin bebus dari rasa sakil atau pusing

Penderila pcnyakit beral yang kronis dan tidak kunjuiig sembuh

misalnya Ranker hati luka bakar uka tusuk wasir Ranker paruparii

migreii eneok pengapuran dan lain-lain sclalu merasakan sakit yang

iuar biasa karena penyakitnya Rasa sakit tersebut sering kali tidak

dapat dihilangkan dengan obat pengtiiiang rasa sakit biasa (anaigetik)

sehingga peiiderilanya mencoba narkotika atau psikotropika

Narkotika maupun psikolropika dapat menghilangkan rasa sakit

tersebut tetapi tidak menyembuhkan penyakitnya Ceiakaiiya pemakai

yang bersangkutan malah mendapat maslah baru yaitu ketergantungan

dengan segala komplikasinya yang justru menjadi lebih berbahaya

f Ingin menikmati rasa gembira tampii lincah energik dan mengusir

rasa sedih dan malas

Para eksekudf dan sciebritis biasanya memiliki gaya hidup yang

trendi Mereka merasa dituntut untuk selalu lampil lebih prima Dengan

mengkonsumsi naikotika atau psikolropika mereka dapat tampii prima

dan percaya diri karena kehilangan rasa malu walaupun sesungguhnya

tidak demikian

Perasaan hebat tersebut di atas seharusnya dicapai melaiui tekun

berolah raga hidup teratur meningkatkan kualitas fisik mental

30

inlclckUial dan mocaiiiyii Riikan ineiigamhit jalan piiitas dcngan tampii

seotah-olah prima niclalui manipulasi atau lipuan melaiui

mengkonsumsi narkotika atau psikolropika tersebut Pcnampilmi prima

yang semu atau atau tipuan itu lambat laun akan terungkap juga

sehingga [ania-keiamaan akan kelahuari juga jati dirinya yang

sesungguhnya itu

g ingin tampii iangsing

Narkolika dan psikotropika terscbut juga banyak digunakan oleh

artis dan ibu-ibu rumah tangga yang berbadan gemuk untuk

melangsingkan lubtihnya Narkotika alau psikotropika dengan jenis

tertentu ada juga yang dapat menghilangkan nafsu makan sekaligus

menambali aktivitas fisik sehingga dapat menurunkan beral badun

h Takut mengalami rasa sakit (sakaw)

Pengguna jenis narkotika atau psikolropika tersebut yang sudah

menjadi pemakai tetap (pemadat) akan mengalami rasa sakit (sakaw)

bila tidak memakainya Karena takut merasakan penderitaan maka

pemakai tersebut terus memakainya sehingga menjadi pemakai yang

sella junkies) Banyak pemakai narkotika dan psikotropika ini yang

setia adalah orang-orang yang merasa terpaksa memakai sebab kalau

lidak memakainya mereka akan mengalami sakaw

Kebanyakan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika

dimulai atau terdapat pada masa remaja sebab masa remaja yang

sedang mengalami perubahan biologik psikologik maupun sosial yang

31

pesat merupakan individu yang rentan untuk nienyaiahguriakan

narkotika maupun psikotropika terscbut Anak atau remaja dcngan ciri-

ciri tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi

penyalahgunanya Ciri-ciri tersebut anlara lain^

a Cenderung memberontak dan menolak otoritas

b Cenderung memiliki gangguan j iwa lain (komorbiditas) seperti

depresi cemas psikotik keperibadian dissosial

c Perilaku menyimpang dari aluran atau norma yang berlaku

d Rasa kurang percaya diri low selw-confulence) rendah diri dan

memiliki citra diri negatif (ow setf-esleem)

e Sifal mudah keeewa cenderung agresif dan destruktlf

f Mudah murung pemalu pendiam

g Mudah merasa bosan dan jenuh

h Keingintahuan yang besar untuk meneoba atau penasaran

i Keinginan untuk bersenang-senang [just for fun)

j Keinginan untuk mengikuti mode karena dianggap sebagai lambang

keperkasaan dan kehidupan modem

k Keinginan untuk diterima dalam pergaulan

1 Identitas diri yang kabur sehingga merasa diri kurang jantan

mTidak siap mental untuk menghadapl tekanan pergaulan sehingga

sulit mcngambil keputusan untuk menolak tawaran NAPZA dengan

tegas

Tom Kus dan Tedi Btihava NAPZA Bagi Pelajar (Bandung Yayasan Al-Ghilari Morgan im) hal 14

32

n Kemampuan komunikasi rendati

o Melarikan diri dari scsuatu (kebosaiian kcgagalan kekccewaan

kclidakmampuan kesepian dan kegcliran hidup dan lain-lain)

p Putus sekoiah dan

q Kurang menghayati iman atau kcpcrcayaaiinya

Menurut Tim Badan Narkotika Nasional hahwa terdapat

beberapa iaklor yang menyebabkan sescorang alau individu

menyalahgunakan narkolika dan psikotropika anlara lain

1) Keingintahuan yang besar untuk mcncoba tanpa sadar alau berlikir

panjang tentang akibatnya dikemudian hari

2) Keinginan unluk mencoba-coba karena penasaran

3) Keinginan untuk bersenang-senang

4) Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya hidup

5) Keinginan untuk dapat diterima daiam suatu kelompok

6) Lari dari masalah kebosanan atau kegetiran hidup

7) Pengertian yang salah bahwa mcncoba sckali-kali lidak akan

menimbulkan masalah

8) l idak mainpu alau tidak berani menghadapl tekanan dari lingkungan

alau kelompok pergaulan unluk menggunakan narkolika dan

psikotropika dan

9) Tidak Japal atau mampu mengatakan tidak pada narkotika dan

psikotropika

Tim INN Loc di

33

Berdasarkan peinaparaii Icrscbut di atas dengan demikian

bahwa individu didorong oleli beberapa faktor untuk menyalahgunakan

pemakaian narkotika dan psikotropika tersebut sehingga menjadi

individu yang mengalami ketergantungan berikut ini disebutkan

beberapa faktor adalah

1) Ingin tahu dan Ingin mencoba rasa memakai narkotika atau

psikotropika bagi kalangan anak muda)

2) Ingin dianggap lebih hebat dari orang Iain pada orang muda)

3) login membuktikan kesetiakawanan (pada orang muda)

4) Dianggap paling tepat untuk mengatasi perasaan keeewa j en gkel

dan frustasi (pada suami istri yang mengalami konllik rumah

tangga)

5) Dianggap cara yang paling mudah untuk menghalau rasa sakit pada

tubuh (pada penderita penyakit yang kronis)

6) Dianggap cara yang paling ampuh untuk mendapatkan perasaan

tenang damai atau gembira (pada suami istri yang mcnghadapi

konflik rumah tangga)

7) Dianggap cara yang paling mudah untuk melangsingkan lubuh (pada

ibuibii rumali tangga atau wanita yang bertubuh gemuk)

2 Faktor yang Bersumlicr dari Lingkungan

Faktor lingkungan tidak mampu mencegah atau mengurangi

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika bahkan membuka kesempatan

pemakaian narkotika dan psikotropika Yang dimaksud dcngan faktor

34

kesempatan di sini adalah tersedianya siluasi-situasi yang nieiiiungkinkan

untuk memakai narkolika atau psikolropika di waktu-vvaklu luarig di tempat

rekreasi atau hiburan diskotik pesia dan lain-lain Atau mungkin lingkungan

masyarakat yang tidak mampu mengendalikan bahkan membiarkan penjualan

alau pcrcdaran geiap narkotika dan psikotropika misalnya karena lemahnya

penegakan hukum penjualan narkolika dan psikotropika secara bcbas bisnis

narkotika dan psiktilropika yang terorganisir mudahnya memperoleh

narkotika dan psikotropika dan lain-lain

raklor yang bersumber dari lingkungan yang mcnyebabkan individu

dapat menyalahgunakan pemakaian narkotika dan psikotropika merupakan

laktor kontribusi masukaii dari Iuar individu) dimana sesttorang dengan

kondisi keluarga tidak baik akan merasa tertekan dan rasa lertekan inilah

sebagai faktor penyerta bagi dirinya untuk terlibat dalam penyalahgunaan

narkotika dan psikotropika tersebut Disfungsi keluarga yang dimaksud antara

lain adalah keluarga yang tidak utuh kedua orang tua yang tcrlalu sibuk dan

lingkungan interpersonal dengan orang tua yang tidak baik Di samping itu

faktor pencetus seperti pengaruh teman sebaya tersediu dan mudah

didapatkan mempunyai andil sebagai faktor pencetus sescorang atau individu

terlibat ke dalam penyalahgunaan yang mengakibatkan ketergantungan

terhadap narkotika dan psikotropika Dari sudut pandang psikososial

penyalahgunaan narkotika dun psikolropiku dapat terjadi sebagai akibat

negatif dari intcraksi tiga kiitub sosial yang tidak kondtisif yaitu kutub

Lulhli ilurnju Op cil

35

keluarga kutub sekolahkupus dan kulub masyarakat

Faktor lingkungan meliputi faktor kciuarga dan lingkungan pergaulan

balk dlsekltar rumah sekoiah teman sebaya maupun masyarakat Banyak

pengguna Narkotika dan Psikolropika yang berasal dari keluarga yang lidak

harmonis Keluarga seharusnya mcnjadi wadah untuk menikmati kebahagiaan

dan curalian kasih sayang wahana silih asih silih asah dan silih asuh

Namun pada kenyataannya keluarga sering sekali justru menjadi pemicu

sang anak mcnjadi pemakai hal tersebut disebabkan karena kciuarga tersebut

kacau balau Hubungan antara anggota keluarga dingin bahkan tegang atau

bermusuhan

Komunikasi antara ayah ibu dan ariak-anak sering sekali

menciptakan suasana konflik yang tidak berkesudahan dimana bahwa

penyebab konllik tersebut sangal beragam Solusi semua konflik adalah

komunikasi yang baik periuh pcngerlian saling menghargai dan menyayangi

serta ingin selalu membahagiakaii

Konflik di dalam keluarga dapat mendorong anggota keluarga merasa

frustasi sehingga lerjebak memilih narkotika dan psikolropika sebagai

solusinya Biasanya yang paling rentan terhadap stres adalah anak kemudian

suami dan istri sebagai benleng terakhir Beberapa faktor yang bersumber

dari lingkungan keluarga yang dapat mempengaruhi seseorang atau individu

tertentu icrjun kc dalam lingkungan penyalahgunaan narkotika dan

36

psikotropika tcrsebut antara lain adatuh

a Koniimikasi niang tua-aiiak kiii-ang baikcfektif

b Hubungan dalam keluarga kunmgharmonisdisfimgsi dalam keluarga

c Orang tua bercerai bcrscitngkub atau kawin lagi

d Orang lua tcrlalu sibuk aUiu tidak acuh

e Orang tua oloriter alau scrba melarang

f Orang tua yang serha nieinbolehkan (pcrmisil)

g Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teiadan

h Orang tua kurang peduli dun tidak tahu dengan masalah narkolika

i Tata terlib alau disiplin keluarga yang selalu bcrubah (kiiiaiig konsisten)

j Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam kciuarga

dan

k Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahguna narkotika

dan psikotropika

Sitimsi buruk dalam keluarga yang soring menyudiitkan anak ke arah

narkotika dan psikotropika adalah

1) Anak merasa kurang mendapatkan kasih sayang dalam keluarga merasa

kesal keeewa dan kesepian

2) Anak merasa kurang dihargai kurang mendapatkan kepcrcayaan dun

selalu dianggap salah

3) Anak mengalami konflik dengan orang tua dalam masalah pacaran

memilih pasangan hidup atau meneniukan pilihan profesi cila-elta dan

Mardani Loc cil lial 99 AW hal 100

37

sebagainya

4) Anak kesal dan keeewa karena ayah dan ibuiiya kurang lianiionis dan

sering bertcngkar (broken home)

5) Suami thtsirasi karena tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapinya

dengan islrinya

6) Istri fnistrasi akibat konllik dengan suami tentang masalali ekonomi atau

adanya wanita lain di samping suami

Banyak pengguna narkotika dan psikolropika yang pada awalnya

dimulai karena pengaruh dari orang lain Bentuk pengaruh dari orang lain itu

dapat bervariasi mulai dari bujuk rayu lipii daya sampai kepada paksaan

a) Tipu Daya

Banyak anak yang ditipu oleh kenalon teman sahabat atau pacar

Seperti mengajak meraka untuk memakai narkotika dan psikolropika

dengan bemacam-macain tipuan Dengan alasan yang digunakan bahwa

narkotika dan psikotropika adalah vitamin obat pil pintar pil sehat atau

food supplement Tipuan itu dapat juga berupa bujukan bahwa narkotika

dan psikotropika tidak tcrlalu berbahaya kalau tahu raliasianya Banyak

orang di dalam masyarakat yang dikira orang baik-baik namun lemyata

pengedar narkotika dan psikotropika Walaupun orang itu adalah kawan

sahabat saudara atau pacar sebagai pengedar penipu tersebul akan tcga

menipu maupun menjebak kita Pengedar narkotika dan psikotropika

sangat pandui mcmasarkan narkotika dan psikotropika tersebut Dengan

menawarkan narkotika dan psikotropika sebagai mmn food supplement

38

pil scliat pil pintar dan sebagainya Dengan lipuan ini korban dari

kalangan kciuarga hannonis akan terjcrumus ke dalamnya Saat ini banyak

pemakai narkolika dan psikotropika dari keluarga harmonis bukan hanya

bull dari keluarga berantakan Banyak pekerja mahasiswa atau pelajar yang

tampii ioyo tertipu ketika kepadanya ditawarkan pil sehat vitamin atau pil

pintar Banyak pemuka agama juru dakwah atau pengkhotbah yang

tertipu karena pil sehal yang dlbelinya adalah narkotika dan

psikotropika Reaksi pemakaian narkotika dan psikotropika mula-mula

terasa menyehatkan dan membuat si korban tipuan terscbut sukses dalam

berdakwah atau berkhotbah Ibu rumah tangga juga dapat tertipu karena

ditawari pil pelangsing oleh saudara atau teman dalam arlsan dan lain-

lain Mulanya karena tipu daya akhimya setelah lerjebak menjadi

biasa

b) Bujuk rayu

Waftiia camlk pengedaf ftaTkotlka dan psikotFoplka biasanya menjebak

mangsa melaiui bujuk rayu Untuk memasarkun narkotika dan

psikotropika pengedar tersebut memilih profesi sebagai wanita penghibur

atau Wanita Tuna Susiala (WTS) Banyak eksekutif muda pekerja atau

bos-bos yang mulai memakai narkotika dan psikotropika karena rayuan

pekerja seks komersial hostess dan sebagainya Dalam mcmasarkan

narkotika dan psikotropika wanita tersebut merayu akan mau melayani

kencati kalau bersama-sama mengkonsumsi narkotika dan psikotropika

Subagyo Purlodlhario Loc cil hal 78

39

lebih dulu Muta-mula kurban memakai narkotika dan psikotropika karena

tergoda namun akhimya menjadi terbiasa

c) Paksaan

Banyak anak muda yang mengawali pemakaian narkotika dan psikotropika

karena dipaksa oleh sekawanun alau seseorang yang mengancam akan

mencelakainya Banyak pclajar atau nialiasiswa mengawali kebiasaan

memakai narkotika dan psikotropika dari keadaan terpaksa diancam oleh

sekawanan preman yang menghadang di tengah jalan Dari kelompok ini

pula terjaring pemakai yang berasal dari keluarga hannonis

Lingkungan sekoiah bagi pelajar tingkat SD SMP dan SMA

merupakan tempat yang stratcgls bagi para pelajar untuk menunjukkan jati

dirinya sehingga mereka terjun kepada penyalahgunaan narkotika dan

psikotropika ini faktor sekoiah yang merupakan bagian tcrpcnting yang

mempengaruhi adalah

a Sekoiah yang kurang disiplin

b Sekoiah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjiial narkotika atau

penjual psikolropika

c Sekoiah yang kurang member] kesempatan pada siswa untuk

mengembangkan diri secara kreatif dan positif

d Adanya murid pengguna narkotika atau psikotropika

Kartini Kurtono op cil hivl 124

40

B Pengaturan Sanksi Pidana Terhadaj) Pcnyalahgunaaan Narkotika dan

Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau

dari Perlindungan Terhadap Korban

Dalam hukum pidana di Indonesia terdapat adanya

ketldakseimbangan antara perlindungan korban kejahatan dcngan pelaku

kejahatan pada dasarnya mempakan salah satu pengingkaran dari asas setiap

warga negara bersamaan kcdudukannya dalam hukum dan pcmerinlahan

sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 sebagai

landasan konstitusional Perlindungan korban memiliki hubungan cral dcngan

teori pemidanaan yang dikemukakan Wirjono Prodjudikoro tujuan

pemidanaan adalah untuk niemenuhi rasa keadilan^

Ada Juga yang mengemukakan bahwa tujuan pemidanaan dapat

dilihat melalul 2 (dua) leorl mengenai alasan-alaitan yang membenarkan

(justification) penjatuhan hukuman (sanksi) yaitu Teori Absolut

(Vergeldingslheorie) dan Teori Relatif atau Doeitheorie Menurut Teori

Absolut (Vergeldingslheorie) tujuan pemidanaan sebagai pembalasan

terhadap para pelaku karena telah melakukan kejahatan yang mengakibatkan

kesengsaraan lerhadap orang lain alau anggota masyarakat sedangkan

Roeslan Saleh mengatakan sebagai reaksi-reaksi atasdelik yang berwujud

suatu nestapa yang scngaja dilimpakan ncgara kcpada pembuat delik

Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana Cctakan Iuriania (Jakarta Sinar Gnitlka2(W5)hii4

lcduu Mdipaung Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cctakun IcrliirMii (Jukiirtu Sinur Gratika 2005) hal 4

kiwsUin Saleh Shdsel Pidana Indonesia (Jukarlu liinn Aksara 19K7) hal 5

41

Menurut Teori Relatif Doeltheurie) tujuan pemidanaan adalah

a Menjerakan agar si pelaku atau terpidana menjadi jera dan tidak

mengulangi lagi perbuatannya specials presenile) sena masyarakat umum

agar mengertahui jika melakukan perbuatan yang sama akan mengalami

hukuman yang serupa atau disebut pula generalpreventte

h Memperbaiki pribadi si terpidana berdasarkan perlakuan dan pcndidikan

selama menjalani hukuman terpidana merasa menyesal dan tidak akan

mengulangi perbuatannya dan kcmbali kepada masyarakat sebgai orang

baik dan berguna dan

c Mcmblnasakan (menjatulikan hukuman mat) atau mcmbuat terpidana tidak

berdaya dengan menjatuhkan hukuman seiimur hidup

Pandangan di atas sangatlah wajar apabila beranjak dari pandangan

bahwa hukum pidana adalah hukum sanksi (hifzonderesancUerechl) sebab

dengan bertumpu pada sanksi itulah hukum pidana difungsikan untuk

menjamin keamanan ketertiban dan keadilan Dalam perkembangannya

ternyata tidak semua sarjana menyclujui maksud diadakannya pidana scperti

itu (sebagai suatu nestapa) karena muncul pendapat bahwa di samping pidana

ditujukan untuk memberikan penderitaan kcpada pelanggar atau mcmbuat

jera pemidanaan juga bertujuan agar pelaku dapat kembali hidup

bermasyarakat sebagaimana mestinya

Alasan yang paling inenonjol lerhadap upaya perubahan tersebut

adalah dengan meniperhatikan sisi kemanusiaan yang mcmandang bahwa

Ucdcn Mirpaung Opcil hal 4

42

sekalipiin tcrsangka telah melakukan kcsalahaii ia telap berkcdmiiikan sebagai

manusia utuh yang harus tetap diperlakukan sama dengan manusia lainnya

dan dilindungi hak asasi manusionya Karena itu pidana penjara saat ini

sedang mengalami masakrisis karena termasuk jenis pidana yang kurang

disukai Banyak kritik tajam ditujukan terhadap jenis pidana perampasan

kemerdekaan ini baik dllihat dari sudut efektifitasnya maupun dilihat dari

akibat-akibat lainnya menyertai atau berhubungan dcngan dirampasnya

kemerdekaan seseorang

Banyaknyu kritik yang diarahkan pada bentuk pemidanaan berupa

perampasan kemerdekaan (yang ditujukan untuk membuat jera pelaku)

sehingga berkembanglah bentuk pemidanaan lain yang dianggap lebih

manusiawi yaitu penjatuhan pidana berupa denda atau pemberian ganti

kerugian kepada korban Pemberian ganti kerugian pada awalnya merupakan

konsep kcperdalaan seperti halnya dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata yang mewajibkan setiap orang yang menyebabkan orang lain

menderita kerugian untuk membayar ganli rugi Dalam perkembangannya

konsep ini diterupkan pula dalam hukum pidana mengingat akibat yang

ditimbulkan pada korban tindak pidana akan selalu disertai dengan kerugian

baik mental fisik maupun material sehingga sangat wajar apabila korban pun

menuntui ganti kerugian pada pelaku guna memulihkan derita yang

dialaminya

Dengan memperhatikan pada beberapa teori klasik tentang tujuan

Uurtla Nawuwi Ariel Sislem Pemidanaan Menunii Konsep KIHP llaiu dan Latar Helakang Pemlklrannya Hahan Ienalaran Hukum Pidana V Undanu Kupang uinjyful 11 Juli-12 Agustus 1989

43

pemidanaan dapat disiinpulkan bahwa penjatuhan pidana lebih banyak

ditujukan untuk kepeiitingan pelaku dengan kata lain tujuan pemidanaan

hanya dimaksudkan imtuk mengubah perilaku dari pelaku kejahatan agar

tidak mengulangi lag perbuatannya sedangkan kcpentingan korban sama

sekali diabalkan

Perlindungan terhadap korban narkotika jika dihubungkan dengan

beberapa teori pemidanaan yang telah dipaparkan di atas maka peneliti

mengkaji bahwa dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang baru ini terdapat kescimbangan antara perlindungan terhadap

pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana bahwa berdasarkan sanksi

baik pidana maupun denda yang terdapat dalam undang-undang ini sangatlah

berat-berat dan tegas ]ni berarti bahwa undang-undang ini lebih

mementingkan korban dari pada pelaku kejahatan narkotika Mengingat

bahwa dengan adanya pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan

korban semakin banyak yang berjatuhan schingga daripada korbnnnya anak

bangsa yang memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara

Indonesia maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-

beratnya lerhadap si pelaku tindak pidana narkotika bahkan pidana mati atau

seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-

undang yang bam ini juga diatur mengenai rehabilitasi terhadap korban baik

korban yang diakibatkan oleh orang Iain maupun karena self victimizing

victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku itu sendiri

44

C Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Seif-

Victimizing Victims

1 Self-victimizing victims uarkotika dau psikotropika

Suatu viktimisasi adalah sebagai suatu permasalahan manusia yang

merupakan kenyataan sosial hal ini disebabkan karena setiap warga negara

berhak mendapatkan rasa aman dan bcbas dari segala bentuk kekerasan

sesuai dengan falsafah Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 Contohnya adalah seseorang akibat perbuatannya memakai

narkotika dapat menimbulkan bahwa si pemakai tersebut menjadi tidak

berdaya upaya dengan kata lain bahwa si pelaku telah menjadi korban

akibat perbuatannya sendiri yang menimbulkan perbuatan kriminal

Penyalahgunaan narkolika atau psikolropika merupakan perbuatan

kriminal karena telah melanggar ketentuan di dalam undang-undang yang

ada yakni Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tetang Psikotropika dan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Terlibatnya si

pelaku kejahatan atau tindak pidana yang menimbulkan kerugian terhadap

dirinya sendiri daiam hal inilah yang disebut dengan istilah self victimizing

victims yang merupakan bagian dari viktimisasi Sehubungan dengan itu

maka Wolfgang menyatakan beberapa Jenis viktimisasi ialah

1 Unrelated victims yaitu korban yang tidak ada hubungannya sama

sekali dengan terjadinya korban misalnya pada kasus kecelakaan

pesawat Dalam hal In tanggungjawab sepenuhnya terletak pada

Utplietin3|il(igspqtcom2()OSIOl|ukum-viktinivl9gihlml diakscs terakhir langgul l2Januari 2015

45

pelaku

2 Provocative victims yaitu seseorang yang secara aktif mendorong

dirinya menjadi korban misalnya kasus selingkuli dimana korban juga

sebagai pelaku

3 Participating victims yailu seseorang yang tidak berbuul tetapi dengan

sikapnya justru mendorong dirinya menjadi korban

4 Biologically weak victims yaitu mereka yang secara tisik memiliki

keleinalian atau potensi untuk mcnjadi korban misalnya orang tua

renla anak-anak dan orang yang tidak mampu bcrbual apa-apa

5 Socially weak victims Yaitu mereka yang memiliki kedudukan social

yang lemah yang menyebabkan mereka mcnjadi korban misalnya

korban perdagangan perempuan dan sebagainya

6 Self victimizing victims yaitu mereka yang menjadi korban karena

kejahatan yang dilakukannya sendiri pengguna obat bius judi aborsi

dan prostitusi

Dalam hal ini kedudukan viktimologi sebagai sebuah ilmu yang

mempelajari tentang korban memiliki peranan yang sangat penting ruang

lingkup viktimologi ini meliputi

1 Semua macam sciiap macam perbuatan kriminal yang mengakibatkan

orang-orang mcnjadi korban

2 Setiap orang atau pihak yang dapat menjadi korban baik orang

perorangan maupun suatu korporasi atau organLsasi

3 Setiap orang atau pihak yang dapal menimbulkan korban artinya

46

dimana disatu sisi orang terscbut dapat merugikan orang iain sehingga

orang tidak merasa aman akibat tindakanya

4 Cara-cara viktimisasi atau penimbulan korban

5 Bentuk-bentuk viktimisasi yang terdiri dari primary viclimizalion

adalah korban individualperorangan bukan kelompok secondary

victimizalion korbannya adalali kelompok misalnya badan hukum

tertiary Victimizalion yang menjadi korban adalah masyarakat luas

nun viciimozaiion korbannya tidak dapat segera diketahui misalnya

konsumen yang tertipu dalam menggunakan hasil produksi

6 Akibat viktimisasi

7 Pengaruh viktimisasi

8 Reaksi atau respons terhadap viktimisasi

9 Penyelesaian viktimisasi dan

10 Pengaturan yang berkaitan dengan viktimisasi (yang menjadi

perhatian viktimologi)

Studi viktimologi akan memberikan pemahaman kepada setiap

individu mengenai hak dan kewajibannya dalam rangka mengantisipasi

berbagai bahaya yang mengancamnya Viktimologi memberikan

sumbangan pemikiran mengenai masalah viktimisasi tidak langsung

dampak sosial polusi industri viktimisasi ekonomi politik dan

penyalahgunaan kewenangan Viktimologi ini juga memberikan dasar

pemikiran dalam penyelesaian viktimisasi kriminal atau factor viclimogen

dalam sistem peradilan pidana

47

Dari perspektif ikalan Korban Napza (IKON) l ial i yang dimaksud

sebagai korban adalah orangperorangan yang menderita secara langsung

dari penyalahgunaan napza dan tennasuk pula keluarga alau tanggungan

langsung dari korban Namun karena hukum dl Indonesia memandang

pengguna napza adaiah kriminal maka terjadilah dampak-dampak negalif

yang dialami oleh pengguna napza yang merupakan korban scperti

diskriminasi kriminallsasi kesehatan dan stigmatisasi Maka sebagai

korban IKON Bali mendorong agar dihentikannyadiskriminasi lerhadap

korban napza mendorong vonis rehabilitasi untuk korban napza

mendorong agar dihentikannya penyiksaan terhadap korban napza dan

yang terakhir adalah mendorong terpenuhinya hak atas kesehatan bagi

korban dan orang terinfeksi HIV Dengan melihat kondisi permasalahan

penanggulangan napza yang semakin tidak menentu dan meningkatnya

jumlah korban napza secara terus-menerus Maka Ikon Bali meminta

1) Penerapan SEMA Nomor 7 Tahun 2009 sebagai pemenuhan hak atas

kesehatan terhadap korban Mpza

2) Meminta kepada Pengadilan Negeri Denpasar untuk menjadi insiator

dalam penyusunan langkah teknis penerapan SEMA Nomor 7 Tahun

2009

3) Meminta kepada selunih instansi tcrkait untuk mulai meiigambil

langkah nyata dalam penanggulangan napza

43 Ibid

48

4) Meminta agar korban napza diperlakukan secara manusiawi tanpa

penyiksaan sligma dan diskriminasi

5) Ikon Bali mendukung secara penuh program-program pemerintab

dalam penanggulangan napza

2 Rehabilitasi terhadap self-victimizing victims

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

merupakan undang-undang yang baru menggantikan Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika Adapun pasal-pasal di dalam

undang-undang in yang mengatur mengenai perlindungan korban adalah

berbagai pasal-pasal yangmencantumkan rehabilitas kepada korban

maupun pelaku tindak pidana narkolika Pasal 1 ayat (16) meneniukan

defenisi mengenai rehabilitasi dipandang dari sisi medis yakni

Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara

terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan Narkotika

Sementara Itu dalam Pasal 1 ayat (17) ditentukan defenisi rehabilitasi

dipandang dari sisi sosial yakni Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses

kegiatan pemulihan secara terpadu baik fisik mental maupun sosial agar

bekas pecandu Narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosia dalam

kehidupan masyarakat

Diimdangkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang merupakan undang-undang baru ini tentu mempunyai

maksud dan tujuannya Adapun tujuan yang terdapat dalam Pasal 4 yang

berbunyi

49

Undang-Undang tentang Narkotika bertujuan

a Menjamin kelersediaiin Narkotika untuk kcpentingan peiayanan

kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

b Mencegah mclindungi dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari

penyalahgunaan Narkotika

c Memberanlas pcredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika dan

d Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi Penyalah

Guna dan pecandu Narkotika

Bentuk perlindungan terhadap korban dan pelaku kejahatan tindak

pidana narkotika di dalajn Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

disebutkan ada 2 (dua) macam yakni pengobatan dan rehabilitasi lerhadap

korban maupun pelaku Pada Pasal 53 ayat (3) tersebul di atas bahwa yang

dimaksud dengan buktl yangsah antara lain surat kctcrangan dokter

salinan resep atau labeletiket Selcngkapnya mengenai pengobatan

ditentukan dalam Pasal 53 yang berbunyi sebagai berikut

(1) Untuk kcpentingan pengobatan dan berdasarkan indikasi medis

dokter dapal memberikan Narkotika Golongan II atau Golongan III

dalam jumlah terbatas dan sediaan tertentu kepada pasien sesuai

dengan ketcnluan peraturan perundang-undangan

(2) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat ( I ) dapal memiliki

menyimpan danatau incmbawa Narkolika untuk dirinya sendiri

(3) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mempunyai bukti

yang sali bahwa Narkotika yang dimiiiki disimpan danatau dibawa

50

untuk digunakan diperoleh secara sail sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan

Mengenai rehabilitasi terhadap korban dan pelaku tindak pidana

kejahatan penyalahgunaan narkotika merupakan suatu kewajiban bagi

pemerintah dan instansi masyarakat Sebagaimana ketentuan dalam Pasal

54 bahwa Pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika

wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial Dalam Pasal 56

disebutkan juga bahwa

(1) Rehabilitasi mcdis Pecandu Narkotika dilakukan di rumah sakit yang

ditunjuk oleh Menteri

(2) Lembaga rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan oleh instansi

pemerintah atau masyarakat dapat melakukan rehabililasi medis

Pecandu Narkotika setelah mendapat persetujuan Menteri

Kemudian dipertegas kembali dalam Pasal 57 bahwa selain melaiui

pengobatan danatau rehabilitasi medis penyembuhan Pecandu Narkotika

dapat diselenggarakan oleh instansi pemerintah alau masyarakat melaiui

pendekatan keagamaan dan tradisional Salah satu tugas dan wewenang

Badan Narkotika Nasional adalah meningkatkan kemampuan lembaga

rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu Narkotika baik yang

diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat

Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 ini terdapat

pengecualian dalam hal luniutan pidana terhadap anak yang masih berada

di bawah umur Misalnya terdapat di dalam salah satu pasalnya yakni pada

51

Pasal 128 ayal ( I ) yang bcrbunyi Orang tua atau wali dari pecandu yang

belum cukup umur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) yang

sengaja tidak mciapor dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6

(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp 100000000 satu juta

rupiah) Tetapi di datam ketentuan tain yakni pada Pasal 128 ayat (2) dan

ayal (3) ditentukan bahwa anak yang masih di bawah umur tidak dapat

dituntut pidami selcngkapnya pasal tersebul berbunyi Pecandu Narkotika

yang belum cukup umur dan telah dilaporkan oleh orang tua atau walinya

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat ( I ) tidak dituntut pidana

(Pasal 128 ayat (2)) dan Pecandu Narkotika yang telah cukup umur

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) yang sedang menjalani

rehabilitasi mcdis 2 (dua) kali masa perawatan dokter di rumah sakit

danatau lembaga rehabilitasi medis yang ditunjuk oleh pemerintah tidak

dituntut pidana

Pada awalnya narkotika digunakan unluk kcpentingan umat

manusia khususnya untuk pengobatan dan peiayanan kesehatan Namun

dcngan semakin bcrkembangnya ilmu pcngclaliuan dan teknologi

peruntukan narkotika mengalami perluasan hingga kepada hal-hal yang

negatif

Di dunia kedokteran narkotika banyak digunakan khususnya

dalam proses pembiusan sebelum pasien diopcrasi mengingat di dalam

narkotika terkandung zat yang dapat mempengaruhi perasaan pikiran serta

kesadaran pusieti Oleh karena itu agar penggunaan narkotika dapal

52

memberikan manfaat bagi kehidupanurnat manusia maka pcredarannya

harus diawasi secara ketat sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 60 sampai

dengan Pasal 63 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang menyebutkan

Pasai 60 ditentukan bahwa

(1) Pemerintah melakukan pembinaan terhadap segala kegiatan yang

berhubungan dengan Narkolika

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meiipuli upaya

a Memenuhi ketcrsediaan Narkotika unluk kcpentingan peiayanan

kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi

b Mencegah penyalahgunaan Narkotika

c Mencegah generasi muda dan anak usia sekoiah

dalampenyalahgunaan Narkotika termasuk dengan memasukkan

pendidikanyang berkaitan dengan Narkotika dalam kurikulum

sekoiah dasarsampai lanjutan atas

d Mendorong dan menunjang kegiatan penelitian danatau

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di brdang

narkolika unluk kcpentingan peiayanan kesehatan dan

e Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis bagi

Pecandu Narkotika baik yang diselenggarakan oleh pemerintah

maupun masyarakat

53

Pasal 61 ditentukan baiiwa

(1) Pemerintah melakukan pcngawasan terhadap segala kegiatan yang

berkaitan dengan Narkotika

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi

1 Narkolika dan Prekursor Narkolika untuk kcpentingan peiayanan

kesehatan danatau pengembangan Hmu pengetahuan dan

teknologi

2 Alat-alat potensial yang dapat disaiahgunakan untuk melakukan

tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkolika

3 Evaluasi keamanan khasiat dan mutu produk sebelum diedarkan

4 Produksi

5 impor dan ekspor

6 Pcrcdaran

7 Pelabeian

8 Tnformasi dan

9 Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Pasal 62 berbunyi Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan

sebagaimana dimaksud dalam Pasai 60 dan pengawasan sebagaimana

dimaksiiddalam Pasal 61 diatur dengan Peraturan Pemerintah Dan dalam

Pasal 63 disebutkan bahwa Pemerintah mengupayakan kerja sama

dengan ncgara lain danatau badan intcmasional secara bilateral dan

multiialeral baik regional maupun internasional dalam rangka pembinaan

dan pengawasan Narkotika dan Prekursor Narkotika sesuai dengan

54

kcpentingan nasional

Berdasarkan biinyi beberapa pasa di atas mengenai pengawasan

terhadap pentingnya peredaran narkotika wajib diawasi secara ketat

dikarenakan saat ini pemanfaatannya banyak untuk hal-hal yang negatif

D i samping itu melaiui perkembangan teknologi informasi dan

komunikasi penyebaran narkotika sudah menjangkau hampir ke semua

wilayah di Indonesia hingga ke pelosok-pelosok Daerah yang sebelumnya

tidak pcrriah tersentuh oleh peredaran narkotika lambat laun berubah

menjadi sentra peredaran narkotika Begitu pula anak-anak yang pada

mulanya awam terhadap barang haram ini telah berubah menjadi sosok

pecandu yang siikar untuk dilepaskan ketergantungannya

Sebelum Iahimya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

mengenai narkotika diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997

tentang Narkotika namun undang-undang ini tidak dapat dipertahankan

lagi keberadaannya karena adanya perkembangan kualitas kejahatan

narkotika yang sudali menjadi ancaman serius bagi kehidupan umat

manusia Pengguna narkotika sangat beragam dan menjangkau semua

lapisan masyarakat mulai dari anak-anak hingga orang dewasa orang

awam hingga artis bahkan hingga pejabat publik

Efek negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan narkotika secara

berlebihan dalam jangka waktu lama serta tidak diawasi oleh ahlinya

dapat

menimbulkan berbagai dampak negatif pada penggunanya baik secara

55

fisik maupun psikis Bahkan tidak janing penggunaan narkotika dapat

memicu terjadinya berbagai tindak pidana Karena itu untuk mencegah

semakin mcluasnya dampak negalif yang ditimbulkan dari penggunaan

narkotika maka pengawasan tidak hanya terbatas pada peredaran

narkotika tetapi juga pada mereka yang menjadi korban misalnya

sescorang yang menderita ketergantungan narkotika (pecandu) Apabila

seorang pecandu narkotika telah divonis bcrsalah oleh hakim atas tindak

pidana narkotika yang dilakukannya maka untuk memberikan kesempatan

pada yang bersangkutan agar tcrbebas dari kecanduaniiya maka hakim

dapat mcmutuskan untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani

pengobatan danatau perawatan

Pengobatan dan perawatan terhadap pecandu narkotika dilakukan

melaiui fasilitas rchabilitasi Rcliabilitasi medis dan sosial yang diberikan

kepada pecandu dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan

kemampuan fisik mental dan sosialnya Selain pengobatan dan perawatan

melaiui rehabililasi medis proses penyembuhan pecandu narkotika dapat

diiaksanakan oleh masyarakat melalul pendekatan keagamaan dan

tradisional

Sebagai conloh di Pakem Sleman Yogyakarta telah didirikan

sualu kliiiik alau Pusat Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkotika

Psikolropika dan Zal-zat Aditiflainnya (NAPZA) Terpadu yang didirikan

atas kerjasania Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dan

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang diresmikan pada tanggal 7

56

Desember 2005 Tujuan umum pendiriaii pusat rehabilitasi terpadu ini

adalah untuk memberikan jaminan penanganan paripurnakepada korban

penyalahgunaan Napza melaiui aspek hukum aspek medis aspek sosial

aspek spiritual serta pengembangan pcndidikan dan pelatihan dalam

bidang NAPZA secara terpadu sedangkan tujuan khususnya adalah

1 Terhindarnya korban dan instilusi dan penelrasi pengedar

2 Terhindarnya kerusakan mental dun masa depan para penyalah guna

Napza yang akan mcmbtinuh potensi pengembangan mereka

3 Terhindarnya korban-korban baru akibat penularan penyakil-penyakit

seperti Hepatitis HIVAIDS dan penyakit menular lainnya

4 Terwujudnya proses pengembangan penanganan korban NAPZA dan

aspek ilmiah serta keiimuan yang dinamis sesuai perkembangan zaman

sebagai pusat jaringan informasi terpadu dan mewujudkan teknis

penanganan penyalahgunaan narkotika dan obat-obalan terlarang bagi

daerah sekitamya maupun nasional

Pemberian perlindungan kepada korban narkotika lentil tidak dapat

dibebankan sepenuhnya kcpada pemeriiilah peran serta masyarakat pun

diharapkan ada salah salunya diterimanya kembali mantan pani pengguna

dalam lingkungannya tanpa melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya

diskriminatif bahkan dengan mcmposisikan mereka sebagai warga keias

dua yang harus dljauhi

Bentuk periindunganyang diberikan terhadap pelaku maupun

Dikdik M ArilMansur dan tUisUiris Guitom loa cil hal 90

57

korban penyalahgunaan narkolika dan psikotropika daiambentuk

rehabilitasi

Rehabilitasi adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang

dilujukan kepada pemakai narkolika dan psikotropika yang sudah

menjalani program kuratif Tujuannya agar pelaku tidak memakai lagi

dan bebas dari penyakit ikutan yang disebabkan oleh bekas pemakaian

narkotika dan psikotropika

3 Tahapan-tahapan rchabilitasi terhadap self-victimizing victims

Tahapan-tahapan rehabilitasi terhadap self-victimizing victims atas

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika yang ada di Indonesia tidak

sama Ada yang menekankan rehabilitasi hanya pada aspek medis ada

pula yang lebih menekankan pada aspek rohani Atau memadukan kedua

pendekatan tersebut dengan komposisi yang seimbang Yang ideal

rehabilitasi seorang korban narkotika dan psikotropika harus dilakukan

secara holisitik baik secara fisik psikis maupun kerohaiiiannya

1 Tahapan pengobatan (rehabilitasi)

Secara umum ada beberapa tahapan yang harus dilewati

Masing-masing tahapan tersebut memakan waktu bervariasi ada yang

seminggii sebulan dan bahkan berbu lan-bulan tcrgantung tingkat

ketergantungan tekad korban dan juga dukungan berbagai pihak

terutama keluarga dalam seluruh proses tersebut Setiap tahapan

Subagjo PiirloUiharjo Loc cU hal 105 ^ E M Giri Prastowo loc cil hal 28 -29

58

tersebut disusun dan dibuat untuk inenganlar pasien secara bertaiiap

melepaskan dari ketergantungan narkotika dan psikotropika Beberapa

tahapan rehabilitasi ini yang disajikan berikut sudah Icruji dapat

menyembuhkan atau memulihkan korban narkotika dan psikotropika

secara maksimal

a Tahapan transisi

Penekanaii dalam tahap ini lebih kepada informasi awal

tentang korbanseperti

1) Latar belakang korban

2) Lama ketergantungan

3) Jenis obat yang dipakai

4) Akibat-akibat ketergantungan dan

5) Berbagai inlbrniasi lainnya

Hal ini penling sehingga pada saatnya akan menjadi acuan

bagi pihak yang terlibat secara intensif dalam proses rehabilitasi

Ahl i yang berkompeten (dokter) akan menganaiisa tingkat

ketergantungan korban untuk kemudian meneniukan tingkat

pengobatan dan tingkat pembinaan bagi si korban schingga terapi

dan metode pengobatan bisa dilakukan secara terukur

Tahapan ini Juga dapat dijadikan rujukan untuk meneari

model rehabilitasi yang paling tepat bagi yang bersangkutan Pada

tahap ini tim rehabilitasi akan membantu korban agar menyadari

dirinya sedang menghadapl masalah ketergantungan narkotika dan

59

psikotropika Korban diajak untuk bersama-sama mengatasinya Hal

ini penting karena proses rchabilitasi tidak akan berhasil tanpa

adanya kesadaran korban tentang adanya bahaya yang dihadapinya

Dari situ akan dibangun tekad dan komitmennya untuk

meninggalkan narkotika dan psikotropika

Selain itu pada tahapan ini akan diteliti akibat fisik dari

penggunaan narkotika dan psikotropika Sejauh mana tingkat

kerusakan syaraf dan organ-organ tubuhnya yang rusak Unluk itu

diadakan pemeriksaaii laboratoriumiengkap dan tes penunjang untuk

mcndeteksi penyakit yang diderita korban A[)abia dalam

pemeriksaan ditemukan satu atau beberapa penyakit maka terlebih

dahulu diadakan pengobalan medis sebelum penderita mendapat

proses rehabilitasi lanjutan Langkah ini penting selain agar tubuh

yang bersangkutan bebas dari penyakit juga untuk mencegah

terjadinya penularan balk kepada korban narkotika dan psikotropika

ini diadakan pembersihan darah pada tubuh pecandu sehingga darah

menjadi bersih dan sistem metabolisme tubuh kembali normal

Proses ini dapat dilakukan melaiui cara-cara berikut

1) Cold Turkey abrupt withdrawal) yaitu proses penghentian

pemakaian narkotika dan psikolropika secara tiba-tiba tanpa

disertai dengan substitusi antidotum

2) Bertaliap atau substitusi bertahap misalnya dengan kodein

^Ibidhal 30

60

methadone CPZ atau clocard selama i -2 minggu

3) Rapid Detoxification dilakukan dengan anestesi umum (6-12

jam) dan

4) Simtomatik tergantung gejala yang dirasakan

2 Rehabilitasi intensif

Setelah melewati masa transisi (pengumpulan informasi tentang

keadaan korban dan latar belakangnya) baru masiik pada fase

berikutnya yakni proses penyembuhan secara psikis Motivasi dan

potensi dirinya dibangun daiam tahap ini Korban diajak untuk

menemukan dirinya dan segala potensinya sambil juga menyadari

berbagai keterbalasannya Bahwa untuk mengatasi masalah hidup yang

bersangkutan tidak perlu harus mengkonsumsi narkotika dan

psikotropika Narkotika dan psikotropika justru menciptakan masalah

baru yang jauh lebih besar dalam hidupnya Narkotika dan psikotropika

bukanlah solusi tetapi menjadisumber masalah Pada tahap ini berbagai

contoh dapat dipcrlihatkan kepada korban

Yang terlibat di dalam tahap ini yang utama adalah korban itu

sendiri sebagai pelaku self-victimizing victims) Korban harus punya

tekad untuk hidup tanpa narkotika dan psikotropika Korban harus bisa

menatap masa depan dengan penuh optimisme Selain yang

bersangkutan peranan keluarga (orang liia dan saudara-saudaranya

suami atau istri) juga sangal pcnling Anggota keluarga ini harus secara

intensifmendampingi dan jnenopang korban

61

Staf di paiiti rehabilitasi para konselor psikolog dan semua

pihak di panti rehabilitasi untuk bersama-sama mcmbangun

kepercayaan diri korban Seluruh proses ini membutuhkan waktu

berbulan-bulan bahkan selama bertahun-tahun tergantung tingkat

ketergantungan dan efeknya bagi korban Berbagai terapi yang

dilakukan selama dalam tahap ini baik yang dilakukan secara pribadi

maupun bersama-sama lewat berbagai aktivitas di panti rehabilitasi

tersebut bertujuan untuk memberdayakan kembali korban yang disekian

lama telah terpuruk oleh narkolika dan psikotropika Sebagai langkah

awal untuk sosialisasi diri dengan masyarakat korban juga secara

bertahap mulai mcmbangun komunikasi dengan orang lain di Iuar

komunitas rehabilitasi

Menurut Romo Lambertus Somar MSG dalam bukunya

Rehabilitasi Pecandu Narkotika dan Psikotropika pada tahap ini ada

tiga titik yang harus dilewati yang lebih dikenal dengan tahapan

stabilisasi pribadi yailu^

1 Secara sadar dan tekun melepaskan diri dari berbagai penyakit dan

akibatakibat lainnya (no to drugs) Tahap ini merupakan tahap

stabilisasi awai atau tahap konsolidasi (comolidation)

2 Menemukan jati diri menguasai kiat-kiat dan keterampilan-

keterampilan untuk menyehatkan serta mengisi hidup secara lebih

bermakna dan bermulu Latihan keterampilan vokasional (kerja) dan

E M Giri Praslowo Loc cil hal 32

62

peiigungkapan diri dari dimulai dibina sebiiigga disebul juga (afiap

pengukuan diri (jyerwtuil appraisal) Inilah lahap slabilisasi

niericiigah (inadya)

3 Dengan inisiatif pribadi orang secara sadar mulai berfikir dan

bertindak untuk mencapai prestasi-prestasi tertentu schingga disebut

juga tahap positive thinking and doing Tahap ini merupakan tahap

stabilisasi akhir

4 Tahap rekonsiliasi Tahapan berikut yang harus dilewati dan sangat

vital adalah tahap rekonsiliasi Tara korban tidak langsung

herinlcraksi secara bebas dcngan masyarakat akan tctiipi lerleblh

dahulu ditampung di sebuah lingkungan khusus selama beberapa

waktu sampai pasien benar-benar siap secara mental dan rohani

kembali kelingkungannya semula Yang paling ulama dalam fase ini

adalah pembinaan mental spiritual keimanan dan ketakwaan serta

kcsepiikatan sosial kemasyarakaian Proses ini bisa meliputi program

pembinaan jasmani dan rohani

Sampai ke tahap ini yang bersangkutan masih tcrikat dengan

rehabilitasi foimal namun sudah mulai membiasakan diri dengan

masyarakat Iuar sehingga merupakan proses resosialisasi (reentry) atau

penyesuaian (reconcilialion) Proses ini melewati tiga titik penting juga

yaitu

1 Tinggal lebih sering dan lebih lama di lingkungan keluarga sebagai

63

teiiipal tinggal tetap atau pun tempat tinggal transit unluk

resosialisasi sambil mclaiijiitkan kegiatan pilihan sebagai penunjang

masa selanjutnya Di sini terjadi perdamaian dan penycsuaian-

penyesuaian kembali dengan lingkungan

2 Rencana masa depan yang jelas dan siap direalisasikaii dengan

dukungan keluarga atau pihak-pihak lain Pada tahap ini korban

dapat memulai aktivitasnya lagi seperti sekolahkuliah mulai bekerja

atau merintis usaha sendiri

3 Kontak awal dengan kelompok-keiompok atau program-program

pemeliharaan lanjut aftercare) Di sini orang meiierima dirinya

seperti apa adanya merasa puas lalu mempercayakan dirinya ke

tangan orang lain

4 Pciiieliharaaii Lanjut Pada tahap ini walaupun secara fisik yang

bersangkutan sudah dinyatakan seliul dan secara psikis pun sudali

pulih namun masih ada kcmungkinan mereka akan tergclincir

kembali icbihlebih saat mereka sedang menghadapl masalah Pada

saat itu bisa Jadi mereka bemostagia dengan menikmati narkolika

dan psikotropika Saat ini juga niwaii Karena itu setiap korban yang

niemasuki tahap inidipersiapkaii sungguh-sungguh agar dapal

melewati dan mengatasi sUuasi rawan ini dengan melewati tiga titik

ini yakni

a Mengubah menghilangkan aUiu menjauhi hal-hal yang bersifat

bid hul 34

64

nostaigia kesenaiigan narkolika dan psikolropika

b Setiap mengikuti program-program dan aeara-acara aftercare

(pemeliharaan lanjut) dan

c Dapat juga mcUbatkan diri dalam gerakan atau kelompok bersih

narkoba dan peduli penanggulangannya

BAB IV

PENUTUP

A Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dipaparkan tersebut di atas peneliti

memberikan beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap

permasalahan di dalam penelitian ini sebagai berikut

Di antara berbagai faktor yang dapat mempengaruhi seseorang atau

individu menyalahgunakan narkotika atau psikotropika terdapat faktor

yang paling duininan yakni laktor yang bersumber dari keadaan keluarga

dan lingkungan bukan karcnn faktor individunya Karena faktor keluarga

yang buruk dan lingkungan yang juga buruk dan saling mendukung dapat

mempengaruhi individu menjadi pelaku lindak pidana penyalahgunaan

narkolika dan psikotropika tersebut dengan kata lain faktor keluarga dan

lingkungan yang buruk ini membuka kesempatan kcpada seseorang untuk

merasakan pergaulan dengan narkotika atau psikotropika sehingga dapal

menimbulkan ketergantungan terhadapnya

2 Perlindungan lerhadap korban narkotika- jika dihubungkan dengan

beberapa teori pemidanaan dalam perspektif Undang-Undatig Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika yang baru terdapai keseimbangan antara

perlindungan terhadap pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana

bahwa berdasarkan sanksi baik pidana maupun denda yang terdapat dalam

undang-undang ini sangatlah bcrat-bcnil dan tegas Ini berarti bahwa

65 bull

66

undang-undang narkotika yang baru tersebut lebih mementingkan korban

dari pada pelaku kejalialan narkotika Mengingat bahwa dcngan adanya

pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan ktgtrban semakin

banyak yang berjatuhan seliingga daripada korbannya anak bangsa yang

memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara Indonesia

maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-beratnya

terhadap si pelaku lindak pidana narkolika bahkan pidana mati atau

seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-

undang yang baru ini juga diatur mengenai rchabilitasi terhadap korban

baik korban yang diakibatkan oleh orang lain niaiipim karena self

victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku ilu

sendiri

Saran

Adapun yang menjadi saran peneliti di dalam penelitian ini yang

menjadi harapan untuk dipcrliatikan bersama adalah sebagai berikut

1 Diharapkan bagi setiap keluarga untuk menjaga keharmonisan melakukan

pengawasan dan mcnanainkan pcndidikan yang benar terutama dalam lial

menyeimbangkan antara emosi inteligensi dan spritual sejak dari din

terhadap anak sebagai benteng terhadap dirinya untuk dapat membentengi

dari pengaruh narkotika dan psikotropika yang semakin mengancam

keadaan lingkungan masyarakat

2 Diharapkan terhadap pemerintah untuk melakukan sosialisasi yang

teriiitegrasi dan menyeluruh terhadap semua lapisan masyarakat baik

67

masyarakat di pedesan (primitlf) maupun masyarakat kota betapa besamya

sanksi pidana dan denda yang digariskan di dalam undang-undang

narkotika dan psikotropika misalnya dcngan mcmpublikasikannya dalam

bentuk billboard di pcrsiinpangan jalan sehingga setiap orang yang lewat

dengan secara otomatis masyarakat akan inengelaliuinya dan

berkemuiigkiiian orang yang membacanya setidaknya tlmbul rasa takut

untuk terjun ke dalam penyalahgunaaan narkotika dan psikotropika

tersebut

D A F T A R PUSTAKA

A Bukii

Arrasjid Chainur Sualu Pemikiran Tentang Psikologi Kriminil Mcdan Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU 1999

Gerson Bawengan Penganlar Psichology Kriminil Jakarta Pradya Pramita 1973

Gosita Arif Masalah Korban Kejahatan Jakarta Akademika Pressindo 1993

Hakim M Ariel Narkoba Bahaya dan Penanggulangannya Bandung Jembar 2007

Hawari Dadang Konsep islam Memerangi AIDS dan NAZA Get X i Yogyakarta Dhana Baktl Priaya 1997

Kaligis OC dan Soedjono Dirdjosisworo Narkoba dan Peradilannya di Indonesia (Retbrmasi Hukum Pidana Melaiui Perundangan dan Peradilan) Bandung PT Alumni 2002

Kartono Kartini Psichology Abnormal Bandung Alumni 1972

Mansur Dikdik M Arif dan Elistaris Guitom Urgensi Perlindungan Korban Kejahalan Antara Norma dan Reaiita Bandung Agustus Fakultas Hukum Universitas Padjajaran 2006

Mardani Penyalahgunaan Narkoba Daiam Perspeklif Hukum islam dan hukum Pidana Nasional Jakarta IH RajuGrufindoPersado 2007

Marpaung Leden Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005

Moelyono Anton M Kumus Besar Bahasa Indonesia Get 11 Jakarta Balai Pustaka 1988

Muladi HAM Dalam Persepkiif Sistem Peradilan Pidana dalam Muladi (ed) Hak Asasi Manusia Hakekal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat Bandung Refika Aditama 2005

dan Barda Nawawi Arlef Bunga Rampai Hukum Pidana Bandung Alumni 1992

Partodiharjo Subagyo Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannyai Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2003

Ioyk Fanny Jonathans Sehiiah Kesehatan Narkoba Sayonara Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2006

Prastowo EM Giri Rehabilitasi Bagi Korban Narkoba Tangcrang Visimedia 2006

Prodjodikoro Wirjono Asas-asas Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005

Roeslan Saieh Stelsel Pidana Indonesia Jakarta Bina Aksara 1987

Soedjono D Segi Hukum Tentang Narkolika di Indonesia Bandung Karya Nusanlara 1977

Hukum Narkolika Indonesia Bandung PT Citra Adtya Baktl i 990

Soekanto Soerjono dan Sri Mumadjj Penelitian Hukum Normalif Suatu Tijnjauan Singkat Jakarta Rajagrafindo Persada 2001

Sudarsono Kenakalan Remaja cet Ii Jakarta Rineka Cipta 1992

Tom dkk Bahaya NAPZA Bagi Pelajar Bandung Yayasan Al-Ghifari Morgan 1999

Tim BNN Materi Advokad Pencegahan Narkoba Jakarta Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia 2005

Yustisia Himpunan Peraturan Pemndang-Undangan Anti Narkoba diterjenialikuii oleh Tim iustaka Yuslisia Yogyakarta iuslaka Yustisia 2006

Waluyo Bambang Penelitian Hukum dalam Prakiek Jakarta Sinar Grafika 1996

Wcda Made Darma Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korporasi dalam niingti Rampai Viktimisasi Bandung Eresco 1995

B Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Pasal 152

Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika22Tahun 1997 tentang Narkotika

Keppres Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkolika Nasional

CInternet

htlpwwwbnngoidportalbariiiiorlalkQnlenpltpniima^Prorilampop^visi niisiamp tnn=lamp diakses tcrakiiir tanggal 13 November 2014

httpthed03hlogspoteom2008l Ohukuiii-viktimolQgihtmk diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014

httpwwwikonbaliorg26062Q(19advokasipctisi-ikon-bali-segera-tcrapkan-semahtml Petisi Ikalan Korban Napza (IKON) dalam rangka menyambut Hari Anti Narkotika (HANI) dan Hari Anti Penyiksaan 2009 diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014

httpwwwsurnekscoidindexphp7pption=^om cpntentampview=articleampid=^1405 2010-kej ati-baru-terapkan-uu-no-3 52009ampcatid=44 ilir-barat-i-bukit-keciIampUemid=94 diakses lerakJiir tanggal 12 Desember 2014

httpidsbvoongcQmexact-sciencesl8Q8652-getielika-dan-keiahatan Faktor Genetik Penyebab Kejahalan diakses terakhir tanggal 10 jaiiuari 2014

httpwwwasiasecuritiescoidsys 12ximagesstories201QEqtiitv2Q Pdf diakses terakhir tanggal 10 Januari 2014

LAMPIRAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

F A K U L T A S HUKUM

K A R T U AKTIVITAS BIMBINGAN SKRIPSI

N A M A MAHASISWA DIANA SAPUTRA

N O M O R INDUK MAHASISWA 50 2011 059

P R O G R A M STUDI I L M U H U K U M

PROG K E K H U S U S A N H U K U M PIDANA

P E M B I M B I N G M S O L E H IDRUS SHMH

l U D U L SKRIPSI P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T U N D A N G U N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I

KONSULTASI

K F -

MATERI YANG

DIBIMBINGKAN

PARAF

PEMBIMBING K E T

luymdash

y^ ^ Tlt2 N ^

7 M e

fSUL

k ^

CATATAN MOHON DIBERI WAKTU MENYELESAIKAN SKRIlSl RUiAN SEJAK TANGGAL DIKELUARKAN DITETAIKAN

DIKELUARKAN DI PALEMBANG PADA TANGGAL KETUA BAGIAN

JUDUL P E N Y A L A H G U N A A N N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG UNDANG N O M O R 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I

P E R M A S A L A H A N 1 Apa yang menjadi faktor tcrjadinya penyalaJigunaan narkotika dan psikotropika

2 Bagaimana pengaturan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspektif victimologi

B A B l P H N D A I i U L U A N A Latar Belakang B Permasalahan C Ruang Lingkup dan Tujuan D Metode Penelitian E Sistematika Penulisan

B A B 11 T I N J A U A N PUSTAKA

A Pengertian penyalahgunaan B Pengertian victimologi C Ruang lingkup victimologi D Jents dan penggolongan narkotika dan psikotropika E Undang Undang yang mengatur tentang narkotika

dan psikotropika

BAB I I I PEMBAHASAN A Faktor yang menyebabkan terjadinya

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika

B Penyalahgunaan narkotika dan psikolropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspeklif victimologi

BAB IV PENUTUP A Kesimpulan

B Saran-saran

DAF1AR PUSTAKA

L A M P I R A N - L A M P I R A N

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM

Lampiran Perihal Kepada

Sistematika penulisan (Outline) Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi YUi NUR HUSNI LMILSON SHSpNMH

Pembimbing Akademik Fakultas Hukum UMP dl-Palembaniz

Assalamualaikum WrWb

Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama DIANA SAPU I RA

Program Kekhususan Flukum Pidana

fada semester Lianjil tatiun kuliati 2UI42UI5 sudah menyelesaikan betian studi yang meliputi MPKMKKMKBMPBMBB (139 sks)

Dengan ini mengajukan pcrmohonan untuk penelitian Hukum dan Penulis Skripsi dengan judul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG-UNDANG N O M O R 35 T A H U N 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I

Demikianlah atas perkenaan Ibu diucapkan terima kasih

Wassalamualaikum WrWb

NIM 50 2011 059 Ilmu Hukum Program Studi

Palembang September 2014 Pemohon ^^--^5

Rekomendasi PAYbs

Pembimbing Akademik

HUSNI EMHSON SH SpN MH

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM

REKOMENDASI DAN PEMBIMBING SKRIPSI

Nama Nim Program Study Program Kekhususan Judul skripsi

DIANA SAPUTRA 50 2011 059 Ilmu Hukum Hukum pidana PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI

I Rekomendasi Ketua Bagian a Rekomendasi

b Usulan Pembimbing

Hukum Pidana

raiemoang iepiemt)er zu 14 KetuaJBagu

LuuTiiiAKNurCsHrR^

I L Penatapan Pembimbing Skripsi Oleh Wakil Dekan I

1 2

Palembang September 2014 Wakil Dekan I

- i poundL Dr Hj SRI S U L A S T R I SH M H

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah i n i Nama Tempat Tanggal Lahir N I M Program Studi Program Kekhususan

DIANA SAPUTRA PetransJaya 15 Januari 1992 502011059 Ilmu Hukum Hukum Pidana

Menyatakan bahwa karya ilmiah skripsi saya yang berjudul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANGshyU N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F VICTIMOLOGI

Adalah bukan merupakan karya tulis orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali daiam bentuk kutipan yang telah kami sebutkan sumbemya

Demikianlah surat pemyataan ini kami buat dengan sebenar-benamya dan apabila pemyataan ini tidak benar kami bersedia mendapatkan sanksi akademis

Palembang September 2014

PERMOHONAN UNTUK MENGIKUTI SEMINAR PROPOSAL

Palembang Oktober2014 Perihal Mohon untuk diiaksanakan seminar

Proposal Penelitian Skripsi

Kepada Yth Ibu Luil Maknun SH MH Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang D i -

Palembang

Assalamualaikum Wr Wb Saya yang bertanda tangan dibawah Ini Nama DIANA SAPUTRA

NIM 50 2011 059

Program Kekhususan Hukum Pidana

Bahwa yang bersangkutan telah layak untuk mer^ikiuti Seminar Proposal rencana penelitian skripsi yang judul PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI

Mohon kiranya yang bersangkutan untuk dijadwalkan mengikuti Seminar Proposal usul Penelitian Skripsi

Demikianlah disampaikan untuk dipertimban^Lan Wassalamualaikum Wr Wb

Pembimbing Skripsi

M SOLEH IDRUS3HMS

H A L A M A N P E R S E T U J U A N U N T U K M E N G I K U T I S E M I N A R P R O P O S A L

Nama DIANA S A P U T R A

N I M 50 2011059

Program studi Ilmu Hukum

Program kekhususan Hukum Pidana

Judui Penelitian PENYALAHGUNAAN N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A

MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI P E R S P E K T I F VICTIMOUHH

Palembang Oktober2014 Disetujui Pembimbing

M S O L E H IDRUSSH MS

Ketua Bagian Hukum Pidana

LuU MaknunSH M H

Page 14: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si

5

Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Oleh sebab itu

maka judui yang dipilih unluk diteliti dalam penelitian adalah

Penyalahgunaan Narkotika dan Pstkolropka Menurut Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 Dari Perspektif Victimologi

B Perumusan Masalah

1 Apa yang menjadi faktor faktor yang menyebabkan terjadinya

2 Bagainiana pengaturan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika dan

Psikotropika daiam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dari perspektif

victimology

C Ruaug lingkup daii tujuan

Ruang lingkup

Secara umum ruang lingkup skripsi ini untuk mengetahui apa yang

menjadi faktor faktor terjadinya penyalahgunaan narkobadan

penyalahgunaan norkoba menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari

perspektil victimologi

Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan penulisan ini adaiah

sebagai bfrikut

1 Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya

penyalahgunaan Narkoba

2 Untuk mengetahui pengaturan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika

dan Psikotropika dalam Undang-Undang Nomor 35 Talum 2009 dari

penyakiligunaanTiarkotika dan psikotropika

6

perspektif viAimo(gtg[

E Metode rcncHtl

Untuk memperoleh data yang kongkril sebagai pcdoman dalam

penulisan skripsi ini maka penulis menggunaan metode sebagai berikul

1 Metode pclaksanaan penelitian

dalam pclaksanaan ini penulis menggunaan metode penelitian hukum

normatif yang bersifal diskriftif dengan menggunaan dala skunder

Penelitian nukum norkatif ini merupakan penelitian kcpustakaan yaitu

penelitian terhadap dala skunder yang iiiempuiiyai ruang lingkup meiipuli

surat sural fakta fakta sampai pada dokumen - dokuincn resmi yang

dikeluarkan oleh instansi lerkait

2 Metode pcngiimpulun data

Pengumpulan data meiiipunyai hubungan yang eral dengan sumber data

karena dcngan pengumpulan dala akan diperoleh data yang dipcrlukan

untuk selanjutnya dianalisis sesuai dengan yang diinginkan Dalam usuha

pengumuian dala dala yang relevan dengan judul ini penulis

menggunakan metode normatif diskriplif dengan menggunakan data

skunder yang berbentuk dokumcntasi

3 Tehnik pcngolahan data

Dilakukan dcngan cara nnalisis isi terhadap teksural untuk selanjutnya

dikoniruksikan dalam suatu kesimpulan

7

Sislemutika [cnulisiin

Penelitian ini dibuul berdasarkan sistematika penulisan di dalam

penelitian ini peneliti mcmbaginya dalam empat bagian yailu

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan bab pendahuluan yang menguraikan mengenai hal-hal

berkaitan dengan Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan

dan Maniaat Penclilian Kcaslian Penelitian Tlnjaiian

Kcpustakaan Pengertian Penyalahgunaan Pengertian

Viclimologi Ruang Lingkup dan Manfaat Viclimologi Jenis dan

Penggolongan Narkotika dan Psikotropika Metode Penelitian

dan Sistematika Penulisan

BAB U TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bagian ini menguraikan yaitu mengenai pengertian tentang

penyalahgunaan pengertian tentang ruang lingkup viktimologi

pengertian tentang narkotika dan jcnis-jcnis narkolika

BAB Hi PEMBAHASAN

Merupakan bab yang membahas mengenai hal-hal yang berkaitan

dengan Pengaturan Sanksi Pidana lerhadap Penyalahgunaan

Narkotika dan Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Ditinjau dari Perlindungan Terhadap Korban dan

Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Self

Victimizing Victims

8

BAB IV K E S I M P U L A N DAN SARAN

Bab ini memuat beberapa kesimpulan dan saran yang dibuat

peneliti sebagai hasil dari pembahasan dun penguraian di dalam

penelitian ini dari keseluruhan permasalahan yang ada

DAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A Pengertinn Pcnyalaliguiiaan

Penyalahgunaan dimaksudkan dalam penclilian ini adalah

penyalahgunaan terhadap narkotika dan psikolropika Dimana bahwa

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika ini diambil dan dipersainakan

dcngan pengertian penyalahgunaan narkoba seperti yang disebutkan Lutfi

Braja yakni memberikan pembatasan mengenai penyalaiiguiiaaii yaitu

Pemakaian narkoba di iuar indikasi medik tanpa petunjuk atau

resep dokter dan peinakaiannya bersifat patologik

(menimbulkan kelainan) dan menimbiilkan humbutan dalam

aktifitas di rumah di sekoiah atau di kampus tempat kerja dan

lingkungan sosial Ketergantungan narkoba adalah kondisi yang

kebanyakan diakibatkan oleh penyalahgunaan zat yang disertai

dengan adanya toleransi zat (dosis semakin tinggi) dan gejala

putus zal

Permasalahan penyalahgunaan mengakibatkan dampak yang sering

terjadi di tengah-tcngah masyarakat dari penyalahgunaan narkolika dan

psikotropika antara lain merusak hubungmt kekeluargaaii menurunkan

kemampuan belajar dan produktifitas kerja secara drastis sulit membedakan

mana perbuatan baik dan perbuatan buruk perubahan pcrilaku menjadi

Mardani Op 01 lial 2

9

10

pcrilaku anti sosial (pcrilaku maladaptil) gangguan kesehalan (fisik dun

mental) mempertinggi jumlah kecelakaan lalu lintas tindak kekerasan dan

kriniinuliLis lainnya

Dari kata penyalahgunaan menandakan bahwa Narkotika dan

Psikotropika tidak selalu bermakna negatif Dcngan begitu narkotika dan

psokitropika yang digunakan dengan baik dan benar oleh dokter untuk

mengobati pasiennya lidak tennasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang

disaiahgunakan Di dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA

(Narkotika Psikotropika dan Zat Adit i f Lainnya)

B Pengertian Victiimlogt

Pada dasarnya perkembangan ilmu pengetahuan tentang korban

kejahalan (viktimologi) lidak dapat dipisahkan dari iahimya peiiiikiraii-

pemikiran brilian dari Hans von Hentig seorang ahli kriminologi pada talum

1941 serta Mendelsohn pada tahun 1947 Pemikiran dari kedua ahli ini

sangat mcmpengaruhi setiap fase perkembangan viktimologi Perkembangan

viktimologi hingga sampai pada keadaan seperti sekarang tentunya tidak

terjadi dengan sendirinya namun telah meiigalami berbagai perkembangan

yang dapai dibagi dalam 3 (tiga) fase sebagai berikut

a iada tahap peitama viktimologi hanya meinpclajari korban kejahatan saja

pada fase ini dikatakan sebagai pehdl or special vtciimolo^

b Pada lase kedua viktimologi tidak hanya mengkaji masalah korban

Oadang Huwari Konsep Islam Memerungt AIDS dan NAA Cel XI (Ycgvakarta Ohaiiii iiakli Idaya 1997) hal 153 Made Danaa Wi da Op cil hal 200

kejahalan tetapi juga meiipuli korban kecelakaan Pada fase ini disebut

sebagai general victimology

c Fase ketiga Vikt imologi sudah berkembang lebih luas lagi yaitu mengkaji

permasalahan korban karena penyalahgunaan kckuasaan dan hak-hak asasi

manusia Fase ini dikatakan sebagai new viciimology

Berdasarkan pengertian di atas nampak je las bahwa yang menjadi

obyek pengkajian dari viktimologi diantaranyu pihak-pihak mana saja yang

terlibat atau mcmpengaruhi terjadinya suatu viktimisasi kriminal

bagaiinanakah respon terhadap suatu viktimisasi kriminal faktor penyebab

terjadinya viktimisasi kriminal bagaimanakah upaya penanggulangannya

dan sebagainya

C R u a i i g L i n g k u p Victimologi

Vikt imologi mencliti topik-topik teiilang korban scperti peranan

korban pada terjadinya kejahatan hubungan antara pelaku dengan korban

rentannya posisi korban dan peranan korban dalam sistem peradilan pidana

Selain itu menurut Muladi viktimologi merupakan suatu studi yang bertujuan

untuk

1 Menganaiisa berbagai aspek yang berkaitan dcngan korban

2 Berusaha untuk memberikan penjelasan sebab musabab terjadinya

vikt imisasi dan

3 Mengembangkan sistem tindakan guna mengurangi penderitaan manusia

^Suryono Ekolaina ST Harum Pudjianlo RS dan G Wiraiama Abortus Iruvocalus Ba^ Korban Perkosnan Persxkif Viktimologi Kriminologi Jan Hukum Pidana Edisi PcrUtma Culakari lurlunii (Jakiiria Univcrsilas AlmaJaya 2001) liul 174 ^ibidMl I7()

12

Menurut JE Sahetapy ruang lingkup Viktimologi meliputi bagaimana

sescorang (dapat) menjadi korban yang ditentukan oleh suatu victimity yang

lidak selaiu berhubuiigan dengan masalah kejahatan termasuk pula korban

kecelakaan dan bencana alam selain dari korban kejahatan dan penyalah

gunaait kekuasan^ Namun dalam perkembangannya di tahun 1985

dipeiopori oleh Separovic yang mempelopori pemikiran agar Viktimologi

khusus niengkaji korban karena adanya kejahatan dan penyalahgunaan

kckuasaan dan tidak mengkaji korban karena musibah alau bencana alam

karena korban bencana alam di iuar kemauan manusia out of mms will)

D Jenis dan Penggolungan Narkotika dan Psikotropilta

Dari kata penyalahgunaan narkoba menandakan bahwa narkoba tidak

selalu beimakna negatif Dengan begilu narkolika dan psokitropika yang

digunakan dengan balk dan benar oleh dokter unluk mengobati pasiennya

tidak termasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang disaialigLmakan Di

dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA (Narkotika Psikolropika

dun Zat ditir Lainnya) Dalam penelitian ini hanya dibahas tentang

narkotika dan psikolropika maka sebelumnya dipaparkan terlebih dahulu

berbagai jenis narkotika dan psikotropika sebagai berikut

a) Narkolika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari lanaman atau

TbUi Miiiadi HAM Halam Persepkiif Sislem Peradilan Pidana datam Muladi (cd) Hak Asas) Manusia Hakclal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspeklif llukum dan Masyarakat (Bandung Refikii Aditama 2005) hal lOX VfiWDial 109 Subagyo Partediharjo Op cil hal 11

13

bukan tanainan baik sintesis maupun bukan sintesis yang dapat

menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa

Zat ini dapal mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat

meninibulkan ketergantungan Menurut Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika Narkolika adalah at atau obat yang

berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun

semisimetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri

dan dapat nienimbulkati ketergantungan yang dibedakan kc dalam

golongan-goiongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang in i

Narkotika memiliki daya adikasi (ketagihan) yang sangat berat

Narkolika juga memiliki daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual

(kebiasaan) yang sangat tinggi Ketiga sifat narkolika ini yang

menyebabkan pemakai narkotika tidak dapat lepas dari cengkeramannya

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

Jenis jenis narkotika dibagi ke daiam 3 (tiga) kelompok yaitu narkotika

golongan I golongan I I dan golongan I I I

Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbaiiaya

karemi daya adilifnya sangat tinggi Golongan ini tidak boleh digunakan

untuk kcpentingan apapun kecuali unluk penelitian atau ilmu

pengetahuan Contohnya adalah ganja heroin kokain inorfin opium dan

lain-lain Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya

Ibid Posal 1 Ayal (I) Unilung-Undang Nomor 3 Tahun 2009 lenlang Narkotika

14

aditifkual tclapi bcrmaiilaal untuk pcngohatan dan penclilian tlonluhnya

adalah petidin dan turunannya benetldin belamctadol dan lain-iain

Sedanikaii narkulika golungaii Ml adalah narkotika yang niciniliki daya

aditif riiigan tetapi bermanfaat untuk penghatan dan penelitian Contohnya

adalali kudcin dun turunannya^

Berdasarkan cara pcmbuatannya narkotika dibedakan ke dalam 3

(tiga) golongatt juga yaitu narkolika atami narkotika semlsimesis dan

narkotika sintesis Dijelaskan sebagai berikut

1) Naikotika alami

Narkotika alami adalah narkotika yang zat aditithya diambil dari

(umbuhlumbuhan (atam) Contohnya

u tjaiija

Ganja adalah tanaman perdu dengan daun menyerupai daun

singkong yang tepinya bergerigi dan berbulu lialus Jumlah Jari

daunnya selalu ganjil yakni 5 7 9 Tumbuhan ini banyak lumbuh di

iieberapa daerah di Indonesia seperti Aceh Suinalera Ulara

Sumatera Selaian Pulau Jawa dan lain-lain Daun ganja ini sering

iligunakiin sebagai bumbu penyedap masakan Bila digunakan

ebagai bumbu iiuisak daya adilifnya rendah Namun lidak

ilemikian apabila dibakar dan asapnya dihirup Cara

|)cnyalahgunaunnya adalah dikcringkan dan dicampu dengan

icmbakiiii rokok atau dijadikan rokok lalu dibakar serta dihisap

Subagvo PurtoJiharjo Op cil hal 11-12

15

b Ilaisis

Hasis adaiah lanaman serupa ganja yang lumbuh di Amcrika

Latin dan Eiopa Daun ganja hasis dan mariyuana Juga dapat

disuling dan diambil sarinya Oatam bentuk cair harganya sangat

mahai Gunanya adalah unluk disaiahgunakan oleh pemadut-pemadal

kelas tinggi

c Koka

Koka adalah lanaman perdu mirip pohon kupi Huahnya yang

inatang bcrwama inerah seperti biji kopi Dalam komunitas

masyarakat Indian Kuno biji koka sering digunakan untuk

inenambah kekiiatan orang yang bcrperang atau bcrburu binalang

Koka kemudian bisa diolah menj adi kokain

d Opium

Opium adaiah bunga dengan bentuk dan wama yang indah

Dari getah bunga opium dihasilkan candu (opiat) Di Mesir dan

daratan Cina opium dahulu digunakan unluk mengobati beberapa

penyakit member kekuatan atau menghilangkan rasa sakil pada

lentara yang terluka sewaktu berperang atau berburu Opium banyak

lumbuh di segiliga emas antara Burma Komboja dan Thailand

atau di daratan Cina dan segitlga emas Asia Tengah yaitu daerah

antara Alganistan Iran dan Pakistan

Dalam kalangan perdagangaii liilernasional ada kebiasaan

ftW hal 14

16

(keliru) tncnamai daerah tempat peuanamuii opium sebagai daerah

emas Diberi nama demikian karena perdagaiigan opium sangat

mengimtiingkan Karena bahayanya yang besar daerah seperti ilu

keliru jika diberi nama predikat emas Daerah sumber produksl

opium sepantasnya disebut segitlga setan atau segitlga iblis

2) Narkotika semisintcsis

Narkotika semisintesis adalah narkotika alami yang diolah dan

diambil zat aktifnya (intisarinya) agar memiliki khasiat yang lebih kuat

schmgga dapat dimanfaatkan untuk kepcnlingan kedokteran

Contohnya

a Morfm dipakai dalam dunia kedokteran unluk menghilangkan rasa

sakit alau pembiusan pada operasi (pcmbcdahan)

b Kodein dipakai unluk obat penghilang baluk

c Heroin tidak dipakai dalam pengobatan karena daya adilifnya

sangat besar dan matifuatnya secara medis belum

ditemukan Dalam pcrdugangan gelup heroin diberi nama

pulaw atau pete atau pt Henlnknya seperti tepun terigu

yang halus pulih dan agak kotor

d Kokain liiisll olahati dari biji koka

3) Naikotika sintesis

Narkotika sintesis adalah narkotika palsu yang dibuat dari bahan

kimia Narkotika ini digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi

oraiig yang menderita kclcrgantungun Contohnya

17

a Ietidin unluk obat bius lokal operasi kccil sunal dan

sebagainya

b Melhadon unluk pengobatan pecandu narkoba dan

c Naltrexon untuk pengobatan pecandu narkoba

Selain unluk pembiusan narkolika sintesis biasanya diberikan

oleh dokter kcpada penyalahgiina narkoba untuk menghcntikan

kebiasaannya yang tidak kuat melawan sugesti (relaps) atau sakaw

Narkotika sintesis berfungsi sebagai pengganti senientara Bila sudah

bciiar-bcnar bcbas asupan narkoba sintesis in dikurangi sedikil demi

sedikit sampai akhimya berhenti total

b) Fsikotropika

Pengertian psikolropika menurut Pasal I Ayal ( I ) Undang-Undang

Nomor 5 Taliun 1997 tentang Psikotropika adalah Zat atau obat baik

alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif

melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusal yang menyebabkan

perubahan khas pada uktivitus mental dan perilaku

Pengertian Psikolropika di daUim Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika tidak ditemukan Hal tersebut sehubungan

dengan ketentuan di dalam Pasal 153 huruf b yaitu Lamplran mengenai

jenis Psikotropika Golongan 1 dan Golongan II scbagaimana tercantum

dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang

Psikotropika (lcmbaran Ncgara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor

10 Tambahan Lcmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671) yang

18

telah (iipindahkan menj adi Narkotika Golongan I menurut UndangUndang

ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku Oleh karenanya dalam Undangshy

Undang Nomor 35 Tahun 2009 tidak ada lagi di dalam pasal-pasal nya

yang mengatur mengenai Psikotropika karena sudah dlmasukkan ke dalam

golongan Narkotika

Sesuai dengan pembahasan dalam penelitian ini masih

berhuijutigar dengan Psikotropika maka Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1997 tentang Psikotropika masih perlu untuk dibahas dalam penelitian ini

Menui iil undangumlang tersebut Psikolropika adalah zal atau obal bukan

narkolika baik alamiah maupun sintesis yang memiliki khasiat psikoaktif

melaiui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan

perubahan khas pada aktivitas nonnal dan perilaku Psikotropika ini

merupakan obat yang digunakan oleh dokter untuk mngobali gangguan

jiwa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tenumg

Psikolropika psikotropika dikelompokkan ke dalam 4 (empat) golongan

Golongan I yaitu psikotropika dengan daya aditif yang sangat kuat

belum diketahui manfkilnya untuk pengobatan dan sedang diteliti

khasiiitnya saat ini Contohnya adalah MDMA ekstasi USD dan STP

Golongan U yakni psikolropika dengan daya aditif kuat serta berguna

untuk pengobatan dan penelitian Contohnya adalah amfelamin

metanifetamin metakualon dan sebagainya Golongan IH yakni

psikolropika dcngan daya adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan

dan penelitian Contohnya adalah lumibal buprenorsina flcenilrazepam

19

dan sebagainya Golongan IV yakni psikotropika yang memiliki daya

aditif ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian Contohnya

adalah netrazepam (BK Mogadon Duiiiolid) diazepam dan lain-lain^

Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang

Psikotropika yang dimaksud dengan paslkotoplka adalah zat atau obat

baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif

melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang mcnyebabkan

perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku Psikotropika

dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut

1 Psikotropika golongan I yaitu psikolropika yang hanya dapat digunakan

unluk kcpentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi

sena mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma

ketergantungan Contohnya ekstasi shabu LSD

2 Psikotropika golongan II yakni psikotropika yang berkhasiat

pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi danatau tujuan ilmu

pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma

ketergantungan Contohnya amfetamin metilfenidat atau ritalin

3 Psikotropika golongan III yaitu psikotropika yang berkhasiat

pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi danatau unluk tujuan

ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan

sintlroma ketergantungan Contohnya pentobarbital Flunitrazepam dun

4 Psikotropika golongan IV yaitu psikotropika yang berkhasiat

Ibid ILil 15

20

pengobatan dan sangal luas digunakan dalam terapi danatau unluk

tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan

mengakibatkan sindrom ketergantungan Contohnya diazepam

bromazepam Fenobarbital klonazcpam klordiazepoxide nitrazepam

seperti pil BK pil Kopio Rohip Dum MG

Sedangkan kelompok dan jenLs psikotropika yang sering

disaiahgunakan antara lain

1 Psikostimulansia scperti amfetamin ekstasi dan shabu

2 Scdalif amp Hipnolika (obat penenang obat tidur) seperti MG BK

DUM Pil kopio dan lain-lain dan

3 Halusinogenika seperti lysergic acid dycthylamidc (USD) mushroom

Berdasarkan Ilmu farmukologi psikotropika dikelompokkan ke daiam 3

(tiga) golongan yakni dcpresan stinuilan dan halusinogen sebagai

berikut

1 Kelompok dcpresanpcnekan syaraf pusatpenenangobat tidur

Contohnya adalah valium BK rohipnol mogadon dan lain-lain

Jika diminurn obat ini dapat memberikan rasa tenang menganluk

rasa tcnteruni dan damai Obat ini Juga menghilangkan rasa takut

dan gelisah

2 Kelompok stimuiaiiperangsang syaraf pusaianti tidur Conlohnya

adalah amfetamin ekstasi dan shabu Ekstasi berbentuk tablet

berancka bentuk dun wama Amfetamin berbentuk tablet bcrwama

-Aid hal 16-17

21

pulih Bila diiriinuni obal ini mcndalangkan rasa gembira hilangnya

rasa pemiusuhiui hilangnya rasa marali ingin selalu aktif badan

terasa fit dan lidak merasa lapar Daya kerja otak menjadi scrba

cepat namun kurang lerkendali Shabu berbentuk tepung kristal

kasar berwarna pulili hersih seperti garani

3 Kelompok halusinogen Halusinogen adalah obat at tanaman

makanan yang dapat meninibulkan kiiayaian contohnya yailu LSD

Lysergic Acid Dicihyltamide) getah lanaman kaklus kecubung

jamur tertentu (misceiine) dan ganja Bila diminurn spikotropika

jenis in dapat menimbulkan kliayalan tentang peristiwa-peristiwa

yang mengerikan khayalan tentang kenikmatan scks dan

sebagainya Kenikmatan didapat oleh pemakai setelah pemakai sadar

bahwa perisfiwa mengerikan ilu bukan kenyataan atau karena

kenikmatankenikmatan yang dialami walaupun hanya khayalan

BAB III

PEMBAHASAN

A Faktor yang Mcnyebabkan Terjadinya Penyalahgunaan Narkotika dan

Psikotropilta

1 Faktor yang Bersunibcr Dari Individu

Menurut Luthfi Buraja terdapat 3 (liga) pcndekatan untuk

tcrjadinya penyalahgunaan dan ketergantungan terhadap narkotika dan

psikotropika yaitu peridekalan orgunobilogik psikodinamik dan

psikososial Ketiga pendekatan tersebut tidaklah berdiri sendiri melainkan

saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya Dari siidut pandang

organobiologik (sususan syaraf pusatotak) mekanismc terjadinya adiksi

(ketagihan) hingga deperidcnsi (ketergantungan) dikenal dengan dua istilah

yaitu gangguan mental oragnik atau sindrom otak organik seperti gaduh

gelisah dan kekacauan dalam fungsi kognilif (alam pikiran) efektif (alam

perasaanemosi) dan psikomotor (perilaku) yang disebabkan efek

langsung terhadap susunan syaraf pusat (otiik)^^

Sescorang akan mcnjadi ketergantungan terhadap narkotika dan

psikotropika apabila seseorang dengan tems-menenis diberikan zat

tersebut Hal ini berkaitan dengan teroi adaptasi sekuler mum

adaptaiUm) tubuh beradaptasi dengan menambah jumlah teseptor dan seishy

se syaraf bekcrja kcras Jika zat dihenlikan sel yang masih bekerja kcras

Luthll Uaraja Makalali Gangguan Mciilul dan icrilaku Akibut Nurkuba Disampalkim pada Seminar tentang Narkoba di SMK Iptck lakarla hal 2

22

23

tadi mengaiami kelmLisaii yang dari kiar tampak sebagai gejala-gejala

putus obal Gejala putus obat tersebut mcmaksa individu untuk

mengulangi pemakaian zal tersebul

Faktor predisposisi individu dengan gangguan kepribadian (anti

sosial) ditandai dengan pcrasaan lidak puas terhadap orang lain Selain itu

yang bersangkutan tidak inampu untuk berfungsi secara wajar dan efektif

dalam pergaulan di rumah di sekoiah atau di tempat kerja gangguan lain

sebagai penyerta berupa rasa cemas dan depresi Untuk mengatasi

ketidakniainpuan dan mcnghiiangkan kccemasan atau depresinya maka

individu tersebut cenderung untuk menggunakan narkoba Semestinya

individu itu dapat mengobati dirinya dengan datang ke dokterpsikiater

untuk mendapatkan terapi yang tepat sehingga dapat dicegah

keterlibatannya dalam penggunaan narkotika dan psikotropika

Secara umum mereka yang menyalahgunakan narkotika dan

psikotropika dapat di bagi ke dalam 3 (tiga) golongan besar yaitu

1 Ketergantungan primer ditandai dengan adanya kecemasan dan

depresi yang pada umumnya terdapat pada orahg detigah kepfibadlah

yang tidak stabil

2 Ketergantungan simtomatis yaitu penyalahgunaan narkotika dan

psikotropika sebagai salah satu gejala dari tipe kepribadian yang

mendasarinya pada umumnya terjadi pada orang yang kepribadian

psikopatik (anti sosial) kriminal dan pemakaian narkotika dan

Ai4hal K

24

psikotropika untuk kesenangaii sematu

3 Ketergantungan reaktif yaitu terdapat pada remaja karena dorongan

ingin tahii pengaruh tekanan dan lingkungan tenian atau kelompok

sebaya peer group pressure)

Ada beberapa faktor internal dan ekslernal yang mcnjadi penyebab

individu menyalahgunakan dan menjadi ketergantungan terhadap

narkotika dan psikotropika Menurut Sudarsono bahwa penyalahgunaan

narkolika dan psikotropika di latar belakangi oleh beberapa sebab yaitu

1 Untuk membuktikan kebcranian dalam melakukan tindakan-tindakan

yang berbaiiaya seperti ngebut dan bergaul dengan wanita

2 Meniinjukkan tindakan yang menenlung orang tua guru dan norma

sosial

3 Mempermudah penyaluran dan mempermudah perbuatan seks

4 Melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh peiigalamaii-

pengalainan einosional

5 Meneari dan menemukan aril hidup

6 Mengisi kekosnngan dan kesepian hidup

7 Menghilangkan kegelisahan frustasi dan kepepel hidup

8 Mengikuti kemauan kawan-kawan dahim rangka pembinaan solidaritas

dan

9 Iseng-iseng saja dan rasa ingin tahu

Menurut hasil penelitian Dadang Hawari bahwa di anlara faklor-

Sudujsono Kenakalan Remaja cel ii (Jakarta Rineka Cipta 1992) 1ml 67

25

faktor yang berpcran dalam penggunaan narkotika dan psikolropika

adalah

1 Faktor kepribadian anti sosial dan psikopatik

2 Kondisi kejiwaan yang mudah merasa keeewa atau depresi

3 Kondisi keluarga yang meliputi keutuhan keluarga kesibukan orang

tua hubungan orang tua dengan anak

4 Kelompok teiiian sebaya dan

5 Narkotika dan psikotropika itu sendiri mudah diperoleh dan tersedianya

pasaran yang resmi maupun lidak resmi

Menurut Siibagyo Partodiharjo secara individu terdapat beberapa

faktor yang mcmpengaruhi sescorang dapat menyalahgunakan narkotika

dan psikotropika Alasan ini merupakan alasan yang bersumber dari diri

sendin atau pemakai narkotika dan pasikotropika tersebut yakni sebagai

berikut

a Ingin tahii

Perasaun ingin tahu biasanya diniiliki oieh generasi muda pada

umur setara siswa SD SLTP dan SLTA Bila di hadapan sckelompok

anak muda ada seseorang yang inemperagakan uikmatnya

mengkonsumsi narkotika dan psikolropika maka didorong oleh naluri

alami anak muda yaitu keingintahuan maka salah seoariig dari

kelompok itu akan maju mencobanya Selain didorong oleh

keingintahuan keberaniannya juga karena didesak oleh gejolak dalam

Mardiini foc cil hai 102 ^ Subagyo RatoiJlliarjo ioc cil liiil 72-74

26

jiwanya yang ingin dianggap hebal pemberani dan pahlawan di antara

temanteinan sehayanya Maka jatuhlah satu orang anak dalam pelaku

setan

Dalam kondisi seperti itu reaksi kawan-kawan sebayanya

berbeda-bcda

1 Ada yang ingin menyaingi menunjukkan bahwa dirinya lebih hebat

lagi lalu memakai

2 Ada yang ingin tahu kemudian ikut memakai dan

3 Ada yang sella kawan lain ikut memakai juga

Sikap seperti inilah yang menyebabkan bandar atau pengedar

senang Mereka meiigincar generasi muda mahasiswa atau pclajar

karena 2 (dua) pertimbaiigan

1) Kalau salah satu anak muda kena maka anak muda yang lainnya

ikut kena sehingga konsumen cepat bertambah dan

2) Kalau anak muda kena maka anak muda tcrsebut akan mcnjadi

pemakai selia dalam waktii yang lama Berbeda dengan orang tua

yang cepat maii keuntungan komersial yang diperoleh dari

kelompok anak muda ini akan banyak

b Ingin dianggap hebal

Pcrasaan ingin dianggap hebat biasanya dimiiiki oleh generasi

muda Sepcrti ditcrangkan di atas salah satu sifat alami yang positif

dari generasi muda adalah daya saing Sayang sekali karena

kelidaktahuan sifat positif ini juga dapat dipakai untuk masalah negatif

27

Silat positif ini scharusiiya didorong unluk berlomba daluin preslasi

pada bidang pcndidikan kesenian olah raga dan lain-lain yang

bermanfaat bagi kehidupan

Bila sikap ingin berkonipctisi ini diarahkan untuk

mengkonsumsi narkolika dan psikolropika akibatiiya sungguli

mengerikan yailu kcgagalan hidup dan kesengsaraan Pemakai hanya

dapat dianggap hebat oleh lingkungan kecil pcniakai narkotika dan

psikotropika Di masyarakat luas pemakai hanya menuai cerca dan

nista

c Rasa setia kawan

Perasaan setia kawan sangat kuat dimiiiki oleh generasi muda

Jika lidak mendapatkan penyaluran yang posilif sifai positif tersebut

dapat berbahaya dan mcnjadi negatif Bila (cmannya memakai

narkotika dan psikotropika maka individu tersebul ikut juga memakai

Bila temannya dimarahi orang tuanya atau dimusuhi masyarakat maka

pemakai membela dan ikut bersimpatik

Sikap seperti itulah yang menyebabkan anak ikut-ikutan

Awalnya hiuiya satu orang yang merokok kemudian semuanya menjadi

perokok Setelah semuanya merokok sntu orang mulai memakai ganja

lalu yang lainnya ikut sehingga menjadi sekawanaii pemakai ganja

Selelah semua memakai ganja satu orang memakai ekstasi kemudian

semuanya ikut demikian selerusnya meningkat menjadi shabu dan pada

akhirnya menjadi pemakai putaw

28

d Rasa kccewa truslasi kcsai

Pcrasaan kesal kcccwa atau (rustasi biasanya terjadi karena

kegagalan pada generasi muda eksckutif mudu suami atau istri

Pcnggiiiiaan narkotika dan psikolropika pada kelompok ini bertujuan

untuk sesaat melupakan kekccewaan kckesaian dan fi-uslasi Kondisi

masyarakat yang carut martit tclah banyak melahirkan kekccewaan

kekesalan bahkan Iruslasi Narkolika dan psikotropika dapat

melupakannya sesaat tetapi tidak untuk mengatasi masalah yang

sesungguhiiya

Hubungan buruk yang disebabkan oleh kcgagalan

berkomuiiikasi antara orang tua dengan anaknya dapat menyebabkan

rasa kesal Hal ini mcnjadi faktor pemicu pemakaian narkotika dan

psikotropika oleh anak Intcraksi anlara orang tua dcngan anak tidak

cukup hanya berdasarkan niat baik Cora berkoniunikasi juga harus

baik Masing-masing pihak harus memiliki kcsabaran untuk

menjclaskan isi hatinya dengan cara yang tepat Banyak sekali konfllk

di dalam rumah tangga yang terjadi hanya karena salah paham atau

kekeliman berkoniunikasi Kekeliruan kecil itu dapal bcrakibat fatal

yaitu masuknya narkotika dan psikotropika ke dalam keluarga

Kekccewaan kekesalan dan frustasi dapal terjadi karena

kekeliruan dalam berkomunikasi terhadap beberapa faktor berikut i n i

I ) Komunikasi anak dengan orang tua

IbUI hiiJ 74

29

2) Komunikasi antar anak

3) Komunikasi di lingkungan eksekulifinuda dan

4) Komunikasi antara suami istri

e Ingin bebus dari rasa sakil atau pusing

Penderila pcnyakit beral yang kronis dan tidak kunjuiig sembuh

misalnya Ranker hati luka bakar uka tusuk wasir Ranker paruparii

migreii eneok pengapuran dan lain-lain sclalu merasakan sakit yang

iuar biasa karena penyakitnya Rasa sakit tersebut sering kali tidak

dapat dihilangkan dengan obat pengtiiiang rasa sakit biasa (anaigetik)

sehingga peiiderilanya mencoba narkotika atau psikotropika

Narkotika maupun psikolropika dapat menghilangkan rasa sakit

tersebut tetapi tidak menyembuhkan penyakitnya Ceiakaiiya pemakai

yang bersangkutan malah mendapat maslah baru yaitu ketergantungan

dengan segala komplikasinya yang justru menjadi lebih berbahaya

f Ingin menikmati rasa gembira tampii lincah energik dan mengusir

rasa sedih dan malas

Para eksekudf dan sciebritis biasanya memiliki gaya hidup yang

trendi Mereka merasa dituntut untuk selalu lampil lebih prima Dengan

mengkonsumsi naikotika atau psikolropika mereka dapat tampii prima

dan percaya diri karena kehilangan rasa malu walaupun sesungguhnya

tidak demikian

Perasaan hebat tersebut di atas seharusnya dicapai melaiui tekun

berolah raga hidup teratur meningkatkan kualitas fisik mental

30

inlclckUial dan mocaiiiyii Riikan ineiigamhit jalan piiitas dcngan tampii

seotah-olah prima niclalui manipulasi atau lipuan melaiui

mengkonsumsi narkotika atau psikolropika tersebut Pcnampilmi prima

yang semu atau atau tipuan itu lambat laun akan terungkap juga

sehingga [ania-keiamaan akan kelahuari juga jati dirinya yang

sesungguhnya itu

g ingin tampii iangsing

Narkolika dan psikotropika terscbut juga banyak digunakan oleh

artis dan ibu-ibu rumah tangga yang berbadan gemuk untuk

melangsingkan lubtihnya Narkotika alau psikotropika dengan jenis

tertentu ada juga yang dapat menghilangkan nafsu makan sekaligus

menambali aktivitas fisik sehingga dapat menurunkan beral badun

h Takut mengalami rasa sakit (sakaw)

Pengguna jenis narkotika atau psikolropika tersebut yang sudah

menjadi pemakai tetap (pemadat) akan mengalami rasa sakit (sakaw)

bila tidak memakainya Karena takut merasakan penderitaan maka

pemakai tersebut terus memakainya sehingga menjadi pemakai yang

sella junkies) Banyak pemakai narkotika dan psikotropika ini yang

setia adalah orang-orang yang merasa terpaksa memakai sebab kalau

lidak memakainya mereka akan mengalami sakaw

Kebanyakan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika

dimulai atau terdapat pada masa remaja sebab masa remaja yang

sedang mengalami perubahan biologik psikologik maupun sosial yang

31

pesat merupakan individu yang rentan untuk nienyaiahguriakan

narkotika maupun psikotropika terscbut Anak atau remaja dcngan ciri-

ciri tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi

penyalahgunanya Ciri-ciri tersebut anlara lain^

a Cenderung memberontak dan menolak otoritas

b Cenderung memiliki gangguan j iwa lain (komorbiditas) seperti

depresi cemas psikotik keperibadian dissosial

c Perilaku menyimpang dari aluran atau norma yang berlaku

d Rasa kurang percaya diri low selw-confulence) rendah diri dan

memiliki citra diri negatif (ow setf-esleem)

e Sifal mudah keeewa cenderung agresif dan destruktlf

f Mudah murung pemalu pendiam

g Mudah merasa bosan dan jenuh

h Keingintahuan yang besar untuk meneoba atau penasaran

i Keinginan untuk bersenang-senang [just for fun)

j Keinginan untuk mengikuti mode karena dianggap sebagai lambang

keperkasaan dan kehidupan modem

k Keinginan untuk diterima dalam pergaulan

1 Identitas diri yang kabur sehingga merasa diri kurang jantan

mTidak siap mental untuk menghadapl tekanan pergaulan sehingga

sulit mcngambil keputusan untuk menolak tawaran NAPZA dengan

tegas

Tom Kus dan Tedi Btihava NAPZA Bagi Pelajar (Bandung Yayasan Al-Ghilari Morgan im) hal 14

32

n Kemampuan komunikasi rendati

o Melarikan diri dari scsuatu (kebosaiian kcgagalan kekccewaan

kclidakmampuan kesepian dan kegcliran hidup dan lain-lain)

p Putus sekoiah dan

q Kurang menghayati iman atau kcpcrcayaaiinya

Menurut Tim Badan Narkotika Nasional hahwa terdapat

beberapa iaklor yang menyebabkan sescorang alau individu

menyalahgunakan narkolika dan psikotropika anlara lain

1) Keingintahuan yang besar untuk mcncoba tanpa sadar alau berlikir

panjang tentang akibatnya dikemudian hari

2) Keinginan unluk mencoba-coba karena penasaran

3) Keinginan untuk bersenang-senang

4) Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya hidup

5) Keinginan untuk dapat diterima daiam suatu kelompok

6) Lari dari masalah kebosanan atau kegetiran hidup

7) Pengertian yang salah bahwa mcncoba sckali-kali lidak akan

menimbulkan masalah

8) l idak mainpu alau tidak berani menghadapl tekanan dari lingkungan

alau kelompok pergaulan unluk menggunakan narkolika dan

psikotropika dan

9) Tidak Japal atau mampu mengatakan tidak pada narkotika dan

psikotropika

Tim INN Loc di

33

Berdasarkan peinaparaii Icrscbut di atas dengan demikian

bahwa individu didorong oleli beberapa faktor untuk menyalahgunakan

pemakaian narkotika dan psikotropika tersebut sehingga menjadi

individu yang mengalami ketergantungan berikut ini disebutkan

beberapa faktor adalah

1) Ingin tahu dan Ingin mencoba rasa memakai narkotika atau

psikotropika bagi kalangan anak muda)

2) Ingin dianggap lebih hebat dari orang Iain pada orang muda)

3) login membuktikan kesetiakawanan (pada orang muda)

4) Dianggap paling tepat untuk mengatasi perasaan keeewa j en gkel

dan frustasi (pada suami istri yang mengalami konllik rumah

tangga)

5) Dianggap cara yang paling mudah untuk menghalau rasa sakit pada

tubuh (pada penderita penyakit yang kronis)

6) Dianggap cara yang paling ampuh untuk mendapatkan perasaan

tenang damai atau gembira (pada suami istri yang mcnghadapi

konflik rumah tangga)

7) Dianggap cara yang paling mudah untuk melangsingkan lubuh (pada

ibuibii rumali tangga atau wanita yang bertubuh gemuk)

2 Faktor yang Bersumlicr dari Lingkungan

Faktor lingkungan tidak mampu mencegah atau mengurangi

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika bahkan membuka kesempatan

pemakaian narkotika dan psikotropika Yang dimaksud dcngan faktor

34

kesempatan di sini adalah tersedianya siluasi-situasi yang nieiiiungkinkan

untuk memakai narkolika atau psikolropika di waktu-vvaklu luarig di tempat

rekreasi atau hiburan diskotik pesia dan lain-lain Atau mungkin lingkungan

masyarakat yang tidak mampu mengendalikan bahkan membiarkan penjualan

alau pcrcdaran geiap narkotika dan psikotropika misalnya karena lemahnya

penegakan hukum penjualan narkolika dan psikotropika secara bcbas bisnis

narkotika dan psiktilropika yang terorganisir mudahnya memperoleh

narkotika dan psikotropika dan lain-lain

raklor yang bersumber dari lingkungan yang mcnyebabkan individu

dapat menyalahgunakan pemakaian narkotika dan psikotropika merupakan

laktor kontribusi masukaii dari Iuar individu) dimana sesttorang dengan

kondisi keluarga tidak baik akan merasa tertekan dan rasa lertekan inilah

sebagai faktor penyerta bagi dirinya untuk terlibat dalam penyalahgunaan

narkotika dan psikotropika tersebut Disfungsi keluarga yang dimaksud antara

lain adalah keluarga yang tidak utuh kedua orang tua yang tcrlalu sibuk dan

lingkungan interpersonal dengan orang tua yang tidak baik Di samping itu

faktor pencetus seperti pengaruh teman sebaya tersediu dan mudah

didapatkan mempunyai andil sebagai faktor pencetus sescorang atau individu

terlibat ke dalam penyalahgunaan yang mengakibatkan ketergantungan

terhadap narkotika dan psikotropika Dari sudut pandang psikososial

penyalahgunaan narkotika dun psikolropiku dapat terjadi sebagai akibat

negatif dari intcraksi tiga kiitub sosial yang tidak kondtisif yaitu kutub

Lulhli ilurnju Op cil

35

keluarga kutub sekolahkupus dan kulub masyarakat

Faktor lingkungan meliputi faktor kciuarga dan lingkungan pergaulan

balk dlsekltar rumah sekoiah teman sebaya maupun masyarakat Banyak

pengguna Narkotika dan Psikolropika yang berasal dari keluarga yang lidak

harmonis Keluarga seharusnya mcnjadi wadah untuk menikmati kebahagiaan

dan curalian kasih sayang wahana silih asih silih asah dan silih asuh

Namun pada kenyataannya keluarga sering sekali justru menjadi pemicu

sang anak mcnjadi pemakai hal tersebut disebabkan karena kciuarga tersebut

kacau balau Hubungan antara anggota keluarga dingin bahkan tegang atau

bermusuhan

Komunikasi antara ayah ibu dan ariak-anak sering sekali

menciptakan suasana konflik yang tidak berkesudahan dimana bahwa

penyebab konllik tersebut sangal beragam Solusi semua konflik adalah

komunikasi yang baik periuh pcngerlian saling menghargai dan menyayangi

serta ingin selalu membahagiakaii

Konflik di dalam keluarga dapat mendorong anggota keluarga merasa

frustasi sehingga lerjebak memilih narkotika dan psikolropika sebagai

solusinya Biasanya yang paling rentan terhadap stres adalah anak kemudian

suami dan istri sebagai benleng terakhir Beberapa faktor yang bersumber

dari lingkungan keluarga yang dapat mempengaruhi seseorang atau individu

tertentu icrjun kc dalam lingkungan penyalahgunaan narkotika dan

36

psikotropika tcrsebut antara lain adatuh

a Koniimikasi niang tua-aiiak kiii-ang baikcfektif

b Hubungan dalam keluarga kunmgharmonisdisfimgsi dalam keluarga

c Orang tua bercerai bcrscitngkub atau kawin lagi

d Orang lua tcrlalu sibuk aUiu tidak acuh

e Orang tua oloriter alau scrba melarang

f Orang tua yang serha nieinbolehkan (pcrmisil)

g Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teiadan

h Orang tua kurang peduli dun tidak tahu dengan masalah narkolika

i Tata terlib alau disiplin keluarga yang selalu bcrubah (kiiiaiig konsisten)

j Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam kciuarga

dan

k Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahguna narkotika

dan psikotropika

Sitimsi buruk dalam keluarga yang soring menyudiitkan anak ke arah

narkotika dan psikotropika adalah

1) Anak merasa kurang mendapatkan kasih sayang dalam keluarga merasa

kesal keeewa dan kesepian

2) Anak merasa kurang dihargai kurang mendapatkan kepcrcayaan dun

selalu dianggap salah

3) Anak mengalami konflik dengan orang tua dalam masalah pacaran

memilih pasangan hidup atau meneniukan pilihan profesi cila-elta dan

Mardani Loc cil lial 99 AW hal 100

37

sebagainya

4) Anak kesal dan keeewa karena ayah dan ibuiiya kurang lianiionis dan

sering bertcngkar (broken home)

5) Suami thtsirasi karena tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapinya

dengan islrinya

6) Istri fnistrasi akibat konllik dengan suami tentang masalali ekonomi atau

adanya wanita lain di samping suami

Banyak pengguna narkotika dan psikolropika yang pada awalnya

dimulai karena pengaruh dari orang lain Bentuk pengaruh dari orang lain itu

dapat bervariasi mulai dari bujuk rayu lipii daya sampai kepada paksaan

a) Tipu Daya

Banyak anak yang ditipu oleh kenalon teman sahabat atau pacar

Seperti mengajak meraka untuk memakai narkotika dan psikolropika

dengan bemacam-macain tipuan Dengan alasan yang digunakan bahwa

narkotika dan psikotropika adalah vitamin obat pil pintar pil sehat atau

food supplement Tipuan itu dapat juga berupa bujukan bahwa narkotika

dan psikotropika tidak tcrlalu berbahaya kalau tahu raliasianya Banyak

orang di dalam masyarakat yang dikira orang baik-baik namun lemyata

pengedar narkotika dan psikotropika Walaupun orang itu adalah kawan

sahabat saudara atau pacar sebagai pengedar penipu tersebul akan tcga

menipu maupun menjebak kita Pengedar narkotika dan psikotropika

sangat pandui mcmasarkan narkotika dan psikotropika tersebut Dengan

menawarkan narkotika dan psikotropika sebagai mmn food supplement

38

pil scliat pil pintar dan sebagainya Dengan lipuan ini korban dari

kalangan kciuarga hannonis akan terjcrumus ke dalamnya Saat ini banyak

pemakai narkolika dan psikotropika dari keluarga harmonis bukan hanya

bull dari keluarga berantakan Banyak pekerja mahasiswa atau pelajar yang

tampii ioyo tertipu ketika kepadanya ditawarkan pil sehat vitamin atau pil

pintar Banyak pemuka agama juru dakwah atau pengkhotbah yang

tertipu karena pil sehal yang dlbelinya adalah narkotika dan

psikotropika Reaksi pemakaian narkotika dan psikotropika mula-mula

terasa menyehatkan dan membuat si korban tipuan terscbut sukses dalam

berdakwah atau berkhotbah Ibu rumah tangga juga dapat tertipu karena

ditawari pil pelangsing oleh saudara atau teman dalam arlsan dan lain-

lain Mulanya karena tipu daya akhimya setelah lerjebak menjadi

biasa

b) Bujuk rayu

Waftiia camlk pengedaf ftaTkotlka dan psikotFoplka biasanya menjebak

mangsa melaiui bujuk rayu Untuk memasarkun narkotika dan

psikotropika pengedar tersebut memilih profesi sebagai wanita penghibur

atau Wanita Tuna Susiala (WTS) Banyak eksekutif muda pekerja atau

bos-bos yang mulai memakai narkotika dan psikotropika karena rayuan

pekerja seks komersial hostess dan sebagainya Dalam mcmasarkan

narkotika dan psikotropika wanita tersebut merayu akan mau melayani

kencati kalau bersama-sama mengkonsumsi narkotika dan psikotropika

Subagyo Purlodlhario Loc cil hal 78

39

lebih dulu Muta-mula kurban memakai narkotika dan psikotropika karena

tergoda namun akhimya menjadi terbiasa

c) Paksaan

Banyak anak muda yang mengawali pemakaian narkotika dan psikotropika

karena dipaksa oleh sekawanun alau seseorang yang mengancam akan

mencelakainya Banyak pclajar atau nialiasiswa mengawali kebiasaan

memakai narkotika dan psikotropika dari keadaan terpaksa diancam oleh

sekawanan preman yang menghadang di tengah jalan Dari kelompok ini

pula terjaring pemakai yang berasal dari keluarga hannonis

Lingkungan sekoiah bagi pelajar tingkat SD SMP dan SMA

merupakan tempat yang stratcgls bagi para pelajar untuk menunjukkan jati

dirinya sehingga mereka terjun kepada penyalahgunaan narkotika dan

psikotropika ini faktor sekoiah yang merupakan bagian tcrpcnting yang

mempengaruhi adalah

a Sekoiah yang kurang disiplin

b Sekoiah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjiial narkotika atau

penjual psikolropika

c Sekoiah yang kurang member] kesempatan pada siswa untuk

mengembangkan diri secara kreatif dan positif

d Adanya murid pengguna narkotika atau psikotropika

Kartini Kurtono op cil hivl 124

40

B Pengaturan Sanksi Pidana Terhadaj) Pcnyalahgunaaan Narkotika dan

Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau

dari Perlindungan Terhadap Korban

Dalam hukum pidana di Indonesia terdapat adanya

ketldakseimbangan antara perlindungan korban kejahatan dcngan pelaku

kejahatan pada dasarnya mempakan salah satu pengingkaran dari asas setiap

warga negara bersamaan kcdudukannya dalam hukum dan pcmerinlahan

sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 sebagai

landasan konstitusional Perlindungan korban memiliki hubungan cral dcngan

teori pemidanaan yang dikemukakan Wirjono Prodjudikoro tujuan

pemidanaan adalah untuk niemenuhi rasa keadilan^

Ada Juga yang mengemukakan bahwa tujuan pemidanaan dapat

dilihat melalul 2 (dua) leorl mengenai alasan-alaitan yang membenarkan

(justification) penjatuhan hukuman (sanksi) yaitu Teori Absolut

(Vergeldingslheorie) dan Teori Relatif atau Doeitheorie Menurut Teori

Absolut (Vergeldingslheorie) tujuan pemidanaan sebagai pembalasan

terhadap para pelaku karena telah melakukan kejahatan yang mengakibatkan

kesengsaraan lerhadap orang lain alau anggota masyarakat sedangkan

Roeslan Saleh mengatakan sebagai reaksi-reaksi atasdelik yang berwujud

suatu nestapa yang scngaja dilimpakan ncgara kcpada pembuat delik

Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana Cctakan Iuriania (Jakarta Sinar Gnitlka2(W5)hii4

lcduu Mdipaung Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cctakun IcrliirMii (Jukiirtu Sinur Gratika 2005) hal 4

kiwsUin Saleh Shdsel Pidana Indonesia (Jukarlu liinn Aksara 19K7) hal 5

41

Menurut Teori Relatif Doeltheurie) tujuan pemidanaan adalah

a Menjerakan agar si pelaku atau terpidana menjadi jera dan tidak

mengulangi lagi perbuatannya specials presenile) sena masyarakat umum

agar mengertahui jika melakukan perbuatan yang sama akan mengalami

hukuman yang serupa atau disebut pula generalpreventte

h Memperbaiki pribadi si terpidana berdasarkan perlakuan dan pcndidikan

selama menjalani hukuman terpidana merasa menyesal dan tidak akan

mengulangi perbuatannya dan kcmbali kepada masyarakat sebgai orang

baik dan berguna dan

c Mcmblnasakan (menjatulikan hukuman mat) atau mcmbuat terpidana tidak

berdaya dengan menjatuhkan hukuman seiimur hidup

Pandangan di atas sangatlah wajar apabila beranjak dari pandangan

bahwa hukum pidana adalah hukum sanksi (hifzonderesancUerechl) sebab

dengan bertumpu pada sanksi itulah hukum pidana difungsikan untuk

menjamin keamanan ketertiban dan keadilan Dalam perkembangannya

ternyata tidak semua sarjana menyclujui maksud diadakannya pidana scperti

itu (sebagai suatu nestapa) karena muncul pendapat bahwa di samping pidana

ditujukan untuk memberikan penderitaan kcpada pelanggar atau mcmbuat

jera pemidanaan juga bertujuan agar pelaku dapat kembali hidup

bermasyarakat sebagaimana mestinya

Alasan yang paling inenonjol lerhadap upaya perubahan tersebut

adalah dengan meniperhatikan sisi kemanusiaan yang mcmandang bahwa

Ucdcn Mirpaung Opcil hal 4

42

sekalipiin tcrsangka telah melakukan kcsalahaii ia telap berkcdmiiikan sebagai

manusia utuh yang harus tetap diperlakukan sama dengan manusia lainnya

dan dilindungi hak asasi manusionya Karena itu pidana penjara saat ini

sedang mengalami masakrisis karena termasuk jenis pidana yang kurang

disukai Banyak kritik tajam ditujukan terhadap jenis pidana perampasan

kemerdekaan ini baik dllihat dari sudut efektifitasnya maupun dilihat dari

akibat-akibat lainnya menyertai atau berhubungan dcngan dirampasnya

kemerdekaan seseorang

Banyaknyu kritik yang diarahkan pada bentuk pemidanaan berupa

perampasan kemerdekaan (yang ditujukan untuk membuat jera pelaku)

sehingga berkembanglah bentuk pemidanaan lain yang dianggap lebih

manusiawi yaitu penjatuhan pidana berupa denda atau pemberian ganti

kerugian kepada korban Pemberian ganti kerugian pada awalnya merupakan

konsep kcperdalaan seperti halnya dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata yang mewajibkan setiap orang yang menyebabkan orang lain

menderita kerugian untuk membayar ganli rugi Dalam perkembangannya

konsep ini diterupkan pula dalam hukum pidana mengingat akibat yang

ditimbulkan pada korban tindak pidana akan selalu disertai dengan kerugian

baik mental fisik maupun material sehingga sangat wajar apabila korban pun

menuntui ganti kerugian pada pelaku guna memulihkan derita yang

dialaminya

Dengan memperhatikan pada beberapa teori klasik tentang tujuan

Uurtla Nawuwi Ariel Sislem Pemidanaan Menunii Konsep KIHP llaiu dan Latar Helakang Pemlklrannya Hahan Ienalaran Hukum Pidana V Undanu Kupang uinjyful 11 Juli-12 Agustus 1989

43

pemidanaan dapat disiinpulkan bahwa penjatuhan pidana lebih banyak

ditujukan untuk kepeiitingan pelaku dengan kata lain tujuan pemidanaan

hanya dimaksudkan imtuk mengubah perilaku dari pelaku kejahatan agar

tidak mengulangi lag perbuatannya sedangkan kcpentingan korban sama

sekali diabalkan

Perlindungan terhadap korban narkotika jika dihubungkan dengan

beberapa teori pemidanaan yang telah dipaparkan di atas maka peneliti

mengkaji bahwa dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang baru ini terdapat kescimbangan antara perlindungan terhadap

pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana bahwa berdasarkan sanksi

baik pidana maupun denda yang terdapat dalam undang-undang ini sangatlah

berat-berat dan tegas ]ni berarti bahwa undang-undang ini lebih

mementingkan korban dari pada pelaku kejahatan narkotika Mengingat

bahwa dengan adanya pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan

korban semakin banyak yang berjatuhan schingga daripada korbnnnya anak

bangsa yang memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara

Indonesia maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-

beratnya lerhadap si pelaku tindak pidana narkotika bahkan pidana mati atau

seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-

undang yang bam ini juga diatur mengenai rehabilitasi terhadap korban baik

korban yang diakibatkan oleh orang Iain maupun karena self victimizing

victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku itu sendiri

44

C Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Seif-

Victimizing Victims

1 Self-victimizing victims uarkotika dau psikotropika

Suatu viktimisasi adalah sebagai suatu permasalahan manusia yang

merupakan kenyataan sosial hal ini disebabkan karena setiap warga negara

berhak mendapatkan rasa aman dan bcbas dari segala bentuk kekerasan

sesuai dengan falsafah Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 Contohnya adalah seseorang akibat perbuatannya memakai

narkotika dapat menimbulkan bahwa si pemakai tersebut menjadi tidak

berdaya upaya dengan kata lain bahwa si pelaku telah menjadi korban

akibat perbuatannya sendiri yang menimbulkan perbuatan kriminal

Penyalahgunaan narkolika atau psikolropika merupakan perbuatan

kriminal karena telah melanggar ketentuan di dalam undang-undang yang

ada yakni Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tetang Psikotropika dan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Terlibatnya si

pelaku kejahatan atau tindak pidana yang menimbulkan kerugian terhadap

dirinya sendiri daiam hal inilah yang disebut dengan istilah self victimizing

victims yang merupakan bagian dari viktimisasi Sehubungan dengan itu

maka Wolfgang menyatakan beberapa Jenis viktimisasi ialah

1 Unrelated victims yaitu korban yang tidak ada hubungannya sama

sekali dengan terjadinya korban misalnya pada kasus kecelakaan

pesawat Dalam hal In tanggungjawab sepenuhnya terletak pada

Utplietin3|il(igspqtcom2()OSIOl|ukum-viktinivl9gihlml diakscs terakhir langgul l2Januari 2015

45

pelaku

2 Provocative victims yaitu seseorang yang secara aktif mendorong

dirinya menjadi korban misalnya kasus selingkuli dimana korban juga

sebagai pelaku

3 Participating victims yailu seseorang yang tidak berbuul tetapi dengan

sikapnya justru mendorong dirinya menjadi korban

4 Biologically weak victims yaitu mereka yang secara tisik memiliki

keleinalian atau potensi untuk mcnjadi korban misalnya orang tua

renla anak-anak dan orang yang tidak mampu bcrbual apa-apa

5 Socially weak victims Yaitu mereka yang memiliki kedudukan social

yang lemah yang menyebabkan mereka mcnjadi korban misalnya

korban perdagangan perempuan dan sebagainya

6 Self victimizing victims yaitu mereka yang menjadi korban karena

kejahatan yang dilakukannya sendiri pengguna obat bius judi aborsi

dan prostitusi

Dalam hal ini kedudukan viktimologi sebagai sebuah ilmu yang

mempelajari tentang korban memiliki peranan yang sangat penting ruang

lingkup viktimologi ini meliputi

1 Semua macam sciiap macam perbuatan kriminal yang mengakibatkan

orang-orang mcnjadi korban

2 Setiap orang atau pihak yang dapat menjadi korban baik orang

perorangan maupun suatu korporasi atau organLsasi

3 Setiap orang atau pihak yang dapal menimbulkan korban artinya

46

dimana disatu sisi orang terscbut dapat merugikan orang iain sehingga

orang tidak merasa aman akibat tindakanya

4 Cara-cara viktimisasi atau penimbulan korban

5 Bentuk-bentuk viktimisasi yang terdiri dari primary viclimizalion

adalah korban individualperorangan bukan kelompok secondary

victimizalion korbannya adalali kelompok misalnya badan hukum

tertiary Victimizalion yang menjadi korban adalah masyarakat luas

nun viciimozaiion korbannya tidak dapat segera diketahui misalnya

konsumen yang tertipu dalam menggunakan hasil produksi

6 Akibat viktimisasi

7 Pengaruh viktimisasi

8 Reaksi atau respons terhadap viktimisasi

9 Penyelesaian viktimisasi dan

10 Pengaturan yang berkaitan dengan viktimisasi (yang menjadi

perhatian viktimologi)

Studi viktimologi akan memberikan pemahaman kepada setiap

individu mengenai hak dan kewajibannya dalam rangka mengantisipasi

berbagai bahaya yang mengancamnya Viktimologi memberikan

sumbangan pemikiran mengenai masalah viktimisasi tidak langsung

dampak sosial polusi industri viktimisasi ekonomi politik dan

penyalahgunaan kewenangan Viktimologi ini juga memberikan dasar

pemikiran dalam penyelesaian viktimisasi kriminal atau factor viclimogen

dalam sistem peradilan pidana

47

Dari perspektif ikalan Korban Napza (IKON) l ial i yang dimaksud

sebagai korban adalah orangperorangan yang menderita secara langsung

dari penyalahgunaan napza dan tennasuk pula keluarga alau tanggungan

langsung dari korban Namun karena hukum dl Indonesia memandang

pengguna napza adaiah kriminal maka terjadilah dampak-dampak negalif

yang dialami oleh pengguna napza yang merupakan korban scperti

diskriminasi kriminallsasi kesehatan dan stigmatisasi Maka sebagai

korban IKON Bali mendorong agar dihentikannyadiskriminasi lerhadap

korban napza mendorong vonis rehabilitasi untuk korban napza

mendorong agar dihentikannya penyiksaan terhadap korban napza dan

yang terakhir adalah mendorong terpenuhinya hak atas kesehatan bagi

korban dan orang terinfeksi HIV Dengan melihat kondisi permasalahan

penanggulangan napza yang semakin tidak menentu dan meningkatnya

jumlah korban napza secara terus-menerus Maka Ikon Bali meminta

1) Penerapan SEMA Nomor 7 Tahun 2009 sebagai pemenuhan hak atas

kesehatan terhadap korban Mpza

2) Meminta kepada Pengadilan Negeri Denpasar untuk menjadi insiator

dalam penyusunan langkah teknis penerapan SEMA Nomor 7 Tahun

2009

3) Meminta kepada selunih instansi tcrkait untuk mulai meiigambil

langkah nyata dalam penanggulangan napza

43 Ibid

48

4) Meminta agar korban napza diperlakukan secara manusiawi tanpa

penyiksaan sligma dan diskriminasi

5) Ikon Bali mendukung secara penuh program-program pemerintab

dalam penanggulangan napza

2 Rehabilitasi terhadap self-victimizing victims

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

merupakan undang-undang yang baru menggantikan Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika Adapun pasal-pasal di dalam

undang-undang in yang mengatur mengenai perlindungan korban adalah

berbagai pasal-pasal yangmencantumkan rehabilitas kepada korban

maupun pelaku tindak pidana narkolika Pasal 1 ayat (16) meneniukan

defenisi mengenai rehabilitasi dipandang dari sisi medis yakni

Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara

terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan Narkotika

Sementara Itu dalam Pasal 1 ayat (17) ditentukan defenisi rehabilitasi

dipandang dari sisi sosial yakni Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses

kegiatan pemulihan secara terpadu baik fisik mental maupun sosial agar

bekas pecandu Narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosia dalam

kehidupan masyarakat

Diimdangkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang merupakan undang-undang baru ini tentu mempunyai

maksud dan tujuannya Adapun tujuan yang terdapat dalam Pasal 4 yang

berbunyi

49

Undang-Undang tentang Narkotika bertujuan

a Menjamin kelersediaiin Narkotika untuk kcpentingan peiayanan

kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

b Mencegah mclindungi dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari

penyalahgunaan Narkotika

c Memberanlas pcredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika dan

d Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi Penyalah

Guna dan pecandu Narkotika

Bentuk perlindungan terhadap korban dan pelaku kejahatan tindak

pidana narkotika di dalajn Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

disebutkan ada 2 (dua) macam yakni pengobatan dan rehabilitasi lerhadap

korban maupun pelaku Pada Pasal 53 ayat (3) tersebul di atas bahwa yang

dimaksud dengan buktl yangsah antara lain surat kctcrangan dokter

salinan resep atau labeletiket Selcngkapnya mengenai pengobatan

ditentukan dalam Pasal 53 yang berbunyi sebagai berikut

(1) Untuk kcpentingan pengobatan dan berdasarkan indikasi medis

dokter dapal memberikan Narkotika Golongan II atau Golongan III

dalam jumlah terbatas dan sediaan tertentu kepada pasien sesuai

dengan ketcnluan peraturan perundang-undangan

(2) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat ( I ) dapal memiliki

menyimpan danatau incmbawa Narkolika untuk dirinya sendiri

(3) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mempunyai bukti

yang sali bahwa Narkotika yang dimiiiki disimpan danatau dibawa

50

untuk digunakan diperoleh secara sail sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan

Mengenai rehabilitasi terhadap korban dan pelaku tindak pidana

kejahatan penyalahgunaan narkotika merupakan suatu kewajiban bagi

pemerintah dan instansi masyarakat Sebagaimana ketentuan dalam Pasal

54 bahwa Pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika

wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial Dalam Pasal 56

disebutkan juga bahwa

(1) Rehabilitasi mcdis Pecandu Narkotika dilakukan di rumah sakit yang

ditunjuk oleh Menteri

(2) Lembaga rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan oleh instansi

pemerintah atau masyarakat dapat melakukan rehabililasi medis

Pecandu Narkotika setelah mendapat persetujuan Menteri

Kemudian dipertegas kembali dalam Pasal 57 bahwa selain melaiui

pengobatan danatau rehabilitasi medis penyembuhan Pecandu Narkotika

dapat diselenggarakan oleh instansi pemerintah alau masyarakat melaiui

pendekatan keagamaan dan tradisional Salah satu tugas dan wewenang

Badan Narkotika Nasional adalah meningkatkan kemampuan lembaga

rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu Narkotika baik yang

diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat

Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 ini terdapat

pengecualian dalam hal luniutan pidana terhadap anak yang masih berada

di bawah umur Misalnya terdapat di dalam salah satu pasalnya yakni pada

51

Pasal 128 ayal ( I ) yang bcrbunyi Orang tua atau wali dari pecandu yang

belum cukup umur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) yang

sengaja tidak mciapor dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6

(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp 100000000 satu juta

rupiah) Tetapi di datam ketentuan tain yakni pada Pasal 128 ayat (2) dan

ayal (3) ditentukan bahwa anak yang masih di bawah umur tidak dapat

dituntut pidami selcngkapnya pasal tersebul berbunyi Pecandu Narkotika

yang belum cukup umur dan telah dilaporkan oleh orang tua atau walinya

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat ( I ) tidak dituntut pidana

(Pasal 128 ayat (2)) dan Pecandu Narkotika yang telah cukup umur

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) yang sedang menjalani

rehabilitasi mcdis 2 (dua) kali masa perawatan dokter di rumah sakit

danatau lembaga rehabilitasi medis yang ditunjuk oleh pemerintah tidak

dituntut pidana

Pada awalnya narkotika digunakan unluk kcpentingan umat

manusia khususnya untuk pengobatan dan peiayanan kesehatan Namun

dcngan semakin bcrkembangnya ilmu pcngclaliuan dan teknologi

peruntukan narkotika mengalami perluasan hingga kepada hal-hal yang

negatif

Di dunia kedokteran narkotika banyak digunakan khususnya

dalam proses pembiusan sebelum pasien diopcrasi mengingat di dalam

narkotika terkandung zat yang dapat mempengaruhi perasaan pikiran serta

kesadaran pusieti Oleh karena itu agar penggunaan narkotika dapal

52

memberikan manfaat bagi kehidupanurnat manusia maka pcredarannya

harus diawasi secara ketat sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 60 sampai

dengan Pasal 63 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang menyebutkan

Pasai 60 ditentukan bahwa

(1) Pemerintah melakukan pembinaan terhadap segala kegiatan yang

berhubungan dengan Narkolika

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meiipuli upaya

a Memenuhi ketcrsediaan Narkotika unluk kcpentingan peiayanan

kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi

b Mencegah penyalahgunaan Narkotika

c Mencegah generasi muda dan anak usia sekoiah

dalampenyalahgunaan Narkotika termasuk dengan memasukkan

pendidikanyang berkaitan dengan Narkotika dalam kurikulum

sekoiah dasarsampai lanjutan atas

d Mendorong dan menunjang kegiatan penelitian danatau

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di brdang

narkolika unluk kcpentingan peiayanan kesehatan dan

e Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis bagi

Pecandu Narkotika baik yang diselenggarakan oleh pemerintah

maupun masyarakat

53

Pasal 61 ditentukan baiiwa

(1) Pemerintah melakukan pcngawasan terhadap segala kegiatan yang

berkaitan dengan Narkotika

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi

1 Narkolika dan Prekursor Narkolika untuk kcpentingan peiayanan

kesehatan danatau pengembangan Hmu pengetahuan dan

teknologi

2 Alat-alat potensial yang dapat disaiahgunakan untuk melakukan

tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkolika

3 Evaluasi keamanan khasiat dan mutu produk sebelum diedarkan

4 Produksi

5 impor dan ekspor

6 Pcrcdaran

7 Pelabeian

8 Tnformasi dan

9 Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Pasal 62 berbunyi Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan

sebagaimana dimaksud dalam Pasai 60 dan pengawasan sebagaimana

dimaksiiddalam Pasal 61 diatur dengan Peraturan Pemerintah Dan dalam

Pasal 63 disebutkan bahwa Pemerintah mengupayakan kerja sama

dengan ncgara lain danatau badan intcmasional secara bilateral dan

multiialeral baik regional maupun internasional dalam rangka pembinaan

dan pengawasan Narkotika dan Prekursor Narkotika sesuai dengan

54

kcpentingan nasional

Berdasarkan biinyi beberapa pasa di atas mengenai pengawasan

terhadap pentingnya peredaran narkotika wajib diawasi secara ketat

dikarenakan saat ini pemanfaatannya banyak untuk hal-hal yang negatif

D i samping itu melaiui perkembangan teknologi informasi dan

komunikasi penyebaran narkotika sudah menjangkau hampir ke semua

wilayah di Indonesia hingga ke pelosok-pelosok Daerah yang sebelumnya

tidak pcrriah tersentuh oleh peredaran narkotika lambat laun berubah

menjadi sentra peredaran narkotika Begitu pula anak-anak yang pada

mulanya awam terhadap barang haram ini telah berubah menjadi sosok

pecandu yang siikar untuk dilepaskan ketergantungannya

Sebelum Iahimya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

mengenai narkotika diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997

tentang Narkotika namun undang-undang ini tidak dapat dipertahankan

lagi keberadaannya karena adanya perkembangan kualitas kejahatan

narkotika yang sudali menjadi ancaman serius bagi kehidupan umat

manusia Pengguna narkotika sangat beragam dan menjangkau semua

lapisan masyarakat mulai dari anak-anak hingga orang dewasa orang

awam hingga artis bahkan hingga pejabat publik

Efek negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan narkotika secara

berlebihan dalam jangka waktu lama serta tidak diawasi oleh ahlinya

dapat

menimbulkan berbagai dampak negatif pada penggunanya baik secara

55

fisik maupun psikis Bahkan tidak janing penggunaan narkotika dapat

memicu terjadinya berbagai tindak pidana Karena itu untuk mencegah

semakin mcluasnya dampak negalif yang ditimbulkan dari penggunaan

narkotika maka pengawasan tidak hanya terbatas pada peredaran

narkotika tetapi juga pada mereka yang menjadi korban misalnya

sescorang yang menderita ketergantungan narkotika (pecandu) Apabila

seorang pecandu narkotika telah divonis bcrsalah oleh hakim atas tindak

pidana narkotika yang dilakukannya maka untuk memberikan kesempatan

pada yang bersangkutan agar tcrbebas dari kecanduaniiya maka hakim

dapat mcmutuskan untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani

pengobatan danatau perawatan

Pengobatan dan perawatan terhadap pecandu narkotika dilakukan

melaiui fasilitas rchabilitasi Rcliabilitasi medis dan sosial yang diberikan

kepada pecandu dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan

kemampuan fisik mental dan sosialnya Selain pengobatan dan perawatan

melaiui rehabililasi medis proses penyembuhan pecandu narkotika dapat

diiaksanakan oleh masyarakat melalul pendekatan keagamaan dan

tradisional

Sebagai conloh di Pakem Sleman Yogyakarta telah didirikan

sualu kliiiik alau Pusat Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkotika

Psikolropika dan Zal-zat Aditiflainnya (NAPZA) Terpadu yang didirikan

atas kerjasania Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dan

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang diresmikan pada tanggal 7

56

Desember 2005 Tujuan umum pendiriaii pusat rehabilitasi terpadu ini

adalah untuk memberikan jaminan penanganan paripurnakepada korban

penyalahgunaan Napza melaiui aspek hukum aspek medis aspek sosial

aspek spiritual serta pengembangan pcndidikan dan pelatihan dalam

bidang NAPZA secara terpadu sedangkan tujuan khususnya adalah

1 Terhindarnya korban dan instilusi dan penelrasi pengedar

2 Terhindarnya kerusakan mental dun masa depan para penyalah guna

Napza yang akan mcmbtinuh potensi pengembangan mereka

3 Terhindarnya korban-korban baru akibat penularan penyakil-penyakit

seperti Hepatitis HIVAIDS dan penyakit menular lainnya

4 Terwujudnya proses pengembangan penanganan korban NAPZA dan

aspek ilmiah serta keiimuan yang dinamis sesuai perkembangan zaman

sebagai pusat jaringan informasi terpadu dan mewujudkan teknis

penanganan penyalahgunaan narkotika dan obat-obalan terlarang bagi

daerah sekitamya maupun nasional

Pemberian perlindungan kepada korban narkotika lentil tidak dapat

dibebankan sepenuhnya kcpada pemeriiilah peran serta masyarakat pun

diharapkan ada salah salunya diterimanya kembali mantan pani pengguna

dalam lingkungannya tanpa melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya

diskriminatif bahkan dengan mcmposisikan mereka sebagai warga keias

dua yang harus dljauhi

Bentuk periindunganyang diberikan terhadap pelaku maupun

Dikdik M ArilMansur dan tUisUiris Guitom loa cil hal 90

57

korban penyalahgunaan narkolika dan psikotropika daiambentuk

rehabilitasi

Rehabilitasi adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang

dilujukan kepada pemakai narkolika dan psikotropika yang sudah

menjalani program kuratif Tujuannya agar pelaku tidak memakai lagi

dan bebas dari penyakit ikutan yang disebabkan oleh bekas pemakaian

narkotika dan psikotropika

3 Tahapan-tahapan rchabilitasi terhadap self-victimizing victims

Tahapan-tahapan rehabilitasi terhadap self-victimizing victims atas

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika yang ada di Indonesia tidak

sama Ada yang menekankan rehabilitasi hanya pada aspek medis ada

pula yang lebih menekankan pada aspek rohani Atau memadukan kedua

pendekatan tersebut dengan komposisi yang seimbang Yang ideal

rehabilitasi seorang korban narkotika dan psikotropika harus dilakukan

secara holisitik baik secara fisik psikis maupun kerohaiiiannya

1 Tahapan pengobatan (rehabilitasi)

Secara umum ada beberapa tahapan yang harus dilewati

Masing-masing tahapan tersebut memakan waktu bervariasi ada yang

seminggii sebulan dan bahkan berbu lan-bulan tcrgantung tingkat

ketergantungan tekad korban dan juga dukungan berbagai pihak

terutama keluarga dalam seluruh proses tersebut Setiap tahapan

Subagjo PiirloUiharjo Loc cU hal 105 ^ E M Giri Prastowo loc cil hal 28 -29

58

tersebut disusun dan dibuat untuk inenganlar pasien secara bertaiiap

melepaskan dari ketergantungan narkotika dan psikotropika Beberapa

tahapan rehabilitasi ini yang disajikan berikut sudah Icruji dapat

menyembuhkan atau memulihkan korban narkotika dan psikotropika

secara maksimal

a Tahapan transisi

Penekanaii dalam tahap ini lebih kepada informasi awal

tentang korbanseperti

1) Latar belakang korban

2) Lama ketergantungan

3) Jenis obat yang dipakai

4) Akibat-akibat ketergantungan dan

5) Berbagai inlbrniasi lainnya

Hal ini penling sehingga pada saatnya akan menjadi acuan

bagi pihak yang terlibat secara intensif dalam proses rehabilitasi

Ahl i yang berkompeten (dokter) akan menganaiisa tingkat

ketergantungan korban untuk kemudian meneniukan tingkat

pengobatan dan tingkat pembinaan bagi si korban schingga terapi

dan metode pengobatan bisa dilakukan secara terukur

Tahapan ini Juga dapat dijadikan rujukan untuk meneari

model rehabilitasi yang paling tepat bagi yang bersangkutan Pada

tahap ini tim rehabilitasi akan membantu korban agar menyadari

dirinya sedang menghadapl masalah ketergantungan narkotika dan

59

psikotropika Korban diajak untuk bersama-sama mengatasinya Hal

ini penting karena proses rchabilitasi tidak akan berhasil tanpa

adanya kesadaran korban tentang adanya bahaya yang dihadapinya

Dari situ akan dibangun tekad dan komitmennya untuk

meninggalkan narkotika dan psikotropika

Selain itu pada tahapan ini akan diteliti akibat fisik dari

penggunaan narkotika dan psikotropika Sejauh mana tingkat

kerusakan syaraf dan organ-organ tubuhnya yang rusak Unluk itu

diadakan pemeriksaaii laboratoriumiengkap dan tes penunjang untuk

mcndeteksi penyakit yang diderita korban A[)abia dalam

pemeriksaan ditemukan satu atau beberapa penyakit maka terlebih

dahulu diadakan pengobalan medis sebelum penderita mendapat

proses rehabilitasi lanjutan Langkah ini penting selain agar tubuh

yang bersangkutan bebas dari penyakit juga untuk mencegah

terjadinya penularan balk kepada korban narkotika dan psikotropika

ini diadakan pembersihan darah pada tubuh pecandu sehingga darah

menjadi bersih dan sistem metabolisme tubuh kembali normal

Proses ini dapat dilakukan melaiui cara-cara berikut

1) Cold Turkey abrupt withdrawal) yaitu proses penghentian

pemakaian narkotika dan psikolropika secara tiba-tiba tanpa

disertai dengan substitusi antidotum

2) Bertaliap atau substitusi bertahap misalnya dengan kodein

^Ibidhal 30

60

methadone CPZ atau clocard selama i -2 minggu

3) Rapid Detoxification dilakukan dengan anestesi umum (6-12

jam) dan

4) Simtomatik tergantung gejala yang dirasakan

2 Rehabilitasi intensif

Setelah melewati masa transisi (pengumpulan informasi tentang

keadaan korban dan latar belakangnya) baru masiik pada fase

berikutnya yakni proses penyembuhan secara psikis Motivasi dan

potensi dirinya dibangun daiam tahap ini Korban diajak untuk

menemukan dirinya dan segala potensinya sambil juga menyadari

berbagai keterbalasannya Bahwa untuk mengatasi masalah hidup yang

bersangkutan tidak perlu harus mengkonsumsi narkotika dan

psikotropika Narkotika dan psikotropika justru menciptakan masalah

baru yang jauh lebih besar dalam hidupnya Narkotika dan psikotropika

bukanlah solusi tetapi menjadisumber masalah Pada tahap ini berbagai

contoh dapat dipcrlihatkan kepada korban

Yang terlibat di dalam tahap ini yang utama adalah korban itu

sendiri sebagai pelaku self-victimizing victims) Korban harus punya

tekad untuk hidup tanpa narkotika dan psikotropika Korban harus bisa

menatap masa depan dengan penuh optimisme Selain yang

bersangkutan peranan keluarga (orang liia dan saudara-saudaranya

suami atau istri) juga sangal pcnling Anggota keluarga ini harus secara

intensifmendampingi dan jnenopang korban

61

Staf di paiiti rehabilitasi para konselor psikolog dan semua

pihak di panti rehabilitasi untuk bersama-sama mcmbangun

kepercayaan diri korban Seluruh proses ini membutuhkan waktu

berbulan-bulan bahkan selama bertahun-tahun tergantung tingkat

ketergantungan dan efeknya bagi korban Berbagai terapi yang

dilakukan selama dalam tahap ini baik yang dilakukan secara pribadi

maupun bersama-sama lewat berbagai aktivitas di panti rehabilitasi

tersebut bertujuan untuk memberdayakan kembali korban yang disekian

lama telah terpuruk oleh narkolika dan psikotropika Sebagai langkah

awal untuk sosialisasi diri dengan masyarakat korban juga secara

bertahap mulai mcmbangun komunikasi dengan orang lain di Iuar

komunitas rehabilitasi

Menurut Romo Lambertus Somar MSG dalam bukunya

Rehabilitasi Pecandu Narkotika dan Psikotropika pada tahap ini ada

tiga titik yang harus dilewati yang lebih dikenal dengan tahapan

stabilisasi pribadi yailu^

1 Secara sadar dan tekun melepaskan diri dari berbagai penyakit dan

akibatakibat lainnya (no to drugs) Tahap ini merupakan tahap

stabilisasi awai atau tahap konsolidasi (comolidation)

2 Menemukan jati diri menguasai kiat-kiat dan keterampilan-

keterampilan untuk menyehatkan serta mengisi hidup secara lebih

bermakna dan bermulu Latihan keterampilan vokasional (kerja) dan

E M Giri Praslowo Loc cil hal 32

62

peiigungkapan diri dari dimulai dibina sebiiigga disebul juga (afiap

pengukuan diri (jyerwtuil appraisal) Inilah lahap slabilisasi

niericiigah (inadya)

3 Dengan inisiatif pribadi orang secara sadar mulai berfikir dan

bertindak untuk mencapai prestasi-prestasi tertentu schingga disebut

juga tahap positive thinking and doing Tahap ini merupakan tahap

stabilisasi akhir

4 Tahap rekonsiliasi Tahapan berikut yang harus dilewati dan sangat

vital adalah tahap rekonsiliasi Tara korban tidak langsung

herinlcraksi secara bebas dcngan masyarakat akan tctiipi lerleblh

dahulu ditampung di sebuah lingkungan khusus selama beberapa

waktu sampai pasien benar-benar siap secara mental dan rohani

kembali kelingkungannya semula Yang paling ulama dalam fase ini

adalah pembinaan mental spiritual keimanan dan ketakwaan serta

kcsepiikatan sosial kemasyarakaian Proses ini bisa meliputi program

pembinaan jasmani dan rohani

Sampai ke tahap ini yang bersangkutan masih tcrikat dengan

rehabilitasi foimal namun sudah mulai membiasakan diri dengan

masyarakat Iuar sehingga merupakan proses resosialisasi (reentry) atau

penyesuaian (reconcilialion) Proses ini melewati tiga titik penting juga

yaitu

1 Tinggal lebih sering dan lebih lama di lingkungan keluarga sebagai

63

teiiipal tinggal tetap atau pun tempat tinggal transit unluk

resosialisasi sambil mclaiijiitkan kegiatan pilihan sebagai penunjang

masa selanjutnya Di sini terjadi perdamaian dan penycsuaian-

penyesuaian kembali dengan lingkungan

2 Rencana masa depan yang jelas dan siap direalisasikaii dengan

dukungan keluarga atau pihak-pihak lain Pada tahap ini korban

dapat memulai aktivitasnya lagi seperti sekolahkuliah mulai bekerja

atau merintis usaha sendiri

3 Kontak awal dengan kelompok-keiompok atau program-program

pemeliharaan lanjut aftercare) Di sini orang meiierima dirinya

seperti apa adanya merasa puas lalu mempercayakan dirinya ke

tangan orang lain

4 Pciiieliharaaii Lanjut Pada tahap ini walaupun secara fisik yang

bersangkutan sudah dinyatakan seliul dan secara psikis pun sudali

pulih namun masih ada kcmungkinan mereka akan tergclincir

kembali icbihlebih saat mereka sedang menghadapl masalah Pada

saat itu bisa Jadi mereka bemostagia dengan menikmati narkolika

dan psikotropika Saat ini juga niwaii Karena itu setiap korban yang

niemasuki tahap inidipersiapkaii sungguh-sungguh agar dapal

melewati dan mengatasi sUuasi rawan ini dengan melewati tiga titik

ini yakni

a Mengubah menghilangkan aUiu menjauhi hal-hal yang bersifat

bid hul 34

64

nostaigia kesenaiigan narkolika dan psikolropika

b Setiap mengikuti program-program dan aeara-acara aftercare

(pemeliharaan lanjut) dan

c Dapat juga mcUbatkan diri dalam gerakan atau kelompok bersih

narkoba dan peduli penanggulangannya

BAB IV

PENUTUP

A Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dipaparkan tersebut di atas peneliti

memberikan beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap

permasalahan di dalam penelitian ini sebagai berikut

Di antara berbagai faktor yang dapat mempengaruhi seseorang atau

individu menyalahgunakan narkotika atau psikotropika terdapat faktor

yang paling duininan yakni laktor yang bersumber dari keadaan keluarga

dan lingkungan bukan karcnn faktor individunya Karena faktor keluarga

yang buruk dan lingkungan yang juga buruk dan saling mendukung dapat

mempengaruhi individu menjadi pelaku lindak pidana penyalahgunaan

narkolika dan psikotropika tersebut dengan kata lain faktor keluarga dan

lingkungan yang buruk ini membuka kesempatan kcpada seseorang untuk

merasakan pergaulan dengan narkotika atau psikotropika sehingga dapal

menimbulkan ketergantungan terhadapnya

2 Perlindungan lerhadap korban narkotika- jika dihubungkan dengan

beberapa teori pemidanaan dalam perspektif Undang-Undatig Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika yang baru terdapai keseimbangan antara

perlindungan terhadap pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana

bahwa berdasarkan sanksi baik pidana maupun denda yang terdapat dalam

undang-undang ini sangatlah bcrat-bcnil dan tegas Ini berarti bahwa

65 bull

66

undang-undang narkotika yang baru tersebut lebih mementingkan korban

dari pada pelaku kejalialan narkotika Mengingat bahwa dcngan adanya

pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan ktgtrban semakin

banyak yang berjatuhan seliingga daripada korbannya anak bangsa yang

memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara Indonesia

maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-beratnya

terhadap si pelaku lindak pidana narkolika bahkan pidana mati atau

seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-

undang yang baru ini juga diatur mengenai rchabilitasi terhadap korban

baik korban yang diakibatkan oleh orang lain niaiipim karena self

victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku ilu

sendiri

Saran

Adapun yang menjadi saran peneliti di dalam penelitian ini yang

menjadi harapan untuk dipcrliatikan bersama adalah sebagai berikut

1 Diharapkan bagi setiap keluarga untuk menjaga keharmonisan melakukan

pengawasan dan mcnanainkan pcndidikan yang benar terutama dalam lial

menyeimbangkan antara emosi inteligensi dan spritual sejak dari din

terhadap anak sebagai benteng terhadap dirinya untuk dapat membentengi

dari pengaruh narkotika dan psikotropika yang semakin mengancam

keadaan lingkungan masyarakat

2 Diharapkan terhadap pemerintah untuk melakukan sosialisasi yang

teriiitegrasi dan menyeluruh terhadap semua lapisan masyarakat baik

67

masyarakat di pedesan (primitlf) maupun masyarakat kota betapa besamya

sanksi pidana dan denda yang digariskan di dalam undang-undang

narkotika dan psikotropika misalnya dcngan mcmpublikasikannya dalam

bentuk billboard di pcrsiinpangan jalan sehingga setiap orang yang lewat

dengan secara otomatis masyarakat akan inengelaliuinya dan

berkemuiigkiiian orang yang membacanya setidaknya tlmbul rasa takut

untuk terjun ke dalam penyalahgunaaan narkotika dan psikotropika

tersebut

D A F T A R PUSTAKA

A Bukii

Arrasjid Chainur Sualu Pemikiran Tentang Psikologi Kriminil Mcdan Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU 1999

Gerson Bawengan Penganlar Psichology Kriminil Jakarta Pradya Pramita 1973

Gosita Arif Masalah Korban Kejahatan Jakarta Akademika Pressindo 1993

Hakim M Ariel Narkoba Bahaya dan Penanggulangannya Bandung Jembar 2007

Hawari Dadang Konsep islam Memerangi AIDS dan NAZA Get X i Yogyakarta Dhana Baktl Priaya 1997

Kaligis OC dan Soedjono Dirdjosisworo Narkoba dan Peradilannya di Indonesia (Retbrmasi Hukum Pidana Melaiui Perundangan dan Peradilan) Bandung PT Alumni 2002

Kartono Kartini Psichology Abnormal Bandung Alumni 1972

Mansur Dikdik M Arif dan Elistaris Guitom Urgensi Perlindungan Korban Kejahalan Antara Norma dan Reaiita Bandung Agustus Fakultas Hukum Universitas Padjajaran 2006

Mardani Penyalahgunaan Narkoba Daiam Perspeklif Hukum islam dan hukum Pidana Nasional Jakarta IH RajuGrufindoPersado 2007

Marpaung Leden Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005

Moelyono Anton M Kumus Besar Bahasa Indonesia Get 11 Jakarta Balai Pustaka 1988

Muladi HAM Dalam Persepkiif Sistem Peradilan Pidana dalam Muladi (ed) Hak Asasi Manusia Hakekal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat Bandung Refika Aditama 2005

dan Barda Nawawi Arlef Bunga Rampai Hukum Pidana Bandung Alumni 1992

Partodiharjo Subagyo Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannyai Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2003

Ioyk Fanny Jonathans Sehiiah Kesehatan Narkoba Sayonara Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2006

Prastowo EM Giri Rehabilitasi Bagi Korban Narkoba Tangcrang Visimedia 2006

Prodjodikoro Wirjono Asas-asas Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005

Roeslan Saieh Stelsel Pidana Indonesia Jakarta Bina Aksara 1987

Soedjono D Segi Hukum Tentang Narkolika di Indonesia Bandung Karya Nusanlara 1977

Hukum Narkolika Indonesia Bandung PT Citra Adtya Baktl i 990

Soekanto Soerjono dan Sri Mumadjj Penelitian Hukum Normalif Suatu Tijnjauan Singkat Jakarta Rajagrafindo Persada 2001

Sudarsono Kenakalan Remaja cet Ii Jakarta Rineka Cipta 1992

Tom dkk Bahaya NAPZA Bagi Pelajar Bandung Yayasan Al-Ghifari Morgan 1999

Tim BNN Materi Advokad Pencegahan Narkoba Jakarta Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia 2005

Yustisia Himpunan Peraturan Pemndang-Undangan Anti Narkoba diterjenialikuii oleh Tim iustaka Yuslisia Yogyakarta iuslaka Yustisia 2006

Waluyo Bambang Penelitian Hukum dalam Prakiek Jakarta Sinar Grafika 1996

Wcda Made Darma Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korporasi dalam niingti Rampai Viktimisasi Bandung Eresco 1995

B Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Pasal 152

Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika22Tahun 1997 tentang Narkotika

Keppres Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkolika Nasional

CInternet

htlpwwwbnngoidportalbariiiiorlalkQnlenpltpniima^Prorilampop^visi niisiamp tnn=lamp diakses tcrakiiir tanggal 13 November 2014

httpthed03hlogspoteom2008l Ohukuiii-viktimolQgihtmk diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014

httpwwwikonbaliorg26062Q(19advokasipctisi-ikon-bali-segera-tcrapkan-semahtml Petisi Ikalan Korban Napza (IKON) dalam rangka menyambut Hari Anti Narkotika (HANI) dan Hari Anti Penyiksaan 2009 diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014

httpwwwsurnekscoidindexphp7pption=^om cpntentampview=articleampid=^1405 2010-kej ati-baru-terapkan-uu-no-3 52009ampcatid=44 ilir-barat-i-bukit-keciIampUemid=94 diakses lerakJiir tanggal 12 Desember 2014

httpidsbvoongcQmexact-sciencesl8Q8652-getielika-dan-keiahatan Faktor Genetik Penyebab Kejahalan diakses terakhir tanggal 10 jaiiuari 2014

httpwwwasiasecuritiescoidsys 12ximagesstories201QEqtiitv2Q Pdf diakses terakhir tanggal 10 Januari 2014

LAMPIRAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

F A K U L T A S HUKUM

K A R T U AKTIVITAS BIMBINGAN SKRIPSI

N A M A MAHASISWA DIANA SAPUTRA

N O M O R INDUK MAHASISWA 50 2011 059

P R O G R A M STUDI I L M U H U K U M

PROG K E K H U S U S A N H U K U M PIDANA

P E M B I M B I N G M S O L E H IDRUS SHMH

l U D U L SKRIPSI P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T U N D A N G U N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I

KONSULTASI

K F -

MATERI YANG

DIBIMBINGKAN

PARAF

PEMBIMBING K E T

luymdash

y^ ^ Tlt2 N ^

7 M e

fSUL

k ^

CATATAN MOHON DIBERI WAKTU MENYELESAIKAN SKRIlSl RUiAN SEJAK TANGGAL DIKELUARKAN DITETAIKAN

DIKELUARKAN DI PALEMBANG PADA TANGGAL KETUA BAGIAN

JUDUL P E N Y A L A H G U N A A N N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG UNDANG N O M O R 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I

P E R M A S A L A H A N 1 Apa yang menjadi faktor tcrjadinya penyalaJigunaan narkotika dan psikotropika

2 Bagaimana pengaturan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspektif victimologi

B A B l P H N D A I i U L U A N A Latar Belakang B Permasalahan C Ruang Lingkup dan Tujuan D Metode Penelitian E Sistematika Penulisan

B A B 11 T I N J A U A N PUSTAKA

A Pengertian penyalahgunaan B Pengertian victimologi C Ruang lingkup victimologi D Jents dan penggolongan narkotika dan psikotropika E Undang Undang yang mengatur tentang narkotika

dan psikotropika

BAB I I I PEMBAHASAN A Faktor yang menyebabkan terjadinya

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika

B Penyalahgunaan narkotika dan psikolropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspeklif victimologi

BAB IV PENUTUP A Kesimpulan

B Saran-saran

DAF1AR PUSTAKA

L A M P I R A N - L A M P I R A N

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM

Lampiran Perihal Kepada

Sistematika penulisan (Outline) Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi YUi NUR HUSNI LMILSON SHSpNMH

Pembimbing Akademik Fakultas Hukum UMP dl-Palembaniz

Assalamualaikum WrWb

Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama DIANA SAPU I RA

Program Kekhususan Flukum Pidana

fada semester Lianjil tatiun kuliati 2UI42UI5 sudah menyelesaikan betian studi yang meliputi MPKMKKMKBMPBMBB (139 sks)

Dengan ini mengajukan pcrmohonan untuk penelitian Hukum dan Penulis Skripsi dengan judul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG-UNDANG N O M O R 35 T A H U N 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I

Demikianlah atas perkenaan Ibu diucapkan terima kasih

Wassalamualaikum WrWb

NIM 50 2011 059 Ilmu Hukum Program Studi

Palembang September 2014 Pemohon ^^--^5

Rekomendasi PAYbs

Pembimbing Akademik

HUSNI EMHSON SH SpN MH

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM

REKOMENDASI DAN PEMBIMBING SKRIPSI

Nama Nim Program Study Program Kekhususan Judul skripsi

DIANA SAPUTRA 50 2011 059 Ilmu Hukum Hukum pidana PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI

I Rekomendasi Ketua Bagian a Rekomendasi

b Usulan Pembimbing

Hukum Pidana

raiemoang iepiemt)er zu 14 KetuaJBagu

LuuTiiiAKNurCsHrR^

I L Penatapan Pembimbing Skripsi Oleh Wakil Dekan I

1 2

Palembang September 2014 Wakil Dekan I

- i poundL Dr Hj SRI S U L A S T R I SH M H

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah i n i Nama Tempat Tanggal Lahir N I M Program Studi Program Kekhususan

DIANA SAPUTRA PetransJaya 15 Januari 1992 502011059 Ilmu Hukum Hukum Pidana

Menyatakan bahwa karya ilmiah skripsi saya yang berjudul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANGshyU N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F VICTIMOLOGI

Adalah bukan merupakan karya tulis orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali daiam bentuk kutipan yang telah kami sebutkan sumbemya

Demikianlah surat pemyataan ini kami buat dengan sebenar-benamya dan apabila pemyataan ini tidak benar kami bersedia mendapatkan sanksi akademis

Palembang September 2014

PERMOHONAN UNTUK MENGIKUTI SEMINAR PROPOSAL

Palembang Oktober2014 Perihal Mohon untuk diiaksanakan seminar

Proposal Penelitian Skripsi

Kepada Yth Ibu Luil Maknun SH MH Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang D i -

Palembang

Assalamualaikum Wr Wb Saya yang bertanda tangan dibawah Ini Nama DIANA SAPUTRA

NIM 50 2011 059

Program Kekhususan Hukum Pidana

Bahwa yang bersangkutan telah layak untuk mer^ikiuti Seminar Proposal rencana penelitian skripsi yang judul PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI

Mohon kiranya yang bersangkutan untuk dijadwalkan mengikuti Seminar Proposal usul Penelitian Skripsi

Demikianlah disampaikan untuk dipertimban^Lan Wassalamualaikum Wr Wb

Pembimbing Skripsi

M SOLEH IDRUS3HMS

H A L A M A N P E R S E T U J U A N U N T U K M E N G I K U T I S E M I N A R P R O P O S A L

Nama DIANA S A P U T R A

N I M 50 2011059

Program studi Ilmu Hukum

Program kekhususan Hukum Pidana

Judui Penelitian PENYALAHGUNAAN N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A

MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI P E R S P E K T I F VICTIMOUHH

Palembang Oktober2014 Disetujui Pembimbing

M S O L E H IDRUSSH MS

Ketua Bagian Hukum Pidana

LuU MaknunSH M H

Page 15: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si

6

perspektif viAimo(gtg[

E Metode rcncHtl

Untuk memperoleh data yang kongkril sebagai pcdoman dalam

penulisan skripsi ini maka penulis menggunaan metode sebagai berikul

1 Metode pclaksanaan penelitian

dalam pclaksanaan ini penulis menggunaan metode penelitian hukum

normatif yang bersifal diskriftif dengan menggunaan dala skunder

Penelitian nukum norkatif ini merupakan penelitian kcpustakaan yaitu

penelitian terhadap dala skunder yang iiiempuiiyai ruang lingkup meiipuli

surat sural fakta fakta sampai pada dokumen - dokuincn resmi yang

dikeluarkan oleh instansi lerkait

2 Metode pcngiimpulun data

Pengumpulan data meiiipunyai hubungan yang eral dengan sumber data

karena dcngan pengumpulan dala akan diperoleh data yang dipcrlukan

untuk selanjutnya dianalisis sesuai dengan yang diinginkan Dalam usuha

pengumuian dala dala yang relevan dengan judul ini penulis

menggunakan metode normatif diskriplif dengan menggunakan data

skunder yang berbentuk dokumcntasi

3 Tehnik pcngolahan data

Dilakukan dcngan cara nnalisis isi terhadap teksural untuk selanjutnya

dikoniruksikan dalam suatu kesimpulan

7

Sislemutika [cnulisiin

Penelitian ini dibuul berdasarkan sistematika penulisan di dalam

penelitian ini peneliti mcmbaginya dalam empat bagian yailu

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan bab pendahuluan yang menguraikan mengenai hal-hal

berkaitan dengan Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan

dan Maniaat Penclilian Kcaslian Penelitian Tlnjaiian

Kcpustakaan Pengertian Penyalahgunaan Pengertian

Viclimologi Ruang Lingkup dan Manfaat Viclimologi Jenis dan

Penggolongan Narkotika dan Psikotropika Metode Penelitian

dan Sistematika Penulisan

BAB U TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bagian ini menguraikan yaitu mengenai pengertian tentang

penyalahgunaan pengertian tentang ruang lingkup viktimologi

pengertian tentang narkotika dan jcnis-jcnis narkolika

BAB Hi PEMBAHASAN

Merupakan bab yang membahas mengenai hal-hal yang berkaitan

dengan Pengaturan Sanksi Pidana lerhadap Penyalahgunaan

Narkotika dan Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Ditinjau dari Perlindungan Terhadap Korban dan

Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Self

Victimizing Victims

8

BAB IV K E S I M P U L A N DAN SARAN

Bab ini memuat beberapa kesimpulan dan saran yang dibuat

peneliti sebagai hasil dari pembahasan dun penguraian di dalam

penelitian ini dari keseluruhan permasalahan yang ada

DAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A Pengertinn Pcnyalaliguiiaan

Penyalahgunaan dimaksudkan dalam penclilian ini adalah

penyalahgunaan terhadap narkotika dan psikolropika Dimana bahwa

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika ini diambil dan dipersainakan

dcngan pengertian penyalahgunaan narkoba seperti yang disebutkan Lutfi

Braja yakni memberikan pembatasan mengenai penyalaiiguiiaaii yaitu

Pemakaian narkoba di iuar indikasi medik tanpa petunjuk atau

resep dokter dan peinakaiannya bersifat patologik

(menimbulkan kelainan) dan menimbiilkan humbutan dalam

aktifitas di rumah di sekoiah atau di kampus tempat kerja dan

lingkungan sosial Ketergantungan narkoba adalah kondisi yang

kebanyakan diakibatkan oleh penyalahgunaan zat yang disertai

dengan adanya toleransi zat (dosis semakin tinggi) dan gejala

putus zal

Permasalahan penyalahgunaan mengakibatkan dampak yang sering

terjadi di tengah-tcngah masyarakat dari penyalahgunaan narkolika dan

psikotropika antara lain merusak hubungmt kekeluargaaii menurunkan

kemampuan belajar dan produktifitas kerja secara drastis sulit membedakan

mana perbuatan baik dan perbuatan buruk perubahan pcrilaku menjadi

Mardani Op 01 lial 2

9

10

pcrilaku anti sosial (pcrilaku maladaptil) gangguan kesehalan (fisik dun

mental) mempertinggi jumlah kecelakaan lalu lintas tindak kekerasan dan

kriniinuliLis lainnya

Dari kata penyalahgunaan menandakan bahwa Narkotika dan

Psikotropika tidak selalu bermakna negatif Dcngan begitu narkotika dan

psokitropika yang digunakan dengan baik dan benar oleh dokter untuk

mengobati pasiennya lidak tennasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang

disaiahgunakan Di dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA

(Narkotika Psikotropika dan Zat Adit i f Lainnya)

B Pengertian Victiimlogt

Pada dasarnya perkembangan ilmu pengetahuan tentang korban

kejahalan (viktimologi) lidak dapat dipisahkan dari iahimya peiiiikiraii-

pemikiran brilian dari Hans von Hentig seorang ahli kriminologi pada talum

1941 serta Mendelsohn pada tahun 1947 Pemikiran dari kedua ahli ini

sangat mcmpengaruhi setiap fase perkembangan viktimologi Perkembangan

viktimologi hingga sampai pada keadaan seperti sekarang tentunya tidak

terjadi dengan sendirinya namun telah meiigalami berbagai perkembangan

yang dapai dibagi dalam 3 (tiga) fase sebagai berikut

a iada tahap peitama viktimologi hanya meinpclajari korban kejahatan saja

pada fase ini dikatakan sebagai pehdl or special vtciimolo^

b Pada lase kedua viktimologi tidak hanya mengkaji masalah korban

Oadang Huwari Konsep Islam Memerungt AIDS dan NAA Cel XI (Ycgvakarta Ohaiiii iiakli Idaya 1997) hal 153 Made Danaa Wi da Op cil hal 200

kejahalan tetapi juga meiipuli korban kecelakaan Pada fase ini disebut

sebagai general victimology

c Fase ketiga Vikt imologi sudah berkembang lebih luas lagi yaitu mengkaji

permasalahan korban karena penyalahgunaan kckuasaan dan hak-hak asasi

manusia Fase ini dikatakan sebagai new viciimology

Berdasarkan pengertian di atas nampak je las bahwa yang menjadi

obyek pengkajian dari viktimologi diantaranyu pihak-pihak mana saja yang

terlibat atau mcmpengaruhi terjadinya suatu viktimisasi kriminal

bagaiinanakah respon terhadap suatu viktimisasi kriminal faktor penyebab

terjadinya viktimisasi kriminal bagaimanakah upaya penanggulangannya

dan sebagainya

C R u a i i g L i n g k u p Victimologi

Vikt imologi mencliti topik-topik teiilang korban scperti peranan

korban pada terjadinya kejahatan hubungan antara pelaku dengan korban

rentannya posisi korban dan peranan korban dalam sistem peradilan pidana

Selain itu menurut Muladi viktimologi merupakan suatu studi yang bertujuan

untuk

1 Menganaiisa berbagai aspek yang berkaitan dcngan korban

2 Berusaha untuk memberikan penjelasan sebab musabab terjadinya

vikt imisasi dan

3 Mengembangkan sistem tindakan guna mengurangi penderitaan manusia

^Suryono Ekolaina ST Harum Pudjianlo RS dan G Wiraiama Abortus Iruvocalus Ba^ Korban Perkosnan Persxkif Viktimologi Kriminologi Jan Hukum Pidana Edisi PcrUtma Culakari lurlunii (Jakiiria Univcrsilas AlmaJaya 2001) liul 174 ^ibidMl I7()

12

Menurut JE Sahetapy ruang lingkup Viktimologi meliputi bagaimana

sescorang (dapat) menjadi korban yang ditentukan oleh suatu victimity yang

lidak selaiu berhubuiigan dengan masalah kejahatan termasuk pula korban

kecelakaan dan bencana alam selain dari korban kejahatan dan penyalah

gunaait kekuasan^ Namun dalam perkembangannya di tahun 1985

dipeiopori oleh Separovic yang mempelopori pemikiran agar Viktimologi

khusus niengkaji korban karena adanya kejahatan dan penyalahgunaan

kckuasaan dan tidak mengkaji korban karena musibah alau bencana alam

karena korban bencana alam di iuar kemauan manusia out of mms will)

D Jenis dan Penggolungan Narkotika dan Psikotropilta

Dari kata penyalahgunaan narkoba menandakan bahwa narkoba tidak

selalu beimakna negatif Dengan begilu narkolika dan psokitropika yang

digunakan dengan balk dan benar oleh dokter unluk mengobati pasiennya

tidak termasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang disaialigLmakan Di

dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA (Narkotika Psikolropika

dun Zat ditir Lainnya) Dalam penelitian ini hanya dibahas tentang

narkotika dan psikolropika maka sebelumnya dipaparkan terlebih dahulu

berbagai jenis narkotika dan psikotropika sebagai berikut

a) Narkolika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari lanaman atau

TbUi Miiiadi HAM Halam Persepkiif Sislem Peradilan Pidana datam Muladi (cd) Hak Asas) Manusia Hakclal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspeklif llukum dan Masyarakat (Bandung Refikii Aditama 2005) hal lOX VfiWDial 109 Subagyo Partediharjo Op cil hal 11

13

bukan tanainan baik sintesis maupun bukan sintesis yang dapat

menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa

Zat ini dapal mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat

meninibulkan ketergantungan Menurut Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika Narkolika adalah at atau obat yang

berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun

semisimetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri

dan dapat nienimbulkati ketergantungan yang dibedakan kc dalam

golongan-goiongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang in i

Narkotika memiliki daya adikasi (ketagihan) yang sangat berat

Narkolika juga memiliki daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual

(kebiasaan) yang sangat tinggi Ketiga sifat narkolika ini yang

menyebabkan pemakai narkotika tidak dapat lepas dari cengkeramannya

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

Jenis jenis narkotika dibagi ke daiam 3 (tiga) kelompok yaitu narkotika

golongan I golongan I I dan golongan I I I

Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbaiiaya

karemi daya adilifnya sangat tinggi Golongan ini tidak boleh digunakan

untuk kcpentingan apapun kecuali unluk penelitian atau ilmu

pengetahuan Contohnya adalah ganja heroin kokain inorfin opium dan

lain-lain Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya

Ibid Posal 1 Ayal (I) Unilung-Undang Nomor 3 Tahun 2009 lenlang Narkotika

14

aditifkual tclapi bcrmaiilaal untuk pcngohatan dan penclilian tlonluhnya

adalah petidin dan turunannya benetldin belamctadol dan lain-iain

Sedanikaii narkulika golungaii Ml adalah narkotika yang niciniliki daya

aditif riiigan tetapi bermanfaat untuk penghatan dan penelitian Contohnya

adalali kudcin dun turunannya^

Berdasarkan cara pcmbuatannya narkotika dibedakan ke dalam 3

(tiga) golongatt juga yaitu narkolika atami narkotika semlsimesis dan

narkotika sintesis Dijelaskan sebagai berikut

1) Naikotika alami

Narkotika alami adalah narkotika yang zat aditithya diambil dari

(umbuhlumbuhan (atam) Contohnya

u tjaiija

Ganja adalah tanaman perdu dengan daun menyerupai daun

singkong yang tepinya bergerigi dan berbulu lialus Jumlah Jari

daunnya selalu ganjil yakni 5 7 9 Tumbuhan ini banyak lumbuh di

iieberapa daerah di Indonesia seperti Aceh Suinalera Ulara

Sumatera Selaian Pulau Jawa dan lain-lain Daun ganja ini sering

iligunakiin sebagai bumbu penyedap masakan Bila digunakan

ebagai bumbu iiuisak daya adilifnya rendah Namun lidak

ilemikian apabila dibakar dan asapnya dihirup Cara

|)cnyalahgunaunnya adalah dikcringkan dan dicampu dengan

icmbakiiii rokok atau dijadikan rokok lalu dibakar serta dihisap

Subagvo PurtoJiharjo Op cil hal 11-12

15

b Ilaisis

Hasis adaiah lanaman serupa ganja yang lumbuh di Amcrika

Latin dan Eiopa Daun ganja hasis dan mariyuana Juga dapat

disuling dan diambil sarinya Oatam bentuk cair harganya sangat

mahai Gunanya adalah unluk disaiahgunakan oleh pemadut-pemadal

kelas tinggi

c Koka

Koka adalah lanaman perdu mirip pohon kupi Huahnya yang

inatang bcrwama inerah seperti biji kopi Dalam komunitas

masyarakat Indian Kuno biji koka sering digunakan untuk

inenambah kekiiatan orang yang bcrperang atau bcrburu binalang

Koka kemudian bisa diolah menj adi kokain

d Opium

Opium adaiah bunga dengan bentuk dan wama yang indah

Dari getah bunga opium dihasilkan candu (opiat) Di Mesir dan

daratan Cina opium dahulu digunakan unluk mengobati beberapa

penyakit member kekuatan atau menghilangkan rasa sakil pada

lentara yang terluka sewaktu berperang atau berburu Opium banyak

lumbuh di segiliga emas antara Burma Komboja dan Thailand

atau di daratan Cina dan segitlga emas Asia Tengah yaitu daerah

antara Alganistan Iran dan Pakistan

Dalam kalangan perdagangaii liilernasional ada kebiasaan

ftW hal 14

16

(keliru) tncnamai daerah tempat peuanamuii opium sebagai daerah

emas Diberi nama demikian karena perdagaiigan opium sangat

mengimtiingkan Karena bahayanya yang besar daerah seperti ilu

keliru jika diberi nama predikat emas Daerah sumber produksl

opium sepantasnya disebut segitlga setan atau segitlga iblis

2) Narkotika semisintcsis

Narkotika semisintesis adalah narkotika alami yang diolah dan

diambil zat aktifnya (intisarinya) agar memiliki khasiat yang lebih kuat

schmgga dapat dimanfaatkan untuk kepcnlingan kedokteran

Contohnya

a Morfm dipakai dalam dunia kedokteran unluk menghilangkan rasa

sakit alau pembiusan pada operasi (pcmbcdahan)

b Kodein dipakai unluk obat penghilang baluk

c Heroin tidak dipakai dalam pengobatan karena daya adilifnya

sangat besar dan matifuatnya secara medis belum

ditemukan Dalam pcrdugangan gelup heroin diberi nama

pulaw atau pete atau pt Henlnknya seperti tepun terigu

yang halus pulih dan agak kotor

d Kokain liiisll olahati dari biji koka

3) Naikotika sintesis

Narkotika sintesis adalah narkotika palsu yang dibuat dari bahan

kimia Narkotika ini digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi

oraiig yang menderita kclcrgantungun Contohnya

17

a Ietidin unluk obat bius lokal operasi kccil sunal dan

sebagainya

b Melhadon unluk pengobatan pecandu narkoba dan

c Naltrexon untuk pengobatan pecandu narkoba

Selain unluk pembiusan narkolika sintesis biasanya diberikan

oleh dokter kcpada penyalahgiina narkoba untuk menghcntikan

kebiasaannya yang tidak kuat melawan sugesti (relaps) atau sakaw

Narkotika sintesis berfungsi sebagai pengganti senientara Bila sudah

bciiar-bcnar bcbas asupan narkoba sintesis in dikurangi sedikil demi

sedikit sampai akhimya berhenti total

b) Fsikotropika

Pengertian psikolropika menurut Pasal I Ayal ( I ) Undang-Undang

Nomor 5 Taliun 1997 tentang Psikotropika adalah Zat atau obat baik

alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif

melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusal yang menyebabkan

perubahan khas pada uktivitus mental dan perilaku

Pengertian Psikolropika di daUim Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika tidak ditemukan Hal tersebut sehubungan

dengan ketentuan di dalam Pasal 153 huruf b yaitu Lamplran mengenai

jenis Psikotropika Golongan 1 dan Golongan II scbagaimana tercantum

dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang

Psikotropika (lcmbaran Ncgara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor

10 Tambahan Lcmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671) yang

18

telah (iipindahkan menj adi Narkotika Golongan I menurut UndangUndang

ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku Oleh karenanya dalam Undangshy

Undang Nomor 35 Tahun 2009 tidak ada lagi di dalam pasal-pasal nya

yang mengatur mengenai Psikotropika karena sudah dlmasukkan ke dalam

golongan Narkotika

Sesuai dengan pembahasan dalam penelitian ini masih

berhuijutigar dengan Psikotropika maka Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1997 tentang Psikotropika masih perlu untuk dibahas dalam penelitian ini

Menui iil undangumlang tersebut Psikolropika adalah zal atau obal bukan

narkolika baik alamiah maupun sintesis yang memiliki khasiat psikoaktif

melaiui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan

perubahan khas pada aktivitas nonnal dan perilaku Psikotropika ini

merupakan obat yang digunakan oleh dokter untuk mngobali gangguan

jiwa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tenumg

Psikolropika psikotropika dikelompokkan ke dalam 4 (empat) golongan

Golongan I yaitu psikotropika dengan daya aditif yang sangat kuat

belum diketahui manfkilnya untuk pengobatan dan sedang diteliti

khasiiitnya saat ini Contohnya adalah MDMA ekstasi USD dan STP

Golongan U yakni psikolropika dengan daya aditif kuat serta berguna

untuk pengobatan dan penelitian Contohnya adalah amfelamin

metanifetamin metakualon dan sebagainya Golongan IH yakni

psikolropika dcngan daya adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan

dan penelitian Contohnya adalah lumibal buprenorsina flcenilrazepam

19

dan sebagainya Golongan IV yakni psikotropika yang memiliki daya

aditif ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian Contohnya

adalah netrazepam (BK Mogadon Duiiiolid) diazepam dan lain-lain^

Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang

Psikotropika yang dimaksud dengan paslkotoplka adalah zat atau obat

baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif

melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang mcnyebabkan

perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku Psikotropika

dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut

1 Psikotropika golongan I yaitu psikolropika yang hanya dapat digunakan

unluk kcpentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi

sena mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma

ketergantungan Contohnya ekstasi shabu LSD

2 Psikotropika golongan II yakni psikotropika yang berkhasiat

pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi danatau tujuan ilmu

pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma

ketergantungan Contohnya amfetamin metilfenidat atau ritalin

3 Psikotropika golongan III yaitu psikotropika yang berkhasiat

pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi danatau unluk tujuan

ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan

sintlroma ketergantungan Contohnya pentobarbital Flunitrazepam dun

4 Psikotropika golongan IV yaitu psikotropika yang berkhasiat

Ibid ILil 15

20

pengobatan dan sangal luas digunakan dalam terapi danatau unluk

tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan

mengakibatkan sindrom ketergantungan Contohnya diazepam

bromazepam Fenobarbital klonazcpam klordiazepoxide nitrazepam

seperti pil BK pil Kopio Rohip Dum MG

Sedangkan kelompok dan jenLs psikotropika yang sering

disaiahgunakan antara lain

1 Psikostimulansia scperti amfetamin ekstasi dan shabu

2 Scdalif amp Hipnolika (obat penenang obat tidur) seperti MG BK

DUM Pil kopio dan lain-lain dan

3 Halusinogenika seperti lysergic acid dycthylamidc (USD) mushroom

Berdasarkan Ilmu farmukologi psikotropika dikelompokkan ke daiam 3

(tiga) golongan yakni dcpresan stinuilan dan halusinogen sebagai

berikut

1 Kelompok dcpresanpcnekan syaraf pusatpenenangobat tidur

Contohnya adalah valium BK rohipnol mogadon dan lain-lain

Jika diminurn obat ini dapat memberikan rasa tenang menganluk

rasa tcnteruni dan damai Obat ini Juga menghilangkan rasa takut

dan gelisah

2 Kelompok stimuiaiiperangsang syaraf pusaianti tidur Conlohnya

adalah amfetamin ekstasi dan shabu Ekstasi berbentuk tablet

berancka bentuk dun wama Amfetamin berbentuk tablet bcrwama

-Aid hal 16-17

21

pulih Bila diiriinuni obal ini mcndalangkan rasa gembira hilangnya

rasa pemiusuhiui hilangnya rasa marali ingin selalu aktif badan

terasa fit dan lidak merasa lapar Daya kerja otak menjadi scrba

cepat namun kurang lerkendali Shabu berbentuk tepung kristal

kasar berwarna pulili hersih seperti garani

3 Kelompok halusinogen Halusinogen adalah obat at tanaman

makanan yang dapat meninibulkan kiiayaian contohnya yailu LSD

Lysergic Acid Dicihyltamide) getah lanaman kaklus kecubung

jamur tertentu (misceiine) dan ganja Bila diminurn spikotropika

jenis in dapat menimbulkan kliayalan tentang peristiwa-peristiwa

yang mengerikan khayalan tentang kenikmatan scks dan

sebagainya Kenikmatan didapat oleh pemakai setelah pemakai sadar

bahwa perisfiwa mengerikan ilu bukan kenyataan atau karena

kenikmatankenikmatan yang dialami walaupun hanya khayalan

BAB III

PEMBAHASAN

A Faktor yang Mcnyebabkan Terjadinya Penyalahgunaan Narkotika dan

Psikotropilta

1 Faktor yang Bersunibcr Dari Individu

Menurut Luthfi Buraja terdapat 3 (liga) pcndekatan untuk

tcrjadinya penyalahgunaan dan ketergantungan terhadap narkotika dan

psikotropika yaitu peridekalan orgunobilogik psikodinamik dan

psikososial Ketiga pendekatan tersebut tidaklah berdiri sendiri melainkan

saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya Dari siidut pandang

organobiologik (sususan syaraf pusatotak) mekanismc terjadinya adiksi

(ketagihan) hingga deperidcnsi (ketergantungan) dikenal dengan dua istilah

yaitu gangguan mental oragnik atau sindrom otak organik seperti gaduh

gelisah dan kekacauan dalam fungsi kognilif (alam pikiran) efektif (alam

perasaanemosi) dan psikomotor (perilaku) yang disebabkan efek

langsung terhadap susunan syaraf pusat (otiik)^^

Sescorang akan mcnjadi ketergantungan terhadap narkotika dan

psikotropika apabila seseorang dengan tems-menenis diberikan zat

tersebut Hal ini berkaitan dengan teroi adaptasi sekuler mum

adaptaiUm) tubuh beradaptasi dengan menambah jumlah teseptor dan seishy

se syaraf bekcrja kcras Jika zat dihenlikan sel yang masih bekerja kcras

Luthll Uaraja Makalali Gangguan Mciilul dan icrilaku Akibut Nurkuba Disampalkim pada Seminar tentang Narkoba di SMK Iptck lakarla hal 2

22

23

tadi mengaiami kelmLisaii yang dari kiar tampak sebagai gejala-gejala

putus obal Gejala putus obat tersebut mcmaksa individu untuk

mengulangi pemakaian zal tersebul

Faktor predisposisi individu dengan gangguan kepribadian (anti

sosial) ditandai dengan pcrasaan lidak puas terhadap orang lain Selain itu

yang bersangkutan tidak inampu untuk berfungsi secara wajar dan efektif

dalam pergaulan di rumah di sekoiah atau di tempat kerja gangguan lain

sebagai penyerta berupa rasa cemas dan depresi Untuk mengatasi

ketidakniainpuan dan mcnghiiangkan kccemasan atau depresinya maka

individu tersebut cenderung untuk menggunakan narkoba Semestinya

individu itu dapat mengobati dirinya dengan datang ke dokterpsikiater

untuk mendapatkan terapi yang tepat sehingga dapat dicegah

keterlibatannya dalam penggunaan narkotika dan psikotropika

Secara umum mereka yang menyalahgunakan narkotika dan

psikotropika dapat di bagi ke dalam 3 (tiga) golongan besar yaitu

1 Ketergantungan primer ditandai dengan adanya kecemasan dan

depresi yang pada umumnya terdapat pada orahg detigah kepfibadlah

yang tidak stabil

2 Ketergantungan simtomatis yaitu penyalahgunaan narkotika dan

psikotropika sebagai salah satu gejala dari tipe kepribadian yang

mendasarinya pada umumnya terjadi pada orang yang kepribadian

psikopatik (anti sosial) kriminal dan pemakaian narkotika dan

Ai4hal K

24

psikotropika untuk kesenangaii sematu

3 Ketergantungan reaktif yaitu terdapat pada remaja karena dorongan

ingin tahii pengaruh tekanan dan lingkungan tenian atau kelompok

sebaya peer group pressure)

Ada beberapa faktor internal dan ekslernal yang mcnjadi penyebab

individu menyalahgunakan dan menjadi ketergantungan terhadap

narkotika dan psikotropika Menurut Sudarsono bahwa penyalahgunaan

narkolika dan psikotropika di latar belakangi oleh beberapa sebab yaitu

1 Untuk membuktikan kebcranian dalam melakukan tindakan-tindakan

yang berbaiiaya seperti ngebut dan bergaul dengan wanita

2 Meniinjukkan tindakan yang menenlung orang tua guru dan norma

sosial

3 Mempermudah penyaluran dan mempermudah perbuatan seks

4 Melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh peiigalamaii-

pengalainan einosional

5 Meneari dan menemukan aril hidup

6 Mengisi kekosnngan dan kesepian hidup

7 Menghilangkan kegelisahan frustasi dan kepepel hidup

8 Mengikuti kemauan kawan-kawan dahim rangka pembinaan solidaritas

dan

9 Iseng-iseng saja dan rasa ingin tahu

Menurut hasil penelitian Dadang Hawari bahwa di anlara faklor-

Sudujsono Kenakalan Remaja cel ii (Jakarta Rineka Cipta 1992) 1ml 67

25

faktor yang berpcran dalam penggunaan narkotika dan psikolropika

adalah

1 Faktor kepribadian anti sosial dan psikopatik

2 Kondisi kejiwaan yang mudah merasa keeewa atau depresi

3 Kondisi keluarga yang meliputi keutuhan keluarga kesibukan orang

tua hubungan orang tua dengan anak

4 Kelompok teiiian sebaya dan

5 Narkotika dan psikotropika itu sendiri mudah diperoleh dan tersedianya

pasaran yang resmi maupun lidak resmi

Menurut Siibagyo Partodiharjo secara individu terdapat beberapa

faktor yang mcmpengaruhi sescorang dapat menyalahgunakan narkotika

dan psikotropika Alasan ini merupakan alasan yang bersumber dari diri

sendin atau pemakai narkotika dan pasikotropika tersebut yakni sebagai

berikut

a Ingin tahii

Perasaun ingin tahu biasanya diniiliki oieh generasi muda pada

umur setara siswa SD SLTP dan SLTA Bila di hadapan sckelompok

anak muda ada seseorang yang inemperagakan uikmatnya

mengkonsumsi narkotika dan psikolropika maka didorong oleh naluri

alami anak muda yaitu keingintahuan maka salah seoariig dari

kelompok itu akan maju mencobanya Selain didorong oleh

keingintahuan keberaniannya juga karena didesak oleh gejolak dalam

Mardiini foc cil hai 102 ^ Subagyo RatoiJlliarjo ioc cil liiil 72-74

26

jiwanya yang ingin dianggap hebal pemberani dan pahlawan di antara

temanteinan sehayanya Maka jatuhlah satu orang anak dalam pelaku

setan

Dalam kondisi seperti itu reaksi kawan-kawan sebayanya

berbeda-bcda

1 Ada yang ingin menyaingi menunjukkan bahwa dirinya lebih hebat

lagi lalu memakai

2 Ada yang ingin tahu kemudian ikut memakai dan

3 Ada yang sella kawan lain ikut memakai juga

Sikap seperti inilah yang menyebabkan bandar atau pengedar

senang Mereka meiigincar generasi muda mahasiswa atau pclajar

karena 2 (dua) pertimbaiigan

1) Kalau salah satu anak muda kena maka anak muda yang lainnya

ikut kena sehingga konsumen cepat bertambah dan

2) Kalau anak muda kena maka anak muda tcrsebut akan mcnjadi

pemakai selia dalam waktii yang lama Berbeda dengan orang tua

yang cepat maii keuntungan komersial yang diperoleh dari

kelompok anak muda ini akan banyak

b Ingin dianggap hebal

Pcrasaan ingin dianggap hebat biasanya dimiiiki oleh generasi

muda Sepcrti ditcrangkan di atas salah satu sifat alami yang positif

dari generasi muda adalah daya saing Sayang sekali karena

kelidaktahuan sifat positif ini juga dapat dipakai untuk masalah negatif

27

Silat positif ini scharusiiya didorong unluk berlomba daluin preslasi

pada bidang pcndidikan kesenian olah raga dan lain-lain yang

bermanfaat bagi kehidupan

Bila sikap ingin berkonipctisi ini diarahkan untuk

mengkonsumsi narkolika dan psikolropika akibatiiya sungguli

mengerikan yailu kcgagalan hidup dan kesengsaraan Pemakai hanya

dapat dianggap hebat oleh lingkungan kecil pcniakai narkotika dan

psikotropika Di masyarakat luas pemakai hanya menuai cerca dan

nista

c Rasa setia kawan

Perasaan setia kawan sangat kuat dimiiiki oleh generasi muda

Jika lidak mendapatkan penyaluran yang posilif sifai positif tersebut

dapat berbahaya dan mcnjadi negatif Bila (cmannya memakai

narkotika dan psikotropika maka individu tersebul ikut juga memakai

Bila temannya dimarahi orang tuanya atau dimusuhi masyarakat maka

pemakai membela dan ikut bersimpatik

Sikap seperti itulah yang menyebabkan anak ikut-ikutan

Awalnya hiuiya satu orang yang merokok kemudian semuanya menjadi

perokok Setelah semuanya merokok sntu orang mulai memakai ganja

lalu yang lainnya ikut sehingga menjadi sekawanaii pemakai ganja

Selelah semua memakai ganja satu orang memakai ekstasi kemudian

semuanya ikut demikian selerusnya meningkat menjadi shabu dan pada

akhirnya menjadi pemakai putaw

28

d Rasa kccewa truslasi kcsai

Pcrasaan kesal kcccwa atau (rustasi biasanya terjadi karena

kegagalan pada generasi muda eksckutif mudu suami atau istri

Pcnggiiiiaan narkotika dan psikolropika pada kelompok ini bertujuan

untuk sesaat melupakan kekccewaan kckesaian dan fi-uslasi Kondisi

masyarakat yang carut martit tclah banyak melahirkan kekccewaan

kekesalan bahkan Iruslasi Narkolika dan psikotropika dapat

melupakannya sesaat tetapi tidak untuk mengatasi masalah yang

sesungguhiiya

Hubungan buruk yang disebabkan oleh kcgagalan

berkomuiiikasi antara orang tua dengan anaknya dapat menyebabkan

rasa kesal Hal ini mcnjadi faktor pemicu pemakaian narkotika dan

psikotropika oleh anak Intcraksi anlara orang tua dcngan anak tidak

cukup hanya berdasarkan niat baik Cora berkoniunikasi juga harus

baik Masing-masing pihak harus memiliki kcsabaran untuk

menjclaskan isi hatinya dengan cara yang tepat Banyak sekali konfllk

di dalam rumah tangga yang terjadi hanya karena salah paham atau

kekeliman berkoniunikasi Kekeliruan kecil itu dapal bcrakibat fatal

yaitu masuknya narkotika dan psikotropika ke dalam keluarga

Kekccewaan kekesalan dan frustasi dapal terjadi karena

kekeliruan dalam berkomunikasi terhadap beberapa faktor berikut i n i

I ) Komunikasi anak dengan orang tua

IbUI hiiJ 74

29

2) Komunikasi antar anak

3) Komunikasi di lingkungan eksekulifinuda dan

4) Komunikasi antara suami istri

e Ingin bebus dari rasa sakil atau pusing

Penderila pcnyakit beral yang kronis dan tidak kunjuiig sembuh

misalnya Ranker hati luka bakar uka tusuk wasir Ranker paruparii

migreii eneok pengapuran dan lain-lain sclalu merasakan sakit yang

iuar biasa karena penyakitnya Rasa sakit tersebut sering kali tidak

dapat dihilangkan dengan obat pengtiiiang rasa sakit biasa (anaigetik)

sehingga peiiderilanya mencoba narkotika atau psikotropika

Narkotika maupun psikolropika dapat menghilangkan rasa sakit

tersebut tetapi tidak menyembuhkan penyakitnya Ceiakaiiya pemakai

yang bersangkutan malah mendapat maslah baru yaitu ketergantungan

dengan segala komplikasinya yang justru menjadi lebih berbahaya

f Ingin menikmati rasa gembira tampii lincah energik dan mengusir

rasa sedih dan malas

Para eksekudf dan sciebritis biasanya memiliki gaya hidup yang

trendi Mereka merasa dituntut untuk selalu lampil lebih prima Dengan

mengkonsumsi naikotika atau psikolropika mereka dapat tampii prima

dan percaya diri karena kehilangan rasa malu walaupun sesungguhnya

tidak demikian

Perasaan hebat tersebut di atas seharusnya dicapai melaiui tekun

berolah raga hidup teratur meningkatkan kualitas fisik mental

30

inlclckUial dan mocaiiiyii Riikan ineiigamhit jalan piiitas dcngan tampii

seotah-olah prima niclalui manipulasi atau lipuan melaiui

mengkonsumsi narkotika atau psikolropika tersebut Pcnampilmi prima

yang semu atau atau tipuan itu lambat laun akan terungkap juga

sehingga [ania-keiamaan akan kelahuari juga jati dirinya yang

sesungguhnya itu

g ingin tampii iangsing

Narkolika dan psikotropika terscbut juga banyak digunakan oleh

artis dan ibu-ibu rumah tangga yang berbadan gemuk untuk

melangsingkan lubtihnya Narkotika alau psikotropika dengan jenis

tertentu ada juga yang dapat menghilangkan nafsu makan sekaligus

menambali aktivitas fisik sehingga dapat menurunkan beral badun

h Takut mengalami rasa sakit (sakaw)

Pengguna jenis narkotika atau psikolropika tersebut yang sudah

menjadi pemakai tetap (pemadat) akan mengalami rasa sakit (sakaw)

bila tidak memakainya Karena takut merasakan penderitaan maka

pemakai tersebut terus memakainya sehingga menjadi pemakai yang

sella junkies) Banyak pemakai narkotika dan psikotropika ini yang

setia adalah orang-orang yang merasa terpaksa memakai sebab kalau

lidak memakainya mereka akan mengalami sakaw

Kebanyakan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika

dimulai atau terdapat pada masa remaja sebab masa remaja yang

sedang mengalami perubahan biologik psikologik maupun sosial yang

31

pesat merupakan individu yang rentan untuk nienyaiahguriakan

narkotika maupun psikotropika terscbut Anak atau remaja dcngan ciri-

ciri tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi

penyalahgunanya Ciri-ciri tersebut anlara lain^

a Cenderung memberontak dan menolak otoritas

b Cenderung memiliki gangguan j iwa lain (komorbiditas) seperti

depresi cemas psikotik keperibadian dissosial

c Perilaku menyimpang dari aluran atau norma yang berlaku

d Rasa kurang percaya diri low selw-confulence) rendah diri dan

memiliki citra diri negatif (ow setf-esleem)

e Sifal mudah keeewa cenderung agresif dan destruktlf

f Mudah murung pemalu pendiam

g Mudah merasa bosan dan jenuh

h Keingintahuan yang besar untuk meneoba atau penasaran

i Keinginan untuk bersenang-senang [just for fun)

j Keinginan untuk mengikuti mode karena dianggap sebagai lambang

keperkasaan dan kehidupan modem

k Keinginan untuk diterima dalam pergaulan

1 Identitas diri yang kabur sehingga merasa diri kurang jantan

mTidak siap mental untuk menghadapl tekanan pergaulan sehingga

sulit mcngambil keputusan untuk menolak tawaran NAPZA dengan

tegas

Tom Kus dan Tedi Btihava NAPZA Bagi Pelajar (Bandung Yayasan Al-Ghilari Morgan im) hal 14

32

n Kemampuan komunikasi rendati

o Melarikan diri dari scsuatu (kebosaiian kcgagalan kekccewaan

kclidakmampuan kesepian dan kegcliran hidup dan lain-lain)

p Putus sekoiah dan

q Kurang menghayati iman atau kcpcrcayaaiinya

Menurut Tim Badan Narkotika Nasional hahwa terdapat

beberapa iaklor yang menyebabkan sescorang alau individu

menyalahgunakan narkolika dan psikotropika anlara lain

1) Keingintahuan yang besar untuk mcncoba tanpa sadar alau berlikir

panjang tentang akibatnya dikemudian hari

2) Keinginan unluk mencoba-coba karena penasaran

3) Keinginan untuk bersenang-senang

4) Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya hidup

5) Keinginan untuk dapat diterima daiam suatu kelompok

6) Lari dari masalah kebosanan atau kegetiran hidup

7) Pengertian yang salah bahwa mcncoba sckali-kali lidak akan

menimbulkan masalah

8) l idak mainpu alau tidak berani menghadapl tekanan dari lingkungan

alau kelompok pergaulan unluk menggunakan narkolika dan

psikotropika dan

9) Tidak Japal atau mampu mengatakan tidak pada narkotika dan

psikotropika

Tim INN Loc di

33

Berdasarkan peinaparaii Icrscbut di atas dengan demikian

bahwa individu didorong oleli beberapa faktor untuk menyalahgunakan

pemakaian narkotika dan psikotropika tersebut sehingga menjadi

individu yang mengalami ketergantungan berikut ini disebutkan

beberapa faktor adalah

1) Ingin tahu dan Ingin mencoba rasa memakai narkotika atau

psikotropika bagi kalangan anak muda)

2) Ingin dianggap lebih hebat dari orang Iain pada orang muda)

3) login membuktikan kesetiakawanan (pada orang muda)

4) Dianggap paling tepat untuk mengatasi perasaan keeewa j en gkel

dan frustasi (pada suami istri yang mengalami konllik rumah

tangga)

5) Dianggap cara yang paling mudah untuk menghalau rasa sakit pada

tubuh (pada penderita penyakit yang kronis)

6) Dianggap cara yang paling ampuh untuk mendapatkan perasaan

tenang damai atau gembira (pada suami istri yang mcnghadapi

konflik rumah tangga)

7) Dianggap cara yang paling mudah untuk melangsingkan lubuh (pada

ibuibii rumali tangga atau wanita yang bertubuh gemuk)

2 Faktor yang Bersumlicr dari Lingkungan

Faktor lingkungan tidak mampu mencegah atau mengurangi

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika bahkan membuka kesempatan

pemakaian narkotika dan psikotropika Yang dimaksud dcngan faktor

34

kesempatan di sini adalah tersedianya siluasi-situasi yang nieiiiungkinkan

untuk memakai narkolika atau psikolropika di waktu-vvaklu luarig di tempat

rekreasi atau hiburan diskotik pesia dan lain-lain Atau mungkin lingkungan

masyarakat yang tidak mampu mengendalikan bahkan membiarkan penjualan

alau pcrcdaran geiap narkotika dan psikotropika misalnya karena lemahnya

penegakan hukum penjualan narkolika dan psikotropika secara bcbas bisnis

narkotika dan psiktilropika yang terorganisir mudahnya memperoleh

narkotika dan psikotropika dan lain-lain

raklor yang bersumber dari lingkungan yang mcnyebabkan individu

dapat menyalahgunakan pemakaian narkotika dan psikotropika merupakan

laktor kontribusi masukaii dari Iuar individu) dimana sesttorang dengan

kondisi keluarga tidak baik akan merasa tertekan dan rasa lertekan inilah

sebagai faktor penyerta bagi dirinya untuk terlibat dalam penyalahgunaan

narkotika dan psikotropika tersebut Disfungsi keluarga yang dimaksud antara

lain adalah keluarga yang tidak utuh kedua orang tua yang tcrlalu sibuk dan

lingkungan interpersonal dengan orang tua yang tidak baik Di samping itu

faktor pencetus seperti pengaruh teman sebaya tersediu dan mudah

didapatkan mempunyai andil sebagai faktor pencetus sescorang atau individu

terlibat ke dalam penyalahgunaan yang mengakibatkan ketergantungan

terhadap narkotika dan psikotropika Dari sudut pandang psikososial

penyalahgunaan narkotika dun psikolropiku dapat terjadi sebagai akibat

negatif dari intcraksi tiga kiitub sosial yang tidak kondtisif yaitu kutub

Lulhli ilurnju Op cil

35

keluarga kutub sekolahkupus dan kulub masyarakat

Faktor lingkungan meliputi faktor kciuarga dan lingkungan pergaulan

balk dlsekltar rumah sekoiah teman sebaya maupun masyarakat Banyak

pengguna Narkotika dan Psikolropika yang berasal dari keluarga yang lidak

harmonis Keluarga seharusnya mcnjadi wadah untuk menikmati kebahagiaan

dan curalian kasih sayang wahana silih asih silih asah dan silih asuh

Namun pada kenyataannya keluarga sering sekali justru menjadi pemicu

sang anak mcnjadi pemakai hal tersebut disebabkan karena kciuarga tersebut

kacau balau Hubungan antara anggota keluarga dingin bahkan tegang atau

bermusuhan

Komunikasi antara ayah ibu dan ariak-anak sering sekali

menciptakan suasana konflik yang tidak berkesudahan dimana bahwa

penyebab konllik tersebut sangal beragam Solusi semua konflik adalah

komunikasi yang baik periuh pcngerlian saling menghargai dan menyayangi

serta ingin selalu membahagiakaii

Konflik di dalam keluarga dapat mendorong anggota keluarga merasa

frustasi sehingga lerjebak memilih narkotika dan psikolropika sebagai

solusinya Biasanya yang paling rentan terhadap stres adalah anak kemudian

suami dan istri sebagai benleng terakhir Beberapa faktor yang bersumber

dari lingkungan keluarga yang dapat mempengaruhi seseorang atau individu

tertentu icrjun kc dalam lingkungan penyalahgunaan narkotika dan

36

psikotropika tcrsebut antara lain adatuh

a Koniimikasi niang tua-aiiak kiii-ang baikcfektif

b Hubungan dalam keluarga kunmgharmonisdisfimgsi dalam keluarga

c Orang tua bercerai bcrscitngkub atau kawin lagi

d Orang lua tcrlalu sibuk aUiu tidak acuh

e Orang tua oloriter alau scrba melarang

f Orang tua yang serha nieinbolehkan (pcrmisil)

g Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teiadan

h Orang tua kurang peduli dun tidak tahu dengan masalah narkolika

i Tata terlib alau disiplin keluarga yang selalu bcrubah (kiiiaiig konsisten)

j Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam kciuarga

dan

k Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahguna narkotika

dan psikotropika

Sitimsi buruk dalam keluarga yang soring menyudiitkan anak ke arah

narkotika dan psikotropika adalah

1) Anak merasa kurang mendapatkan kasih sayang dalam keluarga merasa

kesal keeewa dan kesepian

2) Anak merasa kurang dihargai kurang mendapatkan kepcrcayaan dun

selalu dianggap salah

3) Anak mengalami konflik dengan orang tua dalam masalah pacaran

memilih pasangan hidup atau meneniukan pilihan profesi cila-elta dan

Mardani Loc cil lial 99 AW hal 100

37

sebagainya

4) Anak kesal dan keeewa karena ayah dan ibuiiya kurang lianiionis dan

sering bertcngkar (broken home)

5) Suami thtsirasi karena tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapinya

dengan islrinya

6) Istri fnistrasi akibat konllik dengan suami tentang masalali ekonomi atau

adanya wanita lain di samping suami

Banyak pengguna narkotika dan psikolropika yang pada awalnya

dimulai karena pengaruh dari orang lain Bentuk pengaruh dari orang lain itu

dapat bervariasi mulai dari bujuk rayu lipii daya sampai kepada paksaan

a) Tipu Daya

Banyak anak yang ditipu oleh kenalon teman sahabat atau pacar

Seperti mengajak meraka untuk memakai narkotika dan psikolropika

dengan bemacam-macain tipuan Dengan alasan yang digunakan bahwa

narkotika dan psikotropika adalah vitamin obat pil pintar pil sehat atau

food supplement Tipuan itu dapat juga berupa bujukan bahwa narkotika

dan psikotropika tidak tcrlalu berbahaya kalau tahu raliasianya Banyak

orang di dalam masyarakat yang dikira orang baik-baik namun lemyata

pengedar narkotika dan psikotropika Walaupun orang itu adalah kawan

sahabat saudara atau pacar sebagai pengedar penipu tersebul akan tcga

menipu maupun menjebak kita Pengedar narkotika dan psikotropika

sangat pandui mcmasarkan narkotika dan psikotropika tersebut Dengan

menawarkan narkotika dan psikotropika sebagai mmn food supplement

38

pil scliat pil pintar dan sebagainya Dengan lipuan ini korban dari

kalangan kciuarga hannonis akan terjcrumus ke dalamnya Saat ini banyak

pemakai narkolika dan psikotropika dari keluarga harmonis bukan hanya

bull dari keluarga berantakan Banyak pekerja mahasiswa atau pelajar yang

tampii ioyo tertipu ketika kepadanya ditawarkan pil sehat vitamin atau pil

pintar Banyak pemuka agama juru dakwah atau pengkhotbah yang

tertipu karena pil sehal yang dlbelinya adalah narkotika dan

psikotropika Reaksi pemakaian narkotika dan psikotropika mula-mula

terasa menyehatkan dan membuat si korban tipuan terscbut sukses dalam

berdakwah atau berkhotbah Ibu rumah tangga juga dapat tertipu karena

ditawari pil pelangsing oleh saudara atau teman dalam arlsan dan lain-

lain Mulanya karena tipu daya akhimya setelah lerjebak menjadi

biasa

b) Bujuk rayu

Waftiia camlk pengedaf ftaTkotlka dan psikotFoplka biasanya menjebak

mangsa melaiui bujuk rayu Untuk memasarkun narkotika dan

psikotropika pengedar tersebut memilih profesi sebagai wanita penghibur

atau Wanita Tuna Susiala (WTS) Banyak eksekutif muda pekerja atau

bos-bos yang mulai memakai narkotika dan psikotropika karena rayuan

pekerja seks komersial hostess dan sebagainya Dalam mcmasarkan

narkotika dan psikotropika wanita tersebut merayu akan mau melayani

kencati kalau bersama-sama mengkonsumsi narkotika dan psikotropika

Subagyo Purlodlhario Loc cil hal 78

39

lebih dulu Muta-mula kurban memakai narkotika dan psikotropika karena

tergoda namun akhimya menjadi terbiasa

c) Paksaan

Banyak anak muda yang mengawali pemakaian narkotika dan psikotropika

karena dipaksa oleh sekawanun alau seseorang yang mengancam akan

mencelakainya Banyak pclajar atau nialiasiswa mengawali kebiasaan

memakai narkotika dan psikotropika dari keadaan terpaksa diancam oleh

sekawanan preman yang menghadang di tengah jalan Dari kelompok ini

pula terjaring pemakai yang berasal dari keluarga hannonis

Lingkungan sekoiah bagi pelajar tingkat SD SMP dan SMA

merupakan tempat yang stratcgls bagi para pelajar untuk menunjukkan jati

dirinya sehingga mereka terjun kepada penyalahgunaan narkotika dan

psikotropika ini faktor sekoiah yang merupakan bagian tcrpcnting yang

mempengaruhi adalah

a Sekoiah yang kurang disiplin

b Sekoiah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjiial narkotika atau

penjual psikolropika

c Sekoiah yang kurang member] kesempatan pada siswa untuk

mengembangkan diri secara kreatif dan positif

d Adanya murid pengguna narkotika atau psikotropika

Kartini Kurtono op cil hivl 124

40

B Pengaturan Sanksi Pidana Terhadaj) Pcnyalahgunaaan Narkotika dan

Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau

dari Perlindungan Terhadap Korban

Dalam hukum pidana di Indonesia terdapat adanya

ketldakseimbangan antara perlindungan korban kejahatan dcngan pelaku

kejahatan pada dasarnya mempakan salah satu pengingkaran dari asas setiap

warga negara bersamaan kcdudukannya dalam hukum dan pcmerinlahan

sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 sebagai

landasan konstitusional Perlindungan korban memiliki hubungan cral dcngan

teori pemidanaan yang dikemukakan Wirjono Prodjudikoro tujuan

pemidanaan adalah untuk niemenuhi rasa keadilan^

Ada Juga yang mengemukakan bahwa tujuan pemidanaan dapat

dilihat melalul 2 (dua) leorl mengenai alasan-alaitan yang membenarkan

(justification) penjatuhan hukuman (sanksi) yaitu Teori Absolut

(Vergeldingslheorie) dan Teori Relatif atau Doeitheorie Menurut Teori

Absolut (Vergeldingslheorie) tujuan pemidanaan sebagai pembalasan

terhadap para pelaku karena telah melakukan kejahatan yang mengakibatkan

kesengsaraan lerhadap orang lain alau anggota masyarakat sedangkan

Roeslan Saleh mengatakan sebagai reaksi-reaksi atasdelik yang berwujud

suatu nestapa yang scngaja dilimpakan ncgara kcpada pembuat delik

Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana Cctakan Iuriania (Jakarta Sinar Gnitlka2(W5)hii4

lcduu Mdipaung Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cctakun IcrliirMii (Jukiirtu Sinur Gratika 2005) hal 4

kiwsUin Saleh Shdsel Pidana Indonesia (Jukarlu liinn Aksara 19K7) hal 5

41

Menurut Teori Relatif Doeltheurie) tujuan pemidanaan adalah

a Menjerakan agar si pelaku atau terpidana menjadi jera dan tidak

mengulangi lagi perbuatannya specials presenile) sena masyarakat umum

agar mengertahui jika melakukan perbuatan yang sama akan mengalami

hukuman yang serupa atau disebut pula generalpreventte

h Memperbaiki pribadi si terpidana berdasarkan perlakuan dan pcndidikan

selama menjalani hukuman terpidana merasa menyesal dan tidak akan

mengulangi perbuatannya dan kcmbali kepada masyarakat sebgai orang

baik dan berguna dan

c Mcmblnasakan (menjatulikan hukuman mat) atau mcmbuat terpidana tidak

berdaya dengan menjatuhkan hukuman seiimur hidup

Pandangan di atas sangatlah wajar apabila beranjak dari pandangan

bahwa hukum pidana adalah hukum sanksi (hifzonderesancUerechl) sebab

dengan bertumpu pada sanksi itulah hukum pidana difungsikan untuk

menjamin keamanan ketertiban dan keadilan Dalam perkembangannya

ternyata tidak semua sarjana menyclujui maksud diadakannya pidana scperti

itu (sebagai suatu nestapa) karena muncul pendapat bahwa di samping pidana

ditujukan untuk memberikan penderitaan kcpada pelanggar atau mcmbuat

jera pemidanaan juga bertujuan agar pelaku dapat kembali hidup

bermasyarakat sebagaimana mestinya

Alasan yang paling inenonjol lerhadap upaya perubahan tersebut

adalah dengan meniperhatikan sisi kemanusiaan yang mcmandang bahwa

Ucdcn Mirpaung Opcil hal 4

42

sekalipiin tcrsangka telah melakukan kcsalahaii ia telap berkcdmiiikan sebagai

manusia utuh yang harus tetap diperlakukan sama dengan manusia lainnya

dan dilindungi hak asasi manusionya Karena itu pidana penjara saat ini

sedang mengalami masakrisis karena termasuk jenis pidana yang kurang

disukai Banyak kritik tajam ditujukan terhadap jenis pidana perampasan

kemerdekaan ini baik dllihat dari sudut efektifitasnya maupun dilihat dari

akibat-akibat lainnya menyertai atau berhubungan dcngan dirampasnya

kemerdekaan seseorang

Banyaknyu kritik yang diarahkan pada bentuk pemidanaan berupa

perampasan kemerdekaan (yang ditujukan untuk membuat jera pelaku)

sehingga berkembanglah bentuk pemidanaan lain yang dianggap lebih

manusiawi yaitu penjatuhan pidana berupa denda atau pemberian ganti

kerugian kepada korban Pemberian ganti kerugian pada awalnya merupakan

konsep kcperdalaan seperti halnya dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata yang mewajibkan setiap orang yang menyebabkan orang lain

menderita kerugian untuk membayar ganli rugi Dalam perkembangannya

konsep ini diterupkan pula dalam hukum pidana mengingat akibat yang

ditimbulkan pada korban tindak pidana akan selalu disertai dengan kerugian

baik mental fisik maupun material sehingga sangat wajar apabila korban pun

menuntui ganti kerugian pada pelaku guna memulihkan derita yang

dialaminya

Dengan memperhatikan pada beberapa teori klasik tentang tujuan

Uurtla Nawuwi Ariel Sislem Pemidanaan Menunii Konsep KIHP llaiu dan Latar Helakang Pemlklrannya Hahan Ienalaran Hukum Pidana V Undanu Kupang uinjyful 11 Juli-12 Agustus 1989

43

pemidanaan dapat disiinpulkan bahwa penjatuhan pidana lebih banyak

ditujukan untuk kepeiitingan pelaku dengan kata lain tujuan pemidanaan

hanya dimaksudkan imtuk mengubah perilaku dari pelaku kejahatan agar

tidak mengulangi lag perbuatannya sedangkan kcpentingan korban sama

sekali diabalkan

Perlindungan terhadap korban narkotika jika dihubungkan dengan

beberapa teori pemidanaan yang telah dipaparkan di atas maka peneliti

mengkaji bahwa dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang baru ini terdapat kescimbangan antara perlindungan terhadap

pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana bahwa berdasarkan sanksi

baik pidana maupun denda yang terdapat dalam undang-undang ini sangatlah

berat-berat dan tegas ]ni berarti bahwa undang-undang ini lebih

mementingkan korban dari pada pelaku kejahatan narkotika Mengingat

bahwa dengan adanya pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan

korban semakin banyak yang berjatuhan schingga daripada korbnnnya anak

bangsa yang memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara

Indonesia maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-

beratnya lerhadap si pelaku tindak pidana narkotika bahkan pidana mati atau

seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-

undang yang bam ini juga diatur mengenai rehabilitasi terhadap korban baik

korban yang diakibatkan oleh orang Iain maupun karena self victimizing

victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku itu sendiri

44

C Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Seif-

Victimizing Victims

1 Self-victimizing victims uarkotika dau psikotropika

Suatu viktimisasi adalah sebagai suatu permasalahan manusia yang

merupakan kenyataan sosial hal ini disebabkan karena setiap warga negara

berhak mendapatkan rasa aman dan bcbas dari segala bentuk kekerasan

sesuai dengan falsafah Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 Contohnya adalah seseorang akibat perbuatannya memakai

narkotika dapat menimbulkan bahwa si pemakai tersebut menjadi tidak

berdaya upaya dengan kata lain bahwa si pelaku telah menjadi korban

akibat perbuatannya sendiri yang menimbulkan perbuatan kriminal

Penyalahgunaan narkolika atau psikolropika merupakan perbuatan

kriminal karena telah melanggar ketentuan di dalam undang-undang yang

ada yakni Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tetang Psikotropika dan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Terlibatnya si

pelaku kejahatan atau tindak pidana yang menimbulkan kerugian terhadap

dirinya sendiri daiam hal inilah yang disebut dengan istilah self victimizing

victims yang merupakan bagian dari viktimisasi Sehubungan dengan itu

maka Wolfgang menyatakan beberapa Jenis viktimisasi ialah

1 Unrelated victims yaitu korban yang tidak ada hubungannya sama

sekali dengan terjadinya korban misalnya pada kasus kecelakaan

pesawat Dalam hal In tanggungjawab sepenuhnya terletak pada

Utplietin3|il(igspqtcom2()OSIOl|ukum-viktinivl9gihlml diakscs terakhir langgul l2Januari 2015

45

pelaku

2 Provocative victims yaitu seseorang yang secara aktif mendorong

dirinya menjadi korban misalnya kasus selingkuli dimana korban juga

sebagai pelaku

3 Participating victims yailu seseorang yang tidak berbuul tetapi dengan

sikapnya justru mendorong dirinya menjadi korban

4 Biologically weak victims yaitu mereka yang secara tisik memiliki

keleinalian atau potensi untuk mcnjadi korban misalnya orang tua

renla anak-anak dan orang yang tidak mampu bcrbual apa-apa

5 Socially weak victims Yaitu mereka yang memiliki kedudukan social

yang lemah yang menyebabkan mereka mcnjadi korban misalnya

korban perdagangan perempuan dan sebagainya

6 Self victimizing victims yaitu mereka yang menjadi korban karena

kejahatan yang dilakukannya sendiri pengguna obat bius judi aborsi

dan prostitusi

Dalam hal ini kedudukan viktimologi sebagai sebuah ilmu yang

mempelajari tentang korban memiliki peranan yang sangat penting ruang

lingkup viktimologi ini meliputi

1 Semua macam sciiap macam perbuatan kriminal yang mengakibatkan

orang-orang mcnjadi korban

2 Setiap orang atau pihak yang dapat menjadi korban baik orang

perorangan maupun suatu korporasi atau organLsasi

3 Setiap orang atau pihak yang dapal menimbulkan korban artinya

46

dimana disatu sisi orang terscbut dapat merugikan orang iain sehingga

orang tidak merasa aman akibat tindakanya

4 Cara-cara viktimisasi atau penimbulan korban

5 Bentuk-bentuk viktimisasi yang terdiri dari primary viclimizalion

adalah korban individualperorangan bukan kelompok secondary

victimizalion korbannya adalali kelompok misalnya badan hukum

tertiary Victimizalion yang menjadi korban adalah masyarakat luas

nun viciimozaiion korbannya tidak dapat segera diketahui misalnya

konsumen yang tertipu dalam menggunakan hasil produksi

6 Akibat viktimisasi

7 Pengaruh viktimisasi

8 Reaksi atau respons terhadap viktimisasi

9 Penyelesaian viktimisasi dan

10 Pengaturan yang berkaitan dengan viktimisasi (yang menjadi

perhatian viktimologi)

Studi viktimologi akan memberikan pemahaman kepada setiap

individu mengenai hak dan kewajibannya dalam rangka mengantisipasi

berbagai bahaya yang mengancamnya Viktimologi memberikan

sumbangan pemikiran mengenai masalah viktimisasi tidak langsung

dampak sosial polusi industri viktimisasi ekonomi politik dan

penyalahgunaan kewenangan Viktimologi ini juga memberikan dasar

pemikiran dalam penyelesaian viktimisasi kriminal atau factor viclimogen

dalam sistem peradilan pidana

47

Dari perspektif ikalan Korban Napza (IKON) l ial i yang dimaksud

sebagai korban adalah orangperorangan yang menderita secara langsung

dari penyalahgunaan napza dan tennasuk pula keluarga alau tanggungan

langsung dari korban Namun karena hukum dl Indonesia memandang

pengguna napza adaiah kriminal maka terjadilah dampak-dampak negalif

yang dialami oleh pengguna napza yang merupakan korban scperti

diskriminasi kriminallsasi kesehatan dan stigmatisasi Maka sebagai

korban IKON Bali mendorong agar dihentikannyadiskriminasi lerhadap

korban napza mendorong vonis rehabilitasi untuk korban napza

mendorong agar dihentikannya penyiksaan terhadap korban napza dan

yang terakhir adalah mendorong terpenuhinya hak atas kesehatan bagi

korban dan orang terinfeksi HIV Dengan melihat kondisi permasalahan

penanggulangan napza yang semakin tidak menentu dan meningkatnya

jumlah korban napza secara terus-menerus Maka Ikon Bali meminta

1) Penerapan SEMA Nomor 7 Tahun 2009 sebagai pemenuhan hak atas

kesehatan terhadap korban Mpza

2) Meminta kepada Pengadilan Negeri Denpasar untuk menjadi insiator

dalam penyusunan langkah teknis penerapan SEMA Nomor 7 Tahun

2009

3) Meminta kepada selunih instansi tcrkait untuk mulai meiigambil

langkah nyata dalam penanggulangan napza

43 Ibid

48

4) Meminta agar korban napza diperlakukan secara manusiawi tanpa

penyiksaan sligma dan diskriminasi

5) Ikon Bali mendukung secara penuh program-program pemerintab

dalam penanggulangan napza

2 Rehabilitasi terhadap self-victimizing victims

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

merupakan undang-undang yang baru menggantikan Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika Adapun pasal-pasal di dalam

undang-undang in yang mengatur mengenai perlindungan korban adalah

berbagai pasal-pasal yangmencantumkan rehabilitas kepada korban

maupun pelaku tindak pidana narkolika Pasal 1 ayat (16) meneniukan

defenisi mengenai rehabilitasi dipandang dari sisi medis yakni

Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara

terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan Narkotika

Sementara Itu dalam Pasal 1 ayat (17) ditentukan defenisi rehabilitasi

dipandang dari sisi sosial yakni Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses

kegiatan pemulihan secara terpadu baik fisik mental maupun sosial agar

bekas pecandu Narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosia dalam

kehidupan masyarakat

Diimdangkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang merupakan undang-undang baru ini tentu mempunyai

maksud dan tujuannya Adapun tujuan yang terdapat dalam Pasal 4 yang

berbunyi

49

Undang-Undang tentang Narkotika bertujuan

a Menjamin kelersediaiin Narkotika untuk kcpentingan peiayanan

kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

b Mencegah mclindungi dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari

penyalahgunaan Narkotika

c Memberanlas pcredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika dan

d Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi Penyalah

Guna dan pecandu Narkotika

Bentuk perlindungan terhadap korban dan pelaku kejahatan tindak

pidana narkotika di dalajn Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

disebutkan ada 2 (dua) macam yakni pengobatan dan rehabilitasi lerhadap

korban maupun pelaku Pada Pasal 53 ayat (3) tersebul di atas bahwa yang

dimaksud dengan buktl yangsah antara lain surat kctcrangan dokter

salinan resep atau labeletiket Selcngkapnya mengenai pengobatan

ditentukan dalam Pasal 53 yang berbunyi sebagai berikut

(1) Untuk kcpentingan pengobatan dan berdasarkan indikasi medis

dokter dapal memberikan Narkotika Golongan II atau Golongan III

dalam jumlah terbatas dan sediaan tertentu kepada pasien sesuai

dengan ketcnluan peraturan perundang-undangan

(2) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat ( I ) dapal memiliki

menyimpan danatau incmbawa Narkolika untuk dirinya sendiri

(3) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mempunyai bukti

yang sali bahwa Narkotika yang dimiiiki disimpan danatau dibawa

50

untuk digunakan diperoleh secara sail sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan

Mengenai rehabilitasi terhadap korban dan pelaku tindak pidana

kejahatan penyalahgunaan narkotika merupakan suatu kewajiban bagi

pemerintah dan instansi masyarakat Sebagaimana ketentuan dalam Pasal

54 bahwa Pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika

wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial Dalam Pasal 56

disebutkan juga bahwa

(1) Rehabilitasi mcdis Pecandu Narkotika dilakukan di rumah sakit yang

ditunjuk oleh Menteri

(2) Lembaga rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan oleh instansi

pemerintah atau masyarakat dapat melakukan rehabililasi medis

Pecandu Narkotika setelah mendapat persetujuan Menteri

Kemudian dipertegas kembali dalam Pasal 57 bahwa selain melaiui

pengobatan danatau rehabilitasi medis penyembuhan Pecandu Narkotika

dapat diselenggarakan oleh instansi pemerintah alau masyarakat melaiui

pendekatan keagamaan dan tradisional Salah satu tugas dan wewenang

Badan Narkotika Nasional adalah meningkatkan kemampuan lembaga

rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu Narkotika baik yang

diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat

Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 ini terdapat

pengecualian dalam hal luniutan pidana terhadap anak yang masih berada

di bawah umur Misalnya terdapat di dalam salah satu pasalnya yakni pada

51

Pasal 128 ayal ( I ) yang bcrbunyi Orang tua atau wali dari pecandu yang

belum cukup umur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) yang

sengaja tidak mciapor dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6

(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp 100000000 satu juta

rupiah) Tetapi di datam ketentuan tain yakni pada Pasal 128 ayat (2) dan

ayal (3) ditentukan bahwa anak yang masih di bawah umur tidak dapat

dituntut pidami selcngkapnya pasal tersebul berbunyi Pecandu Narkotika

yang belum cukup umur dan telah dilaporkan oleh orang tua atau walinya

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat ( I ) tidak dituntut pidana

(Pasal 128 ayat (2)) dan Pecandu Narkotika yang telah cukup umur

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) yang sedang menjalani

rehabilitasi mcdis 2 (dua) kali masa perawatan dokter di rumah sakit

danatau lembaga rehabilitasi medis yang ditunjuk oleh pemerintah tidak

dituntut pidana

Pada awalnya narkotika digunakan unluk kcpentingan umat

manusia khususnya untuk pengobatan dan peiayanan kesehatan Namun

dcngan semakin bcrkembangnya ilmu pcngclaliuan dan teknologi

peruntukan narkotika mengalami perluasan hingga kepada hal-hal yang

negatif

Di dunia kedokteran narkotika banyak digunakan khususnya

dalam proses pembiusan sebelum pasien diopcrasi mengingat di dalam

narkotika terkandung zat yang dapat mempengaruhi perasaan pikiran serta

kesadaran pusieti Oleh karena itu agar penggunaan narkotika dapal

52

memberikan manfaat bagi kehidupanurnat manusia maka pcredarannya

harus diawasi secara ketat sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 60 sampai

dengan Pasal 63 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang menyebutkan

Pasai 60 ditentukan bahwa

(1) Pemerintah melakukan pembinaan terhadap segala kegiatan yang

berhubungan dengan Narkolika

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meiipuli upaya

a Memenuhi ketcrsediaan Narkotika unluk kcpentingan peiayanan

kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi

b Mencegah penyalahgunaan Narkotika

c Mencegah generasi muda dan anak usia sekoiah

dalampenyalahgunaan Narkotika termasuk dengan memasukkan

pendidikanyang berkaitan dengan Narkotika dalam kurikulum

sekoiah dasarsampai lanjutan atas

d Mendorong dan menunjang kegiatan penelitian danatau

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di brdang

narkolika unluk kcpentingan peiayanan kesehatan dan

e Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis bagi

Pecandu Narkotika baik yang diselenggarakan oleh pemerintah

maupun masyarakat

53

Pasal 61 ditentukan baiiwa

(1) Pemerintah melakukan pcngawasan terhadap segala kegiatan yang

berkaitan dengan Narkotika

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi

1 Narkolika dan Prekursor Narkolika untuk kcpentingan peiayanan

kesehatan danatau pengembangan Hmu pengetahuan dan

teknologi

2 Alat-alat potensial yang dapat disaiahgunakan untuk melakukan

tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkolika

3 Evaluasi keamanan khasiat dan mutu produk sebelum diedarkan

4 Produksi

5 impor dan ekspor

6 Pcrcdaran

7 Pelabeian

8 Tnformasi dan

9 Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Pasal 62 berbunyi Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan

sebagaimana dimaksud dalam Pasai 60 dan pengawasan sebagaimana

dimaksiiddalam Pasal 61 diatur dengan Peraturan Pemerintah Dan dalam

Pasal 63 disebutkan bahwa Pemerintah mengupayakan kerja sama

dengan ncgara lain danatau badan intcmasional secara bilateral dan

multiialeral baik regional maupun internasional dalam rangka pembinaan

dan pengawasan Narkotika dan Prekursor Narkotika sesuai dengan

54

kcpentingan nasional

Berdasarkan biinyi beberapa pasa di atas mengenai pengawasan

terhadap pentingnya peredaran narkotika wajib diawasi secara ketat

dikarenakan saat ini pemanfaatannya banyak untuk hal-hal yang negatif

D i samping itu melaiui perkembangan teknologi informasi dan

komunikasi penyebaran narkotika sudah menjangkau hampir ke semua

wilayah di Indonesia hingga ke pelosok-pelosok Daerah yang sebelumnya

tidak pcrriah tersentuh oleh peredaran narkotika lambat laun berubah

menjadi sentra peredaran narkotika Begitu pula anak-anak yang pada

mulanya awam terhadap barang haram ini telah berubah menjadi sosok

pecandu yang siikar untuk dilepaskan ketergantungannya

Sebelum Iahimya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

mengenai narkotika diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997

tentang Narkotika namun undang-undang ini tidak dapat dipertahankan

lagi keberadaannya karena adanya perkembangan kualitas kejahatan

narkotika yang sudali menjadi ancaman serius bagi kehidupan umat

manusia Pengguna narkotika sangat beragam dan menjangkau semua

lapisan masyarakat mulai dari anak-anak hingga orang dewasa orang

awam hingga artis bahkan hingga pejabat publik

Efek negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan narkotika secara

berlebihan dalam jangka waktu lama serta tidak diawasi oleh ahlinya

dapat

menimbulkan berbagai dampak negatif pada penggunanya baik secara

55

fisik maupun psikis Bahkan tidak janing penggunaan narkotika dapat

memicu terjadinya berbagai tindak pidana Karena itu untuk mencegah

semakin mcluasnya dampak negalif yang ditimbulkan dari penggunaan

narkotika maka pengawasan tidak hanya terbatas pada peredaran

narkotika tetapi juga pada mereka yang menjadi korban misalnya

sescorang yang menderita ketergantungan narkotika (pecandu) Apabila

seorang pecandu narkotika telah divonis bcrsalah oleh hakim atas tindak

pidana narkotika yang dilakukannya maka untuk memberikan kesempatan

pada yang bersangkutan agar tcrbebas dari kecanduaniiya maka hakim

dapat mcmutuskan untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani

pengobatan danatau perawatan

Pengobatan dan perawatan terhadap pecandu narkotika dilakukan

melaiui fasilitas rchabilitasi Rcliabilitasi medis dan sosial yang diberikan

kepada pecandu dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan

kemampuan fisik mental dan sosialnya Selain pengobatan dan perawatan

melaiui rehabililasi medis proses penyembuhan pecandu narkotika dapat

diiaksanakan oleh masyarakat melalul pendekatan keagamaan dan

tradisional

Sebagai conloh di Pakem Sleman Yogyakarta telah didirikan

sualu kliiiik alau Pusat Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkotika

Psikolropika dan Zal-zat Aditiflainnya (NAPZA) Terpadu yang didirikan

atas kerjasania Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dan

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang diresmikan pada tanggal 7

56

Desember 2005 Tujuan umum pendiriaii pusat rehabilitasi terpadu ini

adalah untuk memberikan jaminan penanganan paripurnakepada korban

penyalahgunaan Napza melaiui aspek hukum aspek medis aspek sosial

aspek spiritual serta pengembangan pcndidikan dan pelatihan dalam

bidang NAPZA secara terpadu sedangkan tujuan khususnya adalah

1 Terhindarnya korban dan instilusi dan penelrasi pengedar

2 Terhindarnya kerusakan mental dun masa depan para penyalah guna

Napza yang akan mcmbtinuh potensi pengembangan mereka

3 Terhindarnya korban-korban baru akibat penularan penyakil-penyakit

seperti Hepatitis HIVAIDS dan penyakit menular lainnya

4 Terwujudnya proses pengembangan penanganan korban NAPZA dan

aspek ilmiah serta keiimuan yang dinamis sesuai perkembangan zaman

sebagai pusat jaringan informasi terpadu dan mewujudkan teknis

penanganan penyalahgunaan narkotika dan obat-obalan terlarang bagi

daerah sekitamya maupun nasional

Pemberian perlindungan kepada korban narkotika lentil tidak dapat

dibebankan sepenuhnya kcpada pemeriiilah peran serta masyarakat pun

diharapkan ada salah salunya diterimanya kembali mantan pani pengguna

dalam lingkungannya tanpa melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya

diskriminatif bahkan dengan mcmposisikan mereka sebagai warga keias

dua yang harus dljauhi

Bentuk periindunganyang diberikan terhadap pelaku maupun

Dikdik M ArilMansur dan tUisUiris Guitom loa cil hal 90

57

korban penyalahgunaan narkolika dan psikotropika daiambentuk

rehabilitasi

Rehabilitasi adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang

dilujukan kepada pemakai narkolika dan psikotropika yang sudah

menjalani program kuratif Tujuannya agar pelaku tidak memakai lagi

dan bebas dari penyakit ikutan yang disebabkan oleh bekas pemakaian

narkotika dan psikotropika

3 Tahapan-tahapan rchabilitasi terhadap self-victimizing victims

Tahapan-tahapan rehabilitasi terhadap self-victimizing victims atas

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika yang ada di Indonesia tidak

sama Ada yang menekankan rehabilitasi hanya pada aspek medis ada

pula yang lebih menekankan pada aspek rohani Atau memadukan kedua

pendekatan tersebut dengan komposisi yang seimbang Yang ideal

rehabilitasi seorang korban narkotika dan psikotropika harus dilakukan

secara holisitik baik secara fisik psikis maupun kerohaiiiannya

1 Tahapan pengobatan (rehabilitasi)

Secara umum ada beberapa tahapan yang harus dilewati

Masing-masing tahapan tersebut memakan waktu bervariasi ada yang

seminggii sebulan dan bahkan berbu lan-bulan tcrgantung tingkat

ketergantungan tekad korban dan juga dukungan berbagai pihak

terutama keluarga dalam seluruh proses tersebut Setiap tahapan

Subagjo PiirloUiharjo Loc cU hal 105 ^ E M Giri Prastowo loc cil hal 28 -29

58

tersebut disusun dan dibuat untuk inenganlar pasien secara bertaiiap

melepaskan dari ketergantungan narkotika dan psikotropika Beberapa

tahapan rehabilitasi ini yang disajikan berikut sudah Icruji dapat

menyembuhkan atau memulihkan korban narkotika dan psikotropika

secara maksimal

a Tahapan transisi

Penekanaii dalam tahap ini lebih kepada informasi awal

tentang korbanseperti

1) Latar belakang korban

2) Lama ketergantungan

3) Jenis obat yang dipakai

4) Akibat-akibat ketergantungan dan

5) Berbagai inlbrniasi lainnya

Hal ini penling sehingga pada saatnya akan menjadi acuan

bagi pihak yang terlibat secara intensif dalam proses rehabilitasi

Ahl i yang berkompeten (dokter) akan menganaiisa tingkat

ketergantungan korban untuk kemudian meneniukan tingkat

pengobatan dan tingkat pembinaan bagi si korban schingga terapi

dan metode pengobatan bisa dilakukan secara terukur

Tahapan ini Juga dapat dijadikan rujukan untuk meneari

model rehabilitasi yang paling tepat bagi yang bersangkutan Pada

tahap ini tim rehabilitasi akan membantu korban agar menyadari

dirinya sedang menghadapl masalah ketergantungan narkotika dan

59

psikotropika Korban diajak untuk bersama-sama mengatasinya Hal

ini penting karena proses rchabilitasi tidak akan berhasil tanpa

adanya kesadaran korban tentang adanya bahaya yang dihadapinya

Dari situ akan dibangun tekad dan komitmennya untuk

meninggalkan narkotika dan psikotropika

Selain itu pada tahapan ini akan diteliti akibat fisik dari

penggunaan narkotika dan psikotropika Sejauh mana tingkat

kerusakan syaraf dan organ-organ tubuhnya yang rusak Unluk itu

diadakan pemeriksaaii laboratoriumiengkap dan tes penunjang untuk

mcndeteksi penyakit yang diderita korban A[)abia dalam

pemeriksaan ditemukan satu atau beberapa penyakit maka terlebih

dahulu diadakan pengobalan medis sebelum penderita mendapat

proses rehabilitasi lanjutan Langkah ini penting selain agar tubuh

yang bersangkutan bebas dari penyakit juga untuk mencegah

terjadinya penularan balk kepada korban narkotika dan psikotropika

ini diadakan pembersihan darah pada tubuh pecandu sehingga darah

menjadi bersih dan sistem metabolisme tubuh kembali normal

Proses ini dapat dilakukan melaiui cara-cara berikut

1) Cold Turkey abrupt withdrawal) yaitu proses penghentian

pemakaian narkotika dan psikolropika secara tiba-tiba tanpa

disertai dengan substitusi antidotum

2) Bertaliap atau substitusi bertahap misalnya dengan kodein

^Ibidhal 30

60

methadone CPZ atau clocard selama i -2 minggu

3) Rapid Detoxification dilakukan dengan anestesi umum (6-12

jam) dan

4) Simtomatik tergantung gejala yang dirasakan

2 Rehabilitasi intensif

Setelah melewati masa transisi (pengumpulan informasi tentang

keadaan korban dan latar belakangnya) baru masiik pada fase

berikutnya yakni proses penyembuhan secara psikis Motivasi dan

potensi dirinya dibangun daiam tahap ini Korban diajak untuk

menemukan dirinya dan segala potensinya sambil juga menyadari

berbagai keterbalasannya Bahwa untuk mengatasi masalah hidup yang

bersangkutan tidak perlu harus mengkonsumsi narkotika dan

psikotropika Narkotika dan psikotropika justru menciptakan masalah

baru yang jauh lebih besar dalam hidupnya Narkotika dan psikotropika

bukanlah solusi tetapi menjadisumber masalah Pada tahap ini berbagai

contoh dapat dipcrlihatkan kepada korban

Yang terlibat di dalam tahap ini yang utama adalah korban itu

sendiri sebagai pelaku self-victimizing victims) Korban harus punya

tekad untuk hidup tanpa narkotika dan psikotropika Korban harus bisa

menatap masa depan dengan penuh optimisme Selain yang

bersangkutan peranan keluarga (orang liia dan saudara-saudaranya

suami atau istri) juga sangal pcnling Anggota keluarga ini harus secara

intensifmendampingi dan jnenopang korban

61

Staf di paiiti rehabilitasi para konselor psikolog dan semua

pihak di panti rehabilitasi untuk bersama-sama mcmbangun

kepercayaan diri korban Seluruh proses ini membutuhkan waktu

berbulan-bulan bahkan selama bertahun-tahun tergantung tingkat

ketergantungan dan efeknya bagi korban Berbagai terapi yang

dilakukan selama dalam tahap ini baik yang dilakukan secara pribadi

maupun bersama-sama lewat berbagai aktivitas di panti rehabilitasi

tersebut bertujuan untuk memberdayakan kembali korban yang disekian

lama telah terpuruk oleh narkolika dan psikotropika Sebagai langkah

awal untuk sosialisasi diri dengan masyarakat korban juga secara

bertahap mulai mcmbangun komunikasi dengan orang lain di Iuar

komunitas rehabilitasi

Menurut Romo Lambertus Somar MSG dalam bukunya

Rehabilitasi Pecandu Narkotika dan Psikotropika pada tahap ini ada

tiga titik yang harus dilewati yang lebih dikenal dengan tahapan

stabilisasi pribadi yailu^

1 Secara sadar dan tekun melepaskan diri dari berbagai penyakit dan

akibatakibat lainnya (no to drugs) Tahap ini merupakan tahap

stabilisasi awai atau tahap konsolidasi (comolidation)

2 Menemukan jati diri menguasai kiat-kiat dan keterampilan-

keterampilan untuk menyehatkan serta mengisi hidup secara lebih

bermakna dan bermulu Latihan keterampilan vokasional (kerja) dan

E M Giri Praslowo Loc cil hal 32

62

peiigungkapan diri dari dimulai dibina sebiiigga disebul juga (afiap

pengukuan diri (jyerwtuil appraisal) Inilah lahap slabilisasi

niericiigah (inadya)

3 Dengan inisiatif pribadi orang secara sadar mulai berfikir dan

bertindak untuk mencapai prestasi-prestasi tertentu schingga disebut

juga tahap positive thinking and doing Tahap ini merupakan tahap

stabilisasi akhir

4 Tahap rekonsiliasi Tahapan berikut yang harus dilewati dan sangat

vital adalah tahap rekonsiliasi Tara korban tidak langsung

herinlcraksi secara bebas dcngan masyarakat akan tctiipi lerleblh

dahulu ditampung di sebuah lingkungan khusus selama beberapa

waktu sampai pasien benar-benar siap secara mental dan rohani

kembali kelingkungannya semula Yang paling ulama dalam fase ini

adalah pembinaan mental spiritual keimanan dan ketakwaan serta

kcsepiikatan sosial kemasyarakaian Proses ini bisa meliputi program

pembinaan jasmani dan rohani

Sampai ke tahap ini yang bersangkutan masih tcrikat dengan

rehabilitasi foimal namun sudah mulai membiasakan diri dengan

masyarakat Iuar sehingga merupakan proses resosialisasi (reentry) atau

penyesuaian (reconcilialion) Proses ini melewati tiga titik penting juga

yaitu

1 Tinggal lebih sering dan lebih lama di lingkungan keluarga sebagai

63

teiiipal tinggal tetap atau pun tempat tinggal transit unluk

resosialisasi sambil mclaiijiitkan kegiatan pilihan sebagai penunjang

masa selanjutnya Di sini terjadi perdamaian dan penycsuaian-

penyesuaian kembali dengan lingkungan

2 Rencana masa depan yang jelas dan siap direalisasikaii dengan

dukungan keluarga atau pihak-pihak lain Pada tahap ini korban

dapat memulai aktivitasnya lagi seperti sekolahkuliah mulai bekerja

atau merintis usaha sendiri

3 Kontak awal dengan kelompok-keiompok atau program-program

pemeliharaan lanjut aftercare) Di sini orang meiierima dirinya

seperti apa adanya merasa puas lalu mempercayakan dirinya ke

tangan orang lain

4 Pciiieliharaaii Lanjut Pada tahap ini walaupun secara fisik yang

bersangkutan sudah dinyatakan seliul dan secara psikis pun sudali

pulih namun masih ada kcmungkinan mereka akan tergclincir

kembali icbihlebih saat mereka sedang menghadapl masalah Pada

saat itu bisa Jadi mereka bemostagia dengan menikmati narkolika

dan psikotropika Saat ini juga niwaii Karena itu setiap korban yang

niemasuki tahap inidipersiapkaii sungguh-sungguh agar dapal

melewati dan mengatasi sUuasi rawan ini dengan melewati tiga titik

ini yakni

a Mengubah menghilangkan aUiu menjauhi hal-hal yang bersifat

bid hul 34

64

nostaigia kesenaiigan narkolika dan psikolropika

b Setiap mengikuti program-program dan aeara-acara aftercare

(pemeliharaan lanjut) dan

c Dapat juga mcUbatkan diri dalam gerakan atau kelompok bersih

narkoba dan peduli penanggulangannya

BAB IV

PENUTUP

A Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dipaparkan tersebut di atas peneliti

memberikan beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap

permasalahan di dalam penelitian ini sebagai berikut

Di antara berbagai faktor yang dapat mempengaruhi seseorang atau

individu menyalahgunakan narkotika atau psikotropika terdapat faktor

yang paling duininan yakni laktor yang bersumber dari keadaan keluarga

dan lingkungan bukan karcnn faktor individunya Karena faktor keluarga

yang buruk dan lingkungan yang juga buruk dan saling mendukung dapat

mempengaruhi individu menjadi pelaku lindak pidana penyalahgunaan

narkolika dan psikotropika tersebut dengan kata lain faktor keluarga dan

lingkungan yang buruk ini membuka kesempatan kcpada seseorang untuk

merasakan pergaulan dengan narkotika atau psikotropika sehingga dapal

menimbulkan ketergantungan terhadapnya

2 Perlindungan lerhadap korban narkotika- jika dihubungkan dengan

beberapa teori pemidanaan dalam perspektif Undang-Undatig Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika yang baru terdapai keseimbangan antara

perlindungan terhadap pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana

bahwa berdasarkan sanksi baik pidana maupun denda yang terdapat dalam

undang-undang ini sangatlah bcrat-bcnil dan tegas Ini berarti bahwa

65 bull

66

undang-undang narkotika yang baru tersebut lebih mementingkan korban

dari pada pelaku kejalialan narkotika Mengingat bahwa dcngan adanya

pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan ktgtrban semakin

banyak yang berjatuhan seliingga daripada korbannya anak bangsa yang

memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara Indonesia

maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-beratnya

terhadap si pelaku lindak pidana narkolika bahkan pidana mati atau

seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-

undang yang baru ini juga diatur mengenai rchabilitasi terhadap korban

baik korban yang diakibatkan oleh orang lain niaiipim karena self

victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku ilu

sendiri

Saran

Adapun yang menjadi saran peneliti di dalam penelitian ini yang

menjadi harapan untuk dipcrliatikan bersama adalah sebagai berikut

1 Diharapkan bagi setiap keluarga untuk menjaga keharmonisan melakukan

pengawasan dan mcnanainkan pcndidikan yang benar terutama dalam lial

menyeimbangkan antara emosi inteligensi dan spritual sejak dari din

terhadap anak sebagai benteng terhadap dirinya untuk dapat membentengi

dari pengaruh narkotika dan psikotropika yang semakin mengancam

keadaan lingkungan masyarakat

2 Diharapkan terhadap pemerintah untuk melakukan sosialisasi yang

teriiitegrasi dan menyeluruh terhadap semua lapisan masyarakat baik

67

masyarakat di pedesan (primitlf) maupun masyarakat kota betapa besamya

sanksi pidana dan denda yang digariskan di dalam undang-undang

narkotika dan psikotropika misalnya dcngan mcmpublikasikannya dalam

bentuk billboard di pcrsiinpangan jalan sehingga setiap orang yang lewat

dengan secara otomatis masyarakat akan inengelaliuinya dan

berkemuiigkiiian orang yang membacanya setidaknya tlmbul rasa takut

untuk terjun ke dalam penyalahgunaaan narkotika dan psikotropika

tersebut

D A F T A R PUSTAKA

A Bukii

Arrasjid Chainur Sualu Pemikiran Tentang Psikologi Kriminil Mcdan Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU 1999

Gerson Bawengan Penganlar Psichology Kriminil Jakarta Pradya Pramita 1973

Gosita Arif Masalah Korban Kejahatan Jakarta Akademika Pressindo 1993

Hakim M Ariel Narkoba Bahaya dan Penanggulangannya Bandung Jembar 2007

Hawari Dadang Konsep islam Memerangi AIDS dan NAZA Get X i Yogyakarta Dhana Baktl Priaya 1997

Kaligis OC dan Soedjono Dirdjosisworo Narkoba dan Peradilannya di Indonesia (Retbrmasi Hukum Pidana Melaiui Perundangan dan Peradilan) Bandung PT Alumni 2002

Kartono Kartini Psichology Abnormal Bandung Alumni 1972

Mansur Dikdik M Arif dan Elistaris Guitom Urgensi Perlindungan Korban Kejahalan Antara Norma dan Reaiita Bandung Agustus Fakultas Hukum Universitas Padjajaran 2006

Mardani Penyalahgunaan Narkoba Daiam Perspeklif Hukum islam dan hukum Pidana Nasional Jakarta IH RajuGrufindoPersado 2007

Marpaung Leden Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005

Moelyono Anton M Kumus Besar Bahasa Indonesia Get 11 Jakarta Balai Pustaka 1988

Muladi HAM Dalam Persepkiif Sistem Peradilan Pidana dalam Muladi (ed) Hak Asasi Manusia Hakekal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat Bandung Refika Aditama 2005

dan Barda Nawawi Arlef Bunga Rampai Hukum Pidana Bandung Alumni 1992

Partodiharjo Subagyo Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannyai Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2003

Ioyk Fanny Jonathans Sehiiah Kesehatan Narkoba Sayonara Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2006

Prastowo EM Giri Rehabilitasi Bagi Korban Narkoba Tangcrang Visimedia 2006

Prodjodikoro Wirjono Asas-asas Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005

Roeslan Saieh Stelsel Pidana Indonesia Jakarta Bina Aksara 1987

Soedjono D Segi Hukum Tentang Narkolika di Indonesia Bandung Karya Nusanlara 1977

Hukum Narkolika Indonesia Bandung PT Citra Adtya Baktl i 990

Soekanto Soerjono dan Sri Mumadjj Penelitian Hukum Normalif Suatu Tijnjauan Singkat Jakarta Rajagrafindo Persada 2001

Sudarsono Kenakalan Remaja cet Ii Jakarta Rineka Cipta 1992

Tom dkk Bahaya NAPZA Bagi Pelajar Bandung Yayasan Al-Ghifari Morgan 1999

Tim BNN Materi Advokad Pencegahan Narkoba Jakarta Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia 2005

Yustisia Himpunan Peraturan Pemndang-Undangan Anti Narkoba diterjenialikuii oleh Tim iustaka Yuslisia Yogyakarta iuslaka Yustisia 2006

Waluyo Bambang Penelitian Hukum dalam Prakiek Jakarta Sinar Grafika 1996

Wcda Made Darma Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korporasi dalam niingti Rampai Viktimisasi Bandung Eresco 1995

B Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Pasal 152

Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika22Tahun 1997 tentang Narkotika

Keppres Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkolika Nasional

CInternet

htlpwwwbnngoidportalbariiiiorlalkQnlenpltpniima^Prorilampop^visi niisiamp tnn=lamp diakses tcrakiiir tanggal 13 November 2014

httpthed03hlogspoteom2008l Ohukuiii-viktimolQgihtmk diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014

httpwwwikonbaliorg26062Q(19advokasipctisi-ikon-bali-segera-tcrapkan-semahtml Petisi Ikalan Korban Napza (IKON) dalam rangka menyambut Hari Anti Narkotika (HANI) dan Hari Anti Penyiksaan 2009 diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014

httpwwwsurnekscoidindexphp7pption=^om cpntentampview=articleampid=^1405 2010-kej ati-baru-terapkan-uu-no-3 52009ampcatid=44 ilir-barat-i-bukit-keciIampUemid=94 diakses lerakJiir tanggal 12 Desember 2014

httpidsbvoongcQmexact-sciencesl8Q8652-getielika-dan-keiahatan Faktor Genetik Penyebab Kejahalan diakses terakhir tanggal 10 jaiiuari 2014

httpwwwasiasecuritiescoidsys 12ximagesstories201QEqtiitv2Q Pdf diakses terakhir tanggal 10 Januari 2014

LAMPIRAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

F A K U L T A S HUKUM

K A R T U AKTIVITAS BIMBINGAN SKRIPSI

N A M A MAHASISWA DIANA SAPUTRA

N O M O R INDUK MAHASISWA 50 2011 059

P R O G R A M STUDI I L M U H U K U M

PROG K E K H U S U S A N H U K U M PIDANA

P E M B I M B I N G M S O L E H IDRUS SHMH

l U D U L SKRIPSI P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T U N D A N G U N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I

KONSULTASI

K F -

MATERI YANG

DIBIMBINGKAN

PARAF

PEMBIMBING K E T

luymdash

y^ ^ Tlt2 N ^

7 M e

fSUL

k ^

CATATAN MOHON DIBERI WAKTU MENYELESAIKAN SKRIlSl RUiAN SEJAK TANGGAL DIKELUARKAN DITETAIKAN

DIKELUARKAN DI PALEMBANG PADA TANGGAL KETUA BAGIAN

JUDUL P E N Y A L A H G U N A A N N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG UNDANG N O M O R 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I

P E R M A S A L A H A N 1 Apa yang menjadi faktor tcrjadinya penyalaJigunaan narkotika dan psikotropika

2 Bagaimana pengaturan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspektif victimologi

B A B l P H N D A I i U L U A N A Latar Belakang B Permasalahan C Ruang Lingkup dan Tujuan D Metode Penelitian E Sistematika Penulisan

B A B 11 T I N J A U A N PUSTAKA

A Pengertian penyalahgunaan B Pengertian victimologi C Ruang lingkup victimologi D Jents dan penggolongan narkotika dan psikotropika E Undang Undang yang mengatur tentang narkotika

dan psikotropika

BAB I I I PEMBAHASAN A Faktor yang menyebabkan terjadinya

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika

B Penyalahgunaan narkotika dan psikolropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspeklif victimologi

BAB IV PENUTUP A Kesimpulan

B Saran-saran

DAF1AR PUSTAKA

L A M P I R A N - L A M P I R A N

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM

Lampiran Perihal Kepada

Sistematika penulisan (Outline) Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi YUi NUR HUSNI LMILSON SHSpNMH

Pembimbing Akademik Fakultas Hukum UMP dl-Palembaniz

Assalamualaikum WrWb

Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama DIANA SAPU I RA

Program Kekhususan Flukum Pidana

fada semester Lianjil tatiun kuliati 2UI42UI5 sudah menyelesaikan betian studi yang meliputi MPKMKKMKBMPBMBB (139 sks)

Dengan ini mengajukan pcrmohonan untuk penelitian Hukum dan Penulis Skripsi dengan judul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG-UNDANG N O M O R 35 T A H U N 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I

Demikianlah atas perkenaan Ibu diucapkan terima kasih

Wassalamualaikum WrWb

NIM 50 2011 059 Ilmu Hukum Program Studi

Palembang September 2014 Pemohon ^^--^5

Rekomendasi PAYbs

Pembimbing Akademik

HUSNI EMHSON SH SpN MH

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM

REKOMENDASI DAN PEMBIMBING SKRIPSI

Nama Nim Program Study Program Kekhususan Judul skripsi

DIANA SAPUTRA 50 2011 059 Ilmu Hukum Hukum pidana PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI

I Rekomendasi Ketua Bagian a Rekomendasi

b Usulan Pembimbing

Hukum Pidana

raiemoang iepiemt)er zu 14 KetuaJBagu

LuuTiiiAKNurCsHrR^

I L Penatapan Pembimbing Skripsi Oleh Wakil Dekan I

1 2

Palembang September 2014 Wakil Dekan I

- i poundL Dr Hj SRI S U L A S T R I SH M H

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah i n i Nama Tempat Tanggal Lahir N I M Program Studi Program Kekhususan

DIANA SAPUTRA PetransJaya 15 Januari 1992 502011059 Ilmu Hukum Hukum Pidana

Menyatakan bahwa karya ilmiah skripsi saya yang berjudul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANGshyU N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F VICTIMOLOGI

Adalah bukan merupakan karya tulis orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali daiam bentuk kutipan yang telah kami sebutkan sumbemya

Demikianlah surat pemyataan ini kami buat dengan sebenar-benamya dan apabila pemyataan ini tidak benar kami bersedia mendapatkan sanksi akademis

Palembang September 2014

PERMOHONAN UNTUK MENGIKUTI SEMINAR PROPOSAL

Palembang Oktober2014 Perihal Mohon untuk diiaksanakan seminar

Proposal Penelitian Skripsi

Kepada Yth Ibu Luil Maknun SH MH Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang D i -

Palembang

Assalamualaikum Wr Wb Saya yang bertanda tangan dibawah Ini Nama DIANA SAPUTRA

NIM 50 2011 059

Program Kekhususan Hukum Pidana

Bahwa yang bersangkutan telah layak untuk mer^ikiuti Seminar Proposal rencana penelitian skripsi yang judul PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI

Mohon kiranya yang bersangkutan untuk dijadwalkan mengikuti Seminar Proposal usul Penelitian Skripsi

Demikianlah disampaikan untuk dipertimban^Lan Wassalamualaikum Wr Wb

Pembimbing Skripsi

M SOLEH IDRUS3HMS

H A L A M A N P E R S E T U J U A N U N T U K M E N G I K U T I S E M I N A R P R O P O S A L

Nama DIANA S A P U T R A

N I M 50 2011059

Program studi Ilmu Hukum

Program kekhususan Hukum Pidana

Judui Penelitian PENYALAHGUNAAN N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A

MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI P E R S P E K T I F VICTIMOUHH

Palembang Oktober2014 Disetujui Pembimbing

M S O L E H IDRUSSH MS

Ketua Bagian Hukum Pidana

LuU MaknunSH M H

Page 16: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si

7

Sislemutika [cnulisiin

Penelitian ini dibuul berdasarkan sistematika penulisan di dalam

penelitian ini peneliti mcmbaginya dalam empat bagian yailu

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan bab pendahuluan yang menguraikan mengenai hal-hal

berkaitan dengan Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan

dan Maniaat Penclilian Kcaslian Penelitian Tlnjaiian

Kcpustakaan Pengertian Penyalahgunaan Pengertian

Viclimologi Ruang Lingkup dan Manfaat Viclimologi Jenis dan

Penggolongan Narkotika dan Psikotropika Metode Penelitian

dan Sistematika Penulisan

BAB U TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bagian ini menguraikan yaitu mengenai pengertian tentang

penyalahgunaan pengertian tentang ruang lingkup viktimologi

pengertian tentang narkotika dan jcnis-jcnis narkolika

BAB Hi PEMBAHASAN

Merupakan bab yang membahas mengenai hal-hal yang berkaitan

dengan Pengaturan Sanksi Pidana lerhadap Penyalahgunaan

Narkotika dan Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Ditinjau dari Perlindungan Terhadap Korban dan

Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Self

Victimizing Victims

8

BAB IV K E S I M P U L A N DAN SARAN

Bab ini memuat beberapa kesimpulan dan saran yang dibuat

peneliti sebagai hasil dari pembahasan dun penguraian di dalam

penelitian ini dari keseluruhan permasalahan yang ada

DAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A Pengertinn Pcnyalaliguiiaan

Penyalahgunaan dimaksudkan dalam penclilian ini adalah

penyalahgunaan terhadap narkotika dan psikolropika Dimana bahwa

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika ini diambil dan dipersainakan

dcngan pengertian penyalahgunaan narkoba seperti yang disebutkan Lutfi

Braja yakni memberikan pembatasan mengenai penyalaiiguiiaaii yaitu

Pemakaian narkoba di iuar indikasi medik tanpa petunjuk atau

resep dokter dan peinakaiannya bersifat patologik

(menimbulkan kelainan) dan menimbiilkan humbutan dalam

aktifitas di rumah di sekoiah atau di kampus tempat kerja dan

lingkungan sosial Ketergantungan narkoba adalah kondisi yang

kebanyakan diakibatkan oleh penyalahgunaan zat yang disertai

dengan adanya toleransi zat (dosis semakin tinggi) dan gejala

putus zal

Permasalahan penyalahgunaan mengakibatkan dampak yang sering

terjadi di tengah-tcngah masyarakat dari penyalahgunaan narkolika dan

psikotropika antara lain merusak hubungmt kekeluargaaii menurunkan

kemampuan belajar dan produktifitas kerja secara drastis sulit membedakan

mana perbuatan baik dan perbuatan buruk perubahan pcrilaku menjadi

Mardani Op 01 lial 2

9

10

pcrilaku anti sosial (pcrilaku maladaptil) gangguan kesehalan (fisik dun

mental) mempertinggi jumlah kecelakaan lalu lintas tindak kekerasan dan

kriniinuliLis lainnya

Dari kata penyalahgunaan menandakan bahwa Narkotika dan

Psikotropika tidak selalu bermakna negatif Dcngan begitu narkotika dan

psokitropika yang digunakan dengan baik dan benar oleh dokter untuk

mengobati pasiennya lidak tennasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang

disaiahgunakan Di dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA

(Narkotika Psikotropika dan Zat Adit i f Lainnya)

B Pengertian Victiimlogt

Pada dasarnya perkembangan ilmu pengetahuan tentang korban

kejahalan (viktimologi) lidak dapat dipisahkan dari iahimya peiiiikiraii-

pemikiran brilian dari Hans von Hentig seorang ahli kriminologi pada talum

1941 serta Mendelsohn pada tahun 1947 Pemikiran dari kedua ahli ini

sangat mcmpengaruhi setiap fase perkembangan viktimologi Perkembangan

viktimologi hingga sampai pada keadaan seperti sekarang tentunya tidak

terjadi dengan sendirinya namun telah meiigalami berbagai perkembangan

yang dapai dibagi dalam 3 (tiga) fase sebagai berikut

a iada tahap peitama viktimologi hanya meinpclajari korban kejahatan saja

pada fase ini dikatakan sebagai pehdl or special vtciimolo^

b Pada lase kedua viktimologi tidak hanya mengkaji masalah korban

Oadang Huwari Konsep Islam Memerungt AIDS dan NAA Cel XI (Ycgvakarta Ohaiiii iiakli Idaya 1997) hal 153 Made Danaa Wi da Op cil hal 200

kejahalan tetapi juga meiipuli korban kecelakaan Pada fase ini disebut

sebagai general victimology

c Fase ketiga Vikt imologi sudah berkembang lebih luas lagi yaitu mengkaji

permasalahan korban karena penyalahgunaan kckuasaan dan hak-hak asasi

manusia Fase ini dikatakan sebagai new viciimology

Berdasarkan pengertian di atas nampak je las bahwa yang menjadi

obyek pengkajian dari viktimologi diantaranyu pihak-pihak mana saja yang

terlibat atau mcmpengaruhi terjadinya suatu viktimisasi kriminal

bagaiinanakah respon terhadap suatu viktimisasi kriminal faktor penyebab

terjadinya viktimisasi kriminal bagaimanakah upaya penanggulangannya

dan sebagainya

C R u a i i g L i n g k u p Victimologi

Vikt imologi mencliti topik-topik teiilang korban scperti peranan

korban pada terjadinya kejahatan hubungan antara pelaku dengan korban

rentannya posisi korban dan peranan korban dalam sistem peradilan pidana

Selain itu menurut Muladi viktimologi merupakan suatu studi yang bertujuan

untuk

1 Menganaiisa berbagai aspek yang berkaitan dcngan korban

2 Berusaha untuk memberikan penjelasan sebab musabab terjadinya

vikt imisasi dan

3 Mengembangkan sistem tindakan guna mengurangi penderitaan manusia

^Suryono Ekolaina ST Harum Pudjianlo RS dan G Wiraiama Abortus Iruvocalus Ba^ Korban Perkosnan Persxkif Viktimologi Kriminologi Jan Hukum Pidana Edisi PcrUtma Culakari lurlunii (Jakiiria Univcrsilas AlmaJaya 2001) liul 174 ^ibidMl I7()

12

Menurut JE Sahetapy ruang lingkup Viktimologi meliputi bagaimana

sescorang (dapat) menjadi korban yang ditentukan oleh suatu victimity yang

lidak selaiu berhubuiigan dengan masalah kejahatan termasuk pula korban

kecelakaan dan bencana alam selain dari korban kejahatan dan penyalah

gunaait kekuasan^ Namun dalam perkembangannya di tahun 1985

dipeiopori oleh Separovic yang mempelopori pemikiran agar Viktimologi

khusus niengkaji korban karena adanya kejahatan dan penyalahgunaan

kckuasaan dan tidak mengkaji korban karena musibah alau bencana alam

karena korban bencana alam di iuar kemauan manusia out of mms will)

D Jenis dan Penggolungan Narkotika dan Psikotropilta

Dari kata penyalahgunaan narkoba menandakan bahwa narkoba tidak

selalu beimakna negatif Dengan begilu narkolika dan psokitropika yang

digunakan dengan balk dan benar oleh dokter unluk mengobati pasiennya

tidak termasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang disaialigLmakan Di

dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA (Narkotika Psikolropika

dun Zat ditir Lainnya) Dalam penelitian ini hanya dibahas tentang

narkotika dan psikolropika maka sebelumnya dipaparkan terlebih dahulu

berbagai jenis narkotika dan psikotropika sebagai berikut

a) Narkolika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari lanaman atau

TbUi Miiiadi HAM Halam Persepkiif Sislem Peradilan Pidana datam Muladi (cd) Hak Asas) Manusia Hakclal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspeklif llukum dan Masyarakat (Bandung Refikii Aditama 2005) hal lOX VfiWDial 109 Subagyo Partediharjo Op cil hal 11

13

bukan tanainan baik sintesis maupun bukan sintesis yang dapat

menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa

Zat ini dapal mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat

meninibulkan ketergantungan Menurut Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika Narkolika adalah at atau obat yang

berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun

semisimetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri

dan dapat nienimbulkati ketergantungan yang dibedakan kc dalam

golongan-goiongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang in i

Narkotika memiliki daya adikasi (ketagihan) yang sangat berat

Narkolika juga memiliki daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual

(kebiasaan) yang sangat tinggi Ketiga sifat narkolika ini yang

menyebabkan pemakai narkotika tidak dapat lepas dari cengkeramannya

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

Jenis jenis narkotika dibagi ke daiam 3 (tiga) kelompok yaitu narkotika

golongan I golongan I I dan golongan I I I

Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbaiiaya

karemi daya adilifnya sangat tinggi Golongan ini tidak boleh digunakan

untuk kcpentingan apapun kecuali unluk penelitian atau ilmu

pengetahuan Contohnya adalah ganja heroin kokain inorfin opium dan

lain-lain Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya

Ibid Posal 1 Ayal (I) Unilung-Undang Nomor 3 Tahun 2009 lenlang Narkotika

14

aditifkual tclapi bcrmaiilaal untuk pcngohatan dan penclilian tlonluhnya

adalah petidin dan turunannya benetldin belamctadol dan lain-iain

Sedanikaii narkulika golungaii Ml adalah narkotika yang niciniliki daya

aditif riiigan tetapi bermanfaat untuk penghatan dan penelitian Contohnya

adalali kudcin dun turunannya^

Berdasarkan cara pcmbuatannya narkotika dibedakan ke dalam 3

(tiga) golongatt juga yaitu narkolika atami narkotika semlsimesis dan

narkotika sintesis Dijelaskan sebagai berikut

1) Naikotika alami

Narkotika alami adalah narkotika yang zat aditithya diambil dari

(umbuhlumbuhan (atam) Contohnya

u tjaiija

Ganja adalah tanaman perdu dengan daun menyerupai daun

singkong yang tepinya bergerigi dan berbulu lialus Jumlah Jari

daunnya selalu ganjil yakni 5 7 9 Tumbuhan ini banyak lumbuh di

iieberapa daerah di Indonesia seperti Aceh Suinalera Ulara

Sumatera Selaian Pulau Jawa dan lain-lain Daun ganja ini sering

iligunakiin sebagai bumbu penyedap masakan Bila digunakan

ebagai bumbu iiuisak daya adilifnya rendah Namun lidak

ilemikian apabila dibakar dan asapnya dihirup Cara

|)cnyalahgunaunnya adalah dikcringkan dan dicampu dengan

icmbakiiii rokok atau dijadikan rokok lalu dibakar serta dihisap

Subagvo PurtoJiharjo Op cil hal 11-12

15

b Ilaisis

Hasis adaiah lanaman serupa ganja yang lumbuh di Amcrika

Latin dan Eiopa Daun ganja hasis dan mariyuana Juga dapat

disuling dan diambil sarinya Oatam bentuk cair harganya sangat

mahai Gunanya adalah unluk disaiahgunakan oleh pemadut-pemadal

kelas tinggi

c Koka

Koka adalah lanaman perdu mirip pohon kupi Huahnya yang

inatang bcrwama inerah seperti biji kopi Dalam komunitas

masyarakat Indian Kuno biji koka sering digunakan untuk

inenambah kekiiatan orang yang bcrperang atau bcrburu binalang

Koka kemudian bisa diolah menj adi kokain

d Opium

Opium adaiah bunga dengan bentuk dan wama yang indah

Dari getah bunga opium dihasilkan candu (opiat) Di Mesir dan

daratan Cina opium dahulu digunakan unluk mengobati beberapa

penyakit member kekuatan atau menghilangkan rasa sakil pada

lentara yang terluka sewaktu berperang atau berburu Opium banyak

lumbuh di segiliga emas antara Burma Komboja dan Thailand

atau di daratan Cina dan segitlga emas Asia Tengah yaitu daerah

antara Alganistan Iran dan Pakistan

Dalam kalangan perdagangaii liilernasional ada kebiasaan

ftW hal 14

16

(keliru) tncnamai daerah tempat peuanamuii opium sebagai daerah

emas Diberi nama demikian karena perdagaiigan opium sangat

mengimtiingkan Karena bahayanya yang besar daerah seperti ilu

keliru jika diberi nama predikat emas Daerah sumber produksl

opium sepantasnya disebut segitlga setan atau segitlga iblis

2) Narkotika semisintcsis

Narkotika semisintesis adalah narkotika alami yang diolah dan

diambil zat aktifnya (intisarinya) agar memiliki khasiat yang lebih kuat

schmgga dapat dimanfaatkan untuk kepcnlingan kedokteran

Contohnya

a Morfm dipakai dalam dunia kedokteran unluk menghilangkan rasa

sakit alau pembiusan pada operasi (pcmbcdahan)

b Kodein dipakai unluk obat penghilang baluk

c Heroin tidak dipakai dalam pengobatan karena daya adilifnya

sangat besar dan matifuatnya secara medis belum

ditemukan Dalam pcrdugangan gelup heroin diberi nama

pulaw atau pete atau pt Henlnknya seperti tepun terigu

yang halus pulih dan agak kotor

d Kokain liiisll olahati dari biji koka

3) Naikotika sintesis

Narkotika sintesis adalah narkotika palsu yang dibuat dari bahan

kimia Narkotika ini digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi

oraiig yang menderita kclcrgantungun Contohnya

17

a Ietidin unluk obat bius lokal operasi kccil sunal dan

sebagainya

b Melhadon unluk pengobatan pecandu narkoba dan

c Naltrexon untuk pengobatan pecandu narkoba

Selain unluk pembiusan narkolika sintesis biasanya diberikan

oleh dokter kcpada penyalahgiina narkoba untuk menghcntikan

kebiasaannya yang tidak kuat melawan sugesti (relaps) atau sakaw

Narkotika sintesis berfungsi sebagai pengganti senientara Bila sudah

bciiar-bcnar bcbas asupan narkoba sintesis in dikurangi sedikil demi

sedikit sampai akhimya berhenti total

b) Fsikotropika

Pengertian psikolropika menurut Pasal I Ayal ( I ) Undang-Undang

Nomor 5 Taliun 1997 tentang Psikotropika adalah Zat atau obat baik

alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif

melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusal yang menyebabkan

perubahan khas pada uktivitus mental dan perilaku

Pengertian Psikolropika di daUim Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika tidak ditemukan Hal tersebut sehubungan

dengan ketentuan di dalam Pasal 153 huruf b yaitu Lamplran mengenai

jenis Psikotropika Golongan 1 dan Golongan II scbagaimana tercantum

dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang

Psikotropika (lcmbaran Ncgara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor

10 Tambahan Lcmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671) yang

18

telah (iipindahkan menj adi Narkotika Golongan I menurut UndangUndang

ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku Oleh karenanya dalam Undangshy

Undang Nomor 35 Tahun 2009 tidak ada lagi di dalam pasal-pasal nya

yang mengatur mengenai Psikotropika karena sudah dlmasukkan ke dalam

golongan Narkotika

Sesuai dengan pembahasan dalam penelitian ini masih

berhuijutigar dengan Psikotropika maka Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1997 tentang Psikotropika masih perlu untuk dibahas dalam penelitian ini

Menui iil undangumlang tersebut Psikolropika adalah zal atau obal bukan

narkolika baik alamiah maupun sintesis yang memiliki khasiat psikoaktif

melaiui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan

perubahan khas pada aktivitas nonnal dan perilaku Psikotropika ini

merupakan obat yang digunakan oleh dokter untuk mngobali gangguan

jiwa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tenumg

Psikolropika psikotropika dikelompokkan ke dalam 4 (empat) golongan

Golongan I yaitu psikotropika dengan daya aditif yang sangat kuat

belum diketahui manfkilnya untuk pengobatan dan sedang diteliti

khasiiitnya saat ini Contohnya adalah MDMA ekstasi USD dan STP

Golongan U yakni psikolropika dengan daya aditif kuat serta berguna

untuk pengobatan dan penelitian Contohnya adalah amfelamin

metanifetamin metakualon dan sebagainya Golongan IH yakni

psikolropika dcngan daya adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan

dan penelitian Contohnya adalah lumibal buprenorsina flcenilrazepam

19

dan sebagainya Golongan IV yakni psikotropika yang memiliki daya

aditif ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian Contohnya

adalah netrazepam (BK Mogadon Duiiiolid) diazepam dan lain-lain^

Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang

Psikotropika yang dimaksud dengan paslkotoplka adalah zat atau obat

baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif

melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang mcnyebabkan

perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku Psikotropika

dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut

1 Psikotropika golongan I yaitu psikolropika yang hanya dapat digunakan

unluk kcpentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi

sena mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma

ketergantungan Contohnya ekstasi shabu LSD

2 Psikotropika golongan II yakni psikotropika yang berkhasiat

pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi danatau tujuan ilmu

pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma

ketergantungan Contohnya amfetamin metilfenidat atau ritalin

3 Psikotropika golongan III yaitu psikotropika yang berkhasiat

pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi danatau unluk tujuan

ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan

sintlroma ketergantungan Contohnya pentobarbital Flunitrazepam dun

4 Psikotropika golongan IV yaitu psikotropika yang berkhasiat

Ibid ILil 15

20

pengobatan dan sangal luas digunakan dalam terapi danatau unluk

tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan

mengakibatkan sindrom ketergantungan Contohnya diazepam

bromazepam Fenobarbital klonazcpam klordiazepoxide nitrazepam

seperti pil BK pil Kopio Rohip Dum MG

Sedangkan kelompok dan jenLs psikotropika yang sering

disaiahgunakan antara lain

1 Psikostimulansia scperti amfetamin ekstasi dan shabu

2 Scdalif amp Hipnolika (obat penenang obat tidur) seperti MG BK

DUM Pil kopio dan lain-lain dan

3 Halusinogenika seperti lysergic acid dycthylamidc (USD) mushroom

Berdasarkan Ilmu farmukologi psikotropika dikelompokkan ke daiam 3

(tiga) golongan yakni dcpresan stinuilan dan halusinogen sebagai

berikut

1 Kelompok dcpresanpcnekan syaraf pusatpenenangobat tidur

Contohnya adalah valium BK rohipnol mogadon dan lain-lain

Jika diminurn obat ini dapat memberikan rasa tenang menganluk

rasa tcnteruni dan damai Obat ini Juga menghilangkan rasa takut

dan gelisah

2 Kelompok stimuiaiiperangsang syaraf pusaianti tidur Conlohnya

adalah amfetamin ekstasi dan shabu Ekstasi berbentuk tablet

berancka bentuk dun wama Amfetamin berbentuk tablet bcrwama

-Aid hal 16-17

21

pulih Bila diiriinuni obal ini mcndalangkan rasa gembira hilangnya

rasa pemiusuhiui hilangnya rasa marali ingin selalu aktif badan

terasa fit dan lidak merasa lapar Daya kerja otak menjadi scrba

cepat namun kurang lerkendali Shabu berbentuk tepung kristal

kasar berwarna pulili hersih seperti garani

3 Kelompok halusinogen Halusinogen adalah obat at tanaman

makanan yang dapat meninibulkan kiiayaian contohnya yailu LSD

Lysergic Acid Dicihyltamide) getah lanaman kaklus kecubung

jamur tertentu (misceiine) dan ganja Bila diminurn spikotropika

jenis in dapat menimbulkan kliayalan tentang peristiwa-peristiwa

yang mengerikan khayalan tentang kenikmatan scks dan

sebagainya Kenikmatan didapat oleh pemakai setelah pemakai sadar

bahwa perisfiwa mengerikan ilu bukan kenyataan atau karena

kenikmatankenikmatan yang dialami walaupun hanya khayalan

BAB III

PEMBAHASAN

A Faktor yang Mcnyebabkan Terjadinya Penyalahgunaan Narkotika dan

Psikotropilta

1 Faktor yang Bersunibcr Dari Individu

Menurut Luthfi Buraja terdapat 3 (liga) pcndekatan untuk

tcrjadinya penyalahgunaan dan ketergantungan terhadap narkotika dan

psikotropika yaitu peridekalan orgunobilogik psikodinamik dan

psikososial Ketiga pendekatan tersebut tidaklah berdiri sendiri melainkan

saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya Dari siidut pandang

organobiologik (sususan syaraf pusatotak) mekanismc terjadinya adiksi

(ketagihan) hingga deperidcnsi (ketergantungan) dikenal dengan dua istilah

yaitu gangguan mental oragnik atau sindrom otak organik seperti gaduh

gelisah dan kekacauan dalam fungsi kognilif (alam pikiran) efektif (alam

perasaanemosi) dan psikomotor (perilaku) yang disebabkan efek

langsung terhadap susunan syaraf pusat (otiik)^^

Sescorang akan mcnjadi ketergantungan terhadap narkotika dan

psikotropika apabila seseorang dengan tems-menenis diberikan zat

tersebut Hal ini berkaitan dengan teroi adaptasi sekuler mum

adaptaiUm) tubuh beradaptasi dengan menambah jumlah teseptor dan seishy

se syaraf bekcrja kcras Jika zat dihenlikan sel yang masih bekerja kcras

Luthll Uaraja Makalali Gangguan Mciilul dan icrilaku Akibut Nurkuba Disampalkim pada Seminar tentang Narkoba di SMK Iptck lakarla hal 2

22

23

tadi mengaiami kelmLisaii yang dari kiar tampak sebagai gejala-gejala

putus obal Gejala putus obat tersebut mcmaksa individu untuk

mengulangi pemakaian zal tersebul

Faktor predisposisi individu dengan gangguan kepribadian (anti

sosial) ditandai dengan pcrasaan lidak puas terhadap orang lain Selain itu

yang bersangkutan tidak inampu untuk berfungsi secara wajar dan efektif

dalam pergaulan di rumah di sekoiah atau di tempat kerja gangguan lain

sebagai penyerta berupa rasa cemas dan depresi Untuk mengatasi

ketidakniainpuan dan mcnghiiangkan kccemasan atau depresinya maka

individu tersebut cenderung untuk menggunakan narkoba Semestinya

individu itu dapat mengobati dirinya dengan datang ke dokterpsikiater

untuk mendapatkan terapi yang tepat sehingga dapat dicegah

keterlibatannya dalam penggunaan narkotika dan psikotropika

Secara umum mereka yang menyalahgunakan narkotika dan

psikotropika dapat di bagi ke dalam 3 (tiga) golongan besar yaitu

1 Ketergantungan primer ditandai dengan adanya kecemasan dan

depresi yang pada umumnya terdapat pada orahg detigah kepfibadlah

yang tidak stabil

2 Ketergantungan simtomatis yaitu penyalahgunaan narkotika dan

psikotropika sebagai salah satu gejala dari tipe kepribadian yang

mendasarinya pada umumnya terjadi pada orang yang kepribadian

psikopatik (anti sosial) kriminal dan pemakaian narkotika dan

Ai4hal K

24

psikotropika untuk kesenangaii sematu

3 Ketergantungan reaktif yaitu terdapat pada remaja karena dorongan

ingin tahii pengaruh tekanan dan lingkungan tenian atau kelompok

sebaya peer group pressure)

Ada beberapa faktor internal dan ekslernal yang mcnjadi penyebab

individu menyalahgunakan dan menjadi ketergantungan terhadap

narkotika dan psikotropika Menurut Sudarsono bahwa penyalahgunaan

narkolika dan psikotropika di latar belakangi oleh beberapa sebab yaitu

1 Untuk membuktikan kebcranian dalam melakukan tindakan-tindakan

yang berbaiiaya seperti ngebut dan bergaul dengan wanita

2 Meniinjukkan tindakan yang menenlung orang tua guru dan norma

sosial

3 Mempermudah penyaluran dan mempermudah perbuatan seks

4 Melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh peiigalamaii-

pengalainan einosional

5 Meneari dan menemukan aril hidup

6 Mengisi kekosnngan dan kesepian hidup

7 Menghilangkan kegelisahan frustasi dan kepepel hidup

8 Mengikuti kemauan kawan-kawan dahim rangka pembinaan solidaritas

dan

9 Iseng-iseng saja dan rasa ingin tahu

Menurut hasil penelitian Dadang Hawari bahwa di anlara faklor-

Sudujsono Kenakalan Remaja cel ii (Jakarta Rineka Cipta 1992) 1ml 67

25

faktor yang berpcran dalam penggunaan narkotika dan psikolropika

adalah

1 Faktor kepribadian anti sosial dan psikopatik

2 Kondisi kejiwaan yang mudah merasa keeewa atau depresi

3 Kondisi keluarga yang meliputi keutuhan keluarga kesibukan orang

tua hubungan orang tua dengan anak

4 Kelompok teiiian sebaya dan

5 Narkotika dan psikotropika itu sendiri mudah diperoleh dan tersedianya

pasaran yang resmi maupun lidak resmi

Menurut Siibagyo Partodiharjo secara individu terdapat beberapa

faktor yang mcmpengaruhi sescorang dapat menyalahgunakan narkotika

dan psikotropika Alasan ini merupakan alasan yang bersumber dari diri

sendin atau pemakai narkotika dan pasikotropika tersebut yakni sebagai

berikut

a Ingin tahii

Perasaun ingin tahu biasanya diniiliki oieh generasi muda pada

umur setara siswa SD SLTP dan SLTA Bila di hadapan sckelompok

anak muda ada seseorang yang inemperagakan uikmatnya

mengkonsumsi narkotika dan psikolropika maka didorong oleh naluri

alami anak muda yaitu keingintahuan maka salah seoariig dari

kelompok itu akan maju mencobanya Selain didorong oleh

keingintahuan keberaniannya juga karena didesak oleh gejolak dalam

Mardiini foc cil hai 102 ^ Subagyo RatoiJlliarjo ioc cil liiil 72-74

26

jiwanya yang ingin dianggap hebal pemberani dan pahlawan di antara

temanteinan sehayanya Maka jatuhlah satu orang anak dalam pelaku

setan

Dalam kondisi seperti itu reaksi kawan-kawan sebayanya

berbeda-bcda

1 Ada yang ingin menyaingi menunjukkan bahwa dirinya lebih hebat

lagi lalu memakai

2 Ada yang ingin tahu kemudian ikut memakai dan

3 Ada yang sella kawan lain ikut memakai juga

Sikap seperti inilah yang menyebabkan bandar atau pengedar

senang Mereka meiigincar generasi muda mahasiswa atau pclajar

karena 2 (dua) pertimbaiigan

1) Kalau salah satu anak muda kena maka anak muda yang lainnya

ikut kena sehingga konsumen cepat bertambah dan

2) Kalau anak muda kena maka anak muda tcrsebut akan mcnjadi

pemakai selia dalam waktii yang lama Berbeda dengan orang tua

yang cepat maii keuntungan komersial yang diperoleh dari

kelompok anak muda ini akan banyak

b Ingin dianggap hebal

Pcrasaan ingin dianggap hebat biasanya dimiiiki oleh generasi

muda Sepcrti ditcrangkan di atas salah satu sifat alami yang positif

dari generasi muda adalah daya saing Sayang sekali karena

kelidaktahuan sifat positif ini juga dapat dipakai untuk masalah negatif

27

Silat positif ini scharusiiya didorong unluk berlomba daluin preslasi

pada bidang pcndidikan kesenian olah raga dan lain-lain yang

bermanfaat bagi kehidupan

Bila sikap ingin berkonipctisi ini diarahkan untuk

mengkonsumsi narkolika dan psikolropika akibatiiya sungguli

mengerikan yailu kcgagalan hidup dan kesengsaraan Pemakai hanya

dapat dianggap hebat oleh lingkungan kecil pcniakai narkotika dan

psikotropika Di masyarakat luas pemakai hanya menuai cerca dan

nista

c Rasa setia kawan

Perasaan setia kawan sangat kuat dimiiiki oleh generasi muda

Jika lidak mendapatkan penyaluran yang posilif sifai positif tersebut

dapat berbahaya dan mcnjadi negatif Bila (cmannya memakai

narkotika dan psikotropika maka individu tersebul ikut juga memakai

Bila temannya dimarahi orang tuanya atau dimusuhi masyarakat maka

pemakai membela dan ikut bersimpatik

Sikap seperti itulah yang menyebabkan anak ikut-ikutan

Awalnya hiuiya satu orang yang merokok kemudian semuanya menjadi

perokok Setelah semuanya merokok sntu orang mulai memakai ganja

lalu yang lainnya ikut sehingga menjadi sekawanaii pemakai ganja

Selelah semua memakai ganja satu orang memakai ekstasi kemudian

semuanya ikut demikian selerusnya meningkat menjadi shabu dan pada

akhirnya menjadi pemakai putaw

28

d Rasa kccewa truslasi kcsai

Pcrasaan kesal kcccwa atau (rustasi biasanya terjadi karena

kegagalan pada generasi muda eksckutif mudu suami atau istri

Pcnggiiiiaan narkotika dan psikolropika pada kelompok ini bertujuan

untuk sesaat melupakan kekccewaan kckesaian dan fi-uslasi Kondisi

masyarakat yang carut martit tclah banyak melahirkan kekccewaan

kekesalan bahkan Iruslasi Narkolika dan psikotropika dapat

melupakannya sesaat tetapi tidak untuk mengatasi masalah yang

sesungguhiiya

Hubungan buruk yang disebabkan oleh kcgagalan

berkomuiiikasi antara orang tua dengan anaknya dapat menyebabkan

rasa kesal Hal ini mcnjadi faktor pemicu pemakaian narkotika dan

psikotropika oleh anak Intcraksi anlara orang tua dcngan anak tidak

cukup hanya berdasarkan niat baik Cora berkoniunikasi juga harus

baik Masing-masing pihak harus memiliki kcsabaran untuk

menjclaskan isi hatinya dengan cara yang tepat Banyak sekali konfllk

di dalam rumah tangga yang terjadi hanya karena salah paham atau

kekeliman berkoniunikasi Kekeliruan kecil itu dapal bcrakibat fatal

yaitu masuknya narkotika dan psikotropika ke dalam keluarga

Kekccewaan kekesalan dan frustasi dapal terjadi karena

kekeliruan dalam berkomunikasi terhadap beberapa faktor berikut i n i

I ) Komunikasi anak dengan orang tua

IbUI hiiJ 74

29

2) Komunikasi antar anak

3) Komunikasi di lingkungan eksekulifinuda dan

4) Komunikasi antara suami istri

e Ingin bebus dari rasa sakil atau pusing

Penderila pcnyakit beral yang kronis dan tidak kunjuiig sembuh

misalnya Ranker hati luka bakar uka tusuk wasir Ranker paruparii

migreii eneok pengapuran dan lain-lain sclalu merasakan sakit yang

iuar biasa karena penyakitnya Rasa sakit tersebut sering kali tidak

dapat dihilangkan dengan obat pengtiiiang rasa sakit biasa (anaigetik)

sehingga peiiderilanya mencoba narkotika atau psikotropika

Narkotika maupun psikolropika dapat menghilangkan rasa sakit

tersebut tetapi tidak menyembuhkan penyakitnya Ceiakaiiya pemakai

yang bersangkutan malah mendapat maslah baru yaitu ketergantungan

dengan segala komplikasinya yang justru menjadi lebih berbahaya

f Ingin menikmati rasa gembira tampii lincah energik dan mengusir

rasa sedih dan malas

Para eksekudf dan sciebritis biasanya memiliki gaya hidup yang

trendi Mereka merasa dituntut untuk selalu lampil lebih prima Dengan

mengkonsumsi naikotika atau psikolropika mereka dapat tampii prima

dan percaya diri karena kehilangan rasa malu walaupun sesungguhnya

tidak demikian

Perasaan hebat tersebut di atas seharusnya dicapai melaiui tekun

berolah raga hidup teratur meningkatkan kualitas fisik mental

30

inlclckUial dan mocaiiiyii Riikan ineiigamhit jalan piiitas dcngan tampii

seotah-olah prima niclalui manipulasi atau lipuan melaiui

mengkonsumsi narkotika atau psikolropika tersebut Pcnampilmi prima

yang semu atau atau tipuan itu lambat laun akan terungkap juga

sehingga [ania-keiamaan akan kelahuari juga jati dirinya yang

sesungguhnya itu

g ingin tampii iangsing

Narkolika dan psikotropika terscbut juga banyak digunakan oleh

artis dan ibu-ibu rumah tangga yang berbadan gemuk untuk

melangsingkan lubtihnya Narkotika alau psikotropika dengan jenis

tertentu ada juga yang dapat menghilangkan nafsu makan sekaligus

menambali aktivitas fisik sehingga dapat menurunkan beral badun

h Takut mengalami rasa sakit (sakaw)

Pengguna jenis narkotika atau psikolropika tersebut yang sudah

menjadi pemakai tetap (pemadat) akan mengalami rasa sakit (sakaw)

bila tidak memakainya Karena takut merasakan penderitaan maka

pemakai tersebut terus memakainya sehingga menjadi pemakai yang

sella junkies) Banyak pemakai narkotika dan psikotropika ini yang

setia adalah orang-orang yang merasa terpaksa memakai sebab kalau

lidak memakainya mereka akan mengalami sakaw

Kebanyakan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika

dimulai atau terdapat pada masa remaja sebab masa remaja yang

sedang mengalami perubahan biologik psikologik maupun sosial yang

31

pesat merupakan individu yang rentan untuk nienyaiahguriakan

narkotika maupun psikotropika terscbut Anak atau remaja dcngan ciri-

ciri tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi

penyalahgunanya Ciri-ciri tersebut anlara lain^

a Cenderung memberontak dan menolak otoritas

b Cenderung memiliki gangguan j iwa lain (komorbiditas) seperti

depresi cemas psikotik keperibadian dissosial

c Perilaku menyimpang dari aluran atau norma yang berlaku

d Rasa kurang percaya diri low selw-confulence) rendah diri dan

memiliki citra diri negatif (ow setf-esleem)

e Sifal mudah keeewa cenderung agresif dan destruktlf

f Mudah murung pemalu pendiam

g Mudah merasa bosan dan jenuh

h Keingintahuan yang besar untuk meneoba atau penasaran

i Keinginan untuk bersenang-senang [just for fun)

j Keinginan untuk mengikuti mode karena dianggap sebagai lambang

keperkasaan dan kehidupan modem

k Keinginan untuk diterima dalam pergaulan

1 Identitas diri yang kabur sehingga merasa diri kurang jantan

mTidak siap mental untuk menghadapl tekanan pergaulan sehingga

sulit mcngambil keputusan untuk menolak tawaran NAPZA dengan

tegas

Tom Kus dan Tedi Btihava NAPZA Bagi Pelajar (Bandung Yayasan Al-Ghilari Morgan im) hal 14

32

n Kemampuan komunikasi rendati

o Melarikan diri dari scsuatu (kebosaiian kcgagalan kekccewaan

kclidakmampuan kesepian dan kegcliran hidup dan lain-lain)

p Putus sekoiah dan

q Kurang menghayati iman atau kcpcrcayaaiinya

Menurut Tim Badan Narkotika Nasional hahwa terdapat

beberapa iaklor yang menyebabkan sescorang alau individu

menyalahgunakan narkolika dan psikotropika anlara lain

1) Keingintahuan yang besar untuk mcncoba tanpa sadar alau berlikir

panjang tentang akibatnya dikemudian hari

2) Keinginan unluk mencoba-coba karena penasaran

3) Keinginan untuk bersenang-senang

4) Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya hidup

5) Keinginan untuk dapat diterima daiam suatu kelompok

6) Lari dari masalah kebosanan atau kegetiran hidup

7) Pengertian yang salah bahwa mcncoba sckali-kali lidak akan

menimbulkan masalah

8) l idak mainpu alau tidak berani menghadapl tekanan dari lingkungan

alau kelompok pergaulan unluk menggunakan narkolika dan

psikotropika dan

9) Tidak Japal atau mampu mengatakan tidak pada narkotika dan

psikotropika

Tim INN Loc di

33

Berdasarkan peinaparaii Icrscbut di atas dengan demikian

bahwa individu didorong oleli beberapa faktor untuk menyalahgunakan

pemakaian narkotika dan psikotropika tersebut sehingga menjadi

individu yang mengalami ketergantungan berikut ini disebutkan

beberapa faktor adalah

1) Ingin tahu dan Ingin mencoba rasa memakai narkotika atau

psikotropika bagi kalangan anak muda)

2) Ingin dianggap lebih hebat dari orang Iain pada orang muda)

3) login membuktikan kesetiakawanan (pada orang muda)

4) Dianggap paling tepat untuk mengatasi perasaan keeewa j en gkel

dan frustasi (pada suami istri yang mengalami konllik rumah

tangga)

5) Dianggap cara yang paling mudah untuk menghalau rasa sakit pada

tubuh (pada penderita penyakit yang kronis)

6) Dianggap cara yang paling ampuh untuk mendapatkan perasaan

tenang damai atau gembira (pada suami istri yang mcnghadapi

konflik rumah tangga)

7) Dianggap cara yang paling mudah untuk melangsingkan lubuh (pada

ibuibii rumali tangga atau wanita yang bertubuh gemuk)

2 Faktor yang Bersumlicr dari Lingkungan

Faktor lingkungan tidak mampu mencegah atau mengurangi

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika bahkan membuka kesempatan

pemakaian narkotika dan psikotropika Yang dimaksud dcngan faktor

34

kesempatan di sini adalah tersedianya siluasi-situasi yang nieiiiungkinkan

untuk memakai narkolika atau psikolropika di waktu-vvaklu luarig di tempat

rekreasi atau hiburan diskotik pesia dan lain-lain Atau mungkin lingkungan

masyarakat yang tidak mampu mengendalikan bahkan membiarkan penjualan

alau pcrcdaran geiap narkotika dan psikotropika misalnya karena lemahnya

penegakan hukum penjualan narkolika dan psikotropika secara bcbas bisnis

narkotika dan psiktilropika yang terorganisir mudahnya memperoleh

narkotika dan psikotropika dan lain-lain

raklor yang bersumber dari lingkungan yang mcnyebabkan individu

dapat menyalahgunakan pemakaian narkotika dan psikotropika merupakan

laktor kontribusi masukaii dari Iuar individu) dimana sesttorang dengan

kondisi keluarga tidak baik akan merasa tertekan dan rasa lertekan inilah

sebagai faktor penyerta bagi dirinya untuk terlibat dalam penyalahgunaan

narkotika dan psikotropika tersebut Disfungsi keluarga yang dimaksud antara

lain adalah keluarga yang tidak utuh kedua orang tua yang tcrlalu sibuk dan

lingkungan interpersonal dengan orang tua yang tidak baik Di samping itu

faktor pencetus seperti pengaruh teman sebaya tersediu dan mudah

didapatkan mempunyai andil sebagai faktor pencetus sescorang atau individu

terlibat ke dalam penyalahgunaan yang mengakibatkan ketergantungan

terhadap narkotika dan psikotropika Dari sudut pandang psikososial

penyalahgunaan narkotika dun psikolropiku dapat terjadi sebagai akibat

negatif dari intcraksi tiga kiitub sosial yang tidak kondtisif yaitu kutub

Lulhli ilurnju Op cil

35

keluarga kutub sekolahkupus dan kulub masyarakat

Faktor lingkungan meliputi faktor kciuarga dan lingkungan pergaulan

balk dlsekltar rumah sekoiah teman sebaya maupun masyarakat Banyak

pengguna Narkotika dan Psikolropika yang berasal dari keluarga yang lidak

harmonis Keluarga seharusnya mcnjadi wadah untuk menikmati kebahagiaan

dan curalian kasih sayang wahana silih asih silih asah dan silih asuh

Namun pada kenyataannya keluarga sering sekali justru menjadi pemicu

sang anak mcnjadi pemakai hal tersebut disebabkan karena kciuarga tersebut

kacau balau Hubungan antara anggota keluarga dingin bahkan tegang atau

bermusuhan

Komunikasi antara ayah ibu dan ariak-anak sering sekali

menciptakan suasana konflik yang tidak berkesudahan dimana bahwa

penyebab konllik tersebut sangal beragam Solusi semua konflik adalah

komunikasi yang baik periuh pcngerlian saling menghargai dan menyayangi

serta ingin selalu membahagiakaii

Konflik di dalam keluarga dapat mendorong anggota keluarga merasa

frustasi sehingga lerjebak memilih narkotika dan psikolropika sebagai

solusinya Biasanya yang paling rentan terhadap stres adalah anak kemudian

suami dan istri sebagai benleng terakhir Beberapa faktor yang bersumber

dari lingkungan keluarga yang dapat mempengaruhi seseorang atau individu

tertentu icrjun kc dalam lingkungan penyalahgunaan narkotika dan

36

psikotropika tcrsebut antara lain adatuh

a Koniimikasi niang tua-aiiak kiii-ang baikcfektif

b Hubungan dalam keluarga kunmgharmonisdisfimgsi dalam keluarga

c Orang tua bercerai bcrscitngkub atau kawin lagi

d Orang lua tcrlalu sibuk aUiu tidak acuh

e Orang tua oloriter alau scrba melarang

f Orang tua yang serha nieinbolehkan (pcrmisil)

g Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teiadan

h Orang tua kurang peduli dun tidak tahu dengan masalah narkolika

i Tata terlib alau disiplin keluarga yang selalu bcrubah (kiiiaiig konsisten)

j Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam kciuarga

dan

k Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahguna narkotika

dan psikotropika

Sitimsi buruk dalam keluarga yang soring menyudiitkan anak ke arah

narkotika dan psikotropika adalah

1) Anak merasa kurang mendapatkan kasih sayang dalam keluarga merasa

kesal keeewa dan kesepian

2) Anak merasa kurang dihargai kurang mendapatkan kepcrcayaan dun

selalu dianggap salah

3) Anak mengalami konflik dengan orang tua dalam masalah pacaran

memilih pasangan hidup atau meneniukan pilihan profesi cila-elta dan

Mardani Loc cil lial 99 AW hal 100

37

sebagainya

4) Anak kesal dan keeewa karena ayah dan ibuiiya kurang lianiionis dan

sering bertcngkar (broken home)

5) Suami thtsirasi karena tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapinya

dengan islrinya

6) Istri fnistrasi akibat konllik dengan suami tentang masalali ekonomi atau

adanya wanita lain di samping suami

Banyak pengguna narkotika dan psikolropika yang pada awalnya

dimulai karena pengaruh dari orang lain Bentuk pengaruh dari orang lain itu

dapat bervariasi mulai dari bujuk rayu lipii daya sampai kepada paksaan

a) Tipu Daya

Banyak anak yang ditipu oleh kenalon teman sahabat atau pacar

Seperti mengajak meraka untuk memakai narkotika dan psikolropika

dengan bemacam-macain tipuan Dengan alasan yang digunakan bahwa

narkotika dan psikotropika adalah vitamin obat pil pintar pil sehat atau

food supplement Tipuan itu dapat juga berupa bujukan bahwa narkotika

dan psikotropika tidak tcrlalu berbahaya kalau tahu raliasianya Banyak

orang di dalam masyarakat yang dikira orang baik-baik namun lemyata

pengedar narkotika dan psikotropika Walaupun orang itu adalah kawan

sahabat saudara atau pacar sebagai pengedar penipu tersebul akan tcga

menipu maupun menjebak kita Pengedar narkotika dan psikotropika

sangat pandui mcmasarkan narkotika dan psikotropika tersebut Dengan

menawarkan narkotika dan psikotropika sebagai mmn food supplement

38

pil scliat pil pintar dan sebagainya Dengan lipuan ini korban dari

kalangan kciuarga hannonis akan terjcrumus ke dalamnya Saat ini banyak

pemakai narkolika dan psikotropika dari keluarga harmonis bukan hanya

bull dari keluarga berantakan Banyak pekerja mahasiswa atau pelajar yang

tampii ioyo tertipu ketika kepadanya ditawarkan pil sehat vitamin atau pil

pintar Banyak pemuka agama juru dakwah atau pengkhotbah yang

tertipu karena pil sehal yang dlbelinya adalah narkotika dan

psikotropika Reaksi pemakaian narkotika dan psikotropika mula-mula

terasa menyehatkan dan membuat si korban tipuan terscbut sukses dalam

berdakwah atau berkhotbah Ibu rumah tangga juga dapat tertipu karena

ditawari pil pelangsing oleh saudara atau teman dalam arlsan dan lain-

lain Mulanya karena tipu daya akhimya setelah lerjebak menjadi

biasa

b) Bujuk rayu

Waftiia camlk pengedaf ftaTkotlka dan psikotFoplka biasanya menjebak

mangsa melaiui bujuk rayu Untuk memasarkun narkotika dan

psikotropika pengedar tersebut memilih profesi sebagai wanita penghibur

atau Wanita Tuna Susiala (WTS) Banyak eksekutif muda pekerja atau

bos-bos yang mulai memakai narkotika dan psikotropika karena rayuan

pekerja seks komersial hostess dan sebagainya Dalam mcmasarkan

narkotika dan psikotropika wanita tersebut merayu akan mau melayani

kencati kalau bersama-sama mengkonsumsi narkotika dan psikotropika

Subagyo Purlodlhario Loc cil hal 78

39

lebih dulu Muta-mula kurban memakai narkotika dan psikotropika karena

tergoda namun akhimya menjadi terbiasa

c) Paksaan

Banyak anak muda yang mengawali pemakaian narkotika dan psikotropika

karena dipaksa oleh sekawanun alau seseorang yang mengancam akan

mencelakainya Banyak pclajar atau nialiasiswa mengawali kebiasaan

memakai narkotika dan psikotropika dari keadaan terpaksa diancam oleh

sekawanan preman yang menghadang di tengah jalan Dari kelompok ini

pula terjaring pemakai yang berasal dari keluarga hannonis

Lingkungan sekoiah bagi pelajar tingkat SD SMP dan SMA

merupakan tempat yang stratcgls bagi para pelajar untuk menunjukkan jati

dirinya sehingga mereka terjun kepada penyalahgunaan narkotika dan

psikotropika ini faktor sekoiah yang merupakan bagian tcrpcnting yang

mempengaruhi adalah

a Sekoiah yang kurang disiplin

b Sekoiah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjiial narkotika atau

penjual psikolropika

c Sekoiah yang kurang member] kesempatan pada siswa untuk

mengembangkan diri secara kreatif dan positif

d Adanya murid pengguna narkotika atau psikotropika

Kartini Kurtono op cil hivl 124

40

B Pengaturan Sanksi Pidana Terhadaj) Pcnyalahgunaaan Narkotika dan

Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau

dari Perlindungan Terhadap Korban

Dalam hukum pidana di Indonesia terdapat adanya

ketldakseimbangan antara perlindungan korban kejahatan dcngan pelaku

kejahatan pada dasarnya mempakan salah satu pengingkaran dari asas setiap

warga negara bersamaan kcdudukannya dalam hukum dan pcmerinlahan

sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 sebagai

landasan konstitusional Perlindungan korban memiliki hubungan cral dcngan

teori pemidanaan yang dikemukakan Wirjono Prodjudikoro tujuan

pemidanaan adalah untuk niemenuhi rasa keadilan^

Ada Juga yang mengemukakan bahwa tujuan pemidanaan dapat

dilihat melalul 2 (dua) leorl mengenai alasan-alaitan yang membenarkan

(justification) penjatuhan hukuman (sanksi) yaitu Teori Absolut

(Vergeldingslheorie) dan Teori Relatif atau Doeitheorie Menurut Teori

Absolut (Vergeldingslheorie) tujuan pemidanaan sebagai pembalasan

terhadap para pelaku karena telah melakukan kejahatan yang mengakibatkan

kesengsaraan lerhadap orang lain alau anggota masyarakat sedangkan

Roeslan Saleh mengatakan sebagai reaksi-reaksi atasdelik yang berwujud

suatu nestapa yang scngaja dilimpakan ncgara kcpada pembuat delik

Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana Cctakan Iuriania (Jakarta Sinar Gnitlka2(W5)hii4

lcduu Mdipaung Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cctakun IcrliirMii (Jukiirtu Sinur Gratika 2005) hal 4

kiwsUin Saleh Shdsel Pidana Indonesia (Jukarlu liinn Aksara 19K7) hal 5

41

Menurut Teori Relatif Doeltheurie) tujuan pemidanaan adalah

a Menjerakan agar si pelaku atau terpidana menjadi jera dan tidak

mengulangi lagi perbuatannya specials presenile) sena masyarakat umum

agar mengertahui jika melakukan perbuatan yang sama akan mengalami

hukuman yang serupa atau disebut pula generalpreventte

h Memperbaiki pribadi si terpidana berdasarkan perlakuan dan pcndidikan

selama menjalani hukuman terpidana merasa menyesal dan tidak akan

mengulangi perbuatannya dan kcmbali kepada masyarakat sebgai orang

baik dan berguna dan

c Mcmblnasakan (menjatulikan hukuman mat) atau mcmbuat terpidana tidak

berdaya dengan menjatuhkan hukuman seiimur hidup

Pandangan di atas sangatlah wajar apabila beranjak dari pandangan

bahwa hukum pidana adalah hukum sanksi (hifzonderesancUerechl) sebab

dengan bertumpu pada sanksi itulah hukum pidana difungsikan untuk

menjamin keamanan ketertiban dan keadilan Dalam perkembangannya

ternyata tidak semua sarjana menyclujui maksud diadakannya pidana scperti

itu (sebagai suatu nestapa) karena muncul pendapat bahwa di samping pidana

ditujukan untuk memberikan penderitaan kcpada pelanggar atau mcmbuat

jera pemidanaan juga bertujuan agar pelaku dapat kembali hidup

bermasyarakat sebagaimana mestinya

Alasan yang paling inenonjol lerhadap upaya perubahan tersebut

adalah dengan meniperhatikan sisi kemanusiaan yang mcmandang bahwa

Ucdcn Mirpaung Opcil hal 4

42

sekalipiin tcrsangka telah melakukan kcsalahaii ia telap berkcdmiiikan sebagai

manusia utuh yang harus tetap diperlakukan sama dengan manusia lainnya

dan dilindungi hak asasi manusionya Karena itu pidana penjara saat ini

sedang mengalami masakrisis karena termasuk jenis pidana yang kurang

disukai Banyak kritik tajam ditujukan terhadap jenis pidana perampasan

kemerdekaan ini baik dllihat dari sudut efektifitasnya maupun dilihat dari

akibat-akibat lainnya menyertai atau berhubungan dcngan dirampasnya

kemerdekaan seseorang

Banyaknyu kritik yang diarahkan pada bentuk pemidanaan berupa

perampasan kemerdekaan (yang ditujukan untuk membuat jera pelaku)

sehingga berkembanglah bentuk pemidanaan lain yang dianggap lebih

manusiawi yaitu penjatuhan pidana berupa denda atau pemberian ganti

kerugian kepada korban Pemberian ganti kerugian pada awalnya merupakan

konsep kcperdalaan seperti halnya dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata yang mewajibkan setiap orang yang menyebabkan orang lain

menderita kerugian untuk membayar ganli rugi Dalam perkembangannya

konsep ini diterupkan pula dalam hukum pidana mengingat akibat yang

ditimbulkan pada korban tindak pidana akan selalu disertai dengan kerugian

baik mental fisik maupun material sehingga sangat wajar apabila korban pun

menuntui ganti kerugian pada pelaku guna memulihkan derita yang

dialaminya

Dengan memperhatikan pada beberapa teori klasik tentang tujuan

Uurtla Nawuwi Ariel Sislem Pemidanaan Menunii Konsep KIHP llaiu dan Latar Helakang Pemlklrannya Hahan Ienalaran Hukum Pidana V Undanu Kupang uinjyful 11 Juli-12 Agustus 1989

43

pemidanaan dapat disiinpulkan bahwa penjatuhan pidana lebih banyak

ditujukan untuk kepeiitingan pelaku dengan kata lain tujuan pemidanaan

hanya dimaksudkan imtuk mengubah perilaku dari pelaku kejahatan agar

tidak mengulangi lag perbuatannya sedangkan kcpentingan korban sama

sekali diabalkan

Perlindungan terhadap korban narkotika jika dihubungkan dengan

beberapa teori pemidanaan yang telah dipaparkan di atas maka peneliti

mengkaji bahwa dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang baru ini terdapat kescimbangan antara perlindungan terhadap

pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana bahwa berdasarkan sanksi

baik pidana maupun denda yang terdapat dalam undang-undang ini sangatlah

berat-berat dan tegas ]ni berarti bahwa undang-undang ini lebih

mementingkan korban dari pada pelaku kejahatan narkotika Mengingat

bahwa dengan adanya pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan

korban semakin banyak yang berjatuhan schingga daripada korbnnnya anak

bangsa yang memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara

Indonesia maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-

beratnya lerhadap si pelaku tindak pidana narkotika bahkan pidana mati atau

seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-

undang yang bam ini juga diatur mengenai rehabilitasi terhadap korban baik

korban yang diakibatkan oleh orang Iain maupun karena self victimizing

victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku itu sendiri

44

C Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Seif-

Victimizing Victims

1 Self-victimizing victims uarkotika dau psikotropika

Suatu viktimisasi adalah sebagai suatu permasalahan manusia yang

merupakan kenyataan sosial hal ini disebabkan karena setiap warga negara

berhak mendapatkan rasa aman dan bcbas dari segala bentuk kekerasan

sesuai dengan falsafah Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 Contohnya adalah seseorang akibat perbuatannya memakai

narkotika dapat menimbulkan bahwa si pemakai tersebut menjadi tidak

berdaya upaya dengan kata lain bahwa si pelaku telah menjadi korban

akibat perbuatannya sendiri yang menimbulkan perbuatan kriminal

Penyalahgunaan narkolika atau psikolropika merupakan perbuatan

kriminal karena telah melanggar ketentuan di dalam undang-undang yang

ada yakni Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tetang Psikotropika dan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Terlibatnya si

pelaku kejahatan atau tindak pidana yang menimbulkan kerugian terhadap

dirinya sendiri daiam hal inilah yang disebut dengan istilah self victimizing

victims yang merupakan bagian dari viktimisasi Sehubungan dengan itu

maka Wolfgang menyatakan beberapa Jenis viktimisasi ialah

1 Unrelated victims yaitu korban yang tidak ada hubungannya sama

sekali dengan terjadinya korban misalnya pada kasus kecelakaan

pesawat Dalam hal In tanggungjawab sepenuhnya terletak pada

Utplietin3|il(igspqtcom2()OSIOl|ukum-viktinivl9gihlml diakscs terakhir langgul l2Januari 2015

45

pelaku

2 Provocative victims yaitu seseorang yang secara aktif mendorong

dirinya menjadi korban misalnya kasus selingkuli dimana korban juga

sebagai pelaku

3 Participating victims yailu seseorang yang tidak berbuul tetapi dengan

sikapnya justru mendorong dirinya menjadi korban

4 Biologically weak victims yaitu mereka yang secara tisik memiliki

keleinalian atau potensi untuk mcnjadi korban misalnya orang tua

renla anak-anak dan orang yang tidak mampu bcrbual apa-apa

5 Socially weak victims Yaitu mereka yang memiliki kedudukan social

yang lemah yang menyebabkan mereka mcnjadi korban misalnya

korban perdagangan perempuan dan sebagainya

6 Self victimizing victims yaitu mereka yang menjadi korban karena

kejahatan yang dilakukannya sendiri pengguna obat bius judi aborsi

dan prostitusi

Dalam hal ini kedudukan viktimologi sebagai sebuah ilmu yang

mempelajari tentang korban memiliki peranan yang sangat penting ruang

lingkup viktimologi ini meliputi

1 Semua macam sciiap macam perbuatan kriminal yang mengakibatkan

orang-orang mcnjadi korban

2 Setiap orang atau pihak yang dapat menjadi korban baik orang

perorangan maupun suatu korporasi atau organLsasi

3 Setiap orang atau pihak yang dapal menimbulkan korban artinya

46

dimana disatu sisi orang terscbut dapat merugikan orang iain sehingga

orang tidak merasa aman akibat tindakanya

4 Cara-cara viktimisasi atau penimbulan korban

5 Bentuk-bentuk viktimisasi yang terdiri dari primary viclimizalion

adalah korban individualperorangan bukan kelompok secondary

victimizalion korbannya adalali kelompok misalnya badan hukum

tertiary Victimizalion yang menjadi korban adalah masyarakat luas

nun viciimozaiion korbannya tidak dapat segera diketahui misalnya

konsumen yang tertipu dalam menggunakan hasil produksi

6 Akibat viktimisasi

7 Pengaruh viktimisasi

8 Reaksi atau respons terhadap viktimisasi

9 Penyelesaian viktimisasi dan

10 Pengaturan yang berkaitan dengan viktimisasi (yang menjadi

perhatian viktimologi)

Studi viktimologi akan memberikan pemahaman kepada setiap

individu mengenai hak dan kewajibannya dalam rangka mengantisipasi

berbagai bahaya yang mengancamnya Viktimologi memberikan

sumbangan pemikiran mengenai masalah viktimisasi tidak langsung

dampak sosial polusi industri viktimisasi ekonomi politik dan

penyalahgunaan kewenangan Viktimologi ini juga memberikan dasar

pemikiran dalam penyelesaian viktimisasi kriminal atau factor viclimogen

dalam sistem peradilan pidana

47

Dari perspektif ikalan Korban Napza (IKON) l ial i yang dimaksud

sebagai korban adalah orangperorangan yang menderita secara langsung

dari penyalahgunaan napza dan tennasuk pula keluarga alau tanggungan

langsung dari korban Namun karena hukum dl Indonesia memandang

pengguna napza adaiah kriminal maka terjadilah dampak-dampak negalif

yang dialami oleh pengguna napza yang merupakan korban scperti

diskriminasi kriminallsasi kesehatan dan stigmatisasi Maka sebagai

korban IKON Bali mendorong agar dihentikannyadiskriminasi lerhadap

korban napza mendorong vonis rehabilitasi untuk korban napza

mendorong agar dihentikannya penyiksaan terhadap korban napza dan

yang terakhir adalah mendorong terpenuhinya hak atas kesehatan bagi

korban dan orang terinfeksi HIV Dengan melihat kondisi permasalahan

penanggulangan napza yang semakin tidak menentu dan meningkatnya

jumlah korban napza secara terus-menerus Maka Ikon Bali meminta

1) Penerapan SEMA Nomor 7 Tahun 2009 sebagai pemenuhan hak atas

kesehatan terhadap korban Mpza

2) Meminta kepada Pengadilan Negeri Denpasar untuk menjadi insiator

dalam penyusunan langkah teknis penerapan SEMA Nomor 7 Tahun

2009

3) Meminta kepada selunih instansi tcrkait untuk mulai meiigambil

langkah nyata dalam penanggulangan napza

43 Ibid

48

4) Meminta agar korban napza diperlakukan secara manusiawi tanpa

penyiksaan sligma dan diskriminasi

5) Ikon Bali mendukung secara penuh program-program pemerintab

dalam penanggulangan napza

2 Rehabilitasi terhadap self-victimizing victims

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

merupakan undang-undang yang baru menggantikan Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika Adapun pasal-pasal di dalam

undang-undang in yang mengatur mengenai perlindungan korban adalah

berbagai pasal-pasal yangmencantumkan rehabilitas kepada korban

maupun pelaku tindak pidana narkolika Pasal 1 ayat (16) meneniukan

defenisi mengenai rehabilitasi dipandang dari sisi medis yakni

Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara

terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan Narkotika

Sementara Itu dalam Pasal 1 ayat (17) ditentukan defenisi rehabilitasi

dipandang dari sisi sosial yakni Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses

kegiatan pemulihan secara terpadu baik fisik mental maupun sosial agar

bekas pecandu Narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosia dalam

kehidupan masyarakat

Diimdangkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang merupakan undang-undang baru ini tentu mempunyai

maksud dan tujuannya Adapun tujuan yang terdapat dalam Pasal 4 yang

berbunyi

49

Undang-Undang tentang Narkotika bertujuan

a Menjamin kelersediaiin Narkotika untuk kcpentingan peiayanan

kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

b Mencegah mclindungi dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari

penyalahgunaan Narkotika

c Memberanlas pcredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika dan

d Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi Penyalah

Guna dan pecandu Narkotika

Bentuk perlindungan terhadap korban dan pelaku kejahatan tindak

pidana narkotika di dalajn Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

disebutkan ada 2 (dua) macam yakni pengobatan dan rehabilitasi lerhadap

korban maupun pelaku Pada Pasal 53 ayat (3) tersebul di atas bahwa yang

dimaksud dengan buktl yangsah antara lain surat kctcrangan dokter

salinan resep atau labeletiket Selcngkapnya mengenai pengobatan

ditentukan dalam Pasal 53 yang berbunyi sebagai berikut

(1) Untuk kcpentingan pengobatan dan berdasarkan indikasi medis

dokter dapal memberikan Narkotika Golongan II atau Golongan III

dalam jumlah terbatas dan sediaan tertentu kepada pasien sesuai

dengan ketcnluan peraturan perundang-undangan

(2) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat ( I ) dapal memiliki

menyimpan danatau incmbawa Narkolika untuk dirinya sendiri

(3) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mempunyai bukti

yang sali bahwa Narkotika yang dimiiiki disimpan danatau dibawa

50

untuk digunakan diperoleh secara sail sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan

Mengenai rehabilitasi terhadap korban dan pelaku tindak pidana

kejahatan penyalahgunaan narkotika merupakan suatu kewajiban bagi

pemerintah dan instansi masyarakat Sebagaimana ketentuan dalam Pasal

54 bahwa Pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika

wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial Dalam Pasal 56

disebutkan juga bahwa

(1) Rehabilitasi mcdis Pecandu Narkotika dilakukan di rumah sakit yang

ditunjuk oleh Menteri

(2) Lembaga rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan oleh instansi

pemerintah atau masyarakat dapat melakukan rehabililasi medis

Pecandu Narkotika setelah mendapat persetujuan Menteri

Kemudian dipertegas kembali dalam Pasal 57 bahwa selain melaiui

pengobatan danatau rehabilitasi medis penyembuhan Pecandu Narkotika

dapat diselenggarakan oleh instansi pemerintah alau masyarakat melaiui

pendekatan keagamaan dan tradisional Salah satu tugas dan wewenang

Badan Narkotika Nasional adalah meningkatkan kemampuan lembaga

rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu Narkotika baik yang

diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat

Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 ini terdapat

pengecualian dalam hal luniutan pidana terhadap anak yang masih berada

di bawah umur Misalnya terdapat di dalam salah satu pasalnya yakni pada

51

Pasal 128 ayal ( I ) yang bcrbunyi Orang tua atau wali dari pecandu yang

belum cukup umur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) yang

sengaja tidak mciapor dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6

(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp 100000000 satu juta

rupiah) Tetapi di datam ketentuan tain yakni pada Pasal 128 ayat (2) dan

ayal (3) ditentukan bahwa anak yang masih di bawah umur tidak dapat

dituntut pidami selcngkapnya pasal tersebul berbunyi Pecandu Narkotika

yang belum cukup umur dan telah dilaporkan oleh orang tua atau walinya

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat ( I ) tidak dituntut pidana

(Pasal 128 ayat (2)) dan Pecandu Narkotika yang telah cukup umur

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) yang sedang menjalani

rehabilitasi mcdis 2 (dua) kali masa perawatan dokter di rumah sakit

danatau lembaga rehabilitasi medis yang ditunjuk oleh pemerintah tidak

dituntut pidana

Pada awalnya narkotika digunakan unluk kcpentingan umat

manusia khususnya untuk pengobatan dan peiayanan kesehatan Namun

dcngan semakin bcrkembangnya ilmu pcngclaliuan dan teknologi

peruntukan narkotika mengalami perluasan hingga kepada hal-hal yang

negatif

Di dunia kedokteran narkotika banyak digunakan khususnya

dalam proses pembiusan sebelum pasien diopcrasi mengingat di dalam

narkotika terkandung zat yang dapat mempengaruhi perasaan pikiran serta

kesadaran pusieti Oleh karena itu agar penggunaan narkotika dapal

52

memberikan manfaat bagi kehidupanurnat manusia maka pcredarannya

harus diawasi secara ketat sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 60 sampai

dengan Pasal 63 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang menyebutkan

Pasai 60 ditentukan bahwa

(1) Pemerintah melakukan pembinaan terhadap segala kegiatan yang

berhubungan dengan Narkolika

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meiipuli upaya

a Memenuhi ketcrsediaan Narkotika unluk kcpentingan peiayanan

kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi

b Mencegah penyalahgunaan Narkotika

c Mencegah generasi muda dan anak usia sekoiah

dalampenyalahgunaan Narkotika termasuk dengan memasukkan

pendidikanyang berkaitan dengan Narkotika dalam kurikulum

sekoiah dasarsampai lanjutan atas

d Mendorong dan menunjang kegiatan penelitian danatau

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di brdang

narkolika unluk kcpentingan peiayanan kesehatan dan

e Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis bagi

Pecandu Narkotika baik yang diselenggarakan oleh pemerintah

maupun masyarakat

53

Pasal 61 ditentukan baiiwa

(1) Pemerintah melakukan pcngawasan terhadap segala kegiatan yang

berkaitan dengan Narkotika

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi

1 Narkolika dan Prekursor Narkolika untuk kcpentingan peiayanan

kesehatan danatau pengembangan Hmu pengetahuan dan

teknologi

2 Alat-alat potensial yang dapat disaiahgunakan untuk melakukan

tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkolika

3 Evaluasi keamanan khasiat dan mutu produk sebelum diedarkan

4 Produksi

5 impor dan ekspor

6 Pcrcdaran

7 Pelabeian

8 Tnformasi dan

9 Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Pasal 62 berbunyi Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan

sebagaimana dimaksud dalam Pasai 60 dan pengawasan sebagaimana

dimaksiiddalam Pasal 61 diatur dengan Peraturan Pemerintah Dan dalam

Pasal 63 disebutkan bahwa Pemerintah mengupayakan kerja sama

dengan ncgara lain danatau badan intcmasional secara bilateral dan

multiialeral baik regional maupun internasional dalam rangka pembinaan

dan pengawasan Narkotika dan Prekursor Narkotika sesuai dengan

54

kcpentingan nasional

Berdasarkan biinyi beberapa pasa di atas mengenai pengawasan

terhadap pentingnya peredaran narkotika wajib diawasi secara ketat

dikarenakan saat ini pemanfaatannya banyak untuk hal-hal yang negatif

D i samping itu melaiui perkembangan teknologi informasi dan

komunikasi penyebaran narkotika sudah menjangkau hampir ke semua

wilayah di Indonesia hingga ke pelosok-pelosok Daerah yang sebelumnya

tidak pcrriah tersentuh oleh peredaran narkotika lambat laun berubah

menjadi sentra peredaran narkotika Begitu pula anak-anak yang pada

mulanya awam terhadap barang haram ini telah berubah menjadi sosok

pecandu yang siikar untuk dilepaskan ketergantungannya

Sebelum Iahimya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

mengenai narkotika diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997

tentang Narkotika namun undang-undang ini tidak dapat dipertahankan

lagi keberadaannya karena adanya perkembangan kualitas kejahatan

narkotika yang sudali menjadi ancaman serius bagi kehidupan umat

manusia Pengguna narkotika sangat beragam dan menjangkau semua

lapisan masyarakat mulai dari anak-anak hingga orang dewasa orang

awam hingga artis bahkan hingga pejabat publik

Efek negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan narkotika secara

berlebihan dalam jangka waktu lama serta tidak diawasi oleh ahlinya

dapat

menimbulkan berbagai dampak negatif pada penggunanya baik secara

55

fisik maupun psikis Bahkan tidak janing penggunaan narkotika dapat

memicu terjadinya berbagai tindak pidana Karena itu untuk mencegah

semakin mcluasnya dampak negalif yang ditimbulkan dari penggunaan

narkotika maka pengawasan tidak hanya terbatas pada peredaran

narkotika tetapi juga pada mereka yang menjadi korban misalnya

sescorang yang menderita ketergantungan narkotika (pecandu) Apabila

seorang pecandu narkotika telah divonis bcrsalah oleh hakim atas tindak

pidana narkotika yang dilakukannya maka untuk memberikan kesempatan

pada yang bersangkutan agar tcrbebas dari kecanduaniiya maka hakim

dapat mcmutuskan untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani

pengobatan danatau perawatan

Pengobatan dan perawatan terhadap pecandu narkotika dilakukan

melaiui fasilitas rchabilitasi Rcliabilitasi medis dan sosial yang diberikan

kepada pecandu dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan

kemampuan fisik mental dan sosialnya Selain pengobatan dan perawatan

melaiui rehabililasi medis proses penyembuhan pecandu narkotika dapat

diiaksanakan oleh masyarakat melalul pendekatan keagamaan dan

tradisional

Sebagai conloh di Pakem Sleman Yogyakarta telah didirikan

sualu kliiiik alau Pusat Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkotika

Psikolropika dan Zal-zat Aditiflainnya (NAPZA) Terpadu yang didirikan

atas kerjasania Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dan

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang diresmikan pada tanggal 7

56

Desember 2005 Tujuan umum pendiriaii pusat rehabilitasi terpadu ini

adalah untuk memberikan jaminan penanganan paripurnakepada korban

penyalahgunaan Napza melaiui aspek hukum aspek medis aspek sosial

aspek spiritual serta pengembangan pcndidikan dan pelatihan dalam

bidang NAPZA secara terpadu sedangkan tujuan khususnya adalah

1 Terhindarnya korban dan instilusi dan penelrasi pengedar

2 Terhindarnya kerusakan mental dun masa depan para penyalah guna

Napza yang akan mcmbtinuh potensi pengembangan mereka

3 Terhindarnya korban-korban baru akibat penularan penyakil-penyakit

seperti Hepatitis HIVAIDS dan penyakit menular lainnya

4 Terwujudnya proses pengembangan penanganan korban NAPZA dan

aspek ilmiah serta keiimuan yang dinamis sesuai perkembangan zaman

sebagai pusat jaringan informasi terpadu dan mewujudkan teknis

penanganan penyalahgunaan narkotika dan obat-obalan terlarang bagi

daerah sekitamya maupun nasional

Pemberian perlindungan kepada korban narkotika lentil tidak dapat

dibebankan sepenuhnya kcpada pemeriiilah peran serta masyarakat pun

diharapkan ada salah salunya diterimanya kembali mantan pani pengguna

dalam lingkungannya tanpa melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya

diskriminatif bahkan dengan mcmposisikan mereka sebagai warga keias

dua yang harus dljauhi

Bentuk periindunganyang diberikan terhadap pelaku maupun

Dikdik M ArilMansur dan tUisUiris Guitom loa cil hal 90

57

korban penyalahgunaan narkolika dan psikotropika daiambentuk

rehabilitasi

Rehabilitasi adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang

dilujukan kepada pemakai narkolika dan psikotropika yang sudah

menjalani program kuratif Tujuannya agar pelaku tidak memakai lagi

dan bebas dari penyakit ikutan yang disebabkan oleh bekas pemakaian

narkotika dan psikotropika

3 Tahapan-tahapan rchabilitasi terhadap self-victimizing victims

Tahapan-tahapan rehabilitasi terhadap self-victimizing victims atas

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika yang ada di Indonesia tidak

sama Ada yang menekankan rehabilitasi hanya pada aspek medis ada

pula yang lebih menekankan pada aspek rohani Atau memadukan kedua

pendekatan tersebut dengan komposisi yang seimbang Yang ideal

rehabilitasi seorang korban narkotika dan psikotropika harus dilakukan

secara holisitik baik secara fisik psikis maupun kerohaiiiannya

1 Tahapan pengobatan (rehabilitasi)

Secara umum ada beberapa tahapan yang harus dilewati

Masing-masing tahapan tersebut memakan waktu bervariasi ada yang

seminggii sebulan dan bahkan berbu lan-bulan tcrgantung tingkat

ketergantungan tekad korban dan juga dukungan berbagai pihak

terutama keluarga dalam seluruh proses tersebut Setiap tahapan

Subagjo PiirloUiharjo Loc cU hal 105 ^ E M Giri Prastowo loc cil hal 28 -29

58

tersebut disusun dan dibuat untuk inenganlar pasien secara bertaiiap

melepaskan dari ketergantungan narkotika dan psikotropika Beberapa

tahapan rehabilitasi ini yang disajikan berikut sudah Icruji dapat

menyembuhkan atau memulihkan korban narkotika dan psikotropika

secara maksimal

a Tahapan transisi

Penekanaii dalam tahap ini lebih kepada informasi awal

tentang korbanseperti

1) Latar belakang korban

2) Lama ketergantungan

3) Jenis obat yang dipakai

4) Akibat-akibat ketergantungan dan

5) Berbagai inlbrniasi lainnya

Hal ini penling sehingga pada saatnya akan menjadi acuan

bagi pihak yang terlibat secara intensif dalam proses rehabilitasi

Ahl i yang berkompeten (dokter) akan menganaiisa tingkat

ketergantungan korban untuk kemudian meneniukan tingkat

pengobatan dan tingkat pembinaan bagi si korban schingga terapi

dan metode pengobatan bisa dilakukan secara terukur

Tahapan ini Juga dapat dijadikan rujukan untuk meneari

model rehabilitasi yang paling tepat bagi yang bersangkutan Pada

tahap ini tim rehabilitasi akan membantu korban agar menyadari

dirinya sedang menghadapl masalah ketergantungan narkotika dan

59

psikotropika Korban diajak untuk bersama-sama mengatasinya Hal

ini penting karena proses rchabilitasi tidak akan berhasil tanpa

adanya kesadaran korban tentang adanya bahaya yang dihadapinya

Dari situ akan dibangun tekad dan komitmennya untuk

meninggalkan narkotika dan psikotropika

Selain itu pada tahapan ini akan diteliti akibat fisik dari

penggunaan narkotika dan psikotropika Sejauh mana tingkat

kerusakan syaraf dan organ-organ tubuhnya yang rusak Unluk itu

diadakan pemeriksaaii laboratoriumiengkap dan tes penunjang untuk

mcndeteksi penyakit yang diderita korban A[)abia dalam

pemeriksaan ditemukan satu atau beberapa penyakit maka terlebih

dahulu diadakan pengobalan medis sebelum penderita mendapat

proses rehabilitasi lanjutan Langkah ini penting selain agar tubuh

yang bersangkutan bebas dari penyakit juga untuk mencegah

terjadinya penularan balk kepada korban narkotika dan psikotropika

ini diadakan pembersihan darah pada tubuh pecandu sehingga darah

menjadi bersih dan sistem metabolisme tubuh kembali normal

Proses ini dapat dilakukan melaiui cara-cara berikut

1) Cold Turkey abrupt withdrawal) yaitu proses penghentian

pemakaian narkotika dan psikolropika secara tiba-tiba tanpa

disertai dengan substitusi antidotum

2) Bertaliap atau substitusi bertahap misalnya dengan kodein

^Ibidhal 30

60

methadone CPZ atau clocard selama i -2 minggu

3) Rapid Detoxification dilakukan dengan anestesi umum (6-12

jam) dan

4) Simtomatik tergantung gejala yang dirasakan

2 Rehabilitasi intensif

Setelah melewati masa transisi (pengumpulan informasi tentang

keadaan korban dan latar belakangnya) baru masiik pada fase

berikutnya yakni proses penyembuhan secara psikis Motivasi dan

potensi dirinya dibangun daiam tahap ini Korban diajak untuk

menemukan dirinya dan segala potensinya sambil juga menyadari

berbagai keterbalasannya Bahwa untuk mengatasi masalah hidup yang

bersangkutan tidak perlu harus mengkonsumsi narkotika dan

psikotropika Narkotika dan psikotropika justru menciptakan masalah

baru yang jauh lebih besar dalam hidupnya Narkotika dan psikotropika

bukanlah solusi tetapi menjadisumber masalah Pada tahap ini berbagai

contoh dapat dipcrlihatkan kepada korban

Yang terlibat di dalam tahap ini yang utama adalah korban itu

sendiri sebagai pelaku self-victimizing victims) Korban harus punya

tekad untuk hidup tanpa narkotika dan psikotropika Korban harus bisa

menatap masa depan dengan penuh optimisme Selain yang

bersangkutan peranan keluarga (orang liia dan saudara-saudaranya

suami atau istri) juga sangal pcnling Anggota keluarga ini harus secara

intensifmendampingi dan jnenopang korban

61

Staf di paiiti rehabilitasi para konselor psikolog dan semua

pihak di panti rehabilitasi untuk bersama-sama mcmbangun

kepercayaan diri korban Seluruh proses ini membutuhkan waktu

berbulan-bulan bahkan selama bertahun-tahun tergantung tingkat

ketergantungan dan efeknya bagi korban Berbagai terapi yang

dilakukan selama dalam tahap ini baik yang dilakukan secara pribadi

maupun bersama-sama lewat berbagai aktivitas di panti rehabilitasi

tersebut bertujuan untuk memberdayakan kembali korban yang disekian

lama telah terpuruk oleh narkolika dan psikotropika Sebagai langkah

awal untuk sosialisasi diri dengan masyarakat korban juga secara

bertahap mulai mcmbangun komunikasi dengan orang lain di Iuar

komunitas rehabilitasi

Menurut Romo Lambertus Somar MSG dalam bukunya

Rehabilitasi Pecandu Narkotika dan Psikotropika pada tahap ini ada

tiga titik yang harus dilewati yang lebih dikenal dengan tahapan

stabilisasi pribadi yailu^

1 Secara sadar dan tekun melepaskan diri dari berbagai penyakit dan

akibatakibat lainnya (no to drugs) Tahap ini merupakan tahap

stabilisasi awai atau tahap konsolidasi (comolidation)

2 Menemukan jati diri menguasai kiat-kiat dan keterampilan-

keterampilan untuk menyehatkan serta mengisi hidup secara lebih

bermakna dan bermulu Latihan keterampilan vokasional (kerja) dan

E M Giri Praslowo Loc cil hal 32

62

peiigungkapan diri dari dimulai dibina sebiiigga disebul juga (afiap

pengukuan diri (jyerwtuil appraisal) Inilah lahap slabilisasi

niericiigah (inadya)

3 Dengan inisiatif pribadi orang secara sadar mulai berfikir dan

bertindak untuk mencapai prestasi-prestasi tertentu schingga disebut

juga tahap positive thinking and doing Tahap ini merupakan tahap

stabilisasi akhir

4 Tahap rekonsiliasi Tahapan berikut yang harus dilewati dan sangat

vital adalah tahap rekonsiliasi Tara korban tidak langsung

herinlcraksi secara bebas dcngan masyarakat akan tctiipi lerleblh

dahulu ditampung di sebuah lingkungan khusus selama beberapa

waktu sampai pasien benar-benar siap secara mental dan rohani

kembali kelingkungannya semula Yang paling ulama dalam fase ini

adalah pembinaan mental spiritual keimanan dan ketakwaan serta

kcsepiikatan sosial kemasyarakaian Proses ini bisa meliputi program

pembinaan jasmani dan rohani

Sampai ke tahap ini yang bersangkutan masih tcrikat dengan

rehabilitasi foimal namun sudah mulai membiasakan diri dengan

masyarakat Iuar sehingga merupakan proses resosialisasi (reentry) atau

penyesuaian (reconcilialion) Proses ini melewati tiga titik penting juga

yaitu

1 Tinggal lebih sering dan lebih lama di lingkungan keluarga sebagai

63

teiiipal tinggal tetap atau pun tempat tinggal transit unluk

resosialisasi sambil mclaiijiitkan kegiatan pilihan sebagai penunjang

masa selanjutnya Di sini terjadi perdamaian dan penycsuaian-

penyesuaian kembali dengan lingkungan

2 Rencana masa depan yang jelas dan siap direalisasikaii dengan

dukungan keluarga atau pihak-pihak lain Pada tahap ini korban

dapat memulai aktivitasnya lagi seperti sekolahkuliah mulai bekerja

atau merintis usaha sendiri

3 Kontak awal dengan kelompok-keiompok atau program-program

pemeliharaan lanjut aftercare) Di sini orang meiierima dirinya

seperti apa adanya merasa puas lalu mempercayakan dirinya ke

tangan orang lain

4 Pciiieliharaaii Lanjut Pada tahap ini walaupun secara fisik yang

bersangkutan sudah dinyatakan seliul dan secara psikis pun sudali

pulih namun masih ada kcmungkinan mereka akan tergclincir

kembali icbihlebih saat mereka sedang menghadapl masalah Pada

saat itu bisa Jadi mereka bemostagia dengan menikmati narkolika

dan psikotropika Saat ini juga niwaii Karena itu setiap korban yang

niemasuki tahap inidipersiapkaii sungguh-sungguh agar dapal

melewati dan mengatasi sUuasi rawan ini dengan melewati tiga titik

ini yakni

a Mengubah menghilangkan aUiu menjauhi hal-hal yang bersifat

bid hul 34

64

nostaigia kesenaiigan narkolika dan psikolropika

b Setiap mengikuti program-program dan aeara-acara aftercare

(pemeliharaan lanjut) dan

c Dapat juga mcUbatkan diri dalam gerakan atau kelompok bersih

narkoba dan peduli penanggulangannya

BAB IV

PENUTUP

A Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dipaparkan tersebut di atas peneliti

memberikan beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap

permasalahan di dalam penelitian ini sebagai berikut

Di antara berbagai faktor yang dapat mempengaruhi seseorang atau

individu menyalahgunakan narkotika atau psikotropika terdapat faktor

yang paling duininan yakni laktor yang bersumber dari keadaan keluarga

dan lingkungan bukan karcnn faktor individunya Karena faktor keluarga

yang buruk dan lingkungan yang juga buruk dan saling mendukung dapat

mempengaruhi individu menjadi pelaku lindak pidana penyalahgunaan

narkolika dan psikotropika tersebut dengan kata lain faktor keluarga dan

lingkungan yang buruk ini membuka kesempatan kcpada seseorang untuk

merasakan pergaulan dengan narkotika atau psikotropika sehingga dapal

menimbulkan ketergantungan terhadapnya

2 Perlindungan lerhadap korban narkotika- jika dihubungkan dengan

beberapa teori pemidanaan dalam perspektif Undang-Undatig Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika yang baru terdapai keseimbangan antara

perlindungan terhadap pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana

bahwa berdasarkan sanksi baik pidana maupun denda yang terdapat dalam

undang-undang ini sangatlah bcrat-bcnil dan tegas Ini berarti bahwa

65 bull

66

undang-undang narkotika yang baru tersebut lebih mementingkan korban

dari pada pelaku kejalialan narkotika Mengingat bahwa dcngan adanya

pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan ktgtrban semakin

banyak yang berjatuhan seliingga daripada korbannya anak bangsa yang

memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara Indonesia

maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-beratnya

terhadap si pelaku lindak pidana narkolika bahkan pidana mati atau

seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-

undang yang baru ini juga diatur mengenai rchabilitasi terhadap korban

baik korban yang diakibatkan oleh orang lain niaiipim karena self

victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku ilu

sendiri

Saran

Adapun yang menjadi saran peneliti di dalam penelitian ini yang

menjadi harapan untuk dipcrliatikan bersama adalah sebagai berikut

1 Diharapkan bagi setiap keluarga untuk menjaga keharmonisan melakukan

pengawasan dan mcnanainkan pcndidikan yang benar terutama dalam lial

menyeimbangkan antara emosi inteligensi dan spritual sejak dari din

terhadap anak sebagai benteng terhadap dirinya untuk dapat membentengi

dari pengaruh narkotika dan psikotropika yang semakin mengancam

keadaan lingkungan masyarakat

2 Diharapkan terhadap pemerintah untuk melakukan sosialisasi yang

teriiitegrasi dan menyeluruh terhadap semua lapisan masyarakat baik

67

masyarakat di pedesan (primitlf) maupun masyarakat kota betapa besamya

sanksi pidana dan denda yang digariskan di dalam undang-undang

narkotika dan psikotropika misalnya dcngan mcmpublikasikannya dalam

bentuk billboard di pcrsiinpangan jalan sehingga setiap orang yang lewat

dengan secara otomatis masyarakat akan inengelaliuinya dan

berkemuiigkiiian orang yang membacanya setidaknya tlmbul rasa takut

untuk terjun ke dalam penyalahgunaaan narkotika dan psikotropika

tersebut

D A F T A R PUSTAKA

A Bukii

Arrasjid Chainur Sualu Pemikiran Tentang Psikologi Kriminil Mcdan Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU 1999

Gerson Bawengan Penganlar Psichology Kriminil Jakarta Pradya Pramita 1973

Gosita Arif Masalah Korban Kejahatan Jakarta Akademika Pressindo 1993

Hakim M Ariel Narkoba Bahaya dan Penanggulangannya Bandung Jembar 2007

Hawari Dadang Konsep islam Memerangi AIDS dan NAZA Get X i Yogyakarta Dhana Baktl Priaya 1997

Kaligis OC dan Soedjono Dirdjosisworo Narkoba dan Peradilannya di Indonesia (Retbrmasi Hukum Pidana Melaiui Perundangan dan Peradilan) Bandung PT Alumni 2002

Kartono Kartini Psichology Abnormal Bandung Alumni 1972

Mansur Dikdik M Arif dan Elistaris Guitom Urgensi Perlindungan Korban Kejahalan Antara Norma dan Reaiita Bandung Agustus Fakultas Hukum Universitas Padjajaran 2006

Mardani Penyalahgunaan Narkoba Daiam Perspeklif Hukum islam dan hukum Pidana Nasional Jakarta IH RajuGrufindoPersado 2007

Marpaung Leden Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005

Moelyono Anton M Kumus Besar Bahasa Indonesia Get 11 Jakarta Balai Pustaka 1988

Muladi HAM Dalam Persepkiif Sistem Peradilan Pidana dalam Muladi (ed) Hak Asasi Manusia Hakekal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat Bandung Refika Aditama 2005

dan Barda Nawawi Arlef Bunga Rampai Hukum Pidana Bandung Alumni 1992

Partodiharjo Subagyo Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannyai Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2003

Ioyk Fanny Jonathans Sehiiah Kesehatan Narkoba Sayonara Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2006

Prastowo EM Giri Rehabilitasi Bagi Korban Narkoba Tangcrang Visimedia 2006

Prodjodikoro Wirjono Asas-asas Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005

Roeslan Saieh Stelsel Pidana Indonesia Jakarta Bina Aksara 1987

Soedjono D Segi Hukum Tentang Narkolika di Indonesia Bandung Karya Nusanlara 1977

Hukum Narkolika Indonesia Bandung PT Citra Adtya Baktl i 990

Soekanto Soerjono dan Sri Mumadjj Penelitian Hukum Normalif Suatu Tijnjauan Singkat Jakarta Rajagrafindo Persada 2001

Sudarsono Kenakalan Remaja cet Ii Jakarta Rineka Cipta 1992

Tom dkk Bahaya NAPZA Bagi Pelajar Bandung Yayasan Al-Ghifari Morgan 1999

Tim BNN Materi Advokad Pencegahan Narkoba Jakarta Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia 2005

Yustisia Himpunan Peraturan Pemndang-Undangan Anti Narkoba diterjenialikuii oleh Tim iustaka Yuslisia Yogyakarta iuslaka Yustisia 2006

Waluyo Bambang Penelitian Hukum dalam Prakiek Jakarta Sinar Grafika 1996

Wcda Made Darma Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korporasi dalam niingti Rampai Viktimisasi Bandung Eresco 1995

B Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Pasal 152

Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika22Tahun 1997 tentang Narkotika

Keppres Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkolika Nasional

CInternet

htlpwwwbnngoidportalbariiiiorlalkQnlenpltpniima^Prorilampop^visi niisiamp tnn=lamp diakses tcrakiiir tanggal 13 November 2014

httpthed03hlogspoteom2008l Ohukuiii-viktimolQgihtmk diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014

httpwwwikonbaliorg26062Q(19advokasipctisi-ikon-bali-segera-tcrapkan-semahtml Petisi Ikalan Korban Napza (IKON) dalam rangka menyambut Hari Anti Narkotika (HANI) dan Hari Anti Penyiksaan 2009 diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014

httpwwwsurnekscoidindexphp7pption=^om cpntentampview=articleampid=^1405 2010-kej ati-baru-terapkan-uu-no-3 52009ampcatid=44 ilir-barat-i-bukit-keciIampUemid=94 diakses lerakJiir tanggal 12 Desember 2014

httpidsbvoongcQmexact-sciencesl8Q8652-getielika-dan-keiahatan Faktor Genetik Penyebab Kejahalan diakses terakhir tanggal 10 jaiiuari 2014

httpwwwasiasecuritiescoidsys 12ximagesstories201QEqtiitv2Q Pdf diakses terakhir tanggal 10 Januari 2014

LAMPIRAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

F A K U L T A S HUKUM

K A R T U AKTIVITAS BIMBINGAN SKRIPSI

N A M A MAHASISWA DIANA SAPUTRA

N O M O R INDUK MAHASISWA 50 2011 059

P R O G R A M STUDI I L M U H U K U M

PROG K E K H U S U S A N H U K U M PIDANA

P E M B I M B I N G M S O L E H IDRUS SHMH

l U D U L SKRIPSI P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T U N D A N G U N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I

KONSULTASI

K F -

MATERI YANG

DIBIMBINGKAN

PARAF

PEMBIMBING K E T

luymdash

y^ ^ Tlt2 N ^

7 M e

fSUL

k ^

CATATAN MOHON DIBERI WAKTU MENYELESAIKAN SKRIlSl RUiAN SEJAK TANGGAL DIKELUARKAN DITETAIKAN

DIKELUARKAN DI PALEMBANG PADA TANGGAL KETUA BAGIAN

JUDUL P E N Y A L A H G U N A A N N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG UNDANG N O M O R 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I

P E R M A S A L A H A N 1 Apa yang menjadi faktor tcrjadinya penyalaJigunaan narkotika dan psikotropika

2 Bagaimana pengaturan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspektif victimologi

B A B l P H N D A I i U L U A N A Latar Belakang B Permasalahan C Ruang Lingkup dan Tujuan D Metode Penelitian E Sistematika Penulisan

B A B 11 T I N J A U A N PUSTAKA

A Pengertian penyalahgunaan B Pengertian victimologi C Ruang lingkup victimologi D Jents dan penggolongan narkotika dan psikotropika E Undang Undang yang mengatur tentang narkotika

dan psikotropika

BAB I I I PEMBAHASAN A Faktor yang menyebabkan terjadinya

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika

B Penyalahgunaan narkotika dan psikolropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspeklif victimologi

BAB IV PENUTUP A Kesimpulan

B Saran-saran

DAF1AR PUSTAKA

L A M P I R A N - L A M P I R A N

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM

Lampiran Perihal Kepada

Sistematika penulisan (Outline) Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi YUi NUR HUSNI LMILSON SHSpNMH

Pembimbing Akademik Fakultas Hukum UMP dl-Palembaniz

Assalamualaikum WrWb

Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama DIANA SAPU I RA

Program Kekhususan Flukum Pidana

fada semester Lianjil tatiun kuliati 2UI42UI5 sudah menyelesaikan betian studi yang meliputi MPKMKKMKBMPBMBB (139 sks)

Dengan ini mengajukan pcrmohonan untuk penelitian Hukum dan Penulis Skripsi dengan judul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG-UNDANG N O M O R 35 T A H U N 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I

Demikianlah atas perkenaan Ibu diucapkan terima kasih

Wassalamualaikum WrWb

NIM 50 2011 059 Ilmu Hukum Program Studi

Palembang September 2014 Pemohon ^^--^5

Rekomendasi PAYbs

Pembimbing Akademik

HUSNI EMHSON SH SpN MH

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM

REKOMENDASI DAN PEMBIMBING SKRIPSI

Nama Nim Program Study Program Kekhususan Judul skripsi

DIANA SAPUTRA 50 2011 059 Ilmu Hukum Hukum pidana PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI

I Rekomendasi Ketua Bagian a Rekomendasi

b Usulan Pembimbing

Hukum Pidana

raiemoang iepiemt)er zu 14 KetuaJBagu

LuuTiiiAKNurCsHrR^

I L Penatapan Pembimbing Skripsi Oleh Wakil Dekan I

1 2

Palembang September 2014 Wakil Dekan I

- i poundL Dr Hj SRI S U L A S T R I SH M H

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah i n i Nama Tempat Tanggal Lahir N I M Program Studi Program Kekhususan

DIANA SAPUTRA PetransJaya 15 Januari 1992 502011059 Ilmu Hukum Hukum Pidana

Menyatakan bahwa karya ilmiah skripsi saya yang berjudul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANGshyU N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F VICTIMOLOGI

Adalah bukan merupakan karya tulis orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali daiam bentuk kutipan yang telah kami sebutkan sumbemya

Demikianlah surat pemyataan ini kami buat dengan sebenar-benamya dan apabila pemyataan ini tidak benar kami bersedia mendapatkan sanksi akademis

Palembang September 2014

PERMOHONAN UNTUK MENGIKUTI SEMINAR PROPOSAL

Palembang Oktober2014 Perihal Mohon untuk diiaksanakan seminar

Proposal Penelitian Skripsi

Kepada Yth Ibu Luil Maknun SH MH Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang D i -

Palembang

Assalamualaikum Wr Wb Saya yang bertanda tangan dibawah Ini Nama DIANA SAPUTRA

NIM 50 2011 059

Program Kekhususan Hukum Pidana

Bahwa yang bersangkutan telah layak untuk mer^ikiuti Seminar Proposal rencana penelitian skripsi yang judul PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI

Mohon kiranya yang bersangkutan untuk dijadwalkan mengikuti Seminar Proposal usul Penelitian Skripsi

Demikianlah disampaikan untuk dipertimban^Lan Wassalamualaikum Wr Wb

Pembimbing Skripsi

M SOLEH IDRUS3HMS

H A L A M A N P E R S E T U J U A N U N T U K M E N G I K U T I S E M I N A R P R O P O S A L

Nama DIANA S A P U T R A

N I M 50 2011059

Program studi Ilmu Hukum

Program kekhususan Hukum Pidana

Judui Penelitian PENYALAHGUNAAN N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A

MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI P E R S P E K T I F VICTIMOUHH

Palembang Oktober2014 Disetujui Pembimbing

M S O L E H IDRUSSH MS

Ketua Bagian Hukum Pidana

LuU MaknunSH M H

Page 17: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si

8

BAB IV K E S I M P U L A N DAN SARAN

Bab ini memuat beberapa kesimpulan dan saran yang dibuat

peneliti sebagai hasil dari pembahasan dun penguraian di dalam

penelitian ini dari keseluruhan permasalahan yang ada

DAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A Pengertinn Pcnyalaliguiiaan

Penyalahgunaan dimaksudkan dalam penclilian ini adalah

penyalahgunaan terhadap narkotika dan psikolropika Dimana bahwa

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika ini diambil dan dipersainakan

dcngan pengertian penyalahgunaan narkoba seperti yang disebutkan Lutfi

Braja yakni memberikan pembatasan mengenai penyalaiiguiiaaii yaitu

Pemakaian narkoba di iuar indikasi medik tanpa petunjuk atau

resep dokter dan peinakaiannya bersifat patologik

(menimbulkan kelainan) dan menimbiilkan humbutan dalam

aktifitas di rumah di sekoiah atau di kampus tempat kerja dan

lingkungan sosial Ketergantungan narkoba adalah kondisi yang

kebanyakan diakibatkan oleh penyalahgunaan zat yang disertai

dengan adanya toleransi zat (dosis semakin tinggi) dan gejala

putus zal

Permasalahan penyalahgunaan mengakibatkan dampak yang sering

terjadi di tengah-tcngah masyarakat dari penyalahgunaan narkolika dan

psikotropika antara lain merusak hubungmt kekeluargaaii menurunkan

kemampuan belajar dan produktifitas kerja secara drastis sulit membedakan

mana perbuatan baik dan perbuatan buruk perubahan pcrilaku menjadi

Mardani Op 01 lial 2

9

10

pcrilaku anti sosial (pcrilaku maladaptil) gangguan kesehalan (fisik dun

mental) mempertinggi jumlah kecelakaan lalu lintas tindak kekerasan dan

kriniinuliLis lainnya

Dari kata penyalahgunaan menandakan bahwa Narkotika dan

Psikotropika tidak selalu bermakna negatif Dcngan begitu narkotika dan

psokitropika yang digunakan dengan baik dan benar oleh dokter untuk

mengobati pasiennya lidak tennasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang

disaiahgunakan Di dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA

(Narkotika Psikotropika dan Zat Adit i f Lainnya)

B Pengertian Victiimlogt

Pada dasarnya perkembangan ilmu pengetahuan tentang korban

kejahalan (viktimologi) lidak dapat dipisahkan dari iahimya peiiiikiraii-

pemikiran brilian dari Hans von Hentig seorang ahli kriminologi pada talum

1941 serta Mendelsohn pada tahun 1947 Pemikiran dari kedua ahli ini

sangat mcmpengaruhi setiap fase perkembangan viktimologi Perkembangan

viktimologi hingga sampai pada keadaan seperti sekarang tentunya tidak

terjadi dengan sendirinya namun telah meiigalami berbagai perkembangan

yang dapai dibagi dalam 3 (tiga) fase sebagai berikut

a iada tahap peitama viktimologi hanya meinpclajari korban kejahatan saja

pada fase ini dikatakan sebagai pehdl or special vtciimolo^

b Pada lase kedua viktimologi tidak hanya mengkaji masalah korban

Oadang Huwari Konsep Islam Memerungt AIDS dan NAA Cel XI (Ycgvakarta Ohaiiii iiakli Idaya 1997) hal 153 Made Danaa Wi da Op cil hal 200

kejahalan tetapi juga meiipuli korban kecelakaan Pada fase ini disebut

sebagai general victimology

c Fase ketiga Vikt imologi sudah berkembang lebih luas lagi yaitu mengkaji

permasalahan korban karena penyalahgunaan kckuasaan dan hak-hak asasi

manusia Fase ini dikatakan sebagai new viciimology

Berdasarkan pengertian di atas nampak je las bahwa yang menjadi

obyek pengkajian dari viktimologi diantaranyu pihak-pihak mana saja yang

terlibat atau mcmpengaruhi terjadinya suatu viktimisasi kriminal

bagaiinanakah respon terhadap suatu viktimisasi kriminal faktor penyebab

terjadinya viktimisasi kriminal bagaimanakah upaya penanggulangannya

dan sebagainya

C R u a i i g L i n g k u p Victimologi

Vikt imologi mencliti topik-topik teiilang korban scperti peranan

korban pada terjadinya kejahatan hubungan antara pelaku dengan korban

rentannya posisi korban dan peranan korban dalam sistem peradilan pidana

Selain itu menurut Muladi viktimologi merupakan suatu studi yang bertujuan

untuk

1 Menganaiisa berbagai aspek yang berkaitan dcngan korban

2 Berusaha untuk memberikan penjelasan sebab musabab terjadinya

vikt imisasi dan

3 Mengembangkan sistem tindakan guna mengurangi penderitaan manusia

^Suryono Ekolaina ST Harum Pudjianlo RS dan G Wiraiama Abortus Iruvocalus Ba^ Korban Perkosnan Persxkif Viktimologi Kriminologi Jan Hukum Pidana Edisi PcrUtma Culakari lurlunii (Jakiiria Univcrsilas AlmaJaya 2001) liul 174 ^ibidMl I7()

12

Menurut JE Sahetapy ruang lingkup Viktimologi meliputi bagaimana

sescorang (dapat) menjadi korban yang ditentukan oleh suatu victimity yang

lidak selaiu berhubuiigan dengan masalah kejahatan termasuk pula korban

kecelakaan dan bencana alam selain dari korban kejahatan dan penyalah

gunaait kekuasan^ Namun dalam perkembangannya di tahun 1985

dipeiopori oleh Separovic yang mempelopori pemikiran agar Viktimologi

khusus niengkaji korban karena adanya kejahatan dan penyalahgunaan

kckuasaan dan tidak mengkaji korban karena musibah alau bencana alam

karena korban bencana alam di iuar kemauan manusia out of mms will)

D Jenis dan Penggolungan Narkotika dan Psikotropilta

Dari kata penyalahgunaan narkoba menandakan bahwa narkoba tidak

selalu beimakna negatif Dengan begilu narkolika dan psokitropika yang

digunakan dengan balk dan benar oleh dokter unluk mengobati pasiennya

tidak termasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang disaialigLmakan Di

dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA (Narkotika Psikolropika

dun Zat ditir Lainnya) Dalam penelitian ini hanya dibahas tentang

narkotika dan psikolropika maka sebelumnya dipaparkan terlebih dahulu

berbagai jenis narkotika dan psikotropika sebagai berikut

a) Narkolika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari lanaman atau

TbUi Miiiadi HAM Halam Persepkiif Sislem Peradilan Pidana datam Muladi (cd) Hak Asas) Manusia Hakclal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspeklif llukum dan Masyarakat (Bandung Refikii Aditama 2005) hal lOX VfiWDial 109 Subagyo Partediharjo Op cil hal 11

13

bukan tanainan baik sintesis maupun bukan sintesis yang dapat

menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa

Zat ini dapal mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat

meninibulkan ketergantungan Menurut Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika Narkolika adalah at atau obat yang

berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun

semisimetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri

dan dapat nienimbulkati ketergantungan yang dibedakan kc dalam

golongan-goiongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang in i

Narkotika memiliki daya adikasi (ketagihan) yang sangat berat

Narkolika juga memiliki daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual

(kebiasaan) yang sangat tinggi Ketiga sifat narkolika ini yang

menyebabkan pemakai narkotika tidak dapat lepas dari cengkeramannya

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

Jenis jenis narkotika dibagi ke daiam 3 (tiga) kelompok yaitu narkotika

golongan I golongan I I dan golongan I I I

Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbaiiaya

karemi daya adilifnya sangat tinggi Golongan ini tidak boleh digunakan

untuk kcpentingan apapun kecuali unluk penelitian atau ilmu

pengetahuan Contohnya adalah ganja heroin kokain inorfin opium dan

lain-lain Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya

Ibid Posal 1 Ayal (I) Unilung-Undang Nomor 3 Tahun 2009 lenlang Narkotika

14

aditifkual tclapi bcrmaiilaal untuk pcngohatan dan penclilian tlonluhnya

adalah petidin dan turunannya benetldin belamctadol dan lain-iain

Sedanikaii narkulika golungaii Ml adalah narkotika yang niciniliki daya

aditif riiigan tetapi bermanfaat untuk penghatan dan penelitian Contohnya

adalali kudcin dun turunannya^

Berdasarkan cara pcmbuatannya narkotika dibedakan ke dalam 3

(tiga) golongatt juga yaitu narkolika atami narkotika semlsimesis dan

narkotika sintesis Dijelaskan sebagai berikut

1) Naikotika alami

Narkotika alami adalah narkotika yang zat aditithya diambil dari

(umbuhlumbuhan (atam) Contohnya

u tjaiija

Ganja adalah tanaman perdu dengan daun menyerupai daun

singkong yang tepinya bergerigi dan berbulu lialus Jumlah Jari

daunnya selalu ganjil yakni 5 7 9 Tumbuhan ini banyak lumbuh di

iieberapa daerah di Indonesia seperti Aceh Suinalera Ulara

Sumatera Selaian Pulau Jawa dan lain-lain Daun ganja ini sering

iligunakiin sebagai bumbu penyedap masakan Bila digunakan

ebagai bumbu iiuisak daya adilifnya rendah Namun lidak

ilemikian apabila dibakar dan asapnya dihirup Cara

|)cnyalahgunaunnya adalah dikcringkan dan dicampu dengan

icmbakiiii rokok atau dijadikan rokok lalu dibakar serta dihisap

Subagvo PurtoJiharjo Op cil hal 11-12

15

b Ilaisis

Hasis adaiah lanaman serupa ganja yang lumbuh di Amcrika

Latin dan Eiopa Daun ganja hasis dan mariyuana Juga dapat

disuling dan diambil sarinya Oatam bentuk cair harganya sangat

mahai Gunanya adalah unluk disaiahgunakan oleh pemadut-pemadal

kelas tinggi

c Koka

Koka adalah lanaman perdu mirip pohon kupi Huahnya yang

inatang bcrwama inerah seperti biji kopi Dalam komunitas

masyarakat Indian Kuno biji koka sering digunakan untuk

inenambah kekiiatan orang yang bcrperang atau bcrburu binalang

Koka kemudian bisa diolah menj adi kokain

d Opium

Opium adaiah bunga dengan bentuk dan wama yang indah

Dari getah bunga opium dihasilkan candu (opiat) Di Mesir dan

daratan Cina opium dahulu digunakan unluk mengobati beberapa

penyakit member kekuatan atau menghilangkan rasa sakil pada

lentara yang terluka sewaktu berperang atau berburu Opium banyak

lumbuh di segiliga emas antara Burma Komboja dan Thailand

atau di daratan Cina dan segitlga emas Asia Tengah yaitu daerah

antara Alganistan Iran dan Pakistan

Dalam kalangan perdagangaii liilernasional ada kebiasaan

ftW hal 14

16

(keliru) tncnamai daerah tempat peuanamuii opium sebagai daerah

emas Diberi nama demikian karena perdagaiigan opium sangat

mengimtiingkan Karena bahayanya yang besar daerah seperti ilu

keliru jika diberi nama predikat emas Daerah sumber produksl

opium sepantasnya disebut segitlga setan atau segitlga iblis

2) Narkotika semisintcsis

Narkotika semisintesis adalah narkotika alami yang diolah dan

diambil zat aktifnya (intisarinya) agar memiliki khasiat yang lebih kuat

schmgga dapat dimanfaatkan untuk kepcnlingan kedokteran

Contohnya

a Morfm dipakai dalam dunia kedokteran unluk menghilangkan rasa

sakit alau pembiusan pada operasi (pcmbcdahan)

b Kodein dipakai unluk obat penghilang baluk

c Heroin tidak dipakai dalam pengobatan karena daya adilifnya

sangat besar dan matifuatnya secara medis belum

ditemukan Dalam pcrdugangan gelup heroin diberi nama

pulaw atau pete atau pt Henlnknya seperti tepun terigu

yang halus pulih dan agak kotor

d Kokain liiisll olahati dari biji koka

3) Naikotika sintesis

Narkotika sintesis adalah narkotika palsu yang dibuat dari bahan

kimia Narkotika ini digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi

oraiig yang menderita kclcrgantungun Contohnya

17

a Ietidin unluk obat bius lokal operasi kccil sunal dan

sebagainya

b Melhadon unluk pengobatan pecandu narkoba dan

c Naltrexon untuk pengobatan pecandu narkoba

Selain unluk pembiusan narkolika sintesis biasanya diberikan

oleh dokter kcpada penyalahgiina narkoba untuk menghcntikan

kebiasaannya yang tidak kuat melawan sugesti (relaps) atau sakaw

Narkotika sintesis berfungsi sebagai pengganti senientara Bila sudah

bciiar-bcnar bcbas asupan narkoba sintesis in dikurangi sedikil demi

sedikit sampai akhimya berhenti total

b) Fsikotropika

Pengertian psikolropika menurut Pasal I Ayal ( I ) Undang-Undang

Nomor 5 Taliun 1997 tentang Psikotropika adalah Zat atau obat baik

alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif

melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusal yang menyebabkan

perubahan khas pada uktivitus mental dan perilaku

Pengertian Psikolropika di daUim Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika tidak ditemukan Hal tersebut sehubungan

dengan ketentuan di dalam Pasal 153 huruf b yaitu Lamplran mengenai

jenis Psikotropika Golongan 1 dan Golongan II scbagaimana tercantum

dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang

Psikotropika (lcmbaran Ncgara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor

10 Tambahan Lcmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671) yang

18

telah (iipindahkan menj adi Narkotika Golongan I menurut UndangUndang

ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku Oleh karenanya dalam Undangshy

Undang Nomor 35 Tahun 2009 tidak ada lagi di dalam pasal-pasal nya

yang mengatur mengenai Psikotropika karena sudah dlmasukkan ke dalam

golongan Narkotika

Sesuai dengan pembahasan dalam penelitian ini masih

berhuijutigar dengan Psikotropika maka Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1997 tentang Psikotropika masih perlu untuk dibahas dalam penelitian ini

Menui iil undangumlang tersebut Psikolropika adalah zal atau obal bukan

narkolika baik alamiah maupun sintesis yang memiliki khasiat psikoaktif

melaiui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan

perubahan khas pada aktivitas nonnal dan perilaku Psikotropika ini

merupakan obat yang digunakan oleh dokter untuk mngobali gangguan

jiwa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tenumg

Psikolropika psikotropika dikelompokkan ke dalam 4 (empat) golongan

Golongan I yaitu psikotropika dengan daya aditif yang sangat kuat

belum diketahui manfkilnya untuk pengobatan dan sedang diteliti

khasiiitnya saat ini Contohnya adalah MDMA ekstasi USD dan STP

Golongan U yakni psikolropika dengan daya aditif kuat serta berguna

untuk pengobatan dan penelitian Contohnya adalah amfelamin

metanifetamin metakualon dan sebagainya Golongan IH yakni

psikolropika dcngan daya adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan

dan penelitian Contohnya adalah lumibal buprenorsina flcenilrazepam

19

dan sebagainya Golongan IV yakni psikotropika yang memiliki daya

aditif ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian Contohnya

adalah netrazepam (BK Mogadon Duiiiolid) diazepam dan lain-lain^

Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang

Psikotropika yang dimaksud dengan paslkotoplka adalah zat atau obat

baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif

melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang mcnyebabkan

perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku Psikotropika

dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut

1 Psikotropika golongan I yaitu psikolropika yang hanya dapat digunakan

unluk kcpentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi

sena mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma

ketergantungan Contohnya ekstasi shabu LSD

2 Psikotropika golongan II yakni psikotropika yang berkhasiat

pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi danatau tujuan ilmu

pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma

ketergantungan Contohnya amfetamin metilfenidat atau ritalin

3 Psikotropika golongan III yaitu psikotropika yang berkhasiat

pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi danatau unluk tujuan

ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan

sintlroma ketergantungan Contohnya pentobarbital Flunitrazepam dun

4 Psikotropika golongan IV yaitu psikotropika yang berkhasiat

Ibid ILil 15

20

pengobatan dan sangal luas digunakan dalam terapi danatau unluk

tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan

mengakibatkan sindrom ketergantungan Contohnya diazepam

bromazepam Fenobarbital klonazcpam klordiazepoxide nitrazepam

seperti pil BK pil Kopio Rohip Dum MG

Sedangkan kelompok dan jenLs psikotropika yang sering

disaiahgunakan antara lain

1 Psikostimulansia scperti amfetamin ekstasi dan shabu

2 Scdalif amp Hipnolika (obat penenang obat tidur) seperti MG BK

DUM Pil kopio dan lain-lain dan

3 Halusinogenika seperti lysergic acid dycthylamidc (USD) mushroom

Berdasarkan Ilmu farmukologi psikotropika dikelompokkan ke daiam 3

(tiga) golongan yakni dcpresan stinuilan dan halusinogen sebagai

berikut

1 Kelompok dcpresanpcnekan syaraf pusatpenenangobat tidur

Contohnya adalah valium BK rohipnol mogadon dan lain-lain

Jika diminurn obat ini dapat memberikan rasa tenang menganluk

rasa tcnteruni dan damai Obat ini Juga menghilangkan rasa takut

dan gelisah

2 Kelompok stimuiaiiperangsang syaraf pusaianti tidur Conlohnya

adalah amfetamin ekstasi dan shabu Ekstasi berbentuk tablet

berancka bentuk dun wama Amfetamin berbentuk tablet bcrwama

-Aid hal 16-17

21

pulih Bila diiriinuni obal ini mcndalangkan rasa gembira hilangnya

rasa pemiusuhiui hilangnya rasa marali ingin selalu aktif badan

terasa fit dan lidak merasa lapar Daya kerja otak menjadi scrba

cepat namun kurang lerkendali Shabu berbentuk tepung kristal

kasar berwarna pulili hersih seperti garani

3 Kelompok halusinogen Halusinogen adalah obat at tanaman

makanan yang dapat meninibulkan kiiayaian contohnya yailu LSD

Lysergic Acid Dicihyltamide) getah lanaman kaklus kecubung

jamur tertentu (misceiine) dan ganja Bila diminurn spikotropika

jenis in dapat menimbulkan kliayalan tentang peristiwa-peristiwa

yang mengerikan khayalan tentang kenikmatan scks dan

sebagainya Kenikmatan didapat oleh pemakai setelah pemakai sadar

bahwa perisfiwa mengerikan ilu bukan kenyataan atau karena

kenikmatankenikmatan yang dialami walaupun hanya khayalan

BAB III

PEMBAHASAN

A Faktor yang Mcnyebabkan Terjadinya Penyalahgunaan Narkotika dan

Psikotropilta

1 Faktor yang Bersunibcr Dari Individu

Menurut Luthfi Buraja terdapat 3 (liga) pcndekatan untuk

tcrjadinya penyalahgunaan dan ketergantungan terhadap narkotika dan

psikotropika yaitu peridekalan orgunobilogik psikodinamik dan

psikososial Ketiga pendekatan tersebut tidaklah berdiri sendiri melainkan

saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya Dari siidut pandang

organobiologik (sususan syaraf pusatotak) mekanismc terjadinya adiksi

(ketagihan) hingga deperidcnsi (ketergantungan) dikenal dengan dua istilah

yaitu gangguan mental oragnik atau sindrom otak organik seperti gaduh

gelisah dan kekacauan dalam fungsi kognilif (alam pikiran) efektif (alam

perasaanemosi) dan psikomotor (perilaku) yang disebabkan efek

langsung terhadap susunan syaraf pusat (otiik)^^

Sescorang akan mcnjadi ketergantungan terhadap narkotika dan

psikotropika apabila seseorang dengan tems-menenis diberikan zat

tersebut Hal ini berkaitan dengan teroi adaptasi sekuler mum

adaptaiUm) tubuh beradaptasi dengan menambah jumlah teseptor dan seishy

se syaraf bekcrja kcras Jika zat dihenlikan sel yang masih bekerja kcras

Luthll Uaraja Makalali Gangguan Mciilul dan icrilaku Akibut Nurkuba Disampalkim pada Seminar tentang Narkoba di SMK Iptck lakarla hal 2

22

23

tadi mengaiami kelmLisaii yang dari kiar tampak sebagai gejala-gejala

putus obal Gejala putus obat tersebut mcmaksa individu untuk

mengulangi pemakaian zal tersebul

Faktor predisposisi individu dengan gangguan kepribadian (anti

sosial) ditandai dengan pcrasaan lidak puas terhadap orang lain Selain itu

yang bersangkutan tidak inampu untuk berfungsi secara wajar dan efektif

dalam pergaulan di rumah di sekoiah atau di tempat kerja gangguan lain

sebagai penyerta berupa rasa cemas dan depresi Untuk mengatasi

ketidakniainpuan dan mcnghiiangkan kccemasan atau depresinya maka

individu tersebut cenderung untuk menggunakan narkoba Semestinya

individu itu dapat mengobati dirinya dengan datang ke dokterpsikiater

untuk mendapatkan terapi yang tepat sehingga dapat dicegah

keterlibatannya dalam penggunaan narkotika dan psikotropika

Secara umum mereka yang menyalahgunakan narkotika dan

psikotropika dapat di bagi ke dalam 3 (tiga) golongan besar yaitu

1 Ketergantungan primer ditandai dengan adanya kecemasan dan

depresi yang pada umumnya terdapat pada orahg detigah kepfibadlah

yang tidak stabil

2 Ketergantungan simtomatis yaitu penyalahgunaan narkotika dan

psikotropika sebagai salah satu gejala dari tipe kepribadian yang

mendasarinya pada umumnya terjadi pada orang yang kepribadian

psikopatik (anti sosial) kriminal dan pemakaian narkotika dan

Ai4hal K

24

psikotropika untuk kesenangaii sematu

3 Ketergantungan reaktif yaitu terdapat pada remaja karena dorongan

ingin tahii pengaruh tekanan dan lingkungan tenian atau kelompok

sebaya peer group pressure)

Ada beberapa faktor internal dan ekslernal yang mcnjadi penyebab

individu menyalahgunakan dan menjadi ketergantungan terhadap

narkotika dan psikotropika Menurut Sudarsono bahwa penyalahgunaan

narkolika dan psikotropika di latar belakangi oleh beberapa sebab yaitu

1 Untuk membuktikan kebcranian dalam melakukan tindakan-tindakan

yang berbaiiaya seperti ngebut dan bergaul dengan wanita

2 Meniinjukkan tindakan yang menenlung orang tua guru dan norma

sosial

3 Mempermudah penyaluran dan mempermudah perbuatan seks

4 Melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh peiigalamaii-

pengalainan einosional

5 Meneari dan menemukan aril hidup

6 Mengisi kekosnngan dan kesepian hidup

7 Menghilangkan kegelisahan frustasi dan kepepel hidup

8 Mengikuti kemauan kawan-kawan dahim rangka pembinaan solidaritas

dan

9 Iseng-iseng saja dan rasa ingin tahu

Menurut hasil penelitian Dadang Hawari bahwa di anlara faklor-

Sudujsono Kenakalan Remaja cel ii (Jakarta Rineka Cipta 1992) 1ml 67

25

faktor yang berpcran dalam penggunaan narkotika dan psikolropika

adalah

1 Faktor kepribadian anti sosial dan psikopatik

2 Kondisi kejiwaan yang mudah merasa keeewa atau depresi

3 Kondisi keluarga yang meliputi keutuhan keluarga kesibukan orang

tua hubungan orang tua dengan anak

4 Kelompok teiiian sebaya dan

5 Narkotika dan psikotropika itu sendiri mudah diperoleh dan tersedianya

pasaran yang resmi maupun lidak resmi

Menurut Siibagyo Partodiharjo secara individu terdapat beberapa

faktor yang mcmpengaruhi sescorang dapat menyalahgunakan narkotika

dan psikotropika Alasan ini merupakan alasan yang bersumber dari diri

sendin atau pemakai narkotika dan pasikotropika tersebut yakni sebagai

berikut

a Ingin tahii

Perasaun ingin tahu biasanya diniiliki oieh generasi muda pada

umur setara siswa SD SLTP dan SLTA Bila di hadapan sckelompok

anak muda ada seseorang yang inemperagakan uikmatnya

mengkonsumsi narkotika dan psikolropika maka didorong oleh naluri

alami anak muda yaitu keingintahuan maka salah seoariig dari

kelompok itu akan maju mencobanya Selain didorong oleh

keingintahuan keberaniannya juga karena didesak oleh gejolak dalam

Mardiini foc cil hai 102 ^ Subagyo RatoiJlliarjo ioc cil liiil 72-74

26

jiwanya yang ingin dianggap hebal pemberani dan pahlawan di antara

temanteinan sehayanya Maka jatuhlah satu orang anak dalam pelaku

setan

Dalam kondisi seperti itu reaksi kawan-kawan sebayanya

berbeda-bcda

1 Ada yang ingin menyaingi menunjukkan bahwa dirinya lebih hebat

lagi lalu memakai

2 Ada yang ingin tahu kemudian ikut memakai dan

3 Ada yang sella kawan lain ikut memakai juga

Sikap seperti inilah yang menyebabkan bandar atau pengedar

senang Mereka meiigincar generasi muda mahasiswa atau pclajar

karena 2 (dua) pertimbaiigan

1) Kalau salah satu anak muda kena maka anak muda yang lainnya

ikut kena sehingga konsumen cepat bertambah dan

2) Kalau anak muda kena maka anak muda tcrsebut akan mcnjadi

pemakai selia dalam waktii yang lama Berbeda dengan orang tua

yang cepat maii keuntungan komersial yang diperoleh dari

kelompok anak muda ini akan banyak

b Ingin dianggap hebal

Pcrasaan ingin dianggap hebat biasanya dimiiiki oleh generasi

muda Sepcrti ditcrangkan di atas salah satu sifat alami yang positif

dari generasi muda adalah daya saing Sayang sekali karena

kelidaktahuan sifat positif ini juga dapat dipakai untuk masalah negatif

27

Silat positif ini scharusiiya didorong unluk berlomba daluin preslasi

pada bidang pcndidikan kesenian olah raga dan lain-lain yang

bermanfaat bagi kehidupan

Bila sikap ingin berkonipctisi ini diarahkan untuk

mengkonsumsi narkolika dan psikolropika akibatiiya sungguli

mengerikan yailu kcgagalan hidup dan kesengsaraan Pemakai hanya

dapat dianggap hebat oleh lingkungan kecil pcniakai narkotika dan

psikotropika Di masyarakat luas pemakai hanya menuai cerca dan

nista

c Rasa setia kawan

Perasaan setia kawan sangat kuat dimiiiki oleh generasi muda

Jika lidak mendapatkan penyaluran yang posilif sifai positif tersebut

dapat berbahaya dan mcnjadi negatif Bila (cmannya memakai

narkotika dan psikotropika maka individu tersebul ikut juga memakai

Bila temannya dimarahi orang tuanya atau dimusuhi masyarakat maka

pemakai membela dan ikut bersimpatik

Sikap seperti itulah yang menyebabkan anak ikut-ikutan

Awalnya hiuiya satu orang yang merokok kemudian semuanya menjadi

perokok Setelah semuanya merokok sntu orang mulai memakai ganja

lalu yang lainnya ikut sehingga menjadi sekawanaii pemakai ganja

Selelah semua memakai ganja satu orang memakai ekstasi kemudian

semuanya ikut demikian selerusnya meningkat menjadi shabu dan pada

akhirnya menjadi pemakai putaw

28

d Rasa kccewa truslasi kcsai

Pcrasaan kesal kcccwa atau (rustasi biasanya terjadi karena

kegagalan pada generasi muda eksckutif mudu suami atau istri

Pcnggiiiiaan narkotika dan psikolropika pada kelompok ini bertujuan

untuk sesaat melupakan kekccewaan kckesaian dan fi-uslasi Kondisi

masyarakat yang carut martit tclah banyak melahirkan kekccewaan

kekesalan bahkan Iruslasi Narkolika dan psikotropika dapat

melupakannya sesaat tetapi tidak untuk mengatasi masalah yang

sesungguhiiya

Hubungan buruk yang disebabkan oleh kcgagalan

berkomuiiikasi antara orang tua dengan anaknya dapat menyebabkan

rasa kesal Hal ini mcnjadi faktor pemicu pemakaian narkotika dan

psikotropika oleh anak Intcraksi anlara orang tua dcngan anak tidak

cukup hanya berdasarkan niat baik Cora berkoniunikasi juga harus

baik Masing-masing pihak harus memiliki kcsabaran untuk

menjclaskan isi hatinya dengan cara yang tepat Banyak sekali konfllk

di dalam rumah tangga yang terjadi hanya karena salah paham atau

kekeliman berkoniunikasi Kekeliruan kecil itu dapal bcrakibat fatal

yaitu masuknya narkotika dan psikotropika ke dalam keluarga

Kekccewaan kekesalan dan frustasi dapal terjadi karena

kekeliruan dalam berkomunikasi terhadap beberapa faktor berikut i n i

I ) Komunikasi anak dengan orang tua

IbUI hiiJ 74

29

2) Komunikasi antar anak

3) Komunikasi di lingkungan eksekulifinuda dan

4) Komunikasi antara suami istri

e Ingin bebus dari rasa sakil atau pusing

Penderila pcnyakit beral yang kronis dan tidak kunjuiig sembuh

misalnya Ranker hati luka bakar uka tusuk wasir Ranker paruparii

migreii eneok pengapuran dan lain-lain sclalu merasakan sakit yang

iuar biasa karena penyakitnya Rasa sakit tersebut sering kali tidak

dapat dihilangkan dengan obat pengtiiiang rasa sakit biasa (anaigetik)

sehingga peiiderilanya mencoba narkotika atau psikotropika

Narkotika maupun psikolropika dapat menghilangkan rasa sakit

tersebut tetapi tidak menyembuhkan penyakitnya Ceiakaiiya pemakai

yang bersangkutan malah mendapat maslah baru yaitu ketergantungan

dengan segala komplikasinya yang justru menjadi lebih berbahaya

f Ingin menikmati rasa gembira tampii lincah energik dan mengusir

rasa sedih dan malas

Para eksekudf dan sciebritis biasanya memiliki gaya hidup yang

trendi Mereka merasa dituntut untuk selalu lampil lebih prima Dengan

mengkonsumsi naikotika atau psikolropika mereka dapat tampii prima

dan percaya diri karena kehilangan rasa malu walaupun sesungguhnya

tidak demikian

Perasaan hebat tersebut di atas seharusnya dicapai melaiui tekun

berolah raga hidup teratur meningkatkan kualitas fisik mental

30

inlclckUial dan mocaiiiyii Riikan ineiigamhit jalan piiitas dcngan tampii

seotah-olah prima niclalui manipulasi atau lipuan melaiui

mengkonsumsi narkotika atau psikolropika tersebut Pcnampilmi prima

yang semu atau atau tipuan itu lambat laun akan terungkap juga

sehingga [ania-keiamaan akan kelahuari juga jati dirinya yang

sesungguhnya itu

g ingin tampii iangsing

Narkolika dan psikotropika terscbut juga banyak digunakan oleh

artis dan ibu-ibu rumah tangga yang berbadan gemuk untuk

melangsingkan lubtihnya Narkotika alau psikotropika dengan jenis

tertentu ada juga yang dapat menghilangkan nafsu makan sekaligus

menambali aktivitas fisik sehingga dapat menurunkan beral badun

h Takut mengalami rasa sakit (sakaw)

Pengguna jenis narkotika atau psikolropika tersebut yang sudah

menjadi pemakai tetap (pemadat) akan mengalami rasa sakit (sakaw)

bila tidak memakainya Karena takut merasakan penderitaan maka

pemakai tersebut terus memakainya sehingga menjadi pemakai yang

sella junkies) Banyak pemakai narkotika dan psikotropika ini yang

setia adalah orang-orang yang merasa terpaksa memakai sebab kalau

lidak memakainya mereka akan mengalami sakaw

Kebanyakan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika

dimulai atau terdapat pada masa remaja sebab masa remaja yang

sedang mengalami perubahan biologik psikologik maupun sosial yang

31

pesat merupakan individu yang rentan untuk nienyaiahguriakan

narkotika maupun psikotropika terscbut Anak atau remaja dcngan ciri-

ciri tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi

penyalahgunanya Ciri-ciri tersebut anlara lain^

a Cenderung memberontak dan menolak otoritas

b Cenderung memiliki gangguan j iwa lain (komorbiditas) seperti

depresi cemas psikotik keperibadian dissosial

c Perilaku menyimpang dari aluran atau norma yang berlaku

d Rasa kurang percaya diri low selw-confulence) rendah diri dan

memiliki citra diri negatif (ow setf-esleem)

e Sifal mudah keeewa cenderung agresif dan destruktlf

f Mudah murung pemalu pendiam

g Mudah merasa bosan dan jenuh

h Keingintahuan yang besar untuk meneoba atau penasaran

i Keinginan untuk bersenang-senang [just for fun)

j Keinginan untuk mengikuti mode karena dianggap sebagai lambang

keperkasaan dan kehidupan modem

k Keinginan untuk diterima dalam pergaulan

1 Identitas diri yang kabur sehingga merasa diri kurang jantan

mTidak siap mental untuk menghadapl tekanan pergaulan sehingga

sulit mcngambil keputusan untuk menolak tawaran NAPZA dengan

tegas

Tom Kus dan Tedi Btihava NAPZA Bagi Pelajar (Bandung Yayasan Al-Ghilari Morgan im) hal 14

32

n Kemampuan komunikasi rendati

o Melarikan diri dari scsuatu (kebosaiian kcgagalan kekccewaan

kclidakmampuan kesepian dan kegcliran hidup dan lain-lain)

p Putus sekoiah dan

q Kurang menghayati iman atau kcpcrcayaaiinya

Menurut Tim Badan Narkotika Nasional hahwa terdapat

beberapa iaklor yang menyebabkan sescorang alau individu

menyalahgunakan narkolika dan psikotropika anlara lain

1) Keingintahuan yang besar untuk mcncoba tanpa sadar alau berlikir

panjang tentang akibatnya dikemudian hari

2) Keinginan unluk mencoba-coba karena penasaran

3) Keinginan untuk bersenang-senang

4) Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya hidup

5) Keinginan untuk dapat diterima daiam suatu kelompok

6) Lari dari masalah kebosanan atau kegetiran hidup

7) Pengertian yang salah bahwa mcncoba sckali-kali lidak akan

menimbulkan masalah

8) l idak mainpu alau tidak berani menghadapl tekanan dari lingkungan

alau kelompok pergaulan unluk menggunakan narkolika dan

psikotropika dan

9) Tidak Japal atau mampu mengatakan tidak pada narkotika dan

psikotropika

Tim INN Loc di

33

Berdasarkan peinaparaii Icrscbut di atas dengan demikian

bahwa individu didorong oleli beberapa faktor untuk menyalahgunakan

pemakaian narkotika dan psikotropika tersebut sehingga menjadi

individu yang mengalami ketergantungan berikut ini disebutkan

beberapa faktor adalah

1) Ingin tahu dan Ingin mencoba rasa memakai narkotika atau

psikotropika bagi kalangan anak muda)

2) Ingin dianggap lebih hebat dari orang Iain pada orang muda)

3) login membuktikan kesetiakawanan (pada orang muda)

4) Dianggap paling tepat untuk mengatasi perasaan keeewa j en gkel

dan frustasi (pada suami istri yang mengalami konllik rumah

tangga)

5) Dianggap cara yang paling mudah untuk menghalau rasa sakit pada

tubuh (pada penderita penyakit yang kronis)

6) Dianggap cara yang paling ampuh untuk mendapatkan perasaan

tenang damai atau gembira (pada suami istri yang mcnghadapi

konflik rumah tangga)

7) Dianggap cara yang paling mudah untuk melangsingkan lubuh (pada

ibuibii rumali tangga atau wanita yang bertubuh gemuk)

2 Faktor yang Bersumlicr dari Lingkungan

Faktor lingkungan tidak mampu mencegah atau mengurangi

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika bahkan membuka kesempatan

pemakaian narkotika dan psikotropika Yang dimaksud dcngan faktor

34

kesempatan di sini adalah tersedianya siluasi-situasi yang nieiiiungkinkan

untuk memakai narkolika atau psikolropika di waktu-vvaklu luarig di tempat

rekreasi atau hiburan diskotik pesia dan lain-lain Atau mungkin lingkungan

masyarakat yang tidak mampu mengendalikan bahkan membiarkan penjualan

alau pcrcdaran geiap narkotika dan psikotropika misalnya karena lemahnya

penegakan hukum penjualan narkolika dan psikotropika secara bcbas bisnis

narkotika dan psiktilropika yang terorganisir mudahnya memperoleh

narkotika dan psikotropika dan lain-lain

raklor yang bersumber dari lingkungan yang mcnyebabkan individu

dapat menyalahgunakan pemakaian narkotika dan psikotropika merupakan

laktor kontribusi masukaii dari Iuar individu) dimana sesttorang dengan

kondisi keluarga tidak baik akan merasa tertekan dan rasa lertekan inilah

sebagai faktor penyerta bagi dirinya untuk terlibat dalam penyalahgunaan

narkotika dan psikotropika tersebut Disfungsi keluarga yang dimaksud antara

lain adalah keluarga yang tidak utuh kedua orang tua yang tcrlalu sibuk dan

lingkungan interpersonal dengan orang tua yang tidak baik Di samping itu

faktor pencetus seperti pengaruh teman sebaya tersediu dan mudah

didapatkan mempunyai andil sebagai faktor pencetus sescorang atau individu

terlibat ke dalam penyalahgunaan yang mengakibatkan ketergantungan

terhadap narkotika dan psikotropika Dari sudut pandang psikososial

penyalahgunaan narkotika dun psikolropiku dapat terjadi sebagai akibat

negatif dari intcraksi tiga kiitub sosial yang tidak kondtisif yaitu kutub

Lulhli ilurnju Op cil

35

keluarga kutub sekolahkupus dan kulub masyarakat

Faktor lingkungan meliputi faktor kciuarga dan lingkungan pergaulan

balk dlsekltar rumah sekoiah teman sebaya maupun masyarakat Banyak

pengguna Narkotika dan Psikolropika yang berasal dari keluarga yang lidak

harmonis Keluarga seharusnya mcnjadi wadah untuk menikmati kebahagiaan

dan curalian kasih sayang wahana silih asih silih asah dan silih asuh

Namun pada kenyataannya keluarga sering sekali justru menjadi pemicu

sang anak mcnjadi pemakai hal tersebut disebabkan karena kciuarga tersebut

kacau balau Hubungan antara anggota keluarga dingin bahkan tegang atau

bermusuhan

Komunikasi antara ayah ibu dan ariak-anak sering sekali

menciptakan suasana konflik yang tidak berkesudahan dimana bahwa

penyebab konllik tersebut sangal beragam Solusi semua konflik adalah

komunikasi yang baik periuh pcngerlian saling menghargai dan menyayangi

serta ingin selalu membahagiakaii

Konflik di dalam keluarga dapat mendorong anggota keluarga merasa

frustasi sehingga lerjebak memilih narkotika dan psikolropika sebagai

solusinya Biasanya yang paling rentan terhadap stres adalah anak kemudian

suami dan istri sebagai benleng terakhir Beberapa faktor yang bersumber

dari lingkungan keluarga yang dapat mempengaruhi seseorang atau individu

tertentu icrjun kc dalam lingkungan penyalahgunaan narkotika dan

36

psikotropika tcrsebut antara lain adatuh

a Koniimikasi niang tua-aiiak kiii-ang baikcfektif

b Hubungan dalam keluarga kunmgharmonisdisfimgsi dalam keluarga

c Orang tua bercerai bcrscitngkub atau kawin lagi

d Orang lua tcrlalu sibuk aUiu tidak acuh

e Orang tua oloriter alau scrba melarang

f Orang tua yang serha nieinbolehkan (pcrmisil)

g Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teiadan

h Orang tua kurang peduli dun tidak tahu dengan masalah narkolika

i Tata terlib alau disiplin keluarga yang selalu bcrubah (kiiiaiig konsisten)

j Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam kciuarga

dan

k Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahguna narkotika

dan psikotropika

Sitimsi buruk dalam keluarga yang soring menyudiitkan anak ke arah

narkotika dan psikotropika adalah

1) Anak merasa kurang mendapatkan kasih sayang dalam keluarga merasa

kesal keeewa dan kesepian

2) Anak merasa kurang dihargai kurang mendapatkan kepcrcayaan dun

selalu dianggap salah

3) Anak mengalami konflik dengan orang tua dalam masalah pacaran

memilih pasangan hidup atau meneniukan pilihan profesi cila-elta dan

Mardani Loc cil lial 99 AW hal 100

37

sebagainya

4) Anak kesal dan keeewa karena ayah dan ibuiiya kurang lianiionis dan

sering bertcngkar (broken home)

5) Suami thtsirasi karena tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapinya

dengan islrinya

6) Istri fnistrasi akibat konllik dengan suami tentang masalali ekonomi atau

adanya wanita lain di samping suami

Banyak pengguna narkotika dan psikolropika yang pada awalnya

dimulai karena pengaruh dari orang lain Bentuk pengaruh dari orang lain itu

dapat bervariasi mulai dari bujuk rayu lipii daya sampai kepada paksaan

a) Tipu Daya

Banyak anak yang ditipu oleh kenalon teman sahabat atau pacar

Seperti mengajak meraka untuk memakai narkotika dan psikolropika

dengan bemacam-macain tipuan Dengan alasan yang digunakan bahwa

narkotika dan psikotropika adalah vitamin obat pil pintar pil sehat atau

food supplement Tipuan itu dapat juga berupa bujukan bahwa narkotika

dan psikotropika tidak tcrlalu berbahaya kalau tahu raliasianya Banyak

orang di dalam masyarakat yang dikira orang baik-baik namun lemyata

pengedar narkotika dan psikotropika Walaupun orang itu adalah kawan

sahabat saudara atau pacar sebagai pengedar penipu tersebul akan tcga

menipu maupun menjebak kita Pengedar narkotika dan psikotropika

sangat pandui mcmasarkan narkotika dan psikotropika tersebut Dengan

menawarkan narkotika dan psikotropika sebagai mmn food supplement

38

pil scliat pil pintar dan sebagainya Dengan lipuan ini korban dari

kalangan kciuarga hannonis akan terjcrumus ke dalamnya Saat ini banyak

pemakai narkolika dan psikotropika dari keluarga harmonis bukan hanya

bull dari keluarga berantakan Banyak pekerja mahasiswa atau pelajar yang

tampii ioyo tertipu ketika kepadanya ditawarkan pil sehat vitamin atau pil

pintar Banyak pemuka agama juru dakwah atau pengkhotbah yang

tertipu karena pil sehal yang dlbelinya adalah narkotika dan

psikotropika Reaksi pemakaian narkotika dan psikotropika mula-mula

terasa menyehatkan dan membuat si korban tipuan terscbut sukses dalam

berdakwah atau berkhotbah Ibu rumah tangga juga dapat tertipu karena

ditawari pil pelangsing oleh saudara atau teman dalam arlsan dan lain-

lain Mulanya karena tipu daya akhimya setelah lerjebak menjadi

biasa

b) Bujuk rayu

Waftiia camlk pengedaf ftaTkotlka dan psikotFoplka biasanya menjebak

mangsa melaiui bujuk rayu Untuk memasarkun narkotika dan

psikotropika pengedar tersebut memilih profesi sebagai wanita penghibur

atau Wanita Tuna Susiala (WTS) Banyak eksekutif muda pekerja atau

bos-bos yang mulai memakai narkotika dan psikotropika karena rayuan

pekerja seks komersial hostess dan sebagainya Dalam mcmasarkan

narkotika dan psikotropika wanita tersebut merayu akan mau melayani

kencati kalau bersama-sama mengkonsumsi narkotika dan psikotropika

Subagyo Purlodlhario Loc cil hal 78

39

lebih dulu Muta-mula kurban memakai narkotika dan psikotropika karena

tergoda namun akhimya menjadi terbiasa

c) Paksaan

Banyak anak muda yang mengawali pemakaian narkotika dan psikotropika

karena dipaksa oleh sekawanun alau seseorang yang mengancam akan

mencelakainya Banyak pclajar atau nialiasiswa mengawali kebiasaan

memakai narkotika dan psikotropika dari keadaan terpaksa diancam oleh

sekawanan preman yang menghadang di tengah jalan Dari kelompok ini

pula terjaring pemakai yang berasal dari keluarga hannonis

Lingkungan sekoiah bagi pelajar tingkat SD SMP dan SMA

merupakan tempat yang stratcgls bagi para pelajar untuk menunjukkan jati

dirinya sehingga mereka terjun kepada penyalahgunaan narkotika dan

psikotropika ini faktor sekoiah yang merupakan bagian tcrpcnting yang

mempengaruhi adalah

a Sekoiah yang kurang disiplin

b Sekoiah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjiial narkotika atau

penjual psikolropika

c Sekoiah yang kurang member] kesempatan pada siswa untuk

mengembangkan diri secara kreatif dan positif

d Adanya murid pengguna narkotika atau psikotropika

Kartini Kurtono op cil hivl 124

40

B Pengaturan Sanksi Pidana Terhadaj) Pcnyalahgunaaan Narkotika dan

Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau

dari Perlindungan Terhadap Korban

Dalam hukum pidana di Indonesia terdapat adanya

ketldakseimbangan antara perlindungan korban kejahatan dcngan pelaku

kejahatan pada dasarnya mempakan salah satu pengingkaran dari asas setiap

warga negara bersamaan kcdudukannya dalam hukum dan pcmerinlahan

sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 sebagai

landasan konstitusional Perlindungan korban memiliki hubungan cral dcngan

teori pemidanaan yang dikemukakan Wirjono Prodjudikoro tujuan

pemidanaan adalah untuk niemenuhi rasa keadilan^

Ada Juga yang mengemukakan bahwa tujuan pemidanaan dapat

dilihat melalul 2 (dua) leorl mengenai alasan-alaitan yang membenarkan

(justification) penjatuhan hukuman (sanksi) yaitu Teori Absolut

(Vergeldingslheorie) dan Teori Relatif atau Doeitheorie Menurut Teori

Absolut (Vergeldingslheorie) tujuan pemidanaan sebagai pembalasan

terhadap para pelaku karena telah melakukan kejahatan yang mengakibatkan

kesengsaraan lerhadap orang lain alau anggota masyarakat sedangkan

Roeslan Saleh mengatakan sebagai reaksi-reaksi atasdelik yang berwujud

suatu nestapa yang scngaja dilimpakan ncgara kcpada pembuat delik

Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana Cctakan Iuriania (Jakarta Sinar Gnitlka2(W5)hii4

lcduu Mdipaung Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cctakun IcrliirMii (Jukiirtu Sinur Gratika 2005) hal 4

kiwsUin Saleh Shdsel Pidana Indonesia (Jukarlu liinn Aksara 19K7) hal 5

41

Menurut Teori Relatif Doeltheurie) tujuan pemidanaan adalah

a Menjerakan agar si pelaku atau terpidana menjadi jera dan tidak

mengulangi lagi perbuatannya specials presenile) sena masyarakat umum

agar mengertahui jika melakukan perbuatan yang sama akan mengalami

hukuman yang serupa atau disebut pula generalpreventte

h Memperbaiki pribadi si terpidana berdasarkan perlakuan dan pcndidikan

selama menjalani hukuman terpidana merasa menyesal dan tidak akan

mengulangi perbuatannya dan kcmbali kepada masyarakat sebgai orang

baik dan berguna dan

c Mcmblnasakan (menjatulikan hukuman mat) atau mcmbuat terpidana tidak

berdaya dengan menjatuhkan hukuman seiimur hidup

Pandangan di atas sangatlah wajar apabila beranjak dari pandangan

bahwa hukum pidana adalah hukum sanksi (hifzonderesancUerechl) sebab

dengan bertumpu pada sanksi itulah hukum pidana difungsikan untuk

menjamin keamanan ketertiban dan keadilan Dalam perkembangannya

ternyata tidak semua sarjana menyclujui maksud diadakannya pidana scperti

itu (sebagai suatu nestapa) karena muncul pendapat bahwa di samping pidana

ditujukan untuk memberikan penderitaan kcpada pelanggar atau mcmbuat

jera pemidanaan juga bertujuan agar pelaku dapat kembali hidup

bermasyarakat sebagaimana mestinya

Alasan yang paling inenonjol lerhadap upaya perubahan tersebut

adalah dengan meniperhatikan sisi kemanusiaan yang mcmandang bahwa

Ucdcn Mirpaung Opcil hal 4

42

sekalipiin tcrsangka telah melakukan kcsalahaii ia telap berkcdmiiikan sebagai

manusia utuh yang harus tetap diperlakukan sama dengan manusia lainnya

dan dilindungi hak asasi manusionya Karena itu pidana penjara saat ini

sedang mengalami masakrisis karena termasuk jenis pidana yang kurang

disukai Banyak kritik tajam ditujukan terhadap jenis pidana perampasan

kemerdekaan ini baik dllihat dari sudut efektifitasnya maupun dilihat dari

akibat-akibat lainnya menyertai atau berhubungan dcngan dirampasnya

kemerdekaan seseorang

Banyaknyu kritik yang diarahkan pada bentuk pemidanaan berupa

perampasan kemerdekaan (yang ditujukan untuk membuat jera pelaku)

sehingga berkembanglah bentuk pemidanaan lain yang dianggap lebih

manusiawi yaitu penjatuhan pidana berupa denda atau pemberian ganti

kerugian kepada korban Pemberian ganti kerugian pada awalnya merupakan

konsep kcperdalaan seperti halnya dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata yang mewajibkan setiap orang yang menyebabkan orang lain

menderita kerugian untuk membayar ganli rugi Dalam perkembangannya

konsep ini diterupkan pula dalam hukum pidana mengingat akibat yang

ditimbulkan pada korban tindak pidana akan selalu disertai dengan kerugian

baik mental fisik maupun material sehingga sangat wajar apabila korban pun

menuntui ganti kerugian pada pelaku guna memulihkan derita yang

dialaminya

Dengan memperhatikan pada beberapa teori klasik tentang tujuan

Uurtla Nawuwi Ariel Sislem Pemidanaan Menunii Konsep KIHP llaiu dan Latar Helakang Pemlklrannya Hahan Ienalaran Hukum Pidana V Undanu Kupang uinjyful 11 Juli-12 Agustus 1989

43

pemidanaan dapat disiinpulkan bahwa penjatuhan pidana lebih banyak

ditujukan untuk kepeiitingan pelaku dengan kata lain tujuan pemidanaan

hanya dimaksudkan imtuk mengubah perilaku dari pelaku kejahatan agar

tidak mengulangi lag perbuatannya sedangkan kcpentingan korban sama

sekali diabalkan

Perlindungan terhadap korban narkotika jika dihubungkan dengan

beberapa teori pemidanaan yang telah dipaparkan di atas maka peneliti

mengkaji bahwa dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang baru ini terdapat kescimbangan antara perlindungan terhadap

pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana bahwa berdasarkan sanksi

baik pidana maupun denda yang terdapat dalam undang-undang ini sangatlah

berat-berat dan tegas ]ni berarti bahwa undang-undang ini lebih

mementingkan korban dari pada pelaku kejahatan narkotika Mengingat

bahwa dengan adanya pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan

korban semakin banyak yang berjatuhan schingga daripada korbnnnya anak

bangsa yang memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara

Indonesia maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-

beratnya lerhadap si pelaku tindak pidana narkotika bahkan pidana mati atau

seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-

undang yang bam ini juga diatur mengenai rehabilitasi terhadap korban baik

korban yang diakibatkan oleh orang Iain maupun karena self victimizing

victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku itu sendiri

44

C Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Seif-

Victimizing Victims

1 Self-victimizing victims uarkotika dau psikotropika

Suatu viktimisasi adalah sebagai suatu permasalahan manusia yang

merupakan kenyataan sosial hal ini disebabkan karena setiap warga negara

berhak mendapatkan rasa aman dan bcbas dari segala bentuk kekerasan

sesuai dengan falsafah Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 Contohnya adalah seseorang akibat perbuatannya memakai

narkotika dapat menimbulkan bahwa si pemakai tersebut menjadi tidak

berdaya upaya dengan kata lain bahwa si pelaku telah menjadi korban

akibat perbuatannya sendiri yang menimbulkan perbuatan kriminal

Penyalahgunaan narkolika atau psikolropika merupakan perbuatan

kriminal karena telah melanggar ketentuan di dalam undang-undang yang

ada yakni Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tetang Psikotropika dan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Terlibatnya si

pelaku kejahatan atau tindak pidana yang menimbulkan kerugian terhadap

dirinya sendiri daiam hal inilah yang disebut dengan istilah self victimizing

victims yang merupakan bagian dari viktimisasi Sehubungan dengan itu

maka Wolfgang menyatakan beberapa Jenis viktimisasi ialah

1 Unrelated victims yaitu korban yang tidak ada hubungannya sama

sekali dengan terjadinya korban misalnya pada kasus kecelakaan

pesawat Dalam hal In tanggungjawab sepenuhnya terletak pada

Utplietin3|il(igspqtcom2()OSIOl|ukum-viktinivl9gihlml diakscs terakhir langgul l2Januari 2015

45

pelaku

2 Provocative victims yaitu seseorang yang secara aktif mendorong

dirinya menjadi korban misalnya kasus selingkuli dimana korban juga

sebagai pelaku

3 Participating victims yailu seseorang yang tidak berbuul tetapi dengan

sikapnya justru mendorong dirinya menjadi korban

4 Biologically weak victims yaitu mereka yang secara tisik memiliki

keleinalian atau potensi untuk mcnjadi korban misalnya orang tua

renla anak-anak dan orang yang tidak mampu bcrbual apa-apa

5 Socially weak victims Yaitu mereka yang memiliki kedudukan social

yang lemah yang menyebabkan mereka mcnjadi korban misalnya

korban perdagangan perempuan dan sebagainya

6 Self victimizing victims yaitu mereka yang menjadi korban karena

kejahatan yang dilakukannya sendiri pengguna obat bius judi aborsi

dan prostitusi

Dalam hal ini kedudukan viktimologi sebagai sebuah ilmu yang

mempelajari tentang korban memiliki peranan yang sangat penting ruang

lingkup viktimologi ini meliputi

1 Semua macam sciiap macam perbuatan kriminal yang mengakibatkan

orang-orang mcnjadi korban

2 Setiap orang atau pihak yang dapat menjadi korban baik orang

perorangan maupun suatu korporasi atau organLsasi

3 Setiap orang atau pihak yang dapal menimbulkan korban artinya

46

dimana disatu sisi orang terscbut dapat merugikan orang iain sehingga

orang tidak merasa aman akibat tindakanya

4 Cara-cara viktimisasi atau penimbulan korban

5 Bentuk-bentuk viktimisasi yang terdiri dari primary viclimizalion

adalah korban individualperorangan bukan kelompok secondary

victimizalion korbannya adalali kelompok misalnya badan hukum

tertiary Victimizalion yang menjadi korban adalah masyarakat luas

nun viciimozaiion korbannya tidak dapat segera diketahui misalnya

konsumen yang tertipu dalam menggunakan hasil produksi

6 Akibat viktimisasi

7 Pengaruh viktimisasi

8 Reaksi atau respons terhadap viktimisasi

9 Penyelesaian viktimisasi dan

10 Pengaturan yang berkaitan dengan viktimisasi (yang menjadi

perhatian viktimologi)

Studi viktimologi akan memberikan pemahaman kepada setiap

individu mengenai hak dan kewajibannya dalam rangka mengantisipasi

berbagai bahaya yang mengancamnya Viktimologi memberikan

sumbangan pemikiran mengenai masalah viktimisasi tidak langsung

dampak sosial polusi industri viktimisasi ekonomi politik dan

penyalahgunaan kewenangan Viktimologi ini juga memberikan dasar

pemikiran dalam penyelesaian viktimisasi kriminal atau factor viclimogen

dalam sistem peradilan pidana

47

Dari perspektif ikalan Korban Napza (IKON) l ial i yang dimaksud

sebagai korban adalah orangperorangan yang menderita secara langsung

dari penyalahgunaan napza dan tennasuk pula keluarga alau tanggungan

langsung dari korban Namun karena hukum dl Indonesia memandang

pengguna napza adaiah kriminal maka terjadilah dampak-dampak negalif

yang dialami oleh pengguna napza yang merupakan korban scperti

diskriminasi kriminallsasi kesehatan dan stigmatisasi Maka sebagai

korban IKON Bali mendorong agar dihentikannyadiskriminasi lerhadap

korban napza mendorong vonis rehabilitasi untuk korban napza

mendorong agar dihentikannya penyiksaan terhadap korban napza dan

yang terakhir adalah mendorong terpenuhinya hak atas kesehatan bagi

korban dan orang terinfeksi HIV Dengan melihat kondisi permasalahan

penanggulangan napza yang semakin tidak menentu dan meningkatnya

jumlah korban napza secara terus-menerus Maka Ikon Bali meminta

1) Penerapan SEMA Nomor 7 Tahun 2009 sebagai pemenuhan hak atas

kesehatan terhadap korban Mpza

2) Meminta kepada Pengadilan Negeri Denpasar untuk menjadi insiator

dalam penyusunan langkah teknis penerapan SEMA Nomor 7 Tahun

2009

3) Meminta kepada selunih instansi tcrkait untuk mulai meiigambil

langkah nyata dalam penanggulangan napza

43 Ibid

48

4) Meminta agar korban napza diperlakukan secara manusiawi tanpa

penyiksaan sligma dan diskriminasi

5) Ikon Bali mendukung secara penuh program-program pemerintab

dalam penanggulangan napza

2 Rehabilitasi terhadap self-victimizing victims

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

merupakan undang-undang yang baru menggantikan Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika Adapun pasal-pasal di dalam

undang-undang in yang mengatur mengenai perlindungan korban adalah

berbagai pasal-pasal yangmencantumkan rehabilitas kepada korban

maupun pelaku tindak pidana narkolika Pasal 1 ayat (16) meneniukan

defenisi mengenai rehabilitasi dipandang dari sisi medis yakni

Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara

terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan Narkotika

Sementara Itu dalam Pasal 1 ayat (17) ditentukan defenisi rehabilitasi

dipandang dari sisi sosial yakni Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses

kegiatan pemulihan secara terpadu baik fisik mental maupun sosial agar

bekas pecandu Narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosia dalam

kehidupan masyarakat

Diimdangkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang merupakan undang-undang baru ini tentu mempunyai

maksud dan tujuannya Adapun tujuan yang terdapat dalam Pasal 4 yang

berbunyi

49

Undang-Undang tentang Narkotika bertujuan

a Menjamin kelersediaiin Narkotika untuk kcpentingan peiayanan

kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

b Mencegah mclindungi dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari

penyalahgunaan Narkotika

c Memberanlas pcredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika dan

d Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi Penyalah

Guna dan pecandu Narkotika

Bentuk perlindungan terhadap korban dan pelaku kejahatan tindak

pidana narkotika di dalajn Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

disebutkan ada 2 (dua) macam yakni pengobatan dan rehabilitasi lerhadap

korban maupun pelaku Pada Pasal 53 ayat (3) tersebul di atas bahwa yang

dimaksud dengan buktl yangsah antara lain surat kctcrangan dokter

salinan resep atau labeletiket Selcngkapnya mengenai pengobatan

ditentukan dalam Pasal 53 yang berbunyi sebagai berikut

(1) Untuk kcpentingan pengobatan dan berdasarkan indikasi medis

dokter dapal memberikan Narkotika Golongan II atau Golongan III

dalam jumlah terbatas dan sediaan tertentu kepada pasien sesuai

dengan ketcnluan peraturan perundang-undangan

(2) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat ( I ) dapal memiliki

menyimpan danatau incmbawa Narkolika untuk dirinya sendiri

(3) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mempunyai bukti

yang sali bahwa Narkotika yang dimiiiki disimpan danatau dibawa

50

untuk digunakan diperoleh secara sail sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan

Mengenai rehabilitasi terhadap korban dan pelaku tindak pidana

kejahatan penyalahgunaan narkotika merupakan suatu kewajiban bagi

pemerintah dan instansi masyarakat Sebagaimana ketentuan dalam Pasal

54 bahwa Pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika

wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial Dalam Pasal 56

disebutkan juga bahwa

(1) Rehabilitasi mcdis Pecandu Narkotika dilakukan di rumah sakit yang

ditunjuk oleh Menteri

(2) Lembaga rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan oleh instansi

pemerintah atau masyarakat dapat melakukan rehabililasi medis

Pecandu Narkotika setelah mendapat persetujuan Menteri

Kemudian dipertegas kembali dalam Pasal 57 bahwa selain melaiui

pengobatan danatau rehabilitasi medis penyembuhan Pecandu Narkotika

dapat diselenggarakan oleh instansi pemerintah alau masyarakat melaiui

pendekatan keagamaan dan tradisional Salah satu tugas dan wewenang

Badan Narkotika Nasional adalah meningkatkan kemampuan lembaga

rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu Narkotika baik yang

diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat

Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 ini terdapat

pengecualian dalam hal luniutan pidana terhadap anak yang masih berada

di bawah umur Misalnya terdapat di dalam salah satu pasalnya yakni pada

51

Pasal 128 ayal ( I ) yang bcrbunyi Orang tua atau wali dari pecandu yang

belum cukup umur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) yang

sengaja tidak mciapor dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6

(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp 100000000 satu juta

rupiah) Tetapi di datam ketentuan tain yakni pada Pasal 128 ayat (2) dan

ayal (3) ditentukan bahwa anak yang masih di bawah umur tidak dapat

dituntut pidami selcngkapnya pasal tersebul berbunyi Pecandu Narkotika

yang belum cukup umur dan telah dilaporkan oleh orang tua atau walinya

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat ( I ) tidak dituntut pidana

(Pasal 128 ayat (2)) dan Pecandu Narkotika yang telah cukup umur

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) yang sedang menjalani

rehabilitasi mcdis 2 (dua) kali masa perawatan dokter di rumah sakit

danatau lembaga rehabilitasi medis yang ditunjuk oleh pemerintah tidak

dituntut pidana

Pada awalnya narkotika digunakan unluk kcpentingan umat

manusia khususnya untuk pengobatan dan peiayanan kesehatan Namun

dcngan semakin bcrkembangnya ilmu pcngclaliuan dan teknologi

peruntukan narkotika mengalami perluasan hingga kepada hal-hal yang

negatif

Di dunia kedokteran narkotika banyak digunakan khususnya

dalam proses pembiusan sebelum pasien diopcrasi mengingat di dalam

narkotika terkandung zat yang dapat mempengaruhi perasaan pikiran serta

kesadaran pusieti Oleh karena itu agar penggunaan narkotika dapal

52

memberikan manfaat bagi kehidupanurnat manusia maka pcredarannya

harus diawasi secara ketat sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 60 sampai

dengan Pasal 63 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang menyebutkan

Pasai 60 ditentukan bahwa

(1) Pemerintah melakukan pembinaan terhadap segala kegiatan yang

berhubungan dengan Narkolika

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meiipuli upaya

a Memenuhi ketcrsediaan Narkotika unluk kcpentingan peiayanan

kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi

b Mencegah penyalahgunaan Narkotika

c Mencegah generasi muda dan anak usia sekoiah

dalampenyalahgunaan Narkotika termasuk dengan memasukkan

pendidikanyang berkaitan dengan Narkotika dalam kurikulum

sekoiah dasarsampai lanjutan atas

d Mendorong dan menunjang kegiatan penelitian danatau

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di brdang

narkolika unluk kcpentingan peiayanan kesehatan dan

e Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis bagi

Pecandu Narkotika baik yang diselenggarakan oleh pemerintah

maupun masyarakat

53

Pasal 61 ditentukan baiiwa

(1) Pemerintah melakukan pcngawasan terhadap segala kegiatan yang

berkaitan dengan Narkotika

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi

1 Narkolika dan Prekursor Narkolika untuk kcpentingan peiayanan

kesehatan danatau pengembangan Hmu pengetahuan dan

teknologi

2 Alat-alat potensial yang dapat disaiahgunakan untuk melakukan

tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkolika

3 Evaluasi keamanan khasiat dan mutu produk sebelum diedarkan

4 Produksi

5 impor dan ekspor

6 Pcrcdaran

7 Pelabeian

8 Tnformasi dan

9 Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Pasal 62 berbunyi Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan

sebagaimana dimaksud dalam Pasai 60 dan pengawasan sebagaimana

dimaksiiddalam Pasal 61 diatur dengan Peraturan Pemerintah Dan dalam

Pasal 63 disebutkan bahwa Pemerintah mengupayakan kerja sama

dengan ncgara lain danatau badan intcmasional secara bilateral dan

multiialeral baik regional maupun internasional dalam rangka pembinaan

dan pengawasan Narkotika dan Prekursor Narkotika sesuai dengan

54

kcpentingan nasional

Berdasarkan biinyi beberapa pasa di atas mengenai pengawasan

terhadap pentingnya peredaran narkotika wajib diawasi secara ketat

dikarenakan saat ini pemanfaatannya banyak untuk hal-hal yang negatif

D i samping itu melaiui perkembangan teknologi informasi dan

komunikasi penyebaran narkotika sudah menjangkau hampir ke semua

wilayah di Indonesia hingga ke pelosok-pelosok Daerah yang sebelumnya

tidak pcrriah tersentuh oleh peredaran narkotika lambat laun berubah

menjadi sentra peredaran narkotika Begitu pula anak-anak yang pada

mulanya awam terhadap barang haram ini telah berubah menjadi sosok

pecandu yang siikar untuk dilepaskan ketergantungannya

Sebelum Iahimya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

mengenai narkotika diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997

tentang Narkotika namun undang-undang ini tidak dapat dipertahankan

lagi keberadaannya karena adanya perkembangan kualitas kejahatan

narkotika yang sudali menjadi ancaman serius bagi kehidupan umat

manusia Pengguna narkotika sangat beragam dan menjangkau semua

lapisan masyarakat mulai dari anak-anak hingga orang dewasa orang

awam hingga artis bahkan hingga pejabat publik

Efek negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan narkotika secara

berlebihan dalam jangka waktu lama serta tidak diawasi oleh ahlinya

dapat

menimbulkan berbagai dampak negatif pada penggunanya baik secara

55

fisik maupun psikis Bahkan tidak janing penggunaan narkotika dapat

memicu terjadinya berbagai tindak pidana Karena itu untuk mencegah

semakin mcluasnya dampak negalif yang ditimbulkan dari penggunaan

narkotika maka pengawasan tidak hanya terbatas pada peredaran

narkotika tetapi juga pada mereka yang menjadi korban misalnya

sescorang yang menderita ketergantungan narkotika (pecandu) Apabila

seorang pecandu narkotika telah divonis bcrsalah oleh hakim atas tindak

pidana narkotika yang dilakukannya maka untuk memberikan kesempatan

pada yang bersangkutan agar tcrbebas dari kecanduaniiya maka hakim

dapat mcmutuskan untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani

pengobatan danatau perawatan

Pengobatan dan perawatan terhadap pecandu narkotika dilakukan

melaiui fasilitas rchabilitasi Rcliabilitasi medis dan sosial yang diberikan

kepada pecandu dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan

kemampuan fisik mental dan sosialnya Selain pengobatan dan perawatan

melaiui rehabililasi medis proses penyembuhan pecandu narkotika dapat

diiaksanakan oleh masyarakat melalul pendekatan keagamaan dan

tradisional

Sebagai conloh di Pakem Sleman Yogyakarta telah didirikan

sualu kliiiik alau Pusat Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkotika

Psikolropika dan Zal-zat Aditiflainnya (NAPZA) Terpadu yang didirikan

atas kerjasania Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dan

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang diresmikan pada tanggal 7

56

Desember 2005 Tujuan umum pendiriaii pusat rehabilitasi terpadu ini

adalah untuk memberikan jaminan penanganan paripurnakepada korban

penyalahgunaan Napza melaiui aspek hukum aspek medis aspek sosial

aspek spiritual serta pengembangan pcndidikan dan pelatihan dalam

bidang NAPZA secara terpadu sedangkan tujuan khususnya adalah

1 Terhindarnya korban dan instilusi dan penelrasi pengedar

2 Terhindarnya kerusakan mental dun masa depan para penyalah guna

Napza yang akan mcmbtinuh potensi pengembangan mereka

3 Terhindarnya korban-korban baru akibat penularan penyakil-penyakit

seperti Hepatitis HIVAIDS dan penyakit menular lainnya

4 Terwujudnya proses pengembangan penanganan korban NAPZA dan

aspek ilmiah serta keiimuan yang dinamis sesuai perkembangan zaman

sebagai pusat jaringan informasi terpadu dan mewujudkan teknis

penanganan penyalahgunaan narkotika dan obat-obalan terlarang bagi

daerah sekitamya maupun nasional

Pemberian perlindungan kepada korban narkotika lentil tidak dapat

dibebankan sepenuhnya kcpada pemeriiilah peran serta masyarakat pun

diharapkan ada salah salunya diterimanya kembali mantan pani pengguna

dalam lingkungannya tanpa melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya

diskriminatif bahkan dengan mcmposisikan mereka sebagai warga keias

dua yang harus dljauhi

Bentuk periindunganyang diberikan terhadap pelaku maupun

Dikdik M ArilMansur dan tUisUiris Guitom loa cil hal 90

57

korban penyalahgunaan narkolika dan psikotropika daiambentuk

rehabilitasi

Rehabilitasi adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang

dilujukan kepada pemakai narkolika dan psikotropika yang sudah

menjalani program kuratif Tujuannya agar pelaku tidak memakai lagi

dan bebas dari penyakit ikutan yang disebabkan oleh bekas pemakaian

narkotika dan psikotropika

3 Tahapan-tahapan rchabilitasi terhadap self-victimizing victims

Tahapan-tahapan rehabilitasi terhadap self-victimizing victims atas

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika yang ada di Indonesia tidak

sama Ada yang menekankan rehabilitasi hanya pada aspek medis ada

pula yang lebih menekankan pada aspek rohani Atau memadukan kedua

pendekatan tersebut dengan komposisi yang seimbang Yang ideal

rehabilitasi seorang korban narkotika dan psikotropika harus dilakukan

secara holisitik baik secara fisik psikis maupun kerohaiiiannya

1 Tahapan pengobatan (rehabilitasi)

Secara umum ada beberapa tahapan yang harus dilewati

Masing-masing tahapan tersebut memakan waktu bervariasi ada yang

seminggii sebulan dan bahkan berbu lan-bulan tcrgantung tingkat

ketergantungan tekad korban dan juga dukungan berbagai pihak

terutama keluarga dalam seluruh proses tersebut Setiap tahapan

Subagjo PiirloUiharjo Loc cU hal 105 ^ E M Giri Prastowo loc cil hal 28 -29

58

tersebut disusun dan dibuat untuk inenganlar pasien secara bertaiiap

melepaskan dari ketergantungan narkotika dan psikotropika Beberapa

tahapan rehabilitasi ini yang disajikan berikut sudah Icruji dapat

menyembuhkan atau memulihkan korban narkotika dan psikotropika

secara maksimal

a Tahapan transisi

Penekanaii dalam tahap ini lebih kepada informasi awal

tentang korbanseperti

1) Latar belakang korban

2) Lama ketergantungan

3) Jenis obat yang dipakai

4) Akibat-akibat ketergantungan dan

5) Berbagai inlbrniasi lainnya

Hal ini penling sehingga pada saatnya akan menjadi acuan

bagi pihak yang terlibat secara intensif dalam proses rehabilitasi

Ahl i yang berkompeten (dokter) akan menganaiisa tingkat

ketergantungan korban untuk kemudian meneniukan tingkat

pengobatan dan tingkat pembinaan bagi si korban schingga terapi

dan metode pengobatan bisa dilakukan secara terukur

Tahapan ini Juga dapat dijadikan rujukan untuk meneari

model rehabilitasi yang paling tepat bagi yang bersangkutan Pada

tahap ini tim rehabilitasi akan membantu korban agar menyadari

dirinya sedang menghadapl masalah ketergantungan narkotika dan

59

psikotropika Korban diajak untuk bersama-sama mengatasinya Hal

ini penting karena proses rchabilitasi tidak akan berhasil tanpa

adanya kesadaran korban tentang adanya bahaya yang dihadapinya

Dari situ akan dibangun tekad dan komitmennya untuk

meninggalkan narkotika dan psikotropika

Selain itu pada tahapan ini akan diteliti akibat fisik dari

penggunaan narkotika dan psikotropika Sejauh mana tingkat

kerusakan syaraf dan organ-organ tubuhnya yang rusak Unluk itu

diadakan pemeriksaaii laboratoriumiengkap dan tes penunjang untuk

mcndeteksi penyakit yang diderita korban A[)abia dalam

pemeriksaan ditemukan satu atau beberapa penyakit maka terlebih

dahulu diadakan pengobalan medis sebelum penderita mendapat

proses rehabilitasi lanjutan Langkah ini penting selain agar tubuh

yang bersangkutan bebas dari penyakit juga untuk mencegah

terjadinya penularan balk kepada korban narkotika dan psikotropika

ini diadakan pembersihan darah pada tubuh pecandu sehingga darah

menjadi bersih dan sistem metabolisme tubuh kembali normal

Proses ini dapat dilakukan melaiui cara-cara berikut

1) Cold Turkey abrupt withdrawal) yaitu proses penghentian

pemakaian narkotika dan psikolropika secara tiba-tiba tanpa

disertai dengan substitusi antidotum

2) Bertaliap atau substitusi bertahap misalnya dengan kodein

^Ibidhal 30

60

methadone CPZ atau clocard selama i -2 minggu

3) Rapid Detoxification dilakukan dengan anestesi umum (6-12

jam) dan

4) Simtomatik tergantung gejala yang dirasakan

2 Rehabilitasi intensif

Setelah melewati masa transisi (pengumpulan informasi tentang

keadaan korban dan latar belakangnya) baru masiik pada fase

berikutnya yakni proses penyembuhan secara psikis Motivasi dan

potensi dirinya dibangun daiam tahap ini Korban diajak untuk

menemukan dirinya dan segala potensinya sambil juga menyadari

berbagai keterbalasannya Bahwa untuk mengatasi masalah hidup yang

bersangkutan tidak perlu harus mengkonsumsi narkotika dan

psikotropika Narkotika dan psikotropika justru menciptakan masalah

baru yang jauh lebih besar dalam hidupnya Narkotika dan psikotropika

bukanlah solusi tetapi menjadisumber masalah Pada tahap ini berbagai

contoh dapat dipcrlihatkan kepada korban

Yang terlibat di dalam tahap ini yang utama adalah korban itu

sendiri sebagai pelaku self-victimizing victims) Korban harus punya

tekad untuk hidup tanpa narkotika dan psikotropika Korban harus bisa

menatap masa depan dengan penuh optimisme Selain yang

bersangkutan peranan keluarga (orang liia dan saudara-saudaranya

suami atau istri) juga sangal pcnling Anggota keluarga ini harus secara

intensifmendampingi dan jnenopang korban

61

Staf di paiiti rehabilitasi para konselor psikolog dan semua

pihak di panti rehabilitasi untuk bersama-sama mcmbangun

kepercayaan diri korban Seluruh proses ini membutuhkan waktu

berbulan-bulan bahkan selama bertahun-tahun tergantung tingkat

ketergantungan dan efeknya bagi korban Berbagai terapi yang

dilakukan selama dalam tahap ini baik yang dilakukan secara pribadi

maupun bersama-sama lewat berbagai aktivitas di panti rehabilitasi

tersebut bertujuan untuk memberdayakan kembali korban yang disekian

lama telah terpuruk oleh narkolika dan psikotropika Sebagai langkah

awal untuk sosialisasi diri dengan masyarakat korban juga secara

bertahap mulai mcmbangun komunikasi dengan orang lain di Iuar

komunitas rehabilitasi

Menurut Romo Lambertus Somar MSG dalam bukunya

Rehabilitasi Pecandu Narkotika dan Psikotropika pada tahap ini ada

tiga titik yang harus dilewati yang lebih dikenal dengan tahapan

stabilisasi pribadi yailu^

1 Secara sadar dan tekun melepaskan diri dari berbagai penyakit dan

akibatakibat lainnya (no to drugs) Tahap ini merupakan tahap

stabilisasi awai atau tahap konsolidasi (comolidation)

2 Menemukan jati diri menguasai kiat-kiat dan keterampilan-

keterampilan untuk menyehatkan serta mengisi hidup secara lebih

bermakna dan bermulu Latihan keterampilan vokasional (kerja) dan

E M Giri Praslowo Loc cil hal 32

62

peiigungkapan diri dari dimulai dibina sebiiigga disebul juga (afiap

pengukuan diri (jyerwtuil appraisal) Inilah lahap slabilisasi

niericiigah (inadya)

3 Dengan inisiatif pribadi orang secara sadar mulai berfikir dan

bertindak untuk mencapai prestasi-prestasi tertentu schingga disebut

juga tahap positive thinking and doing Tahap ini merupakan tahap

stabilisasi akhir

4 Tahap rekonsiliasi Tahapan berikut yang harus dilewati dan sangat

vital adalah tahap rekonsiliasi Tara korban tidak langsung

herinlcraksi secara bebas dcngan masyarakat akan tctiipi lerleblh

dahulu ditampung di sebuah lingkungan khusus selama beberapa

waktu sampai pasien benar-benar siap secara mental dan rohani

kembali kelingkungannya semula Yang paling ulama dalam fase ini

adalah pembinaan mental spiritual keimanan dan ketakwaan serta

kcsepiikatan sosial kemasyarakaian Proses ini bisa meliputi program

pembinaan jasmani dan rohani

Sampai ke tahap ini yang bersangkutan masih tcrikat dengan

rehabilitasi foimal namun sudah mulai membiasakan diri dengan

masyarakat Iuar sehingga merupakan proses resosialisasi (reentry) atau

penyesuaian (reconcilialion) Proses ini melewati tiga titik penting juga

yaitu

1 Tinggal lebih sering dan lebih lama di lingkungan keluarga sebagai

63

teiiipal tinggal tetap atau pun tempat tinggal transit unluk

resosialisasi sambil mclaiijiitkan kegiatan pilihan sebagai penunjang

masa selanjutnya Di sini terjadi perdamaian dan penycsuaian-

penyesuaian kembali dengan lingkungan

2 Rencana masa depan yang jelas dan siap direalisasikaii dengan

dukungan keluarga atau pihak-pihak lain Pada tahap ini korban

dapat memulai aktivitasnya lagi seperti sekolahkuliah mulai bekerja

atau merintis usaha sendiri

3 Kontak awal dengan kelompok-keiompok atau program-program

pemeliharaan lanjut aftercare) Di sini orang meiierima dirinya

seperti apa adanya merasa puas lalu mempercayakan dirinya ke

tangan orang lain

4 Pciiieliharaaii Lanjut Pada tahap ini walaupun secara fisik yang

bersangkutan sudah dinyatakan seliul dan secara psikis pun sudali

pulih namun masih ada kcmungkinan mereka akan tergclincir

kembali icbihlebih saat mereka sedang menghadapl masalah Pada

saat itu bisa Jadi mereka bemostagia dengan menikmati narkolika

dan psikotropika Saat ini juga niwaii Karena itu setiap korban yang

niemasuki tahap inidipersiapkaii sungguh-sungguh agar dapal

melewati dan mengatasi sUuasi rawan ini dengan melewati tiga titik

ini yakni

a Mengubah menghilangkan aUiu menjauhi hal-hal yang bersifat

bid hul 34

64

nostaigia kesenaiigan narkolika dan psikolropika

b Setiap mengikuti program-program dan aeara-acara aftercare

(pemeliharaan lanjut) dan

c Dapat juga mcUbatkan diri dalam gerakan atau kelompok bersih

narkoba dan peduli penanggulangannya

BAB IV

PENUTUP

A Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dipaparkan tersebut di atas peneliti

memberikan beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap

permasalahan di dalam penelitian ini sebagai berikut

Di antara berbagai faktor yang dapat mempengaruhi seseorang atau

individu menyalahgunakan narkotika atau psikotropika terdapat faktor

yang paling duininan yakni laktor yang bersumber dari keadaan keluarga

dan lingkungan bukan karcnn faktor individunya Karena faktor keluarga

yang buruk dan lingkungan yang juga buruk dan saling mendukung dapat

mempengaruhi individu menjadi pelaku lindak pidana penyalahgunaan

narkolika dan psikotropika tersebut dengan kata lain faktor keluarga dan

lingkungan yang buruk ini membuka kesempatan kcpada seseorang untuk

merasakan pergaulan dengan narkotika atau psikotropika sehingga dapal

menimbulkan ketergantungan terhadapnya

2 Perlindungan lerhadap korban narkotika- jika dihubungkan dengan

beberapa teori pemidanaan dalam perspektif Undang-Undatig Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika yang baru terdapai keseimbangan antara

perlindungan terhadap pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana

bahwa berdasarkan sanksi baik pidana maupun denda yang terdapat dalam

undang-undang ini sangatlah bcrat-bcnil dan tegas Ini berarti bahwa

65 bull

66

undang-undang narkotika yang baru tersebut lebih mementingkan korban

dari pada pelaku kejalialan narkotika Mengingat bahwa dcngan adanya

pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan ktgtrban semakin

banyak yang berjatuhan seliingga daripada korbannya anak bangsa yang

memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara Indonesia

maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-beratnya

terhadap si pelaku lindak pidana narkolika bahkan pidana mati atau

seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-

undang yang baru ini juga diatur mengenai rchabilitasi terhadap korban

baik korban yang diakibatkan oleh orang lain niaiipim karena self

victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku ilu

sendiri

Saran

Adapun yang menjadi saran peneliti di dalam penelitian ini yang

menjadi harapan untuk dipcrliatikan bersama adalah sebagai berikut

1 Diharapkan bagi setiap keluarga untuk menjaga keharmonisan melakukan

pengawasan dan mcnanainkan pcndidikan yang benar terutama dalam lial

menyeimbangkan antara emosi inteligensi dan spritual sejak dari din

terhadap anak sebagai benteng terhadap dirinya untuk dapat membentengi

dari pengaruh narkotika dan psikotropika yang semakin mengancam

keadaan lingkungan masyarakat

2 Diharapkan terhadap pemerintah untuk melakukan sosialisasi yang

teriiitegrasi dan menyeluruh terhadap semua lapisan masyarakat baik

67

masyarakat di pedesan (primitlf) maupun masyarakat kota betapa besamya

sanksi pidana dan denda yang digariskan di dalam undang-undang

narkotika dan psikotropika misalnya dcngan mcmpublikasikannya dalam

bentuk billboard di pcrsiinpangan jalan sehingga setiap orang yang lewat

dengan secara otomatis masyarakat akan inengelaliuinya dan

berkemuiigkiiian orang yang membacanya setidaknya tlmbul rasa takut

untuk terjun ke dalam penyalahgunaaan narkotika dan psikotropika

tersebut

D A F T A R PUSTAKA

A Bukii

Arrasjid Chainur Sualu Pemikiran Tentang Psikologi Kriminil Mcdan Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU 1999

Gerson Bawengan Penganlar Psichology Kriminil Jakarta Pradya Pramita 1973

Gosita Arif Masalah Korban Kejahatan Jakarta Akademika Pressindo 1993

Hakim M Ariel Narkoba Bahaya dan Penanggulangannya Bandung Jembar 2007

Hawari Dadang Konsep islam Memerangi AIDS dan NAZA Get X i Yogyakarta Dhana Baktl Priaya 1997

Kaligis OC dan Soedjono Dirdjosisworo Narkoba dan Peradilannya di Indonesia (Retbrmasi Hukum Pidana Melaiui Perundangan dan Peradilan) Bandung PT Alumni 2002

Kartono Kartini Psichology Abnormal Bandung Alumni 1972

Mansur Dikdik M Arif dan Elistaris Guitom Urgensi Perlindungan Korban Kejahalan Antara Norma dan Reaiita Bandung Agustus Fakultas Hukum Universitas Padjajaran 2006

Mardani Penyalahgunaan Narkoba Daiam Perspeklif Hukum islam dan hukum Pidana Nasional Jakarta IH RajuGrufindoPersado 2007

Marpaung Leden Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005

Moelyono Anton M Kumus Besar Bahasa Indonesia Get 11 Jakarta Balai Pustaka 1988

Muladi HAM Dalam Persepkiif Sistem Peradilan Pidana dalam Muladi (ed) Hak Asasi Manusia Hakekal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat Bandung Refika Aditama 2005

dan Barda Nawawi Arlef Bunga Rampai Hukum Pidana Bandung Alumni 1992

Partodiharjo Subagyo Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannyai Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2003

Ioyk Fanny Jonathans Sehiiah Kesehatan Narkoba Sayonara Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2006

Prastowo EM Giri Rehabilitasi Bagi Korban Narkoba Tangcrang Visimedia 2006

Prodjodikoro Wirjono Asas-asas Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005

Roeslan Saieh Stelsel Pidana Indonesia Jakarta Bina Aksara 1987

Soedjono D Segi Hukum Tentang Narkolika di Indonesia Bandung Karya Nusanlara 1977

Hukum Narkolika Indonesia Bandung PT Citra Adtya Baktl i 990

Soekanto Soerjono dan Sri Mumadjj Penelitian Hukum Normalif Suatu Tijnjauan Singkat Jakarta Rajagrafindo Persada 2001

Sudarsono Kenakalan Remaja cet Ii Jakarta Rineka Cipta 1992

Tom dkk Bahaya NAPZA Bagi Pelajar Bandung Yayasan Al-Ghifari Morgan 1999

Tim BNN Materi Advokad Pencegahan Narkoba Jakarta Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia 2005

Yustisia Himpunan Peraturan Pemndang-Undangan Anti Narkoba diterjenialikuii oleh Tim iustaka Yuslisia Yogyakarta iuslaka Yustisia 2006

Waluyo Bambang Penelitian Hukum dalam Prakiek Jakarta Sinar Grafika 1996

Wcda Made Darma Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korporasi dalam niingti Rampai Viktimisasi Bandung Eresco 1995

B Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Pasal 152

Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika22Tahun 1997 tentang Narkotika

Keppres Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkolika Nasional

CInternet

htlpwwwbnngoidportalbariiiiorlalkQnlenpltpniima^Prorilampop^visi niisiamp tnn=lamp diakses tcrakiiir tanggal 13 November 2014

httpthed03hlogspoteom2008l Ohukuiii-viktimolQgihtmk diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014

httpwwwikonbaliorg26062Q(19advokasipctisi-ikon-bali-segera-tcrapkan-semahtml Petisi Ikalan Korban Napza (IKON) dalam rangka menyambut Hari Anti Narkotika (HANI) dan Hari Anti Penyiksaan 2009 diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014

httpwwwsurnekscoidindexphp7pption=^om cpntentampview=articleampid=^1405 2010-kej ati-baru-terapkan-uu-no-3 52009ampcatid=44 ilir-barat-i-bukit-keciIampUemid=94 diakses lerakJiir tanggal 12 Desember 2014

httpidsbvoongcQmexact-sciencesl8Q8652-getielika-dan-keiahatan Faktor Genetik Penyebab Kejahalan diakses terakhir tanggal 10 jaiiuari 2014

httpwwwasiasecuritiescoidsys 12ximagesstories201QEqtiitv2Q Pdf diakses terakhir tanggal 10 Januari 2014

LAMPIRAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

F A K U L T A S HUKUM

K A R T U AKTIVITAS BIMBINGAN SKRIPSI

N A M A MAHASISWA DIANA SAPUTRA

N O M O R INDUK MAHASISWA 50 2011 059

P R O G R A M STUDI I L M U H U K U M

PROG K E K H U S U S A N H U K U M PIDANA

P E M B I M B I N G M S O L E H IDRUS SHMH

l U D U L SKRIPSI P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T U N D A N G U N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I

KONSULTASI

K F -

MATERI YANG

DIBIMBINGKAN

PARAF

PEMBIMBING K E T

luymdash

y^ ^ Tlt2 N ^

7 M e

fSUL

k ^

CATATAN MOHON DIBERI WAKTU MENYELESAIKAN SKRIlSl RUiAN SEJAK TANGGAL DIKELUARKAN DITETAIKAN

DIKELUARKAN DI PALEMBANG PADA TANGGAL KETUA BAGIAN

JUDUL P E N Y A L A H G U N A A N N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG UNDANG N O M O R 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I

P E R M A S A L A H A N 1 Apa yang menjadi faktor tcrjadinya penyalaJigunaan narkotika dan psikotropika

2 Bagaimana pengaturan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspektif victimologi

B A B l P H N D A I i U L U A N A Latar Belakang B Permasalahan C Ruang Lingkup dan Tujuan D Metode Penelitian E Sistematika Penulisan

B A B 11 T I N J A U A N PUSTAKA

A Pengertian penyalahgunaan B Pengertian victimologi C Ruang lingkup victimologi D Jents dan penggolongan narkotika dan psikotropika E Undang Undang yang mengatur tentang narkotika

dan psikotropika

BAB I I I PEMBAHASAN A Faktor yang menyebabkan terjadinya

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika

B Penyalahgunaan narkotika dan psikolropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspeklif victimologi

BAB IV PENUTUP A Kesimpulan

B Saran-saran

DAF1AR PUSTAKA

L A M P I R A N - L A M P I R A N

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM

Lampiran Perihal Kepada

Sistematika penulisan (Outline) Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi YUi NUR HUSNI LMILSON SHSpNMH

Pembimbing Akademik Fakultas Hukum UMP dl-Palembaniz

Assalamualaikum WrWb

Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama DIANA SAPU I RA

Program Kekhususan Flukum Pidana

fada semester Lianjil tatiun kuliati 2UI42UI5 sudah menyelesaikan betian studi yang meliputi MPKMKKMKBMPBMBB (139 sks)

Dengan ini mengajukan pcrmohonan untuk penelitian Hukum dan Penulis Skripsi dengan judul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG-UNDANG N O M O R 35 T A H U N 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I

Demikianlah atas perkenaan Ibu diucapkan terima kasih

Wassalamualaikum WrWb

NIM 50 2011 059 Ilmu Hukum Program Studi

Palembang September 2014 Pemohon ^^--^5

Rekomendasi PAYbs

Pembimbing Akademik

HUSNI EMHSON SH SpN MH

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM

REKOMENDASI DAN PEMBIMBING SKRIPSI

Nama Nim Program Study Program Kekhususan Judul skripsi

DIANA SAPUTRA 50 2011 059 Ilmu Hukum Hukum pidana PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI

I Rekomendasi Ketua Bagian a Rekomendasi

b Usulan Pembimbing

Hukum Pidana

raiemoang iepiemt)er zu 14 KetuaJBagu

LuuTiiiAKNurCsHrR^

I L Penatapan Pembimbing Skripsi Oleh Wakil Dekan I

1 2

Palembang September 2014 Wakil Dekan I

- i poundL Dr Hj SRI S U L A S T R I SH M H

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah i n i Nama Tempat Tanggal Lahir N I M Program Studi Program Kekhususan

DIANA SAPUTRA PetransJaya 15 Januari 1992 502011059 Ilmu Hukum Hukum Pidana

Menyatakan bahwa karya ilmiah skripsi saya yang berjudul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANGshyU N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F VICTIMOLOGI

Adalah bukan merupakan karya tulis orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali daiam bentuk kutipan yang telah kami sebutkan sumbemya

Demikianlah surat pemyataan ini kami buat dengan sebenar-benamya dan apabila pemyataan ini tidak benar kami bersedia mendapatkan sanksi akademis

Palembang September 2014

PERMOHONAN UNTUK MENGIKUTI SEMINAR PROPOSAL

Palembang Oktober2014 Perihal Mohon untuk diiaksanakan seminar

Proposal Penelitian Skripsi

Kepada Yth Ibu Luil Maknun SH MH Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang D i -

Palembang

Assalamualaikum Wr Wb Saya yang bertanda tangan dibawah Ini Nama DIANA SAPUTRA

NIM 50 2011 059

Program Kekhususan Hukum Pidana

Bahwa yang bersangkutan telah layak untuk mer^ikiuti Seminar Proposal rencana penelitian skripsi yang judul PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI

Mohon kiranya yang bersangkutan untuk dijadwalkan mengikuti Seminar Proposal usul Penelitian Skripsi

Demikianlah disampaikan untuk dipertimban^Lan Wassalamualaikum Wr Wb

Pembimbing Skripsi

M SOLEH IDRUS3HMS

H A L A M A N P E R S E T U J U A N U N T U K M E N G I K U T I S E M I N A R P R O P O S A L

Nama DIANA S A P U T R A

N I M 50 2011059

Program studi Ilmu Hukum

Program kekhususan Hukum Pidana

Judui Penelitian PENYALAHGUNAAN N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A

MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI P E R S P E K T I F VICTIMOUHH

Palembang Oktober2014 Disetujui Pembimbing

M S O L E H IDRUSSH MS

Ketua Bagian Hukum Pidana

LuU MaknunSH M H

Page 18: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si

DAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A Pengertinn Pcnyalaliguiiaan

Penyalahgunaan dimaksudkan dalam penclilian ini adalah

penyalahgunaan terhadap narkotika dan psikolropika Dimana bahwa

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika ini diambil dan dipersainakan

dcngan pengertian penyalahgunaan narkoba seperti yang disebutkan Lutfi

Braja yakni memberikan pembatasan mengenai penyalaiiguiiaaii yaitu

Pemakaian narkoba di iuar indikasi medik tanpa petunjuk atau

resep dokter dan peinakaiannya bersifat patologik

(menimbulkan kelainan) dan menimbiilkan humbutan dalam

aktifitas di rumah di sekoiah atau di kampus tempat kerja dan

lingkungan sosial Ketergantungan narkoba adalah kondisi yang

kebanyakan diakibatkan oleh penyalahgunaan zat yang disertai

dengan adanya toleransi zat (dosis semakin tinggi) dan gejala

putus zal

Permasalahan penyalahgunaan mengakibatkan dampak yang sering

terjadi di tengah-tcngah masyarakat dari penyalahgunaan narkolika dan

psikotropika antara lain merusak hubungmt kekeluargaaii menurunkan

kemampuan belajar dan produktifitas kerja secara drastis sulit membedakan

mana perbuatan baik dan perbuatan buruk perubahan pcrilaku menjadi

Mardani Op 01 lial 2

9

10

pcrilaku anti sosial (pcrilaku maladaptil) gangguan kesehalan (fisik dun

mental) mempertinggi jumlah kecelakaan lalu lintas tindak kekerasan dan

kriniinuliLis lainnya

Dari kata penyalahgunaan menandakan bahwa Narkotika dan

Psikotropika tidak selalu bermakna negatif Dcngan begitu narkotika dan

psokitropika yang digunakan dengan baik dan benar oleh dokter untuk

mengobati pasiennya lidak tennasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang

disaiahgunakan Di dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA

(Narkotika Psikotropika dan Zat Adit i f Lainnya)

B Pengertian Victiimlogt

Pada dasarnya perkembangan ilmu pengetahuan tentang korban

kejahalan (viktimologi) lidak dapat dipisahkan dari iahimya peiiiikiraii-

pemikiran brilian dari Hans von Hentig seorang ahli kriminologi pada talum

1941 serta Mendelsohn pada tahun 1947 Pemikiran dari kedua ahli ini

sangat mcmpengaruhi setiap fase perkembangan viktimologi Perkembangan

viktimologi hingga sampai pada keadaan seperti sekarang tentunya tidak

terjadi dengan sendirinya namun telah meiigalami berbagai perkembangan

yang dapai dibagi dalam 3 (tiga) fase sebagai berikut

a iada tahap peitama viktimologi hanya meinpclajari korban kejahatan saja

pada fase ini dikatakan sebagai pehdl or special vtciimolo^

b Pada lase kedua viktimologi tidak hanya mengkaji masalah korban

Oadang Huwari Konsep Islam Memerungt AIDS dan NAA Cel XI (Ycgvakarta Ohaiiii iiakli Idaya 1997) hal 153 Made Danaa Wi da Op cil hal 200

kejahalan tetapi juga meiipuli korban kecelakaan Pada fase ini disebut

sebagai general victimology

c Fase ketiga Vikt imologi sudah berkembang lebih luas lagi yaitu mengkaji

permasalahan korban karena penyalahgunaan kckuasaan dan hak-hak asasi

manusia Fase ini dikatakan sebagai new viciimology

Berdasarkan pengertian di atas nampak je las bahwa yang menjadi

obyek pengkajian dari viktimologi diantaranyu pihak-pihak mana saja yang

terlibat atau mcmpengaruhi terjadinya suatu viktimisasi kriminal

bagaiinanakah respon terhadap suatu viktimisasi kriminal faktor penyebab

terjadinya viktimisasi kriminal bagaimanakah upaya penanggulangannya

dan sebagainya

C R u a i i g L i n g k u p Victimologi

Vikt imologi mencliti topik-topik teiilang korban scperti peranan

korban pada terjadinya kejahatan hubungan antara pelaku dengan korban

rentannya posisi korban dan peranan korban dalam sistem peradilan pidana

Selain itu menurut Muladi viktimologi merupakan suatu studi yang bertujuan

untuk

1 Menganaiisa berbagai aspek yang berkaitan dcngan korban

2 Berusaha untuk memberikan penjelasan sebab musabab terjadinya

vikt imisasi dan

3 Mengembangkan sistem tindakan guna mengurangi penderitaan manusia

^Suryono Ekolaina ST Harum Pudjianlo RS dan G Wiraiama Abortus Iruvocalus Ba^ Korban Perkosnan Persxkif Viktimologi Kriminologi Jan Hukum Pidana Edisi PcrUtma Culakari lurlunii (Jakiiria Univcrsilas AlmaJaya 2001) liul 174 ^ibidMl I7()

12

Menurut JE Sahetapy ruang lingkup Viktimologi meliputi bagaimana

sescorang (dapat) menjadi korban yang ditentukan oleh suatu victimity yang

lidak selaiu berhubuiigan dengan masalah kejahatan termasuk pula korban

kecelakaan dan bencana alam selain dari korban kejahatan dan penyalah

gunaait kekuasan^ Namun dalam perkembangannya di tahun 1985

dipeiopori oleh Separovic yang mempelopori pemikiran agar Viktimologi

khusus niengkaji korban karena adanya kejahatan dan penyalahgunaan

kckuasaan dan tidak mengkaji korban karena musibah alau bencana alam

karena korban bencana alam di iuar kemauan manusia out of mms will)

D Jenis dan Penggolungan Narkotika dan Psikotropilta

Dari kata penyalahgunaan narkoba menandakan bahwa narkoba tidak

selalu beimakna negatif Dengan begilu narkolika dan psokitropika yang

digunakan dengan balk dan benar oleh dokter unluk mengobati pasiennya

tidak termasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang disaialigLmakan Di

dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA (Narkotika Psikolropika

dun Zat ditir Lainnya) Dalam penelitian ini hanya dibahas tentang

narkotika dan psikolropika maka sebelumnya dipaparkan terlebih dahulu

berbagai jenis narkotika dan psikotropika sebagai berikut

a) Narkolika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari lanaman atau

TbUi Miiiadi HAM Halam Persepkiif Sislem Peradilan Pidana datam Muladi (cd) Hak Asas) Manusia Hakclal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspeklif llukum dan Masyarakat (Bandung Refikii Aditama 2005) hal lOX VfiWDial 109 Subagyo Partediharjo Op cil hal 11

13

bukan tanainan baik sintesis maupun bukan sintesis yang dapat

menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa

Zat ini dapal mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat

meninibulkan ketergantungan Menurut Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika Narkolika adalah at atau obat yang

berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun

semisimetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri

dan dapat nienimbulkati ketergantungan yang dibedakan kc dalam

golongan-goiongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang in i

Narkotika memiliki daya adikasi (ketagihan) yang sangat berat

Narkolika juga memiliki daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual

(kebiasaan) yang sangat tinggi Ketiga sifat narkolika ini yang

menyebabkan pemakai narkotika tidak dapat lepas dari cengkeramannya

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

Jenis jenis narkotika dibagi ke daiam 3 (tiga) kelompok yaitu narkotika

golongan I golongan I I dan golongan I I I

Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbaiiaya

karemi daya adilifnya sangat tinggi Golongan ini tidak boleh digunakan

untuk kcpentingan apapun kecuali unluk penelitian atau ilmu

pengetahuan Contohnya adalah ganja heroin kokain inorfin opium dan

lain-lain Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya

Ibid Posal 1 Ayal (I) Unilung-Undang Nomor 3 Tahun 2009 lenlang Narkotika

14

aditifkual tclapi bcrmaiilaal untuk pcngohatan dan penclilian tlonluhnya

adalah petidin dan turunannya benetldin belamctadol dan lain-iain

Sedanikaii narkulika golungaii Ml adalah narkotika yang niciniliki daya

aditif riiigan tetapi bermanfaat untuk penghatan dan penelitian Contohnya

adalali kudcin dun turunannya^

Berdasarkan cara pcmbuatannya narkotika dibedakan ke dalam 3

(tiga) golongatt juga yaitu narkolika atami narkotika semlsimesis dan

narkotika sintesis Dijelaskan sebagai berikut

1) Naikotika alami

Narkotika alami adalah narkotika yang zat aditithya diambil dari

(umbuhlumbuhan (atam) Contohnya

u tjaiija

Ganja adalah tanaman perdu dengan daun menyerupai daun

singkong yang tepinya bergerigi dan berbulu lialus Jumlah Jari

daunnya selalu ganjil yakni 5 7 9 Tumbuhan ini banyak lumbuh di

iieberapa daerah di Indonesia seperti Aceh Suinalera Ulara

Sumatera Selaian Pulau Jawa dan lain-lain Daun ganja ini sering

iligunakiin sebagai bumbu penyedap masakan Bila digunakan

ebagai bumbu iiuisak daya adilifnya rendah Namun lidak

ilemikian apabila dibakar dan asapnya dihirup Cara

|)cnyalahgunaunnya adalah dikcringkan dan dicampu dengan

icmbakiiii rokok atau dijadikan rokok lalu dibakar serta dihisap

Subagvo PurtoJiharjo Op cil hal 11-12

15

b Ilaisis

Hasis adaiah lanaman serupa ganja yang lumbuh di Amcrika

Latin dan Eiopa Daun ganja hasis dan mariyuana Juga dapat

disuling dan diambil sarinya Oatam bentuk cair harganya sangat

mahai Gunanya adalah unluk disaiahgunakan oleh pemadut-pemadal

kelas tinggi

c Koka

Koka adalah lanaman perdu mirip pohon kupi Huahnya yang

inatang bcrwama inerah seperti biji kopi Dalam komunitas

masyarakat Indian Kuno biji koka sering digunakan untuk

inenambah kekiiatan orang yang bcrperang atau bcrburu binalang

Koka kemudian bisa diolah menj adi kokain

d Opium

Opium adaiah bunga dengan bentuk dan wama yang indah

Dari getah bunga opium dihasilkan candu (opiat) Di Mesir dan

daratan Cina opium dahulu digunakan unluk mengobati beberapa

penyakit member kekuatan atau menghilangkan rasa sakil pada

lentara yang terluka sewaktu berperang atau berburu Opium banyak

lumbuh di segiliga emas antara Burma Komboja dan Thailand

atau di daratan Cina dan segitlga emas Asia Tengah yaitu daerah

antara Alganistan Iran dan Pakistan

Dalam kalangan perdagangaii liilernasional ada kebiasaan

ftW hal 14

16

(keliru) tncnamai daerah tempat peuanamuii opium sebagai daerah

emas Diberi nama demikian karena perdagaiigan opium sangat

mengimtiingkan Karena bahayanya yang besar daerah seperti ilu

keliru jika diberi nama predikat emas Daerah sumber produksl

opium sepantasnya disebut segitlga setan atau segitlga iblis

2) Narkotika semisintcsis

Narkotika semisintesis adalah narkotika alami yang diolah dan

diambil zat aktifnya (intisarinya) agar memiliki khasiat yang lebih kuat

schmgga dapat dimanfaatkan untuk kepcnlingan kedokteran

Contohnya

a Morfm dipakai dalam dunia kedokteran unluk menghilangkan rasa

sakit alau pembiusan pada operasi (pcmbcdahan)

b Kodein dipakai unluk obat penghilang baluk

c Heroin tidak dipakai dalam pengobatan karena daya adilifnya

sangat besar dan matifuatnya secara medis belum

ditemukan Dalam pcrdugangan gelup heroin diberi nama

pulaw atau pete atau pt Henlnknya seperti tepun terigu

yang halus pulih dan agak kotor

d Kokain liiisll olahati dari biji koka

3) Naikotika sintesis

Narkotika sintesis adalah narkotika palsu yang dibuat dari bahan

kimia Narkotika ini digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi

oraiig yang menderita kclcrgantungun Contohnya

17

a Ietidin unluk obat bius lokal operasi kccil sunal dan

sebagainya

b Melhadon unluk pengobatan pecandu narkoba dan

c Naltrexon untuk pengobatan pecandu narkoba

Selain unluk pembiusan narkolika sintesis biasanya diberikan

oleh dokter kcpada penyalahgiina narkoba untuk menghcntikan

kebiasaannya yang tidak kuat melawan sugesti (relaps) atau sakaw

Narkotika sintesis berfungsi sebagai pengganti senientara Bila sudah

bciiar-bcnar bcbas asupan narkoba sintesis in dikurangi sedikil demi

sedikit sampai akhimya berhenti total

b) Fsikotropika

Pengertian psikolropika menurut Pasal I Ayal ( I ) Undang-Undang

Nomor 5 Taliun 1997 tentang Psikotropika adalah Zat atau obat baik

alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif

melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusal yang menyebabkan

perubahan khas pada uktivitus mental dan perilaku

Pengertian Psikolropika di daUim Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika tidak ditemukan Hal tersebut sehubungan

dengan ketentuan di dalam Pasal 153 huruf b yaitu Lamplran mengenai

jenis Psikotropika Golongan 1 dan Golongan II scbagaimana tercantum

dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang

Psikotropika (lcmbaran Ncgara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor

10 Tambahan Lcmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671) yang

18

telah (iipindahkan menj adi Narkotika Golongan I menurut UndangUndang

ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku Oleh karenanya dalam Undangshy

Undang Nomor 35 Tahun 2009 tidak ada lagi di dalam pasal-pasal nya

yang mengatur mengenai Psikotropika karena sudah dlmasukkan ke dalam

golongan Narkotika

Sesuai dengan pembahasan dalam penelitian ini masih

berhuijutigar dengan Psikotropika maka Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1997 tentang Psikotropika masih perlu untuk dibahas dalam penelitian ini

Menui iil undangumlang tersebut Psikolropika adalah zal atau obal bukan

narkolika baik alamiah maupun sintesis yang memiliki khasiat psikoaktif

melaiui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan

perubahan khas pada aktivitas nonnal dan perilaku Psikotropika ini

merupakan obat yang digunakan oleh dokter untuk mngobali gangguan

jiwa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tenumg

Psikolropika psikotropika dikelompokkan ke dalam 4 (empat) golongan

Golongan I yaitu psikotropika dengan daya aditif yang sangat kuat

belum diketahui manfkilnya untuk pengobatan dan sedang diteliti

khasiiitnya saat ini Contohnya adalah MDMA ekstasi USD dan STP

Golongan U yakni psikolropika dengan daya aditif kuat serta berguna

untuk pengobatan dan penelitian Contohnya adalah amfelamin

metanifetamin metakualon dan sebagainya Golongan IH yakni

psikolropika dcngan daya adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan

dan penelitian Contohnya adalah lumibal buprenorsina flcenilrazepam

19

dan sebagainya Golongan IV yakni psikotropika yang memiliki daya

aditif ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian Contohnya

adalah netrazepam (BK Mogadon Duiiiolid) diazepam dan lain-lain^

Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang

Psikotropika yang dimaksud dengan paslkotoplka adalah zat atau obat

baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif

melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang mcnyebabkan

perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku Psikotropika

dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut

1 Psikotropika golongan I yaitu psikolropika yang hanya dapat digunakan

unluk kcpentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi

sena mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma

ketergantungan Contohnya ekstasi shabu LSD

2 Psikotropika golongan II yakni psikotropika yang berkhasiat

pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi danatau tujuan ilmu

pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma

ketergantungan Contohnya amfetamin metilfenidat atau ritalin

3 Psikotropika golongan III yaitu psikotropika yang berkhasiat

pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi danatau unluk tujuan

ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan

sintlroma ketergantungan Contohnya pentobarbital Flunitrazepam dun

4 Psikotropika golongan IV yaitu psikotropika yang berkhasiat

Ibid ILil 15

20

pengobatan dan sangal luas digunakan dalam terapi danatau unluk

tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan

mengakibatkan sindrom ketergantungan Contohnya diazepam

bromazepam Fenobarbital klonazcpam klordiazepoxide nitrazepam

seperti pil BK pil Kopio Rohip Dum MG

Sedangkan kelompok dan jenLs psikotropika yang sering

disaiahgunakan antara lain

1 Psikostimulansia scperti amfetamin ekstasi dan shabu

2 Scdalif amp Hipnolika (obat penenang obat tidur) seperti MG BK

DUM Pil kopio dan lain-lain dan

3 Halusinogenika seperti lysergic acid dycthylamidc (USD) mushroom

Berdasarkan Ilmu farmukologi psikotropika dikelompokkan ke daiam 3

(tiga) golongan yakni dcpresan stinuilan dan halusinogen sebagai

berikut

1 Kelompok dcpresanpcnekan syaraf pusatpenenangobat tidur

Contohnya adalah valium BK rohipnol mogadon dan lain-lain

Jika diminurn obat ini dapat memberikan rasa tenang menganluk

rasa tcnteruni dan damai Obat ini Juga menghilangkan rasa takut

dan gelisah

2 Kelompok stimuiaiiperangsang syaraf pusaianti tidur Conlohnya

adalah amfetamin ekstasi dan shabu Ekstasi berbentuk tablet

berancka bentuk dun wama Amfetamin berbentuk tablet bcrwama

-Aid hal 16-17

21

pulih Bila diiriinuni obal ini mcndalangkan rasa gembira hilangnya

rasa pemiusuhiui hilangnya rasa marali ingin selalu aktif badan

terasa fit dan lidak merasa lapar Daya kerja otak menjadi scrba

cepat namun kurang lerkendali Shabu berbentuk tepung kristal

kasar berwarna pulili hersih seperti garani

3 Kelompok halusinogen Halusinogen adalah obat at tanaman

makanan yang dapat meninibulkan kiiayaian contohnya yailu LSD

Lysergic Acid Dicihyltamide) getah lanaman kaklus kecubung

jamur tertentu (misceiine) dan ganja Bila diminurn spikotropika

jenis in dapat menimbulkan kliayalan tentang peristiwa-peristiwa

yang mengerikan khayalan tentang kenikmatan scks dan

sebagainya Kenikmatan didapat oleh pemakai setelah pemakai sadar

bahwa perisfiwa mengerikan ilu bukan kenyataan atau karena

kenikmatankenikmatan yang dialami walaupun hanya khayalan

BAB III

PEMBAHASAN

A Faktor yang Mcnyebabkan Terjadinya Penyalahgunaan Narkotika dan

Psikotropilta

1 Faktor yang Bersunibcr Dari Individu

Menurut Luthfi Buraja terdapat 3 (liga) pcndekatan untuk

tcrjadinya penyalahgunaan dan ketergantungan terhadap narkotika dan

psikotropika yaitu peridekalan orgunobilogik psikodinamik dan

psikososial Ketiga pendekatan tersebut tidaklah berdiri sendiri melainkan

saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya Dari siidut pandang

organobiologik (sususan syaraf pusatotak) mekanismc terjadinya adiksi

(ketagihan) hingga deperidcnsi (ketergantungan) dikenal dengan dua istilah

yaitu gangguan mental oragnik atau sindrom otak organik seperti gaduh

gelisah dan kekacauan dalam fungsi kognilif (alam pikiran) efektif (alam

perasaanemosi) dan psikomotor (perilaku) yang disebabkan efek

langsung terhadap susunan syaraf pusat (otiik)^^

Sescorang akan mcnjadi ketergantungan terhadap narkotika dan

psikotropika apabila seseorang dengan tems-menenis diberikan zat

tersebut Hal ini berkaitan dengan teroi adaptasi sekuler mum

adaptaiUm) tubuh beradaptasi dengan menambah jumlah teseptor dan seishy

se syaraf bekcrja kcras Jika zat dihenlikan sel yang masih bekerja kcras

Luthll Uaraja Makalali Gangguan Mciilul dan icrilaku Akibut Nurkuba Disampalkim pada Seminar tentang Narkoba di SMK Iptck lakarla hal 2

22

23

tadi mengaiami kelmLisaii yang dari kiar tampak sebagai gejala-gejala

putus obal Gejala putus obat tersebut mcmaksa individu untuk

mengulangi pemakaian zal tersebul

Faktor predisposisi individu dengan gangguan kepribadian (anti

sosial) ditandai dengan pcrasaan lidak puas terhadap orang lain Selain itu

yang bersangkutan tidak inampu untuk berfungsi secara wajar dan efektif

dalam pergaulan di rumah di sekoiah atau di tempat kerja gangguan lain

sebagai penyerta berupa rasa cemas dan depresi Untuk mengatasi

ketidakniainpuan dan mcnghiiangkan kccemasan atau depresinya maka

individu tersebut cenderung untuk menggunakan narkoba Semestinya

individu itu dapat mengobati dirinya dengan datang ke dokterpsikiater

untuk mendapatkan terapi yang tepat sehingga dapat dicegah

keterlibatannya dalam penggunaan narkotika dan psikotropika

Secara umum mereka yang menyalahgunakan narkotika dan

psikotropika dapat di bagi ke dalam 3 (tiga) golongan besar yaitu

1 Ketergantungan primer ditandai dengan adanya kecemasan dan

depresi yang pada umumnya terdapat pada orahg detigah kepfibadlah

yang tidak stabil

2 Ketergantungan simtomatis yaitu penyalahgunaan narkotika dan

psikotropika sebagai salah satu gejala dari tipe kepribadian yang

mendasarinya pada umumnya terjadi pada orang yang kepribadian

psikopatik (anti sosial) kriminal dan pemakaian narkotika dan

Ai4hal K

24

psikotropika untuk kesenangaii sematu

3 Ketergantungan reaktif yaitu terdapat pada remaja karena dorongan

ingin tahii pengaruh tekanan dan lingkungan tenian atau kelompok

sebaya peer group pressure)

Ada beberapa faktor internal dan ekslernal yang mcnjadi penyebab

individu menyalahgunakan dan menjadi ketergantungan terhadap

narkotika dan psikotropika Menurut Sudarsono bahwa penyalahgunaan

narkolika dan psikotropika di latar belakangi oleh beberapa sebab yaitu

1 Untuk membuktikan kebcranian dalam melakukan tindakan-tindakan

yang berbaiiaya seperti ngebut dan bergaul dengan wanita

2 Meniinjukkan tindakan yang menenlung orang tua guru dan norma

sosial

3 Mempermudah penyaluran dan mempermudah perbuatan seks

4 Melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh peiigalamaii-

pengalainan einosional

5 Meneari dan menemukan aril hidup

6 Mengisi kekosnngan dan kesepian hidup

7 Menghilangkan kegelisahan frustasi dan kepepel hidup

8 Mengikuti kemauan kawan-kawan dahim rangka pembinaan solidaritas

dan

9 Iseng-iseng saja dan rasa ingin tahu

Menurut hasil penelitian Dadang Hawari bahwa di anlara faklor-

Sudujsono Kenakalan Remaja cel ii (Jakarta Rineka Cipta 1992) 1ml 67

25

faktor yang berpcran dalam penggunaan narkotika dan psikolropika

adalah

1 Faktor kepribadian anti sosial dan psikopatik

2 Kondisi kejiwaan yang mudah merasa keeewa atau depresi

3 Kondisi keluarga yang meliputi keutuhan keluarga kesibukan orang

tua hubungan orang tua dengan anak

4 Kelompok teiiian sebaya dan

5 Narkotika dan psikotropika itu sendiri mudah diperoleh dan tersedianya

pasaran yang resmi maupun lidak resmi

Menurut Siibagyo Partodiharjo secara individu terdapat beberapa

faktor yang mcmpengaruhi sescorang dapat menyalahgunakan narkotika

dan psikotropika Alasan ini merupakan alasan yang bersumber dari diri

sendin atau pemakai narkotika dan pasikotropika tersebut yakni sebagai

berikut

a Ingin tahii

Perasaun ingin tahu biasanya diniiliki oieh generasi muda pada

umur setara siswa SD SLTP dan SLTA Bila di hadapan sckelompok

anak muda ada seseorang yang inemperagakan uikmatnya

mengkonsumsi narkotika dan psikolropika maka didorong oleh naluri

alami anak muda yaitu keingintahuan maka salah seoariig dari

kelompok itu akan maju mencobanya Selain didorong oleh

keingintahuan keberaniannya juga karena didesak oleh gejolak dalam

Mardiini foc cil hai 102 ^ Subagyo RatoiJlliarjo ioc cil liiil 72-74

26

jiwanya yang ingin dianggap hebal pemberani dan pahlawan di antara

temanteinan sehayanya Maka jatuhlah satu orang anak dalam pelaku

setan

Dalam kondisi seperti itu reaksi kawan-kawan sebayanya

berbeda-bcda

1 Ada yang ingin menyaingi menunjukkan bahwa dirinya lebih hebat

lagi lalu memakai

2 Ada yang ingin tahu kemudian ikut memakai dan

3 Ada yang sella kawan lain ikut memakai juga

Sikap seperti inilah yang menyebabkan bandar atau pengedar

senang Mereka meiigincar generasi muda mahasiswa atau pclajar

karena 2 (dua) pertimbaiigan

1) Kalau salah satu anak muda kena maka anak muda yang lainnya

ikut kena sehingga konsumen cepat bertambah dan

2) Kalau anak muda kena maka anak muda tcrsebut akan mcnjadi

pemakai selia dalam waktii yang lama Berbeda dengan orang tua

yang cepat maii keuntungan komersial yang diperoleh dari

kelompok anak muda ini akan banyak

b Ingin dianggap hebal

Pcrasaan ingin dianggap hebat biasanya dimiiiki oleh generasi

muda Sepcrti ditcrangkan di atas salah satu sifat alami yang positif

dari generasi muda adalah daya saing Sayang sekali karena

kelidaktahuan sifat positif ini juga dapat dipakai untuk masalah negatif

27

Silat positif ini scharusiiya didorong unluk berlomba daluin preslasi

pada bidang pcndidikan kesenian olah raga dan lain-lain yang

bermanfaat bagi kehidupan

Bila sikap ingin berkonipctisi ini diarahkan untuk

mengkonsumsi narkolika dan psikolropika akibatiiya sungguli

mengerikan yailu kcgagalan hidup dan kesengsaraan Pemakai hanya

dapat dianggap hebat oleh lingkungan kecil pcniakai narkotika dan

psikotropika Di masyarakat luas pemakai hanya menuai cerca dan

nista

c Rasa setia kawan

Perasaan setia kawan sangat kuat dimiiiki oleh generasi muda

Jika lidak mendapatkan penyaluran yang posilif sifai positif tersebut

dapat berbahaya dan mcnjadi negatif Bila (cmannya memakai

narkotika dan psikotropika maka individu tersebul ikut juga memakai

Bila temannya dimarahi orang tuanya atau dimusuhi masyarakat maka

pemakai membela dan ikut bersimpatik

Sikap seperti itulah yang menyebabkan anak ikut-ikutan

Awalnya hiuiya satu orang yang merokok kemudian semuanya menjadi

perokok Setelah semuanya merokok sntu orang mulai memakai ganja

lalu yang lainnya ikut sehingga menjadi sekawanaii pemakai ganja

Selelah semua memakai ganja satu orang memakai ekstasi kemudian

semuanya ikut demikian selerusnya meningkat menjadi shabu dan pada

akhirnya menjadi pemakai putaw

28

d Rasa kccewa truslasi kcsai

Pcrasaan kesal kcccwa atau (rustasi biasanya terjadi karena

kegagalan pada generasi muda eksckutif mudu suami atau istri

Pcnggiiiiaan narkotika dan psikolropika pada kelompok ini bertujuan

untuk sesaat melupakan kekccewaan kckesaian dan fi-uslasi Kondisi

masyarakat yang carut martit tclah banyak melahirkan kekccewaan

kekesalan bahkan Iruslasi Narkolika dan psikotropika dapat

melupakannya sesaat tetapi tidak untuk mengatasi masalah yang

sesungguhiiya

Hubungan buruk yang disebabkan oleh kcgagalan

berkomuiiikasi antara orang tua dengan anaknya dapat menyebabkan

rasa kesal Hal ini mcnjadi faktor pemicu pemakaian narkotika dan

psikotropika oleh anak Intcraksi anlara orang tua dcngan anak tidak

cukup hanya berdasarkan niat baik Cora berkoniunikasi juga harus

baik Masing-masing pihak harus memiliki kcsabaran untuk

menjclaskan isi hatinya dengan cara yang tepat Banyak sekali konfllk

di dalam rumah tangga yang terjadi hanya karena salah paham atau

kekeliman berkoniunikasi Kekeliruan kecil itu dapal bcrakibat fatal

yaitu masuknya narkotika dan psikotropika ke dalam keluarga

Kekccewaan kekesalan dan frustasi dapal terjadi karena

kekeliruan dalam berkomunikasi terhadap beberapa faktor berikut i n i

I ) Komunikasi anak dengan orang tua

IbUI hiiJ 74

29

2) Komunikasi antar anak

3) Komunikasi di lingkungan eksekulifinuda dan

4) Komunikasi antara suami istri

e Ingin bebus dari rasa sakil atau pusing

Penderila pcnyakit beral yang kronis dan tidak kunjuiig sembuh

misalnya Ranker hati luka bakar uka tusuk wasir Ranker paruparii

migreii eneok pengapuran dan lain-lain sclalu merasakan sakit yang

iuar biasa karena penyakitnya Rasa sakit tersebut sering kali tidak

dapat dihilangkan dengan obat pengtiiiang rasa sakit biasa (anaigetik)

sehingga peiiderilanya mencoba narkotika atau psikotropika

Narkotika maupun psikolropika dapat menghilangkan rasa sakit

tersebut tetapi tidak menyembuhkan penyakitnya Ceiakaiiya pemakai

yang bersangkutan malah mendapat maslah baru yaitu ketergantungan

dengan segala komplikasinya yang justru menjadi lebih berbahaya

f Ingin menikmati rasa gembira tampii lincah energik dan mengusir

rasa sedih dan malas

Para eksekudf dan sciebritis biasanya memiliki gaya hidup yang

trendi Mereka merasa dituntut untuk selalu lampil lebih prima Dengan

mengkonsumsi naikotika atau psikolropika mereka dapat tampii prima

dan percaya diri karena kehilangan rasa malu walaupun sesungguhnya

tidak demikian

Perasaan hebat tersebut di atas seharusnya dicapai melaiui tekun

berolah raga hidup teratur meningkatkan kualitas fisik mental

30

inlclckUial dan mocaiiiyii Riikan ineiigamhit jalan piiitas dcngan tampii

seotah-olah prima niclalui manipulasi atau lipuan melaiui

mengkonsumsi narkotika atau psikolropika tersebut Pcnampilmi prima

yang semu atau atau tipuan itu lambat laun akan terungkap juga

sehingga [ania-keiamaan akan kelahuari juga jati dirinya yang

sesungguhnya itu

g ingin tampii iangsing

Narkolika dan psikotropika terscbut juga banyak digunakan oleh

artis dan ibu-ibu rumah tangga yang berbadan gemuk untuk

melangsingkan lubtihnya Narkotika alau psikotropika dengan jenis

tertentu ada juga yang dapat menghilangkan nafsu makan sekaligus

menambali aktivitas fisik sehingga dapat menurunkan beral badun

h Takut mengalami rasa sakit (sakaw)

Pengguna jenis narkotika atau psikolropika tersebut yang sudah

menjadi pemakai tetap (pemadat) akan mengalami rasa sakit (sakaw)

bila tidak memakainya Karena takut merasakan penderitaan maka

pemakai tersebut terus memakainya sehingga menjadi pemakai yang

sella junkies) Banyak pemakai narkotika dan psikotropika ini yang

setia adalah orang-orang yang merasa terpaksa memakai sebab kalau

lidak memakainya mereka akan mengalami sakaw

Kebanyakan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika

dimulai atau terdapat pada masa remaja sebab masa remaja yang

sedang mengalami perubahan biologik psikologik maupun sosial yang

31

pesat merupakan individu yang rentan untuk nienyaiahguriakan

narkotika maupun psikotropika terscbut Anak atau remaja dcngan ciri-

ciri tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi

penyalahgunanya Ciri-ciri tersebut anlara lain^

a Cenderung memberontak dan menolak otoritas

b Cenderung memiliki gangguan j iwa lain (komorbiditas) seperti

depresi cemas psikotik keperibadian dissosial

c Perilaku menyimpang dari aluran atau norma yang berlaku

d Rasa kurang percaya diri low selw-confulence) rendah diri dan

memiliki citra diri negatif (ow setf-esleem)

e Sifal mudah keeewa cenderung agresif dan destruktlf

f Mudah murung pemalu pendiam

g Mudah merasa bosan dan jenuh

h Keingintahuan yang besar untuk meneoba atau penasaran

i Keinginan untuk bersenang-senang [just for fun)

j Keinginan untuk mengikuti mode karena dianggap sebagai lambang

keperkasaan dan kehidupan modem

k Keinginan untuk diterima dalam pergaulan

1 Identitas diri yang kabur sehingga merasa diri kurang jantan

mTidak siap mental untuk menghadapl tekanan pergaulan sehingga

sulit mcngambil keputusan untuk menolak tawaran NAPZA dengan

tegas

Tom Kus dan Tedi Btihava NAPZA Bagi Pelajar (Bandung Yayasan Al-Ghilari Morgan im) hal 14

32

n Kemampuan komunikasi rendati

o Melarikan diri dari scsuatu (kebosaiian kcgagalan kekccewaan

kclidakmampuan kesepian dan kegcliran hidup dan lain-lain)

p Putus sekoiah dan

q Kurang menghayati iman atau kcpcrcayaaiinya

Menurut Tim Badan Narkotika Nasional hahwa terdapat

beberapa iaklor yang menyebabkan sescorang alau individu

menyalahgunakan narkolika dan psikotropika anlara lain

1) Keingintahuan yang besar untuk mcncoba tanpa sadar alau berlikir

panjang tentang akibatnya dikemudian hari

2) Keinginan unluk mencoba-coba karena penasaran

3) Keinginan untuk bersenang-senang

4) Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya hidup

5) Keinginan untuk dapat diterima daiam suatu kelompok

6) Lari dari masalah kebosanan atau kegetiran hidup

7) Pengertian yang salah bahwa mcncoba sckali-kali lidak akan

menimbulkan masalah

8) l idak mainpu alau tidak berani menghadapl tekanan dari lingkungan

alau kelompok pergaulan unluk menggunakan narkolika dan

psikotropika dan

9) Tidak Japal atau mampu mengatakan tidak pada narkotika dan

psikotropika

Tim INN Loc di

33

Berdasarkan peinaparaii Icrscbut di atas dengan demikian

bahwa individu didorong oleli beberapa faktor untuk menyalahgunakan

pemakaian narkotika dan psikotropika tersebut sehingga menjadi

individu yang mengalami ketergantungan berikut ini disebutkan

beberapa faktor adalah

1) Ingin tahu dan Ingin mencoba rasa memakai narkotika atau

psikotropika bagi kalangan anak muda)

2) Ingin dianggap lebih hebat dari orang Iain pada orang muda)

3) login membuktikan kesetiakawanan (pada orang muda)

4) Dianggap paling tepat untuk mengatasi perasaan keeewa j en gkel

dan frustasi (pada suami istri yang mengalami konllik rumah

tangga)

5) Dianggap cara yang paling mudah untuk menghalau rasa sakit pada

tubuh (pada penderita penyakit yang kronis)

6) Dianggap cara yang paling ampuh untuk mendapatkan perasaan

tenang damai atau gembira (pada suami istri yang mcnghadapi

konflik rumah tangga)

7) Dianggap cara yang paling mudah untuk melangsingkan lubuh (pada

ibuibii rumali tangga atau wanita yang bertubuh gemuk)

2 Faktor yang Bersumlicr dari Lingkungan

Faktor lingkungan tidak mampu mencegah atau mengurangi

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika bahkan membuka kesempatan

pemakaian narkotika dan psikotropika Yang dimaksud dcngan faktor

34

kesempatan di sini adalah tersedianya siluasi-situasi yang nieiiiungkinkan

untuk memakai narkolika atau psikolropika di waktu-vvaklu luarig di tempat

rekreasi atau hiburan diskotik pesia dan lain-lain Atau mungkin lingkungan

masyarakat yang tidak mampu mengendalikan bahkan membiarkan penjualan

alau pcrcdaran geiap narkotika dan psikotropika misalnya karena lemahnya

penegakan hukum penjualan narkolika dan psikotropika secara bcbas bisnis

narkotika dan psiktilropika yang terorganisir mudahnya memperoleh

narkotika dan psikotropika dan lain-lain

raklor yang bersumber dari lingkungan yang mcnyebabkan individu

dapat menyalahgunakan pemakaian narkotika dan psikotropika merupakan

laktor kontribusi masukaii dari Iuar individu) dimana sesttorang dengan

kondisi keluarga tidak baik akan merasa tertekan dan rasa lertekan inilah

sebagai faktor penyerta bagi dirinya untuk terlibat dalam penyalahgunaan

narkotika dan psikotropika tersebut Disfungsi keluarga yang dimaksud antara

lain adalah keluarga yang tidak utuh kedua orang tua yang tcrlalu sibuk dan

lingkungan interpersonal dengan orang tua yang tidak baik Di samping itu

faktor pencetus seperti pengaruh teman sebaya tersediu dan mudah

didapatkan mempunyai andil sebagai faktor pencetus sescorang atau individu

terlibat ke dalam penyalahgunaan yang mengakibatkan ketergantungan

terhadap narkotika dan psikotropika Dari sudut pandang psikososial

penyalahgunaan narkotika dun psikolropiku dapat terjadi sebagai akibat

negatif dari intcraksi tiga kiitub sosial yang tidak kondtisif yaitu kutub

Lulhli ilurnju Op cil

35

keluarga kutub sekolahkupus dan kulub masyarakat

Faktor lingkungan meliputi faktor kciuarga dan lingkungan pergaulan

balk dlsekltar rumah sekoiah teman sebaya maupun masyarakat Banyak

pengguna Narkotika dan Psikolropika yang berasal dari keluarga yang lidak

harmonis Keluarga seharusnya mcnjadi wadah untuk menikmati kebahagiaan

dan curalian kasih sayang wahana silih asih silih asah dan silih asuh

Namun pada kenyataannya keluarga sering sekali justru menjadi pemicu

sang anak mcnjadi pemakai hal tersebut disebabkan karena kciuarga tersebut

kacau balau Hubungan antara anggota keluarga dingin bahkan tegang atau

bermusuhan

Komunikasi antara ayah ibu dan ariak-anak sering sekali

menciptakan suasana konflik yang tidak berkesudahan dimana bahwa

penyebab konllik tersebut sangal beragam Solusi semua konflik adalah

komunikasi yang baik periuh pcngerlian saling menghargai dan menyayangi

serta ingin selalu membahagiakaii

Konflik di dalam keluarga dapat mendorong anggota keluarga merasa

frustasi sehingga lerjebak memilih narkotika dan psikolropika sebagai

solusinya Biasanya yang paling rentan terhadap stres adalah anak kemudian

suami dan istri sebagai benleng terakhir Beberapa faktor yang bersumber

dari lingkungan keluarga yang dapat mempengaruhi seseorang atau individu

tertentu icrjun kc dalam lingkungan penyalahgunaan narkotika dan

36

psikotropika tcrsebut antara lain adatuh

a Koniimikasi niang tua-aiiak kiii-ang baikcfektif

b Hubungan dalam keluarga kunmgharmonisdisfimgsi dalam keluarga

c Orang tua bercerai bcrscitngkub atau kawin lagi

d Orang lua tcrlalu sibuk aUiu tidak acuh

e Orang tua oloriter alau scrba melarang

f Orang tua yang serha nieinbolehkan (pcrmisil)

g Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teiadan

h Orang tua kurang peduli dun tidak tahu dengan masalah narkolika

i Tata terlib alau disiplin keluarga yang selalu bcrubah (kiiiaiig konsisten)

j Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam kciuarga

dan

k Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahguna narkotika

dan psikotropika

Sitimsi buruk dalam keluarga yang soring menyudiitkan anak ke arah

narkotika dan psikotropika adalah

1) Anak merasa kurang mendapatkan kasih sayang dalam keluarga merasa

kesal keeewa dan kesepian

2) Anak merasa kurang dihargai kurang mendapatkan kepcrcayaan dun

selalu dianggap salah

3) Anak mengalami konflik dengan orang tua dalam masalah pacaran

memilih pasangan hidup atau meneniukan pilihan profesi cila-elta dan

Mardani Loc cil lial 99 AW hal 100

37

sebagainya

4) Anak kesal dan keeewa karena ayah dan ibuiiya kurang lianiionis dan

sering bertcngkar (broken home)

5) Suami thtsirasi karena tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapinya

dengan islrinya

6) Istri fnistrasi akibat konllik dengan suami tentang masalali ekonomi atau

adanya wanita lain di samping suami

Banyak pengguna narkotika dan psikolropika yang pada awalnya

dimulai karena pengaruh dari orang lain Bentuk pengaruh dari orang lain itu

dapat bervariasi mulai dari bujuk rayu lipii daya sampai kepada paksaan

a) Tipu Daya

Banyak anak yang ditipu oleh kenalon teman sahabat atau pacar

Seperti mengajak meraka untuk memakai narkotika dan psikolropika

dengan bemacam-macain tipuan Dengan alasan yang digunakan bahwa

narkotika dan psikotropika adalah vitamin obat pil pintar pil sehat atau

food supplement Tipuan itu dapat juga berupa bujukan bahwa narkotika

dan psikotropika tidak tcrlalu berbahaya kalau tahu raliasianya Banyak

orang di dalam masyarakat yang dikira orang baik-baik namun lemyata

pengedar narkotika dan psikotropika Walaupun orang itu adalah kawan

sahabat saudara atau pacar sebagai pengedar penipu tersebul akan tcga

menipu maupun menjebak kita Pengedar narkotika dan psikotropika

sangat pandui mcmasarkan narkotika dan psikotropika tersebut Dengan

menawarkan narkotika dan psikotropika sebagai mmn food supplement

38

pil scliat pil pintar dan sebagainya Dengan lipuan ini korban dari

kalangan kciuarga hannonis akan terjcrumus ke dalamnya Saat ini banyak

pemakai narkolika dan psikotropika dari keluarga harmonis bukan hanya

bull dari keluarga berantakan Banyak pekerja mahasiswa atau pelajar yang

tampii ioyo tertipu ketika kepadanya ditawarkan pil sehat vitamin atau pil

pintar Banyak pemuka agama juru dakwah atau pengkhotbah yang

tertipu karena pil sehal yang dlbelinya adalah narkotika dan

psikotropika Reaksi pemakaian narkotika dan psikotropika mula-mula

terasa menyehatkan dan membuat si korban tipuan terscbut sukses dalam

berdakwah atau berkhotbah Ibu rumah tangga juga dapat tertipu karena

ditawari pil pelangsing oleh saudara atau teman dalam arlsan dan lain-

lain Mulanya karena tipu daya akhimya setelah lerjebak menjadi

biasa

b) Bujuk rayu

Waftiia camlk pengedaf ftaTkotlka dan psikotFoplka biasanya menjebak

mangsa melaiui bujuk rayu Untuk memasarkun narkotika dan

psikotropika pengedar tersebut memilih profesi sebagai wanita penghibur

atau Wanita Tuna Susiala (WTS) Banyak eksekutif muda pekerja atau

bos-bos yang mulai memakai narkotika dan psikotropika karena rayuan

pekerja seks komersial hostess dan sebagainya Dalam mcmasarkan

narkotika dan psikotropika wanita tersebut merayu akan mau melayani

kencati kalau bersama-sama mengkonsumsi narkotika dan psikotropika

Subagyo Purlodlhario Loc cil hal 78

39

lebih dulu Muta-mula kurban memakai narkotika dan psikotropika karena

tergoda namun akhimya menjadi terbiasa

c) Paksaan

Banyak anak muda yang mengawali pemakaian narkotika dan psikotropika

karena dipaksa oleh sekawanun alau seseorang yang mengancam akan

mencelakainya Banyak pclajar atau nialiasiswa mengawali kebiasaan

memakai narkotika dan psikotropika dari keadaan terpaksa diancam oleh

sekawanan preman yang menghadang di tengah jalan Dari kelompok ini

pula terjaring pemakai yang berasal dari keluarga hannonis

Lingkungan sekoiah bagi pelajar tingkat SD SMP dan SMA

merupakan tempat yang stratcgls bagi para pelajar untuk menunjukkan jati

dirinya sehingga mereka terjun kepada penyalahgunaan narkotika dan

psikotropika ini faktor sekoiah yang merupakan bagian tcrpcnting yang

mempengaruhi adalah

a Sekoiah yang kurang disiplin

b Sekoiah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjiial narkotika atau

penjual psikolropika

c Sekoiah yang kurang member] kesempatan pada siswa untuk

mengembangkan diri secara kreatif dan positif

d Adanya murid pengguna narkotika atau psikotropika

Kartini Kurtono op cil hivl 124

40

B Pengaturan Sanksi Pidana Terhadaj) Pcnyalahgunaaan Narkotika dan

Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau

dari Perlindungan Terhadap Korban

Dalam hukum pidana di Indonesia terdapat adanya

ketldakseimbangan antara perlindungan korban kejahatan dcngan pelaku

kejahatan pada dasarnya mempakan salah satu pengingkaran dari asas setiap

warga negara bersamaan kcdudukannya dalam hukum dan pcmerinlahan

sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 sebagai

landasan konstitusional Perlindungan korban memiliki hubungan cral dcngan

teori pemidanaan yang dikemukakan Wirjono Prodjudikoro tujuan

pemidanaan adalah untuk niemenuhi rasa keadilan^

Ada Juga yang mengemukakan bahwa tujuan pemidanaan dapat

dilihat melalul 2 (dua) leorl mengenai alasan-alaitan yang membenarkan

(justification) penjatuhan hukuman (sanksi) yaitu Teori Absolut

(Vergeldingslheorie) dan Teori Relatif atau Doeitheorie Menurut Teori

Absolut (Vergeldingslheorie) tujuan pemidanaan sebagai pembalasan

terhadap para pelaku karena telah melakukan kejahatan yang mengakibatkan

kesengsaraan lerhadap orang lain alau anggota masyarakat sedangkan

Roeslan Saleh mengatakan sebagai reaksi-reaksi atasdelik yang berwujud

suatu nestapa yang scngaja dilimpakan ncgara kcpada pembuat delik

Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana Cctakan Iuriania (Jakarta Sinar Gnitlka2(W5)hii4

lcduu Mdipaung Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cctakun IcrliirMii (Jukiirtu Sinur Gratika 2005) hal 4

kiwsUin Saleh Shdsel Pidana Indonesia (Jukarlu liinn Aksara 19K7) hal 5

41

Menurut Teori Relatif Doeltheurie) tujuan pemidanaan adalah

a Menjerakan agar si pelaku atau terpidana menjadi jera dan tidak

mengulangi lagi perbuatannya specials presenile) sena masyarakat umum

agar mengertahui jika melakukan perbuatan yang sama akan mengalami

hukuman yang serupa atau disebut pula generalpreventte

h Memperbaiki pribadi si terpidana berdasarkan perlakuan dan pcndidikan

selama menjalani hukuman terpidana merasa menyesal dan tidak akan

mengulangi perbuatannya dan kcmbali kepada masyarakat sebgai orang

baik dan berguna dan

c Mcmblnasakan (menjatulikan hukuman mat) atau mcmbuat terpidana tidak

berdaya dengan menjatuhkan hukuman seiimur hidup

Pandangan di atas sangatlah wajar apabila beranjak dari pandangan

bahwa hukum pidana adalah hukum sanksi (hifzonderesancUerechl) sebab

dengan bertumpu pada sanksi itulah hukum pidana difungsikan untuk

menjamin keamanan ketertiban dan keadilan Dalam perkembangannya

ternyata tidak semua sarjana menyclujui maksud diadakannya pidana scperti

itu (sebagai suatu nestapa) karena muncul pendapat bahwa di samping pidana

ditujukan untuk memberikan penderitaan kcpada pelanggar atau mcmbuat

jera pemidanaan juga bertujuan agar pelaku dapat kembali hidup

bermasyarakat sebagaimana mestinya

Alasan yang paling inenonjol lerhadap upaya perubahan tersebut

adalah dengan meniperhatikan sisi kemanusiaan yang mcmandang bahwa

Ucdcn Mirpaung Opcil hal 4

42

sekalipiin tcrsangka telah melakukan kcsalahaii ia telap berkcdmiiikan sebagai

manusia utuh yang harus tetap diperlakukan sama dengan manusia lainnya

dan dilindungi hak asasi manusionya Karena itu pidana penjara saat ini

sedang mengalami masakrisis karena termasuk jenis pidana yang kurang

disukai Banyak kritik tajam ditujukan terhadap jenis pidana perampasan

kemerdekaan ini baik dllihat dari sudut efektifitasnya maupun dilihat dari

akibat-akibat lainnya menyertai atau berhubungan dcngan dirampasnya

kemerdekaan seseorang

Banyaknyu kritik yang diarahkan pada bentuk pemidanaan berupa

perampasan kemerdekaan (yang ditujukan untuk membuat jera pelaku)

sehingga berkembanglah bentuk pemidanaan lain yang dianggap lebih

manusiawi yaitu penjatuhan pidana berupa denda atau pemberian ganti

kerugian kepada korban Pemberian ganti kerugian pada awalnya merupakan

konsep kcperdalaan seperti halnya dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata yang mewajibkan setiap orang yang menyebabkan orang lain

menderita kerugian untuk membayar ganli rugi Dalam perkembangannya

konsep ini diterupkan pula dalam hukum pidana mengingat akibat yang

ditimbulkan pada korban tindak pidana akan selalu disertai dengan kerugian

baik mental fisik maupun material sehingga sangat wajar apabila korban pun

menuntui ganti kerugian pada pelaku guna memulihkan derita yang

dialaminya

Dengan memperhatikan pada beberapa teori klasik tentang tujuan

Uurtla Nawuwi Ariel Sislem Pemidanaan Menunii Konsep KIHP llaiu dan Latar Helakang Pemlklrannya Hahan Ienalaran Hukum Pidana V Undanu Kupang uinjyful 11 Juli-12 Agustus 1989

43

pemidanaan dapat disiinpulkan bahwa penjatuhan pidana lebih banyak

ditujukan untuk kepeiitingan pelaku dengan kata lain tujuan pemidanaan

hanya dimaksudkan imtuk mengubah perilaku dari pelaku kejahatan agar

tidak mengulangi lag perbuatannya sedangkan kcpentingan korban sama

sekali diabalkan

Perlindungan terhadap korban narkotika jika dihubungkan dengan

beberapa teori pemidanaan yang telah dipaparkan di atas maka peneliti

mengkaji bahwa dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang baru ini terdapat kescimbangan antara perlindungan terhadap

pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana bahwa berdasarkan sanksi

baik pidana maupun denda yang terdapat dalam undang-undang ini sangatlah

berat-berat dan tegas ]ni berarti bahwa undang-undang ini lebih

mementingkan korban dari pada pelaku kejahatan narkotika Mengingat

bahwa dengan adanya pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan

korban semakin banyak yang berjatuhan schingga daripada korbnnnya anak

bangsa yang memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara

Indonesia maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-

beratnya lerhadap si pelaku tindak pidana narkotika bahkan pidana mati atau

seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-

undang yang bam ini juga diatur mengenai rehabilitasi terhadap korban baik

korban yang diakibatkan oleh orang Iain maupun karena self victimizing

victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku itu sendiri

44

C Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Seif-

Victimizing Victims

1 Self-victimizing victims uarkotika dau psikotropika

Suatu viktimisasi adalah sebagai suatu permasalahan manusia yang

merupakan kenyataan sosial hal ini disebabkan karena setiap warga negara

berhak mendapatkan rasa aman dan bcbas dari segala bentuk kekerasan

sesuai dengan falsafah Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 Contohnya adalah seseorang akibat perbuatannya memakai

narkotika dapat menimbulkan bahwa si pemakai tersebut menjadi tidak

berdaya upaya dengan kata lain bahwa si pelaku telah menjadi korban

akibat perbuatannya sendiri yang menimbulkan perbuatan kriminal

Penyalahgunaan narkolika atau psikolropika merupakan perbuatan

kriminal karena telah melanggar ketentuan di dalam undang-undang yang

ada yakni Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tetang Psikotropika dan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Terlibatnya si

pelaku kejahatan atau tindak pidana yang menimbulkan kerugian terhadap

dirinya sendiri daiam hal inilah yang disebut dengan istilah self victimizing

victims yang merupakan bagian dari viktimisasi Sehubungan dengan itu

maka Wolfgang menyatakan beberapa Jenis viktimisasi ialah

1 Unrelated victims yaitu korban yang tidak ada hubungannya sama

sekali dengan terjadinya korban misalnya pada kasus kecelakaan

pesawat Dalam hal In tanggungjawab sepenuhnya terletak pada

Utplietin3|il(igspqtcom2()OSIOl|ukum-viktinivl9gihlml diakscs terakhir langgul l2Januari 2015

45

pelaku

2 Provocative victims yaitu seseorang yang secara aktif mendorong

dirinya menjadi korban misalnya kasus selingkuli dimana korban juga

sebagai pelaku

3 Participating victims yailu seseorang yang tidak berbuul tetapi dengan

sikapnya justru mendorong dirinya menjadi korban

4 Biologically weak victims yaitu mereka yang secara tisik memiliki

keleinalian atau potensi untuk mcnjadi korban misalnya orang tua

renla anak-anak dan orang yang tidak mampu bcrbual apa-apa

5 Socially weak victims Yaitu mereka yang memiliki kedudukan social

yang lemah yang menyebabkan mereka mcnjadi korban misalnya

korban perdagangan perempuan dan sebagainya

6 Self victimizing victims yaitu mereka yang menjadi korban karena

kejahatan yang dilakukannya sendiri pengguna obat bius judi aborsi

dan prostitusi

Dalam hal ini kedudukan viktimologi sebagai sebuah ilmu yang

mempelajari tentang korban memiliki peranan yang sangat penting ruang

lingkup viktimologi ini meliputi

1 Semua macam sciiap macam perbuatan kriminal yang mengakibatkan

orang-orang mcnjadi korban

2 Setiap orang atau pihak yang dapat menjadi korban baik orang

perorangan maupun suatu korporasi atau organLsasi

3 Setiap orang atau pihak yang dapal menimbulkan korban artinya

46

dimana disatu sisi orang terscbut dapat merugikan orang iain sehingga

orang tidak merasa aman akibat tindakanya

4 Cara-cara viktimisasi atau penimbulan korban

5 Bentuk-bentuk viktimisasi yang terdiri dari primary viclimizalion

adalah korban individualperorangan bukan kelompok secondary

victimizalion korbannya adalali kelompok misalnya badan hukum

tertiary Victimizalion yang menjadi korban adalah masyarakat luas

nun viciimozaiion korbannya tidak dapat segera diketahui misalnya

konsumen yang tertipu dalam menggunakan hasil produksi

6 Akibat viktimisasi

7 Pengaruh viktimisasi

8 Reaksi atau respons terhadap viktimisasi

9 Penyelesaian viktimisasi dan

10 Pengaturan yang berkaitan dengan viktimisasi (yang menjadi

perhatian viktimologi)

Studi viktimologi akan memberikan pemahaman kepada setiap

individu mengenai hak dan kewajibannya dalam rangka mengantisipasi

berbagai bahaya yang mengancamnya Viktimologi memberikan

sumbangan pemikiran mengenai masalah viktimisasi tidak langsung

dampak sosial polusi industri viktimisasi ekonomi politik dan

penyalahgunaan kewenangan Viktimologi ini juga memberikan dasar

pemikiran dalam penyelesaian viktimisasi kriminal atau factor viclimogen

dalam sistem peradilan pidana

47

Dari perspektif ikalan Korban Napza (IKON) l ial i yang dimaksud

sebagai korban adalah orangperorangan yang menderita secara langsung

dari penyalahgunaan napza dan tennasuk pula keluarga alau tanggungan

langsung dari korban Namun karena hukum dl Indonesia memandang

pengguna napza adaiah kriminal maka terjadilah dampak-dampak negalif

yang dialami oleh pengguna napza yang merupakan korban scperti

diskriminasi kriminallsasi kesehatan dan stigmatisasi Maka sebagai

korban IKON Bali mendorong agar dihentikannyadiskriminasi lerhadap

korban napza mendorong vonis rehabilitasi untuk korban napza

mendorong agar dihentikannya penyiksaan terhadap korban napza dan

yang terakhir adalah mendorong terpenuhinya hak atas kesehatan bagi

korban dan orang terinfeksi HIV Dengan melihat kondisi permasalahan

penanggulangan napza yang semakin tidak menentu dan meningkatnya

jumlah korban napza secara terus-menerus Maka Ikon Bali meminta

1) Penerapan SEMA Nomor 7 Tahun 2009 sebagai pemenuhan hak atas

kesehatan terhadap korban Mpza

2) Meminta kepada Pengadilan Negeri Denpasar untuk menjadi insiator

dalam penyusunan langkah teknis penerapan SEMA Nomor 7 Tahun

2009

3) Meminta kepada selunih instansi tcrkait untuk mulai meiigambil

langkah nyata dalam penanggulangan napza

43 Ibid

48

4) Meminta agar korban napza diperlakukan secara manusiawi tanpa

penyiksaan sligma dan diskriminasi

5) Ikon Bali mendukung secara penuh program-program pemerintab

dalam penanggulangan napza

2 Rehabilitasi terhadap self-victimizing victims

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

merupakan undang-undang yang baru menggantikan Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika Adapun pasal-pasal di dalam

undang-undang in yang mengatur mengenai perlindungan korban adalah

berbagai pasal-pasal yangmencantumkan rehabilitas kepada korban

maupun pelaku tindak pidana narkolika Pasal 1 ayat (16) meneniukan

defenisi mengenai rehabilitasi dipandang dari sisi medis yakni

Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara

terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan Narkotika

Sementara Itu dalam Pasal 1 ayat (17) ditentukan defenisi rehabilitasi

dipandang dari sisi sosial yakni Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses

kegiatan pemulihan secara terpadu baik fisik mental maupun sosial agar

bekas pecandu Narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosia dalam

kehidupan masyarakat

Diimdangkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang merupakan undang-undang baru ini tentu mempunyai

maksud dan tujuannya Adapun tujuan yang terdapat dalam Pasal 4 yang

berbunyi

49

Undang-Undang tentang Narkotika bertujuan

a Menjamin kelersediaiin Narkotika untuk kcpentingan peiayanan

kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

b Mencegah mclindungi dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari

penyalahgunaan Narkotika

c Memberanlas pcredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika dan

d Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi Penyalah

Guna dan pecandu Narkotika

Bentuk perlindungan terhadap korban dan pelaku kejahatan tindak

pidana narkotika di dalajn Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

disebutkan ada 2 (dua) macam yakni pengobatan dan rehabilitasi lerhadap

korban maupun pelaku Pada Pasal 53 ayat (3) tersebul di atas bahwa yang

dimaksud dengan buktl yangsah antara lain surat kctcrangan dokter

salinan resep atau labeletiket Selcngkapnya mengenai pengobatan

ditentukan dalam Pasal 53 yang berbunyi sebagai berikut

(1) Untuk kcpentingan pengobatan dan berdasarkan indikasi medis

dokter dapal memberikan Narkotika Golongan II atau Golongan III

dalam jumlah terbatas dan sediaan tertentu kepada pasien sesuai

dengan ketcnluan peraturan perundang-undangan

(2) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat ( I ) dapal memiliki

menyimpan danatau incmbawa Narkolika untuk dirinya sendiri

(3) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mempunyai bukti

yang sali bahwa Narkotika yang dimiiiki disimpan danatau dibawa

50

untuk digunakan diperoleh secara sail sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan

Mengenai rehabilitasi terhadap korban dan pelaku tindak pidana

kejahatan penyalahgunaan narkotika merupakan suatu kewajiban bagi

pemerintah dan instansi masyarakat Sebagaimana ketentuan dalam Pasal

54 bahwa Pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika

wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial Dalam Pasal 56

disebutkan juga bahwa

(1) Rehabilitasi mcdis Pecandu Narkotika dilakukan di rumah sakit yang

ditunjuk oleh Menteri

(2) Lembaga rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan oleh instansi

pemerintah atau masyarakat dapat melakukan rehabililasi medis

Pecandu Narkotika setelah mendapat persetujuan Menteri

Kemudian dipertegas kembali dalam Pasal 57 bahwa selain melaiui

pengobatan danatau rehabilitasi medis penyembuhan Pecandu Narkotika

dapat diselenggarakan oleh instansi pemerintah alau masyarakat melaiui

pendekatan keagamaan dan tradisional Salah satu tugas dan wewenang

Badan Narkotika Nasional adalah meningkatkan kemampuan lembaga

rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu Narkotika baik yang

diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat

Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 ini terdapat

pengecualian dalam hal luniutan pidana terhadap anak yang masih berada

di bawah umur Misalnya terdapat di dalam salah satu pasalnya yakni pada

51

Pasal 128 ayal ( I ) yang bcrbunyi Orang tua atau wali dari pecandu yang

belum cukup umur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) yang

sengaja tidak mciapor dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6

(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp 100000000 satu juta

rupiah) Tetapi di datam ketentuan tain yakni pada Pasal 128 ayat (2) dan

ayal (3) ditentukan bahwa anak yang masih di bawah umur tidak dapat

dituntut pidami selcngkapnya pasal tersebul berbunyi Pecandu Narkotika

yang belum cukup umur dan telah dilaporkan oleh orang tua atau walinya

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat ( I ) tidak dituntut pidana

(Pasal 128 ayat (2)) dan Pecandu Narkotika yang telah cukup umur

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) yang sedang menjalani

rehabilitasi mcdis 2 (dua) kali masa perawatan dokter di rumah sakit

danatau lembaga rehabilitasi medis yang ditunjuk oleh pemerintah tidak

dituntut pidana

Pada awalnya narkotika digunakan unluk kcpentingan umat

manusia khususnya untuk pengobatan dan peiayanan kesehatan Namun

dcngan semakin bcrkembangnya ilmu pcngclaliuan dan teknologi

peruntukan narkotika mengalami perluasan hingga kepada hal-hal yang

negatif

Di dunia kedokteran narkotika banyak digunakan khususnya

dalam proses pembiusan sebelum pasien diopcrasi mengingat di dalam

narkotika terkandung zat yang dapat mempengaruhi perasaan pikiran serta

kesadaran pusieti Oleh karena itu agar penggunaan narkotika dapal

52

memberikan manfaat bagi kehidupanurnat manusia maka pcredarannya

harus diawasi secara ketat sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 60 sampai

dengan Pasal 63 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang menyebutkan

Pasai 60 ditentukan bahwa

(1) Pemerintah melakukan pembinaan terhadap segala kegiatan yang

berhubungan dengan Narkolika

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meiipuli upaya

a Memenuhi ketcrsediaan Narkotika unluk kcpentingan peiayanan

kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi

b Mencegah penyalahgunaan Narkotika

c Mencegah generasi muda dan anak usia sekoiah

dalampenyalahgunaan Narkotika termasuk dengan memasukkan

pendidikanyang berkaitan dengan Narkotika dalam kurikulum

sekoiah dasarsampai lanjutan atas

d Mendorong dan menunjang kegiatan penelitian danatau

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di brdang

narkolika unluk kcpentingan peiayanan kesehatan dan

e Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis bagi

Pecandu Narkotika baik yang diselenggarakan oleh pemerintah

maupun masyarakat

53

Pasal 61 ditentukan baiiwa

(1) Pemerintah melakukan pcngawasan terhadap segala kegiatan yang

berkaitan dengan Narkotika

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi

1 Narkolika dan Prekursor Narkolika untuk kcpentingan peiayanan

kesehatan danatau pengembangan Hmu pengetahuan dan

teknologi

2 Alat-alat potensial yang dapat disaiahgunakan untuk melakukan

tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkolika

3 Evaluasi keamanan khasiat dan mutu produk sebelum diedarkan

4 Produksi

5 impor dan ekspor

6 Pcrcdaran

7 Pelabeian

8 Tnformasi dan

9 Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Pasal 62 berbunyi Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan

sebagaimana dimaksud dalam Pasai 60 dan pengawasan sebagaimana

dimaksiiddalam Pasal 61 diatur dengan Peraturan Pemerintah Dan dalam

Pasal 63 disebutkan bahwa Pemerintah mengupayakan kerja sama

dengan ncgara lain danatau badan intcmasional secara bilateral dan

multiialeral baik regional maupun internasional dalam rangka pembinaan

dan pengawasan Narkotika dan Prekursor Narkotika sesuai dengan

54

kcpentingan nasional

Berdasarkan biinyi beberapa pasa di atas mengenai pengawasan

terhadap pentingnya peredaran narkotika wajib diawasi secara ketat

dikarenakan saat ini pemanfaatannya banyak untuk hal-hal yang negatif

D i samping itu melaiui perkembangan teknologi informasi dan

komunikasi penyebaran narkotika sudah menjangkau hampir ke semua

wilayah di Indonesia hingga ke pelosok-pelosok Daerah yang sebelumnya

tidak pcrriah tersentuh oleh peredaran narkotika lambat laun berubah

menjadi sentra peredaran narkotika Begitu pula anak-anak yang pada

mulanya awam terhadap barang haram ini telah berubah menjadi sosok

pecandu yang siikar untuk dilepaskan ketergantungannya

Sebelum Iahimya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

mengenai narkotika diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997

tentang Narkotika namun undang-undang ini tidak dapat dipertahankan

lagi keberadaannya karena adanya perkembangan kualitas kejahatan

narkotika yang sudali menjadi ancaman serius bagi kehidupan umat

manusia Pengguna narkotika sangat beragam dan menjangkau semua

lapisan masyarakat mulai dari anak-anak hingga orang dewasa orang

awam hingga artis bahkan hingga pejabat publik

Efek negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan narkotika secara

berlebihan dalam jangka waktu lama serta tidak diawasi oleh ahlinya

dapat

menimbulkan berbagai dampak negatif pada penggunanya baik secara

55

fisik maupun psikis Bahkan tidak janing penggunaan narkotika dapat

memicu terjadinya berbagai tindak pidana Karena itu untuk mencegah

semakin mcluasnya dampak negalif yang ditimbulkan dari penggunaan

narkotika maka pengawasan tidak hanya terbatas pada peredaran

narkotika tetapi juga pada mereka yang menjadi korban misalnya

sescorang yang menderita ketergantungan narkotika (pecandu) Apabila

seorang pecandu narkotika telah divonis bcrsalah oleh hakim atas tindak

pidana narkotika yang dilakukannya maka untuk memberikan kesempatan

pada yang bersangkutan agar tcrbebas dari kecanduaniiya maka hakim

dapat mcmutuskan untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani

pengobatan danatau perawatan

Pengobatan dan perawatan terhadap pecandu narkotika dilakukan

melaiui fasilitas rchabilitasi Rcliabilitasi medis dan sosial yang diberikan

kepada pecandu dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan

kemampuan fisik mental dan sosialnya Selain pengobatan dan perawatan

melaiui rehabililasi medis proses penyembuhan pecandu narkotika dapat

diiaksanakan oleh masyarakat melalul pendekatan keagamaan dan

tradisional

Sebagai conloh di Pakem Sleman Yogyakarta telah didirikan

sualu kliiiik alau Pusat Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkotika

Psikolropika dan Zal-zat Aditiflainnya (NAPZA) Terpadu yang didirikan

atas kerjasania Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dan

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang diresmikan pada tanggal 7

56

Desember 2005 Tujuan umum pendiriaii pusat rehabilitasi terpadu ini

adalah untuk memberikan jaminan penanganan paripurnakepada korban

penyalahgunaan Napza melaiui aspek hukum aspek medis aspek sosial

aspek spiritual serta pengembangan pcndidikan dan pelatihan dalam

bidang NAPZA secara terpadu sedangkan tujuan khususnya adalah

1 Terhindarnya korban dan instilusi dan penelrasi pengedar

2 Terhindarnya kerusakan mental dun masa depan para penyalah guna

Napza yang akan mcmbtinuh potensi pengembangan mereka

3 Terhindarnya korban-korban baru akibat penularan penyakil-penyakit

seperti Hepatitis HIVAIDS dan penyakit menular lainnya

4 Terwujudnya proses pengembangan penanganan korban NAPZA dan

aspek ilmiah serta keiimuan yang dinamis sesuai perkembangan zaman

sebagai pusat jaringan informasi terpadu dan mewujudkan teknis

penanganan penyalahgunaan narkotika dan obat-obalan terlarang bagi

daerah sekitamya maupun nasional

Pemberian perlindungan kepada korban narkotika lentil tidak dapat

dibebankan sepenuhnya kcpada pemeriiilah peran serta masyarakat pun

diharapkan ada salah salunya diterimanya kembali mantan pani pengguna

dalam lingkungannya tanpa melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya

diskriminatif bahkan dengan mcmposisikan mereka sebagai warga keias

dua yang harus dljauhi

Bentuk periindunganyang diberikan terhadap pelaku maupun

Dikdik M ArilMansur dan tUisUiris Guitom loa cil hal 90

57

korban penyalahgunaan narkolika dan psikotropika daiambentuk

rehabilitasi

Rehabilitasi adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang

dilujukan kepada pemakai narkolika dan psikotropika yang sudah

menjalani program kuratif Tujuannya agar pelaku tidak memakai lagi

dan bebas dari penyakit ikutan yang disebabkan oleh bekas pemakaian

narkotika dan psikotropika

3 Tahapan-tahapan rchabilitasi terhadap self-victimizing victims

Tahapan-tahapan rehabilitasi terhadap self-victimizing victims atas

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika yang ada di Indonesia tidak

sama Ada yang menekankan rehabilitasi hanya pada aspek medis ada

pula yang lebih menekankan pada aspek rohani Atau memadukan kedua

pendekatan tersebut dengan komposisi yang seimbang Yang ideal

rehabilitasi seorang korban narkotika dan psikotropika harus dilakukan

secara holisitik baik secara fisik psikis maupun kerohaiiiannya

1 Tahapan pengobatan (rehabilitasi)

Secara umum ada beberapa tahapan yang harus dilewati

Masing-masing tahapan tersebut memakan waktu bervariasi ada yang

seminggii sebulan dan bahkan berbu lan-bulan tcrgantung tingkat

ketergantungan tekad korban dan juga dukungan berbagai pihak

terutama keluarga dalam seluruh proses tersebut Setiap tahapan

Subagjo PiirloUiharjo Loc cU hal 105 ^ E M Giri Prastowo loc cil hal 28 -29

58

tersebut disusun dan dibuat untuk inenganlar pasien secara bertaiiap

melepaskan dari ketergantungan narkotika dan psikotropika Beberapa

tahapan rehabilitasi ini yang disajikan berikut sudah Icruji dapat

menyembuhkan atau memulihkan korban narkotika dan psikotropika

secara maksimal

a Tahapan transisi

Penekanaii dalam tahap ini lebih kepada informasi awal

tentang korbanseperti

1) Latar belakang korban

2) Lama ketergantungan

3) Jenis obat yang dipakai

4) Akibat-akibat ketergantungan dan

5) Berbagai inlbrniasi lainnya

Hal ini penling sehingga pada saatnya akan menjadi acuan

bagi pihak yang terlibat secara intensif dalam proses rehabilitasi

Ahl i yang berkompeten (dokter) akan menganaiisa tingkat

ketergantungan korban untuk kemudian meneniukan tingkat

pengobatan dan tingkat pembinaan bagi si korban schingga terapi

dan metode pengobatan bisa dilakukan secara terukur

Tahapan ini Juga dapat dijadikan rujukan untuk meneari

model rehabilitasi yang paling tepat bagi yang bersangkutan Pada

tahap ini tim rehabilitasi akan membantu korban agar menyadari

dirinya sedang menghadapl masalah ketergantungan narkotika dan

59

psikotropika Korban diajak untuk bersama-sama mengatasinya Hal

ini penting karena proses rchabilitasi tidak akan berhasil tanpa

adanya kesadaran korban tentang adanya bahaya yang dihadapinya

Dari situ akan dibangun tekad dan komitmennya untuk

meninggalkan narkotika dan psikotropika

Selain itu pada tahapan ini akan diteliti akibat fisik dari

penggunaan narkotika dan psikotropika Sejauh mana tingkat

kerusakan syaraf dan organ-organ tubuhnya yang rusak Unluk itu

diadakan pemeriksaaii laboratoriumiengkap dan tes penunjang untuk

mcndeteksi penyakit yang diderita korban A[)abia dalam

pemeriksaan ditemukan satu atau beberapa penyakit maka terlebih

dahulu diadakan pengobalan medis sebelum penderita mendapat

proses rehabilitasi lanjutan Langkah ini penting selain agar tubuh

yang bersangkutan bebas dari penyakit juga untuk mencegah

terjadinya penularan balk kepada korban narkotika dan psikotropika

ini diadakan pembersihan darah pada tubuh pecandu sehingga darah

menjadi bersih dan sistem metabolisme tubuh kembali normal

Proses ini dapat dilakukan melaiui cara-cara berikut

1) Cold Turkey abrupt withdrawal) yaitu proses penghentian

pemakaian narkotika dan psikolropika secara tiba-tiba tanpa

disertai dengan substitusi antidotum

2) Bertaliap atau substitusi bertahap misalnya dengan kodein

^Ibidhal 30

60

methadone CPZ atau clocard selama i -2 minggu

3) Rapid Detoxification dilakukan dengan anestesi umum (6-12

jam) dan

4) Simtomatik tergantung gejala yang dirasakan

2 Rehabilitasi intensif

Setelah melewati masa transisi (pengumpulan informasi tentang

keadaan korban dan latar belakangnya) baru masiik pada fase

berikutnya yakni proses penyembuhan secara psikis Motivasi dan

potensi dirinya dibangun daiam tahap ini Korban diajak untuk

menemukan dirinya dan segala potensinya sambil juga menyadari

berbagai keterbalasannya Bahwa untuk mengatasi masalah hidup yang

bersangkutan tidak perlu harus mengkonsumsi narkotika dan

psikotropika Narkotika dan psikotropika justru menciptakan masalah

baru yang jauh lebih besar dalam hidupnya Narkotika dan psikotropika

bukanlah solusi tetapi menjadisumber masalah Pada tahap ini berbagai

contoh dapat dipcrlihatkan kepada korban

Yang terlibat di dalam tahap ini yang utama adalah korban itu

sendiri sebagai pelaku self-victimizing victims) Korban harus punya

tekad untuk hidup tanpa narkotika dan psikotropika Korban harus bisa

menatap masa depan dengan penuh optimisme Selain yang

bersangkutan peranan keluarga (orang liia dan saudara-saudaranya

suami atau istri) juga sangal pcnling Anggota keluarga ini harus secara

intensifmendampingi dan jnenopang korban

61

Staf di paiiti rehabilitasi para konselor psikolog dan semua

pihak di panti rehabilitasi untuk bersama-sama mcmbangun

kepercayaan diri korban Seluruh proses ini membutuhkan waktu

berbulan-bulan bahkan selama bertahun-tahun tergantung tingkat

ketergantungan dan efeknya bagi korban Berbagai terapi yang

dilakukan selama dalam tahap ini baik yang dilakukan secara pribadi

maupun bersama-sama lewat berbagai aktivitas di panti rehabilitasi

tersebut bertujuan untuk memberdayakan kembali korban yang disekian

lama telah terpuruk oleh narkolika dan psikotropika Sebagai langkah

awal untuk sosialisasi diri dengan masyarakat korban juga secara

bertahap mulai mcmbangun komunikasi dengan orang lain di Iuar

komunitas rehabilitasi

Menurut Romo Lambertus Somar MSG dalam bukunya

Rehabilitasi Pecandu Narkotika dan Psikotropika pada tahap ini ada

tiga titik yang harus dilewati yang lebih dikenal dengan tahapan

stabilisasi pribadi yailu^

1 Secara sadar dan tekun melepaskan diri dari berbagai penyakit dan

akibatakibat lainnya (no to drugs) Tahap ini merupakan tahap

stabilisasi awai atau tahap konsolidasi (comolidation)

2 Menemukan jati diri menguasai kiat-kiat dan keterampilan-

keterampilan untuk menyehatkan serta mengisi hidup secara lebih

bermakna dan bermulu Latihan keterampilan vokasional (kerja) dan

E M Giri Praslowo Loc cil hal 32

62

peiigungkapan diri dari dimulai dibina sebiiigga disebul juga (afiap

pengukuan diri (jyerwtuil appraisal) Inilah lahap slabilisasi

niericiigah (inadya)

3 Dengan inisiatif pribadi orang secara sadar mulai berfikir dan

bertindak untuk mencapai prestasi-prestasi tertentu schingga disebut

juga tahap positive thinking and doing Tahap ini merupakan tahap

stabilisasi akhir

4 Tahap rekonsiliasi Tahapan berikut yang harus dilewati dan sangat

vital adalah tahap rekonsiliasi Tara korban tidak langsung

herinlcraksi secara bebas dcngan masyarakat akan tctiipi lerleblh

dahulu ditampung di sebuah lingkungan khusus selama beberapa

waktu sampai pasien benar-benar siap secara mental dan rohani

kembali kelingkungannya semula Yang paling ulama dalam fase ini

adalah pembinaan mental spiritual keimanan dan ketakwaan serta

kcsepiikatan sosial kemasyarakaian Proses ini bisa meliputi program

pembinaan jasmani dan rohani

Sampai ke tahap ini yang bersangkutan masih tcrikat dengan

rehabilitasi foimal namun sudah mulai membiasakan diri dengan

masyarakat Iuar sehingga merupakan proses resosialisasi (reentry) atau

penyesuaian (reconcilialion) Proses ini melewati tiga titik penting juga

yaitu

1 Tinggal lebih sering dan lebih lama di lingkungan keluarga sebagai

63

teiiipal tinggal tetap atau pun tempat tinggal transit unluk

resosialisasi sambil mclaiijiitkan kegiatan pilihan sebagai penunjang

masa selanjutnya Di sini terjadi perdamaian dan penycsuaian-

penyesuaian kembali dengan lingkungan

2 Rencana masa depan yang jelas dan siap direalisasikaii dengan

dukungan keluarga atau pihak-pihak lain Pada tahap ini korban

dapat memulai aktivitasnya lagi seperti sekolahkuliah mulai bekerja

atau merintis usaha sendiri

3 Kontak awal dengan kelompok-keiompok atau program-program

pemeliharaan lanjut aftercare) Di sini orang meiierima dirinya

seperti apa adanya merasa puas lalu mempercayakan dirinya ke

tangan orang lain

4 Pciiieliharaaii Lanjut Pada tahap ini walaupun secara fisik yang

bersangkutan sudah dinyatakan seliul dan secara psikis pun sudali

pulih namun masih ada kcmungkinan mereka akan tergclincir

kembali icbihlebih saat mereka sedang menghadapl masalah Pada

saat itu bisa Jadi mereka bemostagia dengan menikmati narkolika

dan psikotropika Saat ini juga niwaii Karena itu setiap korban yang

niemasuki tahap inidipersiapkaii sungguh-sungguh agar dapal

melewati dan mengatasi sUuasi rawan ini dengan melewati tiga titik

ini yakni

a Mengubah menghilangkan aUiu menjauhi hal-hal yang bersifat

bid hul 34

64

nostaigia kesenaiigan narkolika dan psikolropika

b Setiap mengikuti program-program dan aeara-acara aftercare

(pemeliharaan lanjut) dan

c Dapat juga mcUbatkan diri dalam gerakan atau kelompok bersih

narkoba dan peduli penanggulangannya

BAB IV

PENUTUP

A Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dipaparkan tersebut di atas peneliti

memberikan beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap

permasalahan di dalam penelitian ini sebagai berikut

Di antara berbagai faktor yang dapat mempengaruhi seseorang atau

individu menyalahgunakan narkotika atau psikotropika terdapat faktor

yang paling duininan yakni laktor yang bersumber dari keadaan keluarga

dan lingkungan bukan karcnn faktor individunya Karena faktor keluarga

yang buruk dan lingkungan yang juga buruk dan saling mendukung dapat

mempengaruhi individu menjadi pelaku lindak pidana penyalahgunaan

narkolika dan psikotropika tersebut dengan kata lain faktor keluarga dan

lingkungan yang buruk ini membuka kesempatan kcpada seseorang untuk

merasakan pergaulan dengan narkotika atau psikotropika sehingga dapal

menimbulkan ketergantungan terhadapnya

2 Perlindungan lerhadap korban narkotika- jika dihubungkan dengan

beberapa teori pemidanaan dalam perspektif Undang-Undatig Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika yang baru terdapai keseimbangan antara

perlindungan terhadap pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana

bahwa berdasarkan sanksi baik pidana maupun denda yang terdapat dalam

undang-undang ini sangatlah bcrat-bcnil dan tegas Ini berarti bahwa

65 bull

66

undang-undang narkotika yang baru tersebut lebih mementingkan korban

dari pada pelaku kejalialan narkotika Mengingat bahwa dcngan adanya

pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan ktgtrban semakin

banyak yang berjatuhan seliingga daripada korbannya anak bangsa yang

memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara Indonesia

maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-beratnya

terhadap si pelaku lindak pidana narkolika bahkan pidana mati atau

seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-

undang yang baru ini juga diatur mengenai rchabilitasi terhadap korban

baik korban yang diakibatkan oleh orang lain niaiipim karena self

victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku ilu

sendiri

Saran

Adapun yang menjadi saran peneliti di dalam penelitian ini yang

menjadi harapan untuk dipcrliatikan bersama adalah sebagai berikut

1 Diharapkan bagi setiap keluarga untuk menjaga keharmonisan melakukan

pengawasan dan mcnanainkan pcndidikan yang benar terutama dalam lial

menyeimbangkan antara emosi inteligensi dan spritual sejak dari din

terhadap anak sebagai benteng terhadap dirinya untuk dapat membentengi

dari pengaruh narkotika dan psikotropika yang semakin mengancam

keadaan lingkungan masyarakat

2 Diharapkan terhadap pemerintah untuk melakukan sosialisasi yang

teriiitegrasi dan menyeluruh terhadap semua lapisan masyarakat baik

67

masyarakat di pedesan (primitlf) maupun masyarakat kota betapa besamya

sanksi pidana dan denda yang digariskan di dalam undang-undang

narkotika dan psikotropika misalnya dcngan mcmpublikasikannya dalam

bentuk billboard di pcrsiinpangan jalan sehingga setiap orang yang lewat

dengan secara otomatis masyarakat akan inengelaliuinya dan

berkemuiigkiiian orang yang membacanya setidaknya tlmbul rasa takut

untuk terjun ke dalam penyalahgunaaan narkotika dan psikotropika

tersebut

D A F T A R PUSTAKA

A Bukii

Arrasjid Chainur Sualu Pemikiran Tentang Psikologi Kriminil Mcdan Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU 1999

Gerson Bawengan Penganlar Psichology Kriminil Jakarta Pradya Pramita 1973

Gosita Arif Masalah Korban Kejahatan Jakarta Akademika Pressindo 1993

Hakim M Ariel Narkoba Bahaya dan Penanggulangannya Bandung Jembar 2007

Hawari Dadang Konsep islam Memerangi AIDS dan NAZA Get X i Yogyakarta Dhana Baktl Priaya 1997

Kaligis OC dan Soedjono Dirdjosisworo Narkoba dan Peradilannya di Indonesia (Retbrmasi Hukum Pidana Melaiui Perundangan dan Peradilan) Bandung PT Alumni 2002

Kartono Kartini Psichology Abnormal Bandung Alumni 1972

Mansur Dikdik M Arif dan Elistaris Guitom Urgensi Perlindungan Korban Kejahalan Antara Norma dan Reaiita Bandung Agustus Fakultas Hukum Universitas Padjajaran 2006

Mardani Penyalahgunaan Narkoba Daiam Perspeklif Hukum islam dan hukum Pidana Nasional Jakarta IH RajuGrufindoPersado 2007

Marpaung Leden Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005

Moelyono Anton M Kumus Besar Bahasa Indonesia Get 11 Jakarta Balai Pustaka 1988

Muladi HAM Dalam Persepkiif Sistem Peradilan Pidana dalam Muladi (ed) Hak Asasi Manusia Hakekal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat Bandung Refika Aditama 2005

dan Barda Nawawi Arlef Bunga Rampai Hukum Pidana Bandung Alumni 1992

Partodiharjo Subagyo Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannyai Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2003

Ioyk Fanny Jonathans Sehiiah Kesehatan Narkoba Sayonara Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2006

Prastowo EM Giri Rehabilitasi Bagi Korban Narkoba Tangcrang Visimedia 2006

Prodjodikoro Wirjono Asas-asas Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005

Roeslan Saieh Stelsel Pidana Indonesia Jakarta Bina Aksara 1987

Soedjono D Segi Hukum Tentang Narkolika di Indonesia Bandung Karya Nusanlara 1977

Hukum Narkolika Indonesia Bandung PT Citra Adtya Baktl i 990

Soekanto Soerjono dan Sri Mumadjj Penelitian Hukum Normalif Suatu Tijnjauan Singkat Jakarta Rajagrafindo Persada 2001

Sudarsono Kenakalan Remaja cet Ii Jakarta Rineka Cipta 1992

Tom dkk Bahaya NAPZA Bagi Pelajar Bandung Yayasan Al-Ghifari Morgan 1999

Tim BNN Materi Advokad Pencegahan Narkoba Jakarta Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia 2005

Yustisia Himpunan Peraturan Pemndang-Undangan Anti Narkoba diterjenialikuii oleh Tim iustaka Yuslisia Yogyakarta iuslaka Yustisia 2006

Waluyo Bambang Penelitian Hukum dalam Prakiek Jakarta Sinar Grafika 1996

Wcda Made Darma Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korporasi dalam niingti Rampai Viktimisasi Bandung Eresco 1995

B Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Pasal 152

Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika22Tahun 1997 tentang Narkotika

Keppres Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkolika Nasional

CInternet

htlpwwwbnngoidportalbariiiiorlalkQnlenpltpniima^Prorilampop^visi niisiamp tnn=lamp diakses tcrakiiir tanggal 13 November 2014

httpthed03hlogspoteom2008l Ohukuiii-viktimolQgihtmk diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014

httpwwwikonbaliorg26062Q(19advokasipctisi-ikon-bali-segera-tcrapkan-semahtml Petisi Ikalan Korban Napza (IKON) dalam rangka menyambut Hari Anti Narkotika (HANI) dan Hari Anti Penyiksaan 2009 diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014

httpwwwsurnekscoidindexphp7pption=^om cpntentampview=articleampid=^1405 2010-kej ati-baru-terapkan-uu-no-3 52009ampcatid=44 ilir-barat-i-bukit-keciIampUemid=94 diakses lerakJiir tanggal 12 Desember 2014

httpidsbvoongcQmexact-sciencesl8Q8652-getielika-dan-keiahatan Faktor Genetik Penyebab Kejahalan diakses terakhir tanggal 10 jaiiuari 2014

httpwwwasiasecuritiescoidsys 12ximagesstories201QEqtiitv2Q Pdf diakses terakhir tanggal 10 Januari 2014

LAMPIRAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

F A K U L T A S HUKUM

K A R T U AKTIVITAS BIMBINGAN SKRIPSI

N A M A MAHASISWA DIANA SAPUTRA

N O M O R INDUK MAHASISWA 50 2011 059

P R O G R A M STUDI I L M U H U K U M

PROG K E K H U S U S A N H U K U M PIDANA

P E M B I M B I N G M S O L E H IDRUS SHMH

l U D U L SKRIPSI P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T U N D A N G U N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I

KONSULTASI

K F -

MATERI YANG

DIBIMBINGKAN

PARAF

PEMBIMBING K E T

luymdash

y^ ^ Tlt2 N ^

7 M e

fSUL

k ^

CATATAN MOHON DIBERI WAKTU MENYELESAIKAN SKRIlSl RUiAN SEJAK TANGGAL DIKELUARKAN DITETAIKAN

DIKELUARKAN DI PALEMBANG PADA TANGGAL KETUA BAGIAN

JUDUL P E N Y A L A H G U N A A N N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG UNDANG N O M O R 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I

P E R M A S A L A H A N 1 Apa yang menjadi faktor tcrjadinya penyalaJigunaan narkotika dan psikotropika

2 Bagaimana pengaturan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspektif victimologi

B A B l P H N D A I i U L U A N A Latar Belakang B Permasalahan C Ruang Lingkup dan Tujuan D Metode Penelitian E Sistematika Penulisan

B A B 11 T I N J A U A N PUSTAKA

A Pengertian penyalahgunaan B Pengertian victimologi C Ruang lingkup victimologi D Jents dan penggolongan narkotika dan psikotropika E Undang Undang yang mengatur tentang narkotika

dan psikotropika

BAB I I I PEMBAHASAN A Faktor yang menyebabkan terjadinya

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika

B Penyalahgunaan narkotika dan psikolropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspeklif victimologi

BAB IV PENUTUP A Kesimpulan

B Saran-saran

DAF1AR PUSTAKA

L A M P I R A N - L A M P I R A N

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM

Lampiran Perihal Kepada

Sistematika penulisan (Outline) Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi YUi NUR HUSNI LMILSON SHSpNMH

Pembimbing Akademik Fakultas Hukum UMP dl-Palembaniz

Assalamualaikum WrWb

Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama DIANA SAPU I RA

Program Kekhususan Flukum Pidana

fada semester Lianjil tatiun kuliati 2UI42UI5 sudah menyelesaikan betian studi yang meliputi MPKMKKMKBMPBMBB (139 sks)

Dengan ini mengajukan pcrmohonan untuk penelitian Hukum dan Penulis Skripsi dengan judul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG-UNDANG N O M O R 35 T A H U N 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I

Demikianlah atas perkenaan Ibu diucapkan terima kasih

Wassalamualaikum WrWb

NIM 50 2011 059 Ilmu Hukum Program Studi

Palembang September 2014 Pemohon ^^--^5

Rekomendasi PAYbs

Pembimbing Akademik

HUSNI EMHSON SH SpN MH

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM

REKOMENDASI DAN PEMBIMBING SKRIPSI

Nama Nim Program Study Program Kekhususan Judul skripsi

DIANA SAPUTRA 50 2011 059 Ilmu Hukum Hukum pidana PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI

I Rekomendasi Ketua Bagian a Rekomendasi

b Usulan Pembimbing

Hukum Pidana

raiemoang iepiemt)er zu 14 KetuaJBagu

LuuTiiiAKNurCsHrR^

I L Penatapan Pembimbing Skripsi Oleh Wakil Dekan I

1 2

Palembang September 2014 Wakil Dekan I

- i poundL Dr Hj SRI S U L A S T R I SH M H

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah i n i Nama Tempat Tanggal Lahir N I M Program Studi Program Kekhususan

DIANA SAPUTRA PetransJaya 15 Januari 1992 502011059 Ilmu Hukum Hukum Pidana

Menyatakan bahwa karya ilmiah skripsi saya yang berjudul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANGshyU N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F VICTIMOLOGI

Adalah bukan merupakan karya tulis orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali daiam bentuk kutipan yang telah kami sebutkan sumbemya

Demikianlah surat pemyataan ini kami buat dengan sebenar-benamya dan apabila pemyataan ini tidak benar kami bersedia mendapatkan sanksi akademis

Palembang September 2014

PERMOHONAN UNTUK MENGIKUTI SEMINAR PROPOSAL

Palembang Oktober2014 Perihal Mohon untuk diiaksanakan seminar

Proposal Penelitian Skripsi

Kepada Yth Ibu Luil Maknun SH MH Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang D i -

Palembang

Assalamualaikum Wr Wb Saya yang bertanda tangan dibawah Ini Nama DIANA SAPUTRA

NIM 50 2011 059

Program Kekhususan Hukum Pidana

Bahwa yang bersangkutan telah layak untuk mer^ikiuti Seminar Proposal rencana penelitian skripsi yang judul PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI

Mohon kiranya yang bersangkutan untuk dijadwalkan mengikuti Seminar Proposal usul Penelitian Skripsi

Demikianlah disampaikan untuk dipertimban^Lan Wassalamualaikum Wr Wb

Pembimbing Skripsi

M SOLEH IDRUS3HMS

H A L A M A N P E R S E T U J U A N U N T U K M E N G I K U T I S E M I N A R P R O P O S A L

Nama DIANA S A P U T R A

N I M 50 2011059

Program studi Ilmu Hukum

Program kekhususan Hukum Pidana

Judui Penelitian PENYALAHGUNAAN N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A

MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI P E R S P E K T I F VICTIMOUHH

Palembang Oktober2014 Disetujui Pembimbing

M S O L E H IDRUSSH MS

Ketua Bagian Hukum Pidana

LuU MaknunSH M H

Page 19: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si

10

pcrilaku anti sosial (pcrilaku maladaptil) gangguan kesehalan (fisik dun

mental) mempertinggi jumlah kecelakaan lalu lintas tindak kekerasan dan

kriniinuliLis lainnya

Dari kata penyalahgunaan menandakan bahwa Narkotika dan

Psikotropika tidak selalu bermakna negatif Dcngan begitu narkotika dan

psokitropika yang digunakan dengan baik dan benar oleh dokter untuk

mengobati pasiennya lidak tennasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang

disaiahgunakan Di dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA

(Narkotika Psikotropika dan Zat Adit i f Lainnya)

B Pengertian Victiimlogt

Pada dasarnya perkembangan ilmu pengetahuan tentang korban

kejahalan (viktimologi) lidak dapat dipisahkan dari iahimya peiiiikiraii-

pemikiran brilian dari Hans von Hentig seorang ahli kriminologi pada talum

1941 serta Mendelsohn pada tahun 1947 Pemikiran dari kedua ahli ini

sangat mcmpengaruhi setiap fase perkembangan viktimologi Perkembangan

viktimologi hingga sampai pada keadaan seperti sekarang tentunya tidak

terjadi dengan sendirinya namun telah meiigalami berbagai perkembangan

yang dapai dibagi dalam 3 (tiga) fase sebagai berikut

a iada tahap peitama viktimologi hanya meinpclajari korban kejahatan saja

pada fase ini dikatakan sebagai pehdl or special vtciimolo^

b Pada lase kedua viktimologi tidak hanya mengkaji masalah korban

Oadang Huwari Konsep Islam Memerungt AIDS dan NAA Cel XI (Ycgvakarta Ohaiiii iiakli Idaya 1997) hal 153 Made Danaa Wi da Op cil hal 200

kejahalan tetapi juga meiipuli korban kecelakaan Pada fase ini disebut

sebagai general victimology

c Fase ketiga Vikt imologi sudah berkembang lebih luas lagi yaitu mengkaji

permasalahan korban karena penyalahgunaan kckuasaan dan hak-hak asasi

manusia Fase ini dikatakan sebagai new viciimology

Berdasarkan pengertian di atas nampak je las bahwa yang menjadi

obyek pengkajian dari viktimologi diantaranyu pihak-pihak mana saja yang

terlibat atau mcmpengaruhi terjadinya suatu viktimisasi kriminal

bagaiinanakah respon terhadap suatu viktimisasi kriminal faktor penyebab

terjadinya viktimisasi kriminal bagaimanakah upaya penanggulangannya

dan sebagainya

C R u a i i g L i n g k u p Victimologi

Vikt imologi mencliti topik-topik teiilang korban scperti peranan

korban pada terjadinya kejahatan hubungan antara pelaku dengan korban

rentannya posisi korban dan peranan korban dalam sistem peradilan pidana

Selain itu menurut Muladi viktimologi merupakan suatu studi yang bertujuan

untuk

1 Menganaiisa berbagai aspek yang berkaitan dcngan korban

2 Berusaha untuk memberikan penjelasan sebab musabab terjadinya

vikt imisasi dan

3 Mengembangkan sistem tindakan guna mengurangi penderitaan manusia

^Suryono Ekolaina ST Harum Pudjianlo RS dan G Wiraiama Abortus Iruvocalus Ba^ Korban Perkosnan Persxkif Viktimologi Kriminologi Jan Hukum Pidana Edisi PcrUtma Culakari lurlunii (Jakiiria Univcrsilas AlmaJaya 2001) liul 174 ^ibidMl I7()

12

Menurut JE Sahetapy ruang lingkup Viktimologi meliputi bagaimana

sescorang (dapat) menjadi korban yang ditentukan oleh suatu victimity yang

lidak selaiu berhubuiigan dengan masalah kejahatan termasuk pula korban

kecelakaan dan bencana alam selain dari korban kejahatan dan penyalah

gunaait kekuasan^ Namun dalam perkembangannya di tahun 1985

dipeiopori oleh Separovic yang mempelopori pemikiran agar Viktimologi

khusus niengkaji korban karena adanya kejahatan dan penyalahgunaan

kckuasaan dan tidak mengkaji korban karena musibah alau bencana alam

karena korban bencana alam di iuar kemauan manusia out of mms will)

D Jenis dan Penggolungan Narkotika dan Psikotropilta

Dari kata penyalahgunaan narkoba menandakan bahwa narkoba tidak

selalu beimakna negatif Dengan begilu narkolika dan psokitropika yang

digunakan dengan balk dan benar oleh dokter unluk mengobati pasiennya

tidak termasuk narkoba karena kata narkoba hanya yang disaialigLmakan Di

dalam dunia medis narkoba diberi nama NAPZA (Narkotika Psikolropika

dun Zat ditir Lainnya) Dalam penelitian ini hanya dibahas tentang

narkotika dan psikolropika maka sebelumnya dipaparkan terlebih dahulu

berbagai jenis narkotika dan psikotropika sebagai berikut

a) Narkolika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari lanaman atau

TbUi Miiiadi HAM Halam Persepkiif Sislem Peradilan Pidana datam Muladi (cd) Hak Asas) Manusia Hakclal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspeklif llukum dan Masyarakat (Bandung Refikii Aditama 2005) hal lOX VfiWDial 109 Subagyo Partediharjo Op cil hal 11

13

bukan tanainan baik sintesis maupun bukan sintesis yang dapat

menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa

Zat ini dapal mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat

meninibulkan ketergantungan Menurut Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika Narkolika adalah at atau obat yang

berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun

semisimetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri

dan dapat nienimbulkati ketergantungan yang dibedakan kc dalam

golongan-goiongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang in i

Narkotika memiliki daya adikasi (ketagihan) yang sangat berat

Narkolika juga memiliki daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual

(kebiasaan) yang sangat tinggi Ketiga sifat narkolika ini yang

menyebabkan pemakai narkotika tidak dapat lepas dari cengkeramannya

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

Jenis jenis narkotika dibagi ke daiam 3 (tiga) kelompok yaitu narkotika

golongan I golongan I I dan golongan I I I

Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbaiiaya

karemi daya adilifnya sangat tinggi Golongan ini tidak boleh digunakan

untuk kcpentingan apapun kecuali unluk penelitian atau ilmu

pengetahuan Contohnya adalah ganja heroin kokain inorfin opium dan

lain-lain Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya

Ibid Posal 1 Ayal (I) Unilung-Undang Nomor 3 Tahun 2009 lenlang Narkotika

14

aditifkual tclapi bcrmaiilaal untuk pcngohatan dan penclilian tlonluhnya

adalah petidin dan turunannya benetldin belamctadol dan lain-iain

Sedanikaii narkulika golungaii Ml adalah narkotika yang niciniliki daya

aditif riiigan tetapi bermanfaat untuk penghatan dan penelitian Contohnya

adalali kudcin dun turunannya^

Berdasarkan cara pcmbuatannya narkotika dibedakan ke dalam 3

(tiga) golongatt juga yaitu narkolika atami narkotika semlsimesis dan

narkotika sintesis Dijelaskan sebagai berikut

1) Naikotika alami

Narkotika alami adalah narkotika yang zat aditithya diambil dari

(umbuhlumbuhan (atam) Contohnya

u tjaiija

Ganja adalah tanaman perdu dengan daun menyerupai daun

singkong yang tepinya bergerigi dan berbulu lialus Jumlah Jari

daunnya selalu ganjil yakni 5 7 9 Tumbuhan ini banyak lumbuh di

iieberapa daerah di Indonesia seperti Aceh Suinalera Ulara

Sumatera Selaian Pulau Jawa dan lain-lain Daun ganja ini sering

iligunakiin sebagai bumbu penyedap masakan Bila digunakan

ebagai bumbu iiuisak daya adilifnya rendah Namun lidak

ilemikian apabila dibakar dan asapnya dihirup Cara

|)cnyalahgunaunnya adalah dikcringkan dan dicampu dengan

icmbakiiii rokok atau dijadikan rokok lalu dibakar serta dihisap

Subagvo PurtoJiharjo Op cil hal 11-12

15

b Ilaisis

Hasis adaiah lanaman serupa ganja yang lumbuh di Amcrika

Latin dan Eiopa Daun ganja hasis dan mariyuana Juga dapat

disuling dan diambil sarinya Oatam bentuk cair harganya sangat

mahai Gunanya adalah unluk disaiahgunakan oleh pemadut-pemadal

kelas tinggi

c Koka

Koka adalah lanaman perdu mirip pohon kupi Huahnya yang

inatang bcrwama inerah seperti biji kopi Dalam komunitas

masyarakat Indian Kuno biji koka sering digunakan untuk

inenambah kekiiatan orang yang bcrperang atau bcrburu binalang

Koka kemudian bisa diolah menj adi kokain

d Opium

Opium adaiah bunga dengan bentuk dan wama yang indah

Dari getah bunga opium dihasilkan candu (opiat) Di Mesir dan

daratan Cina opium dahulu digunakan unluk mengobati beberapa

penyakit member kekuatan atau menghilangkan rasa sakil pada

lentara yang terluka sewaktu berperang atau berburu Opium banyak

lumbuh di segiliga emas antara Burma Komboja dan Thailand

atau di daratan Cina dan segitlga emas Asia Tengah yaitu daerah

antara Alganistan Iran dan Pakistan

Dalam kalangan perdagangaii liilernasional ada kebiasaan

ftW hal 14

16

(keliru) tncnamai daerah tempat peuanamuii opium sebagai daerah

emas Diberi nama demikian karena perdagaiigan opium sangat

mengimtiingkan Karena bahayanya yang besar daerah seperti ilu

keliru jika diberi nama predikat emas Daerah sumber produksl

opium sepantasnya disebut segitlga setan atau segitlga iblis

2) Narkotika semisintcsis

Narkotika semisintesis adalah narkotika alami yang diolah dan

diambil zat aktifnya (intisarinya) agar memiliki khasiat yang lebih kuat

schmgga dapat dimanfaatkan untuk kepcnlingan kedokteran

Contohnya

a Morfm dipakai dalam dunia kedokteran unluk menghilangkan rasa

sakit alau pembiusan pada operasi (pcmbcdahan)

b Kodein dipakai unluk obat penghilang baluk

c Heroin tidak dipakai dalam pengobatan karena daya adilifnya

sangat besar dan matifuatnya secara medis belum

ditemukan Dalam pcrdugangan gelup heroin diberi nama

pulaw atau pete atau pt Henlnknya seperti tepun terigu

yang halus pulih dan agak kotor

d Kokain liiisll olahati dari biji koka

3) Naikotika sintesis

Narkotika sintesis adalah narkotika palsu yang dibuat dari bahan

kimia Narkotika ini digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi

oraiig yang menderita kclcrgantungun Contohnya

17

a Ietidin unluk obat bius lokal operasi kccil sunal dan

sebagainya

b Melhadon unluk pengobatan pecandu narkoba dan

c Naltrexon untuk pengobatan pecandu narkoba

Selain unluk pembiusan narkolika sintesis biasanya diberikan

oleh dokter kcpada penyalahgiina narkoba untuk menghcntikan

kebiasaannya yang tidak kuat melawan sugesti (relaps) atau sakaw

Narkotika sintesis berfungsi sebagai pengganti senientara Bila sudah

bciiar-bcnar bcbas asupan narkoba sintesis in dikurangi sedikil demi

sedikit sampai akhimya berhenti total

b) Fsikotropika

Pengertian psikolropika menurut Pasal I Ayal ( I ) Undang-Undang

Nomor 5 Taliun 1997 tentang Psikotropika adalah Zat atau obat baik

alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif

melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusal yang menyebabkan

perubahan khas pada uktivitus mental dan perilaku

Pengertian Psikolropika di daUim Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika tidak ditemukan Hal tersebut sehubungan

dengan ketentuan di dalam Pasal 153 huruf b yaitu Lamplran mengenai

jenis Psikotropika Golongan 1 dan Golongan II scbagaimana tercantum

dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang

Psikotropika (lcmbaran Ncgara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor

10 Tambahan Lcmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671) yang

18

telah (iipindahkan menj adi Narkotika Golongan I menurut UndangUndang

ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku Oleh karenanya dalam Undangshy

Undang Nomor 35 Tahun 2009 tidak ada lagi di dalam pasal-pasal nya

yang mengatur mengenai Psikotropika karena sudah dlmasukkan ke dalam

golongan Narkotika

Sesuai dengan pembahasan dalam penelitian ini masih

berhuijutigar dengan Psikotropika maka Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1997 tentang Psikotropika masih perlu untuk dibahas dalam penelitian ini

Menui iil undangumlang tersebut Psikolropika adalah zal atau obal bukan

narkolika baik alamiah maupun sintesis yang memiliki khasiat psikoaktif

melaiui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan

perubahan khas pada aktivitas nonnal dan perilaku Psikotropika ini

merupakan obat yang digunakan oleh dokter untuk mngobali gangguan

jiwa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tenumg

Psikolropika psikotropika dikelompokkan ke dalam 4 (empat) golongan

Golongan I yaitu psikotropika dengan daya aditif yang sangat kuat

belum diketahui manfkilnya untuk pengobatan dan sedang diteliti

khasiiitnya saat ini Contohnya adalah MDMA ekstasi USD dan STP

Golongan U yakni psikolropika dengan daya aditif kuat serta berguna

untuk pengobatan dan penelitian Contohnya adalah amfelamin

metanifetamin metakualon dan sebagainya Golongan IH yakni

psikolropika dcngan daya adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan

dan penelitian Contohnya adalah lumibal buprenorsina flcenilrazepam

19

dan sebagainya Golongan IV yakni psikotropika yang memiliki daya

aditif ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian Contohnya

adalah netrazepam (BK Mogadon Duiiiolid) diazepam dan lain-lain^

Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang

Psikotropika yang dimaksud dengan paslkotoplka adalah zat atau obat

baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif

melaiui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang mcnyebabkan

perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku Psikotropika

dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut

1 Psikotropika golongan I yaitu psikolropika yang hanya dapat digunakan

unluk kcpentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi

sena mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma

ketergantungan Contohnya ekstasi shabu LSD

2 Psikotropika golongan II yakni psikotropika yang berkhasiat

pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi danatau tujuan ilmu

pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma

ketergantungan Contohnya amfetamin metilfenidat atau ritalin

3 Psikotropika golongan III yaitu psikotropika yang berkhasiat

pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi danatau unluk tujuan

ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan

sintlroma ketergantungan Contohnya pentobarbital Flunitrazepam dun

4 Psikotropika golongan IV yaitu psikotropika yang berkhasiat

Ibid ILil 15

20

pengobatan dan sangal luas digunakan dalam terapi danatau unluk

tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan

mengakibatkan sindrom ketergantungan Contohnya diazepam

bromazepam Fenobarbital klonazcpam klordiazepoxide nitrazepam

seperti pil BK pil Kopio Rohip Dum MG

Sedangkan kelompok dan jenLs psikotropika yang sering

disaiahgunakan antara lain

1 Psikostimulansia scperti amfetamin ekstasi dan shabu

2 Scdalif amp Hipnolika (obat penenang obat tidur) seperti MG BK

DUM Pil kopio dan lain-lain dan

3 Halusinogenika seperti lysergic acid dycthylamidc (USD) mushroom

Berdasarkan Ilmu farmukologi psikotropika dikelompokkan ke daiam 3

(tiga) golongan yakni dcpresan stinuilan dan halusinogen sebagai

berikut

1 Kelompok dcpresanpcnekan syaraf pusatpenenangobat tidur

Contohnya adalah valium BK rohipnol mogadon dan lain-lain

Jika diminurn obat ini dapat memberikan rasa tenang menganluk

rasa tcnteruni dan damai Obat ini Juga menghilangkan rasa takut

dan gelisah

2 Kelompok stimuiaiiperangsang syaraf pusaianti tidur Conlohnya

adalah amfetamin ekstasi dan shabu Ekstasi berbentuk tablet

berancka bentuk dun wama Amfetamin berbentuk tablet bcrwama

-Aid hal 16-17

21

pulih Bila diiriinuni obal ini mcndalangkan rasa gembira hilangnya

rasa pemiusuhiui hilangnya rasa marali ingin selalu aktif badan

terasa fit dan lidak merasa lapar Daya kerja otak menjadi scrba

cepat namun kurang lerkendali Shabu berbentuk tepung kristal

kasar berwarna pulili hersih seperti garani

3 Kelompok halusinogen Halusinogen adalah obat at tanaman

makanan yang dapat meninibulkan kiiayaian contohnya yailu LSD

Lysergic Acid Dicihyltamide) getah lanaman kaklus kecubung

jamur tertentu (misceiine) dan ganja Bila diminurn spikotropika

jenis in dapat menimbulkan kliayalan tentang peristiwa-peristiwa

yang mengerikan khayalan tentang kenikmatan scks dan

sebagainya Kenikmatan didapat oleh pemakai setelah pemakai sadar

bahwa perisfiwa mengerikan ilu bukan kenyataan atau karena

kenikmatankenikmatan yang dialami walaupun hanya khayalan

BAB III

PEMBAHASAN

A Faktor yang Mcnyebabkan Terjadinya Penyalahgunaan Narkotika dan

Psikotropilta

1 Faktor yang Bersunibcr Dari Individu

Menurut Luthfi Buraja terdapat 3 (liga) pcndekatan untuk

tcrjadinya penyalahgunaan dan ketergantungan terhadap narkotika dan

psikotropika yaitu peridekalan orgunobilogik psikodinamik dan

psikososial Ketiga pendekatan tersebut tidaklah berdiri sendiri melainkan

saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya Dari siidut pandang

organobiologik (sususan syaraf pusatotak) mekanismc terjadinya adiksi

(ketagihan) hingga deperidcnsi (ketergantungan) dikenal dengan dua istilah

yaitu gangguan mental oragnik atau sindrom otak organik seperti gaduh

gelisah dan kekacauan dalam fungsi kognilif (alam pikiran) efektif (alam

perasaanemosi) dan psikomotor (perilaku) yang disebabkan efek

langsung terhadap susunan syaraf pusat (otiik)^^

Sescorang akan mcnjadi ketergantungan terhadap narkotika dan

psikotropika apabila seseorang dengan tems-menenis diberikan zat

tersebut Hal ini berkaitan dengan teroi adaptasi sekuler mum

adaptaiUm) tubuh beradaptasi dengan menambah jumlah teseptor dan seishy

se syaraf bekcrja kcras Jika zat dihenlikan sel yang masih bekerja kcras

Luthll Uaraja Makalali Gangguan Mciilul dan icrilaku Akibut Nurkuba Disampalkim pada Seminar tentang Narkoba di SMK Iptck lakarla hal 2

22

23

tadi mengaiami kelmLisaii yang dari kiar tampak sebagai gejala-gejala

putus obal Gejala putus obat tersebut mcmaksa individu untuk

mengulangi pemakaian zal tersebul

Faktor predisposisi individu dengan gangguan kepribadian (anti

sosial) ditandai dengan pcrasaan lidak puas terhadap orang lain Selain itu

yang bersangkutan tidak inampu untuk berfungsi secara wajar dan efektif

dalam pergaulan di rumah di sekoiah atau di tempat kerja gangguan lain

sebagai penyerta berupa rasa cemas dan depresi Untuk mengatasi

ketidakniainpuan dan mcnghiiangkan kccemasan atau depresinya maka

individu tersebut cenderung untuk menggunakan narkoba Semestinya

individu itu dapat mengobati dirinya dengan datang ke dokterpsikiater

untuk mendapatkan terapi yang tepat sehingga dapat dicegah

keterlibatannya dalam penggunaan narkotika dan psikotropika

Secara umum mereka yang menyalahgunakan narkotika dan

psikotropika dapat di bagi ke dalam 3 (tiga) golongan besar yaitu

1 Ketergantungan primer ditandai dengan adanya kecemasan dan

depresi yang pada umumnya terdapat pada orahg detigah kepfibadlah

yang tidak stabil

2 Ketergantungan simtomatis yaitu penyalahgunaan narkotika dan

psikotropika sebagai salah satu gejala dari tipe kepribadian yang

mendasarinya pada umumnya terjadi pada orang yang kepribadian

psikopatik (anti sosial) kriminal dan pemakaian narkotika dan

Ai4hal K

24

psikotropika untuk kesenangaii sematu

3 Ketergantungan reaktif yaitu terdapat pada remaja karena dorongan

ingin tahii pengaruh tekanan dan lingkungan tenian atau kelompok

sebaya peer group pressure)

Ada beberapa faktor internal dan ekslernal yang mcnjadi penyebab

individu menyalahgunakan dan menjadi ketergantungan terhadap

narkotika dan psikotropika Menurut Sudarsono bahwa penyalahgunaan

narkolika dan psikotropika di latar belakangi oleh beberapa sebab yaitu

1 Untuk membuktikan kebcranian dalam melakukan tindakan-tindakan

yang berbaiiaya seperti ngebut dan bergaul dengan wanita

2 Meniinjukkan tindakan yang menenlung orang tua guru dan norma

sosial

3 Mempermudah penyaluran dan mempermudah perbuatan seks

4 Melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh peiigalamaii-

pengalainan einosional

5 Meneari dan menemukan aril hidup

6 Mengisi kekosnngan dan kesepian hidup

7 Menghilangkan kegelisahan frustasi dan kepepel hidup

8 Mengikuti kemauan kawan-kawan dahim rangka pembinaan solidaritas

dan

9 Iseng-iseng saja dan rasa ingin tahu

Menurut hasil penelitian Dadang Hawari bahwa di anlara faklor-

Sudujsono Kenakalan Remaja cel ii (Jakarta Rineka Cipta 1992) 1ml 67

25

faktor yang berpcran dalam penggunaan narkotika dan psikolropika

adalah

1 Faktor kepribadian anti sosial dan psikopatik

2 Kondisi kejiwaan yang mudah merasa keeewa atau depresi

3 Kondisi keluarga yang meliputi keutuhan keluarga kesibukan orang

tua hubungan orang tua dengan anak

4 Kelompok teiiian sebaya dan

5 Narkotika dan psikotropika itu sendiri mudah diperoleh dan tersedianya

pasaran yang resmi maupun lidak resmi

Menurut Siibagyo Partodiharjo secara individu terdapat beberapa

faktor yang mcmpengaruhi sescorang dapat menyalahgunakan narkotika

dan psikotropika Alasan ini merupakan alasan yang bersumber dari diri

sendin atau pemakai narkotika dan pasikotropika tersebut yakni sebagai

berikut

a Ingin tahii

Perasaun ingin tahu biasanya diniiliki oieh generasi muda pada

umur setara siswa SD SLTP dan SLTA Bila di hadapan sckelompok

anak muda ada seseorang yang inemperagakan uikmatnya

mengkonsumsi narkotika dan psikolropika maka didorong oleh naluri

alami anak muda yaitu keingintahuan maka salah seoariig dari

kelompok itu akan maju mencobanya Selain didorong oleh

keingintahuan keberaniannya juga karena didesak oleh gejolak dalam

Mardiini foc cil hai 102 ^ Subagyo RatoiJlliarjo ioc cil liiil 72-74

26

jiwanya yang ingin dianggap hebal pemberani dan pahlawan di antara

temanteinan sehayanya Maka jatuhlah satu orang anak dalam pelaku

setan

Dalam kondisi seperti itu reaksi kawan-kawan sebayanya

berbeda-bcda

1 Ada yang ingin menyaingi menunjukkan bahwa dirinya lebih hebat

lagi lalu memakai

2 Ada yang ingin tahu kemudian ikut memakai dan

3 Ada yang sella kawan lain ikut memakai juga

Sikap seperti inilah yang menyebabkan bandar atau pengedar

senang Mereka meiigincar generasi muda mahasiswa atau pclajar

karena 2 (dua) pertimbaiigan

1) Kalau salah satu anak muda kena maka anak muda yang lainnya

ikut kena sehingga konsumen cepat bertambah dan

2) Kalau anak muda kena maka anak muda tcrsebut akan mcnjadi

pemakai selia dalam waktii yang lama Berbeda dengan orang tua

yang cepat maii keuntungan komersial yang diperoleh dari

kelompok anak muda ini akan banyak

b Ingin dianggap hebal

Pcrasaan ingin dianggap hebat biasanya dimiiiki oleh generasi

muda Sepcrti ditcrangkan di atas salah satu sifat alami yang positif

dari generasi muda adalah daya saing Sayang sekali karena

kelidaktahuan sifat positif ini juga dapat dipakai untuk masalah negatif

27

Silat positif ini scharusiiya didorong unluk berlomba daluin preslasi

pada bidang pcndidikan kesenian olah raga dan lain-lain yang

bermanfaat bagi kehidupan

Bila sikap ingin berkonipctisi ini diarahkan untuk

mengkonsumsi narkolika dan psikolropika akibatiiya sungguli

mengerikan yailu kcgagalan hidup dan kesengsaraan Pemakai hanya

dapat dianggap hebat oleh lingkungan kecil pcniakai narkotika dan

psikotropika Di masyarakat luas pemakai hanya menuai cerca dan

nista

c Rasa setia kawan

Perasaan setia kawan sangat kuat dimiiiki oleh generasi muda

Jika lidak mendapatkan penyaluran yang posilif sifai positif tersebut

dapat berbahaya dan mcnjadi negatif Bila (cmannya memakai

narkotika dan psikotropika maka individu tersebul ikut juga memakai

Bila temannya dimarahi orang tuanya atau dimusuhi masyarakat maka

pemakai membela dan ikut bersimpatik

Sikap seperti itulah yang menyebabkan anak ikut-ikutan

Awalnya hiuiya satu orang yang merokok kemudian semuanya menjadi

perokok Setelah semuanya merokok sntu orang mulai memakai ganja

lalu yang lainnya ikut sehingga menjadi sekawanaii pemakai ganja

Selelah semua memakai ganja satu orang memakai ekstasi kemudian

semuanya ikut demikian selerusnya meningkat menjadi shabu dan pada

akhirnya menjadi pemakai putaw

28

d Rasa kccewa truslasi kcsai

Pcrasaan kesal kcccwa atau (rustasi biasanya terjadi karena

kegagalan pada generasi muda eksckutif mudu suami atau istri

Pcnggiiiiaan narkotika dan psikolropika pada kelompok ini bertujuan

untuk sesaat melupakan kekccewaan kckesaian dan fi-uslasi Kondisi

masyarakat yang carut martit tclah banyak melahirkan kekccewaan

kekesalan bahkan Iruslasi Narkolika dan psikotropika dapat

melupakannya sesaat tetapi tidak untuk mengatasi masalah yang

sesungguhiiya

Hubungan buruk yang disebabkan oleh kcgagalan

berkomuiiikasi antara orang tua dengan anaknya dapat menyebabkan

rasa kesal Hal ini mcnjadi faktor pemicu pemakaian narkotika dan

psikotropika oleh anak Intcraksi anlara orang tua dcngan anak tidak

cukup hanya berdasarkan niat baik Cora berkoniunikasi juga harus

baik Masing-masing pihak harus memiliki kcsabaran untuk

menjclaskan isi hatinya dengan cara yang tepat Banyak sekali konfllk

di dalam rumah tangga yang terjadi hanya karena salah paham atau

kekeliman berkoniunikasi Kekeliruan kecil itu dapal bcrakibat fatal

yaitu masuknya narkotika dan psikotropika ke dalam keluarga

Kekccewaan kekesalan dan frustasi dapal terjadi karena

kekeliruan dalam berkomunikasi terhadap beberapa faktor berikut i n i

I ) Komunikasi anak dengan orang tua

IbUI hiiJ 74

29

2) Komunikasi antar anak

3) Komunikasi di lingkungan eksekulifinuda dan

4) Komunikasi antara suami istri

e Ingin bebus dari rasa sakil atau pusing

Penderila pcnyakit beral yang kronis dan tidak kunjuiig sembuh

misalnya Ranker hati luka bakar uka tusuk wasir Ranker paruparii

migreii eneok pengapuran dan lain-lain sclalu merasakan sakit yang

iuar biasa karena penyakitnya Rasa sakit tersebut sering kali tidak

dapat dihilangkan dengan obat pengtiiiang rasa sakit biasa (anaigetik)

sehingga peiiderilanya mencoba narkotika atau psikotropika

Narkotika maupun psikolropika dapat menghilangkan rasa sakit

tersebut tetapi tidak menyembuhkan penyakitnya Ceiakaiiya pemakai

yang bersangkutan malah mendapat maslah baru yaitu ketergantungan

dengan segala komplikasinya yang justru menjadi lebih berbahaya

f Ingin menikmati rasa gembira tampii lincah energik dan mengusir

rasa sedih dan malas

Para eksekudf dan sciebritis biasanya memiliki gaya hidup yang

trendi Mereka merasa dituntut untuk selalu lampil lebih prima Dengan

mengkonsumsi naikotika atau psikolropika mereka dapat tampii prima

dan percaya diri karena kehilangan rasa malu walaupun sesungguhnya

tidak demikian

Perasaan hebat tersebut di atas seharusnya dicapai melaiui tekun

berolah raga hidup teratur meningkatkan kualitas fisik mental

30

inlclckUial dan mocaiiiyii Riikan ineiigamhit jalan piiitas dcngan tampii

seotah-olah prima niclalui manipulasi atau lipuan melaiui

mengkonsumsi narkotika atau psikolropika tersebut Pcnampilmi prima

yang semu atau atau tipuan itu lambat laun akan terungkap juga

sehingga [ania-keiamaan akan kelahuari juga jati dirinya yang

sesungguhnya itu

g ingin tampii iangsing

Narkolika dan psikotropika terscbut juga banyak digunakan oleh

artis dan ibu-ibu rumah tangga yang berbadan gemuk untuk

melangsingkan lubtihnya Narkotika alau psikotropika dengan jenis

tertentu ada juga yang dapat menghilangkan nafsu makan sekaligus

menambali aktivitas fisik sehingga dapat menurunkan beral badun

h Takut mengalami rasa sakit (sakaw)

Pengguna jenis narkotika atau psikolropika tersebut yang sudah

menjadi pemakai tetap (pemadat) akan mengalami rasa sakit (sakaw)

bila tidak memakainya Karena takut merasakan penderitaan maka

pemakai tersebut terus memakainya sehingga menjadi pemakai yang

sella junkies) Banyak pemakai narkotika dan psikotropika ini yang

setia adalah orang-orang yang merasa terpaksa memakai sebab kalau

lidak memakainya mereka akan mengalami sakaw

Kebanyakan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika

dimulai atau terdapat pada masa remaja sebab masa remaja yang

sedang mengalami perubahan biologik psikologik maupun sosial yang

31

pesat merupakan individu yang rentan untuk nienyaiahguriakan

narkotika maupun psikotropika terscbut Anak atau remaja dcngan ciri-

ciri tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi

penyalahgunanya Ciri-ciri tersebut anlara lain^

a Cenderung memberontak dan menolak otoritas

b Cenderung memiliki gangguan j iwa lain (komorbiditas) seperti

depresi cemas psikotik keperibadian dissosial

c Perilaku menyimpang dari aluran atau norma yang berlaku

d Rasa kurang percaya diri low selw-confulence) rendah diri dan

memiliki citra diri negatif (ow setf-esleem)

e Sifal mudah keeewa cenderung agresif dan destruktlf

f Mudah murung pemalu pendiam

g Mudah merasa bosan dan jenuh

h Keingintahuan yang besar untuk meneoba atau penasaran

i Keinginan untuk bersenang-senang [just for fun)

j Keinginan untuk mengikuti mode karena dianggap sebagai lambang

keperkasaan dan kehidupan modem

k Keinginan untuk diterima dalam pergaulan

1 Identitas diri yang kabur sehingga merasa diri kurang jantan

mTidak siap mental untuk menghadapl tekanan pergaulan sehingga

sulit mcngambil keputusan untuk menolak tawaran NAPZA dengan

tegas

Tom Kus dan Tedi Btihava NAPZA Bagi Pelajar (Bandung Yayasan Al-Ghilari Morgan im) hal 14

32

n Kemampuan komunikasi rendati

o Melarikan diri dari scsuatu (kebosaiian kcgagalan kekccewaan

kclidakmampuan kesepian dan kegcliran hidup dan lain-lain)

p Putus sekoiah dan

q Kurang menghayati iman atau kcpcrcayaaiinya

Menurut Tim Badan Narkotika Nasional hahwa terdapat

beberapa iaklor yang menyebabkan sescorang alau individu

menyalahgunakan narkolika dan psikotropika anlara lain

1) Keingintahuan yang besar untuk mcncoba tanpa sadar alau berlikir

panjang tentang akibatnya dikemudian hari

2) Keinginan unluk mencoba-coba karena penasaran

3) Keinginan untuk bersenang-senang

4) Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya hidup

5) Keinginan untuk dapat diterima daiam suatu kelompok

6) Lari dari masalah kebosanan atau kegetiran hidup

7) Pengertian yang salah bahwa mcncoba sckali-kali lidak akan

menimbulkan masalah

8) l idak mainpu alau tidak berani menghadapl tekanan dari lingkungan

alau kelompok pergaulan unluk menggunakan narkolika dan

psikotropika dan

9) Tidak Japal atau mampu mengatakan tidak pada narkotika dan

psikotropika

Tim INN Loc di

33

Berdasarkan peinaparaii Icrscbut di atas dengan demikian

bahwa individu didorong oleli beberapa faktor untuk menyalahgunakan

pemakaian narkotika dan psikotropika tersebut sehingga menjadi

individu yang mengalami ketergantungan berikut ini disebutkan

beberapa faktor adalah

1) Ingin tahu dan Ingin mencoba rasa memakai narkotika atau

psikotropika bagi kalangan anak muda)

2) Ingin dianggap lebih hebat dari orang Iain pada orang muda)

3) login membuktikan kesetiakawanan (pada orang muda)

4) Dianggap paling tepat untuk mengatasi perasaan keeewa j en gkel

dan frustasi (pada suami istri yang mengalami konllik rumah

tangga)

5) Dianggap cara yang paling mudah untuk menghalau rasa sakit pada

tubuh (pada penderita penyakit yang kronis)

6) Dianggap cara yang paling ampuh untuk mendapatkan perasaan

tenang damai atau gembira (pada suami istri yang mcnghadapi

konflik rumah tangga)

7) Dianggap cara yang paling mudah untuk melangsingkan lubuh (pada

ibuibii rumali tangga atau wanita yang bertubuh gemuk)

2 Faktor yang Bersumlicr dari Lingkungan

Faktor lingkungan tidak mampu mencegah atau mengurangi

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika bahkan membuka kesempatan

pemakaian narkotika dan psikotropika Yang dimaksud dcngan faktor

34

kesempatan di sini adalah tersedianya siluasi-situasi yang nieiiiungkinkan

untuk memakai narkolika atau psikolropika di waktu-vvaklu luarig di tempat

rekreasi atau hiburan diskotik pesia dan lain-lain Atau mungkin lingkungan

masyarakat yang tidak mampu mengendalikan bahkan membiarkan penjualan

alau pcrcdaran geiap narkotika dan psikotropika misalnya karena lemahnya

penegakan hukum penjualan narkolika dan psikotropika secara bcbas bisnis

narkotika dan psiktilropika yang terorganisir mudahnya memperoleh

narkotika dan psikotropika dan lain-lain

raklor yang bersumber dari lingkungan yang mcnyebabkan individu

dapat menyalahgunakan pemakaian narkotika dan psikotropika merupakan

laktor kontribusi masukaii dari Iuar individu) dimana sesttorang dengan

kondisi keluarga tidak baik akan merasa tertekan dan rasa lertekan inilah

sebagai faktor penyerta bagi dirinya untuk terlibat dalam penyalahgunaan

narkotika dan psikotropika tersebut Disfungsi keluarga yang dimaksud antara

lain adalah keluarga yang tidak utuh kedua orang tua yang tcrlalu sibuk dan

lingkungan interpersonal dengan orang tua yang tidak baik Di samping itu

faktor pencetus seperti pengaruh teman sebaya tersediu dan mudah

didapatkan mempunyai andil sebagai faktor pencetus sescorang atau individu

terlibat ke dalam penyalahgunaan yang mengakibatkan ketergantungan

terhadap narkotika dan psikotropika Dari sudut pandang psikososial

penyalahgunaan narkotika dun psikolropiku dapat terjadi sebagai akibat

negatif dari intcraksi tiga kiitub sosial yang tidak kondtisif yaitu kutub

Lulhli ilurnju Op cil

35

keluarga kutub sekolahkupus dan kulub masyarakat

Faktor lingkungan meliputi faktor kciuarga dan lingkungan pergaulan

balk dlsekltar rumah sekoiah teman sebaya maupun masyarakat Banyak

pengguna Narkotika dan Psikolropika yang berasal dari keluarga yang lidak

harmonis Keluarga seharusnya mcnjadi wadah untuk menikmati kebahagiaan

dan curalian kasih sayang wahana silih asih silih asah dan silih asuh

Namun pada kenyataannya keluarga sering sekali justru menjadi pemicu

sang anak mcnjadi pemakai hal tersebut disebabkan karena kciuarga tersebut

kacau balau Hubungan antara anggota keluarga dingin bahkan tegang atau

bermusuhan

Komunikasi antara ayah ibu dan ariak-anak sering sekali

menciptakan suasana konflik yang tidak berkesudahan dimana bahwa

penyebab konllik tersebut sangal beragam Solusi semua konflik adalah

komunikasi yang baik periuh pcngerlian saling menghargai dan menyayangi

serta ingin selalu membahagiakaii

Konflik di dalam keluarga dapat mendorong anggota keluarga merasa

frustasi sehingga lerjebak memilih narkotika dan psikolropika sebagai

solusinya Biasanya yang paling rentan terhadap stres adalah anak kemudian

suami dan istri sebagai benleng terakhir Beberapa faktor yang bersumber

dari lingkungan keluarga yang dapat mempengaruhi seseorang atau individu

tertentu icrjun kc dalam lingkungan penyalahgunaan narkotika dan

36

psikotropika tcrsebut antara lain adatuh

a Koniimikasi niang tua-aiiak kiii-ang baikcfektif

b Hubungan dalam keluarga kunmgharmonisdisfimgsi dalam keluarga

c Orang tua bercerai bcrscitngkub atau kawin lagi

d Orang lua tcrlalu sibuk aUiu tidak acuh

e Orang tua oloriter alau scrba melarang

f Orang tua yang serha nieinbolehkan (pcrmisil)

g Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teiadan

h Orang tua kurang peduli dun tidak tahu dengan masalah narkolika

i Tata terlib alau disiplin keluarga yang selalu bcrubah (kiiiaiig konsisten)

j Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam kciuarga

dan

k Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahguna narkotika

dan psikotropika

Sitimsi buruk dalam keluarga yang soring menyudiitkan anak ke arah

narkotika dan psikotropika adalah

1) Anak merasa kurang mendapatkan kasih sayang dalam keluarga merasa

kesal keeewa dan kesepian

2) Anak merasa kurang dihargai kurang mendapatkan kepcrcayaan dun

selalu dianggap salah

3) Anak mengalami konflik dengan orang tua dalam masalah pacaran

memilih pasangan hidup atau meneniukan pilihan profesi cila-elta dan

Mardani Loc cil lial 99 AW hal 100

37

sebagainya

4) Anak kesal dan keeewa karena ayah dan ibuiiya kurang lianiionis dan

sering bertcngkar (broken home)

5) Suami thtsirasi karena tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapinya

dengan islrinya

6) Istri fnistrasi akibat konllik dengan suami tentang masalali ekonomi atau

adanya wanita lain di samping suami

Banyak pengguna narkotika dan psikolropika yang pada awalnya

dimulai karena pengaruh dari orang lain Bentuk pengaruh dari orang lain itu

dapat bervariasi mulai dari bujuk rayu lipii daya sampai kepada paksaan

a) Tipu Daya

Banyak anak yang ditipu oleh kenalon teman sahabat atau pacar

Seperti mengajak meraka untuk memakai narkotika dan psikolropika

dengan bemacam-macain tipuan Dengan alasan yang digunakan bahwa

narkotika dan psikotropika adalah vitamin obat pil pintar pil sehat atau

food supplement Tipuan itu dapat juga berupa bujukan bahwa narkotika

dan psikotropika tidak tcrlalu berbahaya kalau tahu raliasianya Banyak

orang di dalam masyarakat yang dikira orang baik-baik namun lemyata

pengedar narkotika dan psikotropika Walaupun orang itu adalah kawan

sahabat saudara atau pacar sebagai pengedar penipu tersebul akan tcga

menipu maupun menjebak kita Pengedar narkotika dan psikotropika

sangat pandui mcmasarkan narkotika dan psikotropika tersebut Dengan

menawarkan narkotika dan psikotropika sebagai mmn food supplement

38

pil scliat pil pintar dan sebagainya Dengan lipuan ini korban dari

kalangan kciuarga hannonis akan terjcrumus ke dalamnya Saat ini banyak

pemakai narkolika dan psikotropika dari keluarga harmonis bukan hanya

bull dari keluarga berantakan Banyak pekerja mahasiswa atau pelajar yang

tampii ioyo tertipu ketika kepadanya ditawarkan pil sehat vitamin atau pil

pintar Banyak pemuka agama juru dakwah atau pengkhotbah yang

tertipu karena pil sehal yang dlbelinya adalah narkotika dan

psikotropika Reaksi pemakaian narkotika dan psikotropika mula-mula

terasa menyehatkan dan membuat si korban tipuan terscbut sukses dalam

berdakwah atau berkhotbah Ibu rumah tangga juga dapat tertipu karena

ditawari pil pelangsing oleh saudara atau teman dalam arlsan dan lain-

lain Mulanya karena tipu daya akhimya setelah lerjebak menjadi

biasa

b) Bujuk rayu

Waftiia camlk pengedaf ftaTkotlka dan psikotFoplka biasanya menjebak

mangsa melaiui bujuk rayu Untuk memasarkun narkotika dan

psikotropika pengedar tersebut memilih profesi sebagai wanita penghibur

atau Wanita Tuna Susiala (WTS) Banyak eksekutif muda pekerja atau

bos-bos yang mulai memakai narkotika dan psikotropika karena rayuan

pekerja seks komersial hostess dan sebagainya Dalam mcmasarkan

narkotika dan psikotropika wanita tersebut merayu akan mau melayani

kencati kalau bersama-sama mengkonsumsi narkotika dan psikotropika

Subagyo Purlodlhario Loc cil hal 78

39

lebih dulu Muta-mula kurban memakai narkotika dan psikotropika karena

tergoda namun akhimya menjadi terbiasa

c) Paksaan

Banyak anak muda yang mengawali pemakaian narkotika dan psikotropika

karena dipaksa oleh sekawanun alau seseorang yang mengancam akan

mencelakainya Banyak pclajar atau nialiasiswa mengawali kebiasaan

memakai narkotika dan psikotropika dari keadaan terpaksa diancam oleh

sekawanan preman yang menghadang di tengah jalan Dari kelompok ini

pula terjaring pemakai yang berasal dari keluarga hannonis

Lingkungan sekoiah bagi pelajar tingkat SD SMP dan SMA

merupakan tempat yang stratcgls bagi para pelajar untuk menunjukkan jati

dirinya sehingga mereka terjun kepada penyalahgunaan narkotika dan

psikotropika ini faktor sekoiah yang merupakan bagian tcrpcnting yang

mempengaruhi adalah

a Sekoiah yang kurang disiplin

b Sekoiah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjiial narkotika atau

penjual psikolropika

c Sekoiah yang kurang member] kesempatan pada siswa untuk

mengembangkan diri secara kreatif dan positif

d Adanya murid pengguna narkotika atau psikotropika

Kartini Kurtono op cil hivl 124

40

B Pengaturan Sanksi Pidana Terhadaj) Pcnyalahgunaaan Narkotika dan

Psikotropika Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau

dari Perlindungan Terhadap Korban

Dalam hukum pidana di Indonesia terdapat adanya

ketldakseimbangan antara perlindungan korban kejahatan dcngan pelaku

kejahatan pada dasarnya mempakan salah satu pengingkaran dari asas setiap

warga negara bersamaan kcdudukannya dalam hukum dan pcmerinlahan

sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 sebagai

landasan konstitusional Perlindungan korban memiliki hubungan cral dcngan

teori pemidanaan yang dikemukakan Wirjono Prodjudikoro tujuan

pemidanaan adalah untuk niemenuhi rasa keadilan^

Ada Juga yang mengemukakan bahwa tujuan pemidanaan dapat

dilihat melalul 2 (dua) leorl mengenai alasan-alaitan yang membenarkan

(justification) penjatuhan hukuman (sanksi) yaitu Teori Absolut

(Vergeldingslheorie) dan Teori Relatif atau Doeitheorie Menurut Teori

Absolut (Vergeldingslheorie) tujuan pemidanaan sebagai pembalasan

terhadap para pelaku karena telah melakukan kejahatan yang mengakibatkan

kesengsaraan lerhadap orang lain alau anggota masyarakat sedangkan

Roeslan Saleh mengatakan sebagai reaksi-reaksi atasdelik yang berwujud

suatu nestapa yang scngaja dilimpakan ncgara kcpada pembuat delik

Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana Cctakan Iuriania (Jakarta Sinar Gnitlka2(W5)hii4

lcduu Mdipaung Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cctakun IcrliirMii (Jukiirtu Sinur Gratika 2005) hal 4

kiwsUin Saleh Shdsel Pidana Indonesia (Jukarlu liinn Aksara 19K7) hal 5

41

Menurut Teori Relatif Doeltheurie) tujuan pemidanaan adalah

a Menjerakan agar si pelaku atau terpidana menjadi jera dan tidak

mengulangi lagi perbuatannya specials presenile) sena masyarakat umum

agar mengertahui jika melakukan perbuatan yang sama akan mengalami

hukuman yang serupa atau disebut pula generalpreventte

h Memperbaiki pribadi si terpidana berdasarkan perlakuan dan pcndidikan

selama menjalani hukuman terpidana merasa menyesal dan tidak akan

mengulangi perbuatannya dan kcmbali kepada masyarakat sebgai orang

baik dan berguna dan

c Mcmblnasakan (menjatulikan hukuman mat) atau mcmbuat terpidana tidak

berdaya dengan menjatuhkan hukuman seiimur hidup

Pandangan di atas sangatlah wajar apabila beranjak dari pandangan

bahwa hukum pidana adalah hukum sanksi (hifzonderesancUerechl) sebab

dengan bertumpu pada sanksi itulah hukum pidana difungsikan untuk

menjamin keamanan ketertiban dan keadilan Dalam perkembangannya

ternyata tidak semua sarjana menyclujui maksud diadakannya pidana scperti

itu (sebagai suatu nestapa) karena muncul pendapat bahwa di samping pidana

ditujukan untuk memberikan penderitaan kcpada pelanggar atau mcmbuat

jera pemidanaan juga bertujuan agar pelaku dapat kembali hidup

bermasyarakat sebagaimana mestinya

Alasan yang paling inenonjol lerhadap upaya perubahan tersebut

adalah dengan meniperhatikan sisi kemanusiaan yang mcmandang bahwa

Ucdcn Mirpaung Opcil hal 4

42

sekalipiin tcrsangka telah melakukan kcsalahaii ia telap berkcdmiiikan sebagai

manusia utuh yang harus tetap diperlakukan sama dengan manusia lainnya

dan dilindungi hak asasi manusionya Karena itu pidana penjara saat ini

sedang mengalami masakrisis karena termasuk jenis pidana yang kurang

disukai Banyak kritik tajam ditujukan terhadap jenis pidana perampasan

kemerdekaan ini baik dllihat dari sudut efektifitasnya maupun dilihat dari

akibat-akibat lainnya menyertai atau berhubungan dcngan dirampasnya

kemerdekaan seseorang

Banyaknyu kritik yang diarahkan pada bentuk pemidanaan berupa

perampasan kemerdekaan (yang ditujukan untuk membuat jera pelaku)

sehingga berkembanglah bentuk pemidanaan lain yang dianggap lebih

manusiawi yaitu penjatuhan pidana berupa denda atau pemberian ganti

kerugian kepada korban Pemberian ganti kerugian pada awalnya merupakan

konsep kcperdalaan seperti halnya dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata yang mewajibkan setiap orang yang menyebabkan orang lain

menderita kerugian untuk membayar ganli rugi Dalam perkembangannya

konsep ini diterupkan pula dalam hukum pidana mengingat akibat yang

ditimbulkan pada korban tindak pidana akan selalu disertai dengan kerugian

baik mental fisik maupun material sehingga sangat wajar apabila korban pun

menuntui ganti kerugian pada pelaku guna memulihkan derita yang

dialaminya

Dengan memperhatikan pada beberapa teori klasik tentang tujuan

Uurtla Nawuwi Ariel Sislem Pemidanaan Menunii Konsep KIHP llaiu dan Latar Helakang Pemlklrannya Hahan Ienalaran Hukum Pidana V Undanu Kupang uinjyful 11 Juli-12 Agustus 1989

43

pemidanaan dapat disiinpulkan bahwa penjatuhan pidana lebih banyak

ditujukan untuk kepeiitingan pelaku dengan kata lain tujuan pemidanaan

hanya dimaksudkan imtuk mengubah perilaku dari pelaku kejahatan agar

tidak mengulangi lag perbuatannya sedangkan kcpentingan korban sama

sekali diabalkan

Perlindungan terhadap korban narkotika jika dihubungkan dengan

beberapa teori pemidanaan yang telah dipaparkan di atas maka peneliti

mengkaji bahwa dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang baru ini terdapat kescimbangan antara perlindungan terhadap

pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana bahwa berdasarkan sanksi

baik pidana maupun denda yang terdapat dalam undang-undang ini sangatlah

berat-berat dan tegas ]ni berarti bahwa undang-undang ini lebih

mementingkan korban dari pada pelaku kejahatan narkotika Mengingat

bahwa dengan adanya pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan

korban semakin banyak yang berjatuhan schingga daripada korbnnnya anak

bangsa yang memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara

Indonesia maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-

beratnya lerhadap si pelaku tindak pidana narkotika bahkan pidana mati atau

seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-

undang yang bam ini juga diatur mengenai rehabilitasi terhadap korban baik

korban yang diakibatkan oleh orang Iain maupun karena self victimizing

victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku itu sendiri

44

C Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Sebagai Bentuk Seif-

Victimizing Victims

1 Self-victimizing victims uarkotika dau psikotropika

Suatu viktimisasi adalah sebagai suatu permasalahan manusia yang

merupakan kenyataan sosial hal ini disebabkan karena setiap warga negara

berhak mendapatkan rasa aman dan bcbas dari segala bentuk kekerasan

sesuai dengan falsafah Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 Contohnya adalah seseorang akibat perbuatannya memakai

narkotika dapat menimbulkan bahwa si pemakai tersebut menjadi tidak

berdaya upaya dengan kata lain bahwa si pelaku telah menjadi korban

akibat perbuatannya sendiri yang menimbulkan perbuatan kriminal

Penyalahgunaan narkolika atau psikolropika merupakan perbuatan

kriminal karena telah melanggar ketentuan di dalam undang-undang yang

ada yakni Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tetang Psikotropika dan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Terlibatnya si

pelaku kejahatan atau tindak pidana yang menimbulkan kerugian terhadap

dirinya sendiri daiam hal inilah yang disebut dengan istilah self victimizing

victims yang merupakan bagian dari viktimisasi Sehubungan dengan itu

maka Wolfgang menyatakan beberapa Jenis viktimisasi ialah

1 Unrelated victims yaitu korban yang tidak ada hubungannya sama

sekali dengan terjadinya korban misalnya pada kasus kecelakaan

pesawat Dalam hal In tanggungjawab sepenuhnya terletak pada

Utplietin3|il(igspqtcom2()OSIOl|ukum-viktinivl9gihlml diakscs terakhir langgul l2Januari 2015

45

pelaku

2 Provocative victims yaitu seseorang yang secara aktif mendorong

dirinya menjadi korban misalnya kasus selingkuli dimana korban juga

sebagai pelaku

3 Participating victims yailu seseorang yang tidak berbuul tetapi dengan

sikapnya justru mendorong dirinya menjadi korban

4 Biologically weak victims yaitu mereka yang secara tisik memiliki

keleinalian atau potensi untuk mcnjadi korban misalnya orang tua

renla anak-anak dan orang yang tidak mampu bcrbual apa-apa

5 Socially weak victims Yaitu mereka yang memiliki kedudukan social

yang lemah yang menyebabkan mereka mcnjadi korban misalnya

korban perdagangan perempuan dan sebagainya

6 Self victimizing victims yaitu mereka yang menjadi korban karena

kejahatan yang dilakukannya sendiri pengguna obat bius judi aborsi

dan prostitusi

Dalam hal ini kedudukan viktimologi sebagai sebuah ilmu yang

mempelajari tentang korban memiliki peranan yang sangat penting ruang

lingkup viktimologi ini meliputi

1 Semua macam sciiap macam perbuatan kriminal yang mengakibatkan

orang-orang mcnjadi korban

2 Setiap orang atau pihak yang dapat menjadi korban baik orang

perorangan maupun suatu korporasi atau organLsasi

3 Setiap orang atau pihak yang dapal menimbulkan korban artinya

46

dimana disatu sisi orang terscbut dapat merugikan orang iain sehingga

orang tidak merasa aman akibat tindakanya

4 Cara-cara viktimisasi atau penimbulan korban

5 Bentuk-bentuk viktimisasi yang terdiri dari primary viclimizalion

adalah korban individualperorangan bukan kelompok secondary

victimizalion korbannya adalali kelompok misalnya badan hukum

tertiary Victimizalion yang menjadi korban adalah masyarakat luas

nun viciimozaiion korbannya tidak dapat segera diketahui misalnya

konsumen yang tertipu dalam menggunakan hasil produksi

6 Akibat viktimisasi

7 Pengaruh viktimisasi

8 Reaksi atau respons terhadap viktimisasi

9 Penyelesaian viktimisasi dan

10 Pengaturan yang berkaitan dengan viktimisasi (yang menjadi

perhatian viktimologi)

Studi viktimologi akan memberikan pemahaman kepada setiap

individu mengenai hak dan kewajibannya dalam rangka mengantisipasi

berbagai bahaya yang mengancamnya Viktimologi memberikan

sumbangan pemikiran mengenai masalah viktimisasi tidak langsung

dampak sosial polusi industri viktimisasi ekonomi politik dan

penyalahgunaan kewenangan Viktimologi ini juga memberikan dasar

pemikiran dalam penyelesaian viktimisasi kriminal atau factor viclimogen

dalam sistem peradilan pidana

47

Dari perspektif ikalan Korban Napza (IKON) l ial i yang dimaksud

sebagai korban adalah orangperorangan yang menderita secara langsung

dari penyalahgunaan napza dan tennasuk pula keluarga alau tanggungan

langsung dari korban Namun karena hukum dl Indonesia memandang

pengguna napza adaiah kriminal maka terjadilah dampak-dampak negalif

yang dialami oleh pengguna napza yang merupakan korban scperti

diskriminasi kriminallsasi kesehatan dan stigmatisasi Maka sebagai

korban IKON Bali mendorong agar dihentikannyadiskriminasi lerhadap

korban napza mendorong vonis rehabilitasi untuk korban napza

mendorong agar dihentikannya penyiksaan terhadap korban napza dan

yang terakhir adalah mendorong terpenuhinya hak atas kesehatan bagi

korban dan orang terinfeksi HIV Dengan melihat kondisi permasalahan

penanggulangan napza yang semakin tidak menentu dan meningkatnya

jumlah korban napza secara terus-menerus Maka Ikon Bali meminta

1) Penerapan SEMA Nomor 7 Tahun 2009 sebagai pemenuhan hak atas

kesehatan terhadap korban Mpza

2) Meminta kepada Pengadilan Negeri Denpasar untuk menjadi insiator

dalam penyusunan langkah teknis penerapan SEMA Nomor 7 Tahun

2009

3) Meminta kepada selunih instansi tcrkait untuk mulai meiigambil

langkah nyata dalam penanggulangan napza

43 Ibid

48

4) Meminta agar korban napza diperlakukan secara manusiawi tanpa

penyiksaan sligma dan diskriminasi

5) Ikon Bali mendukung secara penuh program-program pemerintab

dalam penanggulangan napza

2 Rehabilitasi terhadap self-victimizing victims

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

merupakan undang-undang yang baru menggantikan Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika Adapun pasal-pasal di dalam

undang-undang in yang mengatur mengenai perlindungan korban adalah

berbagai pasal-pasal yangmencantumkan rehabilitas kepada korban

maupun pelaku tindak pidana narkolika Pasal 1 ayat (16) meneniukan

defenisi mengenai rehabilitasi dipandang dari sisi medis yakni

Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara

terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan Narkotika

Sementara Itu dalam Pasal 1 ayat (17) ditentukan defenisi rehabilitasi

dipandang dari sisi sosial yakni Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses

kegiatan pemulihan secara terpadu baik fisik mental maupun sosial agar

bekas pecandu Narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosia dalam

kehidupan masyarakat

Diimdangkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang merupakan undang-undang baru ini tentu mempunyai

maksud dan tujuannya Adapun tujuan yang terdapat dalam Pasal 4 yang

berbunyi

49

Undang-Undang tentang Narkotika bertujuan

a Menjamin kelersediaiin Narkotika untuk kcpentingan peiayanan

kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

b Mencegah mclindungi dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari

penyalahgunaan Narkotika

c Memberanlas pcredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika dan

d Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi Penyalah

Guna dan pecandu Narkotika

Bentuk perlindungan terhadap korban dan pelaku kejahatan tindak

pidana narkotika di dalajn Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

disebutkan ada 2 (dua) macam yakni pengobatan dan rehabilitasi lerhadap

korban maupun pelaku Pada Pasal 53 ayat (3) tersebul di atas bahwa yang

dimaksud dengan buktl yangsah antara lain surat kctcrangan dokter

salinan resep atau labeletiket Selcngkapnya mengenai pengobatan

ditentukan dalam Pasal 53 yang berbunyi sebagai berikut

(1) Untuk kcpentingan pengobatan dan berdasarkan indikasi medis

dokter dapal memberikan Narkotika Golongan II atau Golongan III

dalam jumlah terbatas dan sediaan tertentu kepada pasien sesuai

dengan ketcnluan peraturan perundang-undangan

(2) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat ( I ) dapal memiliki

menyimpan danatau incmbawa Narkolika untuk dirinya sendiri

(3) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mempunyai bukti

yang sali bahwa Narkotika yang dimiiiki disimpan danatau dibawa

50

untuk digunakan diperoleh secara sail sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan

Mengenai rehabilitasi terhadap korban dan pelaku tindak pidana

kejahatan penyalahgunaan narkotika merupakan suatu kewajiban bagi

pemerintah dan instansi masyarakat Sebagaimana ketentuan dalam Pasal

54 bahwa Pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika

wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial Dalam Pasal 56

disebutkan juga bahwa

(1) Rehabilitasi mcdis Pecandu Narkotika dilakukan di rumah sakit yang

ditunjuk oleh Menteri

(2) Lembaga rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan oleh instansi

pemerintah atau masyarakat dapat melakukan rehabililasi medis

Pecandu Narkotika setelah mendapat persetujuan Menteri

Kemudian dipertegas kembali dalam Pasal 57 bahwa selain melaiui

pengobatan danatau rehabilitasi medis penyembuhan Pecandu Narkotika

dapat diselenggarakan oleh instansi pemerintah alau masyarakat melaiui

pendekatan keagamaan dan tradisional Salah satu tugas dan wewenang

Badan Narkotika Nasional adalah meningkatkan kemampuan lembaga

rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu Narkotika baik yang

diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat

Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 ini terdapat

pengecualian dalam hal luniutan pidana terhadap anak yang masih berada

di bawah umur Misalnya terdapat di dalam salah satu pasalnya yakni pada

51

Pasal 128 ayal ( I ) yang bcrbunyi Orang tua atau wali dari pecandu yang

belum cukup umur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) yang

sengaja tidak mciapor dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6

(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp 100000000 satu juta

rupiah) Tetapi di datam ketentuan tain yakni pada Pasal 128 ayat (2) dan

ayal (3) ditentukan bahwa anak yang masih di bawah umur tidak dapat

dituntut pidami selcngkapnya pasal tersebul berbunyi Pecandu Narkotika

yang belum cukup umur dan telah dilaporkan oleh orang tua atau walinya

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat ( I ) tidak dituntut pidana

(Pasal 128 ayat (2)) dan Pecandu Narkotika yang telah cukup umur

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) yang sedang menjalani

rehabilitasi mcdis 2 (dua) kali masa perawatan dokter di rumah sakit

danatau lembaga rehabilitasi medis yang ditunjuk oleh pemerintah tidak

dituntut pidana

Pada awalnya narkotika digunakan unluk kcpentingan umat

manusia khususnya untuk pengobatan dan peiayanan kesehatan Namun

dcngan semakin bcrkembangnya ilmu pcngclaliuan dan teknologi

peruntukan narkotika mengalami perluasan hingga kepada hal-hal yang

negatif

Di dunia kedokteran narkotika banyak digunakan khususnya

dalam proses pembiusan sebelum pasien diopcrasi mengingat di dalam

narkotika terkandung zat yang dapat mempengaruhi perasaan pikiran serta

kesadaran pusieti Oleh karena itu agar penggunaan narkotika dapal

52

memberikan manfaat bagi kehidupanurnat manusia maka pcredarannya

harus diawasi secara ketat sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 60 sampai

dengan Pasal 63 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang menyebutkan

Pasai 60 ditentukan bahwa

(1) Pemerintah melakukan pembinaan terhadap segala kegiatan yang

berhubungan dengan Narkolika

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meiipuli upaya

a Memenuhi ketcrsediaan Narkotika unluk kcpentingan peiayanan

kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi

b Mencegah penyalahgunaan Narkotika

c Mencegah generasi muda dan anak usia sekoiah

dalampenyalahgunaan Narkotika termasuk dengan memasukkan

pendidikanyang berkaitan dengan Narkotika dalam kurikulum

sekoiah dasarsampai lanjutan atas

d Mendorong dan menunjang kegiatan penelitian danatau

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di brdang

narkolika unluk kcpentingan peiayanan kesehatan dan

e Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis bagi

Pecandu Narkotika baik yang diselenggarakan oleh pemerintah

maupun masyarakat

53

Pasal 61 ditentukan baiiwa

(1) Pemerintah melakukan pcngawasan terhadap segala kegiatan yang

berkaitan dengan Narkotika

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi

1 Narkolika dan Prekursor Narkolika untuk kcpentingan peiayanan

kesehatan danatau pengembangan Hmu pengetahuan dan

teknologi

2 Alat-alat potensial yang dapat disaiahgunakan untuk melakukan

tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkolika

3 Evaluasi keamanan khasiat dan mutu produk sebelum diedarkan

4 Produksi

5 impor dan ekspor

6 Pcrcdaran

7 Pelabeian

8 Tnformasi dan

9 Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Pasal 62 berbunyi Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan

sebagaimana dimaksud dalam Pasai 60 dan pengawasan sebagaimana

dimaksiiddalam Pasal 61 diatur dengan Peraturan Pemerintah Dan dalam

Pasal 63 disebutkan bahwa Pemerintah mengupayakan kerja sama

dengan ncgara lain danatau badan intcmasional secara bilateral dan

multiialeral baik regional maupun internasional dalam rangka pembinaan

dan pengawasan Narkotika dan Prekursor Narkotika sesuai dengan

54

kcpentingan nasional

Berdasarkan biinyi beberapa pasa di atas mengenai pengawasan

terhadap pentingnya peredaran narkotika wajib diawasi secara ketat

dikarenakan saat ini pemanfaatannya banyak untuk hal-hal yang negatif

D i samping itu melaiui perkembangan teknologi informasi dan

komunikasi penyebaran narkotika sudah menjangkau hampir ke semua

wilayah di Indonesia hingga ke pelosok-pelosok Daerah yang sebelumnya

tidak pcrriah tersentuh oleh peredaran narkotika lambat laun berubah

menjadi sentra peredaran narkotika Begitu pula anak-anak yang pada

mulanya awam terhadap barang haram ini telah berubah menjadi sosok

pecandu yang siikar untuk dilepaskan ketergantungannya

Sebelum Iahimya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

mengenai narkotika diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997

tentang Narkotika namun undang-undang ini tidak dapat dipertahankan

lagi keberadaannya karena adanya perkembangan kualitas kejahatan

narkotika yang sudali menjadi ancaman serius bagi kehidupan umat

manusia Pengguna narkotika sangat beragam dan menjangkau semua

lapisan masyarakat mulai dari anak-anak hingga orang dewasa orang

awam hingga artis bahkan hingga pejabat publik

Efek negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan narkotika secara

berlebihan dalam jangka waktu lama serta tidak diawasi oleh ahlinya

dapat

menimbulkan berbagai dampak negatif pada penggunanya baik secara

55

fisik maupun psikis Bahkan tidak janing penggunaan narkotika dapat

memicu terjadinya berbagai tindak pidana Karena itu untuk mencegah

semakin mcluasnya dampak negalif yang ditimbulkan dari penggunaan

narkotika maka pengawasan tidak hanya terbatas pada peredaran

narkotika tetapi juga pada mereka yang menjadi korban misalnya

sescorang yang menderita ketergantungan narkotika (pecandu) Apabila

seorang pecandu narkotika telah divonis bcrsalah oleh hakim atas tindak

pidana narkotika yang dilakukannya maka untuk memberikan kesempatan

pada yang bersangkutan agar tcrbebas dari kecanduaniiya maka hakim

dapat mcmutuskan untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani

pengobatan danatau perawatan

Pengobatan dan perawatan terhadap pecandu narkotika dilakukan

melaiui fasilitas rchabilitasi Rcliabilitasi medis dan sosial yang diberikan

kepada pecandu dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan

kemampuan fisik mental dan sosialnya Selain pengobatan dan perawatan

melaiui rehabililasi medis proses penyembuhan pecandu narkotika dapat

diiaksanakan oleh masyarakat melalul pendekatan keagamaan dan

tradisional

Sebagai conloh di Pakem Sleman Yogyakarta telah didirikan

sualu kliiiik alau Pusat Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkotika

Psikolropika dan Zal-zat Aditiflainnya (NAPZA) Terpadu yang didirikan

atas kerjasania Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dan

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang diresmikan pada tanggal 7

56

Desember 2005 Tujuan umum pendiriaii pusat rehabilitasi terpadu ini

adalah untuk memberikan jaminan penanganan paripurnakepada korban

penyalahgunaan Napza melaiui aspek hukum aspek medis aspek sosial

aspek spiritual serta pengembangan pcndidikan dan pelatihan dalam

bidang NAPZA secara terpadu sedangkan tujuan khususnya adalah

1 Terhindarnya korban dan instilusi dan penelrasi pengedar

2 Terhindarnya kerusakan mental dun masa depan para penyalah guna

Napza yang akan mcmbtinuh potensi pengembangan mereka

3 Terhindarnya korban-korban baru akibat penularan penyakil-penyakit

seperti Hepatitis HIVAIDS dan penyakit menular lainnya

4 Terwujudnya proses pengembangan penanganan korban NAPZA dan

aspek ilmiah serta keiimuan yang dinamis sesuai perkembangan zaman

sebagai pusat jaringan informasi terpadu dan mewujudkan teknis

penanganan penyalahgunaan narkotika dan obat-obalan terlarang bagi

daerah sekitamya maupun nasional

Pemberian perlindungan kepada korban narkotika lentil tidak dapat

dibebankan sepenuhnya kcpada pemeriiilah peran serta masyarakat pun

diharapkan ada salah salunya diterimanya kembali mantan pani pengguna

dalam lingkungannya tanpa melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya

diskriminatif bahkan dengan mcmposisikan mereka sebagai warga keias

dua yang harus dljauhi

Bentuk periindunganyang diberikan terhadap pelaku maupun

Dikdik M ArilMansur dan tUisUiris Guitom loa cil hal 90

57

korban penyalahgunaan narkolika dan psikotropika daiambentuk

rehabilitasi

Rehabilitasi adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang

dilujukan kepada pemakai narkolika dan psikotropika yang sudah

menjalani program kuratif Tujuannya agar pelaku tidak memakai lagi

dan bebas dari penyakit ikutan yang disebabkan oleh bekas pemakaian

narkotika dan psikotropika

3 Tahapan-tahapan rchabilitasi terhadap self-victimizing victims

Tahapan-tahapan rehabilitasi terhadap self-victimizing victims atas

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika yang ada di Indonesia tidak

sama Ada yang menekankan rehabilitasi hanya pada aspek medis ada

pula yang lebih menekankan pada aspek rohani Atau memadukan kedua

pendekatan tersebut dengan komposisi yang seimbang Yang ideal

rehabilitasi seorang korban narkotika dan psikotropika harus dilakukan

secara holisitik baik secara fisik psikis maupun kerohaiiiannya

1 Tahapan pengobatan (rehabilitasi)

Secara umum ada beberapa tahapan yang harus dilewati

Masing-masing tahapan tersebut memakan waktu bervariasi ada yang

seminggii sebulan dan bahkan berbu lan-bulan tcrgantung tingkat

ketergantungan tekad korban dan juga dukungan berbagai pihak

terutama keluarga dalam seluruh proses tersebut Setiap tahapan

Subagjo PiirloUiharjo Loc cU hal 105 ^ E M Giri Prastowo loc cil hal 28 -29

58

tersebut disusun dan dibuat untuk inenganlar pasien secara bertaiiap

melepaskan dari ketergantungan narkotika dan psikotropika Beberapa

tahapan rehabilitasi ini yang disajikan berikut sudah Icruji dapat

menyembuhkan atau memulihkan korban narkotika dan psikotropika

secara maksimal

a Tahapan transisi

Penekanaii dalam tahap ini lebih kepada informasi awal

tentang korbanseperti

1) Latar belakang korban

2) Lama ketergantungan

3) Jenis obat yang dipakai

4) Akibat-akibat ketergantungan dan

5) Berbagai inlbrniasi lainnya

Hal ini penling sehingga pada saatnya akan menjadi acuan

bagi pihak yang terlibat secara intensif dalam proses rehabilitasi

Ahl i yang berkompeten (dokter) akan menganaiisa tingkat

ketergantungan korban untuk kemudian meneniukan tingkat

pengobatan dan tingkat pembinaan bagi si korban schingga terapi

dan metode pengobatan bisa dilakukan secara terukur

Tahapan ini Juga dapat dijadikan rujukan untuk meneari

model rehabilitasi yang paling tepat bagi yang bersangkutan Pada

tahap ini tim rehabilitasi akan membantu korban agar menyadari

dirinya sedang menghadapl masalah ketergantungan narkotika dan

59

psikotropika Korban diajak untuk bersama-sama mengatasinya Hal

ini penting karena proses rchabilitasi tidak akan berhasil tanpa

adanya kesadaran korban tentang adanya bahaya yang dihadapinya

Dari situ akan dibangun tekad dan komitmennya untuk

meninggalkan narkotika dan psikotropika

Selain itu pada tahapan ini akan diteliti akibat fisik dari

penggunaan narkotika dan psikotropika Sejauh mana tingkat

kerusakan syaraf dan organ-organ tubuhnya yang rusak Unluk itu

diadakan pemeriksaaii laboratoriumiengkap dan tes penunjang untuk

mcndeteksi penyakit yang diderita korban A[)abia dalam

pemeriksaan ditemukan satu atau beberapa penyakit maka terlebih

dahulu diadakan pengobalan medis sebelum penderita mendapat

proses rehabilitasi lanjutan Langkah ini penting selain agar tubuh

yang bersangkutan bebas dari penyakit juga untuk mencegah

terjadinya penularan balk kepada korban narkotika dan psikotropika

ini diadakan pembersihan darah pada tubuh pecandu sehingga darah

menjadi bersih dan sistem metabolisme tubuh kembali normal

Proses ini dapat dilakukan melaiui cara-cara berikut

1) Cold Turkey abrupt withdrawal) yaitu proses penghentian

pemakaian narkotika dan psikolropika secara tiba-tiba tanpa

disertai dengan substitusi antidotum

2) Bertaliap atau substitusi bertahap misalnya dengan kodein

^Ibidhal 30

60

methadone CPZ atau clocard selama i -2 minggu

3) Rapid Detoxification dilakukan dengan anestesi umum (6-12

jam) dan

4) Simtomatik tergantung gejala yang dirasakan

2 Rehabilitasi intensif

Setelah melewati masa transisi (pengumpulan informasi tentang

keadaan korban dan latar belakangnya) baru masiik pada fase

berikutnya yakni proses penyembuhan secara psikis Motivasi dan

potensi dirinya dibangun daiam tahap ini Korban diajak untuk

menemukan dirinya dan segala potensinya sambil juga menyadari

berbagai keterbalasannya Bahwa untuk mengatasi masalah hidup yang

bersangkutan tidak perlu harus mengkonsumsi narkotika dan

psikotropika Narkotika dan psikotropika justru menciptakan masalah

baru yang jauh lebih besar dalam hidupnya Narkotika dan psikotropika

bukanlah solusi tetapi menjadisumber masalah Pada tahap ini berbagai

contoh dapat dipcrlihatkan kepada korban

Yang terlibat di dalam tahap ini yang utama adalah korban itu

sendiri sebagai pelaku self-victimizing victims) Korban harus punya

tekad untuk hidup tanpa narkotika dan psikotropika Korban harus bisa

menatap masa depan dengan penuh optimisme Selain yang

bersangkutan peranan keluarga (orang liia dan saudara-saudaranya

suami atau istri) juga sangal pcnling Anggota keluarga ini harus secara

intensifmendampingi dan jnenopang korban

61

Staf di paiiti rehabilitasi para konselor psikolog dan semua

pihak di panti rehabilitasi untuk bersama-sama mcmbangun

kepercayaan diri korban Seluruh proses ini membutuhkan waktu

berbulan-bulan bahkan selama bertahun-tahun tergantung tingkat

ketergantungan dan efeknya bagi korban Berbagai terapi yang

dilakukan selama dalam tahap ini baik yang dilakukan secara pribadi

maupun bersama-sama lewat berbagai aktivitas di panti rehabilitasi

tersebut bertujuan untuk memberdayakan kembali korban yang disekian

lama telah terpuruk oleh narkolika dan psikotropika Sebagai langkah

awal untuk sosialisasi diri dengan masyarakat korban juga secara

bertahap mulai mcmbangun komunikasi dengan orang lain di Iuar

komunitas rehabilitasi

Menurut Romo Lambertus Somar MSG dalam bukunya

Rehabilitasi Pecandu Narkotika dan Psikotropika pada tahap ini ada

tiga titik yang harus dilewati yang lebih dikenal dengan tahapan

stabilisasi pribadi yailu^

1 Secara sadar dan tekun melepaskan diri dari berbagai penyakit dan

akibatakibat lainnya (no to drugs) Tahap ini merupakan tahap

stabilisasi awai atau tahap konsolidasi (comolidation)

2 Menemukan jati diri menguasai kiat-kiat dan keterampilan-

keterampilan untuk menyehatkan serta mengisi hidup secara lebih

bermakna dan bermulu Latihan keterampilan vokasional (kerja) dan

E M Giri Praslowo Loc cil hal 32

62

peiigungkapan diri dari dimulai dibina sebiiigga disebul juga (afiap

pengukuan diri (jyerwtuil appraisal) Inilah lahap slabilisasi

niericiigah (inadya)

3 Dengan inisiatif pribadi orang secara sadar mulai berfikir dan

bertindak untuk mencapai prestasi-prestasi tertentu schingga disebut

juga tahap positive thinking and doing Tahap ini merupakan tahap

stabilisasi akhir

4 Tahap rekonsiliasi Tahapan berikut yang harus dilewati dan sangat

vital adalah tahap rekonsiliasi Tara korban tidak langsung

herinlcraksi secara bebas dcngan masyarakat akan tctiipi lerleblh

dahulu ditampung di sebuah lingkungan khusus selama beberapa

waktu sampai pasien benar-benar siap secara mental dan rohani

kembali kelingkungannya semula Yang paling ulama dalam fase ini

adalah pembinaan mental spiritual keimanan dan ketakwaan serta

kcsepiikatan sosial kemasyarakaian Proses ini bisa meliputi program

pembinaan jasmani dan rohani

Sampai ke tahap ini yang bersangkutan masih tcrikat dengan

rehabilitasi foimal namun sudah mulai membiasakan diri dengan

masyarakat Iuar sehingga merupakan proses resosialisasi (reentry) atau

penyesuaian (reconcilialion) Proses ini melewati tiga titik penting juga

yaitu

1 Tinggal lebih sering dan lebih lama di lingkungan keluarga sebagai

63

teiiipal tinggal tetap atau pun tempat tinggal transit unluk

resosialisasi sambil mclaiijiitkan kegiatan pilihan sebagai penunjang

masa selanjutnya Di sini terjadi perdamaian dan penycsuaian-

penyesuaian kembali dengan lingkungan

2 Rencana masa depan yang jelas dan siap direalisasikaii dengan

dukungan keluarga atau pihak-pihak lain Pada tahap ini korban

dapat memulai aktivitasnya lagi seperti sekolahkuliah mulai bekerja

atau merintis usaha sendiri

3 Kontak awal dengan kelompok-keiompok atau program-program

pemeliharaan lanjut aftercare) Di sini orang meiierima dirinya

seperti apa adanya merasa puas lalu mempercayakan dirinya ke

tangan orang lain

4 Pciiieliharaaii Lanjut Pada tahap ini walaupun secara fisik yang

bersangkutan sudah dinyatakan seliul dan secara psikis pun sudali

pulih namun masih ada kcmungkinan mereka akan tergclincir

kembali icbihlebih saat mereka sedang menghadapl masalah Pada

saat itu bisa Jadi mereka bemostagia dengan menikmati narkolika

dan psikotropika Saat ini juga niwaii Karena itu setiap korban yang

niemasuki tahap inidipersiapkaii sungguh-sungguh agar dapal

melewati dan mengatasi sUuasi rawan ini dengan melewati tiga titik

ini yakni

a Mengubah menghilangkan aUiu menjauhi hal-hal yang bersifat

bid hul 34

64

nostaigia kesenaiigan narkolika dan psikolropika

b Setiap mengikuti program-program dan aeara-acara aftercare

(pemeliharaan lanjut) dan

c Dapat juga mcUbatkan diri dalam gerakan atau kelompok bersih

narkoba dan peduli penanggulangannya

BAB IV

PENUTUP

A Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dipaparkan tersebut di atas peneliti

memberikan beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap

permasalahan di dalam penelitian ini sebagai berikut

Di antara berbagai faktor yang dapat mempengaruhi seseorang atau

individu menyalahgunakan narkotika atau psikotropika terdapat faktor

yang paling duininan yakni laktor yang bersumber dari keadaan keluarga

dan lingkungan bukan karcnn faktor individunya Karena faktor keluarga

yang buruk dan lingkungan yang juga buruk dan saling mendukung dapat

mempengaruhi individu menjadi pelaku lindak pidana penyalahgunaan

narkolika dan psikotropika tersebut dengan kata lain faktor keluarga dan

lingkungan yang buruk ini membuka kesempatan kcpada seseorang untuk

merasakan pergaulan dengan narkotika atau psikotropika sehingga dapal

menimbulkan ketergantungan terhadapnya

2 Perlindungan lerhadap korban narkotika- jika dihubungkan dengan

beberapa teori pemidanaan dalam perspektif Undang-Undatig Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika yang baru terdapai keseimbangan antara

perlindungan terhadap pelaku kejahatan narkotika dengan korban Dimana

bahwa berdasarkan sanksi baik pidana maupun denda yang terdapat dalam

undang-undang ini sangatlah bcrat-bcnil dan tegas Ini berarti bahwa

65 bull

66

undang-undang narkotika yang baru tersebut lebih mementingkan korban

dari pada pelaku kejalialan narkotika Mengingat bahwa dcngan adanya

pelaku atau pengedar narkotika dapat menimbulkan ktgtrban semakin

banyak yang berjatuhan seliingga daripada korbannya anak bangsa yang

memiliki masa depan yang cerah terhadap bangsa dan negara Indonesia

maka lebih baik menctapkan sanksi atau hukuman yang seberat-beratnya

terhadap si pelaku lindak pidana narkolika bahkan pidana mati atau

seumur hidup Jika diperhatikan dalam ketentuan beberapa pasal undang-

undang yang baru ini juga diatur mengenai rchabilitasi terhadap korban

baik korban yang diakibatkan oleh orang lain niaiipim karena self

victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si pelaku ilu

sendiri

Saran

Adapun yang menjadi saran peneliti di dalam penelitian ini yang

menjadi harapan untuk dipcrliatikan bersama adalah sebagai berikut

1 Diharapkan bagi setiap keluarga untuk menjaga keharmonisan melakukan

pengawasan dan mcnanainkan pcndidikan yang benar terutama dalam lial

menyeimbangkan antara emosi inteligensi dan spritual sejak dari din

terhadap anak sebagai benteng terhadap dirinya untuk dapat membentengi

dari pengaruh narkotika dan psikotropika yang semakin mengancam

keadaan lingkungan masyarakat

2 Diharapkan terhadap pemerintah untuk melakukan sosialisasi yang

teriiitegrasi dan menyeluruh terhadap semua lapisan masyarakat baik

67

masyarakat di pedesan (primitlf) maupun masyarakat kota betapa besamya

sanksi pidana dan denda yang digariskan di dalam undang-undang

narkotika dan psikotropika misalnya dcngan mcmpublikasikannya dalam

bentuk billboard di pcrsiinpangan jalan sehingga setiap orang yang lewat

dengan secara otomatis masyarakat akan inengelaliuinya dan

berkemuiigkiiian orang yang membacanya setidaknya tlmbul rasa takut

untuk terjun ke dalam penyalahgunaaan narkotika dan psikotropika

tersebut

D A F T A R PUSTAKA

A Bukii

Arrasjid Chainur Sualu Pemikiran Tentang Psikologi Kriminil Mcdan Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU 1999

Gerson Bawengan Penganlar Psichology Kriminil Jakarta Pradya Pramita 1973

Gosita Arif Masalah Korban Kejahatan Jakarta Akademika Pressindo 1993

Hakim M Ariel Narkoba Bahaya dan Penanggulangannya Bandung Jembar 2007

Hawari Dadang Konsep islam Memerangi AIDS dan NAZA Get X i Yogyakarta Dhana Baktl Priaya 1997

Kaligis OC dan Soedjono Dirdjosisworo Narkoba dan Peradilannya di Indonesia (Retbrmasi Hukum Pidana Melaiui Perundangan dan Peradilan) Bandung PT Alumni 2002

Kartono Kartini Psichology Abnormal Bandung Alumni 1972

Mansur Dikdik M Arif dan Elistaris Guitom Urgensi Perlindungan Korban Kejahalan Antara Norma dan Reaiita Bandung Agustus Fakultas Hukum Universitas Padjajaran 2006

Mardani Penyalahgunaan Narkoba Daiam Perspeklif Hukum islam dan hukum Pidana Nasional Jakarta IH RajuGrufindoPersado 2007

Marpaung Leden Asas Teori Prakiek Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005

Moelyono Anton M Kumus Besar Bahasa Indonesia Get 11 Jakarta Balai Pustaka 1988

Muladi HAM Dalam Persepkiif Sistem Peradilan Pidana dalam Muladi (ed) Hak Asasi Manusia Hakekal Konsep dan Implikasinya Dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat Bandung Refika Aditama 2005

dan Barda Nawawi Arlef Bunga Rampai Hukum Pidana Bandung Alumni 1992

Partodiharjo Subagyo Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannyai Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2003

Ioyk Fanny Jonathans Sehiiah Kesehatan Narkoba Sayonara Jakarta PT Gelora Aksara Pratama 2006

Prastowo EM Giri Rehabilitasi Bagi Korban Narkoba Tangcrang Visimedia 2006

Prodjodikoro Wirjono Asas-asas Hukum Pidana Cetakan Pcrtama Jakarta Sinar Grafika 2005

Roeslan Saieh Stelsel Pidana Indonesia Jakarta Bina Aksara 1987

Soedjono D Segi Hukum Tentang Narkolika di Indonesia Bandung Karya Nusanlara 1977

Hukum Narkolika Indonesia Bandung PT Citra Adtya Baktl i 990

Soekanto Soerjono dan Sri Mumadjj Penelitian Hukum Normalif Suatu Tijnjauan Singkat Jakarta Rajagrafindo Persada 2001

Sudarsono Kenakalan Remaja cet Ii Jakarta Rineka Cipta 1992

Tom dkk Bahaya NAPZA Bagi Pelajar Bandung Yayasan Al-Ghifari Morgan 1999

Tim BNN Materi Advokad Pencegahan Narkoba Jakarta Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia 2005

Yustisia Himpunan Peraturan Pemndang-Undangan Anti Narkoba diterjenialikuii oleh Tim iustaka Yuslisia Yogyakarta iuslaka Yustisia 2006

Waluyo Bambang Penelitian Hukum dalam Prakiek Jakarta Sinar Grafika 1996

Wcda Made Darma Beberapa Catalan Tentang Korban Kejahalan Korporasi dalam niingti Rampai Viktimisasi Bandung Eresco 1995

B Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Pasal 152

Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika22Tahun 1997 tentang Narkotika

Keppres Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkolika Nasional

CInternet

htlpwwwbnngoidportalbariiiiorlalkQnlenpltpniima^Prorilampop^visi niisiamp tnn=lamp diakses tcrakiiir tanggal 13 November 2014

httpthed03hlogspoteom2008l Ohukuiii-viktimolQgihtmk diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014

httpwwwikonbaliorg26062Q(19advokasipctisi-ikon-bali-segera-tcrapkan-semahtml Petisi Ikalan Korban Napza (IKON) dalam rangka menyambut Hari Anti Narkotika (HANI) dan Hari Anti Penyiksaan 2009 diakses terakhir tanggal 12 Desember 2014

httpwwwsurnekscoidindexphp7pption=^om cpntentampview=articleampid=^1405 2010-kej ati-baru-terapkan-uu-no-3 52009ampcatid=44 ilir-barat-i-bukit-keciIampUemid=94 diakses lerakJiir tanggal 12 Desember 2014

httpidsbvoongcQmexact-sciencesl8Q8652-getielika-dan-keiahatan Faktor Genetik Penyebab Kejahalan diakses terakhir tanggal 10 jaiiuari 2014

httpwwwasiasecuritiescoidsys 12ximagesstories201QEqtiitv2Q Pdf diakses terakhir tanggal 10 Januari 2014

LAMPIRAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

F A K U L T A S HUKUM

K A R T U AKTIVITAS BIMBINGAN SKRIPSI

N A M A MAHASISWA DIANA SAPUTRA

N O M O R INDUK MAHASISWA 50 2011 059

P R O G R A M STUDI I L M U H U K U M

PROG K E K H U S U S A N H U K U M PIDANA

P E M B I M B I N G M S O L E H IDRUS SHMH

l U D U L SKRIPSI P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T U N D A N G U N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I

KONSULTASI

K F -

MATERI YANG

DIBIMBINGKAN

PARAF

PEMBIMBING K E T

luymdash

y^ ^ Tlt2 N ^

7 M e

fSUL

k ^

CATATAN MOHON DIBERI WAKTU MENYELESAIKAN SKRIlSl RUiAN SEJAK TANGGAL DIKELUARKAN DITETAIKAN

DIKELUARKAN DI PALEMBANG PADA TANGGAL KETUA BAGIAN

JUDUL P E N Y A L A H G U N A A N N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG UNDANG N O M O R 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I

P E R M A S A L A H A N 1 Apa yang menjadi faktor tcrjadinya penyalaJigunaan narkotika dan psikotropika

2 Bagaimana pengaturan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspektif victimologi

B A B l P H N D A I i U L U A N A Latar Belakang B Permasalahan C Ruang Lingkup dan Tujuan D Metode Penelitian E Sistematika Penulisan

B A B 11 T I N J A U A N PUSTAKA

A Pengertian penyalahgunaan B Pengertian victimologi C Ruang lingkup victimologi D Jents dan penggolongan narkotika dan psikotropika E Undang Undang yang mengatur tentang narkotika

dan psikotropika

BAB I I I PEMBAHASAN A Faktor yang menyebabkan terjadinya

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika

B Penyalahgunaan narkotika dan psikolropika menurut undang undang nomor 35 tahun 2009 dari perspeklif victimologi

BAB IV PENUTUP A Kesimpulan

B Saran-saran

DAF1AR PUSTAKA

L A M P I R A N - L A M P I R A N

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM

Lampiran Perihal Kepada

Sistematika penulisan (Outline) Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi YUi NUR HUSNI LMILSON SHSpNMH

Pembimbing Akademik Fakultas Hukum UMP dl-Palembaniz

Assalamualaikum WrWb

Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama DIANA SAPU I RA

Program Kekhususan Flukum Pidana

fada semester Lianjil tatiun kuliati 2UI42UI5 sudah menyelesaikan betian studi yang meliputi MPKMKKMKBMPBMBB (139 sks)

Dengan ini mengajukan pcrmohonan untuk penelitian Hukum dan Penulis Skripsi dengan judul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANG-UNDANG N O M O R 35 T A H U N 2009 D A R I P E R S P E K T I F V I C T I M O L O G I

Demikianlah atas perkenaan Ibu diucapkan terima kasih

Wassalamualaikum WrWb

NIM 50 2011 059 Ilmu Hukum Program Studi

Palembang September 2014 Pemohon ^^--^5

Rekomendasi PAYbs

Pembimbing Akademik

HUSNI EMHSON SH SpN MH

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM

REKOMENDASI DAN PEMBIMBING SKRIPSI

Nama Nim Program Study Program Kekhususan Judul skripsi

DIANA SAPUTRA 50 2011 059 Ilmu Hukum Hukum pidana PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI

I Rekomendasi Ketua Bagian a Rekomendasi

b Usulan Pembimbing

Hukum Pidana

raiemoang iepiemt)er zu 14 KetuaJBagu

LuuTiiiAKNurCsHrR^

I L Penatapan Pembimbing Skripsi Oleh Wakil Dekan I

1 2

Palembang September 2014 Wakil Dekan I

- i poundL Dr Hj SRI S U L A S T R I SH M H

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah i n i Nama Tempat Tanggal Lahir N I M Program Studi Program Kekhususan

DIANA SAPUTRA PetransJaya 15 Januari 1992 502011059 Ilmu Hukum Hukum Pidana

Menyatakan bahwa karya ilmiah skripsi saya yang berjudul P E N Y A L A G U N A A N N A R K O T I K A D A N P S I K O T R O P I K A M E N U R U T UNDANGshyU N D A N G NOMOR 35 TAHUN 2009 D A R I P E R S P E K T I F VICTIMOLOGI

Adalah bukan merupakan karya tulis orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali daiam bentuk kutipan yang telah kami sebutkan sumbemya

Demikianlah surat pemyataan ini kami buat dengan sebenar-benamya dan apabila pemyataan ini tidak benar kami bersedia mendapatkan sanksi akademis

Palembang September 2014

PERMOHONAN UNTUK MENGIKUTI SEMINAR PROPOSAL

Palembang Oktober2014 Perihal Mohon untuk diiaksanakan seminar

Proposal Penelitian Skripsi

Kepada Yth Ibu Luil Maknun SH MH Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang D i -

Palembang

Assalamualaikum Wr Wb Saya yang bertanda tangan dibawah Ini Nama DIANA SAPUTRA

NIM 50 2011 059

Program Kekhususan Hukum Pidana

Bahwa yang bersangkutan telah layak untuk mer^ikiuti Seminar Proposal rencana penelitian skripsi yang judul PENYALAGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI PERSPEKTIF VICTIMOLOGI

Mohon kiranya yang bersangkutan untuk dijadwalkan mengikuti Seminar Proposal usul Penelitian Skripsi

Demikianlah disampaikan untuk dipertimban^Lan Wassalamualaikum Wr Wb

Pembimbing Skripsi

M SOLEH IDRUS3HMS

H A L A M A N P E R S E T U J U A N U N T U K M E N G I K U T I S E M I N A R P R O P O S A L

Nama DIANA S A P U T R A

N I M 50 2011059

Program studi Ilmu Hukum

Program kekhususan Hukum Pidana

Judui Penelitian PENYALAHGUNAAN N A R K O T I K A DAN P S I K O T R O P I K A

MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DARI P E R S P E K T I F VICTIMOUHH

Palembang Oktober2014 Disetujui Pembimbing

M S O L E H IDRUSSH MS

Ketua Bagian Hukum Pidana

LuU MaknunSH M H

Page 20: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 21: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 22: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 23: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 24: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 25: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 26: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 27: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 28: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 29: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 30: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 31: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 32: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 33: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 34: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 35: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 36: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 37: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 38: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 39: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 40: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 41: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 42: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 43: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 44: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 45: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 46: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 47: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 48: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 49: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 50: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 51: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 52: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 53: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 54: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 55: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 56: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 57: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 58: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 59: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 60: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 61: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 62: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 63: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 64: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 65: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 66: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 67: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 68: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 69: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 70: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 71: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 72: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 73: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 74: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 75: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 76: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 77: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 78: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 79: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 80: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 81: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 82: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 83: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 84: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 85: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 86: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 87: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si
Page 88: SKRIPSI Okkirepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/142/1/SKRIPSI53-1703072233.pdf · orang lain maupun karena self victimizing victims atau korban yang karena perbuatan pidana si