SKRIPSI Oleh WIWIN ELVI YANTI I 111 13 351 - core.ac.uk · vii 11. Kepada seluruh keluarga yang...
Transcript of SKRIPSI Oleh WIWIN ELVI YANTI I 111 13 351 - core.ac.uk · vii 11. Kepada seluruh keluarga yang...
i
KONSUMSI PAKAN, DAYA CERNA BAHAN KERING, DAN DAYA
CERNA BAHAN ORGANIK PAKAN KOMPLIT MENGANDUNG
PULP KAKAO DENGAN LEVEL YANG BERBEDA PADA
KAMBING JANTAN PERANAKAN ETTAWA
SKRIPSI
Oleh
WIWIN ELVI YANTI
I 111 13 351
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
ii
KONSUMSI PAKAN, DAYA CERNA BAHAN KERING, DAN DAYA
CERNA BAHAN ORGANIK PAKAN KOMPLIT MENGANDUNG
PULP KAKAO DENGAN LEVEL YANG BERBEDA PADA
KAMBING JANTAN PERANAKAN ETTAWA
SKRIPSI
Oleh
WIWIN ELVI YANTI
I 111 13 351
Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana pada Fakultas Peternakan
Univesitas Hasanuddin
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat kasih karunia-Nya
sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Konsumsi Pakan, Daya Cerna
Bahan Kering, dan Daya Cerna Bahan Organik Pakan Komplit
Mengandung Pulp Kakao dengan Level yang Berbeda pada Kambing Jantan
Peranakan Ettawa”. Penulis dengan rendah hati mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dan membimbing dalam menyelesaikan skripsi.
1. Ibu Prof. Dr. Ir. Asmuddin Natsir, M.Sc sebagai pembimbing utama dan
Ir. Muhammad Zain Mide, MS selaku pembimbing anggota yang telah
banyak meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan dan
memberikan nasihat serta motivasi sejak awal penelitian sampai
selesainya penulisan skripsi ini.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. Laily Agustina, MS, Ibu Dr. Jamilah, S.Pt, M.Si dan
Bapak Dr. Ir. Syamsuddin Nompo, MP yang telah banyak memberikan
saran kepada penulis.
3. Bapak Dr. Muhammad A. Ihsan Dagong, S.Pt, M.Si yang telah membantu
dan memberi informasi tentang penelitian dan menyelesaikan penelitian
kepada penulis .
4. Bapak Dekan Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M.Sc., Ibu Wakil Dekan I
dan Ibu Wakil Dekan II serta Bapak Wakil Dekan III.
5. Ibu dan bapak Dosen tanpa terkecuali yang telah membimbing saya selama
kuliah di Fakultas Peternakan dan Pegawai Fakultas Peternakan terima
kasih atas bantuan yang diberikan kepada penulis selama ini.
vi
6. Bapak Dr. Ir. Palmarudi, M.SU selaku Pembimbing Akademik, yang
senantiasa mengarahkan penulis selama perkuliahan.
7. Kakanda Muhammad Faisal Sade, S.Pt, Nurul Purnomo, S.Pt.,M.Si,
Muhammad Irwan L.B, S.Pt., M.Si, Kak Trias Devianti Anggar
Kusuma, A.Md.AK, Muhammad Sukri S.Pt, Muhammad Nur Chaedir,
S.Pt, Andi Ramdani, Tilawati S.Pt, Mita Arifa Hakim S.Pt dan
Muhammad Iqbal, S.Pt, yang telah membantu penulis mulai dari penelitian
hingga selesai.
8. Kepada Orang tuaku tercinta, Ayah Ismail Amba Bunga yang selalu
menjadi sosok inspiratif, kuat dan tangguh yang telah berjuang dengan gigih
hingga berhasil memberikan pendidikan yang baik bagi penulis dan Ibunda
tercinta Almh. Lina Kallungan yang telah melahirkan penulis yang telah
mengajarkan penulis menjadi pribadi yang kuat, serta Ibu Nurhayati
Salinding yang telah mendukung dan memberi motivasi bagi penulis dan
untuk DRS. TEPPE ROMBE SALU, B.SE selaku orang tua kedua saya
yang telah berjuang, member motivasi, semangat kepada penulis dan kasih
sayang yang tak terhingga kepada penulis.
9. Nenekku tercinta Hermin Bongi yang telah mendukung, member motivasi
dan semangat kepada penulis serta kasih saying yang tak terhingga kepada
penulis.
10. Saudara Hardiyanti Amba Bunga, Annisa Rizki amnan, Idar Wahyuni,
Reski Eka Putri, Sufrianto, Adhyatma, Dwihartono, S.Pd, Syahrul
Ramadhan, Rensi Kallungan, Siti Hardiyanti Akbar S.H, Fatmawati,
S.H, M.Kn, Muhammad Iskandar Agung, S.Pt dan Syurpiyanti S.Kep
vii
11. Kepada seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan baik dalam
bentuk materi maupun non materi.
12. Kepada adik-adikku Wiranto Rapang, Rahmawati, Ilham Amba Bunga,
dan Khaerun Nisa yang selama ini menjadi penyemangat untuk mencapai
kesuksekan.
13. Sahabatku Reni Alprida, Sinar Patrianty, Ade Restu S.Pt, Nur Agustina
Akhmad, Niar Asri S.Pt, Nasriyani, Etty, Bunga Sulvani Yahya, S.Pt,
dan Hasriani terima kasih untuk semua motivasi, kerja sama selama
perkuliahan baik dulu maupun sekarang.
14. Team penelitian Nur Agustina Akhmad, Nasriyani, Jisril Palayukan dan
A. Nurainun Fajriati yang senantiasa membantu selama penelitian.
15. Teman-teman dan kerabat Edi Tompo, Alfian Adi Firansyah, Rifadha
Hafid, Midiawati Sukma, Zhazadilla, Abdan Baso, Dwi Suprapto, Anita
Sulfiani, Ahmad Madani, Andi Jemma, Eva, Nirwana, Kurniati, Rafiah,
Harianti, Syahida, S.Pt, Asfianti, Nur Fitriani Amir, A. Ni’matul
Churiyah, Andi Nur Insani, Indah Sari Nur Utami, Misbah, Kasim,
Sartika Sari, Andika Gunawan, Muhtar, Danial, Muslimin, Mustakim,
Haidir, Amir Mirzad, Viergiawan, Nur Siang, Mutmainna, Musdalifah,
Sertin, Bernice, Hayu Fitriani, Ofir, Ahmadi, Kurnia, dan Ananda Fitria
yang telah membantu penulis dari awal perkuliahan.
16. Teman-teman KKN Reguler UNHAS Gel. 93 khususnya Posko Desa
Laringgi, Kec Marioriawa, Kabupaten Soppeng yaitu Mufti Kharisma,
Maykel Arenata, Idil Islami, Nursyamsi Taufik, Riski Wahyuni S.Ip, dan
viii
Sasmita yang telah bersama-sama dari awal KKN hingga saat ini dan telah
menjadi sumber inspirasi kepada penulis dalam menentukan judul penelitian.
17. Tante Timang dan Ambo Muin selaku orang tua di posko selama KKN
yang telah member perhatian, kasih saying selama mengabdi di Desa Laringgi
18. Sema Fapet UH, Humanika Unhas terima kasih telah mengajarkan penulis
menjadi pribadi yang mengerti tentang Solidaritas dan Profesional.
19. Seluruh Saudara saudariku LARFA 2013, Crew Larfa Humanika 2013 dan
Peternakan C yang telah bersama melalui segala proses dari awal
perkuliahan hingga saat ini.
20. Rekan-rekan Mahasiswa Fakultas Peternakan Matador 2010, Solandeven
2011, Flock Mentality 2012, ANT 2014, Rantai 2015 dan Boss 2016.
21. Rekan Alumni MTsN 2 Rantepao Muhammad Fadli M, Venny, Sinar
Patrianty dan rekan alumni SMAN 3 Makale Reskianto Saputra, Elma
Sunarti, Nurjanna Dian Rani dan Oshy Risal.
22. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu, terima kasih telah
membantu dan banyak menjadi inspirasi bagi penulis.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, karena itu diharapkan saran untuk perbaikan. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi pembaca terutama bagi saya sendiri. Amin
Makassar, 15 Mei 2017
Wiwin Elvi Yanti
ix
ABSTRAK
WIWIN ELVI YANTI (I11113351). Konsumsi Pakan, Daya Cerna Bahan
Kering, dan Daya Cerna Bahan organik Pakan Komplit Mengandung Pulp Kakao
dengan Level yang Berbeda pada Kambing Jantan Peranakan Ettawa. Dibawah
bimbingan: ASMUDDIN NATSIR (Pembimbing Utama) dan MUHAMMAD
ZAIN MIDE (Pembimbing Anggota).
Pulp kakao merupakan limbah dari industri pengolahan kakao yang
berpotensi dijadikan sebagai pakan ternak sumber energi. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui konsumsi pakan, daya cerna bahan kering, dan bahan organik
pakan komplit yang mengandung kadar pulp kakao berbeda pada kambing jantan
peranakan ettawa. Penelitian ini dirancang menurut rancangan bujur sangkar latin
4x4, terdiri dari empat perlakuan dan empat periode. Perlakuan terdiri dari P0
(pakan komplit mengandung pulp kakao 0%), P1 (pakan komplit mengandung
pulp kakao 5%), P2 (pakan komplit mengandung pulp kakao 10%), dan P3 (pakan
komplit mengandung 15% pulp kakao). Rata-rata konsumsi bahan kering pakan
adalah 304,01; 475,59; 365,85 dan 313,60 g/ekor/hari, sementara rataan konsumsi
bahan organik adalah 222,98; 366,57; 289,70 dan 243,49 g/ekor/hari, masing-
masing untuk perlakuan P0, P1, P2, dan P3. Begitu pula rataan daya cerna bahan
kering perlakuan adalah 48,52%; 47,17%; 47,04%, dan 51,63%, sementara rattan
daya cerna bahan organik adalah 51,03%; 56,10%; 54,33%; dan 57.59%, masing
untuk perlakuan P0, P1, P2, dan P3. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa
perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi dan daya cerna pakan.
Kesimpulan, penggunan pulp kakao antara 5-15% dalam formulasi pakan komplit
tidak memberikan efek negatif terhadap konsumsi dan daya cerna pakan komplit
pada kambing jantan peranakan ettawa, sehingga kakao pulp dapat dijadikan
sebagai alternatif bahan pakan sumber energi untuk ternak ruminansia.
Kata kunci : Pakan komplit, Pupl kakao, Kamping PE, Konsumsi pakan, Daya
cerna bahan kering dan bahan organik.
x
ABSTRACT
WIWIN ELVI YANTI (I11113351). Feed Consumption, Dry Matter Digestibility,
and Organic Matter Digestibility of Complete Feed Containing Different Levels
of Cocoa Pulp on Male Ettawa Cross Goat. Supervised by: ASMUDDIN
NATSIR (Main Supervisor) and MUHAMMAD ZAIN MIDE (Cosupervisor ).
Cocoa pulp is a waste from the cocoa processing industry that has potential to be
used as animal feed for energy sources. The objective of this study was to
determine feed consumption, dry matter digestibility, and organic matter
digestibility of complete feed containing different levels of cocoa pulp on male
ettawa cross goat. The study was carried out according to 4x4 latin square design,
consisted of four treatments and four periods. The treatments were: P0 (Complete
feed containing 0% cocoa pulp), P1 (Complete feed containing 5% cocoa pulp),
P2 (Complete feed containing 10% cocoa pulp), P3 (Complete feed containing
15% cocoa pulp). The average dry matter consumption was 304.01, 475.59,
365.85 and 313.60 g/head/day, while organic matter intake was 222.98, 366.57,
289.70 and 243.49 g/head/day, for treatment P0, P1, P2, and P4 respectively.
Moreover, the average dry matter digestibility was 48.52%, 47.17%, 47.04% and
51.63%, while the average of organic matter digestibility was 51.03%, 56.10%,
54.33% and 57.59%, for treatment P0, P1, P2, and P4 respectively. Analysis of
variances indicated that treatment did not affect feed intake, dry matter
digestibility, and organic matter digestibility of the feed. In conclusion, the use of
cocoa pulp between 5-15% in the formulation of complete feed had no negative
impact on fed consumption and digestibility of the fed on cross ettawa goats,
therefore cocoa pulp can be used as alternative energy sources for ruminants.
Keywords: Complete feed, Cocoa pulp, Ettawa cross goat, Feed consumption, Dry
matter and organic matter digestibility
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PENGAJUAN .................................................................................. ii
PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................................. ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv
PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................................. 1
Permasalahan .................................................................................................... 3
Tujuan dan Kegunaan ........................................................................................ 3
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Umum Kambing ................................................................................ 4
Tinjauan Umum Pulp Kakao ............................................................................. 7
Pakan Komplit .................................................................................................. 10
Konsumsi Bahan Kering .................................................................................... 11
Konsumsi Bahan Organik .................................................................................. 12
Daya Cerna Bahan Kering ................................................................................. 13
Daya Cerna Bahan Organik ............................................................................... 15
HIPOTESIS ............................................................................................................ 16
MATERI DAN METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat ........................................................................................... 17
Materi Penelitian ............................................................................................... 17
Metode Penelitian ............................................................................................. 17
Prosedur Pembuatan Pakan Komplit .................................................................. 20
xii
Pelaksanaaan Penelitian ..................................................................................... 21
Pengambilan Sampel .......................................................................................... 21
Analisa Laboratorium ........................................................................................ 22
Peubah yang Diukur ........................................................................................... 23
Pengolahan Data ................................................................................................ 24
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 25
Konsumsi Bahan Kering ............................................................................ 25
Konsumsi Bahan Organik .......................................................................... 26
Daya Cerna Bahan Kering ......................................................................... 27
Daya Cerna Bahan Organik ....................................................................... 28
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ............................................................................................. 29
Saran........................................................................................................ 29
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 30
LAMPIRAN ................................................................................................... 36
DOKUMENTASI .......................................................................................... 48
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ 49
xiii
DAFTAR TABEL
No. Teks Halaman
1. Komposisi Pulp Biji Kakao..................................................................... 9
2. Denah perlakuan pakan komplit pada kambing ..................................... 18
3. Komposisi bahan dalam pembuatan pakan komplit setiap perlakuan .... 18
4. Kandungan Nutrisi Bahan Pembuatan Pakan Komplit ........................... 19
5. Kandungan nutrisi pakan komplit setiap perlakuan ................................ 19
6. Nilai Rataan Konsumsi Bahan Kering dan Konsumsi Bahan Organik
pada Kambing Jantan .............................................................................. 25
7. Nilai Rataan Daya Cena Bahan Kering dan Daya Cerna Bahan Organik
pada Kambing Jantan ............................................................................. 27
8. Rataan Konsumsi Bahan Kering pada Kambing yang Mendapat Pakan
Komplit Mengandung Pulp Kakao yang Berbeda .................................. 36
9. Rataan Konsumsi Bahan Kering pada Setiap Perlakuan ........................ 36
10. Diagram Sidik Ragam Konsumsi Bahan Kering .................................... 38
11. Rataan Konsumsi Bahan Organik pada Setiap Perlakuan ...................... 39
12. Rataan Konsumsi Bahan Organik pada Setiap Perlakuan ...................... 39
13. Diagram Sidik Ragam Konsumsi Bahan Organik .................................. 41
14. Rataan Daya Cerna Bahan Kering pada Kambing yang Mendapat Pakan
Komplit Mengandung Pulp Kakao yang Berbeda .................................. 42
15. Rataan Daya Cerna Bahan Kering pada Setiap Perlakuan ....................... 42
16. Diagram Sidik Ragam Daya Cerna Bahan Kering ................................... 44
17. Rataan Daya Cerna Bahan Organik pada Kambing yang Mendapat Pakan
Komplit Mengandung Pulp Kakao yang Berbeda ................................... 45
18. Rataan Daya Cerna Bahan Organik pada Setiap Perlakuan ..................... 45
19. Diagram Sidik Ragam Daya Cerna Bahan Organik ................................. 47
xiv
DAFTAR GAMBAR
No Teks Halaman
1. Pulp Kakao .............................................................................................. 7
2. Prosedur Pembuatan Pakan Komplit....................................................... 20
xv
DAFTAR LAMPIRAN
No Teks Halaman
1. Perhitungan Sidik Ragam Konsumsi Bahan Kering ............................... 38
2. Perhitungan Sidik Ragam Konsumsi Bahan Organik ............................. 41
3. Perhitungan Sidik Ragam Daya Cerna Bahan Kering ............................ 44
4. Perhitungan Sidik Ragam Daya Cerna Bahan Organik .......................... 47
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu usaha peternakan yang sudah banyak dikembangkan di
Indonesia adalah usaha beternak kambing. Kambing merupakan ternak kecil yang
mudah dipelihara oleh masyarakat, karena beternak kambing tidak memerlukan
modal yang besar, lahan yang digunakan juga tidak terlalu luas dan dapat
memanfaatkan lahan yang kosong, kotorannya dapat dijadikan pupuk organik, dan
susunya digemari masyarakat.
Sistem pemeliharaan ternak kambing dapat dilakukan secara ekstensif
ataupun intensif. Sistem pemeliharaan ekstensif biasanya digunakan peternak
yang ada di pedesaan, dimana kambingnya dilepas di padang penggembalaan pada
pagi hari dan di kandangkan pada sore hari. Sistem pemeliharaan intensif biasa
dilakukan peternak yang ada di perkotaan yang sulit mendapat hijauan akibat
lahan padang penggembalaannya kurang, sehingga memilih kambingnya
dikandangkan saja dan diberi pakan hijauan dan konsentrat.
Pakan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada sistem
pemeliharaan ternak kambing. Apabila kambing kekurangan pakan, maka kualitas
dan kuantitas produksinya pasti akan ikut menurun. Ketersediaan hijauan sangat
dipengaruhi oleh musim, seperti pada musim hujan hijauan akan sangat melimpah
tetapi terbalik pada musim kemarau hijauan akan sangat susah untuk didapatkan
sehingga untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya, pakan dapat didapatkan dari
limbah pertanian, limbah industri maupun limbah perikanan yang sudah tidak
dimanfaatkan lagi. Limbah yang tidak bisa dimanfaatkan lagi selanjutnya akan
diolah sehingga dapat dijadikan sebagai pakan yang memiliki tingkat palatabilitas
2
yang tinggi. Limbah industri pertanian yang dapat digunakan dalam pakan ternak
kambing salah satunya pulp kakao.
Kakao merupakan salah satu hasil pertanian yang memanfaatkan biji
kakao menjadi olahan cokelat. Produksi kakao di Indonesia menduduki juara
ketiga di Dunia, dan produksi kakao di Sulawesi selatan menduduki juara ketiga
setelah produksi beras dan jagung di Sulawesi Selatan, serta di Luwu Timur
produksi kakaonya mendapat peringkat pertama (Tazkiyah, 2012).
Tingginya produksi kakao yang ada di Luwu Timur maka limbah yang
dihasilkan juga hasil ikutan yang cukup tinggi seperti kulit dan pulp kakao. Pulp
kakao merupakan limbah dari biji kakao yang berada diluar biji kakao. Dalam satu
buah kakao bisa mencapai 50 ml pulp. Pulp kakao hanya dibuang oleh pekerja di
pabrik sehingga menjadi limbah yang meresahkan masyarakat karena sangat
berbau dan jumlahnya sangat melimpah. Menurut Kristiani (2006) Cairan pulp
mempunyai kandungan gula yang cukup tinggi. Limbah cairan pulp kakao
merupakan salah satu bahan baku yang dapat di proses lebih lanjut sebagai
sumber energi alternatif yaitu bioetanol. Ketersediaan yang cukup melimpah dan
tidak digunakan sebagai bahan pangan sehingga penggunaannya sebagai sumber
energi tidak mengganggu pasokan bahan pangan.
Kendala pemanfaatan pulp kakao sebagai bahan pakan adalah tingkat
palatabilitasnya rendah. Upaya peningkatan palatabilitas pulp kakao maka
dilakukan pengolahan pulp kakao dengan cara mencampurkan dengan bahan
pakan lainnya sehingga menjadi pakan komplit, hal tersebut merupakan salah satu
cara untuk meningkatkan kualitas pulp kakao, baik kandungan nutrisi maupun
tingkat palatabilitasnya.
3
Permasalahan
Pulp kakao merupakan limbah industri pertanian yang sudah tidak
dimanfaatkan dan hanya dibuang. Pulp kakao dibuang langsung kedalam aliran
sungai sangat meresahkan masyarakat akibat baunya yang sangat menyengat. Pulp
kakao ini rasanya manis yang dapat menjadi pakan sumber energi dapat diberikan
pada ternak ruminansia. Akan tetapi, pulp kakao yang teksturnya lembek dan
berlendir mengurangi palatabilitas pada ternak kambing, sehingga pulp kakao
susah dijadikan pakan tunggal dan pakan dicampur dengan bahan pakan lainnya
hingga menjadi pakan komplit
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh peningkatan
level pulp kakao dalam pakan komplit berbasis tongkol jagung terhadap
konsumsi, daya cerna bahan kering, dan daya cerna bahan organik pada ternak
kambing.
Kegunaan dari penelitian ini adalah dapat memberi informasi kepada
masyarakat tentang pemanfaatan pulp kakao sebagai pakan ternak ruminansia
dalam bentuk pakan komplit.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Umum Kambing
Ternak kambing merupakan ternak ruminansia kecil yang mempunyai arti
besar bagi rakyat kecil. Ditinjau dari aspek pengembangannya ternak kambing
sangat potensial bila diusahakan secara komersial, hal ini disebabkan ternak
kambing memiliki beberapa kelebihan, antara lain tubuhnya relatif kecil, cepat
mencapai dewasa kelamin, pemeliharaannya relatif mudah, tidak membutuhkan
lahan yang luas, investasi modal usaha relatif kecil, mudah dipasarkan sehingga
modal usaha cepat berputar (Atmojo, 2007).
Kambing berperan sangat penting sebagai salah satu penghasil protein
hewani, yaitu memiliki produksi per satuan bobot tubuh yang lebih tinggi
dibandingkan sapi, daya adaptasi yang baik terhadap iklim tropis yang ekstrim,
fertilitas yang tinggi, selang generasi yang pendek dan berkemampuan dalam
memakan segala jenis hijauan. Hal ini berarti kambing mempunyai efisiensi
biologis yang tinggi dibandingkan sapi (Phalepi, 2004).
Kambing dapat mengkonsumsi bahan kering yang relatif lebih banyak
untuk ukuran tubuhnya, kambing lebih efisien dalam mencerna pakan yang
mengandung serat kasar dibandingkan sapi dan domba. Kambing mampu
mengkonsumsi daun-daunan, semak belukar, tanaman ramban dan rumput yang
sudah tua dan berkualitas rendah. Jenis pakan tersebut dapat dimanfaatkan dengan
efisien sehingga kambing dapat beradaptasi pada lingkungan yang kurang pakan
(Tarigan, 2009).
5
Bangsa kambing mempunyai klasifikasi taksonomi sebagai berikut (Gall,
1981) :
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Famili : Bovidae
Sub famili : Caprinae
Genus : Capra
Spesies : C. aegagrus
Sub spesies : C. a. hircus
Kambing merupakan jenis ternak ruminansia yang sudah sejak lama
dibudidayakan. Memelihara ternak ini relatif tidak sulit, karena selain jinak
makanannya juga cukup beragam (Wijoseno dkk, 2009). Kebutuhan pakan ternak
tergantung pada bobot badan, sedangkan produksi tergantung pada tingkat dan
jenis produksi. Kambing yang memiliki bobot badan lebih berat akan memerlukan
energi lebih banyak untuk menaikkan satu unit bobot badan (Siregar, 2005).
Kambing umumnya menolak pakan yang telah disentuh oleh ternak lain
dan tidak dapat mengkonsumsi satu jenis pakan saja dalam waktu yang lama.
Kambing dapat membedakan rasa pahit, manis, asin dan masam dan mempunyai
toleransi yang tinggi terhadap rasa pahit. Pada ruminansia rangsangan penciuman
(bau/aroma) sangat penting bagi ternak untuk mencari dan memilih makanan.
Demikian pula rangsangan selera (rasa) akan menetukan apakah pakan tersebut
akan dikonsumsi oleh ternak atau tidak (Asminaya, 2007).
6
Salah satu jenis ternak kambing yang banyak dipelihara masyarakat adalah
kambing Peranakan Etawa. Kambing PE merupakan kambing hasil persilangan
antara kambing Kacang betina dengan kambing Etawa jantan. Kambing etawa
merupakan bangsa kambing yang paling populer dan dipelihara secara luas
sebagai ternak penghasil susu di India dan Asia Tenggara. Kambing Etawa berasal
dari sekitar sungai Gangga, Jumna dan Chambal di India. Populasi kambing ini
banyak terdapat di distrik Ettawah, sehingga lebih terkenal dengan kambing
Etawa (Devendra dan Burn, 1994).
Kambing PE memiliki ciri–ciri sebagai berikut: ukuran badan besar,
kepala tegak, garis profil cembung, rahang bawah lebih panjang daripada rahang
atas, tanduk mengarah ke belakang, telinga lebar panjang dan menggantung
dengan ujung telinga melipat. Warna bulu bermacam–macam dari belang putih
hitam, putih coklat, sampai campuran antara putih, hitam, dan coklat, terdapat
bulu yang lebat dan panjang di bawah ekor berat tubuh sekitar 30-60 kg dan
produksi susu berkisar 1 - 1,5l/hari (Sumadi dan Prihadi, 2010). Kebutuhan pakan
kambing akan meningkat selama kambing masih mengalami proses pertumbuhan
dan pemberian pakan harus bisa memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan,
dan produksi (Murtidjo, 2006).
Tinjauan Umum Pulp Kakao
Kakao (Theobroma cacao, L.) merupakan satu-satunya spesies diantara 22
jenis dalam genus Theobroma yang diusahakan secara komersial. Tanaman ini
diperkirakan berasal dari lembah Amazon di Benua Amerika yang mempunyai
iklim tropis. Colombus dalam pengembaraan dan petualangannya di benua
menemukan dan membawanya ke Spanyol (Poedjiwidodo, 1996).
7
Pulp kakao dapat dilihat seperti pada gambar 1.
Gambar 1. Pulp kakao
Tanaman kakao terdiri dari 2 (dua) tipe yang dibedakan berdasarkan atas
warna bijinya, warna putih termasuk ke dalam grup Criollo, sedangkan biji
tanaman ungu termasuk grup Forastero. Walaupun spesies tanaman yang ada
cukup banyak, pada umumnya kakao dibagi 2 (dua) tipe antara lain (Nasution,
1976) :
a. Criello : 1. Criello Amerika Tengah
2. Criello Amerika Selatan
b. Forastero : 1. Forastero Amazone
2. Trinitario (merupakan hibrid Criollo dan Forastero)
Limbah cairan pulp kakao merupakan salah satu bahan baku yang dapat di
proses lebih lanjut sebagai sumber energi alternatif. Ketersediaan yang cukup
melimpah dan tidak digunakan sebagai bahan pangan sehingga penggunaannya
sebagai sumber energi tidak mengganggu pasokan bahan pangan (Kristiani, 2006).
Cairan pulp, sebagai limbah hasil samping selama fermentasi biji kakao,
diantaranya mengandung asam asetat atau asam cuka, asam laktat dan alkohol.
Asam-asam organik tersebut terbentuk dari fermentasi gula yang terkandung
8
dalam pulpa biji kakao. Pulpa biji kakao adalah selaput berlendir berwarna putih
yang membungkus biji kakao, terdapat sekitar 25-30% dari berat biji, diantaranya
mengandung gula dengan kadar yang relatif tinggi sekitar 10-13% (Lopez, 1986).
Menurut Poedjiwidodo (1996) menyatakan bahwa sistematika tanaman
kakao secara lengkap adalah sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Anak divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Malvales
Famili : Sterculiaceae
Genus : Theobroma
Spesies : Theobroma cacao, L.
Buah kakao yang telah dipanen selanjutnya dipisahkan kulit dan bijinya.
Setelah itu biji dimasukkan kedalam mesin untuk meluruhkan pulp dari biji kakao.
Biji kakao yang telah berpisah dari pulp selanjutnya akan diolah menjadi cokelat,
sedangkan pulp akan keluar dari saluran yang telah disiapkan dan mengalir
kewadah yang telah disiapkan lalu di buang ke sungai.
Limbah cairan pulp kakao merupakan salah satu bahan baku yang dapat di
proses lebih lanjut sebagai sumber energi alternatif. Ketersediaan yang cukup
melimpah dan tidak digunakan sebagai bahan pangan sehingga penggunaannya
sebagai sumber energi tidak mengganggu pasokan bahan pangan (Kristiani, 2006).
Cairan pulp, sebagai limbah hasil samping selama fermentasi biji kakao,
diantaranya mengandung asam asetat atau asam cuka, asam laktat dan alkohol.
Asam-asam organik tersebut terbentuk dari fermentasi gula yang terkandung
9
dalam pulpa biji kakao. Pulpa biji kakao adalah selaput berlendir berwarna putih
yang membungkus biji kakao, terdapat sekitar 25-30% dari berat biji, diantaranya
mengandung gula dengan kadar yang relatif tinggi sekitar 10-13% (Lopez, 1986).
Tabel 1. Komposisi Pulp Biji Kakao
Komponen Kandungan (%)
Air 80-90
Albumin 0,5-0,7
Glukosa 8-13
Sukrosa 0,4-1,0
Pati -
Asam non-volatil 0,2-0,4
Besi oksida 0,03
Garam-garam 0,4-0,45
Sumber : Haryadi dan Supriyanto (2006).
Pemanfaatan tanaman kakao saat ini masih terbatas pada biji dan kulit
kakao, sedangkan bagian lainnya yaitu pulp kakao belum banyak dimanfaatkan
dalam laporan penelitiannya mengatakan bahwa 68,5 % dari berat buah kakao
segar terbuang menjadi limbah (Chahyaditha, 2011).
Pada dasarnya buah kakao terdiri atas 4 bagian yakni: kulit, placenta, pulp,
dan biji. Buah kakao masak berisi 30-40 biji yang diselubungi oleh pulp dan
placenta (Rohan, 1963). Pulp merupakan jaringan halus yang berlendir yang
membungkus biji kakao, keadaan zat yang menyusun pulp terdiri dari 80-90% air
dan 8-14% gula sangat baik untuk pertumbuhan mikroorganisme yang berperan
dalam proses fermentasi (Bintoro, 1977).
Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai bahan baku bioetanol
adalah cairan pulp kakao (Theobroma cacao L). Cairan pulp mempunyai
kandungan gula yang cukup tinggi. Cairan pulp merupakan hasil samping dari
10
fermentasi biji kakao yang kemudian dibuang, biasanya cairan pulp kakao
dibuang ke sungai sehingga dapat mengakibatkan terjadinya pencemaran
lingkungan (Tazkiyah, 2012).
Pakan Komplit
Pakan komplit adalah pakan yang cukup mengandung nutrien untuk ternak
dan diberikan sebagai satu-satunya pakan untuk memenuhi kebutuhan hidup
pokok dan produksi tanpa tambahan lain kecuali air (Hartadi dkk., 2005).
Pembuatan pakan komplit biasanya dilakukan dengan mencampur limbah
pertanian dan konsentrat dengan mempertimbangkan kebutuhan nutrisi ternak
(Chuzaemi, 2002)
Pakan komplit merupakan kumpulan bahan-bahan pakan termasuk hijauan
atau limbah pertanian dan konsentrat yang telah dihitung bagiannya, diproses dan
dicampur menjadi satu kesatuan atau seragam, diberikan secara bebas kepada
ternak ruminansia untuk memasok nutrien yang dibutuhkan pada ternak (Reddy,
1988). Keuntungan pembuatan pakan lengkap antara lain meningkatkan efisiensi
dalam pemberian pakan dan menurunnya sisa pakan dalam palungan, hijauan
yang palatabilitas rendah setelah dicampur dengan konsentrat dapat mendorong
meningkatnya konsumsi, untuk membatasi konsumsi konsentrat (karena harga
konsentrat mahal), mudah dalam pencampuran antara konsentrat dan hijauan serta
memudahkan ternak menjadi kenyang (Yani, 2001).
Manfaat penggunaan pakan komplit pada ternak kambing dapat pula
dilihat dari aspek potensi sumberdaya lokal berupa biomassa bahan pakan
inkonvensional berupa hasil samping/sisa pertanian maupun industri-agro.Potensi
biomasa bahan pakan alternatif ini sangat besar baik dalam jumlah maupun
11
keragaman jenisnya. Pakan komplit juga dapat digunakan untuk meningkatkan
taraf penggunaan hasil sisa agroindustri yang tergolong limbah basah (wet by-
products) yang relatif cepat rusak. Pencampuran limbah basah dengan bahan
pakan lain yang relative kering untuk menyusun pakan komplit dapat mengurangi
biaya pengeringan (Ginting, 2009).
Konsumsi Bahan Kering
Konsumsi adalah faktor esensial yang merupakan dasar untuk hidup pokok
dan menentukan produksi. Tingkat konsumsi ternak dipengaruhi oleh berbagai
faktor yang kompleks yang terdiri dari hewan, makanan yang diberikan dan
lingkungan tempat hewan tersebut dipelihara. Konsumsi merupakan faktor yang
penting dalam menentukan jumlah danefisiensi produktifitas ruminansia, dimana
ukuran tubuh ternak sangat mempengaruhi konsumsi pakan (Elita, 2006).
Konsumsi pakan adalah selisih antara pakan pemberian dengan sisa pakan
(Purbowari et al., 2007). Konsumsi pakan adalah pengurangan jumlah pakan yang
dikali % BK pakan yang diberikan dikurangi sisa pakan yang dikali dengan % BK
pakan (Wulandari et al., 2014). Konsumsi pakan merupakan salah satu faktor
yang akan member dampak terhadaop produktivitas suatu ternak untuk
menghasilkan suatu produk (Mutamimah dkk., 2013).
Tinggi rendahnya konsumsi pakan pada ternak ruminansia sangat
dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu: tempat tinggal (kandang), palatabilitas,
konsumsi nutrisi, bentuk pakan dan faktor internal yaitu: selera, status fisiologi,
bobot tubuh dan produksi ternak itu sendiri (Kusumaningrum, 2009).
Palatabilitas pakan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
jumlah konsumsi pakan (Parakkasi, 1995). Konsumsi bahan kering (KBK)
12
dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya adalah : 1) Faktor pakan, meliputi daya
cerna dan palatabilitas dan 2) faktor ternak yang meliputi bangsa, jenis kelamin,
umur dan kondisi kesehatan ternak (Lubis, 1992).
Jumlah bahan kering pakan yang dapat dikonsumsi oleh seekor ternak
selama satu hari perlu diketahui. Konsumsi bahan kering tergantung dari hijauan
saja yang diberikan atau bersamaan dengan konsentrat.Konsumsi bahan kering
pada ternak kambing pada umumnya adalah 3-3.8 % dari berat badan (Tarigan,
2009).
Semakin tinggi kandungan serat kasar dalam ransum maka semakin rendah
kecernaan dari ransum tersebut dan akan menurunkan konsumsi bahan kering dari
ransum. Pemberian konsentrat terlampau banyak akan meningkatkan konsentrasi
energi ransum dan dapat menurunkan tingkat konsumsi sehingga tingkat
konsumsi berkurang (Mulyaningsih, 2006).
Konsumsi bahan kering yang berbeda tidak nyata disebabkan karena
kandungan serat kasar dan zat lainnya hampir sama. Tingginya kandungan serat
kasar akan menyebabkan rendahnya konsumsi bahan kering (Toha dkk, 1999).
Palatabilitas merupakan faktor utama yang menjelaskan perbedaan
konsumsi bahan kering antara pakan dan ternak-ternak yang berproduksi rendah.
Selanjutnya dikatakan bahwa palatabilitas pakan umumnya berasosiasi dengan
kecernaan yang tinggi dari suatu pakan (Faverdin dkk, 1995). Komsumsi Bahan
Kering (KBK) untuk ruminansia antara 2-3% dari berat badan. Ternak ruminansia
akan mengkonsumsi pakan sesuai dengan kebutuhannya (Ørskov dan Ibrahim,
1991)
13
Konsumsi Bahan Organik
Konsumsi pakan yang maksimum sangat tergantung pada keseimbangan
nutrien dalam pencernaan (Wilson dan Kennedy, 1996). Hal ini karena kebutuhan
nutrisi merupakan perangsang utama untuk disampaikan kehipotalamus sebagai
pusat. Selanjutnya menyatakan bahwa ketidak seimbangan nutrien pakan akan
mempengaruhi konsumsi pakan (Preston dan Leng, 1984). Konsumsi Bahan
Organik sangat berhubungan dengan konsumsi Bahan Konsumsi, semakin banyak
konsumsi Bahan Kering, akan semakin banyak pula konsumsi Bahan Organik
(Van Soest, 1994).
Bahan organik merupakan bagian terbesar nutrien yang dibutuhkan oleh
ternak. Kualitas bahan kering yang dimakan oleh ternak tidak saja tergantung dari
mutu bahan makanan yang dimakan, tetapi juga tergantung ukuran ternak yang
memakan bahan makanan tersebut. Konsumsi pakan dipengaruhi oleh laju
pencernaan pakan dan tergantung pada bobot badan ternak dan kualitas pakan.
Salah satusifat limbah organik yang berkualitas rendah adalah tingginya
kandungan lignosellulose yang sulit dicerna ruminansia. Tingginya serat kasar
dalam pakan merupakan faktor pembatas lamanya waktu pencernaan sehingga
akan mempengaruhi laju pencernaan dan akhirnya menurunkan konsumsi pakan.
Peningkatan konsumsi pakan bagi ternak selaras dengan meningkatnya kualitas
dan kecernaan pakan yang diberikan, sedang kecernaan pakan tergantung dari
kandungan serat yang tidak mampu dimanfaatkan ternak (Ali, 2008).
Daya Cerna Bahan Kering
Kecernaan adalah selisih anatara zat makanan yang dikonsumsi dengan
yang dieksresikan dalam feses dan dianggap terserap dalam saluran cerna. Jadi
14
kecernaan merupakan pencerminan dari jumlah nutrisi dalam bahan pakan yang
dapat dimanfaatkan oleh ternak. Tinggi rendahnya kecernaan bahan pakan
memberi arti seberapa besar bahan pakan itu mengandung zat-zat makanan dalam
bentuk yang dapat dicerna dalam saluran pencernaan (Ismail, 2011).
Kecernaan pakan dapat didefinisikan dengan cara menghitung bagian zat
makanan yang tidak dikeluarkan melalui feses dengan asumsi zat makanan
tersebut telah diserap oleh ternak. Kecernaan pakan biasanya dinyatakan dalam
persen berdasarkan bahan kering. Faktor-faktor yangmempengaruhi kecernaan
antara lain komposisi bahan pakan, perbandingan komposisi antara bahan pakan
satu dengan bahan pakan lainnya, perlakuan pakan, suplementasi enzim dalam
pakan, ternak dan taraf pemberian pakan (McDonald et al., 2002).
Kecernaan bahan kering yang tinggi pada ternak ruminansia menunjukkan
tingginya zat nutrisi yang dicerna terutama yang dicerna oleh mikroba rumen.
Semakin tinggi nilai persentase kecernaan bahan pakan tersebut, berarti semakin
baik kualitasnya. Kisaran normal bahan kering yaitu 50,7-59,7%. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kecernaan bahan kering,yaitu jumlah ransum yang
dikonsumsi, laju perjalanan makanan di dalam saluran pencernaan dan jenis
kandungan gizi yang terkandung dalam ransum tersebut. Faktor-faktor lain yang
mempengaruhi nilai kecernaan bahan kering ransum adalah tingkat proporsi bahan
pakan dalam ransum, komposisi kimia, tingkat protein ransum, persentase lemak
dan mineral. Salah satu bagian dari bahan kering yang dicerna oleh mikroba di
dalam rumen adalah karbohidrat struktural dan karbohidrat non struktural
(Anitasari, 2001).
15
Kecernaan bahan kering dipengaruhi oleh kandungan protein pakan,
karena setiap sumber protein memiliki kelarutan dan ketahanan degradasi yang
berbeda-beda. Kecernaan bahan organik merupakan faktor penting yang dapat
menentukan nilai pakan. Setiap jenis ternak ruminansia memiliki mikroba rumen
dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam mendegradasi ransum, sehingga
mengakibatkan perbedaan kecernaan (Sutardi, 1979).
Zat-zat makanan yang dapat dipergunakan oleh ternak dari suatu bahan
makanan merupakan fungsi dari konsumsi bahan kering. Daya cerna suatu bahan
makanan merupakan salah satu faktor yang sangat penting karena hal tersebut
berpengaruh langsung terhadap jumlah energi bahan makanan yang dapat
dimanfaatkan oleh ternak (Dixon dan Egan, 1988).
Daya Cerna Bahan Organik
Kemampuan seekor ternak mengkonsumsi pakan tergantung pada hijauan,
temperatur lingkungan, ukuran tubuh ternak dan keadaan fisiologi ternak.
Konsumsi makanan akan bertambah jika aliran makanan cepat tercerna atau jika
diberikan makanan yang berdaya cerna tinggi. Penambahan makanan penguat atau
konsentrat ke dalam pakan ternak juga dapat meningkatkan palatabilitas pakan
yang dikonsumsi dan pertambahan berat badan (Anggorodi, 1994).
Kurangnya unsur nitrogen dalam pakan akan menghambat aktivitas
mikroba rumen dan menyebabkan menurunnya kecernaan pakan. Selain itu seperti
halnya pada kecernaan bahan kering (BK) meningkatnya kandungan karbohidrat
non struktural dalam ransum juga akan meningkatkan kecernaan bahan organik
(BO) (Crowder dan Cheda, 1982).
16
Bahan organik merupakan bahan kering yang telah dikurangi abu,
komponen bahan kering bila difermentasi di dalam rumen akan menghasilkan
asam lemak terbang yang merupakan sumber energi bagi ternak. Nilai kecernaan
bahan organik (KBO) didapatkan melalui selisih kandungan bahan organik (BO)
awal sebelum inkubasi dan setelah inkubasi, proporsional terhadap kandungan BO
sebelum inkubasi tersebut (Blümmel et al., 1997).
Kecernaan bahan organik dalam saluran pencernaan ternak meliputi
kecernaan zat-zat makanan berupa komponen bahan organik seperti karbohidrat,
protein, lemak, dan vitamin. Bahan-bahan organik yang terdapat dalam pakan
27 tersedia dalam bentuk tidak larut, oleh karena itu diperlukan adanya proses
pemecahan zat-zat tersebut menjadi zat-zat yang mudah larut. Faktor yang
mempengaruhi kecernaan bahan organik adalah kandungan serat kasar dan
mineral dari bahan pakan. Kecernaan bahan organik erat kaitannya dengan
kecernaan bahan kering, karena sebagian dari bahan kering terdiri dari bahan
organik (Ismail, 2011).
Hipotesis
Berdasarkan komposisi kimia pulp kakao diduga dapat mensubsitusi
penggunaan molases dalam formulasi pakan komplit berbasis tongkol jagung
untuk ternak kambing jantan.
17
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap. Tahap pertama yaitu
pemeliharaan ternak kambing dan pengambilan sampel penelitian selama 60 hari
mulai dari Januari–Maret 2017 di Laboratorium Industri Pakan, Fakultas
Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar. Tahap kedua berupa menganalisis
sampel untuk mengetahui bahan kering dan bahan organik yang dilakukan di
Laboratorium Kimia dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Materi Penelitian
Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah kambing jantan 4 ekor
berumur 4 bulan – 1,5 tahun, kandang metabolisme, ember, baskom, alat pencetak
UMB dan timbangan analitik. Alat yang digunakan untuk analisis proksimat, yaitu
cawan porselin, oven, desikator, timbangan analitik, dan tanur. Disamping itu,
bahan pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tongkol jagung, dedak,
pulp kakao, tepung rese, bungkil kelapa, garam, mineral, molases, semen,dan
urea.
Metode Penelitian
Penelitian ini dirancang berdasarkan Rancangan Bujur Sangkar Latin
(RBSL) 4×4 terdiri dari 4 perlakuan dan 4 ulangan (periode). Adapun keempat
perlakuan tersebut sebagai berikut:
P0 : Ransum komplit mengandung pulp kakao 0 %
P1 : Ransum komplit mengandung pulp kakao 5 %
P2 : Ransum komplit mengandung pulp kakao 10 %
P3 : Ransum komplit mengandung pulp kakao 15 %
18
Adapun denah perlakuan pakan komplit pada kambing selama penelitian
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Denah Perlakuan Komplit pada Kambing Selama Penelitian
Periode Kambing
A B C D
I P0 P1 P2 P3
II P2 P0 P3 P1
III P1 P3 P0 P2
IV P3 P2 P1 P0
Komposisi bahan dalam pembuatan pakan komplit setiap perlakuan dapat
dilihat pada Tabel 3 di bawah ini:
Tabel 3. Komposisi Bahan dalam Pembuatan Pakan Komplit
Bahan Perlakuan
P0 P1 P2 P3
Tongkol Jagung 45 45 45 45
Pulp Kakao 0 5 10 15
Dedak 20 20 20 20
Bungkil Kelapa 6 6 6 6
Tepung Udang 6 6 6 6
Molasses 15 10 5 0
Urea 1 1 1 1
Garam 1 1 1 1
Semen 5 5 5 5
Mineral 1 1 1 1
Total 100 100 100 100
19
Kandungan zat-zat nutrisi setiap bahan pakan yang digunakan dalam
pembuatan pakan komplit dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 . Kandungan Nutrisi Bahan Pembuatan Pakan Komplit
Sumber : A: Murni dkk (2012)
B: Laboratorium Kimia Makanan Ternak, Univesitas Hasanuddin (2016)
C: Anggorodi(1985)
Kandungan nutrisi pada pakan komplit setiap perlakuan yang akan diberikan
ke ternak kambing dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Kandungan Nutrisi Pakan Komplit Setiap Perlakuan
Jumlah Perlakuan
P0 P1 P2 P3
Bahan Kering 90.3966 86.6035 82.8104 79.0173
Bahan Organik 84.2342 85.134 86.0338 86.9336
Protein Kasar 12.595 12.688 12.780 12.873
Serat Kasar 15.824 15.795 15.766 15.738
Lemak Kasar 3.7438 3.1445 2.5452 1.9459
Kalsium 0.6284 0.7038 0.7792 0.8546
Fosfor 0.1954 0.1970 0.1986 0.2002
BahanPakan BK(%) BO(%) PK(%) SK(%) LK(%) Ca(%) P(%)
Tongkol jagungA 90 88.5 5.6 25.38 0.7 0.12 0.04
Pulp kakaoB 14.13 7.36 7.55 7.71 0.49 - -
DedakC
91.0 74.8 12.9 11,4 13,0 0,04 0,21
Bungkil kelapaC 88.5 87.9 21.5 15 2 0,2 0,2
Tepung udangC
91.04 69.18 45 17,59 6,62 7,76 1,31
MolassesC
13.95 11,35 4,5 0,38 0,08 1,5 0,1
Garam - - - - - 0.1 -
UreaC - - 287.5 0 0 0 0
Semen - - - - - - -
Mineral - - - - - - -
20
Prosedur Pembuatan Pakan Komplit
Prosedur pembuatan pakan komplit dimulai dari menyediakan alat dan
bahan. Tongkol jagung yang masih utuh di giling halus terlebih dahulu dengan
menggunakan grinder. Pulp kakao dan bahan lainnya ditimbang sesuai formulasi
tiap perlakuan dan dicampur lalu diaduk hingga merata. Lalu ransum yang sudah
tercampur dengan rata diletakkan dalam tempat pakan kemudian diberikan ke
ternak kambing .Adapun prosedur pembuatan pakan komplit untuk kambing
kacang jantan dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Prosedur pembuatan pakan komplit untuk kambing .
Tongkol Jagung Penggilingan Bahan pakan lain
yang masih kasar
Pengeringan
Pencampuran
Pencetakan
Penimbangan Bahan
Pakan
Formulasi
Pakan Komplit
21
Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini berlangsung 4 periode penelitian, tiap periode dibagi 2 tahap
yaitu tahap pertama pembiasaan selama 10 hari dan tahap kedua yaitu periode
koleksi data selama 5 hari. Pembiasaan pakan dimasudkan agar ternak terbiasa
dengan pakan yang diberikan. Sedangkan periode koleksi data adalah periode
pengambilan data percobaan. Pemberian pakan dan air minum pada ternak
dilakukan secara ad-libitum.
Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan 5 hari terakhir dari periode percobaan.
Jumlah feses dan sisa pakan yang terkumpul selama 5 hari di timbang untuk
mengetahui beratnya lalu diambil sampel sebanyak 10%. Sampel feses dan sisa
pakan yang terkumpul selama 5 hari selanjutnya dicampur secara homogen lalu
dilakukan diambil lagi sampel sebanyak 10% dari total sampel untuk analisis
kandungan bahan kering dan bahan organik. Pada periode ini juga dilakukan
sampling terhadap pakan komplit yang diberikan pada ternak.
Analisa Laboratorium
Sampel pakan, sisa pakan dan feses digiling halus dengan gilingan
berukuran 1 mm. Selanjutnya dilakukan analisis bahan kering dan bahan organik.
Bahan kering sampel ditentukan dengan cara mengovenkan sampel pada suhu
1050
C selama 24 jam (hingga berat sampel konstan). Bahan Organik sampel
ditentukan dengan cara sampel penetapan bahan kering yang telah dioven
dimasukkan kedalam tanur listrik 6000 C selama 3 jam untuk mengetahui kadar
abu yang tersisa (AOAC, 1999).
22
Peubah yang Diukur
Peubah yang diukur pada penelitian ini adalah konsumsi pakan, daya cerna
bahan kering dan daya cerna bahan organik. Konsumsi ransum diukur berdasarkan
jumlah ransum yang diberikan pada hari itu dikurangi dengan sisa ransum
keesokan paginya.
Rumus dari konsumsi dan daya cerna bahan kering dan bahan organik
menurut Harris (1970) adalah:
KBK(g/ekor/hari) = BK Pakan yang diberi – BK sisa pakan
KBO(g/ekor/hari)= BO Pakan yang diberi – BO sisa pakan
KcBK = ( ) ( )
( ) x 100%
KcBO= ( ) ( )
( ) 100%
Keterangan :
BK = Bahan Kering
BO = Bahan Organik
KBK = Konsumsi Bahan Kering
KBO = Konsumsi Bahan Organik
KcBK = Kecernaan Bahan Kering
KcBO = Kecernaan Bahan Organik
23
Pengolahan Data
Data dianalisis dengan analisis ragam menurut Rancangan Bujur Sangkar
Latin 4 4 (4 perlakuan dan 4 periode). Perlakuan berpengaruh nyata terhadap
parameter yang diukur sehingga diuji lanjut dengan menggunakan uji Duncan
(Steel and Tornie, 1981) dengan model matematika sebagai berikut :
Yijk = µ + ßi + Kj + Tk + ξ ijk
Keterangan:
µ = rataan umum
ßi = pengaruh periode ke-i (i = 1,2,3,4)
Kj = pengaruh ternak ke-j (j = 1,2,3,4)
Tk = pengaruh perlakuan ke-k (k =1,2,3,4)
ξ ijk = galat percobaan
24
HASIL DAN PEMBAHASAN
Nilai rataan konsumsi bahan kering, konsumsi bahan organik, daya cerna
bahan kering, dan daya cerna bahan organik untuk masing-masing perlakuan
dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Nilai Rataan Konsumsi Bahan Kering, Konsumsi Bahan Organik, Daya
Cerna Bahan Kering, dan Daya Cerna Bahan Organik Ransum Perlakuan
Parameter Perlakuan
Rata-Rata P0 P1 P2 P3
Konsumsi Bahan Kering (gr/ekor/hr) 304.01 475.59 365.85 313.60 364.76
Konsumsi Bahan Organik (gr/ekor/hr) 222.98 366.57 289.70 243.49 280.68
Daya Cerna Bahan Kering (%) 48.52 47.17 47.04 51.63 48.59
Daya Cerna Bahan Organik (%) 51.03 56.10 54.33 57.59 54.76
Konsumsi Bahan Kering
Sidik ragam menunjukkan bahwa peningkatan level pulp kakao dalam
pakan komplit berbasis tongkol jagung tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap
konsumsi bahan kering pada ternak kambing jantan. Rataan konsumsi bahan
kering untuk masing-masing perlakuan beragam mulai dari 304.01 gr/ekor/hari
hingga 475.59 gr/ekor/hari atau dengan rata-rata 364.76 g/ekor/hari. Walaupun
secara statistik konsumsi bahan kering tidak berbeda nyata, terlihat bahwa terjadi
peningkatan konsumsi pada perlakuan P1 (pakan komplit mengandung 5% pulp
kakao). Tingkat konsumsi bahan kering antara perlakuan pakan komplit yang
tidak mengandung pulp kakao dan perlakuan pakan komplit yang mengandung
level 5-15% pulp kakao hampir sama karena rataan tiap perlakuan tidak jauh
berbeda, artinya bahwa perlakuan ini mempunyai pengaruh yang sama terhadap
konsumsi bahan kering. Konsumsi dari ternak dapat dipengaruhi dari beberapa
faktor seperti palatabilitas, bangsa, umur, kondisi lingkungan. Hal ini sesuai
25
dengan pendapat Church et al (1979) yang menyatakan bahwa faktor yang
mempengaruhi konsumsi adalah palatabilitas. Palatabilitas dipengaruhi oleh bau,
rasa, tekstur, dan suhu makanan yang diberikan. Selera merupakan faktor internal
yang merangsang rasa lapar ternak. Faktor lain yang mempengaruhi konsumsi
adalah kesehatan ternak dan stres karena penyakit.
Konsumsi Bahan Organik
Berdasarkan analisis ragam menunjukkan bahwa peningkatan level pulp
kakao dalam pakan komplit berbasis tongkol jagung tidak berpengaruh nyata
(P>0,05) terhadap konsumsi bahan organik pada ternak kambing jantan. Rataan
konsumsi bahan organik untuk masing-masing perlakuan beragam mulai dari
222.98 gr/ekor/hari hingga 366.57 gr/ekor/hari atau dengan rata-rata 280.68
gr/ekor/hari. Walaupun secara statistik konsumsi bahan organik ternak kambing
jantan tidak berbeda nyata, terlihat bahwa terjadi peningkatan konsumsi bahan
organik pada perlakuan P1 (pakan komplit mengandung pulp kakao 5%). Seperti
halnya pada konsumsi bahan kering tingkat konsumsi antara perlakuan yang tidak
mengandung pulp kakao dan perlakuan yang mengandung level 5-15% pulp tidak
jauh berbeda artinya bahwa perlakuan ini mempunyai pengaruh yang sama
terhadap konsumsi bahan kering. Namun tingkat palatabilitas ternak kambing
terhadap pakan komplit mengandung pulp kakao sudah tergolong tinggi. Oleh
karena itu pulp kakao sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai pengganti
molases dalam pembuatan pakan komplit. Hal ini sesuai pendapat Sutardi (1980)
yang menyatakan bahwa bahan organik berkaitan erat dengan bahan kering karena
bahan organik merupakan bagian dari bahan kering. Hal ini diperkuat dengan
pendapat Murni dkk (2012) yang menyatakan bahwa tinggi rendahnya konsumsi
26
bahan organik akan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya konsumsi bahan kering.
Hal ini disebabkan karena sebagian besar komponen bahan kering terdiri dari
komponen bahan organik, perbedaan keduanya terletak pada kandungan abunya.
Daya Cerna Bahan Kering
Berdasarkan sidik ragam menunjukkan bahwa peningkatan level pulp
kakao dalam pakan komplit berbasis tongkol jagung tidak berpengaruh (P>0.05)
terhadap daya cerna bahan kering pakan pada ternak kambing. Rataan daya cerna
bahan kering untuk masing-masing perlakuan beragam mulai dari perlakuan
47.04% hingga 51.63% atau dengan rata-rata 48.59%. Meskipun secara statistik
daya cerna bahan kering ternak kambing jantan tidak berbeda nyata, namun
terlihat bahwa daya cerna bahan kering paling tinggi pada perlakuan P3 (pakan
komplit mengandung 15% pulp kakao). Pakan komplit yang tidak mengandung
pulp kakao dan yang tidak mengandung pulp kakao rataannya tidak jauh berbeda,
artinya perlakuan ini mempunyai pengaruh yang sama terhadap daya cerna bahan
kering. Hal ini sesuai dengan pendapat Kostaman dkk (1996) yang menyatakan
bahwa semakin tinggi nilai persentase kecernaan bahan pakan tersebut, berarti
semakin baik kualitasnya. Faktor- faktor yang mempengaruhi kecernaan bahan
kering, yaitu jumlah ransum yang dikonsumsi, laju perjalanan makanan didalam
saluran pencernaan dan jenis kandungan gizi yang terkandung dalam ransum
tersebut. Faktor- faktor lain yang mempengaruhi nilai kecernaan bahan kering
ransum adalah tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum, komposisi kimia,
tingkat protein ransum, persentase lemak dan mineral. Salah satu bagian dari
bahan kering dicerna oleh mikroba didalam rumen adalah karbohidrat struktural
dan karbohidrat non struktural.
27
Daya Cerna Bahan Organik
Berdasarkan sidik ragam menunjukkan bahwa peningkatan level pulp
kakao dalam pakan komplit berbasis tongkol jagung tidak berpengaruh nyata
(P>0,05) terhadap daya cerna bahan organik. Rataan daya cerna bahan organik
untuk masing-masing perlakuan beragam mulai dari 51.03% hingga 57.59 % atau
dengan rata-rata 54.76%, artinya perlakuan ini mempunyai pengaruh yang sama
terhadap daya cerna bahan organik. Walaupun secara statistik daya cerna bahan
organik ternak kambing jantan tidak berbeda nyata, terlihat bahwa terjadi
peningkatan daya cerna bahan organik pada perlakuan P3 (pakan komplit
mengandung pulp kakao 15%). Hal ini sesuai dengan pendapat Kostaman dkk
(1996) menyatakan faktor yang mempengaruhi kecernaan bahan organik adalah
kandungan serat kasar dan mineral dari bahan pakan. Kecernaan bahan pakan erat
kaitannya dengan kecernaan bahan kering, karena sebagian dari bahan kering
terdiri dari bahan organik. Penurunan kecernaan bahan kering akan
mengakibatkan kecernaan bahan kering menurun atau sebaliknya. Hal ini
didukung dengan pendapat Ali (2008) yang menyatakan bahwa peningkatan
konsumsi pakan bagi ternak selaras dengan meningkatnya kualitas dan kecernaan
pakan yang diberikan, sedang kecernaan pakan tergantung dari kandungan serat
yang tidak mampu dimanfaatkan ternak.
28
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan
pulp kakao antara 5-15% dalam formulasi pakan komplit berbasis tongkol jagung
tidak menunjukkan adanya pengaruh negatif terhadap konsumsi bahan kering,
konsumsi bahan organik, daya cerna bahan kering dan daya cerna bahan organik
pada ternak kambing. Sehingg pulp kakao berpotensi digunakan sebagai salah satu
bahan pakan dalam formulasi pakan komplit.
Saran
Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan untuk mempelajari lebih jauh
efek dari penggunaan pulp kakao dalam formulasi pakan komplit berbasis tongkol
jagung terhadap kinerja produksi ternak kambing.
29
DAFTAR PUSTAKA
Ali, U. 2008. Pengaruh Penggunaan Onggok dan Isi Rumen Sapi dalam Pakan
Komplit Terhadap Penampilan Kambing Peranakan Etawah.Jurusan
Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas PeternakanUniversitas Islam : Vol.
9 (3) Hal. 15. Malang.
Anggorodi, R. 1994. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Cetakan Kelima. Penerbit :
PT. Gramedia, Pustaka Utama. Jakarta.
.1985. Ilmu Makanan Ternak Umum. Cetakan Kedua. Penerbit :
PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Anitasari, L. 2001. Pengaruh Tingkat Penggunaan Limbah Tape Singkong dalam
Ransum terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Ransum
Domba.Tesis. Hal. 282. Salatiga.
AOAC. 2000. Association of Official Analytical Chemists, Official Methods of
Analysis. Washington. DC., USA.
Asminaya, N. A. 2007. Penggunaan Ransum Komplit Berbasis Sampah Sayuran
Pasar untuk Produksi dan Komposisi Susu Kambing Perah. Skripsi.
Institut Pertanian Bogor. Hal 23-25. Bogor.
Atmojo, A, T. 2007. Apa Khasiat Susu dan Daging Kambing. http://triatmojo.
wordpress.com/2007/01/15/apa-khasiat-susu-dan-daging-kambing/.
Diakses tanggal 18 November 2016
Bintoro, M.H. 1977. Periode Cukup Panen, Panen dan Periode Setelah Panen
Coklat. Cetakan Pertama. Penerbit : Institute Pertanian Bogor Press.
Bogor.
Blümmel, M., H. Steingass and K. Becker. 1997. The relationship between in
vitro gas production, in vitro microbial biomass yield and 15N
incorporated and its implication for the prediction of voluntary feed intake
of roughages. Journal Animal Nutrition. Vol. 77:911 -921
Chahyaditha E.M. 2011. Pembuatan Pektin dari Kulit Buah Kakao dengan
Kapasitas Produksi 20.000 Ton /Tahun. Skripsi. Universitas Sumatra
Utara. Hal 9-10. Sumatera Utara.
Church, D.C., Smith., J.P. Fontenot., and A.T. Ralston. 1971. Digestive
physiology and nutrition of ruminants. Jurnal Department of Animal
Science Oregon State University Corvallis, Vol. 2(3) :5 Oregon. Amerika
Serikat
30
Chuzaemi. S. 2002. Arah dan Sasaran Penelitian Nutrisi Sapi Potong di
Indonesia.Makalah dalam Workshop Sapi Potong, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan dan Loka Penelitian Sapi Potong, Grati.Malang
11 - 12 April. 2002.
Crowder, L.V. and H.R. Cheda. 1982. Tropical Grassland Husbandry. Longman
Group. New York
Devendra, C. dan M. Burns. 1994. Produksi Kambing di daerah Tropis. Penerbit
Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Dixon, R.M. dan A.R., Egan. 1988. Strategies for optimising use of fibrous crop
residues as animal feeds. In. ruminant feeding systems utilising fibrous.
Ruminant feeding systems utilizing fibrous agricultural residues.
University of Melbourne, Australia pp.11-26 ref.60
Elita, A. S. 2006. Studi perbandingan penampilan umum dan kecernaan pakan
pada kambing dan domba lokal. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut
Pertanian Bogor, Bogor. Hal. 29-30
Faverdin P, R.Baumont, and K.L.,Ingvartsen. 1995. Control and prediction of feed
intake in ruminants In: M. Journet, E. Grenet, M-H. Farce, M. Theriez,
and C. Demarquilly (eds), Proceedings of the IV th International
Symposium on The Nutrition of Herbivores. Recent Development in the
Nutrition of Herbivores. INRA. Paris. Pp. 95-120
Gall, C. 1981. Goat Production . Academic Press London. pp. 51 – 89; 542 – 544.
Ginting, S.P.. 2009. Prospek penggunaan pakan komplit pada ternak kambing.
loka penelitian kambing potong. Majalah Wartazoa vol. 19 hal 64-75.
Sumatera Utara.
Harris, L. E. 1970. Nutrition research technique for domestic and wild animal. an
international record system and procedur for analyzing sample. Jurnal
Animal Science Department. Utah State University. Vol. 1(3) : 15 Logan.
Amerika Serikat.
Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo dan A.D. Tillman. 2005. Tabel Komposisi Pakan
untuk Indonesia. Penerbit Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Haryadi, M. dan Supriyanto. 2006. Pengolahan kakao menjadi bahan pangan.
pusat antar universitas pangan dan gizi. Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta. Hlm 56-70
Ismail, R., 2011. Kecernaan in vitro, http://rismanismail2.wordpress.com/
2011/05/22/nilai-kecernaan-part-4/#more-310. Diakses pada hari Senin, 28
November 2016
31
Kostaman, T., I. K. Sutama, I.G.M. Budiarsana. 1996. Pengaruh pemberian pakan
komplit berbasis jerami padi terhadap kecernaan bahan kering bahan
organik kambing jantan peranakan etawah. Proseding Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner 1997. Hal. 528-532. Bogor
Kristiani Putu. 2006. Waktu optimum fermentasi limbah pulp kakao (Theobroma
cacao l.) menggunakan kulit bakau (sonneratia sp.) dalam produksi
bioetanol. Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Haluoleo, Kendari. Hal 1-7
Kusumaningrum, B. I. 2009. Kajian kualitas ransum kambing peranakan ettawa di
balai pembibitan dan budidaya ternak ruminansia kendal. Jurnal
Peternakan. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang. Hal
533-544
Laboratorium Kimia Makanan Ternak. 2016. Analisa Proksimat Pulp Kakao.
Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Makassar.
Lopez, A.S. 1986. Chemical change occurring during the processing of cacao.
proceeding of the cacao biotechnology symposium. Departement. Of Food
Science College of Agricultutre, The Pennsylvania State University,
Pennsylvania, USA. Hal 533-544
Lubis, D. A. 1992. Ilmu Makanan Ternak. Cetakan Pertama. Penerbit PT Penebar.
Sumatera Utara.
McDonald, P., R. Edwards, J. Greenhalgh, and C. Morgan. 2002. Animal
Nutrition. 6th Edition. Longman Scientific & Technical, New York.
Mulyaningsih, T. 2006. Penampilan domba ekor tipis (ovis aries) jantan yang
digemukkan dengan beberapa imbangan konsentrat dan rumput gajah
(pennisetum purpureum). Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian
Bogor. Bogor. hlm 25
Murni, R., Akmal, dan Y. Okrisandi. 2012. Pemanfaatan kulit buah kakao yang
difermentasi dengan kapang phanerochaete chrysosporium sebagai
pengganti hijauan dalam ransum ternak kambing. Jurnal Agribisnis
Peternakan. Jambi. Vol. 2(1) :6-10.
Murtidjo, B. A. 2006. Memelihara Kambing. Cetakan Pertama. Penerbit :
Kanisius. Yogyakarta
Mutamimah, Lailia., S. Utami dan A. T. A. Sudewo. 2013. Kajian kadar lemak
dan bahan kering tanpa lemak susu kambing sapera di Cilacap dan Bogor.
Jurnal Ilmiah Peternakan 1 (3): 874-880.
Nasution, Z. 1976. Pengolahan Cokelat, Departemen Teknologi Hasil Pertanian.
Penerbit : Institut Pertanian Bogor Press, Bogor.
32
Ørskov ER and M.N.M.,Ibrahim. 1991. Feed resources, livestock and livestock
products with empha sis on crop-livestock farmers in asia livestock and
feed development in the tropics. Proceedings of the International Seminar
held at Brawijaya University. Malang. Vol 2. Hal. 34
Parakassi. 1995. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia Pedaging.
Cetakan Kedua Penerbit :Universitas Indonesia. Jakarta
Phalepi, MA. 2004. Performa kambing peranakan etawah (studi kasus di
peternakan pusat pelatihan pertanian dan pedesaaan swadaya citarasa).
Skripsi. Bogor: Departemen Ilmu Produksi Ternak, Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor. Hal. 27
Poedjiwidodo, M. S., 1996. Sambung samping kakao. Majalah Trubus Agriwidya,
Jawa Tengah. Hal. 18-20
Preston TR and R. A., Leng. 1984. Supplementation of Diet Based Fibrous
Residues and by products. In: Sundstol F and Owen E (Eds). Straw and
Other Fibrous by-Products as Feed. Elsevier, Amsterdam. pp. 373-409
Purbowati, E., C.I Sutrisno,. E. Baliarti., S.P.S. Budhi, dan W. Lestariana. 2007.
Pengaruh pakan komplit dengan kadar protein dan energi yang berbeda
pada penggemukan domba lokal jantan secara feedlot terhadap konversi
pakan. Proseding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.
Bogor. Hal . 480-482
Reddy MR. 1988. Complete ration on fibrous agricultural residues for ruminant.
in: non conventional feed resourcesd fibrous for expanded utilization.
proceeding of a consultation held in hisar. India. 21–29 March 1988.
Devendra C Ed. International Development Research Center. Indian
Council of Agricultural Research. India. Hal. 38-40
Rohan,T.A. 1963. Proccesing of Raw Cocoa for The Market. Food and
Agricultural Organization of The United National, Roma. Hal. 42-45
Siregar, S.B. 2005. Ransum Ternak Ruminansia. Cetakan Kedua. Penerbit : PT.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Steel, R.G.D., and J.H. Torrie. 1981. Principles and Procedures of Statistics. A
Biometrical Approach. 2ndEd. McGraw-Hill Book Company, New York
Sumadi dan S. Prihadi. 2010. Petunjuk pelaksanaan standarisasi dan klasifikasi
kambing peranakan ettawa di daerah istimewa yogyakarta. Kerjasama
Dinas Pertanian Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan Fakultas
Peternakan. Universitas Gadjah mada.Yogyakarta. Hal. 25-28
33
Sutardi, T. 1979. Ketahanan protein bahan makanan terhadap degradasi mikroba
rumen dan manfaatnya bagi peningkatan produuktivitas ternak.Prosiding
Seminar Penelitian dan Penunjangan Peternakan. LPP Institut Pertanian
Bogor, Bogor. Hal 1- 6
Sutardi, T. 1980. Peningkatan Mutu Hasil Limbah Lignoselulosa sebagai
Makanan Ternak. Cetakan Pertama. Majalah Flora dan Fauna. Bogor. Hal.
56
Tarigan, A. 2009.Produktivitas dan pemanfaatan indigofera sp sebagai pakan
ternak kambing pada interval dan intensitas pemotongan yang berbeda.
Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal. 13
Tazkiyah R. 2012. Olahan kakao indonesia. Jurnal Direktorat Jenderal Dan
Pemasaran Hasil Pertanian Kementrian Pertanian Republik Indonesia.
Jakarta. Hal. 13-15
Toha, M. D. Darmawi., H. Ediyanto dan Z. Elimaizar. 1999. Pengaruh pemberian
jerami jagung sebagai pengganti rumput alam dalam ransum terhadap
pertumbuhan domba lokal jantan. Jurnal Peternakan dan
Lingkungan.Gadja Mada University. Vol 5 : (37-41). Yogyakarta.
Van Soest, P.J. 1994. Nutritional Ecology of Ruminant. 2nd ed. Comstock Publ.
Associaties. Cornell University Press, Ithaca, New York.
Wijoseno, S., L. G. S. Astiti, T. Panjaitan, A. Muzani dan N. Agustini. 2009.
Beternak Kambing Intensif. Jurnal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Nusa Tenggara Barat. Hal. 31-40 Mataram
Wilson J.R and P.M., Kennedy. 1996. Plant and animal constraints to voluntary
feed intake associated with fibre characteristics and particle break down
and passage in ruminants. Australia Jurnal Agricultural Residues.
University of Melbourne, Australia pp 47: 199-225.
Wulandari, S., A. Agus, M.Soejono, M.N. Cahyanto, dan R.Utomo. 2014.
Performa produksi domba yang diberi complete feed fermentasi berbasis
Pod kakao serta nilai nutrien tercernanya secara in vivo. Buletin
Peternakan. Yogyakarta. 38(1): 42 – 50.
Yani A. 2001. Teknologi Hijauan Pakan. Cetakan Kedua. Penerbit : PT. Seri
Hukum Bisnis. Jambi.
34
LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan Sidik Ragam Konsumsi Bahan Kering
Rataan konsumsi bahan kering pada kambing yang mendapat pakan
komplit yang mengandung pulp kakao yang berbeda dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 7. Rataan Konsumsi bahan kering pada kambing yang mendapat pakan
komplit mengandung pulp kakao yang berbeda.
PERIODE KAMBING
TOTAL A B C D
1 228.51 (P0) 447.30 (P1) 222.46 (P2) 342.91 (P3) 1241.18
2 329.63 (P2) 125.07 (P0) 309.92 (P3) 702.92 (P1) 1466.91
3 352.62 (P1) 252.03 (P3) 375.44 (P0) 462.72 (P2) 1442.81
4 349.55 (P3) 448.61 (P2) 400.16 (P1) 487.01 (P0) 1685.33
TOTAL 1260.31 1273.01 1307.98 1994.93 5836.23
Tabel 8. Rataan Konsumsi Bahan Kering pada Setiap Perlakuan
PERLAKUAN P0 P1 P2 P3
JUMLAH 1216.03 1902.37 1463.42 1254.41
RATA-RATA 304.0075 475.5925 365.855 313.6025
FK = Yij2 = (5836.23)
2 = 2128848.788
r2
42
JKT = [ (228.51)2 + (447.30)
2 +......+ (487.01)
2 ] – FK
= 2396597.8 – 2128848.778
= 267749.0114
JKB = [ (1260.31)2 + ( 1273.01)
2 + (1307.98)
2+ (1994.93)
2 ] – FK
4
= 8899493.142 - 2128848.778
4
= 96024.49707
35
JKK = [ (1241.18)2 + (1466.91)
2 + (1442.81)
2 + (1685.33)
2 ] – FK
4
= 8614390.646 - 2128848.778
4
= 2153597.661 – 2128848.788
= 24748.87307
JKP = [ (1216.03)2 + (1902.37)
2 + (1463.42)
2 + (1254.41)
2 ] – FK
4
= 8812883.122 - 2128848.778
4
= 2203220.781 - 2128848.778
= 74371.99227
JKG = JKT – JKB – JKK – JKP
= 267749.0114 - 96024.49707- 24748.87307- 74371.99227
= 72603.64899
KTB = JKB / DBB = 96024.49707 / 3 = 32008.16569
KTK = JKK / DBK = 24748.87307 / 3 = 8249.624356
KTP = JKP / DBP = 74371.99227 / 3 = 24790.66409
KTG = JKG / DBG = 72603.64899 / 6 = 12100.60816
F Hitung Baris = KTB/KTG = 32008.16569/12100.60816 = 2.645169999
F Hitung Kolom = KTK/KTG =8249.624356/12100.60816 = 0.681752871
F Hitung Perlakuan = KTP/KTG = 24790.66409/12100.60816 = 2.048712243
36
Diagram Sidik Ragam
Tabel 9. Diagram Sidik Ragam Konsumsi Bahan Kering
Sumber
Keragaman
Derajat
Bebas (DB)
Jumlah
Kuadrat (JK)
Kuadrat Tengah
(KT) F- Hitung
F Tabel
5 % 1%
Baris 4-1 96024.49707 32008.16569 2.645169999
3.49 5.95
Kolom 4-1 244748.87307 8249.624356 0.681752871
Perlakuan 4-1 74371.99227 24790.66409 2.048712243
Galat (4-1)(4-2) 72603.64899 12100.60816
Total (42-1) 487749.0114 77149.062296
37
Lampiran 2. Perhitungan Sidik Ragam Konsumsi Bahan Organik
Rataan konsumsi bahan organik pada kambing yang mendapat pakan
komplit yang mengandung pulp kakao yang berbeda dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 10. Rataan Konsumsi Bahan Organik pada Kambing yang Mendapat Pakan
Komplit Mengandung Pulp Kakao yang Berbeda.
PERIODE KAMBING
TOTAL A B C D
1 166.20 (P0) 340.87 (P1) 179.96 (P2) 181.99 (P3) 869.02
2 261.79 (P2) 86.50 (P0) 290.23 (P3) 542.38 (P1) 1180.9
3 272.76 (P1) 221.35 (P3) 274.55 (P0) 364.10 (P2) 1132.76
4 280.41 (P3) 352.96 (P2) 310.29 (P1) 364.69 (P0) 1308.35
TOTAL 981.16 1001.68 1055.03 1453.16 4491.03
Tabel 11. Rataan Konsumsi Bahan Organik pada Setiap Perlakuan
PERLAKUAN P0 P1 P2 P3
JUMLAH 891.94 1466.30 1158.81 973.98
RATA-RATA 22.985 366.575 289.7025 243.495
FK = Yij2 = (4491.03)
2 = 1260584.404
r2
42
JKT = [ (166.20)2 + (340.87)
2 +......+ (364.69)
2 ] – FK
= 1427576.093 – 1260584.404
= 166991.6887
JKB = [ (981.94)2 + ( 1001.68)
2 + (1055.03)
2+ (1453.16)
2 ] – FK
4
= 5190800.055 - 1260584.404
4
= 37115.60982
JKK = [ (869.02)2 + (1180.9)
2 + (1132.76)
2 + (1308.7025)
2 ] – FK
4
= 5144645.551 - 1260584.404
4
= 1286161.378 - 1260584.404
38
JKP = [ (891.94)2 + (1466.3)
2 + (1158.81)
2 + (973.98)
2 ] – FK
4
= 5237070.31 - 1260584.404
4
= 1309267.578 - 1260584.404
= 48683.17372
JKG = JKT – JKB – JKK – JKP
= 166991.6887 - 37115.60982 - 25576.97382 - 48683.17372
= 55615.93134
KTB = JKB / DBB = 37115.60982 / 3 = 12371.86994
KTK = JKK / DBK = 25576.97382 / 3 = 8225.65794
KTP = JKP / DBP = 48683.17372 / 3 = 16227.72457
KTG = JKG / DBG = 55615.93134 / 6 = 9269.32189
F Hitung Baris = KTB / KTG = 12371.86994/ 9269.32189 = 1,334711437
F Hitung Kolom = KTK / KTG = 8225.65794 / 9269.32189 = 0.919771483
F Hitung Perlakuan = KTP / KTG = 16227.72457/ 9269.32189 = 1.750691665
39
Tabel 12. Diagram Sidik Ragam Konsumsi Bahan Organik
Sumber
Keragaman
Derajat
Bebas
(DB)
Jumlah
Kuadrat (JK)
Kuadrat Tengah
(KT) F- Hitung
F Tabel
5 % 1%
Baris 4-1 37115.60982 12371.86994 1,334711437
3.49 5.95
Kolom 4-1 25576.97382 8225.65794 0.919771483
Perlakuan 4-1 48683.17372 16227.72457 1.750691665
Galat (4-1)(4-2) 55615.93134 9269.32189
Total (42-1) 166991.6887 46094.57434
40
Lampiran 3. Perhitungan Sidik Ragam Daya Cerna Bahan Kering
Rataan Daya Cerna bahan kering pada kambing yang mendapat pakan
komplit yang mengandung pulp kakao yang berbeda dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 13. Rataan Daya Cerna Bahan Kering pada Kambing yang Mendapat Pakan
Komplit Mengandung Pulp Kakao yang Berbeda.
PERIODE KAMBING
TOTAL A B C D
1 40.92 (P0) 41.99 (P1) 40.80 (P2) 50.24 (P3) 173.95
2 42.35 (P2) 45.94 (P0) 60.30 (P3) 57.39 (P1) 205.98
3 44.27 (P1) 53.04 (P3) 64.92 (P0) 63.13 (P2) 225.36
4 42.97 (P3) 41.91 (P2) 45.05 (P1) 42.32 (P0) 172.25
TOTAL 170.51 182.88 211.07 213.08 777.54
Tabel 14. Rataan Daya Cerna Bahan Kering pada Setiap Perlakuan
PERLAKUAN P0 P1 P2 P3
JUMLAH 194.1 188.7 188.19 206.55
RATA-RATA 48.525 47.175 47.0475 51.6375
FK = Yij2 = (777.54)
2 = 37785.52823
r2
42
JKT = [ (40.92)2 + (41.99)
2 +......+ (42.32)
2 ] – FK
= 38856.444 – 37785.52823
= 1070.915775
JKB = [ (170.51)2 + ( 182.88)
2 + (211.07)
2+ (213.08)
2 ] – FK
4
= 152472.3858 - 37785.52823
4
= 332.568225
JKK = [ (173.95)2 + (205.98)
2 + (225.36)
2 + (172.25)
2 ] – FK
4
= 153143.555 - 37785.52823
4
= 38285.88875 - 37785.52823
41
= 500.360525
JKP = [ (194.1)2 + (188.7)
2 + (188.19)
2 + (206.55)
2 ] – FK
4
= 151360.8786 - 37785.52823
4
= 37840.21965 - 37785.52823
= 54.691425
JKG = JKT – JKB – JKK – JKP
= 1070.915775 - 332.568225 - 500.360525- 54.691425
= 183.2956
KTB = JKB / DBB = 332.568225 / 3 = 110.856075
KTK = JKK / DBK = 500.360525 / 3 = 166.7868417
KTP = JKP / DBP = 54.691425 / 3 = 18.230475
KTG = JKG / DBG = 183.2956/ 6 = 30.54926667
F Hitung Baris = KTB / KTG = 110.856075 / 30.54926667= 3.628763866
F Hitung Kolom = KTK / KTG = 166.7868417 / 30.54926667= 5.45960214
F Hitung Perlakuan = KTP / KTG = 18.230475/ 30.54926667= 0.596756551
42
Tabel 15. Diagram Sidik Ragam Daya Cerna Bahan Kering
Sumber
Keragaman
Derajat
Bebas
(DB)
Jumlah
Kuadrat (JK)
Kuadrat Tengah
(KT) F- Hitung
F Tabel
5 % 1%
Baris 4-1 332.568225 110.856075 3.628763866
3.89 5.95
Kolom 4-1 500.360525 166.7868417 5.45960214
Perlakuan 4-1 54.691425 18.230475 0.596756551
Galat (4-1)(4-2) 183.2956 30.54926667
Total (42-1) 1070.915775 326.42265837
43
Lampiran 4. Perhitungan Sidik Ragam Daya Cerna Bahan Organik
Rataan daya cerna bahan organik pada kambing yang mendapat pakan
komplit yang mengandung pulp kakao yang berbeda dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 16. Rataan Daya Cerna Bahan Organik pada Kambing yang Mendapat
Pakan Komplit Mengandung Pulp Kakao yang Berbeda.
PERIODE KAMBING
TOTAL A B C D
1 44.81 (P0) 51.00 (P1) 53.36 (P2) 40.65 (P3) 189.82
2 52.45 (P2) 51.43 (P0) 71.52 (P3) 64.99 (P1) 240.39
3 53.24 (P1) 63.96 (P3) 53.03 (P0) 56.77 (P2) 227.00
4 54.24 (P3) 54.74 (P2) 55.18 (P1) 54.85 (P0) 219.01
TOTAL 204.74 221.13 223.09 217.26 876.22
Tabel 17. Rataan Daya Cerna Bahan Organik pada Setiap Perlakuan
PERLAKUAN P0 P1 P2 P3
JUMLAH 204.12 224.41 217.32 230.37
RATA-RATA 51.03 56.1025 54.33 57.5925
FK = Yij2 = (876.22)
2 = 47985.09303
r2
42
JKT = [ (44.81)2 + (51.00)
2 +......+ (54.85)
2 ] – FK
= 48795.6992 - 47985.09303
= 810.606175
JKB = [ (204.74)2 + ( 221.13)
2 + (223.09)
2+ (217.26)
2 ] – FK
4
= 192349.8002 - 47985.09303
4
= 102.357025
JKK = [ (189.82)2 + (240.39)
2 + (227.00)
2 + (219.01)
2 ] – FK
4
= 193313.3646 - 47985.09303
4
= 343.248125
44
JKP = [ (204.12)2 + (224.41)
2 + (217.32)
2 + (230.37)
2 ] – FK
4
= 192323.1418 - 47985.09303
4
= 95.692425
JKG = JKT – JKB – JKK – JKP
= 810.606175 - 102.357025 - 343.248125 - 95.692425
= 269.3086
KTB = JKB / DBB = 102.357025 / 3 = 34.11900833
KTK = JKK / DBK = 343.248125 / 3 = 114.4160417
KTP = JKP / DBP = 95.692425 / 3 = 31.897475
KTG = JKG / DBG = 269.3086 / 6 = 44.88476667
F Hitung Baris = KTB / KTG = 34.1190833/ 44.88476667= 0.760146724
F Hitung Kolom = KTK/ KTG = 114.4160417/ 44.88476667= 2.549106304
F Hitung Perlakuan = KTP / KTG = 31.897475/ 44.88476667= 0.710652575
45
Tabel 18. Diagram Sidik Ragam Daya Cerna Bahan Organik
Sumber
Keragaman
Derajat
Bebas (DB)
Jumlah
Kuadrat (JK)
Kuadrat Tengah
(KT) F- Hitung
F Tabel
5 % 1%
Baris 4-1 102.357025 34.1190833 0.760146724
3.49 5.95
Kolom 4-1 343.248125 114.4160417 2.549106304
Perlakuan 4-1 95.692425 31.897475 0.710652575
Galat (4-1)(4-2) 269.3086 44.88476667
Total (42-1) 810.606175 225.31736667
46
DOKUMENTASI
Penimbangan bahan pakan Pencampuran bahan pakan
Pencetakan pakan komplit Hasil dari pencetakan pakan komplit
Proses pengovenan pakan komplit Pemberian pakan komplit ke ternak
47
Pemisahan feses dengan bulu dan Analisi Sampel
pakan yang menempel
Analisis Sampel Pengovenan Sampel
48
RIWAYAT HIDUP
Wiwin Elvi Yanti, lahir di Makale, 25 Juli 1995, sebagai anak
pertama dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Ismail
Amba Bunga dan Ibu Lina Kallungan. Jenjang pendidikan
formal yang pernah ditempuh yang pertama yaitu Sekolah
Dasar di SDN 169 Inpres Padangiring pada tahun 2001 sampai
2007. Kemudian melanjutkan ke tingkat selanjutnya yaitu Sekolah Menengah
Pertama di MTsN 2 Rantepao pada tahun 2007 sampai 2010 dan di lanjutkan ke
Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 3 Makale pada tahun 2010 sampai 2013
dan sekarang sedang menempuh pendidikan S1 di Fakultas Peternakan,
Universitas Hasanuddin, Makassar. Masuk sebagai mahasiswa baru pada tahun
2013 melalui jalur SBMPTN.